Pencarian

Naga Beracun 4

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 4


seorang anak perempuan berusia enam tahun
melakukan perjalanan seorang diri, membawa
buntalan besar tentu saja segera menarik perhatian orang yang kebetulan bertemu dengan
Cin Cin. Kalau yang bertemu dengannya itu orang
atau penduduk biasa, tentu orang itu hanya
merasa heran saja. Akan tetapi, sebelum ia keluar
dari pintu gerbang kota Ji-goan, di sebuah lorong
yang membelok, tiba-tiba saja ia berhadapan
dengan seorang laki-laki kurus kering yang
pakaiannya penuh tumbalan seperti je mbel. Laki-
laki itu berusia sekitar tiga puluh tahun dan
matanya liar seperti mata maling. Ketika ia melihat
Cin Cin, anak perempuan yang membawa buntalan
besar, sedangkan di sekitar situ belum ada rumah
yang membuka daun pintu, belum nampak ada
orang di jalan. dia lalu menyeringai dan menghadang di depan Cin Cin.
"Aih, anak manis, engkau hendak kemanakah
seorang diri di pagi buta ini ?"
Tanpa menyangka buruk, Cin Cin menjawab,
"Aku hendak keluar kota dan pergi ke timur......"
Sebelum anak itu habis bicara, tahu-tahu orang
itu sudah menyambar dan merenggut le pas
buntalan di punggung Cin Cin. Tentu saja anak itu
te rkejut dan marah sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei! Kembalikan buntalanku!" teriaknya dan
Cin Cin mencoba untuk meraih dan merampas
kembali. Akan te tapi orang itu sambil menyeringai
memegang bunntalan dengan tangan kiri tlnggl-
tinggi di atas kepala sehingga te ntu saja Cin Cin
tidak mampu meraihnya. "Bukk!" Tangan kecil itu kini memukul mengenai
lambung orang kurus yang merampas buntalannya
"Kembalikan buntalanku, keparat!" ia memaki.
"Ehh......?" Laki-laki itu merasa nyeri terpukul
lambungnya dan diapun marah. "Anak setan, kau
ingin mampus?" "Kembalikan buntalanku" Cin Cin kembali
menerjang dengan pukulan kedua tangan. Akan
tetapi sekali ini, laki laki yang sedikit banyak
pernah belajar silat itu dapat mengelak, kemudian
dari samping, kakinya menendang, keras sekali.
"Bukk.....!" dada Cin Cin bagian samplng kena
dite ndang dan anak itupun te rje ngkang dan
te rbanting jatuh. "Hei, A-kew, ada apakah?" tiba-tita muncul
seorang laki-laki lain, juga pakaiannya penuh
tambalan dan tubuhnya agak pendek, mukanya
bulat dan kotor. Si kurus yang dipanggil A-kew itu sibuk
membuka buntalannya. "Wah, makanan empuk. A-
cauw, lihat, pakaian bagus bagus dan ada
perhiasan emas pula. Wah pesta sekali ini aku!"
"Hussh, engkau tidak melihat sesuatu yang lebih
berharga lagi, A-kew?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa maksudmu?"
"Lihat itu!" Si pendek itu menuding kearah Cin
Cin yang masih rebah setengah duduk sambil
menyeringai kesakitan. Napasnya menjadi sesak
te rkena tendangan tadi "Anak itu cantik sekali!"
"Ha-ha, A-cauw, mata keranjangmu tidak ketulungan lagi rupanya! Anak itu paling banyak
baru enam tahun usianya, untuk apa" Ha-ha!"
"Hussh, dasar engkau yang tolol! Anak perempuan cantik itu akan mendatangkan uang
sedikitnya duapuluh atau tigapuluh tali perak!"
Mata Akew yang sipit itu agak melotot, "Ehh"-
Apa maksudmu?" "Dasar bodoh, tetap tolol! Setiap orang majikan
rumah pelesir akan suka membelinya. "
"Ah, benar! Aku sampai lupa karena kegrangan
mendapatkan pakaian bagus dan perhiasan ini.
Mari kita tangkap anak ini, kita bawa kepada
rumah pelesir te ntu diterima."
"Lebih baik ke rumah pelesir Ang-hwa, Cia Ma
suka sekali membeli anak-anak yang cantik." Dan
si pendek it menghampiri Cin Cin
Mendengar percakapan mereka, wajah Cin Cin
menjadi pucat. Percuma melarikan diri. Melawan
seorang saja dari mereka, ia kalah, apa lagi
dikeroyok dua. Maka iapun menjatuhkan diri
berlutut setelah tadi mencoba bangun.
"Paman-paman yang baik, kasihanilah aku..jangan bawa aku kepada Cia Ma.." Ia
memohon. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang itu s aling pandang. "Eh Engkau anak
kecil sudah mengenal Cia Ma?" tanya Akew.
"Ha, aku tahu. Engkau te ntu lari dari rumah Cia
Ma, bukan?" kata Acauw.
Cin Cin tidak mampu membantah " Benar,
paman. Aku lari karena aku hendak mencari
ibuku. Bebaskanlah aku, buntalan itu untuk
kalian, akan tetapi jangan bawa aku kembali ke
sana" "Pelarian dari Cia Ma?" Akew beseru. "Celaka
benar. Cia Ma memelihara jagoan-jagoan seperti
He k-gu dan Pek gu, kalau mereka tahu aku yang
mengambll buntalan ini, remuk kepalaku. Bagaimana baiknya ini."
"Jangan khawatir, te nang saja, Akew. Kita
kembalikan anak ini kesana berikut buntalannya.
Tentu kita akan mendapatkan hadiah yang
mungkin tidak kalah bes arnya."
"Baiklah," kata Akew agak kecewa karena
tadinya dia sudah merasa beruntung sekali. Dia
tidak berani main-main te rhadap Cia Ma yang
te rkenal galak dan memiliki banyak tukang pukul
yang lihai dan kejam itu.
Mendengar percakapan kedua orang itu, Cin Cin
menjadi putus asa dan timbul kemarahannya.
"Jahanam, kiranya kalian berdua juga hanya
manusia-manusia keparat!" serunya dan iapun
meloncat berdiri dan menyerang kalang kabut!
Dua orang laki-laki dewasa yang sudah biasa
berkelahi dan menggunakan kekerasan itu, tentu
saja memandang rendah anak berusia enam tahun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi karena Cin Cin nekat, bergerak dengan
ilmu silat sebisanya, mencampur gerakan itu
dengan menendang, memukul, mencakar, bahkan
menggigit, dua orang itu menjadi repot.
"Wah wah, anak ini seperti seekor anak
harimau" te riak Akew, meringis karena lengannya
kena dicakar sampai berdarah.
"Tangkap kedua le ngannya, biar kuikat dengan
sabukku!" kata Acauw.
Akew berhasil menangkap kedua pergelangan
tangan Cin Cin dan Acauw mengikatnya dengan
sabuk kain. Cin Cin ronta-ronta, menendang dan
memaki. "Lepaskan aku, kalian dua anjing kotor! Lepaskan, babi busuk!"
"Wah, wah, anak ini benar-benar seperti iblis
kecil!" kata Acauw. "Mari kita bawa setan kecil ini kepada Cia Ma"
De mikianlah, usaha Cin Cin melarikan diri gagal
sama sekali. Ketika Cia Ma menerimanya kembali
dari dua orang je mbel itu, ia marah sekali kepada
Cin Cin. Juga ia berterima kasih kepada dua orang
je mbel yang segera diberinya imbalan yang cukup
memuaskan hati mereka. "Buka bajunya, la harus menerima hukuman"
kata Cia Ma dan ia sendiri yang mencambuki
punggung Cin Cin sampai tangannya terasa letih
dan anak itu terkulai pingsan dengan kulit
punggung pecah-pecah. Lalu ia menyuruh pembantunya mengambil obat dan setelah Cin Cin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siuman, dengan tangannya sendiri Cia Ma mengobati dan mengoles obat yang mendatangkan
rasa dingin dan nyaman di kulit punggung yang
pecah-pecah itu. Cin Cin tidak menangis, hanya
meringis menahan sakit dan mendesis saja, atau
menggigit bibirnya. "Engkau ana k nakal, engkau tidak mee ngenal
budi. Bukankah selama setahun aku selalu
bersikap baikkepadamu" memberimu makan, pakaian dan mendatangkan guru-guru kesenian
untuk mendidikmu. Akan te tapi apa balasanmu"
Engkau malah hendak melarikan diri! Begitu tega
engkau menyakitkan hati Cia Ma-ma!" bujuk Cia
Ma dengan suara lembut. Cin Cin adalah seorang anak yang cerdik Ia tahu
bahwa percuma saja mempergunakan kekerasan.
Cia Ma mempunyai banyakk tukang pukul yang
kuat dan kalau la melawan dengan kekerasan,
akhirnya ia sendiri yang akan menderita, sayang
bahwa Sui Su tidak berada lagi situ sehingga ia
kehilangan seorang sahabat yang benar-benar
menyayanginya. Ia teringat akan nasihat Sui Su.
Akan le bih menguntungkan kalau ia pura-pura
menurut dan patuh kepada Cia Ma sehingga selain
memperoleh segala macam didikan dan kehidupan
mewah. Juga memperole h kebebasan. "Akan tetapi,
jangan sampai engkau masih berada disini kalau
engkau sudah berusia empat belas tahun, sudah
mulai dewasa. Karena setelah engkau berusia
tlgabelas atau empatbelas tahun, engkau pasti
akan dijual kepada laki-laki hidung belang menjadi
permainan mereka dan menjadi sumber uang
banyak bagi Cia Ma. Kalau engkau menolak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siksaan yang le bih hebat akan kau alami."
De mikian nasihat Sui Su ketika itu. "Carilah
kelengahanya, dan sebelum berusia tigabelas
tahun, sedapat mungkin larilah dari neraka yang
berselubung sorga ini."
Ia baru berusia enam tahun. Masih banyak
waktu untuk hidup layak dan bebas, pikirnya.
Maka, tiba-tiba Cin Cin menangis, hal yang
biasanya tak pernah lakukan. Tentu saja Cia Ma
menjadi girang melihat "kelemahan" ini dan ia
merangkulnya "Anak baik, kenapa menangis" Apa
yang kau susahkan?" Cin Cin menangis terisak-isak dan menyembunyikan mukanya di balik le ngan baju
Cia Ma. Suaranya bercampur tangis ketika ia
berkata, "Nasibku yang buruk. .uh-uh huuuu......
ayah dibunuh orang, ibu diculik orang, dan disini
aku dicambuki.......hu-huuu......"
Cia Ma merangkulnya semakin kuat dan
mengelus rambutnya. "Anak baik, kau kucambuki
karena engkau melarikan diri. Kalau tidak begitu,
aku sayang padamu. Bukankah selama ini aku
tdak pernah memukul atau memakimu, akan
tetapi amat sayang padamu?"


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cin Cin mengusap air matanya, dan mengangguk. Bukan main senangnya hati Cia Ma. "Engkau
berjanji tidak akan lari lagi?"
"Tidak, Cia Ma, aku menyesal. Tadi nya, karena
rindu kepada ibuku, aku ingln mencari ibuku.......maafkan aku ..aku tidak akan lari lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus! Engkau memang anak baik, anak cantik
manis. Aku akan menyuruh orang-orangku untuk
mencari kete rangan tentang ibumu. Dan engkau
yang aman saja di sini, ya?"
De mikianlah, mulai hari ini, Cin Cin nampak
taat dan penurut. Ia bahkan tekun mempelajari
ilmu baca-tulis, menyulam, menari, bernyanyi dan
menabuh Suling dan yang-kim, bahkan bersajak.
Tentu saja Cia Ma menjadi girang bukan main
karena makin te kun anak itu, makin pandai anak
itu, ia melihat betapa tabungannya semakin gemuk
dan kelak kaau sudah tiba saatnya, la tinggal
memetik buahnya! Tentu Cin Cin akan menjadi
seorang gadis yang cantik je lita dan pandai
sehingga harganyapun tentu akan amat mahal!
Keadaan itu berjalan dengan baiknya sampai
dua tahun lagi sehingga sudah tiga tahun Cin Cin
tinggal di rumah Cia Ma. Ia semakin besar, menjadi
seorang gadis cilik yang amat manis dan amat
pandai. Ia memang berbakat dalam kesenian
sehingga selain pandai meniup suling menabuh
yang-kim, Juga suaranya merdu kalau bernyanyi,
dan tubuhnya le mah gemulai kalau menari. Ia
pandai pula bersajak, lancar membaca dan
menulis. Pendeknya, Jelas bahwa Kam Cin atau
Cin Cin merupakan sekuntum bunga yang masih
berkuncup namun sudah menjanjikan setangkai
bunga yang akan mekar semerbak harum dan
indah, lagi mahal harganya!
Pada suatu hari, rumah pelesir Cia menerima
kunjungan seorang tamu agung. Rumah pelesir
Ang-hwa (Bunga Merah) itu dinyatakan tertutup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk umum karena pada hari itu, seorang
pembear yang menjabat kedudukan penting di kota
raja Lok-yang datang berkunjung! Sebelum pembesar itu datang, sudah le bih dulu utusannya
datang memberiahu bahwa Coa Tai-Jin(Pembesar
Coa) itu hendak berkunjung karena te rtarik oleh
nama Ang-hwa sebagai rumah pelesir kota Ji-goan
yang kabarnya memiliki bunga-bunga yang cantik
menarik. Cia Ma segera mengumpulkan gadis-gadis
penghibur dari seluruh kota, rumahnya juga segera
dibersihkan dihias seperti hendak menyambut
seorang mempelai pria! Bahkan Cin Cin suruh
berpakaian yang paling indah dan di antara
hiburan yang akan disajikan kepada Coa Tai-jin,
diselipkan Cin Cin yang akan melakukan tarian
dan nyanyiannya. Sejak pagi, lima orang jagoan yang menjadi
pengawal-pengawal Coa Tai-Jin Juga menjadi
tukang pukulnya, sudah datang berkunjun g dan
melakukan persiapan agar perjalanan majikan
mereka ke tempat itu aman. Dan setelah matahari
naik tinggi, datanglah kereta yang membawa Coa
TaJ-Jin, diiringi sepasukan pengawal terdiri dari
selosin peraj rit, dipimpin ole h lima orang Jago itu.
Setelah turun dari kereta, te rnyata Coa Tai-jin
yang disegani, di takuti dan dihormati itu hanyalah
seorang laki laki berusia limapuluh tahun lebih
yang kecil kurus seperti cecak kering karena te rlalu
banyak menghisap madat dan berpelesir. Menuruni
tangga kereta saja dia harus dibantu tukang
pukulnya agar tidak te rpeleset jatuh dan sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rsenyum "agung", senyum khas para pembesar
yang merasa dirinya tinggi dan berkuasa, dia
melangkah tertatih-tatih disambut oleh Cia Ma dan
anak buahnya sambil berlutut! '
Ini tidak aneh karena Coa Tai-jin berpangkat
jaksa tinggi dan masih kerabat keluarga kaisar!
De ngan lagak "murah hati" Coa Tai-jin menggerakkan keduaa tangan menyuruh mereka
semua bangkit, kemudian diapun memasuki
rumah pelesir Ang-hwa, disambut asap dupa
harum dan bunyi musik lirih yang menyemarakkan
suasana. Karena Cia Ma maklum benar bahwa, kunjungan seorang pejabat tinggi selalu mendatangkan kehormatan juga mendatangkan
banyak uang baginya, maka ia berusaha sekuat
te naga untuk menyenangkan tamunya. Arak
te rbaik, hidangan termahal, disuguhkan oleh
gadis -gadis pilihan yang manis-manis. Coa Tai-jin
gembira sekali dikelilingi nona-nona cantik itu, apa
lagi dia makan minum sambil menonton pertunjukan tarian dan nyanyian yang dilakukan
oleh penar penari cantik. Kesempatan ini dipergunakan untuk bermain mata dan melakukan
pilihan-pilihan, siapa kiranya gadis gadis itu yang
akan diminta untuk melayaninya sehari semalam
di te mpat pelesir itu. Setiap ada gadis yang
dianggapnya menggetarkan perasaan hatinnya dia
berbisik kepada seorang pengawal pribadinya
sambil menunjuk gadis itu dengan pandang
matanya. Setelah selesal makan minum, sudah ada
tujuh oranh gadis yang dipilihnya! Tujuh orang
gadis yang akan menghiburnya se hari semalam itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cia Ma menggosok-gosok telapak kedua tangannya,
menghitung hitung berapa kiranya akan dite rimanya dari pembesar itu untuk tujuh orang
gadis nya! Sedikitnya akan lima kali lipat harga
biasa, belum termasuk hadiah pribadi.
Pertunjukan terakhir adalah tarian dan nyanyian
yang harus dilakukan Cin Cin. Dengan dandanan
sebagai seorang dewi, gadis cilik ini benar-benar
mempesona semua penontonnya, te rmasuk Coa
Tai-jin! Ia benar-benar seperti seorang dewi yang
baru melayang turun dari kahyangan, tariannya
demikian le mah mulai dan lembut, suara nyanyiannya dengan suara kanak-kanak itu masih
bening dan merdu. Jantung Coa Tai-jin bergetar
dibuatnya! Kini dia memberi isyarat kepada kepala
pengawalnya untuk mendekat, lalu la berbisik-
bisik sampai lama di telinga pengawalnya Itu. Cia
Ma te rsenyum makin le bar, mengira bahwa te ntu
pembesar yang rakus akan wanita itu menambah
lagi pilihannya, mungkin sampai sembilan atau
sepuluh orang gadis yang diharuskan menghiburnya! Akan tetapi, ketika kepala pengawal
itu menghampirinya dan membisikkan pesan Tai-
jin, wajah Cia Ma. berubah "Apa ?" Teriaknya
dalam bisikan. "Akan tetapi Cin Cin baru berusia
delapan tahun! I a masih kanak-kanak! Bagaimana
mungkin la dapat melayani yang mulia............?"
"Hushh, kenapa engkau sekarang begini tolol,
Cia Ma?" Kepala pengawal yang sudah mengenalnya itu mencela "Taijln ingin memindahkan tanaman, bunga yang manis Itu ke
dalam taman bunganya sendiri, bukan untuk
dipetik sekarang. Kuncup itu belu mekar. Taijin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Juga tidak ingin memetiknya sekarang. Kalau
sudah ditanam di taman bunganya kelak kalau
sudah mekar, setiap saat taijin dapat memetiknya.
Mengerti engkau?" Tentu saja Cia Ma mengerti. Kalau tadi ia
berpura-pura, sikap ini hanya merupakan gaya
untuk menaikkan harga "Tapi......Cin Cin adalah keponakanku sendiri!
Kubesarkan ia sejak kecil dan aku........aku amat
sayang padanya. Bagaimana yang mulia begitu
te ga untuk memisahkannya darlku....." Dan dari
kedua mata Cia Ma benar-benar keluar air.mata.
Air mata buaya! Memang Cia Ma pandai sekali
bersandiwara. Kepala pengawal itu adalah seorang kangouw
yang berpengalaman. Tentu saja tak mudah
mengelabuhl orang seperti dia dan dia tahu bahwa
bagi seorang manusia seperti Cia Ma, tidak ada lagi
perasaan sayang kepada sesamanya, yang disayangnya hanyalah uang!
"Sudahlah, tak ptrlu banyak cakap, katakan
saja, berapa harganya?" potongnya singkat. Cia Ma
tidak berpura-pura lagi. Ia tahu sudah membawa
dagangannya kepada harga puncak, tinggal
menentukan saja berapa. "Ahhh, kalau memang yang mulia sungguh-
sungguh menginginkan keponakanku, biarlah akan
kuhitung dulu malam Ini, berapa biaya yang sudah
kukeluarkan selama bertahun-tahun ini untuk
mendidiknya menjadi seorang calon gadis yang
paling hebat di seluruh Ji-goan, bahkan mungkin
tidak ada banding nya di seluruh negeri. Besok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pagi-pagi akan kute ntukan berapa biaya yang
sudah kukeluarkan itu."
Permintaan ini pantas dan kepala pengawal Itu
menyampaikan dengan bisikan kepada Coa Tai-jin.
Pembesar Itu mengangguk-anggukkan kepalanya
sambil tesenyum sabar, dan leher kecil panjang Itu
seperti akan patah ketika dia angguk-angguk
seperti itu. Yang penting baginya, Cia Ma
menyetujui untuk "menjual" gadis cilik yang manis
itu. Soal berapa harganya, itu bukan soal baginya.
Setiap saat dia dapat mengambil uang yang


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibutuhkannya, dari gudang hartanya yang berada
di mana-mana. Setiap orang hartawan di kota raja
sekali saja melihat dia menggerakkan te lunjuknya,
akan bergesa-gesa dan berlumba memenuhi kebutuhannya itu! De mikianlah, sehari semalam itu Tai-jin berenang dalam lautan kesenangan, tenggelam
dalam pemuasan nafsu. Nafsu menyeret kita ke
dalam kesenangan, membuat kita mabok dan lupa
diri! Kita lupa sama sekali karena telah mabok
kesenangan, bahwa semua kesenangan bagaikan
gelembung-gelembung yang beterbangan di udara.
Nampak indah menarik, seperti gelembung- gelembung air sabun. Namun, hanya selewat saja,
untuk disusul oleh pecahnya gelembung- gelembung itu yang mendatangkan percikan-
percikan air sabun yang pahit dan getir!
Bagaikan langit dengan bumi perbedaan antara
menikmati keadaan seadanya dan mengejar
kenikmatan yang belum ada. Yang pertama, yaitu
menikmati kehidupan berarti mensyukuri apa saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kita dapatkan dalam kehidupan ini! Selama
hal yang kita alami dalam hidup ini merupakan
rangkaian romantika kehidupann dan kalau kita
menghadapinya dengan perasaan syukur, dengan
perasaan seyakinnya bahwa kesemuanya itu
adalah kehe ndak dan karenanya berkah dari
Tuhan , maka apapun yang ada akan mendatangkan perasaan nikmat dan bahagia
dalam hati sanubari kita! Sebaliknya, pengejaran
kesenangan timbul karena kita tidak puas dengan
keadaan yang nyata, seadanya, dan pikiran kita
membayangkan hal-hal yang belum ada. Hal-hal
yang belum ada. Inilah yang kita namakan
kesenangan! Tidak puas dengan apa adanya dan
membayangkan hal-hal yang belum ada ini
menciptakan gelembung-gelembung itu. Kalau
sudah begini maka terjadilah kebalikan yang
menyedihkan. Semestinya, menurut kodrat, manusia menjadi majikan, menunggang kuda
nafsu agar dapat melakukan perjalanan hidup,
Sesuai kodrat. Namun, kalau Sudah terjadi
sebaliknya, kuda menunggangi majikan nafsu
menunggangi manusia, akan celakalah!
Fungsi atau tugas hati akal pikir adalah untuk
membantu manusia menanggulangl segala bentuk
kesukaran dalam kehidupan, mendatangkan kecerdikan akal sehingga manusia dapat melindungi dirinya dari bahaya dan dapat bekerja
untuk kelangsungan hidupnya. Namun, hati akal
pikiran yang sudah di cengkeram nafsu, sudah
bergelimang nafsu, menjadi alat daya-daya rendah
sehingga menyimpang dari pada tugasnya. Bukan
jadi alat yang baik dan bermanfaat, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebaliknya menjadi penggoda dengan bayangan-
bayangan yang memikat hingga menyeret kita
untuk mengejar Bayangan-bayangan itu. Dan kalau kita sudah
te rseret mengejar bayangan kesenangan, kita lupa
diri, hati nurani kita tertutup dan segala hal
mungkin kita lakukan untuk memperole h apa yang
kita kejar-kejar itu. Pengejaran kesenangan harta
kekayaan memungkinkan kita lakukan korupsi,
penipuan, pencurian, perampokan dan sebegainya
untuk memperoleh harta yang kita kejar-kejar.
Pengejaran kesenangan sex memungkinkan kita
melakukan perjinaan, pelacuran, perkosaan dan
sebagainya untuk memperoleh kesenangan yang
kita kejar-kejar, kesenangan yang kita bayangkan
dapat datangkan oleh kekuasaan, kedudukan,
memungkinkan kita untuk berebutan sehingga
te rjadi pertentangan, persaingan bahkan perang!
Lalu, apakah kita harus menjauhkan dari dari
kesenangan" Menjauhkan diri PENGEJARAN KESENANGAN, memang benar. Akan te tapi bukan
berarti menjauhkan diri dari kenikmatan kehidupan dengan segala romantikanya Ini. Kita
dilahirkan dengan segala perle ngkapan yang
memungkinkan kita menikmati kehidupan, bukan
menjauhi kenikmatan kehidupan. Buktinya, telinga
kita dapat nikmati bunyi-bunyian merdu, mata kita
dapat menikmati penglihatan-penglihatan yang
Indah, hidung kita dapat menikmati keharuman-
keharuman yang sedap, mulut kita dapat menikmati rasa asin manis, masam dan sebagalinya dalam makanan. Kita hendak menikmati semua itu, karena itulah berkah Tuhan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kita berhak menikmati apa yang ada setiap saat,
setiap detik. Bahkan setiap tarikan napas akan
te rasa nikmat s ekali kalau kita ingat bahwa setiap
tarikan napas merupakan berkah Tuhan! Apa saja
yang ada merupakan sumber kenikmatan bagi
orang mensyukuri kehe ndak Tuhan karena dalam
segala hal, kalau Tuhan menghendaki, te rdapat
berkah dan kenikmatan! Ketika pada keesokan harinya Cia menyebutkan
jumlah uang yang katanya te lah ia keluarkan
sebagal biaya mendidik Cin Cin, dengan royal Coa
Tai-jin membayarnya dengan tunai, bahkan menambahkan sejumlah hadiah yang melampaui
bayangan Cia Ma sendiri. Tentu saja wanita gendut
Itu girang bukan main. Kalau dihitung, selama tiga
tahun mendidik Cin Cin, la menerima, keuntungan
puluhan kali lipat! Akan tetapi, segera kegirangan
ini disusul kekecewaan dan kemarahan karena
ketika ia membujuk anak perempuan itu, Cin Cin
berkeras tidak mau dis erahkan kepada Coa Tai-jin.
"Anak tolol! Setiap anak perempuan di manapun
akan berlumba untuk menjadi gadis pingitan di
rumah seorang pembesar tinggi seperti Coa Tai-jin,
dan egkau yang dipilih ole h beliau, berani
menolak" Bodoh kau, Cin Cin. Engkau akan hidup
mewah, mulia dan terhormat di sana. Apa lagi
kalau kelak diangkat menjadi selir Coa Tai-jin, ada
kemungkinan untuk menjadi nyonya besar!" Cia
Ma mencoba membujuk, akan tetapi bujukan ini
salah alamat. Bukannya te rtarik oleh bujukan itu,
Cin Cin menjadi makin marah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, Cia Ma! Aku tidak sudi menjadi budak
belian, biar di rumah istana kaisar sekalipun. Biar
aku pergi saja dari sini kalau engkau tidak mau
menerlmaku lagi!" Diam-diam Cin Cin nyesal
mengapa tidak dari kemarin melarikan diri.
Disangkanya, belum waktunya untuk melarikan
diri, karena bukankah Sui Su pernah memesan
kepadanya agar ia berhati-hati dan jangan tlnggal
di situ setelah berusia tlgabelas tahun" Kini
usianya baru delapan tahun dan ia sudah akan
dijual! Ia tahu bahwa dirinya akan dijual kepada
pembesar kurus kering yang semalam menonton.
Ia menari dengan mata melotot dan mulut
menyeringai. -ooo0dw0ooo- Jilid 7 "Cin Cin. jangan membikin aku marah. Engkau
memang anak yang tidak mengenal budi. Selama
tiga tahun aku memperlakukan engkau seperti
anak sendiri. Entah berapa banyaknya biaya yang
kukeluarkan untuk keperluanmu. Dan sekarang,
sebagai ibu yang baik, aku te lah mencarikan
te mpat yang terhormat dan baik untukmu. Bahkan
ibu kandungmu sendiri belum tentu akan mampu
mencarikan tempat yang demikian mulia untukmu.
Dan engkau berani menolak?"
"Terserah pendapatmu, Cia Ma. Pendeknya, aku
tidak mau diserahkan kepada pembesar itu atau
kepada siapapun. Kalau engkau sudah tidak mau
aku tinggal di sini, biarlah aku pergi mencari
ibuku." Cin Cin bersikeras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cia Ma kini tidak berpura-pura lagi, tidak
bersikap manis dan lembut seperti biasa. Ia marah-
marah dan percecokan itu segera te rdengar oleh
Coa Tai-Jin yang segera memerintahkan pengawalnya untuk bersiap-siap meninggalkan
te mpat pelesir itu. Dia merasa malu kalau selagi
dia berada di situ te rjadi percekcokan. Pengawalnya segera mendatangi Cia Ma, menegurnya karena keributan itu.
"Tidak perlu ribut-ribut. Besok harus kauantarkan anak perempuan itu ke Lok-yang, ke
gedung Coa Tai-Jin. Beliau tidak ingin mendengar
ribut-ribut. Awas, kalau sampai gagal, engkau
akan dihukum berat!"
Menggigil tubuh Cia Ma mendengar ancaman itu
dan iapun mengangguk-angguk seperti ayam
makan jagung. Rombongan pembesar itu segera
meninggalkan rumah pelesir Ang-hwa dan setelah
rombongan pergi, Cia Ma mengeluarkan semua
rasa hatinya yang panas dan penuh kemarahan
te rhadap Cin Cin. Ia mengurung gadis cilik itu di
dalam kamarnya dan menyuruh tukang-tukang
pukulnya untuk menjaga agar anak itu jangan
sampai melarikan diri. Kemudian, ia membuat
persiapan,

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyewa sebuah kereta dan mempersiapkan pasukan pengawal yang te rdiri
dari sepuluh orang, dengan Hek-gu (Kerbau Hitam)
dan Pe k-gu (Kerbau Putih) sebagai pemimpin.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Hek-gu
dan Pek-gu memaksa Cin Cin yang sudah
didandani sebagai seorang puteri naik ke dalam
kereta. Anak itu meronta dan melawan, akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang tukang pukul itu meringkusnya dan
memondongnya ke dalam kereta.
Karena khawatir anak itu memberontak terus,
He k-gu lalu tinggal di dalam kereta, sedangkan
Pek-gu yang memimpin pasukan te rdiri dari
sepuluh orang tukang pukul itu. Kereta lalu
dijalankan, meninggalkan Cia Ma yang sambil
senyum-senyum menghitung lagi uang yang ia
te rima dari Coa Tai-Jin.
-ooo0dw0ooo- "Lepaskan aku! Aku tidak sudi diberikan
pembesar itu!" Cin Cin mencoba untuk meloncat
keluar dari dalam kereta, akan tetapi Hek-gu
menangkap kedua le ngannya. Anak itu meronta-
ronta, akan te tapi apa dayanya seorang anak
perempuan berusia delapan tahun menghadapi
seorang tukang pukul yang kuat seperti Hek-gu.
Kedua lengan itu dipegang oleh tangan kiri dan
tidak mampu meronta lagi, apa lagi melepaskan
diri. "Heran, setelah te rdidik selama tiga tahun
engkau kelihatan seperti seorang gadis cilik yang
le mah lembut dan pandai menari, te rnyata pada
dasarnya masih liar," kata Hek-gu dan karena
tidak ingin selama dalam perjalanan harus
menjaga anak itu dan meringkusnya te rus
menerus, dia lalu mengeluarkan sabuk sutera dan
mengikat kedua lengan anak itu dengan sabuk
sutera. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, engkau tidak akan dapat meronta lagi
sekarang," katanya setelah mengikat pula kedua
kaki Cin Cin dan mendorong anak itu terduduk di
sudut bangku kereta. Dia sendiri lalu mele ndut di
sudut lain, merasa aman karena gadis cilik itu kini
tidak dapat membuat ulah lagi. N anti kalau sudah
dekat kota raja, dia harus mele paskan ikatan
kakai-tangan Cin Cin. Tentu saja tidak berani dia
menghadapkan gadis cilik itu dengan kaki tangan
te rbelenggu kepada Coa Tai-Jin.
Setelah tiba di tepi selatan Sungai Huang-ho,
perjalanan dilanjutkan dengan penyeberangan
sungai itu, menggunakan perahu besar. Cin Cin
masih dibelenggu dan belenggu kedua tangannya
baru dilepas kalau ia dipersilakan untuk makan
dan minum. Akan te tapi, anak itu selalu menolak,
tidak mau makan atau minum walaupun kini ia
diam saja, tidak memberontak lagi. Anak ini
maklum bahwa memberontak tidak ada artinya.
Ia harus mencari jalan untuk melarikan diri,
mencari lowongan kesempatan setiap saat.
Di seberang utara, orang-orang yang disuruh
oleh Cia Ma telah siap dengan sebuah kereta lain
yang akan membawa Cin Cin dan pengawalnya ke
kota raja. Ketika malam tiba, rombongan itu
bermalam di sebuah rumah penginapan di kota
kecil seperti direncanakan. Pada keesokan harinya,
pagi-pagi sekali mereka berangkat lagi. Perjalanan
itu cukup jauh, memakan waktu tiga hari tiga
malam. Pada hari ke tiga, kereta berjalan cepat
memasuki sebuah hutan di le reng bukit. Cin Cin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak te rtidur di sudut bangku kereta. Kaki
tangannya te tap terbelenggu. He k-gu kini diganti
oleh Pek-gu yang duduk di kereta, sedangkan Hek-
gu menunggang kuda seperti pengawal lainnya.
Pek-gu yang merasa amat lelah, setelah kini
mendapat kesempatan duduk di dalam kereta,
apalagi melihat Cin Cin yang dijaganya nampak
pulas , diapun merasa mengantuk sekali dan
melenggut di sudut bangku yang lain. Dia sama
sekali tidak tahu betapa bulu
mata anak perempuan itu mulai bergerak-gerak dan sepasang
mata yang bening itu mengintai dari balik pelupuk
mata yang direnggangkan! Karena Cin Cin tidak lagi memperlihatkan sikap
memberontak, dan nampak le lah sekali karena
selama tiga hari ia hanya makan dua tiga kali saja,
maka baik Hek-gu maupun Pek-gu menjadi le ngah.
Mereka menganggap bahwa kini gadis cilik itu
telah menyerah dan menerima nasib. Pula apa
yang dapat dilakukan anak itu" Melarikan diri jelas
tidak mungkin! Karena kelengahan ini, maka ikatan kedua kaki
dan tangannya tidak sekuat dulu. De ngan te kun
dan sabar, Cin Cin berusaha membuka ikatan
kedua kakinya dengan cara membungkuk dan
menggunakan kedua tangannya.
Ia berhasil. Ikatannya terlepas. Untuk melepaskan ikatan
kedua pergelangan tangan, tidak mungkin karena
jari-jarinya tidak dapat mencapai simpul di
pergelangan tangannya. Yang penting kedua kakiku bebas, pikir anak
itu. Ia harus melarikan diri sebelum kereta tiba di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te mpat ramai. Apa lagi setelah memasuki kotaraja,
tidak mungkin sama sekali
melarikan diri. Sekaranglah saatnya, pikirnya.
Kereta berada di jalan sunyi di tengah hutan dan
kedua kakinya sudah bebas. Ia melihat betapa Pek-
gu tidur nyenyak, terbukti dari dengkurnya.
Cin Cin mengintai dari balik tirai kereta. Hek-gu
bersama empat orang pengawal menunggang kuda
berada di depan kereta, sedangkan empat orang
penjaga lain menunggang kuda di belakang kereta.
Kereta itu sendiri ditarik oleh dua ekor kuda,
dikendalikan oleh seorang kusir. Sekaranglah
saatnya, pikir anak itu. Sekarang atau te rlambat!
Ia menanti sampai kereta itu melambat karena
harus mendaki sebuah jalan tanjakan di antara
semak belukar dan pohon-pohon cemara. De ngan
cekatan Cin Cin lalu meloncat keluar dari kereta,
dan karena kereta itu sedang berjalan lambat, ia
dapat meloncat dengan mudah di sebelah kiri
kereta. Sebagai seorang anak yang dahulu pernah
mempelajari dasar ilmu silat, loncatan itu tidak
membuat Cin Cin terjatuh. Ia dapat mengatur
keseimbangan tubuhnya, dan begitu kedua kakinya menyentuh tanah, ia lalu lari menyusup
ke balik semak belukar! "Heii! Anak itu lari.! Kejar.....!" te riak para
pengawal yang berada di bekang kereta.
Teriakan itu mengejutkan Hek-gu yang berada di
depan kereta. Pek-gu yang tadinya tertidur, kini
te rbangun dan kagetlah dia ketika tidak melihat
anak perempuan itu di depannya. Diapun meloncat
keluar dan bersama para pengawal, diapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukan pengejaran. Karena anak itu mengambil jalan di antara semak dan pohon,
sepuluh orang pengawal itupun berloncatan turun
dari atas kuda mereka dan melakukan pengejaran
sambil berte riak-te riak.
Mereka tentu saja memandang rendah kepada
anak perempuan itu, dan menganggap hal itu
seperti main-main saja. Mereka mengejar sambil
berte riak dan te rtawa-tawa, seperti sekawanan
anjing serigala mengejar seekor domba!
Memang amat sukar bagi Cin Cia untuk dapat
meloloskan diri dari kejaran sepuluh orang tukang
pukul itu. Dalam keadaan bias a sekalipun, ia pasti
akan dapat tersusul dan ditangkap kembali.
Apa lagi kini ia lari dengan kedua tangan masih
te rikat di depan tubuh sehingga hal ini tentu saja
mengurangi kecepatan larinya, karena gerakannya
menjadi canggung. Beberapa kali ia te rjerembab,
akan te tapi dengan nekat anak perempuan ini
bangkit lagi dan lari sekuat tenaga.
Belum ada setengah mil Cin Cin melarikan diri,
Pek-gu yang marah sekali karena anak perempuan
itu melarikan diri ketika dia menjaganya di dalam
kereta, telah dapat menangkap pundaknya dari
belakang. Cin Cin membalik dan memukulkan
tangannya ke arah orang yang menangkapnya.
Akan tetapi, sekali menggerakkan tangan, Pek-gu
telah menangkap pergelangan kedua tangan itu.
"Anak setan, kalau tidak ingat pesan Cia Ma,
engkau sudah kupukul!" bentak Pek-gu marah dan
diapun memanggul tubuh Cin Cin di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pundaknya, pengawal lain mentertawakan Pek-gu,
akan tetapi Hek-gu menegur kawannya.
"Apa kau ingin kehilangan kepalamu. Menjaga
sampai tidak tahu anak itu lari."
"Kujamin sekarang ia tidak akan dapat lari lagi
dariku, sampai kita tiba di kota raja." kata Pek-gu
mendongkol bukan main kepada Cin Cin.
"Lepaskan aku! Kalian anjing-anjing busuk.
Lepaskan aku atau bunuh saja aku.!" Cin Cin
berte riak-te riak, akan tetapi ia tidak dapat meronta
lagi, kecuali menggeliat-geliat di atas pondongan
pundak Pek-gu. Sepuluh orang itu sambil tertawa-tawa berjalan
kembali ke arah jalan di mana kereta itu masih
menunggu. Tiba-tiba te rdengar suara merdu tanpa
kelihatan orangnya, suara seorang wanita.
"Anjing-anjing busuk, apakah kalian tuli" Ia
minta dile paskan, apakah kalian tidak mendengarnya?" Sepuluh orang itu te ntu saja te rkejut dan juga
heran. Mereka memandang ke kanan kiri dan tidak
melihat seorangpun. Di antara mereka sudah
menjadi takut dan merasa seram karena menyangka bahwa yang bicara itu te ntu setan
penunggu hutan! Akan te tapi, Hek-gu dan Pek-gu adalah dua
orang jagoan yang tidak mengenal takut. Mereka
sudah mencabut golok masing-masing dan Hek-gu
membentak, "Siapakah yang bicara tadi" Keluar
perlihatkan dirimu kalau e ngkau memang manusia
dan bukan setan!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba te rdengar suara ketawa lirih yang
merdu dan nampak berkelebat bayangan putih dan
tahu-tahu di situ telah berdiri seorang wanita yang
cantik dan bertubuh ramping. Sukar menaksir usia
wanita ini, nampaknya tidak le bih dari tigapuluh
tahun. Rambutnya digelung seperti rambut pute ri
bangsawan. Pakaiannya dari sutera putih yang
halus dan bersih. Sebatang pedang te rgantung di
punggung, dan pinggang yang ramping itu dililit
sehelai cambuk hitam yang seperti ular. Ia
te rsenyum le bar, nampak deretan giginya berkilat
putih, namun sepasang matanya mencorong dan
mengandung keganasan yang mengerikan!
"Anak perempuan yang berani, mengapa engkau
menjadi tawanan anjing-anjing busuk ini?" te rdengar ia bertanya kepada Cin Cin dan semua
pengawal itu mengenal suaranya yang tadi
te rdengar sebelum orangnya nampak.
Biarpun ia dipon dong dengan muka di punggung
Pek-gu, Cin Cin dapat memutar le her dan melihat


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wanita cantik itu. Sekali pandang saja ia dapat
menduga bahwa wanita cantik itu tentulah seorang
yang lihai, seperti ibu Thian Ki, Sim Lan Ci. Maka,
timbullah harapan baginya untuk dapat te rtolong
dari tangan para tukang pukul ini.
"Bibi yang baik, kau tolonglah aku. Aku akan
dijual kepada seorang pembesar di kota raja oleh
anjing-anjing buduk ini!"
Wanita cantik itu bukanlah sembarang wanita.
Kalau saja He k-gu dan Pek-gu tahu dengan siapa
mereka berhadapan tentu mereka akan lari
tunggang-langgang. Nama wanita itu, yaitu nama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
julukannya, sudah te rsohor di seluruh daerah
timur, bahkan sampai ke kota raja. Akan tetapi,
wanita ini memang jarang muncul di dunia ramai,
tidak mau sembarangan memperkenalkan diri.
Padahal ia merupakan seorang datuk sesat yang
memiliki kepandaian yang tinggi. Biarpun nampaknya baru berusia tigapuluhan tahun,
namun sesungguhnya usianya sudah limapuluh
tahun. Ia terkenal dengan julukan Tung-hai Mo-li
(I blis betina Laut Timur), dan namanya adalah
Bhok Sui Lan. Namanya demikian tersohor di
bagian timur, sehingga semua orang kangouw
mengenal nama itu dan takut kepadanya. Oleh
karena itu, ia hidup bagaikan seorang ratu di
antara para tokoh kangouw, dan dari dunia sesat
ia menerima sumbangan dan hadiah yang
membuat hidupnya kecukupan sebagai orang
wanita yang kaya raya. Mendengar ucapan Cin Cin, Tung-hai Mo-li
mengerutkan alisnya, "Hei, anjing muka putih,
engkau sudah mendengar ucapan anak itu"
Lepaskan ia sekarang juga!"
"Bibi yang gagah, orang ini bukan anjing muka
putih, melainkan Pek-gu (Kerbau Putih)." kata Cin
Cin yang timbul keberaniannya.
"Hemm, dia le bih pantas menjadi anjing
daripada kerbau," kata pula wanita cantik itu.
Tentu saja Pek-gu marah sekali mendengar
ejekan-ejekan itu. Akan te tapi karena yang
mengejek dan memakinya adalah seorang wanita
cantik, sejak tadi ia bengong dan te rkagum kagum.
Kini ia melangkah maju dan berkata, "Ha-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ha,manis. Lebih baik engkau menjadi isteriku,
daripada engkau mencampuri urusan
kami. Sayang kalau kulitmu yang putih mulus itu sampai
te rluka ole h golokku."
Sepasang mata itu mencorong. "Engkau.. bangkai anjing!" bentaknya dan tiba-tiba tubuhnya
berkelebat ke depan. Melihat wanita itu menyerang dengan tangan
kosong, Pek-gu memandang rendah. Akan tetapi
karena dia tidak ingin Cin Cin dirampas orang, hal
yang akan membuat dia dua kali kehilangan anak
yang dijaganya, dia mengelebatkan goloknya untuk
membabat tangan wanita berpakaian putih itu,
te ntu saja hanya dengan gerakan ancaman.
Akan te tapi, tiba-tiba saja tangan yang menggerakkan golok itu te rasa lumpuh, disambar
jari tangan wanita itu dan di lain saat, entah secara
bagaimana dia tidak tahu, karena gerakan wanita
itu terlalu cepat baginya, tubuh Cin Cin sudah
te rlepas dari atas pundaknya dan anak perempuan
itu tahu-tahu telah berdiri di samping wanita baju
putih itu! Kini Pek-gu marah sekali. Dia tidak perdull akan
kecantikan wanita baju putih itu. Diputarnya
goloknya di kepala dan diapun berteriak, "Kernbalikan anak itu kepadaku!"
"Bangkai anjing!" Mo-1i (I blis betina) berseru
le mbut dan ia bergerak maju memapak Pek-gu
yang menyerang dengan bacokan golok. Tangan
yang kecil halus itu diangkat menyambut golok
dengan begitu saja ia menangkap golok yang
nyambar kepalanya. Golok itu berhenti seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rsedot dan sebelum Pek-gu tahu apa yang terjadi,
tangan kiri Mo-li sudah menampar dadanya.
"Plakk!" Tamparan itu kelihatannya tidak keras,
akan tetapi akibatnya hebat karena tubuh Pek-gu
te rjengkang dan ia berkelojotan sebentar lalu
te rdiam. Tewas dan baju di dadanya seperti
te rbakar dan nampak bekas te lapak tangan di
sana! Tentu saja Hek-gu te rkejut dan marah sekali,
demikian pula kawan-kawannya. Sembilan orang
itu, dengan senjata masing-masing, sudah maju
mengeroyok Mo-li. Bagaikan seekor kupu-kupu
menari-nari di antara bunga-bunga di taman,
tubuh yang berpakaian putih itu berloncatan atau
seperti beterbangan dan berturut-turut sembilan
orang tukang pukul itu roboh tanpa mengeluarkan
suara dan mereka tidak dapat bangun kembali
karena setiap kali terkena pukulan, mereka roboh
dan tewas! Semua itu terjadi dalam waktu yang amat
singkat sehingga Cin Cin memandang dengan
bengong. Kemudian, anak yang cerdik itu merasa
yakin bahwa wanita berpakaian putih itu adalah
seorang yang sakti, jauh le bih lihai dibandingkan
bibi Sim Lan Ci yang pernah ia kagumi.
Ia cepat menghampiri wanita itu dan menjatuhkan diri berlutut di depan dua kaki
wanita itu. "Bibi, selain menghaturkan te rima
kasih atas pertolonganmu, aku juga mohon sudilah
bibi menerimaku sebagai murid bibi." Tanpa
menanti jawaban, langsung saja Cin Cin memberi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hormat sambil berlutut sebagaimana layaknya
seorang murid memberi hormat kepada gurunya.
"Hemm. kenapa sebelum kuterima kau sebagai
murid, engkau sudah menghormatiku sebagai
gurumu?" "Karena aku yakin subo ( ibu guru pasti akan
menerimaku sebagai murid ).!" Mo-li mengerutkan
alisnya. "Eh, bagaimana e ngkau bisa yakin?"
"Subo telah bersusah payah menyelamatkan aku
dari tangan anjing-anjing ini. Apa artinya pertolongan itu kalau subo tidak menerimaku
sebagai murid. Semua jerih payah subo tadi akan
sia-sia belaka. Karena itu, aku yakin bahwa subo
te ntu menolongku untuk menerimaku sebagai
murid." Sepasang mata yang jeli itu te rbelalak, kemudian
wajah cantik itu membayangkan senyum gembira.
Tung-hai Mo-li adalah seorang wanita aneh,
seorang datuk sesat. Maka, melihat watak anak
perempuan yang tabah, lincah, pandai bicara dan
ugal-ugalan ini, timbul rasa suka di hatinya. Ia
memang tidak pernah mau menerima murid, dan
begitu bertemu dengan Cin Cin, melihat betapa
anak perempuan yang tidak berdaya itu berani
memaki-maki segerombolan pengawal yang kasar
dan jahat, hatinya te rtarik dan ia merasa suka
sekali. Dan ucapan anak itu memang benar. Kalau
tidak te rtarik dan tidak suka kepada ana k itu,
untuk apa ia turun tangan menbunuh sepuluh
orang pengawal tadi" Bias anya, ia tidak suka
mencampuri urusan orang dan tidak perduli
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apakah ada kejahatan terjadi di depan hidungnya
atau tidak, selama peristiwa itu tidak menyangkut
dirinya! "Siapakah engkau" Dan kenapa engkau menjadi
tawanan mereka ini" Ceritakan semua, singkat
saja. Aku ingin mengetahui riwayatmu."
"Namaku Kam Cin, biasa disebut Cin Cin,
usiaku sekarang delapan tahun. Tiga tahun yang
lalu ayahku dibunuh penjahat, ibuku diculik
penjahat, seluruh keluargaku dibasmi gerombolan
penjahat. Seorang sute dari ayahku mendapat
tugas untuk membawa aku pergi mengungsi, akan
tetapi di kota Ji-goan, paman yang culas itu
menjual aku kepada Cia Ma, pemilik rumah pelesir
Ang-hwa. Di sana aku dipelihara dan dididik
selama tiga tahun dan hari ini aku oleh Cia Ma
dijual kepada seorang pembesar Coa di kota raja.
Sepuluh orang ini mengawalku ke rumah pembes ar
itu dan di te mpat ini, aku melihat kesempatan
untuk melarikan diri."
Mo-li mendengarkan dengan kagum dan ia
melihat sabuk sutera yang masih mengikat kedua
tangan gadis kecil itu. "Kenapa baru sekarang
engkau melarikan diri dan sampai tiga tahun
tinggal rumah kotor itu?" tanyanya ragu.
"Begini, bibi, eh. subo. Ketika aku oleh paman
jahanam itu dijual kepada Cia Ma, aku sudah
memberontak dan melawan, bahkan aku sempat
melarikan diri. Akan tetapi aku tertangkap kembali
dan aku lalu menggunakan sias at untuk menurut
dan tidak memberontak. De ngan demikian. selain
mendapatkan perlakukan wajar, aku diajar pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membaca, menulis dan lain kesenian, dan aku
memperoleh kebebasan. Aku selalu mencari kesempatan baik. Siapa kira, nenek gendut itu
menjualku kepada pembesar itu. Maka, dalam
perjalanan aku nekat mencoba untuk melarikan
diri." Mo-li mengangguk-angguk. Ia suka kepada anak
ini, tertarik melihat sikapnya, akan tetapi ia tidak
te rtarik mendengar riwayatnya, tidak ingin tahu
siapa keluarga anak ini yang katanya dibasmi
orang jahat. "Baiklah, kalau engkau mau belajar
dengan rajin, aku mau mengajarkan ilmuku
kepadamu. Akan te tapi sekali saja engkau mengecewakan hatiku atau bermalas-malasan,
engkau akan kubunuh!"
Diam-diam bergidik juga hati Cin Cin mendengar
ancaman ini, dan ia yang menjadi pute ri ketua
perkumpulan orang gagah He k-houw-pang dan
banyak mendengar te ntang orang-orang kangouw
yang aneh, dapat menduga bahwa wanita cantik ini
te ntu seorang tokoh sesat.
"Baik, subo. Aku akan selalu mentaati perintah
subo." "Nah. majulah ke sini!" kata Mo-li dan begitu Cin
Cin melangkah maju, tangannya bergerak.
Cin Cin hanya merasa ada renggutan pada tali
yang mengikat kedua tnngannya dan tali sabuk
sutera itupun putus! Ia semakin kagum. Gurunya
itu tidak kelihatan menyentuh sabuk sutera itu,
akan tetapi sabuk itu putus.
"Mari kita pergi!" kata pula Mo-li dengan singkat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu, subo."
"Ehh?" Mo-li memandang dengan alis berkerut,
matanya mencorong. Kembali Cin Cin merasa
ngeri. Ia harus berhati-hati menghadapi gurunya
ini. Salah-salah sekali tangan gurunya bergerak,


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belum ia tahu apa yang te rjadi, ia sudah
menggeletak dan tewas seperti sepuluh orang itu!
"Subo, di sana masih ada kusir kereta. Apakah
dia dibiarkan saja menjadi saksi semua ini?" Ia
menuding ke arah jalan di mana nampak sebuah
kereta. Pada saat itu, terdengar suara dari kereta
itu. "Heiii! Kenapa lama amat menangkap anak itu"
Kalian cepat kembali ke sini agar dapat melanjutkan perjalanan!" Itulah suara kusir kereta.
"Mari kita ke s ana!" kata Mo-li sambil berlari ke
arah jalan itu, diikuti ole h Cin Cin.
Kusir kereta memandang heran ketika melihat
anak perempuan itu datang bersama seorang
wanita cantik dan tidak nampak seorangpun di
antara pengawal yang melakukan pengejaran tadi.
Ketika Mo-li tiba di depannya, kusir itu memandang heran dan kagum. "Siapa engkau"
Mana mereka dan apa yang terjadi ?"
Baru saja dia menutup mulutnya, dia te rpelanting roboh dari atas kereta, terjungkal dan
te was seketika. De ngan tenang Mo-li berpaling kepada Cin Cin.
"Apakah masih ada lagi di antara mereka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin menelan ludah. Kalau sepuluh orang
tadi roboh dibunuh, ia tidak merasa ngeri bahkan
bersyukur karena mereka merupakan ancaman
baginya. Akan te tapi selama dalam perjalanan
kusir kereta itu tidak pernah bersikap galak dan
tingkah lakunya tidak seperti sepuluh orang
tukang pukul itu. Melihat dia dibunuh seperti itu
oleh gurunya, mau tidak mau ia merasa ngeri juga.
Gurunya ini mengingatkan ia akan para penjahat
yang mengamuk di He k-houw-pang. Sekejam
mereka, kalau tidak lebih kejam lagi malah. Akan
tetapi ia perlu mempelajari ilmu silat tinggi. Kelak
ia harus mencari para pembunuh ayahnya, dan
mencari penjahat yang menculik ibunya. Tanpa
ilmu yang tinggi, ia hanya akan menjadi beban
penghinaan orang lain. Ia kelak juga harus mencari
Lai Kun, untuk menghukumnya.
Mo-li memilih dua ekor kuda te rbaik di antara
kuda-kuda yang berada di situ, kemudian mengajak muridnya naik kuda dan pergi dari situ.
Ia sama sekali tidak bicara, dan Cin Cin juga tidak
bertanya apa-apa, hanya mengikuti gurunya.
-ooo0dw0ooo- The Siong Ki baru berusia enam tahun, akan
tetapi dia seorang anak yang cerdik dan pemberani.
Dalam usia sekecil itu, dia telah kehilangan ayah
ibunya. Bahkan dalam keadaan putus asa
ditinggalkan orang tuanya, harapannya timbul
ketika dia berte mu Poa Liu Hwa, is tri pangcu
(ketua) He k-houw pang dan dia diangkat murid
oleh Poa Liu Hwa. Akan tetapi, harapan itu hancur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali ketika dia melihat betapa subo (ibu guru)
itu bukan seorang wanita yang memiliki kepandaian tinggi. Bahkan menghadapi musuhnya
menjadi tidak berdaya, dan hal ini mengecewakan
hatinya. Apa lagi ketika muncul laki-laki tinggi
besar bernama Lie Koan Tek itu, yang menurut
keterangan dari pria muda tampan yang menyerang subonya, adalah pembunuh ayahnya,
dia diam-diam segera meninggalkan te mpat subonya berkelahi. Dia harus pergi, mencari guru
yang le bih tangguh dan dia tahu ke mana harus
mencari guru yang sakti. Dia te ringat akan
pendekar sakti Si Han Beng yang berjuluk Huang-
ho Sin-liong (N aga Sakti Sungai Kuning), yang
berte mpat tinggal di dusun Hong-cun di le mbah
Huang-ho. Dia tahu bahwa Kam Cin atau Cin Cin,
pute ri subonya itu sendiri diantar oleh paman
gurunya, Lai Kun untuk mengungsi ke Hong-cun
dan menjadi murid pendekar sakti itu. Dia akan
menyusul ke sana dan dia akan mohon agar
dite rima menjadi murid, bersama Cin Cin!
Untuk menjamin keselamatannya dalam perjalanan, Siong Ki sengaja membiarkan pakaiannya compang-camping seperti seorang
anak je mbel. Dengan demikian tidak ada orang
yang suka mendekatinya apa lagi mengganggunya.
Gangguan orang lain selalu hanya karena yang
diganggu memiliki kelebihan, yaitu keindahan
pakaian dan uang, ketampanan atau kecantikan
wajah, kepandaian dan sebagainya yang menimbulkan iri hati dalam hati orang lain. Siapa
yang akan mengganggu seorang anak jembel yang
kotor, miskin, bodoh dan papa" Padahal, Siong Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyimpan perak cukup banyak, bahkan sedikit
emas, untuk bekal. De ngan cara menghemat, juga tidak sampai
ketahuan orang lain kalau dia membelanjakannya,
dia dapat melakukan perjalan yang amat jauh itu
dengan selamat. Beberapa bulan kemudian, tibalah
ia di lembah Huang-ho dan dengan bertanya-tanya,
akhirnya dapat juga ia memperoleh keterangan di
mana adanya dusun Hong-cun, te mpat tinggal
pendekar sakti Si Han Beng itu. Tentu saja ia
cukup cerdik untuk tidak menyebut-nyebut nama
pendekar itu, karena hal ini akan menimbulkan
kecurigaan dan menarik perhatian orang. Tentu
mengherankan kalau seorang anak pengemis
bertanya-tanya tentang seorang pendekar sakti
seperti Huang-ho Sin-liong Si Han Beng itu!
Akhirnya, setelah melakukan perjalanan yang
amat jauh dan lama karena dia mencari-cari dan
bertanya-tanya sepanjang jalan, pada siang hari itu
Siong Ki berhasil tiba di pekarangan depan rumah
pendekar sakti Si Han Beng.
Tentu saja setelah tiba di dusun Hong-cun, amat
mudah bagi Siong Ki mencari rumah besar itu.
Semua orang mengenal keluarga Si ini. Si Han
Beng adalah seorang pendekar sakti, walaupun dia
dan keluarganya hidup se derhana sebagai petani di
dusun itu. Melihat keadaan keluarganya yang
hidup sederhana, tentu tidak ada orang yang
menyangka bahwa dia adalah Naga Sakti Sungai
Huang-ho yang namanya pernah menggemparkan
dunia kangouw, te rutama di sepanjang sungai
besar itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si Han Beng masih muda, baru dua puluh tujuh
tahun usianya, namun dia sudah membuat nama
besar dengan sepak te rjangnya yang gagah
perkasa. Tubuhnya tinggi besar dan gagah,
wajahnya tampan dan sikapnya pendiam. Pakaiannya sederhana seperti petani biasa.
Satu-satunya yang menunjukkan bahwa dia
seorang pendekar sakti barangkali adalah matanya. Mata itu mencorong seperti mata seekor
seekor naga! Dia telah mewarisi ilmu-ilmu dari Si
Rajawali Sakti Liu Bhok Ki, dari Raja Pengemis Sin-
ciang Kai-ong, dan terakhir sekali dari pertapa
sakti Pek I Tojin. Tidak mengherankan kalau Si
Han Beng memiliki ilmu kepandaian yang bebat.
Isterinya juga seorang pendekar wanita yang
tingkat kepandaiannya hampir menandingi suaminya. Isterinya bernama Bu Giok Cu, baru
berusia duapuluh lima tahun. Wanita ini cantik
jelita, lincah jenaka dan cerdik. I a pernah mewaris i
ilmu-ilmu yang dahsyat dan ganas dari Ban-tok
Mo-li (Iblis Betina Selaksa Racun), kemudian
digemble ng oleh Hek Bin Hwesio, seorang pendeta
Siauw-Lim-pai yang suka mengembara dan yang
memiliki ilmu kepandaian hebat.
Tiga tahun mereka menikah dan mereka
mempunyai seorang anak perempuan yang mereka
beri nama Si Hong Lan dengan panggilan sehari-
hari Lan Lan. Anak itu kini sudah dua tahun
usianya. Seorang anak yang sehat dan mungil.
De ngan jantung berdebar karena te gang, harap-
harap cemas, Siong Ki berdiri di pekarangan
rumah keluarga Si. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia mengharapkan akan melihat Kam Cin di
situ. Kalau saja Cin Cin yang lebih dahulu keluar
dan melihatnya, tentu anak perempuan itu akan
mengenalnya. Karena mereka adalah kawan bermain sejak kecil. Dan perjumpaan itu tentu
akan memudahkan dia untuk menghadap pendekar sakti Si Han Beng, untuk mohon agar
dite rima sebagai murid, seperti halnya Cin Cin.
Akan te tapi yang keluar adalah seorang laki-laki
setengah tua yang berpakaian seperti pelayan.
Melihat seorang anak laki-laki berpakaian je mbel
berdiri di pekarangan, laki-laki itu menghampiri
dan mene gurnya. "Mau apa engkau berdiri di s ini" Ayo cepat pergi,
anak malas!" Siong Ki mengamati orang itu. Pasti bukan
pendekar sakti Si Han Beng pikirnya. Menurut
cerita yang didenngarnya, pendekar besar itu
belum ada tiga puluh tahun usianya, sedangkan
pria ini sedikitnya tentu empatpuluh tahun.Dan
te guran itu demikian kakunya, begitu berte mu,
tanpa alasan dia dimaki sebagai anak malas.
"Paman, aku bukan anak pemalas," ia membantah. Orang itu mendekat dan matanya memancarkan
kemarahan. "Apa" Engkau bukan anak pemalas"


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lihat pakaianmu. Engkau seorang pengemis,
bukan" Semua pengemis yang bertubuh sehat dan
tidak cacat adalah pemalas! Tidak mau bekerja.
Engkau te ntu bukan anak dusun ini, karena di sini
tidak ada pengemis. Hayo cepat pergi, jangan
berdiri saja di pekarangan ini. Lebih baik engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera keluar dari dusun ini karena takkan ada
seorangpun suka memberi derma kepada seorang
pemalas!" Wajah Siong Ki berubah kemerahan. Dia marah
sekali, akan tetapi dia masih dapat menahan
kesabarannya, karena tengingat bahwa dia telah
berada di pekarangan rumah pendekar yang dia
harapkan suka menerimanya sebagai murid.
"Paman, kuharap paman jangan menilai seseorang dari pakaiannya. Aku melakukan perjalanan jauh dan demi keamanan di dalam
perjalanan, aku sengaja mengenakan pakaian yang
butut agar disangka pengemis dan tidak diganggu
orang. Aku bukan pemalas, dan tidak pernah
minta-minta, paman. Kalau paman tidak percaya,
ini masih ada sisa bekalku untuk biaya perjalananku." Dia mengeluarkan kantung kecil di
mana masih ada dua potong emas dan beberapa
potong perak. Ketika dia membuka kantong kecil
itu dan memperlihatkan isinya orang itu te rcengang, akan tetapi pandang matanya terhadap
Siong Ki berubah. Kini penuh perhatian dan
te rtarik. "Hemm, anak yang aneh, siapakah kau dan
mengapa pula engkau datang ke sini?"
"Panjang ceritanya, paman. Aku datang ke sini
untuk menghadap tai-hiap (Pendekar bes ar) Si Han
Beng. Kalau paman seorang di antara para
penghuni rumah ini, kuharap paman suka
memberitahukan kepada Si-taihiap bahwa aku
mohon menghadap." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu, tidak begitu mudah untuk berte mu
dengan Si-taihiap, apalagi seorang anak kecil
seperti engkau. Katakan dulu siapa namamu, dan
dari mana engkau datang sehingga aku akan
mempertimbangkan apakah sudah pantas kulaporkan kepadanya tentang kunjunganmu."
Kini tahulah Siong Ki bahwa orang ini adalah
seorang pelayan, atau setidaknya seorang pembantu dari keluarga Si, maka giranglah hatinya
dan diapun bersikap lebih ramah dan sopan.
"Paman yang baik, te rima kasih sebelumnya atas
kebaikanmu. Namaku adalah The Siong Ki. Harap
paman laporkan kepada Si Tai-hiap bahwa ayahku
adalah murid He k-houw-pang, suheng dari ketua
He k-houw-pang dan bahwa kedatanganku membawa berita yang amat penting te ntang He k-
houw-pang. Kukira Si tai-hiap nanti sudi untuk
menerimaku menghadap, paman."
Pembantu itu mengangguk-angguk, "Aku pernah
mendengar tentang Hek-houw-pang. Baik, akan
kulaporkan kepada Taihiap. Kau tunggulah di sini,
Siong Ki." "Terima kasih, paman."
Pembantu itu masuk ke dalam melalui pintu
samping dari mana tadi dia keluar dan Siong Ki
menanti dengan jantung berdebar te gang. Kalau
Cin Cin sudah berada di situ, te ntu keluarga Si
sudah mendengar te ntang malapetaka yang menimpa He k-houw-pang, dan namanya te ntu
akan dikenal Cin Cin dan mereka te ntu akan
menerimanya dengan baik. Andaikata Cin Cin
belum tiba di situ, hal yang tidak mungkin karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te ntu anak perempuan yang diantar oleh s usioknya
Lai Kun, te ntu dapat melakukan perjalanan lebih
cepat darinya, maka dengan mendengar nama Hek
houw-pang, pendekar itu tentu akan tertarik pula
dan suka menerimanya. Dugaan Siong Ki memang benar. Begitu Si Han
Beng dan is terinya, Bu Giok Cu, mendengar
laporan pembantu mereka bahwa di luar ada
seorang anak laki-laki berusia enam tujuh tahun
bernama The Siong Ki yang mengaku sebagai
murid keponakan ketua He k-houw-pang, suami
isteri pendekar itu segera keluar menyambut. Bu
Giok Cu menggendong putrinya, Lan Lan yang
berusia dua tahun lebih. Akan tetapi, suami isteri itu merasa heran ketika
melihat bahwa yang berada di luar hanya seorang
anak laki-laki yang melihat keadaan diri dan
pakaiannya, je las seorang jembel atau pengemis
kotor! Pembantu mereka tadi tidak atau belum
menceritakan keadaan anak itu.
Melihat munculnya seorang pria muda tinggi
besar dan gagah yang pakaiannya sederhana
seperti petani, bersama seorang wanita menggendong anak perempuan berusia dua tahun,
dan wanita itu cantik dan bermata tajam, Siong Ki
tidak merasa ragu lagi. Tentu ini yang bernama
Si Han Beng dan berjuluk Naga Sakti Sungai
Huangho itu! Tanpa ragu lagi ia lalu menghampiri
dan menjatuhkan diri berlutut di depan suami
isteri itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya The Siong Ki menghaturkan hormat saya
kepada Tai-hiap Si Han Beng berdua, dan mohon
maaf kalau kedatangan saya ini mengganggu
taihiap." Si Han Beng dan Bu Giok Cu saling pandang.
Sikap anak ini je las menunjukkan bahwa dia
bukan seorang jembel biasa.
''Anak baik, kami tidak mengenalmu. Benarkah
engkau dari He k-houw-pang" Kalau benar demikian, mengapa engkau datang ke sini minta
berjumpa dengan kami?"
Siong Ki masih berlutut. "Taihiap ayah saya
bernama The Ci Kok dan dia adalah suheng dari
He k-houw-pang Pangcu Kam Seng Hin. Hek-houw-
pang te rtimpa malapetaka, tentu taihiap berdua
sudah mendengar akan hal itu dari adik Cin Cin."
Suami isteri itu saling pandang, kemudian Bu
Giok Cu yang berkata, "Apa maksudmu, Siong Ki"
Siapa itu Cin Cin" Kami belum mendengar apa-apa
te ntang Hek-houw-pang." Suaminya cepat menambahkan. "Siong mari kita masuk ke dalam
dan kau ceritakan apa yang telah terjadi."
Bukan main girangnya hati Siong Ki. Seperti
telah digambarkannya, te rnyata suami isteri
pendekar itu ramah. Dia mengikuti mereka masuk
ke dalam rumah yang cukup besar itu dan diam-
diam dia merasa heran mengapa tidak nampak Cin
Cin keluar menyambutnya. Apa lagi tadi isteri
pendekar itu mengatakan tidak mengenal Cin Cin.
Sungguh aneh! Ini berarti bahwa Cin Cin belum
tiba di tempat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka memasuki ruangan dalam dan Giok Cu
menyuruh Siong Ki duduk lalu berkata, "Engkau
lapar dan ingin makan dulu sebelum bercerita?"
Suaminya mengangguk membenarkan
karena diapun merasa kasihan kepada anak yang keadaannya seperti seorang anak jembel itu.
Wajah Siong Ki berubah merah dan diam-diam
dia merasa mendongkol juga. Akan tetapi dia dapat
memaklumi. Suami isteri ini te ntu menganggap dia
telah menjadi pengemis yang te rlantar dan
kelaparan. "Terima kasih, tadi saya sudah membeli sarapan
pagi sebelum berkunjung ke sini." Mendengar ini,
suami isteri itu kembali saling pandang. Seorang
anak jembel membeli sarapan pagi" Ganjil sekali.!
"Hemm, engkau mempunyai uang untuk membeli sarapan?" tanya Han Beng yang merasa
heran. De ngan tenang Siong Ki mengeluarkan lagi
kantung kain dan membuka kantung itu memperlihatkan isinya. Suami isteri itu terbelalak.
Emas dan perak dalam kantung itu memang cukup
untuk membeli makanan selama berbulan-bulan.!
"Hemm, engkau mempunyai uang akan te tapi
mengenakan pakaian jembel" Siong Ki, apa artinya
ini dan mengapa pula engkau meninggalkan He k-
houw-pang dan melakukan perjalanan jauh sampai
ke sini?" "Taihiap, sebelum saya menjawab, harap beri
tahukan lebih dulu kepada saya, apakah a dik Kam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin, puteri susiok, yaitu ketua Hek-houw-pang,
belum tiba di sini?"
Suami isteri itu menggeleng kepala, Si Han Beng
memang tidak mempunyai hubungan dengan He k-
houw-pang, akan te tapi karena dia merupakan
adik angkat dari Coa Siang Lee, dan Siang Lee
adalah keturunan keluarga Coa yang menjadi
pimpinan He k-houw-pang, maka dia mengenal
He k-houw-pang. "Tidak ada dari He k-houw-pang yang datang ke
sini sebelum engkau. Siong Ki duduklah yang baik
dan ceritakan segala apa yang terjadi di Hek-houw-
pang. Kaubilang tadi Hek-houw-pang te rtimpa
malapetaka?" Slong Ki lalu menceritakan semua peristiwa yang
te rjadi, betapa Hek-houw-pang diserbu gerombolan
pemberontak, anak buah pemberontak Cian Bu
Ong, karena He k-houw-pang membantu pemerintahan kerajaan baru untuk mengamankan
daerah. "Dalam penyerbuan yang dilakukan

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

oleh penjahat-penjahat yang berkepandaian tinggi itu,
hampir semua anggota He k-houw-pang te rbasmi
dan te was. Pangcu Kam Seng Hin sendiri tewas.
Juga ayah saya, The Ci Kok, suheng dari pangcu,
te was oleh gerombolan sehingga saya menjadi
yatim-piatu karena ibu sudah meninggal beberapa
tahun yang lalu. Di antara puluhan orang anggota
He k-houw-pang yang te was, juga terdapat susiok
(paman guru) Coa Siang Lee yang kebetulan datang
bertamu bersama isteri dan pute ranya....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhh.....!!" Si Han Beng berseru kaget bukan
main mendengar bahwa kakak angkatnya juga
te was dalam perte mpuran ketika He k-houw-pang
diserbu para pemberontak. "Kanda Coa Siang Lee
te was......" Bagaimana dengan isterinya, enci Sim
Lan Ci dan pute ra mereka. Coa Thian Ki?"
"Me nurut kete rangan yang melihatnya, ibu dan
anak itu diculik dan dilarikan penjahat."
"Ahhhh........!" Si Han Beng semakin terkejut dan
juga khawatir mendengar ini. "Dan bagaimana
dengan kakek Coa Song.......?"
"Kakek meninggal dunia karena duka dan sakit
setelah terjadi peristiwa yang mendatangkan
malapetaka bagi He k-houw-pang itu. Sebelum
meninggal, kakek Coa Song berpesan agar cucunya, yaitu adik Kam Cin yang selamat dari
pembasmian itu, diantar ke sini untuk berguru
kepada ji-wi. Yang mengantarkan adik Cin Cin
adalah susiok Lai Kun. Sungguh aneh sekali
mengapa mereka belum juga tiba di sini,
sedangkan saya yang berangkat beberapa hari
kemudian dan melakukan perjalanan sukar dan
lambat, bisa sampai di sini lebih dulu."
"Siong Ki, engkau yang sudah yatim piatu,
mengapa engkau meninggalkan rumah orang
tuamu di Ta-bun-cung dan bersusah payah datang
ke te mpat ini yang sangat jauh?" Si Han Beng
bertanya sambil memandang tajam.
Mendengar pertanyaan ini, Siong Ki tampak
sedih sekali. "Taihiap, tadinya saya ingin membunuh diri saja di depan makam ayah. Saya
sudah putus asa, tidak mempunyai keluarga lagi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan untuk membalas kematian ayah dan semua
saudara He k-houw-pang, saya tidak memiliki
kemampuan. Ketika saya berada di makam, tiba-
tiba muncul bibi Poa Liu Hoa, yaitu isteri mendiang
susiok Kam Seng Hin. Ia membujuk saya dan saya
mau diangkat menjadi muridnya. Lalu kami pergi,
hendak menyusul adik Cin Cin ke sini. Akan tetapi
di te ngah perjalanan kami berte mu dengan
perampok dan melihat bibi Poa Liu Hwa tidak
mampu melawan para penjahat, saya pikir tidak
ada gunanya menjadi muridnya. Maka, saya lalu
melarikan diri dan seorang diri melakukan
perjalanan ke sini. Agar aman dalam perjalanan,
saya menyamar sebagai seorang pengemis, dan
menggunakan uang peninggalan ayah, saya akhirnya dapat menghadap taihiap di sini."
Kembali suami isteri itu saling pandang. Diam-
diam mereka merasa kagum. Seorang anak berusia
enam tujuh tahun berani menempuh perjalanan
sejauh itu seorang diri saja dan berhasil mencapai
tujuan. Ini membutuhkan keberanian dan keteguhan hati, besarnya semangat dan tahan uji.
Seorang anak yang baik. "Dan apa maksudmu datang menghadap kami di
sini?" tanya pula Han Beng.
Mendengar pertanyaan ini, Siong Ki tiba-tiba
menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Han Beng
dan menangis. Akan tetapi hanya sebentar dia
menangis karena dia sudah dapat menguatkan
hatinya lalu berkata, "Saya mohon taihiap sudi
menerima saya sebagai murid. Tujuan hidup saya
hanya satu, yaitu kelak kalau sudah memiliki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepandaian, saya akan mencari para pembunuh
ayah dan pembasmi He k-houw-pang untuk membalas dendam. Saya mau bekerja apa saja,
menjadi pelayan, pembantu atau apa saja, asal
taihiap sudi menerima saya menjadi murid."
Kembali suami isteri itu saling pandang.
Sebetulnya, mereka tidak mempunyai niat untuk
menerima murid. Mereka mengambil keputusan
untuk mewariskan semua kepandaian mereka
kelak kepada Lan Lan, puteri dan anak mereka
satu-satunya, kecuali kalau kelak mereka mendapatkan anak lagi. Mereka hanya akan
menurunkan ilmu-ilmu mereka kepada anak-anak
mereka. Akan tetapi, melihat kesungguhan hati
Siong Ki, dan mengingat akan nasib anak itu, hati
Han Beng merasa tidak te ga untuk menolaknya.
Apa lagi, anak itu baik dan te guh hati, tabah dan
kelak dapat menjadi pengasuh dan kawan bermain
Lan Lan yang membutuhkan contoh anak lain yang
le bih tua dan yang berwatak baik. Maka diapun
memberi isyarat dengan mata pada isterinya,
kemudian berkata dengan suara yang tegas.
"The Siong Ki, melihat keadaanmu aku dapat
menerimamu sebagai murid, hanya dengan beberapa syarat. Sanggupkah engkau memenuhi
syarat-syarat itu, mentaatinya dan sanggup menerima hukumannya kalau melanggar?"
Dapat dibayangkan betapa besar rasa girang
dalam hati anak itu. Dia lalu memberi hormat
dengan membentur-benturkan dahinya di lantai.
"Teecu (murid) The Siong Ki bersumpah bahwa
teecu akan mentaati semua perintah suhu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memenuhi semua syarat yang suhu ajukan dan
sanggup pula menerima hukumannya kalau kelak
teecu melanggar." Si Han Beng tersenyum. Wajahnya cerah. Anak
ini tanpa diminta bahkan telah bersumpah. Hal ini
membuktikan kesungguhan hatinya.
"Dengar baik-baik syaratku. Pertama semua
ceritamu tentang keadaan dirimu tadi tidak bohong
dan benar. Kedua, engkau harus belajar dengan
rajin dan mentaati semua perintahku. Ke tiga,
engkau tidak boleh mempergunakan ilmu silat
yang kuajarkan kepadamu untuk berbuat jahat
dan sewenang-wenang. Ke empat, engkau harus
dapat menjadi teladan anak kami Si Hong Lan ini,
menyayang dan mengasuhnya, dan kelak membantu dan melindunginya seperti adikmu
sendiri. Nah, kalau engkau melanggar satu di
antara empat syarat itu, kelak aku akan menghukummu dan mencabut semua ilmu darimu
dengan membuatmu cacat seumur hidup!"
Tanpa ragu Siong Ki mengangguk."Teecu sanggup memenuhi semua syarat itu dan menanggung hukumannya kalau melanggar.!"
"Bagus! Mulai saat ini, aku adalah suhumu.
Akan tetapi ingat, hanya aku yang menjadi
gurumu. Isteriku tidak akan mengajarmu, dan
engkau panggil bibi kepadanya, bukan subo (ibu
guru)!" "Baik, suhu." Han Beng sengaja mengeluarkan janji itu,
karena dia berhati-hati. Kelak bagaimanapun juga,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tingkat kepandaian anak-anaknya harus lebih
tinggi daripada tingkat kepandaian muridnya.
Sehingga kalau dia dan is terinya sudah tidak ada,
anak-anaknya akan mampu mengendalikan muridnya kalau-kalau dia menyeleweng. Kalau dia
seorang diri yang mengajarkan ilmu kepada Siong
Ki sedangkan anak-anak mereka kelak menerima
gemblengan dari dia dan isterinya maka tentu
Siong Ki tidak akan mampu menandingi anak
mereka yang menguasai ilmu gabungan mereka,
biarpun andaikata Siong Ki memiliki bakat yang
le bih baik. Ilmu kepandaiannya dan ilmu kepandaian
isterinya jauh berbeda, dari dua aliran yang sama
sekali berbeda dan memiliki kehebatan masing-
masing. De mikianlah, mulai hari itu, Siong Ki menjadi
murid Si Han Beng dan tinggal di rumah pendekar
itu. Dan dia memang merupakan seorang anak
yang amat menyenangkan hati Si Han Beng dan Bu
Giok Cu karena dia rajin bukan main. Dia mau
mengerjakan apa saja, membereskan rumah dan
pekarangan, bekerja di sawah ladang, bahkan
mengajak Lan Lan bermain. Maka, Han Beng juga
dengan sungguh hati mulai mengajarkan dasar-
dasar ilmu silat kepada Siong Ki.
Tentang malapetaka yang menimpa He k-houw-
pang Han Beng dan Giok Cu tidak dapat berbuat
apa-apa. Mereka ikut prihatin dan malam itu juga,
Han Beng membuat sembahyang untuk arwah
kakak angkatnya, Coa Siang Lee, dan mengundang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendeta dari kuil untuk mengatur upacaranya.
Hanya itu yang dapat dia lakukan.
-ooo0dw0ooo- Ketika Kerajaan Sui jatuh oleh pemberontakan Li
Sie Bin dalam tahun 614 dan kaisar te rakhir
Kerajaan Sui yang bernama Yang Ti melarikan diri
ke daerah Yang-couw dan kemudian dibunuh oleh
kaum pemberontak, maka Li Si Bin lalu mendirikan wangsa baru, yaitu kerajaan Tang. Li
Si Bin pula yang membujuk ayahn ya yang bernama
Li Goan, untuk naik tahta menjadi kaisar pertama
dari kerajaan baru Tang, dan berjuluk Kaisar Tang
Kao Cu. Ada dua hal yang menjadi tujuan dari siasat Li
Si Bin mengangkat ayahnya sebagai kaisar ini.
Pertama, untuk darma-bakti kepada ayahnya dan
hal seperti ini amat dihargai oleh rakyat dan
kedua, dia akan dapat le bih memusatkan tenaga,
waktu dan

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perhatiann untuk memimpin pasukannya menaklukkan seluruh daerah. Kalau
dia yang menjadi kaisar, te ntu dia tidak begitu
leluasa melakukan perang terhadap para pemberontak yang mula-mula tidak mau mengakui
kerajaan baru Tang sebagai yang dipertuan. Akan
tetapi, dengan ayahnya menjadi kaisar yang
mengatur roda pemerintahan, sedangkan dia
sendiri menjadi panglima besar yang menggerakkan aksi-aksi pembersihan, maka dia
dapat bekerja sepenuh hati.
Siasat ini berhasil baik. Dalam waktu beberapa
tahun saja, seluruh wilayah kekuasaan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tadinya dimiliki Kerajaan Sui, telah dapat direbutnya dan semua pemberontak atau sisa-sisa
kekuatan yang masih setia te rhadap Kerajaan Sui
yang sudah runtuh, atau kekuatan-kekuatan yang
ingin berdiri sendiri dan tidak mau tunduk kepada
kerajaan baru Tang, dapat dihancurkan dan
ditundukkan. Bahkan semua perlawanan yang
dilakukan oleh Cian Bu Ong, bekas pangeran
kerajaan Sui, dapat pula dilumpuhkan, Pangeran
Cian Bu Ong kekurangan pendukung, maka tidak
mungkin dia dapat melawan kekuatan pasukan
besar Kerajaan Tang. Akhirnya, Pangeran Cian Bu Ong te rpaksa
melarikan diri dan menghentikan usahanya untuk
menegakkan kembali kerajaan Sui.
Sim Lan Ci yang sudah kematian suaminya,
ketika melihat bahwa Pangeran Cian Bu Ong
benar-benar seorang pangeran yang setia kepada
Kerajaan Sui dan berusaha menegakkan kembali
kerajaan itu, membantu sekuat tenaga. Sim Lan Ci
merasa berhutang budi kepada pangeran ini, dan
karena Pangeran Cian Bu Ong bersikap sopan dan
baik kepadanya, bahkan bersikap menyayang
kepada pute ranya, Coa Thian Ki yang diangkat
menjadi murid pangeran itu, ikut pula melarikan
diri mengungsi bersama sang Pangeran ke barat,
ke daerah perbatasan Tibet di mana kekuasaan
Kerajaan Tang tidaklah begitu kuat.
Pangeran Cian Bu Ong tinggal di sebuah lereng
bukit dimana dia membangun sebuah rumah
besaa dan hidup dengan aman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun pangeran ini dapat hidup serba kecukupan karena dia membawa harta yang cukup
banyak, namun setelah pindah ke daerah barat itu
bersama Sim Lan Ci dan Thian Ki, setiap hari dia
hanya te rmenung di dalam taman bunga yang
dibuatnya sendiri. Pangeran yang berusia limapuluh dua tahun ini setiap hari hanya
membaca sajak sambil minum arak di taman, atau
duduk melamun di ruangan belakang. Tubuhnya
yang tinggi besar itu mulai kurus, mukanya yang
biasanya kemerahan menjadi agak pucat dan sinar
matanya selalu redup. Kekalahan yang dideritanya,
dan mengingat akan runtuhnya Kerajaan Sui dan
te rbasminya keluarga kaisar, juga terbunuhnya
keluarganya sehingga kini hanya tinggal Cian Kui
Eng seorang, anak perempuannya yang baru
berusia empat tahun dan yang amat dekat dengan
Sim Lan Ci. Dia hidup kesepian dan patah
semangat. Sim Lan Ci merasa suka dan juga kasihan sekali
kepada pangeran itu. Kalau dibiarkan, ia khawatir
pangeran itu akan jatuh sakit. Padahal, waktu itu,
ia sendiri seperti kapal kehilangan kemudi, dan
hanya pangeran itu yang dipandangnya sebagai
juru mudi dan pene ntu arah hidupnya. Kini,
melihat pangeran itu dalam keadaan seperti itu,
te nggelam setiap hari dalam kedukaan, tentu saja
ia merasa khawatir dan ikut berduka.
Pada suatu senja, ia tidak dapat menahan lagi
hatinya ketika melihat Pangeran Cian Bu Ong
kembali termenung dan duduk seperti arca di
bangku dalam taman. Bukan sedang menulis
sajak, tidak pula bersamadhi atau membaca kitab,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melainkan termenung seperti patung. Bahkan
pangeran yang memiliki kesaktian itu demikian
te nggelam dalam renungannya sehingga tidak tahu
bahwa Sim Lan Ci memasuki taman dan menghampirinya dengan langkah ringan.
Dalam usianya yang tigapuluh tahun le bih, Sim
Lan Ci masih cantik, bahkan lebih cantik karena ia
telah menjadi seorang wanita yang masak,
digemble ng pengalaman manis dan pahit silih
berganti. Kalau dulu, sejak gadis ia suka mengenakan pakaian sutera hitam, kini kebiasaan
itu diubahnya sejak suaminya tewas. Ia kini selalu
mengenakan pakaian dari sutera putih, seolah
hendak berkabung selama hidupnya untuk kematian suaminya tercinta!
Ketika ia menghampiri Pangeran Cian Bu Ong
dari samping, melihat wajah pangeran itu, ia
merasa terharu. Jarang ia dapat mengamati wajah
pangeran itu, dan sekarang ia mendapatkan
kesempatan, karena Pangeran itu seperti patung,
tidak menengok sehingga ia berani mengamati
wajah itu. Wajah yang jantan, penuh daya tarik
karena membayangkan kekuatan dan kewibawaan
sekaligus kelembutan yang diperlunak lagi oleh
garis -garis kedukaan. Sudah lama dia membiarkan
rambut dan kumis je nggotnya tidak te rpelihara
awut-awutan, namun tidak mengurangi kejantanannya. Seorang pria yang kuat, yang
bersemangat, dan aneh, di samping ilmu kepandaian yang tinggi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
''Pangeran..... " Sim Lan Ci memanggil lirih,
sambil berhenti dan berdiri dalam jarak tiga meter
dari pangeran itu. Pangeran Cian Bu Ong menoleh perlahan dan
mencoba untuk tersenyum ketika melihat siapa
yang memanggilnya. "Ah, kiranya engkau, nyonya Sim," katanya
le mbut. "Ada keperluan apakah engkau mencariku" Aku tidak ingin
makan malam sekarang, engkau ajaklah Thian Ki dan Kui Eng
untuk makan malam lebih dulu. Nanti kalau sudah
lapar, aku akan makan sendiri."
Akan te tapi, Sim Lan Ci tidak pergi, masih
berdiri di situ dan memandang kepada Pangeran
Cian Bu Ong dengan hati te rharu dan merasa
kasihan sekali. Pangeran ini selalu bersikap sopan
dan halus budi, bahkan selalu menyebutnya
nyonya. "Pangeran......"
Senyum itu getir sekali dan Cian Bu Ong
mengangkat tangan kirinya ke atas seperti hendak
menangkis . "Nyonya yang baik, hentikanlah sebutan itu! Setiap kali aku mendengar sebutan
pangeran hatiku seperti ditusuk rasanya. Tidak,
aku bukan pangeran lagi. Sudah lama aku bukan
pangeran, melainkan pemberontak bagi Kerajaan
Tang yang baru, pemberontak yang gagal dan
sekarang bahkan hanya menjadi seorang buruan,
seorang pelarian....... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sim Lan Ci merasa ikut pedih hatinya mendengar ucapan itu. "Baiklah, kalau begitu saya
akan menyebut Lo-cian-pwe......"
"Aih, jangan nyonya. Aku bukanlah seorang
datuk atau tokoh bes ar di dunia persilatan." "Kalau
begitu, akan saya sebut Cian taihiap (pendekar
besar Cian)........"
"Hemm, orang seperti aku ini mana pantas
menjadi pendekar besar" Lebih senang hatiku
kalau kausebut aku toako (kakak bes ar) saja."
"Baiklah, toako. Cian-toako, terimalah hormat
adikmu." Lan Ci memberi hormat dengan sikap
hormat dan sungguh-sungguh. Karena memberi
hormat sambil menunduk, Lan Ci tidak melihat
betapa wajah pria itu yang selama beberapa lama
ini selalu suram tiba-tiba menjadi cerah berseri.
"Terima kasih, aku senang sekali mendengar
sebutan toa-ko itu, nyonya Sim......."
"Aih, toako! Mana ada seorang toako menyebut
nyonya kepada adiknya?" Lan Ci cepat menegur
sambil tersenyum. Sepasang mata bekas pangeran
itu terbelalak dan senyumnya berkembang menjadi
tawa yang bergelak-gelak. Dia bagaikan seorang
yang te lah menemukan kembali semangatnya dan
wanita muda itu memandang dengan hati te rharu
dan penuh rasa senang. "Sim Lan Ci, adikku yang baik. Sungguh aku
berte rima kasih kepadamu, kau te lah mendatangkan kebahagiaan bes ar di dalam hatiku,
Ci-moi (adik Ci) dan kuharap engkau tidak akan
mencabut kembali harapan dan kebahagiaanku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toako, akupun merasa berbahagia melihat
toako dapat te rtawa gembira. Selama ini, aku ikut
prihatin melihat keadaanmu yang selalu tenggelam
dalam duka. Karena itu pula maka aku ingin
menemuimu dan bicara denganmu ketika melihat
engkau melamun di sini seperti setiap hari
kaulakukan, toako. Aku nya ingin mengingatkan
bahwa peris tiwa buruk yang menimpa diri kita,
tidak perlu dan tidak ada gunanya kalau kita
sedihkan setiap hari! Hidup memang merupakan
permainan suka dan duka, kita harus menerima
kedua hal itu dengan tabah dan lapang dada.
Tentu engkau ingat pula akan keadaan diriku,
pangeran......eh toako! Akupun kehilangan keluargaku, dan hidupku bersama Thian Ki
sekarang hanya bersandar kepada kemuliaan
hatimu belaka. Kalau engkau yang menjadi
sandaran kami te nggelam dalam duka, bagaimana
pula dengan hati kami. Kami akan kehilangan
pegangan.. "

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bekas pangeran itu menatap wajah Lan Ci. Dua
pasang mata berte mu pandang, melekat dan
seperti hendak saling menjenguk is i hati masing-
masing. Sim Lan Ci melihat sinar kagum dan
kelembutan yang mengharukan berpencar keluar
dari mata yang tajam itu. Baru sekarang ia melihat
bekas pangeran itu memandang kepadanya seperti
itu, seperti mata pria memandang wanita, dan
sepasang pipinya berubah kemerahan yang membuat ia menundukkan mukanya.
"Moi-moi Sim Lan Ci, terima kasih......ah, terima
kasih. Engkau te lah mengembalikan harapan dan
semangatku untuk hidup. Engkau membuka mata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatiku bahwa hidupku masih berguna, karena
masih ada orang-orang yang membutuhkan aku.
Engkau dan anakmu......... "
"Juga Kui Eng, toako." Lan Ci melanjutkan.
"Juga manusia-manusia lain di dunia ini karena
toako adalah seorang yang budiman dan dermawan. Tenaga dan kemampuanmu masih
dibutuhkan banyak orang."
"Tidak, aku hanya mengutamakan engkau,
anakmu dan anakku. Aku masih kalian butuhkan?" "Tentu aaja, toako!" Jawab Lan Ci cepat.
"Akupun membutuhkan kalian, te rutama engkau. Aku butuh perhatianmu, butuh sentuhan
kasih sayang........ah moi-moi Sim Lan Ci, te rus
te rang saja aku sayang kepada anakmu, dan kini
tumbuh perasaan cinta di hatiku terhadapmu.
Engkau te lah memulihkan semangatku, nah,
sekarang aku meminangmu, Lan Ci. Maukah
engkau menjadi iste riku?"
Sepasang mata Lan Ci te rbelalak, mukanya
berubah pucat, lalu merah kembali. Lamaran itu
datangnya sekonyong-konyong,
tak diduganya sama sekali seperti serangan yang amat dahsyat,
mengerikan dan membuatnya sejenak bengong
te rlongong, hanya menatap wajah bekas Pangeran
itu tanpa mampu mengeluarkan suara jawaban!
Cian Bu Ong mengangguk-angguk dan te rsenyum. "Aku dapat mengerti akan keheranan
dan kekagetanmu, Ci-moi. N ampaknya tidak sopan
dan tidak pada te mpatnya aku melamar seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita yang baru saja ditinggal mati suaminya.
Bahkan aku sendiri yang melamar juga baru sajaa
ditinggal mati isteriku. Akan te tapi, kalau kita
saling membutuhkan, apalagi halangannya" Anakmu kusayang seperti anakku sendiri, dan aku
tahu bahwa engkau menyayang Kui Eng seperti
anakmu sendiri. Adakah cara yang le bih baik
daripada kita bergabung menjadi sebuah keluarga
yang berbahagia?" "Tapi......tapi pangeran.......eh, Cian- toako.......aku masih berkabung, bahkan toako
juga........" "Aku mengerti, moi-moi. Berkabung hanya
merupakan tata-cara untuk memperlihatkan kepada umum bahwa kita berduka ditinggal mati
orang te rcinta. Akan tetapi, berkabung yang
sesungguhnya ada di dalam perasaan hati, bukan
pakaian. Betapapun juga, aku memberi waktu
kepadamu sampai setahun sejak ditinggal mati
suamimu. Sekarang telah le wat beberapa bulan,
tinggal dua bulan lagi. Nah, biarlah dua bulan
kemudian, setelah setahun berkabung engkau
memberi jawaban kepadaku. Sekarang, untuk
sementara kita lupakan saja lamaranku itu! Aih,
perutku te rasa lapar sekali sekarang, moi-moi,
mari kita makan. Kaucari anak-anak kita, aku
akan mandi dulu." Bukan main girangnya hati Lan Ci. Girang dan
berte rima kasih. Girang melihat pangeran itu kini
mempunyai semangat dan gairah lagi, mengajak
makan dan mau mandi, dan berte rima kasih
bahwa pangeran itu memberi waktu dua bulan lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya untuk berpikir-pikir dan mempertimbangkan te ntang lamaran itu. Betapa
bijaksananya! Ia lalu lari meninggalkan taman dan pergi
mencari Thian Ki dan Kui Eng. Ia melihat mereka
bermain-main di kebun belakang rumah. Dilihatnya Thian Ki sedang turun dari sebatang
pohon sedangkan Kui Eng berdiri di bawah pohon
itu. Karena ingin melihat bagaimana kedua orang
anak itu bergaul, Lan Ci menyelinap ke balik
semak dan mengintai. Thian Ki turun dan
membawa sebuah sarang burung yang kosong.
"Nah, kaulihat sendiri, Kui Eng. Seperti kukatakan tadi, sarang burung ini sudah kosong.
Telurnya telah menetas dan anak burung itu sudah
pandai te rbang," kata Thian Ki kepada Kui Eng
sambil memperlihatkan sarang burung kosong
yang dibawanya turun dari pohon.
Kui Eng membanting-banting kakinya dan
merengek manja. Anak berusia empat tahun lebih
itu memang manja sekali. Thian Ki yang baru
berusia enam tahun itu sudah pandai mengasuh
Kui Eng, bahkan amat sayang kepada anak
perempuan itu. "Aih, jangan marah, adikku yang manis,"
katanya sambil merangkul dan menuntunnya
duduk di atas akar pohon.
"Lihat, biarpun sarang burung itu kosong, akan
tetapi aku membawakan batu-batu sungai yang
indah untukmu." Ia mengeluarkan beberapa buah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
batu kecil yang berbentuk bulat dan warnanya
mengkilap indah. Kui Eng yang tadinya merengek,
menerima mainan itu dengan wajah cerah dan
iapun merangkul Thian Ki.
"Suheng (kakak seperguruan), engkau baik
sekali. Aku sayang padamu!"
-ooo0dw0ooo- Jilid 8 Thian Ki tersenyum. Senang hatinya kalau anak
itu bersikap manis kepadanya dan tidak rewel. Dia
menganggap Kui Eng bukan hanya sebagai pute ri
suhunya, atau adik seperguruan, akan tetapi
bahkan seperti adik kandung sendiri.
"Kui Eng. sumoiku yang manis. Katakan, di
dunia ini siapa yang paling kausayang?" tanyanya,
pertanyaan yang seringkali dia ajukan karena
jawabannya amat menyenangkan hatinya.
Kui Eng memegang tangan Thian Ki dan tertawa
manja. "Suheng nakal, sudah beberapa kali
kukatakan, sudah tahu, masih terus bertanya."
"Biar hatiku merasa yakin bahwa pengakuanmu
ini sejujurnya dan sebenarnya, sumoi." "Yang
paling kusayang adalah engkau, Suheng Coa Thian
Ki." Thian Ki menunduk dan mencium rambut
kepala sumoinya. "Sesudah aku, lalu siapa yang
paling kausayang?" "Sesudah engkau, aku sayang kepada ibu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh" Ibumu.......?"
"Kumaksudkan ibumu, bibi Sim Lan Ci. Kalau
engkau menyebut ibu, kenapa aku harus menyebut
bibi" Aku ingin menyebutnya ibu seperti engkau."
"Kenapa tidak" Engkau boleh menyebutnya ibu
te ntu saja, sumoi!."
"Kalau aku menyebut ibu kepada ibumu,
engkaupun harus menyebut ayah kepada ayahku."
Thian Ki menatap wajah anak perempuan itu
dengan kaget. "Ah, jangan begitu, sumoi. Bagaimana aku berani menyebut suhu dengan
sebutan ayah?" "Aku akan bilang kepada ayah. Kalau engkau
tidak mau menyebut ayah kepada ayahku, a kupun
tidak mau menyebut ibu kepada ibumu."
"Tentu saja aku mau, akan tetapi aku tidak
berani. Ayahmu akan marah."
"Tidak, aku yang a kan bilang kepadanya!"
Lan Ci yang mengintai, menjadi merah sekali
mukanya. Kenapa ada peris tiwa te rjadi berturut-
turut secara begitu kebetulan" Pangeran Cian Bu
Ong melamarnya untuk menjadi isterinya, dan
sekarang ia melihat dan mendengar percakapan
antara Thian Ki dan Kui Eng yang seolah-olah
ingin menjadi saudara dan saling mengakui ibu
dan ayah masing-masing sebagai orang tua sendiri!
Dia lalu muncul dan menghampiri kedua orang
anak itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"I bu....!" Thian Ki berseru girang, akan te tapi Kui
Eng diam saja. Padahal biasanya setiap kali
berte mu Lan Ci ia berlari dan minta dipondong
dengan manja. Sekarang ia berdiri saja memandang dengan sikap ragu! Thian Ki teringat.
"I bu, adik Kui Eng ingin menyebutmu ibu.
Bolehkah?" Lan Ci menghampiri Kui Eng dan berjongkok.
"Tentu saja boleh, memang aku selalu menganggapnya se bagai anakku sendiri."
Mendengar ini, wajah Kui Eng merekah gembira
dan iapun merangkul le her Lan Ci dan mulutnya
memanggil-manggil seperti orang yang merasa
amat rindu. "Ibu......ibu.......ibu....."
Basah kedua mata Lan Ci. Dalam rangkulan dan
dalam suara panggilan itu ia dapat merasakan
benar betapa anak ini amat kehilangan ibu
kandungnya! Dan semua kerinduan, semua kasih
sayang anak itu kini ditumpahkan kepadanya
karena tidak ada lagi penampungnya.
"I bu, adik Kui Eng bilang bahwa yang paling
disayangnya pertama adalah aku, dan ke dua ibu."
"I h, jangan begitu, anakku." Lan Ci memondong
dan menciumi Kui Eng. "Orang pertama yang kau


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sayang seharusnya ayahmu."
"Tidak, ayah nomor tiga. Karena ayah jarang
mengajakku bermain-main."
Pada saat itu, terdengar suara orang tertawa.
"Ha-ha-ha, menjadi orang ke tigapun sudah
untung! Masih untung mendapat kasih sayang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anakku!" muncullah Cian Bu Ong yang sudah
mandi dan berganti pakaian baru. Melihat ayahnya
begitu gembira tidak seperti biasanya, Kui Eng
merosot dari pondongan Lan Ci dan lari kepada
ayahnya yang menyambutnya dan mengangkat lalu
memondongnya. "Ayah, aku ingin suheng Thian Ki menyebut
ayah padamu. Ayah harus mau!" Sepasang mata
bekas pangeran itu te rbelalak, lalu memandang
kepada Thian Ki dan kepada Lan Ci, kemudian dia
te rtawa lagi. "Ha-ha-ha, tentu saja aku mau."
"Dan aku menyebut ibu kepada bibi Lan Ci.
Bolehkah, ayah?" "Ehh" Siapa yang mengajarimu ini?" Cian Bu
Ong bertanya, pura-pura mengerutkan alisnya dan
memandang kepada Lan Ci. Wanita ini balas
memandang dengan wajah berubah merah.
"Tidak ada yang mengajarinya," katanya lirih.
"I ni kehendakku sendiri, ayah."
Anak ini lalu turun dari pondongan ayahnya,
menghampiri Thian Ki, memegang tangan Thian Ki
dan menariknya menghampiri ayahnya. "Suheng,
ayah sudah memberi ijin engkau menyebutnya
ayah!" De ngan sikap takut-takut,
Thian Ki lalu menjatuhkan diri berlutut di depan gurunya. Kalau
biasanya dia memberi hormat sambil menyebut
suhu, kini dia menyebut ayah!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cian Bu Ong mengangguk-angguk dan dia
mengangkat muka. Kembali dia berte mu pandang
dengan Lan Ci. "Thian Ki, engkau kesinilah!" kata Lan Ci,
suaranya agak gemetar. Ia adalah seorang wanita
perkasa, bahkan dulu sebelum menjadi isteri Coa
Siang Lee, sebagai pute ri Ban-tok Mo-li, ia tidak
pernah mengenal artinya sopan santun. Kini,
timbul kegagahannya kembali dan ia menganggap
bahwa tidak perlu bersembunyi di balik peraturan
yang berpalsu-palsu. Lebih baik berte rus te rang
menyelesaikan permasalahan sekarang juga.
Thian Ki bangkit dan menghampiri ibunya,
sedangkan Cian Bu Ong memondong pergi pute rinya. "Thian Ki, biarpun engkau baru berusia enam
tahun akan te tapi aku tidak menganggap engkau
anak kecil lagi. Engkau sudah pandai mengambil
kesimpulan dan keputusan, maka aku akan
berte rus te rang kepadamu dan kuminta engkau
memberi jawaban sekarang juga. Thian Ki, gurumu
telah melamarku untuk menjadi isterinya. Nah,
bagaimana pendapatmu?" Cian Bu Ong memandang kagum. Bukan main wanita itu! Dan
luar biasa pula puteranya! Dia memondong
pute rinya dan memandang dengan penuh perhatian dan hatinyapun te gang menanti jawaban
Thian Ki, anak ajaib itu.
Thian Ki tidak kaget mendengar pertanyaan
ibunya. Dia mengangkat muka, memandang wajah
ibunya, lalu menole h dan memandang wajah
gurunya, dan diapun memandang ibunya lagi. "Ibu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu adalah urusan ibu dan suhu .....eh. ayah, maka
hanya ayah dan ibu saja yang berhak memutuskan. Adapun aku..... aku hanya menyerahkan keputusannya kepada ibu saja, aku
tidak berani dan tidak mau mencampuri urusan
pribadi ibu." Sungguh luar biasa jawaban itu, pikir Cian Bu
Ong. Se olah bukan keluar dari mulut s eorang anak
berusia enam tahun, melainkan keluar dari mulut
orang dewasa yang berpandangan luas.
''Akan te tapi hatiku tidak akan te nteram
sebelum merasa yakin bahwa engkau tidak merasa
keberatan dan menyetujuinya."
"Tentu saja aku tidak keberatan ibu dan kalau
hal itu membahagiakan hati ibu, tentu saja aku
setuju sepenuhnya." Kedua pipi Lan Ci kembali menjadi merah sekali
dan untuk mengatasi perasaan malu, ia berkata,
"Kalau begitu, kau beri hormat lagi kepada.....ayahmu itu Thian Ki."
Anak itu menurut. Dia menghampiri gurunya
dan menjatuhkan diri berlutut, "Ayah.....!"
Saat itu, Cian Bu Ong memandang ke arah Lan
Ci. Wanita itupun sedang memandangnya, ketika
dua pasang mata berte mu pandang, Lan Ci
mengangguk. Itu sudah cukup sebagai jawaban
bahwa ia mau menerima lamaran bekas pangeran
itu! Cian Bu Ong tertawa bergelak. "Ha-ha-ha, terima
kasih, Tuhan! Terima kasih Tuhan, aku hidup
kembali, ha-ha-ha aku hidup kembali!" Dan tiba-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba dia melemparkan tubuh Kui Eng ke udara,
lalu tangan kanannya menyambar tubuh Thiaan Ki
yang juga dilontarkan ke atas!
Ketika tubuh Kui Eng melayang turun, disambutnya dengan tangan kiri dan dilontarkannya lagi ke atas, lebih tinggi daripada
tadi. Demikian pula ketika tubuh Thian Ki
meluncur turun, tubuh itu ditangkapnya dan
dilontarkannya kembali ke atas. Dua anak itu
dibuat mainan seperti dua butir bola saja, makin
lama semakin tinggi. Setelah tadi mengangguk memberi tanda setuju
dan menerima lamaran Cian Bu Ong, Sim Lan Ci
memejamkan kedua matanya dan berbisik dalam
hatinya. "Coa Siang Lee, maafkan aku. Aku cinta
padamu , akan te tapi engkau sudah tidak ada ,
dan aku kagum dan cinta kepadanya, maafkan aku
kalau aku menyerahkan diriku kepada pria lain
untuk menjadi iste rinya."
Akan te tapi je ritan Kui Eng membuat Lan Ci
membuka matanya kembali. Ia melihat betapa
anak perempuan itu mulai merasa ngeri karena
tubuhnya dilontarkan semakin tinggi oleh ayahnya.
Thian Ki diam saja bahkan diam-diam anak ini
memperhatikan cara gurunya melontar tubuhnya.
Sim Lan Ci meloncat. Tubuhnya melayang ke
atas, menyambar tubuh Kui Eng yang dipondongnya dan iapun melayang turun kembali
sambil memondong tubuh Kui Eng, menghadapi
Cian Bu Ong dan menegur, "Kui Eng sudah
menjerit ketakutan, mengapa masih dilanjutkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga" Apa kau ingin agar ana k kita ini kelak
menjadi orang penakut?"
Cian Bu Ong sudah menangkap kembali tubuh
Thian Ki dan dilepaskannya anak itu.
Dia memandang kepada Lan Ci sambil te rsenyum le bar dan menggele ng kepalanya, "Ya
Tuhan, engkau sudah mulai berani melarang aku,
ya?" "Tentu saja," jawab Lan Ci. "Sebagai ibu akupun
berhak mendidik dan melindungi anak kita!"
Mereka saling pandang, dan Cian Bu Ong
te rtawa bergelak, nampak berbahagia kali dan Lan
Ci terpaksa juga te rsenyum dan mengerling penuh
te guran. Melalui pandang mata saja mereka sudah
dapat menangkap dan merasakan is i hati masing-
masing dan hal seperti ini hanya dapat terjadi
apabila dua hati telah saling kontak!
De mikianlah, dua bulan kemudian, setelah lewat
setahun kematian Coa Siang Lee dan isteri Cian Bu
Ong, mereka melangsungkan pernikahan yang
sederhana, tidak dihadiri para bangsawan seperti
layaknya seorang pangeran menikah. Juga tidak
dihadiri orang-orang kangouw seperti layaknya
seorang tokoh kangouw seperti Sim Lan Ci
menikah, melainkan hanya dihadiri penduduk
dusun yang tinggal di sekitar pegunungan itu.
Sederhana namun amat meriah, dimeriahkan oleh
kegembiraan Thian Ki dan Kui Eng, dan dihias
senyum dan kerling mata penuh kasih sayang
antara Sim Lan Ci dan Cian Bu Ong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan sejak hari itu, Cian Bu Ong semakin rajin
menggemble ng Thian Ki dan Kui Eng. Dia tidak lagi
memikirkan tentang kerajaan, akan tetapi dia ingin
agar anak tiri dan anak kandungnya menjadi jago-
jago paling tangguh di dunia persilatan sehingga
namanya akan te rangkat. Di samping itu, dia
menemukan kemesraan dan kebahagiaan di
samping isterinya yang te rnyata amat mencintainya. Di lain pihak, Lan Ci juga merasakan kebahagiaan yang mendalam. Suaminya yang
sekarang jauh bedanya dengan suami pertamanya.
Suaminya yang sekarang adalah seorang yang
jantan, yang matang dalam pengalaman. Sehingga
di samping sebagai suami yang mencinta, juga dari
suaminya ini ia menerima bimbingan. Sehingga
kadang ia menganggap suaminya ini juga gurunya
yang amat pandai dalam segala hal. Ilmu silat yang
dikuasai nyonya muda ini meningkat dengan
cepatnya. -ooo0dw0ooo- Perahu kecil itu meluncur dengan cepatnya di
sepanjang te pi Sungai Huang-ho dan berhenti di
luar dusun Hong-cun. Gadis yang naik perahu
seorang diri ini dapat mendayung dan mengendalikan perahu dengan gerakan tangkas,
tanda bahwa ia sudah terbias a mengemudikan
perahu.

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah perahu itu menepi di pantai, iapun
melangkah keluar dan menarik perahu itu ke
darat. Cara ia menarik tali perahu dan berhasil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat perahu itu naik, padahal pantai itu tidak
te rlalu landai, membuktikan bahwa biarpun ia
seorang wanita muda yang cantik dan nampak
le mbut, ternyata ia miliki tenaga yang kuat.
Wanita itu masih muda, usianya sekitar duapuluh satu tahun lebih, berwajah bulat dan
berkulit putih kemerahan. Hidungnya mancung
dan matanya tajam. Wajah yang cantik dan manis.
Di punggungnya menempel dua batang pedang
bersilang, dan di atas pedang itu terdapat buntalan
kain sute ra kuning. Dandanannya juga sederhana
dan ringkas, semua ini menunjukkan bahwa ia
seorang wanita kangouw yang suka melakukan
perjalanan seorang diri dan mengandalkan ilmu
kepandaian silat untuk melindung dirinya sendiri.
Biarpun usianya paling banyak baru duapuluh
dua tahun, akan tetapi wanita itu bukan gadis lagi,
melainkan seorang janda! Ia adalah Kwa Bi Lan,
yang baru saja ditinggal mati suaminya yang juga
menjadi gurunya, yaitu Sin-tiauw Liu Bhok Ki, Si
Rajawali Sakti! Biarpun suaminya itu jauh le bih
tua darinya, ketika ia menjadi isteri Liu Bhok Ki,
suaminya yang juga gurunya itu sudah berusia
enampuluh lima tahun dan ia sendiri baru
sembianbelas tahun, namun Kwa Bi Lan amat
mencinta suaminya. Baginya, suaminya merupakan orang te rbaik di dunia ini. Dahulunya
ia adalah murid Si Rajawali Sakti, dan bahkan ole h
gurunya itu ia dicalonkan jadi isteri murid gurunya
yang pertama, yaitu Si Han Beng yang kini dijuluki
Huang-ho Sin liong (Naga Sakti Sungai Kuning).
Akan te tapi Si Han Beng memilih wanita lain dan
menikah dengan wanita lain itu. Hal itu membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gurunya marah, dan seolah hendak menebus
kesalahan ini, melihat betapa Bi Lan hancur
hatinya dan patah semangat, Liu Bhok Ki lalu
mengambil murid itu sebagai isterinya. Dia sendiri
sudah menduda sejak puluhan tahun. Dan Bi Lan
menerima pinangan gurunya,
bukan karena te rpaksa, melainkan karena ia merasa kagum,
kasihan dan juga mencinta suhunya sebagai satu-
satunya orang di dunia ini yang menyayanginya.
Tentu saja hal ini didorong pula oleh kepatahan
hatinya karena Si Han Beng mengingkari janji dan
menikah dengan gadis lain.
Sin-tiauw Liu Bhok Ki merasa marah dan sakit
hati bukan main karena Si Han Beng tidak
memenuhi pesannya itu. Biarpun dia sudah
menjadi suami Bi Lan namun hatinya masih tetap
te rtusuk dan batinnya te rhimpit kemarahan
te rhadap Si Han Beng. Dia menjadi sakit-sakitan
dan akhirnya, dalam rangkulan Bi Lan, dia
menghembuskan napas terakhir sambil menyebut
nama Si Han Beng dengan penuh kemarahan dan
penyesalan. Setelah suaminya yang juga gurunya meninggal
dunia, perasaan hati Kwa Bi Lan dipenuhi dendam
te rhadap Si Han Beng. Pria itu yang membuat
hidupnya menderita! Kalau Si Han Beng tidak
mengingkari janjinya dan menikah dengannya,
te ntu Liu Bhok Ki tidak mati, demikian pikirnya.
Dan iapun tidak harus mengalami derita batin
seperti ini, hidup sebatangkara ditinggal orang
yang paling dicintanya. Mula-mula ia menderita
patah hati karena calon suaminya itu menikah
dengan wanita lain. Kemudian ia menderita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehancuran hati karena guru dan juga suaminya
meninggal dunia. Dan semua deritanya ini karena
ulah Si Han Beng! Ketika ia mendarat di tepi Sungai Kuning, di luar
dusun Hong-cun, Bi Lan merasa hatinya tegang
juga. Setelah lama ragu-ragu dan lama pula
mencari-cari, akhirnya tiba juga ia di kampung
te mpat tinggal bekas tunangan yang kini dianggap
sebagai musuh besarnya itu.
Ketika la berjalan memasuki dusun, ia melihat
seorang laki-laki setengah tua memanggul cangkul,
agaknya hendak pergi ke ladang. Laki-laki itu
memandang kepadanya dengan kagum dan heran,
karena tidak biasa ada wanita kota yang cantik
memasuki dusun yang aman te nteram itu. Bi Lan
menghampirinya dan tersenyum ramah.
"Maaf, paman. Dapatkah paman menunjukkan
di mana rumah keluarga Si Han Beng?"
Pria itu terbelalak, heran bukan main melihat
seorang wanita muda menyebut nama pendekar
saktu itu begitu saja. "Nona.....maksudkan........ rumah keluarga Si
Tai-hiap (Pendekar Besar Si) yang berjuluk Huang-
ho Sin-liong?" De ngan girang Bi Lan mengangguk, akan te tapi
juga hatinya berdebar. Ia tahu bahwa orang yang
dicarinya adalah seorang pendekar yang berilmu
tinggi, bahkan tingkat kepandaiannya, menurut
mendiang suaminya, le bih tinggi dari pada tingkat
suaminya yang juga menjadi gurunya. Kalau
mendiang suaminya saja kalah pandai, apa lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia! Akan tetapi ia sudah bertekat untuk
membunuh Si Han Beng atau dibunuh olehnya.
"Benar, paman. Di mana rumahnya."
Pria itu menunjuk ke kiri. "Di ujung jalan ini,
yang mempunyai taman di depan rumah dan
kebun di kanan kiri dan belakang. Cat pintu dan
je ndelanya hijau." "Terima kasih, paman." Bi Lan memutar tubuh
dan cepat menyusuri jalan itu. Terbayang betapa ia
akan berte mu dengan isteri Si Han Beng yang
sudah ia ketahui bernama Bu Giok Cu dan yang
memiliki ilmu kepandaian tinggi pula.
Hatinya terasa panas, entah karena iri atau
cemburu. Akan te tapi ia sama sekali tidak takut.
Memang ia sudah bertekad untuk mengadu nyawa.
Untuk apa hidup le bih lama lagi kalau ia sudah
tidak mempunyai apa-apa di dunia ini, bahkan
tidak ada seorangpun yang mencintanya" Hidupnya tiada gunan ya lagi, le bih baik menyusul
suaminya yang sayang kepadanya.
Tak lama kemudian wanita perkasa ini sudah
menyelinap di balik pohon dan mengintai ke arah
dua orang anak yang sedang berada di kebun
samping. Seorang anak laki-laki berusia enam tahun
sedang mengasuh seorang anak perempuan yang
usianya baru dua tahun le bih. Anak laki-laki itu
tampan dan bertubuh tinggi te gap. Sedangkan
anak perempuan itu, yang masih kecil, kelihatan
lincah mungil dan manis sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak laki-laki itu patut menjadi putera Si Han
Beng, pikir Bi Lan sambil mengenang kembali
wajah bekas tunangan yang kini dibencinya itu.
Akan te tapi tidak mungkin, bantahnya. Si Han
Beng menikah dengan gadis lain belum ada empat
tahun dan anak laki-laki itu sedikitnya berusia
enam tahun. Kalau anak perempuan itu lebih
pantas menjadi anak Si Han Beng.
Dua orang anak itu memang The Siong Ki dan Si
Hong Lan. Seperti kita ketahui, Siong Ki berhasil
tiba di te mpat tinggal pendekar sakti Si Han Beng
dan dite rima menjadi murid pendekar itu. Siong Ki
pandai membawa diri, pandai menyenangkan hati
keluarga Si, bahkan dengan sabar dia mengasuh Si
Hong Lan pute ri gurunya. Diapun rajin bekerja,
membersihkan rumah dan pekarangan dan melakukan segala macam pekerjaan membantu
para pelayan sehingga para pelayanpun suka
kepadanya. Melihat kegiatan pemuda cilik ini,
timbul perasaan suka pula di hati Si Han Beng dan
diapun mulai melatih Siong Ki dengan dasar-dasar
ilmu silat. Pagi hari itu, setelah selesai menyapu pekarangan dan mengisi semua bak dengan air,
Siong Ki sudah mengajak Hong Lan bermain-main
di dalam kebun. Matahari sudah naik tinggi. Dia
selalu diajar ilmu silat kalau matahari sudah mulai
condong ke barat, setiap sore hari. Dari pagi
sampai siang, dia bekerja, kalau tidak mengasuh
Hong Lan, tentu membantu pekerjaan rumah atau
ladang. Hong Lan juga suka sekali kepadanya,
karena Siong Ki pandai menyenangkan hati anak
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itu, Siong Ki memberi mainan sempritan
yang dia buat dari daun bambu muda. Hong Lan
ikut meniup-niup sempritan sederhana itu dan
kalau sempritan itu dapat ditiupnya sampai
mengelukan bunyi, anak itu te rtawa-tawa dan
berte riak-te riak gembira.
"Suheng baik. ... suheng baik......"berulang-ulang
anak perempuan itu berseru.
"Engkau ju ga baik dan manis sekali, sumoi,
tidak rewel." kata Siong Ki dan dari percakapan
antara dua orang anak itu Bi Lan dapat menduga
bahwa anak laki-laki itu te ntulah murid Si Han
Beng dan anak perempuan itu tentu anaknya.
"Tidak mungkin kalau Han Beng mempunyai
seorang murid yang usianya baru dua tahun." Dan
melihat wajah anak perempuan yang manis dan
mungil itu, tiba-tiba menyelinap suatu keinginan di
hati Bi Lan. Mengapa tidak" Kalau ia membalas
dendam kepada Si Han Beng, kiranya tidak
mungkin ia akan mampu mengalahkan pendekar
itu dan is terinya, dan akhirnya ia yang akan mati
konyol. Walaupun ia sudah bertekad dan tidak
takut mati, akan tetapi apa artinya kalau ia mati
konyol" Hanya akan membuat Si Han Beng dan
isterinya menjadi semakin bebas dan senang saja,
tidak lagi mengkhawatirkan pembalasan. Dan ia
seorang yang akan menderita. Tidak, ia harus
mengikuti pikiran yang menyelinap dalam benaknya tadi. Ia harus membuat Si Han Beng dan
isterinya menderita, setidaknya menderita batin.
Akan te tapi, sebelum itu, ia ingin melihat
bagaimana sikap bekas tunangan itu kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar tentang kematian suhunya,
atau suaminya! Kwa Bi Lan bukanlah seorang wanita jahat,
bahkan ia dahulu murid Siauw lim-pai yang
berjiwa pendekar. Apa lagi setelah menjadi murid
dan is teri Rajawali Sakti Liu Bhok Ki, ia menjadi
seorang wanita gagah. Kalau ia membenci Han
Beng dan ingin membunuhnya, hal itu terdorong
oleh sakit hati dan duka, bukan watak yang jahat.
Maka, begitu melihat Hong Lan, anak yang manis
dan lincah itu, seketika api dendam yang membuat
ia ingin membunuh orang itu padam dengan
sendirinya, bagaimana mungkin ia dapat membunuh orang tua anak kecil yang mungil itu"
Bukankah kalau ia membunuh orang tuanya, anak
itu akan menjadi te rlantar dan menderita" Itulah
sebabnya, maka pikiran lain menyelinap ke dalam


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benaknya yang sama sekali mengubah niat hatinya
semula. Siong Ki tidak te rkejut melihat munculnya
seorang wanita cantik yang tidak dikenalnya dari
balik pohon, melainkan heran dan dia memandang
le ngan sinar mata penuh pertanyaan.
Bi Lan tersenyum manis. "Anak yang baik,
apakah engkau murid Huang-ho Sin Liong Si Han
Beng" Dan anak perempuan yang mungil ini
pute rinya?" Siong Ki adalah seorang anak yang cerdik. Dia
tidak mengenal siapa wanita ini, tidak tahu apakah
ini sahabat ataukah musuh gurunya. Oleh karena
itu dia bersikap hati-hati walaupun sopan.
"Maafkan saya, enci. Akan tetapi siapakah enci?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku adalah sahabat baik dari Si Han Beng,
namaku Kwa Bi Lan. Benarkah dugaanku tadi
bahwa engkau murid dan ini anaknya?"
Karena wanita itu mengaku sahabat gurunya,
dan te lah memperkenalkan diri, Siong Ki merasa
tidak enak kalau tidak memperkenalkan diri. Dia
mengangguk dan berkata dengan hormat. "Maaf
kalau saya bersikap kurang hormat karena tidak
tahu bahwa enci adalah sahabat baik suhu.
Memang benar saya Siong Ki adalah murid suhu
dan sumoi Si Hong Lan ini adalah puterinya."
Pada saat itu, muncullah Si Han Beng dan Bu
Giok Cu dari pintu samping rumah mereka.
Mereka memang sedang mencari pute ri mereka
dan Siong Ki. Melihat seorang wanita muda yang
cantik berada pula di kebun mereka, suami isteri
ini segera menghampiri dan memandang dengan
heran. "Siong Ki, siapakah nona ini...." tanya Han Beng
sambil memandang Bi Lan dengan penuh selidik.
Sementara itu Bu Giok Cu juga sudah memondong
pute rinya dan ikut mengamati Bi Lan dengan
heran. Sejak tadi Bi Lan memandang kepada suami
isteri itu dan jantungnya berdebar te gang, hatinya
te rasa panas. Si Han Beng masih nampak gagah
perkasa seperti dahulu, bertubuh tinggi besar dan
wajahnya membayangkan kejantanan, sedangkan
Bu Giok Cu juga masih nampak cantik je lita dan
lincah seperti yang pernah dilihatnya dahulu ketika
Giok Cu bersama Han Beng datang berkunjung ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah gurunya, mendiang Liu Bhok Ki sebelum ia
menjadi isteri gurunya itu.
Entah kenapa, setelah bertemu dengan mereka.
Ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata dan
hanya memandang dengan hati dipenuhi iri.
Mereka demikian berbahagia. Menjadi suami isteri
dan sudah mempunyai seorang anak. Begitu
berbahagia, sedangkan ia ...... !
Han Beng segera menyadari bahwa sebagai tuan
rumah dia harus menyambut orang asing sebagai
tamunya dengan sikap hormat. Maka diapun
mengangkat dua tangan ke depan dada memberi
hormat dan bertanya, "Siapakah nona dan ada
keperluan apakah berkunjung ke rumah kami?"
Bi Lan te rsenyum, senyum yang getir. Bahkan
wajahnyapun tidak diingat lagi oleh laki-laki yang
pernah ditunangkan dengannya itu! De ngan suara
yang pahit iapun berkata, "Lupa kepada adik
seperguruan masih tidak mengapa, akan te tapi
kalau sudah melupakan guru, itu sungguh
keterlaluan." "Nona, apa maksud ucapan nona itu?" Han Beng
bertanya, memandang tajam penuh selidik dan
sikapnya serius. Juga Bu Giok Cu memandang
tajam dan mulai bercuriga melihat sikap gadis
cantik yang tidak dikenalnya itu.
"Suheng, benar-benarkah suheng sudah lupa
kepadaku, dan kepada suhu kita?" Sekali ini suara
Bi Lan mengandung getaran is ak te rtahan, karena
ia merasa sangat berduka dan kecewa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhh! Bukankah engkau Kwa Bi Lan murid
locian-pwe Liu Bok Ki itu?" tiba-tiba Bu Giok Cu
berseru. Bi Lan memandang kepada wanita yang tadinya
dianggap te lah merampas calon suaminya itu.
"Kiranya enci Bu Giok Cu masih teringat
kepadaku." "Sumoi Kwa Bi Lan .....! Ah, kiranya engkaukah
ini" Kita dahulu hanya sempat bertemu sebentar
saja, sumoi, hingga aku lupa lagi kepadamu.
Maafkan aku." Bi Lan mengerutkan alisnya. "Perkenalan antara
kita memang singkat, akan tetapi hubungan antara
kita bukan tidak penting, suheng......"
"Aih, tentu saja. Kita saudara seperguruan....."
kata Han Beng, belum ingat akan hubungan jodoh
Pendekar Kembar 2 Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Naga Dari Selatan 2
^