Naga Beracun 19
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 19
memiliki watak lincah jenaka dan periang, juga
tabah dan pandai bicara. Kini, melihat watak
nenek itu, ia tidak dapat menahan senyumnya.
Hal ini dapat dilihat si nenek dan tiba-tiba
tongkatnya menyambar dan sudah beralih tempat,
mengancam kepala gadis bertangan kiri buntung
itu. "Dan kau..... siapakah engkau?"
"Nama saya Kam Cin dan biasa disebut Cin Cin,
nenek yang baik." "Dan kenapa kau senyum-senyum seperti bocah
nakal itu ?" bentak pula nenek Song dan matanya
yang tua itu masih mencorong tajam.
Cin Cin masih senyum-senyum, " Nenek yang
baik, saya sungguh kagum melihatmu, sudah
begini tua namun masih penuh semangat! Ingin
saya seperti nenek kalau s aya sudah tua kelak."
Sejenak mata tua itu terbelalak dan saling
pandang dengan Cin Cin, kemudian senyum Cin
Cin menular dan nenek itupun te rtawa te rkekeh-
kekeh dengan riangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
He h-heh-heh-heh-heh! Bagus, engkau anak baik, Cin Cin! Cu Kiat, aku hampir yakin bahwa
dua orang ini memang orang baik-baik, heh-heh!"
kata-kata ini disusul turunnya tongkatnya dan
iapun duduk kembali ke atas kursinya.
"Sumoi....," Thian Ki menghampiri pembaringan
dan membungkuk untuk memeriksa keadaan
sumoinya. Dia meraba nadi pergelangan tangan
Kui Eng dan setelah memperhatikan beberapa
lama, dia memandang kepada Cin Cin penuh
pertanyaan. Gadis ini pun menghampiri dan tanpa
diminta, iapun memeriksa dada Kui Eng dengan
rabaan ujung jarinya. "Bagaimana pendapatmu, Cin-moi?" tanya Thian
Ki. "Hemm, ia tidak apa-apa, Koko. Ia tidak.......
tidak sakit........." kata Cin Cin dan Thian Ki
mengangguk membenarkan. "Heh-heh, tentu saja Kui Eng tidak sakit, akan
tetapi lihat saja nanti kalau ia kumat," kata N enek
Song. "Kumat" Thian Ki dan Cin Cin berseru, kaget
dan heran. Dan pada saat itu, terdengar Kui Eng
mengeluh. Thian Ki dan Cin Cin cepat memandang
dan gadis itu mengerutkan alisnya, seperti bangun
dari tidurnya akan te tapi belum buka mata dan
mengigau dengan kata-kata yang tidak je las,
tubuhnya menggeliat-geliat seperti orang yang
kesakitan hebat. Ketika Thian Ki meraba dahinya, dia terkejut.
Dahi yang tadi tidak apa-apa itu kini panas sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin-moi, cepat, kita bantu ia dengan sin-kang!"
kata Thian Ki. Tanpa ragu lagi Cin Cin dan Thian
Ki naik ke atas pembaringan bersila di kanan kiri
Kui Eng dan menempelkan telapak tangan
mereka, tangan Thian Ki di kedua pundak, dan
tangan Cin Cin di dada. Hanya sebentar saja kedua
orang muda yang memiliki sin-kang amat kuat ini
menyalurkan te naga dan Kui Eng tidak mengeluh
lagi pernapasannya pulih dan ia seperti dalam
tidur bias a. Thian Ki dan Cin Cin melompat turun dari atas
pembaringan, dan Kui Eng te rbangun dari
tidurnya. Mula-mula te rbelalak ketika melihat
suhengnya karena berbagai perasaan mengaduk
hatinya di saat ia melihat Thian Ki. Ada rasa heran,
gembira, te rharu dan juga duka mengingat akan
keadaan dirinya dan tanpa disadarinya, kedua
matanya menjadi basah. Melihat ini, Thian Ki
menyentuh pundak sumoinya.
"Sumoi, jangan berkeciI hati aku akan berusaha
sekuat tenaga untuk menyembuhkanmu."
Kini pandang mata Kui Eng berte mu dengan Cin
Cin dan kembali ia terbelalak, akan tetapi sekali ini
pandang matanya penuh rasa kaget dan marah. I a
berusaha untuk bangkit duduk, akan te tapi ia
rebah kembali. Setelah berhari-hari ia diserang
perasaan nyeri yang hebat, dan seringkali pingsan,
tubuhnya menjadi lemah dan kepalanya pening
setiap kali hendak bangkit.
Kui Eng tetap memandang kepada Cin Cin
dengan sinar mata bernyala. Cin Cin tersenyum,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik Kui Eng, sebaiknya engkau beristirahat saja,
tubuhmu masih lemah."
"Biarpun tubuhku le mah, aku tidak takut untuk
melawanmu, engkau iblis betina yang hendak
membunuh ayahku!" Ucapan Kui Eng te ntu saja amat mengejutkan
Pangeran Li Cu Kiat, ibunya dan neneknya. Thian
Ki menjadi salah tingkah dan te rsipu, akan tetapi
Cin Cin bersikap tenang-te nang saja.
"Eng-moi, apa maksud ucapanmu tadi" Nona
Kam Cin ini hendak membunuh ayahmu" Apa
artinya semua ini?" tanya Pangeran Li Cu Kiat dan
dia sudah siap untuk menghadapi kemungkinan,
sedangkan Nenek Song juga sudah bangkit berdiri,
dan melintangkan Tongkat Naga tangannya.
"Ahh, apakah mataku sudah terlalu tua sehingga
aku salah menilai orang?" te riak nenek itu dan
tongkatnya diamang-amangkan dengan penuh
ancaman ke arah Cin Cin. Thian Ki. menghela napas panjang dan berkata,
"Harap paduka memaafkan kami,
Pangeran. Sesungguhnya semua ini merupakan urusan
pribadi antara sumoi s aya dan juga Cin-moi. Kalau
kami bertiga diperkenankan untuk bicara bertiga
saja, untuk membereskan urusan pribadi ini ......"
"Urusan pribadi bagaimana?" Nenek Song
membentak dengan suara lantang.
"Urusan yang menyangkut diri Kui Eng adalah
urusan keluarga kami pula, apapun yang akan
dibicarakan, harus kami dengar!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Thian Ki memandang heran, pangeran
itu berkata, "Apa yang dikatakan nenekku benar,
Coa-toako. Kami semua menganggap Eng-moi
sebagai anggota keluarga sendiri dan kami ingin
mengetahui semua urusannya, tentu saja kalau ia
sendiri menyetujui." Pangeran itu menoleh ke arah
Kui Eng dengan sinar mata bertanya. Biarpun
tubuhnya le mah, namun kecerdikan Kui Eng tidak
berkurang, ia menghadapi urusan yang amat
penting bagi dirinya, yaitu betapa Pangeran Li Cu
Kiat amat mencintainya dan te lah melimpahkan
banyak budi kebaikan dan kecintaan kepadanya.
Namun, hatinya masih mele kat kepada Thian Ki
dan sekaranglah saatnya ia harus membiarkan
pangeran itu mengetahui segalanya, yaitu bahwa ia
mencinta suhengnya dan oleh ayahnya bahkan
telah direncanakan menjadi jodoh Coa Thian Ki.
Juga ia harus tahu te ntang hubungan Thian Ki
dengan Kam Cin yang dianggapnya musuh besar
yang pernah he ndak membunuh ayahnya itu. Kini,
mendengar percakapan mereka dan melihat betapa
Pangeran Li Cu Kiat memandang kepadanya
dengan sinar mata bertanya, iapun berkata kepada
Thian Ki. "Suheng, aku setuju kalau keluarga Pangeran Li
Cu Kiat ikut mendengarkan urusan pribadiku.
Nah, sekarang katakanlah kenapa engkau kini
agaknya malah membela ia yang dahulu hendak
membunuh ayahku, atau juga guru dan ayah
tirimu sendiri. Kenapa?"
Thian Ki juga mengerti bahwa sekarang dia tidak
dapat merahasiakan hubungannya dengan Cin
Cin. Bagaimanapun juga, orang pertama yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus mengetahui adalah Kui Eng! Dia harus
memutuskan tali perjodohannya dengan Kui Eng.
Dia tidak mencinta gadis itu sebagai seorang
kekasih, bahkan rasanya tidak mungkin dia dapat
mencinta gadis yang sejak kecil disayangnya
seperti adik sendiri itu sebagai seorang pria
mencinta seorang wanita. Dan apa salahnya kalau
dia mengakui cintanya kepada Cin Cin di depan
keluarga pangeran ini" Orang sedunia boleh saja
mengetahuinya. "Baiklah, sumoi, aku akan berterus te rang saja
agar engkau mengetahui segalanya. Engkau te ntu
masih mengenal Cin-moi, eh. adik Kam Cin ini,
bukan?" "Tentu saja! Ia adalah murid Tung-hai Mo-li yang
pernah hendak membunuh ayahku!" jawab Kui
Eng marah, dan mukanya yang biasanya pucat itu
kini agak kemerahan karena marah.
''Dan engkau tentu sudah mendegar dahulu itu
bahwa usaha yang dilakukan adik Kam Cin
bukan saja gagal membunuh ayah kita, sebaliknya
ia malah kehilangan tangan kirinya karena
te rpaksa aku membuntungi tangan itu untuk
menyelamatkan nyawanya, bukan?"
"Aku sudah mendengar dan aku merasa
menyesal kenapa hanya tangannya yang kaubuntungi, bukan lehernyal"
"Heh-heh, benar sekali omonganmu, Kui Eng!
Orang yang sudah begitu jahat untuk membunuh
ayahmu, sudah sepatutnya kalau dibuntungi
le hernya!" tiba-tiba Nenek Song berkata dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Li Cu Kiat mengerutkan alisnya dan
cepat dia mengingatkan neneknya.
"Harap nenek ingat bahwa keluarga kita hanya
berhak mendengarkan, akan te tapi tidak mencampuri urusan yang kita tidak tahu seluk
beluknya itu. Coa-toako, lanjutkan percakapan
kaIian." Thian Ki tidak memperdulikan ucapan nenek itu,
dan Cin Cin juga hanya tersenyum. Gadis ini telah
berubah banyak sekali. Setelah ia mendapatkan
cintanya dengan Thian Ki, ia merasa hidupnya
penuh kebahagiaan dan penuh kedamaian, dan ia
mempercayakan selamanya kepada kekasihnya itu.
Coba dahulu ia mendengar ucapan seperti yang
dikeluarkan Kui Eng dan Nenek Song, te ntu ia
sudah naik darah dan menantang mereka.
"Sumoi, ketahuilah bahwa adik Kam Cin hanya
menaati perintah gurunya. Ia tidak mempunyai
permusuhan pribadi dengan ayah kita, dan kini ia
telah menyadari bahwa gurunya itu yang bersalah,
bukan ayah kita." "Hemm, dan karena ia te lah menyadari, maka
engkau berbaik dengannya dan membelanya,
suheng?" "Bukan hanya karena itu, sumoi melainkan,
te rus te rang saja karena sebenarnya kaulah orang
pertama yang berhak mengetahuinya, kami, yaitu
aku dan adik Kam Cin, kami saling mencinta dan
sudah mengambil keputusan untuk hidup bersama
selamanya sebagai suami isteri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang mata Kui Eng te rbelalak. "Kau.....
kalian..... saling mencinta.......?" katanya lirih dan
te rgagap. "...... tapi aku ..... kita .....bagaimana
dengan perjodohan antara kita yang ditentukan
ayah?" Thian Ki merasa sungkan dan tidak enak sekali
karena percakapan pribadi itu didengarkan keluarga pangeran itu. Akan tetapi, dari sikap
pangeran itu dan ibu serta neneknya terhadap Kui
Eng, dia dapat menduga bahwa pangeran itu
agaknya jatuh cinta kepada Kui Eng dan
keluarganya menyetujuinya. Sementara itu, mendengar ucapan Kui Eng sebagai pertanyaan
yang diajukan kepada Thian Ki, Pangeran Li Cu
Kiat mengerutkan alisnya, demikian pula ibunya
dan neneknya saling pandang
dengan alis
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkerut. Mereka terkejut dan juga kecewa
mendengar bahwa Kui Eng telah dijodohkan
dengan suhengnya. Kini pangeran itu mengerti
mengapa Kui Eng belum dapat menjawab ketika
dia menyatakan cintanya. Kiranya gadis itu telah
mempunyai tunangan, yaitu suhengnya sendiri dan
kini suhengnya itu menyatakan cinta pada gadis
lain! "Sumoi. biarlah engkau mendengar baik-baik
dan disaksikan oleh keluarga yang te rhormat ini,"
kata Thian Ki dengan lembut namun dengan penuh
ketegasan. "Kita berdua bukan saja suheng dan
sumoi, juga kita adalah saudara tiri. Sejak kecil
kita berkumpul dan bergaul sehingga aku selalu
mencintamu seperti adikku sendiri. Engkaupun
menyayangku sebagai kakakmu. Bagaimana mungkin kita dapat mencinta sebagai suami isteri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku saling mencinta dengan adik Kam Cin ini,
sumoi. Aku merasa bahwa sebaiknya kalau aku
berte rus terang saja kepadamu, karena pernikahan
tanpi cinta yang dipaksakan, akan menghancurkan
kehidupan kita berdua. Aku menyayangmu sebagi
adik sendiri, sumoi, dan engkau te ntu dapat
merasakan dan mengerti benar. Nah, aku sudah
mengeluarkan isi hatiku, mudah-mudahan saja
engkau akan mampu mempertimbangkan dan
mengerti." Suasana menjadi hening sejenak, setelah Thian
Ki berhenti bicara. Keluarga pangeran itu adalah
keluarga bangsawan yang menjunjung tinggi
kegagahan, maka mendengar ucapan Thian Ki
yang jujur dan tegas itu, mereka merasa kagum.
Kui Eng sendiri terkejut, akan tetapi tidak merasa
heran karena sekarang iapun dapat merasakan
kebenaran ucapan Thian Ki. Mereka memang
saling menyayang sejak kecil, dan kesayangan
mereka satu sama lain adalah kesayangan antara
saudara. Sekarang baru ia dapat merasakannya.
Yang membuat ia bengong adalah melihat kenyataan yang amat aneh itu. Thian Ki dan Kam
Cin saling mencinta setelah Thian Ki membuntungi
tangan kiri gadis itu!. Kalau mereka saling
mendendam, hal itu adalah wajar saja. Akan tetapi
saling mencinta" Suheng, aku dapat menghargai keterus- te ranganmu ini. Akan tetapi, kenapa engkau tidak
membantah dan menerima saja ketika ayah
mengusulkan perjodohan di antara kita?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi, bagaimana mungkin aku berani menolaknya begitu saja" Aku tidak ingin mengecewakan hatinya, dan sebagai murid, juga
sebagai anak tiri, aku harus mematuhinya.
Maksudku, aku diam saja dan perlahan-lahan,
akan kuberi tahu. Sekarang, aku bahkan mohon
kepadamu agar engkau membantu aku memberi
tahu kepada ayah kita."
"Dan bagaimana pula engkau dapat saling
mencinta dengan enci Kam Cin yang te lah
kaubuntungi tangan kirinya ini" Enci Kam Cin,
sepatutnya engkai membenci dan mendendam
kepada suheng, akan tetapi kenapa......7"
Cin Cin te rsenyum manis. "Adi Kui Eng, dia.
membuntungi tangan kiriku bukan karena membenci, melainkan karena hendak menyelamatkan nyawaku, dan aku kehilangan
tangan ini karena ulahku sendiri, karena salahku
sendiri mungkin ini merupakan hukuman bagiku
karena aku hendak membunuh ayahmu yang tidak
mempunyai kesalahan apapun terhadap diriku."
Tiba-tiba Kui Eng mengeluh dan sakitnya
kambuh. Matanya te rpejam dan tubuhnya menggeliat-geliat. Melihat ini cepat Thian Ki
memberi isyarat kepada Cin Cin dan seperti tadi,
mereka menempelkan telapak tangan ke pundak
dan dada Kui Eng dan sebentar saja, keadaan Kui
Eng sudah pulih kembali dan iapun sudah te nang
kembali. Akan te tapi, gadis itu menjadi semakin
le mah dan nampaknya tidur.
"I bu. nenek, aku tidak mungkin dapat mendiamkan saja! Aku akan mencari tosu itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba-tiba Pangeran Li Cu Kiat membentak marah
dan dia sudah mencabut pedangnya.
"Cu Kiat. sudah kukatakan bahwa tanpa bukti,
tidak boleh engkau bertindak. Ingat, dia adalah
sahabat Kaisar! Dan sungguh tidak baik kalau
engkau menggunakan kekerasan tanpa adanya
bukti. Bukankah Kaisar pernah menegurmu
karena sikapmu yang kasar te rhadap tosu itu"
Nah, itu membuktikan bahwa tosu. itu mempunyai
pengaruh terhadap kais ar," kata Nenek Song.
Mendengar ini. Thian Ki segera berkata, "Mohon
maaf. akan te tapi siapakah tosu siluman yang
dimaksudkan pangeran" Dan apakah dia mempunyai hubungan dengan sakitnya sumoi?"
"Tosu dukun le pus itu yang membuat Kui Eng
sakit dengan ilmu hitamnya!" Nenek Song berseru
sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya di atas
lantai karena marah. Sepasang mata Cin Cin mencorong marah. "Biar
kami yang pergi menghajarnya. Pangeran. Tolong
beritahukan di mana kami dapat mencarinya."
"Benar. Pangeran. Kami berdua yang akan
menghentikan kejahatannya demi menyelamatkan
sumoi." kata pula Thian Ki .
"Bagus!" Nenek Song berseru "Kalau kalian dapat
membasmi tosu dukun le pus itu, barulah kami
percaya akan kesungguhan hati kalian terhadap
Kui Eng!" Mereka lalu memberitahu kepada Thian
Ki dan Cin Cin bahwa tosu yang dimaksudkan
berjuluk Im Yang Sengcu dan tinggal di kuil istana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berada di bukit buatan di lingkungan
belakang Istana. "Akan tetapi harap Coa-twako berhati-hati." kata
Pangeran Li Cu Kiat. "Im Yang Sengcu itu lihai
sekali, juga dia memiliki murid-murid yang lihai."
"I mu silatnya sih tidak berapa hebat, akan tetapi
ilmu hitamnya amat jahat. Kalian harus berhati-
hati," kata pula Nenek Song.
Thian Ki memberi hormat kepada tiga orang itu
dan berkata dengan sikap dan suara serius kepada
Pangeran Li Cu Kiat, "Pangeran, harap jaga sumoi
baik-baik." Mendengar ini. Nenek Song berseru, "Kaukira
siapa yang menjaganya siang malam dengan setia"
Cucuku ini sampai berhari-hari kurang makan
kurang tidur karena menjaga Kui Eng yang sakit!"
Thian Ki saling pandang dengan Cin Cin,
kemudian dia kembali menatap wajah pangeran itu
dan berkata lirih "Terima kasih. Pangeran.
Percayalah paduka tidak salah pilih." Setelah
berkata demikian, Thian Ki mengajak Cin Cin
meninggalkan gedung itu dan mereka segera pergi
menuju ke pintu gerbang istana. Ketika kepala jaga
melihat mereka dan menerima surat kete rangan
dari Pangeran Li Cu Kiat bahwa Thian Ki dan Cin
Cin adalah utusannya untuk mengunjungi kuil dan
menemui Im Yang Sengcu, kepala jaga itu tidak
berani melarang dan dia bahkan menunjukkan di
mana le tak kuil di bukit buatan itu. Tanpa
mengalami rintangan, kedua orang muda itu dapat
memasuki pomple k istana dan langsung saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambil jalan melalui pekarangan dan taman
menuju ke kuil. Kuil Itu nampak sunyi dan dengan kepandaiannya yang tinggi. Thian Ki dan Cin Cin
dapat menyelinap ke arah belakang kuil. Beberapa
orang murid dan anak buah Im Yang Sengcu yang
nampak di sekitar kuil tidak dapat melihat gerakan
dua orang yang amat cepat itu dan yang nampak
hanya bayangan berkele bat.
Di Pondok kecil belakang kuil, tempat yang
biasanya dipergunakan untuk bersamadhi, bertapa
atau menyendiri itu lm Yang Sengcu berada
seorang diri. Se mua pintu dan jendela pondok kecil
itu tertutup. Dia sedang bersila di depan meja
sembahyang dan ada asap mengepul dari seikat
dupa yang membara. Asap itu membubung ke atas
dengan lurus akan tetapi asap itu bergoyang-
goyang seolah mahluk hidup yang sedang menderita kesakitan. Berulang kali tosu itu
mengeluarkan suara membaca mantram dan
kedua tangan yang tadinya bersilang depan dada,
kadang di dorongkan ke arah asap itu.
Dia merasa penas aran sekali. Kenapa dia selalu
gagal dalam pengerahan tenaga ilmu hitamnya
untuk membunuh gadis yang dimusuhinya itu"
Setumpuk pakaian wanita berada di atas meja
sembahyang itu. Itulah pakaian Kui Eng yang
diambilnya dari kamar losmen dan pakaian bekas
dipakai gadis itu, yang belum se mpat dicuci, itulah
yang dijadikan je mbatan untuk menyerang gadis
itu dengan ilmu hitam. Dia telah berhasil membuat
gadis itu terserang penyakit aneh, namun dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selalu gagal untuk membunuh mangsanya. Dia
merasa penasaran bukan main. Baru sekali ini dia
gagal ! De ngan hati yang penuh dendam dan penas aran, Im Yang Sengcu lalu mengeIuarkan
sehelai kertas yang biasa dipakai untuk membuat
hu (s urat jimat) lalu sambil berkemak-kemik
membaca doa dia menuliskan tiga buah huruf di
kertas itu, yaitu tiga huruf nama Cia Kui Eng!
Kemudian, dia menusuk kertas itu dengan
pedangnya, lalu mengangkat pedang yang sudah
menusuk kertas itu ke atas dan mengeluarkan
suara yang te rdengar menggetar penuh kekuatan
sihir. "Cian Kui Eng, engkau telah berada dalam
kekuasaanku dan sekarang engkau akan kubakar,
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
te rbakar habislah seluruh perasaanmu, hangus
seluruh jasmanimu!" Dan dia menjulurkan pedang
yang ujungnya menusuk kertas itu ke arah lilin
besar di meja sembahyang. Tiba-tiba te rdengar
suara berdesing dan sebuah benda kecil hitam
menghantam pedang itu. "Tringgg.....!!" Pedang di tangan Im Yang Sengcu
te rgetar hebat dan kertas yang tadi tertusuk di
ujung pedang itupun te rlepas dan melayang. Se-
sosok bayangan hitam berkele bat dan menyambar.
Im Yang Sengcu terkejut dan bangkit berdiri,
melihat dua orang telah berada di dalam pondoknya. Seorang pemuda sederhana yang telah
memegang surat hu dengan nama Cian Kui Eng
yang ditulis nya tadi, dan seorang gadis yang
buntung tangan kirinya sebatas pergelangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah kalian" Berani mati memasuki pondok pinto tanpa ijin!" bentaknya sambil
menudingkan pedangnya, diam-diam mengerahkan
kekuatan sihirnya, memandang dengan mata
mencorong, berkemak-kemik lalu membentak,
"Hayo kalian berdua berlutut! Berlutut kataku!!"
Thian Ki memegang tangan kanan Cin Cin
dengan tangan kirinya, mengerahkan sin-kang dan
seperti biasa, otomatis didasari penyerahan kepada
kekuasaan Tuhan. Biarpun kedua orang ini
merasakan getaran aneh yang seolah hendak
memaksa mereka berlutut, namun kekuatan
getaran itu seperti angin lalu saja dan tidak
meninggalkan bekas. Diam-diam Im Yang Sengcu te rkejut bukan
main. Dua orang muda ini bukan han ya dapat
memasuki pondoknya tanpa diketahui
anak buahnya dan bukan han ya dapat merampas hu di
ujung pedangnya, juga kekuatan sihirnya tidak
mempan te rhadap mereka! Thian Ki membaca nama di atas kertas hu itu,
lalu memandang kepada tosu itu dengan sinar
mata tajam lalu menjawab, "Manusia sejahat iblis
yang berpakaian seperti tosu, tentu engkau yang
disebut Im Yang Sengcu! Engkau te lah mempergunakan ilmu iblis untuk menyerang
sumoiku Cian Kui Eng. Perkenalkanlah, aku Coa
Thian Ki dan aku datang untuk membasmi
pekerjaanmu yang terkutuk ini!"
"Koko, serahkan saja dukun iblis ini kepadaku!
Aku ingin sekali memenggal batang lehernya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam-diam lm Yang Sengcu te rkejut dan gentar.
Baru melawan Cian Kui Eng saja dia merasa
kewalahan, apa lagi kini muncul suhengnya dan
juga gadis yang tangan kirinya buntung ini jelas
memiliki ilmu kepandaian tinggi! Maklum bahwa
ilmu sihirnya tidak mempan terhadap dua orang
itu, tiba-tiba saja pedangnya berkelebat ke arah
meja sembahyang dan te rdengar le dakan keras
disusul terbakarnya meja sembahyang itu dan
bayangan Im Yang'Sengcu berkelebat lenyap di
balik meja. Dia telah melarikan diri keluar dari
pondok melalui pintu di belakang meja.
"Cin-moi, cepat keluar!" bentak Thian Ki dan
keduanya lalu menerobos keluar dari pintu
pondok. Ternyata lm Yang Sengcu telah berada di
luar pondok dan dia te lah mengerahkan limabelas
orang murid dan anak buahnya yang semua telah
memegang senjata! Begitu melihat Thian Ki dan
Cin Cin muncul dari pintu pondok, lm Yang
Sengcu menudingkan pedangnya dan berte riak
dengan suara lantang kepada para murid dan anak
buahnya. "Tangkap mata-mata pemberontak itu! Kalau
melawan, bunuh mereka!"
Limabelas orang itu mengepung. Dengan sikap
te nang Thian Ki berkata kepada lm Yang Sengcu,
"I m Yang Sengcu kami bukan mata-mata pemberontak, akan tetapi sesungguhnya engkaulah yang menjadi jadi racun di is tana,
engkau dukun le pus yang jahat, murid iblis yang
hanya mendatangkan kekacauan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tangkap! Bunuh!!" lm Yang Sengcu berte riak-
te riak dan 1imabelas orang itupun mengepung
semakin ketat sambil berteriak-teriak. Akan tetapi
pada saat itu terdengar bentakan nyaring.
"Hentikan semua ini!!'.'
Mendengar suara itu, lm Yang Sengcu dan anak
buahnya te rkejut, menengok dan para anak buah
tosu itu segera menjatuhkan diri berlutut, dan tosu
itu sendiri memberi hormat dengan menjura
dalam-dalam. Kiranya yang muncul adalah Kaisar
Tang Tai Cung sendiri! Kaisar yang nampak gagah
perkasa ini ternyata datang berkunjung ke kuil itu
seorang diri saja tanpa pengawal dan mendengar
ribut-ribut di belakang kuil, dia segera berlari
menghampiri dan melihat dua orang muda
dikepung oleh murid dan ana k buah Im Yang
Sengcu. Tentu saja kaisar merasa terheran-heran
dan membentak mereka agar menghentikan
keributan itu. Thian Ki dan Cin Cin juga terkejut, apa lagi
ketika semua orang meneriakkan penghormatan
kepada kaisar dan mereka tahu bahwa yang
muncul adalah Kais ar sendiri. Keduanya juga cepat
memberi hormat dengan berlutut.
Sejenak Kaisar Tang Tai Cung menyapu semua
orang dengan pandang matanya. Alisnya berkerut
tanda kecewa. Tosu yang dikaguminya dan
dianggap sebagai seorang sahabatnya itu ternyata
melakukan perbuatan yang dianggapnya curang
dan memalukan. Mengerahkan limabelas orang
anak buah mengepung seorang pemuda sederhana
dan seorang gadis yang buntung tangan kirinya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal dia percaya bahwa Im Yang Sengcu adalah
seorang tosu yang sakti. "To-tiang, apa yang te rjadi disini, dan mengapa
tadi kami melihat engkau mengerahkan semua
orang ini untuk mengepung pemuda dan gadis
ini?" tanya Kaisar dengan suara mengandung
penas aran. "Ampunkan hamba, Sribaginda," kata Im Yang
Sengcu dengan sikap hormat "Dua orang muda ini
adalah mata-mata pemberontak. Buktinya, mereka
memasuki pondok samadhi hamba dan menyerang
hamba. Karena mereka itu memiliki kepandaian
dan berbahaya, maka hamba mengerahkan murid-
murid untuk mengepung dan menangkap mereka."
Kaisar Tang Tai Cung mengerutkan alis nya dan
mengamati Thian Ki dan Cin Cin. Sungguh aneh
kalau ada dua orang mata-mata pemberontak
begitu berani, pagi-pagi sudah berani memasuki
lingkungan is tana. Rasanya tidak mungkin. Kalau
mata-mata pemberontak yang memiliki niat buruk,
te ntu masuknya seperti maling di malam hari,
tidak secara te rbuka seperti mereka berdua itu.
Apalagi melihat mereka berdua itu berlutut dengan
sikap tenang dan berani, sedikitpun tidak nampak
ketakutan seperti layaknya mata-mata pemberontak kalau tertangkap basah.
"Orang muda. siapakah kalian?" Tanya Sri
baginda Kais ar sambil mengamati Thian Ki dan Cin
Cin penuh perhatian. "Hamba bernama Coa Thian Ki, Yang Mulia."
"Hamba bernama Kam Cin, Yang Mulia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Me ngapa kalian berdua berani menyelundup ke
sini dan benarkah kalian menyerang lm Yang
Sengcu tanpa sebab?"
"Sebelum hamba memberi kete rangan, perkenankan dulu hamba menyerahkan surat ini,
karena sesungguhnya, hamba berdua datang ke
kota raja dengan maksud menghadap paduka dan
menyerahkan surat ini." Thian Ki mengeluarkan
surat dari Hong Lan. Melihat ini, Im Yang Sengcu khawatir dan
cepat-cepat dia mendekat "Sri baginda, harap
jangan menerima benda itu. Biarkan hamba yang
menerimanya dan memeriksanya lebih dulu, siapa
tahu dia hendak mencelakai paduka!"
"To-tiang," kata Kaisar dengan suara yang
nadanya tidak senang. "Begitu lemahkah kami
sehingga orang mampu mencelakai kami semudah
itu" Sejak kapan to-tiang menganggap kami
sebagai orang yang tak berdaya?"
"Ampun, Sri baginda, hamba hanya mengkhawatirkan keselamatan paduka," kata tosu
itu dengan muka kemerahan apa lagi melihat
Thian Ki dan Cin Cin tersenyum mengejek
kepadanya. Kaisar Tang Tai Cung menerima surat itu dan
seketika wajahnya berseri gembira ketika dia
melihat bahwa surat itu datang dari Hong Lan.
pute ri angkatnya yang disayangnya. Dia mengenal
tulisan Hong Lan. "Aha, kiranya kali merupakan
sahabat-sahabat baik pute ri dan kini menjadi
utusannya?" katanya girang dan dia cepat
membaca tulis an pute rinya. Mula-mula alisnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkerut membaca bahwa pute rinya mohon agar
dia suka menyerahkan dua macam benda yang
amat berharga kepada Coa Thian Ki, akan tetapi
ketika dia membaca penjelasannya. wajahnya
berseri kembali dan habis membaca, dia memandang kepada Thian Ki dengan kagum.
Puterinya menceritakan dalam tulisannya bahwa
Coa Thian Ki adalah seorang pendekar yang sakti,
yang bahkan menjadi seorang manusia beracun
tubuhnya sehingga semua orang yang memukulnya akan.mati keracunan, dan Hong Lan
mohon agar diberi obat penawar katak merah
kepada pemuda itu. Juga pute rinya minta agar
Liong-cu-kiam diserahkan kepada Thian Ki yang
te rnyata murid dari bekas Pangeran Cian Bu Ong
yang tentu saja dia kenal kelihaiannya!
Setelah membaca surat itu, Kaisar Tang Tai
Cung mengelus jenggotnya, biarpun dia seorang
kaisar, akan tetapi dia berjiwa pendekar dan dia
tahu bahwa Pangeran Cian Bu Ong bukan
penjahat, bukan pula pemberontak biasa, melainkan seorang tokoh Kerajaan Sui yang
berusaha menegakkan kembali Kerajaan Sui yang
sudah jatuh. Karena pedang
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Liong-cu-kiam merupakan pusaka pribadi bekas pangeran itu,
maka sudah sewajarnya kalau kini dia mengembalikannya, apa lagi kalau diingat bahwa
bekas musuh itu kini tidak lagi berusaha untuk
memusuhi Kerajaan Tang. "Coa Thian Ki dan Kam Cin, kami te lah
membaca surat pute ri kami. Akan tetapi, kami
ingin le bih dulu mengetahui mengapa kalian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masuk ke kuil ini dan benarkah kalian menyerang
Im Yang Sengcu?" Thian Ki lalu menceritakan kepada Kaisar apa
yang te lah didengarnya dari Pangeran Li Cu Kiat.
Dia menceritakan betapa sumoinya yang bernama
Cian Kui Eng, pute ri suhunya, juga adik tirinya,
ketika memasuki kota raja, di ganggu oleh kepala
jaga di pintu gerbang. Adiknya itu melawan
sehingga kepala jaga itu dihajar dan ketika adiknya
dikeroyok, muncul Pangeran Li Cu Kiat yang
melerainya. Setelah mendengar te ntang duduknya
perkara, pangeran lalu bertindak, melaporkan
sikap kepala jaga itu kepada panglima sehingga dia
dihukum. Betapa kemudian, ketika adiknya bermalam di rumah penginapan, muncul kakak
dari kepala jaga itu hendak membunuh Kui Eng.
Akan te tapi, Kui Eng mampu menangkis , bahkan
kemudian Kui Eng mengejar pembunuh itu.
"Pembunuh itu lari dan kemudian muncul lm
Yang Sengcu yang ternyata adalah guru pembunuh
itu, Yang Mulia, Demikianlah, Cian Kui Eng
dikeroyok ole h Im Yang Sengcu dan anak buahnya.
Ia melarikan diri dan secara kebetulan bersembunyi di dalam istana Pangeran Li Cu Kiat
dan dilindungi oleh keluarga itu."
Sribaglnda melirik ke arah Im Yang Sengcu yang
mendengarkan dengan alis berkerut akan tetapi
tidak berani menyangkal, hanya menyusun akal
bagaimana harus menghadapi keadaan yang
memojokkan itu. "Teruskan ceritamu." kala Sri baginda Kaisar
kepada Thian Ki . Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Ki bercerita betapa dia dan Cin Cin
memasuki kota raja pagi itu dan tadinya mereka
hendak langsung menghadap Kaisar menyerahkan
surat. Akan tetapi dari penjaga di pintu gerbang
istana dia mendengar bahwa dia dicari oleh
adiknya yang sedang sakit dan berada di is tana
Pangeran Li Cu Kiat. Dia dan Cin Cin segera pergi
kesana dan mendapatkan adiknya memang sedang
sakit parah. "Cian Kui Eng bukan sakit biasa, Yang Mulia,
melainkan sakit karena pengaruh ilmu hitam.
Hamba mendengar dari Nyonya Song bahwa yang
melakukan penyerangan dengan ilmu hitam mungkin sekali adalah Im Yang Sengcu. Hamba
dan nona Kam Cin segera melakukan penyelidikan
dan masuk ke sini......"
"Dan mereka menyerang hamba, Sri baginda!" Im
Yang Sengcu memotong. Kaisar memberi isyarat agar dia diam. lalu
memandang Thian Ki dan berkata dengan suara
memerintah. "Lanjutkan ceritamu!"
"Hamba berdua melihat di daiam pondok itu lm
Yang Sengcu sedang melakukan penyerangan
dengan ilmu sihirnya terhadap Cian Kui Eng. Dia
menggunakan kertas hu yang ditulisi nama adik
hamba itu dan hendak dibakarnya, hamba berhasil
menghalangi dan merampasnya, inilah kertas hu
itu. Yang Mulia." Thian Ki membeberkan kertas hu
bertuliskan nama Kui Eng dan menyerahkannya
kepada Sribaginda yang melihatnya dengan alis
berkerut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba melihat pula pakaian adik Kui Eng di
atas meja sembahyang, maka hamba tidak
meragukan lagi bahwa memang tosu jahat ini yang
telah menggunakan ilmu hitam hendak mencelakai
adik hamba. Dia lalu menggunakan sihir, membakar meja sembahyang dan lari ke luar.
Ketika hamba dan adik Kam Cin mengejar ke luar
pondok, te rnyata dia telah mengerahkan anak
buahnya mengepung hamba berdua."
"To-tiang, benarkah apa yang diceritakan pemuda ini?" Sribaginda Kaisar menghadapi Im
Yang Sengcu. "Tidak benar, Sribaginda! Dia berbohong dan
hendak melemparkan fitnah kepada pinto!" bantah
tosu itu dengan suara marah dan matanya
mencorong memandang kepada Thian Ki dan Cin
Cin. "To-tiang, tulisan siapakah itu?" Sribaginda
Kaisar menunjuk ke arah kertas hu yang masih
te rbentang. "Tidak hamba sangkal, itu memang tulis an
hamba dan memang pinto berniat menghukum
gadis itu. Yang tidak benar adalah sebab-sebab
permusuhan ini, Sri baginda. Permusuhan antara
murid pinto yang bernama Phoa Gu dan nona Cian
Ku Eng merupakan urusan pribadi yang pinto
tidak ingin mencampurinya pula. Akan te tapi
melihat murid pinto dikejar-kejar oleh gadis itu,
te ntu saja pinto melerai. Dan pinto menjadi curiga
melihat gadis itu memiliki nama keturunar Cian,
mengingatkan hamba akan keluarga kaisar Kerajaan Sui. Pinto curiga bahwa ia tentulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang mata-mata pemberontak, maka pinto
hendak menawannya, dan memeriksa teliti. Akan
tetapi ia melarikan diri dan dilindungi oleh ke-
luarga Pangeran Li Cu Kiat. N ah, karena tidak ada
jalan untuk menangkap gadis mata-mata pemberontak itu, maka pinto menggunakan ilmu
sihir untuk dapat membunuhnya. Semua ini pinto
lakukan demi keselamatan kerajaan paduka, Sri
baginda." Tosu itu tidak tahu betapa semalam Kaisar
dilayani selirnya terkasih. Bu Mei Ling. Dalam
kesempatan yang amat baik itu, ketika Kaisar
dibuai kemesraan yang dilimpahkan selir itu
kepadanya, merasakan betapa besar kasih sayang
Bu Mei Ling kepadanya, selir itu dengan hati-hati
dan halus, telah membuka kesadaran Kaisar akan
bahaya besar yang datang dari lm Yang Sengcu.
De ngan amat lembut dan cerdik sehingga tidak
mengejutkan, Bu Mei Ling menuntun Kaisar ke
dalam pemikiran yang membuat dia diam-diam
menaruh curiga kepada lm Yang Sengcu. Segala
perbuatan tosu itu yang lalu, dicatat dengan amat
cermat oleh Bu Mei Ling dan malam itu, semua
perbuatannya yang bersifat palsu dan buruk,
diungkapkan. Bahkan yang te rakhir, betapa Im
Yang Sengcu seolah hendak menjauhkan keakraban hubungan keluarga kaisar ketika
melaporkan tentang sikap Pangeran Li Cu Kiat
kepada Kaisar, mengatakan bahwa pangeran
menghina Im Yang Sengcu. De ngan cerdik Bu Mei
Ling mengingatkan kais ar betapa setianya keluarga
pangeran itu, tidak pernah mencampuri urusan
persaingan kekuasaan, bahkan keluarga yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gagah perkasa itu dikenal sebagai keluarga yang
selalu menjunjung dan membela kebenaran dan
keadilan. Oleh karena pengaruh semalam masih
kuat melekat di hatinya, maka pagi itu Kaisar
datang ke kuil untuk sekali lagi memperhatikan
sikap dan tingkah tosu yang mulai mencurigakan
hatinya itu. Dan ternyatai dia melihat tosu itu
hendak melakukan kecurangan kepada orang-
orang muda. Bahkan lebih dari itu, dia mendengar
bahwa Im Yang Sengcu mempergunakan ilmu
hitam untuk membunuh pute ri bekas Pangeran
Cian Bu Ong yang dia kagumi kegagahannya.
Sekarang, tosu itu berdalih bahwa dia melakukan
perbuatan pengecut yang hanya patut dilakukan
oleh golongan hitam yang sesat itu adalah untuk
menjaga keselamatan Kerajaan! Diam-diam, kegagahan di hati kaisar pendekar itu te rsinggung
dan diapun mengambiI suatu keputusan tegas.
"Kiranya sudah cukup kami mendengar keterangan ke dua pihak. Coa Thi-Ki, engkau
sudah yakin bahwa Im Yang Sengcu telah
melakukan kejahatan terhadap adikmu Cian Kui
Eng dan engkau berniat hendak menghukumnya?"
"Hamba sudah yakin. Yang Mulia. dan bukan
semata karena dia berbuat jahat te rhadap adik
hamba saja maka hamba menentangnya, melainkan karena sudah menjadi kewajiban hamba
untuk menentang kejahatan yang dilakukan oleh
siapapun te rhadap siapapun," jawab Thian Ki
penuh semangat. Kaisar mengangguk dan diam-diam merasa
kagum. Dia sendiri juga bersikap seperti pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini ketika dia masih muda dan malang melintang di
dunia kang-ouw. Lalu dia menghadapi Im Yang
Sengcu. "lm Yang Sengcu, apakah engkaupun sudah
yakin bahwa pemuda ini seorang mata-mata
pemberontak yang harus ditangkap atau dibunuh?" De ngan cepat lm Yang Sengcu merangkap kedua
tangan depan dada. "Ooo, pinto yakin sekali,
Sribaginda. Menurut perhitungan pinto, kalau
kedua orang muda ini tidak dibasmi sekarang
kelak mereka akan menjadi ancaman besar bagi
kejayaan kerajaan paduka! Karena itu, perkenankan hamba menangkap mereka dan ......"
"Nanti dulu, to-tiang. Rupanya ada perbedaan
pendapat yang amat besar di antara Coa Thian Ki
ini dan engkau. Kita semua adalah orang-orang
yang menghargai kegagahan dan kami jijik dengan
kepalsuan dan kecurangan. Oleh karena itu,
sekarang juga kami memutuskan agar di antara
kalian berdua membuktikan kebenaran masing-
masing dengan pertandingan satu lawan satu yang
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adil. Kami tidak menghendaki kecurangan dan
pengeroyokan. Beranikah engkau kalau kami
perintahkan bertanding melawan Im Yang Sengcu
untuk mempertahankan kebenaranmu. Coa Thian
Ki?" Thian Ki tersenyum tenang. "Tentu saja hamba
berani membela kebenaran dan keadilan dengan
taruhan nyawa hamba, Yang Mulia."
"Dan engkau bagaimana, Im Yang Sengcu.
Beranikah engkau bertanding satu lawan satu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan pemuda ini" Atau kami akan mendengar
sesuatu yang mustahil, yaitu bahwa Im Yang
Sengcu takut melawan seorang pemuda yang tak
te rkenal" Agaknya kaisar sengaja mengeluarkan
ucapan seperti ini untuk mendesak atau memojokkan tosu itu sehingga tidak dapat menolak
lagi. "Tentu.... tentu saja.... pinto berani!" Tosu itu
berkata dengan gagap, akan te tapi karena diapun
bukan seorang le mah, bahkan memiliki ilmu silat
yang lihai dan ilmu sihir yang kuat, maka
kepercayaan kepada diri sendiri bangkit kembali.
Pada saat itu, terdengar Cin Cin berkata dengan
suara lantang. "Yang Mulia, perkenankan hamba yang menghadapi tosu siluman itu untuk membalaskan
apa yang telah dia lakukan terhadap adik Cia... Kui
Eng." Mendengar ini, Kaisar Tang Cung memandang
kagum dan heran. Sebagai seorang bekas pendekar, tentu saja dia mengetahui bahwa bukan
hanya kaum pria yang dapat menguasai ilmu silat
tinggi, juga banyak wanita yang perkasa Akan
tetapi gadis muda ini buntug tangan kirinya,
bagaimana ia berani menantang seorang tangguh
seperti Im Yang Sengcu"
Mendengar ucapan Cin Cin, Im Yang Sengcu
te ntu saja tidak ingin le paskan kesempatan baik
ini. "Baik, pinto menerima tantangan nona ini untuk
bertanding!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ini, perasaan tidak senang terhadap
tosu itu makin menjadi, dalam hati Kaisar. Sikap
Im Yang Sengcu yang cepat-cepat menyambut
tantangan gadis bertangan buntung itu s aja sudah
jelas memperlihatkan wataknya yang curang dan
licik. Kais ar Tang Tai Cung tersenyum dingin.
"Totiang, tantangan Coa Thian Ki belum juga
kausambut, bagaimana engkau sekarang hendak
menyambut tantangan nona ini?"
lm Yang Sengcu tidak dapat menjawab dan
mukanya berubah merah. Thian Ki segera berkata
kepada kaisar. "Ampun, Yang Mulia. Biar hamba
yang mewa kili pula tantangan yang diucapkan
oleh adik Kam Cin ini"
Kaisar te rsenyum. "Ha-ha, kalian berdua ini
aneh, seolah bersaing hendak menandingi I m Yang
Sengcu, dan agaknya ingin saling mewakili.
Bagaimana kami dapat mempertimbangkan apakah kalian berhak untuk saling mewakili?"
"Tentu saja hamba berdua berhak, Yang Mulia,
karena hamba berdua adalah calon suami is teri,"
kata Thian Ki dengan sejujurnya karena dia tidak
ingin sekasihnya menghadapi tosu yang amat
berbahaya itu. Kaisar Tang Tai Cung mengangguk-an gguk dan
kekagumannya meningkat. Dua orang pendekar
muda ini bukan saja gagah perkasa dan berani,
akan te tapi juga jujur dan diam-diam dia merasa
girang karena pute rinya ternyata tidak keliru
memilih sahabat. "Bagus, kalau begitu, terserah
kepada kalian berdua untuk menentukan siapa di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara kalian yang akan bertanding melawan Im
Yang Sengcu." "Koko, kenapa engkau hendak mewakili aku
menghadapi tosu iblis ini" Apakah engkau masih
belum percaya akan kemampuanku?"
"Bukan begitu, Cin-moi, akan tetapi tosu ini
curang dan licik, biar aku saja yarg melawannya,"
bantah Thian Ki . "Dengan adanya engkau di sini, apakah aku
perlu takut akan kecurangannya" Pula, kita sudah
mendengar akan kebijaksanaan Sribaginda Kaisar
yang gagah perkasa, aku yakin beliau tida akan
mengijinkan orang berbuat curang di hadapan
beliau. Koko, setidaknya, berilah kesempatan
kepadaku untuk memperlihatkan bahwa aku
bersungguh-sungguh hendak membela adik Kui
Eng untuk menghapus semua kesalah-pahaman
yang lalu." Thian Ki dapat memaklumi apa yang terkandung
di dalam hati kekasihnya. Cin Cin merasa tidak
enak kepada Kui Eng, bukan saja karena dahulu
pernah ia hendak membunuh ayah kandung gadis
itu, juga sekarang, tanpa disengaja dan disadarinya, ia telah merampas pula Thian Ki
darinya! Maka, Thian Ki hanya mengangguk
menyetujui, pula karena dia yakin akan kemampuan Cin Cin yang pasti akan mampu
menandingi tosu itu. Cin Cin benar. Dia berada di
situ dan kaisar te rkenal sebagai seorang yang
menjunjung kegagahan, sehingga tidak ada kesempatan bagi Im Yang Sengcu untuk berbuat
curang mengandalkan ilmu hitamnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar Tang Tai Cung sendiri ragu-ragu dan
sangsi apakah gadis yang tangan kirinya buntung
itu akan mampu menandingi lm Yang Sengcu,
maka dia lalu berkata, "Nona muda, sudah
kaupertimbangkan baik-baik keinginanmu menantang Im Yang Sengcu" Ingat, pertandingan
ini haruslah jujur dan tidak boleh keroyokan, juga
kalau sampai ada yang te was atau te rluka parah
dalam pertandingan ini, tidak boleh menuntut atau
menyalahkan siapapun."
"Hamba mengerti, Sribaginda Yang Mulia, dan
hamba siap menanggung segala akibatnya," jawab
Cin Cin dengan gagah. "Bagus, kalau begitu, kalian berdua mulailah
dan kami yang akan menjadi saksi dalam
pertandingan ini!" De ngan hati te gang namun sikapnya tenang saja
Thian Ki mundur dan berdiri di pinggir. Juga para
anak buah lm Yang Sengcu tidak ada yang berani
mendekat. Kaisar Tang Tai Cung memberi is yarat
dengan tangan ke atas dan muncullah belasan
orang perajurit pengawal pribadinya. Kaisar ini
maklumi bahwa biarpun dia melakukan perjalanan
seorang diri dan tidak memerintahkan pasukan
pengawal untuk mengiringkannya, namun pasukan pengawal pribadinya selalu siap tidak
jauh darinya sehingga sewaktu-waktu dia membutuhkan mereka, maka hanya dengan
mengangkat tangan ke atas, mereka akan bermunculan! Kaisar itu lalu memerintahkan agar
para perajurit pengawal itu mengambilkan sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kursi untuknya dan menjaga tempat itu agar
jangan diganggu orang luar.
Setelah Kaisar duduk menjadi penonton, Cin Cin
dan Im Yang Sengcu sudah berdiri saling
berhadapan. Wajah Im Yang Sengcu nampak agak
pucat, namun Cin Cin nampak tenang-tenang saja.
Melihat betapa lawannya tidak membawa senjata
apapun, Im Yang Sengcu yang diam-diam merasa
je rih itu melihat keuntungan baik baginya dan
sekali kedua tangannya bergerak, tangan kirinya
sudah membawa sebuah kebutan, sedangkan
tangan kanannya memegang sebatang pedang yang
berkilauan. Melihat ini, Thian Ki lalu berkata
lantang. "Cin-moi, terimalah pedang ini !" dan begitu dia
menggerakkan tangannya, sinar hitam menyambar
ke arah Cin Cin yang mengangkat tangan
kanannya dan ia sudah menerima sebatang pedang
hitam yang tadi terbang meluncur ke arahnya.
Sebatang pedang hitam yang mengeluarkan sinar
hitam yang aneh dan mengerikan. Itulah Cui-mo
He k-kiam (Pedang hitam Pengejar Iblis), pedang
pusaka milik Thian Ki yang dia terima dari ibunya.
Melihat pedang hitam itu, lm Yang Sengcu semakin
gentar, akan tetapi dia menutupi dengan bentakan
nyaring dan dia sudah mulai bergerak menyerang
dengan pedangnya, disusul serangan kebutan di
tangan kiri. Cin Cin maklum bahwa dia menghadapi lawan
tangguh, maka iapun segera mengeluarkan ilmu
pedangnya yang te lah mengangkat nama gurunya
menjadi seorang di antara para datuk persilatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yaitu Koai-1iong-kiam-sut (Ilmu Pedang Naga
Siluman)! Apa lagi kini ia mempergunakan Cui-mo
He k-kiam, maka te rdengarlah suara mengaung-
ngaung seolah-olah pedangnya te lah berubah
menjadi seekor naga hitam yang buas. Menghadapi
serangan yang demikian ganasnya, Im Yang
Sengcu segera memutar sepasang senjatanya,
namun te tap saja gulungan hitam itu te rlampau
kuat baginya dan dia segera terdesak hebat!
Melihat ini Kaisar Tang Tai Cung te rkejut dan
kagum bukan main. Kini mengertilah dia mengapa
Thian Ki tenang-tenang saja membiarkan calon
isterinya menandingi tosu itu. Kiranya gadis
buntung tangan kirinya itu memang benar-benar
amat lihai. Setelah lewat tigapuluh jurus, nampak
jelas bahwa Im Yang Seng tidak akan menang Dia
hanya berlompatan ke sana sini, main mundur dan
sibuk sekali memutar kebutan dan pedangnya
untuk melindungi dirinya. Bulu kebutannya telah
te rbabat putus sebagian dan ketika Cin Cin
mengeluarkan bentakan nyaring, pedang hitam
berubah menjadi sinar bergulung-gulung dan dari
dalam gulungan sinar itu mencuat kilat hitam
menyambar le her, Im Yang Sengcu melempar
tubuh ke samping, namun tetap saja pundaknya
te robek pedang. Dia te rhuyung dan agaknya dia
akan roboh tak lama Iagi.
Tiba-tiba te rdengar le dakan dan tampak asap
hitam mengepul tebal. Thian Ki cepat melompat
dekat Kaisar untuk melindunginya dan berbisik.
"Yang Mulia, sebaiknya mundur, asap itu beracun!"
Kaisar Tang Tai Cung mengerutkan alisnya, tak
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
senang melihat tosu itu menggunakan senjata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rahasia seperti itu, dan diapun mundur diikuti
para pengawalnya. Thian Ki tidak khawatir
walaupun dia s iap siaga melindungi kekasihnya.
Dan memang Cin Cin tidak perlu dikhawatirkan.
Asap itu adalah asap yang akan mencelakai orang
kalau sampai te rhis ap atau te rsedot. Dan Im Yang
Sengcu menggunakan senjata pele dak itupun
karena sudah tidak melihat jalan lain untuk
menyelamatkan dirinja sehingga dia sendiri mempergunakan obat penawar. Dia tidak tahu
bahwa gadis yang menjadi lawannya itu adalah
seorang ahli bermain dalam air sehingga daya
tahan Cin Cin dalam menghentikan pernapasan
jauh lebih kuat dari pada orang lain. Gadis ini
mampu bertahan sampai puluhan menit di dalam
asap dengan menahan napas dan kini Cin Cin
mengurung dan mendesak lawannya di dalam
gumpalan asap hitam itu. Im Yang Sengcu tidak
dapat melarikan diri keluar dari gumpalan asap
dan mereka berdua bertanding seru di dalam
gumpalan asap beracun itu. lm Yang Sengcu
menjadi semakin panik melihat betapa gadis tu
tidak roboh oleh asap beracunnya, sedangkan dia
sendiri sudah hampir tidak kuat menahan nafas
le bih lama lagi. Dadanya serasa hampir meledak
dan menggembung karena dia menahan pernapasannya. Karena siksaan dari dalam ini,
gerakannya menjadi lambat dan sebuah tendangan
kaki Cin Cin mengenai perutnya.
"Dess ..... hukkk ...!" Terpaksa Im Yang Sengcu
menghisap udara bercampur asap hitam dan
diapun te rhuyung lalu roboh. Pedang dan kebutannya te rle mpar. Melihat lawannya sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
roboh, Cin Cin juga cepat melompat keluar dari
gumpalan asap dan berlari mendekati Thian Ki,
lalu mulai menghirup udara segar dengan
perasaan le ga. Tanpa kata ia mengembalikan
pedang hitam itu kepada kekasihnya.
Di antara gumpalan asap tadi Thian Ki dan
Kaisar masih dapat mengikuti pertandingan itu
dan mereka melihat Im Yang Sengcu roboh. Kaisar
semakin kagum. "Engkau hebat, nona," kata Kaisar kepada Cin
Cin. "Katakan, siapakah gurumu?"
De ngan sejujurnya Cin Cin menjawab. "Hamba
pernah menjadi murid Tung hai Mo-1i Bhok Sui
Lan, Yang Mulia." Kaisar terbelalak. "Ahhh! Datuk di pantai timur
itu" Pantas saja kalau begitu, dan sekarang kami
mengerti mengapa engkau malah mendapat kemenangan setelah Im Yang Sengcu menggunakan asap beracun. Engkau seperti juga
gurumu, ahli bermain dalam air, bukan" Dan
karena itu engkau kuat sekali menahan napas."
Cin Cin mengangguk. "Benar sekali apa yang
Paduka katakan,. Yang Mulia."
Setelah asap membubung ke atas dan tidak
nampak lagi. Kaisar sendiri menghampiri tubuh
Im Yang Sengcu yang menggeletak. Mukanya
membiru tanda keracunan dan ketika Kaisar
meraba nadinya. dia menghela napas.
"Dia tewas karena ulahnya sendiri!".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Ki juga mendekat dan meraba leher tosu
yang rebah mati itu. Diapun yakin bahwa Im Yang
Sengcu telah tewas, bukan karena tendangan Cin
Cin tadi melainkan karena keracunan asap
beracunnya sendiri. Ternyata senjata makan tuan,
karena tidak menyangka bahwa lawannya kuat
sekali menahan napas, maka dialah yang menjadi
korban asap beracunnya. Kaisar lalu memerintahkan para murid dan anak
buah Im Yang Sengcu untuk mengangkat dan
merawat je nasah lm Yang Sengcu sebagaimana
mestinya. Para anak buah itu dengan sikap hormat
lalu mengangkat jenasah itu dan dibawa masuk ke
kuil. "Mari kalian ikut dengan kami ke istana
sehubungan dengan surat pute ri kami Hong Lan
itu," kata Kaisar kepada Thian Ki dan Cin Cin. Dua
orang muda ini merasa gembira sekali. Mereka
mengikuti rombongan kaisar memasuki Istana dan
di ruangan besar, mereka berdua dite rima
menghadap kaisar yang segera mengutus pejabat
yang berwenang mengambilkan dua macam pusaka is tana yang diminta pute rinya, yaitu obat
penawar racun katak merah, dan pedang pusaka
Liong-cu-kiam. Kepada mereka, setelah menyerahkan dua
macam pusaka itu, kaisar memesan agar disampaikan kepada Hong Lan bahwa dia merasa
rindu kepada pute ri angkatnya itu dan mengharapkan pute rinya suka berkunjung ke
istana bersama ayah ibunya. Setelah menghaturkan te rima kasih, Thian Ki dan Cin Cin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpamit meninggalkan istana
dan langsung mereka pergi ke gedung tempat tinggal Pangeran Li
Cu Kiat. o)0o-dw-o0(o "Suheng..... ahhh.. suheng......" Kui Eng merintih
dan mengigau dengan kata-kata yang tidak jelas.
"Eng-moi, suhengmu sedang pergi untuk menghajar tosu iblis itu. Aku berada di sini, Eng-
mo'l....." kata Pangeran Li Cu Kiat dengan hati
seperti diremas rasanya. Dia sejak tadi berjaga
dekat situ, akan te tapi gadis yang di jaganya,
dalam keadaan setengah sadar, memanggil-manggil
pemuda lain! Kini dia tahu mengapa Kui Eng ragu
menerima cintanya. Kiranya gadis ini sudah
ditunangkan dengan suhengnya sendiri oleh
ayahnya, akan tetapi ternyata bahwa suhengnya
itu tidak mencintanya, dan agaknya Kui Eng
mencinta suhengnya itu. Kui Eng membuka mata, seperti mencari-cari
laiu pandang matanya berte mu dengan wajah
pangeran itu. "Ahhh, paduka, pangeran......"
"Hushh...., engkau masih
saja memanggil pangeran kepadaku, Eng-moi. Engkau mencari
suhengmu, Coa Thian Ki?" Dia memaksa bibirnya
te rsenyum seolah pertanyaan itu tidak menunjukkan perasaan yang tertusuk.
"Di mana mereka, pangeran....eh..... Kiat-koko"
Di mana suheng dan juga enci Kam Cin"
Bukankah tadi mereka berada di sini atau
mimpikah aku?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Me reka memang datang dan bahkan tadi
membantumu melawan pengaruh jahat yang
membuatmu sakit, Eng-moi. Dan sekarang mereka
berdua pergi untuk memberi hajaran kepada tosu
keparat yang membuatmu sakit itu."
Kui Eng te ringat akan semua peristiwa tadi,
te ntang percakapannya dengan Thian Ki, tentang
pengakuan Thian Ki bahwa Thian Ki saling
mencinta dengan Kam Cin, bahwa Thian Ki hanya
mencinta ia sebagai sumoi, sebagai adik dan
bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk menjadi
suami isteri. Teringat akan semua itu, ditambah
ingatan bahwa semua percakapan itu didengarkan
olel Pangeran Li Cu Kiat dan ibu serta neneknya,
Kui Eng tak dapat menahan diri lagi, ia menangis!
Pangeran Li Cu Kiat memandang penuh iba,
tidak berani mengganggu, membiarkan saja gadis
itu menangis karena dia tahu bahwa itulah
pelepasan terbalik bagi gadis itu. Setelah tangisnya
mereda, Kui Eng mengangkat muka yang agak
pucat dan matanya yang kemerahan memandang
wajah sang pangeran. "Pangeran..... Kiat-koko...... paduka .....engkau
te ntu amat kecewa mengetahui semua keadaanku....." Kini pangeran itu baru berani mengulurkan
tangan dan memegang tangan gadis itu erat-erat.
"Sama sekali tidak kecewa, Eng-moi. Bahkan aku
bergembira. Engkau dan suhengmu dan nona Kam
Cin itu adalah pendekar-pendekar sejati yang jujur
dan suka berte rus te rang. Aku kini mengerti
semuanya, aku mengerti mengapa engkau tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mengambil keputusan, ragu untuk menerima cintaku. Kiranya engkau telah dijodohkan dengan suhengmu sendiri. Dan suhengmu begitu jujurnya! Dia mengakui bahwa
dia menyayangmu sebaqai kakak, akan te tapi dia
mencinta seorang gadis lain yang menjadi calon
isterinya, yaitu nona Kam Cin. Dan nona itupun
mencintainya walaupun tangannya dibuntungi ole h
suhengmu. Sungguh luar.biasa! Semuanya luar
biasa dan mengagumkan hatiku. Eng moi, kurasa..... dan kuharap......benar seperti yang
dikatakan suhengmu bahwa cintamu te rhadap
suhengmu itu sebenarnya juga merupakan kesayangan seorang adik terhadap kakaknya.
Kuharap saja cintamu yang sesungguhnya akan
kau jatuhkan kepadaku....." Suara itu demikian
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
le mbut dan mengharukan hati Kui Eng. I a memang
kagum dan suka kepada pangeran ini dan
andaikata ia tadinya tidak berpikir bahwa ia adalah
calon isteri suhengnya, kiranya tidak akan sukar
menerima dan membalas cinta kasih seorang
pemuda seperti pangeran itu.
o)0o-dw-o0(o Jilid 34 Kui Eng bangkit duduk dan memberes kan
sanggul rambutnya yang te rlepas dan terurai.
Ketika kedua tangannya di angkat ke atas
membereskan rambutnya, gerakan itu sungguh
penuh kelembutan, gerakan khas wanita dan sang
pangeran te rpesona. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kiat-ko, engkau begini baik kepadaku.....
rasanya aku sebagai' seorang hina yang tidak
berharga sekali...., tidak berharga untuk menerima
cinta seorang pangeran sepertimu. Ah, betapa
kejamnya suheng .......!"
"Eng-moi, harap engkau jangan berpikir seperti
itu. Sesungguhnya, suhengmu itu sama sekali
bukan orang kejam, bahkan dia te lah bertindak
bijaksana ketika bicara begitu te rus terang dan
jujur. Bayangkan saja, Eng-moi, andaikata dia
tidak sejujur itu, andaikata dia tidak berani
melakukan pengakuan yang amat jujur dan
te rdengar keras itu, dia akan merusak kehidupan
empat orang sekaligus!"
Kui Eng te rbelalak. "Merusak kehidupan empat
orang" Siapa yang engkau maksudkan, koko" Dan
mengapa merusak kehidupan mereka?"
"Orang pertama yang akan rusak hidupnya
adalah engkau sendiri. Ingat perjodohan yang
membuat dua orang hidup bersama selamanya,
hanya akan membahagiakan kedua orang itu kalau
mereka saling mencinta. Kalau.hanya clnta sebelah
pihak, maka akhirnya perjodohan itu akan hancur
dan kalau kelak engkau mendapat kenyataan
bahwa suamimu tidak mencintamu, apakah hal itu
bukan berarti menghancurkan hatimu" Orang ke
dua te ntu saja kehidupan suhengmu sendiri. Dia
akan hidup menderita batin karena dia harus
hidup sebagai suami dari seorang isteri yang tidak
diclnta ya sebagal Isteri, melainkan sebagal adik
dan dia harus berjauhan dengan wanita yang
sesungguhnya dia cinta. Orang ke tiga adalah nona
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kam Cin karena nona itu terpaksa harus berpisah
dari suhengmu, pria yang diclntanya. Orang ke
empat tentu saja aku sediri, karena hidupku akan
te rasa rusak apa bila engkau menjadi isteri
suhengmu, berarti akan berpisah dariku. Nah,
indakan suhengmu itu sama sekali bukan suatu
kekejaman, melainkan suatu kebijaksanaan."
Kui Eng diam saja, menunduk dan dapat mulai
memahami kebenaran ucapan pangeran itu. Dan
iapun teringat betapa cinta kasih Cin Cln terhadap
suhengnya itu tentulah besar sekali sehingga
biarpun tangannya dibuntungi Thian Ki, gadis Itu
tetap mencintanya! Pada hal ia sendiri, baru
mendengar Thian Ki nencinta gadis lain saja sudah
marah-marah dan tidak senang, menganggap
Thian Ki kejam! Dan Thian Ki bukan benci
kepadanya, melainkan menyayangnya, sebagai
seorang kakak, ia tidak akan kehilangan Thian Ki
sebagai suheng dan sebagai kakaknya, dan ia
bahkan mendapatkan seorang lain yang juga amat
mencintanya, yaitu Pangeran Li Cu Kiat. Pangeran
itu telah membelanya, melindunginya, merawatnya, bahkan tidak menjadi marah ketika
mengetahui bahwa pernah mencinta dan bahkan
bertunangan dengan suhengnyal
Melihat sikap Kui Eng yang diam saja dan kini
wajah gadis itu tidak murung seperti tadi, diam-
diam Pangeran Li Cu Kiat merasa lega. "Sudahlah,
Eng moi, jangan memikirkan hal itu lagi. Perlahan-
lahan engkau akan mengerti dan engkau akan
dapat mempertimbangkan semua ucapanku tadi,
dan mudah-mudahan saja Tuhan te lah menentukan bahwa jodohku adalah engkau,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena hal itu akan membuat hidupku penuh
kebahagiaan Sekarang, sebaiknya engkau rebah
lagi dan beristirahat, engkau sudah duduk te rlalu
lama....." Dan baru sekarang pangeran itu
menyadari bahwa gadis itu telah duduk te rlalu
lama sekali, hal yang tidak wajar karena biasanya,
duduj sebentar saja sudah merasa pening. "Heii....!!
Aku tidak merasa pening lagi, koko! Dan tubuhku
te rasa ringan dan nyaman. Rasa berat dan panas
di dalam dadaku le nyap ..... apakah ini barangkali....." Mereka saling pandang dan Kui Eng
meloncat turun dari atas pembaringan dan tentu
akan roboh kalau tidak cepat ditangkap dan
dirangkul pangeran itu. Akan te tapi Kui Eng tidak pening, dan tertawa.
"Heii, tubuhku sungguh menjadi ringan seperti
tidak berte naga, akan tetapi te rasa nyaman." Ia
melepaskan rangkulan pangeran itu dan duduk di
te pi pembaringan. "Koko, aku sudah sembuh!"
Pangeran Li Cu Kiat memandang dengan wajah
berseri. "Tak salah lagi, tentu mereka telah berhasil
menemukan dan menghajar tosu iblis itu!" teriak-
nya, dan pada saat itu, ibu dan neneknya
memasuki kamar. "Kui Eng, kenapa engkau, duduklah is tirahat
saja dulu----" kata Nyonya Li Seng Tek, ibu
pangeran itu. "I bu ! Nenek ! Eng-moi sudah sembuh, agaknya
Coa-toako dan nona Kam telah berhasil menghajar
tosu iblis itu!" teriak Pangeran Li Cu Kiai gembira.
"Sukurlah.....!" kata ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus! Mudah-mudahan saja tosu dukun le pus
itu telah dibikin remuk kepalanya, dipenggal
batang le hernya dan sekarang sudah mampus!"
kata si nenek galak. Kui Eng yang merasa sehat dan gembira, segera
berganti pakaian, mandi dan kemudian dengan
lahap ia makan hidangan yang disajikan, ditemani
oleh keluarga itu yang te rtawa-tawa gembira
melihat betapa Kui Eng makan dengan lahapnya.
Setelah selesai makan, Kui Eng mengajak
Pangeran Li Cu Kiat untuk pergi menyusul
suhengnya, akan tetapi baru mereka berada di
beranda depan, muncullah Thian Ki dan Cin Cln.
Sebelum mereka bicara, kedua pihak sudah tahu
apa yang te rjadi. Kui Eng yakin bahwa te ntu
suhengnya telah berhasil menghajar Im Yang
Sengcu, Sebaliknya Thian Ki dan Cin Cin juga
sudah dapat menduga .bahwa Kui Eng te lah
sembuh sama sekali. "Bagaimana, suheng" Apakah engkau sudah
berhasil menghajar tosu siluman itu?" tanya Kui
Eng dan dengan sikap manja seperti biasa sejak
mereka masih kanak-kanak, ia menghampiri Thian
Ki dan memegang tangan pemuda itu.
Melihat sikap gadis ini, Thian Ki tersenyum
girang. Jelas bahwa gadis itu memperlihatkan
kasih sayang dan kemanjaan seorang adik, seperti
dahulu sebelum mereka dltunangkan oleh ayah
kandung gadis itu. Diapun mengelus rambut
adiknya itu dengan rasa sayang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan engkau te ntu telah sernbuh bukan"
Ketahuilah, sumoi, Im Yang Sengcu telah terbunuh
dalam pertandingan melawan ......."
"Melawan engkau, siapa lagi?" Kui Eng memotong. "Sayang, aku tidak dapat menyaksikannya, suheng."
"Dugaanmu keliru, bukan aku yang bertanding
dengan dia." "Ehh" Bukan engkau" Lalu s iapa?"
Thian Ki menoleh kepada Cin Cin yang menjadi
kemerahan mukanya. "Cin moi inilah yang tak
dapat menahan kemarahannya dan mendahului
aku menantang tosu itu. Mereka bertanding,
disaksikan oleh Sri baginda Kaisar sendiri dan tosu
itu tentu s aja kalah oleh Cin-moi yang Iihai."
"Ihh, engkau pandai memuji saja............ " Cin
Cin tersipu. "Enci Cin! Engkau yang membalaskan dendamku?" Cin Cin mengangguk dan menghampiri gadis itu.
"Aku tidak dapat menahan kemarahanku melihat
tosu siluman itu menggunakan ilmu sihir di meja
sembahyang untuk mencelakaimu, adik Eng.
Karena itu, ketika Sribaginda muncul dan mengusulkan pertandingan satu lawan satu, aku
segera maju menantang tosu itu. Aku .... tidak
tahu cara lain untuk membuktikan padamu bahwa
aku tidak mempunyai perasaan permusuhan
denganmu, adik Eng."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Enci Cin ........!" Kui Eng merangkulnya dan
merekapun menjadi akrab. Meihat ini, Thian Ki
saling pandang dengan Pangeran Li Cu Kiat dan
keduanya merasa gembira sekali.
"Sribaglnda sendiri yang menjadi saksi dan
mengadu kalian dengan dukun le pus itu?" Nenek
Song bertanya. "Sungguh menarik sekali. Ceritakan
bagaimana peristiwa itu terjadi!'
"Aih nenek, mari kita semua masuk ke dalam
dan bicara di sana saja. Tidak baik bicara sambil
berdiri di beranda," kata Pangeran Li Cu Kiat yang
lalu menggandeng nereknya yang tertawa-tawa dan
merekapun semua masuk ke dalam dengan wajah
gembira. Setelah mereka berada di ruangan sebelah
dalam, Thian Ki menceritakan pengalaman mereka
di kuil Thian-Se ngcu, dan betapa Sri baginda
Kaisar sendiri yang menghendaki agar perselisihan
di antara mereka dan tosu itu diselesaikan melalui
pertandingan. Betapa kemudian Cin Cin berhasil
menewaskan tosu itu yang agaknya keracunan
oleh asap beracunnya sendiri dan diapun menceritakan dengan gembira bahwa dia telah
berhasil mendapatkan pedang pusaka milik ayah
tiri dan juga gurunya, mendapatkan pula obat
penawar racun yang diberikan sendiri oleh Kaisar.
Mendengar ini, Kui Eng berseru gembira 'Aih,
kalau begitu, engkau akan sembuh dan dapat
menikah dengan enci Cin, suheng!!" Semua orang
te rheran mendengar ini, akan tetapi Cin Cin ter
sipu dengan muka kemerahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, Kui Eng, apa artinya ucapanmu tadi"
Hayo ceritakan, jangan simpan rahasia-rahasiaan
dariku'" kata ne nek Song tak sabar.
"Me mang tadinya merupakan rahasia pribadi
suheng, Nenek, akan te tapi karena sekarang
suheng telah mendapatkan obat dari Sri baginda
Kaisar, maka tak perlu
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirahasiakan lagi. Suhengku ini adalah seorang tok-tong (anak
beracun) tubuhnya mengandung racun hebat dan
sudah banyak tokoh sesat yang lihai tewas sendiri
ketika memukulnya dan mereka keracunan sendiri.
Bahkan enci Cin ini pernah menyerang suheng dan
mencengkeram pundak suheng dan akibatnya, enci
Cin keracunan tangan kirinya dan jalan satu-
satunya untuk mennyelamatkannya hanyalah
pemotongan tangan kirinya yang dilakukan pula
oleh suheng. Tidak ada obat yang dapat memberslhkan hawa beracun dari tubuh suheng,
dan kalau dia tidak te rbebas dari hawa beracun
itu, dia tidak akan dapat menikah, karena wanita
yang menjadi is terinya akan te was keracunan.
Nah,sekarang dia telah menerima obat penawar
dari Sribaglnda, maka aku perlu menghaturkan
selamat kepada suheng dan enci Cin!"
Melihat Thian Ki dan Cin Cin tersipu malu,
semua orang bergembira, terutama sekali Pangeran
Li Cu Kiat merasa senang sekali karena sikap Kui
Eng itu je las membuktikan bahwa gadis itu tidak
lagi menderita patah hati melihat suhengnya
berjodoh dengan gadis 1ain! Dan Thian Ki sendiri,
juga Cin Cin, merasa le ga dan berbahagia melihat
sikap Kui Eng sepert itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, kami menghendaki agar engkau
mempergunakan obat penawar itu di sini, di rumah
kami agar kami dapat membantumu kalau membutuhkan sesuatu, Thian Ki," kata Nenek
Song yang kini sudah bersikap akrab dengan Thian
Ki seolah-olah pemuda itu telah lama dikenalnya.
"Benar apa yang diminta oleh Nenek, suheng.
Obat pusaka seperti itu te ntu manjur sekali dan
daya kerjanya juga keras. Di sini engkau akan
aman mempergunakannya, pula aku sendiri dapat
menjagamu kalau-kalau te rjadi sesuatu setelah
engkau menggunakan obat itu," kata Kui Eng.
Juga Pangeran Li Cu Kiat membujuk dan ketika
Thian Ki menoleh kepada kekasihnya, Cin Cin juga
mengangguk menyetujui. Memang le bih aman
kalau kekasihnya itu mengobati dirinya di istana
pangeran yang aman itu, dikelilingi orang-orang
yang je las akan membelanya kalau sewaktu-waktu
timbul bahaya. "Baiklah, dan sebelumnya saya menghaturkan
banyak te rima kasih kepada Pangeran dan
keluarga di sini. " Thian Ki berulang-ulang menjura
dengan penuh hormat. "Aihh, twako, tidak perlu sungkan. Kita berada
di antara keluarga sendiri, bukan?" kata pangeran
itu sambil memandang wajah Kui Eng dan gadis
inipun tersenyum manis. Pada hari itu juga, dalam sebuah kamar yang
diperuntukkan Thian Ki, pemuda ini, dibantu Cin
Cin dan Kui Eng memasukkan obat
yang bentuknya seperti telur merah itu, yang merupakan sari dari pada racun katak merah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah dikeringkan, ke dalam sebuah panci tanah
dan menuangkan anggur merah sebanyak dua
cawan ke dalam panci, lalu meletakkan panci itu di
atas perapian yang kecil nyalanya. Obat itu
dibiarkan mencair ketika anggur mulai mendidih,
dan dibiarkan menguap sampai anggur itu tinggal
setengahnya. Tercium bau yang amis bercampur
bau harum anggur. Setelah anggur itu tinggal setengahnya, diangkat
lalu campuran obat dan anggur itu dituangkan ke
dalam cawan arak, presis tinggal secawan penuh
dan dibiarkan agak mendingin. Karena maklum
bahwa yang akan diminumnya itu merupakan
racun katak merah yang amat berbahaya, maka
Thian Ki dipersilakan duduk bersila di atas
pembaringan oleh Cin Cin. Pemuda itu lalu
mengatur pernapasan dan menghimpun te naga
sakti dalam tubuhnya sambil menanti obat itu
mendingin. Setelah obat itu tidak begitu panas lagi, tinggal
hangat-hangat, Cin Cin mengambil cawan itu dan
menyerahkan kepada Thian Ki. Semua keluarga
dalam rumah itu menyaksikan pengobatan ini.
Thian Ki menerima cawan obat itu, memandang ke
sekeliling sambil tersenyum. Kalau s ampai obat I tu
membunuhnya, dia ingin pandangan te rakhir kali
bagi matanya wajah orang-orang yang di sayangnya dan dihormatinya. Kemudian, dia
memejamkan mata, menyerahkan jiwa raganya
kepada Tuhan, lalu diminumnya obat itu dengan
sekali teguk. Cin Cin dan Kui Eng mengamati
semua gerakan Thian Ki dengan hati was-was, juga
Pangeran Li Cu Kiat, ibunya dan neneknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang dengan hati tegang. Mereka semua
tahu bahwa obat penawar racun pemberian kaisar
itu merupakan obat yang amat keras. Mereka
semua sudah pernah mendengar bahwa katak
merah adalah sejenis katak langka yang suka
makan ular beracun dan bahwa sedikit saja bisa
katak itu cukup untuk menewaskan orang yang
bagaimana lihaipun. Akan te tapi mereka juga
mendengar bahwa bisa katak itu dapat menawarkan segala macam racun yang paling
jahatpun. Setelah mengembalikan cawan kosong kepada
Cin Cin, Thian Ki yang masih duduk bersila itu
memejamkan mata kembali, duduk diam menanti
bekerjanya racun Katak Merah di tubuhnya. Dan
dia menanti tidak terlalu lama. Perlahan-lahan
mukanya berubah kemerahan Warna kemerahan
ini menjalar terus sampai ke seluruh permukaan
tubuhnya dan semua orang merasa betapa ada
hawa panas keluar dari tubuh Thian Ki, terasa oleh
mereka semua. Dan perlahan-lahan, dari dalam
tubuh itu mengepul uap hitam.
"Panas,,,,,, panas..... semua menjauh......!" te rdengan suara Thian Ki lirih dan semua orang
menaati permintaannya karena mereka dapat
menduga bahwa uap hitam yang keluar dari tubuh
pemuda itu te ntu mengandung racun yang amat
berbahaya. Mereka menjauh keluar kamar dan
hanya menjenguk dari. luar pintu saja.
Belas an menit kemudian, terjadi perubahan
pada tubuh Thian Ki yang tadinya te gang
kepanasan dan berwarna kemerahan, kini tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu mulai menggigil dan warna merah berubah
menjadi putih pucat dan akhirnya tubuh itupun
menggigil keras. "Dingin .....dingin....." kembali terdengar Thian Ki
merintih lirih akan tetapi dari tubuhnya tetap
saja mengepul uap kehitaman.
Di luar kamar, semua orang menonton dengan
hati tegang. Kui Eng dan Cin Cin gelisah dan Kui
Eng berbisik, "Suheng kedinginan, dia menderita
hebat apakah tidak lebih baik kalau kita
menyelimutinya ...:..?"
"Jangan, adik Eng. Hal itu berbahaya, dapat
menghambat keluarnya hawa beracun," bisik Cin
Cin kembali. Hawa dingin yang menguasai tubuh Thian Ki
juga tidak lama, berubah lagi menjadi panas.
Setelah menjadi permaian dua macam hawa yang
berlawanan, sampai setengah hari lamanya, akhirnya uap menghitam itu semakin menipis dan
akhirnya, setelah tidak ada lagi uap hitam
mengepul keluar, tubuh Thian Ki terkulai di atas
pembaringan. Cin Cin dan Kui Eng meloncat ke
dalam kamar dan menghampiri pembaringan,
diikuti oleh Pangeran Li Cu Kiat, sedangkan Ibu
dan nenek pangeran itu telah lama meninggalkan
te mpat itu untuk beristirahat.
Cin Cin cepat memeriksa nadi tangan kekasihnya dan hatinya le ga. Thian Ki hanya
kelelahan dan pingsan.Ia lalu membetulkan letak
tubuh Thian Ki, dibiarkan rebah telentang di atas
pembaringan dan menyusut muka, le her dan dada
kekasihnya yang basah oleh keringat. Thian Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti orang tidur saja, pernapasannya panjang
dan sehat. Tak lama kemudian, masih dijaga leh tiga orang
itu, Thian Ki membuka kedua matanya. Melihat
mereka, dia tersenyum, kemudian dengan wajah
berseri berkata kepada Cin Cin, "Cin- moi......kita...... kita berhasil......"
Bukan main le ga rasa hati Cin Cin sehingga tak
dapat ditahannya la gi, kedua matanya menjadi
basah. "Ah, terima kasih kepada Tuhan......" dan
tangannya yang tinggal sebelah itu menangkap
tangan Thian Ki. Jari-jari tangan mereka saling
cengkeram dan pandang mata mereka bertemu dan
bertau penuh kebahagiaan. Melihat ini, perlahan-
lahan Pangeran Li Cu Kiat memegang tangan Kui
Eng dan ditariknya gadis itu dengan lembut keluar
kamar, meninggalkan sepasang kekasih yang
sedang tenggelam dalam kebahagiaan itu.
Ketika tiba di luar kamar, Pangeran Li Cu Kiat
menghentikan langkahnya, memegang kedua pundak Kui Eng dani menatap wajahnya. Dia
melihat sepasang mata Kui Eng juga basah air
mata. "Eng-moi, engkau sungguh seorang yang berhati
mulia," bisiknya. "Dan engkau, koko, engkau le bih mulia lagi....."
kata Kui Eng dan iapun memejamkan mata ketika
pangeran itu menarik dan mendekap mukanya di
dada pangeran itu. Mereka tidak bergerak, tidak
berkata-kata, seolah pada saat itu semua perasaan
dan hati mereka telah menjadi satu dalam dekapan
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
o)0o-dw-o0(o Bekas Pangeran Cian Bu Ong duduk di atas
kursi dengan mukanya yang biasanya kemerahan
itu kini menjadi lebih merah lagi seolah dia
kebanyakan minum arak. Jenggotnya yang panjang
itu seperti menjadi kaku dan je las nampak bahwa
dia marah sekali. Di sebelah kirinya duduk
isterinya. Sim Lan Ci yang biarpun usianya sudah
mendekati limapuluh tahun, masih nampak anggun dan segar. N yonya ini mengerutkan alisnya
dan pandang matanya membayangkan
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kekhawatiran melihat kemarahan suaminya.
Thian Ki dan Kui Eng nampak berlutut di depan
kedua orang tua ini, sedangkan Cin Cin dan
Pangeran Li Cu Kiat berdiri dengan menundukkan
muka, di belakang kedua orang muda yang berlu-
tut itu. "Ucapan gila apakah yang kalian keluarkan
tadi?" Kakek yang usianya sudah enampuluh tujuh
tahun namun masih nampak kekar dan kuat itu
membentak. Kalian membatalkan tali perjodohan di antara
kalian" Aku yang menjodohkan ka1ian, dan kalian
berani mengatakan bahwa kalian tidak setuju
dengan perjodohan itu" Hayo katakan, mengapa
kalian melakukan tindakan gila ini" Mengapa"!
Thian Ki maklum bahwa ayah tirinya, juga
gurunya, marah sekali. Akan te tapi dia dan Kui
Eng sudah mengambil keputusan tetap untuk
berte rus terang, maka dengan suara tenang diapun
berkata, "Saya harap ayah sudi mengampuni saya.
Bukan sekali-kali saya hendak membantah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perintah ayah, akan te tapi, kalau saya menaati
perintah ayah untuk berjodoh dengan Eng-moi,
maka hal itu hanya akan menyengsarakan hidup
kami berdua, ayah." '"Setan! Kau hendak mengatakan bahwa engkau
te rlalu berharga untuk anakku" Apakah Kui Eng
te rlalu rendah bagimu" Begitu?"
"Sama sekali tidak, ayah! Akan te tapi, di antara
kami te rdapat kasih sayang antara kakak dan adik,
bagaima na mungkin mengubah kasih-sayang antara kakak beradik ini menjadi cinta kasih suami
isteri" Saya tidak akan pernah dapat melupakan
bahwa Kui Eng adalah adik saya, bukan hanya
sumoi. Ayah, bagaimana mungkin saya dapat
mengawini adik sendiri ?"
"la bukan adikmu! Gila kau! Dan engkau
bagaimana, Kui Eng" Apakah engkau merasa
te rhina, merasa ditolak oleh Thian Ki" Katakan
saja, aku akan menghancurkan kepalanya kalau
dia berani menghinamu, berani menolakmu!"
"Tidak sama sekali, ayah. Aku setuju dengan
pikiran suheng. Dia sudah kuanggap sebagai
kakakku sendiri dan sayangku kepadanya juga
kesayangan seorang adik terhadap kakaknya.
Akupun tidak dapat menjadi isterinya, ayah. Aku
tidak mau menjadi isterinya, sama sekali bukan
karena suheng menolakku."
"Anak durhaka! Apakah engkau juga ikut-ikutan
seperti Thian Ki, hendak menentang kehendak
ayahmu sendiri?" bekas pangeran itu membentak
dan melotot. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, sejak kecil aku sudah menganggap
suheng seperti kakak sendiri, juga ibu kuanggap
sebagai ibu kandungku. Bagaimana sekarang tiba-
tiba aku harus menganggap suheng sebagai suami
dan ibu sebagai ibu mertua?"
"Tidak aku tidak mau, ayah, dan pula. aku dan
suheng sudah menentukan pilihan hati kami
sendiri untuk menjadi jodoh kami."
"Ahh......?" Apa pula ini" Thian Ki, benarkah
engkau te lah menentukan pilihanmu sendiri, dan
siapa gadis yang kau pilih untuk menjadi calon
jodohmu itu?" Cian Bu Ong masih marah! dan
suaranya terdengar keras.
"Ampunkan saya, ayah. Memang semua yang
dikatakan Eng-moi tadi benar. Saya sudah saling
mencinta dan mengambil keputusan untuk menjadi suami dari adik Kam Cin ini." Dia
menunjuk ke arah Cin Cin yang masih berdiri di
belakang. Bekas pangeran itu terbelalak. Dia merasa
te rheran-heran karena dia tahu benar bahwa gadis
murid Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan itu menjadi
buntung tangan kirinya karena keracunan ketika
nyerang Thian Ki dan pemuda itu pula yang
membuntungi tangan kirinya untuk menyelamatkan nyawanya. Dan gadis itu masih
juga dapat jatuh cinta dan mau menjadi calon
jodoh Thian Ki" Teringat dia akan bekas
kekasihnya, Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan yang
agaknya juga amat setia dalam cintanya terhadap
dirinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan engkau, Kui Eng" Siapa pula pilihan
hatimu" Pemuda itukah" Siapa dia?" Matanya
mencorong memandang ke arah Pangeran Li Cu
Kiat. 'Benar, ayah. Aku telah saling jatuh cinta
dengan dia. Dia adalah Pangeran Li Cu Kiat,
keponakan Sribaginda Kaisar yang selama ini
membelaku, menolongku, melindungiku bahkan
menjagaku ketika aku jatuh sakit."
Pangeran Cian Bu Ong terbelalak memandang
kepada Pangeran Li Cu Kiat dan isterinya yang
duduk di sampingnya, yang sudah amat mengenal
watak suaminya, maklum bahwa kalau di biarkan
suaminya itu dapat melakukan hal-hal yang tidak
baik. Maka iapun bangkit berdiri dan menghalangi
di depan suaminya, berkata dengan suara lembut
namun tegas. "Suamiku, kita harus merasa berbahagia sekali
dengan peristiwa ini Kita telah mendapatkan
kehormatan besar dengan peristiwa ini. Semenjak
engkau menjodohkan Thian Ki dengan Kui Eng,
hatiku juga merasa risau akan tetapi aku tidak
membantah keinginanmu karena tidak ingin
membuat engkau kecewa, apa lagi aku melihat
kedua orang anak kita itu tidak membantah. Akan
tetapi sekarang mereka berterus terang, bahkan
kembali dengan membawa pilihan hati masing-
masing. Thian Ki memilih Kam Cin. hal ini
sungguh membanggakan hatiku. Semenjak peristiwa buntungnya tangan Kam Cin, Thian Ki
merasa hancur hatinya dan aku sudah menduga
bahwa dia mencinta Cin Cin. Sekarang, te rnyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka saling mencinta dan peristiwa buntungnya
tangan itu tidak mendatangkan ganjalan dalam
hati mereka, pertanda bahwa cinta mereka tulus
dan aku yakin mereka akan dapat menjadi suami
isteri yang saling mencinta dan saling setia, hidup
berbahagia bersama membentuk keluarga. Dan
te ntang anak kita Kui Eng. la saling mencinta
dengan pemuda itu, seorang pangeran! Pandang
pemuda itu baik-baik, suamiku. Dia tampan dan
gagah, dan dia seorang pangeran! Bukan karena
aku gila pangkat dan kedudukan, melainkan
justeru karena dia pangeran, keponakan Kaisar,
hal itu membuat aku yakin bahwa cintanya
te rhadap anak kita pasti murni dan bersih. Kalau
tidak demikian, tentu dia tidak sudi jatuh cinta
kepada puterimu! Mengertikah engkau suamiku?"
Memang sejak tadi kemarahan Cian Bu Ong
sudah mereda satelah mendengar alas an-alasan
yang dikemukakan Thian Ki dan Kui Eng.
Sekarang, dia mernandang kepada Pangeran Li Cu
Kiat. Tadi memang te rkiias dalam pikirannya
bahwa pangeran ini adalah keponakan dari musuh
besar Kerajaan Sui. Akan tetapi s? karang dia
menyadari kebenaran omongan isterinya. Hanya,
apakah pangeran ini sudah tahu bahwa Cian Kui
Eng adalah pute rinya, bekas Pangeran Cian Bu
Ong yang pernah memberontak untuk mempertahankan Kerajaan Sui"
"Hemm, engkau Pangeran Li Cu Kiat?" kini dia
bertanya kepada pemuda itu yang segera maju lalu
memberi hormat dengan anggun kepada kakek itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, paman. Saya Li Cu Kiat. Ayah saya
adalah mendiang Pangeran Li Seng Tek."
"Apakah engkau tahu siapa gadls yang kaucinta
ini" Apakah engkau tahu anak siapa ia ini?" tanya
pula Cian Bu Ong sambil mengamati wajah tampan
itu dengan pandang mata menyelidik.
Kembali pangeran itu menjawab tegas, "Saya
tahu, paman, la bernama Cian Kui Eng, puteri
kandung paman yang dahulu adalah Pangeran
Cian Bu Ong dari Kerajaan Sui."
"Hemm, aku menuang Pangeran Cian Bu Ong
dari Kerajaan Sui, musuh besar Kerajaan Tang,
bahkan aku dianggap pemberontak dan buronan
pemerintah, dimusuhi pamanmu. Kaisar Tang Tai
Cung. Tentu dia tidak akan menyetujui kalau
engkau, keponakannya, menikah dengan pute riku." "Paman, ada dua hal yang saya kira perlu paman
ketahui benar. Pertama adalah bahwa saya tidak
memerlukan ijin persetujuan Paman Kaisar untuk
urusan perjodohan saya, karena itu adalah urusan
pribadi saya. Ibu dan nenek saya sudah menyetujui, hal itu sudah lebih dari cukup, dan
saya kira Paman Kais ar juga tidak akan mencampuri urusan itu. Adapun hal yang ke dua,
keluarga kami tidak pernah menganggap paman
sebagai pemberontak. Kami mengetahui
dan memaklumi kalau paman melakukan perlawanan
dan usaha untuk menegakkan kembali Kerajaan
Sui. Itu adalah persoalan perang, yang ada hanya
menang atau kaiah dan tidak dapat dipersoalkan
te ntang benar atau salah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, dia berkata benar. Sribaginda Kaisar
tidak pernah mempunyai perasaan dendam kebencian kepada ayah. Buktinya, pedang pusaka
Liong-cu-kiam milik ayah, dengan suka rela beliau
kembalikan." "Ah, benarkah itu, Thian Ki?"
Thian Ki mengeluarkan pedang pusaka itu dari
buntalan pakaiannya dan menyerahkannya kepada
Cian Bu Ong. "Benar sekali, ayah. Sribaginda
Kaisar mengembalikan pusaka ini kepada ayah."
Cian Bu Ong menyambut pedang itu dan
menghunusnya, matanya bersinar-slnar, lalu meredup. "Aihh, agaknya memang sudah dikehendaki Tuhan bahwa Kerajaan Sui diganti
dan dilanjutkan oleh Kerajaan Tang. Li Cu Kiat,
bagaima kami tahu bahwa Ibumu dan nenekmu
menyetujui perjodohanmu dengan anak kami?"
"Ayah, Bibi Li dan Nenek Song amat baik. Apa
lagi Nenek Song yang juga memuji-muji ayah
sebagai seorang gagah. Nenek Song juga seorang
yang amat lihai, ayah dan mereka semua amat baik
kepadaku. Kalau tidak ada mereka, mungkin
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekarang aku te lah tewas di tangan tosu iblis Im
Yang Sengcu," kata Kui Eng.
Pangeran Li Cu Kiat mengeluarkan sesampul
surat dan menyerahkannya kepada Cian Bu Ong.
"Paman, sebagai bukti bahwa ibu dan nenek
menyetujuinya, ini saya membawa surat dari nenek
untuk paman. Dan a pa bila paman menyetujuinya,
kami akan mengirim utusan untuk mengajukan
pinangan secara resmi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, harap ayah tidak lagi menganggap
keluarga Kaisar Tang Tai Cung sebagai musuh,
karena selain mengembalikan pedang pusaka
Liong-cu-kiam milik ayah, juga Kaisar telah
berkenan memberi obat penawar racun katak
merah yang te lah diminum oleh suheng sehingga
dia telah sembuh dari hawa beracun di tubuhnya,"
kata pula Kui Eng. Mendenoar ini, Cian Bu Ong semakin gembira.
Ah, kami juga te lah mendapatkan Rumput Merah
Pencuci Darah akan tetapi khasiatnya tidak akan
menandingi racun katak merah. Sukurlah engkau
telah sembuh, Thian Ki. Memang aku sudah
mendengar bahwa sebelum menjadi kaisar, ketika
masih menjadi Pangeran, bahkan sebelum itu. Li Si
Bin te rkenal sebagai seorang yang gagah perkasa
dan berilmu, maka dia pandai menghargai orang-
orang gagah. Baiklah! kalau memang engkau
sendiri menyetujui Kui Eng, dan juga Thian Ki
tidak berkeberatan, kami akan menerima pinangan
keluarga Pangeran Li Cu Kiat."
Mendengar Ini, langsung saja saking gembiranya, Pangeran Li Cu Kiat menjatuhkan diri
berlutut dan memberi hormat kepada calon ayah
mertuanya. Melihat seorang pangeran Kerajaan
Tang berlutut di depan kakinya dan akan menjadi
mantunya, suatu hal yang sama sekali tidak
pernah dapat dia bayangkan, Cian Bu Ong
menerima penghormatan itu sambil tertawa bergelak. "Ayah, saya juga mohon
doa restu dan persetujuan ayah dan ibu untuk berjodoh dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin-moi!" tiba-tiba Thian Ki berkata, dan Kam Cin
masih berdiri sambil menundukkan mukanya,
merasa te gang dan risau, khawatir- kalau sampai
perjodohan itu tidak disetujui orang yang pernah
hendak dibunuhnya ketika ia menaati perintah
subonya, yaitu Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan.
Kini Cian Bu Ong memandang kepada is terinya.
"Engkau yang paling berhak menyatakan pendapatmu tentang permintaan putera kita itu."
Sim Lan Ci balas memandang wajah suaminya
dengan sinar mata bersukur dan berterima kasih.
Suaminya ini selalu menghargai dan menghormatinya, dan ini merupakan tanda cinta
kasih yang paling nyata, la mengangguk. "Cin Cin
masih sanak dekat dengan ayah kandung Thian Ki,
Ibunya sama-sama she Coa, keluarga pimpinan
He k-bouw-pang.Kalau mereka berdua sudah saling
mencinta, akupun hanya dapat menyetujui , tentu
saja keputusannya te rserah kepadamu sebagai
ayahnya." De ngan ucapan ini, Sim Lam Ci juga
membuktikan ketulusan hati dan penghormatannya te rhadap suaminya itu. la yakin
bahwa Cian Bu Ong amat menyayang Thian Ki
seperti anak sendiri, bahkan te lah menurunkan
semua ilmunya kepada anak tiri itu.
Mendengar ucapan is te rinya ini. Cian Bu Ong
kembali tertawa bergelak karena gembira. "Kalau
begitu, apa lagi yang perlu dipikirkan" Semua
sudah setuju, akupun hanya setuju s aja. Se kaligus
aku mendapatkan dua orang mantu, Li Cu Kiat
dan Kam Cin, kedua-duanya merupakan pendekar
yang hebat. Dari sikap dan gerakanmu saja aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mengetahui bahwa engkaupun bukan pemuda le mah, Li Cu Kiat. Dan engkau, Kam Cin,
ha-ha-ha, ingin aku melihat bagaimana sikap Bhok
Sui Lan kalau muridnya yang ia harapkan mau
membunuhku itu kini bahkan menjadi mantuku,
ha-ha-ha-ha! " Cin Cin kini baru berani menjatuhkan diri
berlutut menghadap suami isteri yang menjadi
mertuanya itu dan saking gembira dan harunya,
tak dapat ia menahan tangisnya.
Kui Eng yang berlutut di dekatnya, segera
merangkul Cin Cin dan berbis ik, "Enci Cin, engkau
semestinya bergembira, kenapa malah menangis "
Aneh sekali !" Dalam tangisnya, Cin Cin memandang kepadanya dan merangkul setelah mencoba untuk
te rsenyum. "Aku menangis saking bahagia dan
te rharu, adik Eng "
"Li Cu Kiat, engkau harus segera mengirim
utusan resmi untuk mengajukan pinangan sebagaimana mestinya, dan kami akan mengajukan pinangan atas diri Kam Cin kepada
ayah tirinya dan ibunya," kata Cian Bu Ong
gembira. Dia sudah tahu bahwa ayah tiri Kam Cin
adalah Lie Koan Tek, pendekar Siau-lim-pai yang
pernah menjadi pembantunya ketika dia mencoba
menegakkan kembali kerajaan Sui yang te lah
jatuh. Semua orang bergembira, apa lagi ketika Lie
Koan Tek dan Coa Liu Hwa ayah tiri dan ibu
kandung Cin Cin menyatakan persetujuan mereka
dan mene rima pinangan Cian Bu Ong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
De mikianlah, tanpa suatupun rintangan, pernikahan antara Coa Thian Ki dengan Kam Cin,
juga Cian Kui Eng dengan Li Cu Kiat, dirayakan
dengan meriah oleh keluarga Cian Bu Ong. Bukan
main bangganya rasa hati Cian Bu Ong ketika
perayaan itu dihadiri pula oleh Pandekar Naga
Sakti Sungai Kuning Si Han Beng dan is terlnya,
juga pute ri mereka. Si Hong Lan yang bekas puteri
kaisar itu. Juga beberapa orang- pejabat tinggi dan
pangeran ikut hadir sebagai pengantar mantunya,
yaitu Pangeran Li Cu Kiat, dan Kaisar sendiri
mengirim hadiah sumbangan yang indah.
Semua orang bergembira ria, hanya ada sebuah
berita yang sempat membuat Thian Ki, Cin Cin, Li
Cu Kiat dan Kui Eng saling pandang dengan alis
berkerut, yaitu bahwa je nazah Im Yang Sengcu
yang te lah diangkut oleh anak buahnya ke dalam
kuil, tahu-tahu dikabarkan le nyap tanpa meninggalkan bekas!. Kiranya, tosu yang pandai
itu tidak mati seperti yang mereka kira, bahkan
Kaisar sendiri dapat dikelabui. Agaknya tosu itu
mempergunakan suatu racun yang dapat membuat
dia "mati" untuk sementara. Beberapa jam
kemudian, sebelum jenazahnya diperabukan, dia
bangkit dari "kematiannya" itu dan melarikan diri
tanpa diketahui siapapun!
Namun, hanya sejenak saja merteka te rkejut.
Kebahagiaan dua pasang pengantin itu tidak
te rganggu. Untuk sementara. Thian Ki dan
isterinya, Kam Cin, tinggal bersama Cian Bu Ong
di dusun Ke-cung te pi Sungai Kuning di kaki Kim-
san, sedangkan Cian Kui Eng ikut suaminya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggal di kota raja, di gedung te mpat tinggal
keluarga Pangeran Li Cu Kiat.
Sampai di sini, selesailah sudah kisah SI N AGA
BERACUN ini, mudah-mudahan kisah ini ada
manfaatnya bagi para pembaca dan sampai jumpa
di kisah lain. TAMAT Solo, akhir April 1986. o)0o-dw-o0(o Tongkat Rantai Kumala 2 Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Perguruan Sejati 11
memiliki watak lincah jenaka dan periang, juga
tabah dan pandai bicara. Kini, melihat watak
nenek itu, ia tidak dapat menahan senyumnya.
Hal ini dapat dilihat si nenek dan tiba-tiba
tongkatnya menyambar dan sudah beralih tempat,
mengancam kepala gadis bertangan kiri buntung
itu. "Dan kau..... siapakah engkau?"
"Nama saya Kam Cin dan biasa disebut Cin Cin,
nenek yang baik." "Dan kenapa kau senyum-senyum seperti bocah
nakal itu ?" bentak pula nenek Song dan matanya
yang tua itu masih mencorong tajam.
Cin Cin masih senyum-senyum, " Nenek yang
baik, saya sungguh kagum melihatmu, sudah
begini tua namun masih penuh semangat! Ingin
saya seperti nenek kalau s aya sudah tua kelak."
Sejenak mata tua itu terbelalak dan saling
pandang dengan Cin Cin, kemudian senyum Cin
Cin menular dan nenek itupun te rtawa te rkekeh-
kekeh dengan riangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
He h-heh-heh-heh-heh! Bagus, engkau anak baik, Cin Cin! Cu Kiat, aku hampir yakin bahwa
dua orang ini memang orang baik-baik, heh-heh!"
kata-kata ini disusul turunnya tongkatnya dan
iapun duduk kembali ke atas kursinya.
"Sumoi....," Thian Ki menghampiri pembaringan
dan membungkuk untuk memeriksa keadaan
sumoinya. Dia meraba nadi pergelangan tangan
Kui Eng dan setelah memperhatikan beberapa
lama, dia memandang kepada Cin Cin penuh
pertanyaan. Gadis ini pun menghampiri dan tanpa
diminta, iapun memeriksa dada Kui Eng dengan
rabaan ujung jarinya. "Bagaimana pendapatmu, Cin-moi?" tanya Thian
Ki. "Hemm, ia tidak apa-apa, Koko. Ia tidak.......
tidak sakit........." kata Cin Cin dan Thian Ki
mengangguk membenarkan. "Heh-heh, tentu saja Kui Eng tidak sakit, akan
tetapi lihat saja nanti kalau ia kumat," kata N enek
Song. "Kumat" Thian Ki dan Cin Cin berseru, kaget
dan heran. Dan pada saat itu, terdengar Kui Eng
mengeluh. Thian Ki dan Cin Cin cepat memandang
dan gadis itu mengerutkan alisnya, seperti bangun
dari tidurnya akan te tapi belum buka mata dan
mengigau dengan kata-kata yang tidak je las,
tubuhnya menggeliat-geliat seperti orang yang
kesakitan hebat. Ketika Thian Ki meraba dahinya, dia terkejut.
Dahi yang tadi tidak apa-apa itu kini panas sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin-moi, cepat, kita bantu ia dengan sin-kang!"
kata Thian Ki. Tanpa ragu lagi Cin Cin dan Thian
Ki naik ke atas pembaringan bersila di kanan kiri
Kui Eng dan menempelkan telapak tangan
mereka, tangan Thian Ki di kedua pundak, dan
tangan Cin Cin di dada. Hanya sebentar saja kedua
orang muda yang memiliki sin-kang amat kuat ini
menyalurkan te naga dan Kui Eng tidak mengeluh
lagi pernapasannya pulih dan ia seperti dalam
tidur bias a. Thian Ki dan Cin Cin melompat turun dari atas
pembaringan, dan Kui Eng te rbangun dari
tidurnya. Mula-mula te rbelalak ketika melihat
suhengnya karena berbagai perasaan mengaduk
hatinya di saat ia melihat Thian Ki. Ada rasa heran,
gembira, te rharu dan juga duka mengingat akan
keadaan dirinya dan tanpa disadarinya, kedua
matanya menjadi basah. Melihat ini, Thian Ki
menyentuh pundak sumoinya.
"Sumoi, jangan berkeciI hati aku akan berusaha
sekuat tenaga untuk menyembuhkanmu."
Kini pandang mata Kui Eng berte mu dengan Cin
Cin dan kembali ia terbelalak, akan tetapi sekali ini
pandang matanya penuh rasa kaget dan marah. I a
berusaha untuk bangkit duduk, akan te tapi ia
rebah kembali. Setelah berhari-hari ia diserang
perasaan nyeri yang hebat, dan seringkali pingsan,
tubuhnya menjadi lemah dan kepalanya pening
setiap kali hendak bangkit.
Kui Eng tetap memandang kepada Cin Cin
dengan sinar mata bernyala. Cin Cin tersenyum,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik Kui Eng, sebaiknya engkau beristirahat saja,
tubuhmu masih lemah."
"Biarpun tubuhku le mah, aku tidak takut untuk
melawanmu, engkau iblis betina yang hendak
membunuh ayahku!" Ucapan Kui Eng te ntu saja amat mengejutkan
Pangeran Li Cu Kiat, ibunya dan neneknya. Thian
Ki menjadi salah tingkah dan te rsipu, akan tetapi
Cin Cin bersikap tenang-te nang saja.
"Eng-moi, apa maksud ucapanmu tadi" Nona
Kam Cin ini hendak membunuh ayahmu" Apa
artinya semua ini?" tanya Pangeran Li Cu Kiat dan
dia sudah siap untuk menghadapi kemungkinan,
sedangkan Nenek Song juga sudah bangkit berdiri,
dan melintangkan Tongkat Naga tangannya.
"Ahh, apakah mataku sudah terlalu tua sehingga
aku salah menilai orang?" te riak nenek itu dan
tongkatnya diamang-amangkan dengan penuh
ancaman ke arah Cin Cin. Thian Ki. menghela napas panjang dan berkata,
"Harap paduka memaafkan kami,
Pangeran. Sesungguhnya semua ini merupakan urusan
pribadi antara sumoi s aya dan juga Cin-moi. Kalau
kami bertiga diperkenankan untuk bicara bertiga
saja, untuk membereskan urusan pribadi ini ......"
"Urusan pribadi bagaimana?" Nenek Song
membentak dengan suara lantang.
"Urusan yang menyangkut diri Kui Eng adalah
urusan keluarga kami pula, apapun yang akan
dibicarakan, harus kami dengar!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Thian Ki memandang heran, pangeran
itu berkata, "Apa yang dikatakan nenekku benar,
Coa-toako. Kami semua menganggap Eng-moi
sebagai anggota keluarga sendiri dan kami ingin
mengetahui semua urusannya, tentu saja kalau ia
sendiri menyetujui." Pangeran itu menoleh ke arah
Kui Eng dengan sinar mata bertanya. Biarpun
tubuhnya le mah, namun kecerdikan Kui Eng tidak
berkurang, ia menghadapi urusan yang amat
penting bagi dirinya, yaitu betapa Pangeran Li Cu
Kiat amat mencintainya dan te lah melimpahkan
banyak budi kebaikan dan kecintaan kepadanya.
Namun, hatinya masih mele kat kepada Thian Ki
dan sekaranglah saatnya ia harus membiarkan
pangeran itu mengetahui segalanya, yaitu bahwa ia
mencinta suhengnya dan oleh ayahnya bahkan
telah direncanakan menjadi jodoh Coa Thian Ki.
Juga ia harus tahu te ntang hubungan Thian Ki
dengan Kam Cin yang dianggapnya musuh besar
yang pernah he ndak membunuh ayahnya itu. Kini,
mendengar percakapan mereka dan melihat betapa
Pangeran Li Cu Kiat memandang kepadanya
dengan sinar mata bertanya, iapun berkata kepada
Thian Ki. "Suheng, aku setuju kalau keluarga Pangeran Li
Cu Kiat ikut mendengarkan urusan pribadiku.
Nah, sekarang katakanlah kenapa engkau kini
agaknya malah membela ia yang dahulu hendak
membunuh ayahku, atau juga guru dan ayah
tirimu sendiri. Kenapa?"
Thian Ki juga mengerti bahwa sekarang dia tidak
dapat merahasiakan hubungannya dengan Cin
Cin. Bagaimanapun juga, orang pertama yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus mengetahui adalah Kui Eng! Dia harus
memutuskan tali perjodohannya dengan Kui Eng.
Dia tidak mencinta gadis itu sebagai seorang
kekasih, bahkan rasanya tidak mungkin dia dapat
mencinta gadis yang sejak kecil disayangnya
seperti adik sendiri itu sebagai seorang pria
mencinta seorang wanita. Dan apa salahnya kalau
dia mengakui cintanya kepada Cin Cin di depan
keluarga pangeran ini" Orang sedunia boleh saja
mengetahuinya. "Baiklah, sumoi, aku akan berterus te rang saja
agar engkau mengetahui segalanya. Engkau te ntu
masih mengenal Cin-moi, eh. adik Kam Cin ini,
bukan?" "Tentu saja! Ia adalah murid Tung-hai Mo-li yang
pernah hendak membunuh ayahku!" jawab Kui
Eng marah, dan mukanya yang biasanya pucat itu
kini agak kemerahan karena marah.
''Dan engkau tentu sudah mendegar dahulu itu
bahwa usaha yang dilakukan adik Kam Cin
bukan saja gagal membunuh ayah kita, sebaliknya
ia malah kehilangan tangan kirinya karena
te rpaksa aku membuntungi tangan itu untuk
menyelamatkan nyawanya, bukan?"
"Aku sudah mendengar dan aku merasa
menyesal kenapa hanya tangannya yang kaubuntungi, bukan lehernyal"
"Heh-heh, benar sekali omonganmu, Kui Eng!
Orang yang sudah begitu jahat untuk membunuh
ayahmu, sudah sepatutnya kalau dibuntungi
le hernya!" tiba-tiba Nenek Song berkata dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Li Cu Kiat mengerutkan alisnya dan
cepat dia mengingatkan neneknya.
"Harap nenek ingat bahwa keluarga kita hanya
berhak mendengarkan, akan te tapi tidak mencampuri urusan yang kita tidak tahu seluk
beluknya itu. Coa-toako, lanjutkan percakapan
kaIian." Thian Ki tidak memperdulikan ucapan nenek itu,
dan Cin Cin juga hanya tersenyum. Gadis ini telah
berubah banyak sekali. Setelah ia mendapatkan
cintanya dengan Thian Ki, ia merasa hidupnya
penuh kebahagiaan dan penuh kedamaian, dan ia
mempercayakan selamanya kepada kekasihnya itu.
Coba dahulu ia mendengar ucapan seperti yang
dikeluarkan Kui Eng dan Nenek Song, te ntu ia
sudah naik darah dan menantang mereka.
"Sumoi, ketahuilah bahwa adik Kam Cin hanya
menaati perintah gurunya. Ia tidak mempunyai
permusuhan pribadi dengan ayah kita, dan kini ia
telah menyadari bahwa gurunya itu yang bersalah,
bukan ayah kita." "Hemm, dan karena ia te lah menyadari, maka
engkau berbaik dengannya dan membelanya,
suheng?" "Bukan hanya karena itu, sumoi melainkan,
te rus te rang saja karena sebenarnya kaulah orang
pertama yang berhak mengetahuinya, kami, yaitu
aku dan adik Kam Cin, kami saling mencinta dan
sudah mengambil keputusan untuk hidup bersama
selamanya sebagai suami isteri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang mata Kui Eng te rbelalak. "Kau.....
kalian..... saling mencinta.......?" katanya lirih dan
te rgagap. "...... tapi aku ..... kita .....bagaimana
dengan perjodohan antara kita yang ditentukan
ayah?" Thian Ki merasa sungkan dan tidak enak sekali
karena percakapan pribadi itu didengarkan keluarga pangeran itu. Akan tetapi, dari sikap
pangeran itu dan ibu serta neneknya terhadap Kui
Eng, dia dapat menduga bahwa pangeran itu
agaknya jatuh cinta kepada Kui Eng dan
keluarganya menyetujuinya. Sementara itu, mendengar ucapan Kui Eng sebagai pertanyaan
yang diajukan kepada Thian Ki, Pangeran Li Cu
Kiat mengerutkan alisnya, demikian pula ibunya
dan neneknya saling pandang
dengan alis
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkerut. Mereka terkejut dan juga kecewa
mendengar bahwa Kui Eng telah dijodohkan
dengan suhengnya. Kini pangeran itu mengerti
mengapa Kui Eng belum dapat menjawab ketika
dia menyatakan cintanya. Kiranya gadis itu telah
mempunyai tunangan, yaitu suhengnya sendiri dan
kini suhengnya itu menyatakan cinta pada gadis
lain! "Sumoi. biarlah engkau mendengar baik-baik
dan disaksikan oleh keluarga yang te rhormat ini,"
kata Thian Ki dengan lembut namun dengan penuh
ketegasan. "Kita berdua bukan saja suheng dan
sumoi, juga kita adalah saudara tiri. Sejak kecil
kita berkumpul dan bergaul sehingga aku selalu
mencintamu seperti adikku sendiri. Engkaupun
menyayangku sebagai kakakmu. Bagaimana mungkin kita dapat mencinta sebagai suami isteri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku saling mencinta dengan adik Kam Cin ini,
sumoi. Aku merasa bahwa sebaiknya kalau aku
berte rus terang saja kepadamu, karena pernikahan
tanpi cinta yang dipaksakan, akan menghancurkan
kehidupan kita berdua. Aku menyayangmu sebagi
adik sendiri, sumoi, dan engkau te ntu dapat
merasakan dan mengerti benar. Nah, aku sudah
mengeluarkan isi hatiku, mudah-mudahan saja
engkau akan mampu mempertimbangkan dan
mengerti." Suasana menjadi hening sejenak, setelah Thian
Ki berhenti bicara. Keluarga pangeran itu adalah
keluarga bangsawan yang menjunjung tinggi
kegagahan, maka mendengar ucapan Thian Ki
yang jujur dan tegas itu, mereka merasa kagum.
Kui Eng sendiri terkejut, akan tetapi tidak merasa
heran karena sekarang iapun dapat merasakan
kebenaran ucapan Thian Ki. Mereka memang
saling menyayang sejak kecil, dan kesayangan
mereka satu sama lain adalah kesayangan antara
saudara. Sekarang baru ia dapat merasakannya.
Yang membuat ia bengong adalah melihat kenyataan yang amat aneh itu. Thian Ki dan Kam
Cin saling mencinta setelah Thian Ki membuntungi
tangan kiri gadis itu!. Kalau mereka saling
mendendam, hal itu adalah wajar saja. Akan tetapi
saling mencinta" Suheng, aku dapat menghargai keterus- te ranganmu ini. Akan tetapi, kenapa engkau tidak
membantah dan menerima saja ketika ayah
mengusulkan perjodohan di antara kita?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi, bagaimana mungkin aku berani menolaknya begitu saja" Aku tidak ingin mengecewakan hatinya, dan sebagai murid, juga
sebagai anak tiri, aku harus mematuhinya.
Maksudku, aku diam saja dan perlahan-lahan,
akan kuberi tahu. Sekarang, aku bahkan mohon
kepadamu agar engkau membantu aku memberi
tahu kepada ayah kita."
"Dan bagaimana pula engkau dapat saling
mencinta dengan enci Kam Cin yang te lah
kaubuntungi tangan kirinya ini" Enci Kam Cin,
sepatutnya engkai membenci dan mendendam
kepada suheng, akan tetapi kenapa......7"
Cin Cin te rsenyum manis. "Adi Kui Eng, dia.
membuntungi tangan kiriku bukan karena membenci, melainkan karena hendak menyelamatkan nyawaku, dan aku kehilangan
tangan ini karena ulahku sendiri, karena salahku
sendiri mungkin ini merupakan hukuman bagiku
karena aku hendak membunuh ayahmu yang tidak
mempunyai kesalahan apapun terhadap diriku."
Tiba-tiba Kui Eng mengeluh dan sakitnya
kambuh. Matanya te rpejam dan tubuhnya menggeliat-geliat. Melihat ini cepat Thian Ki
memberi isyarat kepada Cin Cin dan seperti tadi,
mereka menempelkan telapak tangan ke pundak
dan dada Kui Eng dan sebentar saja, keadaan Kui
Eng sudah pulih kembali dan iapun sudah te nang
kembali. Akan te tapi, gadis itu menjadi semakin
le mah dan nampaknya tidur.
"I bu. nenek, aku tidak mungkin dapat mendiamkan saja! Aku akan mencari tosu itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba-tiba Pangeran Li Cu Kiat membentak marah
dan dia sudah mencabut pedangnya.
"Cu Kiat. sudah kukatakan bahwa tanpa bukti,
tidak boleh engkau bertindak. Ingat, dia adalah
sahabat Kaisar! Dan sungguh tidak baik kalau
engkau menggunakan kekerasan tanpa adanya
bukti. Bukankah Kaisar pernah menegurmu
karena sikapmu yang kasar te rhadap tosu itu"
Nah, itu membuktikan bahwa tosu. itu mempunyai
pengaruh terhadap kais ar," kata Nenek Song.
Mendengar ini. Thian Ki segera berkata, "Mohon
maaf. akan te tapi siapakah tosu siluman yang
dimaksudkan pangeran" Dan apakah dia mempunyai hubungan dengan sakitnya sumoi?"
"Tosu dukun le pus itu yang membuat Kui Eng
sakit dengan ilmu hitamnya!" Nenek Song berseru
sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya di atas
lantai karena marah. Sepasang mata Cin Cin mencorong marah. "Biar
kami yang pergi menghajarnya. Pangeran. Tolong
beritahukan di mana kami dapat mencarinya."
"Benar. Pangeran. Kami berdua yang akan
menghentikan kejahatannya demi menyelamatkan
sumoi." kata pula Thian Ki .
"Bagus!" Nenek Song berseru "Kalau kalian dapat
membasmi tosu dukun le pus itu, barulah kami
percaya akan kesungguhan hati kalian terhadap
Kui Eng!" Mereka lalu memberitahu kepada Thian
Ki dan Cin Cin bahwa tosu yang dimaksudkan
berjuluk Im Yang Sengcu dan tinggal di kuil istana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berada di bukit buatan di lingkungan
belakang Istana. "Akan tetapi harap Coa-twako berhati-hati." kata
Pangeran Li Cu Kiat. "Im Yang Sengcu itu lihai
sekali, juga dia memiliki murid-murid yang lihai."
"I mu silatnya sih tidak berapa hebat, akan tetapi
ilmu hitamnya amat jahat. Kalian harus berhati-
hati," kata pula Nenek Song.
Thian Ki memberi hormat kepada tiga orang itu
dan berkata dengan sikap dan suara serius kepada
Pangeran Li Cu Kiat, "Pangeran, harap jaga sumoi
baik-baik." Mendengar ini. Nenek Song berseru, "Kaukira
siapa yang menjaganya siang malam dengan setia"
Cucuku ini sampai berhari-hari kurang makan
kurang tidur karena menjaga Kui Eng yang sakit!"
Thian Ki saling pandang dengan Cin Cin,
kemudian dia kembali menatap wajah pangeran itu
dan berkata lirih "Terima kasih. Pangeran.
Percayalah paduka tidak salah pilih." Setelah
berkata demikian, Thian Ki mengajak Cin Cin
meninggalkan gedung itu dan mereka segera pergi
menuju ke pintu gerbang istana. Ketika kepala jaga
melihat mereka dan menerima surat kete rangan
dari Pangeran Li Cu Kiat bahwa Thian Ki dan Cin
Cin adalah utusannya untuk mengunjungi kuil dan
menemui Im Yang Sengcu, kepala jaga itu tidak
berani melarang dan dia bahkan menunjukkan di
mana le tak kuil di bukit buatan itu. Tanpa
mengalami rintangan, kedua orang muda itu dapat
memasuki pomple k istana dan langsung saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambil jalan melalui pekarangan dan taman
menuju ke kuil. Kuil Itu nampak sunyi dan dengan kepandaiannya yang tinggi. Thian Ki dan Cin Cin
dapat menyelinap ke arah belakang kuil. Beberapa
orang murid dan anak buah Im Yang Sengcu yang
nampak di sekitar kuil tidak dapat melihat gerakan
dua orang yang amat cepat itu dan yang nampak
hanya bayangan berkele bat.
Di Pondok kecil belakang kuil, tempat yang
biasanya dipergunakan untuk bersamadhi, bertapa
atau menyendiri itu lm Yang Sengcu berada
seorang diri. Se mua pintu dan jendela pondok kecil
itu tertutup. Dia sedang bersila di depan meja
sembahyang dan ada asap mengepul dari seikat
dupa yang membara. Asap itu membubung ke atas
dengan lurus akan tetapi asap itu bergoyang-
goyang seolah mahluk hidup yang sedang menderita kesakitan. Berulang kali tosu itu
mengeluarkan suara membaca mantram dan
kedua tangan yang tadinya bersilang depan dada,
kadang di dorongkan ke arah asap itu.
Dia merasa penas aran sekali. Kenapa dia selalu
gagal dalam pengerahan tenaga ilmu hitamnya
untuk membunuh gadis yang dimusuhinya itu"
Setumpuk pakaian wanita berada di atas meja
sembahyang itu. Itulah pakaian Kui Eng yang
diambilnya dari kamar losmen dan pakaian bekas
dipakai gadis itu, yang belum se mpat dicuci, itulah
yang dijadikan je mbatan untuk menyerang gadis
itu dengan ilmu hitam. Dia telah berhasil membuat
gadis itu terserang penyakit aneh, namun dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selalu gagal untuk membunuh mangsanya. Dia
merasa penasaran bukan main. Baru sekali ini dia
gagal ! De ngan hati yang penuh dendam dan penas aran, Im Yang Sengcu lalu mengeIuarkan
sehelai kertas yang biasa dipakai untuk membuat
hu (s urat jimat) lalu sambil berkemak-kemik
membaca doa dia menuliskan tiga buah huruf di
kertas itu, yaitu tiga huruf nama Cia Kui Eng!
Kemudian, dia menusuk kertas itu dengan
pedangnya, lalu mengangkat pedang yang sudah
menusuk kertas itu ke atas dan mengeluarkan
suara yang te rdengar menggetar penuh kekuatan
sihir. "Cian Kui Eng, engkau telah berada dalam
kekuasaanku dan sekarang engkau akan kubakar,
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
te rbakar habislah seluruh perasaanmu, hangus
seluruh jasmanimu!" Dan dia menjulurkan pedang
yang ujungnya menusuk kertas itu ke arah lilin
besar di meja sembahyang. Tiba-tiba te rdengar
suara berdesing dan sebuah benda kecil hitam
menghantam pedang itu. "Tringgg.....!!" Pedang di tangan Im Yang Sengcu
te rgetar hebat dan kertas yang tadi tertusuk di
ujung pedang itupun te rlepas dan melayang. Se-
sosok bayangan hitam berkele bat dan menyambar.
Im Yang Sengcu terkejut dan bangkit berdiri,
melihat dua orang telah berada di dalam pondoknya. Seorang pemuda sederhana yang telah
memegang surat hu dengan nama Cian Kui Eng
yang ditulis nya tadi, dan seorang gadis yang
buntung tangan kirinya sebatas pergelangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah kalian" Berani mati memasuki pondok pinto tanpa ijin!" bentaknya sambil
menudingkan pedangnya, diam-diam mengerahkan
kekuatan sihirnya, memandang dengan mata
mencorong, berkemak-kemik lalu membentak,
"Hayo kalian berdua berlutut! Berlutut kataku!!"
Thian Ki memegang tangan kanan Cin Cin
dengan tangan kirinya, mengerahkan sin-kang dan
seperti biasa, otomatis didasari penyerahan kepada
kekuasaan Tuhan. Biarpun kedua orang ini
merasakan getaran aneh yang seolah hendak
memaksa mereka berlutut, namun kekuatan
getaran itu seperti angin lalu saja dan tidak
meninggalkan bekas. Diam-diam Im Yang Sengcu te rkejut bukan
main. Dua orang muda ini bukan han ya dapat
memasuki pondoknya tanpa diketahui
anak buahnya dan bukan han ya dapat merampas hu di
ujung pedangnya, juga kekuatan sihirnya tidak
mempan te rhadap mereka! Thian Ki membaca nama di atas kertas hu itu,
lalu memandang kepada tosu itu dengan sinar
mata tajam lalu menjawab, "Manusia sejahat iblis
yang berpakaian seperti tosu, tentu engkau yang
disebut Im Yang Sengcu! Engkau te lah mempergunakan ilmu iblis untuk menyerang
sumoiku Cian Kui Eng. Perkenalkanlah, aku Coa
Thian Ki dan aku datang untuk membasmi
pekerjaanmu yang terkutuk ini!"
"Koko, serahkan saja dukun iblis ini kepadaku!
Aku ingin sekali memenggal batang lehernya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam-diam lm Yang Sengcu te rkejut dan gentar.
Baru melawan Cian Kui Eng saja dia merasa
kewalahan, apa lagi kini muncul suhengnya dan
juga gadis yang tangan kirinya buntung ini jelas
memiliki ilmu kepandaian tinggi! Maklum bahwa
ilmu sihirnya tidak mempan terhadap dua orang
itu, tiba-tiba saja pedangnya berkelebat ke arah
meja sembahyang dan te rdengar le dakan keras
disusul terbakarnya meja sembahyang itu dan
bayangan Im Yang'Sengcu berkelebat lenyap di
balik meja. Dia telah melarikan diri keluar dari
pondok melalui pintu di belakang meja.
"Cin-moi, cepat keluar!" bentak Thian Ki dan
keduanya lalu menerobos keluar dari pintu
pondok. Ternyata lm Yang Sengcu telah berada di
luar pondok dan dia te lah mengerahkan limabelas
orang murid dan anak buahnya yang semua telah
memegang senjata! Begitu melihat Thian Ki dan
Cin Cin muncul dari pintu pondok, lm Yang
Sengcu menudingkan pedangnya dan berte riak
dengan suara lantang kepada para murid dan anak
buahnya. "Tangkap mata-mata pemberontak itu! Kalau
melawan, bunuh mereka!"
Limabelas orang itu mengepung. Dengan sikap
te nang Thian Ki berkata kepada lm Yang Sengcu,
"I m Yang Sengcu kami bukan mata-mata pemberontak, akan tetapi sesungguhnya engkaulah yang menjadi jadi racun di is tana,
engkau dukun le pus yang jahat, murid iblis yang
hanya mendatangkan kekacauan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tangkap! Bunuh!!" lm Yang Sengcu berte riak-
te riak dan 1imabelas orang itupun mengepung
semakin ketat sambil berteriak-teriak. Akan tetapi
pada saat itu terdengar bentakan nyaring.
"Hentikan semua ini!!'.'
Mendengar suara itu, lm Yang Sengcu dan anak
buahnya te rkejut, menengok dan para anak buah
tosu itu segera menjatuhkan diri berlutut, dan tosu
itu sendiri memberi hormat dengan menjura
dalam-dalam. Kiranya yang muncul adalah Kaisar
Tang Tai Cung sendiri! Kaisar yang nampak gagah
perkasa ini ternyata datang berkunjung ke kuil itu
seorang diri saja tanpa pengawal dan mendengar
ribut-ribut di belakang kuil, dia segera berlari
menghampiri dan melihat dua orang muda
dikepung oleh murid dan ana k buah Im Yang
Sengcu. Tentu saja kaisar merasa terheran-heran
dan membentak mereka agar menghentikan
keributan itu. Thian Ki dan Cin Cin juga terkejut, apa lagi
ketika semua orang meneriakkan penghormatan
kepada kaisar dan mereka tahu bahwa yang
muncul adalah Kais ar sendiri. Keduanya juga cepat
memberi hormat dengan berlutut.
Sejenak Kaisar Tang Tai Cung menyapu semua
orang dengan pandang matanya. Alisnya berkerut
tanda kecewa. Tosu yang dikaguminya dan
dianggap sebagai seorang sahabatnya itu ternyata
melakukan perbuatan yang dianggapnya curang
dan memalukan. Mengerahkan limabelas orang
anak buah mengepung seorang pemuda sederhana
dan seorang gadis yang buntung tangan kirinya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal dia percaya bahwa Im Yang Sengcu adalah
seorang tosu yang sakti. "To-tiang, apa yang te rjadi disini, dan mengapa
tadi kami melihat engkau mengerahkan semua
orang ini untuk mengepung pemuda dan gadis
ini?" tanya Kaisar dengan suara mengandung
penas aran. "Ampunkan hamba, Sribaginda," kata Im Yang
Sengcu dengan sikap hormat "Dua orang muda ini
adalah mata-mata pemberontak. Buktinya, mereka
memasuki pondok samadhi hamba dan menyerang
hamba. Karena mereka itu memiliki kepandaian
dan berbahaya, maka hamba mengerahkan murid-
murid untuk mengepung dan menangkap mereka."
Kaisar Tang Tai Cung mengerutkan alis nya dan
mengamati Thian Ki dan Cin Cin. Sungguh aneh
kalau ada dua orang mata-mata pemberontak
begitu berani, pagi-pagi sudah berani memasuki
lingkungan is tana. Rasanya tidak mungkin. Kalau
mata-mata pemberontak yang memiliki niat buruk,
te ntu masuknya seperti maling di malam hari,
tidak secara te rbuka seperti mereka berdua itu.
Apalagi melihat mereka berdua itu berlutut dengan
sikap tenang dan berani, sedikitpun tidak nampak
ketakutan seperti layaknya mata-mata pemberontak kalau tertangkap basah.
"Orang muda. siapakah kalian?" Tanya Sri
baginda Kais ar sambil mengamati Thian Ki dan Cin
Cin penuh perhatian. "Hamba bernama Coa Thian Ki, Yang Mulia."
"Hamba bernama Kam Cin, Yang Mulia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Me ngapa kalian berdua berani menyelundup ke
sini dan benarkah kalian menyerang lm Yang
Sengcu tanpa sebab?"
"Sebelum hamba memberi kete rangan, perkenankan dulu hamba menyerahkan surat ini,
karena sesungguhnya, hamba berdua datang ke
kota raja dengan maksud menghadap paduka dan
menyerahkan surat ini." Thian Ki mengeluarkan
surat dari Hong Lan. Melihat ini, Im Yang Sengcu khawatir dan
cepat-cepat dia mendekat "Sri baginda, harap
jangan menerima benda itu. Biarkan hamba yang
menerimanya dan memeriksanya lebih dulu, siapa
tahu dia hendak mencelakai paduka!"
"To-tiang," kata Kaisar dengan suara yang
nadanya tidak senang. "Begitu lemahkah kami
sehingga orang mampu mencelakai kami semudah
itu" Sejak kapan to-tiang menganggap kami
sebagai orang yang tak berdaya?"
"Ampun, Sri baginda, hamba hanya mengkhawatirkan keselamatan paduka," kata tosu
itu dengan muka kemerahan apa lagi melihat
Thian Ki dan Cin Cin tersenyum mengejek
kepadanya. Kaisar Tang Tai Cung menerima surat itu dan
seketika wajahnya berseri gembira ketika dia
melihat bahwa surat itu datang dari Hong Lan.
pute ri angkatnya yang disayangnya. Dia mengenal
tulisan Hong Lan. "Aha, kiranya kali merupakan
sahabat-sahabat baik pute ri dan kini menjadi
utusannya?" katanya girang dan dia cepat
membaca tulis an pute rinya. Mula-mula alisnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkerut membaca bahwa pute rinya mohon agar
dia suka menyerahkan dua macam benda yang
amat berharga kepada Coa Thian Ki, akan tetapi
ketika dia membaca penjelasannya. wajahnya
berseri kembali dan habis membaca, dia memandang kepada Thian Ki dengan kagum.
Puterinya menceritakan dalam tulisannya bahwa
Coa Thian Ki adalah seorang pendekar yang sakti,
yang bahkan menjadi seorang manusia beracun
tubuhnya sehingga semua orang yang memukulnya akan.mati keracunan, dan Hong Lan
mohon agar diberi obat penawar katak merah
kepada pemuda itu. Juga pute rinya minta agar
Liong-cu-kiam diserahkan kepada Thian Ki yang
te rnyata murid dari bekas Pangeran Cian Bu Ong
yang tentu saja dia kenal kelihaiannya!
Setelah membaca surat itu, Kaisar Tang Tai
Cung mengelus jenggotnya, biarpun dia seorang
kaisar, akan tetapi dia berjiwa pendekar dan dia
tahu bahwa Pangeran Cian Bu Ong bukan
penjahat, bukan pula pemberontak biasa, melainkan seorang tokoh Kerajaan Sui yang
berusaha menegakkan kembali Kerajaan Sui yang
sudah jatuh. Karena pedang
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Liong-cu-kiam merupakan pusaka pribadi bekas pangeran itu,
maka sudah sewajarnya kalau kini dia mengembalikannya, apa lagi kalau diingat bahwa
bekas musuh itu kini tidak lagi berusaha untuk
memusuhi Kerajaan Tang. "Coa Thian Ki dan Kam Cin, kami te lah
membaca surat pute ri kami. Akan tetapi, kami
ingin le bih dulu mengetahui mengapa kalian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masuk ke kuil ini dan benarkah kalian menyerang
Im Yang Sengcu?" Thian Ki lalu menceritakan kepada Kaisar apa
yang te lah didengarnya dari Pangeran Li Cu Kiat.
Dia menceritakan betapa sumoinya yang bernama
Cian Kui Eng, pute ri suhunya, juga adik tirinya,
ketika memasuki kota raja, di ganggu oleh kepala
jaga di pintu gerbang. Adiknya itu melawan
sehingga kepala jaga itu dihajar dan ketika adiknya
dikeroyok, muncul Pangeran Li Cu Kiat yang
melerainya. Setelah mendengar te ntang duduknya
perkara, pangeran lalu bertindak, melaporkan
sikap kepala jaga itu kepada panglima sehingga dia
dihukum. Betapa kemudian, ketika adiknya bermalam di rumah penginapan, muncul kakak
dari kepala jaga itu hendak membunuh Kui Eng.
Akan te tapi, Kui Eng mampu menangkis , bahkan
kemudian Kui Eng mengejar pembunuh itu.
"Pembunuh itu lari dan kemudian muncul lm
Yang Sengcu yang ternyata adalah guru pembunuh
itu, Yang Mulia, Demikianlah, Cian Kui Eng
dikeroyok ole h Im Yang Sengcu dan anak buahnya.
Ia melarikan diri dan secara kebetulan bersembunyi di dalam istana Pangeran Li Cu Kiat
dan dilindungi oleh keluarga itu."
Sribaglnda melirik ke arah Im Yang Sengcu yang
mendengarkan dengan alis berkerut akan tetapi
tidak berani menyangkal, hanya menyusun akal
bagaimana harus menghadapi keadaan yang
memojokkan itu. "Teruskan ceritamu." kala Sri baginda Kaisar
kepada Thian Ki . Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Ki bercerita betapa dia dan Cin Cin
memasuki kota raja pagi itu dan tadinya mereka
hendak langsung menghadap Kaisar menyerahkan
surat. Akan tetapi dari penjaga di pintu gerbang
istana dia mendengar bahwa dia dicari oleh
adiknya yang sedang sakit dan berada di is tana
Pangeran Li Cu Kiat. Dia dan Cin Cin segera pergi
kesana dan mendapatkan adiknya memang sedang
sakit parah. "Cian Kui Eng bukan sakit biasa, Yang Mulia,
melainkan sakit karena pengaruh ilmu hitam.
Hamba mendengar dari Nyonya Song bahwa yang
melakukan penyerangan dengan ilmu hitam mungkin sekali adalah Im Yang Sengcu. Hamba
dan nona Kam Cin segera melakukan penyelidikan
dan masuk ke sini......"
"Dan mereka menyerang hamba, Sri baginda!" Im
Yang Sengcu memotong. Kaisar memberi isyarat agar dia diam. lalu
memandang Thian Ki dan berkata dengan suara
memerintah. "Lanjutkan ceritamu!"
"Hamba berdua melihat di daiam pondok itu lm
Yang Sengcu sedang melakukan penyerangan
dengan ilmu sihirnya terhadap Cian Kui Eng. Dia
menggunakan kertas hu yang ditulisi nama adik
hamba itu dan hendak dibakarnya, hamba berhasil
menghalangi dan merampasnya, inilah kertas hu
itu. Yang Mulia." Thian Ki membeberkan kertas hu
bertuliskan nama Kui Eng dan menyerahkannya
kepada Sribaginda yang melihatnya dengan alis
berkerut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba melihat pula pakaian adik Kui Eng di
atas meja sembahyang, maka hamba tidak
meragukan lagi bahwa memang tosu jahat ini yang
telah menggunakan ilmu hitam hendak mencelakai
adik hamba. Dia lalu menggunakan sihir, membakar meja sembahyang dan lari ke luar.
Ketika hamba dan adik Kam Cin mengejar ke luar
pondok, te rnyata dia telah mengerahkan anak
buahnya mengepung hamba berdua."
"To-tiang, benarkah apa yang diceritakan pemuda ini?" Sribaginda Kaisar menghadapi Im
Yang Sengcu. "Tidak benar, Sribaginda! Dia berbohong dan
hendak melemparkan fitnah kepada pinto!" bantah
tosu itu dengan suara marah dan matanya
mencorong memandang kepada Thian Ki dan Cin
Cin. "To-tiang, tulisan siapakah itu?" Sribaginda
Kaisar menunjuk ke arah kertas hu yang masih
te rbentang. "Tidak hamba sangkal, itu memang tulis an
hamba dan memang pinto berniat menghukum
gadis itu. Yang tidak benar adalah sebab-sebab
permusuhan ini, Sri baginda. Permusuhan antara
murid pinto yang bernama Phoa Gu dan nona Cian
Ku Eng merupakan urusan pribadi yang pinto
tidak ingin mencampurinya pula. Akan te tapi
melihat murid pinto dikejar-kejar oleh gadis itu,
te ntu saja pinto melerai. Dan pinto menjadi curiga
melihat gadis itu memiliki nama keturunar Cian,
mengingatkan hamba akan keluarga kaisar Kerajaan Sui. Pinto curiga bahwa ia tentulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang mata-mata pemberontak, maka pinto
hendak menawannya, dan memeriksa teliti. Akan
tetapi ia melarikan diri dan dilindungi oleh ke-
luarga Pangeran Li Cu Kiat. N ah, karena tidak ada
jalan untuk menangkap gadis mata-mata pemberontak itu, maka pinto menggunakan ilmu
sihir untuk dapat membunuhnya. Semua ini pinto
lakukan demi keselamatan kerajaan paduka, Sri
baginda." Tosu itu tidak tahu betapa semalam Kaisar
dilayani selirnya terkasih. Bu Mei Ling. Dalam
kesempatan yang amat baik itu, ketika Kaisar
dibuai kemesraan yang dilimpahkan selir itu
kepadanya, merasakan betapa besar kasih sayang
Bu Mei Ling kepadanya, selir itu dengan hati-hati
dan halus, telah membuka kesadaran Kaisar akan
bahaya besar yang datang dari lm Yang Sengcu.
De ngan amat lembut dan cerdik sehingga tidak
mengejutkan, Bu Mei Ling menuntun Kaisar ke
dalam pemikiran yang membuat dia diam-diam
menaruh curiga kepada lm Yang Sengcu. Segala
perbuatan tosu itu yang lalu, dicatat dengan amat
cermat oleh Bu Mei Ling dan malam itu, semua
perbuatannya yang bersifat palsu dan buruk,
diungkapkan. Bahkan yang te rakhir, betapa Im
Yang Sengcu seolah hendak menjauhkan keakraban hubungan keluarga kaisar ketika
melaporkan tentang sikap Pangeran Li Cu Kiat
kepada Kaisar, mengatakan bahwa pangeran
menghina Im Yang Sengcu. De ngan cerdik Bu Mei
Ling mengingatkan kais ar betapa setianya keluarga
pangeran itu, tidak pernah mencampuri urusan
persaingan kekuasaan, bahkan keluarga yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gagah perkasa itu dikenal sebagai keluarga yang
selalu menjunjung dan membela kebenaran dan
keadilan. Oleh karena pengaruh semalam masih
kuat melekat di hatinya, maka pagi itu Kaisar
datang ke kuil untuk sekali lagi memperhatikan
sikap dan tingkah tosu yang mulai mencurigakan
hatinya itu. Dan ternyatai dia melihat tosu itu
hendak melakukan kecurangan kepada orang-
orang muda. Bahkan lebih dari itu, dia mendengar
bahwa Im Yang Sengcu mempergunakan ilmu
hitam untuk membunuh pute ri bekas Pangeran
Cian Bu Ong yang dia kagumi kegagahannya.
Sekarang, tosu itu berdalih bahwa dia melakukan
perbuatan pengecut yang hanya patut dilakukan
oleh golongan hitam yang sesat itu adalah untuk
menjaga keselamatan Kerajaan! Diam-diam, kegagahan di hati kaisar pendekar itu te rsinggung
dan diapun mengambiI suatu keputusan tegas.
"Kiranya sudah cukup kami mendengar keterangan ke dua pihak. Coa Thi-Ki, engkau
sudah yakin bahwa Im Yang Sengcu telah
melakukan kejahatan terhadap adikmu Cian Kui
Eng dan engkau berniat hendak menghukumnya?"
"Hamba sudah yakin. Yang Mulia. dan bukan
semata karena dia berbuat jahat te rhadap adik
hamba saja maka hamba menentangnya, melainkan karena sudah menjadi kewajiban hamba
untuk menentang kejahatan yang dilakukan oleh
siapapun te rhadap siapapun," jawab Thian Ki
penuh semangat. Kaisar mengangguk dan diam-diam merasa
kagum. Dia sendiri juga bersikap seperti pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini ketika dia masih muda dan malang melintang di
dunia kang-ouw. Lalu dia menghadapi Im Yang
Sengcu. "lm Yang Sengcu, apakah engkaupun sudah
yakin bahwa pemuda ini seorang mata-mata
pemberontak yang harus ditangkap atau dibunuh?" De ngan cepat lm Yang Sengcu merangkap kedua
tangan depan dada. "Ooo, pinto yakin sekali,
Sribaginda. Menurut perhitungan pinto, kalau
kedua orang muda ini tidak dibasmi sekarang
kelak mereka akan menjadi ancaman besar bagi
kejayaan kerajaan paduka! Karena itu, perkenankan hamba menangkap mereka dan ......"
"Nanti dulu, to-tiang. Rupanya ada perbedaan
pendapat yang amat besar di antara Coa Thian Ki
ini dan engkau. Kita semua adalah orang-orang
yang menghargai kegagahan dan kami jijik dengan
kepalsuan dan kecurangan. Oleh karena itu,
sekarang juga kami memutuskan agar di antara
kalian berdua membuktikan kebenaran masing-
masing dengan pertandingan satu lawan satu yang
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adil. Kami tidak menghendaki kecurangan dan
pengeroyokan. Beranikah engkau kalau kami
perintahkan bertanding melawan Im Yang Sengcu
untuk mempertahankan kebenaranmu. Coa Thian
Ki?" Thian Ki tersenyum tenang. "Tentu saja hamba
berani membela kebenaran dan keadilan dengan
taruhan nyawa hamba, Yang Mulia."
"Dan engkau bagaimana, Im Yang Sengcu.
Beranikah engkau bertanding satu lawan satu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan pemuda ini" Atau kami akan mendengar
sesuatu yang mustahil, yaitu bahwa Im Yang
Sengcu takut melawan seorang pemuda yang tak
te rkenal" Agaknya kaisar sengaja mengeluarkan
ucapan seperti ini untuk mendesak atau memojokkan tosu itu sehingga tidak dapat menolak
lagi. "Tentu.... tentu saja.... pinto berani!" Tosu itu
berkata dengan gagap, akan te tapi karena diapun
bukan seorang le mah, bahkan memiliki ilmu silat
yang lihai dan ilmu sihir yang kuat, maka
kepercayaan kepada diri sendiri bangkit kembali.
Pada saat itu, terdengar Cin Cin berkata dengan
suara lantang. "Yang Mulia, perkenankan hamba yang menghadapi tosu siluman itu untuk membalaskan
apa yang telah dia lakukan terhadap adik Cia... Kui
Eng." Mendengar ini, Kaisar Tang Cung memandang
kagum dan heran. Sebagai seorang bekas pendekar, tentu saja dia mengetahui bahwa bukan
hanya kaum pria yang dapat menguasai ilmu silat
tinggi, juga banyak wanita yang perkasa Akan
tetapi gadis muda ini buntug tangan kirinya,
bagaimana ia berani menantang seorang tangguh
seperti Im Yang Sengcu"
Mendengar ucapan Cin Cin, Im Yang Sengcu
te ntu saja tidak ingin le paskan kesempatan baik
ini. "Baik, pinto menerima tantangan nona ini untuk
bertanding!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ini, perasaan tidak senang terhadap
tosu itu makin menjadi, dalam hati Kaisar. Sikap
Im Yang Sengcu yang cepat-cepat menyambut
tantangan gadis bertangan buntung itu s aja sudah
jelas memperlihatkan wataknya yang curang dan
licik. Kais ar Tang Tai Cung tersenyum dingin.
"Totiang, tantangan Coa Thian Ki belum juga
kausambut, bagaimana engkau sekarang hendak
menyambut tantangan nona ini?"
lm Yang Sengcu tidak dapat menjawab dan
mukanya berubah merah. Thian Ki segera berkata
kepada kaisar. "Ampun, Yang Mulia. Biar hamba
yang mewa kili pula tantangan yang diucapkan
oleh adik Kam Cin ini"
Kaisar te rsenyum. "Ha-ha, kalian berdua ini
aneh, seolah bersaing hendak menandingi I m Yang
Sengcu, dan agaknya ingin saling mewakili.
Bagaimana kami dapat mempertimbangkan apakah kalian berhak untuk saling mewakili?"
"Tentu saja hamba berdua berhak, Yang Mulia,
karena hamba berdua adalah calon suami is teri,"
kata Thian Ki dengan sejujurnya karena dia tidak
ingin sekasihnya menghadapi tosu yang amat
berbahaya itu. Kaisar Tang Tai Cung mengangguk-an gguk dan
kekagumannya meningkat. Dua orang pendekar
muda ini bukan saja gagah perkasa dan berani,
akan te tapi juga jujur dan diam-diam dia merasa
girang karena pute rinya ternyata tidak keliru
memilih sahabat. "Bagus, kalau begitu, terserah
kepada kalian berdua untuk menentukan siapa di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara kalian yang akan bertanding melawan Im
Yang Sengcu." "Koko, kenapa engkau hendak mewakili aku
menghadapi tosu iblis ini" Apakah engkau masih
belum percaya akan kemampuanku?"
"Bukan begitu, Cin-moi, akan tetapi tosu ini
curang dan licik, biar aku saja yarg melawannya,"
bantah Thian Ki . "Dengan adanya engkau di sini, apakah aku
perlu takut akan kecurangannya" Pula, kita sudah
mendengar akan kebijaksanaan Sribaginda Kaisar
yang gagah perkasa, aku yakin beliau tida akan
mengijinkan orang berbuat curang di hadapan
beliau. Koko, setidaknya, berilah kesempatan
kepadaku untuk memperlihatkan bahwa aku
bersungguh-sungguh hendak membela adik Kui
Eng untuk menghapus semua kesalah-pahaman
yang lalu." Thian Ki dapat memaklumi apa yang terkandung
di dalam hati kekasihnya. Cin Cin merasa tidak
enak kepada Kui Eng, bukan saja karena dahulu
pernah ia hendak membunuh ayah kandung gadis
itu, juga sekarang, tanpa disengaja dan disadarinya, ia telah merampas pula Thian Ki
darinya! Maka, Thian Ki hanya mengangguk
menyetujui, pula karena dia yakin akan kemampuan Cin Cin yang pasti akan mampu
menandingi tosu itu. Cin Cin benar. Dia berada di
situ dan kaisar te rkenal sebagai seorang yang
menjunjung kegagahan, sehingga tidak ada kesempatan bagi Im Yang Sengcu untuk berbuat
curang mengandalkan ilmu hitamnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar Tang Tai Cung sendiri ragu-ragu dan
sangsi apakah gadis yang tangan kirinya buntung
itu akan mampu menandingi lm Yang Sengcu,
maka dia lalu berkata, "Nona muda, sudah
kaupertimbangkan baik-baik keinginanmu menantang Im Yang Sengcu" Ingat, pertandingan
ini haruslah jujur dan tidak boleh keroyokan, juga
kalau sampai ada yang te was atau te rluka parah
dalam pertandingan ini, tidak boleh menuntut atau
menyalahkan siapapun."
"Hamba mengerti, Sribaginda Yang Mulia, dan
hamba siap menanggung segala akibatnya," jawab
Cin Cin dengan gagah. "Bagus, kalau begitu, kalian berdua mulailah
dan kami yang akan menjadi saksi dalam
pertandingan ini!" De ngan hati te gang namun sikapnya tenang saja
Thian Ki mundur dan berdiri di pinggir. Juga para
anak buah lm Yang Sengcu tidak ada yang berani
mendekat. Kaisar Tang Tai Cung memberi is yarat
dengan tangan ke atas dan muncullah belasan
orang perajurit pengawal pribadinya. Kaisar ini
maklumi bahwa biarpun dia melakukan perjalanan
seorang diri dan tidak memerintahkan pasukan
pengawal untuk mengiringkannya, namun pasukan pengawal pribadinya selalu siap tidak
jauh darinya sehingga sewaktu-waktu dia membutuhkan mereka, maka hanya dengan
mengangkat tangan ke atas, mereka akan bermunculan! Kaisar itu lalu memerintahkan agar
para perajurit pengawal itu mengambilkan sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kursi untuknya dan menjaga tempat itu agar
jangan diganggu orang luar.
Setelah Kaisar duduk menjadi penonton, Cin Cin
dan Im Yang Sengcu sudah berdiri saling
berhadapan. Wajah Im Yang Sengcu nampak agak
pucat, namun Cin Cin nampak tenang-tenang saja.
Melihat betapa lawannya tidak membawa senjata
apapun, Im Yang Sengcu yang diam-diam merasa
je rih itu melihat keuntungan baik baginya dan
sekali kedua tangannya bergerak, tangan kirinya
sudah membawa sebuah kebutan, sedangkan
tangan kanannya memegang sebatang pedang yang
berkilauan. Melihat ini, Thian Ki lalu berkata
lantang. "Cin-moi, terimalah pedang ini !" dan begitu dia
menggerakkan tangannya, sinar hitam menyambar
ke arah Cin Cin yang mengangkat tangan
kanannya dan ia sudah menerima sebatang pedang
hitam yang tadi terbang meluncur ke arahnya.
Sebatang pedang hitam yang mengeluarkan sinar
hitam yang aneh dan mengerikan. Itulah Cui-mo
He k-kiam (Pedang hitam Pengejar Iblis), pedang
pusaka milik Thian Ki yang dia terima dari ibunya.
Melihat pedang hitam itu, lm Yang Sengcu semakin
gentar, akan tetapi dia menutupi dengan bentakan
nyaring dan dia sudah mulai bergerak menyerang
dengan pedangnya, disusul serangan kebutan di
tangan kiri. Cin Cin maklum bahwa dia menghadapi lawan
tangguh, maka iapun segera mengeluarkan ilmu
pedangnya yang te lah mengangkat nama gurunya
menjadi seorang di antara para datuk persilatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yaitu Koai-1iong-kiam-sut (Ilmu Pedang Naga
Siluman)! Apa lagi kini ia mempergunakan Cui-mo
He k-kiam, maka te rdengarlah suara mengaung-
ngaung seolah-olah pedangnya te lah berubah
menjadi seekor naga hitam yang buas. Menghadapi
serangan yang demikian ganasnya, Im Yang
Sengcu segera memutar sepasang senjatanya,
namun te tap saja gulungan hitam itu te rlampau
kuat baginya dan dia segera terdesak hebat!
Melihat ini Kaisar Tang Tai Cung te rkejut dan
kagum bukan main. Kini mengertilah dia mengapa
Thian Ki tenang-tenang saja membiarkan calon
isterinya menandingi tosu itu. Kiranya gadis
buntung tangan kirinya itu memang benar-benar
amat lihai. Setelah lewat tigapuluh jurus, nampak
jelas bahwa Im Yang Seng tidak akan menang Dia
hanya berlompatan ke sana sini, main mundur dan
sibuk sekali memutar kebutan dan pedangnya
untuk melindungi dirinya. Bulu kebutannya telah
te rbabat putus sebagian dan ketika Cin Cin
mengeluarkan bentakan nyaring, pedang hitam
berubah menjadi sinar bergulung-gulung dan dari
dalam gulungan sinar itu mencuat kilat hitam
menyambar le her, Im Yang Sengcu melempar
tubuh ke samping, namun tetap saja pundaknya
te robek pedang. Dia te rhuyung dan agaknya dia
akan roboh tak lama Iagi.
Tiba-tiba te rdengar le dakan dan tampak asap
hitam mengepul tebal. Thian Ki cepat melompat
dekat Kaisar untuk melindunginya dan berbisik.
"Yang Mulia, sebaiknya mundur, asap itu beracun!"
Kaisar Tang Tai Cung mengerutkan alisnya, tak
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
senang melihat tosu itu menggunakan senjata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rahasia seperti itu, dan diapun mundur diikuti
para pengawalnya. Thian Ki tidak khawatir
walaupun dia s iap siaga melindungi kekasihnya.
Dan memang Cin Cin tidak perlu dikhawatirkan.
Asap itu adalah asap yang akan mencelakai orang
kalau sampai te rhis ap atau te rsedot. Dan Im Yang
Sengcu menggunakan senjata pele dak itupun
karena sudah tidak melihat jalan lain untuk
menyelamatkan dirinja sehingga dia sendiri mempergunakan obat penawar. Dia tidak tahu
bahwa gadis yang menjadi lawannya itu adalah
seorang ahli bermain dalam air sehingga daya
tahan Cin Cin dalam menghentikan pernapasan
jauh lebih kuat dari pada orang lain. Gadis ini
mampu bertahan sampai puluhan menit di dalam
asap dengan menahan napas dan kini Cin Cin
mengurung dan mendesak lawannya di dalam
gumpalan asap hitam itu. Im Yang Sengcu tidak
dapat melarikan diri keluar dari gumpalan asap
dan mereka berdua bertanding seru di dalam
gumpalan asap beracun itu. lm Yang Sengcu
menjadi semakin panik melihat betapa gadis tu
tidak roboh oleh asap beracunnya, sedangkan dia
sendiri sudah hampir tidak kuat menahan nafas
le bih lama lagi. Dadanya serasa hampir meledak
dan menggembung karena dia menahan pernapasannya. Karena siksaan dari dalam ini,
gerakannya menjadi lambat dan sebuah tendangan
kaki Cin Cin mengenai perutnya.
"Dess ..... hukkk ...!" Terpaksa Im Yang Sengcu
menghisap udara bercampur asap hitam dan
diapun te rhuyung lalu roboh. Pedang dan kebutannya te rle mpar. Melihat lawannya sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
roboh, Cin Cin juga cepat melompat keluar dari
gumpalan asap dan berlari mendekati Thian Ki,
lalu mulai menghirup udara segar dengan
perasaan le ga. Tanpa kata ia mengembalikan
pedang hitam itu kepada kekasihnya.
Di antara gumpalan asap tadi Thian Ki dan
Kaisar masih dapat mengikuti pertandingan itu
dan mereka melihat Im Yang Sengcu roboh. Kaisar
semakin kagum. "Engkau hebat, nona," kata Kaisar kepada Cin
Cin. "Katakan, siapakah gurumu?"
De ngan sejujurnya Cin Cin menjawab. "Hamba
pernah menjadi murid Tung hai Mo-1i Bhok Sui
Lan, Yang Mulia." Kaisar terbelalak. "Ahhh! Datuk di pantai timur
itu" Pantas saja kalau begitu, dan sekarang kami
mengerti mengapa engkau malah mendapat kemenangan setelah Im Yang Sengcu menggunakan asap beracun. Engkau seperti juga
gurumu, ahli bermain dalam air, bukan" Dan
karena itu engkau kuat sekali menahan napas."
Cin Cin mengangguk. "Benar sekali apa yang
Paduka katakan,. Yang Mulia."
Setelah asap membubung ke atas dan tidak
nampak lagi. Kaisar sendiri menghampiri tubuh
Im Yang Sengcu yang menggeletak. Mukanya
membiru tanda keracunan dan ketika Kaisar
meraba nadinya. dia menghela napas.
"Dia tewas karena ulahnya sendiri!".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Ki juga mendekat dan meraba leher tosu
yang rebah mati itu. Diapun yakin bahwa Im Yang
Sengcu telah tewas, bukan karena tendangan Cin
Cin tadi melainkan karena keracunan asap
beracunnya sendiri. Ternyata senjata makan tuan,
karena tidak menyangka bahwa lawannya kuat
sekali menahan napas, maka dialah yang menjadi
korban asap beracunnya. Kaisar lalu memerintahkan para murid dan anak
buah Im Yang Sengcu untuk mengangkat dan
merawat je nasah lm Yang Sengcu sebagaimana
mestinya. Para anak buah itu dengan sikap hormat
lalu mengangkat jenasah itu dan dibawa masuk ke
kuil. "Mari kalian ikut dengan kami ke istana
sehubungan dengan surat pute ri kami Hong Lan
itu," kata Kaisar kepada Thian Ki dan Cin Cin. Dua
orang muda ini merasa gembira sekali. Mereka
mengikuti rombongan kaisar memasuki Istana dan
di ruangan besar, mereka berdua dite rima
menghadap kaisar yang segera mengutus pejabat
yang berwenang mengambilkan dua macam pusaka is tana yang diminta pute rinya, yaitu obat
penawar racun katak merah, dan pedang pusaka
Liong-cu-kiam. Kepada mereka, setelah menyerahkan dua
macam pusaka itu, kaisar memesan agar disampaikan kepada Hong Lan bahwa dia merasa
rindu kepada pute ri angkatnya itu dan mengharapkan pute rinya suka berkunjung ke
istana bersama ayah ibunya. Setelah menghaturkan te rima kasih, Thian Ki dan Cin Cin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpamit meninggalkan istana
dan langsung mereka pergi ke gedung tempat tinggal Pangeran Li
Cu Kiat. o)0o-dw-o0(o "Suheng..... ahhh.. suheng......" Kui Eng merintih
dan mengigau dengan kata-kata yang tidak jelas.
"Eng-moi, suhengmu sedang pergi untuk menghajar tosu iblis itu. Aku berada di sini, Eng-
mo'l....." kata Pangeran Li Cu Kiat dengan hati
seperti diremas rasanya. Dia sejak tadi berjaga
dekat situ, akan te tapi gadis yang di jaganya,
dalam keadaan setengah sadar, memanggil-manggil
pemuda lain! Kini dia tahu mengapa Kui Eng ragu
menerima cintanya. Kiranya gadis ini sudah
ditunangkan dengan suhengnya sendiri oleh
ayahnya, akan tetapi ternyata bahwa suhengnya
itu tidak mencintanya, dan agaknya Kui Eng
mencinta suhengnya itu. Kui Eng membuka mata, seperti mencari-cari
laiu pandang matanya berte mu dengan wajah
pangeran itu. "Ahhh, paduka, pangeran......"
"Hushh...., engkau masih
saja memanggil pangeran kepadaku, Eng-moi. Engkau mencari
suhengmu, Coa Thian Ki?" Dia memaksa bibirnya
te rsenyum seolah pertanyaan itu tidak menunjukkan perasaan yang tertusuk.
"Di mana mereka, pangeran....eh..... Kiat-koko"
Di mana suheng dan juga enci Kam Cin"
Bukankah tadi mereka berada di sini atau
mimpikah aku?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Me reka memang datang dan bahkan tadi
membantumu melawan pengaruh jahat yang
membuatmu sakit, Eng-moi. Dan sekarang mereka
berdua pergi untuk memberi hajaran kepada tosu
keparat yang membuatmu sakit itu."
Kui Eng te ringat akan semua peristiwa tadi,
te ntang percakapannya dengan Thian Ki, tentang
pengakuan Thian Ki bahwa Thian Ki saling
mencinta dengan Kam Cin, bahwa Thian Ki hanya
mencinta ia sebagai sumoi, sebagai adik dan
bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk menjadi
suami isteri. Teringat akan semua itu, ditambah
ingatan bahwa semua percakapan itu didengarkan
olel Pangeran Li Cu Kiat dan ibu serta neneknya,
Kui Eng tak dapat menahan diri lagi, ia menangis!
Pangeran Li Cu Kiat memandang penuh iba,
tidak berani mengganggu, membiarkan saja gadis
itu menangis karena dia tahu bahwa itulah
pelepasan terbalik bagi gadis itu. Setelah tangisnya
mereda, Kui Eng mengangkat muka yang agak
pucat dan matanya yang kemerahan memandang
wajah sang pangeran. "Pangeran..... Kiat-koko...... paduka .....engkau
te ntu amat kecewa mengetahui semua keadaanku....." Kini pangeran itu baru berani mengulurkan
tangan dan memegang tangan gadis itu erat-erat.
"Sama sekali tidak kecewa, Eng-moi. Bahkan aku
bergembira. Engkau dan suhengmu dan nona Kam
Cin itu adalah pendekar-pendekar sejati yang jujur
dan suka berte rus te rang. Aku kini mengerti
semuanya, aku mengerti mengapa engkau tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mengambil keputusan, ragu untuk menerima cintaku. Kiranya engkau telah dijodohkan dengan suhengmu sendiri. Dan suhengmu begitu jujurnya! Dia mengakui bahwa
dia menyayangmu sebaqai kakak, akan te tapi dia
mencinta seorang gadis lain yang menjadi calon
isterinya, yaitu nona Kam Cin. Dan nona itupun
mencintainya walaupun tangannya dibuntungi ole h
suhengmu. Sungguh luar.biasa! Semuanya luar
biasa dan mengagumkan hatiku. Eng moi, kurasa..... dan kuharap......benar seperti yang
dikatakan suhengmu bahwa cintamu te rhadap
suhengmu itu sebenarnya juga merupakan kesayangan seorang adik terhadap kakaknya.
Kuharap saja cintamu yang sesungguhnya akan
kau jatuhkan kepadaku....." Suara itu demikian
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
le mbut dan mengharukan hati Kui Eng. I a memang
kagum dan suka kepada pangeran ini dan
andaikata ia tadinya tidak berpikir bahwa ia adalah
calon isteri suhengnya, kiranya tidak akan sukar
menerima dan membalas cinta kasih seorang
pemuda seperti pangeran itu.
o)0o-dw-o0(o Jilid 34 Kui Eng bangkit duduk dan memberes kan
sanggul rambutnya yang te rlepas dan terurai.
Ketika kedua tangannya di angkat ke atas
membereskan rambutnya, gerakan itu sungguh
penuh kelembutan, gerakan khas wanita dan sang
pangeran te rpesona. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kiat-ko, engkau begini baik kepadaku.....
rasanya aku sebagai' seorang hina yang tidak
berharga sekali...., tidak berharga untuk menerima
cinta seorang pangeran sepertimu. Ah, betapa
kejamnya suheng .......!"
"Eng-moi, harap engkau jangan berpikir seperti
itu. Sesungguhnya, suhengmu itu sama sekali
bukan orang kejam, bahkan dia te lah bertindak
bijaksana ketika bicara begitu te rus terang dan
jujur. Bayangkan saja, Eng-moi, andaikata dia
tidak sejujur itu, andaikata dia tidak berani
melakukan pengakuan yang amat jujur dan
te rdengar keras itu, dia akan merusak kehidupan
empat orang sekaligus!"
Kui Eng te rbelalak. "Merusak kehidupan empat
orang" Siapa yang engkau maksudkan, koko" Dan
mengapa merusak kehidupan mereka?"
"Orang pertama yang akan rusak hidupnya
adalah engkau sendiri. Ingat perjodohan yang
membuat dua orang hidup bersama selamanya,
hanya akan membahagiakan kedua orang itu kalau
mereka saling mencinta. Kalau.hanya clnta sebelah
pihak, maka akhirnya perjodohan itu akan hancur
dan kalau kelak engkau mendapat kenyataan
bahwa suamimu tidak mencintamu, apakah hal itu
bukan berarti menghancurkan hatimu" Orang ke
dua te ntu saja kehidupan suhengmu sendiri. Dia
akan hidup menderita batin karena dia harus
hidup sebagai suami dari seorang isteri yang tidak
diclnta ya sebagal Isteri, melainkan sebagal adik
dan dia harus berjauhan dengan wanita yang
sesungguhnya dia cinta. Orang ke tiga adalah nona
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kam Cin karena nona itu terpaksa harus berpisah
dari suhengmu, pria yang diclntanya. Orang ke
empat tentu saja aku sediri, karena hidupku akan
te rasa rusak apa bila engkau menjadi isteri
suhengmu, berarti akan berpisah dariku. Nah,
indakan suhengmu itu sama sekali bukan suatu
kekejaman, melainkan suatu kebijaksanaan."
Kui Eng diam saja, menunduk dan dapat mulai
memahami kebenaran ucapan pangeran itu. Dan
iapun teringat betapa cinta kasih Cin Cln terhadap
suhengnya itu tentulah besar sekali sehingga
biarpun tangannya dibuntungi Thian Ki, gadis Itu
tetap mencintanya! Pada hal ia sendiri, baru
mendengar Thian Ki nencinta gadis lain saja sudah
marah-marah dan tidak senang, menganggap
Thian Ki kejam! Dan Thian Ki bukan benci
kepadanya, melainkan menyayangnya, sebagai
seorang kakak, ia tidak akan kehilangan Thian Ki
sebagai suheng dan sebagai kakaknya, dan ia
bahkan mendapatkan seorang lain yang juga amat
mencintanya, yaitu Pangeran Li Cu Kiat. Pangeran
itu telah membelanya, melindunginya, merawatnya, bahkan tidak menjadi marah ketika
mengetahui bahwa pernah mencinta dan bahkan
bertunangan dengan suhengnyal
Melihat sikap Kui Eng yang diam saja dan kini
wajah gadis itu tidak murung seperti tadi, diam-
diam Pangeran Li Cu Kiat merasa lega. "Sudahlah,
Eng moi, jangan memikirkan hal itu lagi. Perlahan-
lahan engkau akan mengerti dan engkau akan
dapat mempertimbangkan semua ucapanku tadi,
dan mudah-mudahan saja Tuhan te lah menentukan bahwa jodohku adalah engkau,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena hal itu akan membuat hidupku penuh
kebahagiaan Sekarang, sebaiknya engkau rebah
lagi dan beristirahat, engkau sudah duduk te rlalu
lama....." Dan baru sekarang pangeran itu
menyadari bahwa gadis itu telah duduk te rlalu
lama sekali, hal yang tidak wajar karena biasanya,
duduj sebentar saja sudah merasa pening. "Heii....!!
Aku tidak merasa pening lagi, koko! Dan tubuhku
te rasa ringan dan nyaman. Rasa berat dan panas
di dalam dadaku le nyap ..... apakah ini barangkali....." Mereka saling pandang dan Kui Eng
meloncat turun dari atas pembaringan dan tentu
akan roboh kalau tidak cepat ditangkap dan
dirangkul pangeran itu. Akan te tapi Kui Eng tidak pening, dan tertawa.
"Heii, tubuhku sungguh menjadi ringan seperti
tidak berte naga, akan tetapi te rasa nyaman." Ia
melepaskan rangkulan pangeran itu dan duduk di
te pi pembaringan. "Koko, aku sudah sembuh!"
Pangeran Li Cu Kiat memandang dengan wajah
berseri. "Tak salah lagi, tentu mereka telah berhasil
menemukan dan menghajar tosu iblis itu!" teriak-
nya, dan pada saat itu, ibu dan neneknya
memasuki kamar. "Kui Eng, kenapa engkau, duduklah is tirahat
saja dulu----" kata Nyonya Li Seng Tek, ibu
pangeran itu. "I bu ! Nenek ! Eng-moi sudah sembuh, agaknya
Coa-toako dan nona Kam telah berhasil menghajar
tosu iblis itu!" teriak Pangeran Li Cu Kiai gembira.
"Sukurlah.....!" kata ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus! Mudah-mudahan saja tosu dukun le pus
itu telah dibikin remuk kepalanya, dipenggal
batang le hernya dan sekarang sudah mampus!"
kata si nenek galak. Kui Eng yang merasa sehat dan gembira, segera
berganti pakaian, mandi dan kemudian dengan
lahap ia makan hidangan yang disajikan, ditemani
oleh keluarga itu yang te rtawa-tawa gembira
melihat betapa Kui Eng makan dengan lahapnya.
Setelah selesai makan, Kui Eng mengajak
Pangeran Li Cu Kiat untuk pergi menyusul
suhengnya, akan tetapi baru mereka berada di
beranda depan, muncullah Thian Ki dan Cin Cln.
Sebelum mereka bicara, kedua pihak sudah tahu
apa yang te rjadi. Kui Eng yakin bahwa te ntu
suhengnya telah berhasil menghajar Im Yang
Sengcu, Sebaliknya Thian Ki dan Cin Cin juga
sudah dapat menduga .bahwa Kui Eng te lah
sembuh sama sekali. "Bagaimana, suheng" Apakah engkau sudah
berhasil menghajar tosu siluman itu?" tanya Kui
Eng dan dengan sikap manja seperti biasa sejak
mereka masih kanak-kanak, ia menghampiri Thian
Ki dan memegang tangan pemuda itu.
Melihat sikap gadis ini, Thian Ki tersenyum
girang. Jelas bahwa gadis itu memperlihatkan
kasih sayang dan kemanjaan seorang adik, seperti
dahulu sebelum mereka dltunangkan oleh ayah
kandung gadis itu. Diapun mengelus rambut
adiknya itu dengan rasa sayang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan engkau te ntu telah sernbuh bukan"
Ketahuilah, sumoi, Im Yang Sengcu telah terbunuh
dalam pertandingan melawan ......."
"Melawan engkau, siapa lagi?" Kui Eng memotong. "Sayang, aku tidak dapat menyaksikannya, suheng."
"Dugaanmu keliru, bukan aku yang bertanding
dengan dia." "Ehh" Bukan engkau" Lalu s iapa?"
Thian Ki menoleh kepada Cin Cin yang menjadi
kemerahan mukanya. "Cin moi inilah yang tak
dapat menahan kemarahannya dan mendahului
aku menantang tosu itu. Mereka bertanding,
disaksikan oleh Sri baginda Kaisar sendiri dan tosu
itu tentu s aja kalah oleh Cin-moi yang Iihai."
"Ihh, engkau pandai memuji saja............ " Cin
Cin tersipu. "Enci Cin! Engkau yang membalaskan dendamku?" Cin Cin mengangguk dan menghampiri gadis itu.
"Aku tidak dapat menahan kemarahanku melihat
tosu siluman itu menggunakan ilmu sihir di meja
sembahyang untuk mencelakaimu, adik Eng.
Karena itu, ketika Sribaginda muncul dan mengusulkan pertandingan satu lawan satu, aku
segera maju menantang tosu itu. Aku .... tidak
tahu cara lain untuk membuktikan padamu bahwa
aku tidak mempunyai perasaan permusuhan
denganmu, adik Eng."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Enci Cin ........!" Kui Eng merangkulnya dan
merekapun menjadi akrab. Meihat ini, Thian Ki
saling pandang dengan Pangeran Li Cu Kiat dan
keduanya merasa gembira sekali.
"Sribaglnda sendiri yang menjadi saksi dan
mengadu kalian dengan dukun le pus itu?" Nenek
Song bertanya. "Sungguh menarik sekali. Ceritakan
bagaimana peristiwa itu terjadi!'
"Aih nenek, mari kita semua masuk ke dalam
dan bicara di sana saja. Tidak baik bicara sambil
berdiri di beranda," kata Pangeran Li Cu Kiat yang
lalu menggandeng nereknya yang tertawa-tawa dan
merekapun semua masuk ke dalam dengan wajah
gembira. Setelah mereka berada di ruangan sebelah
dalam, Thian Ki menceritakan pengalaman mereka
di kuil Thian-Se ngcu, dan betapa Sri baginda
Kaisar sendiri yang menghendaki agar perselisihan
di antara mereka dan tosu itu diselesaikan melalui
pertandingan. Betapa kemudian Cin Cin berhasil
menewaskan tosu itu yang agaknya keracunan
oleh asap beracunnya sendiri dan diapun menceritakan dengan gembira bahwa dia telah
berhasil mendapatkan pedang pusaka milik ayah
tiri dan juga gurunya, mendapatkan pula obat
penawar racun yang diberikan sendiri oleh Kaisar.
Mendengar ini, Kui Eng berseru gembira 'Aih,
kalau begitu, engkau akan sembuh dan dapat
menikah dengan enci Cin, suheng!!" Semua orang
te rheran mendengar ini, akan tetapi Cin Cin ter
sipu dengan muka kemerahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, Kui Eng, apa artinya ucapanmu tadi"
Hayo ceritakan, jangan simpan rahasia-rahasiaan
dariku'" kata ne nek Song tak sabar.
"Me mang tadinya merupakan rahasia pribadi
suheng, Nenek, akan te tapi karena sekarang
suheng telah mendapatkan obat dari Sri baginda
Kaisar, maka tak perlu
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirahasiakan lagi. Suhengku ini adalah seorang tok-tong (anak
beracun) tubuhnya mengandung racun hebat dan
sudah banyak tokoh sesat yang lihai tewas sendiri
ketika memukulnya dan mereka keracunan sendiri.
Bahkan enci Cin ini pernah menyerang suheng dan
mencengkeram pundak suheng dan akibatnya, enci
Cin keracunan tangan kirinya dan jalan satu-
satunya untuk mennyelamatkannya hanyalah
pemotongan tangan kirinya yang dilakukan pula
oleh suheng. Tidak ada obat yang dapat memberslhkan hawa beracun dari tubuh suheng,
dan kalau dia tidak te rbebas dari hawa beracun
itu, dia tidak akan dapat menikah, karena wanita
yang menjadi is terinya akan te was keracunan.
Nah,sekarang dia telah menerima obat penawar
dari Sribaglnda, maka aku perlu menghaturkan
selamat kepada suheng dan enci Cin!"
Melihat Thian Ki dan Cin Cin tersipu malu,
semua orang bergembira, terutama sekali Pangeran
Li Cu Kiat merasa senang sekali karena sikap Kui
Eng itu je las membuktikan bahwa gadis itu tidak
lagi menderita patah hati melihat suhengnya
berjodoh dengan gadis 1ain! Dan Thian Ki sendiri,
juga Cin Cin, merasa le ga dan berbahagia melihat
sikap Kui Eng sepert itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, kami menghendaki agar engkau
mempergunakan obat penawar itu di sini, di rumah
kami agar kami dapat membantumu kalau membutuhkan sesuatu, Thian Ki," kata Nenek
Song yang kini sudah bersikap akrab dengan Thian
Ki seolah-olah pemuda itu telah lama dikenalnya.
"Benar apa yang diminta oleh Nenek, suheng.
Obat pusaka seperti itu te ntu manjur sekali dan
daya kerjanya juga keras. Di sini engkau akan
aman mempergunakannya, pula aku sendiri dapat
menjagamu kalau-kalau te rjadi sesuatu setelah
engkau menggunakan obat itu," kata Kui Eng.
Juga Pangeran Li Cu Kiat membujuk dan ketika
Thian Ki menoleh kepada kekasihnya, Cin Cin juga
mengangguk menyetujui. Memang le bih aman
kalau kekasihnya itu mengobati dirinya di istana
pangeran yang aman itu, dikelilingi orang-orang
yang je las akan membelanya kalau sewaktu-waktu
timbul bahaya. "Baiklah, dan sebelumnya saya menghaturkan
banyak te rima kasih kepada Pangeran dan
keluarga di sini. " Thian Ki berulang-ulang menjura
dengan penuh hormat. "Aihh, twako, tidak perlu sungkan. Kita berada
di antara keluarga sendiri, bukan?" kata pangeran
itu sambil memandang wajah Kui Eng dan gadis
inipun tersenyum manis. Pada hari itu juga, dalam sebuah kamar yang
diperuntukkan Thian Ki, pemuda ini, dibantu Cin
Cin dan Kui Eng memasukkan obat
yang bentuknya seperti telur merah itu, yang merupakan sari dari pada racun katak merah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah dikeringkan, ke dalam sebuah panci tanah
dan menuangkan anggur merah sebanyak dua
cawan ke dalam panci, lalu meletakkan panci itu di
atas perapian yang kecil nyalanya. Obat itu
dibiarkan mencair ketika anggur mulai mendidih,
dan dibiarkan menguap sampai anggur itu tinggal
setengahnya. Tercium bau yang amis bercampur
bau harum anggur. Setelah anggur itu tinggal setengahnya, diangkat
lalu campuran obat dan anggur itu dituangkan ke
dalam cawan arak, presis tinggal secawan penuh
dan dibiarkan agak mendingin. Karena maklum
bahwa yang akan diminumnya itu merupakan
racun katak merah yang amat berbahaya, maka
Thian Ki dipersilakan duduk bersila di atas
pembaringan oleh Cin Cin. Pemuda itu lalu
mengatur pernapasan dan menghimpun te naga
sakti dalam tubuhnya sambil menanti obat itu
mendingin. Setelah obat itu tidak begitu panas lagi, tinggal
hangat-hangat, Cin Cin mengambil cawan itu dan
menyerahkan kepada Thian Ki. Semua keluarga
dalam rumah itu menyaksikan pengobatan ini.
Thian Ki menerima cawan obat itu, memandang ke
sekeliling sambil tersenyum. Kalau s ampai obat I tu
membunuhnya, dia ingin pandangan te rakhir kali
bagi matanya wajah orang-orang yang di sayangnya dan dihormatinya. Kemudian, dia
memejamkan mata, menyerahkan jiwa raganya
kepada Tuhan, lalu diminumnya obat itu dengan
sekali teguk. Cin Cin dan Kui Eng mengamati
semua gerakan Thian Ki dengan hati was-was, juga
Pangeran Li Cu Kiat, ibunya dan neneknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang dengan hati tegang. Mereka semua
tahu bahwa obat penawar racun pemberian kaisar
itu merupakan obat yang amat keras. Mereka
semua sudah pernah mendengar bahwa katak
merah adalah sejenis katak langka yang suka
makan ular beracun dan bahwa sedikit saja bisa
katak itu cukup untuk menewaskan orang yang
bagaimana lihaipun. Akan te tapi mereka juga
mendengar bahwa bisa katak itu dapat menawarkan segala macam racun yang paling
jahatpun. Setelah mengembalikan cawan kosong kepada
Cin Cin, Thian Ki yang masih duduk bersila itu
memejamkan mata kembali, duduk diam menanti
bekerjanya racun Katak Merah di tubuhnya. Dan
dia menanti tidak terlalu lama. Perlahan-lahan
mukanya berubah kemerahan Warna kemerahan
ini menjalar terus sampai ke seluruh permukaan
tubuhnya dan semua orang merasa betapa ada
hawa panas keluar dari tubuh Thian Ki, terasa oleh
mereka semua. Dan perlahan-lahan, dari dalam
tubuh itu mengepul uap hitam.
"Panas,,,,,, panas..... semua menjauh......!" te rdengan suara Thian Ki lirih dan semua orang
menaati permintaannya karena mereka dapat
menduga bahwa uap hitam yang keluar dari tubuh
pemuda itu te ntu mengandung racun yang amat
berbahaya. Mereka menjauh keluar kamar dan
hanya menjenguk dari. luar pintu saja.
Belas an menit kemudian, terjadi perubahan
pada tubuh Thian Ki yang tadinya te gang
kepanasan dan berwarna kemerahan, kini tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu mulai menggigil dan warna merah berubah
menjadi putih pucat dan akhirnya tubuh itupun
menggigil keras. "Dingin .....dingin....." kembali terdengar Thian Ki
merintih lirih akan tetapi dari tubuhnya tetap
saja mengepul uap kehitaman.
Di luar kamar, semua orang menonton dengan
hati tegang. Kui Eng dan Cin Cin gelisah dan Kui
Eng berbisik, "Suheng kedinginan, dia menderita
hebat apakah tidak lebih baik kalau kita
menyelimutinya ...:..?"
"Jangan, adik Eng. Hal itu berbahaya, dapat
menghambat keluarnya hawa beracun," bisik Cin
Cin kembali. Hawa dingin yang menguasai tubuh Thian Ki
juga tidak lama, berubah lagi menjadi panas.
Setelah menjadi permaian dua macam hawa yang
berlawanan, sampai setengah hari lamanya, akhirnya uap menghitam itu semakin menipis dan
akhirnya, setelah tidak ada lagi uap hitam
mengepul keluar, tubuh Thian Ki terkulai di atas
pembaringan. Cin Cin dan Kui Eng meloncat ke
dalam kamar dan menghampiri pembaringan,
diikuti oleh Pangeran Li Cu Kiat, sedangkan Ibu
dan nenek pangeran itu telah lama meninggalkan
te mpat itu untuk beristirahat.
Cin Cin cepat memeriksa nadi tangan kekasihnya dan hatinya le ga. Thian Ki hanya
kelelahan dan pingsan.Ia lalu membetulkan letak
tubuh Thian Ki, dibiarkan rebah telentang di atas
pembaringan dan menyusut muka, le her dan dada
kekasihnya yang basah oleh keringat. Thian Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti orang tidur saja, pernapasannya panjang
dan sehat. Tak lama kemudian, masih dijaga leh tiga orang
itu, Thian Ki membuka kedua matanya. Melihat
mereka, dia tersenyum, kemudian dengan wajah
berseri berkata kepada Cin Cin, "Cin- moi......kita...... kita berhasil......"
Bukan main le ga rasa hati Cin Cin sehingga tak
dapat ditahannya la gi, kedua matanya menjadi
basah. "Ah, terima kasih kepada Tuhan......" dan
tangannya yang tinggal sebelah itu menangkap
tangan Thian Ki. Jari-jari tangan mereka saling
cengkeram dan pandang mata mereka bertemu dan
bertau penuh kebahagiaan. Melihat ini, perlahan-
lahan Pangeran Li Cu Kiat memegang tangan Kui
Eng dan ditariknya gadis itu dengan lembut keluar
kamar, meninggalkan sepasang kekasih yang
sedang tenggelam dalam kebahagiaan itu.
Ketika tiba di luar kamar, Pangeran Li Cu Kiat
menghentikan langkahnya, memegang kedua pundak Kui Eng dani menatap wajahnya. Dia
melihat sepasang mata Kui Eng juga basah air
mata. "Eng-moi, engkau sungguh seorang yang berhati
mulia," bisiknya. "Dan engkau, koko, engkau le bih mulia lagi....."
kata Kui Eng dan iapun memejamkan mata ketika
pangeran itu menarik dan mendekap mukanya di
dada pangeran itu. Mereka tidak bergerak, tidak
berkata-kata, seolah pada saat itu semua perasaan
dan hati mereka telah menjadi satu dalam dekapan
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
o)0o-dw-o0(o Bekas Pangeran Cian Bu Ong duduk di atas
kursi dengan mukanya yang biasanya kemerahan
itu kini menjadi lebih merah lagi seolah dia
kebanyakan minum arak. Jenggotnya yang panjang
itu seperti menjadi kaku dan je las nampak bahwa
dia marah sekali. Di sebelah kirinya duduk
isterinya. Sim Lan Ci yang biarpun usianya sudah
mendekati limapuluh tahun, masih nampak anggun dan segar. N yonya ini mengerutkan alisnya
dan pandang matanya membayangkan
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kekhawatiran melihat kemarahan suaminya.
Thian Ki dan Kui Eng nampak berlutut di depan
kedua orang tua ini, sedangkan Cin Cin dan
Pangeran Li Cu Kiat berdiri dengan menundukkan
muka, di belakang kedua orang muda yang berlu-
tut itu. "Ucapan gila apakah yang kalian keluarkan
tadi?" Kakek yang usianya sudah enampuluh tujuh
tahun namun masih nampak kekar dan kuat itu
membentak. Kalian membatalkan tali perjodohan di antara
kalian" Aku yang menjodohkan ka1ian, dan kalian
berani mengatakan bahwa kalian tidak setuju
dengan perjodohan itu" Hayo katakan, mengapa
kalian melakukan tindakan gila ini" Mengapa"!
Thian Ki maklum bahwa ayah tirinya, juga
gurunya, marah sekali. Akan te tapi dia dan Kui
Eng sudah mengambil keputusan tetap untuk
berte rus terang, maka dengan suara tenang diapun
berkata, "Saya harap ayah sudi mengampuni saya.
Bukan sekali-kali saya hendak membantah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perintah ayah, akan te tapi, kalau saya menaati
perintah ayah untuk berjodoh dengan Eng-moi,
maka hal itu hanya akan menyengsarakan hidup
kami berdua, ayah." '"Setan! Kau hendak mengatakan bahwa engkau
te rlalu berharga untuk anakku" Apakah Kui Eng
te rlalu rendah bagimu" Begitu?"
"Sama sekali tidak, ayah! Akan te tapi, di antara
kami te rdapat kasih sayang antara kakak dan adik,
bagaima na mungkin mengubah kasih-sayang antara kakak beradik ini menjadi cinta kasih suami
isteri" Saya tidak akan pernah dapat melupakan
bahwa Kui Eng adalah adik saya, bukan hanya
sumoi. Ayah, bagaimana mungkin saya dapat
mengawini adik sendiri ?"
"la bukan adikmu! Gila kau! Dan engkau
bagaimana, Kui Eng" Apakah engkau merasa
te rhina, merasa ditolak oleh Thian Ki" Katakan
saja, aku akan menghancurkan kepalanya kalau
dia berani menghinamu, berani menolakmu!"
"Tidak sama sekali, ayah. Aku setuju dengan
pikiran suheng. Dia sudah kuanggap sebagai
kakakku sendiri dan sayangku kepadanya juga
kesayangan seorang adik terhadap kakaknya.
Akupun tidak dapat menjadi isterinya, ayah. Aku
tidak mau menjadi isterinya, sama sekali bukan
karena suheng menolakku."
"Anak durhaka! Apakah engkau juga ikut-ikutan
seperti Thian Ki, hendak menentang kehendak
ayahmu sendiri?" bekas pangeran itu membentak
dan melotot. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, sejak kecil aku sudah menganggap
suheng seperti kakak sendiri, juga ibu kuanggap
sebagai ibu kandungku. Bagaimana sekarang tiba-
tiba aku harus menganggap suheng sebagai suami
dan ibu sebagai ibu mertua?"
"Tidak aku tidak mau, ayah, dan pula. aku dan
suheng sudah menentukan pilihan hati kami
sendiri untuk menjadi jodoh kami."
"Ahh......?" Apa pula ini" Thian Ki, benarkah
engkau te lah menentukan pilihanmu sendiri, dan
siapa gadis yang kau pilih untuk menjadi calon
jodohmu itu?" Cian Bu Ong masih marah! dan
suaranya terdengar keras.
"Ampunkan saya, ayah. Memang semua yang
dikatakan Eng-moi tadi benar. Saya sudah saling
mencinta dan mengambil keputusan untuk menjadi suami dari adik Kam Cin ini." Dia
menunjuk ke arah Cin Cin yang masih berdiri di
belakang. Bekas pangeran itu terbelalak. Dia merasa
te rheran-heran karena dia tahu benar bahwa gadis
murid Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan itu menjadi
buntung tangan kirinya karena keracunan ketika
nyerang Thian Ki dan pemuda itu pula yang
membuntungi tangan kirinya untuk menyelamatkan nyawanya. Dan gadis itu masih
juga dapat jatuh cinta dan mau menjadi calon
jodoh Thian Ki" Teringat dia akan bekas
kekasihnya, Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan yang
agaknya juga amat setia dalam cintanya terhadap
dirinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan engkau, Kui Eng" Siapa pula pilihan
hatimu" Pemuda itukah" Siapa dia?" Matanya
mencorong memandang ke arah Pangeran Li Cu
Kiat. 'Benar, ayah. Aku telah saling jatuh cinta
dengan dia. Dia adalah Pangeran Li Cu Kiat,
keponakan Sribaginda Kaisar yang selama ini
membelaku, menolongku, melindungiku bahkan
menjagaku ketika aku jatuh sakit."
Pangeran Cian Bu Ong terbelalak memandang
kepada Pangeran Li Cu Kiat dan isterinya yang
duduk di sampingnya, yang sudah amat mengenal
watak suaminya, maklum bahwa kalau di biarkan
suaminya itu dapat melakukan hal-hal yang tidak
baik. Maka iapun bangkit berdiri dan menghalangi
di depan suaminya, berkata dengan suara lembut
namun tegas. "Suamiku, kita harus merasa berbahagia sekali
dengan peristiwa ini Kita telah mendapatkan
kehormatan besar dengan peristiwa ini. Semenjak
engkau menjodohkan Thian Ki dengan Kui Eng,
hatiku juga merasa risau akan tetapi aku tidak
membantah keinginanmu karena tidak ingin
membuat engkau kecewa, apa lagi aku melihat
kedua orang anak kita itu tidak membantah. Akan
tetapi sekarang mereka berterus terang, bahkan
kembali dengan membawa pilihan hati masing-
masing. Thian Ki memilih Kam Cin. hal ini
sungguh membanggakan hatiku. Semenjak peristiwa buntungnya tangan Kam Cin, Thian Ki
merasa hancur hatinya dan aku sudah menduga
bahwa dia mencinta Cin Cin. Sekarang, te rnyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka saling mencinta dan peristiwa buntungnya
tangan itu tidak mendatangkan ganjalan dalam
hati mereka, pertanda bahwa cinta mereka tulus
dan aku yakin mereka akan dapat menjadi suami
isteri yang saling mencinta dan saling setia, hidup
berbahagia bersama membentuk keluarga. Dan
te ntang anak kita Kui Eng. la saling mencinta
dengan pemuda itu, seorang pangeran! Pandang
pemuda itu baik-baik, suamiku. Dia tampan dan
gagah, dan dia seorang pangeran! Bukan karena
aku gila pangkat dan kedudukan, melainkan
justeru karena dia pangeran, keponakan Kaisar,
hal itu membuat aku yakin bahwa cintanya
te rhadap anak kita pasti murni dan bersih. Kalau
tidak demikian, tentu dia tidak sudi jatuh cinta
kepada puterimu! Mengertikah engkau suamiku?"
Memang sejak tadi kemarahan Cian Bu Ong
sudah mereda satelah mendengar alas an-alasan
yang dikemukakan Thian Ki dan Kui Eng.
Sekarang, dia mernandang kepada Pangeran Li Cu
Kiat. Tadi memang te rkiias dalam pikirannya
bahwa pangeran ini adalah keponakan dari musuh
besar Kerajaan Sui. Akan tetapi s? karang dia
menyadari kebenaran omongan isterinya. Hanya,
apakah pangeran ini sudah tahu bahwa Cian Kui
Eng adalah pute rinya, bekas Pangeran Cian Bu
Ong yang pernah memberontak untuk mempertahankan Kerajaan Sui"
"Hemm, engkau Pangeran Li Cu Kiat?" kini dia
bertanya kepada pemuda itu yang segera maju lalu
memberi hormat dengan anggun kepada kakek itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, paman. Saya Li Cu Kiat. Ayah saya
adalah mendiang Pangeran Li Seng Tek."
"Apakah engkau tahu siapa gadls yang kaucinta
ini" Apakah engkau tahu anak siapa ia ini?" tanya
pula Cian Bu Ong sambil mengamati wajah tampan
itu dengan pandang mata menyelidik.
Kembali pangeran itu menjawab tegas, "Saya
tahu, paman, la bernama Cian Kui Eng, puteri
kandung paman yang dahulu adalah Pangeran
Cian Bu Ong dari Kerajaan Sui."
"Hemm, aku menuang Pangeran Cian Bu Ong
dari Kerajaan Sui, musuh besar Kerajaan Tang,
bahkan aku dianggap pemberontak dan buronan
pemerintah, dimusuhi pamanmu. Kaisar Tang Tai
Cung. Tentu dia tidak akan menyetujui kalau
engkau, keponakannya, menikah dengan pute riku." "Paman, ada dua hal yang saya kira perlu paman
ketahui benar. Pertama adalah bahwa saya tidak
memerlukan ijin persetujuan Paman Kaisar untuk
urusan perjodohan saya, karena itu adalah urusan
pribadi saya. Ibu dan nenek saya sudah menyetujui, hal itu sudah lebih dari cukup, dan
saya kira Paman Kais ar juga tidak akan mencampuri urusan itu. Adapun hal yang ke dua,
keluarga kami tidak pernah menganggap paman
sebagai pemberontak. Kami mengetahui
dan memaklumi kalau paman melakukan perlawanan
dan usaha untuk menegakkan kembali Kerajaan
Sui. Itu adalah persoalan perang, yang ada hanya
menang atau kaiah dan tidak dapat dipersoalkan
te ntang benar atau salah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, dia berkata benar. Sribaginda Kaisar
tidak pernah mempunyai perasaan dendam kebencian kepada ayah. Buktinya, pedang pusaka
Liong-cu-kiam milik ayah, dengan suka rela beliau
kembalikan." "Ah, benarkah itu, Thian Ki?"
Thian Ki mengeluarkan pedang pusaka itu dari
buntalan pakaiannya dan menyerahkannya kepada
Cian Bu Ong. "Benar sekali, ayah. Sribaginda
Kaisar mengembalikan pusaka ini kepada ayah."
Cian Bu Ong menyambut pedang itu dan
menghunusnya, matanya bersinar-slnar, lalu meredup. "Aihh, agaknya memang sudah dikehendaki Tuhan bahwa Kerajaan Sui diganti
dan dilanjutkan oleh Kerajaan Tang. Li Cu Kiat,
bagaima kami tahu bahwa Ibumu dan nenekmu
menyetujui perjodohanmu dengan anak kami?"
"Ayah, Bibi Li dan Nenek Song amat baik. Apa
lagi Nenek Song yang juga memuji-muji ayah
sebagai seorang gagah. Nenek Song juga seorang
yang amat lihai, ayah dan mereka semua amat baik
kepadaku. Kalau tidak ada mereka, mungkin
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekarang aku te lah tewas di tangan tosu iblis Im
Yang Sengcu," kata Kui Eng.
Pangeran Li Cu Kiat mengeluarkan sesampul
surat dan menyerahkannya kepada Cian Bu Ong.
"Paman, sebagai bukti bahwa ibu dan nenek
menyetujuinya, ini saya membawa surat dari nenek
untuk paman. Dan a pa bila paman menyetujuinya,
kami akan mengirim utusan untuk mengajukan
pinangan secara resmi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, harap ayah tidak lagi menganggap
keluarga Kaisar Tang Tai Cung sebagai musuh,
karena selain mengembalikan pedang pusaka
Liong-cu-kiam milik ayah, juga Kaisar telah
berkenan memberi obat penawar racun katak
merah yang te lah diminum oleh suheng sehingga
dia telah sembuh dari hawa beracun di tubuhnya,"
kata pula Kui Eng. Mendenoar ini, Cian Bu Ong semakin gembira.
Ah, kami juga te lah mendapatkan Rumput Merah
Pencuci Darah akan tetapi khasiatnya tidak akan
menandingi racun katak merah. Sukurlah engkau
telah sembuh, Thian Ki. Memang aku sudah
mendengar bahwa sebelum menjadi kaisar, ketika
masih menjadi Pangeran, bahkan sebelum itu. Li Si
Bin te rkenal sebagai seorang yang gagah perkasa
dan berilmu, maka dia pandai menghargai orang-
orang gagah. Baiklah! kalau memang engkau
sendiri menyetujui Kui Eng, dan juga Thian Ki
tidak berkeberatan, kami akan menerima pinangan
keluarga Pangeran Li Cu Kiat."
Mendengar Ini, langsung saja saking gembiranya, Pangeran Li Cu Kiat menjatuhkan diri
berlutut dan memberi hormat kepada calon ayah
mertuanya. Melihat seorang pangeran Kerajaan
Tang berlutut di depan kakinya dan akan menjadi
mantunya, suatu hal yang sama sekali tidak
pernah dapat dia bayangkan, Cian Bu Ong
menerima penghormatan itu sambil tertawa bergelak. "Ayah, saya juga mohon
doa restu dan persetujuan ayah dan ibu untuk berjodoh dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin-moi!" tiba-tiba Thian Ki berkata, dan Kam Cin
masih berdiri sambil menundukkan mukanya,
merasa te gang dan risau, khawatir- kalau sampai
perjodohan itu tidak disetujui orang yang pernah
hendak dibunuhnya ketika ia menaati perintah
subonya, yaitu Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan.
Kini Cian Bu Ong memandang kepada is terinya.
"Engkau yang paling berhak menyatakan pendapatmu tentang permintaan putera kita itu."
Sim Lan Ci balas memandang wajah suaminya
dengan sinar mata bersukur dan berterima kasih.
Suaminya ini selalu menghargai dan menghormatinya, dan ini merupakan tanda cinta
kasih yang paling nyata, la mengangguk. "Cin Cin
masih sanak dekat dengan ayah kandung Thian Ki,
Ibunya sama-sama she Coa, keluarga pimpinan
He k-bouw-pang.Kalau mereka berdua sudah saling
mencinta, akupun hanya dapat menyetujui , tentu
saja keputusannya te rserah kepadamu sebagai
ayahnya." De ngan ucapan ini, Sim Lam Ci juga
membuktikan ketulusan hati dan penghormatannya te rhadap suaminya itu. la yakin
bahwa Cian Bu Ong amat menyayang Thian Ki
seperti anak sendiri, bahkan te lah menurunkan
semua ilmunya kepada anak tiri itu.
Mendengar ucapan is te rinya ini. Cian Bu Ong
kembali tertawa bergelak karena gembira. "Kalau
begitu, apa lagi yang perlu dipikirkan" Semua
sudah setuju, akupun hanya setuju s aja. Se kaligus
aku mendapatkan dua orang mantu, Li Cu Kiat
dan Kam Cin, kedua-duanya merupakan pendekar
yang hebat. Dari sikap dan gerakanmu saja aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mengetahui bahwa engkaupun bukan pemuda le mah, Li Cu Kiat. Dan engkau, Kam Cin,
ha-ha-ha, ingin aku melihat bagaimana sikap Bhok
Sui Lan kalau muridnya yang ia harapkan mau
membunuhku itu kini bahkan menjadi mantuku,
ha-ha-ha-ha! " Cin Cin kini baru berani menjatuhkan diri
berlutut menghadap suami isteri yang menjadi
mertuanya itu dan saking gembira dan harunya,
tak dapat ia menahan tangisnya.
Kui Eng yang berlutut di dekatnya, segera
merangkul Cin Cin dan berbis ik, "Enci Cin, engkau
semestinya bergembira, kenapa malah menangis "
Aneh sekali !" Dalam tangisnya, Cin Cin memandang kepadanya dan merangkul setelah mencoba untuk
te rsenyum. "Aku menangis saking bahagia dan
te rharu, adik Eng "
"Li Cu Kiat, engkau harus segera mengirim
utusan resmi untuk mengajukan pinangan sebagaimana mestinya, dan kami akan mengajukan pinangan atas diri Kam Cin kepada
ayah tirinya dan ibunya," kata Cian Bu Ong
gembira. Dia sudah tahu bahwa ayah tiri Kam Cin
adalah Lie Koan Tek, pendekar Siau-lim-pai yang
pernah menjadi pembantunya ketika dia mencoba
menegakkan kembali kerajaan Sui yang te lah
jatuh. Semua orang bergembira, apa lagi ketika Lie
Koan Tek dan Coa Liu Hwa ayah tiri dan ibu
kandung Cin Cin menyatakan persetujuan mereka
dan mene rima pinangan Cian Bu Ong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
De mikianlah, tanpa suatupun rintangan, pernikahan antara Coa Thian Ki dengan Kam Cin,
juga Cian Kui Eng dengan Li Cu Kiat, dirayakan
dengan meriah oleh keluarga Cian Bu Ong. Bukan
main bangganya rasa hati Cian Bu Ong ketika
perayaan itu dihadiri pula oleh Pandekar Naga
Sakti Sungai Kuning Si Han Beng dan is terlnya,
juga pute ri mereka. Si Hong Lan yang bekas puteri
kaisar itu. Juga beberapa orang- pejabat tinggi dan
pangeran ikut hadir sebagai pengantar mantunya,
yaitu Pangeran Li Cu Kiat, dan Kaisar sendiri
mengirim hadiah sumbangan yang indah.
Semua orang bergembira ria, hanya ada sebuah
berita yang sempat membuat Thian Ki, Cin Cin, Li
Cu Kiat dan Kui Eng saling pandang dengan alis
berkerut, yaitu bahwa je nazah Im Yang Sengcu
yang te lah diangkut oleh anak buahnya ke dalam
kuil, tahu-tahu dikabarkan le nyap tanpa meninggalkan bekas!. Kiranya, tosu yang pandai
itu tidak mati seperti yang mereka kira, bahkan
Kaisar sendiri dapat dikelabui. Agaknya tosu itu
mempergunakan suatu racun yang dapat membuat
dia "mati" untuk sementara. Beberapa jam
kemudian, sebelum jenazahnya diperabukan, dia
bangkit dari "kematiannya" itu dan melarikan diri
tanpa diketahui siapapun!
Namun, hanya sejenak saja merteka te rkejut.
Kebahagiaan dua pasang pengantin itu tidak
te rganggu. Untuk sementara. Thian Ki dan
isterinya, Kam Cin, tinggal bersama Cian Bu Ong
di dusun Ke-cung te pi Sungai Kuning di kaki Kim-
san, sedangkan Cian Kui Eng ikut suaminya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggal di kota raja, di gedung te mpat tinggal
keluarga Pangeran Li Cu Kiat.
Sampai di sini, selesailah sudah kisah SI N AGA
BERACUN ini, mudah-mudahan kisah ini ada
manfaatnya bagi para pembaca dan sampai jumpa
di kisah lain. TAMAT Solo, akhir April 1986. o)0o-dw-o0(o Tongkat Rantai Kumala 2 Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Perguruan Sejati 11