Pencarian

Naga Sakti Sungai Kuning 10

Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo Bagian 10


Akan tetapi dia harus berhati-hati karena dia tahu bahwa dia berhadapan dengan seorang gadis kang-ouw yang kadang-kadang dapat bersikap galak.
"Nona, restoran kami menyediakan segala macam makanan, dari yang paling murah sampai yang paling lezat, harganya amat mahal."
Gadis itu tersenyum dan banyak pria menelan ludah.
Senyum itu! Manisnya! Lesung pipit yang mungil dan lucu muncul di kanan kiri mulut, dan sinar mata yang jeli itu seperti menari-nari.
"Tentu saja, yang lezat itu mahal. Dan aku berani pesan yang mahal tentu mampu pula membayarnya. Hayo katakan, apa saja yang paling lezat?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pelayan itu mengangguk-angguk, takut gadis itu tersinggung, lalu menghitung dengan jari tangannya. "Pertama ada cakar daging burung Hong, ada goreng lidah ki-lin, ada pula sup sirip raja hiu atau tim buntut badak, juga sup cakar harimau atau sup daging naga."
Gadis itu bengong, lalu alisnya berkerut dan mukanya berubah merah, karena ia merasa dipermainkan pelayan itu
"Apakah otakmu belum miring" Jangan kau main-main!"
Pelayan itu yang kini bengong karena dia sama sekali tidak merasa bersalah tiba-tiba dimaki orang. Mukanya berubah merah dan dia menjawab dengan sungguh-sungguh dan juga dengan suara mengandung penasaran. "Aih, Nona. Siapa yang main-main" Kalau tidak percaya lihat saja ini daftar makanan, tentu saja kalau Nona pandai membaca!" Ucapan terakhir itu untuk membalas karena biasanya, gadis kang-ouw yang kasar mana dapat membaca tulisan" Akan tetapi, gadis itu menyambar daftar makanan yang disodorkan, membacanya lalu tersenyum. Manisnya!
"Wah, kaumaafkan aku, ya" Habis, siapa percaya ada masakan cakar daging burung Hong, kiranya daging burung ayam! Lidah ki-lin adalah lidah sapi, sirip raja hiu hanya sirip hiu biasa, tim buntut badak hanyalah buntut kerbau, cakar harimau hanya cakar domba dan daging naga hanya daging ular, hi-hik!" Gadis itu tertawa tanpa menutupi mulutnya, namun tidak nampak kasar karena tawanya tidak terbahak, lebih mirip senyum lebar nampak deretan giginya yang putih mengkilap. "Nah, kalau begitu, cepat hidangkan masakan butir-butir mutiara sawah, otot-otot dewa digoreng basah, gule daging singa, ditambah buah sian-to (buah to dewa) dan minuman sorga!"
Pelayan itu bengong, sejenak tak mampu bicara dan memandang kepada gadis itu, mulai curiga jangan-jangan gadis itu yang miring otaknya. Melihat pelayan itu bengong, gadis itu kembali tertawa. "Hi-hik, sekarang engkau yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bengong! Kenapa bengong dan bingung" Kutir mutiara sawah adalah nasi putih, otot-otot dewa adalah bakmi, daging singa adalah daging kambing. Buah sian-to adalah apel dan minuman sorga adalah minuman anggur, tolol kau!"
Pelayan itu tertawa dan tersipu, dan beberapa orang tamu yang mejanya berdekatan dan mendengar percakapan itu tertawa. Setelah pelayan itu pergi untuk memesankan makanan kepada koki, gadis itu duduk seorang diri dan tidak mempedulikan pandang mata banyak pria yana ditujukan kepadanya. Bahkan mereka yang duduk membelakanginya, kini memutar leher seperti leher burung bangau, ada yang memandang dari samping, melirik sampai matanya seperti juling.
Tiba-tiba dua orang laki-laki muda, berusia kurang lebih dua puluh tahun dan agaknya sudah setengah mabuk karena agak terhuyung, menghampiri meja gadis itu sambil menyeringai.
Mereka harus diakui memiliki wajah yang cukup tampan dan melihat pakaian mereka jelas bahwa mereka adalah pemuda pemuda yang kaya.
"Nona, bolehkah kami menemanimu" Kasihan engkau seorang diri saja makan minum, tentu kurang menggembirakan, he-he!" kata yang seorang.
"Ha-ha, benar sekali, Nona. Jangan khawatir, semua makanan dan minuman untukmu kami yang akan bayar!" kata yang ke dua.
Gadis berpakaian merah muda itu mengangkat muka memandang dan ia tersenyum, sama sekali tidak marah, bahkan senyumannya manis dan penuh kesabaran. "Terima kasih," katanya lem?but. "Kalian baik sekali, akan tetapi sayang, saat ini aku ingin makan seorang diri saja dan tidak ingin diganggu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi, Nona, kami tidak mengganggu, bahkan ingin menggembirakan hati Nona!
Kami.........! Belum habis seorang di antara dua pemuda itu bicara, terdengar suara orang membentak, "Kalian ini tikus-tikus kecil sungguh tak tahu diri! Nona kalian tidak mau diganggu, mengerti?"
Dua orang pemuda setengah mabuk itu membalikkan tubuhnya dan mereka hendak marah. Akan tetapi melihat bahwa yang berada di belakang mereka dan menegur itu adalah seorang laki-laki berusia empat puluh tahun yang bertubuh! seperti raksasa, keduanya menjadi ke takutan.
"Maafkan, kami tidak ingin mengganggu.............."
Akan tetapi, sekali menggerakkan kedua lengannya yang panjang dan besar itu, Si Raksasa sudah mencengkeram tengkuk dua orang pemuda itu dan mengangkatnya, lalu membawanya pergi, keluar dari ruangan itu! Kemudian dia melemparkan dua orang pemuda itu keluar restoran, diiringi suara ketawa di sana-sini. Melihat betapa raksasa itu mampu mengangkat dua orang pemuda dan melemparkan mereka seperti itu, dapat dilihat betapa kuat tenaganya. Si raksasa itu kembali ke meja di mana tadi ia duduk bersama lima orang temannya dan kini dia membungkuk kepada gadis in sambil tersenyum.
Gadis itu pun tersenyum, hanya memandang. Kiranya raksasa itu mempunya lima orang teman dan seorang di antaranya berpakaian seperti seorang hartawan, usianya kurang lebih tiga puluh tahun dan yang lain agaknya merupakan pengawal, anak buah atau tukang pukulnya karena mereka itu lagak dan pakaiannya sama dengan raksasa tadi.
Gadis itu melihat betapa pria yang berpakaian mewah itu memandang kepadanya, lalu mengedipkan mata kanannya
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan cara yang genit sekali, la pun tidak peduli dan membuang muka.
Gadis itu berusia kurang lebih dua puluh dua tahun, wajahnya yang cantik jelita dan manis itu hanya dipolesi bedak tipis, dan ia memiliki senyum memikat. Siapakah ia" Bukan lain adalah Bu Giok Cu! Seperti kita ketahui, Giok Cu pernah menjadi murid Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu, dan biarpun sejak berusia sepuluh tahun ia hidup di antara golongan sesat selama lima tahun lebih, namun bagaikan setangkai bunga teratai yang hidup di lumpur, ia tetap bersih dan berjiwa gagah.
Akhirnya, ia bentrok dengan Ban-tok Mo-li karena melihat Mibonya itu tergila-gila kepada Hok-houw liia to Lui Seng Cu dan aliran agama barunya. Ia menentang subonya, yang melakukan pembunuhan keji terhadap muda mudi tak berdosa dan akhirnya ia bahkan dimusuhi gurunya dan hendak dibunuh. Untung ia tertolong oleh Hek-bin Hwesio, seorang pertapa sakti dari Himalaya dan ia lalu menjadi murid hwe?sio gendut berkulit hitam itu. Dan hampir lima tahun gadis ini digembleng sehingga bukan saja ilmu silatnya yang sudah lihai itu menjadi semakin tinggi juga ia semakin mendalami soal-soal kebatinan atau rohaniah. Bahkan ia pernah menyatakan keinginan hatinya kepada Hek-bin Hwesio untuk menjadi nikouw (pendeta wanita), namun dilarang oleh gurunya yang melihat bahwa ia tidak berbakat menjadi nikouw.
Demikianlah, Giok Cu kini merantau, usianya sudah dua puluh dua, namun alam perantauannya itu ia belum pernah nenemukan seorang pria yang menarik atinya. Pengalaman-pengalaman yang pahit ketika ia berusia lima belas tahun, diganggu oleh pemuda-pemuda murid para tokoh sesat yang menjadi tamu subonya, kemudian pengalaman sepanjang perjalanan melihat betapa pria suka sekali mengganggunya, membuat ia tidak pernah mengagumi pria!
Kalau saja ia belum menjadi murid Hek-bin Hwesio dan tidak memiliki kesabaran besar, dan masih menjadi murid Ban tok Mo-li, tentu tadi sudah dihajarnya dua orang pemuda itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetap setelah menjadi murid Hek-bin Hwesio ia menjadi seorang gadis yang penyabar dan tidak mudah turun tangan menggunakan kekerasan. Tentu saja hal ini bukan berarti bahwa ia diam saja kalau ada yang berani mengganggunya.
Hanya ia tidaklah sekeras dan segalak sebelum men?jadi murid hwesio hitam itu. Bahkan ia mewarisi kejenakaan kakek gendut itu, suka tertawa dan bergurau.
"Nona, Cukong (Majikan) kami hendak berkenalan denganmu. Dia adalah seorang hartawan besar di kota Siong-cu, hanya tiga puluh li dari kota Siong-an tidak seperti dua ekor tikus tadi, Nona. Cukong kami minta dengan hormat agar Nona suka menerima undangannya untuk makan di mejanya."
Giok Cu kembali memandang kepada Pria yang tersenyum penuh gaya itu. la tidak marah, hanya merasa jemu dengan gangguan-gangguan, maka ia hanya menjawab, "Terima kasih, aku ingin makan sendiri saja di mejaku sendiri."
"Boleh, boleh, Nona Manis," kata pria kaya itu, lalu berkata kepada jagoannya yang seperti raksasa tadi, "A-lok, kita pindahkan meja Nona itu bersambung dengan meja kita dan ia boleh makan di mejanya sendiri, bukan?"
A-lek, Si Raksasa itu terkekeh dan sambil menyeringai, dia menghampiri meja Giok Cu. Gadis itu diam-diam mendongkol sekali, akan tetapi ia masih tersenyum manis dan meletakkan tangan kirinya di atas meja. Ketika A-lok hendak mengangkat meja itu, diam-diam ia mengerahkan sin-kang yang disalurkan ke tangan kiri itu dan menekan meja. A-lok menggunakan kedua tangan memegang meja dan mengerahkan tenaga mengangkat. Akan tetapi, dia terkejut bukan main! Meja itu sama sekali tidak dapat diangkatnya. Apalagi terangkat, bergerak pun tidak, seolah-olah empat buah kaki meja itu tertanam ke dalam lantai. Di menjadi penasaran. Kalau perlu, andaikata benar empat kaki meja itu tertanam ke dalam lantai, hendak dijebolnya! Kembali dia mengerahkan tenaganya, namun tetap saja meja itu tidak bergerak.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 17 "ALOK, pindahkan meja itu ke sini!" teriak lagi cukongnya karena seperti orang lain, dia belum tahu akan peristiwa aneh itu. Hanya Alok sendiri yang merasakan keanehan itu. Dia, yang dengan mudahnya mengangkat dua orang pemuda tadi dan melemparkan mereka, kini tidak kuat mengangkat sebuah meja kecil yang ringan! Siapa yang akan dapat percaya"
"Hei, kerbau gila! Jangan ganggu Nona itu!" Ucapan ini keluar dari mulut seorang laki-laki yang duduk bersama dua orang pria lain di meja sebelah kanan Giok Cu.
Mendengar dia dimaki kerbau gila, tentu saja Alok menjadi marah bukan main. Dia adalah tukang pukul nomor itu dari hartawan Teng dari kota Siong-cu, dan di kota itu dia terkenal ditakuti orang, bahkan nama besarnya sudah banyak didengar orang di Siong-an. Bagaikan seekor kerbau gila benar, dia membalikkan tubuh meninggalkan meja depan Giok Cu dan memandang ke arah tiga orang yang duduk makan minum di meja itu. Mereka adalah tiga orang pria yang usianya antara tiga puluh lima sampai empat puluh tahun. Wajah dan bentuk badan mereka biasa saja, tidak mengesankan, akan tetapi warna pakaian mereka yang menarik perhatian karena mereka bertiga memakai pakaian yang berwarna kuning, seperti pakaian seragam saja.
Melihat bahwa orang yang memakinya hanya orang
"biasa", kemarahan Alok memuncak. "Siapa di antara kalian bertiga yang telah berani memaki aku tadi?"
"Memaki engkau apa?" Serentak tiga orang berpakaian kuning itu bertanya.
"Memaki aku kerbau gila!" kata Alok dan tiga orang itu pun tertawa bergelak, juga beberapa orang tamu yang mendengarkan ikut tertawa. Tadinya Alok tidak menyadari,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
akan tetapi kemudian ia teringat bahwa jawabannya tadi menjadi pengakuan bahwa dia kerbau gila! Dia telah dipancing dan dipermainkan tiga orang berpakaian kuning itu.
"Keparat, kalau kalian memang laki-lakidan bukan pengecut, hayo maju kesini!" tantang Alok dengan marah sekali.
Orang termuda dari tiga orang pria berpakaian kuning itu bangkit berdiri. Hemmm, kau ini kerbau gila hendak jual lagak di sini, ya?" Tiba-tiba tangan kanannya bergerak dan nampaklah sebuah cambuk berwarna kuning emas.
"Tar-tarrr-tarrrrr.........!" Cambuk itu mengeluarkan suara meledak-ledak dan sinar kuning emas menyambar-nyambar ke arah tubuh Alok. Raksasa itu terkejut dan mencoba mengelak, akan tetapi te?tap saja ujung cambuk itu mematuk-matuk dan pakaiannya robek di sana-sini ditambah kulit tubuhnya nyeri seperti disengat lebah! Dia pun bergulingan ke tas lantai dan ketika dia sudah meloncat bangun, dia sudah mencabut golok besarnya. Dengan marah dia lalu menerjang ke arah orang yang memegang cambuk dan yang berdiri sambil tertaw tawa itu. Akan tetapi, sebelum tubuhnya mendekat, Si Baju Kuning itu sudah menggerakkan cambuknya lagi.
"Tar-tarr-tarrr....................!" Golok yang berada di tangan Alok terbang dan terlepas dari pegangannya, dan kembali dia menjadi bulan-bulanan lecutan cambuk itu
yang bertubi-tubi. Pakaian Alok kini sudah tidak karuan lagi macamnya, dan mukanya bergaris-garis merah dan berdarah.
"Kim-bwe Sam-houw ......... (Tiga Harimau Ekor Emas)!"
Terdengar seorang di diantara lima tukang pukul hartawan Teng dari Siong-Cu itu berseru dan barulah Alok sadar bahwa yang dihadapinya adalah tiga orang tokoh besar yang terkenal lihai dan ditakuti semua orang kang-ouw di daerah itu!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus, kalian sudah mengenal kami! kata Si Baju Kuning yang menghajar Alok tadi. "Hayo cepat kalian pergi!" Dan cambuknya kembali menyambar-menyanbar, kali ini ke arah hartawan Teng dari empat orang tukang pukulnya yang lain.
Mereka mengaduh-ngaduh dan setelah cambuk itu berhenti menari-nari, lima orang itu masing-masing mendapat tanda guratan melintang pada muka mereka, guratan yang cukup dalam sehingga nampak merah dan ada pula yang berdarah!
Tanpa banyak cakap lagi hartawan Teng dan lima orang tukang pukulnya meninggalkan restoran itu dan membayar uang makanan di luar. Yang paling parah adalah Alok sehingga dia harus dipapah oleh seorang rekannya.
Tadi, banyak diantara para tamu yang ketakutan. Akan tetapi setelah enam orang itu pergi dan suasana kembali tenang, mereka melanjutkan makan dengan tergesa-gesa dan ada pula yang segera meninggalkan tempat itu. Akan tapi, makanan yang dipesan Giok Cu baru tiba dan gadis itu pun makan minum dengan tenangnya, seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu di dekatnya. Hanya diam-diam ia memperhatikan tiga orang berpakaian kuning yang disebut Kim-bwe Sam-houw itu, dan merasa penasaran karena tidak suka melihat kekejaman mereka ketika menghajar enam orang tadi. Si raksasa tadi memang pantas dihajar, akan tetapi lima orang lainnya tidak melakukan sesuatu yang pantas membuat mereka menjadi korban cambuk. Juga ia melihat kesombongai membayang di wajah tiga orang berpakaian kuning itu, apalagi ketika mereka itu memandang kepadanya dengan senyum yang angkuh namun tetap saja mengandung kegenitan.
"Hemmm, cantik dan manisnya memang mengagumkan.
Akan tetapi sayani sekali, orangnya begitu cantik namun tidak mengenal budi orang!" Suara ini lirih akan tetapi terdengar jelas oleh Giok Cu dan ia tahu bahwa yang bicara adalah seorang di antara tiga pria berpakaian kuning itu, dan ia merasa bahwa ialah yang dimaksudkan oleh orang yang bicara itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang ia tidak sopan, padahal baru saja kami membebaskannya dari cengkeraman sekelompok serigala."
suara kedua. "Aihhhhh, mungkin ia malu. Sebaiknya malam nanti kita berkunjung ke kamarnya." suara ke tiga menyusul dan ucapan terakhir ira membuat muka Giok Cu menjadi agak kemerahan karena ia tersinggung sekali.
"Memang sebaiknya begitu, akan tetapi sekarang juga kita dapat memberinya peringatan agar malam nanti ia tidak sombong dan tidak banyak rewel lagi, bersikap ramah kepada kita," kata pula suara pertama.
Giok Cu semakin mendongkol, akan tetapi ia sudah banyak menerima gemblengan batin dari Hek-bin Hwesio maka ia mampu membiarkan kemarahannya lewat tanpa
mempengaruhinya. Ia tetap makan walaupun kini ia waspada sekali terhadap tiga orang pria berpakaian kuning itu.
Tiga orang pria itu masing-masing menjumput sebutir kacang goreng di atas meja mereka, kemudian mereka mempergunakan telunjuk menyentil kacang itu ke arah Giok Cu. Tentu saja mereka membidik sasaran bagian tubuh yang tidak akan membahayakan, dan mengatur tenaga sentilan mereka karena mereka hanya ingin memperingatkan gadis itu bukan hendak menyerangnya. Begitu tiga butir kacang itu meluncur, Giok Cu yang sudah mengetahuinya lalu menggerakkan tangan kirinya, gerakan seperti orang mengusir lalat dan mengomel, "Ihh begini banyak lalat di sini!"
Tiga orang yang terkenal dengan julukan Kim-bwe Sam-houw itu terkejut bukan main ketika melihat betapa tiga butir kacang yang mereka sentil ke arah gadis itu tiba-tiba meluncur kembali ke arah mereka dengan cepat sekali. Mereka terpaksa merendahkan tubuh sehingga tiga butir kacang itu lewat di atas kepala! Giok Cu melihat hal ini dan ia terkejut bukan main melihat betapa tiga butir kacang itu kini meluncur ke arah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang pemuda yang mengenakan sebuah caping lebar dan yang kebetulan duduk di meja sebelah tiga orang berpakaian ku?ning itu!
Lebih kaget dan kagum hatinya melihat betapa pemuda itu, yang mukanya tersembunyi di balik caping lebar, tanpa menggerakkan kepala sehingga tentu dia tidak melihat datangnya tiga butir kacang yang menyambar, menjulurkan tangan kirinya dan sekali tangan kiri itu menggapai, tiga butir kacang itu telah ditangkapnya! Kini, caping itu merosot turun ke punggung dan nampaklah wajah pemuda itu. Wajah yang tampan dengan sepasang mata yang lincah jenaka dan tajam sinarnya. Hidungnya besar mancung dan bibirnya merah penuh gairah. Pakaian pemuda itu menunjukkan bahwa dia seorang pelajar atau pakaian yang biasa dipakai para sastrawan dan terpelajar. Pemuda itu memandang kearah Giok Cu dan senyumnya amat menarik sehingga Giok Cu memandang dengan kagum. Hanya sebentar saja pemuda itu memandang Giok Cu. Lalu ia memandang kepada tiga orang pria berpakaian kuning itu dan ia tersenyum lebar.
"Aha, memang banyak lalat, terutama tiga ekor lalat kuning yang amat menjemukan harus diusir agar tidak mengurangi selera makan!" berkata demikian, tiba-tiba tangannya bergerak dan tiga butir kacang itu sudah meluncur dengan kecepatan kilat kearah Kim bwe Sam-houw. Tiga orang ini sama sekali tidak menduganya. Mereka tadi tidak melihat betapa pemuda bercaping itu menangkap tiga butir kacang, maka begitu mendengar ucapan pemuda itu, mereka menengok pada saat tiga butir kacang itu meluncur. Mereka tidak mungkin mengelak lagi dan tiga butir kacang itu dengan tepat mengenai muka mereka! Seorang terkena hidungnya, seorang terkena pipinya dan orang ke tiga terkena dahinya. Mereka menahan teriakan karena biarpun hanya kacang goreng, akan tetapi karena dilepas dengan kekuatan yang hebat, maka muka yang terkena kacang itu terasa cukup nyeri, terutama dia yang terkena hidungnya. Ada tanda merah pada hidung, dahi dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pipi itu. Serentak mereka bangkit berdiri dan memandang kepada pemuda bercaping itu dengan marah.
"Jahanam! Apakah telingamu tuli matamu buta?" bentak orang pertama dari Kim-bwe Sam-houw yang tadi terkena lemparan karang pada hidungnya "Andaikata engkau tuli, tentu engkau tidak buta dan dapat melihat dengan siapa engkau berhadapan. Kami adalah Kim-bwe Sam-houw, dan berani engkau mengganggu kami?"
Pemuda itu menyumpit sepotong daging dan
memasukkannya ke mulut, lalu mengunyahnya, agaknya tidak tergesal gesa menjawab walaupun dia sudah memandang kepada mereka bertiga. Setelah daging itu hancur lembut dan ditelannya, barulah dia menjawab, "Tidak ada yang mengganggu tiga ekor lalat kuning! Biasanya, lalat kuning yang suka mengganggui orang!"
Jawaban itu membuat Giok Cu tersenyum. Pemuda itu sungguh berani dan jenaka, dan melihat cara dia tadi melempar tiga butir kacang, mudah diduga bahwa tentu pemuda bercaping yang tampan itu memiliki ilmu kepaindaiain yang lumayan. Betapapun juga, ia pun tahu betapa lihainya cambuk emas dari tiga orang pria berpakaian kuning itu, maka diam-diam Giok Cu mengambil keputusan untuk melindungi pemuda bercaping kalau-kalau dia terancam bahaya.
Tiga orang Kim-bwe Sam-houw semakin marah. Mereka ketiganya menjadi korban lemparan kacang, maka kini ketiganya mengeluarkan cambuk emas mereka yang tadi sudah memperlihatkan kelihaiannya ketika seorang di antara mereka menghajar hartawan dari Siong-cu tadi bersama lima orang tukang pukulnya. Melihat ini, para tamu yang masih berada di situ, menjadi ketakutan dan mereka yang mejanya berdekatan, segera meninggalkan meja walaupun makanan mereka belum habis. Kini yang nampak di bagian ruangan itu hanyalah Si Pemuda bercaping, Giok Cu, dan tiga orang pria berpakaian kuning itu. Giok Cu masih tenang-tenang saja
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
makan nasi dan bakminya, seolah-olah tidak terjadi sesuatu di depannya.
Tiga orang Kim-bwe Sam-houw sudah bangkit berdiri dan berjajar menghadapi pemuda bercaping yang masih duduk dengan tenangnya, biarnya terkesan mengejek dan matanya yang jenaka memandang kepada tiga orang yang marah-marah itu.
"Keparat! Bangkitlah dan lawanlah kami kalau engkau memang laki-laki tantang seorang di antara Kim-bwe Sam-houw. Tiba-tiba, pemilik rumah makan itu datang berlari-lari, lalu sambil membungkuk-bungkuk kepada Kim-bwe Sam-houw, dia berkata, suaranya jelas membayangkan ketakutan.
"Mohon dengan hormat agar Sam-wi (Tuan Bertiga) menghentikan keributan ini."
Baru saja pemilik rumah makan bicara sampai di situ, orang termuda dari Kim-bwe Sam-houw yang tadi terkena lemparan kacang tepat pada hidungnya membentak, "Tutup mulutmu!
Apak engkau ingin pula merasakan kerasnya cambukku?"
Orang itu bertubuh tinggi kurus seperti pohon bambu, dan hidungnya besar maka mudah menjadi sasaran lemparan kacang tadi.
Akan tetapi pemilik rumah makan itu tidak mau pergi, melainkan memberi hormat dan berkali-kali mengangkat kedua tangan ke depan dada dan mengangguk-angguk.
"Harap Eng-hiong (Orang gagah) tidak marah dan dengarkan dulu keterangan saya. Ruangan ini akan dilukai oleh rombongan Cang Tai-jin, pesanan mendadak dan itu rombongannya sudah hampir tiba di sini. Silakan Cu-wi (Anda Sekalian) pindah ke ruangan samping dan harap jangan membuat keributan."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar bahwa ruangan itu akan dipergunakan rombongan Cang Tai-jin, sikap tiga orang jagoan itu berubah.
Mereka adalah tiga orang yang menjadi kaki tangan atau pembantu utama dari pembesar itu, walaupun hanya sebagai orang-orang sewaan apabila diperlukan, bukan pegawai resmi.
Maka, tentu saja mereka tidak berani membantah lagi dan biarpun mereka bertiga melotot ke arah pemuda yang masih mengenakan caping merahnya itu, namun mereka tidak berani lagi membuat ribut, bahkan mereka ikut pula menyambut ke luar rumah makan karena rombongan itu sudah datang didahului oleh pasukan pengawal.
Pemuda bercaping merah itu hanya mengangguk ketika pelayan menghampirinya dan minta dengan hormat agar di suka pindah duduk di ruangan samping "Biarlah kami yang akan memindahkan hidanganmu, Kongcu (Tuan Muda)," kata para pelayan. Juga beberapa orang pelayan menghampiri Giok Cu dan menawarkan hal yang sama. Melihat pemuda itu mengangguk, Giok Cu yang masih ingin tahu kelanjutan dari pertengkaran tadi, juga karena memang ia belum selesai makan, mengangguk. Hatinya memang mendongkol terhadap gangguan itu karena baginya tidak pada tempatnya kalau para tamu rumah makan umum harus mengalah terhadap pembesar yan manapun juga. Akari tetapi, ia tidak dapat menyalahkan pemilik rumah makan yang tentu saja takut dan tunduk terhadap pejabat setempat yang berkuasa penuh.
Kebetulan sekali, tanpa disengaja karena mereka berada dalam keadaan panik dan tegang sehubungan dengan peristiwa keributan tadi yang disusul Kunjungan rombongan Cang Tai-jin yang tiba-tiba, para pelayan itu memindahkan hidangan Giok Cu diatas sebuah meja yang bersebelahan dengan meja pemuda bercaping merah itu. Dan agaknya tanpa disengaja, mereka duduk saling berhadapan, terhalang kedua buah meja.
Ketika Giok Cu mengangkat muka memandang, ia bertemu pandang dengan sepasang mata yang amat tajam mencorong dan bagian hitam mata itu amat hitam sehingga menambah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ketajaman pandang mata itu. Sejenak saja mereka saling pandang, sinar mata mereka bertaut, kemudian pemuda bercaping merah itu tersenyum dan bangkit berdiri sambil mengangkat tangan ke depan dada dan menjura.
"Aku mohon maaf, Nona, bukan maksudku hendak bersikap kurang ajar karena berani menyapamu, akan tetapi agaknya memang nasib telah mempertemuan kita dengan peristiwa tadi. Aku Can Hong San merasa berbahagia sekali dapat bertemu dan berkenalan dengan Nona yang memiliki ilmu kepandaian tinggi."
Kalau saja kata-kata dan sikap pemuda bercaping merah itu menunjuk kekurangajaran, sudah pasti Giok Cu tidak akan sudi melayaninya. Akan tetapi, pemuda bernama Can Hong San itu bersikap amat sopan, bicaranya halus kata-katanya indah menunjukkan bahwa dia terpelajar, maka iapun merasa senang dan tidak enak kalau tidak melayani. Giok Cu bangkit berdiri pula dan membalas penghormatan orang.
"Terima kasih, Saudara Can Ho San. Engkau terlalu memuji. Namaku Giok Cu dan aku pun girang dapat berkenalan dengan engkau."
Sepasang mata yang hitam tajam itu berkilat tanda bahwa dia bergembir asekali. Hong San mengisi cawannya dengan arak, kemudian mengangkat cawan Itu sambil memandang kepada Giok Cu.
"Nona Bu Giok Cu, maukah engkau menghabiskan secawan arak bersarnak untuk menghormati perkenalan kita ini?"
Giok Cu tersenyum. Ia pun mengisi cawannya dengan anggur dan mereka berdua mengangkat cawan masing-masing sambil tersenyum dan minum isinya sampai habis.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah menurunkan kembali cawan kosong di atas meja, Hong San mengangguk hormat.
"Terima kasih, Nona Bu. Engkau sungguh berbudi dan ramah sekali, di samping gagah perkasa."
Giok Cu tersenyum, akan tetapi sama sekali tidak memperlihatkan wajah girang mendengar pujian itu. "Harap jangan terlalu memuji!"
Pada saat itu, terdengar canang dipukul dan nampaklah serombongan pasukan pengawal memasuki pintu depan rumah makan dan mereka berdiri berbaris disepanjang pintu masuk. Kepala pasukan pengawal masuk dan berseru kepada pemilik rumah makan yang menyambut tergopoh-gopoh.
"Apakah tempat pesta untuk Cang Tai-jin sudah dipersiapkan?"
"Sudah............ sudah ............... ruangan ini telah dikosongkan dan dibersihkan."
Komandan itu lalu memeriksa dengan pandang matanya yang tajam. Dia mengerutkan alisnya melihat seorang pemuda dan seorang gadis makan ruangan samping yang terhalang tembok pendek. Melihat ini, pemilik rumah makan segera menghampirinya.
"Mereka itu tamu-tamu dari luar kota yang sedang makan.
Akan tetapi sudah saya minta pindah ke ruangan samping yang tidak terpakai. Ruangan ini saya kira sudah cukup luas untuk rombongan Cang Tai-jin."
Karena pemuda dan gadis itu tidak mendatangkan kesan berbahaya, komandan itu mengangguk, lalu keluar lagi. Tak lama kemudian, terdengar bunyi kaki kuda dan roda kereta, dan sebuah kereta besar berhenti di depan rumah makan Ho-
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tin yang terkenal memiliki hidangan! lezat dan juga merupakan rumah makan terbesar di kota Siong-an. Seorang pria gendut berjenggot panjang turun dari kereta, dibantu oleh para pengawal. Usianya sekitar lima puluh tahun, dari pakaiannya mewah, pakaian seorang pembesar. Dia adalah Cang Tai-jin, kepala daerah kota Siong-an yang berkuasa di kota itu dan sekitarnya. Para pengawal Itu nampaknya amat hormat kepadanya ketika membantunya turun dari kereta, bahkan ada yang cepat berlutut membersihkan sepatu pembesar itu dari debu, menggunakan lengan bajunya!
Akan tetapi pembesar itu sendiri agaknya tergesa-gesa, mendorong para pengawal yang membantunya setelah dia berada di bawah kereta, kemudian dia sendiri menyingkap tirai kereta sambil membungkuk hormat dan berkata dengan suara merendah, "Silakan, Tai-jin, silakan turun dari kereta. Mari, pergunakan kedua tangan saya untuk berpijak." Cang Tai-jin sudah merangkap kedua tangan agar menjadi tempat berpijak bagi orang yang hendak turun, karena dari kereta ke atas tanah memang agak tinggi sehingga tanpa pijakan perantara, akan menyulitkan bagi seorang pembesar yang mengenakan pakaian kebesaran.
Sebuah kepala menguak keluar dari tirai dan nampaklah tubuh seorang pria berusia lima puluh lima tahun yang kurus tinggi, wajahnya dingin berwibawa. Melihat sikap Cang Tai-jin yang menjadi tuan rumahnya, pembesar tinggi kurus itu menggeleng kepalanya.
"Harap Cang Tai-jin jangan repot-repot, biar pengawalku saja yang mermbantuku turun." Dia lalu memberi isyarat kepada seorang pengawal yang bersama dua belas orang anak buahnya mengawal di belakang kereta itu. Komandan pengawal itu cepat berlari menghampiri dan dia membantu pembesar tinggi kurus itu turun dari kereta.
Sambil membungkuk-bungkuk penuh hormat, dengan mulut menyeringai, kini pembesar setempat yang menjadi tua rumah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu mempersilakan tamunya untuk memasuki rumah makan.
Tamunya itu disebut Liu Tai-jin (Pembesar Liu) yan berpangkat lebih tinggi dan datang dari kota raja, melakukan tugasnya sebaga utusan jaksa Tinggi di kota raja untuk melakukan inspeksi dan penyelidikan terhadap para pejabat di daerah. Semua pejabat sudah mendengar bahwa Jaksa Tinggi mengutus seorang petugas melakukan penyelidikan di sepanjang Sungai Kuning, maka tentu saja setiap kali datangi sebuah kota, dia disambut nn dielu-elukan oleh para pejabat daerah. Apalagi tugasnya itu sungguh amat mendatangkan rasa takut dalam hati para pejabat.
Ketika dua orang pembesar ini memasuki ambang pintu, mereka disambut oleh pemilik rumah makan dan semua karyawannya. Yang disambut adalah Cang Tai-jin, karena mereka semua tentu saja ikut kepada kepala daerah ini.
"Selamat datang, Cang Tai-jin yang dia......... !" seru pemilik rumah makan itu, diikuti oleh para karyawannya dan icreka semua berlutut, seperti menghadap seorang kaisar saja Melihat penyambutan ini, sejenak Cang Tai-jin tersenyum menyeringai dengan girang, akan tetapi segera dia tergopoh-gopoh berkata.
"Jangan memberi hormat kepadaku saja! Hayo cepat kalian sambut dengan penuh kehormatan kepada Liu Tai-jin dari kota raja ini!"
Melihat sikap pembesar setempat itu demikian hormatnya kepada tamunya, pemilik rumah makan dan para karyawannya terkejut, maklum bahwa tentu pembesar tinggi kurus yang disebut Liu Tai-jin itu lebih tinggi pangkatnya.
"Selamat datang, Liu Tai-jin yang mulia............!" Mereka berseru dan kini mereka memberi hormat kepada Liu T-jin.
Pembesar tinggi kurus itu menggerakkan tangan kanannya dengan sikap tak sabar. "Sudahlah, kalian bangkitlah bekerja!"
katanya. Pemilik rumah makan dan para karyawannya segera
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bangkit dan dua orang tamu agung itu persilakan duduk di tempat kehormatan. Sebuah kereta ke dua muncul dan turunlah sepuluh orang gadis cantik dengan pakaian warna-warni, mereka masuk diikuti oleh serombongan penabuh musik.
Segera tempat itu penuh dengan bau harum yang keluar dari pakaian para penari dan penyanyi itu, dan tak lama kemudian, setelah semua pemain musik dan gadis penghibur itu memberi hormat kepada dua orang pejabat tinggi, terdengar suara musik mengiringi nyanyian dan tarian para gadis itu.
Pesta pun dimulai, hidangan lezat yang masih mengepul panas dikeluarkan dan dua orang pembesar itu mulai makan minum sambil menoton tarian lemah gemulai dan nyanyian yang merdu merayu. Suasana menjadi gembira sekali. Para pasukan pengawal menjaga tempat itu dengan ketat, bahkan orang-orang yang menonton di luar rumah makan, diusir pergi.
Tamu-tamu baru hanya diperkenankan masuk melalui pintu samping yang langsung menuju ke ruangan samping di mana Giok Cu dan Hong San masih duduk. Mereka sudah selesai makan, akan tetapi memperpanjang waktu duduk mereka dengan memesan tambahan minuman dan makanan kecil.
Sejak tadi, kedua orang muda ini nonton pertunjukan yang mereka anggap amat menarik itu. Para penyanyi dan penarinya, selain cantik-cantik, juga pandai. Mereka adalah gadis-gadis penghibur yang paling terkenal, didatangkan Cang Tai-jin dari lain kota dengan bayaran mahal.
Tiba-tiba pemuda bercaping lebar tertawa lirih sehingga Giok Cu menengok dan memandang kepadanya. Pemuda itu sedang memandang ke arah dua orang pembesar, dan seolah-olah dia tahu bahwa suara tawanya itu menarik perhatian Giok Cu, karena dia segera berkata "Nona Bu, lihat, bukankah pembesar gendut itu sungguh merupakan seorang penjilat besar" Orang sekitarnya bersikap hormat dan menjilat kepadanya, dan lihai sikapnya ketika menemani dan melayani
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pejabat tinggi kurus itu. Menjilat-jilat yang berlebihan sekali!"
Kembali Ho San tertawa lirih dan melanjutkan. "Dia seperti seekor babi gemuk yang mendengus-dengus, ha-ha!"
Giok Cu juga tersenyum geli. Mereka berani bicara lirih karena kegaduhan dan nyanyian itu membuat mereka dapat leluasa bicara tanpa khawatir terdengar dua orang pembesar itu.
"Hemmm, orang yang suka menjilat ke atas biasanya suka pula menginjak ke bawah. Contoh seorang pembesar yan korup dan sewenang-wenang mengandalkan kekuasaannya!"
Giok Cu berkata dengan sikap muak membayangkan sikap sebagian besar pembesar yang wataknya seperti itu.
"Aku ingin sekali melihat mereka semua itu telanjang!"
Hong San kembali tertawa. Giok Cu memandang kepadanya dengan alis berkerut. "Telanjang" Apa maksudmu?" la curiga kalau-kalau pemuda yang mendatangkan rasa kagum dalam hatinya itu ternyata hanya seorang pemuda hidung belang dan kata-katanya tadi dimaksudkan untuk melihat para gadis penghibur itu telanjang!
"Ya, bertelanjang bulat! Ha-ha, tentu lucu sekali melihat pembesar itu telanjang bersama pengawalnya dan para karyawan rumah makan. Mereka hanya merupakan sekumpulan orang telanjang, seperti babi-babi yang tidak ada perbedaannya, hanya gemuk dan kurus tentu saja, akan tetapi tak seorang pun tahu mana pembesarnya, mana pengawal dan mana pula pelayan rumah makan! Aku berani bertaruh, tak seorang pun yang akan tahu perbedaannya!"
Giok Cu tertawa. Kiranya itu yang dimaksudkan pemuda yang gembira itu "Aku tahu perbedaan antara mereka kalau mereka ditelanjangi!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong San menghentikan tawanya tiba-tiba saja dan mukanya berubah aneh seperti orang marah. "Eh" Engkau tahu perbedaannya?" tanyanya, dan matanya penuh rasa penasaran, Giok Cu tidak melihat perubahan ini dan ia pun menjawab sambil tersenyum.
"Si Pejabat akan memaki-maki dan mengancam yang menelanjangi, pengawalnya akan mencak-mencak dan mengamuk, sedangkan karyawan itu hanya akan menangis dan minta ampun."
Berubah pula pandang mata Hong San dan kini dia tertawa bergelak sehingga Giok Cu menoleh ke ruangan tengah, khawatir kalau suara ketawa itu akan mengganggu pesta pembesar.
"Ha-ha-ha, engkau benar, Nona Bu, Akan tetapi itu pun karena mereka masih mengenakan pakaian ke dua, yaitu!
kedudukan dan pangkat. Coba kalau pada suatu hari pembesar itu dipecat dan seorang karyawan diangkat menggantikan pangkatnya, tentu keadaannya menjadi terbalik pula. Ha-ha-ha!"
Giok Cu tertawa pula dan mengangguk. la teringat akan wejangan yang pernah di dengarnya dari gurunya yang ke dua, yaitu Hek-bin Hwesio. Pendekar Sakti itu pernah bicara tentang penghormatan yang dilakukan orang pada umumnya dengan menceritakan sebuah peristiwa. Seorang pemuda meninggalkan kampungnya sampai bertahun-tahun dan dia berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Pada suatu hari, dia pulang ke kampungnya dan sengaja mengenakan pakaian biasa, pakaian petani sederhana eperti ketika dia berangkat dan dikunjungilah seorang sahabatnya. Sahabat ini menerimanya dengan acuh, bahkan sikapnya menghina seolah kedatangannya itu hanya mengganggu saja, dan ada kecurigaan kalau-kalau dia datang untuk berhutang! Sikap sahabatnya ini membuat dia penasaran dan dia pun pergi.
Beberapa hari kemudian dia datang kembali, sekarang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengenakan pakaian indah dan serba mahal, serba baru.
Seketika sikap sahabatnya itu berubah. Dia diterima dengan ramah,dipersilakan duduk dan dijamu hidangan yang enak!
Pemuda itu lalu menanggalkan baju dan sepatunya, menggantungkan baju di kursi, menaruh sepatu di meja dan dia pun dengan sikap hormat mempersilakan baju dan sepatu itu untuk makan minum. Sahabatnya menegur sikapnya yang aneh ini dan dia menjawab, "Bukankah yang kauhormat itu pakaian dan sepatuku" Bukan diriku yang kausuguh hidangan, melainkan pa kaian dan sepatuku inilah!"
Demikianlah cerita gurunya itu dan ia pun mengerti.
Penghormatan yang kita lakukan ini, yang disebut kebiasaan umum, sesungguhnya hanyalah merupakan pemujaan terhadap benda, kekuasaan kedudukan mulia, kecantikan, kepandaian dan sebagainya. Bukan manusianya yang dihormati, melainkan yang melekat pada si manusia pada saat itu. Seorang pembesar dihormat sampai berlebihan karena kedudukannya yang tinggi, kekuasaannya yang besar, karena si penghormat ini memiliki pamrih, karena si penghormat ini dikuasai oleh daya rendah dan nafsu. Namun, begitu si pembesar kehilangan kedudukan dan kekuasaannya, maka penghormatan itu pun akan lenyap dengan sendirinya!
Karena itu, bagi seorang bijaksana, tidak akan silau oleh segala kelebihan lahiriah itu, tidak akan menjilat dan memuja orang yang kebetulan memiliki kelebihan lahiriah. Juga dia tidak akan mabuk oleh kelebihan lahiriah kalau kebetulan dia yang memiliki, karena semua itu hanya sementara saja, tidak abadi. Kasih sayang antar manusia bukan kasih sayang yang terdorong oleh kelebihan lahiriah, melainkan kasih sayang antara manusia itu sendiri. Jauh lebih baik miskin lahiriah namun kaya batiniah daripada miskin batiniah kaya lahiriah, walaupun tentu saja sebaiknya adalah kaya akan kedua-duanya. Dalam arti kata, secara lahiriah, dia memiliki kedudukan yang baik dan kehidupan yang serba cukup, juga secara batiniah dia memiliki kasih sayang terhadap semua manusia, berbudi baik dan selalu mentaati petunjuk Tuhan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Segala yang nampak gemerlapan, seperti kepandaian, kecantikan, kekayaan atau kedudukan, semua itu dapat lenyap. Pemujaan terhadap semua itu hanya menunjukkan ketamakan karena dorongan nafsu. Pemujaan dari orang lain, terhadap diri kita yang sedang ada kelebihan lahiriah adalah palsu. Pemujaan dan penjilatan itu sewaktuk-waktu dapat berubah menjadi kebencian. Oleh karena itu, siapa berpegang kepada kelebihan lahiriah untuk mendapatkan kebahagiaan, takkan pernah berhasil. Yang didapatkan melalui nafsu hanyalah kesenangan, dan kesenangan adalah saudara kembar kesusahan yang setiap waktu akan menggantikan kedudukan saudara kembarnya.
Manusia itu sama, dalam arti kata sama-sama sempurna sebagai ciptaan Tuhan, sama-sama menerima berkah berlimpah dari Yang Maha Kasih. Yang berbeda itu hanyalah pakaian, termasuk kebudayaan, tradisi, agama, pangkat kedudukan, harta, kulit dan sebagainya. kalau kulit pembungkus tubuh dan daging sudah rusak habis oleh kematian, apa yang tinggal" Kerangka dan tengkorak. Sama pula, tidak ada lagi yang cantik atau yang buruk, yang kaya atau yang miskin. Yang tinggal berbeda mungkin hanya bentuk nisan kuburannya!
Giok Cu semakin tertarik kepada pemuda yang selain tampan dan memiliki ilmu kepandaian tinggi, ternyata juga halus tutur sapanya dan luas pula pandangannya itu.
Sebaliknya, Hong San kini sudah tergila-gila benar kepada Giok Cu. Belum pernah dia bertemu dengan seorang gadis seperti Giok Cu. Biarpun dia hanya mencuri-curi pandang, dia sudah melihat jelas betapa gadis itu lincah jenaka, gembira dan penuh gairah hidup, wajahnya demikian cantik jelita dan manis, dengan dandanan yang rapi dan pantas walaupun tidak terlalu pesolek. Memang sejak menjadi murid Hek-bin Hwesio, Giok Cu tidak begitu pesolek lagi seperti ketika ia masih menjadi murid Ban tok Mo-li. Kini pakaian dan dandanan rambutnya rapi dan segalanya nampak bersih, namun cukup sederhana, tidak mewah.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
oooOOooo Tiba-tiba Hong San memberi isyarat kepada Giok Cu untuk mendengarkan. Mereka berdua mengerahkan tenaga kearah pendengaran mereka yang menjadi peka sekali sehingga mereka dapat mendengarkan percakapan antara kedua orang pembesar itu.
"Ha-ha-ha, kami merasa terhormat dan gembira sekali menerima kunjungan Liu Taijin. Seperti Tai-jin lihat, keadaan di sini baik-baik saja, semua pekerjaan berjalan dengan lancar dan kami selalu berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan pemerintahan yang baik," antara lain Cang Tai-jin berkata dengan menyeringai, sikapnya merendah dan menjilat.
Wajah yang dingin dari Liu Taijin tidak berubah, akan tetapi matanya menatap tajam wajah tuan rumah, lalu terdengar dia berkata, "Akan tetapi bagaimana dengan pelaksanaan pengumpulan tenaga kerja untuk melancarkan jalannya pembangunan terusan, Cang Tai-jin?"
"Ah, hal itu juga terjadi dengan lancar dan baik-baik saja.
Bukankah kami telah mengirim ribuan orang pekerja dari daerah kami ini ke tempat pembangunan terusan" Kami sudah membantu banyak..........."
"Lalu apa artinya berita yang kami terima tentang pemaksaan tenaga kerja, penekanan dan uang tebusan bagi mereka yang mampu membayar agar terbebas dari tenaga paksaan?" Kini sepasang mata pembesar tinggi kurus dari kota raja itu menatap wajah tuan rumah penuh selidik. Sejenak wajah Si Pembesar Gendut itu berubah agak pucat, akan tetapi dia lalu membungkuk-bungkuk dan menyeringai lebar, lalu berkata lebih lirih.
"Aih, Liu Taijin yang mulia, tidak perlu mempercayai kabar angin seperti itu! Tidak pernah terjadi hal demikian. Memang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ada beberapa orang yang kami hukum, akan tetapi mereka itu memang membandel dan memberontakt menghasut penduduk agar tidak membantu pemerintah. Padahal, karmiselalu menyerahkan uang bagi mereka yang menjadi sukarelawan membangun terusan, sesuai dengan perintah atasan kami di kota raja."
"Hemmmmm............. mudah-mudahan saja benar apa yang engkau katakan itu, Cang Taijin," kata Liu Taijin, sikapnya tetap dingin seperti juga wajahnya.
"Aih, Liu Taijin tentu lebih percaya kepada laporan saya daripada lapor an orang-orang yang tidak suka kepada saya bukan" Kami percaya atas kebijaksanaan Liu Taijin agar kelak melaporkan ke kota raja bahwa semua tugas sudah kami laksanakan dengan sebaiknya. Untuk kebaikan hati Liu Taijin ini, kami tentu tidak akan melupakannya. Liu Taijin, sekarang juga kami telah menyediakan bekal untuk Taijin dalam perjalanan pulang, disertai pula dua orang teman seperjalanan yang masih gadis dan merupakan kembang dari seluruh gadis penghibur di daerah kami. Silakan Taijin melihat dan berkenalan dengan mereka!' Berkata demikian, Cang Taijin lalu memberi isyarat kepada seorang pengawalnya. Pengawal ini cepat keluar dari rumah makan dan tidak lama kemudian dia pun kembali mengantar dua orang gadis yang berusia antara lima belas dan delapan belas tahun, berwajah cantik berkulit putih mulus. Selain dua orang gadis itu, ada empat orang pengawal menggotong sebuah peti yang kelihatan berat.
Cang Taijin menyuruh dua orang gadis itu duduk di atas bangku di kanan kiri Liu Taijin. Sebagai dua orang gadis hiburan yang terlatih baik, walaupun mereka masih gadis, dua orang itu dapat menyuguhkan arak dan menyumpitkan daging dengan gaya yang manis memikat. Kemudian, Cang Taijin menyuruh Pengawal membuka tutup peti dan nampaklah barang-barang yang amat berharga di dalam peti itu, bongkahan-bongkahan emas dan perak, juga gulungan sutera
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dan perhiasan yang serba mahal, hanya sebentar saja peti itu dibuka, lalu ditutup kembali.
Liu Taijin mengelus jenggotnya, tersenyum dingin biarpun diapit dua orang gadis yang hangat. "Hemmm, apa artinya pemberian ini, Cang Taijin" Apa yang telah kulakukan maka engkau memberi hadiah sebanyak ini?"
Cang Taijin menyeringai. "Aih, Taijin yang mulia.
Sumbangan ini tidak ada harganya kalau dibanding dengan jasa Taijin membuat laporan yang baik ke kota raja tentang pekerjaan saya. Biarlah kelak saya berkesempatan untuk dapat menghaturkan sumbangan yang lebih banyak."
Liu Taijin mengangguk-angguk para gadis penghibur melanjutkan tarian dan nyanyian mereka, pesta pora dilanjutkan. Karena merasa tidak enak kalau terlalu lama duduk di ruangan samping akhirnya sebelum dua orang pejabat tinggi itu mengakhiri pesta mereka, Giok Cu memanggil pelayan untuk membayar harga makannya.
"Biarlah saya yang membayarnya sekalian, Nona, tentu saja kalau Nona tidak berkeberatan, sebagai tanda perkelan kita. Hei, pelayan, hitunglah semua harga hidangan kami berdua!" kata Hong San.
Giok Cu tersenyum. "Hemm, agaknya engkau meniru pembesar gendut itu!" Hong San juga tertawa, akan tetapi dia membayar harga makanan dan minuman kedua meja itu kepada pelayan, kemudian, seperti dengan sendirinya dan sewajarnya, mereka keluar dari tempat itu bersama. Setelah tiba di luar rumah makan, Hong San berkata lirih.
"Nona Bu, aku ingin menghadang kereta pembesar kurus itu di luar kota dan menyerangnya. Bagaimana pikiranmu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu terkejut dan memandang kepada pemuda itu dengan heran. "Sungguh aneh sekali! Aku pun mempunyai niat demikian! Bagaimana jalan pikiran kita dapat sama?"
Hong San tersenyum gembira. "Ini namanya bahwa kita memang berjodoh untuk menjadi sahabat baik dan bekerjasama!"
Giok Cu merasa betapa jantungnya berdebar dan mukanya terasa panas rnendengar ucapan itu, akan tetapi karena sikap pemuda itu sopan, ia pun segera mengalihkan percakapan.
"Ingin aku mengetahui, untuk apa engkau menghadang dan menyerangnya?"
Hong San adalah putera kandung di murid Cui-beng Sai-kong, seorang datuk besar dunia hitam, namun dia Cerdik bukan main dan dia tahu bahwa kepada seorang wanita seperti Giok Cu yang agaknya seorang pendekar wanita dia harus mampu menggunakan kedok seorang budiman. "Nona, peti hadiah itu berisi emas, perak dan barang berharga. Tidak pantas dan sayang sekali kalau barang berharga itu jatuh ke tangan pembesar pemakan sogokan seperti dia! Itu tentulah harta hasil korupsi, hasil pemerasan para pembesar itu dari rakyat. Maka, aku akan merampas peti itu Nona."
Giok Cu mengangguk-angguk. "Akan tetapi aku hendak menghadangnya untuk membebaskan dua orang gadis yang di hadiahkan tadi."
"Tapi........., tapi gadis-gadis macam itu untuk apa dibebaskan" Bukankah mereka tadi kelihatan begitu jinak dan bahkan melayani pembesar kota raja itu dengan gembira?"
"Aih, engkau seorang laki-laki, tentu lak dapat melihat dengan jelas. Biarpun mereka melayani, namun mereka itu terpaksa dan takut kepada pembesar gendut. Aku melihat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
betapa mata dan bibir mereka menahan derita yang hebat.
Aku akan membebaskan mereka."
"Kalau begitu, kita dapat bekerjasama, Nona. Kita robohkan dulu para pengawalnya, kemudian kita serbu kereta, engkau membebaskan dua orang gadis itu dan aku merampas peti."
"Baiklah, akan tetapi, kalau boleh aku bertanya, mau kaupakai apakah harta dalam peti itu?" Giok Cu bertanya sambil lalu, padahal di dalam hatinya dara ini ingin sekali tahu mengapa pemuda yang dikaguminya itu hendak merampas peti berisi harta itu.
Dengan cerdik Hong San yang semakin yakin bahwa Giok Cu adalah seorang pendekar wanita, menjawab seperti sudah sewajarnya. "Untuk apa" Tentu saja untuk kukembalikan ke rakyat jelata! Harta itu akan kubagikan kepada rakyat miskin di dusun-dusun!"
Dengan hati girang sekali Hong melihat betapa gadis perkasa yang cantik jelita dan manis itu memandang kepadanya dengan sinar mata kagum, seperti sudah saling bersepakat keduanya lalu menanti sambil bersembunyi, pura-pura berjalan-jalan di sepanjang jalan raya itu, namun mereka selalu memperhatikan ke arah kereta yang berhenti di depan rumah makan.
Tak lama kemudian, saat yang mereka nanti-nantikan pun tiba. Nampak Taijin yang kurus itu naik ke atas kereta bersama dua orang gadis yang telah dihadiahkan kepadanya, dan peti pun dinaikkan ke atas kereta. Cang Tai-jin yang gendut menyeringai dan membungkuk-bungkuk mengantar tamunya naik kereta, akan tetapi dia sendiri tidak naik kereta itu.
Pasukan pengawal yang tiga belas orang banyaknya, pengawal dari Kota raja yang rata-rata nampak gagah-gagah menjadi dua, sebagian mengawal di depan kereta, sebagian lagi di belakang kereta. Mereka semua menunggang kuda yang besar, dan kereta itu sendiri ditarik oleh empat ekor kuda.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Berangkatlah kereta yang dikawal ketat itu meninggalkan rumah makan, diantar lambaian tangan Cang Tai-jin.
Melihat kereta itu menuju ke pintu gerbang kota sebelah utara, Giok Cu dan Hong San lalu cepat mengambil jalan memotong, mendahului rombongan itu keluar dari pintu gerbang utara. Setelah tiba di luar kota dan melalui jalan raya yang tidak begitu ramai, mereka lalu mengerahkan kepandaian dan berlari cepat, mengambil jalan kecil melewati sawah ladang agar tidak menarik perhatian orang yang berlalu-lalang di jalan raya. Akan tetapi mereka menanti sampai kereta itu muncul, dan dari jauh mereka membayangi kereta yang dilarikan cepat menuju ke utara, memasuki daerah berhutan dan lalu lintas jalan raya itu mulai sunyi.
Setelah rombongan pembesar itu mu masuki hutan, dua orang muda itu pun berlari cepat melakukan pengejaran mengambil keputusan untuk turun tangan setelah kereta tiba di hutan, atau yang sudah agak jauh dari jalan yang ramai.
Tiba-tiba mereka berdua terkejut karena mendengar suara pertempuran depan. Mereka segera mempercepat lari mereka dan ternyata kereta itu telah dikepung oleh belasan orang dan sudah terjadi pertempuran antara para pengepung yang berpakaian macam-macam melawan tiga belas orang pengawal. Sedangkan kusir kereta yang sudah turun, berusaha menenangkan empat ekor kuda di depan mereka itu.
Tentu saja kedua orang muda itu menjadi terkejut dan juga terheran-heran membuat mereka meragu karena mereka tidak mengenal siapa belasan orang yang melakukan penyergapan terhadap rombongan pembesar itu. Karena mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, maka Giok Cu dan Hong San hanya menonton saja. Kini mereka baru melihat bahwa pembesar itu agaknya seorang yang amat penting, karena pasukan pengawal yang berkuda itu sungguh tangguh. Mereka itu pandai menunggang kuda, dan pandai pula menggerakkan pedang mereka dari atas kuda sehingga beasan orang yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengepung itu menjadi kewalahan dan kocar kacir. Para penyerang itu diterjang kuda yang besar, dan pedang yang bergerak cepat lagi kuat. Namun, dua orang muda itu pun dapat melihat bahwa belasan orang penyerang itu bukanlah orang-orang biasa, melainkan rata-rata memiliki ilmu silat yang baik.
"Ini kesempatan baik," tiba-tiba Hong San berkata kepada Giok Cu. "Selagi para pengawal menghadapi orang-orang itu, kita turun tangan. Kaubebaskan dua orang gadis itu dan aku akan mengambil peti itu! Dan kita bunuh saja pembesar korup tukang makan sogokan itu!"
"Jangan............!" Tiba-tiba Giok Cu berkata agak ketus sehingga mengejutkan hati Hong San. "Tidak boleh membunuhnya!" Memang semenjak menjadi murid Hek-bin Hwesio selama lima tahun Giok Cu sudah mendapat gembleng batin dari hwesio itu sehingga ia tid merasa tega untuk membunuh orang. Gurunya itu menanamkan perasaan kasih sayang di dalam hatinya terhadap semua orang, dan yang ia tentang hanyalah perbuatan jahat, bukan orangnya.
Maka, ia mau memberi hajaran kepada orang jahat agar orang itu bertobat dan tidak berani melakukan kejahatan lagi, bukan membunuhnya karena benci kepada orangnya.
Hong San tersenyum, dan mengangguk. Dia mulai mengenal watak gadis itu. Gagah perkasa, cantik jelita, riang jenaka, pemberani akan tetapi juga berbudi luhur! "Mari kita bergerak!" katanya setelah mengangguk menyetujui.
Bagaikan dua ekor burung garuda, Hong San dan Giok Cu meloncat seperti melayang saja, menuju ke arah kereta yang kini tidak terlindung karena tiga belas orang pengawal sibuk menghadapi pengeroyokan belasan orang itu. Akan tetapi pada saat itu, dari lain jurusan berkelebat pula bayangan orang yang tidak kalah cepat dan ringannya dibandingkan dua orang muda itu. Baru saja Giok Cu dan Hong San tiba di dekat kereta, terdengar bentakan nyaring
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Perampok-perampok jahat!" Dan muncullah seorang pemuda yang bertubuh tinggi besar, kokoh kuat dan tampan gagah. Mendengar bentakan ini dan melihat munculnya seorang pemuda yang gagah perkasa, Giok Cu dan Hong San terkejut. Saat itu dipergunakan oleh pemuda tinggi besar untuk berseru kepada kusir kereta.
"Kenapa engkau tidak cepat melarikan kereta ini, menyingkir dari sini, menyelamatkan majikanmu dan minta bantuan pasukan" Hayo cepat larikan kereta, biar aku menahan para perampok!"
Barulah kusir itu tergopoh-gopoh naik ke atas keretanya dan melarikan empat ekor kuda yang menarik kereta. Kereta bergerak ke depan dengan cepatnya.
"Heiii, tinggalkan peti itu!" Hong San berteriak dan hendak mengejar, akan tetapi pemuda tinggi besar itu telah menghadangnya dengan mata menyam tajam.
"Sayang, begini tampan dan gagah menjadi perampok!"
katanya. Melihat pemuda tinggi besar itu menghadang, dan mengeluaran kata ejekan, mengatakan dia perampok, hati Hong San menjadi panas sekali.
"Engkau penjilat pembesar korup bentaknya dan tangan kanannya mengirim hantaman ke arah muka lawan dengan pengerahan tenaga yang dahsyat. Karena dia dapat menduga bahwa pemuda tinggi besar ini tentu lihai sekali, mungkin seorang jagoan dari kota raja yang bertugas melindungi Liu Tai-jin, maka dia pun begitu menyerang sudah mengerahkan tenaga saktinya sehingga dalam hantamannya itu terkandung kekuatan dasyat yang dapat menghancurkan batu padas!
Namun, pemuda yang diserangnya it sama sekali tidak menjadi gugup, bahkan dia pun memutar lengan kirinya menangkis. Melihat lawannya menangkis Hong San sudah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
merasa girang karena jarang ada yang mampu
mempertahankan tenaga pukulannya, maka lawan yang menangkis itu tentu akan patah tulang tangannya atau setidaknya akan terpental atau roboh terbanting. Akan tetapi, tidak demikianlah dugaan Giok Cu. Gadis ini melihat betapa kedudukan kaki pemuda tinggi besar itu kokoh kuat, dan betapa sikapnya yang tenang itu membayangkan kekuatan dahsyat, maka dengan hati berdebar ia menanti bagaimana kelanlajutan adu tenaga antara Hong San yang juga belum diketahuinya benar tingkat kepandaiannya, dengan pemuda tinggi besar itu. Wajah pemuda tinggi besar yang tampan gagah itu seperti wajah yang tidak asing baginya, namun ia sama sekali tidak dapat mengingat di mana ia pernah bertemu dengan pemuda itu. Mungkin seorang di antara tamu gurunya yang pertama, yaitu Ban-tok Mo-li. Seorang teman Ban-tok Mo-li sudah pasti bukan orang baik-baik, dan tidak aneh kalau menjadi jagoan pengawal seorang pembesar koruptor besar yang kaya raya.
"Dukkk!" Dua buah lengan bertemudan tubuh Hong San terhuyung kebelakang, sedangkan tubuh pemuda tinggi besar itu tetap kokoh, sama sekali tidak terguncang! Hal ini amat mengejutkan Hong San. Dia tadi merasa betapa lengannya bertemu dengan lengan yang bagaikan baja kuatnya, dan tenaganya menyambut tenaga pukulannya juga amat dahsyat sehingga dia tidak mampu la mempertahankan kedua kakinya sehingga terhuyung ke belakang. Marahlah Hong San dan dia pun mencabut pedang dengan tangan kanannya.
Giok Cu juga melihat adu tenaga itu dan ia hanya menganggap bahwa mungkin tenaga Hong San belum begitu kuat. Dan melihat betapa dalam adu tenaga itu Hong San terhuyung ke belakang, ia pun menganggap bahwa lawan itu agaknya lebih lihai dari Hong San. Akan tetapi masih ingin melihat bagaimana kalau Hong San menyerang dengan pedangnya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Singgggg.............!" Pedang di tangan Hong San berubah menjadi sinar menyambar dahsyat, lalu sinar pedang itu bergulung-gulung bagaikan ombak samudera menerjang ke arah lawannya. Barulah Giok diam-diam terkejut dan kagum.
Ilmu pedang Hong San ternyata amat hebat. Bukan sembarang orang dapat men gerakkan pedang seperti itu, dan tentu tadi pun Hong San telah mengerahkan sinkang yang kuat. Mulailah Giok Cu menduga bahwa jagoan muda yang melindungi pembesar korup itu tentu memiliki kepandaian yang hebat pula.
Karena pemuda tinggi besar itu tidak memegang senjata, maka dia lalu melolos sabuknya yang terbuat dari sutera putih.
Pada saat itu, setelah berloncatan dengan gerakan yang aneh seperti gerakan orang mabuk terhuyung-huyung nampak selalu dapat menghindarkan diri dari sambaran gulungan sinar pedang, sinar pedang ditangan Hong San mencuat dengan sinar menyilaukan mata mengejar tubuh lawan dan menusuk ke arah perut. Pemuda tinggi besar itu meloncat kebelakang dan ketika pedang itu mengejar cepat, tiba-tiba nampak sinar putih meluncur ke depan menangkis pedang.


Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Takkk.........!" Pedang itu pun terpental dan Hong San membelalakkan matanya. Sabuk sutera putih itu tadi menangkis pedangnya dan berubah menjadi keras seperti logam yang kuat. Tanulah dia bahwa lawannya memang lihai bukan main, merupakan seorang lawan yang memiliki tenaga sin-kang yang amat kuat. Maka dia pun cepat mencabut sulingnya dengan tangan kiri dan kini dia menyerang lawan kalang kabut dengan pedang di tangan kanan dan suling di tangan kiri!
Namun, sabuk sutera putih itu lihai bukan main gerakannya.
Kadang-kadang menjadi keras, kadang-kadang menjudi lemas dan suatu saat, suling di tangan kiri Hong San hampir dapat terampas karena sudah terlibat ujung sabuk yang imat kuat.
Terpaksa Hong San membacokkan pedangnya ke arah sabuk yang nenegang itu dan dia berhasil melepaskan libatan sabuk
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dari sulingnya. Akan tetapi kini lawannya memutar sabuknya dan sabuk itu bagaikan berubah menjadi seekor naga yang melayang-layang dan menyambar-nyambar dari sega jurusan ke arah Hong San. Pemuda itu menjadi sibuk sekali mengelak atau menangkis dengan pedang dan sulingnya, dan dia pun terdesak. Hong San semakin kaget dan juga penasaran sekali.
Dia memutar kedua senjatanya sehingga tidak lagi terdesak walaupun dia jarang mendapat kesempatan untuk balas menyerang walaupun senjatanya dua buah.
Melihat perkelahian itu, Giok Cu menjadi kagum bukan main. Kiranya sahabat atau kenalan barunya itu lihai bukan main dengan pedang dan sulingn Tingkat kenalan baru itu agaknya tidak berada di sebelah bawah tingkat kepandaiannya sendiri. Namun, lawannya yang tinggi besar itu ternyata tidak kalah lihainya. Dengan sabuk suteranya, pemuda tinggi besar itu merupakan seorang lawan yang amat tangguh. Maka, tanpa banyak cakap lagi ia pun mencabut senjatanya dan melompat ke dalam kalangan pertempuran itu untuk membantu Hong San. Melihat gadis ini meloncat dekat, Hong San berseru, "Jangan, dia lihai sekali, engkau dapat celaka nanti!"
Seruan ini penuh ketulusan hati, tanda bahwa Hong San amat menyayang Giok Cu, khawatir kalau gadis yang telah menjatuhkan hatinya itu terluka oleh lawan yang lihai itu.
Mendengar seruan itu, untuk kedua kalinya jantung dalam dada Giok Cu berdebar. Ia dapat menangkap apa yang tersembunyi di balik ucapan itu. Hong San sendiri kewalahan dan terdesak lawan, namun dia melarang ia maju. Hal ini membuktikan betapa pemuda bercaping merah itu amat memperhatikan dan mengkhawatirkan dirinya! Tanpa banyak cakap lagi, tanpa menjawab ucapan Hong San, Giok Cu sudah menerjang dengan pedangnya ke arah pemuda tinggi besar.
Pemuda itu sedang mendesak Hong San dan tiba-tiba dia merasa ada angin dahsyat menyambar diikuti suara mencuit nyaring dan melihat ada sebatang pedang mencuat dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
meluncur masuk di antara lingkaran sinar sabuknya! Ketika sabuknya menyentuh pedang itu, sabuknya terpukul mundur, seolah-olah seekor ular yang merasa ngeri berdekatan den alat pemukul! Dia terkejut, apalagi ketika pedang yang tumpul, tidak tajam tidak runcing itu meluncur ke arah lehernya!
Terpaksa dia melempar tubuh ke belakang, lalu melakukan gerak bergulingan ke belakang. Ketika dia bangkit kembali, dia sudah memegang sebatang kayu cabang pohon yang didapatkan di atas tanah, dan sabuk itu sudah disimpannya kembali. Kiranya, menghadapi dua orang lawan yang amat lihai itu, pemuda tinggi besar ini telah mengganti sabuknya dengan sebatang tongkat.
Hong San terkejut dan girang melihat kelihaian Giok Cu!
Semangatnya bangkit kembali. Dia tadi tahu bahwa seorang diri saja, amat terlalu sukarlah, baginya untuk dapat mengalahkan lawannya. Akan tetapi, melihat betapa serangan pedang di tangan Giok Cu membuat lawan seperti terkejut dan kewalahan, bahkan kini berganti senjata, dia menjadi gembira sekali dan bersama Giok Cu, dia pun cepat mendesak ke depan dan menghujankan serangan kepada lawannya.
Kini pemuda tinggi besar itu menggerakkan tongkatnya dan sungguh aneh, gerakannya ganjil sekali, kacau balau dan seperti orang mabuk saja. Tubuhnya terhuyung ke sana-sini, bahkan seperti kadang-kadang hendak jatuh. Hebatnya, semua gerakan aneh itu dapat membuat tubuhnya bukan saja terhindar dari hujan serangan dua orang lawannya, bahkan ujung tongkatnya masih sempat melakukan serangan balasan yang cukup ampuh, membuat Hong San dan juga Giok Cu terpaksa meloncat mundur dengan kaget.
Sementara itu, para penyerang tadi juga terdesak hebat oleh tiga belas orang pengawal berkuda. Beberapa orang di antara para penyerbu itu sudah roboh terluka. Akan tetapi tiba-tiba terdengar sorak sorai dan muncullah sedikitnya lima puluh orang, berlarian ke tempat itu dengan segala macam senjata di tangan. Mereka adalah orang-orang yang pakaiannya
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bermacam-macam, akan tetapi sebagian dari mereka, yang terbanyak, dapat dikenal dari pakaiannya bahwa mereka adalah suku bangsa Hui. Dengan senjata di tangan, mereka menyerbu dan mengamuk sehingga tiga belas orang pengawal itu tentu saja terkejut dan terdesak!
Melihat ini, pemuda tinggi besar yang tadi dikeroyok oleh Giok Cu da Hong San, tiba-tiba membuat gerakai melompat jauh meninggalkan dua orang lawannya, mendekati para pengawal lalui berseru dengan suara nyaring. "Kalian tidak lekas pergi mau tunggu mati" Cepat pergi susul majikan kalian dan lindungi dia!"
Para pengawal itu seperti diingatkan bahwa kereta yang membawa Liu Taijin sudah sejak tadi pergi maka kini mendengar seruan pemuda tinggi besar itu, mereka lalu membalikkan kuda dan melarikan diri. Tiga orang teman mereka yang roboh dan tewas terpaksa mereka tinggalkan.
Para penyerbu itu tidak dapat melakukan pengejaran karena mereka tidak mungkin dapat menyusul lawan yang berkuda.
Maka, kini semua kemarahan mereka tumpahkan kepada pemuda tinggi besar yang lihai itu. Akan tetapi, di antara suara riuh rendah mereka, tiba-tiba seorang di antara orang-orang Hui itu berteriak.
"Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning)!! Dia Huang-ho Sin-liong..............!"
Teriakan ini membuat semua orang menghentikan gerakan mereka yang hendak mengeroyok pemuda tinggi besar itu.
Mereka terkejut mendengar disebutnya nama julukan ini, sebuah nama julukan yang baru muncul akan tetapi sudah menggemparkan karena sepak terjang Huang-ho Sin-liong amat mengejutkan bagaikan seekor naga sakti yang turun dari angkasa untuk membersihkan segala bentuk kejahatan di sepanjang Sungai Huang-ho!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong San juga menahan serangannya dan dia berdiri tertegun memandang pemuda tinggi besar itu. Kini dia teringat. Biarpun malam itu tidak begitu terang, akan tetapi dia ingat bahwa inilah orang yang pernah dilawannya, yaitu ketika dia hendak memperkosa seorang wanita gagah dan pemuda tinggi besar inilah yang menggagalkannya! Kini teringat, terutama sekali permainan tongkatnya yang aneh itu! Jadi orang yang telah dua kali ditempurnya ini berjul Huang-ho Sin-liong" Dia akan mencatat nama itu.
Mempergunakan kesempatan selagi semua orang tertegun yang membuat dua orang pengeroyoknya yang lihai tadi pun menghentikan serangan mereka, pemuda tinggi besar itu lalu berloncatan cepat dan sebentar saja bayangannya sudah lenyap di antara pohon-pohon. Kalau saja Giok Cu tahu siapa pemuda itu, siapa Huang-ho Sin-liong itu! Pemuda tinggi besar itu bukan lain adalah Si Han Beng, Tentu saja Giok Cu tidak mengenalnya juga sebaliknya Han Beng tidak lagi mengenal gadis yang kini menjadi seorang gadis dewasa yang cantik jelita, manis dan lihai itu. Ketika mereka saling ber?pisah, Han Beng berusia dua belas tahun dan Giok Cu baru berusia sepuluh tahun! Dan dua belas tahun telah lewat sejak mereka saling bertemu dan menjadi sahabat.
Kini semua orang yang tadi menyerang kereta, juga puluhan orang Hui yang datang membantu, memandang kepada Giok Cu dan Hong San. Tiga orang diantara mereka, yaitu seorang yang memimpin orang-orang Hui, dan dua orang yang memimpin penyerangan pertama, sudah melangkah maju menghampiri dua orang muda itu. Mereka memberi hormat dan seorang di antara mereka berkata.
"Terima kasih atas bantuan Ji-wi yang gagah perkasa. Akan tetapi sayang sekali bahwa sergapan kita terhadap pembesar lalim penindas rakyat itu gagal karena Huang-ho Sin-liong melindunginya!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapakah kalian dan mengapa kalian menyerang kereta pembesar Liu itu?" Giok Cu bertanya sambil memandang tajam kepada tiga orang itu.
Tiga orang itu saling pandang, lalu orang yang menjadi wakil pembicara tadi tersenyum. "Kami adalah orang-orang yang membenci para pembesar lalim dan agaknya tidak berbeda dengan Ji-wi yang juga memusuhi mereka. Kami mewakili rakyat yang menderita tekanan dan penindasan sehubungan dengan pengerahan rakyat yang dipaksa untuk bekerja membangun terusan! Kami dipaksa, kalau tidak dapat menyogok, maka pemuda-pemuda kami dipaksa bekerja, gadis-gadis kami dipaksa pula bekerja di dapr umum dan untuk menghibur para mandor. Kami ingin memberontak terhadap para pembesar lalim yang menindas rakyat! Dan para kawan yang baik ltu adalah orang-orang suku Hui yang juga membenci pemerintah karena banyak antara mereka yangmenderita karena tanah hak milik mereka disepanjang sungai dirampas."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 18 Hong San tertawa mengejek. "Wah, kiranya kalian adalah pemberontak-pemberontak?"
"Kalian memang benar! Para pembesar lalim yang melaksanakan pengumpulan tenaga pekerja terusan, memang patut dibasmi!" tiba-tiba Giok Cu berkata dan hal ini diam-diam mengejutkan hati Hong San. Kiranya gadis perkasa ini pun setuju dengan para pemberontak itu! Dia sendiri sebetulnya tidak perduli akan pemberontakan terhadap pemerintah. Dia hanya akan bertindak demi keuntungan diri sendiri. Dan apa untungnya menentang pemerintah" Akan tetapi karena dia melihat betapa gadis itu membenarkan mereka yang menentang pemerintah, dia pun pura-pura setuju.
"Memang, para pembesar itu menjemukan sekali, korup dan tukang menerima sogokan, mereka menindas rakyat untuk menggendutkan perut sendiri!"mengangguk-angguk, walaupun dalam hatinya berbisik bahwa apa salahnya dengan perbuatan seperti itu" Semua orang di dunia ini mencari kesenangan bagi diri sendiri!
Mendengar ucapan dua orang muda yang tadi mereka saksikan sendiri keIihaiannya, orang-orang yang menamai dirinya pejuang rakyat itu merasa gembira sekali. Mereka lalu mengundang Giok Cu dan Hong San untuk berkunjung ke tempat tinggal pimpinan mereka untuk berkenalan.
"Beng-cu (Pimpinan Rakyat) akan merasa gembira sekali kalau dapat bertemu dan berkenalan dengan Ji-wi yang gagah perkasa, yang tadi telah membantu kami."
Sebetulnya Hong San tidak tertarik akan tetapi karena Giok Cu ingin sekali tahu lebih banyak tentang orang-orang yang dianggapnya gagah perkasa dan berjiwa patriot, pembela rakyat tertidas itu, ia menerima undangan mereka dan dengan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sendirinya Hong San menerimanya. Pemuda ini tidak ingin segera berpisah dari gadis yang membuatnya tergila-gila itu.
Maka, pergilah mereka berdua bersama tiga orang pimpinan itu, menyusup-nyusup ke dalam hutan dan akhirnya mereka tiba di dekat sebuah bangunan darurat yang berdiri di tengah-tengah hutan, di tempat yang amat liar dan tak pernah didatangi, orang dari luar.
Bangunan darurat itu terjaga kuat dan di belakang bangunan itu terdapat sebuah dataran luas dimana terdapat banyak sekali pria yang sedang berlatih silat. Kiranya tempat ini menjadi sarang para pemberontak yang menamakan diri mereka pejuang rakyat itu. Dan memang harus diakui bahwa banyak pula penduduk dusun, terutama mereka yang masih muda, yang melarikan diri karena tidak mau dijadikan pekerja paksa, di tampung oleh gerombolan ini dan menjadi anggauta
"pejuang". Dipandang sepintas lalu, memang mereka pantas dinamakan pejuang yang hendak membela rakyat dari penindasan para pembesar yang menyalahgunakan perintah dari istana dalam hal pembuatan terusan itu. Giok Cu sendiri tertarik dan merasa kaget kepada mereka, maka ia mau diajak kesitu untuk bertemu dan berkenalan dengan orang yang menjadi beng-cu (pemimpin rakyat), yaitu yang memimpin gerakan membela rakyat tertindas itu.
Di dekat bangunan besar terdapat pula banyak pondok yang didirikan oleh para anggauta pemberontak, bahkan terdapat pula banyak wanita dan kakan-kanak, yaitu keluarga dari mereka yang terpaksa melarikan diri, yang dikejar-kejar petugas untuk menjadi pekerja paksa. Melihat ini, Giok Cu merasa makin suka kepada mereka. Ia teringat akan keadaan dirinya sendiri. Orang tuanya juga terpaksa melarikan diri dusun mereka. Mendiang ayahnya, Hok Gi, adalah seorang pejabat lurah Kiong-cung, di tepi Huang-ho. Karena ayahnya itu dipaksa oleh pembesar atasan untuk mengumpulkan semua pemuda dusun itu agar menjadi pekerja paksa, ayahnya merasa tidak sanggup dan diam-diam melarikan diri karena dia tahu akan kegagalan atau ketidaksanggupan itu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tentu akan berakibat hukuman berat baginya. Dalam pelarian ini, ayahnya dan ibunya tewas oleh........ Liu Bhok Ki! Sampai sekarang, ia belum berhasil menemukan Liu Bhok Ki yang membunuh ayah dan ibunya! Karena persamaan nasib itulah maka diam-diam Giok Cu merasa suka kepada para pemberontak ini.
Mereka memasuki rumah dan setelah tiga orang pimpinan para penyerang kereta Liu Tai-jin tadi melaporkan ke dalam, Giok Cu dan Hong San dipersilakan masuk ke dalam ruangan belakang, sebuah ruangan yang luas dan di situ ketulan sedang diadakan pertemuan tara para pimpinan pejuang dan berapa orang suku bangsa Hui. Di atas meja panjang sederhana terdapat hidangan sederhana dan arak, dan ada sembilan orang duduk mengepung meja panjang, saling berhadapan dan suasananya cukup gembira dan bersemangat.
Ketika dua orang muda itu memasuki ruangan, sembilan orang yang sudah menerima laporan itu segera bangkit berdiri dengan sikap hormat. Seorang diantara mereka, seorang laki-laki yang usianya kurang lebih enam puluh empat tahun, segera berkata dengan suara nyaring.
"Selamat datang, dua orang Saudara Muda yang lihai. Kami girang sekali mendengar bahwa Ji-wi (Anda Berdua) telah membantu anak buah kami. Silakan Ji-wi mengambil tempat duduk!"
Giok Cu dan Hong San mengangguk dan mengucapkan terima kasih, lalu mereka mengambil tempat duduk yang masih kosong, menghadapi kakek yang bicara tadi. Setelah mereka duduk, sembilan orang itu pun duduk dan kakek tinggi kurus yang wajahnya menyeramkan itu segera menuangkan arak kedalam dua cawan bersih dan memberikannya kepada dua orang tamu muda itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Saudara sekalian, mari kita memgucapkan selamat datang kepada orang pendekar muda ini! Ji-wi, silakan minum dan menerima ucapan selamat datang dari kami!" Berkata demikian, dia berdiri mengangkat cawan arak, diturut oleh delapan orang lain dan terpaksa Liok Cu dan Hong San juga mengangkat cawan arak mereka dan meminumnya.
Giok Cu dan Hong San juga mem?perkenalkan diri dan Kim-bwe-eng Gan Lok berkata sambil tersenyum. "Kunjung Ji-wi sungguh menambah kegembiraan kami. Kami mendengar bahwa Ji-wi memiliki ilmu kepandaian tinggi sekali dan
.agaknya Ji-wi juga membenci para pembesar yang menindas rakyat jelata. Kami akan menerima dengan penuh kegembiraan kalau Ji-wi suka bekerja sama dengan kami."
Giok Cu mengerutkan alisnya. "Hem, untuk bekerja sama, aku harus lebih dahulu mengetahui benar apa maksud tujuan kalian, dan bagaimana pula kekuatan kalian yang berani menentang para pembesar, berarti akan berhadapan dengan pasukan pemerintah." Mendengar itu Hong San kagum dan mengangguk-angguk. Gadis yang diam-diam dipujanya itu ternyata juga amat cerdik.
Kim-bwe-eng Gan Lok tertawa bergerlak sehingga wajahnya yang menyeramkan itu sejenak nampak lucu. "Ha-ha-ha , Nona tidak perlu khawatir. Biarpun kami hanya kelihatan sebagai pelarian di hutan begini, namun sesungguhnya kedudukan kami kuat sekali. Di mana-mana kami mempunyai teman dan kalau dikumpulkan seluruhnya, anak buah kami mendekati lima ratus orang! Kami sudah berhasil merampas atau mencuri barang-barang berharga dari para pembesar korup, kami kumpulkan dan jumlahnya cu?kup besar untuk membiayai ribuan orang pasukan yang akan kami bentuk. Selain itu, ada pula para saudara suku bangsa Hui yang mendukung gerakan perjuangan kami. Mereka sanggup mengerahkan sedikitnya dua ribu orang, dan juga mereka bersedia untuk menyumbangkan banyak emas yang mereka miliki!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar ini, diam-diam Hong San terkejut dan kagum.
Demikian banyaknya harta terkumpul dan dia mulai tertarik.
Ada harganya juga untuk dapat menjadi pimpinan dari gerakan menguntungkan ini.
"Kalian memperkuat diri dan hendak membentuk pasukan, bahkan dibantu oleh orang-orang suku bangsa Hui, apa maksudnya" Apakah hendak memberontak terhadap pemerintah, mengadakan perang melawan pemerintah?"
Menghadapi pertanyaan yang langsung dan berterang itu, Kim-bwe-eng Gan Lok nampak tertegun. Akan tetapi Kim-kauw pang Pouw In Tiong tertawa.
"Ha-ha-ha, Nona yang baik! Kalau bukan kami para pendekar yang turun tangan membela rakyat, siapa lagi yang akan peduli" Kalau pemerintah sudah mulai menindas rakyat jelata, jalan apalagi yang dapat kami tempuh selain memberontak" Kalau perlu, pemerintah ini digulingkan, diganti pemerintah baru yang tentu akan membahagiakan rakyat
"Hemmm, dan kalian yang akan jadi penguasa baru?" Giok Cu mendesak dengan alis berkerut.
"Kalau perlu! Ya, kalau perlu, kami para pendekar yang akan memimpin
pemerintahan yang bersih dan mendatangkan kemakmuran bagi rakyat jelata!" Akhirnya Kim-bwe-eng Gan Lok dapat bicara dengan suara lantang.
Giok Cu kini diam saja akan tetapi di alam hatinya timbul keraguan. Ia memang condong untuk menentang para penguasa setempat yang lalim, yang menyalahgunakan kekuasaan, memaksa rakyat untuk menjadi pekerja paksa membangun waduk dan terusan. Akan tetapi hal itu bukan berarti harus memberontak dan mengobarkan perang terhadap pemerintah. Perang berarti kesengsaraan baru bagi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
rakyat yang mungkin jauh lebih parah daripada kerja paksa itu sendiri. Ia ragu dan sangsi. Kesempatan itu dipergunakan oleh Hong San untuk bicara. Suaranya lembut dan halus, namun lantang sehingga terdengar jelas oleh semua orang yang berada di ruangan itu, bahkan para petugas jaga di luar ruangan itu pun ikut mendengarkan.
"Aku dapat menghargai usaha kailan ntuk membebaskan rakyat dari penindasan. Akan tetapi, untuk dapat melawan pasukan pemerintah, selain harus me?miliki modal emas yang banyak untuk persiapan melatih pasukan, dan memiliki jumlah pasukan yang kuat, juga harus pula memiliki pimpinan yang cakap, Tidak tahu, syarat apa yang menentukan orang diangkat menjadi pimpinan dari gerakan yang mulia ini?"
Berkata demikian, dengan sinar mata tajam menyelidik, Hong San memandang bergantian kepada beng-cu dan wakilnya itu.
orang pimpinan itu saling pandang, terdengar suara Kim-bwe-eng Gan tertawa disambung suaranya yang Lantang.
"Ha-ha-ha, pertanyaanmu sungguh lucu, orang muda yang gagah perkasa. Syarat apa yang menentukan orang diangkat menjadi pimpinan dalam perjuangan membela rakyat ini"
Tentu saja dia harus cerdik, bijaksana, gagah perkasa memiliki pengalaman yang matang dan luas!"
"Hanya itu saja, Paman Gan Lok" engkau melupakan syarat yang terutama dan mutlak penting!"
Ketua persekutuan pemberontak Itu mengerutkan alisnya.
Pemuda itu boleh jadi lihai ilmu silatnya, akan tetapi sikapnya tidak menyenangkan, tidak mau Menghormati tuan rumah dengan sebutan Beng-cu". "Hemmm, orang muda, apa maksudmu dengan syarat yang terutama itu?"
"Untuk memimpin rakyat dalam masa damai, memang dibutuhkan pemimpin yang sudah berusia lanjut karena orang tua lebih teliti, sabar dan tekun. Akan tetapi, memimpin rakyat dalam masa perang, dibutuhkan seorang pemimpin yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
masih muda, penuh semangat yang Menggebu, barulah diharapkan perjuangan akan berhasil baik!"
"Orang muda she Gan, kata-katamu sayang sekali kurang tepat!" bantah Kim-bwe-eng Gan Lok yang mulai merasa panas perutnya. "Dalam perjuangan, semangat besar saja tidak ada gunanya tanpa diimbangi kepandaian yang tinggi.
Seorang pemimpin muda, biarpun semangatnya menggebu, jelas kepandaiannya belum matang dan pengalamannya belum luas sehingga perjuangan itu akan gagal."
"Keliru sama sekali pendapat Paman Gan itu!" Hong San membantah suaranya juga nyaring walaupun wajahnya masih berseri Jenaka. "Biarpun berpengalaman, mana mungkin seorang yang sudah tua dapat menjadi seorang yang gagah perkasa dan kuat" Semangatnya juga pasti sudah layu dan apa yang dapat diharapkan dari pimpinan yang tua loyo"
Tentang kepandaian, belum tentu yang muda kalah oleh yang tua. Hal ini perlu dibuktikan. Aku yang masih muda ini, belum tentu kalah melawan orang-orang tua seperti kedua Paman yang menjadi ketua dan wakil ketua di sini!"
Mendengar ucapan yang mengandung tantangan ini, Kim-kauw-pang (Tongkat Monyet Emas) Pouw ln Tiong yang wataknya angkuh itu menjadi marah dan tidak dapat menahan kesabarannya lagi. Dia sudah bangkit berdiri dan tubuh yang gendut pendek itu sama sekali tidak mengesankan ketika dia marah. Namun suaranya menggeledek karena dalam kemarahannya dia telah mengerahkan Khikang dari perutnya, dan matanya melotot mengeluarkan sinar berapi.
"Bocah she Can! Sungguh engkau sombong dan suka berlagak. Biarpun belum tentu aku Kim-kauw-pang Pouw In Tiong dapat mengalahkanmu, akan tetapi jangan dikira aku takut. Mari, coba bukti-bahwa omonganmu tadi bukan bual belaka!" Berkata demikian, Si Pendek gendut ini sudah melompat ke tengah dengan sambil memutar tongkatnya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tongkatnya itu setinggi tubuhnya dan berlapis emas sehingga ketika diputar berubah menjadi payung emas yang lebar.
Giok Cu mengerutkan alisnya. Sebetulnya ia tidak setuju dengan sikap yang diperlihatkan Hong San tadi. Mereka datang sebagai tamu yang dihormati, akan tetapi pemuda bercaping lebar itu malah mengeluarkan kata-kata yang mengandung celaan dan tantangan dengan sikap memandang rendah terhadap tuan rumah. Akan tetapi karena ia pun tidak mempunyai hubungan apa pun dengan Hong San, ia merasa bahwa segala tingkah laku pemuda itu tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Ia lupa bahwa datang dan bergerak di samping Hong San sehingga pihak tuan rumah
menganggapnya sebagai sekutu atau kawan baik pemuda itu.
Giok Cu diam dan ingin menyaksikan bagaimana perkembangan selanjutnya setelah Hong San ditantang mengadu ilmu oleh Kim-kauw pang Pouw In Tiong. Ia pun ingin melihat bagaimana lihainya Hong San dan bagaimana wakil ketua para pemberontak akan mempertahankan kehormatan dirinya sebagai seorang tokoh yang dipilih sebagai wakil ketua, la tidak akan mencampuri urusan mereka.
Ditantang oleh wakil ketua itu, Hong San tersenyum.
Memang inilah yang kehendakinya. Begitu tadi mendapat keterangan akan kekayaan yang dimiliki gerombolan pemberontak ini, hatinya sudah merasa amat tertarik, apalagi terdapat kemungkinan kemenangan besar dimana para pemimpin mendapat kesempatan untuk merebut tahta kerajaan. Betapa muluknya! Inilah yang dicarinya kekayaan besar dan kedudukan tinggi, dua hal yang dahulu juga dikejar-kejar mendiang ayahnya. Dia tahu bahwa ayahnya tidak pernah berhasil karena ayahnya mencarinya melalui jalan yang biasa dilalui golongan sesat. Dia sendiri harus mengubah siasat itu. Dia tidak ingin sekedar menjadi pimpinan golongan hitam yang selalu dimusuhi pemerintah. Kalau saja dia mendapatkan kedudukan tinggi dalam pemerintahan! Maka, melihat kemungkinan, betapapun kecilnya bsgi gerakan ini
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk merampas kedudukan dan kelak menjadi pemimpin-pemimpin yang menguasai pemerintahan, ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan sikap tenang sekali, senyum tak pernah meninggalkan bibirnya, bangkit dan menoleh ke arah Giok Cu, seolah hendak minta persetujuannya atau hendak melihat bagaimana sikap gadis yang amat menarik hatinya itu. Akan tetapi, Giok Cu bersikap acuh saja, maka dia pun lalu melangkah dan menghsmpiri orang yang menantangnya.
Hong San melihat betapa banyak anak buah gerombolan pemberontak itu, juga orang-orang Hui yang puluhan orang banyaknya berada di luar, demikian ia pula Yalami Cin kepala suku Hui yang hadir di situ, kini menaruh perhatian. Mereka menonton dengan sikap tegang dan tertarik. Dia pun tersenyum, Inilah kesempatan baik baginya untuk memperlihatkan kepandaian dan menciptakan kesan yang baik, kalau dia ingin berhasil mendapatkan kedudukan seperti yang dikehendakinya.
"Paman Pouw In Tiong, sama sekali aku bukan sombong atau berlagak. Aku berbicara sejujurnya saja karena aku merasa kagum kepada semua saudara, yang telah berani melawan pemerintah yang menindas rakyat. Justeru karena aku kagum dan suka, maka aku ingin melihat pasukan pejuang yang kokoh kuat, dipimpin oleh orang-orang yang tepat, bukan oleh orang-orang tua yang sepantasnya hanya menjadi penasehat dibelakang saja. Kalau Paman masih penasaran dan hendak membuktikan kebenaran omonganku, silakan!"
berkata demikian Hong San sudah mengeluarkan pedang dan sulingnya. Dengan lagak seorang pendekar yang gagah perkasa, dia pun memasang kuda-kuda, menyilangkan pedang dan suling di depan dada, tersenyum dan nampak tenang dan memandang rendah sekali.
Makin panas rasa hati Pouw In Tiong. adalah seorang pendekar yang terkenal kelihaiannya, nama julukannya sudah dikenal di dunia persilatan, terutama di sepanjang lembah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Huang-ho sebelah selatan. Jarang ada ahli silat yang akan mampu menandingi tongkatnya yang berlapis emas itu.
Selama bertahun-tahun ini, hanya Kim-bwe-eng Gan Lok saja yang mampu menandingi dan mengalahkannya ketika kelompok pejuang itu mengadakan pemilihan ketua. Akhirnya, Gan Lok yang terpandai dipilih menjadi ketua dan dia menjadi orang nomor dua, di samping masih ada belasan orang pembantu yang kesemuanya tidak ada yang dapat mengungguli ilmu kcpandainnya. Dia dihormati oleh ratusan orang anak buah persekutuan mereka, bahkan dihormati Yalami Cin, ke suku Hui yang mempunyai anak buah ribuan orang. Dan sekarang, seorang pemuda ingusan yang memiliki sedikit ilmu silat saja berani menghina dan menantangnya, mengatakan bahwa dia Gan Lok tidak tepat menjadi pemimpin para pejuang!
"Bocah she Can! Kalian datang sama Nona ini sebagai tamu dan kami hormati. Akan tetapi sekarang engkau menantang kami. Aku peringatkan bahwa kalau aku sudah menggerakkan Kim-kauw pang ini untuk menyerang orang andai kata orang itu tidak mati pun, sedikitnya tentu akan patah tulang dan terluka. Aku tidak ingin dikatakan sebagai orang yang mencelakai tamunya!"
Mendengar ucapan wakil ketua dari persekutuan pejuang itu, Giok Cu merasa tidak enak juga. Maka cepat ia berka
"Hendaknya semua orang mengetahui bahwa kedatanganku bersama Saudara Can hanya kebetulan saja. Di antara kami tidak ada hubungan persahabat kami pun merupakan orang-orang yang baru saja bertemu dan berkenalan, oleh karena itu, apa yang dia lakukan bukanlah tanggung jawabku. Harap aku tidak di ikut-ikutkan!" lalu cepat ia menambahkan, "Aku pun bukan seorang tamu yang suka menghina tuan rumah yang telah Menerimaku dengan baik. Pernyataanku ini sejujurnya, bukan berarti aku takut menghadapi apa dan siapa pun."
Wajah Hong San menjadi agak kemerahan mendengar ucapan gadis itu. Akan tetapi, karena memang kenyataannya
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
demikian, dia pun hanya tersenyum, lalu berkata halus, "Nona Bu memang tidak ada sangkutannya dengan keinginanku menguji kepandaian para pimpinan pejuang. Paman Pouw, jangan khawatir, tidak akan ada yang menuduhmu tuan rumah yang mencelakai tamunya, karena tongkatmu itu sama sekali tidak akan mampu melukai aku, apalagi Menjatuhkan aku.
Majulah dan buktikan sendiri!"
Biarpun ucapan ini nadanya halus, namun tetap saja masih mengandung ejekan yang memandang rendah. "Bagus, Can Hong San, lihat tongkatku!" bentak Pouw In Tiong yang memang wataknya angkuh dan keras. Tongkat yang diputar-putar seperti payung itu kini menjadi sinar bergulung-gulung dan tiba-tiba mencuat ke arah Hong San dengan kecepatan kilat dan terdengar suara mengaung tanda bahwa tongkat itu memang berat dan berbahaya sekali.
Biarpun sikapnya memandang rendah kepada lawan, namun Hong San yang cerdik sekali itu sama sekali tidak memandang rendah, bahkan dia bersikap hati-hati dan tenang.
Sikapnya memandang rendah tadi hanya merupakan pancingan agar dapat memperoleh jalan memperlihatkan kepandaiannya dan menundukkan para pimpinan persekutuan itu.
"Tranggggg.........!" Bunga api berpijar ketika ujung tongkat bertemu pedang. Dalam pertempuran tenaga ini, Hong San sengaja hendak mengukur sampai dimana kekuatan lawan, maka dia hanya mengerahkan tiga perempat tenaganya saja.
Dan akibat benturan tenaga melalui senjata mereka, keduanya terhuyung kebelakang. Melihat kenyataan ini, Pouw In Tiong terkejut sekali. Dia telah menyerahkan semua tenaganya, namun ketika pemuda itu menangkis, dia sampai terhuyung dan telapak tangannya terasa panas. Walupun pemuda itu juga terhuyung, namun hal ini sudah membuktikan bahwa pemuda itu memang memiliki tenaga yang sama kuatnya dengan dia. dilain pihak, Hong San tersenyum dan merasa girang. Dia tahu bahwa tenaganya lebih kuat.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kembali Pouw In Tiong menyerang, sekali ini menggerakkan tongkatnya dengan cepat dan dia memainkan ilmu tongkat Kim-kauw-pang-hoat yang kabarnya merupakan ilmu tongkat yang hebat, warisan dari ilmu tongkat yang dimainkan oleh Sun Go Kong Si Raja Monyet! Di dalam cerita dongeng See-yu terdapat seorang tokoh monyet dewa bernama Go Kong yang amat sakti. Sun Go Kong ini memiliiki tongkat emas yang disebut Kim-kauw-pang. Benar atau tidak ilmu tongkat yang dimainkan Pouw In long itu warisan dari Sun Go Kong, tidak ada yang tahu karena Sun Go Kong pun hanya merupakan seorang tokoh dalam dongeng saja, dongeng tentang perjalanan seorang pendeta Buddha melakukan perjalanan dari Tiongkok ke India dan di sepanjang perjalanan bertemu dengan siluman-siluman yang mengganggunya.
Dongeng tentang konflik antara kebaikan dan kejahatan, tentang setan-setan dan dewa-dewa.
Namun, diam-diam Hong San harus mengakui bahwa memang tongkat ditangan Si Gendut Pendek itu berbahaya sekali. Ilmu tongkat yang dimainkann amat tangguh, mempunyai gerakan yang kuat dan cepat. Bagaimanapun juga, karena tingkat kepandaiannya lebih tinggi dengan mudahnya dia mampu menghindarkan semua serangan tongkat, bahkan melakukan pembalasan dengan pedang diseling oleh totokan-totokan suling di tangan kiri.
Yang merasa terkejut sekali adalah Kim-kauw-pang Pouw In Tiong. Setelah bertanding selama dua puluh lima jurus belum juga dia mampu mengalahkan lawannya. Apalagi kini dia merasakan betapa setiap kali tongkatnya bertemu pedang, tangannya tergetar semakin keras beberapa kali hampir saja ujung sulingberhasil menotok jalan darahnya sehingga dia terpaksa melempar tubuh kebelakang untuk menyelamatkan diri. Nafasnya sudah mulai memburu. Maklum, usianya yang sudah enam puluh empat tahun itu tentu saja tidak dapat disamakan dengan daya tahannya dua tiga puluh thun yang lampau. Sedangkan lawannya Ialah seorang yang masih
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
muda belia, maka jelaslah kalau mengandalkan daya tahan dan pernapasan, dia akan kalah!
"Singggggg ......... brettt........... !" Kim-kauw-Pang Pouw In Tiong terkejut bukan main dan dia terhuyung. Ujung bajunya terpotong oleh sambaran pedang! Dalam keadaan terhuyung, dia masih dapat mengerakkan tongkatnya menyerang dengan sambaran ke arah kepala lawan, serangan yang juga dimaksudkan agar lawan tidak dapat mendesak dia yang sedang terhuyung. Akan tetapi, Hong San sudah menyelipkan suling di ikat pinggangnya dan dengan tangan kirinya, dia menyambut tongkat yang gerakannya tidak begitu kuat lagi.
Dia berhasil menarik menangkap ujung tongkat, ditariknya dengan pengerahan tenaga sehingga pemilik tongkat itu ikut tertarik. Kalau Hong San menghendaki, dalam keadaan seperti itu, sekali menggerakkan pedangnya tentu dia akan dapat merobohkan lawan bahkan membunuhnya seketika, tetapi dia terlalu cerdik untuk berbuat seceroboh itu. Pedangnya tidak digerakkan, akan tetapi kakinya yang bergerak menyambar ke depan dalam sebuah tendangan yang terarah.
"Desssss!!" Tubuh wakil ketua terlempar dan tongkatnya berpindah tangan.
Kim-kauw-pang Pouw In Tiong meringis dan merangkak, berusaha utuk bangun. Melihat ini, Kim-bwe-eng Lok menjadi marah sekali. Melihat wakilnya dirobohkan tamu, tanpa alasan dia merasa terhina dan dia pun sudah bangkit berdiri.
"Orang muda she Can, engkau sungguh keterlaluan.
Karena tamu sudah melakukan pelanggaran, aku sebagai tuan rumah terpaksa harus memberi hajaran!" Dia sudah melolos senjatanya yang ampuh, yaitu sebatang golok yang gagangnya dipasangi rantai besi yang panjangnya ada dua meter, rantai yang tadinya melilit pinggangnya. Juga dia memasang?kan sabuk tempat penyimpanan belasan batang pisaunya. Ketua ini dijuluki Kim bwe-eng (Garuda Ekor Emas) karena dia pandai mempergunakan senjata rahasia pisau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
terbang yang bentuknya seperti 4 ekor burung dan berwarna merah. Pisau-pisau itu disimpan di sabuk dan dapat pergunakan setiap saat dan kabarnya, ketua ini memiliki kepandaian yang didisebut Pek-pouw-coan-yang (dalam jarak seratus kaki mengenai sasaran), bahkan ada yang bilang bahwa sambitan pisau terbang dari ketua ini tidak pernah tidak mengenai sasaran!
Dengan sikap tenang, Hong San sudah siap menghadapi lawan ke dua yang dia tahu tentu lebih kuat itu. Akan tetapi, sebelum Kim-bwe-eng Gan Lok menghampiri lawan yang berdiri di tengah ruangan, tiba-tiba muncul tiga orang diambang pintu dan seorang di antara mereka berseru, "Tidak perlu Gan Pan (Ketua Gan) sendiri yang turun tangan. Biarkan kami memberi hajaran kepada bocah sombong yang masih berhutang pukulan kepada kami!"
"Baik, Kim-bwe Sam-houw, kalau kalian hendak mewakili aku menghajar bocah kurang ajar ini, silakan!" kata Sang Ketua yang duduk kembali.
Hong San menengok dan melihat tiga orang berpakaian kuning yang pernah ditemuinya di rumah makan Ho-tin, tersenyum. "Wah, kiranya tiga ekor lalat dari rumah makan telah terbang pula sini?"
Mendengar ini, terdengar suara ledakan-ledakan cambuk dan tiga orang telah mencabut senjata cambuk mereka dan mereka kini menghadapi Hong San. Mereka adalah Kim-bwe Sam-houw Siong-an, tiga orang jagoan yang biasa menjadi anak buah sewaan dari Can Taijin. Seorang di antara mereka, yang termuda dan bernama Loa Pin berusia tiga puluh lima tahun, sudah membentak marah.
"Orang muda yang sombong! Di rumah makan engkau telah menghina kami dan sekarang engkau berani membuat kacau sini" Engkau sungguh sudah bosan hidup!" katanya dengan suara lantang.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hemmm, perlu dibuktikan dulu siapa yang sombong dan siapa yang menghina orang. Di rumah makan, kalian sudah memperlihatkan tingkah sombong dan kurang ajar terhadap Nona Bu yang duduk di sana itu! Dan sekarang mendengar nama julukanmu, kembali kalian bersikap sombong terhadap Ketua Gan. Kalian berani menggunakan julukan Kim-bwe-houw (Harimau Ekor Emas). Nah, siapa yang sombong sekarang" Akan tetapi tidak mengapalah. Kalau kalian hendak bertiga mengeroyok aku, aku pun tidak gentar sama sekali!"
Semua orang terkejut, kecuali Giok Cu tentu saja. Semua orang tahu siapa adanya Kim-bwe Sam-houw dari Siong-ini.
Mereka adalah tiga jagoan yang lihai, yang menjadi orang-orang kepercayaan Cang Tai-jin kepala daerah Siog-an. Tiga orang jagoan inilah yang menjadi utusan Cang Tai-jin kalau mengadakan hubungan dengan persekutuan mereka. Kim-bwe Sam-houw diutus oleh Cang Tai-jin untuk mencari keterangan kesitu ketika tadi mendengar bahwa usaha mereka untuk merampok Liu Taijin itu mengalami kegagalan. Diam-diam Cang Tai-jin mengadakan hubungan kerjasama dengan gerombolan pemberontak, biarpun pembesar itu sama sekali bukan seorang yang berjiwa patriot atau menderita karena melihat kehidupan rakyat yang sengsara tertindas oleh pemerintah yang mengerahkan tenaga rakyat untuk menjadi pekerja pembuat Terusan Besar. Sama sekali tidak, bahkan sebaliknya malah. Dia yang mendapat tugas untuk mengumpulkan tenaga, bahkan memeras rakyat. Biaya yang datang dari kotaraja masuk ke dalam gudang uangnya sendiri, sedangkan dengan kekuasanya, dia memaksa rakyat untuk menjadi pekerja paksa tanpa dibayar! Tidak, kala dia bersekutu dengan perkumpulan yang menamakan diri pejuang yang disebut Pauw-beng-pang (Perkumpulan Penjaga rakyat) itu, adalah karena dia melihat keuntungan-keuntungan di sana. Dia pun diam-diam menjadi sekutu perkumpulan itu.
Kalau perkumpulan itu berhasil kelak sehingga dapat merebut kekuasaan, dia tentu akan kebagian kedudukan tinggi sebagai sekutu! Andaikata gagal pun, dia sudah mendapat keuntungan karena lain kedudukannya sekarang tidak akan diganggu, juga
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dia masih memperoleh bagian kalau terjadi perampokan harta para pembesar dan hartawan seperti mereka rencanakan bersama tadi. Dia menyogok Liu Taijin dengan maksud agar mendapatkan laporan baik ke atasan di kota raja, dan diam-diam dia menghubungi Pouw-beng-pang agar harta itu dirampok dan tentu dia pun akan memperoleh bagian.
Diam-diam Giok Cu mengerutkan alisnya dan merasa heran melihat munculnya tiga orang dari Siong-an ini. Dari sikap mereka ketika berada di rumah makan, yaitu selagi mereka marah-marah dan hendak menyerang Hong San, mereka seperti mati kutu dan tidak berani ribut-ribut karena ruangan restoran akan dipergunakan oleh Cang Tai-jin, ia sudah menduga bahwa tiga orang jagoan takut atau setidaknya segan kepada pembesar-pembesar itu. Akan tetapi bagaimana sekarang tahu-tahu mereka memiliki hubungan baik dengan para pemberontak yang memusuhi para pembesar" Apakah tiga orang jagoan memang merupakan mata-mata pihak pemberontak untuk menyelidiki keadaan para pembesar di kota-kota" Akan tetapi ia pun diam saja dan hanya menonton. Kini ia pun sudah dapat melihat betapa lihainya Can Hong San dan diam-diam, merasa kagum.
Pemuda itu selain me miliki kepandaian tinggi, juga amat tabah dan berani. Di dalam sarang gerombolan yang demikian kuatnya, di mana tidak saja terdapat banyak orang pandai, akan tetapi juga memiliki anak buah yang amat banyak. Kalau mereka itu mengerahkan orang-orangnya melakukan pengeroyokan, sungguh amat berbahaya bagi keselamatan Hong San. Akan tetapi, Hong San kelihatan tenang saja, bahkan gembira seolah-olah dia sudah merasa yakin akan hasil baik akibat ulahnya itu. Kini pemuda itu berhadapan dengan Kim-bwe Sam-houw, dan Giok Cu diam-diam ingin sekali melihat bagaimana kelanjutan ulah pemuda itu. Sekali ini, setelah tadi menyaksikan kelihaian Hong San, diam-diam ia memperhitungkan bahwa walaupun tiga orang itu juga merupakan lawan berat, namun jelas bahwa pemuda itu akan mampu membela diri dengan baik dan bukan tidak mungkin akan dapat mengalahkan tiga orang lainnya itu pula.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ooOOoo Semua orang merasa terkejut dan juga penasaran mendengar pemuda itu menantang Kim-bwe Sam-houw untuk maju mengeroyoknya, walaupun mereka itu banyak yang merasa kagum kepada Hong San. Semua orang tahu bahwa tingkat kepandaian Kim-bwe Sam-houw itu masing-masing tidak jauh bedanya dengan tingkat kepandaian wakil ketua yang tadi kalah. Kalau mereka maju bersama, arti merupakan lawan yang tiga lebih berat daripada Kim-kauw-pang Pouw In Tiong!
Kim-bwe Sam-houw juga merupa orang-orang yang angkuh dan tinggi hati terlalu menghargai diri sendiri terlampau tinggi hati sehingga biasanya mereka memandang rendah kepada orang lain. Karena merasa diri sudah jarang ada yang dapat melawan itu, mereka pun ham pir tidak pernah maju bersama.
Seorang saja dari mereka sudah jarang menemukan tanding.
Akan tetapi, tadi ketika mereka datang, mereka sempat melihat betapa wakil ketua Pouw-beng-pang kalah oleh pemuda itu. Maka, tentu mereka pun merasa gentar kalau harus maju seorang demi seorang. Kini, mendengar pemuda itu menantang mereka untuk maju bersama mengeroyok tentu saja mereka menjadi girang. Mereka tidak perlu merasa kehilangan muka sekarang kalau maju bersama, karena mereka ditantang!
"Bagus! Orang muda yang sombong memang agaknya sudah nasibmu untuk mampus di tangan kami. Kami menerima tantanganmu untuk maju bersama'" Sambil berkata demikian, Thio Kwan, orang tertua dari mereka sudah menggerakkan cambuknya ke atas kepala, diikuti pula oleh dua orang temannya.
"Tar-tarrr-tarrrrr.......!" Suara cambuk meledak-ledak di udara dan nampak asap mengepul! Tiga orang yang berpakaian serba kuning itu sudah berpencar mengepung Hong San dari tiga penjuru, cambuk mereka meledak-ledak di
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
atas, seperti tiga ekor singa yang siap menubruk domba yang berada di dalam kepungan mereka. Agaknya mereka seperti mengambil ancang-ancang untuk berlumba, siapa yang lebih dulu merobohkan lawan.
Hong San bersikap tenang namun penuh kewaspadaan.
Dia berdiri tegak, sama sekali tidak tegang dan bahkan melemaskan seluruh tubuhnya, namun setiap lembar syarafnya siap menghadapi serangan dari mana pun datangnya. Pedang di tangan kanan dan suling di tangan kiri seolah-olah tak terasa lagi oleh kedua tangannya, seolah-olah kedua senjata itu telah menjadi bagian dari tangan. Tenaga sakti berputar-putar dalam pusarnya, siap dikirim ke mana saja bagian tubuh membutuhkan.
Pukulan Si Kuda Binal 5 Golok Halilintar Karya Khu Lung Pendekar Latah 7
^