Pencarian

Mencari Bende Mataram 12

Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto Bagian 12


senjata. Ia memiliki ilmu sakti yang disegani lawan.
Itulah Aji Gineng yang dahulu pernah merobohkan
pendekar Suryakusumah dengan sekali pukul.1)
Tapi kali ini ia merubah adatnya. Itulah disebabkan
pengalamannya dalam sege-
') Baca : Bende Mataram jilid XU1.
brakan tadi. Kemudian dengan langkah yakin
memasuki gelanggang. "Mari!" tantangnya. "Kalau aku menang, maka kuda
dan permatamu akan menjadi milikku."
"Kalau aku yang menang bagaimana?" tanya Widiana
Sasi Kirana. "Kalau kau menang, istana ini dengan semua
perabotannya akan menjadi milikmu," jawab Dadang
Wiranata dengan tegas. 831 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Istana di belakang bukit adalah tempat penyimpan
harta benda kedua raja muda itu. Di antaranya terdapat
suatu benda yang harganya melebihi sebuah kota2).
Karena itu pertaruhan tersebut sudah pantas sekali. Akan
tetapi Widiana Sasi Kirana berpendapat lain. Dengan
tertawa ia menyahut. "Siapakah kesudian menjadi majikan dari istana hantu
ini?" "Lantas"apa kehendakmu?" Dadang Wiranata
tercengang. "Kau harus mengobati kudaku sampai sembuh benar."
"Ah, itulah perkara gampang," sahut Dadang
Wiranata. 2) Beberapa buah di antaranya pernah
dipersembahkan kepada Sangaji.
Lihat Bende Mataram jilid XII hal. 41.
Raja muda ini berganti tertawa bergelak. "Aku seorang
raja muda. Selain itu biasa menjadi pedagang. Seorang
pedagang harus menghargai mulut. Dengarkan"aku
sama sekali tidak menginginkan harta bendamu. Sebab di
antara harta benda kita sukar ditaksir berapa nilainya.
Mari"sekarang maju!"
Widiana Sasi Kirana lantas merapikan letak
pakaiannya. Ia menanggalkan baju luarnya yang tadi
kena robek tangan kedua raja muda itu.
"Dengan berpakaian begini, aku mirip seorang
pengemis," katanya sambil merobek lengan bajunya.
Sekarang ia nampak berpakaian singsat. Baju yang
dikenakan berwarna putih dengan bersulam sebatang
832 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang melintang sarungnya. Di atas sudut garis lintang
nampak bunga Kamboja sedang mekar. Kena pantulan
cahaya lilin, alangkah indahnya serta meresapkan.
Kilatsih heran melihat lukisan sulamannya. Pikirnya di
dalam hati, "Inilah pedang Sangga Buana milik kakak
Titisari. Bagaimana bisa tersulam pada bajunya"
Apakah... apakah..."
Tak sempat lagi gadis itu menebak-nebak.
Sebab pada saat itu pertandingan sudah dimulai.
"Mari!" tantang Widiana Sasi Kirana. la memanggut
memberi hormat dan berkata lagi, "Kau sajalah yang
mulai!" Puas hati Dadang Wiranata menyaksikan tata-santun
pemuda itu. Kesannya baik baginya. Lantaran itu, ia
bersenyum. Walaupun demikian, tiba-tiba ia melompat
dan menerjang tanpa segan-segan lagi. Serangannya
mengarah kepada muka. Sambaran tongkatnya
memadamkan sebagian lilin-lilin yang menyala tegak
panjang. Widiana Sasi Kirana sama sekali tak kaget menghadapi
serangan yang datangnya dengan tiba-tiba itu. Gesit ia
mengangkat pedangnya dan menangkis. Kedua senjata
mustika itu lantas berbenturan suaranya nyaring bening
memekakkan telinga. Sinar pedang bergemerlap
menyilaukan mata. Kilatsih terperanjat melihat bentroknya kedua senjata
tersebut, hingga hatinya tergetar. Pikirnya:
833 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak pernah kusangka tongkat Raja Muda Dadang
Wiranata"adalah tongkat mustika. Sinarnya hijau
kemilau. Terbikin dari bahan apa, tongkat itu?"
Setelah bentrok"kedua senjata mustika itu"saling
menempel. Biasanya apabila kedua senjata bentrok,
masing-masing akan berusaha menarik senjatanya
secepat mungkin untuk mempersiapkan serangan
balasan selanjutnya. Akan tetapi mereka tidak berbuat
demikian. Masing-masing justru menekankan senjatanya.
Mereka berdiri tegak bagaikan patung dengan
mengerahkan seluruh tenaganya. Tak mengherankan"
dalam sekejap mata saja" dahi mereka berkeringat.
Menyaksikan adu tenaga dan keuletan itu, hati Kilatsih
sibuk sendiri. Pikirnya di dalam hati, "Belum-belum
mereka sudah mengadu tenaga sakti. Apakah mereka
tidak bakal terluka?"
Tak lama kemudian terdengarlah teriakan Dadang
Wiranata. Raja muda itu mencelat mundur. Terdengarlah
lagi suara bentrokan senjata. Tapi kali in, Widiana Sasi
Kirana tak sudi kena tempel. Ia melesat mundur sambil
mengeluh. "Celaka!" Terkejut Kilatsih mendengar keluhan Widiana Sasi
Kirana. Hampir saja ia menghunus pedangnya. Tapi
selagi tangannya meraba hulu pedangnya, terdengarlah
suara tertawa Widiana Sasi Kirana. Kata pemuda itu:
"Tak apa..... tak apa..... Ah"kiranya
engkau seekor keledai goblok! Sekian lamanya,
pedangku terkait tongkatmu" akan tetapi kau tak bisa
berbuat suatu apa pun"untuk memukul aku. Terang
834 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali, kau tak sanggup memukul bocah ingusan. Ah,
namamu"kosong melompong. Benar-benar tak pernah
kusangka sebelumnya. Hahaha... Hahaha... Hahaha....".
Suara tertawa Widiana Sasi Kirana belum habis tahu-
tahu Dadang Wiranata sudah menyerang dahsyat. Dalam
murkanya, raja muda itu berseru nyaring.
"Binatang! Benar-benar kau tak mengenal terima
kasih!" Tongkatnya berkelebat. Tahu-tahu sudah menyambar
dahi Widiana Sasi Kirana dengan sinarnya yang hijau
kemilau. Hebat serangan itu. Apalagi Dadang Wiranata
sedang murka. Kilatsih kala itu nyaring tertawa pula begitu
mendengar ejekan Widiana Sasi Kirana. Mendadak
gerakan mulutnya terhenti di tengah jalan. Sebaliknya ia
menjerit kaget. Itulah disebabkan, ia melihat serangan
Dadang Wiranata yang hebat luar biasa.
Sebaliknya"Widiana Sasi Kirana"tenang-tenang saja.
la malahan tertawa gelak lagi. Katanya di antara
tertawanya, "Eh, kau benar-benar tolol! Nah, lihatlah"
aku akan mengemplang kepala keledaimu!"
Widiana Sasi Kirana hendak membuktikan ucapannya.
Dengan sebat ia mengelak ke samping satu langkah.
Pedangnya lantas berkelebat mengadakan serangan
balasan. Bidikannya mengarah lengan Dadang Wiranata.
Dadang Wiranata tajam penglihatannya, la dapat
menebak maksud lawannya. Cepat ia menarik
tongkatnya untuk menghadapi serangan yang tak
terduga. Melihat gerakan itu, diam-diam Widiana Sasi
Kirana memuji di dalam hati.
835 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semenjak tadi"pemuda itu sadar"bahwa lawannya
seorang raja muda yang berilmu sangat tinggi. Karena itu
ia sengaja menggunakan ketajaman lidahnya. Dengan
sepintas lihat, tahulah dia bahwa kelemahan kedua
lawannya terletak pada sifat berangasannya. Dan ia
berhasil membakar hati lawannya.
Karena menuruti hati panas, Dadang Wiranata hanya
mengumbar rasa mendongkolnya saja. Benar"
serangannya dahsyat"akan tetapi tanpa tujuan yang
tertentu. Dengan kalap, ia menyerang dan menyerang.
Itulah suatu pantangan besar.
Dengan demikian, ia sudah kena jebak kecerdikan
lawannya yang muda belia.
Satu kali, Widiana Sasi Kirana berhasil menabas
lengannya. Pemuda itu kaget, lantaran pedangnya
terpeleset. Benarkah di dunia ini ada suatu ilmu kebal
yang tidak mempan kena tebasan pedang mustika"
Itulah pengalamannya untuk yang pertama kali"
bahwasanya di dunia ini"memang ada ilmu kebal yang
tidak mempan tajamnya senjata.
Sebaliknya"tebasan itu"membuat hati Dadang
Wiranata kian menjadi panas. Walaupun lengannya tak
sampai terkutung, akan tetapi tebasan senjata itu sendiri
menyakitkan urat-uratnya. Lantas saja ia membentak.
"Binatang! Kalau begitu aku terpaksa mengambil
jiwamu!" Dengan serta merta Dadang Wiranata melancarkan
serangan balasan. Akan tetapi Widiana Sasi Kirana tak
gentar. Dengan berani ia menangkis setiap serangan
berbareng membalas menyerang.
836 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa kali Dadang Wiranata gagal dalam
serangannya. Akan tetapi dia seorang raja muda andalan
Sangaji. Semenjak zaman mudanya, ia sakti dan
merupakan seorang bangsat yang tangguh. Baik kawan
maupun lawan segan kepadanya. Pengalamannya dalam
suatu pertarungan tidak terhitung lagi jumlahnya. Itulah
sebabnya" setelah beberapa kali gagal"ia merubah
cara menyerangnya. Sekarang ia berkelit sebelum melancarkan serangan.
Kemudian dengan berjumpalitan ia melesat maju untuk
memundurkan lawan. Begitu kakinya tiba di atas lantai,
mendadak ia roboh. Tetapi dengan tiba-tiba ia menyo-
dokkan tongkatnya. Itulah suatu serangan kilat yang
sebat dan aneh luar biasa.
Untunglah Widiana Sasi Kirana seorang pemuda cerdik
dan tajam penglihatannya. Kecuali itu, gerak geriknya
sangat lincah dan gesit. Diserang dengan cara demikian,
dia tak mati langkah. Sebat ia mengelak atau berkelit.
Lalu dengan tiba-tiba pula ia membalas menyerang.
Kilatsih telah menyaksikan suatu pertarungan yang
dahsyat. Kedua belah pihak tidak sudi mengalah.
Bedanya hanya pada cara mereka berkelahi. Dadang
Wiranata ganas, garang dan bertenaga besar. Sebaliknya
Widiana Sasi Kirana tenang dan lincah. Pemuda itu, kini
tak terdengar suara tertawanya. Bahkan senyumnya
lenyap dari wajahnya. Ia nampak bersungguh-sungguh.
Sinar pedangnya yang bercahaya putih berkeredepan
di antara gulungan sinar hijau tongkat mustika Dadang
Wiranata. Ilmu andalan Dadang Wiranata bernama Aji Gineng.
Konon khabarnya"ilmu sakti berasal dari Dewa Kalalodra
837 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang diberikan kepada raja raksasa Niwatakawaca. Letak
kekuatannya kepada pukulan telapak tangan. Sewaktu
mudanya"dengan berbekal ilmu sakti Aji Gineng"
Dadang Wiranata menjagoi bumi Priangan. Itulah
sebabnya ia bisa menanjak terus. Akhirnya bisa
menduduki kedudukan Raja Muda Himpunan
Sangkuriang pimpinan Ratu Bagus Boang. Sesudah
bertahun-tahun berlatih, ia mengalihkan kesaktian
pukulan Aji Gineng pada pukulan-pukulan tongkatnya.
Selamanya" belum pernah seorang musuh dapat
mempertahankan diri dalam tujuh gebrakan saja. Akan
tetapi"kali ini"ia sudah melampaui seratus jurus lebih.
Tetap saja, ia belum dapat menjatuhkan Widiana Sasi
Kirana. Diam-diam ia menyenak napas dingin.
Otong Surawijaya yang bercokol di atas kursi
mengetahui, bahwa rekannya runtuh semangat. Akan
tetapi karena sudah terikat suatu perjanjian, tak dapat ia
lantas ikut menyerbu ke dalam gelanggang. Itulah
sebabnya, ia hanya dapat menonton dari luar gelanggang
belaka. Selagi pertempuran berjalan sangat serunya,
terdengarlah tengger ayam di kejauhan. Lalu burung-
burung terdengar berkicau pula. Itulah suatu tanda,
bahwa fajar mulai memasuki pagi hari.
Mendengar tengger ayam dan kicau burung, hati
Dadang Wiranata menjadi tegang sendiri. Sekian
lamanya ia berusaha merobohkan lawannya yang masih
muda belia"tetap saja tak berhasil. Lantaran
penasarannya, ia hanya dapat menyerang lebih dahsyat
lagi"sehingga pertarungan makin menjadi sengit.
838 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Widiana Sasi Kirana melayani serangan Dadang
Wiranata yang dahsyat, dengan tenang. Tak sudi ia
membiarkan dirinya menjadi kalap. Walaupun demikian,
terus menerus ia meningkatkan kewaspadaannya. Sedikit
pun tak berani ia berlengan. Gerakannya tetap sebat. la
menangkis dan mengelak dengan teratur. Dan membalas
menyerang pada saat-saat tertentu.
Kilatsih mengikuti pertarungan itu dengan hati tertarik.
Semenjak kanak-kanak ia belajar ilmu berkelahi. Mula-
mula memperoleh pengertian dari ayah angkatnya
Sorohpati. Kemudian berada di bawah asuhan Adipati


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Surengpati. Enam atau tujuh tahun ia menekuni ilmu
sakti Witaradya. Di samping itu, ia memperoleh warisan
ilmu menimpuk, ilmu petak dan ilmu pukulan sakti dari
Titisari dan Sangaji. Dari Sirtupelaheli ia pun memperoleh
sepercik kepandaiannya. Itulah perkara ilmu menyamar
dan ramuan racun. Berkat didikan Adipati Surengpati yang
berpengetahuan luas, ia mengenal berbagai ragam ilmu
pedang. Dengan berbekal ilmu pedang Witaradya, ia
sudah merasa diri menjadi seorang ahli pedang. Akan
tetapi" setelah menyaksikan ilmu pedang Widiana Sasi
Kirana"ia jadi heran. Sekian lamanya ia mengamat-
amati ragam ilmu pedangnya, tetap saja ia tak dapat
menebak asal usulnya. Memang kadang-kadang ia
merasakan suatu kemiripan atau suatu kesamaan" akan
tetapi tiba-tiba lenyap tak keruan. Tegasnya"kadang ia
melihat suatu kesamaan"kadang berbeda.
Seolah-olah, pernah ia melihat. Akan tetapi dimana
dan kapan, tak dapat ia menjawab. Itulah sebabnya, ia
jadi heran dan berbimbang-bimbang sendiri.
839 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah! Pastilah ada hubungannya antara ilmu pedangnya
dan ilmu pedangku," katanya yakin di dalam hati. Tiba-
tiba suatu ingatan menusuk benaknya. "Nanti dulu,
apakah ..... apakah bukan sehubungan dengan ilmu sakti
ayunda Titisari" Ah ya! Jangan-jangan ada hubungannya
dengan ilmu sakti Tunggulmanik."
la lantas sibuk sendiri. Ia mengawasi dengan seksama
lagi. Tiba-tiba kabur seakan-akan bayangan yang
bergerak karena dengan tak disadarinya tenggelam dan
menjangkau pada masa-masa lampau. Teringatlah dia
akan kata-kata Titisari tatkala hendak menurunkan
hafalan ilmu sakti keris Kyai Tunggulmanik kepadanya.
Kata Titisari waktu itu: "Aku sendiri belum paham ilmu
sakti ini. Kalau aku hafal, hanyalah mengenai kulitnya
belaka. Untuk bisa menggunakan secara sempurna,
engkau harus memiliki tenaga sakti yang dahsyat seperti
kakakmu Sangaji. Itulah sebabnya"dalam dunia ini"
hanya kakakmu seorang yang bisa melakukan rahasia
ilmu sakti Kyai Tunggulmanik. Kau mengerti, apa sebab
aku menyebut ilmu sakti ini dengan keris Kyai
Tunggulmanik?" Kilatsih menggelengkan kepalanya. Titisari lalu
menerangkan. "Karena ilmu sakti ini diperoleh kakakmu dari ukiran-
ukiran3) yang terdapat pada sebatang keris bernama
Kyai Tunggulmanik. Itulah salah satu benda warisan
orang sakti pada zaman purba. Menurut khabar"ada tiga
benda warisan. Yang pertama: Bende Mataram. Yang
kedua: keris Kyai Tunggulmanik. Dan yang ketiga: Jala
Karawelang. Bende Mataram dan Kyai Tunggulmanik
berada di tangan kakakmu, walaupun inti rahasianya
belum kita ketahui. Sebaliknya Jala Karawelang"
840 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurut cerita kuno babad Rengganis"jatuh di Jawa
Barat. Yang mewarisi mula-mula seorang Adipati
wilayah Cianjur. Namanya Arya Wira Tanu Datar. Karena
itu, ilmu sakti Jala Karawelang disebut pula ilmu sakti
warisan Arya Wira Tanu Datar.4) Ilmu sakti Jala
Karawelang itu dialihkan menjadi dua buah kitab. Kitab
bagian atas dan kitab bagian bawah. Yang menyimpan
seorang pendekar sakti bernama Arya Pancapana. Dialah
adik Ki Tapa, murid guru besar Darmaraja. Dia sendiri
tidak mewarisi. Kedua kitab itu disimpannya pada suatu
tempat yang sangat dirahasiakan. Konon diberitakan,
3) baca : pamor 4) baca : Bunga Ceplok Ungu dari Banten
bahwa suami isteri Harya CIdaya dan Ratu
Naganingrum mewarisi separohnya dengan mengakali
Arya Pancapana. Kalau tidak salah, bagian atas.
Sedangkan yang bagian bawah lenyap tak keruan. Di
kemudian hari Ratu Bagus Boanglah yang mewarisi
dengan sempurna. Tetapi ilmu sakti tersebut hilang
dibawa ke liang kubur. Sampai sekarang, tiada seorang
pun yang mengetahui coraknya secara keseluruhannya.
Yang diketahui hanya kutipan-kutipannya, seperti ilmu
sakti Jala Sutra yang sangat dahsyat milik anggota
Himpunan Sangkuriang."
"Apakah ayunda tak pernah melihatnya pula?" sela
Kilatsih. "Tidak," jawab Titisari. "Berbagai ragam ilmu pedang
di persada bumi ini, kuketahui dan kukenal dengan baik.
Hanya satu itu yang belum sama sekali."
841 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Heran Kilatsih mendengar jawaban Titisari. la sangat
mengagumi kecerdasan Titisari dan luasnya
pengetahuannya. Memang corak ragam ilmu pedang,
sangat besar jumlahnya. Akan tetapi berkat otak yang
cemerlang, Titisari dapat menerangkan dengan sekali
pandang saja. Sebaliknya terhadap ilmu pedang Jala
Karawelang" Titisari mengakui dengan tegas"
bahwasanya ia sama sekali belum pernah melihatnya.
Itulah sebabnya, diam-diam Kilatsih terkejut. Sebab
apabila Titisari tak dapat menerangkan, akan besar
bahayanya di kemudian hari"manakala pada suatu saat
mendadak bertemu dengan ilmu pedang yang sama
sekali masih asing. Syukur, apabila pemiliknya adalah
kawan. Tetapi apabila yang memiliki kebetulan musuh,
akan menyusahkan benar. "Apakah guru"tak dapat menjelaskan?" Kilatsih
mencoba. Yang disebutnya guru adalah Adipati
Surengpati. "Ayah pun tidak," jawab Titisari. "Ayah mempunyai
kebanggaan sendiri terhadap ilmu pedang Witaradya.
Walaupun Ayah luas pengetahuannya, akan tetapi
mengenai ilmu pedang Jala Karawelang yang hilang
ditelan sejarah"pastilah belum mengetahui. Tetapi aku
sendiri"mempunyai prasangka mengenai ilmu pedang
tersebut. Kukira"ada hubungannya dengan ilmu sakti
keris Kyai Tunggulmanik."
Kilatsih ternganga-nganga mendengar keterangan
Titisari. "Bagaimana Ayunda bisa menduga demikian?"
"Sebab yang disebut Dewi Rengganis itu" menurut
ceritera babad5)"adalah puteri bungsu Ratu Purana
842 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Negeri Pejajaran yang hidup di Majapahit. Dialah yang
disebut Dyah Mustika Perwita. Karena pergaulannya
dengan Pangeran Jayakusuma, kukira dialah yang
mengetahui jelas tentang semua rahasia ilmu sakti yang
terdapat dalam gua Kapakisan6)
Setelah berkata demikian, Titisari mengisahkan
sejarah asal-usul tiga benda warisan sakti Pangeran
Semono. Kemudian riwayat hubungannya antara
Pangeran Jayakusuma dan Dyah Mustika Perwita.7)
Selagi Kilatsih tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba ia
tersentak kaget oleh suara tawa Widiana Sasi Kirana dan
bentakan dahsyat Dadang Wiranata. Dengan pandang
nanar ia mengawaskan kedua orang itu yang sedang
bertempur seru. Sesudah mengawaskan beberapa waktu
lamanya, tahulah dia apa sebab Widiana Sasi Kirana dan
Dadang Wiranata membentak-bentak. Ternyata mereka
berdua tengah meng-nadapi saat-saat yang berbahaya.
babad : setengah sejarah setengah dongeng f baca :
Patih Lawa ljo T) Semuanya terdapat dalam "Patih Lawa
ljo" Dadang Wiranata telah menyerang dengan dahsyat.
Tongkatnya menyambar dengan melintang. Tetapi
serangannya gagal. Sebaliknya, ia malahan kena ditikam
Widiana sasdi Kirana pada iganya. Itulah sebabnya,
Widiana Sasi Kirana tertawa. Dan Dadang Wiranata tak
berani lagi menyerang dengan sembrono.
Melihat gerakan-gerakan pedang Widiana Sasi Kirana,
tiba-tiba Kilatsih seperti tersadar. Serunya di dalam hati,
"Bukankah ilmu pedang Widiana Sasi Kirana inilah yang
belum pernah dilihat Ayunda Titisari! Tetapi bagaimana
dia bisa mewarisi ilmu pedang Jala Karawelang"
843 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapakah gurunya" Pastilah gurunya mengasuh semenjak
kanak-kanak. Sebab tak mungkin dia bisa memainkan
ilmu pedangnya begitu sempurna, apabila tidak berlatih
belasan tahun lamanya."
Kilatsih terbenam dalam suatu keraguan lagi.
Teringatlah dia, bahwa yang memiliki ilmu pedang Jala
Karawelang dengan sempurna adalah Ratu Bagus Boang.
Tetapi Ratu Bagus Boang hidup pada tahun 1750.
Kemudian hilang tiada khabarnya. Taruh kata dia masih
hidup sampai tahun 1780, maka Widiana Sasi Kirana
belajar ilmu pedang semenjak empatpuluh tahun yang
lalu. Sedangkan pemuda itu, usianya baru duapuluh tiga
tahunan. Tengah ia menebak-nebak, terdengarlah seruan
Dadang Wiranata dan suara Widiana Sasi Kirana. Karena
itu, kembali ia memperhatikan gerak-gerik mereka.
Sekarang terjadilah suatu perubahan. Dadang Wiranata
tidak lagi bergerak dengan lincah dan dahsyat seperti
tadi. Sebaliknya ia nampak seakan-akan ayal-ayalan.
Gerakannya seperti lagi menarik suatu benda yang berat
sekali. Tongkat mustika bergerak ke kiri dan ke kanan
dengan lambat. Beratnya seperti bertambah seratus
kilogram"sehingga ia perlu menggunakan tenaga besar.
Widiana Sasi Kirana melintangkan pedangnya di depan
dada dengan pandang tenang dan sungguh-sungguh.
Teranglah, bahwa ia lagi mengerahkan seluruh semangat
tempurnya untuk mengikuti gerakan tongkat lawan.
Beberapa saat lamanya, mereka berdua masih saling
menyerang. Tetapi serangan mereka kali ini, sama
ayalnya. Keadaan mereka seolah-olah lagi menyeberangi
hujan badai yang kemudian sirap dengan tiba-tiba. Jalan
yang mereka ambah penuh Lumpur sedalam lutut.
844 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kilatsih tahu, bahwa justru mereka berdua lagi mengadu
kepandaiannya masing-masing. Setiap serangan
menggenggam ancaman maut.
Ilmu pedang Widiana Sasi Kirana sangat hebat.
Anehnya, tak dapat menembus daerah pembelaan
tongkat Dadang Wiranata. Kilatsaih jadi berpikir. Apa
sebabnya" Apakah Widiana Sasi Kirana kalah dalam hal
tenaga sakti" Atau ilmu pedangnya belum sempurna"
Kalau belum sempurna artinya, dia hanya mewarisi
sebagian ilmu pedang Jala Karawelang. Sayang"tak
dapat gadis itu mengambil suatu kesimpulan, karena
belum pernah melihat Imu pedang Jala Karawelang.
Yang diketahui kini ialah"bahwasanya Widiana Sasi
Kirana" memang kalah dalam hal tenaga sakti. Gerakan
pedangnya, hanya untuk melindungi diri semata.
Tatkala itu matahari sudah sepenggalah tingginya.
Cahayanya, mulai menembus rimbun hutan dan
memasuki ruang pendapa lewat pintu depan yang kena
gempur Widiana Sasi Kirana. Karena pintu belum sempat
ditutup, maka pantulan cahaya itu sangat mengganggu.
Apalagi Widiana Sasi Kirana justru menghadap arah
pintu. Dadang Wiranata menggunakan kesempatan yang
bagus itu. Terus saja ia mendesak. Tiap serangannya
menerbitkan angin dahsyat. Sebaliknya cahaya pedang
Widiana Sasi Kirana makin lama makin ciut
perputarannya. Akhirnya hanya berputaran di atas
kepalanya saja. Dan pada saat itu, mendadak sambil
berteriak keras"Dadang Wiranata"menurunkan
serangan dahsyat. Tongkat menetak kepala pemuda itu.
Kilatsih kaget, la menjerit.
845 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Celaka!" Tanpa berpikir panjang lagi, ia melepaskan tiga biji
sawonya. Justru pada saat itu, Widiana Sasi Kirana
berseru: "Adik! Cepat" lariiii!"
Ketiga biji sawo menyambar sangat cepat. Akan tetapi
kesudahannya"tiada gunanya. Ketiga-tiganya terpental
jatuh kena benturan tongkat dan pedang yang sedang
bergumul. Tepat pada saat itu, terdengarlah suara tawa Otong
Surawijaya"yang selama itu tetap bercokol di atas
kursinya. Tahu-tahu raja muda itu telah melesat
bagaikan terbang menyambar Kilatsih. Kedua tangannya
yang panjang mencengkeram kepala.
Kilatsih menangkis serangan itu. la merasakan
pinggangnya menjadi kaku.
Itulah sebabnya, segera ia melesat mundur lima
langkah lebih. Dengan napas lega ia melintangkan
pedangnya sambil memasang matanya.
Cepat luar biasa"Otong Surawijaya" menyambar
sebatang tongkat pendek berwarna putih kemilaui
Dengan tongkat itu, ia mengulangi serangannya. Kedua
orang itu lantas saja bertempur dengan sengit.
Otong Surawijaya sama sekali tak mengira, bahwa
senjata Kilatsih adalah pedang mustika, la baru terkejut,
tatkala ujung pedang Kilatsih dapat memecahkan baju
luarnya dan terus melukai pundaknya. Hal itu terjadi,
berkat kegesitan Kilatsih yang memiliki tubuh sangat
enteng. Walaupun demikian, gadis itu pun tak dapat
bebas dari serangan tongkat Otong Surawijaya.
Pantatnya kena tersapu miring. Syukur" kedua-duanya


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

846 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang termasuk golongan pendekar kelas utama"
maka luka itu tidaklah berarti. Dengan demikian,
pertempuran terjadi lagi.
Tongkat mustika Otong Surawijaya bernama Limpung
Anggara dan tongkat Dadang Wiranata, Limpung Trisula.
Kedua-duanya merupakan tongakt mustika yang jarang
terdapat di dunia. Kedua-duanya pun memiliki ilmu sakti
yang hebat. Tenaganya luar biasa besarnya.
Dibandingkan dengan tenaga sakti Otong Surawijaya,
Kilatsih masih kalah jauh. Akan tetapi di bidang lain,
Kilatsih memiliki keunggulan. Yaitu, kegesitan tubuhnya,
la pun cerdik pula. Sadar bahwa lawannya bertenaga
dahsyat, tak sudi ia mengadu senjata. Setiap serangan
Otong Surawijaya, dielakkan dengan kegesitannya.
Otong Surawijaya adalah seorang raja muda yang jahil
mulut dan berangasan. Setelah beberapa serangannya
dapat dielakkan Kilatsih, ia jadi penasaran. Terus saja ia
mendesak dan mengurung. Ukuran tongkatnya lebih
panjang pula dari pada lengan Kilatsih. Itulah sebabnya,
maka jangkauan serangannya menjadi dua kali lipat
panjang lengan Kiltasih yang berpedang pendek.
Dengan mengandalkan kegesitannya, Kilatsih
mengelak"melesat"dan berbelit. Akan tetapi lambat
laun, ia merasa kuwalah-an juga. Hal itu segera diketahui
Widiana Sasi Kirana. Gerakan pedang Widiana Sasi Kirana yang makin lama
makin ciut tadi, merupakan daya pertahanan yang
sebenarnya hebat luar biasa. Itulah suatu cara untuk
-ung serangan dahsyat Dadang Wiranata. Dengan
demikian, tongkat Dadang Wiranata tak dapat
menembus. Tetapi Kilatsih salah duga. Ia mengira,
847 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Widiana Sasi Kirana dalam bahaya. Itulah sebabnya, ia
menyerang dengan tiga biji sawonya.
Widiana Sasi Kirana lantas saja mengeluh. Menghadapi
Dadang Wiranata, ia memang kalah dalam hal tenaga
dahsyat. Cara perlawanan dan pembelaannya"hanya
mengandalkan ilmu pedangnya yang hebat tak
terkatakan. la yakin walaupun diserang terus menerus
dalam tiga hari tiga malam masih dapat ia bertahan.
Yang disangsikan adalah tenaga keuletannya sendiri.
Dapatkah ia bertahan sampai tiga hari tiga malam lagi"
Barangkali menjelang malam nanti, belum tentu. Itulah
sebabnya, ia berseru kepada Kilatsih agar melarikan diri.
Setelah Kilatsih lari, dia sendiri akan berusaha untuk
menyusul. Sekarang Kilatsih sudah terlibat dalam suatu
pertempuran. Ia tahu"dalam hal tenaga sakti"Kilatsih
masih kalah jauh daripada Otong Surawijaya. Karena itu
ia tadi mengikat perjanjian agar Otong Surawijaya jangan
melibat Kilatsih. Segalanya kini berubah. Kilatsih kena
desak. Dan ia jadi gelisah. Padahal tenaga tekanan
Dadang Wiranata tak pernah berkurang.
"Ah, adikku.....," keluhnya di dalam hati.
Tiba-tiba suatu pertimbangan lain menusuk benaknya.
"Dia menimpukkan senjata bidiknya, karena memikirkan
keselamatanku. Dengan demikian, ia kini jadi terlibat.
Pastilah dia tahu akan akibat sambitannya tadi. Inilah
semua dilakukan demi aku" karena dia mengira aku
berada dalam bencana. Karena itu"masakan aku
memikirkan keselamatanku sendiri dengan membiarkan
dia terancam bahaya?"
848 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tadinya dia bermaksud bertahan, karena merasa kalah
tenaga. Tapi setelah memperoleh pikiran demikian, tiba-
tiba ia menjadi ganas. Pedangnya lantas menikam
dengan dahsyat. Sambil membentak-bentak ia
mendesak. Kalau tadi ia kena desak kini dialah yang
berganti mendesak dan mengurung.
Dadang Wiranata tahu maksudnya. Raja muda itu
lantas tertawa terbahak-bahak. Bentaknya dahsyat,
"Hai"binatang! Kamu berdua hendak bekerja sama atau
bermaksud hendak kabur" Jangan mimpi!"
Dadang Wiranata kenyang dengan pengalaman. Kena
didesak Widiana Sasi Kirana. lantas saja bisa menebak. Pastilah Widiana
Sasi Kirana bermaksud hendak membebaskan diri dari
libatannya untuk bergabung dengan Kilatsih. Hal itu,
malahan kebetulan. Artinya mempercepat saat robohnya.
Sebab semenjak belasan tahun yang lalu, Otong dan
Dadang sudah berlatih bersama seumpama satu jiwa.
Kalau mereka berdua maju berbareng, kerjasamanya
rapih bukan main. Baik serangan maupun pembelaannya
rapat dan berbahaya. Widiana Sasi Kirana tidak menghiraukan ejekan
Dadang. Lagi-lagi ia mendesak Dadang Wiranata
menangkis sambil tertawa besar, la percaya, bahwa pula
Otong Surawijaya berada di atas angin. Pada saat
Widiana Sasi Kirana bergelisah, sekonyong-konyong
terdengarlah seruan Kilatsih bernada girang.
Tatkala mula-mula maju menangkis serangan Otong
Surawijaya, Kilatsih menggunakan ilmu pedang
Witaradya yang gesit dan cepat, la berhasil mengelakkan
serangan Otong Surawijaya berkat kegesitannya.
849 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian ia melihat Widiana Sasi Kirana bergerak
mendesak Dadang Wiranata. Dengan serta-merta
timbullah niatnya hendak mencoba menimpali serangan
Widiana Sasi Kirana dengan jurus sakti keris Kyai
Tunggulmanik yang pernah diajarkan kulitnya oleh
Titisari dan selamanya belum pernah dipergunakan. Di
.luar dugaannya sendiri, mendadak saja ujung
pedangnya berhasil menikam kedua kaki Otong
Surawijaya dua kali berturut-turut, walaupun tikamannya
tidak sampai merobohkan. Kejadian itu, membuat ia
berseru gembira lantaran rasa syukur dan heran.
Dadang Wiranata mendengar pula seruan girang itu.
Melihat Otong kena tikaman dua kali, ia menggerung.
Tongkatnya lantas berkelebat menerjang Widiana Sasi
Kirana. Akan tetapi pemuda itu dapat menangkisnya
sampai tongkatnya terpental ke samping. Inilah suatu
kejadian yang aneh dan baru untuk pertama kali itu
terjadi. Hatinya terkejut.
Dalam pada itu setelah memperoleh hasil di luar
dugaan mereka sendiri, Widiana Sasi Kirana dan Kilatsih
lantas segera bekerja sama dengan rapih seperti saling
berjanji. Widiana Sasi Kirana menggunakan tipu-tipu ilmu
pedangnya. Kilatsih menimpali dengan jurus ilmu sakti
Tunggulmanik yang telah digubah menjadi ilmu pedang
oleh Titisari. _-_--r ' :e- =k Dadang Wiranata. "Ang-gpn 7rs - e "-e-
eDas bumi!" hiah kata-kata sandi. Maksudnya susun-a~
penggabungan ilmu tongkat Anggara dan Trisula dengan
secepatnya. Mendengar teriakan Dadang Wiranata,
850 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Otong Surawijaya cepat-cepat menahan rasa nyerinya.
Dengan gerakannya yang gesit ia mengambil kedudukan
empat mata angin. Sedang Dadang Wiranata berada
pada empat mata angin lainnya.
Ilmu gabungan mereka sangat disegani lawan dan
kawan. Pada zaman Ratu Fatimah memerintah Kerajaan
Banten, ilmu gabungan mereka tiada seorang pun yang
dapat memecahkan. Seseorang apabila kena terkurung,
tidak bakal bisa lolos. Tak peduli ia memiliki.kepandaian
tinggi sekalipun. Hal itu disebabkan oleh kerjasamanya
yang rapi dan rapat. Mereka sudah berlatih puluhan
tahun yang lalu. Hati dan firasatnya seperti pengucapan
satu jiwa. Otong Surawijaya yang menahan rasa nyeri,
berdendam terhadap Kilatsih. Serangan balasannya
bagaikan badai menampar gundukan tanah. Dahsyat,
gesit dan bengis. Gerakannya yang dahsyat diikuti oleh
gerakan Dadang Wiranata yang bertenaga penuh pula.
Dapat dibayangkan betapa hebat dan menakutkan.
Keempat saudagar yang berada di luar gelanggang
dan semenjak semalam mengikuti adu kepandaian itu
terpaku keheranan. Mata mereka seperti kabur.
Beberapa kali mereka mengucak-ucak matanya agar
memperoleh penglihatan yang lebih tegas lagi untuk bisa
mengikuti jalannya pertarungan.
Pada saat itu Dadang Wiranata yang tiba-tiba beralih
di bidang gerak Kilatsih, menyo-dokkan tongkatnya ke
arah tenggorokan Kilatsih. Hebat perbawanya. Akan
tetapi, sebenarnya ia lagi melakukan tipu muslihat.
Nampaknya ia membidik Kilatsih. Sebenarnya yang
diarah Widiana Sasi Kirana.
851 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kilatsih tak sudi membiarkan dirinya kena terjebak tipu
meslihat lawan. Tetapi ia memainkan jurus-jurus ilmu
pedang Tunggulmanik. Tahu-tahu pedangnya memotong
gerakan tongkat Dadang Wiranata yang meluncur
mengarah Widiana Sasi Kirana. Kemudian ia membalas.
Cepat Dadang Wiranata menarik serangannya. Ia
selamat dari suatu tikaman, berkat pengalamannya.
Di pihak lain Otong Surawijaya berhasil menghajar
Widiana Sasi Kirana dengan pukulan tongkatnya yang
keras luar biasa. Terpaksalah Widiana Sasi Kirana
mengadu kekerasan melawan kekerasan. Kedua-duanya
kaget. Berbareng dengan suara nyaring, tiba-tiba pedang
Widiana Sasi Kirana terpental kesamping dan terus
menikam Dadang Wiranata. Inilah suatu serangan di luar dugaan. Dadang
Wiranata terperanjat. Terpaksa ia meninggalkan
perhatiannya kepada Kilatsih dan buru-buru menangkis
pedang Widiana Sasi Kirana yang meluncur hendak men-
cubles lehernya. Gerakan Dadang Wiranata memang
sebat luar biasa. Dalam keadaan terkejut, masih bisa ia
menangkis pedang Widiana Sasi Kirana berbareng
memindahkan kakinya. Ia memberi peluang kepada
Otong Surawijaya untuk masuk. Benar-benar Otong
Surawijaya tak menyia-nyiakan kesempatan bagus itu.
Tongkatnya lantas menyambar untuk menggebuk
Widiana Sasi Kirana dari samping.
"Celaka!" Widiana Sasi Kirana mengeluh. Ia tidak
sempat menangkis gebukan Otong Surawijaya, karena
pedangnya kena ditangkis Dadang Wiranata. Akan tetapi
pada saat itu, mendadak pedang Kilatsih menyapu
tongkat Otong Surawijaya. Tibatiba saja gadis itu sudah
menggeser kedudukannya pula. Dengan demikian,
852 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selamatlah Widiana Sasi Kirana dari ancaman Otong
Surawijaya. Lantas saja ia mempunyai kesempatan pula
untuk menggerakkan pedangnya. Kalau tadi, kena
keroyok Dadang dan Otong"kini Otong berganti kena
keroyok Widiana Sasi Kirana dan Kilatsih. Ia jadi repot
membela diri. "Bagus!" seru Kilatsih dengan suara girang. "Benar-
benar ilmu pedang Jala Karawelang. Kini kita dapat
membalas menyerang!"
la mendahului menyerang. Widiana Sasi Kirana segera
menimpali. Sepasang pedang muda-mudi itu, bergerak-
gerak sangat lincah sampai Dadang dan Otong
berulangkali mundur selangkah demi selangkah.
Diam-diam Widiana Sasi Kirana heran dan kaget
mendengar seruan Kilatsih. Ia jadi bercuriga. Ia
mengerling dan melihat Kilatsih tertawa girang. Seru
temannya itu: "Kau lihatlah sekarang! Bukankah tidak
mengecewakan hatimu, aku menjadi pe-ngawalmu!
Mari"kita maju berbareng!"
Luar biasa girangnya Kilatsih, sehingga semangat
tempurnya nampak penuh. Gerakan pedangnya
mengandung kepastian dan keyakinan bulat. Sama sekali
ia tak pernah beragu. Dan hal ini membuat Widiana sasi
Kirana heran bukan kepalang. Karena tertarik kepada
luapan rasa girang temannya, terus saja ia menimpali. Ia
maju mendesak. Maka terpaksalah Dadang dan Otong
mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk membela
diri. Meskipun demikian, tetap saja mereka kerepotan.
853 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar! Benar-benar bagus!" Akhirnya Widiana Sasi
Kirana bersorak kagum. "Apakah benar-benar
memperoleh jodoh?" Maksud Widiana Sasi Kirana"ilmu pedangnya
menemukan suatu jodoh di luar pengertiannya sendiri.
Akan tetapi Kilatsih salah tangkap. Ia terkejut sehingga
wajahnya menjadi merah. Itulah disebabkan, di dalam
dirinya rasa jenisnya belum luntur walaupun mengenakan
pakaian pria. Tetapi setelah melihat"betapa Widiana
Sasi Kirana dengan tertawa gelak menggerakkan
pedangnya sebat dan hebat"hilanglah prasangkanya
yang buruk. Ternyata pemuda itu menyebut jodoh untuk
ilmu pedangnya yang mendadak bisa bergabung dengan
sempurna. ?K. Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya benar-benar
terdesak. Walaupun dengan mati-matian mereka
mengambil kedudukan yang tepat dan kuat, tetap saja
kena desak sepasang pedang lawannya. Mereka sibuk


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggebu dan membela diri. Dan pelahan-lahan mereka
mundur dan mundur. Akhirnya merasa kuwalahan juga
kena dicecar suatu rangkaian serangan yang cepat serta
rapat. Keadaan mereka benar-benar tak ubah dua ekor
ikan terjebak dalam suatu jaring berkembang.
Sepasang pedang Widiana Sasi Kirana dan Kilatsih
saling menimpali. Apabila yang satu ke kanan"yang lain
mengarah sudut kiri. Manakala turun yang lain ke atas.
Gerakannya saling susul dan sangat rapi. Daerah
pembelaan dan balasan serangannya saling berganti.
Heran Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya
melayani ilmu pedang gabungan lawannya. Tak peduli
854 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka luas pengalaman dan pengetahuannya, tetap
saja mereka asing. Kerapkali mulutnya ternganga
keheranan dengan pandang mata penuh pertanyaan.
Mereka seperti teringat sesuatu yang berkelebat-kelebat
dalam benaknya. Akan tetapi apa itu"mereka tak
sanggup menebak. Karena terpukau, tiba-tiba Otong
Surawijaya kena tusuk lengannya dan gelang emas
Dadang Wiranata terpapas kutung.
Menghadapi kenyataan itu, Dadang Wiranata
menghela napas. Terus saja ia berkata mengakui.
"Ini dia yang dinamakan"makin tua makin keropos
tulang-belulangnya. Aku sudah berumur delapan puluh
tahun. Walaupun demikian kena dipermainkan bocah
belum ingusan. Sudahlah.... Sudahlah. Buat apa
dilanjutkan!" Sesudah berkata demikian"dengan menarik lengan
Otong Surawijaya"ia berjumpalitan mundur keluar
gelanggang. Dengan melintangkan tongkat mustikanya,
ia berkata nyaring. "Bocah! Kalian menang. Seterusnya" istana ini adalah
milik kamu.....". Ucapannya ini disusul dengan suatu teriakan yang
panjang. Ia memberi isyarat kepada sekalian hamba
sahayanya untuk berangkat meninggalkan istana. Setelah
itu dengan Otong Surawijaya"ia mendahului keluar
pintu. Keempat saudagar tengkulak itu pun
melangkahkan kakinya pula dengan wajah pucat lesi.
Widiana Sasi Kirana tertawa. Katanya kepada Kilatsih,
"Kedua raja muda itu bertabiat aneh. Hanya sayang,
855 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka terlalu menuruti perasaannya yang berlebih-
lebihan. Adikku.... Hai kenapa kau?"
Kilatsih waktu itu lari keluar pintu. Widiana Sasi Kirana
heran. Pada saat itu, ia mendengar derap dan ringkik
kuda. Maka mengertilah dia, apa sebab Kilatsih lari keluar
pintu. Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya ternyata
memegang teguh janjinya. Mereka mengembalikan Panut
dan Megananda dengan sehat tak kurang suatu apa.
Setelah itu mereka benar-benar meninggalkan istana
bukit. Panut mendahului kawannya memasuki istana.
Binatang itu girang melihat majikannya kembali. Dengan
berjingkrakan ia menjilati tangan Widiana Sasi Kirana.
Kilatsih menghampiri Megananda. Binatang ini pun
nampak tegar lantaran girang. Dengan cumbu rayu,
Kilatsih mengusap-usap lehernya. Kata Kilatsih dengan
suara lembut: "Megananda, kau kena siksa dua raja
muda yang aneh tabiatnya. Syukurlah, berkat ilmu
pedang.... Eh, Kiki!"
Gadis itu menoleh kepada Widiana Sasi Kirana hendak
minta keterangan tentang ilmu pedangnya. Walaupun ia
sudah dapat menebak, akan tetapi rasanya kurang
Setelah berkata demikian"dengan menarik lengan
Otong Surawijaya"ia berjumpalitan mundur keluar
gelanggang. mantap apabila belum mendapat pembenaran Widiana
Sasi Kirana. Mendadak suaranya terhenti di tengah jalan.
Dadanya terasa sesak. 856 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Widiana Sasi Kirana menoleh mendengar seruan
Kilatsih. Tatkala melihat wajah Kilatsih, ia kaget. Segera
ia lari menghampiri. "Adik, kau kenapa" Apakah kau kena ta* ngan jahat
mereka?" Kilatsih tak dapat menjawab. Dadanya serasa hendak
meledak. Maka cepat-cepat Widiana Sasi Kirana berkata,
"Jangan kau berbicara!"
Kilatsih bebas dari tangan jahat Dadang atau Otong.
Sebaliknya, ia terluka akibat ilmu sakti Tunggulmanik.
Memang untuk melakukan gerakan jurus-jurusnya
seseorang harus memiliki tenaga sakti raksasa seperti
Sangaji. Hal itu disadari Titisari pula. Itulah sebabnya, ia
menggubah ilmu pedang Tunggulmanik berdasarkan
jurus-jurus saktinya. Maksudnya untuk mengurangi
dibutuhkannya tenaga lontaran yang besar. Dia sendiri
dapat memainkan dengan tak kurang suatu apa, lantaran
tenaga saktinya seimbang. Sebaliknya tidaklah demikian
halnya dengan Kilatsih. Kecuali gadis itu belum memiliki
tenaga besar setinggi Titisari, dia pun bertabiat keras.
Inilah suatu pantangan. Seumpama tabiatnya seperti
Sangaji yang sederhana, sabar dan ulat atau setidak-
tidaknya seperti Titisari yang pandai membawa diri, tidak
bakal keampuhan tenaga sakti Tunggulmanik
menghantam dirinya. "Jangan berbicara! Kau lepaskan napas-inu sebebas-
bebasnya!" Widiana Sasi Kirana mencoba menolong.
Kilatsih mengangguk mengerti.
"Tunggu! Aku akan mengambil obat. Engkau terluka
dalam, adikku. Biarlah aku mengobatimu." Setelah
857 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata demikian, pemuda itu mengulur tangannya
hendak memijat punggung. Tentu saja Kilatsih tak mau kena raba. Tanpa
memedulikan akibatnya, ia bergerak menggeser
tubuhnya dengan menggelengkan kepala. Pada saat itu
juga ia jatuh terduduk dan melontakkan darah segar.
"Tak usah!" Ia memaksa diri untuk berbicara. "Aku
dapat mengobati diri sendiri."
Mendengar penolakan Kilatsih, Widiana Sasi Kirana
tercengang sejenak. Kemudian tertawa mengerti.
"Adikku, biarlah aku berkata terus terang.
Sebenarnya aku sudah tahu, siapakah dirimu. Engkau
bukan seorang.!..." Merah wajah Kilatsih, karena kena dibuka rahasianya.
Akan tetapi ia segera merenggut penutup kepalanya.
Rambutnya yang hitam panjang"terurai di atas
punggungnya. Ia jadi nampak cantik sekali.
"Sebenarnya tak pantas dan tak selayaknya aku
mengelabui dirimu. Memang aku seorang wanita....".
Widiana Sasi Kirana tersenyum. Akan tetapi wajahnya
bersungguh-sungguh. "Kita berdua dapat bersahabat. Karena itu apa sih
keberatannya kita dilahirkan sebagai pria dan wanita.
Adikku apakah engkau sepaham dengan orang yang
berpandangan cupat"bahwasanya tak layak seorang pria
bersahabat dengan wanita dan sebaliknya?"
Mendengar ucapan Widiana Sasi Kirana yang tulus dan
sikapnya yang sungguh-sungguh, Kilatsih bersenyum.
Pikirnya di dalam hati, "Dia bukannya seorang pemuda
858 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang malanggar tata-santun. Hanya saja bagaimana aku
bisa bersahabat "dengan dia"sedang siapa dirinya belum
pernah kukenal." Widiana Sasi Kirana menatap wajah Kilatsih dengan
pandang penuh selidik. Ia bersenyum lagi seraya
menggoyangkan tangannya. "Adikku"aku tahu"di dalam hatimu timbul suatu rasa
sangsi terhadapku. Aku pun demikian pula. Sebenarnya
ingin aku minta keterangan beberapa hal kepadamu.
Tetapi sekarang, engkau sedang menderita luka dalam.
Kau tak boleh banyak berbicara. Biarlah kita berbicara
tiga sampai lima hari lagi . Kau setuju, bukan?"
Kilatsih memanggut dengan membungkam mulut.
Widiana Sasi Kirana tersenyum. Ia lantas menatap wajah
Kilatsih. "Adikku"bagaimana lukamu" Maksudku, bagaimana
caramu hendak mengobati" Sebenarnya aku harus
berkata dengan terus terang kepadamu tentang luka
dalam yang sedang kau derita."
Kilatsih membalas pandang. Katanya di dalam hati,
"Polos dan sopan pemuda ini. Aku senang padanya. Akan
tetapi apa sebab ia terus menerus bersenyum
kepadaku?" Widiana Sasi Kirana tidak menunggu jawaban Kilatsih.
Terus saja ia berkata, "Lukamu ini bukan akibat kena
tangan jahat kedua raja muda tadi. Akan tetapi lantaran
kena tenaga sendiri yang memukul balik. Rupanya
tenaga sakti yang kau miliki tidak seimbang dengan
tenaga lontaran yang kau gunakan. Seperti ini. Kau
seumpama kanak-kanak yang berumur sembilan tahun
859 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang bermain memutar-mutar martil besi seberat
badannya sendiri. Tatkala memutar martil itu, kau bisa
lancar karena tenaga berat hilang dihisapan gerak
berputar. Akan tetapi begitu berhenti, engkau kehilangan
keseimbangan. Akhirnya kau kena terpukul putaran
martil yang membalik. Inilah luka yang berbahaya,
karena yang terpukul justru urat jantung. Bukankah
nadimu berdenyut sangat keras" Nampaknya memang
ringan, karena tak nampak dari luar. Akan tetgpi apabila
tidak cepat-cepat mendapat rawatan yang tepat untuk
menyalurkan tenaga membalik itu pernapasanmu akan
rusak. Seseorang akan tewas dengan perlahan-lahan
atau akan menjadi cacat seumur hidupnya. Syukur"
meskipun tenaga saktimu belum bisa mengimbangi jurus
yang membutuhkan pemusatan tenaga kelewat8)
batas"namun dasar tenaga saktimu bagus dan kokoh.
Setidak-tidaknya tidak bertentangan sebagai landasan
jurus-jurusmu yang membutuhkan tenaga besar. Dengan
8) kelewat: melebihi. meminjat-mijat urat-urat nadi yang berhubungan
dengan jantung dan pinggang napasmu akan bisa
berjalan teratur kembali. Apabila engkau bisa mengatur
pernapasanmu dengan tertib serta perlahan-lahan, kau
akan tertolong. Adik, biarlah aku menolong menyalurkan
tenaga himpunan itu dengan memijit urat-urat nadimu."
Kilatsih kagum mendengar ceramah Widiana Sasi
Kirana yang lancar dan meyakinkan. Pikirnya di dalam
hati, "Kemarin ia nampak seperti pemuda sinting. Ia
menangis dan tertawa tak keruan jun-trungnya sehingga
mirip seorang pemuda tolol. Kusangka dia seorang
pemuda aneh yang sedang berkeliaran di dalam
percaturan masyarakat. Tak tahunya, ia bisa berbicara
860 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik. Malahan"ia seperti mengenal ilmu ketabiban. Dia
pun berilmu sangat tinggi. Apakah dia benar-benar
pandai di dalam segala hal?"
Sesudah berbicara, Widiana Sasi Kirana tertawa
sekilas. "Bolehkah aku mohon sesuatu dari padamu?"
"Silakan," sahut Kilatsih dengan suara perlahan.
Kembali Widiana Sasi Kirana tertawa.
"Permohonanku adalah begini. Sewaktu aku berusaha
menyembuhkan lukamu, aku mohon agar engkau
melupakan dirimu sendiri. Lupakanlah diriku pula, bahwa
aku adalah seorang pria. Yang ada hanyalah, bahwa aku
seorang yang sedang mengobati dan engkau seorang
yang sedang diobati. Bagaimana" Sanggupkah engkau
memenuhi permohonanku ini?"
Kilatsih tergugu menimbang-nimbang. Pikirnya, "Dia
hendak membantu menyalurkan darahku, dengan
memijit-mijit. Artinya ia bakal meraba-raba tubuhku. Eh,
bagaimana ini" Tetapi bukankah kita sudah mengikat tali
persahabatan" Apakah halangannya, dia meraba tubuhku
demi untuk menyembuhkan luka dalamku?"
Memperoleh pertimbangan demikian, Kilatsih menatap
wajah Widiana Sasi Kirana yang menyungging senyum.
Melihat senyum itu, mendadak wajah Kilatsih merasa
panas. Widiana Sasi Kirana segera membuang pandang.
"Adik! Istana batu ini mirip dengan rumah sakit militer
Belanda," katanya. "Tenang, bersih dan tentram. Tempat
ini tepat untuk merawat dirimu berbareng beristirahat.
861 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya saja"kuda kita"tak dapat kita ajak tidur bersama
di dalam istana ini. Kalau bertelur bisa berabe.....".
Bisa saja pemuda itu membuat hati Kilatsih geli.
Setelah itu, ia menghampiri kudanya. Dengan suatu
tepukan lembut, Panut seolah-olah mengerti kehendak
majikannya. Lantas saja binatang itu lari keluar istana
dengan tegar. Megananda yang sudah bersahabat ikut
pula menyusul. Widiana Sasi Kirana keluar ke halaman memeriksa
letak istana itu. Karena kurang jelas, ia mendaki
tanjakan. Dari tanjakan itulah ia memperoleh penglihatan
luas. Kemudian dengan sungguh-sungguh ia memeriksa
kamar-kamar. Ia menemukan sebuah kamar dalam yang
terang benderang. Letaknya di pojok tenggara.
Dindingnya berjendela lebar. Cahaya matahari masuk


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanpa rintangan. Di sudut kamar terdapat sebuah meja panjang penuh
dengan tumpukan permata. Kena cahaya matahari
permata-permata itu memantulkan sinar berkeredepan.
Widiana Sasi Kirana tidak menghiraukan tumpukan
permata tersebut. Dengan tangannya ia menyibakkan
sampai runtuh di atas lantai. Setelah alas meja
dibersihkan, segera ia memayang Kilatsih masuk ke
dalam kamar. "Meja ini terbuat dari marmer. Sifatnya dingin. Inilah
baik untuk membantu menghisap hawa panas yang
tersesat," katanya. Dengan hati-hati ia menidurkan Kilatsih di atas meja
itu. Kemudian ia mulai mengobati. Apa yang dikatakan
mengobati bukannya ia mencekoki Kilatsih dengan
ramuan-ramuan obat tertentu. Akan tetapi hanya
862 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memijit-mijit, tangan"jari-jari"lengan dan kaki Kilatsih.
Beberapa saat kemudian ia nampak berlega hati.
"Sekarang aliran darahmu sudah lancar kembali. Kau
hanya memerlukan istirahat dan mengatur
pernapasanmu. Beberapa hari lagi, engkau bakal pulih.
Biarlah satu jam lagi aku menolong menyalurkan pula.?"
Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya menggunakan
istana batu itu sebagai markasnya. Karena itu"selain
dipergunakan sebagai tempat menimbun harta
rampasan"merupakan tempat bekerjanya pula.
Makanan dan minuman berlimpah-limpah. Maka dengan
tak segan-segan, Widiana Sasi Kirana menyapu makanan
dan minuman yang terdapat di atas meja yang terletak di
luar kamar. Sesudah kenyang, ia menyanyi dan
bersenandung, la melagukan sajak-sajak peperangan
yang bersemangat. Kadangkala mengutuk Kompeni Belanda yang selalu
ikut campur dalam pemerintahan suatu kerajaan.
"Banten hancur! Cirebon lumpuh. Kerajaan Mataram
terpecah belah menjadi beberapa bagian. Bukankah ini
menyedihkan?" gerutunya. "Dan sekarang Belanda
bersiap-siap untuk menyerbu Kasultanan Yogyakarta.
Belanda menggunakan istilah pembersihan dan
pengamanan. Pastilah pendekar-pendekar gagah akan
dilenyapkan dari muka bumi. Juga Banten! Juga
Cirebon." Kilatsih tertarik kepada kata-katanya. Tak terasa ia
menyambung. "Sekiranya Belanda berani mengusik kesejahteraan
Pangeran Diponegoro yang bermukim di istana
863 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tegalrejo"pastilah rakyat Mataram tidak akan tinggal
diam. Pria"wanita, tua-muda dan kanak-kanak akan
bangkit mengangkat senjata. Demi bangsa dan negara,
biarlah mereka gugur bagaikan ratna. Tetapi namanya
akan tetap abadi di sepanjang zaman."
Tergetar hati Widiana Sasi Kirana mendengar ucapan
Kilatsih. Ia berpaling sambil meletakkan cawan
minumannya. Berkata penuh sesal.
"Adik! Maaafkan aku. Aku terlalu banyak meneguk
minuman keras, sehingga otakku jadi sinting. Aku
mengganggu dirimu, sehingga engkau merasa tak enak
kalau tidak menyambung. Adik"kau belum berbicara...!"
"Tetapi benarkah pendapatku tadi?" Kilatsih minta
penjelasan. Widiana Sasi Kirana meneguk cawannya.
"Benar, benar, adikku. Ah, kau beristirahatlah! Kau
tidak boleh berbicara. Pikiranmu harus mengaso pula."
Kilatsih membungkam mulut. Kesannya baik terhadap
pemuda itu. Hanya saja ia merasa aneh. Apa sebab, dia
nampak berduka" Lantas saja ia mengawaskan pemuda
itu dengan mata penuh selidik.
Melihat pandang mata Kilatsih, Widiana Sasi Kirana
menghampiri. "Adik! Sebenarnya ingin aku berbicara banyak sekali
denganmu. Akan tetapi kau masih perlu istirahat. Aku
ingin berbicara tentang semuanya. Moga-moga engkau
puas dan mengerti. Biarlah aku menunggu sampai
engkau pulih kembali."
Kilatsih mengangguk. 864 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus"ternyata engkau seorang yang penurut,"
seru Widiana Sasi Kirana fecnyvkw. 'Baiklah begini
saja. Aku i imJu ii" i ri"setelah kau sembuh"aku afcaa
mengetahui siapa dirimu dan engkau a?can mengetahui
pula siapa diriku. Soalnya sexarang"bagaimana engkau
bisa mengerti aku tanpa engkau menggunakan pikiranmu
agar kesehatanmu tidak terganggu. Ah, ya... Hari ini, kau
tidurlah! Nanti malam aku akan menceritakan sebuah
dongeng. Dongeng ini akan kubagi menjadi tiga babak
dan akan kuceritakan pada setiap malam. Pada hari
keempat"kau akan mengerti siapa diriku dan pada hari
kelima, aku akan mengerti jelas siapakah engkau
sebenarnya. Nah"selamat tidur!"
Hati Kilatsih tergetar. Ia menangkap suatu pengaruh
besar dari pandang mata Widiana Sasi Kirana.
Teringatlah dia kepada masa kanak-kanaknya. Ayah
angkatnya selalu menyertai tidur. Dia mendongeng
tentang sesuatu untuk menghibur dan membesarkan
hati. Pandang matanya berwibawa. Cahayanya lembut
penuh kasih sayang pula. Itulah suatu padang mata yang
besar pengaruhnya. Suatu pandang yang tak dapat
ditentang. Memang pandang mata ayah angkatnya"
Sorohpati berbeda jauh dengan pandang mata
kakaknya seperguruan Gandarpati yang keruh dan terlalu tenang. Pandang
mata Widiana Sasi Kirana mengingatkan dirinya kepada
pandang mata ayah angkatnya. Mendadak ia seperti
memperoleh suatu pelindung. Hatinya lantas tenteram
dan tenang. Benar-benar ia bisa beristirahat satu hari
penuh. 865 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kamar peristirahatan Kilatsih berada di tenggara.
Jendelanya berkaca. Itulah sebabnya matahari bisa
menembus tanpa rintangan. Istana batu itu sendiri
berada di pinggang bukit. Istana itu seperti bersandar.
Seseorang yang berada dalam kamar kaca itu, bisa
melihat keluar dengan leluasa. Sebaliknya yang berada di
luar, tidak dapat melihat ke dalam. Maka kerapkali
Kilatsih melihat keindahan alam di luar istana sambil
beristirahat. Benar-benar ia merasa nyaman sekali.
Persediaan makanan dan minuman berlimpah-limpah.
Sesudah Widiana Sasi Kirana menyediakan makanan
malam baginya, ia berpamit hendak mandi. Dalam hati
Kilatsih merasa terharu. Pemuda itu berkesan sebagai
seorang tabib merangkap juru rawat.
Berbareng dengan tibanya malam hari, Widiana Sasi
Kirana muncul kembali dengan
"-r" sebongkok lilin. Lilin-lilin itu
segera di sulutnya, la membawa masuk sebuah meja
panjang pula yang diletakkan z. sebelah sudut yang
bertentangan. Di tengah kecerahan nyala lilin, berkatalah
dia: "Adik kau makanlah kenyang-kenyang agar badanmu
kuat. Aku akan mulai mendongeng dongengku yang
pertama. Kau tak usah membuka mulut. Dengarkan saja
sambil makan." Kilatsih tidak menjawab. Ia hanya mengangguk. Dan
mulailah Widiana Sasi Kirana mendongeng.
"Pada zaman dahulu hiduplah seorang raja yang
memerintah kerajaan di sebelah barat kekuasaan
Kompeni Belanda. Dia mempunyai dua orang putera
866 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menanjak dewasa. Sultan itu-besar pengaruhnya.
Dia bermusuhan dengan kompeni. Sebagian bumi
Priangan, Cirebon dan Tegal didudukinya. Melihat kedua
puteranya sudah besar, ia memerintahkan agar mereka
berdua belajar hidup di dalam masyarakat. Apabila sudah
cukup berpengalaman mereka berdua akan dipanggilnya
menghadap untuk memikul tugas negara.
Yang pertama ternyata seorang muslim. Ia bergaul
rapat dengan para alim ulama.
Beberapa tahun kemudian, ia naik haji. Sesudah
pulang membawa fahamnya yang baru. Ia bercita-cita
hendak mendirikan suatu negara yang berlandaskan
agama. Putera yang kedua lain pula fahamnya. Ia tetap
berada di tanah airnya. Bergaul dan hidup di tengah
masyarakat, la mendaki gunung dan menuruni jurang
untuk mendalami ilmu dan mengenal hati nurani rakyat.
Sikapnya terhadap Kompeni Belanda seperti ayahnya.
Tak mengherankan Sultan itu berkenan di dalam hatinya.
Pada suatu hari, putera itu dipanggilnya menghadap.
Sultan ingin mendengar cita-citanya. Putera itu berkata
bahwa ia ingin mengusir semua bentuk penjajahan dan
pengaruh asing. Kemudian hendak membawa martabat
bangsa setinggi mungkin berdasarkan budayanya yang
sudah tinggi. Tentu saja cita-cita ini disambut dengan gegap
gempita oleh segenap pendekar bangsa. Ia dipuja oleh
rakyat. Hal itu membuat gelisah putera yang sulung.
Dengan diam-diam putera sulung itu menyusun
kekuatan dengan bantuan para alim ulama, la pun
867 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhubungan dengan pihak Kompeni Belanda. Setelah
merasa dirinya kuat, mulailah dia mengangkat senjata
melawan ayahnya sendiri. "\yahnya tak dapat berperang melawan T-:e-anya
sendiri. Dengan sukarela ia turun tahta. Akan tetapi
rakyat tidak menyetujui. vaka meletuslah peperangan
sengit antara keluarga sendiri.
Putera bungsu sangat berduka melihat peristiwa itu.
Maka pada suatu hari ia berkirim surat kepada kakaknya.
Dalam suratnya ia menyatakan, bahwa siapa yang
menjadi pengganti tahta ayahnya tidak penting.
Sebaliknya yang harus diutamakan ialah: bersatu padu
untuk mengusir kompeni Belanda dari bumi tanah air.
'Mari! Kau seberangi sungai Cisedane dan kita akan
bertemu' bunyi surat itu. 'Siapa pun yang menjadi raja
sama saja. Kita perlu bertemu dan berunding. Setelah
kita bersepakat"mari kita berbareng menggempur kubu-
kubu penjajah!' Di luar dugaan, kakaknya mereobek-robek surat itu.
Dia tidak sudi memenuhi ajakan adiknya. Malahan ia
memotong telinga utusan adiknya.
'Bilang pada majikanmu"bahwa di udara tiada dua
matahari. Di bumi tidak ada dua raja. Dia dan aku
mempunyai pengetahuan dan kepandaian masing-
masing. Mari kita adu kekuatan. Siapa yang menang,
itulah suatu bukti bahwa Tuhan meridhoi. Tegasnya"
kalau bukan aku"dialah yang mati.'
Adiknya sangat marah mendengar jawaban kakaknya.
Semenjak itu terjadilah perang saudara. Ayah mereka
berdua ternyata memihak puteranya yang bungsu. Itulah
868 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebabnya berkali-kali laskar putera yang sulung kena
dikalahkan. Putera sulung itu lantas mohon bantuan Kompeni
Belanda dengan pembayaran yang tinggi. Setelah
berperang beberapa waktu lamanya"terjadilah suatu
pertempuran yang menentukan"di tepi Sungai Cisedane.
Raja kena ditawan dan dibuang ke kota kompeni.
Sedangkan adiknya lenyap tidak keruan. Entah mati
entah hidup, sejarah tak dapat menerangkan dengan
jelas. Dengan demikian"putera sulung itu berhasil
mencapai cita-citanya. Ia menjadi raja dan membuka
zaman baru. Tetapi ia harus membayar upah kepada
Kompeni Belanda. Yang pertama: harus membayar biaya perang sebesar
enam ratus ribu ringgit. Yang kedua: memberi hak
monopoli kepada Kompeni Belanda untuk memasukkan
dan mengeluarkan barang-barang dagangan dari
kerajaan yang diperintahnya. Yang ketiga: dia harus
melepaskan kasultanan Cirebon. Dan yang keempat: dia
harus berhamba kepada Kompeni Belanda. Artinya dalam
segala tindakan harus mohon persetujuan pihak Belanda.
Tentu saja rakyat dan pihak-pihak yang dirugikan
menggugat perjanjian itu. Akan tetapi putera sulung itu,
tidak peduli. Setelah ayahnya wafat"ia malahan
memperkenankan Kompei Belanda"mendirikan ben-
teng-bentengnya....."
Sampai disini Widiana Sasi Kirana mengakhiri
dongengnya yang pertama. * "Adik! Bagaimana
pendapatmu tentang raja ini" Jahat atau tidak?"
869 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kilatsih mengerutkan keningnya.
"Putera.ini besar dan keras kemauannya. Demi
mengabdi kemauannya, ia sampai melupakan adiknya.
Malahan ia tak memikirkan dan menghiraukan nasib
rakyat yang harus memikul beban akibat peperangan.
Walaupun demikian, ia berhasil mencapai cita-citanya.
Dia pun dapat digolongkan manusia gagah pula."
Mendengar pendapat Kilatsih, wajah Widiana Sasi
Kirana berubah. Ia nampak berduka.


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau pun mempunyai pendapat begini juga, adikku"
Putera sulung itu"setelah naik di atas tahta kerajaan"
main bunuh terhadap orang-orang yang dianggapnya
sebagai musuh dengan dalih menghindari kemungkinan
munculnya pemerintah bayangan. Korban itu tentu saja
jatuh pada keluarganya. Ayahnya sendiri, ia sampai hati
menawan dan membuangnya. Apalagi paman, bibi dan
sanak saudaranya. Terlebih-lebih terhadap keluarga
adiknya. Ia mengerahkan laskar untuk menjelajah ke
delapan penjuru dunia, dengan perintah mencari sisa-
sisa keturunan adiknya. Terhadap mereka tiada seorang
pun yang dihidupi. Pendek kata dia hendak
menghabiskan seluruh keturunan dan yang termasuk
keluarga adiknya. Maka tak mengherankan"bahwa para
menteri dan para panglima"ikut mengungsi bersama
anak keturunan majikannya. Mereka hidup berpencaran
menunggu angin baik. Ah, adikku"kau bisa
menghabiskan semang-kok buburmu. Bagus, bagus! Nah
biarlah dongengku yang pertama ini kutamatkan saja
sampai disini." 870 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kilatsih mengangkat kepalanya. Dengan pandang
penuh pertanyaan, ia menatap wajah Widiana Sasi
Kirana. "Kiki! Bukankah dongengmu itu adalah sejarah
Kerajaan Banten pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa"
Putera sulung itu Abdulkahar. Setelah naik haji ia disebut
Sultan Haji di kemudian hari. Sedangkan adiknya,
bernama Pangeran Purbaya. Laskar Sultan Haji
menghancurkan laskar Pangeran Purbaya di tepi sungai
Cisedane. Menurut sejarah yang pernah kudengar"
Sultan Haji bertindak tegas terhadap ayah dan adiknya"
bukan karena melanggar perikemanusiaan, akan tetapi
semata-mata demi mengabdi kepada kesucian agama.
Sebab"baik ayah maupun adiknya"adalah orang kafir.
Kedua orang itu hendak menghidupkan serba berhala di
dalam kera-jaannya. Hal ini dikutuk Tuhan! Karena itu
sifat perang Sultan Haji terhadap ayah dan adiknya
adalah perang suci. Perangnya kaum sadar terhadap
kaum sesat." Widiana Sasi kirana tertawa melalui hidungnya.
"Ada suatu pepatah yang berbunyi begini: 'Siapa yang
berhasil, dia akan menjadi raja. Sebaliknya"siapa yang
gagal"dia akan menjadi berandal yang tidak berhak
bersuara lagi. Rupanya pepatah ini akan berlaku terus
sampai akhir zaman. Tentang pemutarbalikan bunyi
sejarah, mengapa kita perlu heran" Dia yang menang
akan menghalalkan semua perbuatannya. Tetapi
meskipun agama sendiri, pastilah tidak membenarkan
seorang anak membunuh ayahnya atau saudaranya.
Apalagi kedua-duanya. Ya"meskipun dia. mempunyai
dalih apapun juga. Bukankah Nabi mengampuni orang-
orang yang dahulu justru menjadi lawannya" Mereka
871 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kelak membantu perjuangan Nabi adalah orang-
orang kafir. Sekiranya benar Sultan Haji menggunakan
istilah sadar"maka dia akan menyadarkan yang
dianggapnya sesat. Bukan membunuh habis sampai ke
akar-akarnya. Ha" dimanakah letak kelapangan dada
seorang yang sudah beragama seperti Sultan Haji?"
Memang sejarah Sultan Haji sesungguhnya banyak
yang diputarbalikkan. Dia mencapai maksudnya berkat
pertolongan Kompeni Belanda. Sesudah naik tahta, hal
itu menjadi larangan keras untuk dibicarakan, la
memperkenankan Kompeni Belanda mendirikan benteng-
benteng di wilayah Kerajaan Banten dengan dalih
membangun suatu peradaban baru yang hikmah dan
khitmad. Barangsiapa berani mengemukakan pendapat
lain, akan segera dituduh sebagai kaki tangan
pemerintah bayangan atau setan-setan pemerintah
gelap9). Kilatsih mendengar tutur kata itu dari ayah
angkatnya. Dia sendiri anak Suhanda. Dan Suhanda salah
seorang laskar Himpunan Sangkuriang yang didirikan
Ratu Bagus Boang"putera Pangeran Purbaya. Karena itu
dia berpikir sibuk di dalam hati."
"Mereka bunuh membunuh, apa peduliku" Mereka
saling berebut negara dan kekuasaan, apa hubungannya
denganku" Bukankah itu suatu peristiwa sudah jauh
lampau" Apa maksud Widiana ini menceritakan sejarah
itu kembali" Nampaknya ia sangat benci kepada Sultan
Haji. Mengapa?" Tiba-tiba Widiana Sasi Kirana berkata memutuskan.
"Sudahlah"jangan engkau berbicara terlalu banyak.
Biar kuuruti lengan dan kakimu dahulu sebelum tidur."
872 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar-benar pemuda ini menghampiri dan mengurut-
urut lengan dan kaki Kilatsih. Gadis itu tidak menolak.
Tahu-tahu matahari telah bersinar terang di luar jendela
kaca. "Eh"kalau begitu semalam aku ketiduran!" pikirnya
dalam hati. Ia menyenakkan mata dan melihat Widiana Sasi
Kirana terpekur di sisinya. Pemuda itu belum merapikan
pakaiannya. Terang sekali dia belum mandi. Hanya yang
membuatnya heran, kedua matanya nampak pendul
seperti habis menangis. Melihat hal itu, hatinya terharu.
"Sewaktu semalam aku tertidur, pastilah dia menangis
lantaran bersedih hati. Entah apa yang disedihkan. Dia
telah mengorbankan waktunya untukku. Apa yang harus
kulakukan untuk menghiburnya?" pikirnya di dalam hati.
Tatkala itu Widiana Sasi Kirana menoleh. Melihat
Kilatsih sudah menyenakkan mata, ia tersenyum.
"Bagaimana pernapasanmu?" tanyanya.
"Rasanya sudah pulih seperti sediakala," sahut Kilatsih.
Kemudian mengalihkan pembicaraan. "Pastilah semalam
engkau tak tidur." Widiana Sasi Kirana tertawa.
"Bagiku berjaga atau tertidur beberapa hari samalah
saja. Kau tak usah memikirkan diriku. Sekarang"coba
lihat kakimu." Kilatsih patuh. Ia menyerahkan kakinya. Widiana Sasi
Kirana segera mengurut-urut seperti kemarin. Kali ini,
Kilatsih merasakan kesakitan. Itulah suatu tanda, bahwa
urat yang kena pijat Widiana Sasi Kirana tepat sekali.
873 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah kena pijat beberapa waktu lamanya, kekejangan
urat menjadi kendor. Suatu rasa lega merayap ke seluruh
rongga dada Kilatsih. "Pagi ini"cukuplah!" kata Widiana Sasi Kirana. "Nanti
malam aku akan mengulangi kembali. Hari ini engkau
boleh beristirahat sambil bersemadi."
Sesudah berkata demikian, ia melompat ke mejanya
dan mengeluarkan gambar Sungai Cisedane. Ia
merenungi dengan meneliti sangat cermat. Selagi
demikian, telinganya yang tajam mendengar langkah
terantuk-antuk batu. Lalu ia menggulung gambarnya. *
"Eh"siapakah yang datang" Adik! Apapun yang terjadi
di luar kamar ini, kau tak boleh bergerak."
Kilatsih mengangguk. Ia mendengar suara langkah
makin lama makin mendekat. Segera ia memasang
matanya dan menjenguk dari kaca jendela. Samar-samar
ia nampak sesosok bayangan memasuki pendapa.
Setelah diamat-amati, tergeraklah hatinya. Dengan
lengan baju ia menggosok kaca di depannya agar
memperoleh penglihatan yang tegas. Hampir saja ia
memekik keras, karena yang datang adalah Sekar
Kuspaneti"puteri Raja Muda Dwijendra.
"Akang! Akang!" seru Sekar Kuspaneti dengan
melangkah masuk. Kilatsih tertawa geli di dalam hatinya. Pikirnya, "Dia
baru menjadi isteri satu malam. Walaupun demikian, ia
sangat memikirkan diriku."
Ruang pendapa tempat pertempuran kemarin malam
nampak guram walaupun di siang hari cerah. Hati-hati
Sekar Kuspaneji memasuki. Tatkala melihat puluhan lilin
874 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjajar di tepi dinding"segera ia menyalakan. Pendapa
lantas menjadi cerah. Oleh kecerahan nyala lilin itu,
Kilatsih dapat melihat wajah Sekar Kuspaneti dengan
tegas. Ia jadi terharu. Puteri Raja Muda Dwijendra
nampak kuyu. Wajahnya kucai"suatu tanda bahwa ia
sangat berduka dan bingung.
Sekar Kuspaneti berjalan modar-mandir mengamat-
amati tiap dinding istana. Mulutnya terus memanggil-
manggil suaminya. Tiba-tiba matanya melihat sesuatu di
atas lantai. Segera ia berjongkok dan melihat percikan
darah. Itulah percikan darah Otong Surawijaya yang
kena tikam Kilatsih. Sekar Kuspaneti salah duga. Mengingat kesaktian Raja
Muda Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya, ia
mengira itulah darah suaminya. Hatinya tergetar dan
pikirannya pepat. Ia lantas menangis dengan sedih
sekali. Tak sampai hati Kilatsih menyaksikan adegan yang
mengharukan itu. Segera ia hendak melompat turun dari
meja. Akan tetapi Widiana Sasi Kirana mencegahnya.
"Tidak peduli apa yang bakal terjadi di Liar, kau tak
boleh memperlihatkan dirimu."
Sesudah berkata demikian, pemuda itu memijat
telapak tangan Kilatsih. la segera mengurut-urut urat
nadi sambil menyalurkan tenaga saktinya. Dada Kilatsih
lantas terasa menjadi kian lapang.
Dalam, pada itu Sekar Kuspaneti terus menangis.
"Akang! Kau pasti menemui ajalmu di tangan Paman
Dadang dan Otong.... Ah nasibmu sungguk buruk."
875 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terharu hati Kilatsih mendengar suara keluhan Sekar
Kuspaneti. Katanya di dalam hati, "Nety! Aku masih
hidup. Kau tak perlu menangis!"
Tentu saja Sekar Kuspaneti tidak mendengar kata
hatinya. Masih ia menangis dengan sedihnya. Tiba-tiba
saja ia menghunus pedangnya dan ditudingkan ke atap
sambil berdiri. "Aku bersumpah demi bumi dan langit... Walaupun
Paman Dadang dan Otong sakti, akan kupinta
pertanggunganjawabnya. Aku akan menuntutkan
dendam suamiku..." Ia meruntuhkan pandang ke tanah. Mendadak ia
melihat tebaran benda lain. Segera ia berjongkok dan
memungutnya. Itulah tebaran gelang emas Dadang
Wiranata yang tertabas kutung pedang Widiana Sasi
Kirana dan Kilatsih. Melihat gelang emas itu, Sekar
Kuspaneti tercengang-cengang.
"Apakah benar Paman Dadang dan Otong tidak
mengelabui diriku?" pikirnya sibuk.
Ia membolak-balikkan patahan gelang emas itu,
dengan pandang berteka-teki. Benaknya kembali sibuk
menduga-duga. Malam itu Sekar Kuspaneti segera mengejar Kilatsih
setelah membawa pedangnya serta. Ia menunggang
kuda. Di tengah jalan, ia berpapasan dengan Dadang
Wiranata dan Otong Surawijaya. Sebagai puteri raja
muda pula, ia kenal kedua raja muda itu. Segera ia minta
keterangan kepada mereka, barangkali melihat seorang
pemuda yang dikehendaki. Ia menggambarkan bentuk
876 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan perawakan serta pakaian suaminya. Ia pun
menerangkan pula, bahwa suaminya berkuda putih.
"Siapa dia?" Otong Surawijaya menegas dengan
tertawa. "Dialah suamiku,' jawab Sekar Kuspaneti terus terang.
"Hm," dengus Dadang Wiranata. "Bagus! Engkau
mempunyai seorang suami yang serasi dengan
kedudukan ayahmu. Kecuali cakap, ilmu pedangnya
bagus." Sekar Kuspaneti terkejut dan heran.
"Bagaimana Paman mengetahui?"
Kembali Otong Surawijaya memperdengarkan suara
tertawanya. "Dia telah berhasil merampas semua harta bendaku.
Kami berdua kalah. Ah, benar-benar besar rezeki
ayahmu. Mempunyai menantu seperti dia, tak perlu lagi
ayahmu bekerja seperti sediakala."
Otong Surawijaya memang bermulut jahil. Apalagi
hatinya masih panas. Sebaliknya Sekar Kuspaneti
menjadi bingung. Ia tak dapat segera menangkap
maksud Otong Surawijaya. "Apakah dia berani bertempur melawan Paman
berdua?" Dadang Wiranata tak senang mendengar pertanyaan
itu. Ia merasa diri kena hina. Segera ia mengajak Otong
Surawijaya meneruskan perjalanan dengan wajah guram.
Sekar Kuspaneti tahu dimanakah letak istana batu
yang bersandar pada sebuah bukit. Segera ia melarikan
877 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kudanya. Di sepanjang jalan ia membantah pertanyaan
kedua raja muda itu, bahwa mereka kena dikalahkan
suaminya. Sekarang Sekar Kuspaneti mendapat bukti
gelang emas yang tercecer. Ia jadi berbimbang-bimbang.
"Paman Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya
adalah dua sejoli yang sakti. Ayah sendiri belum tentu
bisa mengalahkan. Masakan mereka kena dikalahkan


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akang" Ah, pastilah ada orang lain yang
membantunya.... Tapi siapa" Dia datang seorang diri.
Rupanya orang asing pula..... Apakah
Paman Dadang berbohong" Tidak mungkin! Baik
Paman Dadang Wiranata maupun Paman Otong
Surawijaya terkenal kejujurannya, walaupun kasar
tingkah lakunya. Tapi darah itu, darah siapa"
Benar-benar sibuk dia. Hatinya penuh rasa khawatir.
Tengah begitu, ia mendengar suara langkah kuda.
"Siapa" Apakah Akang kena dibunuh orang yang
datang ini?" pikirnya kacau.
Sekar Kuspaneti sangat memikirkan keadaan Kilatsih.
Ia percaya keterangan Dadang dan Otong bahwa
suaminya menang dalam suatu pertarungan. Tapi
mengingat kedua raja muda itu sakti, walaupun menang
pasti menghabiskan tenaga. Bukan musjtahil ia kena
dicelakai orang lain. Mendadak ia melihat kuda putih milik Kilatsih
ditunggangi orang itu. Melihat kuda itu hampir saja ia
memekik karena rasa kaget. Gntung"dia puteri seorang
raja muda yang sudah kenyang makan garam. Pada detik
itu ia dapat menguasai diri. Segera ia lari memipit
dinding sambil melintangkan pedangnya.
878 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang datang seorang laki-laki berberewok. Dialah
Mundingsari. Sesudah berpisah dengan Kilatsih ia pulang
ke Cirebon untuk mengurus uang belanja kompeni yang
dikawalnya. Dari mulut Letnan Matulesi dan Letnan
Johan, ia mendengar khabar tentang Kilatsih. Gadis itu
berada di bumi Priangan. Mundingsari menduga, Kilatsih sedang berusaha
mencari Sangaji untuk melaporkan semua peristiwa yang
dilihatnya. Maka timbul ah niatnya hendak menyusul.
Dalam hatinya, ia ingin merebut jasa pula. Syukur,
Sangaji bisa menerima pengabdiannya. Dengan begitu, ia
bisa mencuci noda yang pernah dibuatnya dahulu tatkala
mengabdikan diri kepada Pangeran Bumi Gede.
Demikianlah selagi lewat di daerah perbatasan"ia
melihat Megananda. Segera ia mengenalnya dan
dihampirinya. Megananda kenal pula kepadanya. Itulah
sebabnya, ia tidak binal tatkala Mundingsari
menunggangi. Malah kuda itu membawa Mundingsari
masuk ke dalam halaman istana.
Melihat istana batu itu, hati Mundingsari gentar.
Sebagai seorang pendekar yang hidup di Cirebon tahulah
dia"bahwa istana batu itu dahulu adalah milik Ratu
Bagus Boang sewaktu berjuang melawan Kompeni
Belanda. Kemudian ditempati Raja Muda Dadang
Wiranata dan Otong Surawijaya. Ia kenal siapa kedua
raja muda itu. Ia kenal pula sepak terjangnya yang
ganas. Maka tidaklah mengherankan, bahwa keringat
dingin lantas saja membasahi tubuhnya.
Hati-hati ia melompat turun dari kudanya dan
menuntunnya. Pikirnya"dengan menuntun kuda
Kilatsih"pastilah kedua raja muda itu tidak akan
879 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurunkan tangan jahat kepadanya. Bukankah kedua
raja muda itu termasuk bawahan Sangaji.
Setelah memasuki pendapa ia melihat cahaya lilin.
Hati-hati ia maju. Mendadak ia melihat bayangan
seseorang yang berambut panjang. Mau ia membuka
mulut dan bayangan itg telah muncul di depannya. Tahu-
tahu sebatang pedang menyambar padanya.
Mundingsari terkejut. Ia melompat mundur sambil
berkelit. Lalu memasuki ruang pendapa dengan maksud
memperoleh penglihatan lebih jelas lantaran cahaya lilin.
Sekar Kuspaneti seakan-akan kalap. Gagal dalam
serangannya yang pertama, ia mengulangi dengan yang
kedua. Kemudian yang ketiga dan yang keempat. Dicecar
demikian, lambat-laun Mundingsari khawatir pula. Segera
ia menghunus goloknya dan menangkis.
"Tahan!" serunya. "Kita tak pernah bermusuhan. Apa
sebab tiba-tiba engkau menyerang aku?"
Sekar Kuspaneti hendak menyerang yang kelima
kalinya. Tiba-tiba timbullah pertimbangan.
"Empat kali aku menyerang. Melihat caranya dia
mengelak, kepandaiannya hanya setingkat denganku.
Orang semacam dia masakan melukai akangku."
Walaupun ia memperoleh pertimbangan demikian,
tetap saja ia menyerang sampai dua kali berturut-turut.
Kemudian barulah dia membuka mulut.
"Penjahat" Bagaimana kau bisa menunggangi kuda
putih itu?" 880 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mundingsari terhenyak. Mendadak tertawalah dia
penuh pengertian. Cepat ia berba-lik dan mengusap-usap
Megananda. Katanya memberi keterangan.
"Aku pernah bergaul beberapa minggu lamanya
dengan kuda ini. Itulah sebabnya, dia mengenal aku.
Mengenal kudanya" mengenal pula majikannya."
Sambil memberi keterangan, ia mengusap-usap leher
Megananda. Megananda sedikit pun tidak bergerak
seolah-olah hendak berkata kepada Sekar Kuspaneti
bahwa keterangan Mundingsari benar belaka.
Sekar Kuspaneti hendak menggerakkan pedangnya
lagi. Tiba-tiba ia membatalkan. Katanya di dalam hati,
"Kuda akangku biasanya binal. Apa sebab dengan dia
jinak sekali?" Selagi ia berbimbang-bimbang"Mundingsari
melayangkan pandangnya. Tiba-tiba ia terkejut. Ia
melihat tiga biji sawo tercecer di atas lantai bercampur
tetesan darah. Wajahnya lantas saja berubah. Ia
melompat dan memungut tiga buah biji sawo itu.
Melihat gerakkan Mundingsari, Sekar Kuspaneti salah
duga. Gadis itu mengira, Mundingsari hendak
menggunakan senjata bidik. Maka cepat-cepat ia
mencegah dengan pedangnya.
"Hm" Kau mau kemana?"
Mundingsari pun salah duga pula. Ia mengira, Sekar
Kuspaneti ini anak Dadang atau Otong. Kalau bukan
anaknya"paling tidak begundalnya. Ia mengira, Kilatsih
dalam bahaya. Kalau tidak dalam bahaya"mungkin pula
sudah kena dicelakai. Sebab ia tahu" Kilatsih tidak akan
881 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan senjata bidik"apabila keadaan tidak
memaksanya. Maka ia membalas membentak pula.
"Kau apakan pemilik senjata ini?"
Sekar Kuspaneti tertawa tawar.
"Kau tahu siapakah pemilik senjata bidik itu?"
"Mengapa tidak?" bentak Mundingsari. Lalu dengan
bengis ia meneruskan. "Perempuan iblis! Kau bicaralah
terus terang! Bagaimana tiga senjata bidik ini sampai
runtuh di atas lantai" Kau jawablah terus terang!"
Aneh tabiat Sekar Kuspaneti. Seumpama dia memberi
keterangan sejujurnya, pastilah Mundingsari dapat
dibuatnya mengerti. Tetapi pada saat itu, hatinya sedang
pepat serta penuh curiga. Dalam keadaan demikian,
mudah sekali ia tersinggung. Mendadak saja, ia jadi
kalap. Tanpa membuka mulut, ia terus menyerang.
Mundingsari mendongkol juga. Tanpa segan-segan
lagi ia menangkis dengan mengerahkan tenaga sehingga
pedang Sekar Kuspaneti hampir saja terpental. Tak
mengherankan Sekar Kuspaneti menjadi panas hati.
Dengan sengit, ia menyerang kembali. Kali ini ia
mengadu kegesitannya.Tahu-tahu tubuhnya sudah
berada di belakang punggung Mundingsari.
Tetapi Mundingsari tak gentar. Meskiupun dalam hal
kegesitan ia kalah, namun pengalaman. Ia mendahului
menyabetkan goloknya ke belakang sambil berputar.
Sekar Kuspaneti terpaksa menangkis. Kali ini masing-
masing bergebrak dengan sungguh-sungguh. Mereka
saling membalas dan saling menangkis.
882 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kilatsih menyaksikan pertempuran seru dari balik kaca.
Ia menjadi gelisah sendiri sehingga tak dapat bersemadi.
Cepat-cepat Widiana Sasi Kirana menekan telapak tangannya
sambil berbisik. "Tak usah kau sibuk! Mereka berdua tidak akan bisa
saling melukai. Kedua-duanya berkepandaian setali tiga
uang. Apakah kau kenal orang berberewok itu?"
Kilatsih mengangguk. Ia melepaskan pandangnya
kembali kepada mereka yang sedang bertempur. Hebat
pertempuran mereka. Sebentar saja tigapuluh jurus telah
terlampaui. Ternyata dugaan Widiana Sasi Kirana benar.
Masing-masing tidak dapat melukai. Artinya sama kuat
dan sama tololnya. Mau tak mau"Kilatsih tertawa geli dalam hatinya. Ia
melihat tenaga Mundingsari berlebih. Sebaliknya Sekar
Kuspaneti mempunyai kelebihan yang lain. Itulah
kecepatannya dan kelincahannya.
Selagi menahaskan pedangnya"tiba-tiba Sekar
Kuspaneti membuka mulutnya.
"Kau seperti mengenal pemilik senjata bidik itu.
Benarkah?" Mundingsari menjawab mendongkol.
"Tentu saja. Kalau tidak"apa perlu aku mengotot
begini." Sekar Kuspaneti mengkerutkan dahinya sambil terus
bertempur. Tiba-tiba suatu ingatan menusuk benaknya.
Katanya di dalam hati: "Akang selalu menyebut
kakaknya. Apakah orang ini?"
883 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekar Kuspaneti salah tebak. Yang dimaksudkan '
Kilatsih sebenarnya Sangaji dan Manik Angkeran. Tetapi
salah tebak itu membuat keadaan berubah. Tiba-tiba
saja gadis itu melompat keluar gelanggang sambil
menegas. "Apakah kau kakaknya?"
Mundingsari heran mendengar pertanyaan itu. Tapi
dasar sudah pengalaman, ia lantas dapat menjawab
dengan wajar. "Benar. Mengapa pertanyaan itu tidak semenjak tadi
ketika engkau melihat aku dapat menuntun kudanya?"
Mundingsari seorang berberewok. Walaupun umurnya
hampir mencapai empatpuluh tahun"akan tetapi
seumpama tak berberewok"ia masih nampak ganteng
dan tegar perawakan tubuhnya tegap pula.
Tatkala itu"Sekar Kuspaneti teringat kembali"kepada
kata-kata Kilatsih pada malam temanten. Dia selalu
menyebut-nyebut kakaknya. Teringat hal itu"tanpa
disadari sendiri"ia lantas mengerling men-taksir-taksir.
Kebetulan sekali pandang mata Mundingsari mengarah
padanya. Kedua mata mereka saling bentrok. Wajah
Sekar Kuspaneti terasa panas. Dengan memalingkan muka,
dia meludah. Hatinya kian menjadi mendongkol.
Bagaimana Mundingsari bisa dibandingkan kecakapan
suaminya. Tentu saja, Mundingsari tak tahu apa yang sedang
berkutik di dalam hati Sekar Kuspaneti.
884 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku adalah kakaknya. Nah"katakan kepadaku"
dimana dia kini berada!"
"Kau bilang apa?" teriak Sekar Kuspaneti. Sepasang
alisnya terbangun. Sebab pertanyaan itu justru yang
merumun dalam hati dan benaknya semenjak tadi.
"Ah"benar-benar kau iblis!" bentak Mundingsari
mendongkol. "Aku iblis" Kalau begitu kau siluman!" Sekar Kuspaneti
membalas mendamprat. "Kau tahu"justru kau mengenal
pemilik senjata bidik itu"membuat aku beragu. Coba
tidak"sudah semenjak tadi"aku mengutungi kepalamu."
Mendengar ucapan Sekar Kuspaneti" Mundingsari
tercengang. "Nanti dulu! Sebenarnya... kau apanya dia?"
"Aku adalah isterinya. Dia suamiku"kau tahu?" bentak
Sekar Kuspaneti setengah menangis. Sebab ia lantas
teringat kepada Kilatsih yang hilang tak keruan. Ia
mengaku dengan terus terang, sebenarnya karena
menuruti rasa mendongkolnya.
Dengan sekonyong-konyong Mundingsari tertawa
terbahak-bahak. Pendekar itu segera teringat
penyamaran Kilatsih. Dia sendiri dahulu hampir kena
dikelabui. Seumpama penyamaran Kilatsih tidak kena
disingkap Sirtupelaheli, selamanya ia menganggap
Kilatsih sebagai seorang pemuda yang cakap dan
ganteng. Sebagai seorang yang sudah berpengalaman,
tahulah dia apa sebab Kilatsih menyamar lagi atau selalu
menyamar. Gadis itu hendak menemui Sangaji. Untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ia harus
mengelabui orang. Sampai pun terhadap isterinya
885 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demikian pula. Dalam hal ini pastilah ada maksudnya
tertentu. "Gadis ini sebenarnya anak siapa, sampai Kilatsih perlu
mengelabui" Ah"kalau begitu"tak boleh aku membuka
rahasianya. Aku harus menjaga maksudnya. Mungkin
alasannya berdasar sehingga ia perlu menyamar terus?"
pikirnya di dalam hati. Karena itu"setelah puas
tertawa"ia berkata: "iSona! Sebenarnya siapa namamu dan siapa pula


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang tuamu" Kapan engkau kawin dengan adikku?"
Sekar Kuspaneti tidak segan untuk berbicara dengan
blak-blakan10). Barangkali karena ia mendongkol
teringat ucapan suaminya yang selalu menyebut-nyebut
kakaknya. "Ih!" ia bergeridik di dalam hatinya. "Dia
seperti monyet"mengapa selalu menjadi pangkal
pembicaraan" Apa sih maksud Akang selalu menyebut-
nyebut dia" Biarlah aku berkata terus terang bahwa aku
adalah isteri adiknya yang setia dan sudah melampaui
malam penganten." Dengan demikian Sekar Kuspaneti
mengira"bahwa dengan jalan begitu"akan memukul
Mundingsari yang mendengkikan hatinya. Maka katanya
dengan tegas. "Aku puteri Raja Muda Dwijendra. Kami kawin tiga hari
yang lalu. Dua hari dua malam, kami selalu berkumpul di
dalam kamar. Mengapa" Apakah tidak pantas dia
menjadi menantu ayahku" Apakah aku kurang serasi
sebagai isterinya?" Di luar dugaan Sekar Kuspaneti, tiba-tiba Mundingsari
menyimpan goloknya. Pendekar itu lantas membungkuk
sangat hormat. 886 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aah, adik iparku. Benar-benar aku bangga
mempunyai adik ipar puteri tuanku Raja Muda Dwijendra.
Eh, adikku pandai memilih jodohnya. Apakah ayahmu
baik-baik saja?" Heran Sekar Kuspaneti mendengar ucapan
Mundingsari yang bebas dari rasa mendongkol atau
jelus11). Ia mengira, Mundingsari kurang jelas. Lantas ia
mengulangi dengan suara masih mendongkol.
"Kami menikah tiga hari yang lalu. Aku merasa
berbahagia. Dua hari dua malam, Akang selalu
menemani...." "Apakah selama dua hari dua malam, dia berada di
rumah?" potong Mundingsari menegas.
"Benar. Tapi pada hari ketiga, ia mengejar seorang
penjahat," jawab Sekar Kuspaneti.
"Penjahat?" Mundingsari terkejut. "Siapa?"
"Entah siapa dia. Dia berkuda hitam! Dandanannya
seperti seorang terpelajar."
Mundingsari berbimbang-bimbang. Dahinya berkerut-
kerut. Sesudah diam sejenak, ia berkata dengan suara
agak cemas. "Jangan-jangan suamimu kena jebak penjahat itu. Eh,
tahukah engkau siapa sebenarnya suamimu itu?"
Baik Widiana Sasi Kirana dan Kilatsih yang berada di
balik kamar kaca berdegup mendengar kata-kata
Mundingsari. Wajah Kilatsih sampai berubah. Kalau
Mundingsari membuka rahasia dirinya pasti akan
memukul hati Sekar Kuspaneti. Setidak-tidaknya, gadis
itu akan salah paham. Kemudian akan menjadi kalap.
887 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebab mengira Mundingsari bermaksud mempermain-
mainkan. "Aku tak peduli siapa dia atau anak keturunan siapa.
Dia sudah menjadi suamiku, tempat aku berbakti seumur
hidupku." Sekar Kuspaneti menyatakan dengan suara
tegas. Jelas sekali, ia sudah berjaga-jaga rapat.
Maksudnya ia tidak bakal memberi kesempatan kepada
kakak suaminya yang senantiasa menjadi pokok
pembicaraan Kilatsih dalam kamar temanten.
Mundingsari tersenyum. "Syukurlah! Maksudku... dia benar-benar serasi
denganmu. Kau puteri Raja Muda Dwijendra. Sedangkan
dia adik seorang pemimpin besar..."
"Kau bilang apa?"
"Dia adik pemimpin besar Himpunan Sangkuriang.
Dia... dia..." Keterangan itu bagaikan halilintar menyambar udara
terang benderang. Baik Sekar Kuspaneti maupun Widiana Sasi Kirana
terperanjat. Hanya kedua orang itu lain kesannya. Apa
yang terasa menonjol dalam diri Sekar Kuspaneti adalah
rasa takjub, bangga bercampur syukur. Sebab siapa lagi
yang disebut sebagai pemimpin Himpunan Sangkuriang"
kalau bukan Sa-ngaji atau yang disebut Gusti Aji oleh
sekalian laskar perjuangan Jawa Barat. Sedangkan kesan
yang bersemayam dalam diri Widiana Sasi Kirana
bercampur aduk tak keruan sehingga tak dapat
terlukiskan lagi. Tak terasa pemuda itu sampai menekan
telapakan tangan Kilatsih.
888 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa! Apakah kau menyesal?" kata Kilatsih di
dalam hati. Tatkala itu terdengar Sekar Kuspaneti menegas.
"Apakah... apakah yang kau maksudkan adik Gusti
Aji?" Sebelum Mundingsari dapat menjawab, nampaklah
sesosok bayangan berkelebat memasuki pendapa.
Kilatsih terkejut. Yang datang adalah Sastradirja. Dialah
salah seorang bawahan Raja Muda Otong Surawijaya.
Dengan dia dan Sekar Kuspaneti, pendekar itu berkesan
kurang baik. Maka Kilatsih sudah memperoleh firasat
buruk. , Benar saja. Begitu melihat Sekar Kuspaneti,
Sastradirja lantas tertawa terkekeh-kekeh.
"Eh"beginilah cara seorang penganten baru
menyatakan cinta kasih dan kesetiaannya terhadap
suaminya. Belum lagi layu kembang-kembang kursi
temanten"sudah berkong kalikong dengan seorang laki-
laki berberewok lebat. Hihaha.... Bagus! Bagus!"
Sastradirja memasuki istana Batu hendak menghadap
Raja Muda Otong Surawijaya. Di tengah jalan ia
mendengar warta pemimpinnya dari mulut empat
saudagar tengkulak. Hatinya menjadi panas. Ingin ia
membuktikan dengan mata kepalanya sendiri. Maka
dengan membawa beberapa temannya, ia memasuki
istana. Nampaknya hanya seorang diri"akan tetapi
sebenarnya teman-temannya bersembunyi di dalam
hutan yang berada di depan istana. Itulah sebabnya,
hatinya tak gentar. 889 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekar Kuspaneti gusar bukan main mendengar ucapan
Sastradirja. Saking gusarnya, ia sampai tak pandai
berbicara. Seluruh tubuhnya bergemetaran dengan mata
terbelalak. Terus saja ia menghunus pedangnya dan
menyerang. "Tutup mulutmu! Mulutmu kotor!"
"Eh, beginilah cara seorang penganten baru
menyatakan cinta kasih dan kesetiaannya terhadap
suaminya. Belum lagi layu kembang-kembang kursi
temanten"sudah berkong kalikong dengan seorang laki-
laki berberewok lebat.. .Hihaha.. .Bagus! Bagus!"
Sastradirja tertawa terkekeh-kekeh. Terhadap Sekar
Kuspaneti sama sekali ia tak memandang mata. Ia
menangkis dengan gampang. Kemudian membalas
dengan mengumbar mulutnya.
"Kau memang pandai memilih maling. Orangnya
gagah dan berberewok. Wah, hati-hati pipimu! Kalau
kekerasan bergeser, bisa melecet."
Tak dapat lagi digambarkan betapa murka hati Sekar
Kuspaneti. Kedua matanya lantas saja penuh air mata. Ia
menjadi kalap. Pedangnya menabas dan menyabet
dengan sejadi-jadinya. Mundingsari adalah seorang pendekar yang bersih
hatinya. Walaupun kasar, namun ia menghormati sopan
santun pergaulan. Mendengar ejekan Sastradirja, ia ikut
tak enak hati. Dengan tak langsung, ia dituduh
mencemarkan nama Sekar Kuspaneti. Mengingat Sekar
Kuspaneti puteri seorang raja muda dan ia percaya pula
akan kebersihannya, maka ia mual terhadap mulut
Sastradirja yang kotor. Tak peduli siapa dia, wajib ia
890 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantu Sekar Kuspaneti. Memperoleh keputusan
demikian segera ia mencabut goloknya dan menyerang
dengan sungguh-sungguh. "Bagus! Bagus! Jantannya ikut-ikutan marah," seru
Sastradirja dengan tertawa terkekeh-kekeh. "Inilah
jodohmu yang benar. Kalau tahu begini, buat apa ikut-
ikutan memasuki sayembara pilih. Tak tahunya" kau
adalah gadis pasaran...."
Tentu saja Sekar Kuspaneti kian menjadi kalap.
Mundingsari tak terkecuali. Sekarang ia tak segan-segan.
Dengan mengerahkan seluruh tenaganya ia mendesak.
Dikeroyok dua, Sastradirja jatuh di bawah angin,
perlahan-lahan bawahan Otong Surawijaya itu kena
didesak mundur. Tetapi Sastradirja seorang yang
berpengalaman. Dengan mati-matian ia mencoba
membendung serangan mereka. Kemudian berputar
tubuh dan lari keluar. Mundingsari melompat mengejarnya. Sekar Kuspaneti
menyusul pula. Maka terdengarlah benturan-benturan
senjata lagi makin lama makin jauh. Akhirnya lenyap dari
pendengaran. Goncang hati Kilatsih menyaksikan pertarungan itu. la
mengangkat tangannya memandang Widiana Sasi Kirana.
Tepat pada saat itu, Widiana Sasi Kirana memandang
pula kepadanya. Pemuda itu bersenyum. Kilatsih
bersenyum pula. Mereka berdua tiba-tiba dihinggapi rasa
damai. "Rupanya istana ini tidak bebas dari orang. Biarlah
kututupnya saja pintu depan," kata Widiana Sasi Kirana.
891 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu keluar dari kamar dan menutup pintu
depan yang digempurnya rusak kemarin dulu. la
mengganjelnya dengan batu-batu yang rontok.
Walaupun tidak serapat sediakala"akan tetapi
lumayanlah. Seseorang yang hendak memasuki istana
harus memiliki tenaga paling tidak seribu kati untuk bisa
mendorongnya. Kilatsih dalam pada itu meneruskan semedinya.
Darahnya sudah terasa mengalir tanpa rintangan lagi.
Seluruhnya parasaan-nya menjadi segar bugar. Tak
terasa alam hari kedua, tibalah. Seperti janjinya, Widiana
Sasi Kirana segera mulai dongengnya yang kedua.
"Adikku, kemarin malam aku minta pen-dapatmu
tentang tabiat seseorang. Kali ini aku akan mendongeng
tentang anak keturunannya."
"Maksudmu anak keturunan Sultan Haji." Kilatsih
menegas. "Kau dengarkan saja. Otakmu cerdas, adik. Kau pasti
bisa menebak saja," sahut Widiana Sasi Kirana. Lalu
mulailah dia: "Ada seorang gadis keturunan entah Arab
entah Persia jatuh cinta kepada seorang pemuda putera
Pangeran Purbaya yang hilang tiada khabarnya. Gadis itu
sangat cinta seumpama melebihi dirinya sendiri. Ia
bersedia berbuat apa saja untuk pemuda yang
dicintainya itu. Ia pun bersedia berkorban pula.
Sebaliknya, pemuda itu jatuh cinta kepada seorang gadis
yang diketemukan di atas gunung. Dengan diam-diam, ia
kawin. Tentu saja hal itu membuat hati si gadis
penasaran... 892 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tatkala pemuda itu memimpin perjuangan untuk
merebut hak-haknya kembali, gadis yang berpenasaran
tersebut membalas dendam. Dia bersumpah kepada
bumi dan langit hendak menggagalkan semua usaha
pemuda itu. Demikianlah, maka dia kawin dengan
seorang perwira Kompeni Belanda. Perwira itu kebetulan
bertugas di Banten sebagai penghubung antara pihak
Kompeni Belanda dan Kerajaan Banten. Mungkin sekali"
gadis itu sudi dikawin perwira tersebut"justru karena dia
melihat si Perwira berhubungan rapat dengan pihak
Kasultanan. Tegasnya, gadis itu mempunyai maksudnya
sendiri"seperti terbukti di kemudian hari....
Gadis itu memang cantik luar biasa. Wataknya panas
pula bagaikan bara api. Pada suatu hari, ia ikut serta suaminya menghadap
sultan. Pada kesempatan itu dia berhasil menambat hati
Sultan Banten. Pastilah kau tahu, siapakah nama Sultan
Banten yang kumaksud. Dia anak keturunan Sultan Haji. Namanya Zainul
Arifin. Sultan ini lemah sifatnya. Dengan serta merta ia
merebut isteri perwira itu dan kawinlah.
Semenjak itu, Sultan Zainul Arifin berada di bawah
pengaruh ratunya. Tatkala anaknya yang pertama lahir,
pengaruhnya makin bertambah-tambah. Anak itu
seorang perempuan. Setelah dewasa segera dicarikan
menantu yang berkenan di dalam hatinya.
Demikianlah ia dapat mencapai maksudnya. Sekarang
tujuannya makin mendekat. Siang-siang ia sudah
mempengaruhi menantunya. Kalau patuh padanya, dia
sanggup menaikkan menantunya ke atas singgasana.
Kesanggupannya ini dibuktikan juga.
893 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Gusti, putera mahkota yang sah disingkirkan
dengan bantuan Kompeni Belanda. Putera mahkota itu
dibuang ke Pulau Sailan. Setelah itu, dia berkata kepada
Kompeni Belanda bahwa suaminya akhirakhir ini
terganggu kewarasan otaknya. Tentu saja Sultan Zainul
Arifin membantah keras pernyataan itu.


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akan tetapi ratu yang mempunyai angan-angannya
sendiri itu, segera minta bantuan untuk menangkap
suaminya. Dan suami yang malang itu, dibuang ke
Ambon dan meninggal di sana pula. Kemudian ratu itu
kawin dengan menantunya sendiri.
Perkawinan itu tentu saja mempunyai tujuannya
sendiri. Ia hendak menguasai seluruh kerajaan. Tapi
sadar"bahwa dia bukan keturunan hak waris kerajaan"
maka mula-mula ia berlindung kepada yang berhak
menduduki tahta. Itulah Sultan Zainul Arifin. Setelah itu,
ia berusaha mengurangi pengaruh tata-tertib kerajaan
dengan mengangkat menantunya menjadi Sultan.
Tegasnya, ia hendak mendirikan dinasti baru dengan
dirinya sebagai pusat pusarannya. Untuk mencapai
tujuan itu, ia tak memedulikan pembicaraan umum.
Demikianlah setelah dia berhasil menjadi penguasa
tunggal"mulailah perjuangannya mengikis habis semua
bentuk perjuangan pemuda yang dicintainya dahulu. Ia
menang dalam segala bidang perjuangan. Sebab pemuda
itu"bersikap mengalah. Ia tak sanggup bertentangan
dengan gadis yang dahulu pernah dibuat kecewa. Karena
alasan ini"pemuda itu hilang dari percaturan.
Ratu itu benar-benar berhasil. Ia merupakan seorang
wanita pertama yang berhasil mengendalikan
pemerintahan dan merebut tahta kerajaan atas
894 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatannya sendiri. Tak peduli ia melalui jalan yang
kotor berlumpur. Mula-mula kawin dengan perwira VOC.
Lalu kawin dengan Sultan Zainul Arifin sebagai selir12).
Lalu kawin dengan menantunya sendiri. Dengan begitu
kedudukannya menjadi kuat.
Sebab menantu itu menduduki tahta kerajaan.
Tegasnya dengan tangan kiri ia bisa menguasai menantu
berbareng suaminya itu. Dengan tangan kanannya
berhasil menghancurkan perjuangan pemuda bekas
kekasihnya. Dengan demikian, ia berhasil melampiaskan
rasa penasarannya." "Adikku, bagaimana pendapatmu tentang wanita ini?"
Widiana Sasi Kirana mengakhiri dongengnya.
Mendengar dongeng itu, Kilatsih bertambah heran.
Mendadak berkelebatlah suatu bayangan dalam
benaknya. Tapi bayangan itu terlalu cepat, sehingga tak
dapat ia melihatnya dengan tegas.
"Adik! Apakah wanita itu pantas menjadi tauladan?"
terdengar Widiana Sasi Kirana mempertegas
pertanyaannya. Kilatsih menghela napas. Jawabnya dengan suatu
pertanyaan pula. "Bukankah wanita yang kau ceritakan tadi adalah Ratu
Fatimah dari Banten?"
Widiana Sasi Kirana tertawa. "Nah, apa kataku" Kau
pasti bisa menebaknya tepat. Memang benar, adikku"
dialah Ratu Fatimah."
"Dan pemuda itu, bukankah Ratu Bagus Boang?"
895 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar!" Widiana Sasi Kirana takjub. "Aih"engkau pun
mengenal kisah hidupnya?"
Kilatsih jadi terdiam. Pikirnya sibuk. Ayahnya adalah
salah seorang laskar perjuangan Ratu Bagus Boang.
Kakaknya Sangaji mengganti kedudukan Ratu Bagus
Boang. Putera Pangeran Purbaya itu, sangat dipuja oleh
seluruh laskar perjuangan yang tergabung dalam
himpunan Sangkuriang. Kalau ia sampai membuat
penilaian yang kurang pantas, rasanya akan terkutuk
oleh ayah ibunya sendiri berikut kakaknya pula.
Menilai Ratu Bagus Boang memang sulit, baginya.
Sebagai seorang manusia penuh, ia seorang yang luhur
budi. Sebaliknya dipandang dari sudut cita-cita bangsa"
ia nampak sebagai seorang pemuda yang lemah hati.
Sekarang bagaimanakah dia hendak menilai Ratu
Fatimah" Katanya di dalam hati, "Ratu Fatimah adalah
seorang wanita buruk perangainya, tetapi pun ada segi-
segi lainnya yang patut dikagumi. Ratu Bagus Boang
menghormati dan mengalah dengan suka rela"pasti
dengan alasan-alasan yang berdasar. Kalau aku sekarang
menyatakan bahwa dia seorang perempuan busuk,
bukankah aku merendahkan sikap Ratu Bagus Boang?"
Ia jadi berbimbang-bimbang sekian lamanya.
Kemudian memutuskan. "Sebagai seorang wanita umum, perjalanan hidupnya
patut dicela. Tapi sebagai seorang wanita yang bercita-
cita, patut ia dikagumi. Sebab akhirnya dia berhasil
mencapai cita-citanya. Karena itu dia pun digolongkan
sebagai seorang wanita gagah."
896 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar kata-kata Kilatsih, wajah Widiana Sasi
Kirana berubah. "Apakah jalan yang ditempuhnya tidak terasa sangat
kotor" Lihatlah mula-mula dia kawin dengan seorang
perwira dan perwira itu dicelakai. Khabarnya, ia diracuni.
Demi perkawinannya dengan Sultan Zainul Arifin.
Kemudian ia menyingkirkan suaminya itu dengan
memberi keterangan bahwa otaknya kurang waras.
Sesudah menyingkirkan anak* keturunan sultan tersebut,
ia kawin dengan menantunya sendiri. Dapatkah wanita
demikian digolongkan manusia gagah?"
"Di dunia ini manakah ada seseorang yang mencapai
tahta kerajaan mempunyai jalan hidup selurus nabi" Di
dunia ini semua raja memang tidak baik. Lagipula
dengan jalan demikian bukankah dia dapat memukul
perbuatan Sultan Haji yang berkhianat kepada ayah dan
adiknya?" sahut_ Kilatsih dengan lancar.
Widiana Sasi Kirana benar-benar berubah wajahnya
sampai menunduk. Kemudian berputar tubuh sambil
menghela napas. "Baiklah, adik. Semua orang bebas menyatakan
pendapatnya sendiri. Kali ini engkau berbicara.
Bersemedilah! Aku akan meng^ urut-urut kakimu. Esok
pagi, engkau akan pulih kembali."
Diam-diam Kilatsih heran. Kemarin malam ia
mempunyai kesan Widiana Sasi Kirana membenci Sultan
Haji. Sekarang ia menyatakan, bahwa dengan jalan
demikian Fatimah dapat menghukum perbuatannya.
Itulah karma yang menimpa anak keturunannya. Apa
sebab dia pun tak senang pula" Sebenarnya apa
897 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maksudnya dia bercerita tentang sejarah Kerajaan
Banten" Pada saat itu, Widiana Sasi Kirana telah mengurut-urut
kedua kakinya untuk melancarkan peredaran darahnya.
Dia merasa nyaman sekali. Karena tadi agak banyak
menggunakan pikirannya, ia merasa letih. Dan tertidurlah
dia dengan tak setahunya sendiri.
Pagi hari telah datang, sewaktu Kilatsih menyenakkan
mata. Ia melihat Widiana Sasi Kirana duduk merenungi
lukisannya lagi. Tatkala menoleh kedua matanya merah
dan pendul. Terang sekali, dia habis menangis. Mengapa
pemuda itu selalu menangis setelah mendongeng, pikir
Kilatsih. Melihat Kilatsih membuka mata, Widiana Sasi Kirana
segera menggulung lukisannya. Kemudian menghampiri
seraya berkata girang. "Adik! Kudengar pernapasanmu
sudah pulih seperti sediakala. Mungkin sekali hari ini
engkau telah sembuh. Coba kuperiksa nadimu!"
Pemuda itu tidak menunggu jawaban Kilatsih. Segera
ia memegang urat nadi pergelangan tangan sahabatnya.
Gerak geriknya seperti seorang tabib yang sudah
berpengalaman penuh. "Ah, benar!" katanya. "Inilah disebabkan engkau
mempunyai dasar tenaga sakti yang bagus sekali.
Setelah kau terbebas dari kesesatan, tenaga dasarmu
membantu menyembuhkan. Biarlah aku mengurut lengan
dan kakimu sekali lagi. Kemudian bersemadilah. Hari ini
benar-benar engkau telah sembuh kembali."
Kilatsih membiarkan kaki dan lengannya kena pijat
pemuda itu. Ia memejamkan mata dan mencoba
898 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghidupkah pikirannya untuk bisa diajak menebak
pemuda itu. "Adik," kata Widiana Sasi Kirana. "Biarlah aku
mendongeng dongengku yang ketiga. Kukira tak usah
aku menunggu sampai malam hari tiba. Sebentar sore
kalau adik menghendaki, sudah bisa meninggalkan istana
batu ini. Nah, kau dengarkan saja!"
Dengan mengurut dan memijat-mijat, Widiana Sasi
Kirana bercerita. "Mertua Ratu Bagus Boang..... Eh, maksudku mertua
Pangeran Purbaya salah seorang Mangkubumi Sultan
Ageng Tirtayasa. Dia ikut terbunuh Sultan Haji. Untung pu-terinya dapat
menyelamatkan putera Pangeran Purbaya. Itulah Ratu
Bagus Boang. Setelah Ratu Bagus Boang hilang tiada
khabarnya, lenyaplah pula anak keturunannya.
Kebanyakan orang menduga bahwa Ratu Bagus Boang
tidak mempunyai anak keturunan lagi. Sebenarnya tidak
demikian. Ratu Bagus Boang meninggalkan seorang
puteri dan puteri itu kena diangkut laskar Banten.
Melihat puteri itu, timbullah rasa iba dalam hati Ratu
Fatimah. Mungkin sekali teringat akan perhubungannya
dengan Ratu Bagus Boang. Maka puteri itu diasuhnya
dan diambil sebagai muridnya. Puteri itulah kelak yang
membawa-bawa pedang Sangga Buana.
Pada dewasanya, puteri itu kawin dengan salah
seorang pangeran dan melahirkan seorang anak laki-laki.
Tatkala terjadi suatu kericuhan di dalam istana, anak itu
mendadak hilang lenyap. 899 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu!" tiba-tiba Kilatsih memotong. "Apakah
yang kau maksudkan dengan kericuhan itu?"
Widiana Sasi Kirana tertawa. "Hai! Kenapa berbicara"
Bukankah engkau hanya perlu mendengarkan saja?"
"Aku harus cermat. Sebab pastilah engkau nanti minta
pendapatku," kata Kilatsih.
Widiana Sasi Kirana tertawa terbahak-bahak.
"Kali ini aku tidak akan minta pendapat-mu lagi. Aku
hanya minta engkau mendengarkan saja. Tapi baiklah,
biarlah aku memberi penjelasan kepadamu tentang
kericuhan itu. Seperti kau ketahui, Ratu Fatimah berhasil
memegang tampuk pimpinan. Sandaran kekuatannya ada
pada pihak Kompeni Belanda, la tak gentar menghadapi
lawan-lawannya yang diam-diam berhubungan dengan
Inggris yang berbeteng di Bengkulon. Tapi, di luar
dugaan mendadak terjadilah suatu perubahan dalam
pemerintahan Belanda13) Gubernur yang menggantikan
kedudukan gubernur lama, mengakui anak keturunan
Sultan Haji. Maka Pangeran Gusti, putera mahkota yang
sah dari Sultan Zainul Arifin, yang dibuang ke Sailan atas
kelicikan Ratu Fatimah, dipanggil pulang. Sedangkan
Ratu Fatimah ditangkap dan hendak dibuang ke Ambon.
Akan tetapi di tengah jalan, Ratu Fatimah wafat. Inilah
yang kumaksudkan dengan kericuhan yang terjadi dalam
istana Kasul-tanan Banten."
Kilatsih mengerling kepada pemuda itu. Pikirnya di
dalam hati, "Dia paham benar dengan lika-liku sejarah
istana Banten. Sebenarnya, siapakah dia" Dia benci
kepada Sultan Haji berbareng tidak senang kepada Ratu
Fatimah." 900 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lantas anak tadi lenyap kemana?" tanya Kilatsih
setelah memperoleh pikiran hendak mencoba
menyingkap rahasia asal-usul pemuda itu.
Widiana Sasi Kirana tertawa perlahan.
"Kau pun kadang-kadang tidak bersabar seperti aku
juga. Biarlah aku bercerita perlahan-lahan."
Selagi menyahut demikian, tiba-tiba terdengarlah
suara gedobrakan. Pintu depan yang terganjel kena
bongkar. Kedua muda-mudi terkejut. Terutama Widiana
Sasi Kirana. Pikirnya, Ganjel pintu membutuhkan tenaga
dorong seribu kati untuk bisa menggeserkan. Siapa yang
bertenaga begini besar. Ia menghela napas sambil
menyimpan gambarnya. "Kenapa sih tempat begini seram didatangi orang
juga" Adik! Tak peduli apa yang terjadi di luar untuk
sementara engkau jangan bergerak. Kesehatanmu
memang sudah pulih kembali. Akan tetapi engkau belum
boleh bergerak. Engkau bisa kena salah urat."
Kilatsih mengangguk dengan bersenyum. Dan pada
saat itu, pintu depan benar-benar sudah kena bongkar.
Suaranya bergaprukan dahsyat. Suatu tanda bahwa
pendatang kali ini bertenaga sangat besar.
Ternyata yang datang berjumlah lima orang. Mereka
datang dengan membawa obor"meskipun di luar istana
hari terang benderang. Dengan berleret mereka
memasuki ruang pendapa yang selalu gelap pekat.
Kilatsih memasang matanya. Segera ia mengenal
mereka semua. Yang empat ialah para saudagar
tengkulak. Sedangkan yang berada di depan calon
901 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mertuanya sendiri: Raja Muda Dwijendra. Melihat Raja
Muda Dwijendra, hatinya tergetar dan gelisah.
"Empat tengkulak itu pasti sudah sering datang
kemari. Mereka pun pasti pula mengenal kamar ini.


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagaimana kalau Paman Dwijendra memerintahkan aku
pulang" Apa yang harus kulakukan terhadap Sekar
Kuspaneti?" pikirnya resah.
Ia merasa bingung. Pada saat itu"pada Saudagar
meyakinkan Dwijendra. "Mereka berdua pasti masih berada disini. Menurut
tuanku Dadang dan Otong, menantu tuanku terlalu
menggunakan tenaga berlebih-lebihan. Pastilah ada
akibatnya. Kalau menantu tuanku datang menghadap,
kami berempat ingin mohon suatu peradilan."
Sesudah kalah bertempur"Dadang dan Otong"
menghilang dengan uring-uringan. Keempat saudagar
itu, tidak dipedulikan. Mereka jadi gelisah dan tidak puas.
Betapa tidak" Semua harta bendanya masih tertinggal di
dalam istana. Kebetulan sekali, mereka bertemu dengan
Raja Muda Dwijendra yang sedang menyusul puterinya.
Mereka lantas mempunyai harapan kembali.
Dengan serta-merta mereka menceritakan
pengalaman Dadang dan Otong yang kena dikalahkan
dua anak muda termasuk menantu raja muda tersebut.
Mereka memohon agar Raja Muda itu membantu
memperoleh harta bendanya kembali. Sebab harta benda
itu, tidak termasuk di dalam taruhan.
Tentu saja Raja Muda Dwijendra bergembira
mendengar dimana beradanya calon menantunya.
"Dan siapakah pemuda yang lain?"
902 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dialah yang mencuri lukisan tuanku," jawab mereka.
Keempat saudagar itu tahu bahwa dalam hal ilmu
sakti, Raja Muda Dwijendra kalah seurat dibandingkan
dengan Dadang dan Otong. Akan tetapi raja muda itu
besar pengaruhnya, dengan mengandal pada
pengaruhnya bisa meminta kembali harta bendanya yang
kena rampas. Mendengar keterangan empat saudagar, Dwijendra
berpura-pura mau menerima permohonan mereka.
Bertemu dengan muda mudi itu baginya sangat penting.
Mereka berdua nanti mau mengembalikan harta benda
keempat saudagar itu atau tidak, bukanlah soal. Malahan
kalau keempat saudagar itu menuntut berlebih-lebihan,
dia bisa menurunkan tangan untuk membereskan.
Memang, rata-rata pengikut Ratu Bagus Boang
merupakan pendekar-pendekar utama yang liar sifatnya.
Sekian tahun lamanya Sangaji mencoba merubah
perangainya dengan diberinya tauladan. Sedikit banyak,
mereka lebih baik daripada masa dahulu. Akan tetapi
sifat liarnya tidak mudah hilang dengan begitu saja.
Demikianlah, dengan ringan kaki"keempat saudagar
itu menjadi penunjuk jalannya. Mereka malahan
mengabarkan, bahwa pu-terinya telah menyusul pula.
Mendengar khabar itu, Raja Muda Dwijendra kian
bersemangat. Keempat saudagar itu lantas dijadikan
pengantarnya. Demikianlah"setelah memutari ruang pendapa"
keempat saudagar itu lantas berteriak-teriak, "Hai,
bocah! Kau keluarlah! Jangan bersembunyi seperti
kelinci!" 903 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata keempat saudagar itu tidak mengetahui letak
kamar berkaca, walaupun sudah sering datang
menghadap Raja Muda Dadang dan Otong. Mereka
lantas mengumbar mulutnya yang dialamatkan kepada
Widiana Sasi Kirana. Di luar dugaan Raja Muda
Dwijendra mencegahnya. "Jangan begitu!"
"Yang kami kutuk bocah yang mencuri lukisan tuanku.
Bukan menantu tuanku," mereka memberi penjelasan.
"Terlebih-lebih demikian. Kalian tak kuperkenankan
bersikap kasar terhadapnya," kata Dwijendra.
Keempat saudagar keheran-heranan. Mereka
bertambah heran, tatkala melihat Dwijendra
membungkuk hormat dengan mendadak. Kata orang
tua itu lagi. "Tuanku"silakan keluar. Aku ingin bertemu
denganmu. Dengan beradaku disini, dapat aku
Renjana Pendekar 1 Kekaisaran Rajawali Emas Pendekar 4 Alis I Karya Khu Lung Petualang Asmara 3
^