Pencarian

Naga Beracun 5

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 5


yang pernah dipesankan gurunya yang pertama
itu. Bu Giok Cu ingat akan hal itu, maka ia pun
cepat berkata. "Adik Kwa Bi Lan te ntu datang membawa kabar
penting. Tidak pantas kalau kita menyambutnya di
kebun begini. Mari, adik Bi Lan, kita bicara di
dalam." "Ah, benar. Mari silakan, sumoi. Kita bicara di
dalam. Siong Ki, kau ajak lagi sumoimu bermain-
main di sini sebentar," kata Han Beng dan Giok Cu
lalu menyerahkan lagi Hong Lan kepada Siong Ki.
Suami is teri itu mempersilakan tamunya memasuki rumah dan mereka lalu duduk di dalam
ruangan tamu yang sederhana namun cukup luas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak mereka duduk berhadapan dan saling
berpandangan. Sebetulnya, Bi Lan tidak terlalu menyesal bahwa
ia tidak menjadi isteri Han Beng. Belum ada rasa
cinta dalam hatinya terhadap pria ini, dahulupun
yang ada han ya kekaguman. Cintanya bahkan
te rtuju kepada gurunya, mendiang Liu Bhok Ki. Ia
tidak putus cinta, melainkan merasa te rhina dan
diremehkan, di samping pendekar ini menjadi
biang keladi kesedihan Liu Bhok Ki sehingga
suaminya itu meninggal dunia dalam keadaan
penas aran dan berduka. "Nah, adik Kwa Bi Lan. Setelah kami mengucapkan selamat datang, sekarang katakanlah, apa maksud kunjunganmu ini" Apakah membawa suatu kepentingan te rte ntu,
ataukah hanya hendak berkunjung saja?" tanya Bu
Giok Cu karena di dalam hatinya, wanita ini sudah
merasa tidak enak. Ia sudah mendengar dari
suaminya bahwa dahulu, suaminya pernah dipesan oleh Sin-tiauw Liu Bhok Ki agar kelak
menjadi jodoh Kwa Bi Lan, sumoi dari suaminya
sendiri. Akan tetapi kemudian Hek-bin Hwesio
yang menjadi gurunya, dan Pek I Tojin guru
suaminya menjodohkan ia dan suaminya. Ia
bahkan pernah mengingatkan suaminya agar
mengabari Liu Bhok Ki, akan tetapi suaminya tidak
mau karena merasa tidak enak harus menentang
usul perjodohan guru pertamanya itu. Kini, gadis
yang dulu dijodohkan dengan suaminya itu tiba-
tiba muncul! Tentu saja ia merasa tidak enak
sekali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar pertanyaan Giok Cu, Bi
Lan menghela napas panjang. Kalau menurut apa yang
dibayangkan sebelum ia bertemu dengan puteri
mereka tadi, begitu bertemu Han Beng, ia akan
memaki-makinya dan menantangnya,
bahkan langsung saja menyerangnya untuk mengadu
nyawa. Akan te tapi sekarang, ia tidak bernapsu
untuk mengadu nyawa, untuk mati, karena ia pasti
mati kalau bertanding melawan mereka ini. Ia ingin
hidup untuk dapat mendengar dan melihat Han
Beng menderita! "Benar, sumoi. Katakanlah, apa yang menjadi
maksud kedatanganmu ini" Apakah hanya berkunjung ataukah diutus oleh suhu?"
Hampir saja Bi Lan berteriak bahwa ia diutus
oleh suhu mereka untuk mencabut nyawa Han
Beng! Akan te tapi ia menahan kemarahannya,
memandang kepada pria itu dan berkata lirih,
"Suheng kedatanganku ini hanya mempunyai satu
maksud, yaitu aku ingin bercerita tentang suhu
kepadamu." Wajah Han Beng menjadi cerah berseri. "Ah,
akupun ingin sekali mendengar te ntang suhu.
Ceritakanlah, sumoi, kuharap suhu dalam keadaan
sehat dan baik-baik saja! Ceritakanlah."
Setelah menghela nafas beberapa kali, Bi Lan
mulai bercerita. "Suheng suhu telah mendengar
akan pernikahanmu dengan enci Bu Giok Cu dan
suheng sama sekali tidak memberi tahu suhu, apa
lagi mengundangnya."
"Sudah kudesak agar dia mengundang locian-
pwe Liu Bhok Ki, akan te tapi dia tidak mau!" Bu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giok Cu berkata sambil memandang suaminya
penuh teguran. "Bukan tidak mau, akan te tapi tidak berani,"
kata Han Beng, akan te tapi
tiba-tiba dia menghentikan kata-katanya seperti orang yang
merasa telah te rlalu banyak bicara.
"Kenapa, suheng?" Bi Lan mendesak cepat.
"Kenapa suheng tidak berani memberitahu kepada
suhu tentang pernikahan suheng?"
Han Beng tidak menjawab, hanya menoleh ke
arah is terinya. Tentu saja dia merasa sukar untuk
menjawab pertanyaan itu, merasa sungkan te rhadap Bi Lan untuk menyebutkan alasannya.
Melihat keraguan Han Beng, Bi Lan berkata,
"Suheng, kalau Suheng ingin aku bicara sejujurnya
te ntang suhu, maka sebaiknya kalau suheng juga
bersikap terbuka dan jujur. Kalau suheng tidak
berani bersikap terbuka, akupun tidak ingin
bercerita apa-apa lagi."
Bu Giok Cu memandang kepada suaminya.
"Sebaiknya engkau bicara te rus te rang saja untuk
menebus kesalahan sikapmu te rhadap gurumu.
Tidak perlu sungkan lagi."
Han Beng mengangguk dan menarik napas
panjang. Dia merasa menyesal sekali mengapa
dahulu dia tidak berte rus terang saja kepada
gurunya bahwa dia mencintai Giok Cu dan tidak
mau dijodohkan dengan gadis lain. Akibatnya
ketika dia menikah dengan Giok Cu, dia tidak
berani mengabari gurunya, dan sekarangpun dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa sungkan untuk mengaku terus te rang
kepada Bi Lan. "'Baiklah, aku bicara te rus terang dan kuharap
engkau tidak merasa te rsinggung, sumoi. Sebelumnya, maafkan aku kalau ceritaku menyinggung perasaanmu."
"Kalau engkau berterus terang, mengapa aku
mesti tersinggung, suheng" Ceritakanlah."
"Aku tidak berani mengabari suhu, tidak berani
mengundangnya, karena aku merasa bersalah
kepada suhu. Dahulu, ketika aku bersama Giok Cu
berkunjung ke te mpat kediaman suhu, dan bahkan
berte mu dengan engkau di sana, ketika itu suhu
bicara empat mata denganku dan suhu dalam
kesempatan itu telah menjodohkan aku dengan
engkau, sumoi. Dia berpesan agar kelak aku
berjodoh denganmu. Nah, karena aku saling
mencinta dengan Bu Giok Cu dan kemudian atas
usul guru kami masing-masing, yaitu Hok-bin
Hwesio dan Pek I Tojin, kami menikah dan teringat
akan pesan suhu Liu Bhok Ki, aku merasa
sungkan dan tidak berani memberi kabar. Aku
telah bicara terus te rang, sumoi."
Bi Lan tidak heran mendengar keterangan itu,
te ntu saja ia sudah tahu semuanya dan dapat
menduganya. Ia tidak merasa sakit hati karena ia
ditolak oleh suhengnya yang mencinta gadis lain.
Ia sendiripun mencinta pria lain, yaitu gurunya
sendiri. Yang membuat ia menyesal adalah karena ulah
suhengnya, maka gurunya yang juga suaminya itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menderita tekanan bathin sampai sakit-sakitan
dan meninggal dunia dalam keadaan berduka.
"Bagus sekali, engkau te lah berterus te rang,
suheng. Nah, akupun hendak bercerita sejujurnya
kepadamu. Seperti kukatakan tadi, suhu telah
mendengar pernikahanmu dengan enci Giok Cu
tanpa mengundangnya, dan sejak itu, suhu sakit-
sakitan karena merasa penasaran, menyesal dan
berduka. Aku tahu akan semua itu karena suhu
berte rus terang kepadaku. Suhu marah dan
menyesal, suhu merasa sakit hati kepadamu,
suheng!" "Aih, suhu, teecu memang berdosa besar. Sumoi,
tolonglah, kalau e ngkau pulang dan berte mu suhu,
mintakan ampun adanya untukku .... ah, tidak,
aku sendiri yang akan ke sana. Aku harus cepat
pergi menghadap suhu dengan is teri dan anakku
untuk mohon ampun." "Tidak ada gunanya, suheng. Lebih baik suheng
mendengarkan kelanjutan ceritaku. Melihat suhu
demikian menderita, hatiku hancur dan aku
merasa amat kasihan kepada suhu. Suhu telah
kehilangan segalanya, demikian pula aku. Kami
berdua tidak memiliki apa-apa lagi, tidak ada lagi
seorangpun di dunia ini yang menyayangi kami.
Timbul perasaan kasihan dan sayang dalam
hatiku, dan akupun mengambil keputusan untuk
menyerahkan diriku, hidupku, segalanya, untuk
membahagiakan hati suhu. Dengan suka rela,
bahkan dengan desakanku, kami menikah menjadi
suami iste ri....." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suami isteri itu s aling pandang nampak te rkejut
bukan main. "Sungguh suatu pengorbanan yang
besar......" kata Giok Cu lirih.
"Sumoi, betapa mulia hatimu. Engkau begitu
berbakti kepada suhu, sedang aku ..."
"Tidak ada pengorbanan! Tidak ada kemuliaan
hati dan kebaktian. Aku menikah dengan suhu
karena memang aku cinta kepadanya, dan dia
cinta padaku. Kami menjadi suami isteri karena
kami saling mencintai.!" Bi Lan berkata dengan
suara nyaring, setengah membentak sehingga
mengejutkan suami isteri itu.
"Kalau begitu, biarlah kami mengucapkan selamat kepadamu atas pernikahan dengan suhu...!" "Tunda dulu ucapan selamat itu sampai aku
selesai menceritakan keadaan suhumu, suheng.
Biarpun kami sudah menikah dan aku berusaha
sekuat tenaga untuk menghiburnya dan mengusir
kedukaan suamiku, akan tetapi usahaku sia-sia
belaka. Guru dan suamiku itu masih tak mampu
melupakanmu, dan sakit hatinya tak pernah
mereda. Api sakit hati membakarnya, membuat dia
sakit-sakitan dan akhirnya, dia tak kuat bertahan
lagi setelah berbulan-bulan rebah dan menderlta
sakit lahir batin, suamiku

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu meninggal dunia......... " "Ahh.....!" Giok Cu mengeluh..
"Suhuuu.....!" Han Beng menutupi muka dengan
kedua tangan dan dia te risak, tubuhnya te rguncang dan dari celah-celah jari tangannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengalir keluar air matanya. "Aih, suhu, teecu
berdosa besar kepada suhu..........teecu .. .berdosa
besar................"
Sebuah tangan dengan lembut menyentuh
pundak Han Beng. "Sudahlah, semua itu telah
le wat, gurumu te lah tiada. Tidak ada gunanya
disesali dan ditangisi. Kelak engkau dapat saja
pergi mengunjungi makam gurumu dan mohon
ampun di depan makamnya kalau engkau merasa
bersalah kepadanya."
Hiburan dari isterinya ini menyadarkan Han
Beng dan diapun menghapus air matanya. Dengan
dua mata merah dia memandang kepada Bi Lan
dan melihat wanita muda itupun kini menunduk,
tidak mengeluarkan suara tangisan, akan tetapi
kedua pundak bergoyang dan air mata menetes-
netes turun dari kedua pipinya.
"Aku .... aku dapat merasakan penderitaanmu,
aku ikut berduka cita ...sumoi .... ataukah subo
(ibu guru)..." kata Han Beng dengan terharu.
Bi Lan menghapus air matanya dan menggeleng
kepala, masih menunduk. "Aku bukan apa-apamu
lagi, bukan apa-apa. Bukan tunangan karena
engkau sudah memilih wanita lain. Bukan sumoi
karena telah menikah dengan guru kita. Bukan
pula subo karena suamiku te lah tiada. Aku........aku hanya seorang yang sebatangkara,
tidak mempunyai apa-apa dan siapa-siapa lagi.. "
Giok Cu merasa kasihan sekali. "Sungguh buruk
nasibmu, sungguh kasihan sekali engkau, adik Bi
Lan Aku tahu bagaimana perasaanmu. Kalau saja
kami dapat melakukan sesuatu untukmu. Katakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja, apa yang dapat kami lakukan untuk
membantumu, mengurangi penderitaanmu?"
Bi Lan menggele ng kepala. "Terima kasih, tidak
ada yang dapat kalian lakukan untukku. Biarkan
aku sendiri. Di dunia ini, tidak ada lagi orang yang
dapat kucinta atau mencintaku, tidak ada siapa-
siapa lagi. Aku hanya menanti datangnya saat aku
menyusul suamiku. Dialah satu-satunya orang
yang mencintaiku........" Setelah berkata demikian,
Bi Lan bangkit dari duduknya, kemudian tanpa
pamit lagi ia melangkah keluar dari ruangan itu,
te rus menuju keluar rumah.
Han Beng hendak mengejar,
akan tetapi le ngannya dipegang is terinya. Dia menoleh dan
memandang is te rinya. Giok Cu menggele ng kepala
perlahan dan berbisik, "I a benar. Tidak dapat kita
melakukan apapun untuknya. Biar kan ia sendiri......" Han Beng memejamkan matanya. "Suhuuu ..!"
keluhnya dan dia te ntu roboh kalau saja tidak
cepat dirangkul oleh isterinya dan dia kembali
menangis di pundak isterinya.
Malam itu, Han Beng dan Giok Cu tidak dapat
tidur. Hal ini te rutama sekali karena Han Beng
te nggelam dalam duka dan penyesalan, dan
akhirnya baru Han Beng te rhibur ketika isterinya
menyetujui untuk mereka berdua bersama anak
mereka pergi mengunjungi makam Si Rajawali
Sakti, di mana Han Beng ingin bersembahyang
bersama anak isterinya dan mohon ampun kepada
guru pertamanya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka akan berangkat tiga hari lagi dan pada
keesokan harinya, mereka telah membuat persiapan. Karena waktu itu sedang musim panen,
maka suami isteri itu hendak menyelesaikan dulu
sisa panenan yang tinggal satu dua hari lagi, baru
mereka akan berangkat. Pada keesokan harinya, sejak pagi Han Beng dan
Giok Cu sudah pergi meninggalkan rumah, pergi ke
sawah untuk mengepalai dan mengatur mereka
yang membantu panen. Seperti biasa, Siong Ki
setelah bekerja pagi, lalu mengasuh Hong Lan
bermain-main di taman. Keadaan sunyi di taman. Semua orang dewasa
pergi ke s awah ladang karena musim panen. Siong
Ki menurunkan Hong Lan duduk di atas rumput,
dan dia sendiri duduk di dekat anak itu sambil
menganyam rumput, membuatkan mainan untuk
sumoinya. Ketika Kwa Bi Lan muncul seperti
kemarin, diapun tidak terkejut dan tidak merasa
heran lagi. Dari suhunya dia mendengar bahwa
wanita muda yang cantik itu memang sahabat
gurunya yang datang berkunjung. Dia bahkan
te rsenyum dan memberi hormat. "Selamat pagi,
enci." Akan te tapi Bi Lan tidak memperdulikan Siong
Ki. I a menghampiri Hong Lan dan mengelus kepala
anak itu dengan lembut dan mesra, dan pandang
matanya yang ditujukan mengamati wajah anak
perempuan itu penuh rasa kagum dan sayang.
Suaranyapun te rdengar halus ketika ia bertanya,
"Anak manis, siapakah namamu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua anak kecil mempunyai kepekaan yang
tidak lagi dipunyai orang dewasa. Kepekaan atau
naluri ini adalah pembawaan jiwa yang masih
belum terselubung nafsu. Pada saat dilahirkan,
anak manusia memiliki naluri ini, memiliki
kepekaan karena jiwanya masih murni, bagaikan
sinar pelita yang belum terselubung kotoran
sehingga masih memancar keluar melalui panca
indranya. Kelak, kalau anak itu sudah mulai
mempergunakan hati dan akal pikirannya, dan
nafsu yang menjadi alat kebutuhan jasmaninya
mulai mengambil alih kekuasaan atas diri manusia, maka kepekaan itu pudar. Sinar pelita
dari jiwa te rtutup nafsu dan orang hidup le bih
mengandalkan hati akal pikirannya yang bergelimang nafsu menciptakan segala macam
dosa dan kekacauan dalam kehidupan ini. Makin
pandai orang mempergunakan hati akal pikirannya, semakin keruh keadaan dunia, karena
manusia dikendalikan nafsu yang sifatnya hanya
mengejar kesenangan diri pribadi, sehingga te rjadilah tumbukan-tumbukan
dan tabrakan kepentingan yang menimbulkan pertikaian, permusuhan, bahkan perang!
Pada saat membelai dan bicara kepada Hong
Lan, maka anak itupun memandang kepada Bi Lan
sambil tersenyum cerah menjawab dengan suaranya yang nyaring dan lucu.
"Namaku Si Hong Lan, bibi."
"Nama yang bagus, cocok dengan wajahmu yang
manis. Hong Lan, mari kupondong dan kuberi
mainan yang indah." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong Lan tidak membantah ketika digendong.
"Mainan apa, bibi?"
"Nanti kupetikkan bunga merah, kutangkapkan
kupu-kupu kuning." "Bibi baik, bibi baik sekali, suheng" Hong Lan
bersorak, akan tetapi Siong Ki mengerutkan
alisnya. Dia belum mengenal benar siapa wanita
cantik itu, karena merasa khawatir kalau Hong Lan
diajak pergi bermain-main.
"Maaf, bibi. Sumoi Hong Lan belum kuberi
sarapan pagi. Mari, sumoi, kita makan dulu ..."
Siong Ki menjulurkan kedua tangannya untuk
mengambil sumoinya dari pondongan Bi Lan. Akan
tetapi sekali Bi Lan menggerakkan tangan kirinya
menotok. Siong Ki tak mampu bergerak dalam
posisi berdiri dengan kedua tangan terjulur. Bi Lan
lalu berjongkok, tangan kiri memondong Hong Lan,
dan tangan kanan dengan jari te lunjuk terjulur
mencoret-coret di atas tanah di depan Siong Ki.
Kemudian, sambil memondong Hong Lan, ia
berkelebat lenyap dari tempat itu, meninggalkan
Siong Ki yang masih berdiri kaku seperti arca!
Tak lama kemudian, seorang pelayan keluar dan
dia te rheran-heran melihat Siong Ki yang berdiri
dengan tangan terjulur seperti
patung, tak bergerak-gerak. "Eh, engkau kenapa ?" tanyanya.
Siong Ki tidak mampu menengok, akan tetapi dia
masih dapat bicara walaupun, dengan kaku dan
sukar, "Cepat .... beritahu suhu .... cepat.... sumoi
diculik orang..." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebagai pelayan suami isteri pendekar, pelayan
itupun sudah tanggap dan dia segera lari mencari
majikannya yang sedang sibuk mengatur orang-
orang yang sedang panen. Dapat dibayangkan
betapa kagetnya hati Si Han Beng dan Bu Giok Cu
ketika mendengar laporan pelayan itu bahwa Siong
Ki berdiri seperti patung tak mampu bergerak dan
mengatakan bahwa Hong Lan diculik orang.
Mereka lalu berlari cepat, seperti berlomba
pulang ke rumah. Semua petani terkejut dan
kagum bukan main melihat suami isteri yang
mereka kenal sebagai sepasang pendekar namun
yang tak pernah mereka lihat kepandaiannya itu,
kini berlari seperti terbang saja meninggalkan
sawah. Baru sekarang mereka menyaksikan suami
isteri itu memperlihatkan kepandaiannya yang luar
biasa. Suami isteri itu tiba di pekarangan rumah
mereka dan setelah Han Beng membebaskan
totokan yang membuat muridnya tak mampu
bergerak, Siong Ki cepat menunjuk ke bawah, di
depannya. "I a meninggalkan tulisan di situ....."
Han Beng dan Giok Cu cepat membaca tulisan
itu. Huruf-hurufnya je las karena jari yang
mencoret-coret di atas tanah itu menggunakan
te naga sin-kang, sehingga tanah itu seperti dicoret
dengan pensil baja saja. Suheng Si Han Beng. Engkau t el ah membuat aku
berpis ah selamanya d ari orang yang kucinta. Aku
akan membuat engkau berpis ah sementar a d ari
anak y ang kau sayang. Aku b erhak menyayang d an
disayang. Aku s ayang Hong Lan d an ingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menikmati hidup bers amanya. Setel ah beberapa
tahun, aku akan mengembalikannya kepad amu.


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suheng, jangan kejar kami, karena terpaks a aku
akan membunuh Hong Lan, lalu membunuh diri
sendiri, Kwa Bi Lan. "Aih, anakku........!" Giok Cu menjadi pucat
wajahnya setelah selesai membaca coretan tulisan
di tanah itu. "Aku harus mengejar iblis betina itu.
..!" Ia hendak meloncat, akan tetapi tangannya
dipegang suaminya. "Tunggu dulu......apakah kau ingin ia membunuh anak kita" Aku yakin ia tidak
menggertak kosong belaka," kata Han Beng sambil
menunjuk ke arah kalimat terakhir itu. Giok Cu
membacanya lagi, "Suheng, jangan kejar kami,
karena te rpaksa aku akan membunuh Hong Lan,
lalu membunuh diri sendiri."
"Ahhh .... tapi.... tapi.... bagaimana dengan anak
kita ....?" Suara wanita perkasa itu mengandung
tangis karena ia merasa khawatir bukan main.
Han Beng merangkul is te rinya. Wajahnya sendiri
juga pucat dan diam-diam ia merasa menyesal
bukan main, akan te tapi dia tidak bingung seperti
isterinya. "Giok Cu, aku yakin bahwa ia tidak akan
mencelakai anak kita, akan tetapi kalau kita
mengejarnya, pasti ia akan nekat. I a seorang yang
sudah putus asa, dapat melakukan apa saja."
"Tapi .... tapi .... kenapa ia melakukan ini"
Kenapa ia culik anakku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Beng menarik nafas panjang. "Aku dapat
memakluminya. Pertama, ia masih merasa bahwa
akulah yang membuat ia sengsara, aku yang
menyebabkan kematian suhu, orang yang dicintanya. Karena itu ia ingin membalas dendam,
ingin membuatku merasakan penderitaan kehilangan orang yang kucinta, walaupun tidak
selamanya seperti yang dijanjikannya, hanya untuk
sementara. Dan selain itu, iapun haus kasih
sayang. Ingin menyayang dan disayang. Dan
agaknya da suka sekali pada anak kita, ia ingin
mencurahkan kasih sayangnya kepada ana k kita,
karena itu, jangan khawatir.."
"Jangan khawatir, kau bilang" Aku ibu Hong
Lan! Anakku diculik orang, mungkin seorang iblis
betina, dan kau bilang aku jangan khawatir?"
"Giok Cu, aku tahu siapa Kwa Bi Lan. Sebelum
menjadi murid suhu Liu Bhok Ki, ia adalah murid
Siauw-lim-pai. Kemudian digembleng oleh suhu Liu
Bhok Ki bahkan menjadi isterinya. Ia bukan iblis
betina, ia seorang wanita berjiwa pendekar. Aku
yakin ia akan memegang janji dan akan mengembalikan anak kita dalam keadaan selamat."
Giok Cu memandang suaminya dengan alis
berkerut. "Enak saja engkau bicara membelanya! Ia
menculik anak kita, ingat" Aku diharuskan
berpisah dari anakku untuk beberapa tahun, dan
aku harus tinggal diam saja" Aih, apakah engkau
tidak dapat merasakan bagaimana penderitaan
seorang ibu kalau dipisahkan dari anaknya yang
baru berusia dua tahun lebih.!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Beng menarik napas panjang dan menundukkan mukanya yang pucat. "Aku mengaku bersalah, isteriku. Akulah yang menyebabkan semua ini, aku biang keladinya dan
aku siap menerima hukuman apapun...."
Melihat suaminya begitu bersedih dan menyesal,
meredalah kemarahan Giok Cu dan iapun
merangkul pundak suaminya dan menangis di
pundak oran g yang dicintainya itu.
"Lalu .... apa ... yang harus kita lakukan ....?"
Rintihnya memelas. "Tidak ada yang dapat kita lakukan sementara
ini kecuali .... menunggu dan pasrah kepada
Tuhan. Kelak, kalau keadaan sudah mereda, kalau
ia sudah tidak mengira kita akan mencarinya lagi,
barulah aku akan berusaha menyelidiki di mana ia
membawa anak kita, dan akan kuusahakan untuk
merebutnya kembali tanpa membahayakan anak
kita. Sementara ini, maafkan aku. Akulah yang
menyebabkan engkau menderita batin...."
Akan tetapi. Giok Cu sudah terhibur dan dapat
mengerti kebenaran ucapan suaminya. Memang
berbahaya sekali kalau sekarang ia melakukan
pengejaran.Wanita yang sudah putus asa itu tentu
tidak akan ragu-ragu untu k membunuh Hong Lan
lalu membunuh diri sendiri sebelum sempat
merebut kembali anak itu! Kalau sekarang ia
dibiarkan pergi, setelah beberapa lama tentu
wanita itu akan mengira bahwa mereka tidak lagi
melakukan pengejaran dan akan menjadi lengah.
Nah, itulah saatnya mereka berusaha merebut
kembali anak mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat kedukaan gurunya, Siong Ki lalu
menjatuhkan diri berlutut di depan Han Beng.
"Suhu, teecu yang bersalah tak mampu menjaga
sumoi dengan baik. Kalau suhu mengijinkan, teecu
akan pergi mencari sumoi sampai dapat dan
membawanya kembali kepada suhu."
"Bangkitlah dan bekerjalah sepert biasa. Juga
yang rajin berlatih silat. Jangan bicarakan dengan
siapapun urusan hilangnya sumoimu. Engkau
tidak bersalah, Siong Ki," kata Han Beng dan
diapun menggandeng is terinya, diajak masuk ke
dalam rumah. Sejak hari itu, suami isteri pendekar ini merasa
hidup mereka tidak le ngkap lagi. Mereka telah
berusaha setelah lewat beberapa bulan untuk
mencari anak mereka yang dilarikan Bi Lan,
namun tidak berhasil. Bi Lan menghilang tanpa
meninggalkan jejak. Tentu saja Bu Giok Cu
menderita batin yang cukup hebat, merasa gelisah
selalu. Lebih-lebih Han Beng karena pendekar ini
merasa bahwa ialah yang bersalah, dan dia
menganggap hal ini sebagai
hukuman dari mendiang gurunya. Seringkali dia duduk melamun dan mengeluh.
Kenapa selama hidupnya gurunya itu, Sin-tiauw
Liu Bhok Ki Si Rajawali Sakti, mengisi hidupnya
dengan dendam dan pembalasan" Mula-mula
selama puluhan tahun, gurunya itu membalas
dendamnya secara keji sekali terhadap is terinya
dan kekasih isterinya karena penyelewengan
isterinya. Biarpun dirinya sudah membunuh
mereka, dendamnya belum juga hilang dan dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih "menyiksa" isteri dan kekasih isterinya itu
dengan membiarkan kepala mereka selalu bersamanya! Kini, gurunya yang sudah mati
itupun melampiaskan dendamnya kepadanya karena kesalahannya tidak mentaati perintahnya
menikah dengan Kwa Bi Lan. Dan pembalasan
dendam ini dilakukan mendiang suhunya melalui
Bi Lan! Mungkinkah Kwa Bi Lan setelah menjadi
murid dan is teri Liu Bhok Ki, mewarisi pula watak
pendendam yang hebat itu"
Karena tidak adanya Hong Lan, Han Beng
menggemble ng The Siong Ki dengan sungguh-
sungguh. Dan anak ini memang berbakat baik
sekali sehingga memperoleh kemajuan pesat.
-ooo0dw0ooo- Ke manakah perginya Kwa Bi Lan yang
membawa lari Si Hong Lan sehingga setelah lewat
beberapa bulan, suami isteri perkasa dari Hong-
cun itu tidak berhasil menemukan jejaknya"
Mari kita ikut jejak Bi Lan setelah ia meninggalkan dusun Hong-cun sambil memondong
Hong Lan. Biarpun Kwa Bi Lan bersikap manis kepada
Hong Lan, menghiburnya sepanjang jalan, bahkan
membelikan pakaian dan mainan di toko, te tap
saja Hong Lan mulai rewel ketika ia te ringat akan
ayah bundanya dan merindukan mereka, juga
merindukan Siong Ki. Berulang kali ia rewel,
menangis dan minta pulang. Bi Lan yang tidak
mempunyai pengalaman dengan anak-anak, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha semampunya untuk menghibur, namun
Hong Lan tetap menangis. Saking jengkel dan
sedihnya, ketika pada suatu malam Hong Lan
menangis terus di dalam kamar sebuah rumah
penginapan, Bi Lan juga ikut menangis! Dan
sungguh aneh, begitu Bi Lan menangis, Hong Lan
berhenti menangis! Anak itu memandang Bi Lan
yang menangis dengan kedua mata merah. Sinar
matanya penuh kehe ranan, bahkan mengandung
iba. "Bibi .... kenapa menangis ?" Sungguh aneh,
begitu mendengar anak itu berhenti menangis dan
bertanya kepadanya mengapa ia menangis, Bi Lan
makin mengguguk menangis, merangkul anak itu
dan tangisnya menjadi tersedu-sedu! Sudah terlalu
lama ia tidak menangis, te rlalu lama memendam
duka yang disembunyikan saja di dalam hatinya,
tidak pernah mendapat kesempatan mengeluarkan
duka nestapa yang menekan hatinya. Kini ditanya
mengapa ia menangis ole h suara kanak-kanak itu,
ia menjadi demikian sedih, demikian te rharu
sehingga ia terguguk se perti anak kecil!
Hong Lan semakin kasihan kepada wanita yang
selama ini amat manis dan baik kepadanya, yang
agaknya bahkan le bih baik dan le bih sayang
padanya daripada ibunya sendiri. Maka, melihat
wanita ini mengguguk, iapun merangkul dan
mencium pipi yang basah itu.
"Bibi, jangan menangis .... bibi, jangan menangis....." Ia merengek, agak ketakutan melihat
wanita itu menangis begitu sedihnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ini, Bi Lan mengerahkan te naganya
untuk menahan dan menghentikan tangisnya. Ia
mengangkat mukanya yang masih basah, dan ia
memaksa tersenyum sambil memandang wajah
anak itu yang juga masih basah. "Tidak, aku tidak
menangis, Hong Lan sayang, aku tidak

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menangis......lihat, aku sudah tertawa."
Hong Lan menatap wajah itu. Wajah yang
memelas sekali, nampaknya saja mulut itu
te rsenyum ramah, akan tetapi dua matanya merah
dan pipinya basah mata. Tangis campur tawa yang
mengharukan. Namun, anak itu agaknya le ga
begitu Bi Lan tidak mengguguk lagi.
De ngan jari tangannya yang kecil-kecil, Hong
Lan mengusap bawah kedua mata Bi Lan. "Bibi,
kenapa tadi menangis?"
Hong Lan menciumnya penuh kasih sayang. Ia
dapat merasakan kehangatan kasih sayang anak
itu kepadanya dan le bih dari pada itu, kehangatan
rasa cinta kasihnya kepada anak itu! Alangkah
melegakan dan membahagiakan, dapat mencurahkan kasih sayang kepada seseorang, apa
lagi kalau dibalasnya! Dibalas atau tidak, mencurahkan kasih sayang ke seseorang merupakan kebahagiaan yang sejak kematian
suaminya tak pernah ia rasakan lagi! Dan kini,
seluruh kerinduannya akan kasih sayang, baik
memberi atau menerima, ia curahkan kepada Hong
Lan! "Anakku yang baik. aku menangis karena
melihat engkau menangis, aku bersedih kalau
engkau menangis, Hong Lan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak akan menangis lagi, bibi...."
Bi Lan menciumnya dan mendekap muka anak
itu ke dadanya. "Anakku .... kau anakku yang
manis, kenapa kau tidak menyebut ibu kepadaku"
Sebut aku ibu, Hong Lan ..."
"Tapi... engkau bukan ibuku ......"
Hong Lan memandang ragu. Bi Lan kembali
menciumnya penuh kasih sayang.
"Anakku, mulai sekarang, aku jadi pengganti
ibumu, juga pengganti ayahmu, pengganti suhengmu, pengganti segalanyanya. Sebut aku ibu
dan engkau membuat aku senang sekali, Lan Lan!"
Hong Lan te rbelalak girang mendengar sebutan
itu. "Ibu juga memanggilku Lan Lan!"
Bi Lan te rse nyum. "Tentu saja, dan akupun
sekarang menjadi ibumu dan memanggilmu Lan
Lan. Nah, kau mau bukan menjadi anakku dan
menyebutku ibu?" Lan Lan te rsenyum dan mencium pipi wanita
itu, " Aku senang sekali, ibu."
Bi Lan mendekap ana k itu dan merasa
berbahagia bukan main. Dan sejak malam itu,
benar saja Lan Lan tidak pernah rewel lagi. Bahkan
karena pandainya Bi Lan menghiburnya, dan
mengajaknya melihat-lihat kota-kota yang ramai,
pemandangan yang indah-indah, lambat laun Lan
Lan mulai melupakan ayah, ibu dan suhengnya.
Mereka itu makin kabur seperti merupakan
bayang-bayang dalam mimpi saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebulan setelah Bi Lan melarikan Lan Lan dari
rumahnya, pada suatu siang jalanannya melalui
sebuah hutan di tepi sungai. Ia memang menuju ke
barat untuk pulang ke Kim-hong-san, tempat
tinggal mendiang suaminya, untuk hidup di sana
berdua dengan Lan Lan. Karena berjalan ke barat
melawan arus air Sungai Huang ho, maka ia
melakukan perjalanan lewat darat, menyusuri
sepanjang pantai sungai yang amat le bar itu. Dan
siang itu, sambil memondong Lan Lan yang kini
tidak rewel lagi, Bi Lan berjalan memasuki hutan
di pantai sungai. Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya karena
pendengarannya menangkap gerakan orang di
belakangnya. Ia menengok dengan cepat dan
melihat bayangan orang berkelebat cepat sekali,
menyelinap lenyap di antara pohon-pohon. Ia tidak
dapat melihat jelas karena gerakan orang itu cepat
sekali, hanya tahu bahwa orang itu tentu seorang
pria yang berpakaian serba biru. Karena sampai
beberapa lamanya ia menanti, tidak ada gerakan
yang mencurigakan, iapun melanjutkan perjalanan. Baru puluhan langkah ia berjalan, ia berhenti
lagi karena te rdengar tiupan suling yang amat
merdu. Suara suling itu meliuk-liuk, turun naik
dengan getaran halus. Bi Lan memejamkan kedua
matanya. Suara suling itu demikian indah,
melengking halus dan seperti menarik-narik
jantungnya, dan tak terasa lagi dua titik air mata
te rgenang di pelupuk matanya. Tiupan suling itu
demikian merdu, demikian indah, akan tetapi juga
mengharukan seperti tangis sebuah hati yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merana. Sepantasnya orang yang meniup suling
seperti itu adalah seorang yang sedang dilanda
duka, pikirnya. Akan te tapi, sungguh mengherankan. Siapa pula yang pandai meniup
suling seperti itu di tengah hutan lebat yang sunyi
ini" Bi Lan melihat pula betapa Lan Lan juga
memperhatikan suara itu. "Ibu, suara apakah itu?"
"Itu suara suling, Lan Lan. Suara suling yang
ditiup oleh seorang ahli, amat indahnya."
"Seperti ada yang menangis, ibu," kata anak itu.
Betapa tajam dan peka perasaan anakku ini,
pikir Bi Lan dengan bangga. Memang tak salah
lagi, peniup suling itu dilanda kesedihan dan
tangis dari hatinya keluar melalui tiupan sulingnya. Maka, iapun mempergunakan kepandaiann dan
berlari cepat ke arah suara itu dan melihat si
penyuling! Jantungnya berdebar. Seorang pemuda
yang tampan berpakaian seperti seorang pelajar
atau sastrawan, sedang duduk di bawah pohon
dan meniup sulingnya. Yang membuat ia berdebar
bukan karena pemuda itu tampan sekali, wajahnya
yang dilindungi caping le bar itu memiliki hidung
yang besar mancung, dan bibir yang nampak sayu.
Yang membuat Bi Lan te rkejut adalah pakaian
sasterawan muda itu. Serba biru! Ia te ringat akan
orang yang tadi berkelebat di belakangnya.
Bagaimana kini tahu-tahu orang itu te lah berada
jauh di depannya dan meniup suling" Ia tidak
melihat orang berlari melewatinya! Kalau benar
peniup suling ini orang yang tadi berkelebat di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakangnya, alangkah cepatnya orang itu dapat
berada di situ. Biarpun hatinya te rtarik, akan tetapi karena ia
tidak mengenal orang itu, tidak sepantasnya kalau
ia te rlalu lama memperhatikan seorang laki-laki
asing, maka iapun berjalan terus meninggalkan
te mpat itu sambil memondong Lan Lan yang te rus
memandang ke arah si peniup suling yang agaknya
juga tidak memperdulikan mereka, melainkan
asyik meniup suling sambil menundukkan mukanya. Sambil berjalan terus meninggalkan pemuda itu
sampai suara sulingnya tidak te rdengar lagi, mau
tidak mau Bi Lan masih terkenang kepada si
peniup suling. Harus diakuinya bahwa pria muda
itu tampan sekali, dan nampaknya seperti seorang
sasterawan muda yang le mah. Akan tetapi, iapun
tahu bahwa di dunia kang-ouw te rdapat banyak
orang yang nampaknya le mah akan te tapi
sesungguhnya memiliki kepandaian tinggi.
-ooo0dw0ooo- Jilid 9 Mendiang gurunya yang juga suaminya pernah
memesan agar dia berhati-hati dan tidak memandang rendah kepada empat macam orang,
yaitu pertama wanita yang tampaknya le mah
walaupun memiliki ilmu yang tinggi, ke dua kaum
pendeta yang juga kelihatan lemah le mbut, ke tiga
pengemis yang nampaknya saja lemah dan
sengsara, dan ke e mpat sastrawan, karena mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini kadang-kadang menyembunyikan ilmu yang
tinggi dan merupakan lawan yang amat berbahaya.
Yang amat mengesankan hatinya bukan ke
tampanan pria itu, melainkan tiupan sulingnya.
Biarpun kini sudah tidak terdengar lagi suara
sulingnya, namun masih terngiang di telinganya
suara yang meliuk-liuk merdu dan mengharukan
itu. Lamunan Bi Lan dan kantuk Lan Lan dalam
pondongannya terganggu ketika mendadak muncul
sepuluh orang yang berloncatan dari balik batang
pohon-pohon di kanan kiri jalan setapak itu.
Begitu melihat, Bi Lan mengerti bahwa ia
berhadapan denagn gerombolan penjahat! Sikap
mereka saja sudah jelas menunjukkan bahwa
mereka bukan orang baik-baik dan te rmasuk
gerombolan yang suka memaksakan kehe ndak
mengandalkan kekerasan. Juga mereka semua itu
menyeringai menjemukan dengan sepasang mata
yang membayangkan kecabulan. Seorang di antara
mereka yang gendut dan segala-galanya bundar,
kepalanya, hidungnya, matanya , bentuk mulutnya, perutnya, semua bundar, melangkah
maju. Sebatang golok besar te rgantung di pinggangnya dan sejenak dia mengamati wajah dan
tubuh Bi Lan, kemudian te rtawa bergelak dengan
girang. "Ha-ha-ha, inilah orangnya yang pantas menjadi
isteriku! Kawan-kawan, bagaimana pendapat kalian" Sudah patutkah perempuan ini kalau
duduk bersanding denganku sebagai isteriku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sembilan orang anak buahnya juga tertawa-tawa
dan menyengir-nyengir dengan sikap ceriwis sekali.
"Sudah cocok sekali, toako! Akan tetapi hati-hati,
ia membawa anak dan di punggungnya ada
sepasang pedang!" "Ha-ha-ha, anak inipun mungil sekali. Kalau
anaknya, anak ini menjadi anak isteriku yang
manis. Kalau adiknya, kebetulan! Dan tentang
sepasang pedangnya, ha-ha-ha, itu hanya untuk
menakut-nakuti orang saja. Bukankah begitu,
manis?" Dapat dibayangkan betapa marahn ya Bi Lan
melihat sikap dan mendengar ucapan yang amat
menghina itu. Kalau saja

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia tidak sedang memondong Lan Lan, te ntu ia sudah mengamuk
dan membunuh semua orang itu. Akan te tapi, ia
memondong Lan Lan yang kini sudah te rbangun
dari kantuknya. Ia harus berhati-hati dan melindungi anak itu. Maka ia menahan sabar,
karena kemarahan hanya akan merugikan dirinya,
mengurangi kewaspadaannya.
"Kalian adalah sepuluh laki-laki, kenapa begitu
rendah menghadang dan mengganggu seorang
wanita yang sedang melakukan perjalanan" Minggirlah, aku tidak ingin mencari keributan."
Katanya dengan nada suara yang dibikin setenang
mungkin. "Ha-ha-ha, manis. Siapa yang akan mengganggumu" Aku bahkan meminangmu. Aku
ingin melamarmu menjadi isteriku, sayang. Marilah
ikut baik-baik denganku dan kita merayakan hari
perkawinan kita. Anakmu itu akan menjadi anakku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga," kata si gendut dengan keramahan yang
dibuat-buat. "Aku tidak mau menikah denganmu atau dengan
siapapun. Minggirlah!" kini dalam suara Bi Lan
te rdengar bentakan. "Nona manis , aku harus menjadi suamimu.
Engkau mau atau tidak, harus menjadi isteriku.
Nah, tinggal kaupilih saja. Engkau menurut
dengan baik-baik atau ingin dipaksa?" kini si
gendut mengancam. "Sudah kuduga. Kalian te ntu segerombolan
anjing yang suka mempergunakan kekerasan
melakukan kejahatan! Majulah kalau engkau
minta mati!" bentak Bi Lan dan ia menggunakan
sabuk suteranya untuk menggendong Lan Lan di
punggung se telah melolos sepasang pedangnya dan
menggantungnya di pinggang. Anak itu duduk di
atas buntalan pakaian dan diikat dengan sabuk
sutera yang biasanya menjadi senjata pula bagi Bi
Lan. Kini, kedua tangan wanita itu bebas, walaupun
gerakannya te ntu saja kurang le luasa dengan
adanya Lan Lan di punggungnya. Yang membuatnya kagum, anak itu tidak menangis,
tidak kelihatan takut walaupun menghadapi sepuluh orang laki-laki yang kelihatan beringas
dan Kejam. Pantas memang Lan Lan menjadi
pute ri suami isteri pendekar besar.
"Ho-ho-ha-ha-ha! Perempuan ini bernyali juga!
Aku makin te rgila-gila kepadanya!" kata si gendut.
"Aku paling je mu dengan kuda betina yang jinak,
aku ingin yang liar seperti ini, ha-ha-ha!" Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih tertawa ketika tubuhnya tiba-tiba menyerbu
ke depan. Sungguh merupakan serangan
yang amat curang, menggunakan kesempatan selagi dia
masih tertawa sehingga lawan akan menjadi
le ngah. Akan te tapi, Bi Lan sama sekali tidak
le ngah. Tidak percuma menjadi murid dan isteri Si
Rajawali Sakti. Dari suaminya itu ia telah
mendapatkan ilmu silat yang tangguh dan kokoh
kuat. Begitu si gendut menubruk dengan kedua
le ngan berkembang, seperti seekor beruang menyerang, tubuh Bi Lan sudah mengelak ke kiri
dan kaki kanannya melakukan te ndangan ke arah
perut gendut itu. De mikian cepat geraka Bi Lan
sehingga tendangan itu tidak mungkin dapat
dielakkan atau ditangkis lagi oleh si gendut.
"Bukk...... ! Duuuuuuttt......!" perut itu ternyata
kebal, akan tetapi karena tendangannya mengandung sin-kang yang kuat, tidak urung isi
perutnya te rguncang dan tak te rtahankan lagi si
gendut kelepasan membuang gas dengan bunyi
kentut yang nyaring. Mendengar suara kentut itu, Lan Lan berseru.
"I hhhh......kentut bau ...!" dan dengan lucunya,
bukan pura-pura Lan Lan memijat hidungnya
dengan tangan kiri. Mau tidak mau, kawanan
perampok itu tertawa geli, dan baru mereka
berhenti tertawa ketika pimpinan mereka yang
merasa perutnya agak mulas itu membentak
mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa te rtawa! Hayo tangkap perempuan ini.!
Awas, jangan lukai, aku tidak ingin pengantinan
dengan mempelai yang luka-luka!"
Sembilan orang anak buah itu menerima
perintah ini dengan gembira. Siapa yang tidak
ingin menangkap wanita cantik itu" Biarpun
akhirnya diserahkan kepada pimpinan mereka,
setidaknya yang menangkapnya mempunyai kesempatan untuk merangkul, memeluk dan
setidaknya mencolek tubuh yang montok itu!
Mereka maju dengan cepat seperti sekumpulan
anjing memperebutkan tulang, berlomba untuk
dapat menangkap Bi Lan. Akan tetapi, kegembiraan mereka segera berubah menjadi
te riakan-te riakan kesakitan ketika Bi Lan membagi-bagi tamparan dan te ndangan dengan
cepat sebelum ada tangan yang mampu menyentuhnya. Para pengeroyok itu berpelantingan te rhuyung
dan biarpun tidak ada yang roboh dan te rluka
parah, namun sedikitnya mereka menjadi gentar.
Ada yang pipinya bengkak membiru, bibirnya
pecah atau perutnya mulas seketika karena usus
buntunya te rcium ujung sepatu Bi Lan. Ada yang
te rpincang-pincang karena sambungan lututnya
te rkena gajulan yang cukup kuat.
Melihat betapa sembilan orang anak buahnya
mundur se mua, si gendut menjadi marah. Dia lupa
bahwa dia sendiri pun tadi te rkena te ndangan
sampai terkentut-kentut walaupun perut gendutnya yang kebal membuat dia tidak jatuh dan
memaki-maki anak buahnya. "Kalian ini gentong-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gentong kosong melompong yang tiada gunanya!"
Akan te tapi agaknya dia menyadari bahwa wanita
itu ternyata bukan makanan empuk, maka dia
menambahkan, "Hayo keroyok, robohkan dengan
senjata! Aku tidak perduli berpengantinan dengan
mempelai luka!" Para anak buahnya yang juga marah mencabut
senjata mereka. Ada yang bersenjata golok, ada
yang memegang pedang, tombak dan lain-lain. Dan
mereka mengepung Bi Lan. Bi Lan merasa khawatir. Kalau ia tidak
menggendong Lan Lan, tentu pengerokan orang-
orang kasar itu tidak membuat ia gentar. Kini ia
khawatir akan keselamatan Lan Lan.
"Lan Lan, rangkul leher ibu kuat-kuat!" te riaknya sambil mencabut sepasang pedang yang
te rgantung di pinggang. Anak itu memang tabah
bukan main. Melihat "ibunya" berkelahi, ia tidak
takut s ama sekali dan mendengar perintah ibunya,
iapun cepat merangkulkan kedua le ngannya yang
kecil ke leher Bi Lan. Sepuluh orang perampok itu menyerang dan Bi
Lan memutar kedua pedangnya. Ge rakan pedangnya cepat dan juga mengandung tenaga sin-
kang yang membuat setiap senjata lawan yang
berte mu pedangnya terpental.
Semua perampok te rkejut dan mereka mengepung dan mengeroyok dengan hati-hati,
maklum bahwa wanita cantik ini benar-benar amat
lihai. Namun, dengan adanya Lan Lan di
gendongannya, te ntu saja Bi Lan menjadi kurang
leluasa dan ia lebih mengutamakan perlindungan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rhadap anak itu sehingga daya serangnya
berkurang. Si perut gendut melihat hal ini dan diapun
berte riak kepada teman-te mannya, "Serang anak di
gendongan itu!" Bi Lan te rkejut. Kini para pengeroyok menujukan serangan mereka ke arah punggungnya! Tentu saja ia hanya dapat memutar
sepasang pedang untuk membentuk benteng sinar
yang menjadi perisai dan melindungi punggungnya
dari sambaran senjata para pengeroyok! Karena ia
hanya bertahan, tidak berani le ngah untuk balas
menyerang, ia segera terdesak!
Pada saat itu, terdengar suara halus namun
lantang berwibawa, "Nona, lemparkan anak itu
kepadaku. Biar aku yang sementara menjaganya
untukmu!" Bi Lan melirik dan melihat bahwa yang berteriak
itu adalah seorang pemuda tampan berpakaian
biru bercaping le bar. Pemuda peniup suling tadi!
Entah mengapa, ia percaya sepenuhnya kepada
pemuda itu, dan memang Lan Lan te rancam
bahaya, maka iapun memutar pedang kanannya,
menggunakan tangan kiri untuk menurunkan Lan
Lan dari gendongan. "Lan Lan, engkau ikut paman itu dulu!" katanya
dan sekali ia menggerakkan tangan kiri, anak itu
dilemparkan ke arah pemuda peniup suling. Dan
hatinya le ga melihat betapa sigapnya pemuda itu
menyambut Lan Lan yang mendarat dengan empuk
dalam pondongannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, di sini lebih enak, kan" Kita nonton


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perte mpuran!" kata pemuda itu sambil menurunkan Lan Lan dan berdiri di situ,
menggandeng tangan Lan Lan. Biar pun tadi ia
dilempar, Lan Lan tetap tabah dan sama sekali
tidak berteriak, apa lagi menangis.
Setelah melihat Lan Lan berada dengan pemuda
itu dan ia tidak lagi dibebani tugas melindungi Lan
Lan, Bi Lan mengamuk. Pedangnya menyambar-
nyambar dahsyat dan dalam beberapa gebrakan
saja, robohlah dua orang pengeroyok dengan
pundak dan paha terluka parah.
"Aih, jangan bunuh mereka, nona..!" Pemuda itu
berkata dan tiba-tiba dia memondong tubuh Lan
Lan. Dia sendiri, dengan Lan Lan di pondongan,
bergerak ke depan, kedua kakinya menyambar-
nyambar dan setiap kali kakinya menyambar,
seorang pengeroyok roboh! Bi Lan merobohkan dua
orang lagi, dan selebihnya, yang enam orang, roboh
oleh tendangan kaki pemuda itu!
Bi Lan yang marah sekali, menggerakkan
sepasang pedangnya hendak mengirim serangan
maut membunuh sepuluh orang itu, akan tetapi
pemuda itu sekali berkelebat sudah berdiri di
depannya. "Nona, jangan membunuh mereka!"
Bi Lan memandang tajam penuh selidik. "Hem,
kenapa" Bukankah mereka itu orang-orang jahat
yang hanya membahayakan kehidupan orang-
orang lain" Kalau tidak dibunuh, mereka tentu aka
mencelakai orang lain."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu menarik napas panjang lalu menurunkan Lan Lan. Anak itupun menghampiri
Bi Lan dan memegang tangan Bi Lan yang masih
memegang pedang. "Nona, kalau setiap orang yang
melakukan kejahatan di dunia ini kaubunuh,
kiraku tidak akan ada yang tinggal hidup. Adakah
manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan
dalam hidupnya" Adakah manusia yang tidak
berdosa?" Bi Lan mengerutkan alisnya. "Akan tetapi, tidak
semua orang menjadi perampok, pengganggu
wanita dan pembunuh!"
"Nona, manusia itu lemah lahir batin. Bukan
hanya lahirnya saja, tubuhnya saja yang le mah
dan suka diserang penyakit. Juga batinnya lemah
dan suka sakit. Semua orang mengalami penyakit
batin ini, hanya kadarnya saja yang berbeda, ada
yang ringan dan ada yang berat. Orang yang
menyeleweng dari kebenaran, yang menjadi penjahat, sebenarnya hanyalah orang yang sedang
sakit batinnya. Orang yang sakit harus kita tolong,
kita obati, yaitu kalau yang sakit badannya. Kalau
yang sakit batinnya, kitapun harus menolong
dengan obat berupa nasihat, atau kalau perlu
ancaman. Akan te tapi, bukan lalu membunuhnya.
Ingat, nona, orang sakit dapat sembuh, dan yang
sehat dapat jatuh sakit. Orang yang berbuat jahat
dapat sembuh, dan yang sekarang kelihatan baik-
baik saja, sekali waktu dapat jatuh dan berbuat
jahat. Semua orang pernah sakit, nona. Termasuk
aku sendiri. Sakitku amat berat, dan mudah-
mudahan s ekarang telah sembuh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ucapan itu berkesan di hati Bi Lan. Bahkan
gurunya yang juga suaminya pernah mengakui
bahwa gurunya itu dahulu juga pernah "s akit"
parah, yaitu menderita sakit batin karena dendam.!
Ucapan pemuda berpakaian biru itu sungguh
berkesan di hati dan tanpa cakap lagi ia lalu
menyimpan kembali sepasang pedangnya, memondong Lan Lan dan membungkuk kepada
pemuda itu. "Me ngingat bahwa engkau te lah membantuku,
biarlah aku menuruti nasihatmu dan tidak
membasmi mereka. Terima kasih atas bantuanmu
dan selamat tinggal." Setelah berkata demikian, Bi
Lan pergi meninggalkan tempat itu.
Pemuda itu masih berdiri seperti patung,
te rsenyum-senyum seorang diri, dan dia seperti
tidak melihat atau tidak perduli ketika sepuluh
orang perampok itu tertatih-tatih meninggalkan
te mpat itu dengan hati gentar.
Sampai lama pemuda itu berdiri, bahkan lalu
menjatuhkan diri duduk di atas batu, te rmenung
dan kadang menengok ke arah perginya Bi Lan.
Pemuda itu bukan orang sembarangan. Dia
memiliki ilmu kepandaian yang amat lihai karena
dia bukan lain adalah Hong San! Putera mendiang
Cui-beng Sai kong datuk besar dunia hitam itu,
seperti kita ketahui, tadinya membantu pemberontakan Pangeran Cian Bu Ong. Akan
tetapi karena semua gerakan bekas pangeran itu
gagal, Cian Bu Ong membubarkan para pembantunya dan Can Hong San juga pergi
meninggalkan bekas pangeran itu, merantau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang diri membawa bekal banyak emas yang
dite rimanya sebagai hadiah dari Pangeran Cian Bu
Ong. Berbulan lamanya Can Hong San berdiam di
puncak bukit merenungi keadaan hidupnya. Se gala
usaha yang dilakukannya gagal belaka! Hanya
kepahitan dan kekalahan yang dideritanya.
Mulailah dia melihat bahwa jalan yang dite mpuhnya selama ini tidak menguntungkan,
menuruti nafsu-nafsunya, hanya menyeretnya ke
le mbah kegagalan belaka. Timbul niatnya untuk
mengubah jalan hidupnya untuk meninggalkan
jalan sesat dan memilih jalan kebenaran. Mungkin
sebagai seorang pendekar, dia akan dapat memanfaatkan kepandaiannya dan mendapatkan
nama besar yang harum! Kalau kita mau membuka mata melihat kenyataan tanpa menilai, akan tampaklah dengan
jelas bagaimana lihai, licin dan liciknya hati akal
pikiran bekerja, hati akal pikiran yang sudah
diperalat oleh nafsu-nafsu daya rendah. Bagaimanapun pikiran berkiprah, s elalu tujuannya
untuk mencari kesenangan dan menjauhi ketidaksenangan. Keputusan apapun yang diambil
oleh pikiran, selalu pasti mempunyai pamrih, yaitu
demi kepentingan dan kesenangan diri sendiri. Can
Hong San sejak muda hidup bergelimang dosa,
mengambil jalan sesat dan menjadi seorang yang
te rbiasa melakukan segala macam bentuk kejahatan. Semua ini hasil dari ulah hati akal pikiran yang
bergelimang nafsu, yang sudah dicengkeram oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nafsu daya rendah yang selalu mengejar kesenangan sehingga dalam pengejaran itu, Hong
San tidak memperdulikan lagi caranya. Cara
apapun akan dite mpuhnya demi te rcapainya
kesenangan yang dikejarnya. Itulah pekerjaan
nafsu daya rendah! Kemudian, pikiran melihat
betapa semua perbuatan jahatnya tidak menguntungkan, bahkan merugikan! Maka, pikiran yang sudah bergelimang nafsu lalu mencari
jalan lain. Untuk menghindarkan akibat yang tidak
menguntungkan, untuk dapat mencapai kesenangan melalui jalan dan cara lain, kini
pikiran Hong San membujuknya untuk mengambil
jalan yang berlawanan menjadi seorang pendekar!
Menjadi orang yang melakukan kebaikan, menentang kejahatan, yang te ntu saja dengan
pamrih agar mencapai kesenangan dan keuntungan! Jelaslah bahwa kebaikan yang disengaja, diatur
dan direncanakan, bukanlah kebaikan lagi namanya. Itu hanya hasil dari pikiran bergelimang
nafsu. Yang dinamakan perbuatan baik hanya
dijadikan cara untuk mendapatkan kesenangan
belaka. Kebaikan yang direncanakan pikiran
adalah kebaikan palsu, pura-pura. Kalau ada
orang yang "ingin menjadi orang baik", pada
hakekatnya dia hanya ingin mendapatkan balas
jas a atas kebaikannya itu.
Kebaikan atau kebajikan adalah suatu sifat dari
perbuatan yang tidak 1agi terdorong nafsu daya
rendah. Perbuatan yang tidak didorong oleh
pemikiran yang matang, melainkan perbuatan yang
spontan, seketika karena terdorong kekuasaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang murni dan suci, karena te rdorong oleh kasih
sayang! Kasih sayang bekerja selama pikiran
sebagai si aku tidak muncul merajale la. Kasih
sayang berubah menjadi nafsu menyenangkan diri
sendiri begitu si aku masuk dan campur tangan.
Aku ingin senang, aku ingin untung, aku tidak
mau susah, aku tidak mau rugi, aku ingin.... aku
ingin......aku ingin......demikianlah sifat nafsu dari
daya-daya rendah yang mencengkeram dan mempengaruhi hati akal pikiran.
Oleh karena itu, keinginan hati akal pikiran
untuk mengubah diri menjadi "orang baik" hanya
tipuan belaka, bukan menjadi "orang baik"


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melainkan menjadi "orang senang melalui perbuatan baik" yang pada hakekatnya hanya
membuat kita menjadi munafik! Hati akal pikiran
yang bergelimang nafsu tidak mungkin membersihkan diri sendiri!
Satu-satunya harapan hanyalah menyerah kepada Tuhan Maha Kasih! Hanya kekuasaan
Tuhan sajalah yang akan mampu mengubah
seseorang, membersihkan batin seseorang, mengembalikannya ke jalan benar. Kita hanya
dapat mohon ampun, .. mohon bimbingan, dan
menyerah dengan sabar, ikhlas, dan tawakal
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Can Hong San tersenyum gembira. Wajahnya
cerah karena dia merasa memperoleh jalan yang
baik. Setelah mengambil keputusan untuk mengubah cara hidupnya, dia turun gunung dan
kebetulan berte mu dengan Kwa Bi Lan yang
menggendong seorang anak perempuan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungil. Begitu bertemu, hati Hong San berdebar
dan te rtarik sekali. Bukan te rtarik yang menimbulkan nafsu berahi seperti yang sudah-
sudah. Wanita yang dijumpainya ini lain! Memang
cantik jelita dan menggairahkan, akan te tapi dia
te rtarik bukan hanya karena itu. Bukan gejolak
berahi yang timbul di hatinya, melainkan kekaguman yang penuh pesona. Menurut pandangannya, belum pernah selama hidupnya dia
berjumpa dengan wanita yang dapat menarik dan
mengguncang perasaan hatinya seperti wanita
yang mukanya bulat, berkulit putih mulus,
berhidung mancung dan bermata tajam itu.
Diam-diam Hong San mengikuti, bahkan lalu
mendahuluinya dan sengaja meniup suling untuk
menarik perhatian gadis itu. Juga untuk menguji
bagaimana sikap gadis itu. Akan te tapi, gadis itu
hanya melihat sebentar lalu melanjutkan perjalanan, acuh saja. Hal ini membuat dia
semakin kagum. Gadis yang alim, pikirnya, bertata
susila dan menjaga martabat dan kehormatan. Dia
membayangi lagi dari jauh.
Ketika dia melihat gadis yang menimbulkan rasa
kagum luar biasa di hatinya itu dikeroyok sepuluh
orang perampok, dia menjadi semakin kagum.
Kiranya gadis itu bukan saja cantik jelita dan
memiliki harga diri yang tinggi, akan te tapi juga
gagah perkasa dan memiliki ilmu silat yang cukup
hebat! Dia segera turun tangan membantu ketika
melihat anak dalam gendongan itu te rancam
bahaya, dan ketika dia melihat gadis itu hendak
membunuh semua perampok, iapun cepat turun
tangan mencegahnya dengan merobohkan para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perampok dan membujuk gadis itu agar tidak
membunuh mereka. Semua ini dia lakukan dengan perhitungan,
bukan karena dia merasa kasihan kepada sepuluh
orang perampok rendah itu, melainkan karena dia
ingin menjadi seorang "pendekar" dan ingin
kelihatan baik budi di mata gadis yang dikaguminya itu. Mulailah hati akal pikiran dengan
cerdik dan liciknya membujuk Hong San menjadi
seorang munafik! Setelah Bi Lan pergi bersama Lan Lan, Hong San
te rmenung. Gadis hebat! Dia betul-betul baru
sekali ini merasa jatuh cinta, bukan jatuh berahi,
melainkan jatuh cinta sungguh-sungguh. Kalau
saja dia dapat berdampingan selamanya dengan
gadis itu, dapat menjadi suami isteri, membentuk
rumah tangga berkeluarga! Alangkah akan bahagianya.! "I hh, khayal!" Hong San mencela diri sendiri dan
dia teringat bahwa sudah terlalu lama dia
membiarkan gadis pujaan hatinya itu pergi. Dia
harus cepat mengejar kalau tidak mau kehilangan.
Sambil berlari Hong San merasa heran sendiri
te rhadap perasaan hatinya.
Dia merasa seperti pernah berte mu dengan gadis
itu, atau setidaknya pernah melihatnya! Akan
tetapi dia lupa lagi entah di mana. Sudah te rlalu
banyak dia berte mu gadis atau wanita muda yang
cantik, maka dia tidak ingat lagi di mana dia
berte mu dengan gadis itu. Akan tetapi, yang
membuat dia merasa pernah bertemu terutama
sekali adanya permainan sepasang pedang itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bi Lan melanjutkan perjalanan dengan cepat
sambil menggendong Lan Lan yang tertidur. Hari
telah menjelang senja dan ia harus mendapatkan
sebuah rumah penginapan, di kota, atau mondok
di rumah penduduk dusun. Juga keributan tadi
membuat ia tidak dapat memberi makan kepada
Lan Lan, maka sore hari ini mereka harus mencari
makanan. Ia merasa jengkel terhadap diri sendiri mengapa
belum juga bayangan pemuda itu le nyap dari
depan matanya. Masih terus te rbayang wajahnya,
te rngiang suaranya. He ran, ia merasa pernah
melihat pemuda itu, entah di mana dan kapan. Bi
Lan dan juga Hong San lupa bahwa mereka bukan
saja pernah s aling berjumpa bahkan pernah saling
serang! Ketika Hong San berkelahi menghadapi
pengeroyokan Lie Koan Tek dan Poa Liu Hwa,
muncul Bi Lan yang membantu Lie Koan Tek,
pamannya itu. Memang hanya merupakan perkelahian singkat, karena Hong San tidak mau
melayani pengeroyokan mereka bertiga dan segera
melarikan diri begitu Bi Lan muncul dan membantu dua orang yang mengeroyoknya.
Matahari telah condong ke barat ketika Bi Lan
memasuki kota Peng-lu di pantai selatan Huang-
ho. Kota di pantai Sungai Kuning ini cukup besar
dan ramai, dan dengan mudah Bi Lan mendapatkan sebuah kamar di hotel yang cukup
bersih. Ia sudah membelikan pakaian untuk Lan Lan di
kota yang dilewatinya beberapa hari yang lalu.
Setelah memandikan Lan Lan dan mengganti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pakaian anak itu, dan ia sendiripun sudah mandi
dan bertukar pakaian bersih, ia mengajak Lan Lan
keluar dari rumah penginapan dan mencari rumah
makan. Kebetulan sekali tak jauh dari rumah
penginupan itu te rdapat sebuah rumah makan
yang tidak begitu penuh tamu. Bi Lan memondong
Lan Lan memasuki rumah makan itu disambut
oleh seorang pelayan tua dengan ramah.
Bi Lan memilih di sudut yang kosong dan
memesan makanan, nasi sayur dan minuman te h.
Tak lama kemudian, ia sudah menyuapi Lan Lan
yang makan dengan lahapnya karena anak ini
memang lapar, sejak pagi tadi belum makan.
Sambil menyuapi Lan Lan, Bi Lan juga makan.
Karena asyik makan sambil menyuapi Lan Lan, Bi
Lan tidak tahu bahwa sejak tadi ada beberapa
pasang mata memperhatikannya. Tiga pasang mata
mengamatinya secara langsung dari sebuah meja
te rbesar di rumah makan itu, mata dari tiga orang
yang berpakaian seperti perwira yang gagah dan
gemerlapan. Ada pula sepasang mata mengamatinya dari te mpat gelap di luar rumah
makan, yaitu mata dari Can Hong San. Pemuda ini
tidak mau memasuki rumah makan karena dia
tidak ingin dianggap membayangi gadis itu.
Baginya asal dapat melihat dan tahu di mana gadis
itu berada sudah cukup. Akan te tapi, Hong San
juga tahu bahwa tiga orang berpakaian perwira
tinggi itu mengamati si gadis dengan sinar mata
seperti singa kelaparan. Diapun memperhatikan
mereka. Seorang di antara mereka berusia kurang
le bih limapuluh tahun, pakaian perwiranya dihias
benang emas gemerlapan dan sarung pedang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rgantung di pinggangnya amat indah, seperti
emas pula dan terukir, dengan gagang yang diukir
kepala burung dan ada ronce-ronce benang sutera
merah. Dua orang lainnya berusia kurang le bih
empatpuluh tahun, dan agaknya merupakan
perwira-perwira yang pangkatnya le bih rendah.
Sikap merekapun merendah te rhadap perwira
tinggi yang lebih tua. Hong San memperhatikan perwira tinggi yang
berusia limapuluh tahun itu.
Dari sikap dan pandang matanya saja diapun
dapat menduga bahwa perwira itu seorang yang
cerdik dan agaknya memiliki ilmu kepandaian
tinggi, sedangkan dua orang pembantunya juga
orang-orang yang berpakaian rapi dan bersikap
gagah. Perwira tinggi itu bertubuh tinggi, agak
kurus dengan tulang pipi menonjol di bawah kanan
kiri mata, hidungnya tinggi dan mulutnya yang
le bar dengan bibir te bal membayangkan gairah
yang besar. Mulut itu sebagian tertutup kumis
te bal yang berjuntai ke bawah di kanan kiri
mulutnya. Jenggotnya terpelihara rapi, digunting
pendek. Kepalanya memakai topi perwira yang
dihias sulaman benang emas pula.
Tiga orang perwira itu sudah berada di dalam
rumah makan ketika Bi Lan dan Lan Lan masuk ke
situ, dan begitu wanita muda itu masuk, mereka
sudah memandang dengan penuh perhatian.
Karena pimpinan mereka nampak te rtarik sekali,
maka dua orang perwira pembantu itupun te rtarik
dan mereka membicarakan Bi Lan sambil berbisik-
bisik. Mereka adalah tiga orang perwira yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang dari Lok-yang Mereka merupakan perwira-
perwira tinggi yang bertugas melakukan ins peksi
ke daerah-daerah, dan ketika tiba di kota Peng-lu,
mereka kemalaman, bermalam di rumah kepala
daerah dan malamnya mereka keluar untuk jalan
jalan dan membeli makanan. Andaikata mereka
memasuki rumah makan itu bersama kepala
daerah, te ntu para karyawan rumah makan itu
akan menyambut mereka dengan cara lain. Akan
tetapi, biarpun pangkat mereka lebih tinggi dari
pada kepala daerah Peng-lu, akan tetapi tidak ada
yang mengenal mereka, maka mereka dianggap
seperti tamu saja dan hanya diberi meja besar di
rumah makan itu karena penampilan mereka yang
mewah dan berwibawa. Perwira tinggi itu adalah seorang panglima
bernama Su Ki Seng, terkenal dengan sebutan Su-
ciangkun (perwira Su) dan dia memang terkenal
sebagai seorang panglima yang pandai dan juga
lihai. Seluruh kepala daerah di wilayah Propinsi
He -nan takut belaka kepadanya. Panglima ini
pandai menemukan kesalahan-kesalahan para
kepala daerah dan karena dia berkuasa dan
berpengaruh di kota raja, maka para kepala daerah
tunduk kepadanya. Mereka selalu menyambut
kunjungannya dengan berbagai hadiah untuk
menyenangkan hati panglima itu sehingga dia
tidak akan mengganggu mereka dan menutup mata
saja kalau terdapat kejanggalan atau kesalahan.
Keadaan seperti itu membuat Su-ciangkun menjadi
kaya raya. dan dia hidup sebagai bangsawan yang
kaya raya di Lok-yang, dengan rumah gedung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar dan indah megah seperti istana, mempunyai
seorang isteri dan belas an orang selir dan dayang.
Namun, seperti kebiasaan para pejabat yang
suka melakukan tugas keliling ke luar kota dan
luar daerah pada masa itu, Su-ciangkun yang
biasanya hanya dikawal beberapa orang pembantunya dan tidak membawa keluarganya,
dia selalu seperti seekor kucing kelaparan. Harta
benda dia sudah punya le bih dari cukup, dan
semua hadiah dan sumbangan yang dite rimanya
dari para pejabat daerah, akan diurus oleh para
pembantunya. Akan te tapi yang membuat dia
kehausan adalah wanita! Su-ciangkun seorang pria
yang mata keranjang dan tidak pernah puas
dengan isteri dan belasan orang selirnya. Kalau dia
sedang melakukan perjalanan ke luar kota Lok-
yang, dia s elalu mencari sasaran dan korban untuk
memuaskan hasrat dan gairahnya. Wataknya
inipun diketahui ole h para kepala daerah dan
setiap kali dia datang, tentu para kepala daerah
yang ingin menyenangkan hatinya, menyediakan
wanita hiburan untuknya! Akan te tapi, sekali ini Su-ciangkun merasa
bosan dengan wanita hiburan. Dia mengajak dua
orang pembantunya yang juga merupakan pengawal dan pesuruhnya, untuk keluar dari
rumah kepala daerah, makan di restoran dan tentu
saja mencari kesempatan kalau kalau dapat
berte mu dengan wanita yang menarik hatinya. Dan
kebetulan sekali, ketika mereka makan di rumah
makan, Bi Lan masuk dan segera perwira ynng
mata keranjang itu te rbetot semangatnya! Matanya
yang berminyak tak pernah melepaskan Bi Lan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diamatinya wanita itu, wajahnya dan seluruh
tubuhnya. Makin diamati, makin te rgila-gila.
Bahkan ketika Bi Lan makanpun, nampak begitu
menggairahkan bagi Su-ciangkun.
"Apakah tai-ciangkun suka padanya?" bisik
seorang pembantunya yang bermuka hitam dan
dikenal dengan sebutan Lu-ciangkun.
"Agaknya dia wanita baik-baik, harus dilakukan
pendekatan dengan halus," kata pula Ji-ciangkun,
pembantu lain yang matanya sipit.
Su-ciangkun mengangguk-angguk dan meraba
je nggotnya. "Hebat, ia sungguh menarik. Aku akan
berbahagia sekali kalau malam ini dapat membawanya ke kamarku."
"Apa sukarnya?" kata pembantu yang mukanya
hitam. "Beritahu saja kepala daerah, tentu dia
akan dapat memaksa wanita ini menemani tai-
ciangkun." "Hussh, aku tidak mau ramai-ramai," cela Su-
ciangkun. "Me malukan kalau sampai te rdengar
umum kita membuat keributan di sini."
"Me mang sebaiknya kita membuat pendekatan.
Kita undang ia ke sini atau kita yang mendatangi
mejanya untuk belajar kenal. Kalau kita sudah
mengetahui keadaannya, baru dilakukan penjajagan apakah kiranya ia dapat dibawa dengan
cara halus tanpa paksaan," kata Ji-clangkun si
mata sipit. Su-ciangkun mengangguk setuju dengan cara
itu. "Sebaiknya engkau yang pergi mendekatinya
dan bicara dengannya secara halus," kata Su-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ciangkun kepada pembantunya yang bermata sipit
itu. Pembantunya ini memang pandai bicara, tidak
main kasar seperti rekannya yang bermuka hitam.
Ji-ciangkun mengangguk, lalu bangkit dan
menghampiri meja Bi Lan yang kebetulan sudah
selesai makan. Me lihat ada orang menghampirinya,
Bi Lan mengangkat muka memandang dan alisnya
berkerut ketika melibat bahwa yang menghampirinya adalah seorang yang berpakaian
perwira. Akan tetapi, perwira yang bermata sipit itu
bersikap hormat, mengangkat kedua tangan ke
depan dada dan berkata dengan sikap yang sopan.
"Maafkan saya kalau mengganggu, nona. Bolehkah saya bicara sebentar?" Bi Lan adalah
seorang gadis kangouw yang tidak pemalu seperti
gadis pingitan. Ia sudah berpengalaman dan tabah,
maka biarpun ada laki-laki yang tidak dikenalnya
mendekat dan mengajak bicara, ia sama sekali
tidak merasa sungkan atau kehilangan akal. Ia
mengangguk. "Silakan, apa yang akan dibicarakan?" tanyanya.
Ji-ciangkun merasa mendapat
hati. Iapun melihat sepasang pedang yang berada di atas meja,
dan dia menduga bahwa dia berhadapan dengan
wanita kangouw. Hal ini akan le bih memudahkan,
jauh lebih mudah daripada kalau berhadapan
dengan wanita yang pemalu.
Maka, dia lalu duduk di depan Bi Lan, terhalang
meja. "Perkenalkan, nona. Nama saya Ji Kun. Saya
pembantu dari panglima yang duduk di sana itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beliau adalah Su-tai-ciangkun yang berkedudukan
tinggi di kota raja, kaya raya dan bangsawan besar.
Yang bermuka hitam itu adalah rekan saya, Lu-
ciangkun. Kami bertiga bertugas ke luar kota raja
dan sekarang menjadi tamu-tamu kehormatan dari
kepala daerah di Peng-lu ini."
Kerut di antara kedua alis Bi Lan semakin
dalam. Biarpun suaranya halus, namun mengandung te guran. "Ji-ciangkun, apa artinya
semua ini" Mengapa ciang-kun menceritakan
semua itu kepadaku" Semua itu tidak ada
hubungannya sedikitpun dengan aku. Katakan,
apa maksud ciangkun menghampiriku dan bicara
denganku" Apa yang perlu dibicarakan?"
Sikap te gas ini, walaupun dikeluarkan dengan
suara le mbut, membuat Ji-ciangkun agak gugup
juga. Tadinya dia mengira bahwa wanita yang
dihadapi nya akan bersikap dua macam, pertama,
menerimanya dengan malu-malu kucing dan kedua
dengan keras menolak. Akan tetapi wanita ini
demikian tenang dan tegas, sama sekali tidak
merasa rendah diri walaupun berhadapan dengan
seorang perwira tinggi! "Maaf, nona. Bolehkah kami mengetahui nama
nona yang terhormat?"
Pertanyaan itu tidak pada te mpatnya. Seorang
laki-laki asing menanyakan nama gadis yang baru
dijumpainya dan yang tidak dikenalnya. Akan
tetapi karena pertanyaan itu diajukan dengan kata-
kata yang sopan, dan karena Bi Lan tidak begitu
te rikat oleh sopan santun palsu, maka hal ini tidak
menyinggung hatinya dan dengan tenang iapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperkenalkan diri, apalagi mengingat bahwa
orang itu te lah memperkenalkan diri, bahkan juga
nama dua orang te mannya.
"Namaku Kwa Bi Lan. Kenapa ciangkun ingin
tahu namaku?" Ji-ciangkun te rsenyum le bar. "Nona Kwa, bukankah sudah jamak kalau orang-orang yang
saling berkenalan saling bertanya nama" Terus
te rang saja, nona, aku diutus oleh atasanku, yaitu
Su ciangkun yang duduk di sana itu bahwa beliau
amat kagum kepadamu. Beliau ingin sekali
berkenalan dan kalau nona tidak berkeberatan,
nona dipersilakan datang dan duduk semeja
dengan beliau, atau beliau yang akan datang ke
sini.'' Bi Lan sudah merasa betapa dadanya mekar dan
panas. Dengan cara yang sopan bagaimanapun
juga, jelas bahwa undangan itu bermaksud
mes um. Mukanya mulai merah dan alisnya
berkerut. Melihat gelagat ini, Ji-ciangkun yang
cukup berpengalaman segera melanjutkan kata-
katanya. "Harap nona jangan salah mengerti. Atasan kami
itu, Su-ciangkun, selain menjadi panglima tinggi
yang berkedudukan tinggi dan berkuasa besar,
juga merupakan seorang jagoan istana, seorang
ahli silat yang suka sekali berkenalan dengan
orang-orang kang-ou w yang berilmu tinggi. Maka,
melihat nona tadi masuk sambil membawa siang-
kiam (s epasang pedang), beliau sudah te rtarik
sekali dan ingin berbincang-bincang dengan nona
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengenai dunia kangouw dan ilmu silat, terutama
ilmu pedang karena beliau juga ahli silat pedang."
Memang cerdik sekali Ji-ciangkun itu. De ngan
ucapan seperti itu, tentu saja tidak ada alas an
berniat kurang ajar, melainkan seorang ahli silat
yang te rtarik kepadanya karena ia membawa
pedang, bukan laki-laki kurang ajar te rtarik
kepada kecantikan wanita dan berniat mesum!
"Ah, begitukah" Su-ciangkun te rlalu merendahkan diri. Aku hanya orang yang pernah
belajar sedikit ilmu pedang, tidak ada apa-apa yang
patut dibicarakan." "Tapi, Kwa-lihiap (pendekar wanita Kwa). Kuharap li-hiap tidak menolak undangan Su-tai-


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ciangkun, karena menolak berarti memandang
rendah kepada beliau. Kalau lihiap merasa
sungkan, biarlah kami yang datang ke meja li-hiap.
Berse diakah lihiap menerima kunjungan Su-tai-
ciangkun ke sini?" Bi Lan te rsudut dan tidak mampu menolak lagi.
Pula, timbul keinginan hatinya untuk mengetahui,
apa yang akan dikatakan seorang panglima besar
kepadanya! Ia mengangguk dan berkata lirih,
"Silakan!" Dan iapun duduk memangku Lan Lan
yang bermain-main dengan sepasang sumpit
bersih. Ji-ciangkun menghampiri atasannya dengan
wajah berse ri, lalu berbisik lirih. "Kwa-lihiap sudah
setuju untuk menerima paduka di mejanya.
Silakan, tai ciangkun!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Su-ciangkun girang bukan main. Dia menggunakan tangan kirinya untuk mengusap
bibir, kumis dan je nggot agar nampak bersih, lalu
menggosok-gosok kedua tangan. Dari ucapan
pembantunya tadi saja dia tahu bahwa gadis yang
amat menarik hatinya itu adalah seorang wanita
kangouw, maka disebut lihiap oleh Ji-ciangkun.!
Dia bangkit dan menghampiri meja Bi Lan di
sudut, diikuti oleh kedua orang pembantunya.
Su-ciangkun yang sudah berpengalaman itu
mengangkat kedua tangan di dada sebagai
penghormatan. "Kwa-lihiap maafkan kalau kami
mengganggu." "Su-ciangkun, silakan duduk dan jangan menyebut lihiap kepadaku karena aku belum tepat
untuk dis ebut pendekar."
"Aih, lihiap merendahkan diri. Dari gerak-gerik
lihiap saja aku sudah dapat menduga bahwa lihiap
te ntu lihai sekali memainkan siang-kiam ini." Dia
duduk dan menunjuk ke arah sepasang pedang di
atas meja. "Siang-kiam ini hanya untuk penjagaan kalau-
kalau di te ngah perjalanan aku berte mu dengan
srigala atau harimau yang ganas, ciangkun."
"Kalau bole h aku mengetahui, lihiap dari
perguruan manakah" Dan siapakah gurumu?" Su-
ciangkun pura-pura bicara te ntang ilmu silat,
padahal di dalam hatinya dia tentu saja memandang rendah kepandaian seorang muda
seperti Bi Lan yang usianya baru duapuluh tahun
le bih itu, dan dia mendapatkan kesempatan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengagumi kecantikan dan kemontokan tubuh
wanita itu tanpa mendatangkan kesan kurang ajar.
Sebetulnya, Bi Lan tidak suka bicara te ntang
dirinya, dan dia tidak suka pula berbincang-
bincang dengan perwira yang tidak dikenalnya ini.
Akan te tapi karena tiga orang itu bersikap sopan,
apalagi mereka bicara sebagai orang-orang dari
dunia persilatan, ia merasa tidak enak juga kalau
tidak menanggapi. Terle bih lagi, ia tidak suka menyebut nama
mendiang gurunya yang juga suaminya, maka
dengan sederhana dan sambil lalu iapun menjawab, "Aku pernah mempelajari sedikit ilmu
silat dari seorang murid Siauw lim-pai......"
"Ah, kiranya seorang murid Siauw-lim pai yang
gagah!" Su-ciangkun berseru, pura-pura kaget dan
diapun bangkit berdiri, "Maafkan kalau kami
bersikap kurang hormat, Kwa-lihiap.!"
Bi Lan juga bergegas membalas penghormatan
itu. "Su-ciangkun terlalu memuji. Aku hanya murid
tingkat rendahan saja, mana bisa disamakan
dengan ahli-ahli silat yang lihai dari Siauw-lim
pai?" "Harap Kwa-lihiap tidak terlalu merendah, dan
tidak pula terlalu pelit untuk memberi petunjuk
te ntang ilmu pedang kepadaku. Kupersilakan
lihiap untuk singgah di te mpat kediaman kami dan
memberi petunjuk ilmu pedang, dan untuk itu
sebelumnya aku menghaturkan banyak te rima
kasih." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bi Lan te rkejut. Orang ini te rlalu jauh melangkah, pikirnya. "Tapi aku... aku dan......anakku ini ingin beristirahat, besok pagi
akan melanjutkan perjalanan......"
"Kami jemput dan antar dengan kereta, lihiap.
Jangan khawatir, karena beliau ini tamu kehormatan dari kepala daerah," kata Ji-ciangkun
membujuk. "Kwa-lihiap tentu tidak akan te ga menolak
ajakan Su-tai-ciangkun, mengingat bahwa kita
sama-sama dari dunia persilatan yang selalu
menghargai orang lain yang ingin menguji ilmu
silat." Lu-ciangkun ikut pula membujuk.
Bi Lan.menjadi serba salah. Melihat keraguan
wanita itu, Su-ciangkun lalu membujuk lagi,
"Nona........eh, nyonya tidak perlu ragu-ragu.
Kami mengundang lihiap dengan hormat, pula,
lihiap berkunjung ke te mpat kami bersama puteri
lihiap yang mungil ini. Bagi kita orang-orang
kangouw, hal ini sudah wajar, bukan?"
Ji-ciangkun sudah berlari keluar mempersiapkan kereta dan akhirnya Bi Lan tidak
dapat menolak lagi. Bagaimanapun juga, perwira
itu mengundang dengan sikap hormat, dan iapun
tidak takut. Mereka ini bukan perampok, bukan
penjahat, melainkan orang-orang berpangkat, orang-orang bangsawan yang te rhormat. Tidak
mungkin mereka akan melakukan hal-hal yang
tidak patut. "Baiklah, akan tetapi sebentar saja, hanya untuk
menguji ilmu pedang sebentar, karena aku harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera kenbali ke kamar hotel untuk menidurkan
anakku," katanya dan iapun memondong Lan Lan,
membawa pedang dan mengikuti Su-ciangkun dan
dua orang pembantunya keluar dari rumah makan,
naik ke kereta yang sudah disiapkan di depan, lalu
pergi ke rumah kepala daerah.
Makin le ga rasa hati Bi Lan ketika melihat
betapa di rumah kepala daerah kota Peng-lu, Su-
ciangkun dan dua oran g pembantunya benar-benar
disambut dengan segala kehormatan. Dan sebagai
tamu agung, agaknya Su-ciangkun tidak begitu
mengindahkan kepala daerah yang menyambutnya
dengan tubuh membungkuk- bungkuk! Bahkan Su-
ciangkun menyatakan bahwa dia tidak ingin
diganggu karena dia hendak menjamu tamunya,
yaitu Kwa lihiap! Langsung saja Su-ciangkun bersama dua orang
pembantunya memasuki bangunan sebelah kanan
yang memang dikosongkan dan disediakan untuk
tamu-tamu agung itu. Ketika Su-ciangkun memerintahkan pelayan untuk mengeluarkan
hidangan, Bi Lan mengerutkan alisnya dan
menolak halus. "Ciangkun sendiri melihat bahwa
aku dan anakku baru saja makan di rumah makan
itu, bagaimana mungkin kami dapat menerima
hidangan makanan lagi?"
"Bukan hidangan makanan berat, lihiap, hanya
makanan ringan dan terutama sekali anggur yang
sedap dan le zat. Kepala daerah kota ini menyimpan
anggur yang sudah tua dan enak sekali," kata Su-
ciangkun dan Bi Lan tidak membantah lagi. Ia
tidak begitu suka minum arak, akan te tapi kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anggur itu tidak terlalu keras, boleh juga ia minum
beberapa cawan. Ji-ciangkun dan Lu ciangkun menyuruh pelayan
menyingkirkan meja kursi di ruangan belakang
yang luas itu, karena te mpat itu akan dijadikan
te mpat mengadu ilmu pedang. Ketika anggur
dikeluarkan, benar saja anggur itu manis dan tidak
te rlalu keras, namun halus dan tidak mencekik
le her. Bi Lan membatasi diri, hanya minum dua
cawan. "Sudah cukup, ciangkun. Sebaiknya mari kita
cepat menguji ilmu pedang karena sungguh aku
tidak dapat berlama-lama di sini. Anakku sudah
kelihatan mengantuk." Bi Lan memandang Lan Lan
yang ia dudukkan di bangku panjang. Anak itu
bermain-main dengan sebuah boneka pute ri yang
dipakai sebagai hiasan di ruangan itu.
Su-ciangkun te rtawa. "Ha-ha, lihiap tergesa-gesa
saja. Dan sungguh mati, lihiap, tadinya kami tidak
mengira sama sekali bahwa anak yang manis ini
adalah pute ri lihiap. Agaknya.....maaf lihiap belum
cocok untuk menjadi seorang ibu. Sekali lagi
maaf......" Ucapan itu agak melanggar susila, akan tetapi
karena berkali-kali perwira itu minta maaf, maka
Bi Lan te rsenyum. "Tidak apa, ciangkun. Mari kita
mulai. Lan Lan, kau duduk dulu di sini, ya " Ibu
ingin latihan sebentar."
Lan Lan yang sudah mengantuk itu mengangkat
muka memandang ibunya, lalu bertanya, "Ibu akan
berlatih pedang?" Lan Lan sudah biasa melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang bersilat, dan ia paling senang kalau ayah
atau ibunya berlatih silat pedang.
"Ha-ha-ha, ibunya pendekar wanita, anaknya
yang masih sekecil ini sudah mengerti ilmu
pedang. Tentu kepandaian lihiap hebat sekali!" Su-
ciangkun memuji, walaupun dalam hatinya tetap
memandang rendah. Semua ini dia lakukan hanya
untuk beramah-tamah dan basa-basi saja, karena
pada dasarnya, yang dia inginkan adalah tidur
dengan wanita muda itu! Bi Lan yang tidak ingin berlama-lama di te mpat
itu, sudah meloncat ke tengah ruangan yang te lah
dibersihkan itu, menjura ke arah tuan rumah dan
berkata, "Marilah, ciangkun, kita berlatih sebentar
seperti yang ciangkun kehe ndaki agar aku tidak
kemalaman membawa anakku ke rumah penginapan." "Me ngapa lihiap tergesa-gesa" Bermalam di
sinipun ada te mpatnya, bahkan lebih bersih dan
nyaman dibandingkan rumah penginapan. Akan
tetapi baiklah, aku ingin sekali mendapat petunjuk
ilmu pedang darimu." Setelah berkata demikian,
sekali menggerakkan tubuh, Su-ciangkun te lah
meloncat dan berada di depan wanita itu.
Ge rakannya cukup lincah, tanda bahwa dia
memiliki ginkang (ilmu meringankan tubuh) yang
cukup baik. Tanpa basa-basi lagi, Bi Lan mencabut s epasang
pedangnya dan melihat cara wanita itu mencabut
pedang saja tahulah Su-ciangkun bahwa wanita itu


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggunakan pedang bukan sekedar untuk pamer. Memang cara mencabut pedang itu saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah menunjukkan keahlian. Maka diapun mencabut pedangnya yang berkilauan karena
pedang itu adalah pemberian kaisar, merupakan
sebatang pedang yang te rbuat dari baja yang baik
sekali. "Silakan, ciangkun."
"Aku adalah tuan rumah dan engkau tamuku,
lihiap. Silakan lihiap menyerang lebih dulu."
"Maafkan aku, ciangkun. Lihat pedang.!" Bi Lan
membuka serangan dengan pedang kirinya yang
meluncur ke depan menusuk dada, disusul pedang
kanan menyambar dari atas membacok kepala
dengan jurus Angin bertiup kilat menyambar yang
gerakannya cepat dan mengandung te naga le mbut
namun kuat. "Bagus!" Su Ki Seng yang mahir ilmu pedang
campuran Butong-pai dan Kunlun pai, cepat
mengelak dengan loncatan mundur sambil menangkis yang membacok dari atas. Terdengar
suara nyaring dan perwira itu terkejut. Ketika
pedangnya berte mu dengan pedang kanan wanita
itu, dia merasa betapa lengannya tergetar!
Kekagetannya disusul kekaguman ketika Bi Lan
memainkan sepasang pedangnya, wanita itu bukan
saja memiliki sinkang yang kuat, akan tetapi juga
ilmu pedangnya amat hebat! Kalau tadinya Su-
ciangkun kagum akan kecantikannya dan merindukan wanita ini karena berahi, kini terjadi
perubahan besar dalam hatinya. Dia adalah
seorang bangsawan yang selalu bisa mendapatkan
apa saja yang dia inginkan. Kini, melihat bahwa
wanita yang cantik ini memiliki ilmu silat yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amat lihai, diapun membayangkan betapa akan
senangnya kalau wanita seperti ini dapat menjadi
pengawal pribadinya! Bukan lagi ingin memanfaatkan kecantikannya, melainkan kepandaiannya. Kalau yang pertama untuk memuaskan gairah berahinya, yang terakhir ini
untuk menjamin keamanan pribadinya.
"Trang- trang-singg........!" Bunga api berpijar-
pijar ketika Su-ciangkun memutar pedangnya
menangkis sepasang pedang yang mendesaknya
bagaikan dua ekor kumbang yang melayang-layang
dan siap untuk menyengatnya itu.
"Bukan main! Ilmu pedang yang hebat.....!" Dia
berseru dan seruan ini merupakan is yarat kepada
dua orang pembantunya. Mereka memang sudah
siap dan sejak tadi, mereka menonton pertandingan itu sambil mendekati Lan Lan.
Bi Lan ingin cepat menyudahi pertandingan itu,
maka sengaja ia mengeluarkan seluruh kepandaian
dan mengerahkan semua tenaga untuk mengalahkan perwira itu agar ia dapat segera pergi
bersama Lan Lan meninggalkan te mpat itu. Akan
tetapi, Su-ciangkun te rnyata bukan orang le mah
dan dapat menjaga diri dengan baik sehingga
setelah lewat limapuluh jurus, ia hanya mampu
mendesak dan tidak memberi kesempatan kepada
lawan untuk membalas . Tiba-tiba Su-ciangkun meloncat jauh ke belakang sambil berseru, "Kwa-lihiap, tahan dulu!"
Bi Lan menghentikan gerakan pedangnya, berdiri
te gak dan memandang kepada perwira itu sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rsenyum. Tentu perwira itu mengaku kalah dan
ia akan segera pergi dari situ.
"Kwa-lihiap, ilmu pedangmu sungguh hebat. Aku
kagum sekali dan te rimalah hormatku!" kata
perwira itu dengan suara sungguh-sungguh,
bahkan dia lalu mengangkat kedua tangan ke
depan dada memberi hormat.
"Ah, Su-ciangkun te rlalu merendah. Ilmu pedangmu juga hebat dan te rima kasih bahwa
engkau telah mengalah," kata Bi Lan, menggunakan sikap dan bicara yang merendah
dari para ahli persilatan yang saling menguji ilmu.
"Sekarang terpaksa aku berpamit, akan kembali ke
kamar hotel bersama anakku, karena ia harus
segera mengaso dan tidur."
"Kwa-lihiap, sekarang aku ingin berterus terang
kepadamu. Kuharap engkau dan pute rimu suka
bermalam saja di rumah kepala daerah ini, dan
aku akan mengutus orang untuk mengambil
barang-barangmu dari kamar hotel. Besok akan
kuantar engkau ke kotaraja."
Bi Lan te rbelalak, lalu alisnya berkerut.
"Ciangkun, apa artinya ini" Apa maksudmu?"
"Kami membutuhkan seorang yang memiliki
kepandaian sepertimu, lihiap. Percayalah, kalau
engkau ikut dengan aku, engkau akan memperoleh
kedudukan dan kemuliaan. Untuk langkah pertama, engkau menjadi pengawal pribadiku di
gedungku, kemudian lambat laun aku akan
memperkenalkan engkau kepada Pangeran Mahkota yang membutuhkan orang-orang pandai......." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, aku tidak mau! Aku akan pergi dengan
Lan Lan sekarang juga!" kata Bi Lan dan ia
menengok ke arah Lan Lan., Wajahnya berubah
dan ia marah sekali. Dua orang perwira pembantu
tadi telah berdiri di kanan kiri Lan Lan dengan
pedang di tangan dan sikap mereka mengancam!
"Kwa-lihiap, ini merupakan perintah seorang
petugas negara!" kata Ji-ciangkun membujuk.
"Lihiap boleh memberitahu di mana suami lihiap,
dan kami akan mengundangnya pula. Keluargamu
akan memperoleh kedudukan yang baik di istana."
Wajah Bi Lan menjadi merah mendengar
suaminya disebut-sebut. "Tidak, aku tidak ingin
bekerja di kota raja!"
"Engkau tidak ada pilihan lain, lihiap. Ini
perintah petugas negara!" kata Su-ciangkun dan
pada saat itu, muncullah puluhan orang perajurit
mengepung te mpat itu dengan senjata lengkap.
Kiranya dua orang pembantu Su-ciangkun tadi
diam-diam te lah mengatur dan minta bantuan
pasukan keamanan dari kepala daerah.
Bi Lan menjadi marah bukan main, "Hemm,
kalian menggunakan cara gerombolan penjahat
saja! Kalau aku tidak mau, kalian mau apa?"
Su-ciangkun te rsenyum. "I ni siasat pasukan,
bukan sias at gerombolan, lihiap. Kalau engkau
tetap menolak, terpaksa kami tangkap engkau dan
pute rimu dan memaksamu menghadap yang
berwenang di kota raja."
Pada saat itu, terdengar suara suling melengking. Semua orang te rkejut, dan Bi Lan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangkat muda dengan girang karena ia tahu
bahwa kembali si peniup suling datang membantunya. Ia sedang te rsudut dan tidak
berdaya, sungguh amat membutuhkan bantuan.
"Minta seseorang bekerja tidak boleh menggunakan paksaan!" terdengar suara orang
setelah lengking suling itu berhenti dan muncullah
Can Hong San. Begitu bayangannya berkelebat,
tahu-tahu dia telah melayang ke arah Lan Lan dan
dua orang perwira Lu dan Ji yang memegang
pedang, siap menyambutnya dengan serangan.
Akan te tapi, demikian cepatnya gerakan suling di
tangan Hong San sehingga tahu-tahu dua orang
itu-pun roboh terkulai, te rtotok sulingnya dan di
lain saat, Hong San telah memondong Lan Lan!
"Nona, mari kita pergi saja dari sini!" katanya.
"Akan tetapi ingat, jangan membunuh orang!"
Bi Lan te rsenyum. Bukan main le ga rasa
hatinya. Ia sendiri tidak takut
menghadapi pengepungan dan pengeroyokan itu, akan tetapi ia
tadi sungguh tidak berdaya melihat Lan Lan
ditodong dua orang perwira pembantu. Ia tahu
bahwa tidak mungkin dalam keadaan dikepung itu
ia akan mampu membebaskan Lan Lan. Dan
te rnyata pemuda itu telah menyelamatkan Lan
Lan, karena selain gerakannya amat cepat, juga
orang tidak menduga bahwa pemuda itu datang-
datang merampas Lan Lan dari todongan dua
orang perwira. Ia te rsenyum karena pemuda itu
masih sempat mengingatkannya agar tidak membunuh orang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika melihat pemuda itu sudah membuka
jalan dengan tendangan kakinya dan gerakan
sulingnya, iapun segera meloncat ke dekat pemuda
itu dan membantunya membuka jalan keluar dari
gedung itu. Hong San yang memondong Lan Lan sambil
memainkan sulingnya, diam-diam merasa kagum
sekali kepada Bi Lan. Juga kagum kepada
pute rinya, yaitu anak perempuan mungil yang
berada di pondongannya itu, yang disangkanya
te ntulah anak wanita cantik perkasa itu. Betapa
dia tidak akan kagum melihat Lan Lan yang baru


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berusia dua tahun lebih itu, sama sekali tidak
nampak ketakutan. Juga tidak menangis walaupun
berada dalam pondongan orang yang tidak
dikenalnya dan pemondongnya itu dikeroyok
banyak orang! Dan diapun kagum melihat ibu anak
itu benar-benar tidak membunuh orang, hanya
menggunakan pedangnya untuk membuat para
pengeroyok melepaskan senjata, dan menendang
atau menampar dengan tangan kiri, merobohkan
para pengeroyok yang menghalang di depan akan
tetapi sama sekali tidak membunuh orang, seperti
yang dipes ankan tadi. Karena ilmu kepandaian mereka memang tinggi,
maka tidak sukar bagi mereka berdua untuk lolos
dari kepungan, melarikan diri keluar dari rumah
gedung kepala daerah. Mereka tanpa banyak cakap
lagi lari ke te mpat penginapan dan setelah Bi Lan
mengambil buntalan pakaiannya dan membayar
sewa kamar, ia dan Hong San segera keluar kota
Peng-lu atas ajakan Hong San.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setelah peristiwa tadi, sungguh tidak aman bagi
kita untuk tinggal di dalam kota ini," demikian
pemuda itu berkata. "Me reka adalah perwira-
perwira dari kota raja, dan menjadi tamu kepala
daerah. Mereka tidak akan mau sudah begitu saja
dan pasukan te ntu akan mencari kita di seluruh
kota." "Malam hampir tiba, lalu kami harus bermalam
di mana" Lan Lan juga sudah mulai mengantuk,"
kata Bi Lan yang menggendong buntalan pakaian
di punggung dan memondong Lan Lan yang sudah
melenggut karena kelelahan dan mengantuk.
"Di luar kota Peng-lu ini terdapat sebuah dusun
dan aku pernah bermalam di rumah seorang petani
miskin yang baik hati. Malam ini kita bermalam di
sana dan besok pagi-pagi kita melanjutkan
perjalanan menjauhi kota Peng-lu. Aku akan
mencarikan kereta dan kuda untukmu, nona."
Mereka sudah berada di luar kota dan berjalan
perlahan-lahan karena malam mulai tiba dan
cuaca menjadi gelap hanya dite rangi bintang-
bintang yang bertaburan di angkasa.
Tiba-tiba Bi Lan berhenti melangkah.
"Kenapa, nona?" Hong San bertanya, juga
berhenti. Mereka berdiri di jalan raya yang diapit
persawahan yang luas. Sunyi sekali di tempat itu,
dan yang terdengar hanyalah bunyi katak di sawah
yang riuh rendah saling sahut seperti paduan
suara yang kacau kalau diperhatikan, namun
serasi dan 'hidup' kalau tidak diperhatikan.
"Kenapa berhenti, nona?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa engkau begini memperhatikan kami,
begini baik kepada kami?" Pertanyaan Bi Lan itu
le mbut, namun suaranya mengandung tuntutan
dan kecurigaan. Baru saja timbul dalam pikiran Bi
Lan betapa baiknya orang ini kepadanya. Mengapa
begitu baiknya" Padahal mereka belum berkenalan. Kalau hanya menolongnya dari kepungan penjahat, hal itu tidaklah aneh karena
setiap pendekar tentu akan melakukannya. Akan
tetapi kebaikan orang ini sudah berle bihan, bukan
saja menyelamatkannya dan mengajaknya melarikan diri dari kota Peng-lu, akan tetapi
bahkan hendak menyediakan kuda dan kereta.! Ini
sudah melampaui batas dan menimbulkan kecurigaan. Sejenak Hong San tertegun karena kaget
mendengar pertanyaan yang dirasakannya seperti
suatu serangan kilat itu. Untung bahwa malam
gelap menyembunyikan wajahnya. Dia segera
dapat menenangkan hatinya yang tadi khawatir
kalau-kalau gadis ini mengetahui latar belakang
kehidupannya. Dia tertawa kecil dan berkata
dengan suara halus. "Aih, benar juga engkau, nona. Kita belum
berkenalan, dan tentu saja nona curiga kepadaku.
Nah, perkenalkan, aku Can Hong San......." Dia
berhenti lagi dan mencoba untuk menatap wajah
cantik itu melalui kegelapan malam untuk melihat
reaksi wanita itu ketika dia memperkenalkan
namanya. Akan te tapi sunyi saja dan tidak ada
tanda bahwa wanita itu mengenal namanya, maka
diapun melanjutkan dengan hati lega.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku hidup sebatangkara di dunia ini bebas
le pas seperti seekor burung di udara. Kebetulan
saja di dalam perjalanan, aku bertemu denganmu,
nona. Aku te rtarik dan kasihan ketika melihat
engkau dikeroyok perampok. Dan kebetulan pula
di Peng-lu aku melihat nona memasuki rumah
makan itu. Kemudian melihat nona pergi bersama
para perwira naik kereta. Aku merasa curiga dan
membayangi, kemudian turun tangan membantumu. Nah, demikianlah, nona. Dan
te ntang memperhatikanmu dan baik kepada
kalian, ehh.......kenapa" Bukankah sudah seharusnya hidup ini saling tolong?"
"Tapi.......tapi.......kalau
engkau hidup sebatangkara, bagaimana engkau demikian royal,
hendak membeli kuda dan kereta untuk kami
seperti seorang hartawan besar saja?" Bi Lan
menatap tajam, akan tetapi karena cuaca hanya
remang-remang, te ntu saja ia tidak dapat melihat
wajah pemuda itu dengan jelas.
"Oooooh, itukah?" Hong San te rtawa, "Pantas,
saja engkau curiga, nona. Aku bukan seorang
hartawan, bahkan rumahpun aku tidak punya.
Akan tetapi sebulan yang lalu, aku menyelamatkan
rombongan saudagar kaya dari serbuan para
perampok. Mereka membawa barang dagangan
yang banyak dan berharga sekali. Karena senangnya, mereka memaksaku menerima sekantung emas permata walaupun aku menolak
dan tidak mengharapkan apa-apa. Melihat kerelaan dan kesungguhan hati mereka, agar tidak
mengecewakan, aku menerimanya. Tadinya aku
bingung, untuk apa harta itu bagiku, akan te tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang aku girang dapat menggunakan sebagian
dari itu untuk membantumu. Engkau membawa
anakmu yang masih kecil, maka sebaiknya kalau
menggunakan kereta."
Lega rasa hati Bi Lan. Memang ia tidak
mencurigai orang yang te lah dua kali menyelamatkannya dari ancaman bahaya, akan
tetapi karena ia belum mengenal pemuda ini, ia
harus berhati-hati. "Kalau begitu, maafkanlah aku, tai hiap (pendekar besar), dan mari kita lanjutkan perjalanan ke dusun itu."
"Ehhhh" Engkau belum memperkenalkan dirimu, nona....." kata Hong San sambil mengejar
ke depan. "Nanti saja kita bicara lagi kalau sudah tiba di
sana. Anak ini sudah tertidur."
Mereka melangkah, menuju ke dusun yang
sudah kelihatan lampu-lampunya berkelap-kelip di
kejauhan. Melihat wanita itu diam saja, Hong San
merasa khawatir. "Maaf, nona. Mungkin aku tadi keliru menyebut
anak ini sebagai anakmu, mungkin ini adikmu
atau keponakanmu.. "
Dalam kegelapan itu Bi Lan tersenyum. "Ini
anakku, namanya Lan Lan." katanya singkat.
"Ah, maaf, kalau begini anda seorang nyonya,
bukan nona.....! Kenapa nyonya melakukan perjalanan seorang diri bersama anak nyonya?"
"Sudahlah, nanti saja kita bicara."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong San maklum bahwa dia berhadapan
dengan seorang wanita yang pendiam dan mungkin
keras hati. Maka diapun tidak mau banyak bicara
lagi dan menjadi penunjuk jalan memasuki dusun
itu dan menghampiri sebuah rumah kecil yang
berdiri di ujung jalan dusun itu. Dia mengetuk
daun pintu sambil memanggil.
"Paman Gu, buka pintu, ini aku yang datang!"
Daun pintu dibuka dari dalam dan seorang laki-
laki berusia limapuluhan tahun, berpakaian petani
sederhana, menyambut mereka. Begitu melihat
Hong San, dia tersenyum ramah. "Aih, kiranya
Can-kongcu (tuan muda Can) yang datang!
Bersama siapakah nona ini" Dan dari mana
malam-malam begini..........?"
"Paman Gu, ini adikku dan pute rinya. Aku akan
menyewa kamar itu, bekas kamar anakmu itu,
untuk adikku dan keponakanku ini tidur. Aku
sendiri dapat tidur bersama paman di kamar
paman." "Ah, baiklah, kongcu. He mm, anak ini sudah
pulas , sebaiknya cepat ditidurkan saja. Mari,
nyonya muda, inilah bekas kamar anakku yang
kini ikut suaminya. Tidurlah di sini bersama
anakmu......" Petani itu membukakan pintu sebuah
kamar sederhana yang cukup bersih.
-ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 10 "Aku pernah menyewa kamar ini selama seminggu. Tidurkanlah anakmu, di sini tenang."
kata Hong San. De ngan hati lega dan berterima kasih Bi Lan lalu
memasuki kamar itu, menidurkan Lan Lan di atas
pembaringan dan melepaskan buntalannya, meletakkannya di atas meja. Setelah menyalakan
sebatang lilin lagi untuk menambah penerangan di
kamar itu, iapun keluar dari dalam kamar.
"Baik, kongcu, aku akan berusaha mendapatkan


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apa yang kaucari itu. Nah, aku akan pergi
sekarang juga. Nyonya, beristirahatlah, saya hendak pergi dulu mencarikan kuda dan kereta
yang dipesan kongcu." Petani itu menjura ke arah
Bi Lan, lalu keluar dari pondok, menutupkan daun
pintunya dengan hati-hati dari luar.
Bi Lan kini duduk menghadapi meja bersama
Hong San setelah pemuda itu mempersilakannya
duduk. Mereka saling berpandangan, dan keduanya kagum. Di bawah sinar lampu yang
remang-remang mereka saling mengagumi wajah
masing-masing. Hong San melihat betapa wajah
yang bulat itu berkulit putih mulus, juga leher dan
tangan itu. Putih mulus yang wajar. Hidung yang
mancung kecil itu mungil dan mata itu bagaikan
sepasang bintang, gemerlapan tajam. Di lain pihak,
Bi Lan juga kagum. Pemuda yang usianya sekitar
duapuluh tujuh tahun itu memang tampan dan
gagah. Pakaiannya seperti seorang sastrawan,
sederhna namun bersih. Caping lebar yang tadi
dipergunakannya, kini te rgantung di dinding.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah itu jantan. Hidungnya mancung dan besar,
matanya tajam agak terlalu hitam, dan bibirnya
kemerahan seperti bibir wanita, akan te tapi lebih
besar dan penuh gairah. Kulitnya agak coklat dan
wajah itu membayangkan ketampanan orang dari
daerah barat. Hal ini tidak aneh karena Can Hong
San memang berdarah Nepal. Ibu kandungnya
seorang puteri Nepal! "Nah, sekarang kuharap engkau suka memperkenalkan dirimu, nyonya, te ntu saja kalau
engkau percaya kepadaku."
Bi Lan menarik napas panjang. "Tentu saja aku
percaya kepadamu, tai-hiap.. !"
"Nanti dulu, nyonya!" Hong San menghentikan
dengan mengangkat tangan kanan ke atas. "Harap
engkau tidak menyebut aku tai-hiap, sungguh
hanya membuat aku merasa malu dan canggung!"
Lalu ia menatap tajam wajah yang manis itu.
"Maukah engkau menyebut aku toako (kakak)
saja" Namaku Hong San dan aku sama sekali tidak
suka disebut tai-hiap (pendekar besar), apa lagi
oleh seorang wanita perkasa seperti nyonya."
Bi Lan te rsenyum. "Hemm, engkau melarangku
menyebutmu tai-hiap, akan tetapi engkau sendiri
menyebut aku nyonya! Seharusnya aku menyebut
tuan kepadamu, akan te tapi engkau ingin aku
menyebut toako. Kalau aku menyebut kakak, apa
sebutan seorang kakak terhadap adiknya?"
Hong San tertawa gembira. Biarpun tidak
banyak bicara, te rnyata wanita ini dapat diajak
berkelakar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, aku akan menyebutmu moi-moi (adik
perempuan). Aneh, seorang kakak tidak tahu nama
adiknya!" "Toako, namaku Bi Lan, Kwa Bi Lan." "Hemmm,
nama yang indah sekali!"
"Kiranya selain gagah perkasa, engkau juga
seorang perayu, toako. Namaku biasa saja engkau
katakan indah." "Maaf, Lan-moi. Aku bukan bermaksud merayu,
hanya........ah, sudahlah, aku hanya berkelakar,
lanjutkan bicaramu."
"Bicara apa lagi" Sudah kuperkenalkan namaku.
Aku Kwa Bi Lan dan ana kku itu, namanya Lan
Lan." "Dan siapa nama suamimu" Di mana te mpat
tinggalmu dan kenapa engkau melakukan perjalanan berdua saja dengan anakmu yang
masih kecil" Darimana dan hendak ke manakah
engkau pergi, Lan-moi?"
Bi Lan melirik ke arah wajah pemuda itu,
te rsenyum sedih. Orang ini demikian memperhatikan dirinya dan pertanyaannya datang
seperti banjir saja. "Toako, engkau ingin tnhu segalanya, akan
tetapi engkau tidak mau menceritakan segalanya
te ntang dirimu sendiri. Engkau hanya memperkenalkan namamu, dan akupun sudah
membalas dengan memperkenalkan nama kami.
Kalau ingin mendengar tentang keadaan dan
keluargaku, tidakkah sepatutnya kalau seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
laki-laki lebih dahulu menceritakan tentang
dirinya?" "Ha-ha-ha, engkau tidak mau kalah, itu tandanya engkau belum percaya benar kepadaku.
Baiklah, akan kuceritakan semua tentang diriku,
akan tetapi tidak ada yang menarik tentang diriku.
Aku berusia duapuluh tujuh tahun, aku hidup
sebatangkara, belum pernah menikah, yatim piatu
dan tidak mempunyai keluarga seorangpun. Aku
tidak mempunyai te mpat tinggal yang te tap.
Seorang kelana yang tidak mempunyai apa-apa.
Guruku adalah ayahku sendiri yang sudah
meninggal dunia, bernama Can Siok. Selama ini
aku hanya mengembara, kemana saja hati dan
kaki ini membawaku. Nah, hanya inilah cerita
te ntang diriku, Lan-moi. Sama sekali tidak
menarik, bukan?" Bi Lan mendengarkan dengan heran. Seorang
pemuda yang begini tampan gagah, berilmu tinggi,
usianya sudah sangat dewasa, kenapa hidup
seorang diri saja dan tidak menikah" Tentu
seorang pendekar petualang ynng selalu ingin
hidup bebas.! "Eh" Kenapa engkau diam saja, Lan-moi" Aku
sudah siap mendengarkan cerita tentang dirimu!"
Bi Lan menghela napas panjang. "Kalau engkau
mengatakan bahwa riwayatmu tidak menarik,
sebaliknya riwayatku le bih buruk lagi, malah
hanya menyedihkan saja."
"Yang sudah lalu hanya menjadi kenangan, Lan-
moi, tidak ada gunan ya disedihkan lagi. Nah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ceritakanlah, aku ingin sekali mendengar agar
perkenalan antara kita menjadi lebih akrab."
"Akupun hidup berdua saja dengan anakku Lan
Lan. Sekarang inipun aku masih belum mempunyai te mpat tinggal yang te tap." Bi Lan
berhenti seolah-olah cerita tentang dirinya habis
sekian saja. "Tapi, suamimu.........?" Hong San mendesak.
"Dan siapa pula gurumu, orang tuamu?"
"Kedua orang tuaku sudah lama meninggal
dunia. Dan suamiku, dia juga guruku sendiri, dia
sudah meninggal dunia........."
Mendengar suara yang mengandung duka itu,
Hong San menarik napas panjang dan diam-diam
dia menekan perasaan girangnya mendengar
bahwa wanita ini adalah seorang janda!
"Aih, maafkan pertanyaanku tadi, Lan-moi.
Siapa kira, semuda ini engkau telah ditinggal mati
suami dan hidup berdua saja dengan seorang
pute ri. Kalau boleh aku bertanya, siapakah nama
mendiang suamimu" Kalau dia menjadi gurumu,
te ntu dia lihai sekali."
"Nama mendiang suami dan juga guruku adalah
Liu Bhok Ki..........."
Hong San terbelalak dan dia demikian te rkejut
sehingga bangkit berdiri dari kursinya. "Dia......"
Kau maksudkan Sin-tiauw (Si Rajawali Sakti) Liu
Bhok Ki?" Melihat kekagetan pemuda itu, Bi Lan tidak
merasa heran. Nama besar mendiang suaminya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang amat te rkenal di dunia persilatan. Iapun
mengangguk bangga. "Aihhhh, pantas kalau begitu," kata Hong San
sambil duduk kembali dan memandang kagum.
"Pantas kalau engkau memiliki ilmu silat yang
lihai. Kiranya murid dan juga is te ri Si Rajawali
Sakti. Akan te tapi, maaf Lan-moi. Kulihat tadi
dalam gerakan silatmu ada dasar ilmu silat Siauw-
lim-pai." "Penglihatanmu tajam sekali, toako dan ini
membuktikan bahwa ilmu kepandaianmu sudah
sangat tinggi. Memang, sebelum aku menjadi
murid suamiku, a ku pernah mempelajari ilmu silat
Siau-lim-pai." "Hebat ...! Murid Siauw-lim-pai yang kemudian
menjadi murid Si Rajawali Sakti! Aku girang sekali
dapat berte mu dan berkenalan denganmu, Lan-
moi! Lalu kemana engkau hendak pergi?"
Sampai lama Bi Lan berdiam diri.
Ia sendiri tidak dapat menjawab karena memang
ia tidak tahu kemana ia akan pergi! Ia telah
menculik Lan Lan dan ia tidak berani kembali ke
rumah suaminya di Kim-hong-san, karena tentu Si
Han Beng dan Bu Giok Cu akan mencari anak
mereka dan mengejarnya kesana!
Dan ia pasti tidak akan mampu mempertahankan kalau mereka itu merampas Lan
Lan. Ilmu kepandaian mereka terlampau tinggi
baginya. Melawan Bu Giok Cu saja ia tidak akan
menang, apalagi melawan Si Han Beng dan lebih-
le bih menghadapi mereka berdua! Dan ia sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jatuh cinta kepada anak itu yang kini menyebut
ibu kepadanya. Ia tidak mempunyai suatu tempat
untuk pergi, maka pertanyaaan Hong San membuat ia bingung, tidak tahu bagaimana harus
menjawab. Kemudian ia te ringat kepada pamannya Lie Koan
Tek. Daripada tidak dapat menjawab, dia lalu
berkata. "Aku masih mempunyai seorang paman, saudara
dari mendiang ibuku. Aku akan mencari pamanku
itu, toako." "Siapakah pamanmu itu?"
"Dia seorang tokoh Siauw-lim-pai namanya Lie
Koan Tek." "Lie Koan Tek.......?" Hong San te rbelalak.
Terbayanglah kini ketika dia berte mpur melawan
Lie Koan Tek, dikeroyok oleh Poa Liu Hwa isteri
mendiang Kam Seng Hin ketua Hek-houw-pang,
kemudian muncul seorang gadis perkasa dan...........Hong San te rbelalak.
"Ahhhhh........!!" Dia meloncat dari
tempat duduknya, bangkit berdiri dan memandang kepada
Bi Lan dengan kaget. Inilah gadis yang dulu
membantu Lie Koan Tek dan Poa Liu Hwa!
"Ada apakah, toako" Engkau kelihatan te rkejut
sekali." Hong Sen cepat mengerahkan te naga untuk
menenangkan hatinya dan wajahnya yang tadi


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berubah agak pucat itu menjadi merah kembali.
Dia bukan terkejut mendengar nama Lie Koan Tek,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melainkan terkejut ketika teringat bahwa gadis
inilah yang dulu pernah membantu Lio Koan Tek
mengeroyoknya. Tak dapat dia membayangkan
bagaimana akan sikap wanita ini kalau mengenalnya! "Aku memang te rkejut mendengar nama pamanmu. Tentu saja aku mengenal nama itu.
Yang mengejutkan adalah karena engkau hendak
mencarinya. Padahal menurut pendengaranku,
pamanmu adalah seorang pelarian dan buruan
pemerintah! Kabarnya dia telah melarikan diri dari
penjara, bahkan membantu gerakan pemberontak.
Bagaimana engkau akan mencari pamanmu yang
sedang diburu pemerintah?"
Bi Lan menarik napas panjang. Tentu saja ia
tahu akan hal itu dan kalau tadi ia mengatakan
hendak mencari pamannya, hal itu dilakukan
hanya agar dapat menjawab pertanyaan Hong San
saja. "Aku tahu akan hal itu, toako. Akan tetapi......aku tidak tahu lain tempat lagi yang
dapat kuharapkan menjadi tempat tinggalku. Aku
akan berkelana saja......." katanya sedih.
Hong San tersenyum. Dia sudah mampu
menguasai dirinya lagi. Jelas bahwa Bi Lan tidak
ingat kepadanya. Pertemuan antara mereka hanya
te rjadi sebentar saja, dan itupun dalam perte mpuran, sehingga wanita ini tidak mengenal
dan tidak mengingatnya sama sekali. Betapapun
juga, dia harus berhati-hati dan ada sesuatu yang
tidak nyaman rasanya di hati setelah dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengetahui siapa wanita ini. Kalau sampai Bi Lan
mengenalnya.! "Lan-moi, kalau engkau hidup seorang diri,
kiranya tiada salahnya menjadi seorang pengelana
seperti aku ini. Akan tetapi ingat, engkau
mempunyai seorang pute ri yang masih kecil. Tidak
mungkin akan mengajaknya berkelana tanpa
tujuan" Tidak baik bagi pendidikan puterimu."
"Aku mengerti, toako. Akan tetapi apa dayaku"
Aku tidak tahu ke mana harus pergi."
He ning sejenak. Hong San tidak mau tergesa-
gesa. Dia harus mengakui bahwa setelah kini
wanita itu duduk di depannya, dekat dan di bawah
sinar lampu sehingga dia dapat mengamati wajah
itu dengan jelas. Setelah wanita itu bicara, apalagi
setelah mendengar bahwa wanita itu s eorang janda
muda yang hidup sebatangkara, hatinya semakin
te rtarik dan dia tahu bahwa sekali ini dia jatuh
cinta! Belum pernah perasaan seperti ini menguasai
hatinya. Bias anya terhadap wanita cantik, hanya
berahinya yang timbul. Akan te tapi sekali ini lain.
Dia ingin memiliki Bi Lan seluruhnya dan
sepenuhnya, untuk selamanya. Dia ingin menyenangkan hati wanita ini, membahagiakannya, dan dia ingin berdampingan
selamanya! Dia ingin membuat wajah yang manis
ini selalu tersenyum dan cerah berseri. Akan tetapi
dia harus berhati-hati. Kalau janda ini sampai
dapat menje nguk dan mengetahui latar belakang
kehidupannya! Dia ngeri membayangkan akibatnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba dia seperti dipaksa ole h sesuatu
mengangkat mukanya menatap wanita itu. Dan
te rnyata wanita itupun sedang memandang kepadanya. Agaknya pandang mata wanita itulah
yang tadi menyentuh perasaannya dan membuatnya mengangkat muka memandang. Dua
pasang mata bertaut sejenak, lalu Bi Lan
menundukkan mukanya. "Lan-moi, apakah engkau percaya kepadaku?"
tiba-tiba Hong San bertanya.
"Eh" Kenapa, toako" Tentu saja aku percaya
padamu. Engkau adalah penolongku."
'Kita baru saja bertemu, engkau belum mengenal
benar siapa diriku, dan orang macam apa adanya
aku. Mungkin saja aku ini seorang penipu, seorang
penjahat...... " "Aih, jangan mengada-ada, toako. Aku yakin
bahwa engkau seorang yang baik budi, gagah
perkasa, dan........."
"Belum te ntu, Lan-moi. Di dunia ini, di mana
ada manusia sempurna tanpa salah" Akupun,
sebagai manusia biasa, pernah melakukan kesalahan, pernah tersesat dan berdosa........"
"Sudahlah, toako. Apa sebetulnya yang hendak
kaukatakan maka engkau bertanya apakah aku
percaya kepadamu" Aku percaya.! N ah, lalu apa?"
Hong San menelan ludah. Baru sekarang dia
merasa begini gugup dan te gang! "Begini, Lan-moi..
Biarpun kita baru saja saling berte mu secara
kebetulan dan saling berkenalan, namun rasanya
bagiku engkau seorang sahabat lama dan kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saling percaya. Engkau dan puterimu hidup
sebatangkara, dan akupun demikian. Maukah
engkau kalau aku mencarikan sebuah tempat
tinggal untuk engkau dan anakmu di mana e ngkau
akan hidup dengan tenang dan tenteram?"
Sejenak Bi Lan hanya memandang wajah
pemuda itu. Sungguh luar biasa kalau ada kenalan
baru hendak menolongnya seperti itu.! Ia merasa
te rharu, akan tetapi juga heran.
"Can-toako, kita baru saja berkenalan dan
engkau sudah bersikap begini baik kepada kami.
Seorang anggota keluarga sendiri belum tentu
sebaik engkau! Kenapa engkau begini baik kepada
kami dan ingin mencarikan te mpat tinggal untuk
kami" Ke napa, toako?"
Menghadapi sepasang mata yang bersinar tajam,
yang memandangnya penuh selidik ini, Hong San
tidak tahan menentang terlalu lama. Dia khawatir
kalau sinar mata itu akan mampu menje nguk dan
melihat latar belakang kehidupannya yang lalu! Dia
lalu menunduk, menghela napas panjang beberapa
kali sebelum menjawab dengun sukar.
"Kenapa aku ingin menolongmu" Ah kenapa, ya"
Mungkin karena aku merasa kasihan sekali
kepadamu dan kepada pute rimu, Lan-moi. Sejak
kita saling jumpa ketika engkau dikeroyok
perampok itu sudah timbul perasaan yang luar
biasa dalam hatiku. Aku tidak berani mengatakan.......eh, cinta, itu akan terlalu lancang
karena kita baru saja berkenalan. Akan tetapi, aku
merasa kasihan dan ingin menolongmu, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantumu, membahagiakan engkau dan anakmu, Lan-moi. Maafkan kelancanganku ini......"
Sejenak Bi Lan berdiam diri, menundukkan
mukanya yang menjadi merah sekali. Ia meneliti
perasaan sendiri, merasa kagum kepada laki-laki
ini, kagum dan berte rima kasih. Akan tetapi laki-
laki ini menyinggung soal cinta dan untuk itu, ia
harus menjenguk lebih dalam dan ini membutuhkan waktu untuk dapat menentukan.
"Toako, tidak perlu meminta maaf. Orang-orang
seperti kita memang sebaiknya kalau berte rus
te rang secara jujur," katanya.
"Terima kasih, Lan-moi. Memang sebaiknya
begitu, aku tadi hanya takut kalau sampai
menyinggung perasaanmu. Aku tidak berani
mengatakan cinta karena selama ini aku belum
pernah jatuh cinta kepada seorang wanitapun.
Kisah Bangsa Petualang 11 Istana Kumala Putih Karya O P A Harimau Kemala Putih 14
^