Pencarian

Memburu Iblis 9

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 9


berbuntut merah, ular karang, ular api, ular pengisap darah
dan sebagainya. Liu Yang Kun bangkit berdiri, lalu melangkah pergi
meninggalkan tempat itu. Dan ular-ular itupun segera
menyibak memberi jalan pula. Tapi demikian kaki pemuda itu
melewati barisan yang paling belakang, ular-ular itu segera
bergerak mengikutinya. Mereka bergerak berbondong bondong seperti pasukan semut yang meninggalkan
sarangnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Pemuda itu kembali menyusuri lorong-lorong gua itu,
mengikuti aliran air sungai, dengan harapan bisa menemukan
isterinya. Karena tidak tahu waktu maka dia hanya beristirahat
atau tidur bila telah merasa lelah. Begitu pula ia hanya
mencari makan seperti biasanya, bila ia telah merasa lapar.
Dan ular-ular itu ternyata masih juga mengikutinya. Malahan
semakin lama semakin banyak, karena di setiap daerah yang
mereka lalui, rombongan mereka akan selalu bertambah
dengan ular-ular baru lagi. Dan lucunya, setiap pemuda itu
beristirahat, tidur, atau mencari ikan, ular-ular itupun segera
berbuat yang serupa pula. Mereka makan, istirahat, tidur
mengelilingi Liu Yang Kun. Karena terlalu memikirkan
isterinya, maka Liu Yang Kun tak mengacuhkan tingkah laku
ular-ular itu. Dibiarkannya saja mereka berbuat sesuka hati
mereka. Hanya kadang-kadang ia merasa ngeri dan risih bila
sedang tidur atau beristirahat. Kalau ia lupa mengeluarkan
mustika racunnya itu, niscaya tubuhnya akan penuh dengan
ular-ular tersebut. Seperti sedang menggeluti induknya saja
ular-ular itu melilit-lilit dan bermain-ma in di atas tubuhnya.
Demikianlah, berhari-hari Liu Y ang Kun berjalan menerobos
lorong-lorong gua itu tanpa mengenal lelah. Sekarang hati
pemuda itu sudah benar-benar putus asa. Ia sudah merasa
yakin bahwa isterinya telah tiada. Mungkin sudah terseret ke
laut lepas dan dimakan hiu di sana.
Akhirnya setengah bulan pun sudah berlalu pula. Keadaan
Liu Yang Kun sudah seperti orang kurang waras. Pakaian yang
dia kenakan cuma sebuah kulit ular. Wajah kusut kurang tidur.
Ditambah pula dengan rambutnya yang dibiarkan tergerai
awut-awutan. Semuanya itu masih ditambah lagi dengan
sikapnya yang acuh dan tanpa semangat.
"Tui Lan.......!"!" kadang-kadang bibirnya menggumamkan
nama isterinya. Lorong gua itu semakin lama semakin menurun, sehingga
aliran sungai itu menjadi semakin deras pula arusnya. Malahan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
di beberapa tempat arus air itu membentuk jeram-jeram kecil
yang bergemuruh suaranya. Di tempat-tempat seperti itulah
jalan menjadi sulit untuk dilewati.
Namun dengan kemampuannya sekarang, jalan seperti itu
bukan menjadi masalah lagi buat Liu Yang Kun. Dengan
mudah jeram yang curam dan licin itu dilewatinya. Dengan
Bu-eng Hwe-tengnya yang sudah mencapai tingkat tertinggi
tubuhnya melayang-layang seperti capung di atas air.
Begitu pula dengan rombongan ular ular yang mengikuti
pemuda itu. Bagaikan guguran daun kering yang jatuh di atas
permukaan air, ratusan ekor ular itu berjatuhan menghanyutkan diri di dalam arus air jeram tersebut.
Demikianlah, pada hari yang ke limabelas sejak
perpisahannya dengan Tui Lan, tanda-tanda berakhirnya
lorong gua itu sudah mulai terasa oleh Liu Yang Kun. Udara di
dalam gua itu mulai berbau amis, sementara hawanya pun
juga sudah mulai terasa segar pula, suatu tanda bahwa
tempat tersebut sudah dekat dengan lautan.
Bahkan ketika Liu Yang Kun menangkap ikan, ikan-ikan
yang diperoleh juga sudah berbeda. Ikannya sudah mulai
besar-besar dan banyak yang tak memiliki s isik lagi.
"Tampaknya gua ini sudah mendekati pantai........" pemuda
itu berdesah perlahan. Ada juga sepercik kegembiraan di
dalam hatinya. Meskipun kegembiraan itu tidak terasa mutlak
lagi baginya. Bagaimana ia bisa benar-benar bergembira bila
Tui Lan tidak ikut menikmatinya"
Oleh karena itu ketika akhirnya terdengar suara debur
ombak di kejauhan, pemuda itu justru menitikkan air-matanya
malah. Berbulan-bulan, bahkan lebih dari setahun ia
menderita sengsara di dalam gua itu bersama-sama T ui Lan.
Mereka bersama-sama melewatkan hari-hari yang menjemukan. Mereka bersama-sama menghadapi bahaya
ketika berusaha mencari kebebasan. Dan masih banyak lagi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
penderitaan dan kesengsaraan yang mereka peroleh selama
ini. Namun ketika kebebasan itu telah berada di depan mata,
wanita tangguh yang banyak memberi semangat hidup
kepada dirinya itu justru telah tiada lagi. Wanita ayu yang
telah banyak melepas budi dan amat dicintainya itu hilang
bersama anak yang dikandungnya. Anak dari buah cinta kasih
mereka. Begitulah, ketika tiba-tiba lobang keluar ke alam bebas itu
menganga di depannya, Liu Yang Kun justru menjadi sedih
dan tertegun menatapnya. Semangatnya seolah-olah menjadi
hilang malah. Bayangan Tui Lan seperti datang menggodanya.
Isterinya itu seperti datang menggendong anak mereka dan
melambai-lambaikan tangan untuk melepas kepergiannya ke
alam bebas. Liu Yang Kun menoleh dengan cepat, dan kakinya sudah
melangkah mundur, seakan-akan hendak kembali memasuki
gua itu. Tapi berbareng dengan itu pula, tiba-tiba terdengar
suara desis riuh dari mulut ular-ular yang mengikuti
perjalanannya! Ular-ular itu mendadak menjadi buas dan
garang! "Ah.......!?" pemuda itu berdesah kaget, kemudian bersiap-
siaga menjaga segala kemungkinan.
Tapi kecemasan pemuda itu segera hilang tatkala dari jauh
terdengar suara percakapan manusia, yang memantul dan
bergema di dalam gua itu. Tampaknya ular-ular itu telah
mencium kedatangan orang-orang itu dan menganggap
musuh kepada mereka. Oleh karena itu Liu Yang Kun lalu
mengeluarkan mustika racunnya untuk menenangkan ular-
ularnya itu. Ratusan ekor ular itu terdiam seketika. Semuanya
tertunduk ketakutan di tempat masing-masing, sehingga Liu
Yang Kun menjadi lega hatinya. Pemuda itu lalu bersembunyi
di balik sebongkah batu karang besar dan mengintai ke mulut
goa. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Mulut goa itu kira-kira masih ada limapuluhan tombak
jauhnya dari tempat persembunyian Liu Yang Kun. Dan lobang
itu tidak begitu besar ukurannya. Mungkin cuma ada dua
tombak tingginya maupun lebarnya. Itupun pada bagian
bawah dipergunakan sebagai jalan keluar oleh aliran sungai di
bawah tanah itu. Lama benar rasanya Liu Yang Kun menantikan kedatangan
orang itu. Hampir saja ia tak sabar menunggunya lebih lama
lagi, ketika secara mendadak orang yang bercakap-cakap
tersebut telah berada di depannya. Mungkin cuma belasan
tombak saja dari tempatnya berlindung.
Sekejap Liu Yang Kun merasa seperti manusia yang baru
saja lolos dari kematian. Setelah sekian lamanya tersekap di
tempat gelap bersama Tui Lan ia hampir-hampir tidak percaya
bahwa orang-orang yang dilihatnya itu adalah seorang
manusia pula seperti dirinya. Apalagi ia tak melihat dari mana
orang orang itu masuk ke dalam gua itu tadi. Seperti siluman
saja mereka itu. Tahu-tahu sudah di depannya.
Pemuda itu mencoba melongok mereka. Dilihatnya dua
orang lelaki, yang seorang berusia sekitar enampuluh tahun
dan yang seorang lagi kira-kira berumur empatpuluh lima
tahunan, berdiri me lihat-lihat dinding gua itu. Jarak mereka
tinggal sepuluhan tombak saja daro tempatnya bersembunyi.
Dan diam-diam pemuda itu melirik ke arah ular-ularnya. Ia
merasa khawatir juga kalau-kalau ular-ular tersebut tidak bisa
ia kendalikan lagi. "Su-pek, benarkah gua ini yang dimaksudkan oleh nelayan
itu?" orang yang lebih muda itu bertanya kepada orang yang
lebih tua. "Ya! Kukira memang inilah Gua Siluman itu. Sesuai dengan
petunjuk yang kita peroleh, gua ini dialiri oleh sungai di bawah
tanah dan mempunyai banyak pintu masuk. Nah, bukankah
kita tadi selalu berputar-putar dari lorong pintu gua yang satu
ke lorong pintu gua yang lain?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu yang Kun terkejut juga. Orang yang lebih tua itu
tampak sangat tenang, berwibawa dan bersuara mantap. Hal
tersebut menandakan bahwa dia adalah orang yang memiliki
kepandaian tinggi. "Aku rasa-rasanya pernah mengenalnya....." Liu Yang Kun
berkata di dalam hatinya.
Kedua orang itu lalu meraba-raba dinding gua yang gelap
itu. Dan mereka segera menemukan sebuah lobang gua lagi.
"Lihat, Su-pek......! Di sini ada sebuah lobang lagi! Apakah
kita akan masuk melihatnya?"
"Ya! Kita lihat semuanya! Tapi.. kita juga harus berhati-
hati! Kita sedang berhadapan dengan bajak-laut, golongan
manusia yang tak pernah mengindahkan tata-cara maupun
sopan-santun. Siapa tahu mereka telah memasang perangkap
untuk kita?" "Baik, Su-pek. Kita memang wajib bercuriga dengan
keadaan yang sepi ini.........."
Kedua orang itu lalu menghilang lagi ke dalam gelap. Dan
Liu Yang Kun menjadi tahu sekarang, bahwa pada dinding-
dinding gua yang gelap itu ternyata banyak lorong-lorong gua
yang lain, Itulah sebabnya ia tak tahu dari mana kedua orang
itu tadi datang. Untuk sesaat pemuda itu menjadi ragu-ragu, ditengoknya
ratusan ular yang tertunduk ketakutan di belakangnya. Ingin
sebenarnya ia mengikuti kedua orang itu untuk me lihat siapa
sebetulnya mereka. Tapi bagaimana dengan ular-ularnya itu"
Bagaimana kalau mereka nanti menjadi ribut dan menyerang
orang-orang itu" Liu Yang Kun menarik napas panjang. Kasihan rasanya
kalau harus membubarkan ratusan ular yang telah berhari-hari
mengikutinya itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Biarlah mereka ikut. Nanti kalau mereka membikin ribut
aku akan membubarkannya. Hmm.... sekalian belajar
mengendalikan ular-ular beracun!" akhirnya pemuda itu
mengambil keputusan. Oleh karena itu Mustika racun yang berada di tangannya
segera dimasukkannya kembali ke dalam kantungnya,
kemudian berlari mengejar orang-orang itu. Ratusan ekor ular
itu seperti terbangun dari tidurnya. Bergegas mereka merayap
pula mengikuti Liu Y ang Kun.
Benar juga. Pada dinding gua yang gelap itu terdapat
sebuah lobang gua yang lain. Liu Yang Kun cepat
memasukinya. Dan sebentar kemudian rombongan ular-ular
beracun itu berbondong-bondong pula mengikutinya. Mereka
berbelok kesana kemari menurutkan lorong gua itu. Turun
naik dan sering kali Liu Yang Kun harus memilih jalan ketika
lobang gua tersebut tiba-tiba pecah menjadi dua atau tiga
bagian. Namun telah sejauh itu ia berjalan, kedua orang yang
dikejarnya itu belum kelihatan juga. Malahan karena secara
tidak sengaja ia berputar-putar saja di dalam lorong gua
tersebut, maka ratusan ekor ular yang mengikutinya itu
menjadi bingung dan ribut. Barisan ularnya mencapai puluhan
meter panjangnya itu menjadi terpecah-belah dan tersesat
kesana-kemari di dalam lorong-lorong yang banyak jumlahnya
itu. Akhirnya Liu Yang Kun menjadi kesal tatkala kakinya tiba-
tiba menginjak lorong gua yang pertama lagi. Gemerciknya
aliran air sungai itu segera memberi kesadaran pada dirinya
bahwa ia hanya membuang-buang waktu saja di tempat itu.
Sementara rombongan ular-ularnya justru menjadi susut
jumlahnya. "Persetan dengan orang-orang itu. Lebih baik aku keluar
dari dalam gua ini." geram pemuda itu di dalam hatinya, lalu
melangkah menuju ke mulut gua yang terang benderang itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Beberapa saat lamanya pemuda itu silau dan tak bisa
melihat apa-apa. Namun setelah mengerahkan tenaga sakti
Liong-cu-i-kangnya, rasa silau itu segera hilang. Dan kemudian
dipandangnya keindahan alam di pantai karang yang indah
luar biasa itu. "Bukan main! Betapa indahnya! Betapa leganya.......!" Liu
Yang Kun menengadahkan kepala seraya merentangkan
lengannya, mensyukuri kebebasannya. Namun sesaat kemudian wajahnya tertunduk kembali. Matanya terasa
menjadi pedas. Tiba-tiba ia teringat kepada isterinya lagi.
"Sayang..... Tui Lan tak ikut merasakannya......."
Dengan kepala tertunduk Liu Yang Kun melangkah
perlahan-lahan meninggalkan tempat yang sangat bersejarah
baginya itu. Kakinya menginjak hamparan pasir yang
terbentang di depan mulut gua itu. Semakin jauh ia berjalan
semakin heran ia me lihat lobang-lobang gua yang banyak


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdapat di tebing pantai karang itu. Demikian banyaknya
lobang gua itu sehingga ia sudah tak bisa Iagi menentukan,
mana lobang gua tempat ia keluar tadi.
Hari masih pagi. Matahari belum terlalu tinggi mendaki
langit. Burung burung camar tampak terbang berseliweran di
atas pantai tersebut. Mereka selalu berebutan menyambar
ikan-ikan kecil yang terdampar ombak ke tepian.
Jilid 16 Mendadak Liu Yang Kun melihat sebuah perahu layar
datang mendekati pantai itu. Perahu itu tidak begitu besar
bentuknya, namun dipasangi layar-layar yang besar dan lebar
sehingga di tengah laut perahu itu tentu sangat laju jalannya.
Dan awak perahu itu kelihatan menggulung layarnya begitu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mendekati pantai. Karena hatinya masih diliputi kecurigaan,
maka Liu Yang Kun cepat mencari tempat persembunyian.
Pemuda itu ingin me lihat apa yang hendak dikerjakan oleh
awak perahu tersebut" Apakah mereka adalah teman kedua
orang yang dilihatnya di dalam gua tadi" Ataukah mereka
justru para bajak laut yang disebut-sebut oleh kedua orang
itu" Sebentar kemudian perahu itu telah membuang sauhnya
tidak jauh dari pantai. Kemudian belasan orang tampak
menurunkan sampan dan mengayuhnya ke pinggir. Mereka
mempergunakan empat buah sampan kecil-kecil, yang
masing-masing mengangkut empat atau lima orang di
dalamnya. Setelah menyeret sampan-sampan itu ke tepian, para
penumpangnya segera berkumpul di tempat yang berpasir.
Semuanya tampak tegap-tegap dan kasar-kasar suatu tanda
bahwa mereka benar-benar para pelaut yang biasa bersikap
buas dan kasar. "Hai.........awaaaaaaass!" banyak ular di sini!" tiba-tiba
salah seorang dari mereka berteriak ketakutan.
Liu Yang Kun terperanjat! "Wah.., aku sampai melupakan
ular-ular itu," sesalnya. Tapi apa daya, mereka telah
melihatnya ia tak mungkin mencegahnya lagi.
Orang-orang kasar itu menjadi ribut. Apalagi ketika ular-
ular Liu Y ang Kun semakin banyak yang keluar menampakkan
diri. Mereka cepat mencabut senjata masing-masing dan
membabati ular-ular yang datang itu.
Ular-ular yang lain segera menjadi marah pula. Mereka
berbondong-bondong keluar menyerang rombongan orang
kasar tersebut. Sehingga sebentar saja tempat itu menjadi
ajang pertempuran aneh yang amat mengerikan! Manusia
melawan ular! Korban pun segera berjatuhan. Pasukan ular itu susut
dengan cepatnya. Meskipun demikian dari pihak orang-orang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kasar itu pun mulai jatuh korban pula. Beberapa orang yang
tidak mampu menghindar dari pagutan ular-ular berbisa itu
mulai kejang-kejang, untuk kemudian jatuh tersungkur di atas
pasir dan menjadi santapan pasukan ular yang sudah marah
itu. Dan korban dari pihak orang-orang kasar itu ternyata
semakin lama semakin bertambah banyak juga. Bagaimana
pun juga mereka tak bisa terus-menerus menghindar dari
pagutan ratusan ular berbisa itu. Walaupun masing-masing
dari mereka itu dapat membunuh empatpuluh atau limapuluh
ekor di antara penyerbunya, namun seekor atau dua ekor di
antaranya tentu berhasil dan menggigit dirinya. Oleh karena
tidaklah mengherankan bila beberapa saat kemudian orang-
orang tersebut mulai ngeri dan ketakutan.
"Tolong! Toloongggggg........," satu atau dua orang dari
mereka mulai berlari-lari menyelamatkan diri sambil menjerit-
jerit m inta tolong ke arah perahu yang ada di tengah laut itu.
Sementara itu kawan-kawan mereka yang berada di atas
perahu tampaknya juga sudah melihat keributan tersebut.
Seorang lelaki bertubuh tinggi besar dengan urat-urat yang
membengkak di tiap bagian badannya, terutama di bagian
dada, bahu dan lengannya, terdengar menggeram sambil
memilin-milin kumis serta jenggotnya yang lebat luar biasa.
Sebuah rantai besi panjang tampas melilit di pinggangnya.
"Setan laut! Huh! Kenapa mereka itu" Kenapa mereka
menjadi ribut tak karuan seperti itu?"
"Mereka seperti diserang orang. Mungkin dengan anak-
panah atau sambitan batu. Kita tak bisa melihatnya dari
sini......" salah seorang pengawalnya menyatakan pendapatnya. "Heii......" Lihat ! Kelinci-kelinci tak berguna itu banyak
yang roboh.. dan berusaha melarikan diri! Bangsat ! Kelinci
Busuk keparat........!" lelaki berotot kekar itu berteriak marah.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Be-benar............wah ! A-apa yang harus kita lakukan
sekarang?" pegawainya berkata pula dengan cemasnya.
"Turunkan sekoci! Kita kesana melihatnya! Bangsat tak
berguna!" Begitu sekoci diturunkan, lelaki kekar itu meloncat ke
bawah dengan tangkasnya. Meskipun sampan kecil itu
langsung ambles dan hampir terbenam menerima beban
tubuhnya, tapi sampan itu sama sekali tak bergoyang
karenanya. Para pengawal atau pembantu dari Laki kekar itu
lalu membagi tugas, sebagian menjaga perahu, sebagian lagi
mengikuti pemimpin mereka itu. Pengawal yang mendapat
bagian menjaga perahu segera mempersiapkan segala
sesuatunya untuk menjaga hal-hal yang tak mereka duga
sebelumnya, sementara para pengawal yang memperoleh
bagian mengikuti pemimpin mereka segera menurunkan
beberapa buah sekoci lagi untuk mengangkut mereka ke
daratan. Di tengah jalan mereka bertemu dengan kawan-kawan
mereka yang melarikan diri dari pantai itu.
"Ulaaaar.......! Ulaaaaaaar....!" orang-orang yang datang
dari darat itu menjerit-jerit.
"Pengecut......Mengapa dengan ular saja kalian takut"
Setan busuk !" lelaki kekar itu marah-marah.
"Tapi....... tapi ularnya tidak hanya seekor, T wa-ko!" orang
yang melarikan diri itu menjawab ketakutan.
"Tidak hanya satu" Lalu......berapa, heh?"
"Lebih dari se-se-seribu ekor!"
"Apa......." Seribu?" lelaki kekar itu tersentak kaget, lalu
bergegas mengayuh sampannya ke pinggir.
Sementara itu pertempuran antara pasukan ular dan
rombongan orang-orang kasar itu telah selesai. Di antara
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
belasan orang kasar yang mendarat tadi ternyata hanya enam
orang saja yang mampu meloloskan diri dari sergapan ular-
ular berbisa itu. Sisanya tergeletak berserakan di atas pasir itu
dalam keadaan tewas. Namun demikian pihak pasukan ular
pun tinggal beberapa puluh ekor saja yang hidup. Yang lain
telah menemui ajalnya di tangan senjata orang-orang kasar
itu. Tubuh mereka terpotong-potong, berceceran memenuhi
arena pertempuran itu. Baunya jangan dikata lagi. Amis dan
memuakkan! Salah seorang dari orang-orang kasar itu mati di depan
tempat persembunyian Liu Yang Kun. Semula orang itu
mencoba melarikan diri setelah mendapat gigitan di kakinya.
Tapi baru beberapa langkah ia berlari, tubuhnya telah kejang
kejang dan jatuh tersungkur di depan Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun lalu menarik tubuh orang itu. Melihat orang
itu telah tewas, ia lalu mengambil pakaiannya. Liu Yang Kun
tak ingin dilihat orang dengan pakaian kulit ularnya itu. Dan
beruntung juga buat dia, karena orang itu berperawakan
tinggi besar, sehingga pakaian itu dapat menutupi pakaian
kulit ularnya. "Kurang ajar.........! Bagaimana tempat yang sepi ini
mendadak menjadi demikian banyak ularnya, heh?" begitu
melompat turun dari sampannya lelaki kekar itu berteriak
marah. Tapi teriakannya itu segera disambut oleh serbuan ular-ular
yang masih tersisa. Puluhan ekor ular yang masih hidup itu
segera menyerang dengan ganasnya.
"Setan laut! Setan busuk.......!" lelaki kekar itu mengumpat
seraya mengerahkan tenaganya ke arah lengannya yang
berotot. Lalu sekali sambar tangannya telah meraup lima atau
enam ekor ular sekaligus dan kemudian meremasnya sehingga
hancur. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah, berkali-kali lelaki kekar itu berbuat serupa.
Bergantian sambil menghindarkan serbuan ular-ular itu, kedua
belah tangannya menyambar ke depan, menangkapi ular-ular
tersebut dan meremasnya sampai hancur. Sebentar saja
korbannya telah bertumpuk-tumpuk.
Dan korban itu pun semakin bertambah lagi dengan cepat,
ketika orang itu sudah mulai bosan dengan caranya tersebut.
Orang itu lalu mengeluarkan gulungan rantai besinya yang
panjang. Dan rantai besi yang berat itu diayun dan diputarnya
kesana-kemari, membabat ular ular yang menyerangnya.
Sekejap saja pasukan ular itu terpental kesana-kemari dengan
tubuh hancur. Bahkan tidak cuma ular-ular itu saja yang
menjadi korban amukan besi itu. Pasir, tanah dan batu karang
di sekitar arena itu pun menjadi porak poranda bertaburan
kemana-mana. Begitu hebatnya tenaga gwa-kang lelaki kekar
itu sehingga batu karang sebesar kerbau pun menjadi retak
dan berguguran tersapu rantai besinya.
"Huh! Melawan ular-ular macam itu saja sudah lari terbirit-
birit! Kelinci-kelinci tak berguna. Huoaaaaiii ......ayoh kemari
semua.......!" lelaki kekar itu bersungut-sungut, kemudian
berteriak kepada anak-buahnya yang masih berada di atas
sekoci mereka. Dan ketika orang-orang itu telah mendarat, lelaki kekar itu
segera memerintahkan mereka untuk membereskan kawan-
kawan mereka yang tewas. "Goblog semua! Huh! Belum belum sudah membuang
nyawa secara percuma.! Hee...... kemana orang-orang Mo-
kauw itu......." Apakah mereka tidak berani datang, heh?"
lelaki kekar itu mengumpat dan mengedarkan pandangannya
ke tebing-tebing pantai yang banyak lobang guanya itu.
Salah seorang dari orang-orang kasar yang tadi bisa
melepaskan diri dari keroyokan pasukan ular itu segera maju
ke depan. "Kami?" kami belum sempat menemui utusan dari
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Mo-kauw, twa-ko. Begitu kam i menginjakkan kaki di pantai ini,
ular-ular itu langsung menyerbu".." lapornya sedikit gugup.
Sementara itu ditempat persembunyiannya Liu Yang Kun
mengangguk-anggukkan kepalanya. "Benar! Hmm.........Ingat
aku sekarang. Kedua orang yang kutemui di dalam gua itu
adalah anggota aliran Mo-kauw. Aku pernah melihatnya di Kuil
Delapan Dewa beberapa tahun yang lalu. Kalau tak salah
orang yang dipanggil su-pek itu adalah tokoh tingkat tiga di
dalam Aliran Mo-kauw. Dia adalah murid Bhong Kim Cu, salah
seorang dari Siang-Kauw Tai-shih (Sepasang Utusan Agama)
Aliran Mo-kauw." "Huh........!" lagi-lagi lelaki kekar itu mendengus. Lalu, "......
Kalau begitu........ mengapa utusan Mo-kauw itu belum datang
juga" Apakah nelayan-nelayan yang dititipi oleh Hai-ong kita
itu belum sempat menyampaikan pesan itu" Hmm.........apabila demikian halnya, maka kedatangan kita ini
sungguh sia-sia. Sudah banyak kehilangan kawan, masih tidak
bisa bertemu dengan orang yang dicari lagi.......hmmmh!"
(Hai-ong Raja Laut/Raja Bajak Laut)
Tapi sebelum gema suara lelaki kekar itu hilang tertiup
angin, tiba-tiba dari sebuah mulut gua muncul dua orang laki-
laki yang dilihat oleh Liu Yang Kun.
"Ah, maafkanlah kami bila kami tidak lekas-lekas menemui
cu-wi di s ini. Karena belum pernah memasuki Gua Siluman ini,
maka kami terpaksa berputar putar kebingungan di dalamnya.
Sebenarnya kami telah sejak tadi berada tempat ini." utusan
Mo-kauw yang berusia lebih tua itu cepat memberi keterangan
atas keterlambatannya. Sambil memberi hormat kedua orang utusan Mo-kauw itu
melirik ke arah mayat-mayat yang berserakan di depan
mereka. Diam-diam mereka menjadi bingung juga menyaksikan keadaan itu. Apalagi ketika mereka lihat bangkai-
bangkai ular yang luar biasa banyaknya itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sekejap lelaki kekar itu tertegun juga melihat kedatangan
orang yang dicarinya. Namun kematian anak-buahnya itu
segera membuatnya malu dan marah. Apalagi kemudian
timbul kecurigaan di dalam hatinya, kemungkinan keterlibatan
mereka didalam peristiwa ini.
"Hee" Apakah kalian utusan dari Mo-kauw, hah" Siapakah
kalian" Mengapa Pek-i Liong-ong (Raja Naga Berbaju Putih -
Ketua Aliran Mo-kauw) sendiri yang datang?" sapanya kasar.
Wajah kedua orang utusan Mo-kauw itu menjadi merah.
Mereka merasa tersinggung. Meskipun demikian orang yang
lebih tua itu segera menahan lengan kawannya. "Jangan
terpancing dengan api yang disulutnya! Kita harus tetap
tenang dan waspada, agar urusan kita dengan bajak laut itu
cepat selesai dan menjadi jelas. Persoalan Mo-kauw dengan
Tung-hai-tiauw itu akan semakin ruwet dan berlarut-larut
apabila kita berkelahi sekarang. Kau masih ingat pesan Mo-cu
(Ketua Aliran " agama Mo), bukan?" bisiknya perlahan untuk
menenangkan hati kawannya itu.
"Maafkanlah tee-cu, Su-pek......" Orang yang dipanggil su-
pek itu mengangguk, lalu melepaskan lengan yang
dipegangnya. Perlahan-lahan ia melangkah maju. Dengan


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

amat hati-hati menjawab perkataan lelaki kekar tadi.
"Kami mohon maaf yang sebesar besarnya karena Mo-cu
kami tidak bisa hadir sendiri menemui cu-wi (saudara).
Meskipun demikian Mo-cu telah memberi kepercayaan kepada
kami berdua untuk menjumpai saudara, sesuai dengan
undangan yang kami terima lewat nelayan itu.........."
Dan ketika lawannya tidak segera menanggapi ucapannya,
maka tokoh Aliran Mo-kauw itu lalu meneruskan perkataannya. "Dan...... perkenalkan, siau-te bernama Ouw
Lam Cu. Dan keponakan muridku ini bernama Tan Bing Cu.
Lalu siapakah nama besar ci-su" Bolehkah kami berdua
mengetahuinya?" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi lelaki kekar itu tetap pada sikapnya. Sedikltpun tidak
mau merubah sikapnya yang kurang bersahabat itu. Dengan
suara yang masih menunjukkan kecurigaannya lelaki itu
menggeram. "Hmmh! Apakah kalian berdua masih memerlukan namaku pula setelah kejadian ini" Baiklah! Aku
pun tidak akan mundur menghadapinya. Sebut saja aku Tiong
Pan Kang Si Gajah Laut. Kedatanganku kemari juga diutus
Tung-hai-tiauw untuk menjemput Pek-i Liong-ong, ketua
kalian. Tapi karena Pek-i Liong-ong tidak datang, maka kami
akan menangkap kalian sebagai gantinya. Bersiaplah! Kami
tidak segan-segan untuk membunuh, karena kawan kami pun
telah banyak yang terbunuh pula oleh ular-ular itu."
Ternyata kedua orang tokoh Aliran Mo-kauw itu dapat
menangkap kecurigaan lawan mereka. Tapi karena mereka
memang tidak mempunyai sangkut-paut dengan pasukan ular
itu, maka mereka pun lantas menyanggahnya.
"Saudara T iong.......! Kau tak perlu berputar-putar mencari
alasan untuk menangkap kami. Kami berdua sama kali tak
tahu-menahu tentang ular-ular itu. Kedatangan kami kemari
hanya untuk menemui utusan Tung-hai-tiauw. Kami mendapat
tugas untuk menanyakan pada utusan itu, apa sebabnya
Tung-hai-tiauw dan anak buahnya memusuhi Aliran Mo-kauw
tanpa sebab. Malahan beberapa hari yang lalu Mo-cu kami
telah menerima pula laporan dari cabang cabang kami di
daerah, yang mengatakan bahwa tokoh-tokoh cabang kami
banyak yang diculik oleh kaki tangan Tung-hai tiauw."
"Ho-ho-ho-ho.......! Jadi kalian sudah mendengar pula
berita itu" Bagus.......! Bagus.....ho-ho-ho! Kalau begitu kalian
pun akan mengalami nasib yang sama pula sekarang! Ayoh,
sekarang menyerahlah!" T iong Pan Kang menggertak.
Tapi dengan tenang Ouw Lam Cu mengangguk-anggukkan
kepalanya. "Ooh...... jadi itukah sebenarnya maksud kalian mengundang kami ke tempat sepi seperti ini" Jadi kalian juga
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
akan meringkus aku" Begitukah" Ehm... hebat juga rencana
Tung-hai-tiauw ini. Tapi ...... coba katakan kepada kami,
apakah sebabnya Tung-hai-tiauw berbuat demikian" Bukankah
selama ini Mo-kauw tak pernah bermusuhan dengan Tung-hai
tiauw?" "Jangan banyak bicara, itu urusan Hai-ong kami dengan
Mo-cu kalian! K ita tak usah mempermasalahkannya" Pokoknya
kami mendapat perintah, sebelum Pek-i Liong-ong menyerahkan diri, kami akan menangkap semua tokoh Mo-
kauw kalian!" "Kurang ajar! Kalian memang bukan manusia baik-baik! T ak
tahu aturan, sombong, kejam dan hanya ingin menang
sendiri! Hmmh Kalian kira kami takut kepada T ung-hai-tiauw"
Silahkan menangkap kalau mampu," ternyata Ouw Lam Cu tak
bisa mengekang diri pula akhirnya.
"Bagus! Lihat serangan.........!" T iong Pan Kang membentak
seraya melompat ke depan.
Rantai besi yang ada di dalam genggamannya menyambar
ke arah lawannya. Suaranya berdentangan, seolah-olah
lingkaran besi yang saling bertautan itu secara tiba-tiba
berlaga pula satu sama lain. Melihat itu kawanan bajak laut
yang sedang mengumpulkan mayat-mayat temannya itu
segera menyingkir. Mereka tak ingin menjadi korban senjata
mengerikan itu. Wuuuuuuut! Ouw Lam Cu cepat mengelak, sehingga ujung rantai besi
itu menghantam pasir dengan dahsyatnya! Bhhhhuuuuuuum!
Tanah dan pasir muncrat berhamburan kemana-mana.
Sekejap tempat itu menjadi gelap oleh taburan pasir dan
tanah! "Bukan main! Gwa-kang si Bajak laut itu benar-benar luar
biasa! Kalau tokoh Mo-kauw itu tak berhati-hati, badannya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bisa lumat dihantam senjata berat itu." Liu Yang Kun berkata
di dalam hatinya. Memang benar. T iong Pan Kang yang bertubuh besar dan
kekar itu memang memiliki tenaga luar (gwa-kang) yang
hebat sekali. Rantai besi sepanjang dua depa itu seperti benda
mainan saja ditangannya. Terayun kesana-kemari seakan-
akan tidak berbobot sama sekali. Padahal bila menyentuh
tanah, padas, pasir atau batu-batu karang, semuanya seolah-
olah lalu meledak dengan dahsyatnya.
Untunglah Ouw Lam Cu mempunyai ginkang yang baik.
Meskipun terus-menerus terdesak dan tak bisa membalas
sedikit pun, namun ia masih mampu menyelamatkan diri dari
kejaran rantai besi tersebut. Hanya saja keadaan itu tentu
takkan bisa berlangsung lama. Dengan berloncatan begitu,
tenaganya akan lebih cepat habis. Sementara lawannya yang
hanya memutar-mutarkan rantainya itu akan tetap segar
bukan seperti sedia-kala.
Ternyata Liu Yang Kun merasakan juga ketimpangan itu.
"Heran. Mengapa Pek-i Liong-ong cuma mengirimkan orang
seperti Ouw Lam Cu untuk menemui utusan Tung hai-tiauw.
Apakah Aliran Mo-kauw sudah kehabisan jago-jagonya"
Mengapa bukan Bhong Kim Cu atau Leng Siauw, kedua orang
Utusan Agamanya yang lihai itu?" pemuda itu membatin.
Sementara itu Tan Bing Cu benar-benar sangat
mencemaskan keadaan su-peknya. Semakin lama rasa
cemasnya itu semakin menjadi-jadi. Apalagi ketika rantai-besi
itu mulai menyentuh tubuh su-peknya. Oleh karena itu tanpa
memikirkan akibatnya ia segera terjun menolong supeknya.
Tapi ternyata langkahnya itu justru mengundang bahaya
lain yang lebih besar lagi malah! Melihat pemimpinnya
dikeroyok lawan, kawanan bajak-laut yang berada di tempat
itu segera turun pula ke arena. Bagaikan kawanan serigala
haus darah mereka menyerbu Tan Bing Cu. Demikianlah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bukannya dia bisa menolong su-peknya, tapi ia sendiri justru
terjerumus ke dalam lobang kesulitan pula malah!
Sekarang Liu Yang Kun lah yang menjadi gelisah. Pemuda
itu menjadi bingung, tak tahu apa yang mesti ia lakukan.
Menolong kedua tokoh Mo-kauw itu atau membiarkan saja
mereka menerima nasibnya"
Begitulah, di saat pemuda itu masih disibukkan oleh
keragu-raguannya maka pertempuran itu sendiri sudah sampai
pada akhirnya. Tanpa memakan banyak waktu kedua orang
tokoh Mo-kau tu telah dapat diringkus oleh Tio Pan Kang dan
anak buahnya. Malah Lam Cu sendiri terpaksa harus
menderita patah tulang pada lengan kirinya, akibat menangkis
sambaran rantai besi T iong Pan Kang.
"Ah! Tampaknya para bajak-laut itu memang tidak
bermaksud membunuh mereka. Mereka benar-benar hanya
ditangkap saja......." Liu Yang Kun bernapas lega.
Oleh karena itu Liu Yang Kun tidak jadi keluar dari tempat
persembunyiannya. Dibiarkannya saja kawanan bajak laut itu
mengurus kawan-kawan mereka yang tewas. Dan dibiarkannya pula mereka pergi membawa tawanan mereka ke
atas perahu yang berlabuh di tengah-tengah laut itu. Ia baru
keluar ketika tempat itu benar-benar telah menjadi sepi.
Pemuda itu menengadahkan kepalanya. Dilihatnya matahari
telah naik tinggi. Perlahan-lahan kakinya melangkah meninggalkan tempat itu. Disusurinya pantai tersebut ke arah
utara. Dibiarkannya angin laut yang mengandung air itu
menerpa tubuhnya. Dingin, namun malah membuatnya segar.
Tapi dengan demikian perutnya yang kosong justru terasa
lapar sekarang. "Ah, ingin benar rasanya aku mencicipi masakan yang
enak-enak setelah setahun hanya makan ikan bakar terus-
menerus. Cuma.......?" pemuda itu tak meneruskan ucapannya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mengingat dirinya tak memiliki uang sama sekali untuk
membeli makanan itu. Pantai itu semakin jauh semakin sulit dilewati. Selain
berbatu-batu karang besar, tebingnya pun semakin bertambah
curam dan licin pula. Sehingga beberapa lie kemudian Liu
Yang Kun tak bisa berjalan di bibir pantai lagi. Pemuda itu
terpaksa harus naik ke atas tebing, dan berjalan menerobos
lebatnya hutan perdu yang memadati pantai tersebut.
Semakin ke utara hutan itu semakin lebat. Dan
pepohonannya pun juga semakin bertambah tinggi pula,
sehingga akhirnya beberapa lie kemudian hutan tersebut
benar-benar telah berubah menjadi rimba-raya yang sulit
diterobos lagi. Liu Yang Kun terpaksa semakin menjauhi pantai. Ia mulai
melewati daerah daerah yang telah dijamah oleh tangan
manusia, jalan setapak, ladang-ladang, kebun, dan akhirnya
melewati pula dusun-dusun kecil yang masih jarang didatangi
orang kota. "Ah, tampaknya aku tadi telah salah memilih tujuan.
Seharusnya aku tadi menuju ke selatan atau ke barat saja,
sehingga kemungkinan besar aku tidak terlunta-lunta ke
daerah yang masih perawan seperti ini." pemuda itu
menggerutu, karena sudah sekian lamanya ia berjalan, belum
juga bertemu dengan kota.
Tapi hati pemuda itu sedikit terobati pula ketika akhirnya
dia bisa menjumpai sebuah dusun yang agak besar dan ramai.
Dusun itu berada di tepi sebuah sungai yang cukup lebar.
Penduduknya ramah-tamah dan mereka banyak dijumpai Liu
Yang Kun di sawah sawah atau ladang-ladang mereka.
''Lo-pek, dusun apakah ini namanya?" pemuda itu bertanya
kepada seorang petani yang dijumpainya di tengah jalan.
Petani tua itu tersenyum. Sambil meletakkan paculnya ke
tanah, matanya menatap Liu Yang Kun dengan pandangan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
aneh. Meskipun demikian mulutnya menjawab dengan ramah.
"Apakah Siau-heng (saudara muda) belum pernah lewat di
sini" Dusun kecil ini bernama Kee-cung. Masih termasuk
wilayah kabupaten An hui. Ehmm....... Siau-heng hendak pergi
kemana?" "Ah.......!" Liu Yang Kun berdesah gugup. "Saya...... saya
cuma seorang petualang yang biasa berjalan kemana saja.
Saya tak mempunyai tujuan yang pasti. Tapi......tapi eh,
dimanakah kota yang terdekat dari sini, lopek?"
Mendengar Liu Yang Kun memperkenalkan dirinya sebagai
petualang, petani tua itu mengernyitkan dahinya. Tampak
sinar kecurigaan membayang di matanya. Walaupun begitu ia
tak bertanya apa-apa. Ia tetap menjawab pertanyaan Liu Yang
Kun dengan sopan. "Siau-heng maksudkan....... kota kecil atau kota besar"
Kalau yang Siau heng maksudkan adalah kota kecil,
tempatnya memang tidak terlalu jauh dari dusun ini. Tapi
kalau yang Siau-heng maksudkan itu adalah sebuah kota yang
besar, Siau-heng terpaksa harus menempuh sehari perjalanan
lagi untuk mencapainya."
"Ohh......?" Liu Yang Kun berdesah sambil mengangguk
anggukkan kepalanya. "Pertama, Siau-heng bisa mengambil jalan darat ke arah
barat daya. Siau-heng menerobos hutan itu, kemudian
melewati bukit panjang sejauh empat atau lima lie. Nanti Siau-
heng akan sampai di sebuah kota kecil, bernama Yun-ceng.
Dari kota itu Siau-heng bisa mendapatkan kuda atau kereta,
sehingga bisa meneruskan perjalanan ke kota Si-hwee atau
Kuo-cui di pinggir telaga T ai Ouw."
"Jalan yang lain........?"
Petani tua itu membalikkan badannya, lalu menunjuk ke
arah sungai. "Jalan yang kedua adalah melalui sungai itu.
Kalau Siau-heng mengikuti aliran sungai itu ke arah utara,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Siau-heng akan sampai ke kota kecil An-lei nantinya. Di kota
kecil itu Siau-heng bisa memperoleh tumpangan perahu ke
kota-kota yang lain di sepanjang sungai itu. Malahan bila Siau-
heng mau terus menyelusuri sungai itu jauh ke utara, maka
sebelum mencapai sungai besar Yang-ce, Siau-heng akan
sampai di kota besar Cin-an. Nah, sekarang Siau-heng bisa


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memilih, jalan mana yang hendak Siau-heng lalui.........."
"Terima kasih, Lo-pek. Tetapi... jalan manakah sebaiknya
yang harus kutempuh, Lo-pek" Maksudku, jalan mana yang
lebih mudah dan enak untuk ditempuh?"
Petani tua itu tertawa. "wah, Siau-heng ini sungguh lucu
sekali. Siau heng yang hendak berjalan, masakan Lopek yang
disuruh memilih." Liu Yang Kun terpaksa ikut tertawa pula. "Manakah yang
lebih mudah, Lopek?" pemuda itu tetap mendesak.
Masih dalam keadaan tertawa, petani tua itu menjawab.
"Yaaah.....tentu saja melalui air lebih enak dari pada melalui
jalan darat. Selain tidak panas dan banyak melewati rumah-
rumah atau perkampungan penduduk, bisa juga menumpang
perahu yang lewat, sehingga badan lebih banyak beristirahat
di dalam perjalanan."
"Ah, Lo-pek benar. Bodoh benar aku ini." Liu Yang Kun ikut
pula mentertawakan dirinya sendiri.
Sementara itu beberapa orang petani yang lain, yang baru
pulang dari sawahnya, ikut berhenti pula di dekat mereka.
Mereka mengawasi Liu Yang Kun dengan wajah ingin tahu,
sehingga pemuda itu rikuh dan merasa risih.
"Terima kasih, Lo-pek. Kalau begitu aku mohon diri
sekarang." pemuda itu cepat cepat meminta diri.
"Ah, mengapa tergesa-gesa" Apakah siau-heng tidak
beristirahat dulu di dusun kami" Marilah, kalau Siau-heng
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mau...... singgah dulu di gubugku!" petani tua itu
mengundang dengan ramah. "Tidak usah, Lo-pek. Terima kasih........... Saya ingin lekas-
lekas sampai di kota sore ini. Sekali lagi saya mengucapkan
terima kasih atas keterangan Lo-pek ini."
Liu Yang Kun cepat-cepat memberi hormat, lalu pergi
meninggalkan petani yang baik hati itu. Sementara yang
ditinggalkan masih saja berdiri mengawasi dengan pandang
mata aneh, seakan-akan ada sesuatu yang dipikirkannya.
"Sinar matanya tajam luar biasa. Hampir-hampir aku tak
kuasa menentang tatapan matanya. Hmm......... aku berani
bertaruh pemuda itu tentu memiliki kesaktian yang luar biasa
dahsyatnya !" petani tua itu berkata didalam hatinya. Lalu
sambil menarik napas panjang ia menambahkan. "Dan..........
rasa-rasanya aku pernah melihat atau bertemu dengan dia.
Hmmmmm.........." "Kam Lo-jin, siapakah dia......." Apakah yang dikatakan
kepadamu tadi?" para petani yang berkumpul di dekat mereka
tadi segera mendekat dan bertanya.
Petani tua itu mengangkat pundaknya. Lalu sambil meraih
paculnya kembali dia menjawab, "Aku tak tahu. Dia hanya
memperkenalkan diri sebagai petualang. Begitu saja. Dia
menemui aku untuk menanyakan jalan menuju ke kota."
Orang-orang dusun itu mengangguk-anggukkan kepala
mereka. Kemudian sambil masih mempercakapkan Liu Yang
Kun mereka berjalan pulang bersama-sama. Seorang demi
seorang mereka lalu memisahkan diri pulang ke rumah
masing-masing. Sehingga akhirnya tinggal petani tua itu
sendiri yang melangkah pulang ke rumahnya, yaitu sebuah
rumah kecil di pinggir desa itu.
"Benar. Rasa-rasanya aku memang pernah bertemu dengan
pemuda itu. T api dimana.......?" sambil berjalan petani tua itu
masih disibukkan oleh bayangan Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi belum juga petani tua itu memasuki halaman
rumahnya, tiba-tiba dari kejauhan terdengar teriakan para
tetangganya. "Kam Lo-jin........... Kam-lo-jin....... Ada sesosok mayat lagi
yang hanyut di sungai itu!"
"Hah! Apa......." Mayat lagi....?" petani tua itu tersentak
kaget. Belasan orang penduduk segera datang mengelilingi petani
tua tersebut. "Benar, Kam Lo-jin. Sesosok mayat wanita
tampak terapung-apung lagi di sungai kita. T ampaknya masih
baru. Kini sedang diambil oleh beberapa orang kawan
kita........" salah seorang dari mereka melapor.
Berbondong-bondong mereka pergi ke sungai. Di sana
telah berkerumun para penduduk desa itu. Beberapa orang
pemuda tampak membawa galah panjang untuk mengambil
mayat itu. Mayat itu masih sangat muda. Mungkin belum ada
duapuluh tahun umurnya. Tidak ada tanda-tanda luka pada
tubuhnya yang hampir tak berpakaian sama sekali. Wajahnya
cukup manis. Dan yang jelas bukan penduduk desa itu.
"Hmmh.......keadaan mayat ini persis dengan mayat-mayat
yang telah kita ketemukan selama ini. Terbunuh oleh racun
yang sangat keras setelah diperkosa kehormatannya. Dan
wanita ini belum lama mati. Tampaknya baru saja
terjadi........." Kam Lo-jin berkata kepada seorang lelaki tua
yang hampir sebaya dengan dirinya, setelah memeriksa mayat
wanita muda itu. Lelaki tua yang tidak lain adalah kepala desa dari dusun itu
menghela napas panjang. Air mukanya tampak geram, karena
sudah beberapa kali desanya menemukan mayat wanita tanpa
bisa mengungkapkan siapa pembunuhnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Selama sebulan ini saja kita telah menemukan empat
mayat wanita tak dikenal. Dan semuanya adalah korban lelaki
hidung belang. Huh....... pusing aku!" dengusnya kesal.
"Cung-cu (Kepala Kampung), agaknya penjahatnya juga
sama. Mungkin seorang jai-hwa-cat (penjahat-pemetik-bunga)
yang suka mengganggu dan memaksa wanita muda." salah
seorang penduduk desa itu menyatakan pendapatnya.
"Benar, Cung-cu. Mungkin di daerah hulu sungai sana
berkeliaran seorang jai-hwa-cat, sehingga korban-korbannya
banyak yang hanyut sampai ke sini......." yang lain ikut bicara.
"Kukira memang demikian........." Kam Lo-jin menyetujui
pendapat itu." Hanya saja........"
Tapi belum juga kata-kata Kam Lo-jin itu habis, tiba-tiba
dari arah hilir sungai terdengar jeritan wanita meminta tolong.
"Tolooooong! T oloooong........!"
Semuanya terkejut dan menoleh ke arah suara itu berasal.
Seorang gadis manis, cucu kepala desa itu sendiri, muncul dari
balik pepohonan sambil menjerit-jerit dan berlari-lari. Gadis itu
hanya mengenakan pakaian dalam saja sehingga ketika
menyadari keadaannya ia langsung menubruk dan berlindung
di belakang kakeknya. Tangisnya tak bisa dibendung lagi.
Saking kagetnya Kepala-desa itu menjadi pucat pasi
wajahnya. Namun melihat keadaan cucunya dia cepat melepas
pakaian luarnya dan kemudian menyelimutkan kepada tubuh
cucunya itu. "Ceng Ceng, ada apa" Ada apa" Le-lekas....... katakan!"
serunya gagap. "Pemuda itu........ pemuda itu... oh.......dia........dia hendak.....hendak berbuat kurang ajar kepada.....kepadaku!"
Ceng Ceng menjerit-jerit lagi seperti orang ketakutan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Apaaa.........?"?"" sekian banyak orang yang berada di
tempat itu berseru berbareng.
Otomatis semuanya memandang ke tempat dimana gadis
itu tadi muncul. Dan semuanya berwajah berang. Belum juga
hilang rasa geram mereka menyaksikan korban kekejaman
lelaki hidung belang, kini malah ada orang yang berani
berbuat kurang ajar di depan hidung mereka. Terhadap cucu
kepala desa mereka lagi! Maka dapat dibayangkan betapa
marahnya orang-orang itu.
Sekali lagi penduduk Kee-cung itu berbondong-bondong ke
tempat di mana Ceng Ceng tadi diganggu orang. Dan kali ini
dengan kemarahan yang meluap-luap. Beberapa orang malah
mengambil senjata seadanya, seperti pacul, sabit, pisau,
tongkat dan lain sebagainya.
Kam Lo-jin yang mencoba menahan dan mendinginkan hati
orang-orang itu ternyata tidak berhasil. Orang-orang itu sudah
terlanjur marah. Oleh karena itu untuk menjaga segala
kemungkinan Kam Lo-jin lalu mengawal saja penduduk yang
sedang marah itu. Siapa tahu akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan nanti" Dan ternyata apa yang dikhawatirkan oleh Kam Lo-jin itu
memang benar-benar terjadi. Begitu sampai di tempat yang
dituju, petani tua itu melihat pemuda yang dijumpainya tadi
sedang duduk bersamadi mengheningkan pikirannya. Tampaknya ada sesuatu yang telah terjadi pada diri pemuda
itu. "Itu dia penjahatnya! Bunuh saja!" para petani itu
berteriak-teriak. "Jai-hwa-cat keparat! Tentu dia pula yang membunuh dan
memperkosa mayat-mayat yang kita ketemukan itu! Bunuh
dia!" yang lainnya menyambung pula. "Benar! Bunuh saja
lelaki hidungbelang itu! Mungkin dia pulalah si Iblis Penyebar
Maut yang mengganas di propinsi Kang Lam setahun yang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lalu!" salah seorang penduduk yang mempunyai saudara di
Kota Soh-ciu, Kang Lam, berseru pula dengan kerasnya.
Demikianlah, sebelum Kam Lo-jin yang disegani penduduk
Kee-cung itu berkesempatan mencegah mereka, mereka telah
lebih dulu menyerang Liu Yang Kun. Berbagai senjata yang
mereka pegang tadi terayun bersama-sama ke tubuh pemuda
yang kini sedang duduk memusatkan pikiran itu.
"Jangaaaaan........!" Kam Lo-jin masih sempat berteriak
cemas. Tapi bukan cemas pada keselamatan pemuda itu.
Sebaliknya justru mencemaskan keselamatan orang-orang
desanya itu. Namun semuanya telah terjadi! Puluhan senjata tumpul
maupun tajam itu sudah terlanjur mengenai tubuh Liu Yang
Kun! Dan pemuda itu seakan-akan tidak berusaha untuk
mengelak sama sekali! Dia hanya mengangkat tangannya
untuk melindungi wajahnya!
Dan yang terjadi kemudian benar-benar tidak masuk di akal
sama sekali! Memang selanjutnya terdengar suara berdebug
dan berdentang berkali-kali, serta diikuti pula suara jeritan
kesakitan di tempat itu. Namun bukan pemuda itu yang
berteriak-teriak dan terkapar di atas tanah. Sebaliknya justru
orang orang kampung itulah yang berteriak dan bergelimpangan di atas tanah.
Tentu saja orang-orang yang belum sempat mengayunkan
senjatanya menjadi kaget dan bingung menyaksikan kejadian
itu. Mulut mereka ternganga mengawasi kawan-kawan mereka
yang bergelimpangan kesakitan itu. Mereka sama sekali tidak
tahu apa yang telah dilakukan pemuda itu terhadap kawan-
kawan mereka itu. Tapi yang jelas mereka menjadi ngeri dan
takut kepada pemuda itu sekarang!
Dan rasa ngeri dan takut itu segera terbukti ketika Liu Yang
Kun bangkit dari duduknya. Bagaikan sekelompok kijang yang
bertemu dengan singa, tiba tiba mereka membuang senjata di
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tangannya, lalu lari lintang-pukang menyelamatkan diri.
Saking takutnya mereka lari tanpa melihat jalan. Mereka saling
tabrak dan saling tubruk, sehingga banyak di antara mereka
yang terluka karenanya. Sekejap saja mereka itu telah hilang dari pandangan.
Sekarang tinggal Kam Lo-jin dan orang-orang yang terluka
saja yang masih berada di tempat itu. Petani tua itu
tersenyum kecut sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Setelah itu ia menghampiri kawan-kawannya yang terluka
akibat serangan mereka sendiri tadi. Serangan yang ditujukan
kepada pemuda asing itu, namun ternyata malah membalik
mengenai diri mereka sendiri.
"Lo-pek........!" Liu Yang Kun menyapa petani tua itu.
"Sudahlah! Maafkanlah mereka! Mereka adalah orang-
orang desa yang bodoh." Kam Lo-jin menyahut tanpa
memalingkan mukanya. Ia asyik mengobati kawan-kawannya.
Tangan dan jari-jarinya sungguh cekatan sekali.
"Siau-te inilah yang seharusnya meminta maaf, bukan
mereka. Siau-te lah yang bersalah, karena tak tahan
melihat......... melihat gadis yang baru mandi di sungai
itu........" Kam Lo-jin menoleh dengan cepat. Dipandangnya wajah
Liu Yang Kun seakan akan tak percaya.
"Jadi........... kau benar-benar mengganggu gadis itu, Siau-
heng?" Liu Yang Kun menarik napas panjang, lalu dengan sangat
berat ia menganggukkan kepalanya. Wajahnya tampak sedih
dan amat tertekan sekali.
"Lo-pek......! Setelah bertemu dengan engkau tadi aku
lantas pergi menyusuri sungai ini. Sambil berjalan aku
memikirkan Lo-pek, karena..........karena aku merasa seperti
pernah mengenal Lo-pek. Tapi aku lupa, dimana aku pernah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bertemu dengan Lo-pek. Karena melamun terus, maka tak
merasa kalau sampai di tempat........di tempat gadis itu mandi.
Aku menjadi kaget setengah mati. Celakanya........ celakanya
........ aku ini mempunyai penyakit...penyakit........."
"'Penyakit hidung belang maksud Siau-heng?" Kam Lo-jin
meneruskan dengan sedikit tersenyum.
Liu Yang Kun menjadi merah-padam mukanya. "Bukan!
Bukan! Bukan itu...." sergahnya cepat. 'Penyakit itu.......
penyakit itu.......... ahh........ !"
Pemuda itu tak bisa menerangkan penyakitnya. Oleh
karena itu dengan senyum di kulum Kam Lo-jin memotong,
"Sudahlah, Siau-heng.......kau tak perlu menerangkannya. Aku
pun pernah menjadi muda pula. Tapi aku percaya kepadamu,
Bahwa sebenarnya engkau tidak jahat. Aku pun merasa


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti pernah mengenal Siau heng pula."
"Hah" Jadi Lo-pek merasa pula kalau kita pernah bertemu
dan saling berkenalan?" Liu Yang Kun berseru girang.
'Benar. Tapi seperti halnya Siau-heng, aku yang tua ini
telah lupa pula. Hm, siapakah nama Siau-heng sebenarnya?"
"Yang Kun, Lo-pek........ Liu Yang Kun! Lo-pek siapakah?"
"Penduduk Kee-cung ini menyebutku ........ Kam Lo-jin.
Tapi....... sebentar, ehm ........Liu Yang Kun........Liu Yang
Kun.......! Rasanya aku pernah mendengar nama itu..........."
Kam Lo-jin mengeryitkan dahinya sambil berpikir keras.
Tapi sebelum petani tua itu menemukan jawabannya, Liu
Yang Kun sudah keburu ingat siapa sebenarnya petani tua
dihadapannya itu. Sambil menjura dalam-dalam, pemuda itu
berseru. "Kam-Lo-cianpwe, kita pernah bertemu di dusun Ho-
ma-cun beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu siau-te
datang mengunjungi lo-cianpwe bersama-sama dengan Toat-
beng-jin dan Kauw Cu-si T ong Ciak dari Aliran Im-Yang-kauw."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tiba-tiba Kam Lo-jin berseru girang pula. "*Hei, benar!
Ingat aku sekarang. Liu-heng datang bersama-sama dengan
puteri Hong-gi-hiap Souw Thian Hai itu, bukan" Aku ingat
benar pada gadis ayu berlengan satu itu. Eh, dimanakah dia
sekarang" Apakah anak itu sudah kawin?"
Sekali lagi Liu Yang Kun menjadi merah pada mukanya.
Sekejap ia seperti diingatkan kembali kepada gadis yang
pernah merampas hatinya itu. Dan tiba-tiba pula hatinya
terasa sangat pedih. Tentu saja perubahan air muka Liu Yang Kun itu tak luput
dari pandangan Kam Lo-jin. Sebagai orang tua yang telah
banyak makan garam kehidupan, ia segera bisa meraba apa
yang kira-kira bergejolak di dalam hati pemuda itu. Oleh
karena itu ia pun segera terdiam dan tak mau mendesak pula
terlebih lanjut. "Tampaknya ada sesuatu yang tak beres di dalam
hubungan mereka. Dahulu pun mereka kelihatan tak akur.
Dan keadaan tersebut agaknya berlarut-larut pula hingga
sekarang. Malahan siapa tahu ketidak akuran mereka itu
berkembang menjadi permusuhan yang hebat di antara
mereka kini?" ia menduga-duga di dalam hati.
Maka untuk menghilangkan kesan yang kurang menyenangkan itu Kam Lo-jin lalu mengalihkan pembicaraan
mereka. Tapi Liu Yang Kun yang masih merasa bersalah dan
ingin menjelaskan persoalannya itu cepat mengembalikan lagi
pokok permasalahan mereka semula.
"Kam Lo-cianpwe, siau-te benar-benar ingin meminta maaf
kepada warga desa Kee-cung ini, terutama kepada gadis itu
beserta keluarganya. Aku telah khilaf tadi, dan untunglah
semuanya belum terjadi. Namun demikian siau-te ingin
menjelaskan semua ini kepada mereka......."
Kam Lo-jin menatap wajah Liu Yang Kun dengan tajamnya.
Senyumnya merekah tanda ia semakin menyukai pemuda itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dan keyakinannya juga semakin tebal bahwa pemuda
dihadapannya itu memang bukanlah orang jahat.
"Tapi.......bagaimana Siau heng hendak menjelaskan
kepada mereka" Bukankah Siau-heng tadi benar-benar telah
mengganggu gadis itu?"
Liu Yang Kun terdiam pula termangu mangu. " Ini....
ini.....ah, bagaimana sebaiknya Lo-cianpwe" Siau-te.... Siau-te
memang sulit menjelaskannya. Tapi..... tapi siau-te merasa
kurang enak pula kalau tidak menjernihkannya di hadapan
mereka." Kam Lo-jin mengerutkan dahinya sambil mengusap
jenggotnya yang panjang. "Wah, repot juga kalau begitu.
Bagaimana mereka mau mengerti kalau Siau-heng tidak bisa
menjelaskan sebab-sebabnya" Siau-heng harus menjelaskan
sebab-sebab perbuatan Siau-heng itu! Kalau tidak, mana
mereka mengerti?" "Ah!" Liu Yang Kun berdesah semakin gelisah. Beberapa
saat lamanya ia tidak segera bisa mengambil keputusan.
Bolak-balik matanya menatap Kam Lo-jin. Namun bila hendak
membuka mulut, tidak jadi.
Kam Lo jin menengadahkan kepalanya. Sambil menghela
napas panjang ia berkata, " Sebenarnya Siau-heng bisa saja
meninggalkan desa ini tanpa harus menjelaskan persoalan
kecil ini kepada mereka Tak seorangpun bisa mencegah
kepergian Siau-heng. Tapi.....aku juga lebih menyetujui
keinginan Siau-heng tadi. Soalnya......di desa ini sedang ada
persoalan gawat, yang akan bisa merugikan nama baik Siau-
heng bila persoalan Siau-heng sekarang tidak segera
dijernihkan dulu." "Persoalan gawat" Oh, persoalan apakah itu?" Liu Yang Kun
tersentak kaget. "Sudah sebulan ini kami menemukan mayat-mayat gadis
muda di sungai ini. Gadis-gadis itu dibunuh orang sete lah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
diperkosa kehormatannya. Nah, kalau Siau-heng tidak segera
menjelaskan persoalan Siau-heng itu selekasnya, maka tidak
urung mereka akan menganggap bahwa Siau-heng lah
pelakunya. Mereka akan menyebarkan berita ini kemana-
mana, sehingga Siau-heng pun akan dicari orang untuk
dibunuh. Kehidupan Siau-heng pun lalu menjadi terkekang
dan tidak bebas lagi. Semua orang ingin menjauhi Siau-heng,
karena semua orang menganggap bahwa Siau-heng sangat
berbahaya." "Oh" Begitukah" Kalau begitu siau te semakin bernafsu
untuk menjelaskannya kepada mereka. Kalau tidak........wah !"
Pemuda itu lantas teringat kembali akan tingkah laku dan
pengalamannya beberapa tahun yang lalu, yaitu ketika dirinya
masih meraja lela menjadi Si Iblis Penyebar Maut di daerah
Kang Lam itu. Sebuah pengalaman yang amat mengerikan,
yang sangat bertentangan dengan hati-nuraninya sendiri,
namun terpaksa ia lakukan karena ia tak kuasa mencegahnya.
Oleh karena itu ia tak ingin mengulanginya lagi sekarang. Ia
harus mencegahnya, karena selama menikah dengan Tui Lan
ia merasa telah sembuh dari penyakit anehnya itu.
"Aku baru saja keluar dari gua di bawah tanah itu. Jadi
tidak mungkin kalau aku yang membunuh dan memperkosa
gadis-gadis itu. Tentu ada orang lain yang melakukannya. Aku
harus membersihkan diriku. Aku tak ingin didakwa lagi sebagai
Si Iblis Penyebar Maut seperti dulu. Apalagi sekarang aku tak
merasa berbuat......" katanya di dalam hati.
Sementara itu Kam Lo-jin telah selesa i mengobati orang-
orang yang terluka. Orang itu telah bisa bangkit berdiri
kembali. Tapi mereka tampak ketakutan memandang Liu Yang
Kun. "Saudara-saudara, kalian telah mendengar pula pembicaraanku dengan pemuda ini tadi. Dia bukanlah pelaku
dari serangkaian kejahatan yang menimpa gadis-gadis muda
yang mayatnya kita ketemukan di sungai ini. Dia telah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menyanggahnya, dan aku percaya kepadanya. Memang dia
telah berusaha menganggu Ceng Ceng, cucu Kepala Desa kita.
Tapi semua itu disebabkan oleh...........oleh ......... oleh......."
Kam Lo-jin tak bisa melanjutkan keterangannya.
"Maaf. Biarlah siau-te sendiri yang menjelaskannya." Liu
Yang Kun cepat memotong seraya tampil ke depan. "Begini
saudara-saudara sekalian.....! Mungkin saudara sekalian tak
percaya kalau kukatakan bahwa aku mempunyai sebuah
penyakit yang aneh. Aneh sekali ma lah. Yaitu, aku tak kuasa
mengekang diri bila melihat wajah cantik. Sehingga akibatnya
kadang-kadang aku berbuat yang kurang senonoh tanpa
sadar. Namun terus terang, aku belum berbuat apa-apa
terhadap gadis itu tadi. Aku tadi baru dalam taraf melihat dan
datang mendekati tempatnya mandi. Dan ia telah berteriak-
teriak ketakutan sambil berlari meninggalkanku. Itu saja. Dan
seperti yang dikatakan oleh Kam Lo-ci-anpwe ini, aku benar-
benar tidak tahu-menahu tentang mayat-mayat yang kalian
ketemukan itu. Aku baru saja datang dari pantai. Aku berani
bersumpah untuk meyakinkan kata-kataku ini..........."
Penduduk desa Kee-cung yang terluka itu hanya ternganga
sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Di dalam hati
mereka belum percaya seratus persen pada pernyataan
pemuda itu, namun karena mereka takut pada kesaktian
pemuda itu, maka mereka tidak berani menyanggahnya.
Mereka hanya memandang kepada Kam Lo-jin, warga desa
mereka yang mereka anggap pintar serta berilmu itu dengan
hati pasrah. "Nah, Kam lo-cianpwe.............marilah kita menemui Kepala
Desa untuk menjernihkan perkara ini...........!" Liu Yang Kun
akhirnya berkata. "Baiklah, Siau-heng......"
Demikianlah, orang-orang itu lalu berjalan mengantarkan
Liu Yang Kun ke Balai Desa. Ketika sampai di tempat
pengambilan mayat tadi, mereka tidak menemukan siapapun
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
di sana. Warga desa yang berkumpul di tempat itu telah pergi
pula menyelamatkan diri. Mereka membawa juga mayat gadis
itu. Di sepanjang jalan menuju ke Balai Desa suasananya
seperti kuburan. Tak seorangpun tampak berkeliaran di luar
rumah. Pintu dan jendela rumah tak ada yang terbuka.
Semuanya tertutup. Anak-anak kecil yang biasa terlihat di
mana-mana itu pun tak ada yang keluar pula.
"Ah! Tampaknya kesaktian yang Siau-heng perlihatkan tadi
benar-benar menggiriskan para penduduk di sini. Lihat tak
seorangpun kelihatan batang hidungnya! Semuanya menutup
diri di dalam rumah. Hmm....... betul bukan ucapanku tadi,
Siau-heng" Mereka menganggapmu sebagai manusia yang
sangat berbahaya, yang harus disingkirkan atau., dijauhi!"
"Benar, lo-cianpwe. Oleh karena itu pula siau-te harus
cepat-cepat memberikan penjelasan kepada mereka. Bila
terlambat, dan mereka mendapat kesempatan untuk
menyebar-luaskan anggapan yang keliru ini, maka tamatlah
riwayatku. Aku tak bisa hidup aman, tenteram dan bebas lagi
seperti dulu........."
Tak berbeda dengan yang lainnya, rumah Kepala Desa itu
juga tertutup rapat semua pintu dan jendelanya. Halamannya
yang luas dimana Balai Desa itu didirikan, juga kelihatan sepi
seolah-olah tak berpenghuni. Meskipun demikian Kam Lo-jin
tetap membawa Liu Yang Kun ke atas pendapa dan mengetuk
pintunya. Beberapa orang yang mengikuti mereka tadi segera
duduk beristirahat di emperan pendapa.
"Cung-cu, bukalah pintumu.......! Aku Kam Lo-jin datang
untuk berbicara sedikit denganmu." Kam Lo-jin berseru.
Hening sejenak. Tak seorangpun menjawab. Namun telinga
Kam Lo-jin dan Liu Yang Kun dapat mendengar suara banyak
orang di dalam rumah itu. Kedua orang itu saling memandang,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
seakan-akan meminta pendapat masing-masing, apa yang
sebaiknya mereka lakukan.
"Kita buka dengan paksa pintu itu, lo-cianpwe?" Liu Yang
Kun mendesak. "Ya, tapi jangan kau yang melakukannya. Mereka akan
menjadi semakin ketakutan kepadamu. Biarlah aku saja yang
membukanya." petani tua itu mengiyakan, kemudian serunya
lagi ke arah dalam, "Cung-cu...... Maaf, aku hendak membuka
pintumu secara paksa! Aku".!"
Tapi belum juga habis kata-kata Kam Lo-jin itu, tiba-tiba
pintu tersebut telah bergerit. Dari sela-sela daun pintu yang
belum sepenuhnya terbuka, Kepala Desa itu menjengukkan
kepalanya. Matanya nanar, wajahnya pucat.
"Kam..... Kam Lo-jin......." Di-dimanakah ...... pemuda,.....
pemuda setan itu......?" bisiknya gagap dan terengah-engah
seperti dikejar setan. "Dia berada di belakangku." Kam Lo-jin menjawab seraya
menggerakkan kepalanya ke belakang.
"Hah.......?" Kepala Desa itu terhenyak kaget, lalu buru-
buru hendak menutup kembali pintunya, tapi dengan tangkas
Kam Lo-jin menahannya. "Cung-cu, jangan takut! Aku ada di sini. Lihat, kawan-
kawan kita yang terluka itu juga ada di sana! Mereka juga
tidak apa-apa......."
"Heh" Mereka tidak mati terkena tenaga-setan pemuda
itu?" "Tenaga-setan" Tidak ada tenaga setan di dunia ini!" Kam
Lo-jin membujuk. "Tidak ada" Ah, Kam Lo-jin jangan membohong! Bukankah
pemuda iblis itu tidak mempan senjata tajam" Bukankah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
hanya jeritannya saja pemuda iblis itu mampu melontarkan
belasan kawan kita" Apakah itu bukan tenaga-setan?"
"Ah.......Cung-cu! Itu tadi bukan tenaga-setan. Setiap ahli-
silat tingkat tinggi tentu bisa melakukannya pula. Aku pun
juga bisa. Mengapa harus ditakutkan?" petani tua itu berusaha
sekuat tenaga untuk menyadarkan kepala desanya.
"Sungguh......?"
"Cung-cu ingin bukti" Baiklah.... aku akan melemparkan
Cung-cu dari belakang pintu itu hanya dengan hentakan
kakiku di lantai. Bersiaplah!"
Dengan cepat Kam Lo-jin mengerahkan tenaga-dalamnya.
Lalu sebelum kepala desanya itu menyadari keadaannya, tiba-
tiba kaki kanannya menghentak lantai dengan kerasnya. Hup!
Dan di saat itu juga kepala-desa itu terlempar ke belakang
dengan kuatnya. Brussh! "Aduuuuh!" Di lain saat di dalam rumah itu terjadi kegaduhan.
Beberapa orang warga desa Kee-cung yang ikut bersembunyi
di dalam rumah itu berteriak-teriak kesakitan ketika tubuh
kepala-desa mereka itu menimpa mereka.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kam Lo-jin cepat membuka pintu tersebut. Bersama sama
dengan Liu Yang Kun ia memasuki rumah besar itu. Keduanya
tersenyum geli melihat belasan orang yang jatuh tunggang-
langgang di atas lantai. Semuanya tampak ketakutan ketika
melihat kedatangan Liu Yang Kun. Kam Lo-jin cepat
membangunkan kepala-desanya. "Bagaimana, Cung-cu" Tidak
ada yang aneh, bukan?"
"Ini..... ini.....eh! A-apa maksud...... maksudnya datang
kemari?" Kepala desa itu masih saja ketakutan melihat Liu
Yang Kun. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kam Lo-jin lalu mengumpulkan orang-orang yang ada di
dalam rumah itu dan mengajak mereka keluar ke pendapa. Di
depan mereka Kam Lo-jin menerangkan bahwa Liu Yang Kun
bukanlah orang jahat. Kalau tadi pemuda itu me lukai kawan-
kawan mereka, hal itu dilakukannya karena terpaksa. Hanya
untuk membela diri. "Lihatlah! Kalau dia itu memang bermaksud jahat, apa
perlunya dia datang kesini untuk meminta maaf" padahal
kalau ia mau, kalian semua ini bisa saja dibunuhnya?"
'Tapi.....tapi dia hendak menggangguku!" tiba-tiba gadis
cucu kepala-desa itu berteriak dari belakang punggung
kakeknya. "Oh, Ceng Ceng!" Kam Lo-jin berdesah dengan mulut
tersenyum. "Hal itu memang telah diakuinya pula. Tapi kau
pun juga harus memakluminya. Hmm, siapakah orangnya
yang bisa tahan melihat gadis secantik kau mandi di sungai"
Apalagi seorang yang masih sangat muda seperti dia" Tapi
yang jelas...... dia belum berbuat apa-apa kepadamu, bukan?"
Gadis itu tersipu-sipu ma lu. Mukanya bagai udang direbus.
"Ini.........ini...... ah......Lo-jin ini bisa saja." gumamnya tak
jelas. Tiba-tiba Liu Yang Kun melangkah ke depan. "Benar, Siocia
(Nona).......Aku sungguh-sungguh merasa bersalah dan
meminta maaf kepadamu. Kuharap Siocia mau memaafkannya........."
Gadis itu semakin merasa malu sekali, la bersembunyi di
belakang kakeknya dan tak berani menatap wajah Liu Yang
Kun. Tiba-tiba saja gadis manis itu merasa suka terhadap
sikap Liu Yang Kun yang terbuka dan ksatria itu.
Sementara itu satu dua orang penduduk di sekitar Balai
Desa itu mulai keluar dari rumahnya. Melihat banyak orang
berkumpul di Balai Desa bersama-sama dengan Kam Lo-jin
dan Kepala Desa mereka, mereka lalu mendekat dan ikut
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
berkumpul pula. Sedikit demi sedikit rasa takut mereka
menjadi hilang. Apalagi ketika tampak oleh mereka, pemuda
yang sangat berbahaya itu tidaklah segarang atau sebuas
yang mereka bayangkan. "Cung-cu, dimanakah mayat yang kita ketemukan tadi?"
setelah semuanya beres Kam Lo jin lalu bertanya tentang
mayat gadis muda itu. "Dia telah kami kuburkan. Mengapa Kam Lo-jin?"
"Tidak apa-apa. Syukurlah kalau sudah dikuburkan. Aku
merasa kasihan melihatnya. Hmm.. .. sungguh keji penjahat
itu. Sudah memperkosa masih membunuh juga." Kam Lo jin
menggeram. Orang orang yang berkumpul di tempat itu pun kelihatan
geram dan penasaran pula. Malah beberapa orang wanita
tampak menitikkan air-mata, seakan-akan musibah tersebut
datang pada diri keluarga mereka.
Otomatis Liu Yang Kun merasa terpukul juga. Meskipun
tidak ia kehendaki sendiri, namun ia pernah berbuat seperti itu
pula. Terbayang di otaknya sekarang, betapa sedih dan pilu
keluarga dari gadis-gadis yang menjadi korbannya dulu.
"Ooooh, peristiwa seperti itu tak boleh terulang kembali.
Aku harus mencegahnya sekuat tenaga." pemuda itu merintih
di dalam hati. "Siau-heng, kau kenapakah" Apakah badanmu sakit?" Kam
Lo-jin yang merasa heran menyaksikan perubahan wajah
pemuda itu bertanya. "Oh..... eh.....eh, tidak apa-apa. Siau-te tidak apa apa, lo-
cian-pwe."' Liu Yang Kun menjawab gugup.
"Tapi .... mengapa mukamu menyeringai seperti orang
menahan sakit?" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"A-a-aku ikut merasakan betapa sedihnya keluarga gadis
yang mati itu.." Liu Yang Kun menjawab sekenanya.
Kam Lo-jin mengerutkan keningnya, lalu mengangguk.
"Benar, Siau-heng. Akupun akhirnya menjadi penasaran
pula. Sungguh kejam dan keji sekali penjahat itu. Ingin benar
rasanya mencari dan menangkapnya. Tapi sayang aku sudah
terlalu tua untuk me lakukannya. Tulangku sudah rapuh,
ototku pun juga sudah kendor pula........"
"Ah.... Kam Lo-cianpwe ini suka benar merendahkan diri.
Siapakah orangnya di dunia ini yang tidak mengenal Kam
Song Ki, murid bungsu mendiang Bu-eng Sin-yok-ong" Dan
siapa pula yang tak tahu bahwa Kam Lo-cianpwe adalah guru
dari Keh-sim Siau-hiap yang terkenal itu?" Liu Y ang Kun cepat
memotong. Tapi dengan cepat pula Kam Lo-jin menepuk pundak Liu
Yang Kun. Sambil mendekatkan mulutnya orang tua itu
berbisik, "Hei.... jangan sebut sebut nama itu di s ini! Di dusun
ini hanya seorang petani tua yang suka menolong untuk
mengobati anak-anak. Lain tidak."
Liu Yang Kun tertegun. Dan ketika matanya memandang ke
arah orang-orang dusun itu, memang tampak benar kalau
mereka itu sangat asing dengan nama-nama yang dia
sebutkan tadi. Semuanya, termasuk kepala desa mereka,
kelihatan bingung dan termangu-mangu mendengar perkataannya itu. Demikianlah sete lah persoalannya dengan warga dusun
Kee-cung itu telah selesai, Liu Yang Kun lalu meminta diri.
Namun dengan cepat Kam Lo-jin menahannya. Orang tua itu
memintanya dengan sangat agar ia mau singgah dulu di
rumahnya. "Aku mau berbincang-bincang sedikit dengan Siau-heng."
kata orang tua itu dengan wajah bersungguh-sungguh.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun menoleh, dan jantungnya berdebar-debar
melihat kesungguhan Kam Lo-jin. Pemuda itu seperti melihat
sesuatu yang gawat pula di balik ucapan orang tua tersebut.
Tapi karena dia tak mempunyai rencana atau tujuan yang
pasti juga, maka dia tak bisa menolak undangan itu. Begitulah
dengan diantar oleh puluhan pasang mata warga dusun Kee-
cung yang berkumpul di Balai Desa itu, Liu Yang Kun
melangkah pergi mengikuti Kam Lo-jin.
Walaupun kecil tapi rumah Kam Lo-jin sangat bersih dan
teratur rapi. Di halamannya pun banyak ditumbuhi pohon-
pohon penyegar, sehingga tempat itu terasa nyaman dan
sejuk. Setelah menikmati makanan seadanya, mereka lalu duduk
di depan untuk berbincang-bincang seperti yang diinginkan
oleh Kam Lo-jin tadi. Percakapan mereka yang semula amat
santai itu tiha-tiba berubah menjadi tegang dan bersungguh-
sungguh. "Liu Siau-heng......." Bolehkah aku bertanya tentang
sesuatu hal kepadamu......?" Kam Lo-jin memulai pembicaraannya dengan bersungguh-sungguh.
"Ah! Silahkan, Lo-cianpwe.....!"
Liu Yang Kun menjawab dengan suara bergetar. Wajahnya
kelihatan tegang pula. "Liu Siau-heng, baru dua kali ini aku bertemu denganmu.
Pertama di desa Ho-ma-cun beberapa tahun yang lalu, yaitu
ketika Liu Siau-heng datang mengunjungi pondokku bersama
Toat-beng-jin, Tong Ciak Cu-si dan Souw Lian Cu itu. Dan
yang kedua adalah sekarang ini. Tapi.... aku menjadi heran
mendengar namamu. Kalau tak salah dulu kau memakai she
Chin (marga Chin), bukan she Liu seperti yang kau sebutkan
sekarang. Eh.......maaf, manakah yang benar" She Chin
ataukah she Liu" Soalnya.....akupun pernah mendengar pula
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
nama Liu Yang Kun yang lain, yang memiliki riwayat amat
menarik dan amat terkenal di negeri kita ini..........."
Sekilas Liu Yang Kun menatap Kam Lo-jin. Jantungnya
berdebar keras. Sementara keringat dingin seperti membanjir
pula dengan tiba-tiba. Laksana seorang pesakitan yang tidak
bisa mengelak lagi dari tuduhan jaksa, Liu Yang Kun
termangu-mangu mendengarkan pertanyaan orang tua itu.
"Bagaimana Liu Siau-heng" Manakah yang benar" She Chin
ataukah she Liu?" Kam Lo-jin mendesak lagi.
Liu Yang Kun mengusap keringat dengan ujung lengan
bajunya. Lalu dengan hati-hati ia bertanya, "Apa saja yang
telah Lo-cianpwe dengar tentang nama Liu Yang Kun yang lain
itu, Lo-cianpwe?" Kam Lo-jin tersenyum penuh arti. "Banyak. Banyak sekali,
Siau-heng. Diantarannya adalah......dia itu putera Hong-siang
yang bertakhta sekarang. Dan dia itu telah bertahun-tahun
pergi meninggalkan istana. Entah kemana. Namun yang
terang Hong-siang telah memerintahkan pembantu- pembantunya untuk mencarinya. Dan lagi, berita terakhir yang
kudengar, pangeran itu telah meninggal dunia setahun yang
lalu. Tepatnya di Lembah Dalam, di dekat Kota Soh ciu,
karena tertimbun oleh bukit yang longsor. Hmmm....... ada
apa, Siauw-heng" Apakah Siauw-heng juga sudah kenal
dengan pangeran itu" Ataukah......Ataukah........hmm?"
Kam Lo-jin tidak meneruskan kata-katanya. Sebaliknya
orang tua itu memandang Liu Yang Kun dengan tajamnya.
Dan sekali lagi mulutnya tersenyum penuh arti, seakan-
akan ia memang sudah tahu siapa sebenarnya Liu Yang Kun
itu. "Be-berita apa lagi.....yang Lo-cianpwe dengar tentang
dia?" Liu Yang Kun masih mencoba untuk meyakinkan dirinya,
meskipun tampaknya ia sudah takkan bisa menyembunyikan
diri lagi. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Jilid 17 "Sudah kukatakan tadi. Banyak sekali. Di antaranya lagi
ialah......berita tentang masa kecil dari Pangeran Liu Yang
Kun. Menurut berita yang kudengar, sejak kecil pangeran itu
tidak mengikuti ayahnya, tapi ikut keluarga lain. Dan kalau aku
tak salah dengar, keluarga yang diikuti pangeran itu adalah
keluarga bangsawan Chin......"
Liu Yang Kun semakin tak berkutik. Kepalanya tertunduk
dalam-dalam. Berkali-kali bibirnya berdesah.
"Dan setelah tumbuh dewasa, pangeran itu ternyata
memiliki kepandaian yang hebat luar biasa. Entah dari mana
dia mendapatkan kesaktian itu, namun yang terang dalam
usianya yang masih sangat muda itu dia telah mampu
mengalahkan tokoh tokoh puncak di dunia persilatan. Oleh
karena itu tidaklah mengherankan bila namanya ikut
tercantum pula di dalam Buku Rahasia yang diributkan orang
itu......." "Aaaah.....?" Liu Yang Kun tersentak. "Buku Rahasia" Buku
apakah itu?" Lagi-lagi Kam Lo-jin tersenyum. "Entahlah. Aku pun belum
pernah melihatnya. Berita itu kudengar dari muridku, Keh-sim
Siau-hiap Kwee Tiong Li. Katanya di dunia persilatan telah
muncul sebuah buku, yang disebut Buku-Rahasia. Selain
memuat syair-syair yang berisi ramalan dan petunjuk-
petunjuk, buku itu juga mencantumkan Daftar Tokoh-tokoh
Terkemuka dewasa ini."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Daftar Tokoh-tokoh Persilatan Terkemuka dewasa ini"
Ah......" Siapakah yang memiliki buku itu" Dan.......siapa pula
yang menulisnya?" Liu Yang Kun bertanya.
Tapi Kam Lo-jin cepat menggoyangkan telapak tangannya.
"Eeit, nanti dulu.....! Siau-heng belum menjawab
pertanyaanku tadi. Lebih baik Siau-heng menjawab dulu, baru
nanti bertanya lagi. Jadi percakapan kita ini menjadi enak
dirasakan. Bukan hanya aku saja yang harus bercerita dan
selalu menjawab pertanyaan Siau-heng......" katanya dengan
tertawa. "Oooh......!" Liu Yang Kun berdesah dan tersipu-sipu. Dan
tiba-tiba keringatnya mengalir kembali dengan derasnya.
"Bagaimana, Siau-heng.......?"
Liu Yang Kun menatap Kam Lo-jin sebentar, lalu menunduk
kembali. Sebelum membuka mulut ia mengambil napas dulu
untuk menenangkan hatinya.
"Baiklah, Lo-cianpwe. Siau-te akan menjawab pertanyaanmu tadi, biar perasaan Lo-cianpwe menjadi lega.
Menjadi yakin. Sebab bagaimanapun juga aku takkan dapat
bersembunyi terus menerus dari kenyataan, apalagi kalau aku
sudah bertemu dengan orang-orang yang telah mengenalku."
"Jadi......?" sekarang ganti Kam Lo-jin yang mendesak.
Liu Yang Kun mengangguk. "Dugaan Lo-cianpwe memang


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar. Siau-te memang putera Hong-siang yang bernama Liu
Yang Kun itu yang telah bertahun-tahun meninggalkan istana
dan yang setahun lalu telah dikhabarkan mati tertimbun bukit
longsor di Kota Soh-ciu." katanya seraya menyingsingkan
lengan bajunya dan memperlihatkan guratan huruf Chin Yang
Kun di pangkal lengannya.
Tiba-tiba Kam Lo-jin turun dari kursinya dan membungkuk
di depan Liu Yang Kun. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ah, maafkanlah orang tua yang tak tahu sopan-santun ini,
Pangeran...,..." katanya meminta maaf.
Namun dengan cepat Liu Yang Kun menahannya. "Lo-
cianpwe, kau jangan bersikap seperti itu! Sikap orang-orang
Istana yang seperti itulah yang dahulu membuatku tak
kerasan berada di samping Hong-siang. Aku telah terbiasa
hidup di antara rakyat miskin. Bersama keluarga Chin yang
mengasuh aku sejak kecil, aku selalu hidup berpindah-pindah
untuk menghindari kejaran musuh. Oleh karena itu aku telah
terbiasa hidup menderita. Aku muak terhadap kehidupan
istana yang serba gemerlapan dan tata-cara, sementara di
luar istana kehidupan rakyat banyak yang sengsara dan
menderita. Maka sudah aku putuskan sejak dahulu, bahwa
aku akan hidup di luar istana. Aku tak ingin bergelimang
kemewahan, sementara hatiku menangis melihat rakyatku
hidup di dalam kemiskinan dan penderitaan."
Mendadak Kam Lo-jin berdiri tegak di depan Liu Y ang Kun.
Matanya mencorong menatap wajah pemuda itu.
"Maaf, Pangeran. Pangeran tadi mengatakan bahwa
sikapku salah. Tapi ternyata sikap Pangeran itupun juga salah
pula".." orang tua itu berkata tegas.
Liu Yang Kun berdiri pula dengan cepat. Dengan wajah
keheranan iapun menatap Kam Lo-jin.
"Sikapku juga salah" Bahagian manakah yang salah"
Mengapa Lo-cianpwe dapat berkata demikian?"
"Dilihat dari sudut pribadi pangeran sendiri, sikap itu
memang mulia dan baik. Dengan demikian pangeran adalah
seorang yang sederhana, berbudi luhur, jujur dan suka
menolong manusia yang menderita. Tapi kalau dilihat dari
kedudukan dan pangkat pangeran sekarang, maka sikap itu
bisa dikatakan terlalu mementingkan diri sendiri."
"Mementingkan diriku sendiri" Maaf, Lo-cianpwe jangan
bicara sembarangan. Mengapa Lo-cianpwe menuduhku seperti
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
itu" Bukankah aku malah mengorbankan segala-galanya"
Kutinggalkan seluruh kemewahan. Kutinggalkan pula semua
kedudukan dan semua hak-hakku di lstana. Kini aku rela hidup
miskin dan menderita. Mengapa Lo-cianpwe masih berani
menuduhku terlalu mementingkan diriku sendiri?" Liu Yang
Kun berseru penasaran. Lagi-lagi Kam Lo-jin membungkuk dengan hormatnya di
depan Liu Yang Kun. Dengan suara tenang orang tua itu
berkata. "Maaf, Pangeran". Sekali lagi aku yang telah tua ini
memohon maaf kepadamu bila ada kata-kataku yang salah.
Tapi aku yang sudah pikun ini memang mengatakan yang
sebenarnya. Cobalah Pangeran renungkan ! Pangeran adalah
satu-satunya putera resmi Baginda Kaisar Han, yang diakui
oleh Baginda sendiri dan rakyat banyak. Bagindapun sangat
sayang kepada pangeran. Maka tidaklah mengherankan bila
takhta kerajaan ini besuk akan jatuh kepada Pangeran pula."
"Aku tidak ingin menjadi Kaisar," Liu Yang Kun memotong
dengan cepat. "Nanti dulu! Harap Pangeran dengarkan dulu perkataanku
ini. Dengan kedudukan Pangeran sekarang, ataupun dengan
kedudukan Pangeran besuk, Pangeran bisa mendarma-
baktikan kesederhanaan, keluhuran budi serta hasil-hasil
pemikiran Pangeran yang mulia itu untuk rakyat banyak.
Karena Pangeran telah terbiasa menderita dan merasakan
kemiskinan rakyat, maka Pangeran tentu akan bisa menolong
mereka pula. Karena pangeran telah terbiasa mengalami
kesengsaraan dan penderitaan, maka Pangeran tentu tidak
akan melakukan tindakan-tindakan yang sekiranya membuat
rakyat sengsara dan menderita. Nah...bukankah dengan
demikian Pangeran akan membahagiakan dan menyenangkan
rakyat" Tidak cuma menyenangkan dan membahagiakan diri
Pangeran sendiri" Mungkin dengan meninggalkan semua
kedudukan dan kemewahan itu Pangeran menjadi lega dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bahagia. Tetapi...... bukankah hal itu terlalu mementingkan
diri sendiri" Padahal dengan kemampuan, kedudukan dan
jabatan Pangeran itu Pangeran bisa berbuat lebih banyak
untuk rakyat yang miskin dan sengsara" Apakah sikap
Pangeran itu tidak sama dengan sikap seorang Panglima
Perang yang meninggalkan pasukannya hanya karena tidak
suka perang dan kekerasan" Apakah sikap Panglima Perang
yang berbuat seperti itu justru tidak akan menjerumuskan
pasukannya ke lembah kehancuran?"
"Ouooh ....!" Bagaikan air es kata-kata Kam Lo-jin yang panjang lebar itu
mendinginkan hati Liu Yang Kun. Perlahan-lahan pemuda itu
duduk kembali. Wajahnya tertunduk. Tiba-tiba hatinya
menjadi sadar akan kekeliruannya selama ini. Dia memang
terlalu mementingkan dirinya sendiri. Dia telah menyia-
nyiakan harapan rakyat. Dia juga telah menyakiti dan
menyengsarakan hati ayahnya. Dia memang seperti Panglima
Perang yang meninggalkan pasukannya di medan perang,
hanya karena tidak menyukai peperangan dan kekerasan.
"Oh, Lo-cianpwe .. . maafkanlah kebodohanku. Aku
mengaku salah. Hatiku memang terlalu mementingkan diri
sendiri. Jiwaku sungguh kerdil.'' pemuda itu merintih.
Tapi dengan cepat, Kam Lo-jin menghiburnya. Dengan
gaya seorang tua yang telah amat kenyang dengan pahit-
getirnya kehidupan, Kam Lo-jin menepuk-nepuk pundak Liu
Yang Kun. "Maaf, Pangeran........Pangeran tidak perlu berkecil hati.
Pangeran masih amat muda, maka tak mengherankan kalau
hati dan pikiran belum sepenuhnya terbuka. Dalam hal lain,
misalnya dalam hal ilmu silat, Pangeran memang telah cukup
mendapatkan ujian dan tempaan, sehingga dalam hal ini
Pangeran boleh dikatakan telah lulus dan mencapai tingkat
yang tertinggi. Namun dalam hal kematangan jiwa, pikiran
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dan kehidupan, Pangeran masih harus belajar banyak.
Semuanya itu membutuhkan waktu........"
Liu Yang Kun menengadahkan mukanya. Sambil menarik
nafas panjang ia bertanya: "Lalu.... apa yang harus saya
kerjakan, Lo-cianpwe?"
"Tentu saja Pangeran harus selekasnya pulang ke istana,
menemui Baginda Kaisar Han, dan memohon maafnya.."
"Tapi..... " Liu Yang Kun memotong, namun tak kuasa
melanjutkannya. "Tapi Pangeran belum merasa siap dan masih enggan
untuk melakukannya?" Kam Lo-jin yang arif itu menebak hati
Liu Yang Kun. Pemuda itu cepat mengangguk. "Benar, Lo-cianpwe. Tapi
bukannya aku tak mau melakukannya. Aku hanya belum siap
sekarang." Kam Lo-jin menghela nafas. "Baiklah. Hal itu memang tidak
dapat dipaksa. T erserah kepada Pangeran sendiri. Namun aku
sangat bergembira atas kesediaan Pangeran untuk pulang itu.
Terima kasih." Demikianlah, untuk beberapa waktu lamanya mereka tidak
berbicara lagi. Masing-masing disibukkan oleh pikiran dan
perasaan mereka sendiri. Baru beberapa waktu kemudian Liu
Yang Kun seperti tersentak dari ketermenungannya.
"Eh, Lo-cianpwe.....Lo-cianpwe tadi mengatakan bahwa di
dunia persilatan telah muncul sebuah buku yang disebut orang
Buku Rahasia. Malah lo-cianpwe tadi juga mengatakan bahwa
di dalam buku tersebut juga dicantumkan nama-nama T okoh-
tokoh Persilatan Terkemuka dewasa ini ........ Ehm, siapakah
pemilik sebenarnya dari buku itu" Dan siapakah penulisnya?"
"Haha..... tampaknya Pangeran menjadi tertarik juga akan
buku itu. Menurut berita yang kudengar, buku itu adalah milik
Ban-hoat Sian-seng dari Puncak Gunung Hoa-san. T api entah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bagaimana caranya, buku itu jatuh ke tangan Bok Siang Ki
yang tinggal di tengah gurun Go-bi. Dan entah bagaimana
pula caranya, buku itu lalu muncul di dunia persilatan,
sehingga banyak tokoh yang mengetahuinya. Kemudian dari
mulut ke mulut isi buku itu diceritakan pula kepada orang lain,
hingga sebentar saja berita itu telah membikin gusar dan
penasaran banyak orang, karena di dalam salah satu
bagiannya buku itu menuliskan urutan Daftar Tokoh-tokoh
Persilatan Terkemuka dewasa ini. Mereka menjadi penasaran
karena nama mereka tertulis pada nomer-nomer yang paling
akhir, sementara pada nomer-nomer paling atas banyak
tercantum nama-nama yang sama sekali belum dikenal di
dunia persilatan." "Eh, tadi lo-cianpwe mengatakan bahwa namaku juga ikut
tertulis pula di dalam daftar itu. Apakah...... apakah lo-
cianpwe tahu nomer urutanku?"
Kam Lo-jin tersenyum. "Nah! Bukankah Pangeran ikut
menjadi penasaran pula seperti yang lain?"
"Ah!" Liu Yang Kun berdesah dan tersipu-sipu.
"Tapi tak apa. Sudah wajar kalau Pangeran menjadi
penasaran pula. Sebab bagaimanapun juga Pangeran masih
sangat muda. Darah masih panas. Apalagi dalam urusan Ilmu
silat seperti ini.."
"Ah, lo-cianpwe."
Sekali lagi Kam Lo-jin tersenyum. "Maaf, Pangeran.......Aku
sendiri juga hanya mendengar dari orang lain, sehingga aku
juga tidak tahu persis urut urutannya. Menurut apa yang
kudengar, pada urutan yang pertama sampai ke lima tertulis
nama-nama Ban-bok-bu-giok-hong, yaitu singkatan nama dari
Ban-hoat Sian-seng, Bok Siang Ki, Bu-tek Sin-tong, Giok-bin
Tok-ong dan Hong-gi-hiap Souw T hian Hai. Sedangkan urutan
yang keenam sampai dengan kesepuluh aku tak begitu jelas
urut-urutannya. Kalau tak salah, yang berada di urutan yang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
keenam ada dua orang, yaitu Lo-sin-ong dan..... aku. Lalu di
urutan yang ketujuh juga ada dua orang, yaitu Toat-beng-jin
atau Lo-jin-ong dari Im-Yang-kauw dan......... Pangeran
sendiri." "Ohh"!" "Kemudian di urutan yang ke delapan ma lah ada tiga
nama, yaitu Keh-sim Siau-hiap, muridku sendiri, Pek-i Liong-
ong, bekas suhengku juga, dan Put Chien-kang Cin-jin, dari
aliran B ing kauw. Dan yang tertulis di urutan yang kesembilan
dan kesepuluh adalah Put-ceng-li Lo-jin dan Tung-hai-tiauw."
''Lalu...." Urutan-urutan selanjutnya?" Liu Yang Kun
bertanya pula. "Wah......aku tak bisa menghapalnya, Pangeran. Banyak
sekali. Mungkin sampai nomor yang ketigapuluh. Dan kadang-
kadang setiap nomer tertulis dua nama atau lebih. Tapi.....
yang jelas Pangeran termasuk dalam Bu-lim Cap-hiong
(Sepuluh Jago Persilatan)." Kam Lo-jin mengakhiri keterangannya dengan tersenyum.
Liu Yang Kun ikut tersenyum pula. Sambil menghela napas
pemuda itu memberi komentar, "Ah"..ada-ada saja! Enak saja
menuliskan urut-urutan kesaktian orang di dalam buku. Tak
heran kalau banyak yang marah dan penasaran. Hmmh"..!
siau-te sendiri belum pernah berjumpa, apalagi sampai dicoba
oleh penulisnya. Masakan dengan begitu ia sudah bisa
mengukur kemampuanku?"
Kam Lo-jin mengangkat pundaknya. "Yah, setiap orang
memang berkata begitu pula. Terutama yang berada di urutan
belakang. Mereka menjadi marah. Apa lagi yang merasa
kemampuannya tidak kalah dengan orang yang tertulis di
atasnya. Perselisihan dan bentrokan pun lantas timbul di
antara mereka. Dan akibatnya dunia persilatan menjadi resah
dan panas. Setiap orang ingin memperbaiki kedudukannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Mereka menantang orang-orang yang berada di urutan
atasnya." "Oh..... sampai demikian hebat pengaruhnya?" Liu Yang
Kun menyela. Kam Lo-jin mengangguk. "Ya. Dan mereka pun lalu
berlomba-lomba pula untuk meningkatkan ilmu mereka.
Berbagai macam cara mereka lakukan. Ada yang menempa
diri dengan lebih tekun mendalami ilmunya. Ada yang
menambah ilmunya dengan mempelajari ilmu silat lain yang
lebih tinggi. Dan ada pula yang mencari obat-obat atau
mustika-mustika berkhasiat tinggi, yang dapat melipatgandakan kesaktian mereka."
"Mustika berkhasiat tinggi?" Liu Yang Kun yang merasa
memiliki mustika racun itu menyela.
"Benar. Mungkin Pangeran telah pernah mendengar pula
tentang mustika atau pusaka yang mampu menambah atau
melipat-gandakan kesaktian pemiliknya seperti misalnya.....
darah ular-raksasa Ceng-liong-ong di danau Tai Ouw yang
mampu melipat-gandakan Iwe-kang orang yang meminumnya." "Darah ular raksasa Ceng-liong-ong?" Liu Yang Kun
tersentak kaget. "Ya! Pangeran pernah mendengarnya pula, bukan" Atau".
Pangeran malah ikut memperebutkannya juga setengah bulan
yang lalu?"

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Setengah bulan yang lalu" Apa maksud Lo-cianpwe?"
Kam Lo-jin mengerutkan dahinya. "Ah! Apakah Pangeran
tidak ikut menyaksikan keramaian di atas danau Tai Ouw pada
malam bulan purnama setengah bulan yang lalu itu?" serunya
heran. Liu Yang Kun cepat menggelengkan kepalanya. Dengan air
muka keheranan dia memandang orang tua itu. "aku sama
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sekali tak mengetahuinya. Apakah Lo-cianpwe juga menonton
keramaian itu?" pemuda itu balik bertanya.
Ternyata Kam Lo-jin juga menggelengkan kepalanya.
"Tidak Pangeran. Aku sudah merasa terlalu tua untuk ikut
memperebutkannya. Aku hanya menyuruh Keh-sim Siau-hiap
Kwee Tiong Li untuk mewakiliku. Ia masih muda, sehingga
mustika itu sangat penting buat dia. T api katanya ular raksasa
Ceng-liong-ong tidak muncul pada ma lam itu. Entah
mengapa?"?" Liu Yang Kun terhenyak untuk beberapa saat lamanya.
Sadarlah ia sekarang mengapa mendadak Liong-cu-i-kangnya
bertambah dahsyat. Ternyata semua itu karena khasiat darah
ular raksasa Ceng-liong-ong yang telah diminumnya. Dan
tentu saja ular raksasa itu tak muncul di atas Danau Tai Ouw
karena telah mati dibunuhnya. Malahan mustika racun ular itu
telah berada di tangannya pula.
"Kalau begitu antara lorong di bawah tanah itu dengan
Danau Tai Ouw memang ada hubungannya....." pemuda itu
membatin. Tapi pemuda itu tidak mengatakan apa-apa. Apalagi
tentang peristiwa yang dia alami di dalam lorong gua itu. la
hanya mengangguk-angguk mendengar cerita orang tua itu.
Setelah saling berdiam diri beberapa saat lamanya, Kam
Lo-jin lalu buka pembicaraan lagi. Kali ini nada suaranya
terdengar bersungguh-sungguh kembali.
"Maaf, Pangeran...... Pangeran tadi belum bercerita tentang
cara bagaimana.. Pangeran menyelamatkan diri dari timbunan
tanah longsor itu. Hmm, bolehkah aku mendengarnya?"
Liu Yang Kun tersentak kaget dari lamunannya. Pertanyaan
yang tiba-tiba tentang tanah longsor itu benar-benar
membuatnya berkeringat. Beberapa saat lamanya ia berdiam
diri untuk mencari jawaban yang tepat, namun tidak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menyinggung keadaan atau pengalamannya di dunia bawah
tanah itu. "Ah....! Sebenarnya aku tidak tertimbun oleh bukit yang
longsor itu, Lo cianpwe. Aku masih terlindung oleh ce lah-celah
batu di mana aku berada, sehingga aku bisa keluar melalui
sela-sela atau lorong-lorong kecil yang kudapati di tempat itu."
"Begitukah" Wah, kalau begitu Thian benar-benar masih
melindungimu, Pangeran." Kam Lo-jin berkata hampir tak
percaya. Tapi Liu Yang Kun tak menyahutnya lebih lanjut. Entah
mengapa pemuda itu tak ingin menceritakan pengalamannya
di gua-gua di dalam tanah itu. Pemuda itu tak ingin bercerita
tentang perkawinannya dengan Tui Lan dan tak ingin bercerita
pula tentang buku-buku Bit-bo-ong maupun perkelahiannya
dengan Ceng-liong-ong itu.
"Lalu...... apa rencana Pangeran selanjutnya" Kemana
sebenarnya tujuan Pangeran sekarang?"
Pemuda itu menatap wajah Kam Lo-jin lalu menggeleng.
"Entahlah, Lo-cianpwe. Aku sama sekali tak mempunyai tujuan
yang pasti. Aku hanya ingin berjalan terus, sampai akhirnya
aku menjadi bosan sendiri. Setelah itu mungkin aku akan
kembali ke istana, untuk menghadap Hong-siang dan
memohon maaf atas kesalahanku."
"Hmmm....... Dan Pangeran benar-benar akan menempuh
jalan sungai itu ke arah utara?"
"Ya!" Keduanya lalu berdiam diri kembali. Tapi kesunyian itu
tidaklah lama karena dari jalan tampak seorang gadis
memasuki halaman rumah Kam Lo-jin itu.
"Lo-jin.....! Aku membawakan lauk kesukaanmu!" dari jauh
gadis itu telah berseru sambil mengangkat tempat sayur yang
dijinjingnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ah, Ceng Ceng...... repot benar kau ini! Bukankah aku
sudah bisa memasaknya sendiri?" Kam Lo-jin pura-pura
menggerutu. "Tapi kan tidak seenak masakanku....." Ceng Ceng
membantah. "Ya, tentu saja......." Kam Lo-jin menjawab dengan
tersenyum. Lalu, "Tapi.....mengapa kau hanya sendirian saja"
Dimanakah tunanganmu" Mengapa dia tidak mengantarkanmu?" Tiba-tiba wajah yang manis itu merengut. Apalagi ketika Liu
Yang Kun ikut menatapnya pula, seolah-olah juga menunggu
jawabannya. "Mengapa aku harus membawanya pula. Huh! Lo-jin
memang suka mengganggu aku. Kalau begitu aku mau pulang
lagi saja." katanya kesal seraya membalikkan tubuhnya.
"Eee.....eeee..... nanti dulu! Kenapa menjadi marah"
Bukankah aku hanya bergurau?" Kam Lo-jin cepat-cepat
berseru pula seraya menepuk pundak gadis itu.
"Habis, Lo-jin juga keterlaluan"." Gadis itu berhenti dan
merengut. Matanya mengerling dengan wajah dongkol.
Namun kepalanya segera tertunduk begitu bertatapan dengan
Liu Yang Kun. Air mukanya berubah menjadi merah.
Sebaliknya Kam Lo-jin yang sudah tua itu segera maklum
menyaksikan sikap si gadis yang kemalu-maluan itu. Dengan
menghela napas panjang ia memandangi wajah Pangeran Liu
Yang Kun yang tampan itu. Dan hatinya diam-diam menjadi
kasihan kepada Ceng Ceng.
"Ceng Ceng, apakah pekerjaanmu sudah selesai semua"
Hmm..... jangan-jangan kakekmu mencarimu nanti." sambil
menerima kiriman itu Kam Lo-jin mencoba untuk menyuruh
pergi gadis itu dengan halus.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi tampaknya kedatangan Ceng Ceng kesitu memang
ingin bertemu dengan Liu Yang Kun. Entah bagaimana
terjadinya, namun panah asmara tampaknya telah mengenai
cucu Kepala Desa itu. "Ah, pekerjaanku sudah beres semuanya. Kakek takkan
mencariku lagi." Gadis itu cepat mengelak.
"Aaaaa......!" Kam Lo-jin berdesah panjang. Sekilas
wajahnya suram. Dan perasaan Liu Yang Kun yang tajam agaknya juga
merasakan pula sikap kedua orang itu. Oleh karena itu untuk
menjaga hal-hal yang tak diinginkan, ia segera mohon diri
kepada Kam Lo-jin. Meskipun sebenarnya orang tua itu belum puas bertemu
dan berbincang-bincang dengan Liu Yang Kun, tapi ia terpaksa
membiarkan anak muda itu pergi meninggalkan rumahnya.
Lebih baik pemuda itu pergi dari pada nanti terjadi persoalan-
persoalan lain dengan gadis cucu kepala desanya itu.
Di lain pihak keberangkatan Liu Yang Kun yang mendadak
dan seolah-olah menghindari dirinya itu benar-benar sangat
mengecewakan dan melukai hati Ceng Ceng. Dengan cepat
gadis itu melangkah keluar pula, lalu tanpa pamit kepada Kam
Lo-jin dia pulang ke rumahnya.
Kam Lo Jin menghembuskan napas dalam-dalam. Ia tak
tahu harus berbuat bagaimana, karena semuanya berlangsung
dengan cepat dan tak terencana. Namun demikian di dalam
hati orang tua itu cukup bersyukur dengan keadaan tersebut.
Hal itu akan lebih baik dari pada terjadi hal-hal yang
sebaliknya karena bagaimana pun juga kedua anak muda itu
tidak mungkin bisa bersatu. Liu Yang Kun adalah seorang
pangeran, putera tunggal Kaisar Han, sementara Ceng Ceng
hanya seorang gadis dusun dan juga sudah bertunangan pula.
"Aaaaah....,!" Kam Lo-jin berdesah panjang sambil
mengelus-elus jenggotnya. Matanya suram mengawasi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
punggung Liu Yang Kun dan Ceng Ceng yang telah jauh
meninggalkan halaman rumahnya.
Perlahan-lahan orang tua itu membalikkan tubuhnya,
kemudian melangkah memasuki rumahnya. Tapi sebelum ia
menutup pintunya kembali, dari arah kemana Ceng Ceng tadi
pergi tiba-tiba terdengar suara jeritan wanita.
"Toloooooong.....!"
"Perampok! Perampok"..! Perampok?"".!"
"Penculik! Awaaas..... Tangkap!"
Sebentar saja dusun itu menjadi gempar luar biasa. Kam
Lo-jin tidak jadi menutup pintunya. Sebaliknya dengan
kecepatan tinggi tubuhnya melesat ke luar halaman. Tubuh
yang tua dan kelihatan lemah itu mendadak berubah menjadi
tangkas dan beringas bukan main. Kakinya berloncatan ke
tempat keributan dengan gesitnya, laksana seekor kijang
muda mencari induknya. Dan orang tua itu segera terkesiap menyaksikan keributan
yang terjadi di tengah tengah jalan desanya. Belasan orang
asing bersenjata lengkap tampak bertempur dalam suasana
tidak seimbang dengan penduduk desa Kee-cung itu. Bahkan
pertempuran itu lebih tepat disebut pembantaian dari pada
pertempuran yang sesungguhnya. Bagaikan kelompok
kambing yang ketakutan di padang perburuan, penduduk desa
itu tercerai-berai dan bergelimpangan diterjang oleh belasan
orang asing yang kejam dan buas seperti serigala.
Kemarahan Kam Lo-jin tak bisa dibendung lagi. Mulutnya
menggeram dengan dahsyatnya. Begitu kuat getarannya,
sehingga orang-orang yang berada di dalam arena itu merasa
bagai diguncang isi dadanya. Dan sebelum orang-orang asing
itu menyadari apa yang telah terjadi, tubuh mereka telah jatuh
tunggang-langgang pula diterjang oleh angin pukulan orang
tua itu. Untunglah meskipun marah orang tua itu bukanlah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
manusia yang suka membunuh orang, sehingga pukulannya
tidak bermaksud untuk melenyapkan jiwa lawannya.
Walaupun demikian orang-orang yang bermaksud buruk di
desa itu menjadi ketakutan me lihat Kam Lo-jin. Sambil
tertatih-tatih dan terpincang-pincang mereka melarikan diri
dari tempat itu. Mereka berlari ke arah sungai.
Kam Lo-jin lalu bergegas menolong penduduk yang menjadi
korban. Tapi baru saja orang tua itu berjongkok, tiba-tiba
datang Kepala Desa berlari-lari dari arah sungai. Orang yang
umurnya juga hampir sebaya dengan Kam Lo-jin itu berteriak-
teriak bagai orang kesurupan.
"Lo-jin......! Lo-jin.....! Tolong... tolonglah, cucuku! Ceng
Ceng di-diculik".pen"penjahat!"
"Apa?" Ceng Ceng diculik orang" Dia "..dia tadi baru saja
dari rumahku".." Kam Lo-jin berseru pula tak kalah kagetnya.
"Benar....! Dia....dia baru saja diculik oleh pimpinan para
penjahat yang menyerbu desa kita! Dia.....dia dibawa naik
kuda!" "Naik kuda" Kurang ajar".! Cung cu, kalau begitu tolong
kau urus kawan kawan kita yang terluka ini! Aku akan
mengejar cucumu!" "Ba-baik, Lo-jin! Orang".. orang itu berlari ke arah Utara!"
Kepala Desa itu memberi keterangan.
Tanpa menyia-nyiakan waktu lagi Kam Lo-jin me lesat ke
arah sungai. Di tempat itu Kam Lo-jin bertemu dengan
rombongan penjahat yang lain. Dan mereka memiliki
kepandaian yang lumayan juga, sehingga orang tua itu
terpaksa turun tangan pula untuk menjaga agar mereka tidak
mengumbar kekejamannya di kalangan penduduk.
"Dari mana sebenarnya penjahat-penjahat ini" Mengapa
demikian banyak jumlah mereka?" orang tua itu membatin.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Heiiii, awaaas! Disini ada ikan hiu besar!" salah seorang
berteriak begitu menyaksikan kehebatan Kam Lo-jin.
"Siapkan jaring........!" yang lain menyambung.
Orang-orang itu lalu bertebaran mengelilingi Kam Lo-jin.
Masing-masing menggenggam tali panjang, yang ujungnya
dikaitkan dengan sebuah jangkar kecil terbuat dari besi tajam.
Mereka lalu berputaran sambil sesekali menyabitkan jangkar-
jangkar kecilnya ke arah Kam Lo-jin.
"Hmm, agaknya mereka bajak laut dari laut timur. Tapi
sungguh mengherankan sekali, bagaimana mereka bisa
sampai di tempat ini" Dusun ini cukup jauh dari pantai."
sambil mempersiapkan dirinya Kam Lo-jin berkata di dalam
hati. Demikianlah, beberapa saat kemudian orang-orang itu
benar-benar menyerang Kam Lo-jin. Jangkar-jangkar kecil itu
bertebaran bagai hujan ke tubuh orang tua itu. Namun
dengan gin-kangnya yang hebat tiada tara Kam Lo-jin
mengelak, menangkis dan menyambar besi-besi berkait itu
dengan amat mudahnya. Kakinya bergeser, melangkah,
melompat dan melejit dengan ringannya dalam ilmu Ban-seng-
po Lian-hoan (Langkah Selaksa Bintang Beralih), sebuah ilmu
meringankan tubuh yang selama ini menjadi kebanggaan Kam
Lo-jin dan muridnya, Keh-sim Siau hiap Kwee Tiong Li.
Tentu saja para penjahat itu menjadi gugup dan bingung
sekali. Tiba-tiba saja lawan mereka yang telah tua itu seperti
lenyap terbungkus asap. Dan asap itu berkelebatan di sekitar
mereka, beralih ke sana kemari, sambil membentur dan
merebut senjata mereka. "Gilaaa.....!" salah seorang diantaranya mengumpat ketika
jangkarnya terlepas dari tangannya, sedangkan tubuhnya
terbanting di atas tanah.
Dan kejatuhan orang itu segera diikuti pula oleh kawan-
kawannya. Mereka bergelimpangan tanpa mengerti sebab-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sebabnya. Mereka hanya melihat gulungan asap itu menerjang
mereka, dan tahu-tahu mereka terdorong atau terlempar jatuh
begitu saja. "Nah, kalian mau pergi dari sini atau tidak" Kalau tidak
mau, hemm.....baiklah, aku akan membunuh kalian semua!"
Kam Lo-jin dengan berdiri tegak membentak penjahat-
penjahat yang sudah tidak berdaya itu.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Badai topan! Lariii.......!" salah seorang berseru kuat-kuat,
kemudian lari mendahului kawan-kawannya. Dan sekejap
kemudian yang lainpun segera ikut melarikan diri pula.
Dengan tangkas mereka menceburkan diri kesungai dan
berenang ke arah perahu mereka yang menunggu di tengah
sungai. Di sana mereka telah ditunggu pula oleh teman-teman
mereka yang tadi dihajar Kam Lo-jin di tengah jalan desa itu.
"Sungguh mengherankan sekali. Apakah di tengah lautan
sana sudah tidak ada perahu yang dapat mereka rampok lagi,
sehingga mereka berkeliaran sampai di daratan terpencil
seperti ini?" Kam Lo-jin menggerutu sambil menggeleng-
gelengkan kepalanya. Setelah dapat mengusir para penjahat itu, Kam Lo-jin lalu
meneruskan langkahnya untuk mengejar pemimpin penjahat
yang melarikan Ceng Ceng. Karena jaraknya sudah agak lama,
apalagi pemimpin penjahat itu mempergunakan kuda maka
Kam Lo-jin mengalam i kesulitan dalam melacaknya. Sampai
matahari turun ke barat, Ceng Ceng serta penculiknya tidak
dapat ia ketemukan. Padahal orang tua itu sudah sampai di
kota An lei pula. O leh karena itu dengan wajah lesu orang tua
itu kembali ke desa kee-cung.
Sementara itu desa Kee-cung seolah-olah dalam keadaan
muram dan berkabung. Hampir seluruh penduduknya
berkumpul di Balai Desa. Mereka membawa obor untuk
menerangi halaman rumah kepala desa, yang kini diubah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
untuk sementara menjadi tempat menyimpan dan merawat
para korban kekejaman penjahat tadi siang.
Sedang kepala desa itu sendiri tampak gelisah bukan main.
Bolak-balik ia mondar-mandir dari rumahnya ke jalan, untuk
melihat kedatangan Kam Lo-jin. Wajahnya yang telah
berkeriput itu tampak lesu dan kusut, sekusut pakaian yang
dikenakannya. Dan hampir saja dia tak kuasa mengendalikan
dirinya ketika dilihatnya orang yang ditunggunya itu kembali
tanpa membawa cucunya. "Ba-bagaimana Lo... Lo-jin" dimanakah cucuku?" desahnya
terengah engah seperti orang yang baru saja dikejar hantu.
Kedua tangannya mencengkeram dan mengguncang-guncang
tubuh Kam Lo-jin dengan kerasnya.
Kam Lo-jin menatap kepala desanya itu dengan pandang
mata kasihan dan penuh penyesalan. Kemudian dengan
sangat berat ia menggelengkan kepalanya.
"Aku..... aku tak bisa menemukannya, Cung-cu. Maafkanlah
aku......." "Ooooooh..........."!" kepala desa itu menjerit, lalu tak
sadarkan diri. Seorang pemuda berkulit hitam, namun tampak gagah dan
gesit, cepat datang menolong kepala kampung itu.
"Kakek?"!" serunya khawatir.
Dan orang-orang yang berada ditempat itupun lalu menjadi
gempar dan ribut. Tapi dengan cepat Kam Lo-jin
menenangkan hati mereka. "Sudah! Kalian semua harap tenang! Cung-cu tidak apa-
apa. Dia hanya pingsan karena kaget mendengar cucunya tak
bisa kuselamatkan. Sudahlah! Harap kalian duduk kembali
dengan tenang. Nanti kita pikirkan lagi cara yang lain untuk
mencari gadis itu." Orang tua itu berseru. Lalu katanya kepada
pemuda berkulit hitam itu,"Cong T ai! Marilah kita bawa Cung-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
cu ini ke dalam rumah. Kau pun tak perlu bersusah hati. Nanti
kita cari lagi tunanganmu itu. Marilah.......!"
"Ba-baik, Lo-jin........" pemuda itu menyahut dengan suara
sedih pula. Demikianlah semua orang di Balai Desa itu dengan hati
sedih membayangkan kesengsaraan yang kini tentu sedang
dialam i oleh Ceng Ceng. Mereka membayangkan bahwa gadis
itu tentu sedang disiksa dan dihina me lampaui batas
kemanusiaan oleh penjahat yang menculiknya. Atau mungkin
gadis itu sudah dibunuh mati oleh penjahat itu setelah
diperkosanya. Tak seorangpun dari penduduk Kee-cung itu yang
membayangkan, apalagi mengetahui bahwa bayangan atau
dugaan mereka tersebut adalah salah. Pada waktu itu sama
sekali Ceng Ceng tidak disiksa atau diperlakukan secara tidak
manusiawi oleh penculiknya, apalagi sampai menderita
sengsara atau dibunuh seperti bayangan mereka itu. Tapi
sebaliknya saat itu Ceng Ceng sedang berada di puncak
kebahagiaannya malah! Seperti telah diceritakan di bagian depan, gadis itu dengan
perasaan malu dan tersinggung meninggalkan rumah Kam Lo-
jin. Entah mengapa, sikap Liu Yang Kun yang tak peduli dan
acuh terhadap dirinya itu membuat hatinya merasa panas dan
tersinggung. Sambutan yang dingin dari pemuda yang tiba-
tiba sangat menarik perhatiannya itu benar-benar jauh di luar
dugaannya. Semula, menilik sikap dan kelakuan Liu Yang Kun ketika
mengganggu dia di tepi sungai itu, Ceng Ceng merasa yakin
bahwa pemuda itu amat tertarik kepada dirinya. Oleh karena
itu ketika dia berkunjung ke rumah Kam Lo-jin, yang saat itu
sedang menjamu Liu Yang Kun, hatinya benar-benar merasa
yakin pula kalau pemuda itu tentu akan merasa sangat
bergembira melihat dirinya. Bahkan mungkin pemuda itu akan
mengulangi lagi sikapnya di tepi sungai itu. Dan bila memang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
demikian halnya, Ceng Ceng sudah mempersiapkan pula
jawabnya. Gadis itu akan bersikap jinak jinak merpati
sehingga pemuda itu akan bertambah gemas dan penasaran
terhadapnya. Tetapi apa yang ada didalam bayangannya itu ternyata
jauh sekali bedanya dengan kenyataannya. Ternyata pemuda
itu tidak menyambutnya dengan gembira seperti dugaannya.
Sebaliknya pemuda itu pergi begitu saja, seakan-akan belum
pernah mengenal dirinya. Begitulah, dalam keadaan kesal dan penasaran, Ceng Ceng
berjalan tergesa-gesa menuju ke rumahnya. Karena kesal
maka pikirannya menjadi kusut dan pepat, sehingga
kewaspadaannya pun menjadi hilang pula. Dan tiba-tiba saja
wajahnya menjadi pucat ketika empat orang lelaki kasar
mencegat jalannya. "Twa-ko, lihat.....! Ternyata ada juga perawan cantik di
dusun terpencil ini!" salah seorang dari empat orang kasar itu
berkata sambil menunjuk ke arah Ceng Ceng.
"Bagus! Kalau begitu gadis ini untukku! Akan kubawa gadis
ini ke An-lei. Nah, beritahukanlah kepada teman-teman kita
nanti, bahwa aku akan mendahului pergi ke An-lei! Kutunggu
kalian semua di sana!" orang yang disebut twa-ko yang
tampaknya adalah pimpinan mereka berteriak gembira.
"Twa-ko hendak menggendong gadis ini sampai di An-lei?"
"Tentu saja tidak, goblog! Bukankah kita tadi melihat
seekor kuda di rumah dekat sungai itu" Aku akan
membawanya dengan kuda itu."
"Bagus, T wa-ko! Bagus.......! Silakanlah kalau begitu! Kami
akan mencari mangsa juga di dusun ini, hehehe.!"
Sementara itu Ceng Ceng segera sadar bahwa ia sedang
menghadapi penjahat. Cepat ia membalikkan tubuhnya, dan
bermaksud kembali ke rumah Kam Lo-jin. Tapi penjahat yang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dipanggil twa-ko itu ternyata lebih cepat lagi. Dengan
menyeringai kotor penjahat itu menubruk Ceng Ceng.
Gadis itu menjerit ketakutan, dan berusaha mengelak! Tapi
apa dayanya! Menghadapi lelaki kasar itu ia tak bisa berbuat
banyak. Dengan mudahnya ia diringkus. Meskipun ia berusaha
Kisah Bangsa Petualang 10 Elang Pemburu Karya Gu Long Pedang Ular Mas 1
^