Walet Emas Perak 13
Walet Emas Perak Karya Khu Lung Bagian 13
dari belakang batu besar: "Enyah semua. Hari ini kuampuni
jiwa kalian." Belum lagi keempat orang baju biru
menginjakkan kakinya dibumi, tahu2 tubuh mereka sudah
diterjang segulung tenaga yang lunak sehingga badan mereka
jungkir-balik kebelakang, tapi aneh keempat orang itu seperti
ditolak kembali ketempat masing2 tanpa kurang suatu apa.
Namun wajah ke empat orang itu kelihatan berubah hebat,
mereka tidak tahu siapa yang sembunyi dibelakang batu"
728 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu hebat Lwekang yang dimilikinya, sungguh sukar
dipercaya! Berubah pula rona muka Tongcu baju biru, sekilas dia
menyapu pandang keempat anak buahnya, mereka terpental
balik ketempat, dan semua tak bergerak lagi tapi mereka tidak
terluka sedikitpun. Musuh belum kelihatan, tapi empat orang telah dihajar
balik oleh segulung angin pukulan yang dahsyat tapi lunak,
betapa tinggi Lwekang orang dibelakang batu, sukar
dipercaya, apalagi tenaga pukulan yang dilancarkan
diperhitungkan setepat itu, hal inilah yang luar biasa.
Tongcu baju biru ini bernama Go Bao berjuluk Mo in jiu,
sebagai pimpinan tertinggi dalam Lan ih tong, didalam Thian
te hwi jabatannya sudah terhitung tinggi dan kosen didalam
perkumpulan itu, namun Lwekangnya orang dibelakang batu
memang luar biasa, bukan saja anak buahnya belum pernah
dengar adanya jago kosen selihay ini, dirinyapun belum
pernah tahu. Betapapun sebagai Tongcu melihat anak buahnya
kecundang, mana boleh dia berpeluk tangan, meski tahu diri
bukan tandingan orang, diburu emosi lagi, diam2 dia memberi
tanda kepada keempat anak buahnya, serempak anak
buahnya merogoh kantong menggenggam sebuah pelor api.
Lalu dengan menahan amarah dia terkekeh dua kali, serunya:
"Agaknya kau memang pantas dijunjung sebagai orang kosen
sebagai kenalan Hwecu kita, kenapa kau tidak keluar
menampakkan dirimu?"
"Anak kemaren sore," jengek orang di belakang batu,
"kalian ingin bertelur untuk hidanganku hari ini?"
Tongcu baju biru me longo, pikirnya : "Keparat licin,
ternyata dia tahu kami akan menyerangnya dengan pelor api."
Dengan tertawa kekeh dingin dia berkata: "Betul. Memang aku
suruh mereka menyiapkan pelor api, soalnya kami tidak tahu
729 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapa tuan sebenarnya, jikalau betul kau sahabat Hwecu kami
persoalan tentu berbeda."
"Apakah Lin Sin juga berada dipegunungan Ceng seng ini?"
Tanya orang dibelakang batu.
Tongcu baju biru ragu2, disaat lamanya ia tidak mau
menjawab. Orang dibelakang batu mengejek, katanya, "Jangan kuatir,
katakan dimana dia sekarang?"
"Untuk keperluan apa tuan mencari tahu jejak Li-hwecu?"
"Kau tidak perlu tahu."
"Kalau begitu akupun pantang menjelaskan."
"Keparat, memangnya kau sudah bosan hidup."
Didalam Thian-te-hwe, Tongcu baju biru merupakan
pimpinan tertinggi diantara para Tongcu yang lain, namun
berulangkali dirinya dimaki sebagai orang yang tidak berguna,
karuan bukan kepalang rasa gusarnya, dampratnya: "Kalau
kau seorang tokoh, silahkan menggelinding keluar, Mo-in jiu
ingin mohon pengajaran kepadamu?"
"Memangnya kau setimpal meminta pengajaran dariku?"
bentak orang dibelakang batu lalu tertawa gelak2, "keparat,
agaknya kau mengagulkan diri" Tapi kenapa kau harus main
keroyok menghadapi seorang perempuan muda" Memangnya
manusia macam tampangmu boleh terhitung seorang tokoh?"
"Kau tahu siapa dia?"
"Peduli siapa dia, jikalau kau keparat ini berani satu lawan
satu, aku orang tua boleh tidak usah ikut campur, tapi lima
lawan satu memangnya itu sudah menjadi kebiasaan kalian
orang2 Thian te hwe?"
730 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Merah muka Go tongcu, katanya membela diri : "Aku hanya
menjalankan perintah atasan, soalnya dia harus dibekuk
hidup-hidup, terpaksa harus mencari akal meringkusnya."
Orang dibelakang batu tertawa hina, katanya: "Dulu kukira
Li Sin adalah seorang tokoh tulen, dari perbuatan kalian aku
jadi menilai rendah martabatnya, lebih rendah dari hewan, tak
berani menghadapi budak perempuan She Ui itu, buat apa
jauh2 dia meluruk ke Ceng seng pamer borok busuknya, main
sandera untuk menukar barang yang kalian kehendaki. Wah,
memalukan, aku orang tua jadi naik pitam."
Setelah mendengar percakapan mereka, baru sekarang
tersimpul suatu kesan oleh Ling-Ji-ping, orang dibelakang batu
agaknya bukan musuh Thian te hwe, tapi adalah orang-tua
yang suka mencampuri orang lain.
Sambil menggerung dia membentak: "Bedebah, kalau tidak
keluar, jangan salahkan kalau kami bertindak kasar
kepadamu." "Oho, mau bertelur?" orang dibelakang batu memaki sambil
membanyol. Karuan Go Bao berjingkrak gusar seperti kebakaran
jenggot, dengan sengit dia ayun tangan kanan. Serempak
empat laki2 di kanan kirinya mengayun tangan, telapak
tangan setiap orang memegang setitik merah terus
ditimpukkan kearah batu besar dibelakang tonggak batu.
Tersirap darah Ling-Ji-ping, pelor guntur Thian te hwe
merupakan senjata rahasia berapi yang paling ganas di Bulim,
bila pelor api meledak, dalam arena dua tombak orang akan
terjangkau kekuatan ledaknya, jiwa orang sukar diselamatkan.
Bahwa sejauh ini Ling-Ji-ping masih ragu karena dia agak jeri
menghadapi pelor api lawan, kini dilihatnya mereka sekaligus
menimpuk empat pelor, jikalau orang dibelakang batu tidak
lekas menyingkir, jiwanya terang tak bisa diselamatkan pula.
731 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tampak empat titik sinar merah meluncur dengan
kecepatan berlomba kearah batu besar. Agaknya keempat
orang itu tahu orang dibelakang batu adalah musuh yang
sukar dilayani berkepandaian tinggi bila serangan serempak ini
gagal, selanjutnya mereka akan selalu dibayangi ketakutan,
kuatir lawan menuntut balas secara keji, maka cara timpukan
mereka pun diperhitungkan, peduli kearah mana orang
dibelakang batu menghindar dia tetap tidak akan selamat.
Semak rumput dimana Ling-Ji-ping menyembunyikan diri
jaraknya ada tombak lebih dari batu besar itu, dengan mata
mendelong dia menatap kesana, dilihatnya empat titik pelor
warna merah itu meluncur makin cepat dan dekat, tapi tidak
dilihatnya bayangan orang menyingkir dari belakang batu
besar, diam2 dia mengeluh dalam hati. "Celaka, betapa tinggi
Kungfumu, mana mampu melawan kekuatan ledakan empat
pelor sekaligus, kalau tidak mampus seketika dengan tubuh
hancur lebur, pasti juga luka parah."
Tak nyana dikala keempat pelor itu masih kira satu kaki
dipermukaan batu, tiba2 terdengar suara mendesis nyaring,
entah kenapa empat pelor yang hampir menyentuh batu itu
seperti disedot oleh suatu tenaga raksasa, seluruhnya tiba-tiba
membelok kearah kanan, empat pelor jadi berjajar dan
mumbul sedikit lalu jatuh kebelakang batu besar.
Kejadian ini belum aneh, lebih aneh lagi adalah empat pelor
api yang punya daya ledakan amat keras dan besar itu,
ternyata seperti kecemplung ke laut, begitu jatuh kebelakang
batu besar tidak menimbulkan reaksi apapun, jangan kata
meledak, suara berisikpun tidak terdengar.
Hampir saja Ling-Ji-ping berteriak memuji: "Lwekang
tangguh yang bagus."
Sudah tentu Go tongcu kaget bukan main, demikian pula
empat pembantunya sama melongo, serempak mereka
menyurut mundur ketakutan.
732 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
0ooo0dw0ooo0 Jilid ke 21 BILA Lwekang seseorang diyakinkan mencapai puncaknya,
bukan mustahil dalam jarak tertentu dia mampu menyedot
sesuatu benda yang dikehendaki, namun pesilat yang
mencapai taraf setinggi ini jarang sekali. Padahal empat pelor
api itu me luncur dari jarak setombak enam kaki, dalam jarak
sejauh ini orang dibelakang batu mampu menyedotnya, tiada
satupun yang meledak, maka dapat dibayangkan betapa tinggi
taraf latihan Lwekangnya, karuan mereka berlima sama
tersirap kaget. Berulang kali berobah rona muka Go-tongcu, mendadak dia
mencabut pedang dipunggung, baru saja dia hendak memberi
aba2 ke pada anak buahnya untuk menyerang bersama.
Orang dibelakang batu tiba2 tertawa riang, katanya. "Keparat,
begini mudah kau kutipu. Pulanglah, beritahu kepada Li Sin,
katakan aku orang tua pinjam empat biji pelornya."
Lenyap suaranya tampak sesosok bayang kelabu
melambung tinggi keatas, gerakan cepat seringan kapas pula,
melesat terbang kebelakang ngarai dan lenyap dalam sekejap.
Saking murka Go-tongcu berjingkrak sambil mengumpat.
"Kejar." Serunya lalu mendahului mengudak. Empat anak
buahnya segera ikut mengejar dengan kencang.
Baru sekarang Ling-Ji-ping paham akan duduk perkaranya,
pikirnya. "Kukira siapa, ternyata Hwesio gila yang main gila.
Tapi biasanya mereka selalu berduaan, kenapa sekarang
hanya kelihatan yang satu."
Tengah melamun, tak terduga seorang bersuara dibelakangrrya. "Adik manis bagaima permainan sandiwara si
gila tadi?" 733 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ji-ping kaget seraya menoleh, entah kapan disemak rumput
dibawah pohon sebelah kiri sana, tampak berjongkok seorang
hwesio. Hwesio pemabukan tengah angkat buli2 araknya
minum se-puas2nya. "Taysu, kiranya kau," seru Ling-Ji-ping.
Hwesio ini bukan lain adalah hwesio pemabukan dari Go-bi,
lekas dia turunkan buli2 nya, setelah melelet lidah dia
mendelik kepada Ling-Ji-ping, serunya: "Kau panggil apa ?"
Ling-Ji-ping melongo, katanya: "Kupanggil Taysu, memangnya salah?" "Salah, salah besar," beruntun dia menyebut tiga kali salah,
suaranya makin keras meninggi, "memangnya Hwesio
macamku ini tidak setimpal menjadi engkoh Hwesiomu"
Apakah karena sekarang kau sudah menjadi pewaris tunggal
si tua dari T hian-hu itu?"
"Lho, dari mana kau bisa tahu?" Tanya Ji-ping heran.
Hwesio pemabukan tertawa lebar, katanya, "Mungkin
hanya sedikit urusan didunia ini yang tidak diketahui oleh
Hwesio macamku ini."
Ling-Ji-ping tertawa, katanya menggoda: "Sepantasnya kau
bilang banyak yang tidak kau ketahui."
"Apa benar"'' "Kau kira aku bohong?"
"Baiklah, tapi jangan kau beber didepanku kalau dikatakan
tidak mengerti, betapa memalukan."
"Kalau tahu, bagaimana" Kau suka membayar apa
terhadapku?" "Baik akan kuhadiahi satu guci arak yang paling enak dan
selanjutnya aku memangil engkoh Hwesio kepadamu."
"Apa benar?" 734 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah tentu benar. Baiklah, kau boleh tanya."
"Di mana nona Yong-yong?"
"Dipinggir rawa dibelakang gunung yang lain."
"Banyak terima kasih."
Hwesio pemabukan berjingkrak berdiri, teriaknya." Waduh,
Hwesio kena tipu. Mana arak?"
"Lain hari saja."
"Lote, kau memang pintar."
Begitu mendengar berita tentang Yong-yong saking senang
lekas Ling-Ji-ping kembangkan Ginkang melayang kebelakang
gunung, beberapa kali lompatan berjangkit, didengarnya
Hwesio pemabukan berteriak dibelakang, "Gui Jin-kiat
memang tua bangka yang teledor."
Mendengar ocehan si Hwesio yang tidak juntrungan itu, Ji-
ping melengak, lekas dia berhenti serta membalik, tanyanya.
"Siapa itu Gui Jin-kiat ?"
"Seorang picak yang melek matanya."
"Tolong jelaskan."
"Punya mata tak bisa melihat, bisa melihat tidak bisa
membedakan orang. Sudah jelas?"
Ji-ping heran, tanyanya. "Maksudmu dia salah menilai
orang?" "Ya," "Siapa?" "Dia menerima dua orang murid keparat."
"Mereka menghkianatinya?"
"Satu durhaka yang satu khianat,"
735 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Punya murid murtad begitu,
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kenapa tidak menghukumnya?" "Memangnya, sayang tua bangka itu sudah tidak mampu
berbuat apa2." "Kenapa?" "Ilmu silatnya sudah ludes."
"Siapa sebetulnya yang kau maksud?"
"Thian-hu Suseng."
Ji-ping segera sadar, sengaja Hwesio pemabukan berputar
kayun bertujuan memaki dirinya, maka dengan tertawa dia
berkata : "Sekarang kau sudah tidak dirugikan."
"Memangnya selama berdagang Hwesio gila tidak mau
rugi." "Hayolah bantu aku menolong orang."
"Boleh, bayar lagi. satu guci arak."
"Wah, aku pula yang rugi."
Mereka tertawa dan saling pandang dari jarak jauh,
serempak mereka lompat kepinggir jurang, waktu melongok
kebawah, ternyata bayangan Pek-hoa Kongcu sudah tidak
kelihatan. Tersirap darah Ling-Ji-ping, sesaat dia melongo mengawasi
Hwesio pemabukan, akhirnya membanting kaki gegetun.
Hwesio pemabukan juga terlongong, dia pusatkan
perhatiannya melongok kebawah, agak nya Hwesio yang satu
ini juga tidak tahu, apakah Pek-hoa Kongcu sudah mati atau
masih hidup" Agaknya dia kira perempuan itu sudah terjun ke
rawa sedalam ratusan tombak didasar jurang sana.
Batu karang disamping dinding yang lurus itu menonjol
keluar menyerupai balkon, dari sini dapat melihat keadaan di
736 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bawah jelas sekali. Padahal mereka belum jauh meninggalkan
tempat itu, jelas Pek-hoa Kongcu tidak mungkin terbang
meninggalkan tempat itu kecuali terjun kerawa dibawah sana.
Timbul rasa sesal dalam benak Ling Ji-ping, mengawasi air
terjun yang dituang ke bawah setinggi ratusan tombak itu,
matanya terbayang akan orang tua jelek alias Thian-hu
Suseng yang sedang meronta dan bergulat melawan elmaut,
tokoh besar yang dulu digdaya namun nasib telah
mempermainkan dirinya, kapan dia pernah mengecap hidup
bahagia dan tentram sejahtera. Selama dua puluh tahun dia
hidup menderita didalam gua gelap, hanya satu pengharapannya sebelum ajal ini, melihat wajah putri
satu2nya. Namun harapan inipun agaknya takkan bisa
terlaksana pula, terpaksa akulah yang diangkat menjadi ahli
warisnya. Dua pesan diserahkan kepadanya untuk dilaksanakan. Kini bila Pek-hoa Kongcu mengalami sesuatu,
bagaimana dirinya memberi pertanggungan jawab kepadanya"
Se-olah2 terbayang bentuk wajah si orang tua jelek yang
sudah hampir cacat itu tengah me-ronta2 seorang diri tengah
derojokan air terjun yang gemuruh dan lenyap terbawa air.
Tanpa terasa keringat dingin membasahi kuduk Ling-Ji-ping,
terasa betapa berat dan mulia beban yang diserahkan oleh
orang tua jelek kepadanya, namun belum ada setengah hari
Pek-hoa Kongcu sudah mengalami nasib sejelek ini, sungguh
mengenaskan. Pada saat itulah tiba2 terasa
angin berkesiuran dibelakangnya, baru dia melengak segulung tenaga dahsyat
telah menerjang ke arah dirinya. Mereka berdua berdiri
terlongong menghadapi jurang, seluruh perhatian ditujukan
kebawah dan tengah merenungkan nasib Pek-hoa Kongcu,
kejadian amat mendadak, betapapu tinggi ilmu silat orang, di
sergap dalam keadaan begini sudah pasti kaget mereka bukan
main. 737 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untung Ling-Ji-ping membekal Kungfu yang tidak rendah,
begitu damparan angin keras menyentuh tubuh, dia pinjam
kekuatan dorongan itu menjejak kaki mumbul jumpalitan
kebelakang, disusul dengan gerakan In liong yu khong pula
hinggap tiga tombak disebelah kiri. Begitu kaki menyentuh
tanah dibarengi hardikan, tanpa melihat siapa pembokong
dirinya, kontan dia balas memukul satu kali pukulan telapak
tangannya menerbitkan damparan angin kencang. Seorang
laki2 baju kuning, tanpak terhempas setombak lebih.
Berhasil memukul mundur orang baju kuning, sekilas Ling-
Ji-ping menoleh kepinggir jurang tapi bayangan Hwesio
pemabukan telah, lenyap entah kemana karuan hatinya
mencelos, pikirnya. "Mungkinkah Hwesio pemabukan terpukul
jatuh kejurang?" Jurang setinggi ratusan tombak dengan dinding yang tegak
lurus lagi, dibawah adalah rawa berair dingin yang bergolak
oleh air terjun. Manusia jelas takkan kuat melawan kekuatan
alam, bila benar Hwesio pemabukan jatuh bawah, jelas
jiwanya melayang dengan badan hancur lebur. Mengingat
betapa berbahaya keadaan dirinya barusan, tanpa terasa
tubuhnya menggigil dingin sendiri.
Segera dia menoleh kearah laki2 baju kuning yang berdiri
dua tombak di sana, dengusnya. "Tuan memiliki kepandaian
tinggi, namun bertindak curang dan serendah ini. Apa tidak
malu ?" Orang baju kuning menyeringai, "Anggaplah nasibmu
mujur, belum tiba saatnya mampus. Sayang kau tidak ikut
terjun kebawah jurang bersama si gundul tadi."
Kepandaian laki2 baju kuning memang tidak lemah,
serangan tunggal Cap-ji te sat jiu Lin-Ji-ping ternyata berhasil
dihalaunya dengan mudah, sering balas menyerang lagi,
keadaan sama kuat alias setanding.
738 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lekas sekali mereka sudah bergebrak dua puluh jurus,
dalam merangsek lawannya, ke dua orang sama berebut
kesempatan dan ber inisiatiaf menduduki posisi yang
menguntungkan diatas puncak karang,
maka sambil bertempur mereka mundur kebagian yang lebih tinggi, lama
kelamaan undur kebawah puncak.
Se-konyong2 Ling-Ji-ping menghardik sekali, beruntun dia
menggempur dua kali pukulan sehingga lawan terdesak
mundur, kedua matanya menyala gusar, bentaknya:
"Berhenti," Setelah dua puluhan jurus, tapi sedikitpun dirinya tidak
memperoleh keunggulan, diam2 laki2 baju kuning juga kaget,
tak pernah terpikir olehnya bahwa anak muda ini memiliki
Kungfu selihay ini, padahal dia sudah lancarkan ilmu pukulan
simpanannya, maka dia tertawa dingin: "Anak jadah, mau
kentut lekas keluarkan?"
Menyeringai ujung mulut Ling-Ji-ping, desisnya: "Siapa
kau" Orang she Ling tidak pernah membunuh lawan yang
tidak punya nama" "Memangnya dari pakaian tuan besarmu tidak tahu asal
usulku?" Ling-Ji-ping melenggong, baru sekarang dia sempat
perhatikan, kecuali warna pakaiannya, model baju yang
dipakainya corak dan bentuknya serupa dengan kelima laki2
baju biru tadi, kantong yang dikempit dibawah ketiak kiri juga
berwarna kuning. Dengan angkuh Ji-ping berkata: "O, jadi kau
ini Ui ih tongcu dari T hian te hwe?"
"Betul," ujar laki2 baju kuning terkekeh, "otakmu memang
cerdik, sekali singgung langsung tahu."
Tiba2 bola mata Ling-Ji-ping memancarkan cahaya dingin,
desisnya, "Selama ini Cayhe tiada permusuhan dengan Thian
the hwe, kenapa kau menyergapku " Memangnya sepak
739 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjang orang2 Thian te hwe memang main curang dan tidak
tapi malu?" Sesaat laki2 baju kuning terlongong, wajahnya tampak
kikuk, katanya: "Walau aku tidak kenal kau bocah kemarin
sore, tapi kau berada bersama Hwesio bangsat itu, yakin kau
pun bukan manusia baik. Hwesio bangsat itu memang sedang
kucari dan akan kuhajar dia sampai mampus, agaknya
nasibmu lebih mujur, tidak ikut dia terjun kebawah jurang."
Sekarang lebih jelas pula bagi Ling-Ji-ping tujuan sergapan
laki2 baju kuning ditujukan kepada Hwesio pemabukan, jadi
bukan cari perkara terhadap dirinya, soalnya dirinya
berdampingan, hingga hampir saja ikut celaka. Namun rasa
gusar masih membara dalam benaknya, jengeknya, "Thian-te-
hwe terhitung suatu kumpulan, yang punya kedudukan
dikalangan Liok-lim. Sebagai Tongcu, karena tidak mampu
melawan, kau menyergap dan main bokong. Manusia
macammu ternyata di anggap sebagai T ongcu dalam T hian-te
hwe bukan saja kau sendiri harus malu, seluruh anggota dan
pimpinan T hian-te-hwe pun akan ikut merasa terhina" Hm."
Saking malu laki2 baju kuning jadi marah, bentaknya
dengan pandangan buas. "Anak celaka, siapa kau?"
Ling-Ji-ping menyeringai sadis, katanya:
"Cayhe punya selembar kartu undangan, boleh kau terima
dan periksa segera kau akan tahu siapa dirinya?"
"Anak keparat pakai cara busuk segala, cukup asal tuan
besarmu tahu siapa dirimu, siapa sudi menerima undangan
segala." Pelan2 Ling-Ji-ping merogoh kantong mengeluarkan secarik
kartu undangan warna hitam, seringainya dingin. "Memang
terhadap orang semacam kau Cayhe tidak akan menilai
rendah, boleh anggap menjadi kebanggaanmu sebagai
Tongcu, tapi...." 740 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi apa?" sentak laki2 baju kuning. Tiba2 terasa sorot
anak muda yang rudin ini seperti memancarkan cahaya yang
menyilaukan, sesaat dia tertegun.
"Siapapun yang menerima kartu undangan ku ini, dia akan
memperoleh suatu manfaat." desis Ling-Ji-ping dengan suara
dingin dan mengancam. "Kurang ajar, jangan main gertak dihadapan tuan besarmu,
jikalau kartu undanganmu ditaburi racun, tuan besarmu juga
tidak takut. Coba katakan apa manfaatnya?"
"Setiap penerima kartu undangan ini dia akan menghadiri
suatu perjamuan." "Anak keparat, main sandiwara apa kau" Menghadiri
perjamuan siapa?" "Perjamuan yang diadakan oleh raja akhirat," desis Ling-Ji-
ping sepatah demi sepatah. Habis bicara, dengan dua jarinya
dia menjentik kartu undangan itu, dengan menderu keras
kartu undangan hitam itu meluncur kearah laki2 baju kuning.
Laki2 baju kuning menduga Ling-Ji-ping mengatur tipu
daya diatas kartu undangan, tapi dia percaya obat mujarab
yang dibekalnya mampu menawarkan seratus jenis racun.
Maka dia tertawa congkak, serunya: "Anak jadah, aku jadi
ingin menyaksikan, siapa yang bakal menghadiri perjamuan
raja akirat." Dengan enteng dia angkat tangan kiri serta
diraihnya, kartu undangan itu ditangkapnya dengan mudah.
Begitu menunduk dia pedang kartu undangan warna hitam itu,
tampak di ujung kanan sebelah atasnya bergambar tengkorak
putih, tanpa terasa mulutnya lantas menjerit: "Hah, Cui-hun-
tiap." "Betul," Ling-Ji-ping menyeringai ditempatnya, "ternyata
kau cerdik, sekali pandang lantas tahu."
Berubah pucat muka laki2 baju kuning, sungguh tidak
tersangka bahwa pemuda rudin ini adalah Cui hun jiu Ling-Ji-
741 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ping yang sudah menggetar kalangan Kangouw" Tapi jelek2
dia seorang Tongcu, tadi dia sudah bergebrak melawan Ji-
ping, lekas sekali rasa kejutnya telah sirna, katanya terkekeh,
"melihat lebih nyata dari pada mendengar, Cui hun jiu yang
malang melintang di Kangouw ternyata juga hanya begini
saja." "Kau amat lega bukan?"
"Orang she Ling, tahukah kau apa nama bukit ngarai ini?"
"Peduli apa namanya?"
"Inilah Loh-hun-gay; ngarai sukma jatuh yang terkenal di
Ceng seng san, pintar juga kau keparat ini memilih tempat
kuburmu." Diam2 Ling-Ji-ping sudah kerahkan tenaganya dikedua
lengan, dia sudah siap melancarkan Tin-thian-ciang untuk
membunuh laki baju kuning sekali pukul. Pada saat itulah
tiba2 dipinggir jurang didengarnya, seorang berteriak:
"Waduh, sengsara betul kematian Hwesio gundul macamku
ini." Laki2 baju kuning terbeliak kaget. Ji-ping juga me longo,
tapi lekas sekali hatinya kegirangan. Mereka sama2 dengar
suara teriakan itu, itulah suara Hwesio pemabukan, agaknya
dia tidak terjatuh kebawah jurang.
"Nah, dengar tidak." ejek Ling-Ji-ping, "sukma penasaran
tengah menuntut kepadamu."
Mendadak laki2 baju kuning menengadah sambil bersiul
keras, berbareng tangannya merogoh kantong menggenggam
beberapa butir pelor api yang punya daya ledak luar biasa.
Terdengar teriakan di pinggir jurang lebih keras. "Hwesio
gundul sudah tamasya ke akherat, raja akherat tidak mau
menerimaku, aku diusir balik malah, maka aku cari kalian
berdua, satu menagih hutang jiwa, yang lain menagih arak,
hayo bayar, hayo bayar."
742 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tongcu, tiada gunanya kau mengundang bala bantuan,
sekarang aku mengejar sukma dan yang satu lain menagih
jiwa, entah siapa dulu yang hendak kau layani?"
Liar sorot mata laki2 baju kuning, sambil menggerung
gusar, dia ayun tangannya menimpukkan setitik bola merah
kearah Ling-Ji-ping. Sejak laki2 baju kuning merogoh kantong,
Ling-Ji-ping sudah perhatikan gerak-geriknya. Melihat lawan
menimpukkan bola merah, dia lantas tahu lawan menyerang
dengan pelor guntur. Sekuat enjotan kakinya dia melompat
jauh bersalto pula mencapai beberapa tombak sebelum
kakinya menyentuh bumi. Ledakan keras telah menggoncang
puncak bukit karang ini, lidah api menyambar, asap tebal
menjulang keangkasa. Bila Ling-Ji-ping berdiri tegak pula, tepat dimana barusan
dia berdiri telah berlubang seluas beberapa kaki, batu2
karang di sekelilingnya sama runtuh berhamburan. Diam2 Ji-
ping membatin. "Ledakan pelor api itu memang mengejutkan,
untung aku bertindak cukup cepat, kalau tidak mati tentu
sudah luka parah." Laki2 baju kuning menyeringai bangga, segera dia
melompat kesana menduduki posisi yang lebih menguntungkan dibagian atas, katanya dengan membusung
dada. "Bagaimana anak keparat, sudah tahu kelihayanku"
Siapa yang bakal menyerahkan sukma" Kau atau aku?"
Melihat laki2 baju kuning merebut posisi membelakangi
dinding gunung, Ji-ping lantas duga lawan punya rencana
jahat, umpama pelornya itu tidak mampu melukai dirinya,
paling tidak dirinya akan didesak mundur sampai jatuh
kebawah jurang. Hwesio pemabukan jelas belum mampus,
kini masih berada dipinggir jurang, meski tidak kelihatan bila
dirinya sekarang menghadap kesana, dia tidak perlu takut
dibokong oleh Hwesio pemabukan itu. Pelor apinya sekaligus
bisa membinasakan kedua orang itu kedasar jurang malah.
743 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dugaan Ling-Ji-ping memang tidak keliru tujuan laki2 baju
kuning memang demikian, maklum menghadapi Ling-Ji-ping
seorang dia sudah merasa tobat apalagi ketambah Hwesio
pemabukan, meski dirinya memiliki seratus pelor api juga
sukar untuk merobohkan lawan.
Oleh karena itu, timpukan pertama yang menyebabkan
Ling-Ji-ping berkelit ketempat jauh baru merupakan langkah
pertama dari rencananya. Ling-Ji-ping sempat melirik kekanan kiri nya, sebelah kanan
adalah tonggak batu di mana tadi dirinya bersembunyi,
sebelah kiri adalah mulut ngarai yang berbentuk setengah
bundar, untuk dia hanya seorang diri, jikalau pihak musuh
ketambah lagi beberapa orang jelas dirinya tidak akan mampu
menyelamatkan diri. Terdengar suara orang dipinggir jurang berkumandang
pula: "Hai, kembalikan nyawaku, serahkan arak tuntutanku,
kalau tidak mati pun Hwesio tidak akan meram."
Ling-Ji-ping membatin: "Hwesio keparat memang tidak
tahu diuntung, dalam keadaan kritis begini masih mengoceh
saja, tadi kala kau tidak berkaok2, sejak tadi aku sudah
memukulnya mampus dengan Tin-thian-ciang."
Pada saat itulah, dari arah batu-batu disebelah kanan
bermunculan beberapa bayangan kuning, sekaligus muncul
empat orang baju kuning, tangan mereka menggenggam
beberapa butir pelor api, tangan sudah terangkat siap
menimpuk saja. Sekilas laki2 baju kuning menoleh kearah kawannya, tahu
bala bantuan sudah riba, dia ter-loroh2 kegirangan, serunya
memberi pesan kepada anak buahnya. "Jaga tunggak batu itu,
jikalau bocah keparat ini me larikan diri persen dia dengan
beberapa pelor sekaligus."
744 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serempak keempat laki2 baju kuning diatas karang
mengiakan, perhatian mereka segera ditujukan khusus kearah
Ling-Ji-ping. Bahwa dugaannya menjadi kenyataan, diam2 Ling-Ji-ping
amat menyesal dan gegetun, beginilah akibat kalau tidak
segera bertindak. Kini situasi lebih tegang, keadaan lebih
krisis, diam2 dia putar otak mencari akal untuk menghadapi
keadaan serba pelik ini. Laki2 baju kuning menyeringai dingin, pelan2 langkahnya
maju kearah Ling-Ji-ping. Sorot matanya berkilau kehijauan,
serunya ter-loroh2: "Ada jalan ke sorga kau tidak mau kesana malah mengekor
Hwesio yang busuk itu. Kau bocah keparat ini memang sudah
tiba ajal setiap kali turun tangan kau selalu mengejar sukma
orang, tapi sekarang hehehe,..."
Dalam keadaan kepepet ini, masih ada satu cara untuk
mengatasi keadaan, yaitu kecuali Ji-ping mampu membekuk
laki2 baju kuning serta menyandera, sehingga keempat anak
buahnya mati kutu dan tak berani menimpukkan pelor api
ditangan mereka. Namun hatinya amat berang juga terhadap
Hwesio sontoloyo yang suka cari gara2 itu, jikalau dia mau
lekas naik keatas, mungkin urusan tidak akan sefatal ini.
Dalam hati Ling-Ji-ping sedang merancang akal namun
lahirnya dia bersikap tak acuh dan tertawa dingin, dengan
tegak dan gagah dia berdiri tolak pinggang tak bergerak. Akhir
nya laki2 baju kuning berhenti dua tombak di depannya,
dengan pandangan tajam dia melongok kearah pinggir jurang
serta siap angkat tangannya untuk menimpuk pelor api,
katanya sambil menyeringai sadis. "Huh. kenapa tak bicara,
takut ya?" Dingin nada tawa Ling-Ji-ping, katanya "Baru sekarang aku
tahu, Thian-te-hwe bisa bercokol di Kangouw, bukan lantaran
punya perbendaharaan ilmu yang tangguh, tapi hanya
745 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengagulkan kelicikan dan perma inan nakal belaka, bukankah
menggelikan." "Jangan kau memancing kemarahanku, aku masih
mengemban tugas penting lainnya, tiada banyak waktu untuk
ngobrol dengan kalian, setelah kalian kubereskan, syukur,
belum terlambat aku selesaikan urusan yang lain."
"Boleh maju, Tongcu muka tebal." Ejek Ling-Ji-ping.
Sembari bicara dia malah melangkah maju lebih dekat.
"Hai yang hutang arak," tiba2 berkumandang suara dari
pinggir jurang, "dan yang hutang jiwa, kalian tunggu sebentar
ya" Kalau tidak hutang arak dan jiwa akan kutuntut semuanya
terhadapmu." Dua orang dari empat orang yang berada diatas karang
segera bergerak menghampir dipinggir jurang.
Tapi laki2 baju kuning segera membentak "Jangan hiraukan
dia, bereskan dulu bocah keparat itu, jurang itu curam,
memangnya dia bisa melarikan diri?" Habis bicara tangan
kanannya segera terayun, Tongcu baju kuning betul2
melemparkan sebutir pelor api.
Kalau Ji-ping berkelit dengan melompat mundur, padahal
dirinya tidak jauh dari jurang, sejak tadi hawa murni sudah dia
kerahkan, begitu menjejak kaki tubuhnya segera melejit,
bukan mundur tapi malah menubruk maju, kedua telapak
tangan dirangkap, dengan jurus Lui-sin-ap ting dia menyerang
dengan kekuatan dahsyat dari salah satu jurus Cap-ji-te-sat-
jiu. Begitu Ling-Ji-ping bergerak empat orang diatas karang
serempak juga mengayun tanggan tapi serta dilihatnya Ji-ping
menubruk maju kearah Tongcu mereka, kuatir me lukai orang
sendiri, terpaksa mereka urungkan serangan.
746 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tindakan Ling-Ji-ping memang diluar dugaan sang T ongcu,
maksudnya semula hendak mendesak Ling-Ji-ping mundur
supaya jatuh ke bawah jurang bersama Hwesio bangsat.
Tak kira orang justeru menubruk kearah dirinya, karena
tangan kanan menggenggam tiga butir pelor api, terpaksa dia
melejit minggir kesamping, berbareng telapak tangan
menyambut dengan tenaga pukulan yang keras, menyapu
kearah Ling-Ji-ping. Sudah, tentu Ji-ping tidak memberi kesempatan, di tengah
udara tubuhnya bersalto, secepat burung elang menukik
menyamber kelinci, tubuhnya meluncur lebih dekat kearah
Tongcu baju kuning, begitu tubuhnya anjlok, kebawah, belum
lagi berdiri tegak, serangan nya sudah dilontarkan secepat
angin, yang diincar adalah Jian kin hian dipundak lawan.
"He," Tongcu baju kuning bersuara sekali, kakinya menutul
ringan, tubuhnya menjengkang kebelakang, cepat sekali kaki
kanan telah menendang, berbareng sebelah telapak tangan
terbalik keatas, langsung dia menepuk kedada Ling-Ji-ping.
Karena tutukannya luput, Ling-Ji-ping memaksa diri
mengegos miring berbareng dia ulur tangan kiri menjojoh
pergelangan tangan Tongcu baju kuning. Gerak serangan
kedua pihak sama cepat dan tangkas, dalam sekejap mata,
keduanya sudah saling serang beberapa jurus, dan akhirnya
keduanya tersentak mundur beberapa langkah baru berdiri
tegak. Jarak mereka hanya lima kaki, bukan saja keempat orang
diatas karang tidak berani menimpukkan pelor api mereka,
pelor besi ditangan Tongcu baju kuning sendiripun tidak
berani ditimpukkan. Pelan2 Ling-Ji-ping sudah mulai menggerakkan tangan
serta menggeser maju, tapi Tongcu baju kuning tiba2
membentak. "Berhenti."
747 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping menyeringai sadis, jengeknya. "Toa tongcu,
ada pesan apa yang perlu kau tingalkan?"
Pelan2 sorot mata Tongcu baju kuning beralih ke tangan
kiri Ling-Ji-ping, mendadak wajahnya berubah kaget dan jeri,
katanya, "Kau boleh silahkan saja, kami tidak akan merintangi kau."
Bahwa sikap dan nada perkataan Tongcu baju kuning
mendadak berubah seratus delapan puluh derajat, karuan
Ling-Ji-ping me lengak heran, akhirnya dia menyeringai dingin:
"Tongcu besar, tak usah kau bertingkah, apakah lantaran kau
berdiri terlalu dekat dengan aku, maka anak buahmu tidak
berani menimpukkan pelor mereka?"
Tongcu baju kuning tertawa ewa, sikap angkuh dan
temberangnya tadi sudah sirna, katanya: "Memang kami tiada
punya permusuhan, hehehe, tadi hanya salah paham belaka."
Melihat sikap orang sungguh seperti tidak pura2, sesaat
lamanya Ling-Ji-ping kebingungan ma lah katanya dingin:
"Sayang Cui-hun tiap yang sudah kukeluarkan, selamanya
tidak pernah kutarik balik."
Berubah hebat air muka Tongcu baju kuning, amarahnya
mulai berkobar pula, tapi hanya sekilas saja, sikapnya
kelihatan ramah pula, katanya:
"Tuan jangan salah paham, jangan kira kami takut
terhadapmu, tentunya tuan tahu bagaimana situasi yang kau
hadapi sekarang, pihak kami lebih untung bukan?"
"Sayang, sekarang sudah terlambat, bila Cui-hun-tiap
belum kukeluarkan, mungkin aku boleh mempertimbangkan
saranmu." Tiba2 Tongcu baju kuning menyurut mundur selangkah.
Tapi Ling-Ji-ping mendesak maju selangkah.
748 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rona muka Tongcu baju kuning makin pucat, sorot
matanya dibayangi rasa ketakutan, katanya. "Jadi tuan sudah
pasti akan membunuhku?"
Ling-Ji-ping tidak habis heran, padahal dalam pertempuran
tadi Tongcu ini belum kalah, ada empat pembantunya yang
siap memberi bantuan pula, apalagi membekal pelor api yang
dahsyat dan ditakuti pula, kenapa sikapnya sekarang kelihatan
begitu jeri, bukan saja wajahnya tampak ketakutan, sorot
matanya pun seperti minta dikasihani. Apa sebabnya "
Dia tidak habis mengerti.
Berulang kali berobah air muka Tongcu baju kuning,
akhirnya dia menghela napas panjang, bersikap pasrah,
meluruskan kedua tangan serta menoleh kearah keempat
anak buahnya serunya: "Kalian lekas pulang."
Empat pembantunya heran dan saling pandang, tangan
mereka yang terangkat pelan2 di turunkan, orang paling kiri
lalu menjura, serunya: "Tongcu, kau...."
Pelor api yang digenggam ditangan kiri segera dia
masukkan kembali kekantong, serunya murka, "Apa kalian
tidak mendengar perintahku ?"
Melihat pemimpin mereka marah, keempat orang itu tak
berani bersuit lagi, lekas mereka menjura lalu mengundurkan
diri kebelakang ngarai. Sikap dan tindakan Tongcu baju kuning betul2 membuat
Ling-Ji-ping keheranan, tapi dia kuatir lawan sengaja
mengatur tipu daya, maka dia tetap berdiri s iaga.
Setelah empat anak buahnya tidak kelihatan pula, pelan2
Tongcu baju kuning membalik badan, katanya. "Tuan ingin
mencabut nyawaku, boleh silahkan, tapi satu hal perlu
kuterangkan lebih dulu, bahwa aku rela mati bukan lantaran
aku takluk dan kau tundukkan dengan kepandaian silatmu."
749 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping ma lah sungkan turun tanga, tanyanya heran.
"Kenapa?" Tongcu itu menghela napas, pelan2 dia pejamkan mata
diam tidak bersuara. Cui-hun-tiap memang kebacut dikeluarkan tapi untuk
membunuh seorang yang tidak melawan jelas tidak sudi dia
lakukan, maka dia harus tahu duduk persoalan sebenarnya.
Maka pandangannya setajam pisau mengawasi perobahan
mimik muka orang" Seorang rela mati, tapi yang lain tidak sudi membunuh
orang yang tidak mau melawan. Sudah tentu hal ini membuat
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ling-Ji-ping serba salah, tanyanya. "Bolehkah kau jelaskan apa
sebabnya?" Pelan2 Tongcu baju kuning membuka tawanya kecut
katanya: "Tuan turun tangan saja, buat apa banyak tanya. Pendek
kata meski jiwaku melayang aku tidak akan dendam
terhadapmu." "Sayang Ling-Ji-ping selamanya tidak pernah membunuh
orang yang tidak berani melawan."
"Wah serba susah jadinya. Aku sudah pantang bergerak
melawanmu, tak berani melukai kau, kuminta kau pergi, kau
bilang Cui-hun-tiap kebacut kau keluarkan, tapi kau tak mau
turun tangan, lalu apa yang harus kulakukan?"
"Kalau kau mau jelaskan sebab musababnya mungkin aku
boleh menarik balik Cui-hun-tiap ku itu."
"Aku tidak bisa dan tidak berani menjelaskan, karena ini
satu pantangan." "Pantangan siapa.?"
"Sudah tentu pantangan seorang."
750 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa tidak bobeh diterangkan siapa orang itu ?"
"Kalau boleh, aku tidak akan bersikap se kaku ini."
Diam2 Ling-Ji-ping membatin: "Mungkinkah dia mendadak
tahu bahwa aku ahli waris Thian hu" Tapi aku tidak pernah
memperlihatkan barang2 peninggalan pihak Thian-hu tak
pernah bicara soal seluk beluk T hian hu pula?"
Tiba2 Tongcu baju kuning tertawa besar katanya. "Kalau
demikian, baiklah, aku tidak akan membuatmu serba salah,"
diam2 dia kerahkan tenaga ditelapak tangan kanan, terus
mengepruk kebatok kepala sendiri.
Ling-Ji-ping tidak menduga, untuk menolong sudah
terlambat, "Plak" batok kepala Tongcu baju kuning seketika
remuk, darah dan otak berceceran, tubuhnya roboh binasa.
Soalnya Ling-Ji-ping harus ber-hati2 kuatir lawan merancang muslihat menjebak dirinya, tapi kenyataan telah
membuktikan bahwa T ongcu baju kuning dari T hian-te-hwe ini
telah mati, agaknya dia melihat atau menemukan sesuatu
benda diatas tubuhnya, maka dia rela membunuh diri.
Dengan mendelong dia awasi mayat Tongcu baju kuning,
mulutnya menggumam : "Aku sudah tidak boleh bergebrak
melawanmu maka aku pantang melukai kau. Kenapa" Kenapa
demikian?" berbagai teka-teki timbul dalam benaknya, tapi
tiada satupun yang terjawab.
Tengah dia berdiri terlongong, tiba2 didengarnya seorang
bertanya. "Lote, apa yang terjadi ?"
Ji-ping tersentak kaget sambil menoleh, ternyata Hwesio
pemabukan berdiri disampingnya, wajahnya yang berlepotan
minyak tampak hambur dan keheranan. Agaknya si Hwesio
juga heran, kenapa Tongcu Thian-te-hwe ini mendadak bunuh
diri malah" Ling-Ji-ping angkat pundak, katanya dingin. "Akupun tidak
tahu apa yang terjadi,"
751 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba2 Hwesio pemabukan berputar kedepan Ling Jiping,
dengan cengar cengir dia awasi Ji-ping dari kepala sampai
kekaki, akhirnya tertawa dan berkata : "Lote, kapan ada
persoalan yang tak terpecahkan olehku, tapi kali ini...." segera
dia angkat buli2 terus menenggak arak.
"Peduli amat," ujar Ling-Ji-ping, "suatu ketika aku pasti
tahu kenapa dia rela membunuh diri malah" Engkoh Hwesio,
tadi kau...." "Aku belum puas hidup jangan kuatir aku takkan mati."
"Orang2 Thian-te-hwe muncul disini, Ban tiam liu ing Li Sin
pasti berada dipegunungan ini, jelas diapun mengincar ketiga
mestika itu." "Memangnya perlu dikatakan pula" Tontonan ramai bekal
terjadi di Cui hwe kok."
"Engkoh Hwesio, Pek hoa Kongcu mungkin sudah mati
terjun kerawa2 dibawah jurang, mayatnya pun sukar
ditemukan lagi, ai."
"Lote, kau memang laki2 romantis." goda si Hwesio tertawa
gelak2. "Memangnya kau tahu apa," omel Ling-Ji-ping, "soalnya
aku dipesan seorang Cianpwe untuk menjaga dan melindungi
dia, siapa nyana sekarang dia sudah mati."
"Mati ya sudah tidak bisa hidup, mati lebih baik dari pada
kita yang masih hidup merana ini, sayang Hwesio macamku ini
sudah berapa kali ingin mati tapi selalu gagal."
Mendadak dia berjingkrak sambil berteriak: "Hanya celaka."
Sambil berkata dia putar tubuh terus angkat langkah seribu.
Tergerak hati Ling-Ji-ping, dilihatnya si Hwesio berlari
kearah puncak belakang mungkin dia teringat kepada Y ong-ji,
maka Ji-ping ikut kaget, segera diapun angkat langkah
mengudak dengan kencang. 752 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plak, plok", sandal rumput si Hwesio mengeluarkan suara
nyaring setiap langkahnya bergerak, kelihatannya dia seperti
berlari seenaknya, tapi Ling-Ji-ping harus kerahkan tenaga
mengembangkan Ginkang baru berhasil menandingi lari si
Hwesio, untung jarak kedua pihak tetap pertahankan sejauh
dua kaki. Lekas sekali mereka sudah tiba dibelakang gunung, tiba2
Hwesio pemabukan membelok kekanan terus melompat turun
kemulut sebuah lembah. Waktu Ling-Ji-ping mengejar tiba
ditempat itu, kebetulan dilihatnya si Hwesio sedang berdiri
dipinggir sebuah sungai kecil yang dalam airnya, mulutnya
seperti bersuara heran. Ling-Ji-ping duga sungai kecil ini airnya mengalir dari rawa2
dibawah air terjun yang deras itu, segera dia ikuti arah
pandangan si Hwesio. Dipinggir sungai sana terdapat sebuah
batu besar rata mirip meja, disampingnya menjulang tinggi
sepucuk pohon cemara tua dan besar, tiada bayangan orang
disini agaknya Yong-yong tadi duduk diatas batu besar itu
karena tidak melihat bayangannya maka Hwesio pemabukan
bersuara heran. Kaki kanan melangkah dan kaki kiri melejit, seringan
burung walet, tiba2 si Hwesio telah melompat naik keatas baju
meja. Dengan seksama dia menunduk seperti mencari
sesuatu, lalu memeriksa keadaan sekeliling batu besar itu,
katanya menggeleng. "Aneh, tadi sudah kupesan padanya
supaya tidak meninggalkan tempat ini, lalu kemana dia
sekarang?" Ling-Ji-ping ikut melompat keatas batu, tanyanya.
"Bagaimana kau bisa bersama Yong-yong?"
Dengan sikap serius Hwesio pemabukan balas bertanya.
"Lote, kenapa kau purikan?"
Ling-Ji-ping menghela napas, katanya sambil menuding
kejari kiri: "Hanya salah paham lantaran cincin."
753 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terbeliak mata si Hwesio mengawasi cincin jari manis Ling-
Ji-ping, rona mukanya berubah beberapa kali katanya
kemudian: "Dari mana kau peroleh cincin ini?"
Ling-Ji-ping melenggong, memang dia sudah heran dan
merasa ganjil, bahwa gadis baju hitam itu tanpa sebab
memberikan cincin ini, maka dia menduga cincin ini pasti
besar manfaatnya. Tanyanya: "Kau tahu asal usul cincin ini?"
"Sudah tentu jelas sekali."
"Boleh ceritakan kepadaku?"
"Katakan dulu, siapa yang memberi kepada kau?"
Maka Ji-ping ceritakan pertemuannya dengan gadis baju
hitam serta dirinya diberi cincin ini olehnya.
"Yah, aku mengerti sekarang," ujar si Hwesio kemudian
setelah me-ngedip2 mata. "Apa yang kau mengerti?"
"Sebab dari kematian Tongcu baju kuning itu."
"Karena aku punya cincin ini?"
"Memangnya perlu kujelaskan lagi?"
"Lho, kenapa?" "Hahaha," setelah tertawa gelak2 si Hwesia angkat pula
buli2nya minum sepuasnya, lalu katanya: "Lote, jangan kau
kira cincin cilik seperti itu, manfaatnya justru amat besar.
Itulah cincin warisan Pek-hu Hwesio dimasa jayanya dahulu."
"Pek-hui Hwesio" Dari Siau lim atau orang Go-bi?"
"Keduanya bukan. Pek-hui Hwesio asal negeri asing, suatu
ketika mengembara ke Tionggoan, gelar Pek-hui itu juga
diperolehnya setelah dia berada di Tionggoan. Sebagai
seorang beribadat, tapi seperti pula diriku, setiap hari setiap
saat selalu minum arak tapi Kungfunya tinggi dan aneh. Dalam
754 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalangan persilatan di Tionggoan namanya tenar tiada yang
menandingi." "O, jadi dia seorang Hwesio sakti yang suka mengembara
secara bebas?" "Hwesio sakti" Bukan sakti dalam ajaran agama lho. Lote,
jangan kau salah sangka."
"Memangnya dia berbuat se-wenang2?"
"Dosa, dosa. Mungkin tata kehidupan padri asing berbeda
dengan Hwesio di Tionggoan, kecuali minum arak lahirnya dia
tidak kelihatan me lakukan perbuatan jahat atau kotor tapi
diluar tahu orang ternyata dia melakukan berbagai kejahatan
karena itulah belakangan dia menamakan gelarnya Pek-hui."
"Akhirnya bagaimana?" tanya Ji-ping.
"Yang menjadi Ciangbun Siau lim di waktu itu adalah Hwi-
bing Taysu, pihak Go bi kita dijabat oleh Ting-ing Suthay
sebagai Ciang bunjin generasi kelima belas. Mereka tantang
padri asing itu bertemu di Toa pi gay. yang terletak dibawah
Kiu ting hong." "Kiu ting hong " Toa pi gay?" tergerak hati Ling-Ji-ping,
katanya: "Apakah puncak di mana maklumat itu berada ?"
"Ya benar, di sanalah tempatnya."
"Tadi kau bilang, jago2 Kungfu di T ionggoan tidak terhitung
banyaknya, benar tidak ?"
"Lote, maksudmu kenapa kedua Ciang bujin itu tidak
mengundang lebih banyak orang" Betul, kekuatiranmu
memang beralasan. Bicara soal Kungfu, meski kedua ciang
bujin itu mengeroyoknya, juga bukan tandingan Pek huy
Taysu, tapi mereka menantang Pek hu bertemu di Toa pi gay
bukan untuk bertanding s ilat."
"Bukan untuk bertading s ilat ?"
755 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, bertanding kotbah!"
"Ha, bertanding kotbah?" tak terasa Ji-ping tertawa geli,
"hendak menundukkan dia dengan kotbah?"
"Iya, betul, memang demikian, selama tiga hari tiga malam,
ke tiga orang itu berdebat dan saling menguraikan ajaran
agama." "Akhirnya Pek hui Tay su berhasil ditaklukkan oleh kedua
Ciangbunjin"." "Tidak, Lote, malah sebaliknya, yang ditaklukkan justeru
kedua Ciangbunjin." "Ah, masa seorang yang berbuat jahat juga bisa mencari
alasan dan bukti untuk memperkuat perbuatannya?"
"Dalam ajaran Budha ada diuraikan tentang akulah yang
masuk neraka, serta triratna."
"Masa berbuat jahat bisa dijelaskan berdasar ajaran
agama?" "Soalnya Pek hui Taysu teramat hapal akan ajaran agama,
walau teorinya teramat aneh dan nyeleweng, namun
alasannya kuat dan tak mungkin dibantah, sehingga kedua
Ciang bunjin tak kuasa mendebatnya, akhirnya mereka
mengaku kalah." "Lalu bagaimana?"
"Nah, coba kau terka Lote."
"Mulai lomba kotbah diakhiri pertandingan silat?"
"Tadi sudah aku bilang kepandaian silat kedua Ciangbunjin
itu bukan tandingannya."
"Jadi terpaksa kedua Ciangbunjin mengaku kalah dan
tinggal pergi?" "Bukan demikian."
756 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu bagaimana?"
"Masa kau tidak bisa menerkanya?"
"Kalau bisa menerka, buat apa aku tanya."
"Terakhir mereka berlomba samadi."
"Samadi?" "Ya, kedua Ciangbunjin menggunakan Kim-kong-sian."
"Pek-hui pakai apa?"
"Dia pakai Ya-hou-sian."
"Hasil lomba?" ''Pek-hui kalah, tapi kedua Ciangbunjin mati."
"Mati" Sudah memang masa mati" Kenapa?"
Si Hwesio geleng2, ditenggaknya lagi arak, selama jadi
Hwesio kapan dia pernah menyebut sang Budha, tapi kali ini
dia merangkap tangan didepan dada lalu komat kamit sejenak,
katanya: "Lote, samadi mengutamakan tenang,
dari ketenangan menimbulkan kejernihan sehingga meningkat
ketaraf tiada aku tiada benda, batin berada diluar badan
kasar. Dalam lomba kali ini kedua Ciangbunjin memang
setelah mencapai ketenangan dan jiwapun melayang, karena
sampai pada klimaksnya pertandingan, mendadak ketiga
orang itu diserbu kawanan serigala, kedua Ciang bunjin
mendadak timbul kejernihan batinnya, meniru pengorbanan
sang Budha merelakan dirinya sebagai santapan harimau,
badan kasar mereka di relakan untuk santapan kawanan
serigala yang kelaparan."
Ling-Ji-ping keheranan, katanya: "Merelakan diri sebagai
santapan kawanan serigala bagaimana bisa mengalahkan Pek-
hui?"
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Karena kedua Ciang bunjin membiarkan badan kasarnya
digerogoti kawanan serigala, namun mereka tetap duduk-
757 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersimpuh dengan tenang tak bergerak sedikitpun, samadi
mereka sudah mencapai tiada aku tiada benda, tapi Pek hui
tidak mampu berbuat demikian."
"Bukankah perlombaan itu terlalu brutal?"
"Brutal" Lote, justeru kedua Ciang bunjin sedang
menginsyafkan dia! B iarlah awak berkorban demi keselamatan
umat manusia, disitulah letak tujuan dan pengorbanan kedua
Ciang bunjin." "Ya," Ji-ping mengerti sekarang, tapi cara begitu rasanya
tidak berperi kemanusiaan.
"Memang, untuk orang lain pertandingan itu memang
teramat brutal dan tak kan ada yang berani melakukan, tapi
bagi murid agama yang sudah mempunyai latihan tinggi,
pengorbanan seperti itu justeru dipandang sebagai kesucian
nan agung." "Bagaimana keadaan Pek hui waktu itu?"
"Coba kau terka sekali lagi."
"Sebagai jago silat yang lihay, tentu dia mengamuk dan
membantai kawanan serigala itu."
"Betul. Tapi Lote harus tahu, karena itu justeru dia di pihak
yang kalah, karena Pek hui tidak mampu mencapai taraf tiada
aku tiada benda." "Ya, tapi pengorbanan begitu kenapa dibilang menginsyafkan kejahatannya?"
"Akan tiba pada sasaran, Lote, setelah kedua Ciang bunjin
meninggal, diatas tanah di depan mereka muncul beberapa
huruf darah." Semakin heran Ling-Ji-ping, kejadian semakin ganjil,
tanyanya: "Mana mungkin?"
"Kenapa tidak mungkin, Lote?"
758 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah kedua Ciang butjin sudah mati menjadi rebutan
serigala tanpa bergerak" Bagaimana bisa menulis ditanah
dengan darah?" "Kapan aku bilang mereka menulis, darah mengalir sendiri
menjadi beberapa huruf."
"Ah, yang benar" mana mungkin ada kejadian seperti itu?"
"Keanehan didunia ini memang tak mungkin dimengerti!
Memang Lote tidak salah bilang orang biasa jelas tidak
mungkin melakukan, tapi ke dua orang Ciang bunjin punya
latihan batin selama enam puluhan tahun, untuk melakukan
sesuatu keanehan bukan suatu hal yang mustahil, dengan
bekal latihannya yang mencapai keagungan sang Budha, maka
darah mereka yang mengalir dan membentuk sendiri huruf2
yang terbenam dalam pikiran mereka, mereka mati untuk
menginsyafkan seorang jahat, kematian bagi seorang padri
agung hanya badan kasarnya saja yang rusak, tapi batinnya
tetap utuh dan tak pernah sirna."
"Betapa agung maksud kedua Ciang bunjin demi
kesejahteraan umat manusia, kalau tidak punya bekal yang
luhur, siapapun takkan mampu melakukan."
"Syukurlah kalau Lote mengerti."
"Apa bunyinya huruf2 darah itu?"
"Didepan Siau-lim Ciangbun berbunyi tiada aku baru ada
sang Budha. Didepan Ting-in Suthay berbunyi Tiada benda
baru bisa tiada kesalahan."
Lama Ling-Ji-ping menepekur meresapi kedua kalimat itu,
akhirnya dia manggut2, katanya; "Untuk bisa mencapai taraf
setinggi itu memang bukan soal gampang, sudah tentu Pek-
hui dipihak yang kalah."
"Sudah tentu kalah, karena pengorbanan ke dua, Ciang
bunjin yang luhur dan mulia hingga dia terharu dan terketuk
sanubarinya." 759 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pek-hui bertobat dan insyaf."
"Ya, maka dia menggunakan Pek-hui Hwesio, gelar itu
dipakainya sejak kejadian itu."
"Lalu apa sangkut paut kejadian itu dengan cincin ini?"
"Lote, marilah duduk, apa kau tidak ingin minum?"
Ji-ping mengangguk, segera dia terima buli2 besar itu serta
menenggaknya beberapa teguk, mereka sudah duduk
berhadapan. Hwesio pemabukan berkata; "Cincin ini dulu
berada disalah satu jari Pek hui, menyaksikan huruf2 darah
setelah kedua Ciang bunjin mati seorang diri dia bersimpuh
dihadapan jenazah mereka yang sudah tidak genah itu selama
tiga hari tiga malam. Akhirnya dia mencapai kesadaran dan
keinsafan, gelak tawa lantang mengakhiri peny iksaan diri
sendiri, lalu dia menyembah sembilan kali dan dihadapan
kedua jenazah itu dia merangkap kedua tangan serta
bersabda. "Omitohud, setitik darah, selembar Hud-king,
setumpuk tulang, setitik hati Buddha. Ajaran agama di
Tionggoan memang jauh lebih luas dan mendalam, sesaat
takkan mengalahkan kemurnian, selanjutnya kugunakan gelar
Pek-hui," habis berkata dia membungkuk masing2 dia
mengambil sebuah tulang dari kedua tulang belulang kedua
Ciangbunjin, tiba2,....ai."
"Apa yang dilakukan Pek hui Hwesio?"
"Dia kutungi sendiri tangan kirinya yang mengenakan cincin
itu. "Lho, kenapa?" tanya Ling-Ji-ping kaget.
"Karena jari tangannya mengenakan cincin itu."
"Karena cincin itu maka dia melakukan kejahatan?"
"Bukan, dengarkan ceritaku Lote." Hwesio pemabukan
berhenti sejenak, "belakangan ada orang bertemu Pek-hui
dipinggir Kim-kio di Thian-thay-san, orang tanya tentang
760 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengannya yang buntung itu, maka dia menjelaskan bahwa
cincin itu adalah cincin iblis dari Mo kau yang berasal dari
lautan timur." "Cincin iblis?" Ling-Ji-ping menunduk mengawasi cincin di
jarinya. "Apa nama Mo kau itu?"
"Namanya It jong kau."
"It jong kau" Mau menguasai apa?"
"Menguasai dunia persilatan dijagat raya ini."
"O, jadi Pek hui Hwesio utusan pihak It jong kau yang akan
beroperasi di T iongkok."
"Siapa bilang" bukan." Ujar si Hwesio. "Cincin iblis adalah
lambang kebesaran Kaucu, mereka adalah perkumpulan dari
anggota It jong kau bila melihat cincin ini seperti berhadapan
sendiri dengan sang Kaucu. Biasanya bila ada tugas penting
dan mengutus jago2nya menyelesaikan urusan itu, sang
Kaucu pasti menyerahkan sebentuk cincin iblis itu, dengan
cincin iblis itu dia bisa mengerahkan anak buah Mo-kau lain
yang berada didaerah, dia punya hak untuk menghukum dan
memberi keputusan penuh akan tindakannya."
Ling-Ji-ping melengak, katanya. "Kalau demikian, Tongcu
baju kuning adalah anggota It-jong kau pula."
"Kalau bukan kenapa dia harus bunuh diri."
"Betapa tinggi Kungfu Pek hui, tapi di dalam Mo-kau dia
hanya terhitung seorang utusan belaka."
"Benar, Pek-hui Hwesio pernah bilang, It jong kau punya
sepuluh utusan, dia adalah satu diantaranya, dia diutus ke
Tiongkok, tugasnya yaitu menyebar luaskan ajaran It jong kau
serta menanam kekuasaan seluas mungkin, bila sudah tiba
saatnya maka mereka akan mendirikan sebuah perkumpulan
persilatan It-jong-kau cabang Tiongkok. Mereka tidak segan2
761 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantai secara kekerasan, bila perlu pakai kekejaman
untuk menindas kaum Bu-lim di T ionggoan."
"Jadi gadis baju hitam itu adalah It-jong-kau-cu?"
"Sukar dikatakan. Tapi aku sudah tahu akan satu hal,
majikan puncak iblis diatas maklumat kematian itu, dia
adalah seorang It-jong-kau."
Ling-Ji-ping menyeringai, pelan2 dia me lolos cincin itu,
katanya. "Kalau tidak kau jelaskan, tanpa sadar hampir saja
aku jadi anggota Mo-kau," tangan terangkat cincin itu hendak
dilemparnya ke sungai. Lekas Hwesio pemabukan mencegahnya, "nanti dulu Lote."
"Untuk apa cincin ini kusimpan?"
"Siapakah gadis baju hitam berkedok itu" Aku tidak berani
memastikan, tapi maksud pemberian cincin iblis ini kepadamu
aku yakin bukan ingin mengangkat kau sebagai salah seorang
utusannya, tapi pasti ada latar belakang lainnya."
"Latar belakang apa?"
"Aku juga tidak tahu. Tapi, aku tahu, kapan bisa
memanfaatkan." "Coba jelaskan?"
"Kau tidak melupakan Hiat-ing-cu dan Kui-tiap-sin?"
"Maksudmu bila mereka melihat cincin ini tidak akan berani
mengusikku lagi?" "Betul, ketiga duta lampu kan anak buah majikan puncak
iblis." Ji-ping geleng2 dengan tawa ejek, katanya "Kalau Ling-Ji-
ping harus berlindung dibawah cincin iblis ini, memangnya
tidak malu aku berhadapan dengan kaum Bulim?"
"Jadi kau yakin dapat menandingi kedua orang itu?"
762 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ji-ping tidak begitu yakin, tapi lebih baik mati dari pada
berlindung dibawah orang."
"Jempol! Patut dipuji," seru si Hwesio menepuk paha, "tapi
simpan saja lebih baik, setelah tahu persoalannya, baru nanti
putuskan bagaimana kau harus bertindak."
Memang beralasan, setelah direnungkan akhirnya Ji-ping
simpan cincin itu kedalam saku, katanya:
"Belum kau jelaskan, bagaimana kau bisa berada disini
bersama Yong-yong?" Hwesio pemabukan tertawa lebar katanya. "Belum lama
setelah Hwesio gila pergi, tiba2 kudengar ada langkah
mendatangi, waktu ku toleh, eh, ternyata dia yang berlari
mendatangi dengan air mata bercucuran dan muka ber sungut
sedih, siapa tahu kalian anak2 muda senang purikan" Nah,
begitulah kejadiannya."
"Kenapa dia lari kemari?"
Hwesio pemabukan tertawa gelak2 katanya, "Lote, kau
sudah mengompres keteranganku?"
"Ah, mana berani."
"Baiklah kujelaskan, karena kami melihat Tongcu baju biru
diam menguntit Pek-hoa Kongcu, setelah berunding kami dua
Hwesio lantas bertindak, genduk mungil ini menunggu disini,
nah sudah puas belum?"
Ling-Ji-ping celingukan, akhirnya menghela napas, katanya.
"Sekitar sini tiada tanda2 orang berkelahi, agaknya dia sudah
pergi, semoga tidak mengalami bahaya, mungkin dia pergi
bersama Seng locianpwe?"
Mendadak si Hwesio men-dengus2 sambil celingukan,
seperti anjing yang membaui makanan, katanya: "Eh Lote,
apakah kau mencium bau wangi?"
763 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping ikut men-dengus2, katanya tertawa: "Bukankah
bau arak dalam buli2mu?"
"Memang mirip bau arak, tapi aku berani pastikan, bau ini
bukan bau arak dalam buli2 ku, hayolah, Lote, kita tengok
kesana," lalu dia mendahului melayang kesana, ber-lari2
menyusuri pinggir sungai terus menuju kearah selatan.
Kira2 beberapa li kemudian, keadaan berubah, didepan
menghadang sebuah gundukan tanah setinggi puluhan
tombak, dipinggir bukit berdiri sebuah pohon beringin tua
yang rimbun daonnya, dibawah pohon terdapat sebuah batu
besar, bau arak datang dari bawah bukit, tapi disini tidak
kelihatan ada bayangan orang.
Kembali Hwesio arak menyedot napas beberapa kali,
katanya. "Lote, agak ganjil keadaan disini."
Ling-Ji-ping menjawab tawar. "Naik saja keatas apa yang
ada di sana, mungkin ada sebuah guci arak bagus, bukankah
kebetulan malah untuk membuktikan perutmu?"
Hwesio arak geleng2, katanya: "Tiada orang diatas, mana
mungkin ada arak bagus, apalagi bukit ini agak ganjil,
umpama benar ada arak, aku Hwesio yang doyan arak inipun
tidak berani sembarang mengusiknya," baru habis perkataannya, mendadak dia berteriak. "Haya, celaka, kenapa
kepalaku pening." "Kenapa kau?" Tanya Ling-Ji-ping melengak. Tiba2 di
lihatnya si Hwesio roboh terjengkang, kaki tangan mengejang
sekali lantas tak bergerak lagi, seperti jiwanya melayang.
Karuan Ji-ping kaget, lekas dia memburu maju dan hendak
memapahnya, tiba2 kepala terasa pusing dan pandangan
berkunang2, hampir saja dia tidak kuat berdiri lagi. Lekas dia
mengempos semangat menghimpun hawa murni, sekuatnya
dia bertahan diatas kedua kakinya.
764 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saaat itulah, dari atas bukit terdengar orang berkata
dengan tawa dingin. "Nah bagaimana perkataanku" Ban-tok hi-ang dapat
meracuni orang dalam jarak beberapa li, bukankah dengan
mudah merobohkan mereka?"
Ji-ping tahu itu suara Ban tok Pocu, pikirnya. "Memang
tidak malu sebagai salah satu Si-tok, cara menggunakan racun
ternyata memang lihay dan susah di jaga, kenapa aku tidak
pura2 keracunan, supaya mereka kemari, bila mereka tidak di
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ganyang, kelak pasti banyak mencelakai orang tidak berdosa,"
maka sengaja dia pura2 sempoyongan terus roboh
terjerembab tidak bergerak lagi.
Diam2 Ji-ping kerahkan Liok-hap-sin-kang sambil menahan
napas, pelan2 dia berusaha mengeluarkan hawa racun yang
disedotnya tadi, melalui pori2 tubuhnya dengan desakan hawa
murni. Terdengar suara melengking lainnya berkata. "Nenek tua,
jangan kau takabur, Hwesio itu terkenal sukar dilayani, Sip kut
sian ki pernah bilang, waktu di Hoan-hi-sian dalam Ji-long-bio
tempo hari, pernah dia ditipu oleh Hwesio sontoloyo itu, apa
kau lupa Sip-kut-sian-ki adalah murid Ngo-tok Hujin, Ngo ting-
coa-yan-ciu atau arak jambul merak dan liur ular kurasa tidak
kalah lihay dari beberapa jenis racunmu."
Ban-tok Pocu tertawa bingar, katanya. "Jin-tok, kurasa
terlalu tinggi penilaianmu pada Hwesio gundul ini, ketahuilah,
aku memberi obat sesuai penyakitnya, Hwesio ini gemar arak,
maka Ban-tok-hiang telah kucampur dalam arak, dihembus
angin lalu baunya bisa teruar sampai jauh, Hwesio ini adalah
setan arak, begitu mengendus bau arak, mana dia pikirkan
apakah arak itu mengandung racun atau tidak, bukankah dia
segera datang kemari dan menenggaknya habis beberapa
cangkir" Memang berbeda dengan kejadian tempo hari dia
tahu perjamuan arak dulu sengaja telah diatur oleh genduk
ayu itu, karena hati sudah waspada, maka dia tidak tertipu."
765 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jian-tok-sin-thong tertawa, katanya. "Tapi kita harus
berlaku hati2. Baiklah, biar ku tambah lagi dengan segenggam
Hoat-kut-siau-hun-hun ?"
"Jangan," cegah Ban-tok Pocu, "Kaucu ada perintah supaya
kita menawan bocah ini hidup-hidup."
Jian-tok-sin-thong berpikir, katanya kemudian. "Kalau
begitu biar kupersen mereka sebutir Jit-tok-bi-yan-tam, baru
nanti kita membekuknya, tapi Hwesio gundul itu lebih baik
jangan diampuni, kalau dibiarkan hidup, kelak mungkin bisa
mendatangkan kesulitan."
"Itu sih terserah padamu," ujar Ban-tok Pocu.
Mendadak diatas bukit muncul dua orang yang disebelah
membawa tongkat adalah Ban-tok Pocu, yang disebelah kanan
bertubuh pendek kate seperti anak2 adalah Jian-tok-sin-thong.
Karena terburu nafsu, waktu pura2 keracunan dan
tersungkur jatuh tadi, Ling-Ji-ping rebah miring, jadi
membelakangi bukit, menghadap kearah si Hwesio, dan lagi
jarak mereka teramat dekat, sebelah tangan Ling-Ji-ping
menindih tangan kiri si Hwesio. Dengan ujung jarinya dia
menyentuh tangan si Hwesio serta berbisik: "Kau benar2
keracunan atau pura2 keracunan?"
Mendadak si Hwesio tertawa lebar sambil memonyongkan
mulut kepadanya. Tahulah Ling-Ji-ping bahwa s i Hwesio hanya
pura2, legalah hatinya, katanya pula lirih. "Mahluk racun itu
hendak menggunakan Jit tok bi yan tam, bagaimana?"
Bibir si Hwesio tampak bergerak suara lirih seperti berbisik
segera terkiang ditelinga Ling-Ji-ping, "Arak yang dibawa si
Hwesio, dapat menawarkan segala macam arak, memangnya
kau tidak bisa menahan napas dan jangan mengendusnya?"
"Hwesio jangan kau pura2 welas asih lagi, bagaimana kalau
satu orang satu kita bereskan mereka?"
766 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan berisik mereka telah datang." si Hwesio
memperingatkan. Ling-Ji-ping segera mendengar suara kesiur angin yang
meluncur datang kearah mereka, lekas Ling-Ji-ping menahan
napas, tak jauh disamping tubuhnya suatu benda jatuh dan
meledak, tujuh warna asap segera menyebar keberbagai
penjuru. Dikala asap tebal tujuh warna itu mengepul cepat sekali si
Hwesio menjejalkan sebutir pil kemulut Ling-Ji-ping, katanya.
"Pi tek tan buatan Go bi kita dapat menawarkan segala racun
jahat, Lote, baiklah aku terima saran mu, kita gasak satu
orang satu." Lekas sekali tujuh warna asap itu telah buyar tertiup angin
lalu, terdengar pakaian melambai, agaknya kedua mahluk
beracun itu telah melayang datang. Tapi mereka kelihatan
masih ragu akan buah karya tangan sendiri, sesaat mereka
berdiri agak jauh serta mengawasi dengan seksama.
Karena rebah miring membelakangi mereka, sudah tentu
Ling-Ji-ping tidak melihat mereka tapi mendengar suaranya,
dia memperkirakan jarak berdiri kedua orang itu sedikitnya
ada dua tombak. Terdengar Ban-tok Pocu berkata: "Pagi tadi bocah keparat
ini bernasib baik, untung ada tua bangka setan itu
menampilkan diri. Hehe. kali ini coba saja apa dia mampu lolos
dari renggutan elmaut?"
Suara Jian-tok-sin thong melengking tajam suaranya mirip
anak kecil. "Budak itu sudah berada di tangan kami, hari ini
berhasil membekuk bocah ini juga, segala sesuatu mudah
selesaikan." "Memang, Kaucu bilang, waktu sudah mendesak, bila
menunda2 urusan, entah berapa banyak pula jago silat akan
berdatangan ke pegunungan ini. Kabarnya pihak Bu-tong dan
Siaulim juga kerahkan juga mereka meluruk datang walau
767 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami tidak takut menghadapi kawanan hidung kerbau dan
para kepala gundul itu, tapi mereka berjumlah banyak paling
tidak akan menjadi rintangan juga bagi kita, celaka bila pihak
Thian te hwe dan Yu-bing kau menggagap di air keruh."
Ji-ping mencelos hatinya, pikirnya. "Budak yang mereka
bicarakan pasti Yong-ji adanya. Ternyata dia sudah jatuh
ketangan pihak Ang-hoa-kau."
Jian-tok-sin-thong-menyeringai, jengeknya. "Bu-tong dan
Siau-lim memangnya harus ditakuti" Apalagi Yu-bing-kau dan
Thian te-hwe mereka tidak usah diperhatikan, yang harus
diperhatikan justru majikan puncak iblis dan anak buahnya."
Ban-tok Pocu cekikikan, katanya: "Agaknya kau belum
mengerti, Kaucu suruh aku membekuk genduk itu hidup2 apa
kau tahu apa tujuannya?"
"Bukankah untuk sandera dan barter dengan pusaka milik
bocah keparat itu?" "Hanya benar separo dugaanmu."
"Jadi masih ada alasan lain?"
"Sudah tentu ada," ujar Ban-tok Pocu melangkah maju dua
tindak, "hehehe, setelah genduk mungil itu berada ditangan
kita, rombongan orang2 dari Kiu-ting-hong tidak perlu ditakuti
lagi, kalau tidak buat apa kita susah payah mengatur tipu daya
membekuknya hidup-hidup?"
"Iya, kenapa?" "Aku sendiri juga kurang jelas, tapi aku tahu mati hidup
genduk mungil itu punya pengaruh penting bagi pihak Kiu-
ting-hong, 0ooo0dw0ooo0 768 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid ke 22 "Bila tiba saatnya, bukan saja mereka tak akan berani
bertindak terhadap kita, bila kita pandai2 melihat gelagat dan
mengatur tipu daya, bukan mustahil mereka bisa kita peralat
sehingga pihak Ang hoa kau saja yang yang bakal
memperoleh keuntungan besar."
Agaknya Jian tok sin thong, makin bingung, katanya "Aku
jadi semakin bingung, budak itu kelahiran Hu yong hong,
sanak famili Lam jan si setan cacat itu, mana mungkin punya
hubungan apa segala dengan pihak Kiu ting hong."
"Hehe, baru pagi tadi aku tahu. Pendek kata hal itu
memang tidak benar dan tidak usah disangsikan. Kaucu kita
cukup cerdik pandai, aku yakin dia bisa membereskan urusan
ini dengan baik." Tersirap hati Ling-Ji-ping, pikirnya. "Ui Bwe-ing ternyata
pandai menyergap berita, pada hal aku harus curiga, tapi dia
sudah berani memastikan. Gelagatnya usahaku untuk
menolong Yong-yong bakal menghadapi kesulitan."
"Umpama orang2 pihak Kiu tinghong tidak perlu dibuat
kapiran, lalu bagaimana Kaucu akan menghadapi It ci sin mo,
Lam jan dan Pak koat!"
"Menurut pendapatku, meski ketiga setan bangkotan itu
lihay, yakin mereka takkan kuat menghadapi Mo im sam kik."
"Lalu budak jelita murid didik Sin yan si ok nga itu" Budak
itu bikin orang kepala pusing, jejaknya tidak menentu,
terutama ke dua burung walet emas perak itu, ternyata cerdik
pandai pula, susah dijaga, bukankah kedua burung walet itu
yang menggondol barang milik kita dulu."
Agaknya Ban-tok Pocu menjadi keki, katanya sambil
mengetuk tongkatnya. "Ya, tak usah ngomong soal budak itu."
Jian-tok-sin-thong me lengak, tanyanya "He, agaknya kau
jengkel terhadap dia?"
769 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia itu apa?" jengek Ban-tok Pocu, "aku keki bila bicara
tentang beng Siau-tang, dulu kalau bukan dia yang
menghancurkan Sip-hun-cui-sim-tay-hoat guruku yang dilatihnya hampir sempurna, hehehe, situasi Bulim sekarang
yakin berbeda keadaannya."
"O, ya. Aku pernah dengar Suhu cerita tentang peristiwa itu
kabarnya dalam pertempuran kali itu gurumu picak kedua
matanya apa benar?" "Siapa bilang bukan?" Desis Ban-tok Pocu gemas. "Kali ini
aku nenek tua ditugaskan turun gunung, tujuannya juga untuk
sepucuk...." sampai di sini tiba2 dia sadar kelepasan omong,
maka lekas2 bungkam. Jian-tok-sin-thong tertawa gelak2, katanya: "Demi sepucuk
Giok-lan diantara ketiga Sam-po itu, betul tidak" Nenek tua,
jangan ngapusi aku, kita tahu sama tahu, jikalau bukan
lantaran ketiga pusaka itu kau dan aku memangnya sudi
tunduk pada perintah orang lain?"
"Jadi kau juga bertujuan merebut Giok-lan?"
"Bukan. Atas perintah Suhu kami aku di haruskan merebut
Giok hud jiu, untung tujuan kita berbeda, maka boleh terus
terang kukatakan kepadamu."
"Haha, jadi kita sama2 satu arah lain tujuan."
"Betul, nenek tua, biarlah kuterangkan kepadamu, tahukah
kau apa kehendak Tok busi-ang?"
"Giok-tiap?" "Betul," seru Jian-tok-sin-thong keplok tangan "racun tua
memang mengincar Giok-tiap, kita sam-tok jadi punya tujuan
berbeda." "Khabarnya Ngo tok Hu jin sudah meninggalkan Liok go
wan menuju ke pegunungan ini, apa pula tujuannya"."
770 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kebetulan kau menyinggung dia, aku jadi ingat, nenek tua
itu tidak Ban tok atau Jin tok, tapi dalam permainan racun
ternyata dia tidak kalah keji dari kami, jiwanya malah lebih
tamak, jikalau dia mengincar ketiga pusaka itu, bukankah kita
harus bermusuhan dengan dia?"
"Iya, sulit juga." Ban-tok Pocu merenung, "siapa yang
bilang?" "Tok-bu siang."
"Jangan percaya ocehannya, racun itu memang bukan
barang baik." "Memangnya kau Ban-tok Pocu adalah barang cantik?"
jengek seseorang dari samping sana. Berbareng terdengar
kesiur angin melesat turun dari atas bukit, sesosok bayangan
berkedok ternyata hinggap diatas bumi, siapa lagi kalau bukan
Tok-bu-siang. Ling-Ji-ping rebah tidak bergerak, semula ia menunggu
kawanan racun itu maju mendekat baru akan membereskan
mereka bersama Hwesio pemabukan, tak nyana tiba2 Tok-bu-
siang muncul juga, pikirnya: "Wah, celaka, mahluk2 racun ini
kenapa kumpul disini."
Dilihatnya si Hwesio menyeringai sambil me lelet lidah, tiga
jari tangannya ditegakkan, katanya berbisik: "Kurang satu lagi,
sebentar juga akan tiba."
Ling-Ji-ping me lengak, dia tahu "satu" lagi yang dimaksud
bukan lain adalah Ngo-tok Hujin, mereka dijuluki Si tok, kalau
Si tok berada disini, mampukah dirinya menandingi mereka"
Sekilas Tok-bu-siang me lirik kearah Ji-ping berdua lalu
berkata "Bagus, bagus, aku memang sedang mencari Hwesio
keparat ini, tak kira kalian telah merobohkan dia."
Ban-tok Pocu mendengus hina, katanya "Racun tua, untuk
apa kau kemari?" 771 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah kau bilang aku racun tua ini bukan barang
baik2" Manusia yang bukan barang baik paling pandai
merancang tipu daya kau setali aku tiga uang, apalagi kali ini."
"Racun tua," seru Jian tok sin thong, "Jangan plintat plitut,
hayolah bicara blak2an, kita merebut tujuan masing2,
bagaimana kalau bersatu padu berjuang bersama."
"Heeh, sayang orang tidak percaya kepada aku yang sudah
lanjut usia ini?" Ban-tok Pocu mengetuk tongkatnya dengan gusar, serunya,
"memangnya kenapa kalau aku tidak mempercayai kau"
Memangnya aku nenek tua takut terhadapmu."
"Ha, kita tahu sama tahu."
"Kita dijuluki Bu-lim-si-tok. Hati beracun, perbuatan jahat,
sepak terjang kita mana pernah lurus" Hal itu sudah diakui
kaum persilatan seluruh jagat. Hehehe, kita duduk sama
rendah berdiri sama tinggi, siapapun tiada yang lebih
menonjol, lalu kenapa harus bertengkar melampiaskan rasa
dongkol belaka" Untung tujuan kita berbeda, kelak bila
berhasil merebut barang yang dimaksud, masing2 boleh
memiliki sendiri. Situasi sekarang tidak menguntungkan.
Bersatu kita utuh bercerai kita runtuh, memangnya kalian
yang sudah sama2 tua bangka tidak menyadari akan hal itu?"
Ban-tok Pocu mendengus pula dengan aseran. Tok-bu-
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siang terkekeh, katanya. "Jikalau hal seperti itu aku tidak tahu
mengingat sepak terjang nenek tua biasanya sejak mula aku
sudah menghasut Ui Bwe-ing untuk menggasaknya lebih
dulu." Ling-Ji-ping membatin setelah mendengar percakapan
mereka. "Lahirnya mereka bersatu padu, padahal hati masing2
merancang muslihat untuk mengangkangi barang tujuan
sendiri, betapapun lihay dan cerdiknya Ui Bwe ing, umpama
benar dia berhasil merebut ketika pusaka itu, mungkin dia
bakal kecundang ditangan ketiga racun ini?"
772 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jian tok sin thong ter-kial2, katanya: "Nah kan begitu. Bila
kita bertiga mau kerja sama, yakin usaha kita tidak akan
menemukan jalan buntu."
Belum lenyap suaranya, tiba2 kumandang suara cekikik
tawa merdu dan genit, seorang berkata; "Aduh, kalau kalian
membagi seorang satu barang, memangnya aku datang
dengan tangan hampa?"
Si Hwesio komat kamit pula. "Lote, nah, itu sudah datang.
Kita saksikan saja mereka saling cakar, racun lawan racun,
kita bisa menonton keramaian."
Karena rebah miring Ling-Ji-ping tidak bisa melihat wajah
pandangan ini, tapi dari suaranya yang merdu dan genit, dia
yakin orang itu adalah perempuan yang belum terlalu tua.
Pikirnya: "Semestinya usia Ngo-tok Hujin tidak muda lagi,
mungkinkah dia memiliki tubuh muda karena pernah makan
obat2an yang mempertahankan kemudaaannya?"
Sudah tentu ketiga racun yang lagi berbincang itu sama
kaget dan menoleh kearah datangnya suara. Tampak dari
belakang pohon beranjak keluar seorang nyonya setengah
baya, berpakaian kain sari semampai dari atas menyentuh
tanah wajahnya putih berseri genit, meski sudah tidak begitu
cantik, tapi gerak geriknya tampak begitu menggiurkan,
tangan kanan diantara jari2 tangannya menjepit sapu tangan
sutra warna merah, sambil di-goyang2 bau wangi yang
memabukkan seketika teruar terhembus angin lalu. Nyonya
setengah baya ini memang bukan lain adalah Ngo-tok Hujin.
Dasar keberangasan, Ban-tok Pocu menyambut dengan
mengetuk tongkat, serunya. "Mau datang ya terang2an
kenapa main sembunyi?"
"Wo," Ngo-tok Hujin tertawa lirih, sapu tangannya digelar
didepan dada, katanya. "Memang siapa yang main sembunyi"
Soalnya kalian sudah berunding, aku kuatir mengganggu."
773 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kukira Ngo-tok Hujin yang biasanya tidak mau
ketinggalan, kali ini ternyata hidup senang di sarangnya, dan
tidak akan mau keluar kandang, eeeeh, tak nyana kau datang
juga?" "Ya, tapi kedatanganku kan dibelakang kalian?"
"Berapa tahun tidak berjumpa, ternyata kau malah lebih
muda?" "Dan masih ada." Ujar Ngo-tok Hujin cekikikan, "hatiku
lebih jahat dari dulu, kenapa hal ini tidak kau katakan
sekalian?" Tok bu siang tertawa besar, katanya : "Kita kan satu jenis,
lebih beracun sudah lebih bagus. Dalam hal racun yakin Tok
bu siang tidak ketinggalan dari orang lain."
Ban tok Pocu menjengek hina, katanya : "Jangan menyindir
ya, siapa yang kau maksud?"
"Oooo, sudah setua ini masih pemarah juga." Ujar Ngo tok
Hujin, "siapa yang bersalah terhadapmu ?"
Kembali Ban tok Pocu mengetuk tongkatnya lebih keras,
bentaknya : "Untuk apa kau ke mari?"
"Lho, apa aku tidak boleh datang?" ujar Ngo tok Hujin
tertawa, "memangnya Ceng seng-san hak milikmu?"
"Maksudku untuk apa kau kemari?"
"O, jadi lantaran kehadiranku di sini" Memangnya melihat
keramaian tidak boleh?"
"Melihat keramaian?" jengek Ban tok Pocu, "kau kira aku
tidak tahu maksud kedatangan mu" Ketahuilah, Thian tiok
sam po tiada bagaimana."
"O, jadi siapa yang punya hak mendapat bagian?" olok Ngo
tok Hujin. "Oh, ya, mungkin hanya kau Ban tok Pocu saja yang
punya hak mendapat bagian begitu."
774 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memangnya aku setamak kau" Hm, kalau bukan untuk
mengobati sepasang mata guru ku, memangnya aku sudi
merebut Giok lan?" "O, lalu kau?" tanya Ngo-tok Hujin sambil mengerling
kearah Jian tok sin thong.
Jian tok sin thong menyengir katanya."Aku hanya ingin
Giok-hud-jiu." "Nah, kini giliran tanya kepadaku." Tok bu siang tertawa
lebar, "tujuanku adalah Giok-iap."
Ngo tok Hujin terkekeh katanya. "Wah, di bagi secara adil,
satu orang satu. Tapi Bu-lim si tok adalah empat orang" Kalian
memperoleh bagian lalu aku mendapat apa?"
"Salahmu kau datang terlambat," jengek Ban tok Pocu.
"Ho, apa benar" Maksudmu, kalian sudah berhasil?"
"Berhasil sih belum tapi apa bedanya?"
"Kukira memang demikian."
To-bu-siang tertawa ngekeh, katanya. "Apa maksud
perkataanmu?" "Memangnya kurang jelas?" Ngo tok Hujin tertawa bingar,
"maksudku, umpama kalian sudah memperoleh bagian tapi
pepatah ada bilang, sama2 memburu burung, siapapun yang
menyaksikan memperoleh bagian, maka kuanjurkan supaya
kembalikan dulu untuk dibagi pula sekali."
Jian-tok-sin-thong tertawa sumbang, katanya. "Enak
seudelmu sendiri, sayang T hian-tiok-sam-po tidak mungkin di
bagi empat." "Betul, barang lain boleh di-bagi2, barang pusaka jelas
tidak boleh diperebutkan, wah sulit juga penyelesaiannya."
Ujar Ngo-tok Hujin. 775 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ban tok Pocu menjengek. "Syukur kalau sudah tahu, maka
jangan kau ikut merebutnya."
"Tidak." Ujar Ngo-tok Hujin tersenyum, "Coba kupikir
sebentar, mungkin ada cara lain untuk membagi rata dan
adil." Diam2 Ling-Ji-ping membatin : "Nah, tiba saatnya, mungkin
ketiga pusaka itu hendak di caploknya sendirian."
Maka didengarnya Ngo-tok Hujin berkata: "Baiklah aku
bicarakan dulu dengan kalian bertiga, bagaimana kalau
kuganti barang lain masing2 satu kepada kalian untuk
menukar ketiga pusaka itu, bila kalian setuju, kita empat racun
bergabung, siapa bisa merebutnya?"
Tiba2 Ban-tok Pocu ter-loroh2, katanya. "Akalmu memang
bagus." "Memangnya, siapa bilang tidak baik?"
"Kau tahu kami mau menerima saranmu?" tanya Tok-bu-
siang. Jian-tok-sin-thong menimbrung. "Umpama acc, aku jadi
ingin tahu, dengan benda apa hendak menukar ketika pusaka
itu?" "Soal ini?" Sikap Ngo-tok Hujin kalem dan tertawa berseri,
"yang pasti aku tidak akan merugikan kalian, kalau tidak mana
mungkin barter ini bisa berlangsung......" merandek sebentar
lalu melanjutkan. "Ban-tok Pocu, tujuan mu merebut Giok-lan,
bukankah digunakan menyembuhkan penyakit Tok-sin-kun?"
"Memangnya kau punya obat mujarap bikinan dewata?"
"Betul. Aku punya. Yaitu Ban-siang-tan buatan Thian-hu
Suseng dimana jayanya dulu. Jangan kata mata picak,
umpama seorang yang jantungnya sudah hancur juga dapat di
sembuhkan, kau pernah mendengar kemujijatan itu?"
776 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sam-tok sama2 bersuara heran, mata mereka terbeliak
mengawasi Ngo-tok-jin. Dulu Thian-hu Suseng memang pernah meracik obat yang
dinamakan Ban-siang-tan, menurut cerita yang tersiar luas di
Bulim, kasiat obat itu dapat menghidupkan orang yang sudah
mati, semuanya hanya dibikin tiga butir, maka nilainya bukan
kepalang, jangan kata pernah orang mendapatkannya, melihat
pun belum, sampai kini hanya ada dua orang, kini Ngo tok
Hujin memiliki obat mujarap itu, karena Sam-tok sama2 kaget
dan heran. Ling-Ji-ping ikut ketarik, batinnya: "Tapi tadi aku masih
bersimpuh dihadapan beliau, kalau betul dia pernah membuat
obat mujarap itu, buat apa dia harus hidup tersiksa selama
delapan belas tahun dalam gua gelap, bukankah kesehatannya
sudah lama sembuh?" Ban-tok Pocu menyeringai, katanya: "Siapa mau percaya
obrolanmu" Ban-siang-tan buatan Thian-hu Suseng hanya
kabar angin belaka, siapapun tiada yang melihatnya."
"Tak heran kalau kalian tidak percaya," kata Ngo-tok Hujin
kalem, Ban-siang-tan memang mujarap tiada bandingan
dikolong langit, apalagi hanya ada tiga butir, maklum kalau
kalian tidak mau percaya kepadaku, entah kalian tahu tidak,
dulu Gui Jin-kiat punya seorang kekasih yang mendadak
hilang dan tidak diketahui arah parannya."
Tok-bu-siang menyela : "Maksudmu Pui-Ih bwe yang
bergelar Ui-san giok-li?"
"Ternyata kau racun tua sudah tahu."
"Memangnya aku nenek tua tidak tahu" Karena Ui-san-
giok-li mengalam i Cau-hwe-jip mo waktu meyakinkan Thian-
hou sim hoai maka Thian hu Suseng memasak obat dan
membikin Ban siang tan itu."
"Lalu bagaimana akhirnya?"
777 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya Jian tok sin thong tidak mau ketinggalan, serunya.
"Ternyata sebutir Ban siang tan berhasil menyembuhkan Cau
hwe jip mo Ui san giok li, tapi entah lantaran apa hubungan
kedua orang malah renggang dan akhirnya Pui Ih bwe
menghilang entah kemana."
Ngo tok Hujin tertawa lebar, katanya :
"Memang tidak malu sebagai Bu lim-si-tok, ternyata kalian
amat jelas akan kejadian2 masa lalu."
"Sebutir Ban siang tan pemberian Thian-hu Suseng sudah
diminum Pui Ih bwe, apa pula sangkut pautnya dengan kau?"
tanya Ban-tok Hujin. "Nenek tua," ucap Ngo tok Hujin dengan suara
dipanjangkan, "dari mana kau tahu kalau Pui Ih bwe hanya
menerima sebutir" Tahukah kau tiga butir semua diberikan
kepadanya!" "O," demikian batin Ling-Ji-ping, "kalau begitu tidak perlu
dibuat heran, beliau memang laki2 romantis, tiga butir pil sakti
yang dibuatnya susah payah dia serahkan seluruhnya kepada
kekasihnya, sehingga dikala dia sendiri memerlukan, dia malah
harus mengalami siksa derita yang luar biasa. Bila begitu
mendalam hubungan cinta mereka, kenapa pula sampai
berpisah untuk se lama2nya?"
Si Hwesio me-ngedip2 mata kepadanya, seperti mau
bilang: "Lote, orang yang dibelenggu cinta, begitulah akhir
hidupnya, hati2lah engkau."
Terdengar Ban-tok Pocu berkata, "Umpama benar tiga butir
diberikan semua memang nya ada sangkut paut apa dengan
kau" Apakah Pui Ih-bwe memberikan sebutir juga kepadamu?"
"Dengan alasan apa kau berani memastikan bahwa
pemberian itu tidak mungkin?" Ngo-tok Hujin berseloroh.
778 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari perkataanmu ini, agaknya Pui Ih-bwe masih hidup."
demikian timbrung Tok-bu-si ang, "apa hubungan kau dengan
dia?" "Itu urusanku sendiri, kau tak perlu turut campur." Ujar
Ngo tok Hujin, "tapi sebutir Ban siang tan yang kumiliki
memang benar kuterima dari tangannya."
Tergerak hati Ling-Ji-ping, batinnya. "Bila Ban siang tan
betul2 dapat menghidupkan orang yang sudah mati, bila aku
bisa memperoleh sebutir, maka beliau pasti dapat kutolong"
Sayang tiga hari waktunya amat mendesak, untuk mencari
tahu tempat tinggal Pu Ih bwe dari mulut Ngo tok Hujin jelas
tidak mungkin, jalan satu2nya kecuali merebut si butir yang
ada di perempuan centil itu."
Agaknya si Hwesio seperti tahu jalan pikran Ling-Ji-ping,
mulutnya tertawa lebar, Ling Ji-ping mendengar suaranya
berbisik. "Lote, maksudmu memang baik, tapi perempuan ini
terlalu jahat, badannya beracun lagi, kurasa jangan kau
laksanakan niatmu itu."
Ling-Ji-ping tersenyum ewa, wataknya keras dan kukuh,
apa yang dipikir pasti dilaksanakan, lahirnya dia diam saja,
tapi dalam hati dia sudah merancang kerja bagaimana untuk
merebut obat mujarab itu.
Terdengar Jian-tok-sin thong berkata. "Lalu apa pula yang
hendak kau berikan padaku."
Ngo tok Hujin cekikikan, katanya sambil mengerling genit.
"Kau" Itu terserah kepada mu, apa yang kau senangi ?"
"Yang kusenangi belum tentu kau punya."
"Coba kau sebutkan."
"Tahukah kau kenapa aku mengincar Giok hud jiu itu ?"
"Bukankah lantaran ilmu tunggal dari aliran Hud yang
dinamakan Ciang liong ci!"
779 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciang liong ci?" teriak Ban tok Pocu kaget,
"Jian-tok, kau memang pintar." seru Tok-bu siang,
"pilihanmu memang paling baik" Yah salahku sendiri kenapa
sebelumnya tidak ku cari lebih dulu, kau mendahului memilih
yang satu ini, tertipu aku."
Jian-tok sin thong tertawa bingar, serunya. "Racun tua, kau
menyesal" Padahal Giok-tiap juga pilihan bagus. Didalamnya
tercantum suatu pelajaran Lwekang yang sudah lama putus
turunan, kemujijatannya melebihi ilmu yang tertera didalam
Giok-hud-jiu, namun sukar dipelajari."
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Memang kau lebih pintar, kalau sudah di janjikan, kenapa
aku harus menyesal." sahut Tok-bu-siang.
Ngo-tok Hujin berkata: "Baiklah, bagaimana kalau aku
menukar dengan sejenis ilmu tutukan jari yang lain?"
Jian-tok-siang tertawa, katanya. "Apakah Liu-ing-ci dari
Liok go-wanmu itu?" "Betul. Sama2 ilmu jari tunggal yang tiada taranya, bicara
kekerasan dan kehebatannya, yakin Liu-ing-ci jauh lebih jahat
dari Ciang-liong ci"
"Terima kasih akan maksud baikmu. Liu-ing ci memang
ilmu jari tunggal yang jahat, sekali tutuk jiwa me layang, tapi
ilmu itu kan merupakan kebanggaan Liok go wan kalian,
kenapa Jian tok harus mempelari ilmu kebanggaanmu?"
"Jadi kau tidak mau barter?"
"Yang jelas aliran Jian tok kami tidak sudi dompleng pada
Liok go wan mu." "Ooo, jadi lantaran itu" Kenapa kau curiga ma lah, kan
barter, siapa minta kau menjadi anggota Liok go wan kami."
Tok bu siang menyela : "Benda apa pula yang hendak kau
tukar dengan aku?" 780 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Ngo tok Hujin tertawa riang, katanya. "Kau" Yang
kuberikan kepada kau pasti amat berguna, malah tidak akan
kukatakan dihadapan mereka berdua."
Tok-bu siang ter-loroh2, serunya. "Tidak, katakan saja
secara blak2an." "Apa betul harus kukatakan?"
"Belum punya benda pilihan yang akan kau berikan
kepadaku bukan." "Kau salah racun tua," seru Ngo-tok Hujin, "baiklah
kukatakan, Selama belasan tahun ini, sesuatu yang kau kejar
dan kau impikan bukankah Thian-lo-ih?"
Tok-bu-siang tersentak kaget, teriaknya terbeliak: "Lho,
dari mana kau tahu?"
"Apa sulitnya " Bukan satu dua hari kau selalu mengawasi
gerak gerik Liok-ing Siancu Ki Coh khim, bukankah tujuanmu
pada Thian-lo ih" Sebetulnya aku tidak ingin membeber
rahasiamu, soalnya bila hal ini sampai didengar Liok-ing
Siancu, impianmu bakal berantakan, tapi kau tidak usah
kuatir, barang yang sudah kujanjikan untuk barter dengan
kau, aku berjanji pasti kuserahkan kepadamu."
Ling-Ji-ping kaget, batinnya: "Liok-cu pernah bilang, baju
sakti itu sekarang berada ditangan majikan sepasang burung
seriti, apakah Ngo-tok Hujin juga sudah tahu akan hal ini?"
Terdengar Tok-bu siang terkekeh, katanya. "Kau memang
hebat, tiada persoalan yang bisa mengelabui kau, bila kau bisa
melaksanakan, aku setuju untuk barter dengan kau."
Ber-putar2 bola mata Ngo-tok Hujin, sekilas dia melirik
mereka satu persatu, katanya: "Sudah panjang lebar kita
bicara, padahal apa benar kalian yakin dapat memperoleh ke
tiga pusaka itu" Kalau kalian gagal, jangan katakan bahwa aku
ingkar janji lho?" 781 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak setuju." Seru Ban tok Pocu mengetuk tongkat.
Jian tok juga berkata: "Memangnya Jian tok kau kira orang
apa, mana segampang ini kau tipu."
"Tidak setuju ya sudah, batal. Maksudku baik, kalian ma lah
mencurigai aku, baiklah mulai sekarang mari kita berlomba,
bila kalian gagal, jangan salahkan aku bila aku tidak kenal
hubungan baik selama ini."
"Apa kebolehanmu boleh kau tunjukkan di hadapan kami.
Hmmm, orang lain jeri mendengar namamu, aku nenek tua
justeru tidak gubris kau."
Ngo-tok Hujin tetap berseri, sedikitpun tidak marah akan
sikap kasar orang, katanya: "Coba lihat, usiamu tidak muda
lagi, tapi sifatmu masih sekasar ini. Yang benar kita hanya
mengobrol iseng yang tidak berguna, memangnya kalian
anggap Thian-tiok sam po sudah menjadi milik kalian saja,
maaf bila aku bicara blak2an, kukira untuk bisa me lihat ketiga
pusaka itu, kalian belum tentu mampu, bukankah seperti
mimpi belaka kalian sekarang meributkan soal itu." Sembari
bicara seperti segaja tidak sengaja saputangan sutra merah
ditangan kirinya digoyangi dua kali sementara tangan kanan
membetulkan letak sanggulnya yang tertiup angin, katanya
sambil melangkah maju dua tindak, "tapi bukan maksudku
mau mengatakan bahwa kalian pasti gagal, umpama secara
kebetulan kalian bisa merebutnya, bukan soal gampang untuk
mempertahankannya" Oleh karena itu, demi keselamatan dan
kebaikan kalian sendiri janjiku tadi tetap berlaku, mau tidak
terserah. Kan sudah kebacut kawan2 Kangow memanggil
kita Bu-lim-si-tok" Dalam pandangan orang lain, sepantasnya
kita berempat satu rombongan, benar tidak?"
Ngo tok Hujin memang pandai berpidato, mau tidak mau
bergerak juga hati Ban-tok Po Cu dan Jian tok-sin thong,
padahal kata2nya penuh nada sindiran, namun masuk akal
meski ketiga orang sama2 punya hati jahat, namun mereka
juga tahu jago silat yang mengincar ketiga pusaka tidak
782 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhitung banyaknya, malah tidak sedikit yang tingkat
kepandaiannya jauh lebih tinggi dari mereka. Umpamanya Im-
siu-cay dari Yu bing kau, Ban tiam liu-ing Li Sin dan Thian te-
hwe, lam-jan Pak koat dan It ci sin mo. Lebih berat lagi
menghadapi Mo im san kik Ui Bwe ing dan tiga duta lampu
dari Kiu ing san, demikian pula majikan burung walet yang
tidak menentu jejaknya, jelas ketiga racun dunia ini bukan
tandingan mereka, sekarang didepan mata masih ada lagi Ngo
tok Hujin yang licik, keji dan banyak akalnya pula. Untuk
merebut pusaka harus menghadapi berbagai rintangan berat.
Betapa tajam pandangan Ngo tok Hujin, dia tahu
hasutannya membawa hasil, segera dia menambahkan. "Oleh
karena itu kuanjur kan kita berempat harus bersatu padu."
Mendadak Jian toksin thong ter-bahak2, serunya: "Lalu
seorang diri kau mengangkangi tiga pusaka, memangnya kau
tidak akan takut dikeroyok orang banyak?"
"Ah, itu gampang." seru Ngo tok Hujin tertawa bingar,
namun suaranya terdengar gemetar, "sudah tentu aku sudah
bersiap dengan segala rencanaku, tentunya kalian sudah tahu
betapa banyak kelabang terbang yang terpelihara didalam
Liok-go-wan, betapapun tinggi Kungfu seseorang, untuk
mengejar masuk jelas bukan soal mudah, apalagi Cap li tok-
hiang sekali hirup manusia segera mampus, yang berilmu
tinggi dapat menahan napas, tapi mampukah dia bertahan
sepuluh li tanpa ganti napas?"
Ling-Ji-ping me longo, pikirnya: "Apa benar Liok-go-wan
sarangnya itu begitu lihay" Didalam terjaga oleh ribuan
sampai laksana kelabang terbang beracun, dalam arena
sepuluh li sekeliling sarangnyapun diliputi bebauan wangi
racun. Bukankah sarangnya itu jauh lebih sukar dijajah dari
pada sarang harimau rawa naga?"
Didengarnya Ngo-tok Hujin terkekeh, katanya "Sebetulnya
kalian agak ceroboh, urusan sebesar ini kalian bicara ditempat
terbuka secara keras pula. Syukur kedatanganku tepat pada
783 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saatnya, kalau tidak urusan besar yang serba rahasia ini pasti
sudah dicuri dengar oleh Ui B we-ing dan begundalnya."
Sam-tok sama melenggong dan saling pandang.
Ngo-tok Hujin bangga dan riang, katanya: "Kalian tidak
percaya" Boleh silahkan periksa dibelakang batu besar itu."
Lalu dia menuding kebatu besar yang tersebar disebelah
belakang. Tanpa diminta Sam tok segera melejit berpencar
ketiga penjuru, setiba mereka di atas batu, seketika mereka
berdiri menjublek tak mampu suara. Ternyata dibelakang batu
besar rebah dua gadis pakaian merah, dari dandannya dapat
diduga mereka adalah pelayan pribadi Ang-hoa Kaucu Ui Bwe-
ing. Bukan main kecut Sam tok, kedua pelayan ini diam2 telah
menggeremet sedekat ini mencuri pembicaraan mereka tanpa
diketahui, dari sini dapatlah disimpulkan bahwa Ui Bwe-ing
sudah menaruh curiga terhadap mereka, pembicaraan mereka
tadi pasti sudah dicuri dengar.
Bantok Pocu menggerung gusar, sekali lompat dia terjun ke
sana seraya mengayun tongkat besinya, kedua gadis pelayan
yang berparas cantik dan menggeletak tak berkutik itu
seketika pecah batok kepalanya.
"Nah, kau begitu," Ngo-tok Hujin tertawa "U i Bwe ing tidak
mudah dihadapi, bila kalian mau kerja sama dengan aku, aku
berjanji rahasia kita tak akan bocor."
Ling-Ji-ping berpikir. "Ngo-tok Hujin memang lihay, tanpa
disadari Ban tok Hujin sudah terjirat dalam muslihatnya,
kematian ke dua pelayan itu sekaligus telah menjerumus kan
dia kearah yang salah, bila selanjutnya dia tidak tunduk akan
penunjuknya, sekali dia bocorkan pembunuhan ini Ang-hoa
kau pasti akan membuat perhitungan terhadap Sam tok."
Tok-bu siang ter-kekeh. Jian-tok pun tertawa gelak2,
katanya. "Beres, muslihatmu sudah tercapai Ban tok sinenek
784 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tua selanjutnya harus tunduk pada petunjukmu. Kalau tidak
dia harus bermusuhan dengan Ui Bwe-ing."
Baru sekarang Ban-tok Pocu menyadari kesalahannya, lama
dia menjublek ditempatnya. Akhirnya dia menggerung gusar
dengan mengetuk tongkatnya, "Memangnya aku takut bila kau
laporkan hal ini kepada U i B we ing" Hm, kapan aku nenek tua
takut terhadap orang."
"Kau mampu menghadapi Mo im sam kik Ui Bwe ing?"
jengek Ngo tok Hujin. "Sudahlah," sela T ok bu siang, "kalian cewek2 tua memang
cerewet, belum lagi ketiga pusaka kita peroleh kalian sudah
ribut sendiri. Memang kita berempat patut kerja sama, bersatu
padu kita teguh bercari kita runtuh. B ila urusan sudah se lesai,
belum lambat kita berunding lebih jauh. Kepala siapa tidak
pusing bila membicarakan kita berempat. Jelasnya kita
masing2 mempunyai kelebihan yang tak dimiliki orang lain,
bila tiba saatnya kita masih boleh berunding secara damai dan
adil, asal urusan cukup memuaskan dan meriangkan hati,
segalanya pasti dapat diberes kan, siapa tahu kita gagal dalam
usaha ini?" "Belum apa2 sudah cakar mencakar, apa tidak
menggelikan." "Betul, aku mendukung suaramu." Ngo-tok Hujin melirik
Ban-tok dan Jian-tok, "bagaimana pendapat kalian?"
"Bagiku masih terlalu pagi untuk memutuskan, yang terang
aku tidak mau dirugikan."
Akhirnya dengan gemas Ban tok berkata: "Kalau betul ada
Ban siang tam, baiklah aku nenek tua menurut saja."
Ngo-tok Hujin tertawa riang dan puas, katanya: "Nah,
begitu benar. Terhadap kaum Bulim umumnya, Bu-lim si tok
adalah sekeluarga, soal apa yang tidak bisa dirundingkan?"
lalu dia menoleh dan bertanya, "siapa kedua orang ini?"
785 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si Hwesio berbisik pula: "Lote, giliran kami, salah kepala
gundulku bisa penyok."
Mendengar langkah Ngo-tok Hujin semakin dekat, rasa
tegang menyelimuti Ling-Ji-ping. Si tok sama-sama jagoan
yang sukar dihadapi, satu lawan belum tentu dirinya mampu
menang, apalagi sekarang empat orang sekaligus. Ngo-tok
Hujin jauh lebih jahat dari tiga yang lain, kalau harus
bergebrak, jelas mereka berdua bakal terjungkel habis2an.
Tapi urusan sudah berkembang sejauh ini, sudah tiada
waktu banyak pikir atau mencari akal segala, yang penting dia
kerahkan Lwekang dan hawa pelindung, tenaga dikerahkan
dikedua lengan. Langkah itu begitu ringan, tapi kedengaran nya seperti
martil besar berdentam di permukaan bumi, bukan Ling-Ji-
ping takut mati soalnya banyak tugas belum dia bereskan, bila
jiwanya melayang ditangan Ngo tok Hujin bukankah dia akan
menyesal dialam baka"
"Berhenti." Tiba2 Ban tok Pocu menghardik.
Ngo tok Hujin seperti melenggong, tanya nya menoleh :
"Kenapa?" Angin berkesiur, agaknya Ban tok Pocu melompat maju
mendekat, serunya melintang tongkat besi. "Kularang kau
menyentuh mereka." "Lho, kenapa?" tanya Ngo-tok Hujin tertawa, "apa kau
takut aku mengambil barang yang dibawa anak muda ini?"
"Betul." sahut Ban-tok Pocu, "dengan susah payah baru aku
berhasil membekuknya, memangnya kau enak mengambil
untung saja." "Kau sudah membekuknya?" Ngo tok Hujii cekikikan, "Ban-
tok pocu, kukira belum tentu kau mampu membekuk dia."
Ban-tok Pocu melengak, serunya. "Apa maksudmu?"
786 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menurut penglihatanku," demikian ujar Ngo tok Hujin,
"kedua orang ini tidak keracunan tapi lebih mirip lagi tidur
nyenyak dan menunggu kau masuk perangkapnya, percaya
tidak?" Dalam hati Ban-tok Pocu memang agak curiga, tanpa
terasa dia menyurut selangkah, kedua matanya menyorot
tajam kearah Ling-Ji-ping dan si Hwesio.
Ling-Ji-ping tersirap darahnya, batinnya." Ngo-tok Hujin
memang lihay, sandiwara kami tak berhasil mengelabui dia."
Jian tok thong cu tertawa gelak2 katanya: "Kalau begitu
boleh kau persen mereka dengan Jit ceng bi nun yang lihay
dari sapu tangan sutramu itu?"
Ngo tok Hujin tertawa, "tapi Ban tok Pocu melarang aku
turun tangan?" "Aku punya akal," sela Tok bu siang.
"Akal apa?" tanya Ngo tok Hujin.
"Kapan kita berempat pernah kumpul seperti hari ini,
kabarnya cara bermain racun kalian mencapai banyak
kemajuan, bagaimana dengan racun tua macam diriku, sudah
tentu tidak mau ketinggalan, lalu bagaimana" Bagaimana
kalau kita gunakan kedua orang ini sebagai barang percobaan,
mari buktikan s iapa lebih lihay dalam permainan racun."
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mencelos pula hati Ling-Ji-ping, pikirnya. "Celaka, empat
jenis racun sekaligus bakal terserap dalam tubuhku, walau aku
sudah menelan obat penawar racun buatan Go bi pay, apakah
jiwaku bisa dipertahankan?" tanpa merasa dia memicing mata
memandang kearah si Hwesio pemabukan.
Mungkiri karena Ngo tok Hujin dan Ban-tok Pocu tidak jauh
disamping mereka, kali ini si Hwesio tidak menyeringai lagi.
Kedua mata terpejam tidak berani bergerak, seperti orang
pingsan karena keracunan.
787 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping berkata: "Gara2 Hwesio keparat ini suka
mempermainkan orang, kini si tok didepan mata, baru kau
tahu jera tak berani bergerak."
Didengarnya Ngo tok Hujin cekikikan pula, katanya: "Wah,
usulmu ini memenuhi selera ku, tapi, apakah mereka mau
pasrah membiarkan kita mencobanya?"
"Kalau mereka benar2 sudah keracunan, percobaan kita
tiada artinya malah," ujar Tok-bu siang, "kalau pura2, baru
kita bisa membedakan siapa lebih unggul diantara kita."
Ban-tok Pocu mengetuk tongkat pula, katanya: "Aku tidak
percaya, memangnya Ban-tok biang yang telah kusebar luas
tidak berguna lagi?"
"Ban tok Pocu, urusan ini tidak semudah yang kau katakan.
Jit tok bi yan tam kutimpukkan tadi juga bukan barang
mainan" Kalau mereka tidak percaya, biarlah mereka
mencobanya sendiri," diam2 dia memberi kedipan mata
kepada Ban-tok Pocu. Ban-tok seketika sadar, dia tahu maksud Jian-tok, maka dia
tutup mulut. Dengan senyum manis, Ngo tok melirik ke arah mereka
berdua, tapi mulutnya berkata kepada Tok bu siang: "Cara
bagaimana mencobanya?"
Tok bu siang berkata: "Ban tok Pocu punya Hoat kut siau
sing hun dan Jian tok punya Jit tok ciang, ilmu simpanan
mereka yang terlihay dan baru sempurna mereka yakinkan
belum lama ini. Demikian pula Jit ceng bu-hun pek milik Ngo
tok Hujin dapat menyebabkan orang kehilangan pikiran dan
tunduk akan perintahmu, kalau dibanding permainan kami
yang hanya dapat membunuh orang, jelas racun yang kau
ciptakan ini jauh lebih unggul. Karena itu kita harus
mencobanya satu persatu, siapa dapat merobohkan kedua
orang ini, bukankah segera akan terbukti ilmu siapa lebih
unggul?" 788 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu belakangan ini ilmu apa yang berhasil kau yakinkan
Tok bu siang?" "Hehehe," Tok-bu-siang tertawa, "beberapa permainan
racunku bila dihidangkan akan menimbulkan tertawaan kalian
saja." "E, eh, kapan kau racun tua ini mulai ma in sungkan, siapa
tidak tahu akan kelihayan Im hong jiu Tok bu siang, badan
siapa tersentuh angin pukulan tanganmu, tubuhnya akan luluh
menjadi cairan darah, bukankah ilmumu itu teramat keji?"
"Ah, hanya permainan kecil saja."
Tiba2 Ngo tok Hujin berpaling kearah Hwesio pemabukan
dan Ling-Ji-ping, katanya dengan tertawa. "Kalian boleh
bangun saja. Tentunya kalian sudah mendengar pembicaraan
kami, kalau masih suka main sandiwara ini bagaimana tindak
tanduk kami berempat, selamanya tidak mematuhi aturan
Kangouw." Insyaf bahwa permainan sandiwara ini sudah terbongkar,
kuatir musuh benar2 menggunakan racun2 jahat mereka,
maka Ling-Ji-ping sudah siap melompat bangun. Syukur tiba2
didengarnya Hwesio pemabukan berbisik "Jangan ter-gesa2
Lote, ada orang datang pula."
Cepat Ling-Ji-ping pasang kuping, memang didengarnya
lambaian pakaian orang, kedengarannya tidak cuma seorang,
maka dia tetap diam saja mendengar menunggu perobahan.
Kalau Ling-Ji-ping mendengar, sudah tentu Si tok juga
mendengar, serempak mereka bersuara heran menoleh
kearah datangnya suara. Mumpung perhatian keempat orang ini teralih, lekas si
Hwesio jejalkan pula sebutir pil, bisiknya: "Saputangan sutra
ditangan cewek itu mengandung Jit ceng bi hun, setiap kali
dia menggerakkan sapu tangannya, bau wangi akan
merangsang hidung, orang yang penghirup bau racunnya
akan dipengaruhi pikirannya dan tunduk akan perintahnya,
789 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lihay nya bukan main, lekas kau telan pil ini, nanti kita bisa
permainkan mereka pula."
Mendengar percakapan Si tok tadi, Ling-Ji-ping berpendapat mereka hanya saling umpak. Hatinya kurang
percaya, kini mendengar kisikan si Hwesio, diam2 terperanjat
hatinya, pikirannya: "Betulkah ada racun selihay itu didunia"
Kepandaian menggunakan racun Ngo tok Hujin agaknya
mengungguli ketiga rekanya."
Dalam pada itu, tiga orang telah melayang turun dari atas
bukit, karena membelakangi mereka, Ji-ping tidak tahu siapa
yang baru datang" Didengarnya Ngo-tok Hujin tertawa katanya. "Kukira siapa
kiranya kau?" Maka didengarnya seorang diantara ketiga orang itu
tertawa ramai, katanya. "Ternyata kalian berempat ada disini,
sungguh kebetulan dan selamat bertemu."
Tergerak hati Ling-Ji-ping mendengar suara orang ini,
pikirnya. "Bukankah suara Yu-bing Kaucu?"
Terdengar Jian-tok thong-cu berkata. "Kabarnya Im-heng
sudah mendirikan Ku-bing-kau dipegunungan ini, belakangan
ini amat repot ya?" Yu-bing Kaucu menyeringai sinis, "betul, memang amat
repot," nadanya yang dingin kaku betul2 mirip2 suara setan
dari neraka. "Hm, untuk apa kau kemari?" Sentak Ban tok Pocu.
"Nenek renta, kalau bicara tahulah sopan santun,
ketenaran Si-tok hanya dapat menakuti orang lain."
"Wah, aku jadi terseret," timbrung Ngo tok Hujin. "Memang
Bulim si tok terhitung apa" Kalau mampu sudah sejak lama
kami mendirikan Pang, Hwe atau Pay."
790 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa salahnya mendirikan Pang, Hwe atau Pay" Kau lebih
baik dari pada diperbudak Ang ho-kau."
"Siapa diperbudak Ang hoa kau?" suara Ngo tok
kedengaran naik pitam. Yu bing Kaucu tertawa gelak2 sambil mendongak, serunya:
"Kaum persilatan dikolong langit, siapa tidak tahu bahwa Bu
lim si tok kini sudah tunduk akan perintah Ui Bwe ing"
memangnya aku sudi membual?"
"Im siu cay," jengek Tok bu siang," jangan kau mengadu
biru dihadapan kita berempat. Kita punya tujuan sendiri dan
tindakan yang berbeda, memangnya kau boleh mencampuri?"
"Betul. Setiap orang punya arah tujuannya masing2,
siapapun tidak boleh turut campur." Demikian umpak Yu bing
Kaucu sinis. "Tutup mulutmu." hardik Ban tok Pocu, "Kau mendirikan
Yu bing kau yang kecil itu, apanya yang patut dibanggakan"
Hm, bila aku mau, sepuluh juga bisa aku mendirikan."
"Dengan tampangmu ini" Kalau urusan seenak udelmu
sendiri, betapa tenar dan besar nama Tok-sin-kun dimasa
jayanya dulu, sejak dulu dia sudah mendirikan T ok-kau segala,
tapi kenyataan, hehehe, bagaimana akibatnya?" Secara tidak
langsung dia menyindir kegagalan Tok-sin-kun yang
meyakinkan Sip-hun-cui-sim-tay-hoat dan akhirnya dipecahkan
oleh Sin-yan-siok-ngo hingga kedua matanya picak.
Watak Bak tok memang berangasan, mendengar Yu bing
Kaucu menghina gurunya, bukan kepalang gusarnya, tongkat
diayun me lintang segera dia menubruk maju. Betapa sigap
gerak geriknya, tapi Ngo-tok Hujin mendahului mencegat
didepannya. "Kau membantu dia?" Kata Ban tok Pocu.
"Siapa bilang?" Ujar Ngo tok tertawa, "di hadapan orang
luar, Si tok wajib bersatu, maksud ku itu harus bicara jelas
791 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih dulu, apalagi akupun diseret dalam persoalan"
Memangnya Ngo tok Hujin boleh dihina?"
Walau hati keki tapi lahirnya Jian tok masih cengar cengir,
katanya: "Betul Toa-kaucu belum menjelaskan maksud
kedatangannya, kenapa ter-gesa2, apa lagi sebagai T oa kaucu
mana dia memandang kami, masih banyak waktu untuk
berkelahi?" "Iya, Toa kaucu, apa maksud kedatanganmu?" tanya Tok
bu siang. Sambil menyeringai tawa Y u bing Kaucu menuding Ling-Ji-
ping, katanya: "Aku kemari mencari bocah itu, kalau kalian
ada urusan, boleh silahkan."
"E, eh, datang mau mungut untung," demikian jengek Ngo
tok Hujin, "aku tidak bisa memberi putusan, bocah itu dibius
oleh Ban tok dan Jian tok, menyentuh saja akupun
dilarangnya." "Peduli siapa yang membiusnya" Pendek kata aku
membawanya," desis Yu bing Kaucu.
"Kalau orang melarang, bagaimana Tok-kau cu?"
Yu bing Kaucu ter-loroh2.
Ling-Ji-ping membatin. "Siapa nyana aku jadi rebutan
mereka, jelas mereka sama mengincar gelang naga yang
kusimpan. "Dung" tongkat besi Ban-tok kembali mengetuk bumi,
bentaknya : "Siapa berani mendekati bocah itu, tanya dulu
kepada nenek tua aku ini."
Jian-tok tertawa lebar, tanyanya. "Untuk apa Toa-kaucu
hendak membawanya?" "Itu urusanku, kau tidak perlu tahu," jengek Yu-bing Kaucu.
792 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah, jangan ribut." Sela Ngo-tok Hujin, "Kaucu dalam
hal ini kaulah yang harus di salahkan. Bocah itu mereka yang
membius, berdasarkan apa kau hendak merebutnya, kalau Si-
tok telah dihapus dari peraturan Bulim, kecuali kau mampu
merebutnya dengan kekerasan, tapi aku yakin kau takkan
mampu melakukan." "Kau kira aku tidak mampu" Apalagi hanya kalian berempat
yang kuhadapi?" Jengek Yu-bing Kaucu sombong.
"Soal jumlah, kalian ada tiga orang, sementara setan2
kroco, kuntil anak dan anak sundel bolong tidak sedikit juga
jumlahnya, meski sekarang belum muncul, tapi sudah tahu
kehadiran mereka. Sayang Toa kaucu, kau kira dengan tenaga
banyak orang kau mampu menggertak Bu lim si tok?"
Ling-Ji-ping kaget segera dia mendengarkan dengan
seksama, betul kira2 belasan tombak jauhnya, didengarnya
deru napas lirih beberapa orang, jumlahnya ada puluhan
orang. Jelas mereka adalah orang2 Yubingkau.
Hwesio pemabukan menyeringai pula kepadanya, bisiknya.
"Lote, kau percaya tidak, tanggung akan datang lagi orang
lain." "Siapa?" "Orang2 Thian-te-hwe."
"Ban-tiam-ing Li Sin dan anak buahnya?"
"Siapa lagi kalau bukan mereka" Seorang Tongcu baju
Romantika Sebilah Pedang 3 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Bara Diatas Singgasana 25
dari belakang batu besar: "Enyah semua. Hari ini kuampuni
jiwa kalian." Belum lagi keempat orang baju biru
menginjakkan kakinya dibumi, tahu2 tubuh mereka sudah
diterjang segulung tenaga yang lunak sehingga badan mereka
jungkir-balik kebelakang, tapi aneh keempat orang itu seperti
ditolak kembali ketempat masing2 tanpa kurang suatu apa.
Namun wajah ke empat orang itu kelihatan berubah hebat,
mereka tidak tahu siapa yang sembunyi dibelakang batu"
728 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu hebat Lwekang yang dimilikinya, sungguh sukar
dipercaya! Berubah pula rona muka Tongcu baju biru, sekilas dia
menyapu pandang keempat anak buahnya, mereka terpental
balik ketempat, dan semua tak bergerak lagi tapi mereka tidak
terluka sedikitpun. Musuh belum kelihatan, tapi empat orang telah dihajar
balik oleh segulung angin pukulan yang dahsyat tapi lunak,
betapa tinggi Lwekang orang dibelakang batu, sukar
dipercaya, apalagi tenaga pukulan yang dilancarkan
diperhitungkan setepat itu, hal inilah yang luar biasa.
Tongcu baju biru ini bernama Go Bao berjuluk Mo in jiu,
sebagai pimpinan tertinggi dalam Lan ih tong, didalam Thian
te hwi jabatannya sudah terhitung tinggi dan kosen didalam
perkumpulan itu, namun Lwekangnya orang dibelakang batu
memang luar biasa, bukan saja anak buahnya belum pernah
dengar adanya jago kosen selihay ini, dirinyapun belum
pernah tahu. Betapapun sebagai Tongcu melihat anak buahnya
kecundang, mana boleh dia berpeluk tangan, meski tahu diri
bukan tandingan orang, diburu emosi lagi, diam2 dia memberi
tanda kepada keempat anak buahnya, serempak anak
buahnya merogoh kantong menggenggam sebuah pelor api.
Lalu dengan menahan amarah dia terkekeh dua kali, serunya:
"Agaknya kau memang pantas dijunjung sebagai orang kosen
sebagai kenalan Hwecu kita, kenapa kau tidak keluar
menampakkan dirimu?"
"Anak kemaren sore," jengek orang di belakang batu,
"kalian ingin bertelur untuk hidanganku hari ini?"
Tongcu baju biru me longo, pikirnya : "Keparat licin,
ternyata dia tahu kami akan menyerangnya dengan pelor api."
Dengan tertawa kekeh dingin dia berkata: "Betul. Memang aku
suruh mereka menyiapkan pelor api, soalnya kami tidak tahu
729 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapa tuan sebenarnya, jikalau betul kau sahabat Hwecu kami
persoalan tentu berbeda."
"Apakah Lin Sin juga berada dipegunungan Ceng seng ini?"
Tanya orang dibelakang batu.
Tongcu baju biru ragu2, disaat lamanya ia tidak mau
menjawab. Orang dibelakang batu mengejek, katanya, "Jangan kuatir,
katakan dimana dia sekarang?"
"Untuk keperluan apa tuan mencari tahu jejak Li-hwecu?"
"Kau tidak perlu tahu."
"Kalau begitu akupun pantang menjelaskan."
"Keparat, memangnya kau sudah bosan hidup."
Didalam Thian-te-hwe, Tongcu baju biru merupakan
pimpinan tertinggi diantara para Tongcu yang lain, namun
berulangkali dirinya dimaki sebagai orang yang tidak berguna,
karuan bukan kepalang rasa gusarnya, dampratnya: "Kalau
kau seorang tokoh, silahkan menggelinding keluar, Mo-in jiu
ingin mohon pengajaran kepadamu?"
"Memangnya kau setimpal meminta pengajaran dariku?"
bentak orang dibelakang batu lalu tertawa gelak2, "keparat,
agaknya kau mengagulkan diri" Tapi kenapa kau harus main
keroyok menghadapi seorang perempuan muda" Memangnya
manusia macam tampangmu boleh terhitung seorang tokoh?"
"Kau tahu siapa dia?"
"Peduli siapa dia, jikalau kau keparat ini berani satu lawan
satu, aku orang tua boleh tidak usah ikut campur, tapi lima
lawan satu memangnya itu sudah menjadi kebiasaan kalian
orang2 Thian te hwe?"
730 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Merah muka Go tongcu, katanya membela diri : "Aku hanya
menjalankan perintah atasan, soalnya dia harus dibekuk
hidup-hidup, terpaksa harus mencari akal meringkusnya."
Orang dibelakang batu tertawa hina, katanya: "Dulu kukira
Li Sin adalah seorang tokoh tulen, dari perbuatan kalian aku
jadi menilai rendah martabatnya, lebih rendah dari hewan, tak
berani menghadapi budak perempuan She Ui itu, buat apa
jauh2 dia meluruk ke Ceng seng pamer borok busuknya, main
sandera untuk menukar barang yang kalian kehendaki. Wah,
memalukan, aku orang tua jadi naik pitam."
Setelah mendengar percakapan mereka, baru sekarang
tersimpul suatu kesan oleh Ling-Ji-ping, orang dibelakang batu
agaknya bukan musuh Thian te hwe, tapi adalah orang-tua
yang suka mencampuri orang lain.
Sambil menggerung dia membentak: "Bedebah, kalau tidak
keluar, jangan salahkan kalau kami bertindak kasar
kepadamu." "Oho, mau bertelur?" orang dibelakang batu memaki sambil
membanyol. Karuan Go Bao berjingkrak gusar seperti kebakaran
jenggot, dengan sengit dia ayun tangan kanan. Serempak
empat laki2 di kanan kirinya mengayun tangan, telapak
tangan setiap orang memegang setitik merah terus
ditimpukkan kearah batu besar dibelakang tonggak batu.
Tersirap darah Ling-Ji-ping, pelor guntur Thian te hwe
merupakan senjata rahasia berapi yang paling ganas di Bulim,
bila pelor api meledak, dalam arena dua tombak orang akan
terjangkau kekuatan ledaknya, jiwa orang sukar diselamatkan.
Bahwa sejauh ini Ling-Ji-ping masih ragu karena dia agak jeri
menghadapi pelor api lawan, kini dilihatnya mereka sekaligus
menimpuk empat pelor, jikalau orang dibelakang batu tidak
lekas menyingkir, jiwanya terang tak bisa diselamatkan pula.
731 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tampak empat titik sinar merah meluncur dengan
kecepatan berlomba kearah batu besar. Agaknya keempat
orang itu tahu orang dibelakang batu adalah musuh yang
sukar dilayani berkepandaian tinggi bila serangan serempak ini
gagal, selanjutnya mereka akan selalu dibayangi ketakutan,
kuatir lawan menuntut balas secara keji, maka cara timpukan
mereka pun diperhitungkan, peduli kearah mana orang
dibelakang batu menghindar dia tetap tidak akan selamat.
Semak rumput dimana Ling-Ji-ping menyembunyikan diri
jaraknya ada tombak lebih dari batu besar itu, dengan mata
mendelong dia menatap kesana, dilihatnya empat titik pelor
warna merah itu meluncur makin cepat dan dekat, tapi tidak
dilihatnya bayangan orang menyingkir dari belakang batu
besar, diam2 dia mengeluh dalam hati. "Celaka, betapa tinggi
Kungfumu, mana mampu melawan kekuatan ledakan empat
pelor sekaligus, kalau tidak mampus seketika dengan tubuh
hancur lebur, pasti juga luka parah."
Tak nyana dikala keempat pelor itu masih kira satu kaki
dipermukaan batu, tiba2 terdengar suara mendesis nyaring,
entah kenapa empat pelor yang hampir menyentuh batu itu
seperti disedot oleh suatu tenaga raksasa, seluruhnya tiba-tiba
membelok kearah kanan, empat pelor jadi berjajar dan
mumbul sedikit lalu jatuh kebelakang batu besar.
Kejadian ini belum aneh, lebih aneh lagi adalah empat pelor
api yang punya daya ledakan amat keras dan besar itu,
ternyata seperti kecemplung ke laut, begitu jatuh kebelakang
batu besar tidak menimbulkan reaksi apapun, jangan kata
meledak, suara berisikpun tidak terdengar.
Hampir saja Ling-Ji-ping berteriak memuji: "Lwekang
tangguh yang bagus."
Sudah tentu Go tongcu kaget bukan main, demikian pula
empat pembantunya sama melongo, serempak mereka
menyurut mundur ketakutan.
732 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
0ooo0dw0ooo0 Jilid ke 21 BILA Lwekang seseorang diyakinkan mencapai puncaknya,
bukan mustahil dalam jarak tertentu dia mampu menyedot
sesuatu benda yang dikehendaki, namun pesilat yang
mencapai taraf setinggi ini jarang sekali. Padahal empat pelor
api itu me luncur dari jarak setombak enam kaki, dalam jarak
sejauh ini orang dibelakang batu mampu menyedotnya, tiada
satupun yang meledak, maka dapat dibayangkan betapa tinggi
taraf latihan Lwekangnya, karuan mereka berlima sama
tersirap kaget. Berulang kali berobah rona muka Go-tongcu, mendadak dia
mencabut pedang dipunggung, baru saja dia hendak memberi
aba2 ke pada anak buahnya untuk menyerang bersama.
Orang dibelakang batu tiba2 tertawa riang, katanya. "Keparat,
begini mudah kau kutipu. Pulanglah, beritahu kepada Li Sin,
katakan aku orang tua pinjam empat biji pelornya."
Lenyap suaranya tampak sesosok bayang kelabu
melambung tinggi keatas, gerakan cepat seringan kapas pula,
melesat terbang kebelakang ngarai dan lenyap dalam sekejap.
Saking murka Go-tongcu berjingkrak sambil mengumpat.
"Kejar." Serunya lalu mendahului mengudak. Empat anak
buahnya segera ikut mengejar dengan kencang.
Baru sekarang Ling-Ji-ping paham akan duduk perkaranya,
pikirnya. "Kukira siapa, ternyata Hwesio gila yang main gila.
Tapi biasanya mereka selalu berduaan, kenapa sekarang
hanya kelihatan yang satu."
Tengah melamun, tak terduga seorang bersuara dibelakangrrya. "Adik manis bagaima permainan sandiwara si
gila tadi?" 733 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ji-ping kaget seraya menoleh, entah kapan disemak rumput
dibawah pohon sebelah kiri sana, tampak berjongkok seorang
hwesio. Hwesio pemabukan tengah angkat buli2 araknya
minum se-puas2nya. "Taysu, kiranya kau," seru Ling-Ji-ping.
Hwesio ini bukan lain adalah hwesio pemabukan dari Go-bi,
lekas dia turunkan buli2 nya, setelah melelet lidah dia
mendelik kepada Ling-Ji-ping, serunya: "Kau panggil apa ?"
Ling-Ji-ping melongo, katanya: "Kupanggil Taysu, memangnya salah?" "Salah, salah besar," beruntun dia menyebut tiga kali salah,
suaranya makin keras meninggi, "memangnya Hwesio
macamku ini tidak setimpal menjadi engkoh Hwesiomu"
Apakah karena sekarang kau sudah menjadi pewaris tunggal
si tua dari T hian-hu itu?"
"Lho, dari mana kau bisa tahu?" Tanya Ji-ping heran.
Hwesio pemabukan tertawa lebar, katanya, "Mungkin
hanya sedikit urusan didunia ini yang tidak diketahui oleh
Hwesio macamku ini."
Ling-Ji-ping tertawa, katanya menggoda: "Sepantasnya kau
bilang banyak yang tidak kau ketahui."
"Apa benar"'' "Kau kira aku bohong?"
"Baiklah, tapi jangan kau beber didepanku kalau dikatakan
tidak mengerti, betapa memalukan."
"Kalau tahu, bagaimana" Kau suka membayar apa
terhadapku?" "Baik akan kuhadiahi satu guci arak yang paling enak dan
selanjutnya aku memangil engkoh Hwesio kepadamu."
"Apa benar?" 734 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah tentu benar. Baiklah, kau boleh tanya."
"Di mana nona Yong-yong?"
"Dipinggir rawa dibelakang gunung yang lain."
"Banyak terima kasih."
Hwesio pemabukan berjingkrak berdiri, teriaknya." Waduh,
Hwesio kena tipu. Mana arak?"
"Lain hari saja."
"Lote, kau memang pintar."
Begitu mendengar berita tentang Yong-yong saking senang
lekas Ling-Ji-ping kembangkan Ginkang melayang kebelakang
gunung, beberapa kali lompatan berjangkit, didengarnya
Hwesio pemabukan berteriak dibelakang, "Gui Jin-kiat
memang tua bangka yang teledor."
Mendengar ocehan si Hwesio yang tidak juntrungan itu, Ji-
ping melengak, lekas dia berhenti serta membalik, tanyanya.
"Siapa itu Gui Jin-kiat ?"
"Seorang picak yang melek matanya."
"Tolong jelaskan."
"Punya mata tak bisa melihat, bisa melihat tidak bisa
membedakan orang. Sudah jelas?"
Ji-ping heran, tanyanya. "Maksudmu dia salah menilai
orang?" "Ya," "Siapa?" "Dia menerima dua orang murid keparat."
"Mereka menghkianatinya?"
"Satu durhaka yang satu khianat,"
735 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Punya murid murtad begitu,
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kenapa tidak menghukumnya?" "Memangnya, sayang tua bangka itu sudah tidak mampu
berbuat apa2." "Kenapa?" "Ilmu silatnya sudah ludes."
"Siapa sebetulnya yang kau maksud?"
"Thian-hu Suseng."
Ji-ping segera sadar, sengaja Hwesio pemabukan berputar
kayun bertujuan memaki dirinya, maka dengan tertawa dia
berkata : "Sekarang kau sudah tidak dirugikan."
"Memangnya selama berdagang Hwesio gila tidak mau
rugi." "Hayolah bantu aku menolong orang."
"Boleh, bayar lagi. satu guci arak."
"Wah, aku pula yang rugi."
Mereka tertawa dan saling pandang dari jarak jauh,
serempak mereka lompat kepinggir jurang, waktu melongok
kebawah, ternyata bayangan Pek-hoa Kongcu sudah tidak
kelihatan. Tersirap darah Ling-Ji-ping, sesaat dia melongo mengawasi
Hwesio pemabukan, akhirnya membanting kaki gegetun.
Hwesio pemabukan juga terlongong, dia pusatkan
perhatiannya melongok kebawah, agak nya Hwesio yang satu
ini juga tidak tahu, apakah Pek-hoa Kongcu sudah mati atau
masih hidup" Agaknya dia kira perempuan itu sudah terjun ke
rawa sedalam ratusan tombak didasar jurang sana.
Batu karang disamping dinding yang lurus itu menonjol
keluar menyerupai balkon, dari sini dapat melihat keadaan di
736 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bawah jelas sekali. Padahal mereka belum jauh meninggalkan
tempat itu, jelas Pek-hoa Kongcu tidak mungkin terbang
meninggalkan tempat itu kecuali terjun kerawa dibawah sana.
Timbul rasa sesal dalam benak Ling Ji-ping, mengawasi air
terjun yang dituang ke bawah setinggi ratusan tombak itu,
matanya terbayang akan orang tua jelek alias Thian-hu
Suseng yang sedang meronta dan bergulat melawan elmaut,
tokoh besar yang dulu digdaya namun nasib telah
mempermainkan dirinya, kapan dia pernah mengecap hidup
bahagia dan tentram sejahtera. Selama dua puluh tahun dia
hidup menderita didalam gua gelap, hanya satu pengharapannya sebelum ajal ini, melihat wajah putri
satu2nya. Namun harapan inipun agaknya takkan bisa
terlaksana pula, terpaksa akulah yang diangkat menjadi ahli
warisnya. Dua pesan diserahkan kepadanya untuk dilaksanakan. Kini bila Pek-hoa Kongcu mengalami sesuatu,
bagaimana dirinya memberi pertanggungan jawab kepadanya"
Se-olah2 terbayang bentuk wajah si orang tua jelek yang
sudah hampir cacat itu tengah me-ronta2 seorang diri tengah
derojokan air terjun yang gemuruh dan lenyap terbawa air.
Tanpa terasa keringat dingin membasahi kuduk Ling-Ji-ping,
terasa betapa berat dan mulia beban yang diserahkan oleh
orang tua jelek kepadanya, namun belum ada setengah hari
Pek-hoa Kongcu sudah mengalami nasib sejelek ini, sungguh
mengenaskan. Pada saat itulah tiba2 terasa
angin berkesiuran dibelakangnya, baru dia melengak segulung tenaga dahsyat
telah menerjang ke arah dirinya. Mereka berdua berdiri
terlongong menghadapi jurang, seluruh perhatian ditujukan
kebawah dan tengah merenungkan nasib Pek-hoa Kongcu,
kejadian amat mendadak, betapapu tinggi ilmu silat orang, di
sergap dalam keadaan begini sudah pasti kaget mereka bukan
main. 737 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untung Ling-Ji-ping membekal Kungfu yang tidak rendah,
begitu damparan angin keras menyentuh tubuh, dia pinjam
kekuatan dorongan itu menjejak kaki mumbul jumpalitan
kebelakang, disusul dengan gerakan In liong yu khong pula
hinggap tiga tombak disebelah kiri. Begitu kaki menyentuh
tanah dibarengi hardikan, tanpa melihat siapa pembokong
dirinya, kontan dia balas memukul satu kali pukulan telapak
tangannya menerbitkan damparan angin kencang. Seorang
laki2 baju kuning, tanpak terhempas setombak lebih.
Berhasil memukul mundur orang baju kuning, sekilas Ling-
Ji-ping menoleh kepinggir jurang tapi bayangan Hwesio
pemabukan telah, lenyap entah kemana karuan hatinya
mencelos, pikirnya. "Mungkinkah Hwesio pemabukan terpukul
jatuh kejurang?" Jurang setinggi ratusan tombak dengan dinding yang tegak
lurus lagi, dibawah adalah rawa berair dingin yang bergolak
oleh air terjun. Manusia jelas takkan kuat melawan kekuatan
alam, bila benar Hwesio pemabukan jatuh bawah, jelas
jiwanya melayang dengan badan hancur lebur. Mengingat
betapa berbahaya keadaan dirinya barusan, tanpa terasa
tubuhnya menggigil dingin sendiri.
Segera dia menoleh kearah laki2 baju kuning yang berdiri
dua tombak di sana, dengusnya. "Tuan memiliki kepandaian
tinggi, namun bertindak curang dan serendah ini. Apa tidak
malu ?" Orang baju kuning menyeringai, "Anggaplah nasibmu
mujur, belum tiba saatnya mampus. Sayang kau tidak ikut
terjun kebawah jurang bersama si gundul tadi."
Kepandaian laki2 baju kuning memang tidak lemah,
serangan tunggal Cap-ji te sat jiu Lin-Ji-ping ternyata berhasil
dihalaunya dengan mudah, sering balas menyerang lagi,
keadaan sama kuat alias setanding.
738 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lekas sekali mereka sudah bergebrak dua puluh jurus,
dalam merangsek lawannya, ke dua orang sama berebut
kesempatan dan ber inisiatiaf menduduki posisi yang
menguntungkan diatas puncak karang,
maka sambil bertempur mereka mundur kebagian yang lebih tinggi, lama
kelamaan undur kebawah puncak.
Se-konyong2 Ling-Ji-ping menghardik sekali, beruntun dia
menggempur dua kali pukulan sehingga lawan terdesak
mundur, kedua matanya menyala gusar, bentaknya:
"Berhenti," Setelah dua puluhan jurus, tapi sedikitpun dirinya tidak
memperoleh keunggulan, diam2 laki2 baju kuning juga kaget,
tak pernah terpikir olehnya bahwa anak muda ini memiliki
Kungfu selihay ini, padahal dia sudah lancarkan ilmu pukulan
simpanannya, maka dia tertawa dingin: "Anak jadah, mau
kentut lekas keluarkan?"
Menyeringai ujung mulut Ling-Ji-ping, desisnya: "Siapa
kau" Orang she Ling tidak pernah membunuh lawan yang
tidak punya nama" "Memangnya dari pakaian tuan besarmu tidak tahu asal
usulku?" Ling-Ji-ping melenggong, baru sekarang dia sempat
perhatikan, kecuali warna pakaiannya, model baju yang
dipakainya corak dan bentuknya serupa dengan kelima laki2
baju biru tadi, kantong yang dikempit dibawah ketiak kiri juga
berwarna kuning. Dengan angkuh Ji-ping berkata: "O, jadi kau
ini Ui ih tongcu dari T hian te hwe?"
"Betul," ujar laki2 baju kuning terkekeh, "otakmu memang
cerdik, sekali singgung langsung tahu."
Tiba2 bola mata Ling-Ji-ping memancarkan cahaya dingin,
desisnya, "Selama ini Cayhe tiada permusuhan dengan Thian
the hwe, kenapa kau menyergapku " Memangnya sepak
739 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjang orang2 Thian te hwe memang main curang dan tidak
tapi malu?" Sesaat laki2 baju kuning terlongong, wajahnya tampak
kikuk, katanya: "Walau aku tidak kenal kau bocah kemarin
sore, tapi kau berada bersama Hwesio bangsat itu, yakin kau
pun bukan manusia baik. Hwesio bangsat itu memang sedang
kucari dan akan kuhajar dia sampai mampus, agaknya
nasibmu lebih mujur, tidak ikut dia terjun kebawah jurang."
Sekarang lebih jelas pula bagi Ling-Ji-ping tujuan sergapan
laki2 baju kuning ditujukan kepada Hwesio pemabukan, jadi
bukan cari perkara terhadap dirinya, soalnya dirinya
berdampingan, hingga hampir saja ikut celaka. Namun rasa
gusar masih membara dalam benaknya, jengeknya, "Thian-te-
hwe terhitung suatu kumpulan, yang punya kedudukan
dikalangan Liok-lim. Sebagai Tongcu, karena tidak mampu
melawan, kau menyergap dan main bokong. Manusia
macammu ternyata di anggap sebagai T ongcu dalam T hian-te
hwe bukan saja kau sendiri harus malu, seluruh anggota dan
pimpinan T hian-te-hwe pun akan ikut merasa terhina" Hm."
Saking malu laki2 baju kuning jadi marah, bentaknya
dengan pandangan buas. "Anak celaka, siapa kau?"
Ling-Ji-ping menyeringai sadis, katanya:
"Cayhe punya selembar kartu undangan, boleh kau terima
dan periksa segera kau akan tahu siapa dirinya?"
"Anak keparat pakai cara busuk segala, cukup asal tuan
besarmu tahu siapa dirimu, siapa sudi menerima undangan
segala." Pelan2 Ling-Ji-ping merogoh kantong mengeluarkan secarik
kartu undangan warna hitam, seringainya dingin. "Memang
terhadap orang semacam kau Cayhe tidak akan menilai
rendah, boleh anggap menjadi kebanggaanmu sebagai
Tongcu, tapi...." 740 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi apa?" sentak laki2 baju kuning. Tiba2 terasa sorot
anak muda yang rudin ini seperti memancarkan cahaya yang
menyilaukan, sesaat dia tertegun.
"Siapapun yang menerima kartu undangan ku ini, dia akan
memperoleh suatu manfaat." desis Ling-Ji-ping dengan suara
dingin dan mengancam. "Kurang ajar, jangan main gertak dihadapan tuan besarmu,
jikalau kartu undanganmu ditaburi racun, tuan besarmu juga
tidak takut. Coba katakan apa manfaatnya?"
"Setiap penerima kartu undangan ini dia akan menghadiri
suatu perjamuan." "Anak keparat, main sandiwara apa kau" Menghadiri
perjamuan siapa?" "Perjamuan yang diadakan oleh raja akhirat," desis Ling-Ji-
ping sepatah demi sepatah. Habis bicara, dengan dua jarinya
dia menjentik kartu undangan itu, dengan menderu keras
kartu undangan hitam itu meluncur kearah laki2 baju kuning.
Laki2 baju kuning menduga Ling-Ji-ping mengatur tipu
daya diatas kartu undangan, tapi dia percaya obat mujarab
yang dibekalnya mampu menawarkan seratus jenis racun.
Maka dia tertawa congkak, serunya: "Anak jadah, aku jadi
ingin menyaksikan, siapa yang bakal menghadiri perjamuan
raja akirat." Dengan enteng dia angkat tangan kiri serta
diraihnya, kartu undangan itu ditangkapnya dengan mudah.
Begitu menunduk dia pedang kartu undangan warna hitam itu,
tampak di ujung kanan sebelah atasnya bergambar tengkorak
putih, tanpa terasa mulutnya lantas menjerit: "Hah, Cui-hun-
tiap." "Betul," Ling-Ji-ping menyeringai ditempatnya, "ternyata
kau cerdik, sekali pandang lantas tahu."
Berubah pucat muka laki2 baju kuning, sungguh tidak
tersangka bahwa pemuda rudin ini adalah Cui hun jiu Ling-Ji-
741 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ping yang sudah menggetar kalangan Kangouw" Tapi jelek2
dia seorang Tongcu, tadi dia sudah bergebrak melawan Ji-
ping, lekas sekali rasa kejutnya telah sirna, katanya terkekeh,
"melihat lebih nyata dari pada mendengar, Cui hun jiu yang
malang melintang di Kangouw ternyata juga hanya begini
saja." "Kau amat lega bukan?"
"Orang she Ling, tahukah kau apa nama bukit ngarai ini?"
"Peduli apa namanya?"
"Inilah Loh-hun-gay; ngarai sukma jatuh yang terkenal di
Ceng seng san, pintar juga kau keparat ini memilih tempat
kuburmu." Diam2 Ling-Ji-ping sudah kerahkan tenaganya dikedua
lengan, dia sudah siap melancarkan Tin-thian-ciang untuk
membunuh laki baju kuning sekali pukul. Pada saat itulah
tiba2 dipinggir jurang didengarnya, seorang berteriak:
"Waduh, sengsara betul kematian Hwesio gundul macamku
ini." Laki2 baju kuning terbeliak kaget. Ji-ping juga me longo,
tapi lekas sekali hatinya kegirangan. Mereka sama2 dengar
suara teriakan itu, itulah suara Hwesio pemabukan, agaknya
dia tidak terjatuh kebawah jurang.
"Nah, dengar tidak." ejek Ling-Ji-ping, "sukma penasaran
tengah menuntut kepadamu."
Mendadak laki2 baju kuning menengadah sambil bersiul
keras, berbareng tangannya merogoh kantong menggenggam
beberapa butir pelor api yang punya daya ledak luar biasa.
Terdengar teriakan di pinggir jurang lebih keras. "Hwesio
gundul sudah tamasya ke akherat, raja akherat tidak mau
menerimaku, aku diusir balik malah, maka aku cari kalian
berdua, satu menagih hutang jiwa, yang lain menagih arak,
hayo bayar, hayo bayar."
742 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tongcu, tiada gunanya kau mengundang bala bantuan,
sekarang aku mengejar sukma dan yang satu lain menagih
jiwa, entah siapa dulu yang hendak kau layani?"
Liar sorot mata laki2 baju kuning, sambil menggerung
gusar, dia ayun tangannya menimpukkan setitik bola merah
kearah Ling-Ji-ping. Sejak laki2 baju kuning merogoh kantong,
Ling-Ji-ping sudah perhatikan gerak-geriknya. Melihat lawan
menimpukkan bola merah, dia lantas tahu lawan menyerang
dengan pelor guntur. Sekuat enjotan kakinya dia melompat
jauh bersalto pula mencapai beberapa tombak sebelum
kakinya menyentuh bumi. Ledakan keras telah menggoncang
puncak bukit karang ini, lidah api menyambar, asap tebal
menjulang keangkasa. Bila Ling-Ji-ping berdiri tegak pula, tepat dimana barusan
dia berdiri telah berlubang seluas beberapa kaki, batu2
karang di sekelilingnya sama runtuh berhamburan. Diam2 Ji-
ping membatin. "Ledakan pelor api itu memang mengejutkan,
untung aku bertindak cukup cepat, kalau tidak mati tentu
sudah luka parah." Laki2 baju kuning menyeringai bangga, segera dia
melompat kesana menduduki posisi yang lebih menguntungkan dibagian atas, katanya dengan membusung
dada. "Bagaimana anak keparat, sudah tahu kelihayanku"
Siapa yang bakal menyerahkan sukma" Kau atau aku?"
Melihat laki2 baju kuning merebut posisi membelakangi
dinding gunung, Ji-ping lantas duga lawan punya rencana
jahat, umpama pelornya itu tidak mampu melukai dirinya,
paling tidak dirinya akan didesak mundur sampai jatuh
kebawah jurang. Hwesio pemabukan jelas belum mampus,
kini masih berada dipinggir jurang, meski tidak kelihatan bila
dirinya sekarang menghadap kesana, dia tidak perlu takut
dibokong oleh Hwesio pemabukan itu. Pelor apinya sekaligus
bisa membinasakan kedua orang itu kedasar jurang malah.
743 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dugaan Ling-Ji-ping memang tidak keliru tujuan laki2 baju
kuning memang demikian, maklum menghadapi Ling-Ji-ping
seorang dia sudah merasa tobat apalagi ketambah Hwesio
pemabukan, meski dirinya memiliki seratus pelor api juga
sukar untuk merobohkan lawan.
Oleh karena itu, timpukan pertama yang menyebabkan
Ling-Ji-ping berkelit ketempat jauh baru merupakan langkah
pertama dari rencananya. Ling-Ji-ping sempat melirik kekanan kiri nya, sebelah kanan
adalah tonggak batu di mana tadi dirinya bersembunyi,
sebelah kiri adalah mulut ngarai yang berbentuk setengah
bundar, untuk dia hanya seorang diri, jikalau pihak musuh
ketambah lagi beberapa orang jelas dirinya tidak akan mampu
menyelamatkan diri. Terdengar suara orang dipinggir jurang berkumandang
pula: "Hai, kembalikan nyawaku, serahkan arak tuntutanku,
kalau tidak mati pun Hwesio tidak akan meram."
Ling-Ji-ping membatin: "Hwesio keparat memang tidak
tahu diuntung, dalam keadaan kritis begini masih mengoceh
saja, tadi kala kau tidak berkaok2, sejak tadi aku sudah
memukulnya mampus dengan Tin-thian-ciang."
Pada saat itulah, dari arah batu-batu disebelah kanan
bermunculan beberapa bayangan kuning, sekaligus muncul
empat orang baju kuning, tangan mereka menggenggam
beberapa butir pelor api, tangan sudah terangkat siap
menimpuk saja. Sekilas laki2 baju kuning menoleh kearah kawannya, tahu
bala bantuan sudah riba, dia ter-loroh2 kegirangan, serunya
memberi pesan kepada anak buahnya. "Jaga tunggak batu itu,
jikalau bocah keparat ini me larikan diri persen dia dengan
beberapa pelor sekaligus."
744 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serempak keempat laki2 baju kuning diatas karang
mengiakan, perhatian mereka segera ditujukan khusus kearah
Ling-Ji-ping. Bahwa dugaannya menjadi kenyataan, diam2 Ling-Ji-ping
amat menyesal dan gegetun, beginilah akibat kalau tidak
segera bertindak. Kini situasi lebih tegang, keadaan lebih
krisis, diam2 dia putar otak mencari akal untuk menghadapi
keadaan serba pelik ini. Laki2 baju kuning menyeringai dingin, pelan2 langkahnya
maju kearah Ling-Ji-ping. Sorot matanya berkilau kehijauan,
serunya ter-loroh2: "Ada jalan ke sorga kau tidak mau kesana malah mengekor
Hwesio yang busuk itu. Kau bocah keparat ini memang sudah
tiba ajal setiap kali turun tangan kau selalu mengejar sukma
orang, tapi sekarang hehehe,..."
Dalam keadaan kepepet ini, masih ada satu cara untuk
mengatasi keadaan, yaitu kecuali Ji-ping mampu membekuk
laki2 baju kuning serta menyandera, sehingga keempat anak
buahnya mati kutu dan tak berani menimpukkan pelor api
ditangan mereka. Namun hatinya amat berang juga terhadap
Hwesio sontoloyo yang suka cari gara2 itu, jikalau dia mau
lekas naik keatas, mungkin urusan tidak akan sefatal ini.
Dalam hati Ling-Ji-ping sedang merancang akal namun
lahirnya dia bersikap tak acuh dan tertawa dingin, dengan
tegak dan gagah dia berdiri tolak pinggang tak bergerak. Akhir
nya laki2 baju kuning berhenti dua tombak di depannya,
dengan pandangan tajam dia melongok kearah pinggir jurang
serta siap angkat tangannya untuk menimpuk pelor api,
katanya sambil menyeringai sadis. "Huh. kenapa tak bicara,
takut ya?" Dingin nada tawa Ling-Ji-ping, katanya "Baru sekarang aku
tahu, Thian-te-hwe bisa bercokol di Kangouw, bukan lantaran
punya perbendaharaan ilmu yang tangguh, tapi hanya
745 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengagulkan kelicikan dan perma inan nakal belaka, bukankah
menggelikan." "Jangan kau memancing kemarahanku, aku masih
mengemban tugas penting lainnya, tiada banyak waktu untuk
ngobrol dengan kalian, setelah kalian kubereskan, syukur,
belum terlambat aku selesaikan urusan yang lain."
"Boleh maju, Tongcu muka tebal." Ejek Ling-Ji-ping.
Sembari bicara dia malah melangkah maju lebih dekat.
"Hai yang hutang arak," tiba2 berkumandang suara dari
pinggir jurang, "dan yang hutang jiwa, kalian tunggu sebentar
ya" Kalau tidak hutang arak dan jiwa akan kutuntut semuanya
terhadapmu." Dua orang dari empat orang yang berada diatas karang
segera bergerak menghampir dipinggir jurang.
Tapi laki2 baju kuning segera membentak "Jangan hiraukan
dia, bereskan dulu bocah keparat itu, jurang itu curam,
memangnya dia bisa melarikan diri?" Habis bicara tangan
kanannya segera terayun, Tongcu baju kuning betul2
melemparkan sebutir pelor api.
Kalau Ji-ping berkelit dengan melompat mundur, padahal
dirinya tidak jauh dari jurang, sejak tadi hawa murni sudah dia
kerahkan, begitu menjejak kaki tubuhnya segera melejit,
bukan mundur tapi malah menubruk maju, kedua telapak
tangan dirangkap, dengan jurus Lui-sin-ap ting dia menyerang
dengan kekuatan dahsyat dari salah satu jurus Cap-ji-te-sat-
jiu. Begitu Ling-Ji-ping bergerak empat orang diatas karang
serempak juga mengayun tanggan tapi serta dilihatnya Ji-ping
menubruk maju kearah Tongcu mereka, kuatir me lukai orang
sendiri, terpaksa mereka urungkan serangan.
746 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tindakan Ling-Ji-ping memang diluar dugaan sang T ongcu,
maksudnya semula hendak mendesak Ling-Ji-ping mundur
supaya jatuh ke bawah jurang bersama Hwesio bangsat.
Tak kira orang justeru menubruk kearah dirinya, karena
tangan kanan menggenggam tiga butir pelor api, terpaksa dia
melejit minggir kesamping, berbareng telapak tangan
menyambut dengan tenaga pukulan yang keras, menyapu
kearah Ling-Ji-ping. Sudah, tentu Ji-ping tidak memberi kesempatan, di tengah
udara tubuhnya bersalto, secepat burung elang menukik
menyamber kelinci, tubuhnya meluncur lebih dekat kearah
Tongcu baju kuning, begitu tubuhnya anjlok, kebawah, belum
lagi berdiri tegak, serangan nya sudah dilontarkan secepat
angin, yang diincar adalah Jian kin hian dipundak lawan.
"He," Tongcu baju kuning bersuara sekali, kakinya menutul
ringan, tubuhnya menjengkang kebelakang, cepat sekali kaki
kanan telah menendang, berbareng sebelah telapak tangan
terbalik keatas, langsung dia menepuk kedada Ling-Ji-ping.
Karena tutukannya luput, Ling-Ji-ping memaksa diri
mengegos miring berbareng dia ulur tangan kiri menjojoh
pergelangan tangan Tongcu baju kuning. Gerak serangan
kedua pihak sama cepat dan tangkas, dalam sekejap mata,
keduanya sudah saling serang beberapa jurus, dan akhirnya
keduanya tersentak mundur beberapa langkah baru berdiri
tegak. Jarak mereka hanya lima kaki, bukan saja keempat orang
diatas karang tidak berani menimpukkan pelor api mereka,
pelor besi ditangan Tongcu baju kuning sendiripun tidak
berani ditimpukkan. Pelan2 Ling-Ji-ping sudah mulai menggerakkan tangan
serta menggeser maju, tapi Tongcu baju kuning tiba2
membentak. "Berhenti."
747 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping menyeringai sadis, jengeknya. "Toa tongcu,
ada pesan apa yang perlu kau tingalkan?"
Pelan2 sorot mata Tongcu baju kuning beralih ke tangan
kiri Ling-Ji-ping, mendadak wajahnya berubah kaget dan jeri,
katanya, "Kau boleh silahkan saja, kami tidak akan merintangi kau."
Bahwa sikap dan nada perkataan Tongcu baju kuning
mendadak berubah seratus delapan puluh derajat, karuan
Ling-Ji-ping me lengak heran, akhirnya dia menyeringai dingin:
"Tongcu besar, tak usah kau bertingkah, apakah lantaran kau
berdiri terlalu dekat dengan aku, maka anak buahmu tidak
berani menimpukkan pelor mereka?"
Tongcu baju kuning tertawa ewa, sikap angkuh dan
temberangnya tadi sudah sirna, katanya: "Memang kami tiada
punya permusuhan, hehehe, tadi hanya salah paham belaka."
Melihat sikap orang sungguh seperti tidak pura2, sesaat
lamanya Ling-Ji-ping kebingungan ma lah katanya dingin:
"Sayang Cui-hun tiap yang sudah kukeluarkan, selamanya
tidak pernah kutarik balik."
Berubah hebat air muka Tongcu baju kuning, amarahnya
mulai berkobar pula, tapi hanya sekilas saja, sikapnya
kelihatan ramah pula, katanya:
"Tuan jangan salah paham, jangan kira kami takut
terhadapmu, tentunya tuan tahu bagaimana situasi yang kau
hadapi sekarang, pihak kami lebih untung bukan?"
"Sayang, sekarang sudah terlambat, bila Cui-hun-tiap
belum kukeluarkan, mungkin aku boleh mempertimbangkan
saranmu." Tiba2 Tongcu baju kuning menyurut mundur selangkah.
Tapi Ling-Ji-ping mendesak maju selangkah.
748 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rona muka Tongcu baju kuning makin pucat, sorot
matanya dibayangi rasa ketakutan, katanya. "Jadi tuan sudah
pasti akan membunuhku?"
Ling-Ji-ping tidak habis heran, padahal dalam pertempuran
tadi Tongcu ini belum kalah, ada empat pembantunya yang
siap memberi bantuan pula, apalagi membekal pelor api yang
dahsyat dan ditakuti pula, kenapa sikapnya sekarang kelihatan
begitu jeri, bukan saja wajahnya tampak ketakutan, sorot
matanya pun seperti minta dikasihani. Apa sebabnya "
Dia tidak habis mengerti.
Berulang kali berobah air muka Tongcu baju kuning,
akhirnya dia menghela napas panjang, bersikap pasrah,
meluruskan kedua tangan serta menoleh kearah keempat
anak buahnya serunya: "Kalian lekas pulang."
Empat pembantunya heran dan saling pandang, tangan
mereka yang terangkat pelan2 di turunkan, orang paling kiri
lalu menjura, serunya: "Tongcu, kau...."
Pelor api yang digenggam ditangan kiri segera dia
masukkan kembali kekantong, serunya murka, "Apa kalian
tidak mendengar perintahku ?"
Melihat pemimpin mereka marah, keempat orang itu tak
berani bersuit lagi, lekas mereka menjura lalu mengundurkan
diri kebelakang ngarai. Sikap dan tindakan Tongcu baju kuning betul2 membuat
Ling-Ji-ping keheranan, tapi dia kuatir lawan sengaja
mengatur tipu daya, maka dia tetap berdiri s iaga.
Setelah empat anak buahnya tidak kelihatan pula, pelan2
Tongcu baju kuning membalik badan, katanya. "Tuan ingin
mencabut nyawaku, boleh silahkan, tapi satu hal perlu
kuterangkan lebih dulu, bahwa aku rela mati bukan lantaran
aku takluk dan kau tundukkan dengan kepandaian silatmu."
749 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping ma lah sungkan turun tanga, tanyanya heran.
"Kenapa?" Tongcu itu menghela napas, pelan2 dia pejamkan mata
diam tidak bersuara. Cui-hun-tiap memang kebacut dikeluarkan tapi untuk
membunuh seorang yang tidak melawan jelas tidak sudi dia
lakukan, maka dia harus tahu duduk persoalan sebenarnya.
Maka pandangannya setajam pisau mengawasi perobahan
mimik muka orang" Seorang rela mati, tapi yang lain tidak sudi membunuh
orang yang tidak mau melawan. Sudah tentu hal ini membuat
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ling-Ji-ping serba salah, tanyanya. "Bolehkah kau jelaskan apa
sebabnya?" Pelan2 Tongcu baju kuning membuka tawanya kecut
katanya: "Tuan turun tangan saja, buat apa banyak tanya. Pendek
kata meski jiwaku melayang aku tidak akan dendam
terhadapmu." "Sayang Ling-Ji-ping selamanya tidak pernah membunuh
orang yang tidak berani melawan."
"Wah serba susah jadinya. Aku sudah pantang bergerak
melawanmu, tak berani melukai kau, kuminta kau pergi, kau
bilang Cui-hun-tiap kebacut kau keluarkan, tapi kau tak mau
turun tangan, lalu apa yang harus kulakukan?"
"Kalau kau mau jelaskan sebab musababnya mungkin aku
boleh menarik balik Cui-hun-tiap ku itu."
"Aku tidak bisa dan tidak berani menjelaskan, karena ini
satu pantangan." "Pantangan siapa.?"
"Sudah tentu pantangan seorang."
750 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa tidak bobeh diterangkan siapa orang itu ?"
"Kalau boleh, aku tidak akan bersikap se kaku ini."
Diam2 Ling-Ji-ping membatin: "Mungkinkah dia mendadak
tahu bahwa aku ahli waris Thian hu" Tapi aku tidak pernah
memperlihatkan barang2 peninggalan pihak Thian-hu tak
pernah bicara soal seluk beluk T hian hu pula?"
Tiba2 Tongcu baju kuning tertawa besar katanya. "Kalau
demikian, baiklah, aku tidak akan membuatmu serba salah,"
diam2 dia kerahkan tenaga ditelapak tangan kanan, terus
mengepruk kebatok kepala sendiri.
Ling-Ji-ping tidak menduga, untuk menolong sudah
terlambat, "Plak" batok kepala Tongcu baju kuning seketika
remuk, darah dan otak berceceran, tubuhnya roboh binasa.
Soalnya Ling-Ji-ping harus ber-hati2 kuatir lawan merancang muslihat menjebak dirinya, tapi kenyataan telah
membuktikan bahwa T ongcu baju kuning dari T hian-te-hwe ini
telah mati, agaknya dia melihat atau menemukan sesuatu
benda diatas tubuhnya, maka dia rela membunuh diri.
Dengan mendelong dia awasi mayat Tongcu baju kuning,
mulutnya menggumam : "Aku sudah tidak boleh bergebrak
melawanmu maka aku pantang melukai kau. Kenapa" Kenapa
demikian?" berbagai teka-teki timbul dalam benaknya, tapi
tiada satupun yang terjawab.
Tengah dia berdiri terlongong, tiba2 didengarnya seorang
bertanya. "Lote, apa yang terjadi ?"
Ji-ping tersentak kaget sambil menoleh, ternyata Hwesio
pemabukan berdiri disampingnya, wajahnya yang berlepotan
minyak tampak hambur dan keheranan. Agaknya si Hwesio
juga heran, kenapa Tongcu Thian-te-hwe ini mendadak bunuh
diri malah" Ling-Ji-ping angkat pundak, katanya dingin. "Akupun tidak
tahu apa yang terjadi,"
751 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba2 Hwesio pemabukan berputar kedepan Ling Jiping,
dengan cengar cengir dia awasi Ji-ping dari kepala sampai
kekaki, akhirnya tertawa dan berkata : "Lote, kapan ada
persoalan yang tak terpecahkan olehku, tapi kali ini...." segera
dia angkat buli2 terus menenggak arak.
"Peduli amat," ujar Ling-Ji-ping, "suatu ketika aku pasti
tahu kenapa dia rela membunuh diri malah" Engkoh Hwesio,
tadi kau...." "Aku belum puas hidup jangan kuatir aku takkan mati."
"Orang2 Thian-te-hwe muncul disini, Ban tiam liu ing Li Sin
pasti berada dipegunungan ini, jelas diapun mengincar ketiga
mestika itu." "Memangnya perlu dikatakan pula" Tontonan ramai bekal
terjadi di Cui hwe kok."
"Engkoh Hwesio, Pek hoa Kongcu mungkin sudah mati
terjun kerawa2 dibawah jurang, mayatnya pun sukar
ditemukan lagi, ai."
"Lote, kau memang laki2 romantis." goda si Hwesio tertawa
gelak2. "Memangnya kau tahu apa," omel Ling-Ji-ping, "soalnya
aku dipesan seorang Cianpwe untuk menjaga dan melindungi
dia, siapa nyana sekarang dia sudah mati."
"Mati ya sudah tidak bisa hidup, mati lebih baik dari pada
kita yang masih hidup merana ini, sayang Hwesio macamku ini
sudah berapa kali ingin mati tapi selalu gagal."
Mendadak dia berjingkrak sambil berteriak: "Hanya celaka."
Sambil berkata dia putar tubuh terus angkat langkah seribu.
Tergerak hati Ling-Ji-ping, dilihatnya si Hwesio berlari
kearah puncak belakang mungkin dia teringat kepada Y ong-ji,
maka Ji-ping ikut kaget, segera diapun angkat langkah
mengudak dengan kencang. 752 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plak, plok", sandal rumput si Hwesio mengeluarkan suara
nyaring setiap langkahnya bergerak, kelihatannya dia seperti
berlari seenaknya, tapi Ling-Ji-ping harus kerahkan tenaga
mengembangkan Ginkang baru berhasil menandingi lari si
Hwesio, untung jarak kedua pihak tetap pertahankan sejauh
dua kaki. Lekas sekali mereka sudah tiba dibelakang gunung, tiba2
Hwesio pemabukan membelok kekanan terus melompat turun
kemulut sebuah lembah. Waktu Ling-Ji-ping mengejar tiba
ditempat itu, kebetulan dilihatnya si Hwesio sedang berdiri
dipinggir sebuah sungai kecil yang dalam airnya, mulutnya
seperti bersuara heran. Ling-Ji-ping duga sungai kecil ini airnya mengalir dari rawa2
dibawah air terjun yang deras itu, segera dia ikuti arah
pandangan si Hwesio. Dipinggir sungai sana terdapat sebuah
batu besar rata mirip meja, disampingnya menjulang tinggi
sepucuk pohon cemara tua dan besar, tiada bayangan orang
disini agaknya Yong-yong tadi duduk diatas batu besar itu
karena tidak melihat bayangannya maka Hwesio pemabukan
bersuara heran. Kaki kanan melangkah dan kaki kiri melejit, seringan
burung walet, tiba2 si Hwesio telah melompat naik keatas baju
meja. Dengan seksama dia menunduk seperti mencari
sesuatu, lalu memeriksa keadaan sekeliling batu besar itu,
katanya menggeleng. "Aneh, tadi sudah kupesan padanya
supaya tidak meninggalkan tempat ini, lalu kemana dia
sekarang?" Ling-Ji-ping ikut melompat keatas batu, tanyanya.
"Bagaimana kau bisa bersama Yong-yong?"
Dengan sikap serius Hwesio pemabukan balas bertanya.
"Lote, kenapa kau purikan?"
Ling-Ji-ping menghela napas, katanya sambil menuding
kejari kiri: "Hanya salah paham lantaran cincin."
753 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terbeliak mata si Hwesio mengawasi cincin jari manis Ling-
Ji-ping, rona mukanya berubah beberapa kali katanya
kemudian: "Dari mana kau peroleh cincin ini?"
Ling-Ji-ping melenggong, memang dia sudah heran dan
merasa ganjil, bahwa gadis baju hitam itu tanpa sebab
memberikan cincin ini, maka dia menduga cincin ini pasti
besar manfaatnya. Tanyanya: "Kau tahu asal usul cincin ini?"
"Sudah tentu jelas sekali."
"Boleh ceritakan kepadaku?"
"Katakan dulu, siapa yang memberi kepada kau?"
Maka Ji-ping ceritakan pertemuannya dengan gadis baju
hitam serta dirinya diberi cincin ini olehnya.
"Yah, aku mengerti sekarang," ujar si Hwesio kemudian
setelah me-ngedip2 mata. "Apa yang kau mengerti?"
"Sebab dari kematian Tongcu baju kuning itu."
"Karena aku punya cincin ini?"
"Memangnya perlu kujelaskan lagi?"
"Lho, kenapa?" "Hahaha," setelah tertawa gelak2 si Hwesia angkat pula
buli2nya minum sepuasnya, lalu katanya: "Lote, jangan kau
kira cincin cilik seperti itu, manfaatnya justru amat besar.
Itulah cincin warisan Pek-hu Hwesio dimasa jayanya dahulu."
"Pek-hui Hwesio" Dari Siau lim atau orang Go-bi?"
"Keduanya bukan. Pek-hui Hwesio asal negeri asing, suatu
ketika mengembara ke Tionggoan, gelar Pek-hui itu juga
diperolehnya setelah dia berada di Tionggoan. Sebagai
seorang beribadat, tapi seperti pula diriku, setiap hari setiap
saat selalu minum arak tapi Kungfunya tinggi dan aneh. Dalam
754 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalangan persilatan di Tionggoan namanya tenar tiada yang
menandingi." "O, jadi dia seorang Hwesio sakti yang suka mengembara
secara bebas?" "Hwesio sakti" Bukan sakti dalam ajaran agama lho. Lote,
jangan kau salah sangka."
"Memangnya dia berbuat se-wenang2?"
"Dosa, dosa. Mungkin tata kehidupan padri asing berbeda
dengan Hwesio di Tionggoan, kecuali minum arak lahirnya dia
tidak kelihatan me lakukan perbuatan jahat atau kotor tapi
diluar tahu orang ternyata dia melakukan berbagai kejahatan
karena itulah belakangan dia menamakan gelarnya Pek-hui."
"Akhirnya bagaimana?" tanya Ji-ping.
"Yang menjadi Ciangbun Siau lim di waktu itu adalah Hwi-
bing Taysu, pihak Go bi kita dijabat oleh Ting-ing Suthay
sebagai Ciang bunjin generasi kelima belas. Mereka tantang
padri asing itu bertemu di Toa pi gay. yang terletak dibawah
Kiu ting hong." "Kiu ting hong " Toa pi gay?" tergerak hati Ling-Ji-ping,
katanya: "Apakah puncak di mana maklumat itu berada ?"
"Ya benar, di sanalah tempatnya."
"Tadi kau bilang, jago2 Kungfu di T ionggoan tidak terhitung
banyaknya, benar tidak ?"
"Lote, maksudmu kenapa kedua Ciang bujin itu tidak
mengundang lebih banyak orang" Betul, kekuatiranmu
memang beralasan. Bicara soal Kungfu, meski kedua ciang
bujin itu mengeroyoknya, juga bukan tandingan Pek huy
Taysu, tapi mereka menantang Pek hu bertemu di Toa pi gay
bukan untuk bertanding s ilat."
"Bukan untuk bertading s ilat ?"
755 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, bertanding kotbah!"
"Ha, bertanding kotbah?" tak terasa Ji-ping tertawa geli,
"hendak menundukkan dia dengan kotbah?"
"Iya, betul, memang demikian, selama tiga hari tiga malam,
ke tiga orang itu berdebat dan saling menguraikan ajaran
agama." "Akhirnya Pek hui Tay su berhasil ditaklukkan oleh kedua
Ciangbunjin"." "Tidak, Lote, malah sebaliknya, yang ditaklukkan justeru
kedua Ciangbunjin." "Ah, masa seorang yang berbuat jahat juga bisa mencari
alasan dan bukti untuk memperkuat perbuatannya?"
"Dalam ajaran Budha ada diuraikan tentang akulah yang
masuk neraka, serta triratna."
"Masa berbuat jahat bisa dijelaskan berdasar ajaran
agama?" "Soalnya Pek hui Taysu teramat hapal akan ajaran agama,
walau teorinya teramat aneh dan nyeleweng, namun
alasannya kuat dan tak mungkin dibantah, sehingga kedua
Ciang bunjin tak kuasa mendebatnya, akhirnya mereka
mengaku kalah." "Lalu bagaimana?"
"Nah, coba kau terka Lote."
"Mulai lomba kotbah diakhiri pertandingan silat?"
"Tadi sudah aku bilang kepandaian silat kedua Ciangbunjin
itu bukan tandingannya."
"Jadi terpaksa kedua Ciangbunjin mengaku kalah dan
tinggal pergi?" "Bukan demikian."
756 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu bagaimana?"
"Masa kau tidak bisa menerkanya?"
"Kalau bisa menerka, buat apa aku tanya."
"Terakhir mereka berlomba samadi."
"Samadi?" "Ya, kedua Ciangbunjin menggunakan Kim-kong-sian."
"Pek-hui pakai apa?"
"Dia pakai Ya-hou-sian."
"Hasil lomba?" ''Pek-hui kalah, tapi kedua Ciangbunjin mati."
"Mati" Sudah memang masa mati" Kenapa?"
Si Hwesio geleng2, ditenggaknya lagi arak, selama jadi
Hwesio kapan dia pernah menyebut sang Budha, tapi kali ini
dia merangkap tangan didepan dada lalu komat kamit sejenak,
katanya: "Lote, samadi mengutamakan tenang,
dari ketenangan menimbulkan kejernihan sehingga meningkat
ketaraf tiada aku tiada benda, batin berada diluar badan
kasar. Dalam lomba kali ini kedua Ciangbunjin memang
setelah mencapai ketenangan dan jiwapun melayang, karena
sampai pada klimaksnya pertandingan, mendadak ketiga
orang itu diserbu kawanan serigala, kedua Ciang bunjin
mendadak timbul kejernihan batinnya, meniru pengorbanan
sang Budha merelakan dirinya sebagai santapan harimau,
badan kasar mereka di relakan untuk santapan kawanan
serigala yang kelaparan."
Ling-Ji-ping keheranan, katanya: "Merelakan diri sebagai
santapan kawanan serigala bagaimana bisa mengalahkan Pek-
hui?"
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Karena kedua Ciang bunjin membiarkan badan kasarnya
digerogoti kawanan serigala, namun mereka tetap duduk-
757 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersimpuh dengan tenang tak bergerak sedikitpun, samadi
mereka sudah mencapai tiada aku tiada benda, tapi Pek hui
tidak mampu berbuat demikian."
"Bukankah perlombaan itu terlalu brutal?"
"Brutal" Lote, justeru kedua Ciang bunjin sedang
menginsyafkan dia! B iarlah awak berkorban demi keselamatan
umat manusia, disitulah letak tujuan dan pengorbanan kedua
Ciang bunjin." "Ya," Ji-ping mengerti sekarang, tapi cara begitu rasanya
tidak berperi kemanusiaan.
"Memang, untuk orang lain pertandingan itu memang
teramat brutal dan tak kan ada yang berani melakukan, tapi
bagi murid agama yang sudah mempunyai latihan tinggi,
pengorbanan seperti itu justeru dipandang sebagai kesucian
nan agung." "Bagaimana keadaan Pek hui waktu itu?"
"Coba kau terka sekali lagi."
"Sebagai jago silat yang lihay, tentu dia mengamuk dan
membantai kawanan serigala itu."
"Betul. Tapi Lote harus tahu, karena itu justeru dia di pihak
yang kalah, karena Pek hui tidak mampu mencapai taraf tiada
aku tiada benda." "Ya, tapi pengorbanan begitu kenapa dibilang menginsyafkan kejahatannya?"
"Akan tiba pada sasaran, Lote, setelah kedua Ciang bunjin
meninggal, diatas tanah di depan mereka muncul beberapa
huruf darah." Semakin heran Ling-Ji-ping, kejadian semakin ganjil,
tanyanya: "Mana mungkin?"
"Kenapa tidak mungkin, Lote?"
758 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah kedua Ciang butjin sudah mati menjadi rebutan
serigala tanpa bergerak" Bagaimana bisa menulis ditanah
dengan darah?" "Kapan aku bilang mereka menulis, darah mengalir sendiri
menjadi beberapa huruf."
"Ah, yang benar" mana mungkin ada kejadian seperti itu?"
"Keanehan didunia ini memang tak mungkin dimengerti!
Memang Lote tidak salah bilang orang biasa jelas tidak
mungkin melakukan, tapi ke dua orang Ciang bunjin punya
latihan batin selama enam puluhan tahun, untuk melakukan
sesuatu keanehan bukan suatu hal yang mustahil, dengan
bekal latihannya yang mencapai keagungan sang Budha, maka
darah mereka yang mengalir dan membentuk sendiri huruf2
yang terbenam dalam pikiran mereka, mereka mati untuk
menginsyafkan seorang jahat, kematian bagi seorang padri
agung hanya badan kasarnya saja yang rusak, tapi batinnya
tetap utuh dan tak pernah sirna."
"Betapa agung maksud kedua Ciang bunjin demi
kesejahteraan umat manusia, kalau tidak punya bekal yang
luhur, siapapun takkan mampu melakukan."
"Syukurlah kalau Lote mengerti."
"Apa bunyinya huruf2 darah itu?"
"Didepan Siau-lim Ciangbun berbunyi tiada aku baru ada
sang Budha. Didepan Ting-in Suthay berbunyi Tiada benda
baru bisa tiada kesalahan."
Lama Ling-Ji-ping menepekur meresapi kedua kalimat itu,
akhirnya dia manggut2, katanya; "Untuk bisa mencapai taraf
setinggi itu memang bukan soal gampang, sudah tentu Pek-
hui dipihak yang kalah."
"Sudah tentu kalah, karena pengorbanan ke dua, Ciang
bunjin yang luhur dan mulia hingga dia terharu dan terketuk
sanubarinya." 759 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pek-hui bertobat dan insyaf."
"Ya, maka dia menggunakan Pek-hui Hwesio, gelar itu
dipakainya sejak kejadian itu."
"Lalu apa sangkut paut kejadian itu dengan cincin ini?"
"Lote, marilah duduk, apa kau tidak ingin minum?"
Ji-ping mengangguk, segera dia terima buli2 besar itu serta
menenggaknya beberapa teguk, mereka sudah duduk
berhadapan. Hwesio pemabukan berkata; "Cincin ini dulu
berada disalah satu jari Pek hui, menyaksikan huruf2 darah
setelah kedua Ciang bunjin mati seorang diri dia bersimpuh
dihadapan jenazah mereka yang sudah tidak genah itu selama
tiga hari tiga malam. Akhirnya dia mencapai kesadaran dan
keinsafan, gelak tawa lantang mengakhiri peny iksaan diri
sendiri, lalu dia menyembah sembilan kali dan dihadapan
kedua jenazah itu dia merangkap kedua tangan serta
bersabda. "Omitohud, setitik darah, selembar Hud-king,
setumpuk tulang, setitik hati Buddha. Ajaran agama di
Tionggoan memang jauh lebih luas dan mendalam, sesaat
takkan mengalahkan kemurnian, selanjutnya kugunakan gelar
Pek-hui," habis berkata dia membungkuk masing2 dia
mengambil sebuah tulang dari kedua tulang belulang kedua
Ciangbunjin, tiba2,....ai."
"Apa yang dilakukan Pek hui Hwesio?"
"Dia kutungi sendiri tangan kirinya yang mengenakan cincin
itu. "Lho, kenapa?" tanya Ling-Ji-ping kaget.
"Karena jari tangannya mengenakan cincin itu."
"Karena cincin itu maka dia melakukan kejahatan?"
"Bukan, dengarkan ceritaku Lote." Hwesio pemabukan
berhenti sejenak, "belakangan ada orang bertemu Pek-hui
dipinggir Kim-kio di Thian-thay-san, orang tanya tentang
760 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengannya yang buntung itu, maka dia menjelaskan bahwa
cincin itu adalah cincin iblis dari Mo kau yang berasal dari
lautan timur." "Cincin iblis?" Ling-Ji-ping menunduk mengawasi cincin di
jarinya. "Apa nama Mo kau itu?"
"Namanya It jong kau."
"It jong kau" Mau menguasai apa?"
"Menguasai dunia persilatan dijagat raya ini."
"O, jadi Pek hui Hwesio utusan pihak It jong kau yang akan
beroperasi di T iongkok."
"Siapa bilang" bukan." Ujar si Hwesio. "Cincin iblis adalah
lambang kebesaran Kaucu, mereka adalah perkumpulan dari
anggota It jong kau bila melihat cincin ini seperti berhadapan
sendiri dengan sang Kaucu. Biasanya bila ada tugas penting
dan mengutus jago2nya menyelesaikan urusan itu, sang
Kaucu pasti menyerahkan sebentuk cincin iblis itu, dengan
cincin iblis itu dia bisa mengerahkan anak buah Mo-kau lain
yang berada didaerah, dia punya hak untuk menghukum dan
memberi keputusan penuh akan tindakannya."
Ling-Ji-ping melengak, katanya. "Kalau demikian, Tongcu
baju kuning adalah anggota It-jong kau pula."
"Kalau bukan kenapa dia harus bunuh diri."
"Betapa tinggi Kungfu Pek hui, tapi di dalam Mo-kau dia
hanya terhitung seorang utusan belaka."
"Benar, Pek-hui Hwesio pernah bilang, It jong kau punya
sepuluh utusan, dia adalah satu diantaranya, dia diutus ke
Tiongkok, tugasnya yaitu menyebar luaskan ajaran It jong kau
serta menanam kekuasaan seluas mungkin, bila sudah tiba
saatnya maka mereka akan mendirikan sebuah perkumpulan
persilatan It-jong-kau cabang Tiongkok. Mereka tidak segan2
761 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantai secara kekerasan, bila perlu pakai kekejaman
untuk menindas kaum Bu-lim di T ionggoan."
"Jadi gadis baju hitam itu adalah It-jong-kau-cu?"
"Sukar dikatakan. Tapi aku sudah tahu akan satu hal,
majikan puncak iblis diatas maklumat kematian itu, dia
adalah seorang It-jong-kau."
Ling-Ji-ping menyeringai, pelan2 dia me lolos cincin itu,
katanya. "Kalau tidak kau jelaskan, tanpa sadar hampir saja
aku jadi anggota Mo-kau," tangan terangkat cincin itu hendak
dilemparnya ke sungai. Lekas Hwesio pemabukan mencegahnya, "nanti dulu Lote."
"Untuk apa cincin ini kusimpan?"
"Siapakah gadis baju hitam berkedok itu" Aku tidak berani
memastikan, tapi maksud pemberian cincin iblis ini kepadamu
aku yakin bukan ingin mengangkat kau sebagai salah seorang
utusannya, tapi pasti ada latar belakang lainnya."
"Latar belakang apa?"
"Aku juga tidak tahu. Tapi, aku tahu, kapan bisa
memanfaatkan." "Coba jelaskan?"
"Kau tidak melupakan Hiat-ing-cu dan Kui-tiap-sin?"
"Maksudmu bila mereka melihat cincin ini tidak akan berani
mengusikku lagi?" "Betul, ketiga duta lampu kan anak buah majikan puncak
iblis." Ji-ping geleng2 dengan tawa ejek, katanya "Kalau Ling-Ji-
ping harus berlindung dibawah cincin iblis ini, memangnya
tidak malu aku berhadapan dengan kaum Bulim?"
"Jadi kau yakin dapat menandingi kedua orang itu?"
762 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ji-ping tidak begitu yakin, tapi lebih baik mati dari pada
berlindung dibawah orang."
"Jempol! Patut dipuji," seru si Hwesio menepuk paha, "tapi
simpan saja lebih baik, setelah tahu persoalannya, baru nanti
putuskan bagaimana kau harus bertindak."
Memang beralasan, setelah direnungkan akhirnya Ji-ping
simpan cincin itu kedalam saku, katanya:
"Belum kau jelaskan, bagaimana kau bisa berada disini
bersama Yong-yong?" Hwesio pemabukan tertawa lebar katanya. "Belum lama
setelah Hwesio gila pergi, tiba2 kudengar ada langkah
mendatangi, waktu ku toleh, eh, ternyata dia yang berlari
mendatangi dengan air mata bercucuran dan muka ber sungut
sedih, siapa tahu kalian anak2 muda senang purikan" Nah,
begitulah kejadiannya."
"Kenapa dia lari kemari?"
Hwesio pemabukan tertawa gelak2 katanya, "Lote, kau
sudah mengompres keteranganku?"
"Ah, mana berani."
"Baiklah kujelaskan, karena kami melihat Tongcu baju biru
diam menguntit Pek-hoa Kongcu, setelah berunding kami dua
Hwesio lantas bertindak, genduk mungil ini menunggu disini,
nah sudah puas belum?"
Ling-Ji-ping celingukan, akhirnya menghela napas, katanya.
"Sekitar sini tiada tanda2 orang berkelahi, agaknya dia sudah
pergi, semoga tidak mengalami bahaya, mungkin dia pergi
bersama Seng locianpwe?"
Mendadak si Hwesio men-dengus2 sambil celingukan,
seperti anjing yang membaui makanan, katanya: "Eh Lote,
apakah kau mencium bau wangi?"
763 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping ikut men-dengus2, katanya tertawa: "Bukankah
bau arak dalam buli2mu?"
"Memang mirip bau arak, tapi aku berani pastikan, bau ini
bukan bau arak dalam buli2 ku, hayolah, Lote, kita tengok
kesana," lalu dia mendahului melayang kesana, ber-lari2
menyusuri pinggir sungai terus menuju kearah selatan.
Kira2 beberapa li kemudian, keadaan berubah, didepan
menghadang sebuah gundukan tanah setinggi puluhan
tombak, dipinggir bukit berdiri sebuah pohon beringin tua
yang rimbun daonnya, dibawah pohon terdapat sebuah batu
besar, bau arak datang dari bawah bukit, tapi disini tidak
kelihatan ada bayangan orang.
Kembali Hwesio arak menyedot napas beberapa kali,
katanya. "Lote, agak ganjil keadaan disini."
Ling-Ji-ping menjawab tawar. "Naik saja keatas apa yang
ada di sana, mungkin ada sebuah guci arak bagus, bukankah
kebetulan malah untuk membuktikan perutmu?"
Hwesio arak geleng2, katanya: "Tiada orang diatas, mana
mungkin ada arak bagus, apalagi bukit ini agak ganjil,
umpama benar ada arak, aku Hwesio yang doyan arak inipun
tidak berani sembarang mengusiknya," baru habis perkataannya, mendadak dia berteriak. "Haya, celaka, kenapa
kepalaku pening." "Kenapa kau?" Tanya Ling-Ji-ping melengak. Tiba2 di
lihatnya si Hwesio roboh terjengkang, kaki tangan mengejang
sekali lantas tak bergerak lagi, seperti jiwanya melayang.
Karuan Ji-ping kaget, lekas dia memburu maju dan hendak
memapahnya, tiba2 kepala terasa pusing dan pandangan
berkunang2, hampir saja dia tidak kuat berdiri lagi. Lekas dia
mengempos semangat menghimpun hawa murni, sekuatnya
dia bertahan diatas kedua kakinya.
764 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saaat itulah, dari atas bukit terdengar orang berkata
dengan tawa dingin. "Nah bagaimana perkataanku" Ban-tok hi-ang dapat
meracuni orang dalam jarak beberapa li, bukankah dengan
mudah merobohkan mereka?"
Ji-ping tahu itu suara Ban tok Pocu, pikirnya. "Memang
tidak malu sebagai salah satu Si-tok, cara menggunakan racun
ternyata memang lihay dan susah di jaga, kenapa aku tidak
pura2 keracunan, supaya mereka kemari, bila mereka tidak di
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ganyang, kelak pasti banyak mencelakai orang tidak berdosa,"
maka sengaja dia pura2 sempoyongan terus roboh
terjerembab tidak bergerak lagi.
Diam2 Ji-ping kerahkan Liok-hap-sin-kang sambil menahan
napas, pelan2 dia berusaha mengeluarkan hawa racun yang
disedotnya tadi, melalui pori2 tubuhnya dengan desakan hawa
murni. Terdengar suara melengking lainnya berkata. "Nenek tua,
jangan kau takabur, Hwesio itu terkenal sukar dilayani, Sip kut
sian ki pernah bilang, waktu di Hoan-hi-sian dalam Ji-long-bio
tempo hari, pernah dia ditipu oleh Hwesio sontoloyo itu, apa
kau lupa Sip-kut-sian-ki adalah murid Ngo-tok Hujin, Ngo ting-
coa-yan-ciu atau arak jambul merak dan liur ular kurasa tidak
kalah lihay dari beberapa jenis racunmu."
Ban-tok Pocu tertawa bingar, katanya. "Jin-tok, kurasa
terlalu tinggi penilaianmu pada Hwesio gundul ini, ketahuilah,
aku memberi obat sesuai penyakitnya, Hwesio ini gemar arak,
maka Ban-tok-hiang telah kucampur dalam arak, dihembus
angin lalu baunya bisa teruar sampai jauh, Hwesio ini adalah
setan arak, begitu mengendus bau arak, mana dia pikirkan
apakah arak itu mengandung racun atau tidak, bukankah dia
segera datang kemari dan menenggaknya habis beberapa
cangkir" Memang berbeda dengan kejadian tempo hari dia
tahu perjamuan arak dulu sengaja telah diatur oleh genduk
ayu itu, karena hati sudah waspada, maka dia tidak tertipu."
765 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jian-tok-sin-thong tertawa, katanya. "Tapi kita harus
berlaku hati2. Baiklah, biar ku tambah lagi dengan segenggam
Hoat-kut-siau-hun-hun ?"
"Jangan," cegah Ban-tok Pocu, "Kaucu ada perintah supaya
kita menawan bocah ini hidup-hidup."
Jian-tok-sin-thong berpikir, katanya kemudian. "Kalau
begitu biar kupersen mereka sebutir Jit-tok-bi-yan-tam, baru
nanti kita membekuknya, tapi Hwesio gundul itu lebih baik
jangan diampuni, kalau dibiarkan hidup, kelak mungkin bisa
mendatangkan kesulitan."
"Itu sih terserah padamu," ujar Ban-tok Pocu.
Mendadak diatas bukit muncul dua orang yang disebelah
membawa tongkat adalah Ban-tok Pocu, yang disebelah kanan
bertubuh pendek kate seperti anak2 adalah Jian-tok-sin-thong.
Karena terburu nafsu, waktu pura2 keracunan dan
tersungkur jatuh tadi, Ling-Ji-ping rebah miring, jadi
membelakangi bukit, menghadap kearah si Hwesio, dan lagi
jarak mereka teramat dekat, sebelah tangan Ling-Ji-ping
menindih tangan kiri si Hwesio. Dengan ujung jarinya dia
menyentuh tangan si Hwesio serta berbisik: "Kau benar2
keracunan atau pura2 keracunan?"
Mendadak si Hwesio tertawa lebar sambil memonyongkan
mulut kepadanya. Tahulah Ling-Ji-ping bahwa s i Hwesio hanya
pura2, legalah hatinya, katanya pula lirih. "Mahluk racun itu
hendak menggunakan Jit tok bi yan tam, bagaimana?"
Bibir si Hwesio tampak bergerak suara lirih seperti berbisik
segera terkiang ditelinga Ling-Ji-ping, "Arak yang dibawa si
Hwesio, dapat menawarkan segala macam arak, memangnya
kau tidak bisa menahan napas dan jangan mengendusnya?"
"Hwesio jangan kau pura2 welas asih lagi, bagaimana kalau
satu orang satu kita bereskan mereka?"
766 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan berisik mereka telah datang." si Hwesio
memperingatkan. Ling-Ji-ping segera mendengar suara kesiur angin yang
meluncur datang kearah mereka, lekas Ling-Ji-ping menahan
napas, tak jauh disamping tubuhnya suatu benda jatuh dan
meledak, tujuh warna asap segera menyebar keberbagai
penjuru. Dikala asap tebal tujuh warna itu mengepul cepat sekali si
Hwesio menjejalkan sebutir pil kemulut Ling-Ji-ping, katanya.
"Pi tek tan buatan Go bi kita dapat menawarkan segala racun
jahat, Lote, baiklah aku terima saran mu, kita gasak satu
orang satu." Lekas sekali tujuh warna asap itu telah buyar tertiup angin
lalu, terdengar pakaian melambai, agaknya kedua mahluk
beracun itu telah melayang datang. Tapi mereka kelihatan
masih ragu akan buah karya tangan sendiri, sesaat mereka
berdiri agak jauh serta mengawasi dengan seksama.
Karena rebah miring membelakangi mereka, sudah tentu
Ling-Ji-ping tidak melihat mereka tapi mendengar suaranya,
dia memperkirakan jarak berdiri kedua orang itu sedikitnya
ada dua tombak. Terdengar Ban-tok Pocu berkata: "Pagi tadi bocah keparat
ini bernasib baik, untung ada tua bangka setan itu
menampilkan diri. Hehe. kali ini coba saja apa dia mampu lolos
dari renggutan elmaut?"
Suara Jian-tok-sin thong melengking tajam suaranya mirip
anak kecil. "Budak itu sudah berada di tangan kami, hari ini
berhasil membekuk bocah ini juga, segala sesuatu mudah
selesaikan." "Memang, Kaucu bilang, waktu sudah mendesak, bila
menunda2 urusan, entah berapa banyak pula jago silat akan
berdatangan ke pegunungan ini. Kabarnya pihak Bu-tong dan
Siaulim juga kerahkan juga mereka meluruk datang walau
767 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami tidak takut menghadapi kawanan hidung kerbau dan
para kepala gundul itu, tapi mereka berjumlah banyak paling
tidak akan menjadi rintangan juga bagi kita, celaka bila pihak
Thian te hwe dan Yu-bing kau menggagap di air keruh."
Ji-ping mencelos hatinya, pikirnya. "Budak yang mereka
bicarakan pasti Yong-ji adanya. Ternyata dia sudah jatuh
ketangan pihak Ang-hoa-kau."
Jian-tok-sin-thong-menyeringai, jengeknya. "Bu-tong dan
Siau-lim memangnya harus ditakuti" Apalagi Yu-bing-kau dan
Thian te-hwe mereka tidak usah diperhatikan, yang harus
diperhatikan justru majikan puncak iblis dan anak buahnya."
Ban-tok Pocu cekikikan, katanya: "Agaknya kau belum
mengerti, Kaucu suruh aku membekuk genduk itu hidup2 apa
kau tahu apa tujuannya?"
"Bukankah untuk sandera dan barter dengan pusaka milik
bocah keparat itu?" "Hanya benar separo dugaanmu."
"Jadi masih ada alasan lain?"
"Sudah tentu ada," ujar Ban-tok Pocu melangkah maju dua
tindak, "hehehe, setelah genduk mungil itu berada ditangan
kita, rombongan orang2 dari Kiu-ting-hong tidak perlu ditakuti
lagi, kalau tidak buat apa kita susah payah mengatur tipu daya
membekuknya hidup-hidup?"
"Iya, kenapa?" "Aku sendiri juga kurang jelas, tapi aku tahu mati hidup
genduk mungil itu punya pengaruh penting bagi pihak Kiu-
ting-hong, 0ooo0dw0ooo0 768 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid ke 22 "Bila tiba saatnya, bukan saja mereka tak akan berani
bertindak terhadap kita, bila kita pandai2 melihat gelagat dan
mengatur tipu daya, bukan mustahil mereka bisa kita peralat
sehingga pihak Ang hoa kau saja yang yang bakal
memperoleh keuntungan besar."
Agaknya Jian tok sin thong, makin bingung, katanya "Aku
jadi semakin bingung, budak itu kelahiran Hu yong hong,
sanak famili Lam jan si setan cacat itu, mana mungkin punya
hubungan apa segala dengan pihak Kiu ting hong."
"Hehe, baru pagi tadi aku tahu. Pendek kata hal itu
memang tidak benar dan tidak usah disangsikan. Kaucu kita
cukup cerdik pandai, aku yakin dia bisa membereskan urusan
ini dengan baik." Tersirap hati Ling-Ji-ping, pikirnya. "Ui Bwe-ing ternyata
pandai menyergap berita, pada hal aku harus curiga, tapi dia
sudah berani memastikan. Gelagatnya usahaku untuk
menolong Yong-yong bakal menghadapi kesulitan."
"Umpama orang2 pihak Kiu tinghong tidak perlu dibuat
kapiran, lalu bagaimana Kaucu akan menghadapi It ci sin mo,
Lam jan dan Pak koat!"
"Menurut pendapatku, meski ketiga setan bangkotan itu
lihay, yakin mereka takkan kuat menghadapi Mo im sam kik."
"Lalu budak jelita murid didik Sin yan si ok nga itu" Budak
itu bikin orang kepala pusing, jejaknya tidak menentu,
terutama ke dua burung walet emas perak itu, ternyata cerdik
pandai pula, susah dijaga, bukankah kedua burung walet itu
yang menggondol barang milik kita dulu."
Agaknya Ban-tok Pocu menjadi keki, katanya sambil
mengetuk tongkatnya. "Ya, tak usah ngomong soal budak itu."
Jian-tok-sin-thong me lengak, tanyanya "He, agaknya kau
jengkel terhadap dia?"
769 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia itu apa?" jengek Ban-tok Pocu, "aku keki bila bicara
tentang beng Siau-tang, dulu kalau bukan dia yang
menghancurkan Sip-hun-cui-sim-tay-hoat guruku yang dilatihnya hampir sempurna, hehehe, situasi Bulim sekarang
yakin berbeda keadaannya."
"O, ya. Aku pernah dengar Suhu cerita tentang peristiwa itu
kabarnya dalam pertempuran kali itu gurumu picak kedua
matanya apa benar?" "Siapa bilang bukan?" Desis Ban-tok Pocu gemas. "Kali ini
aku nenek tua ditugaskan turun gunung, tujuannya juga untuk
sepucuk...." sampai di sini tiba2 dia sadar kelepasan omong,
maka lekas2 bungkam. Jian-tok-sin-thong tertawa gelak2, katanya: "Demi sepucuk
Giok-lan diantara ketiga Sam-po itu, betul tidak" Nenek tua,
jangan ngapusi aku, kita tahu sama tahu, jikalau bukan
lantaran ketiga pusaka itu kau dan aku memangnya sudi
tunduk pada perintah orang lain?"
"Jadi kau juga bertujuan merebut Giok-lan?"
"Bukan. Atas perintah Suhu kami aku di haruskan merebut
Giok hud jiu, untung tujuan kita berbeda, maka boleh terus
terang kukatakan kepadamu."
"Haha, jadi kita sama2 satu arah lain tujuan."
"Betul, nenek tua, biarlah kuterangkan kepadamu, tahukah
kau apa kehendak Tok busi-ang?"
"Giok-tiap?" "Betul," seru Jian-tok-sin-thong keplok tangan "racun tua
memang mengincar Giok-tiap, kita sam-tok jadi punya tujuan
berbeda." "Khabarnya Ngo tok Hu jin sudah meninggalkan Liok go
wan menuju ke pegunungan ini, apa pula tujuannya"."
770 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kebetulan kau menyinggung dia, aku jadi ingat, nenek tua
itu tidak Ban tok atau Jin tok, tapi dalam permainan racun
ternyata dia tidak kalah keji dari kami, jiwanya malah lebih
tamak, jikalau dia mengincar ketiga pusaka itu, bukankah kita
harus bermusuhan dengan dia?"
"Iya, sulit juga." Ban-tok Pocu merenung, "siapa yang
bilang?" "Tok-bu siang."
"Jangan percaya ocehannya, racun itu memang bukan
barang baik." "Memangnya kau Ban-tok Pocu adalah barang cantik?"
jengek seseorang dari samping sana. Berbareng terdengar
kesiur angin melesat turun dari atas bukit, sesosok bayangan
berkedok ternyata hinggap diatas bumi, siapa lagi kalau bukan
Tok-bu-siang. Ling-Ji-ping rebah tidak bergerak, semula ia menunggu
kawanan racun itu maju mendekat baru akan membereskan
mereka bersama Hwesio pemabukan, tak nyana tiba2 Tok-bu-
siang muncul juga, pikirnya: "Wah, celaka, mahluk2 racun ini
kenapa kumpul disini."
Dilihatnya si Hwesio menyeringai sambil me lelet lidah, tiga
jari tangannya ditegakkan, katanya berbisik: "Kurang satu lagi,
sebentar juga akan tiba."
Ling-Ji-ping me lengak, dia tahu "satu" lagi yang dimaksud
bukan lain adalah Ngo-tok Hujin, mereka dijuluki Si tok, kalau
Si tok berada disini, mampukah dirinya menandingi mereka"
Sekilas Tok-bu-siang me lirik kearah Ji-ping berdua lalu
berkata "Bagus, bagus, aku memang sedang mencari Hwesio
keparat ini, tak kira kalian telah merobohkan dia."
Ban-tok Pocu mendengus hina, katanya "Racun tua, untuk
apa kau kemari?" 771 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah kau bilang aku racun tua ini bukan barang
baik2" Manusia yang bukan barang baik paling pandai
merancang tipu daya kau setali aku tiga uang, apalagi kali ini."
"Racun tua," seru Jian tok sin thong, "Jangan plintat plitut,
hayolah bicara blak2an, kita merebut tujuan masing2,
bagaimana kalau bersatu padu berjuang bersama."
"Heeh, sayang orang tidak percaya kepada aku yang sudah
lanjut usia ini?" Ban-tok Pocu mengetuk tongkatnya dengan gusar, serunya,
"memangnya kenapa kalau aku tidak mempercayai kau"
Memangnya aku nenek tua takut terhadapmu."
"Ha, kita tahu sama tahu."
"Kita dijuluki Bu-lim-si-tok. Hati beracun, perbuatan jahat,
sepak terjang kita mana pernah lurus" Hal itu sudah diakui
kaum persilatan seluruh jagat. Hehehe, kita duduk sama
rendah berdiri sama tinggi, siapapun tiada yang lebih
menonjol, lalu kenapa harus bertengkar melampiaskan rasa
dongkol belaka" Untung tujuan kita berbeda, kelak bila
berhasil merebut barang yang dimaksud, masing2 boleh
memiliki sendiri. Situasi sekarang tidak menguntungkan.
Bersatu kita utuh bercerai kita runtuh, memangnya kalian
yang sudah sama2 tua bangka tidak menyadari akan hal itu?"
Ban-tok Pocu mendengus pula dengan aseran. Tok-bu-
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siang terkekeh, katanya. "Jikalau hal seperti itu aku tidak tahu
mengingat sepak terjang nenek tua biasanya sejak mula aku
sudah menghasut Ui Bwe-ing untuk menggasaknya lebih
dulu." Ling-Ji-ping membatin setelah mendengar percakapan
mereka. "Lahirnya mereka bersatu padu, padahal hati masing2
merancang muslihat untuk mengangkangi barang tujuan
sendiri, betapapun lihay dan cerdiknya Ui Bwe ing, umpama
benar dia berhasil merebut ketika pusaka itu, mungkin dia
bakal kecundang ditangan ketiga racun ini?"
772 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jian tok sin thong ter-kial2, katanya: "Nah kan begitu. Bila
kita bertiga mau kerja sama, yakin usaha kita tidak akan
menemukan jalan buntu."
Belum lenyap suaranya, tiba2 kumandang suara cekikik
tawa merdu dan genit, seorang berkata; "Aduh, kalau kalian
membagi seorang satu barang, memangnya aku datang
dengan tangan hampa?"
Si Hwesio komat kamit pula. "Lote, nah, itu sudah datang.
Kita saksikan saja mereka saling cakar, racun lawan racun,
kita bisa menonton keramaian."
Karena rebah miring Ling-Ji-ping tidak bisa melihat wajah
pandangan ini, tapi dari suaranya yang merdu dan genit, dia
yakin orang itu adalah perempuan yang belum terlalu tua.
Pikirnya: "Semestinya usia Ngo-tok Hujin tidak muda lagi,
mungkinkah dia memiliki tubuh muda karena pernah makan
obat2an yang mempertahankan kemudaaannya?"
Sudah tentu ketiga racun yang lagi berbincang itu sama
kaget dan menoleh kearah datangnya suara. Tampak dari
belakang pohon beranjak keluar seorang nyonya setengah
baya, berpakaian kain sari semampai dari atas menyentuh
tanah wajahnya putih berseri genit, meski sudah tidak begitu
cantik, tapi gerak geriknya tampak begitu menggiurkan,
tangan kanan diantara jari2 tangannya menjepit sapu tangan
sutra warna merah, sambil di-goyang2 bau wangi yang
memabukkan seketika teruar terhembus angin lalu. Nyonya
setengah baya ini memang bukan lain adalah Ngo-tok Hujin.
Dasar keberangasan, Ban-tok Pocu menyambut dengan
mengetuk tongkat, serunya. "Mau datang ya terang2an
kenapa main sembunyi?"
"Wo," Ngo-tok Hujin tertawa lirih, sapu tangannya digelar
didepan dada, katanya. "Memang siapa yang main sembunyi"
Soalnya kalian sudah berunding, aku kuatir mengganggu."
773 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kukira Ngo-tok Hujin yang biasanya tidak mau
ketinggalan, kali ini ternyata hidup senang di sarangnya, dan
tidak akan mau keluar kandang, eeeeh, tak nyana kau datang
juga?" "Ya, tapi kedatanganku kan dibelakang kalian?"
"Berapa tahun tidak berjumpa, ternyata kau malah lebih
muda?" "Dan masih ada." Ujar Ngo-tok Hujin cekikikan, "hatiku
lebih jahat dari dulu, kenapa hal ini tidak kau katakan
sekalian?" Tok bu siang tertawa besar, katanya : "Kita kan satu jenis,
lebih beracun sudah lebih bagus. Dalam hal racun yakin Tok
bu siang tidak ketinggalan dari orang lain."
Ban tok Pocu menjengek hina, katanya : "Jangan menyindir
ya, siapa yang kau maksud?"
"Oooo, sudah setua ini masih pemarah juga." Ujar Ngo tok
Hujin, "siapa yang bersalah terhadapmu ?"
Kembali Ban tok Pocu mengetuk tongkatnya lebih keras,
bentaknya : "Untuk apa kau ke mari?"
"Lho, apa aku tidak boleh datang?" ujar Ngo tok Hujin
tertawa, "memangnya Ceng seng-san hak milikmu?"
"Maksudku untuk apa kau kemari?"
"O, jadi lantaran kehadiranku di sini" Memangnya melihat
keramaian tidak boleh?"
"Melihat keramaian?" jengek Ban tok Pocu, "kau kira aku
tidak tahu maksud kedatangan mu" Ketahuilah, Thian tiok
sam po tiada bagaimana."
"O, jadi siapa yang punya hak mendapat bagian?" olok Ngo
tok Hujin. "Oh, ya, mungkin hanya kau Ban tok Pocu saja yang
punya hak mendapat bagian begitu."
774 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memangnya aku setamak kau" Hm, kalau bukan untuk
mengobati sepasang mata guru ku, memangnya aku sudi
merebut Giok lan?" "O, lalu kau?" tanya Ngo-tok Hujin sambil mengerling
kearah Jian tok sin thong.
Jian tok sin thong menyengir katanya."Aku hanya ingin
Giok-hud-jiu." "Nah, kini giliran tanya kepadaku." Tok bu siang tertawa
lebar, "tujuanku adalah Giok-iap."
Ngo tok Hujin terkekeh katanya. "Wah, di bagi secara adil,
satu orang satu. Tapi Bu-lim si tok adalah empat orang" Kalian
memperoleh bagian lalu aku mendapat apa?"
"Salahmu kau datang terlambat," jengek Ban tok Pocu.
"Ho, apa benar" Maksudmu, kalian sudah berhasil?"
"Berhasil sih belum tapi apa bedanya?"
"Kukira memang demikian."
To-bu-siang tertawa ngekeh, katanya. "Apa maksud
perkataanmu?" "Memangnya kurang jelas?" Ngo tok Hujin tertawa bingar,
"maksudku, umpama kalian sudah memperoleh bagian tapi
pepatah ada bilang, sama2 memburu burung, siapapun yang
menyaksikan memperoleh bagian, maka kuanjurkan supaya
kembalikan dulu untuk dibagi pula sekali."
Jian-tok-sin-thong tertawa sumbang, katanya. "Enak
seudelmu sendiri, sayang T hian-tiok-sam-po tidak mungkin di
bagi empat." "Betul, barang lain boleh di-bagi2, barang pusaka jelas
tidak boleh diperebutkan, wah sulit juga penyelesaiannya."
Ujar Ngo-tok Hujin. 775 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ban tok Pocu menjengek. "Syukur kalau sudah tahu, maka
jangan kau ikut merebutnya."
"Tidak." Ujar Ngo-tok Hujin tersenyum, "Coba kupikir
sebentar, mungkin ada cara lain untuk membagi rata dan
adil." Diam2 Ling-Ji-ping membatin : "Nah, tiba saatnya, mungkin
ketiga pusaka itu hendak di caploknya sendirian."
Maka didengarnya Ngo-tok Hujin berkata: "Baiklah aku
bicarakan dulu dengan kalian bertiga, bagaimana kalau
kuganti barang lain masing2 satu kepada kalian untuk
menukar ketiga pusaka itu, bila kalian setuju, kita empat racun
bergabung, siapa bisa merebutnya?"
Tiba2 Ban-tok Pocu ter-loroh2, katanya. "Akalmu memang
bagus." "Memangnya, siapa bilang tidak baik?"
"Kau tahu kami mau menerima saranmu?" tanya Tok-bu-
siang. Jian-tok-sin-thong menimbrung. "Umpama acc, aku jadi
ingin tahu, dengan benda apa hendak menukar ketika pusaka
itu?" "Soal ini?" Sikap Ngo-tok Hujin kalem dan tertawa berseri,
"yang pasti aku tidak akan merugikan kalian, kalau tidak mana
mungkin barter ini bisa berlangsung......" merandek sebentar
lalu melanjutkan. "Ban-tok Pocu, tujuan mu merebut Giok-lan,
bukankah digunakan menyembuhkan penyakit Tok-sin-kun?"
"Memangnya kau punya obat mujarap bikinan dewata?"
"Betul. Aku punya. Yaitu Ban-siang-tan buatan Thian-hu
Suseng dimana jayanya dulu. Jangan kata mata picak,
umpama seorang yang jantungnya sudah hancur juga dapat di
sembuhkan, kau pernah mendengar kemujijatan itu?"
776 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sam-tok sama2 bersuara heran, mata mereka terbeliak
mengawasi Ngo-tok-jin. Dulu Thian-hu Suseng memang pernah meracik obat yang
dinamakan Ban-siang-tan, menurut cerita yang tersiar luas di
Bulim, kasiat obat itu dapat menghidupkan orang yang sudah
mati, semuanya hanya dibikin tiga butir, maka nilainya bukan
kepalang, jangan kata pernah orang mendapatkannya, melihat
pun belum, sampai kini hanya ada dua orang, kini Ngo tok
Hujin memiliki obat mujarap itu, karena Sam-tok sama2 kaget
dan heran. Ling-Ji-ping ikut ketarik, batinnya: "Tapi tadi aku masih
bersimpuh dihadapan beliau, kalau betul dia pernah membuat
obat mujarap itu, buat apa dia harus hidup tersiksa selama
delapan belas tahun dalam gua gelap, bukankah kesehatannya
sudah lama sembuh?" Ban-tok Pocu menyeringai, katanya: "Siapa mau percaya
obrolanmu" Ban-siang-tan buatan Thian-hu Suseng hanya
kabar angin belaka, siapapun tiada yang melihatnya."
"Tak heran kalau kalian tidak percaya," kata Ngo-tok Hujin
kalem, Ban-siang-tan memang mujarap tiada bandingan
dikolong langit, apalagi hanya ada tiga butir, maklum kalau
kalian tidak mau percaya kepadaku, entah kalian tahu tidak,
dulu Gui Jin-kiat punya seorang kekasih yang mendadak
hilang dan tidak diketahui arah parannya."
Tok-bu-siang menyela : "Maksudmu Pui-Ih bwe yang
bergelar Ui-san giok-li?"
"Ternyata kau racun tua sudah tahu."
"Memangnya aku nenek tua tidak tahu" Karena Ui-san-
giok-li mengalam i Cau-hwe-jip mo waktu meyakinkan Thian-
hou sim hoai maka Thian hu Suseng memasak obat dan
membikin Ban siang tan itu."
"Lalu bagaimana akhirnya?"
777 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya Jian tok sin thong tidak mau ketinggalan, serunya.
"Ternyata sebutir Ban siang tan berhasil menyembuhkan Cau
hwe jip mo Ui san giok li, tapi entah lantaran apa hubungan
kedua orang malah renggang dan akhirnya Pui Ih bwe
menghilang entah kemana."
Ngo tok Hujin tertawa lebar, katanya :
"Memang tidak malu sebagai Bu lim-si-tok, ternyata kalian
amat jelas akan kejadian2 masa lalu."
"Sebutir Ban siang tan pemberian Thian-hu Suseng sudah
diminum Pui Ih bwe, apa pula sangkut pautnya dengan kau?"
tanya Ban-tok Hujin. "Nenek tua," ucap Ngo tok Hujin dengan suara
dipanjangkan, "dari mana kau tahu kalau Pui Ih bwe hanya
menerima sebutir" Tahukah kau tiga butir semua diberikan
kepadanya!" "O," demikian batin Ling-Ji-ping, "kalau begitu tidak perlu
dibuat heran, beliau memang laki2 romantis, tiga butir pil sakti
yang dibuatnya susah payah dia serahkan seluruhnya kepada
kekasihnya, sehingga dikala dia sendiri memerlukan, dia malah
harus mengalami siksa derita yang luar biasa. Bila begitu
mendalam hubungan cinta mereka, kenapa pula sampai
berpisah untuk se lama2nya?"
Si Hwesio me-ngedip2 mata kepadanya, seperti mau
bilang: "Lote, orang yang dibelenggu cinta, begitulah akhir
hidupnya, hati2lah engkau."
Terdengar Ban-tok Pocu berkata, "Umpama benar tiga butir
diberikan semua memang nya ada sangkut paut apa dengan
kau" Apakah Pui Ih-bwe memberikan sebutir juga kepadamu?"
"Dengan alasan apa kau berani memastikan bahwa
pemberian itu tidak mungkin?" Ngo-tok Hujin berseloroh.
778 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari perkataanmu ini, agaknya Pui Ih-bwe masih hidup."
demikian timbrung Tok-bu-si ang, "apa hubungan kau dengan
dia?" "Itu urusanku sendiri, kau tak perlu turut campur." Ujar
Ngo tok Hujin, "tapi sebutir Ban siang tan yang kumiliki
memang benar kuterima dari tangannya."
Tergerak hati Ling-Ji-ping, batinnya. "Bila Ban siang tan
betul2 dapat menghidupkan orang yang sudah mati, bila aku
bisa memperoleh sebutir, maka beliau pasti dapat kutolong"
Sayang tiga hari waktunya amat mendesak, untuk mencari
tahu tempat tinggal Pu Ih bwe dari mulut Ngo tok Hujin jelas
tidak mungkin, jalan satu2nya kecuali merebut si butir yang
ada di perempuan centil itu."
Agaknya si Hwesio seperti tahu jalan pikran Ling-Ji-ping,
mulutnya tertawa lebar, Ling Ji-ping mendengar suaranya
berbisik. "Lote, maksudmu memang baik, tapi perempuan ini
terlalu jahat, badannya beracun lagi, kurasa jangan kau
laksanakan niatmu itu."
Ling-Ji-ping tersenyum ewa, wataknya keras dan kukuh,
apa yang dipikir pasti dilaksanakan, lahirnya dia diam saja,
tapi dalam hati dia sudah merancang kerja bagaimana untuk
merebut obat mujarab itu.
Terdengar Jian-tok-sin thong berkata. "Lalu apa pula yang
hendak kau berikan padaku."
Ngo tok Hujin cekikikan, katanya sambil mengerling genit.
"Kau" Itu terserah kepada mu, apa yang kau senangi ?"
"Yang kusenangi belum tentu kau punya."
"Coba kau sebutkan."
"Tahukah kau kenapa aku mengincar Giok hud jiu itu ?"
"Bukankah lantaran ilmu tunggal dari aliran Hud yang
dinamakan Ciang liong ci!"
779 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciang liong ci?" teriak Ban tok Pocu kaget,
"Jian-tok, kau memang pintar." seru Tok-bu siang,
"pilihanmu memang paling baik" Yah salahku sendiri kenapa
sebelumnya tidak ku cari lebih dulu, kau mendahului memilih
yang satu ini, tertipu aku."
Jian-tok sin thong tertawa bingar, serunya. "Racun tua, kau
menyesal" Padahal Giok-tiap juga pilihan bagus. Didalamnya
tercantum suatu pelajaran Lwekang yang sudah lama putus
turunan, kemujijatannya melebihi ilmu yang tertera didalam
Giok-hud-jiu, namun sukar dipelajari."
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Memang kau lebih pintar, kalau sudah di janjikan, kenapa
aku harus menyesal." sahut Tok-bu-siang.
Ngo-tok Hujin berkata: "Baiklah, bagaimana kalau aku
menukar dengan sejenis ilmu tutukan jari yang lain?"
Jian-tok-siang tertawa, katanya. "Apakah Liu-ing-ci dari
Liok go-wanmu itu?" "Betul. Sama2 ilmu jari tunggal yang tiada taranya, bicara
kekerasan dan kehebatannya, yakin Liu-ing-ci jauh lebih jahat
dari Ciang-liong ci"
"Terima kasih akan maksud baikmu. Liu-ing ci memang
ilmu jari tunggal yang jahat, sekali tutuk jiwa me layang, tapi
ilmu itu kan merupakan kebanggaan Liok go wan kalian,
kenapa Jian tok harus mempelari ilmu kebanggaanmu?"
"Jadi kau tidak mau barter?"
"Yang jelas aliran Jian tok kami tidak sudi dompleng pada
Liok go wan mu." "Ooo, jadi lantaran itu" Kenapa kau curiga ma lah, kan
barter, siapa minta kau menjadi anggota Liok go wan kami."
Tok bu siang menyela : "Benda apa pula yang hendak kau
tukar dengan aku?" 780 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Ngo tok Hujin tertawa riang, katanya. "Kau" Yang
kuberikan kepada kau pasti amat berguna, malah tidak akan
kukatakan dihadapan mereka berdua."
Tok-bu siang ter-loroh2, serunya. "Tidak, katakan saja
secara blak2an." "Apa betul harus kukatakan?"
"Belum punya benda pilihan yang akan kau berikan
kepadaku bukan." "Kau salah racun tua," seru Ngo-tok Hujin, "baiklah
kukatakan, Selama belasan tahun ini, sesuatu yang kau kejar
dan kau impikan bukankah Thian-lo-ih?"
Tok-bu-siang tersentak kaget, teriaknya terbeliak: "Lho,
dari mana kau tahu?"
"Apa sulitnya " Bukan satu dua hari kau selalu mengawasi
gerak gerik Liok-ing Siancu Ki Coh khim, bukankah tujuanmu
pada Thian-lo ih" Sebetulnya aku tidak ingin membeber
rahasiamu, soalnya bila hal ini sampai didengar Liok-ing
Siancu, impianmu bakal berantakan, tapi kau tidak usah
kuatir, barang yang sudah kujanjikan untuk barter dengan
kau, aku berjanji pasti kuserahkan kepadamu."
Ling-Ji-ping kaget, batinnya: "Liok-cu pernah bilang, baju
sakti itu sekarang berada ditangan majikan sepasang burung
seriti, apakah Ngo-tok Hujin juga sudah tahu akan hal ini?"
Terdengar Tok-bu siang terkekeh, katanya. "Kau memang
hebat, tiada persoalan yang bisa mengelabui kau, bila kau bisa
melaksanakan, aku setuju untuk barter dengan kau."
Ber-putar2 bola mata Ngo-tok Hujin, sekilas dia melirik
mereka satu persatu, katanya: "Sudah panjang lebar kita
bicara, padahal apa benar kalian yakin dapat memperoleh ke
tiga pusaka itu" Kalau kalian gagal, jangan katakan bahwa aku
ingkar janji lho?" 781 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak setuju." Seru Ban tok Pocu mengetuk tongkat.
Jian tok juga berkata: "Memangnya Jian tok kau kira orang
apa, mana segampang ini kau tipu."
"Tidak setuju ya sudah, batal. Maksudku baik, kalian ma lah
mencurigai aku, baiklah mulai sekarang mari kita berlomba,
bila kalian gagal, jangan salahkan aku bila aku tidak kenal
hubungan baik selama ini."
"Apa kebolehanmu boleh kau tunjukkan di hadapan kami.
Hmmm, orang lain jeri mendengar namamu, aku nenek tua
justeru tidak gubris kau."
Ngo-tok Hujin tetap berseri, sedikitpun tidak marah akan
sikap kasar orang, katanya: "Coba lihat, usiamu tidak muda
lagi, tapi sifatmu masih sekasar ini. Yang benar kita hanya
mengobrol iseng yang tidak berguna, memangnya kalian
anggap Thian-tiok sam po sudah menjadi milik kalian saja,
maaf bila aku bicara blak2an, kukira untuk bisa me lihat ketiga
pusaka itu, kalian belum tentu mampu, bukankah seperti
mimpi belaka kalian sekarang meributkan soal itu." Sembari
bicara seperti segaja tidak sengaja saputangan sutra merah
ditangan kirinya digoyangi dua kali sementara tangan kanan
membetulkan letak sanggulnya yang tertiup angin, katanya
sambil melangkah maju dua tindak, "tapi bukan maksudku
mau mengatakan bahwa kalian pasti gagal, umpama secara
kebetulan kalian bisa merebutnya, bukan soal gampang untuk
mempertahankannya" Oleh karena itu, demi keselamatan dan
kebaikan kalian sendiri janjiku tadi tetap berlaku, mau tidak
terserah. Kan sudah kebacut kawan2 Kangow memanggil
kita Bu-lim-si-tok" Dalam pandangan orang lain, sepantasnya
kita berempat satu rombongan, benar tidak?"
Ngo tok Hujin memang pandai berpidato, mau tidak mau
bergerak juga hati Ban-tok Po Cu dan Jian tok-sin thong,
padahal kata2nya penuh nada sindiran, namun masuk akal
meski ketiga orang sama2 punya hati jahat, namun mereka
juga tahu jago silat yang mengincar ketiga pusaka tidak
782 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhitung banyaknya, malah tidak sedikit yang tingkat
kepandaiannya jauh lebih tinggi dari mereka. Umpamanya Im-
siu-cay dari Yu bing kau, Ban tiam liu-ing Li Sin dan Thian te-
hwe, lam-jan Pak koat dan It ci sin mo. Lebih berat lagi
menghadapi Mo im san kik Ui Bwe ing dan tiga duta lampu
dari Kiu ing san, demikian pula majikan burung walet yang
tidak menentu jejaknya, jelas ketiga racun dunia ini bukan
tandingan mereka, sekarang didepan mata masih ada lagi Ngo
tok Hujin yang licik, keji dan banyak akalnya pula. Untuk
merebut pusaka harus menghadapi berbagai rintangan berat.
Betapa tajam pandangan Ngo tok Hujin, dia tahu
hasutannya membawa hasil, segera dia menambahkan. "Oleh
karena itu kuanjur kan kita berempat harus bersatu padu."
Mendadak Jian toksin thong ter-bahak2, serunya: "Lalu
seorang diri kau mengangkangi tiga pusaka, memangnya kau
tidak akan takut dikeroyok orang banyak?"
"Ah, itu gampang." seru Ngo tok Hujin tertawa bingar,
namun suaranya terdengar gemetar, "sudah tentu aku sudah
bersiap dengan segala rencanaku, tentunya kalian sudah tahu
betapa banyak kelabang terbang yang terpelihara didalam
Liok-go-wan, betapapun tinggi Kungfu seseorang, untuk
mengejar masuk jelas bukan soal mudah, apalagi Cap li tok-
hiang sekali hirup manusia segera mampus, yang berilmu
tinggi dapat menahan napas, tapi mampukah dia bertahan
sepuluh li tanpa ganti napas?"
Ling-Ji-ping me longo, pikirnya: "Apa benar Liok-go-wan
sarangnya itu begitu lihay" Didalam terjaga oleh ribuan
sampai laksana kelabang terbang beracun, dalam arena
sepuluh li sekeliling sarangnyapun diliputi bebauan wangi
racun. Bukankah sarangnya itu jauh lebih sukar dijajah dari
pada sarang harimau rawa naga?"
Didengarnya Ngo-tok Hujin terkekeh, katanya "Sebetulnya
kalian agak ceroboh, urusan sebesar ini kalian bicara ditempat
terbuka secara keras pula. Syukur kedatanganku tepat pada
783 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saatnya, kalau tidak urusan besar yang serba rahasia ini pasti
sudah dicuri dengar oleh Ui B we-ing dan begundalnya."
Sam-tok sama melenggong dan saling pandang.
Ngo-tok Hujin bangga dan riang, katanya: "Kalian tidak
percaya" Boleh silahkan periksa dibelakang batu besar itu."
Lalu dia menuding kebatu besar yang tersebar disebelah
belakang. Tanpa diminta Sam tok segera melejit berpencar
ketiga penjuru, setiba mereka di atas batu, seketika mereka
berdiri menjublek tak mampu suara. Ternyata dibelakang batu
besar rebah dua gadis pakaian merah, dari dandannya dapat
diduga mereka adalah pelayan pribadi Ang-hoa Kaucu Ui Bwe-
ing. Bukan main kecut Sam tok, kedua pelayan ini diam2 telah
menggeremet sedekat ini mencuri pembicaraan mereka tanpa
diketahui, dari sini dapatlah disimpulkan bahwa Ui Bwe-ing
sudah menaruh curiga terhadap mereka, pembicaraan mereka
tadi pasti sudah dicuri dengar.
Bantok Pocu menggerung gusar, sekali lompat dia terjun ke
sana seraya mengayun tongkat besinya, kedua gadis pelayan
yang berparas cantik dan menggeletak tak berkutik itu
seketika pecah batok kepalanya.
"Nah, kau begitu," Ngo-tok Hujin tertawa "U i Bwe ing tidak
mudah dihadapi, bila kalian mau kerja sama dengan aku, aku
berjanji rahasia kita tak akan bocor."
Ling-Ji-ping berpikir. "Ngo-tok Hujin memang lihay, tanpa
disadari Ban tok Hujin sudah terjirat dalam muslihatnya,
kematian ke dua pelayan itu sekaligus telah menjerumus kan
dia kearah yang salah, bila selanjutnya dia tidak tunduk akan
penunjuknya, sekali dia bocorkan pembunuhan ini Ang-hoa
kau pasti akan membuat perhitungan terhadap Sam tok."
Tok-bu siang ter-kekeh. Jian-tok pun tertawa gelak2,
katanya. "Beres, muslihatmu sudah tercapai Ban tok sinenek
784 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tua selanjutnya harus tunduk pada petunjukmu. Kalau tidak
dia harus bermusuhan dengan Ui Bwe-ing."
Baru sekarang Ban-tok Pocu menyadari kesalahannya, lama
dia menjublek ditempatnya. Akhirnya dia menggerung gusar
dengan mengetuk tongkatnya, "Memangnya aku takut bila kau
laporkan hal ini kepada U i B we ing" Hm, kapan aku nenek tua
takut terhadap orang."
"Kau mampu menghadapi Mo im sam kik Ui Bwe ing?"
jengek Ngo tok Hujin. "Sudahlah," sela T ok bu siang, "kalian cewek2 tua memang
cerewet, belum lagi ketiga pusaka kita peroleh kalian sudah
ribut sendiri. Memang kita berempat patut kerja sama, bersatu
padu kita teguh bercari kita runtuh. B ila urusan sudah se lesai,
belum lambat kita berunding lebih jauh. Kepala siapa tidak
pusing bila membicarakan kita berempat. Jelasnya kita
masing2 mempunyai kelebihan yang tak dimiliki orang lain,
bila tiba saatnya kita masih boleh berunding secara damai dan
adil, asal urusan cukup memuaskan dan meriangkan hati,
segalanya pasti dapat diberes kan, siapa tahu kita gagal dalam
usaha ini?" "Belum apa2 sudah cakar mencakar, apa tidak
menggelikan." "Betul, aku mendukung suaramu." Ngo-tok Hujin melirik
Ban-tok dan Jian-tok, "bagaimana pendapat kalian?"
"Bagiku masih terlalu pagi untuk memutuskan, yang terang
aku tidak mau dirugikan."
Akhirnya dengan gemas Ban tok berkata: "Kalau betul ada
Ban siang tam, baiklah aku nenek tua menurut saja."
Ngo-tok Hujin tertawa riang dan puas, katanya: "Nah,
begitu benar. Terhadap kaum Bulim umumnya, Bu-lim si tok
adalah sekeluarga, soal apa yang tidak bisa dirundingkan?"
lalu dia menoleh dan bertanya, "siapa kedua orang ini?"
785 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si Hwesio berbisik pula: "Lote, giliran kami, salah kepala
gundulku bisa penyok."
Mendengar langkah Ngo-tok Hujin semakin dekat, rasa
tegang menyelimuti Ling-Ji-ping. Si tok sama-sama jagoan
yang sukar dihadapi, satu lawan belum tentu dirinya mampu
menang, apalagi sekarang empat orang sekaligus. Ngo-tok
Hujin jauh lebih jahat dari tiga yang lain, kalau harus
bergebrak, jelas mereka berdua bakal terjungkel habis2an.
Tapi urusan sudah berkembang sejauh ini, sudah tiada
waktu banyak pikir atau mencari akal segala, yang penting dia
kerahkan Lwekang dan hawa pelindung, tenaga dikerahkan
dikedua lengan. Langkah itu begitu ringan, tapi kedengaran nya seperti
martil besar berdentam di permukaan bumi, bukan Ling-Ji-
ping takut mati soalnya banyak tugas belum dia bereskan, bila
jiwanya melayang ditangan Ngo tok Hujin bukankah dia akan
menyesal dialam baka"
"Berhenti." Tiba2 Ban tok Pocu menghardik.
Ngo tok Hujin seperti melenggong, tanya nya menoleh :
"Kenapa?" Angin berkesiur, agaknya Ban tok Pocu melompat maju
mendekat, serunya melintang tongkat besi. "Kularang kau
menyentuh mereka." "Lho, kenapa?" tanya Ngo-tok Hujin tertawa, "apa kau
takut aku mengambil barang yang dibawa anak muda ini?"
"Betul." sahut Ban-tok Pocu, "dengan susah payah baru aku
berhasil membekuknya, memangnya kau enak mengambil
untung saja." "Kau sudah membekuknya?" Ngo tok Hujii cekikikan, "Ban-
tok pocu, kukira belum tentu kau mampu membekuk dia."
Ban-tok Pocu melengak, serunya. "Apa maksudmu?"
786 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menurut penglihatanku," demikian ujar Ngo tok Hujin,
"kedua orang ini tidak keracunan tapi lebih mirip lagi tidur
nyenyak dan menunggu kau masuk perangkapnya, percaya
tidak?" Dalam hati Ban-tok Pocu memang agak curiga, tanpa
terasa dia menyurut selangkah, kedua matanya menyorot
tajam kearah Ling-Ji-ping dan si Hwesio.
Ling-Ji-ping tersirap darahnya, batinnya." Ngo-tok Hujin
memang lihay, sandiwara kami tak berhasil mengelabui dia."
Jian tok thong cu tertawa gelak2 katanya: "Kalau begitu
boleh kau persen mereka dengan Jit ceng bi nun yang lihay
dari sapu tangan sutramu itu?"
Ngo tok Hujin tertawa, "tapi Ban tok Pocu melarang aku
turun tangan?" "Aku punya akal," sela Tok bu siang.
"Akal apa?" tanya Ngo tok Hujin.
"Kapan kita berempat pernah kumpul seperti hari ini,
kabarnya cara bermain racun kalian mencapai banyak
kemajuan, bagaimana dengan racun tua macam diriku, sudah
tentu tidak mau ketinggalan, lalu bagaimana" Bagaimana
kalau kita gunakan kedua orang ini sebagai barang percobaan,
mari buktikan s iapa lebih lihay dalam permainan racun."
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mencelos pula hati Ling-Ji-ping, pikirnya. "Celaka, empat
jenis racun sekaligus bakal terserap dalam tubuhku, walau aku
sudah menelan obat penawar racun buatan Go bi pay, apakah
jiwaku bisa dipertahankan?" tanpa merasa dia memicing mata
memandang kearah si Hwesio pemabukan.
Mungkiri karena Ngo tok Hujin dan Ban-tok Pocu tidak jauh
disamping mereka, kali ini si Hwesio tidak menyeringai lagi.
Kedua mata terpejam tidak berani bergerak, seperti orang
pingsan karena keracunan.
787 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping berkata: "Gara2 Hwesio keparat ini suka
mempermainkan orang, kini si tok didepan mata, baru kau
tahu jera tak berani bergerak."
Didengarnya Ngo tok Hujin cekikikan pula, katanya: "Wah,
usulmu ini memenuhi selera ku, tapi, apakah mereka mau
pasrah membiarkan kita mencobanya?"
"Kalau mereka benar2 sudah keracunan, percobaan kita
tiada artinya malah," ujar Tok-bu siang, "kalau pura2, baru
kita bisa membedakan siapa lebih unggul diantara kita."
Ban-tok Pocu mengetuk tongkat pula, katanya: "Aku tidak
percaya, memangnya Ban-tok biang yang telah kusebar luas
tidak berguna lagi?"
"Ban tok Pocu, urusan ini tidak semudah yang kau katakan.
Jit tok bi yan tam kutimpukkan tadi juga bukan barang
mainan" Kalau mereka tidak percaya, biarlah mereka
mencobanya sendiri," diam2 dia memberi kedipan mata
kepada Ban-tok Pocu. Ban-tok seketika sadar, dia tahu maksud Jian-tok, maka dia
tutup mulut. Dengan senyum manis, Ngo tok melirik ke arah mereka
berdua, tapi mulutnya berkata kepada Tok bu siang: "Cara
bagaimana mencobanya?"
Tok bu siang berkata: "Ban tok Pocu punya Hoat kut siau
sing hun dan Jian tok punya Jit tok ciang, ilmu simpanan
mereka yang terlihay dan baru sempurna mereka yakinkan
belum lama ini. Demikian pula Jit ceng bu-hun pek milik Ngo
tok Hujin dapat menyebabkan orang kehilangan pikiran dan
tunduk akan perintahmu, kalau dibanding permainan kami
yang hanya dapat membunuh orang, jelas racun yang kau
ciptakan ini jauh lebih unggul. Karena itu kita harus
mencobanya satu persatu, siapa dapat merobohkan kedua
orang ini, bukankah segera akan terbukti ilmu siapa lebih
unggul?" 788 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu belakangan ini ilmu apa yang berhasil kau yakinkan
Tok bu siang?" "Hehehe," Tok-bu-siang tertawa, "beberapa permainan
racunku bila dihidangkan akan menimbulkan tertawaan kalian
saja." "E, eh, kapan kau racun tua ini mulai ma in sungkan, siapa
tidak tahu akan kelihayan Im hong jiu Tok bu siang, badan
siapa tersentuh angin pukulan tanganmu, tubuhnya akan luluh
menjadi cairan darah, bukankah ilmumu itu teramat keji?"
"Ah, hanya permainan kecil saja."
Tiba2 Ngo tok Hujin berpaling kearah Hwesio pemabukan
dan Ling-Ji-ping, katanya dengan tertawa. "Kalian boleh
bangun saja. Tentunya kalian sudah mendengar pembicaraan
kami, kalau masih suka main sandiwara ini bagaimana tindak
tanduk kami berempat, selamanya tidak mematuhi aturan
Kangouw." Insyaf bahwa permainan sandiwara ini sudah terbongkar,
kuatir musuh benar2 menggunakan racun2 jahat mereka,
maka Ling-Ji-ping sudah siap melompat bangun. Syukur tiba2
didengarnya Hwesio pemabukan berbisik "Jangan ter-gesa2
Lote, ada orang datang pula."
Cepat Ling-Ji-ping pasang kuping, memang didengarnya
lambaian pakaian orang, kedengarannya tidak cuma seorang,
maka dia tetap diam saja mendengar menunggu perobahan.
Kalau Ling-Ji-ping mendengar, sudah tentu Si tok juga
mendengar, serempak mereka bersuara heran menoleh
kearah datangnya suara. Mumpung perhatian keempat orang ini teralih, lekas si
Hwesio jejalkan pula sebutir pil, bisiknya: "Saputangan sutra
ditangan cewek itu mengandung Jit ceng bi hun, setiap kali
dia menggerakkan sapu tangannya, bau wangi akan
merangsang hidung, orang yang penghirup bau racunnya
akan dipengaruhi pikirannya dan tunduk akan perintahnya,
789 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lihay nya bukan main, lekas kau telan pil ini, nanti kita bisa
permainkan mereka pula."
Mendengar percakapan Si tok tadi, Ling-Ji-ping berpendapat mereka hanya saling umpak. Hatinya kurang
percaya, kini mendengar kisikan si Hwesio, diam2 terperanjat
hatinya, pikirannya: "Betulkah ada racun selihay itu didunia"
Kepandaian menggunakan racun Ngo tok Hujin agaknya
mengungguli ketiga rekanya."
Dalam pada itu, tiga orang telah melayang turun dari atas
bukit, karena membelakangi mereka, Ji-ping tidak tahu siapa
yang baru datang" Didengarnya Ngo-tok Hujin tertawa katanya. "Kukira siapa
kiranya kau?" Maka didengarnya seorang diantara ketiga orang itu
tertawa ramai, katanya. "Ternyata kalian berempat ada disini,
sungguh kebetulan dan selamat bertemu."
Tergerak hati Ling-Ji-ping mendengar suara orang ini,
pikirnya. "Bukankah suara Yu-bing Kaucu?"
Terdengar Jian-tok thong-cu berkata. "Kabarnya Im-heng
sudah mendirikan Ku-bing-kau dipegunungan ini, belakangan
ini amat repot ya?" Yu-bing Kaucu menyeringai sinis, "betul, memang amat
repot," nadanya yang dingin kaku betul2 mirip2 suara setan
dari neraka. "Hm, untuk apa kau kemari?" Sentak Ban tok Pocu.
"Nenek renta, kalau bicara tahulah sopan santun,
ketenaran Si-tok hanya dapat menakuti orang lain."
"Wah, aku jadi terseret," timbrung Ngo tok Hujin. "Memang
Bulim si tok terhitung apa" Kalau mampu sudah sejak lama
kami mendirikan Pang, Hwe atau Pay."
790 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa salahnya mendirikan Pang, Hwe atau Pay" Kau lebih
baik dari pada diperbudak Ang ho-kau."
"Siapa diperbudak Ang hoa kau?" suara Ngo tok
kedengaran naik pitam. Yu bing Kaucu tertawa gelak2 sambil mendongak, serunya:
"Kaum persilatan dikolong langit, siapa tidak tahu bahwa Bu
lim si tok kini sudah tunduk akan perintah Ui Bwe ing"
memangnya aku sudi membual?"
"Im siu cay," jengek Tok bu siang," jangan kau mengadu
biru dihadapan kita berempat. Kita punya tujuan sendiri dan
tindakan yang berbeda, memangnya kau boleh mencampuri?"
"Betul. Setiap orang punya arah tujuannya masing2,
siapapun tidak boleh turut campur." Demikian umpak Yu bing
Kaucu sinis. "Tutup mulutmu." hardik Ban tok Pocu, "Kau mendirikan
Yu bing kau yang kecil itu, apanya yang patut dibanggakan"
Hm, bila aku mau, sepuluh juga bisa aku mendirikan."
"Dengan tampangmu ini" Kalau urusan seenak udelmu
sendiri, betapa tenar dan besar nama Tok-sin-kun dimasa
jayanya dulu, sejak dulu dia sudah mendirikan T ok-kau segala,
tapi kenyataan, hehehe, bagaimana akibatnya?" Secara tidak
langsung dia menyindir kegagalan Tok-sin-kun yang
meyakinkan Sip-hun-cui-sim-tay-hoat dan akhirnya dipecahkan
oleh Sin-yan-siok-ngo hingga kedua matanya picak.
Watak Bak tok memang berangasan, mendengar Yu bing
Kaucu menghina gurunya, bukan kepalang gusarnya, tongkat
diayun me lintang segera dia menubruk maju. Betapa sigap
gerak geriknya, tapi Ngo-tok Hujin mendahului mencegat
didepannya. "Kau membantu dia?" Kata Ban tok Pocu.
"Siapa bilang?" Ujar Ngo tok tertawa, "di hadapan orang
luar, Si tok wajib bersatu, maksud ku itu harus bicara jelas
791 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih dulu, apalagi akupun diseret dalam persoalan"
Memangnya Ngo tok Hujin boleh dihina?"
Walau hati keki tapi lahirnya Jian tok masih cengar cengir,
katanya: "Betul Toa-kaucu belum menjelaskan maksud
kedatangannya, kenapa ter-gesa2, apa lagi sebagai T oa kaucu
mana dia memandang kami, masih banyak waktu untuk
berkelahi?" "Iya, Toa kaucu, apa maksud kedatanganmu?" tanya Tok
bu siang. Sambil menyeringai tawa Y u bing Kaucu menuding Ling-Ji-
ping, katanya: "Aku kemari mencari bocah itu, kalau kalian
ada urusan, boleh silahkan."
"E, eh, datang mau mungut untung," demikian jengek Ngo
tok Hujin, "aku tidak bisa memberi putusan, bocah itu dibius
oleh Ban tok dan Jian tok, menyentuh saja akupun
dilarangnya." "Peduli siapa yang membiusnya" Pendek kata aku
membawanya," desis Yu bing Kaucu.
"Kalau orang melarang, bagaimana Tok-kau cu?"
Yu bing Kaucu ter-loroh2.
Ling-Ji-ping membatin. "Siapa nyana aku jadi rebutan
mereka, jelas mereka sama mengincar gelang naga yang
kusimpan. "Dung" tongkat besi Ban-tok kembali mengetuk bumi,
bentaknya : "Siapa berani mendekati bocah itu, tanya dulu
kepada nenek tua aku ini."
Jian-tok tertawa lebar, tanyanya. "Untuk apa Toa-kaucu
hendak membawanya?" "Itu urusanku, kau tidak perlu tahu," jengek Yu-bing Kaucu.
792 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah, jangan ribut." Sela Ngo-tok Hujin, "Kaucu dalam
hal ini kaulah yang harus di salahkan. Bocah itu mereka yang
membius, berdasarkan apa kau hendak merebutnya, kalau Si-
tok telah dihapus dari peraturan Bulim, kecuali kau mampu
merebutnya dengan kekerasan, tapi aku yakin kau takkan
mampu melakukan." "Kau kira aku tidak mampu" Apalagi hanya kalian berempat
yang kuhadapi?" Jengek Yu-bing Kaucu sombong.
"Soal jumlah, kalian ada tiga orang, sementara setan2
kroco, kuntil anak dan anak sundel bolong tidak sedikit juga
jumlahnya, meski sekarang belum muncul, tapi sudah tahu
kehadiran mereka. Sayang Toa kaucu, kau kira dengan tenaga
banyak orang kau mampu menggertak Bu lim si tok?"
Ling-Ji-ping kaget segera dia mendengarkan dengan
seksama, betul kira2 belasan tombak jauhnya, didengarnya
deru napas lirih beberapa orang, jumlahnya ada puluhan
orang. Jelas mereka adalah orang2 Yubingkau.
Hwesio pemabukan menyeringai pula kepadanya, bisiknya.
"Lote, kau percaya tidak, tanggung akan datang lagi orang
lain." "Siapa?" "Orang2 Thian-te-hwe."
"Ban-tiam-ing Li Sin dan anak buahnya?"
"Siapa lagi kalau bukan mereka" Seorang Tongcu baju
Romantika Sebilah Pedang 3 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Bara Diatas Singgasana 25