Pencarian

Wanita Iblis 20

Wanita Iblis Karya S D Liong Bagian 20


yang digunakan si orang pendek untuk menangkis sambil orangnya mundur selangkah.
Cau Yan-hui rasakan tangannya kesemutan. Diam diam ketua Tiam jong pay itu
terkejut. pikirnya, "Orang ini benar-benar memiliki daya ketahanan yang hebat. Tatapi
mengapa dia terus main mundur saja?"
Mulailah timbul kecurigaan ketua Tiam jong pay itu. Tetapi ia tetap mengejar maju.
Tetapi kali ini siorang pendek tak mau menangkis melainkan mainkan pedangnya dalam
jurus yang aneh. Begitu sinar pedang berhamburan, tiba-tiba meluncur menusuk jalan
darah di lengan Cau Yan-hui.
Cau Yan hui terpaksa menyurut kebelakang.
Orang pendek berbaju hitam itu tersenyum dan mundur dua langkah lagi. Dibawah
kilap sinar pedangnya, tampak sebaris giginya yang putih bersih".
Melihat itu, buru-buru Tay Ih siansu menyusul Cau Yan hui, "Harap Cau ciangbun
beristirahat dulu. Biarlah lohu menghadapinya!"
Dan tanpa menunggu penyahutan, ketua Siau-lim si itu terus ayunkan tongkat dalam
jurus Thay San ya-ting atau gunung Tay-San menindih puncak. Tongkatnya yang panjang
dan berat itu menimbulkan deru angin yang dahsyat.
Walaupun lorong goha disitu cukup lebar dan datar tanahnya, tetapi bagaimana halnya
tetap merupakan tempat yang terbatas untuk bergerak berloncatan kian kemari.
Menghadapi tongkat panjang dan berat dari ketua Siau-lim-si itu, tentulah orang pendek
itu akan menderita kerugian. Karena dia hanya mengenakan pedang yang pendek.
Desakan Tay Ih siansu itu telah memaksa si orang pendek loncat mundur lagi.
Tay Ih siansu kerahkan tenaga dalam ke lengannya. Tongkat diluruskan kemuka dan di
gerakkan dengan jurus Tit-to hong liong atau menjolok naga kuning.
Tring". orang pendek itu tak mau mundur tetapi tusukan ujung pedangnya ke tongkat.
Seketika Tay Ih siansu seperti membentur cadas yang licin sekali sehingga tongkatnya
menggelincir kesamping. Ketua Siau lim si itu terkejut dan buru buru menarik pulang
tongkatnya. Pedang si orang pendek dilanjutkan untuk menusuk lawan. Tay Ih mendegus dingin
dan mundur selangkah- Diam diam ketua Siau-lim si itu tambahkan pengerahan tenaga
dalamnya ke lengan. Secepat kilat ia ayunkan tongkatnya lagi tetapi orang pendek itu cepat menyurut
mundur sehingga tongkat menghantam dinding karang.
Dan ketika Tay Ih siansu hendak menyusuli serangan lagi ternyata orang pendek itu
sudah lenyap! Ciok Sam-kong buru buru menghampiri dan bertanya apakah ketua Siau lim si itu
terluka. Tay Ih mengatakan tak kurang suatu apa.
Memandang kelorong dimuka yang gelap, jago tua dari Swat san-pay itu berkata
seorang diri "Jika mereka mampu pergi, mengapa kita tidak?"
Ia berpaling dan berseru kepada Kat Hong, "Saudara tentu tahu lorong ini tembus
kemana?" Saat itu Kat Hong sudah kembali tenaganya. Sahutnya, "Lorong ini akan tiba dikarang
api!" "Mengapa orang itu muncul dilorong situ?" tanya Ciok Sam kong.
"Entahlah, aku sendiri tak tahu," kata Kat Hong, "jika tak percaya, silahkan melihat kebelakang
situ!" "Jika lain orang berani mengapa kita tidak!" sahut Ciok Sam-kong seraya melangkah
maju. Tay Ih siansu, Cau Yan-hui dan Tek Cin segera mengikuti.
Sesungguhnya hanya mulutnya saja yang garang tetapi dalam hati, diam diam Ciok
Sam kong berdebar-debar. Sepanjang berjalan ia bersiap siap.
Kira kira tujuh delapan tombak jauhnya lorong itu, membiluk kekiri dan setelah itu
mereka rasakan hawa panas meranggas.
"Ah, kiranya benar sebuah kawah api!" seru Ciok Sam kong.
Kat Hong yang berjalan dibelakang sendiri mengatakan bahwa apabila melintasi dua
buah tikungan lagi, tentu akan melihat api berkobar, "jika tak percaya, silahkan
membuktikan!" serunya.
"Memang menilik disini saja hawanya sudah begini panas, tentulah disebelah muka
terdapat kawah berapi. Tapi kemanakah lenyapnya orang berbaju hitam tadi" Padahal
sepanjang lorong ini tiada terdapat persimpangan?" Cau Yan hui menyatakan
keherannanya. Kat Hong menyatakan bahwa ia sungguh-sungguh tak tahu bagaimana cara datang dan
perginya orang pendek itu.
Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam becak Tek Cin,serunya, "Dilorong ini tiada terdapat
sebuah cekung dan lubang, lalu dimanakah biasanya engkau tidur selama ini?"
Kat Hong tertawa, "Yang salah adalah pandangan mata kalian. Tempat peristirahatanku
sudah kita lalui beberapa saat tadi!"
"Apakah kau tak keberatan membawa kami ketempat tinggalmu itu?" Tek Cin
mendesak. "sudah tentu tidak keberatan, marilah!"
Dalam pada itu diam diam Cau Yan hui menghela napas dan menggerutu, "Ah, hanya
terpisah beberapa langkah dengan musuh tetapi sama sekali kita tak tahu kemana musuh
itu melenyapkan diri. Apabila hal itu tersiar didunia persilatan. kita hanya jadi buah
tertawaan!" "Selama menyusuri lorong ini, telah ku perhatikan dengan seksama, Hanya ada dua
kemungkinan. Jika dibalik lorong ini tidak ada jalanan keluar, tentulah orang itu
bersembunyi di sebelah muka." kata Ciok Sam kong.
"Apakah lo cianpwe melihat juga tempat tinggal saudara Kat ini?" tanya Cau Yan Hui.
Pertanyaan itu membuat Ciok Sam kong bungkam. Tay Ih siansu yang kuatir Ciok Sam
kong akan marah karena malu, buru-buru nyeletuk, "Dalam saat dan tempat seperti ini
terasalah betapa artinya bersatu itu. Bersatu teguh bercerai runtuh. Lebih baik kita
hindarkan hal hal yang kurang perlu akibatnya hanya menambah percideraan yang tiada
gunanya!" "jangan kuatir taysu, tak nanti aku setori dengan Cau Ciang bun!" Ciok Sam kong
tertawa. "Disinilah tempatku!" tiba-tiba Kat hong berjongkok dan lenyap.
Ciok Sam kong terkejut. Diperiksanya tempat itu. Ternyata terdapat sebuah retakan
lubang seluas setengah meter. Hampir saja ia hendak ikut menyusup, tetapi pada lain saat
ia mempunyai kecurigaan. Jika musuh berada didalam, tentu berbahaya baginya. Ia
meragu. "Eh, mengapa kalian tak masuk?" tiba tiba Kat Hong berseru dari dalam.
"apakah Ciok lo cianpwe kuatir diserang orang secara gelap?" kembali Cau Yan hui
tertawa mengejek."kalau begitu biarlah aku saja yang masuk." Habis berkata ketua wanita
dari Tiam jong pay itu terus berjongkok dan menyusup masuk.
"Silahkan Ciok heng ikut dibelakangku!" kata Tek Cin seraya menyusul Cau Yan huo.
Ciok Sam kong minta Tay Ih siansu ikut dibelakangnya. Keduanya segera menyusup
masuk. Ternyata didalam dinding karang itu merupakan sebuah ruangan alam. Dindingnya tak
rata dan bagian atas melekuk-lekuk tak rata. Rupanya penghuninya telah memperbaiki
tempat itu sedapat mungkin.
Setelah memeriksa seluruh keadaan ruangan itu, Cau Yan Hui menghela napas :"Alam
benar benar kaya sekali ciptaannya. Ruang yang hanya seluas tiga tombak ini mempunyai
dua macam hawa!" Teryata ruang itu memang berhawa dua macam. YAng separoh, hangat seprti iklim
musim semi. Dan yagn sebelah lagi dingin seperti pada musim salju.
Ciok Sam kong tak percaya. Ia melangkah maki dan ketika melintasi batas pemisah
hawa, dia rasakan hawa yang hangat. Kemudian disebelah lain ia merasakan hawa yang
dingin sekali. "Apakah kalian merasa aneh dengan kedua macam hawa disini?" tanya Kat Hong.
Cau Yan hui menangguk. "Hal itu tak perlu dibuat heran," Kat Hong tertawa, "memang pada tempatnya yang
berhawa hangat itu dekat dengan kawah api. Sedang yang berhawa dingin karena dekat
dengan saluran air dingin. Disini masih tak begitu terasa perbedaannya. Jika melangkah
kira kira lima tombak dari ruangan ini, kita tentu akan menjumpai dua macam dunia. Yang
satu panas sekali dan yang satu dingin seperti salju"." tiba tiba ia hentikan kata-katanya
karena telah kelepasan omong.
Tiba tiba Tek Cin menjerit "Celaka!" ia terus berputar tubuh dan menerobos keluar.
Ciok Sam kong dan kawan kawan terkejut. Merekapun menyusul keluar. Tetapi
didapatinya Tek Cin tegak ditengah lorong dengan tenang.
"Ada peristiwa apa, Tek lo cianpwe?" tegur Cau Yan hui.
Sambil mengurut-ngurut jenggot, Tekcn menyahut "Tiba tiba saja kuteringat akan
orang pendek itu. Jika kita sampai terbenam dalam pembicaraan, bukankah dia
mempunyai kesempatan untuk meloloskan diri?"
Cau Yan-hui hendak menyahut tetapi tak jadi, tiba-tiba Kat Hong berkata perlahan
lahan kepada ketua wanita itu, "Entah, dendam apa yang kalian ikat dengan orang pendek
itu hingga kalian mengejarnya sampai kemari"
"Sama sekali tiada dendam apa-apa, Hanya kami hendak mencari jejak kawan kami dan
bertemu dengan orang itu," sahut Cau Yan-hui.
"Kalau hanya begitu, mengapa kalian begitu ngotot hendak mengejar orang pendek
itu?" kata Kat Hong.
"Selain aneh dan beraneka ragam kepandaiannya, pun orang pendek itu memiliki
tenaga dalam yang luar biasa. Jika menemukannya, belum tentu kalian dapat
mengalahkannya." "Kalau menurut pendapatmu, kita tak perlu mencarinya, bukan?" tanya Ciok Sam-kong.
"Toh kalian tak dapat mengalahkannya, perlu apa harus mencarinya?" jawab Kat Hong.
Ciok Sam kong hendak menjawab tetapi tiba tiba terlintas sesuatu dalam pikirannya. Ia
hanya ganda tertawa saja.
"Apa yang engkau tertawakan?" Kat Hong marah karena ditertawakan itu.
"Apakah engkau takut kepada orang pendek itu?" seru Ciok Sam kong.
Kat Hong merenung sejenak lalu menjawab, "Sekalipun tak menang padanya, tetapi
engkaupan belum tentu menang dari aku!"
"Besar nian mulutmu!" sahut Ciok Sam-kong. "Berapa banyakkah ilmu silat yang
engkau kuasai?" Dengan garang Kat Hong menjawab, "Kecuali hanya kurang kesempurnaannya saja,
aku boleh dikata telah menguasai ilmu silat dari berbagai caoang persilatan di dunia"."
Ciok Sam kong tertawa. "Tetapi memang masih banyak ilmu silat istimewa yang belum sempat kuyakinkan"."
kata Kat Hong pula. "Ho, dari manakah engkau mendapat pelajaran sedemikian banyak itu" Mengapa
engkau tak malu menepuk dada telah mengetahui seluruh ilmu silat dari partai partai
persilatan didunia?"
Kat Hong tundukkan kepala "Orang yang memberi pelajaran kepadaku ini, sukar untuk
menghitungnya. Tetapi dengan mereka aku tak mempunyai ikatan murid dan guru.
Bahkan bagaimana rupa dan nama mereka, aku sudah lupa!"
"Eh, memang begitu?" Cau Yan hui heran.
"Ya, memang begitulah. Sejak kecil ayah mengajar aku tidak boleh dusta!"
"Kemanakah saudaramu itu" Mengapa dia tak keluar?" tanya Ciok Sam-kong.
"Biasanya kami berdua selalu sama-sama berlatih ilmu silat, sama-sama main dan sama
sama tidur. Jarang sekali berpisah sampai begini lama."
"Apakah dia tertimpa bahaya?" tanya Ciok Sam-kong.
Wajah Kat Hong berobah, serunya, "Didalam perut gunung ini memang terdapat
banyak sekali benda benda yang jarang terdapat didunia dan binatang binatang beracun
yang jarang di jumpai di luar. Tetapi mereka masing-masing mempunyai daerah sendiri
sendiri. Asal tidak melanggar tempat tinggal mereka, merekapun takkan menyerang"."
"Kalau binatang memang tak suka saling menyerang, tetapi manusialah yang sukar
dipercaya!" sambut Ciok Sam kong.
Sejenak Kat Hong memandang kearah tokoh itu lalu berkata, "Dalam perut gunung ini
selain hari ini kulihat kedatangan kalian berenam, belum pernah aku berjumpa dengan lain
orang lagi." "Ah, kalau lebih dahulu kami berjumpa dengan adikmu, tentulah kami tak begitu
terkejut waktu bertemu dengan engkau," kata Ciok Sam-kong.
"Engkau maksudkan si orang pendek berbaju hitam itu!" tanya Kat Hong.
"Benar," sahut Ciok Sam-kong. "salah seorang kawan kami. telah jatuh ketangannya.
Kuyakin, adikmu yang sekian lama tak muncul ini, tentulah ditangkap oleh orang pendek
itu!" "Tetapi kami tak mempunyai dendam permusuhan, perlu apa dia hendak menangkap
saudaraku?" "Ah, hati manusia memang sukar di duga,Kemungkinan karena saudara mu sudha lama
tinggal disini tentu faham keadaan tempat ini. Kalau mereka menggunakannya sebagai
penunjuk jalan"."
Belum kat Hong menyahut. Ciok Sam kong sudah mendahului "Jika adikmu menurut
kata mereka, tentu selamat. Tetapi jika dia berawtak keras seperti engkau"."
Hai, adikku itu jauh lebih keras perangainya dari aku!" seru Kat Hong.
"Celaka!" kata Ciok Sam kong
"Apa> Masakan mereka berani membunuh saudaraku?" teriak Kat Hong.
"Habis, kalau tak kena apa-apa. tentulah adikmu itu tentu sudah pulang!"
Kat Hong tertegun mendengar kata-kata Ciok Sam kong itu. Tiba tiba ia berteriak
sekeras-kerasnya "Adik Wi, adik Wi"." Seperti orang kerasukan setan, Kat Hong pun terus
lari kemuka. Teriakan pemuda itu luar biasa kerasnya sehingga memekakkan telinga tokoh-tokoh itu.
Ciok Sam kong tersenyum. Serunya nyaring, "Hai, jika benar benar engkau hendak
mencari saudaramu, berhentilah!"
Kat Hong sudah kacau pikirannya. Segera ia berhenti dan melangkah balik. Dalam
keremangan lorong, dapat diketahui pula wajahnya berlinang linang.
"Adakah saudaramu tertimpa bahaya, masih belum dapat dipastikan. Kuncinya terletak
pada orang pendek itu. Setelah dapat menemukan barulah jelas segalanya"." kata Ciok
Sam kong. Kat Hong diam saja. "Tapi kau tak menang dengan orang pendek itu. Percuma saja engkau hendak
mencarinya!" kata Ciok Sam kong lebih lanjut.
Kat Hong tak mengerti akan seluk beluk pergaulan. Dia benar-benar kehilangan faham
mendengar kata kata jago tua itu. Akhirnya ia membungkuk memberi hormat dan
memberi petunjuk. Sambil mengurut-urut jenggotnya, berkatalah Ciok Sam-kong, "Satu satunya jalan
engkau harus kerja sama dengan aku secara jujur. Engkau paham keadaan sini. Bawalah
kami ketempat orang pendek itu, Nanti kami beramai ramai yang akan menghadapinya.
Memaksanya supaya menunjukkan tempat saudaramu!"
Kat Hong merenung Sejenak. Rupanya mulai curiga atas kata kata jago tua itu.
Tek Cin ikut mendesak agar pemuda itu suka menerima usal Ciok Sam tong.
"Baiklah!" akhirnya pemuda itu setuju "tetapi menurut pengetahuanku, tempat dalam
perut gucung itu hanya sedikit sekali yang bisa digunakan sebagai tempat tinggal orang.
Sedangkan kami berduapun biasanya hanya bergerak disekitar daerah seratusan tombak
luasnya"." "Tetapi orang pendek itu jelas sudah masuk ke bagian dalam. Ini mengurangkan
daerah pencarian kita." kata Tek Cin.
Tetapi Kat Hong gslengkan kepala, "Apa-bila melintasi dua buah tikungan, kita akan
berhadapan dengan lumpur api yang panasnya bukan buatan. Manusia dan mahiuk apa
saja tak mungkin disitu!"
Sambil mengawasi keliang guha, Tek Cin berkata perlahan, "Tapi walaupun berjalan
dengan penuh perhatian, tapi kami berempat juga tak menemukan guha kediamanmu
berdua. Ah, mungkin dalam lorong ini terdapat goha bentuknya sama atau mungkin
terdapat jalanan tembus kelain tempat"."
"Ah, aku teringat sebuah hal!" kata Kat Hong
"Jalanan yang tembus kelain tempat?" Ciok Sam kong menegas.
"Bukan! Aku teringat akan sebuah tempat yang mencurigakan. Tapi tempat itu terpaksa
harus melintasi kawah api". Pernah adikku hendak melintasi tempat itu tapi ditengah jalan
gagal." "Lekas bawa kami kesana!" seru Cau Yan hui.
Kat Hong menunduk, memandang sepatunya yang sudah pecah belah. "Siapakah yang
mencekal poci air. pinjamkan kepadaku!"
Ciok Sam kong berikan tempat minumannya, "Pocinya ada, tapi airnya sudah habis
sama sekali." Kat Hong menyambuti itu dan minta sekalian orang menunggu disitu, "Sebentar aku
tentu kembali," katanya terus menyusup ke dalam liang goha.
Tak berapa lama, pemuda itu keluar lagi dengan membawa poci lagi dan mengajak
sekalian orang menuju ketempat yang dikatakan tadi.
Setelah membiluk dua buah tikungan, mereka rasakan hawa yang panas. Makin
kemuka, panas itu makin meranggas. Namun mereka tak mau mundur.
Kat kong menabuka sumbat poci, tuangkan airnya kepada sepatunya yang sudah robek
robek, katanya, "Membiluk sebuah tikungan lagi, kita akan tiba dikawah api itu. Luasnya
hampir lima enam tombak. Tak mungkin kita dapat lompati. Kaki kita tentu menyentuh
tanah, maka baiklah kita basahi sepatu kita agar dengan sampai terbakar."
Ia menyerahkan poci air kepada Ciok Sam-kong. Jago tua Swat San pay itu lalu
membasahi sepatunya juga. Kemudian diberikan kepada Cau Yan hui lalu Tek Cin dan Tay
Ih Siansu. Kat Hong menyambuti poci itu lagi, kata nya, "Biarlah aku yang menunjuk jalan di maka
harap kalian mengikuti sambil menutup pernapasan!"
Keempat tokoh itu segera mengikuti Kat Hong melintasi sebuah tikungan karang.
Disebelah samping dinding karang, membaur lava atau lumpur api yang mengalir keluar.
Luas aliran lumpur itu hampir lima enam tombak. Walaupun lumpur api itu tipis, tetapi
panasnya bukan kepalang.

Wanita Iblis Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kat Hong berloncatan melintasi kubangan lava itu. Tetapi Ciok Sam-kong berhenti dan
berkata kepada Cau Yan-hui, "Tunggu dulu budak itu sudah melintasi kubangan lava ini,
baru kita susul!" Tetapi ketua wanita dari partai Tiam-jong pay itu tertawa dingin, "Poci dibawanya dan
di sini panasnya bukan main. Jika berayal, sepatu kita tentu kering dan berbahaya sekali
kalau kita melintas kesana!" tiba-tiba jago wanita ini menyelinap dan samping Ciok Sam
kong terus gunakan ilmu ginkang loncat setombak lebih jauh nya. Selekas kaki menyentuh
bumi, ia loncat lagi kemuka.
Tay Ih siansu pun segera mengikuti tindakan ketua wanita dan Tiam-Jong pay itu.
Akhirnya Tek Cin mengajak Ciok Sam-kong untuk menyusul
Dengan iimu ginkang yang tinggi dan karena sepatu mereka sudah dibasahi air,
keempat tokoh itu berhasil melintasi kubangan lumpur api.
Tak berapa lama mereka tiba disebuah lorong yang luasnya hanya kurang lebih
setombak. Disitu tampak Kat Hong sudah menunggu Ia memberi keterangan bahwa
tempat itu masih panas sekali maka harus cepat cepat melanjutkan perjalanan.
Setelah berjalan lebih kurang satu li jauh nya, mereka berhenti. Selama berlarian
menyusuri lorong sempit itu mereka telah menobiluk tiga tikungan. Kini hawa panas sudah
berkurang Keempat tokoh itu tak menderita suatu apa.
"Eh!, apakah kalian bersaudara belum pernah datang kelorong ini?" tanya Ciok Sam
kong "Belum, karena lorong ini terpisah dengan gunung berapi dari lorong yang kita tempuh
tadi. Aku dan saudaraku memang ingin melintasi daerah gunung api tadi, tetapi belum
pernah mencobanya!" "Jadi engkau tak tahu keadaan lorong sini?" tanya Tek Cin.
"Saudara ini tentu tak bohong, baiklah kalian jangan mendesaknya," kata Cau Yan Hui.
Mereka melanjutkan perjalanan lagi. Diam diam Kat Hong gembira dipuji tetua Tiam
jong pay. Ternyata lorong makin lama makin gelap, akhirnya mereka tak dapat melihat jari jemari
sendiri. Tiba tiba securah air embun membaur kemuka mereka. Seperti hujan gerimis. Tak
berapa lama pakaian mereka basah kuyup. Embun itu dingin sekali. Menyolok sekali
bedanya dengan lava panas tadi.
Tiba tiba Ciok Sam-kong berhenti, "Jika tak salah dugaanku, di sebelah depan tentu
terdapat air terjun!"
"Bagaimana tandanya?" tanya Cau Yan hui.
"Karena embun makin tebal dan makin sekali"."
"Apakah engkau sangka, embun ini berasal dari air terjun yang mencurah ke batu dan
muncrat kemari?" tanya ketua wanita itu pula.
Ciok Sam kong mengiakan. "Sayang lo cianpwe lupa akan sebuah hal." tiba tiba wanita itu membantah.
"Apa?" "Kalau air terjun, tentu kita sudah dapat mendengar gemuruh suara air menumpah!"
Tay Ih siansu membenarkan bantahan ketua wanita itu.
Sekonyong konyong terdengar Kat Hong memekik dan cepat mundur dua langkah.
Sekalian orang terkejut dan berhenti.
"Mengapa?" tegur Cau Yan Hui.
"Disebelah mua". disebelah muka"."
"Mengapa disebelah muka?"
"Disebelah muka muncul setan"."
"Ah, jangan ngaco belo!" bentak Ciok sam kong seraya melangkah maju ke muka. Tiga
langkah kemudian, tiba tiba ia berteriak dan mundur kembali.
"Bagaimana?" Kat Hong tertawa mengejek.
Berkata jago tua itu dengan tersendat. "Saudara Kat iut memang benar. Disebelah
muka terdapat suatu keanehan!"
"Omitohud, biarlah lohu yang meninjau!" kata Tay Ih seraya melangkah maju. Baru
empat lima langkah, tiba tiba kakinya terasa kesemutan. Rasa itu cepat menjalar keseluruh
tubuh. Ketua siau lim si itu pun cepat cepat menyusut ke belakang.
"Lo siansu, benarkah terdapat setan?" tanya Cau Yan hui.
"Memang aneh." sahut ketua siau lim si itu. "Tanah disebelah muka bumi seperti
mengandung tenaga yang aneh sekali. Kaki kita kana terasa kesemutan lalu menjalar ke
seluruh tubuh." "Masakan terdapat hal semacam itu?" kata jago wanita tersebut.
Kat Hong mengajak sekalian orang beramai-ramai maju. Cau Yan-hui cepat menyambar
tangan pemuda itu seraya mengajak Tay Ih siansu. "Benar, mari kita maju bersama!"
Untunglah perjalanan itu tak berapa jauh. Setengah li kemudian, tenaga aneh dalam
bumi itu lenyap. "Sayang kita tak membawa korek. Ingin aku kembali ke tempat itu tadi untuk
memeriksanya"." kata Kat Hong.
Tiba-tiba terdengar suara meraung yang dahsyat. Mirip auman harimau dan gelegar
kilat "Apakah itu?" seru Cau Yan hui.
"Harimau!" sahut Kat Hong.
"Bukan, bukan, tidak mirip dengan raung harimau." kata Ciok Sam-kong.
"Agaknya tak jauh dari sini." ujar Tek Cin.
Tay Ih siansu mengatakan bahwa auman itu tidak mirip dengan suara harimau. Tibatiba
terdengar suara aum itu pula. Kini mereka makin jelas bahwa suara itu bukanlah aum
harimau. "Engkau yang sudah lama tinggal diperut gunung ini tentu pernah mendengar suara
auman semacam itu," kata Ciok Sam kong.
Kat Hong gelengkan kepala, "Yang kuketahui dalam perut gunung itu memang terdapat
seekor ular raksasa. Tetapi suara ular itu tidak mirip dengan aum seperti ini. Dan karena
terpisah kawah api, tak mungkin ular itu berkeliaran kemari!"
Tay Ih siansu menyatakan bahwa binatang yang mempergunakan aum dahsyat itu
tentulah makhluk yang luar biasa. Maka harus dipikirkan rencana untuk menghadapinya.
"Selain saudara Ciok, kami semua membekal senjata. Asal bukan binatang yang
menyembur racun saja, tentu dapat kita hadapi!"
Beberapa saat kemudian, kembali suara aum itu terdengar pula Kali ini terdengar jelas
sekali. "Aneh!" seru Cau Yan-hui.
"Mengapa?" tanya Ciok Sam kong.
"Tadi suara itu masih jauh tetapi mengapa tiba tiba sekarang begitu dekat?" kata Cau
Yan-hui. "Ah, itu tak mengherankan. Memang bangsa harimau itu cepat sekali gerakannya," kata
Tek Cin. "Lihat apa itu!" kata Kat Hong berteriak.
Sekalian orang terkejut dan memandang ke muka. Dalam lorong yang gelap gulita
tampak dua butir mutiara melancarkan cahaya terang gemilang.
"Mungkin benda itu sepasang mata dari makhluk aneh yang mengaum tadi," bisik Ciok
Sam kong. "Benar, jika bukan mata binatang tak mungkin benda itu dapat bergerak," kata Cau
Yan-hui seraya mencabut pedang.
Tay Ih siansu mendahului loncat kemuka, "Senjataku panjang dan berat, Biarlah aku
yang membuka jalan," katanya sambil melangkah maju.
Saat itu Tay Ih siansu dan rombongannya hanya terpisah setombak dari binatang itu.
Samar-samar mereka melihat seekor binatang aneh sebesar kerbau tengah mendekam
ditengah jalan. Setelah kerahkan tenaga dalam, Tay Ih Siansu menyerbu kemuka. Memang setelah
melihat makhluk itu, mereka agak jerih. Maka begitu menyerbu merekapun menggunakan
senjata. Ciok Sam-kong tertawa, "Seumur hidup hanya tiga kali aku menggunakan senjata,
Tetapi karena saat ini keadaan memaksa, terpaksa sekali lagi aku harus menggunakan
senjata!" "Hai, berpuluh tuhun menjadi sahabat, baru saat ini kuketahui kalau Ciok heng juga
menggunakan senjata. Benar-benar aku akan tambah pengalaman," seru Tek Cin.
Jago tua dan Swat-san pay itu merogoh dari balik bajunya. Dikeluarkan sebuah benda
yang mirip dengan ruyung lemas atau cambuk. Tetapi cambuk itu panjangnya hanya
setengah meter. Katai seperti biji buah tho.
Sekalian kawan-kawannya tak tahu senjata apa itu.
Walaupun Tay Ih siansu sudah maju mendekati tetapi binatang itu tetap tak bergerak.
Hanya sepasang matanya yang bersinar sinar menatap paderi itu.
Setelah saling beradu pandang beberapa jenak sekonyong konyong Tay Ih menusukkan
tongkatnya. Binatang itu bangkit dan mundur dengan gesit. Tampaknya binatang itu tak
melawan. Tay Ih tertegun. Dengan lindungan tongkat kemuka, ia memburu maju. Tetapi binatang
itu pun berputar tubuh dan berjalan masuk. Ekornya mengibas-ngibas tak henti hentinya.
Karena melihat binatang itu tak melawan, Tay In pun tak mau terlalu mendesak. Dia
hanya mengikuti di belakang.
Sepuluh tombak jauhnya binatang itupun membiluk sebuah tikungan dan pemandangan
di situpun tiba tiba berobah keadaannya.
Kedua belah dinding karang, putih bersih berkilau kilauan. Dinding langit-langit
menjulur kebawah, penuh dengan beribu-ribu lubang. Lorong jalanannyapun bersih
mengkilap sehingga sekalian tokoh dapat melihat keadaan seluas lima tombak.
Kini mereka dapat melihat bentuk yang sebenarnya dari binatang aneh itu.
Kepalanya menyerupai singa, tetapi badannya seperti ular. Ekornya panjang sampai
ketanah. Empat kakinya panjang dan halus. Tubuhnya penuh tumbuh bulu bulu panjang
berwarna kuning. Tetapi yang bagian bawah mempunyai sisik. Diatas ubun-ubun
kepalanya terdapat lubang yang memancarkan sinar.
Cau Yan-hui menanyakan apakah Ciok Sam-kong tahu akan binatang itu. Jago tua dari
Swat San pay itu menggeleng.
Tiba tiba binatang itu berputar tubuh dan menguakkan mulutnya. Terdengar suara
mengaum keras macam halilintar meledak. Tay Ih siansu memutar tongkatnya dan
menyerbu tetapi binatang itu lari lagi.
Tiba tiba ketua Siau lim si itu berhenti. Ia teringat bahwa makhluk atau binatang yang
aneh tentu mempunyai naluri yang tajam sekali.Kemungkinan gerak gerik binatan itu
memang mempunyai maksud tertentu. Maksud seperti hendak menjadi petunjuk jalan
kepada rombongan Tay Ih siansu.
Setelah berjalan beberapa Saat, binatang anhe itu berhenti dan berpaling ke arah Tay
Ih, kemudian berjalan lagi.
Selama itu mereka berteu dengan beberapa persimpangan jalan. Tetapi rombongan
tokoh tokoh itu, tetap mengikuti si makhluk yang aneh itu.
Sepertanak nasi lamanya, tiba tiba binatang tu berhenti. Setelah memandang ke arah
rombongan tokoh-tokoh itu. ia mengangkat kakinya yang depan dan menggaruk garu
dinding karang itu. "Eh, apakah didalam dinding karang itu terdapat sesuatu yang aneh?" bisik Tay Ih
kepada kawan-kawannya. Ciok Sam kong perlahan-lahan maju menghampiri. Ia meraba raba dinding karang yang
digaruki binatang itu. Melihat Ciok sam kong mendekati, binatang itu menyurut mundur perlahan lahan.
"Menilik wujudnya binatang itu menakutkan sekali, tetapi rupanya dia amat jinak." kata
Cau Yan Hui. "Rupanya binatang itu memang mempunyai maksud untuk membantu kita," kata Tay Ih
siansu. Tiba tiba terdengar suara menggelegar yang dahsyat sekali. Ciok Sam kong terkejut
serta cepat cepat loncat mundur.
Hai". ternyata dinding karang yang digaruki binatang itu tiba tiba terbuka".
"Ah, rupanya disini tentu terdapat penghuninya. Pintu itu jelas buatan orang." kata Tek
Cin. "Benar. ketika tanganku menyentuh dinding karang. tiba tiba pintu itu terbuka." kata
Ciok Sam kong. Tiba tiba dari dalam pintu karang itu menghambur asap wanti. Tay Ih dan
rombongannya cepat cepat menutup pernafasan. Binatang aneh itu menunduk ketanah
dan menyelinap masuk ke dalam liang guha.
Kat Hong berpaling kepada Tay Ih siansu lalu menyusup ke dalam guha pula. Tetapi
Ciok sam kong yang licik tak mau tergesa gesa. Ia berhenti diambang pintu seraya
berseru, "Awas, hati hatilah terhadap binatang aneh itu!"
"Binatang itu jinak sekali!" seru Kat Hong dari dalam guha.
"Eh, gulungan asap ini tiada mengandung racun, hayo kita ikut masuk!"
Beberapa saat kemudian Ciok Sam-kong berkata lalu mendahului masuk. Tay Ih dan
kawan kawannyapun mengikuti.
Guha itu gelap sekali dan penuh dengan asap tebal sehingga sukar melihat keadaan
didalamnya dengan jelas. Kat Hong dan binatang aneh itu entah kemana.
"Dalam keadaan seperti ini, kita harus berani memasuki sarang harimau untuk mencari
anaknya," kata Cau Yan hui seraya mencabut pedang dan melangkah maju.
Lewat beberapa saat, asappun mulai menipis dan mereka dapat melihat keadaan
disekeliling "Lo- siansu lekas kemarilah!" tetdengar Kat Hong berseru dari kejauhan.
Belum Tay Ih siansu menyahut, Kat Hong berseru lagi, "Jika kalian membiluk ujung gua
sebelah kiri tentu akan tiba pada sebuah pintu batu yang sempit dan segera melihat aku!"
Tay Ih menurut. Benar ia menemukan Kat Hong dan binatang aneh itu tengah tegak
menengadahkan kepala. Entah apa yang mereka pandang itu.
Ketika rombongan tokoh tokoh itu menghampiri, mereka tiba disebuah ruang batu
seluas dua tombak. Ruang itu mempunyai sebuah lorong kecil yang menyambung
kesebuah karang. Pada dinding karang itu terdapat sebuah batu yang menonjol keluar.
Diatas batu menonjol yang datar itu terdapat seorang". kakek yang tengah duduk
pejamkan matanya. Rambut, jenggot dan alisnya putih seperti salju. Rambutnya
memanjang terurai sampai diatas bahu. Mengenakan baju pertapaan seperti seorang
imam. Dihadapannya terletak sebuah tempat pedupaan dari batu yang masih bsrkepulkepul
menaburkan asap Wangi. Setelah memandang beberapa lama, Kat Hong menghela napas panjang. Ia berpaling
kepada Cau Yan-hui yang berdiri disampingnya. "Dia masih hidup atau sudah mati?"
"Kalau mati, pun belum lama," Sahut ketua wanita dari partai Tiam-jong-pay itu.
Saat itu Tay Ih siansu dan Ciok Sam-kong pun menghampiri. Tiba tiba Ciok Sam kong
berteriak kaget, "Hai! Telaga darah! Sungguh tak kira kalau didunia benar benar terdapat
tempat semacam itu!"
Cau Yan hui memandang dengan seksama. Ternyata yang dimaksud dengan Telaga
Darah itu hanya berupa tulisan yang berukir pada pendupaan batu dihadapan kakek
berambut putih itu. Adalah karena tulisan itu dan batu warna sama, maka ia tak
memandang lekat-lekat, tentu sukar melihatnya.
"Kalau begitu, orang tua berambut putih ini tentulah tokoh Lo Hian yang termasyhur!"
Seru Tay Ih dengan nada getar.
"Lo Hian!" Kat Hong menjerit dan menyerbu.
Tetapi Tek Cin cepat loncat mencegahnya. "Bocah jangan diburu nafsu!"
Wajah Kat Hong berobah". Dipandangnya Tek Cin lekat-lekat sampai beberapa saat,
kemudian berkata, "Baiklah!" Ia menyurut mundur dua langkah.
Sekonyong-konyong binatang-binatang aneh berkepala harimau berbadan ular itu
menengadahkan kepala dan meraung dahsyat. Bulunya tegak berdiri dan mulutnya
menyeringai buas. Rupanya binatang itu marah.
Sekalian orang terkejut dan mundur dua langkah. Betapapun mereka gentar juga
melihat perwujutan binatang yang menyeramkan itu. Mereka bersiap siap menghadapi
segala kemungkinan. Sekonyong konyong atap yang mengepul dari pelupaan batu itu menyemburkan bau
yang anyir-anyir busuk. Sekalian orang hampir mau muntah".
"Bau apakah ini".?" belum selesai Ciok Sam kong berkata, tiba-tiba binatang itu
berputar tubuh dan menerobos keluar. Pada lain saat diluar guha terdengar suara
menggelegar yang dahsyat.
Kat Hong pun memutar tuouh terus lari keluar.
"Hayo kita keluar melihatnya!" kata Ciok Sam-kong.
Sekeluarnya dari lorong sempit, mereka terpukau. Seekor ular besar yang kepalanya
tumbuh jamur merah, tengah mengangakan mulut seperti hendak menyusup ke dalam
guha. Tetapi binatang kepala harimau badan ular tadi, menjaga di pintu guha. Sepasang
kakinya bergerak gerak seperti merintangi ular itu.
Ciok Sam kong tertegun, serunya, "Ular raksasa itu, benar benar jarang terdapat di
dunia. Kita bantu binatang aneh itu untuk melenyapkan ular besar"."
"Ular raksasa itu benar-benar mengejutkan, Jamur merah yang tumbuh dikepalanya itu
menandakan umurnya yang sudah ratusan tahun." kata Tek Cin.
Tay Ih siansu mengangkat tongkatnya dan mengatakan hendak membantu binatang
aneh itu. Bau anyir semakin keras sehingga sekalian orang hampir tak tahan. Sambil mundur
kesamping dinding karang, Ciok Sam kong berkata perlahan, "Lekas tutup pernapasan!
Bau anyir dari mulut ular itu mungkin mengandung racun ganas!"
Saat itu Tay Ih siansu sudah tiba di pintu guha. Ketika ia hendak ayunkan tongkatuya
menghantam ular raksasa, tiba-tiba ia mendengar suara Cau Yan hui dalam ilmu
menyusup suara, "Jangan, buru buru dulu, siansu. Ular itu besar. Jika tak dapat sekali
pukul membunuhnya, dia tentu akan marah!"
Tay Ih siansu tertawa. Ia membenarkan ucapan ketua Tiam-jong-pay yang saat itu
segera menghampirinya. Jarak kedua tokoh itu hanya dua tiga meter dari ular raksasa. Rupanya ujar itu telah
melihat kehadiran kedua orang itu. Dengan marah ular itu hendak menyerang binatang
aneh tadi.

Wanita Iblis Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Binatang aneh itu marah. Bulunya tegak meremang dan dengan cakarnya yang tajam
dia hendak menerkam kepala ular. Tay Ih pun sergera ayunkan tongkatnya menghantam
kepala ular. Tetapi ular itu dengan gesit cepat menyurut keluar dari ruangan. Melihat itu
Cau Yan hui cepat cepat mendorong pintu batu. Ketika pintu batu tertutup, binatang aneh
itu tampak melonjak lonjak kegirangan. Mulutnya tak henti-hentinya mendesis-desis.
"Hm, binatang itu memiliki perasaan yang tajam sekali. Untuk menjaga bahaya pada
saat dia marah, lebih baik kita lenyapkan sekarang juga." bisik Ciok Sam kong kepada Cau
Yan hui. Tiba tiba binatang aneh itu berhenti melonjak-lonjak. Kedua matanya menatap Ciok
sam kong dan Cau Yan Hui tajam tajam. Sikapnya seperti menghadapi musuh.
Sekonyong-konyong terdengar ledakan keras yang disusul oleh guncangan dahsyat.
Pintu goa hampir terbuka.
Tek Cin tergesa gesa menghampiri pintu dan menutupnya lagi. "Kalau disebelah luar
terdapat alat pembuka pintu, tentulah didalam sini terdapat alat penutupnya. Sayang kita
tak mempunyai korek lagi untuk menyuluhi!"
Tay Ih hendak menyahut tapi dalam ruang goa terdengar suara mendesis desis.
Biantang itu memalingkan kepala terus masuk ke dalam goa.
"Heh, suara apakah itu?" Cau Yan hui hendak melangkah ke bagian dalam ruang goa.
tetapi suara dentuman keras itu telah menggelegar pula. Bahwa kali ini lebih kuat dari
yang pertama tadi. Pintu goa terbuka sampai setengah meter.
"Hebat sekali tenaganya!" seru Ciok Sam kong.
"Karena itu sebaiknya jangan adu kekerasan, tetapi harus beruapaya menghindarinya."
kata Tek Cin. "Tongkat ini luar biasa kerasnya. Bagaimana kalau kita gunakan untuk menahan pintu!"
kata Tay Ih seraya mengunjukkan tongkatnya.
Karena tiada lain cara, terpaksa tongkat itu disanggahkan pada pintu goa untuk
menahan jangan sampai tergoncang. Dan untuk menjaga jangan samapi tongkat itu
menggelincir, maka dibuatlah lobang ditanah untuk tempat pangkal tongkat. Suara
mendesis desis itupun lenyap. dan sebagai gantinya, merekapun terkejut lagi.
Kat Hong, binatang aneh dan Kakek berambut putih tadi lenyap.
"Hai, Saudara Kat, di mana kau".!" teriak Ciok Sam-kong sekuat kuatnya. Tapi tak
berbalas. "Hai, aneh," Tek Cin bersungut sungut "Entah budak itu hendak main siasat apa. Hayu
kita masuk kebagian dalam goa ini .."
"Biarlah aku yang menjaga pintu dan kalian bertiga yang masuk," kata Tay Ih Siansu.
Ketiga Orang itu segera melangkah masuk. nyata bagian dalam goa itu kosong. Kat Hong,
binatang aneh dan kakek berambut putih seolah hilang ditelan keajaiban.
Tek Cin bersungut sungut mengatakan bahwa seumur hidup berkelana didunia
persilatan, belum pernah ia mengalami peristiwa aneh semacam saat itu. Kemudian ia
mencekal tempat perapian hendak diguncang-guncangkan.
"Jangan main main, saudara Tek," Ciok Sam-kong baru buru mencegahnya.
"Takut apa?" sahut Tek Cin dengan garang walaupun tangannya berhenti
mengguncang. "Memang didunia tidak terdapat bangsa setan, tetapi makhluk yang lebih menakutkan
dari bangsa setan itu memang ada!" sahut Ciok Sam kong.
"Apa?" seru Cau Yan-hui. Sejenak memandang kesekeliling ruang guha, jago tua dari
Swat-san-pay itu berkata, "Ruangan dan dinding karang serta tempat perapian masih
lengkap. Tetapi kakek pertapa itu lenyap!"
"Justeru itulah kita akan mencarinya!" ketua wanita dari partai Tiam jong pay itu
mendengus. "Justeru itulah yang kumaksudkan sebagai hal yang lebih seram dari bangsa setan!"
Ciok Sam kong tertawa gelak-gelak.
"Maksud lo cianpwe?" Cau Yan-hui menegas.
"Manusia! Hah, ha, manusia itu adalah makhluk yang lebih menyeramkan dari setan.
Ha, ha." "Apa yang engkau tertawakan!" bentak Tek Cin dengan keras sehingga suara tertawa
dari Ciok Sam-kong tertindih.
Jago tua itu berhenti tertawa dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Oleh karena itu
maka aku mendapat kesimpulan bahwa harapan kita akan dapat keluar dari tempat ini
sangatlah tipis. Tring. Cau Yan hui mencabut pedangnya dan berkata dengan penuh kepercayaan.
"Belum tentu! Apapun yang terjadi dalam ruang guha, kita akan berjuang sampai titik
darah terakhir!" Pun Tek Cin melolos ruyung gelang Kiu-ciat kiam-hoan dan mengbantam tempat
perapian itu : "Tempat perapian ini tentu terdapat perkakas rahasia."
Pyur : Tempat perapian dari batu itu hancur. Asap bergulung gulung memancar keluar
memenuhi ruang. Dan debu debu yang mengonggok dalam tempat perapian itupun
bertebaran kemana-mana. Cau Yan hui kerutkan alis, serunya, "Apalah gunanya lo-cianpwe menghancurkan
tempat"." Belum ketua wanita itu selasai berkata, tiba tiba terdengar banyi berderak-derak dan
cekung tempat perapian diletakkan itu, perlahan-lahan menyelam kebawah.
"Lihatlah, jika tak kuhancurkan tentu kita tak dapat menemukan pintu rahasia!" seru
Tek Cin. "Hayo, kita periksa!" seru Ciok Sam kong dengan girang tetapi kakinya perlahan lahan
saja menghampiri tempat perapian itu.
Ketika ikut memeriksa, Tek Cin dan Cau Yan hui melihat lubang itu mempunyai sebuah
tangga batu yang menurun kebawah.
"Kita turun atau tidak?" tanya Ciok Sam-kong. Dia memang licin. Sesungguhnya ia
gentar untuk turun lebih dulu maka diajukanlah pertanyaan itu untuk membakar hati
orang lain. "Hm, silahkan kalian ikut dibelakangku," Cau Yan-hui tertawa mengejek seraya terus
turun. Setelah turun pada titian batu yang kesembilan. mereka tiba lagi disebuah ruangan.
Kakek berambut putih tadi ternyata berada disitu serta masih tetap duduk diatas altar
batu. Disamping terdapat pula tiga buah altar batu.
Ciok Sam kong dan Tek Cin yang menyusul datang, ketika melihat tiga bilah altar batu
itu segera menyadari apa artinya.
Ciok Sam kong menghela napas panjang, ujarnya, "Kakek berambut putih itu, teutulah
Lo Hian. Dunia persilatan menyohorkan dia sebagai manusia yang tahu segala. Selain ilmu
pengobatan dan ilmu silat yang luar biasa, diapun pandai sekali dalam hal bangunan"."
Tiba-tiba terdengar bunyi berderak-derak. Altar batu tempat duduk kakek berambut
putih itu terangkat keatas. Cepat sekali altar batu itu menutup pintu ruangan disitu.
Ternyata ruang rahasia itu cukup luas. Empat ujung ruang terdapat empat butir mutiara
yang memancarkan sinar gemilang sehingga ketiga orang itu dapat melihat keadaan
dalam ruang tersebut. Sambil banting banting kaki Cau Yan hui melengking, "Tay Ih siansu masih berada
disebelah atas dan pintu guha ini tertutup rapat. bagaimana kita akan keluar dari sini?"
Ciok Sam -kong tertawa, "Saat ini kita berada dalam apa yang disohorkan orang
sebagai telaga Darah. Tempat ini terpisah dari dunia luar. Mati hidup, kita tak dapat
meramalkan. tetapi karena sudah berada ditempat ini, kitapun wajib berdaya upaya"."
Menurut cerita dunia persilatan, dalam Telaga Darah itu tersimpan kitab pusaka yang
berkepandaian sakti dari Lo Hian. Jika kakek berambut putih itu benar-benar Lo Hian,
tentulah guha ini hasil ciptaannya. Kita harus menyelidiki dengan teliti. Siapa tahu kita
akan memperoleh rejeki yang tak tersangka sangka!" tukas Tek Cin.
Diam diam Cau Yan-hui menimang dalam hati. Kedua jago tua itu licin dan penuh akal
licik. Karena dia hanya seorang diri, sebaiknya menghindar supaya jangan sampai bentrok
dengan mereka. Cau Yan hui adalah tokoh wanita yang menjabat ketua partai Tiam jong pay. Dalam
menghadapi bahaya, ia dapat berlaku tenang dan tak kehilangan daya pikiran jernih.
Tiba-tiba Ciok Sam kong berpaling memandang pendekar wanita itu, katanya dengan
tersenyum, "Bagaimanakah pendapat Cau ciangbun mengenai maksud saudara Tek Cin
hendak meriksa tempat ini?"
Terlintas dalam pikiran Cau Yan-hui bahwa jika kedua orang itu hendak menyelidiki
tempat itu, kedudukannya terancam. Karena apabila mereka benar benar mendapatkan
sesuatu yang beharga tentu tak puas bila terdapat seorang Cau Yan hui disitu.
Namun dalam keadaan dan saat itu seperti tiada lain jalan Cau Yan-hui kecuali
menyetujui tindakan mereka. Katanya dengan tertawa hambar, "Sesungguhnya aku setuju
dengan maksud lo cianpwe berdua, tetapi"."
"Tetapi bagaimana"." tukas Tek Cin.
"Jika goa ini benar benar terdapat pusaka dari Lo Hian, tentulah terdapat juga perkakas
rahasia. Semula kami berenam yang masuk, sekarang hanya tinggal tiga orang. Karena itu
kuharap lo cianpwe suka berhati-hati. Apabila terperosok dalam perangkap Lo Hian, bukan
saja pusaka tak dapat diketemukan, pun kita tentu akan menderita."
Sengaja ketua wanita itu mengulur waktu agar dia dapat memecahkan kesulitan untuk
mencapai altar batu yang naik ke atas itu. Dan apa bila dapat memanggil Tay Ih siansu,
tentu dirinya mendapat kawan dan tak sampai tergencet oleh jago tua itu.
Ciok Sam-kong tertawa gelak gelak. "Ucapanmu itu tepat juga. Tetapi kita toh sudah
berada dalam goa terpencil. Bagaimana kita berpeluk tangan menunggu ajal saja" Lebih
baik kita berusaha untuk menghadapi bahaya. Disamping itu sekaligus kita dapat
menyelidiki tempat penyimpanan pusaka Lo Hian. Suatu kebanggaan yang diinginkan
setiap kaum persilatan. Aku setuju dengan maksud saudara Tek untuk menyelidiki tempat
ini!" Jilid 38 SAMBIL memandang kesekeliling, berkatalah Cau Yan hui, "Ruang goa ini terang
benderang, entah dari mana kita mulai menyelidiki?"
"Ho, karena mayat Lo Hian berada disini, masakan dia menyimpan pusakanya dilain
tempat?" Ciok sam-kong tertawa meloroh.
"Tetapi Lo Hian ito luar biasa cerdiknya. Masakan begitu gampang saja dia menyimpan
pusakanya di sembarang tempat. Jika kakek berambut putih benar-benar mayatnya, tentu
goa ini lebih dibuatnya pelik sekali. Kemungkinan di dalam goa ini tentu terdapat sebuah
jalan tembusan lagi!"
"Ya, ya, kemanakah lenyapnya budak lelaki dan dan binatang aneh itu!" teriak Tek Cin.
Ciok sam kong melihat pada sudut ruangan terdapat sebuah cekung yang menyasar
kedalam. Dia tak sempat menjawab pertanyaan Tek Cin terus lari menghampiri.
Tek Cin dan Cau Yan Huipun menghampiri. Ketika Ciok sam Kong ulurkan tangan
merogoh kedalam cekung itu, tiba tiba ia menyentuh sebuah rantai gelang. Pada saat dia
hendak menariknya tiba tiba terdengar suara lengking seorang wanita yang bernada
dingin, "Lepaskan tanganmu!"
suara itu dari ujung ruangan datangnya. secepat kilat ketiga tokoh itupun berputar
tubuh. seorang dara baju putin yang cantik jelita tengah melangkah dengan perlahan-lahan".
Ruangan goa masih tetap seperti sedia kala. Tidak tampak pintu terbuka atau dinding
yang bengkah. Kemunculan dara baju putih secara mendadak itu benar benar menaburkan
keseraman!. "Engkau setan atau manusia?" mereka bertiga serempak menegur.
Dara baju putih itu menyahut tawar, "Yang salah adalah mata kalian sehingga tidak
dapat melihat diriku dan terpukau seperti melihat setan muncul!"
setelah menenangkan diri. Ciok sam-kong berseru, "Kami tak kenal tempat ini dan kau
berada ditempat yang gelap. Bukan soal yang memalukan jika kami tak dapat melihat
kau!" Kira kira tiga empat langkah dari ketiga orang itu, si dara baju putih berhenti. "Jika
kalian ingin hidup, buanglah senjata kalian!"
Tek Cin tertawa gelak. "Sungguh congkak sekali kau! Apakah kau murid Lo Hian "
Dara baju putih itu tertawa dingin. "Tidak perlu kau tanyakan soal itu. Jika tak mau
membuang senjata dan menyerah, jangan sesalkan aku berlaku kejam!"
"Masih kecil tetapi sudah besar mulut!" Bentak Ciok sam kong. "Tahukah kau siapa ini
bertiga ini?" "Hm, hanya dua orang tua bangka dan seorang rahib. Aku kan tidak buat masakan tak
dapat melihat dandanan kalian!"
Marah Ciok sam kong bukan alang kepalang. "Tak perduli kau muridnya Lo Hian atau
bukan, tapi aku harus memberimu hajaran dulu!" ia menutup kata-katanya dengan sebuah
hantaman. "Bagus. Mau ngajak berkelahi?" tiba tiba dara baju putin itu melesat ke samping. "Aku
muak bertanding denganmu"."
Tek Cin yang sudah bersiap, segera lepaskan hantaman. Tetapi kali ini si dara tak mau
menghindar. Ia mengangkat tangan, Tek Cin menangkis. Ketika beradu tangan, Tek Cin
menyurut mundur selangkah. Ia rasakan jantungnya berdetak keras sekali.
Ternyata dara yang tampaknya lemah memiliki Iweekang yang tinggi sekali. Tek Cin
tercengang cengang memandang dari itu.
Alisnya yang melengkung seperti bulan sabit, menaungi sepasang biji mata yang
berkelip kelip seperti bintang kejora. WAjahnya yang bulat telur dihias rambutnya yang ikal
mayang. Ah, dara itu benar benar seperti seorang bidadari yang sedang bercengkrama. sayang
sikapnya dingin sehingga kecantikan itu seolah olah terbungkus oleh kerawanan.
Melihat kesaktian dara itu, timbullah pikiran Cau Yan hui. sekalipun belum diketahui
bagaimana sikap dara itu kepadanya, namun kelas dara itu memberi kesan baik. Dengan
adanya dara itu, tentulah kana mengurangi tekanan Ciok sam kong dan Tek Cin.
Dengan berbekal pertimbangan itu segera ia menegur ramah, "Siapa nama nona?"
sejenak dara baju putih itu memandang Cau Yan hui, sahutnya dingin "Siapa namaku,
apa sangkut pautnya dengan kau?"
Cau Yan hui kerutkan alis, ia masih manahan kesabarannya. "Aku tak bermaksud buruk,
harap nona jangan curiga"."
Tiba tiba dara itu merogoh keluar seutas tali, katanya, "Jika kalian masih ingin hidup.
lekas lemparkan senjata. Ikatlah tangan kalian dengan tali ini nanti kubawa ketempat ya
aman"." "Jika kami tak mau?" Ciok sam-kong tertawa dingin.
"Budak perempuan agaknya mempunyai ilmu setan. Kalau tidak bagaimana dia dapat
muncul ditempat yang begini terpencil. jangan lepaskan dia!" bisik Tek Cin.
Ciok sam kong mengangguk.
"Kalau begitu kalian akan menunggu kematian!" dara itu terus berputar tubuh dan
ayunkan langkah. "Tunggu!" serentak Ciok sam kong ini membentak seraya loncat mengejar.
Punggung dara itu seperti tumbuh mata. pada saat Ciok sam kong mengejar, diapun
loncat juga. Dan ketika dekat pada dinding katai tiba tiba ia membiluk dan menyusup
kebalik sebuah batu karang yang menonjol.
Dengan cepat Ciok sam kong memburu dan mencengkeramnya.
"Hm," dara itu mendengus dan mendadak menampar kebelakang.
Plak, terdengar benturan keras dan Ciok sam-kong tersurut mundur selangkah. Dan
serempak dengan itu terdengar bunyi berderak-derak.
Ternyata dibelakang batu menonjol itu terdapat sebuah pintu rahasia. Dan secepat kilat
dara baju putih itu menyelinap kedalam pintu rahasia itu. Pada saat Cau Yan hui dan Tek
Cin memburu tiba, pintupun sudah tertutup.
"Budak perempuan itu hebat sekali kepandaiannya," kata Ciok sam kong. Ia
menghampiri pintu dan mendorongnya. Tetapi sedikitpun tak begeming.
Cau Yan-hui kerutkan dan bersungut, "Aneh, mengapa dia mengatakan kita akan
menunggu kematian?" "Aku tak percaya," kata Tek Cin. Tiba-tiba dari ujung batu karang yang lain, terdengar
bunyi berderak- derak. Ketiga Orang itu berpaling memandang. Ternyata ujung karang itu perlahan lahan
merekah. Dua cercah sinar memancar keluar dari celah rekahan itu.
"Hai, ular raksasa itu lagi!" Tiba tiba Cau Yan hui berteriak kaget.
Ciok sam kong serentak hantamkan senjata ke sebuah batu menonjol dah berhasil
mengepalkan dua keping batu. Tek Cin mengambil gumpalan batu itu. Yang sebuah
diberikan kepada Ciok sam Kong. Dengan batu ditangan kanan dan sepasang gelang
ditangan kiri, Tek Cin bersiap siap.
Dua putik sinar itu perlahan lahan merayap keluar".
"Jangan kuatir, bukan ular raksasa!" kata Ciok sam kong dengan menghela napas
longgar. Tek Cin timpukkan batu itu. Bum". benda bersinar itut tiba tiba lenyap.
"Kena!" Ciok sam kong tertawa nyaring.
"Hm, hanya mengandalkan kepandaian yang tak berarti begitu, berani membuka mulut
besar"." Belum selesai Ciok sam-kong berkata, tiba tiba dari celah batu yang merekah tadi,
melesat keluar sesosok bayangan hitam. Ciok sam-kong cepat timpukkan batunya.
Tetapi bayangan hitam itu luar biasa lincahnya. Dengan tangkas ia loncat keatas dan
berjumpalitan sampai dua kali. Timpukan Ciok sam kong tak kena.
"Apakah itu?" seru Cau Yan Hui.
Begitu turun kebumi, benda hitam itu perlahan-lahan mengembangkan tubuhnya.
Astaga". seekor binatang kelabang yang luar biasa besarnya. Biji matanya sebesar buah
tho, memancarkan sinar kebiru-biruan. Dan setelah mengembang, badannya hampir
semeter besarnya. Bagian punggung merah bergurat garis garis putih.
Tek Cin ternganga, "Benar-benar kelabang raksasa!"
Binatang memandang ketiga orang dengan tajam. Belahan lahan ia mengangkat
badannya keatas seperti dalam sikap hendak menyerbu.
"Selain luar biasa besarnya, binatang itu merupakan kelabang bersayap emas yang
jarang terdapat didunia. Gurat gurat putih yang membungkus punggungnya tu adalah
sayap. Awas, kalau dia menyerang. Baik kita berpencar dalam bentuk segitiga agar dapat
saling tolong menolong" kata Ciok sam kong.


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tek Cin dah Cau Yan hui segera berpencaran. Tepat pada saat mereka berhenti,
kelabang raksasa itu kembali melayang, menyerbu Ciok sam kong dengan kecepatan yang
tinggi. Cau Yan Hui maju menabaskan pedangnya.
Tek Cin layangkan sepasang gelang. Gelang melayang menghantam kebagian ekor
binatang itu. sementara Ciok sam kong pun meloncat menghindar kesamping.
Menderita kehilangan kaki, kelabang itu menyurut mundur menjadi sebuah lingkaran
bundar lalu melesat ke udara dan melayang dua tombak jauhnya.
Timbul harapan Cau Yan hui mengetahui kelemahan binatang itu, serunya, "Rasanya
tak sukar untuk melenyapkan binatang itu!"
"Jika Cau ciangbun dapat memapas beberapa buah kakinya lagi, karena kehabisan
darah, lama lama binatang itu tentu mati," kata Ciok sam-kong.
Tek Cin mengatakan bahwa bagian lemah dari binatang itu mungkin memang pada
kakinya. sedang bagian punggung ternyata keras sekali. Tak kena suatu apa terhantam
sepasang gelangnya. Dengan peristiwa itu, ketiga tokoh itupun tenang kembali.
Tiba-tiba terdengar lengking suara beneda dingin, "Kelabang bersayap emas, adalah
penunggu simpanan Obat dari Telaga darah. Diantara lima jenis binatang beracun, dialah
yang paling ganas sendiri dengan racunnya. Kalian melukainya masih berani buka suara
besar. Hmn, benar benar tak tahu mati!"
"Eh budak perempuan itu belum pergoi"." baru Ciok sam kong berkata begitu, tiba tiba
Tek Cin berteriak keras, "Awas, saudara Ciok!"
Ketika jago tua dari swat san pay itu berpaling, didapatinya kelabang raksasa itu tengah
lebarkan sayapnya dan terbang melayang kearah jago tua itu sembari gerak gerakan
sepasang suputnya yang tajam.
Kali ini gerakan binatang itu luar biasa cepatnya sehingga Cau Yan hui tak sempat
menyongsongnya lagi. Ciok sam kong pun terkejut. Cepat-cepat ia loncat setombak
jauhnya. Tetapi ternyata binatang itu dapat berputar tubuh ketika masih melayang diudara. Ia
tetap melayang kearah Ciok sam kong. Jago tua itu berloncatan dan berputar-putar kian
kemari, tetapi binatang itu luar biasa lincahnya. Kemanapun Ciok sam kong menghindar,
tetap selalu dibayanginya.
Dalam beberapa kejap, entah Ciok sam kong sudah berapa belas kali berputar putar
disekeliling gua itu. Celakanya binatang itu membaurkan hawa busuk yang anyir. Dan bau
Anyir itu makin lama makin menebal memenuhi ruangan, sehingga membuat orang
hendak muntah muntah. sambil menutup pernapasan, Tek Cin berbisak pada Cau Yan hui, "Rupanya binatang itu
mengincar Ciok sam kong saja. Jika kejar mengejar itu berlangsung terus, lama kelamaan
Ciok sam kong tentu kena tersambar. Kita harus lekas berdaya menolongnya!"
"Tetapi dia lincah dan gesit sekali. Bagaimana cara kita hendak membunuhnya?" tanya
Cau Yan hui. "Terpaksa kini harus berani menempuh bahaya. Kita berpencar mencari tempat yang
sesuai. Kemudian kita meneriaki Ciok sam kong, suruh dia sengaja lari kesamping tempat
kita bersembunyi. Begitu binatang itu lewat, kita segera menyerangnya."
sesungguhnya saat itu mereka berdua sudah hampir tak kuat menahan bau yang
sedemikian anyir itu. Kepala mereka mulai pening dan tenaganyapun mulai lunglai.
sekalipun belum rubuh tetapi kesadaran mereka sudah mulai kacau.
Cau Yan hui setuju lalu mencari tempat bersembunyi, sebentara Tek Cin setelah
menempatkan diri disebuah tempat yang sesuai segera berseru meneriaki Ciok sam-kong,
"Saudara Ciok, kelabang itu gesit dan selalu membayang dibelakang saudara saja. Harap
saudara lari kemari dan pancinglah dia disini"."
saat itu Ciok sam kong sudah bersimbah peluh. Binatang itu tetap tak mau
melepaskannya sehingga jago tua itu tak sempat berputar tubuh mengirim serangan.
Begitu mendengar teriakan Tek Cin, Ciok sam kong melaksanakannya.
Cau Yan-hui menunggu dengan penuh perhatian. Begitu binatang itu lewat, dengan
kecepatan luar biasa, jago wanita itu loncat menahannya. Hantaman pedang ketua Tiam
jong-pay tepat mengenai badan kelabang. Kelabang terpelanting jatuh. Tetapi Cau Yan-hui
tersambar oleh serangkum hawa yang luar biasa anyir nya. Kepalanya pusing kaki lentuk
dan rubuhlah dia. Ciok sam kong berhenti berlari. Berpaling memandang binatang itu, ia menghela napas.
"Ah, benar-benar binatang yang lihay"." bluk, jago tua dari swat-san pay itupun menyusul
rubuh. Pada waktu lari dikejar binatang itu, dia menutup pernapasannya. Tetapi setelah
binatang itu rubuh, dia berpaling mengamatinya dan lupa antuk menahan pernapasannya.
seketika racun dari bau anyir itu manerjang kedalam tubuhnya sehingga diapun rubuh
juga. Kini yang berada di tempat itu tinggal Tek Cin seorang. Walaupun dia masih dapat
bertahan tetapi pikirannya sudah tak terang lagi.
Terhadap pedang Cau Yan hui, rupanya binatang itu menderita luka yang parah sekali.
Dia menelungkup ditanah tak bisa berkutik.
Walaupun keadaannya sudah kacau namun Tek Cin masih ingat akan suasana yang
berbahaya ditempat itu. Dengan terhuyung huyung ia menghampiri Cau Yan hui. setelah
menunduk dan mengamati beberapa jenak, tiba tiba ia berteriak sakuat kuatnya. "Nona,
nona, kami rela menyerah"."
Berkata sampat di gini ia sudah rubuh.
Entah berapa lama hal itu berlangsung, hanya ketika Tek Cin membuka mata, ia
dapatkan kedua tangannya terikat oleh tali dan duduk disebuah ruang batu. Disampingnya
terdapat Cau Yan hui, Ciok sam kong dan Kat Hong. Mereka berempat diikat menjadi satu.
Ciok sam- kong dan Cau Yan hui masih belum sadar tetapi Kat Hong tampak sudah
sadar beberapa waktu lamanya. Tek Cin itu memandang pemuda itu dan bertanya.
"Saudara, apakah kau juga ditangkap oleh nona baju putih itu?" tanya Tek Cin.
Kat Hong berpaling menatapnya. "Benar, budak perempuan itu memang hebat sekali
kepandaiannya!" "Bukankah kaupun terkena racun kelabang raksasa itu sehingga kehilangan tenaga dan
bisa ditangkapnya?" "Tidak," diluar dugaan Kat Hong menjawab. "Aku bertempur dengan gadis baju putih
itu dan kalah." Tiba-tiba Tek Cin teringat akan binatang yang berkepala macan dan bertubuh ular itu.
Cepat cepat ia menanyakannya kepada Kat Hong.
"Aku terpikat mendengar suara yang aneh, lalu menghampiri. Tiada sengaja aku telah
membentur perkakas rahasia dan terjerumus ke dalam ruang bawah tanah lalu berjumpa
dengan gadis itu. Kami bertengkar lalu bertempur. Aku kalah dan ditangkapnya kemari.
Kemana perginya binatang aneh itu, akupun tak tahu"."
Ia berhenti sejenak, katanya pula, "Tahukah kau, siapa gadis itu?"
Tek Cin menggeleng. "Dia adalah salah satu dari ketiga murid Beng gak!"
Tek Cin terkesiap, "Jika benar begitu, bukankah kita ini termasuk dalam perangkap?"
"Siapa bilang tidak!" sahut Kat Hong.
Dalam gugup Tek Cin meronta untuk menyadarkan Ciok sam-kong dan Cau Yan-hui,
tetapi racun yang menyerang mereka rupanya keras sekali. Walaupun sudah minum obat
tetapi mereka tak lekas sadarkan diri.
"Ketika kami dibawa kemari, apakah engkau sudah berada disini?" akhirnya ia bertanya
pula kepada Kat Hong. "Ya!" "Mengapa mereka tak dapat bangun?"
"Jangan tergesa gesa. Kulihat sendiri gadis, itu telah menyusupkan pil kemulut kalian.
Jika, engkau dapat sadar, merekapun tentu bisa juga. Mungkin hanya soal waktu saja!"
Tek Cin tak bicara lagi. Diam diam ia kerahkan Iwekang untuk mengetahui bagaimana
perkembangan racun ditubuhnya.
Tiba-tiba terdengar derap dangkah orang mendatangi dan pada lain saat muncullah si
dara berbaju putih membawa sebutir mutiara sebesar buah lengkeng. sinar mutiara itu
cukup menerangi ruangan disitu.
"Engkau sudah lama bangun!" tegur dara itu kepada Tek Cin.
Tek Cin batuk-batuk kecil, sahutnya:" Baru beberapa saat saja"."
sambil keliarkan biji matanya, dara itu bertanya pula, "Kini hanya dua jalan, mati atau
hidup. Terserah engkau hendak memilih"."
"Bagaimana caranya?" tanya Tek Cin.
"Sederhana sekali. Jika ingin hidup, harus dengar perintahku dan rela membantu aku.
dengan kuatir, tak nanti aku memperlakukan semena-mena kepada kalian. Kuobati racun
racun kelabang raksasa itu. akan kuberimu tiga macam ilmu kesaktian tetapi bukan olah
olah hebatnya." Ia berhenti sejenak, lalu berkata pula, "Kali memilih jalan mati, mudah sekali. Tak
kubunuh sendiri melainkan kuantarkan kalian ke dalam roang batu yang besar itu. Biarlah
kalian rasakan binatang penjaga simpanan obat itu!"
Tek Cin kerutkan alis. serunya, "Siapakah diriku ini, engkau tahu" Masakan aku sudi
menjadi budakmu!" sahut dara itu, "Seorang gagah bukannya mengandalkan kejantanannya. saat ini di saat
itu, lain keadaannya. Akupun takkan memaksamu. Mati atau hidup terserah pada
pilihanmu!" Diam diam Tek Cin membatin bahwa sesuai dengan sikapnya yang dingin, apa yang
katakan tentu akan dilakukannya. Jika berkeras kepala terhadapnya, kemungkinan nona
itu tentu sungguh-sungguh akan mengirimnya kesarang kelabang raksasa itu.
sebagai seorang persilatan yang kawak. Tek Cin banyak pengalaman dalam
menghadapi setiap keadaan. segera ia memperoleh cara untuk menghindari bahaya,
sahutnya, "Aku seorang diri! sukar untuk memutuskan. sebaiknya tunggu sampai mereka
sadar, nanti kami rundingkan bersama!"
"Baik," sahut dara itu, "toh kalian tidak mempunyai pilihan yang ketiga lagi. Jika tak
mau mendengar perintahku tentu akan menghadapi jalan kematian!"
Kemudian pelaban-lahan ia berputar tubuh menatap Kat Hong, "Apakah engkau sudah
mempertimbangkan masak masak?"
Kat Hong gelengkan kepala, "Belum, mati hidup soal yang penting, bagaimana aku
dapat cepat- cepat memutuskan. Aku perlu cukup waktu untuk berfikir!"
"Engkau hendak memikir sampai berapa lama lagi?" tanya dara itu.
"Entah, akupun tak tahu. Begitu sudah mendapat keputusan, tentu kuberitahukan
kepadamu!" Kata dara itu dengan nada dingin, "Engkau tahu atau tidak" Jiwamu sekarang berada di
tanganku. Jika menghendaki, dapat kuhancurkan tulang-belulangnya menjadi berkeping
keping!" Kat Hong mendengus penasaran, "Engkau menyelonong menutuk jalan darahku
sehingga aku kehilangan daya perlawanan. Memang mudah sekali engkau hendak
membunuh aku, tetapi perbuatanmu itu bukan perbuatan yang gemilang!"
"Hm, bicara sampai setengah hari, kiranya engkau masih penasaran," dengus sang
dara. "Sudah tentu tak terima," sahut Kat Hong.
Dara baju putih itu merenung sejenak Ia lalu berkata pula, "Jika kubuka jalan darahmu
dan tali pengikatmu itu kemudian kuberimu waktu untuk memulihkan tenagamu dan lantas
bertempur lagi. Apakah engkau masih penasaran jika tetap kukalahkan?"
"Sudah tentu aku puas menerima kekalahan itu."
"Tetapi hanya menerima saja, belumlah cukup. Engkau baru meluluskan untuk
mendengar perintahku dan menjadi budakku selama-lamanya". hm, sebenarnya aku
mempunyai obat. Jika kupaksa kalian memakan obat itu, kalian tentu akan membabi buta
menurut perintahku dan seumur hidup kalian takkan berani mengkhianati perintahku.
Tetapi aku tak mau bertindak semacam itu"." sambil berkata ia membuka tali pengikat
pemuda itu dan menepuk jalan darah yang tertutuk.
Kat Hong loncat keatas dan gerak-gerakkan kedua tangannya agar darah mengalir
keseluruh tubuh. setelah itu ia pejamkan mata menjalankan pernapasan.
Pertandingan nanti bukan melainkan hanya soal gengsi, pun juga menyangkut soal
nasibnya, Ia menumpahkan seluruh semangatnya untuk mengadakan persiapan yang
penuh. Kebalikannya dara baju putih tampak acuh memandang kesekeliling tempat itu.
Pada saat itu Ciok sam-kong dan Cau Yan hui pun sudah bangun. Mereka memandang
lekat lekat pada kedua orang itu.
Kira kira sepeminum teh lamanya, dara itu tak sabar menunggu lagi. Ia menegur Kat
Hong, "Apakah kau belum selesai beristirahat?"
Kat Hong membuka mata, menyahut, "Ah, kini aku teringat. Kau adalah murid dari
siluman wanita dari Beng-gak"."
"Perlu apa kau ribut-ribut tak karuan?" tukas dara itu. "Kalau aku muridnya lalu bagai
mana?" "Dimana siluman wanita itu, lekas suruh dia keluar"."
"Jika dia berada disini, masakan kau masih berjiwa. Hm"."
"Hah" Engkau sudah berontak?" Kat Hong berseru kaget.
"Aku memang anak muridnya tetapi aku mempunyai dendam permusuhan pembunuhan
atas orang tuaku. soal itu bukan pemberontak atau berkhianat," Tiba tiba itu kerutkan alis
dan menyambung kata katanya, "Mengapa engkau mengurusi soal itu" Jika aku tak
membutuhkan pembantu, aku tak sudi memakai laki-laki tak berguna semacam engkau!"
"Baiklah, hayo engkau mulai menyerang!"
Tiba-tida dara baju putih itu tertawa, "Hati-hatilah!" ia maju menghampiri dan memukul
ke dada. selama ini tak pernah dara itu menyungging senyum apalagi tertawa secerah itu.
Wajahnya yang cantik jelita makin berseri laksana kuntum bunga mekar dihari pagi.
Kat Hong terpesona melihat kecantikan dara itu sehingga ia terlongong longong lupa
kalau sedang berkelahi. Bahkan ketika tangan si dara sudah hampir mengenai dadanya, ia
masih tak megnhindar. Tiba-tiba nona itu menarik tangannya dan membentaknya, "Apakah kau anggap aku tak
berani membunuhmu?" Merahlah wajah pemuda itu, cepat ia ayunkan tangannya menghantam. saat itu wajah
si dara tampak dingin pula. Pada saat tinju Kat Hong hampir mengenai barulah ia
menyurut mundur ke samping. Dengan gerak yang indah gemulai ia dapat menghindari
tinju Kat Hong. Kemudian secepat kilat ia menyambar pergelangan tangan pemuda itu.
Cara menghindar dan menyerang yang laksana kilat cepatnya itu, hampir membuat Kat
Hong tertangkap. Untung ia masih dapat menyurut mundur dua langkah kebelakang.
Tetapi si dara terus mengejarnya dengan serangan tutukan jari, tamparan dan pukulan.
Dalam sekejap saja ia sudah lancarkan delapan buah serangan berturut turut.
Tetapi kepandaian Kat Hong pun bukan biasa. Ia memiliki beraneka pukulan istimewa
ini berbagai cabang persilatan. Walaupun serangan si dara sederas hujan mencurah,
namun ia masih dapat mematahkannya semua.
Beberapa kali serangannya gagal, si dara tampak gugup dan tiba tiba mundur tiga
langkah serunya, "Uh, tak kira kalau kau sakti juga!"
Walaupun dapat memecahkan serangan deras dari si dara tetapi sesungguhnya Kat
Hong merasa payah sekali. Diam diam ia mengakui kepandaian si dara memang sakti
sekali. Dengan kerahkan tenaga murni, diam diam ia lancarkan pukulan Bu-ing-sin kun
atau Pukulan Tanpa bayangan.
Merasa terlanda oleh semacam tenaga yang tak terlihat, si dara terkejut dan cepatcepat
kerahkan tenaga dalam untuk melawan seraya berseru dingin, "Bagus, kiranya, kau
juga dapat menggunakan pukulan Bu ing sin-kun."
setengah tahun yang lalu, ketika rombongan Tay Hong siansu menyerang Beng-gak,
mereka telah dikalahkan karena terkena obat bius. sebagian menjadi anak buah Beng gak.
sebagian gugur dalam pertempuran. Pada saat menghadapi keadaan yang genting, sin
Ciong totiang dan beberapa tokoh persilatan masing-masing telah memberikan ilmu
kepandaian mereka kepada kedua saudara Kat.
Kat Hong dan Kat Wi bersembunyi di perut gunung untuk meyakinkan ilmu pelajaran
yang mereka peroleh itu. Berkat telah mempunyai dasar latihan yang baik dan memiliki
kecerdasan otak, dalam setengah tahun itu mereka telah berhasil menguasai bermacammacam
ilmu kesaktian dari berbagai cabang persilatan. Tapi tampaknya kelewat pendek
sehingga mereka belum mampu mencapai tahap kesempurnaan. walaupun memiliki
beraneka ilmu silat sakti, tapi belum dapat menggunakannya untuk mengalahkan lawan.
Terhadap dara itu Kat Hong sudah mempunyai perasaan gentar. Maka setelah lepaskan
pukulan Bu ing sin kun ia segera menyerbu maju. tangan kiri memukul dengan jurus
Hogak liu-kun atau Kali bengawan mengalirkan awan.
tangan kanan memukul dengan pukulan Ping ho gui tang atau Es di sungai mengalir.
Kedua pukulan itu yang pertama adalah ilmu istimewa dari partay Bu-tong pay. sedang
pukulan kedua berasal dan ilmu istimewa partai Hoa-san-pay. Dua buah ilmu simpanan
dari dua partay persilatan digunakan secara berbareng telah membuat Ciok sam-kong dan
Tek Cin terkejut. Tetapi dara baju putih itu tetap tak memandang mata. Tangannya bergerak dan
menutuk dengan sebuah jarinya.
seketika Kat Hong rasakan tutukan jari dara itu memancarkan aliran tenaga yang
dahsyat mengarah bagian yang fatal.
Kat Hong terkejut sekali. Ia merasa dua buah serangannya itu seolah olah kehilangan
daya perbawanya. Kat Hong terkejut dan loncat mundur.
Dara baju putih itu tertawa dingin. Bagaikan bayangan, ia mengejar pemuda itu.
serentak Kat Hong rasakan tangan kanannya kesemutan, Ah, kiranya pergelangan tangan
kanannya telah dicengkeram lawan.
Ciok sam kong bertiga yang mengawasi pertandingan itu dari samping, melihat juga
akan peristiwa yang luar biasa itu. Bagaimana dengan gerak lemah gemulai laksana seekor
kupu kupu berterbangan diantara taburan angin, dara itu telah menembus hujan
bayangan jari Kat Hong yang deras.
"Bagaimana, engkau tunduk atau belum?" tanya dara itu dengan nada dingin.
Kat Hong termangu memandang wajah dara ayu itu. Beberapa saat kemudian ia
berkata, "Baiklah, aku mau mendengar perintahmulah".Lepaskan cekalanmu."


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kupercaya omonganmu itu keluar dari sanubarimu!" si nona lepaskan cengkeramannya
lalu berputar menghadapi Ciok sam kong, "Apakah kalian sudah mengambil keputusan?"
"Jika saudara Kat itu boleh mengajukan syarat, masakan kami tak boleh?" sahut Tek
Cin. "Kamu tua bangka banyak akal, bagaimana minta dipersamakan dengan dia?"
"Atas pertolongan nona mengobati racun kelabang pada tubuh kami, kami berterima
kasih sekali. Tetapi kalau nona menghendaki kami menjadi budak nona, hal itu memang
suatu persoalan yang sulit. Dalam kedudukan kami di dunia persilatan, rasanya kami lebih
suka mati dibawah cincangan senjata daripada harus mendengar perintah nona"." kata
Giok sam-kong. Dara itu tertawa, "Tak apalah. Aku memang sedia semacam obat racun. Asal kalian
minum, kalian tentu akan menurut perintahku tanpa penasaran. Karena kalian akan
menjadi manusia patung yang kehilangan daya ingatan dan lupa malu sama sekali!"
sekonyong-konyong terdengar suara menggelegar yang dahsyat macam benda berat
menghantam dinding karang.
"Rupanya ada orang datang. Jika nona suka melepaskan kami, kami bersedia
membantu nona menghadapi musuh!" Giok sam-kong batuk batuk.
Bermula dara itu memang terkesiap mendengar suara dahsyat itu tetapi pada lain saat
ia tampak tenang kembali. Katanya dengan tawar, "Tak apa, pintu cukup kokoh, tak perlu
kalian kustir." Ia mengeluarkan sebuah botol kumala dan menuang tiga biji pil warna merah. Katanya,
"Pil merah ini disebuat san-hun-tan atau Pil Pembuyar jiwa. Jika orang meminumnya tentu
akan kehilangan ingatan. Dewasa ini entah berapa banyak tokoh-tokoh persilatan yang
telah meminumnya dan tunduk dibawah perintah Beng gak. Jika tak percaya, silahkan
kalian mencobanya!" Wajah dara itu tetap sedingin es sehingga sukar diketahui bagaimana getaran
perasaannya. Walaupun banyak pengalamannya namun Ciok sam-kong bertiga tak mampu
menaksir bagaimana perasaan dara itu yang sesungguhnya. Ketiga tokoh itu saling
berpandangan satu sama lain.
Getaran dahsyat tadi berulang-ulang terdengar lagi. Rupanya orang yang melakukan
gempuran itu bertekad keras hendak menjebolkan pintu batu.
sidara sejenak berpaling memandang Kat Hong, serunya, "Jangan bergerak! Pintu itu
kokoh sekali. Biarkan mereka menggempur sampai tiga hari tiga malam, tak mungkin
dapat menjebolkan!" Kemudian dara itu pelahan-lahan menghampiri Ciok sam-kong bertiga. Tiba tiba ia
wenjiwir telinga Tek Cin, "Karena engkau yang lebih dulu sadarkan diri, engkaulah yang
minum pil ini dulu!"
Bukan kepalang kejut Tek Cin. Tanpa banyak pikir ia serentak berseru, "Nanti dulu
nona. Ya. aku meluluskan permintaanmu!"
"Hm, memang aku tak takut engkau takkan meluluskan!" sekali tepuk ia menutuk jalan
darah jago tua itu lalu menghampiri Ciok sam-kong, "Engkau berani minum pil ini atau
tidak?" "Minum obat tak bersangkut paut dengan keberanian. Walaupun aku sudah tua dan tak
takut mati, tetapi aku tak dapat meminumnya!"
"Setan bernyali kecil"." damprat sidara seraya menutuk jalan darah tokoh tua itu. Lalu
menghampiri Cau Yan-hui. "Kita sesama kaum wanita," katanya, "aku tak mau membikin susah kepadamu.
silahkan engkau pilih mana. Mau minnm pil sendiri atau ingin diperlakukan seperti kedua
orang yang ku tutuk jalan darah sau im dan sau-yang?"
Walaupun Cau Yan-hui itu seorang pendekar wanita yang keras hati tetapi dalam
menghadapi saat seperti itu, tak urung hatinya bergetar juga. Ia menghela napas, "Dalam
keadaan mati tak dapat, hidup pun tak bisa seperti ini, terpaksa aku menyerahkan
dibawah kekuasaanmu"."
"Jika tak memandang karena sesama kaum wanita, tentu tak kuajak engkau berunding
begini!" sahut si dara.
"Aku belum jelas bagaimana kalau minum pil dan bagaimana kalau engkau tutuk jalan
darahku. Karena engkau suruh aku memilih, sukalah menjelaskan dulu bagaimana akibat
dari kedua pilihan itu," kata Cau Yan-hui.
"Kalau minta dijelaskan kedua duanya memang tak enak akibatnya. Minum pil akan
kehilangan daya ingatan. selama tak minum obatpenawarannya, tentu tetap menjadi
hambaku seumur hidup. Hanya ada sedikit keuntungan, selama itu engkau takkan
menderita suatu kesakitan apa-apa?"
"Dan kalau ditutuk jalan darah sau im dan sau-yang itu?" tanya Cau Yan-hui.
"Itu memang lain akibatnya," kata sidara. "Sekalipun engkau masih mempunyai
ingatan, tetapi engkau akan menderita siksaan kesakitan yang hebat. setiap dua jam
sekali, harus kuurut supaya jalan darahmu yang tertutuk itu tidak macet darahnya. Tetapi
penderitaan itu luar biasa sakitnya. Urat-urat nadi dalam tubuh akan menyurut seperti
yang diremas remas sakitnya"."
"Minum pil dan merusakkan urat nadi, dua-duanya serupa. Eagkau sungguh sungguh
berhati ganas sekali!" seru Cau Yao hui.
"Peristiwa ganas yang kusaksikan, jauh lebih hebat dari saat ini," sahut sidara dengan
tangkas. "Bukankah tujuanmu hendak memperbudak kami supaya menurut perintahmu" Tetapi
sekalipun engkau rusakkan urat nadi kami, ingatan kami masih terang"."
"Hm, tetapi aku tak percaya kalau orang mampu bertahan dari siksaan urat nadi yang
telah di rusak itu. Jika tidak percaya, silahkan coba!"
"Silahkanl" sahut Cau Yan-hui dengan gagah.
"Engkau sendiri yang memilih!" kata si-dara seraya terus menutuk dua buah jalan darah
tetua wanita dari Tiam jong pay itu. Kemudian melepaskan tali ikatan mereka bertiga.
sslama itu Ciok sam kong diam diam telah kerahkan peredaran darahnya. Ternyata ia
merasa tak berapa sakit. Maka cepat-cepat ia gunakan ilmu "Menyusup suara" membisiki
Tek Cin. supaya pada saat si dara membuka tali ikatan mereka, harus serentak di serang
dan di ringkus kemudian di paksa agar membuka jalan darah mereka yang di tutuknya itu.
Maka pada saat si dara melepaskan tali ikatan mereka, Ciok sam-kong cepat bertindak
menghantam dara itu. Tetapi dara i"u tertawa dingin, "Hm,memang telah kuduga kalian tentu akan nekad
mengadu jiwa. ternyata dugaanku benar!"
sambil berkata dara itu gerakkan jarinya untuk menutuk.
Ciok Sam kong mundur selangkah.
Selagi si dara tengah menghadapi Ciok Sam kong, Tek Cin cepat menghantam
punggungnya. Tetapi dengan tenang, dara itu totokkan jarinya ke belakang, mengarah
jalan darah pada siku lengan Tek Cin.
Gerakan dara itu memang luar biasa anehnya. Jarinya selalu mengarah jalan darah
orang. Tek Cinpun terpaksa menyurut mundur beberapa langkah.
Cau Yan hui mencabut pedangnya tetapi masih ragu ragu dan tak jadi menyerang.
"Cau Cianbgun, kita toh sudah dikuasainya, mengapa masih memegang tata susila
pertempuran lagi" Hayo maju!" seru Ciok Sam kong.
"Jika kita membunuhnya, siapakah yang mau menolong kita jika jalan darah kita yang
tertutuk itu mulai merangsang!" sahut Cau Yan hui.
"Mengapa Cau ciangbun berbanyak hati" Tangkap dan siksa dia. masakan dia tak mau
membuka jalan darah kita!" seru Ciok sam kong dengan garang walaupun sesungguhnya
hatinya gentar terhadap dara itu. Ia menyadari bahwa iimu silat dan ilmu tutukan dara itu
mempunyai aliran tersendiri. Berbeda dengan ilmu yang terdapat dikalangan persilatan
pada umumnya. sambil mendesak mundur Ciok sam-kong dan Tek Cin. dara baju putih itu berseru
memanggil Kat Hong supaya datang kepadanya.
Kat Hong mengiakan. Dihantamnya Ciok sam-kong. sudah tentu jago tua itu terkejut
dan cepat menangkis dengan tangan kiri seraya berseru memperingati, "Hai, apa kau
gila?" "Seorang lelaki sekali berkata tentu akan melaksanakan," sahut Kat Hong. "Aku sudah
berjanji akan turut perintahnya, mana aku tak mau ingkar janji!" Dua buah pukulan
kembali dilontarkannya!"
sambil menangkis. Ciok sam kong berseru, "Kita beberapa orang, bersama-sama
datang dan bersama-sama menderita nasib yang sama. Mengapa saudara berjanji
menghamba kepadanya, karena takut mendapat ancaman?"
Terdengar suara deburan yang dahsyat sampai tiga kali sehingga mengganggu kata
kata Ciok sam-kong. Dara itu kerutkan alis. serentak ia merubah gaya pukulannya dengan jurus yang aneh.
Hanya dalam sepuluh jurus saja, tentulah Tek Cin akan rubuh. Melihat itu Ciok sam
kong segera bertindak. si dara menghindar kesamping dan berseru "Bagus, bagus, memang aku belum tahu
sampai dimana hasil yang kujumpai dalam ilmu peryaikinanku. Kalau hanya seorang,
memang bukan lawanku. Kalian maju berbareng, dapat memberi kesempatan kepadaku
untuk mencoba kepandaianku yang kupelajari itu!"
Dalam pada berkata kata itu, tiba tiba ia merobah gerakan tubuhnya. Dengan gerak
putaran yang cepat sekali, ia sudah menyusup di tengah kedua jago tua itu. Tinju
memukul jari menutuk. Menyaksikan gerak si dara yang sangat aneh itu, diam-diam Cau Yan hui terkejut. Ia
merasa walaupun berbekal pedang percuma saja menghadapi gaya serangan si dara.
sedikitpun tak memberi kesempatan orang untuk memainkan pedangnya.
Memandang ke sebelah sana, tampak Kat Hong bertempur sendiri melawan Ciok samkong.
Menilik jalannya pertempuran yang begitu seru, sukar untuk selesai dalam waktu
yang singkat, Tetapi ketua wanita dari Tiam jong-pay itu tak sempat memecah perhatiannya lagi. Ia
harus waspada terhadap serangan si dara yang luar biasa anehnya. Dan walaupun maju
bersama Tek Cin, tetapi akhirnya tetap terdesak oleh dara itu. suatu hal yang benar-benar
membuatnya tak habis herannya.
"Hati-hatilah!" tiba-tiba dara baju putih itu mendengus dingin dan menyambar lengan
Cau Yan-hui. Cau Yan-hui turunkan lengannya kebawah lalu balikkan pedangnya keatas, menabas
dan menusuk. Tetapi tiba tiba tangan sidara yang diulurkan itu tiba tiba diputar dan dengan gerak
cepat yang luar biasa, ia mencengkeram siku lengan Cau Yan hui. seketika itu juga Cau
Yan hui rasakan siku lengannya yang kanan kesemutan. Tahu-tahu pedangnya sudah
beralih ke tangan si dara.
Ketua wanita partay Tiam jong pay itu tercengang. Wajahnya merah kemalu-maluan. Ia
menyurut mundur dua langkah, serunya, "Seumur hidup belum pernah aku kalah melawan
musuh. Tetapi hari ini senjataku dapat direbut musuh, aku malu untuk hidup di dunia!"
Dia adalah seorang ketua dari partay persilatan yang ternama. Pedangnya dapat
direbut Orang, merupakan suatu hinaan yang besar baginya. Baik terhadap pribadinya
maupun gengsi partay Tiam jong pay, hal itu merupakan noda yang tak terperkirakan
besarnya. Daripada hidup menanggung malu, lebih baik ia mati saja.
Dua kali dara itu bolang-balingkan pedang untuk mengundurkan Ciok sam kong dan
Tek Cin lalu menjawab Cau Yan-hui, "Jika engkau ingin mati, akupun tidak dapat
menghalangi. Hanya saja perlu kuberitahukan kepadamu. Ilmu yang kugunakan untuk
merebut pedangmu itu adalah ajaran dari Dewa silat Lo Hian. Di-dunia persilatan yang
mampu memecahkan ilmu serangan itu, hanya beberapa orang saja."
Dalam pada berkata itu, si dara taburkan pedangnya menjadi suatu lingkaran sinar
yang berhamburan memenuhi penjuru. Tek Cin gelagapan tak mmapu menangkis. Cret!".
Tiba-tiba ia rasakan kepalanya silir. Ah, segumpal rambutnya kena terpapas pedang si
dara! Ilmu pedang yang aneh dari dara itu menyadarkan Tek Cin. Bahwa jika terus menerus
membiarkan dirinya di serang cara begitu, akhirnya ia tentu terluka di ujung pedang.
"Harap berhenti dulu, nona! Aku hendak berunding!" serunya.
Dara itupun hentikan gerakan pedangnya. Ia menengadah memandang langit ruangan.
Mulutnya berkomak kemik bicara seorang diri.
Mulut menyungging senyum tertawa. Rupanya ia terkenang akan suatu peristiwa yang
menggembirakan. Dia jarang tertawa. Wajahnya selalu membeku dingin- Tetapi apabila sekali ia tertawa,
ah". , benar-benar menyerupai kuntum bunga yang tengah mekar. sedap dan
mengesankan! setua itu Tek Cin belum menikah dan tak pernah bergaul dengan wanita. Tetapi toh,
saat melihat wajah si dara mengulum tawa, semangatnya melayang-layang juga. Cepatcepat
ia berseru, "Nona"."
Dara itu tersadar dari lamunannya dan wajahnyapun kembali sedingin es, serunya,
"Apakah kalian sudah menyadari tak dapat melawan aku?"
Melihat Tek Cin dan Cau Yan-hui berhenti menyerang, Ciok sam kongpun mendesak Kat
Hong lalu berseru supaya pemuda itu berhenti dulu. Jago tua dari swat-san-pay itu sudah
kewalahan menghadapi serangan Kat Hong yang menggunakan bermacam macam ilmu
pukulan istimewa. Hanya karena mengandalkan tenaga dalamnya yang kuat, maka Ciok
sam kong masih dapar bertahan.
Kat Hong berpaling ke arah sidara lalu menghampiri dan berdiri di sampingnya.
Kata Tek Cin, "Ilmu pedangmu tadi, benar benar belum kulihat seumur hidup"."
"Jangan bicara yang tidak perlu! Kalian menyerah atau tidak!" bentak dara itu.
Tek Cin kerutkan alis, sahutnya, "Engkau mengatakan bahwa ilmu pedangmu itu
berasal dari Lo Hian, benarkah itu?"
"Sudah tentu sungguh"." tiba-tiba dara itu hentikan kata " katanya karena mendengar
suara deburan pada pintu batu itu menggelegar tiada hentinya. "Mereka menggempur alat
perkakas di luar pintu," katanya.
saat itu terdengar derap langkah orang masuk. Rupanya pintu telah dapat di jebloskan.
sekalian orang menunggu dengan tegang. siapa gerangan yang masuk itu".
Langkah kaki itu berhenti dan di ambang pintu muncullah sesosok tubuh pendek.
Aha". kiranya si orang pendek baju hitam!
Entah dari mana, tetapi saat itu secercah cahaya merekah kedalam ruangan sehingga
ruangan itu agak terang dan dapat terlihat keadaannya. Dari rambut memanjang
kebahunya dapatlah diketahui bahwa orang pendek yang mukanya berlumur kotoran itu,
ternyata seorang wanita. Tangannya mencekal sebatang pedang. mata memandang lekat-lekat kepada beberapa
tokoh yang berada dalam ruang situ. Masing masing saling berpandangan tanpa berkata
suatu apa. Beberapa saat kemudian, tiba tiba dara berbaju putih mengangsurkan pedang
kepada Ciu Yan hui. "Terimalah pedangmu dan jagalah diambang pintu!"
Cau Yan hui tertegun. Tetap pada lain saat ia menyambuti pedang itu terus melangkah
kepintu. Siorang pendek mundur kebelakang dan melenyapkan diri.
Sejenak memandang kepada Tek Cin dan Ciok Sam kong, si dara baju putih berkata,
"Mereka dapat membobolkan pintu tetapi sayang datang terlambat dan tak dapat melihat
wajah Lo Hian". Kemudian ia tertawa dingin, katanya pula, "Tempat jenazah Lo Hian berada disebuah
kamar rahasia yang diperlengkapi dengan alat perkakas istimewa. Tanpa kutunjukkan tak
mungkin mereka akan menemukannya!"
Ucapan itu tampaknya seperti ditujukan kepada Ciok sam-kong dan Tek Cin tetapi pun
seperti diperdengarkan kepada orang pendek tadi.
"Nona, apakah jenazah Lo Hian benar-benar berada diperut gunung ini?" tanya Ciok
sam-kong. "Bagaimanakah keputusan kalian" Jika kalian tak mau membantu aku menghadapi
musuh yang saat ini sudah berada diluar, akupun tak mau memaksa. Hm siapakah yang
membocorkan rahasia Telaga Darah itu" Pada akhir akhir ini memang banyak sekali tokoh
tokoh persilatan yang masuk ketempat ini. Rupanya dalam goa rahasia dalam perut
gunung sini bakal terjadi pertempuran berdarah".
Berhenti sejenak. Ia melanjutkan kata-katanya. "Telah kulepaskan kelima binatang
yang menjaga Telaga Darah. selain akan terjadi pertempuran antara manusia lawan
manusia, pun akan dimeriahkan dengan ikut sertanya lima macam binatang ganas yang
jarang muncul didunia."
Tiba-tiba diluar ruangan terdengar lengking suara tertawa, "Ih, apakah bukan samsumoay,
Engkau belum meninggal?"
Dara itu agak terkejut. "Siapa!" bentaknya dengan nyaring.
"Ai, mengapa engkau tak kenal lagi suaraku lagi?" teriak orang diluar ruangan itu.
Wajah dara baju putih tenang kembali, serunya, "Apakah ji-suci?"
Diluar terdengar suara tertawa melengking lalu orang itu berkata, "Karena sama sama
di besarkan sejak kecil mula, tentu saja sumoay takkan melupakan suara sucimu itu!"
Habis berkata, diambang pintu muncul seorang nona baju merah. Tangan mencekal
kebut Hud-tim dan punggung menyanggul sebatang pedang.
Wajah si dara baju putih yang dingin itu rampak berkerinyutan. Rupanya ia sedang
mengalami pergolakan batin.
setelah beberapa saat saling beradu pandang, akhirnya nona baju merah itulah yang
membuka mulut lebih dulu, "Ah, Hong swat sumoay. sejak kau dipaksa suhu untuk terjun
kedalam perut gunung berapi, siang malam tidak putus-putusnya ku berdoa agar kau
dilindungi dari malapetaka Ah. kiranya sumoay memang mempunyai rejeki besar sehingga
selamat tidak kurang suatu apa"."
"Ah, menyesal karena membuat suci repot saja." sahut si dara Hong-swat.
Nona baju merah itu memandang beberapa saat kepada Ciok sam-kong bertiga lalu
tanyanya kepada Bwee Hong swat, "Mereka tentulah jago jago silat yang ternama. Apakah
perlu kubantu sumoay untuk melenyapkan mereka?"
"Ah, tak berani kubikin repot suci!" buru-buru Bwee Hong-Swat berkata. "Jika hendak
membunuh mereka, akupun sanggup!"
Nona baju merah itu kerutkan alisnya, Mau marah tetapi masih ditahan. Katanya
"Hong-swat sumoay, akupun sudah diusir oleh toa-suci"."
"Benarkah?" Bwee Hong swat menegas.
"Toa suci berhati kejam. Karena iri hati melihat sumoay disayang suhu, diam diam dia


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pernah berunding dengan aku untuk mencari jalan menyingkiikan kau"."
"Seharusnya dia bergembira karena cita- citanya terkabul." sahut Bwee Hong-swat.
"Hm, mungkin dia mengira aku tentu sudah mati di dalam kawah api itu"."
Mata nona baju merah itu berkeliaran sejenak lalu perlahan lahan melangkah maju.
Dengan tertawa-tawa ia berseru, "Karena tertimpa kemalangan, sumoay malah
memperoleh rejeki besar dapat masuk kedalam Telaga Darah ini."
Bwee Hong-swat menyahut adem, "Telinga ku tidak tuli. Jika ji suci hendak bicara apaapa
silahkan mengatakan dari situ saja!"
Wajah si nona baju merah itu berobah lalu berseru, "Apakah sumoay pernah
menghitung berapa lama sumoay telah pergi itu?"
"Mengapa?" "Karena kita tak minum obat lagi, bila tiba saatnya, wajah sumoay yang cantik itu tentu
akan lenyap dan". dan akan berobah menjadi seorang wanita jelek!"
Wajah Bwee Hong swat yang dingin mengeriut kerawanan. Tetapi kerawanan itu cepat
terhapus dan berkatalah dia dengan tawar, "Kalau memang menjadi buruk, biarlah buruk!"
Bwee Hong-swat berhenti sejenak lalu berkata pula, "Benar, memang disini Telaga
Darah itu. sayang kalian datang terlambat. Lo Hian sudah menutup mata"."
"Kalau begitu, sumoay pernah berjumpa dengan orangtua sakti itu?" si nona baju
merah berseru tegang. "Ya, atas kemurahan hati beliau, aku diterima menjadi muridnya!"
Nona baju merah itu tertawa, "Ah, besar sekali rejeki sumoay. Benar-benar membuat
orang mengiri". " ia menghela napas panjang,lalu, "Menurut cerita dunia persilatan, Lo
Hian itu seorang tokoh yang hampir mencapai tingkat kedewaan. Dengan diterima menjadi
muridnya tentunya, ilmu kepandaian sumoay tentu bukan seolah-olah saktinya"."
Tiba tiba terdengar bentakan nyaring yang memutuskan kata kata nona baju merah itu.
Dan serempak dengan itu sekonyong-konyong Bwee Hong swat rasakan tubuhnya
tergetar". Wajah nona baju merah itupun ikut berubah. Ia membisiki Bwee Hong swat, "Sam
sumoay, ada orang yang datang lagi, Rupanya saat ini banyak sekali orang berbondong
bondong datang ke tempat ini!"
Bwee Hong swat tegak mematung. Ia tengah merenung dan tak mengacuhkan katakata
sucinya. Terdengar suara debur senjata menghantam. Rupanya diluar ruangan telah terjadi
pertempuran dahsyat. Dan serempak dengan itu Ciok sam-kong pun tertawa gelak gelak.
"Mengapa kau tertawa?" bentak Bwee Hong swat.
Jago tua dari swat sanpay itu hentikan tertawanya dan menyahut, "Terus terang saja,
yang ikut aku masuk kedalam Telaga Darah ini banyak sekali jumlahnya. Kemungkinan
mereka tentu mencari ke mari"."
"Kalian sudah ketemu, lalu mau apa?"
"Saat ini keadaan sudah jelas. sebagai murid satu satunya yang mendapat ilmu warisan
Lo Hian, nona akan menjadi sasaran orang. Bahkan suci nona itu sendiripun menaksir
pada nona. Betapapun saktinya nona tetapi karena nona hanya seorang diri, tentulah
sukar menghadapi lawan yang berjumlah begitu banyak"."
Jago tua itu berpaling kepada Tek Cin, katanya, "Jika nona sudi membagikan sedikit
kepada kami dari barang barang peninggalan Lo Hian itu, atau memberi kesempatan agar
kami dapat ikut mempelajari barang-barang peninggalan Lo Hian. Tentulah dengan
sepenuh hati kami akan membantu nona menghadapi musuh itu!"
Bwee Hong swat sejenak meredupkan mata sahutnya, "Sepenanak nasi lamanya, urat
nadi kalian yang kututuk itu tentu akan bekerja. Disitulah nanti kalian akan meraung-raung
seperti babi hendak di sembelih. Ha, coba sajalah nanti kalau kalian ingin tahu bagaimana
rasanya orang yang tak bisa mati, tak bisa hidup!"
suara dering senjata beradu di luar ruang berlangsung terus dan hiruk kacau. Rupanya
pertempuran itu tidak dua orang tapi telah meningkat besar besaran.
setelah merenung sesaat, nona baju merah tiba-tiba berputar tahuh dan lari keluar.
sekali lagi Bwee Hong swat menatap Ciok sam kong bertiga dan berseru menegasi,
"Kalian ingin mati atau ingin hidup". Jika ingin hidup harus menurut perintahku. Tetapi
jika kalian yakin dapat hidup dalam perut gunung itu serta tak takut akan keadaan gunung
yang penuh dengan berbagai macam hawa aneh dan kelima binatang ganas itu,
silahkan"." Tiba-tiba nona baju merah tadi muncul lagi. Wajahnya menampak kecemasan, "Sam
sumoay, celaka!" "Mengapa begitu ketakutan?" tegur Bwee Hong swat dingin.
"Su".suhu"."
Mendengar itu, terkejut jugalah Bwee Hong swat. Baru buru ia menegas, "Su"." tiba ia
berganti ucapan, "Dia datang juga?"
saat itu si nona baju merah mulai tenang kembali. Ia menghela napas, "Walaupun
belum melihat suhu, tetapi kudapati toa-suci membawa banyak sekali anak buahnya"."
"Tentulah ketika masuk kemari, kalian meninggalkan jejak yang dapat diketahui
mereka!" kata Bwee Hong swat.
Nona baju merah itu merenung, ujarnya, "Jika toa-suci muncul, tentulah suhu akan ikut
datang juga. Jika kita suci dan sumoay tak mau melupakan dendam dan budi yang lampau
dan tak mau bersatu padu, tentu akas mengalami kematian yang mengenaskan!"
Perlahan-lahan Bwee Hong swat membelakangkan tubuhnya. "Pada waktu
meninggalkan Beng gak berapa banyak anak buah yang suci bawa serta?"
Maka nona baju merah itu berkilat-kilat memancarkan hawa pembunuhan. Kemudian
menyahut dengan dingin, "Kita berdua sama sama sepsrguruan dan sama sama
mempelajari ilmu silat. Apa yang engkau miliki, tentu tak dapat mengelabuhi aku. Dengan
itikad baik aku ajak kau berunding untuk bersama sama melawan musuh. Tetapi kau
begitu angkuh padaku. sekali pun aku telah melanggar perintah suhu dan diam-diam
masuk ke dalam Telaga Darah sini, tetapi resminya aku belum meninggalkan perguruan.
Asal aku rela menerima sedikit makian dan hukuman suhu, lalu membantu toa suci untuk
menangkapmu, tentulah aku akan mendapat pengampunan!"
Tiba-tiba Bwee Hong swat berputar tubuh, Matanya berkilat menatap nona baju merah
itu dan katanya perlahan-lahan, "Walaupun sesama perguruan tetapi kepandaianmu tak
menang dari aku. Apalagi sekarang, engkau bukan tandinganku lagi. Hm, kecuali engkau
mau tunduk pada perintahku, silahkan engkau memilih jalan sendiri dan dengan saling
mengurus!" suara gemerincing senjata makin lama makin nyaring. Tentulah pertempuran
meningkat lebih seru dan sengit. Rupanya rombongan jago-jago Beng gak tetap tertahan
tak dapat maju. Bwee Hong swat heran. setelah merenung sejenak, ia berkata, "Siapakah yang
bertempur dengan toa suci itu?"
si nona baju merah menyahut tawar, "Mungkin engkau anggap aku hanya seorang. Dan
karenanya engkau meremehkan kekuatanku. Hm, bukan Omong besar. Asal dengan suhu
sendiri yang datang, aku dan anak buahku dapat menghadapi toa-suci dan rombongannya
itu!" "Dari mana engkau mengumpulkan sekian banyak anak buah itu?" tanya Bwee Hong
swat. Tiba-tiba nona baju merah itu tertawa nyaring dan memandang. sampai lama baru
kumandang tertawanya berhenti.
"Apa yang engkau tertawakan?" tegur Bwee Hong swat marah.
"Jika sumoay tak mengingatkan, tentulah aku lupa memberitahukan kepadamu. Anak
buahku itu walaupun hanya tiga orang, tetapi istimewa semua. Diantaranya terdapat juga
kekasih sam sumoay itu"."
"Pui Siu-lam".!" Bwee Hong-swat terbeliak kaget.
"Benar, memang Pui siu-lam. Dia telah ku beri minum obat penghilang kesadaran dan
sekarang menghamba kepadaku".
Tanpa menunggu nona baju merah itu menyelesaikan kata-katanya, Bwee Hong swat
terus menerobos lari keluar.
"Tunggu!" tiba-tiba nona baju merah membentak, "apakah hendak membabi buta
menolong?" "Mengapa?" seru Bwee Hong-swat.
"Lebih baik engkau hapuskan keinginan itu. Jika aku tak membuat persiapan, masak
berani memberitahukan kepadamu. Asal engkau membuka tali pengikat tubuhnya, dia
tentu mati seketika!"
sekonyong konyong Bwee Hong-swat melesat kemuka sucinya itu, "Mengingat kita
sesama perguruan, aku tak sampai hati membunuhmu"."
Tiba-tiba terdengar jeritan melengking tajam. Bwee Hong swat dan nona baju merah
itu serempak berseru kaget, "Hai, apakah toa suci terluka?"
suara dering senjata beradu itupun sirap. Tetapi diluar ruangan terdengar derap kaki
orang yang deras dan pada lain saat muncullah empat orang.
Orang yang muncul didepan bertubuh kecil berpakaian warna hitam dan mencekal
sebatang pedang. Dibelakang tampak".Pui siu-lam, orang ketiga, lucu wujudnya. Rambut
dan jenggotnya seperti dipasang orang, harya tinggal separoh. Mukanya penuh kotoran
sehingga tak dapat dikenali orang. Orang yang keempat, rambutnya terurai kusut masai,
kumisnya memanjang menutup mulut dan mencekal sebatang tongkat bambu.
setelah menyapukan pandang matanya kepada sekalian orang yang berada dalam
ruang itu, siorang pendek baju hitam lekatkan matanya kearah Bwee Hong-swat.
Mata Bwee Hong-swat yang tajam segera melihat bahwa tubuh keempat orang itu
terikat oleh tali yang halus sekali.
"Pui Siu-lam," ia tertawa hambar.
siu-lam pun tertawa tawar dan tak mengucapkan apa-apa.
"Sam-sumoay, toa-suci mundur dengan membawa luka. Dikuatirkan suhu akan segera
datang!" kata nona baju merah.
"Lepaskan dulu ikatan mereka!" seru Bwee Hong swat.
Kedua saudara seperguruan itu sahut-menyahut, entah sedang melakukan tawarmenawar
apa. Tiba-tiba mulut orang pendek berkomat kamit tetapi tak terdengar berkata
apa saja. sedangkan Pui Siu-lam mengangguk tetapi tetap tak bicara
Ternyata orang pendek berpakaian hitam itu bukan lain adalah Hian-song yang telah
memakan obat bius dari si nona baju merah. Hian song gunakan ilmu menyusup suara
untuk bertanya apakah dara baju putih itu Bwee Hong swat. Dan siu-lam pun
menganggukkan kepalanya. Tiba tiba Ciok sam-kong berteriak, "Ceng Hun totiang"."
Lelaki yang berambut dan jenggot pendek itu agak termangu, serunya, "Kapankah Cauto
yu dan lo cianpwee berdua masuk kedalam Telaga Darah sini" Apakah Thian Ce totiang
dan Tay Ih siansu belum datang?"
"Uh, Tay Ih dan Thian Ce serta muridmu Tio Gan telah kesingsal jalan dengan kami.
Mereka memang sudah berada diperut gunung sini tetapi entah berada dimana?" sahut
Ciok sam- kong. sekonyong-konyong Bwee Hong-swat menyelinap ke muka Siu-lam dan hendak
membuka tali pengikatnya.
"Eh!" tiba-tiba Hian song menabalkan pedangnya, Dua gumpal hamburan sinar pedang,
memaksa Bwee Hong-swat mundur selangkah.
Hian-song tahu bahwa dara baju putih itu hendak menolong siu-lam tetapi ia cemburu
dan menyerangnya. Nona baju merah itu tertawa dingin, "Apakah sumoay sungguh-sungguh hendak
bermusuhan dengan aku?"
Bwee Hong swat menyahut dingin, "Jika kau tak mau membuka tali pengikatnya,
jangan sesalkan aku tak ingat hubungan saudara seperguruan lagi!"
Ternyata pertempuran dahsyat yang berlangsung diluar ruangan tadi, adalah antara
Hian-song dan orang-orang Beng gak. Diam-diam nona baju merah itu menyadari baik
dalam ilmu pedang maupun pukulan, dara Hian song itu lebih unggul dari dirinya. Dengan
mempunyai pembantu dara sesakti itu, si nona baju merah memperhitungkan tentu dapat
menghadapi Bwee Hong-swat. setelah memperhitungkan kekuatannya, berserulah nona
baju merah itu dengan dingin . "Kalau sumoay tak mau ingat akan persaudaraan, Jangan
salahkan aku sebagai suci akan berlaku kejam"." berpaling kepada Hian-song ia memberi
perintah, "Berilah ia hajaran!"
Hian-song yang hilang kesadaran pikiran itu mengiakan dan terus menyerang Bwee
Hong swat. Bwee Hong swat menghindar. Memandang sebentar ke arah sin lam lalu menberi
perintah juga kepada Cau Yan hui, "Layanilah dara itu!"
Cau Yan hui hanya memandang ke arah Ciok sam kong dan Tek Cin tetapi tidak
bertindak apa apa. suatu psristiwa aneh telah terjadi. Dalam anggapan Ciok sam kong berriga, Ceng Hun
totiang dan Siu-lam tentu terbius obat sehingga mau menurut perintah si nona baju
merah. Tapi siu-lam dan Ceng Hun pun menyangka kalau Ciok sam kong bertiga sudah di
bius Bwee Hong swat. Hian-song menyerang Bwee Hong swat lagi, tapi di cegah Siu-lam, "Adik song,
mundurlah!" "Mengapa?" dara itu menarik pedang bertanya.
"Hm, engkau kuatir melukainya?" tiba tiba nona baju merah itu tertawa dan serentak
putar diri, kebutkan budtim kepada siu-lam.
Wut wut wut".pakaian Siu-lam berhamburan kemana kemana. Darah mengucur
deras". Bwee Hong-swat mengerut iba. Bibirnya bergerak-gerak hendak bicara tetapi tak jadi.
"Jangan memukulnya!" tiba-tiba Hian-song melengking dan lari menghampiri.
"Hmm, aku dapat membunuhnya dengan seketika!" dengus si baju merah.
Dua tetes air mata menitik dipelupuk Hian sOng, ujarnya, "Aku sudah mendengar
perintah mu dan melakukan apa yang engkau suruh. Mengapa engkau masih
memukulnya?" "Ji-suci!" tiba-tiba Bwee Hong-swat lambaikan tangannya.
Nona baju merah itu tertawa mengikik, serunya, "Mengapa engkau memanggil aku?"
"Engkau kan hanya menginginkan barang-barang Lo Hian. Mari kutunjukkan".
Jilid 39 NONA Baju Merah itu tertegun. Pada lain saat ia tertawa, "Ah, tak kira, sam sumoay
yang sedingin es itu ternyata penuh dengan gelora perasaan"."
Bwee Hong swat hanya ganda tertawa tak menyahut.
Nona baju merah itu menyusun kembali rambutnya yang terurai tak karuan, kemudian
berkata, "Sumoay selalu memegang megang kata aku takkan bersangsi lagi. Asal sudah
mendapatkan barang barang peninggalan Lo Hian itu, tentu akan segera kubebaskan jalan
darahnya dan tali pengikatnya!".
"Setelah kalah, toa-suci tentu akan melapor pada Bengcu. Karena paham jalanan disini,
paling banyak dalam waktu sejam, dia tentu akan datang. sekalipun engkau mendapatkan
barang barang berharga itu, rasanya sukar untuk memiliki!"
sementara itu setelah mengusap air matanya,Hian Songpun menghampiri Siu-lam,
bisiknya, "Suko, apakah lukamu berat?"
"Luka pada daging, tidaklah menjadi soal. Jangan kuatir, aku masih kuat bertahan!"
sahut Siu-lam. Tiba-tiba Tek Cin menngaduh. Tubuhnya menggigil seperti orang menderita pukulan.
Kakinyapun terhuyung buyung mau roboh.
Bwee Hong-swat tertawa dingin, "Hm, luka itu sudah mulai bekerja. Coba saja
rasakanlah jalan darah yang tersumbat dan darah yang macet jalannya"."
Tiba-tiba Ciok sam kong menyamber lengan Tek Cin. "Tek heng dimanakah yang
sakit"." belum selesai, tiba-tiba jago tua she Ciok itu lepaskan cengkeramannya dan
mundur dua langkah. Tring". terdengar pedang Cau Yan-hui tiba-tiba jatuh ketanah. serempak ketiga tokoh
itu mengerang kesakitan. Mereka berguling guling ditanah. Tubuh mandi keringat, muka
merah padam dan menampilkan kerut kesakitan yang luar biasa".
Nona baju merah kerutkan alis, memandang Bwee Hong-swat, "Ah, sam sumoay
apakah engkau memberi mereka minum racun?"
Bwee Hong-swat hanya tertawa sinis.
sekonyong konyong Tek Cin menjerit keras lalu rubuh dan berguling guling ketanah.
dengan mata yang beriba-iba memandang Bwee Hong-swat.
"Kiranya sam sumoay masih seganas dulu," kembali sinona baju merah berkata.
"Ah, suci kelewat memuji," sahut Bwee Hong-swat.
Menyusul Cau Yan-hui, Ciok sam-kongpun rubuh dan berguling-guling ditanah. Mereka
memandang kearah Bwee Hong-swat dengan pandang meminta kasihan.
Tiba-tiba Bwee Hong-swat loncat menginjak dada Tek Cin, serunya, "Bagaimana
rasanya?" "Aku". aku"." seketika Tek Cin rasakan uratnya yang tertutuk itu seperti digigiti ular.
sakitnya bukan alang kepalang sehingga lidahnya kaku dan tak dapat melanjutkan
katanya. Ia hanya anggukkan kepala.
Bwee Hong swat tertawa tawar. Dengan dua buah jari ia menutuk dua buah jalan darah
tubuh tokoh itu. Lalu menampar punggungnya.
seketika Tek Cin rasakan tubuhnya yang kesakitan itu, agak longgar dan sakitnyapun
henti. Cepat ia loncat bangun.
Kemudian Bwee Hong swatpun bergantian membuka jalan darah Cau Yan-hui Ciok sam
kong, serunya, "Kali ini hanya suruh kalian rasakan betapa rasanya tutukanku itu. Kecuali
kalian benar-benar sedia mati, barulah kalian tahan akan kesakitan itu"."
sejenak darah baju putih itu memandang Ciok sam-kong dan Cau Yan hui, lalu berkata
pula, "Jika rasa sakit itu merangsang, tentu jadi lebih hebat dari yang tadi. Kalian bakal
menrasakan kesakitan yang lebih ngeri dari yang tadi!"
Ketiga tokoh itu menggigil dan tundukkan kepala, Jelas bahwa tokoh yang biasanya
angkuh itu, saat itu benar benar tunduk kepada Bwee Hong swat.
"Adik yang baik, marilah kita pergi," seru si Baju Merah.
Bwee Hong swat kerutkan alis, sahutnya, "Merdu benar panggilan itu. Apakah tidak
terasa gatal dihati"."
Tiba tiba Siu-lam menyeletuk, "Nona Bwe, barang peninggalan Lo Hian itu besar sekali
pengaruhnya atas keselamatan dunia persilatan. Jika sampai jatuh ketangan orang yang
tak bertanggung jawab, alangkah bahaya"."


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tutup mulut!" tiba tiba nona baju merah itu membentak seraya kebutkan hud tim arah
punggung Siu-lam. Bret".baju dipunggung pemuda itu rompal dan darah mengucur
deras". siu-lam menengadahkan kepala keatas dan tertawa gelak gelak. "Dan demi
keselamatan dunia persilatan, Pui Siu-lam bersedia mati. jangankan hanya luka yang tak
berarti ini, sekalipun mati Pui Siu-lam tak takut!"
suara yang dilantangkan pemuda itu penuh dengan nada keperwiraan sehingga Ciok
sam kong, Cau Yan Hui dan Tek Cin tersipu sipu malu.
sedangkan saat itu, meluaplah amarah Hian Song. sambil putar pedang, ia terus
menyerang nona baju merah itu.
sambil kebutkan hud-tim menangkis pedang, nona baju merah itu berseru sinis,
"Apakah kau menghendaki supaya dia lekas mati?"
Beberapa patah kata yang sederhana itu ternyata membuat Hian Song tak berdaya.
Cepat dara itu menyurut mundur lagi.
Nona baju merah itu mengebut punggung Siu-lam lagi dan membentaknya, "Aku tak
percaya kau berotot besi, bertubuh baja."
Terdengar suara kebutan beberapa kali disusul dengan suara baju robek. Lengan dan
bahu baju Siu-lam hancur, darahnya mengucur derai.
sepasang mata Bwee Hong swat memancar sinar kilat tajam. Pipinya yaug putihpun
memerah delima. Tubuhnya menggigil. suatu petanda bahwa ia sudah tak menguasai
getaran hatinya lagi. Tetapi Hian Song jauh lebih agresip. Dara itu tak peduli apa apa lagi, terus lagi
memeluk Siu-lam. Airmatanya membanjir. Kemudian berpaling kepada nona baju merah
itu, "Bolehkah aku mewakilinya?"
Nona baju merah itu tertawa mengikik, "Hanya luka di badan, tak sampai merenggut
jiwa nya. Mengapa kau begitu bingung" Lekas menyingkirlah!"
Tetapi Hian Song membantah, "Bahu dan punggungnya sudah pecah pecah. Lukanya
cukup berat. Bagaimana dia mampu bertahan lagi. Biarlah aku saja yang mewakilimu"."
Nona baju merah itu tertawa dingin, "Jika kau masih menginginkan dia hidup beberapa
hari. cepatlah menyingkir!"
Kata kata itu benar-benar ampuh sekali. setiap kali sinona baju merah berkata begitu.
Hian Song tentu tunduk. Begitu pula saat itu. Hian Song lepaskan pelukannya dan mundur.
Kembali nona baju merah itu mendera Siu tam. Kali ini yang ditampar kebut adalah kaki
nya yang kiri. Celananya hancur, pahanya pecah.
Nona baju merah itu hentikan kebutnya dan tertawa, "Oh, sam sumoay hendak
memintakan pengampunan untuknya".
"Jika dia sampai mati, engkau harus bertanggung jawab. Akan kusuruh engkau
merasakan penderitaan dari jalan darah yang tertutup tiga hari tiga malam engkau tentu
menjerit jerit seperti babi dsembelih. setelah puas mendengar erang kesakitan sampai tiga
hari, barulah kuhabisi jiwamu"."
"jangan kuatir, dia takkan mati"." sinona baju merah tertawa nyaring, "Barang
peninggalan Lo Hian ditukar dengan seorang kakasih, bukankah suatu tukar yang adil?"
Bwee Hong-swat diam saja- Hanya sepasang matanya menatap tajam tajam kearah
nona baju merah itu. sinar matanya mulai memancarkan hawa pembunuhan".
Rupanya sinona baju merah tahu akan kemarahun Bwee Hong swat. Cepat ia berseru
nyaring, "jangan dianggap samoay dapat menolong atau hendak mencelakai diriku. sekali
engkau luput menyerangku, segera akan kujadikan dia"."
Bwee Hong swat pejamkan mata, berseru, "Aku kuatir engkau tak mau pegang janji.
setelah mendapat peninggalan Lo Hian, tetap tak mau melepaskannya!"
"Apakah aku perlu mengangkat sumpah?" tanya sinona baju merah.
Siu-lam yang selama itu pejamkan mata tiba tiba membuka mata dan menatap kearah
Bwee Hong swat, "Perempuan ini licik sekali, tak dapat dipercaya. Apalagi peninggalan Lo
Hian itu penting sekali bagi dunia persilatan. Hanya karena diriku seorang dan menyerah
padanya, tentu berakibat suatu pertumpahan darah besar didunia persilatan. sekalipun
dapat menolong diriku, tetapi akupun merasa berdosa dan lebih baik mati"."
sekonyong konyong terdengar angin menderu dahsyat sekali sehingga kata-kata Siulam
terputus. sambil memandang keangkasa, Bwee Hong-swat berkata seorang diri, "Ah, kembali
malam tiba. Hari ini sudah tanggal lima belas bulan delapan."
Tiba-tiba Siu-lam teringat sesuatu. segera memanggil bisik bisik kepada Hian Song.
"Apakah engkau memanggilku?" Hian-Song mengusap air matanya.
siu-lam menghela napas, "Dikala Tan lo-cianpwe menutup mata, beliau telah memesan
kita sebuah hal. Apakah sumoay lupa?"
Hian Song mengangguk, "Benar, benar."
"Eh, kasak kusuk apa kalian ini?" tiba tiba sinona baju merah menegur.
Angin prahara itu makin lama makin keras. Walaupun sudah banyak pengalaman, tetapi
Ciok sam kong, Tek Cin dan Cau Yan-hui belum pernah mendengar deru suara semacam
itu. Mau tak mau mereka terkejut juga.
setelah memasang telinga beberapa kejap, sinona baju merah berkata bisik, "Aku
kagum sekali atas kepandaian sam sumoay. Tentu sumoay tahu dari mana arah datangnya
angin besar ini." Dengan sikap dingin, Bwee Hong-swat menatap nona baju merah itu, sahutnya, "Tak
apalah jika kuberi tahukan kepadamu. Karena sudah dapat menemukan telaga darah,
engkau tentu sudah pernah melihat peta Telaga darah itu."
"Peta penuh dengan garis-garis lingkaran yang ruwet sekali"."
"Engkau tentu tak mengerti. Tetapi tulisan dalam peta itu engkau tentu ingat". "
sinona baju merah segera menghafal dengan suara pelahan, "Tiga mahluk ganas
melindungi pusaka, lima binatang beracun itu penjaga obat, angin prahara api panas,
berbahaya penuh keajaiban"."
"Angin itulah yang dimaksud dalam tulisan tersebut"." Bwee Hong swat menukas. Ia
kerutkan alis dan memandang sekalian orang lalu berkata pula, "Angin prahara itu timbul
setiap tanggal lima belas malam. Dan berlangsung selama tujuh hari. Jika angin itu
menghembus liang liang guha, akan menimbulkan hawa dingin".jika melalui aliran lahar,
akan menimbulkan hawa panas yang hebat. Pada saat angin prahara itu timbul, seluruh
Telaga darah akan diliputi oleh kebinasaan!"
Ciok sam-kong menghela napas, "Hal semacam ini benar benar belum pernah
kudengar!" Bwee Hong-swat tertawa dingin, "jika keluar dari ruang ini, seluruh tempat penuh
dengan bahaya maut. Kecuali aku, tiada seorangpun yang dapat melindungi keselamatan
Memanah Burung Rajawali 34 Manusia Harimau Jatuh Cinta Serial Manusia Harimau Karya S B. Chandra Istana Kumala Putih 16
^