Pencarian

Naga Pembunuh 15

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 15


panas tapi tenaga dingin itulah yang dipakai dan dipergunakan
untuk meredam Pek-lui-ciang-nya, Beng Tan kagum dan
terbahak-bahak maka Han Han justeru terheran-heran dan
mengerutkan kening kenapa lawannya itu malah demikian
gembira! "Kau gila!" pemuda itu membentak. "Kenapa tertawa
demikian senang dan apa maumu menyerang orang yang
tidak bersalah!" "Ha-ha, kau tak usah tahu. Yang jelas aku ingin tahu dari
mana kau mendapatkan kepandaianmu ini, Han Han. Aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang mengingat-ingat siapa kira-kira orang yang
menggemblengmu seperti ini. Kau, ah... kau murid Im Yang
Cinjin!" Han Han tersentak dan kaget. Ia berseru keras ketika
lawan tiba-tiba dapat menebak gurunya, padahal, nama
gurunya amatlah dirahasiakan dan jarang ada orang kang-ouw
tahu. Maka begitu lawan dapat menebak dan ia meleng oleh
pukulan yang menyambar, Han Han terkesiap oleh seruan
lawannya tadi maka tak pelak ia terdongak dan wajahnya
bertemu telapak lawan yang seperti lempengan baja.
"Dess!" Han Han terhuyung. Ia hampir saja terpelanting oleh
pukulan yang amat kuat ini, pandang matanya sejenak gelap
tapi ia menarik napas dan mengerahkan sin-kang membuyarkan pengaruh pukulan itu. Dan ketika Beng Tan
kagum karena puteranya tak apa-apa, sang isteri menjerit dan
meloncat keluar, tak terasa, maka Han Han tertegun tapi
merah mukanya mendapat pukulan itu.
"Kau mengenal guruku, bagus, kau tentu orang ternama.
Awas aku membalas dan menghajarmu, kawan. Hati-hati
karena aku akan mengeluarkan semua kepandaianku.,. slap!"
dan Han Han yang lenyap mempergunakan Hui-thian-sin-
tiauw-nya (Rajawali Sakti Terbang Ke Langit) tiba-tiba
membuat Beng Tan berteriak karena pemuda itu beterbangan
tak menginjak tanah lagi, sambar-menyambar dan mematuk
dirinya dengan pukulan-pukulan cepat.
Beng Tan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya pula
namun ternyata kalah cepat. Ia kalah napas oleh lawannya
yang masih muda itu dan tahu-tahu sebuah tamparan
meledak di sisi kepalanya. Dan ketika ia terbanting namun
dapat bergulingan meloncat bangun, Swi Cu menjerit dan
kembali mengeluarkan teriakan maka Han Han yang gemas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan marah kepada lawannya ini mengeluarkan segenap
pukulan-pukulan Im-yang-sin-kun-nya dimana udara atau
tempat di sekitar situ berubah-ubah menjadi panas dan dingin
berganti-ganti. Tubuh pemuda itu pun mulai menyala dan mati
hidup seperti lampu pijar!
"Bret-brett!" Beng Tan dan isteri terkejut berseru tertahan. Mereka
sudah disambar pukulan yang berubah-ubah itu.
Swi Cu sebentar kedinginan dan sebentar kemudian
kepanasan, keringat bercucuran tapi kemudian beku ketika
disambar angin dingin. Dan ketika Beng Tan berteriak agar
sang isteri menjauh, Swi Cu menjerit dan berteriak-teriak
maka Beng Tan mencabut pedangnya dan sinar berkeredep
tiba-tiba menyambar dan menangkis hawa panas dingin itu.
"Sing-singgg...!"
Han Han tertegun. Ia silau oleh cahaya pedang dan
kagumlah pemuda itu ketika lawan yang berlindung di balik
pedangnya ini dapat menghalau atau bertahan dari serangan-
serangan Im-yang-sin-kunnya.
Bertanding dengan Giam Liong ia belum mengeluarkan Im-
kang, baru Yang-kang karena Giam Liong ternyata mahir pula
bermain Im-kang, terbukti pemuda itu dapat menjadi manusia
es dan beku tak apa-apa dihantam pukulan Yang-kangnya.
Dan ketika kini ia kagum akan gerakan pedang dimana sinar
yang amat terang namun indah menangkis semua pukulan-
pukulannya itu, Han Han kagum akan pedang ini maka Beng
Tan tiba-tiba berseru apakah dia berani menghadapi silat
pedang, diminta mencabut senjata.
"Aku akan bertahan dan menyerangmu dengan senjata.
Cabutlah senjatamu dan apakah berani kau menghadapi
pedangku!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm," Han Han berseru mengangguk. "Aku tak mempunyai
senjata, kawan. Senjataku adalah kaki dan tanganku ini. Kalau
kau mau pakai dan pergunakan pedangmu itu. Aku tak takut!"
"Pedangku bukan pedang biasa. Kau tak akan tahan!"
"Hm, melihat pamornya aku maklum, kawan. Tapi aku tak
takut. Coba dan pergunakan pedangmu,
atau aku menyerangmu dan lihat seberapa hebat ketajaman pedangmu
itu!" dan Han Han yang bergerak dan membentak lawan tiba-
tiba berseru mendahului dan melepas pukulan dingin.
Ia mengerahkan Im-kang karena tahu bahwa lawan
agaknya seorang ahli tenaga Yang-kang, terbukti dengan Pek-
lui-ciangnya yang dahsyat tadi. Dan ketika Beng Tan terkejut
karena pukulan itu tahu-tahu sudah di depan mata, Han Han
bergerak dan menyelinap dengan luar biasa cepatnya maka
Hui-thian-sin-tiauw yang dimiliki dan dilakukan pemuda itu
menyambar bagai seekor rajawali melesat.
"Awas!" Namun Beng Tan mengangguk dan tahu ini. Ia tak sempat
mengelak karena pukulan puteranya benar-benar secepat
setan. Kelima jari pemuda itu tahu-tahu di depan hidung dan siap
mengancam wajahnya. Dan karena ia tak mau celaka dan
tentu saja bergerak menyambarkan pedang, ganti membentak
agar pemuda itu hati-hati maka Han Han menangkis tapi
pemuda itu berseru terkejut karena begitu pedang
menyambar pinggir lengan bajunya pun robek.
"Bret!" Pemuda itu menarik dan melempar tangan ke belakang.
Beng Tan sudah memberitahunya hati-hati namun tak urung
pemuda ini terkesiap juga.
Hawa dingin pedang itu mengingatkannya akan hawa
dingin Golok Maut, golok yang ada di tangan Giam Liong itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan ketika selanjutnya pedang berputar dan Han Han
digulung cahaya menyambar-nyambar, Beng T an tertawa dan
memerahkan telinga lawan maka Han Han kaget dan pucat
karena lawan benar-benar amat tangguh. Pedangnya itu juga
pedang luar biasa! "Kau hebat, tapi kau dibantu pedangmu!"
"Ha-ha, itulah sebabnya kuberi tahu agar kau mencabut
senjatamu pula, Han Han. Karena tanpa pedang ini agaknya
aku tak mampu menghadapi Im-yang-sin-kunmu. Hayo, cabut
pedangmu atau senjata apa saja yang kau punya!"
"Aku tak punya senjata. Tapi jangan harap kau dapat
mengalahkan aku... plak-plak!" dan Han Han yang menampar
atau mengebut dari jauh, mempergunakan Im-yang-sin-
kunnya akhirnya berhasil menahan dan menyampok pedang
agar tidak terlalu mendekat.
Beng Tan merasa bahwa sinkang yang dipunyai puteranya
ini setingkat lebih unggul dibanding dirinya. Jadi, dapatlah
pemuda itu bertahan dan Han Han lama-lama mengerutkan
kening karena jurus demi jurus akhirnya mengingatkan dia
akan sesuatu. Beng Tan telah ma inkan Pek-jit-kiam-sutnya itu
dan ilmu ini pernah dilihat Han Han dimainkan oleh Ki Bi dan
sumoi-sumoinya di Hek-yan-pang, ketika pemuda itu datang
kesana dan bertepatan pula dengan datangnya rombongan si
gundul Pat-jiu Sian-ong, yang mengamuk dan mengobrak-
abrik markas itu dikala Beng Tan dan isterinya ini tak ada.
Dan ketika Han Han terkejut karena jurus demi jurus
akhirnya dikenal semakin baik, itulah ilmu silat Pek-jit Kiam-
hoat maka pemuda ini membentak dan menampar demikian
kerasnya sambaran pedang yang menuju lehernya.
"Tahan, ini Pek-jit Kiam-hoat dari Hek-yan-pang. Siapa kau
dan buka saputanganmu!"
Beng Tan dan Swi Cu terkejut sekali. Mereka beium pernah
bertemu dengan putera mereka ini tapi bagaimana putera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka itu tiba-tiba tahu bahwa ilmu pedang yang dimainkan
ini adalah Pek-jit Kiam-hoat.
Seingat mereka Han Han belumlah mengenai Hek-yan-pang
dan karena itu tentu juga belum mengenai ilmu-ilmu silat
mereka. Tentu saja mereka tak tahu bahwa pemuda ini sudah
ke Hek-yan-pang dan bertemu dengan Ki Bi dan lain-Ia in,
bahkan melindungi perkumpulan itu di kala Pat-jiu Sian-ong
dan kawan-kawannya mengamuk, datang dan menghalau
orang-orang jahat itu sehingga Hek-yan-pang selamat.
Dan ketika Beng Tan terpental mundur dan hampir saja ia
terpelanting, tamparan yang dilakukan puteranya itu demikian
kuat dan kerasnya maka pendekar itu menggigil dan Swi Cu
berteriak dan langsung menubruk pemuda ini, membuang
saputangan yang tadi dipakai menutupi mukanya.
"Han Han, kami.... oh, kami adalah ayah ibumu. Kau, ah...
kau puteraku yang hilang!" dan ketika Han Han tertegun dan
melihat raut wajah seorang wanita cantik, berumur
empatpuluhan namun masih cantik dan gagah maka pemuda
itu bengong ketika tahu-tahu sudah ditubruk dan Swi Cu
menangis habis-habisan di dadanya, tak kuat lagi menahan
haru dan semua perasaan bahagia yang meletup.
"Aku ibumu, dan itu ayahmu. Ah, ayahmu ingin menguji
kepandaianmu, Han Han. Dia telah mendengar dari Giam
Liong bahwa ilmu kepandaianmu tinggi. Kau benar kalau ilmu
pedang yang dipakainya adalah Pek-jit Kiam-hoat, karena ia
memang adalah ketua Hek-yan-pang!" dan ketika Swi Cu
mengguguk dan meremas-remas puteranya ini, Han Han
terkejut dan kaget maka disana lawannya itu sudah membuka
kedoknya dan berjalan mendekati, terhuyung dan air mata
bercucuran, pedang sudah disimpan lagi dibelakang punggung. "Han Han, aku ayahmu. Maaf, nak.....ayah sengaja
mengujimu. Kau... kau puteraku yang hilang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han luluh dan lantak hatinya. Ia tiba-tiba mengguguk
dan terharu bukan main begitu ayah ibunya muncul. Sudah
lama ia mencari-cari dan kini tiba-tiba ia bertemu.
Ah, ayah ibunya gagah. Mereka itu ternyata orang-orang
tua yang hebat dan teringatlah ia akan kepandaian ayahnya
ini, yang sanggup dan mampu bertahan dari pukulan-pukulan
Im-yang-sin-kunnya, padahal orang lain pasti roboh dan sudah
menyerah. Dan ketika ia menggigil dan ibunya mengguguk
mengguncang-guncang tubuhnya, pemuda ini tersedak dan
menangis pula maka tiga tubuh sudah berpeiukan dan Han
Han tak mampu menahan jerit atau kebahagiaannya dengan
keluhan panjang. "Ayah... ibuu...!"
Ketiga-tiganya sudah berangkulan amat mesranya. Beng
Tan tak mampu juga membendung air matanya dan
mengguguklah pendekar itu menemukan puteranya yang
hilang. Perasaan haru dan bahagia serta perasaan bermacam-
macam lagi mengaduk hatinya. Pendekar yang tak mampu
menahan kegembiraan ini hampir saja menangkap dan
melempar-lempar puteranya itu ke atas.
Sejenak ia benar-benar diguncang perasaan meluap! Tapi
ketika Beng Tan mampu menguasai hatinya lagi sementara
isterinya masih mengguguk dan menciumi putera mereka itu,
Han Han dikerubung dan "dikeroyok" ayah ibunya maka Beng
Tan lebih dulu melepaskan diri.
"Syukur kepada Thian Yang Agung. Kami ibu dan ayah
telah menemukan putera kami lagi. Ah, kita patut merayakan
kegembiraan ini di Hek-yan-pang, Han Han. Mari kita pulang
dan betapa rindu ayah ibumu!"
"Benar," Han Han dikecup dan dihisap air matanya oleh
sang ibu. "Aku juga bahagia, ayah. Dan ibu, ah... aku rindu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan kalian juga. Sudah lama aku mencari-cari namun baru
sekarang aku menemukan. Dan ayah hebat sekali!"
"Tentu saja!" sang ibu melengking, suaranya penuh tawa
dan bahagia. "Kalau tidak masa aku mau menjadi isterinya,
Han Han. Ayahmu memang hebat dan namanya tersohor
diseluruh jagad!" "Hm, tak perlu memuji diri. Dulu mungkin begitu, niocu.
Tapi sekarang aku sudah tidak begitu lagi. Kehebatanku sudah
digantikan anak-anak muda. Lihat putera kita dan Giam Liong
ini, aku sudah tak mampu menandinginya!"
"Giam Liong dibantu Golok Mautnya!"
"Tidak, ia telah menggabungkan kepandaian ayahnya dan
kepandaianku, niocu. Giam Liong memang hebat. Dan anak
kita ini, ah, ia pun hebat. Aku terpaksa mencabut pedangku
agar tidak cepat-cepat roboh."
Han Han tersenyum malu. Ayahnya telah tertawa bergelak
dan sang ibu tampak berseri-seri begitu cantiknya.
Han Han kagum ketika tiba-tiba ibunya ini seperti gadis
remaja lagi, cantik jelita dan penuh pesona. Ia tak tahu bahwa
kebahagiaan yang demikian besar itulah yang membuat
wanita ini serasa muda lagi dan begitu gemilangnya seperti
ketika berusia tujuhbelasan tahun lalu. Dan ketika Han Han
kagum namun sang ayah juga kagum, Beng Tan menyambar
dan memeluk isterinya ini maka pendekar itu berkata bahwa
mereka harus cepat-cepat pulang. Diam-diam tergetar dan
ingin minta "jatah" kalau nanti di kamar!
"Kita sudah menemukan anak kita. Hayo kita pulang dan
cepat-cepat rayakan pesta!"
"Benar," Swi Cu tak tahu keinginan suaminya yang
terpendam. "Aku juga ingin merayakan pesta, suamiku. Dan
Han Han akan kuperkenalkan kepada semua murid-murid Hek-
yan-pang!"

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sudah mengenalnya," Han Han tiba-tiba tersenyum.
"Aku sudah kesana dan berkenalan dengan bibi Ki B i dan lain-
lain, ibu. Mereka semua sudah mengenalku dan justeru dari
mereka itulah aku disuruh ke kota raja. Dan benar, aku
menemukan kalian disini."
"He, kau sudah kesana" Sudah berkenalan dengan mereka-
mereka itu?" "Benar, dan karena itulah aku mengenal silat pedang
ayahku, ibu. Aku sudah melihatnya ketika bibi Ki Bi dan lain-
lain mainkan ilmu silat itu, meskipun tentu saja tak sehebat
dan semahir ayah." "Astaga, kalau begitu kau bertempur dengan mereka!"
"Tidak, justeru sebaliknya. Aku melindungi dan membela
mereka ketika Pat-jiu Sian-ong dan kawan-kawannya datang."
"Pat-jiu Sian-ong?"
"Benar, ayah, kakek gundul itu. Katanya mencari ayah atau
Han Han yang sebenarnya adalah Giam Liong. Hek-yan-pang
diobrak-abrik!" "Keparat, apa yang dilakukan Pat-jiu Sian-ong itu. Kenapa
ia tak tahu malu menyerang rumah di kala pemiliknya tak
ada!" "Katanya ingin membalas dendam, ibu. Tapi aku kurang
tahu apa sebenarnya yang telah terjadi.. T entunya ayah lebih
tahu." dan ketika Han Han memandang ayahnya dan sang
ayah menarik napas dalam-dalam, teringat kejadian di rumah
hartawan Tek maka pendekar itu mengangguk dan berkata
muram, "Tidak salah, Pat-jiu Sian-ong ingin membalaskan
kekalahan muridnya. Hm!, tapi kurang ajar juga kalau kakek
itu marah-marah disaat aku tidak ada. Kami tentu akan
mencarinya!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan ibu..., benarkah keluar untuk mencari aku?"
"Tentu saja. Berbulan-bulan aku mencarimu, Han Han. Dan
berbulan-bulan itu pula aku menderita. Ah, ini karena
perbuatan bibimu W i Hong. Ia yang menjadi biang keladi
semuanya ini!" "Sudahlah," Beng Tan tak mau mengungkit-ungkit lagi
masa silam. "Han Han sudah kita temukan, niocu, dan sedikit
banyak karena jasa Giam Liong pula. Ka lau dia tidak memberi
tahu belum tentu kita dapat menemukan anak kita sekarang.
Eh, bagaimana pendapatmu, Han Han. Benarkah kau telah
bertanding dengan Giam Liong?"
"Hm, justeru karena itu aku duduk tepekur di bawah
pohon. Aku kecewa dikalahkannya. Ia mengeroyok!"
"Mengeroyok?" sang ayah mengerutkan kening, tak
percaya. "Giam Liong adalah pemuda gagah, Han Han.
Seingatku tak pernah ia mengeroyok!"
"Benar, tapi Mo-bin-lo muncul membantunya, ayah. Dan
roh kakek iblis itu yang menggangguku di kala bertempur. Aku
penasaran!" "Hm, kiranya begitu. Dan aneh kalau sukma kakek itu
keluar. Barangkali ada apa-apa yang membuat ia sewot. Tapi
Giam Liong tentunya tak tahu akan ini. Golok Maut hanya
dapat ditandingi Pedang Matahari!"
"Benar, guruku juga berkata begitu, ayah. Dan kalau tidak
salah tentunya pedang itu..."
"Memang inilah Pek-jit-kiam," sang ayah tersenyum,
memotong. "Tapi kau tampaknya tak pandai bersilat pedang,
Han Han. Kau lebih mengandalkan kaki tanganmu dengan Im-
yang-sin-kun. Hebat sekali ilmu silatmu itu tapi untuk
menandingi Golok Maut kau harus belajar silat pedang,
dengan Pedang Matahari ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan kau pasti dapat mengalahkan Giam Liong!" sang ibu
berkata, sengit. "Ayahmu telah dipecundanginya, Han Han
Balaskan sakit hati ini dan hadapi bocah itu!"
"Hm, ibu tampak benci sekali kepada Giam Liong.."
"Tentu saja. Aku juga membenci mendiang ayahnya. Gara-
gara Si Golok Maut itulah suciku sampai tidak karuan dan kini
mengobrak-abrik rumah tanggaku!"
"Sudahlah, sudah..." Beng Tan tak mau isterlnya semakin
naik pitam. "Urusan yang sudah-sudah tak perlu dibicarakan
lagi, niocu. Putera kita telah ditemukan dan anggap saja
semua peristiwa yang lalu untuk menggembleng kita. Mari kita
pulang dan aku ingin menurunkan ilmu silat pedang kepada
Han Han!" Swi Cu teredam. Disambar dan dipeluk suaminya membuat
wanita ini tak marah-marah lagi apalagi karena puteranya Han
Han memandangnya begitu lembut.
Pandang mata puteranya itu penuh kerinduan dan ia pun
ingin menumpahkan rindu kepada putera satu-satunya ini. Ia
ingin membuat pesta besar-besaran di rumah dan biarlah
keluarga besar Hek-yan-pang bergembira. Dan ketika
suaminya berkata agar mereka cepat pulang, urusan lain tak
usah dihiraukan maka Beng Tan berkelebat dan isteri serta
puteranya diajak pulang. Tak mau atau pura-pura tak tahu lagi akan adanya perang
besar yang mengancam pintu gerbang.
Beng Tan sudah mual dengan semuanya itu dan begitu dia
pergi maka dilain tempat terjadi kegemparan. Karena begitu
Han Han maupun ayah ibunya kembali ke Hek-yan-pang maka
di kota raja atau tepatnya di istana Glam Liong mengamuk!
O00ooodwooo0O Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti telah diceritakan di depan, Giam Liong meninggalkan ayah dan ibu angkatnya untuk mencari atau
menemukan kembali ibu kandungnya.
Dia sekarang tahu bagaimana nasib ibunya itu, bahwa
ibunya telah selamat ditolong ibu dan ayah angkatnya. Tapi
karena musuh besarnya si Kedok Hitam juga masih berkeliaran
dan lolos disana, dia mengerotokkan gerahamnya penuh
kemarahan maka Giam Liong langsung ke kota raja mencari
musuh yang amat dibencinya itu.
Dia sudah lebih tenang begitu ibunya terlepas dari tangan
si Kedok Hitam. Dia akan mencari dan menemukan musuhnya
itu bukan karena ibunya melainkan melepas sakit hati dan
dendam yang sangat. makin dia mengenal musuhnya itu
semakin diketahui betapa jahat dan liciknya musuhnya itu.
Lihat saja peristiwa sekarang. Siapa yang begitu curang
dan licik menyerbu dirinya"
Bukankah sudah diadakan perjanjian bahwa pertemuan itu
pada hari ketiga" Tapi belum hari yang ditentukan habis tiba-
tiba saja Kedok Hitam telah menyerang pasukan Chu-goanswe
dan yang lebih Jahat lagi adalah mengirim Lam-ciat untuk
membunuh dan kemudian mengeroyoknya!
Giam Liong mengeratakkan gigi. Ia akan membunuh dan
mencincang musuhnya itu. Akan disedot dan diminumnya
darah musuhnya itu. Dan teringat bahwa selama ini Kedok
Hitam selalu berlindung di istana, rupanya kaisar juga
merestui dan melindungi si Kedok Hitam itu maka sasaran
kemarahannya adalah istana!
Dia akan datang dan mengobrak-abrik disana. Semua
pembantu atau orang-orang kepercayaan kaisar akan
dibabatnya. Kalau perlu, kaisar sendiri akan dia bunuh!
Dan ketika Giam Liong berkelebat dan terus menuju kota
raja, pasukan Chu-goanswe menyusul dan bersorak-sorai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibelakang maka pemuda ini dengan amat ringannya telah
menyambar dan melayang naik ke tembok kota yang tinggi.
Bagi Giam Liong pekerjaan ini tidaklah sukar. Ia mengenjot
tubuhnya dan sekali melayang ia pun telah tiba di atas. Tapi
karena saat itu kota raja sedang guncang dan penjagaan tentu
saja dilakukan dengan amat ketat, munculnya Giam Liong di
atas tembok otomatis diketahui maka berteriak-teriaklah para
penjaga yang seketika melepas panah atau senjata-senjata
jarak jauh. Caping di atas kepalanya itu segera dikenal sebagai
keturunan mendiang Si Golok Maut!
"Heii, itu Si Naga Pembunuh. Awas.... awas... ia datang.
Serang dan suruh dia turun!"
Giam Liong segera dihujani panah dan tombak. Pemuda ini
mendengus dan tiba-tiba tangan kanannya bergerak kesana
ke mari. Ia mengepret dan semua pariah atau tombak-tombak itu
patah. Dan ketika penjaga berteriak pucat, pemuda ini
berkelebat dan melayang turun maka ia sudah masuk ke
dalam dan pasukan di bawah ketakutan, gentar!
"Celaka, ia masuk. Awas, ia datang!"
Giam Liong tidak menggubris kurcaci-kurcaci ini. Baginya
para penjaga itu bukanlah lawan setimpal. Ia akan
merobohkan mereka kalau mereka berani mendekat. Dan
ketika ia diserang namun anak-anak panah kembali runtuh,
kini ia membiarkan saja anak-anak panah itu mengenai
tubuhnya yang kebal maka pasukan menjadi ngeri dan mereka
tunggang-langgang melarikan diri. Belum apa-apa sudah
cerai-berai! "Aku mencari Kedok Hitam. Mana lawanku itu dan suruh dia
keluar!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Geram atau bentakan Giam Liong during oleh gerakan
tubuhnya yang berkelebat maju. Ia ingin ke istana dan barulah
disana ia akan memberi pelajaran.
Para penjaga disini terlalu kecil artinya dan mereka
bukanlah tandingannya. Dan ketika benar saja dengan mudah
ia mengibas atau melempar-lempar mereka, yang terlalu dekat
dan kurang cepat berlari maka Giam Liong Si Naga Pembunuh
ini tak dapat dihalangi ketika terus maju dan bergerak ke
istana. Namun istana bukanlah tempat remeh yang boleh diganggu
begitu saja. Kaisar, dan para panglimanya, tentu saja tak
boleh membiarkan orang berbuat seenaknya. Mereka telah
bersiap dan sesungguhnya berjaga-jaga di tempat-tempat
gelap, bukan untuk menghadapi pemuda ini melainkan
sebenarnya lebih ditujukan untuk menghadapi pasukan Chu-
goanswe, kalau jenderal itu bersama pengikutnya berhasil
mendobrak pintu gerbang. Jadi mereka ini bersifat sebagai cadangan dan telah
disiapkan dimana-mana. Maka begitu Giam Liong muncul dan
kedatangannya yang seorang diri ini mengejutkan semuanya,
hal ini tak disangka maka otomatis pasukan itu bergerak dan
belum sampai di istana Giam Liong sudah menghadapi ribuan
orang yang berlapis-lapis.
"Cegat Si Naga Pembunuh. Awas jangan biarkan ia masuk!
Serang..!!" Giam Liong tertegun membelalakkan matanya. Ia tahu-tahu
sudah dikepung atau dikurung ribuan orang yang buas-buas.
Mereka itu berteriak-teriak namun bukan sekedar untuk
menakut-nakuti Giam Liong melainkan juga untuk menenangkan diri sendiri yang gentar! Pasukan kerajaan itu
ribut-ribut dan suaranya tumpang-tindih mengatasi yang lain.
Giam Liong telah dikenal kehebatannya dengan golok
mautnya itu! Dan ketika anak-anak panah menyambar bagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hujan dan golok atau tombak juga berdesingan menyambar
pemuda ini, Giam Liong dicegat jalan majunya maka
keturunan Sin Hauw yang gagah perkasa ini membentak dan
melengking nyaring, sinar putih keluar dari punggungnya
disusul gemerlap atau pijar bunga-bunga api.
"Kalian tikus-tikus busuk yang tak tahu diri!"
Tombak atau golok patah-patah. Giam Liong mengeluarkan
golok mautnya itu dan begitu ia memutar maka hujan senjata
mencelat berhamburan kesana-sini. Lawan yang menyerang
tiba-tiba balik menjerit ketika panah atau tombak-tombak
yang patah menghantam mereka sendiri.
Dan ketika duapuluh orang roboh di depan dan mereka itu
berteriak mengaduh, ada yang menjerit dan pingsan karena
patahan golok menancap dan amblas di biji mata, terjungkal
dan memuncratkan darah segar maka Giam Liong mengamuk
dan membabatkan goloknya menerjang pasukan yang
membentengi istana. "Aku mencari Kedok Hitam, tapi kalau kalian ingin mampus
tentu saja kuantar ke neraka.... crat-crat!" dan batok kepala
yang bergelindingan dan putus dibabat Golok Maut, yang
datang dan menyambar-nyambar tiba-tiba membuat pasukan
berteriak dan merasa seram!
Mereka itu melihat betapa teman-teman mereka roboh
binasa, cepat dan mengerikan karena tak ada satu pun
senjata yang mampu menghadapi golok yang luar biasa tajam
itu. Dan ketika Giam Liong berkelebatan diantara mereka dan
pasukan otomatis buyar, pecah, maka yang lain membalik dan
melempar tubuh bergulingan menyelamatkan diri.
"Colok Maut mengamuk. Celaka, pemuda ini lebih hebat
dari ayahnya!" Giam Liong tak perduli. Ia sudah merah terbakar oleh
kemarahannya yang sangat. Ia menggeram-geram membuka
jalan darah dan pasukan cerai-berai melarikan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka gentar dan pucat oleh kelebatan sinar putih di
tangan pemuda itu. Begitu menyambar begitu pula sebuah
kepala mencelat! Dan ketika pasukan kalang-kabut dan jalan
terbuka bagi pemuda ini maka Giam Liong maju dan lagi-lagi
mendekati istana. Namun terdengar seruan atau aba-aba di depan. Sesosok
bayangan hitam berkelebat dan berkilat-kilatlah mata Giam
Liong melihat siapa itu. Kedok Hitam, musuh yang dicari-cari, tiba-tiba muncul dan
ada disana, di balik pasukan besar. Dan ketika Kedok Hitam
berseru berulang-ulang agar orang-orang itu mundur, Giam


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liong bebas memasuki istana maka tepat di pintu gerbang
Giam Liong telah berhadapan dengan lawan yang amat
dibencinya ini. "Kedok Hitam, aku ingin menghirup darahmu!"
"Ha-ha!" Kedok Hitam tertawa bergelak, tubuhnya
bergoyang-goyang di atas kepala patung singa. Ia meloncat
dan berdiri disini, bertolak pinggang. "Kau luar biasa dan
pemberani sekali, Giam Liong. Kau seperti bapakmu. Ah, aku
kagum bahwa kau datang dan ingin mempersembahkan
batang kepala ini kalau kau bisa. Ayo, hentikan amukanmu
dan lawanlah aku!" lalu berjungkir balik dan meloncat ke
patung singa yang lain, yang lebih tinggi maka berturut-turut
laki-laki ini me lewati sebelas patung singa di pintu gerbang
istana. Giam Liong tentu saja menggeram dan begitu lawan
menantang ia pun sudah berkelebat dan memburu. Patung
pertama diinjak dan akan menuju ke patung nomor dua. Tapi
begitu ia menginjakkan kaki di patung pertama dan akan
meloncat ke patung yang nomor dua mendadak terdengar
ledakan keras dan patung yang diinjak amblong!
"Blarr!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giam Liong tak menyangka ini. Ia terjeblos dan otomatis
jatuh ke bawah. Patung singa-singaan itu kiranya perangkap!
Namun karena Giam Liong bukanlah pemuda biasa dan
begitu ia terjeblos begitu pula ia membacokkan goloknya,
dinding singa batu itu dicoblos atau ditusuk kuat maka ia
sudah tertahan disini dan sekali ia mengayun kaki maka ia pun
sudah keluar dan selamat disana, membuat lawan dan orang-
orang lain kagum! "Kau licik dan selamanya curang!" golok di tangan pemuda
ini mendahului tubuhnya yang terbang ke atas.
Giam Liong melindungi dirinya dengan senjatanya yang
ampuh itu dan benar saja beberapa benda-benda hitam
dipukul runtuh. Kedok Hitam kiranya sudah menduga dan menyambitkan
senjata-senjata rahasia ke patung batu yang bobol itu. Dan
ketika Giam Liong selamat dan tegak kembali dengan mata
bersinar-sinar, golok di tangannya berkeredep haus darah
maka Giam Liong melihat lawan sudah ada diwuwungan paling
tinggi diantara bangunan-bangunan kaisar.
"Ha-ha, mari, Giam Liong. Kita mencari tempat yang enak
untuk bertanding!" Giam Liong terbakar. Ia benar-benar marah dan nyaris
celaka di tangan lawannya. Kedok Hitam sungguh licik dan
curang. Tapi tak takut dan justeru waspada akan kejadian tadi
maka Giam Liong membentak dan ia menyusul bukan melalui
undak-undakan patung s inga melainkan berkelebat ke kiri dan
berlarian cepat di atas genteng, karena sebentar saja ia sudah
terbang dan menyambar seperti burung. Lagi-lagi membuat
orang takjub! "Kau akan kukejar, kemanapun kau bersembunyi!"
Kedok Hitam terkejut. Ia tak menyangka Giam Liong
mengejarnya lewat genting-genting istana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di s itu tak ada apa-apa namun laki-laki ini tiba-tiba tertawa
Dan ketika Giam Liong mendekatinya dan mata pemuda itu
bagaikan api, mendidih dan membakar maka Kedok Hitam
meloncat dan... turun kembali ke tanah.
"Ha-ha, di bawah lebih enak, Giam Liong. Mari turun dan
ikuti aku!" Giam Liong melotot. Ia gusar dipermainkan lawan tapi
berseru keras tiba-tiba ia meloncat turun dan menubruk.
Gerakannya seperti garuda menyambar dan Kedok Hitam
terkejut karena tahu-tahu pemuda itu sudah semeter
dibelakangnya. Giam Liong mencegat dan memotong jalan! Tapi karena ia
bukan laki-laki sembarangan dan Kedok Hitam adalah lawan
tangguh yang pernah dijumpai mendiang Golok Maut, juga
Beng Tan yang beberapa kali bertempur dengan laki-laki ini
maka begitu diserang secepat itu pula laki-laki ini
menggerakkan tangannya ke belakang.
"Dukk!" Kedok Hitam mencelat. Ia terlempar dan terbanting
bergulingan disana tapi tertawa gembira meloncat bangun
lagi, lari dan menyelinap diantara lorong-lorong istana. Dan
ketika Giam Liong me lotot karena terhuyung, lawan masih
juga lolos darinya maka ia membentak dan mengejar lagi.
Pasukan dikiri kanan dipukul mundur.
"Minggir, atau kalian mampus!"
Orang-orang menyibak. Kedok Hitam telah berseru kepada
mereka agar membiarkan pemuda itu mengejarnya.
Giam Liong melihat lawan meliak-liuk diantara lorong-
lorong tajam. Dan ketika ia marah karena lawan amatlah
pengecut, lari sebelum bertanding maka pemuda itu
membentak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooo0dw0ooo- Jilid 25 "KEDOK HITAM, jangan lari. Mana kejantananmu!"
"Ha-ha," Kedok Hitam tertawa bergelak. "Justeru ini aku
menunjukkan kejantananku, Giam Liong. Aku ingin bertanding
di tempat yang sepi, tidak melibatkan orang lain. Hayo, kau
kejar dan ikuti!" "Aku pasti mengikutimu. Aku akan membunuhmu!" dan
ketika Giam Liong membentak dan berseru keras, berkelebat
dan mengayun kakinya maka Kedok Hitam tiba-tiba
menyelinap dan keluar dari samping gedung. Laki-laki yang
licik itu membiarkan Giam Liong mengejar di belakang, masuk
keluar lorong-lorong istana dan di belakang gedung tiba-tiba ia
meloncat keluar. Dan ketika Giam Liong, membentak dan laki-
laki itu disambarnya, lawan rupanya memperlambat atau
membiarkan diri disergap maka laki-laki itu tiba-tiba
menendang sesuatu dan seperti kuda menyepakkan kakinya
sekonyong-konyong sebuah bola hijau menyambar Giam
Liong. "Plak!" Giam Liong menangkis dan tentu saja marah memaki
lawannya itu. la tidak tahu benda apa ini namun begitu
ditangkis tiba-tiba bola itu me ledak. Dari dalam keluar jarum-
jarum hijau yang luar biasa banyaknya, tak kurang dari seribu!
Dan ketika Giam Liong harus melempar tubuh ke belakang
dan lawan tertawa bergelak maka laki-laki itu melanjutkan
larinya lagi dan Giam Liong bergulingan melompat bangun.
Lawan kembali jauh di depan.
"Kedok Hitam, kau licik, curang. Hayo berhenti dan kita
bertanding di sini!' Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha, aku ingin di sana. Ada bukit di taman istana, Giam
Liong. Mari ke sana dan di situ kita bertanding!"
"Kau pengecut, hina!" dan Giam Liong yang mengejar dan
melepas hui-to-hui-to terbang, golok kecil yang menyambar
susul-menyusul maka lawan menangkis dan golok atau hui-to-
hui-to itu runtuh. Kedok Hitam memang lihai.
"Ha-ha, tak usah mempergunakan senjata-senjata anak-
kecil. Tanpa kau serangpun aku pasti berhenti di sana....
plak..plak..plak Giam Liong gemas melihat lawan meruntuhkan
golok-golok terbangnya, la memang melepas senjata-senjata
rahasia itu agar lawan berhenti, setidaknya, menangkis dan
berhenti. Tapi ketika golok-golok runtuh dan lawan
meneruskan larinya berbelok dan akhirnya menuju ke sebuah
gundukan tanah tinggi yang merupakan bukit buatan maka
Giam Liong menggeram dan ia mengejar dan berjungkir balik
menghantam lawan, kali ini mempergunakan pukulan jarak
jauh. "Kedok Hitam, berhenti!"
Kedok Hitam terkejut, sudah hampir tiba di bukit kecil itu
ketika tiba-tiba Giam Liong melayang dan berjungkir balik di
belakangnya. Pukulan yang amat dahsyat menyambarnya
bagai angin taufan, ia membalik dan apa boleh buat
menangkis. Dan ketika dua lengan beradu dan Kedok Hitam
mengeluh, terlempar dan menabrak bukit kecil itu maka laki-
laki ini terbanting dan Giam Liong rupanya mengeluarkan
sebagian besar tenaganya.
"Dess!" Laki-laki itu bergulingan. Giam Liong terbelalak, karena
lawan amatlah kuatnya, bangun dan masih dapat berlari lagi
dan menyelinap di balik bukit kecil itu. Dan ketika ia
membentak dan menyerang lagi, lawan amatlah pengecut
maka belasan sinar hitam tiba-tiba kembali menyambar dan
menyambut pukulannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plak-plak-plak!"
Giam Liong memukul runtuh jarum-jarum lawan. Sebenarnya ia menyerang lawan tapi lawan melepas jarum-
jarum hitamnya itu, apa boleh buat harus ditangkis dan
jatuhlah jarum-jarum halus ini. Dan ketika ia hendak
menerjang lagi dan lawan bersembunyi di balik bukit itu, ia tak
takut akan serangan gelap mendadak muncul bayangan-
bayangan dari kiri kanan dan Lam-ciat, serta seorang kakek
gundul menghantamnya dari samping.
"Bocah, kau mampuslah!" Giam Liong terkejut, la tak
menyangka bahwa di balik bukit kecil itu bersembunyi orang-
orang lain. Tadinya ia tak melihat orang-orang ini, lima
jumlahnya. Dan ketika ia menangkis pukulan-pukulan itu tapi
tiga yang lain lagi bergerak dan menghantamnya dari
belakang maka ia berpukul dan Giam Liong terhuyung cepat
mengerahkan sinkang. "Des-des-dess!"
Tiga tongkat menggebuk dirinya. Giam Liong mendelik
karena tiba-tiba di situ muncul Toa-sin-kai dan Ji-sin-kai. Dua
kakek pengemis itu bersama seorang lagi yang samar-samar
diingat Giam Liong, seorang tosu dengan rambut kepala
digelung tinggi. Dan ketika ia terhuyung dan tiga orang itu
membentaknya lagi, menyerang dan menggerakkan tongkat
maka pemuda ini meradang dan naik darah. Ji-sin-ikai dan
Toa-sin-kai adalah orang-orang yang dulu dihajarnya di rumah
hartawan Tek. ?"Ji-sin-kai, kiranya kau telah menjadi anjing penjilat istana.
Ah, bagus sekali kau datang!"
"Dan pinto tak dapat menerima sepak terjangmu!" tosu di
sebelah itu balas membentak dan mendahului Giam Liong,
tongkat di tangannya juga menyambar-nyambar. "Kau tentu
ingat pinto, Naga Pembunuh. Tapi pinto bergerak sekedar
sebagai patriot. Kau antek pemberontak!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kau Eng Sian Taijin. Bagus, sekarang aku ingat, tapi
akupun akan menghajarmu.. plak-plak-plak!" dan Giam Liong
yang menangkis dan menggerakkan tangan kirinya tiba-tiba
telah menghalau tongkat yang datang susul-menyusul. Tiga
orang itu menyerangnya dengan gencar namun Giam Liong
dapat mementalkan. Dan ketika ketiganya terkejut tapi Giam
Liong mendengar tawa menyeramkan, mau membalas tiga
orang itu namun Lam-ciat dan si kakek gundul menghantamnya dengan pukulan kuat maka ia menangkis dan
Kedok Hitam tiba-tiba muncul, melepas pukulan pula.
"Bunuh pemuda ini!"
Giam Liong terkejut dan terkesiap, la baru saja mau
membalas Ji-sin-kai dan kawan-kawannya ketika tiba-tiba saja
Lam-ciat dan kakek gundul yang tak dikenal
itu menghantamnya. Dan belum ia menangkis atau mengelak
serangan ini tiba-tiba saja si Kedok Hitam muncul, keluar dan
menghantamnya dari balik gunung gunungan dan tentu saja
pemuda im, marah. Sadarlah ia bahwa Kedok Hitam
membawanya ke tempat di mana kawan-kawannya ini
bersembunyi, Giam Liong membentak dan mengeluarkan
golok mautnya itu lagi, karena tadi ia menyimpan dan sengaja
tidak mengeluarkan kalau belum dekat benar dengan
lawannya ini. .Dan ketika ia membentak dan semua serangan
itu datang bagaikan hujan, susul-menyusul maka secepat kilat
ia mencabut senjata mautnya dan begitu sinar berkeredep
maka Kedok Hitam berteriak kepada kawan-kawannya namun
tongkat Ji-sin-kai dan Eng Sian Taijin keburu putus, terbabat
atau disambar sinar putih berkiiauan ini.
"Awas... crak-crakk!"
Enam orang itu membanting tubuh bergulingan. Giam
Liong yang marah dan tidak banyak bicara mencabut goloknya
tiba-tiba telah membuat lawan-lawannya terpekik dan menjerit
kaget. Ji-sin-kai, yang dulu sudah merasakan kelihaian dan
kehebatan pemuda ini tanpa senjata di tangan sudah hampir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja dibabat pergelangannya. Giam Liong meneruskan
gerakannya tadi dan untunglah pengem is ini melempar tubuh.
Tongkat yang terbabat putus seketika dan tangan yang
disambar terasa dingin terkena angin golok. Giam-to atau
Golok Maut itu memang sungguh membuat bulu kuduk
mengkirik. Hawanya benar-benar menyeramkan. Dan ketika
enam orang itu bergulingan dan Eng Sian Taijin berteriak
tertahan, baru sekarang ia tahu kehebatan Golok Maut maka
tosu itu me loncat bangun dan gemetar di sana, lututnya
berketrukan, persis orang diserang demam.
"Iblis, bocah ini luar biasa sekali!"
"Hm, yang luar biasa adalah golok mautnya," Kedok Hitam
berseru, membangkitkan keberanian teman-temannya. "Jangan tangkis dan terima sambaran goloknya itu, Sin-kai.
Hindari dan pergunakan taktik jarak jauh untuk menyerangnya


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

secara bergantian!" "Benar," Lam-ciat juga berseru, suara menggigil tapi mata
bersinar-sinar. "Bocah iblis ini mengandalkan goloknya, Tai-jin.
Tapi jangan takut karena kami akan merampasnya. Maju lagi,
dan keroyok secara bersudut!"
"Pinto tidak takut!" sang tosu membentak, merah mukanya.
"Pinto hanya memuji goloknya, Lam-ciat. Tapi pintopun juga
punya pedang yang bagus. Biar pinto cabut dan lihat apakah
pedang pinto tak mampu menghadapi goloknya!" si tosu tak
mau malu, ganti mencabut pedang dan menyerang kembali
bersama teman-temannya. Kedok Hitam sudah berseru namun
ia merasa pedangnyapun baik, tak perlu takut kalau belum
membuktikan. Dan ketika Lam-ciat dan lain-lain menghantam
pemuda itu dan si tosu menyerang dari samping, Giam Liong
tak sempat memperhatikan satu demi satu maka pemuda
itupun memutar goloknya dan... pedang tosu itupun putus.
"Cranggg!! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Golok Maut benar-benar hebat Eng Sian Taijin harus
ditendang si Kedok Hitam karena bengong melihat pedangnya
natah. Demikian mudah dan empuk saja di tangan pemuda itu
memutuskan pedangnya, seolah pisau bertemu agar-agar dan
tentu saja tosu itu terkejut. Dan ketika ia tertegun namun
Kedok Hitam menendangnya untuk menghindar dari sapuan
golok, yang menyambar dan atas ke bawah maka laki-laki itu
membentak agar si tosu tidak takabur.
"Jangan sombong, dan percayalah kata-kata orang lain.
Kalau kau tidak ingin mampus jangan coba-coba menghadapi
Golok Maut itu dengan pedang burukmu!"
Eng Sian Taijin terpelanting dan roboh. la ditendang
kawannya ini dan mukapun merah padam menahan malu.
Sungguh tak ia sangka kalau kehebatan golok itu benar-benar
luar biasa. Dan ketika ia percaya namun senjatapun sudah
hilang, untung Kedok Hitam melemparkan pedang baru
untuknya maka majulah kembali tosu itu dengan muka
berubah-ubah, sebentar pucat dan merah. Giam Liong sendiri
sudah menghadapi lawan-lawannya dan Ji-sin-kaipun mencabut tongkat cadangannya. Hebat orang-orang itu
menyerang namun lebih hebat lagi pemuda ini mempertahankan diri. Dan ketika sinar putih berkelebatan naik
turun dan dari enam orang itu hanya Kedok Hitam dan Lam-
ciat yang paling berbahaya, lalu si gundul yang tidak dikenal
maka Giam Liong mendengus kepada Ji-sin-kai dan Toa-sin-
kai agar mereka mundur, juga Eng Sian Taijin yang telah dua
kali mendapat pelajaran itu.
"Aku tak bermusuhan dengan kalian, mundur atau nanti
hancur!" "Siancai!" Eng Sian Taijin tak mau kegilangan muka. "Pinto
sudah maju, Naga Pembunuh. Dan pinto tentu tak mau
mundur kalau belum menemui ajal. Kau jangan sombong dan
tak perlu menggertak pinto. Kau pemberontak!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar," Ji-sin-kai juga berteriak dan memaki pemuda itu,
merasa tertampar. "Kau bukan jagoan tanpa tanding, Giam
Liong. Kau ternyata keturunan pemberontak Sin Hauw yang
kejam itu. Ingat kematian ayahmu kalau tubuhmu tak ingin
terbelah-belah!" Giam Liong mengeluarkan kilatan api. Kata-kata Ji-sin-kai
ini justeru membuat darahnya mendidih dan melengkinglah
pemuda itu menyambut serangan-serangan lawan. Dan ketika
semua mundur karena sinar putih menggunting dari kiri
kanan, angin dingin dari golok berbahaya itu menabas putus
daun-daun di sekitar maka Giam Liong me lampiaskan
kemarahannya kepada pengemis nomor dua ini.
"Baik, kau tak dapat diperingati, Ji,-sin-kai. Dan inilah awal
ajalmu yang pertama. Awas, jaga kepalamu!"
Ji-sin-kai terbelalak. Ia baru saja mundur ketika tadi sinar
golok berkelebat. Ia jerih dan sekarang tak berani menangkis,
terlalu berbahaya itu. Tapi ketika Giam Liong membentak dan
golok membelah di angkasa, sinar putihnya yang berkeredep
membuat kakek itu ngeri maka ia berteriak dan menyuruh
suhengnya melindungi, diri sendiri sudah meloncat dan
bersembunyi di balik punggung Kedok Hitam.
"Heii..!" Kedok Hitam berseru keras. "Jangan ke sini, Sin-
kai. Menjauhlah!" dan karena golok mengejar dan menuju
pada laki-laki ini, yang berkelebat dan bersembunyi di
belakang si kakek gundul maka kakek itulah yang berteriak
dan ganti memaki teman-temannya.
"Jangan bersembunyi di belakangku!"
Namun sinar golok tetap meluncur cepat. Giam Liong telah
mengancam Ji-sin-kai dan kini golok itu menyambar Kedok
Hitam yang amat dibencinya, membelok dan menyambar si
kakek gundul yang berteriak dan cepat melempar tubuh
bergulingan. Golok Maut mendesing tanpa kompromi. Dan
karena Kedok Hitam maupun kakek gundul menjejakkan kaki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjauhkan diri, mereka harus membuang tubuh kalau tak
mau menghadapi golok maut maka Ji-sin-kai yang tadi
terlindung dan di balik dua orang ini tiba-tiba terbuka kembali
tubuhnya dan saudaranya berteriak agar membanting diri
bergulingan. "Awas!" Namun pengemis ini lengah. Ia tadi sudah lega karena
terlindung di balik punggung Kedok Hitam, ikut bergeser
ketika laki-laki itu menyelinap ke belakang kakek gundul.
Namun karena kakek gundul melempar tubuh ke belakang dan
saat itu lapun terlihat lagi, menjerit dan pucat melihat sinar
golok maka sebuah teriakan ngeri tiba-tiba terdengar disusul
mencelatnya kepala kakek ini dari batang tubuhnya.
"Crat!" Golok Maut mendapat korban. Giam Liong tertawa aneh
dan Ji-sin-kaipun roboh, kepalanya menggelinding dan
mendelik di sana, penuh kaget dan ketakutan. Agaknya, tak
tahu bahwa nyawanya melayang! Dan ketika Giam Liong
tertawa aneh dan suara tawanya mirip burung hantu
mendapat mangsa, dingin dan menyeramkan maka Toa-sin-
kai berteriak dan meratap melihat adiknya tewas.
"Ji-te...!" Namun kakek itu tak mendapatkan saudaranya hidup lagi.
Ji-sin-kai telah tewas dan tubuh kakek itupun menggeliat
sejenak di tanah. Darah menyembur dari batang lehernya
seperti pancuran deras, bumi seketika merah dan basah! Dan
ketika Giam Liong membuat yang lain-lain terkejut dan
membelalakkan mata, satu nyawa melayang sia-sia maka
Kedok Hitam pucat dan berseru agar Lam-ciat mempergunakan Hoan-eng-sutnya.
"Sambar dia dengan Hoan-eng-sut. Aku akan memukulnyl*
dengan Kim-kang-ciang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lam-ciat mengangguk. Dalam saat-saat berbahaya seperti
itu tak ada lain jalan kecuali mempergunakan ilmu gaibnya itu.
Ia membentak dan meledakkan tangan nya dan lenyaplah
kakek itu di balik asap hitam. Dan ketika Lam-ciat menghilang
dan mempergunakan Hoan-eng-sut, Sihir. Menukar Bayangan
maka Kedok Hitam berseru keras dan sekonyong-konyng ia
menggerakkan kedua tangannya ke depan, mendorong.
"Dess!" Giam Liong tak bergeming, la telah mengerahkan
sinkangnya dan Kedok Hitam terbelalak karena pemuda itu tak
apa-apa, dipukul lagi tapi Giam Liong hanya terhuyung sedikit
dan menggeram karena lawan di kiri kanan menyerang lagi.
Kakek gundul itu membentak dan merobah gaya serangannya
di mana kedua lengannya tiba-tiba bergerak dengan amat
cepatnya seperti delapan lengan dewa. Dan ketika Giam Liong
memutar goloknya dan pukulan Kedok Hitam kembali
menyambar dari belakang, laki-laki itu memang licik dan
curang maka bergeraklah bayangan kuning emas di mana
Lam-ciat muncul dan menghantamnya dengan Kim-kang.
"Des-dess!" Giam Liong mengeluarkan seruan keras dan melempar
tangan kirinya ke belakang dan samping kanan, la
mengeluarkan Pek-lui-kang dan terpentallah dua orang itu
sambil mengeluarkan teriakan tertahan. Dan ketika Giam
Liong terhuyung karena lawan menyerang berbareng, Kedok
Hitam dan Lam-ciat adalah lawan-lawan tangguh yang
memiliki s inkang kuat maka si gundul berhasil menyelinap dan
lengannya yang berobah menjadi delapan buah itu mendarat
di pundaknya. Giam Liong mendesis namun si kakek terpekik
merasa kaget, pundak pemuda itu seperti pundak baja. Dan
ketika berturut-turut Giam Liong menerima pukulan namun
iapun mengejutkan lawan-lawannya karena kebal, Toa-sin-kai
mengelak dan Eng Sian Taijin melempar tubuh dari bayangan
golok maka Giam Liong menjadi sibuk oleh gangguan Lam-ciat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang muncul dan menghilang lagi di balik Hoan" eng-sutnya.
Kedok Hitam juga mengeluarkan pukulan-pukulan sinkangnya
namun selama ini Giam Liong mampu bertahan. Ia membalas
dengan pukulan-pukulan Pek-lui-kang dan balasan tangan
kirinya itu menahan si Kedok Hitam, golok terus berputar
namun semua lawan tentu cepat menjauhkan diri begitu
didekati sinar berkeredep. Golok Maut memang pembawa
gentar. Dan ketika Giam Liong menjadi gemas karena mereka
menyerang dan mundur lagi berganti-ganti, semua takut
menghadapi goloknya namun berani kalau ia membelakangi
maka Giam Liong berseru kepada Eng Sian Taijin ataupun
Toa-sin-kai agar mundur sekali lagi. Dua orang yang paling
rendah, kepandaiannya ini dirasa mengganggu juga.
"Kalian mundur baik-baik, atau nanti golokku mencari
korban!" "Keparat!" Toa-sin-kai mendelik. "Kau telah membunuh
saudaraku, Giam Liong. Dan aku tentu mengadu jiwa. Aku
hendak menuntut balas!"
"Hm, dan pintopun masih tak akan undur kalau hanya kau
gertak. Pinto siap mempertaruhkan nyawa demi membela
negara!" "Bagus!" Giam Liong akhirnya tak sabar kepada dua orang
ini, membiarkan diri terbuka untuk menerima pukulan atau
hantaman Lam-ciat dan kakek gundul, juga Kedok Hitam.
"Kalau kalian sudah bicara seperti itu maka akupun akan
menuruti keinginan kalian, Toa-sin-kai. Baik-baik aku
menyuruhmu pergi namun kau ingin menyusul adikmu. Awas,
golokku akan menyambar kepalamu!"
Giam Liong melakukan gerakan berputar. Ia sudah menjadi
marah dan memutuskan bahwa dua orang yang mengganggu
ini akan dirobohkannya dahulu. Berkali-kali ia diserang kalau
sedang menghadapi pukulan Kedok Hitam atau Lam-ciat.
Bahkan kepalanya kena hantaman tongkat ketika tadi
melayani si gundul. Giam Liong belum tahu siapa kakek ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namun ia lupa-lupa ingat akan gaya serangan kakek itu. Ia tak
tahu bahwa ia sedang berhadapan dengan Pat-jiu-sian-ong
(Dewa Lengan Delapan), guru dari Sing Kok di mana dulu
pemuda itu mainkan ilmu silat Pat-sian-sin-kun di rumah
hartawan Tek. Jadi tak heran kalau ia lupa-lupa ingat akan
gaya pukulan kakek itu karena dulu putera Sing-wangwe itu.
pernah dilayaninya. Dan ketika Toa-sin-kai maupun Eng Sian
Taijin selalu mencuri kesempatan di waktu ia menghadapi tiga
yang kuat, pengemis dan tosu itu memang termasuk yang
paling lemah maka Giam Liong memutuskan untuk membunuh
dulu tosu dan pengemis ini. Ia telah membunuh Ji-sin-kai dan
kepalang tanggung kalau tidak membunuh pula Toa-sin-kai.
Nanti kakek itu mendendam dan di belakang hari ia bakal
repot, meskipun tentu saja ia tak takut pembalasan kakek
pengemis itu. dan ketika ia memperingatkan dan lawan ma lah
membentaknya marah, Toa-sin-kai gentar namun di situ ada
empat temannya, ia coba-coba akan membalas kematian
adiknya maka begitu Giam Liong membalik tiba-tiba kakek ini
menghantamkan tongkatnya ke tengkuk Giam Liong. Eng Sian
Taijin juga melihat kesempatan bagus dan tak menyangka
bahwa itu adalah siasat Giam Liong. Pemuda ini memang
menghendaki agar lawan menyerang bagian belakang
punggungnya, ia masih harus menghalau serangan Kedok
Hitam dan si kakek gundul. Dan begitu ia menampar dan
golok di tangan kanan dipakai membabat, tongkat dibiarkan
menghantam tengkuk sementara pukulan Eng Sian Taijin
menuju punggungnya tiba-tiba Giam Liong berseru keras dan
tongkat yang mental bertemu tengkuknya sekonyong-konyong
disambar golok ini dan sambaran itu terus meluncur menuju
leher. Giam Liong membiarkan pukulan Eng Sian Taijin
mendarat di punggungnya, "Awas!" Toa-sin-kai terkesiap. Giam Liong yang tiba-tiba merunduk
dan meneruskan babatan ke depan menjadi ke belakang tahu-
tahu sudah memutar tubuhnya lagi menghadap belakang, jadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhadapan dengan dia yang baru saja menghantam tengkuk.
Pengemis ini terkejut karena tengkuk yang dihantam tak apa-
apa tongkatnya malah patah. Dan ketika ia berjengit dan sinar
golok berkeredep menyilaukan mata Giam Liong telah
memutuskan untuk membunuh kakek ini maka bersama
jeritan tertahan tiba-tiba kepala kakek itu terlepas.
"Crat! Giam Liong memenuhi janjinya. Kepala Toa-sin-kai
mencelat dan bersama dengan menyemprotnya darah segar


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

batok kepala itupun menggelinding di tanah. Batang tubuhnya
sudah ambruk. Dan karena gerakan Giam Liong memang
pancingan dan hal itu tak diduga pula oleh Eng Sian taijin
maka ketika temannya roboh tosu itupun menjerit karena
tahu-tahu lengannya tergores panjang.
"Bret!" Tosu itu me lempar tubuh bergulingan Ia pucat dan ngeri
karena sekejap saja sinar golok telah menyanbar rekannya.
Bahkan ia masih juga keserempet tapi untung bukan leher.
Kalau leher, tentu iapun sudah roboh! Dan ketika tosu itu
meloncat bangun dan Giam Liong di sana tertawa dingin,
Kedok Hitam dan Lam-ciat serta Pat-jiu Sian-ong mempergunakan kesempatan, itu untuk menghantam pemuda
ini maka Giam Liong tergetar dan terhuyung dua langkah
mengerahkan sinkang, namun gempuran ketiga orang sekuat
Kedok Hitam dan kawan-kawannya memang cukup hebat.
Ia tadi memusatkan perhatian Pada Toa sin-kai. berhasil
namun iapun menerima pukulan dari ketiga orang lawannya.
Namun karena Giam Liong memilki sinkang yang luar biasa
dan tenaga saktinya inilah yang melindung dirinya, Lam-ciat
dan lain-lain kagum membelalakkan mata maka Giam Liong
terseru agar Eng Sian Taijin mundur, atau nantl mengalami
nasib seperti T oa-sin-kai dan Ji-sin-kai.
"Majulah, kalau kaupun ingin kupenggal!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Eng Sian T aijin gentar. Setelah berkali-kali ia terancam dan
kini lengannya nyaris putus, golok di tangan memang luar
biasa sekali maka tosu itupun menggigil dan mundur dengan
muka pucat. Ia kehilangan senjatanya dan tiga kali ia
mendapat peringatan Giam Liong, itu lebih dari cukup. Dan
ketika ia terbelalak dan mundur menjauh, tosu Khong-tong-pai
ini jerih maka Kedok Hitam justeru marah-marah dan memaki
tosu itu. "Heii, mana nyalimu. Kalau kau pengecut tak usah
membela negara, hidung kerbau. Mana kata-katamu tadi yang
sekarang sudah kau jilat kembali!"
"Pinto... pinto tak menang...!" tosu itu mengaku, tak malu-
malu. "Bocah ini hebat sekali, Kedok Hitam. Pinto mengaku
kalah!" "Mengaku kalah sebelum roboh" Pengecut. Kau tosu bau
yang tak pantas menjadi murid Khong-tong, Eng Sian Taijin.-
Kalau begitu pergilah dan jangan membantu aku!"
Eng Sian Taijin merah padam. Ia bingung dan menjadi
serba salah di sudut pertandingan. Tadi dengan lantang
memang ia berkata sombong, kini tiba-tiba saja. kesombongannya itu hancur dan jelas ia gentar melihat
kepandaian Giam Lioa Si Naga Pembunuh ini terlalu hebat dan
mau tak mau ia harus mengakui jerih. Tapi karena ia diusir
dan apa boleh buat harus angkat kaki secepatnya, daripada
menanggung malu mendadak begitu tosu itu memutar tubuh
dan hendak pergi sekonyong-konyong Kedok Hitam
melemparkan sesuatu. Enam jarum hitam menyambar
punggung dan kepala tosu itu dari belakang, sang tosu tak
mengira. Dan ketika ia mendengar desir angin namun
terlambat, enam jarum itu menancap di punggung dan batok
kepalanya tiba-tiba tosu itu menjerit dan roboh.
"Aduh!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Eng Sian Taijin berkelojotan. Ia memaki dan mengerang
namun sedetik kemudian iapun roboh tak bergerak-gerak.
Enam jarum hitam yang disambitkan si Kedok Hitam adalah
jarum-jarum beracun yang amat berbahaya. Racun itu segera
mengikuti aliran darah begitu menembus kulit. Dan karena
tosu itu memang di bawah si Kedok Hitam, ia tak mampu
menahan racun dengan sinkangnya maka tewaslah tosu itu
dengan muka kebiru-biruan. Kedok Hitam tertawa dingin dan
saat itu bayangan pengawal berkelebatan dari mana-mana.
Betapapun Giam Liong masih di kompleks istana dan ia
dikepung ketat Dan ketika Giam Liong tinggal me layani tiga
orang lawannya karena Ji-sin-kai dan Toa-sin-kai serta Eng
Sian Taijin tewas, yang terakhir justeru dibunuh si Kedok
Hitam sendiri maka Kedok Hitam tiba-tiba bersuit nyaring dan
menyuruh dua temannya mundur.
"Biarkan pemuda ini mengejar aku. Aku akan membawanya
ke tempat yang lain!"
Lam-ciat dan si kakek gundul terbelalak. Mau tidak mau
mereka ngeri juga melihat kehebatan pemuda ini. Sapuan
tangan kirinya juga hebat sekali karena dari tangan kiri itu
menyambar angin pukulan panas. Empat kali Lam-ciat
bertemu tenaga dan empat kali itu pula kakek ini terpental.
Kim-kangnya, atau Tenaga Emas, ternyata tak mampu
menghadapi Pek lui-kang yang dipunyai pemuda itu. Ini
adalah warisan si pendekar pedang Ju Beng Tan dan tentu
saja hebat sekali karena pendekar itu mewarisinya dari si
kakek dewa Bu-beng Sian-su, manusia super yang amat sakti.
Dan ketika Pat-jiu Sian-ong juga terpelanting dan ilmu s ilatnya
Pat-jiu-sur-kun tak berguna banyak, Giam Liong kebal dengan
pukulan-pukulannya maka kakek ini teringat Han Han dan
gentar membayangkan bahwa dua pemuda itu sama-sama
hebat. "Iblis, pemuda ini memang luar biasa'"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedok Hitam mendengus, la tak senang juga. mendengar
dua kawannya memuji Giam Liong. Kalau bukan karena kakek
itu lebih hebat daripada Eng Sian taijin mungkin iapun akan
memberi pelajaran kepada kakek gundul ini. Mungkin juga
dengan, jarumnya yang lihai itu. Namun karena ia
membutuhkan teman dan betapapun Pat-jiu Sian-ong maupun
Lam-ciat adalah orang yang bisa dipercaya mereka itu hanya,
gentar terhadap golok maut yang dibawa Giam Liong maka
laki-laki ini berseru agar dua kawannya mundur, pasukan
kerajaan sudah datang dan kini membantu melepas panah-
panah dari jauh. "Biarkan kalian mengaso. Kita bertemu di Bukit Naga
Kuning!" Giam Liong membentak. Kedok Hitam menghilang lebih
dulu dengan berkelebat dan lenyap di sebelah kiri gunung-
gunungan itu. Lam-ciat dan kakek gundul mengikuti hampir
berbareng. Dan karena ia lebih berurusan dengan Kedok
Hitam daripada Pat-jiu Sian-ong maupun si Hantu Selatan,
Giam Liong selalu mendidih kalau pembunuh ayahnya itu
melarikan diri maka tujuh golok terbang dilepas dan kembali
menyambar laki-laki itu, golok diputar menghalau sambaran
anak-anak panah yang datang mengganggu.
"Kedok Hitam, jangan lari. Di mana sikap ksatriamu yang
tadi kau tonjol-tonjolkan!"
"Ha-ha!" Kedok Hitam menyampok dan sudah waspada
akan serangan Giam Liong. "Aku menantangmu di tempat lain
lagi, Giam Liong. Di s ini sudah ramai dengan pasukan-pasukan
istana. Mari ke depan dan ikuti aku!"
Tujuh hui-to dipukul runtuh. Hui-to atau golok terbang
yang dilontarkan Giam Liong sesungguhnya tak gampang
diruntuhkan begitu saja kalau lawan yang dihadapi
berkepandaian biasa. Tapi karena Kedok Hitam memang
bukan tokoh biasa dan ia memiliki sinkahg kuat, Giam Liong
geram dan mengejar lawan maka gunung-gunungan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditabraknya dan gunung buatan itupun ambrol. Suara ledakan
membuat bumi bergetar. "Kedok Hitam, jangan lari. Hadapi aku secara jantan!"
Kedok Hitam tertawa gentar. Ia menoleh dan melihat
gunung-gunungan itu jebol ditabrak Giam Liong. Pemuda itu
hebat sekali. Tapi karena ia mempunyai rencana lain dan
meneruskan larinya maka bergeraklah laki-laki itu ke timur
istana. Ia melompat dinding tembok dan Giam Llong menyusul
di belakang, tak mau kehilangan jejak.
Ta[I begitu Giam Liong me layang turun dan menginjak
tanah sekonyong-konyong tanah itu terbuka dan lubang yang
dalam menerima tubuh pemuda ini, persis lubang atau
jebakan harimau. "Ha.ha..ha..bresss"
Giam Liong terkejut berseru keras. Untuk kedua kalinya ia
terjeblos di lubang jebakan. Tadi di patung singa-singaan dan
sekarang diatas tanah biasa. Ia tidak tahu bahwa ketika
melewati tanah ini Kedok Hitam melempar sepotong kayu dan
menggenjotkan tubuh diatas kayu ini, laki-laki itu hinggap di
atas tanah seberang. Dan karena Giam Liong tidak tahu
karena waktu itu ia sedang melayang turun dan naik keatas
tembok, lawan melayang turun dan me lakukan itu, maka
terjebaklah Giam Liong oleh kelicikan lawan.
Namun Giam Liong bukanlah Giam Liong kalau begitu
mudah masuk perangkap. Ia masih memegang goloknya dan
goloknya itulah yang dipakai menusuk dinding, kuat dan
tertahan dan untuk kedua kalinya pula ia sudah mengayun
dan berjungkir balik ke atas. Puluhan sinar hitam
menyambutnya di atas tapi Giam Liong sudah memutar
goloknya ini. Dan ketika Kedok Hitam lagi-lagi. gagal karena
Giam Liong lolos dari maut, pemuda itu benar-benar
berkepandaian tinggi maka Giam Liong sudah mengejar dan
membentak lawannya ini lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kedok Hitam, kau curang dan pengecut!"
"Ha-ha, itu bukan perbuatanku," laki-laki ini lari lagi, kini
menuju ke sebuah rumah kecil di belakang istana. "Kau yang
kurang hati-hati memasang kewaspadaanmu, Giam Liong.
Tempat kaisar selamanya tak boleh diperma inkan orang
seenaknya!" "Bedebah, kau berhentilah dan jangan lari seperti anjing!"
"Hm!" Kedok Hitam merah mukanya, untuk pertama kali
dimaki sebagai anjing! "Mulutmu busuk, Giam Liong. Tapi
kaulah anjing pemberontak dan keturunan biangnya anjing
pula. Kakek dan ayahmu adalah anjing-anjing pemberontak.
KubuJ nuh kau nanti!"
"Keparat, mari bertanding dan lihat siapa yang akan
terbunuh!" ' Kedok Hitam tak menjawab. Giam Liong sudah dekat di
belakangnya dan pemuda itu kembali melempar tujuh golok
terbang. Kedok Hitam menoleh dan menangkis. Dan karena
rupanya ia kalah cepat atau gentar melihat lawan tak pernah
melepaskannya, wajah Giam. Liong merah membesi maka
sebatang hui-to menancap dan laki-laki itu menjerit.
"Aduh!" Giam Liong girang, la me lihat sebatang hui-tonya
menancap di pundak laki-laki itu, Kedok Hita?m terhuyung
tapi lari lagi ke dalam, kini memasuki rumah kecil itu. Dan
karena rumah itu ternyata tak memiliki kamar-kamar, ya
hanya ruangan tengah itulah kamarnya maka Giam Liong
girang karena lawan menabrak jalan buntu. Rumah kecil ini
kiranya sebuah pesanggrahan atau pos jaga!
"Kedok Hitam, tamat riwayatmu!"
Kedok Hitam mengeluh. Ia rupanya pucat tak melikat pintu
keluar. Yang ada hanyalah dua jendela di kiri kanan ruangan
itu. Giam Liong tak melihat sinar mata girang di mata laki-laki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini, aneh, hal yang tentu akan membuatnya curiga karena
kenapa laki-laki itu malah girang, seolah me lihat sesuatu. Dan
ketika Giam Liong sudah berkelebat memasuki rumah kecil ini
dan Kedok Hitam tampak celingukan memilih jendela kiri atau
kanan untuk melompat maka bersamaan itu terdengar
teriakan atau jerit di luar.
"Giam Liong, jangan masuk'" Namun Giam Liong sudah
memasuki ruangan ini. Ia tak curiga apa-apa karena
perasaannya sudah diliputi kegembiraan melihat lawan tak
dapat lolos. Kedok Hitam terjebak di ruangan itu dan mau
tidak mau mereka harus berhadapan. Inilah jalan buntu bagi
lawan untuk tidak dapat melarikan diri. Tapi begitu Giam Liong
masuk dan jeritan itu terdengar, Kedok Hitam menginjak
sesuatu tiba-tiba lantai terbuka dan Giam Liong terjeblos di
sini. Untuk ketiga kalinya masuk perangkap
"Awas..!" Giam Liong sungguh tak mengira. Ia benar-benar terkejut
oleh tiga hal. Satu jeritan nyaring yang segera dikenalnya!
sebagai suara Yu Yin. la benar-benar kaget bahwa di saat
seperti ku tiba-tiba saja gadis itu muncul. Inilah murid si
Kedok Hitam sendiri dan ia tergetar oleh jerit itu. Suara Yu Yin
demikian penuh cemas dan ia tersentak. Tapi karena ia
terkejut ketika lantai tiba-tiba terkuak, dan ini adalah kejutan
nomor dua maka dari dalam lubang itu menyambar puluhan
panah-panah berbisa dan Yu Yin tiba-tiba berkelebat dan
masuk pula ke lubang itu, bersama-samanya. Kejutan nomor
tiga! i"Kau bodoh memasuki ruangan ini. Mari. kutemani dan biar
kita mati bersama!" Giam Liong benar-benar tersentak. Ia sampai lupa
mempergunakan goloknya untuk menusuk atau mencoblos
dinding. Tubuhnya meluncur ke dalam hampir bersamaan
dengan tubuh Yu Yin yang melompat dan sengaja
menjebloskan diri , ke lubang. Mereka melayang turun dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat tapi Giam Liong sempat menyampok atau memukul
runtuh panah-panah itu. Dan ketika ia terbanting di bawah
dan Yu Yin berdebuk menimpa tubuhnya, mengeluh, maka
lantai itu menutup kembali dan keadaan menjadi gelap gulita!
"Aduh, aku terkilir!"
Giam Lieng terkejut. Sekarang ia terjebak dan bukan main
marahnya kepada si Kedok Hitam itu. T api mendengar Yu Y in
merintih dan gadis itu menangis" Giam Liong menggigil


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memeluk tubuh hangat maka ia berbisik kenapa gadis itu ada
di s itu. Bahkan, mencebloskan diri ke lubang.
"Aku... aku mendengar kau mengamuk Kau mencari-cari
suhu dan katanya hendak membalas dendam. Dan karena aku
tahu kelicikan guruku maka aku menyusul kalian, Giam Liong.
Dan benar saja, suhu".suhu berlaku curang?"
"Hm, gurumu memang curang, licik. Tapi kau, kenapa
menyusul ke sini, Yu Y in" Dan kenapa pula kau menjebloskan
diri ke lubang?" "Aku memprotes guruku. Aku tak suka tindak-tanduknya
yang curang. Dan kau... kau menggemaskan, Giam Liong.
Seorang diri saja kau berani dan sombong memasuki istana.
Kau tak tahu bahayanya jebakan-jebakan di s ini. Lubang yang
ada ini adalah bekas ayahmu dulu!"
"Bekas ayah" Maksudmu ayah pernah dijebak di sini pula?"
"Ya, aku... aku mendengar banyak tentang kelicikan
guruku, Giam Liong. Aku menyesal bahwa aku menjadi
muridnya. Tapi betapapun ia adalah guruku, orang yang
memberiku kepandaian dan banyak budi!" dan ketika Giam
Liong tertegun karena gadis itu segera mengguguk, menubruk
dan sedih di dada pemuda ini maka Y u Yin tersedak bahwa ia
diombang-ambing perasaan tak keruan. Benci dan marah tapi
juga sayang menjadi satu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku kemarin bertengkar dengan suhu. Aku memprotes
sepak terjangnya Tapi aku... aku, ah... aku tak berdaya
mencegah kelakuannya, Giam Liong. Aku benci tindak-tanduk
guruku namun aku muridnya. Aku melapor ayah tapi ayah
memarahiku. Katanya untuk membunuhmu segala jalan
dihalalkan. Kau keturunan Golok Maut si pemberontak. Dan
kau semakin berat lagi sebagai pemberontak setelah
membantu Chu Kiang. Kalian berdua sama-sama tidak benar,
ah...!" Giam Liong tertegun. Sekarang gadis itu menangis lagi dan
suaranya terdengar demikian menyayat. Yu Yin tersedu-sedu
dan gadis itu memukul-mukul dada Giam Liong. Tapi ketika ia
mengerang dan berjengit sejenak, Giam Liong teringat kaki
gadis itu yang katanya terkilir maka Yu Yin terhuyung dan
melepaskan dirinya, jatuh terduduk.
"Giam Liong, aku ingin mati kalau begini. Ah, aku ingin
mati!" Giam Liong meraba, la ditepis ketika ia menyentuh pundak
gadis itu, tertegun dan bingung harus berbuat apa tapi tiba-
tiba gadis itu mengeluarkan sebatang lilin. Dan ketika ia
menyalakan dan Giam Liong mengerutkan kening maka ia
terkejut karena di paha gadis itu menancap sebatang panah!
"Kau terluka!" Yu Yin menutupi mukanya. Sesungguhnya ia merasa sakit
sejak tadi. Apa yang dikatakan terkilir sesungguhnya adalah
anak panah itu. Ketika melayang masuk ke lubang sumur
sebatang anah panah menancap di pahanya.
Yu yin menjerit tapi jeritan itu disangka Giam Liong karena
terbanting ke dalam lubang ini. Dan ketika gadis itu berdebuk
dan sesenggukan di dada Giam Liong, menumpahkan semua
rasa kesal dan kecewanya maka rasa sakit ditahan tapi begitu
pahanya menjadi panas dan gatal-gatal maka Yu Yin
mengerang dan baru sekaranglah Giam Liong tahu bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gadis itu terluka dan luka itu adalah oleh sebatang panah
beracun. "Keparat gurumu sungguh licik dan curang. Kau harus
cepat ditolong, Yu Yin. Atau racun akan menjalar dan kau
mati " "Biarlah "gadis itu berseru. "Biar aku mati! Giam Liong di
dunia ini tak ada orang yang menyayangku dan biar aku mati"
"Hm, kau tak boleh mati" Giam Liong tiba-tiba menggigit
bibirnya "Kau kesini adalah karena aku, Yu Yin, aku harus
menolongmu atau nanti kakimu terpaksa dipotong"
"Dipotong?" gadis itu terkejut. "Maksudmu aku harus
menjadi orang cacad?"
"Benar, kalau kau tidak cepat-cepat ditolong Y u Yin. Karena
itu kemarilah dan biarkan aku menolong'"
"Tapi"aku ingin mati. Biarkan aku mati"
"Hm, sebelum kau mati maka kau akan menderita sekali,
Yu Yin. Anak panah itu mengandung racun ular merah yang
membuat kakimu melepuh dan berbau busuk. Kau akan
menderita sebelum mati. Kulitmu akan hancur perlahan-lahan
dan keluar nanah hijau. Ini jenis racun yang amat berbahaya
yang pernah ku kenal"
Gadis itu pucat. Yu Yin terbeliak dan menangis lagi karena
sebagai murid Kedok Hitam, tentu saja iapun jusa tahu racun
di anak panah itu. Kulitnya sudah semakin gatal-gatal dan
Panas membakar. Ia tahu tak lama kemudian kulitnya
melepuh dan bengkak. Dan ngeri bahwa kulitnya akan
bernanah dan mengeluarkan bau busuk, apa yang dikata Giam
Liong memang benar, maka gadis itu menjerit dan menubruk
Giam Liong. "Giam Liong, aku tak mau cacad, aku tak mau menjadi
gadis menjijikkan. Kau bunuhlah aku dan biar aku mati!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm," Giam Liong terharu, tergetar. "Aku tak dapat
membunuhmu, Yu Yin, dan aku juga tak dapat membunuhmu.
Jelek-jelek kita pernah bersahabat, dan aku pasti menolongmu, maaf!" dan begitu Giam Liong menunduk dan
mendorong gadis ini tiba-tiba ia telah mencabut anak panah
itu dan menyedot luka yang berbau busuk.
"Giam Liong!" Yu Yin terkejut setengah mati. la tahu-tahu
telah didudukkan dan pemuda itu menyedot lukanya. Bau
amis dari nanah dan darah tiba-tiba menguar di situ, Yu Yin
sendiri hampir muntah-muntah. Namun karena yang diobati
adalah daerah paha dan ini tentu saja rawan bagi seorang
gadis macam Yu Yin, yang perawan dan belum pernah
disentuh lelaki maka gadis itu tiba-tiba membentak dan
tengkuk Giam Liong dihantam kuat-kuat.
"Plak!" Giam bioHg terpelanting dan mengeluh pendek. "Tamparan
itu amatlah kuat tapi untung tenaga sakti pemuda ini
menahan. Kalau tidak, tentu Giam Liong kelengar! Dan ketika
Giam Liong terhuyung bangun berdiri dan mulutnya
berlepotan darah dan nanah, Yu Yin terbelalak maka pemuda
itu berlutut dan memegang lagi paha gadis ini, tidak perduli.
"Yu Yin, aku akan mengobatimu. Racun itu harus disedot
keluar. Kalau kau mau membunuhku s ilahkan dengan golokku
itu tapi tunggulah setelah racun kusedot keluar!"
Yu Yin pucat pasi. Ia membelalakkan mata lebar-lebar
ketika dengan berani namun tidak kurang ajar Giam Liong
menghisap luka itu. Luka itu berada di pangkal paha dan tentu
saja gadis ini merah padam. Rasa malu yang amat sangat
membuat gadis itu menangis dan tiba-tiba iapun menyambar
golok di punggung Giam Liong. Pemuda itu menyimpan lagi
goloknya setelah jatuhi di lubang sumur, tampaknya tidak
perduli atau tidak tahu ketika Yu Yin mencabut goloknya. Dan
ketika sinar terang berkeredep dan Yu Yin berteriak sekuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga, golok diayun dan dibacokkan ke bawah maka Giam
Liong juga tidak bergeming dan tetap menyedot luka itu.
"Crak!" ' Golok Maut mengajar lantai. Lelatu bunga api memuncrat di
tengah-tengah ruangan itu dan Yu Yin pun terguling roboh.
Gadis itu hendak memenggal kepala Giam Liong namun di
tengah jalan tak jadi meneruskan niatnya. Kekaguman dan
budi Giam Liong tiba-tiba memercik demikian besar. Ia
ditolong dan Giam Liong benar-benar menolong, seperti dulu
ketika ia dikeroyok orang-orang Ang-liong-pang. Dan karena
Giam Liong berkali-kali menyelamatkannya dan sekarangpun
pemuda itu berusaha menolong jiwanya, tak jijik akan darah
atau nanah maka Yu Yin tak kuat dan membacok pinggir lantai
melepas perasaannya yang campur aduk. Gadis itu seketika
pingsan oleh bermacam perasaan yang menghantam. Untuk
pertama kalinya ia dijamah laki-laki, dan tidak tanggung-
tanggung karena pahanyalah yang dipegang-pegang. Ini suatu
penghinaan! Tapi karena Giam Liong tak bermaksud
menghinanya dan perbuatan pemuda itu semata menolongnya, apa boleh buat karena panah kurang ajar itu
menancap di situ maka Yu Yin pingsan dan tidak tahu apa-apa
lagi setelah membacokkan golok. Giam Liong sendiri tetap
tenang dan tidak bergeming karena seluruh perhatiannya
benar-benar untuk pengobatan itu. Mula-mula iapun merasa
mengkirik dan ngeri" melihat paha yang mulus putih, gempal
dan padat dan seketika ia merasa berdesir. Namun karena
Giam Liong bukan pemuda kurang ajar dan justeru ia benci
akan pemaksaan terhadap wanita, ia memejamkan mata dan
menindas perasaannya yang terguncang maka Giam Liong
memusatkan perhatiannya ke luka dan benar-benar itulah
yang dikerjakan. Limabelas menit ia menyedot luka beracun
itu dan akhirnya darah merah yang keluar. Nanah dan darah
hitam bersih dikeluarkan. Giam Liong mengusap mulut dan
hidungnya yang berlepotan bau busuk. Dan ketika pemuda itu
lega dan membuka matanya, mengerutkan kening melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lantai rusak dihajar Golok Maut maka pemuda itu
membungkuk dan menyadarkan temannya yang pingsan, tahu
perasaan apa yang berkecamuk di hati murid si Kedok Hitam
ini. Gurunya adalah musuh tapi murid perempuannya justeru
sahabat! "Yu Yin, maafkan aku. Tapi bangunlah, lukamu sudah tidak
berbahaya." Yu Yin mengeluh. Usapan lembut Giam Liong di belakang
lehernya demikian menyejukkan dan segar, la siuman dan
langsung membuka mata, Tapi begitu bentrok dengan mata
Giam-Liong dan teringat apa yang terjadi tiba-tiba gadis itu
meloncat bangun dan menampar pemuda ini.
"Giam Liong, kau pemuda kurang ajar!"
Empat tamparan diterima Giam Liong. Pemuda ini tergeleng
ke kiri kanan ketika tamparan yang penuh kemarahan itu
dilakukan kawannya. Giam Liong tidak mengelak atau
menangkis karena ia memang menyadari kelancangannya,
meskipun itu sebenarnya bukanlah kesalahannya mutlak. Dan
ketika untuk tamparan yang keempat. ia terpelantingdan
terlempar ke sudut, bibir pemuda ini pecah berdarah maka
dengan tenang Giam Liong bangkit duduk dah menunjuk
Golok Maut. "Yu Yin, tak usah marah-marah. Ambil golok itu dan
kautusukkan ke dadaku."
"kau... kau.." ' "Aku memang salah. Aku telah meraba bagian yang paling
pribadi, Yu Y in. Aku tak akan melawan dan kaubunuhlah aku.
Ambil golok itu." Yu Yin gemetar. Setelah dua pasang mata beradu dan
bentrok di udara maka gadis ini merah padam dan malu serta
terbakar, la marah akan perbuatan Giam Liong tadi tapi
sekaligus juga merasa berhutang budi oleh lukanya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah diobati. Darah dan nanah berceceran di lantai, baunya
menusuk hidung. Tapi melihat Giam Liong berkata seperti itu
dan bibir pemuda itupun pecah ditampar, Yu Yin mengguguk
dan menubruk ke depan tiba-tiba ia telah menangis dan
sesenggukan di dada pemuda ini.
"Giam Liong, kau bunuhlah aku.. kau bunhlah aku. Aku tak
mau menanggung aib dan malu ini!"
"Maafkan aku," Giam Liong tergetar matanya redup namun
mesra memeluk gadis itu. "Akulah yang salah, Yu Yin. Akulah
yang tak tahu malu Kalau kau ingin menghilangkan aib maka
bunuhlah aku. Tak ada orang lain tahu kejadian tadi"
'Tidak...aku..tidak...!"
gadis itu menggugu. "Kau menyelamatkan nyawaku Giam Liong. Kau menolong aku.
Tapi, ah... aku malu akan perbuatanku itu!"
"Aku juga menyesal. Tapi gurumulah yang melepas panah-
panah itu, Yu Yin. Dan aku hanya menolong karena tak ingin
Kau mati muda." "Kenapa?" Yu Yin mengangkat mukanya, tengadah dan
kembali mata mereka beradu. Yu Yin bertanya dan Giam Liong
tertegun. Benar, kenapa" Tapi ketika Giam Liong tak tahu dan
bingung kenapa ia menjawab seperti itu maka iapun meng
geleng den mendesah. "Entahlah, aku tak tahu, Yu Yin .Tapi tapi mungkin ada rasa
sayang di hatiku" "Oohhh... apa, Giam Liong" Rasa sayang?"
"Begitulah... rupanya begitu, Y u Yin dan itu yang membuat
aku tak ingin kau mati muda"
"Hanya itu saja ?"
Giam Liong tertegun. "Hanya sayang itu saja Giam Liong" Kau tidak punya
perasaan lain lagi ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giam Liong gemetar. Tiba-tiba ia terkejut ketika bola mata
yang bercucuran itu dipejamkan.
Yu Y in seakan menahan sebuah gejolak maha dahsyat dan
gadis itu menggigil di pelukannya. Yu Yin merintih dan tiba-
tiba sadarlah Giam Liong akan sesuatu yang bergolak hatinya.
Dan ketika Ia berbisik bahwa masih ada perasaan lain lagi
yang disimpan, yang selama ini membuatnya rindu dan gelisah
akan gadis itu maka pemuda ini memeluk erat-erat, tubuhpun
panas dingin oleh gejolak yang tak menentu.


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak" tidak, aku juga mempunyai perasaan lain lagi, Yu
Yin. Yakni cinta. Aku mencintaimu, aku menyayangmu, aku
sering rindu kalau kau tak ada disampingku!" dan ketika Yu
Yin mengguguk dan tersedak di pelukan pemuda itu, Giam
Liong gemetar dan memeluk erat-erat maka murid Kedok
Hitam inipun mencengkeram dan balas memeluk Giam Liong
erat-erat. "Akupun.. ahh akupun juga begitu Giam Liong. Aku mau
terjun ke lubang itu bersama-sama karena akupun rindu dan
gelisah memikirimu. Aku., akupun mencintaimu!"
Dua muda-mudi itu berpelukan. Yu Yin bercucuran air.
mata dan Giam Liong tiba-tiba menghisap dan mengecup air
mata ini. Giam Liong terbawa perasaan yang selangit dan
kegembiraan serta kebahagiaan besar terpancar di situ. Ia
telah melepaskan ganjalan berbongkah yang. amat berat. Ia
telah menyatakan cintanya. Dan karena gadis-itupun
menyatakan cintanya dan ia tidak bertepuk sebelah tangan!
Giam Liong gemetar dan bahagia sekali mendadak ia
menunduk dan... tanpa diajari lagi tiba-tiba iapun sudah
mencium mulut kekasihnya itu. Hangat dan berkobar-kobar.
"Yu Yin, aku mencintaimu!"
Yu Yin mengeluh dan roboh. Setelah Giam Liong mencium
dan melumat mulutnya tiba-tiba gadis inipun terbang
semangatnya dan lemas. Ia ambruk begitu saja namun tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kuat dari pemuda itu menahannya. Yu Yin mabok dan
tersedu-sedu. Tapi ketika ia tersedak dan tak dapat bernapas,
Giam Liong bernafsu dibakar birahinya mendadak gadis ini
melepaskan diri dan teringat sesuatu, mendorong pemuda itu
kuat-kuat. "Tidak... jangan, Giam Liong., jangan lebih. Golok Maut itu
bertuah. Ingat nasib ayahmu!"
Giam Liong terkejut, la terbelalak dan kaget memandang
kekasihnya, heran dan tak mengerti apa yang dimaksud
kekasihnya itu, apalagi menyebut-nyebut mendiang ayahnya!
Dan ketika ia tertegun namun gadis itu terisak, kebahagiaan
dan kekhawatirah menjadi satu maka Yu Yin menunjuk benda
berkeredep di atas lantai itu.
"Jangan berbuat lebih, golok ini akan membalas kita!"
"Maksudmu?" "Golok Maut tak boleh dikotori begituan, Giam Liong. Aku
takut la akan meminta nyawa satu di antara kita!
"Begituan" Begituan bagaimana"
Yu Yin merah padam, jengah.
"Kau tak tahu" Atau pura-pura tak tahu."
"Aku tak tahu," Giam Liong mengerutkan keningnya,
bersungguh-sungguh. "Aku tak mengerti apa yang kau
maksud dan aku benar-benar tak tahu!"
"Kau tak pernah diberi tahu ibumu akan kutuk atau tuah
golok ini?" "Tidak. Tentang apakah.."
"Golok Maut hanya boleh dipegang oleh seorang yang
masih bujang Sekali bujang itu telah tidak jejaka lagi maka ia
akan menuntut darah dan bujang atau kekasihnya itu yang
harus mati!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah!" Giam Liong memang tak tahu. "Begitukah" Kenapa
ibu tak pernah bercerita" Tapi, eh... kau terlalu kalau
menduga aku sejauh itu, Yu Yin. Sekarang aku mengerti apa
yang hendak kaumaksudkan. Aku niasih dapat mengendalikan
diri dan tak mungkin melakukan yang berlebih!"
"Tapi.." "Tapi apa?" "Kau tadi mendengus-dengus, Giam Liong. Kau tersengal-
sengal. Aku takut!" Giam Liong semburat. Tiba-tiba iapun jengah karena
memang harus diakuinya bahwa ketika ia mencium dan
melumat kekasihnya itu memang ia mendengus-dengus.
Berahinya terbakar tapi sesungguhnya ia dapat mengendalikan
diri. Mana mungkin, seorang pemuda mencium tanpa dibakar
birahi" Dan karena ia juga begitu dan tubuh mereka yang
berdekatan membuat Y u Yin merasakan sesuatu yang "lain",'
dengus kencang dan otot yang menegang dari pemuda ini
maka Giam Lion tersipu merah dan tiba-tiba menyambar
lengan kekasihnya itu. "Yu Yin, maafkan aku. Selama hidup baru kali ini aku
mencium seorang dara dan keteganganku tak dapat
kukendalikan, meskipun sesungguhnya tak akan terlampau
jauh!" "Aku juga! Seumur hidup baru kali iru dicium lelaki, Giam
Liong. Dan itu adalah kau, Akupun tegang"
Giam Liong tertawa. Tiba-tiba ia merasa geli dan
dibisikkannya bahwa ia amatlah bahagia. Sang kekasih dipeluk
dan Y u Yin agak merasa tenang karena sekarang pemuda itu
tidaklah "seganas" tadi. Giam Liong benar-benar mampu
mengendalikan dirinya. Dan ketika Giam Liong bertanya
bagaimana dengan tuah Golok Maut itu, bagaimana dengan
orang tuanya maka pemuda yang tertarik dan tertuju
perhatiannya ke sini lalu menanyakan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tak tahu apa-apa akan tuah atau kutuk golok ini. Kau
rupanya malah, tahu. Coba-ceritakan dan apa yang
sesungguhnya terjadi."
. "Golok Maut tak boleh dipegang laki-laki yang tidak
bersih..." "Hm, maksudmu yang sudah tidak jejaka lagi?"
"Benar, golok ini akan marah dan melepas kutuknya apabila
laki-laki itu me langgar kesuciannya, Giam Liong. Dan karena
ayahmu dulu telah melanggar pantangannya maka terjadilah
hal yang seperti itu."
"Ibu tak pernah bercerita apa-apa," Giam Liong
mengerutkan kening. "Coba kauceritakan bagaimana jelasnya
dan bagaimana dengan ayahku dulu."
"Kau benar-benar tak tahu?"
"Benar..." "Tapi... tapi ini aib ibumu, Giam Liong. Tak enak juga
rasanya kalau aku menceritakan!"
"Justeru aku terangsang. Ibu tak pernah bercerita apa-apa.
Ceritakan saja kepadaku dan tak usah kikuk!"
"Hm..." Yu Yin terbelalak, tersipu merah. "Kau benar-benar
tak merasa tersinggung ?"
"Ah,' kau kekasihku, Yu Yin. Kau dan aku satu. Ceritakan
saja dan tak mungkin aku tersinggung. Justeru aku ingin tahu
agar aku berhati-hati!"
"Baik!" gadis itu mengangguk berkata, rupanya harus
bercerita juga. "Kau benar kalau cerita ini harus membuatmu
berhati-hati, Giam Liong. Dan kuambil saja intinya bahwa
ayahmu menggauli ibumu sebelum nikah. Nah, ini yang
membuat ayah mu dikutuk karena Golok Maut merasa
terhina!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitukah?" "Ya." "Jadi ibu hamil sebelum sah menjadi isteri ayah?"
"Begitulah, Giam Liong. Dan aku tak suka kalau aku
menjadi seperti ibumu juga. Aku tak mau kau mengulang
kesalahan ayahmu. Ini inti ceritanya!"
"Hm!" Giam Liong mengangguk-angguk Tiba-tiba saja .ia
merasa perih bahwa ia anak di luar nikah. Ayah dan ibunya
kiranya telah melanggar dan inilah yang rupanya dimaksud Yu
Yin. Gadis itu tak ingin ia mengulangi kesalahannya tapi diam-
diam Giam Liong tertawa getir bahwa tak mungkin ia sejauh
itu. Pemuda ini belum tahu bahayanya berdekatan dengan
lawan jenis, apalagi kalau itu kekasih dan justeru orang yang
disayang. Iblis biasanya menggoda dan gampang meruntuhkan pasangan-pasangan macam ini.. Ia tak tahu
akan kisah ayahnya dulu dan betapa ibu serta ayahnya terlibat
pertikaian dan cinta yang sengit. Mereka berkejar-kejaran
untuk akhirnya berkumpul kem bali, berkelahi dan akhirnya
akur lagi. Dan karena peristiwa itu mendorong seorang
manusia untuk tenggelam dan timbul dalam berbagai gejolak
perasaan tak menentu, benci dan cinta silih berganti maka
seseorang biasanya akan mudah roboh kalau sudah berkali-
kali dihanyutkan perasaan yang bermacam-macam ini. Ia tak
sadar bahwa sesungguhnya iapun mendekati kisah ayah
ibunya itu, bermusuhan dan baik kembali dengan Yu Yin
satelah melewati berbagai cobaan dan ujian. Masa-masa
depan masih akan diguncangkan lagi oleh gejolak-gejolak
baru. Giam Liong tak melihat ini. Namun begitu Yu Yin
berhenti bicara dan Giam Liong mengangguk-angguk,
mengerti, maka pemuda itu memandang Golok Maut dan tiba-
tiba sepasang matanya bercahaya mengeluarkan s inar aneh.
"Hm, aku akan menanyakannya kepada ibu. Tapi
bagaimana selanjutnya, apakah kau tahu juga."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semua orang tahu, ayahmu akhirnya tewas!"
"Benar," Giam Liong tiba-tiba bangkitberdiri. "Dan yang
membunuh adalah gurumu Yu Yin. Kau tinggal pilih membela
gurumu atau aku!" "Giam Liong!" Y u Yin tersentak. "Guruku melakukan itu atas
perintah kerajaan. Ia hanya menjalankan perintahdan kau tak
sepenuhnya dapat menyalahkannya"
"Hm lalu harus menyalahkan siapa" Kaisar dan para
pembantunya" Dan membiarkan orang yang pembunuh
ayahku bebas berkeliaran" Tidak, aku telah bersumpah untuk
melenyapkan musuh orang tua ku Yu Yin. Dan ibu serta aku
akan keramas dengan darahnya Sumpahku telah didengar
semua iblis dan dewa di angkasa"
"Aku tahu... aku dapat merasakannya" gadis itu menggigil,
menangis. "Dan aku juga menyesal atas kejadian ini, Giam
Liong. Tapi guruku melakukan itu atas perintah istana.
Kuminta kau dapat memisahkan ini atas tugas seorang
pengawal dan pribadi. Aku juga tak setuju atas sepak terjang
guruku tapi semuanya itu adalah karena ia pengawal di s ini!"
"Aku tak mau tahu. Pokoknya aku ingin membunuh dan
menghirup darahnya!"
Yu Yin tersedu-sedu. Akhirnya ia bangkit berdiri pula dan
dihadapinya Giam Liong dengan mata berapi-api.. Kata-kata
Giam Liong yang demikian keras terhadap gurunya membuat
gadis itu sakit hati juga, Yu Yin tersinggung! Dan ketika ia
berdiri dan menantang pemuda itu, Y u Yin penuh benci maka
gadis itu serak berseru, "Giam Liong, aku tak dapat memilih salah satu. Tapi
bagaimana kalau nyawa guruku kutukar dengan nyawaku.
Nah, aku siap dibunuh dan sudahi permusuhan ini karena
betapapun juga tak dapat aku meninggalkan guruku!"
Giam Liong tertegun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau mau membalas kematian ayahmu, bukan" Nah,
bunuhlah aku dan lakukan apa yang ingin kaulakukan, Giam
'Liong. Aku menyerahkan nyawaku sebagai penukar guruku.
Kau harus tahu bahwa guruku hanyalah sekedar bertindak. Ia
petugas istana!". "Hm," Giam Liong mundur, Golok Maut tiba-tiba disimpan.
"Kau jangan coba-coba mempengaruhiku, Yu Yin. Kalau kau
bersikeras bahwa gurumu hanyalah menjalankan perintah
maka bagaimana kalau yang menjalankan perintah itu
kubunuh!" "Kau mau mengancam kaisar" Kau tak takut kena kutuk
dan kemarahan rakyat?"
"Hm, yang kubunuh bukanlah kaisar, Yu Yin, melainkan
orang yang memberikan perintah"
"Sama saja!" gadis itu memotong. "Guruku menjalankan
titah kaisar!" "Bukan!" bentakan Giam Liong tiba-tiba membuat gadis itu
terlonjak. "Yang memberikan perintah adalah ayahmu, Yu Yin.
Jahanam Coa-ongya itulah yang memberi perintah. Nah, mana
yang kaupilih. Ayahmu itu atau gurumu yang kubunuh!"
Yu Yin menjerit. Mendengar Giam Liong memakai ayahnya
sebagai "jahanam Coa-ongya" tiba-tiba ia memekik dan
menampar. Yu Yin berkelebat dan dua kali ia menggaplok.
Dan ketika Giam Liong terhuyung namun tegak berdiri lagi,
gadis itu pucat dan merah berganti-ganti maka Giam Liong
tertawa mengejek dan berseru,
"Yu Yin, kau berkali-kali menekankan bahwa gurumu
hanyalah petugas, orang yang melaksanakan perintah.
Baiklah, kuikuti omonganmu ini, Yu Yin. T api bagaimana kalau
sekarang aku membunuh ayahmu. Dialah yang menyuruh
gurumu membunuh ayahku. Dan karena dialah yang memberi
perintah maka seharusnya kau bersikap adil untuk memberi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan kepadaku melenyapkan orang yang memberi
perintah ini!" Yu Yin pucat pasi. Ia tiba-tiba mengeluh dan terhuyung dan
sekarang ia malah mengguguk tak dapat menahan diri. Kalau
tadi Giam Liong mengancam gurunya adalah sekarang
pemuda itu mengancam ayahnya. Mana lebih baik" Dua-
duanya sama-sama tidak baik! Membunuh gurunya atau
ayahnya sama saja. Giam Liong akan meninggalkan sebuah
luka yang dalam di hatinya. Gadis itu jatuh terduduk! Dan
ketika Yu Yin tersedu-sedu dan dua muda-mudi yang baru
saja tenggelam dalam asmara ini sekarang sudah saling
bermusuhan, hal itu pernah pula dialami W i Hong dan
mendiang Golok Maut Sin Hauw, maka Yu Yin meringkuk di
sudut sambil menyembunyikan kepala di bawah lutut, Giam
Liong berdiri dan memandang dengan wajah beku. Pemuda
itupun hilang kasih sayangnya. Aneh, cinta kok bisa demikian
membingungkan orang! Namun ketika Giam Liong menunggu
dan gadis itu ditanya lagi, Giam Liong minta jawaban maka Yu
Yin tiba-tiba melompat dan secepat kilat ia menyambar golok
di punggung pemuda itu. "Giam Liong, aku tak mau mendengar semua kata-katamu
ini. Lebih baik aku bunuh diri dan uruslah pertikaianmu
dengan guru atau ayahku!"


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giam Liong terkejut. Ia tak menyangka gerakan itu namun
begitu Yu Yin bicara tentang bunuh diri mendadak ia
mengelak. Golok di punggung diselamatkan namun gadis itu
mengejar sambil berteriak-teriak lagi. Yu Yin kalap! Dan ketika
gadis itu menyerang dan pukulan serta tendangan silih
berganti,' Giam Liong mengerutkan kening maka apa boleh
buat dia menampar dan gadis itu ditangkisnya roboh.
"Yu Yin, jangan seperti harimau kelaparan. Berhenti dan
tenanglah di sudut ...' plak!" gadis itu menjerit, terjengkang
dan mau meloncat bangun namun Giam Liong mendahului.
Pemuda ini melepas totokan dan sebelum gadis itu berusaha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengelak iapun sudah terguling. Dan ketika Giam Liong
mengusap keringat dan berdiri dengan muka merah, Yu Yin
memaki-maki maka dari atas. tiba-tiba datang secercah sinar
dan seruan nyaring terdengar menggema,
"Yu Yin, kau tak apa-apa?"
Giam Liong tertegun. Lantai di atas sumur, yang tinggi dan
belasan meter mendadak dibuka orang. Seseorang melongok
dan itulah Kedok Hitam. Giam Liong berkelebat dan secepat
kilat ia mendaki dinding, merayap dan hendak ke atas
sebelum pintu ditutup kembali. Namun begitu ia mencengkeram dan menempel tembok, seperti cecak
mendadak ia melorot lagi dan tergelincir ke bawah. Tembok
itu ternyata dilapisi minyak!
"Ha-ha!" tawa itu membuat pemuda ini mendidih. "Kau tak
dapat naik ke atas, Giam Liong. Biarpun kau memiliki Pek-
houw-yu-chong (Ilmu Merayap) kau tak mungkin naik!"
"Keparat!" Giam Liong memaki, sece-pat kilat melempar
lima golok terbang, mencuit ke atas. "Kau memang pengecut
dan culas, Kedok Hitam. Turunlah dan mari bertanding seribu,
jurus!" "Ha-ha, kau seperti katak di dalam lubang. Boleh bercuap-
cuap tapi tak dapat berbuat apa-apa.... cep-cep-cep!" dan lima
golok terbang yang disambar dan dijepit laki-laki ini, tangkas
dan tepat akhirnya disusul suara keras ketika lantai di atas
lubang ditutup kembali. Giam Liong telah berusaha memanjat
namun dinding sumur benar-benar penuh minyak. Ia melorot
dan jatuh lagi setiap mencoba.
Dan ketika Giam Liong menggigil dan hendak menancapkan
goloknya, dari situ ia akan naik dan memanjat ke atas
ternyata lubang ditutup dan keadaan kembali gelap.
"Lihat," Giam Liong melepas geramnya. "Betapa licik dan
jahatnya gurumu. Apakah iblis Seperti itu masih pantas kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bela, Yu Yin" Apakah kau masih memberatkan jahanam
keparat itu?" Yu Yin menghentikan tangisnya. Ia terbelalak ketika tadi
lubang dibuka dari atas, mengerutkan kening dan melihat
wajah gurunya di sana. Tapi begitu lubang menutup dan Giam
Liong marah-marah, ia tak menjawab dan diam saja tiba-tiba
dari s isi-sisi lubang terdengar suara mendesis-desis.
-ooo0dw0ooo- Jilid 26 "APA itu!"' Gadis ini pucat. Ia tak seketika menjawab karena masih
tertegun oleh bayangan gurunya di atas tadi. Gurunya muncul
tapi sudah menutup kembali lubang sumur. Dan ketika ia
terpekik karena Giam Liong mencengkeram pundaknya, keras
dan seperti meremukkan tulang barulah gadis itu sadar akan
pertanyaan Giam Liong. "Semprotan belerang merah?"
"Belerang merah" Apa itu?"
"Oohh..!" gadis ini menangis. "Kita berdua akan celaka di
sini, Giam Liong. Kita berdua akan menyedot racun belerang
merah. Kita akan pingsan!"
Giam Liong berubah. Tiba-tiba bau keras yang menyengat
tajam tahu-tahu menusuk hidungnya, ia terbatuk dan Yu
Yinpun di situ sudah berbersin-bersin. Gadis ini mengeluh dan
terhuyung limbung. Dan ketika Giam Liong cepat menutup
jalan pernapasannya dan seketika maklum bahwa itu belerang
memabokkan, desisan semakin keras dan ruangan itu tiba-tiba
sudah penuh oleh asap belerang maka Yu Yin roboh namun
Giam Liong cepat rnenangkap gadis ini, roboh pula, terduduk.
"Bluk" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giam Liong merasa pusing. Ia hampir kehilangan
kesadarannya ketika tiba-tiba dengan cepat ia mematikan
jalan pernapasannya. Semacam "ilmu bunuh diri", memencet
nadi pergelangan dan menghentikan kerjanya jantung sudah
dilakukan pemuda ini. Giam Liong mempergunakan ilmunya
yang disebut Nui-kang, ilmu yang membuat tulang dan
tubuhnya lemas seperti mati semu. Dan ketika pemuda itu
roboh dan ia benar-benar tidak bernapas lagi, Giam Liong
maklum akan ancaman bahaya maka pemuda ini mencengkeram temannya dan siapapun tak bakalan lagi dapat
memisahkan dirinya dari Yu Yin. Pemuda itu telah lekat
menjadi satu dengan puteri Coa-ongya ini!
"Keparat!" sebuah suara terdengar dari sisi dinding. Giam
Liong sudah tak ingat apa-apa lagi ketika dirinya roboh.
Ruangan itu telah penuh asap dan iapun terguling. Dan ketika
bentakan terdengar dari luar dan desis atau semprotan asap
belerang itu seketika berhenti, sebuah pintu terkuak dari
bawah sumur maka seseorang meloncat dan Giam Liong
maupun Y u Y in disambar dibawa keluar. Giam Liong tak tahu
apa yang selanjutnya terjadi tapi apa yang dia lakukan
terhadap Yu Yin membuat orang itu menyumpah-nyumpah.
Tubuh pemuda ini lekat dengan Y u Yin, tak dapat dipisahkan.
Dan ketika sumpah atau kutuk dilepas berhamburan maka
Giam Liong dibawa meloncat dan sekali orang itu menendang
maka pintu bawah sumurpun menutup.
-0odwo0-- "Bedebah, terkutuk!" Giam Liong samar-samar mendengar
sumpah serapah atau maki-makian ini. Ia masih merasa
pusing dan berputaran oleh pengaruh asap belerang yang
berat. Ia juga masih mempergunakan ilmunya mati semu
namun perlahan-lahan otaknya bekerja. Ia tidak lagi di sumur
gelap yang pengap dan penuh asap bius melainkan sudah di
udara terbuka, bersih dan segar. Dan karena asap belerang
tidak memenuhi paru-parunya karena sebelum mati semu ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah "membunuh" jalan pernapasannya sendiri, Giam Liong
tergolek dan lemas bagai tak bertenaga maka Yu Yin yang
lekat di tubuhnya dan terhisap menjadi satu akhirnya diguyur
air dingin dan disadarkan oleh orang yang membawa dua
muda-mudi ini, yang bukan lain Kedok Hitam sendiri.
"Jahanam, bedebah terkutuk!"
Giam Liong lagi-lagi mendengar seruan atau maki-makian
itu, Y u Yin bergerak dan mulai sadar di atas tubuhnya.
"Kau tak dapat kulepaskan, Yu Yin. T ubuhmu menjadi satu
dengan pemuda ini. Keparat, apa yang terjadi!"
Yu Yin, yang bergerak dan membuka matanya tiba-tiba
tersedu. Ia telah ditotok dan disadarkan gurunya, teringat
akan apa yang terjadi dan gadis itu terkejut karena ia berada
di atas tubuh Giam Liong, sementara pemuda itu tidak
bergerak-gerak bagaikan orang mati. Dan ketika gurunya
berdiri dan terbelalak memandang gadis ini, membetot atau
menarik namun tetap saja tubuh gadis itu tak dapat
dipisahkan dengan Giam Liong maka Yu Yin menjerit dan
justeru merangkul erat-erat kekasihnya ini.
"Tidak... tidak!" gadis itu bagaikan gila. "Apa yang
kaulakukan kepadanya, suhu. Apakah kau telah membunuhnya!" "Hm, aku memang akan membunuhnya, tapi dia sudah
mati. Bocah ini sudah tidak berdenyut jantungnya lagi ketika
kuangkat dari dasar sumur"
"Bohong!" Y u Yin berteriak. "Kau membunuhnya, suhu. Kau
membinasakan kekasihku. Kau kejam!"
"Apa?" sang guru terkejut. "Kekasihmu" Kau...?"
"Benar!" Yu Yin membalik, tapi tubuh Giam Liong ikut
terangkat. "Dia kekasihku suhu. Dia calon suamiku. Kau kejam
telah membunuhnya.... plak!" gadis ini menjerit menghentikan
teriakannya, ditampar dan sang guru marah bukan main
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena gadis itu berani memaki-makinya. Yu Yin berteriak-
teriak dan membuat ruangan itu gaduh. Mereka berada di
sebuah kamar besar di mana dua bayangan tiba-tiba
berkelebat dan muncul. Dan ketika kakek berkepala gundul
dan Lam-ciat hadir di situ, dua orang ini tertegun namun
tersenyum-senyum maka Lam-ciat terkekeh melihat Kedok
Hitam dimusuhi muridnya. "Ha-ha, guru dilawan murid. Eh, aku jadi terkejut melihat
muridmu berteriak-teriak, Kedok Hitam. Kukira ada bahaya
tapi ternyata tidak. Bagus, bagaimana dengan bocah itu.
Apakah muridmu masih tetap tak dapat dipisahkan darinya!"
"Kalian keluar saja," Kedok Hitam merah padam. "Aku
berurusan dengan muridku ini, Lam-ciat. Jaga pintu gerbang
kalau Chu-goanswe dan para pemberontak itu datang. Di sini
tak ada apa-apa!" "Bagus, kalau begitu aku pergi lagi!" dan Lam-ciat yang
menghilang disusul si kakek gundul, yang bukan lain Pat-jiu
Sian-ong adanya maka Kedok Hitam sudah menghadapi
muridnya lagi dan tampak betapa laki-laki itu gusar.
"Yu Yin," bentakan atau geram
ini tak dapat disembunyikan. "Kau gila berhubungan asmara dengan
pemuda ini" Kau tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa
bocah itu adalah pemberontak" Kau mau membuat malu aku
dan ayahmu?" "Aku tidak perduli. Aku mencintainya, suhu. Giam Liong
adalah calon suamiku. Ia milikku, tapi kau telah
membunuhnya!" "Hm, aku tidak membunuhnya. Tapi aku pasti akan
membunuhnya kalau ia masih hidup. Bocah ini aneh
bagaimana bisa mati hanya karena asap belerang merah. Dan
kau lengket pula di tubuhnya. Ayahmu bisa mati berdiri kalau
melihat keadaan puterinya seperti ini. Kau memalukan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak perduli! Aku tidak tahu apa yang terjadi, suhu.
Tapi aku senang lengket dengan Giam Liong. Mati hidup aku
ingin tetap bersamanya!"
"Gila, kau tidak waras. Aku sebagai gurumu harus
mencegah ini dan kau akan kupisahkan!"
Yu Yin menjerit. Gurunya, Kedok Hitam, tiba-tiba mencabut
sesuatu dan sinar terang menyilaukan mata. Itulah Golok Maut
dan gadis ini terpekik karena Golok Maut tahu-tahu telah
berada di tangan gurunya, tentu ketika Giam Liong roboh di
dasar sumur itu, merampasnya. Dan ketika laki-laki itu tertawa
dingin dan Yu Yin pucat mukanya, golok menyambar dan
membacok lengan Giam Liong maka gadis ini berlaku nekat
dan tahu-tahu iapun menggulingkan tubuh me lindungi tubuh
Giam Liong itu. "Crat!" Golok Maut menghajar lantai karena Kedok Hitam berseru
tertahan dan menyelewengkan goloknya ke kiri. Golok itu
sudah siap menabas putus lengan Giam Liong yang erat
menempel di perut gadis ini. Kedok Hitam akan membacoknya
putus agar muridnya terbebas dari hisapan atau sedotan aneh
yang keluar dari tubuh Giam Liong. Tapi karena muridnya
berguling dan golok berganti menyambar muridnya itu, Y u Yin
nekat dan memberikan tubuhnya maka Kedok Hitam
mengeluarkan keringat dingin dan murid yang hampir celaka
itu dibentak. "Yu Yin, kau gila. Kau tidak waras!"
"Biar," gadis itu sesenggukan, menangis. "Aku tidak perduli
gila atau tidak gila, suhu. Kalau kau mau mengganggu
mayatnya maka akupun akan melawanmu dan membelanya
mati-matian. Kau kejam. Kau tidak berperasaan. Sudah
matipun masih juga hendak kau cincang!"
"Aku akan melepaskan tubuhmu...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tak mau dilepas! Aku ingin tetap bersamanya, suhu,
mati atau hidup. Aku tak mau dipisahkan!"
"Dengan lengket seperti itu" Saling tindih dan tidak tahu
malu?" "Aku tak tahu apa yang menyebabkan tubuhku lengket,
suhu. Tapi lengket atau tidak hatiku sudah tertambat olehnya.
Giam Liong calon suamiku. Ia milikku?"
Kedok Hitam merah padam. Sang murid yang berteriak-
teriak dan bersiteguh seperti itu benar-benar membuatnya
marah. Tapi karena ia maklum bahwa muridnya selalu akan
melawan, gigih dan keras kepala maka ia terpaksa mengalah,
menahan marah. "Yu Yin, kau tak tahu malu, tak tahu diri. Aku akan
melaporkan ini kepada ayahmu."
"Laporkanlah. Justeru aku ingin bertemu ayah, suhu.
Laporkan dan suruh ia ke mari!"
Kedok Hitam membanting kaki. Ia kesal dan apa boleh buat
harus melaksanakan ancamannya. Laki-laki itu berkelebat dan
tak lama kemudian muncullah seorang laki-laki tua penuh
wibawa. Dan ketika Yu Yin melihat laki-laki itu namun lakilaki
ini mengerutkan kening, mukanya gelap maka gadis itu kena
dampratan.

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yu Yin, gurumu menceritakannya kepadaku. Bagaimana
kau puteri seorang pangeran jatuh cinta kepada pemberontak!
"Ayah...!" gadis itu tersedu-sedu. "Bagaimana kau malah
memusuhi aku seperti suhu" Giam Liong diperlakukan kejam,
ayah. Sudah menjadi mayatpun ia hendak dipotong. Tolonglah
aku dan biarkan aku pergi dengan pemuda ini. Aku akan
merawat jenasahnya!"
"Hm!" Coa-ongya, laki-laki ini, menggeleng, mukanya
keruh. "Kau tak dapat pergi bersama mayat pemuda ini, Yu
Yin. Tak baik dan tak pantas dipandang orang bahwa kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membawa-bawa mayat pemberontak. Mayat itu harus
dibuang, dilempar keluar pintu gerbang. Itu pekerjaan
pengawal!" "Tidak... tidak!" gadis itu berteriak. "Giam Liong kekasihku,
ayah. Giam Liong punyaku. Mati hidup akulah yang berhak!"
"Kau mau membuat malu ayahmu" Kau tidak punya otak
untuk lengket dan ke mana-mana bersama pemberontak"
Giam Liong sudah mati, Yu Yin. Kalau kau mau dengar nasihat
ayahmu maka biarlah jenasah pemuda ini kauserahkan kepada
gurumu. Atau, kalau kau ragu, boleh berikan kepada pengawal
dan kau tinggal di s ini, tak usah ke mana-mana."
"Tapi aku tak mau dipisahkan. Mayat pemuda ini tak boleh
dibacok!" "Lalu bagaimana kau bisa pisah" Masa ke mana-mana
harus membawa mayat?"
"Aku tak perduli, ayah. Tapi ini justeru menunjukkan cinta
Giam Liong kepadaku. Lihat, sudah matipun ia tak mau lepas
dari aku. Aku ingin bersamanya dan kalau perlu menyusulnya
ke alam baka!" "Yu Yin" Gadis itu tersedu-sedu. Ia mengguguk dan menangis keras
ketika ayahnya membentaknya. Dewi cinta telah membelenggunya sedemikian erat hingga tak mungkin ia
melepaskan Giam Liong, biarpun pemuda itu telah menjadi
mayat. Dan teringat bahwa gurunya hendak membacok
pemuda itu, menyakiti padahal sudah menjadi mayat maka
gadis ini tak mau melepaskan dan ia bertekad biarlah pemuda
itu tetap bersamanya. Sampai membusukpun!
"Aku tak mau kekasihku dilukai. Aku tak mau ia dirusak.
Kalau mayat ini hendak dikuburkan biarlah aku yang
menguburkannya, ayah, bukan suhu atau orang lain.
Bebaskan aku dan biarkan aku pergi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tak dapat pergi dengan mayat pemberontak!" sang
ayah gusar. "Kau harus tunduk kata-kataku, Y u Yin. Atau aku
melemparmu ke lubang sumur"
"Lemparlah, buanglah!" gatlis itu tersedu-sedu, berteriak"Kau selamanya tak pernah menyayang aku, ayah.
Kau selamanya tak pernah menyenangkan aku. Bunuhlah aku
dan lempar aku ke lubang sumur!"
Coa-ongya tertegun. Ditantang dan dibentak-bentak
puterinya tiba-tiba iapun menarik napas dalam-dalam. Kalau
sudah begini maka jalan kekerasan benar-benar terpampang
di depan mata. Ia tak akan mampu membujuk puterinya.
Maka sadar dan tertawa pahit, membungkuk, tiba-tiba lelaki
tua ini menepuk pundak puterinya, air mata berkaca-kaca.
"Yu Yin, kau salah kalau menganggap ayahmu tak pernah
sayang kepadamu. Kau salah kalau mengatakan aku tak
pernah menyenangkan dirimu. Bukankah tinggal dan hidup
mewah di istana adalah upaya diriku menyenangkan anakku
satu-satunya" Kau mengingatkan aku akan ibumu, nak. Kau
keras dan tak dapat ditekuk seperti mendiang ibumu. Dan kau
juga menyusahkan aku seperti ibumu!" Coa-Ongya tiba-tiba
menangis, bercucuran air mata dan puterinya itu ganti
tertegun. Selama hidup belum pernah gadis ini melihat
ayahnya menangis. Yang ada .ialah wajah kaku dan keras,
dingin. Maka begitu melihat ayahnya menangis dan ayahnya
itu tibatiba menutupi muka, tersedu, mendadak gadis ini
menghentikan tangisnya sendiri dan lapun tiba-tiba gemetar
memeluk ayahnya itu. Betapapun perasaan seorang anak tiba-
tiba kambuh. Haru dan kasih sayangnya muncul.
"Ayah, kau... kau menangis?"
"Bagaimana tidak?" sang ayah mengguguk, pundak
berguncang. "Kau mempertaruhkan muka ayahmu, Yu Yin.-
Kau menusuk-nusuk perasaanku. Apa kata orang dan sri
baginda kalau tahu kau begini tergila-gila kepada Giam Liong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana kedudukan ayahmu nanti kalau diketahui puterinya
menjalin cinta dengan pemberontak"
"Maafkan aku," sang anak terisak, tak tahu betapa diam-
diam tangan ayahnya bergerak ke perut Giam Liong, tangan
yang kaku dan tiba-tiba seperti baja! "Aku dapat memaklumi
perasaanmu, ayah. Tapi aku juga tak dapat membuang cinta
yang ada di hati ini. Guun Liong.... Giam Liong telah menjadi
pemuda pertama yang menjamah tubuhku. Ia calon suamiku!"
"Apa" Maksudmu...?"
"Tidak... tidak!" sang anak menggeleng, muka merah dan
seketika jengah. "Aku tidak maksudkan ke situ, ayah. Aku
masih utuh dan Giam Liong tidak melakukan itu. Tapi... tapi ia
menyedot pahaku ketika harus mengobati panah beracun.
Kamikami sudah bersatu hati!"
"Hm!" laki-laki tua itu lega, tersenyum. "Kalau begitu bukan
malapetaka, anakku. Dan kau sekarang harus bebas darinya!"
"Maksud ayah?" Yu Yin menjerit. Tiba-tiba tanpa ia ketahui jari-jari ayahnya
itu sudah mencengkeram perut Giam Liong. Tangan yang
sudah mendekat dan tegang bagai jari-jari baja ini mendadak
merobek. Dan ketika Yu Y,ifi mendengar suara memberebet
dan tentu saja ia kaget, ayahnya mencengkeram perut
kekasihnya maka Yu Yin menampar dan sang ayah
terpelanting ketika harus menerima pukulan.
"Bret-plak!" Ayah dan anak sama-sama tertegun.
Coa-ongya yang terbelalak dan kaget bahwa ia tak mampu
merobek perut Giam Liong, hanya bajunya karena perut
"mayat" itu liat tak dapat ditembus tiba-tiba juga harus
menghadapi kemarahan puterinya yang baru saja tahu bahwa
sang ayah hendak mencelakai Giam Liong. Yu Yin memang
tidak tahu akan maksud atau tindakan ayahnya itu ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diam-diam mengerahkan sinkang,
mencengkeram dan bermaksud melepaskan tubuh puterinya dari mayat Giam
Liong. Dan ketika ia gagal dan kini justeru puterinya marah
besar, Giam Liong hendak dirusak mayatnya maka gadis itu
mendelik dan seketika cinta atau kasih sayangnya lenyap,
terganti benci dan gusar!
"Ayah, kau... kau mau merusak mayat Giam Liong" Kau
juga hendak seperti suhu yang tidak tahu malu berbuat
curang" Kau... dari mana kau berlatih sinkang?"
"Hm," Coa-ongya mundur, muka menyeringai dan sedikit
malu, apa boleh buat harus bertebal muka dan tidak perduli.
"Aku hanya ingin membebaskan dirimu dari pemuda ini, Yu
Misteri Kapal Layar Pancawarna 15 Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Pendekar Cengeng 8
^