Pencarian

Naga Pembunuh 12

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 12


melemparkannya kepada Chu-goanswe dan kawan-kawan.
"Aku tak ingin kau bertanding lagi, ibu. Serahkan gadis ini dan
biar aku yang menyelesaikan!" lalu ketika ibunya diterima dan
dibawa Chu-goanswe, tentu saja memaki-maki maka Giam
Liong sudah menyambar dan membebaskan Yu Yin, yang juga
menyemprotnya merah padam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Giam Liong, kau penipu dan jahanam terkutuk. Kau
merusak dan membakar gedung ayahku. Bunuhlah aku dan
jangan kira aku takut!"
"Hm, aku tak merusak atau membakar gedung ayahmu.
Orang lainlah yang melakukannya, Y u Yin. Tapi tak usah kita
bicara tentang itu. Aku masih sakit oleh kejadian ini. Kau
berdirilah dan terima kembali pedangmu."
"Kau mau apa?" "Tak mau apa-apa..." tapi baru Giam Liong menyelesaikan
kata-katanya mendadak Chu-goanswe dan para pengikutnya
berlompatan maju. "Siauw-hiap, gadis ini harus kita bunuh!"
"Atau kita sandera dia untuk menjatuhkan ayahnya!"
"Hm, tidak," jawaban ini mengejutkan orang-orang itu.
"Aku tak ingin menangkap apalagi membunuh gadis ini,
goanswe Dia tak tahu apa-apa tentang permusuhan kita
dengan ayahnya. Aku hendak mem bebaskannya!"
"Apa, membebaskan" Siauw-hiap gila?"
Mata itu tiba-tiba mencorong. Giam Liong tiba-tiba
membalik dan menghadapi Chu-goanswe begitu jenderal ini
mengatakannya gila. Chu-goanswe tertegun dan mundur
dengan kaget ketika, tiba-tiba dari sepasang mata pemuda itu
meluncur hawa dingin yang amat menyeramkan. Wajah
pemuda itu tiba-tiba beku dan Chu-goanswe bergidik. Mata itu
seperti setan! Dan ketika jenderai ini terkejut dan sadar,
orang-orangnya tiba-tiba bergerak dan melindungi dirinya
maka Chu-goan-swe berseru perlahan melepas rasa
gentarnya. "Maaf, aku tidak bermaksud memakimu, siauw-hiap.
Namun kata-katamu sungguh membuat kami bingung. Kami
ingin bertanya bagaimana pendapat ibumu dengan masalah
gadis ini. Kalau ibumu menghendaki seperti itu biarlah kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tunduk!" dan cepat menguasai bergidiknya lagi menghadapi
Wi Hong, maklum bahwa tak mungkin nyonya itu seperti
puteranya buru-buru jenderal ini berseru, cerdik memanfaatkan keadaan, "Hujin, puteramu akan membebaskan gadis ini. Tolong tanya bagaimana pendapatmu
apakah kau setuju dengan perbuatannya!"
"Siapa setuju?" Wi Hong tentu saja melengking-lengking.
"Aku hendak membunuhnya, goanswe. Bawa aku kepadanya
dan biar kubeset siluman betina itu!"
"Nah," jenderal ini menghadapi pemuda itu lagi. "Kau
dengar kata-kata ibumu, siauw-hiap. Kami dan dia sependapat
Kau tak boleh melepaskan gadis ini, atau kau akan
berhadapan dengan ibumu!"
"Benar, dia akan berhadapan dengan aku ka!au berani
melepaskan gadis itu. Biar aku dibunuhnya agar dia menjadi
anak durhaka!" Giam Liong tertegun. Ibunya menangis dan memaki-maki
dirinya kalang-kabut, minta dibebaskan tapi dia ragu
membebaskan ibunya itu. Maklumlah, ibunya tentu menerjang
dan akan bertempur lagi dengan Yu Yin. Dan ketika ia marah
karena Chu-goanswe membawa-bawa ibunya, padahal urusan
itu hendak diselesaikannya sendiri mendadak Yu Yin juga
memakinya dan membentaknya agar cepat membunuh.
"Giam Liong, anjing-anjing di sini semuanya menggonggong ingin membunuhku. Nah, kau yang gagah dan
telah merobohkan aku silahkan berikan aku kepada mereka
itu. Cepat, mereka sudah kelaparan dan aiangkah gagahnya
teman-temanmu itu menangkap seorang gadis yang telah
tidak berdaya, lewat tangan orang lain!"
"Hm," Giam Liong bergerak maju, melihat Chu-goanswe
dan orang-orangnya merah padam. "Bagaimana, goanswe"
Apakah kalian benar-benar ingin membunuhnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku bahkan ingin mengerat lidahnya itu," jenderal ini
membentak. "Mulut anak ini tajam dan berbisa, siauw-hiap.
Aku sungguh ingin melumat tubuhnya!"
"Benar," yang lain-lain juga berseru. "Anak ini tajam dan
lihai sekali mulutnya, siauw-hiap. Dia suka memaki-maki dan
kami ingin mengerat lidahnya!"
"Dan kalian orang-orang jantan yang sungguh gagah sekali.
Menangkap dan membunuh seorang gadis tidak atas hasil
usaha sendiri. Cih, malu aku melihat mukamu, Chu-goanswe.
Para pengikut Chu Wen ternyata manusia-manusia pengecut
yang beraninya hanya berlindung di belakang orang lain!"
"Keparat!" jenderal itu membentak. "Aku tidak takut
kepadamu, gadis siluman. Lepaskan dia dan mari bertanding
seribu jurus!" "Benar," yang lain-lain juga berseru, ditujukan kepada Giam
Liong. "Kami tidak takut kepadamu, gadis siluman. Ayo maju
dan lihat bahwa pengikut Chu-goanswe bukan manusia-
manusia pengecut!" Giam Liong bersinar. Tiba-tiba Y u Yin terkekeh dan berseru
padanya agar membebaskan totokan dan menghadapi o-rang-
orang itu. Gadis ini menyambut gembira dan dibakarnya Chu-
goanswe dan orang-orangnya itu dengan kata-kata tajam,
bahwa mereka penakut-penakut yang beraninya hanya
berlindung di punggung Giam Liong. Bahwa untuk menangkap
seorang gadis saja mereka meminta bantuan orang lain. Dan
ketika nama junjungan mereka juga disebut-sebut, orang-
orang itu dicap sebagai manusia-manusia pengecut yang tak
pantas menjadi pengikut Chu Wen maka Chu-goanswe sendiri
sudah bergerak dan menggetarkan gendewanya dengan amat
marah. "Siauw-hiap, lepaskan gadis ini. Aku tak tahan mendengar
kata-katanya yang amat merendahkan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi biar aku yang maju dulu!" si Papan Besi, laki-laki
pendek kekar melompat mendahului junjungannya. "Kau tak
usah mengotori tanganmu, goanswe. Mundur dan biar
serahkan kepadaku. Lihat bahwa para pengikut Chu-ong
bukan lakilaki sebangsa keroco!"
Giam Liong tersenyum. Dia melirik bekas temannya dan
kagumlah dia me lihat kecerdikan Yu Yin. Dengan akal
bulusnya gadis ini coba menyelamatkan diri dengan jalan
membakar orang-orang itu. Yu Yin tahu bahwa dia sendiri tak
mungkin akan menawan apalagi membunuhnya, biarpun gadis
itu kini diketahui sebagai puteri Coa-ongya, karena musuh
besar yang dicari bukanlah Coa-ongya melainkan si Kedok
Hitam, orang yang telah membunuh ayahnya. Maka begitu
orang-orang itu berteriak dan mereka marah terbakar,
omongan Yu Yin sungguh pedas dan menusuk hati maka Giam
Liong bergerak dan telah membebaskan gadis itu.
"Baiklah, begini baru adil, goanswe. Aku juga tak senang
melihat kalian dikata pengecut. Tangkap dan robohkan gadis
ini, tapi betapapun jangan dibunuh. Dan kau...!" Giam Liong
memandang gadis itu. "Jangan menurunkan tangan kejam, Yu
Yin. Aku tak mengijinkan membunuh atau menumpahkan
darah sahabat-sahabatku ini. Kau boleh me loloskan diri kalau
bisa. Kalau tidak, yach... apa boleh buat. Kau harus menjadi
tawanan Chu-goanswe!"
"Aku tak takut!" Yu Yin bergerak dan berjungkir balik,
girang bahwa dirinya dibebaskan. "Orang-orang ini boleh
membunuh aku, Giam Liong, kalau bisa. Tapi kalau ada
pertumpahan darah aku tak berani jamin. Hayo, kalian maju
semua, jangan satu per satu!" dan melayang turun menerima
pedangnya gadis ini berseru pada orang-orang itu. Si pendek
kekar yang berdiri di depannya ternyata tak dipandang
sebelah mata, Yu Yin berteriak pada yang lain agar maju
berbareng, tentu saja si pendek kekar menjadi marah. Dan
ketika gadis itu melintangkan pedang dan menantang-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nantang, congkak, tiba-tiba laki-laki itu membentak dan
menerjang maju. "Bocah, kau tak perlu sombong. Coba sambut seranganku
ini dan mari kita mulai!" dan Yu Yin yang mulai diserang dan
menerima deru angin keras tiba-tiba sudah dikemplang atau
disambar hantaman papan segi empat, suaranya dahsyat dan
tiupan anginnyapun kencang sekali. Tapi ketika gadis itu
mengelak dan kaki melayang dari bawah tiba-tiba ia sudah
membalas namun dengan cepat lawannya menurunkan
senjatanya yang aneh dan kaki gadis itu diterimanya dengan
papan yang sekeras besi ini.
"Dukk!" Si pendek kekar terhuyung. Dia ternyata kalah tenaga dan
tentu saja kaget bukan main, terbelalak namun tiba-tiba sudah
menerjang lagi dengan perma inan papan besinya. Dan ketika
Yu Y in mengelak dan membabatkan pedangnya maka pedang
di tangan gadis itu berdentang nyaring bertemu senjata lawan
yang ternyata kuat sekali. Selanjutnya mereka sudah
bergebrak dan Wan Mo, laki-laki ini, terkejut karena lawan
yang dihadapi ternyata benar-benar lihai. Setingkat dengan
Sin-hujin dan dua tingkat di atas kepandaiannya sendiri gadis
itu mampu menerima atau menyambut papan besinya. Setiap
bertemu tentu dia terpental. Dan ketika laki-laki itu
membentak dan menerjang marah, lawan terkekeh-kekeh
maka pedang mulai naik turun membungkus si pendek kekar.
"Hi-hik, awas, pendek. Meskipun senjatamu kuat tapi kulit
tubuhmu tentu tak sekuat senjatamu. Awas kulit tubuhmu
pecah.... bret!" baju si pendek tiba-tiba tersambar, robek dan
pemiliknya melempar tubuh bergulingan karena sinar pedang
menyambar bagai elang, tak memberi kesempatan ia
menangkis dan tiba-tiba saja sudah mengejar padahal ia
masih bergulingan, belum sempat bangun. Dan ketika laki-laki
itu menggerakkan papan besinya dan senjata itu tang-ting-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tang-ting bertemu pedang maka Wan Mo keteter hebat dan
belum apa-apa sudah sebagai pihak yang di bawah angin!
"Chu-goanswe, pembantumu terlalu lemah. Suruh yang lain
membantu atau dia nanti mampus!"
"Keparat!" si kekar berteriak. "Kau tak usah sombong,
nona. Aku belum mampus dan masih dapat bertahan!"
"Tapi kau tinggal menunggu waktu. Lihat, pedangku tak
bermata dan awas lubang hidungmu.... cret!" pipi tiba-tiba
tergores, sebuah luka mulai diterima dan pucatlah si pendek
itu melihat kehebatan lawannya. T adi gadis ini dengan mudah
dikalahkan Giam Liong tapi dia lupa bahwa Giam Liong
bukanlah dirinya. Pemuda itu jauh di atasnya dan robohnya si
nona dianggap seperti robohnya ayam kampung saja. Wan Mo
tak mengira bahwa pertandingan yang seru antara gadis itu
dengan Sin-hujin ternyata juga tak seberapa banyak menguras
tenaga, terbukti gadis ini masih lihai dan karena itulah dia
menawarkan diri untuk maju. Dan begitu papan besinya tak
banyak berguna karena kalah oieh bayangan sinar hitam,
pedang di tangan si gadis maka laki-laki ini benar-benar kaget
karena begitu bergebrak begitu pula ia terpental. Gadis ini
ternyata bukan hanya memiliki kecepatan gerak melainkan
juga kekuatan sinkang, tenaga yang membuat lengannya
pegal dan ngilu dan kalau tak kuat ia memegang senjata tentu
papan besinya itu mencelat! Laki-laki ini segera pucat karena
begitu bergebrak begitu pula ia tahu kelihaian lawan. Pantas
mampu menandingi Sin-hujin yang tinggi kepandaiannya itu.
Dan ketika ia terdesak dan sebentar kemudian tang-ting-tang-
ting papan besinya terdorong mundur, laki-laki ini berkeringat
dan mengeluh gemetar, ia belum juga mampu melompat
bangun maka Chu-goanswe memandang Giam Liong dan
melihat pemuda itu mengangguk.
"Silahkan," Giam Liong memberi tanda. "Gadis itu sendiri
menantang, goan-swe. Majulah dan bawa orang-orangmu.
Tak usah sungkan!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi kami tak mau keroyokan!"
"Ah, ini permintaannya sendiri, goan-swe. Gadis itu
sombong dan patut diberi pelajaran. Majulah atau suruh
orang-orangmu maju. Atau nanti terlambat!"
"Benar," Yu Yin tiba-tiba melengking.
"Maju dan kerahkan semua orangmu, goan-swe. Atau nanti
pembantumu ini kubunuh dan kalian terlambat!"
"Keparat!" seorang tiba-tiba melompat dan menerjang,
mencabut golok tebarnya yang berkeredep menyitaukan mata.
"Kau pongah dan tinggi hati, gadis siluman. Kalau kau
menghendaki keroyokan tentu kami mengeroyok....trangg!"
namun golok yang terpental dan disusul pekik kaget laki-taki
itu segera membuat Chu-goanswe dan lain-lain terkejut, si
Papan Besi sudah melompat bangun namun pedang hitam
kembali bergerak dan menyerang. Laki-laki kedua terpelanting
dan kini me loncat bangun pula, terhuyung, kaget dan pucat
namun dia sudah menerjang kembali dengan nekat. Dan
ketika Yu Yin melayani namun sebentar kemudian pedang
hitam bergulung naik turun membungkus dua orang itu maka
ternyatalah bahwa gadis ini masih terlalu tangguh.
"Hayo, mana lagi yang lain. Maju dan tak usah sungkan-
sungkan saja!" Beberapa orang berlompatan. Chu-goanswe merah padam
sementara pembantu-pembantunya yang lain juga marah dan
gusar. Mereka terhina dan diejek terus-terusan, tentu saja tak


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mampu mengendalikan diri.
Dan karena Sin-kongcu membiarkan itu dan mereka sendiri sudah terang terangan
ditantang, gadis itu sungguh sombong maka begitu bergerak
tiba-tiba delapan orang sudah maju mengeroyok.
"Bagus," Yu Yin malah terkekeh-kekeh, "maju semua
kalian, tikus-tikus busuk. Dan juga Chu-goanswe itu. Hayo,
suruh dia maju!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm!" Chu-goanswe bergetar. "Jangan terlalu sombong,
bocah pongah. Aku pasti maju kalau anak buahku masih tak
sanggup meringkusmu!"
"Ah, kau tunggu mereka roboh" Bagus lihat ini dan aku
akan merobohkan mereka.... crat!" dan sepotong pundak yang
terbabat sobek tiba-tiba diiring pekik pemiliknya dan pedang
hitam bergerak melingkar sepanjang gulungan pelangi. Yu Yin
tertawa dan tiba-tiba berseru nyaring, berkelebatan bagai
walet menyambar-nyambar dan terkejutlah orang-orang itu
karena mereka kehilangan lawan. Yu Yin bergerak luar biasa
cepatnya hingga lenyap tak dapat diikuti mata lagi. Dan ketika
pedang hitam bergerak bagai kilat menyengat, tangan kirijuga
bergerak menampar tahu-tahu delapan orang itu roboh
tunggang-langgang dan kaki atau tangan mereka tergores
berdarah. "Augh..!" "Aduh!" Delapan orang berteriak susul-menyusul. Mereka terpelanting hampir bersamaan dan si Papan Besi Wan Mo
menjerit tertabas pangkal lengannya. Kalau dia tidak
melempar tubuh dengan cepat tentu lengannya buntung!
Bukan main pucat dan kagetnya laki-laki pendek ini. Dan
ketika mereka terhuyung meloncat bangun dan Y u Yin muncul
lagi maka gadis itu sudah berdiri tegak dan tertawa mengejek
mereka. "Nah, apa kataku. Semua sebaiknya maju dan Chu-
goanswe itu boleh sekalian dengan gendewanya!"
Jenderal Chu merah padam. Sekarang dia bagai dibakar
dan darahnya benar-benar mendidih. Gadis itu, puteri Coa-
ongya itu, telah menamparnya habis-habisan. Delapan
pembantunya diselesaikan mudah dan kini tersenyum-senyum
menantangnya. Bukan main memanaskan hati! Dan ketika
jenderal itu membentak dan gendewa bergerak tahu-tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebatang panah menjepret dan iangsung menyambar gadis
itu. "Singg!" Desing atau menyambarnya anak panah ini membuat Yu
Yin terkejut. Dia sengaja mengejek laki-laki itu agar
dirobohkannya sekalian. Matanya mulai berkilat dan bercahaya
memancarkan pembunuhan. Jenderal ini sumber malapetaka.
Dialah yang menjadi biang keladi hingga gedung ayahnya
terbakar dan Giam Liong ada di situ! Tapi mengelak dan
miringkan kepalanya tiba-tiba panah itu lewat dan menancap
di batang pohon di belakangnya.
"Hm, curang dan licik," gadis itu mengejek. "Pantas anak
buahmu juga curang dan licik, goanswe. Tak tahunya
pemimpin nya juga begini!"
"Kau membuat darahku mendidih'" jenderal itu tiba-tiba
membentak, berkelebat dengan gendewa kini menyambar,
derunya sungguh dahsyat. "Mari perlihatkan kepandatanmu
kepadaku, bocah. Dan kau boleh robohkan aku kalau bisa...
wher-wherr!" Y u Yin mengelak dan berumpatan, sang jenderal
sudah menyerangnya dengan marah dan bergeraklah
gendewa itu menyambar-nyambar. Jenderal ini sekali saja
melepaskan panahnya karena itu cukup. Dia telah gagal dan
kegagalannya mi membuatnya marah. Maka begitu menerjang
sementara Papan Besi dan tujuh temannya di sana merintih
terhuyung bangun, yang lain tertegun dan membelalakkan
mata maka Yu Yin sudah melayani jenderal ini dengan
gembira dan mata bersinar-sinar. Chu-goanswe bergerak dan
mamkan batang gendewanya dengan penuh kekuatan. Deru
dari angin pukulannya nu membuat baju lawannya berkibar
dan daun-daun rontok berjatuhan, apalagi kalau menghantam
atau menghajar pohon, langsung tumbang dan hiruk-pikuk
roboh. Dan ketika gadis itu berseri-seri karena lawan benar-
benar hebat, Chu-goanswe ini bertenaga besar sesuai bentuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya yang tinggi gagah maka gadis itu berloncatan dan
mengelak atau menangkis serangan gendewa. Dan ia tergetar!
Yu Yin terkejut tapi tentu saja tak menjadi takut, ia coba
menangkis lagi dan lawan yang kini mundur tergetar. Dan
ketika jenderal itu terbelalak karena lawan tak kalah
tenaganya, Yu Yin tertawa dan mengejeknya agar maju lagi
maka gendewa menderu dahsyat dan jenderal itupun
berkelebat dan menyerang lagi.
"Bagus, kau hebat, bocah she Coa. Dan ayahmu kiranya
menyiapkan dirimu sebagai ahli s ilat yang baik!"
"Hi-hik, tentu saja baik. Guruku juga orang pandai,
goanswe. Dan aku pikir kau dapat kurobohkan sebelum
duapuluh jurus!" "Apa" Kau begitu congkak" Kurang ajar, coba terima ini
dan apakah kau dapat mengalahkan aku sebelum duapuluh
jurus... Bummm!" dan sebatang pohon yang menjadi sasaran
kemarahan jenderal ini tiba-tiba roboh begitu Yu Yin me lesat
dan lenyap ke kiri. Gadis itu menghilang dan jadilah gendewa
itu menghantam pohon di belakangnya, berdebum dan orang-
orang terpekik mhndur tertimpa dahan atau rantingnya. Yu
Yin sendiri harus menjauh dan melesat lagi ke kanan. Dan
ketika pohon itu tumbang namun sang jenderal mengejar, Yu
Yin tak takut dan mulai membalas dengan tusukan atau
tikaman pedangnya maka gadis ini menjengek menghitung
jurus-jurusnya. "Bagus, lihat dan buktikan ini. Jurus ke satu, goanswe,
awas...!" dan pedang yang bergerak menahan pukulan-
pukulan gendewa tiba-tiba melejit dan menyambar sana-sini,
menggelincir dan melakukan serangan-serangan miring di
mana Chu-goanswe tiba-tiba merasa adanya angin dingin
yang tajam dari gerakan pedang itu, ditangkis tapi
gendewanya tergetar dan tertawalah gadis itu melakukan
jurus-jurus berikut. Dan ketika semuanya itu dibarengi dengan
lompatan-lompatan cepat di mana gadis ini bergerak bagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bayangan siluman maka tiba-tiba Yu Yin sudah lenyap
bersama dengan gulungan sinar ?"
Halaman 32-33 ga ada hi hi
?"". aku atau kau yang mampus!" dan gadis itu yang
membentak dan berkeiebat maju tiba-tiba menyerang dan
menghantam tawannya. Kedua tangannya mengeluarkan uap
hitam dan Giam Liong mengerutkan kening melihat itu. Dia
juga mencium bau amis namun tentu saja dia cepat
mengerahkan sinkangnya, menahan dan kepalapun tak pening
seperti apa yang dialam i Chu-goanswe itu. Dan begitu pukulan
menyambar dan Giam Liong menangkis, dia terkejut serta
heran bahwa gadis ini memiliki ilmu pukulan dari kaum sesat
maka gadis itu terbanting serta menjerit dan terlempar
bergulingan. "Dess!" Yu Yin berteriak tertahan. Giam Liong berkelebat dan kini
melihat pembantu-pembantu Chu-goanswe itu bergerak
mengejar dengan senjata di tangan. Mereka membentak dan
girang bahwa gadis itu kebetulan terlempar ke arah mereka,
mau membunuh. Tapi ketika Giam Liong berseru keras dan
mengibaskan lengannya ke kiri kanan maka orang-orang itu
terlempar dan Yu Yin sendiri sudah dicengkeram roboh.
"Yu Yin, kau sekarang tak perlu lagi menuruti marahmu di
sini. Pergilah, kau telah memenangkan pertandingan dan
jangan ganggu Chu-goanswe serta teman-temannya itu!"
Gadis ini mengeluh. Tiba-tiba ia menangis dan memaki-
maki Giam Liong. Dua kali ia ditundukkan dan dua kali pula ia
mendapat malu. Namun karena Giam Liong telah menyelamatkannya dan mau tak mau ia harus berterima kasih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka gadis itu berjungkir batik dan langsung keluar hutan
begitu Giam Liong mengusirnya.
"Giam Liong, kau pemuda keparat. Awas, aku tak mau
sudah kalau kita bertemu kembali!"
"Heii..!" orang-orangnya Chu-goanswe mengejar. "Jangan
lari, siluman betina. Aku masih ingin mencincangmu!"
Namun Giam Liong membentak menyuruh orang-orang itu
kembali. Mereka ada yang nekat namun Yu Yin melepaskan
Hek-tok-kangnya dan orang-orang itu menjerit. Dan ketika
mereka berdebuk dan pingsan dengan kulit kehitaman, Giam
Liong terkejut dan berkelebat mengusap orang-orang itu maka
racun Hek-tok-kang lenyap dan bangkitlah orang-orang itu
dengan muka pucat, sadar setelah diperingatkan Giam Liong.
"Jangan mengejar atau mengganggu gadis itu lagi. Atau
aku tak mau menolong kalian dan tanggung sendiri kalau ia
melepas Hek-tok-kangnya lagi!"
Orang-orang itu gentar. Setelah mendapat kenyataan dan
menelan pil pahit barulah mereka menuruti nasihat pemuda
ini. Giam Liong sungguh andalan mereka tapi beberapa di
antara mereka tentu saja kecewa kenapa pemuda itu
membiarkan gadis itu pergi, padahal dia adalah puteri Coa-
ongya. Dan ketika Chu-goanswe sendiri menyatakan
kekecewaannya itu dan Giam Liong membalik maka pemuda
ini berkata dengan sikap dingin.
"Aku dan dia pernah bersahabat, dan aku masih
memandang bekas persahabatan itu. Kalau kalian juga tidak
berniat untuk membunuh atau mencelakainya tentu aku setuju
menawan gadis itu, goan-swe. T api sekarang aku melepasnya
dan mudah bagiku kalau kelak ingin menangkapnya lagi"
"Atau mungkin kau jatuh cinta kepadanya!" sebuah suara
tiba-tiba melengking nyaring, mengejutkan Giam Liong dan
orang-orang di situ. "Lepaskan aku atau bunuh saja ibumu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liong-ji. Kau anak kurang ajar yang menyiksa ibu sendiri
sampai seperti ini!"
"Ah," Giam Liong terkejut, sadar. "Aku menotokmu karena
tak ingin kau mengacau ibu. Maafkan aku dan sekarang boleh
kau bebas!" pemuda itu bergerak totokan ibunya dibuka dan
seketika melompatlah ibu itu dengan marah. Dan ketika ia
berdiri dan berhadapan dengan puteranya maka tiga tamparan
dilepaskan nyonya Itu sebagai peiampias rasa jengkel.
"Kau membuat malu ibu, keparat.. plak-plak-plak!"
Giam Liong terhuyung, ia membiarkan saja tamparan
ibunya itu dan sang ibupun tiba-tiba tertegun. Giam Liong,
yang memandangnya dengan sedih itu mengingatkannya akan
wajah suaminya. Seperti itulah dulu mendiang suaminya itu
memandangnya, kalau sedih. Dan begitu nyonya ini tertegun
dan terbelalak melihat cap jari di pipi puteranya mendadak,
nyonya ini terisak dan menubruk puteranya, mencengkeram
dan mengguncang-guncang kepala puteranya itu.
"Ah, kenapa kau tak mengelak, Liong-ji" Kenapa
membiarkan dirimu kutampar?"
"Aku tak ingin mengelak, ibu. Aku tahu akan kesalahanku
dan kemarahan dirimu. Aku memang salah. Kau boleh tampar
lagi kalau suka." "Ah, tidak, tidak... kau anakku, Liong-ji. Kau darah daging
ayahmu. Aku tak ingin menamparmu lagi karena kaupun
sudah cukup lama menderita. Hanya kenapa kau melepaskan
gadis itu. Dia puteri Coa-ongya!"
"Hm, aku teringat persahabatanku dengannya, ibu. Dan
aku masih ingat bahwa Yu Yin sebetulnya juga membenci
ayahnya. Aku sekarang tahu kenapa dia meninggalkan
ayahnya!" "Kenapa?" "Karena ia tahu bahwa ayahnya memang jahat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi ia datang membela ayahnya pula. Gadis itu hendak
membunuh Chu-goanswe!"
"Hm, itu wajar, ibu. Betapapun seorang anak tak dapat
melupakan ikatan batinnya dengan ayah atau ibunya. Kau
tahu ini. Sudahlah, kita tak usah bicara itu lagi karena
membuat hatiku perih. Sekarang bagaimana dengan Chu-
goanswe dan aku minta maaf untuk kejadian ini!"
"Hm, tak apa," Chu-goanswe mengangguk dan menarik
napas dalam-dalam. "Aku berterima kasih bahwa kau telah
menyelamatkan aku, siauw-hiap. Kalau tidak ada kau sungguh
dua kali nyawaku bakal melayang. Hanya aku tak ingin kalau
kau melepaskan gadis itu lagi kelak, kalau ia datang
mengacau. Apakah siauw-hiap dapat menjanjikannya?"
"Aku tak berharap gadis itu datang lagi. Tapi kalau ia
datang dan mengacau lagi apa boleh buat aku akan
menawannya. Tapi goanswe tak boleh membunuhnya!"
"Apakah kau jatuh hati kepadanya?" sang ibu jengkel.
"Dibunuh atau tidak sama saja, Giam Liong. Coa-ongya atau
puterinya sama-sama musuh kita. Dan ayahmu amat
membenci Coa-ongya itu!"
"Hm, musuh utama kita adalah si Kedok Hitam, ibu. Coa-
ongya bagiku nomor dua..."
"Tapi dia yang memerintahkan penyerbuan ke Lembah ibiis.
Orang itu juga sama-sama busuk!"
Tapi bukan dia yang membunuh ayah," Giam Liong
menangkis. "Aku lebih menitikberatkan kepada pembunuh
ayahku, ibu Sebab meskipun Coa-ongya mengirim ribuan
pasukan kalau tak ada si Kedok Hitam itu tak mungkin ayah
terbunuh. Ayah amat hebat dan tinggi kepandaiannya;
"Benar," Chu-goanswe menimbrung. "Ayahmu memang
hebat dan mengagumkan, siauw-hiap. Ribuan orangpun bukan
apa-apa baginya, asal tak ada si Kedok Hitam itu. Orang ini


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang licik tapi kepandaiannya juga hebat. Dia musuh
utama yang memang harus didahulukan"
"Tapi Coa-ongya pengatur rencana yang licik dan cerdik," s i
Papan Besi tiba-tiba memperingatkan, membela Sin-hujin. "Dia
inipun tak boleh diabaikan, goan-swe. Aku lebih condong
bahwa dua-duanya ini harus sama-sama diutamakan?"
"Hm, benar," Chu-goanswe mengangguk. "Coa-ongya
maupun Kedok Hitam sama-sama berbahayanya, Wan Mo.
Dan kita memang harus sama-sama memperhatikannya.
Sudahlah, tempat kita sudah diketahui gadis itu dan sebaiknya
kita menyingkir. Kita kumpulkan teman-teman kita yang lain
dan kita gempur lagi kota raja!"
"Hm, nanti dulu," Sin-hujin tiba-tiba terkekeh. "Kau belum
bicara bagaimana nasib puteraku, goanswe. Bukankah kalian
amat mengandalkannya dan tak mungkin bekerja sendirian!"
"Maksud hujin?"
"Aku tak mau nasib puteraku disia-siakan. Aku ingin kita
bicara di muka bagaimana kelak kalau perjuangan kalian
berhasil!" "Ah, itukah?" Chu-goanswe tertegun. "Ah, tak perlu
khawatir, hujin. Aku tentu ?"?"
Halaman 42-43 :P ga ada ?"?". Giam Liong tertegun, teringat sepak terjang
ayahnya yang sendirian. Tapi ketika ia mengerutkan kening
dan mau membantah maka ibunya berkata lagi, tak mau
didahului, "Ibumu sudah sepakat dengan Chu-goan swe bahwa kita
bantu-membantu, Liong-ji. Tapi ketika ibu hendak bertanya
tentang hadiah apa yang hendak diberikan Chu-goanswe bila
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perjuangannya ini berhasil maka siluman betina puteri Coa-
ongya itu muncul. Nah, sekarang ibu bertanya dan sudah
dijawab. Kau calon Kok-su dan ini pantas untukmu. Negara
yang kuat harus memiliki seorang Kok-su yang hebat dan
tinggi kepandaiannya. Ibu sudah setuju. Bagaimana dengan
yang lain-lain?" "Setuju!" semua orang tiba-tiba serempak berseru. "Sin-
kongcu memang pantas menduduki jabatan itu, hujin. Kok-su
adalah kedudukan yang sesuai untuk puteramu. Negara akan
terlindung dengan adanya seorang gagah macam Sin-kongcu
ini!" "Nah," Wi Hong berseri-seri, tak menghiraukan kernyit
puteranya yang semakin dalam. "Ini bukan jual beli, Liong-ji,
melainkan balas jasa dari calon kaisar yang pantas untukmu.
Aku akan menjadi ibu Kok-su dan bahagia me lihat puteraku
menjadi orang!" "Hm!" Giam Liong tersenyum pahit, tak tertarik akan janji
kedudukan itu. "Aku tetap tak berpamrih menuntut jasa, ibu.
Kalau perjuangan berhasil maka itu adalah keberuntungan
Chu-goanswe. Aku sendiri hanya menghendaki kematian
Kedok Hitam." "Tapi dia bersembunyi di istana. Dan tanpa pasukan Chu-
goanswe tak mungkin kau menggempur istana sendirian!"
"Sudahlah," Chu-goanswe menyela dan kagum memandang
keturunan Si Golok Maut ini. "Sin-siauwhiap sungguh perwira
dan bersih sekali, hujin. Aku menjadi kagum dan semakin
menghormati saja. Perjuangan masih jauh, dan aku sendiri
belum tentu menjadi kaisar kalau cita-cita ini gagal. Daripada
kau bertengkar dengan puteramu masalah ini sebaiknya kita
lakukan hal-hal yang nyata saja. Aku ingin menyerahkan
pimpinanku kepadanya. Aku ingin mengangkatnya sebagai
siauw-goanswe (jenderal muda). Apakah hujin setuju?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, siauw-goanswe" Bagus sekali, aku setugu, goanswe.
Tapi masa seorang jenderal hanya memimpin orang-orang
yang berjumlah sedikit begini!"
"Aku masih menyimpan empat ribu pasukan rahasia.
Mereka itu bersembunyi tak jauh dari sini dan dapat kutemui
sewaktu-waktu. Karena ini yang nyata dan konkret biarlah
puteramu memimpin pasukanku itu dan menjadi Jenderal
Muda Sin!" "Hi-hik, bagus. Aku setuju!" Wi Hong bertepuk tangan,
girang bahwa puteranya tiba-tiba diangkat sebagai jenderal
muda, biarpun jenderal yang oleh kaisar sekarang dianggap
pemberontak! "Aku tak menolak, goanswe. Dan kapan
puteraku secara resmi memimpin pasukanmu itu!"
"Nanti dulu," Giam Liong tiba-tiba berseru dan kembali
mencegah. "Aku tak bisa memimpin pasukan, ibu. Aku tak
berbakat seperti itu. Aku bukan digariskan menjadi militer!"
"Ah, aku dapat membimbingmu, siauw-hiap. Dan ada Wan
Mo pula di sini. Dia juga akan banyak membantumu dalam
memimpin pasukan!" "Benar," Papan Besi, si lelaki pendek kekar itu buru-buru
maju. "Aku dan Chu-goanswe dapat menuntunmu, kongcu.
Dan ilmu-ilmu perang akan dapat kau peroleh banyak dari
kami berdua!" "Nah, apalagi?" sang ibu berseru. "Kau akan lebih hebat
dari ayahmu, Liong ji. Selain ilmu silat kau juga tahu ilmu
perang. Kau tak salah menjadi jenderal muda!"
"Tapi aku kikuk sekali, canggung...."
"Hm, kecanggungan itu akan lenyap begitu kau belajar
memimpin, siauw-hiap. Kau punya bakat untuk itu. Lihat saja
bah wa secara tidak sadarpun kau telah mengu asai kami!"
"Ah, ini lain. Aku semata mengandalkan ilmu silat..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sama saja!" Chu-goanswe tertawa. "Yang penting kau
telah menunjukkan kepada kami bahwa kau selalu di depan,
siauw-hiap. Dan ini cukup untuk ancang-ancang memimpin
pasukan!" "Dan kau tentu tak menolak ibumu yang ingin melihat
puteranya menjadi seorang yang ternama dan terkenal," Wi
Hong menunjang lagi, mata tajam menyorotkan permohonan.
"Atau kesempatan emas ini kau sia-siakan, Liong-ji. Dan kau
membuat ibumu kecewa seumur hidup!"
Giam Liong menarik napas dalam-dalam. Kalau ibunya
sudah bicara seperti itu dan dia setengah dipaksa, ibunya ini
begitu berambisi melihat dia menerima kedudukan maka Giam
Liong mengangguk dan apa boleh buat menerima semuanya
itu. Dia pribadi sebenarnya tak ingin diimingi kedudukan
karena bukan maksudnya untuk tinggal sebagai seorang
jenderal atau Kok-su, jabatan yang benar-benar tinggi dan
banyak diidamkan orang. Maka begitu tertawa getir dan tidak
membantah lagi akhirnya Giam Liong berkata kepada Chu-
goanswe, "Baiklah, aku ingin menyenangkan ibuku, goanswe. Aku tak
ingin membuatnya kecewa setelah belasan tahun ibuku hidup
menderita. Bawa aku ke pasukanmu dan mari kita pergi. Gadis
itu bisa saja kemba!i dan membuat ulah. Mari, kita
berangkat!" Chu-goanswe girang. Dia tertawa dan memberi tanda
kepada pembantu-pembantunya, membawa yang baru saja
sembuh dan untuk sejenak melupakan kekecewaannya
tentang Yu Yin. Puteri Coa-ongya itu telah pergi dan tawanan
yang sebenarnya cukup berharga terpaksa mereka lepaskan.
Biarlah, itu urusan anak muda ini. Dan ketika dia bergerak dan
meninggalkan hutan, Wan Mo dan lain-lain mengikuti maka
Giam Liong siap menjadi pimpinan sebuah pasukan besar yang
jumlahnya ribuan orang. Agak aneh dan janggal mula-mula
bahwa pemuda yang biasa hidup di Hek-yan-pang itu kini tiba-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba berubah nasibnya menjadi seorang jenderal muda, orang
kepercayaan dan yang amat diandalkan oleh keturunan dinasti
Chu itu untuk merebut kekuasaan. Dan ketika semua bergerak
dan terjadi saling lirik aneh di antara Chu-goanswe ini dengan
pembantunya, si Papan Besi maka Giam Liong bersama ibunya
meninggalkan hutan itu pula untuk menemui pasukan rahasia
ini di tempat yang rahasia pula. Siap melancarkan perang dan
serbuan ke kotaraja! 0oo^-dow-^oo0 Kita tinggalkan dulu Giam Liong dan orang-orangnya Chu-
goanswe itu. Mari kita ikuti dua bayangan yang malam itu
bergerak di wuwungan rumah-rumah di kota raja. Sebab
sehari setelah kota raja dibuat guncang maka bayangan ini,
seorang laki-laki dan wanita setengah baya berkeiebatan dan
meluncur menuju istana Siapakah mereka" Bukan lain adalah
Pek-jit-kiam Ju Beng Tan beserta isteri!
Hari itu, terlambat sehari dari peristiwa menggegerkan itu
Beng Tan tiba di luar kota raja mendengarkan berita heboh
ini. Dia mendengar bahwa istana diobrak-abrik. Gedung Coa-
ongya dibakar dan ratusan orang luka-luka oieh sepak terjang
seorang pemuda luar biasa, yang katanya adalah pembantu
pemberontak dari pengikut-pengikut Chu Wen. Dan ketika
jago pedang ini mengerutkan alis bertanya-tanya maka pemilik
kedai yang pagi itu mereka masuki menyatakan dengan muka
gentar bahwa pemuda itu katanya jelmaan iblis.
"Bayangkan, dua pembantu Coa-ongya dikalahkannya
dengan mudah. Dan katanya ratusan lagi dilempar pemuda ini
dengan kibasan ujung bajunya, luka-luka dan patah tulang.
Apakah pemuda macam itu tak mengerikan" Tapi ada yang
lebih mengerikan lagi, taihiap. Pemuda itu memiliki rambut
yang kemerah-merahan seperti dicat darah. Dia tidak mirip
manusia melainkan siluman, iblis haus darah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, itu tentu Giam Liong. Tapi bagaimana dia bisa
bersama pengikut-pengikut Chu Wen" Apa yang terjadi?"
Beng Tan berbisik kepada isterinya.
"Entahlah, kita tanya saja lopek ini, suamiku. Dan malam
nanti kita datang menyelidiki!"
"Hm, aku enggan ke istana. T api apa boleh buat, rupanya
urusan sudah berubah! "Maksudmu?" "Giam Liong sudah menjadi antek pemberontak, dan aku
tak suka ini!" Swi Cu, sang isteri, bersinar-sinar. Bicara menyebut Giam
Liong tiba-tiba saja kebenciannya terangkat. Anak yang dulu
disangka keturunan mereka itu ternyata keturunan Si Golok
Maut. Dan ibunya telah menculik atau menukarkan anak-anak
mereka itu. Ah, bukan main panas dan marahnya hati ini.
Kalau saja Giam Liong tak selihai sekarang dan suaminya
sampai kalah barangkali dia akan mencekik dan membunuh
pemuda itu. Sudah lama ia memang curiga bagaimana wajah
anak itu lama-lama mirip Sin Hauw dan bukannya mirip wajah
suaminya sendiri. Tak tahunya memang bukan anaknya, Dan
ketika ia mendengus dan bertanda kenapa tak sekarang juga
memasuki kota raja maka suaminya menjawab,
"Kita sudah dikenal orang-orang istana, padahal bukan
maksudku untuk berhadapan dengan mereka secara langsung.
Sebaiknya malam nanti saja kita ke sana, niocu. Dan kita
periksa apakah cerita ini betul."
"Kukira pasti betul, tak mungkin omong kosong!" sang isteri
meradang. "Kau ini selalu ingin membuktikan sendiri, suamiku.
Orang sudah bercerita banyak masih juga kau kurang
percaya!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, berita orang suka ditambah-tambahi. Aku bukannya
tidak percaya lugas, niocu, melainkan ingin melihat sendiri
untuk meyakinkan hatiku."
"Maksudmu?" "Aku heran bagaimana istana bisa kebobolan. Dan siapa
dua orang yang dimaksud sebagai pembantu-pembantu Coa-
ongya itu." "Mereka kakek-kakek India yang dulu pernah ke sana,"
pemilik kedai tiba-tiba berseru, Beng Tan berbicara memang
agak keras. "Katanya mereka itu bekas pembantu-pembantu
lama Coa-ongya, tai-hiap. Dan kabarnya istana sekarang
mencari dan mengumpulkan orang-orang pandai untuk
menjaga keselamatan ongya!"
"Kakek-kakek India?"
"Ya, ji-wi (anda berdua) tentu memenuhi undangan istana,
bukan" Ah, orang-orang seperti ji-wi tentu amat diharapkan
sekali tenaganya. Tadi belasan orang juga ke sana dan
melamar pekerjaan dengan upah besar. Konon katanya diberi
gaji seribu tail emas untuk orang yang betul-betul pilihan. Dan
ji-wi tampaknya seperti itu;"
"Hm, kami tidak mengisi lowongan," Swi Cu mendongkol.
"Kami perantau yang tidak menggubris urusan istana, lopek.
Kami datang untuk urusan lain!"
"Ah, ji-wi tidak mempergunakan kesempatan emas ini"
Seribu tail bukan main-main, hujin. Ditambah dengan gedung
indah dan makan enak!"
"Aku tidak butuh itu!" Swi Cu meremas hancur pinggiran
meja. "Aku ingin arak dan bawa lagi sepiring roti kering untuk
kami. Nih, kami sendiri sudah cukup punya uang!" wanita ini
melemparkan sekeping uang emas, menancap dan amblas
setengahnya lebih di meja makan dan orang-orang di situ
melotot. Pemilik kedai terkejut dan yang lain-lain Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membelalakkan mata melihat demonstrasi ini. Tapi karena Swi
Cu rupanya cukup galak sementara Beng Tan yang ada di situ
juga duduk penuh wibawa, diam dan menyambar isterinya
agar tidak marah-marah maka pendekar itu berbisik agar
isterinya tidak usah menarik perhatian.
"Tak perlu ribut-ribut, mereka itu bukanlah Giam Liong atau
orang-orang yang- tidak kausenangi. Duduklah, itu arak dan
roti kering pesananmu."
Swi Cu sadar. Memang dia naik darah begitu pemilik kedai
agak cerewet bicara macam-macam. Semuanya itu pasti
kembali pada masalah Giam Liong yang membuat geger di
istana, karena pemuda itu memang menjadi topik
pembicaraan selain Chu-goanswe dan para pengikutnya itu.
Tapi ketika arak dan roti kering diantarkan ke mejanya,
pemilik kedai takut-takut mendadak mencongklang tiga ekor
kuda besar yang langsung berhenti dan meringkik di depan


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

warung. "Ha-ha, ada arak dan wanita cantik" Ah, hausku datang,
Huai-twako. Berhenti sejenak dan kita mengaso di sini!"
seorang laki-laki tinggi besar mendadak turun dan meloncat
dari punggung kudanya, masuk dan tahu-tahu sudah
menyambar arak dan roti kering di atas nampan. Pemilik kedai
menyediakan itu untuk suami isteri ini dan tentu saja dia
terkejut melihat perbuatan si tinggi besar ini. Tapi ketika dia
mengejar dan berteriak, hendak merampas miiiknya kembali
tahu-tahu laki-laki itu memutar tubuhnya dan sebuah
tendangan membuat pemiiik kedai itu mencelat.
"Ha-ha, kau mengecewakan aku, orang tua. Kukira tamu
wanitamu itu masih muda tak tanunya sudah setengah baya.
Ah, kau menyebalkan dan biar aku melanjutkan perjalananku
lagi... dess!" pemiiik warung menjerit, roboh menabrak
mejanya dan hiruk-pikuklah isi meja Itu tertimpa tubuhnya.
Dan ketika laki-laki itu menenggak araknya dan dua temannya
yang lain tiba dan berhenti di muka kedai, tertawa bergelak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka botol arak dilempar dan hancur mengenai meja di dekat
Swi Cu. "Sial, cantik tapi sudah tua. Ha-ha, mari kita lanjutkan
perjalanan lagi dan mataku terkecoh oleh tubuh dan rambut si
nyonya itu!" Swi Cu terbakar. Mula-mula dia terkejut melihat tiga kuda
seperti membalap kesetanan, pemiliknya seperti buru-buru
tapi tak tahunya berhenti di situ, datang dan ingin
mengganggunya karena disangkanya wanita cantik yang
masih muda usia. Dan karena Swi Cu memang merawat
tubuhnya hingga nyonya ini masih tampak menggairahkan
meskipun sudah empatpuluhan tahun, hal yang membuat
orang memang mudah terkecoh maka si tinggi besar yang
melihat bahwa wanita ini sudahlah senja tiba-tiba kecewa dan
menyambar arak serta melempar hancur botolnya. Perbuatannya itu berlangsung cepat dan ketika masuk
ataupun keluar dari warung makan itu tindak-tanduknya
memang gesit dan lincah, hanya sekejap saja dia sudah
berkelebat dan menendang si pemilik kedai. Tapi begitu ia
tertawa bergelak dan melayang ke atas kudanya tiba-tiba ia
menabrak sebuah lengan yang menahan dadanya.
"Tikus busuk, jangan lari dulu!"
Laki-laki ini terkejut. Entah kapan tahu-tahu wanita cantik
itu telah berada di depannya, menghadang antara pintu keluar
dengan kuda tunggangannya. Dan karena ia tak menduga dan
sedang melayang ke atas maka begitu lengan itu berkelebat
dan tahu-tahu mendorong dadanya mendadak laki-laki ini
berteriak kaget dan menangkis. Tapi sebelum ia mampu
menolak atau menangkis lengan halus itu tahu-tahu dadanya
sudah tertampar dan terbantinglah laki-laki ini dengan sebuah
jeritan keras. "Plak-augh!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Swi Cu sudah berdiri di situ. Nyonya ini bergerak dari
tempat duduknya dan mempergunakan ilmu meringankan
tubuh hingga tahu-tahu melewati si tinggi besar itu,
menghadang dan membentak serta mengulurkan lengannya
menahan laki-laki itu agar tidak pergi dulu. Dan karena laki-
laki itu menangkis atau mau menolak tangannya maka dengan
gerakan Le-hi-tateng atau Ikan Le Melejit iapun sudah
menyelinapkan lengannya dan semula tangan yang hanya
ingin mendorong itu tahu-tahu berobah menjadi sebuah
tamparan keras yang membuat lawan terbanting, tentu saja
kesakitan! Dan ketika laki-laki itu berteriak dan bergulingan
meloncat bangun maka nyonya ini sudah tersenyum dingin
dengan tangan bertolak pinggang, tegak tak menyerang,
gagah namun membuat laki-laki itu pucat dan gentar, kaget.
"Kau siapa?" "Hm, bukan aku yang ditanya, melainkan kau. Siapa kau
dan kenapa demikian kurang ajar me lempar dan menyambar
makanan orang lain. Gerombolan rampok dari mana ini yang
berani coba-coba berkurang ajar di depan nyonya besarmu!"
Laki-laki itu marah. Dia terkejut dan kaget tapi begitu dua
temannya yang lain bergerak dan turun dari atas kudanya
mendadak ia mendapat keberaniannya lagi. Dorongan atau
tamparan yang tadi tak dilihatnya itu dianggapnya sebagai
kelengahannya sendiri saja. Dia tak menduga datangnya
wanita ini karena tadi sedang duduk di dalam, bersama
seorang laki-laki gagah yang mungkin suaminya. Maka
membentak dan mencabut ruyung, marah dan memutar-
mutar senjata itu tiba-tiba laki-laki ini menggertak dan memaki
nyonya itu. "Heh, kau sombong dan congkak, wanita siluman, juga
tidak tahu ma lu. Baik-baik aku pergi tiba-tiba kau mengejar
aku. Kau kira aku akan menarikmu sebagai isteri" Bah, kau
sudah tua, sudah empatpuluhan. Aku tak suka wanita tua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biarpun cantik. Pergi atau ruyungku akan menghancurkan
kepalamu!" "Hm!" kilat berbahaya memancar dari wanita Hek-yan-pang
ini. "Kau yang sombong dan tak tahu malu, tikus busuk. Sang
kamu aku datang untuk merayu dirimu" Cih, pongah dan tak
melihat keadaan diri sendiri. Aku mencegahmu pergi karena
ingin menghajarmu. Nah, terima ini dan awas pelajaran
pertama!" Swi Cu berkelebat, merah mukanya karena
disangka mengejar-ngejar lelaki, padahai maksudnya ingin
menghajar orang ini. Maka begitu bergerak dan lenyap
dengan ilmunya meringankan tubuh yang luar biasa tiba-tiba
lawan terkejut karena hanya tampak bayangan menyambar
dan tahu-tahu dua pipinya kena gaplokan enam kali pulang
balik. "Plak-plak-plak!"
Laki-laki itu terpelanting, la menjerit dan berteriak karena
sepasang pipi yang ditampar pulang balik itu tahu-tahu
matang biru, bibirnya bahkan pecah! Dan ketika si nyonya
tertawa mengejek dan ia melompat bangun, nyonya itu
kembali berdiri dan tegak menanti maka laki-laki ini memekik
dan menerjang dengan ruyung nya. Senjata itu menderu naik
turun namun Swi Cu mengelak lincah, kian cepat diserang kian
cepat pula ia mengelak. Dan ketika lawan terbelalak karena si
nyonya berkelebatan dan menyambar-nyambar maka Swi Cu
kembali menghadiahi dua tamparan yang membuat gigi laki-
laki itu patah. "Plak-plak!" Laki-laki ini mengaduh. Dia menyerang namun gagal,
kembali terbanting dan dua kali merasakan kepalanya seakan
pecah. Maklumlah, tamparan jari-jari yang halus itu seakan
batangan, besi baja! Dan ketika ia merintih dan meloncat
bangun, roboh dan tak kuat maka dua temannya terkejut dan
tiba-tiba orang nomor dua mencabut ruyung sementara orang
ketiga mencabut golok lebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wu Hauw, Wu Hwi, wanita ini bukan wanita sembarangan.
Awas dan kita keroyok dia!"
Swi Cu menjengek. Dia telah membuat lawan di sana itu
menerima pelajaran, giginya rontok dan bibirnyapun pecah-
pe- cah berdarah. Dan ketika dua orang itu tiba-tiba
menerjang dan menolong temannya maka nyonya yang sudah
mengukur sampai di mana kiranya kepandaian orang-orang ini
lalu bergerak dan berkelebatan menghindari serangan ruyung
atau golok. Dia sengaja bertangan kosong saja karena ingin
mempermainkan orang-orang ini, laki-laki kasar yang kiranya
sebangsa perampok saja. Dan begitu nyonya itu bergerak dan
lawan terkejut karena tubuhnya tiba-tiba lenyap membentuk
bayangan yang naik turun mengelilingi mereka maka golok
ataupun ruyung luput menyambar, hanya mengenai angin
kosong belaka dan tujuh kali serangan golok atau tujuh kali
serangan ruyung luput semua. Dan ketika dua laki-laki itu
terkejut karena lawan tak dapat disentuh, seperti asap atau
bayangan saja maka Swi Cu sudah mendaratkan tendangan
atau tamparannya golok dan ruyung mencelat.
"Pergi kalian dan belajarlah bersikap sopan kepada wanita!"
Dua orang itu terlempar. Mereka menjerit dan berteriak
karena tiba-tiba wajah dan leher mereka pecah berdarah,
terguling-guling dan dua orang ini tentu saja kaget dan pucat
bukan main. Dan ketika mereka meloncat bangun dan gentar
memandang nyonya itu, terbelalak, maka teman mereka yang
roboh dan jerih duluan sudah me larikan diri dengan kabur di
atas kudanya. "Heii..!" dua orang itu gagap. "Tunggu aku, Wun Hwi.
Jangan tinggalkan kami!"
"Benar," yang bergolok juga bergerak dan cepat-cepat naik
ke atas kudanya jatuh namun bangun lagi. "Kau membuat
ulah, Wun Hwi. Keparat dan jangan tinggalkan kami!"'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang itu menyusul. Mereka sudah sama-sama
meloncat di atas kudanya dan lupa kepada senjata yang
tergeletak di tanah. Swi Cu berdiri mengejek dan tidak
mengejar. Namun begitu tiga orang itu meninggalkan dirinya,
lari tergesa-gesa mendadak kaki nyonya ini bergerak dan
ruyung atau golok tiba-tiba terbang dari tanah menyambar
orang-orang itu. "Laki-laki kasar, senjata-senjata kalian tertinggal. Terimalah
dan jangan biarkan ini!"
-ooo0dw0ooo- Jilid 20 TIGA laki-laki itu menjerit. Ruyung dan golok mereka
menancap di pundak dan tentu saja mereka kesakitan,
berteriak dan nyaris terjungkal kalau tidak cepat-cepat
menelungkup. Dan ketika dengan menelungkup mereka
meneruskan lari mereka, kuda dijepit kuat-kuat maka tiga laki-
laki ini lenyap dan orang-orang terbelalak kagum memandang
Swi Cu, yang sudah duduk kembali di samping suaminya.
"Hujin luar biasa, ah, aku si tua benar-benar kagum. Istana
benar-benar membutuhkan tenaga seperti hujin ini. Pasti amat
dihargai!" "Hm, tutup mulutmu," Swi Cu membentak, pemilik kedai ini
lagi-lagi bicara tentang istana yang butuh tenaga. "Aku tak
suka kau bicara seperti itu, lopek. Aku tak menjual tenaga dan
tak perlu dibutuhkan istana!"
"Ah, maaf... maaf...!" pemilik kedai ketakutan. "Aku orang
bodoh hanya bicara apa adanya, hujin. T ak akan bicara kalau
hujin tak suka. Sudahlah, apalagi yang hujin butuhkan dan
apa yang dapat kubantu. Apakah hujin mau tambah arak!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami akan pergi," Beng Tan tiba-tiba bangkit dan berdiri,
melempar sekeping emas. "Terima kasih untuk pelayananmu,
lopek. Dan kami tak akan lagi mengganggu!"
"Ah, yang tadi sudah cukup!" pemilik kedai terkejut, buru-
buru menyambar dan mengembalikan lagi uang itu. Swi Cu
tadi telah menancapkan uangnya di meja. "Yang tadi sudah
cukup, taihiap. Dan tidak menerima uangpun aku si tua tak
apa-apa. Aku sudah merasa bangga bahwa orang-orang
sehebat ji-wi (kalian berdua) sudah mau memasuki
warungku!" "Hm, itu untuk tambahan modal,"
Beng Tan tersenyum dan berkelebat pergi, sudah
menyambar isterinya. "Kami masih cukup dalam perjalanan,
lopek. Biarkan itu dan terima lah!"
"Ooh..!" si tua terkejut, Beng Tan tahu-tahu lenyap. "Kalau
begitu terima kasih, taihiap. Dan semoga selamat di
perjalanan!" Beng Tan tak menjawab. Dia cepat-cepat membawa
isterinya ini pergi karena sang isteri masih meradang. Tingkah
tiga laki-laki kasar tadi masih membuat isterinya marah. Maka
ketika dia menarik dan membawa isterinya pergi, pemilik kedai
dan lain-lain berseru kagum maka pendekar ini melesat dan
sudah menghilang di luar warung makan. Beng Tan
menunjukkan ilmunya yang jauh lebih luar biasa dan tentu
saja orang-orang di dalam warung terkesiap. Laki-laki itu tahu-
tahu lenyap seperti siluman saja. Dan ketika suami isteri itu
menjadi perbincangan dan Beng Tan meluncur ke kota raja
maka Swi Cu mengomel dan cemberut sepanjang jalan dan
sang suami menghibur agar tidak usah lagi mengingat-ingat
peristiwa itu. "Laki-laki kasar macam mereka memang biasanya begitu.
Kau telah memberi pelajaran dan tak usah mengingat-ingat-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nya lagi. Mari, kita ke istana, niocu. Kita lihat dan selidiki apa
yang terjadi!" "Kau mau sekarang juga" tidak menunggu malam nanti?"
"Hm, kita Lihat-lihat sekarang, dari jauh saja. Malam nanti
kita masuk dan selidiki lebih cermat!"
"Kalau begitu sesukamu. Tapi kalau ada lagi laki-laki kasar
aku akan membunuh mereka!"
"Baiklah, baiklah... tapi tak akan ada lagi laki-laki kasar.
Aku akan menghadapi mereka!" dan ketika Beng Tan
tersenyum membawa isterinya, berkelebat dan melewati
tembok gerbang yang tinggi maka suami isteri ini sudah
memasuki kota raja dan beberapa penjaga terbelalak dan
mengucek-ucek mata mereka apakah tadi mereka melihat
burung terbang atau manusia yang terbang dan kemudian
lenyap. Gerakan suami isteri ini memang seperti iblis saja!
"Nah, kita sudah masuk. Mari langsung saja ke istana."
Swi Cu tak menjawab. Ia membiarkan saja suaminya
menarik dan membawa, berkelebat dan mereka sudah
melewati semua tempat-tempat penjagaan dengan mudah.
Dan ketika para penjaga juga terbelalak dan mengucek-ucek
mata mereka, suami isteri ini lenyap seperti burung
menyambar saja maka mereka bicara satu sama lain apakah
tadi sedang melihat hantu
"Astaga, mataku rusak. Tadi seakan ada dua orang
menyambar tapi tahu-tahu mereka lenyap seperti siluman.
Apakah tadi manusia atau siluman!"
"Benar, aku juga begitu, A-hiong. Tadi seakan ada dua
orang menyambar dan lewat di depan kita tapi tahu-tahu


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hilang Apakah siluman atau hantu nasar!"
"Ah, kita lihat saja. Dia masuk wilayah kaputren!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi para penjaga ini tentu saja tak menemukan apa-apa.
Beng Tan berkelebat dan sudah berada di tempat lain,
memotong jalan dan mengenal daerah itu karena dulu pernah
menjadi pelindung kaisar, di tempat ini. Dan ketika penjagaan
demi penjagaan dilewati mudah, Beng Tan bergerak dari satu
gedung ke gedung yang lain maka Swi Cu mengerutkan
kening melihat suaminya itu tiba-tiba menuju ke belakang dan
memasuki sebuah rumah kecil seperti sebuah paviliun.
"Sst, jangan berisik. Aku mencari Bo-ciangkun!"
"Siapa dia" Rumah siapa ini?"
"Ini tempat tinggalnya. Dia orang yang paling kupercaya
dan jujur di sini. Awas, aku membuka pintunya!" dan baru saja
Beng Tan menerobos masuk, bergerak dan menyelinap ke
dalam tiba-tiba tujuh panah kecil menyambar dan
menyerangnya dari dalam. "Siapa itu, manusia kurang ajar!"
Beng Tan tertawa. Suara parau dan berat yang
menyambutnya itu tiba-tiba langsung dikenal, mengebut dan
tujuh panah kecil langsung, dirontokkan. Dan ketika Beng Tan
berdiri dan menguak sebuah tirai, dari kulit tiram, maka
seorang laki-laki duduk memandanginya dengan kaget.
"Astaga, Ju-taihiap kiranya. Ah, Pek-jit-kiam Ju Beng Tan!"
dan keras melempar kursinya, bangkit meloncat bangun tiba-
tiba laki-laki ini menubruk dan mencengkeram Beng Tan,
mengguncang-guncang dan tertawa bergelak dan tiba-tiba
Beng Tan sudah dicium. Laki-laki itu begitu gembira
sementara Beng Tan sendiri juga tertawa dan mencium pipi
kakek ini yang penuh cambang. Dan ketika keduanya saling
remas dan cengkeram maka Beng Tan minta maaf bahwa
datang dengan cara begitu.
"Tak apa... tak apa. Ha-ha, aku tahu tindak-tandukmu dan
sungguh kebetulan mau menemui aku yang kesepian ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, apa yang kaulakukan di sini, Bo-ciangkun" Kenapa
duduk merenung dan sendirian" Tapi kau masih lihai,
telingamu tajam dan panah-panahmu tadi cukup kuat
bertenaga!" "Wah, bertenaga apanya" Buktinya rontok kau sentuh. Aku
sudah tua dan tak seperti dulu. Lemah!"
"Ah, tidak," Beng Tan tertawa. "Sambaran anak panahmu
masih kuat, ciang-kun. Kalau bukan aku barangkali roboh!"
"Hm, jangan panggil aku ciangkun (panglima)," kakek itu
mengerutkan kening. "Aku sudah pensiun, taihiap. Dan hanya
berkat kebaikan kaisar saja maka aku masih di sini, tinggal di
paviliun ini. Eh, siapa itu?" kakek ini tiba-tiba mengalihkan
perhatian, melihat bayangan Swi Cu. "Kau membawa seorang
wanita?" "Maaf," Swi Cu muncul dan menjura, tadi menjaga atau
mengamati sekeliling. "Aku Swi Cu, Bo-ciangkun. Kiranya kau
yang disebut-sebut suamiku."
"Astaga! Ini Ju-hujin (nyonya Ju)" Wah, aku tak memiliki
hidangan istimewa. Sungguh tamuku tamu-tamu agung. Ah,
maaf... maaf, Ju-hujin. Aku tak tahu kedatanganmu dan
suamimupun tidak menceritakannya!" dan si kakek yang buru-
buru membungkuk dan membalas hormat lalu menegur Beng
Tan kenapa tidak memberi tahu.
"Isteriku memang di luar, belum masuk. Tadi kusuruh
tunggu sebentar dan melihat-lihat keadaan. Kami tak mau
diketahui orang lain, pengawal-pengawalmu!"
"Ah, pengawal apa" Aku sudah pensiun, taihiap. Tak ada
pengawal. Kalaupun ada belum tentu aku mau dijaga. Aku
ingin bebas!" "Ciangkun sudah pensiun?"
"Sudah kubilang, jangan panggil ciangkun. Aku sudah tidak
bekerja lagi!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi kau masih tinggal di s ini, di lingkungan istana...."
"Benar, semata berkat kebaikan kaisar, taihiap. Kalau tidak
tentu aku tinggal di luar. Sudahlah, apa maksud
kedatanganmu dan bagaimana tiba-tiba muncul secara
mengejutkan!" Beng Tan menarik napas dalam-dalam. Ditanya begini tentu
saja dia teringat keperluannya, bahwa Giam Liong datang dan
mengacau di istana. Dan ketika dia memandang isterinya dan
melihat isterinya berkerut pula, dahi ditarik dalam maka
pendekar ini bicara menjelaskan maksudnya.
"Aku datang untuk urusan pribadi, mungkin penting
mungkin tidak. Bahwa kau tentu telah mendengar datangnya
pemberontak-pemberontak Chu Wen yang diikuti seorang
anak muda..." "Ah, itu" Tentu saja. Tapi mari duduk dulu. Aku lupa
mempersilahkan kalian. Mari... mari hujin dan taihiap duduk.
Aku akan mengambilkan minuman untuk ji-wi!"
"Tidak, tak usah..." Beng Tan buru-buru menggoyang
lengan. "Kami baru saja mengisi perut, ciangkun. Kami tak
perlu minum!" "Hm, ciangkun... lagi-lagi ciangkun!" Kakek itu mengomel,
tapi tertawa. "Aku, sudah bukan panglima lagi, taihiap. Aku
seorang purnawirawan!"
"Tapi kau tetap tegar dan gagah. Kau masih seperti
seorang panglima!" "Ha-ha, panglima ompong. Baiklah, aku akan berangan-
angan seperti masih seorang ciangkun dan teihiap boleh
panggil. Hm apa yanS kita bicarakan tadi" Taihiap tanya apa?"
"Tentang datangnya pemberontak..."
"Oh-ya, ya. Tapi aku tak tahu banyak Yang tahu banyak
tentu saja Coa-ongya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, aku tak suka kepadanya, ciangkun, seperti kaupun
juga." "Sial, kenapa aku kau bawa-bawa" Aku memang tak suka
kepadanya, taihiap. Tapi aku orang kecil dan tak bisa apa-apa.
Aku mengetahui tentang kekacauan itu namun tak seberapa
banyak yang kuketahui. Saat itu aku memadamkan gedung
Coa-ongya yang terbakar!"
"Hm, dan siapa saja pengikut-pengikut Chu Wen itu?"
"Katanya banyak orang lihai, seperti si Pacul Sakti dan
Tombak Maut.." "Dan siapa pemimpinnya."
"Chu Kiang," kakek itu mengerutkan kening, mata bersinar
marah. "Orang she Chu ini mengumpulkan banyak orang
pandai, taihiap. Tapi satu di antaranya adalah pemuda luar
biasa itu, di samping seorang wanita cantik. Aku mendengar
bahwa dia adalah keturunan mendiang s i Golok Maut!"
"Dia adalah Giam Liong, bocah yang dulu pernah kami
asuh. Tapi sekarang membuat kerusuhan dan onar!" Swi Cu
tiba-tiba berseru, mendahului suaminya. Dan ketika Bo-
ciangkun terkejut ia menambahi, berapi-api, "Kalau bocah itu
datang lagi sebaiknya kita bunuh, ciangkun. Wanita cantik itu
adalah ibunya yang jahat dan penghasut!"
"Kalau begitu suci (kakak seperguruan perempuan) hujin
sendiri..." "Aku tak mengakuinya lagi. Ia jahat dan curang!"
"Hm," Beng Tan menepuk dan meredakan isterinya, karena
sang isteri tiba-tiba meradang dan mau menangis, teringat
anaknya yang ditukar, hilang. "Kami ingin mengetahui di mana
kira-kira Chu Kiang dan pengikutnya itu, ciangkun. Biarkan
isteriku yang sedang emosionil ini. Kemana mereka itu
sekarang. Dan bagaimana dengan Coa-ongya atau si Kedok
Hitam." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kedok Hitam tak mampu menghadapi pemuda luar biasa
itu, ia menghilang! Dan Coa-ongya, hmm... aku tak tahu ia di
mana, taihiap. Yang jelas iapun lari dan bersembunyi seperti
tikus!" "Dan ke mana pemberontak-pemberontak itu lari."
"Aku tak ikut mengejar, tapi mereka keluar hutan sebelah
barat." "Dan tak ada pasukan yang mengejar?"'
"Wah, mengejar bagaimana, taihiap" Dikibas dan dipukul
dari jauh saja mereka itu mawut.. Siapa berani bunuh diri
mengejar pemuda itu. Pimpinan mereka sendiri saja tak ada
yang berani mengejar!"
"Hm, kalau begitu bagaimana keadaan istana sekarang.
Bagaimana dengan sri baginda dan kerabat-kerabat
dekatnya." "Hampir tak ada perobahan. Tapi sejak tewasnya Golok
Maut itu maka tak ada pengacau atau pembuat onar yang
berani datang, kecuali semalam ini. Bocah keturunan Si Golok
Maut itu!" "Dan bagaimana dengan Kedok Hitam" Ia masih di s ini?"
"Masih, ta ihiap. Tapi gerak-geriknya misterius sekali. Hanya
beberapa waktu yang lalu datang dua kakek India itu menjadi
pembantunya. Tapi mereka inipun tak dapat berbuat apa-apa
kepada pemuda luar biasa itu. Semua orang tak berdaya!"
"Dan sekarang pemuda itu lolos....
"Ya-ya, ia menyelamatkan pengikut-pengikut Chu Wen itu.
Ia pergi!" "Dan tak ada pembalasan dari pihak istana" Kaisar tak
marah-marah?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah, sri baginda marah besar, taihiap. Dan Coa-ongya
kabarnya didamprat habis-habisan. Ini persoalan lama yang
bangkit kembali, lebih berbahaya daripada dulu!"
"Maksudmu?" "Ah, Chu Kiang menarik pemuda ini sebagai tenaga
andalan, taihiap. Dan itu lampu merah bagi istana.
Pemberontak bisa mempergunakan tenaga pemuda ini untuk
membuat perang. Dan rakyat di ambang kekacauan!"
"Benar, dan kau tak ingin menghalangi ini" Tak ingin
membela negara?" "Wah, aku tentu saja siap membantu, taihiap, dengan jiwa
ragaku. Aku siap mengorbankan nyawa dan darah!"
"Bagus, aku juga begitu. Tapi persoalan sekarang
bertumpang-tindih. Anak muda itu sebenarnya berurusan
dengan Coa-ongya bukannya pemberontakan. Apakah
ciangkun dapat melihat ini?"
"Hm, aku melihat. Tapi aku tak mengerti apa yang
selanjutnya taihiap maksudkan. Apakah taihiap hendak
memaksudkan agar persoalan ini dipilah, persoalan pribadi
sebagai persoalan pribadi dan persoalan negara sebagai
persoalan negara." "Benar, anak itu telah terjebak Chu Kiang, ciangkun. Dan.
aku tahu bahwa selama ini dia bukan pengikut pemberontak
atau pencetus kekacauan. Aku hendak membawanya kembali
ke persoalan semula dan harap ciangkun bantu aku untuk
menghadapi pengikut-pengikut Chu Wen itu!"
"Apa yang hendak kaulakukan?" sang isteri tiba-tiba
bertanya, alis kembali berkerut dalam. "Giam Liong telah
membantu pemberontak, suamiku. Dan anak itu sudah dicap
sebagai pemberontak. Biarkan saja ia dengan Chu Kiang!"
"Tidak," Beng Tan menggelengkan kepalanya. "Aku tak
ingin anak itu berbuat dosa atas muslihat orang lain, isteriku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku hendak menemui Giam Liong agar tidak melibatkan
dirinya dengan generasi Chu Wen itu!" '
"Tapi istana telah mencapnya sebagai pemberontak. Bocah
itu t&k mungkin selamat!"
"Hm, inilah yang hendak kubedakan, niocu. K ita sama tahu
bahwa Giam Liong bertemu secara kebetulan dengan Chu
Kiang. Dan kitapun tahu bahwa anak itu tidak bermaksud
menjadi pemberontak, la datang ke sini karena urusannya
dengan si Kedok Hitam, bukan yang lain!"
"Benar," Bo-ciangkun tiba-tiba berseru, membelalakkan
mata. "Bocah itu memang datang untuk urusannya dengan si
Kedok Hitam, taihiap. la hendak menuntut balas atas kematian
ayahnya di tangan si Kedok Hitam!"
"Tapi Kedok Hitam akan berlindung di balik nama kaisar,"
Swi Cu tiba-tiba tak kalah sengit, juga berseru. "Dan persoalan
ini tak mungkin dipilah, ciangkun. Kedok Hitam akan meminta
perlindungan kaisar dan semua orang bisa dikerahkan untuk
menghadapi pemuda itu!"
"Hm," Beng Tan mengerutkan kening, kali ini mukanya
keruh. "Kedok Hitam memang bisa berdalih seperti itu, niocu.
Tapi kita berdua tahu bahwa ia melakukan itu karena ambisi
dan kebenciannya pribadi. Ia berkali-kali telah menipu dan
memperdayai Golok Maut Sin Hauw. la laki-laki curang!"
"Siapa Kedok Hitam ini," Bo-ciangkun tiba-tiba menyela. "Ji-
wi rupanya tahu dan mengenal baik. Apakah taihiap dapat
memberitahunya?" "Tidak," Beng Tan tertegun. "Sementara ini aku tak dapat
memberitahumu, ciangkun. Tapi kelak mungkin kau akan tahu
juga. Sekarang aku ingin minta bantuanmu bagaimana supaya
Chu Kiang tak sampai mengikat pemuda ini. Pemberontak itu
dapat menipunya!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Taihiap cari dan tangkap saja orang she Chu itu, tentu
beres!" "Dan di sana ada pemuda itu," Swi Cu tiba-tiba menjengek,
mengejek. "Kau tak dapat memisah persoalan ini, suamiku.
Biarkan saja seperti itu dan kita cari atau mintakan bantuan
istana untuk membunuh orang-orang itu!"
"Ya, istana sedang mengumpulkan banyak orang-orang
pandai. Kalau taihiap menghadap sri baginda atau Coa-ongya
tentu taihiap akan disambut gembira. Apakah aku siap
mengantar?" "Nanti dulu," Beng Tan menggoyang lengan. "Tadi isteriku
tak suka bergabung dengan istana, ciangkun. Bagaimana
sekarang tiba-tiba ia ingin menghendaki itu!"
"Aku tidak menghendaki itu. Maksudku adalah kalau kau
meminta bantuan istana boleh-boleh saja tapi kita jangan di
bawah perintahnya. Kita tetap sendiri-sendiri. Aku tak sudi
diperintah, biarpun oleh sri baginda sendiri!"
"Hm, begitukah" Tapi bertemu sri baginda tak mungkin kita
diperintahnya. Baginda tentu akan menyerahkan ini kepadaku
dan kita memimpin orang-orang lain!"
"Tapi setan si Kedok Hitam


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu akan kembali melangkahimu," Swi Cu mengejek, mengingatkan peristiwa
yang lalu. "Jangan lupa kepada yang lama, suamiku. Sri
baginda nyatanya tak berbuat apa-apa ketika kewibawaanmu
dilanggar!" "Hm, benar," jago pedang ini mengerutkan kening. "Kalau
begitu bagaimana baiknya" Aku hanya ingin melepaskan Giam
Liong dari pemberontak Chu Kiang Itu. Dia tak boleh menjadi
pemberontak karena bujukan orang lain!"
"Apa perdulimu" Bukankah bapaknya juga dicap pemberontak?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, jelek-jelek dia pernah menjadi anak kita, niocu. Dan
jelek-jelek ia adalah kemenakanmu. Ia putera dari sucimu."
"Aku tak perduli semuanya itu. Enci Wi Hong telah melukai
dan menghancurkan perasaanku!"
"Ada sebab ada akibat, niocu. Ada perbuatan pasti ada
alasan-alasannya. Aku pribadi tak dapat mendendamnya
sejauh yang kaurasakan. Betapapun ia telah mewarisi ilmu-
ilmu dan secara tidak langsung ia adalah anak didikku!"
"Tapi itu yang justeru membuat aku berang. Ibunya
dengan licik menculik dan menukar anak Mta, suamiku. Dan
sekarang setelah ia pandai maka ia menjadi musuhmu. Aku
benci ini, aku tak dapat melupakannya!"
"Apa yang teiah terjadi?" Bo-ciangkun tiba-tiba bertanya,
kembali menyela. "Rupanya ada peristiwa besar di keluarga
taihiap!" "Kami ditipu," Beng Tan tiba-tiba muram, malu dan juga
sedih. "Ibu anak itu menukar dan menculik anak kami,
ciangkun. Dan setelah ia besar maka ibunya datang dan
memberi tahu. Isteriku terpukul."
"Ah, begitukah?"
"Ya," dan ketika Beng Tan menceritakan peristiwa itu, Bo-
ciangkun terbelalak maka kakek bertubuh kekar ini
menggeleng kepalanya berulang-ulang.
"Pantas... pantas. Pantas ia demikian lihai dan gagah.
Kiranya telah mewarisi semua ilmu-ilmu taihiap!"
"Dan ia memiliki pula ilmu dari mendiang ayahnya. Anak itu
lebih hebat dari aku!"
"Taihiap kalah?"
"Begitulah," Beng Tan tak perlu menutupi rahasia. "Aku
telah dikalahkannya, ciangkun. Dan aku sekarang ingin tahu
apa yang hendak dilakukannya. Aku tahu ia akan ke kota raja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena pasti mencari Kedok Hitam. Tapi sebelum aku di sini
ternyata aku mendengar bahwa anak tu telah membuat
gempar, bersatu dengan pemberontak!"
"Ya-ya, dan Kedok Hitam juga tak mampu menandinginya,
lari dan menyelamatkan diri. Kalau begitu bagaimana menurut
taihiap" Aku tak dapat memberi saran karena taihiap tentunya
lebih pandai daripada aku!"
"Hm, jangan begitu. Soal ilmu silat barangkali aku lebih
pandai daripada dirimu, ciangkun. Tapi dalam tata
keperajuritan jelas kau lebih hebat. Aku ingin bicara
bagaimana kalau kau menghadapi Chu Kiang itu dan aku
menarik Giam Liong dari sahabat barunya itu!"
"Apa-apaan ini!" sang isteri tiba-tiba kembali memprotes.
"Untuk apa kaulakukan itu, suamiku. Biarkan saja ia sebagai
pemberontak dan biar kaisar mencapnya sebagai antek Chu
Wen!" "Giam Liong masih kurang pengalaman," sang suami
berkata sabar, pendekar ini memang lembut dan mulia hati.
"Aku tak dapat membiarkan bekas putera kita itu sebagai
pemberontak dan penyebab penderitaan rakyat kecil, niocu.
Aku akan menyadarkannya dan coba menjauhkannya dari Chu
Kiang. Kalau tidak berhasil maka aku akan membiarkannya
dan selanjutnya terserah dirinya. Tapi aku akan berusaha,
karena jelek-jelek dia pernah menjadi anakku juga, anak yang
dekat denganku!" "Tapi aku tak dapat membawa pasukan," Bo-ciangkun tiba-
tiba berseru, mendahului sang nyonya yang kembali hendak
membuka mulutnya. "Aku panglima yang sudah pensiun,
taihiap. Aku sudah tak memiliki kekuasaan!"
"Tapi sri baginda masih menaruhmu di sini," Beng Tan tak
perduli, mata bersinar-sinar. "Kalau aku menghadap dan
memohon beliau tentu sri baginda memperkenankan,
ciangkun. Kau sahabatku dan sri baginda tahu akan ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, dan justeru karena sungkan kepada itulah maka
aku diberi tempat tinggal di s ini. Kalau tidak, tentu aku disuruh
keluar!" "Tapi aku yang tak setuju kau menemui Giam Liong!" Swi
Cu bersuara, keras. "Bocah itu musuh kita, suamiku. Dia
sudah bukan apa-apa lagi. Kau tak usah memperdulikannya!"
"Aku tak akan perduli kalau ia benar-benar orang lain. T api
ia putera sucimu, dan mendiang ayahnya Sin Hauw adalah
seorang gagah yang kukagumi. Tidak, aku tak dapat
membiarkannya begitu saja, niocu. Aku akan berusaha
menjauhkannya dari Chu Kiang selama ini bisa. Tapi kalau
gagal, aku akan melepaskannya dan tak akan perduli. Ini
keputusanku!" Swi Cu terbelalak. Tiba-tiba ia merasa aneh dan tak
mengerti sikap suaminya ini. Tak tahu bahwa diam-diam jago
pedang ini memiliki kekaguman besar kepada Giam Liong.
Pemuda itu anak didiknya. Pemuda itu telah mampu
mengalahkannya! Dan karena bagi seorang pendekar amatlah
mengagumi dan menghargai hal-hal macam begini, Beng Tan
mampu memisahkan perasaan pribadinya dengan perasaan
keluarga maka dia merasa sayang kalau anak didiknya yang
hebat itu sampai menjadi pemberontak. Dia dapat menerima
dan membiarkan saja kalau Giam Liong membalas dendam
kepada si Kedok Hitam, karena anak itu akan membalas
kematian ayahnya. Tapi kalau Giam Liong sampai menjadi
pemberontak, mengacau dan mencelakakan rakyat kecil maka
dia akan mencegah dan tak dapat menerima hal-hal seperti
ini. Pemuda itu boleh saja melampiaskan dendam pribadi,
orang per orang. Tapi kalau dia menjadi pengikut Chu Wen
dan ini bakal menyeng sarakan rakyat, peperangan atau
pertumpahan darah pasti terjadi maka jago pedang ini tak
dapat membiarkan hal itu di depan matanya. Dia akan
mencegah dan Giam Liong akan ditemui. Dan karena sejak
lama ia sudah membantu istana, pro kaisar yang sekarang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daripada para pemberontak maka pendekar ini mengambil
keputusan tetap bahwa ia akan mencari dan menemui
pemuda itu. Bukan untuk membalas kekalahannya melainkan
semata mengingatkan pemuda itu akan bahayanya membantu
pemberontak. Seumur hidup bakal dicap pemberontak dan
anak cucupun akan dicap atau dicurigai sebagai pemberontak.
Inilah yang tak dikehendaki pendekar itu. Maka ketika dia
bersikap tegas dan sang isteri tertegun, Swi Cu tak dapat
mengerti ini maka nyonya itu terbelalak dan kaget
memandang suaminya. Belum pernah suaminya bersikap
keras dan setegas ini, padahal baru saja dikalahkan Giam
Liong! Tapi ketika ia menarik napas dalam-dalam dan tinggal
menurut, tak baik bertengkar di hadapan orang lain maka ia
membanting kaki sekedar menyatakan kesal.
"Bifklah, terserah dan sesukamu, suamiku. Tapi kalau ada
apa-apa jangan salahkan aku. Jangan buang kekecewaanmu
kepadaku!" "Tidak," Beng Tan menarik napas dan mencekal lengan
isterinya pula, sedikit melunakkan sikap. "Aku tahu
ketidaksenanganmu, niocu. Maaf kalau kita berbeda pendapat.
Tapi percayalah bahwa aku tak akan memaksa anak itu untuk
menuruti nasihatku. Kalau aku gagal tentu aku tak akan
bersikeras dan terserah anak itu!"
"Kau berjanji?"
"Tentu." "Baik, kalau begitu mari segera mencari anak itu. Aku ingin
kau cepat menyelesaikan urusanmu!"
"Nanti dulu," sang ciangkun berseru. "Kalian jangan buru-
buru pergi, taihiap. Bagaimana aku setelah kalian ajak bicara
seperti ini. Aku juga ingin menumpas pemberontak dan
membunuh Chu Kiang!"
"Hm, sebaiknya kau membawa pasukan," Beng Tan bicara.
"Sendiri menghadapi pemberontak itu tentu berbahaya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ciangkun. Aku ingin menemui dulu bekas anak didikku itu dan
baru setelah itu mengurus Chu Kiang."
"Tapi aku ikut. Aku tak mau sendirian lagi sete lah kalian
datang!" "Hm, ada orang!" Swi Cu tiba-tiba berseru, ribut-ribut itu
hampir membuatnya lengah sekejap. "Kita kedatangan tamu,
Bo-ciangkun. Aku bersembunyi dan siapa gadis itu!"
Beng Tan melihat dan terkejut. Di luar tampak bayangan
seorang gadis dan tahu-tahu terdengar seruan nyaring. Dan
ketika Bo-ciangkun juga terkejut karena seorang gadis muncul
dan berkelebat di pintu rumahnya maka kakek ini bergerak
dan Beng Tan sendiri sudah lenyap berkelebat.
"Paman Bo, pintu rumahmu terbuka. Apakah ada orang di
sini!" "Ah, ha-ha., Coa-siocia kiranya. Aih, kau membuat aku
terkejut saja, siocia. Dari mana kau dan bagaimana tiba-tiba
memperhatikan rumahku!" Bo-ciangkun berkelebat dan
menyambut keluar, sudah berhadapan dengan seorang gadis
cantik yang terbelalak dan lingak-linguk memperhatikan
rumahnya. Mata tajam gadis itu menyambar-nyambar dan
Beng Tan diam-diam kagum karena gadis ini memiliki gerakan
yang ringan dan gesit, cepat dan hampir dia terlambat kalau
isterinya tidak berseru tadi. Isterinya lupa menutup pintu dan
kini gadis itu menegur. Hm, siapa gerangan! Dan ketika Bo-
ciangkun tertawa dan menyambut, berdiri menggoyang lengan
maka bekas panglima yang sudah lama bersahabat dengan
Beng Tan ini menggeleng. "Tak ada siapa-siapa.... tak ada siapa-siapa. Ha-ha, aku
baru saja mau berkebun, siocia, membuka pintu dan belum
menutupnya lagi. Ah, kau rupanya melihat sesuatu yang
mencurigakan sampai datang ke sini!"
"Aku mendengar beberapa penjaga melihat hantu terbang.
Cerita mereka aneh dan aku curiga bahwa ada orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendatangi istana. Dan karena aku melihat pintu rumahmu
terbuka maka aku ke sini untuk melihatnya!"
"Hantu terbang" Ha-ha, sungguh pengkhayal. Mereka itu
penjaga-penjaga yang lamur, siocia. Barangkali sedang mimpi
dan mengada-ada. Ah, mereka itu suka membuat cerita
bohong dan membual. Aku tak me lihat apa-apa dan jangan
percaya mereka!" "Tapi katanya ada dua orang mendatangi ke sini. Aku
khawatir bahwa ada dua orang lihai menyelundup!"
"Ah, begitukah" Baik, kalau begitu aku turut berjaga-jaga.
Siocia tak usah khawatir karena tempat ini aman!" Bo-
ciangkun diam-diam terkejut, sadar bahwa yang dimaksud
adalah tentu sepasang suami isteri itu. Beng Tan sendiri juga
terkejut karena dari situ tahulah dia bahwa penjagaan di
istana amatlah ketatnya. Istana mengerahkan semua pengawal untuk berjaga
setelah adanya kejadian semalam itu, peristiwa datangnya
pemberontak dan hadirnya pemuda selihai Giam Liong. Dan
ketika Beng Tan terkejut dan mengerutkan kening, isterinya
berdebar dan menyenggol lengannya maka Bo-ciangkun
mengangguk-angguk dan berkata lagi bahwa dia tak melihat
apa yang dilihat para pengawal itu. Tempatnya aman dan tak
ada siapa-siapa di situ. Dan ketika gadis itu mengangguk dari
percaya, berkelebat pergi maka gadis itu berseru agar dia
berhati-hati. "Aku tak menganggap mereka bohong. Pasti ada orang lihai
datang ke sini. Harap paman beri tahu aku kalau melihat dua
orang itu!" "Tentu," sang bekas panglima mengangguk. "Aku akan
memukul tanda bahaya kalau diperlukan, siocia. Dan terima
kasih untuk pemberitahuanmu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu lenyap. Bo-ciangkun menghela napas dan
sekarang masuk lagi ke dalam, dua tamunya keluar. Dan
ketika Swi Cu bertanya siapa gadis cantik itu maka dw?""
Halaman 32-33 ga ada Kz?"?".. erat. "Kita tak perlu bicara tentang Kedok
Hitam, ciangkun. Kita bicara saja tentang yang lain dan benar
katamu bahwa sebaiknya kita cepat-cepat pergi. Gadis itu
telah mencium jejakku, dia tak gampang percaya kepada
laporan pengawal. Mari kita keluar dan kau ikut aku!"
"Benar, mari pergi, taihiap. Aku s iap namun baru saja kata-
kata. ini dihentikan mendadak terdengar seruan-seruan di luar
dan tiba-tiba saja di sekeliling rumah itu muncul puluhan
orang pengawal, dipimpin seorang laki-laki tinggi besar yang
brewokan dan bermata tajam.
"Rekan Bo, kami utusan sri baginda ingin bertemu yang
terhormat Pek-jit- kiam Ju-taihiap!"
Beng Tan terkejut. Sebelum ia keluar tahu-tahu tempat itu
telah dipenuhi banyak orang. Dan ketika, ia tertegun dan
terbelalak, orang telah menyebut namanya maka perwira
tinggi besar itu datang dan membungkuk di luar, penuh
hormat. "Ju-taihiap, sri baginda mohon bertemu denganmu. Aku
Lim-ciangkun memberikan tanda kaisar!"
Beng Tan tertegun. Ia benar-benar kaget dan tercengang
bahwa tiba-tiba saja kaisar telah mengutus orangnya. Begitu
cepatnya! Tapi. ketika ia sadar dan Bo-ciangkun keluar,
terkejut dan bertanya dari mana Lim-ciangkun itu tahu
kedatangan tamunya maka perwira itu tersenyum menjawab
berseri, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Istana saat ini dijaga ketat, tak seekor semutpun ibaratnya


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat lolos. Sri baginda mendapat tahu dari Coa-ongya, rekan
Bo. Dan Coa-ongya mendapat tahu dari Kedok Hitam..
Bolehkah aku masuk atau Ju-taihiap menerima panggilan
kaisar ini." Beng Tan keluar. Akhirnya ia tahu apa yang terjadi. Bahwa
bukan para pengawal yang tahu melainkan Kedok Hitam,
berkat laporan pengawal. Atau, ini yang tepat, laporan dari
muridnya itu, Yin yang baru saja meninggalkan mereka! Dan
sadar bahwa Kedok Hitam mengintainya di dekat situ,
mungkin tadi bersama muridnya maka pendekar ini tersenyum
kecut dan menyambut dengan hormat tanda panggilan kaisar
itu, disusul isterinya. "Luar biasa, Kedok Hitam benar-benar penjaga yang baik,
Lim-ciangkun. Kedatanganku dapat diketahuinya dengan
demikian cepat. Ah, kehormatan bagiku menerima panggilan
kaisar. Aku akan ke sana meskipun sebenarnya aku akan
segera pergi!" "Terima kasih," Lim-ciangkun tertawa gembira. "Tugasku
telah selesa i, taihiap. Mari bersama kami dan sri baginda tentu
gembira menerima kedatanganmu!"
"Aku akan mendahului kalian," Beng Tan tak suka diantar.
"Silahkan kalian kembali, ciangkun. Biar aku bersama isteriku
ke sana!" dan .sekali bergerak meninggalkan serambi tiba-tiba
pendekar itu telah menyambar dan menarik isterinya. Beng
Tan melihat bahwa di mana-mana tiba-tiba muncul barisan
pengawal. Di segala sudut ternyata sudah dikepung! Dan
maklum bahwa ia tak boleh keluar, sebelum menemui kaisar
maka dengan mendongkol pendekar ini menuju ke bangsal
agung di mana biasanya kaisar menerima tamunya, berkelebat
dan melewati orang-orang itu dan terbelalaklah orang-orang
itu me ljhat gerakan pendekar ini yang amat luar biasa
cepatnya. Seperti burung yang terbang dan lenyap! Dan ketika
mereka saling berbisik dan sadar bahwa itulah kiranya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"burung" atau "hantu" yang mereka lihat, Beng Tan memang
luar biasa maka decak dan puji kagum terdengar di mulut
orang-orang ini, para pengawal yang tadi berjaga.
"Ah, kiranya Pek-jit-kiam Ju-taihiap. Pantas, aku tak dapat
mengikuti gerakannya yang seperti siluman!"
"Dan kiranya ini 'burung' yang kulihat itu. Kiranya yang
terhormat ketua Hek-yan-pang!"
"Dan ia bersama isterinya. Ah, masih cantik dan gagah!"
Beng Tan tak menghiraukan omongan-omongan itu. Swi Cu
sendiri tak perduli namun tentu saja diam-diam ia merasa,
senang karena dirinya dipuji masih cantik dan gagah. Ia
memang masih cantik! Dan ketika dua orang itu berkelebat
dan menghilang, Beng Tan sudah menuju ke bangsal agung
majca benar saja kaisar telah ada di situ, duduk didampingi
Coa-ongya yang tersenyum simpul. Kaisar sendiri tampak
berseri-seri dan gembira.
"Ha-ha, selamat datang, Pek-jit-kiam. Sungguh kebetulan
dan kedatanganmu menggembirakan sekali. Bangkitlah, kau
masih gagah dan tampan, begitu pula isterimu!"
Beng Tan disambut dan ditarik kaisar. Bersama isterinya
pendekar ini berlutut tapi kaisar buru-buru turun dari kursinya,
menyambut dan menarik dirinya. Dan ketika Coa-ongya juga
bangkit dan menyambut maka suami isteri ini melirik pangeran
itu, yang kian gagah dan tegap serta tentu mengherankan
banyak orang bahwa pangeran yang satu ini berotot kencang
serta bermata tajam, seperti mata rajawali!
"Kuhaturkan selamat datang pula," sang pangeran tertawa
dan kagum memandang sang nyonya, Swi Cu yang gagah dan
cantik. "Kalian berdua kian matang dan hebat saja, taihiap.
Kalau tak ada penjagaan seketat ini tentu kami tak akan tahu
kedatangan kalian!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kami tak merasa bertambah hebat, ongya, terima
kasih. Kami justeru merasa bodoh bahwa kami diketahui.
Pembantumu Kedok Hitam itu benar-benar lihai!"
"Ha-ha, mari duduk dan tak usah berbasa-basi," kaisar
mengulapkan lengan dan mengusir atau menjauhkan
pengawal-pengawal di situ. "Kedatanganmu bertepatan
dengan musibah yang menimpa kami, Ju-taihiap. Dan kau
tentu telah tahu dari sahabatmu Bo-ciangkun. Mari... mari
duduk!" Beng Tan tak dapat menolak dan mengangguk. Ia sudah
duduk berhadapan dengan kaisar, tahu bahwa dengan
kecerdikannya yang tinggi Kedok Hitam tahu siapa tamu di
rumah Bo-ciangkun, karena memang ialah sahabat dari bekas
panglima itu. Dan ketika ia ditemani pangeran she Coa dan
kaisar menyatakan maksud undangannya, pembicaraan basa-
basi sudah selesai maka terus saja kaisar ini menuju pada
persoalan pokok. Bahwa istana butuh orang-orang pandai dan
kaisar minta agar pendekar itu membantunya, seperti dulu.
Dan ketika Beng Tan mengerutkan kening
karena sesungguhnya ia tak ingin membantu istana, peristiwa belasan
tahun yang lewat telah menggores perasaannya maka kaisar
menutup dengan satu kata-kata memojokkan.
"Chu Kiiang keturunan pemberontak telah datang ke sini.
Dan ia dibantu pemuda lihai keturunan Si Golok Maut. Dan
karena kudengar bahwa pemuda itu pernah menjadi murid
Hek-yan-pang, muridmu, maka aku yakin bahwa, kau tak akan
membiarkan nama Hek-yan-pang dicoreng pemuda ini yang
membantu pemberontak. Aku tahu dan percaya bahwa Hek-
yan-pang bukan orang-orang yang mudah dihasut pemberontak. Dan taihiap sebagai ketuanya tentu dapat
membuktikan ini dengan menghadapi pemberontak, bukan
membiarkan atau mendiamkan saja pemuda itu merajalela
dan akhirnya membawa- bawa Hek-yan-pang yang taihiap
pimpin!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, harap sri baginda dapat membedakan masuknya
pemuda itu sebagai pihak luar, bukan anggauta atau murid
Hek-yan-pang. Sebab meskipun ia pernah menjadi murid Hek-
yan-pang namun sesungguhnya semuanya itu terjadi karena
kami tidak tahu. Kami tidak tahu bahwa ia sebenarnya putera
mendiang Sin Hauw!" Beng Tan menjawab, agak mendongkol
karena kaisar bernada mengancam. Dengan halus kaisar telah
mengingatkannya agar Hek-yan-pang tidak memihak pemuda
itu, karena memihak berarti akan dicap sebagai pemberontak
pula! Dan karena pendekar ini tak suka main sembunyi dan ia
maklum bahwa kaisar tentu telah mendengar bahwa Giam
Liong pernah menjadi puteranya, bukan sekedar murid maka
terus terang saja dia menjawab dan berkata agak keras. Dia
tak takut akan ancaman itu, bahwa Hek-yan-pang akan dicap
sebagai pemberontak. Tapi karena pada dasarnya ia memang
tidak menyukai pemberontak she Cu, sejak dulu ia sudah
membantu istana maka ia menangkis dan memandang kaisar
dengan berani. Pandangan ini membuat kaisar mengangguk-
angguk dan Coa-ongya tersenyum lebar. Dan ketika pendekar
itu melepas kemendongkolannya dengan berkata seperti itu,
kaisar tak usah main ancam maka kaisar tertawa..d?"
Hal 42-43 ga ada .. w?"pemuda itu tetap dapat ditangkap. Bergabung
dengan pembantu hamba si Kedok Hitam tentu bocah itu
dapat dikalahkan!" "Atau Pek-jit-kiam ini mencoba dulu dengan isterinya..."
"Tak mungkin menang," Coa-ongya menggeleng, kening
berkerut. "Di sana ada pula ibunya, sri baginda. Kalau Ju-hujin
maju tentu wanita itu akan maju pula. Satu-satunya jalan ialah
Kedok Hitam membantu Ju-taihiap ini. Tentu berhasil!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, aku tak suka keroyokan," Beng Tan berkata marah,
mukanya merah. "Bagi seorang gagah kalah tetaplah kalah,
ongya. Jangan untuk mencari kemenangan lalu berbuat licik
dan mengeroyok. Akui pantang melakukan itu!"
"Kalau begitu bagaimana pendapat taihiap. Apakah
membiarkan saja pemuda itu dan Chu K iang menyerbu ke sini
dan mengobrak-abrik istana. Ini sudah menyangkut keamanan
negeri!" "Benar," kaisar juga mengangguk. "Kalau pemuda itu
dibiarkan tentu pemberontak menjadi kuat, taihiap. Dan kau
sendiri mengatakan bahwa kau tak dapat mengalahkannya.
Kau harus dibantu!" "Tapi Hamba tak mau mengeroyok!"
"Tapi kau tak dapat mengalahkannya!"
"Benar, tapi. demi negara hamba siap mengorbankan jiwa
raga, sri baginda. Tapi sebelum hamba melakukan itu hamba
akan menemui dan membujuk dulu pemuda itu. Giam Liong
datang karena urusannya dengan si Kedok Hitam. Sebenarnya
tak ada sangkut-pautnya dengan pemberontak Chu Kiang!"
"Hm, baik-baik. Kalau begitu bagaimana pendapatmu?"
"Hamba tetap mencari dan menemukan pemuda ini,
membujuk dan mengingatkannya supaya menjauhi pemberontak. Urusan pribadi tak boleh dikembangkan dengan
urusan negara. Anak itu akan hamba tarik!"
"Kalau ia tak mau?" Coa-ongya tiba- tiba mengejek. "Bapak
dan anak sama-sama berwatak keras, Ju-taihiap, masing-
masing tak gampang dibujuk. Sejak jaman kakeknya bocah itu
memang sudah mewarisi kekerasan hati yang tak dapat
ditekuk. Apalagi di sana ada ibunya!"
"Ini gara-gara pembantu ongya yang bernama Kedok Hitam
itu!" Beng Tan tiba-tiba naik darah, teringat peristiwa belasan
tahun yang lalu itu. "Kalau paduka tidak, mengirim dan licik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbuat curang tentu pemuda itu tak akan datang ke sini,
ongya. Paduka telah membuat pemuda itu gila dendam dan
ingin membalas kematian ayahnya. Paduka menjadi biang
sebab!" "Eh-eh, mendiang Sin Hauw adalah iblis yang harus
dibasmi. Dia telah mengacau dan membunuh-bunuhi banyak
orang di s ini, Pek-jit-kiam. Dan adikku Ci Bao menjadi korban.
Aku tak dapat membiarkan itu dan Si Golok Maut enak
merajalela!" "Tapi hamba telah menentukan pertarungan mati hidup.
Golok Maut adalah bagian hamba dan bukan lalu diserang
atau dikeroyok oleh limaribu pasukan. Paduka licik!"
"Eh-eh, aku mengirim pasukan atas ijin sri baginda, Ju-
taihiap. Jangan lalu menyalahkan aku dan enak saja bicara!"
"Tapi paduka menarik keuntungan di air keruh, tidak sportif
karena saat itu Golok Maut sedang luka-luka. Ia bagianku dan
seharusnya tak usah paduka ikut campur. Ini pertandingan
orang-orang gagah!" "Hm, gagah atau tidak gagah bukan urusanku, taihiap. Aku
hanya menjalankan titah sri baginda untuk me lenyapkan Si
Golok Maut itu. Kalau kau marah-marah kepadaku maka kau
salah alamat. Kau harus marah-marah kepada sri baginda!"
"Sudahlah," Beng Tan tertegun. "Waktu itupun aku
mengijinkan adikku demi membantumu juga, Ju-taihiap. Aku
tak mau kehilangan seorang gagah macam dirimu ini. Kau tak
dapat menyalahkan adikku karena ia hanya menjalankan
perintah!" "Kalau begitu paduka tak usah mengirim hamba dulu. Biar
diselesaikan saja oleh pasukan kerajaan dan hamba tak usah
dibuat malu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, aku pribadi tak bermaksud membuatmu malu, taihiap.
Semuanya ini kulakukan karena demi dirimu juga. Aku terlalu
sayang dan tak mau kehilangan dirimu. Itu alasanku!"
Beng Tan dijawil isterinya. Swi Cu khawatir karena melihat
suaminya tiba-tiba marah dan melotot kepada Coa-ongya.
Mereka sedang di istana dan tak seharusnya seorang tamu
marah-marah di tempat orang, apalagi mereka diundang
datang. Dan ketika Beng Tan sadar dan terkejut dijawil sang
isteri, pandang matanya bergerak dan bertemu kaisar tiba-
tiba ia menunduk dan menarik napas dalam-dalam,
mendinginkan darah yang akan mendidih!
"Maaf, hamba khilaf sri baginda. Maaf dan ampunkan sikap
hamba. Hamba memang tahu kebaikan hati paduka tapi
hamba juga. tahu bahwa Kedok Hitam yang licik dan culas itu
sengaja mempergunakan kesempatan di dalam kesempitan.
Hamba mohon pamit, dan biarlah sekarang juga hamba
mencari anak itu!" "Benar," Swi Cu kini bicara, sorot mata Coa-ongya tiba-tiba
juga berubah dan garang. Dua orang itu seakan siap
bermusuh! "Hamba ingin menemani suami hamba, sri
baginda. Biarlah kami melaksanakan tugas dan mencari anak
itu. Suami hamba tentu melaksanakan tugasnya dengan cara
ksatria!" "Hm, baiklah," kaisar mengangguk-angguk. "Aku mengerti
dan menghargai sikap suamimu, hujin. Dan Ju-taihiap
memang seorang gagah sejati. Aku justeru semakin hormat
dan mengaguminya. Tapi bagaimana kalau pemuda itu tak
berhasil dibujuk. Ia akan merupakan musuh yang amat
berbahaya bagi negara!"
"Hamba akan mempertaruhkan jiwa hamba," Beng Tan
berkata gagah. "Kalau anak itu tak dapat dibujuk dan ikut
pemberontak tentu hamba akan berpihak di istana, sri
baginda. Mati hidup tentu hamba ingin membela negara!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, kalau begitu berangkatlah. Aku memberi restu!"
Beng Tan mengangguk. Sang isteri sudah berdiri dan lega
karena sri baginda sendiri sudah mengijinkan mereka pergi.
Ini berarti permusuhan dengan Coa-ongya bisa dihindari. Dan
ketika suami isteri itu memberi hormat dan ijin pergi, Beng
Tan memang tak mau lama-lama tinggal di istana maka kaisar
mengangguk dan mengulapkan lengannya, diam-diam melirik
adiknya pangeran she Coa.
"Pergilah, dan terima kasih, Pek-Jit-kiam. Dan cepat
kembali kalau ingin bantuan!"


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beng Tan sudah berkelebat. Meloncat dan menyambar
isterinya tiba-tiba pendekar ini sudah lenyap dari depan sri
baginda, menghilang dan keluar dari istana. Tapi ketika ia
terbang dan melewati tembok istana, isterinya memperingatkan akan Bo-ciangkun yang mereka tinggal maka
pendekar ini tertegun namun bergerak dan meneruskan
langkahnya lagi. "Kita biarkan dulu Bo-ciangkun itu. Aku tak ingin ke sana
lagi. Banyak orang mengawasi kita!"
"Kalau begitu langsung kita ke hutan?"
"Ya, kita cari Giam Liong, isteriku. Akan kutarik dia dari
tangan Chu Kiang!" "Ah, kau memang keras hati, keras kemauan. Baiklah, tapi
jangan salahkan aku kalau nanti enci W i Hong menyerang dan
menghina aku!" "Hm, sebisa mungkin aku menghindari pertandingan.
Kedatangan1 kita hanya untuk menyadarkan Giam Liong!"
"Kalau gagal?" "Kita pergi, dan baru akan berhadapan kembali kalau anak
itu menyerang istana, resmi sebagai pemberontak!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, baik. Dan mudah-mudahan gagal!" dan ketika Beng
Tan terkejut mendengar kata-kata isterinya ini, Swi Cu
melengos dan memandang arah lain maka pendekar itu
menarik napas dalam-dalam namun mencengkeram dan
menarik isterinya ini lagi, tidak menjawab atau memberi
komentar dan tiba-tiba melayang ke atas seperti burung besar
menyambar, tinggi melewati tembok gerbang yang dijaga
belasan pengawal. Dan ketika pengawal-pengawal itu berseru
kagum, sudah tahu bahwa itulah Pek-jit-kiam Ju Beng Tan
yang amat lihai, lawan tanding Si Golok Maut yang seimbang
maka Beng Tan meluncur dan sebentar saja sudah
meninggalkan istana. Dan begitu pasangan suami isteri ini
bergerak ke selatan menuju hutan di depan maka suami isteri
itu lenyap dan tak kelihatan lagi, seperti iblis! .
"Nah, di sini. Kita berhenti!" Beng Tan sudah memasuki
hutan dan melihat tanda-tanda adanya manusia. "Bekas
tempat ini diinjak-injak orang, isteriku. Giam Liong tentu di s ini
dan mari masuk ke tengah!"
Swi Cu mengangguk. Nyonya itu juga melihat adanya
tanda-tanda itu dan bahkan percikan darah kering. Dia
menunjuk dan Beng Tanpun mengiyakan, pendekar itupun
juga melihat. Tapi ketika mereka bergerak dan masuk ke
tengah, hutan itu diselidik ternyata tak ada apa-apanya dan
sang pendekar mengerutkan kening.
"Melihat bekasnya, orang-orang itu pernah ke sini. Tapi di
mana mereka dan kenapa tak ada orangnya" Mungkinkah
mereka pergi?" "Kita lihat saja. Mungkin saja mereka pergi atau mungkin
juga masih ada di sini!" sang isteri berkelebat, gemas dan tak
sabar karena Giam Liong maupun orang-orangnya pemberontak Chu Kiang itu tak ada, padahal melihat bekasnya
tentu orang-orang itu ada. Dan ketika nyonya ini bergerak dan
masuk lebih ke dalam, bekas-bekas api unggun juga terlihat
olehnya mendadak dia tertegun ketika telinganya yang tajam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangkap suara perlahan di atas pohon di sebelah kirinya,
suara orang mengintai! "Turun!" Swi Cu tiba-tiba menyambit sehelai, daun yang
cepat dilontar. Nyonya ini membalik dan saat itu daun
menyambar ke atas, cepat melebihi sebatang anak panah.
Dan ketika terdengar teriakan dan seseorang roboh berdebuk,
di sana suaminya juga membentak dan mengayun lengan ke
atas maka seorang laki-laki juga terbanting dan jatuh dari
pohon yang tinggi. "Bluk!" Dua laki-laki itu bersamaan terlempar. Mereka terjatuh oleh
sambitan daun Swi Cu dan sambaran angin pukulan Beng Tan,
pukulan jarak jauh dan tentu saja mereka berteriak karena
gerakan dua suami isteri itu amat cepat, juga mengejutkan.
Dan ketika Swi Cu maupun suaminya sudah bergerak dan
menyambar dua laki-laki ini, mencengkeram dan menangkap
lehernya maka dua laki-laki itu merintih namun mereka
tampak bersikap gagah dan membentak.
"Siapa kalian, mau apa memasuki hutan ini!"
"Eh!" Swi Cu menghardik, memaki dua orang itu. "Kamilah
yang seharusnya bertanya, tikus-tikus busuk. Bukan kalian
atau siapapun. Siapa kalian dan kenapa bersembunyi di atas
pohon itu. Apakah kalian orangnya pemberontak she Chu!"
Dua orang itu saling berkedip. Mereka tak mengenal dan
tak tahu siapa wanita " dan laki-laki lihai itu. Tapi dibentak
dan ditanya seperti itu tiba-tiba mereka mengedikkan atau
mengangkat kepala dengan gagah.
"Kami tak tahu siapa itu pemberontak she Chu. Tapi kami
adalah para pejuang!"
"Hm, pejuang apa!" Swi Cu gemas, membentak dan
menendang pantat laki-laki yang ditangkap. "Di sini tak ada
pejuang selain pemberontak, tikus-tikus busuk. Kalau begitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalian adalah orang-orangnya Chu Kiang dan mana pemimpin
kalian itu!" "Aduh..!" laki-laki ini menjerit. "Siapa kau, siluman betina.
Kenapa bicara sombong dan semena-mena. Hayo lepaskan
aku dan jangan berbuat curang!"
"Benar," temannya juga berteriak, marah. "Lepaskan aku,
laki-laki gagah, kalau kau jantan. Siapa kalian dan mau apa!"
"Hm," Beng Tan menyambar dan menarik isterinya yang
mau menghajar laki-laki tangkapannya. "Mereka ini orang-
orangnya Chu Kiang, niocu, dan kita belum ada urusan
dengannya. Kita hendak mencari Giam Liong, bukan
pemberontak sementara ini!"
"Kau tidak ingin menghajar mereka?" sang isteri sewot.
"Tidak ingin menutup mulut mereka yang kurang ajar dan
memaki kita berdua" Lepaskan, aku ingin memberi pelajaran
lagi, suamiku. Dan kebetulan bahwa orang-orangnya Chu
Kiang ada di s ini!"
"Sabar, sementara ini kita mencari Giam Liong. Biarkan aku
bicara dan jangan kau ikut campur," dan membalik
menghadapi dua laki-laki itu, menyabarkan isterinya, pendekar
iy i sudah berkata, "Kami ingin mencari Giam Liong, kalian
tentu tahu. Nah, di mana pemuda itu dan dapatkah kalian
mempertemukan aku dengannya."
"Kau siapa?" laki-laki kedua tertegun, heran bahwa Giam
Liong yang ditakuti banyak orang justeru dicari laki-laki gagah
ini. Rupanya hendak mencari penyakit! "Aku memang tahu
pemuda itu namun tak akan memberitahumu kalau kau tak
menyebutkan siapa dirimu!"
"Dia ketua Hek-yan-pang!" Swi Gu membentak, marah
kepada orang itu. "Cepat kau bicara atau kusobek mulutmu
nanti, tikus busuk. Hayo keterangan apa lagi yang kalian minta
atau kami akan melenyapkan kalian!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hek-yan-pangcu (ketua Hek-yan-pang)" dua laki-laki itu
terkejut, seketika tersentak dan berobah mukanya. "Dan kau
kalau begitu adalah Ju-hujin?"
"Ya, mau bicara apalagi" Masih juga cerewet?"
"Ah, kalau begitu maafkan, hujin. Kami adalah orang-
orangnya Chu-goanswe dan tentu saja tahu di mana adanya
putera kalian itu. Sin-siauwhiap telah menceritakan hubungan
ini dan selamat datang bahwa ji-wi menemui kami!"
"Siapa itu bicara memuakkan. Dia bukan puteraku dan aku
adalah musuhnya!" "Ah," Beng Tan cepat-cepat menangkap dan menenangkan
isterinya itu. "Kalian tak usah menyebut-nyebut soal keluarga,
sobat-sobat. Aku mencari Giam Liong untuk urusan pribadi.
Cepat kalian katakan atau beri tahu kami di mana anak itu
berada!" Dua laki-laki itu tertegun. Mereka saling pandang dan kecut
tapi juga tidak senang melihat kegalakan Swi Cu. Merer ka
telah mendengar bahwa Sin-siauwhiap atau Sin Giam Liong itu
adalah orang yang pernah menjadi putera ketua Hek-yan-
pang. Mereka tentu saja girang dan bangga bahwa orang-
orang seperti ketua Hek-yan-pang ini datang, berarti
kehormatan bagi mereka. Tapi ketika sikap isteri ketua Hek-
yan-pang itu tampaknya bermusuhan dan mereka terbelalak,
kaget, maka mereka saling pandang dan tiba-tiba keduanya
saling berkedip. Biarkan nyonya atau pendekar itu bertemu
Giam Liong, pemuda yang mereka ketahui kehebatannya!
"Baik," dua orang ini mengangguk. "Tentu saja kami akan
mengantarkan kalian berdua, taihiap. Tapi bebaskan kami dan
jangan kami ditotok!"
Beng Tan bergerak. Ia membebaskan dua orang itu dan
lagi-lagi harus menyabarkan isterinya ketika isterinya ngomel-
ngomel. Perempuan biasanya memang begitu, lebih cerewet!
Dan ketika dua orang ini dibebaskan dan Beng Tan lega akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemui Giam Liong, tentu saja tak takut kepada Chu Kiang
maupun pengikut-pengikutnya maka dengan tenang ia
mengikuti dua orang ini, yang sudah meloncat dan bangkit
berdiri. "Kami adalah pengintai-pengintai yang ditaruh di sini. Sin-
siauwhiap dan Chu-goanswe sudah tidak di sini karena
menyeberangi hutan."
"Hm, dari mana orang she Chu itu mendapat pangkat.
Siapa yang memberinya julukan goanswe (jenderal)!"
Dua orang itu terkejut. Swi Cu membentak mereka dan
mengata-ngatai pimpinan mereka. Tapi karena ketua dan
isteri ketua Hek-yan-pang ini memang lihai, mereka telah
merasakannya ketika bersembunyi di atas pohon tadi maka
dua laki-laki ini tak menjawab dan menyelinap serta
menerobos semak belukar keluar hutan. Bukan lewat jalan
masuk melainkan terus menyeberang dan akhirnya tiba di
hutan yang lain, hutan di luar hutan itu, terpisah oleh sebuah
sungai lebar. Dan ketika mereka lenyap dan muncul lagi
dengan sebuah perahu, kiranya tadi mengambil atau melepas
tali pengikatnya maka dua laki-laki itu mempersilahkan suami
isteri itu masuk. "Mari, kita ke hutan di seberang. Silahkan taihiap masuk
dan duduk di sini!" "Hm, jauhkah" Dan kalian hendak membawa kami ke
mana" Ke orang she Chu itu atau ke Giam Liong?"
"Sin-siauwhiap tinggal bersama pimpinan kami, taihiap.
Dan membawa taihiap ke sana tentu saja sekaligus membawa
taihiap ke Chu-goanswe!"
"Kami tak ingin menemui orang she Chu itu. Nanti darah
kami menggelegak!" Swi Cu membentak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu ji-wi akan kami antarkan kepada Sin-
siauwhiap, di luar hutan itu. Nanti kami akan memanggilnya
dan ji-wi menunggu!"
"Baik, antarkan kami, sobat. Dan jangan hiraukan isteriku!"
Beng Tan tak ingin ribut-ribut, isterinya sekarang bertambah
galak karena kekecewaannya kehilangan putera memang
benar-benar menekan. Swi Cu gampang marah dan mudah
sekali naik pitam. Dan karena dia tak ingin dua orang itu
dihajar, salah-salah dibunuh maka Beng Tan minta agar dua
orang itu tidak usah banyak cakap dan cepat mengantarkannya saja. Dua laki-laki itu menurut dan mereka
mendayung perahu, memotong sungai. Dan ketika tak lama
kemudian mereka sudah menepi dan meloncat di tepian hutan
ini, hutan yang lain maka Beng Tan berkelebat dan sudah
lebih dulu mendarat, disusul isterinya.
"Nah, sesuai kata-katamu kami akan menunggu.
Panggilkan Giam Liong dan cepat bawa ke mari!"
Dua laki-laki itu mengangguk. Mereka memang pengikut-
pengikut Chu Kiang dan sebenarnya mereka adalah orang-
orang gagah, tak biasa dihina atau direndahkan. Namun
karena kali ini yang mereka hadapi adalah ketua Hek-yan-
pang dan isterinya, orang yang masih merupakan keluarga
atau sanak dekat Sin Giam Liong maka mereka menekan saja
rasa tidak puas di hati untuk akhirnya berkelebat dan pergi.
Beng Tan menunggu dan isterinyapun duduk menyendiri,
mukanya merah gelap. Tanda isterinya itu tak senang dan
sedang menahan-nahan marah. Ia harus membujuk. Dan
ketika dua o-rang itu pergi dan Beng Tan mendekati isterinya,
duduk dan menghela napas panjang maka dia berkata dan
memegang lengan isterinya itu.
"Niocu, kuharap kau tidak akan bicara apa-apa kalau nanti
aku bertemu Giam Liong. Diam dan duduk sajalah di sini. Aku
juga tidak akan melakukan apa-apa. Harap kauturuti
permintaanku ini dan setelah itu kita pergi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, tapi kalau pihak sana menghina atau mengejek aku
tak mungkin aku berdiam diri. Lihat, orang-orang itu datang,
suamiku. Para pemberontak itu rupanya mengepung kita!"
Beng Tan menengok. Ia mengerutkan kening ketika tiba-
tiba saja dari dalam hutan berkelebatan orang-orang
berpakaian hitam, datang dan tahu-tahu telah mengepung
tempat itu. Dan ketika dari sungai juga meluncur perahu-
perahu hitam, pendekar ini semakin mengerutkan kening
maka terdengar kekeh dan tawa yang amat dikenal.
"Hi-hik, selamat datang, ketua Hek-yan-pang. Sungguh
suatu kehormatan besar bahwa kau dan isterimu mencari


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami. Tentu kau akan membantu perjuangan!"
. Beng Tan terkejut. Wi Hong, wanita cantik itu tiba-tiba
muncul Suci dari isterinya ini berkelebat dari dalam hutan dan
tahu-tahu menegurnya. Dan ketika ia berdiri dan isterinyapun
bangkit berdiri, gemetar, maka beberapa orang lain
berkelebatan dan sudah mendampingi Wi Hong yang
terkekeh-kekeh dan berdiri di depannya. Sombong bagai
seorang ratu! "Hek-yan-pangcu, kukenalkan ini kawan-kawanku. Ini
adalah Chu-goanswe yang gagah dan itu si Papan Besi Wan
Mo!" "Hm," Beng Tan tertegun, tak melihat Giam Liong. "Mana
Giam Liong dan kenapa orang-orang ini yang muncul" Aku tak
butuh yang lain. Aku ingin bertemu Giam Liong!"
"Aku ibunya, sama saja," Wi Hong terkekeh, membalik dan
mencari dua laki-laki yang tadi mengantar suami isteri ini yang
muncul dan berdiri di samping teman-temannya. "Dua orang
itu memberitahuku bahwa kau mencari Giam Liong, pangcu.
Tapi karena puteraku sedang tidur maka biarlah aku yang
menyambut dan menemuimu. Kami percaya bahwa kau tak
membawa niat jahat!" lalu memandang dan tertawa kepada
Swi Cu wanita ini berseru, maju mendekat. "Cu moi, kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang di saat yang tepat. Kami butuh tenaga-tenaga seperti
kalian dan Chu-goanswe tentu girang mendapat kehormatan
dan kunjungan kalian"
"Benar" seorang laki-laki tinggi besar yang gagah, berdiri
dan tersenyum disamping Wi Hong tiba-tiba menjura " Aku
benar-benar mendapat kehormatan untuk kunjungan ini, ji-wi
pangcu. Selamat datang dan perkenalkan bahwa aku adalah
Chu Kiang" -ooo0dw0ooo- Jilid : 21 "HM, aku tak butuh berkenalan dengan nama-nama
pemberontak. Kami ke mari untuk mencari Giam Liong, suci.
Suruh dia keluar atau kami pergi!"
"Eh-eh, siapa yang berkenalan dengan para pemberontak"
Mereka ini adalah para pejuang, sumoi. Justeru kehormatan
besar bagimu dapat bertemu langsung dengan Chu-goanswe.
Mereka bukan pemberontak"
"Aku tak butuh berkenalan dengan mereka. Kami datang
untuk mencari Giam Liong. Suruh puteramu keluar atau kami
pergi" "Hi-hik, untuk apa" Untuk menerima lagi kekalahan?"
"Jangan sombong. Kalah menang adalah hal biasa bagi
orang-orang gagah, suci. Di atas langit masih ada langit.
Suamiku perlu untuk menyadarkan puteramu itu, agar tidak
sesat!" "Heh, sesat" Hi-hik kau lucu dan ngawur bicara, sumoi.
Kalau bukan kau tentu sudah kutampar. Apa maksud suamimu
dengan menyadarkan puteraku itu. Katakan saja di sini karena
aku ibunya!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, aku ingin bertemu Giam Liong langsung," Beng Tan
bicara dan kini tampil ke depan, menggamit isterinya. "Kami
tak ada urusan dengan siapa pun, VVi Hong Tolong panggil
puteramu atau kami pergi"
"Aku ibunya, sama saja!"
"Tidak, tidak sama. Aku tidak berbicara denganmu
melainkan ingin bicara dengan puteramu itu. Kalau ia tak ada
di s ini baiklah aku pergi dan lain kali saja kita ketemu!"
"Eh-eh, begitu enak" Jangan kurang ajar. Kami telah
menyambutmu baik-baik, Hek-yan-pangcu. Dan jangan balas
sambutan ini dengan sikapmu yang sombong. Kau tak boleh
pergi kalau kami tidak mengizinkan!"
"Hm, apa maumu?"
"Kau telah menghina Chu-goanswe, menolak maksud
hatinya yang baik. Dan karena kau adalah tamu sementara
kami adalah tuan rumah maka kau harus tunduk kepada tuan
rumah dan jangan bersikap seenak perutmu. Kau harus minta
maaf dulu kepada Chu-goanswe"
"Hm," Beng Tan mengejek. "Aku tak merasa berkenalan
dengan orang yang kau sebut itu. Dan orang yang merasa
Jenderal tapi belum pernah diangkat kaisar adalah orang liar.
Kami tak dapat lama-lama di sini, Wi Hong. Dan maaf bahwa
kami harus pergi!" Beng Tan menarik isterinya, bergerak dan
tahu-tahu meloncat tinggi di atas kepala orang-orang itu. Dan
ketika mereka terkejut dan berteriak, ketua Hek-yan-pang ini
telah meninggalkan mereka maka Beng Tan telah "terbang"
dan melewati kepala orang-orang di situ untuk kembali ke
Bara Diatas Singgasana 9 Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Hoa San Lun Kiam Karya Chin Yung Pedang Pembunuh Naga 11
^