Pencarian

Memburu Iblis 8

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 8


yang mempunyai rumah ini seorang tokoh sakti yang sedang
mengasingkan diri" Apakah peristiwa dengan Hong-gi-hiap
Souw T hian Hai itu belum membuat jera juga?"
"Jera.....! Hahaha! Bukankah pendekar yang diagung-
agungkan orang itu akhirnya terluka di tangan guruku, Giok-
bin Tok-ong?" Tiauw Kiat Su menyahut dengan tertawa.
Sekali lagi Petani Dari Lautan Timur itu menarik napas
panjang. ''Hmm, sejak dulu sifatmu selalu begitu. Bersandar
pada kekuatan orang lain. Dulu kalian selalu mengandalkan
kekuatan ayahmu, sekarang kalian mengandalkan kekuatan
gurumu. Ya.....kalau orang yang kalian pakai untuk bersandar
itu selalu berada di dekatmu. Kalau tidak?"
"Paman maksudkan kalau tiba-tiba di rumah itu muncul
tokoh sakti semacam Hong-gi-hiap, padahal sekarang guruku
tidak ada, begitu?" tiauw K iat Su mendengus.
"Ya! Lalu yang hendak kau andalkan untuk melawannya?"
Tiauw Kiat Su tersenyum. Tiba-tiba pemuda itu
mengeluarkan sebuah benda bulat sebesar telur penyu, yang
tidak lain adalah pek-lek-tan, senjata peledak kepunyaan Giok
bin Tok-ong! Dengan senyum kemenangan pemuda itu
menimang-nimang peluru maut tersebut di tangannya.
Bukan main kagetnya Tung-hai Nung jin melihat itu! "Hati-
hati!" teriaknya. "Hahaha.......! Bagaimanakah Paman" Apakah paman
masih menyangsikan kemampuanku" Paman telah melihat
sendiri kedahsyatan peluru ini. Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
yang disohorkan orang itupun tak kuasa melawan senjata ini,
apalagi orang lain. Apa yang mesti ditakutkan lagi?"
"Bagus! Kalau begitu.....marilah kita masuki rumah itu! K ita
cari kakek tua yang mencurigakan itu!" Tiauw Li Ing berseru
gembira. Tung-hai Nung-jin terpaksa tidak bisa membantah lagi.
Diikutinya saja kedua orang keponakannya itu dari belakang.
Tangannya tak pernah lepas dari tangkai paculnya.
Tiba-tiba suara tangis bayi terdengar sampai di telinga
mereka. "Hei! Aku mendengar suara tangis bayi." Tiauw Kiat Su
berdesah kaget. "Ah, peduli amat! Mari kita masuk!" Tiauw Li Ing
menggeram, lalu mendorong pintu rumah itu.
Jilid 14 Gerrrrtttt.......! Pintu terbuka. Tanpa mengendorkan kewaspadaan mereka
masuk. Oleh karena ruang depan tidak ada orangnya, maka
mereka bertiga lalu masuk ke ruang dalam. Dan......... mereka
segera berhadapan dengan Souw Lian Cu dan Lo Hoat yang
sedang sibuk merawat orok yang baru lahir itu.
Sementara itu di dalam kamar pengobatan keadaannya
juga tidak kalah tegangnya. Tui Lan mulai sadar dari
pingsannya. Namun karena tubuhnya sangat lemah, maka dia
hanya bisa membuka matanya saja. Bibirnya yang kering dan
pucat itu tampak bergetaran menahan sakit.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tenanglah nyonya. Kau dan bayimu selamat. Sekarang
berusahalah untuk mengerahkan tenaga saktimu, aku akan
membantumu dari luar!" Chu Seng Kun berkata dengan suara
bergetar pula. Seluruh kekuatannya juga hampir terkuras
habis untuk menolong persalinan yang sulit itu.
Mata Tui Lan tampak terbelalak mendengar tentang
kelahiran bayinya. Ada terpancar perasaan gembira dan
bahagia di dalam pandang matanya.
Namun sinar kebahagiaan itu segera lenyap kembali tatkala ia menyadari
keadaan tubuhnya yang tak berpengharapan lagi itu. Sekejab
malah terbayang kembali tubuh suaminya yang terseret arus
air di bawah tanah itu. "Ko-ko......." bisiknya perlahan hampir tak terdengar sama
sekali. Chu Seng Kun melepaskan kedua telapak tangannya yang
menempel di atas perut Tui Lan. "Eng-moi! Bagaimanakah
pekerjaanmu" Ada yang cocok untuknya?" desaknya kepada
Kwa Siok Eng, isterinya. "Oh..... sungguh beruntung sekali dia! darah Lian Cu
ternyata cocok dengan darahnya !" Siok Eng menjawab
hampir bersorak. "Bagus! Kalau begitu panggil Lian Cu kemari.........!"
Siok Eng cepat melesat keluar dan berlari ke ruang tengah.
"Lian Cu, kau di.........?" serunya terputus begitu menyaksikan
apa yang terjadi di ruangan tersebut.
Ternyata tempat itu telah menjadi ajang pertempuran yang
seru. Lo Hoat yang tua itu bertempur dengan seorang lelaki
kurus bersenjata pacul sedangkan Souw Lian Cu menghadapi
seorang gadis cantik membawa kipas besi. Mereka berkelahi
dan bertarung dengan hebatnya, sementara di dekat pintu
masih terlihat seorang lagi yang masih menganggur.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sekilas pandang saja Kwa Siok Eng sudah bisa melihat
bahwa orang-orang yang datang itu rata-rata memiliki
kepandaian di atas suaminya dan dirinya sendiri. Dan Kwa
Siok Eng segera dapat mengenali pula lelaki kurus bersenjata
pacul tersebut. "Tung-hai Nung-Jin! Oh, kenapa bajak laut itu sampai
berada di tempat yang terpencil seperti ini" Dan......siapa pula
gadis lihai yang bertempur dengan Lian Cu itu" Celaka......!"
Siok Eng berdesah cemas. Kedatangan Siok Eng itu segera diketahui oleh pemuda
yang berdiri di dekat pintu.
"Ahaaa! Ternyata masih ada penghuni lain di rumah ini !"
pemuda yang tidak lain adalah Tiauw Kiat Su itu tertawa
gembira sambil melangkah menghampiri Siok Eng.
Siok Eng mundur kembali. Namun begitu teringat akan
suaminya yang sedang mengobati orang, langkahnya segera
terhenti. "Mereka tidak boleh ke kamar pengobatan."
desahnya di dalam hati. Apa sebenarnya yang telah terjadi" Mengapa begitu datang
rombongan Tung-hai Nung-jin itu langsung bergebrak dengan
kakek Hoat dan Souw Lian Cu"
Ternyata begitu berhadapan muka, Souw Lian Cu dan
kakak-beradik She Tiauw langsung saling mengenal. Mereka
semua pernah berjumpa beberapa tahun yang lalu di dusun
Ho-ma-cun meskipun hanya sebentar. (Baca: Pendekar
Penyebar Maut). Pada waktu itu Tiauw K iat Su mulai menaruh
perhatian kepada Souw Lian Cu yang buntung lengan kirinya,
walaupun di dalam pertemuan tersebut sama sekali ia tak
mengerti kalau gadis yang menarik hatinya itu adalah puteri
Hong gi-hiap Souw T hian Hai.
"Hei, ko-ko! Aku ingat gadis buntung ini! Kita pernah
menjumpainya di desa Ho-ma-cun beberapa tahun yang lalu,
ketika kita berdua baru pertama kalinya menginjakkan kaki di
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dunia kang-ouw......" Tiauw Li Ing berseru seraya
mengacungkan jarinya ke arah Souw Lian Cu, yang sedang
sibuk menjaga orok itu. "Kau.....kau benar, Ing-moi ! Ooh...... selamat bertemu
kembali, nona." "Hei! Hei! Jangan ngawur kau! Masih saja panggil nona
nonaan seperti dulu. Lihat bayi yang di dekatnya itu!"
'"Eh.....!"!" Tiauw K iat Su tersentak kaget.
Sementara itu Tung-hai Nung-jin tampak mendekati kakek
Hoat. "Aha.....akhirnya ketemu juga kau! Kenapa kau tadi
berlari sambil mengendap-endap di dalam hutan itu" Dan apa
yang kaubawa tadi" Kau seperti menggendong orang. Mana
orang itu, heh?" katanya dengan suara dingin.
Lo Hoat menatap wajah lawannya. Hatinya sedikit bergetar
juga melihat senjata pacul di tangan orang itu. Soalnya tiada
seorangpun di dunia persilatan saat itu yang bersenjatakan
pacul selain bajak laut Tung-hai Nung-Jin di Lautan Timur.
Padahal ia menyadari bahwa ia takkan mampu menjinakkan
pacul tersebut. Oleh karena itu ia berusaha untuk tidak
membuat onar terlebih dulu.
"Maaf, apakah aku yang tua ini berhadapan dengan Tung-
hai Nung-jin dari Lautan T imur itu?" sapanya halus.
Tung-hai Nung-jin mendengus melalui lobang hidungnya.
"Tidak salah! Nah, lekaslah kaujawab pertanyaanku tadi!"
Lo Hoat menghela napas. Bagaimana pun juga ia adalah
bekas pengawal kaisar yang disegani orang. Sikap dan ucapan
Tung-hai Nung-jin yang kurang bersahabat itu lambat laun
memanaskan hatinya juga. "Maaf, apa peduli Tuan dengan semua yang kulakukan di
hutan itu" Bukankah aku tidak mengganggu kepentingan
Tuan?" katanya sedikit keras.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Setan! Kau tidak mau menjawab pertanyaanku" Apakah
kau ingin dipaksa dahulu untuk menjawabnya?"
"Tuan jangan terlalu kasar di rumah orang! Tuan adalah
tamu di sini." Lo Hoat masih tetap berusaha mencegah
pertumpahan darah. Akhirnya Souw Lian Cu maju ke depan. Ditariknya lengan
Lo Hoat ke belakang. Lalu katanya kepada tamu-tamu yang
tak diundangnya itu. "Harap cu-wi duduk dahulu yang baik.
Kita bisa berbicara tentang maksud cu-wi datang ke sini
nanti......kita tak perlu bersitegang leher tanpa alasan yang
pasti. Nah, silakan.......!"
Sebenarnya hati Souw Lian Cu sendiri juga sudah mulai
terbakar melihat tingkah laku tamu-tamunya. Sejak Tiauw K iat
Ing menyebutnya gadis buntung tadi, hatinya sudah mulai
tersinggung. Apalagi ketika ia disangka telah kawin dan
mempunyai anak. Namun semuanya itu ditelannya saja di
dalam hati, karena ia mengingat sesuatu yang lebih penting,
yaitu keselamatan bayi itu dan ibunya.
Tapi keinginannya tersebut agaknya tidak terkabul. Tung-
hai Nung-jin yang sudah terlanjur bersikap garang itu
tampaknya malu untuk mengubah sikapnya. Apalagi bajak laut
yang sudah terbiasa bersikap kejam dan sewenang-wenang itu
melihat tiada orang yang perlu ditakuti di dalam rumah
tersebut. "Tak perlu! Kami datang tidak untuk bertamu. Kami datang
untuk mencari orang tua itu! Nah, kau tidak perlu ikut campur
agar kami tak usah membunuhmu!" bentaknya dengan suara
bengis. "Benar, nona.....eh, nyonya. Kau tak perlu ikut campur
dalam urusan ini. Sayangilah kecantikanmu. Kau......eh,
dimanakah suamimu?" Tiauw Kiat Su tiba-tiba melangkah
maju dan mencoba untuk menggoda Souw Lian Cu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Ternyata Souw Lian Cu juga tak kuasa mengendalikan
kemarahannya. "Tutup mulutmu! Kalian semua memang
manusia tak punya aturan dan sopan-santun sama sekali !
Seenaknya saja masuk ke rumah orang! Masih pula berlaku
kurang ajar, membentak-bentak dan main paksa lagi ! Huh!
Ayoh, sekarang pergi dari s ini! Pergi!" hardiknya dengan suara
menggeledek. Karena marah, otomatis tenaga dalamnya
bekerja, sehingga suaranya benar-benar seperti petir yang
meledak di telinga para pendengarnya.
Tung-hai Nung-jin dan keponakannya tersentak kaget.
Mereka sama sekali tidak mengira kalau gadis buntung itu
memiliki lwee-kang sedemikian tingginya. Namun hal itu justru
mengelitik hati Tiauw Li Ing malah! Sebagai gadis yang
congkak dan gemar membuat kerusuhan, tantangan Souw
Lian Cu itu segera ditanggapi dengan gembira sekali.
"Bagus! Kalau kami tidak mau pergi, kau mau apa" Main
paksa juga" Hihi hihii..........!"
Saking marahnya Souw Lian Cu tak bisa berkata-kata lagi.
Langsung saja ia menyerang gadis congkak itu. Telapak
tangan tunggalnya mendorong lurus ke depan, ke arah ulu
hati lawannya. Sederhana saja gerakannya, namun dari
telapak tangan itu tiba-tiba mengeluarkan asap kemerah-
merahan, seperti halnya kayu bakar yang baru dikeluarkan
dari tungku api. Dan pengaruh yang ditimbulkannya ternyata
juga sangat hebat. Udara panas terasa membakar ke tubuh
Tiauw Li Ing. Mengetahui lawannya memilik ilmu s ilat tinggi, Tiauw Li Ing
semakin menjadi bersemangat lagi. Gadis yang selalu
menyombongkan kepandaiannya itu segera mengerahkan ilmu
andalannya pula. Sambil berputar ke samping ia menghantam pergelangan
tangan Souw Lian Cu. Dan serangkum udara dingin segera
menerjang ke depan, memotong pancaran hawa panas yang
ditimbulkan oleh serangan Souw Lian Cu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Ceeeeeeeeeeeeess......! Belum juga tangan mereka bertemu, udara panas dan
udara dingin yang mereka timbulkan telah bentrok terlebih
dahulu. Dan bentrokan tersebut menimbulkan suara berdesis
seperti api tersiram hujan.
Plaaak. Dan kedua buah telapak tangan itu akhirnya
bertemu pula. Selanjutnya, masing-masing telapak tangan
tersebut terpental kembali. Tiauw Li Ing meringis kesakitan.
Telapak tangannya seperti menyentuh lidah api. Sementara
Souw Lian Cu sendiri juga tampak menggigit bibirnya pula,
karena tangannya seperti terperosok ke dalam lobang es yang
dingin luar biasa. Keduanya lalu berdiri berhadapan. Masing-masing merasa
terkejut atas kedahsyatan ilmu lawannya. Terutama Tiauw Li
Ing. Gadis itu sama sekali tak menyangka kalau gadis buntung
yang dianggapnya lemah itu ternyata menyimpan kekuatan
yang luar biasa. Malahan pada benturan mereka yang pertama
tadi, kekuatannya masih terasa sedikit kalah dibandingkan
dengan kekuatan lawannya itu. Dan hal itu semakin
menambah kegusarannya. Dikerahkannya seluruh kekuatannya kemudian menyerang kembali dengan

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dahsyatnya. Souw Lian Cu pun tidak mau tinggal diam pula.
Dikerahkannya tenaga sakti Ang-pek Sin kang warisan
ayahnya, kemudian menyambut serangan lawannya itu
dengan tidak kalah garangnya. Demikianlah, mereka pun lalu
terlibat dalam pertempuran yang hebat dan seru.
Tentu saja keributan tersebut menyebabkan bayi yang
sedang berada di dalam perawatan khusus itu menjadi gelisah
dan menangis keras. Lo Hoat tak tega mendengarnya.
Bergegas ia menghampiri. Namun Tung-hai Nung-jin cepat mencegatnya. Tanpa
memberi peringatan terlebih dahulu iblis dari Lautan T imur itu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menyerang dengan paculnya. Yiuuss........! Mata pacul yang
tajam itu menyambar leher Lo Hoat.
Lo Hoat dengan tangkas mengelak. Tiba-tiba tangannya
sudah memegang ruyung berantai, yaitu tiga potong besi
pendek yang masing-masing dihubungkan dengan rantai
pendek pula. Ruyung tiga ruas itu segera menyambar-
nyambar dengan dahsyatnya mengurung pacul lawannya.
Dan keadaan yang seperti itulah yang kemudian disaksikan
oleh Kwa Siok Eng! Kwa Siok Eng menjadi kaget dan bingung. Sekejap ia tak
tahu apa yang mesti dia lakukan. Semuanya berlangsung
dengan mendadak dan tak disangka-sangka sebelumnya. Dan
pada saat itulah tiba-tiba T iauw K iat Su datang mendekatinya.
Dengan mulut meringis itu menegurnya.
"Ahaa...... ternyata masih ada penghuni lain di rumah ini !"
Kwa Siok Eng melangkah mundur, namun segera berhenti
tatkala teringat keadaan di kamar pengobatan. "Kalian
siapa......" Mengapa tiba-tiba membuat onar di rumahku ini?"
sapanya pura-pura tidak mengenal mereka.
Tiauw Kiat Su tertawa. "Ah, nyonya tidak mengenal kami"
Hahaha.......dengarlah! Kami datang dari Lautan Timur. Kami
berdua adalah putera Tung-hai tiauw. Dan orang tua itu
adalah pamanku, Tung-hai Nung-jin. Masakan nyonya belum
mendengar nama pamanku itu?" katanya seraya menunjuki ke
arah Tung-hai Nung-jin. "Tung-hai Nung-jin......" Mengapa dia sampai datang
kemari" Ada urusan apa sebenarnya?" Kwa Siok Eng pura-
pura terkejut. "Ketahuilah, nyonya. Kami bertiga sedang mencari seorang
wanita muda berwajah cantik. Wanita itu mengenakan baju
kulit ular. Dia berada di sekitar tempat ini. Tadi secara tidak
sengaja kami melihat kakek tua itu berlari mengendap-endap
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menuju ke rumah ini. Dia menggendong sesosok tubuh
manusia. T api ketika kami tanyakan, kakek tua itu tidak mau
berterus terang. Itulah sebabnya kami menyerang......."
"Ahh......!" Kwa Siok Eng berdesah. Serba sedikit nyonya rumah ini
mulai mendapat gambaran tentang wanita muda yang kini
sedang dirawat oleh suaminya itu. Tampaknya wanita muda
itu adalah musuh keluarga Tiauw, dan sekarang sedang
dikejar-kejar sampai di tempat ini.
"Hmm, siapakah nama nyonya" Apakah kakek tua itu
ayahmu" Siapakah dia" Kulihat kepandaiannya juga tidak
rendah. Bisa melayani pamanku sedemikian lamanya." Tiauw
Kiat Su bertanya kepada Kwa Siok Eng lalu mengalihkan
pandangannya ke arena pertempuran. "Dan.. gadis buntung
itu! Siapakan dia" Benarkah bayi yang ada di tengah-tengah
barisan lilin itu anaknya?"
Kwa Siok Eng tidak segera menjawab. Pikirannya sedang
bingung memikirkan kemelut yang kini sedang dihadapinya. Ia
tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menolong jiwa
wanita muda dan bayinya yang kini sedang berjuang untuk
hidup itu. Apa lagi keduanya harus lekas-lekas mendapatkan
pertolongan sekarang. "Tapi.....tapi rumah ini sedang kedatangan perusuh. Dan
Souw Lian Cu yang seharusnya menyumbangkan darahnya
kini sedang bertempur dengan musuh. Oh ......bagaimana ini?"
pikirnya dengan gelisah. "Huh! Mengapa nyonya diam saja?" tiba-tiba Tiauw K iat Su
membentak tak senang. "Aku"..oh.....ini........"
Kwa Siok Eng menjadi semakin gugup dan berkeringat.
Apalagi ketika suaminya tiba tiba berseru dari dalam, "Eng-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
moi! Suara apakah itu" Mengapa ribut benar" Dimanakah
Souw Lian Cu" Mengapa lama sekali" Lekaslah......!"
Tiauw Kiat Su terperanjat, dan Kwa Siok Eng pun menjadi
pucat pula. "Siapakah dia" Suamimu" Kenapa dia tak keluar menemui
kami?" pemuda itu menggeram, lalu melangkah ke ruang
pengobatan. "Berhenti!" Kwa Siok Eng menjerit keras, kemudian melesat
ke depan, menghalang di muka Tiauw K iat Su.
Tiauw Kiat Su tersenyum dingin. Wajahnya berubah
menjadi kejam dan haus darah.
"Hahaha........ agaknya ada sesuatu yang kalian sembunyikan. Apakah itu" Wanita yang sedang kucari-cari itu"
Bagus! Akan kucari dia!"
"Jangan!" tanpa terasa Kwa Siok Eng berteriak pula.
"Engmoi! Kenapa kau berteriak-teriak" Ada apa di situ?"
Chu Seng Kun berseru lagi. Sama sekali tak menyangka kalau
di ruang tengah telah terjadi pertempuran yang menegangkan. Seluruh perhatiannya hanya tercurah kepada
Tui Lan yang sedang meregang nyawa menghadapi maut.
"Rumah kita kedatangan rombongan bajak laut dari Lautan
Timur !" Kwa Siok Eng menjawab. "Tapi kau tak perlu
khawatir. Kami bertiga sanggup menghalau mereka."
"Rombongan bajak laut dari Lautan Timur?" Chu Seng Kun
mengulang tak percaya. "Tempat ini ada ratusan lie jauhnya
dari pantai. Bagaimana mereka bisa sampai kemari?"
Tiauw Kiat Su tertawa terbahak-bahak. "Lihat! Suamimu tak
percaya kalau kami bisa sampai di tempat ini. Hahaha ......!
Hayolah, sebutkan namamu sebelum mati! Aku akan
mengguratkan nama itu di batu nisanmu nanti, hahaha!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kulit muka Siok Eng yang putih halus itu menjadi merah
padam. Dan hatinya tiba-tiba menjadi muak pula menghadapi
sikap Tiauw kiat Su yang sombong dan kurang ajar itu. Mata
yang semula tampak ketakutan karena harus memikirkan
nasib sang suami dan orang-orang yang ditolongnya itu kini
tampak kaku dan dingin. Dan itulah sebenarnya watak asli dari
Kwa Siok Eng, karena jelek-jelek dia adalah puteri K wa Eng K i
Ketua Tai-bong-pai (Partai Kuburan Besar) yang terkenal itu.
"Hemmh....... tidak mudah membunuh aku. Cobalah!"
geramnya seraya mengerahkan tenaga sakti Hio-yen-
sinkangnya (Tenaga Sakti Asap Hio), yaitu tenaga sakti
andalan kaum Tai-bong-pai.
Kabut tipis berbau wangi tiba-tiba menyelimuti tubuh Kwa
Siok Eng. Kabut itu tercipta dari lapisan keringat Siok Eng
yang menguap karena adanya perubahan suhu badan secara
mendadak. Oleh sebab itu kabut tersebut segera hilang
dengan sendirinya. Tiauw Kiat Su melangkah mundur setindak. Ilmu yang
diperlihatkannya oleh lawannya itu mengingatkannya kepada
cerita yang pernah didengarnya dari ayahnya. Yaitu cerita
tentang sebuah partai persilatan besar di daerah See-hek,
yang pada seratus tahun yang lalu didirikan oleb Cui-beng Kui-
ong, salah seorang dari Empat Datuk Besar Persilatan zaman
itu. Maka pemuda itupun tak mau berlaku sembrono lagi.
Langsung saja ia mengerahkan ilmu yang didapatnya dari
Giok-bin Tok-ong, gurunya yang baru. Mendadak serangkum
bau busuk yang sangat memuakkan tersebar dari dalam
tubuhnya membuyarkan bau wangi yang tadi berhembus dari
dalam tubuh Kwa Siok Eng. Begitu busuknya bau itu sehingga
orang-orang yang berada di dalam ruangan tersebut terasa
mau muntah karenanya. "Awas, udara beracun!" Kwa Siok Eng yang sedikit banyak
sudah hapal akan ciri-ciri racun itu berteriak memperingatkan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kawan-kawannya, kemudian cepat menerjang sumber racun
tersebut untuk menghentikannya.
Tiauw Kiat Su melenting pergi, mencari tempat yang luang
di dalam ruangan itu. Kwa Siok Eng segera mengejarnya. Dan
mereka pun lalu terlibat dalam pertarungan sengit dan
mendebarkan. Masing-masing memiliki ilmu yang aneh dan
mengerikan, sehingga untuk beberapa saat lamanya belum
dapat dipastikan, ilmu siapa yang lebih tinggi.
Sementara itu pertempuran antara Souw Lian Cu melawan
Tiauw Li Ing sudah mulai merayap ke tingkat yang paling
tinggi pada ilmu mereka. Dan pada puncak ilmu mereka
ternyata ilmu mereka mempunyai banyak kemiripan. Ternyata
masing masing memiliki tenaga dalam yang bersifat Im dan
Yang secara berbareng. Hanya bedanya, kalau Tiauw Li Ing
harus mengeraskannya secara berbareng, yaitu sekaligus yang
bersifat Im dan Yang. "Hmm.....aku mengenal ilmu yang kaupakai ini! Coba
katakan, apa hubunganmu dengan Aliran Im-Yang-kauw!
Mengapa seorang puteri bajak laut seperti kau ini memiliki
ilmu silat Im-Yang-kun-hoat dari Aliran Im-Yang-kauw?" di
dalam kesibukannya Souw Lian Cu masih sempat menilai ilmu
silat lawannya. Ternyata Tiauw Li Ing pun masih sempat menjawab pula,
"Apa yang perlu diherankan" Apakah seorang keturunan bajak
laut seperti aku ini tidak boleh mempelajarinya" Hi-hi-hi-
hi.........!" "Jadi kau benar-benar menguasai Im-Yang-kun-hoat dari
Im-Yang-kauw" Lalu......siapakah suhumu?" Souw Lian Cu
mendesak penasaran. "Kalau kukatakan siapa guruku, kau tentu kaget
atau.....mengatakan bahwa aku seorang pembual. Hi-hi-hi....."
"Begitukah" Hmmh! Coba katakan !" Lian Cu mendesak dan
berhenti menyerang. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tiauw Li Ing tertawa melengking sebelum menjawab. Lalu
katanya mantap, "Guruku adalah tokoh terlihai di dalam Aliran
Im-Yang-kauw. Kau tahu siapa yang terlihai di dalam aliran
itu?" "Kaumaksudkan ..... Toat-beng-jin (Manusia Pencabut
Nyawa)" Tai-si-ong (Kepala Kuil Agung)........." Atau...Kauw
Cu-si (Pengurus Agama) Tong Ciak?" Souw Lian Cu
menyebutkan beberapa orang tokoh Im-Yang-kauw yang
dikenalnya. "Ah, pengetahuanmu benar-benar dangkal sekali. Kenapa
kau sebut nama-nama itu" Mereka hanya merupakan tokoh
tokoh kelas dua di dalam aliran itu."
"Tokoh kelas dua" Kurang ajar! Mereka adalah tokoh-tokoh
puncak aliran itu. Kenapa mereka kaukatakan sebagai tokoh-
tokoh kelas dua?" Souw Lian Cu membentak gemas.
"Dibandingkan dengan guruku mereka memang termasuk
kelas dua" Mau apa lagi" Apakah aku harus mengatakan yang
tidak benar?" "Baiklah! Baiklah! Kau boleh mengatakan sesuka hatimu!
Sekarang sebutkan siapakah gurumu itu?"
Tiauw Li Ing tertawa gembira me lihat kegusaran lawannya.
"Kau tahu.....siapakah pemimpin aliran Im-Yang-kauw yang
lama" Yang mengundurkan diri karena cacat matanya akibat
pi-bu dengan Put-chien-kang Cin-jin dari Bing-kauw itu?"
katanya berteka-teki. Souw Lian Cu terperanjat. "Kau maksudkan....... bo-sin-ong
yang telah mengasingkan diri itu?" desahnya kemudian seperti
tak percaya. "Nah, kau tak percaya dan menganggapku pembual,
bukan?" Souw Lian Cu terdiam tak bisa menjawab. Di dalam
benaknya segera terbayang seorang Kakek buta yang amat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sakti, yang di dalam Buku Rahasia tercatat sebagal tokoh
keenam pada urutan Pendekar Terkemuka dewasa ini.
Setingkat di bawah ayahnya, Hong-gi-hiap Souw Thian Hai.
Tapi yang ia tahu, orang tua itu sangat baik, seorang
pendekar tulen, yang menjunjung tinggi kebajikan dan
keluhuran budi. Maka dari itu sungguh amat mengherankan
bila orang tua itu sampai bisa mengambil murid gadis binal
seperti T iauw Li Ing. "Lo-sin-ong memang buta matanya akibat pi-bu melawan
Put-chien-kang Cin-jin belasan tahun yang lalu. Tetapi .....
masakan pendekar sakti itu juga buta hatinya, sehingga ia tak
bisa merasakan macam apa sebenarnya gadis puteri bajak laut
Tung-hai-tiauw itu?" pikirnya di dalam hati.
"Nah...... kau tak mempercayai kata-kataku, bukan" Huh,
aku tahu itu !" tiba-tiba Tiauw Li Ing mendengus keras,
sehingga Souw Lian Cu tersentak kaget dari lamunannya. Dan
sekejap kemudian puteri bajak laut dari Lautan Timur itu telah
menggenggam kipas besinya serta menerjang Souw Lian Cu
kembali. Gadis berlengan tunggal itupun segera mengelak menjauhinya, oleh karena tidak membawa senjata, maka dia
cepat mengubah cara bersilatnya. Kali ini ia mengeluarkan
ilmu warisan keluarganya yang lain, yang khusus untuk
melawan musuh-musuh bersenjata, yaitu Tai-lek Pek-khong-
ciang (Pukulan Tangan kosong Bertenaga Mukjijat). Dengan
ilmu yang dahsyat ini Souw Lian Cu dapat melukai lawannya


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari jarak jauh, tanpa harus menyentuh tubuh musuhnya itu.
Dalam jarak tertentu angin tajam yang meluncur dari telapak
tangan atau ujung-ujung jari Souw Lian Cu, bisa melukai kulit
dan daging lawannya seperti halnya pukulan tangan atau
tajamnya ujung pedang biasa.
Cussss! Cussss! Cussss! Angin tajam melesat ke depan menyerang jalan darah su-
ki-hiat dan po ki-hiat di dada Tiauw Li Ing ketika ujung jari
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Souw Lian Cu menotok dari jarak jauh. Dalam kagetnya Tiauw
Li Ing cepat membuang dirinya ke samping sambil
mengayunkan kipasnya untuk menangkis.
Tak ! Tak ! Cuuuus ! Kipasnya tergetar mundur seperti
dihantam ujung pedang, sedangkan tubuhnya terdorong ke
belakang seperti didesak oleh sebuah tenaga yang maha
besar, sehingga Tiauw Li Ing menjadi pucat dan mengumpat-
umpat tiada habisnya. Apalagi ketika sudah bisa berdiri tegak
kembali, dilihatnya ujung lengan bajunya tampak berlobang
seperti bekas disundut api.
"Gila! Perempuan Gila! Ilmu apakah yang kaukeluarkan
itu?" jeritnya. "Apakah kau takut" Inilah Tai-lek Pek-khong-ciang warisan
keluargaku," Souw Lian Cu mengejek.
"Tai-lek Pek-khong-ciang dari keluarga Souw" Hei.....apakah kau mempunyai hubungan keluarga dengan
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai?" tanya Tiauw Li Ing dengan
suara semakin kaget. "Beliau adalah......ayahku!" dengan tenangnya Souw Lian
Cu menjawab. Tapi jawaban itu bagaikan petir siang bolong bagi Tiauw Li
Ing dan kawan-kawannya. Sama sekali tak mereka sangka
kalau gadis buntung tersebut adalah puteri Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai yang mereka segani itu.
Tung-hai Nung-Jin yang sudah mulai bisa mendesak Lo
Hoat itu tiba-tiba meloncat mundur. Sambil mengawasi Tiauw
Kiat Su ia berkata, "Nah.... apa kataku" Tampaknya kita telah
membentur batu karang lagi hari ini." sungutnya kesal.
Sebaliknya Tiauw Kiat Su yang masih bertarung ramai
dengan Kwa Siok Eng itu malah tertawa terbahak-bahak untuk
menutupi keterkejutannya. "Hahaha......! Apa bedanya kalau
dia itu anak Hong-gi-hiap Souw Thian Hai" Apakah paman
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sudah lupa pada senjata pek-lek-tanku" Kalau ayahnya saja
bisa disingkirkan, maka apa sukarnya melenyapkan anaknya"
Hahahaha..........!"
Diam-diam tersentak juga hati Souw Lian Cu mendengar
perkataan Tiauw Kiat Su itu. Benarkah mereka telah
menyingkirkan ayahnya" Di mana mereka bertemu dengan
ayahnya itu" "Bertahun-tahun aku tak berjumpa dan mendengar tentang
ayah. Kini ada orang yang berkata bahwa ia telah
disingkirkannya. Hmm.....benarkah kata-kata orang ini?"
pikirnya gelisah. Karena gelisah otomatis serangan Souw Lian Cu menjadi
kendor. Dan kesempatan itu benar-benar tak disia-siakan oleh
lawannya. Dengan menghentakkan seluruh kemampuannya
Tiauw Li Ing menerjang Souw Lian Cu. T iba-tiba saja kipasnya
ia lemparkan ke perut Souw Lian Cu seperti layaknya seorang
suku bangsa liar melemparkan pisaunya.
Thaaaaar ! Tiba-tiba kipas besi itu meledak sebelum mencapai
sasarannya, lembaran-lembaran daun kipasnya terlepas dari
tangkai pegangan, melesat terus ke depan, bagai belasan
anak panah, menyerang seluruh bagian depan tubuh Souw
Lian Cu yang terbuka! Bersamaan dengan itu pula Tiauw Li
Ing masih melepaskan lagi belasan batang paku beracun
untuk mencegat gerakan Souw Lian Cu kalau mau
mengelakkan diri! "OeekK......! Ooeek.....! Oooooek.......?" mendadak bayi
yang berada di dalam lingkaran api lilin itu tersengal-sengal.
Ternyata separuh dari api lilin tersebut telah padam akibat
angin pukulan yang berseliweran di tempat itu.
"Aaaa!" Lo Hoat yang berada paling dekat dengan bayi itu
berdesah cemas. Namun sebelum ia beranjak untuk menolong
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bayi tersebut, Tung-hai Nung-jin sudah menyerangnya
kembali dengan paculnya. "Jangan hiraukan bayi itu! Mari kita lanjutkan pertarungan
kita!" Lo Hoat cepat mengelak. "Tapi.... bayi itu! Dia.... dia
tersengal sengal kedinginan! Dia bisa mati!" teriaknya.
"Persetan dengan bayi itu! Nyawamu sendiri juga berada di
ujung paculku!" "Iblis kejam! Iblis tak punyai hati!" Lo Hoat memekik
marah, lalu mengayunkan ruyungnya.
"Oeeeek ! Oeeek! Oeeek..........!" bayi itu semakin
tersengal-sengal. Ternyata tangis bayi itu terdengar pula oleh Kwa Siok Eng
yang sedang bertempur melawan Tiauw Kiat Su. Dan seperti
juga kawan-kawannya, ia menjadi kaget dan cemas
memikirkan bayi yang sedang menghadapi maut tersebut.
"Oh.... anak itu!" la menoleh dan menjerit. Wajahnya pucat
pasi. Tapi sekejap saja perhatiannya terpecah, sebuah totokan
Tiauw Kiat Su telah menerobos pertahanannya dan tepat
mengenai jalan darah Ki-hu-hiat di pundak kirinya.
"Aduuuuh!" ia mengeluh dan cepat-cepat meloncat mundur
untuk menghindari serangan Tiauw Kiat Su yang lain. Namun
dengan demikian tangan kirinya telah menjadi lumpuh untuk
sementara waktu. Sakitnya pun tiada terkatakan lagi.
"Kau dengar ucapan pamanku tadi" Hahaha....... jangan
hiraukan bayi celaka itu! Pikirkanlah saja dulu jiwamu!" Tiauw
Kiat Su tertawa. "Setan! Kalian memang setan, bukan manusia! Ooough.......!" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kwa Siok Eng menggigit bibirnya, lalu menyerang lawannya
dengan kemarahan yang meluap-luap. Karena lengan kirinya
lumpuh, maka ia menggunakan lengan kanannya untuk
memukul. Dalam kemarahannya Siok Eng melepaskan seluruh
tenaga saktinya. Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau
pengaruhnya benar-benar hebat luar biasa.
Serangkum udara dingin berembus mengiringi pukulannya,
bagaikan badai salju yang bertiup membekukan. Belum juga
pukulan itu menyentuh dada Tiauw K iat Su, pemuda itu sudah
menggigil kedinginan. "Gila! Ternyata kau masih menyimpan ilmu yang hebat
juga!" pemuda itu cepat menggeram sambil mengerahkan
lwee kangnya, lalu meronta untuk membebaskan dirinya dari
pengaruh udara dingin tersebut.
Namun untuk selanjutnya pemuda itu menjadi kaget dan
terheran-heran ketika menyaksikan lawannya bersilat dengan
cara yang aneh serta mengerikan. Lawannya itu meloncat-
loncat dengan tubuh lurus kaku seperti mayat, tapi dengan
gerakan yang gesit dan cepat luar biasa. Begitu tangkas
gerakannya, baik ketika berputar, membalik, melenting
ataupun meliukkan tubuh, sehingga ia menjadi bingung dan
sulit menentukan, yang mana bagian kepala atau bagian kaki
dari lawannya itu. "Perempuan gila! Siapakah kau sebenarnya" Mengapa kau
mahir memainkan Ilmu Silat Mayat Mabuk dari T ai-bong-pai?"
Tiauw Kiat Su yang terheran-heran itu menjerit marah.
"Jangan hiraukan siapa aku! Lihat serangan!" Kwa Siok Eng
membentak. "Bagus! Aku memang tidak peduli siapapun kau ini! Kalau
aku tadi bertanya kepadamu, hal itu hanya karena aku ingin
mengetahui siapa yang telah kubunuh di rumah ini!"
Tapi Kwa Siok Eng tak mau melayani kata-kata pemuda itu.
Sebaliknya ia benar-benar melepaskan seluruh Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kemampuannya untuk melawan pemuda lihai itu. Sayang
lengan kirinya telah lumpuh sehingga kehebatan ilmunya itu
menjadi berkurang pula karenanya.
Sementara itu Souw Lian Cu yang berada dalam keadaan
yang sulit karena terancam oleh pecahan kipas dan sambaran
paku-paku beracun itu tak mampu berbuat banyak lagi.
Kemana pun ia bergerak akan tetap terancam oleh senjata
rahasia lawan. Oleh karena itu ia segera membulatkan hatinya
untuk mengadu jiwa dengan musuhnya.
Mula-mula dikerahkannya seluruh tenaga sakti yang
diyakininya selama ini untuk melindungi tubuhnya. Kemudian
dengan sekuat tenaga ia mengayunkan lengan baju kirinya
yang kosong ke depan, untuk menangkis senjata rahasia yang
berhamburan ke arah dirinya itu sedapat dapatnya. Setelah itu
dengan sisa-sisa tenaganya ia menotok tiga kali ke arah perut,
paha dan dada Tiauw Li Ing dengan Tai-lek Pek-khong-
ciangnya. Plaaak! T haakk! T hmgg! Cuuus!
Lengan baju Souw Lian Cu yang berubah keras bagai besi
itu menghantam hampir sebagian besar pecahan kipas yang
melesat ke arah dirinya. Sedangkan pecahan kipas yang lolos
dari tangkisan lengan bajunya terpaksa ia biarkan menghunjam ke dalam dagingnya. Sementara itu paku-paku
beracun yang dilontarkan oleh Tiauw Li Ing menjadi hilang
kegunaannya karena ia sama sekali tak bergerak untuk
mengelak dari serangan beruntun tersebut.
Souw Lian Cu mengeluh panjang dan jatuh pingsan karena
terkena dua buah pecahan kipas di kedua lututnya. Namun
bersamaan dengan itu juga lawannya pun terjerembab ke
lantai pula, karena bagian paha dan perutnya terluka
mengucurkan darah akibat totokan jarinya yang ampuh.
Sehingga dengan dem ikian mereka berdua sama-sama terluka
cukup parah. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Di dalam arena yang lain, Tung-hai Nung-jin telah
mengurung Lo Hoat dengan senjata paculnya. Bajak laut yang
lihai itu telah sampai pada ilmu puncaknya pula. Ia telah
mencopot semua pakaiannya, sehingga ia hanya mengenakan
cawat kecil saja. Namun dengan demikian ia justru menjadi
lebih berbahaya, karena hal itu berarti dia telah mengetrapkan
ilmu andalannya, yaitu Ban-seng-kun (Ilmu Selaksa Bintang).
Entah dari mana datangnya, tiba-tiba tubuh Tung-hai
Nung-jin yang terbuka itu mengeluarkan keringat yang bukan
main banyaknya. Dan keringat itu lalu mengalir, menetes dan
kemudian memercik berhamburan ke mana-mana. Terkena
pantulan sinar matahari yang masuk melalui lobang jendela,
percikan air keringat itu menjadi gemerlapan seperti kunang-
kunang yang berterbangan di sawah pada malam hari.
Bedanya, selain berbau dan sangat menjijikkan, percikan
keringat itu dapat menyakiti atau bahkan dapat melukai kulit
lawannya. Sudah terkurung oleh pacul lawan, masih juga harus
menghadapi percikan-percikan air keringat yang berbahaya
itu. Maka sungguh tidak mengherankan kalau sebentar saja Lo
Hoat sudah berada di ujung maut. Praktis senjata ruyung yang
dipegangnya itu tak bisa dipakai untuk bertahan lagi. Sedikit
demi sedikit percikan keringat lawannya mulai melukai kulit
dagingnya. Malah beberapa saat kemudian ruyungnya
terlempar jatuh oleh gebrakan pacul Tung-hai Nung-jin.
Sehingga untuk selanjutnya ia hanya menantikan saat
kematiannya saja. Namun demikian ia telah bertekad untuk
mati dengan cara ksatria, yaitu berjuang sampai titik darah
penghabisan. Sementara itu di arena yang lain lagi, Kwa Siok Eng
sebentar-sebentar menoleh ke arah bayi yang tersengal-
sengal menghadapi maut itu. Dilihatnya lilin-lilin yang
menghangatkan bayi tersebut sudah banyak yang padam,
sehingga bibir dan kulit muka bayi itu telah menjadi biru
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kedinginan. Dan Siok Eng yang sudah lama mendambakan
seorang anak di dalam keluarganya itu tampak semakin
tersentuh hatinya. Akibatnya konsentrasinya menjadi sering
terpecah karenanya. Sudah lengan kirinya lumpuh, kini masih sering terpecah
pula konsentrasinya. Maka tidaklah mengherankan juga
apabila daya perlawanannya semakin lemah pula akhirnya,
biarpun ilmu silat Mayat Mabuk itu merupakan ilmu yang
mengiriskan, namun Tiauw Kiat Su pun juga memiliki ilmu
yang hebat pula. Itulah sebabnya semakin lama ia menjadi
semakin terdesak di bawah angin. Malah beberapa saat
kemudian lengan kanannya pun juga terpukul lumpuh oleh
pukulan lawannya. "Aaaaah....!" pekiknya kesakitan.
"Aaaaaaargh.......!"!" terdengar pula raungan Lo Hoat
karena perutnya terhunjam oleh pacul T ung-hai Nung-jin.
Lo Hoat dan Kwa Siok Eng terlempar ke atas lantai dalam
waktu bersamaan. Kwa Siok Eng segera bangkit duduk,
namun Lo Hoat tak bisa. Kakek tua itu malah terlentang
mendekap perutnya. Darah mengucur tak henti-hentinya dari
lukanya yang menganga. Namun demikian kakek itu masih
tetap sadar dan terang pikirannya.
Tung-hai Nung-jin dan Tiauw Kiat Su tertawa gembira atas
kemenangan mereka. Tapi mereka segera terdiam kembali
ketika melihat Tiauw Li Ing terkapar kesakitan di atas lantai.
Bergegas keduanya menghampiri.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi pada saat itu pula Chu Seng Kun memasuki ruangan
tersebut. Dengan badan yang masih tampak lemah sekali
karena baru saja mengerahkan segala kemampuannya untuk
menolong jiwaTui Lan, lelaki ahli obat itu ternganga
menyaksikan keadaan ruang tengah tersebut.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Eng-moi......! Kau....... kau kenapa?" serunya kaget. Lalu
ketika tampak pula olehnya keadaan Souw Lian Cu. "Hei" Lian
Cu" Dia.......dia?"
Sementara itu melihat munculnya seorang lawan lagi, Kiat
Su tak jadi mendekati adiknya. Dengan garang ia justru
menghadapi Chu Seng Kun. Tangan kanannya telah bersiap-
siap dengan kipas besinya.
"Paman, tolong kau lihat Li Ing itu! Biar kuhadapi sendiri
orang ini !" bisiknya kepada Tung-hai Nung-jin.
Tapi Chu Seng Kun tak mempedulikan sikap Tiauw Kiat Su
tersebut. Seluruh perhatiannya sedang terpusat kepada
isterinya. "Eng-moi......! Siapakah yang melukaimu" Apakah pemuda
itu yang membuat onar di rumah kita" Siapakah dia?"
desaknya kepada Kwa Siok Eng.
Kwa Siok Eng tidak menjawab. Sebaliknya ia bertanya
kepada suaminya itu, "Ko-ko, bagaimana dengan wanita yang
kautolong itu" Apakah ia masih kuat menunggu tambahan
darah dari Souw Lian Cu?"
Chu Seng Kun mengangguk. "Jangan khawatir. Aku baru
saja selesai memberikan tambahan tenaga kepadanya. Ia
masih bertahan beberapa waktu lagi untuk menunggu
tambahan darah dari Lian Cu. Eh, tapi......kenapakah dengan
gadis itu" Ia..... ia kelihatan terluka dan tak bisa bangun."
katanya seraya menoleh ke tempat Souw Lian Cu terbaring.
"Dia telah bertempur melawan puteri Tung-hai tiauw, dan
tampaknya mereka sama-sama terluka. Ko-ko, berhati-hatilah.
Mereka adalah Tung-hai Nung-jin dan anak-anak Tung-hai-
tiauw. Pemuda itu sangat lihai. Dialah yang melukai aku.
Sedangkan Lo Hoat dilukai Tung-hai Nung-jin......" Kwa Siok
Eng berdesah menahan sakit.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kurang ajar! Mengapa mereka memusuhi kita" Bukankah
kita tidak mempunyai masalah atau dendam-kesumat dengan
mereka?" Chu Seng Kun menggeram marah.
Tapi Kwa Siok Eng cepat mencengkeram lengan suaminya.
"Ko-ko, kau bersabarlah! Kau baru saja kehilangan banyak
tenaga. Keadaanmu tidak baik untuk berkelahi. Jangan
kaupaksakan dirimu. Biarlah kita mengalah saja kali ini. Lebih
baik kauselamatkan dulu bayi itu." bujuknya perlahan.
"Ya.....tapi kenapa mereka memusuhi kita" Apa persoalannya?" Chu Seng Kun tetap meradang.
Kwa Siok Eng menghela napas. "Ketahuilah, ko-ko. Mereka
datang ke sini untuk mencari wanita yang kautolong itu!"
bisiknya. "Hahaha..! Baiklah, kalian berdua kuberi waktu untuk saling
memberi pesan sebelum mati. Tapi setelah itu kalian akan
kukirim ke neraka." tiba-tiba Tiauw Kiat Su tertawa mengejek.
"Bajak laut keparat......!" Chu Seng Kun mengumpat dan
bangkit berdiri dengan marah.
"Ko-ko.......!" Kwa Siok Eng mencoba untuk mencegah,
namun tak berhasil. Suam inya sudah terlanjur marah melihat
keganasan para bajak laut itu.
Chu Seng Kun mengepalkan tangannya di depan Tiauw K iat
Su. "Anak muda! Sungguh kejam sekali hatimu! Kita semua
belum pernah saling bertemu sebelumnya. Tapi apa sebabnya
kau mengumbar kekejaman di rumahku ini?"
Sekali lagi Tiauw Kiat Su tertawa terbehak-bahak.
"Hahaha....... agaknya kau sudah mulai pikun, ya" Bukankah
pihakmu dulu yang memulainya" Kami datang untuk
menanyakan orang yang kami cari. Tapi isterimu berusaha
untuk menutupi dan menyembunyikannya. Malah orangmulah
yang lebih dahulu menyerang kami.,......" kilahnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tapi tak seharusnya kau berbuat begitu kejam. Semuanya
bisa diurus dan diselesaikan dengan baik, tanpa harus
bergelimang dengan darah."
"Tutup mulutmu! Lihat! Pihak kami pun ada yang terluka
pula! Persoalan ini sudah tidak bisa didamaikan lagi, meskipun
orang yang kalian sembunyikan itu kalian serahkan kepada
kami!" T iauw Kiat Su berteriak.
"Baik! Kalau begitu marilah kita selesaikan sekarang juga!"
Chu Seng Kun berteriak pula dengan marahnya.
"Ko-koooo.......?" Kwa Siok Eng masih juga mencoba untuk
melunakkan hati suaminya.
Tapi Chu Seng Kun sudah terlanjur menyerang lawannya.
Meskipun sudah hampir kehilangan sebagian besar tenaga
dalamnya, namun serangannya masih tetap berbahaya. Udara
hangat terasa menebar menyertai gerakan kaki dan
tangannya. "Bagus!" Tiauw K iat Su memuji sambil menghindar.
Melihat serangannya dengan mudah dapat dielakkan oleh
lawannya, Chu Seng Kun yang telah banyak kehilangan tenaga
itu semakin menjadi gusar. Dengan sisa sisa kekuatannya ia
terus mengejar Tiauw Kiat Su. Sambil meloncat kedua telapak
tangannya menyambar ke depan dalam jurus Kim-hong-pao-
geat (Burung Merak memeluk bulan), yaitu salah sebuah jurus
dari Kim-hong Kun-hoat (Pukulan Burung Merak) warisan
perguruannya. Tapi Tiauw Kiat Su dengan tangkas membungkukkan
badannya, kemudian menyelinap di bawah lengan, terus
berputar ke belakang Chu Seng Kun. Semua itu dilakukan
sambil membabatkan kipasnya ke pinggang lawan.
Dari menyerang kemudian balik mendapatkan serangan,
membuat Chu Seng Kun menjadi kelabakan setengah mati.
Apalagi dengan kekuatannya yang telah jauh menyusut itu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Chu Seng Kun juga telah kehilangan pula sebagian besar
kecepatannya. Untunglah dengan sisa-sisa kekuatannya dia
masih mampu menghindarinya juga. Namun bagaimanapun
juga akhirnya ia tak mampu memperbaiki kedudukannya lagi.
Serangan-serangan beruntun dari Tiauw Kiat Su membuatnya
jatuh bangun untuk mempertahankan diri. Sehingga akhirnya
dia tak dapat mengelak pula dari beberapa goresan kipas besi
lawannya. Darah mulai mengucur dari luka-luka yang diperolehnya.
Chu Seng Kun benar-benar berada di ujung maut sekarang.
Ilmu silatnya yang tinggi tidak dapat menolongnya lagi. Begitu
pula dengan gin-kangnya yang terkenal hebat itu. Semuanya
terasa mengendor dan hilang kegarangannya
akibat terkurasnya tenaga ketika ia menolong persalinan Tui Lan tadi.
"Hahaha.......berdoalah sebelum nyawamu kukirim ke
akherat!" Tiauw Kiat Su mengejek, lalu mengirimkan lagi
pukulan mautnya dengan tangan kiri.
Duuuuk! "Huaakh......" Sekali lagi Chu Seng Kun menerima pukulan
di perutnya sehingga muntah.
Keadaannya semakin mengkhawatirkan. Mukanya pucat pasi, sedangkan pakaiannya telah penuh dengan noda darah.
Dapat dibayangkan betapa cemas gelisahnya Kwa Siok Eng.
Dia sendiri masih lumpuh kedua buah lengannya, sementara
kawan-kawannya yang lain justru lebih parah dari pada
dirinya. Souw Lian Cu belum bisa bangun karena kedua
lututnya terluka, sedangan Lo Hoat malah tinggal menunggu
saat kematiannya saja. Oleh karena itu ketika sekali lagi suaminya menerima
sebuah tendangan keras dari musuhnya, Kwa Siok Eng tak
kuasa menahan diri lagi. Dengan nekat ia bangun, dan
kemudian melompat menerjang Tiauw Kiat Su. Karena kedua
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lengannya tak bisa untuk menyerang, maka ia menerjang
dengan kedua kakinya. Wuuuut!
Tapi dengan mudah Tiauw Kiat Su menghindarinya. Malah
tampaknya pemuda itu tak ingin memperpanjang waktu lagi.
Dengan bengis kipasnya menyambar dua kali ke depan. Yang
pertama luput, namun yang kedua dengan tepat menyambar
leher Kwa Siok Eng! "Aaaaaah......I" Wanita itu menjerit keras, kemudian jatuh
terbanting ke atas lantai. Sebuah goresan yang dalam
melintang di leher sebelah kirinya, sehingga memutuskan urat
nadinya. Sekejap ia masih bisa menoleh ke arah suaminya, yang
kebetulan juga menggeletak di dekatnya, namun sebentar
kemudian kepalanya terkulai lemas tak berdaya. Darah
mengalir seperti pancuran dari lehernya.
"Eng-moi" Oh, Eng-moi......!" Chu Seng Kun memekik
sekuat-kuatnya, kemudian merangkak mendekati tubuh
isterinya. Wanita itu sudah tak bisa bergerak lagi. Sinar matanya
sudah memudar. Namun demikian ia masih merasakan
kedatangan suaminya. Jari-jarinya tampak bergetar ketika
lengannya disentuh oleh suaminya.
"Ko......ko......?" bibir itu berdesah lirih untuk yang terakhir
kalinya, lalu diam. Diam untuk selama-lamanya.
"Eng-moiiiiiii......" Chu Seng Kun menjerit serak. Dipeluknya
tubuh isterinya seperti tak hendak dilepaskannya kembali.
Mendadak, seperti ada tambahan tenaga baru. Chu Seng
Kun bangkit berdiri. Matanya nyalang seperti orang yang telah
hilang kesadarannya. Giginya terdengar gemeretak menahan
saluran sisa-sisa lwee-kangnya, kemudian bagaikan seekor
singa terluka ia menubruk T iauw Kiat Su!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Pemuda itu terperanjat, la tak menduga kalau korbannya
itu masih bisa bangun, bahkan melompat menyerangnya.
Bergegas ia melangkah ke samping tiga kali untuk
mengelakkannya, kemudian membuka kipas mautnya untuk
menghabisi sekalian jiwa lawannya itu.
Namun pada saat yang bersamaan tiba-tiba Lo Hoat
menerkam kedua kakinya! Kakek tua yang belum juga
menemui ajalnya itu ternyata benar-benar memanfaatkan
kesempatan yang tiba-tiba berada di depannya. Melihat Tiauw
Kiat Su melangkah dan berdiri di dekatnya, ia langsung
mengerahkan sisa-sisa tenaganya untuk menerkam pemuda
itu. Kesepuluh jari tangannya mencengkeram paha sehingga
berdarah! "Bangsat Tua Bangka......!" Tiauw Kiat Su mengumpat
kotor sebelum ia jatuh tertelungkup bersama-sama dengan Lo
Hoat. Dan kesempatan itu cepat dipergunakan pula oleh Chu
Seng Kun. Lelaki ahli obat itu cepat menubruk kembali untuk
mengadu nyawa. Tapi T iauw K iat Su ternyata lebih cepat lagi.
Sambil meronta untuk melepaskan kedua kakinya, pemuda itu
mengecutkan lembaran kipas besinya.
Whuuuut! Singgggggg! SinggggI Puluhan batang jarum
menyongsong Chu Seng Kun.
"Aeaaauuuuuh!" ahli obat itu mengeluh keras ketika jarum-
jarum beracun tersebut menancap semua ke dalam tubuhnya.
Dan suara keluhannya itu segera diikuti pula oleh suara
jeritan maut Lo Hoat, yang remuk kepalanya dihantam kaki
Tiauw Kiat Su! Tiauw Kiat Su cepat membebaskan kakinya dari
cengkeraman Lo Hoat dan mengobati
luka-lukanya. Sedangkan Chu Seng Kun yang tertembus puluhan batang
jarum itu tampak terhuyung-huyung jatuh di samping tubuh
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Souw Lian Cu. Sepintas lalu sudah dapat dilihat bahwa jiwanya
tidak bisa ditolong lagi.
"Tua Bangka keparat !" Tiauw Kiat Su mengumpat tiada
habisnya. ''Sudah mau mati saja masih bisa me lukai kakiku!
Kurang ajar.......!"
Tung-hai Nung-jin datang mendekat bersama Tiauw Li Ing.
Gadis itu masih kelihatan pucat wajahnya, meskipun luka-
lukanya telah diobati oleh pamannya.
"Sudah kaubereskan semuanya Kiat Su?" orang tua itu
bertanya. "Sudah. Tapi si Tua-renta yang berkelahi dengan paman
tadi sempat melukai pahaku juga. Aku terkecoh. Kukira dia
sudah mati tadi. Huh!"
"Kalau begitu..... marilah kita cari orang yang digendong
Bangsat Tua itu! Siapa tahu orang itu benar-benar wanita
yang kita cari?" "Marilah, paman!" Tiauw Kiat Su menyahut, lalu
mendahului menyelinap ke pintu belakang. Berhati-hati Tung-
hai Nung-jin menuntun Tiauw Li Ing, mengikuti langkah
pemuda itu. Sebentar kemudian ruangan itu menjadi sepi pula.
Semuanya tampak diam tak bergerak, kecuali orok kecil di
atas meja itu. Biarpun sudah tak bisa menangis lagi, namun
orok itu belumlah mati, Sebentar-sebentar masih tampak
gerakan kaki atau kepalanya, walaupun sangat lemah sekali.
Air mendidih yang ditaruh Lo Hoat di bawah meja itu ternyata
masih mampu menolong bocah itu dari kebekuan.
Souw Lian Cu yang pingsan itu tersentak kaget sehingga
siuman dari pingsannya ketika lengan Chu Seng Kun tiba tiba
bergerak menyentuhnya. Dan gadis itu segera terkejut
setengah mati menyaksikan keadaan di sekelilingnya!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Chu siok-siok (paman Chu).....?" bibirnya bergetar lirih
hampir menangis. "Apa.....apa yang telah terjadi" Ba-
bagaimana bi-bisa...... sampai terjadi begini....." Paman"
Paman...?" Chu Seng Kun yang kulitnya sudah membiru karena terkena


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

racun itu ternyata juga belum mati. Lelaki ahli obat itu
tampaknya masih menyimpan sesuatu yang hendak ia
sampaikan kepada Souw Lian Cu, sehingga ia masih mampu
bertahan untuk beberapa saat lamanya. Dan kini melihat
keponakannya itu sudah siuman pula, ia segera mengerahkan
sisa-sisa kekuatannya. "Lian Cu....." Kaukah itu" Ah, benar! Terima kasih.......oh,
Thian....terima kasih." bisiknya perlahan, hampir-hampir tidak
terdengar oleh Lian Cu. Lalu, "Lian Cu, dengarlah........!
Sampaikan permintaan maafku kepada Ban hoat Sian-seng,
karena aku ternyata tak bisa memenuhi permintaannya. Dan
katakan juga kepada Ban-hoat Sian-seng bahwa aku sama
sekali tak tahu-menahu tentang Buku Rahasia itu."
"Paman..........?"
"Sudahlah! Jangan banyak memotong kata-kataku! K ita tak
mempunyai banyak waktu lagi. Dengarlah......pesanku !
Khabarkanlah kematianku ini kepada Chu Bwee Hong......!
Dan.......dan kau jangan terlalu menyusahkan ayahmu!
KembaIilah kepadanya. Ayahmu sangat mencintaimu. Ia.......pernah mengatakannya kepadaku. Hatinya sa". sangat
sedih memikirkanmu..........!"
"Paman.......!" Souw Lian Cu tak kuasa menahan air
matanya. Ia menangis terisak-isak.
"Selain dari pada itu.......Lian Cu, aku masih mempunyai
sebuah permintaan lagi kepadamu. Yaitu....
lanjut... lanjutkanlah usaha pamanmu untuk menolong wanita itu!
Selamatkanlah wanita itu beserta bayinya.......!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
''Tapi, paman........bagaimana aku harus menyelamatkan
mereka" Aku..."
"Jangan khawatir, aku telah mempersiapkan segalanya.
Aku telah membawa wanita itu ke ruangan bawah tanah tadi.
Dan...., kau dapat membawa pula bayi itu ke sana .......
karena ........ karena salah satu pintunya ..... ada disini.
Kauputarlah tiang besar di dekatmu itu, nanti.....kau akan
melihat lobang di lantai pojok ruangan itu! Kau masuklah! Dan
kemudian tutuplah kembali pintu lobang itu dengan menarik
sebuah tangkai besi yang ada di dekat lobang itu! Kau......
kau.......bersedia Lian Cu?"
Souw Lian Cu menghapus air matanya, lalu mengangguk.
"Baik paman "..."
"Bagus! Nah, sekarang...... te-terimalah jarum panjang ini!
Ja-ja-jarum i-ini........berlobang di tengah-tengahnya. Setelah
kau merawat bayi itu nanti, kau......kau ha-harus lekas-
lekas......... menyumbangkan beberapa cangkir darahmu
kepada wanita itu. Sebab....... sebab cuma darahmulah yang
....... yang kebetulan cocok dengan darahnya. Tusukkanlah
jarum ini ke urat-nadimu dan urat-nadinya, kemudian.....ouuuugh.......ouuuuugh......"
"Paman.........?" Souw Lian Cu berdesah memanggil
pamannya. "........kemudian...... kerahkanlah tenaga saktimu untuk
mengalirkan darahmu ke........ ke tubuhnya! Mudah-
mudahan........kau berhasil......berhasil menyelamat.....hkk!"
Kepala Chu Seng Kun tiba-tiba terkulai dan tak bisa
meneruskan ucapannya. Nyawanya telah melayang meninggalkan raganya. "Oh, pamaaaaan.......!" Souw Lian Cu menjerit kecil dan
segera terisak-isak kembali.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi begitu ingat akan pesan pamannya, Souw Lian Cu
segera mengeraskan hatinya. Dia harus cepat-cepat
melaksanakan pesan itu sebelum lawan-lawannya kembali ke
ruangan tersebut. Souw Lian Cu cepat mengerahkan lwee-kangnya, lalu
ditotoknya beberapa buah jalan darah di-atas lututnya untuk
menghilangkan rasa sakit. Setelah itu ia lalu beringsut
mendekati tiang besar yang ditunjuk oleh pamannya tadi dan
memutarnya sekuat tenaganya.
Terdengar suara bergerit ketika tiang itu berputar setengah
lingkaran, dan di pojok ruangan tiba-tiba menganga sebuah
lobang kecil, yang cukup untuk lewat satu orang. Souw Lian
Cu bergegas menyeret kakinya untuk mengambil bayi itu, dan
membawanya ke dalam lobang tersebut. Lapat-lapat
telinganya masih mendengar cacian dan umpatan Tung-hai
Nung-jin dan Tiauw Kiat Su yang datang kembali ke ruangan
itu. Souw Lian Cu cepat-cepat menutup pintu lobang tersebut
dan turun ke bawah. Dan kemudian ia pun telah berada di
dalam sebuah kamar yang bersih dan teratur. Sebuah kamar
yang cukup luas dengan perabotannya yang cukup lengkap
pula. Ada meja, almari, tempat tidur, rak buku dan
sebagainya. Seperti yang dikatakan oleh pamannya, Souw Lian Cu
menemukan wanita yang baru melahirkan itu di atas tempat
tidur. Dilihatnya wanita itu sudah siuman dan menatap ke
arahnya. Bibirnya yang pucat seperti kapas itu bergetaran,
seolah-olah akan berbicara kepadanya, namun tak kuasa.
Kemudian mata yang bening itu tampak menitikkan air ketika
bayi itu ia letakkan di sisinya Dan air mata itu terus saja
mengalir, semakin lama semakin deras begitu ia berusaha
menyelamatkan bayi yang kedinginan itu dengan saluran
lwee-kang-nya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Oeeeek! Oeeeek ! Oeeeeek.......!" akhirnya bayi tersebut
dapat menangis lagi setelah ia pijat dan ia gosok beberapa
saat lamanya. Souw Lian Cu pun merasa sangat lega. Lalu diambilnya
selimut tebal dari dalam almari untuk menghangatkan bayi itu.
Sekilas dilihatnya wanita muda itu memandang dengan sinar
mata berterima kasih kepadanya.
"Tenanglah! Anakmu selamat......" katanya membesarkan
hati wanita muda itu. Souw Lian Cu lalu mengambil sebuah kursi, kemudian
duduk me lepaskan lelah. Kepalanya mulai terasa pusing
sekarang. Agaknya racun yang melekat pada kipas yang
melukai lututnya itu mulai menunjukkan pengaruhnya lagi.
Tapi ketika ia membungkuk melihat luka itu, tiba-tiba jarum
panjang pemberian pamannya tadi terjatuh ke lantai.
"Ahhh.......?"* Souw Lian Cu berdesah kaget, teringat akan
pesan pamannya tadi. Cepat jarum tersebut diambilnya, lalu menghampiri T ui Lan.
"Maaf, aku hendak memberi tambahan darah kepadamu. Kata
paman Chu, darahku cocok dengan darahmu, sehingga kau
akan selamat pula bila dapat ditambah dengan darahku
........." ujarnya memberi keterangan.
Kemudian seperti yang diperintahkan cleh pamannya, Souw
Lian Cu lalu menusukkan jarum panjang itu ke urat nadinya
sendiri. Dan ujung jarum yang lain segera ia masukkan pula
ke urat nadi T ui Lan. "Kau bersiaplah, aku akan mengerahkan tenaga untuk
mengalirkan darahku ke urat nadimu!" katanya tegas.
Demikianlah, beberapa saat kemudian darah Souw Lian Cu
mengalir dengan derasnya ke badan Tui Lan. Lambat laun
wajah Tui Lan yang pucat itu kembali memerah. Sinar
kehidupan pun mulai tampak memancar di matanya. Dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
napas yang semula sangat lemah itu pun kembali norma l pula
akhirnya. Setelah dianggap cukup Souw Lian Cu pun lalu
menghentikan penyaluran darahnya. Matanya terasa mengantuk sekali. Selain amat lelah dan kehilangan banyak
darah, badannya pun terasa linu-linu akibat luka di lututnya
itu. "Ah...... tampaknya aku pun akan mati keracunan pula.
Hmmmm........!" Souw Lian Cu menghembuskan napas sambil
memejamkan matanya. Dan sekejap kemudian iapun lalu
tertidur. Ketika membuka matanya kembali, Souw Lian Cu
terperanjat. Dia yang semula duduk di kursi itu kini sudah
tidur terlentang di atas pembaringan. Badan yang tadi amat
lemas dan kepala yang semula amat pusing itu kini tiba-tiba
telah berubah menjadi ringan dan segar kembali. Dan yang
lebih mengejutkan lagi adalah wanita muda yang ditolongnya
itu kini telah menjadi sehat dan berdiri menungguinya di
samping tempat tidur. Begitu melihat dirinya sadar, wanita muda itu bergegas
menjatuhkan badannya, berlutut di atas lantai. Suaranya serak
ketika berkata. ''Li in-kong (Dewi Penolong), sungguh besar
budi yang kauberikan kepada aku dan anakku. Rasanya tak
mungkin aku bisa membalasnya dalam kehidupanku yang
sekarang ini. Oleh karena itu aku akan merasa rela andaikata
di penjelmaan yang akan datang menjadi anjing penjagamu......" "Ehh ........ ini" Kenapa aku tidak jadi mati keracunan tadi"
Atau.... ataukah ini cuma mimpi?" sebaliknya Souw Lian Cu
menjadi bingung melihat keadaannya sendiri.
Souw Lian Cu lalu meloncat turun dari pembaringan. Dan ia
segera menjadi sadar kembali ketika melihat bayi yang
ditolongnya itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ahhh, aku tidak sedang bermimpi........." desahnya
perlahan seraya duduk di tepi pembaringan.
"Li in-kong memang tidak bermimpi ......" Tui Lan
menyahut tanpa bergerak dari posisi berlututnya.
Souw Lian Cu tersentak berdiri.
"Ah, ci-ci......bangunlah! Jangan berlutut di situ! Aku
menjadi tak enak rasanya." katanya dengan memanggil ci-ci
kepada Tui Lan, meskipun tampaknya ia lebih tua dari pada
ibu muda itu. "Terima kasih in-kong."
"Ah, jangan panggil aku in-kong ! Panggillah aku.....Lian Cu
saja, Souw Lian Cu!" Souw Lian Cu memperkenalkan dirinya.
"Ci-ci, siapakah namamu....?"
Tapi nama itu ternyata bagaikan halilintar yang menyambar
kepala T ui Lan! Semenjak ia mengangkat tubuh Souw Lian Cu yang tertidur
semalam suntuk itu ke pembaringannya, Tui Lan sudah
merasa berdebar-debar hatinya. Melihat wajah yang ayu
lengan kiri yang buntung itu, ia hampir memastikan bahwa
gadis itu tentu kekasih suaminya yang pernah diceritakan
kepadanya itu. Meskipun demikian ia juga belum merasa
yakin, karena ada beribu-ribu gadis buntung di dunia ini. Tapi
keraguan itu segera sirna manakala gadis yang menolongnya
itu benar-benar menyebut namanya!
"Oooooh.......!" Tui Lan
merintih perlahan sambil memegangi kepalanya. Tiba-tiba semua yang dilihatnya
seperti berputar dengan cepat sekali.
"Ci-ci, kau kenapa" Apakah sakitmu kambuh lagi?" Souw
Lian Cu cepat merangkul Tui Lan dengan kaget, lalu
membawanya ke pembaringan dan menidurkannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan melelehkan air mata. Untuk sesaat terjadi perang
batin di dalam dadanya. Ternyata kekasih suaminya itu benar-
benar orang yang sangat baik. Ba ik dan berbudi luhur. Dan ia
telah berhutang nyawa pula. Nyawanya dan nyawa anaknya.
"Ko-ko, kau memang tidak salah memilih dia. Dia sangat
baik, lebih baik di dalam segala-galanya dari pada aku. Dia
sangat cantik, puteri seorang pendekar ternama pula.
Ah......dia benar benar seorang wanita pilihan. Tak seharusnya
aku merebutmu dari tangannya. Apalagi sete lah dia
menyelamatkan jiwaku dan jiwa anakmu." Tui Lan merintih di
dalam hatinya. "Ci-ci, mengapa kau diam saja" Apakah yang kau rasakan?"
Souw Lian Cu bertanya lagi penuh perhatian. Jari-jari
tangannya meremas jari tangan Tui Lan, seolah-olah hendak
memberi tambahan kekuatan kepada wanita muda itu. Lalu
sambungnya lagi, "Semuanya telah berlalu. Kau dan anakmu
selamat. Musuh pun telah pergi pula........."
"Souw Li-hiap".!" tiba-tiba Tui Lan menjerit serak dan
menubruk pangkuan Souw Lian Cu. T ak tahan hatinya melihat
perhatian yang begitu besar dari orang yang seharusnya tidak
disukainya. "Maafkan aku, Souw Li-hiap............. maafkanlah
aku." tangisnya tak bisa dibendung lagi.
Jilid 15 Souw Lian Cu pun lalu merangkul pundak Tui Lan.
Dipandangnya kepala yang menelungkup di pakuannya itu
dengan penuh tanda tanya. Sedikitpun ia tak bisa menerka
apa yang terkandung di dalam hati wanita muda itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tampaknya ia mempunyai persoalan rumit yang sulit dia
pecahkan. Mungkin persoalan keluarga, suaminya, atau
rombongan bajak laut dari Lautan Timur itu." ia menduga-
duga di dalam hati. Oleh karena itu dibiarkannya saja Tui Lan menangis


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepuas-puasnya. Dan dibiarkannya pula a ir mata wanita muda
itu membasahi pangkuannya. Ia menunggu saja sambil
mengedarkan pandangannya, meneliti keadaan kamar itu. Dan
matanya segera berhenti pada lilin yang menyala di tengah-
tengah kamar. Lilin itu dinyalakan di atas cawan besar. Dan cawan
tersebut diletakkan di atas meja. Beberapa buah botol kecil-
kecil terbuat dari tanah liat tampak berjejer-jejer pula di sana.
Tapi bukan itu yang menjadi perhatian Souw Lian Cu. Y ang
menarik perhatiannya justru lilin-lilin bekas, yang sudah tidak
dipergunakan lagi di dalam cawan itu. Ada tiga atau empat
buah lilin bekas di tempat tersebut. Padahal Souw Lian Cu
masih ingat bahwa cawan itu hanya memiliki sebuah lilin saja
ketika ia masuk ke kamar itu.
"Hei" Berapa lama sebenarnya aku tertidur tadi?" gadis itu
membatin. Namun sebelum ia bertanya kepada T ui Lan, wanita muda
itu telah bangkit dari pangkuannya. Setelah meminta maaf
atas kelakuannya dan mengeringkan air mata yang mengalir di
atas pipinya, wanita muda itu menatap tajam kepadanya.
Pandangannya sungguh sangat berbeda dengan tadi. Kini
terasa mantap dan teguh. Tidak bingung atau ragu seperti
semula. Tampaknya wanita itu telah menentukan sikap dan
menemukan dirinya kembali.
"Souw li-hiap, namaku adalah Tui Lan. Aku berasa l dari
Teluk Po-hai. Suamiku....... suamiku...... seorang nelayan! Dia
telah mati......mati tenggelam lima bulan yang lalu." tiba-tiba
wanita itu berkata. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dalam waktu s ingkat tadi ternyata Tui Lan telah mengambil
keputusan untuk tetap merahasiakan dirinya. Dan ia juga
memutuskan untuk pergi jauh mengasingkan diri bersama
anaknya. Meskipun ia juga belum tahu nasib suaminya
sekarang, namun ia telah berketetapan hati untuk tidak
mengganggu hubungan Souw Lian Cu yang baik budi itu
dengan suaminya. Ia akan pergi jauh dan tidak akan kembali
lagi ke dunia ramai. Dia akan menyendiri di tempat sepi
bersama anaknya. Biarlah semua orang menganggap bahwa
dirinya telah mati. "Suami ci-ci sudah meninggal?" Souw Lian Cu berdesah.
Kaget juga Souw Lian Cu mendengar ucapan Tui Lan itu.
Selain amat mengejutkan, Souw Lian Cu juga merasakan
sesuatu yang aneh pada ucapan wanita muda itu. Tapi tentu
saja ia tak berani menanyakannya. Ia hanya merasa bahwa
ada sesuatu yang disembunyikan oleh wanita muda tersebut.
"Benar, Souw Li-hiap."
"Lalu......mengapa para bajak laut itu mengejar-ngejarmu
sampai di tempat ini" Apakah putera Tung-hai-tiauw itu ingin
memaksamu menjadi isterinya?"
Tui Lan tergagap diam. Dia tak tahu harus menjawab
bagaimana, karena sebenarnya ia juga tak tahu masalah yang
terjadi. Tahu-tahu ia telah berada di tempat ini, dan dalam
perawatan seorang tabib pula, karena ia harus melahirkan
anaknya yang belum cukup bulan itu.
Dia hanya memperoleh sedikit keterangan dari tabib yang
menolongnya itu, bahwa ia dibawa ke tempat ini oleh
pembantu tabib tersebut. Karena terjadi gangguan pada
kandungannya, maka ia terpaksa harus melahirkan anak yang
belum cukup umur itu di tempat ini. Namun di tengah-tengah
berlangsungnya kelahiran anaknya yang sulit itu, katanya
Tung-hai Nung-jin dan keponakannya datang mengganggu.
Terpaksa ia dibawa ke ruang bahwa tanah ini agar aman. Dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sebelum pergi meninggalkannya, tabib itu memberi pesan,
bahwa sebentar lagi akan datang keponakannya untuk
memberi tambahan darah kepadanya.
Dan benar juga, karena beberapa waktu kemudian Souw
Lian Cu datang membawa bayinya. Dan seperti yang telah
terjadi pula, gadis itu lalu memberi tambahan darah
kepadanya. Darah yang membuat ia bisa hidup lagi di dunia,
sehingga ia bisa merawat dan membesarkan anaknya nanti.
Tui Lan lalu menarik napas panjang. Bagaimana ia harus
menjawab pertanyaan penolongnya itu" Apakah ia harus
bercerita tentang pertempuran di atas danau ma lam itu"
Bahwa kemungkinan besar kedatangan Tung-hai Nung-jin itu
juga berkaitan dengan pertempuran mereka di atas danau
tersebut" Tapi bagaimana kalau penolongnya itu terus
mengejar lagi dengan pertanyaan yang lain" Misalnya,
bagaimana la memperoleh kulit ular Ceng-liong-ong itu"
Teringat akan kulit ular itu, Tui Lan menjadi kaget. Kulit
ular itu sekarang tidak berada di badannya. Tampaknya kulit
ular itu masih berada di kamar pengobatan. Ia sekarang
hanya mengenakan selimut besar yang dililitkan pada
tubuhnya. "Ci-ci, mengapa kau diam kembali" Benarkah putera Tung
hai tiauw itu hendak memaksamu?" tiba-tiba Souw Lian Cu
mengulangi pertanyaannya lagi.
"Be-be....... benar, Souw Li-hiap." Tui Lan yang tak ingin
memperpanjang lagi pertanyaan itu terpaksa berbohong pula.
Malahan untuk mengalihkan perhatian Souw Lian Cu, ia segera
menyambunginya. "Souw Li-hiap, bagaimana dengan keadaan
Tuan Tabib itu" Mengapa sudah semalam suntuk beliau belum
kembali juga" Apakah para perusuh itu belum pergi dari
tempat ini?" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hah" Semalam suntuk" Ci-ci, bukankah aku baru saja
masuk ke kamar ini" Kenapa kau bilang sudah semalam
suntuk?" Souw Lian Cu berseru kaget.
Tui Lan mengerutkan keningnya. Ditatapnya wajah
penolongnya itu lekat lekat.
"Souw Li-hiap, kau masuk ke sini kemarin sore. Dan kau
telah tertidur semalam suntuk di pembaringan ini. Lihat lilin di
atas meja itu! Aku telah empat kali menggantinya."
"Eh......" Jadi......?"
Tiba-tiba Souw Lian Cu meloncat dari tempat tidur dan
berlari menaiki tangga kamar. Dibukanya pintu rahasia kamar
itu dengan tergesa-gesa, lalu melompat keluar. Namun apa
yang dilihatnya benar-benar sangat melukai hatinya. Darahnya
seakan-akan mendidih! Rumah kecil itu telah rata dengan tanah. Seluruh perabotan
rumah itu telah musnah menjadi abu. Bekas-bekas kobaran
api masih tampak dimana-mana. Asap tipis masih tampak
mengepul di beberapa tempat. Ternyata rumah itu telah
dibakar mereka. "Oooooh.......!"
Souw Lian Cu seolah-olah terpaku di tempatnya. Dia seperti
tak percaya pada matanya. Dia baru sadar ketika Tui Lan
menyusul di sampingnya. Wanita itu membawa serta bayinya.
"Oh! Kemana gerangan Tuan Tabib itu" Mengapa rumah ini
terbakar habis?" T ui Lan ternganga kaget.
Souw Lian Cu tidak menjawab. Sebaliknya gadis itu ma lah
menghampiri onggokan abu di tengah-tengah ruangan. Di s itu
ada tiga buah gundukan abu berwarna keputihan, yang
jaraknya satu sama lain tidak berjauhan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Chu siok-siok! Ci-ci Siok Eng!" gadis itu tiba-tiba menjerit
pilu di depan abu Chu Seng Kun dan isterinya. Air matanya tak
bisa dibendung lagi. Bukan main terkejutnya Tui Lan ! Bergegas ia membawa
anaknya mendekat. Ia lalu berlutut pula di samping Souw Lian
Cu. "Li-hiap......" Apa...... apakah Tuan Tabib itu telah
meninggal dunia" Apakah....... apakah ini abu beliau ?"
desaknya gagap kepada Souw Lian Cu.
"Benar. Ci-ci. kalau kau ingin mengetahui s iapa sebenarnya
orang yang menolong dan menyelamatkanmu dari kematian,
beliau inilah orangnya..........Bukan aku.. Aku hanya
melakukan perintahnya. Beliau dan isterinyalah yang
mengatur semuanya. Dan untuk menyelamatkanmu, beliau
berdua rela mati di tangan Tung-hai Nung-jin dan
keponakannya. Beliaulah yang berhak kausebut "in-
kong"..........."
Tui Lan terhenyak di tempatnya. Tiba-tiba matanya
berkaca-kaca. Ternyata tabib yang baik itu telah mati bersama
isterinya. Demikian besar pengorbanan mereka terhadap
dirinya. Padahal dia adalah orang asing yang belum pernah
dikenal oleh mereka. "Ya, Thian.......mengapa kauambil juga orang yang sebaik
itu?" rintihnya di dalam hati.
Perlahan-lahan Tui Lan me letakkan bayinya di dekat
onggokan abu para penolongnya itu. Kemudian secara
bergantian ia berlutut dan menyatakan perasaan terima
kasihnya di masing-masing gundukan abu itu. Selesai berlutut
ia lalu meraup segenggam abu pula di masing-masing
gundukan itu dan mencampurnya menjadi satu. Dan
campuran abu tulang para penolongnya itu lalu ia masukkan
ke dalam guci kecil bekas tempat obat yang kebetulan
tergeletak di dekatnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Setelah itu Tui Lan lalu mengambil kembali bayinya dan
menghampiri Souw Lian Cu.
"Souw Li-hiap....." Bolehkah aku mengetahui, siapa
sebenarnya Tuan Tabib dan isterinya ini" Siapa pula pembantu
Tuan Tabib yang membawaku ke sini itu.......?"
Souw Lian Cu menghapus sisa air mata yang menempel di
pipinya. Lalu jawabnya dengan suara masih terharu.
"Ketahuilah, Ci-ci. Kau memang benar-benar beruntung sekali
mendapatkan perawatan beliau. Kalau bukan beliau yang
menolongmu, mungkin jiwamu dan jiwa anakmu takkan
tertolong lagi. Beliau adalah Chu Seng Kun, satu-satunya ahli
waris Bu-eng Sin-yok-ong dalam ilmu pengobatan. Kukira
tiada seorang pun tabib di dunia ini yang mampu melebihi
kepandaian Paman Chu Seng Kun."
"Ooooh......?" Tui Lan ternganga kaget. Kaget sekali!
"Dan isteri Paman Chu itu pun bukan orang sembarangan
pula, karena beliau adalah puteri Ketua Tai-bong-pai.
Sedangkan pembantu beliau itu adalah Lo Hoat, bekas
pengawal rahasia Kaisar Chin Si di masa jayanya dahulu."
Tapi Tui Lan sudah tidak mendengarkan lagi. Seluruh
semangatnya seperti hilang ketika mendengar nama Chu Seng
Kun tadi. Bayangan wajah suaminya yang juga membutuhkan
pertolongan tabib sakti itu kembali terbayang di depan
matanya. Setelah dapat menguasai diri mereka kembali, Souw Lian
Cu lalu mengajak Tui Lan mengumpulkan abu tulang dari
orang-orang yang sangat mereka hormati itu. Dan abu
tersebut lalu mereka masukkan ke dalam guci bekas tempat
arak. Kemudian guci-guci tersebut mereka tanam di bawah
pohon siong yang tumbuh di halaman rumah.
Matahari telah memanjat tinggi ketika mereka berdua
menyelesaikan upacara penanaman abu tulang tersebut. Souw
Lian Cu lalu bersiap-siap untuk kembali ke Puncak Gunung
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Hoa-san, untuk melaporkan tugas yang diberikan Ban-hoat
Sian-seng kepadanya. "Ci-ci, aku harus lekas-lekas kembali ke Gunung Hoa-san
sekarang. Bagaimana dengan engkau" Apa rencanamu
selanjutnya" Apakah engkau akan kembali ke T eluk Po-hai?"
Tui Lan menundukkan mukanya. Dipandangnya wajah bayi
dalam pelukannya. Untuk sesaat hatinya terasa bimbang
kembali. Namun ketika terpandang olehnya wajah Souw Lian
Cu yang berbudi itu, seketika keraguannya lenyap pula.
Timbul lagi maksudnya semula, untuk pergi jauh mengasingkan diri di tempat yang sunyi.
"Souw Li-hiap ! Aku memang bermaksud untuk pulang
kembali ke Teluk Po-hai. Akan merawat dan kubesarkan
anakku ini di sana, di tempat orang tuaku berasal."
"Ah! Kalau begitu tempat tujuan kita tidak searah, Ci-ci.
Kau menuju ke utara, sedangkan aku ke barat." Souw Lian Cu
berkata kecewa, menyesali perpisahan yang takkan dapat
mereka elakkan itu. Tui Lan juga tak bisa menyembunyikan kesedihannya.
Bagaimanapun juga ia beserta anaknya sangat berhutang budi
kepada gadis ayu itu. Ma lahan dengan mengalirnya sebagian
darah gadis itu di tubuhnya, berarti gadis itu juga telah ikut
memiliki sebagian dari jiwanya dan jiwa anaknya pula.
"Souw Li-hiap......! Kita memang takkan dapat berkumpul
selamanya. Kita berasal dari tempat yang berlainan. Dan kita
juga mempunyai urusan dan persoalan sendiri-sendiri pula.
Kalau sekarang kita bisa bertemu dan bersahabat, hal itu
karena takdir telah mempertemukan kita di sini. Namun
demikian pertemuan kita ini, dan juga pertemuanku dengan
keluarga Chu in-kong di sini, benar-benar telah membuka
mata hati dan pikiranku, bahwa masih banyak orang berbudi
luhur di dunia ini. Aku merasa seperti tergugah karenanya.
Aku lantas ingin mencontoh perbuatan-perbuatan mereka. Aku
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
ingin mengabdikan sisa-sisa hidupku, yang dapat dikatakan
merupakan pemberian orang-orang berbudi luhur itu, untuk
ketentraman dan kedamaian hidup sesama manusia di dunia.
Nah, Souw In-kong......! Terimalah sekali lagi rasa terima
kasihku dan rasa hormatku kepadamu!"
Selesa i berbicara panjang lebar dengan nada berkhotbah,
Tui Lan berlutut bersama bayinya di depan Souw Lian Cu.
Matanya kembali berkaca-kaca. Malah sebentar kemudian
menetes satu demi satu di atas tanah.
Souw Lian Cu cepat berlutut di depan Tui Lan. Tangan
tunggalnya menyentuh pundak Tui Lan. Suaranya terdengar
sedih juga ketika berkata, "Ci-ci ....! Aku sebenarnya tak tega
melepaskanmu sendirian. Kau membawa bayi yang masih
merah, sementara engkau sendiri baru saja melahirkan.
Padahal perjalanan ke Teluk Po-hai amat jauh sekali, ada
ribuan lie dari s ini. Bagaimana kau akan ke sana" Apakah ci-ci


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempunyai bekal uang untuk menginap dan membeli
makanan di jalan?" Tui Lan menengadahkan mukanya. Ditatapnya penolongnya
itu dengan perasaan terima kasih. Kemudian dengan ragu-
ragu ia menggelengkan kepalanya.
"Ohh!" Souw Lian Cu berdesah perlahan. Lalu, "Kalau
begitu, biarlah kau pakai dahulu uangku. Aku masih
menyimpan beberapa tail perak di kantungku. Kau bisa
mengembalikannya lagi kepadaku besok........"
"Tidak usah, Li-hiap! Aku bisa bekerja dan mencari uang di
jalan nanti." Tui Lan mencoba menolak, tapi Souw Lian Cu
tetap memaksanya juga, sehingga akhirnya Tui Lan terpaksa
menerimanya, karena tidak enak hati untuk terus menolak
pemberian itu. "Ah, aku sampai lupa menanyakan kepadamu, Ci-ci.
Siapakah nama anak ini" Lelaki atau perempuankah dia"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Hmm, siapa tahu aku bisa berjumpa dengan dia kelak?" tiba-
tiba Souw Lian Cu bertanya.
Mendadak Tui Lan menjadi merah pula mukanya. Saking
tegang dan gelisahnya dia selama ini, sehingga ia sampai lupa
pula melihat jenis kelamin anaknya.
"Ini...... ini......wah, ternyata akupun belum sempat
melihatnya!" katanya tersipu-sipu.
Kemudian dengan sangat hati-hati Tui Lan membuka
selimut tebal yang membungkus bayinya. Souw Lian Cu ikut
berdebar-debar pula melihatnya.
"Ooooh.....perempuan!"
keduanya berdesah hampir berbareng. "Lalu...... siapa namanya, ci-ci?"
Tui Lan lalu membungkus kembali bayinya. Dibuatnya
sedemikian rupa sehingga hanya wajahnya saja yang
kelihatan. Anak kecil itu harus berada di dalam keadan hangat
selalu. "Sebenarnya aku ingin meminjam nama Chu Hu-jin
(Nyonya Chu) sebagai kenang-kenangan atas budinya.
Demikian pula aku ingin memberikan she Chu kepada puteriku
ini sebagai tanda hormatku kepada Chu in-kong. Sebab anak
ini boleh dikatakan anak pemberiannya juga. Tanpa
pertolongan Chu in-kong, anak ini mungkin takkan bisa lahir di
dunia ini. Mungkin dia akan ikut terkubur dengan jasad
ibunya." Tui Lan menjawab hati-hati.
"Setuju, Ci-ci! Aku setuju dengan maksudmu!" Souw Lian
Cu berseru gembira. "Tapi......mengapa kau tampaknya agak
ragu-ragu" Apanya yang kurang?"
Tui Lan menghela napas. "Aku takut arwah beliau tidak
menyukai maksudku ini." sahutnya perlahan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Siapa bilang" Mereka justru akan gembira sekali bila
mendengarnya! Oh, jangan takut, Ci-ci! Aku berada di
belakangmu dalam hal ini. Sudahlah.....! Marilah kita
bersembahyang sekali lagi di depan makamnya! Kita meminta
ijln beliau tentang nama ini........"
Souw Lian Cu lalu menarik lengan Tui Lan menuju ke
makam Chu Seng Kun suami-isteri. Dipaksanya T ui Lan untuk
bersembahyang dan meminta ijin untuk memakai nama
keluarga (she) dan nama penolongnya itu bagi anaknya.
"Nah! Sekarang puterimu ini bernama Chu Siok Eng, karena
nama keluarga pamanku adalah Chu, sedangkan nama bibiku
adalah Siok Eng! Bagus bukan?" Souw Lian Cu berkata dengan
wajah berseri-seri. "Terima kasih, Souw Li-hiap. Engkau memang baik
sekali......" Sekilas terbayang wajah Liu Yang Kun di benak Tui Lan.
Namun bayangan itu segera dihapuskannya dengan cepat.
Sebaliknya lalu dipandangnya wajah Souw Lian Cu yang baik
budi itu lekat-lekat. Mereka lalu saling memandang dengan perasaan gembira.
Namun kegembiraan tersebut segera hilang kembali begitu
teringat akan perpisahan mereka nanti.
"Ah! Tampaknya kita memang harus berpisah juga, Ci-ci.
Aku akan berangkat lebih dahulu......" Souw Lian Cu
mendahului. Tui Lan mengangguk. "Silakan, Souw Li-hiap......!"
Souw Lian Cu lalu mencium Chu Siok Eng yang tertidur
lelap di pelukan ibunya, kemudian beranjak pergi. Tapi baru
beberapa langkah ia berjalan, mendadak badannya membalik.
"Ci-ci.......! Masih ada satu pertanyaan lagi yang belum
kukeluarkan kepadamu. Dan aku akan selalu merasa cemas
dan tak bisa tidur memikirkan keselamatanmu kalau belum
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
memperoleh jawabannya." gadis itu berkata. Sekejap Tui Lan
menjadi berdebar-debar. "Per...... pertanyaan tentang apa, Li-
hiap?" sahutnya gugup.
"Ci-ci, engkau pandai bermain silat bukan?"
"Ah......!" Tui Lan bernapas lega. "Mengapa Li-hiap
bertanya demikian?" Souw Lian Cu tersenyum manis. "Karena aku agak merasa
curiga kepadamu..." katanya berterus terang.
"Curiga....." Apa yang Li-hiap curigai?" Tui Lan kembali
berdebar-debar. "Pertama, mengapa Ci-ci sampai bentrok dengan kawanan
bajak laut Tung hai-tiauw itu, kalau Ci-ci bukan dari kalangan
persilatan juga" Kedua, Ci-ci baru saja melahirkan kemarin.
Tapi mengapa sekarang Ci-ci sudah kelihatan sehat sekali"
Padahal kalau tidak mendapatkan pertolongan Chu siok-siok,
Cici tentu takkan bisa hidup lagi kemarin. Ketiga, pada
permulaan aku menyaIurkan darahku melalui jarum panjang
itu, darahmu seperti mengeluarkan daya tolak yang sangat
kuat, sehingga tenaga saktiku hampir-hampir tak kuat
menahan dan membalik menyerang diriku sendiri. Namun
ketika akhirnya darahku bisa mengalir ke urat nadimu, akupun
hampir-hampir tak kuasa menghentikannya. T ubuhmu seperti
mengeluarkan daya sedot yang luar biasa besarnya. Ci-ci, aku
berani bertaruh...... tentu ada apa apa di dalam aliran
darahmu. Mungkin kau memang memiliki lwee-kang yang
amat tinggi, atau...... kau menyimpan sesuatu di dalam
tubuhmu. Sebuah mustika misalnya......Dan yang keempat,
sebenarnya aku kemarin terkena racun pada lututku. Biarpun
luka itu tak seberapa besar, namun karena racunnya sangat
keras, maka aku hampir tak bisa berdiri maupun berjalan.
Hanya karena kekerasan hatiku aku bisa membawa bayimu ke
ruang bawah tanah itu. Sebetulnya aku sangat takut untuk
menyalurkan darahku kepadamu, karena aku merasa bahwa
darahkupun telah terkena racun pula. Tapi ketika aku nekat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menyalurkannya, bukan saja kau tidak mati keracunan,
ternyata racun yang ada di dalam darahku pun menjadi punah
pula secara aneh. Sehingga ketika aku bangun tidur tadi,
badanku terasa sehat dan segar. Lututku menjadi sembuh
kembali secara mendadak ! Nah, Ci-ci....... berterus teranglah
kepadaku, agar aku tidak menjadi penasaran karenanya!"
Tui Lan benar-benar tertegun mendengar uraian Souw Lian
Cu yang panjang lebar itu. Sesaat hatinya menjadi bimbang
dan ragu-ragu pula kembali. Bagaimana ia harus menjawab
pertanyaan itu" Apakah ia harus berterus terang atau
berbohong kembali" Tui Lan menelan ludahnya. "Sebaiknya aku tak
membohonginya. Tapi aku juga harus tetap menyimpan
rahasiaku pula. Hmm, baiklah....... aku akan berterus terang,
namun...... terbatas!"
"Bagaimana, Ci-ci?" Souw Lian Cu mendesak.
"Li-hiap, aku memang bisa bersilat. Aku adalah murid Si
Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai, seorang tokoh Aliran Im-
Yang-Kauw di Teluk Po-hai. Ilmu silat guruku hanya biasa-
biasa saja, oleh karena itu apa yang dia ajarkan kepadaku
juga tidaklah seberapa. Tapi menurut seorang ahli-racun yang
kini telah meninggal dunia, aku memiliki jenis 'darah bening',
yaitu istilah untuk orang-orang yang memiliki kekebalan
terhadap racun. Mungkin karena jenis darahku yang aneh
inilah yang menyebabkan hal-hal aneh yang Li-hiap ceritakan
itu." akhirnya Tui Lan menjawab juga pertanyaan Souw Lian
Cu. Tui Lan memang tidak berbohong. Namun apa yang ia
ceritakan itu ternyata hanya sebagian kecil saja dari alasan-
alasan yang sebenarnya. Ia sama sekali tak bercerita tentang
Po-tok-cu (Pusaka Mustika Racun) pemberian Ang-leng Kok-
jin. Padahal mustika itulah yang sebenarnya menawarkan
racun di dalam darah Souw Lian Cu. Dan Tui Lan juga tidak
bercerita tentang tenaga sakti Pat-hong-sin-kangnya. Padahal
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tenaga sakti warisan Bit-bo-ong itulah yang kemarin
mengeluarkan daya tolak maupun daya sedotnya sebelum ia
kendalikan. "Ah" Begitukah....." Hmmmh, kalau begitu Ci-ci bukanlah
orang lemah, karena Ci-ci adalah murid Aliran Im-Yang kau.
Hatiku merasa lega sekarang. Bisa melepas cici pergi dengan
hati tenteram......" Souw Lian Cu menyahut dengan perasaan
gembira. Lalu sambungnya lagi sambil beranjak pergi. "Nah,
Ci-ci...... aku pergi sekarang! Selamat bertemu kembali kelak
!" Tui Lan melambaikan tangannya, lagi-lagi air matanya
keluar menggenang pelupuk matanya. Dan air mata itu lalu
mengalir, setetes demi setetes mengiringkan kepergian orang
yang telah membuang banyak budi kepadanya. Orang yang
seharusnya menjadi saingan atau lawannya dalam memperebutkan cinta Liu Yang Kun. Orang yang seharusnya
ia benci atau tidak ia sukai di dalam hidupnya. Tapi takdir
ternyata telah menyuratkan lain. Dia justru sangat menghargai
dan menghormati orang itu.
"Kehidupan manusia di dunia memang aneh. Sulit untuk
dijangkau ataupun diraba dengan pikiran lumrah," Tui Lan
berkata kepada dirinya sendiri kemudian melangkah kembali
ke reruntuhan rumah Chu Seng Kun.
Tui Lan mencoba mencari baju kulit ularnya di antara
reruntuhan tersebut, namun tak berhasil. Barang itu telah
tiada lagi. Mungkin ikut terbakar atau mungkin juga telah
diambil oleh kawanan bajak laut itu. Tui Lan hanya
menemukan beberapa potong pakaian dari ruang bawah
tanah. Pakaian Kwa Siok Eng dan pakaian Chu Seng Kun.
Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian Kwa Siok
Eng, Tui Lan lalu membawa anaknya pergi dari tempat itu.
Tapi ketika ia melangkah melewati makam para penolongnya
itu, hatinya menjadi kaget bukan main. Di dekat makam itu
berdiri seorang kakek kurus memegang tongkat!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kakek itu mengenakan pakaian serba putih. Rambutnya
yang panjang berwarna putih itu digelung ke atas seperti
layaknya seorang pendeta dari Aliran Im-Yang-kauw. Kedua
biji matanya sudah hilang, sehingga lobang matanya kelihatan
terbenam ke dalam. Namun demikian kakek itu bersikap biasa,
seperti layaknya seorang yang masih awas matanya.
''Nyonya......! Berhentilah sebentar, aku ingin bertanya
sedikit kepadamu!" seperti orang yang bisa melihat orang tua
itu menyapa Tui Lan. Tui Lan tertegun. Hatinya benar-benar merasa heran sekali.
Kakek itu buta kedua biji matanya, namun mengapa bisa
menebak dengan tepat keadaan dirinya"
Dan kelihatannya kakek itu merasakan keheranan Tui Lan
terhadap dirinya. "Jangan heran, nyonya. Aku tidak buta sejak
lahir, sehingga aku juga mengenal keadaan di dunia ini
dengan baik. Meskipun demikian akupun sudah mengalami
kebutaan ini selama belasan tahun pula, sehingga jangan
heran kalau aku dengan "modal' dan 'pengalaman" pada masa-
masa yang telah kujalani itu aku cukup mampu untuk menilai
keadaan di sekitarku."
"Oh, maafkan aku, lo-cian pwe." Tui Lan tersipu-sipu.
"Nah......betul dugaanku, bukan" Kau seorang wanita
muda. Dari suara langkahmu saja, aku sudah bisa menebak
kalau kau seorang wanita dan........sedang menggendong
sesuatu. Dan setelah dekat, aku segera bisa mencium bau
bayi yang belum lama dilahirkan. Kemudian dari suaramu
ketika menjawab tadi, aku juga bisa menerka kalau usiamu
belum lebih dari delapan belas tahun. Nah.... apa yang perlu
diherankan dalam hal ini?"
"Ah, lo-cianpwe.... Lo-cianpwe sungguh hebat! Terima lah
hormatku! Nama siau-te adalah Tui Lan, datang dari T eluk Po-
hai..... eeem, bolehkah siau-te mengenal nama lo-cianpwe?"
Tui Lan memperkenalkan dirinya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ehmm......." kakek itu tertawa perlahan. "Aku menyukai
suaramu. Suaramu terdengar segar dan jernih, suatu tanda
bahwa hatimu tentu lapang dan bersih pula. Nah,
dengarlah......Aku sudah lupa s iapa namaku yang sebenarnya.
Aku hanya ingat sebuah sebutan yang sering diberikan orang
kepadaku, yaitu.....Lo-sin-ong."
"Lo-sin-ong......?" Lo-sin-ong dari Kuil Agung Im-Yang-
kauw di Kota Sin yang?" Tui Lan tiba-tiba berseru kaget.
"Eh" Kau mengenal sebutanku itu" mm...... tapi aku sudah
tidak berdiam di Kuil itu sekarang! Aku lebih senang
mengembara ke mana-mana....."
"Lo-sin-ong......!" sekali lagi Tui Lan berseru lirih, kemudian
menjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu.
Sekarang ganti kakek itulah yang menjadi kaget.
"Hei" Kenapa kau berlutut di depanku?"
"Lo-sin-ong, maafkanlah siau-te yang tidak mengetahui
kedatanganmu, sehingga siau-te tidak segera menyambut dan
memberi hormat kepada Lo-sin-ong."
"Hmm.....apa-apaan ini" Ayoh..lekas terangkan! Jangan
membuat bingung aku!" Lo-sin-ong berkata penasaran, lalu
tangannya mengangkat pundak Tui Lan.
Sekali lagi Tui Lan menjura, kemudian menundukkan


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepalanya. Bagaimanapun juga Tui Lan sudah biasa
menghormati tokoh-tokoh Im-Yang-kauw yang lebih tinggi
dan lebih tua dari pada dirinya. Sejak kecil ia diberi pelajaran
oleh gurunya di Kuil Im-Yang-kauw Cabang Teluk Po hai,
karena gurunya adalah Ketua Cabang Im-Yang-kauw di
daerah itu. Dari kecil ia sudah mengenal nama-nama tokoh
Im-Yang-kauw Pusat, seperti halnya Lo-sin-ong, Lo-jin-ong,
Toat-beng-jin, Kauw Cu-si (Pengurus Keagamaan) Tong Ciak
dan lain sebagainya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Maafkanlah siau-te Lo-sin-ong ! Siau-te adalah murid
Aliran Im-Yang-kauw pula. Guru siau-te adalah Si Pendeta
Palsu Dari Teluk Po-hai, ketua Cabang Im-Yang-kauw di
daerah itu. Su-bo sering bercerita tentang lo-cian-pwe. Namun
karena siau-te belum pernah berjumpa, maka siau-te juga
tidak tahu kalau berhadapan dengan Lo-sin-ong."
"Hei" Jadi engkau ini murid Han Sui Nio yang di waktu
gadisnya mengalami duka nestapa itu" Oho, ketahuilah Tui
Lan.......! Akulah yang dulu menempatkan gurumu itu di sana.
Dia kutempatkan di tempat terpencil itu untuk menggantikan
Ketua Cabang lama yang telah meninggal dunia, sekalian
untuk merenungkan kesalahan dan kebengalannya di waktu
muda. Hmmh.....lalu sudah seberapa besar anaknya
sekarang?" Seketika Tui Lan terlongong-longong mengawasi Lo-sin-
ong. Gurunya yang menjadi pendeta itu mempunyai anak"
Anak siapa" Sudah dua kali ini ia mendengar berita tentang
hal itu. Yang pertama ialah ketika setahun yang lalu gurunya
bertemu dengan Ketua Ngo-bi-pai, Siau Hong Li. Ketua Ngo bi
pai itu juga mengatakan bahwa gurunya pernah bunting.
Benarkah gurunya mempunyai anak"
Yang ia ketahui su-bonya itu belum pernah kawin. Dulu
memang pernah memadu cinta dengan Ui Bun Ting, yang
sekarang menjabat sebagai Ketua Tiam jong-pai. Tapi mereka
tak jadi menikah karena Siau Hong Li berhasil mengganggu
hubungan cinta mereka. Masakan mereka telah mempunyai
anak" "Hei, Tui Lan......" Mengapa kau diam saja" Sudah
seberapa besar anak su-bomu itu" Kalau tak salah sudah
hampir seumurmu, bukan?"
"Lo-sin-ong, yang siau-te ketahui su-bo itu belum pernah
menikah. Oleh karena itu beliau juga tidak mempunyai anak
sampai sekarang. Dan beliau juga mempunyai seorang murid,
yaitu....siau-te ini."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tiba-tiba Lo-sin-ong mengerutkan dahinya. Lobang
matanya yang tak berisi lagi itu bergerak-gerak seperti orang
mau membuka kelopak matanya.
"Hei" Sejak kapan kau menjadi murid Han Sui Nio"
Mengapa kau tak tahu riwayat kehidupan gurumu?"
"Se..... sejak kecil. Sejak masih bayi siau-te dipungut oleh
su-bo, karena orang tua siau-te mati dibunuh orang." Tui Lan
menjawab sedikit gugup. Otomatis pikirannya menjadi
bingung pula mendengar cerita-cerita itu.
"Sejak kecil" Ka lau begitu.......mengapa kau tak mendengar
cerita tentang su-bomu itu" Apakah se lama ini tak pernah ada
orang yang bercerita kepadamu" Huh....... aneh benar!
Mengapa soal perkawinannya juga tak pernah dikatakan
kepada muridnya" Dan.... kemana pula anaknya itu" Apakah
diambil oleh ayahnya?" Lo-sin-ong menggerutu
dan bergumam sendiri. Ternyata Tui Lan sendiri menjadi bingung dan risau pula
hatinya. Baru kali ini ia mendengar cerita tentang gurunya itu.
Dan cerita itu datang dari Lo-sin-ong, tokoh puncak Aliran Im-
Yang, yang tak mungkin berbohong atau mengada-ada.
"Lo-sin-ong......! Siau-te benar-benar bingung mendengar
cerita Lo-sin-ong tadi. Sesungguhnyalah siau-te belum pernah
mendengar sebelumnya. Emmmm......bolehkah.... bolehkah
siau-te mendengar cerita itu selengkapnya?"
Tapi Lo-sin-ong menggeleng dengan cepat. "Tidak! Lebih
baik engkau bertanya sendiri kepada gurumu. Dia tentu
mempunyai alasan, mengapa riwayatnya itu tak diceritakan
kepadamu. Kalau kau ingin mengetahuinya juga, maka kau
harus pandai membujuknya. Namun yang jelas gurumu itu
pernah kawin, dengan orang jahat lagi."
"Dengan orang jahat......?" Tui Lan memekik lirih, matanya
terbelalak. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Sudahlah, kau jangan banyak bertanya lagi! Aku ma lah
sampai melupakan kepentinganku sendiri.......Eh, Tui Lan!
Apakah kau pernah melihat seorang gadis sebayamu datang
kemari" Namanya Tiauw Li Ing. Dia adalah puteri Tung-hai-
tiauw, raja bajak laut dari Lautan Timur. Gadis itu selalu
mengenakan pakaian serba bagus dan......."
"Oh dia......! Dia memang telah datang kemari kemarin.
Bersama kakak dan pamannya, Tiauw Kiat Su dan Tung-hai
Nung-jin. Mengapa Lo-sin-ong mencarinya?"
Lo-sin-ong menghela napas panjang sekali. "Nah.... apa
kataku! Dia memang benar-benar datang ke tempat ini.
Dan.....Tui Lan, coba katakan yang sebenarnya ! Gadis itu
membuat onar dan membunuh orang di tempat ini, bukan"
Aku menemukan makam yang masih baru di sini."
Tui Lan mengangguk dan membenarkan ucapan kakek itu.
Lalu serba sedikit ia menceritakan kejadian menyedihkan yang
menimpa keluarga Chu Seng Kun kemarin. Sambil bercerita
tak terasa air matanya kembali berlinang-linang, mengenangkan kebaikan budi para penolongnya itu.
"Hmmh! Anak itu semakin brutal dan sulit diperbaiki!
Sungguh sayang.....!" Lo-sin-ong tiba-tiba berdesah sedih,
sehingga wajahnya yang berkeriput itu semakin tampak
memilukan. "Mengapa Lo-sin-ong mencari gadis itu" Apakah Lo-sin-ong
bermaksud untuk mendidiknya di jalan yang baik?"
Lo-sin-ong berdesah lagi dengan sedihnya. "Aku telah
mencobanya, namun tak berhasil. Semula aku berharap dia
akan bisa berpaling dari kebiasaan yang buruk itu, apalagi ia
masih sangat muda. Tapi ternyata harapan tinggal kosong
belaka. Namun demikian aku masih mempunyai satu harapan
lagi yang mungkin masih bisa mengangkatnya dari jurang
kegelapan. Tapi aku juga sangsi, apakah orang yang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kuharapkan bisa menolong dia itu masih hidup atau sudah
mati sekarang?" Tui Lan menarik napas pendek. Sama sekali ia tak tertarik
lagi membicarakan gadis jahat yang telah ikut mencelakakan
keluarga Chu Seng Kun itu. Oleh karena itu ia hanya berdiam
diri dan tak menanggapi cerita Lo-sin-ong itu lebih lanjut.
Tapi Lo-sin-ong yang buta itu tak bisa melihat sikap Tui
Lan. Kakek itu masih saja meneruskan ucapannya. "Sebab tak
seorangpun yang bisa membelokkan hatinya, selain orang
yang dicintainya. Ayahnya, saudaranya, gurunya, sudah tidak
dia indahkan lagi nasehatnya."
Tui Lan tetap diam saja tak menyahut. Tangannya malah
asyik menimang-nimang bayinya.
"Tapi.....kemana aku harus mencari pemuda yang
dicintainya itu?" Lo-sin-ong akhirnya menutup kata-katanya.
Tui Lan menengadahkan kepalanya. Sambil lalu ia
menyahut. "Ah.......... mengapa Lo-sin-ong menjadi repot
benar memikirkannya" Mengapa tidak dibiarkan saja
semuanya berjalan menurut keyakinan mereka masing-
masing" Kalau toh gadis itu akan menjadi sadar karena orang
yang dicintainya, niscaya mereka akan dipertemukan juga oleh
Thian nanti. Lo-sin-ong atau orang lain tak perlu kesana-
kemari mencarinya." Lo-sin-ong tersentak heran dan kaget mendengar ucapan
Tui Lan yang masih amat muda itu. Ucapan itu terdengar
sangat sederhana, namun bila dikupas akan terasa sekali
kedalamannya. "Hmm..... bagaimana kalau pemuda yang dicintainya itu
telah mati atau tidak bisa dipertemukan dengannya?"
"Ah, Lo-sin-ong.....! itu berarti bahwa gadis itu memang
telah ditakdirkan sebagai orang jahat yang tak bisa kembali ke
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
jalan benar. Habis perkara! Tapi.....eh, omong-omong...siapa
sih orang yang dicintainya itu?"
Lo-sin-ong menghela napas, kemudian menghembuskannya
perlahan-lahan. Mukanya tertunduk dalam-dalam seperti
orang sedang bersedih. "Itulah sulitnya! Orang yang dicintainya itu ternyata
pemuda berkedudukan tinggi, yang tak mungkin diraih oleh
puteri bajak laut seperti dia. Orang yang dicintainya itu adalah
seorang pangeran, putera Kaisar Han sekarang, yaitu.. .
Pangeran Liu Yang Kun!"
Hampir saja bayi yang berada di dalam pelukan T ui Lan itu
terlepas dari tangannya. Untunglah Tui Lan cepat
mendekapnya kembali. Meskipun demikian bayi itu sudah
terlanjur kaget dan menangis dengan kerasnya.
"Hei" Kenapa dengan bayimu itu?" Lo-sin-ong berseru
kaget. "Tidak apa-apa......! Mungkin cuma terkejut saja......." Tui
Lan menjawab gugup. Sama gugupnya ketika mendengar
nama suaminya disebut Lo-sin-ong tadi.
"Ahh..... sungguh mengagetkan benar. Kukira telah terjadi
sesuatu dengan dia. Hmm, kalau begitu aku akan pergi
dahulu. T erima kasih atas bantuanmu." bekas Ketua Im-Yang-
kauw itu berkata kemudian meminta diri.
Tui Lan menelan ludah, kemudian mengawasi kepergian
orang tua itu dengan pikiran risau. "Lo-sin-ong! Apa Lo-sin-
ong masih tetap mau mencari pangeran Liu Yang Kun itu?"
tanpa terasa mulutnya berseru ke arah bayangan yang hampir
lenyap ke dalam hutan itu.
"Tentu saja! Aku sudah terlanjur menyukai dan merasa
kasihan kepada muridku itu! Oleh karena itu aku akan selalu
berusaha menyadarkannya, bagaimanapun juga sulitnya! Aku
harus menemukan pangeran itu! Aku tak percaya bahwa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pangeran itu telah terkubur mati di Lembah Dalam setahun
yang lalu!" lapat lapat masih terdengar suara jawaban Lo-sin-
ong di balik hutan. "Oooooh.....!" Tui Lan mengeluh panjang dengan pikiran
yang semakin ruwet. "Ko-ko,
benarkah kau masih hidup........?" Dengan hati kusut Tui Lan lalu mendekap bayinya.
Perlahan-lahan ia melangkah meninggalkan tempat yang
takkan bisa ia lupakan itu. "Maaf, Chu in-kong...... aku
memohon diri dahulu, kelak aku dan anakku akan selalu
datang mengunjungi makammu.........." ucapnya lirih.
Angin bertiup sepoi-sepoi, mengiringkan kepergian Tui Lan
dengan bayinya. Matahari pun tampak memanjat semakin
tinggi pula, melewati pucuk-pucuk pohon di dalam hutan itu,
seolah-olah tak tega melepaskan kepergian ibu dan anak itu.
----00dwkz0hend00---- Demikianlah dalam waktu sehari semalam saja, sejak
kemunculannya di danau Tai Ouw malam itu, Tui Lan telah
mengalami berbagai macam hal dan peristiwa yang sangat
mendebarkan hati. Malahan kemarin sore hampir saja wanita
muda itu kehilangan nyawa akibat kelahiran bayinya yang
belum cukup umur itu. Bayi hasil hubungan cinta-kasihnya
dengan Pangeran Liu Yang Kun, suaminya.
Dua malam yang lalu Tui Lan dan Liu Yang Kun masih
bersama-sama mengarungi lorong-lorong gua di dalam tanah
itu. Tetapi ketika mereka sampai di bawah danau Tai-Ouw,
pusaran air yang deras telah memisahkan mereka. Tui Lan
diseret oleh arus-air yang muntah keluar ke dasar danau,
sementara Liu Yang Kun dihanyutkan terus oleh arus-air yang
menuju ke laut. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Berbeda dengan isterinya yang lantas bisa keluar dari
dalam perut bumi, ternyata Liu Yang Kun masih harus
mengembara lagi di dalam lorong-lorong gelap sendirian.
Jikalau arus air yang menyeret Tui Lan itu muntah ke alam
bebas, sebaliknya arus-air membawa Liu Yang Kun cuma
muntah kembali ke dalam lorong gua yang lain. Meskipun
demikian masih beruntung juga bagi Liu Yang Kun, karena
dengan demikian ia bisa bernapas lagi.
Dengan tersedak dan terbatuk tiada hentinya, Liu Yang Kun
mencoba untuk berenang ke tepi. Tubuhnya terasa remuk-
redam, lemah-lunglai. Sementara perutnya bagaikan sebuah
balon yang penuh dengan air, pedih dan mual.
Dengan sisa-sisa tenaga yang masih dipunyainya, Liu Yang
Kun merangkak naik ke tepian. Kemudian bersamaan dengan
tersungkurnya dia di atas pasir, keluar pulalah semua isi
perutnya melalui mulut dan hidungnya.
"Moi-moi .........oh, di-dimanakah....... kau?" ucapnya
gemetar seperti mengigau.
Karena mencemaskan nasib isterinya, maka Liu Yang Kun
tak mau menjadi pingsan. Pemuda itu berjuang terus melawan
rasa pusing, lemah, mual, pedih dan sakit yang menyerang
tubuhnya. Diangkatnya badannya untuk duduk, kemudian
dicobanya mengerahkan tenaga-sakti Liong-cu-i-kangnya.
Sungguh mengherankan sekali ! Sekejap saja tenaga-sakti
itu telah bergolak dengan hebatnya! Sangat dahsyat malah!
Rasa rasanya tubuhnya seperti hendak meledak saking
banyaknya muatan yang berjejalan di dalam badannya!
Liu Yang Kun sendiri menjadi takjub dan ngeri pula melihat
perubahan itu. Kemarin saja belum sedahsyat itu lwee-
kangnya. Sebelumnya, dia memang merasa memperoleh
banyak kemajuan selama berdiam di dalam gua-gua itu.
Terutama setelah membunuh mati ular raksasa Ceng-liong-
ong itu. Hari demi hari dia merasakan lwee-kangnya menjadi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
semakin hebat saja. Meskipun demikian dia masih
menganggap bahwa kemajuannya tersebut adalah wajar,


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena setiap hari ia memang selalu tekun berlatih dan
berusaha memperdalam ilmunya.
Tetapi apa yang dirasakannya sekarang benar-benar di luar
bayangannya. Dia merasa ilmunya sekarang telah meloncat
terlalu jauh, sehingga dia sendiri menjadi takjub dan ngeri
malah! "Ini....... ini......heh-heh.. . ho-hoh-hoh.........!"
Liu Yang Kun terengah-engah dan tersengal-sengal seperti
layaknya seorang yang sedang menahan beban berat.
Semakin lama semakin berat juga, sehingga pemuda itu
menjadi bingung dan cemas bagaimana harus mengatasinya.
Saking bingungnya pemuda itu lalu meloncat dan memekik
sekuat-kuatnya! Dengan harapan semua beban dan tenaga
yang berdesak-desakan di dalam tubuhnya itu dapat ia usir
dan ia lemparkan sejauh jauhnya!
"Hhhhhuuuuuuuahhhhhhh........!!"
Lorong gua yang amat luas itu seolah-olah bergetar mau
runtuh. Debu dan pasir yang menempel di langit-langit dan di
dinding-dinding gua itu berhamburan ke bawah. Sementara
batu-batu besar atau kecil, yang kurang kuat menempelnya,
juga tampak berjatuhan pula dengan suara gemuruh. Sepintas
lalu gua itu bagaikan sedang digoncang oleh gempa yang
hebat! Sementara itu Liu Yang Kun sendiri telah lupa
memperhitungkan kepandaiannya. Loncatan sekuat tenaga
yang dilandasi ilmu Bu-eng Hwe-teng tadi benar-benar
membuat tubuhnya melesat tinggi bagaikan anak panah yang
dilepaskan dari busurnya. Tiba-tiba saja ia menghantam
langit-langit gua dengan kuatnya! Breeeesh! Pecahan batu
dan kerikil berhamburan pula kembali. Kali ini bersamaan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
jatuhnya dengan tubuh Liu Yang Kun yang terpental menimpa
air deras di bawahnya. Byuuuuur.........! "Haaep.......! Haaaaep.....!"
Untuk yang kedua kalinya Liu yang Kun harus berenang
pula ke tepian. Namun kali ini dengan badan yang sehat dan
segar. Hilang rasa pedih, sakit mual ataupun pusing, yang
menyerangnya tadi. Dan semuanya itu tentu saja sangat
mengherankan hati pemuda itu sendiri.
Ternyata Liu Yang Kun sendiri tidak menyadari perubahan
hebat yang terjadi sewaktu ia diseret oleh arus-air dalam
lorong sempit tadi. Di dalam keadaan antara mati dan hidup
karena tak bisa bernapas di dalam air itu, tiba-tiba tenaga
sakti Liong-cu-i-kangnya bergolak dengan hebatnya! Sejalan
dengan napasnya yang tersumbat di dalam perutnya, tenaga
sakti itu juga mencari jalan keluar dari kurungannya!
Jikalau napas tersebut seolah-olah ingin menjebol paru-
paru dan dada Liu Yang Kun, sebaliknya tenaga sakti itu
segera memencar ke seluruh tubuh menjebol semua jalan
darah yang tersumbat, untuk segera menemukan lobang pori-
pori di permukaan kulit! Tetapi dengan demikian pemuda itu
secara tak sengaja telah memaksa diri dalam penyempurnaan
ilmunya. Waktu puluhan tahun yang biasa dipergunakan oleh
orang lain untuk membebaskan titik-titik jalan darah tersulit di
dalam tubuh manusia itu, ternyata hanya dilakukan dalam
beberapa saat saja oleh Liu Yang Kun. Namun semuanya itu
bisa terlaksana karena pengaruh darah Ceng-liong-ong juga.
Tanpa bantuan darah berkhasiat tinggi tersebut, tak mungkin
rasanya Liong-cu-i-kang mampu menembusnya.
Untuk beberapa saat Liu Yang Kun termangu-mangu
memikirkan keanehan yang terjadi di dalam tubuhnya. Dia
sadar sekarang bahwa tenaga sakti Liong cu-i-kang yang
berada di dalam tubuhnya telah mencapai tingkat Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kesempurnaan. Namun ia tetap tidak tahu, bagaimana hal itu
bisa terjadi. Padahal selama ini ia selalu gagal bila
mencobanya. Sampai kemarinpun ia masih sukar menembus
titik-titik jalan darah tersulit tersebut. "Ah!"
Liu Yang Kun ingat kembali kepada isterinya. Matanya yang
mencorong seperti mata naga itu segera menembus
kegelapan untuk mencari Tui Lan. Setelah lwe-kangnya kini
mencapai kesempurnaannya, lorong gua yang gelap pekat
rasanya tidak menjadi gelap lagi. Dengan gampang sorot
matanya dapat melihat benda-benda yang ada di sekelilingnya. Namun sampai beberapa kali ia bolak-balik di
tempat itu, Tui Lan tetap tidak diketemukannya juga.
Liu Yang Kun mulai panik. "Dimanakah dia....." Apakah ia
tak ikut terseret arus-air bersamaku tadi" Oh... ataukah dia
langsung dihanyutkan oleh aliran sungai ini?" gumamnya
cemas. Pemuda itu lalu berlari-lari menyusuri aliran sungai
tersebut. Tapi sampai seharian penuh ia berjalan, Tui Lan
tetap tidak kelihatan. Ia mulai putus asa. Pikirannya sudah
mulai membayangkan yang bukan-bukan. Jangan-jangan
wanita yang dicintainya itu telah pergi mendahului dia
menghadap Giam-ong (Dewa Kematian).
"Moi-moi.............." berkali-kali bibirnya menyebut nama
isterinya. Liu Yang Kun menjatuhkan dirinya di atas pasir yang
bertumpuk di tepian sungai itu. Sambil telentang menatap
langit-langit gua ia mengenangkan saat saat manis bersama
Tui Lan, isterinya. Saking lelahnya kedua biji matanya
terpejam tanpa terasa. Entah berapa lama ia tertidur, tapi yang jelas ketika ia
membuka matanya lagi, badannya terasa segar dan ringan
luar biasa. Perlahan-lahan ia bangkit, kemudian memandang
sekelilingnya. Tapi matanya tiba-tiba terbelalak!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Berpuluh-puluh, bahkan mungkin malah beratus-ratus ekor
ular dari berbagai macam jenis tampak berkumpul
mengelilinginya. Ular-ular itu berada di segala tempat, di atas
pasir, di atas batu-batu, di dinding-dinding gua, bahkan di
dalam lobang-lobang di langit-langit gua pula. Mereka
berdesis-desis dengan riuhnya, seolah-olah mereka semua
bergembira berada di dekat Liu Yang Kun. Beberapa ekor d
antara mereka malah ada yang datang mendekat dan menjilati
kaki pemuda itu. Mula-mula Liu Yang Kun merasa kaget dan
ngeri juga. Namun ketika teringat kembali pengalamannya
beberapa bulan yang lalu, ketika ia dan T ui Lan dikepung oleh
ratusan ular berbisa, hatinya segera menjadi tenang kembali.
Tangannya lalu merogoh sakunya, meraba mustika racun yang
diperolehnya dari jengger Ceng-liong-ong itu, kemudian
mengeluarkannya di atas telapak tangannya.
Benda itu memancarkan sinar kehijauan dalam gelap. Dan
anehnya, ratusan ekor ular yang berdesis riuh dan bergerak
kesana-kemari tadi, tiba-tiba diam tak bergerak dan tak
bersuara, semuanya tertunduk ketakutan dan me letakkan
kepala mereka masing-masing di tanah, sehingga dilihat
sepintas lalu mereka seperti kumpulan bangkai yang
berserakan di atas tanah. Demikian takutnya mereka,
sehingga untuk menggerakkan lidah mereka yang biasa
bergerak keluar-masuk itu saja mereka tak berani. Padahal
banyak di antara mereka terdapat jenis-jenis ular yang
terkenal ganas dan pemarah, seperti halnya ular hijau
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 14 Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe Karya G K H Pangeran Anggadipati 1
^