Pencarian

Kedele Maut 21

Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 21


tertegun semua penonton pun menjadi keheranan setengah mati.
sebab tindakan Ngo Cun ki waktu itu tidak memberi perlawanan
pun sama sekali tidak menghindar kebelakang, hal mana
mendatangkan tanda Tanya besar bagi semua orang.
Nenek penunjang langit dan nenek perata bumi adalah jago kelas
wahid dari partai kupu-kupu, meski mereka agak tertegun
menyaksikan peristiwa ini, namun gerak serangan mereka sama
sekali tidak menjadi lamban seperti juga musuhnya, mereka
merendahkan badannya dan menggunakan jurus yang tak berbeda
langsung mencengkeram sebentar.
Tapi disaat Ngo Cun ki membungkukkan badan inilah, mendadak
sepasang tangannya diayun keatas, dua gulung kabut putih kembali
menyembur kedepan langsung mengancam tubuh nenek penunjang
langit dan nenek perata bumi.
Tak terlukiskan rasa kaget kedua orang nenek tersebut
menghadapi ancaman ini, cepat-cepat telapak tangan kanannya
dikebaskan kebawah melepaskan pukulan yang gencar, sementara
tubuhnya cepat-cepat menyurut mundur kesamping Dewi In Un-
Ngo Cun ki sendiri tertawa dingin, tanpa mengucapkan sepatah
katapun ia berdiri ditempat sambil mengawasi lawannya.
sementara kedua orang nenek tadi telah kembali kesamping Dewi
In Un dengan wajah malu bercampur menyesal.
Gusar dan heran segera menyelimuti perasaan Dewi in Un,
serunya dengan suara geram :
"Hmmm, hanya mengandalkan kepandaian semacam itupun
kalian berdua sudah didesak kembali?"
Rupanya bagi jago lihai yang sedang bertarung, sekalipun pihak
lawan mempergunakan racun atau obat pemabuk. bukan berarti
mereka harus mundur ketakutan apalagi jagoan seperti kedua orang
nenek itu, tidak sepantasnya mereka mundur ketakutan begitu
melihat musuh menyebarkan bubuk berwarna putih. Agak tergagap
nenek perata bumi berkata :
Bersambung ke jilid 45 Jilid 45 "Budak kurang berhati-hati."
"Kau sudah keracunan?" Tanya Dewi In Un terkejut.
Nenek perata bumi menggetarkan bibirnya seperti hendak
mengatakan sesuatu, namun tak sepatah katapun yang mampu
diucapkan, tiba-tiba badannya menjadi lemas dan robohlah dia
dalam keadaan tak sadarkan diri.
Tak terlukiskan rasa gusar Dewi In Un menghadapi kenyataan
tersebut, sambil menggertak gigi ia segera berpaling kearah nenek
penunjang langit sambil menegur : "Bagaimana dengan kau?"
Berubah hebat paras muka nenek penunjang langit namun sambil
berusaha menahan diri sahutnya :
"Budak pun sudah terkena sari racun tersebut namun masih bisa
mempertahankan diri" Sambil tertawa terkekeh-kekeh, Ngo cun ki
segera menyela : "Padahal bukan bubuk racun yang kupergunakan melainkan dupa
pemabuk An hun hiang dari Hoa sanpay kami, bubuk tersebut hanya
menyebabkan orang jatuh pingsan namun tidak sampai merengut
jiwanya." "Hmm, beginikah cara kerja seorang ketua partai" Apakah kau
tidak merasa malu?" bentak Dewi In Un penuh amarah. Ngo cun ki
tertawa tenang, katanya :
"Segala tindakan yang dilakukan orang kebanyakan tergantung
pada siapa yang di hadapi untuk menghadapi manusia semacam
kalian, aku rasa tindakan seperti ini sudah terhitung cukup bagus."
Kemudian sambil menatap wajah Dewi In Un dengan sorot mata
yang tajam bagaikan sembilu, ia berseru lagi :
"seandainya kami tak berhasil membongkar siasat busuk kalian
itu dan memasuki selat Pek hong sia, entah bagaimanakah akibat
yang bakal kami hadapi" Coba kau berpikir sendiri apakah perbuatan
kalian itu tidak terlalu keji, buas dan memalukan"
Dewi In Un benar-benar amat gusar, dengan cepat dia
mengayunkan tangannya keatas, sebatang panah api segera
meluncur keatas udara dengan menimbulkan suara desingan yang
keras dan memekakkan telinga, suara itu berkumandang hingga
berapa li jauhnya. sambil tertawa dingin Ngo Cun ki segera
mengejek : "Berapa orang sih yang kau bawa?" Dewi In Un tertawa
seram. "Heehh . Heehh .. heehhh .. terus terang saja kubilang, kami
hanya berjumlah dua puluh empat orang tapi bila dikurangi dengan
orang yang telah kalian celakai secara licik, orang yang masih bisa
dimanfaatkan hanya dua puluhan." Ngo Cun ki kembali tertawa.
"suara panah tersebut bukan hanya mengundang kehadiran
orang-orangmu saja, segenap jago persilatan yang telah tiba disini
pasti berbondong-bondong akan meluruk kemari, bila kalian ingin
menggunakan kekuatan seminim itu untuk menghadapi jago-jago
pilihan dari dunia persilatan, aku rasa siapa bakal kalah sudah
tertera jelas didepan mata."
"Kalau memang begitu kita buktikan saja nanti" bentak Dewi In
Un dengan penuh amarah. Dengan cepat ia bergerak maju kemuka , sepasang lengannya
secara beruntun menghajar dada Ngo Cun ki.
Agaknya Ngo Cun ki sendiripun cukup mengetahui kelihaian Dewi
In Un, dia tak berani berayal, cepat-cepat tubuhnya menyingkir
kesamping untuk menghindarkan diri, sementara dua pukulan yang
dilontarkan persis menyerempet sisi tenaga pukulan dari Dewi In Un-
Tindakannya itu sudah tentu bukan suatu pertarungan adu
kekerasan, tapi dengan meminjam adu kekerasan, tapi dengan
meminjam tenaga benturan dari kedua gulung kekuatan tersebut,
Ngo Cun ki berjumpalitan ketengah udara membentuk gerakan satu
lingkaran busur kemudian ujung bajunya dikebaskan kedepan
kembali dua gulung kabut putih menyembur kewajah Dewi In Un-
"Heehh heehhh . Heehhh .hanya mengandalkan kepandaian
semacam itupun kau ingin bermain gila denganku?" jengek Dewi In
Un sambil tertawa seram. sekalipun berkata demikian, toh tak urung badannya mundur
sejauh berapa kaki untuk menghindarkan diri dari serangan kabut
putih tersebut. Begitu melayang turun keatas tanah Ngo Cun ki segera
menjengek sambil tertawa dingin.
"sekalipun ilmu silatmu cukup hebat, namun bila terendus bau
dupa An hun hiang kau sama saja akan roboh tak sadarkan diri"
Dewi In Un hanya tertawa dingin tanpa berbicara, sebaliknya si
pelajar rudin, Bu wi lojin serta Hian im totiang menjadi kagum sekali
atas kecerdikan Ngo Cun ki.
Walaupun kepandaian silat yang dimiliki gadis itu biasa-biasa saja
namun dengan mengandalkan kecerdikannya biarpun harus
menghadapi musuh tangguh macam Dewi In Un ternyata posisinya
masih tetap diatas angin.
Tapi pada saat itu pula situasi dalam arena telah terjadi
perubahan besar. Tampak tiga sosok bayangan hitam mendadak meluncur datang
dengan kecepatan tinggi, sekalipun saat itu masih terang benderang
namun kehadiran ketiga orang tersebut ternyata tidak diketahui oleh
siapapun. Tampak ketiga orang itu mengenakan baju kuning dengan kain
kuning menutupi wajahn sebuah senjata panji kupu-kupu terselip
dipinggang masing-masing. sekalipun tidak Nampak raut wajahnya
namun bisa diketahui bahwa ketiga orang tersebut adalah kakek
berusia tujuh puluh tahunan keatas.
Dewi In Un segera berpaling kearah nenek penunjang langit yang
baru selesai bersemedi, tegurnya : "Bagaimana rasamu sekarang?"
"Aku sudah merasa agak baikan" jawab nenek penunjang langit
cepat. Dewi In Un menjadi gembira segera serunya :
"Kau tak usah mencampuri urusan disini cepat rawat lukamu itu"
"Budak turut perintah"
Ia segera berjongkok disisi nenek perata bumi yang tidak
bergerak lagi. Dalam pada itu para jago telah mengalihkan perhatiannya
mengawasi ketiga orang kakek berkerudung itu, mereka
membungkam dalam seribu bahasa.
sambil tertawa angkuh, Dewi In Un segera berkata :
"Perlukah kuperkenalkan orang-orang ini kepada kalian semua"
Tidak sedikit anak buah yang dibawa ayahku ketika meninggalkan
markas besar kami di Hay sim san diantaranya terdapat empat tiang
lo, dua belas pengawal pribadi." sambil menunding kearah tiga
manusia berkerudung itu lanjutnya :
"Tapi ketiga orang ini adalah tiga rasul langit yang menjadi
andalan partai kupu-kupu, mereka adalah jago kelas wahid dari
partai kami, begitu sayangnya ayahku kepada mereka, maka ia
menyerahkan ketiga orang andalannya ini kepadaku." Bu wi lojin
mendengus dingin, tukasnya :
"Biarpun partai kupu-kupu mengerahkan segenap kekuatan yang
dimiliki pun tak nanti umat persilatan akan menyerah dengan begitu
saja, pertarungan ini adalah pertarungan untuk melenyapkan kaum
sesat dari muka bumi."
"Hey tua Bangka Bu wi" bentak Dewi In Un gusar.
"sekalipun kau berderet dalam urutan nama tiga manusia aneh
namun dalam pandanganku tak lebih Cuma kaum berandal ingusan,
apalagi ilmu silatmu tak mampu menahan sebuah gempuranku,
sebagai panglima perang yang pernah keok ditanganku, disini masih
belum ada tempat bagimu untuk turut berbicara."
Merah jengah selembar wajah Bu wi lojin dibuatnya, dengan
penuh amarah segera bentaknya :
"Perempuan siluman, sombong benar kau" Dewi In Un
mendengus dinginTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Percuma kalau kita hanya bersilat lidah belaka, sebentar lagi
kalian akan menyaksikan pertunjukkan yang menarik" sambil
berpaling segera bentaknya :
"Tiga orang Thian cun, dengarkan baik-baik, orang ini adalah
pemimpin dunia persilatan dewasa ini dan saat inilah waktu yang
tepat bagi kalian untuk mencoba kemampuan yang dimiliki, baik
dibunuh atau ditangkap hidup-hidup. kalian bereskan orang-orang
itu." "Nona tak usah kuatir, hamba sekalian tak akan mengecewakan
hatimu" sahut ketiga orang kakek itu serentak.
"Bagus sekali" Dewi In Un tertawa bangga.
"Kalian boleh segera turun tangan"
Dengan cepat dia bergerak mundur dari situ.
setelah memberi hormat, ketiga orang Thian cun dari partai
kupu-kupu itu segera bergerak maju kedepan dan mengepung Hian
im totiang, Bu wi lojin serta sipelajar rudin Ho heng, sebaliknya Ngo
Cun ki justru disisikan ketempat lain-Dewi In Un segera menjengek
sambil tertawa dingin : "Budak Ngo, kau jangan keburu bangga, tak seorangpun diantara
rekan-rekan sekalian yang sanggup menghadapi seluruh jurus
serangan dari tiga orang Thian cun kami, bila mereka telah keok
nanti maka aku baru akan meringkusmu secara pelan-pelan,
pokoknya aku tak akan membiarkan kau mampus dengan begitu
saja." Walaupun diluarnya Ngo Cun ki masih tertawa dingin dengan
wajah tenang, padahal dalam hati kecilnya ia sudah merasa tegang
sekali. Dalam waktu singkat Bu wi lojin, Hian im totiang dan si pelajar
rudin Ho Heng masing-masing telah mendapatkan seorang lawan,
sementara ketiga orang Thian cun dari partai kupu-kupu pun telah
meloloskan senjata panji kupu-kupu dari pinggangnnya.
Dalam waktu singkat bayangan kupu-kupu telah menyelimuti
seluruh angkasa, ditengah deruang angin kencang yang terlihat
didepan mata Cuma tiga gulung bayangan putih saja. Mendadak ..
Terdengar jeritan ngeri bergema memecah keheningan, lalu
tampak bayangan putih memisahkan diri, Ngo Cun ki terkejut sekali.
Ia menjumpai paras muka Hian im totiang pucat bagaikan mayat,
darah segar telah bercucuran dari atas bahunya. Untung saja
manusia berkerudung itu tidak melanjutkan kembali serangannya.
Menyusul kemudian terdengar dua kali dengusan tertahan, secara
beruntun Bu wi lojin serta pelajar rudin Ho Heng pun menderita luka.
Bu wi lojin menderita luka dibagian dada, tangan kanannya
dipakai untuk menutupi lukanya itu, kelihatan sudah basah oleh
darah yang meleleh keluar melalui celah-celah jari tangannya.
sedang si pelajar rudin terluka dibagian pahanya, ia sudah tak
mampu berdiri lagi. Padahal pertarungan belum lagi mencapai sepuluh gebrakan,
namun tiga orang jago persilatan ini sudah terluka secara beruntun
dan tak mampu melanjutkan serangan lagi.
semenara itu tiga orang Thian cun dari partai kupu-kupu telah
membalikkan badan memberi hormat kepada Dewi In Un sambil
berkata : "silahkan siancu memberi petunjuk apakah perlu kita cabut
nyawa mereka semua" sambil tertawa Dewi In Un mengulapkan tangannya, ia berkata :
"Mereka sudah menjadi burung di dalam sangkar, tunggu saja
sejenak lagi" Ketiga orang Thian cun itu segera mengiakan dan masing-masing
mundur tiga langkah kebelakang.
Ngo Cun ki merasakan hatinya amat sakit bagaikan diiris-iris
pisau tajam, berada dalam keadaan seperti ini, biarpun dia memiliki
kepandaian yang lebih hebatpun rasanya tak mungkin bisa
dipergunakan lagi. Maka setelah menghela napas panjang, katanya :
"Perempuan siluman In Un, kau yang menang" Dewi In Un tertawa
terkekeh-kekeh : "Padahal persoalan ini sudah berada dalam dugaan, tiada sesuatu
yang aneh, aku ingin bertanya kepadamu sekarang, kau hendak
menyerahkan diri untuk dibelenggu ataukah kami kirim orang untuk
membekukmu?" Ngo Cun ki segera mendengus dingin :
"Aku adalah ketua Hoa sanpay, bila tak bisa menggungguli
musuh tangguh maka bagianku hanya mati, kalau suruh
menyerahkan diri untuk dibelenggu" HHmmm, tak nanti akan
kulakukan" "Bagus, kau memang sangat pemberani" kata Dewi In Un sambil
berpaling kearah Hian im totiang sekalian, bentaknya dengan suara
dalam : "Apakah kalian merasa takluk" "
Jawab Bu wi lojin dengan suara lantang :
"Bagi kami kalah ditangan musuh yang lebih tangguh adalah
suatu hal yang lumarh, bisa matipun kami mati dengan meram,
kalau dihitung takluk. Hmmm, jangan harap"
"Haaah . Haahhh .. haahh .. kalau begitu habisilah nyawa kalian
sendiri, aku bersedia menghadiahkan kematian yang utuh kepada
kalian semua." Kembali Bu wi lojin tersenyum :
"Tak usah kau katakan, rasanya hanya jalan begitu yang bisa
kami tempuh sekarang, Cuma ."
"Cuma kenapa?" dengus Dewi In Unsambil
menggigit bibir Bu wi lojin berkata :
"Ada satu hal tidak kupahami dan sebelum mati ingin kuketahui
lebih dulu dengan jelas, sebab kalau tidak mungkin bakal mati tak


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terpejam." Dewi In Un tertawa .
"Bisa saja kuberi penjelasan kepadamu agar kau menjadi setan
yang mengetahui keadaan sejelasnya, pokoknya asal pertanyaan
tersebut dapat kujawab, kau tak bakal merasa kecewa, nah
ajukanlah pertanyaanmu?"
setelah termenung sebentar, dengan suara dalam Bu Wi lojin
berkata : "siapakah yang telah menyaru sebagai diriku tempo hari sehingga
menyebabkan terjadinya peristiwa berdarah di perkampungan HHu
im ceng dengan tujuh puluh lembar jiwa melayang?"
Dewi In Un segera tertawa terkekeh-kekeh :
"Baiklah sekarang urusan telah berkembang jadi begini, boleh
juga kuberitahukan kepadamu, orang yang menyaru sebagai dirimu
waktu itu bernama Liong hoa sinkun, kenalkah kau dengan orang
itu?" "Apakah Go Liong hoa dari wilayah Biau?" gumam Bu wi lojin.
"Haahh . Haahh haahh tak nyana pengetahuanmu luas sekali,
begitu kusebut segera kau ketahui siapa orangnya."
"setahuku Go Liong hoa bukan anggota partai kupu-kupu." Ucap
Bu wi lojin dengan kening berkerut.
Dewi In Un mengangguk. "Yaa, memang bukan, tapi dia adalah seorang sobat karib
ayahku, itulah sebabnya ia bersedia membantuku tempo hari, tapi
sekarang ia sudah menjadi kepala pelindung hukum dari partai kupukupu
kami" "sayang Kho Beng tidak mengetahui soal ini" seru Bu wi lojin
sambil menggigit bibir. Kembali Dewi In Un tertawa terkekeh-kekeh :
"Itu mah tak menjadi soal, bila aku kebetulan lewat dibukit cian
san nanti pasti akan kuutus orang untuk bersembahyang disana dan
memberitahukan masalah ini kepadanya, tapi bukankah sebentar lagi
kaupun akan sampai ke akhirat" Disana kau bisa memberitahukan
soal ini langsung kepada arwahnya. "
Mendadak .. Tampak belasan sosok bayangan manusia lagi bergerak
mendekat, mereka terdiri dari laki maupun perempuan sambil
memberi hormat kepada Dewi In Un serunya : "Menjumpai siancu"
sambil tertawa Dewi In Un berkata :
"Rencana kita telah diketahui musuh, rasanya kecuali melakukan
pertarungan adu kekerasan tak usah kita menggunakan otak lagi."
Belum selesai perkataan itu diutarakan, kembali terlihat ada
puluhan sosok bayangan menusia bergerak datang.
Ternyata mereka adalah kawanan jago persilatan yang dipimpin
langsung oleh ketua siau limpay Phu sian sangjin-
Namun situasi yang terbentang didepan mata segera membuat
para jago jadi tertegun- "omitohud" Phu sian sangjin segera tampil kedepan dan berkata
dtngan wajah serius : "sayang kedatangan kami terlambat
selangkah." "Cepat atau lambat aku rasa sama saja" Jengek Dewi In Un
sambil tertawa, "hari ini adalah hari kiamat untuk kalian semua."
Phu sian sangjin mengalihkan sorot matanya kewajah Ngo Cun ki,
lalu serunya : "Ngo ciangbunjin .."
sambil tertawa getir, Ngo Cun ki berkata :
"Bila takdir menghendaki demikian mungkin memang saat kaum
iblis untuk menguasai jagat, kita hanya pasrah pada nasib. Tapi
jumlah jagoan dari dunia persilatan puluhan kali lipat lebih banyak
paling tidak kita bisa bertarung sampai titik darah penghabisan-"
"Tak perlu dicoba lagi." Seru Bu wi lojin dengan suara parau.
"satu-satunya jalan saat ini adalah tinggalkan tempat ini
secepatnya, pertahankan sisa kekuatan yang ada sambil menunggu
kesempatan yang lebih baik dikemudian hari." sambil menghela
napas panjang, Ngo Cun ki berkata pula :
"Apa yang dikatakan Buwi cianpwee memang benar, kepandaian
silat yang mereka miliki tak mungkin bisa ditandingi oleh ilmu silat
perguruan kita semua, Bu wi cianpwee sekalian pun sudah
menderita kalah tak sampai sepuluh gebrakan, apalagi saudara
sekalian, aaai tak usah dicoba lagi" sambil tertawa terbahak-bahak
Dewi In Un segera berseru :
"Asal kalian mengaku kalah dan menyerah, kau anggap aku bakal
membebaskan mereka dengan begitu saja?"
"Lantas apa maumu?" teriak Bu wi lojin-Dewi In Un mendengus
dingin : "saat ini aku tak bakal mencabutjiwamu, sebab Kho Beng telah
mampus, maka aku berniat mendapatkan kembali kedua lembar
kitab pusaka Thian goan bu boh itu dari tanganmu."
Kemudian sambil berpaling kearah Phu sian sangjin, kembali
katanya : "Aku dengar jumlah kawanan jago persilatan yang telah dihimpun
mencapai berapa ratus orang, mengapa hanya berapa puluh orang
saja yang Nampak disini?" Pelan-pelan Phu sian sangjin memandang
sekejap sekeliling tempat itu, lalu berkata :
"Biarpun jumlah yang hadir saat ini tidak banyak. namun mereka
adalah tokoh-tokoh pilihan, maka asal kau bisa membunuh berapa
puluh orang yang hadir sekarang, sama artinya kau telah membantai
seluruh jago yang ada dirimba persilatan"
Tiba-tiba Bu wi lojin berteriak keras :
"Kalian cepat mundur Apa gunanya mengorbankan diri secara
percuma?" Namuan perkataan tersebut belum sempat memberikan reaksi,
Dewi In Un telah menurunkan perintahnya, tiga orang Thian cun dari
partai kupu-kupu itu sudah bergerak menyerang para jago.
Maka suatu pertarungan sengitpun kembali berkobar, puluhan
orang jago pilihan dunia persilatan bertarung melawan tiga orang
Thian cun, Dewi In Un serta belasan orang jago lihay dari partai
kupu-kupu. Dalam waktu singkat seluruh arena telah diliputi oleh deruan
angin pukulan serta bayangan senjata yang berkilauan, suasananya
benar-benar mengerikan. Tak lama kemudian, jerit kesakitan pun
berkumandang saling susul menyusul ..
Ketua Kun lun pay Hoa thian totiang, Thio bungkuk sekalian, lima
enam orang jago persilatan telah menderita luka ringan maupun
berat. Phu sian sangjin merasakan hatinya terkesiap, "mungkinkah
Thian akan mentakdirkan kaum iblis menguasai jagat serta
melakukan pembantaian secara besar-besaran?"
Begitu pikirannya bercabang, tiba-tiba bahunya terasa sakit
ternyata ia sudah terhajar oleh senjata panji kupu-kupu lawan
hingga separuh badannya menjadi kaku dan lengan kanannya
bagaikan lumpuh. Didalam terkejutnya dengan jurus Naga kaget palingkan kepaladia
melejit sejauh tujuh delapan langkah dari posisi semula.
Situasi dalam arena bertambah gawat, jagoan yang terluka pun
saling menyusul sedangkan yang masih bertahan pun sudah mulai keteteran
hebat .. Disaat yang amat kritis dan berbahaya inilah, tiba-tiba terdengar
seorang membentak keras : "Tahan"
suaranya keras bagaikan Guntur membelah bumi ditengah hari
bolong, seluruh hadirin terperanjat dibuatnya dan tanpa sadar
mengundurkan diri kebelakang.
Untuk sesaat lamanya suasana didalam arena menjadi hening,
pertarungan terhenti untuk sementara waktu dan semua orang
berdiri termangu. Suatu peristiwa aneh memang telah terjadi dan inilah yang
menyebabkan para jago yang sedang bertarung segera
menghentikan pertarungan sambil mundur kebelakang. Ternyata
suara bentakan yang keras bagaikan Guntur itu berasal dari atas
langit. Tampak seekor burung rajawali raksasa menukik turun dari atas
udara, diatas punggung rajawali itu duduklah dua orang , seorang
adalah kakek berjanggut putih sedang yang lain adalah Kho Beng.
Disaat rajawali tadi berada dua puluh kaki dari atas permukaan
tanah, Kho Beng segera melompat turun kebawah dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat. suasana tetap hening, para jago pun tidak bersorak gembira,
namun phu sian sangjin, Bu wi lojin, pelajar rudin serta Thio
bungkuk sekalian diam-diam mengucurkan air mata d engan
perasaan syukur. Pelan-pelan Kho Beng mengalihkan sorot matanya kewajah Dewi
In Un- Paras muka Dewi In Un telah berubah hebat, namun ia mencoba
mendengus dingin sambil berseru :
"orang she Kho, tak nyana umurmu diberkahi panjang"
"Hmm, sungguh suatu rencana yang keji, tampaknya kau berniat
membantai segenap jago dari dunia persilatan?" seru Kho Beng
sambil menggertak gigi menahan geram. Kembali Dewi In Un
mendengus dingin : "Hmm, berbicara menurut keadaan sekarang rencanaku tak akan
berubah, betul ilmu silatmu peroleh kemajuanpesat, namun kau
masih bukan tandingan jago dari partai kupu-kupu kami."
Kho Beng mencoba memperhatikan sekejap Phu sian sangjin, Bu
wi lojin, pelajar rudin dan Thio bungkuk sekalian yang terluka
kemudian dengan kening berkerut ia berpaling kearah Ngo Cun ki
sambil katanya : "Mungkin anda adalah ketua Hoa san pay, bukan?"
sesudah melalui pertarungan yang begitu sengit, rambut Ngo Cun
ki sudah awut-awutan tak rapi, dengan wajah bersemu merah
segera sahutnya : "siauli adalah Ngo Cun ki, sudah lama kudengar
nama besar Kho sauhiap ."
"Tolong urusi para rekan persilatan dan cianpwee yang terluka,
sementara persoalan disini serahkan saja padaku."
"Kho sauhiap tak usah cemas, serahkan saja rekan-rekan semua
kepadaku, tapi kau yang hadapi mereka harus berhati-hati."
Kho Beng manggut-manggut, pelan-pelan dia berpaling kearah
Dewi In Un kemudian bentaknya :
"Biarpun mendiang guruku Kongci cu berpesan agar aku bisa
mempertahankan keturunan dari partai kupu-kupu, namun bilamana
keadaan sudah terpaksa, aku akan tetap membasmi kalian dari
muka bumi" Dewi In Un tertawa tergelak .
"Kho Beng, kau terlalu sombong, jangan kau anggap kami tak
mampu membekukmu" sambil berpaling segera bentaknya : "Cepat
tangkap bajingan ini"
Ketiga orang Thian cun dari partai kupu-kupu serentak
mengiakan dan mengurung pemuda itu dari tiga arah.
Bu wi lojin yang menyaksikan peristiwa ini segera berteriak keras
: "Hati-hati Kho Beng, ketiga orang itu tidak gampang dihadapi"
"Cianpwee tak usah kuatir," jawab Kho Beng lantang.
Kemudian sambil berpaling kearah tiga orang Thian cun itu,
bentaknya keras-keras : "Tunggu sebentar"
sambil tertawa keras Dewi In Un mengejek :
"Kho Beng, bila kau bersedia minta ampun, mungkin aku akan
mempertimbangkan untuk mengampuni jiwamu."
"Kau salah paham," seru Kho Beng sambil tertawa dingin, "aku
hanya ingin mengetahui identitas mereka bertiga lebih dulu."
"Mereka adalah tiga orang Thian cun dari partai kupu-kupu,
jagoan kelas wahid dari partai kami."
"Hmm, orang-orang yang bersedia membantu penjahat
melakukan kejahatan tidak boleh dibiarkan hidup terus, sekarang
kalian boleh turun tangan" sambil berkata ia segera meloloskan
pedangnya. sementara itu, ketiga orang Thian cun pun telah meloloskan
senjata panji kupu-kupu, tampak selapis bayangan kupu-kupu
dengan cepat menyelimuti angkasa, dari dua berubah menjadi
empat dan akhirnya terciptalah beribu-ribu ekor kupu-kupu yang
mengepung Kho Beng dari empat penjuru.
Kawanan jago yang mengikuti jalnny a pertarungan tersebut dari
sisi arena menjadi kecut hatinya setelah melihat keampuhan
lawannya, tanpa terasa mereka mengucurkan keringat dingin saking
gelisahnya. Terutama sekali Bu wi lojin sekalian yang telah merasakan
kelihayan dari ketiga orang Thian cun tersebut, belum sampai
sepuluh gebrakan pun mereka telah menderita kekalahan, apalagi
Kho Beng hanya seorang diri sekarang, betapapun pesatnya
kemajuan yang dicapai dalam ilmu silatnya, mustahil ia mampu
menghadapi tiga musuhnya itu bersama-sama .
Phu sian sangjin pun tak tega mengikuti jalannya pertarungan, ia
segera memejamkan matanya rapat-rapat.
Dalam pada itu, Kho Beng yang terkepung ditengah arena sama
sekali tidak melakukan gerakan apapun-
Tapi ketika para jago mulai gelisah dan cemas itulah, mendadak
dari balik bayangan kupu-kupu yang menyelimuti angkasa
menyembul keluar segulung cahaya putih yang tajam bagaikan sinar
surya, cahaya tadi menerjang tiga kaki ketengah udara lalu berubah
menjadi segulung hujan pedang yang menyebar kesekeliling arena.
Dalam waktu singkat terlihatlah hawa pedang yang mengerikan
hati menyebar keseluruh arena, dalam lingkaran seluas sepuluh kaki,
hawa pedang serasa membungkus setiap bayangan udara, sedang
bayangan kupu-kupu yang semula menguasai angkasa tahu-tahu
hilang lenyap tak berbekas.
Tak lama kemudian terdengarlah suara benturan senjata yang
memekikkan telinga, lalu tak lama kemudian terdengar lagi tiga kali
jeritan ngeri yang menyayat hati, sementara hawa pedang pun
hilang lenyap tak berbekas.
sambil menghela napas para jago segera mengalihkan
pandangan matanya ketengah arena, bahkan si pelajar rudin Ho
Heng yang terluka dipahanya pun menyempatkan diri untuk
melompat bangun dan sambil menahan rasa sakit melongok kedalam
arena. Menanti apa yang terjadi telah terpampang jelas didepan mata,
meledaklah tepik sorak yang gegap gempita, sementara rasa tegang
dan cemas hilang lenyap tak berbekas.
Ternyata hanya didalam satu gebrakan saja, ketiga orang Thian
cun yang sangat lihay itu sudah menderita kekalahan total.
seorang diantara mereka terpapas bahunya hingga tubuhnya
terbelah menjadi dua, orang itu tewas seketika, sedangkan dua yang
lain , satu kehilangan kaki yang satu lagi terpapas lengannya.
sementara itu Kho Beng yang berhasil meraih kemenangan masih
berdiri termangu- mangu diarena.
"Ilmu pedang bagus" teriak pelajar rudin sambil bersorak
gembira, .. "tapi kenapa kau?" Bagaikan baru tersadar dari lamunan,
Kho Beng segera menjawab :
"Baru untuk pertama kali ini boanpwee mempergunakan jurus
serangan tersebut, tak nyana kekuatan yang ditimbulkan begitu
hebat." Dilain pihak paras muka Dewi In Un telah berubah menjadi pucat
seperti mayat, ia tidak ambil peduli terhadap dua orang Thian cun
yang terluka parah itu, sambil menggigit bibir serunya kepada Kho
Beng. "Ilmu silat apa yang kau pergunakan?"
"Inilah ilmu pedang Thian goan hui kiong kiam."
"Ilmu tersebut berasal dari kitab pusaka Thian goan bu boh?"
"separuh benar, separuh tidak."


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak memahami arti perkataanmu itu" seru Dewi In Un
sambil menggigit bibir. sambil tertawa dingin Kho Beng berkata :
"Kau tak usah memahami, sebab sejak sekarang sekalipun partai
kupu-kupu masih hidup didunia ini, aku tak akan memperkenankan
kalian melakukan kejahatan lagi didalam dunia persilatan, paling
tidak aku mampu untuk mengendalikan sepak terjang kalian."
"Bila kau sudah mampus" Kho Beng agak tertegun, lalu katanya :
"sekalipun aku mati, pasti ada penerus yang bakal muncul
sebagai pengendali sepak terjang partai kupu-kupu."
setelah berhenti sejenak, kembali katanya:
"tapi aku dapat memberitahukan kepadamu, ilmu Thian goan hui
kiong kiam hoat tersebut berasal dari ilmu sakti yang tercantum
didalam kitab pusaka Thian goan bu boh dikombinasikan dengan
ilmu Hui liong sin kang guruku, dua ilmu yang bergabung jadi satu
menciptakan kepandaian baru maha dahsyat, oleh sebab itu kalian
semua jangan harap mampu mengendalikannya ."
Dewi In Un segera mengawasi sekejap sekeliling tempat itu,
mendadak jeritnya keras : "Cepat mundur"
sambil melompat kedepan, dia berusaha untuk melarikan diri
kebawah puncak bukit. Namun kawanan jago persilatan yang masih segar cukup banyak
jumlahnya disana, Ngo Cun ki segera berseru :
"Jangan lepaskan seorangpun diantara mereka"
Maka suatu pertarungan sengitp pun segera berkobar kembali.
Dalam pada itu Kho Beng telah melejit keudara dan mengejar
kearah Dewi In Un dengan kecepatan luar biasa.
Tak sampai belasan lompatan kemudian ia telah berhasil
menghadang didepan lawannya.
sadar kalau tak mungkin lolos, Dewi in Un menghembuskan
napas panjang dan segera menghentikan langkahnya. sambil
tertawa dingin Kho Beng berkata :
"saat ini aku telah menguasai ilmu Hui liong singkang guruku,
sekalipun kau dapat kabur sejauh sepuluh lipun, aku masih tetap
mampu untuk menyusulmu"
"Kenapa kau tidak membunuhku?" jerit Dewi In Un-
Kho Beng menggeleng, katanya :
"Kita belum pernah bertarung, mengapa kau tidak berusaha
melakukan perlawanan?"
"Percuma," Dewi In Un menghembuskan napas panjang, "ilmu
silatku tidak lebih hebat bila dibandingkan ketiga orang Thian cun
itu, buat apa aku mesti mencari penyakit buat diri sendiri?"
"Jadi kau berniat menyerah" " jengek Kho Beng sambil tertawa
dingin-Dengan cepat Dewi In Un menggelengkan kepalanya :
"partai kupu-kupu tak akan menyerah dengan begitu saja, paling
tidak masih ada ayahku serta kawanan jago pilihan dari partai kupukupu
kami, biarpun kali ini kau unggul namun bukan berarti kau
berhasil menggungguli kami secara keseluruhan." sambil tertawa
dingin Kho Beng berkata :
"Mungkin kau mesti tahu keadaan ayahmu yang mengenaskan,
lengan kanannya telah kutung dan semangat hidupnya sudah
runtuh, sekalipun dibantu oleh Liong hoa sinkun suami istri, namun
kemampuan mereka sudah amat terbatas sekali, kekuatan seperti itu
tak perlu dirisaukan lagi."
"Kau .. kau bohong" seru Dewi In Un setelah tertegun sejenak.
"sungguh atau bohong tak lama lagi akan kau ketahui sendiri,
aku segan banyak bicara lagi."
Kemudian setelah berhenti sejenak lanjutnya :
"Tapi aku bersedia untuk mengajukan pembicaraan secara blakblakan"
"Katakanlah" ucap Dewi In Un sambil menghela napas.
setelah berpikir sebentar, Kho Beng berkata :
"Aku tak ingin berbuat kelewat batas, apalagi mendiang guruku
pun sudah meninggalkan pesan, maka asalkan kau bersedia untuk
bertobat, aku jamin partai kupu-kupu masih bisa melanjutkan
hidupnya didunia ini."
"Apa syaratmu?" Tanya Dewi In Un sambil menggigit bibir.
"Tentu saja harus membebaskan ciciku, dua orang dayangnya,
kakek tongkat sakti serta nona Chin, dan kedua kau harus
membujuk ayahmu agar mengundurkan diri dari daratan Tionggoan
dan selama hidup tak boleh mempunyai ambisi lagi untuk menguasai
jagat." "Hanya itu saja?" Tanya Dewi In Un setelah berpikir sejenak.
"selain itu, orang tuaku sekalian tujuh puluh lembar jiwa tak
dibiarkan mati secara sia-saia, kau harus menunjukkan siapa yang
telah menyaru sebagai Bu wi lojin dimasa lalu, aku pun akan
bertanggung jawab untuk mengembalikan kitab pusaka Thian goan
bu boh kepada kalian-"
Dewi In Un tertegun berapa saat tanpa berbicara. Dengan suara
keras Kho Beng segera membentak lagi :
"sesat dan lurus tak mungkin bisa hidup berdampingan, kecuali
kau bersedia menerima syaratku tadi, kalau tidak. partai kupu-kupu
akan musnah untuk selamanya dari muka bumi"
"Apakah semua perkataanmu itu muncul dari hari kecilmu yang
jujur?" Tanya Dewi In Un sambil menggigit bibir.
"Bila anda tak percaya, aku bersedia untuk mengangkat sumpah"
kata Kho Beng serius. Akhirnya Dewi In Un menghembuskan napas
panjang. "Baiklah, aku bersedia memenuhi tuntutanmu itu."
"Jadi maksud anda .." Kho Beng sangat gembira. Dengan wajah
serius Dewi In Un segera berkata :
"Bila kau tak percaya, akupun bersedia mengangkat sumpah tapi
kau harus mengerti, hingga kini partai kupu-kupu belum menderita
kekalahan total, aku masih mempunyai sandera yang bisa dipakai
untuk mengancammu, akupun mempunyai ayahku sebagai tulang
punggung, seandainya benar-benar terjadi pertarungan, siapa
menang siapa kalah masih susah diramalkan tapi aku ."
setelah menghela napas panjang, agal emosi dia melanjutkan :
"Mungkin aku telah dibuat terharu oleh sikapmu yang
bersungguh-sungguh dan tulus hati"
"Asal anda bisa merasakan hal tersebut, aku merasa berterima
kasih sekali." setelah berpikir sebentar, Dewi In Un berkata lagi :
"Kini encimu sekalian sudah kupindah didalam sebuah gua
dibelakang selat Pek hong sia, didepan gua tumbuh dua batang
pohon siong, kau hendak pergi sendiri ataukah kutemani?" Kho Beng
berpikir sebentar, lalu jawabnya :
"Bagaimana kalau kau berangkat dulu, sedang aku akan segera
menyusul kesana?" "Begitu percayakah kau kepadaku" Mengapa kau tidak segera
berangkat kesana?" kata Dewi in Un sambil tertawa.
Dengan wajah bersungguh-sungguh, Kho Beng berkata :
"Bila aku tak percaya kepada anda, tak mungkin aku akan
mengajakmu untuk membicarakan persoalan ini, sedang aku .
Bagaimanapun juga aku harus meninggalkan pesan kepada para
jago yang masih bertarung diatas bukit, ketahuilah banyak juga
orang-orangmu yang masih terlibat dalam pertarungan"
"Aaaai . Tak nyana persoalan seperti itu pun mendapat perhatian
yang cukup besar darimu, baiklah, aku akan menunggumu disana"
kata Dewi In Un sambil menghela napas panjang.
Tanpa menanti lagi, ia segera beranjak pergi meninggalkan
tempat itu. Kho Beng bangkit berdiri, ketika melihat kentongan pertama telah
menjelang tiba, buru-buru dia berangkat menuju keatas puncak
bukit. Pertarungan dipuncak bukit telah mereda, ternyata kecuali Dewi
In Un serta tiga orang Thian cun, biarpun yang lain terhitung juga
jagoan lihay dari partai kupu-kupu, tapi karena kesatu, Dewi In Un
telah melarikan diri sehingga melemahkan semangat tempur
mereka. Kedua, para jago yang mengerubuti mereka adalah jagojago
kelas satu, maka akhirnya mereka berhasil diringkus semua.
Kedatangan Kho Beng dipuncak bukit segera disambut dengan
gembira oleh para jago. Kho sauhiap Ngo Cun ki segera berseru
dengan cemas, "mana Dewi In Un ?"
"Atas petunjukku dia telah bersedia untuk berdamai dengan kita"
sahut sang pemuda sambil tertawa.
"Damai?" para jago dibuat tertegun dan berseru kaget. sambil
tersenyum Kho Beng berkata :
"Ya a, peristiwa ini memang terpaksa harus di akhiri secara
begini." secara ringkas diapun menceritakan kembali pesan terakhir dari
gurunya yang harus dilaksanakanselesai
mendengar penuturan itu, Bu wi lojin segera berkata :
"seandainya Kengci cu tidak sadar akan bahaya yang mengancam
dunia persilatan, mungkin kita tak akan lolos dari bencana ini,"
"yaaa . Kalau dibicarakan kembali keputusan seperti ini memang
pantas, tapi apakah Ui sik kong"
"serahkan saja persoalan ini kepada boanpwee, akan boanpwee
selesaikan masalah ini dengan sebaik-baiknya."
"Tahukah kau siapa yang telah menyamar sebagai diriku dulu
sehingga mengakibatkan terjadinya peristiwa berdarah
diperkampungan Hui im ceng?"
"Boanpwee sudah mendengarnya dari Dewi In Un, katanya orang
itu adalah Liong hoa sinkun, boanpwee bersumpah tak akan
melepaskan orang itu" setelah berhenti sejenak. kembali ia berkata :
"Tapi ciciku dengan perannya sebagai kedele maut telah banyak
membantai umat persilatan, apakah .."
"omitohud ." Tukas Phu sian sangjin-
"Dalam peristiwa inipun kesalahan bukan terletak pada dirinya,
sudah sewajarnya bila ia mengambil tindakan untuk membalas
dendam tersebut, untung saja duduk persoalan telah menjadi jelas
sekarang, sakit hati inipun bisa dibereskan sebagaimana mestinya."
Kemudian setelah memandang sekejap sekeliling tempat itu,
katanya lebih jauh dengan suara dalam :
"serahkan saja penyelesaian masalah ini kepadaku, peristiwa
yang sudah lewat biarkan saja lewat, mulai saat ini setiap orang
yang mempunyai dendam dengan encimu akan diimpaskan dan tak
akan menuntutnya lagi."
"Kalau begitu banyak terima kasih untuk kemurahan hati lo
siansu, terima kasih banyak untuk pengertian rekan- rekan persilatan
semuanya." seru Kho Beng seraya menjura. serentak para jago
berkata : "seharusnya kami yang minta maaf kepada Kho sauhiap serta
mengucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya, andaikata
bukan berkat perjuangan sauhiap. mungkin saat ini dunia persilatan
telah menjadi dunia kekuasaan partai kupu-kupu." Mendadak Phu
sian sangjin berkata : "Bukankah Kho sauhiap berada bersama-sama keturunan dari
tiga dewa?" Kho Beng mengangguk katanya :
"Ketika boanpwee bersama Thian cianpwee sekalian menyatroni
gua pengikat cinta, hampir saja kami tewas oleh ledakan bahan
peledak yang sengaja mereka persiapkan dari situ pula kami
mendapat tahu tentang rencana busuk mereka disini, kebetulan
boanpwee bertemu dengan siang thian eng cianpwee dengan
bantuan rajawalinya kami pergi kesiau lim pay, dari situ kami
mendapat tahu cianpwee sekalian telah berangkat keselat Pek hong
sia, aaaai .. sayang kedatangan ku toh tetap terlambat selangkah,
akibatnya cianpwee sekalian harus menderita luka."
"Haaah haahh haaahhh .. untung saja kami semua tidak
menderita luka yang terlalu parah, peristiwa semacam ini benarbenar
merupakan suatu keuntungan ditengah ketidak beruntungan
tapi dimanakah siang Thian eng itu?"
Ternyata para jago hanya mencurahkan perhatian pada
pertarungan dan melupakan kakek penunggang rajawali tadi, ketika
dicari sekarang, bayangan kakek itu sudah tak Nampak lagi.
sambil tersenyum Kho Beng berkata :
"siang Thian eng adalah seorang tokoh silat yang enggan
mencampuri urusan dunia persilatan, seandainya Thian dan oh
cianpwee tidak memohon secara bersungguh-sungguh mungkin dia
belum tentu mau membantu, karena enggan turut campur dalam
urusan keduniawian tentu saja ia telah pergi dari sini sedari tadi."
Kemudian setelah berhenti sejenak. katanya lagi seraya menjura :
"Boanpwee hendak pergi dulu, harap cianpwee sekalian jangan
marah." Thio bungkuk yang menderita luka paling ringan segera memburu
kedepan dan berkata sambil tertawa :
"Kho Beng, akhirnya aku berhasil juga menyaksikan hari yang
dinanti-nantikan ini." sambil melelehkan air mata terharu, Kho Beng
berbisik : "Kesemuanya ini adalah berkat bimbingan serta pendidikan dari
cianpwee dimasa lalu." Thio bungkuk tersenyum .
"Kita tak usah membicarakan soal itu, .. aaaah benar, perguruan
sam boan bun kini semakin merosot pamornya, namun ketua sam
goan bun justru merupakan orang yang telah mmelihara serta
mendidikmu, kau .." "Boanpwee mengerti" kata Kho Beng cepat-cepat.
"Begitu urusan disini selesai, boanpwee segera akan
menyambanginya sambil mengucapkan perasaan terima kasihku."
Thio bungkuk manggut-manggut, katanya kemudian :
"Chee Tay hap terpengaruh ilmu sesat, karenanya ia disekap
didalam kuil siau lim si untuk sementara waktu, biarlah menanti
kesadaran pikirannya telah pulih kembali, dia baru kembali
keperkampungan Hui im ceng." setelah berhenti sejenak. tambahnya
: "Kau tentu akan kembali keperkampungan HHui im ceng, bukan?"
"Tentu saja, boanpwee akan membangun kuburan yang lebih
banyak bagi orang tuaku, begitu urusan disini selesai, aku akan
segera kembali keperkampungan Hui im ceng."
"Kalau begitu selesaikan dulu persoalan yang penting, aku si
bungkuk tak akan mengganggumu lagi."
Baru saja Kho Beng hendak berangkat, terdengar Ngo Cun ki
berseru : "Tunggu sebentar Kho sauhiap. disini terdapat dua puluh empat
orang anggota partai kupu-kupu, apa yang harus kita perbuat
terhadap mereka" Harap Kho sauhiap memberi petunjuk."
"Aku tak berani menerima ucapan tersebut, kalau toh perdamaian
sudah disepakati, aku rasa ."
sambil tertawa Ngo Cun ki segera menyela :
"Ya a, aku sudah mengerti sekarang, Kho sauhiap boleh
berangkat" Kho Beng agak tertegun, namun ia toh meneruskan kembali
perjalanannya menuju kebelakang selat.
Dari kejauhan Kho Beng dapat melihat diantara dua batang
pohon siong yang lebat terdapat sebuah gua besar, waktu itu Dewi
In Un telah menanti didepan gua. Dengan perasaan girang Kho Beng
segera berseru : "siancu, tak nyana kau adalah orang yang pegang
janji" Ketika masuk kedalam gua, apa yang terlihat membuat hatinya
terkejut bercampur girang.
Ternyata Kho Yang ciu, Bwee hiang beserta Kekek tongkat sakti
dan Chin sian kun sedang duduk didalam gua itu.
Pertemuan ini benar-benar diliputi perasaan sedih bercampur
gembira, saking tak tahannya Kho Beng segera berpelukan erat


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan Kho Yang ciu dan menangis kegirangan. "Adikku" gumam
Kho Yang ciu kemudian. "semuanya ini memang kesalahanku.."
"cici, kau jangan berkata begitu, sekarang ."
"Yaa, sekarang keadaan telah beres" kata Kho Yang ciu sambil
menghela napas. "Kau.."
Buru-buru Kho Beng menceritakan pengalamannya selama ini
secara ringkas, sebagai akhir kata ia bilang :
"selain itu, masih ada satu hal lagi yang terpaksa kumohon maaf
dari cici." "soal apa?" Tanya Kho Yang ciu tertegun.
"Karena didesak terus menerus oleh Thian serta oh cianpwee,
maka siaute telah .. telah mengikat tali perkawinan dengan Beng Gi
ciu" "Adikku, ini kan berita gembira, untuk bergembira pun cici
merasa tak sempat" Tapi belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak Chin sian
kun yang berada disisinya telah roboh tak sadarkan diri
Kho Beng jadi terkejut sekali, buru-buru dia menghampiri dan
menempelkan telapak tangannya diatas jalan darah Ki hay hiat nya,
sambil mengerahkan tenaga murninya, dia berseru :
"Nona Chin , nona chin .."
Pelan-pelan chin sian kun mendusin kembali, namun air mata
meleleh keluar membasahi wajahnya, biar begitu dia memaksakan
diri untuk tersenyum, katanya : "Aa a a h, tak apa apa, mungkin aku
kelewat gembira." sambil tertawa getir, Dewi In Un turut berkata
pula : ^ "seharusnya akulah yang bersalah, selama ini berapa waktu
kalian harus hidup dalam sekapan hingga akibatnya badan kalian
menjadi lemah sekali, tapi cairan racun yang mengendap dalam
tubuh cicimu telah hilang lenyap sama sekali."
Ternyata selain kurus kering, orang-orang itu sama sekali tidak
menunjuk gejala sakit. Kakek tongkat sakti menghela napas panjang, katanya pula :
"Kesengsaraan yang ditentukan oleh takdir tak akan bisa
dihindari oleh siapapun, bayangkan saja diriku ini, enak-enak hidup
ditempat pengasinganku, justru datang kedaratan Tionggoan untuk
merasakan penderitaan seperti ini."
"selama hidup boanpwee tak akan melupakan kebaikan
cianpwee" buru-buru Kho Beng memberi hormat.
Kakek tongkat sakti segera tertawa terbahak-bahak :
"Haaah . Haahh .. haahh itu Cuma urusan kecil, anggap saja aku
sedang melayani semedi menghadap dinding, tapi dengan terjadinya
peristiwa ini aku benar-benar akan mengundurkan diri dari dunia
persilatan untuk selamanya." Mendadak, ..
Bayangan manusia Nampak berkelebat lewat, tahu-tahu Ui sik
kong, Liong hoa sinkun dan Pek kut hujin telah menerjang masuk
kedalam gua. Dengan sepasang mata berapi-api karena gusar Ui sik
kong membentak keras : "Budak busuk Bagus sekali perbuatanmu"
suasana didalam gua seketika berubah menjadi tegang, dibawah
petunjuk Kho Beng, Kho Yang ciu sekalian segera mengundurkan diri
kesudut gua, sebab kondisi badan mereka masih amat lemah dan
hakekatnya tidak memiliki kemampuan untuk melangsungkan
pertempuran sambil menghela napas, Dewi In Un berkata :
"Ayah sekarang sudah tiba saatnya bagi kita untuk membicarakan
persoalan ini dengan pikiran dan hati dingin"
"Apalagi yang bisa dibicarakan saat ini?" seru Ui sik kong dengan
kening berkerut. "Kau tahu, semua perbuatan yang telah kau lakukan selama ini
hanya menimbulkan kepedihan hatiku saja."
Lengan kirinya kelihatan gemetar keras, mekanya berubah
menjadi hijau kemerah-merahan,jelas kemarahan yang menyelimuti
perasaan Ui sik kong telah mencapai pada puncaknya, tapi seperti
juga karena belum lama sembuh dari lengan kanannya yang kutung.
sementara itu Liong hoa sinkun suami istri hanya berdiri angkuh
didepan gua, mereka tertawa dingin tiada hentinya. Dengan
perasaan sedih Dewi In Un berkata :
"Ayah telah kehilangan sebuah lengan, sementara situasi yang
kita hadapi pun makin lama semakin runyam, buat apa sih kita harus
berambisi menguasai daratan Tionggoan, mengapa kita tidak pulang
saja ke Hay sim san dan melewatkan sisa hidup dalam kedamaian
serta kegembiraan?" "Anak durhaka" umpat Ui sik kong makin naik darah. "Apakah
kau lupa dengan dendam kesumat leluhurmu dulu"
"Dendam sakit hati leluhur telah terjadi seabad berselang,
padahal asal partai kupu-kupu dapat berdiri tegak didalam dunia
persilatan hal ini sudah lebih dari cukup untuk kita."
"omong kosong" bentak Ui sik kong semakin gusar.
"Aku benar-benar benci kepadamu, .. kau anak durhaka
pantasnya dibunuh sampai mampus"
"Ayah" kembali Dewi In Un mencoba untuk membujuk dengan
suara lembut. "Kini Kho Beng telah berjanji akan mengembalikan kitab pusaka
Thian goan bu boh kepada kita, menurut pendapatku kalau urusan
bisa disudahi lebih baik disudahi saja, bila kita lanjutkan pertarungan
ini maka kitalah yang bakal memperoleh hasil yang tragis"
sepasang mata Ui Sik kong berkilat-kilat memancarkan sinar
tajam, tiba-tiba menggigit bibir dia tertawa dingin, serunya :
"Heeehh . Heehh . Heehhh .sekarang aku sudah dapat menduga
penyebabnya, rupanya kau sudah terpikat oleh ketampanan wajah
bocah keparat itu bukan" sehingga bersedia membantu pihaknya"
Anak bedebah, anak tak berbakti" Merah padam selembar wajah
Dewi In Un, teriaknya keras-keras :
"Aaah, kau ." Ui sik kong sama sekali tak berbicara lagi, sambil
menggetarkan lengan tunggalnya dia melepaskan sebuah serangan
dasyat kearah Kho Beng. Liong hoa sinkun serta Pek kut Hujin tidak tinggal diam, serentak
mereka berdua dengan empat telapak tangannya melepaskan empat
gulung tenaga pukulan yang dahsyat.
Desingan angin pukulan yang amat keras kedengaran makin
menusuk pendengaran lagi didalam gua tersebut.
Kho Beng tidak mencoba untuk menghindar, dengan keras lawan
keras ia sambut datangnya serangan itu. Blaaammmm
Ditengah benturan yang sangat keras, kedua belah pihak samasama
tergetar mundur dua langkah kebelakang.
Kho Beng merasakan isi perutnya mengalami goncangan keras,
darah segar segera menyembur keluar dari mulutnya.
sebaliknya Ui sik kong maupun Liong hoa sinkun suami istri
berdiri pula dengan wajah pucat seperti mayat, napas mereka
kedengaran terengah-engah.
Kho Yang ciu maupun chin sian kun segera menjerit kaget,
namun baru saja bangkit berdiri mereka segera tertunduk kembali,
karena mereka benar-benar tidak memiliki kekuatan untuk
membantu. setelah menghembuskan napas panjang, sambil menggigit bibir
Kho Beng meloloskan pedangnya dari sarung dalam waktu singkat ia
telah melancarkan tiga buah serangan berantai mengancam tubuh
Liong hoa sinkun maupun Pek kut hujin.
Dalam keadaan demikian , Liong hoa sinkun tak berani berayal ,
ia segera meloloskan kipas bertulang besinya, sedangkan Pek kut
hujin menggunakan sekerat tulang tengkorak kepala sebagai
senjatanya. Walaupun isi perut Kho Beng telah menderita luka, namun
dengan dasar tenaga dalamnya yang sempurna, ditambah desakan
rasa dendamnya yang berkobar-kobar, pemuda itu memainkan
pedangnya sedemikian rupa sehingga terciptalah rangkaian cahaya
dingin yang menggidikkan hati.
Tiga gebrakan kemudian Liong hoa sinkun serta Pek kut hujin
telah terdesak kesudut gua, nampaknya tidak sampai lima gebrakan
lagi mereka berdua pasti akan menderita kekalahan total.
Mendadak Ui sik kong mengayunkan tangan tunggalnya sambil
melancarkan serangan kembali.
Namun serangan yang dilancarkan kali ini bukan ditujukan
kepada Kho Beng melainkan langsung menyikat tubuh Liong hoa
sinkun. Mimpi pun Liong hoa sinkun tidak menyangka kalau rekannya
bakal berbalik menyerang tubuhnya, tak ampun lagi tubuhnya
segera terhajar secara telak, diiringi jeritan kesakitan tubuhnya
segera roboh terkapar diatas tanah.
Walaupun Kho Beng merasa peristiwa ini sama sekali diluar
dugaan, namun gerak erangan pedangnya sama sekali tak berhenti,
dia langsung menusuk Pek kut hujin dengan sebuah tusukan kilat.
Kembali terdengar jeritan ngeri yang menyayat hati, dua orang
suami istri itu sama-sama tergeletak diatas tanah dalam keadaan
terluka parah. sambil menggertak gigi menahan diri Kho Beng
segera berseru : "Cici inilah orang yang telah menyaru sebagai Bu wi lojin pada
delapan belas tahun berselang, dia pula musuh besar sebenarnya
dari keluarga Kho kita."
Cahaya tajam berkilau berulang kali disusul percikan darah segar
menyembur kemana-mana, tahu-tahu tubuh Liong hoa sinkun suami
istri sudah terpapas pinggangnya putus menjadi empat bagian suatu
kematian yang mengerikan selesai membunuh musuh besarnya, pelan-pelan Kho Beng
menarik kembali pedangnya lalu sambil berpaling kearah Ui sik kong
tegurnya : "Mengapa secara tiba-tiba kau berubah pendirian?" Ui sik
kong menghembuskan napas panjang. "Aku merasa agak menyesal,
maka .." Tapi disaat Kho Beng sama sekali tidak siap. suatu gebrakan
secepat sambaran petir, ia langsung menotok jalan darah tam tiong
hiat, ditubuh anak muda tersebut.
Begitu jalan darahnya tertotok. otomatis Kho Beng kehilangan
sama sekali segenap kekuatannya untuk melawan dalam keadaan
begini terpaksa dia hanya bisa memejamkan mata sambil menggigit
bibir. Kekek tongkat sakti, Kho Yang ciu dan chin sian kun sekalian
berniat memberi bantuan, namun kesatu, tenaga dalam mereka
belum pulih kembali. Kedua, keadaan tak memberi kesempatan bagi
mereka untuk berbuat demikian, terpaksa mereka Cuma bisa
mengawasi peristiwa tersebut dengan mata terbelalak. sambil
tertawa angkuh, Ui sik kong segera berkata :
"Kho Beng, bila aku tak membunuh Liong hoa sinkun, akhirnya
diapun pasti akan tewas ditanganmu, sebaliknya bila aku
membunuhnya maka akan terciptalah kesempatan baik bagiku untuk
membunuhmu, tentunya keadaan tersebut tidak pernah kau duga
bukan?" sambil menggigit bibir Kho Beng membungkam dalam
seribu bahasa. setelah mengawasi sekejap sekeliling tempat itu,
kembali Ui sik kong membentak :
"Kini lengan kananku telah kutung, putrid kandungku telah
berhianat, tapi masih untung aku dapat membunuhmu hari ini,
hitung-hitung dapat juga kulampiaskan rasa benciku selama ini."
"Ayah, kau harus berpikir tiga kali dulu sebelum berbuat .." teriak
Dewi In Un "Anak durhaka" teriak Ui sik kong keras-keras.
"Biarpun hanya mengandalkan sebuah lengan tunggal, aku masih
tetap akan malang melintang dikolong langit dan membangun
kerajaanku, akan kubangun kembali partai kupu-kupu untuk
membalaskan sakit hati leluhurku" Kemudian setelah berhenti
sejenak, teriaknya keras-keras : "Kho Beng, kaupun harus segera
berangkat" Lengan tunggalnya segera diayunkan melepaskan sebuah
pukulan dahsyat kedepan. Blaaammmm Terdengar suara benturan
keras menggema diudara disusul semburan darah segar menodai
seluruh permukaan gua, sesosok tubuh segera toboh terkapar siatas
tanah. Namun yang roboh bukan Kho Beng, sebaliknya adalah Ui sik
kong sendiri. Tampak Dewi In Un memburu kemuka dengan langkah
lebar, teriaknya sambil menangis : "Ayah .. ayah"
Ternyata disaat yang amat kritis itulah Dewi In Un telah
melepaskan sebuah pukulan yang persis menghantam punggung Ui
sik kong. serangan tersebut dilancarkan dengan menggunakan ilmu Thian
goan eng yang dipelajarinya dari kitab pusaka Thian gian bu boh,
tak heran kalau Ui sik kong tewas seketika itu juga.
sementara itu Kho Beng dibuat termangu- mangu dia sama sekali
tak menyangka kalau Dewi In Un dapat berubah secepat ini, dia
lebih tak menyangka kalau perempuan tersebut akan membunuh
ayahnya sendiri Untuk beberapa saat dia malah dibikin bingung, harus
menghiburkah atau berpeluk tangan saja"
sementara dia masih merasa serba salah terdengar suara hiruk
pikuk menusia bergema diluar gua disusul munculnya serombongan
manusia. Ternyata sebagai orang pertama adalah Thian cun yang, oh Kui
sam serta Beng Gi ciu dan siau wan sedang dibelakangnya mengikuti
kawanan jago persilatan yang dipimpin Phu sian sangjin.
Begitu bersua dengan Kho Beng, paras muka Beng Gi ciu yang
pucat pias segera berubah menjadi merah, dengan napas terengahengah,
serunya : "Engkoh Beng .. kau tidak apa-apa bukan?"
"Masih mendingan-" sahut Kho Beng sambil tertawa getir.
Thian Cun yang segera menimbrung sambil tertawa terbahakbahak.
"Haa haaahh . Haaahh. Rupanya kami berdua sudah ketinggalan
barisan, urusan disini telah selesai semua, kita baru tiba disini, waah
. Bakal menganggur nih."
"siapa bilang menganggur" Paling tidak kita toh mesti merayakan
pesta perkawinan keponakan kita." sambung oh Kui sam sambil
tertawa pula. Merah jengah selembar wajah Beng Gi ciu, segera
omelnya : "Empek oh, masa dihadapan bagini banyak orangpun kau masih
bergurau, hati-hati kalau aku mengambek lho." Kembali oh Kui sam
tertawa bergelak : "Baik, baik tak akan menggoda lagi, apakah urusan disini telah
selesai?" sambil berkata dia segera melongok kedalam gua. Tampak
Kakek tongkat sakti berjalan keluar dari gua sambil berseru :
"saudara Cun yang, kita bertemu lagi"
Ternyata antara Kakek tongkat sakti dengan Thian cun yang
memang bersahabat, tak heran kalau pertemuan ini memlibatkan
mereka dalam pembicaraan yang akrab.
sementara itu Kho Beng telah berjalan menuju kehadapan Thio
bungkuk. katanya kemudian
"Thio cianpwee, boanpwee tak akan mencampuri urusan dunia
persilatan lagi saat ini, aku hanya ingin mengajak ciciku untuk
pulang ke Hui im ceng dan bersembahyang dihadapan orang tua
kami." "Ya a, memang sepantasnya begitu" sahut Thio bungkuk.
"Kini dunia persilatan bakal tentram untuk sementara waktu,
biarlah persoalan selanjutnya diselesaikan orang lain, tapi kau tak
usah gelisah urusan ini dapat diserahkan kepada ketua siau lim pay
Phu sian sangjin, dia pasti akan mengutus orang untuk
menyelesaikannya." Buru-buru Kho Beng hendak menjawab, Phu sian sangjin telah


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyongsong datang sambil berseru :
"Kho sauhiap tak usah kuatir, aku bisa menyelesaikan segala
sesuatunya bagimu" Mendadak terdengar suara lain berseru pula :
"Kho sauhiap. hampir saja aku tak bisa menyusul kemari untuk
menyampaikan selamat kepada sauhiap"
Ketika Kho Beng berpaling dan mengetahui siapakah orang itu,
kontan saja darah yang mengalir dalam tubuhnya serasa mendidih,
hawa amarah langsung menyelimuti seluruh wajahnya.
Ternyata orang itu adalah Liong kiong sincu Kiong ceng san dari
telaga tong ting. sambil tertawa dingin Kho Beng berkata :
"ooo, . Rupanya Kiong tayhiap. entah karena persoalan apa anda
datang kemari?" setelah tertawa nyaring, Kiong ceng san berkata :
"selama ini aku selalu merasa tak tentram gara-gara persoalan Li
sam, berkat kemurahan hati sauhiap yang tak akan memperpanjang
persoalan itu, aku makin tak tentram lagi. Maka sewaktu menerima
surat undangan dari Phu sian sangjin aku segera datang kemari
untuk membantumu, sayang undangan tersebut terlambat kuterima
hampir dua hari lamanya, karena itu tak sempat menghadiri
pertemuan di siau lim si meski bagitu aku masih sempat juga datang
kemari untuk menyampaikan selamat kepadamu, memang bila kita
berbicara yang sesungguhnya, Kho sauhiap memang jagoan nomor
wahid dikolong langit."
"Aku tak berani menerima pujian itu." Jengek Kho Beng sambil
tertawa dingin. Kemudian dengan wajah berubah sedingin es, dia
berkata labih jauh : "Persoalan mengenai Li sam memang tak perlu diungkit lagi tapi
bagaimana dengan persoalan tiga bersaudara Kim" Hmmm, aku tak
bisa membiarkan persoalan ini selesai dengan begitu saja."
Berubah hebat wajah Kiong Ceng san setelah mendengar ucapan
ini, butiran peluh dingin segera bercucuran keluar membasahi
wajahnya, namun dia masih mencoba untuk tertawa paksa, katanya
: "Aku sama sekali tidak mengerti apa yang Kho sauhiap
maksudkan, apa sangkut pautnya antara tiga bersaudara Kim
dengan diriku?" sementara itu seluruh jago telah mengalihkan perhatiannya ke
wajah Kho Beng, mereka memperhatikan pembicaraannya dengan
Kiong Ceng san secara bersungguh-sungguh, itulah sebabnya
suasana disekitar sana menjadi hening sekali.
Dengan perasaan emosi yang meluap-luap Kho Beng segera
menceritakan kembali peristiwa berdarah didalam gua dibela kang
bukit Cian san- Mendengar penuturan itu, berubah hebat wajah para jago,
serentak mereka berpaling dan mengawasi Kiong ceng san dengan
penuh amarah. Menyaksikan keadaan ini, Kiong ceng san segera menghela napas
panjang, tiba-tiba dia mengayunkan tangan untuk menghajar ubunubun
sendiri Blaaammmmm Mayatnya segera roboh terkapar diatas
tanah. sampai lama sekali Kho Beng berdiri termangu- mang u, akhirnya
ia berpaling kearah pelajar rudin Ho heng dan berkata : "Apakah
cianpwee hendak pergi ke siau lim si?" sambil tertawa pelajar rudin
berkata : "Tak usah kau katakan lagi, aku sudah memahami maksudmu,
tentu akan kuusir pergi keempat budak asing tersebut, begitu urusan
selesai akupun akan segera berangkat ke Hui im ceng untuk
menikmati arak kegiranganmu. "Kemudian setelah berhenti sejenak^
terusnya : "Kau tahu, kami telah berunding disaat kau kawin dengan nona
Beng, maka tujuh partai sekalian akan bersama-sama
menyelenggarakan pesta tersebut bagimu, waaah . sampai
waktunya suasana tentu amat gembira."
"Boanpwee tak berani menerimanya ." Buru-buru Kho Beng
berseru dengan wajah bersemu merah.
Dengan wajah tersipu-sipu ia mengundurkan diri dari situ diiringi
gelak tertawa si pelajar rudin.
Kebetulan Kho Yang ciu pun sedang pamitan kepada para jago,
sebenarnya Kho Beng hendak ikut berpamitan tapi teringat akan
Dewi In Un yang masih menangis sedih dia menjadi turut beriba
hati, ia tak tahu apa yang harus dikatakan kepada perempuan itu,
masih ada lagi masalah kitab pusaka Thian goan bu boh.
Tapi sebelum ia sempat berbuat sesuatu, ternyata masalah pelik
itu telah terselesaikan dengan sendirinya.
Tampak Dewi In Un berjalan mendekat bersama Bu wi lojin yang
belum sembuh dari luka dalamnya, terdengar Bu wi lojin berkata
sambil tertawa tergelak :
"Kho Beng, urusan didunia ini memang demikian tak disangka,
dengan susah payah bahkan mempertaruhkan jiwa kucuri kitab
pusaka Thian goan bu boh tersebut, sampai akhirnya kitab itu harus
kukembalikan sendiri kepada pemiliknya." Buru-buru Kho Beng
menyahut : "selama ini aku memang banyak ganggu kau orang tua, semoga
siancu bisa baik-baik menjaga diri."
Buru-buru Dewi In Un balas memberi hormat. sambil tertawa
kembali Bu wi lojin berkata :
"Akulah yang menyebabkan terjadinya semua peristiwa ini, sudah
sepantasnya kalau aku juga yang menyelesaikannya, Kho Beng
mungkin aku tak sempat lagi untuk mencicipi arak kegiranganmu,
selesai upacara perkawinan datanglah kebukit siong soat gayku,
aaaai sebab aku sudah tak ingin mencampuri urusan keduniawian
lagi." sementara Kho Beng masih ragu-ragu Bu wi lojin serta Dewi In
Un telah pergi meninggalkan tempat itu tanpa berpaling lagi.
Lama , lama sekali dia termenung, akhirnya ia baru terkejut
setelah bahunya ditepuk orang secara tiba-tiba.
sewaktu berpaling, tampak cicinya Kho Yang ciu telah berdiri
disitu, sementara dibelakangnya berdiri berjajar Beng Gi ciu, Chin
sian kun, Bwee hiang, sia hong serta siau wan-
Terdengar Kho Yang ciu berkata :
"Mari kita berangkat duluan, toh tak lama kemudian para jago
akan berkumpul lagi diperkampungan Hui im ceng, sekarang kau tak
usah berpamitan dulu dengan mereka setibanya dirumah, pertama
kita harus membereskan dulu kuburan kedua orang tua kita, setelah
itu kita siapkan pesta perkawinanmu."
Belum lagi Kho Beng sempat berbicara, terdengar Kho Yang ciu
berkata lebih jauh : "Aku telah mengatur segala sesuatunya bagimu, nona Beng dan
nona Chin akan menjadi istrimu bersama-sama, menurut urutan usia
maka mereka akan menempati urutan sesuai dengan umur masingmasing,
adik Beng aku lihat nasibmu memang amat mujur." Kho
Beng menjadi terkejut sekali, segera teriaknya : "Ini, . ini, . "
sambil tertawa Kho Yang ciu berkata lagi :
"Akulah yang mengaturkan segala sesuatunya bagimu, nah kedua
orang iparku saja telah setuju, masa kau masih akan menjual
mahal?" Sambil berseru ia segera menarik tangannya dan berialu dari situ,
dibelakang mereka menyusul Beng Gi Ciu, Chin sian kun dan
sekalian dayang. Berapa waktu kemudian, pesta perkawinan pun diselenggarakan
diperkampungan Hui im ceng dengan amat meriah .
Sejak itu Kho Beng hidup penuh kedamaian bersama kedua orang
istrinya. Dan sampai disini pula kisah cerita ini.
TAMAT.__ Peristiwa Merah Salju 11 Jangan Ganggu Aku Karya Wen Rui An Kisah Pedang Di Sungai Es 19
^