Pencarian

Memburu Iblis 20

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 20


pemuda itu segera melayang turun bersama dengan serpihan
atap yang dirusakkannya. Duuug! Liu Yang kun jatuh persis di belakang Lo-sin-ong.
Begitu menginjakkan kakinya di lantai, pemuda itu segera
mengambil kesempatan selagi Bok Siang K i merasa kaget atas
kedatangannya itu dengan menghantam punggung Lo-sin-
ong. Liong-cu-i-kang atau tenaga Sakti mustika naga milik Liu
Yang Kun yang selama ini telah disempurnakan dan
diperhebat kedahsyatannya oleh darah Ceng liong-ong itu
cepat mengalir melalui tubuh Lo-sin-ong, kemudian dengan
kuat membentur tenaga sakti yang keluar dari tangan Bok
Siang Ki. Dieeeees.........! Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun terpental mundur bersama dengan tubuh Lo-
sin-ong. Tapi sebaliknya tubuh Bok Siang Ki pun juga
terlempar pula menabrak dinding! Grobyag ! Dinding kamar
yang terbuat dari kayu tebal itu pecah berantakan sehingga
tubuh Bok Siang Ki melayang keluar dan tercebur ke dalam
sungai. "Ong-ya...........?"" Ui-eng dan Pek-eng yang sedang
mendesak Yap Kiong Lee itu tiba-tiba berteriak ketika
menyaksikan tubuh ketuanya tersebut tercebur ke dalam
sungai. Lalu seperti mendapatkan komando saja mereka
berdua meloncat meninggalkan Yap kiong Lee. Keduanya turut
terjun ke dalam air. "Hei......." Kenapa" Ada apa ini?" Hek-eng yang dari tadi
tidak bisa melihat keadaan di sekelilingnya karena disibukkan
oleh para pengeroyoknya itu, tiba-tiba menjadi bingung
menyaksikan kedua adiknya terjun ke dalam sungai. Apalagi
ketika dilihatnya bangunan di atas geIadak, dimana
majikannya tadi membawa Tiauw Li Ing telah jebol dan
hampir roboh. Namun sulit bagi tokoh Ui-soa-pai itu untuk meninggalkan
para pengeroyoknya. Selain pengeroyoknya berjumlah banyak,
mereka pun memiliki ilmu yang tinggi pula.
"'Kurang ajar! Kalian menang sudah bosan hidup!" akhirnya
ia berteriak kesal. Tiba-tiba Hek-eng meningkatkan
ilmu meringankan tubuhnya. Tubuhnya berkelebat semakin cepat, melenting dan
berputar mengelilingi pengeroyoknya. Semakin Iama semakin
cepat, sehingga di mata para pengeroyoknya tiba-tiba tubuh
Hek-eng seperti berubah menjadi belasan banyaknya. Dan
setiap bagian dari bayangan itu seperti hidup dan bernyawa
pula, yang di dalam gerakannya juga mampu melayani
pengeroyoknya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ilmu iblis ! Ilmu setan.........?" beberapa orang
pengeroyoknya berdesah ngeri. Bahkan beberapa orang
diantaranya segera jatuh bergelimpangan terkena serangan
bayangan-bayangan itu. Tentu saja Yap Kiong Lee tak mau membiarkan hal itu.
Setelah bisa mengatur pernapasannya kembali, ia beranjak
dari pagar perahu. Tubuhnya meluncur ke dalam arena dan
menerjang bayangan Hek-eng yang berkelebatan menguasai
arena itu. Plaaaak! Plaaaak ! Dug ...,...!
Yap Kiong Lee terpelanting keluar arena kembali. Tapi
sebaliknya lebih dari separuh jumlah bayangan Hek-eng itu
juga hilang musnah pula. Bahkan beberapa saat kemudian
sisanya juga melenyapkan diri, sehingga akhirnya tinggal
sebuah saja, yaitu tubuh Hek-eng yang asli.
Wajah tokoh Ui-soa-pai itu tampah pucat. "Gila ! Tenaga
dalammu sungguh hebat sekali! Siapakah kau........?" tokoh
Ui-soa-pai itu menggeram marah. Tubuhnya berhenti
berkelebat dan berdiri di depan Yap Kiong Lee.
Sementara itu Liu Yang Kun dan lo-sin ong yang tadi juga
terpental oleh hentakan tenaga dalam Bok Siang Ki, cepat
bangkit pula kembali. Liu Yang Kun segera bersiap-siaga
menghadapi Bok Siang Ki lagi. Tapi pemuda itu cepat
mengendorkan kembali ototnya ketika melihat lawannya
tercebur ke dalam sungai.
"Ooough......"!"!" Lo-sin-ong yang belum dapat berdiri
tegak itu kembali terhuyung-huyung dan mau jatuh.
"Lo-cianpwe".." Kau terluka?" Liu Yang Kun berdesis
kaget. "Pangeran" Oh...... kaukah yang menolong" Ooouh.......!"
tiba-tiba Lo-sin ong juga menjerit kaget pula begitu
mendengar suara Liu Yang Kun. Hatinya serasa terpukul.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun cepat menyambar tubuh kakek tua itu dan
menolongnya duduk di tempat yang baik. T api ketika pemuda
itu hendak menyalurkan sin-kang untuk mengobati luka
dalamnya, Lo-sin-ong cepat-cepat menolak. "Terima kasih.
Pangeran, sudah tidak ada gunanya lagi. Jalan darah Boh-ki-
hiat dan Koan-ki-hiat di rongga dadaku telah terputus.
Sebentar lagi darah akan membanjiri paru-paruku. Aku akan
mati. Tapi ....... tapi aku sungguh sangat berbahagia
sekali...... karena ...... karena sebelum mati dapat bertemu
denganmu. Oouh.... kalau tidak, aku benar-benar akan mati
penasaran....." kakek buta itu merintih sambil mendekap
dadanya. Liu Yang Kun tertegun. Matanya menatap kakek buta itu
dengan bingung serta penuh tanda tanya.
"A-apa maksud Lo-cianpwe..... ?" pemuda itu berbisik.
"Pangeran....... Kau benar-benar pemuda yang baik. Tidak
selayaknya bila aku sampai berbuat jahat terhadapmu. Aku
sungguh sungguh berdosa besar, hanya karena kasihan serta
untuk memanjakan muridku, aku telah sampai hati
mencelakakanmu. Ouugh....hukk.........hukk!"
Lo-sin-ong terbatuk-batuk seperti seorang yang sedang menahan sakit.
Liu Yang Kun cepat mencengkeram pundak kakek buta itu.
"Lo-cianpwe, kau...... kau......" Apa yang kaukatakan" Aku
tak mengerti." Lo-sin-ong menengadahkan kepalanya. Matanya yang
kosong itu seolah-olah hendak memandang wajah Liu Yang
Kun. Tapi karena bola matanya tidak ada maka lobang itu
tampak mengerikan sekali.
Tapi Liu Yang Kun sama sekali tak mempedulikan hal itu.
Pemuda itu lebih tertarik pada ucapan yang baru keluar dari
mulut kakek itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Lo-cianpwe! Lo-cianpwe?"! Tampaknya kau menyimpan
sebuah rahasia yang hendak kau katakan kepadaku".." desak
pemuda itu kemudian dengan hati berdebar-debar.
Tangan kakek buta itu cepat mencengkeram tangan Liu
Yang Kun. Kemudian dengan suara terputus-putus ia
bertanya. "Pangeran" Apakah pangeran tahu dimana".dimana"..isterimu eh, anu"..anu?"Tiauw Li Ing
disembunyikan oleh Bok Siang Ki?"
"Dia.,.,,,,, dia berbaring di bangku kecil di pojok ruangan.
Ada apa......." Apakah Lo-cianpwe menginginkan aku untuk
membawanya kemari" Dia tampaknya terluka atau pingsan.....,....." Lo-sin-ong tampak bernapas lega.
"Gadis sengsara...........Ah!" Lo-sin-ong berdesah sedih.
Kemudian ujarnya kepada Liu Yang Kun. "Pangeran, gadis itu
tidak bersalah sama sekali. Jangan kaubenci atau kausia-
siakan dia. Akulah yang bersalah dan berdosa besar
terhadapmu." Liu Yang Kun semakin tegang dan tidak sabar. "Lo-cianpwe
! Apa yang hendak kaukatakan" cepatlah !"
Namun dengan suara yang semakin lemah dan gemetar
seperti lampu kehabisan minyak, Lo-sin-ong memohon,
"Tapi........ tapi...,. maukah Pangeran berjanji......untuk tidak
menyakiti atau menyia-ny iakan T iauw Li Ing?"
Liu Yang Kun yang semakin tidak sabar itu tiba-tiba
terdiam. Matanya yang tajam bagai pisau sembilu itu menatap
kakek buta itu dengan ragu. Perasaannya mengatakan bahwa
ada sesuatu yang tidak wajar yang disembunyikan kakek itu.
Sementara itu wajah Lo-sin-ong tampak semakin membiru.
Daya tahannya makin habis. Beberapa kali kakek buta itu
menahan batuk, agar darah segar yang mulai mengisi paru-
parunya tidak melonjak ke atas menutupi tenggorokannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun tak ingin kehilangan waktu lagi. la harus
berterus terang kepada orang-tua itu, supaya semuanya
menjadi jelas. Siapa tahu kakek buta itu tahu asal-usul dan
sejarah hidupnya sehingga ia menderita penyakit 'lupa
ingatan" ini. "Lo-cianpwe, mengapa kau berkata demikian. Kalau Tiauw
Li Ing itu memang benar-benar isteriku, aku tentu tidak akan
menyia-nyiakannya. Biarpun..... biarpun.....sebenarnya aku
merasa sangsi apakah dia benar-benar isteriku. Aku
seperti.....seperti tidak mempunyai perasaan mesra atau dekat
dengan dia. Bahkan di dalam hatiku, aku.....aku seperti
tidak......tidak menyukainya. Ah, maafkan aku. lo-cianpwe,"
akhirnya Liu Yang Kun berterus terang, wajah yang membiru
itu semakin pias dan gemetar. Walau sudah menduga, namun
apa yang dikatakan oleh Liu Yang Kun itu benar-benar sangat
memukul hatinya. Kakek itu semakin merasa sedih atas nasib
yang menimpa muridnya. "Huuk ! Huuk ! Oouugh.........!" Lo-sin-ong tak bisa
menahan batuknya lagi dan darah segar-pun segera
membanjir keluar dari mulutnya.
"Lo-cianpwe ! Lo-cianpwe!" Liu Y ang Kun berseru kaget.
Dengan tangkas Liu Yang Kun menotok dan mengurut
beberapa jalan darah di dada dan di leher Lo-sin-ong,
sehingga darah yang berdesakan di tenggorokan kakek buta
itu surut kembali, dan Lo-sin-ong pun dapat bernapas pula
lagi, meski tersengal-sengal.
"Lo-cianpwe ! Lo-cianpwe.......... !" kemudian pemuda itu
mencoba menyadarkannya. "Oough, Pangeran......" Maaf...... maafkanlah aku. A-a-
akulah...yang sebenarnya..... membuatmu kehilangan ingatan........ Aku ..aku merasa kasihan...... kepada Tiauw Li
Ing. Dia....... dia...... sangat ingin menjadi isterimu,
sehingga....... sehingga aku terpaksa... terpaksa Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mencelakaimu. Aku telah menanamkan beberapa buah
jarum......di.......dikepalamu, agar......agar kau....... kehilangan
ingatanmu......! Oooooooouuugh...........!!"
Tiba-tiba mulut kakek buta itu kembali menyemburkan
darah segar. Kali ini benar-benar sangat banyak, sehingga
kakek itu tidak bisa bernapas lagi.
Apa yang diucapkan oleh Lo-sin-ong itu benar-benar
mengejutkan Liu Yang Kun. Begitu kagetnya Liu Yang Kun
sehingga pemuda itu tidak bereaksi apa-apa tatkala darah
kakek buta itu menyemprot dada serta membasahi
pakaiannya. Bahkan pemuda itu seperti tak peduli pula ketika
kakek buta itu melepaskan nyawanya.
Berbagai macam perasaan berkecamuk di dalam hati Liu
Yang Kun. Perasaan kecewa, marah dan penasaran. Tapi di
lain pihak pemuda itu juga merasa bingung pula, kepada siapa
atau bagaimana dia harus menumpahkan segala kekecewaan
dan kekesalannya itu. Orang yang telah membuatnya
sengsara, yang telah mencelakakan dirinya kini telah mati.
Bahkan di dalam lubuk hatinya pemuda itu seperti tidak dapat
menyalahkan perbuatan orang tua itu. Kakek buta itu berbuat
demikian karena terdorong oleh keinginannya
untuk membahagiakan muridnya. "Kelihatannya memang akulah yang bernasib buruk, harus
menjadi korban dari maksud baik orang tua itu.........."
akhirnya Liu Yang Kun menyesali nasibnya.
Kemudian dipandanglah oleh pemuda itu mayat Lo-sin-ong
yang tergolek di depannya. Wajah yang dingin pucat itu
seolah-olah tidak menampilkan perasaan bersalah kepadanya.
Bahkan mata dan mulut yang kosong itu seakan-akan masih
tetap menuntut kepadanya, agar dia tetap menjadi suami
Tiauw Li Ing. Liu Yang Kun bangkit berdiri sambil menghela napas
panjang. Kesepuluh jari tangannya meraba-raba kulit
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kepalanya. Dia mencoba untuk mencari jarum-jarum yang
ditanamkan oleh Lo-sin-ong itu.
"Sulit sekali. Bagaimana aku harus mencarinya" Kepalaku
seperti biasa-biasa saja. Semua terasa wajar, seperti tidak ada
kelainan apa-apa. Sakitpun juga tidak. Hemm.." Liu Yang Kun
berdesah kesal karena tak bisa mendapati jarum-jarum itu.
Sekali lagi Liu Yang Kun menarik napas panjang. Air
mukanya tampak semakin kesal. Apalagi ketika terpandang
oleh matanya tubuh Tiauw Li Ing yang tergolek di pojok
ruangan. Oleh karena itu dengan cepat pandangannya beralih
ke tempat lain, yaitu ke dinding kayu dimana Bok Siang K i tadi
terlempar keluar. Dari lobang kayu yang jebol itu Liu Yang Kun dapat
menyaksikan pertempuran Yap Kiong Lee melawan Hek-eng,
tokoh tertua dari Sam-eng atau Tiga Garuda itu. Bahkan Liu


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yang Kun juga bisa melihat Hong-gi-hiap Souw T hian Hai pula.
Pendekar sakti itu sudah bergeser pula ke arena pertempuran
tersebut dan berdiri di tepi arena.
"Ah ! Tampaknya nasibku masih tetap bergantung kepada
pendekar itu atau kepada isterinya"."
Di lain pihak Hong-gi-hiap Souw Thian Hai seperti merasa
pula diperhatikan oleh Liu Yang Kun. Tiba-tiba kepalanya
menoleh dan menatap ke arah lobang tersebut.
"Pangeran.........?" pendekar sakti itu berdesis perlahan,
lalu melangkah menghampiri Liu Yang Kun.
Pendekar sakti itu tampak meningkatkan kewaspadaannya
sebelum masuk ke dalam lobang dinding tersebut. Dan
dahinya segera berkerut ketika menyaksikan pemandangan di
dalam ruangan sempit itu. Apalagi ketika terpandang oleh
matanya mayat Lo-sin-ong!
"Eh" Apakah yang telah terjadi di ruangan ini" Pangeran
tidak apa-apa, bukan?" pendekar itu bertanya kaget.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ternyata Bok Siang Ki lah yang menculik gadis itu. Dan
gadis yang menjadi korbannya itu kebetulan adalah murid dari
Locianpwe ini, sehingga mereka lalu berkelahi. Lo-cianpwe ini
dibantu oleh orang-orang kang-ouw yang kebetulan berada di
tempat penyeberangan ini. Tapi karena lawan mereka adalah
Bok Siang Ki, maka mereka kalah. Untunglah kita segera
datang menolong. Meskipun demikian orang tua ini sudah
terlanjur dilukai oleh Bok Siang Ki dengan sangat parahnya.
Saya tidak bisa menolong jiwanya".." Liu Yang Kun mencoba
menerangkan kepada Souw Thian Hai tentang apa yang kira-
kira telah terjadi di tempat itu.
Jilid 36 "Lalu...... Kemanakah Bok Siang Ki sekarang" Apakah........." "Dia terlempar keluar menerobos dinding kayu itu."
"Jadi....... Pangeran telah melemparkan dia ke dalam
sungai" Ah.....tak kusangka sama sekali, Aku memang
melihatnya. Tapi aku tak menduga kalau dia yang terlempar
itu," ujar Souw T hian Hai kagum.
Souw Thian Hai memandang Liu Yang Kun lekat-lekat. Ia
benar-benar sangat kagum pada Pangeran itu. Tapi tiba-tiba
hatinya menjadi heran ketika menyaksikan kemurungan di
wajah pangeran yang masih muda itu. Pangeran itu seperti
sedang merasa kesal dan tidak gembira atas kemenangannya.
"Pangeran ........." Ada sesuatu yang kaupikirkan?" Souw
Thian Hai mendesak. Liu Yang Kun tersentak kaget dari lamunannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Eh-Oh ! Benar, Souw Tai-hiap. Aku sedang memikirkan
penyakitku. Aku telah menemukan penyebabnya. Ternyata
kakek buta inilah yang telah membuatku menderita penyakit
"lupa ingatan?".."
"Hei " Lo-sin-ong......" Apa yang telah diperbuat oleh orang
tua ini kepada pangeran?" Souw T hian Hai berseru kaget pula.
"Dia telah mengakui sendiri perbuatannya sebelum
menghembuskan napasnya yang terakhir. Katanya dia telah
menanamkan beberapa batang jarum kecil ke dalam
kepalaku." Liu Yang Kun menjawab. Kemudian juga
diceritakannya pula kenapa orang tua tersebut berlaku
demikian. Souw Thian Hai tertegun. Wajahnya menjadi tegang luar
biasa. Ingatannya segera melayang pada peristiwa yang
menimpa dirinya sendiri pula beberapa tahun berselang.
Waktu itu dirinya juga mengalam i nasib yang sama pula
dengan yang dialami oleh pemuda itu. Dia juga menderita
penyakit "lupa ingatan" seperti itu.
Bedanya dia dahulu menjadi lupa-diri disebabkan oleh
adanya benjolan daging yang menekan syaraf dan jalan darah
di kepalanya, sedangkan Liu Yang Kun disebabkan oleh
tusukan jarum yang ditanamkan pada urat-urat penting di kulit
kepalanya. "Pangeran?"! Kukira aku tahu dimana jarum-jarum itu
ditanam. Aku dulu juga menderita penyakit "lupa ingatan" pula.
Kukira urat syaraf atau jalan darah yang terganggu di
kepalamu tidak jauh berbeda dengan aku dahulu. Marilah
kubantu mencarinya".." Souw Thian Hai kemudian mencoba
menawarkan bantuannya. Liu Yang Kun tertegun. Tapi hatinya menjadi gembira.
Harapannya timbul. "Souw T ai-hiap juga pernah menderita penyakit seperti aku
pula?" Liu Yang Kun pura-pura kaget. "Ah! Kalau begitu".
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kalau begitu Souw Tai-hiap tentu bisa menolong aku.
Silahkan"..!" Dengan cepat Liu Yang Kun lalu bersila di lantai perahu.
"Souw T ai-hiap. silahkan......!" Katanya pasrah.
"Maaf, Pangeran. Aku akan mencobanya melihatnya. Siapa
tahu aku bisa menolong pangeran sekarang" Namun demikian
apabila aku tak sanggup Pangeran jangan marah kepadaku.
Aku Hanya mencoba......" Souw T hian Hai merendahkan diri.
"Ah, Souw Tai-hiap tak perlu berkata demikian. SouwTai-
hiap dapat mencobanya. Semakin cepat aku sembuh dari
penyakitku ini akan semakin baik bagiku. Tapi kalaupun Souw
Tai-hiap tak sanggup menemukan jarum-jarum itu juga tak
apa-apa. Kita bisa meminta tolong kepada Souw Hu-jin
nanti?".." "Baiklah, Pangeran. Maaf........"
Souw Thian Hai lalu membungkuk di belakang Liu Yang
Kun. "Pangeran jangan melawan bila kutotok nanti !
Kendorkan seluruh urat-urat di kepala! Jangan mengerahkan
tenaga ! Aku ingin menyelidiki, apakah jarum-jarum tersebut
betul-betul ditanam di tempat yang sama dengan gangguan
yang ada padaku dahulu........."
Kemudian pendekar sakti itu juga duduk bersila pula
dibelakang Liu Yang Kun. Ia bersemadi sebentar untuk
mengerahkan sin-kangnya. Setelah itu dengan hati-hati ia
meraba pelipis Liu Yang Kun. Persis dimana dia dahulu
mengalami gangguan jari telunjuknya menotok. Perlahan saja.
Hanya ingin mengetahui apakah dugaannya benar.
"Aaaah!" tiba-tiba Liu Yang Kun menjerit kaget dan tiba-
tiba saja tubuh pemuda itu terhuyung ke samping seperti akan
roboh. Memang, pemuda itu sendiri merasakan kesadarannya
seperti hilang dalam sekejap tadi. Totokan dari Souw Thian
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Hai yang sebenarnya amat sangat perlahan itu ternyata telah
membuatnya hampir pingsan. Namun hal ini justru amat
menggembirakan hati Souw Thian Hai. Pendekar itu hampir
bersorak saking gembiranya.
"Bagus, Pangeran! Dugaan saya ternyata benar!"
"Tapi"..tapi aku hampir pingsan tadi. Sakit benar rasanya."
Liu Yang Kun mengeluh. Namun suaranya juga terdengar
gembira pula. "Nah, kalau begitu saya akan mencoba menyedotnya
keluar. Sekali lagi kuharapkan agar Pangeran tidak melawan
bila aku mengerahkan tenaga nanti. Lemaskan saja seluruh
urat-urat Pangeran."
"Silahkan, Tai-hiap."
Demikianlah ternyata apa yang diduga oleh Souw T hian Hai
itu memang benar. Jarum-jarum itu benar-benar ditanam
persis di bagian-bagian dimana Souw Thian Hai dulu
mengalami gangguan. Sehingga ketika pendekar sakti itu
menyedotnya dengan tenaga saktinya, maka ujung jarum
tersebut segera tersembul keluar pula.
Namun untuk mencabut jarum-jarum tersebut, Souw T hian
Hai harus benar-benar berhati-hati. Salah sedikit saja
akibatnya akan sangat besar terhadap jiwa Liu Yang Kun.
Dimisalkan sebuah saluran air, urat darah dimana jarum itu
ditanam telah mengering akibat tersumbat oleh jarum
tersebut. Oleh karena itu setiap kali jarum-jarum itu diambil,
maka saluran-saluran yang telah lama mengering itu akan
dibanjiri lagi dengan darah. Dan hal ini benar-benar sangat
menyakitkan bagi Liu Yang Kun !
Aliran darah yang membasahi urat-urat kering itu terasa
sangat pedih. Bahkan juga menggetarkan syaraf-syaraf yang
dilaluinya. Sehingga setiap kali pula tubuh pemuda itu tampak
bergetar dengan hebat seperti terserang oleh demam yang
amat parah. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Aaaaaaaan-uuuuuuh......!" setiap kali pula pemuda itu
berdesis dan menyeringai menahan sakit dan nyeri yang
menyerangnya. Tapi di lain pihak sejalan dengan diambilnya jarum-jarum
tersebut dari kepalanya, maka sedikit demi sedikit daya ingat
Liu Yang Kun pun juga pulih pula seperti sedia-kala. Meskipun
ingatan yang kembali tersebut juga masih terasa samar-samar
pula. Sementara itu di luar kamar, pertempuran antara Yap Kiong
Lee melawan Hek-eng juga telah sampai ke puncaknya pula.
Yap Kiong Lee benar-benar telah mengamuk dengan Hong-lui-
kun-hoatnya sehingga di atas geladak perahu yang tak begitu
luas tersebut seperti bertiup angin puting-beliung yang maha
dahsyat. Bahkan diantara ributnya badai yang menerjang
tubuh Hek-eng, sesekali juga terdengar pula suara ledakan-
ledakan kecil dari telapak tangan Yap Kiong Lee.
Walaupun Hek-eng juga telah me lawannya dengan ilmu
andalan Ui-soa-pai yang berbau sihir itu, tetapi karena ilmu
tersebut memang belum sempurna ia pelajari maka
pengaruhnyapun juga belum sehebat yang dimiliki Bok Siang
Ki, ketuanya. Bahkan kalau diperbandingkan, ilmu andalan Ui-
soa-pai yang dikeluarkan oleh Hek-eng tersebut masih belum
mencapai sepertiga dari yang dimiliki Bok Siang Ki. Oleh
karena itu sungguh tidak mengherankan bila akhirnya dia
terdesak oleh ilmu pukulan Petir dan Badai Yap Kiong Lee.
Dheees ! Dheeek ! "Ouuuugh...........!"
Dua buah pukulan Yap Kiong Lee tidak bisa dielakkan oleh
Hek-eng. Pukulan itu menyambar paha dan lengan kirinya,
seperti kilatan petir yang meledak, persis di kedua tempat
tersebut. Hek-eng menjerit kesakitan dan tubuhnya terdorong
mundur dua langkah. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi Y ap Kiong Lee tak mau melepaskannya lagi. Sekali lagi
telapak tangannya mendorong ke depan. Wuuuus! Sebuah
letupan kecil kembali menyambar tubuh Hek-eng. Kali ini
terarah ke bagian dada. "Ah......!" Hek-eng berdesah seraya melompat ke kiri untuk
mengelakkannya. Tapi bukan ma in kagetnya dia ! Tangan Yap Kiong Lee
yang masih bebas itu tiba-tiba juga melepaskan pukulan pula
untuk mencegat gerakannya ! Suaranya menderu bagaikan
suara angin ribut! Whuuuus ! Dhiesssssss! Sekali lagi Hek-eng tak kuasa mengelakkannya. Bahkan
sekarang betul-betul teIah mengenai tubuhnya, sehingga
tubuhnya yang tegap itu sampai terlempar menghantam pagar
perahu. Demikian kerasnya sehingga pagar perahu itu
berderak patah dan roboh ke dalam air bersama-sama dengan
tubuhnya. Yap Kiong Lee bernapas lega. Begitu pula dengan tokoh-
tokoh persilatan yang tadi mengeroyok Tiga Garuda atau Sam-
eng itu. "Terima kasih. Yap Tai-hiap............. !" orang-orang itu
menyatakan rasa terima kasihnya.
Pendekar dari istana itu mengangguk, kemudian bergagas
mencari kedua orang temannya. Tapi belum juga lima langkah
ia terjalan, tiba-tiba telinganya mendengar suara kecipak air
yang amat keras. Dan tiba-tiba pula matanya melihat
berkelebatnya beberapa sosok bayangan melenting ke atas
perahu tersebut. Yap Kiong Lee terbelalak. Wajahnya menjadi pucat. Hatinya
berdebar-debar. Beberapa sosok bayangan itu kini berdiri
tegak di depannya. Dan Yap Kiong Lee tidak akan lupa pada
wajah-wajah itu. Bok Siang Ki dan ketiga orang pengikutnya,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sam-eng ! Meskipun salah seorang dari ketiga pengikut Bok
Siang Ki tersebut yaitu si Garuda Hitam, tampak pucat dan
kesakitan akibat luka-lukanya.
"Hek-eng ! Kau kalah melawan orang ini?" dengan suara
dalam Bok Siang Ki bertanya kepada Hek-eng.
Hek-eng tampak menahan geram dan malu. Namun
demikian sambil meringis ia menjawab pertanyaan majikannya
itu: "Benar, Ong-ya. Orang inilah yang telah melukai hamba.
Kepandaiannya sangat tinggi............"
"huh !" Bok Siang K i mendengus melalui hidungnya, seolah
dia tak memandang sebelah mata kepada kepandaian Yap
Kiong Lee. "Kalau begitu biar kedua saudaramu saja yang
melawannya. Kau menjaga disini kalau-kalau ada lagi orang-
orang yang hendak membantu dia !"
"Ba-baik, Ong-ya. Tapi...... tapi Ong-ya sendiri hendak
kemana?" "Aku hendak melanjutkan pertempuranku sendiri yang
terputus tadi........,"
Lalu tanpa mempedulikan pandangan orang terhadap
dirinya, Bok Siang Ki berjalan ke kamar perahu dimana Souw
Thian Hai sedang mengobati Liu Yang Kun. Kedua belah
telapak tangannya terkepal erat siap untuk melontarkan
serangan. Tapi langkahnya segera tertegun diambang pintu kamar itu.
Kedua buah matanya yang mencorong tajam itu menatap
seorang lelaki gagah tinggi besar yang berdiri tegar
menghadapinya. Dari sepasang mata lelaki tinggi besar itu
juga keluar sinar tajam dan berwibawa pula. Tidak kalah
dengan dirinya. Bok Siang Ki menarik napas pendek. Matanya segera
beralih ke segala penjuru kamar itu. Tapi orang yang dicarinya
tidak ada. Ia memang melihat mayat Lo-sin-ong. Tetapi dia


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tak melihat pemuda yang tadi telah melemparkan dirinya ke
dalam sungai. "Kau siapa " Dan.......... dimanakah pemuda yang ada di
sini tadi ?" akhirnya Bok Siang Ki bertanya dengan suara
dingin. Lelaki tinggi besar yang tiada lain adalah Souw Thian Hai
itu mendengus pula dengan tidak kalah dinginnya. Meskipun
demikian pendekar sakti itu juga semakin meningkatkan
kesiap-siagaannya pula, karena ia tahu bahwa yang
dihadapinya adalah Bok Siang Ki, jago silat nomer dua di
dunia. Tidak ada siapa siapa di sini. Yang kuketahui hanyalah
mayat kakek-buta itu. Lo-cianpwe, kau Bok Siang K i, bukan ?"
Souw T hian Hal menjawab kaku.
Bok Siang Ki tertawa dingin. ''Hmm...ternyata kau telah
mengenalku. Dan kelihatannya kau tidak merasa gentar
menghadapi aku. Kau tampak sangat percaya pada
kemampuanmu. Huh, kalau tak salah, melihat dandanan dan
perawakanmu....,.,, kau tentu Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
yang disohorkan orang itu. Benarkah........?"
"Tak salah. Aku yang rendah dan bodoh ini memang Souw
Thian Hai. Walaupun kepandaianku tidak setinggi kepandaianmu namun aku takkan membiarkan kau berbuat
seenakmu sendiri terhadap gadis itu." Souw Thian hai
kemudian menjawab pula sambiI melirik ke arah T iauw Li Ing
yang masih tetap terbaring di tempatnya.
Tiba-tiba Bok Siang Ki menggeretakkan giginya. Karena Liu
Yang Kun tidak ada maka kemarahannya beralih kepada Souw
Thian Hai. "Huh....... kau tahu apa tentang gadis itu " Aku justru yang
menyelamatkan dia dari cengkeraman murid-murid Giok-bin
Tok-ong itu ! Kini datang-datang kau malah menuduhku yang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tidak-tidak ! Huh! Kau anggap apa aku ini " Bangsat !"
teriaknya lantang. Souw Thian Hai tersenyum dingin. Dengan nada mengejek
ia menyahut, "Ternyata kau juga pandai bersilat lidah pula.
Kalau kau memang mau menyelamatkan gadis itu, mengapa
kau kemudian justru membunuh gurunya?"
Wajah Bok Siang Ki menjadi merah padam. "Tutup
mulutmu..........!" bentaknya. Kemudian tanpa memberi
peringatan lagi kakinya menerjang ke arah perut Souw Thian
Hai. Demikian cepat dan hebat tenaganya, sehingga
hembusan anginnya saja sampai menggetarkan dinding kamar
itu. Souw T hian Hai terperanjat. Walaupun sudah bersiap-siaga,
namun serangan Bok Siang Ki yang dahsyat tersebut tetap
saja mengejutkannya. Belum juga serangan itu menyentuh
tubuhnya, tiupan anginnya sudah lebih dulu menyambar dan
menyakiti kulitnya. Bahkan kulit tersebut seolah-olah hampir
terkelupas dari dagingnya.
Dengan hati berdebar-debar Souw Thian Hai mengelak.
Pendekar sakti itu benar-benar mengerahkan seluruh
kemampuan gin-kangnya, namun demikian hampir saja
gerakannya itu terlambat. Kaki Bok Siang Ki itu tetap saja
menyerempet mantel pusakanya.
Bheek ! Mantel pusaka itu tersibak. T api berbareng dengan itu Bok
Siang Ki pun juga tertegun pula, sehingga serangan
berikutnya menjadi tertunda.
"Gila ! Rupanya mantelmu itu sangat istimewa. Hampir saja
tenagaku membalik ketika mengenainya tadi." pemimpin Ui-
soa-pai itu menggeram kaget.
Souw Thian Hai tidak menjawab. Dengan tenang kakinya
melangkah keluar dari dalam ruangan itu, seolah-olah ia mau
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mencari tempat yang lebih lapang untuk arena mereka. Di
atas geladak perahu tidak jauh dari pertempuran Yap Kiong
Lee melawan anak buah Bok Siang K i, kakinya berhenti.
Dan Bok Siang Ki pun mengikutinya pula.
"Di sini lebih lapang, sehingga aku bisa leluasa
membuktikan, apakah kau benar-benar nomer dua di dunia
Ini......" Souw T hian hai menantang.
Tak terduga Bok Siang K i tertawa. T okoh puncak Ui-soa-pai
itu seakan-akan telah melupakan kemarahannya.
"Ketahuilah........! Yang membuat urut-urutan itu adalah
saya. Semula hal itu kumaksudkan untuk mengail di air keruh.
Agar dunia persilatan menjadi ribut. Sehingga Bun-hoat Sian-
seng mau keluar dari persembunyiannya. Dan kemudian aku
bisa mengakali Buku Rahasianya yang asli. heh heh-
heh............, Tetapi biarpun begitu, dalam menyusun urut-
urutan tersebut aku juga tidak asal menulis pula. Aku telah
menyebarkan orang-orangku untuk menyelidikinya. T ermasuk
kau juga. Heh-heh-heh,........Dan kau memang berada di
urutan yang kelima."
Souw Thian Hai mengerutkan keningnya. Namun demikian
sesaat kemudian ia telah tidak mempedulikan kata-kata Bok
Siang Ki lagi. "Aku tidak peduli apakah aku nomer lima atau nomer
seratus. Yang jelas aku sekarang hendak membuktikan apakah
kau bisa mengalahkan aku atau tidak, Nah...... lihat pukulan !"
Souw Thian Hai menyadari bahwa lawannya memiliki
kepandaian yang amat tinggi. Mungkin setingkat atau dua
tingkat di atasnya. Oleh karena itu ia tak ingin mengulur-ulur
waktu lagi. Begitu bergerak la telah mengeluarkan segala
kemampuannya. Dalam sekejap saja kulit tubuhnya telah berubah. Bagian
sebelah kiri berwarna kemerahan, sedangkan bagian sebelah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kanan berwarna putih pucat, sehingga wajahnya yang gagah
tampan itu tampak aneh dan mengerikan.
Bok Siang K i menjadi kaget juga melihatnya. Selama ini dia
memang baru mendengar saja dari penuturan orang bahwa
ilmu kepandaian Keluarga Souw sangat hebat dan aneh.
Bahkan menurut khabar burung ilmu kepandaian keluarga
tersebut masih satu Sumber dengan ilmu kepandaian Bun-
hoat Sian-eng. Kini setelah berhadapan sendiri dengan ilmu silat Souw
Thian hai, Bok Siang Ki benar-benar sependapat dengan
khabar tersebut. Ilmu silat yang dikeluarkan oleh Souw Thian
Hai memang mirip bahkan boleh dikatakan sama dengan ilmu
silat Bun-hoat Sian-seng. Kalaupun ada sedikit perbedaan,
perbedaan itu tidaklah banyak. Mungkin hanya soal
kematangan dan tingkat kesempurnaannya saja.
Semakin lama pertempuran itu berlangsung, Bok Siang Ki
semakin banyak melihat kemiripan maupun kesamaan ilmu
silat Souw Thian Hai dengan Bun-hoat Sian-seng. Keduanya
sama-sama mempergunakan dua macam tenaga yang satu
sama lain diungkapkan secara terpisah. Bagian anggauta
tubuh sebelah kiri mempergunakan dasar tenaga yang bersifat
panas. Gerakan-gerakan yang dikeluarkan oleh Souw Thian Hai
ketika menyerangpun juga mirip pula dengan gerakan-gerakan
Bun-hoat Sian-seng. Lontaran lontaran angin tajam yang
melesat dari ujung-ujung jari Souw Thian Hai persis dengan
sambaran sambaran angin tajam yang keluar dari telapak
tangan Bun-hoat Sian-seng. Keduanya sama-sama bisa
merusak atau melukai benda-benda yang dilewatinya,
bagaikan tajamnya mata-pedang siluman yang menyambar
tanpa terlihat ujudnya. Untunglah dengan gin-kangnya yang tiada bandingnya itu
Bok Siang Ki bisa mengelak kesana-kemari. Tubuhnya
berkelebatan dan melayang-layang seperti bayangan hantu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
yang berputaran di atas geladak itu. Sehingga akhirnya yang
menjadi korban adalah benda-benda disekitarnya. Setiap kali
ia menghindar, maka peralatan perahu yang ada di
belakangnya secara berderak patah atau berlubang terlanggar
sambaran angin tajam itu.
"Gila ! Ilmu silatmu itu benar-benar mirip dengan ilmu silat
Bun-hoat Sian-seng ! Hmmh! Apakah kau mempunyai
hubungan keluarga atau hubungan perguruan dengan orang-
tua itu ?" "Aku belum pernah mengenal ataupun bertemu dengan
Bun-hoat Sian-seng. Apabila ilmu silatku ini kauanggap mirip
dengan ilmu s ilatnya, kukira hal itu cuma kebetulan saja. Yang
jelas kita tak perlu mempersoalkannya. Marilah kita selesaikan
dulu pertempuran kita ini !"
"Kurang ajar ! Kaukira kau dapat mengalahkan aku, heh "
Jangan sombong ! Lihatlah ilmuku yang sebenarnya !" Bok
Siang Ki tiba-tiba menggertak marah, dan mendadak pula
gerakannya berubah. Kedua kaki Bok Siang Ki bergerak semakin cepat. Demikian
cepatnya sehingga kedua kaki itu hampir tidak pernah
menyentuh lantai. Tapi sebaliknya, kedua buah lengan Bok
Siang Ki justru bergerak semakin lambat malah, lambat namun
penuh tenaga. Dan tenaga yang tersebar dari telapak tangan
tersebut seakan-akan selalu bertambah tiada habisnya,
sehingga udara di dalam arena itu lambat-laun bertambah
sesak dan padat. Souw Thian Hai terkejut. Paru-parunya terasa semakin
berat untuk mengambil napas. Bahkan beberapa saat
kemudian dia juga semakin sulit menggerakkan anggauta
tubuhnya. Udara yang padat itu bagaikan kolam lumpur yang
menyulitkan gerakannya. Otomatis Souw Thian Hai harus mengerahkan sebagian
tenaga saktinya untuk melawan serangan udara padat itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sehingga dengan demikian ia tak bisa lagi mencurahkan
seluruh kemampuannya untuk melepaskan angin-angin tajam
itu. Namun demikian setiap kali ia bisa meloloskan diri dari
himpitan udara padat itu, tangannya segera melepaskan
serangan angin tajamnya. Akan tetapi karena terlalu sering membagi tenaga, maka
daya tahan Souw Thian Hai pun juga cepat sekali surut.
Bahkan kelincahan tubuhnya pun akhirnya juga menjadi
berkurang pula. Akibatnya serangan-serangan angin tajam
yang dilepaskannyapun juga semakin jarang pula. Dan
akhirnya pendekar sakti itu cuma bisa bertahan saja dari
serangan lawannya. Demikianlah, tigapuluh jurus telah berlalu. Souw Thian Hai
semakin repot menghadapi desakan Bok Siang Ki. Ilmunya
yang selama ini hampir tidak pernah memperoleh tandingan,
kini ternyata menjadi seperti tidak berguna melawan ilmu s ilat
Bok Siang Ki. Selain kalah dalam segala-galanya, baik lwee-
kang maupun gin-kangnya, ternyata ia juga kalah pula dalam
pengalaman. Pemimpin perguruan Ui-soa-pai itu seakan-akan
selalu bisa meramal dan menduga apa yang hendak ia
lakukan. Maka sungguh tidak mengherankan bila beberapa
waktu kemudian pendekar sakti itu benar-benar jatuh dalam
kesulitan. Beruntunglah pendekar sakti itu karena ia mengenakan
mantel pusaka sebagai perisai, sehingga pukulan ataupun
tendangan lawan yang lolos dari pengamatannya dapat
tertahan oleh kekuatan mantel pusaka tersebut.
"Huh, kau benar-benar beruntung mengenakan mantel itu.
Tampaknya mantel itu memang sebuah mantel pusaka. Eh...,
apakah mantel itu mantel kepunyaan mendiang Bit-bo-ong
dulu ?" Souw T hian Hai tidak menjawab. Pendekar sakti itu sedang
mencari kesempatan untuk menjebak lawannya. Diam-diam
tangannya telah mempersiapkan belati panjang warisan Bit-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bo-ong. Di dalam kerepotannya pendekar sakti itu hendak
mencoba mengecoh Bok Siang K i.
"Hei " Apa kau tuli " Mengapa kau tidak menjawab
pertanyaanku " Apa kau ingin dipukul dulu baru mau
menjawab " Huh, baiklah ! Lihat pukulan !" Bok Siang Ki
berteriak marah. Tangannya yang penuh tenaga itu tiba-tiba
menyambar ke wajah Souw Thian Hai.
Souw Thian Hai cepat menggeliat ke belakang. Tapi
berbareng dengan itu tangannya yang memegang belati tiba-
tiba juga menyambar ke depan. Cepat bukan main ! Dan
disertai hentakan tenaga dalam sepenuhnya pula !
Bok Siang Ki terkejut setengah mati ! Namun demikian
ketangkasan dan kelincahannya ternyata benar-benar telah
mencapai kesempurnaannya. Bagai kilat tubuhnya bergeser ke
samping. Tangannya yang terulur ke depan itu ditarik pula
dengan cepatnya. Satu setengah kali lebih cepat dari pada
gerakan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Benar-benar suatu
kelincahan dan kegesitan yang tiada duanya di dunia.
Namun demikian ketua perguruan Ui-soa-pai itu tiba-tiba
menjerit ! "Kurang ajar ! Kau telah melukai aku! Kau licik ! Kau
membokong aku........!" ketua Ui-soa-pai itu mengumpat-
umpat. Tangan kanannya memegang dua buah jari kirinya
yang terputus separuh. Untuk beberapa saat lamanya Souw Thian Hai tertegun
diam memandang lawannya. Di dalam waktu yang hanya
sekejap tadi ternyata telah terjadi hal-hal yang amat
mengejutkan. Sangat mengejutkan namun juga menimbulkan
perasaan amat kagum pula.
Ternyata di dalam keadaan yang amat sulit dan tak
berdaya tadi, yang bagi orang lain tentu tak mungkin bisa
berbuat apa-apa lagi, Bok Siang Ki masih dapat menghindar
dari tikaman pisau itu. Sehingga di samping perasaan kaget
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Souw Thian Hai diam-diam juga merasa kagum pula atas
kesaktian lawannya. Meskipun perasaan kagum tersebut juga
dibarengi dengan perasaan kecewa pula.
Tapi rasa kecewa itu segera berganti dengan rasa gembira
pula ketika ternyata Souw Thian Hai menyaksikan lawannya
tidak sepenuhnya dapat menghindari serangan pisaunya.
Ketua Ui-soa-pai itu putus dua buah jari tangannya terkena


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambaran angin tajam yang terpancar dari mata pisaunya.
Mata pisau itu memang tidak bisa menjangkau tubuh Bok
Siang Ki. Tapi ilmu Tai-lek Pek-khong-ciang yang tersalur pada
pisau itu ternyata telah memancar keluar mengenai jari
tangan ketua ui-soa-pai tersebut. Dan jari tangan itu terbabat
putus bagaikan diiris oleh pisau tajam.
Tentu saja keadaan itu benar-benar sangat menggembirakan hati dan menimbulkan harapan di hati Souw
Thian Hai. Dan sekaligus juga telah membukakan hatinya
pula. Ternyata Tai-lek Pek-khong-ciangnya tidak hanya bisa
tersalur melalui ujung jarinya saja, tetapi juga bisa disalurkan
melalui senjatanya. Dengan Tai-lek Pek-khong-ciangnya
ternyata ketajaman pisau itu dapat menjangkau jarak yang
lebih jauh lagi. Lebih panjang dan pada ukuran pisau itu
sendiri. "Kau licik ! Kau membokong aku !" sekali lagi Bok Siang Ki
mengumpat. Souw Thian Hai tertawa, meskipun hatinya tetap tegang
dan gelisah. Pendekar sakti itu menyadari bahwa kepandaiannya masih kalah jauh dengan ketua Ui-soa-pai
tersebut. Jadi semakin hebat lawannya itu marah, maka akan
semakin hebat pula sepak terjangnya. Dan hal itu berarti
dirinya semakin berada dalam bahaya pula.
"Siapa yang membokong " Apakah aku tidak boleh
mempergunakan senjata untuk mempertahankan diri " Apakah
aku harus menyerahkan nyawaku begitu saja bila aku dalam
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
keadaan bahaya ?" dengan tenang Souw Thian Hai membela
diri. "Persetan! Kubunuh kau ............ !"
Bok Siang Ki benar benar marah. Kedua tangannya terulur
ke depan kemudian menubruk Souw Thian Hai. Dan Souw
Thian Hai segera menyongsongnya pula dengan sabetan
pisaunya. Dari atas ke bawah, seolah-olah hendak membelah
tubuh ketua Ui-soa-pai itu.
Tapi tiba-tiba mata Souw Thian Hai terbeliak lebar.
Pisaunya seakan-akan benar-benar mengenai sasaran. Tubuh
Bok Siang K i benar-benar seperti terbelah menjadi dua bagian.
Namun yang mengejutkan, tubuh yang terbelah itu tiba-tiba
dapat bergerak sendiri-sendiri. Bahkan setiap bagian yang
terbelah itu menjelma menjadi Bok Siang Ki pula secara utuh.
Sehingga kini Souw Thian Hai melawan dua orang Bok Siang
Ki yang wajah maupun gerak-geriknya persis satu sama lain.
"llmu sihir,?"?"?" Souw Thian Hai berdesah seraya
mengejap-ngejapkan matanya dengan bingung.
Tapi pendekar sakti itu tak punya kesempatan untuk
berpikir lagi. Dua sosok bayangan Bok Siang Ki itu
menyerangnya bergantian. Mereka berdua seperti saudara
kembar yang mempunyai satu hati. Setiap kali Souw T hian Hai
menyerang atau menghadapi salah satu dari mereka, maka
yang lain akan segera membantu. Keduanya dapat bekerja
sama dan saling mengisi dengan baiknya. Dan hal tersebut
tentu saja semakin membuat Souw Thian Hai terdesak dan
kewalahan. "Oh, sungguh gila ! Ini tentu hanya tipuan! Ini tentu ilmu
sihir ! Tidak mungkin semuanya asli ! Aaagh !" Di dalam
kerepotannya Souw Thian Hai mengeluh.
Namun sudah beberapa kali pendekar sakti itu mencoba
untuk memusatkan pikiran dan ilmunya tetap saja lawannya
tak berubah. Bok Siang Ki tetap berjumlah dua orang. Dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mereka tetap mencecarnya terus seolah-olah mereka itu tak
ingin memberinya kesempatan lebih lama lagi.
Beberapa buah pukulan Bok Siang Ki mulai mengenai tubuh
Souw Thian Hai. Meskipun pukulan tersebut tidak mengena
dengan telak, apalagi tubuh Souw Thian Hai juga terlindung
oleh kekebalan mantel pusaka, namun hentakan dan kekuatan
yang tersalur ke dalam pukulan tersebut tetap membuat
pendekar sakti itu kesakitan. Dan ketika pukulan dan
tendangan itu juga semakin sering melanda tubuh Souw T hian
Hai, maka daya tahan dari pendekar sakti itupun juga menjadi
semakin lemah dan kendor pula.
Celakanya, keampuhan Tai-lek Pek-khong-ciang yang
selama ini selalu diandalkan Souw Thian Hai, kini seperti
melempem menghadapi kedahsyatan ilmu silat Bok Siang Ki.
Loncatan-loncatan angin tajam yang meluncur dari ujung jari
maupun dari mata pisaunya seakan-akan tak berpengaruh
apa-apa terhadap bayangan Bok Siang Ki. Angin tajam itu
seperti menusuk udara kosong saja.
Tentu saja keadaan Souw T hian Hai semakin payah. Selain
pukulan dan sabetan pisaunya selalu mengenai angin, pukulan
dan tendangan Bok Siang Ki juga semakin sering menyentuh
kulitnya. Bahkan pada suatu saat sebuah pukulan Bok Siang Ki
tepat mengenai dadanya. Sehingga biarpun sudah terlindung
oleh mantel pusaka, tetap saja pukulan tersebut menyengat
kulitnya dan menggetarkan isi dadanya.
Tubuh Souw Thian Hai terbanting ke lantai perahu.
Demikian kerasnya sehingga papan perahu tersebut berderak
patah dan tubuh Souw Thian Hai terjeblos ke dalam lunas
perahu. "Ooouugh..........!" Souw Thian Hai mengeluh panjang
kemudian suaranya hilang di balik lobang tersebut.
Bok Siang K i tidak mengejar ke dalam lobang, ketua Ui-soa-
pai itu justru melangkah kembali ke dalam perahu. Dengan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
penasaran dicarinya Liu Yang Kun yang telah melemparkan
dirinya ke dalam sungai tadi. Tapi pemuda itu tidak ada di
sana. Bahkan di sekitar kamar itupun juga tidak ada pula.
Tentu saja Bok Siang Ki sangat heran. Kemanakah sebenarnya
pemuda itu " Ketika kemudian Bok Siang Ki menoleh ke haluan perahu,
maka dilihatnya ketiga orang pembantunya telah terjun semua
mengeroyok Yap Kiong Lee. Dan jagoan dari istana itu tampak
kewalahan sekarang. Ilmu silatnya yang dahsyat, yang dapat
menimbulkan pusaran angin itu memang masih menderu-deru
dengan hebatnya. Namun kerja sama di antara Hek-eng, Ui-
eng dan Pek-eng itu seolah-olah telah menciptakan sebuah
benteng yang kokoh kuat, yang mampu menahan serta
mengurung amukan badai ganas tersebut. Bahkan ledakan
ledakan pukulan petir yang beberapa kali dilepaskan oleh Yap
Kiong Lee pun tak bisa menggoyahkan benteng tersebut.
Beberapa kali memang terlihat Hek-eng yang telah terluka
dalam itu meringis menahan sakit, dan Pek-eng yang belum
begitu sembuh dari patah tulang kakinya itu terpincang-
pincang ketika melangkahkan kakinya, namun dengan
bantuan Ui-eng mereka berdua dapat bekerja sama dengan
baiknya. Lambat-laun Yap Kiong Lee menyadari pula keadaannya.
Apalagi ketika dilihatnya Souw T hian Hai juga sudah kalah dan
terjeblos ke dalam lobang perahu, sementara Pangeran Liu
Yang Kun juga tidak tampak pula di atas perahu itu.
Kekhawatiran dan kegelisahan atas keselamatan Liu Yang Kun
membuat pendekar dari istana itu menjadi nekad dan tak
mempedulikan nasibnya lagi.
Tiba-tiba kedua tangannya telah mencabut sepasang
pedang pendeknya. Dan pedang itu segera berkelebatan
menyambar-nyambar dengan ganasnya. Yap Kiong Lee
memang sengaja mengerahkan seluruh kemampuannya, dan
tak begitu memikirkan lagi kese lamatannya. Sepasang pedang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pendeknya menerjang terus tiada hentinya. T erutama kepada
Hek-eng dan Pek-eng yang tampak lebih lemah karena luka-
lukanya. Secara perorangan Hek-eng memang kalah melawan Yap
Kiong Lee. Begitu pula dengan saudara-saudara seperguruannya yang lain. Tapi dengan bekerja sama dalam
formasi segitiga, kekuatan mereka benar-benar menjadi
berlipat-ganda, bagaikan kekuatan tiga orang dijadikan satu.
Namun demikian kekuatan tersebut sebenarnya juga hanya
dititikberatkan pada kecepatan dan penyatuan tenaga mereka
saja, sehingga kekuatan itu segera mengalami kesulitan begitu
Yap Kiong Lee mempergunakan senjata tajam.
Ketajaman pedang pendek itu tidak dapat mereka lawan
hanya dengan persatuan tenaga mereka saja. Sebenarnya
dalam hal seperti ini mereka harus menghadapinya dengan
kecepatan mereka. Tapi celakanya saat ini dua orang diantara
mereka telah terluka, Hek-eng dan Pek-eng kurang leluasa
untuk bergerak cepat. Oleh karena itu beberapa jurus
kemudian perimbangan kekuatanpun menjadi bergeser pula.
Sepasang pedang pendek Yap Kiong Lee dengan mudah
memotong kerja-sama mereka, sehingga formasi atau barisan
merekapun menjadi buyar pula.
Bok Siang Ki menggertakkan giginya. Setindak demi
setindak kakinya melangkah mendekati pertempuran. Tangannya sudah bergetaran siap untuk turun tangan.
Namun maksud tersebut segera ditundanya ketika tiba-tiba
terdengar suara aba-aba Hek-eng.
"Keluarkan Hwee-coa.........! Lemparkan kepadanya !"
Yap Kiong Lee terkejut bukan ma in. Wajahnya menjadi
pucat. Kedahsyatan ular-ular kecil itu pernah didengarnya
pula. Bahkan ia seperti tak percaya kalau lawan-lawannya itu
benar-benar memiliki ular langka tersebut.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi Yap Kiong Lee benar-benar harus menahan napas.
Ketiga orang lawannya itu memang betul-betul mengeluarkan
Hwee-coa. Malahan di lain saat ular-ular tersebut telah
dipergunakan pula untuk menyerangnya.
Wuuut ! Sinnng ! Siiiing ! Uuuut !
Ular ular pemakan jantung itu mulai berkelebatan seperti
anak panah yang terlepas dari busurnya. Mereka melayang
dan berloncatan menyambar-nyambar. Semuanya mencari
lobang di dalam tubuh Y ap Kiong Lee. Tapi dengan gesit pula
Yap Kiong Lee mengelak dan berlindung di balik ayunan
pedangnya. Namun dengan demikian Yap Kiong Lee harus tetap
membagi perhatiannya. Selain harus tetap menghadapi
keroyokan Sam Eng, ia juga harus selalu waspada terhadap
serangan hwee-coa. Dan semua itu tentu saja sangat
menyulitkan permainan pedangnya. Otomatis dia tidak bisa
melepaskan ilmu pedangnya dengan baik lagi.
"Gila !" Yap Kiong Lee mengumpat di dalam hatinya. Dia
mulai kewalahan. Permainan pedangnya mulai terdesak. Dan
ular-ular kecil itu sulit sekali diserang. Gerakan mereka amat
gesit sekali. Bok Siang Ki menjadi lega sekali me lihatnya. Namun
demikian hatinya tetap penasaran. Liu Yang Kun tetap tak
diketemukannya. "Apakah pemuda itu juga ikut terjun ke dalam sungai pula
ketika aku tercebur tadi " Ataukah......" Hei !"
Tiba-tiba ketua Ui-soa-pai itu tersentak kaget. Pikirannya
segera tertuju ke lobang di bawah geladak itu. Sampai
sekarang Souw Thian Hai yang telah dikalahkannya itu belum
keluar juga dari lobang tersebut. Hal itu berarti ruangan di
bawah lantai geladak tersebut cukup luas dan bisa untuk
bersembunyi pula. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Jangan-jangan pemuda itu juga bersembunyi di bawah
geladak ini pula," sambil menggeram Bok Siang Ki berkelebat
kembali ke kamar perahu itu.
Di tempat itu masih ia dapati tubuh Tiauw Li Ing yang
tergeletak di pojok ruangan. Namun ia tak menyentuhnya.
Sebaliknya dengan kasar ia membongkar semua barang yang
tertumpuk di dalam ruangan tersebut dan melemparkannya
keluar. "Nah !" Bok Siang Ki memekik kecil ketika akhirnya ia
menemukan sebuah lobang di bawah tumpukan papan.
Bahkan ia juga memperoleh sobekan kecil baju Liu Yang Kun
yang terselip di tepian lobang.
Bok Siang Ki segera berdiri di depan lobang tersebut
dengan sikap siaga. "Keluarlah ! Kau tidak usah bersembunyi lagi ! Cepat !"
bentaknya kemudian. "Baiklah, Bok Siang K i?".. aku akan keluar ! Kau tak perlu
berteriak teriak lagi," tiba-tiba terdengar jawaban dari dalam
lobang tersebut. Whuuuuuus ! Tiba-tiba berkelebat sebuah bayangan keluar
dari dalam lobang itu. Dan otomatis dengan sigap pula Bok
Siang Ki me langkah mundur dua tindak. Matanya mencorong
tajam. Sementara kedua tangannya juga sudah siap untuk
melontarkan serangan. Bayangan itu segera berdiri tegak di depan Bok Siang Ki.
Sementara dari dalam lobang tersebut tiba-tiba masih muncul
pula sesosok bayangan yang lain, yang segera berdiri pula di
belakang bayangan pertama. Dan ternyata bayangan yang
kedua itu tidak datang sendirian. Bayangan tersebut tampak
menggendong seorang wanita yang sedang pingsan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Aku tidak akan lari darimu, Bok Siang Ki ! Inilah
aku.........!" bayangan pertama yang tidak lain adalah Liu Yang
Kun itu berkata dengan suara keren.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hati-hati, Pangeran ! Dia lihai sekali! Aku baru saja
dikalahkannya.......!" bayangan kedua yang tidak lain adalah
Souw Thian Hai itu berbisik. Wajahnya kelihatan amat pucat,
sementara di sudut bibirnya masih tersisa tetesan darah akibat
pukulan Bok Siang Ki tadi.
Liu Yang Kun berdesah pendek. Sekejap matanya melirik ke
belakang. Sikapnya sekarang benar benar sangat berubah.
Kini tampak garang dan berwibawa. Sikapnya yang semula
sering kelihatan ragu dan kurang yakin pada diri sendiri,
sekarang sudah hilang. "Terima kasih Souw Tai-hiap. Silakan Souw Tai-hiap
beristirahat saja sekalian mengurus gadis itu. Biarlah aku saja
yang menghadapi orang ini," dengan tegas Liu Yang Kun
berkata. Souw Thian Hai memandang gadis yang ada di dalam
gendongannya, kemudian menatap ke arah Liu Yang Kun
kembali. "Baiklah. Tapi ehm, apakah Pangeran benar-benar telah
menjadi baik " Maksud saya......maksud saya apakah
Pangeran benar-benar telah sembuh dan sehat kembali ?"
Liu Yang Kun menghela napas pendek. Sekilas tampak air
matanya berlinang. "Terima kasih, Souw Tai-hiap. Budimu benar-benar takkan
kulupakan. Penyakitku sudah hilang. Aku sudah sembuh. Aku
sudah bisa mengingat-ingat lagi siapa diriku......" dengan
suara bergetar Liu Yang Kun menjawab.
Sementara itu Bok Siang Ki menjadi tidak sabar
mendengarkan percakapan mareka. Dengan tangannya
terayun ke depan mengarah ke pinggang Liu Yang Kun. Suara
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
angin pukulannya berdesir lembut seperti tidak bertenaga.
Namun ketika Liu Yang Kun bergerak agak sedikit terlambat
karena terlalu meremehkan kekuatannya, maka tiba-tiba
tubuh pemuda itu terguncang dengan hebatnya. Hampir saja
pemuda itu terlempar ke belakang kalau tidak segera
mengerahkan tenaga untuk mengatasinya.
Lain halnya dengan Souw Thian Hai yang berdiri di
belakang Liu Yang Kun. Pendekar sakti itu jauh-jauh sudah
menyadari betapa dahsyatnya ilmu Bok Siang Ki, sehingga
ketika ia melihat tangan ketua Ui-soa-pai itu bergerak dia
sudah lebih dulu me loncat ke samping dengan cepatnya.
Meskipun demikian hembusan angin yang lewat masih juga
dapat menerbangkan pita rambut yang dikenakan gadis
didalam gendongannya itu.
Tak urung Souw Thian Hai berdecak kagum pula. Ternyata
lwee-kang ketua aliran Ui-soa-pai itu benar-benar hebat bukan
main. oleh sebab itu pula kemudian Souw T hian Hai membawa
gadis yang digendongnya itu ke tempat yang aman.
Dibawanya gadis tersebut ke kamar perahu yang rusak itu.
Souw T hian Hai melihat beberapa orang jago silat yang tadi
mengeroyok murid-murid Giok-bin Tok-ong Sam-eng tadi.
Mereka semua datang mendekat dengan wajah lega di
mukanya. Walaupun air-muka mereka rata-rata masih tampak
pucat menyaksikan pertempuran mengerikan tadi.
Sebagian dari orang-orang itu segera menolong Souw
Thian Hai, sementara yang lainnya menjenguk keadaan Tiauw
Li Ing. "Souw Thian Hai......." salah seorang yang ikut membantu
Souw T hian Hai menyapa pelan. "Gadis yang Tai-hiap bawa ini
adalah cucu kepala kampung di sini. Karena dialah
pertempuran di tengah sungai ini berlangsung."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hemmmm ....." Souw Thian Hai mengangguk-angguk.
Kemudian pendekar sakti itu memandang ke tempat T iauw Li
Ing terbaring. "Lalu......bagaimana dengan gadis yang seorang itu "
Apakah dia juga korban penculikan pula ?"
Orang yang berbicara dengan Souw T hian Hai itu menghela
napas panjang. Matanya juga terarah kepada Tiauw Li Ing.
"Sebenarnya gadis itu juga bermaksud seperti kita pula. Dia
juga bermaksud untuk menolong gadis ini. Namun ketika
maksudnya itu hampir berhasil tiba-tiba muncul rombongan
Bok Siang K i itu. Mereka dengan mudah menangkap gadis itu.
Bahkan kemudian merebut pula gadis itu dari tangan para
penculik itu .......",."
Souw T hian Hai bangkit berdiri. Dipandangnya pertempuran
yang terjadi antara Liu Yang Kun dan Bok Siang Ki. Juga
pertempuran yang seru antara Yap Kiong Lee dengan anak
buah Bok Siang Ki. Tapi ketika pandangannya terarah keluar
perahu. Hatinya menjadi kaget.
"Eh ?".. dimana perahu-perahu yang lain?" desahnya
sedikit keras begitu menyaksikan perairan yang kosong di
sekitar perahu tersebut. Orang yang berada di dekat Souw Thian Hai segera
menyahut: "Perahu ini sudah sejak tadi terputus tali
jangkarnya. Kita telah jauh meninggalkan tempat penyeberangan itu. Perahu ini telah hanyut ke hilir............"
"Oooooh ! Makanya sepi benar keadaannya?"
"Eh, Tai-hiap......" Apakah....., apakah kita tidak perlu
membantu Yap Tai hiap itu.,..,?" tiba-tiba orang itu berkata
pula ketika dilihatnya Yap Kiong Lee mulai kewalahan
menghadapi ular-ular Hwee-coa itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Benar !" Souw Thian Hai tersentak kaget puIa begitu
melihat berkelebatnya ular-ular kecil itu. "Silakan cu-wi
mengurus gadis-gadis ini, aku akan menolongnya !"
Souw Thian Hai bergegas mendekati pertempuran Yap
Kiong Lee dan lawan-lawannya. Hatinya segera menjadi
tegang dan berdebar ketika mengenali ular-ular kecil yang
sangat berbahaya itu. Apa lagi ketika menyaksikan temannya
itu mengalam i kesulitan untuk menghadapinya.
Ular-ular yang hanya sejengkal panjangnya itu tampak
sangat lincah sekali, dan sulit sekali untuk ditabas dengan
pedang. Sebenarnya agar lebih mudah bagi Yap Kiong Lee
untuk mengenyahkan mereka dengan pukulan Petir dan
Badainya. Tapi setiap kali pendekar dari istana itu
mempergunakan ilmunya itu, maka ketiga orang lawannya
segera bergabung pula untuk menanggulanginya. Sehingga
dengan demikian kerja-sama antara ketiga ekor ular tersebut
dengan tuan-tuannya benar-benar sangat sukar ditembus.
"Maaf, Saudara Yap. Ijinkanlah aku membantumu
mengenyahkan ular-ular kecil itu. Kau layani saja ketiga orang
lawanmu itu baik-baik !" Souw Thian Hai kemudian
menggeram seraya melepaskan serangan Angin-tajamnya.
Cuuuus ! Cuuus ! Meskipun luka dalamnya sedikit mempengaruhi pengerahan
tenaganya, namun hentakan 'angin tajam" yang dilepaskan
oleh Souw Thian Hai tetap saja berdesing dengan kuatnya !
Dan angin tajam itu meluncur dari ujung-jarinya bagaikan
tajamnya ujung-pedang yang menghunjam ke sasaran yang
ditujunya ! Bahkan kecepatannya justru lebih berlipat ganda
dari pada ujung pedang yang sesungguhnya !
Seekor ular yang belum menyadari kedahsyatan ilmu Tai-
lek Pek-Khong ciang itu segera terpental menjadi dua bagian,
tertabas oleh hentakan angin tajam itu. Tapi kedua ekor
Hwee-coa yang lain cepat menyadari bahaya tersebut.
Sebelum Souw Thian Hai me lepaskan ilmunya lagi, mereka
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
telah lebih dulu menghilang di sela-sela lantai geladak itu.
Tampaknya mereka sangat ketakutan menghadapi ilmu Tai-lek
Pek-khong-ciang itu, sehingga suara panggilan yang
dilontarkan oleh tuan-tuan mereka tidak mereka hiraukan.
"Hong-gi-hiap Souw Thian Hai......?"" ketiga orang
pembantu Bok Siang Ki itu berdesah gemetar. Otomatis
mereka juga menghentikan serangan mereka.
Sebenarnya Sam-eng tidak takut menghadapi Souw Thian
Hai. Tapi dengan adanya Yap Kiong Lee di situ, mereka harus
berpikir juga dengan seksama. Apalagi ketika mereka
memandang ke arah majikan mereka, mereka mendapatkan
majikan mereka itu juga sedang menghadapi lawan yang
setimpal pula. Walaupun sedang sibuk menghadapi Liu Yang Kun,
ternyata Bok Siang Ki masih tetap jeli dan tidak melupakan
anak buahnya. Keadaan para pembantunya tersebut segera
diketahui pula. Dan perbandingan kekuatan yang tidak
seimbang itu segera memaksanya untuk berpikir kembali.
Apalagi lawannya yang masih amat muda itu terasa semakin
sulit ia hadapi. Oleh karena itu Bok Siang K i segera mengambil keputusan.
Ia memberi isyarat rahasia kepada pembantu-pembantunya
itu untuk mengalah dan meloloskan diri dari tempat itu.
Tapi sementara itu di dalam bilik perahu telah terjadi
keributan. Begitu siuman dari pingsannya tiba-tiba Tiauw Li
Ing mengamuk. Gadis itu masih merasa bahwa dirinya berada
dalam cengkeraman para penjahat, sehingga amukannyapun
benar-benar menggiriskan hati. Dasar gadis itu memang
memiliki watak yang kejam serta sadis, maka serangannyapun
juga tidak tanggung-tanggung pula. Segenggam paku beracun
ia tebarkan ke sekelilingnya.
Tentu saja para pendekar kang-ouw itu menjadi kaget
setengah mati. Mereka benar-benar tidak menduga akan hal
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
itu, sehingga tentu saja mereka tidak mempunyai kesempatan
lagi untuk menghindarinya. Mereka segera berteriak ngeri dan
terjungkal menemui ajalnya.
Hanya ada dua orang yang selamat dari pembantaian
tersebut, yaitu dua orang pendekar yang kebetulan sedang
merawat putri kepala kampung tadi. Kedua orang itu segera
menyambar tubuh gadis itu dan membawanya menghindari
dari kamar tersebut. "Jangan lari ! Lepaskan gadis itu !" Tiauw Li Ing yang
melihat mereka segera berteriak dan mengejar.
"Tiauw Li Ing.......?" Pangeran Liu Yang Kun yang sedang
bertempur seru melawan Bok Siang Ki itu memekik marah
menyaksikan ulah Tiauw Li Ing.
"Hah " Ko-ko, kau...........?" Tiauw Li Ing yang tidak
menyangka dapat bertemu dengan "suaminya' di tempat itu
mendadak berteriak kegirangan.
Lalu tanpa mempedulikan orang lain lagi gadis itu berlari
mendekati Liu Yang Kun. Tapi sebaliknya dengan cekatan pula
pemuda itu melompat menghindarinya. Dan kesempatan
tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh Bok Siang Ki untuk
lolos dari tempat itu. Ketua partai Ui-soa-pai itu segera menjejakkan kakinya,
sehingga tubuhnya melesat ke arah pertempuran anak
buahnya. Sambil melayang ia mengerahkan ilmu sihirnya.
Tiba-tiba dari kedua belah telapak tangannya seperti
menyemburkan lidah api. Dan lidah api itu seperti memancar
dengan dahsyatnya menerjang Yap Kiong Lee dan Souw T hian
Hai ! "Awas, Saudara Souw........!" Jagoan dari Istana itu
berteriak memperingatkan sahabatnya.
Dan kedua orang sahabat itu buru-buru menghindar
dengan melompat sejauh-jauhnya. Tapi dengan demikian
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kesempatan tersebut segera dipergunakan oleh Bok Siang Ki
dan anak buahnya untuk meloloskan diri dari tempat itu.
Mereka meloncat ke dalam air dan pergi dari tempat tersebut.
Demikianlah, semuanya itu berlangsung dengan cepat
sekali. Sehingga ketika Liu Yang Kun menyadari hal itu,
semuanya telah berlalu. Bok Siang K i dan anak buahnya telah
lenyap ditelan gelombang sungai.
Namun sementara itu di atas geladak perahu, T iauw Li Ing
tampak sangat terpukul hatinya melihat sikap Liu Yang Kun.
Wajah puteri bajak laut itu kelihatan pucat sekali. Matanya
menatap kosong ke depan, sementara air matanya mulai
mengumpul di sudut matanya. Dan bibirnya yang kering itu
tampak bergetaran, seolah menahan jerit yang tak kunjung
keluar. Di lain pihak, Liu Yang Kun sudah demikian marahnya
terhadap Tiauw Li Ing yang kejam dan telah mencelakakan
dirinya, sehingga ia benar-benar mengambil sikap yang sangat
bermusuhan dengan bekas isterinya itu.
"Huh ! Perbuatanmu sungguh kelewatan dan... tak tahu diri
! Membujuk seorang tua renta untuk mencelakakan aku ! Kini
membunuhi orang yang sebenarnya hendak menolong engkau
! Ooo........gadis macam apa sebenarnya engkau ini ?" sergah
pemuda itu dengan berangnya.
Tiauw Li Ing benar-benar tak mampu bicara lagi. Begitu
dahsyat pukulan batin yang diterimanya sehingga tiba-tiba
tubuhnya sempoyongan ke pagar perahu. Dan ketika
badannya tersandar di atas pagar pendek tersebut, tangannya
sama sekali tak berusaha untuk mencari pegangan. Akibatnya
tubuhnya segera terhuyung keluar pagar dan kemudian
terjungkal ke bawah, ke dalam air. Dan anehnya, gadis itu
sama sekali tak mau mengerahkan kepandaiannya untuk
menyelamatkan diri. Bahkan dilihat sepintas lalu gadis itu
seperti sengaja mau bunuh diri !
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"nona ........... ?"" Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai lah
yang kemudian berteriak kaget.
Kedua pendekar itu segera mencari apa saja yang bisa
mereka pergunakan sebagai pelampung, Yap Kiong Lee
mendapat segulung tali panjang yang kemudian ia ikatkan di
pagar perahu dan di pinggangnya, sementara Souw T hian Hai
yang memiliki gin-kang tinggi itu mengikatkan sebilah papan
panjang di bawah telapak sepatunya. Mereka bergegas
meloncat ke dalam air untuk menolong Tiauw Li Ing.
Tapi maksud baik kedua sahabat tersebut sia-sia belaka.
Mereka tak dapat menemukan tubuh Tiauw Li Ing. Gadis itu
bagaikan sudah terhisap oleh arus air yang menggila.
"Aduuuuh........!" tiba-tiba Souw Thian Hai berseru
kesakitan. Baik Liu Yang Kun yang ada di atas perahu maupun Yap
Kiong Lee yang berada di dalam air di dekat Souw Thian Hai,


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menoleh dengan kaget ! Tiba-tiba saja mereka menyaksikan
sebuah tangan tersembul dari dalam air dan menghantam ke
arah Souw T hian Hai ! "Awasss, Saudara Souw,.........di sebelah kirimu !" dalam
gugupnya Yap Kiong Lee menjerit.
Byuuur ! Souw Thian-Hai menjejakkan kakinya yang
mengenakan papan itu ke arah tangan yang tersembul dari
dalam air tersebut. Dan bentrokan yang terjadi membuat
papan yang terikat di kaki Souw Thian Hai itu pecah
berantakan kemana-mana sementara pendekar itu sendiri
terlempar kembali ke dalam air.
"Saudara Souw........?" Yap Kiong Lee berseru kaget, lalu
meluncur mendekati sahabatnya itu dan memegangi
lengannya agar tidak tenggelam.
"Terima kasih, Saudara Yap." Souw Thian Hai berbisik
seraya menatap kesana kemari untuk mencari lawannya tadi.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Saudara Souw, marilah kita naik saja ke atas perahu !
Sungguh berbahaya di tempat ini. Kita tak bisa melihat lawan
kita." "Marilah........!"
Kedua pendekar sakti itu lalu bergegas naik ke atas perahu
kembali. Di atas daratan mereka berdua memang seorang
pendekar yang sulit dicari tandingannya. Tapi di dalam air
ternyata kesaktian mereka benar-benar tidak bisa berbuat
banyak terhadap lawan. Sementara itu kedatangan mereka di atas perahu segera
disongsong oleh Pangeran Liu Yang Kun, "Siapakah yang
menyerang Ji-wi Tai-hiap di dalam air tadi ?" pemuda itu
bertanya. "Kami juga tidak mengetahuinya, Pangeran." Souw Thian
Hai cepat menjawab. "Orang itu selalu bersembunyi di dalam
air. Kami hanya bisa ......hei.. Hei ........?" Lihat itu !"
Tiba-tiba pendekar sakti itu mengangkat jari telunjuknya ke
seberang. Dan mata Liu Yang Kun maupun Yap Kiong Lee
segera terbelalak ! Mereka melihat Bok Siang K i melenggang di atas pemukaan
air dengan entengnya. Padahal di atas puncaknya tergantung
tubuh T iauw Li Ing yang tadi tercebur ke dalam sungai. Tokoh
Ui-soa pai itu mendarat di seberang sungai, dimana para
pembantunya ternyata telah lebih dulu menunggunya.
"Ah, ternyata Bok Siang Ki lah yang menyerangku di dalam
air tadi. Pantas!" Souw Thian Hai bergumam seraya
memegangi pahanya yang pegal akibat benturan tenaga di
dalam air tadi. "Untunglah kita lekas-lekas naik ke perahu tadi. Kalau
tidak, hmm..... kita benar-benar telah menjadi bangkai." Yap
Kiong Lee bersungut-sungut lega.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah, karena tak mungkin bisa mengejar Bok Siang
Ki lagi, maka mereka lalu membawa perahu tersebut ke
tepian. Mereka segera menguburkan mayat-mayat yang ada di
dalam perahu itu. Oleh karena perahu tersebut sudah terlalu
jauh dan kampung tempat penyeberangan itu maka Yap Kiong
Lee meminta kepada dua orang pendekar kang ouw yang
masih tersisa, untuk membawa kembali perahu tersebut ke
asalnya beserta cucu kepala kampung yang dapat mereka
selamatkan itu sekalian. Sedangkan Liu Yang Kun, Yap Kiong Lee dan Souw Thian
Hai, lalu mengambil jalan darat ke tujuan mereka semula,
yaitu kota Cin-an. Karena sudah pulih kembali kesehatannya,
maka Liu Yang Kun benar-benar kelihatan sangat gembira di
dalam perjalanannya. Dia bercerita tentang pengalamannya di
masa lalu, ketika ia bersama Tui Lan di dalam lorong-lorong
gua itu. Bahkan pemuda itu juga berterus terang pula tentang
hubungannya dengan Tui Lan. Bahkan ia juga tidak
menyembunyikan pula kealpaannya, bagaimana ia mempelajari ilmu warisan Bit-bo-ong yang secara kebetulan
diketemukan oleh Tui Lan di dalam gua tersebut. Dan akhirnya
pemuda itu juga menceritakan pula perjuangannya untuk
keluar dari neraka di bawah tanah itu.
"Akhirnya aku bisa keluar juga dari Iorong gelap itu. Namun
sayang, aku terpisah dengan isteriku. Aku khawatir dia
menjadi korban dari arus air di bawah tanah itu.,....." Liu Yang
Kun mengakhiri ceritanya.
"Oh !" Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai mengangguk-
angguk. Keduanya benar-benar tertarik dengan cerita itu.
Terutama Souw T hian Hai yang merasa memiliki buku warisan
Bit-bo-ong itu. Tapi pendekar itu tetap berdiam diri saja.
Demikianlah bersamaan dengan terbenamnya matahari di
balik cakrawala, mereka pun tiba pula di pintu gerbang kota
Cin-an. Orang telah mulai menyalakan lampu-lampu mereka,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sehingga kota itu tampak hidup dan terang benderang.
Sementara di jalan-jalan yang membelah kota itu kelihatan
sebagian dari penduduk kota itu berjalan hilir-mudik dengan
kebutuhan mereka masing-masing.
Gedung di mana pusat perguruan Tiam-jong-pai itu berdiri
ada di tengah-tengah kota. Halamannya amat luas, dikelilingi
oleh tembok yang tinggi. Gedung itu sendiri terdiri dari sebuah
bangunan induk yang besar, dengan bangunan-bangunan
samping dan belakang yang banyak serta indah-indah. Dan di
bagian tengah dari bangunan-bangunan itu terdapat sebuah
lapangan yang luas untuk berlatih silat.
Dan pada malam itu ratusan buah lampu teng tampak
bergantungan di segala sudut bangunan tersebut. Ditambah
dengan Hiasan kertas berwarna-warni, maka gedung itu
benar-benar kelihatan semarak dan meriah sekali. Kursi dan
mejapun tampak ditata dengan rapi, berderet-deret memenuhi
pendapa. Bahkan sampai meluber pula ke halaman.
Beberapa orang pekerja masih kelihatan sibuk merapikan
hiasan-hiasan yang ada di dalam pendapa itu. Sementara
beberapa orang gadis dan perempuan setengah-baya juga
kelihatan sibuk pula memasang bunga-bunga di kursi
pengantin dan di atas meja-meja tamu. Dan di halaman yang
kosong kelihatan pula anak-anak berlarian dengan gembiranya. Namun demikian ketika Pangeran Liu Yang Kun dan Yap
Kiong Lee memasuki gapura halaman itu, beberapa orang tua
tampak bergegas menyambut mereka dengan wajah tegang
dan khawatir. Bahkan salah seorang diantara mereka tampak
sekali mengungkapkan perasaan kecewanya begitu melihat
siapa yang datang. Tampaknya mereka kecewa karena bukan
rombongan Liu Yang Kun yang mereka nantikan.
"Tampaknya rombongan Ui Bun Ting belum sampai di s ini."
Souw Thian Hai berbisik kepada Liu Yang Kun dan Yap Kiong
Lee. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Namun demikian orang-orang itu segera menyambut pula
dengan ramahnya. Apalagi setelah mengetahui wajah hong-gi-
hiap Souw Thian hai dan hong-lui-kun Yap Kiong Lee yang
sangat tersohor itu. "Ah, marilah ji-wi Tai-hiap......! Silakan masuk !
Silakan,.........!" Souw Thian Hai dan Yap Kiong Lee membalas pula
penghormatan mereka, kemudian melangkah masuk.
"Apakah Ui Ciang-bun belum pulang ?" sambil berjalan
Souw T hian Hai bertanya pelan.
"Belum. Apakah Tai-hiap juga tidak bertemu dengan
beliau?" dengan suara seret orang yang tertua diantara para
penyambut itu menjawab. Wajahnya kelihatan sedih dan
bingung. "Kami telah mengutus beberapa orang ke kota Lai-yin.
kalau-kalau Ciang-bun-jin ada di rumah keluarganya di sana.
Tapi sampai sekarang mereka belum kembali juga. Bahkan
kami semua mengira, kepergian Tai-hiap kemarin malam juga
karena hal ini....,....." yang lain ikut menyambung pula
perkataan orang itu. Tiba-tiba Souw T hian Hai menepuk bahu orang itu.
"Jangan bersedih! kami memang telah menemukan Ui
Ciang-bun. Beliau sedang dalam perjalanan kemari. Kami
memang sengaja mendahului mereka untuk memberi khabar
lebih dahulu....." "Hhha ,....... ?"?" orang-orang Tiam-jong-pai itu bersorak
kaget. "Tai-hiap telah menemukan Ciang-bun-jin kami " Oh !"
"Wah, kalau begitu kita harus lekas-lekas memberitahukannya kepada su-siok .....! Kita harus segera
mengirimkan rombongan untuk menjemput Ciang-bun-jin."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Maaf. Tai-hiap... Silakan T ai-hiap dan rombongan duduk di
pendapa dulu ! Kami akan me lapor kepada su-siok ! Oh,
Thian.....Ciang-bun-jin sudah pulang !"
Murid-murid Tiam-Jong-pai itu segera berlarian memasuki
halaman samping untuk menemui susiok mereka. Souw T hian
Hai dan Yap Kiong Lee saling pandang dengan Liu Yang Kun.
Mereka bertiga dapat memaklumi perasaan orang-orang itu,
sehingga mereka tidak merasa tersinggung ditinggalkan begitu
saja di halaman. Dengan langkah biasa mereka naik ke
pendapa. Tampaknya keributan kecil itu telah menarik perhatian
orang orang yang berada di dalam gedung itu. Beberapa
orang lelaki dan wanita tampak keluar menjenguk mereka
bertiga. Dan salah seorang diantara mereka terdapat seorang
wanita yang sangat cantik sekali, menggendong seorang anak
kecil. "Hai-ko. kaukah itu........?" wanita itu tiba-tiba menyapa
Souw Thian Hai dengan suara merdu. Wajahnya yang gilang-
gemilang seperti bidadari itu tampak berseri-seri menyambut
kedatangan Souw T hian Hai.
"Ya ! Akulah yang datang, Hong moi, Aku datang bersama
Saudara Yap dan Pangeran..........?" Souw Thian Hai tidak
meneruskan perkataannya karena pinggangnya keburu
disodok oleh Yap Kiong Lee.
"Ah....... " betulkah itu Saudara Yap " Rasa-rasanya aku
sudah tidak mengenalnya lagi. Sudah lama sekali kita tidak
berjumpa......." wanita cantik itu yang tidak lain adalah Chu
Bwee Hong, isteri Souw Thian Hai, menyambut pula
kedatangan Yap Kiong Lee dengan ramahnya.
"Ah..... tentu saja Souw Hu-jin sudah tidak mengenalku
lagi. Aku sudah semakin tua sekarang. Tidak sekuat dan
segesit dulu lagi, hahaha..." Yap Kiong Lee yang usianya
sejajar dengan Hong-hiap Souw Thian Hai dan tubuhnya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
masih tegap dan gagah itu cepat-cepat menyahut pula dengan
kelakarnya. Di kala mereka masih amat muda memang
merupakan sahabat-sahabat yang baik.
Chu Bwee Hong yang ayu itu bersenyum manis sekali. "Ah,
Saudara Yap ini ada-ada saja. Eh, kenapa sendirian saja "
Bagaimana dengan ci-ci Pek Lian ?"
Pek Lian adalah adik seperguruan Yap Kiong Lee sendiri,
yang kemudian diperisterikannya. Wanita itu juga merupakan
sahabat kental Chu Bwe Hong pula.
"Ah...... dia baik-baik saja di rumah. Sayang dia tidak
sebahagia Souw Hu-jin karena dia selalu kutinggalkan
bertugas kemana-mana."
Merekapun lalu duduk di pendapa. Chu Bwee Hong tampak
ragu-ragu ketika bertatap muka dengan Liu Y ang Kun. Wanita
ayu itu merasa sudah pernah mengenalnya.
"Beliau adalah Pangeran Liu Yang Kun yang selama ini kami
cari-cari. Apakah Souw Hu-jin sudah lupa kepada beliau ?" Yap
Kiong Lee cepat-cepat berbisik kepada Chu Bwee Hong.
"Oooh !" wanita ayu itu tersentak kemudian cepat-cepat
menganggukkan kepalanya. Ternyata Liu Yang Kun ikut menjadi gugup pula. Wajah
Souw Hu-jin yang amat cantik itu mengingatkannya kepada
Souw Lian Cu. Mereka benar-benar mirip, padahal Souw Hu-jin
itu bukanlah ibu kandung Souw Lian Cu.
Sementara itu dari halaman samping tiba-tiba berderap
belasan ekor kuda yang melesat keluar melalui pintu depan.
Sebagian dari para penunggangnya adalah orang-orang yang
tadi menyambut kedatangan rombongan Liu Yang Kun di pintu
halaman. Tampaknya orang-orang itu hendak menyongsong
kedatangan Ui Bun Ting. Yap Kiong Lee saling bertukar pandang dengan Souw T hian
Hai. Namun sebelum mulut mereka berbicara, tiba-tiba dari
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
ruang dalam muncul seorang lelaki bertubuh jangkung
menghampiri mereka. Dengan langkahnya yang mantap lelaki
itu diiringkan oleh beberapa orang muridnya. Rambutnya telah
mulai memutih di kedua pelipisnya.
"Yap Tai-ciangkun ! Souw T ai-hiap ! Selamat datang ........!
Wah, kami terlambat keluar untuk menyambut kedatangan Ji-
wi ! Maaf ! Maafkanlah kami ! Mari silakan duduk...... !" lelaki
tua itu yang tidak lain adalah adik seperguruan Ui Bun Ting
segera menyapa dan memberi hormat.
"Ah ! Kamilah yang terlalu tergesa-gesa. Upacara belum
juga mulai, kami sudah terburu-buru datang. Kamilah yang
seharusnya meminta maaf.,." Yap Kiong Lee cepat menyahut
pula. Jilid 37 Tamat Tidak lama kemudian tamupun mulai berdatangan. Selain
para pejabat di kota itu, datang pula kawan-kawan akrab Ui
Bun Ting dari dunia persilatan. Mereka berbondong-bondong
datang untuk ikut memeriahkan perkawinan ketua Tiam-jong-
pai itu. Sama sekali mereka semua tidak tahu bahwa orang


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang hendak mereka elu-elukan malam ini belum datang.
Yang sangat repot menyambut dan melayani pertanyaan
para tamu adalah su-te Ui Bun Ting tadi. Sebagai wakil tuan
rumah orang-tua itu harus dapat bersikap bijaksana terhadap
tamu-tamu kakak seperguruannya.
Demikianlah semakin ma lam tamu yang datang-pun
menjadi semakin banyak pula. Kursi di tengah pendapa telah
penuh tamu. Bahkan deretan kursi yang ditempatkan di
ruangan samping pendapa pun juga telah penuh pula.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Terpaksa para murid Tiam-jong-pai memasang kursi lagi di
halaman. Namun demikian rombongan Ui Bun Ting belum juga tiba
dari kota Lai-yin. Tentu saja pihak tuan rumah menjadi gelisah
sekali. Terutama adik seperguruan U i Bun T ing. Dengan peluh
bercucuran orang tua itu mondar-mandir kesana-kemari,
sambil sesekali menatapkan pandangannya keluar halaman,
kalau-kalau melihat kedatangan kakaknya.
Oleh karena itu ketika di jalan besar terdengar suara
gemuruh dan riuhnya derap kaki kuda, wajahnya seketika
menjadi cerah dan berseri-seri. Ia segera bangkit dari kursinya
dan bergegas turun ke halaman. Yap Kiong Lee dan Souw
Thian Hai pun segera mengikutinya pula. Kedua pendekar itu
tersenyum dan mengangguk kepada Liu Yang Kun sehingga
pangeran itu terpaksa bangkit pula mengikuti mereka.
"Maaf, Souw Hu-jin. Aku akan melihat suasana di jalan itu
pula..." pemuda itu minta diri kepada Chu Bwee Hong yang
duduk di dekatnya. "Silakan, Pangeran. Biarlah aku menunggu di sini bersama
anakku." Suara gemuruh itu juga menarik perhatian para tamu yang
duduk di tempat tersebut. Namun mereka juga tidak begitu
mempedulikannya, karena mereka menyangka bahwa suara
itu adalah suara kedatangan para tamu pula. Mereka baru
menjadi kaget ketika puluhan pasukan berkuda yang
bersenjata lengkap memasuki halaman itu.
Namun demikian mereka tetap mengira bahwa salah
seorang tamu yang berpangkat tinggi datang dengan
diiringkan oleh para pengawalnya. Semua tamu baru merasa
kaget setengah mati ketika di belakang pasukan berkuda itu
tiba-tiba muncul sebuah kereta kerajaan yang di kanan-kirinya
dihiasi panji-panji kekaisaran. Malahan di kanan-kiri kereta
tersebut juga berbaris pula prajurit-prajurit K im-i-wi dan Gin-i-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
wi (pengawal Kaisar berbaju emas dan perak) yang sangat
terkenal itu. "Hong Siang...... ?"?" hampir semua tamu berbisik kaget.
Sementara itu Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai yang
melangkah di halaman ikut tertegun pula melihat kejadian
yang tidak disangka-sangka tersebut. Bergegas mereka
menyongsong ke depan mendahului adik seperguruan Ui Bun
Ting yang berdiri termangu-mangu di tengah halaman.
"Hong-siang...........! Benar-benar Hong-siang datang ! Eh,
Saudara Souw ......! Sungguh mengherankan sekali ! Mengapa
pula Hong-siang yang sudah bertahun-tahun tak mau
meninggalkan istananya itu kini tiba-tiba muncul di tempat
yang jauh ini " Apakah yang telah terjadi ?" Yap Kiong Lee
berseru heran. "Ehh, mana aku tahu " Lebih baik Saudara Yap
menanyakannya saja secara langsung kepada prajurit-
prajuritmu itu......."
Tapi ternyata Yap Kiong Lee tak perlu bertanya lagi.
Pendekar dari istana itu segera bisa menebaknya sendiri
tatkala melihat kehadiran adiknya diantara para prajurit
pengawal itu. Tentu adiknyalah yang membawa Hong-siang
itu kemari. Para prajurit itu segera menebar dan bersiaga di halaman
rumah tersebut. Namun karena jumlah mereka memang
sangat banyak, maka sebagian besar juga masih tetap
bertebaran di jalan-raya.
Kereta yang ditumpangi kaisar Han berhenti di tengah-
tengah halaman. Para prajurit Kim-i-wi dan Gin-i-wi yang
gagah-gagah itu segera berbaris rapat mengelilinginya. Yap
Tai Ciang-kun turun dari atas kudanya dan bergegas
menghampiri kereta. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi panglima besar tentara Kerajaan itu segera berhenti
ketika melihat Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai mendatangi.
"Twa-ko ..." Souw Tai-hiap.....,.?" sapanya gembira.
Souw Thian Hai mengangguk pula dengan hormat.
Sedangkan Yap Kiong Lee segera merangkul Yap Tai-ciang-
kun. Liu Yang Kun berdiri saja di kejauhan.
"Kaubawa Hong-siang kemari ?" Yap Kiong Lee bertanya
pendek. Yap Khim menarik napas panjang. Matanya nanar mencari
Liu Yang Kun. "Aku tak bisa menghalangi kehendak Hong-siang untuk
segera melihat puteranya. Hm..... dimanakah Pangeran Liu
Yang Kun ?" Yap Kiong Lee membalikkan tubuhnya, "Itu dia..........!"
katanya seraya mengarahkan pandangannya kepada Liu Yang
Kun. Yap Khim tertegun sebentar, lalu menganggukkan
kepalanya kepada pemuda itu.
"Pangeran........!" sapanya hormat.
"Yap Tai-ciangkun, dimanakah anak itu....?" tiba-tiba
terdengar suara lantang dari dalam kereta.
Yap Khim cepat memberi hormat ke arah kereta. "Pangeran
ada disini, Hong-siang..,........."
Jawabnya tegas pula. "Mana dia ......?"
Tiba-tiba pintu kereta terbuka lebar dan Kaisar Han Kou-
cou atau Kaisar Liu Pang itu melangkah keluar. Tubuhnya
yang tinggi besar itu masih tampak kokoh kuat meskipun
rambut dan cambangnya yang lebat itu sudah hampir putih
semuanya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kecuali para pengawal, semua orang yang berada di
tempat itu segera berlutut. Demikian pula dengan Yap Kiong
Lee, Souw Thian Hai dan para undangan yang menghadiri
pesta pernikahan itu. Walaupun sedikit gugup dan ragu-ragu
Liu Yang Kun juga menekuk lututnya pula.
"Yang Kun, dimanakah dia.......?" karena tidak segera bisa
melihat Liu Yang Kun, Hong-siang itu menggeram marah.
Baik Yap Khim, Yap Kiong Lee, maupun Souw Thian Hai
cepat-cepat berpaling kepada Liu Yang Kun. Mereka bertiga
memandang pemuda itu dengan tajam, seperti menuntut agar
pemuda itu segera memperlihatkan diri kepada Hong-siang.
Liu Yang Kun yang untuk beberapa saat lamanya memang
seperti orang bingung itu akhirnya menyadari keadaannya. Ia
segera bangkit berdiri. Kemudian dengan wajah tertunduk ia
melangkah menghampiri ayahnya. Para pengawal Kim-i-wi dan
Gin-i-wi cepat menggerakkan ujung tombaknya ke depan. Siap
untuk menerjang Liu Yang Kun apabila pemuda itu berani
mengganggu junjungan mereka. Liu Yang Kun lalu berdiri
hanya beberapa langkah di hadapan Kaisar Han. Pemuda itu
lalu menengadahkan kepalanya, dan untuk beberapa waktu
lamanya dua pasang mata mereka saling menatap dengan
tegangnya. "Ayahanda...........!" tiba tiba Liu Yang Kun berdesah
pendek serta menjatuhkan diri berlutut di depan Kaisar Han.
"Anakku.....!" Kaisar Han cepat mengelus pula kepala Liu
Yang Kun. Air matanya tampak menetes ke atas pipinya.
Hong-siang yang terkenal sangat keras hati itu ternyata dapat
juga meneteskan air mata.
Tapi suasana haru itu segera terputus pula oleh suara
derap kaki kuda yang berdentangan di jalan raya. Bahkan
diantara dencingnya suara tapal kaki kuda itu terdengar pula
suara derit roda kereta, yang dipacu dengan sekuat tenaga.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Siapa itu.........?" Hong-siang menoleh ke arah Yap Khin
dan berdesis pendek. Dan suara gemuruh itu berhenti tepat di depan rumah Ui
Bun Ting. Bagaikan kijang Yap Khim dan kakaknya melompat
menyibakkan prajurit-prajuritnya, kedua jagoan Kerajaan itu
saling berlomba menuju ke jalan raya.
"Siapa......?" Yap Khim bertanya kepada salah seorang
perwiranya yang berada di luar pintu gerbang halaman.
Perwira itu menunjuk ke arah Kereta yang berhenti di tepi
Jalan. "Rombongan dari kota Lai y in, Tai-ciangkun. Ketua
Partai T iam-jong-pai dan anak muridnya," jawabnya hormat.
"Ooh !" Yap Kiong Lee berdesah lega, kemudian cepat-
cepat menyongsong kedatangan pengantin tua itu.
"Nona Souw......!" pendekar dari istana itu menyapa halus
ketika berpapasan dengan puteri Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai. Beberapa langkah dari kereta yang berhenti itu Yap Kiong
Lee berhadapan dengan Ui Bun Ting dan Han Sui Nio, calon
isteri ketua Partai Tiam-jong-pai itu. Orang tua itu tampak
terheran-heran menyaksikan para prajurit kerajaan yang
bertebaran di segala tempat tersebut.
"Yap Tai-hiap " Ada apa " Mengapa Tai-hiap membawa
prajurit sedemikian banyaknya " Apakah kami mempunyai
kesalahan terhadap Hong-siang ?" Ui Bun Ting berseru kaget.
"Tidak ! Tidak ada apa-apa, Ui Ciang-kun ! Jangan salah
duga ! Kami memang sengaja datang untuk mengiringkan
Hong-siang kemari. Hong-siang berkenan untuk menghadiri
pesta perkawinanmu..." dengan sedikit berbohong Yap Kiong
Lee cepat-cepat memberi keterangan untuk meredakan
kekhawatiran U i Bun Ting.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hah " Hong-siang berkunjung kemari " Yap Tai-hiap,
mana........mana aku berani menerima kunjungan Hong-siang
?" Ui bun T ing berdesah gugup.
Dan ketua partai Tiam-jong-pai itu semakin menjadi gugup
lagi ketika Yap Khim atau Yap Tai-ciangkun datang pula
mendekatinya. "Yap Tai-ciangkun. selamat datang .,.....!" sapanya pelan.
"Selamat berjumpa, Ui Ciang-bun. Bagaimanakah khabar
Tiam-jong-pai selama ini " Maaf, Kami terpaksa membuat
kaget Tiam-jong-pai dan Ui Ciang-bun hari ini. Hong-siang
berkenan datang ke sini untuk menemui puteranya, Pangeran
Liu Yang Kun. Dan tentu saja...... sekalian menghadiri
perkawinan Ui Ciang-bun!" Yap Khim berkata pula sambiI
mengangguk hormat. "Pangeran Liu Yang Kun....... " Pemuda.....yang menolong
aku itu" Beliau itu putera Hong-siang ?" Ui Bun Ting berseru
kaget seraya memandang ke arah Yap Kiong Lee.
"Benar, Ui Ciang-bun. Pemuda itu memang putera Hong-
siang. Karena menderita penyakit lupa ingatan, maka beliau
pergi meninggalkan istana untuk mencari obatnya, kini beliau
sudah sembuh dan berada di sini bersama aku. Dan berita
kesembuhan pangeran ini telah didengar pula oleh Hong-
siang. Itulah sebabnya junjungan kita itu berkunjung
kemari......" pendekar istana itu menjelaskan.
Akhirnya Ui Bun Ting seperti tersadar dari mimpinya.
Bergegas ketua partai T iam-jong-pai itu menggandeng lengan
Han Sui Nio. "Kalau begitu antarkanlah kami menemui Hong Siang"..!
Oh, jangan-jangan beliau tidak mendapatkan pelayanan yang
layak !" katanya tergesa-gesa.
Yap Kiong Lee dan Yap Tai-ciangkun cepat mengiringkannya. Sambil berjalan kedua kakak-beradik itu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
berkata bahwa Ui Bun Ting tak perlu bersusah-payah melayani
kedatangan hong-siang, karena kehadiran Hong-siang kali ini
memang mendadak serta di luar pengetahuan Ui Bun Ting
sendiri, apalagi Hong-siang sendiri juga tak suka disanjung-
sanjung secara berlebihan pula.
Demikian gugup dan bingungnya Ui Bun Ting dan Han Sui
Nio sehingga mereka lupa kepada Tui Lan dan bayinya yang
masih berada di dalam kereta. Apalagi Tui Lan juga tak mau
keluar dari kereta itu, wanita muda itu tetap asyik menimang-
nimang puterinya. Bahkan dia juga tetap diam pula ketika
kereta itu diparkir di seberang jalan.
Sementara itu dengan sikap yang masih sangat gugup Ui
Bun Ting berlutut di depan Hongsiang yang masih merangkul
kepala Liu Yang Kun. "Hmm, Ui Ciang-bun.,. silakan berdiri !" Kaisar Han yang
sudah bisa mengendalikan perasaan harunya itu kemudian
memberikan perintahnya. "Aku sungguh berbahagia sekali
malam ini. Karena pesta perkawinanmu ini aku bisa
menemukan kembali puteraku yang hilang. Oleh karena itu
aku akan duduk di meja perjamuanmu sampai upacara yang
kauadakan selesai. Nah, marilah kita mulai upacaranya
sekarang " Yang Kun, kau ikut aku !"
Selesa i berbicara Kaisar Han melangkah menuju ke
pendapa. Diikuti oleh Ui Bun Ting, Yap Tai ciangkun, Yap
Kiong Lee, Souw Thian Hai dan para perwira pasukan
pengawal kaisar. Otomatis para tamu yang ada di dalam
pendapa segera menyibak dan menyingkir dari deretan kursi
utama. Untuk beberapa langkah Liu Yang Kun memang mengikuti
langkah Kaisar Han. Namun ketika pandangan pemuda itu
tertumbuk pada wajah gadis ayu yang juga ikut berjalan di
belakang rombongan tersebut tiba-tiba langkahnya terhenti.
Matanya terbeliak lebar seakan-akan melihat sesosok hantu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Nona Souw......" Kau ?" bibir Liu Yang Kun bergetar
menyebut nama gadis ayu namun berlengan satu itu. Matanya
tetap nanar seolah-olah baru saat itu ia melihat Souw Lian Cu.
Souw Lian Cu tersentak kaget pula. Gadis itu juga berhenti
melangkah, sehingga mereka berdua lalu berdiri berhadapan
dan ditinggalkan oleh rombongan mereka. Sejenak mereka


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya saling berpandangan saja. Namun kali ini Souw Lian Cu
melihat adanya perubahan pada pandangan Liu Yang Kun.
Berbeda sekali dengan pandang mata pemuda itu kemarin.
Kini pandang mata pemuda itu telah kembali normal seperti
yang dikenalnya dulu. "Pangeran .......?"
"Jangan panggil aku begitu ! Aku........" tiba-tiba Liu Yang
Kun berkata agak kesal. Tangannya mencengkeram lengan
Souw Lian Cu, sehingga gadis itu menjadi merah mukanya.
"Ah, Pangeran...... tanganmu menyakiti lenganku."
"Hmm. biarlah. Aku ingin berbicara denganmu. Marilah kita
duduk di pendapa agar ayahandaku tidak mencari aku.........!"
"Tapi........tapi ........?""
"Dengar, Nona Souw ! tidak ada tetapi lagi sekarang. Ayoh
!" Liu Yang Kun berkata tegas dan menarik lengan Souw Lian
Cu ke pendapa. Ketika lewat di dekat Kaisar Han, Liu Yang Kun diminta
duduk di sampingnya. Tapi pemuda itu dengan hormat
menolak. Sambil menuding kepada Souw Lian Cu pemuda itu
mencari tempat duduk yang lain. Dan ternyata Kaisar Han
tidak memaksanya. Kaisar yang bijaksana itu seperti
memaklumi hati puteranya.
Kebetulan Liu Yang Kun dan Souw Lian Cu memperoleh
kursi yang agak terpisah sehingga mereka berdua bisa
berbincang-bincang dengan leluasa.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Nona Souw, aku.........."
"Ah, Pangeran jangan........ jangan begitu. Tidak enak
dilihat orang." Dengan wajah merah Souw Lian Cu melepaskan
lengannya dari pegangan tangan Liu Yang Kun.
"Aku tidak peduli. Dan kukira juga tidak ada seorangpun
yang memperhatikan kita. Semuanya melihat ke rombongan
ayahanda Kaisar. Jadi kita bebas untuk saling berbicara disini."
"Ya. Tapi.. tapi Pangeran jangan terlalu ........terlalu......,..?"
"Terlalu apa?" Souw Lian Cu segera menundukkan kepalanya. "Anu......Pangeran jangan terlalu mesra kepadaku ! Aku
merasa tidak enak kalau dilihat orang. Bukankah........
bukankah Pangeran sudah beristri ?"
"Heh......?" Tiba-tiba Liu Yang Kun tercenung diam. Di dalam
pikirannya segera terbayang wajah Tiauw Li Ing yang genit
dan kejam itu. "Eh......kau maksudkan puteri bajak laut yang bernama
Tiauw Li Ing itu ?" akhirnya pemuda itu berkata kesal.
"Ketahuilah, Nona. Aku belum pernah kawin dengan dia. Eh,
maksudku".. aku belum resmi menikah dengan gadis itu.
Semua yang telah terjadi itu hanyalah tipu-dayanya saja. Guru
gadis itu telah menanamkan beberapa buah jarum di kepalaku
sehingga aku menjadi lupa pada masa-laluku. Nah, selama itu
aku dibohongi dan dicekoki pengertian bahwa aku adalah
suami Tiauw Li Ing.........."
Souw Lian Cu tersenyum melihat kedongkolan Liu Yang
Kun. "Sst ! Tenanglah, Pangeran! Jangan keras-keras begitu !
Nanti dilihat orang."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tapi"..tapi kau berprasangka yang bukan-bukan. Aku jadi
penasaran." Sekali lagi Souw Lian Cu tersenyum sehingga wajahnya
yang memang sangat cantik itu menjadi semakin manis dilihat
oleh Liu Yang Kun. "Sudahlah, Pangeran. Sekali lagi, tenanglah ! Aku juga tidak
berprasangka pula secara membabi buta. Aku mempunyai
bukti yang sangat kuat?".."
"Nah ! Kau sudah memulainya kembali !" Liu Yang Kun
menjadi berang kembali. "Sudah kukatakan bahwa semuanya
itu hanya tipu-daya ! Antara aku dan Tiauw Li Ing......."
"Sssst ! Aku tidak mengatakan hubungan Pangeran dengan
gadis itu......" dengan cepat Souw Lian Cu memotong. "Kalau
tentang gadis itu aku sudah bisa memakluminya ........"
Wajah Liu Yang kun tiba-tiba menjadi pucat. Matanya
terbeliak memandang Souw Lian Cu, hatinya menjadi kaget
dan bingung. "Apakah.......apakah yang Nona maksudkan?" tanyanya
kemudian dengan suara gemetar. Namun di dalam hatinya
telah timbul bayangan yang sangat menakutkan.
"Sudahlah, Pangeran. Pembicaraan ini tak perlu diperpanjang lagi. Diantara kita memang tidak pernah terjadi
apa-apa. Oleh karena itu pula kita tak usah mengungkit-ungkit
urusan pribadi masing-masing. Lihatlah, upacara perkawinan
telah hampir selesa i. Sebentar lagi tentu akan diselingi dengan
pertunjukan dan hiburan yang amat menarik."
Tapi bujukan gadis itu justru semakin memanaskan hati Liu
Yang kun. Pangeran muda itu justru bertambah berang dan
penasaran. Sikapnyapun menjadi bertambah berani pula.
"Tidak ! Aku tidak mau menghentikannya ! Aku justru akan
mengatakannya sekarang ! Dulu aku memang selalu ragu-
ragu untuk mengeluarkannya ! Tapi sekarang...... tidak ! Nah,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
nona Souw......ketahuilah ! Aku mencintaimu ! Aku ingin
memperisterimu ! Apapun yang terjadi ?"
Senyum yang tersungging di bibir Souw Lian Cu tiba-tiba
lenyap. Wajah itu seketika menjadi pucat pasi. Beberapa kali
kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, kalau-kalau ucapan
pemuda itu didengar oleh orang lain.
Tapi saat itu sebuah tarian kipas sedang dipertunjukkan
oleh sepuluh orang gadis, dan semua mata tertuju ke sana.
Tentu saja hati Souw Lian Cu menjadi lega. Namun demikian
untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, maka gadis itu
segera menyeret Liu Yang Kun keluar. Untunglah pada saat itu
pula beberapa orang tamu banyak yang hilir-mudik di pendapa
tersebut, sehingga kepergian mereka tidak menimbulkan
perhatian orang Iagi. Mata para prajurit dan pengawal kaisar dengan tajam
menatap mereka ketika mereka melewati halaman. Namun Liu
Yang kun tidak peduli. "Nona Souw..... Mengapa tiba-tiba kau membawa aku
keluar " Apakah kali ini kau juga akan mengatakan
penolakanmu seperti dahulu, sehingga kau takut aku akan
mengamuk dan membuat onar di dalam pesta perkawinan ini
?"" Liu Yang kun mendesak tak sabar ketika mereka telah
berada di pintu gerbang halaman.
"Sabarlah, Pangeran! Aku hendak menunjukkan sesuatu
pada Pangeran. Sebuah bukti bahwa apa yang kukatakan
tentang istri Pangeran tadi bukanlah mengada-ada. Marilah.......!" "Hah, T iauw Li Ing lagi ! Bosan aku !" Tiba-tiba Souw Lian
Cu menghentikan langkahnya. Matanya yang indah itu
menatap mata Liu Yang Kun dengan tajamnya.
"Dengar, Pangeran ! Bukan gadis itu yang kumaksudkan !
Aku tidak berbicara tentang Tiauw Li Ing ! Aku berbicara
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tentang wanita yang lain !" Sekali lagi hati Liu Yang Kun
tergetar. "Lalu......lalu siapakah yang kaumaksudkan ?"
Souw Lian Cu kembali melangkah. "Ikutlah aku ! Nanti
Pangeran akan mengetahui sendiri........"
Dengan hati berdebar-debar penuh tanda tanya Pangeran
Liu Yang Kun terpaksa mengikuti langkah Souw Lian Cu.
Namun di luar pintu halaman mereka dihadang oleh seorang
perwira tua. Dan perwira tua itu segera mempersilakan
Pangeran Liu Yang Kun untuk kembali lagi ke dalam gedung.
"Maafkan kami, Pangeran. Kami semua mendapat tugas untuk
menjaga pintu gerbang halaman ini. Tidak seorangpun
diperkenankan keluar oleh Hong-siang, sebelum Hong-siang
sendiri keluar dari dalam gedung ini. Oleh karena itu...... "
"Jadi ......akupun tidak boleh keluar pula dari tempat ini ?"
Liu Yang Kun memotong dengan kening berkerut.
"Maaf, Pangeran. Bukan maksud kami untuk menghalang-
halangi Pangeran. Tapi kami takut mendapat murka dari
Hong-Siang apabila kami melalaikan tugas ini."
Liu Yang Kun memandang Souw Lian Cu. Dan gadis ayu itu
segera melangkah ke depan perwira tua tersebut.
"Maaf. Sebenarnya Pangeran Liu Yang Kun juga tidak akan
pergi kemana-mana. Beliau hanya mau mengambil sesuatu di
kereta yang diparkir di seberang jalan itu. Apakah hal ini juga
tidak diperbolehkan ?" dengan pintar Souw Lian Cu mencari
alasan. Ternyata perwira tua itu menjadi bingung dan ragu-ragu
pula. "Ini......ini...ehm baiklah ! Tapi perbolehkanlah Kami
mengawal Pangeran ke sana," akhirnya perwira tua itu
mengambil keputusan. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah, Souw Lian Cu terpaksa menyetujui syarat itu
agar tidak terjadi kericuhan di tempat tersebut. Bersama
Pangeran Liu Yang Kun dan perwira tua itu dia pergi
menyeberangi jalan. Dengan langkah mantap dia menuju ke
kereta yang tadi dipakai oleh Ui Bun Ting.
Di samping kereta itu Souw Lian Cu berhenti. Ditatapnya
mata Pangeran Liu Yang Kun sejenak, kemudian ditunjuknya
pintu kereta yang tertutup rapat.
"Silakan Pangeran menjenguk ke dalam. Bukti yang
kukatakan itu berada di dalam kereta ini. Silakan......!" dengan
suara yang tiba-tiba berubah serak dan gemetar Souw Lian Cu
berkata kepada Pangeran Liu Yang Kun.
Tentu saja Liu Yang Kun yang belum tahu arah tujuan
Souw Lian Cu itu menjadi ragu-ragu. Namun demikian
keinginan tahunya segera mendesak di dalam pikirannya.
Dengan sangat hati-hati ia membuka pintu kereta itu.
"Hah......?"" Tui Lan ........?"?"
Pangeran Liu Yang Kun meloncat surut seraya menjerit
kaget. Matanya melotot menatap Tui Lan yang duduk bengong
menggendong bayinya. Berulang kali Pangeran Liu Yang Kun
mengucak-ucat matanya. Tapi ketika wajah Tui Lan yang ada di dalam kereta itu
tidak juga hilang dari pandangannya, maka Pangeran Liu Yang
Kun baru yakin bahwa ia tidak sedang bermimpi. Wanita yang
duduk di dalam kereta itu benar-benar Tui Lan istrinya yang
selama ini telah dianggapnya mati.
"Tui Lan......! Betulkah engkau....... Tui Lan?" desahnya
kemudian dengan napas terengah-engah.
Tapi berbeda dengan Pangeran Liu Y ang Kun yang menjadi
kaget oleh perjumpaan tersebut, Tui Lan sebaliknya sama
sekali tidak merasa kaget. Sejak semula gadis itu memang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
telah membayangkannya. Bahkan apa yang hendak dilakukannya juga telah dipikirkannya pula.
Meskipun demikian ketika pertemuan tersebut benar-benar
terjadi, ternyata sulit juga bagi T ui Lan untuk bersikap tenang.
Melihat sikap yang diperlihatkan oleh suaminya tadi hatinya
kembali Iuluh. "Ko-ko.......?"" bisiknya pula sambil mencucurkan air mata,
"Lan-moi......!" Liu Yang Kun berdesah haru.
Dan keduanya lalu saling berpelukan dengan erat. Tui Lan
sampai lupa bahwa dia sedang menggendong bayinya,
sehingga bayi itu menangis keras karena terhimpit tangan Liu
Yang Kun. Otomatis Liu Yang Kun melepaskan pelukannya. Wajah
pemuda itu penuh curiga ketika memandang bayi tersebut.
"Siapakah dia " Anakmu " Kau sudah kawin lagi ?"
Tui Lan menggelengkan kepalanya. Bibirnya tersenyum
ketika memandang kearah suaminya. Dan bayi yang sedang
menangis itu tiba-tiba ia serahkan kepada Liu Yang Kun!
"Ko-ko, anak ini adalah anak kita. Mengapa kau sama sekali
tak merasakannya " Lihat, wajahnya mirip wajahmu.....,"
"Apa.......?"?" Pangeran Liu Yang Kun tersentak kaget, dan
tiba-tiba saja lengannya yang panjang itu menyambar bayi
tersebut. "Anak ini anak kita ?" pekik Liu Y ang Kun gembira. "Benar.
Aha, benar. Kau memang telah hampir melahirkan ketika kita
berpisah dulu. Wah ........sungguh cantik sekali anak ini.
Siapakah namanya?" "Chu Siok Eng."
"Chu Siok Eng........?" Liu Yang Kun tersentak bingung.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sekali lagi Tui Lan tersenyum. Kemudian diceritakannya
pengalamannya dulu. Bagaimana dirinya dilontarkan oleh arus
air Telaga Tai-ouw. Lalu bagaimana pula ia ditolong oleh
keluarga Chu Seng Kun dari kebiadaban kawanan bajak laut
yang mengejar-ngejarnya. Demikian asyiknya mereka bercerita sehingga mereka tidak
mengacuhkan lagi pada orang-orang, yang kemudian datang
mendekati kereta itu. Barulah mereka menjadi kaget ketika
perwira tua yang mengikuti Liu Yang Kun tadi menegur
mereka. "Pangeran ?" Mungkin ada sesuatu yang dapat kami bantu
?" "Eh-oh.......?" Liu Yang Kun tergagap sadar dan bergegas
turun dari tangga kereta, Chu Siok Eng tampak tertidur pula di
pelukannya. Dan perwira tua itu segera melangkah maju pula mendekati
Liu Yang Kun.

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah Pangeran membutuhkan seorang dayang untuk
merawat anak itu," ia menawarkan lagi bantuannya.
Tapi pada saat itu pula tiba-tiba Liu Yang Kun teringat
kembali kepada Souw Lian Cu. Gadis ayu itu tidak ada lagi di
tempat tersebut. "Hei.....anu, eh...... di manakah dia tadi ?" Liu Yang Kun
berseru kepada perwira tua itu.
"Siapa yang Pangeran maksudkan " Pendekar wanita yang
datang bersama Pangeran " Ah, dia sudah pergi sejak tadi.
Sejak Pangeran membuka pintu kereta itu........" perwira tua
itu cepat menyahut. "Pergi " Pergi kemanakah dia ?" Tui Lan yang kemudian
berdiri di belakang Liu Yang Kun itu berseru kecewa.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Pangeran Liu Y ang kun menoleh ke arah T ui Lan. "Kau......
kau sudah mengenal dia pula ?"
Tui Lan menatap wajah Liu Yang Kun lekat-lekat. Dan tiba-
tiba matanya berkaca-kaca. Sehingga ketika akhirnya ia
menganggukkan kepalanya, maka air yang bening itu meleleh
membasahi pipinya. "Maafkan aku, ko-ko. Di dalam perjalanan tadi aku dan Li-
ingkong (Dewi Penolong) memang telah berbicara banyak
tentang diri kita masing-masing. Dan aku tak tega menyimpan
rahasia seperti membohonginya terus-menerus mengenai
diriku, padahal aku tahu bahwa dia adalah kekasihmu dan
calon istrimu yang sesungguhnya. Ia benar-benar seorang
wanita yang sangat mulia. Aku dan anakmu ini telah
berhutang nyawa kepadanya. Bahkan sebagian dari
darahnyapun telah masuk dan mengalir pula di dalam
tubuhku........" "Jadi...... jadi kalian berdua juga sudah saling mengetahui
persoalan.....persoalan kita masing-masing ?" dengan suara
lemah dan getir Liu Yang Kun bergumam seperti kepada
dirinya sendiri. Tui Lan pun tak kuasa lagi menjawab. Gadis yang juga
telah sarat dengan beban kesengsaraannya itu hanya bisa
menganggukkan kepalanya. Namun isyarat tersebut sudah
cukup untuk me lemahkan seluruh sendi-sendi tulang Liu Y ang
Kun. "Oooh..........!" pemuda itu berdesah panjang seraya
memandang jauh kedalam kegelapan. Semangatnya terasa
hilang. Seperti ada sesuatu yang terbang dari lubuk hatinya.
"Pangeran......?" perwira tua itu kembali menyela untuk
menghilangkan suasana aneh yang tidak dimengertinya itu.
Liu Yang Kun hanya melirik sekejap. Kemudian seperti
orang linglung ia melangkah kembali ke gedung Tiam-jong-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pai. Chu Siok Eng yang masih kecil itu tetap pula di dalam
gendongannya. Tapi dengan langkah tergesa Tui Lan mengejarnya.
"Ko-ko. hendak kau bawa kemana anak kita" Jangan
dibawa kemana-mana ! Berikan dia kepadaku............. !"
ujarnya khawatir. "Oooh !" Liu Yang kun tiba-tiba tersentak kaget, kemudian
dengan tergesa-gesa pula memberikan bayi itu kepada Tui
Lan. "Ini.....ini.,..terimalah ! Aku.......... aku hanya ingin
mengajaknya mencari Souw Lian Cu. Mungkin".. mungkin dia
kembali ke dalam gedung itu."
Sambil mendekap anaknya erat-erat Tui Lan menatap
wajah suaminya. Matanya yang indah itu kembali berkaca-
kaca. Tampak mendung kesedihan menggayut di matanya.
"Ko-ko......kuatkanlah
hatimu. Kau tak perlu lagi mencarinya. Seperti juga kau nanti tak perlu mencariku pula.
Dia telah pergi jauh. Demikian juga dengan aku nanti. Kami
berdua telah sama-sama berikrar serta berjanji untuk sama-
sama pergi jauh dan,.....melupakanmu !"
"Tui Lan.........."
"Nah, ko-ko ...... peliharalah dirimu baik-baik ! Selamat
tinggal !" Tiba tiba Tui Lan melesat pergi, menerobos di kegelapan
malam. Liu Yang Kun hendak mengejar, tapi perwira tua itu
cepat menghadangnya. "Pangeran..... Lihat ! Hong-siang sudah keluar ! Beliau
mencari paduka," perwira tua itu berkata keras seraya
menunjuk ke arah pintu halaman gedung T iam-jong-pai.
Pangeran Liu Yang Kun tertegun. Ayahandanya benar-
benar datang menghampirinya. Beliau diiringkan oleh Yap Tai-
ciangkun dan Yap Kiong Lee. Sementara para perwira dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
para prajurit yang menjaga keselamatannya tampak sibuk
bersiap-siap meninggalkan tempat itu.
Liu Yang Kun menghela napas panjang, ketika dicobanya
untuk melihat kemana Tui Lan tadi pergi, gadis itu telah
lenyap ditelan oleh kegelapan. Kembali terasa ada sesuatu
yang tanggal dan hilang di dalam hatinya.
"......Lian Cu...... Tui Lan......" rintihnya pedih.
"Yang Kun ! Apa yang kaulakukan di sini" Ayoh, kita
kembali ke pesanggrahan !" Kaisar Han tiba-tiba berkata.
"Marilah, Pangeran!" Yap Kiong Lee datang mendekat dan
ikut membujuknya pula. Bagai kerbau yang dicocok hidungnya Liu Yang Kun
menurut saja ketika lengannya dituntun pendekar dari istana
itu. Rasa-rasanya tiada lagi semangatnya yang tersisa.
Semuanya seperti terbawa oleh kepergian Souw Lian Cu dan
Tui Lan. Ketika kaki pemuda itu hendak naik ke kereta
ayahandanya, dari sebelah barat muncul serombongan tamu
yang hendak menghadiri pesta pernikahan itu pula. Dan Liu
Yang Kun segera mengenal dua orang diantaranya. Mereka itu
adalah rombongan dari aliran Im-Yang-kauw dan dua orang
yang telah dikenal oleh Liu Yang Kun itu adalah Toat-beng-jin
serta Tong Ciak. Tokoh-tokoh Aliran Im-Yang-kauw itu kelihatan terkejut
melihat panji-panji dan prajurit-prajurit yang bertebaran
mengelilingi sebuah kereta Kerajaan itu. Mereka hampir saja
meninggalkan jalan itu bila kemudian mereka tidak melihat
Pangeran Liu Yang Kun yang telah mereka kenal itu.
"Saudara Yang Kun, apa khabar ?" Toat-beng-jin berseru
gembira dan bergegas menghampiri kereta.
Tapi dengan cepat para pengawal Kim-i-wi mencegat
mereka. Terpaksa Liu Yang Kun yang telah kehilangan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
semangat hidup itu mengurungkan niatnya untuk menaiki
kereta. Dengan langkah lesu pangeran muda itu menghampiri
mereka. "Lo-cianpwe........?" pemuda itu menyapa puIa setelah lebih
dulu menyibakkan para prajuritnya.
"Pangeran.........." Siapakah mereka?" seorang perwira
segera mendekati Liu Yang Kun dan bertanya dengan suara
curiga. Liu Yang Kun menoleh, "Ciang-kun tak perlu mengkhawatirkan mereka. Mereka semua adalah teman-
temanku. Mereka adalah tokoh-tokoh Aliran lm-Yang-kauw
yang selama ini selalu membantu kerajaan."
"Oh !" perwira itu berdesah lega, kemudian melangkah
mundur. "Pangeran......?"" sebaliknya Toat-beng-jin dan kawan-
kawannya berseru kaget mendengar panggilan terhadap Liu
Yang Kun tersebut. Baru sekarang mereka menyadari siapa
sebenarnya Liu Yang kun selama ini.
Dan kenyataan itu benar-benar membuat hati mereka
menjadi kikuk. Dengan tergesa-gesa Toat-beng-jin meminta
diri dan mengajak kawan-kawannya masuk ke halaman rumah
Ui Bun Ting. "Maafkanlah kami, Pangeran. Kami semua benar-benar
tidak tahu, sehingga selama ini kami selalu menganggap
Pangeran sebagai sahabat kami. Maafkanlah kami. Kami".
kami sekarang sudah tidak berani lagi mengharapkan
kehadiran pangeran di tempat perkumpulan kami," sebelum
hilang di balik gapura halaman Toat-beng-jin berkata kepada
Pendekar Setia 11 Jago Kelana Karya Tjan I D Golok Naga Kembar 6
^