Pencarian

Naga Pembunuh 16

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 16


Yin. Aku tak mau kau ke mana-mana harus bersama mayat!"
"Tapi... tapi kau menyerang Giam Liong. Kau memiliki
sinkang!" "Hm, dari gurumu. Bukankah Kedok Hitam dan aku dekat"
Sedikit-sedikit aku juga harus dapat membela diri, Yu Yin.
Berjaga-jaga kalau ada orang jahat menyerang!"
"Tapi kau menyerang Giam Liong. Kau seperti suhu yang
suka berbuat curang!"
"Sudahlah, kau tampaknya demikian tergila-gila kepada
Giam Liong. Kau memalukan ayahmu. Betapapun kau tak
boleh bersama mayat!" dan membalik meloncat keluar, Yu Yin
tertegun karena gerakan ayahnya amatlah cepat dan tahu-
tahu menghilang di sana maka gadis ini mengguguk dan tiba-
tiba me loncat berdiri, harus menahan "mayat" Giam Liong
yang juga terbawa naik! "Ayah, kau tak berperasaan. Siapapun yang coba
mengganggu aku dengan mayat kekasihku maka dia akan
kulabrak. Aku memang ingin mati. Aku ingin menyusul
kekasihku ke alam baka!" dan menabrak atau menghantam
pintu sampai jebol, marah bterkelebat keluar maka gadis ini
sudah tak mau tinggal lagi di ruangan itu dan tentu saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggegerkan pengawal di situ yang menjaga di luar. Coa-
ongya sendiri terkejut dan menoleh tapi iapun mendengus dan
lenyap di kamar sebelah. Dan ketika pengawal berteriak
mencegah gadis itu pergi, atau lebih tepat tak boleh
membiarkan Yu Yin membawa mayat Giam Liong maka gadis
itu mengamuk dan kaki tangannya bergerak menendangi
pengawal. "Ayo, maju. Atau kalian mampus*"
Pengawal berteriak terlempar ke kiri kanan. Mereka
menjerit dan tentu saja bukan lawan murid Kedok Hitam ini.
Dan ketika Yu Y in lari dan meloncati tembok pagar, melayang
bagai seekor burung maka dua kakek menyeramkan
menghadangnya. "Ha-ha, kuda binal me larikan diri. Eh, apa kata gurumu,
nona. Mana gurumu dan kenapa kau membawa-bawa mayat
pemuda itu. Berhenti, kami tak mendapat perintah untuk
membiarkan siapapun keluar dari sini!"
"Bagus, kau kakek busuk, Lam-ciat. Hayo antarkan aku ke
neraka atau kau mampus!"
Kakek ini tertawa. Ia berkelebat dengan Hoan-eng-sutnya
dan lenyaplah si gimbal tak dapat diserang, Yu Yin mengamuk
dan menerjang kakek satunya, si gundul Pat-jiu Sian-ong. Tapi
ketika kakek inipun tertawa dingin dan mengelak serta
mengibas, Yu Yin terpelanting maka Lam-ciat muncul lagi dan
tepukannya yang perlahan di pundak gadis ini membuat Yu
Yin berteriak untuk kedua kalinya.
"Ha-ha, tak melihat muka ayahmu tentu kau mendapat
hajaran berat, nona. Tapi melihat ayahmu biarlah kau roboh
dan jangan ke mana-mana!"
"Benair'' Pat-jiu Sian-ong juga berseru. "Tak melihat muka
gurumu tentu kami membunuhmu, nona. Tapi karena kau
murid Kedok Hitam biarlah kami tangkap dan robohkan saja!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yu Yin kalang-kabut. Setelah dia berhadapan dengan
orang-orang ini tentu saja berat baginya mempertahankan
diri. Apalagi, Giam Liong juga melekat di tubuhnya. Ia harus
berhati-hati menjaga kekasihnya itu dan berkali-kali jatuh
bangun kalau mayat kekasihnya ini hendak menerima hajaran
langsung. Sian-ong maupun Lam-ciat dua kali hendak
melampiaskan dendam dengan menampar Giam Liong. Tapi
ketika Yu Yin melindungi pemuda itu dan dua kali pula
memberikan tubuhnya sebagai pengganti, Sian-ong dan Lam-
ciat tentu saja harus menarik pukulannya maka berkelebatlah
bayangan Kedok Hitam dan laki-laki itu membentak.
"Yu Yin, kau mempermalukan guru dan ayahmu. Baiklah,
kau boleh bawa mayat pemuda itu namun setelah itu kau
harus kembali!" Lam-ciat dan Sian-ong terkejut. Kedok Hitam menangkis
serangan mereka dan dua kakek ini terhuyung. Kedok Hitam
melindungi muridnya. Dan ketika dua kakek itu terbelalak
namun Kedok Hitam menyuruh mundur, gadis ini sedang
nekat maka Yu Y in dipersilahkan keluar tapi setelah itu harus
kembali. "Ayahmu memperbolehkan kau pergi. Tapi besok pagi
sudah harus kembali!"
Yu Yin menangis. Ia mengguguk tapi me loncat memutar
tubuhnya, suhunya sudah memerintahkan dua kakek itu
melepaskan dirinya. Dan ketika ia berkelebat dan lari lagi,
meninggalkan istana maka gadis ini tak tahu betapa secara
diamdiam Pat-jiu Sian-ong dan Lam-ciat disuruh membuntuti.
"Awasi dia. Kalau terlalu jauh kalian giring agar tidak terlalu
jauh!" Pat-jiu Sian-ong dan Lam-ciat mengangguk. Mereka
tertawa dan tentu saja sudah bergerak mengikuti gadis itu.
Dan ketika Yu Yin melayang dan meloncati gerbang kota raja,
turun dan berlari cepat di sana maka gadis itu menerobos
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gelap secara nekat. T ak perduli kepada jurang di depan atau
hutan yang pekat. Ia hendak mencari tempat yang enak dan
melepas tangisnya yang menyesak dada. Ia ingin tetap selalu
bersama Giam Liong. Kalau perlu hidup berdua dalam satu
lubang pula. Dan ketika gadis itu meluncur dan jauh
meninggalkan istana, berhenti dan mengguguk di tempat sepi
maka Yu Yin merangkul kekasihnya itu dan berulang-ulang
menyesali kematian Giam Lion. Ia tak tahan namun akhirnya
mengepal tinju. Dan ketika tiga jam kemudian gadis itu
membuang air mata, Yu Yin meratap tiada habisnya maka
gadis, ini menggerakkan tangan dan dengan tangan sebelah
memeluk kekasihnya gadis itu membuat lubang.
"Giam Liong, aku ingin kita berdua mati di sini. Biarlah
kubuat liang lahat dan kita sama-sama tidur!"
Benar saja, begitu lubang selesa i Yu Yinpun terjun. Gila!
Gadis ini tak mau banyak cakap lagi dan selesai menggali
kubur iapun meletakkan Giam Liong di situ, diri sendiri
telentang dan tetap memeluk mayat itu. Dan karena air
matanya sudah habis dan tak ada lagi sisa dikeluarkan, gadis
ini kecewa dan kesal bercampur-aduk maka iapun tidur
bersama "mayat" itu sampai akhirnya matahari menghangati
tubuh keduanya. Malam telah lewat!
"Yu Yin, bangun. Kita harus keluar!"
Bisikan atau kata-kata ini bagai sebuah mimpi. Yu Yin tentu
saja tak tahu bahwa Giam Liong mempergunakan Nui-
kangnya. Ilmu ini membuat Giam Liong mati semu dan semua
itu berlangsung sampai pemuda ini memulihkan tenaganya
lagi. Mati semu mengharuskan Giam Liong duabelas jam tanpa
gerak, itupun sudah dilakukan pemuda ini dan semalam penuh
Giam Liong benar-benar kehilangan tenaga, meskipun smkang
atau tenaga saktinya tetap melindungi dan itulah sebabnya
Kedok Hitam tak mampu merobek perutnya, ketika laki-laki itu
mencoba memisahkan muridnya dengan pemuda ini. Dan
ketika pagi itu Giam Liong pulih lagi dan Nurkang atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelemas tulangnya berakhir, ilmu itu akan bekerja selama
duabelas jam maka Giam Liong me loncat dan berbisik di
telinga kekasihnya itu. T entu saja tahu dan mendengar semua
yang telah terjadi, termasuk pembelaan gadis itu yang
melawan guru dan ayahnya sendiri!
Namun Y u Yin kelelahan. Gadis ini, seperti diketahui, telah
menangis semalam suntuk dan tak mempunyai air mata lagi.
Ia telah membuat lubang pula dan semalam penuh menemani
"mayat" Giam Liong
Jadi ia terlelap dan seakan bermimpi. Maka ketika Giam
Liong berbisik dan pemuda itu me loncat bangun, Nui-kang
atau ilmu mati semunya telah berakhir maka Yu Yin justeru
semakin merasa bermimpi ketika tubuhnya malah diguncang-
guncang. "Sst, bangun, Yu Yin... bangun*'
Gadis ini menggeliat. Saat itu dia benar-benar sedang
bermimpi bersama Giam Liong. Sangkanya, ia berada di alam
baka. Maka ketika tiga kali Giam Liong berbisik dan
mengguncang tubuhnya, ia merasa heran bagaimana Giam
Liong yang mati meremas pundaknya maka gadis ini
membuka mata dan tanpa sadar ia menjerit melihat Giam
Liong ada di s itu. Mukanya bercahaya dan amat tampan.
"Giam Liong?" Giam Liong terharu. Ia mengangguk dan seketika memeluk.
Yu Yin sendiri sudah memeluk dan menubruk dirinya. Dan
karena Yu Yin masih merasa mimpi sedangkan Giam Liong
tidak mengira gadis itu dipengaruhi mimpinya, terharu dan
menitikkan air mata maka gadis ini justeru mengguguk dan
tersedu-sedu di pelukannya.
"Giam Liong, kita... kita di alam baka" Kita dapat bertemu
di sini" Aduh, aku tak mau berpisah denganmu, Giam Liong.
Biar di alam bakapun asal kita tetap berdua!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hush, omongan apa ini" Siapa di alam baka" Kita di
lubang kubur, Yu Yin. Dan kau pula yang membuat liang lahat
ini Kita masih hidup!"
"Hidup" Di tempat sempit ini" Bohong. Kau bergurau, Giam
Liong. Kau telah mati dan kini di alam baka. Aku juga di sini
dan ternyata dapat menyusul. Aduh, aku tak mau kehilangan
kau lagi!" dan Yu Yin yang menangis tapi girang dan bahagia
benar-benar menganggap kekasihnya bohong. Giam Liong
telah mati dan tak mungkin hidup lagi. Kalaupun hidup maka
tentu di alam baka. Maka ketika dia mengguguk tapi Giam
Liong menepuk pundaknya, gadis ini tak percaya maka Giam
Liong mencubit, sekarang tahu dan maklum bahwa kekasihnya
memang seolah sedang bermimpi.
"Tidak, kita benar-benar hidup, Yu Yin, masih hidup. Coba
kaurasakan apakah sakit atau tidak kalau kucubit. Orang mati
tentunya tak akan merasa sakit!"
Yu Yin berteriak. Akhirnya ia menjerit ketika Giam Liong
mencubitnya. Giam Liong hendak menyadarkan kekasihnya ini
bahwa mereka benar-benar masih berada di dunia. Ia maklum
dan dapat mengerti apa yang dialami kekasihnya itu. Maka
begitu ia mencubit dan Yu Yin sadar, gadis itu terbelalak maka
Giam Liong tersenyum dan berbisik, memeluk, penuh haru,
"Nah, apa kataku, Y u Yin. Kita masih hidup dan benar-benar
hidup. Kita di dunia, kita bukan di alam baka"
"Tapi... tapi..." gadis ini bengong, bingung. "Kau telah tidak
bernapas, Giam Liong. Kau telah mati. Jantungmu tidak
berdenyut" "Aku mati semu," pemuda itu menerangkan. "Dan aku tidak
mati sungguh-sungguh. Aku mempunyai sebuah ilmu istimewa
yang disebut Nui-kiang."
"Nui-kang" Kau... kau mati semu?"
"Benar, dan itu telah mengecoh gurumu, Yu Yin, dan juga
ayahmu. Tapi ayahmu mencurigakan. Ia memiliki s inkang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tahu?" "Tentu saja. Ia mencengkeram perutku, Yu Yin. Kalau
sinkangku tidak otomatis melindungi maka tentu perutku
robek. Itu luar biasa!"
Yu Yin menangis. Setelah Giam Liong bicara tentang
ayahnya maka iapun mengguguk lagi, bukan girang dan
bahagia seperti tadi melainkan sedih dan marah. Ayahnya
memang terlalu. Giam Liong yang sudah menjadi "mayat"
hendak dirusak juga tubuhnya. Tapi teringat apakah
semuanya ini tidak bohong, benarkah Giam Liong baru saja
mati semu din pemuda itu masih hidup maka gadis ini
meloncat dan berseru, "Giam Liong, aku masih bingung oleh semuanya ini. Aku
tidak percaya bahwa kau dan aku masih di dunia fana ini.
Bolehkah kubuktikan dan apakah kau keberatan kalau setetes
darahmu kulihat!" "Hm, jangankan setetes. Semuanyapun siap kuberikan, Yu
Yin. Cobalah dan gurat kulitku!"
Gadis ini bergerak. Ia memang masih ragu dan bimbang
oleh semuanya ini. Benarkah ia dan Giam Liong masih berada
di dunia fana. Maka begitu Giam Liong memberikan lengannya
dan pemuda itu tentu saja melemaskan sinkangnya, Yu Yin
menggurat dan mempergunakan kuku jarinya maka benar saja
darah mengucur dan Yu Yin berseru tertahan.
"Benar, kau... kau masih hidup!"
"Tentu, dan kitapun bukan di alam mimpi, Yu Yin. Coba
rasakan darahku dan yakinkan bahwa kau benar-benar tidak
bermimpi!" Yu Yin menangis. Akhirnya ia mencecap darah Giam Liong
dan hilanglah keragu-raguannya bahwa ia dan Giam Liong
berada di akherat. Mereka benar-benar masih hidup dan darah
serta kata-kata Giam Liong terbukti. Dan begitu ia mengguguk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menubruk pemuda ini lagi, mereka masih di liang lahat
maka dua bayangan berkelebat dan itulah Lam-ciat dan Pat-jiu
Sian-ong yang mendengar tangis atau seruan-seruan Yu Yin.
"Heii..!" dua kakek itu terkejut. "Ada apa, Yu Yin" Bocah itu
sudah... celaka!" Lam-ciat dan Pat-jiu Sian-ong menghentikan kata-katanya.
Mereka pucat dan terbelalak melihat Giam Liong. Pemuda itu
sudah di bawah lubang dan mendongak memandang mereka.
Wajah di balik caping itu memerah dan mata seperti seekor
naga mencorong berkobar-kobar. Dua kakek itu terkejut dan
ternganga, melongo. Tapi ketika Giam Liong bergerak dan
menyambit dua golok terbang, hui-to yang bercuit dan
menyambar dua kakek itu maka Lamciat dan Pat-jiu Sian-ong
terjungkal dan seketika menjerit.
"Aduh... iblis!"
Yu Yin terkejut. Ia tentu saja tak tahu bahwa dirinya
sebenarnya dibuntuti. Gurunya telah memerintahkan dua
orang ini agar selalu mengawasi gadis itu. Kalau terlalu jauh
harap dihadang dan disuruh kembali. Maka begitu tertegun
dan pucat melihat Giam Liong, pemuda yang disangka mati itu
mendadak hidup lagi dan melempar hui-to terbang, mereka
tak sempat mengelak dan menjerit bergulingan maka Giam
Liong berkelebat dan melayang ke atas.
"Lam-ciat, Pat-jiu Sian-ong.., kalian manusia-manusia
busuk. Mampuslah!"

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua kakek itu terkejut. Mereka sungguh mati tak mengira
bahwa Si Naga Pembunuh ini masih hidup. Bahkan, kini
menyerang dan menikam mereka dengan dua golok terbang.
Dan ketika mereka bergulingan dan tentu saja menjauh,
pucat, maka Lam-ciat maupun Pat-jiu Sianong sama-sama
berteriak bahwa mereka bertemu iblis.
"Setan, roh pemuda ini bangkit!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, kita bertemu arwahnya, Sian-ong. Ini bukan
jasadnya!" 'Tapi ia mampu menimpuk golok"
"Dan kita terkena... ah!" dan dua kakek itu ya?g pucat dan
bergulingan menjauh akhirnya menjadi semakin kaget lagi
karena Giam Liong mengejar. Pemuda itu berkelebat dan
melepas pukulan jarak jauh. Dan kaJika dua kakek itu menjerit
dan kembali terlempar, Sian-ong malah mencelat dan
terguling-guling maka Lamciat bunu-buru mengeluarkan
Hoan-engsutnya dan meledakkan telapak tangan.
"Lari, kita pergi dulu!"
Namun Giam Liong tentu saja tidak memberi ampun. Ia tak
mau melepas lawannya dan begitu Lan-ciat melarikan diri
iapun mengejar. Tangan kirinya bergerak dan Pek-lui-kang
atau pukulan Halilintar menyambar, meledak dan mengenai
punggung kakek itu sebelum Lam-ciat benar-benar menghilang di balik Hoan-eng-sutnya. Dan ketika kakek itu
mengeluh dan Giam Liong ganti menyambar Pat-jiu Sian-ong,
yang berteriak dan terlempar bergulingan maka kakek gundul
itupun menjerit dan lari tunggang-langgang.
"Ampun, kembalilah ke neraka. Kau bocah iblis!"
Giam Liong menggeram. Dewa Lengan Delapan yang tidak
memiliki ilmu menghilang tak dapat berbuat seperti Lam-ciat.
Kakek itu jatuh bangun dikejar Giam Liong. Namun ketika
Giam Liong mengejar dan terus me lancarkan serangan
bertubi-tubi, pemuda itu hendak membunuh lawannya tiba-
tiba Y u Yin berkelebat dan menyambar lengannya.
"Giam Liong, sudah. Jangan dibawa ke kota raja!"
"Maksudmu?" Giam Liong terkejut.
"Kakek itu lari ke istana, Liong-ko. Kau akan celaka lagi di
sana dan aku tak mau"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa?" "Apa apa" Aku bilang kau tak usah mengejar mereka itu.
Lam-ciat dan Pat-jiu Sian-ong kembali ke istana!"
"Tidak, bukan itu. Aku ingin mendengar sekali lagi kata-
katamu itu!" "Kata-kata apa. Aku sudah jelas bicara!"
"Tidak, bukan itu. Aku ingin mendengar kau menyebutku
lagi seperti tadi. Panggilanmu itu!"
"Panggilan apa?"
"Sebutan Liong-ko (kanda Liong). Ah, meremang bulu
kudukku mendengar panggilanmu tadi, Yu Yin. Sebut sekali
lagi dan aku tidak akan mengejar mereka!"
Yu Yin terkejut. Tiba-tiba ia menjadi merah dan
panggilannya tadi yang dikeluarkan tanpa terasa kiranya te lah
membuat Giam Liong panas dingin. Ia jengah tapi tentu saja
tak mau disuruh memanggil lagi. Dan ketika Giam Liong
terbelalak karena gadis itu tak mau mengulang, Giam Liong
bergerak dan kembali mengejar Pat-jiu Sian-ong maka Yu Y in
membentak, "Liong-ko!" Giam Liong tertawa bergelak. Kemarahan dan kebenciannya terhadap Pat-jiu Sian-ong maupun Lam-ciat
sekonyong-konyong berantakan oleh panggilan atau bentakan
ini. Yu Yin boleh membentaknya tapi bentakan itu adalah
bentakan cinta kasih. Di balik bentakan itu terkandung rasa
cemas dan gelisah. Giam Liong seketika merasa bahagia! Dan
ketika ia menghentikan larinya dan membalik menyambar
gadis itu, memeluk dan mencium maka Si Naga Pembunuh
yang tadi beringas dan sadis itu sudah menjadi lembut dan
bercahaya. Mukanya berseri-seri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha, alangkah bahagianya mendengar sebutan ini, Yu
Yin. Ah, betapa bahagia dan besar hatiku. Aduh, kau
kekasihku cantik. Kau sayangku... cup-cup!" dan Giam Liong
yang mencium serta menghabiskan wajah kekasihnya untuk
diciumi tiba-tiba membuat Yu Yin mengeluh dan panas dingin.
Gadis itu merasakan kebahagiaan yang luar biasa pula dan
iapun roboh di pelukan Giam Liong. Dibiarkannya pemuda itu
melumat bibir dan menciumi wajahnya. Namun ketika ia
mendeprok lemas dan Giam Liong terkejut, mendorong dan
melepaskan kekasihnya maka pemuda itu bertanya, heran,
Yin, kau kenapa?" Gadis itu menangis, tak menjawab.
"Eh, kau kenapa, moi-moi" Ada apa" Kenapa lemas dan
tiba-tiba lunglai begini" Sakitkah?"
Gadis itu terbelalak. Giam Liong yang semula terkejut dan
bertanya-tanya tiba-tiba dibuat kaget dan bingung karena
tiba-tiba gadis itu tersenyum. Aneh, air mata masih berderai
tapi kekasihnya tersenyum. Dan ketika ia menjublak dan
bingung serta tak mengerti mendadak kekasihnya itu tertawa!
"Giam Liong, kau bilang apa tadi" Kau sebut apa kepadaku
tadi?" "Hm," pemuda ini tersipu, jengah. "Aku menyebutmu moi-
moi, Yu Yin. Sama seperti kau menyebutku Liong-ko. Kenapa
kau tertawa sementara tadi menangis dan lumpuh!"
"Hi-hik, aku... aku geli!"
"Geli" Kau menangis karena geli?"
"Tentu saja bukan. Aku menangis karena bahagia, Giam
Liong. Dan ketawa karena geli. Aku geli karena kau
menyebutku moi-moi. Ihh, mesra dan hangat sekali kata-
katamu itu. Aku minta diulang!"
"Gila!" dan Giam Liong yang ketawa dan menyambar
kekasihnya ini lalu mencium dan melumat bibirnya. Pusing-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pusing ia memikirkan kekasihnya ternyata kekasihnya itu geli
dan bahagia. Konyol, ia tadi menyangka sakit atau apa. Maka
begitu ia mengerti dan mencubit serta mencium maka
kekasihpun dibawa meloncat dan Giam Liong terbahak-bahak.
"Moi-moi, kau sungguh gila. Bingung-bingung aku
memikirkanmu ternyata kau malah geli dan bahagia. Sialan,
siapa mau memanjakanmu kalau begini" Hayo ke atas, awas
kulempar!" dan Giam Liong yang melempar dan menerima
kembali tubuh kekasihnya untuk dijadikan mainan akhirnya
membuat Y u Yin terkekeh dan senang. Gadis itu bahagia dan
gembira sekali. Lupa sudah segala urusannya dengan sang
ayah atau guru. Lupa sudah segala urusannya dengan istana.
Tapi ketika Giam Liong melempar-lemparnya ke atas dan
pemuda itu tertegun teringat sesuatu, ia berhenti dan meraba
punggungnya maka pemuda ini berubah.
"Yu Yin, mana Golok Mautku!"
Yu Yin terkejut. Ia baru saja bersenang-senang dan
merasakan bahagia. Ia baru saja merasakan nikmatnya cinta.
Maka begitu sang kekasih menurunkannya dan Giam Wong
bertanya tentang goloknya, senjata yang dirampas gurunya
maka gadis itu sedih, seketika terisak.
"Golokmu dibawa suhu, Giam Liong. Suhu merampasnya..."
"Gurumu...?" "Benar." "Kalau begitu aku harus ke sana!"
"Giam Liong!" Yu Yin membentak, berkelebat dan
menghadang. "Kau mau mencari penyakit" Kau tidak mau
mendengar kata-kataku?"
"Hm, senjata tiada ubahnya nyawa, Yu Yin. Aku akan
merampasnya kembali dan tak boleh dibawa orang lain. Itu
warisan ayahku" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tak boleh ke sana, kalau kau benar-benar mencintai
aku. Tunggu dan biar aku yang memintanya dari suhu. Atau,
kalau ia tak mau memberikan biar kucurinya!"
Giam Liong tertegun. Kekasihnya ini berdiri tegak dengan
mata berapi-api. Mereka beradu pandang tapi Giam Liong
akhirnya menarik napas, dalam-dalam. Dan ketika perasaannya kembali mendidih karena Golok Maut, senjatanya, dirampas Kedok Hitam maka ia mengangguk dan
mengertakkan gigi. "Baik, aku menuruti nasihatmu, Yu Yin. Tapi tiga hari kau
tak kembali maka aku akan menyerbu istana. Tempat gurumu
kuobrak-abrik!" "Aku akan membantu sebisaku, tapi jangan terlalu singkat,"
gadis itu terisak" "Maksudmu?" "Jangan tiga hari, Giam Liong, tetapi berilah waktu tujuh
hari.." "Tidak, tiga hari sudah cukup. Y u Yin. Aku tak mau senjata
warisan ayahku berlama-lama di tangan orang lain. Kau
sanggup atau tidak!"
"Kalau tidak?" "Aku akan pergi dan ke tempat gurumu sekarang. Aku tak
perduli!" Yu Yin membentak. Ia marah sekali melihat kekerasan
kepala pemuda uu. Giam Liong benar-benar tak dapat ditekuk.
Tapi mengangguk dan berkelebat memutar tubuhnya gadis itu
menangis. "Baik, kau tunggu aku tiga hari, Giam Liong. Nyawapun
siap kupertaruhkan untuk golokmu!"
Giam Liong tertegun. Ia menjublak aan membelalakkan
mata. Yu Yin telah marah dan meninggalkannya. Padahal,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baru saja mereka dimabok cinta. Dan geram oleh perbuatan si
Kedok Hitam iapun membalikkan tubuh dan berseru, "Baik,
tiga hari kita bertemu lagi, Yu Yin. Kutunggu kedatanganmu di
tempat Chu-goanswe!"
Dua muda-mudi itu berpisah. Mereka sama-sama marah
karena masing-masing merasa terganggu. Yu Yin dengan
kekerasan kepala Giam Liong sementara pemuda itu dengan
perbuatan si Kedok Hitam.
Benci dan cinta silih berganti mempermainkan dua muda-
mudi ini. Dan ketika Yu Yin lenyap di sana dan Giam Liong
juga lenyap di sini, di hutan itu maka dua muda-muda itu
saling menggigit bibir dan sama-sama mengepalkan tinju!
* *dewi* * "Heii... Sin-siauwhiap muncul. Heii, dia datang!"
Pekik atau sorakan orang-orang di hutan menggegap-
gempita. Mereka melihat Giam Liong yang memasuki hutan
dan pemuda yang baru saja berkelebat dan marah-marah
gara-gara Golok Mautnya disambut ramai. Chu-goanswe, yang
diberi tahu anak buahnya dan menyeruak maju sudah pula
melihat pemuda ini. Dan begitu ia melihat begitu pula ia
menggigil, gemetar. "Sin-siauwhiap, kau... kau ini?"
"Hm, mana ibu?" Giam Liong tak menjawab, justeru
bertanya ibunya. "Di mana ibuku, goaaswe. Dan kenapa kalian
tidak meneruskan serbuan!"
Sang jenderal tertegun. Ia melihat muka yang merah dan
mata yang berkilat dari pemuda ini. Seketika jenderal itu
maklum bahwa sesuatu yang tidak menenangkan terjadi.
Pemuda itu sedang marah! Dan ketika ia mengerutkan kening
tetapi menangkap lengan pemuda ini, meremas-nemasnya
maka jenderal itu bertanya, suaranya juga menggigil,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siauwhiap, kau masih hidup" Ini bukan rohmu yang
gentayangan di muka bumi" Kau benar-benar masih Giam
Liong putera Si Golok Maut?"
"Hm, kenapa kautanyakan itu" Aku memang masih hidup,
goanswe. Dan aku Giam Liong yang seperti dulu. Kenapa kau
tanyakan ini!" "Sst, tapi kau dikabarkan tewas. Kau terbunuh di lubang
sumur rahasia. Kau dicelakai Kedok Hitam!"
"Itu betul, tapi Kedok Hitam tak mampu membunuhku. Aku
masih sehat dan kini aku mencari ibu"
"Ibumu pergi, dia menyusulmu ke istana!"
"Hah?" "Benar, ah, celaka, siauwhiap... celaka! Ini gara-gara berita
yang kudengar dari istana. Mati-matian aku menutup rahasia
ini agar tidak terdengar anak buahku. Ah, mari ke dalam dan
duduk di kemahku!" Chu-goanswe menarik dan menyambar
lengan pemuda ini. Dia sudah mencengkeram dan mendapat
bukti bahwa Giam Liong masih hidup. Ia merasakan tangan
yang hangat dan dapat dipegang. Juga kaki pemuda itu
menginjak tanah. Dan karena roh atau arwah halus tak
mungkin dapat dipegang, juga kakinya tak menginjak bumi
padahal pemuda ini tidak, berarti yang dihadapi bukanlah
mahluk halus melainkan benar-benar pemuda itu maka Chu-
goanswe gemetar dan membawa pemuda ini memasuki
kemahnya. Bayangan-bayangan berkelebat dan itulah pembantu-pembantu Chu-goanswe. Namun ketika jenderal ini


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengusir dengan tangannya dan bayangan-bayangan itu
tertegun, keluar maka jenderal itu berkata bahwa siapa pun
tak boleh masuk. "Aku hendak bicara penting dengan Sin-siauwhiap. Kalian
semua jaga di luar!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak buah Chu-goanswe melongo. Mereka sebenarnya
hendak mengelu-elukan datangnya pemuda itu karena
pemuda itu di tunggu-tunggu hasilnya setelah mengejar
musuh. Kedok Hitam dan kawannya lari ke istana dan pemuda
itu memburu. Dan ketika tiba-tiba pemuda itu datang dan
kemunculannya seperti iblis, mengejutkan tapi tentu saja
menggirangkan maka mereka kecewa karena Chu-goanswe
tak memperbolehkan mereka bicara.
"Apa yang hendak dibi?arakan. Kami juga ingin bicara!"
"Hush, tahan mulutmu, Pang Kui. Goanswe tentu ingin
bicara penting dan bukan hanya sekedar melihat Sin-
siauwhiap. Musuh telah mendesak kita sampai ke mari!"
"Tapi kita dapat membalas. Sin-siauwhiap sudah ada di
sini!" "Benar, itu sekarang. Tapi kemarin Sin-siauwhiap hilang.
Musuh telah memperdayainya!"
"Sudahlah, aku juga ingin bicara dan biar nanti saja setelah
keluar aku menemuinya. Aku juga ingin memegang-megang
Sin-siauwhiap!" Dua orang itu bertengkar sendiri. Mereka tiba-tiba ribut
namun seorang komandan tiba-tiba membentak. Mereka
disuruh diam dan segeralah dua orang itu diam, meskipun
masing-masing saluig melotot, marah! Dan ketika dua orang
itu pergi dan masing-masing berpisah, mungkin mereka bisa
bertengkar lagi kalau tetap bersama maka di kemahnya
jenderal ini pucat dan bingung silih berganti, Giam Liong lagi-
lagi menanya ibunya. "Mana ibuku. Kenapa ia tak kelihatan!"
"Inilah," sang jenderal bicara. "Kemarin ibumu muncul,
siauwhiap, mencari-carimu. Tapi karena kau sedang mengejar
Kedok Hitam dan ibumu kuberi tahu maka ia marah-marah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menyalahkan aku. Katanya kenapa aku membiarkanmu ke
tempat musuh padahal ia sudah ada di sini!"
"Hm, lalu bagaimana?"
"Tentu saja kuterangkan bahwa mula-mula tidak begitu,
siauwhiap. Bahwa ibumu diculik Kedok Hitam dan kau
mengejarnya. Aku sendiri tak tahu bagaimana ia tiba-tiba
muncul, selamat!" "Ibu ditolong ayah angkatku, aku juga baru tahu."
"Ah, Pek-jit-kiam Ju-taihiap?"
"Benar, dan isterinya, goanswe. Dan aku telah bertemu
mereka." "Tapi kau tetap mengejar Kedok Hitam. Ibumu lalu
menyusul!" "Hm, aku memang ingin membunuh musuhku itu. Aku ingin
menghirup darahnya!"
"Tapi ini membuat ibumu cemas. Ia menyangka kau tak
tahu bahwa dirinya selamat, siauwhiap. Dan begitu ia datang
begitu pula ia pergi l?gi. Apalagi ketika didengarnya bahwa
kau tewas di lubang jebakan!"
"Secepat itu ibu mendengar berita?"
"Kedok Hitam dan orang-orangnya Coa-ongya mengabarkan hal ini, siauwhiap. Dan aku sendiri mati-matian
meredam berita. Aku takut anak buahku dengar dan
perjuanganku gagal!"
"Hm, aku sekarang tak memikirkan yang lain. Aku
memikirkan ibu. Kalau ibu ke istana berarti aku harus
menyusulnya pula!" "Benar, dan aku girang kau datang, siauwhiap. Aku dapat
membalas musuh yang telah memukulku di pintu gerbang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku dan pasukanku terpaksa mundur setelah kami menghajar
pasukan kerajaan. Aku juga siap membantu!"
Namun Giam Liong tiba-tiba tertegun. Ia teringat
perjanjiannya dengan Y u Yin dan itu berarti memaksa dirinya
harus menunggu. Bingung dan gelisahlah pemuda ini
merasakan keadaannya. Dan ketika Chu-goanswe tertegun
dan heran kenapa punggung pemuda itu kosong, golok yang
biasa ada di situ sudah tak ada lagi maka jenderal ini
bertanya, perlahan, "Siauwhiap, mana Golok Mautmu" Hilang?"
"Hm," Giam Liong bangkit berdiri, mondar-mandir. "Ini
yang membuat aku marah, goanswe. Aku baru saja
bertengkar dengan Yu Yin gara-gara golok ini. Senjataku
dirampas Kedok Hitam!" .
"Yu Yin" Murid atau puteri Coa-ongya itu?"
"Benar, dia. Dan aku berjanji untuk bertemu lagi tiga hari,
di s ini. Ah, bagaimana ini!"
Chu-goanswe tertegun. Tiba-tiba iapun menjadi bingung
oleh kata-kata ini, juga tak enak. Ia tahu hubungan apa yang
ada di antara muda-mudi ini. Sebagai orang tua tentu saja ia
menangkap apa yang telah terjadi. Namun karena urusan itu
urusan pribadi dan tak enak rasanya mencampuri urusan
anak-anak muda, dia tak berhak ikut campur maka jenderal ini
akhirnya menarik napas panjang dan berseru,
"Kalau begitu bagaimana, siauwhiap" Aku hanya mengkhawatirkan ibumu. Aku bisa-bisa saja menunggu tiga
hari lagi tapi jangan-jangan terjadi sesuatu dengan ibumu.
Musuh amat licik dan kejam!"
"Aku juga berpikir begitu. Tapi bagaimana janjiku dengan
Yu Yin. Ah, bagaimana semuanya ini jadi begini!"
"Kalau aku sebaiknya kita serbu dan masuk. Tapi semuanya
terserah dirimu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tak dapat menarik ludahku, goanswe. Bagi seorang
gagah lebih baik mati daripada menjilat ludah kembali!"
"Aku tahu. Ah, terserah siauwhiap sajalah," dan Chu-
goanswe yang mengangguk dan diam-diam kagum akan
kegagahan Giam Liong memegang janji lalu mempersalahkan
pemuda itu beristirahat dan keluar menemui anak buahnya.
Diam-diam kecewa tak dapat menyerbu saat itu juga namun ia
dapat memahami kekesatriaan puteri Si Golok Maut ini. Giam
Liong memang pemuda gagah. Keturunan Si Golok Maut itu
memang lelaki jantan. Dan ketika jenderal itu juga terpaksa
menahan hatinya sementara ia mulai mempersiapkan pasukan
untuk menyerang tiga hari lagi waktu yang dirasa terlalu lama
maka Giam Liong atau Si Naga Pembunuh mondar-mandir di
dalam kamarnya. Giam Liong gelisah dan bingung mendengar
ibunya ke istana. Ia menyesal bahwa terlanjur berjanji dengan
Yu Yin untuk menunggu tiga hari lagi. Tapi karena janji
tetaplah janji dan ia harus menepati, Giam Liong mengertak
gigi membayangkan keselamatan ibunya maka di lain tempat
memang terjadi apa yang dikhawatirkan Chu-goanswe. Roboh
dan tertangkapnya wanita ini!
* * * d w * * * * Hari itu, ketika Wi Hong atau Kim-hujin ini dibebaskan dari
cengkeraman si Kedok Hitam maka wanita itu kembali ke
tempat Chu-goanswe. Namun hutan di mana jenderal itu dan
pasukannya berperang ternyata sudah berpindah. Gerakan
atau serbuan pasukan pejuang sudah maju di depan mengejar
musuh. Sepak terjang Giam Liong yang membuat Kedok Hitam
melarikan diri sementara Lam-ciat maupun Pat-jiu Sian-ong
harus menyingkir membuat pasukan kerajaan jerih dan
gentar. Mereka melihat tandang yang mengerikan dari
pemuda bercaping itu. Melihat Giam Liong mengingatkan
orang akan mendiang ayahnya, sungguh mirip dan sama-sama
menggiriskan. Namun karena pemuda ini lebih hebat lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena ia mampu menghalau Kedok Hitam, juga kawan-
kawannya yang lain maka orang lebih ngeri me lihat golok
mautnya yang berseliweran naik turun. Di tangan pemuda ini
tampaknya Golok Maut lebih hidup dan haus darah. Sebali
berkelebat tujuh sampai sepuluh kepala putus, mencelat dan
menggelinding dari tempatnya karena sudah terbabat oleh
keredep sinar putih itu, yang hanya tampak seperti kilat
menyambar. Dan karena lawan tentu saja gentar dan pasukan
kerajaan mundur tak berani menghalangi pemuda ini, yang
bergerak dan membuka jalan darah untuk mengejar Kedok
Hitam maka pasukan Chu-goanswe memperoleh kemenangan
dan menghajar musuh dengan berani. Namun pasukan itu
tertahan di pintu gerbang. Musuh sudah lenyap memasuki
kota dan di sini Chu-goanswe menunggu. Wi Hong atau Kim-
hujin itu sendiri masih di belakang karena mengejar di hutan
pertama. Dan ketika Chu-goanswe gemas karena lawan
menutup diri, pintu dipertahankan rapat dan anak-anak panah
juga dilepas dari tembok tinggi, jenderal ini tak mau
pasukannya menjadi korban maka apa boleh buat dia harus
menunggu tapi alangkah kagetnya dia ketika tengah malam
terdengar sorak-sorai gemuruh yang menyatakan bahwa Giam
Liong atau Si Naga Pembunuh tertangkap, tewas.
"Horee... Si Naga Pembunuh tertangkap. Horee... ia
terbunuh!" Chu-goanswe dan pasukannya kaget. Di balik pintu
gerbang terdengar sorai dan pekik gegap-gempita. Musuh
mengabarkan kematian Giam Liong dan jenderal itu ten-tu
saja berubah. Kalau ini benar maka celakalah dia. Pasukannya
bisa terpukul! Dan ketika benar saja pintu gerbang dibuka dan
dua orang yang amat ditakuti muncul, Pat-jiu Sian-ong dan
Lam-ciat maka jenderal ini terkejut dan tersentak.
"Ha-ha, bocah she Sin itu telah kami bunuh. Kalian tak
perlu ditakuti lagi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu-goanswe dan pasukannya diserang. Tengah malam itu
musuh benar-benar garang dan mereka tak takut lagi
membuka pintu gerbang. Dua kakek hebat, Pat-jiu Sian-ong
dan Hantu Selatan berkelebatan. Dan ketika mereka tertawa-
tawa dan Chu-goanswe digempur, jenderal itu masih tertegun
dan terkejut maka Chu-goanswe yang sadar dan tak mau
percaya begitu membentak meminta bukti.
"Kalian bohong, tak mungkin Sin-siauwhiap binasa. Mana
buktinya dan mana mayat atau kepalanya!"
Pat-jiu Sian-ong dan Lam-ciat tertegun. Memang
tertangkapnya Giam Lionodi sumur jebakan disebarluaskan
untuk membangkitkan kembali semangat pasukan kerajaan
yang patah. Mereka terpukul oleh kehebatan pemuda ini yang
lihai dan amat luar biasa, di mana semuanya itu dimanfaatkan
Chu-goanswe dan pasukannya untuk menghantam mereka.
Maka begitu Giam Liong terjeblos dan pihak kerajaan
menyebarluaskan hal ini agar pasukan Chu-goanswe terkejut,
dipukul mentalnya maka pintu gerbang dibuka dan Chu-
goanswe yang kaget serta terheran-heran lalu diserbu dan dua
kakek itulah yang mengobrak-abrik pasukannya. Kedok Hitam
sendiri sudah terlalu lelah karena harus mengurusi Giam
Liong. Pemuda luar biasa itu benar-benar menghabiskan
tenaganya. Dan ketika Chu-goanswe diserbu dan anak
buahnya terkejut, termakan dan percaya berita ini maka Chu-
goanswe yang cerdik dan banyak pengalamannya segera
membangkitkan semangat pasukannya untuk minta bukti dan
kepala Giam Liong. Dan bentakannya atau seruannya yang
keras ini memang mempengaruhi juga anak buahnya.
"Benar, mana bukti kepala Sin-siauwhiap. Mana mayatnya!"
Pasukan kerajaan marah. Mereka tentu saja tak dapat
memberikan bukti karena pemuda itu sedang terjeblos di
sumur dalam. Kalau diminta mayat atau kepalanya mana
mungkin mereka dapat" Maka ketika seruan atau bentakan
Chu-goaswe ini diikuti pasukannya, semua minta bukti dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepala Giam Liong maka lawan menjadi gusar dan menyerang
dengan marah. "Bukti bahwa kami membuka pintu gerbang sudah cukup.
Mau bukti apalagi!" Namun Chu-goanswe tertawa mengejek. Bukti yang ini
bukanlah bukti. Jenderal itu menahan Pat-jiu Sian-ong
danLamciat bersama pasukannya, sayang terdesak dan apa
boleh buat mundur mempertahankan diri. Dan ketika dua
kakek itu mengamuk karena para pejuang tak termakan,
berita itu masih diragukan maka Pat-jiu Siap-ong maupun
Hantu Selatan menjadi marah karena semangat lawan yang
mau dipukul ternyata kembali lagi. Ini berkat Chtt-gt>answe
itu. "Keparat, bunuh jenderal ini, Pat-jiu Sian-ong. Tarik dan
betot jantungnya. Lidahnya beracun!"
Namun Chu-goanswe dilindungi banyak orangnya. Jenderal
itu tentu saja bersembunyi dan dari jauh ia me lancarkan
serangannya. Anak-anak panahnya menyambar dan berkat
kekebalan sinkangnya saja maka Pat-jiu Sian-ong maupun
Lam-ciat dapat menolak. Tapi karena dua kakek itu memang
hebat dan pasukan kerajaan ju-ga menyerbu dengan penuh
nafsu sekali, mereka ingin membalas dan membunuh musuh
sebanyak-banyaknya maka Chu-goanswe terdesak dan
bersama pasukannya ia harus terus mundur dan mundur.
Malam yang gelap memberinya keuntungan juga.
"Mundur... mundur...!"
Pasukan pejuang tahu diri. Tanpa Giam Liong memang
berat bagi mereka. Keragu-raguan timbul juga. Apa
sebenarnya yang telah terjadi dengan Si Naga Pembunuh itu"
Betulkah ia tewas" Kalau tewas kenapa musuh tak dapat
menunjukkan mayatnya" Kalau tidak kenapa musuh berani
membuka pintu gerbang" Dan karena semua ini membuat
bingung pasukan pejuang dan hadirnya dua kakek seperti Pat-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jiu sian-ong maupun Lam-ciat itu juga terlampau berat,
mereka memang bukan tandingan maka para pejuang ini


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mundur dan membiarkan musuh merangsek mereka. Chu-
goanswe membawa pasukannya ke hutan-hutan di kiri kanan
kota raja dan di situlah mereka akhirnya menyembunyikan
diri. Hal ini menyulitkan pasukan kerajaan karena mereka tak
dapat bekerja dengan baik. Satu demi satu musuh menyelinap
dan memasuki gerumbul semak-semak. Malam yang gelap
membuat mereka repot juga. Dan ketika lawan tak dapat
diburu karena menyembunyikan diri di hutan-hutan, pasukan
Chu-goanswe memang terbiasa dengan cara seperti itu maka
pasukan kerajaan tak dapat memuaskan hatinya dan hanya
seratus lebih pasukan lawan yang dapat dibantai. Mereka
sendiri juga jatuh korban.
"Keparat, kurang ajar!"
Pat-jiu Sian-ong maupun Lam-ciat hanya memaki-maki.
Mereka inipun tak dapat membunuh Chu-goanswe karena
buru-buru jenderal itu diselamatkan pasukannya. Mereka
bukanlah ahli perang me lainkan ahli silat. Maka begitu Chu-
goanswe menyelinap dan berlindung di balik pasukannya, para
pembantunya sudah membantu jenderal ini menyembunyikan
diri di hutan kiri kanan kota raja maka lawan gigit jari karena
pentolan pemberontak masih hidup. Selanjutnya mereka
pulang dan melaporkan keadaan. Dan ketika Chu-goanswe
bersama pasukannya bersembunyi di hutan, kasak-kusuk
sendiri maka sejam kemudian sebuah bayangan berkelebat
dan itulah Wi Hong atau Kim-hujin.
"Mana Chu?goanswe. Mana puteraku Giam Liong!"
Seorang pejuang memberi tahu. Ialah yang bertemu
dengan nyonya ini dan langsung saja ia bercerita bahwa Giam
Liong dikabarkan tewas. Mereka diserang pasukan kerajaan
dan pejuang itu pucat terbata-bata. Dan ketika Wi Hong
melengking dan lengkingannya itu didengar semua orang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serentak Chu-goanswe dan lain-lain muncul maka jenderal itu
terkejut melihat Kim-hujin ini.
"Mana puteraku, benarkah ia tewas!"
Jenderal Chu tersentak. Wi Hong menyambar dan tahu-
tahu iapun sudah dicengkeram. Jenderal ini sedang cemas dan
bingung oleh keadaannya, juga lelah karena ia didesak musuh.
Tapi begitu disambar dan dicengkeram leher bajunya, ia sadar
dan dapat menenangkan diri maka jenderal ini mendesis,
"Hujin, kami tak tahu apa yang terjadi. Tapi sabarlah, aku
tidak percaya bahwa puteramu tewas."
"Tapi ia tak ada di sini. Pasukan kerajaan memukul mundur
kalian!" "Benar, tapi kami juga tak percaya berita itu, hujin. Kami
tak mau menelan mentah-mentah. Sabar dan tenanglah dan
dengar kata-kataku..."
Namun si nyonya membanting kaki. Wi Hong berteriak
bahwa ia tak mau sabar atau tenang lagi. Puteranya di tangan
musuh. Dan ketika sekali lagi ia bertanya apakah benar Giam
Liong tak ada di situ, Chu-goanswe mengangguk dan mau
menerangkan tapi ia berkelebat dan mendorong jenderal itu
sampai terjengkang maka Wi Hong berkelebat dan berseru
marah, "Goanswe, aku meminta pertanggungjawabanmu kalau ada
apa-apa dengan anakku. Awas, aku tak terima!"
"Heii..!" Chu-goanswe berteriak, tak digubris. "Tunggu
dulu, hujin. Tunggu. Jangan ke sana karena terlampau amat
berbahaya!" "Aku tak perduli. Demi anak aku sanggup menerjang
bahaya!" dan sang nyonya yang sudah meluncur dan terbang
keluar hutan tiba-tiba membuat Chu-goanswe terkesiap.
Jenderal itu hendak menerangkan bahwa jangan-jangan
semua itu hanya kabar kosong belaka. Musuh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempergunakan perang syaraf untuk meruntuhkan mereka.
Tapi karena sang nyonya sudah berkelebat dan jenderal ini
heran bagaimana nyonya itu tahu-tahu ada di situ, padahal
sebelumnya sudah diculik dan dibawa Kedok Hitam maka
jenderal ini mendelong dan mengawasi saja kepergian orang
dengan mata terbuka lebar-lebar. Diam-diam ia mengeluh
kenapa nyonya itu justeru mengancamnya. Bukankah mati
hidup adalah resiko perjuangan. Tapi ketika nyonya itu lenyap
dan anak buahnya juga terbelalak bagaimana Kim-hujin itu
tiba-tiba muncul, lepas dari tangan Kedok Hitam maka Wi
Hong sendiri sudah menuju ke kota raja dan mengamuk.
Nyonya ini, dalam khawatir dan cemasnya tak lagi mau
mendengarkan apapun. Ia ingin berkumpul dengan puteranya
itu lagi ketika tahu-tahu didengarnya cerita bahwa puteranya
tewas. Susah-susah ia mencari puteranya tahu-tahu puteranya
itu dibakarkan mati. Siapa tidak mendidih! Maka begitu
mendorong Chu-goanswe dan tidak perduli sang jenderal
terjengkang, nyonya ini marah maka Wi Hong terbang dan
meluncur ke kota raja. Dan pertamatama yang dilihat adalah
sisa-sisa pasukan yang berjaga-jaga, yakni pasukan yang
merawat atau mengurusi yang luka-luka atau terbunuh.
"Mana anakku Giam Liong. Siapa yang membunuh!"
Pasukan terkejut. Mereka itu tahu-tahu disambar bayangan
seorang wanita dan seketika itu juga terlempar. Mereka
ditendang dan dibanting. Dan ketika Wi Hong mengamuk di
sini dan menanya di mana anaknya, siapa yang membunuh
maka seratus pasukan yang ada di situ tunggang-langgang
dihajar. "Hayo, mana anakku Giam Liong. Siapa yang membunuh!"
Pasukan menjerit dan kocar-kacir. Mereka tidak menyangka
kedatangan wanita ini dan Pat-jiu Sian-ong maupun Lam-ciat
juga telah kembali ke kota raja. Dua kakek itu juga berpikir
bahwa tak mungkin ada musuh menyerbu. Chu-goanswe baru
saja dihajar. Maka begitu seorang wanita berkelebat dan tahu-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu mengangkat atau melempar tujuh orang perajurit, yang
berteriak dan mengaduh maka Wi Hong mengejar dan
menginjak-injak tujuh orang ini, yang lain ditampar dan
dipukul dengan hawa saktinya.
"Hayo, mana puteraku Giam Liong.
Siapa yang membunuh!" Para perajurit pucat, Tujuh teman mereka yang diinjak dan
dibentak-bentak itu tiba-tiba berkeratak tulang punggungnya.
Sebelum menjawab mereka itu sudah mati. Perut mereka
pecah! Dan ketika Wi Hong marah karena tujuh perajurit ini
tak menjawab, tentu saja tak dapat menjawab karena tewas
maka ia meloncat dan pedangpun dicabut untuk membabat
lawanlawan lain yang ada di situ.
"Baik, tak ada di antara kalian yang menjawab. Aku akan
membunuh dan kalian sebut nama nenek moyangmu... crat-
crat!" lima perajurit berteriak ngeri, roboh dan terjungkal
karena belum apa-apa mereka itu disambar pedang. Gerakan
Wi Hong amatlah cepatnya karena jelek-jelek ia mempergunakan Im-kan-to-hoatnya, silat golok yang dima inkan pedang. Dan ketika lima tubuh menggelepar di
bawah, mandi darah maka nyonya ini bergerak dan sudah
berkelebatan mencari korban-korban yang lain.
"Mari... mari, aku akan membunuh semua orang di sini!"
Pedangpun menyambar-nyambar bagai siluman haus
darah. Lawanpun berteriak dan melempar tubuh ke sana ke
mari namun pedang menyambar juga. Wi Hong tahu-?iahu
telah membunuh tigapuluh orang lebih. Dan ketika yang lain
menjadi kalut dan komandan juga menerima getahnya, laki-
laki tinggi besar itu terbacok dan putus lengannya maka Wi
Hong mengejar dan pedangpun dengan buas menyambar
leher. "Siapa yang mencari penyakit boleh mampus di sini. Mari,
kuantar ke neraka... crat!" kepala komandan itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggelinding, sama buas dan sadis seperti kalau Giam Liong
membunuh musuhnya. Dan ketika Wi Hong mengejar yang
lain namun sisa dari orang-orang ini melarikan diri, masuk
pintu gerbang maka Wi Hong menerobos dan dengan pedang
berlepotan darah ia mengamuk.
"Heii, siapa yang membunuh puteraku. Mana puteraku!"
Orang-orang mawut. Penjaga yang terbeliak dan
memberikan jalan bagi teman, , temannya yang masuk tahu-
tahu juga disambar pedang wanita itu. Mereka menjerit ngeri
dan roboh. Dan ketika ribut-ribut itu didengar istana
sementara Wi Hong terus mengamuk dan menyerbu ke dalam
maka Pat-jiu Sian-ong si kakek gundul muncul.
-ooo0dw0ooo Jilid 27 "HEII, ada apa ini. Siapa yang mengamuk!"
Kakek itu terbelalak. W i Hong, yang menerjang dan
mengamuk menceraiberaikan pasukan sudah hampft' mendekati istana dengan pedangnya yang bersimbah darah.
Memang tak mungkin perajurit biasa menghadapi nyonya itu,
apalagi dalam keadaan seperti singa betina yang haus darah
itu. Singa yang marah dan sakit hati karena anaknya
dikabarkan tewas terbunuh. Tapi begitu kakek itu muncul dan
langsung berkelebat ke depan, pedang ditangkis dengan
kebutan lengan baju maka Wi Hong terpental dan nyonya itu
terkejut. "Plak!" Pat-jiu Sian-ong tertawa bergelak. Sekejang dia tahu siapa
kiranya orang yang mengamuk ini, bukan lain Sin-hujin alias
ibunya Giam Liong. T entu saja dia girang! Dan ketika Wi Hong
terhuyung dan terbelalak me lihat si gundul itu, kakek yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dulu mengeroyok puteranya maka ia melengking dan
disambarnya kakek ini dengan pedangnya lagi.
"Pat-jiu Sian-ong, mana puteraku. Siapa yang membunuh!"
"Ha-ha, si cantik kiranya. Aduh, kau seperti singa
kelaparan, Sin-hujin. Bertambah marah bertambah cantik.
Wah, Kedok Hitam maupun Coa-ongya tentu senang bertemu
denganmu. Tapi kau telah membunuh banyak perajurit. Kau
harus ditangkap atau menyerahlah baik-baik... plak-plak!" si
gundul menangkis dan menghalau lagi serangan pedang,
mengelak dan tertawa-tawa dan W i Hong marah menerjang
kakek ini. Sekarang ia mendapat lawan tangguh namun hal itu
tidak membuatnya gentar. Paling-paling ia mati, menyusul
anaknya yang juga terbunuh. Dan ketika ia mengamuk dan
Pafrjiu Sian-ong harus berhati-hati, nyonya itu mengeluarkan
Im-kan-to-hoatnya dan Silat Golok Dan Akherat itu naik turun
bergulung-gulung, dima inkan dengan pedang namun bahayanya tak kalah dengan golok sendiri maka Pat-jiu Sian-
ong mengerahkan ginkang dan dengan ilmu meringankan
tubuhnya ini ia naik turun pula menghindari atau menangkis
serangan-serangan lawan. Kakek ini memiliki Pat-sian Sin-ong
(Silat Delapan Dewa) dan dengan ilmunya itu ia menghadapi si
nyonya. Pedang di tangan si nyonya bukanlah pedang pusaka
dan karena itu tak perlu ia takut menangkis. Ujung lengan
bajunya mengebut berkali-kali dan berkali-kali itu pula pedang
si nyonya terpental. Kakek ini memang hebat dan masih di
atas lawannya, apalagi dalam hal s inkang. Dan ketika Wi Hong
mulai tergetar dan delapan kali nyonya itu terhuyung-huyung,
ia kalah tenaga maka sii-kakek gundul menyuruh agar nyonya
itu menyerah. "Kau tak akan menang. Menyerah sajalah, secara baik-baik.
Nanti akan kutangkap dan kubawa secara baik-baik pula,
kepada Coa-ongya atau Kedok Hitam."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menyerah hidungmu!" Wi Hong melengking. "Lebih baik
mati daripada menyerah, Pat-jiu Sian-ong. Kau setan gundul
penjilat kerajaan!" "Hm, dan kau penjilat Chu-goanswe," kakek itu marah.
"Apa yang kau dapat dari pemberontak itu, Sin-hujin. Makan
minumpun tak bisa di tempat yang enak. Kau tak tahu diri dan
tak kenal disayang orang!"
"Aku tak butuh sayangmu. Kau boleh bunuh aku dan di
mana puteraku Giam Liong. Siapa yang membunuh dan di
mana mayatnya... plak-brett!" Pat-jiu Sian-ong terlambat
berkelit, robek ujung bajunya dan kakek itu marah karena
lawan tak dapat dibujuk baik-baik. Ia merasa sayang dan
eman-eman kalau wanita secantik ini harus roboh binasa. Tapi
karena nyonya itu tak mau menyerah dan mau tak mau ia
harus berlaku keras, pedang di tangan nyonya itu harus
dirampas maka Pat-jiu Sian-ong mulai menggeram dan
berkata bahwa dia akan merobohkan lawannya itu.
"Robohkanlah, aku tak takut. Siapa minta belas kasihanmu
dan siapa sudi merengek-rengek!"
"Hm, baiklah," kakek ini melotot. "Aku akan membuatmu


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mati tidak hiduppun tidak, Sin-hujin. Awas aku merobohkan
mu dan jangan menyesal kalau nanti kutelanjangi dirimu!"
"Si mulut kotor!" Wi Hong memekik. "Kau dan Kedok Hitam
sama-sama bejat, Pat-jiu Sian-ong. Coba kalau ada puteraku
di sini... wut-plak-plak!" dan si kakek yang tertawa dan
menangkis serangan itu, merunduk dan mengibaskan
lengannya dua kali. tiba-tiba menggubat dan menangkap
pedang lawan. Wi Hong membentak dan kakipun bergerak
menendang. Tapi ketika dengan mudah kakek itu mengelak
dan ujung bajunya telah bertemu pedang, melilit dan tak mau
melepaskan maka Wi Hong kaget karena pedangnya tak dapat
ditarik. Ujung lengan baju menggugat dan berubahlah wajah
wanita ini ketika si gundul tertawa bergelak. Dan ketika
pasukan bersorak karena wanita itu berkutat, dua di antaranya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maju dan hendak mencengkeram pantat Wi Hong tiba-tiba Wi
Hong menggerakkan kakinya ke belakang dan seperti kuda
menyepak ia membuat dua perajurit itu terjengkang.
"Dess!" Sorak-sorai tiba-tiba terhenti. Pat-jiu Sian-ong berseru agar
dua orang itu jangan mengganggu, terlambat dan kakek itu
mendengus melihat dua perajurit ini terlempar. Dan ketika
mereka muntah darah dan seketika pingsan, yang lain terkejut
dan tak berani membokong maka kakek gundul berseru agar
tak usah macam-macam. "Lihat, apa kataku. Kalian tikus-tikus rendah yang tak
berguna. Minggir dan jangan bantu aku. Wanita ini dapat
kutangkap dan kurobohkan!"
Semua mundur. Akhirnya mereka hanya menonton dan Wi
Hong pucat berkutat dengan kakek itu. Dia kalah tenaga dan
mulai terbawa ke depan, tertarik dan kakek itu tertawa sambil
memperkeras gubatannya. Dan ketika W i Hong membentak
karena ia terhuyung maju, sedikit lagi ia dapat disentuh dan
dipegang lawannya maka tiba-tiba ia membuang tarikannya
dan justeru mengikuti tarikan kakek itu untuk menusukkan
pedangnya. "Eiihhhh...!" si kakek terkejut. Pat-jiu Sian-ong memang
tidak menduga dan secepat kilat kakek itu membuang tubuh
ke samping. Pedang lewat di kiri tubuhnya namun karena ia
tetap melilit dan menggubat pedang maka Wi Hongpun
terbawa. Wanita ini terkejut dan marah. Si gundul cerdik!
Namun karena ia mengikuti dan tak kalah cerdik, bergerak dan
kembali menusukkan pedangnya maka Pat-jiu Sian-ong
kewalahan dan dua kali ia tergurat pedang.
"Bret-bret" Kakek ini marah. Ia hendak mempermainkan lawan tak
tahunya ia malah hampir menerima bahaya. Ujung bajunya
robek dan berseru keraslah kakek itu membalas rasa malu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menarik dan membetot pedang ke kanan hingga Wi Hong
terhuyung. Dan ketika wanita itu pucat karena tak mampu
menahan tenaga lawan, si kakek gundul menambah
sinkangnya maka sebuah tendangan membuat nyonya itu
terpelanting tapi hebatnya gagang pedang tetap dicekal erat-
erat. "Dess!" Wi Hong membuat Pat-jiu Sian-ong kagum. Kakek ini
terbelalak karena wanita itu mempertahankan pedangnya
mati-matian, sekali lagi membetot dan menendang tapi Wi
Hong masih dapat bertuhan. Dan ketika kakek itu gusar dan
bergerak mengebutkan lengan bajunya yang satu, menotok
dan menarik pedang dergan ujung lengan baju yang lain maka
Wi Hong mengeluh karena keadaannya memang benar-benar
sudah payah. Kakek ini bukan lawannya dan hanya sekali itu
tadi saja ia sempat mengejutkan lawan. Selanjutnya Pat-jiu
Sian-ong membalas dan bingunglah W i Hong mengelak. Ia
kalah cepat.. Dan ketika totokan mengenai pundaknya dan
tentu saja ia roboh, pedang terlepas dari tangannya maka Pat-
jiu Sian-ong menendang dan wanita itu terbanting dan
mengeluh pendek. "Lepaskan pedangmu!"
Wi Hong tak mampu bertahan lagi. Memang lawan bukan
tandingannya dan limapuluh jurus bertanding sudah dapat
dianggap hebat. Kakek itu memang lihai. Dan ketika Pat-jiu
Sian-ong bergerak dan menyambar wanita ini, memanggulnya
di pundak maka kakek gundul itu berseru agar pasukan
kembali berjaga-jaga. Pengacau telah tertangkap.
"Tak perlu lagi menonton. Aku akan membawanya ke
dalam dan menyerahkannya kepada Coa-ongya atau Kedok
Hitam!" Semuanya mengangguk. Pengawal mundur ke tempatnya
masing-masing dan bekas. amukan Wi Hong dibersihkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang luka-luka atau tewas dirawat, Wi Hong telah dirobohkan
Pat-jiu Sian-ong dan tentu saja kakek itu mendapat pujian.
Dan ketika kakek gundul ini berkelebat dan memasuki istana,
membawa Wi Hong maka yang ditemui kakek itu adalah
pengawal amat pribadi dari Coa-ongya. Kedok Hitam adanya!
-0odwo0- "Hm, bawa dia ke kamarku," Kedok Hitam menyeringai dan
tertawa melihat tertangkapnya Wi Hong. "Bagus sekali kau
menangkap wanita ini, Pat-jiu Sian-ong. Banyak hadiah
untukmu menanti di istana. Masuklah, baringkan dia di
pembaringan dan terima kasih untuk jasamu."
"Heh-heh, aku sebenarnya ingin menemui ongya. Tapi
kalau kau di sini baik juga kuserahkan. Jangan lupa jasaku,
Kedok Hitam. Dan hadiah apa kira-kira yang akan diberikan
ongya kepadaku!" "Hm, kau akan menerima limaribu tail emas, juga
kedudukan sebagai komandan Hek-eng-busu (Pasukan Garuda
Hitam). Aku akan memberitahukannya kepada ongya dan kau
pasti dicatat!" "Ha-ha, terima kasih, Kedok Hitam. Dan kuserahkan wanita
ini kepadamu. Aku sebenarnya eman-eman. Kalau tidak ingat
bahwa kau tentunya lebih berkepentingan tentu ingin kumiliki
sendiri janda si Golok Maut ini. Lihat, betapa montok dan
menggiurkan tubuhnya!"
Kedok Hitam tertawa. Ia menyuruh pergi kakek gundul itu
dan Pat-jiu Sian-ong melompat keluar. Sebuah kecupan
diberikannya di pipi Wi Hong dan wanita itu mendelik. Pat-jiu
Sian-ong mencuri cium! Tapi ketika kakek itu lenyap dan
Kedok Hitam tertawa, tak marah atau memaki justeru laki-laki
ini mendekati dan mengelus pundak W i Hong, yang tertotok
urat gagunya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha, tak usah marah, Wi Hong. Untuk kedua kalinya kita
bertemu. Hm, ini jodoh. Agaknya kau dan aku berjodoh! Ha-
ha, Pat-jiu Sian-ong memang benar, Wi Hong. Kau masih
cantik dan menggairahkan. Hm, bagaimana kalau kau kuambil
isteri dan segala permusuhan dilenyapkan!"
Wi Hong berteriak dan menjerit. Begitu totokan gagunya
dibebaskan maka yang pertama keluar adalah jeritan atau
teriakannya itu. Ia malu dan marah bertemu laki-laki ini, juga
gelisah. Dulu Kedok Hitam hendak menggagahinya dan
sekarang ia jatuh lagi di tangan lawannya ini, musuh yang
telah membunuh suaminya. Dan ketika ia menjerit namun
Kedok Hitam tertawa, menutup pintu kamar dan justeru
kelihatannya senang kalau ia ketakutan maka Wi Hong
menggigil dan terbelalak memandang laki-laki itu.
"Kedok Hitam, kau" kau mau apa.. Kenapa kau membawa
aku ke kamarmu ini!"
"Ha-ha, inilah tanda cinta!" laki-laki itu tertawa, sepasang
bola matanya bersinar-sinar, menakutkan. "Aku membawamu
ke sini untuk mengulang permintaanku dulu, Wi Hong.
Maukah kau menerima cintaku dan segala permusuhan di
alftara kita dilenyapkan!"
"Tak tahu malu!" wanita ini membentak, bangkit
kemarahannya. "Kau laki-laki binatang yang tak punya otak,
Kedok Hitam. Masakan aku sudi menerima tawaranmu. Kau
membunuh suamiku. Kau telah membuatku sengsara!"
"Hm, yang membunuh suamimu adalah negara. Aku hanya
diutus dan sebagai pelaksana, Wi Hong. Kau tak boleh
menyalahkan aku karena aku hanyalah petugas!"
"Tapi kau manusia berwatak kejam. Kau mencincang dan
menghabisi suamiku dengan tak berperikemanusiaan. Kau
binatang, kau iblis lakat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, tak perlu memaki-maki. Kau tentu tak ingin kutotok
lagi kalau masih ingin bicara, Wi Hong. Kita bicara baik-baik
dan tak usah kau berteriak-teriak."
"Aku"aku benci padamu. Kau laki-laki terkutuk. Mana
anakku Giam Liong dan siapa yang membunuhnya!"
"Hm, kau mencari Giam Liong?" laki-laki ini bersinar,
wajahnya berseri. "Anakmu masih hidup, Wi Hong, dan tak
ada yang membunuhnya karena kucegah. Kalau tidak tentu ia
sudah menyusul ayahnya dan kau akan semakin bersedih
lagi!" 'Anakku masih hidup?"
"Tentu saja." "Tapi ia d?cabarkan tewas. Kau dan orang-orangmu yang
membunuh!" "Itu hanya taktik saja," laki-laki ini tersenyum, tubuh dan
kecantikan janda itu diperhatikannya baik-baik. Wi Hong
belum merasa merinding. "Anakmu masih sehat dan berada di
dalam tawananku, Wi Hong. Tapi tentu saja dapat sewaktu-
waktu kubunuh kalau kau sebagai ibunya selalu memusuhi
aku!" "Apa maksudmu," Wi Hong menggigil, pucat dan merah
berganti-ganti antara camas dan bingung. "Bicaramu selalu
berputar-putar, Kedok Hitam. Katakan apa yang kauingini dan
benarkah Giam Liong masih hidup!"
"Tentu saja, puteramu masih hidup. Ia dikabarkan tewas
agar barisan pemberontak terpukul dan jerih tak berani
menyerang!" "Maksudmu?" "Ha-ha, Chu-goanswe dan pasukannya itu amat berani
kalau puteramu ada di sana, Wi Hong. Tapi begitu dikabarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tewas dan kubunuh tentu ia dan anak buahnya ketakutan.
Puteramu semacam dewa sakti bagi mereka!"
Wi Hong tertegun, masih tak merasa pandang mata lawan
yang mulai menyelusuri bagian-bagian tubuhnya. "Kau tak
bohong?" "Siapa bohong" Aku dapat membawa puteramu ke sini tyau
kau ingin bukti!" "Bawalah ia ke sini. Coba aku lihat"
"Begitu gampang" Ha-ha, kau demikian enak bicara, Wi
Hong. Padahal kau dan puteramu adalah tawanan. Aku dapat
mempertemukan kalian kalau satu permintaanku kaupenuhi!"
"Permintaan apa," Wi Hong terkejut, sekarang sadar akan
adanya sinar mata aneh lawannya itu. "Kalau pantas tentu
kupenuhi, Kedok Hitam. Tapi kalau tidak pantas tentu saja
kutolak' "Hm, terserah," laki-laki itu tertawa, duduk dan mendekati
W i Hong, di pinggir pembacingan "Pantas atau tidak terserah
dirimu, Wi Hong. Tapi kalau ingin puteramu selamat tentunya
kau tak usah bermacam-macam!"
Wi Hong tersentak. Lawan tiba-tiba sudah duduk begitu
dekat dengannya dan Kedok Hitam membelai pundaknya. Wi
Hong mengkirik! Dan ketika ia membentak agar lawan
menjauh, tak usah menyentuh atau membelai tubuhnya maka
dengan tenang laki-laki itu berkata,
"Ini rumahku, ini tempat tinggalku. Mau melakukan apa
saja tentu tak ada yang melarang."
'Tapi jangan pegang-pegang tubuhku!"
"Ha-ha, kau tawananku, Wi Hong. Dipukul atau dibelai
adalah hak-ku. Masa kau tak tahu!"
"Benar, tapi kau tentu juga tahu bahwa aku bukanlah
wanita murahan!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, justeru karena itu aku tertarik padamu, W i Hong. Aku
jadi tergila-gila kepadamu. Bagaimana kalau kau menjadi
isteriku dan semua peristiwa lama dilupakan!"
Wi Hong menjerit. Kedok Hitam tiba-tiba mencium pipinya
dan ia mengelak namun mengenai telinga. Rasanya membuat
darah berdesir dan wanita itu berteriak. Tapi ketika lawan
tertawa dan kembali meraih tubuhnya, diangkat dan diajak
beradu muka maka Kedok Hitam mendesis, suaranya mulai
menyeramkan. "Wi Hong, aku dapat melakukan apa saja kepadamu.
Bahkan membunuhmu! Tapi kalau kau dapat diajak bicara
baik-baik dan kau mau menerima cintaku maka puteramu
kubawa ke sini dan kita membina keluarga bahagia!"
"Keparat, lepaskan aku. Kau manusia binatang!" Wi Hong
menjerit dan meronta-ronta. Kedok Hitam memeluk dan
menciumnya lagi. "Lepaskan aku, Kedok Hitam. Dan kaubunuh
atau habisi aku. Aku tak sudi kaupermainkan?"
"Hm," Kedok Hitam menyeringai, tawanya menakutkan.
"Kau hebat dan luar biasa, Wi Hong. Tapi justeru karena ini
aku jadi semakin tergila-gila. Bagaimana kalau aku
memperkosamu!" Wi Hong terkejut. Ia tiba-tiba menangis tersedu-sedu
karena Kedok Hitam mencengkeram dan melumpuhkan
persendiannya Ia merasa kesakitan tapi juga terbakar, di
samping cemas. Dan ketika ia melihat mata laki-laki itu yang
menyorotkan kebuasan, Kedok Hitam tak mungkin hanya
bercanda saja maka diam-diam wanita ini mencari akal, coba
mengulur waktu. "Kedok Hitam, aku mau menuruti permintaanmu asal
puteraku Giam Liong kulihat di sini. Buktikan ia masih, hidup
dan menjadi tawananmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gampang," laki-laki itu tertawa. "Kalau kau minta tentang
ini tentu mudah kulakukan, Wi Hong. Tapi kau juga jangan
coba-coba lari kalau aku memanggil puteramu."
"Ia masih hidup" Benar-benar masih hidup?"
"Kau tak usah percaya dulu, nanti kubuktikan. Tapi
bagaimana kalau ia kubawa ke mari dan betulkah kau mau
menjadi isteriku!" Wi Hong tertegun. Ini adalah kedua kalinya ia dipaksa


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjawab keinginan laki-laki itu. Betapa inginnya ia menjerit
dan melakukan tolakan. Ia tentu saja tak sudi! Tapi begitu
ingat bahwa ia dapat dipaksa, diperkosa atau dihina laki-laki
ini maka Wi Hong memejamkan mata dan ingin menangis
kuat-kuat. Kalau sudah begitu maka ia ingin mati saja. Mati
lebih baik daripada diperkosa. Tapi teringat bahwa kematian
suaminya belum dibalas, juga bahwa katanya Giam Liong
masih hidup maka wanita ini membuka kembali matanya dan
dengan air mata bercucuran ia berkata,
"Kedok Hitam, kau terlalu memaksa. Tapi baiklah, kalau
puteraku masih hidup Biarlah aku memenuhi permintaanmu
dan kau boleh menjadikan aku sebagai isterimu. Tapi
tunjukkan bukti dulu dan mana puteraku Giam Liong!"
"Kau ingin bukti" Baik, sekarang juga kupanggil!"
" Wi Hong berdetak. Untuk kesekian kalinya lagi ia dipukul
perasaan bermacam-macam. Kedok Hitam bertepuk tangan
dan muncullah seorang pelayan yang diberitahu agar
memanggil Giam Liong, menyuruh atau membawa pemuda itu
lewat Pat-jiu Sian-ong. Dan ketika pelayan muncul dan
mengangguk, keluar dan menutup pintu kamar lagi maka
Kedok Hitam tertawa berkata, tiba-tiba menyambar botol arak
dan membuka tutupnya. "Wi Hong, sudah lama perasaan rinduku ini kupendam. Kau
sekarang sudah berjanji. Baiklah, tunggu kedatangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puteramu dan mari minum arak ini bersama sebagai
pembukaan hubungan baik kita!"
Wi Hong. terbelalak. la me lihat Kedok Hitam sudah
mengambil secawan kosong dan mengisinya dengan arak itu,
mengambil cawan yang lain dan mengisinya pula untuk dirinya
sendiri. Dan ketika Wi Hong dicekam perasaan bermacam-
macam, antara girang dan kaget bahwa puteranya masih
hidup, Kedok Hitam membawa dan akan membuktikan
puteranya di situ maka wanita ini ragu-ragu dan bingung
menerima arak yang disodorkan kepalanya
"Mari, kita minum, Wi Hong. Dan lihat sebentar lagi
puteramu datang!" ''Aku". aku tak dapat minum..."
"Eh, kau mau menolak" Kau tak menepati janjimu sendiri
untuk menjadi calon isteriku ?"
Wanita ini tertegun. "Kalau begitu aku juga membatalkan niatku membawa
Giam Liong sini, Wi Hong. Dan kita satu-satu'"
Wi Hong menggigit bibir Ia membentak dan ingin memaki
Kedok Hitam itu sehabis-habisnya. Ia ingin mencaci dan
mengutuk. Namun karena keinginannya melihat puteranya
amatlah besar, justru inilah yang membuat ia datang ke situ
dan tertangkap maka Wanita ini mengertakkan gigi dan apa
boleh buat ia menerima, langsung menggelogok isinya.
"Baik, kau laki-laki curang Kedok Hitam. Kau tak segan-
segannya memaksa wanita untuk tunduk kepadamu Aku
menerima arak ini tapi jangan minta yang macam-macam lagi
selama puteraku Giam Liong belum berada di sini!"
Kedok Hitam tertawa bergelak. Ia tiba-tiba bangkit berdiri
dan menyambar wanita itu, memeluk dan mencium hingga Wi
Hong terkejut, meronta dan arak di tangan laki-laki itupun
tumpah. Dan ketika Kedok Hitam terkejut tapi mundur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertawa-tawa, tak jadi m inum araknya maka Wi Hong tertegun
karena kepala tiba-tiba dirasa pusing. Bumi cepat sekali
berputar! "Kedok Hitam, arak apa ini. Kenapa kepalaku pusing!"
"Ha-ha, itu arak penyegar semangat, Wi Hong. Kau benar-
benar tak biasa minum arak hingga seteguk saja sudah
merasa .berputar. maafkan aku dan biar kupegang
pundakmu!" Wi Hong terkejut. Ia merasa marah tapi begitu dipegang
mendadak jantungnya berdesir. Sentuhan tangan lelaki itu
bagai listrik kuat yang menyentuh tubuh yang lemah. Entah
kenapa mendadak ia terguncang. Birahinya bangkit! Tapi
ketika Wi Hong menindas perasaannya yang aneh itu dan
kaget kenapa perasaannya tiba-tiba seperti itu, tak tahu malu
maka pintu diketuk dan pelayan kembali muncul.
"Maaf, taihiap. Sin-enghiong (tuan gagah Sin) tak mau
datang!" "Ah, panggil dia. Suruh bahwa ibunya menunggu!"
"Baik," dan pelayan yang kembali lenyap dan menutup
pintu kamar lalu dilan^ jutkan bisikan Kedok Hitam ke telingJ
nyonya ini. "Dengar, puteramu tak mau datang, Wi Hong. Tapi
sebentar lagi pasti muncul] Ah, kau cantic dan mengagumkan
sekali!'] Wi Hong tersentak. Kedok Hitam tiba-tiba mencium bibirnya
dan begitu dicium iapun roboh! W i Hong kaget namun tak
berdaya karena tiba-tiba hasrat birahinya muncul dengan
kuat. Ia merasa pening namun nikmat menerima ciuman itu.
Dan ketika tanpa sadar ia membalas dan mengeluh di pelukan
laki-laki ini, Kedok Hitam meremas dan mulai membuka
pakaiannya mendadak Wi Hong serasa lumpuh untuk
menolak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak..., jangan... jangan dulu!"
Hanya itu yang dikeluarkan. W i Hong selanjutnya merasa
nanar dan naik turun mengikuti gelombang-gelombang aneh.
Kedok Hitam tiba-tiba menindih tubuhnya dan pakaiannyapun
sudah dilepas semua. Dan ketika Wi Hong terkejut namun
terbakar rangsangan yang diberikan laki-laki itu, berguling dan
sempat meronta namun tak mampu melepaskan diri,
selanjutnya ia terbawa dan mendidih oleh nafsunya yang
berkobar maka Kedok Hitam memadamkan lampu dan
keduanya bergulingan melepas hawa birahi. W i Hong tak tahu
apa yang dilakukannya ini karena ia serasa melayang-layang
di alam memabokkan. Pusing berat yang melanda kepalanya
sedikit demi sedikit berangsur kurang kalau ia melepas
berahinya. Dan ketika semalam suntuk mereka bermain cinta
dan Wi Hong lupa akan "janji" si Kedok Hitam, janji yang
katanya akan membawa Giam Liong ke situ maka wanita
inipun menyambut tak kalah ganas ciuman-ciuman atau peluk
ketat laki-laki itu. Wi Hong merasa bertemu dengan suaminva
sendiri dan yang dipeluk atau dicium adalah suaminya itu.
Tapi ketika malam terganti pagi dan W i Hong sadar, rasa
pening sudah hilang terganti perasaan lunglai dan letih karena
semalam "bertempur", wanita ini meloncat turun maka
alangkah kagetnya ketika dia membuka jendela dan melihat
bahwa laki-laki yang semalam dipeluk dan dilayaninya
bercumbu itu adalah orang lain. Kedok Hitam!
"Kau...?" wanita ini kaget dan marah bukan main. Seketika
dia ingat apa yang telah terjadi dan terbelalaklah matanya
menatap meja. Arak di atas meja tinggal sedikit dan
maklumlah dia apa yang terjadi. Lawan telah memberinya arak
perangsang. Dan begitu ia menjerit dan melengking keras,
Kedok Hitam masih tidur dan memeluk guling maka Wi Hong
ingat segalanya dan tiba-tiba ia menyambar pakaiannya dan
menghantam muka laki-laki itu, sekaligus merenggut
kedoknya untuk diketahui siapakah gerangan si Kedok Hitam
ini sebenarnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Brett!" Kedok Hitam menghindar dan secepat kilat menggulingkan
tubuh ke kiri. Gerakan refleksnya sebagai seorang ahli silat
kelas tinggi seketika membuat laki-laki itu sadar dari tidurnya.
Teriakan atau pekikan nyaring W i Hong menggugahnya. Dan
ketika sambaran angin pukulan menghantam mukanya dan
secepat itu pula ia membuka mata dan membanting tubuh ke
kiri, selamat tapi sebagian kedoknya terobek maka Wi Hong
terbelalak dan menggigil melihat wajah lawannya ini, wajah
tampan seorang laki-laki setengah baya yang bukan lain
adalah ?". "Kau!" Wi Hong membentak, menerjang dan mencabut
pedangnya. "Kiranya kau, jahanam keparat. Dan aku telah
menyerahkan diri pula kepadamu. Aiihhh, kubunuh kau... crat-
crat!" dan pedang yang mengenai atau membacok dinding
akhirnya disusul oleh pekikan atau jerit marah wanita ini. Wi
Hong sungguh kaget oleh dua hal. Pertama adalah sambutan
cintanya terhadap laki-laki itu dan kedua adalah melihat wajah
laki-laki ini. Dia sungguh tak mengira bahwa si Kedok Hitam
ternyata adalah orang itu juga, bangsawan istana yang dulu
membuat suaminya dan keluarga suaminya berantakan maka
Wi Hong me lengking dan pedangnya yang membacok atau
menusuk dengan amat cepatnya sudah menyerang laki-laki itu
dengan tak kenal ampun. Kedok Hitam baru saja bangun tidur
dan ia masih geragapan, mengelak dan menghindar sana-sini
dan jelas iapun kaget dan menyesal bahwa ia kesiangan. Sisa
kain hitam di tangan wanita itu membuat laki-laki ini tak
berkedip. Ia tiba-tiba menggeram dan membentak Wi Hong
agar tidak menyerang. Tapi ketika wanita itu malah menjadi
kalap dan lengking atau teriakannya menggetarkan ruangan,
Wi Hong bagai orang kesetanan maka Kedok Hitam gelisah
mendengar suara-suara di luar yang berlarian datang.
"Serahkan kain itu, nanti kita bicara lagi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Binatang!" Wi Hong kalap. "Kau kiranya, bangsawan
busuk. Kau kiranya yang bersembunyi dan bernama Kedok
Hitam pula. Pantas, Beng Tan tak pernah memberi tahu aku
karena Kedok Hitam kiranya adalah kau juga... plak-plak-
plak!" Kedok Hitam mulai menangkis dan marah kepada wanita
ini. Wi Hong menyerangnya bertubi-tubi dan wanita itu tak
dapat dibujuk untuk menghentikan serangan sejenak. Wi
Hong mendelik gusar melihat lawannya ini, siapa gerangan
dan kiranya adalah musuh besar suaminya juga. Dan ketika ia
mengamuk sementara teriakan atau seruan-seruan di luar
sudah sampai di pintu kamar, mereka hendak mendobrak dan
meja kursi berantakan dibabat atau ditendang janda Si Golok
Maut ini, keadaan sungguh mencekam maka Kedok Hitam
tiba-tiba berkelebat keluar jendela dan membiarkan Wi Hong
menyusulnya pula di saat pintu kamar didobrak orang.
"Heii, apa yang terjadi. Mana Kedok Hitam!"
Orang-orang tertegun. Kedok Hitam, yang melompat dan
terbang keluar jendela disusul dan dikejar lawannya itu. Kedok
Hitam tak berani menoleh karena mukanya terbuka sebagian.
Ia harus mencari kedok lagi untuk menutupi mukanya. Dan
ketika ia meluncur dan menghilang di samping rumah, lenyap
namun diburu lawannya ini maka para pengawal dan Pat-jiu
Sian-ong yang baru datang terbelalak melihat seisi kamar
yang cerai-berai, begitu juga seprei atau tempat tidur yang
morat-marit. "Ha-ha, Kedok Hitam rupanya telah berhasil memikat si
janda Golok Maut itu. Lihat, ia sekarang dikejar-kejar. Wanita
itu telah jatuh cinta kepada Kedok Hitam!"
"Jaga mulutmu,!' sesosok bayangan kuning berkelebat dan
menegur si kakek gundul ini. "Janda Si Golok Maut itu bukan
sedang jatuh cinta, Sian-ong, melainkan mengejar dan hendak
membunuh Kedok Hitam. Mari, kita lihat dan kalau perlu bantu
rekan kita itu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi wanita itu tak mungkin menang. Biarkan saja dan
lihat Kedok Hitam akan menangkapnya kembali!"
"Tapi Kedok Hitam melarikan diri. Kalau tak ada apa-apa
tak mungkin dia lari. Kejar, dan kita lihat mereka!"
Pat-jiu Sian-ong tertegun. Akhirnya ia mengangguk dan
ingat juga akan itu, heran. Tak semestinya Kedok Hitam
tunggang-lang?ng menghadapi Sin-hujin itu, karena jelas
kepandaian rekannya itu jauh di atas Sin-hujin. Dan tertarik
serta merasa aneh akan ini, bayangan kuning sudah
menghilang dan lenyap lebih dulu, itulah Lam-ciat si Hantu
Selatan maka kakek gundul inipun bergerak dan ia melayang
melewati jendela menyusul dua orang itu. Pat-jiu Sian-6ng tak
mengerti bahwa Kedok Hitam sibuk menyembunyikan diri.
Kain hitamnya terenggut lepas dan orang lain tak boleh tahu
siapa dia, inilah sebabnya. Dan ketika kakek itu bergerak dan
Lam-ciat serta para pengawal juga memburu, pagi itu mereka
dikagetkan oleh jerit atau kemarahan Wi Hong maka Wi Hong
sendiri memburu dan mengejar lawannya dengan muka
beringas. Wanita ini membabat siapa saja yang ada di depan dan
tujuh pengawal terpenggal. Seorang pelayan tergopoh-gopoh
di tengah jalan tapi wanita itupun menggerakkan pedangnya
hingga pelayan itu menjerit. Kepalanya sudah terlepas dan
mencelat di sana. Wi Hong menjadi dewi maut! Dan ketika
Kedok Hitam marah namun harus mengambil kedoknya yang
baru, ia bergerak dan lenyap memasuki sebuah kamar maka
Wi Hong menendang kamar ini namun buruannya kosong.
Wanita itu membentak-bentak namun yang datang justeru
adalah Pat-jiu Sian-ong dan Lam-ciat, yang berkelebat dan
memasuki kamar ini dengan penuh tanda tanya, heran dan
khawatir kenapa Kedok Hitam hanos terbirit-birit. Tapi ketika
mereka diterjang dan Pat-jiu Sian-ong menangkis, Lam-ciat
mengelak dan mendengus menghantam pedang wanita itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka Kedok Hitam muncul kembali dan berseru kepada
mereka, "Biarkan ia bersamaku. Kalian minggir dan tak usah
membantu.'" "Eh!" Pat-jiu Sian-ong berseru. "Kenapa kau ini, Kedok
Hitam. Apa yang menyebabkan kau terbirit-birit. Lihat,
kekasihmu ini jadi marah-marah tak keruan. Mungkin kau tak
memberinya jatah lengkap!"
"Ha-ha, mungkin saja," keheranan dan kekhawatiran Lam-
ciat lenyap, tak melihat Giam Liong atau Si Naga Pembunuh di
situ "Kupikir Si Naga Pembunuh ada di sini, Kedok Hitam. Tak
tahunya hanya siluman betina ini. Ahh, kau tentu telah
menikmati malam yang indah bersamanya'
Wi Hong marah bukan ma in. Ia malah menjadi ejekan atau
bahan olok-olok lelaki-lelaki di s itu. Omongan si Hantu Selatan
menghunjam hatinya, nyeri dan merobek dan Wi Hong masih
mengejar dan menyerang kakek itu ketika Kedok Hitam
menangkis. Dan ketika pedang terpental dan W i Hong sudah


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhadapan dengan laki-laki ini, musuh yang amat dibencinya
maka Wi Hong berteriak dan menggerakkan pedang menusuk
lagi. "Bagus, kau datang, Kedok Hitam. Kubunuh kau... kubunuh
kau!" Namun Kedok Hitam mengelak dan menampar. Ia
menangkis atau menghindar bacokan-bacokan pedang yang
ganas, mengerutkan kening dan diam-diam ia merasa sayang
bahwa perbuatannya semalam gagal menundukkan wanita ini.
Ia berharap dapat melumpuhkan wanita itu setelah memiliki
tubuhnya, tak tahunya Wi Hong bahkan semakin benci dan
marah kepadanya. Dan ketika ia membentak agar wanita itu
melepaskan pedang, tak digubris dan Wi Hong menyerang
semakin kalap maka laki-laki ini tiba-tiba mencabut sesuatu
dan Golok Maut sudah ada di tangannya, golok yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkeredep dan menyilaukan mata, golok yang tentu saja
dikenal Wi Hong. Golok puteranya!
"Giam-to (Golok Maut)!"
Kedok Hitam tertawa mengejek, la mengangguk dan
berkata bahwa benar itulah Golok Maut, golok mendiang Sin
Hauw dan sang nyonya melotot bagai tak percaya. Golok itu,
golok yang dibawa puteranya tiba-tiba sudah ada di tangan
lawan. Ini berarti Giam Liong mendapat celaka! Dan ketika
nyonya itu memekik dan pucat melihat Golok Maut, benda
yang ada di tangan laki-laki itu maka Wi Hong menjadi buas
dan tiba-tiba menerjang dengan amat hebatnya.
"Ah, kau manusia binatang, Kedok Hitam. Kau manusia
terkutuk. Kau membunuh puteraku. Biarlah kaubunuh aku
sekalian atau aku membunuhmu.... sing..crang-crang!" dan
pedang yang. Bertemu golok karena ditangkis dan disambut
Kedok Hitam tiba-tiba membuat nyonya itu terpelanting
karena pedang seketika patah menjadi dua, tinggal separoh
namun Wi Hong meloncat bangun dan menebang lagi. Dan
ketika lawan kembali menangkis dan pedang tinggal
gagangnya, Wi Hong menjerit dan berlaku nekat tiba-tiba
wanita itu menubruk dan menimpukkan sisa pedangnya ke
dada lawan. "Kedok Hitam, kau boleh bunuh aku!"
Kedok Hitam mengerutkan kening. Sebenarnya ia tak ingin
membunuh selain menakitt-nakuti wanita itu. Bayangan Giam
Liong di belakang wanita ini membuat Kedok Hitam berpikir
banyak. Kalau saja pemuda itu tak lolos tentu ia tak segan-
segan membunuh. Wi Hong bakal menterornya dengan
kebencian dan dendamnya yang sangat. Wanita ini me lebihi
ular berbisa. Tapi begitu Wi Hong menimpuknya dengan
pedang buntung dan wanita itu menubruknya pula dengan
pukulan berbahaya, Ang-in-kang atau Pukulan Awan Merah
maka laki-laki ini membentak dan tubrukan wanita itu
disambutnya dengan ujung golok. Timpukan pedang dikelit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mundur, atau kau mati!"
Wi Hong terbelalak. Ia melihat lawan mengancam namun ia
sudah terlanjur menubruk. Kalaupun mengelak, tetap saja ia
terlambat. Entah lengan atau pundaknya bakal tergores. Dan
karena ia marah dan beringas oleh golok di tangan lawan,
menganggap puteranya benar-benar telah terbunuh maka
wanita ini tak takut dan tetap saja menyambar ke depan,
tangan kiri berusaha menolak golok dan tangan kanan
melancarkan pukulan. "Crep-dess!" Wi Hong mengeluh dan Pat-jiu Sian-ong maupun yang lain-
lain tertegun. Wanita gagah yang berulang kali menyatroni
istana ini tertahan dan tergantung di udara, dadanya tembus
tertusuk golok sementara jari kelingkingnya putus mencengkeram golok. Tadi W i Hong menolak atau menghalau
golok itu namun golok yang tegar dan tak bergeming di
tangan si Kedok Hitam tetaplah tak mampu digeser. Golok itu
kokoh di tangan yang kuat dan kelingking wanita ini putus,
ketajaman Golok Maut siapapun tahu. Dan ketika pukulan
tangan kanannya mengenai tubuh lawan namun Kedok Hitam
lagi-lagi tak bergeming, sinkangnya kuat menahan maka Wi
Hong justeru menjadi korban dan tubuhnyapun terhenti di
udara dengan posisi terangkat. Janda mendiang Si Golok Maut
ini berkejap sejenak, mengerang dan mengeluh karena
tusukan golok amatlah dalam. Ia tadi menubruk dengan kuat
dan jadilah seperti tersate. Tapi begitu darah menyemprot dan
membasahi baju si Kedok Hitam, laki-laki ini terkejut dan
membelalakkan mata maka ia menurunkan goloknya dan
robohlah wanita itu di lantai yang bersimbah darah.
"Bluk!" Wi Hong berkelojotan. Janda Si Golok Maut ini merintih dan
kejang-kejang. Rasa sakit yang sangat di dada kirinya
membuat wanita itu sekarat. Ia berteriak tapi yang keluarlah
hanyalah keluhan lirih. Dan ketika ia mendelik dan benci
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang lawan, Kedok Hitam mundur dan berkerut-kerut
maka sesosok bayangan berkelebat dan Yu Yin, gadis cantik
itu, muncul. "Suhu...!" Teriakan atau jerit panjang ini mengejutkan semuanya.
Kedok Hitam menoleh dan tahu-tahu murid perempuannya
telah ada di s itu, berlutut dan memeriksa Wi Hong. Dan ketika
didapatinya bahwa W i Hong tak mungkin selamat, bekas
tusukan itu amatlah dalam maka gadis ini tersedu-sedu dan
meloncat bangun berdiri. W i Hong sendiri menyeringai dan
gelap pandang matanya. "Kau... kau kejam!" Y u Yin berteriak kepada suhunya, "kau
kejam, suhu. Kau tak berperasaan. Setelah semalam kau
menodai wanita ini maka sekarang kau membunuhnya!"
Kedok Hitam terkejut, membelalakkan mata. "Kau mau
campur urusan orang tua?"
"Ah," gadis ini membanting kaki. "Campur atau tidak aku
adalah muridmu, suhu. Sepak terjangmu bakal melibatkan aku
pula. Kau membunuh calon mertuaku. Kau kejam, kau tak
berperasaan..!" namun ketika Kedok Hitam membentak dan
berkelebat ke arah muridnya, marah mendengar Yu Yin
menyebut-nyebut mertua maka gadis itu ditamparnya dan Yu
Yin roboh terpelanting. "Tutup mulutmu, atau nanti kau kubunuh pula"
"Bunuhlah, bunuhlah aku!" Yu Yin berteriak-teriak. "Kau
boleh bunuh aku, suhu. Aku juga tak ingin hidup lagi sete lah
kau membunuh ibunya Giam Liong. Ah, kau menanam
permusuhan semakin hebat dan rusak sudah hubunganku
dengannya!" dan si gadis yang meloncat dan memaki-maki
gurunya, marah dan menerjang ke depan tiba-tiba menubruk
dan menyerang gurunya itu. Yu Yin baru saja mendengar
ribut-ribut ini ketika semalam ia mendekati kamar gurunya,
mendengar dengus dan gejolak nafsu dan tentu saja ia tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa yang terjadi. Ingin ia mendobrak pintu kamar itu namun
didengarnya bisik-bisik Sin-hujin bahwa pergumulan itu
bukanlah paksaan. Yu Yin tak tahu bahwa guru nya
mempergunakan arak birahi dan baru ketika ia menengok lagi
tampaklah botol arak yang tumpah. Mukanya merah padam
karena segera ia tahu apa yang dilakukan gurunya. Bisik-bisik
dan desah cinta. Sin-hujin itu kiranya karena pengaruh arak,
bukan atas dasar suka sama suka seperti yang semula
dikiranya, karena diam-diam iapun juga heran dan tak senang
bagaimana ibu kekasihnya itu dapat menerima begitu saja
ointa gurunya. Bukankah Sin-hujin dan puteranya ini sama-
sama membenci gurunya, juga ayahnya. Dan ketika pagi itu ia
mendengar rebut-ribut dan berlari ke arah kamar, tertegun
melihat kamar yang porak-poranda dan arak yang terlempar di
sudut, bau tajam dan menyengat menghantam hidungnya
maka ia cepat-cepat menuju ke tempat itu namun sudah
terlambat karena Sin-hujin dadanya tertembus golok! Yu Yin
segera tahu bahwa gurunya benar-benar jahat sekali. Tadi
malam menggauli Sin-hujin dan sekarang membunuhnya. Dan
ketika ia berteriak dan memaki-maki gurunya, Kedok Hitam
terkejut dan malu kepada Lam-ciat maupun Pat-jiu sian-ong
maka laki-laki ini menggerakkan tangannya dan sekali tampar
ia membuat muridnya kembali terbanting dan roboh.
"Yu Yin, tutup mulutmu. Atau nanti kujebloskan ke ruang
bawah tanah!" "Jebloskanlah, bunuhlah. Aku protes akan sepak terjangmu,
suhu. Kau kejam dan tak berperasaan. Aku malu menjadi
muridmu!" Kedok Hitam melengking. Tiba-tiba ia dibuat merah
kehitaman oleh maki-makian muridnya ini, bergerak dan
menempeleng muridnya sampai terjengkang. Dan ketika Yu
Yin mengaduh namun sang guru menambahinya lagi dengan
satu tamparan di mulut, gadis itu berteriak dan terguling maka
murid Kedok Hitam ini pingsan dan roboh di dekat Wi Hong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tak tahu lagi apakah wanita itu masih hidup atau tidak.
Melihat lukanya tak mungkin ia selamat. Dan ketika Kedok
Hitam menendang dan menangkap muridnya, mata berapi
bagai seekor naga murka maka laki-laki itu berseru kepada
Pat-jiu Sian-ong untuk membuang atau melempar Wi Hong ke
hutan. Kakek gundul itu mengangguk namun ia ganti
memerintahkan pengawal untuk membawa mayat wanita itu.
Wi Hong memang sudah tidak bergerak-gerak lagi. Dan
ketika Pat-jiu Sian-ong meninggalkan ruangan dan Lam-ciat
juga menyeringai meninggalkan ruangan, semua pergi
menyaksikan pagi berdarah maka Wi Hong sendiri sudah
dilempar atau dibuang ke hutan oleh pengawal suruhan Pat-jiu
Sian-ong. Dan begitu tempat itu sepi kembali dan pengawal
atau istana membicarakan tewasnya wanita itu maka di hutan
Wi Hong ditemukan oleh anak buah Chia-goan-swe yang tentu
saja geger! *00odwo00* "Celaka, Sin-hujin tewas. Celaka, mayatnya ada di sini"
Begitu suara gaduh dan ramai ketika sore itu anak buah
Chingoar?we melihat. Mula-mula seorang pejuang meronda
atau berjaga-jaga di tepi hutan, berindap dan mengawasi
sekeliling karena siang tadi ia melihat serombongan pasukan
kerajaan melempar sesuatu di luar hutan. Dan ketika ia
menceritakan kepada temannya dan beberapa orang ikut,
menyertai penjaga yang melihat ini maka mereka memeriksa
dan alangkah kagetnya mereka ketika melihat mayat Sin-hujin
di s itu, di dekat semak-semak dengan pakaian tak keruan.
"Astaga, rupanya ia habis diperkosa!"
"Sst, hati-hati. Siapa mau memperkosa mayat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, bawa ia ke dalam, kawan-kawan. Laporkan kepada
goanswe dan Sin-siauw-hiap. Celaka kalau ibunya sudah
begini!" Para pejuang geger. Kemarin mereka sudah melihat
perginya wanita ini ke kota raja, melabrak dan mencari si
Kedok Hitam menyangka puteranya terbunuh, padahal Sin-
siauwhiap atau Si Naga Pembunuh juga baru saja datang ke
tempat mereka, bertemu dan bercakap-cakap dengan Chu-
goanswe tentang ibunya itu. Dan begitu mereka mengangkat
dan membawa mayat ini, keadaan Wi Hong sungguh
mengenaskan maka tiba-tiba Wi Hong membuka mata dan
menggeliat. "Tolong... siapa kalian...!"
Tiga pejuang ini berjengit. Mereka tak menyangka bahwa
Sin-hujin masih hidup, melolong dan meluaskan "mayat" itu
untuk lari tunggang-langgang. Sin-hujin berdebuk dan jatuh
lagi tubuhnya, mengeluh. Tapi ketika tiga orang itu menoleh
dan melihat keadaan ini, tertegun dan menghentikan lari
mereka maka dengan muka pucat mereka memandang dan
satu di antaranya berbisik bahwa Sin-Jiujin masih hidup.
"Bukan... bukan mayat hidup. Sin-hujin memang belum
tewas. Ah, dan kita telah melepaskan tubuhnya begitu saja!"
"Tapi ia meringkuk di situ sejak siang tadi, tak bergerak-
gerak. Jangan-jangan itu hantunya dan mayatnya bangkit
lagi!|" 'Tidak, tak mungkin, kawan. Hantunya atau bukan kita
wajib menolong. Dia adalah ibunda Si Naga Pembunuh!"
"Jadi bagaimana?"
"Kita dekati lagi, kita lihat. Masa tiga laki-laki harus gentar
menghadapi hantu!" Tiga orang itu bergerak. Kawan mereka yang memimpin ini
telah menimbulkan keberanian. Lagi pula, itu adalah Sin-hujin,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah menjadi mayat atau belum haruslah mereka tolong.
Keluhan atau gerakan wanita itu memang membuat mereka
kaget. Dan karena tak mungkin ada mayat bisa bangun
berdiri, mengeluh dan menggeliat seperti tadi maka tiga orang
ini mendekat dan Wi Hong berkemak-kemik minta tolong.
"Aku... aku masih hidup, biarpun akan mati. Siapa kalian
dan apakah dapat menemukan aku dengan anakku Giam
Liong" "Ah, kami anak buah Chu-goanswe, hu-jin. Sungguh
menyesal melihat kau dalam keadaan seperti ini di sini. Kami
mengira kau telah tewas. Maaf kami akan membawamu dan
menemui Sin-siauwhiap!"
Wi Hong bergerak keras. Begitu mendengar bahwa itu
adalah kaum pejuang, anak buah Chu-goanswe mendadak ia
serasa mempunyai kekuatan. Apalagi mendengar disebut-
sebutnya nama puteranya di situ. Berarti Giam Liong ada
dekat di situ. Dan ketika wajahnya bersinar dan muka yang
tadi pucat dan hampir padam itu mendadak bercahaya, Wi
Hong girang bukan main maka ia m inta diantar dan dibawa ke
tempat puteranya. Tak ingat atau tak heran bagaimana
puteranya bisa "hidup" lagi, di tempat Chu-goanswe, padahal
Golok Maut di tangan si Kedok Hitam!
"Antarkan aku... larikan kepadanya. Cepat, aku tak ingin
terlambat!" Tiga orang itu bergerak. Setelah mereka yakin bahwa Sin-
hujin benar-benar hidup, meskipun luka parah tiga orang ini
menjadi girang tapi juga cemas bukan main. Mereka tak


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berani lama-lama memandang bekas tusukan yang amat
dalam itu dan ingin menyerahkannya kepada Chu-goanswe
saja, juga Giam Liong yang ada di sana. Dan ketika mereka
mengangkat dan membawa lari wanita ini, Wi Hong menahan
sakit dan pingsgn di tengah jalan maka wanita yang satiah
disangka tewas dan diSliang ke hutan itu ternyata dapat
bertahan dan masih hidup. Dalam keadaan setengah sadar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setengah tidak wanita ini merasa bertemu dengan suaminya,
diberi tahu bahwa puteranya masih ada di dunia dan karena
itu Wi Hong tak ingin mati. Ia tak mau cepat-cepat
meninggalkan raganya kalau belum bertemu dengan
puteranya itu. Hebat ke mauan batin wanita ini. Dan ketika ia
mengalami mati semu dan kematiannya itu disangka
saingguh-sungguh, Patnjiu pamong tak memeriksa dan para
pengawal adalah orang-orang tolol yang ceroboh maka justeru
dibuangnya wanita ini ke hutan membuat anak buah Chu-
gophswe melihatnya dan kini mengambil. Wi Hong setengah
mati dan benar-benar sekarat. Dua kali ia dibayang-bayangi
wajah suaminya yang siap menyongsong. Golok Maut tampak
gagah di alam sana dan Wi Hong ingin menubruk. Tapi ketika
berkali-kali suam|hya itu menghilang dan menggoyang lengan,
tak boleh buru-buru ke alam baka sebelum menemukan
puteranya maka Wi Hong berjuang dengan maut dan anak
buah Chu-goanswe yang ada di dalam hutan geger dan
gempar. "Sin-hujin datang.... Sin-hujin luka. Beri tahu Chu-goanswe
dan mana Sin-siauw-hiap!"
Para pejuang berlompatan. Mereka itu melihat tiga teman
mereka yang berlari-lari tergopot-gopoh, memanggil-manggil
Chu-goanswe dan juga Sin-siauwhiap. Dan ketika semuanya
keluar dan sebentar saja ratusan orang muncul, tigaratus lebih
anak buah jenderal ini mengerubung maka tiga orang itu
sudah di dekat kemah dan sesosok bayangan berkelebat dan
langsung mendorong atau menyibak orang-orang ini, melihat
Wi Hong yang mandi darah.
"Ibu., " Jerit atau pekik tertahan itu serasa menggetarkan jantung.
Giam Liong, Si Naga Pembunuh, muncul dan mendengar ribut-
ribut iini. Pemuda ini sedang menghabiskan waktu dan gelisah
mondar-mandir. Dia terikat perjanjiannya dengan Yu Yin,
kekasih sekaligus juga anak musuh besarnya itu. Dan ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hari kedua lewat dengan cepat tapi bagi Giam Liong dianggap
lambat, detik demi detik dilalui dengan amat gelisah maka
pemuda itu terkejut sekali mendengar namanya dipanggi-
panggil dan tiga pejuang lari tergopoh-gopoh membawa
seorang wanita. Wi Hong dibuatkan tandu darurat dan dengan
tandu itulah wanita ini dilarikan. Dan begitu Giam Liong
bergerak dan muncul, melihat keadaan ibunya yang parah
maka pemuda itu roboh dan seketika ia mengguguk di atas
tubuh ibunya ini. Wi Hong pingsan.
"Ibu.... ibu... siapa yang melakukan ini kepadamu. Jahanam
siapa yang membuatmu begini!"
"Minggir," seorang laki-laki tinggi besar tiba-tiba menyibak
pula, datang dan terkejut. "Apa yang terjadi, Sib-siauwhiap.
Ada apa dengan ibumu...." tapi begitu menumbuk dan melihat
wajah Wi Hong di atas tandu, wajah yang kehijauan dan pucat
dengan luka dalam di dada maka Chu-goanswe, laki-laki tinggi
besar ini tertegun. "Ah, ibumu luka berat, Sin-siauwhiap.
Jangan hanya ditangisi dan dikeluhi saja. Biarkan aku
menolong!" Giam Liong, pemuda yang mengguguk itu menoleh. Tiba-
tika wajahnya beringas dan menakutkan bertemu laki-laki.
gagah ini. la melompat bangun dan berkelebat menghantam
sebuah pohon besar di dekatnya. Dan ketika pohon itu ambruk
tapi selanjutnya Giam Liong menumpahkan marah dan
dendamnya dengan mengamuk disitu, berteriak dan memekik-
mekik maka anak buah Chu-goanswe mundur karena sebentar
saja belasan pohon tumbang, hiruk-pikuk dan membuat hutan
menjadi gaduh karena kemarahan dan sakit hati pemuda ini
tak tertahankan lagi. Ibunya, ibu kandungnya dicelakai orang.
Tak ada kemungkinan selamat karena sekali lihat Giam Liong
segera tahu bahwa ibunya di ambang kematian. Chu-goanswe
hanya sia-sia kalau ingin menolong ibunya. Tapi ketika ia
mengamuk dan memekik-mekik di situ, menghantam dan
merobohkan belasan pohon lagi yang tumbang berdebum tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keruan maka Chu-goanswe berteriak-teriak dan memanggil-
manggil pemuda ini. "Siauwhiap, Sin-siauwhiap?""
berhenti. Ibumu memanggilmu!" Giam Liong berkelebat. Wajahnya begitu mengerikan ketika
bergerak ke arah jenderal ini, membentak dan mencengkeram
lehernya bertanya apa yang dia katakan tadi. Dan ketika Chu-
goanswe pucat bahwa pemuda itu dipanggil ibunya, jenderal
ini terbata dan tersedaik-sadak maka ia menggigil menuding.
"lbumu... kau., kau dipanggil ibumu"
Giam Liong sadar. Tiba-tiba ia mendengar keluhan lirih dan
ibunya, yang tadi pingsan dan berada di antara mati dan
hijdup tiba-tiba memanggilnya. Suara lirih itu tertangkap dan
Giam Liong bergerak melepaskan cengkeramannya kepada
Chu-goanswe ini, berlutut dan menangis memeluk ibunya. Dan
ketika ibunya membuka mata dan benar saja memanggilnya,
bibir yang pucat itu bergerak-gerak sukar maka Giam Liong
tak dapat menahan diri dan menubruk ibunya ini.
"Ibu..." Wi Hong menangis. Wanita inipun tak dapat menahan
harunya melihat sang putera. Keinginannya terkabul. Ia dapat
bertahan sehari untuk bertemu puteranya itu. Dan ketika ia
terbatuk dan terengah-engah, Giam Liong memeluk dan
menciumi ibunya ini maka pemuda itu bertanya, wajahnya
merah gelap. "Ibu, siapa yang membuatmu seperti ini. Benarkah kau ke
kota raja dan tidak mengikuti nasihat Chu-goanswe!"
"Oohh..." sang ibu menggeliat, mencengkeram rambut
sang anak. "Aku... aku dipermalukan si Kedok Hitam, Giam
Liong ibumu dipermainkan. Ia... ia mengganggu tubuhku...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu diapakan" Si Kedok Hitam" Sudah kuduga, pasti iblis
itu! Kau tak perlu khawatir, ibu. Aku bersumpah untuk
membunuh dan mencincangnya!"
'Tapi... tapi golokmu ada di sana. Bagaimana Golok Maut
bisa di tangan laki-laki itu....!"
"Aku dijebak, ibu. Kedok Hitam bersikap curang. Aku
sedang akan ke sana tapi terikat perjanjianku dengan Y u Yin"
"Ah, gadis cantik itu" Hi-hik, dia pantas menjadi isterimu,
Giam Liong. Dia... dia telah membela ibumu dengan
menyerang gurunya... augh!"
Giam Liong terkejut. Ibunya menggeliat dan berseru
mengaduh karena tiba-tiba rasa nyeri dan sakit yang sangat
menusuk dada. Wi Hong terlalu banyak bicara dan Giam Liong
menekan dada ibunya ini. Pemuda itu menyalurkan hawa sakti
dan disuruhnya ibunya tak banyak bicara. Tapi ketika Wi Hong
mendapat tambahan tenaga dan menggeleng sambil terbatuk-
batuk, menyeringai dan tertawa di antara rasa sakitnya maka
wanita itu berseru, "Tidak" tidak. Aku ingin bicara banyak kepadamu, Giam
Liong, yang penting penting. Aku... aku, uhhh..!"
Giam Liong menangis. Ia bercucuran air mata melihat
keadaan ibunya ini. Sesungguhnya ibunya tak boleh banyak
bicara kalau ingin lebih lama. Tapi karena menyadari bahwa
ada sesuatu yang penting hendak disampaikan ibunya itu, apa
dan siapa maka pemuda ini mepotok tujuh jalan darah dan
meminta untuk ibunya tidak tergesa-gesa.
"Baik, kau bicaralah, ibu, yang tenang. Jangan tergesa-
gesa. Aku akan membantumu sebisaku. Lukamu parah sekali.
Heran bahwa kau masih dapat bertahan sampai sekarang!"
"Hi-hik, aku menunggumu, nak. Ibu tak mau mati kalau
belum bertemu kau. Tuhan mengabulkan, dan aku puas!"
"Sudahlah, ibu mau bicara apa!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, aku mau bicara. Aduh, dadaku sesak...!" namun
ketika Giam Liong mengurut dan melegakan napas ibunya
maka Wi Hong terbata-kata. "Dia... Kedok Hitam... ah, dia
menggagahiku. Dia memperkosaku"
"Akan kupotong alat kelaminnya!" Giam Liong membentak,
berseru merah padam. "Sudah kuduga bahwa bangsat keparat
itu mengganggumu, ibu. Tapi bersumpah demi Langit dan
Bumi aku akan memotong alat kelaminnya"'
"Hi-hik, benar. Dan kutungi kaki tangannya seperti ketika
dulu dia membunuh ayahmu, Giam Liong. Balaskan sakit hati
ayah ibuimi." "Aku bersumpah!"
"Tapi aku senang..."
Giam liong tertegun. "Aku senang laki-laki itu menggagahi ibumu, Giam Liong.
Dia. hi-hik, dia akan kena tuah dari Golok Maut!"
"Maksud ibu?" "Ah, pemegang golok itu tak boleh berhubungan dengan
wanita, Giam Liong. Ini pantangannya. Lihat kejadian ketika
dulu ayahmu menggauli ibu"
Giam Liong tertegun. Mula-mula dia merasa heran dan
kaget kenapa ibunya senang diperkosa. Hampir saja dia marah
dan memaki ibunya ini. Tapi ketika ibunya menjelaskan dan
dia sadar, pemegang Golok Maut memang tak boleh berbuat
intim dengan lawan jenis maka ibunya itu terengah dan
menyeringai, tertawa. "Lihat.... lihat kutukannya nanti, Giam Liong. Kedok Hitam
pasti mampus disambar Golok Maut itu. Dia telah. melanggar
larangannya... hi-hi, aku puas!"
"Tapi ibu dipermainkan. Ibu dihina!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, dan aku... aduh, hatiku sakit sekali, Giam Liong.
Aku benci tujuh turunan dengan laki-laki itu. Aku tak dapat
membalas dendam!" "Aku yang akan membalaskan dendammit," Giam Liong
borkata. "Tak usah kau khawatir, ibu. Aku telah bersumpah
untuk menagih jiwa'"
"Benar, dan kau... kau, ah!" Wi Hong tersedak, napasnya
kembali megap-megap. "Kau tolong pula gadis cantik itu,
Giam Liong. Yu Yin sungguh berbeda dengan ayahnya. Dia...
dia tentu celaka" "Ibu tak usah bicara tentang ini," Giam Liong mengerutkan
kerang. "Hubunganku dengannya masih penuh duri!"
"Ah, dia gadis yang baik, calon isteri yang baik. Kalau kau
dapat menjadi suaminya maka pesanku satu, Giam Liong.
Buang atau kembalikan Golok Maut di Lembah Iblis. Orang
yang sudah berkeluarga tak boleh membawa golok ini!"
Giam Liong menahan air matanya yang bercucuran. Bicara
tentang Yu Yin justeru semakin menusuk pecasaannya saja.
Kalau tidak karena Yu Yin tentu ia sudah menerjang ke kota
raja, melabrak! Tapi karena waktu tiga hari belum habis dan
gadis itu berjanji untuk merampas kembali Golok Maut yang
dirampas Kedok Hitam, janji yang membuat masing-masing
pihak harus menahan dan mengendalikan perasaan masing-
masing maka Giam Liong penuh duka kalau ibunya
membicarakan ini. Dia tak tahu apakah bisa mereka bersatu.
Cinta di masing-masing pihak memang telah sama-sama
dalam namun ganjalan di masing-masing pihak juga sama
besar. Gadis itu adalah murid Kedok Hitam, musuhnya. Dan
ketika Giam Liong mengguguk karena ibunya minta dicium,
gemetar dan meraih kepalanya maka perasaan pemuda ini
benar-benar hancur ketika mendengar kata-kata ibunya itu.
"Giam Liong, ibu sudah tak kuat.... peluk dan ciumlah ibu.
Aku... aku melihat bayang-bayang ayahmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giam Liong berguncang. Melihat dan merasakan keadaan
ibunya ini tiba-tiba pemuda itu tak kuat. Didekap dan
dipeluknya ibunya itu kuat-kuat. Giam Liong menangis dan
menciumi ibunya. Dan ketika Wi Hong balas mencium dan
tertawa aneh, Chu-goanswe dan para pejuang tak tahan
hingga meruntuhkan air mata maka Wi Hong berbisik teringat
sesuatu hal. "Giam Liong, Kedok Hitam.... Kedok Hitam ternyata bukan
orang lain. Dia adalah..:"
Giam Liong terkejut. Ibunya berhenti dan tak meneruskan
kata-katanya, terbatuk dan coba bicara lagi namun suaranya
tiba-tiba hilang. Dan ketika pemuda itu tertegun karena ibunya
berusaha sekuat tenaga namun gagal, Giam Liong menekan
punggung ibunya agar ibunya dapat bicara lagi maka bagai
geledek di s iang bolong ia mendengar lanjutannya,
?".. ia adalah Coa-ongya!"
Bentakan atau pekik menggelegar pecah dari mulut
pemuda ini. Wi Hong sudah roboh dan wajah wanita itu
tampak puas memberikan keterangan terakhir. Ia tak gagal!
Dan ketika Giam Liong mencelat dan menggigil di sana, wajah
berubah-ubah dengan amat hebatnya mendadak ia melengking dan terbang menuju kota raja. Mayat ibunya
ditinggal! "Siauwhiap...!"
Giam Liong tak mendengar atau memperdulikan seruan ini.
Chu-goanswe, yang terkejut dan memanggil pemuda itu tak
digubris. Jenderal ini dan para pejuang tak mendengar kata-
kata Wi Hong tadi. Suara wanita itu amatlah lirih karena ia
benar-benar sudah di ambang maut. Kalau Giam Liong tidak
memberinya tenaga tentu ia tak dapat bicara. Tenaga wanita
itu sudah habis. Maka ketika Giam Liong mencelat dan
mengeluarkan teriakan mengguntur, kata-kata

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atau keterangan ibunya tadi memang sungguh mengagetkan, ia tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menduga maka pemuda ini sudah terbang dan me luncur
kekota raja. Giam Liong tak ingat lagi perjanjiannya dengan
Yu Yin, dan ia juga agaknya tak perduli lagi dengan janji itu.
Persetan dengan janji Namun ketika ia me luncur dan keluar
hutan, gerakannya luar biasa cepat karena ia mengerahkan
semua ilmu meringankan tubuhnya, ia tak sabar dan ingin
mencari musuh besarnya mendadak jeritan wanita memanggilnya, jerit diiring isak tangis.
"Giam Liong....!"
Pemuda itu tertegun. Si Naga Pembunuh, yang membesi
dan merah kehitaman wajahnya ini tiba-tiba berhenti dan
membalik oleh panggilan itu, padahal tadi panggilan Chu-
goanswe tak pernah digubris Dan ketika sesosok bayangan
berkelebat dan itulah Yu Yin, suara yang sudah dikenal
pemuda ini maka Giam Liong mendengus dan pancaran
matanya yang penuh hawa membunuh membuat gadis itu
terkejut dan seketika berhenti, mengguguk.
"Aku,., aku ada perlu sebentar. Istana dan gerbang kota
raja dijaga ketat oleh tujuh lapis tentara. Sepuluh ribu orang
dikerahkan. Kau jangan ke sana!"
"Hm, apa perdulimu!" Giam Liong mem bentak, berseru
dan tiba-tiba mencengkeram gadis ini. "Ayahmu telah
membunuh ibuku, Y u Yin. Dan hutang jiwa harus dibayar jiwa.
Aku tak perduli nasihatmu. Pergilah!"
Yu Yin menjerit. Ia dilempar dan dibuang jauh oleh Giam
Liong, berjungkir balik tapi sudah turun di depan pemuda ini
lagi. Dan ketika Giam Liong tertegun karena gadis itu
menghalangi jalannya, Yu Yin tiba-tiba marah dan juga terhina
oleh sikap Giam Liong maka gadis itu bertolak pinggang,
mengedikkan kepala. "Giam Liong, aku melarangmu ke sana. Atau kaubunuh
dulu aku di sini!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau... kau ada hak apa?" Giam Liong terkejut, marah. "Ini
urusanku sendiri, Yu Yin. Tak usah ikut campur!"
"Urusanmu adalah urusanku juga. Aku berhak ikut
campur!" "Apa" Kau...kau berani bicara seperti itu" Hak yang
bagaimana?" "Hak sebagai kekasih. Kau bagian dari hidupku dan mati
hidupmu adalah urusanku juga!"
"Keparat!" Giam Liong membentak. "Ayahmu membunuh
ibuku, Yu Yin. Tak ada urusan cinta di antara kita. Minggir,
atau kau kuhajar!" dan Giam Liong yang menangkap atau
menyambar kembali gadis ini lalu hendak me lempar gadis itu
agar tak menghalang jalan. Giam Liong marah karena
kematian ibunya masih membuat darahnya mendidih. Ia bakal
tak segan-segan pula menghajar gadis ini. Dan ketika Yu Yin
mengelak namun ia menyambar lagi, tertangkap dan dilempar
maka Yu Yin terbanting dan terguling-guling di sana. Giam
Liong berkelebat dan terbang lagi ke kota raja.
"Giam Liong, tunggu. Mana janjimu menunggu waktu tiga
hari itu!" "Hm, tak ada lagi janji di antara kita. Aku hendak
membunuh musuh besarku, Yu Yin. Kau pergilah atau bantu
ayahmu itu!" "Keparat, kau tak pantas menjadi putera Si Golok Maut Sin
Hauw. Janji yang sudah dikeluarkan ternyata dijilat kembali.
Cih, kau manusia ingkar, Giam Liong. Ibumupun tentu tak
bakal tenang di alam baka!"
Giam Liong berhenti. Bagai disentak rem yang amat kuat
mendadak ia menahan larinya. Yu Yin mengejar dan
berjungkir balik melewati atas kepalanya. Dan ketika mereka
berhadapan lagi dan gadis itu tampak merah padam, sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti Giam Liong yang juga hangus dan merah kehitaman
maka pemuda itu membentak, suaranya menggigil,
"Yu Yin, kau... kau bicara apa" Kau menyebut-nyebut
ibuku?" "Benar, ibumu tentu kecewa melihat sepak terjangmu,
Giam Liong. Punya anak hanya sewayang ternyata penjilat
ludah. Cih, akupun juga tak sudi mencintaimu lagi. Kau busuk
dan memuakkan!" "Aku juga tak mencintaimu. Kau anak musuh besarku!"
"Aku juga. Aku menyesal dan menarik semua cintaku yang
pernah ada. Kita bertanding dan selesaikan permusuhan ini
sebelum kau ke kota raja... srat!" dan Y u Yin yang mencabut
pedang dan mengamuk menyerang pemuda ini lalu seperti
gaya anak-anak remaja sekarang yang cengeng-cengeng.
Mereka masing-masing telah saling mengumpat dan
menyatakan tidak cinta lagi, padahal berani sumpah perasaan
itu masih lekat dan kuat di hati mereka. Dan ketika terbukti
bahwa tusukan-tusukan Yu Yin hanya ke tempat-tempat
ringan, sama sekali tak ada maksud-maksud membunuh
sementara Giam Liong juga diminta membalas namun hanya
mengelak dan berkelebatan ke sana ke mari maka Yu Yin
menangis menyerang pemuda itu sambil membentak-bentak.
"Giam Liong, ayo kaubalas aku... balas! Aku siap kau bunuh
dan setelah itu pergilah ke kota raja. Aku muak meHhat
seorang penjilat ludah. Kau tak pantas menjadi putera ayah
ibumu yang gagah. Kau tikus pecomberan"
"Hm," Giam Liong terpukul dan malu, kesadarannya mulai
ada. "Lebih baik kau yang membunuh aku, Yu Yin. Arahkan
pedangmu ke dada dan jangan sering-sering meleset!"
"Kau tak bersenjata, dan kepandaianmu jelas lebih tinggi
daripada aku. Ayo, pukul dan bunuhlah aku. Aku ingin tahu
bahwa kau benar-benar sudah tidak mencintai aku. Aku muak
melihat tampangmu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, akupun juga sebal melihat dirimu, Yu Yin. Tapi kalau
Pendekar Sakti Suling Pualam 18 Pusaka Para Dewa Karya Lovely Dear Kisah Sepasang Bayangan Dewa 8
^