Pencarian

Memburu Iblis 17

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 17


"Gila! Bocah sinting......!" dalam kagetnya Giok-bin Tok-ong
mengumpat lagi. Kemudian dengan cepat iblis dari Lembah Tak Berwarna itu
mengebutkan lengan bajunya. Whuuuus! Serangkum angin
yang sangat kuat menghembus ke arah paku-paku itu!
Ting! T ing! T ing! Paku-paku itu seperti tertahan oleh sebuah tirai besi yang
tak kelihatan, kemudian jatuh berdentangan di lantai gua. Tapi
ketika Giok-bin Tok-ong bermaksud melangkahinya, tiba-tiba
paku-paku tersebut meledak dan menyemburkan serbuk besi
ke kakinya. Dan serbuk besi tersebut ternyata juga
mengandung racun pula. "Bangsat......!" Giok-bin Tok-ong yang tak menduga akan
hal itu menjerit kaget dan bergegas menghindarkan diri.
Sementara itu di luar arena tersebut Han Sui Nio sedang
berdiri terbelalak mengawasi Liu Yang Kun. Walaupun suasana
amat gelap, tapi tokoh dari Aliran Im-Yang-kauw itu mampu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
melihat lawannya dengan jelas. Apalagi jarak mereka cuma
empat atau lima langkah saja jauhnya.
"Kau.....kau siapa" Le-lekas jawab!" pendeta wanita itu
membentak lagi. Namun kini suaranya sudah tidak segarang
tadi dan bahkan agak gugup. Sinar mata lawannya yang
mencorong seperti mata naga itu benar-benar mengejutkan
hatinya. Diam-diam Liu Yang Kun menelan ludahnya. Perasaannya
juga tidak kalah tegangnya. Secara tak sengaja ia justru dapat
menemukan persembunyian Giok bin Tok-ong.
"Jadi.......lo-cianpwe ini benar-benar Han Sui Nio dari Aliran
Im-Yang-kauw itu" Aah .......sungguh kebetulan sekali.
Kedatanganku kemari memang untuk mencari Lo-cianpwe.
Sungguh-sungguh tak terduga............"
Wajah Han Sui Nio menjadi pucat! Bibirnya bergetar. Dan
sekilas ia menoleh ke arena, seolah-olah takut kalau kata-kata
Liu Yang Kun itu akan didengar oleh Giok-bin T ok ong.
"Le-lekas katakan! Mengapa kau tak mau menjawab juga"
Sia-siapa kau... Apakah kau teman Ui Bun Ting"
Bagaimanakah keadaannya" Apakah ia masih hidup?"
desahnya kemudian dengan tegang dan gelisah.
"Benar, saya adalah teman Ui Ciang bun. Beliau selamat.
Kini sedang menunggu lo-cianpwe di dalam kota. Marilah kita
pergi dari tempat ini. Tapi ehm, siapakah wanita muda yang
membawa bayi ini" Apakah dia.......?"
Liu Yang Kun menunjuk ke arah tubuh Tui Lan yang
terbaring diam di lantai gua. Ada semacam perasaan aneh
yang bergejolak di dalam dada pemuda itu. Namun karena
'ingatan masa lalunya' telah hilang, maka ia tetap tak dapat
mengenali wajah Tui Lan. Cuma nalurinya saja yang tiba-tiba
merasa sangat dekat dan ingin sekali mendekati wanita muda
itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi ketika Liu Yang Kun hendak melangkah mendekatinya,
tiba-tiba Han Sui Nio melejit menghalanginya.
"Jangan! Biarlah aku sendiri yang membawanya! Dia
terluka dalam oleh pukulan Bu-tek Sin-tong." pendeta wanita
itu mencegah. Kemudian dengan tangannya sendiri ia
mengangkat tubuh T ui Lan beserta bayinya dan membawanya
keluar dari dalam gua itu.
"Hei, Sui Nio.........! Mau ke mana kau, heh?" terdengar
suara teriakan Giok bin Tok ong.
Han Sui Nio tertegun. Otomatis langkahnya berhenti.
Dengan bibir gemetar dia menatap Liu Yang Kun.
"Teruslah! Lo-cianpwe tak usah takut! Biarlah aku yang
menghadapinya nanti. Aku sudah biasa berhadapan dengan
kakek iblis itu dan......aku masih tetap segar bugar sampai
sekarang!" Liu Yang Kun membesarkan hati Han Sui Nio.
"Sui Nio.,.....!!! Siapa orang itu?" sekali lagi Giok-bin Tok-
ong berteriak keras sekali,
"Lo-cianpwe, lekas........ .! Engkau sudah ditunggu-tunggu
oleh Ui Ciang-bun. Cepat!" Liu Yang Kun menggeram, dan
tiba-tiba saja matanya semakin tampak mencorong menakutkan. "Ya.....,yaa, aku akan keluar...." seperti terkena oleh daya
magis Han Sui Nio mengangguk dan bergegas keluar.
"Heeii , ,,! ! ! Mau kemana kau?" untuk yang ketiga kalinya
Giok-bin Tok ong membentak. Kali ini suaranya benar benar
menggeledek memekakkan telinga. Pasir dan kotoranpun
sampai berhamburan ke bawah menimpa mereka bertiga.
"Hei......bayi itu jangan dibawa pergi!" Bu-tek Sin-tong juga
berseru pula. Kemudian seperti berlomba kedua kakek sakti itu saling
menahan pukulan mereka lalu bersama-sama menerjang ke
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pintu gua untuk mengejar Han Sui Nio. Dengan gin-kangnya
yang hebat, yang mampu membuat tubuhnya menjadi
seringan kapas Bu-tek Sin-tong tampak melayang lebih cepat
dari pada Giok-bin T ok-ong.
Namun pada saat yang hampir bersamaan, tubuh Liu Yang
Kun juga melesat dengan cepat menghadang mereka. Dan
sedetik kemudian mereka sudah siap untuk saling bertubrukan
di dekat pintu gua. Tapi sebelum saat yang berbahaya itu
terjadi, masing-masing secepat kilat telah mengerahkan
tenaga dalamnya dan kemudian menghentakkannya ke depan
untuk menyingkirkan lawan-lawannya terlebih dahulu. Dan
karena Liu Y ang Kun berada di arah yang berlawanan dengan
kedua orang lawannya, maka otomatis ia seperti menerima
hentakan dua gelombang tenaga sekaligus.
Dan sesaat kemudian Liu Yang Kun seperti diterpa oleh
hembusan angin yang maha dahsyat. Bahkan diantara tiupan
angin yang hendak menggulung tubuhnya itu, Liu Yang Kun
mencium bau busuk yang memuakkan pula.
"Gila!" pemuda itu mengumpat di dalam hati.
Kemudian dengan cepat Liu Yang Kun menggeser kakinya
ke samping. Pemuda itu merasa betapa berat dan kuatnya
tenaga gabungan tersebut, sehingga ia tidak berani
menghadapinya dari depan. Terpaksa ia menggeser ke
samping dan kemudian baru berani menyongsongnya dengan
sekuat tenaganya. Meskipun demikian akibat dari benturan
tersebut ternyata tetap hebat sekali.
Whuuuaaauuusssh! Sekejap tubuh Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong
seperti tertahan oleh bentakan tenaga Liu Yang Kun, Bahkan
setelah itu tubuh mereka seperti didorong dengan kuatnya ke
belakang. Dan sedetik kemudian tubuh mereka benar-benar
terbanting ke samping dengan hebatnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sekilas masih kelihatan wajah Butek Sin-tong dan Giok-bin
Tok-ong yang tiba-tiba menjadi pucat pasi. Bahkan sekilas
masih tampak pula matanya yang terbelalak seolah tak
percaya. Namun itu semua segera hilang setelah tubuh
mereka terbentur ke dinding gua dengan dahsyatnya!
Tapi pada saat itu pula tubuh Liu Yang Kun yang menerima
gempuran tenaga gabungan mereka, juga terlempar dengan
kuatnya keluar pintu gua!
"Oooh......."!" Han Sui Nio yang hampir tertimpa tubuh Liu
Yang Kun menjerit kaget. Tapi dengan tangkas Liu Yang Kun berdiri tegak kembali.
"Jangan hiraukan saya! Saya tidak apa-apa! Cepatlah lo-
cianpwe menghindar dari tempat ini!" serunya kemudian
dengan tergesa-gesa. "Tapi ....?" Han Sui Nio menjawab ragu, karena
bagaimanapun juga dia tak enak hati untuk meninggalkan
orang yang menolongnya di dalam bahaya.
"Percayalah kepada saya! Kedua iblis tua itu tak pernah
bisa mengalahkan saya!" sekali lagi Liu Yang Kun
membesarkan hati pendeta wanita itu. "Lekaslah! Cuma saya
minta tolong, kalau lo-cianpwe di jalan nanti berjumpa dengan
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, harap memberitahukan
kepadanya bahwa aku berada di tempat ini. Katakan pula
bahwa Giok-bin T ok-ong sudah saya ketemukan.............."
"Hong-lui-kun Y ap Kiong Lee pendekar dari istana itu......?"
Han Sui Nio berdesah kaget.
Tapi dengan cepat Liu Yang Kun mendorong wanita tua itu,
karena dari dalam gua telah terdengar sumpah serapah Giok-
bin Tok-ong. Bahkan bersamaan dengan perginya Han Sui Nio,
tokoh puncak dari perguruan Lembah Tak Berwarna itu telah
muncul pula dengan langkah terhuyung- huyung. Dan kakek
tampan itu tidak dapat segera melihat Liu Yang Kun karena
kedua belah tangannya sedang sibuk mengusap dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
membersihkan debu serta pasir yang mengotori rambut,
wajah dan pakaiannya. Di belakangnya tampak Bu-tek Sin-
tong yang juga sibuk pula membersihkan rambutnya. Hanya
bedanya kakek kerdil itu tidak terhuyung-huyung seperti Giok-
bin Tok-ong walaupun sebentar-sebentar ia tak bisa
menyembunyikan batuknya. Ternyata keduanya telah terpengaruh juga oleh pukulan sakti Liu Yang Kun.
''Bangsat kurang ajar! Setan! Demit ! Iblisss.......! Siapa
sebenarnya bocah itu, heh" Berani benar dia melawan Giok-
bin Tok-ong! Huh! Akan kucari mayatnya ! Lalu akan kucerai-
beraikan bangkainya dan kemudian akan kusebar pula tulang
belulangnya agar puas hatiku! Bangsat... !"
"Jangan cuma membuka mulut saja! Ayoh..... lekas kita cari
dia! Dia tentu sedang dalam keadaan sekarat sekarang," Bu-
tek Sin-tong membentak kesal.
Giok-bin Tok-ong menoleh dengan marah. ''Sekarat
katamu" Mana ada kesempatan untuk sekarat lagi baginya"
Mana ada orang yang mampu menerima tenaga gabungan
kita di dunia ini" Jangankan bocah itu, Bun-hoat Sian-seng
pun takkan kuat menghadapi tenaga gabungan kita! Huh! Aku
tanggung nyawanya tentu sudah lebih dahulu terbang ke
langit sebelum ia menerima pukulan kita. he-he-he........!
Mungkin kita sekarang justru mendapat kesulitan untuk
mencari sisa-sisa tubuhnya. Atau mungkin kita hanya
akan"....hah?"?"
Tiba-tiba kakek tampan itu terbelalak. Hampir saja dia
menabrak Liu Yang Kun, orang yang dikiranya sudah mati itu.
"Sssssin... ... Tttttooooong ?" kakek tampan itu memanggil
Bu-tek Sin-tong dengan suara gugup dan ketakutan. Hampir-
hampir saja ia lari meninggalkan tempat itu.
"Hei...... kenapa kau" Apa kau.....hah?" tiba-tiba Bu-tek
Sin-tong berteriak tinggi pula. Seketika wajahnya menjadi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pucat. Apa lagi ketika kemudian ia mengenali wajah Liu Yang
Kun. Tapi memang tidak mengherankan bila kedua kakek sakti
itu menjadi kaget dan ketakutan ketika melihat wajah Liu
Yang Kun. Selain mereka tidak memiliki bayangan bahwa yang
mereka hadapi itu adalah Liu Yang Kun, mereka sendiri juga
tidak menyangka pula kalau pemuda itu ternyata masih hidup.
Bagi Bu-tek Sin-tong, pemuda itu sudah lama mati,
terkubur di Lembah Dalam satu tahun yang lalu. Pada waktu
itu secara kebetulan dia juga sedang bersama-sama dengan
Giok-bin Tok-ong pula. Bahkan dia juga me lihat sendiri,
bagaimana pemuda itu tertimbun oleh bukit yang longsor ke
bawah. Adalah tidak mungkin kalau pemuda itu bisa
menyelamatkan diri dalam timbunan tanah itu. Maka dari itu
betapa kagetnya dia ketika tiba-tiba melihat wajah Liu Yang
Kun di tempat tersebut. Sebaliknya bagi Giok-bin Tok-ong yang sudah memperoleh
kesempatan berjumpa dengan Liu Yang Kun beberapa hari
yang lalu, pertemuan yang kedua ini benar-benar
menimbulkan rasa takut di dalam hati sanubarinya. Bagaimana
tidak. Sudah beberapa kali pemuda itu lolos dari maut. Baik
dari timbunan bukit longsor yang maha dahsyat itu maupun
dari keganasan peluru pek-lek-tan-nya. Bahkan yang terakhir
kalinya dia merasa telah menewaskan pemuda itu di dalam
ledakan pek-lek-tannya beberapa hari yang lalu. Maka dari itu
sungguh tidak mengherankan bila ia menjadi ketakutan begitu
melihat wajah Liu Yang Kun kembali. Ia merasa seperti
berjumpa dengan 'hantu" Liu Yang Kun.
"Kau...... kau.......kau masih hidup juga" Kau tidak hancur
terkena ledakan peluru pek-lek-tanku itu?" Giok-bin Tok-ong-
berdesah gemetar seraya mundur mundur sehingga hampir
menginjak kaki Bu-tek Sin-tong.
"Ba-bagaimana dia keluar dari timbunan bukit longsor itu,
Tok-ong" Apakah ia memiliki ilmu tikus tanah?" kakek kerdil
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
itu bertanya pula. Nada suaranya juga amat heran dan tak
percaya. Liu Yang Kun mengertakkan giginya. "Hmh...... jadi
memang benar kau yang melukai aku beberapa hari yang lalu"
Bagus! Kalau begitu tak sia-sia aku mencarimu, Giok-bin Tok-
ong! Hemmm ........ manakah temanmu yang lain itu" Dimana
pula orang yang bernama Bok Siang Ki itu?"
Giok-bin Tok-ong semakin menjadi gugup. Ditolehnya Bu-
tek Sin-tong yang berdiri di sampingnya, seolah-olah ia ingin
mencari bantuan kepada kakek kerdil itu. T api kakek kerdil itu
sendiri seakan-akan juga sudah mencium pula bahaya yang
akan ia hadapi bila ia ikut-ikutan memusuhi pemuda itu. Oleh
karena itu dengan cerdik ia melangkah ke samping, menjauhi
Giok-bin Tok-ong. "Hmm,....... tampaknya kau memang suka mencampuri
urusan orang, sehingga di mana-mana engkau mendapatkan
musuh. Belum juga urusan diantara kita selesai, urusan yang
lain telah menghadangmu. Nah, kalau begitu......biarlah aku
mengalah dahulu. Kauselesaikan dulu urusanmu dengan
pemuda ini, aku akan pergi mengurus masalahku sendiri!"
Kakek kerdil itu cepat-cepat berkata.
Begitulah, selesai berkata Bu-tek Sin-tong segera beranjak
dari tempatnya. Kakek cebol tersebut bermaksud untuk


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengejar Han Sui Nio dan merebut kembali bayi yang ada di
dalam pelukan Tui Lan. Tapi belum juga dua langkah kakek cebol itu bergerak, Liu
Yang Kun sudah lebih dahulu menghadangnya.
"Berhenti ! Kau juga tidak boleh pergi dari tempat ini !"
hardik pemuda itu keras-keras.
"Apa......" Kurang ajar! Kau berani membentak aku?" Bu-
tek Sin-tong tiba-tiba menggeram marah. Matanya mendelik
ganas. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sebenarnya diantara Liu Yang Kun dan Bu-tek Sin-tong
tidak pernah terjadi perselisihan apa-apa. Mereka sudah
beberapa kali bertemu sebelumnya. Walaupun di dalam setiap
pertemuan itu mereka sering berada di pihak yang
berlawanan. Namun demikian di antara mereka tak pernah
ada dendam pribadi atau sakit hati. Dan selama ini Liu Yang
Kun selalu bersikap segan dan hormat kepada Bu-tek Sin-
tong. Maka bisa dimengerti kalau kakek Kerdil itu menjadi
marah mendengar bentakan Liu Yang Kun tersebut. Padahal
semua itu dilakukan oleh Liu Yang Kun karena ia sudah lupa
atau tidak mengenal kakek itu lagi.
"Persetan! Pokoknya tak seorangpun aku perbolehkan
mengganggu wanita-wanita itu!" Liu Yang Kun menggeram
pula tak kalah kakunya. "Huh! Apa hubunganmu dengan mereka" Kenapa kau
membelanya?" "Aku tak punya hubungan apa-apa dengan mereka. Tapi
aku merasa berkewajiban untuk me lindungi mereka dari
gangguan orang-orang jahat seperti kalian ini."
"Kurang ajar! Kau memang sudah bosan hidup! Lihat
pukulan ......!" Butek Sin-tong menjerit berang, kemudian
menyerang Liu Yang Kun dengan ganasnya.
"Bagus, Sin-tong! Anak itu memang perlu mendapat
pelajaran agar tidak menjadi sombong!" Giok-bin Tok-ong
segera bertepuk tangan dan berteriak memanasinya.
"Diam! Tunggulah, kaupun akan kulabrak pula nanti! Kita
juga punya urusan yang belum terselesaikan !" sambil
bertempur Bu-tek Sin-tong masih sempat juga memaki.
"Baik! Apa kaukira aku juga takut kepadamu, Manusia
Kura-kura?" Giok-bin T ok-ong menjawab tantangan itu dengan
makian pula. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara itu pertarungan antara Liu Yang Kun dan Bu-tek
Sin-tong semakin menjadi seru juga. Masing-masing segera
mengeluarkan ilmu andalan mereka, karena masing-masing
sudah pernah melihat mutu kepandaian lawannya.
Mula-mula Liu Y ang Kun hanya mengeluarkan ilmu warisan
Keluarga Chin. Tapi ketika ia mulai terdesak oleh ilmu
lawannya, maka ia lalu menggantinya dengan salah sebuah
dari ilmu warisan Bit-bo-ong almarhum, yaitu ilmu silat Kim-
liong Sin-kun. Namun ilmu yang inipun juga tidak dapat
berbuat banyak terhadap lawannya. Selain ia tak membawa
badik pusaka, ia pun juga tidak mengenakan mantel pusaka
pula. Padahal kedua buah pusaka tersebut menjadi inti dari
ilmu Kim-liong Sin-kun. Mungkin untuk menghadapi jago-jago
persilatan yang lain ilmu itu sudah lebih dari cukup. Namun
untuk menghadapi Bu tek Sin-tong, tokoh nomer tiga di dunia
persilatan, ilmu yang hebat itu menjadi kehilangan
keampuhannya. Walaupun sebenarnya untuk menunjang
kekurangannya Liu Yang Kun telah mengerahkan pula tenaga
sakti Liong-cu-i-kang-nya.
"Hehehe.......... " Ayoh, anak muda! Kautumpahkanlah
semua ilmumu di hadapanku! Aku akan melihat sampai
dimana kehebatanmu, hehehe.........!" Kakek kerdil itu tertawa
terkekeh-kekeh. Tapi beberapa saat kemudian kakek itu mengerutkan
dahinya. Berkali-kali diperhatikannya ilmu Kim-liong Sin-kun
yang dimainkan oleh Liu Yang Kun.
"Hei, anak muda! Tampaknya ada sesuatu yang kurang
pada ilmu silatmu ini. Kalau tidak karena lwee-kangmu yang
dahsyat itu, ilmu ini benar-benar tidak ada artinya. Dari mana
kau memperoleh ilmu ini, heh?" katanya kemudian dengan
sungguh-sungguh. "Persetan dengan segala macam ocehanmu. Aku sendiri
juga tidak tahu dari mana ilmu ini kuperoleh! T ahu-tahu sudah
mendarah daging begitu saja di dalam tubuhku. Hmmh......apa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kau ingin minta yang lain" Baik! Lihatlah.....!" Liu Yang Kun
menyahut dengan suara penasaran.
Kemudian dengan mengerahkan Bu-eng Hwe-tengnya, Liu
Yang Kun mengeluarkan ilmu warisan Bit-bo-ong yang lain,
yaitu Pat-hong sin-ciang! Ilmu Pukulan Sakti Delapan Penjuru
yang dilandasi dengan gin-kang Bu-eng Hwe-teng ini benar-
benar hebat bukan main. Apalagi Liu Yang Kun telah
mempelajarinya sampai ke tingkat puncaknya. Maka dapat
dibayangkan betapa repotnya Bu-tek Sin tong melayaninya.
Udara malam yang amat dingin itu menjadi semakin dingin
pula oleh pengaruh ilmu silat Pat-hong Sin-ciang. Apa lagi
ketika pengaruh magis yang diciptakan oleh ilmu tersebut
telah diungkapkan pula oleh Liu Y ang Kun. Sedikit demi sedikit
Bu-tek Sin-tong merasakan adanya tekanan yang semakin
berat terhadap akal dan pikirannya. Rasanya kakek sakti itu
menjadi semakin bingung dan salah tingkah terhadap gerakan
yang dikeluarkan Liu Yang Kun. Bahkan akhirnya kakek itu
juga menjadi bingung dan sa lah tingkah pula terhadap dirinya
sendiri. "Berhenti! Eh-eh.......... tahan! Jangan memukul lagi!"
sambil menghindar kesana kemari akhirnya Bu-tek Sin-tong
berteriak dan menjerit-jerit.
Karena memang tidak merasa bermusuhan dengan Bu-tek
Sin-tong, maka Liu Yang Kun mau berhenti pula. Dengan
wajah puas ia memandang kakek kerdil itu.
"Hei, Sin-tong! Kenapa kau minta berhenti, heh" Apakah
kau merasa kewalahan menghadapi anak itu?" dari luar arena
Giok-bin Tok-ong berteriak.
Tapi kakek kerdil itu tak mempedulikan seruan Giok-bin
Tok-ong. Sebaliknya dengan roman muka bersungguh-
sungguh ia menghadapi Liu Yang Kun.
"Anak muda! Rasa-rasanya aku mengenal ilmu silatmu!
Coba katakan, siapakah gurumu" Kau mempunyai hubungan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
apa dengan Perguruan Ui-soa-pai" Ada hubungan keluarga
apakah antara kau dengan Bok Siang Ki" Lekas jawab!"
Liu Yang Kun mendengus marah. Namun demikian dahinya
juga kelihatan berkerut ketika menjawab pertanyaan kakek
kerdil tersebut. "Aku tak tahu apa yang kaukatakan. Aku tidak pernah
merasa belajar kepada siapa-siapa. Aku belum pernah
mendengar Ui-soa-pai. Dan aku juga tidak mempunyai
hubungan apa-apa dengan orang yang bernama Bok Siang K i.
Bahkan aku merasa belum pernah me lihat atau mengenal
orang itu. Hmh, mengapa kautanyakan semua itu kepadaku"
Apakah kau mencurigai ilmu silatku?"
Bu-tek Sin-tong menggeram. "Benar. Ilmu meringankan
tubuh dengan gaya melenting dan me layang itu hanya dimiliki
oleh cikal bakal Perguruan Ui-soa pai. Dan ilmu silat yang
dilambari dengan ilmu s ihir dan ilmu Kebatinan itu juga hanya
dimiliki oleh pendiri perguruan Ui-soa-pai pula. Itulah
sebabnya mengapa kutanyakan kepadamu semuanya itu."
"Lalu apa hubungannya orang yang bernama Bok Siang Ki
itu dengan pertanyaanmu itu?"
"Bok Siang Ki adalah orang yang paling berkuasa di U i-soa-
pai sekarang. Hmm, apakah kau belum pernah mendengarnya?" Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya. "Aku memang
belum pernah mendengarnya. Bahkan seperti yang telah
kukatakan tadi, aku belum pernah mengenal dia. Melihat
wajahnyapun juga belum pernah pula. Aku memang benar-
benar bukan orang Ui-soa-pai. Aku adalah aku. Jangan
menduga dan berprasangka yang lain-lain!"
"Bohong! Bohong kalau dia bilang belum pernah bertemu
dan mengenal Bok Siang Ki! Beberapa hari yang lalu aku dan
Bok Siang Ki pernah bertempur dengan dia! Hei, apakah kau
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sudah lupa?" tiba-tiba Giok-bin Tok-ong berseru memotong
pembicaraan mereka. Liu Yang Kun melirik ke arah Giok-bin Tok-ong sebentar,
lalu menatap Butek Sin-tong kembali, ia tak menjawab atau
menanggapi ucapan kakek tampan itu, karena ia sudah tak
ingat lagi akan kejadian-kejadian itu.
"Hei, benarkah kata-katanya itu" Mengapa kau berkelahi
dengan Bok Siang Ki" Hmmh, apakah kau seorang murid
murtad yang melarikan diri dari perguruan Ui-soa-pai?" Bu-tek
Sin-tong menyambung perkataan Giok-bin Tok-ong.
Tiba-tiba Liu Yang Kun mengertakkan giginya. Dengan
marah ia membentak. "Sudah kukatakan bahwa aku tidak
mempunyai hubungan apa-apa dengan Bok Siang Ki ataupun
Perguruan Ui-soa-pai itu! Titik! Kenapa kau belum percaya
juga" Apa maumu sebenarnya" Kau ingin berkelahi atau
hanya ingin bersilat lidah saja?"
Tersinggung juga hati Bu-tek Sin-tong dibentak-bentak
begitu. "Kurang ajar! Kalau aku menanyakan semua itu
kepadamu, itu hanya karena aku tak ingin salah tangan
membunuh warga sendiri! Tahu" Akupun juga datang dari
perguruan Ui-soa-pai pula! Bahkan kalau diurut-urutkan, aku
ini masih su-pek dari Bok Siang Ki itu, itulah sebabnya aku
segera mengenal ciri-ciri dari ilmu silat yang kaumainkan.
Karena ciri-ciri ilmu silat yang kaumainkan tadi hampir sama
dengan ciri-ciri ilmu silat Ui-soa-pai. Nah, kalau kau ini benar-
benar anak murid perguruan Ui-soa-pai, bukankah aku akan
menyesal sekali bila nanti terlanjur membunuhmu?"
"Hei......" Jadi kau ini orang dari perguruan Ui-soa-pai, heh"
Wah, sungguh tak kusangka. Tapi kenapa kepandaianmu
malah berada dibawah kepandaian Bok Siang Ki. su-titmu
(keponakanmu) itu" Aneh benar!" sekali lagi Giok-bin T ok-ong
menyela pembicaraan mereka.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kulit muka kakek kerdil itu menjadi merah seketika. Tapi
sebelum kemarahannya itu benar benar meledak, tiba-tiba
terdengar suara langkah kaki mendatangi tempat itu. Dan di
lain saat, di dekat mereka telah berdiri seorang lelaki jangkung
berusia limapuluhan tahun, berkumis dan berjanggut panjang
teratur rapi. "Tidak ada yang aneh, Tok-ong. Memang benar apa yang
dikatakan oleh Butek Sin-tong itu." orang yang baru saja
datang, yang tidak lain adalah Bok Siang Ki sendiri itu
menyahut ucapan Giok-bin T ok-ong.
"Bok Siang Ki......... .?" Giok-bin Tok-ong dan Bu-tek Sin-
tong berdesah berbareng. ''Benar, akulah yang datang......." Bok Siang Ki
mengangguk. Kemudian katanya lagi kepada Liu Yang Kun.
"Ah.....tak kusangka kau masih hidup pula. Kukira kau telah
hancur berkeping-keping terkena peluru maut Giok-bin Tok-
ong itu. hmmm......kepandaianmu benar-benar hebat sekali!
Sebagai penguasa tertinggi di Perguruan Ui-soa-pai, aku ikut
berbangga pula karenanya........"
Liu Yang Kun menatap Bok Siang Ki lekat-lekat.
"Maksudmu...........?" tanyanya kemudian dengan suara
dingin. Bok Siang K i tertawa dingin pula.
"Wah......kelihatannya kau sangat sombong dan tinggi hati.
Tapi tak apalah. Kau belum mengenal betul siapa aku ini.
Dengarlah! Seperti halnya Bu-tek Sin-tong tadi, akupun
menjadi curiga pula kepada ilmu s ilatmu. Bahkan di dalam hati
kecilku aku berani memastikan bahwa ilmu silat yang
kaumainkan tadi tidak lain adalah ilmu perguruan Ui-soa-pai.
Memang di dunia ini banyak ilmu s ilat yang memiliki kesamaan
dan kemiripan di dalam gerakannya. Tapi hal seperti itu
takkan terjadi pada ilmu-silat Perguruan Ui-soa-pai. Betul
bukan kata-kataku ini, Sin-tong?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Bu-tek Sin-tong mengangguk-anggukkan kepalanya.
Bok Siang Ki tersenyum. "Wah, kau lihat itu......! Dahulu
Bu-tek Sin-tong juga anak murid Perguruan Ui-soa-pai pula.
Karena malu atas perbuatan ayahnya yang berkhianat
terhadap Perguruan Ui-soa-pai, Bu-tek Sin-tong lalu pergi
mengasingkan diri bertapa selama hidupnya."
"Jangan kau ungkat-ungkat lagi peristiwa itu!" Bu-tek Sin-
tong menggeram marah. "Maaf. Tapi pengkhianatan ayahmu itu telah mencoreng
dan menjatuhkan martabat kebesaran Perguruan Ui-soa-pai,
karena pengkhianatan ayahmu, maka sejarah kebesaran Ui-
soa pai menjadi hancur. Tak seorangpun dari anak murid
perguruan Ui-soa-pai, setelah pengkhianatan itu, yang mampu
keluar dari pintu perguruan. Selama hampir seabad anak
murid perguruan Ui-soa-pai hanya mampu merenungi diri di
dalam rumah perguruannya. Coba kalau waktu itu kau mau
keluar dari lobang pertapaanmu, kau akan bisa melihat betapa
nistanya kehidupan anak murid bekas perguruanmu itu.
Selama hampir seabad mereka tak mampu atau tak berani
menampakkan dirinya di muka umum, sementara ayahmu
malang melintang di dunia persilatan dengan sebutan yang
menakutkan. Bit-bo-ong ! Betapa menyakitkan.....,.." Bok
Siang Ki menjawab pula dengan tak kalah geramnya.
"Bit bo-ong (Si Raja Kelelawar)........., .?" Giok-bin Tok-ong
dan Liu Y ang Kun mengulang ucapan Bok Siang Ki. Sekali lagi
Liu Yang Kun merasa seperti pernah mendengar atau sangat
dekat dengan nama itu. Tapi seperti biasanya pula pemuda itu
tak bisa mempergunakan ingatannya untuk mengingat-ingat
atau mengenal nama tersebut.
Sebaliknya bagi Giok-bin Tok-ong bukan nama itu yang
mengagetkannya, tapi hubungan yang tak terduga antara


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nama itu dengan Bu-tek Sin-tong lah yang justru sangat
mengejutkannya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hoi, Sin-tong! Jadi kau ini anak Si Hantu Kelelawar yang
termashur itu, heh" Oh, bukan main! Benar-benar tak
kusangka! Lalu..... jika demikian berapa umurmu sekarang?"
"Diam, bangsat! Jangan berani kau mengusik-usik hal itu!
Kubunuh kau!" "Hehaheh......, !" Giok-bin Tok-ong tetap tertawa tapi tak
berani meneruskan godaannya.
"Kalau dihitung-hitung usia Bu-tek Sin-tong tentu sudah
lebih dari seratus tahun. Tapi karena ia tak pernah
meninggalkan goa pertapaannya, maka ia tetap awet muda
dan segar bugar. Padahal anak murid Ui-soa-pai yang
seangkatan dengan dia sudah tiada semua. Bahkan tokoh tua
atau 'sesepuh' kami yang seangkatan di bawahnya pun juga
telah pergi semua." Bok Siang Ki menjawab pertanyaan Giok-
bin Tok-ong. "Ya, tapi dengan meringkuk di dalam gua yang pengap
selama puluhan tahun, membuat perkembangan tubuhnya
menjadi kacau. Dia tidak tumbuh menjadi besar, tapi
sebaliknya justru mengkerut menjadi kecil, hahahah...........!
Lain halnya dengan aku! Meskipun usiaku juga hampir setua
dia, tapi karena aku nikmati kehidupan ini dengan sebaik
baiknya, maka tubuhku tetap tumbuh dengan subur dan
terawat baik........" Giok-bin T ok-ong tertawa lagi.
"Kurang ajar! Kau tidak juga mau membungkam mulutmu?"
Bu-tek Sin-tong membentak dan berusaha menghajar mulut
yang usil tersebut. Thaaas! Giok-bin T ok-ong menangkis dan keduanya segera
terpelanting mundur beberapa langkah. Cuma Giok-bin Tok-
ong tampak lebih jauh dan agak terhuyung, sehingga dengan
marah kakek-tampan tersebut merogoh saku bajunya. Siap
dengan segala macam senjata-senjata beracunnya!
Tapi sebelum mereka bergebrak kembali, Bok Siang K i telah
terlebih dahulu menengahinya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Jangan berkelahi sekarang! Bukankah kita telah
menetapkan diri untuk bertemu tengah malam nanti di
bangunan tua itu" Kita bertiga akan menetapkan, siapakah
diantara kita bertiga yang lebih banyak kemajuannya setelah
mempelajari isi Buku Rahasia yang asli itu" Oleh karena itu
tunda dulu perkelahian kalian! Kita lebih baik mengurus dulu
anak muda ini..........!"
"Baik! Aku memang ingin menghukum anak ini. Dia telah
berani menggagalkan keinginanku untuk memelihara bayi
sebagai penyambung hidup dan ilmuku besok." Bu-tek Sin-
tong menggeram setuju. "Benar! Anak itu juga telah mengacaukan urusanku dengan
bekas gundikku itu. Aku juga akan minta pertanggungjawabannya pula. Kalau perlu akan kulenyapkan
dia.........!" Giok-bin T ok-ong ikut mengancam Liu Yang Kun.
"Bagus! Kalau begitu kita bertiga mempunyai urusan
dengan anak muda ini. Kita selesa ikan urusan ini satu persatu.
Sekarang akulah yang akan lebih dulu mengurusnya........"
Bok Siang K i berkata tegas.
Jilid 31 "Hei! Mengapa harus kau yang lebih dahulu" Bukankah
engkau datang belakangan?" Giok-bin Tok-ong menyela
penasaran. "Benar! Mengapa kau yang lebih dahulu?" Bu-tek Sin-tong
mengancam pula. Hok Siang K i tertawa dingin. "Karena akulah
yang paling tinggi tingkatannya diantara kita bertiga. Aku
nomor dua di dalam urut-urutan Buku Rahasia itu, sedang
kalian nomer tiga dan empat. Bukankah hal ini sudah adil?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
'"Adil" Huh! Jangan coba-coba mengelabuhi aku! Paling-
paling kau ingin lebih dahulu merampas bukuku yang ada di
tangan anak muda itu, bukan?" Giok-bin Tok-ong yang merasa
bahwa buku bagiannya masih berada di tangan Liu Yang Kun
itu membantah berang. "Hei" Apakah anak itu telah merampas Buku Rahasia yang
menjadi bagianmu?" Bu-tek Sin-tong menyela. Matanya yang
kecil itu menatap dengan curiga kepada Giok-bin T ok-ong.
"Tutup mulutmu! Kau jangan turut campur dalam urusan
ini!" hardik kakek tampan itu kesal.
"Bangsat kurang ajar! Kuhancurkan kepalamu!" Bu-tek Sin-
tong menjadi marah juga. Tapi dengan tangkas Bok Siang K i melerai mereka lagi.
"Tahan! Sudah kukatakan jangan berkelahi dulu! K ita masih
cukup waktu untuk melakukannya nanti!" Penguasa dari Ui-
soa-pai itu memperingatkan. Kemudian katanya lagi yang dia
tujukan kepada Giok-bin Tok-ong. "Tok-ong! Kau tak perlu
takut aku akan merampas buku yang menjadi bagianmu itu
sekarang. Sebab hal itu akan aku lakukan secara terhormat di
pertemuan kita tengah ma lam nanti. Di dalam pertemuan itu
aku akan merampas bagian-bagian dari Buku Rahasia yang
ada di tangan kalian semua, sehingga buku itu akan menjadi
lengkap kumiliki. Setelah itu.......hahaha.. baru aku akan
menantang Bun-hiat Sian-seng! Akan kubuktikan siapa yang
paling jago di dunia ini, haha".!"
Sementara itu Liu Yang Kun yang sejak tadi hanya diam
saja, karena bingung dan tak paham apa yang mereka
percakapkan, tiba-tiba menggeram marah. Dari sela-sela
bibirnya tiba-tiba juga terdengar desis mengerikan seperti
suara desis ular marah. "Hmmh! Kalau memang semuanya ingin berurusan dengan
aku, kenapa kalian hanya berdebat saja tiada hentinya" Ayoh
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
majulah, kalian bersama-sama! Kita selesaikan secepatnya
segala macam urusan itu!"
Ketiga orang sakti itu terperanjat bukan ma in. Mereka
menatap anak muda yang mereka anggap terlalu sombong
dan berani itu dengan wajah tegang serta kaku. Beberapa saat
lamanya mereka malah tidak bisa berkata apa-apa. Mereka
seperti tak percaya pada kata-kata yang keluar dari mulut
anak muda itu. "Anak muda..... ! Aku tahu namamu tercantum pula di
dalam daftar Tokoh-tokoh Persilatan terkemuka di Dunia itu.
Dan dilihat dari sudut usia, memang kaulah yang termuda di
antara tokoh-tokoh itu. Tapi hal itu tampaknya justru
membuatmu sombong dan takabur. Sama sekali kau tak
memandang sebelah mata kepada kami bertiga, tokoh-tokoh
yang kedudukannya jauh berada di atasmu. Kau cuma tertulis
di urutan yang ke tujuh, sementara kami bertiga berada di
urutan yang kedua, ketiga dan keempat," akhirnya Bok Siang
Ki sambil menekan kegeraman hatinya berkata kaku.
"Persetan dengan tokoh-tokoh atau urutan segala macam
itu ! Aku tak perduli! Yang penting kenyataannya! Habis
perkara! Ayoh, majulah .............?"
"Kurang ajar! Tampaknya kau memang sudah bosan hidup
atau......... pikiranmu memang sudah tidak waras lagi !
Baiklah, akan kuturuti kemauanmu" Tapi., sebelum kau tewas
di tanganku, lebih baik kau berterus terang dahulu kepadaku.
Siapa sebenarnya kau ini" Dari mana kau memperoleh ilmu-
ilmu yang mirip dengan ilmu-silat perguruan Ui-soa pai itu"
Apakah kau memiliki hubungan tertentu dengan mendiang Bit-
bo-ong atau Keluarga Souw?"
"Aku tidak tahu-menahu tentang segala macam hantu
seperti Bit-bo-ong itu. Dan aku juga tidak mempunyai
sangkut-paut dengan......... keluarga Souw!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tiba-tiba suara Liu Yang Kun menurun ketika menyebut
nama keluarga Souw, karena tiba tiba pula melintas di dalam
pikirannya wajah Souw Lian Cu, yang juga keturunan keluarga
Souw. "Hmm.......mengapa kau sebut-sebut pula nama keluarga
Souw dalam urusan ini" Apakah hubungan keluarga Souw
dengan ilmu silatku?" kemudian pemuda itu menambahkan.
Bok Siang Ki mendengus dingin. "Karena Bit-bo-ong itu
sebenarnya juga berasal dari keluarga Souw. Dengan tipu
muslihat dan kelicikannya dia berhasil menyelundup ke dalam
perguruan Ui-soa pai. Meskipun akhirnya dia juga dibunuh
oleh keluarga Souw sendiri, tapi perguruan Ui-soa-pai sudah
terlanjur rusak pula oleh ulahnya, ia telah berani membunuh
tokoh-tokoh tua yang telah dengan susah payah membimbingnya dalam ilmu silat. Bahkan ia telah berani pula
merusak dinding gua semadi perguruan Ui-soa-pai, yang
penuh dengan tulisan dan petunjuk-petunjuk rahasia tentang
ilmu s ilat kam i, sehingga kami para angkatan yang lebih muda
menjadi kehilangan pegangan dalam ilmu-silat kami sendiri.
Nah, anak muda...... itulah sebabnya hal itu kutanyakan
kepadamu. Sebab aku percaya dan yakin bahwa kau tentu
memiliki hubungan dengan salah seorang dari nama yang
kusebutkan itu, Bit-bo-ong atau keluarga Souw!"
Liu Yang Kun menggeretakkan giginya. "Tapi aku benar-
benar tak merasa memiliki hubungan dengan keduanya!"
jawabnya keras. Ia yang telah kehilangan 'ingatannya" itu
memang tak bisa mengingat apa-apa lagi.
"Lalu dari mana kau mempelajari ilmu silatmu itu?"
"Aku tidak tahu! Ilmu itu sudah melekat dan mendarah
daging di dalam jiwaku. Mungkin sejak lahir aku sudah
menguasainya." Liu Yang Kun yang telah kehilangan 'masa
lalunya' itu menjawab gusar.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Omong kosong! Mana ada bayi lahir bisa ilmu silat" Kau
jangan seenaknya saja berbicara!"
"Persetan! Kaulah yang sedari tadi berbicara seenaknya!
Main tuduh dan curiga tanpa alasan!"
"Keparat.....! Kau memang sudah bosan hidup!" Bok Siang
Ki berteriak nyaring, kemudian melompat menyerang Liu Yang
Kun. Kedua belah telapak tangannya terpentang lebar,
sehingga jari-jarinya membentuk dua buah cakar yang siap
untuk meremas kepala lawannya.
Dan gerakan kedua cakar itu bukan main cepatnya.
Mungkin lebih cepat dari pada sambaran burung elang di
udara, karena perguruan Ui-soa-pai yang pernah menelurkan
Bit-bo-ong itu memang jagonya gin-kang di dunia.
Tapi Bu-eng Hwe-teng juga bersumber pada ilmu
meringankan tubuh Ui-soa pai pula. Bahkan gin-kang itu
diciptakan Bit-bo-ong dengan gaya yang lebih tangkas karena
Bit-bo-ong telah menambah dan memperbaikinya berdasarkan
ilmu-ilmu dari perguruan lain yang pernah digelutinya pula.
Maka tidaklah mengherankan bila Liu Yang Kun juga bisa
bergerak segesit dan selincah lawannya. Bahkan dengan gaya
yang lebih indah dipandang. Bit-bo-ong memang seorang
seniman silat pada zamannya.
Demikianlah di jurang yang sunyi dan sepi itupun lalu
berlangsung sebuah pertandingan gin-kang dengan dahsyatnya. Keduanya mengeluarkan segala macam ilmu yang
ada pada dirinya. Ilmu ilmu yang dahsyat yang jarang terlihat
di dunia persilatan. Liu Yang Kun mengeluarkan ilmu-ilmu
warisan Bit-bo-ong, seperti Kim-liong Sin-kun dan Pat hong
Sin-ciang. Sementara Bok Siang Ki sebagai penguasa tertinggi
di perguruan Ui-soa-pai juga me lepaskan ilmu-ilmu warisan
leluhurnya. Mereka bertarung dengan cepat sekali, karena masing-
masing memang mengerahkan seluruh gin-kangnya. Mereka
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bergumul, berbelit dan saling berpencar kembali dengan
cepatnya, sehingga gerakan mereka menimbulkan pusaran
angin yang menghantam semak-semak dan pohon-pohon di
sekitar mereka. Daun-daun pun lantas berguguran. Ranting-ranting serta
dahan-dahan yang tidak seberapa kuatpun juga terlepas pula
dari tangkainya. Bahkan semak-semak kering yang tumbuh
terlalu dekat pun juga terlepas pula bersama akar-akarnya.
Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong terpaksa melangkah
mundur menjauhi arena. Diam-diam hati mereka merasa
kaget dan kagum juga menyaksikan kedahsyatan ilmu kedua
orang yang sedang berlaga tersebut. Dan diam-diam hati
mereka juga merasa bergetar pula melihat 'kesaktian' yang
benar-benar diluar dugaan mereka itu. Terasa hati mereka
menjadi kecut. Dan otomatis keberanian dan kegarangan
mereka menyusut dengan cepatnya.
Limapuluh juruspun telah berlalu dengan cepatnya. Liu
Yang Kun tetap mempergunakan ilmu warisan Bit-bo-ong. Dan
pemuda itu sudah mulai menyalurkan 'tenaga batin" untuk
mempengaruhi jiwa dan pikiran lawannya. Inilah tingkat yang
tertinggi dalam buku warisan Bit-bo-ong, yang oleh Hoa-san
Lo-Jin telah disobek karena sangat berbahaya untuk dipelajari.
Namun dengan ketajaman indera dan perasaannya, akibat
ilmu Lin-cui-sui-hoat yang ada pada dirinya, ternyata Liu Yang
Kun mampu mengurai dan mengarang sendiri inti ilmu yang
hilang tersebut. Selanjutnya dengan mulai tersebarnya "tenaga batin' yang
dilontarkan oleh Liu Yang Kun, maka suasana alam di sekitar
tempat itupun lalu berubah pula dengan perlahan-lahan.
Setiap orang tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh
menerkam perasaan mereka, terutama Bok Siang Ki yang
langsung berhadapan dengan lontaran ilmu itu.
Perlahan-lahan Giok-bin Tok-ong dan Bu-tek Sin-tong
merasa seperti ada perubahan hawa di sekitar mereka. Udara
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malam yang amat dingin itu lambat-laun terasa semakin
dingin, sehingga tubuh mereka seolah-olah bergetar
kedinginan. Bahkan langit yang terang berbintang itu sedikit
demi sedikit juga berubah pula menjadi gelap, sehingga rasa-
rasanya mata mereka semakin terhalang untuk menyaksikan
sesuatu di sekitar mereka. Dan lambat laun pula wajah dan
sepak terjang Liu Y ang Kun semakin tampak amat garang dan
menakutkan hati mereka. Dan perasaan yang serupa juga mencekam pula pada hati
dan perasaan Bok Siang Ki. Bahkan dalam kadar yang jauh
lebih kuat. "Gila! inilah ilmu perguruan Ui-Soa-pai yang hilang dirusak
oleh Bit-bo-ong itu. Aku harus cepat-cepat melawannya
dengan ilmu itu pula. Selama ini aku telah berusaha sekuat
tenaga untuk menggapai dan menemukan kembali ilmu yang
hilang itu. Semoga apa yang kucapai selama ini sudah cukup
untuk melawannya," katanya di dalam hati.
Sekejap kemudian Bok Siang Ki pun lalu me lontarkan pula
ilmu puncaknya, yaitu ilmu silat Ui-soa-pai yang telah diisi
dengan kekuatan batinnya. Sebuah kekuatan yang hampir
sama dengan kekuatan yang dilontarkan oleh Liu Yang Kun,
yaitu semacam ilmu sihir yang dapat mempengaruhi rasa dan
pikiran lawannya. Sehingga apa yang terjadi kemudian benar-
benar suatu pertarungan yang dahsyat, ngeri serta
menegangkan. Dan oleh karena pertempuran tersebut adalah pertempuran
yang menitik-beratkan pada kekuatan tenaga sakti dan
kemampuan tenaga dalam serta tenaga batin mereka maka
gerakan-gerakan yang mereka lakukan pun lantas menjadi
lambat dan tampak sangat berat sekali. Namun demikian
ternyata pengaruhnya justru lebih berbahaya dari pada tadi.
Selain masing-masing harus menerima dan melayani secara
wajar semua serangan-serangan lawannya, merekapun harus
menghadapi pula tekanan dan desakan tenaga batin lawan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
yang hendak merampas serta mempengaruhi perasaan dan
pikiran mereka masing-masing.
Begitu hebatnya pengaruh ilmu yang terlontar dari dalam
tubuh mereka, sehingga Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong
yang berada di luar arena pun kadang-kadang ikut
terpengaruh pula. Beberapa kali mereka berdua secara tak
sadar ikut mengelak atau menghindar apabila tokoh yang
mereka lihat itu kebetulan juga berkelit atau meloncat.
Keduanya baru sadar kembali setelah tangan atau kaki mereka
itu terlanjur bergerak. Bahkan lebih dari pada itu, pengaruh tenaga batin yang
terlontar dari mata Liu Yang Kun dan Bok Siang Ki seringkali
membuat Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong terpesona
atau terpaku diam di tempat mereka tak tahu apa yang harus
mereka perbuat. Dan yang paling parah, mereka berdua
kadang-kadang menjadi kehilangan kesadaran mereka untuk
beberapa saat lamanya, sehingga mereka menjadi bingung
ketika tiba-tiba kesadaran mereka pulih kembali.
"Gila! Sin-tong........! Ilmu apa ini, heh" Kenapa keduanya
sama-sama memiliki ilmu seaneh ini?" dengan rasa penasaran
Giok-bin Tok-ong bertanya kepada Bu-tek Sln-tong.
"Itulah ilmu yang paling rahasia di perguruan Ui-soa-pai.
Huh, semakin yakin aku sekarang. Anak itu tentu memiliki
hubungan yang erat dengan perguruan itu."
Demikianlah, duapuluh juruspun telah berlalu pula. Mereka
benar-benar telah bertempur dengan sekuat tenaga mereka.
Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-
sendiri. Liu Yang Kun tampak lebih tinggi dan lebih kuat
tenaga dalamnya, sementara Bok Siang Ki yang memiliki dasar
ilmu s ilat asli U i-soa-pai itu tampak lebih lincah, lebih gesit dan
lebih cepat ilmu meringankan tubuhnya. Namun karena ilmu
silat yang mereka pergunakan ternyata memiliki banyak
persamaan, maka pertempuran itu seolah-olah tidak pernah
mendapatkan lobang atau kunci untuk mencapai kemenangan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Masing-masing seperti sudah mengenal dan mengerti arah
tujuan lawan, sehingga akhirnya mereka seperti sedang
berlatih ilmu silat saja. Meskipun demikian karena semuanya
itu dilontarkan dengan pengerahan ilmu puncak, maka
pengaruh dan akibat yang ditimbulkannyapun menjadi hebat
dan menggiriskan hati. Keadaan itu tentu saja sangat menggelisahkan hati Bok
Siang Ki. Dia yang sejak melangkah keluar dari pintu
perguruannya belum pernah menemukan lawan yang berarti,
kini dipaksa untuk bertarung seimbang dengan hanya seorang
pemuda yang masih amat muda usianya. Tentu saja hatinya
menjadi penasaran. Masakan ia harus kalah melawan tokoh
yang duduk di nomer ketujuh"
Sebaliknya keadaan itu juga membikin dongkol pula di hati
Liu Yang Kun. Sebagai anak muda yang masih berdarah
panas, keadaan tersebut benar-benar membuatnya kehilangan
kesabaran. Namun karena ia memang telah mengerahkan
segala kemampuannya, maka ia tetap tak bisa berbuat apa-
apa lagi. Memang, beberapa kali terlintas di dalam pikiran Liu Yang
Kun untuk mempergunakan ilmu silatnya yang lain, misalnya
Kim-coa-ih hoat! Tapi setiap kali pula pemuda itu selalu
membatalkan niatnya tersebut. Kim-coa-ih-hoat merupakan
sebuah ilmu silat yang gerakan-gerakannya boleh dikatakan
amat berlawanan dengan gerakan ilmu silat kebanyakan. Dan
cara penyaluran tenaganya pun juga berbeda pula, yaitu
patah-patah dan tidak selalu searah pula. Pemuda itu menjadi
kurang yakin akan bisa menghadapi lawan dengan ilmu itu.
Apalagi untuk itu ia juga harus me lepaskan lontaran 'tenaga-
batinnya' pula, sebab dengan cara penyaluran tenaga sakti
yang patah patah dan tidak selalu searah itu tak mungkin ia
memusatkan pikiran untuk membangun tenaga batinnya.
Alhasil pertempuran itu terus berlanjut dengan ramai dan
seimbang. Liu Yang Kun yang merasa memiliki lwee kang lebih
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kuat, berusaha dengan segala cara untuk menekan lawannya.
Sebaliknya Bok Siang Ki yang agak lebih tinggi gin-kangnya
berusaha melepaskan diri dan menghindari benturan tenaga
secara langsung. Sehingga dengan demikian pertempuran itu
berlangsung semakin seru dan ramai. Namun juga sangat
mengerikan. Karena dengan kekuatan tenaga batin mereka,
banyak hal-hal yang tak masuk akal terjadi di dalam
pertempuran itu. Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong lah yang kemudian
menjadi tidak sabar hatinya. Suasana sudah mendekati tengah
malam, tapi pertempuran itu ternyata tidak kunjung selesai
juga. "Hei, Bok Siang Ki......! Lihat! Tengah malam sudah hampir
tiba! Apakah pertempuran itu tidak jadi kita laksanakan?"
kakek kerdil itu berseru keras.
"Benar! Jangan-jangan kau malah tak bisa datang karena
pertempuranmu ini!" Giok-bin Tok-ong ikut membakar pula.
"Huh! Percuma saja ditulis di urutan nomer dua kalau
begitu! Masakan menghadapi si Nomer Tujuh saja
kewalahan....." Bu-tek Sin-tong mengejek lagi.
Giok-bin Tok-ong tertawa pula. "Memang urut-urutan itu
perlu ditinjau kembali kebenarannya. Siapa tahu Bok Siang Ki
sekarang tidak......hei?"
Tiba-tiba baik Giok-bin Tok-ong maupun Bu-tek Sin-tong
terbelalak memandang kepada Bok Siang K i. Di mata mereka,
Bok Siang Ki yang marah itu mendadak berubah menjadi dua
kali lipat besarnya. Kedua buah lengannya yang kini juga
menjadi sangat panjang itu tampak menyambar-nyambar
dengan ganasnya. Sementara kedua kakinya yang juga
membengkak seperti kaki gajah itu juga tampak menghentak
kesana-kemari seakan-akan hendak menginjak dan meremukkan tubuh lawannya yang kecil.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Giok-bin Tok-ong dan Bu-tek Sin-tong bersandar di tebing
jurang. Dengan wajah pucat pasi mereka menatap sepak-
terjang Bok Siang Ki yang menggiriskan hati itu.
"Sin-tong....." Apa katamu tentang Bok Siang Ki itu" Ilmu
apa lagi itu?" "Tenanglah, Tok-ong! Ini tentu cuma tipuan saja! Tak
mungkin manusia bisa berubah menjadi raksasa seperti itu.
Mungkin ini........ Ini merupakan tambahan ilmu yang
didapatkan Bok Siang Ki dari sobekan Buku Rahasia itu."
"Ooooooh. lalu......apa yang mesti kita perbuat?"
"Goblog! Tentu saja kerahkan seluruh tenaga dalammu!
Kuasai dengan baik hati dan pikiranmu sendiri. Jangan biarkan
perasaan dan pikiranmu itu terbuai oleh mimpi yang
diciptakan Bok Siang Ki! Ingatlah! Dia tetap seorang manusia
biasa. Tak mungkin dia memiliki tubuh sebesar itu! Itu cuma
permainan......." Bu-tek Sin-tong menggeram sambil memusatkan pikirannya sendiri.
Giok-bin Tok-ong tersadar. Buru-buru ia memusatkan
pikirannya. Lalu dikerahkannya pula tenaga dalamnya,
sehingga beberapa waktu kemudian hatinya menjadi tenang
kembali. Dan ketika ia membuka pelupuk matanya, Bok Siang
Ki telah kembali ke ujudnya yang semula. Bahkan jago nomer
dua di dunia persilatan itu tampak memperoleh kesulitan
sekarang. Bagaimanakah sebenarnya yang terjadi" Betulkah Bok
Siang Ki mempergunakan ilmu yang diperolehnya dari sobekan
Buku Rahasia itu" Dan bagaimana pula pengaruhnya terhadap
Liu Yang Kun" Seperti telah diketahui bahwa setahun yang lalu Bok Siang
Ki, Bu-tek Sin tong dan Giok-bin Tok-ong saling berebut Buku
Rahasia, sehingga buku itu terbagi menjadi tiga bagian.
Masing-masing memperoleh satu bagian. Dan sebelum
berpisah mereka berjanji untuk bertemu lagi setahun
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kemudian, yaitu persis pada malam ini, di luar kota Lai-yin, di
sebuah bangunan kuno yang telah rusak dan tak terpakai lagi.
Namun ternyata semuanya menjadi kecewa. Buku yang
sangat tersohor dan diperebutkan orang itu ternyata cuma
berisi catatan-catatan, syair-syair, sejarah, ramalan dan segala
macam petunjuk tentang kehidupan manusia di dunia.
Tak secoret pun ulasan atau tulisan tentang ilmu silat,
apalagi tentang pelajaran atau jurus-jurus ilmu s ilat. Kalaupun
dibilang ada, itupun hanya petunjuk-petunjuk tentang
kesehatan tubuh dan cara-cara perawatannya.
Meskipun mereka bertiga dapat juga menyadap dan
mengambil manfaat dari petunjuk petunjuk tentang kesehatan
itu bagi kemajuan ilmu silat mereka masing masing. Dengan
petunjuk-petunjuk itu Giok-bin Tok-ong bisa mengobati salah
ilmu yang biasa diderita oleh orang yang bergelut dengan
racun seperti dia sehingga dengan demikian ia dapat
meningkatkan kemampuan ilmunya lebih tinggi lagi.
Dan berdasarkan pada petunjuk petunjuk tentang
kesehatan itu pula Butek Sin-tong mampu meningkatkan
ginkangnya sehingga ilmu meringankan tubuhnya sekarang
benar-benar amat sempurna. Lebih sempurna dari pada Bu-
eng Hwe-teng maupun gin-kang Ui-soa-pai yang tersohor itu.
Demikian pula halnya dengan Bok Siang Ki. Berpedoman
pada petunjuk-petunjuk itu ia mampu pula meningkatkan
kemampuan ilmu sihirnya, sehingga ia mampu menciptakan
bentuk-bentuk semu yang dapat mengelabui pandangan
lawannya. Jadi selain dapat mempengaruhi perasaan dan
pikiran lawannya, Bok Siang Ki juga bisa mengelabuhi
pandangan mata orang pula.
Dan kemampuan itu pula yang kini dia keluarkan untuk
menghadapi Liu Yang Kun. Sambil tetap berusaha mempengaruhi pikiran dan perasaan Liu Yang Kun, Bok Siang
Ki juga berusaha mengelabuhi penglihatan lawannya tersebut.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Bok Siang Ki membentuk dirinya menjadi raksasa yang
tingginya dua kali lipat tinggi manusia biasa, sehingga Liu
Yang Kun menjadi kaget dan bingung menghadapinya.
Sekejap Liu Yang Kun dapat dipengaruhi oleh bentuk semu
itu, sehingga kekuatannya tiba-tiba seperti menyusut dan tak
mampu berbuat banyak terhadap kekuatan lawan yang
berubah menjadi raksasa. Namun beberapa waktu kemudian
pemuda itu menjadi sadar kembali bahwa dirinya sedang
berkelahi dengan seorang lawan yang memiliki kekuatan sihir
pula seperti dirinya, walau dalam bentuk lain.
Tanpa berpikir panjang lagi Liu Yang Kun lalu memejamkan
matanya. Entah bagaiman nantinya, tapi pemuda itu
berpendapat bahwa tanpa melihat lawan ia tentu terbebas dari
bentuk semu itu. Dengan ketajaman panca inderanya pemuda
itu lalu melawan musuhnya dengan mata tertutup.
Dan ternyata itulah awal dari kesulitan Bok Siang K i!
Seperti telah diceritakan di bagian depan bahwa selain
memiliki ilmu silat yang tinggi Liu Yang Kun diam-diam juga
memiliki "ketajaman batin" yang amat kuat pula. Bila
dikehendaki pemuda itu dapat memusatkan pikiran dan
batinnya, sehingga dia bisa "melihat" atau "membayangkan" di
dalam otaknya, apa saja yang tergelar dan terjadi disekitarnya
tanpa ia harus melihat dengan kedua buah matanya.
Dan kemampuan itu pulalah yang kini dipergunakan oleh
Liu Yang Kun untuk menghadapi 'bentuk-bentuk semu' Bok
Siang Ki. Dengan memejamkan matanya dan kemudian
membangkitkan 'kemampuannya' tersebut, Liu Yang Kun
melayani serangan Bok Siang Ki dengan tangkasnya. Bahkan
beberapa waktu kemudian ketika 'kemampuannya' tersebut
sudah berkembang semakin kuat dan mantap, maka pemuda
itu dapat pula 'mencium" atau 'menduga' apa yang hendak
dilakukan oleh lawannya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tentu saja cara-cara yang dilakukan oleh Liu Yang Kun itu
benar-benar sangat mustajab. Otomatis kedahsyatan ilmu s ihir


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bok Siang Ki menjadi hilang dan tidak bermanfaat lagi
menghadapi Liu Yang Kun yang telah memejamkan matanya.
Bahkan ketika pemuda itu kemudian mengeluarkan Kim-coa-
ih-hoatnya, karena pemuda itu sudah tidak takut lagi kepada
"kekuatan sihir' lawannya, maka Bok Siang Ki benar-benar
jatuh ke dalam kesulitan. Apalagi ketika kemudian pemuda itu
dapat 'menebak" pula apa yang hendak dilakukan oleh Bok
Siang Ki sebelum tokoh Ui-soa-pai itu sendiri bergerak
melakukannya! "Anak iblis! Si-siapa .....kau sebenarnya?" dalam kekalutan
dan kerepotannya Bok Siang Ki berseru dengan suara
gemetar. Penguasa tertinggi dari perguruan Ui-soa-pai itu mulai
goyah hatinya. Kemampuan-kemampuan Liu Yang Kun yang
amat mentakjubkan itu mulai menurunkan kegarangannya.
Bahkan kemudian mulai timbul pula perasaan sangsi dan takut
di dalam hatinya. Apapula ketika menyaksikan Kim-coa-ih-hoat
yang aneh dan mengerikan itu.
Dhuuuugh! Plaaaaak! Plak! Di dalam kerepotannya Bok
Siang Ki terpaksa menangkis dan menyongsong beberapa
pukulan dan tebasan tangan Liu Yang Kun! Dan akibatnya
sungguh berat bagi Bok Siang K i! T okoh sakti itu terpental dan
terhuyung-huyung hampir jatuh. Tenaga dalamnya benar-
benar tak mampu menandingi tenaga dalam Liu Yang Kun!
Maka ketika sekali lagi Liu Yang Kun menerjang dengan
kaki tangannya yang bertambah panjang satu setengah kali
lipat panjang as linya, maka Bok Siang K i benar-benar tak bisa
bertahan lagi. Tokoh tertinggi dari perguruan Ui-soa-pai itu
kembali terlempar dengan kuatnya, meskipun ia sudah
menangkis dengan siku tangannya.
Breeeeees! Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tubuh Bok Siang Ki menabrak pohon siong tua itu dengan
kerasnya, sehingga daun-daunnyapun segera berguguran ke
bawah. Namun dengan cepat pula orang itu berdiri tegak
kembali menghadapi Liu Yang Kun, walaupun sekejap
kemudian tampak darah segar mengalir dari sudut bibirnya.
"Anak Iblis!" jago Ui-soa-pai itu mengumpat marah.
Ternyata penguasa tertinggi dari perguruan Ui-soa-pai itu
mendapat 'luka dalam' yang cukup parah. Gempuran tangan
Liu Yang Kun yang penuh tenaga sakti Liong-cu-i-kang itu
benar-benar sangat dahsyat dan tak kuasa ditahannya.
Sementara itu di luar arena, Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin
Tok-ong pun juga amat kaget pula menyaksikannya. Selain
terkejut mereka juga takjub pula melihat kehebatan ilmu silat
Liu Yang Kun. Keduanya baru sadar sekarang bahwa anak
muda itu memang benar-benar hebat luar biasa. Terutama
bagi Giok-bin T ok-ong yang telah beberapa kali bertemu serta
menyaksikan sepak terjang Liu Yang Kun!
Kini semuanya menatap Liu Yang Kun dengan tatapan mata
yang berbeda. Ada rasa jeri atau takut di dalam mata itu.
"Nah, Bok Siang Ki?"! Apakah kau masih menghendaki
pertarungan ini dilanjutkan lagi?" tiba-tiba terdengar suara Liu
Yang Kun menantang. Dan mendadak pula Bok Siang Ki mengendorkan otot-
ototnya. Sambil menghela napas panjang ia menggeram.
"Baiklah, aku mengaku kalah hari ini. Hari telah larut malam
dan aku mempunyai urusan yang tidak bisa ditunda lagi. Lain
waktu kita berjumpa pula?".."
Liu Yang Kun tersenyum dingin. Pemuda itu lalu melirik Bu-
tek Sin-tong dan Giok-bin T ok-ong. "Bagaimana dengan kalian
berdua".." apakah kalian masih menginginkan bayi dan
pendeta wanita itu?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Bangsat keparat! Mentang-mentang bisa mengungguli kita
semua, sikapmu lantas menjadi sombong dan sangat
menghina sekali! Kurang ajar?""." Giok-bin Tok-ong
menjerit marah, namun tak bisa berbuat apa-apa.
"Huh, bocah sombong! Kaukira aku takut kepadamu" Huh"
Kalau aku tak mengingat bahwa malam ini ada urusan penting
yang harus kulakukan, aku akan mengadu nyawa denganmu !
Biarlah untuk sementara urusan tentang bayi itu kusampingkan dahulu! Tapi.......awas! Setelah semua urusanku itu selesai, aku akan mencarimu untuk membuat
perhitungan!" Bu-tek Sin-tong berseru pula dengan berangnya. "Benar! Kalau urusanku juga telah rampung, aku akan
mencari kau pula! Akan kulihat sekali lagi, apakah kau masih
mampu menghindarkan diri dari peluru mautku!" Giok-bin T ok-
ong ikut mengancam pula. Sekali lagi Liu Yang Kun tersenyum dingin. Namun sebelum
pemuda itu menjawab tiba-tiba terdengar suara tertawa
lembut di dalam jurang itu. Dan ketika semuanya
menengadahkan kepalanya, maka mereka melihat seorang
sastrawan tua renta di atas cabang pohon siong itu.
Dan bersamaan dengan saat itu pula, tiba-tiba dari arah
barat muncul dua sosok bayangan mendatangi. Bayangan
seorang lelaki dan seorang wanita yang kemudian berdiri di
dekat Liu Yang Kun. Liu Yang Kun sangat kaget, karena kedua orang itu tak lain
adalah Yap Kiong Lee dan Souw Lian Cu! Namun seperti
halnya yang lain, rasa kaget itu tidaklah sebesar rasa kagetnya
melihat sastrawan tua renta di atas pohon siong tua itu.
Karena sastrawan tua itu tidak lain adalah pemain catur yang
tinggal di warung makan itu.
"Lo-cianpwe............?" Liu Yang Kun menyapa perlahan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Bun hoat Sian seng.......!!" Bok Siang Ki, Bu-tek Sin-tong
dan Giok-bin T ok-ong berseru tertahan.
"He-he-he-he .................!"
Kakek tua renta yang tidak lain memang Bun hoat Sian-
seng itu tertawa panjang. Suaranya terdengar bening,
sebening wajah dan pandang matanya. Lalu dengan amat
ringan, seperti daun kering yang tanggal dari tangkainya,
orang tua itu melayang turun ke atas tanah.
Bagaikan sudah berjanji sebelumnya Bu-tek Sin-tong dan
Giok-bin Tok-ong segera melangkah mendekati Bok Siang Ki.
Mereka bertiga tampak siap sedia menghadapi Bun-hoat Sian-
seng. "Hmm, selamat bertemu kembali, Bok Siang K i, Bu-tek Sin-
tong dan Giok-bin Tok-ong......,! Bagaimanakah khabar kalian
selama setahun ini" Apakah bukuku itu sudah selesai kalian
baca" Eh, kalau sudah......tolong kaukembalikan lagi dia
kepadaku! Aku memerlukannya." Orang tua itu menyapa lebih
dulu. Sementara itu Souw Lian Cu cepat melangkah pula
menyongsong kedatangan Bun-hoat Sian-seng. "Su- hu?"?"!" sapanya gembira.
"Pangeran?"?"" Yap Kiong Lee berbisik pula kepada Liu
Yang Kun. "Pangeran berlari cepat sekali. Saya tak bisa
mengikuti. Hmm"..bagaimana Pangeran tadi bisa menemukan
orang-orang itu?" Liu Yang Kun tersenyum. "Hanya kebetulan saja.
Dan"..aku telah berkelahi dengan mereka. Eh, bagaimanakah
dengan Han Sui Nio" Apakah ciangkun bertemu dengan dia
tadi?" "Ya! Dialah yang menunjukkan tempat ini kepadaku.
Sementara itu di jalan aku bertemu dengan nona Souw. Dia
juga sedang mengikuti jejak Giok-bin T ok-ong."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun melirik ke dalam arena kembali. Dia melihat
Bok Siang Ki, Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong saling
berbisik. Tampaknya mereka bertiga sedang berunding
tentang Buku Rahasia yang ada di tangan mereka.
"Bagaimana......" Apakah kalian mau mengembalikan buku
itu kepadaku?" Bun-hoat Sian-seng mengulangi permintaannya. Bok Siang K i melangkah maju mewakili teman-temannya.
"Baiklah! Buku itu akan kami kembalikan kepadamu. Tapi
sebelum itu ... tolong kauterangkan kepada kami tentang isi
buku itu. Mengapa buku yang pernah menggegerkan dunia
persilatan itu cuma berisi tentang silsilah, ramalan, pantun-
pantun dan beberapa buah petunjuk tentang kehidupan dan
kesehatan manusia" Mengapa tidak tertulis tentang ilmu silat
sedikitpun" Apakah kau telah menipu kami?"
Bun-hoat Sian-seng kembali tertawa panjang. "Sudah
kukatakan sejak semula bahwa buku itu bukan buku pelajaran
ilmu silat tapi kalian tak pernah mempercayainya. Namun
begitu..... kulihat ilmu silat kalian juga bertambah baik tadi.
Lebih baik dari pada ilmu silat kalian setahun yang lalu.
Bukankah itu sudah lumayan pula?"
Baik Bok Siang Ki, Bu-tek Sin-tong maupun Giok-bin Tok-
ong menjadi merah mukanya. Namun demikian mereka tetap
diam dan pura-pura tak mendengar sindiran orang tua itu.
Bahkan Bok Siang Ki melanjutkan lagi kata-katanya tadi.
"Tapi.....buku itu pernah tersohor dan menjadi buah bibir
kaum persilatan pada beberapa ratus tahun yang silam yaitu
jauh sebelum zaman keemasan Bit-bo-ong dan Empat Datuk
Persilatan itu. Kasarannya buku itu pernah menelorkan
seorang Pendekar Tak Terkalahkan dari Keluarga Souw,
sehingga sampai sekarangpun keluarga itu selalu dihormati
orang .............."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sekali lagi Bun-hoat Sian-seng tertawa. "Ya! T api buku itu
tak pernah membuat heboh dan membuat kacau dunia
persilatan seperti sekarang ini. Karena ulah kalian yang
memalsu buku itu dan mempertontonkannya di dunia kang
ouw, maka dunia kang ouw menjadi gempar dan panas.
Orang-orang persilatan menjadi ribut dan saling membunuh
hanya karena "soal nama'. Bahkan sebagian besar dari mereka
makin berduyun-duyun ke tempat tinggalku di puncak Gunung
Hoa-san untuk melihat atau menantang aku. Semua itu terjadi
karena di dalam buku palsu kalian itu kalian cantumkan urut-
urutan Daftar Tokoh-tokoh Persilatan Terkemuka dewasa ini.
Padahal di dalam buku aslinya, daftar itu sama sekali tidak
ada........." Katanya kemudian dengan nada kesal.
"Hmmh, tapi kalau tidak kubuat dengan cara yang demikian
itu, kau tentu takkan keluar dengan buku aslimu!" Bok Siang
Ki menjawab tegas. "Hei" Jadi kau sendiri yang membuat Buku Rahasia palsu
itu?" tiba-tiba Bu Tek Sin-tong dan Giok-bin Tok ong berseru
kaget. Bok Siang Ki menoleh. "Benar. Semua itu kubuat agar dia
mau keluar dari tempat persembunyiannya. Kalau tempat
pertapaannya yang tenang dan indah itu tiba tiba dibanjiri
orang untuk melihat dan membuktikan kesaktian Si Jago
Nomer Satu di dunia persilatan, dia pasti keluar karena
penasaran. Dan apabila setiap orang yang datang itu
menanyakan tentang urut-urutan Daftar Tokoh-Tokoh
Persilatan Terkemuka di Dunia Persilatan itu, dia tentu dengan
geram akan menunjukkan buku aslinya! Hehehe.....! dan
semua rencanaku itu ternyata memang berhasil. Dan kalian
berdua ini memang juga kupersiapkan untuk bersama-sama
mengeroyok dia. Karena aku sendiri merasa belum dapat
menandinginya......."
"Bangsat iblis!" Giok-bin T ok-ong mengumpat.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Heh-heh, Tok-ong...... kau tak usah mengumpat dia!
Bagaimanapun juga kita dapat untung pula. Ternyata Bok
Siang Ki juga salah perhitungan. Dia terlalu memandang
ringan kepada kita sehingga ia terpaksa melepaskan dua
pertiga bagian dari Buku Rahasia asli itu kepada kita berdua,
heh-heh-heh !" Bu tek Sin-tong tertawa terkekeh-kekeh. Sekali
lagi wajah Bok Siang Ki menjadi merah. "Benar. Aku memang
telah salah memperhitungkan kemampuan kalian. Aku tak
menyangka kalau kalian berdua juga tidak kalah liciknya
dengan aku," ia mengakui.
Giok-bin Tok-ong mendengus melalui lubang hidungnya.
"Tapi....... dengan cara bagaimana kau menyusun urut-urutan
daftar jago persilatan itu" Bukankah selama ini kau tak pernah
mendatangi mereka itu satu persatu dan mencobai semua
kepandaian mereka itu?" Bok Siang Ki tertawa dingin.
"Hoho.......apa sulitnya mengerjakan urutan itu" Siapakah
yang bisa menandingi gin-kang U i-soa-pai di dunia ini?"
Giok-Bin Tok-ong mengerutkan keningnya. "Maksudmu.........?" desaknya kurang paham.
"Huh, maksudku tentu saja, , ,,. ,aku tidak perlu mencobai
semua kepandaian mereka itu! Cukup kukarang dan kukira-
kira saja tingkat kemampuan mereka itu berdasarkan
pengamatan yang amat teliti. Memang sekali waktu aku juga
mengerahkan orang-orangku untuk mencobanya apabila aku
kurang yakin terhadap pengamatanku itu. Tapi biasanya aku
juga hanya memutuskannya sendiri. Aku tak peduli putusan
itu benar atau tidak. Bukankah yang perlu dunia persilatan


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi kacau-balau karena daftar urut-urutan itu" Hohoho......!" "Gila!" Liu Yang Kun mengumpat.
"Hehehe......aku memang gila! Gila akan kedudukan dan
kehormatan! Aku ingin menjadi jago nomer satu di dunia
persilatan demi arwah para leluhur perguruan Ui-soa-pai! Aku
ingin menjadi murid yang berbakti terhadap para leluhurku itu!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Aku ingin namaku nanti dicatat dan dikenang oleh anak murid
perguruan Ui-soa-pai sampai ke anak-cucu mereka!" Bok
Siang Ki menjawab bersemangat.
"Tapi ternyata cita-citamu itu tak terlaksana, Bok Siang K i."
Bun Hoat Sian-seng berkata perlahan. "Walaupun kau bisa
mengalahkanku pun kau takkan dapat disebut sebagai jago
nomer satu di dunia persilatan, karena......ternyata kau telah
dikalahkan oleh pemuda di depanmu itu!"
Bok Siang Ki melirik ke arah Liu Yang Kun. Wajahnya
menjadi tegang dan merah padam, namun apa daya ia
memang telah dikalahkan oleh pemuda itu.
"Sudahlah. Siang Ki......" akhirnya Bun-hoat Sian-seng
menarik napas panjang. "...... Lupakan saja niatmu untuk
menjagoi dunia persilatan itu. Lebih baik kau pulang kembali
ke Gurun Go-bi untuk membangun Ui-soa-pai. didiklah anak
muridmu sebaik-baiknya agar kelak mereka menjadi pendekar-
pendekar yang gagah perkasa. Dengan demikian perguruan
Ui-soa-pai akan terkenal dan tersohor kembali seperti dahulu
kala ketika dipegang oleh nenek moyangmu. Dan dengan
demikian namamu juga akan terpateri pula di dalam hati anak
muridmu, sehingga otomatis namamu juga akan dicatat pula
di dalam sejarah perkembangan perguruanmu."
Ucapan Bun-hoat Sianseng yang panjang lebar itu
tampaknya masuk ke dalam hati sanubari Bok Siang Ki.
Beberapa saat lamanya tokoh perguruan Ui-soa-pai itu
berdiam diri untuk memikirkannya.
Akhirnya penguasa tertinggi Ui-soa pai itu berdesah
perlahan. "Baiklah, Sian-seng. Aku akan pulang kembali ke Ui-
soa-pai. Tapi...... benarkah Buku Rahasia itu tak mengandung
pelajaran ilmu silat sama sekali" Jawablah yang jujur agar
hatiku menjadi lapang, karena buku itu akan kukembalikan
lagi kepadamu........!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Benar, Sian-seng. Aku pun akan mengembalikan pula
bagian Buku Rahasia yang ada padaku bila kau mau
menjawab....." Bu-tek sin-tong bersuara pula.
Tiba-tiba Bun-hoat Sian-seng tersentak diam. Beberapa
saat lamanya ia termangu-mangu dan tak segera menjawab
pertanyaan itu. Tampaknya ada sesuatu yang sedang
dipikirkannya dan sulit untuk memutuskannya.
"Bagaimana, Sian-seng?" Bok Siang K i mendesak.
Akhirnya orang tua dari Gunung Hoa san itu menghela
napas panjang. "Baiklah, Siang Ki".. aku akan berterus terang
kepadamu. SebenarnyaIah bahwa bukuku itu tidak memuat
sejurus pelajaran ilmu s ilatpun. Namun demikian apabila orang
yang membacanya mau meneliti, menekuni dan mengupas
seluruh isinya, tak pelak orang itu akan memperoleh kemajuan
di dalam ilmu s ilatnya. Seperti halnya kalian semua yang telah
membawanya selama setahun ini, bukan?"
"Jadi......?" Bok Siang Ki belum puas juga.
"Aaah, sudahlah. Bukankah aku sudah mengatakannya
kepadamu" Sekarang kembalikanlah buku itu kepadaku!" Bun-
hoat Sian-seng memperingatkan.
Bok Siang Ki me langkah mundur dua tindak, yang
kemudian juga diikuti pula oleh Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin
Tok-ong. "Kalau begitu...... perbolehkanlah kami meminjamnya .....
barang setahun atau dua tahun lagi.
Kami akan mempelajarinya dengan lebih tekun, agar kami dapat
memperoleh hasil yang lebih baik lagi." Bok Siang Ki menolak.
Tiba-tiba wajah Bun-hoat Sian-seng menjadi keruh. "Tidak
bisa! Buku itu tidak untuk dipinjamkan. Kalau sekarang aku
hanya memintanya kembali, tanpa menghukum atau bertindak
terhadap kalian bertiga, hal itu karena aku merasa tak perlu
berlaku kasar terhadap kalian. Dan juga.....aku memang tidak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
ingin memperpanjang urusan ini dengan pertikaian atau
permusuhan di antara kita."
"Jadi.......?" Bok Siang Ki berseru tegang.
"Kembalikanlah sekarang juga, atau .........?"
"Bagus! Aku memang ingin mencoba kepandaianmu!
Bukumu akan aku kembalikan bila engkau bisa mengalahkanku!" Bok Siang K i menantang.
"Setuju.....!" Bu-tek Sin-tong ikut berteriak pula dengan
gembira. "Akupun akan menyerahkannya bila Bun-hoat Sian-
seng dapat menundukkan aku, he heh!"
Bun-hoat Sian-seng mengawasi Souw Lian Cu yang ada di
sampingnya, kemudian mengangkat bahunya. "Baiklah......kalau itu yang kalian inginkan. Tapi.......
bagaimana dengan lembaran buku yang ada padamu, Tok-
ong?" Giok-bin Tok-ong menjadi gugup.
"A-aku.... aku..... eh, maaf.......bukuku berada di tangan
pemuda itu!" ujarnya kemudian dengan terbata-bata. Jarinya
menuding ke arah Liu Yang Kun.
Tentu saja Liu Yang Kun tersentak kaget. "Huh..... apa
katamu" Jangan main tuduh sembarangan! Kapan aku
mengambilnya dari tanganmu, heh?" pemuda itu berteriak
gusar. "Bangsat......!" Giok Bin Tok-ong menjerit pula tidak kalah
berangnya. "Kau jangan berpura-pura lagi ! Bukankah kau
telah menemukan bukuku di reruntuhan rumah Coa In Lok"
Huh! Kau jangan mungkir! Ketiga orang muridku pun telah
melihatmu pula! Kau membaca buku itu di dalam hutan !"
"Muridmu ... ?" Liu Yang Kun berseru semakin tak
mengerti. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Namun demikian pemuda itu tak berani mendesak lagi.
Tiba-tiba saja pemuda itu teringat kembali akan 'penyakitnya".
Ia menjadi ragu-ragu. Jangan-jangan apa yang diucapkan oleh
Giok-bin Tok-ong tersebut memang benar adanya.
Bun-hoat Sian-seng cepat menengahi mereka. "Sudahlah,
Tok-ong. Aku tahu kau telah kehilangan buku yang kaubawa
karena muridku ini juga sudah melaporkannya kepadaku,"
katanya perlahan seraya menoleh ke arah Souw Lian Cu.
"Maka dari itu aku memberi kelonggaran kepadamu. Kau
boleh mcngembalikan bukumu yang hilang itu setengah tahun
lagi. Ingat! Setengah tahun lagi! Lebih dari batas waktu yang
kuberikan itu, kau akan memperoleh hukuman,....."
"Persetan dengan waktumu! Bangsat ..,.. !" Giok-bin Tok-
ong mengumpat. Tapi Bun-hoat Sian-seng tak mempedulikan kegusaran
lawannya. Dengan tenang orang tua itu menghadapi Bok
Siang Ki kembali. "Bagaimana, Siang Ki" Kita jadi bergebrak sekarang?"
"Tentu saja! Apa kaukira aku takut kepadamu?"
"Bagus! Mari kita mulai! Anggap saja aku sekalian menjadi
juri bagi kalian bertiga. Aku akan menilai, siapa yang lebih
banyak memperoleh kemajuan dari Buku Rahasia itu, sehingga
kalian tak perlu mengadakan pertemuan di bangunan kuno itu
lagi." "Kurang ajar! Kau jangan terlalu menyombongkan
dirimu......!" Bok Siang Ki menggeram gusar. Telapak
tangannya segera meluncur ke depan, menampar ke arah
mulut Bun-hoat Sian-seng.
Liu Yang Kun terbeliak kagum menyaksikan kecepatan
tangan Bok Siang Ki. Tangan itu menyambar dengan cepat
laksana kilat, sehingga lapat-lapat terdengar suaranya yang
mencicit seperti suara desing senjata tajam.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tadi ketika menghadapi sendiri pemuda
itu tak merasakannya. Kini setelah melihat lagi dari luar arena,
barulah hatinya menjadi kagum bukan main. Memang tidak
keliru kalau penguasa tertinggi Ui-soa-pai itu menyombongkan
gin-kangnya. Tapi ternyata Bun-hoat Sian-seng juga tidak kalah gesitnya.
Meskipun tidak selincah Bok Siang Ki namun sebagai jago
nomer satu ternyata gin-kangnya juga tidak dapat dipandang
enteng. Sambil mendorong tubuh Souw Lian Cu ke luar arena,
ia menggeliatkan badannya ke belakang, hingga tamparan itu
tak mengenainya. Kemudian dengan kecepatan yang hampir
sama ia balas menyerang dengan cengkeraman jari-jari
tangannya. Tentu saja Bok Siang Ki tak ingin tangannya patah atau
hancur diremas jari tangan lawannya. Oleh karena itu
lengannya segera ditarik, dan sebagai gantinya ia menerjang
perut Bun-hoat Sianseng dengan ujung sepatunya.
Plaaak! Plaaaak! Bun-hoat Sianseng menekuk lengannya yang terulur itu
untuk menghantam ujung sepatu Bok Siang Ki! Dan benturan
tersebut ternyata menimbulkan suara yang amat keras dan
nyaring! Masing-masing segera tergetar mundur empat langkah ke
belakang. Dan setiap langkah mereka selalu meninggalkan
bekas tapak sepatu yang dalam di tanah, suatu tanda bahwa
mereka berdua benar-benar telah mengeluarkan tenaga dalam
yang amat dahsyat! Namun demikian tampaknya Bok Siang K i sudah menyadari
bahwa tenaga dalamnya masih lebih rendah dari pada
lawannya. Hal itu dapat dilihat dari bekas tapak sepatu itu.
Tapak sepatunya tampak tinggi rendah tak beraturan,
sementara tapak sepatu lawannya kelihatan urut dan rapi,
baik jarak maupun kedalamannya!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Oleh karena itu Bok Siang Ki segera mengerahkan ilmu
puncaknya! Penguasa tertinggi Ui-soa-pai itu berpendapat
bahwa tak ada gunanya bertempur terlalu lama dengan
lawannya! Dengan sebat kedua lengannya segera bersilang di
depan dadanya. Dan sekejap saja tubuhnya seperti
memancarkan hawa dingin ke arah lawannya! Hawa dingin
yang persis seperti hawa dingin dipancarkan Liu Yang Kun
apabila pemuda itu mengerahkan tenaga sakti Liong-cu-i-
kangnya! Bedanya udara dingin yang terpancar dari dalam tubuh Liu
Yang Kun menyebar ke segala penjuru dan benar-benar terasa
menggigilkan kulit dan tubuh orang-orang yang ada di
sekelilingnya, sedangkan hawa dingin yang keluar dari dalam
tubuh Bok Siang Ki cuma tertuju kepada Bun-hoat Sian-seng
saja ! Itupun juga hanya terbatas pada perasaan dan pikiran
Bun-hoat Sian-seng pula, karena 'hawa dingin" yang
ditimbulkan Bok Siang Ki tersebut adalah ilmu s ihir belaka.
"Bagus, Siang Ki! Ternyata kau langsung mempergunakan
ilmu puncakmu! Oleh karena itu akupun juga takkan segan
segan pula mengeluarkan segala kemampuanku ! Nah,
marilah kita lihat siapa yang lebih unggul di antara kita ...... !"
Bun-hoat Sian-seng berkata tegas.
Kemudian orang tua itu berdiri tegak sambil merangkapkan
kedua telapak-tangannya di depan dada. Dan sesaat
kemudian di atas ubun-ubunnya tampak mengepul asap tipis
berwarna putih dan merah. Asap itu kemudian turun dengan
cepat membungkus tubuhnya, bagaikan kabut tipis yang
menyelimuti bumi. Hanya yang sangat aneh kedua macam
kabut itu tidak mau saling bercampur. Kabut yang berwarna
putih hanya menyelimuti bagian tubuh sebelah kiri, sementara
kabut yang berwarna merah juga hanya membungkus tubuh
bagian kanan pula. "Ang-pek Sin-kang dari keluarga Souw .......!" Bu-tek Sin-
tong dan Giok-bin T ok-ong berdesis perlahan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Setelah tubuhnya terbungkus kabut tipis itu, Bun-hoat Sian-
seng lalu melangkah maju mendekati Bok Siang Ki. Dengan
berani kakek itu menentang mata Bok Siang Ki, seakan-akan
kakek itu tak terpengaruh oleh ilmu sihir lawannya yang
menggiriskan itu. Tentu saja Bok Siang Ki sangat terkejut. Apalagi ketika
pandangannya menjadi silau, seolah-olah kabut yang
membungkus tubuh lawannya itu dapat memantulkan cahaya.
"Gila.....!" Bok Siang Ki mengumpat, lalu melesat ke depan
menyerang lawannya. Gerakan Bok Siang Ki benar-benar cepat bukan main!
Demikian cepatnya sehingga tubuhnya seakan-akan menghilang menjadi baying-bayang yang melesat dibawa
angin! Tampaknya Bok Siang Ki menyadari kalau ilmu sihirnya
sudah tidak bisa diandalkan lagi. Maka seperti halnya ketika
melawan Liu Yang Kun tadi, Bok Siang Ki lalu menghentakkan
seluruh kemampuan gin-kangnya. Dengan harapan satu-
satunya keunggulannya itu bisa untuk mengatasi kesaktian
lawannya. Meskipun ilmu s ihirnya juga masih tetap dipakainya
pula. "Oooooooh.......?"?" semua orang yang menyaksikan
pertempuran tersebut berdesah.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun orang orang itu berdesah bukan karena
menyaksikan keajaiban kabut merah putih yang diciptakan
Bun-hoat Sian-seng ataupun kegesitan yang diperlihatkan oleh
Bok Siang Ki tapi mereka berdesah karena merasa kaget dan
ngeri melihat keanehan yang terjadi pada diri Bok Siang Ki itu
sendiri! Di mata mereka, tubuh Bok Siang Ki yang sedang
melompat menyerang Bun-hoat Sian-seng itu tiba-tiba 'pecah'
menjadi beberapa bagian! Dan anehnya setiap bagian itu tiba-
tiba juga menjadi Bok Siang Ki pula, sehingga dalam waktu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
yang hanya sekejap itu tiba-tiba ada belasan orang Bok Siang
Ki yang menerjang ke arah Bun-hoat Sian-seng!
Tapi mereka tidak mempunyai kesempatan lagi untuk
berbicara tentang keanehan itu, sebab di lain saat
pertempuran tersebut telah berlanjut pula dengan sengitnya.
Bun-hoat Sian-seng telah mengelak dengan memutar
tubuhnya kemudian dengan cepat tangannya membalas pula
serangan tersebut. Terdengar suara mencicit ketika dari
ujung-ujung jari tangan orang tua itu meluncur angin tajam
yang mampu melobangi benda-benda yang dilanggarnya!
"Tai-lek Pek-khong-ciang (Pukulan Udara Kosong Bertenaga
Seribu Kati)......!" Giok-bin T ok-ong bergumam perlahan.
"Benar, Tai-lek Pek-khong-ciang dari keluarga Souw yang
tersohor?"." Bu-tek Sin-tong menambahkan.
Demikianlah, meskipun kalah gesit dan kalah cepat, namun
Bun-hoat Sian-seng memiliki serangan jarak jauh yang ampuh
serta menakutkan. Sehingga kemanapun tubuh Bok Siang Ki
bergerak, pukulan jarak jauh orang tua itu selalu bisa
mengejar dan memburunya. Maka akibatnya bisa diduga.
Sedikit dem i sedikit orang tua itu bisa mendesak Bok Siang K i.
Apalagi penguasa tertinggi Ui-soa-pai itu sama sekali tak
berdaya dengan ilmu sihirnya.
Padahal di mata Bu-tek Sin-tong maupun Giok-bin Tok-ong
ilmu sihir yang dipergunakan oleh Bok Siang Ki itu benar-
benar mengerikan dan membingungkan sekali. Belasan tubuh
Bok Siang K i yang bertebaran di sekeliling Bun-hoat Sian-seng
itu benar-benar memusingkan mereka.
"Setan! Demit! Heh, Sin-tong.,..,. bingung aku melihatnya!
Kautahu mana Bok Siang Ki yang asli?" Giok bin Tok-ong
berteriak-teriak bingung.
"Huh! Aku juga tak tahu! Coba kau tanyakan pada anak itu!
Dia tentu mengetahuinya, karena dia tadi bisa menghadapi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Bok Siang Ki dengan baik....." Bu-tek Sin-tong menyahut
sambil menunjuk ke arah Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun tersentak kaget, karena dia sendiri juga tak
bisa membedakannya. Kalau dia tadi bisa mengalahkan Bok
Siang Ki, hal itu bukan karena ia tidak terpengaruh oleh ilmu
sihir penguasa Ui-soa-pai itu. Ia bisa melayani Bok Siang Ki
karena ia memejamkan matanya, sehingga ia tak melihat
keanehan-keanehan yang diciptakan oleh lawannya.
Namun demikian kalau Cuma membedakan mana Bok
Siang Ki yang asli saja pemuda itu tidak mendapatkan
kesukaran. Dengan kecerdikannya ataupun dengan ilmunya
yang menyerupai Lin-cui-sui-hoat itu Liu Yang Kun mampu
menebak dan mengira-ngira Bok Siang Ki yang asli.
"Mengapa mesti sulit membedakan mereka" Asal lo-
cianpwe mau memperhatikan cara-cara Bun-hoat Sian-seng
melawan mereka, lo-cianpwe tentu dapat menebak pula mana
Bok Siang Ki yang asli......" dengan suara dingin pemuda itu
berkata. "Setan Demit! Anak iblis yang tak tahu diri, kubunuh
kau......!" Giok-bin Tok-ong menjerit gusar. Tangannya
terangkat, siap untuk menerjang.
Tapi dengan cepat Bu-tek Sin-tong melompat ke tengah-
tengah mereka. Kedua lengannya terpentang lebar untuk
mencegah kawannya bertindak lebih jauh.
"Goblog! Kita memang goblog, Tok ong! Anak itu benar,"
teriaknya keras. "Apanya yang benar?" Giok-bin Tok-ong berteriak pula.
Namun demikian tangannya yang terangkat tadi telah
diturunkannya lagi. "Coba kauperhatikan Bun-hoat Sian-seng itu! Aku berani
bertaruh dia tentu tidak terpengaruh oleh ilmu s ihir Bok Siang
Ki ini! Kalaupun dia juga terpengaruh oleh ilmu sihir ini,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
setidaknya dia tentu bisa mengatasinya. Buktinya ia bisa
melawan Bok Siang Ki dengan baik. Bahkan ia seperti tidak
terpengaruh sama sekali oleh ilmu sihir itu. Nah, sekarang
perhatikan cara-cara Bun-hoat Sian-seng dalam melayani Bok
Siang Ki itu! Kau akan mengerti pula nanti!"
Tiba-tiba Giok-bin Tok-ong seperti tersadar dari kebodohannya. "Benar. Wah, aku memang goblog! Bun-hoat
Sian-seng selalu memburu salah seorang dari belasan Bok
Siang Ki itu! Hoho.., tentu dialah yang asli ! Benar, bukan,"
serunya kemudian seolah bersorak.
Sementara itu Liu Yang Kun sendiri sudah tidak peduli lagi
kepada orang tua itu. Dengan langkah seenaknya ia
menghampiri Souw Lian Cu dan Yap Kiong Lee.
"Selamat malam, nona Souw. Apakah nona tadi telah
kembali ke penginapan?" tegurnya ramah.
Gadis itu memandang Liu Yang Kun lalu menggeleng.
Mulutnya tetap terdiam. Sikapnya masih kelihatan kaku
terhadap Liu Yang Kun. Tapi Liu Yang Kun tidak menjadi tersinggung karenanya.
Dengan sabar pemuda itu tetap juga mengajaknya berbicara.
"Emm...... lalu bagaimanakah dengan urusan yang pernah
nona ceritakan itu" Apakah urusan itu sudah beres?" Sekali
lagi mata yang bening indah itu menatap kepada Liu Yang
Kun. Namun hanya beberapa saat saja, karena beberapa saat
kemudian gadis ayu itu telah mengalihkan pandangannya
kembali. "Sudah....." Bibir itu bergetar pendek, kemudian terdiam
pula kembali. Sungguh mengherankan sekali! Liu Yang Kun yang
biasanya mudah tersinggung itu ternyata tidak menjadi marah
atau merasa sakit hati mendapat perlakuan dingin seperti itu.
Pemuda itu justru bertambah banyak bicaranya. Nada
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
suaranya juga sangat riang, seolah-olah ia memang sangat
gembira dapat berdekatan kembali dengan Souw Lian Cu.
Padahal gadis itu sendiri hampir tak pernah menyahut atau
menjawab perkataannya. Paling-paling hanya mengangguk,
menggeleng atau bergumam saja.
Tentu saja Yap Kiong Lee lah yang menjadi tak enak
hatinya. Bagaimanapun juga Liu Yang Kun adalah seorang
pangeran. Putera Hong-siang pula. Maka sungguh tidak
selayaknya kalau dia memperoleh perlakuan seperti itu.
"Pangeran......" ia menyela dengan hati-hati sekedar untuk
ikut berbicara agar Liu Yang Kun tidak hanya berbicara
sendirian. "Ternyata nona Souw ini memang sedang
mengemban tugas dari Bun-hoat Sian-seng untuk melacak
Buku Rahasia yang dibawa oleh ketiga orang itu. Itulah
sebabnya nona Souw selalu mengikuti jejak mereka selama
ini....." Liu Yang Kun terbelalak sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya. Ia memang telah mendengar perdebatan mereka
tentang Buku Rahasia itu tadi. Tapi tak mengira kalau ternyata
Souw Lian Cu juga terlibat pula di dalam urusan itu.
Sementara itu pertempuran antara Bok Siang Ki melawan
Bun-hoat Sianseng juga telah menampakkan tanda-tanda
akan berakhir pula. Meskipun masing-masing memiliki
keistimewaan dan kehebatan sendiri-sendiri, tapi ternyata ilmu
kepandaian Bun-hoat Sian-seng masih lebih unggul dari pada
Bok Siang K i. Pakaian Bok Siang K i yang longgar itu tampak berlubang di
beberapa tempat terkena sambaran Tai-lek Pek-khong-ciang
yang memancar dari ujung jari Bun-hoat Sian-seng, walaupun
sebenarnya dengan gin-kangnya yang maha tinggi itu Bok
Siang Ki juga telah berusaha pula untuk mengelakkannya.
Untunglah tokoh Ui-soa-pai itu memiliki juga ilmu kebal atau
Tiat-poh-san yang cukup sempurna, sehingga kulitnya tidak
menjadi terluka karenanya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Namun demikian gempuran-gempuran ujung jari yang
mengandung tenaga dahsyat itu membuatnya sakit pula.
Bahkan semakin lama gempuran-gempuran itu semakin
menggoyangkan benteng ilmu kebalnya, sehingga beberapa
saat kemudian kulitnya mulai bisa tergores oleh hentakan-
hentakan ujung jari tersebut. Dan selanjutnya darahpun mulai
menetes membasahi bajunya.
"Bok Siang Ki".! Apakah kau tidak juga mengakui
kekalahanmu" Apakah kau ingin salah seorang di antara kita
menggeletak tak bernyawa di tempat ini........?" tiba-tiba
terdengar suara Bun-hoat Sian-seng dari dalam arena itu.
Tapi tak ada jawaban dari Bok Siang Ki. Tokoh Ui-soa-pai
itu masih juga bertempur dengan gigihnya. Tampaknya ia
masih juga belum mau menyadari keadaannya. Namun, hal itu
bisa dimengerti pula, karena bagaimanapun juga tokoh Ui-soa-
pai itu merasa telah dapat mengenai tubuh lawannya pula.
Biar pun semua yang telah dilakukannya tersebut hampir tak
berarti bagi Bun-hoat Sian-seng yang memiliki tenaga dalam
lebih tinggi. Demikianlah, semuanya itu ternyata tak luput pula dari
penglihatan Bu-tek Sin-tong dan yang lainnya. Bahkan Liu
Yang Kun yang sejak semula selalu dapat mengikuti jalannya
pertempuran tersebut menjadi berdebar-debar pula hatinya.
Setiap kali tubuh Bok Siang Ki yang asli itu terluka dan
mengeluarkan darah, maka pemuda itu juga me lihat yang
serupa pula pada bentuk-bentuk kembaran Bok Siang Ki yang
lain. Dan sejalan dengan semakin banyaknya luka yang
diderita oleh Bok Siang K i as li itu, maka semakin susut pulalah
jumlah bentuk-bentuk semu dari Bok Siang Ki tersebut.
Sehingga beberapa waktu kemudian semua bentuk-bentuk
semu itu lenyap dari pandangan.
"Hei, lihat......! Sekarang Bok Siang Ki tinggal seorang saja
lagi ! Dan...... dia telah menderita luka di beberapa tempat!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Bu-tek Sin-tong tiba-tiba berseru sambil menunjukkan jari
telunjuknya ke dalam arena pertempuran.
"Ya! T ampaknya dia telah banyak kehilangan kekuatannya,
sehingga kemampuannya untuk membangkitkan ilmu sihirnya
juga telah berkurang pula." Giok-bin Tok-ong menyahut.
Bu-tek Sin-tong tiba-tiba menoleh ke arah Giok-bin Tok-
ong. "T ok-ong.. .. ...! Apa yang harus kita kerjakan sekarang"
Membiarkan Bok Siang Ki kalah atau membantunya.......?"
Giok-bin Tok-ong melangkah dengan cepat ke depan. "Kita
bantu saja dia.....! Sebab setelah Bok Siang Ki kalah, tentu
kita pula yang akan menjadi giIirannya. Nah, dari pada
menunggu nanti-nanti .. ehm, bukankah lebih baik kita maju
sekarang" Kita bisa bertiga malah!"
"Bagus! Kalau begitu tunggu apa lagi" Marilah ......" Bu-tek
Sin-tong berkata dengan gembira pula, kemudian bersama-
sama dengan Giok-bin T ok ong dia menerjang ke dalam arena
pertempuran. Cuuus ! Cuus ! Plaak ! Plaaak......!
Dengan tangkas Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong
menangkis sambaran angin tajam yang meluncur dari ujung
jari Bun-hoat Sian-seng. Angin tajam yang mampu menembus
atau menggores kulit seperti layaknya sebilah pedang itu
hampir saja mengenai dada Bok Siang Ki. Untunglah pada saat
yang tepat Bu tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong datang
menolongnya, walaupun akibatnya kedua kakek sakti itu harus
menderita kesakitan pula.
"Bangsat!" Giok-bin Tok-ong mengumpat seraya memandangi kulit lengannya yang lecet ketika membentur
"angin tajam" itu.
"Bukan main! Tak kusangka Tai-lek Pek-khong-ciang
demikian hebatnya...!" Bu-tek Sin-tong menggeram pula
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sambil me lihat-lihat telapak tangannya yang kemerah-
merahan. "Hmmh, Sin- tong..... Tok-ong! Apa maumu" Mengapa kau
ikut-ikutan menangkis seranganku" Apakah kau tak sabar lagi
untuk menunggu giliranmu?" Bun-hoat Sian-seng menegur
perlahan. "Benar. Ini tidak adil.....!" Souw Lian Cu tiba-tiba melompat
ke dalam arena dan berdiri di samping gurunya. "Kalian telah
diberi kesempatan oleh suhu untuk mempertahankan buku
yang kalian curi. Mengapa kalian masih juga kurang terima"
Apakah kalian tidak merasa malu?"
Wajah Bok Siang Ki menjadi merah. Begitu pula dengan Bu-
tek Sin-tong dan Giok-bin T ok-ong. Mereka menjadi malu juga
mendengar perkataan gadis itu.
"Baiklah.....! Aku memang sudah kalah. Biarlah aku kembali
saja ke Gurun Go-bi. Nih, kukembalikan buku itu," tiba-tiba
Bok Siang Ki mendengus, Ialu merogoh sakunya dan
melemparkan bagian Buku Rahasia yang disimpannya kepada
Souw Lian Cu. Selesa i berkata Bok Siang Ki lalu melesat pergi
meninggalkan jurang tersebut.
"Hei" Siang Ki....." Kenapa kau"Tunggu"..!" Bu-tek Sin-
tong berteriak memanggil.
Jilid 32 "Sudahlah! Aku akan pulang untuk bertapa lagi!" terdengar
jawaban Bok Siang K i di tempat yang jauh.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Bangsat! Lalu bagaimana dengan pertemuan kita di
bangunan kuno itu?" Giok-bin Tok-ong berseru pula.
"Tak usah! Kita tak perlu lagi menguji kepandaian kita!


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semuanya sudah kelihatan tadi,.!" sayup-sayup masih
terdengar jawaban Bok Siang Ki.
"Kurang ajar! Huh, benar-benar kurang ajar ..!" Bu-tek Sin-
tong menggeram dengan suara mendongkol. Lalu sambungnya pula kepada Giok-bin Tok-ong. "Eh Tok-ong!
Bagaimana menurut pendapatmu?"
Tiba-tiba Giok-bin Tok-ong mengertakkan giginya yang
masih utuh. "huh......! Mengapa kita mesti takut" kalau satu
lawan satu kita memang bukan lawannya. Tapi kalau kita
maju bersama-sama" Huh, belum tentu kita kalah!"
"Tapi... bagaimana dengan gadis itu?" tiba-tiba Bu-tek Sin-
tong merendahkan nada suaranya.
"Persetan dengan perempuan kecil itu! Marilah?"!"
Kemudian tanpa menunggu jawaban lagi Giok-bin Tok-ong
menyerang Bun-hoat Sian-seng. Tangannya tiba-tiba telah
menggenggam sebuah saputangan hitam, dan saputangan itu
kelihatan berkibar ketika menyambar ke depan.
Wuuuuuuus! Bau harum yang sangat semerbak bertiup ke
arah hidung Bun-hoat Sian-seng! Dan bau harum itu terasa
nikmat ketika dihirup ke dalam dada! Terutama bagi wanita
muda seperti Souw Lian Cu itu!
Namun hal itu ternyata sangat mengejutkan Bun-hoat Sian-
seng. Sambil mendorong gadis itu ke pinggir, Bun-hoat Sian-
seng berbisik, "Kerahkan tenaga saktimu! Keluarkan kembali
bau harum yang kauisap itu! Lekas!"
"Su-hu" Mengapa aku............?"?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Belum juga gadis itu sempat menyelesaikan ucapannya,
tiba-tiba tubuhnya sudah terhuyung. Matanya yang indah itu
terbeliak kaget. Napasnya tersengal-sengal.
"Lian Cu.....!" Bun-hoat Sian-seng berdesah kaget.
Tapi ketika orang tua itu hendak menolong, tiba-tiba Bu-tek
Sin-tong juga sudah datang pula menyerangnya. Kakek kerdil
itu menyabetkan rambutnya yang terurai panjang ke arah
wajahnya. Terpaksa Bun-hoat Sian-seng mengurungkan niatnya.
Bergegas orang tua itu mengerahkan Iwee kangnya ke
tangan, kemudian mengibaskan tangan tersebut ke depan
untuk menyongsong serangan rambut Bu-tek Sin-tong itu.
Wuuuuuuut! Praaaaaaaaat........!
Rambut Bu-tek Sin-tong yang bergumpal kaku seperti
kawat baja itu terpental balik ketika membentur tangan Bun-
hoat Sian-seng. Bahkan gumpalan rambut itu hampir saja
menyambar kepala Giok-bin Tok-ong yang sudah datang
kembali dengan saputangannya.
Sementara itu Liu Yang Kun menjadi kaget pula melihat
Souw Lian Cu. Bergegas pemuda itu melompat ke depan
untuk menolong. Tapi gadis itu dengan cepat mengibaskan
tangannya, sehingga pemuda itu segera terdorong mundur
kembali. "Nona Souw....." Kau"..?"
Tapi gadis itu tak mempedulikannya. Dengan cepat gadis
itu duduk di atas tanah dan berbuat seperti apa yang
diperintahkan gurunya, yaitu mengerahkan tenaga dalamnya
untuk mengusir hawa beracun yang memasuki paru-parunya.
Tentu saja Liu Yang Kun menjadi gelisah me lihatnya.
Dengan wajah tegang serta khawatir pemuda itu berdiri di
dekat Souw Lian Cu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Apa yang telah terjadi, pangeran?" Hong lui-kun Yap Kiong
Lee datang pula menghampiri dan bertanya kepada Liu Yang
Kun. "Entahlah. Mungkin?""terkena racun Giok-bin T ok-ong."
"Racun......" Eh, mengapa pangeran tidak segera
mengobatinya" Bukankah pangeran tadi siang juga berhasil
menyembuhkan Hek-pian-hok Ui Bun Ting" Apakah pangeran
lupa membawa mustika itu?"
"Mustika" Mustika apa........" Aku sama sekali tak......?" Liu
Yang Kun bertanya bingung sambil merogoh sakunya.
"Maaf, pangeran.......Saya tak sengaja ketika melihat
pangeran mengeluarkan batu mustika itu. Batu mustika yang
tuan genggam dan kemudian tuan tempelkan di pergelangan
tangan Ui Bun Ting itu,......,"
"Tapi aku sama sekali tak punya batu....,, eh?" Tiba-tiba Liu
Yang Kun tersentak kaget. Tangannya yang merogoh saku
tadi tiba-tiba telah keluar memegang Po-tok-cu. "Eh......
ini.....ini" Mengapa ada benda semacam ini di sakuku" inikan
batu yang ciang-kun maksudkan itu" Oough,... ya......ya!
Ingat aku sekarang. Aku memang telah menggunakan batu ini
untuk menyembuhkan Ui Bun Ting........Tapi...... tapi mengapa
mendadak aku telah melupakannya?"
Mula mula Yap Kiong Lee menjadi bingung juga
menyaksikan keadaan Liu Yang Kun itu. Namun setelah
berpikir lagi dengan lebih seksama, maka jagoan dari Istana
itu segera bisa mengurai pula apa yang terjadi.
"Ah, pangeran tidak perlu terlalu resah memikirkannya.
Selama penyakit 'lupa ingatan' itu belum sembuh kembali,
maka hal-hal seperti itu akan sering terjadi pada diri
pangeran. Sebab penyakit itu membuat pangeran seolah-olah
memiliki dua jiwa, yaitu....... jiwa pangeran yang asli dan jiwa
pangeran yang cacat. Dalam keadaan sadar seperti sekarang
ini pangeran justru dalam keadaan jiwa yang cacat tersebut,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tapi sebaliknya, apabila pangeran di dalam keadaan tidak
sadar, maka pangeran justru berada dalam keadaan yang
normal dan sehat malah. Pada saat yang seperti itu pangeran
justru benar benar sebagai Pangeran Liu Yang Kun yang asli."
Liu Yang Kun mendengarkan sambil mengangguk-angguk.
Tangan pemuda itu juga masih tetap menimang-nimang Po-
tok-cu itu pula. "Nah....... itu pulalah sebabnya mengapa pangeran bisa
mengobati U i Bun Ting, karena pada saat itu pangeran secara
kebetulan bertindak tanpa sadar dan hanya menurutkan naluri
saja. Tapi......, lihatlah sekarang! Karena pangeran telah
berada dalam keadaan sadar kembali, maka semuanya itu lalu
hilang. Pangeran menyandang sebagai penderita cacat jiwa
kembali,......." "Oooooch"..!" Liu Yang Kun berdesah paham.
Sementara itu di depan mereka Souw Lian Cu masih tetap
berjuang melawan racun yang masuk ke dalam dadanya. Dan
racun yang terkandung di dalam saputangan Giok-bin Tok-ong
itu tampaknya sangat hebat sekali, sehingga gadis sakti
semacam Souw Lian Cu pun masih tetap kewalahan
mengatasinya. "Pangeran"."
Mengapa pangeran tidak segera menolongnya?" tiba-tiba Y ap Kiong Lee mendesak.
Liu Yang Kun tersentak kaget dari lamunannya, "Eh-
uh"..ya-ya, baik......!" pemuda itu menjawab gugup.
Dengan hati-hati pemuda itu lalu duduk bersila di belakang
Souw Lian Cu. Tangannya yang menggenggam Po-tok-cu itu
ia tempelkan di punggung gadis itu.
"Maaf, nona Souw.........."
Gadis itu sedikit terkejut. Sekejap tubuhnya terasa
bergetar. Namun di lain saat gadis itu dapat tenang kembali,
Nafasnya semakin teratur.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dan pada saat itu pula pertempuran ditengah-tengah arena
telah sampai pada puncaknya juga. Giok-bin Tok-ong benar-
benar berpesta-pora dengan segala macam racunnya,
sehingga arena pertempuran itu benar-nenar seperti neraka
saja layaknya. Segala macam bentuk racun bertebaran
dimana-mana. Akibatnya tidak hanya Bun-hoat Sian-seng yang menjadi
repot, tapi Bu-tek Sin-tong pun ikut menjadi sibuk pula
menghindari racun-racun itu. Sambil bertempur kakek kerdil
itu mengumpat dan memaki tiada habis-habisnya. Mengumpat
dan memaki Giok-bin Tok-ong, temannya sendiri.
"Gila ! Uhh! Banyak benda yang baik serta menyenangkan
di dunia ini, tapi....... kenapa kau pilih juga barang-barang
busuk semacam ini, heh?"
"Heh-heh ,... peduli amat! Kalau kau tak tahan ..... yah,
silahkan pergi! Biarlah kuhadapi sendiri Bun-hoat Sian-seng
ini!" "Jangan sombong kau! Kaukira kau mampu menghadapi
sendiri. Bun... aduh!"
Tiba-tiba Bu-tek Sin-tong mengaduh kesakitan. Sedikit saja
ia membagi perhatiannya ternyata pundaknya telah disambar
oleh pukulan lawan. Dan sekejap kemudian darahpun segera
mengucur dari lukanya yang panjang.
Bu-tek Sin-tong cepat mendekap luka itu. Matanya
melancarkan sinar kemarahan yang amat sangat. Tapi ia tetap
tak bisa apa-apa, karena serangan Bun-hoat Sian-seng yang
lain telah datang lagi seperti badai.
Tiada jalan yang lain bagi Bu-tek Sin-tong selain mengadu
nyawa. Sambil menghindar kakek kerdil itu mengeluarkan
senjata rahasianya yang berbentuk paser-paser kecil berujung
ganda. Begitu ada kesempatan sedikit, maka paser-paser
itupun segera melesat menyerang Bun-hoat Sian-seng.
Sebenarnya bukan cuma Bu-tek Sin-tong yang repot, sebab
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Giok-bin Tok-ong pun juga tidak kalah sibuknya menghadapi
Tai-lek Pek-khong-ciang Bun-hoat Sian-seng. Walaupun
tampaknya racun-racunnya dapat menguasai arena, tapi tak
sepercik-pun diantaranya yang mampu melumpuhkan lawannya. Sebaliknya justru hentakan-hentakan "angin tajam"
Bun-hoat Sian-seng yang tidak kelihatan ujudnya itu yang
setiap saat selalu mengintai nyawanya.
Bahkan keadaan Giok-bin T ok-ong sendiri sebenarnya lebih
parah dari pada Bu-tek Sin-tong. Sudah beberapa kali ia
terhindar dari maut. Namun demikian ia tetap tak luput dari
luka-luka kecil atau goresan-goresan luka yang diakibatkan
oleh 'tusukan' angin tajam
tersebut. Pakaian yang dikenakannyapun sudah tidak berbentuk lagi. Di sana-sini
telah sobek atau berlubang, warnanya pun juga sudah dikotori
pula oleh bercak bercak darah yang mengering.
Demikianlah, ketika Bu-tek Sin-tong melepaskan paser-
pasernya itu, Giok-bin Tok-ong pun telah membarengi pula
dengan melemparkan 'peluru mautnya' ! T ampaknya iblis dari
Lembah Tak berwarna itu juga sudah berputus-asa pula.
Maka pada waktu yang hampir bersamaan ketiga tokoh
sakti itu telah melepaskan serangan akhir untuk menghentikan
perlawanan musuhnya. Bun hoat Sian-seng meningkatkan
badai 'angin tajamnya", Bu-tek Sin-tong meluncurkan paser-
pasernya dan Giok-bin Tok-ong melontarkan senjata
pamungkasnya ! Sementara itu Yap Kiong Lee menjadi gugup juga melihat
pek-lek-tan yang dilepas oleh Giok-bin Tok-ong itu. Tanpa
pikir panjang lagi ia merangkul tubuh Souw Lian Cu dan Liu
Yang kun, serta membawa mereka bertiarap di atas tanah!
Dhuaaaaaaaaaaaar..............!!!
Malam yang sepi itu tiba tiba dikejutkan oleh suara ledakan
pek-lek-tan yang amat dahsyat. Debu mengepul jauh tinggi ke
udara, menggelapkan jurang yang cukup dalam itu!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Seusai suara gema ledakan itu maka keadaan menjadi
lengang kembali. Tinggallah kemudian asap tebal yang sedikit
demi sedikit juga hilang ditiup angin. Dan samar-samar terlihat
pula keadaan di bekas arena itu.
Yap Kiong Lee bergegas bangun. Tanpa memperdulikan
debu dan tanah yang berjatuhan dari tubuhnya ia
mengguncang tubuh Liu Yang Kun.
"Pangeran........! pangeran!" serunya gugup dan khawatir.
Seberapa bongkah tanah dan batu yang menindih tubuh Liu
Yang Kun ia singkirkan. Dan tubuh yang tertelungkup itu ia
balikkan pula. Namun mata Liu Yang Kun tetap tertutup,
meskipun pernapasannya masih tetap berjalan dengan
normal. Demikian gelisahnya Yap Kiong Lee memikirkan keselamatan Liu Yang Kun, sehingga dia lupa kepada Souw
Lian Cu. Dia baru sadar ketika mendengar suara keluhan gadis
itu. "Nona Souw.....! Bangunlah! Bagaimana keadaanmu?"
serunya kemudian agak khawatir pula.
Gadis itu menggeliatkan badannya sehingga tanah dan
pasir yang menimbunnya rontok ke bawah. Dan kemudian
seperti orang kaget gadis itu meloncat bangun. Matanya
nyalang melihat ke arena.
Sementara itu asap dan debu yanq bergulung gulung di
tempat itu telah bertebaran dibawa angin. Arena dimana para
tokoh sakti tadi bertarung kini telah berubah menjadi
kubangan atau sumur besar yang cukup dalam. Mulut gua
yang tadi menganga di belakang arena itu telah tertimbun
oleh bongkahan-bongkahan tanah longsor. Pohon siong tua
berbatang besar itu bahkan telah tumbang bersama akar-
akarnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Su-hu.......?"" Dimana suhu?" Souw Lian Cu tiba-tiba
menjerit. "Aku berada di s ini, Lian Cu............." terdengar suara Bun-
hoat Sian-seng lemah namun jelas.
Souw Lian Cu mengerutkan dahinya. Kepalanya menoleh ke
kanan dan ke kiri. Begitu melihat gurunya berada di dekat


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pohon siong yang tumbang itu ia segera berlari mendekat.
Sama sekali ia sudah lupa kepada Liu Yang Kun yang telah
menolongnya. Ia baru teringat kembali kepada kekasihnya itu
ketika telah berada di depan Bun-hoat Sian-seng.
"Su-hu ...?" gadis itu berdesah bingung dan berdiri
termangu-mangu di depan gurunya. Beberapa kali ia menoleh
ke arah dimana Liu Yang Kun masih terbaring.
Bun-hoat Sian seng duduk bersila di atas tanah. Di
depannya tergeletak tubuh Bu-tek Sin tong yang terluka
parah. Baik Bun-hoat Sian-seng maupun Bu-tek Sin-tong
hampir tidak mengenakan pakaian sama sekali. Pakaian
mereka nyaris hancur oleh ledakan pek-lek-tan tadi.
"Su-hu! kau......... kau tidak apa-apa" Dimanakah Giok-bin
Tok-ong tadi?" Souw Lian Cu bertanya gemetar.
Kulit muka Bun-hoat Sian-seng tampak pucat sekali.
Bahkan pada rambut kumisnya yang putih itu masih kelihatan
bekas darah yang telah mengering. Namun demikian orang
tua itu tersenyum menyaksikan kekhawatiran muridnya.
"Jangan cemas, Lian Cu, Aku tidak apa-apa. Aku memang
terluka cukup parah. Tapi aku bisa menjaga diri. Aku ma lah
mengkhawatirkan luka Bu-tek Sin-tong ini. Dia telah menerima
dua macam gempuran sekaligus. Pukulan Tai-lek Pek-khong-
ciangku dan ledakan peluru Giok-bin Tok-ong itu! Tapi aku
telah membantunya untuk mengembalikan kekuatannya..........."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ooooh?"." Souw Lian Cu menghela napas lega. ".......
Lalu dimanakah Giok-bin T ok-ong sekarang?"
"Dia telah pergi. Tapi dia juga menderita luka pula seperti
Kami. Mungkin lebih parah malah....... Hemm, bagaimana
dengan engkau sendiri" Racun itu sudah kaukeluarkan?"
Tiba-tiba Souw Lian Cu tersentak kaget. Gadis itu teringat
kembali kepada Liu Yang kun. Otomatis kepalanya menoleh
lagi. "Oooooh!" desahnya lega begitu melihat 'kekasihnya' itu
telah bangkit berdiri kembali.
"Lian Cu, kenapa kau......." Bagaimana dengan racun itu"
Apakah.........?" "Tidak apa-apa. su-hu. Racun itu telah hilang. Pemuda itu
yang membantuku menghilangkannya."
"Oooooo........." Bun-hoat Sian-seng mengangguk-angguk.
"..,. Kalau begitu mengucaplah terima kasih kepadanya.
Tampaknya dia terkena hawa ledakan itu pula."
"B-ba-baik, su-hu........"
Sementara itu Yap Kiong Lee menolong Liu Yang Kun
membersihkan pakaiannya. "Bagaimana keadaan pangeran" Ada sesuatu yang tidak
beres" Dimanakah mustika itu?" jagoan dari istana itu berbisik.
"Tidak apa-apa, ciang-kun. Aku cuma kaget, sehingga
tenaga saktiku membalik. Untunglah pada saat yang tepat aku
bisa menghentikan saluran tenaga dalamku. Kalau tidak.........emm, entah apa jadinya dengan nona Souw tadi,"
jawab Liu Yang Kun sambil memperlihatkan po-tok-cu yang
masih tergenggam di telapak tangannya.
"Syukurlah, pangeran. Saya sendiri memang sangat
tergesa-gesa tadi. Begitu kagetnya saya ketika melihat Giok-
bin Tok-ong melemparkan peluru mautnya, sehingga tiada
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
jalan lain yang terpikirkan oleh saya selain membawa
pangeran bertiarap................"
"Peluru Giok-bin Tok-ong itu memang dahsyat bukan
main." Demikianlah, setelah mengucapkan rasa terima kasihnya,
Souw Lian Cu lalu mengajak Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee
ke tempat Bun-hoat Sian-seng. Dan gadis itu sedikit
tercengang ketika tidak melihat Bu-tek Sin-tong lagi di tempat
tersebut. "Su-hu, perkenalkanlah..... beliau-beliau ini adalah para
bangsawan istana. Beliau......."
"Ooh" Aku sudah dua kali bertemu dengan ji-wi (tuan
berdua) ini. Tapi aku tak menyangka kalau beliau datang dari
istana......" Bun-hoat Sian-seng memotong perkataan muridnya. "Su-hu sudah mengenal mereka?"
"Sudah. Bukankah ji-wi ini bernama Yap Kiong Lee
dan...,Liu Yang Kun?"
"Pangeran Liu Yang Kun! Beliau ini adalah putera Hong-
siang!" Souw Lian Cu membetulkan perkataan gurunya.
"Oooh......?" Bun-hoat Sian-seng tertegun.
"Bukan main. Hong-siang sungguh beruntung sekali
memiliki putera seperti ini."
Souw Lian Cu mendengus pelan. Entah mengapa hatinya
tidak senang mendengar gurunya memuji Liu Yang kun. Oleh
karena itu untuk mengalihkan pembicaraan yang kurang ia
senangi itu Souw Lian Cu lalu bertanya tentang Bu-tek Sin-
tong. "Su-hu, kemanakah Bu-tek Sin-tong tadi?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Bun-hoat Sian-seng menghela napas panjang. "Dia telah
pergi. Tapi bukunya telah ia kembalikan kepadaku. Inilah dia
!" katanya kemudian sambil menunjukkan sobekan Buku
Rahasia yang semula dibawa oleh Bu-tek Sin-tong.
"Ah, kalau begitu tinggal bagian depan saja yang belum
kembali." Souw Lian Cu berkata pula seraya mengeluarkan
sobekan Buku Rahasia yang tadi diberikan oleh Bok Siang ki
kepadanya. Diam-diam gadis itu melirik kepada Liu Yang Kun, karena
menurut Giok-bin Tok-ong tadi, sebagian dari buku yang
belum kembali itu kini berada di tangan pemuda itu. Dan
ketika gadis itu melihat ke arah gurunya, ia juga menyaksikan
gurunya itu menatap aneh kepada Liu Yang Kun. Tampaknya
gurunya itu agak segan pula untuk berbicara tentang buku itu
kepada Liu Yang Kun. Untunglah Liu Yang Kun sendiri dapat merasakan pula sikap
mereka itu. Dengan nada pasrah ia berkata kepada Souw Lian
Cu. "Nona, kau tahu sendiri bagaimana keadaan ingatanku
sekarang. Mungkin memang benar apa yang dikatakan Giok-
bin Tok-ong tadi, bahwa aku telah merebut bukunya itu. T api
yang jelas aku sekarang tidak membawanya. Maka terserah
kepadamu, apa yang hendak kau lakukan terhadap diriku.
Tapi bila aku boleh meminta, biarlah penyakitku ini hilang
dahulu. Apabila kemudian buku itu memang ada padaku, aku
tentu akan mengembalikannya. Bukan watakku untuk memiliki
benda yang bukan hakku."
Bun-hoat Sian-seng menjadi bingung mendengar ucapan
Liu Yang Kun tersebut. Bolak-balik orang tua itu memandangi
Souw Lian Cu dan Liu Yang Kun berganti-ganti.
"Lian Cu.....! Ada apa ini sebenarnya" Mengapa Pangeran
Liu Yang Kun ini berkata seperti itu?"
Kisah Pendekar Bongkok 2 Renjana Pendekar Karya Khulung Bentrok Para Pendekar 6
^