Pencarian

Naga Beracun 13

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 13


memberitahu kepadanya di mana adanya Kwa Bi
Lan. De mikianlah, ketika dia mendengar berita
te ntang keributan yang dilakukan pendekar wanita
tangan kiri buntung di Ji-goan, dia dapat menduga
bahwa pendekar itu te ntulah Cin Cin. Dia tertarik
dan mengikuti jejak Cin Cin sampai ke Lok-yang
dan di sana dia melihat Lie Koan Tek dan bibi-
gurunya, Coa Liu Hwa. Tentu saja dia menjadi
girang sekali dan segera dia menanti saat baik
untuk berte mu dengan mereka. Itulah sebabnya,
ketika melihat suami isteri itu keluar dari Lok
yang, dia mendahului menghadang di tempat sunyi
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, namaku Lie Koan Tek. Siapakah, e ngkau
orang muda?" "Nanti dulu! Aku.......seperti mengenal pemuda
ini!" kata Coa Liu Hwa sambil mengamati wajah
yang tampan itu. "Bibi benar. Aku adalah The Siong Ki, pute ra
mendiang ayah The C i Kok. Pernah aku ikut bibi
menjadi murid, akan tetapi aku lalu pergi. Akan
tetapi bukan itu yang penting.. Aku ingin bicara
dengan paman Lie Koan Tek!" kembali suaranya
te rdengar dingin. "Siong Ki.......ah, benar engkau Siong Ki.......!
Engkau sudah dewasa se karang......"
"Hemm, orang muda. Apa yang akan kaubicarakan dengan aku?" Lie Koan Tek bertanya.
"Paman, aku hanya ingin bertanya apakah benar
engkau yang dahulu te lah membunuh ayahku,
yaitu The Ci Kok seorang murid He k-houw-pang"
Jawab sejujurnya, paman. Benarkah engkau yang
membunuhnya?" Lie Koan Tek mengerutkan alisnya. Pertanyaan
itu mengingatkannya kembali akan peristiwa yang
amat tidak enak itu. Ketika itu, secara te rpaksa
karena dibebaskan dari penjara oleh Cian Bu Ong,
dia menjadi pembantu Cian Bu Ong dan dia ikut
pula menyerbu dusun Ta-bun-cung di mana He k-
houw-pang dimusuhi Cian Bu Ong karena tidak
mau bersekutu untuk memberontak te rhadap
pemerintah. Kalau dia te ringat akan peristiwa itu,
dia merasa menyesal bukan main walaupun dalam
penyerbuan itu, tidak seperti yang lain, dia sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali tidak melakukan pembunuhan, hanya
merobohkan saja para anggota He k-houw-pang
tanpa membunuh. De ngan tegas dia menggeleng kepalanya, "Tidak,
aku tidak membunuh ayahmu, aku tidak membunuh siapapun dari Hek-houw-pang.!"
Jawaban itu memanaskan hati Siong Ki.
"Paman, engkau dikenal sebagai pendekar Siauw-
lim-pai yang gagah perkasa, kenapa tidak berani
menanggung akibat dari perbuatan sendiri dan
hendak mengingkari perbuatan sendiri" Bukankah
paman juga ikut membantu gerombolan yang
menyerbu He k-houw-pang" Bahkan paman te lah
merampas pula bibi Coa Liu Hwa, is teri ketua Hek-
houw-pang menjadi isteri paman sekarang?"
"Siong Ki!" Coa Liu Hwa membentak marah.
"Sebaiknya kalau bibi tidak mencampuri karena
hal ini hanya akan mendatangkan rasa malu saja
kepada bibi sendiri. Aku bicara dengan seorang di
antara para penyerbu He k-houw-pang dan menghendaki jawaban sejujurnya dari Lie Koan
Tek!" "Orang muda, jangan engkau bersikap kasar
te rhadap isteriku. Ia tidak bersalah, dan tentang
penyerbuan ke He k-houw-pang itu, aku tidak
menyangkal. Akan te tapi, aku hanya merobohkan
saja para pengeroyok dan sama sekali tidak
membunuh orang. Aku hanya te rpaksa menyerang
He k-houw-pang karena......."
"Cukup! Biarpun engkau tidak membunuh
ayahku dan tidak membunuh seorangpun dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
He k-houw-pang, namun engkau mengaku sudah
ikut menyerbu dan merobohkan anak buah Hek-
houw-pang. Nah, sekarang aku, keturunan murid
He k-houw-pang, menantangmu untuk mengadu
kepandaian. Hendak kulihat sampai di mana
kepandaian orang yang pernah mengacaukan He k-
houw-pang dan mendatangkan malapetaka kepada
seluruh anggota He k-houw-pang, bahkan kini
secara tak bermalu telah memperisteri bekas isteri
ketuanya. Cabutlah senjatamu, Lie Koan Tek!"
Siong Ki mencabut pedangnya dan tampaklah
sebatang pedang yang tua dan tumpul, namun
mengandung sinar yang dingin redup seperti sinar
bintang. Itulah Seng-kang-kiam (Pedang Baja
Bintang) yang ampuh, milik Bu Giok Cu yang
dititipkannya kepada murid itu untuk dipakai
mencari Si Hong Lan yang le nyap diculik Kwa Bi
Lan. Bagaimanapun juga, Lie Koan Tek adalah
seorang pendekar yang gagah perkasa. Dia tidak
ingin mengingkari perbuatannya sendiri. Memang
dia ikut menyerbu He k-houw-pang. Dia kini harus
mempertanggung-jawabkan perbuatannya itu. Juga dia ditantang, sebagai seorang pendekar,
te ntu saja pantang mundur kalau ditantang.
"Baiklah, orang muda. Aku tidak akan lari dari
tanggung-jawab!" katanya dan diapun sudah
melolos sabuk rantai bajanya dan bersiap.
"Siong Ki, jangan.........!!" Coa Liu Hwa mencoba
untuk mencegah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bibi sudah mengkhianati Hek-houw-pang, harap jangan ikut campur!" kata pemuda itu
dengan suara ketus. "Orang muda, engkau te rlalu menghina isteriku!"
Lie Koan Tek berseru marah. "Kalau engkau
hendak menyerangku, majulah!"
Siong Ki segera menggerakkan pedangnya
menyerang dan begitu dia menyerang, Lie Koan Tek
te rkejut karena serangan itu selain cepat bagaikan
kilat menyambar, juga mendatangkan hawa yang
amat kuat. Dia memutar sabuk rantai bajanya
menangkis sambil mengerahkan tenaga pula.
"Tranggg!!!" Pertemuan antara pedang tumpul
dan rantai baja itu sedemikian kuatnya sehingga
menggetarkan tubuh Liu Hwa yang menonton
dengan cemas, dan ia melihat betapa suaminya
te rhuyung ke belakang, sedangkan pemuda itu
tetap te gak. Ini saja sudah menunjukkan bahwa
dalam hal tenaga sin-kang, pemuda itu le bih kuat!
Juga Lie Koan Tek memaklumi hal ini, maka dia
bersikap hati-hati. Siong Ki merasa mendapat angin. Dia tersenyum
mengejek, "Lie Koan Tek, kalau dulu engkau tidak
membunuh orang-orang He k-houw-pang, sekarangpun, melihat muka bibi Liu Hwa, aku
tidak akan membunuhmu, hanya akan memberi
hajaran kepadamu sebagai hukuman!" Setelah
berkata demikian dia menyerang dengan dahsyat
dan bertubi-tubi. Pedangnya lenyap menjadi gulungan sinar yang
berkilauan. Lie Koan Tek juga menggerakkan rantai
baja itu untuk membentuk bente ng perlawanan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kokoh, karena dia maklum bahwa mengnadapi pedang yang ampuh dan ilmu pedang
hebat itu, dia akan cepat roboh kalau membalas.
Melihat suaminya terdesak dan te rancam, Liu
Hwa tidak mungkin dapat berdiam diri saja. Iapun
mencabut pedangnya menerjang ke depan sambil
berte riak, "Siong Ki, engkau tidak boleh menghina
suamiku!" Siong Ki memutar pedangnya menangkis dan
mengejek, "Bagus, sekarang pengkhianatanmu
sudah lengkap, bibi Liu Hwa, dan biarlah aku
mewakili arwah suamimu untuk memberi pelajaran
kepadamu pula!" Pedangnya bergerak cepat secara
luar biasa sekali dan terdengar Liu Hwa berseru
kesakitan lalu te rhuyung ke belakang karena
pangkal le ngan kanannya te rluka oleh ujung
pedang lawan. Melihat isterinya te rluka, Lie Koan Tek lalu
memutar rantai bajanya menyerang dengan dahsyat sehingga terpaksa Siong Ki menangkis
sambil mundur dan tersenyum mengejek.
"Biarlah hari ini orang-orang yang berdosa
menerima hukumannya!" katanya dan kembali
pedangnya bergerak luar bias a sekali, membuat Lie
Koan Tek menjadi bingung dan biarpun dia sudah
memutar rantai bajanya dengan cepat, tetap saja
pundaknya te rkena ujung pedang lawan dan dia
te rhuyung dan pundak kirinya berdarah.
Siong Ki tertawa. "Ha-ha-ha, kalian rasakan
sekarang! Lie Koan Tek dan engkau bibi Liu kalau
kalian mau mengakui kesalahan kalian di hadapanku, aku akan mengampuni kalian dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membebaskan kalian. Akan te tapi kalau kalian
tidak mengakui kesalahan, te rpaksa aku akan
memberi hajaran lebih keras lagi."
Suami isteri itu saling pandang. Bagi oran g yang
menghargai kegagahan seperti mereka, merendahkan diri dan kehormatan merupakan
pantangan. Hampir berbareng mereka berseru,
"Kami tidak sudi!"
Wajah Siong Ki menjadi merah saking marahnya.
"Hemm, orang-orang tak bermalu masih mempertahankan kehormatan" Kalau begitu, biar
kuberi pelajaran yang lebih pahit lagi. Siapkan
senjata kalian!" Suami isteri itu telah berdiri berdampingan
dengan senjata di tangan, siap untuk melawan
sampai mati. "Hyaaaaatttt........!" Tubuh Siong Ki menerjang
dahsyat dan pedangnya menyambar bagaikan kilat.
"Tranggg.......!!" Siong Ki terkejut setengah mati
ketika pedangnya berte mu dengan sebatang
pedang yang mengeluarkan sinar kehijauan mengandung hawa dingin. Ketika dia meloncat ke
belakang karena merasa tangannya te rgetar hebat
dan memandang, te rnyata yang menangkis pedangnya tadi adalah Cin Cin!
"Kau.......?" Akan tetapi Cin Cin tidak memberi
kesempatan lagi kepada Siong Ki untuk bicara,
karena ia segera menyerang dengan dahsyat bukan


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

main, sehingga terpaksa Siong Ki harus memutar
pedangnya untuk melindungi dirinya. Serangan
yang dilakukan Cin Cin amat hebatnya dan setiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kali mereka beradu pedang, Siong Ki merasa
betapa seluruh lengannya tergetar hebat. Dia
melompat agak jauh ke belakang.
"Aku.....aku tidak ingin berkelahi denganmu,
aku hanya akan memberi pelajaran....."
Kembali Siong Ki tidak dapat melanjutkan kata-
katanya karena begitu tangan kiri Cin Cin
bergerak, belasan batang jarum yang bersinar
menyambar ke arah tubuh pemuda itu. Siong Ki
te rkejut dan cepat melompat jauh ke kiri. Kalau
Cin Cin maju membela ibunya dan dia dikeroyok
tiga, sudah pasti dia akan terancam bahaya.
Melawan Cin Cin seorangpun belum tentu dia
menang, maka mengingat bahwa dia telah melukai
Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa, yang te ntu akan
membuat Cin Cin marah sekali, dia lalu meloncat
jauh dan melarikan diri! Cin Cin tidak mengejarnya, hanya berdiri
mematung, memandang ke arah perginya pemuda
itu membelakangi suami isteri itu dengan sikap
acuh. Coa Liu Hwa dan suaminya saling pandang,
kemudian Liu Hwa yang kini timbul pula harapan
dan dugaannya bahwa gadis itu adalah pute rinya,
segera menghampiri dan menegur dengan suara
gemetar. "Kau.....kau.....Kam Cin" Cin Cin.....?"
Mendengar suara ibunya memanggilnya, Cin Cin
merasa jantungnya seperti diremas. Betapa inginnya menubruk dan merangkul ibunya yang
selama ini amat dirindukannya, akan tetapi di situ
ada Lie Koan Tek dan ia masih merasa penasaran.
De ngan perlahan ia memutar tubuh menghadapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibunya, mukanya menjadi pucat akan tetapi
sikapnya masih dingin dan ia hanya menatap
wajah ibunya, tanpa menjawab dan tanpa memperlihatkan gejolak perasaannya.
Liu Hwa yang kini tidak ragu lagi bahwa gadis ini
adalah pute rinya yang hilang, berkata lagi,
suaranya bercampur is ak, ".. ..Cin Cin......lupakah
engkau kepadaku" Lupakah.........engkau pada.......ibumu....." Aku ibumu......"
"Bukan! Engkau bukan ibuku!" Cin Cin berseru
dengan suara lantang seperti berte riak, karena
suaranya itu memang langsung keluar dari
perasaan hatinya. "Cin Cin! Engkau pasti Cin Cin anakku! Aku
ibumu, anakku....." Liu Hwa berkata dengan air
mata bercucuran, namun ia masih belum berani
mendekat, karena sebelum gadis itu mengaku
bahwa ia benar Cin Cin, tentu s aja ia belum yakin
benar. "Hemm, kalau benar engkau ini ibuku, kenapa
engkau membiarkan anakmu hidup te rlantar
sendiri sampai belasan tahun, sedangkan engkau
sendiri bersenang-senang dan enak-enakan menikah lagi dengan seorang laki-laki lain" Mana
ada seorang ibu seperti itu" Melupakan suami yang
te was melupakan anak yang hilang, sebaliknya
bersenang-senang sendiri?"
Liu Hwa yang mendengar ucapan penuh
penyesalan itu, merasa betapa dadanya seperti
ditusuk-tusuk, ia hanya dapat membelalakkan
mata memandang kepada anaknya dengan air
mata bercucuran. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat ini, Lie Koan Tek maju dan berkata
dengan suara tegas. "Nona, engkau tidak berhak
bicara seperti itu kepada isteriku!"
Kini Cin Cin menoleh kepadanya dan te rsenyum
mengejek. "Bagus! Engkau merasa dirimu besar
karena engkau te rkenal sebagai seorang tokoh
Siauw-lim-pai dan bersikap gagah" Huh, menurut
pendengaranku tadi, engkau ikut menyerbu Hek-
houw-pang dan ikut membasmi He k-houw-pang,
kemudian engkau membunuh ketua He k-houw-
pang dan melarikan is terinya, lalu memaksa isteri
ketua Hek-houw-pang menjadi isterimu! Dan
sekarang engkau masih gagah-gagahan berlagak
membelanya" Pendekar macam apa engkau ini?"
"Cin Cin......ahhh.......Cin Cin.......jangan berkata
demikian....." Liu Hwa menje rit, terkulai dan
pingsan dalam rangkulan suaminya yang cepat
meloncat mendekatinya. Lie Koan Tek memondong tubuh yang pingsan
itu, meenoleh kepada Cin Cin dan bertanya,
"Beginikah sikap seorang anak yang baik, membalas budi seorang ibu kandung dengan sikap
sekejam ini" Kalau ia sampai mati, maka
engkaulah pembunuh ibu sendiri!" Setelah berkata
demikian, Koan Tek membawa isterinya ke bawah
sebatang pohon di mana tumbuh rumput tebal dan
merebahkan tubuh Liu Hwa di atas rumput, lalu
menotok beberapa jalan darah dan mengelus
te ngkuknya. Liu Hwa kini bernapas le mbut dan
te ratur, agaknya ia tertidur.
Ketika Lie Koan Tek melihat gadis itu mengikutinya dan kini duduk di atas akar pohon
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil memandang isterinya dengan bingung,
diapun bertanya dengan suara kaku. "Kenapa
engkau mendekat" Apakah engkau masih penas aran dan hendak membunuh aku dan
isteriku" Silakan kalau begitu."
Akan te tapi, melihat ibunya roboh pingsan
agaknya semua kemarahannya le nyap atau setidaknya mereda dari hati Cin Cin. Ingin ia
menubruk dan menangisi ibunya, akan tetapi
panasnya hati membuat ia masih menahan
perasaannya dan ia memandang kepada Lie Koan
Tek. "Me ngingat namamu yang besar sebagai pendekar Siauw-lim-pai, demi kehormatan Siauw-
lim-pai, ceritakanlah apa yang te lah terjadi dan
mengapa pula ibuku sampai dapat menjadi
isterimu!" Koan Tek maklum bahwa semua harus diceritakan kepada gadis ini untuk mengobati hati
itu yang agaknya terluka hebat.
Sambil duduk di atas rumput, berhadapan
dengan gadis bertangan kiri buntung itu, Koan Tek
menceritakan keadaan dirinya. "Nona, engkau
te ntu sudah mendengar akan malapetaka yang
menimpa Siauw-lim-pai belasan tahun yang lalu,
bukan" Kuil kami dibakar dan Siauw-lim-pai
dibasmi pasukan pemerintah, ketika itu masih
Kerajaan Su. Nah, hampir semua anggota Siauw-
lim-pai te was, hanya aku beberapa orang saudara
yang lolos. Akan tetapi aku menjadi orang buruan
dan akhirnya aku te rtangkap dan menjadi orang
hukuman." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin mengangguk-angguk, hatinya te rtarik
karena ia memang sudah mendengar kisah
pembasmian Siauw-lim-pai oleh pemerintah Kerajaan Sui. "Ketika Kerajaan Sui jatuh, seorang pangeran
membebaskan aku dan beberapa orang hukuman
lain, dengan syarat bahwa kami yang dibebaskan
harus menjadi para pembantunya. Karena ingin
bebas, kami setuju. Kemudian Kerajaan Sui yang
jatuh diganti oleh Kerajaan Tang. Pangeran yang
menjadi majikan kami itu lalu mengadakan
gerakan pemberontakan te rhadap kerajaan baru
dan kami membantunya. Namun usaha itu gagal.
Ketika pangeran itu membujuk He k-houw-pang
untuk bersekutu dengannya, Hek-houw-pang menolak dan demikianlah kami disuruh menyerbu
He k-houw-pang. Aku sendiri tidak setuju dengan
gerakan itu, maka aku han ya membela diri ketika
dikeroyok orang-orang He k-houw-pang, merobohkan pengeroyok tanpa membunuh siapapun. Nona boleh percaya atau tidak, akan
tetapi sesungguhnya demikianlah. Ketika melihat
isteri ketua Hek-houw-pang te rancam dan tentu
akan te was seperti suaminya, aku merasa kasihan
dan aku lalu melarikannya agar ia tidak sampai
te was seperti yang lain."
Cin Cin mendengus. "Huh, kenapa engkau
menolongnya dan membiarkan orang-orang lain
te rbunuh" Tentu engkau tertarik oleh kecantikannya bukan?"
Wajah Koan Tek berubah kemerahan. "Aku tidak
perlu menyangkal. Memang aku te rtarik oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecantikannya, walaupun aku belum pernah
menikah dan tidak pernah tertarik oleh kecantikan
wanita. Akan tetapi, hal itu belum kusadari
sebelumnya, dan aku melarikannya karena dengan
demikian para pembantu pangeran itu te ntu tidak
akan melarangku dan mengira bahwa aku te rtarik
oleh wanita itu dan sengaja melarikannya. Padahal,
aku melakukan hal itu agar aku te rhindar dari
keharusan melawan orang-orang yang kutahu
tidak bersalah. Nah, setelah aku melarikannya,
membawanya ke te mpat aman, kemudian aku
melepaskannya. Kami berpisah, akan tetapi aku
merasa kasihan dan tidak te ga lalu membayanginya. Ternyata kekhawatiranku te rbukti. I a te rtawan kepala gerombolan dan nyaris
diperkosa. Untung bahwa aku masih

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membayanginya, maka aku berhasil membunuh
kepala gerombolan." Cin Cin mendengarkan saja, belum percaya
sepenuhnya sambil membayangkan keadaan ibunya ketika itu. Melihat gadis itu mendengarkan
penuh perhatian tanpa bicara, Koan Tek menghela
napas panjang. Dia tidak akan menyalahkan kalau
gadis itu tida k percaya kepadanya. Akan tetapi dia
sudah mengambil keputusan untuk menceritakan
semuanya dengan sejujurnya, sesuai dengan
wataknya. "Ketika ibumu berkunjung ke Ta-bun-cung, ia
mendengar bahwa suaminya te lah te was di
samping banyak tokoh Hek-houw-pang lainnya,
dan iapun mendengar bahwa engkau diantar
seorang sute suaminya pergi mencari pendekar
sakti Si Han Heng di dusun Hong-cun. Maka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
iapun meninggalkan dusun dan di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang di antara
rekanku, anak buah sang pangeran dan tentu ia
akan te rtawan atau terbunuh kalau saja aku tidak
datang menyelamatkannya pula. Aku lalu mengantarkannya untuk mencari pute rinya dan
demikianlah, kami saling jatuh cinta dan kami
menikah." "Cin Cin......" Dua orang itu menengok dan
te rnyata Coa Liu Hwa baru saja terbangun dari
tidur dan ia bangkit duduk, lalu menangis ketika
melihat Cin Cin masih duduk di situ berhadapan
dengan suaminya. "Cin Cin, engkau masih belum mengakui aku
sebagai ibumu......?" Wanita itu meratap sambil
memandang gadis itu dengan sinar mata penuh
harap. "Ceritakanlah dulu riwayatmu sampai engkau
menikah dengan paman ini dan tidak memperdulikan aku," kata Cin Cin, kemarahannya
sudah tinggal sedikit setelah mendengar keterangan Lie Koan Tek, hanya tinggal perasaan
penas aran saja. "Cin Cin, ketika te rjadi serbuan gerombolan di
Ta-bun-cung, seperti semua orang Hek-houw-pang,
di samping ayahmu, akupun melakukan perlawanan mati-matian. Akan te tapi pihak kita
jauh kalah kuat. Ayahmu tewas dan masih banyak
lagi, para murid He k-houw-pang hampir habis,
bahkan Coa Siang Lee yang menjadi tamu
kehormatan. Aku sendri tentu akan tewas kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja aku tidak ditangkap oleh dia ini dan dilarikan
keluar dari dusun." "Hemm, dan dia merupakan seorang di antara
para penyerbu dan pembasmi He k-houw-pang!"
cela Cin Cin. "Dia sudah menceritakan segalanya, Cin Cin. Dia
te rpaksa melakukan itu, akan tetapi dia tidak
membunuh siapapun. Bahkan penyerbuan di He k-
houw-pang itu yang membuat dia lalu nekat
meninggalkan pangeran pemberontak itu. Aku juga
merasa sungkan dan tidak ingin berte mu lagi
dengannya. Ketika aku berkunjung ke dusun kita
dan bersembahyang, aku melihat Siong Ki yang
kehilangan orang tuanya, dan dia minta agar
menjadi muridku dan ikut denganku. Aku mengajak dia meninggalkan dusun melalui arah
lain agar jangan berte mu dia. Akan te tapi, kami
berdua berte mu dengan seorang di antara para
penyerbu dan aku te ntu akan celaka kalau s aja dia
ini tidak muncul dan menolongku. Dalam perkelahian itu, Siong Ki melarikan diri dan tak
pernah kulihat lagi sampai tadi muncul dan
hendak membunuh dia."
"Dan engkau sama sekali tidak perduli kepadaku!" Cin Cin bertanya, penasaran sekali.
-ooo0dw0ooo- Jilid 23 "Cin Cin, aku mendengar bahwa engkau diantar
oleh sute Lai Kun untuk berguru kepada pendekar
sakti Si Han Beng. Tentu saja hatiku lega dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setuju sekali. Akan tetapi, beberapa bulan yang
lalu, aku dan suamiku berkunjung ke Ta-bun-
cung, te rnyata Lai Kun te lah menjadi ketua Hek-
houw-pang dan menurut dia, engkau hilang di
daerah Lok-yang ini. Tentu saja aku merasa sedih
dan kami berdua segera mencari dan menyelidiki
jejakmu di daerah ini. Untung kami mendengar
te ntang peristiwa di Ji-goan, betapa seorang gadis
membasmi rumah pelesir dan kami curiga, lalu
kami mencari ke Lok yang dan berte mu denganmu
di jalan. Kami lalu membayangimu, melihat engkau
diganggu orang-orang di rumah makan itu."
Cin Cin menundukkan mukanya. Kini ia
mengerti semuanya dan ia sudah mempertimbangkan keadaan ibunya. Ibunya tidak
dapat disalahkan, bahkan beruntung ibunya dapat
berjodoh dengan seorang pendekar seperti Lie Koan
Tek. Mengingat akan sikapnya ketika berte mu
dengan ibunya, betapa ia bersikap kasar dan
marah, ia merasa menyesal sekali dan hatinya
te rtusuk keharuan, membuat kedua matanya
basah. Melihat gadis itu hanya menunduk, Liu Hwa
mendekati. "Cin Cin........kau......kau...,
suka memaafkan ibumu.......?"
Cin Cin mengangkat mukanya. Wajahnya dan
kedua matanya basah air mata yang kini menetes
turun. "I bu............!"
"Cin Cin anakku..............!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang wanita itu saling tubruk dan
berangkulan, bertangisan. Lie Koan Tek te rsenyum
akan te tapi dia menggunakan punggung tangan
untuk menghapus dua titik air mata, air mata
kebahagiaan karena tadinya dia khawatir sekali
kalau Cin Cin tetap tidak mengakui ibunya dan hal
itu pasti akan menghancurkan hati is terinya dan
akan menyiksanya selama hidup.
Ibu dan anak itu bertangisan dan semua
kekerasan yang dibentuk ole h gurunya selama
belasan tahun mencair dalam hati Cin Cin dan
iapun menangis sampai mengguguk di pangkuan
ibunya. Seluruh kerinduan yang bertumpuk selama ini tercurah keluar melalui tangis mereka
dan di dalam tangis ini pula Cin Cin telah
memaafkan semua rasa penasaran hatinya te rhadap ibunya selama ini. Setelah tangis mereka
mereda, Liu Hwa merangkul le her pute rinya,
menciuminya, meraba seluruh anggota tubuh
pute rinya, dari rambut sampai ke kakinya. Ketika
ia meraba lengan kirinya, ibu itu terisak.
"Cin Cin.......anakku, tangan kirimu......aih,
kenapa sampai begini, anakku" Apa yang te rjadi
dengan tanganmu?" Ia menciumi ujung lengan kiri
yang buntung dan dibalut kain putih itu.
De ngan suara seperti anak kecil manja melapor
kepada ibunya, Cin Cin berkata lirih diseling is ak,
"I bu.....tanganku dibuntungi oleh Thian Ki....."
"Thian Ki.....?" Kau maksudkan, Coa Thian Ki
pute ra Coa Siang Lee.."
Gadis itu mengangguk dan menyandarkan
mukanya di dada ibunya, menangis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi.....mengapa?"
Lie Koan Tek berkata dengan suaranya yang
te nang dan sabar. "Kurasa, sebaiknya kalau Cin
Cin menceritakan pengalamannya semenjak meninggalkan Ta-bun-cung kepada ibunya."
Cin Cin kini sudah dapat menguasai hatinya.
Kedua matanya merah dan ia memandang kepada
Lie Koan Tek. "Paman......eh, bolehkah aku
menyebut ayah.....?"
Lie Koan Tek tertawa, tawanya bebas dan keras
tanda kelegaan hatinya. "Ha-ha-ha-ha, tentu saja,
Cin Cin. Memang aku ini ayahmu, pengganti ayah
kandungmu yang telah tewas."
"Maafkan sikapku tadi, ayah."
"Tentu saja, Cin Cin. Sikapmu tadi tidak dapat
kusalahkan, sudahlah sekarang sebaiknya kau
ceritakan semua pengalamanmu, setelah engkau
tadi mendengar ceritaku dan cerita ibumu."
Cin Cin duduk di atas akar, dekat ibunya dan
menggunakan saputangan menghapus air mata
dari wajahnya. "Atas perintah mendiang kakek
Coa, aku diantar oleh susiok Lai Kun untuk
menjadi murid paman Si Han Beng di Hong-cun.
Akan te tapi, ketika kami tiba di kota Ji-goan,
paman Lai Kun bertindak curang dan keji. Aku
dijualnya kepada seorang mucikari, pemilik rumah
pelesir Ang-hwa." "Jahanam Lai Kun.........!!" Ibunya berseru dan
mengepal tinju. "Kalau aku tahu hal itu, ketika aku
berhadapan dengannya, te ntu sudah kucekik
le hernya..!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tenanglah, ibu. Paman Lai Kun sekarang sudah
te was." Ibunya memandang kepadanya. "Kau...... kau
membunuhnya?" Cin Cin tersenyum dan menggele ng kepala. "Aku
datang berkunjung ke sana dan melihat dia
menjadi ketua Hek-houw-pang. Aku hanya membongkar rahasianya, menceritakan kepada
semua orang apa yang dia lakukan te rhadap
diriku, dan dia merasa malu lalu membunuh diri
sendiri." "Aahhh.........kasihan isteri dan anak-anaknya,"
kata Liu Hwa. "Lalu bagaimana
kelanjutan ceritamu, Cin Cin?"

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cin Cin menceritakan pengalamannya ketika
dipaksa tinggal di rumah pelesir Ang-hwa, betapa
ia berusaha melarikan diri ketika ia dijual kepada
seorang bangsawan, betapa ia dikejar-kejar tukang-tukang pukul, kemudian ditolong oleh
seorang wanita sakti yang mengambilnya sebagai
murid. "Siapakah wanita sakti yang menjadi gurumu
itu?" tanya ibunya. "Subo adalah Tung-hai Mo-li
Bhok Sui Lan." "Ahhhh!" Lie Koan Tek berseru kagum. "I a
seorang tokoh kangouw yang amat lihai, datuk dari
timur!" "Selama belasan tahun aku tekun berlatih ilmu
silat dari subo. Kemudian, subo menyuruh aku
turun gunung karena menganggap pelajaranku
sudah tamat dan aku mendapat tugas untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencari dua orang musuh subo dan membunuhnya. Aku lalu mencari musuh pertama
suboku, yaitu Pangeran Cian Bu Ong."
"Ahh.........!" Lie Koan Tek berseru kaget. Juga
isterinya te rkejut karena Liu Hwa sudah mendengar dari suaminya bahwa pangeran Kerajaan Sui yang dahulu menyuruh serbu He k-
houw-pang adalah Cian Bu Ong.!
"Kenapa, ibu" Ayah" Kenapa kalian kaget
mendengar nama Cian Bu Ong?"
"I ngatkah engkau akan ceritaku tadi bahwa aku
dan beberapa orang yang lihai dibebaskan dari
hukuman dan diharuskan membantu seorang
pangeran, bahkan pangeran itu menyuruh kami
menyerbu He k-houw-pang" Pangeran itu adalah
Cian Bu Ong!" "Hemm, sungguh kebetulan sekali. Kalau begitu,
Cian Bu Ong juga musuh He k-houw-pang, musuh
kita, ibu." "Akan tetapi dia sakti sekali, Cin Cin. Berhasilkah engkau membunuhnya?" Lie Koan Tek
bertanya, penuh kagum. Kalau Cin Cin mampu
mengalahkan Cian Bu Ong, berarti puteri tirinya
ini memang luar biasa lihainya. Akan te tapi Cin
Cin menggeleng kepalanya.
"Dia memang lihai, akan te tapi agaknya merasa
bersalah te rhadap subo, maka dia sengaja mengalah. Agaknya aku pasti akan dapat membunuhnya kalau saja tidak dihalangi oleh
Thian Ki." Ketika mengucapkan nama itu, wajah
Cin Cin mengeras dan matanya berkilat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa katamu" Thian Ki, putera Coa Siang Lee
dan Sim Lan Ci itu malah membela Cian Bu Ong
musuh besar kita, juga musuh besarnya sendiri!"
kata Liu Hwa terheran-heran.
"Bahkan le bih dari itu, ibu. Thian Ki telah
menjadi putera Cian Bu Ong, dan ibunya te lah
menjadi isteri bekas pangeran itu."
"Wahhhh......?" Aneh sekali! Sungguh luar biasa
sekali!" seru Liu Hwa, s ukar membayangkan hal itu
dapat te rjadi. Kalau ia menjadi isteri Lie Koan Tek,
biarpun pendekar Siauw-lim-pai ini pernah membantu Cian Bu Ong, adalah karena ternyata
bahwa Lie Koan Tek bukan penjahat dan tidak
membunuhi orang-orang He k-houw-pang, bahkan
menolongnya. Akan te tapi Pangeran Cian Bu Ong"
Dia yang menyuruh anak buahnya menghancurkan He k-houw-pang sehingga akibatnya menewaskan pula Coa Siang Lee, dan
isteri Siang Lee itu malah menjadi isteri pangeran
itu" "Dan Coa Thian Ki yang membela Pangeran Cian
Bu Ong membuntungi tangan kirimu, Cin Cin?"
tanya Lie Koan Tek yang juga merasa terheran-
heran. Cin Cin menggeleng kepalanya dan alis nya
berkerut ketika ia menunduk dan memandang
kepada ujung le ngan kirinya. "Dia mencegah aku
membunuh Cian Bu Ong, sehingga te rjadi perkelahian antara dia dan aku. Thian Ki yang
menjadi anak tiri dan murid Cian Bu Ong, lihai
bukan main. Akan te tapi aku berhasil mencengkeram pundaknya dengan tangan kiriku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seketika, tangan kiriku keracunan hebat sampai
menjadi hitam dan Thian Ki menggunakan
pedangnya untuk membuntungi tanganku sebatas
pergelangan. Katanya.......kalau tidak dia buntungi
tanganku, racun akan menjalar naik dan aku akan
te was tanpa ada obat yang dapat menyembuhkannya." "Ahhh, mengerikan!" kata Lie Koan
Tek. "Bagaimana mungkin engkau mencengkeram pundaknya malah engkau yang keracunan?"
"Ayah, Thian Ki adalah seorang tok-tong (anak
beracun), hal ini kuketahui kemudian. Di tubuhnya mengeram racun yang amat hebat
sehingga siapa saja yang memukul atau mencengkeramnya akan keracunan sendiri tanpa
ada obat yang mampu menyembuhkannya."
"Aku ingat sekarang!" kata Liu Hwa. "Ibunya,
Sim Lan Ci, adalah puteri Ban-tok Mo-li, ahli racun
yang tiada duanya di dunia persilatan. Tentu
neneknya itulah yang membuat Thian Ki jadi
seorang tok-tong." "Bukan main anak itu," kata Lie Koan Tek
te rmenung. "Sudah menjadi tok-tong, menjadi
anak tiri dan murid Cian Bu Ong, te ntu dia
menjadi seorang yang amat hebat. Baru memukulnya saja sudah mendatangkan bahaya
maut bagi yang memukulnya! Akan sulit mencari
orang yang akan mampu menandingi pemuda itu."
"Jangan-jangan dia akan menjadi seorang
penjahat. Akan berbahaya sekali kalau begitu.
Mendiang ayahnya, Coa Siang Lee, adalah seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar dan ibunya, biarpun pute ri Ban-tok Mo-
li, namun bukan seorang wanita jahat."
"Hemm, setelah menjadi seorang tok-tong, sadar
akan kekuataan dalam tubuhnya, dan menjadi
murid Cian Bu Ong yang sakti dan kejam, memang
ada kecondongan bagi pemuda itu untuk menjadi
jahat. Yang jelas, Cin Cin telah menjadi korban
anak beracun itu, dan kehilangan tangan kirinya."
Liu Hwa mengamati wajah puterinya dan Cin Cin
menunduk, menarik napas panjang. "Cin Cin,
apakah engkau mendendam kepada Thian Ki?"
Gadis itu kembali menghela napas panjang dan
menggeleng kepalanya. "Sesungguhnya ibu, ketika
aku kehilangan tangan kiri, aku menjadi berduka
sekali dan merasa sakit hati. Akan tetapi, aku
merasa yakin bahwa Thian Ki bukanlah orang
jahat. Justru dia membuntungi tangan kiriku
untuk menyelamatkan nyawaku, dan dia melakukannya secara te rpaksa sekali. Bahkan
tangan kiriku keracunan bukan karena dia
menyerangku, melainkan karena aku yang mencengkeram pundaknya. Aku tidak dapat
menyalahkan dia, ibu. Akan te tapi, bagaimanapun
juga, aku menjadi buntung karena dia, disengaja
atau tidak, maka selalu ada dendam te rkandung
dalam hatiku. Sekali waktu, entah kapan, aku
akan membalas semua ini, dan mudah-mudahan
aku akan dapat membuntungi tangan kirinya, baru
akan puas rasa hatiku dan tidak akan merasa
penas aran lagi." Diam-diam Liu Hwa merasa ngeri. Hampir ia
tidak dapat mengenal puterinya yang dahulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan seorang anak yang periang dan berhati
le mbut. Sekarang, ada sesuatu yang membuatnya
merasa ngeri. Pute rinya itu kini berwatak keras
dan terdapat sesuatu yang dingin.
Lie Koan Tek menarik napas panjang. "Me ndengarkan penuturanmu, akupun merasa
ragu apakah benar Thian Ki menjadi seorang
pemuda yang kejam dan jahat. Kalau memang
engkau menganggap dia tidak bersalah, tidak
semestinya kalau engkau mendendam kepadanya,
Cin Cin. Seorang gagah tidak pernah mendendam,
hanya menentang yang jahat, siapapun dia. Kalau
Thian Ki ternyata jahat, sudah sepatutnya kalau
engkau menentangnya, akan tetapi kalau ternyata
tidak, maka tidak baik kalau engkau mendendam
kepadanya." "Apa yang dikatakan ayahmu benar, Cin Cin.
Engkau te ntu masih ingat bahwa ayah kandungmu
adalah ketua Hek-houw-pang yang selalu membela


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kebenaran dan keadilan, juga keluarga ibumu
adalah keluarga Coa yang turun te murun menjadi
pimpinan He k-houw-pang. Bahkan ayah tirimu ini
adalah seorang pendekar Siauw-lim-pai yang
te rkenal selalu menentang ketidak-adilan. Engkau
keturunan keluarga pendekar, anakku, oleh karena
itu, setelah kini memiliki ilmu kepandaian tinggi,
sudah sepatutnya kalau engkau bersikap dan
bertindak sebagai seorang pendekar wanita sejati."
Cin Cin menghela napa panjang. "Ibu, biarpun
subo adalah seorang datuk yang berwatak aneh
dan keras, namun karena sejak kecil aku sudah
menerima pendidikan dari ibu dan ayah, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
didikan subo tidak akan mampu membelokkan
watak pendekar dari hati dan pikiranku. Akan
tetapi aku berhutang budi, bahkan berhutang
nyawa kepada subo. Kalau aku tidak membalas
budinya, bukankah aku sama saja dengan seorang
yang tak mengenal budi, seorang yang rendah
budi?" "Tentu saja, Cin Cin. Sudah sewajarnya, bahkan
sudah menjadi kewajibanmu untuk membalas budi
kepada subo-mu!" kata Lie Koan Tek dan ibunya
juga mengangguk. "Nah, karena memenuhi permintaan su-bo,
maka aku mati-matian mencari Cian Bu Ong dan
berusaha membunuhnya. Akan te tapi, Thian Ki
membela ayah tlrinya yang juga menjadi gurunya
dan menghalangi usahaku untuk memenuhi tugas
yang diberikan subo kepadaku, yaitu membunuh
Cian Bu Ong. Akibat dari perbuatan Thian Ki,
walaupun tidak dia sengaja, aku kehilangan
tangan kiriku. Ayah dan ibu, tidakkah sudah
sepatutnya kalau aku kelak membalas kepada
Thian Ki" Dan akupun akan berusaha memenuhi
permintaan subo, sekali lagi aku akan berusaha
menbunuh Cian Bu Ong!"
"Akan tetapi itu berbahaya sekali, anakku.
Engkau tahu sendiri betapa lihainya bekas
pangeran itu! Apa lagi muridnya, Thian Ki pasti
akan selalu membelanya!"
"Aku tidak takut, ibu. Dan selain itu, masih ada
sebuah tugasku lagi yang diperintahkan subo,
yaitu membunuh seorang lain yang menjadi musuh
subo." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, betapa berat tugasmu, disuruh membunuh
orang-orang pandai. Siapa lagi yang dimusuhi oleh
subomu itu, Cin Cin?"
"Orang ke dua yang harus kucari dan kubunuh
bernama Can Hong San........."
"Ahh! Dia..........?"" Lie Koan Tek berseru kaget,
juga Liu Hwa terkejut mendengar disebutnya nama
itu. "Ayah, ibu, kalian sudah mengenal nama itu?"
"Me ngenal" Tentu saja!" kata Lie Koan Trek
heran. "Can Hong San adalah seorang di antara
mereka yang dikeluarkan dari penjara oleh Cian Bu
Ong, dan kemudian menjadi pembantunya pula.
Dialah seorang di antara kami yang menyerbu Hek-
houw-pang, dan dialah yang melakukan banyak
pembunuhan di antara keluarga Hek-houw-pang."
"Bahkan dia hampir saja mencelakai aku, kalau
saja tidak muncul ayahmu ini yang menolongku
dari tangannya," kata Liu Hwa.
"Bagus! Kalau begitu, sungguh kebetulan sekali
subo menyuruh aku membunuhnya. Dia jelas
orang yang jahat!" kata Cin Cin penuh semangat.
"Dapatkah ayah dan ibu memberitahu, di mana
aku dapat mencari Can Hong San?"
Lie Koan Tek menghela napas panjang. "Aah, Cin
Cin, bagaimanapun juga, subomu itu sungguh tega
memberi tugas yang demikian berat kepadamu.
Seorang Cian Bu Ong saja sudah merupakan lawan
yang amat berat dan sukar untuk dibunuh, dan
engkau masih harus menghadapi Can Hong San.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia lihai bukan main! Dia adalah putera mendiang
Cui-beng Sai-kong. Dia lihai, jahat dan licik sekali.
Bahkan mungkin dia le bih berbahaya dibandingkan Cian Bu Ong yang setidaknya
memiliki keaangkuhan dan kegagahan. Kami
sendiri tidak tahu di mana dia sekarang berada.
Tidak akan mudah mencari orang yang licik se perti
iblis itu." "Akan tetapi, kenapa gurumu memusuhi kedua
orang itu, Cin Cin" Sepanjang pendengaranku.
Tung-hai Mo-li adalah seorang datuk besar di
wilayah timur. Bagaimana ia memusuhi orang-
orang yang dapat dibilang segolongan, walaupun
Cian Bu Ong berasal dari keluarga kerajaan?"
"Riwayat subo dengan Cian Bu Ong amat
menyedihkan, ibu. Mereka ketika muda saling
mencinta dan akan menjadi suami isteri, akan
tetapi tiba-tiba Cian Bu Ong memutuskan cinta
ketika mengetahui bahwa subo datang dari
keluarga golongan hitam. Hal ini menghancurkan
perasaan hati subo sehingga sejak itu, sampai
sekarang, subo tidak mau menikah, bahkan tidak
mau berdekatan dengan pria. Itulah dendam subo
kepada Cian Bu Ong. Adapun mengenai Can Hong
San, orang itu dahulu membunuh suheng dari
subo. Hanya itu yang kuketahui. Aku tidak banyak
bertanya dan hanya akan mentaati pesan subo
yang sudah melimpahkan budi kepadaku."
Suami isteri itu saling pandang. Mereka tidak
dapat menyalahkan Cin Cin, bahkan mereka
merasa bangga karena Cin Cin te rnyata seorang
murid yang se tia membela gurunya sehingga dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melaksanakan tugas yang diperintahkannya, ia
sampai kehilangan tangan kiri. Dan inipun tidak
membuatnya mundur, dan ia masih bertekad
untuk mencari dan membunuh kedua orang
musuh gurunya itu! "Mari kita pulang dulu, Cin Cin. Aku amat
merindukanmu dan rasanya tidak akan ada
habisnya kita bicara. Nanti setelah berada di
rumah, kita bicarakan te ntang tugasmu itu dan
ayahmu yang mempunyai banyak hubungan di
dunia kang-ouw, te ntu akan dapat membantumu
mencari tahu di mana adanya Can Hong San itu."
Cin Cin menyetujui. Iapun sejak dahulu amat
merindukan ibunya, dan mengingat akan sikapnya
ketika bertemu ibunya dan ayah tirinya, ia merasa
malu sendiri dan ia harus dapat menyenangkan
hati ibunya untuk menebus sikapnya yang
menyakiti hati itu. Berangkatlah mereka bertiga
meninggalkan tempat itu. -ooo0dw0ooo- De ngan alis berkerut dan wajah muram, The
Siong Ki memasuki kota Lok-yang. Biarpun kota ini
amat indah dan ramai, namun hati Siong Ki tidak
bergembira. Dia masih teringat akan kegagalannya
membunuh Lie Koan Tek karena munculnya Cin
Cin. Tak dis angkanya bahwa Cin Cin kini demikian
lihainya. Dia yang telah digemble ng oleh Naga Sakti
Sungai Kuning Si Han Beng dan iste rinya, agaknya
tidak akan mudah dapat mengalahkan gadis yang
tangan kirinya buntung itu! Kalau menghadapi Cin
Cin sendiri saja belum tentu dia menang, apalagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau dia dikeroyok oleh Cin Cin, ibunya dan Lie
Koan Tek. Hatinya mengkal, akan te tapi dia menghibur
sendiri. Bukankah suhu dan subonya berpesan
agar dia tidak mendendam kepada Lie Koan Tek"
Juga, melihat sikap Lie Koan Tek dan jawabannya,
dia dapat percaya bahwa Lie Koan Tek bukan
pembunuh ayahnya, walaupun ikut menyerbu
He k-houw-pang. Biarlah, sekali ini dia boleh
melepaskan Lie Koan Tek. Lain kali kalau
kebetulan dia bertemu lagi dengan pendekar
Siauw-lim-pai itu, dia akan menantangnya lagi.
Tidak perlu sampai membunuhnya, asal sudah
mengalahkannya saja dia sudah puas.
Sekarang dia harus mulai dengan tugas yang
diberikan gurunya kepadanya, yaitu mencari puteri
gurunya yang bernama Sie Hong Lan dan yang
diculik oleh seorang wanita bernama Kwa Bi Lan.
Dia merasa heran sekali kepada suhu dan
subonya. Ada seorang wanita menculik pute ri
mereka, anak tunggal mereka, dan memisahkan
mereka dari anak mereka selama enambelas tahun,
dan mereka berdua tidak mendendam kepada si
penculik! Bahkan memesan kepadanya agar tidak
memusuhi Kwa Bi Lan itu, cukup menemukan
kembali Sie Hong Lan! Kenapa suho dan subonya
yang demikian gagah perkasa itu menjadi orang-
orang demikian le mah" Dia sendiri berpendapat
lain. Penculik itu pantas diberi hajaran!
Siong Ki memasuki sebuah rumah makan dan
setelah makan kenyang dan minum arak, kemurungannya mereda dan kegembiraannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
timbul kembali. Sudah beberapa bulan dia
meninggalkan rumah gurunya dan selama ini,
tidak banyak yang dia lakukan. Mengunjungi
makam ayahnya di dusun Ta-bun-cung, berte mu
dengan para pimpinan dan anggota He k-houw-
pang, melihat betapa Lai Kun membunuh diri dan
menolak ketika dia he ndak diangkat menjadi ketua
He k-houw-pang. Kemudian pertemuannya dengan
Lie Koan Tek dan bekas isteri ketua Hek-houw-
pang, ibu Cin Cin, bertanding dan hampir
mengalahkan mereka ketika muncul Cin Cin yang
membuat dia te rpaksa melarikan diri. Tidak
banyak! Dan tidak ada yang dapat membuat
gurunya terse nyum bangga.
Beberapa orang pengemis yang tadinya berkeliaran ke depan toko-toko dan mengacungkan
tangan meminta sumbangan dari mereka yang
berlalu lalang, kini berdiri di depan rumah makan.
Seperti biasa, mereka mengharapkan dermaan
para tamu rumnah makan, dan ada yang mengharapkan sis a makanan yang tidak dimakan
habis para tamu dan sisa itu biasanya ole h pelayan
rumah makan dibagi-bagikan kepada mereka.
Bermacam-macam cara pengemis untuk mendapatkan hasil, menarik perhatian dan rasa
iba orang lain sehingga orang-orang itu akan
mengulurkan bantuan dan memberi sedekah
kepada mereka. Ada yang dengan suara merengek-
rengek merintih menceritakan bahwa mereka
kelaparan dan sejak kemarin belum makan. Ada
yang entah dari mana, dapat meminjam seorang
anak kecil yang digendongnya, dan ada pula yang
demikian kejamnya, entah anak sendiri atau anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinjaman, mencubit anak itu, sehingga anak itu
menangis dan ia mengatakan bahwa anak itu
kelaparan. Ada pula yang tiba-tiba saja menjadi
pincang, menjadi buta dan sebagainya! Semua itu
adalah usaha untuk menarik perhatian dan belas
kasihan, baik dengan sungguh-sungguh, atau
hanya pura-pura belaka. Bahkan ada lagi yang
menggunakan cara yang le bih buruk, yaitu bukan
memancing belas kasihan, melainkan memancing
kejijikan para tamu. Mereka ini sengaja memakai
pakaian kotor dan berbau busuk, bahkan ada yang
sengaja membuka dan memperlihatkan luka
memborok, semua ini sengaja dilakukan untuk
menimbulkan rasa jijik sehingga para tamu cepat-
cepat memberi sedekah agar orang yang menjijikkan itu segera pergi!
Ketika tiga orang pengemis lain datang ke depan


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rumah makan, semua pengemis dengan bermacam
gaya itupun cepat-cepat pergi dengan sikap
ketakutan. Seorang di antara tiga orang pengemis
ini menghardik, "Jembel-jembel busuk, hayo pergi,
atau kuremukkan tulang-tulang kaki kalian!"
Sungguh lucu. Tiga orang itu berpakaian sebagai
pengemis pula, tambal-tambalan dengan dasar
warna hitam. Mereka sendiri pengemis, akan tetapi
mereka memaki pengemis lain sebagai je mbel-
je mbel busuk! Akan tetapi memang ada perbedaan
menyolok. Tiga orang ini adalah laki-laki yang
usianya antara tigapuluh sampai empatpuluh
tahun, bertubuh sehat, bahkan nampak kokoh
kuat! Dan pakaian merekapun sama, yaitu
dasarnya hitam akan te tapi te rdapat tambalan di
sana-sini. Mudah dilihat bahwa tambalan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan untuk menambal bagian yang ro bek, karena
pakaian hitam itu te rbuat dari kain yang masih
baik dan kuat. Tambal-tambalan itu memang
disengaja dibuat sebagai tanda bahwa mereka
adalah golongan pengemis. Inilah tiga orang di
antara para pengemis yang mempunyai perkumpulan! Mereka adalah para anggota sebuah
kai-pang (perkumpulan pengemis) terkenal di Lok-
yang dan sekitarnya, yaitu He k I Kai-pang
(Perkumpulan Pengemis Baju Hitam). Perkumpulan
ini berpengaruh sekali karena mereka memiliki
anggota yang le bih dari tigaratus orang jumlahnya,
suka melakukan pengeroyokan dan para anggotanya juga rata-rata menguasai ilmu silat.
Biarpun namanya pengemis, namun mereka itu
seringkali mengandalkan kekerasan memaksakan
kehe ndak dan kalau sudah begitu, mereka itu lebih
pantas disebut perampok dari pada pengemis !
Siong Ki masih minum arak dan hatinya mulai
mendapatkan kembali kegembiraannya. Dia membawa benal uang cukup banyak dari gurunya,
sehingga dapat memesan makanan apa saja yang
disukainya. Dia tidak tahu bahwa sejak tadi
seorang wanita memasuki rumah makan itu
seorang diri. Wanita ini cantik dan genit. Melihat
wajah dan bentuk tubuhnya, te ntu semua orang
mengira bahwa usianya kurang le bih duapuluh
lima tahun saja. Mukanya lonjong dengan kulit
yang putih mulus, matanya jeli dan mulutnya
selalu dihias senyuman genit, tubuhnya ramping
dengan pinggul besar. Wanita ini bukan lain adalah
Bi Tok Siocia. Seorang wanita petualang yang lihai,
yang sebetulnya sudah berusia empatpuluh tahun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan te tapi karena pandainya bersolek, ditambah
lagi pengetahuannya te ntang racun dan obat-
obatan, ia masih kelihatan muda dan cantik
menarik. Kita pernah bertemu Bi Tok Siocia ketika Cin Cin
mengamuk di rumah pelesir Ang-hwa, di kota Ji-
goan. Rumah pelesir Ang-hwa yang dipimpin oleh
Cia Ma itu pernah dikuasai oleh Bi Tok Sio-cia ini,
yang mempergunakan kepandaian dan juga anak
buahnya, untuk menculik dan membujuk gadis -
gadis dusun untuk dijadikan pelacur. Kedatangan
Cin Cin yang mengobrak-abrik rumah pelesir ini
akhirnya memaksa Bi Tok Siocia melarikan diri
dan banyak anak buahnya menjadi korban
kemarahan Cin Cin, dibuntungi sebelah tangan
mereka.! Bi Tok Siocia mengalah dan lari, bukan
hanya karena ilmu kepandaian Cin Cin yang hebat
membuatnya merasa jerih, akan tetapi karena ia
tahu bahwa Cin Cin murid Tung-hai Mo-li, ia tidak
berani memusuhi murid datuk timur yang disegani
ayah angkatnya itu. Ayah angkatnya adalah Ouw
Kok Siang, majikan bukit Liong-san.
Setelah meninggalkan rumah pelesir Ang-hwa di
Ji-goan, Bi Tok Siocia (Nona Beracun Cantik) Ouw
Ling pergi ke Lok-yang. Petualangannya di Ji-goan
sudah berakhir dan kini ia mencari pengalamanan
baru, sesuai dengan wataknya yang selalu haus
akan petualangan. Ketika memasuki rumah makan
itu, duduk dan memesan makanan, pandang
matanya melihat Siong Ki dan ia segera merasa
te rtarik sekali. Bi-tok Siocia memang seorang
wanita yang selalu haus akan pria yang tampan,
seorang yang mata keranjang dan cabul. Dan Siong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki memang seorang pemuda yang memiliki daya
tarik cukup besar. Tubuhn ya tinggi
te gap, wajahnya tampan dengan matanya yang bersinar
tajam dan mulut yang selalu tersenyum sinis.
Dagunya te bal membayangkan kekuatan, dan
tubuh yang tinggi tegap itupun nampak kokoh. Bi-
tok Siocia Ouw Ling yang baru saja mengalami
kegagalan dan kekecewaan di Ji-goan, kini haus
akan hiburan dan ia mulai mengincar pemuda
tampan yang duduk seorang diri itu dengan penuh
perhatian. Bukan han ya suara saja yang mengandung
getaran yang bergelombang dan dapat ditangkap
oleh orang lain dari jarak jauh, juga pandang mata
mengandung getaran kuat bagi orang yang
memiliki kepekaan. Kalau kita memandang seseorang dari samping atau belakang dengan
penuh perhatian dan te rus-menerus, suatu saat
orang yang kita pandang itu akan menoleh ke arah
kita tanpa dia sadari sendiri, dan itulah akibat dari
getaran yang terkirim melalui pandang mata kita
dan akhimya te rtangkap oleh orang yang kita
pandang, walaupun di bawah sadar dan membuat
dia menengok. Siong Ki adalah seorang yang
banyak berlatih samadhi dan sin-kang dan ia
memang selalu berlatih untuk mempertajam
kepekaannya. Kini ada orang memandang kepadanya penuh perhatian, tentu saja sejak tadi
dia telah dapat menangkap dan diapun pernah
mengerling ke kanan dan melihat bahwa di sana
duduk seorang wanita cantik yang mengamatinya
dari jauh. Akan tetapi, dia tidak menanggapi. Oleh
gurunya, dia dididik agar bersikap sopan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandai membawa diri sebagai seorang pendekar
sejati, juga seorang yang banyak membaca dan
mengenal kesusilaan dan kebudayaan.
Tiga orang pengemis anggota Hek I Kai-pang
yang tadi telah mengusir para pengemis lain, kini
mengamati ke dalam rumah makan dan ketika
mereka itu melihat bahwa di rumah makan itu
duduk belasan orang tamu, seorang di antara
mereka memberi isyarat dan merekapun masuk ke
dalam rumah makan. Para pelayan yang melihat
ini, tidak ada yang berani melarang walaupun
mereka mengerutkan alis dan merasa tidak
senang. Tentu saja menyebalkan sekali kalau ada
tiga orang pengemis begitu saja memasuki rumah
makan, bukan untuk membeli makanan melainkan
untuk mengemis kepada para tamu.
Dan para tamu agaknya adalah orang-orang Lok-
yang. Mereka mengenal anggota pengemis Hek I
kai-pang, maka tanpa banyak bantah lagi, mereka
dengan suka rela mengeluarkan uang dari saku
baju dan memberi derma kepada tiga orang
pengemis itu yang mengacungkan sebuah kaleng
bundar. Tak seorangpun di antara para tamu
menolak, dan bukan pula uang receh kecil yang
dimasukkan ke dalam kaleng itu.
Sejak mereka memasuki rumah makan, Siong Ki
telah melihat mereka. Dia merasa penasaran dan
heran sekali mengapa ada tiga orang berpakaian
pengemis memasuki rumah makan dan kehe ranannya meningkat ketika tiga orang pengemis itu menerima uang dari para tamu
seperti petugas-petugas pemungut pajak saja,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sama sekali bukan seperti orang minta-minta. Dan
melihat betapa sikap mereka itu keren, dengan alis
berkerut dan mata melotot, diapun mengerti bahwa
mereka tentulah jagoan-jagoan berpakaian pengemis yang suka memaksakan kehe ndak, dan
para tamu itu takut membuat keributan maka
memberi uang tanpa banyak cakap lagi.
Akhirnya, setelah berkeliling, hanya tinggal
Siong Ki dan Bi-tok Sio-cia saja yang belum mereka
datangi. Kini mereka tiba di meja Siong Ki dan
seperti yang telah mereka lakukan pada para tamu
di meja lain, seorang di antara mereka datang
memegang kaleng itu menyodorkan kalengnya ke
arah Siong Ki, sedangkan dua orang yang lain
memandang kepada Siong Ki dengan alis berkerut
dan mata melotot! Siong Ki balas memandang
mereka bertiga. Dia sudah berhenti makan, dan
dengan sikap yang tidak mengerti, dia lalu
bertanya, suaranya tenang dan halus.
"Kalian ini mau apa?" Siong Ki mengerling ke
arah wanita tadi dan melihat bahwa wanita itu
memandang kepadanya dan wanita itu seperti
te rsenyum geli. Pengemis yang memegang kale ng, menggerakkan
kalengnya sehingga terdengar bunyi uang berkerincingan di dalam kaleng itu. Seorang
pengemis yang melotot dan berhidung besar,
berkata dengan suara keras. "Hemm, engkau tentu
bukan orang sini. Sobat, kami minta sumbangan."
Orang ke dua yang matanya sipit sekali hamper
te rpejam, menyeringai ketika berkata. "Karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau tamu dari luar kota, harus memberikan
dua kali lipat!" Siong Ki tidak ingin melihat keributan di situ,
maka diapun mengambil sebuah uang receh kecil
dan memasukkannya ke dalam kaleng sambil
berkata. "Nah, ini sedekah dariku, harap cepat
pergi dan jangan menggangguku!"
Si pemegang kaleng menurunkan kalengnya dan
melihat isinya. Ketika melihat uang receh kecil itu,
dia cemberut, lalu mengambil uang itu, dijepit di
antara jari telunjuk dan jari te ngah, kemudian dia
berkata galak, "Sobat, jangan main-main dengan
kami! Kami adalah tiga orang anggota He k I Kai-
pang. De ngan memberi recehan kecil, engkau
menghina kami!" Orang yang mulutnya le bar ini
menggerakkan tangan yang menje pit uang recehan
dan uang itupun meluncur ke atas meja Siong Ki
dan menancap sampai hampir seluruhnya ke
dalam papan meja! "Hayo berikan dua potong uang perak!" kata si
hidung bes ar dengan sikap mengancam.
"Masih untung teman kami tidak melempar uang
recehan kecil itu ke dalam kepalamu!" kata pula si
mata sipit. Siong Ki masih tersenyum, akan te tapi

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senyumnya mengejek dan dingin, sedangkan sinar
matanya mulai mencorong marah. Dengan gerakan
seenaknya, dia mengusap permukaan meja dan
kedua jari tangannya telah berhasil mencabut uang
recehan yang menancap ke atas meja. Dia
mengangkat uang tembaga itu ke atas dan berkata,
"Agaknya kuberi sepotong uang, kalian menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak puas karena bingung untuk membagi. Nah,
kubagi tiga untuk kalian masing-masing sepotong!"
Berkata demikian, Siong Ki menggunakan jari
tangannya untuk mematah-matahkan mata uang
itu menjadi tiga potong, seolah-olah uang tembaga
itu hanya terbuat dari daun kering saja.
Melihat ini, tiga orang pengemis itu te rbelalak.
Akan tetapi mereka adalah orang-orang kasar yang
biasanya mau menang sendiri, apalagi mengandalkan kepandaian dan kekuatan mereka
yang suka mengeroyok, maka menghadapi pertunjukan kekuatan itu, mereka bahkan menjadi
marah. "Bagus! Engkau ingin memamerkan sedikit
kepandaianmu kepada kami" Jangan salahkan
kami kalau kami mempergunakan kekerasan!" kata
si hidung besar dan mereka bertiga bersiap untuk
melakukan pengeroyokan. Pada saat itu, terdengar suara tawa merdu dari
samping, disusul suara wanita. "Hi-hik, agaknya
He k I Kai-pangcu (Ketua Perkumpulan Pengemis
Baju Hitam) tidak becus mengurus anak buahnya,
hingga kini anak buah He k I Kaipang bukan lagi
para pengemis , melainkan para perampok yang tak
tahu malu! Cih, sungguh memualkan perutku!"
Tentu saja tiga orang pengemis itu menjadi
marah sekali. Kemarahan mereka kepada Siong Ki
le nyap karena ada orang lain yang mengucapkan
penghinaan hebat kepada mereka, bahkan kepada
perkumpulan dan ketua mereka. Cepat mereka
memutar tubuh menghadapi wanita yang mengeluarkan kata-kata tadi, sedangkan Siong Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu bahwa mengeje k itu adalah wanita cantik
yang sejak tadi memperhatikan dia. Diapun
menengok dan memandang dan dia merasa
khawatir. Wanita itu cantik je lita dan tidak
kelihatan seperti wanita kang-ouw yang berilmu,
bagaimana berani bersikap menghina tiga orang
pengemis itu. Diam-diam diapun bersiap untuk
melindungi kalau-kalau wanita itu te rancam
bahaya. Si hidung besar memandang kepada wanita itu
dan diapun merasa heran. Wanita itu cantik jelita,
berani sekali menghina dia dan dua orang
te mannya! "Apa kau bilang tadi?" bentaknya,
karena dia masih belum percaya kalau wanita
cantik ini yang tadi menghina mereka.
Wanita itu, yang belum selesai makan, menggunakan sumpitnya menjepit sepotong sayur
hijau dan memasukkan ke mulutnya, mengunyahnya dengan gerakan mulut yang manis
sebelum menjawab. Nampaknya tenang sekali.
"Aih, kalian belum mendengar apa yang
kukatakan tadi" Sayang......." ia lalu menuding
mereka satu demi satu, "hidungmu saja besar, dan
yang itu matanya te rlalu sipit, dan yang ke tiga
perutnya saja yang le bar, akan te tapi agaknya
telinga kalian bertiga terlalu sempit dan agak tuli
sehingga tidak mendengar apa yang kukatakan
tadi. Nah, dengar baik-baik, aku mengatakan
bahwa kalian ini hanyalah pencoleng-pencoleng
kecil yang mengenakan pakaian pengemis, dan
bahwa kalian bertiga tidak tahu malu, mengotorkan tempat ini dan bahwa ketua kalian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak becus mengajar kalian! Nah, sudah dengar
sekarang?" Kemarahan tiga orang anggota He k I Kai-pang
berkobar, akan te tapi pada saat itu pemilik rumah
makan te rgopoh-gopoh lari menghampiri dan
diapun memberi hormat kepada tiga orang pengemis itu dengan membungkuk dalam. "Harap
sam-wi (anda bertiga) mengingat hubungan baik
antara kami dengan ketua sam-wi dan tidak
mengadakan perkelahian di sini sehingga akan
merusak tempat kami. Mendengar ucapan itu, tiga orang pengemis
saling pandang, dan si hidung besar memberi
is yarat kepada dua orang kawannya untuk pergi.
"Kami akan menunggumu di luar untuk membuat
perhitungan!" katanya dengan nada mengancam
kepada wanita cantik itu. Mereka lalu melangkah
dengan wajah kemerahan karena amarah yang
ditahan-tahan. Sikap dan ucapan pemilik rumah
makan tadi menunjukkan bahwa dia tentu seorang
penderma yang mengenal baik ketua mereka, maka
kalau sampai mereka berkelahi dan merusak
perabot rumah makan kemudian si pemilik rumah
makan melaporkan, te ntu mereka akan mendapat
te guran dan hukuman. Siong Ki merasa heran. Bagaimana wanita itu
seberani itu menghina tiga orang pengemis tadi
yang sudah jelas merupakan orang-orang kasar
dan jahat" Dia merasa tidak enak. Bagaimanapun
juga tiga orang pengemis itu tadi menghina dia,
wanita itu mencampuri untuk membelanya. Kalau
sampai nanti wanita itu diganggu, bagaimana ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mendiamkan saja" Biarpun dia sudah selesai
makan, dia tidak segera membayar harga makanan
dan pergi, melainkan menanti sampai wanita itu
selesai makan dan membayar, diapun membayar
dan setelah wanita itu bangkit dan keluar, baru dia
keluar pula dari rumah makan itu. Wanita itu
hanya mengerling dan te rsenyum saja kepadanya,
tanpa mengeluarkan kata-kata. Siong Ki semakin
heran dan juga kagum. Dari dalam rumah makan
saja sudah nampak betapa tiga orang pengemis
tadi menanti di luar rumah makan dan banyak
orang bergerombol di sana, tanda bahwa banyak
yang hendak jadi penonton, atau mungkin tiga
orang pengemis itu mengumbar suara mengatakan
bahwa mereka hendak menghajar seorang wanita
yang berani menghina mereka, sehingga banyak
orang ingin menonton. Akan te tapi, wanita itu
sama sekali tidak kelihatan takut, bahkan
te rsenyum-senyum manis. Setelah wanita itu tiba di luar, suasana menjadi
ramai dan te gang, dan Siong Ki menyelinap di
antara para penonton, siap untuk melindungi
wanita itu. Akan tetapi, wanita itu dengan langkah
yang te nang dan berani, menghampiri tiga orang
pengemis yang sudah menanti di situ dengan sikap
bengis, sedangkan para penonton sudah mengatur
jarak agar tidak terlalu dekat dengan mereka.
"Aih, kalian masih berada di sini menantiku"
Bagus, memang kalian ini harus berlutut minta
ampun dulu kepadaku, baru boleh pergi!" kata
wanita itu dan Siong Ki diam-diam mengeluh.
Wanita ini ternyata seorang yang amat berani
menghina orang sehingga mendekati sombong!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sama dengan mencari penyakit! Andaikata ia
seorang laki-laki, tentu Siong Ki tidak akan mau
memperdulikannya lagi dan biar saja manusia
sombong itu berkelahi melawan tiga orang pengemis sombong. Akan tetapi ia seorang wanita
dan dia harus membelanya.
Sikap memandang rendah dan ucapan meremehkan dari wanita itu membuat tiga orang
pengemis tak mampu menahan kesabaran mereka
lagi. Si mulut le bar sudah melangkah maju dengan
kedua tangan dikepal. "Perempuan sombong,
kurontokkan gigimu!" bentaknya sambil menyerang
dengan tamparan ke arah mulut wanita itu. Akan
tetapi, dengan sekali gerakan saja, wanita itu
menarik tubuh atas ke belakang sehingga tamparan itu mengenai angin, dan iapun te rsenyum le bar memperlihatkan deretan giginya
yang rapi dan putih. "Hemm, sayang gigiku yang rapi ini kaurontokkan. Kalau gigimu yang je lek dan kotor
itu, patut dirontokkan." Tiba-tiba saja, kaki wanita
itu sudah bergerak cepat seperti kilat menyambar
dan diangkat tinggi ke atas.
"Krakkk..........!!" Mulut itu dihantam sepatu dan
rontoklah beberapa buah gigi si mulut lebar dan
bibirnya pecah-pecah berdarah. Dia te rjengkang
dan mengusap darah dari mulutnya. Sedangkan
para penonton menjadi terkejut dan kagum. Juga
Siong Ki diam-diam mencela diri sendiri yang
kurang waspada, memandang rendah wanita
cantik itu yang te rnyata sama sekali tidak
membutuhkan perlindungan darinya, kalau hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadapi gangguan pengemis mulut besar itu
saja. Akan te tapi kini pengemis yang roboh itu sudah
meloncat bangun dan mencabut sebatang golok
yang tadinya diselipkan di ikat pinggang. Dua
orang pengemis lainnya juga sudah mencabut
golok mereka dan kini tiga orang itu menghadapi
wanita cantik itu dari depan, kanan dan kiri.
Melihat ini, kembali Siong Ki merasa khawatir dan
dia sudah melangkah maju ke depan.
"Hemm, kalian ini tiga orang laki-laki mengancam wanita dengan senjata tajam" Sungguh tidak adil, dan sungguh curang,

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menunjukkan bahwa kalian memang hanya
pengecut-pengecut besar yang beraninya hanya
main keroyokan!" Melihat majunya Siong Ki, Bi Tok Siocia
te rsenyum manis. Tadi dalam rumah makan ia
sudah melihat betapa pemuda tampan gagah yang
menarik perhatiannya itu mematah-matahkan
sekeping uang dengan mudah, tanda bahwa dia
bukan seorang pemuda biasa. Dan kini, tepat
seperti dugaannya, pemuda itu maju membelanya.
Tentu saja hatinya semakin kagum dan tertarik.
Si hidung besar segera memutar goloknya dan
membentak Siong Ki. "Engkau berani mencampuri
berarti sudah bosan hidup!" Diapun sudah
menyerang dengan goloknya, akan te tapi dengan
mudah Siong Ki mengelak. Si Mulut lebar yang kini
menjadi si mulut ompong karena giginya rontok,
dibantu oleh si mata sipit, sudah menyerang
dengan golok mereka, mengeroyok Bi Tok Siocia!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siong Ki ingin cepat-cepat menjatuhkan si
hidung besar agar dia dapat membantu wanita itu.
Maka ketika untuk ke empat kalinya golok
menyambar, dia tidak mengelak seperti tadi,
melainkan dia bahkan mendahului dengan langkah
ke depan, tangannya bergerak menyambut dengan
pukulan ke arah pergelangan tangan yang
memegang golok, dari samping sedangkan tangan
kirinya mendorong dengan te lapak tangan te rbuka
ke arah dada lawan. Si hidung besar tidak mengira bahwa lawan
berani menyambut serangannya seperti itu, dan
ketika lengannya terkena pukulan tangan kiri
lawan, seketika lengan itu menjadi lumpuh dan
goloknya te rpental, dan di detik lain, dadanya
te rkena hantaman dengan tangan terbuka. Diapun
te rjengkang dan te rbanting roboh, ketika bangkit
duduk, dia memegangi dadanya karena dada itu
te rasa sesak, sukar bernapas.
Ketika Siong Ki membalik hendak membantu
wanita tadi, diapun te rte gun. Bukan main wanita
itu. Dengan tangan kosong saja, wanita itu bukan
hanya mampu menandingi dua orang pengeroyoknya, bahkan kini nampak ia menghajar
mereka dengan tendangan-tendangan kakinya.
Dua orang itu dibuat seperti dua buah bola saja,
dite ndangi jatuh bangun dan akhirnya mereka
tidak mampu melawan lagi, muka mereka
bengkak-bengkak dan berdarah karena beberapa
kali disambar sepatu wanita itu!
Hanya si mata sipit yang masih dapat berdiri
dan te rengah-engah, namun dia memaksa diri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang wanita itu yang berdiri s ambil bertolak
pinggang dan te rse nyum kepadanya. Lalu dia
bertanya, "Kami mengaku kalah. Siapakah namamu, nona?" Wanita itu tersenyum mengeje k dan mengerling
kepada Siong Ki yang masih memandang kagum.
"Kalian hendak mengadu kepada ketua kalian"
Boleh, boleh! Katakan saja bahwa Nona Ouw yang
menghajarmu. Nah, pergilah kalian bertiga sebelum berubah pikiranku dan kalian tidak akan
dapat kuampuni lagi."
Tiga orang pengemis itu pergi dengan kepala
tunduk, dan Bi Tok Siocia segera menghampiri
Siong Ki dan mengangkat kedua tangan ke depan
dada, dengan sikap ramah dan manis iapun
memberi hormat yang segera dibalas oleh Siong Ki.
"Terima kasih atas pertolonganmu, Tai-hiap."
katanya dengan suara merdu.
Disebut tai-hiap (pendekar besar), Siong Ki
te rsenyum. "Harap nona tidak menyebut tai-hiap
kepadaku. Engkau sendiri memiliki kepandaian
yang hebat, nona. Aku merasa malu telah salah
duga sehingga lancang mencampuri urusan itu.
Padahal aku tahu sekarang bahwa nona sama
sekali tidak memerlukan bantuanku."
"Ah, engkau tidak mengerti, tai-hiap. Aku
memang membutuhkan pertolonganmu, membutuhkan bantuanmu. Engkau tidak mengenal siapa Hek I Kai-pang. Mari kita bicara di
te mpat sunyi, akan kuceritakan kepadamu, di sini
banyak orang dan tidak leluasa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siong Ki mengangguk. Memang dia belum
mengenal macam apa He k I Kaipang itu, dan
mengapa pula wanita yang lihai ini mengatakan
bahwa ia membutuhkan bantuannya. Mereka lalu
meninggalkan tempat itu. "Kalau engkau tidak berkeberatan, kita dapat
bicara di ruangan dalam rumah penginapan di
mana aku bermalam, tai-hiap." kata Ouw Ling.
Karena tidak mengenal tempat lain agar mereka
dapat bicara, Siong Ki hanya mengangguk. Ketika
melakukan perjalanan menuju ke rumah penginapan yang besar itu, Bi-tok Siocia Ouw Ling
berbisik, "Seperti sudah kuduga, kita dibayangi
orang. Mereka te ntulah para anggota He k I Kai-
pang. Biarlah, kita pura-pura tidak tahu saja."
Siong Ki melirik dan benar saja. Ada empat lima
orang yang membayangi mereka secara berpencar,
bercampur dengan orang-orang yang berlalu lalang
di ke dua tepi jalan raya itu.
Setelah mereka memasuki rumah penginapan,
Ouw Ling mengajak Siong Ki bicara di ruangan
dalam, sebuah ruangan yang memang disediakan
untuk para tamu. Ruangan ini cukup luas dan
kebetulan pada saat itu tidak terdapat tamu lain.
"Nah, di sini kita dapat bicara dengan leluasa,"
kata wanita itu. "Akan te tapi sebelum itu, Apakah
tidak sudah tiba waktunya kita saling berkenalan"
Namaku Ouw Ling dan aku berasal dari Liong-san
(Bukit Naga)." Siong Ki menjawab, "Namaku The Siong Ki dan
aku berasal dari dusun Ta-bun-cung."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena ia belum tahu pemuda itu te rmasuk
golongan apa, maka Ouw Ling tidak bertanya lebih
mendalam. Ia sendiri belum berani mengakui
bahwa ia adalah pute ri angkat Ouw Kok Sian,
datuk bes ar dan majikan Liong-san.
"Nah, sekarang kita telah berkenalan, The-
taihiap............."
"Harap nona jangan menyebut tai-hiap kepadaku, rasanya janggal dan tidak enak."
Ouw Ling te rse nyum manis. "Baiklah, setelah
kita berkenalan, dan melihat bahwa engkau le bih
muda dariku, bagaimana kalau aku menyebutmu
siauwte (adik) saja dan engkau menyebut aku cici
(kakak perempuan)?" Siong Ki tersenyum, "Bagaimana engkau tahu
bahwa aku le bih muda darimu, karena melihat
keadaan dirimu, belum te ntu kalau aku le bih
muda." Siong Ki te ntu saja dapat menduga bahwa
wanita itu lebih tua darinya, akan te tapi dia
memang pandai membawa diri dan pandai menyenangkan hati orang. Ucapannya itu walaupun hanya sekedarnya namun je las telah
membuat wajah Ouw Ling berseri saking girangnya. Wanita mana yang tidak akan berseri
wajahnya kalau dikatakan bahwa ia nampak jauh
le bih muda dari pada usia yang sebenarnya!
"Aku yakin bahwa aku le bih tua darimu,
siauwte, walau hanya beberapa tahun mungkin.
Akan te tapi itu tidak penting sekali, bukan" Kalau
boleh aku mengetahui, engkau dari mana dan
hendak kemana" Apakah engkau mempunyai
keperluan khusus datang ke Lok-yang ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siong Ki menggeleng kepala. "Tidak mempunyai
keperluan khusus, aku baru saja memasuki Lok-
yang dalam perjalananku merantau dan mencari
pengalaman hidup. Baru pagi tadi aku datang ke
sini dan kebetulan terlibat peristiwa dalam rumah
makan tadi." "Aih, kalau begitu, kenapa tidak menginap saja
di rumah penginapan ini, The-siauwte" Di sini
te mpatnya bersih dan cukup murah. Dan tahukah
kau, kita mempunyai banyak persamaan. Aku
sendiripun sedang merantau, atau katakanlah
berpesiar mencari pengalaman hidup dan meluaskan pengetahuan. Kalau engkau suka, kita
dapat menjadi teman seperjalanan!" Ucapan itu
dikeluarkan secara wajar sehingga Siong Ki tidak
merasakan suatu kelainan, walaupun penawaran
seperti itu dari seorang wanita kepada seorang pria
sebetulnya tidaklah pada tempatnya.
"Soal itu mudah, Ouw-cici, sekarang aku ingin
mendengar tentang Hek I Kaipang."
"Hek I Kaipang adalah perkumpulan pengemis di
Lok-yang dan sekitarnya yang te rkenal. Ketuanya
berjuluk Hek I Sin-kai (Pengemis Sakti Baju Hitam)
yang te rkenal lihai. Pengaruhnya besar sekali
karena selain ketuanya sakti, juga anak buihnya
yang berjumlah ratusan orang rata-rata memiliki
ilmu silat yang cukup tangguh. Jangankan orang-
orang biasa, bahkan tokoh-tokoh kang-ouw tidak
berani main-main te rhadap mereka, dan para
pejabat daerahpun mempunyai hubungan baik
dengan para pimpinannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, pantas saja anak buahnya bersikap
demikian ugal-ugalan. Kekuasaan itu agaknya
membuat mereka menjadi sewenang-wenang," kata
Siong Ki. "Akan tetapi, kalau engkau sudah tahu
keadaannya seperti itu, mengapa tadi engkau
sengaja memancing keributan dengan mereka,
enci?" Wanita itu tersenyum dan mengamati wajah
Siong Ki dengan pandang mata begitu mes ra dan
manis, membuat pemuda itu merasa mukanya
menjadi panas dan tersipu.
"Tadinya aku tidak ingin berurusan dengat
mereka. Akan tetapi melihat mereka mengganggumu dan melihat engkau memiliki
kepandaian ketika engkau mematahkan sekeping
uang itu, timbul keberanianku untuk menentang
mereka. Memang sudah lama aku mendengar akan
kesewenang-wenangan mereka, dan aku ingin tahu
sampai di mana kelihaian ketuanya. Karena itulah,
aku mohon bantuanmu, siauwte, karena aku yakin
bahwa urusannya tidak hanya sampai di sini saja.
Tadi engkau melihat sendiri bahwa kita dibayangi
orang, te ntu tak lama lagi ketuanya akan


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghubungi kita dan aku memerlukan bantuanmu untuk menghadapi mereka. Tentu saja
kalau engkau suka dan berani."
Siong Ki adalah murid Naga Sakti Sungai
Kuning, tentu s aja telah menguasai ilmu silat yang
tinggi, juga dia diberi pelajaran kebudayaan dan
sastra, akan te tapi dia baru saja keluar dari
perguruan dan sama sekali tidak mempunyai
pengalaman menghadapi akal dan tipu muslihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang-orang kang-ouw yang licin dan cerdik. Maka,
diapun tidak merasa bahwa ia sedang dibujuk
secara cerdik sekali oleh wanita yang te rgila-gila
kepadanya itu. Kalau saja Ouw Ling tidak
mengeluarkan ucapan kalimat terakhir itu, tentu
dia akan meragu, karena dia merasa tidak
mempunyai urusan dengan He k I Kai-pang. Akan
tetapi, wanita itu seolah menantangnya ketika
mengatakan bahwa ia membutuhkan bantuannya
untuk menghadapi He k I Kai-pang, kalau dia
berani! Kata-kata kalau dia berani inilah yang
mencambuknya dan seolah memaksanya untuk
tidak dapat menolak uluran tangan wanita itu.
"Ouw-cici, tentu saja aku berani dan kalau
memang pihak He k I Kaipang hendak memperpanjang urusan di rumah makan tadi, aku
te ntu akan membantumu."
"Kalau begitu, sebaiknya sekarang juga aku
memesankan sebuah kamar untu kmu, siauw-te!"
kata wanita itu dengan sikap gembira dan iapun
memanggil seorang pelayan rumah penginapan.
Ketika pelayan itu datang, ia memesan sebuah
kamar lagi untuk Siong Ki dan dengan sikap
seperti tidak sengaja, ia minta sebuah kamar yang
berdekatan dengan kamarnya untuk pemuda itu.
Pada saat itu, terdengar suara ribut-ribut di luar
rumah penginapan dan seorang pelayan berlari
datang memasuki ruangan itu. "Nona. ada orang-
orang dari He k I Kai-pang datang mencari
nona......." Jelas bahwa pelayan itu nampak
ketakutan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ouw Ling te rsenyum tenang dan menoleh
kepada Siong Ki. "N ah, te pat seperti dugaanku.
The-siauwte, sebaiknya kau simpan dulu buntalan
pakaianmu ke dalam kamarmu, baru kita menemui
mereka." Siong Ki menyetujui, menyimpan buntalan
pakaiannya dalam kamar yang sudah dipersiapkan
untuknya, kemudian dia keluar lagi sambil
membawa pedang Seng-kong-kiam yang digantung
di pungungnya. Ternyata Ouw Ling sudah menantinya, dan wanita ini pun agaknya sudah
siap siaga. Sepasang goloknya juga te rselip di
belakang punggung sehingga ia nampak cantik dan
gagah sekali. "Bagus, engkau sudah membawa pedangmu,
siauwte. Kita harus siap-siaga, siapa tahu kita
akan te rpaksa menggunakan senjata menghadapi
mereka." Keduanya lalu keluar dan depan rumah
penginapan itu nampak le ngang. Para tamu dan
para pelayan rumah penginapan itu sudah menjauhkan diri bersembunyi, agaknya tidak ingin
te rlibat. Di pekarangan rumah penginapan itu
nampak belasan orang berpakaian serba hitam
yang bertambal-tambalan, dipimpin oleh seorang
laki-laki berusia empatpuluh tahun yang bertubuh
tinggi besar dan yang bersikap garang. Akan tetapi,
ketika mereka semua melihat munculnya Ouw Ling
dan Siong Ki mereka bersikap hormat, bahkan si
tinggi besar yang garang itu cepat melangkah ke
depan dan mengangkat kedua tangan ke depan
dada ke arah Ouw Ling dan suaranya te rdengar
lantang namun hormat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kami berhadapan dengan Bi Tok Siocia
dari Liong-san?" Ouw Ling te rsenyum mengejek. "Kalau benar
kalian mau apa" Mau memperpanjang urusan di
rumah makan itu" Mau mengeroyokku" Majulah
dan sekali ini, aku tidak akan bersikap le mah,
akan kupenggal le her kalian semua!" kata Ouw
Ling dan sikapnya ini membuat Siong Ki bergidik.
Kiranya wanita itu dapat pula bersikap keras dan
keji kalau perlu. Akan tetapi, memang para
pengemi palsu ini patut dihajar, pikirnya.
Dihardik seperti itu, sekali ini para pengemis itu
sama sekali tidak kelihatan marah, bahkan
kelihatan gentar. Kembali si tinggi besar memberi
hormat. "Harap Siocia sudi memaafkan tiga orang
anak buah kami yang seperti buta tidak mengenal
bahwa nona adalah Bi Tok Siocia dari Liong-san.
Mendengar peristiwa tadi, pangcu (ketua) kami
marah sekali dan tiga orang itu te lah menerima
hukuman. Pangcu adalah sahabat baik dari
Majikan Liong-san, maka sekarang pangcu mengutus kami untuk mengundang nona ke
te mpat kami, di mana pangcu akan menyambut
sendiri untuk mohon maaf kepada Siocia."
Luar biasa sekali, pikir Siong Ki. Setelah
mendengar nama julukan Ouw Ling, yaitu Bi Tok
Sio-cia, para pengemis itu menjadi ketakutan,
bahkan ketuanya sendiri yang mengundangnya
untuk memohon maaf.! Dia tidak tahu siapakah
Majikan Liong-san dan belum pernah mendengar
nama julukan Ouw Ling. Gurunya tidak pernah
bercerita te ntang majikan Liong-san, walaupun ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa orang datuk kang-ouw yang dia dengar
dari keterangan suhunya. Ouw Ling menoleh kepadanya. "Bagaimana,
siauwte" Hek I Kai-pang mengundang kami,
perlukah kami menerima undangan itu dan datang
ke s arang Hek I Kai-pang untuk menemuinya?"
Siong Ki te rsenyum girang. Bagaimanapun jug,
wanita ini amat menghargainya dan telah mengangkatnya dalam pandangan para anggota
He k I Kaipang. Dia bertanya. "Apakah engkau
mengenal pangcu itu, enci?"
"Aku hanya pernah mendengar namanya. Ayahku yang mengenalnya. Sebetulnya, aku tidak
senang diundang seperti ini. Kenapa bukan dia
saja yang datang ke s ini kalau hendak minta maaf"
Akan tetapi, mengingat dia teman ayahku, dan aku
di pihak yang le bih muda, sebaiknya kalau kita
pergi ke sana, hendak kulihat apa yang hendak dia
katakan." "Kalau begitu, baik, kita pergi saja," kata Siong
Ki. Para anggota He k I Kaipang merasa heran
melihat wanita itu hendak pergi bersama pemuda
yang tidak mereka kenal, akan te tapi mereka
mendengar bahwa tadi pemuda itu yang menimbulkan keributan dengan anak buah He k I
Kaipang. Karena yang mengajak pemuda itu adalah
Bi Tok Sio-cia, merekapun tidak ada yang berani
membantah. Si tinggi besar itu segera berkata.
"Siocia, pangcu te lah mengirim sebuah kereta
untuk menje mput sio-cia." Dia memberi isyarat
dan sebuah kereta kecil ditarik dua ekor kuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memasuki pekarangan itu dari luar. Kereta itu
cukup bagus, seperti kereta milik seorang pembesar saja! Bukan main, pikir Siong Ki.
Pengemis mempunyai kereta berkuda dua untuk
menjemput tamu! De ngan sikap angkuh Bi Tok Siocia naik ke
dalam kereta bersama Siong Ki dan kusir kereta
lalu menjalankan kudanya, diikuti oleh belasan
orang anggota He k I Kaipang. Setelah kereta dan
para pengiringnya meninggalkan pekarangan itu,
barulah para tamu dan pelayan rumah penginapan
berani keluar dan peris tiwa itu tentu saja menjadi
percakapan orang. Baru mereka tahu bahwa
wanita cantik yang hanya dikenal sebagai Ouw
Siocia di rumah penginapan itu adalah seorang
wanita yang dijemput kereta oleh ketua Hek I
Kaipang, berarti tentu saja bukan wanita sembarangan. Apalagi setelah berita tentang peristiwa perkelahian di depan rumah makan itu
te rsiar, semua orang memberitakan bahwa Ouw
Siocia adalah seorang wanita perkasa.
Kereta itu keluar dari Lok-yang, menuju sebuah
bukit kecil. Sarang He k I Kaipang berada di le reng
bukit ini, dan di sepanjang jalan mendaki bukit,
nampak para anggota He k I Kaipang berdiri di tepi
jalan. Diam-diam Siong Ki harus mengakui bahwa
perkumpulan pengemis itu memang kuat, mempunyai banyak ana k buah yang agaknya
te ratur seperti pasukan saja.
Kalau tadinya Siong Ki mengkhawatirkan adanya
perangkap yang diatur oleh ketua perkumpulan
itu, kini dia melihat bahwa kekhawatirannya itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keliru. Agaknya nama besar Bi Tok Siocia sudah
cukup menjadi jaminan, sehingga timbul keinginan
tahu siapa sebenarnya wanita ini dan sampai di
mana kelihaiannya, maka namanya sempat membuat pimpinan He k I Kaipang yang demikian
besarnya menyambutnya dengan sikap hormat.
He k I Sin-kai sendiri keluar menyambut ketika
kereta berhenti di depan sebuah bangunan yang
sama sekali tidak pantas menjadi rumah pengemis!
Perkampungan itupun tidak ada tanda-tandanya
menjadi perkampungan pengemis. Bangunan-
bangunannya dari te mbok. Agaknya hanya pakaian
mereka saja yang berbau pengemis, karena penuh
tambalan. Apalagi bangunan di te ngah, di depan
mana kereta berhenti, merupakan bangunan yang
megah. Kakek yang menyambut mereka itu bertubuh
tinggi kurus, berusia limapuluh tahun lebih.
Mukanya kuning sehingga melihat tubuh tinggi
kurus itu, dia lebih mirip seorang yang

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpenyakitan, yang tidak sehat. Dia membawa
sebatang tongkat mengkilap berwarna hitam, dan
pakaiannya yang serba hitam itu terbuat dari
sutera yang halus dan mahal! Sepatunya juga
hitam mengkilat. Berbeda dengan pakaian anak
buahnya, tidak nampak sedikit tambalanpun di
bajunya. Dia le bih mirip seorang hartawan
berpakaian sutera hitam daripada ketua pengemis.
Begitu Bi Tok Siocia turun dari kereta, Hek I Sin-
kai menyambutnya dengan te rtawa bergelak. "Ha-
ha-ha, engkaukah Bi Tok Siocia" Sungguh pantas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau menjadi pute ri Ouw Kok Sian, karrna
engkau te rnyata memiliki keberanian yang bes ar.!"
"Paman tentulah Hek I Sinkai Ma Siu, pendiri
He k I Kaipang" Pernah aku mendengar nama
paman dari ayah," kata Ouw Ling.
"Ha-ha-ha, sudah bertahun-tahun aku tidak
berte mu dengan ayahmu. Dan inikah pemuda yang
membikin ribut di rumah makan itu" Siapakah ini,
nona Ouw" Sahabatmu, ataukah tunanganmu?"
Kalau orang lain ditanya te ntang tunangan
mungkin akan marah. Akan te tapi tidak demikian
dengan Ouw Ling. Ia malah tersenyum senang.
"Dia bernama The Siong Ki, seorang sahabatku
yang baru, paman. Bukan dia yang membikin ribut
di rumah makan, melainkan tiga orang anak
buahmu yang tak tahu diri. Aku yang menjadi
saksi bahwa anak buahmu yang bersalah."
Ketua itu menggerakkan tangan dengan tidak
sabar. "Aku tahu........aku tahu......dan aku telah
menghukum mereka. Engkau dapat melihatnya
sendiri nanti. Nah, Ouw Siocia, dan engkau The-
sicu (orang gagah The), silakan masuk. Kalian
menjadi tamu-tamu kehormatan kami hari ini."
Lega karena mendapat sambutan yang demikian
hormat dan pihak kai-pang itu sama sekali tidak
memperlihatkan sikap bermusuh, Siong Ki bersama Ouw Ling memasuki rumah besar itu dan
mereka dipersilakan masuk ke ruangan tamu yang
besar, di mana te rnyata telah dipersiapkan meja
besar untuk pesta makan minum! Meja itu besar,
akan te tapi karena hanya sebuah dan berada di
ruangan tamu yang luas, maka tampak kecil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
He k I Sin-kai Na Siu mempersilakan mereka
berdua duduk menghadapi meja besar. Dia sendiri
menemani mereka. Agaknya, ketua ini benar-benar
menghormati kedua orang tamunya. Buktinya,
tidak ada di antara pembantu-pembantunya yang
ikut duduk menghadapi meja itu. Setelah dua
orang tamunya duduk, pangcu itu berte puk
tangan. Seorang penjaga memasuki ruangan dan
He k I Sin-kai mengeluarkan perintah. "Seret tiga
orang anggota yang membikin malu tadi masuk!"
Penjaga pergi dan tak lama kemudian, dikawal
oleh tiga orang anggota kai-pang, masuklah tiga
orang itu. Mereka terhuyung-huyung dan Siong Ki
melihat betapa tiga orang pengemis yang mengganggunya di rumah makan tadi, dalam
keadaan menyedihkan, te rsungkur dan berlutut.
Pakaian mereka koyak-koyak dan berle potan
darah, dan te rutama sekali di bagian punggung.
Dia mengerti bahwa tiga orang itu telah menerima
hukuman cambuk yang membuat kulit punggung
mereka pecah-pecah berdarah.
"Nah, inilah mereka, nona Ouw. Sekarang
te rserah kepada nona dan sicu, apa yang harus
kami lakukan dengan mereka" Membunuh mereka
atau mengampuni mereka?" tanya ketua perkumpulan pengemis itu. Mendengar ini, tiga
orang pengemis yang sekarang sudah kehilangan
kegarangan mereka itu berlutut menghadap ke
arah dua orang muda itu dan si hidung besar
mewakili kedua orang temannya, berkata dengan
suara gemetar. "Nona, kami mohon ampun........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bi Tok Siocia te rsenyum mengejek. Khawatir
kalau wanita itu minta agar mereka dibunuh,
Siong Ki cepat berkata, "Mereka sudah menerima
hukuman. Sudahlah, pangcu, urusan ini tidak
perlu diperpanjang lagi."
Mendengar ini, Bi Tok Siocia tersenyum lebar,
lalu mengangguk-angguk. "Pangcu, The-siauw-te
sudah mengambil keputusan dan akupun setuju."
"Terima kasih, nona, terima kasih, sicu!" Tiga
orang itu berulang-ulang mengucapkan te rima
kasih. "Bawa mereka keluar dan suruh hidangkan
makan minum!" kata ketua Hek I Kai-pang kepada
tiga orang pengawal. Mereka semua keluar dan tak
lama kemudian, gadis -gadis manis datang membawa hidangan. Kembali Siong Ki te rtegun.
Namanya saja pengemis, akan tetapi kini mampu
mengadakan pesta dengan masakan-masakan yang
mahal. Anggur dan arak yang baik, dan dilayani
oleh lima orang gadis cantik yang sama sekali
bukan je mbel. Ini le bih tepat dinamakan pesta
yang diadakan seorang bangsawan atau hartawan,
bukan pemimpin orang jembel!
Setelah makan dan minum dengan gembira. He k
I Sin-kai menyuruh pelayan membersihkan meja,
kemudian dia berkata, "Ouw Siocia dan The-sicu,
kami merasa gembira sekali berte mu dengan
orang-orang muda yang lihai seperti kalian. Apalagi
mengingat bahwa Ouw-siocia adalah pute ri sahabat kami, dan karena The-sicu sahabat Ouw-
siocia, berarti sahabat kami pula.. Kalian lihat
bahwa kami selalu suka bersahabat dengan orang-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang lihai di dunia kang-ouw. Ouw-siocia, sudah
bertahun-tahun aku tidak bertemu sahabat Ouw
Kok Sian. Setiap kali kami saling jumpa, kami pasti
membicarakan ilmu silat dan latihan bersama.
Sekarang, karena engkau merupakan pute rinya,
maka biarlah kuanggap engkau mewakili ayahmu
dan aku ingin sekali melihat sampai di mana kini
kemajuan ilmu silat dari majikan Liong-san. Ha-
ha-ha-ha!" Sikap tuan rumah itu wajar dan ramah,
sama sekali bukan merupakan tantangan untuk
berkelahi. -ooo0dw0ooo- Jilid 24 "Aih, Paman Na terlalu memuji. Mana bisa
sedikit kemampuanku dibandingkan dengan He k I
Sin-kai yang terkenal dengan ilmu tongkatnya?"
"Ha-ha-ha, Ouw Siocia. Kita adalah orang-orang
kang-ouw, kalau tidak membicarakan dan saling
memberi petunjuk dalam ilmu silat, mau bicara
te ntang apa lagi" Akan tetapi, kalau ayahmu
sendiri yang datang, te ntu aku sendiri pula yang
akan melayaninya. Sekarang, aku merasa tidak
enak kalau menemanimu berlatih silat. Menang
atau kalah, aku tetap akan ditertawakan orang.
Nah, aku akan mewakilkan saja kepada muridku
yang paling pandai agar aku dapat melihat sampai
dimana kehe batanmu, Ouw Siocia." Setelah berkata demikian, ketua pengemis itu bertepuk
tangan lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kepada penjaga yang masuk, dia berkata dengan
suara lantang. "Panggil ke sini Ji Kiat!"
Tak lama kemudian. Muncullah murid yangdipanggil itu. Seorang pria berusia tigapuluh
lima tahun, bertubuh te gap sedang, dengan muka
yang cukup tampan dan dari pandang mata dan
senyumnya, nam pak bayangan dari ketinggian hati
yang memandang rendah orang lain. Pakaiannya
juga serba hitam dan hanya ada tiga tambalan di
dada. Pakaian itu juga terbuat dari sutera hitam
yang halus. Dan agaknya diapun mengandalkan
senjata tongkat seperti gurunya, karena di pinggangnya te rselip sebatang tongkat hitam.
Begitu memasuk ruangan itu, tokoh Hek I Kai-pang
ini memberi hormat kepada gurunya, kemudian
kepada kedua orang tamu itu.
"Ouw Siocia, ini adalah Su Ji Kiat, pembantu
utamaku, juga muridku yang pertama. Nah,
biarlah dia yang melayanimu berlatih sebagai
wakilku dan engkau mewakili ayahmu. Bagaimana?" Bi Tok Siocia te rsenyum mengejek. Andaikata dia
tidak sudah le bih dulu menaksir Siong Ki,
mungkin saja ia akan te rtarik kepada murid
pertama He k I Sin-kai yang cukup gagah dan
tampan ini. Kini, ia tersenyum mengejek.
"Paman, aku datang memenuhi undangan,
bukan untuk memamerkan kepandaian. Akan
tetapi karena paman ingin melihat perkembangan
ilmu dari ayah melalui aku, baiklah. Siapa saja
yang akan paman tunjuk untuk mewakili paman,
te rserah." Setelah berkata demikian, sekali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan tubuhnya, tubuh wanita itu dari
atas tempat duduknya te lah melayang ke tengah
ruangan yang luas itu dan ia sudah berdiri dengan
senyum yang manis, memiringkan tangan te rbuka
di depan dada dan mengangkat tangan kirinya ke
atas kepala. "Aku sudah siap!"
He k I Sin-kai memberi isyarat kepada muridnya.
Su Ji Kiat yang memiliki watak angkuh dan
memandang rendah lawan, kini menghampiri Ouw
Ling dan te ntu saja dia juga memandang ringan
kepada wanita cantik ini. Memang dia sudah
mendengar betapa wanita ini telah menghajar anak
buah He k I Kaipang, akan tetapi apa anehnya
kalau hanya menghajar anak buahnya" Dia sendiri
biar dikeroyok belasan orang anak buahnya, tidak
akan kalah. Dia, murid kepala dari Hek I Sin-kai,
kini harus menandingi seorang wanita, sungguh
merupakan hal yang memalukan baginya!
Setelah berhadapan, Su Ji Kiat berdiri santai
lalu berkata. "Nona, silakan menyerang, aku telah
siap melayanimu berlatih." Dia tersenyum dan
senyumnya membayangkan kecongkakannya. seperti seorang dewasa menertawakan lagak dan
gaya seorang bocah. "Begitukah" Nah, kalau sudah siap, sambutlah
seranganku ini!" Tiba-tiba Ouw Ling menggerakkan
kaki tangannya, gerakannya cepat bukan main dan
sekali terjang, dengan cepat dan kuat ia telah
mengirim serangkaian serangan dengan tamparan
kedua tangannya, bergantian dan bertubi-tubi.
Terkejutlah Ji Kiat. Dia cepat mengelak dan
menangkis , dan serangkaian serangan itu bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
badai datangnya, membuat dia kewalahan juga,


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena sama sekali tidak mampu balas menyerang
dan biarpun tidak ada pukulan yang mengenai
tubuhnya karena dia menggunakan kedua le ngan
melindungi tubuh, tetap saja dia terhuyung ke
belakang. "Ji Kiat, ia itu murid majikan Liong-san, berhati-
hatilah menghadapinya!" kata Hek I Sin-kai yang
merasa khawatir, juga tidak senang melihat
kecerobohan muridnya yang dia tahu memandang
ringan lawan sehingga dalam gebrakan pertama
saja sudah te rdesak. Agaknya Ji Kiat menyadari
kesalahannya, maka diapun meloncat ke belakang
agar te rbebas dari himpitan rangkaian serangan
itu, kemudian dia memasang kuda-kuda yang
kokoh dan ketika Ouw Ling menyerang lagi, dia
sudah siap menangkis dan balas menyerang.
Sekarang barulah te rjadi pertandingan, saling
serang dengan serunya. Akan te tapi, pertandingan itu berjalan seimbang
hanya untuk selama duapuluh jurus saja, selama
itupun Ouw Ling sengaja mengalah. Hal ini dapat
dilihat jelas oleh Siong Ki, membuat pemuda itu
menjadi kagum. Ternyata bahwa wanita itu
memang lihai bukan main, memiliki gerakan yang
aneh dan agak liar, terutama sekali lihai dalam
ilmu tendangannya. Dari pertandingan itu saja
Siong Ki sudah dapat menilai bahwa tingkat
kepandaian wanita itu jauh le bih tinggi daripada
lawannya. Agaknya setelah lewat tigapuluh jurus dan
mendesak lawan, Ouw Ling merasa jemu dan tiba-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba ia mengeluarkan bentakan nyaring, kedua
kakinya bagaikan kitiran angin bergerak, berputar
dan serangkaian te ndangan menyambar-nyambar
ke arah tubuh Ji Kiat. Murid utama He k I Sin-kai
ini terkejut, berusaha untuk mengelak dan
menangkis ,akan tetapi gerakan te ndangan dari
Ouw Li memang hebat sekali. Tubuhnya bagaikan
melayang-layang dan te ndangannya susul- menyusul dan akhirnya, sebuah tendangan dapat
menyusup di antara kedua lengan yang menangkis,
mengenai dada Ji Kiat dan tubuh tokoh Hek I Kai-
pang itupun te rjengkang! Dia tentu akan te rbanting keras kalau saja dia tidak membuat
tubuhnya melingkar sehingga tubuh itu kini
menggelinding seperti bola sampai enam tujuh
meter jauhnya! Su Ji Kiat tidak te rluka, akan te tapi dadanya
te rasa sesak dan diapun bangkit berdiri dengan
muka berubah merah. Alangkah malunya dikalahkan seorang lawan wanita. Hek I Sin-kai
juga melihat kekalahan muridnya dan diam-diam
dia te rkejut. Untung dia tidak memandang rendah
kepada murid Ouw Kok Sian itu. Kiranya wanita
itu lihai bukan main! Akan tetapi, melihat
muridnya dikalahkan sedemikian mudahnya, dia
merasa penasaran juga. Dia berte puk tangan
memuji. "Ah, hebat bukan main kemajuan yang diperole h
Ouw Kok Sian sehingga pute rinya mewarisi ilmu
yang dahsyat.! Nah, Ji Kiat, jangan memandang
ringan kepada Nona Ouw, dan engkau mintalah
pelajaran tentang penggunaan senjata darinya.
Akan tetapi hati-hati, siang-to (sepasang golok) dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nona Ouw hebatnya bukan main!" Ini adalah
anjuran bagi muridnya untuk mempergunakan
senjata, yaitu tongkat baja yang menjadi andalan
perkumpulan mereka. Mendengar ucapan suhunya, Su Ji Kiat seperti mendapat semangat
baru. Dia tadi merasa malu karena dengan tangan
kosong, dia telah kalah. Kini masih ada harapan
untuk menebus kekalahannya melalui tongkatnya
yang menjadi andalannya. Maka diapun cepat
mengambil tongkatnya yang hitam dan memberi
hormat kepada Ouw Ling. "Nona Ouw, mohon petunjukmu dalam ilmu
menggunakan senjata." Dia melintangkan tongkat
di depan dadanya. Ouw Ling te rsenyum. Tanpa
menggunakan siang-to sekalipun ia tidak gentar
menghadapi lawan bersenjata. Akan tetapi, pertama ia tidak ingin membikin malu tuan rumah,
dan kedua iapun tahu bahwa He k I Sin-kai
te rkenal karena ilmu tongkatnya. Kalau ia
memandang rendah menghadapi tongkat dengan
tangan kosong dan kalah, te ntu ia akan merasa
malu sekali. "Baik, akupun ingin melihat bagaimana hebatnya ilmu tongkat dari He k I Kai-pang yang
disohorkan orang itu." Hampir tidak nampak
tangannya bergerak, dan tiba-tiba nampak sinar
berkelebat dan sepasang tangannya telah memegang sepasang golok. Golok itu tidak te rlalu
besar, bentuknya melengkung indah dan gagangnya te rbuat dari emas berhiaskan permata!
Kedua golok itu tipis dan berkilauan saking
tajamnya, demikian indahnya sehingga le bih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerupai golok hias daripada senjata yang
ampuh. Melihat wanita itu sudah memegang sepasang
goloknya. Ji Kiat yang bemafsu sekali untuk
menebus kekalahannya tadi, segera berseru. "Nona
Ouw, lihat serangan tongkatku!" Dan diapun sudah
nyerang dengan tongkatnya. Memang hebat sekali
ilmu tongkat itu. Gerakannya cepat, kuat dan
aneh. Begitu tongkat meluncur, terdengar suara
bersiutan tajam dan tongkat itu berubah menjadi
sinar hitam yang menyambar-nyambar.
Sinar pertama menyambar ke arah kepala Ouw
Ling. Ketika wanita itu mengelak sehingga tongkat
menyambar le wat atas kepalanya, tongkat itu
langsung saja membalik, kini menyambar ke arah
kedua kakinya. Ouw Ling meloncat dan tiba-tiba
saja tongkat membalik dan ujung yang lain
menusuk ke perut! Memang ilmu tongkat yang
dahsyat! "Tranggg ......!" Bunga api berpijar ketika golok di
tangan kiri Ouw Ling menangkis tongkat, sedangkan golok di tangan kanannya menyambar
ke arah leher lawan. Ji Kiat yang kini tidak berani memandang
rendah lawannya, memutar tongkatnya dan kembali bunga api berpijar ketika golok ditangkis
tongkat. Mulailah mereka saling serang dengan
dahsyat. Saking cepatnya gerakan mereka, tidak
nampak sepasang golok dan sebatang tongkat itu,
yang nampak hanyalah gulungan sinar hitam yang
berkejaran dan saling belit dengan dua gulung
sinar putih. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun, sejak beberapa gebrakan saja. Siong Ki
maklum bahwa memang murid ketua kaipang itu
sama sekali bukan lawan Ouw Siocia. Wanita ini
te rlalu tangguh, apalagi gerakan sepasang goloknya
benar-benar amat hebatnya. Kalau gadis itu
menghendakinya, agaknya dalam waktu belasan
jurus saja, ia akan mampu melukai dan merobohkan lawannya. Hal ini akhirnya dapat
dirasakan pula ole h Ji kiat. Akan tetapi, dia adalah
seorang yang memiliki watak tinggi hati dan
merasa dirinya paling hebat, maka sukarlah bagi
seorang de ngan watak seperti itu untuk dapat
menerima dan mengakui kekalahan. Setelah merasa bahwa dia akan kalah, timbullah kene katannya dan diapun kini mulai menyerang
secara membabi buta dan dengan serangan-
serangan maut. Dia sudah lupa bahwa pertandingan itu bukan suatu perkelahian, melainkan hanya menguji kepandaian, seperti
latihan belaka. Kini dia menyerang sungguh-
sungguh, kalau perlu merobohkan lawan dan
melukai atau membunuhnya!
Ouw Ling te rkejut dan iapun menjadi marah.
Kalau tidak ingat bahwa ia sebagai tamu, te ntu ia
sudah menggunakan tangan keji terhadap lawannya itu. Ia hanya mendengus dan gerakan
sepasang goloknya berubah, cepat dan kuat
sehingga ketika mendengar suara nyaring berte munya golok dan tongkat, tongkat itu te rlepas
dari tangan Ji Kiat dan sebuah te ndangan
menyusul, amat kerasnya mengenai pinggul kiri Ji
Kiat sehingga tubuh tokoh pengemis itu terlempar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan melayang ke arah meja di mana gurunya
duduk.! Kalau Ouw Ling ingin mencelakainya, tentu
te ndangan tadi tidak mengenai pinggul, melainkan
mengenai perut atau dada yang akibatnya akan
parah. Akan te tapi, tendangan yang membuat
lawannya te rlempar jauh itu cukup menunjukkan
kemarahannya. He k I Sin-kai bangkit dan menangkap tubuh
muridnya dengan tangan kiri, mencegahnya menimpa dirinya atau terbanting keras, lalu
melepaskannya ke samping di mana Ji Kiat jatuh
te rduduk. Wajah ketua Hek I Kaipang itu berubah
kemerahan walaupun mulutnya masih tertawa.


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ha-ha-ha, ilmu golok Ouw Siocia sungguh
hebat, dan ilmu te ndangannyapun mengagumkan
sekali. Aku ingin untuk merasakannya pula!"
katanya dan diapun menghampiri wanita itu
dengan membawa tongkatnya.
Siong Ki merasa tidak enak kalau diam saja.
Diapun tahu bahwa tadi Ouw Ling marah sehingga
menghajar lawannya agak keras dan hal ini
agaknya membuat tuan rumah merasa tidak
senang. Wanita itu memang lihai dan Su Ji Kiat
bukan lawannya yang seimbang, akan tetapi kalau
guru Ji Kiat yang maju, te ntu akan lain halnya.
Ketua yang marah itu mungkin akan dapat
mengalahkan Ouw Ling, dan karena dia sedang
marah, mungkin kini akan terjadi pertandingan
yang sifatnya mengandung kemarahan dan menjadi perkelahian yang akan membahayakan
kedua pihak. Pula, kalau hanya wanita itu saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang selalu maju menghadapi lawan, lalu apa
gunanya ia ikut datang ke tempat itu"
"Ouw-cici, mundurlah, biar aku menggantikanmu," katanya dan diapun cepat
menghampiri Ouw Ling, kemudian memberi hormat kepada He k I Sin-kai. "Pangcu, tidak adil
kalau harus Ouw-cici lagi yang melayani pangcu,
setelah tadi ia dengan susah payah menandingi
muridmu. Juga aku ingin mengenal ilmu tongkatmu yang lihai. Marilah kita main-main
sebentar, pangcu, agar Ouw-cici dapat beristirahat." Ouw Ling tersenyum girang. Bukan karena ia
merasa lega tidak harus menandingi Hek I Sin-kai
yang tangguh, melainkan karena ia ingin sekali
melihat sampai dimana kehebatan pemuda yang
telah menarik hatinya itu. Ia mengangguk lalu
kembali duduk menghadapi meja. Adapun Ji Kiat
yang te lah dikalahkan, kini duduk di atas lantai di
sudut ruangan itu, nampak le mas dan lenyaplah
sikapnya yang congkak tadi.
Mendengar ucapan Siong Ki tadi, tentu s aja He k
I Sin-kai tidak dapat menolak atau membantah.
Tidak mungkin dia menolak ajakan Siong Ki untuk
bertanding dengan memaksakan keinginannya
untuk menantang Ouw Siocia. Dengan demikian,
te ntu perasaan tidak senang dan penasaran di
hatinya oleh kekalahan muridnya tadi akan
nampak. Sebagai seorang yang le bih tua dan
kedudukann ya le bih tinggi, tentu saja dia tidak
mungkin bersikap seperti itu. Bahkan diam-diam
dia merasa girang dengan majunya pemuda ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau dia mengalahkan Ouw Siocia, setidaknya
te ntu dia akan membuat hati sahabatnya, Ouw
Kok Sian, menjadi tidak senang. Sebaliknya,
pemuda ini hanya sahabat Ouw Siocia, maka dia
merasa lebih bebas untuk berbuat apa saja
te rhadap pemuda ini. "Baiklah, engkau yang menjadi sahabat baik
Nona Ouw, aku percaya engkau tentu memiliki
ilmu kepandaian yang lumayan. Akan te tapi,
bolehkah aku mengetahui siapa gurumu, dan dari
aliran mana?" Siong Ki mengerutkan alisnya. Dia tahu bahwa
gurunya tidak suka kalau namanya disebut-sebut,
apalagi urusan yang dia hadapi sekarang ini bukan
urusan membela kebenaran dan keadilan, hanya
sekedar perkenalan belaka. Kalau suhunya tahu
bahwa namanya diobral olehnya, tentu akan marah
sekali. "Maaf, pangcu. Aku mempelajari silat ke mana-
mna sehingga tidak ingat lagi berapa banyak, guru-
guruku, dan aku tidak te rikat oleh aliran
manapun. Harap pangcu memberi petunjuk sehingga berarti pangcu juga menjadi seorang di
antara para guruku." Siong Ki memang pandai
membawa diri. Tentu saja ucapan itu merupakan
sanjungan sehingga He k I Sin-kai tersenyum dan
merasa kepalanya agak membesar.
"Ha-ha-ha, engkau te ntu akan dapat banyak
mendapatkan pelajaran yang berharga, sicu.
Silakan menyerang!" katanya dengan lagak yang
menggurui. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, pangcu, akan te tapi aku tidak ingin
menggunakan pedang. Bagaimana kalau kita
berlatih dengan tangan kosong saja?"
"He-he, The-sicu. Apa salahnya menggunakan
senjata" Kalau kita sudah menguasai benar,
senjata sama dengan tangan kita dan tidak akan
melukai lawan kalau tidak kita kehendaki. Justru
engkau akan dapat mengambil keuntungan dan
ajaran dari ilmu tongkatku! Cabutlah pedangmu
dan jangan takut, aku tidak akan melukaimu
dengan tongkat ini."
"Baiklah kalau engkau menghendaki demikian
pangcu," Siong Ki lalu mencabut pedangnya,
sengaja memperlihatkan sikap kaku sehingga
diam-diam Ouw Siocia sendiri mengerutkan alisnya
dan mulai meragukan kemampuan pemuda itu.
Tiba-tiba terdengar suara orang tertawa. Yang
te rtawa adalah Su Ji Kiat dari sudut ruangan itu.
"Ha-ha-ha-ha, engkau hendak menggunakan sebatang pedang butut itu untuk melawan tongkat
suhu" Ha-ha-ha, suhu, biarkan teecu (murid)
melawan badut ini!" Setelah berkata demikian dia
sudah meloncat ke dekat Siong Ki, tongkatnya yang
tadi terlepas ketika dia bertanding melawan Ouw
Ling telah dipegangnya kembali.
He k I Sin-kai adalah seorang kangouw yang
banyak pengalaman. Biar pun pemuda itu mengeluarkan sebatang pedang yang nampaknya
butut dan tumpul, namun dia tidak memandang
rendah. Bahkan diam-diam dia te rkejut. Dia tahu
bahwa semakin buruk dan nampak le mah senjata
seorang ahli silat, semakin tinggi pula tingkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang itu. Orang yang memegang senjata yang
nampak bersahaja, berarti tidak lagi mengandalkan
senjata itu, melainkan dirinya sendiri.
Dia belum pernah berkenalan dengan pemuda
ini, tidak tahu dari aliran mana. Ole h karena itu,
majunya muridnya merupakan hal yang menguntungkan baginya. De ngan membiarkan
muridnya maju le bih dahulu, berarti dia mendapat
kesempatan untuk mengintai tingkat lawan!
"Baiklah, e ngkau boleh mengujinya lebih dahulu,
Ji Kiat," katanya sambil mengangguk. Ji Kiat
sudah menghadapi Siong Ki dan lagak sombongnya
timbul kembali. "The-sicu, majulah dan aku yakin dalam waktu
kurang dari duapuluh jurus aku akan dapat
mengalahkanmu!" kata Ji Kiat yang bersikap
sombong untuk menutup rasa malunya karena
kekalahannya dari Ouw Ling tadi.
Siong Ki mengerutkan alisnya. Dia sudah dapat
menilai sampai dimana kepandaian orang ini dan
dia merasa muak melihat kesombongan orang itu
maka diapun ingin memberi hajaran kepadanya,
maka ia lalu berkata, "Engkau tadi sudah
bertanding melawan Ouw-cici, tidak adil kalau
sekarang melawanku, maka biarlah aku akan
mengaku kalah kalau dalam waktu lima jurus aku
belum mampu mengalahkanmu!"
Bukan saja Ji Kiat yang menjadi merah
telinganya mendengar ini, akan tetapi juga Hek I
Sin-kai, bahkan juga Ouw Ling. Wanita ini tentu
saja kaget karena ia sendiri tidak akan mungkin
mengalahkan Ji Kiat hanya dalam waktu lima
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jurus, apalagi sebelumnya telah memberi tahu,
sehingga te ntu saja Ji Kiat akan memperkuat
pertahanannya agar jangan kalah dalam waktu
sesingkat itu. Tentu saja Ji Kiat menjadi marah
bukan main. Dia tadi telah dikalahkan Ouw Ling
yang berarti dia telah terseret turun dari kedudukann ya yang dia banggakan sebagai murid
utama He k I Sin-kai, dan kini, ada pemuda tak
te rkenal yang berani mengatakan akan mengaku
kalah kalau tidak dapat mengalahkannya dalam
waktu lima jurus! Gurunya sendiripun tidak akan
mungkin dapat mengalahkannya dalam waktu lima
jurus. "Bagus, engkau sendiri yang mengeluarkan
ucapan itu, The-sicu. Nah, aku sudah siap,
mulailah engkau menyerangku!" kata Ji Kiat.
Diapun cukup cerdik untuk mengambil keuntungan dari tantangan lawan. Dia hanya
tinggal menjaga diri agar jangan sampai kalah
dalam waktu lima jurus dan itu berarti dia akan
menang! Jelas, sekarang akan tertebus kekalahannya yang tadi! Siong Ki tersenyum, maklum apa yang berada
dalam pikiran lawan. " Baik, kau bersiaplah. Nah,
lihat seranganku. Jurus pertama!" Tiba-tiba
pedang tumpul di tangannya bergerak dan
le nyaplah pedang itu, yang nampak hanya sinar
hijau menyambar dahsyat ke arah kepala Ji Kiat,
disusul dorongan tangan kirinya ke arah dada.
Inilan juru De wa-mempersembahkan-mustika,
sebuah jurus yang sekaligus atau beruntun cepat
sekali telah melakukan dua serangan, yaitu
sambaran pedang dari kiri ke kanan disusul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dorongan tangan kiri dengan jari terbuka ke arah
dada lawan. Ji Kiat yang sudah siap siaga, cepat memutar
tongkatnya melindungi tubuhnya.
"Trakkk!" Tongkat bertemu pedang tumpul dan
melekat! Tentu s aja karena tongkatnya tertahan, Ji
Kiat tidak dapat melindungi dadanya yang disambar tangan kiri Siong Ki. Cepat dia miringkan
tubuhnya, nanun te rdengar suara "brett" dan
ujung bajunya robek dan hancur. Wajahnya
menjadi pucat. Kalau tangan itu tadi meremas
perut atau dadanya, bukan ujung baju, te ntu
bukan kain itu yang robek hancur! Dia meloncat ke
belakang dan siap menghadapi serangan selanjutnya. Bagaimanapun juga, dalam jurus
pertama itu, dia belum jatuh, berarti belum kalah!
Siong Ki tersenyum. Orang ini memang tak tahu
diri, pikirnya. Sebetulnya, jurus pertama itu saja
sudah cukup membuktikan bahwa Ji Kiat kalah,


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan tetapi agaknya orang itu tidak mau mengakui
kekalahannya. "Awas serangan jurus ke dua!" bentak Siong Ki
dan diapun meloncat maju dan kini pedang butut
dan tumpul di tangannya digerakkannya cepat
membentuk lingkaran-lingkaran yang aneh dan
cepat, hanya nampak gulungan-gulungan sinar
hijau saja yang seolah ada beberapa ekor burung
hijau beterbangan mengelilingi tubuh Ji kiat.
Orang inipun cepat memutar tongkatnya melindungi diri, namun te tap saja gerakannya
kalah cepat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pratt!" dan nampaklah potongan rambut berhamburan. Sebagian rambut Ji Kiat disambar
sinar pedang dan berhamburan. Kembali Ji Kiat
melompat ke belakang dan memasang kuda-kuda.
Dia tidak memperdulikan rambutnya yang bodol,
dan dia memandang dengan mata mendelik karena
merasa penasaran dan marah.
Melihat lawan masih belum mau mengaku
kalah, Siong Ki menerjang lagi sambil berseru,
"Jurus ke tiga!" Kini Ji Kiat menangkis datangnya
pedang yang membacok kepalanya itu dengan
mengerahkan seluruh te naganya.
Trangg........!!" Keras sekali kedua senjata itu
saling bertemu di udara dan akibatnya, ujung
tongkat di tangan Ji Kiat itu putus te rpotong!
"Hemn, aku masih belum roboh!" kata Ji Kit
dengan nekat walaupun tongkatnya yang amat
diandalkannya itu telah patah ujungnya.
"Baik, jagalah jurus ke empat!" Kini pedang itu
bergerak lagi, berkelebatan menyambar-nyambar
dan Ji Kiat menggunakan tongkatnya yang
buntung untuk melindungi dirinya.
"Trakk!" Kembali tongkat bertemu pedang dan
sekali ini Ji Kiat tidak mampu menarik le pas
tongkatnya dari pedang. Tongkatnya melekat dan
biarpun dia sudah mengerahkan tenaga untuk
melepaskan tongkatnya, sia-sia saja dan pada saat
itu, tangan kiri Siong Ki meluncur ke arah
pergelangan tangannya yang memegang tongkat.
"Tukk!" Lengan kanan Ji Kiat menjadi lumpuh
dan te rpaksa dia melepaskan tongkatnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak dapat dipertahankannya kembali. Kini
tongkati telah terampas lawan! Akan tetapi dia
belum roboh, dan hanya tinggal satu jurus lagi.
Biarpun dari jurus pertama sampai jurus ke empat
dia te lah dirugikan, akan te tapi kalau sejurus lagi
le wat dan dia belum roboh, berarti lawannya akan
dianggap kalah! "The-sicu, aku belum roboh, berarti belum
kalah!" katanya dan dia memasang kuda-kuda
dengan kedua kaki dite kuk rendah, siap melewatkan sejurus lagi dengan seluruh kekuatannya! Sementara itu, Hek I Sin-kai
memandang dengan mata te rbelalak, bahkan Ouw
Ling sendiri menjadi bengong. Ia dapat menduga
bahwa Siong Ki seorang yang lihai, akan tetapi
tidak disangkanya sehebat itu! Tentu saja wanita
itu menjadi semakin kagum dan tertarik. Sedangkan He k I Sin-kai agak pucat wajahnya.
Tahulah kakek ini bahwa dia sendiripun bukan
tandingan pemuda yang amat hebat itu! Ingin dia
meneriaki muridnya agar menyerah, akan tetapi
karena Ji Kiat sudah terlanjur bersikap tidak mau
kalah, diapun hanya memandang penuh perhatian
dan ingin tahu apa yang akan dilakukan pemuda
lihai itu terhadap muridnya.
Siong Ki te rsenyum dan menyarungkan Seng-
kong-kiam di sarung pedangnya, lalu berkata:
"Engkau ingin dirobohkan dalam jurus ke lima"
Baiklah kalau begitu, nah! robohlah kau!" Siong Ki
menerjang dengan tangan kosong dan disambut
oleh Ji Kiat dengan kedua tangannya. Dia berpikir
bahwa kalau kedua tangannya menangkis , maka
jurus itu akan lewat dan dia tidak akan roboh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plak, dess!!" Kedua pasang tangan berte mu
dengan kuatnya dan tubuh Ji Kiat terdorong ke
belakang, akan te tapi sapuan kaki Siong Ki
membuat dia terpelanting dan tanpa dapat dicegah
lagi Ji Kiat roboh terbanting. Dia terkejut dan juga
heran. Mau tidak mau dia harus mengakui
keunggulan pemuda itu yang te rnyata le bih lihai
dibandingkan Ouw Siocia! Ji Kiat bangkit duduk dan meringis karena
punggungnya te rasa nyeri ketika dia terbanting
tadi. Dia bangkit berdiri dan memberi hormat
kepada Siong Ki sambil berkata, "The sicu, aku
mengaku kalah. Engkau memang lihai sekali dan
maafkan kata-kataku tadi."
Terdengar te puk tangan dan He k I Sin-kai yang
berte puk tangan memuji. "Hebat, engkau hebat
sekali, orang muda!" katanya.
Ouw Ling yang merasa bangga melihat kelihaian
sahabat barunya itu lalu berkata kepada Hek I Sin-
kai, "Paman, sekarang tiba giliranmu untuk
Hikmah Pedang Hijau 18 Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Karya Liang Ie Shen Badai Laut Selatan 1
^