Pencarian

Memburu Iblis 14

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 14


mengelilingi Liu Yang Kun. Puluhan ekor ular itu kelihatan
agak segan dan takut kepada pemuda aneh tersebut. Mereka
berderet-deret rapi dengan kepala tertunduk.
"Kim su-heng......." A-apa apa apaan ini?" Nyo Kin Ong
berseru gemetar. Mukanya pucat dan tanpa terasa kakinya
melangkah mundur menjauhi arena.
Ternyata Kim Hong San sendiri juga menjadi bingung
melihat peristiwa yang tak diduganya itu. Namun sebagai
murid tertua dari Giok-bin Tok-ong, kecerdikannya dalam
merangkai sesuatu hal atau sesuatu peristiwa, ternyata juga
tidak kalah dengan gurunya. Sebentar saja ia segera bisa
menebak apa yang kiranya telah terjadi.
"Nyo su-te......! Hanya ada dua orang yang mampu berbuat
seperti pemuda itu di dunia ini, yaitu su-hu sendiri dan.....
mendiang Ang-leng Kok-jin !"
"Benar, su-heng .......kau be-benar. Aku pun pernah
melihatnya pula. Hanya su-hu dan mendiang Ang-leng Kok-jin
yang mampu berbuat seperti ini."
"Kau tahu sebabnya mengapa mereka bisa berbuat
demikian?" "Tentu saja, su-heng. Su-hu ditakuti ular karena beliau
memiliki Po-tok-cu. Lalu ketika Po-tok-cu itu dicuri oleh su-
heng Ang-leng Kok-jin, su heng pun lantas ditakuti pula oleh
ular-ular itu." "Huh.......kamu masih saja memanggil su-heng kepada
pengkhianat itu?" K im Hong San menghardik su-tenya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Maafkan aku, su-heng............" Kim Hong San lalu
menghela napas dalam-dalam. Ditolehnya adik seperguruannya itu sambil berdesah perlahan. "Nah.......
sekarang apa pikiranmu setelah pemuda itu juga mampu
berbuat seperti su-hu dan Ang-leng Kok-jin?"
Tiba-tiba mata Nyo Kin Ong terbelalak. "Hei" Apakah dia.....
dia... eh" Apakah Ang-leng Kok-jin telah memberikan Po-tok-
cu itu kepadanya?" desahnya serak seakan mau berteriak.
Kim Hong San mengangguk. "Tampaknya memang
demikian. Entah diberikan atau tidak, tapi yang jelas pemuda
itu tentu membawa Po-tok-cu sekarang. Dan hal itu berarti
segala macam senjata beracun yang kita bawa tidak akan
berguna terhadap dia."
"Ooh..... jadi apa yang harus kita lakukan sekarang" Lari
meninggalkan dia" Lalu......bagaimana dengan buku itu"
Bagaimana su-hu nanti menanyakannya?"
"Hus! Mengapa kita harus lari" Bukankah kita masih
memiliki berbagai macam senjata yang dapat kita andalkan
pula" Apa kau lupa pada pek-lek-tan kita?" Kim Hong San
mendengus marah. "Oh, benar......" Nyo Kin Ong yang berangasan itu tiba-tiba
tersenyum lega. Tapi senyum segera hilang tatkala matanya
memandang ke arah arena lagi.
Ternyata sesuatu telah terjadi pula di dalam arena. Entah
bagaimana asal mulanya, namun sekarang puluhan ekor ular
itu tampak mengepung Ular Madu Lebah dan Ang-leng-coa
milik mereka. Bahkan dengan amat sangat garangnya ular-
ular itu telah bersiap-siap hendak menyerang ketiga ekor ular
mereka itu. "Su-heng! Kita tolong ular-ular peliharaan kita! Mari........!"
Nyo Kin Ong cepat berteriak, kemudian me lompat ke dalam
arena. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Melihat adik seperguruannya telah terjun ke dalam arena
kembali, maka Kim Hong San terpaksa menyusul pula. Mereka
tetap berpasangan melawan Liu Yang Kun, karena dengan
jalan demikian mereka bisa saling menolong dan saling
melindungi satu sama lain. Sesekali mereka terpaksa
menghindar atau menyepak kawanan ular berbisa yang
berseliweran di bawah kaki mereka.
Sementara itu kawanan ular yang baru datang itu benar-
benar telah menyerang ular piaraan Kim Hong San dan Nyo
Kin Ong. Tampaknya ketiga ekor ular peliharaan Kim Hong
San dan Nyo Kin Ong itu mereka anggap bersalah karena
berani menyerang Liu Yang Kun, titisan raja mereka. Dan
sebentar saja telah banyak yang bergelimpangan menemui
ajal mereka. Ketiga ekor ular piaraan Kim Hong San dan Nyo Kin Ong itu
memang termasuk jenis ular yang amat berbisa. Di kalangan
masyarakat ular sendiri mereka bertiga termasuk dari jenis
ular istimewa yang sangat ditakuti oleh jenis-jenis ular yang
lain. Dalam keadaan biasa takkan ada seekor ularpun dari
jenis-jenis yang baru datang itu yang berani melawan mereka.
Namun karena mereka sekarang seperti sedang mengemban
kewajiban untuk menghukum mereka yang bersalah, maka
mereka terpaksa berani melawan tiga ekor ular berbisa itu.
Di dalam masyarakat ular memang ada ketentuan-
ketentuan atau kebiasaan kebiasaan yang mereka junjung
tinggi sebagai tata aturan di kalangan mereka. Dan salah satu
diantara aturan-aturan tersebut adalah tentang hukuman bagi
mereka yang dianggap berani melawan pemimpin kelompok
atau berani melawan raja mereka. Mereka yang dianggap
bersalah itu akan dikeroyok beramai-ramai sampai mati.
Meskipun demikian, ular yang mendapat hukuman tersebut
juga diberi hak untuk melawan dan membela diri. Kalau
kebetulan ular yang bersalah itu dapat meloloskan diri dari
hukuman, maka otomatis nyawa mereka diampuni pula.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Itulah sebabnya mengapa ketiga ekor ular piaraan Kim
Hong San dan Nyo Kin Ong tersebut berusaha melawan mati
matian. Sungguh beruntung bagi mereka bertiga, karena
diantara pengeroyok mereka itu tidak ada seekor ularpun yang
setaraf atau sebanding dengan 'kemampuan' mereka.
Kawanan ular yang mengeroyok mereka itu cuma dari jenis
ular biasa, yang walaupun berbisa pula, tapi tak sehebat dan
sedahsyat racun atau bisa mereka. Apalagi kulit Ang-leng-coa
yang keras itu tak dapat ditembus dengan taring yang
bagaimanapun tajamnya. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila beberapa saat kemudian banyak diantara
kawanan ular tersebut yang binasa oleh serangan mereka
bertiga. Sementara itu pertempuran antara Liu Yang Kun dan Kim
Hong San pun berlangsung semakin seru pula. Dengan senjata
jaring atau jala yang dapat dilipat ataupun ditebarkan, Kim
Hong San bekerja sama dengan Nyo Kin Ong. Nyo Kin Ong
sendiri juga mengeluarkan senjatanya, yaitu sebuah pipa
tembakau atau huncwe, yang panjangnya hampir sepanjang
lengannya. Dan pipa tersebut mengepulkan asap yang
semakin lama semakin tebal pula.
Demikianlah, setelah yakin bahwa Po-tok-cu yang berada di
dalam mulutnya itu mampu melindungi tubuhnya, Liu Yang
Kun tidak merasa takut atau khawatir lagi terhadap racun
lawannya. Dengan sangat berani ia menangkis atau bahkan
menyongsong serangan-serangan lawannya. Hanya saja ia
sangat berhati hati bila harus melayani jaring Kim Hong San
itu. Perasaannya memperingatkan bahwa senjata tersebut
sangat berbahaya. Namun yang ternyata juga tidak kalah berbahayanya
adalah senjata di tangan Nyo Kin Ong tersebut. Senjata aneh
yang berwujud hun-cwe atau pipa tembakau itu ternyata
diperlengkapi dengan berbagai macam alat rahasia yang
mengerikan. Beberapa kali Liu Yang Kun hampir terkecoh dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
celaka oleh senjata-senjata rahasia yang terkandung di
dalamnya. Pipa itu ternyata dapat mengeluarkan jarum-jarum
lembut yang bisa menembus daging dan memasuki jalan
darah. Juga dapat menyemprotkan cairan cairan berbahaya
yang bisa membakar rambut dan merusakkan kulit. Bahkan
juga dapat menyemburkan asap-asap pembunuh yang bisa
membutakan mata dan mencekik pernapasan orang.
Untunglah Liu Yang Kun memiliki Bu eng Hwe-teng dan Po-
tok-cu. Kalau tidak, walaupun ia mempunyai lwee-kang dan
ilmu silat yang tinggi, ia tetap takkan bisa menghindar terus-
menerus dari keganasan senjata tersebut.
Dengan Bu-eng Hwe-tengnya Liu Yang Kun mampu
bergerak cepat seperti kilat untuk menyelamatkan dirinya.
Sementara dengan Po-tok-cu yang ia kulum di dalam
mulutnya ia mampu bertahan menghadapi asap-asap beracun
atau cairan-cairan berbahaya yang tersimpan di dalam hun-
cwe tersebut. Begitulah, sepuluh jurus telah berlalu. Kemudian limabelas
jurus. Dan akhirnya menginjak pula pada jurus yang ke
duapuluh. Namun kedua belah pihak tetap belum juga
menunjukkan bahwa mereka lebih unggul dari pada lawannya.
Liu Yang Kun memang belum mengerahkan segala
kemampuannya. Meski telah mempergunakan Pat-hong-sin-
ciang, namun ia masih memainkan secara lumrah atau biasa.
Ia belum lagi mengungkapkannya sampai ke puncaknya, yaitu
dengan disertai kekuatan atau kemampuan batinnya. Karena
untuk melakukannya ia harus mempergunakan kekuatan yang
berlipat, dan hal itu benar-benar amat melelahkannya. Ya
kalau ia dapat segera cepat menaklukkan lawannya. Kalau
tidak" Ia lah yang justru akan terjerumus ke dalam kesulitan
nanti. Selain itu ia memang ingin lebih berhati-hati.
Sementara itu kawanan ular yang membela Liu Yang Kun
itu benar-benar telah dibabat habis oleh ular-ular piaraan Kim
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Hong San dan Nyo Kin Ong. Bangkai mereka berserakan di
segala tempat. Tapi beberapa ekor ular baru masih juga berdatangan ke
tempat itu. Seperti kawanan ular sebelumnya, mereka itu
lantas terjun pula ke arena, mengeroyok ular-ular piaraan Kim
Hong San dan Nyo Kin Ong tersebut. Namun seperti halnya
kawan-kawan mereka yang terdahulu, mereka itu juga
bergelimpangan pula menemui ajalnya.
Beberapa waktu kemudian barulah Liu Yang Kun sadar
bahwa ular-ular yang membelanya telah habis dibunuh ular-
ular Kim Hong San dan Nyo Kin Ong. Tiba-tiba hatinya merasa
sedih. Dan kesedihan itu akhirnya menyalakan kemarahannya.
Tiba-tiba pemuda itu mengubah cara bersilatnya. Kalau
semula ia bergerak dengan lincah dan gesit, sekarang
mendadak pelan namun penuh tenaga. Kalau semula
tubuhnya sering berloncatan dan berkelebat kian kemari
seperti burung walet terbang di udara, kini kakinya hampir
tidak pernah lepas dari permukaan tanah. Bahkan ia hanya
menggeliat ke sana kemari sambil menggeser kakinya.
Tubuhnya lebih banyak merunduk seperti hendak berbaring,
sehingga sepintas lalu ia seperti ular naga yang sedang
berkecimpung di permukaan laut.
Kim Hong San dan Nyo Kin Ong menjadi kaget juga
menyaksikan perubahan itu. Namun melihat gerakan lawan
justru menjadi lambat dan mudah diikuti, mereka menjadi
gembira malah. Mereka lalu meningkatkan serangan mereka
dan berusaha mendesak Liu Yang Kun. Dengan garangnya
Kim Hong San memutar-mutar jaring pusakanya dan setiap
kali tampak menukik ke bawah untuk mengurung, membelit
atau bahkan untuk menangkap lawannya. Sementara Nyo Kin
Ong dengan hun-cwenya, tampak semakin ganas dan
bernafsu pula untuk mengakhiri perlawanan Liu Yang Kun.
Keduanya seolah-olah saling berlomba untuk lebih dulu
membunuh lawannya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sebaliknya Liu Yang Kun yang sekarang bersilat dengan
Kim-coa-ih-coat itu justru lebih banyak menghindar dan
mengelak terus menerus. Melihat lawannya seperti belum
mengenal keistimewaan dari ilmunya, Liu Yang Kun seperti
sengaja mengalah terlebih dahulu. Pemuda itu tampaknya
ingin menjebak lawannya, sehingga sekaligus dapat meringkus
mereka. Demikianlah beberapa saat kemudian datang pula
kesempatan itu. Kim Hong San dan Nyo Kin Ong menyerang
secara bersamaan, dari depan dan dari belakang. Nyo Kin Ong
sambil menyemburkan asap tebal dari pipa tembakaunya
menerjang dari depan. Ujung pipanya tampak bergetar
dengan hebat, sehingga sulit untuk diduga arah tujuannya.
Sementara itu pada waktu yang bersamaan, Kim Hong San
mencegat pula dari belakang dengan tebaran jaringnya.
Keduanya bekerja sama untuk mendesak Liu Yang Kun ke
dalam jeratan jaring mereka. Sebuah jaring pusaka yang
penuh kaitan duri tajam di dalamnya.
Dan mereka berdua telah mulai tersenyum ketika yakin
bahwa mereka akan bisa menangkap Liu Yang Kun. Tapi
sekejap kemudian senyum itu tiba-tiba lenyap dari muka
mereka. Dan dalam sekejap pula senyum tersebut berganti
dengan rasa kaget, bingung serta tak percaya. Bahkan rasa
kaget itu lalu berganti dengan rasa takut dan ngeri yang tak
terhingga. Di depan mata mereka tiba-tiba Liu Yang Kun seperti
berubah menjadi hantu yang sangat menakutkan.Tangan
kanannya yang panjang itu mendadak terayun ke belakang
dengan gampangnya, seakan-akan sebuah lengan boneka
yang tak bersendi. Bahkan lengan itu kemudian memanjang
terus melebihi ukurannya.
Begitu cepatnya lengan itu bergerak, sehingga tahu-tahu
ujung jarinya telah menotok jalan darah ci-kong-hiat di
pergelangan tangan Kim Hong San. Dhug.......!! Tangan itu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
terkulai lemas, dan jaring pusaka yang dipegangnya otomatis
terlepas. Dan berbareng dengan saat itu pula Liu Yang Kun
menundukkan badannya seraya menyambar ke depan untuk
merebut hun-cwe Nyo Kin Ong dengan tangan kirinya.
Gerakannya demikian cepat dan dengan tenaga sepenuhnya,


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga tak heran kalau mendadak lawannya menjadi
bengong dan tersengal-sengal tak berdaya.
Tiba-tiba saja gerakan Nyo Kin Ong itu berhenti di tengah
jalan. Murid Giok-bin Tok-ong yang lihai itu tiba-tiba menjadi
lupa akan ilmu silatnya sendiri. Selain itu dadanya seperti
ditindih oleh beban yang sangat luar biasa beratnya.
Pada saat itulah tangan kiri Liu Yang Kun menyambar hun-
cwenya. Wuuut ! Dan pipa tersebut sudah berpindah tangan.
Kemudian masih dengan kecepatannya yang luar biasa Liu
Yang Kun menjatuhkan dirinya ke tanah.
"Aduuuuuh.......?" tiba-tiba Nyo Kin Ong yang termangu-
mangu itu menjerit kesakitan, karena mendadak saja jaring
pusaka yang terlepas dari tangan su-hengnya tadi me luncur
tepat mengenai kepalanya.
"Su-te........!" Kim Hong San berseru kaget.
Tapi jaring pusaka berduri tajam itu sudah terlanjur
menjerat kepala dan leher Nyo Kin Ong. Bahkan kaitan-kaitan
bajanya juga sudah terlanjur mencengkeram dan melukai
wajah, leher serta kulit kepala orang itu, sehingga untuk
melepaskannya lagi benar-benar sangat sulit dan membutuhkan waktu. Sebab selain amat sakit, kulit dan
daging yang terkenapun akan menjadi rusak pula.
"Bukan main! Bukan main! Benar-benar sebuah kepandaian
yang hebat luar biasa! Baru setahun lebih tak bertemu,
ternyata kepandaian saudara telah meningkat banyak sekali !
Selamat.... ! Selamat!" tiba-tiba terdengar suara Giok-bin Tok-
ong di pinggir arena. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Giok-bin Tok-ong melirik ke arah Kim Hong San dan
menggeram marah. "Sudah kukatakan kalau anak itu lihai
sekali, kalian tetap tak mau percaya, Hmmh..., kini
menyesalpun tiada guna! Ka lian sudah dikalahkan."
"Su-hu" Dia.......?" T ang Hu yang tadi menjemput Giok-bin
Tok-ong, dan kini berada di belakang gurunya tersebut
menyela perkataan itu. Sekali lagi Jago Silat Nomer Empat di Dunia itu
menggeram. "Dia adalah Chin Yang Kun atau Liu Yang Kun, orang yang
tertulis diurutan ke tujuh pada Buku Rahasia itu!" katanya
kemudian dengan kaku. "Oh".. Chin Yang Kun?" ketiga orang murid Giok-bin Tok-
ong itu berdesah hampir berbareng. Wajah mereka
menunjukkan perasaan kaget dan tak percaya. Dalam benak
mereka memang tak pernah terbayang bahwa Ching Y ang Kun
itu masih berusia begitu muda.
"Sudahlah. Biarlah aku yang menyelesaikan urusan ini.
Kalian katakan tadi bahwa ia benar-benar membawa Buku
Rahasia itu?" Giok-bin Tok-ong memotong.
Kim Hong San cepat-cepat menghampiri gurunya. "Be-
benar, suhu ......Kami lihat ia membaca buku itu tadi. Kini
anak itu telah menyembunyikannya di dalam saku bajunya.
Bukankah buku itu sudah tidak lengkap lagi dan tinggal bagian
depannya saja?" lapornya bersemangat.
Tiba-tiba wajah kakek sakti itu menjadi cerah kembali.
Berita tentang bukunya yang hilang itu benar-benar sangat
menggembirakan hatinya. "Benar," katanya pendek.
Tapi ketika kakek itu hendak maju ke arena, tiba-tiba Kim
Hong San memegang tangannya. "Su-hu........?" cegahnya
perlahan. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hmmmh.....ada apa?" Giok-bin T ok-ong menggeram pula.
"Su-hu......... anak itu lihai sekali!" Giok-bin Tok-ong
mengangguk. "Aku tahu.........Oleh karena itu kau bersiaplah!
Kita melawannya berdua. Biarlah Tang Hu yang menolong Nyo
Kin Ong membuka jaring itu. Setelah itu dia juga dapat
membantu kita pula."
"Jadi........ kita mengeroyoknya?" Kim Hong San berdesah
ragu. "Benar. Kenapa.........?"
"Ah..... tidak apa apa su-hu. Marilah.......!" Kim Hong San
tersipu-sipu. "Cuma........ cuma su-hu harap berhati-hati
menghadapinya. Dia kebal terhadap semua racun kita.
Tampaknya..... tampaknya dia membawa Po-tok-cu yang
dicuri Ang-leng Kok-jin itu."
"Ya......ya...... aku juga sudah melihatnya tadi."
"Sudah melihatnya" Jadi......jadi su-hu sudah datang sejak
tadi?" Giok-bin Tok-ong tersenyum dan tidak menjawab
pertanyaan itu. Sebaliknya dengan langkah tenang ia
mendekati Liu Yang Kun. "Jadi selain menemukan Buku Rahasia di reruntuhan rumah
Coa In Lok, engkau juga memperoleh Po-tok-cu dari bekas
muridku yang sudah meninggal itu?" tanyanya kemudian
kepada pemuda itu. Tapi dengan suara dingin Liu Yang Kun menjawab, "Jangan
main tuduh secara sembarangan! Kaukira hanya engkau saja
yang memiliki Po-tok-cu di dunia ini?"
"Hmmh!" Giok-bin Tok-ong menggeretakkan giginya.
Matanya menyala merah. "Aku tidak sembarangan menuduh.
Para penduduk yang mengurus mayat Coa In Lok itulah yang
memberitahukan kepadaku tentang kau. Siapa lagi kalau
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bukan kau yang mengambil buku itu dari reruntuhan
kamarku" Sebab engkau pulalah yang mengambil simpanan
emasku dan membagi-bagikannya kepada para nelayan itu!
Dan...... tentang Po-tok-cu itu" Huh tampaknya kau memang
telah mendapatkannya dari tangan Ang-leng Kok-jin. Hayo,
kembalikan benda itu kepadaku!"
Ternyata sikap Giok-bin Tok-ong yang kasar itu telah
membangkitkan kemarahan Liu Yang Kun pula.
"Bangsat! Sama sekali aku belum pernah bertemu, apalagi
mengenal Ang-leng Kok-Jin itu. Apakah kaukira hanya kau dan
dia saja yang mempunyai pusaka anti racun itu?"
"Tentu saja! Karena hanya satu Ceng-liong-ong di dunia ini!
Dan......akulah yang membunuhnya beberapa puluh tahun
yang lalu!" hardik Giok-bin T ok-ong tak kalah sengitnya.
Tiba-tiba Liu Yang Kun mendengus dan mencibirkan
bibirnya. "Huh.... kau salah! Ada sepasang Ceng-liong-ong di dunia
ini ! Jantan dan betina! Si betina itulah yang kaubunuh dan
kauambil mustikanya! Si jantan masih berada di dalam
liangnya, jauh di dasar bumi. Dan bila engkau ingin
mengetahuinya.......hmmh, akulah pembunuh Si Jantan itu!
Dan aku pulalah yang memiliki mustika racunnya! Paham?"
"Oooooh.......?"?"
Ucapan Liu Yang Kun itu benar-benar mengejutkan Giok-
bin Tok-ong dan murid-muridnya. "Ceng-liong-ong jantan........" Jadi........ jadi........eh, masih ada Ceng-liong-ong
lain di dasar bumi" Dan.....kau telah berhasil membunuh dan
mendapatkan mustika racunnya" Huh.......bohong! Kau tentu
berbohong kepadaku!" mendadak kakek sakti itu berteriak
marah. Liu Yang Kun cepat mengibaskan tangannya untuk
mencegah lawannya bertindak tergesa-gesa. Kemudian
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dengan tenang ia mengeluarkan Po-tok-cu dari mulutnya.
Pusaka sebesar telur burung merpati itu ditaruhnya di atas
telapak tangannya, sehingga sinarnya yang kehijau-hijauan itu
memancar terang di dalam gelap.
"Nah..... kaulihat ! Berbeda bukan" Apakah Po-tok-cu
milikmu itu sebesar dan seterang ini sinarnya?" pemuda itu
mengejek. "Oooooh....." sekali lagi Giok-bin Tok-ong tersentak kaget.
Lalu tanpa mempedulikan keheranan dan kekagetan
lawannya Liu Yang Kun memasukkan kembali mustika itu ke
dalam mulutnya. Tiba-tiba tubuh Giok-bin Tok-ong menyambar ke depan
dengan cepatnya. Begitu cepatnya sehingga rasa-rasanya
seperti bayangan yang meluncur di dalam kegelapan.
Namun ternyata Liu Yang Kun masih cepat lagi. Dengan
kecepatan yang hampir tak bisa diikuti mata biasa pemuda itu
telah bergerak pergi meninggalkan tempatnya, sehingga
sambaran tangan lawannya itu menemui tempat kosong.
Bahkan pada saat yang hampir bersamaan pemuda itu
membalas menyerang dari arah samping. Sasarannya adalah
pinggang dan lutut Giok-bin T ok-ong.
Wuuuuuuus! Dengan tangkas pula kakek sakti itu mengelak. Tubuhnya
berputar ke kanan, kemudian melenting ke atas seperti
belalang. Setelah itu tangannya terayun ke arah Liu Y ang Kun
untuk menyebarkan jarum-jarum kecil yang berwarna
keemasan. Dan di tengah-tengah arena itu pun lantas tercium
bau harum yang semerbak kemana-mana.
"Ah..... kau masih juga berani main racun di depanku?" Liu
Yang Kun menghindar pula sambil mengejek.
"Racun itu memang tidak akan berpengaruh terhadapmu.
Tapi kulitmu juga tidak kebal terhadap tajamnya jarum-jarum
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
emasku. Terutama bagian-bagian tubuhmu yang lemah. Sekali
jarum kecilku itu masuk ke jalan darahmu.........hehe ...
nyawamu berada di ujung maut!"
"Kurang ajar! Dasar manusia busuk! Lihat saja... apakah
maksud busukmu itu bisa terlaksana atau tidak?" Liu Yang Kun
mengumpat sambil melompat menghindar jarum-jarum halus
tersebut. Sementara itu di pihak lain ular-ular yang ingin membunuh
ular piaraan Kim Hong San dan Nyo Kin Ong itu benar benar
telah habis binasa. Di dalam arena tinggal ketiga ekor ular
piaraan Giok-bin Tok-ong tersebut, Mereka berdiri dengan
pongahnya diantara bangkai bangkai korbannya. Meski tubuh
mereka juga terluka pula, namun tidak akan membahayakan
jiwa mereka. Tapi ketika mereka bermaksud pergi meninggalkan Liu
Yang Kun yang mereka takuti itu, tiba-tiba dari dalam hutan
terdengar suara mendenging tajam seperti denging suara
ribuan ekor nyamuk yang mendatangi. Tapi suara itu
sebenarnya juga tidak begitu menarik perhatian, karena
sepintas lalu suara itu juga hanya seperti suara angin malam
yang meniup diantara dedaunan. Buktinya suara tersebut juga
tidak menarik perhatian Liu Yang Kun, Giok-bin Tok-ong
maupun murid-muridnya. Namun suara itu ternyata mempunyai pengaruh yang lain
kepada ular-ular piaraan Kim Hong San dan Nyo Kin Ong
tersebut. Suara denging yang menyerupai suara ribuan ekor
nyamuk itu ternyata sangat mengejutkan, bahkan sangat
menakutkan ketiga ular itu. Sikap mereka yang pongah tadi
tiba-tiba hilang. Mendadak mereka menjadi lemas. Bahkan
tubuh mereka seolah-olah telah menjadi lumpuh dan tak bisa
bergerak sama sekali. Mereka tergolek lemas di tempat
masing-masing. Dan kemudian seperti halnya ketika muncul tadi, suara itu
mendadak juga lenyap begitu saja. Namun berbareng dengan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
saat itu pula tiba-tiba di dekat ketiga ekor ular piaraan Kim
Hong San dan Nyo Kin Ong itu telah ada seekor binatang lain.
Bentuknya mirip ular pula, namun sangat kecil. Besarnya tak
lebih dari seekor induk cacing besar. Dan panjangnya pun
juga tidak melebihi dari sejengkal jari tangan saja. T api yang
sangat menakutkan atau sangat mengherankan adalah
keadaannya. Ular kecil itu berwarna merah darah. Dan di dalam
keremangan malam tubuhnya seperti bara api yang menyala
di dalam tungku. Bersinar merah menyala seperti potongan
besi terbakar. Dan asap tipis tampak selalu menyelimuti
tubuhnya. Ketika ular kecil itu bergerak, maka terlihatlah dengan jelas
bahwa rumput-rumput yang dilaluinya telah menjadi layu,
seolah-olah rumput itu baru saja terbakar atau tersiram air
panas saja. Dan ketika lewat di bagian yang agak basah, ular
itu seperti mengeluarkan asap seperti halnya besi panas yang
dicelupkan ke dalam air! Dan ketika ular kecil itu semakin mendekati lawan-
lawannya, ular-ular piaraan Kim Hong San dan Nyo Kin Ong
itu tampak semakin pasrah dalam ketakutan. Tubuh mereka
menggigil seperti sedang kedinginan. Sementara dari bawah
sisik sisik mereka juga keluar lendir yang membasahi tubuh
mereka, seakan-akan keringat dingin telah membanjir keluar
dari dalam badan mereka. Tiba-tiba ular kecil itu melengkungkan tubuhnya melenting
cepat sekali ke arah lawan-lawannya. Mula-mula ekornya
menyambar leher Ular Lebah Madu sehingga ular piaraan Nyo
Kin Ong itu membuka mulutnya karena kesakitan. Tapi
bersamaan dengan terbukanya mulut ular berbau wangi itu,
mendadak ular kecil tersebut menyusup masuk dengan
kecepatan yang luar biasa. Dan sekejap saja tubuhnya yang
kecil itu telah menghilang ke dalam perut lawannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Ular Madu Lebah itu meronta dan menggeliat kesakitan.
Tapi cuma sekejap pula, karena sesaat kemudian tubuhnya
telah terbujur kaku di atas tanah. Ular kecil berwarna merah
itu dengan tenang keluar dari duburnya. Sepotong hati yang
masih segar tampak tergigit di dalam mulutnya yang kecil.
Hati dari si U lar Madu Lebah.
Potongan hati itu kemudian dibuang begitu saja, karena di
lain saat tubuh ular kecil tersebut telah melesat pula untuk
menyerang lawannya yang lain. Dan seperti juga halnya
dengan Ular Madu Lebah tadi, maka Ang-leng-coa piaraan Kim
Hong San itupun juga binasa pula dengan cara yang sama.
Ular kecil yang menggiriskan hati itu masuk ke dalam mulut
dan keluar dari lobang dubur sambil menggigit potongan hati


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lawannya. Kim Hong San yang sedang asyik mengikuti pertempuran
gurunya itu dan Tang Hu yang juga sedang sibuk melepaskan
jaring pusaka di kepala Nyo Kin Ong itu baru menyadari
keadaan tersebut setelah ular-ular piaraan mereka mati.
Mereka bertiga benar-benar menjadi kaget melihat ular kecil
berwarna merah darah itu. Apalagi ketika mereka
menyaksikan ular itu masih menggigit potongan daging hati
yang masih meneteskan darah segar.
Sebagai jago-jago racun yang sering dan biasa bergulat
dengan binatang-binatang berbisa, maka mereka bertiga
segera mengenal ular kecil berwarna merah itu.
"Hwee-coa (Ular Api)..........?"?" mereka berdesah dengan
mata terbelalak. Kemudian mereka bertiga saling berpandangan dengan
wajah ngeri, seolah tak yakin bahwa mereka benar-benar
berhadapan dengan jenis ular yang langka itu. Selama ini
mereka memang belum pernah melihatnya. Mereka cuma
mengetahuinya dari buku atau dari orang-orang yang pernah
melihatnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Menurut pengetahuan yang mereka terima, di dunia ini ada
dua macam golongan ular. Yaitu golongan ular yang bersisik
dan golongan ular yang tak bersisik. Golongan ular bersisik itu
juga terdiri dari dua bagian pula, yaitu ular yang berbisa dan
ular yang tidak berbisa. Dan masing-masing bagian itu juga
terdiri dari beberapa jenis pula, yaitu jenis ular yang hidup di
darat, di dalam air, dan jenis ular yang hidup di dua tempat,
baik di darat maupun di air. Mereka itu terdiri dari berpuluh-
puluh bahkan mungkin beratus-ratus macam ular.
Sebaliknya, golongan ular yang tidak bersisik itu cuma
mempunyai satu golongan saja, yaitu golongan ular berbisa
ganas. Dan mereka juga hanya terdiri dari tiga jenis ular saja,
yaitu Ular Api (Hwee-coa), Ular Berbulu (Mou coa) dan Ular
Setan (Kui-coa). Meskipun cuma tiga jenis dan sangat jarang
ditemui, namun ular-ular itu amat ditakuti dan disegani oleh
ular-ular bersisik yang banyak jumlahnya itu. Padahal tiga
jenis ular tak bersisik itu rata-rata bentuknya sangat kecil dan
jauh lebih pendek dari pada mereka.
"Kim su-heng......" Mengapa.......mengapa ular itu sampai
di tempat ini" B-benarkah dia Hwe-coa.........?" Tang Hu
menegaskan dengan suara gugup.
"Tampaknya memang benar, su-te. Tentu ada orang yang
membawanya dari luar tembok besar, karena ular itu hanya
terdapat di tengah-tengah Gurun Go bi saja."
"Ada yang membawanya" Siapa.....?"
Tang Hu bertanya lagi dengan suara yang semakin
gemetar. "Entah, su-te. Aku belum bisa memastikannya. Tapi hatiku
merasa berdebar-debar, seakan-akan ada sesuatu yang bakal
terjadi. Kalian berhati-hatilah ......!"
Sementara itu pertempuran antara Liu Yang Kun dan Giok-
bin Tok-ong telah mencapai puncaknya pula. Kakek sakti
berwajah tampan itu telah mengerahkan segala Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kemampuannya. Demikian pula halnya dengan Liu Yang Kun.
Di dalam keremangan sinar bulan yang menerobos sela-sela
daun, tubuh mereka berkelebatan hampir tidak bisa diikuti
oleh mata lagi. Angin pukulan mereka pun terasa bersiutan
menerjang pepohonan yang ada di sekeliling arena mereka.
Ranting-ranting berpatahan dan daun-daun pun jatuh
berguguran tanpa tersentuh oleh tangan mereka. Bahkan
dahan-dahan yang agak lebih besarpun ada pula yang retak
sehingga dahan-dahan itupun lantas berpatahan pula dengan
suara hiruk-pikuk. Dahan-dahan berdaun rimbun
itu berjatuhan menimpa arena pertempuran mereka. T api belum
juga dahan-dahan tersebut sampai di bawah, mereka kembali
tercerai-berai terkena hantaman atau dorongan angin pukulan
kedua jago silat berkepandaian dahsyat tersebut.
Sementara itu Giok-bin Tok-ong pun telah mengaduk dan
mengotori arena pertempuran tersebut dengan segala macam
peralatan racunnya pula. Kakek itu telah menaburkan bubuk-
bubuk beracunnya, meniupkan asap-asap pembunuhnya serta
mengobral berbagai macam senjata-senjata rahasianya yang
mematikan. Bahkan segala macam binatang berbisa yang
dimilikinya telah ia keluarkan pula, sehingga arena
pertempuran itu benar-benar seperti kubangan neraka yang
sangat mengerikan! Untunglah Liu Yang Kun memiliki Po tok-cu Jantan dan
lwee-kang yang sangat tinggi. Meskipun ia harus terbatuk-
batuk dan merasa mual menghadapi serangan racun-racun
itu, tapi ia dapat bertahan dan melawan musuhnya dengan
baik. Walaupun dengan demikian ia juga tidak bisa
berkonsentrasi untuk mengerahkan tenaga batinnya, tapi ilmu
silatnya juga telah lebih dari cukup untuk menghadapi ilmu
silat Giok-bin Tok-ong. Bahkan ia masih bisa menyisakan
tenaga untuk berjaga-jaga terhadap serangan Pek-lek-tan
lawan yang ia ketahui sangat dahsyat itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah lambat-laun dapat pula Liu Yang Kun
mengungguli lawannya. Sedikit demi sedikit Giok-bin Tok-ong
mulai kewalahan melayani ilmu silatnya. Bahkan beberapa
waktu kemudian Raja Racun itu hanya bisa bertahan saja.
Segala macam peralatan senjata racunnya sama sekali tidak
bermanfaat menghadapi dirinya.
Giok-bin Tok-ong mulai merasa panik. Keringat dingin mulai
membasahi dahinya. "Hong San, ayo bantu aku! Anak Goblog!" teriaknya
kemudian dengan suara marah.
Kim Hong San terkejut. Demikian pula dengan kedua adik
seperguruannya. Dan mereka semakin kaget ketika Hwee-coa
tadi sudah tidak ada lagi di tempatnya. Ular merah itu telah
menghilang entah kemana. Mungkin memang telah pergi, tapi
mungkin juga hanya tertutup oleh kepulan asap atau
tumpukan dahan dan ranting yang berserakan di arena itu.
Tapi munculnya Hwee-coa itu benar-benar sangat
menggiriskan hati Kim Hong San. Seraya melompat ke arena
untuk membantu gurunya, ia berteriak memberi peringatan.
"Su-hu, awas........! Siauw-te melihat Hwee-coa di tempat
ini!" "Apa kau bilang" Hwee coa ........" Huh...... jangan main-
main kau! Ayoh ajak semua adikmu untuk membantuku!"
Giok-bin T ok-ong yang tidak percaya akan kata-kata muridnya
itu menghardik. Sambil menangkis pukulan Liu Yang Kun dengan kedua
buah lengannya Kim Hong San menjawab. "Be-benar, su-hu!
Siauw-te tidak bohong! Baru saja ular itu membunuh Ang-
leng-coa dan Ular Madu Lebah kami!"
Giok-bin Tok-ong yang sedang sibuk melayani serangan Liu
Yang Kun itu terdiam. Tampaknya ia mulai percaya pada
ucapan muridnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Baiklah. Nanti kita urus binatang langka itu. Sekarang mari
kita bereskan dulu bangsat cilik ini!" akhirnya kakek itu
berseru. "Baik, su-hu! Tang su-te, sudah selesaikah kau melepas
jaring itu dari kepala Nyo su-te" Kalau sudah..... cepatlah
kalian kemari! Kita bersama-sama mengenyahkan bangsat
ini!" Kim Hong San berteriak pula ke arah adik-adiknya.
Begitulah, beberapa saat kemudian Liu Yang Kun telah
dikepung beramai-ramai oleh Giok-bin Tok-ong dan murid-
muridnya. Mereka semua adalah jago-jago silat tingkat tinggi,
yang rata-rata telah memiliki kemampuan yang boleh
dikatakan sempurna dalam perguruan mereka. Giok-bin Tok-
ong sendiri telah memperoleh nama tinggi di dunia persilatan
sehingga ia tertulis sebagai jago silat nomer empat di dunia di
dalam Buku Rahasia. Sedangkan ketiga orang muridnya itu
juga telah mewarisi hampir semua kepandaiannya, sehingga
kesaktian mereka itu pun rasanya juga tidak akan kalah pula
bila dibandingkan dengan para ketua persilatan, seperti Pek-i
Liong-ong, Put-ceng-li-jin maupun Keh-sim Siau-hiap. Maka
sungguh tidak mengherankan kalau akhirnya Liu Yang Kun
menjadi kewalahan menghadapi mereka berempat.
Tak terasa malam semakin larut. Bulan pun telah mulai
condong ke barat. Dan pertempuran yang sangat dahsyat
namun berat sebelah itu tetap berlangsung terus dengan
sengitnya. Liu Yang Kun semakin tercecer. Meskipun pemuda
itu memiliki tenaga dalam yang amat tinggi dan ilmu silat yang
hebat-hebat namun lawannya juga, bukan tokoh-tokoh
sembarangan pula. Dengan bekerja sama saling bahu-
membahu keempat orang dari Lembah Tak Berwarna itu
mampu menahan, bahkan menjinakkan tenaga dalam dan
ilmu silat Liu Yang Kun yang dahsyat itu. Walaupun dalam
waktu cepat mereka berempat belum segera bisa menguasai
pemuda itu, tapi lambat atau cepat hal itu tentu akan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
terlaksana juga. Apalagi sejalan dengan bertambahnya waktu,
kekuatan pemuda itu juga semakin tampak berkurang pula.
Sementara itu dibalik rimbunnya semak-semak tempat
empat pasang mata menonton pertempuran tersebut. Mereka
terdiri dari empat orang lelaki yang rata-rata berusia
empatpuluh tahun atau limapuluh tahun. Wajah maupun air
muka mereka kelihatan keras dan kaku, seperti halnya tokoh-
tokoh persilatan yang telah biasa berkecimpung di dalam
dunia kekerasan. Namun demikian sinar mata mereka yang
mencorong tajam seperti mata harimau di dalam kegelapan itu
menunjukkan bahwa mereka adalah tokoh-tokoh sakti yang
telah sempurna dalam mempelajari ilmunya.
"Sam-eng (Tiga Garuda), lihat....! Pemuda itulah yang
bernama Ching Yang Kun, seorang tokoh muda yang telah
menggegerkan dunia persilatan beberapa tahun yang lalu,
sehingga namanya ikut tercantum pula di urutan ke tujuh
Tokoh-tokoh Persilatan Dunia dewasa ini. Me lihat permainan
silatnya, tampaknya urut-urutan di dalam Buku Rahasia itu
sudah tidak sesuai lagi sekarang. Kau lihat.....!" seorang
diantara mereka yang tampaknya sangat dihormati dan
disegani oleh yang lain berbisik pelan.
"Benar, tuanku. Bahkan ilmu silatnya tampaknya juga lebih
hebat pula dari pada ilmu silat Bu-tek Sin-tong. Wah.....
pemuda itu sungguh berbahaya sekali!" salah seorang dari
tiga orang yang disebut Tiga Garuda itu menjawab.
"Dan...... tampaknya kita juga telah keduluan pula olehnya.
Pemuda itu telah merampas sebagian dari Buku Rahasia yang
dibawa oleh Giok-bin Tok-ong itu. Hmm.... tampaknya kita
juga harus bekerja keras untuk merebut buku itu kembali.
Bagaimana pendapat kalian, sam-eng?" orang yang pertama
tadi berkata pula. "Ah...... terserah tuanku saja, kami bertiga hanya menurut.
Tapi kami rasa sebaiknya kita bantu dulu pemuda itu
menghadapi Giok-bin Tok-ong dan murid-muridnya. Setelah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
itu baru kita hadapi pemuda itu untuk merampas bukunya.
Mungkin jalan ini akan lebih baik dari pada kita harus
menghadapi Giok-bin Tok ong nanti."
"Benar. Pendapatmu sesuai sekali dengan apa yang
terkandung di dalam hatiku. Bersama-sama dengan pemuda
itu kita akan lebih mudah menundukkan Giok bin T ok-ong dari
pada kita harus berhadapan sendiri dengan lblis-lblls dari
Lembah Tak Berwarna itu. Bagus. Kalau begitu marilah kita
sekarang terjun ke dalam pertempuran mereka!" orang yang
paling disegani itu berkata gembira.
"Silahkan, tuanku! Tapi.... ehm... bolehkah kami bertiga
menggunakan Hwee coa (Ular Api) lagi untuk melawan
mereka?" "Boleh. Tapi kalian harus berhati-hati. Ular itu sulit didapat
dan sulit dijinakkan pula. Dan kalian masing-masing cuma
memiliki seekor saja. Oleh karena itu sekali kalian kehilangan
dia, maka akan sulit pula bagi kalian untuk mendapatkan
gantinya." "Baik, tuanku." tiga orang yang disebut Sam-eng itu
menjawab berbareng. Demikianlah, keempat orang itu lalu
menampakkan diri mereka. Perlahan-lahan kaki mereka
melangkah mendekati pertempuran. Kemudian mereka
berpencar untuk mempersiapkan diri mereka dan mencari
tempat lowong untuk segera melibatkan diri mereka di dalam
pertempuran tersebut. Namun kehadiran mereka itu tentu saja segera diketahui
oleh Liu Yang Kun dan Giok-bin Tok-ong. Tapi karena suasana
pertempuran mereka memang sedang mencapai puncaknya,
maka kedua belah pihak sama-sama tidak mau mempedulikannya. Baik Liu Yang Kun maupun Giok-bin Tok-
ong benar-benar tidak mau memecah perhatian mereka.
Apalagi bagi Giok-bin Tok-ong yang sedang berada di atas
angin dan tinggal menunggu saatnya saja untuk menyelesaikan pertempuran itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Telah beberapa kali pukulan dan tendangan Giok-bin Tok-
ong serta murid-muridnya mengenai badan Liu Yang Kun
bahkan telah beberapa kali pula jaring pusaka yang ada di
tangan Tang Hu menyerempet dan melukai kulit Liu Y ang Kun


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang tidak terlindung oleh kulit Ceng-liong-ong itu. Sehingga
kekuatan Liu Yang Kun yang telah terperas habis habisan itu
menjadi semakin susut pula. Peluh semakin deras mengalir
dari tubuhnya. Demikianlah, ketika empat orang asing itu mendekati arena
pertempuran, keadaan Liu Yang Kun benar-benar sudah
terpojok dan tinggal menantikan saatnya saja. Itulah
sebabnya pemuda itu benar-benar sedang mengerahkan
segala kemampuannya untuk meloloskan diri dari sergapan
musuhnya. Meskipun tenaganya telah susut banyak sekali, namun Liu
Yang Kun masih bisa menghindari sabetan Jaring pusaka Tang
Hu. Bahkan selanjutnya pemuda itu masih mampu pula
mengelakkan cakar tangan Kim Hong San dan Nyo King Ong.
Tapi setelah itu ternyata ia tak bisa lagi menahan gempuran
lutut Giok-bin T ok-ong yang mendarat di perutnya.
Duuuuuuk! "Uuhh......." Liu Yang Kun melenguh pendek dan tubuhnya
terlempar keluar arena pertempuran.
Salah seorang dari empat orang yang baru datang tadi,
yang dipanggil dengan sebutan "Tuanku" oleh yang lain,
bergegas melangkah ke depan untuk menolong dan
menangkap tubuh Liu Yan Kun. Tapi belum juga tangannya
dapat menyentuh, ternyata Liu Yang Kun telah lebih dahulu
menggeliat di udara dan melesat ke samping dengan
manisnya. Dan kemudian, meskipun dengan terhuyung-
huyung, pemuda itu mendaratkan kakinya dengan enteng di
tempat yang aman. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Giok-bin Tok-ong dan ketiga orang muridnya tak ingin
membuang kesempatan lagi. Cepat mereka meloncat
mengejar Liu Yang Kun. "Tahan......!" Orang yang disebut "Tuanku" itu membentak
dan menghadang di depan Liu Yang Kun. Dan ketiga orang
kawannya yang disebut Sam-eng itu segera melindunginya
pula. Giok-bin Tok-ong dan murid-muridnya tertegun dan
otomatis menghentikan gerakan mereka. Dengan kaget
mereka menatap orang-orang yang telah mengganggu
pertempuran mereka itu. "Bok Siang Ki!" Giok-bin Tok-ong berseru kaget.
Sementara itu Liu Yang Kun tak mau menyia-ny iakan
kesempatan tersebut. Bergegas pemuda itu mengerahkan
tenaga sakti untuk mengobati luka dalamnya yang agak
parah. Matanya terpejam dan berkali-kali ia menyedot napas
untuk memberi kesegaran pada bagian dada serta perutnya
yang terluka. Hantaman lutut Giok-bin Tok-ong tadi benar-
benar sangat keras dan hampir saja merusakkan isi perutnya.
Untunglah dengan sisa-sisa tenaganya dia masih mampu
bertahan. "Huh-huk......huk!"
Liu Yang Kun terbatuk dan beberapa gumpal darah beku
ikut tersentak keluar bersama dahak yang keluar dari
mulutnya. Tapi dengan demikian dada dan perutnya menjadi
lega. Untuk sementara waktu lukanya telah terobati dan tidak
akan terlalu mengganggunya lagi.
Kemudian pemuda itu mengerahkan pandangannya ke
arena kembali. Tiba-tiba jantungnya tersentak! Empat orang
lelaki yang pernah dilihatnya di dalam perjalanannya kemarin
dulu tampak sedang berhadapan dengan Giok-bin Tok ong
dan murid-muridnya. Orang yang kemarin dulu mengaku
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bernama "Ki" itu kelihatannya ingin melindungi dia dari
keganasan Giok-bin Tok-ong.
"Bok Siang Ki.......!" sekali lagi Giok-bin Tok-ong menegur
lelaki yang menghadang di depannya itu. "Ternyata kau
sampai di tempat ini pula, huh" Apakah kau sedang mencari
aku" Baiklah ?".akupun ingin bertemu pula denganmu. Tapi
"..menyingkirlah terlebih dahulu! Aku hendak menyelesaikan
urusanku dulu dengan pemuda ini."
"Bok"..Siang"..Ki?" diam-diam Liu Yang Kun berdesah di
dalam hatinya. Orang yang ternyata adalah Bok Siang Ki, tokoh nomer dua
di dunia persilatan itu tiba-tiba tersenyum. Matanya yang
mencorong tajam luar biasa itu menatap Giok-bin Tok-ong
hampir tak berkedip. "Hmmh! Tok-ong.....! Jangan harap kau bisa membohongi
aku dengan tipu dayamu. Sejak kita bertiga dengan Bu-tek
sin-tong dapat memancing keluar Ban-hoat Sian-seng dari
pertapaannya setahun lalu dan kemudian dengan tipu
muslihat kita bertiga bisa mendapatkan Buku Rahasianya yang
asli, aku sudah berjanji kepada diriku sendiri bahwa untuk
selanjutnya aku harus waspada dan selalu berhati-hati bila
berhadapan denganmu. Kau adalah manusia yang tidak bisa
dipercaya. Kau tega berbuat licik terhadap kawanmu sendiri.
Dengan akal bulusmu kau bermaksud mengelabuhi aku dan
Bu-tek Sin-tong. Kau berniat untuk menguasai sendiri Buku
Rahasia yang asli itu. Untunglah pada waktu itu aku dan Bu-
tek Sin-tong sudah lebih dahulu menaruh curiga kepadamu.
Hmm, kalau tidak........ kau tentu telah berhasil menguasai
sendiri buku itu." "Hi-ha-ha-hi-ha "..!" Giok-bin Tok-ong tertawa terkekeh-
kekeh. "Bok Siang Ki.....! Sebenarnya kau tidak perlu
mendongkol atau marah kepadaku. Apa yang telah kulakukan
itu merupakan hal yang wajar dalam tata-kehidupan kita. Kita
adalah manusia yang memiliki otak untuk berpikir. Dan sudah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menjadi kelaziman setiap manusia untuk mencari keuntungan
bagi dirinya sendiri. Dan sudah merupakan Hukum Alam bagi
kita. Nah..... lalu apa salahku kalau pada waktu itu aku
berbuat licik kepadamu"Kalianlah yang seharusnya menyesali
kebodohan kalian sendiri. Coba kalau kalian pintar, tentu tiada
seorangpun yang bisa memperdayakan kalian. Si bodoh
memang merupakan makanan si pandai he-he-he-he......."
"Hm.......kauanggap aku bodoh?" sahut Bok Siang K i datar,
sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan lawannya.
"Jangan takabur! Apa kau lupa bahwa otak rencana untuk
mendapatkan Buku Rahasia yang asli itu adalah aku" Sayang
aku terlalu jujur dan percaya kepadamu sehingga kau
memanfaatkannya untuk mengelabuhi aku. Kau sebenarnya
tidak pandai, Giok-bin Tok-ong. Kau cuma licik serta pandai
mengambil kesempatan. Itu saja. Sebab kalau engkau pintar,
kau pasti berhasil menguasai buku itu sendirian. Nyatanya,
kau cuma memperoleh sebagian saja. Sementara sebagian
yang lain masih dapat kupertahankan bersama Bu-tek Sin-
tong." Giok-bin Tok-ong menjadi merah mukanya. "Bangsat! Lalu
apa maumu sekarang" Mau mengambil sebagian dari Buku
Rahasia yang kubawa itu, hah?" bentaknya berang.
Tiba-tiba Bok Siang Ki mengedikkan kepalanya. Matanya
menyorot tajam. "Tentu saja, Tok-ong. Aku telah hampir putus asa
mencarimu selama setahun ini. Engkau benar-benar pandai
memilih tempat persembunyian, sehingga aku benar-benar
mengalami kesulitan untuk mendapatkanmu. Kalau tidak
karena aku selalu memata-matai murid-muridmu itu, aku tentu
belum berhasil juga menemukan tempat ini. Nah, sekarang
bersiaplah, aku akan mulai!"
"Kau berani me lawan aku?" Giok-bin Tok-ong masih
mencoba untuk menggertak.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Bok Siang K i mendengus dingin. "Mengapa tidak" Bukankah
kau masih belum berubah juga" Bukankah kau masih Giok bin
Tok-ong yang dulu itu" Bukankah kedudukanmu masih berada
di urutan yang keempat dan masih berada dua tingkat di
bawahku" Lalu apalagi yang harus kutakuti" Karena engkau
telah mempelajari sebagian dari Buku Rahasia yang kau bawa
itu" Huh, jangan congkak! Kita sama-sama mendapatkan
sebagian dari buku itu. Dan kulihat tadi kepandaianmu belum
bertambah pula. Tampaknya kepandaianmu justru semakin
menurun malah. Nyatanya melawan pemuda itu saja kau
kalah. Padahal pemuda itu adalah Chin Yang Kun, orang ke
tujuh dalam urut-urutan Buku Rahasia itu."
"Kurang ajar! Kau sudah mengenal setan busuk itu?" Giok-
bin Tok-ong meraung marah. Wajahnya benar-benar menjadi
merah-padam. "Sudahlah! Jangan banyak berprasangka. Akupun baru
melihatnya sekarang. Y ang penting sekarang adalah kau dan
aku. Marilah......!"
"Tunggu.....! Dengar, buku itu sudah tidak ada padaku lagi
sekarang. Buku itu telah berada di tangan pemuda itu!" tiba-
tiba Giok-bin Tok-ong menyela.
"Begitukah" Hmm..... lagi-lagi kau hendak memperdayakan
aku, agar aku bermusuhan dengan pemuda itu, sementara
engkau nanti yang akan mengambil keuntungannya. Sungguh
licik sekali siasatmu!" Bok Siang Ki pura-pura tidak tahu agar
dengan demikian ia bisa meneruskan rencananya semula,
yang menghadapi Giok-bin Tok-ong terlebih dahulu.
"Aku tidak bohong! Tanyakan kepadanya kalau kau tidak
percaya!" "Persetan! Aku tidak peduli! Lihat serangan.....!" Bok Siang
Ki membentak, lalu menyerang.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Giok-bin Tok-ong cepat menghindar kemudian berteriak ke
arah murid muridnya, "Hong San, jangan hiraukan aku! Cepat
kaubereskan pemuda itu ! Dia sudah terluka parah!"
Kim Hong San dan adik-adiknya yang bermaksud
membantu gurunya itu segera berpaling kepada Liu Yang Kun.
Ketika dilihatnya pemuda itu memang sedang berusaha
mengobati luka-lukanya, ia mengangguk.
"Baik, su-hu," Jawabnya sambil melompat dan menerjang
Liu Yang Kun. Liu Yang Kun yang baru saja menyelesaikan pengobatan
dirinya itu terpaksa mengerahkan tenaganya lagi untuk
menghindar. Dan serangan tersebut memang dapat ia
elakkan, tapi gerakan itu membuat perutnya menjadi pedih
kembali. Rasa-rasanya ada luka yang menganga kembali di
dalam perut itu. "Ouugh!" pemuda itu mengeluh pendek.
Kim Hong San menjadi gembira. Ia menyerang semakin
garang. Dikerahkannya seluruh kekuatan dan kemampuannya.
Bahkan ia masih memberi isyarat kepada Nyo Kin Ong dan
Tang Hu untuk membantunya.
Kesempatan tersebut benar-benar tak disia-siakan Nyo Kin
Ong dan Tang Hu. Kedua orang adik seperguruan Kim Hong
San itu segera terjun pula ke arena. Mereka bermaksud
menyelesaikan pertempuran itu secepatnya, agar dengan
demikian mereka bisa segera menolong guru mereka.
Tetapi tiga sosok bayangan yang lain tiba-tiba memotong
gerakan mereka. Ketiga sosok bayangan itu yang tidak lain
adalah Sam-eng, datang bagaikan gulungan angin puting-
beliung yang menerjang dengan kuatnya ke arah mereka.
Begitu dahsyatnya kekuatan yang melandasi gerakan ketiga
orang itu sehingga mereka berdua sampai terdorong mundur
beberapa langkah ke belakang. Bahkan mereka berdua
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
merasa seperti ikut tergulung dan terseret pula beberapa saat
ketika menangkis tadi. "Gila......!" mereka mengumpat dan memaki tiga orang
lelaki gagah berpakaian seragam hitam-hitam, kuning kuning
dan putih-putih itu. Kini mereka saling berhadapan dalam
jarak dua tombak. "Ji-te! Sam-te! Kau layani mereka. Aku akan membantu
pemuda itu." orang pertama dari Sam-eng itu yang
mengenakan seragam hitam-hitam, memberi perintah kepada
kawan-kawannya. Setelah itu ia melompat dan menyerang
Kim Hong San yang sedang sibuk mendesak Liu Yang Kun.
"Kurang ajar!" sekali lagi Nyo Kin Ong dan Tang Hu
memaki, kemudian menerjang dua orang lawan mereka yang
berseragam kuning-kuning dan putih-putih itu.
''Bagus! Ini baru adil dan seimbang! Dua lawan dua!" orang
yang berseragam kuning-kuning itu berkata dengan bersemangat. "Benar, Ji su-heng. Marilah kita masing-masing seorang
lawan, lalu kita buktikan mana yang lebih unggul, perguruan
Lembah Tak Berwarna atau Perguruan Pasir Kuning (Ui-soa-
pai) dari Gurun Go-bi!" anggauta Sam-eng yang paling muda,
yang mengenakan seragam putih-putih, menyahut perkataan
su-hengnya dengan suara gembira pula.
"Baik!" orang yang berseragam kuning-kuning mengiyakan.
Kemudian dia mengambil Nyo Kin Ong sebagai lawannya,
sementara adiknya berhadapan dengan Tang Hu.
Kedua orang murid Giok-bin Tok-onf itu tak bisa
mengekang diri lagi. Mereka merasa ditantang untuk
mempertahankan nama perguruan mereka. Oleh karena itu
dengan menggeram keras segera menyerbu lawan-lawannya,
sehingga sekejap kemudian mereka berempat telah terlibat
dalam pertarungan sengit yang sangat menegangkan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara itu kedatangan anggauta Sam-eng berbaju
hitam itu benar-benar telah menyelamatkan jiwa Liu Yang
Kun. Dengan berani anggauta Sam-eng berbaju hitam itu
menyongsong serbuan Kim Hong San yang menggebu-gebu.
Berkali-kali tangan dan kaki mereka bentrok di udara dan
menimbulkan suara berdebug dan berdentam pula dengan
kerasnya. Ternyata mereka berdua memiliki tenaga dalam yang
berimbang, sementara ilmu silat mereka pun ternyata juga
tidak berselisih banyak pula. Tapi karena Kim Hong San sambil
bertempur juga selalu mengobral racun-racunnya, maka
anggauta Sam-eng berbaju hitam itu terpaksa harus
menyisihkan sedikit tenaga dan kewaspadaannya untuk
bertahan dan berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang
ada. Untung ilmu meringankan tubuhnya agak sedikit lebih
tinggi dari pada tokoh Lembah Tak Berwarna tersebut,
sehingga sedikit banyak ia juga bisa memanfaatkannya untuk
mengambil jarak dari lawannya.
Bhuuuuussssshhhh........!


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak arena pertempuran tersebut digelapkan oleh
asap tebal berwarna kuning pekat, yang tersebar dari bahan
peledak yang dibanting oleh Giok-bin Tok-ong. Ternyata di
dalam pertarungan cepat melawan Bok Siang Ki tadi Giok-bin
Tok-ong segera tercecer di bawah angin. Walaupun ketua
Lembah Tak Berwarna itu memiliki ilmu silat yang tinggi,
namun lawannya adalah jago silat nomer dua di dunia
persilatan. Di dalam segala hal ketua perguruan Ui-soa-pai itu
ternyata memiliki beberapa kelebihan dari pada dia. Oleh
karena itu pula akhirnya Giok-bin Tok-ong memutuskan untuk
mempergunakan senjata senjata racunnya. Demikianlah
akhirnya arena pertempuran tersebut menjadi gelap oleh asap
beracun yang disebarnya. Bok Siang Ki yang langsung terserang oleh kepulan asap
tersebut cepat menghindar dengan meloncat tinggi ke udara.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sekejap saja tubuhnya telah bertengger di atas dahan pohon
yang tinggi. Dari atas pohon tersebut ia melihat sekejap ke
arah Sam-eng, pembantu pembantunya. Begitu menyaksikan
para pembantunya itu dapat menyelamatkan diri pula,
perasaannya menjadi lega.
"Sam-eng! Lekas kalian keluarkan tepung daun coa-tou
(kepala ular) itu. Ambillah sedikit, lalu makanlah! Selanjutnya
kalian tak perlu takut menghadapi racun-racun mereka!
Cepat!" teriaknya keras.
Tiba-tiba Bok Siang Ki tersentak kaget. Ternyata ia telah
melupakan Liu Yang Kun. Ia tidak melihat pemuda itu di luar
kepulan asap. Dan hal itu berarti bahwa si pemuda masih
berada di tengah-tengah asap bersama rombongan Giok-bin
Tok-ong. "Kurang ajar! Giok-bin Tok-ong benar-benar licik sekali! Dia
menggunakan tabir asap itu untuk berlindung. Dan dengan
perlindungan tabir asap itu pula ia dan anak-buahnya
menyergap Liu Yang Kun. Bangsat! Hei....... Sam Eng! Mari
kita terjang tabir asap itu! Kita tidak boleh keduluan oleh iblis-
Iblis Lembah Tak Berwarna itu!"
Ternyata benar apa yang diduga oleh Bok Siang Ki itu.
Karena merasa takkan menang melawan Bok Siang Ki dan
anak-buahnya, Giok-bin Tok-ong mulai menggunakan siasat
dan akal-bulusnya. Ia meledakkan bahan peledak yang dapat
menimbulkan kepulan asap tebal di arena pertempuran
tersebut. Selain juga untuk menyerang lawan-lawannya, asap
tebal yang mengandung racun itu juga dapat ia pergunakan
untuk berlindung dari sergapan musuh. Sementara itu dengan
perlindungan tabir asap tersebut ia dan murid-muridnya dapat
pula melanjutkan niat mereka semula, yaitu mengepung dan
menyergap kembali Liu Yang Kun. Pokoknya Buku Rahasia
yang dibawa pemuda itu harus direbut dahulu.
Demikianlah Bok Siang Ki dan tiga orang pembantunya lalu
menerjang tabir asap itu. Hanya dengan mengandalkan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
ketajaman perasaan mereka saja mereka itu menyerang Giok-
bin Tok-ong dan murid-muridnya. Oleh karena itu pula dalam
kemelutnya pertempuran mereka seIanjutnya, mereka semua
tak bisa lagi membedakan mana kawan mana lawan. Bahkan
merekapun sudah tidak bisa menentukan lagi, apakah Liu
Yang Kun masih berada diantara mereka atau tidak"
Lain dari pada itu kepekatan asap beracun tersebut benar-
benar membuat napas mereka menjadi sesak. Sekali tempo
mereka harus keluar dari kepulan asap dahulu untuk
menyedot udara segar. Siiiing! Siiiing! Siiiing!
Ternyata tabir asap yang amat pekat itu telah dimanfaatkan
pula oleh Giok-bin Tok-ong dan murid-muridnya untuk
mengobral senjata-senjata rahasia mereka. Mereka melepaskan pisau-pisau terbang, jarum-jarum lembut yang
bisa menyusup ke dalam daging dan pembuluh darah, dan
peluru-peluru beracun yang dapat meletus dan memuntahkan
cairan atau tepung berbahaya ke arah lawan mereka.
Sehingga beberapa saat kemudian pertempuran tersebut
menjadi semakin ruwet dan simpang-siur oleh desingan
senjata-senjata rahasia itu. Bahkan sekejap kemudian juga
digaduhkan pula oleh letupan-letupan peluru yang memuntahkan alat-alat pembunuh berbahaya.
Tentu saja hal itu benar-benar sangat merepotkan Bok
Siang Ki dan tiga orang pembantunya. Bertempur dengan
membuta di dalam tabir asap itu saja sudah amat menyulitkan
mereka, apalagi harus menghadapi senjata-senjata gelap yang
seolah-olah berhamburan menghujani mereka itu. Sebagian
besar dari taburan senjata gelap itu memang dapat mereka
hindarkan, tapi beberapa buah diantaranya terpaksa tidak bisa
mereka elakkan. Beberapa buah dari pisau-pisau terbang itu
sempat menghujam kedalam daging Sam-eng, sementara
sebuah diantara peluru yang meletus itu juga sempat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
memercikkan cairan berbahaya yang membakar mata kiri dan
sebagian pelipis kiri anggauta Sam-eng yang termuda.
Dan Bok Siang Ki sendiri ternyata juga tidak luput dari
bencana itu. Sebuah di antara puluhan jarum yang tersebar di
arena itu dapat lolos dari kebutan lengan bajunya dan
menembus paha kanannya. Sekejap saja jarum itu telah
masuk ke dalam daging dan seakan akan terus bergerak
sesuai dengan gerakan atau menegangnya otot paha itu.
Jilid 26 "Gila!" jago silat nomer dua di dunia persilatan itu
menggeram marah. Dan kemarahannyapun semakin menjadi
pula ketika telinganya juga mendengar pekikan dan keluhan
para pembantunya yang terkena senjata lawan itu. "Sam-eng!
Lepaskan Hwee-coa! Cepat!" lengkingnya meninggi seraya
melompat keluar dari kurungan asap beracun itu.
Tiba-tiba tiga buah cahaya berwarna kemerah-merahan
tampak melesat di tengah-tengah arena pertempuran
tersebut. Warnanya yang terang bagal bara api di dalam
sekam itu seolah-olah dapat mengusir pekatnya asap tersebut.
Cahaya merah itu tampak bergerak dengan cepat sekali,
melenting kesana-kemari mengejar Giok-bin Tok-ong dan
murid-muridnya. Dengan segala kelincahannya Giok-bin Tok-ong mencoba
menghadapi kegesitan Ular Api itu. Begitu pula dengan Kim
Hong San dan adik-adik seperguruannya. Meskipun mereka
juga merasa sedikit gentar, namun mereka berusaha pula
untuk melawan ular kecil itu. Bahkan mereka berusaha
dengan sekuat tenaga untuk membunuh ular yang sangat
mengerikan tersebut. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi ular kecil itu benar-benar lincah dan gesit luar biasa.
Berkali-kali ular tersebut berhasil menusup ke dalam pakaian
Giok-bin Tok-ong dan muridnya. Namun setiap kali pula ular
kecil itu harus keluar lagi, karena tokoh-tokoh sakti dari
Lembah Tak Berwarna itu segera berguling dan bergelundungan di atas tanah. Ular kecil yang cerdik itu tak
mau mati tertindih. Hwee-coa itu selalu mengincar lobang telinga, mulut atau
hidung Giok-bin T ok-ong dan murid-muridnya. Tapi tentu saja
hal itu sangat sulit untuk dilaksanakan. Mereka adalah tokoh-
tokoh silat tingkat tinggi, yang tidak mudah untuk diserang
atau dicari kelengahannya. Namun demikian ular kecil itu
melejit kesana-kemari dengan amat gesitnya, diantara tubuh-
tubuh lawan mereka tersebut, seolah-olah ular-ular kecil yang
ganas itu tidak pernah mengenal lelah maupun putus-asa.
Bahkan ketika Giok-bin Tok-ong dan murid-muridnya telah
mulai kelelahan, ular-ular kecil itu tetap tidak kehilangan
kegesitannya. Ular-ular kecil itu bahkan mulai berani
menyusup ke dalam pakaian dan menggigit sekenanya.
Tentu saja hal itu sangat mengesalkan hati Giok-bin tok-
ong dan murid-muridnya. Untunglah mereka telah minum obat
penawar racun yang paling hebat, sehingga racun Hwee-coa
yang sangat dahsyat itu tidak dapat membinasakan mereka.
Walaupun demikian mereka berempat menjadi kesal sekali
dan kemudian mulai menyesali asap tebal yang mereka buat
sendiri itu. Asap itu terasa mengganggu pandangan mereka
sekarang, sehingga mereka tidak bisa melihat dan tidak bisa
melawan ular-ular jahanam tersebut dengan baik. T anpa asap
itu mereka tentu bisa membinasakan ular-ular itu dengan
mudah. Sementara itu Bok Siang Ki dan keempat pembantunya
telah berada di luar tabir asap tersebut. Sambil berusaha
mengobati luka-luka yang mereka peroleh tadi, mereka
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mencoba mengetahui apa yang telah terjadi di dalam tabir
asap yang amat pekat itu.
"Sam-eng......" Dimanakah pemuda itu......" Rasa-rasanya
aku tidak pernah beradu tangan ketika berada di dalam tadi,"
dengan heran Bok Siang Ki bertanya kepada pembantu-
pembantunya. "Entah, tuanku. Hambapun rasa-rasanya juga
tak bersinggungan dengannya tadi."
"Jangan-jangan dia telah lari meninggalkan arena
pertempuran ini!" "Tidak mungkin. Kita telah mengepungnya tadi. Kalaupun
dia telah lari, Giok-bin Tok-ong dan murid-muridnya itu tentu
telah pergi pula. Bocah itu tentu masih ada di dalam asap itu,"
ujar anggota Sam-eng yang termuda seraya meringis
kesakitan. Mata kiri dan pelipis kirinya ternyata telah rusak
dan menjadi cacat terkena letusan peluru Giok-bin Tok-ong
tadi. "Benar katamu, Pek eng (Garuda Putih). Akupun masih
mempunyai dugaan demikian pula. Pemuda itu tentu masih
berada di dalam asap itu! Hmmh........bagaimana dengan luka
luka kalian" Bagaimana kalau kita masuk lagi ke dalam arena
untuk membantu ular-ular kita?" Bok Siang K i menggeram tak
sabar. "Kami telah selesai mengobati luka luka kami, tuanku.
Meskipun agak parah, tapi kami sekarang sudah siap untuk
bertempur. Kami justru sangat mengkhawatirkan jarum yang
menembus paha tuanku itu....." Hek eng (Garuda Hitam),
anggauta yang tertua dari Sam-eng itu menjawab perlahan.
"Bagus! Aku pun tidak apa-apa. Jarum itu telah
kukeluarkan pula. Daging pahaku telah kurobek sedikit untuk
mengeluarkannya. Kalau begitu mari kita terjun lagi ke arena."
"Marilah, tuanku......"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah, masuknya kembali mereka itu ke dalam arena
pertempuran ternyata bersamaan pula dengan habisnya
kesabaran Giok-bin Tok-ong dalam menghadapi Hwee-coa.
Karena tokoh Lembah Tak Berwarna itu juga sangat
mengkhawatirkan Liu Yang Kun, yaitu kalau kalau pemuda itu
telah diringkus lebih dahulu oleh lawannya, maka ia telah
mengambil keputusan yang tak dapat ditunda lagi. Kakek
tampan itu telah memutuskan untuk mempergunakan Pek-Iek-
tan! Apalagi ketika pada saat itu pula ia mendengar jeritan
Nyo Kin Ong, muridnya! Jerit kematian!
"Nyo su-te.....?"" Kim Hong San memekik kaget.
"Nyo su-heng........?" Tang Hu berseru pula.
"Suiiiit! Suiiiiiiiiiiiit?"!" tiba-tiba Giok-bin Tok-ong bersiul
panjang dua kali, memberi tanda atau isyarat kepada murid-
muridnya itu untuk menyingkir dari arena sejauh-jauhnya.
Dan pada detik itu pula kakek tampan itu membanting
peluru mautnya! Kemudian bergegas melesat pergi meninggalkan arena! Demikian pula dengan Kim Hong San
dan Tang Hu meskipun keduanya belum lenyap rasa kagetnya!
Hampir saja mereka bertiga bertubrukan dengan Bok Siang
Ki dan pembantu-pembantunya! Untunglah kedua belah pihak
sama-sama lincahnya dan sama-sama tinggi ilmu meringankan
tubuh mereka, sehingga dengan tangkas dan gesit, masing-
masing cepat menghindarkan diri! Giok-bin Tok-ong dan
kedua muridnya cepat menjatuhkan diri dan menggelundung
pergi cepat sekali! Sedangkan Bok Siang Ki dan para
pembantunya cepat pula menggeliatkan tubuh mereka ke
samping, kemudian melesat ke belakang menjauhkan diri.
Entah mengapa, mendengar suara siulan Giok-bin Tok-ong
dan menyaksikan ketergesaan lawan mereka itu, Bok Siang K i
dan para pembantunya menjadi curiga. Tiba-tiba saja mereka
juga ikut meloncat pergi menjauhkan diri. Biarpun tidak sejauh
lawan-lawan mereka itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dan pada saat itu pula terdengar sebuah ledakan yang
maha dahsyat di tengah-tengah arena pertempuran itu!
Sebuah ledakan yang benar-benar mengguncangkan isi hutan
tersebut! Tanah dan pasir berhamburan ke udara. Empat atau lima
batang pohon besar di sekeliling arena itu roboh pula dengan
suara yang bergemuruh. Bok Siang Ki dan para pembantunya
yang benar-benar tidak menduga akan hal itu, terlempar pula
dengan kuatnya. Tubuh mereka melanggar pepohonan di
belakang mereka, kemudian terbanting jatuh ke dalam semak-
semak. Bok Siang K i, Hek-eng dan Ui-eng tidak apa-apa. Mereka itu
hanya menderita beberapa goresan luka akibat melanggar
pepohonan tadi. Tapi Pek-eng orang yang termuda diantara
mereka menderita patah tulang pada kaki kirinya. Kaki itu


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

patah ketika melanggar sebatang pohon siong besar. Meski
pohon tersebut juga berderak patah tersabet kakinya.
Sebaliknya Giok-bin Tok-ong dan kedua orang muridnya,
Kim Hong San dan Tang Hu, selamat tak kurang suatu apa.
Mereka bertiga bangkit berdiri limabelas atau duapuluh
tombak dari tempat ledakan. Pakaian mereka memang
menjadi kotor oleh tanah dan lumpur. Mereka berdiri
mengawasi tempat mereka bertempur tadi, tapi kegelapan
malam menghalangi pandangan mereka.
"Su-hu......" Nyo su-te..... telah ......telah tiada!" Kim Hong
San berkata tersendat-sendat.
"Ah, Nyo su-heng......" Tang Hu mengeluh pula dengan
sendu. Giok-bin Tok-ong menghela napas panjang. "Sudahlah kita
tak perlu terlalu menyedihkan kematiannya. Dia mati karena
Hwee-coa. Dan Hwee-coa itu kini sudah binasa pula
mengiringinya. Sekarang Nyo Kin Ong tentu tersenyum
gembira di alam baka sana. Sayang Bok Siang Ki dan orang-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
orangnya sempat menghindar dari neraka itu. Hmmmmh........!" "Tapi belum tentu mereka selamat, su-hu. Paling tidak
mereka tentu terluka parah. Mereka berada terlalu dekat
dengan tempat ledakan itu." Tang Hu menyahut.
"Ya. Tapi pemuda yang membawa Buku Rahasia itu tentu
hancur pula bersama bukunya. Aku belum me lihat dia keluar
dari kurungan asap itu." Kim Hong San berkata pula.
"Biarlah. Dari pada jatuh ke tangan Bok Siang Ki....." Giok-
bin Tok-ong menghentikan omongan muridnya.
Demikianlah, kedua belah pihak sama-sama beranggapan
pula bahwa Liu Y ang Kun telah hancur luluh bersama bukunya
oleh ledakan itu. Oleh karena itu pula masing-masing pihak
menganggap bahwa perselisihan mereka tidak perlu
dilanjutkan lagi. Apalagi kedua belah pihak sekarang telah
sama-sama mengalami kerugian pula. Giok-bin Tok-ong telah
kehilangan salah seorang muridnya, sedangkan Bok Siang Ki
walaupun tidak kehilangan salah seorang pembantunya, tapi
keadaan Pek-eng itu hampir sama dengan orang mati. Kalau
pun harus ada perang tanding lagi, orang termuda dari Sam-
eng tersebut juga tidak bisa berbuat apa-apa pula.
Bahkan sekarang justru Bok Siang Ki-lah yang kemudian
bergegas mengajak pergi para pembantunya. Dengan
musnahnya buku yang diperebutkan itu, praktis tinggal Bok
Siang Ki dan Bu-tek sin-tong-lah yang memiliki bagian dari
buku itu. Jadi kalau ia tidak lekas-lekas pergi, mungkin ganti
Giok-bin Tok-ong lah yang kemudian justru akan meminta
sebagian dari buku yang lain itu kepadanya.
Sebaliknya Giok-bin Tok-ong yang telah kehilangan salah
seorang muridnya itu juga tidak ingin memperpanjang urusan
itu lagi. Dengan wajah lesu kakek tampan itu mengajak kedua
muridnya yang masih tinggal untuk pergi meninggalkan
tempat tersebut. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Angin tengah malam mulai meniup membelai bumi.
Anginnya yang dingin bercampur embun itu mulai pula
membasahi di dalam hutan itu. Binatang-binatang malampun
telah mulai bernyanyi kembali. Suara-suara mereka yang khas
saling bersahut-sahutan, sehingga membentuk sebuah irama
yang khusus pula. Irama keheningan sebuah hutan di malam
hari! Hening, sunyi, namun juga mencekam hati!
Tapi keheningan dan kesunyian itu mendadak dipecahkan
oleh suara bisik-bisik dan langkah kaki manusia. Seorang
kakek buta tampak berjalan bersama seorang pemuda
berwajah buruk sekali, menerobos rimbunnya semak-belukar
yang tumbuh di tempat itu. Di atas pundak kakek buta itu
tersampir sesosok tubuh manusia pula. Sebentar-sebentar
tubuh itu melorot turun dan hampir jatuh dari punggung
kakek buta tersebut sehingga setiap kali pula kakek itu harus
membetulkannya. "Su-hu....." Apakah luka-lukanya bisa disembuhkan"
Apakah dia bisa menjadi sehat kembali seperti sediakala?"
pemuda berwajah buruk itu berbisik khawatir. Suaranya
terdengar bening bernada tlnggi seperti layaknya seorang
perempuan. Sungguh sangat bertolak belakang dengan
wajahnya yang mengerikan itu.
Kakek buta itu menarik napas panjang. Katanya kemudian
dengan nada lembut, "Engkau tidak perlu merasa khawatir.
Dia tentu akan sembuh pula nanti. Kau justru harus berterima
kasih sekali dengan kejadian ini. Siapa lagi yang akan dapat
melukai pemuda ini sedemikian parahnya kalau bukan orang-
orang itu" Coba kau bayangkan! Sampai kapan kita harus
menunggu pemuda ini menjadi pingsan dan terluka parah,
sehingga kita berdua bisa me laksanakan rencana kita, kalau
tidak ada orang seperti Giok-bin Tok ong dan Bok Siang Ki
itu?" Pemuda berwajah buruk itu menundukkan mukanya. "Suhu
benar......" bisiknya lirih.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Nah! Oleh karena itu pula kita tidak boleh menyia-ny iakan
kesempatan yang amat bagus ini. Mulai detik ini kita harus
sudah memulainya. Mulai dengan rencana yang telah kita
susun itu. Kau harus melakukannya dengan sungguh-sungguh
seluruh petunjuk yang kuberikan kepadamu dulu. Jangan
sampai lupa".!"
Sekali lagi pemuda berwajah buruk itu menundukkan
kepalanya. Tiada tampak kesan apapun pada wajahnya yang
hitam itu. Hanya sikapnya saja yang tiba-tiba berubah menjadi
malu-malu. "Ba-ba-baik...... su-hu," desahnya gemetar seperti perawan
yang sedang malu malu atau mabuk kepayang.
"Bagus. Kalau begitu marilah kita sekarang mencari rumah
penduduk yang terdekat. Dan kau harus lekas-lekas
menanggaIkan penyamaranmu itu. Pemuda ini sebentar lagi
akan siuman." Kedua orang aneh yang tidak lain memang kakek Lo dan A
Hek itu segera mempercepat langkah mereka. Ternyata
selama ini mereka berdua selalu mengikuti Liu Yang Kun.
Memang, sejak terjadinya huru-hara kebakaran perahu di
tepian sungai itu, mereka berdua lalu memisahkan diri. Tapi
walaupun demikian secara diam-diam mereka tetap mengikuti
segala langkah Liu Yang Kun. Dan setiap saat pula mereka
berdua selalu mencari kesempatan atau menanti kesempatan
untuk melaksanakan rencana rahasia yang hendak mereka
lakukan terhadap Liu Yang Kun.
Demikianlah setelah dengan tekun mereka menanti,
akhirnya kesempatan tersebut datang juga. Mereka berdua
sampai di hutan itu malam itu. Mereka menyaksikan Liu Yang
Kun bertempur melawan Giok-bin Tok-ong dan Bok Siang Ki.
Dengan berharap-harap cemas mereka berdua menantikan
akhir dari pertempuran tersebut. Tapi sambil menanti dan
berdoa di persembunyian mereka, kakek Lo juga berusaha
untuk mencari kesempatan yang baik bagi rencananya. Tentu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
saja kakek buta itu juga sadar kalau orang yang dihadapinya
adalah tokoh-tokoh sakti yang berada di atasnya.
Ketika menyaksikan Liu Y ang Kun tercecer dan terluka oleh
serangan Giok-bin T ok-ong, kakek Lo hampir-hampir tidak bisa
mengendalikan dirinya. Untunglah kakek itu cepat menyadari
bahwa waktunya belumlah tiba, sehingga ia tidak terlanjur
terjun ke arena. Ternyata kesabaran kakek itu membuahkan hasil juga.
Yaitu ketika secara tak terduga Giok-bin Tok-ong meledakkan
senjata asapnya. Asap tebal kuning pekat itu menutup hampir
seluruh arena pertempuran, sehingga orang-orang yang
sedang berkelahi itu tak bisa melihat apa-apa. Mereka
bertempur secara membuta dan hanya mengandalkan panca-
indera mereka yang lain saja.
Pada saat itulah kakek Lo terjun ke dalam pertempuran.
Terjun secara diam-diam, tanpa sepengetahuan orang-orang
yang sedang berkelahi. Demikianlah, dengan matanya yang
memang sudah buta itu kakek Lo justru menjadi orang yang
paling awas di dalam gelapnya tabir asap tersebut. Kalau
semua orang menjadi bingung dan sulit membedakan lawan,
kakek Lo justru dengan mudah mendapatkan Liu Yang Kun.
Dan kemudian dengan perlindungan tabir asap itu pula kakek
Lo berusaha melumpuhkan Liu Yang Kun yang sudah terluka
parah itu. Dalam keadaan biasa kakek Lo memang bukan lawan Liu
Yang Kun. Tapi di dalam pekatnya asap yang bergulung-
gulung itu, dengan tubuh yang sudah terluka pula, bahkan
empat buah pisau terbang tampak menancap di kedua
lengannya, Liu Yang Kun benar-benar tidak berdaya melawan
kakek Lo yang masih segar-bugar tersebut. Dalam beberapa
jurus saja pemuda itu telah dapat diringkus oleh kakek Lo.
Lalu setelah ditotok pingsan pemuda itu dibawa lari oleh kakek
Lo. Itulah sebabnya pemuda itu terbebas dari ledakan dahsyat
pek lek-tan tadi. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun memang terbebas dari keganasan Giok-bin
Tok-ong, dan juga terhindar pula dari kekejaman Bok Siang Ki.
Namun apa yang hendak terjadi atas pemuda itu sekarang,
ternyata justru akan jauh lebih seram dan mengerikan dari
pada nasibnya bila jatuh ke tangan Giok-bin T ok-ong atau Bok
Siang Ki tadi. Pemuda itu memang tidak akan mati di tangan
kakek Lo, karena kakek Lo memang tidak bermaksud untuk
membunuhnya Tapi meskipun tidak mati, keadaan yang
diterimanya nanti justru akan lebih hebat dari pada mati.
Embun semakin tebal menyelimuti hutan itu. Sebaliknya
tiupan angin justru semakin hilang dan mereda. Kakek Lo
sengaja membawa Liu Yang Kun menjauhi aliran sungai,
karena ia khawatir akan bertemu kembali dengan Giok-bin
Tok-ong atau Bok Siang Ki. Air embun yang menempel di
pucuk-pucuk daun menetes membasahi rambut dan pakaian
mereka. Dinginnya bukan alang-kepalang.
Mereka berjalan terus di dalam naungan kegelapan
pepohonan yang tumbuh lebat di hutan itu. Hanya kadang-
kadang saja mereka memperoleh secercah sinar rembulan
yang menerobos diantara rimbunnya dedaunan. Meskipun
demikian mereka tidak berhenti untuk melepaskan lelah.
Bahkan orang setua kakek Lo itu, yang tubuhnya kelihatan
kurus dan kecil, ternyata masih tampak gesit dan lincah
memanggul tubuh Liu Yang Kun. Sedikitpun kakek tua itu
tidak kelihatan capai atau kehilangan tenaganya. Justru
muridnya yang masih amat muda itulah yang kemudian
tampak kusut dan terengah-engah. Berkali-kali pemuda
berwajah buruk itu hampir jatuh ketika melewati tanah becek
atau melompati jurang kecil yang sangat licin.
Beberapa saat kemudian pepohonan yang mereka lalui pun
semakin menjadi jarang. Bahkan semak-semak pun tampak
semakin menghilang pula, sehingga akhirnya yang ada hanya
satu-dua pohon dengan rumput atau alang-alang di
sekitarnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Su-hu! Ada sinar lampu di depan sana. Tampaknya kita
sudah mendekati sebuah perkampungan penduduk." tlba-tiba
A Hek berbisik seraya menggamit lengan kakek Lo.
"Bagus. Kalau begitu...... marilah kita ke sana!"
Tapi tampaknya saja amat dekat, namun setelah mereka
menuju ke tempat itu ternyata cukup jauh juga. Mereka harus
menuruni sebuah jurang dahulu, kemudian harus menyeberangi sungai pula. Sebuah sungai kecil yang dangkal
dan jernih airnya. Setelah itu masih harus mendaki sebuah
lereng bukit lagi. Dan di lereng bukit itu pulalah sinar lampu
tersebut berasal. Dari jauh tadi sinar lampu itu memang tampak jelas. T api
setelah mendaki bukit tersebut, sinar lampu itu tiba-tiba
menghilang. Pandangan A Hek yang menuntun kakek Lo itu
mendadak terhalang oleh hutan cemara yang tumbuh lebat di
lereng bukit tersebut. "Ah! Ternyata bukan perkampungan penduduk, su-hu. Kita
sampai di sebuah hutan pohon cemara. Dan tampaknya sinar
lampu itu datang dari tengah-tengah hutan ini. Kalau begitu
sinar lampu itu tentu bukan keluar dari rumah orang. Mungkin
sinar itu cuma datang dari sebuah obor yang dibawa oleh
seseorang di dalam hutan ini. Seorang pemburu barangkali....." Kakek itu membetulkan tubuh Liu Yang Kun yang ada di
atas punggungnya. Kedua belah alisnya yang putih itu tampak
berkerut sehingga hampir bertemu satu sama lain.
Tiba-tiba kakek itu menggeleng. "Tentu bukan. Apa yang
hendak dicari oleh seorang pemburu di hutan cemara larut
malam begini?" sanggahnya kemudian.
"Lalu apa menurut pendapat su-hu?"
Kakek itu menengadahkan mukanya sebentar ke langit,
seolah-olah matanya yang buta itu ingin me lihat bintang-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bintang yang bertaburan di sana. Sesaat kemudian dia
kembali menundukkan kepalanya sambil menarik napas
panjang. "Entahlah. Tapi perasaanku mengatakan bahwa kita harus
berhati-hati di tempat ini. Hmm.....Li Ing! Lebih baik kau
lekas-lekas menanggalkan penyamaranmu itu. Kita harus
benar-benar mulai dengan rencana kita. Lekaslah...!"
"Di sini, su-hu" Ah.....aku malu!" pemuda buruk rupa yang


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ternyata adalah penyamaran Li Ing itu berkata kaget.
"Memangnya kenapa" Tiada orang di hutan ini malam-
malam begini. Dan kau juga tak perlu menanggalkan
pakaianmu. Basuh saja mukamu di sungai tadi sehingga
penyamaranmu hilang.....!"
"Oh......ba-baik, su-hu." Dengan tersipu-sipu Li Ing
menjawab. Gadis itu lalu berlari kembali ke bawah. Kemudian sete lah
yakin bahwa tiada seorangpun yang melihatnya, ia
membersihkan tepung dan perekat yang menempel pada
wajahnya. Gigi palsu yang dipakai untuk mengganjal mulutnya
pun juga dia tanggalkan pula. Demikianlah, beberapa waktu
kemudian A Hek yang buruk rupa itu telah berubah menjadi
Tiauw Li Ing yang cantik jelita kembali.
Gadis itu lalu kembali lagi ke tempat gurunya berada. Tapi
ia menjadi kaget sekali ketika menyaksikan tubuh Liu Yang
Kun telah dibaringkan di atas tanah dan gurunya yang tiada
lain adalah Lo-sin-ong itu sedang sibuk menusukkan jarum-
jarum emasnya ke kepala pemuda itu.
"Eh.....su-hu" Apa yang sedang kau lakukan?" serunya
kaget dan khawatir. Tapi dengan tenang Lo-sin-ong menggelengkan kepalanya.
"Sssst! Jangan ribut! Pemuda itu tampaknya sudah akan
siuman kembali. Kita tidak boleh terlambat. Kini aku sedang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
membetulkan letak jarum-jarum itu, agar kalau ia siuman
nanti tidak merasakannya. Nah....kau bersiap-siaplah!" ujarnya
perlahan. "Dia.....dia.....oh, dia hendak siuman sekarang?" tiba-tiba
Tiauw Li Ing yang biasanya lincah dan berani itu berseru
gugup. Pipinya pun mendadak juga menjadi merah.
Lo-sin-ong tersenyum. Biarpun buta, tapi ia bisa merasakan
nada suara muridnya yang gembira, gugup dan tegang itu.
"Tenanglah! Jangan gugup! Bisa berantakan rencana kita
itu nanti. Bersikaplah wajar, seakan-akan tidak terjadi apa-apa
pada kita! Nah sekarang mari kita bawa dia ke sungai itu! K ita
guyur dia dengan airnya yang dingin, biar lekas sadar!"
Lo-sin-ong lalu membawa Liu Yang Kun ke sungai.
Kemudian dicelupkannya telapak tangannya ke dalam air
untuk seterusnya ia usapkan ke wajah pemuda itu. Tiga kali
hal itu ia lakukan ketika tiba-tiba pemuda itu sudah membuka
matanya. "Hah.........?"?" pemuda itu tersentak kaget lalu bangkit
berdiri dengan tiba-tiba. Sigap dan cepat sekali, sehingga
tokoh sakti seperti Lo-sin-ong dan Tiauw Li Ing yang sudah
bersiap-siaga sejak semula itu pun tetap ikut kaget pula.
Lo-sin-ong me lompat ke belakang dan berdiri tegak.
Tongkatnya melintang di depan dadanya. Sedangkan Tiauw Li
Ing ikut-ikutan meloncat pula ke belakang, namun wajahnya
tampak tegang dan khawatir.
Liu Yang Kun berdiri tegak mengawasi Lo-sin-ong dan
Tiauw Li Ing bergantian. Sinar matanya tampak mencorong
mengerikan. Sementara kulit wajahnya yang pucat itu tampak
mengkilat kekuningan. Seolah-olah sedang menahan marah.
Memang pemuda itu dalam keadaan siap tempur!
Tapi hal itu cuma beberapa kejap saja berlangsung, karena
di lain saat pemuda itu tiba-tiba menggeram dengan mulut
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
meringis. Kepalanya terasa sakit, seperti ada sesuatu yang
menyengatnya. Bahkan beberapa saat kemudian seluruh
tubuhnya juga terasa linu dan lemas. Dan pemuda itu juga
terkejut ketika me lihat kedua buah lengannya telah dibalut
dengan kain pula. "Sia..... siapa ka-kalian" A-a-apa yang telah kalian perbuat
terhadapku?" katanya kaget.
Plong! Lega hati Lo-sin-ong sekarang. T ernyata garapannya
berhasil. Pemuda sakti itu sudah tidak mengenal mereka lagi.
Tidak mengenal dia sebagai kakek Lo dan juga tidak mengenal
Tiauw Li Ing pula. Dan hal itu berarti bahwa pemuda itu telah
melupakan masa lalunya. Oleh karena itu Lo-sin-ong segera memberi isyarat kepada
Tiauw Li Ing untuk segera menjalankan rencana mereka. Tapi
untuk beberapa saat gadis itu masih bungkam saking
tegangnya. Gadis yang biasanya lincah dan berani itu hanya
mampu memandang kekasihnya dengan mata terbelalak serta
dengan bibir yang bergetar pucat.
"Kenapa kalian diam saja" Siapakah sebenarnya kalian
berdua ini" A-a-pa yang telah kalian perbuat terhadapku di
hutan malam-malam begini?" Liu Yang Kun berseru pula
kembali. Suaranya juga masih terdengar tegang dan curiga.
"Ko-ko......?" akhirnya Tiauw Li Ing menegur setelah
dengan susah payah dapat menguasai hatinya.
Namun dengan cepat Liu Yang Kun menghindar ketika
gadis itu hendak memeluknya. Dengan air-muka semakin
heran ia memandang Tiauw Li Ing.
"Kau....kau siapa" Mengapa kau memanggilku 'ko-ko'"
Apakah engkau adikku?"
Tiauw Li Ing kembali terdiam dan menjadi salah tingkah
lagi. Semua rencana dan petunjuk yang ia terima dari Lo-sin-
ong tiba-tiba juga menghilang dari ingatannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hmm, Yang Kun ....Mengapa kau menjadi lupa kepada
isterimu sendiri" Oh, celaka!" Lo-sin-ong tiba-tiba mengeluh
dengan suara keras untuk memancing perhatian Liu Yang Kun.
Benar juga. Bagai disengat lebah Liu Yang Kun tersentak
menghadapi Lo-sin-ong. Wajahnya semakin bingung.
"Isteriku" Dia ... ini.....isteriku?" desahnya tertahan.
Tiauw Li Ing sendiri seperti terlepas dari beban berat yang
menindihnya. Sambil menjerit ia menubruk dada Lo-sin-ong
dan menangis sepuas-puasnya.
"Su-hu. a-aku takut! Aku.. aa-malu.....! Jangan-jangan ....
jangan-jangan ia masih tetap sadar! Jangan-jangan dia
mencemoohkan aku! Oooh, suhu.....!" ia mengeluh diantara
isaknya. Sebaliknya tangis Tiauw Li Ing itu ternyata semakin
mengalutkan hati dan pikiran Liu Y ang Kun. Pemuda yang kini
telah menjadi lupa akan masa lalunya, akibat cekokan-
cekokan obat dan jarum-jarum emas yang dimasukkan ke
kepalanya oleh Lo-sin-ong itu, semakin menjadi bingung
menghadapi hal-hal yang tak dimengertinya itu. Pikirannya
seolah-olah telah buntu dan tak tahu apa-apa. Rasanya ia
benar-benar seperti bayi yang baru saja lahir.
Akhirnya Liu Yang Kun menatap Lo-sin-ong yang ada di
depannya. Dipandangnya orang tua itu dengan wajah sedih
dan tertekan. "Kakek.....! Tolonglah aku! Aku benar-benar sangat
bingung. Aku sungguh-sungguh tak tahu apa-apa. Siapakah
sebenarnya aku ini" Dan siapa pula kakek berdua ini"
Mengapa aku berada di tempat ini" Dan mengapa pula kakek
berada pula disini bersama aku" Tolonglah, kek ....!" rintihnya
memelas seperti orang yang menderita sakit berat.
Lo-sin-ong menundukkan kepalanya dan berbisik pelan
kepada Tiauw Li Ing, "Lihat ! Dia benar-benar telah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
melupakan segalanya. Berarti semua rencana kita berhasil
dengan baik. Kau tidak perlu takut lagi. Kau harus melakukan
peranmu sebaik-baiknya. Kau masih ingin menjadi isterinya,
bukan?" Tiauw Li Ing menghentikan isaknya. Masih dengan butir-
butir air mata yang menggenangi matanya gadis itu
tersenyum. Pelan-pelan gadis itu menganggukkan kepalanya.
Lo-sin-ong berdesah lega. Kemudian sambil memiringkan
wajahnya ke arah Liu Yang Kun ia berkata, "Yang Kun...!
Sungguh tak kusangka luka-luka yang kau peroleh dalam
pertempuran itu telah membuatmu menderita seperti ini.
Hmmmh..............!"
"Luka-luka dalam pertempuran" Aku baru saja berkelahi"
Dengan siapa ?" Liu Yang Kun tersentak kaget. Otomatis
matanya memandang kain pembalut yang melilit lengannya.
Bagaikan seorang pemain sandiwara ulung orang tua itu
menunduk sedih. Dipeluknya kepala Tiauw Li Ing yang
bersandar di dadanya. "Ya! T ak kusangka semuanya berlalu sedemikian cepatnya.
Kau yang kemarin masih segar bugar dan tampak mesra
dengan isterimu ini, ternyata kini telah berubah sama sekali
akibat luka-luka itu. Ooooh .....!" orang tua itu sengaja
menggelitik hati Liu Yang Kun.
Benar saja Liu Yang Kun cepat melompat ke depan dan
menyambar lengan Lo-sin-ong. Cepat bukan main, sehingga
Lo-sin-ong yang agak ragu-ragu itu tidak kuasa mengelak lagi.
Lengannya yang memegang tongkat itu telah dicengkeram
oleh Liu Yang Kun. "Kek, katakanlah cepat apa yang terjadi pada diriku"
Lekaslah! Jangan kau siksa aku berlama-lama..........!" pemuda
itu memohon dengan sangat.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Lo-sin-ong mendorong tubuh Tiauw Li Ing dan
menyuruhnya duduk, lalu sambil mempersilahkan Liu Yang
Kun pula ia duduk di samping muridnya itu.
"Yang Kun, namamu adalah Liu Yang Kun. Kau memang
benar-benar suami dari muridku ini. Namanya....Tiauw Li Ing.
Kalian adalah pengantin baru." Lo-sin-ong memulai cerita
palsunya. "Liu Yang Kun ......" Ehm, ya ....rasa-rasanya aku juga
sangat mengenal nama itu. Hmm.... Jadi namaku Liu Yang
Kun" Lalu.... dia itu isteriku"'* Liu Yang Kun bergumam sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya. Matanya melirik Tiauw Li
Ing yang menjadi merah padam mukanya.
Kemudian pemuda itu mengetuk-ngetuk dahinya sendiri
dengan jari-jarinya. "Tiauw Li Ing .... isteriku. Benar rasa-
rasanya aku memang sudah beristeri. Cuma aku memang lupa
nama itu." "Dia memang isterimu. Dia adalah puteri Tung-hai-tiauw,
tokoh besar dari lautan Timur sana." Lo-sin-ong menerangkan
lagi. "Tung-hai-tiauw" Ah, aku sudah melupakannya pula. Hmm
.... lalu siapa orang tuaku" Dari mana aku berasal?"
Kini Lo-sin-ong lah yang ganti terdiam menerima
pertanyaan pemuda itu. Sekejap orang tua itu menjadi
bimbang untuk menjawabnya. Apakah ia harus berbohong
atau mengatakan yang sesungguhnya"
Namun sekejap kemudian orang tua itu telah mengambil
keputusan pula. Dia harus mengatakan yang sebenarnya,
sebab tidak mungkin membohongi orang tentang pemuda itu.
Liu Yang Kun telah terkenal di dunia persilatan. Bahkan
pemuda itu adalah putera Kaisar Han yang sedang dicari-cari
oleh para punggawa kerajaan. Setiap saat pemuda itu akan
segera mengetahui siapa dirinya. Sungguh sangat berbahaya
bila ia membohonginya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Sebenarnya kau pun juga bukan pemuda sembarangan
pula, Yang Kun. Kau adalah seorang pangeran. Bahkan kau
adalah putera Hong-siang sendiri.
Tapi kau selalu mengembara di dunia kang-ouw, karena kau tak senang
berada di istana yang gemerlapan itu. Dan selama ini Hong-
siang selalu mencarimu dan memanggilmu agar kembali ke
istana, tapi kau tak mau. Kau justru bersembunyi dan kawin
dengan puteri T ung-hai-tiauw ini ......."
Liu Yang Kun ternganga. Ia seperti tak percaya kepada
cerita orang tua itu. Tapi apa daya" Ia benar-benar tak
mengerti apa-apa, sehingga ia juga tidak bisa membantahnya.
"Lalu siapakah yang telah berkelahi dan melukai aku
kemarin?" tanyanya kemudian.
Lo-sin-ong menghela napas, lalu bercerita dengan singkat
pertempuran yang terjadi di tengah-tengah hutan semalam.
Bagaimana pemuda itu berkelahi dengan Giok-Bin Tok-ong
dan Bok Siang K i, tokoh nomer empat dan nomer dua di dunia
persilatan. Tapi tentu saja orang tua itu tidak bercerita
tentang sebagian dari Buku Rahasia yang mereka perebutkan
itu, karena buku itu kini berada di dalam saku bajunya.
"Giok-bin Tok-ong dan Bok Siang Ki?" lagi-lagi Liu Y ang Kun
merasa belum pernah mengenal nama-nama itu. Dan hal itu
benar-benar sangat menyedihkannya.
"Sudahlah, kau tak perlu menjadi sedih karena keadaanmu
ini. Yang penting kau selamat lebih dahulu. Suatu saat kau
tentu akan sembuh kembali seperti semula. Sekarang marilah
kita meneruskan perjalanan kita .....!" Lo-sin-ong pura-pura
membujuk dan membesarkan hati Liu Yang Kun.
"Ah .... kemana kita akan pergi" Aku sama sekali tak
mempunyai tujuan...," Liu Yang Kun menjawab hambar.
"Tentu saja kita pulang ke rumah, ko-ko. Kau harus banyak
beristirahat agar ingatanmu menjadi segar kembali." tiba-tiba
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tiauw Li Ing menyela dan menyentuh lengan pemuda itu
dengan jari-jarinya. Liu Yang Kun menoleh dengan cepat. Ditatapnya wajah
Tiauw Li Ing yang cantik itu dengan pandangan as ing. Tapi ia
buru-buru menundukkan mukanya lagi ketika menyaksikan
pancaran sinar kasih di mata gadis itu.
"Be-benarkah kau isteriku?" katanya kemudian seperti tak
percaya. Untuk sesaat pipi Tiauw Li Ing menjadi merah. Namun di
lain saat gadis itu telah menemukan keberaniannya kembali.
"Ah, ko-ko. Mengapa kau masih belum percaya juga" Kita
memang belum resmi dimeriahkan dengan pesta oleh ayahku.
Tapi percayalah, Kita memang benar-benar .. suami-isteri!"
"Baik .... baiklah kalau begitu." Liu Yang Kun menyahut
dengan gugup. Apalagi ketika Tiauw Li Ing merangkul
pinggangnya dan menyandarkan kepalanya di pundaknya.
"Sudahlah. Marilah sekarang kita berangkat!" Lo-sin-ong
memotong pula, kemudian mendahului me langkah pergi
meninggalkan tempat itu. Tiauw Li Ing segera mengajak Liu Yang Kun untuk
mengikuti orang-tua itu. Ketika mereka mendaki lereng bukit
itu kembali, Lo-sin-ong berkata kepada Liu Yang Kun.
"Yang Kun! Sementara ingatanmu belum pulih kembali, kau
lebih baik menurut saja apa perintah isterimu. Biarlah dia yang
mengatur dan memberitahukan kepadamu, apa yang


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seharusnya kau lakukan nanti."
Liu Yang Kun memandang orang tua itu sekejap, kemudian
menoleh pula ke arah Tiauw Li Ing." Baiklah, aku menurut
........" jawabnya pelan seperti kepada dirinya sendiri.
Lalu ketika pada suatu saat Tiauw Li Ing mendekati
gurunya, Lo-sin-ong juga berpesan pula, meskipun dengan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
perlahan sekali. "Dan kau juga harus ingat pula akan janjimu.
Kau harus mengubah sikap dan kelakuanmu selama ini."
Gadis itu mengerling dan memainkan bibirnya. "Tentu saja,
su-hu. Akupun tak ingin kehilangan dia pula," desahnya
manja. Demikianlah, mereka bertiga sampai pula ke tempat
berhenti mereka semalam. Sementara itu di ufuk timur mulai membersit sinar pagi
yang kemerah-merahan. "Su-hu, lihat! Sebentar lagi fajar akan menyingsing........."
Walaupun tidak bisa melihat, namun Lo-sin-ong bisa
merasakan nada gembira yang terpancar dalam suara
muridnya itu. Diam-diam hatinya juga ikut berbahagia pula.
"Aaoh... moga-moga kebahagiaannya ini benar-benar bisa
mengusir kekelaman jiwanya dan menuntunnya ke dalam
kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian dosa yang telah
kuperbuat ini rasanya menjadi ringan dan tidak sia-sia," ia
bersyukur di dalam hati. Dan ketika matahari benar-benar tersembul di ufuk timur,
maka tirai kegelapanpun rasanya seperti terkuak dari muka
bumi. Meskipun masih remang remang, tapi semuanya sudah
dapat ditembus dengan penglihatan mereka.
'Mengapa kau diam saja sejak tadi" Lihatlah, pemandangan
alam demikian indah dan mempesonakan! Kau pernah
menyaksikan panorama seperti ini?" tiba-tiba Tiauw Li Ing
berkata kepada Liu Yang Kun. Jari tangannya menunjuk ke
lembah di sebelah kiri mereka. Lembah dlmana sungai kecil
tadi mengalir. Liu Yang Kun mengikuti arah jari telunjuk itu. Dan matanya
segera memancarkan sinar kekaguman pula. Lembah itu
tampak hijau segar, sehingga aliran air jernih yang membelah
di tengah-tengahnya itu bagaikan tinta perak yang mengalir
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
gemerlapan di pagi hari. Bahkan kabut tipis yang kemudian
turun dari bukit-bukit di sekitarnyapun semakin menambah
keelokan dan keindahannya. Bagai tirai kain yang sangat tipis,
kabut itu membuat tempat-tempat yang dilaluinya menjadi
samar-samar. "Bagaimana .... " Pernahkah?" Tiauw Li Ing mendesak lagi.
Liu Yang Kun menatap wajah Tiauw Li Ing, kemudian
menggelengkan kepalanya. "Entahlah, aku sudah tak ingat lagi. Tapi panorama seperti
ini rasanya juga tidak asing bagiku. Aku seperti sering
melihatnya. Bahkan rasanya aku pernah tinggal pula di tempat
seperti ini......." Tiauw Li Ing meraih lengan Liu Y ang Kun. Matanya melirik,
sementara bibirnya menyunggingkan senyum manis sekali.
"Ah, mana mungkin" Kau adalah seorang pangeran. Mana
mungkin kau tinggal di tempat sunyi seperti ini?"
Liu Yang Kun tersenyum pula. Entah mengapa hatinya tidak
enak untuk terus menerus bercuriga terhadap gadis cantik itu.
"Aku seorang pangeran" Hmm... aku berani bertaruh kalian
keliru dalam hal ini. Aku sama sekali tidak merasa sebagai
pangeran selama ini. Aku memang telah kehilangan seluruh
ingatanku, tapi aku tidak kehilangan perasaan dan naluriku.
Ketika gurumu itu mengatakan bahwa kau adalah isteriku,
naluriku memang merasakan bahwa aku memang sudah
beristeri. Ketika orang tua itu juga mengatakan bahwa aku
berkelahi dengan tokoh-tokoh ternama di dunia persilatan,
hati dan perasaanku juga tidak membantahnya, karena
naluriku juga mengatakan pula bahwa aku memang seorang
Jago persilatan berkepandaian tinggi.....Eh, maaf, aku tidak
bermaksud menyombongkan diri......Tapi kalau kalian katakan
bahwa aku seorang pangeran, hmm.... kalian keliru! Sekali lagi
kukatakan bahwa aku bukan seorang pangeran. Sama sekali
aku tidak merasakannya. Aku bahkan sangat setuju kalau
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kaukatakan bahwa aku ini seorang dusun atau seorang
pengembara, karena naluriku mengatakan bahwa aku sangat
akrab dengan lembah dan gunung yang indah seperti ini.
Bahkan aku merasa pernah tinggal lama sekali di tempat
seperti ini." Tiba-tiba Tiauw Li Ing tertawa lepas. Begitu wajar dan
segar suaranya. Dan begitu cantik pula wajahnya, sehingga
tak terasa mata Liu Yang Kun seperti terpaku dan terpesona
melihatnya. Dan diam-diam hati pemuda itu merasa tergetar.
Tak terasa Liu Yang Kun meraih jari-jari T iauw Li Ing.
"Kau...kau sungguh cantik sekali! Be-benarkah kau
ini......isteriku?" bisiknya gemetar pula.
Tawa itu tiba-tiba terhenti dengan mendadak. Wajah yang
segar dan renyah itu tiba-tiba juga berubah menjadi merah.
Bahkan wajah yang cantik itu kemudian tertunduk pula dalam-
dalam. Sama sekali tidak berani menatap Liu Yang Kun.
Barulah gadis itu menjadi kaget setengah mati ketika tiba-
tiba tubuhnya dipeluk. Bahkan semangatnya seperti melayang
pula dengan mendadak ketika tiba-tiba bibirnya juga dicium
oleh Liu Yang Kun. Selanjutnya gadis itu sudah tidak ingat
lagi. Tahu-tahu ia sudah terlena dalam pelukan pemuda yang
dicintainya itu. "Hem... hem....! Kalian kenapa! Ada sesuatu di sekitar kita"
Mengapa tiba-tiba kalian terdiam?" mendadak Lo-sin ong yang
berada jauh di depan mereka itu membalikkan badan dan
berseru kepada mereka. Tergesa-gesa Tiauw Li Ing melepaskan diri dari pelukan Liu
Yang Kun. Mukanya yang cantik itu merah padam bagai udang
direbus. "Ti-tidak a-apa-apa, su-hu......,tidak apa-apa!" jawabnya
gugup seraya membenahi bajunya yang kedodoran.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Yang tidak kalah kagetnya adalah Liu Yang Kun. Pemuda
itu seperti terbangun dari mimpinya. Wajah dan matanya
tampak memerah seperti singa sedang marah, sementara
napasnya seperti kuda yang baru saja berjalan jauh.
"Gila!" pemuda itu menggeram perlahan sambil mengibas-
ngibaskan kepalanya, ke kanan dan ke kiri.
"Kalau begitu marilah kita meneruskan perjalanan kita! K ita
capai dulu desa atau kota yang terdekat, baru kemudian kita
istirahat sepuasnya nanti." Lo-sin-ong berkata lagi seolah-olah
menyindir mereka. Wajah Tiauw Li Ing semakin merah padam. Begitu pula
halnya dengan Liu Yang Kun.
"Huh.....kau! Nekad saja!" gadis itu menggerutu sambil
memukul dada kekasihnya. "Apakah dia tahu" Bukankah matanya tidak dapat melihat?"
Liu Yang Kun membantah. Tiauw Li Ing melirik. Mulutnya yang runcing itu kemudian
mencibir. "Huh, enak saja! Meskipun buta suhu memiliki perasaan
yang peka dan tajam luar biasa! T ahu?"
"Ya, tapi dia juga sudah bilang sendiri bahwa kau adalah
isteriku. Apa salahnya kalau aku memeluk dan mmmmmnim........?" Liu Yang Kun mau membantah lagi, tapi
keburu ditutup mulutnya oleh Tiauw Li Ing.
"Li Ing, ayolah......! Ajak suamimu !" Lo-sin-ong berseru
lagi. "Baik. su-hu... Sssst......... ayolah, jangan membantah lagi!"
Tapi baru beberapa langkah mereka berjalan, Tiauw Li Ing
telah berteriak pula. "Su-hu...... Lihat! Aku menemukan bekas
tangkai obor di sini! Bahkan tidak cuma satu. tapi....... lima
buah ah!" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Benarkah....." Coba kauselidiki, obor itu baru saja dipakai
ataukah sudah lama dibuang" Dan apakah ada tanda tanda
yang bisa kita pakai untuk mengenali pemiliknya?"
Tiauw Li Ing membungkuk dan mengambil tangkai-tangkai
obor-obor itu. Dua diantaranya ia berikan kepada Liu Yang
Kun. "Tolong kau lihat pula....!" pintanya.
Liu Yang Kun menerima tangkai obor itu, kemudian
mencoba untuk menelitinya. Tangkai obor itu masih hangat,
suatu tanda bahwa obor itu memang baru saja dipergunakan.
Namun selain itu tiada lagi yang istimewa, karena tangkai obor
tersebut juga hanya terbuat dari bambu hijau biasa. Bahkan
obor itu agaknya juga dibuat secara darurat dan sembarangan
saja. Buktinya garapannya tampak sangat kasar dan satu
sama lain tidak sama panjangnya.
"Ini hanya obor biasa. Tidak ada istimewanya. Memang ada
apa" Mengapa tiba-tiba kau tertarik pada benda ini?" Liu Y ang
Kun bertanya. Tiauw Li Ing tersenyum, kemudian bercerita tentang sinar
lampu yang mereka lihat tadi ma lam. "Kami mengira kalau
sinar lampu itu datang dari perkampungan penduduk, tapi
ternyata bukan. Namun demikian hal ini juga berarti bahwa
kita telah dekat dengan tempat tinggal atau perkampungan
penduduk. Benar-benar suatu hal yang amat melegakan
setelah berjalan semalam suntuk di hutan saja."
"Bagaimana, Li Ing?" Lo-sin-ong mendesak.
"Hanya tangkai obor biasa, suhu. Tidak ada keistimewaannya." "Hmmh, masa....." Coba kau lihat di sekitar tempat ini!
Adakah bekas-bekas jejak manusia di sana?"
Tiauw Li Ing merengut. Matanya yang bulat bening itu
menatap ke sekelilingnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kenapa suhu menanyakan yang lain" Bukankah suhu tadi
.... eh, benar suhu! Di sini ada bekas-bekas tapak kaki orang!
Tumpukan daun cemara kering ini sampai melesak ke dalam
tanah diinjak orang!" tiba-tiba gadis itu berseru nyaring.
Liu Yang Kun mendekati isterinya. Dia ikut mengawasi
bekas-bekas telapak kaki itu.
"Benar. Ini memang bekas kaki orang. Tampaknya tempat
ini memang telah dekat dengan tempat tinggal manusia."
"Bagus! Kalau begitu marilah kita ikuti jejak itu! Li Ing,
ayoh.........kau duluan," Lo-sin-ong berseru gembira.
Mereka lalu bergegas mengikuti bekas-bekas telapak kaki
itu. Dan sungguh beruntung bagi mereka, karena jejak-jejak
kaki itu tampaknya memang masih sangat baru, sehingga
amat jelas dan mudah dilihat oleh mata mereka. Kalaupun ada
yang kurang jelas, mereka segera mencari tanda-tanda lain di
sekitarnya. Beberapa kali mereka melingkari lereng lereng bukit yang
banyak terdapat di daerah itu. Untung pula bagi mereka,
tanah yang mereka lewati sedikit berair dan agak becek,
sehingga mereka tak pernah kehilangan jejak-jejak tersebut.
"Su-hu! Kita telah sampai di jalan besar......!" akhirnya
Tiauw Li Ing bersorak gembira.
"Betul....." Apa kau melihat rumah penduduk juga?" Lo-sin-
ong menyahut gembira pula.
"Belum! Tapi aku me lihat debu mengepul di ujung jalan
besar itu. Hmm, tampaknya ada pasukan berkuda yang
hendak lewat." "Pasukan berkuda" Mengapa ada pasukan berkuda lewat
pagi hari begini?" Lo-sin-ong terhenyak kaget. Dahinya yang
berlipat-lipat itu semakin berkeriput pula.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Siapa tahu ada gerombolan perampok atau ada
pemberontakan di daerah ini?" tiba-tiba Liu Yang Kun ikut
berbicara. Tlauw Li Ing tersenyum. "Mungkin kau benar, ko-ko.
Tapi...... sudahlah! Kita tak perlu main tebak-tebakan.
Sekarang marilah kita mendekat saja ke jalan itu! Kita
lihat.....apa sebenarnya yang menyebabkan debu mengepul
itu?" Mereka lalu menuruni lereng bukit itu, kemudian naik lagi
ke bukit di depan mereka. Karena ingin lekas sampai di jalan
itu, maka masing-masing tanpa terasa lalu mengerahkan ilmu
meringankan tubuh mereka. Tiauw Li Ing berada di depan,
sementara gurunya yang buta itu mengikutinya dari belakang.
Keduanya berloncatan dengan amat lincah dan ringan luar
biasa. Ujung sepatu mereka seakan-akan tidak pernah
menyentuh tanah. Bahkan kadang-kadang mereka melenting
tinggi ke atas, kemudian berjumpalitan melompati semak-
semak belukar yang banyak terdapat di lereng itu. T ampaknya
gadis itu sengaja memamerkan kepandaiannya kepada
'suaminya'. Dan Tiauw Li Ing benar-benar amat puas ketika
menginjakkan kakinya di pinggir jalan itu. Wajahnya atau
pipinya tampak memerah, tanda bahwa ia sungguh-sungguh
telah mengerahkan tenaganya beberapa saat tadi. Ketika
melirik ke arah gurunya, gadis itu sempat menyaksikan
bagaimana gurunya yang amat sakti itu menarik napas
panjang. Suatu tanda juga bahwa gurunya tersebut diam-diam
juga telah mengerahkan sedikit tenaganya pula. T api ketika ia
menoleh ke belakang, dimana Liu Yang Kun berada, tiba-tiba
matanya terbelalak! Ternyata sikap dan keadaan suaminya itu sama sekali tidak
mengalami perubahan. Air mukanya tetap biasa. Bahkan
pernapasannyapun juga masih tetap teratur pula seperti
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
semula. Sedikitpun tidak ada tanda-tanda bahwa pemuda itu
baru saja berlari menuruni lereng bukit tersebut.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ada apa...." Mengapa matamu terbelalak memandangku"
Ada yang salah?" Liu Yang Kun bertanya kepada Tiauw Li Ing.
"Oh, tidak.... tidak!" Tiauw Li Ing berdesah sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya, tapi matanya tidak bisa
menyembunyikan kekagetan dan kekagumannya.
"Lalu.....kenapa kau memandangku seperti itu?" Liu Yang
Kun mendesak. Masih dengan menatap kagum kepada 'suaminya" itu Tiauw
Li Ing tersenyum. Senyum bangga dan bahagia.
"Ko-ko, ilmu meringankan tubuhmu sungguh luar biasa
sekali. Aku sungguh kagum sekali, siapakah sebenarnya
gurumu itu" Apa nama ilmu itu?" gadis itu bertanya. Air
mukanya tampak berbinar-binar dan bersemangat sekali.
Tiba-tiba wajah Liu Yang Kun tampak keruh dan lesu.
Matanya menerawang jauh tinggi ke angkasa. Lalu perlahan-
lahan kepalanya menggeleng.
"Entahlah, aku sudah lupa pula. Aku tak ingat lagi siapa
guruku. Dan... aku juga tak ingat lagi nama ilmu itu. Bahkan
aku juga sudah tak ingat lagi bagian-bagiannya. Aku hanya
bergerak menurut naluriku saja," jawabnya sedih.
Lo-sin-ong mendekati T iauw Li Ing dan kemudian menyikut
lengan muridnya itu. "Hmmh..... Jangan kau usik dia dengan masa lalunya!
Semua itu hanya akan membuatnya sedih. Sebab dia sudah
takkan bisa mengingatnya lagi. Kalau ia sekarang masih bisa
bersilat, itu hanya karena nalurinya saja. Seperti halnya kalau
kita berjalan, berbicara atau bernapas. Kalau kau suruh dia
mengingat-ingat, hmm.... semuanya justru akan menjadi kalut
dan kacau malah!" orang tua itu berbisik perlahan di telinga
Tiauw Li Ing. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Oooh.....!" "Nah, sudahlah.......kalian jangan berisik lagi! Aku sudah
mendengar suara gemuruh di balik hutan itu. Marilah kita
bersembunyi.....!" Lo-sin-ong kemudian menambahkan dengan suara keras. Mereka bertiga lalu bergegas menyembunyikan diri. Mereka
berlindung di balik batu-batu karang besar yang banyak
terdapat di kanan kiri jalan itu. Dan mereka tidak usah
menunggu lama, karena sebentar kemudian suara gemuruh
dan debu yang mengepul tinggi itu telah muncul di balik
tikungan jalan. Suara sepatu kuda segera menghentak-hentak ke telinga
mereka. Dan sesaat kemudian mereka telah melihat
serombongan pasukan berkuda yang terdiri dari limapuluhan
perajurit lewat di depan mereka. Sebuah bendera besar
berwarna hijau gemerlapan tampak berkibar di depan pasukan
itu. Tiga buah pedati besar yang masing masing ditarik oleh
enam ekor kuda beban tampak meluncur pula di belakang
pasukan itu. Dan kemudian agak jauh dari barisan pedati
tersebut masih berbaris pula sekelompok pasukan bertombak
dan berpedang berjalan kaki. Kedua buah pasukan ini
berjumlah kira-kira seratusan orang perajurit. Semuanya
masih tampak segar dan bergembira-ria, mungkin mereka
semua itu baru saja meninggalkan barak mereka.
Diam-diam dengan wajah tegang Tiauw Li Ing me lirik ke
arah 'suaminya'. Tapi ketika ia tidak melihat perubahan di wajah suaminya
itu, hatinya menjadi lega. Apalagi ketika 'suaminya' itu
tersenyum kepadanya. "Nah, apa kataku" Sepasukan prajurit berkuda, bukan?"
pemuda itu berkata. Tiauw Li Ing mengerling. "Kau tidak mengenal mereka?"
tanyanya menguji. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun mengerutkan keningnya. "Mengenal mereka"
Apa maksudmu?" "Aku mengenal mereka," gadis itu menjawab. "Mereka
adalah prajurit-prajurit kerajaan. Kaulihat bendera itu" Dan
kaulihat pula panglima yang berkuda di deretan paling depan
tadi?" "Kau maksudkan orang yang berpakaian gemerlapan dan
selalu dikawal oleh seorang lelaki yang berseragam tadi?" Liu
Yang Kun menegaskan. "Ya! Dia itu adalah Panglima Besar Kerajaan. Namanya Yap
Khim, tapi orang biasa menyebutnya Yap Tai-ciangkun.
Sedangkan pengawalnya itu bernama Yap Kiong Lee, kakak
kandung panglima itu sendiri. Orang kang-ouw biasa
menyebutnya Hong-lui-kun (si Tinju Petir Dan Badai). Mereka
berdua adalah orang-orang kepercayaan Hong-siang. Kepandaian mereka sangat tinggi, terutama Hong lui-kun Yap
Kiong Lee itu. Dialah jago silat nomer satu di istana.
Eh.....masakan kau telah melupakan mereka?" Tiauw Li Ing
masih tetap mencoba juga daya ingatan Liu Yang Kun.
Ternyata Liu Yang Kun menjadi tidak senang oleh
pertanyaan itu. "Huh...... jadi kau masih menganggap aku ini seorang
pangeran?" pemuda itu berkata kesal.
Tiauw Li Ing cepat menyambar lengan 'suaminya" itu.
"Eeee............jangan lekas menjadi marah! Aku bertanya baik-
baik, dan guruku itu memang tidak berbohong ketika
mengatakan bahwa kau adalah putera Kaisar Han. Kalau kau
memang tidak menyukai pertanyaanku tadi, baiklah..... aku
takkan mengulanginya lagi. Aku tadi hanya berpikir, kalau-
kalau kau ingin menemui mereka, karena mereka itu memang
prajurit-prajurit ayahandamu?"" katanya cepat pula untuk
membujuk dan meredakan kemarahan kekasihnya itu.
Pangeran Anggadipati 5 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Golok Yanci Pedang Pelangi 5
^