Pencarian

Naga Pembunuh 13

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 13


sungai. "Wut-wut..!" Orang-orang Itu terbelalak dan berseru keras. Beng Tan
telah me lewati kepala mereka dan tahu-tahu sudah di topian
sungai. Tapi begitu mereka sadar dan pendekar itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerutkan kening ce linguk an mencari perahu, perahu yang
tadi sudah lenyap dan dipakai orang-orang berperahu di sana
maka pengikut Chu-goanswe Itu mengejar dan masing-masing
menyerukan seruan marah. "Tangkap, jangan sampai dia lolos?" Chu-goanswe dan W i
Hong sendiri terkejut. Mereka tercekat oleh gerakan cepat
pendekar ini. Chu-goanswe sampai kagum, maklum, baru
pertama itu dia melihat dan bertemu ketua Hek-yan-pang ini,
menyaksikan kelihaiannya. Tapi ketika dia sadar dan anak
buahnya berteriak, semua memburu dan mengejar pendekar
itu maka Wi Hong sendiri sudah melengking dan berkelebat ke
depan. "Beng Tan, jangan melarikan diri. Hadapi kami kalau
gagah" "Benar, jangan lari kalau berwatak ksatria, Hek-yan-
pangcu. Hadapi kami dan jangan terbirit-birit"
"Hm, siapa terbirit-blriti!" Swi Cu membentak Chu-goanswe
itu. "Kami bukan terbirit-birit melarikan diri, orang she Chu,
melainkan menyelamatkan dirimu itu agar pedang kami tidak
bicara!" "Tidak, kalian tak boleh pergi. Pokoknya harus di sini dulu
dan tunduk atau menghargai tuan rumah... singgg" dan Wi
Hong yang membentak dan sudah mendahului yang lain-lain,
melewati dan berjungkir balik di atas kepala orang-orang Chu-
goanswe sudah menusuk dan menyerang Swi Cu. Beng Tan
belum diserang karena Swi Cu inilah yang lebih dekat, juga
karena Beng Tan lebih ditakuti daripada Swi Cu. Dan ketika
Swi Cu marah dan tentu saja membalik, mengelak sekaligus
mencabut pedangnya maka dua batang pedang bertemu dan
mengeluarkan suara nyaring di udara.
"Crangg.." Bunga api berpijar. Wi Hong terkekeh dan menyerang lagi,
cepat berkelebatan dan tahu-tahu sudah mengurung sumoinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dengan gulungan atau sambaran pledang yang naik turun.
Dan ketika Swi Cu melengking dan tentu saja meladeni
sucinya ini, Beng Tan diserang dan dikeroyok anak buah Chu-
goanswe maka suami isteri itu tak jadi pergi dan mau tidak
mau menghadapi orang-orang ini. Beng Tan mendengus dan
cepat menggerakkan ujung bajunya ke sana ke mari. Dan
ketika bunyi tamparan disusul teriakan atau jerit kaget orang-
orang Itu, yang terlempar atau terpelanting ke kiri kanan
maka Wan Mo, Papan Besi yang menjadi pembantu Chu-
goanswe itu membentak dan maju dengan senjatanya yang
aneh, sepotong papan tebal segi empat.
"Hek-yan-pangcu, kau terlalu menghina kami. Coba
kauhadapi ini dan perlihatkan kepandaianmu.... plak-plak-plak!
Beng Tan menangkis dan memutar tubuhnya Dari sambaran
angin atau serangan itu segera dia tahu bahwa laki-laki
pendek gempal ini adalah yang terkuat di antara semuanya.
Tapi karena ia tak takut dan ujung bajunya mengibas maka
laki-laki itu terpental dan papan segi empat hampir saja
terlepas. Wan Mo kaget! "Jangan dihadapi sendirian. Keroyok dia"
Inilah seruan atau teritekan Wi Hong. Wanita itu sendiri
sudah bertanding dengan Swi Cu dan kakak beradik
seperguruan ini berkelebatan menyambar-nyambar. Swi Cu
menjadi marah setelah sucinya itu menyerang bertubi-tubi,
tidak memberinya kesempatan dan jelas sucinya itu ingin
merobohkan dirinya. Tapi karena ia sekarang bukan Swi Cu
yang dulu dan nyonya Pek-jit-kiam ini sudah mendapat
tambahan ilmu-ilmu dari suaminya, termasuk Pek-jit Kiam-
hoat (Silat Pedang Matahari) maka begitu senjata di putar
tiba-tiba pedang di tangan nyonya itu berkeredepan dan
menyambar-nyambar memancarkan sinar bagai bianglala atau
matahari berpijar. "Crang-crangg..!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wi Hong mengumpat dan memaki sumoinya itu. Pedangnya
terpental tapi pedang lawannya itupun tertahan. Ternyata,
mereka berimbang. Dan karena dulu wanita ini di atas
sumoinya dan sekarang tiba-tiba Swi Cu dapat melayani dan
memiliki kepandaian sama tinggi maka Wi Hong memekik dan
menjadi marah. "Swi Cu, kau wanita tak tahu di untung. Awas, mampus
kau!" "Hm, kaulah yang tak tahu diri. Kau mengacau dan
mempermainkan keluargaku, suci. Kau wanita iblis dan
biadap" "Aih, keparat. Kubunuh kau dan awas pedangku bicara.....
crang-crangg!" dan pedang yang kembali bertemu dan
terpental di udara tiba-tiba membuat Wi Hong semakin
beringas karena sumoinya itu dapat menahan. Swi Cu
memang dapat menandingi sucinya ini dan sang suci naik
pitam. Dulu sumoinya itu tak sekuat Ini tentu berkat
suaminya. Dan ketika wanita itu memekik dan menyerang lagi,
ganas, maka dua wanita itu bertanding sementara Beng Tan
memukul-mukulkan ujung bajunya mendorong atau melempar
para pengeroyoknya itu. "Mundur.... mundur, aku tak mau membunuh!"
Namun orang-orang itu nekat. Justeru kelemahan dan
kemurahan hati pendekar ini membuat mereka berani
menerjang maju lagi. Beng Tan tak membunuh mereka dan
hal ini membuat mereka tidak tahu diri, menyangka atau
menganggap pukulan-pukulan pendekar itu tidak kuat,
buktinya mereka dapat bangun lagi setiap dirobohkan! Dan
karena hal ini memang kelemahan hati pendekar Itu, yang
lembut dan berwatak asih maka Beng tan justeru gemas
ketika orang-orang itu bangkit dan menyerangnya lagi.
"Mundur.... mundur, aku tak Ingin membunuh kalian!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cerewet!" satu di antara pengeroyok membentak. "Kau
boleh bunuh kami kalau bisa, Pek-jit-kiam. Cabut pedangmu
dan tunjukkan mana itu silat Pedang Mataharimu!"
Beng Tan marah. Sesabar-sabar pendekar ini akhirnya dia
menjadi tak senang dan naik darah Juga. Laki-laki itu, yang
membentaknya, menusukkan tombak dan hampir saja
mengenai telinganya. Dia mengebut senjata-senjata yang lain
dan tahu- tahu tombak itu nyelonong dengan licik. Beng Tan
tak senang! Dan ketika laki-laki itu membentak dan
menyerangnya lagi, tombaknya tadi luput maka pendekar ini
tiba-tiba berseru geram dan membalik serta menangkap
tombak, mematahkannya. "Kalian memang orang-orang tak tahu diri. Baik, lihat dan
saksikan ini. Apakah tulang kalian lebih keras daripada besi....
pletak"!" dan tombak yang patah menjadi dua tiba-tiba
membuat pemiliknya terkejut dan berseru kaget, terjerumus
dan Beng T an menggerakkan kakinya menendang. Dan ketika
laki-laki itu menjerit dan terlempar, tulang iganya patah maka
Beng Tan sudah berkelebat dan menangkap serta mematah-
matahkan senjata yang lain.
"Tak-tak-pletak!"
Para pengeroyok gentar. Setelah Beng Tan mematah-
matahkan senjata mereka tiba-tiba saja mereka pucat dan
jerih. Pendekar Itu menendangi mereka pula dan sekarang
berjatuhanlah tubuh-tubuh yang merintih. Kaki atau tangan
mereka ikut patah-patah pula. Dan ketika orang-orang itu
pucat dan ngeri memandang pendekar ini, yang lain mundur
dan berteriak-teriak maka Beng Tan mengakhirinya dengan
satu tangkapan ke pergelangan tangan si Papan Besi yang
ditelikung ke belakang. "Aku bukan pembunuh berdarah dingin Mundurkan anak
buahmu atau tubuhmu kulipat tiga!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Augh?" si Papan Besi meraung, papan tebalnya terlepas.
"Hebat kau, Ju-taihiap. Tapi boleh bunuh aku dan tak mungkin
aku menyuruh mereka mundur!"
"Kau tak mau tunduk?"
"Chu-goanswe yang berwenang, aku tak berani!" dan
ketika Beng Tan tertegun dan tawanannya ini merintih, ia
mengangkat naik telikungan itu maka sebatang panah besar
tiba-tiba menyambar. "Bret!" Beng Tan terkejut dan menampar. la menggerakkan
tangannya yang lain dan bajunya robek tertembus. Anak
panah itu menancap di situ. Dan ketika la membalik dan
melihat Chu-goanswe, laki- laki tinggi besar itu maka Beng
Tan marah dan tekukan pada diri tawanannya ditambah. Si
Papan Besi berteriak dan tiba-tiba roboh, pergelangannya
dipatahkan pendekar itu, pingsan! Dan ketika Beng Tan
menendang dan Chu-goanswe terkejut, gendewa yang
terpentang siap me luncur maka sebuah batu hitam telah
menghantam pergelangan tangan jenderal itu hingga
gendewanya terlepas. Chu-goanswe sendiri berteriak tertahan.
"Jangan berbuat curang, atau aku akan melukai semua
orang di s ini dan kalian tahu rasa!"
"Ah," laki-laki itu terbelalak, memungut gendewanya lagi.
"Kau hebat, Pek-Jit-Hiam. Dan aku sebagai orang gagah
mengaku kalah. Kau boleh pergi dan biar kuperintahkan
semua anak buahku mundur!" dan membentak agar orang-
orangnya mundur, laki-laki ini gentar oleh kehebatan si ketua
Hek-yang-pang maka Beng Tan lega tapi Wi Hong
melengking-lengking memaki jenderal itu.
"Heii, jangan enak bicara. Aku mati-matian bertanding di
sini, goanswe. Serang dan bunuh laki-laki itu. Atau aku akan
menghajar kalian!" "Tidak," jenderal ini menggeleng, telah melihat dan sadar
akan keadaan. "Pek-Jit-kiam telah bermurah hati kepada anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buahku, hujin. Nekat menyerang tentu mereka celaka. Aku tak
mau mengorbankan anak buah."
"Tapi aku mati-matian bertanding di s ini"
"Kauhentikan saja, biarkan Pek-jit-kiam dan isterinya
pergi.." "Ah, keparat kau, goanswe. Kau pengecut dan licik. Aku
justeru akan membunuh lawanku ini.. cring-crangg!" dan
pedang yang kembali bertemu dan saling bentur tiba-tiba
membuat wanita itu marah dan menekan Swi Cu. Wanita ini
didesak tapi Swi Cu tentu saja juga menjadi marah. Dan ketika
tujuh s inar bergulung pecah dari pedang Wi Hong, sucinya itu
melakukan jurus berbahaya maka wanita ini juga melengang
dan tiba-tiba keduanya telah melancarkan serangan maut dari
ilmu pedang maijng-masing.
"Berhenti" Beng Tan bergerak dan tak dapat membiarkan
ini. Pendekar Itu melihat Wi Hong mengeluarkan jurus dari
silat golok Im-kan-to-hoat (Silat Golok Maut), pedang
menyambar dengan gaya golok dan isterinya yang terkejut
melihat serangan itu tiba-tiba juga mengeluarkan satu jurus
maut dari ilmu Pedang Matahari. Keduanya siap mengadu jiwa
dengan jurus simpanan masing-maling. Keduanya sama-sama
marah dan tak mau lagi menghiraukan keselamatan, tentu
saja berbahaya. Dan ketika Beng Tan terkeget dan tentu saja
tak bakal mendiamkan ini, berkelebat dan menggerakkan
kedua ujung bajunya maka tamparan bagai ledakan petir
mengenai pedang Wi Hong maupun Swi Cu.
"Plak-plak.." Dua wanita itu sama-sama menjerit. Baik Wi Hong maupun
Swi Cu sama-sama terlempar, pedang mereka terlepas dari
tangan dan dua wanita itu terbanting oleh tamparan Beng
Tan. Dan ketika keduanya mengeluh dan meringis menahan
sakit, Beng Tan bergerak dan menolong isterinya maka Wi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong menangis dan bangkit memegangi pantatnya, terseok-
seok. "Keparat, licik dan curang kau, Beng Tan. Coba hadapi
puteraku kalau. menang. Kau laki-laki pengecut, beraninya
hanya terhadap wanita!"
"Hm, aku memang hendak menemui Giam Liong. Suruh
puteramu ke mari, Wi Hong. Dan Jangan kau bertingkah kalau
tidak ingin kuhajar!"
"Ah, keparat. Kau jahanam" dan Wi Hong yang membalik
dan memekik marah, berkelebat pergi akhirnya meninggalkan
tempat itu memanggil-manggil Giam Liong. Beng Tan
menunggu dan menarik napas dalam, Chu-goanswe dan lain-
lain akhirnya pergi dan membiarkan pendekar itu berdua
dengan isterinya. T api ketika sejam kemudian Giam Liong tak
muncul juga, tempat itu sepi maka Beng Tan bergerak dan
menepuk pundak isterinya.
"Kita pergi..." namun baru dia berkata begitu mendadak
berkesiur angin dingin dan.... Giam Liong pun ada di situ,
berdiri dengan kening berkerut-kerut. Caping me lekat di atas
kepalanya tapi sebadan wajah tertutup rapat!
"Maaf, selamat bertemu, ayah. Aku di sini dan baru
sekarang dapat datang."
Beng Tan membalik. Dia terkejut oleh kesiur angin dingin
itu dan lebih terkejut lagi melihat gaya atau munculnya
pemuda ini. Seperti Si Golok Maut. T api ketika dia sadar dan
Swi Cu Juga kaget, gaya atau kemunculan Giam Liong
sungguh seperti mendiang ayahnya maka Beng Tan sudah
dapat menguasai keterkejutannya tadi dan berdehem batuk-
batuk. "Hm, kau, Giam Liong. Kenapa baru muncul sekarang!"
"Maaf, aku tak ada di tempat, ayah. Dan baru sekarang
dapat datang. Apa maksud ayah dengan mencari-cariku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia bukan ayahmu lagi!" Swi Cu menyemprot, panas
teringat anaknya yang ditukar. "Kami bukan apa-apa mu lagi,
Giam Liong. Dan tak perlu menyebut-nyebut itu"
"Hm, bibi masih galak, tapi aku masih ingat budi baik dan
segala yang pernah dilimpahkan kepadaku. Aku masih
menganggap suamimu seperti ayahku sendiri, bibi. Apalagi
karena kau adalah sumoi ibuku."
"Tutup mulutmu, aku benci kepada ibumu itu!" namun
ketika Beng Tan cepat-cepat menyambar dan menarik lengan


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

isterinya ini, Giam Liong tak acuh dan dingin memandang
mereka maka jago pedang ini mengangguk-angguk dan
memandang bekas puteranya ini, sama-sama tajam dan
angker! "Giam Liong, kau sungguh seperti mendiang ayahmu.
Gagah dan mengagumkan. Tapi kedatanganku bukan untuk
memuji me lainkan bicara denganmu tentang ikut masuknya
kau ke kaum pemberontak"
"Maksud ayah?" "Kau jangan terbujuk orang she Chu itu. Lepaskan dirimu
dari mereka dan pisahkan urusan pribadi dengan urusan
negara!" "Hm, kupikir aku lebih tahu dari ayah. Aku hanya
membantu orang yang kebetulan mendapat tekanan yang
sama, ayah. Dan kupikir aku dapat membedakan mana urusan
pribadi mana urusan negara"
"Bagus, tapi kenapa kau bersama para pemberontak itu"
Tidakkah kau tahu bahwa sejak dulu dinasti Chu adalah orang-
orang pemberontak" Negara sudah aman dan tenteram, Giam
Liong. Jangan bantu orang-orang itu agar tak ada perang atau
kekacauan. Itu salah f"
"Hm, aku tak membantu pemberontak, aku membantu
pejuang." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pejuang apa!" Swi Cu. tiba-tiba membentak, lagi-lagi
mendahului suaminya. "Kau dan ayahmu sama saja, Giam
Liong Sama-sama keras kepala dan tak mudah disadarkan!"
"Sudahlah, kau tak usah bicara," Beng Tan terkejut dan
mencengkeram isterinya ini. "Jangan gagalkan usahaku, niocu.
Biarkan aku dengan Giam Liong"
Giam Liong mengangkat sedikit wajahnya. Pemuda itu tak
bergeming oleh kata-kata atau bentakan wanita ini, tatapan
matanya dingin dan tetap beku. Dan ketika di bibirnya
tersungging senyuman dingin, sedingin es maka Beng Tan
meminta maaf atas kekasaran isterinya tadi.
"Tak apa, aku sudah tahu. Silahkan ayah bicara lagi dan
akan kudengarkan sampai selesai."
Beng Tan tertegun. Dia melihat persamaan watak dan sikap
pemuda ini dengan mendiang Si Golok Maut, beku dan dingin
serta tak acuh! Tapi ketika ia mengeretakkan giginya dan
harus bicara maka pendekar inipun bicara, suaranya sudah
mulai berubah dan berat serta kaku.
"Giam Liong, aku datang untuk menyadarkan dirimu agar
tidak membantu pemberontak. Siapapun tahu bahwa Chu
Kiang bukanlah pejuang melainkan pemberontak. Bagaimana
kau tidak tahu bahwa orang itu pemberontak" Rakyat sudah
aman dan tenteram, Giam Liong, dan kaisar telah berhasil
memadamkan pemberontakan-pemberontakan yang lalu.
Sekarang ini tak ada yang patut disebut pejuang kecuali
pemberontak. Chu Kiang adalah pemberontak dan kau jangan
ikut membelanya!" "Hm, pandangan kita berbeda. Justeru pejuang dan
pemberontak tak dapat kau beda-bedakan, ayah. Orang yang
kausebut baik adalah jahat sedangkan yang jahat kau sebut
baik. Aku justeru menganggap Chu-goanswe pejuang karena
ia betul-betul memperjuangkan kepentingan rakyat, kepentingan masa depan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rakyat" Kepentingan masa depan" Ah, kau telah dibius
laki-laki itu, Giam Liong.. Kau ditipu. Kau tak tahu siapa
pejuang siapa pemberontak. Pemberontak itu tak harus ada di
masa aman. Orang she Chu Itu pengacau! Dan pejuang, ah,
apa yang harus diperjuangkan lagi" Rakyat tenang dan
tenteram, Giam Liong. Tak ada yang diperjuangkan karena
semuanya telah dipenuhi kaisar!"
"Hm, itu menurut pendapat ayah, pandangan ayah. Tapi
apakah buktinya bisa begitu" Baik, kalau benar begitu coba
berikan kepada kami Coa-ongya dan Kedok Hitam itu, ayah.
Buktikan bahwa kaisar dapat memberikan semuanya kepada
rakyat!" Beng Tan tertegun. "Ayah dapat mengusahakan ini?" Giam Liong tertawa,
mengejek. "Coba buktikan kepadaku bahwa kaisar telah
memenuhi semuanya kepada rakyat, ayah. Dan berikan
kepadaku si Kedok Hitam yang keji itu. Rakyat yang tenteram
tak boleh dihuni iblis seperti si Kedok Hitam itu. Dan Chu-
goanswe tak menghendaki pula adanya Coa-ongya yang licik
dan culas. Konon katanya dia amat mempengaruhi kaisar!"
"Hm-hm!" pendekar ini terpojok, bekas puteranya itu tiba-
tiba saja pandai bicara. "Kau pintar dan maju bersilat lidah,
Giam Liong. Tapi sebagian tak dapat diterima. Seperti halnya
Kedok Hitam dan Coa-ongya itu. Mana mungkin aku
memberikannya kepadamu" Mereka bukan benda mati,
melainkan manusia hidup. Dan Coa-ongyapun adalah keluarga
dekat sri baginda yang tak mungkin diminta begitu saja. Kau
tidak tepat meminta bukti!"
"Ayah pandai mengelak," si pemuda tak mau kalah. "Kalau
begitu begini saja, ayah. Bagaimana pendapat ayah tentang si
Kedok Hitam atau Coa-ongya itu. Apakah mereka orang-orang
baik yang memang pantas tinggal di istana. Apakah patut
mereka itu memimpin atau melindungi rakyaf"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Tan tertegun, matapun terbelalak, tak dapat
menjawab. "Bagaimana, ayah" Apakah ayah menilai orang-orang itu
baik dan patut bersama rakyat" Apakah orang-orang macam
begini tak sepantasnya ditendang atau dibunuh ?"
"Hm, aku mengakui mereka itu memang orang-orang yang
kurang baik, Giam Liong. Tapi itu adalah urusan mereka
sendiri. Tak seharugjya urusan atau pandangan pribadi lalu
dikembangkan menjadi urusan negara!"
"Tapi mereka bersembunyi di balik negara, mereka
bersembunyi di balik kekuasaan kaisar!"
"Benar, tapi mereka tetaplah mereka, Giam Liong. Jangan
lalu dikembangkan menjadi urusan negara. Pemberontakan
atau calon pemberontakan yang dilakukan Chu-goanswe itu
adalah salah. Dua orang yang jahat lalu semuanya hendak
dibasmi! Apakah ini adil?"
"Kalau begitu serahkan dua orang itu kepada kami. Si
Kedok Hitam dan Chu-goanswe Coa-ongya."
"Aku tak dapat melakukan ini," Beng Tan tiba-tiba bingung.
"Aku mengaku bahwa mereka kurang baik tapi jangan
seharusnya urusan pribadi dikembangkan menjadi sebuah
pemberontakan!" "Kalau begitu ayah tidak adil " Giam Liong tertawa dingin.
"Jelas ada orang bersalah tapi masih juga dilindunginya. Hm,
di sinilah letak perbedaan kita, ayah. Kau menghendaki
ketidakkacauan namun justeru kau sendiri yang berbuat
kacau!" "Aku tidak berbuat atau berpikiran kacau. Aku hanya
menghendaki bahwa urusanmu pribadi dengan si Kedok Hitam
jangan dicampuradukkan dengan rencana pemberontakan!"
"Jadi ayah menghendaki aku berdepan dengan si Kedok
Hitam itu. T idak melibat kan orang lain?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, tentu saja!"
"Kalau si Kedok Hitam melibatkan orang lain, bukan aku"
"Maksudmu?" "Lihat, laki-laki itu licik mengerahkan pengawal-pengawal
istana, ayah. Bahwa ia tak ksatria dan menarik banyak orang
untuk menghadapi aku. Kalau aku dikeroyok dan kemudian
membabat mereka apakah ini salah" Bukankah aku sendirian
sementara laki-laki pengecut itu dibantu banyak orang" Lihat,
siapa yang tak adil dan me libatkan orang lain, ayah. Aku atau
dia!" Beng Tan tertegun. "Dan ingat ketika duiu si Kedok Hitam membunuh ayahku.
Dia datang dan mengeroyok bersama lima ribu pasukan.
Apakah ini adil dan pantas" Apakah ini gagah dan ksatria" Aku
pribadi siap bertindak dan berbuat secara ksatria, ayah. Tapi
kalau lawan mempergunakan pasukan dan tentara kerajaan
maka aku akan mengimbanginya dengan bergabung bersama
Chu-goanswe dan orang-orangnya itu. Mereka juga membenci
dan mengutuk istana!"
"Ah!" Beng Tan terkejut, termangu-mangu. 'Tapi ini berarti
kekacauan, Giam Liong. Ini berarti menyusahkan rakyat.
Rakyat yang tidak berdosa bakal terseret dan terbawa-bawa.
Ini yang tidak kukehendaki!"
"Kalau begitu ayah bawa si Kedok Hitam dan Coa-ongya
itu. Kami berdua akan menghadapinya secara jantan, tidak
membawa-bawa rakyat! Sanggup?"
Sang pendekar tertegun, pucat. "Giam Liong..." kata-kata
ini berubah ngeri. "Beberapa saat saja kau meninggalkan kami
tapi tiba-tiba sekarang kau demikian pandai bicara dan
mengadu kata. Ah, apa yang harus kukatakan kepadamu" Aku
hanya menghendaki agar urusanmu pribadi jangan dicampuradukkan dengan urusan pemberontakan. Kalau kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mau mencari si Kedok Hitam itu silahkan cari, tapi jangan
bersama-sama Chu Kiang!"
"Tapi lawanku itu licik berlindung di balik jubah kaisar. Dia
berlindung dan bersembunyi di balik ribuan pasukan. Apakah
aku harus sendirian saja menghadapi orang selicik ini" Aku
siap bertanding dan menyelesaikan urusan pribadiku secara
ksatria, ayah. Tapi lawanku itu juga harus bersikap sama dan
jangan licik bersembunyi di balik istana. Suruh dia keluar dan
kita berdua mengadu jiwa!"
"Aku tak dapat mengajak Kedok Hitam ke mari. Dia bukan
benda mati melainkan manusia hidup!"
"Kalau begitu jangan ayah menyalahkan aku kalau aku
akan mendatangi istana dan mencarinya di sana. Chu-
goanswe tentu .membantuku karena ia juga ingin menangkap
Coa-ongya!" "Ah-ah, aku bingung..." sang pendekar menggigil di
tempat. "Aku tahu dan mengerti bahwa dua orang itu
memang bukan orang baik-baik, Giam Liong. T api rasanya tak
mungkin bagiku membiarkan kau bersama pemberontak
menyerbu istana. Itu pengacauan.."
"Kalau begitu ayah bujuk mereka kemari...."
"Tak mungkin. Coa-ongya bangsawan terhormat yang tak
mungkin mau ke s ini, Giam Liong. Dan Kedok Hitam, ah... dia
tentu melindungi Coa-ongya. Aku tak dapat melakukan
semuanya itu. Kau harus mendapatkannya sendiri, tapi jangan
membawa-bawa pemberontak!"
"Tentu, kalau musuh-musuhku itu juga bukan manusia-
manusia curang yang licik. Tapi kau tahu sendiri watak
mereka, ayah. Bagaimana sepak terjang mereka menghadapi
aku, mengeroyok dan lalu lari bersembunyi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, kau sudah gagal!" Swi Cu kini tiba-tiba bicara,
mengejek suaminya. "Kau tak dapat memaksa anak ini,
suamiku. Daripada capek lebih baik pulang!"
Beng Tan pucat. Akhirnya dia menjadi bingung oleh
sergahan atau tanggapan pemuda ini. Giam Liong yang dulu
tenang dan tak banyak bicara tiba-tiba kini dapat menangkis
dan selalu memojokkannya. Dia benar-benar bingung. Dan
karena dua orang itu memang licik dan licin. Kedok Hitam
maupun Coa-ongya adalah orang-orang yang penuh tipu
muslihat maka pendekar ini gemetar mencengkeram lengan
isterinya, beradu pandang dengan bekas puteranya itu namun
tatapan puteranya dingin dan tak dapat ditekuk. Pemuda itu
mau tak membawa-bawa pemberontak asal Kedok Hitam
maupun Coa-ongya juga tak membaw-bawa pasukan, hal
yang tak mungkin dilakukan karena dua orang itu sama-sama
penghuni istana. Dan ketika pendekar ini gemetar dan
menggigil sendirian, tak dapat menjawab maka isterinya
menarik mengajak pergi. "Sudah, pembicaraan sudah selesa i. Anak ini tak dapat
dibujuk!" "Tidak," pendekar itu tiba-tiba me lepaskan diri "Aku sekali
lagi hendak bicara, Giam Liong. Janganlah bawa-bawa
pemberontak kalau ingin mencari Kedok Hitam. Pancing dan
ajaklah dia keluar kalau ingin menyelesaikan urusan pribadi.
Aku tak mau rakyat terbawa-bawa!"
"Ayah boleh sampaikan undanganku kepadanya. Kalau tiga
hari ia tak datang di seberang hutan itu maka aku akan
menyerbu istana dan menghadapinya di sana. Nah, terserah
ayah apakah mau atau tidak!"
"Kau tetap bersama pemberontak?"
"Ayah ingin aku tidak bersama pemberontak?"
"Ya, tentu saja, Giam Liong. Aku tak mau kau
mengguncang rakyat dengan sepak terjangmu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu tolong ayah beri tahu si Kedok Hitam itu agar
menemuiku di hutan seberang itu. Aku tak akan membawa-
bawa Chu-goanswe asal dia datang, sendiri!"
"Baik, akan kusampaikan, Giam Liong. Tapi jangan
melanggar janjimu atau aku tak akan menghormatimu lagi
sebagai pemuda gagah keturunan Sin Hauw!" dan bingung
serta marah oleh kejadian yang amat ruwet ini, Beng Tan
menyanggupi permintaan bekas puteranya maka pendekar itu
berkelebat dan tiba-tiba meluncur ke sungai. Sebuah perahu
terapung-apung di situ untuknya. Dan sekali ia meloncat
perahu itupun sudah didayungnya dengan cepat.
"Giam Liong, aku akan membawa lawanmu itu di sini.
Tunggulah tiga hari dan akan kuusahakan agar dia datang!"
"Baik, terima kasih, ayah. Tapi kalau ia tak datang tentu
aku akan menyerbu istana!'
Beng Tan menggigit bibirnya. Geraham pendekar itu
sampai berkeriuk ketika digerak-gerakkan. Banjir darah bakal
terjadi kalau Giam Liong sampai menyerbu istana, sendirian


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja sudah berbahaya apalagi kalau bersama pemberontak
Chu Kilang. Dan karena ia ingin menyelamatkan rakyat dan
tak ingin ada korban sia-sia, pendekar memang mulia maka
Beng Tan cepat-cepat mendorong perahunya ke hutan di
seberang, la meloncat dan berjungkar balik ketika perahunya
masih beberapa meter dari tepian. Dan ketika isterinya
terkejut dan ikut berjungkir balik, keluar dari perahu maka
pendekar itu menyambar isterinya dan diajak terbang ke
istana. "Kita tak boleh menunda-nunda waktu lagi. Aku ingin
mencegah peperangan?"
"Hm, perang dalam arti luas mungkin dapat kaucegah,
suamiku. Tapi perang dalam arti sempit tak mungkin
kaucegah. Giam Liong amat mendendam kematian ayahnya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akan membawa si Kedok Hitam itu. Aku akan
menyuruhnya bertanding di sana. Tak boleh ada pertumpahan
darah yang lain!" "Kau sangka gampang" Hm, Kedok Hitam bukan orang
gagah yang dapat bertindak ksatria, suamiku. Kaupun pasti
gagal dan tak mungkin membujuknya. Pemberontak pasti
menyerbu!" "Ah, kau jangan membuat aku khawatir. Apa yang belum
terjadi sebaiknya jangan dibayangkan terjadi dulu. Mari kita ke
istana dan jangan membuatku gelisah ... wut-wut!" dan Beng
Tan yang mengajak isterinya "terbang" lalu meluncur dan
sudah meninggalkan hutan.
0o-d^w-o0 "Aku ingin bertemu dan bicara dengan Kedok Hitam,"
begitu Beng Tan berkata ketika berhadapan dengan Coa-
ongya. Pendekar ini kembali ke istana dan saat itu juga m inta
bertemu Kedok Hitam ketika Coa-ongya bertanya apa
keperluannya. Pangeran itu mengerutkan kening dan
memandang tajam penuh selidik, tiba-tiba berkelebat sebuah
bayangan dan Yu Yin, gadis cantik itu, muncul. Dan ketika
gadis ini terheran kenapa malam-maiam ayahnya menerima
tamu maka Beng Tan terkejut ketika gadis itu berseru,
"Ah, Hek-yan-pangcu kiranya. Selamat maiam, pangcu. Dan
kau tentu tak akan bersembunyi di rumah Bo-ciangkun lagi!"
"Hm, maaf," Beng Tan mengangguk, isterinya Juga
mengerutkan kening. "Aku datang tak lagi sembunyi-
sembunyi, nona. Karena aku memang ingin bertemu ayahmu.
Selamat malam dan mudah-mudahan kedatanganku tak
mengganggu." "Ju-taihiap ada keperluan apa?" gadis itu bertanya kepada
ayahnya. "Kenapa wajahnya tampak tegang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, ketua Hek-yan-pang ini ingin bertemu gurumu. Dia
datang ingin bertemu Kedok Hitam, Yu Yin. Apakah gurumu
ada di belakang dan dapatkah kau memberitahunya."
"Ingin bertemu suhu" Ah, tadi tak ada di belakang, tapi
mungkin di lain tempat!"
"Kalau begitu coba tolong kau cari. Hek-yan-pangcu ada
keperluan penting!" "Baik, kucari, ayah. Dan akan kuberi tahu" gadis itu
berkelebat, lenyap dan kami pendekar itu kembali berhadapan
dengan Coa-ongya. Dan ketika pangeran itu mengeluarkan
senyum mengejek dan apakah keperluan pendekar itu tak
dapat diutarakan saja kepadanya, Beng Tan menggeleng
maka pangeran ini mengangguk dan berkata,
"Baikiah, kau tunggu di sini, taihiap. Aku akan mencarinya
dan kau tentu ketemu!"
Beng Tan memandang gemas, la mendengar Isterinya
mendengus pendek dan tiba-tiba muncul lagi puteri Coa-ongya
itu, berkata bahwa gurunya tak ada dan bertanya di mana
ayahnya tadi. Dan ketika pendekar ini menjawab bahwa ayah-
nyapun pergi ke belakang, mencari Kedok Hitam maka gadis
itu berkelebat lagi dan kini mencari ayahnya.
"Aku heran ke mana perginya suhu. Tapi ayah biasanya
memang lebih tahu daripada aku. Baik, kau tunggu sebentar
di s itu, Hek-yan-pangcu. Ayah pasti akan segera kembali!"
Beng Tan mengangguk diam. Diam-diam ia saling pandang
dengan isterinya, masing-masing menyorotkan rasa heran
bahwa gadis itu tak tahu di mana Kedok Hitam. Tapi ketika
mereka hendak berbisik dan menyatakan keheranan ini,
bagaimana musuh dapat bersikap begitu cerdik tiba-tiba
berkesiur angin dingin dan Kedok Hitam, laki-laki tinggi tegap
yang bermata seperti elang itu muncul, tanpa Coa-ongya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hek-yan-pangcu, kau rupanya serius ingin bertemu
dengan aku. Mari, kita keluar"
Beng Tan tak terkejut, la melihat bayangan laki-laki ini dan
si Kedok Hitam yang selalu menutupi mukanya dengan
saputangan hitam itu sudah berkelebat, langsung keluar
gedung. Dan ketika laki-laki itu melayang dan bergerak cepat
di atas wuwungan, menuju ke selatan maka Beng Tan
bergerak dan tiba-tiba pendekar inipun melesat ke atas.
"Orang yang kita cari sudah muncul. Mari, kita kejar dia!"
Swi Cu terkejut. Kedok Hitam yang lama tidak mereka
temui kini tiba-tiba sudah jauh di depan. Laki-laki itu
berkelebatan dari satu rumah ke rumah lainnya, gerakannya
bagai iblis. Tapi begitu suaminya menyendal dan mereka
bergerak mengejar, Beng T an telah berkelebat dan melayang
naik di puncak wuwungan istana maka bayangan Kedok Hitam
dikejar. Mula-mula jarak mereka cukup jauh dan lawan
rupanya memang menguji, laki-laki itu sudah hampir lenyap di
luar istana. Tapi begitu Beng Tan mengeluarkan seruan
pendek dan mengerahkan segenap tenaganya, kaki tiba-tiba
menjejak dan melesat puluhan meter, Swi Cu terbawa dan
terangkat lebih tinggi tiba-tiba pendekar itu telah berada di
belakang laki- aki ini dan Kedok Hitam terkejut.
"Aih, hebat. Kepandaianmupun maju pesat, Hek-yan-
pangcu. Tapi mari kita berputar-putar sebentar mencari
tempat yang enak. Di luar pintu gerbang ada pesanggrahan
kaisar di kala berburu"
Beng Tan mengeluarkan suara dari hidung. Berputar-putar
sebentar berarti mengajak berlomba lari cepat, benar saja
lawannya itu tancap gas dan melesat pula sejauh belasan
meter. Sekali lompat tahu-tahu melewati pintu gerbang yang
tinggi. Dan ketika laki-laki itu turun dan berjungkir balik di
sana, meluncur dan terbang meninggalkan dirinya maka
pendekar ini tertinggai dan cepat Beng Tan mengeluarkan
bentakan panjang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kedok Hitam, tak usah berbasa-basi. Kau ingin mengadu
ilmu lari cepat dan mari berlomba!"
"Ha-ha, Ju-taihiap cepat tanggap. Ah, aku hanya angin
mengeluarkan keringat, taihiap, jangan terlalu perasa. Mari
berputar-putar sebentar dan siapa lebih dulu sampai di
pesanggrahan kaisar itu!"
Beng Tan terkejut. Lawan yang ada di depan tiba-tiba
melesat dan terbang ke hutan kecil di pinggir sebuah sungai.
Ada lampu kelap-kelip di sana karena itulah tempat kaisar
beristirahat bila sedang berburu. Dan karena Kedok Hitam
lebih dulu di depan dan jelas meninggalkannya di belakang,
laki-laki itu licik mencari kemenangan tiba-tiba pendekar ini
marah karena ditantang. Ia tak takut tapi watak licik lawan
membuatnya gemas. Mana menantang sementara diri sendiri
lebih dulu di depan" Bukankah itu mempergunakan
kesempatan secara tak gagah. Tapi karena pendekar ini
adalah ketua Hek-yan-pang yang berwatak gagah, tantangan
itu diterima meskipun ia tertinggal belasan meter tiba-tiba
Beng Tan mengeluarkan seruan nyaring dan tangan kirinya
bergerak menghantam tanah.
"Blarr!" Sinar keemasan mengejutkan Kedok Hitam. Laki-laki itu
menoleh ketika tiba-tiba Beng Tan mengeluarkan kepandaiannya yang luar biasa, satu pukulan emas yang
menghantam tanah. Dan ketika sinar emas itu melempar
tubuh pendekar ini ke atas, Beng T an mengeluarkan pukulan
Kim-kong-to-lui (Sinar Emas Menghantam Guntur) maka tiba-
tiba dengan daya lontar pukulan ini sang pendekar sudah
melampaui dan lewat di atas kepala lawan.
"Heii.." Kedok Hitam terpekik kaget. Tentu saja ia kaget
karena lawan yang tadinya ada di belakang mendadak sudah
lewat di atas kepalanya, terlempar atau terdorong Kim-kong-
to-lui itu. Dan ketika laki-laki ini membentak dan balas
melepas pukulan ke tanah, sinar emas juga berkelebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggetarkan bumi maka tubuh Kedok Hitam terlempar atau
terbawa pukulan Ini. "Blar-blar?" Beng Tan terkejut. Lawan mengeluarkan pukulannya pula
dan angin pukulan itulah yang melempar si Kedok Hitam.
Dan ketika laki-laki itu terbahak karena dapat menyusul,
kini berendeng dan bersama Beng Tan maka Beng Tan
berseru tertahan melepas Kim-kong-to-luinya lagi. Kedok
Hitam melepas dua pukulannya sementara dia tadi hanya
sekali, jadi laki-laki itu licik. Tapi begitu pendekar ini melepas
pukulannya dan lawan terkejut, Beng Tan sudah di depan
maka Kedok Hitam juga tak mau kalah dan melepas
pukulannya ke tanah. Dua laki-laki ini terbawa atau terloncat
oleh ledakan sinar emas itu, masing-masing terlempar dan
sudah berjungkir balik meluncur lagi. Dan ketika Swi Cu
tertegun karena ia sudah dilepas suaminya, Beng Tan tak mau
membawa beban maka Kedok Hitam maupun lawannya sudah
beradu cepat ke hutan di pinggir sungai itu. Ledakan-ledakan
emas melempar keduanya seperti cahaya petir menyambar-
nyambar. Tapi ketika pukulan Beng Tan lebih keras dan hal itu
berarti melempar pendekar ini lebih jauh, Kedok Hitam pucat
maka tiba-tiba laki-laki itu melepas pukulannya ketika Beng
Tan sudah hampir tiba di pesanggrahan itu, bukan ke tanah
melainkan ke tubuh pendekar ini!
"Haii...!" Swi Cu terpekik. Nyonya ini melihat ancaman ke
tubuh suaminya dan Beng T an juga terkejut oleh perbuatan si
Kedok Hitam itu. Dari dulu sampai sekarang ternyata laki-laki
ini curang! Tapi ketika Beng Tan membalik dan tentu saja
mendengar kesiur angin pukulan itu, sang isteri memperingatkan dan marah kepada Kedok Hitam maka
pendekar itu menangkis dan untuk ini tentu saja dia harus
berhenti sebentar. "Dess!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedok Hitam tertawa bergelak. Dia terpental dan
mempergunakan daya tolak ini melambung tinggi-tinggi,
berjungkir balik dan me lewati kepala Beng Tan. Dan ketika
Beng Tan tertegun karena lawan sudah hinggap di bangunan
kecil itu, pesanggrahan kaisar, maka lawan berseru kepadanya
bahwa dia kalah. "Bagus, tapi aku menang. Ha-ha, aku lebih dulu tiba di s ini,
Hek-yan-pangcu. Kau kalah dan nomor dua!"
"Hm, kau licik!" Beng Tan bergerak dan berkelebat
memasuki pesanggrahan itu "Dari dulu sampai sekarang tetap
saja kau curang, Kedok Hitam. Sungguh tak tahu malu!"
"Ha-ha, dalam adu kepandaian bukan hanya okol (tenaga)
yang harus digunakan, tetapi juga akal. Kau kalah cerdik,
pangcu, dan tak usah marah-marah kepadaku!"
"Baiklah, kau menang meskipun curang" dan ketika Swi Cu
juga berkelebat dan memasuki rumah kecil ini, memaki si
Kedok Hitam maka laki-laki itu tertawa dan bertanya, tak
perduli kepada kemarahan nyonya itu.
"Katakan apa yang ingin kaubicarakan. Kukira cukup dan
aman di sini." "Aku hendak menyampaikan tantangan Giam Liong,"
pendekar itu mengerutkan kening, mulai bicara. "Pemuda itu
menantangmu di tepian hutan sana, Kedok Hitam. Kau
diharap datang dan ditunggu dalam tiga hari ini. Kuharap kau
datang atau pemuda itu akan mencarimu di istana dan Chu
Kiang akan menungganginya sebagai pemberontak!"
"Kau hendak menyampaikan ini" Kau berpihak kepada
pemuda itu?" Kedok Hitam terkejut, tak menyangka dan tiba-
tiba saja ia marah memandang lawannya. Tapi ketika Beng
Tan menggeleng dan berkata bahwa ia tak membela siapa-
siapa, hanya menyampaikan pesan maka pendekar itu
menunjuk peristiwa lama. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pemuda itu hendak menuntut balas, kau telah membunuh
ayahnya. Dan karena kau amat bertanggung jawab dalam hal
ini maka sudah wajar bila pemuda itu mencarimu. Aku tidak
membela atau berpihak siapa-siapa, Kedok Hitam, melainkan
semata ingin menjaga ketenangan rakyat. Chu Kiang telah
membujuk dan mempengaruhinya. Dia bukan Si Golok Maut
Sin Hauw yang bergerak sendiri!"
"Hm, tapi kau menyampaikan pesan ini," Kedok Hitam
mengejek, mata bersinar-sinar, tetap marah. "Kau tak mau
dibilang berpihak tapi kau mencari dan memberitahuku
tantangannya, Hek-yan-pangcu. Berarti sama saja!"
"Kau tak mungkin muncul kalau pemuda itu mencari dan
menantangmu di istana. Aku menengahinya agar rakyat tidak
terlibat, Kedok Hitam. Dan pemuda itu Juga berjanji untuk
tidak membawa-bawa Chu Kiang asal kau datang, tidak
bersama pasukan atau pengawal kerajaan" Beng Tan sengit,
balas berkata keras dan tiba-tiba Swi Cu juga membentak agar
Kedok Hitam tidak menyalahkan suaminya. Nyonya itu berseru
bahwa suaminya semata menjaga ketenteraman istana, atau
semua bakal terlibat padahal yang membuat gara-gara hanya
satu orang, laki-laki itu. Dan ketika Kedok Hitam tertegun
karena nyonya ini berapi-api, menuding, maka Swi Cu
menutup dengan satu kata-kata keras.


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau kau benar-benar lelaki semestinya tak usah kau
takut menerima tantangan ini, atau marah-marah kepada
suamiku, menyalahkannya. Suamiku hanya ingin menyelesaikan persoalan ini tanpa melibatkan orang lain,
Kedok Hitam. Baik pasukan istana maupun pemberontak Chu
Kiang itu. Kau tentu tak takut kalau kau bukan pengecut!"
"Hm, aku tentu saja tak takut'" Kedok Hitam terbakar,
membentak. "Bocah itu atau siapapun tak perlu kutakuti,
hujin. Segala macam pemberontak liar tentu akan kuhadapi.
Dulu aku bertindak bukan atas nama pribadi, melainkan
negara. Sungguh kurang ajar kalau bocah itu mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menantangku sebagai pribadi. Baik, siapa takut kepadanya"
Hanya penyampaianmu ini akan kulaporkan kepada kaisar, Ju
Beng Tan. Dan biar kaisar sendiri yang menilai sikapmu?"
"Cih, kenapa membawa-bawa kaisar" Kau selalu bersembunyi di balik kekuasaan orang lain, Kedok Hitam. Dari
dulu sampai sekarang tetap saja sama. Siapa pun tahu bahwa
kau membunuh mendiang Si Golok Maut Sin Hauw adalah atas
dasar kekhawatiran dirimu menerima balasannya. Kau
mempermainkan dan menghina keluarganya!"
"Tutup mulutmu!" Kedok Hitam tiba-tiba membentak.
"Menghormati suamimu jangan mengungkit-ungkit masa lalu,
hujin. Atau aku tak akan menghargaimu dan bersikap kasar"
"Bersikap kasar" Boleh, dari dulu sampai sekarang kau
sebenarnya kasar, Kedok Hitam. Hanya berpura-pura halus
saja kalau kau berjubah pangeran. Ayo, lepas kedokmu dan
kita bertanding, seribu jurus!"
Beng Tan terkejut. Sang isteri tiba-tiba marah dan
mencabut pedangnya, Kedok Hitam tampak pucat dan merah
berganti-ganti. Tapi ketika nyonya itu melengking dan siap
menyerang, jari dan kaki menggigil untuk bergerak tiba-tiba
Beng Tan menyambar isterinya dan merebut pedang itu.
"Niocu, hentikan. Tak usah membawa-bawa nama
jabatannya. Yang kita hadapi adalah Kedok Hitam dan
bukannya pangeran. Ayo simpan pedangmu dan mundur!" tapi
ketika sang isteri ditarik dan Kedok Hitam terlanjur marah,
hampir saja menerkam tiba-tiba lelaki itu berkelebat dan
keluar dari pesanggrahan kaisar.
"Hek-yan-pangcu, isterimu sungguh tak tahu adat. Baik-
baik aku mengikuti kehendakmu tiba-tiba saja di sini aku
dihina. Baiklah tak usah kita bicara lagi dan katakan kepada
bocah she Sin itu bahwa tiga hari lagi aku datang!"
Beng Tan tertegun, la menyesal bahwa isterinya bicara
yang bukan seharusnya. Kedok Hitam adalah Kedok Hitam dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan orang lain, baik dalam "jubah" pangeran ataupun jubah
kaisar. Tapi karena omongan telah dilepaskan dan Kedok
Hitam marah bukan main, untung dapat mengendalikan diri
karena ada ia di situ maka pendekar ini mencekal erat-erat
pergelangan isterinya dan berseru memberi jawaban pada
laki-laki Itu, "Kedok Hitam, kuhargai kejantanan dan kegagahanmu.
Terima kasih bahwa kau mau menerima tantangan Giam
Liong. Tapi harap jangan membawa-bawa pasukan atau
pemuda itu juga akan membawa-bawa temannya, pemberontak Chu Kiang"
"Hm!" laki-laki itu mendengus dari jauh. "Aku pribadi tak
akan membawa-bawa siapapun, Hek-yan-pangcu. Tapi yang
jelas semuanya ini akan kulaporkan kepada kaisar!"
Beng Tan tertegun. Untuk kedua kali ia menerima jawaban
licik yang licin. Kedok Hitam telah berjanji untuk tidak
membawa-bawa orang lain tapi akan melaporkan semuanya
ini kepada kaljar. Berarti, kaisar akan melakukan sesuatu dan
itu berarti bantuan kepada si Kedok Hitam ini, meskipun Kedok
Hitam telah mengatakan akan datang sendiri. Dan karena
semuanya itu merupakan kata bercabang, Kedok Hitam
sungguh licik maka Beng Tan mengerut-ngerutkan keningnya
dan Swi Cu yang juga menangkap kata-kata yang tersirat lalu
membanting dan memukul-mukulkan kakinya.
"Licik, pengecut. Bilang tak akan membawa-bawa orang
lain tapi kaisar diberi tahu agar membantunya. Nah, apa yang
sekarang akan kaulakukan, suamiku. Apakah membantu Giam
Liong atau orang itu atau berdiam saja di tengah-tengah"
"Aku akan memberi tahu Giam Liong," Beng Tan menjadi
khawatir. "Tapi aku juga tidak akan membantu anak itu
selama Kedok Hitam berhadapan secara langsung!"
"Dan kau tak ingat anak kita sendiri" Tak segera mencari
dan mencampuri urusan dua orang itug"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, aku pribadi tak bermaksud mencampuri urusan ini,
niocu, kalau semuanya berjalan secara jantan dan adil. Tapi
kalau Kedok Hitam bersikap licik tentu saja aku harus
bertindak!" "Kau membantu Giam Liong?"
"Bukan Giam Liong, tapi keadilan!"
"Baiklah, dan kita tunggu waktu yang tiga hari itu. Setelah
ini kita kerjakan urusan kita sendirg"
Beng Tan mengangguk. Dia sendiri sebenarnya tak akan
mencampuri urusan dendam-mendendam itu apabila Kedok
Hitam bersikap jantan. Tapi karena Kedok Hitam dikhawatirkan akan meminta bantuan kaisar, berarti akan
melibatkan pasukan besar maka tentu pihak Giam Liong juga
tak akan tinggal diam dengan majunya pemberontak She Chu.
Jenderal itu telah mempengaruhi dan membujuk Giam Liong
secara cerdik. Beng Tan sendiri tak tahu bahwa semuanya itu
karena ajakan Wi Hong, ibu yang ingin puteranya kelak
menjadi 'orang", berkedudukan dan mendapat pangkat dan
semuanya itu tentu saja dapat diperoleh kalau membantu Chu
Kiang, jenderal yang akan merebut kekuasaan itu. Dan ketika
Beng Tan khawatir karena Giam Liong kini diperalat orang lain,
dipergunakan kepandaiannya maka pendekar itu bergerak dan
mengajak isterinya kembali ke hutan di seberang di mana
siang tadi mereka menemui anak itu. Namun celaka, Giam
Liong tak mereka temui. Beng Tan juga sudah bergerak ke
tengah hutan di mana gerombolan pemberontak kira-kira
berada, tak ada dan nihillah pendekar ini mencari pemuda itu.
Dan karena malam semakin larut sementara isterinya sudah
tampak tak senang, lelah dan cemberut maka Beng Tan
menghentikan usahanya dan mengajak isterinya beristirahat.
Dan sementara pendekar itu termangu-mangu dan menghabiskan waktu dengan perasaan tidak-tenang, hari
pertama akan datang maka di istana terjadi kegemparan
dengan datangnya seseorang yang amat lihai!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu itu, ketika Kedok Hitam meninggalkan pesanggrahan
dengan marah besar, marah oleh kata-kata Swi Cu maka di
istana datang seseorang yang terkekeh-kekeh. Orang itu
datang dengan sikapnya yang menyeramkan, muncul begitu
saja di depan pintu istana di hadapan belasan pengawal yang
sedang berjaga. Dan ketika pengawal terkejut dan membentak
kakek itu, seorang kakek berambut gimbal-gimbal maka kakek
itu dicegat dan disuruh berhenti.
"Stop, mau ke mana dan siapa kau ini s i gila kotor!"
"Ha-hah-he-heh..."
kakek itu tertawa-tawa, rambut
gimbalnya dikibaskan ke kanan kiri. "Aku mau menghadap
kaisar, orang-orang tolol. Atau Kedok Hitam yang menjadi
pembantu Coa-ongya. Aku mau melamar pekerjaan!"
"Pekerjaan apa!" pengawal membentak, tentu saja tak
percaya. "Orang seperti kau tak dapat bekerja, tua gil?. Pergi
dan jangan main-main di sini!" pengawal itu menggerakkan
tombaknya, maksudnya mau main-main dan mengancam tapi
kakek itu tiba-tiba tertawa dan merampas. Dan ketika si
pengawal terkejut karena tombaknya tahu-tahu telah berada
di tangan kakek itu, cepat sekali, maka si kakek menekuk-
nekuk patah dan me lempar tombak rampasan itu, yang kini
sudah menjadi tujuh potong^
"Heh-heh, kalian tikus-tikus busuk jangan berlagak di
depanku. Bawa aku ke kaisar atau aku mencarinya sendiri!"
Para pengawal terkejut. Pemilik tombak tiba-tiba berteriak
dan kaget sekali, mau merebut tapi kakek itu menendang. Dan
ketika ia terbanting dan mengaduh di sana, tak dapat bangun
berdiri maka teman-temannya tersentak dan otomatis
bergerak dan mengurung. Kiranya kakek ini orang lihai!
"Kau siapa, apakah antek pemberontak Chu Kiang!"
"Chu Kiang" Heh-heh, orang yang baru saja mengobrak-
abrik istana itu" Wah, keliru, tikus cilik. Aku bukan antek
siapa-siapa dan justeru aku datang untuk menghadapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemberontak itu. Aku ingin mengisi lowongan membantu
kerajaan. Aku mau daftar dan menjadi orang nomor satu
disini. Hayo, mana sri baginda atau Kedok Hitam yang katanya
menjadi ketua panitia menguji orang-orang kang-ouw yang
mau masuk!" Para pengawal tertegun. Kakek yang seperti gila ini
ternyata waras juga bicaranya. Bahkan sekarang mereka tahu
bahwa kiranya kakek ini hendak melamar pekerjaan, yakni
membantu kaisar untuk menghadapi pemberontak, setelah
beberapa hari yang lalu mereka diobrak-abrik dan dibuat
kalut. Tapi karena kakek ini tampaknya edan-edanan dan tidak
mereka kenal, padahal setiap yang mendaftar harus ditanya
dan dicatat dulu identitasnya maka mereka ragu dan sang
komandan tiba-tiba mengedip agar kurungan dirapatkan.
"Heh, mau apa kalian ini. Kenapa tidak minggir dan ma lah
mengurung rapat. Apa mau kuhajar!"
"Hm, maaf," sang komandan maju bicara, matanya
bergerak-gerak tajam, dia memegang golok bertangkai
panjang, gagangnya diberi benang warna-warni dan tampak
gagah. "Kami tak mengenalmu dan tak tahu siapa kau, orang
tua. Sebutkan dulu siapa dirimu dan kami akan melapor ke
dalam." "Weh, disuruh tunggu" Memangnya kalian orang-orang
yang dapat bekerja cepat" Tidak, aku tak sabar disuruh
menunggu, pengawal. Lebih baik cepat antar aku atau aku
yang nanti akan mencari sendiri sri baginda kaisar. Atau, mana
itu si Kedok Hitam!"
"Kalau begitu kami akan mengantar locianpwe," sang
komandan tiba-tiba merubah sebutan, tidak lagi orang tua
melainkan "locianpwe", sebutan hormat bagi orang-orang
persilatan yang umumnya sudah tua, karena kakek ini
tampaknya memang lihai. "Tapi sebaiknya beritahukan dulu
identitas dirimu, locianpwe, agar kami dapat memberi tahu
siapa dirimu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Weh, kalian tak perlu tahu sekarang. Namaku amat
berharga. Biar di depan kai sar saja kuberi tahu!"
"Ah, tak dapat, locianpwe. Kami tentu kena marah!"
"Kau begitu cerewet?" kakek ini membentak, tiba-tiba
tangannya bergerak dan sudah menangkap leher baju sang
komandan, yang tentu saja kaget bukan main! "Kalau kau
bukan ca lon anak buahku tentu kucekik mampus, tikus busuk.
Ayo antar aku atau kupatahkan batang lehermu nanti...
brukk!" sang komandan dilepas lagi, setengah dibanting dan
komandan itu berteriak kaget karena kakinya hampir saja
lumpuh. Tentu saja dia marah namun juga gentar! Dan karena
kakek ini rupanya bermaksud baik-baik dan ia harus hati-hati,
kakek ini luar biasa dan amat lihai maka komandan itu buru-
buru menegakkan tubuhnya dan dengan ramah namun
menyimpan semacam dendam ia berkata, membungkuk,
"Locianpwe sungguh tak sabar. Baik, baik.... mari kuantar
sendiri dan kita menghadap sri baginda!" lalu mengedip pada
anak buahnya agar berjaga di situ, yang lain memberi tahu
pasukan maka komandan ini mengajak si kakek menuju ke
samping istana. Kakek itu terkekeh-kekeh dan menyibaklah
semua orang memberi! jalan. Dan ketika ia melangkah bagai
lang kah seorang panglima, tegap digagah-gagahkan maka
sang komandan sudah membawanya ke tempat "sri baginda".
Si kakek tak tahu bahwa ia ditipu, sang komandan
membawanya ke sebuah asrama dimana orang-orang kang-
ouw yang ingin membantu kaisar ditempatkan. Dan ketika di
sudut-sudut jalan komandan ini bertemu dengan pengawal-
pengawal yang lain, berkedip dan memberi tanda maka
akhirnya secara diam-diam kakek itu diikuti oleh banyak
orang, sampai dan berhenti di asrama ini dan berkerutlah
kakek itu karena tempat ini merupakan gedung panjang yang
terbagi oleh tiga ruangan besar. Di situ banyak orang
bercakap-cakap dan sebagian lagi ada yang tidur-tiduran.
Gedung ini biasa saja dan tidak berkesan sebagaimana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
layaknya tempat tinggal kaisar. Tapi ketika dia juga berhenti
karena pengantarnya sudah bercakap-cakap dengan seorang
lain, yang berdiri dan menjaga di pintu masuk maka orang itu
memandangnya dan tiba-tiba masuk ke dalam.
"Mana sri baginda, kenapa tidak tampak para dayang atau


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

puteri-puteri cantik. T empat macam apa ini!"
"Sabar," sang komandan tersenyum-senyum, di situ ada
seratus lebih orang-orang kang-ouw. "Aku telah melaporkannya kepada atasanku, locrianpwe. Dan sekarang
dia akan menyambut locianpwe sendiri. Lihat, dia keluar!"
Kakek itu mengerutkan kening. Laki-laki yang tadi diajak
bercakap-cakap oleh komandan ini memang benar saja keluar,
tapi bukan sendirian me lainkan oleh puluhan orang di dalam.
Maklum, tempat itu memang asrama, penampung orang-
orang persilatan yang akan mencari kedudukan dan pangkat
di situ, dengan membantu kaisar menghadapi pemberontak
Chu Kiang. Dan ketika kakek itu tertegun karena tahu-tahu ia
sudah dikurung semua orang menggeram dan mengeluarkan
seruan-seruan marah maka laki-laki yang tadi dihadapi
komandan sudah berdiri di depannya. sikapnya keren, marah.
"Kau katanya mau melamar pekerjaan, tapi malam-malam
begini datang dan tidak mau menunggu besok. Apakah ini
pantas kaulakukan, tua bangka" Mana sopan dan hormatmu
kepada istana" Sri baginda sedang istirahat. Kalau kau benar-
benar mau bekerja di sini silahkan robohkan mereka ini dan
kau dapat menjadi yang nomor satu?"
"Eh, siapa mereka ini" Dan kenapa aku dimusuhi?"
"Kau tak mau menyebutkan dirimu, orang tua. Dan kau
patut dicurigai dan ditangkap. Nah, sekarang menyerahiah
atau kami akan membunuhmu!" berkata begitu tiba-tiba laki-
laki ini mengangkat senjatanya dan seratus lebih orang-orang
di s itu membentak dan berlompatan menerjang.
"Hei... heii, apa-apaan ini. Kenapa kalian menyerang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak usah banyak cakap!" orang-orang kang-ouw itu mulai
berteriak-teriak, marah. "Kau sombong dan katanya lihai
sekali, kakek siluman. Hayo tunjukkan kepada kami dan lihat
seberapa kepandaianmu.... sing-singgg!" dan golok serta
pedang yang sambar-menyambar membacok kakek ini tiba-
tiba berhamburan dari segala penjuru. Kakek itu terbelalak
dan tiba-tiba matanya berkilat. Dia ternyata ditipu. Dan ketika
sang komandan dilihatnya tertawa bergelak dan mundur,
bersembunyi di balik orang-orang kang-ouw itu mendadak
kakek ini membentak dan tubuhnya sekonyong-konyong
lenyap, didahului sinar kuning keemasan.
"Kau penipu, jahanam keparat?"
Para pengeroyok terkejut. Mereka tahu-tahu kehilangan
kakek itu yang lenyap seperti siluman, benar-benar lenyap
karena tubuhnya berobah sebagai asap halus, asap yang
kuning keemasan itu. Dan ketika sang komandan terkejut
karena asap im menyambarnya, dia tak sempat mengelak
tiba-tiba kakek itu muncul lagi dan sudah menangkap lehernya
"Sekarang kau mampus!"
Sang komandan berteriak. Dia bermaksud membalas sakit
hatinya ketika di pintu istana tadi, yakni ketika kakek itu
menangkap dan mencekik lehernya. Tapi begitu kakek ini
menghilang dan tahu-tahu muncul lagi lapisan pengeroyok
diterobos begitu saja, seperti asap, maka komandan itu
menjerit ketika tulang lehernya tiba-tiba patah dan kepalapun
terkulai serta tentu saja tewas seketika.
"Nah, siapa mau seperti ini!" kakek itu melempar
korbannya, mencelat dan sudah berkelebatan ke sana ke mari
karena para pengeroyok tiba-tiba menjadi gempar. Sekejap
saja kakek itu sudah membunuh sang komandan dan tentu
saja orang-orang kang-ouw itu terkejut. Mereka kaget dan
heran oleh gerakan cepat si kakek, menyerbu dan membentak
dan kembali hujan senjata berdesing-desing menyambar
kakek itu. Tapi ketika si kakek berkelebatan dan tak satupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata mengenai tubuhnya, kakek itu tertawa dan terkekeh-
kekeh maka rambut gimbalnya meledak ke kiri kanan
membalas. "Ha-ha, ayo maju. Siapa kalian dan kenapa tidak
berpakaian seperti pengawal!
"Kami calon pembantu-pembantu kaisar. Kami orang-orang
yang sudah diterima untuk menghadapi pemberontak"
"Ah, kiranya tikus-tikus busuk dari dunia kang-ouw" Bagus,
bagus... kalian harus tunduk kepadaku, anak-anak. Dan
akulah yang akan memimpin... wut-wut-plak" dan rambut
yang bergerak menjeletar menyambar-nyambar tiba-tiba
sudah meledak dan membuat sembilan orang menjerit dan
roboh. Mereka terkena sabetan atau pukulan rambut itu. Dan
karena rambut gimbal-gimbal itu sudah berobah seperti
kawat-kawat baja, bergumpal dan penuh tenaga sinkang
maka mereka roboh dan tak dapat berdiri, pingsan.
Si Kakek benar-benar memberi pelajaran dan gentarlah
yang lain ketika tujuh orang lagi berteriak dan roboh. Kulit
mereka matang membiru. Tapi karena jumlah mereka masih
banyak dan pasukan pengawal juga muncul, tempat itu segera
penuh orang maka kakek itu dikepung dan dikeroyok.
"Bunuh, babat dia. jangan biarkan menyambar-nyambar!"
"Ha-ha. kalian tak tahu siapa aku. Boleh bunuh dan babat
kalau bisa, kecoa-kecoa busuk. Tapi lihat bahwa aku sekarang
menjadi seribu. si kakek meledakkan tangannya, bayangannya
bergerak-gerak lebih cepat dan tiba-tiba saja tubuhnya sudah
menjadi, seribu orang. Dan ketika pengeroyok terkejut karena
si kakek berjumlah amat banyak. mereka malah dikeroyok dan
menghadapi empat sampai enam orang seperti kakek gimbal-
gimbal, maka seratus orang-orang kang-ouw itu berteriak dan
tunggang-langgang, ma-wut!
"Iblis, kakek ini bukan manusia. Dia iblis!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, dan hati-hati, kawan-kawan. Kita menghadapi
siluman" "Kerahkan pasukan, keroyok.... aduh!" dan para pengeroyok yang berteriak dan jatuh bangun akhirnya buyar
dan kacau tidak karuan. Mereka kini malah dikeroyok seribu
kakek gimbal-gimbal yang terkekeh-kekeh dan meledakkan
rambutnya. Setiap disabet tentu mereka terjungkal. Dan ketika
pasukan terbelalak dan kaget serta pucat, kakek itu berobah
menjadi seribu orang maka seratus orang-orang kang-ouw itu
tiba-tiba roboh dan tumpang-tindih. Tak ada satupun yang
selamat! "Serbu, panggil Kedok Hitam!"
Pengawal terkesima. Mereka terpukau dan mula-mula
terkejut oleh kehebatan kakek ini. Si kakek bukan manusia
melainkan rupanya benar-benar siluman. Tapi ketika terdengar
bentakan dan laki-laki yang tadi bicara dengan sang
komandan memberi aba-aba, dari belakang tiba-tiba
berkelebat bayangan seorang gadis cantik maka pengawal
tergugah dan gadis itu sendiri sudah menyambar dan menukik
seperti burung. "Siapa pengacau Sar ini. Berani mencari mampus"
Si kakek terkejut. Dia sudah merobah dirinya menjadi
seribu bayangan namun gadis yang baru datang menyambar
ini langsung ke inti tubuhnya, tidak ke mana-mana melainkan
langsung menukik ke tengah, karena memang di situlah dia
berada. Dan ketika gadis itu membentak dan sebuah pukulan
menyambar dingin, tentu saja dia menangkis maka gadis itu
terpental sementara kakek itu sendiri terhuyung.
"Dukk!" Gadis ini adalah Yu Yin. Dia berteriak tertahan ketika
terlempar di udara, membentur tangan yang kuat dari kakek
gimbal-gimbal itu. Tapi ketika gadis ini berjungkir balik dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerang lagi, langsung mencabut pedangnya maka sinar
hitam menyambar-nyambar mengeliliingi kakek itu.
"Ah, silat pedang yang bagus. Ha-ha, ilmu pedang yang
lihai!" Gadis itu terkejut. Si kakek mengelak dan menghindar ke
sana-sini sementara kuku-kuku Jarinya mulai bergerak crang-
cnng-crang-cring, menangkis pedangnya bila dikejar tak
sempat mengelak. Dan ketika pengawal menyerbu dan
membantu dirinya, kakek itu tak menjadi seribu lagi maka
gadis ini membentak dan bertanya siapa lawannya itu.
-ooo0dw0ooo- Jilid : 22 "HA-HA, aku adalah aku. Aku adalah calon nomor satu yang
akan menumpas pemberontak Chu Kiang. Aku calon pelindung
kaisar nomor wahid. Siapa kau dan bagaimana ilmu pedangmu
demikian bagus!" "Keparat!" Yu Yin melengking-lengking. "Kau tua bangka
tak tahu malu, orang tua. Orang nomor satu di tempat ini
adalah guruku si Kedok Hitam. Kau bukan apa-apa!"
"Wah, kau murid si Kedok Hitam" Mana gurumu itu" Ha-ha,
kebetulan, bocah. Aku memang mencarinya karena ingin,
mengadu kepandaian. Hayo suruh dia keluar dan nanti
kutundukkan dia!" Yu Yin menjerit marah. Ia disampok miring dan hampir saja
pedangnya terlepas dari tangan. Bunyi "Cring" dari kuku jari
kakek itu amatlah kuatnya, pedangnya tergetar dan terpentaL
Tapi karena disitu banyak pengawal dan mereka ini juga
sudah menyerbu membantu, seratus orang kang-ouw itu
merintih dan mengerang-erang di sana maka kakek ini tertawa
bergelak ketika dikeroyok dan dihujani serangan Ia mengelak
dan berkelebat sana sini dan pengawal didorong atau dipukul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mundur. Mereka itu tak ada yang mampu mendekati kecuali
gadis cantik ini, murid si Kedok Hitam. Dan ketika ia mulai
gembira karena orang yang dicari-cari tentu segera akan
bertemu, murid Kedok Hitam ada di situ maka kakek ini
melecutkan rambut gimbalnya dan robohlah delapan pengawal
yang berteriak mengaduh. "Hayo, minggir semua!" Delapan orang itu terlempar.
Mereka memang bukan tandingan kakek ini dan bergeraklah
kakek itu ke arah pengawal-pengawal yang lain. Y u Yin masih
terhuyung dan membetulkan letak posisinya, ia hampir saja
mencelat. Dan ketika gadis itu membelalakkan mata dan kaget
serta marah, para pengawal didorong atau dijungkir balik
kakek ini maka ia menerjang lagi dan terkekehlah kakek itu
menyambut serangan pedangnya.
"Bagus... bagus, ulet dan tak kenal menyerah. Tapi
sekarang aku akan merobohkanmu... plak!" dan pedang yang
diterima dan digubat rambut tiba-tiba terhenti dan tersentak di
tangan Yu Yin. Gadis ini me lancarkan bacokan dari samping
tapi si kakek menyambut dan menerimanya dengan enak,
rambutnya itu meledak dan kini sudah menggubat pedangnya.
Dan ketika pedang ditarik namun gagal, Yu Yin pucat dan
kaget maka jari kakek itu nyelonong dan tahu-tahu tepat
sekali mengenai ketiaknya.
"Bluk!" Yu Yin roboh dan terbanting. Gadis itu tepat sekali tertotok
dan si kakek terbahak-bahak, mengira gadis itu tak dapat
bergerak lagi dan totokannya telak mengenai jitu. Tapi ketika
Yu Y in mengeluh dan mampu bergulingan menjauh, meloncat
dan bangun di sana maka kakek itu tertegun dan
membelalakkan matanya, lebar-lebar.
"Eh, kau bocah aneh. Masa totokanku tak persis mengenai
jalan darah!". Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yu Yin memekik dan menerjang si kakek. Ia telah
mempergunakan ilmunya yang disebut Pi-ki-hu-hiat (T utup
Hawa Lindungi Jalan Darah), cepat dan sudah waspada ketika
kakek itu tadi menotokny.a. Maka begitu ia tertotok namun
selamat, ia te lah menutup jalan darahnya tadi maka kakek itu
tertegun dan mendecak, diserang tapi mengelak dan secepat
itu pula kakek ini berkelebat dan kembali jnenotok. Tapi ketika
totokannya gagal dan Y u Yin hanya kesakitan saja, terbanting
dan menjerit tergulingan lagi maka sadarlah kakek itu bahwa
gadis ini memiliki Pi-ki-hu-hiat.
"Ha-ha, kiranya ilmu menutup jalan darah. Wah, hebat dan
luar biasa kau ini, bocah. Dan aku mulai percaya bahwa
gurumu itu pasti hebat sekali!"
"Tak usah banyak cakap!" gadis itu melengking. "Tak dapat
merobohkan muridnya berarti tak dapat pula mengalahkan
gurunya, kakek siluman. Hayo maju dan totok aku lagi!"
"Wehh!" kakek itu terbahak-bahak. "Kau hebat dan
mengagumkan. Tapi aku tentu dapat merobohkanmu. Tak
dapat kutotok tentu dapat kupukul. Baik, apa boleh buat aku
harus memberimu pelajaran keras... siap!" dan si kakek yang
lenyap mempergunakan ilmu silumannya tiba-tiba menghilang
den entah berada di mana. Yu Yin sedang bergulingan
meloncat bangun dan tertegun tak melihat kakek itu, dia
terkesiap. Tapi ketika ia sedang celingukan dan terbelalak ke
sana ke mari, pucat maka kakek itu tahu-tahu muncul dan
berada di belakangnya. "Heh-heh, aku di sini, anak manis. Maaf aku terpaksa
memukulmu pingsan!" Yu Yin kaget. Ia tahu-tahu melihat kakek gimbal-gimbal itu
sudah berada di belakangnya, dekat dan amat dekat karena
tahu-tahu menepuk tengkuknya. Tak mungkin lagi ia
mengelak! Tapi ketika gadis itu menjerit dan tangan si kakek
sudah menyentuh rambutnya, siap merobohkan gadis ini tiba-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba seberkas cahaya putih menyambar dan menghajar kakek
itu. "Lam-ciat (Hantu Selatan), jangan main-main di s ini!"
Kakek itu terkejut. Ia sedang melancarkan serangan ketika
tiba-tiba sinar putih yang amat dingin itu menyambar
punggungnya. Hawanya terasa dingin dan begitu menyeramkan! Dan karena hawa ini jauh lebih berbahaya


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibanding serangannya kepada gadis itu maka kakek ini
membentak dan tahu-tahu meledakkan kedua tangannya dan
menghilang. "Crat!" Hawa dingin itu menghajar pohon di depan. Pohon itu
tumbang dan keluarlah suara hiruk-pikuk dari robohnya yang
ramai ini. Dan ketika Yu-Yin tertegun karena tahu-tahu sudah
disambar seseorang, berdiri dan selamat dari timpaan pohon
maka di situ sudah tegak dengan muka merah gurunya yang
luar biasa. Kedok Hitam! "Suhu...!" Sang guru tak menjawab. Kedok Hitam telah menyelamatkan muridnya dan kini tokoh itu berdiri melindungi
muridnya. Yu Yin disambar di belakang punggungnya dan
terkejut tapi giranglah para pengawal melihat laki-laki ini.
Tokoh itu telah muncul! Dan ketika Yu Yin juga girang karena
selamat dari pukulan lawan, ia tertegun mendengar bentakan
gurunya tadi maka menyambarlah sinar kuning emas ke arah
gurunya ini, bayangan si kakek yang penasaran dan kini
membalas. Sinar putih dari golok yang menyambar telah
lenyap di punggung laki-laki berkedok hitam ini.
"Kedok Hitam, kiranya kau. Ha-ha...!"
Kedok Hitam mengelak. Sinar kuning itu menyambarnya
namun ia tak menangkis, dikejar dan kali ini menggerakkan
tangannya ke kiri. Dan ketika sinar kuning itu meledak tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedok Hitam sendiri juga terhuyung, Yu Yin di belakangnya'
terpental maka kakek itu terbahak-bahak dan tampaklah ia
kini tergetar di depan. "Dess!" Para pengawal mencelat. Kakek itu telah muncul lagi dan
melepas pukulan, menyerang atau membokong lawannya itu
namun Kedok Hitam mengetahui, membalik dan menangkis.
Dan ketika mereka sama-sama mundur dan Kedok Hitam
terbelalak maka Lam-ciat, kakek gimbal-gimbal itu mendapat
teguran. "Hantu Selatan, tak perlu main-main di s ini. Kalau kau ingin
membuat onar maka kau akan mampus. Nah, apa maumu dan
kenapa kau membunuh komandan itu!"
"Ha-ha, sekali muncul telah tahu siapa aku. Uwah, hebat
kau, Kedok Hitam, dan hebat seranganmu tadi. Luar biasa dan
amat mengagumkan. Tapi kau curang, tak memberi tahu!"
"Hm, kedatanganmupun tak memberi tahu, dan kau
hendak merobohkan muridku pula. Aku minta jawaban kenapa
kau membunuh komandan istana itu, dan apa maumu!"
"Ha-ha, komandan busuk itu" Ia patut mampus. Ia
menipuku, Kedok Hitam, menyatakan hendak menemukan aku
dengan kaisar tapi nyatanya malah dibawa ke tempat ini. Huh,
kalau ia punya nyawa rangkap aku justeru ingin
membunuhnya lagi! gemas memandang komandan yang tadi
membawanya itu, komandan yang menipu kakek ini lalu
menghadapi lagi si Kedok Hitam, matanya bersinar-sinar,
bercahaya. "Aku ingin mengisi lowongan kerja. Kabarnya kau
kewalahan menghadapi pemberontak Chu Kiang dan kini aku
ingin maju membantu. Apa yang akan diberikan istana dan
berapa bayaranku!" "Hm, kau datang untuk maksud ini!' Dan membunuh
seorang pengawal?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia menipuku, Kedok Hitam, dan itu patut untuknya. Kalau
kau tak terima aku siap menerima kemarahanmu. Ayo, kita
bertanding dan boleh tentukan siapa yang lebih lihai!"
"Kakek kurang ajar!" Yu Yin tiba-tiba membentak. "Tangkap
dan bunuh kakek ini, suhu. Dan gunduli kepalanya yang
gimbal-gimbal itu. Rambutnya bau!"
"Ha-ha, ini muridmu yang luar biasa", si kakek tak perduli,
kagum. "Hebat benar kau mempunyai murid seperti mi, Kedok
Hitam. Tapi kalau boleh biarkan ia bersamaku, akan
kugembleng lebih hebat!".
"Cih, menjadi muridmu" Me lawan guruku saja kau sudah
tunggang-langgang, kakek siluman. Jangan bicara macam-
macam yang membuat perutku mau muntah. Kau kakek jijik
yang apek dan bau!" "Ha-ha, nanti bersamamu tentu tak apek atau bau lagi. Kau
dapat menggosok tubuhku supaya bersih. Ha-ha, kau gadis
cantik yang suka bercecowetan seperti monyet!"
"Kurang ajar!" namun ketika Yu Yin hendak menerjang dan
dicekal gurunya, Kedok Hitam mendengus dan menahan
muridnya itu maka laki-laki ini menghadapi lawannya.
"Lam-ciat, tak usah, bicara dengan anak kecil. Kau telah
mampu merobohkan semua peserta orang-orang kang-ouw,
tanda bahwa kepandaianmu lumayan. Kalau kau beoar-benar
ingin mengabdi dan membantu istana tentu saja dapat
diterima. Tapi imbalan atau kedudukannya tentu harus sesuai
dirimu!" "Maksudmu?" "Kau harus diuji..."
"Uwah, sudah kudengar itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, nanti dulu, Lam-ciat. Ujian untukmu bukan di sini,
melainkan di lain tempat. Kalau kau berani dan lulus maka kau
diterima...." "Uwah, ha-ha... apa-apaan ini! Apa maumu dan mana sri
baginda kaisar. Aku ingin menghadap!"
"Tanpa aku tak mungkin kau bisa menghadap. Maksud dan
kedatanganmu diterima istana, Lam-ciat. Namun berhasil atau
tidak kau masih harus diuji. Mari ke tempatku dan kita bicara
di sana!" Kakek gimbal-gimbal ini tertegun. Kedok Hitam sudah
mengenalnya dan itu berarti bahwa tokoh istana ini memang
hebat. Tadipun ia sudah merasakan kelihaiannya dan golok
yang berkelebat dan lenyap lagi di punggung lawannya itu
benar-benar digerakkan oleh sebuah tangan yang lihai. Kalau
ia tidak berhati-hati barangkali ia sudah roboh, meskipun
roboh karena sebuah serangan curang! Namun karena ia
sendiri juga bukan manusia baik-baik dan semua yang ada di
situ terkejut mendengar namanya, inilah Hantu Selatan yang
kesohor di wilayahnya sana maka pengawal maupun orang-
orang kangouw yang ada di situ tergetar.
Dulu, tokoh ini tak pernah mencampuri urusan negara, la
malang-melintang seorang diri untuk kepentingannya seorang
diri. pula. Tapi karena sudah belasan tahun tokoh ini tak
pernah muncul lagi, ia menghilang begitu saja maka orang
dibuat heran dan kaget ketika tiba-tiba saja malam itu ia
muncul. Apa yang menjadi sebab" Mungkin karena keinginannya
untuk mendapat kedudukan, hidup mewah dan senang di
istana. Lam-ciat sudah belasan tahun menghilang dari kini
tiba-tiba ia membuat semua orang tertarik perhatiannya. Ia
adalah kakek iblis yang memiliki Hoan-engsut (Sihir Menukar
Bayangan). Dan karena ia adalah Lam-ciat maka tak heran
kalau tadi ia te lah merobah dirinya menjadi seribu orang yang
membuat lawan-lawannya jatuh bangun. Lam-ciat memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hebat dan karena itu terdengarlah bisik-bisik kagum setelah
semua orang mengetahui siapa dirinya. Tapi ketika ia diajak
Kedok Hitam dan tokoh istana itu mempersilahkannya ke
gedungnya, kakek ini tampak ragu maka Kedok Hitam
mengeluarkan suara dari hidung dan mengejek kakek itu.
"Lam-ciat, kau takut ke. tempat tinggalku" Kau masih ragu
dan bimbang menerima tawaranku" Hm, kalau begitu batalkan
saja niatmu bekerja di sini, kakek siluman, dan pulang atau
kembali saja ke selatan!"
"Ha-ha, siapa takut. Seribu Kedok Hitampun tak perlu
membuat aku takut! Mari, aku hanya waspada akan
undanganmu ini, Kedok Hitam. Kau telah terkenal licik dan
culas terhadap lawan. Aku hanya berhati-hati!"
"Kau bukan lawan, kau ca lon-kawan," Kedok Hitam tertawa
mengejek. "Kalau kau lawan tentu aku akan menyerangmu di
sini, Lam-ciat. Sudahlah, kau mau bicara di tempatku atau
tidak. Aku tak ingin diketahui banyak orang!"
"Suhu mau bicara apa," Y u Yin tiba-tiba melompat dan tak
puas "Kakek ini telah menghina dan merendahkan aku, suhu.
Hajar dan pukul dia dulu baru kemudian bicara!"
"Ha-ha, gurumu tak akan sesembrono itu," si kakek tertawa
"bergelak. "Dia tahu siapa aku, bocah, dan diakui atau tidak
aku adalah calon kawan yang dapat diandalkan. Eh, kau diam
saja dan jangan cecowetan!"
"Keparat!" gadis itu melengking. "Aku bukan monyet, kakek
iblis. Dan kaulah yang monyet karena rupamu gimbal-gimbal!"
"Ha-ha, tapi aku suka padamu. Kau dapat menjadi monyet
cilik kalau suka.... wut!" dan si kakek yang bergerak dan
menyambar gadis ini, cepat sekali tiba-tiba membuat Yu Yin
terpekik dan kaget. Untuk kedua kalinya lagi gadis itu akan
ditangkap, sekali kena tentu ia tak berkutik. Tapi ketika Kedok
Hitam bergerak dan membentak kakek itu, menangkis dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melindungi muridnya maka untuk kedua kalinya pula lengan
dua tokoh ini beradu. "Dukk!" Lam-ciat terhuyung dan lawanpun terdorong setindak.
Kedok Hitam memandang marah dan Hantu Selatan itupun
terbelalak. Tapi ketika Kedok Hitam berseru agar kakek itu
tidak merusak suasana, tuan rumah sudah menyambut baik-
baik maka kakek itu terbahak dan memuji lawannya.
"Hebat, kau benar-benar tidak bernama kosong, Kedok
Hitam. Baiklah, aku mengikuti dirimu!"
"Mari, dan kuharap kau tak main-main lagi. Muridku bukan
tandinganmu!" dan berkelebat membawa lawannya ke barat
istana, pengawal dan orang-orang lain disuruh mundur maka
kakek gimbal-gimbal itu telah berada di suatu ruangan indah
dan dipersilahkan duduk. Kedok Hitam mengusir muridnya.
"Aku hendak bicara berdua dengan kakek ini. Harap kau
pergi." Yu Yin melotot tak puas. Ia hendak memprotes tapi sorot
mata gurunya memancarkankewibawaan besar. Gurunya itu
benar-benar ingin berdua dan tak mau diganggu. Dan ketika
gadis itu pergi dan si kakek tersenyum, menyeringai, maka
Lam-ciat bertanya apa yang hendak dibiracarakan lawannya
itu, ujian apa yang hendak diterima.
"Kau aneh-aneh saja, kenapa mengusir semua orang
termasuk muridmu itu. Apakah kau tidak khawatir kalah
menghadapi aku!" "Hm, kau tak perlu sombong. Kepandaianmu telah
kuketahui, Lam-ciat. Dan Hoan-eng-sutmu itu tak perlu
kutakuti. Aku dapat menandingimu...",
"Ha-ha, kalau begitu mari bertanding, tanganku juga sudah
gatal-gatal!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, aku perlu menghemat tenaga, Lam-ciat, dan
kaupun juga begitu. Aku hendak memberitahumu bahwa
seseorang yang amat lihai akan kita hadapi. Kita tak perlu
membuang-buang tenaga secara percuma!"
"Hm, siapa gerangan" Kau tampaknya serius, bersungguh-
sungguh!" "Aku memang bersungguh-sungguh, dengarlah!" dan tuan
rumah yang bersinar dan tajam memandang lawannya lalu
mulai memberi tahu, "Kau sudah diterima sebagai calon
pembantu yang penting disini, dan untuk itu kau tentu saja
harus menunjukkan jasa. Kebetulan aku menghadapi masalah
berat, Lam-ciat. Bocah andalan Chu-goanswe menantangku
bertanding dalam waktu s ingkat ini. Dan kau barangkali sudah
mendengar atau tahu siapa bocah itu!"
"Hm, aku hanya mendengar berita selentingan saja. Tapi,
kalau tidak salah, dialah keturunan Si Golok Maut! Apakah
benar?" "Benar, dan kepandaiannya luar biasa. Kau barangkali tak
dapat menang!" "Ha-ha, kaulah yang lari terbirit-birit! kakek itu tertawa
bergelak. "Kudengar kabar bahwa orang yang amat kautakuti
adakah keturunan Sin Hauw itu, Kedok Hitam, dan ia telah
mengobrak-abrik istana. Kiranya kau hendak mengadu aku
dengan bocah itu!" "Hm, kau cerdas, tapi tak perlu mengejek," Kedok Hitam
merah mukanya. "Aku bukan terbirit-birit, Lam-ciat, melainkan
mencari akal waktu itu. Sayang, ketika aku keluar lagi bocah
itu bersama pemberontak Chu sudah lari meninggalkan
istana!" "Ha-ha, karena harus menyelamatkan kawan-kawannya,
dikeroyok!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, kau tak usah meledek. Kalau kau sanggup
mengalahkan bocah itu aku mau menyerahkan kedudukanku
kepadamu. Jangan sombong!"
"Wah, betul?" si kakek berjingkrak. "Aku memang ingin
menjadi orang nomor satu di istana, Kedok Hitam. Kalau aku
dapat mengalahkan bocah itu maka kau memang di bawahku.
Ha-ha, aku dapat merobohkan keturunan Si Golok Maut itu.
Hoan-eng-sutku mampu membunuhnya!'
"Kau boleh coba," tuan rumah tertawa mengejek. "Kalau
kau dapat membunuh pemuda itu maka inilah jasa besar bagi
istana, Lam-ciat. Dan aku akan melapor pada sri baginda
untuk memberikan kedudukan dan kekuasaan sebagai
pengawal nomor, satu. Tapi kau belum membuktikan
omonganmu, dan kau tak boleh besar kepala dulu!"
"Ha-ha, mana bocah itu" Aku jadi tak sabar menemuinya.
Hayo, mana keturunan Si Golok Maut Sin Hauw itu dan
kutelan batok kepalanya!"
"Kau akan menemuinya lagi tiga hari kemudian," Kedok
Hitam tersenyum, bersinar-sinar. "Dan karena baru saja aku
menerima tantangannya maka sungguh kebetulan kalau kau
datang ke sini, Lamciat. Hadapi dan bunuh pemuda itu di


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hutan sebelah selatan. Ia akan datang dan kau boleh mewakili
aku kalau begitu. Tapi awas, ada orang ketiga yang akan
melihat pertandingan ini!"
"Uwah, siapa itu. Apakah pemberontak she Chu!"
"Bukan... bukan orang she Chu itu, melainkan ketua Hek-
yan-pang." "Heh, murid dari Hek-yan Tai-bo itu" Ha-ha, kecil bagiku,
Kedok Hitam. Sekali pencet tentu mampus!"
"Kau rupanya sudah terlalu lama tidak keluar ke dunia
kang-ouw," Kedok Hitam mengerutkan keningnya, menutup
tawa orang. "Yang kauhadapi bukanlah murid mendiang Hek-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yan Tai-bo, Lam-ciat, melainkan pendekar gagah perkasa si
Pedang Matahari Ju Beng Tan!"
"Ha, Pek-jit-kiam J u Beng Tan" Bukankah ia murid kakek
dewa Bu-beng Sian Su?"
"Hm, kau sudah terlalu lama menyembunyikan diri, Lam-
ciat. Kau tak tahu bahwa dua orang murid Hek-yan Tairbo itu
masing-masing telah mendapat jodoh. Yang pertama dengan
mendiang Si Golok Maut rtu sedang yang kedua dengan si
Pedang Matahari ini. Hek-yan-pang sekarang diketuai
pendekar itu!" "Hm, hebat kalau begitu, dan aku benar-benar tak tahu
perobahan dunia kangouw. Tapi aku tak takut, asal kakek
jahanam Bu-beng Sian-su tidak maju sendiri tentu aku dapat
mengalahkan pendekar itu!"
"Kau bukan bermusuhan dengan si Pedang Matahari Ju
Beng Tan. Kau berhadapan dengan keturunan Si Golok Maut
Sin Hauw!" "Ya-ya, aku tahu. Tapi siapapun lawanku aku tak gentar,
Kedok Hitam. Dan akan kubabat mereka!"
"Hm, bagus. Kalau begitu kita membagi tugas. Tiga hari
lagi aku akan bertemu pemuda itu dan wakililah aku
menghadapinya. Aku di belakang!"
"Dan kau, kenapa di belakang" Apa yang kaulakukan?"
"Aku akan menyiapkan diri kalau kau kalah..."
"Ha-ha!" si kakek gimbal-gimbal tertakwa bergelak,
memutus omongan orang. "Kau jangan merendahkan aku,
Kedok Hitam. Kau telah kalah tapi aku belum. Aku akan
menunjukkan kepadamu bahwa pemuda itu dapat kuatasi.
Kau tak perlu khawatir!"
"Hm, tekebur sebelum ada bukti adalah congkak, Lam-ciat.
Kau boleh bersombong kalau kau benar-benar dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengalahkan pemuda itu. Tapi kalau kau tidak kalah maka si
Pedang Matahari Ju Beng Tan harus kita waspadai. Ia
cenderung membela pemuda ini daripada kita!"
"Hm, aku tak takut. Akan kuhadapi pula lawanmu itu!" -
"Kau memang akan menghadapi s iapa saja yang bersekutu
dengan pemberontak. Aku belum membuktikan pendekar itu
memusuhi kerajaan tapi kau harus hati-hati, Ada isterinya pula
di sana!" "Hm, siapa lagi. Dan apakah pemberontak she Chu juga
ada di sana!" "Aku kira tidak. Pemuda ini telah menantangku secara
pribadi, dua orang tanpa ikut campurnya orang lain. Tapi aku
tak mau kali ini gagal, Lam-ciat. Dan aku ingin membunuh
pemuda itu karena dia adalah orang yang amat berbahaya.
Chu Kiang menungganginya!"
"Ya-ya, aku tahu. Tapi bagaimana rencanamu sekarang.
Apakah benar tiga hari lagi pemuda itu baru muncul.
Bagaimana kalau dipercepat!"
"Maksudmu?" "Aku tak sabar menunggu waktu itu, Kedok Hitam.
Bagaimana kalau sekarang saja aku berangkat dan kita
tantang dia!" "Hm," Kedok Hitam tiba-tiba berkilat girang, pandang
matanya memancarkan sesuatu yang licik, baru. "Aku
menemukan akal bagus, Lam-ciat. Bagaimana kalau besok
saja kau cari dan temui pemuda itu. Tantang dan robohkan
dia sebelum hari pertandingan tiba!"
"Wah, kau setuju?"
"Kenapa tidak" Kaiau kau ingin cepat-cepat menemui
lawanmu itu maka akupun juga ingin cepat-cepat melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu dilenyapkan, Lam-ciat. Besok kau pergi dan boleh
cari dia!" "Ha-ha, kalau begitu bagaimana dengan upahku. Sekarang
aku ingin tahu apa yang akan kudapat bila aku berhasil
melenyapkan pemuda itu!"
"Aku menyerahkan kedudukanku kepadamu. Kau boleh
menjadi orang nomor satu di s ini dan seabrek hadiah lagi dari
kaisar!" "Ha-ha, dan kau orang nomor dua?"
"Kalau kau berhasil. Tapi kalau gagal jangan-jangan
nyawamu melayang!" "Ha-ha, nyawaku kusimpan baik-baik, Kedok Hitam. Aku
memiliki Hoan-eng-sut untuk menyelamatkan diri. Aku tak
mungkin gagal!" "Kalau begitu bagus, beristirahatlah dan kulaporkan hal ini
kepada ongya!"' "Eh, kau mau ke mana?" si Hantu Selatan terkejut, Kedok
Hitam sudah berdiri dan siap meninggalkannya. Tapi ketika
laki-laki itu tertawa berkata bahwa dia akan menghadap
junjungannya, Coa-ongya maka kakek itu ditinggal di situ
menempati gedung si Kedok Hitam ini.
"Kau telah berjanji, dan kita adalah sahabat. Pakai dan
tinggal saja di gedungku ini karena aku akan menghadap
ongya." "Aku ikut!" "Hm, kau bukan anak kecil yang harus selalu ikut ke mana-
mana, Lam-ciat. Ongya tentu masih takut berhadapan
denganmu sebelum aku memberi laporan. Kau tinggal saja di
sini dan aku pergi dulu!"
"Tapi aku ingin bertemu sri baginda!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Besok juga dapat. Tinggallah di situ dan lihat pelayan
datang melayanimu!" dan ketika benar saja dua dayang cantik
datang dan merunduk ke situ, Kedok Hitam telah memanggil
maka kakek ini tertegun dan tuan rumahpun berkelebat
keluar. Kedok Hitam tertawa dan menyeringailah kakek itu
melihat dua dayang ini. Dan ketika mereka datang mendekat
dan meletakkan minuman, si kakek bersinar-sinar maka dia
menepuk pantat dua wanita itu dan terkekeh minta dipanggil
pula dua pelayan laki-laki.
"Heh-heh, aku telah mendapat kehormatan. Bagus,
bagus... Kedok Hitam tahu kesukaanku. Eh, temani aku
minum-minum di s ini, anak manis. Tapi panggil dua temanmu
laki-laki dan kita bersenang-senang!"
"Locianpwe minta ditemani?" dua dayang itu terkejut.
"Bukankah sudah ada kami berdua?"
"Ha-ha, kurang yang laki-laki, anak manis. Aku tak biasa
berpasangan sendiri. Panggil dua temanmu laki-laki dan
temani aku minum-minum!"
"Ah, tapi Kedok Hitam..."
"Tak perlu takut padanya. Aku telah diberi hak dan
kebebasan tinggal di s ini. Hayo, panggil dua temanmu laki-laki
atau nanti aku marah!"
Dua pelayan cantik itu terbelalak. Mereka tadi datang
setelah mendapat isyarat dari si Kedok Hitam, tersenyum-
senyum dan tahu apa yang harus dilakukan, meskipun diam-
diam jijik melihat kakek gimbal-gimbal itu. Tugas mereka
adalah me layani. Kakek ini telah membuat gempar di luar!
Maka terkejut tapi juga girang, permintaan kakek itu sungguh
tak disangka maka tiba-tiba dua pelayan ini berhamburan dan
masing-masing bersicepat mencari dua pelayan laki-laki,
masuk dan tak lama kemudian sudah membawa apa yang
dimaksud. Lam-ciat tertawa-tawa melihat dua pelayan muda
terbelalak di situ, dia sedang minum arak dari apa yang baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja disuguhkan dua pelayan wanita tadi. Dan ketika ia
menarik kursi dan menggapai, minta agar keempatnya duduk
menemani maka dua pelayan laki-laki tertegun tapi yang
wanita sudah terkekeh dan duduk lebih dulu, tahu aka
kebiasaan orang-orang kang-ouw yang aneh-aneh.
"Sie-twako, locianpwe ini mengundang kita untuk
menemani minum-minum. Mari, duduk dan mendekatlah!"
"Benar, dan Kedok Hitam menyuruh kita melayani baik-baik
locianpwe ini, Ah twako. Ayo, duduk dan kita ngobrol-
ngobrol!" "Ha-ha, benar. Kalian maju dan mendekatlah, jangan takut-
takut. Aku ingin kalian menghibur aku!" Lam-ciat, yang
terbahak dan girang melihat keberanian dayang perempuan
sudah meraih dan menyambar seorang di antaranya. Itu
adalah yang paling genit dan berani, tadi sewaktu masukpun
matanya sudah meliar-liar dan merangsangnya untuk
menggoda. Dan ketika sekali sambar ia telah meraih dan
mendudukkan pelayan wanita ini, di pangkuannya, maka
kakek itu mencium dan terdengar bunyi cipokan keras ketika
bibir dan mulutnya bertemu pipi s i dayang. "Ha-ha, kau benar,
anak manis. Mari mari dan beri ucapan selamat datang kepada
Lam-ciat. Aku calon orang nomor satu di sini... ngok!"
Pelayan itu menggelinjang, la mula-mula terkejut dan takut
ketika tahu-tahu disambar, duduk dan sudah di pangkuan
kakek itu. T api ketika si kakek tertawa bergelak dan ia hanya
dicium saja, kini didorong dan didudukkan di sebelah kakek itu
maka Lam-ciat sudah menyambar yang lain dan berturut-turut
ia mencium atau mencipok pipi keempat pelayan itu, termasuk
yang laki-laki! "Uwah, tegap dan bersih-bersih. Haha, ayo duduk dan
minum arak!" Pelayan laki-laki gemetar. Mereka tadi dipanggil dan mula-
mula merasa seram dan ngeri berhadapan dengan kakek ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maklumlah, Lam-ciat memang menyeramkan dan ia yang telah
membunuh seorang pengawal membuat dua pelayan itu
mengkirik. Mereka mula-mula menolak tapi teman mereka
yang wanita memaksa. Kakek itu tidak garang meskipun
tampaknya menyeramkan. Dan ketika mereka masuk namun
masih merasa ragu-ragu, kakek itu menenggak arak maka
mereka heran dan kaget ketika disuruh duduk, disambar dan
tahu-tahu ini diciumi pula. Kakek itu mencium mereka, laki-laki
dengan laki-laki! Tapi ketika mereka terkejut dan akan
meronta, si kakek tak berbuat lebih jauh dan sudah
melepaskan mereka maka meja besar di mana kakek itu
menghadapi minumannya sudah dipenuhi oleh mereka
berlima. "Hayo, aku ingin senang-senang.. Aku ingin dihibur. Siapa
di antara kalian pandai menari!"
"Menari?" dua pelayan wanita melengak, yang paling berani
sudah timbul keberaniannya lagi. "Ah, kami tak ada yang
pandai menari, locianpwe. Kerjaan kami sehari-hari adalah
pelayan, bukan penari!"
"Ha-ha, kalau begitu minum dulu. Hangatkan tubuh dengan
arak ini dan sete lah itu kau pasti akan pandai menari. Hayo,
minum dan minum dulu!" si kakek sudah menyambar empat
cawan arak, mengisinya dengan cepat dan tanpa diketahui
empat orang itu, bergeraklah kuku jarinya menyentil bubukan
putih. Lam-ciat telah memasukkan sesuatu ke dalam cawan
arak itu. Dan ketika ia me lempar-lemparkan empat cawan ke
kiri kanan, pelayan menjerit namun arak tak ada yang
tumpah, itulah demonstrasi kepandaian kakek ini maka si
Hantu Selatan sudah menyuruh semua minum.
"Ayo, iringi aku minum!"
Empat pelayan itu kagum. Mereka tiba-tiba menjadi
gembira karena baru pertama kali ini ada tamu yang bahkan
melayani mereka, menyuruh duduk bersama dan menikmati
pula arak harum! Dan ketika mereka tertawa dan sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambar arak masing-masing, mengiringi kakek itu minum
maka disedotlah bau memabokkan yang membuat mereka
semakin gembira. "Hi hik, terima kasih, Iocianpwe. Kau sungguh baik!"
"Ha-ha, aku selamanya memang baik. Ayo, minum dan
minum lagi. Tambah kalau kurang!"
"Ah, tapi itu milik Iocianpwe...."
"Sekarang milik kalian berempat. Ayo minum dan setelah
itu menari!" Lam-ciat sudah mengisi cawan arak itu lagi,
melihat empat pelayan itu tertegun tapi sudah merasa
gembira melihat kebaikannya. Mereka tak tahu bahwa sesuatu
sedang dikerjakan kakek ini, kakek yang amat aneh dan luar
biasa, ganjil. Dan ketika arak dipenuhi lagi namun dua pelayan
wanita sudah tak kuat m inum, tiga cawan sudah membuatnya
pusing maka kakek itu terbahak-bahak melihat dua pelayan
laki-laki juga tampak bingung dan merah mukanya, Sesuatu
tampak mulai mempengaruhi mereka, berahi!
"Ayo, ayo minum lagi, anak-anak. Minum dan puaskan
kalian!" Dua pelayan wanita mengeluh. Mereka bangkit dan
terhuyung memandang pelayan pria, yang priapun sudah
terbelalak dan memandang lawan jenisnya pula. Dan ketika
pelayan wanita itu tersandung dan jatuh ditangkap pelayan
pria, Lam-ciat terbahak-bahak maka yang pria tiba-tiba
menerkam dan memeluk dayang Wanita itu, melumat
bibirnya. "Ugh... ugh...!"
Dua pasangan itu tiba-tiba sudah saling dekap. Mereka
menuju ke masing-masing pasangannya dan kakek itu
terbahak-bahak. Empat orang ini memang sudah terbakar
berahi dan wajah pelayan pria tampak merah padam
memancar beringas. Namun ketika mereka bergulingan dan si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pria merobek pakaian si wanita, Lamciat tertawa panjang
mendadak kakek itu bergerak dan dua pelayan wanita
disambar dan ditarik naik.
"Nanti dulu, jangan tergesa-gesa!"
Dua pelayan laki-laki terkejut. Mereka itu berteriak marah
tapi Lam-ciat mengibas keduanya. Dan ketika dua orang itu
terlempar dan menabrak dinding, mengeluh maka kakek itu
berseru pada dua pelayan wanita agar menari dan satu demi


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

satu melepas pakaian, perlahan-lahan.
"Tidak boleh terburu-buru, kalian menikmati kesenangan
atas jasa baikku. Ayo, menari dan lepaskan pakaian kalian
secara perlahan-lahan!"
"Kami tak dapat menari..."
"Kau akan pandai menari, dayang. Lihat dan mulailah!" si
kakek menotok ketiak dayang itu, terkejut dan menggelinjang
dan tahu-tahu kakek itu juga menotok tempat-tempat yang
lain, membuat si dayang menjerit kecil dan bergeraklah
dayang itu mengikuti rasa gelitik yang ditimbulkan si kakek.
Dan ketika tanpa sadar keduanya sudah menggeliat dan maju
mundur, Lam-ciat telah menyentuh bagian-bagian tubuh
mereka untuk bergerak mengikuti kehendaknya maka dua
pelayan ini tiba-tiba menari tanpa sadar, lembut namun
merangsang! "Ha-ha, kalian pandai menari, anak-anak. Hayo, bergeraklah gemulai dan lepas pakaian kalian satu per satu!"
Dua orang dayang itu merah padam. Mereka mendengus
dan mengikuti totokan si kakek yang membuat mereka
menggeliat-geliat, maju mundur dan mereka merintih seperti
kucing kepanasan. Dan ketika dua pelayan pria terbelalak dan
mendengus-dengus di sana, dayang wanita itu sudah
melepaskan pakaian seperti orang kepanasan maka tak lama
kemudian mereka ini sudah telanjang bulat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oohh... augh...."
Dua pelayan laki-laki bangkit berdiri. Tadi mereka nanar
dan kaget oleh kibasan si kakek. Tapi karena Lam-ciat telah
membakar mereka dengan birahi yang hebat dan rasa birahi
itu mengalahkan rasa takut, dua pelayan wanita sudah
melenggang-lenggok dengan keluhan-keluhan panas maka
dua orang inipun tak tahan dan mereka berteriak menubruk
dua dayang itu, yang memang kekasih mereka.
"Nanti dulu!" namun si kakek berseru dan mengibas lagi.
"Kalianpun harus menari, anak-anak. Ayo ikuti gerakan
mereka dan tanggalkan pakaian kalian!"
Dua pelayan laki-laki itu mendengus-dengus. Mereka
dilempar tapi tidak sakit dan tentu saja keduanya sudah
bangkit berdiri lagi, terhuyung dan menubruk namun si kakek
membentak agar mereka menari dulu. Mereka tak boleh main
seruduk atau nanti hadiahnya diambil. Dan ketika dua pelayan
itu tertegun tapi menurut, si kakek juga menotok mereka
maka kasar dan kaku mengikuti telunjuk si kakek dua orang
laki-laki inipun menggeliat dan menari-nari. Tarian mereka tak
keruan tapi itu sudah membuat si kakek terkekeh-kekeh. Lam-
ciat terbahak dan meledak kegembiraannya. Dan ketika tak
lama kemudian dua pasangan itu sudah mandi keringat,
mereka mendengus dan bergerak-gerak seperti kuda binal
maka akhirnya yang laki-laki tak kuat dan menubruk yang
perempuan. Dayang wanita juga tak tahan dan merintihlah
mereka di pelukan kekasihnya. Dan ketika mereka bergulingan
dan Lam-ciat tergelak menonton, kakek itu menenggak arak
sambil terkekeh-kekeh maka adegan menjijikkan terjadi di
kamar itu, adegan yang tak pantas disaksikan orang baik-baik
namun Lam-ciat memang bukan orang baik-baik. Kakek ini
adalah tokoh sesat selatan yang kesukaannya memang begitu,
menonton atau mempermainkan pasangan untuk bermain
cinta di depan matanya. Dan ketika malam itu kakek ini
mendapatkan kesenangannya, empat pelayan laki-laki dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perempuan itu. juga mendapat kepuasannya maka di luar
berkelebat bayangan seseorang yang hampir muntah-muntah!
"Jahanam, tak tahu malu. Keparat tua bangka. Ah, suhu
terlalu menerima orang seperti ini!"
Bayangan itu terisak dan menangis. Ia menyaksikan semua
kejadian di kamar itu tapi lalu pergi setelah kejadian paling
puncak tak kuat disaksikannya. Ia hendak mendobrak dan
menerjang kakek itu namun gurunya melarang keras
mengganggu si kakek, apapun yang dilakukannya. Dan ketika
bayangan itu muak dan menangis mengepalkan tinju maka di
ruangan itu Lam-ciat menenggak araknya sampai mabok.
0odwo0 Keesokannya, di hutan sebelah selatan, di saat matahari
pagi baru saja muncul memperlihatkan sinarnya maka Lamciat
telah berada di tempat di mana Chugoanswe dan anak
buahnya berada. Kakek itu telah mendapat ancer-ancer dari
Kedok Hitam akan daerah atau wilayah di mana pemberontak
bersembunyi, menyeberangi sungai di antara dua hutan
bersebelahan dan kakek ini telah berkelebat memasuki
wilayah lawan. Dan ketika ia memasuki hutan namun
bayangannya sudah diketahui anak buah Chu-goanswe, yang
memang banyak dipasang di s itu maka kakek ini tertegun juga
ketika tahu-tahu berlompatan bayangan-bayangan hitam di
mana tiba-tiba ia sudah dihadang.
"Berhenti, mau ke mana dan siapa kau!"
Kakek ini. terkejut, tapi tiba-tiba tertawa lebar. "Kalian
siapa dan mau apa?" dia balas bertanya, tidak menjawab.
"Mana Chu-goanswe atau bocah bernama Giam Liong itu" Aku
datang untuk menangkapnya, suruh keluar atau nanti
kubunuh!" "Kurang ajar!" orang-orang itu menjadi marah dan
membentak. "Kau kiranya antek istana, kakek siluman. Kalau
begitu mampuslah dan lihat kami mencincangmu... wut-wutt!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan belasan orang yang bergerak dan menubruk si kakek,
marah dan memaki lalu menyerang dan menusuk tanpa
bertanya-tanya lagi siapa kakek itu. Mereka sudah tak mau
tahu begitu si kakek bersikap kurang ajar. Mereka maklum
bahwa ini tentu mata-mata istana, antek Coa-ongya atau
kaisar yang mereka benci. Tapi ketika kakek itu tertawa
bergelak dan menghilang, cepat sekali maka semua senjata
beradu di tengah udara dan kakek itu lenyap setelah
menjejakkan kakinya entah ke mana.
"Cring-cranggg!"
Semua orang tertegun. Mereka tak tahu bagaimana kakek
itu tiba-tiba menghilang, setelah tertawa? dengan suaranya
yang menggetarkan tadi. Tapi begitu mereka saling berseru
tertahan karena terpental oleh dorongan senjata masing-
masing, terbelalak dan terhuyung tahu-tahu kakek itu muncul
lagi di tengah-tengah mereka, tadi Lam-ciat mumbul begitu
ting gi ke atas. "Ha-ha-ha, sekarang kalian mampus.... des-des-dess!"
Belasan orang itu menjerit. Mereka tiba-tiba menerima
tendangan tumit yang amat hebatnya, telak menghantam
dada dan terlemparlah mereka bagai disapu angin badai. Dan
ketika tujuhbelas orang telah menjadi mayat, dada mereka
hancur oleh tendangan si kakek maka Lamciat berkelebatan
dqn rambut atau tangan nya bergerak-gerak, meledak atau
melecut dan tentu saja orang-orang itu terkejut. Mereka
melihat si kakek bergerak demikian cepatnya hingga sebentar
di sini dan sebentar kemudian di sana. Mereka ada limapuluh
orang tapi kakek itupun juga sudah menjadi limapuluh orang.
Dan ketika semua berteriak karena Lam-ciat tak mau
mengampuni, tangan mautnya menyambar-nyambar maka
anak buah Chugoanswe tiba-tiba roboh bergelimpangan dan
satu demi satu tewas! "Ha-ha, mana orang she Chu itu atau si bocah Giam Liong!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengikut Chu-goanswe geger. Mereka berteriak dan yang
selamat tiba-tiba melarikan diri, dikejar dan roboh lagi namun
yang lain masih juga ada yang pergi, lari dan menyelinap
memasuki hutan dan tak lama kemudian berkelebatanlah
bayangan-bayangan hitam dari pengikut Chu-goanswe yang
berdatangan. Mereka yang selamat memberi tahu kepada
kawan-kawannya akan masuknya kakek gimbal-gimbal ini, si
iblis yang amat lihai. Dan ketika ratusan orang tahu-tahu
muncul dan membentak di situ, Lam-ciat telah merobohkan
puluhan kawan mereka yang hancur atau remuk tulang
dadanya maka kakek itu tertawa bergelak ketika dikeroyok.
Panah dari hujan tombak berhamburan.
"Ha-ha, ayo mana Chu-goanswe itu. Mana keturunan Si
Golok Maut dan maju kalian semua kubabat!"
Pengikut Chu-goanswe marah. Mereka. Meluruk dan
menerjang namun Lam-ciat bukanlah lawan mereka. Kakek itu
mengeluarkan Hoan-eng-sutnya dan lenyaplah dia menjadi
ratusan bayangan yang berpindah-pindah. Dan ketika satu
demi satu pengikut Chu Kiang roboh dan binasa, darah mulai
menggenangi tempat itu maka berkelebatlah bayangan
seorang wanita yang membentak nyaring,
"Jahanam dari mana yang berani mem buat onar di sini.
Mampuslah... sing-crat!" dan sebatang pedang yang menusuk
dan langsung menuju ke inti Hoan-eng-sut, mengejutkan si
Hantu Selatan yang cepat berkelit tiba-tiba sudah membacok
dan merobohkan sebatang pohon yang berdebum hiruk-pikuk,
disusul oleh bayangan merah yang masih berkelebatan
menyambar-nyambar, selalu mendahului atau memimpin
barisan pengeroyok yang serangannya diarahkan ke kakek ini.
Dan ketika Lam-ciat terkejut karena lawan yang baru datang
ini amatlah hebatnya, pedang menusuk dan membacok
menyambar-nyambar maka Lam-ciat tertegun karena seorang
wanita cantik yang berusia sekitar empatpuluhan telah
menyerang dengan amat ganasnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa kau, bagaimana ada di sekumpulan kambing-
kambing jantan ini. Apakah kau satu-satunya betina di sini!"
"Keparat!" Wi Hong, bayangan ini, melengking-lengking.
"Aku ibu dari anak yang kaucari-cari, kakek busuk. Aku Wi
Hong yang tak perlu menyembunyikan nama. Siapa kau dan
dari mana datang. Kenapa membunuh-bunuhi pejuang-
pejuang gagah yang bukan tandinganmu ini!"
"Ah, ha-ha..!" si kakek tertawa bergelak, tiba-tiba bersinar
matanya. "Kau Wi Hong dari Hek-yan-pang" Kau murid
mendiang Hek-yan Tai-bo?"
"Tak usah menyebut-nyebut Hek-yanpang. Itu bukan
partaiku lagi, kakek busuk. Sebutkan siapa kau atau nanti mati
sebelum meninggalkan nama.... crat!" lengan baju kakek itu
terbabat, Wi Hong melakukan jurus yang paling berbahaya
dan berteriaklah kakek ini karena nyaris kalah cepat. Dia
dikejar dan mendapatkan serangan bertubi-tubi, tadi ia
memang agak memandang rendah. Tapi begitu
ia mengibaskan tangannya dan Wi Hong terpental mundur,
memekik, maka nyonya itu sudah mendapat ejekan lawan,
Lamciat yang kini menjadi girang.
"Ah, ha-ha. Kalau begitu kau adalah janda si Golok Maut.
Bagus, bagus... mana anakmu dan suruh ia maju. Atau nanti
kau kutangkap dan kutelanjangi di sini. Bukankah kau
tentunya sudah gatal-gatal mendekati pria setelah belasan
tahun ditinggal mati suamimu!"
"Kakek jahanam busuk!" Wi Hong melengking-lengking.
"Selain sombong dan congkak s ikapmu ternyata mulutmu juga
kotor seperti comberan, tua bangka. Siapa kau dan sebutkan
namamu kalau jantan!"
"Ha-ha, aku akan menyebutkan namaku kalau puteramu
datang. Mana dia dan kenapa tidak kelihatan. Apakah takut!"
si kakek mengelak dan mengibas lagi sebuah serangan,
mementalkan pedang W i Hong dan marahlah wanita itu oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sikap lawan yang memandang rendah. Tapi ketika dia
menyerang lagi dan tertangkis serta terdorong, Lam-ciat
mengeluarkan Kim-kangnya maka wanita itu terkejut dan
terbelalak, pedangnya ikut menjadi kuning keemas-emasan
seperti disepuh. ,'Kau... kau memiliki Tenaga Emas. Kau... kau Hantu
Selatan!" "Ha-ha, tajam dan awas pandangan!" si kakek kagum dan
tertawa bergelak. "Kalau begitu tak perlu aku menyembunyikan diri lagi, Sin-hujin. Aku memang Lamciat."
"Aih, mampuslah kau!" dan pedang yang kembali berdesing
dan menusuk kakek itu lalu membuat Wi Hong melakukan
jurus yang disebut Bianglala Menari Sebelas Kali, berputar dan
meliuk dan cepat memecah pedang ketika disampok terpental.
Ia kaget dan sudah menduga akan tangkisan lawan, Kim-kang
atau Tenaga Emas yang dipunyai kakek itu memang hebat
sekali. Dan ketika lawan menangkis dan pedangpun terpental,
Wi Hong menggetarkannya menjadi sebelas maka pedang
wanita inipun bergerak menusuk sebelas tempat yang paling
berbahaya, sebelas jalan darah atau titik kematian.
"Aih, ganas dan berbahaya!" si kakek terkejut berseru
keras. Apa yang dilakukan lawan ini memang benar-benar luar
biasa dan tentu saja tak mungkin ia menangkis sembarangan.
Hujan tombak dan panah masih menyambar-nyambar dari
segala penjuru dan cepat kakek itu meledakkan tangannya.
Dan ketika seberkas cahaya kuning meluncur dari telapaknya,
mencuat dan menyambar ke segala penjuru maka sebelas
tusukan itu terpukul dan Wi Hong sendiri terdorong mundur.
"Crang-crang-crangg!"
Wi Hong terkejut dan berseru tertahan. Ia terpukul balik
oleh cahaya kuning emas yangl dilancarkan si kakek, bukan
hanya sekedar tertolak melainkan juga dipukul balik.
Pedangnya mental dan ganti menyambar mukanya. Dan ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyonya itu melempar tubuh bergulingan dan lawan tertawa
bergelak, Lam-ciat telah memukul mundur nyonya itu maka
kakek ini berkelebat dengan Hoan-eng-sutnya dan tahu-tahu
ia menepuk pundak. "Nah, ini perkenalan dariku.... plak!" W i Hong mengeluh
dan terlempar setombak. Ia baru saja meloncat bangun ketika
tahu-tahu bayangan kakek itu sudah berada dekat dengannya,


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengelak dan menangkis namun lawan lebih cepat. Dan
ketika ia mengeluh karena tepukan itu mengandung tenaga
Kim-kang, panas dan seperti dibakar maka Wi Hong terlempar
dan terguling-guling serta sejenak tak mampu bangkit berdiri,
disangka tewas. "Hujin binasa. Keparat, kakek ini telah membunuhnya!"
"Ha-ha!" Lam-ciat tertawa dan berkelebatan ke pasukan
panah, barisan ini amat mengganggu. "Kalianpun robohlah,
tikus-tikus busuk. Dan susul arwah hujin kalian ke neraka....
plak-plak-plak!" si kakek mengibas dan melempar-lempar
barisan panah itu, mencelat dan berteriak-tepiak seperti
jengkerik diterbangkan angin. Namun ketika kakek itu
berkelebat ke barisan tombak dan hendak merobohkan
mereka pula mendadak Wi Hong sudah bangkit lagi dan
menerjangnya. "Lam-ciat, jangan kira aku begitu mudah kaubunuh!"
Si kakek tertawa. "Weh, masih hidup" Bagus, sekarang
akan betul-betul kubunuh Atau, ah... nanti dulu. Biar
kupertemukan kau dengan Chu-goanswe dan kutontonkan
kepada banyak orang bagaimana kau janda Si Golok Maut
bermain cinta secara telanjang.... ha-ha, plak-plak-plak!" dan
Wi Hong yang ditangkis serta dipentalkan pedangnya tiba-tiba
tak jadi menerima serangan maut si kakek yang menuju
kepalanya. Lam-ciat menjatuhkan pukulannya kembali ke
pundak. Dan ketika nyonya itu terpelanting dan Lam-ciat
berseri-seri membayangkan permainan yang amat luar biasa,
mempermainkan janda s i Golok Maut ini dengan pemberontak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Kiang maka kakek itu berkelebat dan tiga kali melepas
totokan. Wi Hong menangkis dan memaki-maki namun hanya
dua totokan saja yang berhasil ditolak. Totokan ketiga, yang
menuju ketiak atau samping buah dadanya tak sempat
dihindar. Dan ketika ia mengaduh dan berteriak malu, kakek
itu menyentuh sebagian buah dadanya maka Lam-ciat
bermaksud merobohkan nyonya ini dengan satu totokan lagi,
dengan rambut gimbal-gimbalnya.
"Kau tentu menggiurkan. Ayo, roboh dan mana calon
pasanganmu Chu-goanswe itu!"
Namun tiba-tiba terdengar dengus dan bentakan dingin.
Lam-ciat yang menggerakkan rambut gimbalnya menotok si
nyonya tiba-tiba terkesiap kaget karena saat itu juga dari
belakang tubuhnya menyambar sinar putih yang berhawa
dingin. Seseorang muncul di belakangnya dan terdengar
kesiur angin mengerikan yang menyambar kepalanya itu. Dan
ketika kakek ini tersentak karena sambaran angin dingin itu
membuat seluruh tubuhnya meremang, seperti disambar
setan maka kakekr ini berteriak keras ketika kepalanya itu
dibabat sinar putih yang menyilaukan mata.
"Aeehhhhh.... crat-tess!"
Rambut gimbal-gimbal kakek itu terbabat habis. Lam-ciat
berteriak bergulingan karena ia merasa kalah cepat, sambaran
atau hawa dingtn itu demikian luar biasa dan tak sempat ia
menangkis. Dan ketika kakek itu meloncat bangun dan orang-
orang di sekitar bersorak-sorai, kakek itu terbelalak maka
dilihatnya seorang pemuda berdiri tenang dengan caping di
kepala, tenang namun dingin dan menyeramkan!
"Golok Maut!" Kakek itu tertegun. Lam-ciat tentu saja tahu ciri-ciri Si
Golok Maut Sin Hauw, persis pemuda ini namun segera kakek
itu sadar bahwa Sin Hauw sudah tiada. Yang berdiri di
depannya bukanlah Sin Hauw melainkan keturunannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan ketika kakek ini terkejut dan orang-orang di s itu bersorak
menyebut nama Giam Liong, pemuda ini, maka Wi Hong yang
mengeluh dan hampir saja roboh tertotok sudah ditolong dan
memeluk puteranya itu, merah padam.
"Giam Liong, kakek itu jahanam keparat. Ia hampir
mempermalukan ibumu. Bunuh dan cincang dia!"
"Ibu mundurlah," pemuda itu berkata pendek, sikap dan
kata-katanya dingin tak berperasaan. "Kakek ini memang telah
mengganggumu, ibu. Tapi aku akan membunuhnya dan
kucincang seperti perkedel!"
Lam-ciat mengkirik. Dia sudah beradu pandang dengan
pemuda itu, pemuda yang gagah dan tampan namun sinar
matanya sama sekali dingin dan tajam menusuk. Bocah itu
melangkah menghampirinya dan kini berhadapanlah dirinya
dengan pemuda itu, lebih jelas. Dan ketika kakek ini mundur
karena sinar atau pandang mata pemuda itu seakan naga
yang akan mencaploknya, berkilat dan mencorong menakutkan maka kakek ini tergetar karena sekali berhadapan
maklumlah dia bahwa pemuda di depannya ini adalah seorang
pemuda yang memiliki sinkang luar biasa, tenaga sakti yang
Tiga Mutiara Mustika 4 Pendekar Sakti Dari Lembah Liar Karya Liu Can Yang Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 9
^