Pencarian

Kereta Berdarah 10

Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 10


berkata kepada pemuda itu. "Selama dua puluh tahun ini baru
pertama kali perkumpulan Tiang-gong-pang menemui musuh
lihay, terus terang aku beritahukan kepadamu, bahwa tiga
puluh enam orang anak murid Tiang-gong-pang yang dikirim
di sekitar lima puluh li dari tempat ini tak seorangpun yang
kembali untuk memberi kabar, diantara mereka masih ada
empat orang Touw^cu serta dua orang pelindung hukum yang
memasuki tanah terlarang itu, bagaimana nasib mereka?"
Mendengar perkataan itu Koan Ing merasa hatinya
tergetar, dia tidak menyangka kalau situasi pada saat ini amat
jelek, jika ditinjau dari hal inijelas menunjukkan kalau
kekuatan dari lembah Chiet Han Ku benar-benar amat
mengerikan sekali. "Empek Sang, bagaimana kalau aku yang berangkat?"
ujarnya kemudian setelah termenung sebentar.
Dengan perlahan Sang Su-im menggelengkan kepalanya.
"Kau tidak perlu menempuh bahaya dengan berbuat
begitu," katanya sambil tertawa. "Kitapun tidak tahu
bagaimana keadaan paman Cha sekalian, dengan kepandaian
mereka yang begitu tinggi ternyata tak ada kabar berita juga
tentang hal ini benar-benar membuat hatiku merasa amat
kuatir" Dengan termangu-mangu Koan Ing duduk ter menung, dia
tahu berita mengenai lembah Chiet Han Ku serta berita dari
Thian Siang Thaysu sekalian sudah tertutup, hal ini membuat
mereka seolah2 sama saja dengan meraba di tempat
kegelapan. Selagi dia termangu-mangu itulah mendadak....
"Plaak.... " sebuah anak panah berapi meledak di tengah
udara. Air muka Sang Su-im segera berubah hebat.
"Di depan ada tanda bahaya, kalian menyusul saja dari
belakang!" serunya kemudian dengan tergesa-gesa .
Sehabis berkata tubuhnyapun berkelebat dan menubruk ke
arah dimana berasalnya anak panah berapi itu,
Koan Ing jadi melengah dengan cepat dia menarik tangan
Sang Siauw-tan dan berkelebat pula ke arah depan.
"Buat apa kau begitu cemas?" terdengar Sang Siauw-tan
tertawa ringan. "Suara ledakan itu tidak menunjukkan urusan
apa-apa tetapi ledakan itu terdengar sejak kita di
gunung Kun-lun san ini, hal itu berarti juga kalau orangorang
dari lembah Coiet Han Ku sudah ada yang bercampur
kemari." Koan Ing segera menarik napas panjang dia menyapu
sekejap keadaan di sekeliling tempat itu, jika ditinjau dari
perkataan itujelas sebentar lagi mereka bakal bentrok dengan
orang-orang dari lembah Chiet Han Ku.
Setibanya dihadapan Hoo Lieh sekalian mereka berdua
mendadak tidak menemukan Sang Su-im ada disana, dalam
hati mereka berdua jadi amat kaget.
"Dimana ayahku?" terdengar gadis itu bertanya dengan
suara cemas. "Pangcu dia orang tua sudah berangkat ke daIam lembah
Chiet Han Ku, dia meninggalkan pesan wanti2 agar kalian
berhati-hati. setelah ini setiap satujam penjagaan harus
dimajukan sepuluh li ke depan.
Koan Ing benar-benar merasa hatinya tergetar, tampaklah
di atas tanah menggeletak dua sosok mayat yang pada bagian
lehernya sudah dicengkeram hancur, kelihatannya kedua
orang itu mati terkena cakar macan tutul tadi.
"Engkoh Ing ayoh kita cepat mengejar ayah" seru Sang
Siauw-tan kemudian kepada diri Koan Ing.
Agaknya Koan Ingpun mempunyai maksud begitu, kepada
Hoo Lieh lantas pesannya, "Paman Hoo kami akan ikut
mengejar ke atas, tempat ini aku serahkan semua kepada
paman Hoo." Sehabis berkata mereka berduapun segera bergerak dan
berkelebat ke arah depan.
Beberapa saat kemudian mendadak Sang Siauw-tan
menarik tangan Koan Ing ke belakang.
Koan Ing jadi kaget dan menoleh, sebentar kemudian
hatinya jadi berdesir, kiranya diantara pepohonan yang
rindang itu tampak sepasang mata berwarna hijau dengan
tajamnya sedang memperhatikan mereka,
Kiranya dari pihak lembah Chiet Han Ku telah
menggunakan macan tutul untuk menjaga gunung, tidak aneh
kalau pihak perkumpulan Tiang-gong-pang mengalami
kerugian besar, Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak terasa bau
amis yang disertai sambaran angin tajam menubruk dari
belakang tubuhnya, terburu-buru dia menarik Sang Siauw-tan
ke depan sedang pedang Kiem-hong-kiamnya dicabut keluar
dari sarungnya, Diantara berkelebatnya cahaya emas,
pedangnya sudah meluncur ke depan.
Macan kumbang itu dengan cepat dan gesitnya bersalto di
tengah udara lalu menubruk
ke dalam hutan. Dengan termangu-mangu pemuda itu memandang ke atas
pedangnya yang masih dibasahi darah, dia tahu macan itu
tentu pernah memperoleh latihan kalau tidak serangannya
tidak bakal bisa dihindari sehingga dapat berhasil melarikan
diri dengan hanya membawa luka
"Engkoh Ing macan yang lain juga melarikan diri." tiba-tiba
seru Sang Siauw-tan dari samping.
Sinar mata Koan Ing dengan cepat berkelebat menyapu
sekejap ke sekeliling tempat itu, ternyata sedikitpun tidak
salah sepasang mata berwarna hijau yang terlihat tadi kini
telah lenyap. Dia lantas termenung diam.
"Siauw-tan perduli dia mempunyai sarang macan atau
telaga naga, mari kita terjang ke dalam," ajaknya.
Sang Siauw-tan tersenyum, teringat akan selat Hwee Im
Shia mereka berani terjang apalagi lembah Chiet Han Ku ini".
Kembali mereka berdua melanjutkan perjalanannya ke
depan, mendadak dari dalam hutan meloncat keluar seekor
macan tutul yang kemudian lari keluar hutan.
Koan Ing yang melihat macan itu bukannya lari ke dalam
hutan sebaliknya malah meloncat keluar, dalam hati lantas
tahu kalau inilah siasat untuk memancing musuhnya.
Sedikitpun tidak salah, tampaklah macan tutul itu setelah
keluar dari hutan lantas berhenti padajarak lima kaki dari
mereka berdua dan menoleh ke belakang sambil mengaum
keras. Melihat kejadian itu Sang Siauw-tan segera mendengus
dingin "Macan tutul ini sungguh menakutkan sekali!" serunya.
Dengan pandangan halus pemuda itu menyapu sekejap ke
arah binatang itu, dia tahu orang-orang lembah Chiet Han Ku
tentunya sengaja mengeluarkan binatang.^ itu untuk
menjebak para jago, jelas kalau rencana mereka sudah
disusun amat rapi sekali.
"Benar agaknya binatang itu hendak memancing kita
menuju ke suatu tempat tertentu." katanya perlahan.
Dengan pandangan ragu-ragu kembali Sang Siauw-tan
memandang ke arah depan, mendadak dia menjerit,
"Aaaah.... di atas badannya membawa anak panah berapi,
bagaimana kalau kita kejar ke depan untuk melihat apa yang
sudah terjadi?" Koan Ing ragu-ragu sejenak.
"Ada kemungkinan ayahmu sudah masuk" katanya.
Sang Siauw-tan kaget kinijejak ayahnya sudah tak
kedengaran lagi, bagaimana kalau misalnya dia orang tua
kena tertipu dan masuk dalam jebakannya"
Tangan kanannya dengan cepat mengayun ke depan, dua
batang anak panah berapi warna merah dan hijau dengan
cepat disambitkan ke tengah udara.
"Blaamm.... blamm.... " suara yang amat nyaring segera
menggetarkan seluruh udara.
"Mari kita pergi," ajaknya kemudian. "Biarlah paman Hoo
sekalian yang menghadapi dirinya, mereka berjumlah sangat
banyak." Dengan cepatnya mereka berdua berkelebat masuk ke
dalam hutan. Pada waktu itulah mendadak terdengar suara petir yang
menyambar, agaknya hari akan hujan.
Melihat kejadian itu Koan Ing jadi panik, dia mengetahui
bahwa anak panah berapi akan musnah bila mana kena air
hujan, dengan adanya kejadian ini maka bagi perkumpulan
Tiang-gong-pang akan menemui kesulitan di dalam
mengadakan hubungan. Sedang dia berpikir sampai di situ mendadak terasalah
hujan sebesar kedelai mulai turun dengan amat derasnya
Dengan cepat pemuda itu menyambar tangan Sang Siauwtan
dan berkelebat masuk ke dalam sebuah gua.
Waktu itu mereka sudah keburu basah oleh hujan yang
turun dengan derasnya, melihat rambut yang basah kuyup
dari sang gadis, Koan Ing jadi merasa iba hati.
"Siauw-tan, apa kau kedinginan?" tanyanya halus. Sang
Siauw-tan tersenyum dan gelengkan kepalanya.
Dengan terburu-buru Koan Ing lantas mengumpulkan
ranting kering yang banyak tersebar di sana untuk membuat
api unggun, sedang mereka berduapun duduk disampingnya
untuk menghangatkan badan.
Hujan turun semakin deras seperti ditumpahkan dari langit
saja membuat hawapunjadi bertambah dingin.
"Siauw-tan, bagaimana keadaan ayahmu, saat ini?" tanya
Koan Ing tiba-tiba setelah termenung sebentar.
"Dengan kepandaian silat yang dimiliki Tia, aku rasa kau
tidak usah menaruh rasa kuatir lagi."jawab gadis itu sambil
tersenyum. Koan Ing lantas tersenyum dan tidak berbicara
lagi. Mendadak dia meloncat bangun dan menoleh ke arah
depan dengan sikap siap sedia.
Tampaklah sesosok bayangan putih dengan cepatnya
berkelebat masuk ke dalam gua, hanya gerakan serta
tindakannya sempoyongan tidak genah.
Sewaktu dapat melihat siapakah orang itu mereka semakin
terkejut lagi, karena orang itu bukan lain adalah anak murid
dari Sin Hong Soat-nie. Cing It Nikouw. "Suci, kau kenapa?"
tanyanya dengan terkejut sambil membimbing badannya.
Wajah Cing it nikouw pucat pasi bagaikan mayat, tubuhnya
yang putih kini sudah berlepotan darah, tangan kanannya
memegang pedang sedang keadaannya sungguh
mengenaskan, jelas baru saja bertempur sengit dengan orang
lain. Tubuhnya dengan sempoyongan nyeruduk ke depan dan
akhirnyajatuh di dalam pelukan Koan Ing.
Sang Siauw-tan sendiri juga kaget, dengan cepat dia
bangun dan meloncat ke depan.
Bagaimana mungkin Cing It nikouw bisa turun dari puncak
Su Li Hong" Bahkan seluruh tubuhnya berlepotan darah
Cing It nikouw yang tubuhnya kena dipegang oleh Koan
Ing agaknya dia merasa amat terkejut, tetapi setelah
dilihatnya orang itu bukan lain adalah Koan Ing dia baru
menghembuskan napas lega.
"Kau?" Baru saja berbicara sampai di situ tenaganya sudah habis,
sedang pedang yang ada di tangannya terjatuh ke atas tanah
dan dia sendiri jatuh tidak sadarkan diri di dalam pelukan Koan
Ing. Dengan cepat Koan Ing serahkan badan Cing It nikouw ke
arah Sang Siauw-tan lalu memungut pedangnya dan
membawa tubuhnya ke samping api unggun. Sang Siauw-tan
memandang sejenak ke arah Cing It nikouw kemudian baru
ujarnya, "Aah,., cuma terluka ringan saja, tenaganya sudah
dikuras habis, agaknya baru saja dia bergebrak seru melawan
orang", Dengan perlahan Koan Ing mengangguk dan menoleh ke
belakang Sang Siauw-tan pun lantas memeriksa keadaan luka dari
Cing It Nikouw, membubuhi obat dan membalutnya.
Hujan turun semakin kecil sedang Cing It Nikouw pun
masih jatuh tidak sadarkan diri
membuat Koan Ing serta Sang Siauw-tan terpaksa berdiam
diri tidak bercakap2. Lama sekali tampaklah dengan perlahan
Cing It Nikouw membuat matanya kembali.
Pandangan pertama yang terlihat olehnya adalah Koan Ing
yang ada di hadapannya, lama sekali dia memandang ke
arahnya, kemudian baru duduk.
"Suci. kau beristirahatlah dulu," cegah Sang Siauw-tan
dengan cepat. Cing It Nikouw menoleh dan memandang sekejap ke arah
Sang Siauw-tan lalu merangkap tangannya memberi hormat.
"Terima kasih sumoay serta Koan Siauwhiap yang suka
menolong jiwa pinnie," ujarnya. Sang Siauw-tan segera
tersenyum. "Suci bagaimana kau bisa sampai di sini?" tanyanya,
"Sebenarnya sudah terjadi urusan apa" Suhu dia orang tua
apakah juga ikut mendatangi gunung Kun lun san ini?" Cing It
Nikouw termenung sebentar akhirnya dia menghela napas
panjang, "Hei.... aku kena dikejar macan tutul yang dilepaskan
orang-orang lembah Chiet Han Ku."
Sehabis berkata dia lantas memejamkan matanya untuk
mengatur pernapasan. Diam-diam Koan Ing merasa amat terperanjat, tidak
disangka sama sekali sebelum orang-orang lembah Chiet Han
Ku munculkan dirinya dia sudah menemui cedera seperti ini,
lalu bagaimana hebatnya orang-orang dari lembah tersebut"
Sebaliknya Sang Siauw-tan sama sekali tidak memikirkan
hal itu, dia berpikir bagaimana mungkin Cing It Nikouw bisa
sampai di situ sedang puncak Su Li Hong tidak mungkin bisa
dituruni seenaknya. Apalagi Cing It Nikouw adalah murid tertua dari
ciangbunjiennya, bilamana dia orang
tidak menerima perintah bagaimana mungkin bisa turun
gunung" Apa mungkin dikarenakan Koan Ing"
Dia memandang ke arah Koan Ing yang waktu itu sedang
memandang ke arah Cing It Nikouw dengan termangu-mangu,
Setelah itu sinar matanya dialihkan ke atas tubuh Cing It
Nikouw,

Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tampaklah olehnya walaupun Cing It nikouw merupakan
seorang nikouw tapi tidak malu dia menjadi murid tertua dari
Sin Hong Soat-nie, tubuhnya amat halus dan lembut melebihi
dirinya, Berpikir akan hal itu hatinya jadi tergetar amat keras,
bilamana Cing It nikouw benar-benarjatuh cinta kepada
engkoh Ingnya, lalu dia harus berbuat bagaimana?"
Koan Ing sama sekali tidak berpikir sampai di situ, dia
hanya memandang ke arah luar gua dan ujarnya dengan
perlahan, "Siauw-tan hari sudah terang"
Mendengar perkataan tersebut Cing It nikouw mendadak
membuka matanya dan memandang ke atas wajah Koan Ing
yang lagi memandang ke depan gua itu.
Waktu ini sinar api unggun sudah padam, sedang cahaya
sang surya pun sudah menyorot masuk ke dalam gua, dengan
termangu-mangu nikouw itu memandang ke arah pemuda
tersebut sedang pipinya memerah dadu.
Sang Siauw-tan yang selama ini terus menerus mengawasi
gerak-gerik nikouw itu dalam hati segera merasa terperanjat.
"Aaah.... kiranya begitu!" serunya kemudian di dalam hati.
Mendadak Cing It nikouw memejamkan matanya kembali
dan termenung berpikir sebentar.
"Heei.... hari sudah terang, akupun harus pergi," ujarnya
kemudian sambil angkat kepalanya.
Selesai berkata dengan perlahan dia bangun berdiri,
"Suci lukamu belum sembuh bagaimana boleh pergi?" seru
Koan Ing melengak, diapun ikut bangun berdiri," Apakah
suhumu juga ikut datang kemari" Bilamana su ci tak ada
urusan penting bagaimana kalau berangkat bersama-sama
kita?" Sang Siauw-tan pun ikut bangun berdiri diam-diam dia
merasa amat cemas, bilamana Koan Ing terus menerus
hendak menahan Cing It nikouw dan semisalnya nikouw itu
benar-benar berangkat bersama-sama mereka apa yang akan
terjadi?" Tetapi kini Cing It nikouw berada di dalam keadaan terluka,
di dalam aturan dan cengli memang seharusnya Koan Ing
menahan dirinya, sedang diapun tidak ada alasan untuk
melarang pemuda itu menahan nikouw tersebut untuk
berangkat bersama-sama, Dengan perlahan Cing It nikouw menundukkan kepala dan
melirik sekejap ke arah Sang
Siauw-tan, "Aku masih ada urusan," katanya. "Apa lagi kalianpun
masih ada urusan yang harus diselesaikan, luka yang pinie
derita amat ringan juga kesempatan buat kita untuk
bertempur masih banyak, lebih baik aku berangkat dulu"
Koan Ing yang baru untuk kedua kalinya bertemu dengan
Cing It nikouw, saat ini melihat dia orang dengan kukuh mau
pergi, dia pun tidak berani menahan lebih lama lagi. "Kalau
begitu harap suci suka baik-baik berjaga diri," ujarnya
kemudian sambil tertawa. "Sute, sumoay, selamat tinggal" seru Cing It nikouw pula
sambil merangkap tangannya memberi hormat.
Sehabis berkata dia lantas putar tubuh dan berlalu dari
sana. Ooo)*(ooO Bab 33 SANG SIAUW-TAN yang melihat Cing It nikouw akhirnya
pergi juga diam-diam dia menghela napas panjang. "Eeei Siauw-tan, kau lagi pikirkan apa?" tiba-tiba terdengar
Koan Ing menegur. "Oooow tidak mengapa hari sudah siang, kitapun tak usah
beristirahat lagi, mari kita berangkat" seru gadis itu buru-buru.
Koan Ing mengangguk dan berjalan ke luar dari gua.
Pada saat itulah mendadak di hadapan mereka kembali
berkelebat datang seseorang dalam keadaan sempoyongan,
keadaannya amat mengenaskan,
Koan Ing yang melihat munculnya seorang dalam hati
benar-benar merasa amat terperanjat, bukankah orang itu
adalah Ciu Tong" Seluruh tubuh si iblis sakti dari lautan Timur ini sudah
berlepotan darah, tangannya mencekal tongkatnya erat-erat
sedang keadaannya amat menyedihkan sekali, kegagahannya
tempo hari sama sekali musnah tak berbekas,
Ketika Ciu Tong tiba dihadapan mereka berdua napasnya
semakin memburu, "Sang Su-im ada dimana?" tanyanya terengah2 sambil
mempertahankan tubuhnya dengan tongkat,
Koan Ing yang melihat keadaannya amat menyedihkan itu
terburu-buru maju membimbing,
Empek Sang ada di depan, loocianpwee, kau kenapa?"
serunya. "Kami terkurung didalam.... lembah.... lembah Chiet Han
Ku." Akhirnya dia tak kuat mempertahankan diri lagi dan jatuh
tak sadarkan diri. Jilid 14 KOAN ING merasa amat terkejut sekali, tak disangka
olehnya dengan kepandaian silat yang begitu tinggi dari Cha
Can Hong, Ciu Tong, Thian Siang Thaysu serta Yuan Si
Tootiang sekalian kini bisa terkurung di dalam lembah
tersebut, bahkan saat ini Ciu Tong sendiripun sudah menderita
luka. Jadi yang dimaksudkan oleh surat berdarah yang dibawa
burung merpati itu menunjukkan Ciu Tong sekalian yang
terkurung Dengan cepat dia mencekal tangan iblis tua dari lautan
Timur ini untuk diperiksa denyutanjantungnya amat lemah,
jelas kalau dia kini sudah menderita luka dalam yang amat
parah. Pemuda itu tidak habis berpikir siapakah orang yang
memiliki tenaga dalam yang sedemikian tinggi bisa melukai
Ciu Tong yang memiliki kepandaian tenaga iblis mayat
membusuk sehingga demikian parahnya.
Koan Ing pun segera membantu Ciu Tong masuk ke dalam
gua, walaupun diantara mereka berdua boleh dihitung
merupakan musuh bebuyutan tapi keadaan pada saat ini sama
sekali berbeda, dia harus menolong Ciu Tong karena dialah
satu-satunya orang yang berhasil menerjang keluar dari
lembah Chiet Han Ku dan dia pula satunya manusia yang
mengetahui apa yang terjadi
Setelah membimbing Ciu Tong masuk pemuda itu kembali
memeriksa keadaan di sekeliling tempat itu untuk memeriksa adakah orang-orang
dari lembah Chiet Han Ku yang menguntit datang
Setelah dirasanya keadaan pemuda itu baru membuka
pakaian sebelah atas dari sang iblis tua untuk diperiksa,
Mendadak.... "Aach" teriak Koan Ing dengan kagetnya.
Di atas gunung Ciu Tong terteralah sebuah bekas telapak
tangan berwarna merah darah, berkilat laksana membaranya
seonggokan api unggun. Diam-diam dia mulai menghembuskan napas panjang,
dalam hati Koan Ing tahu bilamana bukannya Ciu Tong
memiliki ilmu mayat membusuk yang melindungi badannya
mungkin pada saat ini dia tak mungkin berhasil meloloskan diri
dari serangan tersebut. "Siauw-tan!" serunya kemudian kepada gadis itu setelah
termenung berpikir sebentar. "Coba kau buatkan api unggun,
aku mau bantu dirinya untuk menyembuhkan luka yang
diderita." Mendengar perkataan tersebut, Sang Siauw-tan jadi
melengak, membantu Ciu Tong untuk menyembuhkan
lukanya" Tapi dia tidak mau membantah, api unggun segera
disiapkan. Perlahan-lahan Koan Ing memejamkan matanya, mulai
berpikir, Jien Wong pernah memberi pelajaran yang amat
banyak sekali cara-cara untuk menyembuhkan luka, dia
percaya luka yang diderita Ciu Tong waktu ini bisa
disembuhkan olehnya dengan mudah apalagi kepandaian
silatnya pada saat ini sudah memperoleh kemajuan yang....
Mendadak dia membuka matanya kembaIi dan membuka
seluruh pakaian yang dikenakan
si iblis tua dari lautan Timur itu,
Tangan kanan mulai disentilkan melancarkan segulung
angin serangan dimana terdapat luka pukulan kemudian baru
bangun dan berjalan ke samping api unggun, kesepuluh jari
tangannya dengan tiada hentinya disentilkan menotok seratus
delapan buah jalan darah yang ada dibagian tubuh bagian
atas, sedang Koan Ing sendiri semakin berjalan semakin
cepat, tubuhnya pun mulai gemetar,
Sang Siauw-tan yang tadi melengos tak tertahan menoleh
juga pada saat ini, melihat cara Koan Ing menyembuhkan luka
ini hatinya jadi amat terperanjat,
"Bukankah cara menyembuhkan luka ini menggunakan ilmu
Kioe Yang Si Meh yang amat lihay?" pikirnya dihati.
Dari ayahnya Sang Su-im gadis itu pernah mendengar cara
menyembuhkan luka dengan ilmu tersebut, cuma ayahnya
tidak bisa tidak disangka Koan Ing ternyata memahami benarbenar
bahkan kelihatannya begitu sempurna, hal ini sungguh
berada di-luar dugaan. Beberapa saat lamanya pemuda itu baru duduk kembali, air
mukanya dengan perlahan sudah pulih seperti sedia kala
sedang dari mulutnya menghembuskan napas panjang.
Cara menyembuhkan luka dengan menggunakan ilmu "Kioe
Yang Si Meh" ini tergantung pada mengerahkan hawa murni
yang lihay untuk disalurkan ke dalam tubuh orang yang
terluka, kini pemuda itupun merasa amat lelah sekali.
Setelah beristirahat sejenak, kesegaran badannya baru
pulih kembali, dia lantas bantu Ciu Tong memakai pakaiannya
kembali dan tersenyum. Waktu itulah Ciu Tong pun sudah
sadar kembali dari pingsannya .
"Ciu Tong I sekarang kau sudah sembuh, tetapi harus
beristirahat dulu beberapa saat" katanya tersenyum,
Dengan pandangan melongo si iblis dari lautan Timur itu
memperhatikan pemuda tersebut lama sekali, hampir-hampir
dia tidak percaya kalau Koan Ing Iah yang sudah
menyembuhkan lukanya. Jangan bicarakan soal permusuhan antara mereka, cukup
dengan kepandaian yang dia miliki seharusnya tidak mungkin
bisa menyembuhkan luka yang dideritanya dengan cara ini,
dia tidak mungkin memiliki tenaga dalam yang begitu
sempurna. Dia memandang sekejap ke arah Koan Ing lalu
menghela napas panjang. "Heeei.... Yuan Si Tootiang lenyap tak berbekas, aku serta
Cha Can Hong masih ada lagi sihweesto tua kena dikepung
oleh delapan orang manusia berkerudung yang amat lihay"
ujarnya perlahan. "Hweesio-hweesio cilik sudah ada puluhan
orang yang binasa, kita terdesak lalu mengundurkan diri ke
dalam gua. siapa tahu disana kita terkurung, putraku serta
muridku pada mati semua dalam keadaan yang sangat
mengerikan." Mendengar perkataan itu baik Koan Ing maupun Sang
Siauw-tanjadi amat terperanjat, Yuan Si Tootiang lenyap" Di
dalam hal ini pasti tersembunyi satu persoalan yang amat
besar- Biasanya cukup salah seorang saja dari antara tiga manusia
genah empat manusia aneh munculkan diri di dalam dunia
kangouw sudah cukup menggetarkan setiap orang, kini
mereka bertiga ditambah dengan Suto Beng Cu, Hud Ing
hweesio itu jagoan nomor wahid di Tibet serta Thian Liong
Thaysu jagoan nomor wahid di daerah Loo Han Tong kini pada
terkurung semuanya. Kembali Ciu Tong tertawa pahit.
"Aku sendiripun sebetulnya tidak percaya tetapi buktinya
memang demikian, tindakan
mereka benar-benar amat buas, setelah kami terkurung
mereka mulai menyerang dengan menggunakan api, untung
sekali di atas gua tersebut ada sebuah lubang kecil sehingga
menyerang dengan menggunakan api tidak mendatangkan
hasil, dan mereka pun tidak berani menyerbu ke dalam gua,
karena itu terpaksa pada mengurung dan mengepung
sekeliling tempat tersebut."
Koan Ing jadi melengak, dia tidak mengira kalau kekuatan
dari lembah Chiet Han Ku jauh berada diluar dugaannya, di
dalam lembah itu ternyata terdapat begitu banyak jagoan
berkepandaian aneh. Berpikir akan hal itu hatinya jadi bergidik, cara pemikiran
terhadap pihak musuhpun jadi berubah kembali,
Tampak Ciu Tong kembali mengerutkan alisnya rapat-.
"Tetapi kami tahu Sang Su-im bakal menyerang datang,
menggunakan kesempatan sewaktu kemarin malam hujan
deras aku menerjang keluar dari gua tersebut, siapa sangka
punggungku kena dihajar oleh mereka."
Koan Ing mengerti Ciu Tong yang namanya ada di dalam
deretan empat manusia aneh selama dua puluh tahun ini tak
seorangpun yang berani memandang rendah dirinya, siapa
sangka ini hari dirinya kena di hajar satu kali sewaktu
bergebrak dengan orang hal ini benar-benar merupakan suatu
peristiwa yang amat memalukan dirinya,
Mendadak Ciu Tong tertawa, ujarnya lagi, "Tetapi diapun
tidak bisa memperoleh keuntungan yang banyak, sewaktu aku
balik tangan tongkatku berhasil pula menghajar dirinya,
dengan begitu keadaan kitapun seimbang" Koan Ing cuma
tersenyum saja, dia tidak berbicara,
"Heei.... bilamana aku tidak terluka sedang Yuan Si
Tootiang yang pergi mengejar musuh sudah kembali, maka
situasi ki ta pada waktu itu akan berubah" ujar si iblis tua itu
lagi sambil menghela napas panjang. "Sekalipun lembah Chiet
Han Ku merupakan daerah terlarang tetapi aku pun masih bisa
keluar dari sana dalam keadaan segar bugar."
"Apakah paman Cha sekalian kini berada dalam keadaan
baik-baik, saja?" tanya Koan Ing kemudian sambil
mengerutkan alisnya, "Kini mereka masih terkurung, untuk sesaat tak berhasil
meloloskan diri dari kepungan, tetapi diantara kedelapan
orang berkerudung itupun tak seorangpun yang meninggalkan
tempat tersebut, aku takut lama kelamaan mereka akanjadi


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lelah sendiri dan tidak kuat."
Koan Ing termenung sebentar, dia merasa Sang Su-im yang
masuk ke dalam lembah Chiet Han Ku tentu akan terhadang
disuatu tempat, sesampainya di dalam gua itupun ada
kemungkinan sekalian kena terkurung.
Berpikir akan hal itu hatinya jadi kuatir, tak terasa lagi dia
lantas bangun berdiri. "Cianpwee kau beristirahatlah dulu
disini, aku serta dia akan masuk dulu ke dalam lembah."
Dengan termangu-mangu Ciu Tong memandang wajah
pemuda itu, dia tidak percaya kalau Koan
Ing suka menolong dirinya,
Sikap yang begitu hormat dari Koan Ing serta tindakannya
yang suka menolong dirinya membuat Ciu Tong merasa
terharu, dalam hati dia amat berterima kasih sekali kepada
dirinya, "Heei.... kita datang bersama-sama dari daerah Tionggoan
apalagi akupun angkat nama bersama^ supeknya, kenapa kita
harus saling bergebrak sendiri" Bukankah tindakan yang salah
ini hanya mendatangkan keuntungan bagi lembah Chiet Han
Ku?" pikir si iblis tua itu diam-diam,
Kini melihat pemuda itu hendak berlalu diapun lantas
mengangguk, "Kalian berhati-hatilah, akupun akan berusaha
berangkat kesana secepat mungkin."
Setelah menjura memberi hormat dengan menarik tangan
Sang Siauw-tan mereka berlari keluar gua.
Dengan termangu-mangu Ciu Tong memperhatikan
bayangan punggung dari kedua orang itu, pikirnya kembali,
"Heei.... kini aku tidak boleh memisahkan kedua orang muda
mudi itu lagi, setiap urusan sudah diatur oleh Thian, bilamana
aku paksakan diri juga, maka seperti kejadian ini hendak
mencelakai orang malahan mencelakai diri sendiri."
Koan Ing dengan menggandeng tangan Sang Siauw-tan
dengan cepatnya lari menuju ke dalam lembah Chiet Han Ku.
Terhadap lenyapnya Yuan Si Tootiang secara mendadak
dalam hati dia merasa tidak paham, lenyap karena mengejar
musuh" Atau mungkin sejak semula dia sudah punya rencana
untuk memancing para jago Bu-lim ini masuk ke dalam
daerah terlarang itu",
Atau mungkin pula dia mempunyai sangkut paut dengan
rencana busuk yang diatur kali ini"
Berpikir sampai disitu Koan Ing merasakan hatinya
bergetar, dapatkah Yuan Si Tootiang bersekongkol dengan
pihak lembah Chitt Han Ku" Tetapi hal itu tidak mungkin bisa
terjadi, karena dengan nama baik serta kecemerlangan dari
partai Bu-long tidak mungkin dia orang sudi berbuat demikian.
Tubuh mereka berdua dengan amat cepatnya berkelebat
menuju kelembah Chiet Han Ku tanpa bertemu dengan
rintangan apapun. Waktu itu hari sudah amat siang, tetapi cuaca amat buruk
dan diliputi oleh awan gelap, agaknya hujan kembali akan
turun. Dengan cepatnya mereka berdua sudah tiba dimulut
lembah Chiet Han Ku yang merupakan dua buah batuan besar
yang tajam, di atas sebuah batu yang tajam terukirlah Chiet
Han Ku tiga tulisan besar, selain itu apapun tidak kelihatan.
Mereka berdiam diri beberapa saat lamanya diluar lembah
tersebut, setelah itu kembali tubuhnya bergerak menubruk ke
dalam lembah. Lembah itu amat luas sekali laksana tak ada ujung
pangkalnya, sekeliling tempat itu dikurung dengan gunung
yang tinggi, bentuknya mirip sekali dengan sebuah ember.
Dengan ragu-ragu Koan Ing memeriksa sejenak keadaan di
sekeliling tempat itu, sewaktu dilihatnya di depan tampak
sebuah hutan, mereka berduapun lantas melanjutkan
perjalanannya menuju ke arah sana.
Siapa tahu baru saja tubuh mereka masuk ke dalam hutan,
mendadak terdengarlah suara yang aneh berkumandang
keluar. Buru-buru pemuda itu putar tubuhnya, tampaklah di atas
sebuah tanah lapang sedang terjadi suatu pertempuran yang
amat sengit antara seseorang dengan puluhan orang
berkerudung. Orang yang menyekal pedang itu bukan lain adalah Cing It
nikouw sedang kesepuluh orang manusia berkerudung itu masing-masing sedang
mengayunkan sebuah jala berwarna merah yang
luasnya beberapa kaki sedang mengurung dirinya.
Melihat kejadian itu Koan Ing jadi amat terperanjat dia
tidak menyangka kalau Cing It nikouw kembali menerjang
masuk ke dalam lembah tersebut.
Waktu itulah kesepuluh buah jaring berwarna merah itu
telah disebarkan ke atas mengurung seluruh tubuh nikouw muda itu, sedang pada
wajah Cing It nikouw penuh diliputi
oleh kegelisahan. Maka dengan amat gusarnya Koan Ing bersuit panjang,
tubuhnya bagaikan kilat meluncur kedepm menerjang ke arah
sepuluh orang itu. Pedang Kiem-hong-kiamnya dengan membentuk cahaya
keemas-emasan membentuk gerakan setengah busur
membabat ke arah mereka dengan ganasnya. inilah jurus
"Noe Ci Sin Kiam" dari ilmu pedang "Thian-yu Khei Kiam".
Kesepuluh jaring warna merah yang berhasil mementalkan
pedang Cing It nikouw sewaktu melihat datangnya serangan
dari pemuda itu dengan cepat ditarik untuk menangkis
datangnya babatan itu. Sinar mata Koan Ing berkelebat tajam, dia tidak ingin Cing
It nikouw yang baru saja sembuh dari lukanya kini kembali terluka, maka pedangnya
disentakkan ke depan bermaksud membabat putus jaringan
merah itu. Tetapi baru saja pedangnya terbentur denganjaring itu
pedang kiem-hong-kiamnya sudah kena digulung, hatinya jadi berdesir apalagi waktu
itu ada dua buah jaringan merah
kembali mengurung ke bawah dari sebelah kiri serta
sebelah kanan. Di tengah suara suitan yang amat keras ujung pedang
Kiem-hong-kiam memancarkan cahaya yang berkilauan, dua
buah jaring berwarna merah itu sudah kena dibabat putus
sedang tubuhnyapun dengan mengambil kesempatan itu
menerjang ke tengah udara.
Cing It nikouw yang kehilangan pedangnya melihat kembali
ada sebuah jaring berwarna merah mengurung ke atas
tubuhnya, terburu-buru dia menyingkir kesamping.
Tubuh Koan Ing yang ada di tengah udara segera berputar
setengah lingkaran, baru saja dia bermaksud turun tangan
menolong Cing It mendadak tampaklah olehnya dua orang
yang mendesak ke arah Sang Siauw-tan, hatinya jadi
terperanjat. "Siauw-tan hati-hati!" teriaknya keras.
Pada waktu itulah Cing It nikouw sudah mendengus berat,
tubuhnya kena diseret sejauh satu kaki oleh ujung jaringan
tersebut. Pemuda itu lantas merasa rada bergidik, baru pertama kali
ini dia menemui musuh yang melancarkan serangan dengan
menggunakan senjatajaring, untuk beberapa saat lamanya dia
jadi kebingungan apa yang harus dikerjakan.
"Serahkan nyawamu!" bentaknya kemudian sambil
berkelebat menerjang ke arah depan. Diantara suara bentakan
yang amat keras itulah pedangnya melancarkan satu serangan
dahsyat menghajar orang berkerudung yang lagi mendesak
ke arah Cing It nikouw. Orang berkerudung itu jadi terperanjat makajaring
merahnya ditarik untuk mengurung tubuh Koan Ing,
Pemuda itu segera mengerutkan alisnya, pedang
denganjaring segera bentrok menjadi satu sedang tubuhnya
dengan mengambil kesempatan itu meluncur ke bawah dan
menerjang keluar. Dimana pedang Kiem-hong-kiamnya berkelebat, orang
barkerudung itupun mendengus berat, pedangnya dengan
cepat berhasil menyayat dada orang itu, tapi dirinya pun kena
terkurung oleh jaring merah yang disebar oleh mereka itu.
Orang barkerudung lainnya melihat kejadian itu segera
pada membentak keras, tubuh mereka dengan cepat
menubruk. Koan Ing yang melihat tubuhnya terjerat sedang jaringjaring
lainnynpun sudah ditebarkan ke atas badannya dengan
gusar dia membentak^ Tubuhnya segera menggelinding ke arah luar sedang
pedang kiem-hong-kiamnya berturut-turut melancarkan
delapan serangan gencar membabat tubuh bagian bawah dari
orang-orang berkerudung itu, Munusia-sia berkerudung itupun terdesak menyingkir
kesamping, mengambil kesempatan itu tubuh Koan Ing
meluncur ke tengah udara, diantara berkelebatnya cahaya
pedang yang dipancarkan dari pedang kiem-hong-kiam jaringjaring
warna merah itu sudah kena dibabat putus semua,
Kembali tubuhnya dengan cepat berjumpalitan diteugah
udara, mendadak.... "Ah.... kemana perginya Sang Siauw-tan?" teriaknya kaget.
Begitu tubuhnya melayang turun ke atas tanah
pedangnyapun melancarkan serangan dengan menggunakan
jurus "Hay Thian It Sian" Tangannya yang sasu melancarkan
serangan menghalangi serangan-seranganjaring merah,
tangan yang lain menyambar tubuh Cing It nikouw yang jatuh
tidak sadarkan diri, diantara suitan yang amat nyaring
tubuhnya dengan cepat meluncur ke dalam hutan itu.
Sewaktu dilihatnya orang berkerudung itu tidak
melanjutkan pengejarannya dia pun mulai memperlambat
larinya. Hutan itu amat lebat dengan pepohonan yang tumbuh
merapat, selain itu apapun tak kelihatan lagi.
Hatinya mulai merasa cemas, kemana perginya Sang
Siauw-tan" Apakah dia orang kena ditawan"
Sambil menggendong tubuh Cing It pemuda itu lari terus ke
arah depan, tapi tak berhasiljuga menemukan gadis tersebut sedang dirinya
semakin masuk semakin berada jauh
di tengah hutan, Akhirnya sampailah dia orang di sebuah jeram yang amat
deras dengan pemandangan yang indah.
Koan Ing menghentikan larinya dan meletakkan lubuh Cing
It di atas batu, dia melihat wajah nikouw itu pucat pasi
bagaikan mayat. Sebetulnya dalam hati pemuda itu bermaksud untuk
memeriksa keadaan luka dari Cing It ini, tapi walaupun dia
adalah seorang beribadat tapi bagaimanapun juga dia tetap
seorang perempuan, buat dirinya agak tidak leluasa untuk membuka
pakaiannya untuk mengadakan pemeriksaan.
Akhirnya diajatuhkan diri duduk bersila dan memangku
tubuh Cing It di atas lututnya,
dia takut nikouw itu kedinginan tapi merasa kuatir pula
akan lukanya hal ini membuat
pemuda itu jadi kebingungan
Suara air terjun bergema memekikkan telinga....
Dengan termangu-mangu Koan Ing memperhatikan air
yang dengan derasnya mengalir ke bawah, dia mulai berpikir
kemana perginya Sang Siauw-tan" Bagaimana dia harus
berbuat terhadap Cing It yang ada di hadapannya.
Waktu itulah mendadak suara dengusan yang amat dingin
bargema dari belakang tubuhnya,
Pemuda itu jadi terperanjat, dia sama sekali tidak merasa
kalau ada orang yang sudah barada di belakang tubuhnya,
dengan cepat dia meloncat ke tengah udara sedang tangan
kanannya mencabut keluarpedang Kiem-hong-kiam yang
tersoren pada punggungnya.
Tetapi sebentar kemudian kembali dia jadi melengak
karena orang yang ada dibelakangnya pada saat ini adalah
seorang nikouw berjubah putih dengan wajah yang penuh
senyuman, orang itu bukan lain adalah Sin Hong Soat-nie
Cuma saja waktu ini wajah nikouw tua iiu anat keren dan
berwibawa, dengan dinginnya dia sedang memandang ke
arahnya. Koan Ing jadi amat terperanjat, selama ini dia belum
pernah melihat sikap yang begitu dingin dari Sin Hong Soatnie.
Setelah ragu-ragu sejenak akhirnya dia berkata, "Suthay,
muridmu.... " "Koan Ing" potong Sin Hong Soat-nie dengan suara dingin.
"Kau hendak bunuh diri atau menunggu aku yang turun
tangan?" "Apa" Aku tidak mengerti apa yang di maksud oleh suthay!"
seru pemuda itu dengan terperanjat.
Sin Hong Soat-nie segera tertawa dingin,
"Aku sudah melanggar peraturan dengan melepaskan kau
serta Siauw-tan turun gunung, tetapi kau sudah memikat hati
murid ku, bukan begitu saja bahkan luka yang kau derita kini
sudah sembuh, hal ini benar-benar berada diluar dugaanku",
Koan Ing jadi melengak, Sin Hong Soat-nie menuduh dia
telah memikat hati muridnya Cing It nikouw, hal ini mana
mungkin bisa terjadi"
Sewaktu dia lagi termangu-mangu itulah mendadak
terdengar Cing It mengeluh. Terburu-buru dia lantas
meletakkan tubuh nikouw muda itu ke atas tanah. "Suthay,
kau jangan salah paham."
Sewaktu dia lagi berbicara sampai disitu Cing It nikouw
sudah bangun, sewaktu dilihatnya Sin Hong Soat-nie ada
disana dia lantas memanggil, "Suhu!"
"Siapa yang jadi suhumu?" dengus nikouw tua itu dengan
dingin. Tubuhnya mendadak meloncat ke atas, pedang ditangan
kanannya dengan amat cepatnya melancarkan satu tutukan
menghajar leher Cing It nikouw.
Koan Ing yang melihat kejadian itu jadi amat terperanjat,
dia sama sekali tidak menyangka kalau Sin Hong Soat-nie bisa
melancarkan serangan menghajar tenggorokan dari Cing It
nikouw dia tahu Sin Hong Soat-nie tentu sudah menaruh salah
paham terhadap dirinya, nikouw tua itu pastilah sudah


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengira muridnya dengan dia orang sudah mengikat suatu
hubungan yang intim. "Suthay, tunggu dulu!" cegahnya dengan keras.
Diantara suara bentakan yang amat keras, pedang Kiemhong-
kiam ditangan kanannya sudah menangkis datangnya
serangan dari nikouw tua itu.
Sin Hong Soat-nie yang melihat Koan Ing berani turun
tangan menangkis serangannya dalam hati semakin gusar lagi.
"Bangsat! Kau berani?" bentaknya keras
Dengan gerakan yang tidak berubah pedang ditangan
kanannya segera membabat ke arah pergelangan tangan
pemuda itu, sedang tubuhnya sambil melayang ke atas
melancarkan tendangan dahsyat.
Tendangannya kali ini dilancarkan amat keras, bahkan
disertai dengan angin serangan
yang tajam, Koan Ing jadi terperanjat tubuhnya dengan cepat meloncat
ke atas udara sedang kaki kanannya melancarkan tendangan
pula menangkis datangnya tendangan dari nikouw itu.
Sin Hong Soat-nie sendiripun diam-diam merasa amat
terperanjat, dia yang melihat kecepatan gerak pemuda itu
sewaktu berubah serangan dalam hati sudan mengerti kalau
kepandaian silatnya kembali mendapatkan kemajuan pesat,
dia sama sekali tidak menyangka kalau kepandaian dari
pemuda itu bisa demikian lihaynya.
"Suhu.... " waktu itulah terdengar Cing It nikouw sudah
menjerit sambil menangis, tubuhnya dengan cepat menubruk
ke arah pedang dari suhunya.
Masing-masing pihak jadi amat terperanjat, diantara
berubahnya jurus serangan tampak darah segar muncrat
memenuhi permukaan tanah, sebelah lengan kanan dengan
cepatnya kena dibabat putus dan mencelat setinggi satu kaki.
Sedang badan Cing It nikouw sendiri sudah rubuh tak
sadarkan diri di tengah ceceran
darah. Melihat kejadian ini Koan Ing jadi terperanjat, jari tangan
kirinya buru-buru menyentilkan ke depan lima gulung angin
serangan menotok jalan darah dari nikouw muda itu untuk
menghentikan mengalirnya darah,
Sin Hong Soat-nie sendiri merasa terkejut bercampur gusar,
tadi dia sudah merasa gusar karena campur tangan Koan Ing
di dalam tindakannya untuk menghukum Cing It, kini melihat
muridnya kehilangan satu lengan di bawah serangan
pedangnya sendiri hatinya merasa semakin gusar.
Tubuhnya dengan cepat berkelebat, pedangnya dengan
amat cepat melancarkan serangan dahsyat menghajar diri
pemuda tersebut. Koan Ing dengan satu tangan menjepit Cing It nikouw,
pedang Kiem-hong-kiamnya berturut-turut berkelebat
menangkisi setiap serangan yang ditujukan kepadanya.
Pertempuran yang terjadi kali ini sama sekali berbeda
dengan suasana pertempuran di atas puncak Su Li Hong, kali
ini Sin Hong Soat-nie sudah berada dalam keadaan amat
gusar sekali, pedangnya menyerang dengan cepat bagaikan
kilat, serangannya benar-benar amat mengejutkan sekali,
Bagaimanapun juga tenaga dalam Koan Ing masih
ketinggalanjika dibandingkan dengan nikouw itu, belum
sempat dia punahkan serangan pertama, Sin Hong Soat-nie
sudah merubah jurusnya kembali, matanya cuma merasa sinar
keperak2an berkelebat tiada hentinya membuat dia terkurung
di dalamnya. Sin Houg Soat-nie yang melihat Koan Ing berani saling
bergebrak dengan dirinya, maka pedangnya dilancarkan
semakin cepat lagi, satu serangan lebih cepat dari serangan
selanjutnya, semakin lama semakin ganas, agaknya dia
bermaksud membinasakan Koan Ing di bawah serangan
pedangnya. Setindak demi setindak Koan Ing terdesak mundur ke
belakang, walaupun saat ini dia memiliki beribu-ribu jurus
serangan tetapi tenaga dalamnya yang masih kalah setingkat
itu memaksa dia tidak berhasil mengikuti perubahan jurus dari
Sin Hong Soat-nie tersebut,
Setiap kali kakinya mundur selangkah maka tanah yang
diinjakpun semakin menurun ke bawah, dia merasa segulung
hawa dingin meresap masuk dari punggungnya,
Hatinya mulai bergidik, Koan Ing sadar bilamana sekali lagi
dia mengundurkan diri ke belakang maka seketika itu juga dia
akan menemui ajalnya disana,
Suatu pikiran mendadak berkelebat di dalam benaknya,
diantara suara suitan gusar yang amat keras, pedang Kiemhong-
kiamnya dengan mengerahkan seluruh tenaga
melancarkan serangan ke depan dengan menggunakan jurus
"Hay Thian San" yang amat lihay.
Jurus bertahan "Hay Thian Sian" ini merupakan suatu jurus
yang paling rapat untuk mempertahankan diri, perduli pihak
musuh melancarkan serangan dari sudut manapun tidak
akan berhasil membobolkan pertahanan tersebut.
Tempo hari sewaktu Sin Hong Soat-nie bergebrak dengan
Koan Ing di atas puncak Su Li Hong dia pernah memikirkan
bagaimana caranya untuk memecahkan jurus bertahan ini,
akhirnya dengan menggunakan tenaga dalam yang lihay dia
berhasil menjadikan jurus tersebut buyar kini melihat pemuda
itu kembali melancarkan serangan dengan menggunakan jurus
itu, pedangnya dengan cepat menutul ke atas tubuh pedang
Koan Ing. Sepasang pedang bertemu Sin Hong Soat-nie segera
membabatkan pedangnya ke samping dan menghisap pedang
yang ada ditangan Koan Ing beberapa Cun diluar pertahanan,
mengambil kesempatan tubuhnya segera menerjang ke depan
sedang telapak kirinya melancarkan satu pukulan menghajar
dada pemuda itu, Koan Ing sama sekali tidak menyangka kalau jurus
bertahannya "Hay Thian It Sian" kena dipukul bobol oleh
nikouw tua itu, hatinya jadi amat kaget,
Sewaktu dia sedikit berayal itulah dadanya sudah kena
dihajar oleh telapak tangan Sin Hong Soat-nie.
Dengan beratnya Koan Ing mendengus, kakinya kembali
mundur selangkah ke belakang tapi mendadak hatinya
terperanjat. Tempat yang dipijak waktu itu ternyata adalah tempat yang
kosong. Di dalam keadaan gugup kakinya segera menjejak ke
depan, tetapi keadaan sudah terlambat tubuhnya dengan
cepat meluncurjatuh ke dalam jurang.
Sin Hong Soat-nie yang melihat kejadian itu jadi tertegun
dibuatnya, dia tidak mengira kalau Koan Ing serta Cing It
bisajatuh ke dalam jurang yang amat dalam dalam dengan air
terjun yang begitu derasnya.
Lama sekali dia berdiri termangu-mangu di samping jurang,
wajahnya kelihatan murung sekali.
Akhirnya sambil menghela napas panjang dia berlalu juga
dari sana. Tubuh Koan Ing yang meluncurjatuh ke dalam jurang
dengan cepatnya membentur dasar dinding, karena getaran
yang amat keras pemuda itu segerajatuh tidak sadarkan diri.
Entah lewat beberapa saat lamanya mendadak pemuda itu
merasa wajahnya amat dingin, dengan perlahan dia membuka
matanya. Tampaklah waktu itu dirinya sedang berbaring di dalam
pelukan Cing It sedang wajah yang cantik dari nikouw muda
itupun sedang memperhatikan dirinya. Dengan amat
terperanjat Koan Ing segera meronta bangun.
"Sut kau jangan bergerak dulu, lukamu belum sembuh dan
beristirahatlah sebentar!" cegah Cing It Nikouw terburu-buru
sambil menahan badannya. Terpaksa Koan Ing tidak bergerak, dalam hati dia merasa
heran bagaimana mungkin dirinya tidak sampai mati" Dia
masih teringat sewaktu tubuhnya terjatuh dari atas tebing
tubuhnya kena dihantam air terjun yang amat santar itu
sehingga terpental menghantam dinding, bagaimana mungkin
tubuhnya tidak remuk"
Matanya mulai menyapu memandang sekejap ke sekeliling
tempat itu, terlihatlah olehnya waktu itu dirinya serta Cing It
uikouw ada di atas sebuah batu yang menongol keluar
diantara tebing serta air terjun. diam-diam lantas pikirnya,
"Aakh.... untung sekali aku tidak sampai jatuh ke dalam air
terjun tersebut." Dengan perlahan Cing It nikouw menyobek ujung
pakaiannya setelah dibasahi dengan air telaga lantas
ditempelkan ke atas kening pemuda tersebut,
"Sute kau merasa baikan bukan?" serunya, Dengan
termangu-mangu Koan lag memperhatikan diri Cing It nikouw
yang waktu itu sedang tersenyum, walaupun dia sudah cukur
rambut jadi nikouw apalagi wajahnya tidak begitu cantik
menurut penglihatannya tetapi dia memiliki suatu daya
penarik yang amat aneh sekali. Tiba-tiba Koan Ing teringat
kembali akan kata-kata dari Sin Hong Soat-nie, "Suci.... "
serunya tidak tenang. Agaknya Cing It nikouw mengerti apa yang sedang
dipikirkan dihatinya, lalu dia tersenyum.
"Sute kau jangan banyak berpikir" ujarnya. "Tidak perduli
orang lain berbicara apapun janganlah kau perduli, maksudku
turun dari puncak Su Li Hong tidak lebih karena merasa kuatir
buat keselamatanmu, asalkan kau jangan mensia-siakan diri
Sang Siauw-tan, itulah sudah lebih amat cukup sekali."
Koan Ing jadi melengak, dengan pandangan terpesona dia
memperhatikan diri Cing It nikouw, dia merasa bahwa nyali
perempuan ini sungguh tidak kecil, dia orang ternyata sama
sekali tidak memperdulikan kedudukannya sebagai seorang
nikouw maupun terhadap hubungannya dengan Sang Siauwtan.
"Sute," terdengar Cing lt nikouw kembali berkata sambil
membereskan rambut pemuda itu. "Tidak kusangka kau sudah
demikian besarnya tapi masih belum bisa menjaga diri sendiri"
Untuk beberapa saat lamanya Koan Ing mempunyai suatu
perasaan yang aneh, dia merasa Cing It serta Sang Siauw-tan
merupakan manusia lain jenis, dia merasa Cing It benar-benar
terlalu memperdulikan dirinya bahkan tanpa memperdulikan
lukanya yang diderita dia sudah merawat dirinya.
"Ah.... , alangkah baiknya bilamana Cing It suka menjadi
enciku.... " pikirnya.
Dengan perlahan dia bangun duduk lalu tersenyum.
"Suci aku sama sekali tidak terluka, bagaimana kalau kita
bercakap2 sambil duduk" Cing It nikouw yang melihat dia
bermaksud untuk duduk kali ini tidak mencegah lagi.
"Sute," sahutnya. "Coba kau tarik dulu napas panjangpanjang,
bilamana tidak kuat janganlah terlalu dipaksa"
Koan Ing yang melihat Cing It begitu menaruh rasa kuatir
terhadap dirinya dia pun tidak enak untuk membangkang
maka diapun menarik napas panjang.
Terasalah kecuali dadanya agak sesak, tidak terdapat rasa
apapun lainnya, dia lantas tertawa.
"Terima kasih atas perhatian dari suci, aku tidak mengapa."
Cing It tersenyum, diapun segera mengambil keluar barang
serta pedang. "Sute setelah kaujatuh tidak sadarkan diri aku takut
badanmu yang berbaring itu terganjal dengan barang-barang
ini maka itu aku lantas mengambil keluar barang-barang itu,
sekarang kau terimalah kembali," katanya sambil tertawa.
"Koan Ing segera menerima benda-benda itu dan
memandang ke arah Cing It nikouw dengan terpesona.
Di dalam hati pemuda itu merasa amat terharu atas
perhatian yang diberikan nikouw muda itu terhadap dirinya.
Cing It nikouw yang meiihat pemuda itu termenung dia
lantas tersenyum, ujarnya, "Sute, coba kau lihat jeram ini
amat indah bukan?" Dengan perlahan Koan Ing pun dongakkan kepalanya
memandang ke arah air terjun itu, walaupun begitu berbagai
ingatan kembali berkelebat di dalam benaknya, "Suci aku
hendak mencari Siauw-tan," katanya mendadak. Selesai
berkata dia menoleh dan memandang sekejap ke arah Cing It
nikouw. Agaknya nikouw itu dibuat melengak oleh perkataan dan
pemuda itu, dengan perlahan dia menundukkan kepalanya,
titik-titik air matapun mengucur keluar membasahi pipinya,
lama sekali dia termenung tidak rnengucapkan sepatah
katapun, Koan Ing yang melihat kejadian itu hatinya menjadi tidak
tenang, tetapi dia tidak bisa berdiam lebih lama lagi tanpa
pergi mencari diri Sang Siauw-tan.
Cing It nikouw yang baru saja terluka tetapi dia begitu
perhatian merawat dirinya, kini setelah dirinya sadar kembali
bagaimana mungkin lantas pergi" Apalagi selama ini dia terus
menerus memperhatikan dirinya....
"Suci," ujarnya kemudian dengan hati tidak tenang.
"Sebenarnya aku ingin berdiam disini, tetapi sekarang mau tak
mau aku harus pergi mencari Siauw-tan."
Dengan perlahan Cing It nikouw dongakkan kepalanya dan
memandang ke arah pemuda tersebut.
"Kau pergilah dan jagalah dirimu baik-baik" ujarnya
kemudian, Koan Ing yang mendengar perkataan itu, hatinya benarbenar
dibuat amat terharu, "Suci, terima kasih."
Wajah Cing It nikouw yang putih bersih itu kini sudah
dibasahi dengan butiran2 air mata yang amat banyak, sambil
menahan isak tangis yang semakin menjadi itu dia
memandang ke arah pemuda itu dengan pandangan sayu.
Akhirnya Koan Ing merasa tidak tega sendiri, katanya dengan
suara yang amat halus, "Suci tempat ini mungkin rada tidak
leluasa buat dirimu, biarlah aku hantar kau keluar dari tempat
ini dulu." "Terima kasih, tidak usah aku bisa keluar sendiri apalagi
kini aku sedang ingin berdiam beberapa saat disini," kata Cing
It nikouw sambil tertawa paksa, kepalanya pun ditundukkan
rendah-rendah, "Kau pergilah terlebih dulu, asalkan kau
selamat saja, hatiku sudah lega", ^
Lama sekali Koan Ing termenung, akhirnya dengan
beratkan hati dia bangkit berdiri
juga, "Suci, selamat tinggal!" serunya kemudian,
Sehabis berkata tubuhnyapun meloncat melewati jeram itu,


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan beberapa kali bersalto di tengah udara akhirnya
sampai juga dia di atas batu putih itu,
Lama sekali dia berdiri termenung ditepijeram tersebut
hatinya benar merasa terharu oleh sikap yang begitu tulus dari
Cing It nikouw, diam-diam pikirnya, "Bilamana aku mempunyai
seorang enci seperti Cing It sungguh menyenangkan sekali,....
" Teringat akan hal itu diapun kembali terbayang wajah Sang
Siauw-tan, maka tubuhnya segera berputar dan lari menuju ke
arah luar, Waktu itu cuaca sudah mulai menggelap kembali, sesudah
melakukan perjalanan beberapa saat akhirnya sampai juga
Koan Ing di dalam sebuah hutan yang lebat.
Ooo)*(ooO Bab 34 SUASANA di dalam hutan itu amat sunyi sekali, tak
terdengar sedikit suarapun, angin
bertiup sepoi-sepoi membawa suara hembusan yang amat
syahdu sekali. Di dalam hati Koan Ing merasa amat heran,
pikirnya, "Akh.... kenapa di tempat ini tak kelihatan sesosok
manusiapun?" Dengan langkah yang amat perlahan dia berjalan masuk ke
dalam hutan itu sedang matanya dengan tajam
memperhatikan sekeliling tempat itu.
Tampaklah di depan sebuah tebing duduk enam orang di
atas permukaan tanah. Di atas tebing itu tampaklah sebuah celah yang amat
sempit yang cukup untuk diterobosi oleh seorang manusia
saja. "Bukankah tempat ini mirip sekali dengan tempat
dikurungnya Thian Siang Thaysu sekalian seperti apa yang
diceritakan oleh Ciu Tong?" pikirnya diam-diam.
Penemuan yang secara mendadak ini seketika itu juga
membuat hatinya merasa amat tegang.
Keenam orang itu duduk bersila dengan angkernya
membentuk kedudukan setengah lingkaran, ditangan masingmasing
mencekal sebuah jaring merah yang mengurung celah
tersebut rapat-rapat. Agaknya memang mereka tidak berani menerjang masuk
kedalam, terbukti dari sikap yang
tenang dari keenam orang itu, tapi sepasang matanya
dicurahkan kesana. Suasana di dalam gua itupun amat sunyi, bilamana orang
yang tidak mengerti akan peristiwa ini tentu tidak bakal
menyangka kalau di dalam gua itu sudah terkurung begitu
banyak jagoanBu-lim yang sudah punya nama di dunia
kangouw, Dengan mengikuti pinggiran hutan Koan Ing mulai
bergeser mendekati gua itu.
Sedang keenam orang itu tetap duduk membelakangi Koan
Ing, agaknya mereka sama sekali tidak merasa atas
kedatangan dari pemuda tersebut,
Dengan pandangan yang tajam Koan Ing memperhatikan
bayangan setiap punggung dari keenam orang itu, dia merasa
tenaga dalam dari orang-orang itu pasti jauh berada di atas
tenaga dalam dirinya, kalau tidak bagaimana mungkin "Cha
Can Hong" sekalian bisa terkurung di dalam gua tersebut,
Pikirannya dengan cepat berputar, dia mulai mencari akal
bagaimana caranya supaya lolos dari kepungan tersebut,
Orang-orang dari lembah Chiet Han Ku pada menggunakan
jaringan besar sebagai senjata, pikirannyapun segera berputar
mencari akal bagaimana cara pemecahannya,
Sewaktu sedang enakkan berpikir itulah mendadak dari
belakang tubuhnya terdengar suara dengusan dingin.
Dengan gesitnya dia putar badan, tampaklah seorang
manusia berkerudung dengan
mencekal sebuah jaringan besar berwarna emas sedang
memandang ke arahnya dengan pandangan
dingin. Dengan cepat Koan Ing melayang mundur ke belakang,
pedang Kiem-hong-kiamnya dilyabut keluar lalu dilintangkan di
depan dada siap-siap menghadapi serangan.
Kembali orang berkerudung itu mendengus dingin, tangan
kanannya diayunkan ke depan makajaringan tersebut sudah
terpentang lebar-lebar seluas lima kaki lebih.
Melihat keiyadian tersebut Koan Ing jadi amat terperanjat,
apalagi melihat jaringan besar yang memencarkan cahaya ke
emas-emasan itu sudah mengurung tubuhnya maka dengan
cepat dia berkelebat mundur ke arah belakang .
Orang berkerudung itupun dengan cepat meloncat ke
depan, jaringan emasnya kembali diayunkan ke atas.
Koan Ing segera merasakan hatinya bergidik, bukan saja
jaringan emas itu amat lihay bahkan kecepatan geraknyapun
jauh berada diluar dugaannya.
Pedangnya dengan cepat digetarkan ke depan menutul
pinggiran jaringan emas itu, dia bermaksud mementangkan
jaring itu lalu meloloskan diri dari kurungan.
Dengan dahsyatnya pedang serta jaringan tersebut
terbentur satu sama lainnya, mendadak jaringan emas itu
bergetar amat keras sedang pedang Kiem-hong-kiam
ditangannya kini sudah kena dijirat. Koan Ing jadi amat terperanjat, dia sama sekali tidak
menduga kalau kepandaian silat dari orang itu jauh berada di
atas tiga manusia genah empat manusia aneh, maka di tengah
suara bentakannya yang amat keras seluruh lweekang yang
dimilikinya sudah disalurkan ke dalam tubuh pedang tersebut.
Sinar mata manusia berkerudung itu berkelebat, tangannya
digetarkan dengan keras tidak menanti Koan Ing
mengerahkan seluruh Iweekangnya dia sudah balas
mengerahkan tenaga lwekangnya untuk menggetarkan balik
pukulan itu. Saat ini Koan Ing benar-benar tergetar dengan keras,
bilamana kini dia tidak cepat-cepat melepaskan pedangnya
paling sedikit tubuhnya akan terpukul luka, tapi bilamana dia
terpaksa harus melepaskan pedangnya maka tubuhnya tidak
bakal berhasil menghindarkan diri dari tiga terangan musuh.
Belum habis pikirannya berputar untuk mengambil
keputusan tahu-tahu tubuhnya sudah kena dilemparkan ke
tengah udara oleh manusia berkerudung itu.
Dengan cepat Koan Ing bersalto beberapa kali di tengah
udara lalu berputar bagaikan roda kereta.
Belum sempat tubuhnya melayang ke atas permukaan
tanah kembali angin pukulan sudah menyerbu datang.
Sebuah jaringan berwarna merah dengan cepatnya sudah
menjiret, saat ini Koan Ing sudah merasa bergidik karena
tenaga dalamnya sudah buyar sehingga tak ada tenaga sisa
lagi untuk menghadapi serangan.
Dengan cepatnyajaringan itu melayang turun ke bawah
mengurung tubuhnya, Pada saat yang kritis itulah mendadak dari dalam gua
berkumandang keluar suara dengusan dingin, segulung angin
serangan yang amat dahsyat menyambar ke depan mengh
tubuh lelaki berkerudung yang baru saja melancarkan
seranganjaring ke arah Koan Ing.
Mendengar akan suara bentakan tersebut pemuda itu jadi
amat girang, dia tahu suara itu pastilah berasal dari Sang Suim
si jari sakti. Entah secara bagaimana Sang Su-impun kena dikurung di
dalam gua tersebut, tapi saat ini tak ada waktu baginya untuk
berpikir panjang ^ Manusia berkerudung yang kena dibokong secara
mendadak dia buru-buru melindungi dirinya dengan begitu
serangannya terhadap pemuda itupunjadi kendor. Mengambil
kesempatan ini Koan Ing lalu menggelinding keluar dari
kurungan. Tetapi pada saat yang bersamaan itu pula dari empat
penjuru berkelebat datang puluhan buah jaringan merah
menggulung ke arahnya. Hatinyapun semakin bergidik lagi,
mendadak. "Braaak....!" segulung angin pukulan yang maha dahsyat
dengan cepatnya meluncur ke depan menggulung kearab
orang-orang itu. Barsamaan waktunya pula terdengar suara teriakan
seseorang, "Engkoh Ing cepat masuk!"
Mendengar perkataan tersebut Koan Ing segera merasakan
hatinya tergetar amat keras, bukankah suara itu berasal dari
Sang Siauw-tan" Kini dia pergi kemana-mana untuk mencari
gadis tersebut, tidak disangkanya dia orang sudah berada
disitu. Dengan amat girangnya Koan Ing sagera berkelebat masuk
ke dalam gua tersebut. Begitu tubuh Koan Ing berkelebat masuk ke dalam gua,
beberapa orang berkerudung yang ada diluar guapun
bersama-samapada menubruk ke depan.
"Braaak....!" kembali segulung angin pukulan yang maha
dahsyat menggulung ke arah luar membuat pasir serta batu
kerikil pada beterbangan keangkasa, suaranya benar-benar
amat memekikkan telinga. Diam-diam Koan Ing merasa amat terperanjat juga melihat
kejadian itu, ketika dia menoleh ke belakang tampaklah Sang
Su-im Thian Siang Thaysu serta Cha Can Hong bertiga sedang
duduk bersila di dalam gua, Thian Liong Thaysu, Hud Ing
Thaysu, Suto Beng Cu, Cha Cing Cing, Cha Ing Ing, serta Sang
Siauw-tan berdiri di belakang tiga orang itu, sedang dipaling
belakang tampaklah sebaris hweesio-hweesio siauw?"lim sie,
ada yang lagi berbaring ada pula yang sedang terluka tetapi
kebanyakan dari mereka sudah pada cedera. Kepada ketiga
orang itu pemuda tersebut, segera menjura.
"Koan Ing menghunjuk hormat buat cianpwee bertiga,
terima kasih atas buj pertolongan cianpwee sekalian."
katanya. Sang Su-im tersenyum.
"Kau tidak usah sungkan-sungkan lagi, jaringan emas dari
kaucu lembah Chiet Han Ku itu sunggah amat dahsyat sekali,
sekalipun ilmu jari Han Yang Cipun tak bisa mengapa-apakan
dirinya, untung sekali kini kau masih bisa loloskan diri dari
serangannya." Terdengar Cha Can Hong yang ada di belakangnya
menghela napas panjang, demikian pula dengan Thian Siang
Thaysu mereka pada bungkam dalam seribu bahasa.
Dengan hati yang amat girang Sang Siauw-tan segera maju
ke depan menyongsong kedatangan pemuda tersebut.
"Engkoh Ing, tidak disangka kaupun ikut datang kemari."
"Aakh.... tadi kau sudah kemana" Aku mencari dirimu
kemana2" sahut Koan Ing tertawa.
"Lalu dimanakah Cing It suci?" tanya gadis itu kembali
sambil menarik Koan Ing lebih mendekat lagi.
Koan Ing agak ragu-ragu sebentar, akhirnya dia tertawa
pahit, "Dia sangat baik."
Sang Siauw-tan yang melihat paras muka Koan Ing rada
berubah hatinya jadi keheranan, terhadap sikap Cing It
nikouw yang menaruh perhatian terhadap pemuda tersebut
dia sudah tahu tetapi yang membuat dia keheranan adalah
kini dirinya ternyata tidak datang kemari bersama-sama
dengan Koan Ing, "Lalu dimanakah dia sekarang?" tanyanya lagi,
Koan Ing hanya tersenyum, dia bukannya menjawab
pertanyaan iiu sebaliknya malah mengganti bahan
pembicaraan, "Sin Hong Sout Nie cianpwee pun ikut datang," katanya
Mendengar perkataan itu Cha Can Hong segera dongakkan
kepalanya. "Sin Hong Soat-nie sudah datang?" pikirnya,
"Hal ini benar-benar tidak mungkin terjadi."
Sin Hong Soat-nie pernah bersumpah tidak akan terjunkan
dirinya kembali ke dalam dunia kangouw bagaimana mungkin
dia kini bisa muncul di lembah Chiet Han Ku"
Kiranya bukan Cha Can Hong saja yang merasa keheranan,
tapi semua orang yang ada di dalam gua itupun pada merasa
keheranan. "Apakah kau sudah bertemu dengan dirinya?" tanya Sang
Su-im kemudian. Dengan perlahan Koan Ing mengangguk.
Thian Sian Thaysu yang mendengar perkataan tersebut
semangatnya berkobar kembali, dia orang yang tenaga dalam
"Si Bu Sian Thian Cin Khei"nya pada tahuii2 ini sudah berhasil
dilatih mencapai puncak kesempurnaan bilamana bisa
digabungkan dengan tenaga khi-kang "Sian Bun Kang Khie"
dari Yuan Si Tootiang serta ilmu "Ciang Mo Kiam Khei" dari Sin
Hong Soat-nie maka tidak perduli bagaimana lihaynya pihak
musuh pasti tidak akan kalah.
Kembali terdengar Cha Can Hong menarik napas panjangpanjang,
ujarnya, "Kini kita sudah terkurung di dalam gua ini,
mungkin sejak kini tak ada lagi orang yang bisa membantu
kita." "Kau jangan berkata demikian, bukan kah hal itu sama saja
dengan mematahkan semangat sendiri!" bantah Thian Siang
Thaysu sambil mengerutkan alisnya. Cha Can Hong kembali
tertawa. "Mereka pada menghadang di depan gua2, seharusnya
Thaysupun sudah tahu kalau di antara kita tak ada
seorangpun yang bisa menahan pukulan mereka."
Mendengar perkataan tersebut Thian Siang Thaysu
bungkam dalam seribu bahasa, jangan dikata bergebrak
seorang lawan seorang, sekalipun untuk lolos dari mulut gua
yang sempit itupun belum tentu bisa,
"Tapi apakah kita harus menunggu kematian dengan duduk
terpekur.... " serunya sambil mengerutkan alisnya,
"Coba kalianjangan ribut dulu," sela Sang Su-im sambil
tersenyum, "Malam ini ada kemungkinan anak murid Tianggong-
pang berhasil menyerbu masuk lembah Chiet Han Ku ini,
waktu itu ada kemungkinan kita masih bisa tertolong,"
"Kucu dari lembah Chiet Han Ku ini, amat tajam dan pandai
sekali, mungkin sulit sekali untuk menyerbu ke dalam lembah,
apalagi orang-orang dari lembah Chiet Han Ku pada
bersembunyi semua, bilamana mereka menyerbu datang
dengan kekerasan bukankah akan sia-sia belaka gerakan
mereka itu?" seru Cha Can Hong sambil geleng2kan
kepalanya. "Kalau begitu orang-orang dari lembah Chiet Han Ku ini
sudah mengadakan persiapan," kata Sang Su-im sambil
mengerutkan alisnya. "Yuan Si Tootiang yang pergi mengejar


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

musuhpun tidak muncul2 kembali, apa mungkin dia sengaja
menjebak kita untuk memasuki lembah Chiet Han Ku ini?"
Mendengar perkataan tersebut Thian Siang Thaysu segera
mendengus dingin. "Sang pangcu, apakah kau tidak merasa perkataanmu itu
sedikit keterlaluan" Dengan sikap serta keluhuran budi Yuan Si
Tootiang apakah dia bisa berbuat begitu kejamnya sesuai
dengan apa yang dicurigai Sang Pangcu" Hmm mungkin saat
ini dia lagi menemui bahaya."
Sinar mata Cha Can Hong berkedip-kedip, tapi dia tetap
bungkam dalam seribu bahasa.
"Eeehm.... mungkin juga memang begitu," akhirnya jawab
Sang Su-im juga. Air muka Thian Siang Thaysu mendadak berubah anat
keren. "Sang Pangcu," ujarnya lagi, "Kalau hanya dikarenakan
urusan ini saja kau sudah menaruh begitu curiga kepada
dirinya, apakah kau tidak takut ditertawakan oleh orang-orang
Bu-lim?" "Hee.... hee.... anak murid perkumpulan Tiang-gong-pang
belum pernah melihat dia orang menuruni gunung Bu-tong
san, selama di dalam perjalananpun tidak ada yang melihat
jejaknya, kemunculan yang secara mendadak ini benar-benar
mencurigakan sekali, apalagi begitu dia munculkan diri lantas
mengajak kalian masuk ke dalam lembah Chiet Han Ku ini,
apakah hal ini tidak semakin mencurigakan" Ditambah lagi
menurut pengamatan dari anak buah ku kereta berdarah
tersebut sama sekali tidak pernah mendatangi Kun-lun san
ini," kata Sang Su-im dingin.
Untuk beberapa saat lamanya Thian Siang Thaysu dibuat
bungkam, beberapa saat kemudian baru terdengar dia
berkata, "Bilamana sampai setiap gerak-geriknya bisa
diketahui oleh Tiang-gong-pang bukankah
hal ini sedikit keterlaluan",
Dalam hati Cha Can Hong pun merasa amat curiga,
Baru saja dia bermaksud berbicara mendadak terdengar
suara bentakan berkumandang kembali di tempat luaran,
Terburu-buru dia menoleh ke arah luar lalu teriaknya,
"Aakh.... Yuan Si Tootiang sudah datang."
Mendengar perkataan itu Thian Siang Thaysu jadi amat
girang, di tengah suara bentakan yang keras sepasang
telapaknya dengan sejajar dada melancarkan pukulan dahsyat
ke depan. Bersamaan waktunya pula mendadak teriaknya, "Tooheng
lekas lari masuk!" Sesosok bayangan manusia dengan cepatnya berkelebat
masuk ke dalam gua, Orang itu bukan lain adalah Yuan Si Tootiang. saat ini
wajahnya telah dibasahi oleh keringat tapi paras mukanya
masih kelihatan sangat berwibawa.
^Pinto sedang mengejar musuh sehingga meninggalkan
kalian disini, maaf.... " serunya tersenyum, sinar matanyapun
menyapu sekejap kesemua orang.
Sang Su-im yang melihat akhirnya Yuan Si Tootiang muncul
juga disana hatinya rada menyesal, bagaimanapun dia orang
bukanlah seorang manusia berhati sempit, dalam hati dia tahu
bilamana Yuan Si Tootiang benar-benar bermaksud
memancing mereka datang kemari maka tak mungkin dirinya
muncul kembali disana. Thian Siang Thaysu melirik sekejap ke Sang Su-im lalu
ujarnya kepada toosu tersebut. "Tooheng silahkan duduk."
Yuan Si Tootiang menghembuskan napas panjang lalu
duduk di atas tanah. "Pinto sedang mengejar Si Budak Berdarah dari tempat
kegelapan, siapa sangka maksudku gagal, ada kemungkinan
dia sudah bersekongkol dengan pihak lembah Chiet Han Ku
ini," katanya Mendengar perkataan itu Sang Su-im jadi sadar kembali,
hal ini memang mungkin sekali Si Budak Berdarah setelah
memperoleh kereta berdarah tersebut tentu kini sudah
bersekongkol dengan pihak lembab Chiet Han Ku, dan untuk
melindungi kereta tersebut sudah tentu mereka mengadakan
perlawanan. Saat ini semangat Thian Siang Thaysu sudah berkobar
kembali, kepada Yuan Si Too
tiang tanyanya, "Too-heng apakah kau mempunyai siasat
yang lebih baik untuk memecahkan pertahanan musuh?"
Yuan Si Tootiang termenung sebentar, lalu kepada Sang
Su-im katanya, "Senjata yang digunakan Kucu dari lembah
Chiet Han Ku ini adalah sebuah jaring
besar, senjata apapun tidak bakal bisa mengapa-apakan
dirinya, untuk menghadapi dirinya terpaksa kita harus
mengandalkan ilmu dari Han Yang Ci dari Sang pang cu,
karena cuma terhadap ilmu itu saja dia menaruh rasa jeri."
Sang Su-im mendengar Yuan Si Tootiang memuji ilmu jari
Han Yang Cinya dalam hati meraba amat girang, pikirnya,
"Toosu ini tidak malu disebut sebagai pemimpin dari tiga
manusia genah, ternyata dia memang memiliki ketajaman
mata yang luar biasa."
Terpaksa dia lalu tersenyum, ujarnya merendah, "Jaring
yang digunakan Kucu dari lembah Chiet Han Ku serta keenam
orang lainnya ada lima kaki panjangnya, walaupun ilmu jari
Han Yang Ci bisa menakuti mereka tetapi belum tentu
mempunyai kegunaan yang besar!"
Yuan Si Tootiang mengangguk, lama sekali dia berdiam diri
tidak berbicara. Sebaliknya Koan Ing yang melihat Yuan Si Tootiang
walaupun sudah kembali tapi
hatinya masih menaruh curiga, bagaimana mungkin Sak
Huan bisa mengetahui urusan dari si manusia tunggal dari Bulim,
Jien Wong" Dan bagaimana mungkin dia begitu tega
meninggalkan Sak Huan seorang diri disana padahal di tempat
itu tak ada urusan Yuan Si Tootiang termenung berpikir keras kemudian
menghela napas panjang dengan perlahan.
"Mari kita berpikir kembali, asalkan sudah mendapatkan
cara untuk memecahkan seranganjaring mereka, urusanurusan
lain tentu menjadi beres pula."
Mendengar perkataan itu Koan lag segera merasa hatinya
rada bergerak. Diapun mulai memikirkan seluruh kepandaian
silat yang diajarkan Jien Wong kepadanya
Setelah berpikir sebentar dia dongakkan kepalanya, tapi
pada saat itulah hatinya tergetar amat keras karena dari
sepasang mata Yuan Si Tootiang secara samar-samar diliputi
oleh nafsu membunuh. "Duajam lagi hari sudah mulai menggelap, kalian pikirlah
lebih teliti lagi," ujar Yuan Si Tootiang sambil menundukkan
kepalanya. Dengan perlahan Sang Su-im tertawa, pikirnya bilamana
anak murid Tiang-gong-pang sudah pada datang maka dia
sudah tentu bisa menerjang keluar, kecuali bila pihak lembah
Chiet Han Ku mempunyai kekuatan yang sebesar kekuatan
perkumpulan Tiang-gong-pang sehingga mungkin bisa
menahan serangan total dari anak buahnya,
Dari luar gua kembali terdengar suara bentakan yang amat
keras menggetarkan seluruh angkasa,
Muka Yuan Si Tootiang itu ciangbunjien dari Bu-tong-pay
segera berubah hebat, Sang Su-impun dengan terkejut
menoleh ke arah luar gua. Aaah Ciu Tong.... " terdengar Cha
Can Hong berseru kaget. Bersamaan dengan suara teriakannya itu dia melancarkan
delapan pukulan dahsyat ke depan, dimana pukulan tersebut berkelebat segera
membawa suara desiran yang amat tajam, inilah keistimewaan
dari ilmu pukulan "Kiem Sah Ciang" dari aliran gurun pasir,
Sang Su-impun bersamaan waktunya menyentilkan lima buah
seranganjarinya ke depan.
Sebaliknya Yuan Si Tootiang serta Thian Siang Thaysu
masing-masing melancarkan empat kali
pukulan. Empat orang jagoan berkepandaian tinggi bersama-sama
melancarkan pukulan ke depan, seketika itu juga membuat
hawa sesak memenuhi angkasa disertai suara ledakan yang
maha dahsyat. Sesosok bayangan manusia dengan amat cepatnya
berkelebat masuk ke dalam gua tersebut.
Tampaklah Ciu Tong dengan tangan kanan mencekal
tongkat berwarna hitam serta kepala yang dibalut kain putih
sudah muncul dihadapkan para jago.
Walaupun terhadap si iblis dari lautan Timur ini Sang Su-im
punya sedikit ganjalan tetapi saat ini semua orang sedang
bekerja sama untuk menghadapi serangan pihak musuh
apalagi kini Ciu Tong yang sudah pergi suka balik kembali lagi
kesana untuk memberi bantuan cepat-cepat dia mengalah
kesamping. "Ciu heng silahkan duduk" ujarnya.
"Haaa.... haaa.... Sang Loo-te kau tidak usah sungguh^,
aku tidak duduk" sahut Ciu Tong sambil tertawa terbahakbahak.
Sehabis berkata dia menyapu sekejap ke arah Koan Ing
serta Yuan Si Tootiang. "Oooouw.... ouww.... kiranya Ciangbunjien kita dari Bu
Tong-paypun sudah pada berdatangan," sindirnya.
"Hmm.... apa maksud dari perkataan Ciu Tong itu?" seru
Yuan Si Tootiang. Perkataan yang diucapkan oleh Ciu Tong terhadap Yuan Si
Tootiang bukan saja membuat Tosu tua itu tidak paham tapi
juga Koan Ing. Cha Can Hong.... bahkan setiap orang yang
ada di dalam gua itupun pada merasa keheranan.
"Haa.... haa.... tadi aku sudah bertemu dengan Sin Hong
Soat-nie bahkan telah ^ bercakap2 dengan dirinya," terdengar
Ciu Tong berkata lagi sambil tertawa terbahak-bahak. "Dia ada
dimana?" tanya Yuan Si Tootiang sambil mengerutkan alisnya.
Ciu Tong tidak langsung menjawab, matanya dengan
perlahan menyapu sekejap kesemua orang lalu baru ujarnya.
"Kali ini dia turun dari puncak di samping hendak
membereskan urusan yang menyangkut diri muridnya tetapi
yang lebih penting adalah karena urusan Si Budak Berdarah
dari tempat kegelapan, dia merasa kejadian ini sebenarnya
adalah suatu rencana yang amat busuk sekali dari seseorang."
Semua orang yang mendengar perkataan tersebut jadi
amat terperanjat sekali. Sebaliknya cuma wajah Yuan Si Tootiang seorang saja yang
tidak berubah, dengan perlahan dia bangun berdiri.
"Ciu Toocu sudah mendengar perkataan apa saja?"
Ciu Tong mengerutkan alisnya rapat-rapat, kepada Thian
Siang Thaysu tiba-tiba tanyanya, "Apakah Thaysu merasa Si
Budak Berdarah yang membawa lukajatuh ke dalam jurang itu
pasti menemui ajalnya?" Thian Siang Thaysu termenung
sebentar. "Tempo hari sudah tentu kami menganggap bahwa dia
pasti sudah mati, kalau tidak bagaimana mungkin kami suka
menyudahi urusan tersebut tetapi kini dia hidup kembali
seperti juga dengan Jien Wong bukankah dia hidup kembali?"
Sinar mata Ciu Tong kembali berkilat dengan perlahan dia
menoleh ke arah tosu Bu-tong-pay itu,
"Tootiang yang baru saja mengejar dirinya apakah merasa
kalau dia orang benar adalah
Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan?"
"Soat-nie itu sungguh terlalu banyak curiga," kata Yuan Si
Tootiang sambil tertawa tawar, "Orang yang aku lihat benarbenar
adalah Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan, tempo
hari karena keteledoran kita dia sudah berhasil melarikan diri
tetapi kali ini dia tidak bakal bisa lolos lagi dari tanganku."
Dengan dinginnya Ciu Tong mendengus.
"Tootiang tadi bilang kereta berdarah berlari menuju ke
arah Ku-lun-san, karenanya baru mengajak kita untuk
mengejar kemari, bukan begitu?"
"Ciu Tong kau terlalu menaruh curiga"
Air muka Ciu Tong yang semula diliputi oleh senyuman,
mendadak berubah jadi amat dingin bahkan sangat
menakutkan sekali. "Tetapi sewaktu Soat-nie datang kemari dia melihat kereta
berdarah itu lari menuju ke Timur laut"
Mendengar perkataan tersebut hati semua orang yang ada
di dalam gua tergetar amat keras. Cha Can Hong, Sang Su-im
dan Yuan Si Tootiang dengan penuh rasa curiga.
Mereka sama sekali tidak menyangka kalau bisa terjadi
peristiwa semacam ini, untuk mengejarjejak dari kereta
berdarah mereka telah tiba disini, bilamana kereta tersebut
sama sekali tidak kemari, lalu apa maksud Yuan Si Tootiang
memimpin mereka datang kemari"
Air muka Ciu Tong berobah semakin dingin lagi.
"Bahkan Soat-nie dapat melihat kalau tempat ini
sebenarnya adalah sebuah tanah pembunuhan yang
mengerikan, sebelum kita sampai disini lembah Chiet Han Ku
sudah mengadakan persiapan terlebih dulu, kini tak
seorangpun yang bisa keluar dari lembah ini!"
Semua orang yang ada di dalam gua itu segera merasakan
hatinya amat terperanjat.
"Ciu Toosu bagaimana kau orang begitu berani memfitnah
diriku!" teriak Toosu dari Bu-tong pay itu sambil mengerutkan
alisnya. "Bilamana aku orang tidak menemui kereta berdarah
tersebut lari kemari lalu apa maksudku memimpin kalian
datang kemari" Apakah boleh dikata perbuatan ini berguna
bagiku" Bilamana tak seorang yang bisa lolos, bukankah hal
itu termasuk juga diriku karena sekarang akupun ada disini?"
Dengan tajamnya Koan Ing memperhatikan diri Yuan Si
Tootiang, dia merasa sangat tidak puas dengan perkataan
toosu itu. Toosu itu sama sekali tidak menjelaskan soal itu tetapi dia
lagi menerangkan kalau diapun ada disitu sehingga tak
mungkin ada rencana busuk. Suasana tenang yang meliputi
gua itupun segera pulih kembali seperti sediakala. Tampak Ciu
Tong pun menghela napas panjang, keningnya dikerutkan.
"Heei.... dia cuma bilang tempat ini adalah tempat
pembunuhan secara besar2an."
Para jagopun kini merasa hatinya murung, agaknya pihak
lembah Chiet Han Ku telah mengadakan persiapan untuk
membasmi seluruh jago Tionggoan di tempat tersebut.
Setelah lewat beberapa hari lagi menanti makanan mereka
habis dan badanjadi penat maka tanpa banyak rewel lagi


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua orang yang ada disana akan menjadi tawanan di
bawah cengkeramannya. "Buat apa kalian murung?" tiba-tiba seru Yuan Si Tootiang
sambil tertawa. "Anak murid dari Pangcu sudah melakukan
perjalanan siang malam dan mungkin sebentar lagi mulai
melancarkan serbuan, waktu itu harapan untuk meloloskan diri
lebih besar buat apa kalian pada murung semua,"
"Eeei bagaimaaa Tootiang bisa tahu kalau anak buah
Tiang-gong-pang sudah pada berdatangan?" seru Ciu Tong
dengan penuh rasa curiga, ^
"Ciu heng kenapa selalu menaruh rasa curiga kepadaku"
Apakah kau merasa tidak percaya terhadap diriku" Sewaktu
aku datang kemari anak murid dari Tiang-gong-pang sudah
mengepung seluruh penjara tempat ini, bagaimana mungkin
aku bisa tidak tahu," Ciu Toog terpaksa hanya tersenyum saja
tanpa mengucapkan sepatah katapun,
Semua orang yang ada di dalam guapunpada termenung
menurut jalan pemikiran masing-masing, menanti kedatangan
malam berikutnya, Mendadak sesosok bayangan hitam berkelebat menerjang
masuk ke dalam gua Yuan Si Tootiang yang ada di samping gua segera
mendengus, telapak tangannya dengan mengerahkan tenaga
pukulan dahyat menghajar ke arah orang itu.
"Braaak.... " dengan amat dahsyatnya pukulan tersebut
menyambar ke depan, tapi keburu
kena dihindari oleh orang tersebut dengan jalan meloncat
mundur ke belakang. inilah baru untuk pertama kalinya Koan Ing melihat Yuan Si
Tootiang melancarkan serangan dengan amat dahsyat.
Melihat kejadian tersebut hatinya jadi rada bergerak,
sewaktu pertemuannya tempo hari dengan Toosu itu di atas
permukaan salju dia sudah meraba kalau tenaga dalam yang
dimiliki Toosu tersebut benar-benar amat dahsyat dan jauh
berada di atas Sang Su-im sekalian, kini setelah melihat
kedahsyatan daripululan itu dia merasa kalau dugaannya agak
meleset, karena pukulan itu biasa saja dan seimbang dengan
Sang Su-im sekalian. Tetapi apakah tujuannya untuk
menyembunyikan kepandaian yang sesungguhnya" Apakah
dia mempunyai maksud2 tertentu"
Apalagi pukulan yang dilancarkan Yuan Si Tootiang tadi
agaknya sengaja hendak menahan pukulan yang dilancarkan
Thian Siang Thaysu serta Cha Can Hong di samping
menghadang Ciu Tong serta Sang Su-im untuk melancarkan
serangan. Apa tujuannya dia berbuat demikian"
Sewaktu Koan Ing lagi berpikir dengan hati melongo itulah
mendadak Yuan Si Tootiang sudah menyapu sekejap ke
arahnya dengan pandangan yang amat tajam.
Tetapi sebentar kemudian dia sudah mengalihkan
pandangannya ke arah kepada Sang Su-im. "Sang Pangcu,
berapa banyak orang yang kau bawa kali ini?" tanyanya
kemudian kepada Sang Su-im.
"Perjalanan kali ini menuju ke gunung Kun lun san
merupakan suatu tindakan yang luar biasa sekali," kata Sang
Su-im sambil tertawa tawar. "Saat ini anak buahku ada lima
ratus orang yang tersebar dalam lingkungan lima puluh li
sekitar tempat ini, sisanya yang lima ratus orang lagi ada di
dalam lingkungan seratus li dari tempat ini."
Para jago yang ada di dalam gua setelah mendengar
perkataan tersebut semangatnya segera berkobar kembali,
bilamana dengan kekuatan yang begitu besarnya anak murid
perkumpulan Tiang-gong-pang benar-benar mengadakan
penyerbuan ke dalam lembah Chiet Han Ku ini ada
kemungkinan orang-orang lembah tersebut tidak bakal kuat
untuk memberi perlawanan, Yuan Si Tootiang yang
mendengar perkataan tersebut segera mengangguk.
"Kalau begitu harapan kita untuk meloloskan diri dari
kurungan ini jauh lebih besar lagi," katanya sambil tertawa.
Sang Su-im hanya tersenyum,
"Soal itu harus ditinjau dari bagaimana persiapan dari
orang-orang lembah Chiet Han Ku, tapi yang jelas sebelum
aku masuk ke dalam gua sudah kuperintahkan setelah hari
jadi gelap mereka sudah harus mulai melancarkan serangan,"
katanya, Ooo)*(ooO Bab 35 KOAN ING yang selama ini selalu memikirkan bagaimana
caranya untuk memecahkan serangan dengan menggunakan
senjatajaring mendadak tanyanya pada Sang Su-im, "Empek
Sang, kekuatanjari Han Yang Ci mu bisa mencapai seberapa
jauh?" Sang Su-im yang ditanyai begitu lalu tahu apa maksud
dari pemuda itu, dia tersenyum,
"Untuk menghadapi orang-orang yang biasa saja kekuatan
dari Han Yang Ci Ku bisa mencapai dua puluh kaki jauhnya,
tetapi untuk menghadapi orang-orang semacam jago-jago
lembah Chiet Han Ku ini yang begitu dahsyat mungkin hanya
mencapai lima kaki saja",
"Lalu bagaimana dengan kekuatanjari empek Sang
bilamana menjepitkan potongan pedang serta golok di dalam
jari2 tangan lalu menyentil dengan kekuatan Han Yang Ci?"
Mendengar perkataan tersebut Sang Su-im jadi kegirangan.
Haaa.... haaa.... bagaimana aku bisa melupakan jurus
tersebut, haaa.... haa.... serangan itu pasti bisa menjebolkan
serangan dengan senjatajaringan tadi!" serunya.
"Memang bagus sekali ilmu itu, mari kita bersama-sama
pergi mencoba," ajak Yuan Si
Tootiang. Sang Su-impun merasa amat girang sekali, sebelum masuk
dalam gua tadi ia sudah kena dipecudangi oleh permainan jala
itu, kini setelah diperingatkan oleh Koan Ing hatinya jadi amat
cemas dan bergolak keras.
Cuaca dengan perlahan mulai menggelap.
Mendadak dari luar kembali berkelebat datang sesosok
bayangan hitam, Sang Su-im segera mendengus dingin.
"Bajingan ini mau cari mati atau hendak menerjang masuk
ke dalam.... " serunya,
Diantara suara bentakan yang keras berturut-turut, dia
melancarkan sepuluh sentilan dahsyat, bersamaan itu pula
Thian Siang Thaysu melancarkan satu pukulan ke depan.
Dimana angin pukulan bentrok dengan tubuh orang itu
tampaklah bayangan manusia berkelebat kembali, orang
itupun sudah meluncur keluar.
"Terang-terangan dia tahu kalau tak mungkin bisa
menerjang kedalam, buat apa terus2an dia berbuat begitu?"
seru Ciu Tong sambil mengerutkan alisnya.
Koan Ing pun merasa hatinya rada bergerak, di tempat itu
ada lima orang jagoan lihay yang sedang berkumpul sekalipun
Jien Wong yang memiliki kepandaian silat lihaypun belum
tentu bisa menerjang masuk lalu kenapa orang itu terus
menerus menerjang saja" Apa mungkin ada maksud tujuan
tertentu" Terdengar Yuan Si Tootiang tersenyum.
"Mungkin mereka tahu kita sudah kena dikurung maka
sengaja dua kali berusaha untuk menerjang masuk" katanya.
"Semoga saja memang begitu," sambung Ciu Tong sambil
tertawa. Semua orang yang ada di dalam gua segera terjerumus di
dalam lamunan sendiri-sendiri, Koan Ing yang melihat Sang
Siauw-tan sambil bersandarpada dinding tak berbicara
sepertinya lagi memikirkan sesuatu hatinya jadi heran. Tak
terasa lagi tanyanya dengan suara perlahan, "Siauw-tan kau
lagi memikirkan apa?"
"Aah tidak mengapa," sahut gadis itu sambil memandang
ke arah Koan Ing dengan amat tenang. "Aku cuma lagi
memikirkan perkataan dari empek Ciu tadi yang mengatakan
Soat Nio turun gunung karena muridnya."
Koan Ing segera merasakan hatinya tergetar, dia sama
sekali tidak menyangka kalau Sang Siauw-tan terus menerus
memikirkan persoalan itu.
"Dia memang datang untuk mencari Cing It suci," sahutnya
kemudian sambil tertawa. "Cing It suci turun gunung secara diam-diam adalah
bermaksud untuk mencari dirimu setelah bertemu dengan
dirimu bagaimana mungkin nikouw itu suka melepaskan kalian
dengan begitu saja?"
Koan Ing jadi melengak, dia sama sekali tidak
memberitahukan hal ini kepadanya tetapi bagaimana mungkin
gadis itu bisa tahu kalau Cing It nikouw turun gunung secara
diam-diam bahkan sengaja datang mencari dirinya"
Dia sama sekali tidak tahu kalaujejak serta gerak-gerik
yang mencurigakan dari Cing It itu sudah diketahui oleh Sang
Siauw-tan bahkan sewaktu gadis itu ada di atas puniyak Su Li
Hong dia jauh lebih mengerti sifat dari Koan Ing, sudah tentu
dalam soal ini dia sudah bisa menebak sendiri.
Koan Ing merasa tidak enak untuk ber bohong terhadap diri
Sang Siauw-tan, maka dengan perlahan dia menundukkan
kepalanya "Sebetulnya sudah terjadi urusan apa?" desak Sang Siauwtan
lebih lanjut. Koan Ing menarik napas panjang, dengan sikap apa boleh
buat dia dongakkan kepalanya.
"Kami berdua hampir-hampir mati ditangannya, tetapi Cing
It Suci sudah kehilangan lengan kirinya, hanya saja karena
nasibnya masih baik sehingga tidak sampai mati ditangan
gurunya itu", "Dimanakah Cing It Suci saat ini?"
Walaupun dia sangat percaya terhadap Koan Ing tetapi
selama ini dia takut Cing It nikouw terus menerus mendekati
Koan Ing, walaupun begitu setelah didengarnya nikouw muda
itu sudah kehilangan sebuah Iengannya maka dalam
hatinyapun dia terharu juga.
Waktu itu bilamana bukannya sengaja dia menyingkir untuk
melihat bagaimanakah sikap Koan Ing terhadap nikouw itu
ada kemungkinan tidak sampai terjadi peristiwa ini, peristiwa
ini pasti terjadi karena Sin Hong Soat-nie sudah menaruh
salah paham. "Sewaktu aku pergi tadi dia masih ada di dalam air terjun,
sekarang ia ada dimana aku sendiri juga tidak tahu," ujar
pemuda itu sambil gelengkan kepalanya.
Bicara sampai disitu mereka berdua pada bungkam hingga
suasanapun diliputi keheningan.
Yuan Si Tootiang menarik napas panjang-panjang, dengan
perlahan dia memandang ke arah Koan Ing.
"Nona itu adalah siauw-li," terdengar Sang Su-im
memperkenalkan. "Putrimu sudah pernah aku temui, dia memang merupakan
pasangan yang setimpal dengan Koan siauw-hiap."
Wajah Sang Siauw-tan segera berubah jadi merah,
walaupun dia sudah berkasih2an secara terbuka dengan diri
Koan Ing tetapi saat ini Yuan Si Tootiang berbicara dihadapan
umum, bagaimanapun juga sebagai seorang gadis dia merasa
malu juga. Sang Su-im yang mendengar perkataan itu lantas
tersenyum. "Terhadap muridmupun aku pernah bertemu, aku minta
Tootiang suka mendidik dan mengawasi dirinya lebih ketat
dan keras lagi!" serunya.
Pada paras muka Yuan Si Tootiang segera terlintaslah satu
senyuman pahit. "Dia adalah keponakanku, selama ini aku memang rada
teledor untuk memberi didikan kepadanya apalagi dia terlalu
manja terhadap diriku, bilamana dia sudah berbuat sesuatu
yang kurang pantas harap Sang pangcu dengan memandang
di atas wajah pinto suka melepaskan dirinya."
"Sang Su-im yang mendengar perkataaa itu dia sudah salah
menganggap mungkin Yuan Si Tootiang masih tidak tahu apa
yang telah dilakukan oleh Sak Huan sehingga begitu membelai
dirinya. Alisnya segera dikerutkan rapat-rapat,
"Muridmu beberapa kali mendesak siauw li untuk kawin
dengan dirinya, apakah Tootiang
tidak tahu akan urusan ini?"
"Aach ada urusan" Kenapa Sang pang cu tidak memberi
tahu kepadaku?" seru Yuan Si Tootiang kaget.
Koan Ing yang melihat sikapnya itu segera mengerutkan
alisnya rapat-rapat, apakah mungkin Yuan Si Tootiang sama
sekali tidak tahu apa yang sudah diperbuat oleh Sak Huan"
"Ooow.... kalau begitu aku sudah salah bertindak?" sindir
Sang Su-im dingin, Dari sepasang mata Yuan Si Tootiang tiba-tiba menetes
keluar titik-titik air mata, dia menghela napas panjang.
"Bilamana dia sungguh-sungguh berbuat demikian aku
pasti akan membinasakan dirinya dihadapan umum kalau tidak
aku orang mana punya muka lagi untuk bertemu dengan
kawan2 Bu-lim?" serunya,
Sang Su-im yang melihat tosu itu benar-benar terharu
sehingga meneteskan air mata, diapun lantas menghela napas
panjang-panjang. "Tootiangpun tidak usah terlalu bersedih hati," hiburnya,
"Dalam soal ini lebih baik kita rundingkan saja setelah kita
keluar dari gua ini, orang-orang muda memang masih
berdarah panas sehingga mudah saling bentrok satu sama
lainnya, Tootiang cukup memberi peringatan yang keras saja
kepadanya" Yuan Si Tootiang hanya menghela napas panjang saja,
kepalanya digelengkan berulang kali, sedang air mata
mengucur keluar semakin deras.
Koan Ing sendiripun diam-diam lantas menghela napas,
sebenarnya di dalam hati dia merasa gemas dan benci
terhadap diri Yuan Si Tootiang, karena toosu itu tidak
mengambil tindakan apa-apa terhadap muridnya, tetapi
setelah melihat kejadian ini hatinya malah merasa menyesal.
Ciu Tong mendadak tertawa terbahak-bahak.
. "Haa.... haa.... mati hidup kita yang ada di dalam guapun
belum bisa ditentukan, buat apa harus menguatirkan urusan
yang lain" Bilamana ada urusan lain, lebih baik dibicarakan
setelah kita lolos dari sini saja," tegurnya.
Pada saat mereka sedang bercakap2 itulah mendadak dari
luar kembali terdengar suara bentakan keras.
Sang Su-im dengan cepat menoleh dan kirim tiga sentilan
dahsyat ke depan, tampaklah tiga gulung desiran angin


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pukulan dengan cepatnya menyambar keluar.
Dari mulut gua tampak bayangan manusia berkelebat
datang, tahu-tahu di dalam gua sudah muncul Sin Hong Soatnie.
"Aah.... Soat-nie kaupun sudah datang!"
Diantara mereka Thian Siang Thaysulah yang paling girang,
di tengah suara bentakan yang keras sepasang telapaknya
dengan sejajar dada didorong ke depan, inilah suatu pukulan
dengan menggunakan ilmu "Si Bu Sian Thian Cin Khei" yang
amat dahsyat. Yuan Si Tootiang yang melihat muncul bayangan putih itu
diapun lantas merangkap tangannya memberi hormat lalu
menghembuskan napas panjang.
"Terima kasih atas bantuan dari Sang Pangcu serta Thaysu
berdua," terdengar suara dari Sin Hong Soat-nie bergema
datang. Begitu masuk ke dalam gua nikouw tua itu lantas menyapu
sekejap ke seluruh ruangan sambil tertawa, tetapi sewaktu
melihat Koan Ingpun ada disana, air mukanya seketika itu
juga sudah berubah hebat.
Jilid 15 "KAU BELUM MATI?" tanya Sin Hong Soat-nie dingin.
Percakapan antara Koan Ing serta Sang Siauw-tan tadi
sekalipun dilakukan amat lirih tetapi dengan kehebatan dari
tenaga dalam yang dimiliki Sang Su-im sekalian sudah tentu
tak ada sepatah katapun yang ketinggalan oleh mereka.
"Sin Nie, kau jangan salah paham!" seru Sang Su-im
dengan cepat. "Dia tidak lebih hanya bermaksud untuk
menolong muridmu saja."
Dengan pandangan yang dingin Sin Hong Soat-nie melirik
sekejap ke arah Sang Su-im lalu dia menoleh kembali ke arah
Koan Ing. "Sekarang dia berada dimana?" tanyanya
Koan Ing segera mengetahui bahwa yang dimaksudkan dia
sebagai dia bukan lain adalah Cing It Nikouw, mendengar
pertanyaan tersebut segera jawabnya, "Dia terjatuh ke dalam
air terjun dan sewaktu aku pergi dia masih berada disana."
Dengan dinginnya Sin Hong Soat-nie segera mendengus.
"Haaa.... haaa.... Soat-nie!" teriak Ciu Tong tiba-tiba.
"Bagaimana kalau urusan itu dibicarakan kembali setelah kita
keluar dari tempat ini" Bukankah tadi kau sudah mengatakan
tak akan datang lagi, kenapa sekarang balik kemari" Apakah
ada urusan penting?"
Sin Hong Soat-nie sedikit mengerutkan alisnya, setelah
berpikir sebentar akhirnya ujarnya kepada pemuda itu,
"Baiklah setelah keluar dari sini aku baru menanyai dirimu"
Sehabis berkata dia menoleh ke arah Sang Su-im dan
sambungnya lagi, "Sang pangcu, anak buahmu sebagian besar sudah berada
diluar lembah Chiet Han Ku, aku lihat mereka tidak menemui
persoalan yang rumit lagi, sebelum malam hari menjelang
sudah bisa dipersiapkan rencana penyerbuan secara besar2an,
agaknya pihak lembah Chiet Han Ku tidak bakal kuat menahan
gempuran mereka." "Aah.... tentunya mereka sudah memperoleh bantuan yang
tidak sedikit dari Soat-nie," kata Sang Su-im tertawa.
Macan2 tutul dari lembah Chiet Han Ku benar-benar sangat
membosankan sekali, tapi anak buah dari Sang pangcu luar
biasa sekali sehingga tidak memperoleh kerugian yang besar,
kiranya di tengah lembah pun tidak bakal menemui kesulitan
apa-apa?" serunya. "Lalu mengapa kau tidak tinggal di tempat luar lembah
saja?" sela Ciu Tong sambil tertawa.
"Karena ada beberapa persoalan yang hendak aku
tanyakan pada Yuan Si Tootiang"
Semua orang segera merasakan hatinya bergetar keras,
seluruh perhatianpun tak terasa lagi sudah ditujukan pada
Yuan Si Tootiang semua, mereka merasa bilamana Sin Hong
Soat-nie tidak mendapatkan penemuan yang luar biasa sekali
tak mungkin dia suka menempuh bahaya untuk mendatangi
tempat itu. Mendengar perkataan dari nikouw itu dan melihat pula
seluruh perhatian, para jago ditujukan kepadanya Yuan Si
Tootiang mengedip2kan matanya dengan tajam,
"Apakah Suthay menaruh curiga terhadap diriku?" balik
tanyanya, Mendengar Toosu tua itu berusaha untuk mengalihkan
perkataan Sin Hong Soat-nie tersenyum,
"Tootiang" serunya. "Kau rasa Si Budak Berdarah dari
tempat kegelapan apakah bisa bangkit kembali?"
Thian Siang Thaysu itu Ciangbunjien dari Siauw-lim-pay
sewaktu mendengar Sin Hong Soat Nio masih juga
mempersoalkan hal itu dalam hati dia merasa kurang puas.
"Omintohud Si manusia Tunggal dari Bu-lim pun sudah
bangkit kembali, apakah Suthay tidak mengetahuinya?"
sindirnya. "Hmm.... aku tahu si manusia Tunggal dari Bu-lim sudah
bangkit kembali," kata Nikouw sambil tersenyum, "Tetapi hal
ini tidak bisa dikatakan bangkit kembali, dia sama sekali tidak
binasa dan berhasil melarikan diri sewaktu mendekati ajalnya,
jelas di dalam hal ini tidak bisa dikatakan sudah bangkit
kembali," Sehabis berkata sinar matanya dengan perlahan menyapu
sekejap ke seluruh jago, lalu tambahnya, "Tetapi sewaktu Si
Budak Berdarah dari tempat kegelapanjatuh ke dalam jurang,
ulu hatinya sudah kena tusukan oleh pedangku, diajatuh ke
dalam jurang dengan ulu hati yang masih tertancap pedang
dan jelas tak mungkin masih mempunyai harapan untuk hidup
lagi " "Sekalipun begitu belum tentu dia harus mati!" bantah
Thian Siang Thaysu sambil kerutkan alisnya. "Ada
kemungkinan tusukan pedang suthay ini miring ke samping
sehingga tidak sampai menimbulkan kematian buat dirinya.
Jien Wong pun pada mulanya sudah menggeletak jatuh, tetapi
akhirnya dia sadar dari pingsannya dan melarikan diri dengan
menunggang kereta, jelas di dalam persoalan ini Si Budak
Berdarahpun waktu itu juga jatuh tak sadarkan diri saja."
Sin Hong Soat-nie segera mendengus dingin.
Thian Siang Thaysu tahu di dalam menghadapi urusan ini
bilamana minta Yuan Si Tootiang memberi penjelasan sendiri
sama sekali tak berguna, sedang empat manusia aneh pun
agaknya tidak suka campur tangan karenanya terpaksa dia
harus mewakili Yuan Si Tootiang untuk memberi penjelasan.
"Suthay," ujarnya sambil tertawa. "Bilamana kau
mencurigai aku yang sudah menyamar sebagai Si Budak
Berdarah maka hal ini merupakan suatu lelucon yang sangat
menggelikan sekali."
Dalam hati para jago yang hadir merasa kalau Sin Hong
Soat-nie terlalu menaruh curiga terhadap toosu tersebut, dan
kesemuanya ini hanyalah disebabkan dia sudah menusukkan
pedangnya ke dada sebelah kiri dari Si Budak Berdarah itu.
Kembali Siu Hong Soat-nie mengerutkan alisnya rapat-rapat
kepada Koan Ing tanyanya lagi, "Apakah kau masih ingat
dengan suara dari Si Budak Berdarah itu?"
"Suaranya sangat tinggi melengking dan amat tajam
"jawab pemuda itu setelah termenung berpikir sebentar.
"Thaysu!" seru Sin Hong Soat-nie dengan cepat sambil
menoleh ke arah Thian Siang Thaysu. "Benarkah suara dari Si
Budak Berdarah amat tinggi melengking dan sangat tajam?"
"Suara manusia tidak mungkin tetap apalagi setelah terpaut
puluhan tahun lamanya bilamana suthay masih tetap ngotot
mengatakan Yuan Si Too-henglah yang sedang menyaru, hal
ini benar2 amat menggelikan sekali?"
Air muka Sin Hong Soat-nie mendadak berubah hebat,
serunya tiba-tiba, "Aku tidak percaya kalau Si Budak Berdarah
itu belum mati, setelah dia terjatuh dalam jurang aku pernah
menuruni tebing tersebut untuk mengadakan pemeriksaan
mayat serta tulang belulang dari Si Budak Berdarah masih
tetap menggeletak disana bahkan aku sudah menemukan
suatu benda di sisinya."
Sembari berkata dari dalam sakunya dia mengambil keluar
sebuah medali yang terbuat dari batu pualam.
Ooo)*(ooO Bab 36 "Ooooh.... itu medali pedangku!" tiba-tiba Yuan Si Tootiang
berseru dengan wajah yang tetap tenang.
Mendengar perkataan tersebut semua orang menjadi amat
terperanjat, tak tersangka oleh mereka kalau Yuan Si Totiang
bisa mengakui dengan begitu terus terang.
"Pedangku yang kutusuk kebagian dada dari Si Budak
Berdarah hingga kini masih tetap utuh di atas kerangkanya.
bagaimana mungkin bisa hidup kembali, kerangka manusia tak
bisa bangkit kembali," kata Sin Hong Soat-nie kembali dengan
gusar. Thian Siang Thaysu jadi termangu-mangu, saat ini dia tak
dapat mengucapkan sepatah katapun, dengan perlahan
kepalanya ditolehkan ke arah Yuan Si Tootiang agaknya dia
bermaksud agar toosu itu memberi pembelaan sendiri.
Di dalam hati kecil Sang Su-im sekalian pun mulai merasa
kalau urusan semakin ruwet dan bukanlah semudah apa yang
dipikirkan mereka semula, jelas kebersihan hati Yuan Si
Tootiang masih merupakan satu persoalan yang besar.
Munculnya Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan kali ini
kecuali ilmu silatnya saja yang sama, ia sama sekali tidak
memperlihatkan wajah yang sebetulnya, suara tidak sama
bahkan Sin Hong Soat-nie pun sudah menyelidiki kembali
mayat Si Budak Berdarah itu dan masih menggeletak di bawah
jurang. Terdengar Yuan Si Tootiang tertawa tawar.
"Kalian harus tahu selama ini aku selalu bersama-sama
dirimu, sewaktu Si Budak Berdarah munculkan diri, kalian bisa
melihat sendiri dari tempat kejauhan, bilamana aku
mempunyai suatu maksud tertentu tidak bakal kembali lagi
kemari. Koan Ing sendiripun merasa keheranan, dia tahu bilamana
Yuan Si Tootiang bermaksud tidak baik maka dia tidak akan
kembali lagi kesana. "Hmm" terdengar Sin Hong Soat-nie mendengus dingin.
"Selama dua puluh tahun ini ada siapa yang pernah melihat
jejaknya?" Sekali lagi Sang Su-im sekalian dibuat melengak, selama
beberapa tahun ini Soat-nie bersumpah tidak menuruni
puncak Sun Li Hong, Thian-yu Khei Kiam lenyap, di samping
itu memang Yuan Si Totiang lah yang tidak pernah kelihatan
batang hidung maupun beritanya.
"Heee.... heee.... selama ini aku selalu berada di gunung Bu
Tong san, agaknya belum tentu setiap orang harus
mengetahui berita sertajejakku," kata Yuan Si Tootiang sambil
tersenyum. Dia berhenti sebentar untuk kemudian tambahnya,
"Menurut suthay, aku harus berbuat apa saat ini?"
"Tidak ada," jawab Sin Hong Soat-nie sambil menyapu
sekejap kesemua orang. "Cuma saja kereta berdarah menuju
ke Tenggara kenapa kau membawa mereka ke Timur" Si
Budak Berdarah sudah binasa bagaimana mungkin di samping
badannya ada medali pedangmu itu?"
"Medali pedang itu bisa ada di samping badan Si Budak
Berdarah ada kemungkinan benda itujatuh sewaktu
pertempuran kita tempo hari, sedang soal kereta berdarah
akupun berada di sini, jelas tidak mungkin merupakan suatu
hal yang bohong" jawab Yuan Si sambil tundukkan kepala.
Sin Hong Soat-nie segera mengerutkan alisnya rapat-rapat
dia mundur satu langkah ke belakang.
"Apa kau tidak sedang berbohong?" serunya dingin, "medali
pedang itu cuma menggeletak di atas tanah, benda yang
terjatuh dari tempat ketinggian beberapa ratus kaki tidak akan
ada di atas permukaan tanah."
Mendengar perkataan itu semua orang segera merasakan
hatinya tergetar keras, Yuan Si Tootiang bilamana suka
berterus terang mengatakan kalau dia pernah turun
kedasarjurang, hal ini malah tidak mengapa tapi kini dia sudah
berbohong, jelas dalam hatinya bermaksud untuk mengelabui
semua orang. Biji mata Yuan Si Tootiang kembali berputar2, dengan
perlahan dia menundukkan kepalanya rendah-rendah dan
tidak mengucapkan kata-kata lagi.
Diantara mereka, Thian Siang Thaysulah yang merasa
paling gusar, perjalanannya kali ini ia sudah membawa seluruh
jagonya yang paling lihay di bawah ruangan Tat Mo Tong, dan
kini sebagian besar sudah terluka maupun binasa di dalam
lembah Chiet Han Ku ini. "Tootiang, bagaimana
penjelasanmu?" dengusnya dengan murka.
"Heei.... baiklah biarlah aku akan bicara terus terang
kepada kalian," kata Yuan Si Tootiang kemudian sambil
dongakkan kepalanya. Dia menarik napas panjang, setelah termenung beberapa
saat lamanya dia baru membuka mulut.
"Sejak semula aku sudah mengetahui kalau Si Budak
Berdarah sudah mati," katanya. "Akupun sudah menuruni
dasarjurang itu untuk mengadakan pemeriksaan secara diamdiam,
tetapi waktu itu pakaian yang dikenakan oleh Si Budak
Berdarah sudah robek, jelas sudah ada orang yang pernah
memeriksa badannya."
Mendengar perkataan tersebut Thian Siang Thaysu segera
mendengus dingin, selama ini dia selalu menganggap Yuan Si
Tootiang adalah seorang beribadat yang amat suci, luhur dan
ramah, tidak disangka sebenarnya dia adalah seorang manusia
yang demikian rendah. "Aku merasa perbuatanku ini ada resiko merusak nama
baik Bu-tong-pay, apalagi tidak ada saksi yang melihat kalau
aku sama sekali tidak memperoleh apa-apa. maka itu selama
ini tidak pernah aku ceritakan soal tersebut. Heeei.... , tidak
disangka Soat-nie sudah menuruni dasarjurang untuk
mengadakan pemeriksaan dan menemukan medali pedangku
tertinggal di sana sehingga karena soal itu sudah
menimbulkan kesalah pahaman yang demikian mendalam.
Ciu Tong yang sudah kehilangan putra serta muridnya di
tempat itu segera mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Kalau begitu kali ini kau bermaksud untuk memancing kita
masuk ke lembah Chiet Han Ku ini?" serunya dingin.
Yuan Si Tootiang termenung sebentar setelah itu baru
mengangguk perlahan.

Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tahu lembah Chiet Han Ku merupakan salah satu dari
tiga tempat terlarang maka itu sengaja memancing kalian
datang kemari, kereta berdarah kini sudah terjatuh ke tangan
Si Budak Berdarah, aku rasa murid ku sudah pergi
mengadakan pengejaran."
Baru saja dia selesai berbicara dengan gusarnya Ciu Tong
sudah membentak keras, tongkatnya diangkat siap dibabat ke
arah pinggangnya. Buru-buru Sang Su-im menarik badannya
ke belakang. "Ciu Tong tahan dulu, biarlah perkataannya selesai
diucapkan baru kita mulai turun tangan."
Terdengar Yuan Si Tootiang menghembuskan napas
panjang, lalu ujarnya lagi, "Aku hanya ingin memancing agar
kalian terkurung semua di sini, tapi di tengah jalan mendadak
aku menemukan bayangan berdarah berkelebat sehingga aku
melakukan pengejaran, siapa sangka di sini kalian sudah kena
dihajar kocar-kacir oleh orang-orang lembah Chiet Han Ku."
Thian Siang Thaysu kembali mendengus dingin dia sama
sekali tidak menyangka kalau Yuan Si Tootiang
demikianjahatnya, bilamana bukannya Sin Hong Soat-nie yang
mendesak terus menerus ada kemungkinan selama ini dia
selalu menganggap dirinya sebagai orang baik-baik.
"Tetapi akhirnya di dalam liang-sim aku menemukan kalau
aku sangat berdosa bilamana kalian sampai menemui ajal di
tempat ini apalagi diantara kita adalah kawan karib yang
sudah lama, karena itu aku sudah balik lagi kemari," kata
Toosu tua itu lagi. "Hmm tidak disangka kau masih teringat akan Liang-sim
dua kata!" seru Cha Can Hong sambil mendengus,
Sewaktu berbicarajelas terlihat dia amat marah sekali,
agaknya di dalam hati ia baru merasa menyesal dan kecewa
karena orang yang selama ini dianggap sebagai pendekar
sejati tidak lain dan tidak bukan adalah manusia rendah
seperti ini. Semakin dipikir dia semakin khe-ki, saking gemasnya
kepingin sekali menghajar mati dirinya di dalam satu kali
gaplokan, "Aku kini merasa malu terhadap kalian," seru Yuan Si
Tootiang sambil tertawa sedih. "Dan akupun tahu kalau aku
harus merasa malu terhadap para jago di kolong langit,
merasa malu terhadap diriku sendiri, tetapi sedikitnya sebelum
mati aku akan menebus dosa2ku ini sekeluarnya dari gua ini
tidak usah kalian memaksa, aku bisa melakukan bunuh diri
dihadapan kalian," Walaupun di dalam hati Thian Siang Thaysu merasa amat
gusar tetapi diapun merasa tidak tega, bagaimanapun juga
Yuan Si Tootiang tetap merupakan seorang Ciangbunjien dari
suatu partai besar, bilamana sampai mendesak dia harus
melakukan bunuh diri hal ini sangat mengenaskan sekali,
"Omintohud!" serunya kemudian sambil merangkap
tangannya di depan dada. "Bila mana tootiang sudah merasa
Kisah Pedang Di Sungai Es 7 Pedang Dan Kitab Suci Puteri Harum Dan Kaisar Karya Khu Lung Pedang 3 Dimensi 13
^