Pencarian

Naga Pembunuh 11

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 11


ternyata menjadi korban. Dan karena ibunya bergerak
melindungi jenderal itu sementara hujan panah semakin
gencar, tak mungkin ibunya bekerja sendirian maka Giam
Liong mengeluarkan bentakan mengguntur yang membuat
orang-orang di situ jatuh terpelanting.
"Minggir, kalian enyahlah..!" dan Giam Liong yang bergerak
mengayun tangannya ke kiri kanan tiba-tiba disusul jerit atau
pekik ngeri dari pelepas-pelepas panah, yang terjengkang dan
tewas seketika karena hujan golok kecil menancap di teng-
gorokan mereka. Giam Liong menyapu tigapuluh pemanah di
mana mereka itu tentu saja menerima kematian, teman-
temannya yang lain pucat. Lalu ketika mereka terkejut dan
mundur menjauh, Giam Liong telah mengibaskan lengannya
ke sana-sini maka pemuda itu telah menyambar Chu-goanswe
sementara ibunya disuruh membawa si pendek gempal, Papan
Besi yang pingsan itu balik, lawan memberi jalan dan sekali
dua melepas serangan tak berarti maka rombongan ini keluar
dan meninggalkan tempat berdarah itu. Giam Liong telah
dikenal sebagai Naga Pembunuh dan pemuda yang berdiri di
balik pejuang-pejuang itu sungguh hebat sekali. Wajah dan
rambutnya yang kemerahan sungguh terasa lebih menyeramkan daripada mendiang ayahnya dulu. Pemuda itu
seperti iblis haus darah yang ingin mencari korban. Dan
karena Golok Maut juga ada di tangan pemuda itu dan tak
satupun senjata yang sanggup menandingi akhirnya Giam
Liong bersama pengikut-pengikut Chu-goanswe lolos dari
istana. Mereka terus melarikan diri ke selatan dan Giam Liong
membawa teman-temannya ke hutan. Mereka mandi keringat
namun pengalaman itu s sungguh menggembirakan. Orang-
orang i-ni bersorak-sorai me luapkan kegembiraannya. Tapi
ketika mereka memasuki hutan dan di situ Giam Liong
berhenti, ibunya mengangkat tangan tinggi-tinggi ke atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka kelelahan atau rasa capai yang sangat tiba-tiba
mengusik teman-teman Chugoanswe ini.
"Berhenti, kita beristirahat di sini!"
Aneh, orang-orang Itu mengeluh. Mereka gemetar dan
menjatuhkan diri di rum put. Teman atau kawan yang tewas
dan luka diletakkan di situ, hampir bersamaan dengan tubuh
mereka sendiri yang roboh lunglai. Dan ketika Wi Hong
meletakkan pula tubuh si Papan Besi sementara puteranya
meletakkan Chu-goanswe maka ibu dan anak bekerja cekatan.
"Aku tidak membawa obat-obatan untuk sedemikian
banyak orang. Kalian saling menolong saja dan yang ringan
supaya menguatkan hati sedikit dan menolong yang lain!"
Orang-orang itu mengangguk. Mereka bangkit lagi karena
Giam Liong maupun ibunya tidak beristirahat. Mereka malu
hati dan tentu saja harus bergerak lagi. Dan ketika semua
menolong dan merawat teman-teman sendiri, Giam Liong
telah mencabut tiga batang panah yang menancap di tubuh
jenderal itu maka di sana i-bunya juga mencabut beberapa
batang a-nak panah yang menancap di tubuh si pen dek
gempal. Giam Liong memberikan obat luka luar dan menempelkan
lengannya di pundak jenderal itu, menyalurkan sinkang. Dan
ketika jenderal itu lebih dulu siuman dari temannya maka
jenderal ini tertegun tapi bersinar-sinar memandang Giam
Liong "Aku di mana" Bagaimana dengan Wan Mo?"
"Hm, temanmu itu selamat, goanswe, ditolong ibuku. Tapi
dia masih pingsan di sana."
"Tidak mati?" "Untung tidak, masih hidup.."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku mau melihatnya!" namun ketika jenderal itu terguling
dan mengaduh maka Giam Liong menekan bahunya karena
luka yang diderita laki-laki itu cukup besar, meskipun tidak
berat. "Aku baru saja mencabut tiga batang anak panah yang
menancap di tubuhmu, dan baru saja kulumuri obat. Harap
goanswe tidak banyak bergerak dan tenang sajalah di sini."
"Ah, terima kasih, siauw-hiap. Tapi bagaimana pula
dengan teman-temanku yang lain!"
"Kami selamat di sini, goanswe. Tapi yang lain gugur..."
sebuah suara terdengar serak, Chu-goanswe menoleh dan
tampaklah seorang laki-laki pucat bangkit terhuyung. Dia
mengangguk kepada jenderal itu dan Chu-goanswepun
tertegun. Tapi ketika orang itu mendekat dan sang jenderal
menangkap lengannya tiba-tiba Chu-goanswe menggigil.
"Ci Cak, berapa teman kita yang terbunuh" Berapa yang
selamat?" "Kalau tidak ada Sin-kongcu ini tentu kita semua terbunuh,
goanswe. Tapi karena ada pemuda ini maka separoh dari kita
selamat. Yang lain tewas..."
"Ah, usaha kita gagal. Tapi kita dapat mengulanginya lain
kali!" dan ketika laki-laki itu mengangguk dan melepaskan
tangannya, Giam Liong diam tidak mencampuri maka ibunya
memanggil karena si pendek gempal tiba-tiba mengeluh
namun tubuhnya panas seperti dibakar.
"Dia seperti terserang racun. Coba kau periksa dan lihat
lukanya!" "Hm!" Giam Liong bergerak dan sudah menyambar laki-
laki itu. "Luka di pun dak kirinya bengkak, ibu. Panah yang
menancap di sini ternyata mengandung racun. Kau benar, biar
kusedot dan kuambil racunnya!" dan ketika Giam Liong
mengerahkan, sinkang dan menyedot luka itu, luka yang tiba-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba hitam dan berbau busuk benar saja darah kehitaman
tersedot di sini. Giam Liong mengerutkan kening tapi terus
bekerja, tak lama kemudian rasa panas menghilang dan darah
yang keluarpun merah. Dan ketika si pendek gempal
membuka mata den sadar maka laki-laki itu mengeluh
mengucap terima kasih. "Tadi Kedok Hitam berkelebat di antara pasukan,
menyambitkan panahnya itu. Tapi karena hujin dan siauw-hiap
ada di dekat-dekat situ maka dia lenyap lagi dan
menghadiahiku sebatang panah itu. Terima kasih, Giam-lo-ong
belum menghen daki nyawaku!" dan bergerak minta
dibangunkan maka laki-laki itu bertanya bagaimana dengan
Chu-goanswe. "Aku boleh mati tapi Chu-goanswe harus hidup. Mana dia
dan apakah selamat."'
"Aku di sini," Chu-goanswe berkata haru dan bangkit
duduk. "Hujin dan Sin-siauw-hiap ini telah menolong kita
semua, Wan Mo. Aku masih hidup dan kau-pun selamat!"
"Ah, kau tak apa-apa, goanswe" Syukur, banyak terima
kasih!" dan coba berdiri namun gagal, terhuyung dan jatuh
tiba-tiba Giam Liong berkata agar laki-laki itu beristirahat.
"Kau baru saja terbebas dari maut, jangan banyak
bergerak. Beristirahat dan tenang sajalah di sini." tapi Chu-
goanswe yang menggeleng dan memaksa bangkit berdiri tiba-
tiba berkata bahwa tempat itu kurang aman.
"Di sini masih terlalu dekat kota raja. Sebaiknya kita
menerobos lagi hutan yang lain dan di sana ada guha-guha
perlindungan untuk ternan-temanku semua. Apakah siauw-
hiap sudi mengantar?"
"Hm, di sinipun aku tak takut, goanswe. Tapi kalau kau
menghendaki begitu tentu saja aku tak keberatan. Tapi
bagaimana pendapat ibuku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hik, kita harus melindungi Chugoanswe, Liong-ji.
Kalau dia minta diantar sebaiknya ikuti saja. Aku juga tidak
takut tapi kita harus berhati-hati dengan si Kedok Hitam itu.
Dia licik dan amat curang. Siapa tahu melakukan sesuatu di
tempat begini dan kita tak bisa melindungi semua orang Ini."
"Baiklah, mari, goanswe. Kita berangkat. Atau barangkali
ada teman-temanmu yang kelelahan dan minta menunggu
sebentar lagi." "Tidak, kami cukup sehat, slauw-hiap. Kalau goanswe
menghendaki ke hutan di luar sana kami masih sanggup
berjalan. Memang di sana ada guha-guha persembunyian
yang lebih baik!" "Kalau begitu mari, kita berangkat!" dan Giam Liong yang
menolong dan memapah jenderal ini akhirnya mengangguk
melihat orang-orang itu mau meneruskan perjalanan lagi.
Mereka sebenarnya kelelahan namun berani mengeraskan
'hati. Itu semua untuk keselamatan mereka sendiri. Dan ketika
rombongan ini kembali bergerak dan yang luka-luka
dipondong temannya maka Chu-goanswe telah menunjuk
tempat itu dan memang ini merupakan persembunyian yang
baik untuk memulihkan diri mereka dari luka-luka selama
mengadu jiwa di gedung Coa-ongya.
0odwo0 Istana benar-benar gempar. Keesokannya setelah terang
tanah maka kaisar mendapat laporan tentang kejadian ini.
Bukan main marahnya sri baginda. Tujuh ratus orang tewas
sementara ratusan yang lain luka-luka. Coa-ongya, yang
semalam entah ke mana tiba-tiba pagi itu muncul dengan
muka merah padam. Dia harus memberi laporan dan tentu
saja laporannya diputar balik. Dia mengatakan bahwa
pengikut-pengikut Chu Wen kini muncul lagi, dipimpin
saudaranva yang bernama Chu Kiang. Namun ketika kaisar
bertanya apakah jumlah para pemberontak itu ribuan
banyaknya hingga pasukan kerajaan hancur dan porak-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
poranda maka dengan sedikit tertegun pangeran itu berkata
bahwa jumlah pemberontak hanya sekitar seratus limapuluh
orang saja. "Seratus limapuluh orang" Dan tak dapat dibunuh oleh
ribuan pasukan kita dan menimbulkan begitu banyak korban?"
"Maaf, sri baginda. Orang-orang itu sendiri tidaklah berarti
bagi kita. Mereka sebenarnya dapat ditumpas. Namun karena
ada keturunan Golok Maut di situ maka pasukan kita hancur
dan porak-poranda." "Golok Maut" Manusia itu ada lagi?"
"Bukan Golok Maut, sri baginda, melainkan keturunannya.
Ada seorang pemuda lihai yang tak dapat kami lawan..."
"Tapi kau memiliki Kedok Hitam. Pengawalmu yang
tangguh itu biasanya amat kauandalkan!"
"Kedok Hitam terluka, sri baginda. Sebelumnya ada cekcok
dengan dua kakek India Sudra dan Mindra. Bocah itu datang
ketika Kedok Hitam baru saja bertanding dengan dua kakek itu
dan kehabisan tenaga..."
"Terkutuk, keparat! Kau selalu mempunyai pengawal-
pengawal pribadi yang tak pernah akur. Heh, aku sebal
mendengar i-ni, adik Coa. Aku tak mau tahu itu dan lihat
berapa kerugian yang kita derita. Ini lagi-lagi persoalanmu
dulu. Sudah kubilang agar kau menghabisi Golok Maut. itu dan
kekasihnya. Kenapa sekarang ada ke-turannya itu dan
melanjutkan sepak terjang bapaknya. Kau sungguh sial,
bekerja hanya setengah-setengah!"
Pangeran Coa merah padam. Dia tak dapat bercerita
kepada kaisar bahwa dulu ada Ju Beng Tan yang menghalangi
sebagian pekerjaannya. Bahwa waktu itu Wi Hong atau
kekasih Si Golok Maut dilindungi pendekar itu, karena
pendekar itu harus juga membela kekasihnya yang kini
menjadi isterinya itu karena Swi Cu, nyonya itu, tak mungkin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membiarkan sucinya dibunuh (baca: Golok Maut). Swi Cu dan
Beng Tan sendiri marah-marah oleh perbuatannya yang
mengirim limaribu pasukan ke Lembah Iblis, karena pendekar
itu sendiri sebenarnya akan menyelesaikan pekerjaannya
dengan menghadapi Si Golok Maut itu, berdepan, satu lawan
satu dan bukannya keroyokan atau tindakan tidak ksatria
yang amat memalukan itu. Limari-bu pasukan mengeroyok
satu orang saja! Dan ketika pangeran itu tertegun dan diam,
tak dapat menjawab maka kaisar bersungut-sungut agar
mencari dan menumpas para pemberontak itu, juga bocah ke*
turunan Si Golok Maut itu.
"Aku tak dapat lagi membiarkan ini. Urusan sudah
bercampur dengan masalah pribadimu. Bagaimana bocah itu
dapat datang dan berkawan dengan para pengikut Chu Wen!"
"Chu Kiang dan kawan-kawannya itu semula datang
sendiri-sendiri, sri baginda. Tapi keturunan Golok Maut itu
datang dan menolong belakangan."
"Dan bocah itu membawa Chu Kiang?"
"Benar." "Dan Kedok Hitammu itu tak berguna. Ah, pengawal
pribadimu itu gentong kosong belaka!"
"Maaf, bocah itu membawa Golok Maut, sri baginda. Dan di
tempat ini tak ada senjata pusaka yang dapat menandinginya.
Sri baginda jangan terlalu menyalahkan karena pembantu
hamba tak memiliki senjata tandingan!"
"Golok Maut" Bocah itu membawa Golok Penghisap
Darah?" "Benar, sri baginda. Dan paduka tahu bahwa tak ada
senjata lain yang dapat menandingi senjata itu, kecuali
paduka memiliki senjata ampuh yang dapat menghadapi
kehebatan senjata itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, ada," sri baginda tiba-tiba berseri, wajahnya
menunjukkan kegirangan. "A-da senjata lain yang mampu
menghadapi Golok Penghisap Darah itu, adik Coa. Dan kau
tentunya tahu akan ini!"
"Tapi paduka mengatakan tak ada senjata Istimewa di
gudang senjata!" "Bukan... bukan di gudang senjata, melainkan di luar!"
"Di luar" Maksud paduka..."
"Bodoh! Kau tentu ingat pembantuku paling lihai, adik Coa.
Pengawal pribadiku yang sayang tak mau bekerja lagi di sini.
Dia itulah yang kumaksud. Panggil saja dia ke mari dan
beritahukan undang-anku. Agaknya hanya dia lagi yang dapat
mengatasi kesulitan ini!"
"Pek-jit-kiam Ju Beng Tan?" Coa-ongya tiba-tiba tertegun.


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ketua Hek-yan-pang itu?"
"Ha-ha, benar. Siapa lagi" Panggil dan undang ke mari
bekas pengawalku itu, adik Coa. Suruh dia menghadap dan
katakan maksudku. Atau, kalau dia tidak mau, pinjam saja
Pedang Mataharinya dan berikan kepada si Kedok Hitam!"
"Mana mungkin itu," sang pangeran ter kejut. "Pek-jlt-kiam
tak mungkin boleh dipinjam, sri baginda. Beng Tan laki-laki
gagah yang menyamakan senjata dengan nyawanya. Hilang
senjata berarti hilang pula nyawa. Pedang itu tak mungkin
dipinjam!" "Kalau begitu panggil dia ke mari. Suruh saja menghadap
dan berikan undangan ini, dariku pribadi!" dan ketika kaisar
memberikan surat pribadi, hal yang amat langka dan jarang
terjadi maka pangeran Coa tertegun dan membungkuk serta
menerima surat itu. Dia harus memanggil pendekar yang amat
lihai itu dan ini akan menorehkan getah pahit di mukanya.
Pendekar itu belum tentu mau. Ada sesuatu antara dirinya
dengan Pek-jit-kum Ju Beng Tan, hal yang amat pribadi, juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rahasia! Tapi karena perintah sudah diterima dan surat itu
mau tidak mau harus disampaikan, tak boleh dia menolak
maka pangeran inipun mohon diri tapi sri baginda tiba-tiba
bertanya tentang puteri-nya.
"Mana anak perempuanmu, kenapa tidak kelihatan!"
"Dia... dia pergi, sri baginda. Sudah enam bulan ini," Coa-
ongya agak tertegun. "Hm, anak perempuan tak selayaknya dibiarkan sendiri,
adik Coa. Puterimu itu rupanya berani dan bandel. Atau
barangkali Y u Yin tak kerasan di istana!"
"Hamba tak tahu, tapi dia memang nakal. Terima kasih atas
perhatian paduka," dan ketika pangeran itu mengundurkan diri
sementara kaisar berbalik dan juga ke dalam maka hari itu
pangeran i-ni tertegun di gedung yang lain, mengamati
gedungnya yang hancur dan roboh di mana puluhan orang
bekerja menyingkirkan puing-puing itu. Kebakaran yang
terjadi di tempatnya cukup hebat karena jago merah melahap
habis tempat tinggalnya. T ak ada sisa sedikitpun yang cukup
berharga. Dan ketika mata pangeran ini tiba-tiba mencorong
dan menakutkan, hawa yang aneh keluar dari tubuhnya maka
tanpa sadar pangeran itu meremas sebuah batu yang hancur
dan remuk. Aneh! Orang akan terkejut dan terheran-heran melihat
kejadian ini. Coa-ong-ya, yang diketahui tak memiliki ilmu silat
dan lemah tiba-tiba saja meremas hancur sebuah batu hitam.
Kekuatan silumankah itu" Kejadian ajaib yang amat
kebetulan" Tapi ketika batu itu luruh dan bertaburan di tanah,
sang pangeran membuka telapaknya maka berkelebat sebuah
bayangan langsing yang berseru tertahan.
"Ayah...!" Coa-ongya terkejut. Untuk kedua kalinya dia tertegun dan
menoleh ke kiri. Bayangan itu memanggilnya dan tahu-tahu
berdirilah seorang gadis cantik di depannya, gadis yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpakaian seperti laki-laki. Dan ketika pangeran itu agak
tercengang karena gadis ini menyembunyikan rambutnya,
digulung atau diikal di balik tutup kepala tiba-tiba wajah
pangeran Itu berseri dan berserulah dia menyambut,
tangan langsung merentang.
"Yu Yin...!" Gadis itu tahu-tahu sudah dipeluk. Sang ayah kegirangan
dan menubruk atau menyambar puterinya ini. Yu Yin, gadis
itu, terisak dan menyambut, menangis dan sesenggukan dan
segera meremas-remas ayahnya dengan sedu-sedan mengguncang tubuh. Tapi ketika gadis itu teringat sesuatu
dan melepaskan diri, mendorong ayahnya maka gadis ini
memandang tangan ayahnya yang tadi meremas hancur
sebuah batu hitam. "Ayah, kau... kau memiliki sinkang mengejutkan" Kau
meremas hancur batu hitam itu?"
"Ah, siapa bilang" Aku meremas hancur batu yang
sebelumnya sudah retak i-tu, Yu Yin. Tapi bagaimana kau
datang dan baru sekarang kembali. Lihat, ayahmu mendapat
cobaan dan tempat tinggal kita dibakar orang. Ada orang jahat
hendak membunuh ayahmu!" dan ketika pangeran itu cepat-
cepat menegur puterinya mengalihkan perhatian, menuding
orang-orang yang bekerja di sana maka gadis itu tertegun dan
lupa kepada kesaktian ayahnya yang mampu meremas hancur
sebuah batu hitam. "Apa yang terjadi. Aku mendengar berita-berita di jalanan
akan datangnya para pengacau di tempat ayah. Siapa mereka
itu dan bagaimana gedung kita habis dibakar!"
"Hm, pemberontak-pemberontak hina datang mengacau
kita, Yu Yin. Mereka orang-orangnya Chu Wen!"
"Chu Wen" Bukankah sudah meninggal"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, tapi saudaranya masih hidup. Semalam Chu Kiang
mengacau di sini dan anak buahnya membakar gedung kita!"
"Tapi ada paman Kedok Hitam di sini!" sang puteri
menukas, terkejut dan terheran-heran. "Bukankah pembantumu itu paling lihai, ayah" Apakah dia tak a-da dan
para pengacau itu dapat berbuat sekehendak hatinya sendiri?"
"Mereka berjumlah banyak, seratus li-mapuluh orang..."
"Tapi istana juga memiliki pasukan, jumlahnya ribuan!"
"Hm, itu betul, Yu Yin. Tapi ada sesuatu yang tidak kita
duga.." "Apa itu, katakan. Biar kucari mereka dan kuhancurkan satu
per satu!" Coa-ongya kagum. Dia berseri dan gembira melihat
puterinya ini dan tiba-tiba tertawalah pangeran itu. Yu Yin
yang gagah dan tak kenal takut tiba-tiba diraih dan
dipeluknya. Tapi ketika anaknya itu memberontak dan
melepaskan diri, marah oleh cerita ayahnya yang belum
selesai maka gadis itu mengedikkan kepala bersinar-sinar,
merah padam. "Ayah, orang telah menghancurkan tempat tinggal kita. Aku
tak bisa tertawa dan jangan tertawa. Apa yang tidak kau duga
itu dan kenapa tempat ini bisa hancur!"
"Hm, keturunan Golok Maut mencariku, Yu Yin. Dan bocah
inilah yang tidak kita duga. Dia datang menolong atau
membantu para pemberontak itu. Bocah itu luar biasa dan
lihai hingga kami semua tak ada yang dapat melawan!"
"Keturunan Golok Maut" Datang kesini" Hm, ceritakan
kepadaku, ayah. Aku juga sudah mendengar itu tapi kurang
jelas. Coba kauceritakan dan siapa pemuda itu. Kurang ajar
benar dia berani mengacau!"
"Namanya Giam Liong...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya-ya, aku juga mendengar begitu. Katanya berjuluk Si
Naga Pembunuh! Hm keparat dan kurang ajar. Awas, kubunuh
dia nanti. Lalu bagaimana!" dan ketika Coa-ongya menarik
napas dalam-dalam dan puterinya memandang dengan mata
berapi-api, Yu Yin tentu saja tak tahu bahwa pemuda bernama
Giam Liong itu adalah Han Han yang dulu ditemuinya, pemuda
itu sekarang sudah berubah nama lalu mendengarkan ayahnya
bercerita akan kejadian semalam. Betapa mula-mula datang
kaum pemberontak yang dipimpin Chu Kiang, dihadapi dan
hampir dibasmi tapi tiba-tiba muncul keturunan Si Golok Maut
Sin Hauw itu. Dan ketika pemuda ini mengobrak-abrik tempat
itu dan) tak ada seorangpun yang mampu menan-i dingi maka
Yu Yin berseru memutus dengan muka keheran-heranan.
"Aneh, masa begitu saja tak dapat dilawan, ayah"
Bukankah di s ini ada paman Kedok Hitam" Kemana dia itu dan
apakah membiarkan saja musuh berbuat seenaknya?"
"Bocah itu terlalu lihai, pamanmu Kedok Hitam sendiri
merasa tak sanggup.."
"Apa" Paman Kedok Hitam kalah" Bocah itu memangnya
iblis?" "Hm, dia memiliki sesuatu yang saat ini tak ada
bandingannya, Yu Yin. Pemuda itu membawa Golok Maut,
senjata ayahnya dulu. Dan karena tak ada senjata yang dapat
dipakai melawan senjata itu maka pamanmu mundur dan aku
memanggil pasukan besar untuk mengepung pemuda itu."
"Nanti dulu, katanya ada seorang wanita lagi yang datang!"
"Benar, dia itu ibunya..."
"Dan mereka berhasil me loloskan diri" Ayah benar-benar
tak sanggup?" "Hm," Coa-ongya merah mukanya. "Pemuda itu lihai dan
luar biasa, Yu Yin. Kalau saja tak membawa Golok Maut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
barangkali pamanmu dapat mengatasi. Tapi bocah Iblis itu
dibantu senjatanya. Tak ada satupn yang mampu melawan!"
"Aku tidak takut, aku akan mencoba!" gadis itu tiba-tiba
berseru, wajahnya terbakar seperti menyala. "Kita te lah dihina
dan dipermalukan seperti ini, ayah. Tunjukkan di mana
pemuda itu dan biar kucari dia!"
"Kau jangan gegabah," Coa-ongya menyambar dan
mencengkeram puterinya ini. "Tak ada satupun yang dapat
melawan kalau pemuda itu masih menyimpan goloknya, Yu
Yin. Aku sudah menghadap kaisar dan sri baginda telah
menitahkan sesuatu. Dengar, aku mendapat pikiran baik dan
ada dua jalan merobohkan pemuda itu. Kau mau membantu
ayahmu?" "Tentu saja!" gadis itu mengangguk, tak melihat kilatan
aneh di pandang mata ayahnya. "Urusanmu urusanku juga,
ayah. Perintahkan apa yang harus kulakukan!"
"Kau cari dan rayu pemuda itu. Pergunakan kecantikanmu
untuk mencuri Golok Mautnya!"
"Apa?" Yu Yin terlonjak, memberontak dan melepaskan diri.
"Merayu" Menipu dan mencuri goloknya?"
"Sabar," sang ayah melihat muka anak gadisnya yang
merah padam. "Ini hanya taktik belaka, Yu Yin, jangan salah
paham. Aku hendak minta tolong padamu dan hanya kaulah
yang dapat melakukan ini. Laki-laki biasanya tunduk kepada
wajah cantik, kau..."
"Tidak!" bentakan itu terdengar melengking dan penuh
marah, penuh sakit hati. "Kau menghina aku, ayah. Kau
merendahkan aku. Tak sudi aku merayu pemuda untuk
melakukan tipu muslihat itu. Ah, kau selalu menyakitkan aku.
Kita selamanya tak pernah ada kecocokan. Biar aku pergi!"
dan Yu Yin yang membalik dan meninggalkan ayahnya tiba-
tiba terbang dan tidak mau menghadapi ayahnya itu lagi,
menangis dan terhina dan sang ayah kaget sekali. Apa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibicarakan belum selesai ketika mendadak puterinya itu
marah-marah. Mereka baru saja bertemu dan sekarang tiba-
tiba harus berpisah. Tapi ketika pangeran itu bergerak dan
melejit seperti ular, cepat luar biasa tahu-tahu menangkap
lengan puterinya maka Yu Yin terpekik dan sudah disambar
ayahnya Itu, tertegun dan terkesiap!
"Yu Yin, Jangan pergi dulu. Dengar kata-kata ayahmu yang
belum habis bicara!"
"Kau... kau.." gadis Itu pucat. "Kau juga memiliki ilmu
ginkang, ayah" Kau dapat mengejar aku?"
"Ah, kebetulan saja. Aku memotong larimu, Yu Y in, jangan
pikirkan ini. Aku hendak bicara!" dan ketika anak gadisnya
tertegun dan menjublak maka orang tua ini membujuk dengan
suara rendah, "Kau jangan buru-buru marah dulu. Itu tadi
hanya taktik, siasat. Aku tidak menyuruhmu untuk terlalu jauh
dan cukup merobohkan pemuda itu saja. Kalau hatinya
tertekuk, menyerah, maka kau ambil goloknya dan bawa ke
mari. Selanjutnya kita tak perlu takut dan selesailah tugasmu."
"Ini... ini tak dapat kulakukan!" gadis itu tiba-tiba berseru
dan kembali me lepaskan diri, pandang matanya masih penuh
kaget dan heran oleh kecepatan ayahnya. "Kau... kau penuh
rahasia, ayah. Kau banyak menyembunyikan sesuatu!"
"Hm, omongan apa ini. Apa yang kusembunyikan!"
"Kau... kau rupanya bukan laki-laki lemah seperti
kebanyakan orang menyangka. Kau memiliki sinkang dan
ginkang yang mengejutkan!"
"Hm, semuanya itu sedikit benar, Y u Yin. Kau tahu bahwa
sedikit-sedikit aku memang bisa silat, tapi tak selihai seperti
yang kausangka. Aku masih kalah jauh denganmu, apalagi
dengan pamanmu si Kedok Hitam."
"Kalau begitu coba ayah kejar aku lagi. Aku mau pergi!"
dan ketika gadis itu membalik dan meninggalkan ayahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka sang ayah tampak tertegun dan bingung, mau mengejar
tapi kata-kata anaknya tadi akan membuka rahasianya. Orang
tua ini serba salah. Dan karena dia harus membuktikan
omongannya dan tentu saja tak berani mengejar, anak
gadisnya lenyap dan menoleh sebelum menghilang maka Yu
Yin berseru bahwa pemuda yang membuat onar itu akan
dicarinya. "Aku akan membantu ayah, tapi bukan dengan cara seperti
yang ayah nyatakan. Ayah tunggu saja di situ dan aku a-kan
coba membekuk pemuda itu!"
Coa-ongya tak dapat berbuat apa-apa. Dia hanya
mengerotkan gigi dan mengepal tinju, gemas. Tapi begitu
puterinya menghilang dan diapun masuk ke dalam maka
sebuah bayangan lain tiba-tiba keluar dari belakang gedung
dan itulah si Kedok Hitam!
-0odwo0- Yu Yin marah dan malu sekali ketika mendengar
permintaan ayahnya itu. Dia, gadis baik-baik, disuruh merayu.
dan menjatuhkan seorang pemuda. Cih, permintaan apa itu"
Memangnya dia gadis genit yang murahan dan seperti
pelacur". Sungguh terlalu ayahnya itu. Kalau saja yang bicara
begitu bukan ayahnya tentu dia sudah menampar dan memaki
habis-habisan. Dia disuruh mempermainkan dan merayu
seorang pemuda. Ah, kalau bukan ayahnya yang bicara seperti
itu tentu dia akan mencabut pedang dan menerjang. Terlalu,
dia disuruh merayu! Tapi menahan marah dan gemasnya


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akhirnya gadis ini me lupakan itu dan terbang keluar istana
untuk mencari pemuda yang menghina ayahnya itu. Dia akan
mencari dan menuntut balas. Pemuda itu telah mengacau
istana dan membakar gedung ayahnya pula, hal yang tak akan
diampuni. Dan karena sedikit banyak dia telah mendengar ke
mana pemuda itu lari, bersama rombongannya, maka gadis ini
langsung ke hutan di mana pertama kali Giam Liong
membawa teman-temannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di sini Yu Yin berhenti tapi tentu saja rombongan Chu-
goanswe itu tak ada. Jenderal itu telah pergi ke hutan di lain
tempat, hutan yang penuh guha-guha persembunyian dan
karena itu gadis ini lalu meneruskan pencariannya dengan
melacak jejak. Dia melihat tetesan-tetesan darah yang ada di
situ, darah di atas rumput di mana dari sinilah gadis itu
menelusuri jejak musuhnya. Dan ketika dia keluar di seberang
dan melihat hutan lain yang gelap dan rimbun, hutan yang
lebih lebat maka gadis ini tertegun karena jejak itu berhenti di
situ, di hutan yang gelap itu.
"Mereka ada di sana. Hm, kiranya di sini tikus-tikus busuk
itu bersembunyi!" Yu Yin tak bergerak sejenak, mata berpikir
tapi tiba-tiba iapun berkelebat dan memasuki hutan itu. Dan
karena ia harus berhati-hati dan tak mau gegabah maka dia
mencabut pedangnya dan pedang hitam yang dipunyainya itu
siap di tangan dengan gerakan penuh waspada.
Yu Yin bergerak dan menyelinap dan tiba-tiba ia merasa
seram berada di tengah hutan itu. Hutan ini dingin dan
menyeramkan. Tapi karena ia mencari musuh dan musuh itu
adalah musuh ayahnya, juga musuh negara karena telah
mengacau istana maka mengeretakkan gigi iapun bergerak
dan menyelinap dengan hati-hati, sampai akhirnya tiba-tiba
sebuah tepukan mengenai pundaknya. Dan ketika gadis itu
terpekik dan seketika membalik, pedang hitam menyambar
namun mem babat angin kosong maka gadis itu berseru
tertahan. "Siluman!" "Bukan, bukan s iluman.." sebuah suara tiba-tiba terdengar.
"Ini aku, Yu Yin. Ada apa kau di tempat ini dan membawa-
bawa pedang!" Yu Yin terkejut. Dia membalik dan menoleh lagi karena
sesosok bayangan tiba-tiba muncul di balik sebatang pohon
besar. Dia siap menggerakkan pedang hitamnya ketika tiba-
tiba gadis ini tertegun. Dan ketika laki-laki itu menampakkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri sepenuhnya dan Yu Yin melihat siapa ini tiba-tiba gadis
itu- terpekik dan menubruk ke depan, melepaskan pedangnya.
"Han Han..!" Giam Liong, pemuda ini, tersenyum. Dia memang menjaga
hutan itu melindungi teman-temannya. Tidak semua temannya
sembuh karena Chu-goanswe sendiri juga masih harus
beristirahat sehari dua lagi, setelah itu baru akan meneruskan
perjalanan, karena betapapun tempat itu masih cukup dekat
dengan kota raja. Maka begitu dia melihat bayangan gadis ini
dan terkejut serta heran, ada apa Yu Yin muncul dan masuk
seperti musuh maka dia menegur dan tadi menepuk pundak
gadis itu untuk akhirnya lenyap ketika si gadis menyerang.
"Ya, aku..." Ciam Liong, pemuda ini, tersenyum karena Y u
Yin memanggilnya dengan nama Han Han. Memang itulah
dulu namanya sebelum dia mengetahui rahasia dirinya, bahwa
dia ternyata adalah keturunan mendiang Si Golok Maut dan
bukannya putera Pek-jit-kiam Ju Beng Tan. Tapi ketika Y u Yin
menubruk dan memeluknya, gadis ini girang bukan main
bertemu sahabat lama maka Giam Liong jengah dan
mendorong perlahan pundak gadis itu, bertanya,
"Ada apa kau di sini, mencari apa."
"Ah," Yu Yin juga sadar, tersipu jengah. "Aku mencari
musuh besarku, Han Han. Bocah bernama Giam Liong!"
"Giam Liong?" "Ya, bocah keparat itu. Dia telah mengacau dan merusak
istana. Aku ingin mencarinya dan bagaimana kau ada di sini
pula. Sedang berbuat apa! Dan, eh kena pa rambutmu itu"
Kenapa merah marong seperti api menyala" Kau mengecatnya?" Giam Liong tertegun. Diberondong dan ditanyai bertubi-tubi
begini membuat ia tak dapat segera menjawab. Giam Liong
mundur terhenyak. Yu Yin hendak mencarinya, bukan sebagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han melainkan sebagai Giam Liong.' Dan karena nada
bicara gadis itu jelas menyatakan permusuhan, Giam Liong
tertegun dan curiga maka pemuda ini mengerutkan kening
dan sadar ketika gadis itu menegurnya.
"Ada apa" Kenapa kau terkejut?"
"Tidak, tidak apa-apa," pemuda ini segera dapat menguasai
dirinya lagi. "Aku heran dengan sikapmu, Yu Yin. Kenapa kau
marah-marah dan hendak mencari pemuda itu. Apakah dia
juga memusuhimu!" "Hm," gadis inipun mengerutkan kening, curiga. "Kau aneh
dan lucu sekali, Han Han. Masa tidak tahu akan sepak terjang
pemuda itu di istana. Dia mengacau dan menimbulkan huru-
hara!" "Lalu apa maksudmu" Apa maumu?"
"Aku hendak membunuh pemuda itu, minima l menangkapnya!" "Hm, kau serius, Yu Yin" Kau tidak main-ma in?"
"Siapa main-main" Kau aneh dan meng herankan sekali.
Kau ini yang main-ma in!"
"Baik, kalau begitu apa hubunganmu dengan itu" Kenapa
kau membela istana?"
Yu Yin. tertegun. Dia heran oleh sikap temannya ini yang
rupanya tidak men dukung dirinya. Han Han seolah dingin-
dingin saja dan tak acuh, hal yang membuat dia curiga! Dan
ketika dua pasang mata mereka bertemu dan Y u Yin tak jadi
menyatakan bahwa dia puteri Coa-ongya, tentu saja erat
hubungannya maka gadis ini memancing.
"Aku merasa terlibat karena itu adalah pemberontakan.
Giam Liong dan teman-temannya itu pemberontak, dan
karena mereka pemberontak maka seluruh rakyat tentu saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus memusuhi mereka. Kau tentunya juga harus bersikap
seperti ini, membantu istana dan membunuh pemuda itu!"
"Hm!" Giam Liong tertawa dingin. "Urusan ini kupikir lain,
Yu Yin. Justeru aku setuju dengan sepak terjang pemuda itu.
Dia dan teman-temannya bukan pemberontak, melainkan
pejuang. Dan karena kau tak tahu siapa pemberontak siapa
pejuang baiklah kita tak usah bicara tentang ini. Barangkali
kita akan berbeda pendapat!"
"Kau membela pemberontak-pemberontak itu?"
"Bukan pemberontak, melainkan pejuang..."
"Ah, mereka pengikut Chu Wen, Han Han. Mereka itu
pemberontak!" "Hm, sebaiknya tak usah bicara tentang ini. Kita bukan
musuh, dan kaupun ternyata bukan antek istana. Kau hanya
ikut-ikutan saja, Y u Yin, terbawa oleh rasa patriotmu. Bagus,
aku kagum. Tapi jangan keras-keras atau teman-temanku
nanti mendengar..." Namun baru saja Glam Liong menutup kata-katanya
mendadak berkelebat sebuah bayangan wanita. "Liong-Ji,
siapa ini?" dan ketika Yu Yin terkejut karena temannya
dipanggil "Liong-ji" (anak Liong) maka bersamaan itu pula
berkelebatan bayangan-bayangan lain dan berturut-turut
muncul orang-orang gagah berpakaian hitam -hitam.
"Siauw-hiap, siapa gadis ini?"
Giam Liong terkejut. Dia sudah khawatir bahwa jangan-
jangan suara keras yang dikeluarkan temannya itu terdengar
oleh ibu atau teman-temannya. Mereka memang tak jauh di
situ dan diapun terlambat mencegah gadis ini. Dan ketika Chu-
goanswe dan teman-temannya muncul, mereka terbelalak
melihat kedatangan Yu Yin maka Yu Yin sendiri tertegun
melihat orang-orang Itu. Curiga!
"Siapa mereka ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giam Liong menarik napas panjang. Agaknya, dia tak dapat
menyembunyikan diri lagi. Yu Yin, yang mengenalnya sebagai
Han Han akan segera mengenalnya sebagai Giam Liong, tokoh
"pemberontak" itu. Tapi karena masing-masing pihak bertanya
dan ibu serta Chu-goanswe juga harus dijawab maka cepat dia
memegang bahu gadis itu dan memperkenalkan.
"Dia ini adalah sahabatku, kebetulan saja datang. Namanya
Yu Yin. Harap kalian tidak salah paham dan curiga yang
bukan-bukan." "Hi-hik, kapan kau berkenalan dengan gadis, Liong-ji"
Kenapa tidak pernah memberitahu ibumu?"
"Maaf," pemuda itu tersipu merah. "Gadis ini kukenal
secara kebetulan, ibu. Dia adalah Jing-ci-touw yang amat lihai,
Yu Yin yang pemberani dan dulu suka mengganggu orang."
"Jing-ci-touw (Copet Seribu Jari)" Kerjanya mencopet?"
Giam Liong tersenyum masam. Dia terpaksa memberi tahu
bahwa pekerjaan mencopet bukanlah mata pencarian gadis
itu. Gadis ini hanya melampiaskan watak nakalnya saja
dengan menggoda atau meng ganggu orang, karena banyak
hasil copet-an diberikan kepada fakir miskin dan tak dipakai
untuk diri sendiri. Dan ketika Wi Hong terkekeh dan
mengangguk-angguk, mengerti, maka nyonya itu bersinar
memandang Yu Yin. "Kau mengagumkan, gagah dan cantik. Sudah lama
berkenalan dengan puteraku?"
Yu Yin tertegun. "Hujin adalah ibu Han Han?"
"Ya, aku ibunya. Tapi namanya yang benar bukan Han
Han. Dia Giam Liong, Sin Giam Liong...!"
"Apa?" Yu Yin terpekik, mencelat kaget. "Giam Liong"
Jadi... jadi..." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar," Giam Liong tersenyum, menyambar dan
menangkap lengan temannya itu lagi. "Akulah orang yang
kaucari-cari, Yu Yin. Kau salah paham dan agaknya sekarang
harus dijelaskan.... heiii!" dan Giam Liong yang terkejut dan
melonjak bagai disengat lebah tiba-tiba me lihat sinar hitam
menabas tangannya. Dia sedang menyambar lengan gadis itu
untuk ditangkap secara bersahabat, sama sekali tak menduga
bahwa Yu Yin mencabut pedang hitamnya dan langsung
menyerang. Dan karena dia tak menduga tapi secepat Itu pula
dia mengerahkan sinkang menerima bacokan maka ujung
bajunya mem-berebet tapi pedang terpental bertemu jari-jari
Giam Liong yang kebal. "Aihhh... tak-brett!"
Yu Yin berjungkir balik dengan muka pucat. Gadis itu gagal
dan terhuyung o-leh sinkang Giam Liong, matanya berapi-api,
muka tiba-tiba merah padam bagai dibakar. Dan ketika
Giam Liong tertegun sementara ibunya dan semua orang
terkejut, gadis itu memandang penuh nafsu membunuh maka
Yu Yin berteriak, "Giam Liong, aku musuh besarmu, Aku akan membunuhmu. Ah, tak kusangka kalau kau adalah keturunan
Si Golok Maut Sin Hauw. Mampuslah...!" dan pedang yang
menerjang lagi diikuti bayangan si gadis tiba-tiba bergulung
naik turun menyambar-nyambar Giam Liong. Giam Liong
terkejut dan tentu saja terheran-heran, mengelak dan
menangkis dan pedangpun terpental bertemu kuku jarinya.
Dan ketika gadis itu melengking-lengking dan menyerang
semakin hebat maka Giam Liong mengebutkan lengan bajunya
menggubat pedang hitam itu, yang saat itu mendesing
membacok kepalanya. "Kau aneh, kau seperti setan kelaparan. Hentikan
seranganmu dan kenapa kau marah-marah, Yu Yin. Kenapa
kau menganggap aku musuh besarmu yang harus kaubunuh!"
dan ketika pedang ditangkis dan tergubat, Giam Liong menarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan gadis itu tak tahan maka Yu Yin terpelanting dan marah
karena pedangnya terampas.
"Serahkan pedangku, atau kau boleh bunuh aku!"
"Hm!" Wi Hong tiba-tiba berkelebat, marah oleh sikap gadis
ini. "Kau kiranya liar dan tak tahu aturan, bocah. Roboh dan
tutup mulutmu!" namun ketika jari nyonya itu terpental
menotok, Wi Hong ingin merobohkan tetapi gagal maka Yu Yin
sudah bergulingan me loncat bangun dengan wajah kehitam-
hitaman. Marah besar! -ooo0dw0ooo- (Bersambung jilid XIX.) Jilid 18 GIAM LIONG menggeram. Dia sendiri sudah masuk dan
berkelebat ke gedung Coa-ongya itu. Lawan melarikan diri
sementara Sudra dan Mindra bergulingan meloncat bangun.
Mereka itu pucat melihat kehebatan Giam Liong. Si Naga
Pembunuh itu benar-benar mengerikan karena sekali
mengeluarkan goloknya saja tiba-tiba merekapun terpelanting.
Cambuk dan nenggala tak mampu lagi menghadapi golok di
punggung pemuda itu. Bocah itu melebihi ayahnya! Dan ketika
orang-orang itu berteriak dan bersorak mengikuti Si Naga
Pembunuh, para pengawal atau penjaga dibabat tanpa ampun
maka dua kakek inipun diterjang dan menerima kemarahan
mereka. "Bunuh kakek-kakek siluman ini. Tabas batang kepalanya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua kakek itu terkejut. Mereka sudah kehilangan senjata
dan orang-orang bersaputangan itupun beringas sekali
menyerang mereka. Golok dan tombak atau pedang silih
berganti menyambar bagal hujan. T api karena mereka adalah
kakek-kakek yang lihai dan dengan tangan atau kakinya dua
kakek itu menghalau senjata maka semua terpental namun
orang-orang itu berteriak memanggil Giam Liong.
"Naga Pembunuh, bantu kami dulu. Dua kakek ini
melawan!" Sudra dan temannya tergetar. Mereka paling jerih kalau
menyebut-nyebut nama itu. Giam Liong merupakan pemuda
mengerikan di mana mereka paling gentar kalau sudah
berhadapan. Maka begitu membentak dan berjungkir balik
mengibas orang-orang itu dua kakek ini lenyap melarikan diri
tak mau bertemu Giam Liong.
"Kalian tikus-tikus busuk yang beraninya hanya mengandalkan pemuda itu. Baiklah, kami pergi namun kelak
kami akan datang menghajar.... plak-plak-plak!" orang-orang
itu menjerit bergulingan. Mereka terlempar roboh oleh kibasan
atau dorongan pukulan dua kakek ini. Mindra dan Sudra
memang masih terlalu lihai bagi mereka. Tapi begitu dua
kakek itu lenyap melarikan diri dan mereka itu memasuki
gedung, Sudra dan Mindra hendak mencari si Kedok Hitam
yang tidak menampakkan batang hidungnya lagi maka o-rang-
orang itu bangun mengejar dan berteriak-teriak, suasana
menjadi gaduh. "Kejar, bunuh kakek itu. Tangkap mereka!"
Namun Sudra dan Mindra menghilang di dalam. Mereka
bergerak cepat dan tentu saja tak mau bertemu orang-orang
ber-saputangan ini. Mereka mendongkol namun terpaksa
menahan marah. Kalau saja tak ada Si Naga Pembunuh tentu
mereka membalik, menghajar atau merobohkan orang-orang
itu. Tapi karena ada Si Naga Pembunuh dan nama itu
menggetarkan hati mereka maka biarpun dimaki dan disoraki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari belakang tetap saja dua kakek ini lenyap dan tak mau
melayani. Mereka hendak mencari si Kedok Hitam dan memaki-maki
tokoh itu kenapa tak mau keluar lagi. Mereka tertipu dan
sekarang menyadari bahwa Kedok Hitam menyelamatkan
dirinya sendiri. Dan karena itu membuat mereka marah dan
geram maka dua kakek inipun mencaci-maki dan mengutuk
habis-habisan si Kedok Hitam itu sendiri.
Giam Liong sendiri mengobrak-abrik tempat itu diikuti
ibunya. Pemuda inipun marah dan grram karena setelah
menyerangnya habis-habisan ternyata musuhnya itu melarikan
diri. Begitu enaknya! Tapi sete lah seluruh kamar ditendang
dan dibuka ternyata Kedok Hitam tak ada di situ, entah ke
mana laki-laki itu maka ibunya membanting kaki penuh sesal.
"Lihat, lihat kegoblokanmu. Kau ditipu mentah-mentah dan
tak menuruti nasihat ibu, Liong-ji. Kalau saja kau tak sombong
dan memberinya sepuluh jurus cuma-cuma tentu siluman
yang licik itu dapat kita bunuh. Ah, kau tak tahu betapa
sulitnya mencari laki-laki ini. Hayo cari saja Coa-ongya dan
kita bekuk pangeran celaka itu!"
Giam Liong tak menjawab, merah padam. Memang
sekarang dia menyesal kenapa sikapnya begitu lunak. Dia
terlalu mengalah kepada musuh besarnya itu. Baru sekarang
dia tahu bahwa s i Kedok Hitam itu benar-benar manusia yang
amat licik dan licin. Sepak terjangnya curang! T api ketika Coa-
ongyapun tak dapat ditemukan dan ibunya gusar membanting-banting kaki maka seorang pelayan ditangkap
dan diinjak lehernya. "Katakan di mana majikanmu. Atau nanti kau kubunuh!"
"Am... ampun!" pelayan itu tentu saja tak tahu apa-apa.
"Mu... mungkin di tempat kaisar, hujin. A... aku tidak tahu...!"
"Bohong!" W i Hong membentak dan melepaskan
marahnya. "Kaupun licik dan ingin menyelamatkan diri, tikus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
busuk. Kau persis majikanmu yang tidak tahu malu dan
pengecut... krekk!" dan leher i-tu yang diinjak hancur akhirnya
membuat pelayan terkulai dan Giam Liong sendiri terkejut dan
berobah mukanya. "Kau mau marah" Kau mau memprotes" Hayo, bunuh
ibumu kalau tidak suka, Liong-ji. Aku akan membunuh siapa
saja yang ada di sini!" dan Giam Liong yang tak jadi mendebat
dan tertegun mem belalakkan mata tiba-tiba melihat ibunya
keluar dan berteriak-teriak mencari pelayan atau siapa saja
orang-orangnya Coa-ongya. Ibunya mata gelap dan marah
sekali oleh lolosnya Kedok Hitam itu. Tapi karena semua
pelayan sudah melarikan diri dan gedung itu benar-benar
kosong, tak ada orang-orangnya Coa-ongya maka meja kursi
itulah yang menjadi korban dan isi gedung benar-benar porak-
poranda dihajar nyonya ini. Wi Hong kalap dan puteranya
tertegun membelalakkan mata. Dan ketika orang-orang
bersaputangan juga muncul dan melihat kemarahan nyonya
ini tiba-tiba merekapun bersorak-sorak dan menghancurkan
pula segala perabot-perabot di situ.
"Bagus, kami bantu, hujin. Bagus, ha-ha...!"
Giam Liong tak tahan. Akhirnya ia membentak namun yang
dibentak adalah orang-orang itu. Mereka dilarang ikut-ikutan
namun celaka sekali ibunya justeru membentaknya agar
membiarkan orang-orang itu. Dua perintah berlawanan
membuat orang-orang ini tertegun tapi ketika Wi Hong
berkelebat dan menghajar mereka mendadak saja orang-
orang ini takut. Mereka panik dan mau tak mau harus
menuruti kemauan nyonya itu, Giam Liong terlihat diam dan
membiarkan saja orang-orang itu menghancurkan segala isi
gedung. Dan ketika ibunya puas dan orang-orang itu juga
mundur, membelalakkan mata maka berkelebatlah seorang
tinggi besar membuka saputangannya.
"Siauw-hiap, hujin... terima kasih atas bantuan kalian. Kami
adalah pejuang-pejuang setia yang memusuhi istana. Aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah Chu Kiang dan ini teman-temanku yang setia kepada
mendiang Chu Wen. Kami akan memperkenalkan diri
kepadamu!" dan ketika laki-laki itu berseru pada teman-
temannya agar membuka tutup muka, memperlihatkan diri
maka tampaklah wajah-wajah yang rata-rata gagah dan si
tinggi besar itupun ternyata simpatik dengan wajahnya yang
kemerah-merahan seperti Kwan Kong atau tokoh legendaris
dari kisah T iga Negeri. "Siauw-hiap (pendekar muda) sungguh luar biasa sekali.
Kepandaianmu benar-benar seperti ayahmu atau bahkan
lebih!" "Benar!" orang-orang itu berseru, hampir serempak. "Kami
kagum kepadamu, siauw-hiap. Dan sungguh gembira kalau
kami mendapat bantuan orang seperti dirimu ini. Kami
mengharap siauw-hiap mau memimpin kam i!"
Giam Liong tertegun. Tiba-tiba si tinggi besar berlutut dan
mengajak teman-temannya menjatuhkan diri. Mereka telah
diselamatkan pemuda ini dan pertolongan Giam Liong
sungguh besar. Dan ketika kata-kata terakhir disetujui laki-laki
gagah itu dan Chu Kiang, si tinggi besar mengangguk dan
setuju tiba-tiba laki-laki itupun berseru nyaring,
"Benar, kami mengharap kau mau memimpin kami, siauw-
hiap. Lanjutkan perjuangan ayah dan kakekmu yang gagal
dibunuh musuh-musuhnya. Kami keturunan Chu tentu akan
berhutang budi besar dan tak akan melupakan bantuanmu
ini!" "Kau keturunan keluarga Chu?" Wi Hong tiba-tiba
berkelebat dan menangkap pundak laki-laki gagah itu,
mencengkeramnya. "Kau apanya Chu Wen dan berapa
pasukanmu hingga berani melabrak istana?"
"Uh!" si tinggi besar meringis dan mengerahkan tenaganya,
cengkeraman itu serasa menembus tulang! "Lepaskan ceng-
keramanmu, hujin. Dan biarkan kami bicara menjawab
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertanyaanmu," dan ketika W i Hong melepaskan cengkeramannya dan laki-laki tinggi besar itu terbelalak
kagum maka Chu Kiang, laki-laki ini, bercerita bahwa
pasukannya sekitar limaratus orang.
"Kami tidak banyak, namun dengan limaratus orang tentu
kami dapat membuat istana geger. Maaf, kami orang-orang
bodoh yang hanya berbekal keberanian dan tekad baja, hujin.
Meskipun kami bukan lawan si Kedok Hitam itu namun dengan
keroyokan tentu kami dapat membunuhnya. Sial, kami tak
tahu bahwa dua kakek India itu ada di sini pula. Perhitungan
kami agak meleset!" "Hm, tapi kalian benar-benar orang-orang gagah yang
berani mati. Kalian telah berani datang ke sini!" Wi Hong mau
tak mau kagum juga. "Kalian boleh, Chu Kiang. Tapi apa
hubunganmu dengan mendiang Chu Wen!"
"Aku saudara lain ibu, hujln. Chu Wen adalah kakakku satu
ayah, meskipun usia kami terpaut jauh!"
"Bagus, dan sekarang apa rencanamu?"
"Kami akan menyerang dan membunuh Coa-ongya. Dia
inilah tulang punggung istana dan nasihat perang. Tapi karena
dia dilindungi dan dibantu si Kedok Hitam maka tentunya
Kedok Hitam inilah yang harus kami habisi. Kami siap
berkorban a-sal dapat membunuhnya!"
"Benar," tiga di antaranya berseru nyaring. "Pacul K ilat dan
Tombak iMaut telah menjadi korban, hujin. Dan kami yang
lain-lain siap menyusul asal dapat membunuh si Kedok Hitam
itu. Dia licik dan amat jahat. Dia pengganjal utama cita-cita!"
"Dan diapun telah membunuh suamimu," Chu Kiang bicara
membakar lawan. "Orang seperti ini tak layak dibiarkan hidup, hujin. Kami
dan kalian satu musuh satu keinginan. Biarlah kalian
memimpin kami dan kami berdiri di belakang kalian!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cocok!" yang lain berseru dan mengangkat senjata.
"Dipimpin puteramu selihai ini tentu kami dapat menumbangkan kaisar lalim, hujin. Ayo bunuh kaisar dan cari
kembali Coa-ongya itu!,"
Namun, ketika orang-orang itu mulai ribut dan berteriak-
teriak, Wi Hong mulai bersinar-sinar karena puteranya
bertemu orang-orangnya Chu Wen tiba-tiba Giam Liong sendiri
berkelebat dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Pemuda
itu berseru agar mereka semua jangan gaduh, ada sesuatu
yang didengar. Dan ketika semua diam dan membelalakkan
mata, suara yang didengar pemuda itu didengar juga oleh
mereka maka terdengarlah bentakan dan derap kuda di luar
gedung, jumlahnya ribuan!
"Chu Kiang, kau biang pemberontak. Berlutut dan
menyerahlah baik-baik. Kami pasukan kerajaan mengepungmu!" Orang-orang itu tiba-tiba terkejut. Mereka berlompatan
namun Chu Kiang, laki-laki gagah itu tiba-tiba berseru agar
teman-temannya berhenti, jangan bergerak sendiri-sendiri.
Dan ketika bentakan dan derap kuda semakin dekat, dari
mana-mana muncul obor yang ribuan jumlahnya maka gedung
Coa-ongya mendadak menjadi terang-benderang sementara
hujan di luar sudah reda.
"Kita telah mempunyai calon pemimpin di sini. Biarlah Sin-
siauwhiap atau Sin-hujin memutuskan perintah. Dengar kata-
kata mereka dan kita lakukan apa perintahnya!"
"Hi-hik!" Wi Hong tiba-tiba bangga. 'Kau telah dipilihnya,
Liong-ji. Kau pimpinan di s ini dan biar ibu di sampingmu saja.
Katakan, apa yang harus dilakukan dan mereka tentu akan
menyerbu seperti laron kesetanan!"
"Apa?" Giam Liong justeru mengerutkan kening. "Aku
menjadi pemimpin" Aku memimpin orang-orang ini" Ah, tidak.
Aku tak tahu asal mula perjuangan, ibu. Aku datang untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
urusan ayah dan mereka ini urusan mereka sendiri. Aku hanya
menyarankan untuk pergi dari s ini karena s i Kedok Hitam telah
melarikan diri!" "Kami akan mengikuti perintahmu!" Chu Kiang tiba-tiba
berseru. "Tapi bagaimana dengan pasukan itu, siauw-hiap.
Mereka berjumlah besar dan ribuan orang!"
"Hi-hik, kita bantai saja!" Wi Hong bergerak dan mau
mendahului puteranya, namun ditangkap. "Kita tak usah takut
kepada mereka, Chu Kiang. Ada puteraku di sini dan biar
Golok Mautnya mencari darah!"
"Nanti dulu!" sang putera bergetar dan mengerutkan
kening. "Aku tak ada urusan dengan mereka, ibu. Yang kucari
adalah Kedok Hitam. Aku tak berurusan dengan pasukan
kerajaan!" "Bodoh! Kaukira apa mereka itu" Kau kira apa si Kedok
Hitam yang licik dan curang itu" Pasukan ini datang atas
kehendaknya, Liong-ji. Bunuh mereka dan sikat habis!"
"Benar," Chu Kiang tiba-tiba menimpali. "Pasukan ini dapat
datang karena suruhan Kedok Hitam, siauw-hiap. Mereka tak


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahu tentang kami kalau tidak diberi tahu. Aku akan
menyambut dan siap menghirup darah bersama teman-
temanku!" "Dan kita berpesta," Wi Hong terkekeh. "Dulu mereka
merajang ayahmu, Liong-ji. Ayo sekarang balas dan cincang
mereka itu!" "Dan bakar gedung Coa-ongya ini!" orang-orang itu tiba-
tiba berteriak. "Kami akan membalaskan dendammu pula,
siauw-hiap. Mari keluar dan perintahkan kami menyambut.
Dengar, mereka berteriak-teriak dan menggonggong seperti
anjing!" Giam Liong bersinar-sinar. Wajahnya yang beku tiba-tiba
menjadi dingin dan tak bergerak. Tak ada senyum atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan di situ. Pemuda ini menggeram begitu ibunya
menyebut-nyebut kematian ayahnya dulu. Dan ketika di luar
terdengar bentakan atau seruan-seruan agar Chu Kiang dan
teman-temannya menyerah, Giam Liong berkilat dan terbakar
tiba-tiba darahnya mendidih ketika di luar terdengar pula
namanya disebut-sebut. "Heii, bocah yang mengaku keturunan Golok Maut. Kau
juga keluar dan cepat berlutut menyerahkan diri. Atau kami
akan membunuhmu dan mencincangmu seperti mendiang
ayahmu dulu!" Giam Liong mengeluarkan pekik menggetarkan. Tiba-tiba
dengan kemarahan tak dapat ditahan lagi pemuda ini
berkelebat dan mengayunkan tangannya. Tujuh sinar putih
dilepas dan golok-golok kecil berkeredep menyambar
seorang laki-laki di atas kudanya. Laki-laki itu adalah laki-laki
yang menghina Giam Liong tadi dan dia adalah komandan
pasukan itu, namanya Gouw-ciangkun (panglima Gouw). Dia
inilah yang sesumbar menyebut-nyebut ayah pemuda itu dan
mengeluarkan kata-kata yang membuat Giam Liong mendidih
darahnya. Maka begitu pemuda itu berkelebat dan Gouw-
ciangkun terbelalak me lihat musuhnya, gerakan Giam Liong
seperti burung menyambar tahu-tahu panglima ini menjerit
dan roboh terjungkal dengan tujuh bagian tubuhnya yang
putus dibabat giam-to, golok kecil-kecil itu.
"Aughhh...!" Jerit atau pekik kematian ini menggetarkan tempat itu.
Gouw-ciangkun roboh sudah tidak berujud manusia lagi.
Tangan dan kakinya putus sementara kepalanya sendiri
terbang dari tubuhnya, menggelinding dan jatuh mencelat
seperti bola. Darah menyembur bagai pancuran besar, begitu
cepatnya. Dan ketika orang-orang berteriak dan Giam Liong
berkelebatan di situ maka sinar putih yang lain bergerak naik
turun dan terlemparlah kepala atau kaki yang sudah putus dari
tempatnya. Giam Liong mengamuk dan sorakan anak buah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Kiang menggegap-gempita di tempat itu, disusul tubuh-
tubuh mereka yang berloncatan menyerbu pasukan besar ini.
Dan ketika Wi Hong juga terkekeh dan berkelebat di belakang
putera-nya, pedang menyambar dan menusuk maka tempat
itu tiba-tiba menjadi pembantaian dan robohlah puluhan
orang yang binasa dengan sekejap.
"Mundur.... semua mundur. Jauhkan diri dan serang
dengan anak panah!" Kegaduhan dan kepanikan terjadi di sini. Cong-ciangkun,
wakil Gouw-ciangkun yang tewas berteriak memberi aba-aba
sementara perwira itu sendiri sudah melempar tubuh dan
bergulingan menjauh. Dia gentar oleh sinar maut di tangan Giam Liong karena
sebentar saja belasan tubuh sudah roboh dengan cara
mengerikan. Giam Liong teringat kematian ayahnya dan kini
membalas orang-orang itu dengan kematian yang sama.
Kepala dan kaki atau tangan menggelinding disusul pekik atau
jerit pemiliknya. Darah berhamburan bagai kran bocor yang
tidak tertutup lagi. Dan ketika Cong-ciangkun menyelamatkan
diri dan berteriak-teriak menyuruh pasukannya menjauh,
pemuda itu bagai iblis haus darah yang tidak berhenti di satu
tempat saja maka golok di tangan Giam Liong mengkilap dan
menyilaukan mata karena tetap kering setiap dibasahi darah.
Golok itu menghisap dan semakin bersinar setiap membabat
korbannya, tak ada setetespun darah yang melekat di situ
karena sudah disedot atau "dihirup" oleh kekuatan gaib yang
memancar. Semakin banyak darah semakin golok itu
bercahaya, sinarnya terang namun kemerah-merahan seperti
layaknya darah yang memantul dan mengeluarkan bau a-mis.
Dan karena sepak terjang Giam Liong memang tak ada yang
menandingi dan pasukan berkuda porak-poranda maka Wi
Hong terkekeh-kekeh bergerak di belakang puteranya itu,
begitu juga Chu Kiang dan anak buahnya yang berpesta pora.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hik, maju semua, tikus-tikus busuk. Mari rasakan
pedangku dan menyingkirlah ke neraka... erat-erat!" sepak
terjang nyonya ini juga menggiriskan. Pedang nya tak kenal
ampun dan setiap membacok tentu mengenai sasaran. Wi
Hong mainkan Ang-in Kiam-sutnya dan ilmu pedang Awan
Merah itu bergerak naik turun meniup lawan. Siapa saja yang
tersam bar pasti roboh binasa, berteriak dan terjungkal dan
akibatnya musuhpun mundur dengan gugup. Mereka pucat
dan gentar oleh kelihaian nyonya ini. Dan karena Wi Hong
maupun puteranya tak dapat dilawan maka pasukan besar itu
morat-marit dan Cong-ciangkun kembali berteriak-teriak agar
mundur dan melepaskan anak panah.
"Mundur... mundur. Lepaskan anak panah dan serang
mereka itu dari jauh!" Pasukan sadar. Dibabat dan dibantai
seperti rumput kering begitu merekapun pucat dan menjauh.
Kuda meringkik dan mengangkat kaki depannya tinggi-tinggi
dengan panik. Mereka itu bingung oleh perintah tuannya yang
kacau, banyak yang saling bertabrakan dan karena itu
semuanya ini membuat gaduh. Dan ketika gedung Coa-ongya
juga mulai dibakar, orang-orangnya Chu Kiang itu bersorak-
sorai melempar api maka pasukan kerajaan benar-benar
semrawut dan hingar-bingar. Mereka jatuh disambar pedang
atau teman sendiri, pingsan atau tewas diinjak-injak kuda
yang demikian banyaknya. Namun ketika pasukan itu mundur
dan melepas panah-panahnya sesuai perintah Cong ciangkun
maka satu dua anak-anak panah ini menyambar dan
mengenai anak buah si Dewa Hitam Chu Kiang ini. Mereka
roboh dan menjerit dan Chu Kiang si tinggi besar terkejut.
Laki-laki ini juga mengamuk di belakang Wi Hong, membabat
dan menggerakkan gendewanya yang lain serta melepas
anak-anak panah itu. Kiranya Chu Kiang ini seorang ahli
panah. Tapi karena musuh amatlah banyak sementara yang
dapat menangkis atau menghalau hujan panah hanyalah Wi
Hong bersama puteranya maka pejuang-pejuang ini-pun mulai
berjatuhan dan sebuah teriakan tiba-tiba ditujukan kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giam Liong agar menyelamatkan si tinggi besar, keturunan
dinasti Chu itu. "Sin-siauwhiap, tolong lindungi dan bawa Chu-goanswe
(jenderal Chu) dari s ini. Dia satu-satunya keturunan Chu yang
tak boleh habis!" Giam Liong tertegun. Saat itu dia sedang berkelebatan
dengan golok di tangannya, membabat atau menyambar-
nyambar bagai rajawali menerkam mangsa. Hujan panah yang
diarahkan kepadanya tak ada satupun yang berhasil. Kalau
tidak rontok oleh goloknya tentu patah sendiri bertemu
tubuhnya yang kebal. Pemuda itu telah mengerahkan sinkang
dan melindungi diri hingga lawan terbelalak karena tak
satupun anak panah yang mampu melukai. Namun ketika
teriakan itu terdengar dan Giam Liong mendengar pula
keluhan pendek, yang berseru itu roboh terhuyung-huyung
maka pemuda ini terkejut karena itulah si Papan Besi, orang
nomor dua setelah Chu Kiang, yang ternyata juga adalah Chu-
goanswe! "Cepat... " laki-laki itu terduduk, jatuh, dua batang panah
menancap di pundak dan punggungnya. "Tolong dan
selamatkan Chu-goanswe, siauw-hiap. Jangan biarkan
keturunan dinasti Chu musnah!"
Giam Liong terbelalak. Dia meruntuhkan delapan anak
panah yang kembali menyambar dari depan, mau bergerak
tapi si Papan Besi tiba-tiba menjerit ketika sebatang panah
kembali mengenai tubuhnya. Dan ketika Giam Liong
membentak dan gusar oleh pemanah itu, melepaskan giam-
tonya dan pemanah itu berteriak maka Chu-goanswe atau
jenderal tinggi besar itu berseru keras ke arah temannya ini,
yang sudah terguling. "Tidak, kita roboh atau keluar bersama, Wan Mo. Jangan
hanya memikirkan aku sementara kau binasa di sini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heii, awas...!" Wi Hong tiba-tiba berteriak dan melihat
sebatang panah menyambar laki-laki itu. "Lempar tubuhmu,
Chu-goanswe. Atau kau mampus!"
Chu-goanswe terkejut. Dia menoleh dan melihat datangnya
anak panah itu, mengelak namun kalah cepat. Dan ketika
panah menancap di pundaknya dan jenderal Itu mengerang
maka Cong-ciangkun tiba-tiba berteriak agar menujukan
serangan panah ke arah laki-laki ini, yang ternyata jenderal
Chu. "Bunuh dan serang dia. Itu ternyata i Chu-goanswe!"
Wi Hong terkejut. Pasukan kerajaan tiba-tiba melepaskan
panahnya ke arah jenderal ini. Chu-goanswe menggerakkan
gendewanya namun sebatang panah kembali menancap,
maklumlah, hujan panah memang demikian banyaknya. Dan
karena laki-laki itu orang yang amat penting dan W i Hong
mendapatkan pikiran baik untuk masa depan anaknya kelak
maka nyonya inipun berkelebat dan terbang menghalau hujan
panah itu, pedangnya diputar secepat kitiran melindungi
jenderal Chu. "Heii, selamatkan Chu-goanswe. Kita harus pergi, dari sini,
Liong-ji. Cukup dan bawa teman kita keluar!"
Giam Liong terkejut. Chu-goanswe atau Chu Kiang itu
roboh terguling. Dia tadi menolong temannya tapi diri sendiri
ternyata menjadi korban. Dan karena ibunya bergerak
melindungi jenderal itu sementara hujan panah semakin
gencar, tak mungkin ibunya bekerja sendirian maka Giam
Liong mengeluarkan bentakan mengguntur yang membuat
orang-orang di situ jatuh terpelanting.
"Minggir, kalian enyahlah..!" dan Giam Liong yang bergerak
mengayun tangannya ke kiri kanan tiba-tiba disusul jerit atau
pekik ngeri dari pelepas-pelepas panah, yang terjengkang dan
tewas seketika karena hujan golok kecil menancap di teng-
gorokan mereka. Giam Liong menyapu tigapuluh pemanah di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mana mereka itu tentu saja menerima kematian, teman-
temannya yang lain pucat. Lalu ketika mereka terkejut dan
mundur menjauh, Giam Liong telah mengibaskan lengannya
ke sana-sini maka pemuda itu telah menyambar Chu-goanswe
sementara ibunya disuruh membawa si pendek gempal, Papan
Besi yang pingsan itu balik, lawan memberi jalan dan sekali
dua melepas serangan tak berarti maka rombongan ini keluar
dan meninggalkan tempat berdarah itu. Giam Liong telah
dikenal sebagai Naga Pembunuh dan pemuda yang berdiri di
balik pejuang-pejuang itu sungguh hebat sekali. Wajah dan
rambutnya yang kemerahan sungguh terasa lebih menyeramkan daripada mendiang ayahnya dulu. Pemuda itu
seperti iblis haus darah yang ingin mencari korban. Dan
karena Golok Maut juga ada di tangan pemuda itu dan tak
satupun senjata yang sanggup menandingi akhirnya Giam
Liong bersama pengikut-pengikut Chu-goanswe lolos dari
istana. Mereka terus melarikan diri ke selatan dan Giam Liong
membawa teman-temannya ke hutan. Mereka mandi keringat
namun pengalaman itu s sungguh menggembirakan. Orang-
orang i-ni bersorak-sorai me luapkan kegembiraannya. Tapi
ketika mereka memasuki hutan dan di situ Giam Liong
berhenti, ibunya mengangkat tangan tinggi-tinggi ke atas
maka kelelahan atau rasa capai yang sangat tiba-tiba
mengusik teman-teman Chugoanswe ini.
"Berhenti, kita beristirahat di sini!"
Aneh, orang-orang Itu mengeluh. Mereka gemetar dan
menjatuhkan diri di rum put. Teman atau kawan yang tewas
dan luka diletakkan di situ, hampir bersamaan dengan tubuh
mereka sendiri yang roboh lunglai. Dan ketika Wi Hong
meletakkan pula tubuh si Papan Besi sementara puteranya
meletakkan Chu-goanswe maka ibu dan anak bekerja cekatan.
"Aku tidak membawa obat-obatan untuk sedemikian
banyak orang. Kalian saling menolong saja dan yang ringan
supaya menguatkan hati sedikit dan menolong yang lain!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang itu mengangguk. Mereka bangkit lagi karena
Giam Liong maupun ibunya tidak beristirahat. Mereka malu
hati dan tentu saja harus bergerak lagi. Dan ketika semua
menolong dan merawat teman-teman sendiri, Giam Liong
telah mencabut tiga batang panah yang menancap di tubuh
jenderal itu maka di sana i-bunya juga mencabut beberapa
batang a-nak panah yang menancap di tubuh si pen dek
gempal. Giam Liong memberikan obat luka luar dan menempelkan
lengannya di pundak jenderal itu, menyalurkan sinkang. Dan
ketika jenderal itu lebih dulu siuman dari temannya maka
jenderal ini tertegun tapi bersinar-sinar memandang Giam
Liong "Aku di mana" Bagaimana dengan Wan Mo?"
"Hm, temanmu itu selamat, goanswe, ditolong ibuku. Tapi
dia masih pingsan di sana."
"Tidak mati?" "Untung tidak, masih hidup.."
"Aku mau melihatnya!" namun ketika jenderal itu terguling
dan mengaduh maka Giam Liong menekan bahunya karena
luka yang diderita laki-laki itu cukup besar, meskipun tidak
berat. "Aku baru saja mencabut tiga batang anak panah yang
menancap di tubuhmu, dan baru saja kulumuri obat. Harap


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

goanswe tidak banyak bergerak dan tenang sajalah di sini."
"Ah, terima kasih, siauw-hiap. Tapi bagaimana pula
dengan teman-temanku yang lain!"
"Kami selamat di sini, goanswe. Tapi yang lain gugur..."
sebuah suara terdengar serak, Chu-goanswe menoleh dan
tampaklah seorang laki-laki pucat bangkit terhuyung. Dia
mengangguk kepada jenderal itu dan Chu-goanswepun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertegun. Tapi ketika orang itu mendekat dan sang jenderal
menangkap lengannya tiba-tiba Chu-goanswe menggigil.
"Ci Cak, berapa teman kita yang terbunuh" Berapa yang
selamat?" "Kalau tidak ada Sin-kongcu ini tentu kita semua terbunuh,
goanswe. Tapi karena ada pemuda ini maka separoh dari kita
selamat. Yang lain tewas..."
"Ah, usaha kita gagal. Tapi kita dapat mengulanginya lain
kali!" dan ketika laki-laki itu mengangguk dan melepaskan
tangannya, Giam Liong diam tidak mencampuri maka ibunya
memanggil karena si pendek gempal tiba-tiba mengeluh
namun tubuhnya panas seperti dibakar.
"Dia seperti terserang racun. Coba kau periksa dan lihat
lukanya!" "Hm!" Giam Liong bergerak dan sudah menyambar laki-
laki itu. "Luka di pun dak kirinya bengkak, ibu. Panah yang
menancap di sini ternyata mengandung racun. Kau benar, biar
kusedot dan kuambil racunnya!" dan ketika Giam Liong
mengerahkan, sinkang dan menyedot luka itu, luka yang tiba-
tiba hitam dan berbau busuk benar saja darah kehitaman
tersedot di sini. Giam Liong mengerutkan kening tapi terus
bekerja, tak lama kemudian rasa panas menghilang dan darah
yang keluarpun merah. Dan ketika si pendek gempal
membuka mata den sadar maka laki-laki itu mengeluh
mengucap terima kasih. "Tadi Kedok Hitam berkelebat di antara pasukan,
menyambitkan panahnya itu. Tapi karena hujin dan siauw-hiap
ada di dekat-dekat situ maka dia lenyap lagi dan
menghadiahiku sebatang panah itu. Terima kasih, Giam-lo-ong
belum menghen daki nyawaku!" dan bergerak minta
dibangunkan maka laki-laki itu bertanya bagaimana dengan
Chu-goanswe. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku boleh mati tapi Chu-goanswe harus hidup. Mana dia
dan apakah selamat."'
"Aku di sini," Chu-goanswe berkata haru dan bangkit
duduk. "Hujin dan Sin-siauw-hiap ini telah menolong kita
semua, Wan Mo. Aku masih hidup dan kau-pun selamat!"
"Ah, kau tak apa-apa, goanswe" Syukur, banyak terima
kasih!" dan coba berdiri namun gagal, terhuyung dan jatuh
tiba-tiba Giam Liong berkata agar laki-laki itu beristirahat.
"Kau baru saja terbebas dari maut, jangan banyak
bergerak. Beristirahat dan tenang sajalah di sini." tapi Chu-
goanswe yang menggeleng dan memaksa bangkit berdiri tiba-
tiba berkata bahwa tempat itu kurang aman.
"Di sini masih terlalu dekat kota raja. Sebaiknya kita
menerobos lagi hutan yang lain dan di sana ada guha-guha
perlindungan untuk ternan-temanku semua. Apakah siauw-
hiap sudi mengantar?"
"Hm, di sinipun aku tak takut, goanswe. Tapi kalau kau
menghendaki begitu tentu saja aku tak keberatan. Tapi
bagaimana pendapat ibuku."
"Hi-hik, kita harus melindungi Chugoanswe, Liong-ji.
Kalau dia minta diantar sebaiknya ikuti saja. Aku juga tidak
takut tapi kita harus berhati-hati dengan si Kedok Hitam itu.
Dia licik dan amat curang. Siapa tahu melakukan sesuatu di
tempat begini dan kita tak bisa melindungi semua orang Ini."
"Baiklah, mari, goanswe. Kita berangkat. Atau barangkali
ada teman-temanmu yang kelelahan dan minta menunggu
sebentar lagi." "Tidak, kami cukup sehat, slauw-hiap. Kalau goanswe
menghendaki ke hutan di luar sana kami masih sanggup
berjalan. Memang di sana ada guha-guha persembunyian
yang lebih baik!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu mari, kita berangkat!" dan Giam Liong yang
menolong dan memapah jenderal ini akhirnya mengangguk
melihat orang-orang itu mau meneruskan perjalanan lagi.
Mereka sebenarnya kelelahan namun berani mengeraskan
'hati. Itu semua untuk keselamatan mereka sendiri. Dan ketika
rombongan ini kembali bergerak dan yang luka-luka
dipondong temannya maka Chu-goanswe telah menunjuk
tempat itu dan memang ini merupakan persembunyian yang
baik untuk memulihkan diri mereka dari luka-luka selama
mengadu jiwa di gedung Coa-ongya.
0odwo0 Istana benar-benar gempar. Keesokannya setelah terang
tanah maka kaisar mendapat laporan tentang kejadian ini.
Bukan main marahnya sri baginda. Tujuh ratus orang tewas
sementara ratusan yang lain luka-luka. Coa-ongya, yang
semalam entah ke mana tiba-tiba pagi itu muncul dengan
muka merah padam. Dia harus memberi laporan dan tentu
saja laporannya diputar balik. Dia mengatakan bahwa
pengikut-pengikut Chu Wen kini muncul lagi, dipimpin
saudaranva yang bernama Chu Kiang. Namun ketika kaisar
bertanya apakah jumlah para pemberontak itu ribuan
banyaknya hingga pasukan kerajaan hancur dan porak-
poranda maka dengan sedikit tertegun pangeran itu berkata
bahwa jumlah pemberontak hanya sekitar seratus limapuluh
orang saja. "Seratus limapuluh orang" Dan tak dapat dibunuh oleh
ribuan pasukan kita dan menimbulkan begitu banyak korban?"
"Maaf, sri baginda. Orang-orang itu sendiri tidaklah berarti
bagi kita. Mereka sebenarnya dapat ditumpas. Namun karena
ada keturunan Golok Maut di situ maka pasukan kita hancur
dan porak-poranda." "Golok Maut" Manusia itu ada lagi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan Golok Maut, sri baginda, melainkan keturunannya.
Ada seorang pemuda lihai yang tak dapat kami lawan..."
"Tapi kau memiliki Kedok Hitam. Pengawalmu yang
tangguh itu biasanya amat kauandalkan!"
"Kedok Hitam terluka, sri baginda. Sebelumnya ada cekcok
dengan dua kakek India Sudra dan Mindra. Bocah itu datang
ketika Kedok Hitam baru saja bertanding dengan dua kakek itu
dan kehabisan tenaga..."
"Terkutuk, keparat! Kau selalu mempunyai pengawal-
pengawal pribadi yang tak pernah akur. Heh, aku sebal
mendengar i-ni, adik Coa. Aku tak mau tahu itu dan lihat
berapa kerugian yang kita derita. Ini lagi-lagi persoalanmu
dulu. Sudah kubilang agar kau menghabisi Golok Maut. itu dan
kekasihnya. Kenapa sekarang ada ke-turannya itu dan
melanjutkan sepak terjang bapaknya. Kau sungguh sial,
bekerja hanya setengah-setengah!"
Pangeran Coa merah padam. Dia tak dapat bercerita
kepada kaisar bahwa dulu ada Ju Beng Tan yang menghalangi
sebagian pekerjaannya. Bahwa waktu itu Wi Hong atau
kekasih Si Golok Maut dilindungi pendekar itu, karena
pendekar itu harus juga membela kekasihnya yang kini
menjadi isterinya itu karena Swi Cu, nyonya itu, tak mungkin
membiarkan sucinya dibunuh (baca: Golok Maut). Swi Cu dan
Beng Tan sendiri marah-marah oleh perbuatannya yang
mengirim limaribu pasukan ke Lembah Iblis, karena pendekar
itu sendiri sebenarnya akan menyelesaikan pekerjaannya
dengan menghadapi Si Golok Maut itu, berdepan, satu lawan
satu dan bukannya keroyokan atau tindakan tidak ksatria
yang amat memalukan itu. Limari-bu pasukan mengeroyok
satu orang saja! Dan ketika pangeran itu tertegun dan diam,
tak dapat menjawab maka kaisar bersungut-sungut agar
mencari dan menumpas para pemberontak itu, juga bocah ke*
turunan Si Golok Maut itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tak dapat lagi membiarkan ini. Urusan sudah
bercampur dengan masalah pribadimu. Bagaimana bocah itu
dapat datang dan berkawan dengan para pengikut Chu Wen!"
"Chu Kiang dan kawan-kawannya itu semula datang
sendiri-sendiri, sri baginda. Tapi keturunan Golok Maut itu
datang dan menolong belakangan."
"Dan bocah itu membawa Chu Kiang?"
"Benar." "Dan Kedok Hitammu itu tak berguna. Ah, pengawal
pribadimu itu gentong kosong belaka!"
"Maaf, bocah itu membawa Golok Maut, sri baginda. Dan di
tempat ini tak ada senjata pusaka yang dapat menandinginya.
Sri baginda jangan terlalu menyalahkan karena pembantu
hamba tak memiliki senjata tandingan!"
"Golok Maut" Bocah itu membawa Golok Penghisap
Darah?" "Benar, sri baginda. Dan paduka tahu bahwa tak ada
senjata lain yang dapat menandingi senjata itu, kecuali
paduka memiliki senjata ampuh yang dapat menghadapi
kehebatan senjata itu!"
"Hm, ada," sri baginda tiba-tiba berseri, wajahnya
menunjukkan kegirangan. "A-da senjata lain yang mampu
menghadapi Golok Penghisap Darah itu, adik Coa. Dan kau
tentunya tahu akan ini!"
"Tapi paduka mengatakan tak ada senjata Istimewa di
gudang senjata!" "Bukan... bukan di gudang senjata, melainkan di luar!"
"Di luar" Maksud paduka..."
"Bodoh! Kau tentu ingat pembantuku paling lihai, adik Coa.
Pengawal pribadiku yang sayang tak mau bekerja lagi di sini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia itulah yang kumaksud. Panggil saja dia ke mari dan
beritahukan undang-anku. Agaknya hanya dia lagi yang dapat
mengatasi kesulitan ini!"
"Pek-jit-kiam Ju Beng Tan?" Coa-ongya tiba-tiba tertegun.
"Ketua Hek-yan-pang itu?"
"Ha-ha, benar. Siapa lagi" Panggil dan undang ke mari
bekas pengawalku itu, adik Coa. Suruh dia menghadap dan
katakan maksudku. Atau, kalau dia tidak mau, pinjam saja
Pedang Mataharinya dan berikan kepada si Kedok Hitam!"
"Mana mungkin itu," sang pangeran ter kejut. "Pek-jlt-kiam
tak mungkin boleh dipinjam, sri baginda. Beng Tan laki-laki
gagah yang menyamakan senjata dengan nyawanya. Hilang
senjata berarti hilang pula nyawa. Pedang itu tak mungkin
dipinjam!" "Kalau begitu panggil dia ke mari. Suruh saja menghadap
dan berikan undangan ini, dariku pribadi!" dan ketika kaisar
memberikan surat pribadi, hal yang amat langka dan jarang
terjadi maka pangeran Coa tertegun dan membungkuk serta
menerima surat itu. Dia harus memanggil pendekar yang amat
lihai itu dan ini akan menorehkan getah pahit di mukanya.
Pendekar itu belum tentu mau. Ada sesuatu antara dirinya
dengan Pek-jit-kum Ju Beng Tan, hal yang amat pribadi, juga
rahasia! Tapi karena perintah sudah diterima dan surat itu
mau tidak mau harus disampaikan, tak boleh dia menolak
maka pangeran inipun mohon diri tapi sri baginda tiba-tiba
bertanya tentang puteri-nya.
"Mana anak perempuanmu, kenapa tidak kelihatan!"
"Dia... dia pergi, sri baginda. Sudah enam bulan ini," Coa-
ongya agak tertegun. "Hm, anak perempuan tak selayaknya dibiarkan sendiri,
adik Coa. Puterimu itu rupanya berani dan bandel. Atau
barangkali Y u Yin tak kerasan di istana!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba tak tahu, tapi dia memang nakal. Terima kasih atas
perhatian paduka," dan ketika pangeran itu mengundurkan diri
sementara kaisar berbalik dan juga ke dalam maka hari itu
pangeran i-ni tertegun di gedung yang lain, mengamati
gedungnya yang hancur dan roboh di mana puluhan orang
bekerja menyingkirkan puing-puing itu. Kebakaran yang
terjadi di tempatnya cukup hebat karena jago merah melahap
habis tempat tinggalnya. T ak ada sisa sedikitpun yang cukup
berharga. Dan ketika mata pangeran ini tiba-tiba mencorong
dan menakutkan, hawa yang aneh keluar dari tubuhnya maka
tanpa sadar pangeran itu meremas sebuah batu yang hancur
dan remuk. Aneh! Orang akan terkejut dan terheran-heran melihat
kejadian ini. Coa-ong-ya, yang diketahui tak memiliki ilmu silat
dan lemah tiba-tiba saja meremas hancur sebuah batu hitam.
Kekuatan silumankah itu" Kejadian ajaib yang amat
kebetulan" Tapi ketika batu itu luruh dan bertaburan di tanah,
sang pangeran membuka telapaknya maka berkelebat sebuah
bayangan langsing yang berseru tertahan.
"Ayah...!" Coa-ongya terkejut. Untuk kedua kalinya dia tertegun dan
menoleh ke kiri. Bayangan itu memanggilnya dan tahu-tahu
berdirilah seorang gadis cantik di depannya, gadis yang
berpakaian seperti laki-laki. Dan ketika pangeran itu agak
tercengang karena gadis ini menyembunyikan rambutnya,
digulung atau diikal di balik tutup kepala tiba-tiba wajah
pangeran Itu berseri dan berserulah dia menyambut,
tangan langsung merentang.
"Yu Yin...!" Gadis itu tahu-tahu sudah dipeluk. Sang ayah kegirangan
dan menubruk atau menyambar puterinya ini. Yu Yin, gadis
itu, terisak dan menyambut, menangis dan sesenggukan dan
segera meremas-remas ayahnya dengan sedu-sedan mengguncang tubuh. Tapi ketika gadis itu teringat sesuatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan melepaskan diri, mendorong ayahnya maka gadis ini
memandang tangan ayahnya yang tadi meremas hancur
sebuah batu hitam. "Ayah, kau... kau memiliki sinkang mengejutkan" Kau
meremas hancur batu hitam itu?"
"Ah, siapa bilang" Aku meremas hancur batu yang
sebelumnya sudah retak i-tu, Yu Yin. Tapi bagaimana kau


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang dan baru sekarang kembali. Lihat, ayahmu mendapat
cobaan dan tempat tinggal kita dibakar orang. Ada orang jahat
hendak membunuh ayahmu!" dan ketika pangeran itu cepat-
cepat menegur puterinya mengalihkan perhatian, menuding
orang-orang yang bekerja di sana maka gadis itu tertegun dan
lupa kepada kesaktian ayahnya yang mampu meremas hancur
sebuah batu hitam. "Apa yang terjadi. Aku mendengar berita-berita di jalanan
akan datangnya para pengacau di tempat ayah. Siapa mereka
itu dan bagaimana gedung kita habis dibakar!"
"Hm, pemberontak-pemberontak hina datang mengacau
kita, Yu Yin. Mereka orang-orangnya Chu Wen!"
"Chu Wen" Bukankah sudah meninggal"
"Benar, tapi saudaranya masih hidup. Semalam Chu Kiang
mengacau di sini dan anak buahnya membakar gedung kita!"
"Tapi ada paman Kedok Hitam di sini!" sang puteri
menukas, terkejut dan terheran-heran. "Bukankah pembantumu itu paling lihai, ayah" Apakah dia tak a-da dan
para pengacau itu dapat berbuat sekehendak hatinya sendiri?"
"Mereka berjumlah banyak, seratus li-mapuluh orang..."
"Tapi istana juga memiliki pasukan, jumlahnya ribuan!"
"Hm, itu betul, Yu Yin. Tapi ada sesuatu yang tidak kita
duga.." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa itu, katakan. Biar kucari mereka dan kuhancurkan satu
per satu!" Coa-ongya kagum. Dia berseri dan gembira melihat
puterinya ini dan tiba-tiba tertawalah pangeran itu. Yu Yin
yang gagah dan tak kenal takut tiba-tiba diraih dan
dipeluknya. Tapi ketika anaknya itu memberontak dan
melepaskan diri, marah oleh cerita ayahnya yang belum
selesai maka gadis itu mengedikkan kepala bersinar-sinar,
merah padam. "Ayah, orang telah menghancurkan tempat tinggal kita. Aku
tak bisa tertawa dan jangan tertawa. Apa yang tidak kau duga
itu dan kenapa tempat ini bisa hancur!"
"Hm, keturunan Golok Maut mencariku, Yu Yin. Dan bocah
inilah yang tidak kita duga. Dia datang menolong atau
membantu para pemberontak itu. Bocah itu luar biasa dan
lihai hingga kami semua tak ada yang dapat melawan!"
"Keturunan Golok Maut" Datang kesini" Hm, ceritakan
kepadaku, ayah. Aku juga sudah mendengar itu tapi kurang
jelas. Coba kauceritakan dan siapa pemuda itu. Kurang ajar
benar dia berani mengacau!"
"Namanya Giam Liong...."
"Ya-ya, aku juga mendengar begitu. Katanya berjuluk Si
Naga Pembunuh! Hm keparat dan kurang ajar. Awas, kubunuh
dia nanti. Lalu bagaimana!" dan ketika Coa-ongya menarik
napas dalam-dalam dan puterinya memandang dengan mata
berapi-api, Yu Yin tentu saja tak tahu bahwa pemuda bernama
Giam Liong itu adalah Han Han yang dulu ditemuinya, pemuda
itu sekarang sudah berubah nama lalu mendengarkan ayahnya
bercerita akan kejadian semalam. Betapa mula-mula datang
kaum pemberontak yang dipimpin Chu Kiang, dihadapi dan
hampir dibasmi tapi tiba-tiba muncul keturunan Si Golok Maut
Sin Hauw itu. Dan ketika pemuda ini mengobrak-abrik tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dan) tak ada seorangpun yang mampu menan-i dingi maka
Yu Yin berseru memutus dengan muka keheran-heranan.
"Aneh, masa begitu saja tak dapat dilawan, ayah"
Bukankah di s ini ada paman Kedok Hitam" Kemana dia itu dan
apakah membiarkan saja musuh berbuat seenaknya?"
"Bocah itu terlalu lihai, pamanmu Kedok Hitam sendiri
merasa tak sanggup.."
"Apa" Paman Kedok Hitam kalah" Bocah itu memangnya
iblis?" "Hm, dia memiliki sesuatu yang saat ini tak ada
bandingannya, Yu Yin. Pemuda itu membawa Golok Maut,
senjata ayahnya dulu. Dan karena tak ada senjata yang dapat
dipakai melawan senjata itu maka pamanmu mundur dan aku
memanggil pasukan besar untuk mengepung pemuda itu."
"Nanti dulu, katanya ada seorang wanita lagi yang datang!"
"Benar, dia itu ibunya..."
"Dan mereka berhasil me loloskan diri" Ayah benar-benar
tak sanggup?" "Hm," Coa-ongya merah mukanya. "Pemuda itu lihai dan
luar biasa, Yu Yin. Kalau saja tak membawa Golok Maut
barangkali pamanmu dapat mengatasi. Tapi bocah Iblis itu
dibantu senjatanya. Tak ada satupn yang mampu melawan!"
"Aku tidak takut, aku akan mencoba!" gadis itu tiba-tiba
berseru, wajahnya terbakar seperti menyala. "Kita te lah dihina
dan dipermalukan seperti ini, ayah. Tunjukkan di mana
pemuda itu dan biar kucari dia!"
"Kau jangan gegabah," Coa-ongya menyambar dan
mencengkeram puterinya ini. "Tak ada satupun yang dapat
melawan kalau pemuda itu masih menyimpan goloknya, Yu
Yin. Aku sudah menghadap kaisar dan sri baginda telah
menitahkan sesuatu. Dengar, aku mendapat pikiran baik dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada dua jalan merobohkan pemuda itu. Kau mau membantu
ayahmu?" "Tentu saja!" gadis itu mengangguk, tak melihat kilatan
aneh di pandang mata ayahnya. "Urusanmu urusanku juga,
ayah. Perintahkan apa yang harus kulakukan!"
"Kau cari dan rayu pemuda itu. Pergunakan kecantikanmu
untuk mencuri Golok Mautnya!"
"Apa?" Yu Yin terlonjak, memberontak dan melepaskan diri.
"Merayu" Menipu dan mencuri goloknya?"
"Sabar," sang ayah melihat muka anak gadisnya yang
merah padam. "Ini hanya taktik belaka, Yu Yin, jangan salah
paham. Aku hendak minta tolong padamu dan hanya kaulah
yang dapat melakukan ini. Laki-laki biasanya tunduk kepada
wajah cantik, kau..."
"Tidak!" bentakan itu terdengar melengking dan penuh
marah, penuh sakit hati. "Kau menghina aku, ayah. Kau
merendahkan aku. Tak sudi aku merayu pemuda untuk
melakukan tipu muslihat itu. Ah, kau selalu menyakitkan aku.
Kita selamanya tak pernah ada kecocokan. Biar aku pergi!"
dan Yu Yin yang membalik dan meninggalkan ayahnya tiba-
tiba terbang dan tidak mau menghadapi ayahnya itu lagi,
menangis dan terhina dan sang ayah kaget sekali. Apa yang
dibicarakan belum selesai ketika mendadak puterinya itu
marah-marah. Mereka baru saja bertemu dan sekarang tiba-
tiba harus berpisah. Tapi ketika pangeran itu bergerak dan
melejit seperti ular, cepat luar biasa tahu-tahu menangkap
lengan puterinya maka Yu Yin terpekik dan sudah disambar
ayahnya Itu, tertegun dan terkesiap!
"Yu Yin, Jangan pergi dulu. Dengar kata-kata ayahmu yang
belum habis bicara!"
"Kau... kau.." gadis Itu pucat. "Kau juga memiliki ilmu
ginkang, ayah" Kau dapat mengejar aku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kebetulan saja. Aku memotong larimu, Yu Y in, jangan
pikirkan ini. Aku hendak bicara!" dan ketika anak gadisnya
tertegun dan menjublak maka orang tua ini membujuk dengan
suara rendah, "Kau jangan buru-buru marah dulu. Itu tadi
hanya taktik, siasat. Aku tidak menyuruhmu untuk terlalu jauh
dan cukup merobohkan pemuda itu saja. Kalau hatinya
tertekuk, menyerah, maka kau ambil goloknya dan bawa ke
mari. Selanjutnya kita tak perlu takut dan selesailah tugasmu."
"Ini... ini tak dapat kulakukan!" gadis itu tiba-tiba berseru
dan kembali me lepaskan diri, pandang matanya masih penuh
kaget dan heran oleh kecepatan ayahnya. "Kau... kau penuh
rahasia, ayah. Kau banyak menyembunyikan sesuatu!"
"Hm, omongan apa ini. Apa yang kusembunyikan!"
"Kau... kau rupanya bukan laki-laki lemah seperti
kebanyakan orang menyangka. Kau memiliki sinkang dan
ginkang yang mengejutkan!"
"Hm, semuanya itu sedikit benar, Y u Yin. Kau tahu bahwa
sedikit-sedikit aku memang bisa silat, tapi tak selihai seperti
yang kausangka. Aku masih kalah jauh denganmu, apalagi
dengan pamanmu si Kedok Hitam."
"Kalau begitu coba ayah kejar aku lagi. Aku mau pergi!"
dan ketika gadis itu membalik dan meninggalkan ayahnya
maka sang ayah tampak tertegun dan bingung, mau mengejar
tapi kata-kata anaknya tadi akan membuka rahasianya. Orang
tua ini serba salah. Dan karena dia harus membuktikan
omongannya dan tentu saja tak berani mengejar, anak
gadisnya lenyap dan menoleh sebelum menghilang maka Yu
Yin berseru bahwa pemuda yang membuat onar itu akan
dicarinya. "Aku akan membantu ayah, tapi bukan dengan cara seperti
yang ayah nyatakan. Ayah tunggu saja di situ dan aku a-kan
coba membekuk pemuda itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Coa-ongya tak dapat berbuat apa-apa. Dia hanya
mengerotkan gigi dan mengepal tinju, gemas. Tapi begitu
puterinya menghilang dan diapun masuk ke dalam maka
sebuah bayangan lain tiba-tiba keluar dari belakang gedung
dan itulah si Kedok Hitam!
-0odwo0- Yu Yin marah dan malu sekali ketika mendengar
permintaan ayahnya itu. Dia, gadis baik-baik, disuruh merayu.
dan menjatuhkan seorang pemuda. Cih, permintaan apa itu"
Memangnya dia gadis genit yang murahan dan seperti
pelacur". Sungguh terlalu ayahnya itu. Kalau saja yang bicara
begitu bukan ayahnya tentu dia sudah menampar dan memaki
habis-habisan. Dia disuruh mempermainkan dan merayu
seorang pemuda. Ah, kalau bukan ayahnya yang bicara seperti
itu tentu dia akan mencabut pedang dan menerjang. Terlalu,
dia disuruh merayu! Tapi menahan marah dan gemasnya
akhirnya gadis ini me lupakan itu dan terbang keluar istana
untuk mencari pemuda yang menghina ayahnya itu. Dia akan
mencari dan menuntut balas. Pemuda itu telah mengacau
istana dan membakar gedung ayahnya pula, hal yang tak akan
diampuni. Dan karena sedikit banyak dia telah mendengar ke
mana pemuda itu lari, bersama rombongannya, maka gadis ini
langsung ke hutan di mana pertama kali Giam Liong
membawa teman-temannya itu.
Di sini Yu Yin berhenti tapi tentu saja rombongan Chu-
goanswe itu tak ada. Jenderal itu telah pergi ke hutan di lain
tempat, hutan yang penuh guha-guha persembunyian dan
karena itu gadis ini lalu meneruskan pencariannya dengan
melacak jejak. Dia melihat tetesan-tetesan darah yang ada di
situ, darah di atas rumput di mana dari sinilah gadis itu
menelusuri jejak musuhnya. Dan ketika dia keluar di seberang
dan melihat hutan lain yang gelap dan rimbun, hutan yang
lebih lebat maka gadis ini tertegun karena jejak itu berhenti di
situ, di hutan yang gelap itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka ada di sana. Hm, kiranya di sini tikus-tikus busuk
itu bersembunyi!" Yu Yin tak bergerak sejenak, mata berpikir
tapi tiba-tiba iapun berkelebat dan memasuki hutan itu. Dan
karena ia harus berhati-hati dan tak mau gegabah maka dia
mencabut pedangnya dan pedang hitam yang dipunyainya itu
siap di tangan dengan gerakan penuh waspada.
Yu Yin bergerak dan menyelinap dan tiba-tiba ia merasa
seram berada di tengah hutan itu. Hutan ini dingin dan
menyeramkan. Tapi karena ia mencari musuh dan musuh itu
adalah musuh ayahnya, juga musuh negara karena telah
mengacau istana maka mengeretakkan gigi iapun bergerak
dan menyelinap dengan hati-hati, sampai akhirnya tiba-tiba
sebuah tepukan mengenai pundaknya. Dan ketika gadis itu
terpekik dan seketika membalik, pedang hitam menyambar
namun mem babat angin kosong maka gadis itu berseru
tertahan. "Siluman!" "Bukan, bukan s iluman.." sebuah suara tiba-tiba terdengar.
"Ini aku, Yu Yin. Ada apa kau di tempat ini dan membawa-
bawa pedang!" Yu Yin terkejut. Dia membalik dan menoleh lagi karena
sesosok bayangan tiba-tiba muncul di balik sebatang pohon
besar. Dia siap menggerakkan pedang hitamnya ketika tiba-
tiba gadis ini tertegun. Dan ketika laki-laki itu menampakkan
diri sepenuhnya dan Yu Yin melihat siapa ini tiba-tiba gadis
itu- terpekik dan menubruk ke depan, melepaskan pedangnya.
"Han Han..!" Giam Liong, pemuda ini, tersenyum. Dia memang menjaga
hutan itu melindungi teman-temannya. Tidak semua temannya
sembuh karena Chu-goanswe sendiri juga masih harus
beristirahat sehari dua lagi, setelah itu baru akan meneruskan
perjalanan, karena betapapun tempat itu masih cukup dekat
dengan kota raja. Maka begitu dia melihat bayangan gadis ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan terkejut serta heran, ada apa Yu Yin muncul dan masuk
seperti musuh maka dia menegur dan tadi menepuk pundak
gadis itu untuk akhirnya lenyap ketika si gadis menyerang.
"Ya, aku..." Ciam Liong, pemuda ini, tersenyum karena Y u
Yin memanggilnya dengan nama Han Han. Memang itulah
dulu namanya sebelum dia mengetahui rahasia dirinya, bahwa
dia ternyata adalah keturunan mendiang Si Golok Maut dan
bukannya putera Pek-jit-kiam Ju Beng Tan. Tapi ketika Y u Yin
menubruk dan memeluknya, gadis ini girang bukan main
bertemu sahabat lama maka Giam Liong jengah dan
mendorong perlahan pundak gadis itu, bertanya,
"Ada apa kau di sini, mencari apa."
"Ah," Yu Yin juga sadar, tersipu jengah. "Aku mencari
musuh besarku, Han Han. Bocah bernama Giam Liong!"
"Giam Liong?" "Ya, bocah keparat itu. Dia telah mengacau dan merusak
istana. Aku ingin mencarinya dan bagaimana kau ada di sini
pula. Sedang berbuat apa! Dan, eh kena pa rambutmu itu"
Kenapa merah marong seperti

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

api menyala" Kau mengecatnya?" Giam Liong tertegun. Diberondong dan ditanyai bertubi-tubi
begini membuat ia tak dapat segera menjawab. Giam Liong
mundur terhenyak. Yu Yin hendak mencarinya, bukan sebagai
Han Han melainkan sebagai Giam Liong.' Dan karena nada
bicara gadis itu jelas menyatakan permusuhan, Giam Liong
tertegun dan curiga maka pemuda ini mengerutkan kening
dan sadar ketika gadis itu menegurnya.
"Ada apa" Kenapa kau terkejut?"
"Tidak, tidak apa-apa," pemuda ini segera dapat menguasai
dirinya lagi. "Aku heran dengan sikapmu, Yu Yin. Kenapa kau
marah-marah dan hendak mencari pemuda itu. Apakah dia
juga memusuhimu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm," gadis inipun mengerutkan kening, curiga. "Kau aneh
dan lucu sekali, Han Han. Masa tidak tahu akan sepak terjang
pemuda itu di istana. Dia mengacau dan menimbulkan huru-
hara!" "Lalu apa maksudmu" Apa maumu?"
"Aku hendak membunuh pemuda itu, minima l menangkapnya!" "Hm, kau serius, Yu Yin" Kau tidak main-ma in?"
"Siapa main-main" Kau aneh dan meng herankan sekali.
Kau ini yang main-ma in!"
"Baik, kalau begitu apa hubunganmu dengan itu" Kenapa
kau membela istana?"
Yu Yin. tertegun. Dia heran oleh sikap temannya ini yang
rupanya tidak men dukung dirinya. Han Han seolah dingin-
dingin saja dan tak acuh, hal yang membuat dia curiga! Dan
ketika dua pasang mata mereka bertemu dan Y u Yin tak jadi
menyatakan bahwa dia puteri Coa-ongya, tentu saja erat
hubungannya maka gadis ini memancing.
"Aku merasa terlibat karena itu adalah pemberontakan.
Giam Liong dan teman-temannya itu pemberontak, dan
karena mereka pemberontak maka seluruh rakyat tentu saja
harus memusuhi mereka. Kau tentunya juga harus bersikap
seperti ini, membantu istana dan membunuh pemuda itu!"
"Hm!" Giam Liong tertawa dingin. "Urusan ini kupikir lain,
Yu Yin. Justeru aku setuju dengan sepak terjang pemuda itu.
Dia dan teman-temannya bukan pemberontak, melainkan
pejuang. Dan karena kau tak tahu siapa pemberontak siapa
pejuang baiklah kita tak usah bicara tentang ini. Barangkali
kita akan berbeda pendapat!"
"Kau membela pemberontak-pemberontak itu?"
"Bukan pemberontak, melainkan pejuang..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, mereka pengikut Chu Wen, Han Han. Mereka itu
pemberontak!" "Hm, sebaiknya tak usah bicara tentang ini. Kita bukan
musuh, dan kaupun ternyata bukan antek istana. Kau hanya
ikut-ikutan saja, Y u Yin, terbawa oleh rasa patriotmu. Bagus,
aku kagum. Tapi jangan keras-keras atau teman-temanku
nanti mendengar..." Namun baru saja Glam Liong menutup kata-katanya
mendadak berkelebat sebuah bayangan wanita. "Liong-Ji,
siapa ini?" dan ketika Yu Yin terkejut karena temannya
dipanggil "Liong-ji" (anak Liong) maka bersamaan itu pula
berkelebatan bayangan-bayangan lain dan berturut-turut
muncul orang-orang gagah berpakaian hitam -hitam.
"Siauw-hiap, siapa gadis ini?"
Giam Liong terkejut. Dia sudah khawatir bahwa jangan-
jangan suara keras yang dikeluarkan temannya itu terdengar
oleh ibu atau teman-temannya. Mereka memang tak jauh di
situ dan diapun terlambat mencegah gadis ini. Dan ketika Chu-
goanswe dan teman-temannya muncul, mereka terbelalak
melihat kedatangan Yu Yin maka Yu Yin sendiri tertegun
melihat orang-orang Itu. Curiga!
"Siapa mereka ini?"
Giam Liong menarik napas panjang. Agaknya, dia tak dapat
menyembunyikan diri lagi. Yu Yin, yang mengenalnya sebagai
Han Han akan segera mengenalnya sebagai Giam Liong, tokoh
"pemberontak" itu. Tapi karena masing-masing pihak bertanya
dan ibu serta Chu-goanswe juga harus dijawab maka cepat dia
memegang bahu gadis itu dan memperkenalkan.
"Dia ini adalah sahabatku, kebetulan saja datang. Namanya
Yu Yin. Harap kalian tidak salah paham dan curiga yang
bukan-bukan." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hik, kapan kau berkenalan dengan gadis, Liong-ji"
Kenapa tidak pernah memberitahu ibumu?"
"Maaf," pemuda itu tersipu merah. "Gadis ini kukenal
secara kebetulan, ibu. Dia adalah Jing-ci-touw yang amat lihai,
Yu Yin yang pemberani dan dulu suka mengganggu orang."
"Jing-ci-touw (Copet Seribu Jari)" Kerjanya mencopet?"
Giam Liong tersenyum masam. Dia terpaksa memberi tahu
bahwa pekerjaan mencopet bukanlah mata pencarian gadis
itu. Gadis ini hanya melampiaskan watak nakalnya saja
dengan menggoda atau meng ganggu orang, karena banyak
hasil copet-an diberikan kepada fakir miskin dan tak dipakai
untuk diri sendiri. Dan ketika Wi Hong terkekeh dan
mengangguk-angguk, mengerti, maka nyonya itu bersinar
memandang Yu Yin. "Kau mengagumkan, gagah dan cantik. Sudah lama
berkenalan dengan puteraku?"
Yu Yin tertegun. "Hujin adalah ibu Han Han?"
"Ya, aku ibunya. Tapi namanya yang benar bukan Han
Han. Dia Giam Liong, Sin Giam Liong...!"
"Apa?" Yu Yin terpekik, mencelat kaget. "Giam Liong"
Jadi... jadi..." "Benar," Giam Liong tersenyum, menyambar dan
menangkap lengan temannya itu lagi. "Akulah orang yang
kaucari-cari, Yu Yin. Kau salah paham dan agaknya sekarang
harus dijelaskan.... heiii!" dan Giam Liong yang terkejut dan
melonjak bagai disengat lebah tiba-tiba me lihat sinar hitam
menabas tangannya. Dia sedang menyambar lengan gadis itu
untuk ditangkap secara bersahabat, sama sekali tak menduga
bahwa Yu Yin mencabut pedang hitamnya dan langsung
menyerang. Dan karena dia tak menduga tapi secepat Itu pula
dia mengerahkan sinkang menerima bacokan maka ujung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bajunya mem-berebet tapi pedang terpental bertemu jari-jari
Giam Liong yang kebal. "Aihhh... tak-brett!"
Yu Yin berjungkir balik dengan muka pucat. Gadis itu gagal
dan terhuyung o-leh sinkang Giam Liong, matanya berapi-api,
muka tiba-tiba merah padam bagai dibakar. Dan ketika
Giam Liong tertegun sementara ibunya dan semua orang
terkejut, gadis itu memandang penuh nafsu membunuh maka
Yu Yin berteriak, "Giam Liong, aku musuh besarmu, Aku akan membunuhmu. Ah, tak kusangka kalau kau adalah keturunan
Si Golok Maut Sin Hauw. Mampuslah...!" dan pedang yang
menerjang lagi diikuti bayangan si gadis tiba-tiba bergulung
naik turun menyambar-nyambar Giam Liong. Giam Liong
terkejut dan tentu saja terheran-heran, mengelak dan
menangkis dan pedangpun terpental bertemu kuku jarinya.
Dan ketika gadis itu melengking-lengking dan menyerang
semakin hebat maka Giam Liong mengebutkan lengan bajunya
menggubat pedang hitam itu, yang saat itu mendesing
membacok kepalanya. "Kau aneh, kau seperti setan kelaparan. Hentikan
seranganmu dan kenapa kau marah-marah, Yu Yin. Kenapa
kau menganggap aku musuh besarmu yang harus kaubunuh!"
dan ketika pedang ditangkis dan tergubat, Giam Liong menarik
dan gadis itu tak tahan maka Yu Yin terpelanting dan marah
karena pedangnya terampas.
"Serahkan pedangku, atau kau boleh bunuh aku!"
"Hm!" Wi Hong tiba-tiba berkelebat, marah oleh sikap gadis
ini. "Kau kiranya liar dan tak tahu aturan, bocah. Roboh dan
tutup mulutmu!" namun ketika jari nyonya itu terpental
menotok, Wi Hong ingin merobohkan tetapi gagal maka Yu Yin
sudah bergulingan me loncat bangun dengan wajah kehitam-
hitaman. Marah besar! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooo0dw0ooo- Jilid 19 "KALIAN ibu dan anak boleh keroyok aku. Hayo, maju
semua!" "Hm," Giam Liong berkelebat dan menahan lengan ibunya.
"Kau tak usah ikut campur, ibu. Pergilah dan biarkan urusan
ini kuselesaikan sendiri."
"Tidak!" sang ibu memberontak, marah melepaskan diri.
"Bocah ini tak tahu aturan dan kurang ajar, Liong-ji, berani
menyebut-nyebut ayahmu begitu saja. Aku ingin menghajarnya dan kaulah yang mundur!"
Namun Giam Liong menyambar lengan ibunya lagi. Dia
cepat mengerahkan sin-kangnya mencengkeram erat, ibunya
sampai menjerit. Tapi ketika pemuda ini sadar dan
mengendorkan tenaganya maka dengan sungguh-sungguh
dan mata keras pemuda Ini berkata, "Ibu harap mundur, ini
perintah. Gadis ini urusanku atau aku akan pergi!" lalu ketika
ibunya melotot namun tak dapat menolak, tak mau pute-ranya
pergi meninggaikan tempat itu maka Giam Liong maju dan
berdiri dengan muka gelap, pedang dikembalikan dan Yu Yin
menerimanya dengan wajah masih juga terbakar.
"Yu Yin, sikapmu aneh. Kata-katamu juga tidak bersahabat.
Apa yang menyebabkan semuanya ini" Bagaimana kau bisa
menganggap aku sebagai musuh besarmu?"
"Keparat!" gadis itu melengking. "Kau putera Si Golok Maut,
Giam Liong. Dan ayahmu membunuh pamanku. Bagaimana
aku tak jadi musuhmu kalau pihakmu berhutang sebuah jiwa!"
"Hm," Giam Liong tersenyum kecut, tahu bahwa ayahnya
banyak membunuhi orang-orang di masa hidupnya, orang-
orang yang bershe Coa atau Ci. "Kau bicara tidak blak-blakan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yu Yin. Siapa pamanmu dan kenapa kau masih juga
memusuhi ayahku yang sudah meninggal."
"Kau ingin tahu?"
"Tentu saja..."
"Aku Coa Yu Yin, pamanku adalah Coa-ongya!"
"Ah, kau..." "Benar!" gadis itu membentak, tiba-tiba tertawa aneh. "Aku
puteri Coa-ongya. Giam Liong. Nah, mari bertanding dari
layani aku!" dan pedang yang bergerak disusul bayangan
gadis itu tiba-tiba membuat semua orang yang ada di situ
berseru kaget, terkejut dan Giam Liong sendiri bagai dipukul
palu godam. Yu Yin, gadis yang menjadi sahabatnya ini
ternyata puteri Coa-ongya, musuh besarnya! Dan ketika
pemuda itu tertegun dan pucat mukanya, bergetar, mendadak
pedang sudah menusuk dadanya dan Wi Hong berteriak keras
melihat puteranya tidak mengelak.
"Awas...!" Giam Liong sadar. Ibunya berkelebat dan melengking dan
seketika nyonya itu mencabut pedangnya. Sinar merah
bergerak dan bertemu sinar hitam. Dan ketika benturan
nyaring terdengar di situ dan Giam Liong ditendang ibunya,
mencelat, maka Giam Liong sadar dan ibunya sudah
bertanding hebat dengan puteri Coa-ongya itu. Marah besar!
"Keparat jahanam, kau kiranya bedebah terkutuk itu.
Mampuslah, aku yang akan membawa kepalamu kepada
ayahmu, bocah. Dan mari tak usah sungkan sungkan
kepadaku.... cring-crangg!" pedang bertemu pedang, nyaring
dan memekakkan telinga dan W i Hong sudah menerjang
hebat. Ibu ini me lihat puteranya yang bengong dan seperti
tersihir, maklum bahwa tentu ada apa-apa antara dua orang
muda itu karena iapun pernah muda. Dan benci serta marah
mendengar gadis ini puteri Coa-ongya, musuh besar yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amat dibenci mendiang suaminya maka membentak dan
menyerang bertubi-tubi ia sudah mainkan Ang-in Kiam-sut dan
pedang di tangan nyonya ini sudah bergulung naik turun bagai
awan merah. Yu Yin terkejut tapi iapun marah besar, sama-
sama marah dan barangkali tak kalah marahnya dengan
nyonya itu. Maklumlah, Giam Liong yang dikenalnya sebagai
Han Han itu ternyata keturunan Si Golok Maut, dan ia pernah
runtang-runtung bersama pemuda itu. Maka memekik dan
menyambut serangan si nyonya, marah dibalas marah maka
gadis inipun mainkan pedang hitamnya dan pedang bertemu
pedang ketika masing-masing saling sambar di udara.
"Cranggg!" Dua orang itu terpental. Wi Hong, yang marah dan
mengerahkan tenaganya ternyata bertemu dengan tenaga
yang tak kalah besarnya. Gadis itu menangkis dan pedang di
tangannya terpental, sama seperti pedang hitam di tangan
gadis itu pula. Dan ketika ia memekik dan menerjang lagi, Yu
Yin juga membentak dan menyambut pekikannya maka dua
wanita itu sudah beradu cepat dan berkelebatan bagai walet
menyambar-nyambar. Wi Hong terkejut karena lawannya yang
masih muda ini mampu mengimbangi kecepatannya. Pedang
merahnya yang bergulung naik turun bertemu dengan pedang
hitam yang bergulung naik turun pula. Keduanya sambar-


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyambar bagai elang atau rajawali haus darah. Sekali kena
tentu mencium darah! Dan ketika W i Hong mempercepat
gerakannya namun lawan juga membentak dan berkelebatan
melayani dirinya maka dua wanita ini tiba-tiba sudah menjadi
dua gulungan merah dan hitam yang saling belit dan terkam.
"Crang-cranggg!"
Orang-orang kagum. Gadis itu, puteri Coa-ongya itu,
ternyata mampu mengimbangi Sin-hujin dengan amat
baiknya. Giam Liong sendiri tak merasa heran karena ia
pernah melihat kepandaian bekas sahabatnya ini. Yu Yin
memang hebat dan dulu mampu menghadapi keroyokan para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bajak sungai meskipun akhirnya terdesak, karena lawan waktu
itu memang amatlah banyaknya. Tapi melihat gadis itu kini
bertempur dengan ibunya, gadis itu adalah puteri Coa-ongya
yang dibenci ayahnya tiba-tiba sebuah rasa perih yang amat
dalam menggores relung hatinya. Ada semacam perasaan luka
dan pedih di situ. Ada semacam perasaan ditusuk-tusuk! Dan
ketika Giam Liong masih nanar oleh jawaban tadi, bahwa
gadis ini adalah puteri Coa-ongya maka di sana jenderal Chu
dan kawan-kawannya saling berbisik merasa mendapat
kesempatan. "Gadis itu musuh kita. Kita harus membantu Sin-hujin dan
membunuhnya!" "Sst, ada Sin-siauwhiap disini, goan-swe, lagi pula Sin-hujin
sedang bertempur dengan gadis itu. Kita tak boleh gegabah!"
"Tapi gatal tanganku untuk membekuk dan menangkapnya.
Coa-ongya harus diberi pelajaran!"
"Benar, tapi gadis itu lihai, goanswe. Lihat betapa hebatnya
ia melayani Sin- hujin!"
"Hm, aku tahu," dan ketika bisik-bisik itu terhenti sejenak
oleh dentang senjata yang amat nyaring, suaranya
memekakkan telinga maka di sana Sin-hujin membentak
mengeluarkan pukulan-pukulan Ang-in-kangnya (Pukulan
Awan Merah). "Bocah, kali ini kau mampus!"
Yu Yin terbelalak. Dia sama-sama terpental ketika beradu
senjata tadi, kini melihat lawan menerjang lagi dan tangan kiri
dilepas menyambarkan uap merah. Ada angin dingin yang
berkesiur dari tangan itu dan Yu Yin tentu saja mengelak
ketika pukulan itu menyambar. Tapi ketika lawan mengejar
dan pedang membacok harus ditangkis, tangan kiri itu kembali
menyambar dan mau tak mau ia harus menyambut maka
gadis inipun me lengking dan menggerakkan tangan kirinya
puja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dess!" Uap merah hancur bertemu sinar kuning. Yu Yin
mengeluarkan pukulan barunya pula dan terpekiklah sang
nyonya melihat pukulan itu. Dan ketika Giam Liong juga
tertegun karena itulah Kim-kang-ciang (Pukulan Tangan Emas)
maka Wi Hong membentak dan berkelebat lagi melepas Ang-
in-kangnya. "Dess!" Yu Yin lagi-lagi mengeluarkan ilmu andalannya itu. Ang-in-
kang bertemu Kim-kang-ciang dan mereka sama-sama
mencelat. T api ketika W i Hong memekik dan menerjang lagi,
marah, tiba-tiba Giam Liong bergerak dan menyuruh ibunya
berhenti. "Berhenti!" Wi Hong gusar. Dia sedang marah-marahnya menyerang
lawannya itu. Pertandingan yang sudah berjalan sekian lama
membuat nyonya itu naik pitam karena tak dapat merobohkan
anak gadis ini, bocah yang tadinya dianggap tak begitu hebat
dan mungkin hanya pandai mencopet saja. Maka begitu
puteranya berkeiebat dan menyuruhnya berhenti, padahal
saat itu dia sedang menerjang dan menggerakkan pedangnya
maka Wi Hong memekik agar puteranya justeru yang mundur.
"Awas!" namun Giam Liong telah siap Dia tahu kemarahan
ibunya ini dan tahu pula bagaimana caranya menangkis. Maka
begitu pedang menyambar sementara Y u Yin juga berkelebat
menerjang, tak mau menunggu maka dua-duanya sudah
menggencet Giam Liong yang ada di tengah pertandingan.
Giam Liong tak takut karena memang ingin menghentikan
pertandingan itu. Dia hendak me lerai dan tentu saja tahu
caranya. Maka ketika dua pedang saling menggunting dan
Chu-goanswe serta kawan-kawan terkejut karena sepintas
pemuda itu mencari bahaya, mereka berseru keras tapi Giam
Liong sudah menggerakkan ke kanan kiri tiba-tiba dua batang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang itu telah ditangkap dan dicengkeram telapak
tangannya. "Cep-cep!" Dua wanita itu terkejut. Wi Hong tentu saja mengurangi
tenaganya namun Yu Yin yang marah dan gemas justeru
menambah tenaganya. Dia benci pemuda ini sete lah
mengetahui bahwa Giam Liong adalah Han Han, Han Han
adalah juga Giam Liong itu, yang telah membakar gedung
ayahnya. Tapi begitu pedangnya bertemu telapak Giam Liong
dan semacam tenaga lembut menghisap tenaganya sendiri
tiba-tiba gadis itu terpekik karena tubuhnya tertarik ke depan
dan tahu-tahu jatuh di tubuh pemuda ini.
"Aihhh...!" Giam Liong menyentak dan merampas pedang. Dia sendiri
dengan mudah melakukan itu. Maklumlah, Giam Liong
sekarang adalah Giam Liong yang amat lihai, yang dua kali
lebih lihai daripada sewaktu menjadi putera ketua Hek-yan-
pang. Dan begitu dua pedang wanita itu dirampas dan kedua-
duanya tertarik ke depan, Giam Liong mengetuk dan
menendang lutut mereka maka ibunya maupun Y u Yin sama-
sama roboh. "Keparat!" Wi Hong melengking dan memaki-maki. "Apa
maksudmu, Giam Liong. Kurang ajar benar kau merobohkan
ibumu!" "Maaf," Giam Liong meraih dan menyambar ibunya,
Sepasang Pedang Iblis 25 Pedang Ular Mas Karya Yin Yong Jodoh Rajawali 19
^