Pencarian

Naga Sakti Sungai Kuning 13

Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo Bagian 13


KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 22 "Can Kongcu," ia menirukan panggilan yang dipergunakan Lui Seng Cu tadi. "Sebenarnya aku sendiri pun mulai percaya bahwa engkau adalah pewaris dari pendiri Thian-te-kauw dan engkau berhak memimpin perkumpulan kita. Akan tetapi karena kemunculanmu Begini tiba-tiba, tentu saja hati kami menjadi penasaran. Karena itu, aku pun Ingin sekali menguji kepandaianmu, dan lebih dulu aku ingin menguji ilmu kepandaianmu bertangan kosong."
Hong San memandang dan hatinya kagum. Wanita ini kabarnya sudah berusia lima puluh tahun lebih, bahkan hampir enam puluh tahun, akan tetapi sungguh orang takkan percaya kalau melihatnya. Pantasnya ia baru berusia tiga puluh tahun lebih! Masih cantik dan bentuk tubuhnya masih padat dan ramping, dan anehnya, ada sesuatu yang menarik hanya pada wajah itu, seperti wajah seorang wanita yang pernah dikenainya. Perasaan pemuda ini memang tidak menipunya.
Yang membuat ia merasa kenal adalah karena wajah Ban-tok Mo-li Pha Bi Cu mirip sekali, hanya berbeda usia dengan wajah puterinya, yaitu Sim Lan Ci, isteri Coa Siang Lee yang hampir saja menjadi korban perkosaan Hong San Hong San tersenyum. Dia sudah mendengar dari ayahnya bahwa Ban-tok Mo-li adalah seorang wanita yang lihai lebih lihai dibandingkan Lui Seng Cu. Dari nama julukannya saja dia pun sudah menduga bahwa wanita ini tentu ahli racun dan memiliki pukulan-pukulan beracun maka sengaja menantangnya bertanding dengan tangan kosong. Tentu saja dia tidak merasa gentar. Ayahnya adalah seorang datuk besar golongan sesat, dan dia sudah banyak belajar dari ayahnya tentang pukulan yang mengandung hawa beracun dan bagaimana untuk mengatasinya.
"Baik sekali, Ban-tok Mo-li. Aku pun tidak ingin kita yang hanya menguji kepandaian sampai terluka oleh senjata tajam walaupun aku tahu bahwa kedua tangan dan kedua kakimu tidak kalah ampuhnya dibandingkan senjata tajam Pedang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaimanapun. Nah, aku sudah siap!" Dia pun menyimpan kembali pedang dan sulingnya, lalu berdiri tegak menghadapi Ban-tok Mo-li, kelihatan tenang saja dan acuh, namun diam-diam dia siap siaga dengan penuh kewaspadaan.
"Can Kongcu, sambut seranganku!" Ban-tok Mo-li tanpa sungkan lagi mendahului, membuka serangan dengan pukulan tangan kanan terkepal ke arah muka disusul cengkeraman tangan kiri yang membentuk cakar ke arah perut.
"Bagus sekali!" Hong San memuji sambil mengelak ke belakang, akan tetapi kaki kanan wanita itu menyusul dengan tendangan dahsyat mengarah dadanya!"
"Plakkk!" Hong San menangkis dan tubuh Ban-tok Mo-li berputar di atas sebelah kaki saking kerasnya tangkisan itu.
Namun, wanita itu tidak menjadi gugup, bahkan sambil berputar, kaki tetap melancarkan tendangan susu bertubi-tubi.
Hong San berloncatan mengelak, ia membalas dengan tamparan tangannya kearah wanita itu. Karena tamparan hebat, maka terpaksa Ban-tok Mo-li menghentikan desakan tendangannya untuk mengelak. Kemudian ia mengeluarkan gerengan halus seperti seekor kucing yang dielus lehernya dan ke dua lengannya tergetar. Hong San melihat betapa kedua tangan dan sebagian lengan yang nampak dari lengan baju itu berubah menghitam! Tahulah dia bahwa wanita itu telah mengeluarkan simpanannya yaitu kedua tangan bahkan sampai lengan yang mengandung hawa beracun yang amat berbahaya, maka diam-diam dia pun mengerahkan tenaga sinkangnya untuk melindungi tubuh dari hawa racun.
"Hyaaaaattt ...........!!" Wanita itu mengluarkan bentakan melengking dan ia sudah menerjang dengan gerakan yang amat cepat dan kuat. Angin pukulannya desir dan mengeluarkan suara bersuitan, dibarengi hawa panas dan bau yang amis. Itulah ilmu silatnya yang paling hebat dan mengerikan, yang diberi nama Ban-tok Hwa-kun (Silat Bunga
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
selaksa Racun). Kedua tangan itu, sampai ke kuku-kukunya, mengandung racun yang dapat menghanguskan kulit dan daging lawan.
Hong San menyambutnya dengan ilmu Koai-liong-kun (Silat Naga Iblis) yang dahsyat dan ganas. Dia menjaga diri dengan hati-hati sekali jangan sampai kulitnya tergores kuku-kuku runcing melengkung beracun itu. Karena dia mem?liki si-kang yang kuat, maka dari semua gerakannya timbul angin pukulan yang mendorong pergi semua hawa beracun yang keluar dari gerakan kedua tangan lawan.
Semua orang yang menonton pertandingan itu merasa tegang. Bukan main hebatnya gerakan Ban-tok Mo-li, bukan saja gerakannya amat cepat sehingga tubuhnya berubah menjadi bayangan, namun juga amat kuat karena setiap tangannya menampar atau memukul, terdengar angin bersiut.
Akan tetapi mereka amat kagum kepada Hong San. Pemuda itu sama sekali tidak nampak terdesak, melainkan membalas dengan serangan dahsyatnya sehingga pertandingan itu berlangsung amat seru dan menegangkan
Akan tetapi hal ini disengaja oleh Hong San. Dia melihat betapa wanita ini lebih lihai dan kelak akan dapat menjadi tangan kanannya yang boleh diandalkan. Selain itu, gairahnya sudah bangkit oleh gerak-gerik wanita yang usianya sudah lanjut namun masih cantik menarik ini, dan dia tidak ingin menanam kebencian dalam hati wanita itu. Kalau dia menghendaki, tentu pertandingan itu tidak akan berlangsung lama itu. Dia sengaja mengalah dan membuat pertandingan itu nampak seru dan ramai. Setelah lewat lima puluh jurus, barulah dia mencari kesempatan baik dan ketika kedua tangan lawannya itu menyerang dengan cakaran dari kanan dan kiri, tiba-tiba tubuhnya meluncur ke atas dan berjungkir balik, lalu di meluncur turun menyerang dari atas den gan kedua tangan melakukan pukulan dasyat ke arah ubun-ubun kepala lawan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ihhhhh ........!" Ban-tok Mo-li terkejut bukan main karena serangan itu sungguh dahsyat dan tidak mungkin baginya untuk mengelak lagi. Satu-satunya jalan hanya mengangkat kedua tangan menangkis dengan resiko terluka dalam karena tentu tenaga pemuda itu ditambah berat badannya akan merupakan beban yang sukar dapat ditahannya.
"Dukkk!" Ban-tok Mo-li terkejut ketika kedua lengannya bertemu dengan sebuah lengan saja, itu pun lunak. Ia segera menduga bahwa tentu tangan lain pemuda itu akan menyerangnya, namun terlambat. Jari tangan kiri Hong San sudah menotok punggungnya dan seketika tubuh Ban-tok Mo-li menjadi lemas, kehilangan tenaga dan ketika Hong San melayang turun, ia pun terhuyung dan hampir jatuh.
"Mo-li, hati-hati .........!" Hong San menubruk, tangan kanan memegang pundak akan tetapi tangan kiri dengan gerakan yang luar biasa cepatnya sehingga tidak nampak oleh siapapun, memegang payudara kanan Ban-tok Mo-li. Hanya memijat sekali saja namun tentu saja. terasa sekali oleh wanita itu, yang juga merasa betapa totokan itu telah dibebaskan pula oleh Hong San ketika pemuda itu menahan sehingga ia tidak sampai terjatuh itu.
Wajah Ban-tok Mo-li menjadi merah sekali, akan tetapi bibirnya tersenyum dan matanya menatap tajam wajah yang tampan itu. Bukan main bocah ini, kirnya. Masih begitu muda, tampan pandai bicara, lincah Jenaka, dan miliki ilmu kepandaian sehebat itu! Bukan itu saja, bahkan tadi pemuda itu sempat memijat dadanya dan hal ini saja sudah jelas baginya bahwa kecantikannya masih sempat dikagumi pemuda i tu. Jantungnya berdebar dan ia melihat kesempatan baik untuk memperoleh seorang kekasih baru yang selain muda, tampan, akan tetapi juga lihai sekali dan agaknya akan menjadi seorang atasannya! Akan tetapi, ia harus menjaga nama besarnya, bukan hanya sebagai pang-Cu dari Thian-te-pang, akan tetapi juga sebagai Ban-tok Mo-li yang namanya sudah terkenal di seluruh dunia kang-ouw. Biarpun tadi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kekalahannya tidak kelihatan mutlak berkat sikap Hong San, namun tetap saja semua orang melihat betapa ia terhuyung akan jatuh dan bahkan dibantu oleh Hong San sehingga tidak jadi terpelanting jatuh. Kini ia habis memperlihatkan kehebatannya bermain senjata, bukan saja kepada Hong San akan tetapi juga kepada semua orang yang berada di situ.
Selain itu, juga ingin membuktikan sendiri kehebatan pedang dan suling di tangan pemuda itu.
"Singgggg .........!" Nampak sinar merah berkelebat dan tangan kanannya sudah memegang sebatang pedang yang kemerahan dan tangan kirinya memegang sebatang kipas yang terbuka dan di atas Kipas itu nampak gambar kelabang dan kalajengking, seolah-olah memberi isarat bahwa kipas itu mengandung racun seperti binatang itu! Pedang kemerahan itu pun merupakan pedang beracun yang disebut Ang-tok Pokiam (Pedang Pusaka Racun Merah). Ban-tok Mo-li memiliki dua batang pedang. Yang sebuah lagi adalah Cui-mo Hek-kiam yang hitam dan pedang hitam ini telah ia beri kepada Sim Lan Ci, puterinya. Yang pegangnya itu, Ang-tok Po-kiam juga merupakan pedang pusaka yang ampuh karena telah direndam racun ular mer ahyang amat berbahaya. Jangankan sampai tertusuk atau terbacok pedang itu, baru tergores sedikit saja kulitnya, kalau sudah berdarah, maka luka itu akan melepuh dan kalau tidak cepat mendapatkan obat pemunah, racunnya akan naik dengan darah dan membuat seluruh tubuh yang dilalui racun itu melepuh membengkak!
"Can Kongcu, hebat ilmu silatmu dengan tangan kosong.
Sekarang, harap tidak bersikap pelit, berilah petunjuk kepadaku dalam ilmu silat bersenjata jelas bahwa ucapan Ban-tok Mo-li itu mulai merendahkan diri dan menghormat, seperti orang bicara kepada lawan yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya. Senang hati Hong San mendengar itu dan dia pun ingin memamerkan ilmu kepandaiannya kepada wanita cantik ini dan kepada semua orang yang hadir.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia tidak mengeluarkan suling dan pedang seperti tadi, melainkan kini memegang suling di tangan kanan dan dia mengambil caping (topi lebar) dengan tangan kiri!
"Mo-li, bagaimanapun juga, aku adalah seorang pria dan engkau seorang wanita. Tidak enak kalau aku harus menggunakan senjata tajam terhadap seorang wanita. Nah, aku menggunakan suling dan capingku ini saja dan kita main-main sebentar. Aku sudah siap, Ban-tok Mo-li, engkau boleh mulai menyerangku!"
Diam-diam Ban-tok Mo-li mendongkol juga. Pemuda ini terlalu memandang rendah kepadanya, pikirnya. Betapapun lihainya pemuda itu, kalau senjatanya hanya suling dan caping bambu, mana akan mampu menghadapi pedang dan kipasnya yang merupakan senjata senjata beracun yang ampuh sekali"
Hemm pikirnya. Kalau engkau kalah dan mati terluka oleh senjataku, salahmu sendiri dan engkau layak mampus karena telah memandang rendah kepadaku. Akan tetapi kalau engkau dengan senjata seperti itu mampu menandingiku, sungguh pantas menjadi atasanku dan lebih pantas la menjadi kekasihku! Dengan pikiran demikian, Ban-tok Mo-li mengeluarkan jerit melengking dan pedangnya berkelebat menjadi sinar merah menyambar denga tusukan ke arah ulu hati, sedangkan kipasnya ditutup dan ditusukkan sebagai totokan ke arah leher.
Hong San menangkis pedang denga santai, menggunakan sulingnya dan totokan kipas itu pun dapat dihalau dengan menggerakkan capingnya yang lebar. Caping itu dapat bertugas seperti perisai dan ketika gagang kipas menyambar, terdengar bunyi keras dan tahulah Ban-tok Mo-li bahwa caping yang dipandangnya rendah itu ternyata hanya di luarnya saja merupakan anyaman bambu, akan tetapi di sebelah dalamnya terlindung baja atau besi atau semacam logam yang kuat. Ia pun tidak berani memandang rendah dan memainkan pedang dan kipasnya dengan cepat sehingga nampak gulungan sinar yang menyambar-nyambar.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong San menggerakkan sulingnya dan terdengar suling itu seperti ditiup dan dimainkan. Dan caping itu ternyata mampu melindungi tubuhnya dari sambarang hawa beracun dari pedang dan kipas! Sebaliknya, dari kanan kiri atas atau bawah caping, mencuat suling secara tiba-tiba dan sukar diduga, melakukan totokan-totokan yang amat cepat. Ban-tok Mo-li menjadi bingung dan beberapa kali nyaris jalan darah dibagian depan tubuhnya tertotok. Setidaknya, ujung suling sudah menyentuh bagian-bagian tubuhnya yang peka dan ia pun semakin kagum. Pemuda itu masih sempat main-main dan menyatakan berahinya lewat sentuhan-sentuhan ujung suling!
Tentu saja amat sukar diduga dari mana suling itu akan mencuat ke luar karena tertutup caping. Sedangkan semua serangan pedang dan kipasnya selalu dapat dihindarkan oleh Hong San.
Akhirnya, setelah lewat hampir lima puluh jurus, tenaga Ban-tok Mo-li mulai berkurang dan napasnya mulai memburu Hong San tidak mau membikin malu wanita itu, maka ujung sulingnya secepal kilat menotok siku kanan dan ketika pedang lawan terlepas dari tangan yang mendadak lumpuh itu, dia cepat menempel pedang dengan sulingnya dan memutar pedang itu sedemikian rupa sel hingga terus menempel pada sulingnya dan tidak sampai jatuh!
Ban-tok Mo-li terkejut dan cepat melompat ke belakang.
Dirampasnya pedang dari tangannya sudah merupakai bukti cukup jelas bahwa ia memang kalah pandai. Diam-diam ia berterima kasih kepada Hong San yang memberi ia kekalahan terhormat, tidak sampai terluka atau roboh, bahkan pedangnya pun tidak sampai terjatuh ke lantai! Hong San lalu menggerakkan tangan dan pedang itu terlepas dari suling, lalu melayang ke arah Ban-tok Mo-li yang menerima dengan tangan kanannya dan wanita ini pun memberi hormat kepada pemuda itu tanpa malu lagi.
"Can Kongcu telah memberi petunjuk kepadaku, aku merasa kagum sekali dan mengaku kalah." Kemudian, wanita
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu berdiri menghadap ke arah mereka yang duduk di bawah panggung, lalu berkata dengan suara lantang, "Para anggauta Thian-te-pang, dengarlah. Mulai detik ini, aku memerintahkan kalian semua untuk mengakui dan menerima Can Kongcu sebagai pemimpin kita semua!"
Ucapan yang nyaring ini disambut tepuk sorak para anggauta Thian-te-pang yang sudah merasa kagum sekali melihat betapa pemuda tampan itu dapat mengalahkan kauwcu dan pangcu, suatu hal yang mereka anggap luar biasa sekali. Apalagi mereka tadi pun menyaksikan dengan mata kepada sendiri betapa pemuda itu mampu mengubah diri menjadi Thian-te Kwi-ong yang hidup!
Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu juga segera bangkit menghampiri Can Hong San dengan sikap hormat dia mempersilakan pemuda itu duduk di kursi kehormatan yang berada di antara dia dan Ban-tok Mo-li. Tempat itu memang telah diaturnya ketika pemuda itu bertanding melayani Ban-tok Mo-li. Dia sudah menduga bahwa Ban-tok Mo-li juga bukan tandingan pemuda sakti itu, maka.dia sudah mengatur sebuah tempat duduk terhormat bagi Hong San.
Tentu saja Hong San merasa gembira sekali melihat sikap dua orang itu! Setelah duduk di atas kursi di antara mereka, dia lalu berkata kepada mereka.
"Hek-houw Toa-to dan Ban-tok Mo-li, seperti sudah kukatakan tadi, aku datang untuk menuntut hakku sebagai ahli waris mendiang Ayahku, menjadi orang nomor satu dalam Thian-te-pang. Akan tetapi itu bukan berarti aku merampas kedudukan kalian. Aku tidak ingin repot bekerja menjadi kauwcu atau pang-cu. Biarlah kalian lanjutkan kedudukal kalian sebagai kauwcu dan pangcu, akan tetapi kalian adalah pembantu-pembantuku. Akulah pemimpin umumnya, dan aku tidak ingin disebut pemimpin atau ketua, cukup kalau kalian dan semua anggauta menyebut aku Can Kongcu saja. Akan tetapi seluruh harta milik dan pemasukan uang harus berada
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
di bawah pengamatanku dan aku yang menentukan dan mengatur semuanya. Mengertikah kalian?"
Tentu saja kedua orang ini merasa girang sekali. Mereka tidak kehilangan muka dan juga tidak kehilangan kekuasaan.
Maka keduanya mengangguk-angguk dan secara langsung maka kauwcu dari Thian-te-kauw itu bangkit berdiri dan dengan lantang dia lalu bicara kepada semua orang yang hadir.
"Para tamu yang terhormat, sobat-sobat dan para anggauta Thian-te-kauw dan Thian-te-pang! Kami mengumumkan bahwa mulai detik ini, Kongcu Can Hong San ini menjadi pemimpin besar kita. Semua harus tunduk kepada perintahnya dan kebijaksanaannya. Ketahuilah bahwa Kongcu adalah putera dari mendiang Suhu kami, yaitu Cui-beng Sai-kong, pendiri Thian-te-kauw. Hidup Can Kong-cu!"
Serentak para anggauta, juga para tamu berteriak, "Hidup Can Kongcu!"
Hong San tersenyum-senyum penuh kegembiraan. "Nah, mari kita lanjutkan pesta perayaan ini. Urusan dalam perkumpulan kita dapat kita bicarakan lain waktu di antara kita sendiri."
Para tamu lalu datang satu demi satu untuk
memperkenalkan diri kepada Hong San. Di antara mereka itu, yang merasa amat kagum dan menyatakan ingin sekali membantu sepenuhnya adalah Siangkoan Tek, putera Siangkoan Bok, Ji Ban To murid Ouw Kok Sian, dan dua orang murid Lui Seng Cu sendiri, yaitu] Siok Boan dan Poa Kian So.
Empat orang pemuda ini merasa kagum bukan main kepada Hong San dan mereka berempat merasa gembira untuk dapat membantu seorang seperti Hong San. Dan Hong San sendiri senang kepada mereka, apalagi mengingat bahwa mereka adalah murid-murid dan putera orang-orang yang pandai dan berpengaruh. Ketika hidangan dikeluarkan, Hong San bahkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengundang mereka berempat itu untuk duduk semeja dengan dia, bersama Ban-tok Mo-li dan lui Seng Cu.
Can Hong San merasa betapa bintangnya terang. Dia memberi selamat pada dirinya sendiri yang sudah memilih tempat yang amat tepat baginya. Apalagi setelah dia mendapat kenyataan bahwa Thian-te-pang telah merupakan sebuah perkumpulan yang kaya! Dia dapat mempergunakan kekayaan itu sesuka hatinya. Selain itu, juga mulai hari itu, Ban-tok Mo-li, wanita yang masih amat cantik dan menggairahkan itu, wanita yang memiliki banyak sekali pengalaman, selalu menemaninya dan melimpahkan cinta yang berkobar-kobar kepadanya. Lebih menyenangkan hatinya lagi, para anggauta Thian-te-pang yang wanita, banyak di antara mereka yang muda dan cantik, agaknya juga berlomba untuk mendekatinya dan menjadi kekasihnya! Sekali pukul saja, Hong San kini telah dibanjiri harta, kedudukan terhormat, wanita-wanita cantik dan segala kesenangan dapat diraihnya dengan amat mudahnya!
ooOOoo Liu Bhok Ki yang berjalan seora diri meninggalkan rumah suami isteri Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci itu sungguh jauh berbeda dengan Liu Bhok Ki ketika datang ke dusun itu kemarin. Kini dia melangkah dengan hati ringan dengan dada lapang dan perasaan penuh bahagia. Dia merasa seolah-olah ada batu besar sekali yang selama bertahun talah menekan hatinya, kini telah lenyap membuat dadanya terasa lapang sekali. Kakek berusia enam puluh tahun yang bertubuh tinggi besar itu nampak lebih muda dari biasanya. Dadanya yang bidang itu makin membusung, langkahnya bagaikan langkah seekor harimau jantan dan sepasang matanya mencorong, bibirnya yang terhias kumis dan jenggot itu tersenyum cerah, bahkan ketika mendaki bukit itu, dia setengah berlari sambi bersenandung! Sin-tiauw Liu Bhok Ki Si Rajawali Sakti itu bersenandung! Sungguh suatu hal yang luar biasa sekali dan kalau ada orang yang sudah mengenalnya mendengar
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
senandung itu, tentu dia akan terheran-heran. Pendekar yang biasanya berwatak kasar dan keras itu hampir tidak pernah kelihatan bergembira, dan pada hari ini dia berjalan kaki seorang diri sambil bersenandung!
Tidak mengherankan kalau kita mengingat akan keadaan hidup pendekar yang perkasa ini. Sejak muda dia menderita sakit hati, dendam yang setinggi langit sedalam lautan.
Hatinya disakiti oleh isterinya yang mengkhianatinya, yang melakukan penyelewengan dengan pria lain. Padahal dia amat menyayangi isterinya itu! Dendam ini membuatnya seperti gila dan membuat dia menjadi seorang yang luar biasa kejamnya terhadap dua orang yang berjina itu. Dia menyimpan kepala isterinya dan kasih isterinya, dan setiap hari dia seperti menyiksa dua buah kepala itu! Bahkan lebih dari itu, dia mendendam kepada keturunan dan keluarga dengan istennya dan kekasih isterinya. Kepada putera kekasih isterinya putera keponakan isterinya datang untuk membalas dendam dan membunuhnya, dia menangkap mereka, bahkan dengan memberi obat perangsang dia membuat mereka itu terangsang dan melakukan hubungan suami isteri. Dia ingin menghukum mereka itu sehebatnya. Dia ingin merasa berdua itu menjadi suami isteri, saling mencinta, kemudian selagi mereka hidup bahagia, dia ingin muridnya merusak kebahagiaan rumah tangga mereka dengan merayu si isteri atau memperkosanya, agar hancur luluh hati mereka dua!
Akan tetapi, ternyata muridnya, Si Han Beng, tidak melakukan perintahnya itu, bahkan membela mereka. Dan dalam keadaan marah itu, suami isteri putera mereka pun menyerahkannya di tangannya. Dan dia pun sadar! Dia sadar akan semua kesalahannya, sadang betapa dia menjadi seperti gila karena cemburu dan dendam. Terutama sekali anak mereka itulah yang membuatnya sadar, seorang anak kecil berusia tiga tahun yang lucu dan pemberani! Dan kini dia telah bebas!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dan baru sekarang dia mengenal apa yang dinamakan kebahagiaan itu! Kebahagiaan adalah kebebasan! Bebas dari segala perasan seperti marah, dendam, benci, iri, malu, takut dan sebagainya. Juga bebas dari perasaan senang yang timbul dari nafsu. Sebelum ini dia terikat oleh senang dan susah, puas dan kecewa yang bukan lain hanya permainan daya-daya rendah atau nafsu-nafsu dalam dirinya.
Ketika dia tiba di tepi sebuah hutan kecil di lereng bukit, tiba-tiba pendengarannya yang tajam menangkap suara orang berkelahi. Tak salah lagi, suara berdentingnya senjata-senjata tajam saling bertemu, dan terdengar pula teriakan-teriakan banyak orang. Liu Bhok Ki adalah seorang pendekar perkasa yang berjuluk Sin-tiauw, tentu saja setiap kali ada perkelahian atau adu ilmu silat, hatinya tertarik sekali. Apalagi suara orang berkelahi itu terjadi di dalam hutan, maka dia pun merasa khawatir kalau-kalau sedang terjadi kejahatan di dalam hutan itu. Dia segera mengerahkan tenaganya dan berlari cepat memasuki hutan.
Ketika dia tiba di tempat terbuka tengah hutan itu, dia melihat seorang wanita muda yang memegang sepasa pedang dikeroyok oleh sedikitnya lima belas orang! Dan di situ sudah men geletak lima orang dalam keadaan terluka.
Agaknya gadis itu mengamuk berhasil merobohkan lima orang, akan tetapi pengeroyoknya masih banyak dan di antara para pengeroyok terdapat dua orang laki-laki setengah tua yang cukup lihai. Gadis itu telah menderita beberapa luka, pakaiannya sudah berlepotan darah dan gerakannya mulai mengendur sehingga ia terancam bahaya maut!
Melihat ini, tentu saja Liu Bhok tak dapat tinggal diam saja.
Dia melihat betapa kini dua orang di antara para pengeroyok yang paling lihai itu memang "masing-masing mempergunakan sebatang golok besar, mendesak Si Gadis berbaju hijau. Gadis itu melawan matian-matian, memutar sepasang pedangnya, namun terdesak dan terhuyung.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tranggggg.. ..........!" Pertemuan pedang kanannya dengan golok seorang di antara dua pengeroyok itu demikian kerasnya sehingga pedang di tangan gadis itu terpental dan lepas dari tangannya. Padahal, pada saat itu, orang ke dua sudah mengayun goloknya membacok ke arah kepalanya. Sungguh berbahaya sekali keadaan gadis itu dan agaknya sudah tidak ada waktu lagi baginya untuk dapat menghindarkan diri dari bacokan kilat itu.
Tiba-tiba nampak sinar putih meluncur dari samping dan sinar ini menangkis golok yang membacok kepala gadis berbaju hijau.
"Plakkk!" Sinar putih itu ternyata sehelai sabuk sutera yang telah menangkis golok, sekaligus menggulungnya dan sekali tarik, golok di tangan laki-laki itu terlepas dan berpindah ke tangan Liu Bhok Ki!
Semua pengeroyok terkejut melihat munculnya seorang laki-laki berusia enam puluh empat tahun yang tinggi besar dan gagah perkasa. Mereka merasa penasaran sekali karena mereka sudah hampir berhasil merobohkan wanita itu, akan tetapi kini muncul seorang kakek yang menggagalkan usaha mereka! Dua orang lihai yang agaknya menjadi pemimpin rombongan itu, dengan marah lalu memberi aba-aba untuk mengeroyok Liu Bhok Ki!
Liu Bhok Ki melihat betapa gadis berbaju hijau itu terhuyung dan jatuh terduduk, lalu gadis itu memejamkan mata dan agaknya sedang menderita nyeri yang hebat. Dia pun cepat mendekati gadis itu, tanpa ragu lagi dia menotok punggungnya sehingga gadis itu roboh pingsan dan segera dipondongnya gadis itu. Pada saat itu, belasan orang itu sudah maju mengeroyoknya.
Liu Bhok Ki menggerakkan sabuk putihnya dan tubuhnya berloncatan bagaikan seekor rajawali sakti, menyambar-nyambar dan dalam waktu beberapa menit saja, hampir
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
semua senjata di tangan para pengeroyok telah terampas dari tangan mereka. Ada yang terlibat sabuk dan ditarik lepas, ada yang terlepas karena pergelangan tangan pemegangnya tertotok ujung sabuk. Dan sabuk itu pun lalu lecut-lecut seperti cambuk dengan mengeluarkan suara ledakan-ledakan. Kocar-kacirlah para pengeroyok itu dan tak lama kemudian mereka semua melarikan diri sambil membawa teman-teman yang tadi terluka oleh gadis itu.
Liu Bhok Ki berdiri dengan memondong tubuh gadis yang pingsan itu, se?jenak memandang kepada mereka yang melarikan diri. Pada saat itu baru dia rasa keadaan hatinya sudah mengalami perubahan yang luar biasa. Tanpa disengaja, tadi dalam perkelahian itu, dia sama sekali tidak mau melukai berat para pengeroyoknya, apalagi merobohkan dan membunuhnya! Padahal, dahulu kalau dia berhadapan dengan lawan, dia tidak mengenal ampun lagi! Lebih-lebih lagi kalau lawannya itu orang-orang jahat. Dan gerombolan yang mengeroyok seorang wanita seperti itu, mana bisa disebut orang-orang baik"
Liu Bhok Ki tidak menyesali perubahan pada dirinya, hanya merasa heran saja, kemudian dia membawa pergi gadis itu keluar dari dalam hutan, membawanya mendaki bukit dan setelah tiba puncak, di mana terdapat sebatang pohon yang lebat daunnya, dia berhenti merebahkan tubuh gadis itu ke atas tanah bertilamkan rumput tebal.
Dengan lembut dia menyadarkan gadis itu dari pingsannya.
Gadis itu membuka matanya dan begitu melihat seorang laki-laki duduk di dekatnya, ia mengeluarkan seruan tertahan dan cepat meloncat bangun dengan sikap menyerang. Akan tetapi karena luka-lukanya, ia pun terpelanting dan tentu akan roboh terbanting kalau saja Liu Bhok Ki tidak menangkap lengannya.
"Nona, tenanglah. Aku bukan musuhmu. Mereka itu sudah melarikan diri."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Gadis itu mengamati wajah Liu Bhok Ki dan teringatlah dia bahwa kakek itu yang tadi muncul menyelamatkan sambaran golok. Akan tetapi ia pun teringat bahwa setelah itu, kakek itu merontoknya sehingga ia roboh dan tidak ingat apa-apa lagi.
"Tapi .......... tapi kenapa engkau menotokku dan membuat aku pingsan?" tanyanya penuh keraguan dan dengan sikap masih siap untuk menyerang walaupun seluruh tubuhnya terasa nyeri, dan terutama sekali luka di paha kirinya mendatangkan rasa panas bukan main.
"Aku terpaksa, Nona. Kalau tidak kubikin pingsan, tentu engkau akan tetap mengamuk dan hal itu berbahaya sekali karena engkau sudah terluka parah. Tentu engkau tidak mau pula kupondong. Setelah membuat engkau pingsan dan memondongmu, aku berhasil memaksa mereka melarikan diri."
Sepasang mata yang tajam itu mengamati Liu Bhok Ki penuh perhatian, kemudian ketegangannya melunak dan ia pun terkulai dan jatuh terduduk, lalu terdengar suaranya lemah, "Harap Lo-cian-pwe sudi memaafkan aku. Karena tidak mengenal maka aku tadi mengira Lo-cian-pwe seorang di antara mereka dan aduhhh ............." la mengeluh dan kedatangannya memijat-mijat paha kiri.
"Cukup, jangan banyak cakap dulu Nona. Engkau terluka parah dan agaknya yang paling parah adalah luka di pahamu.
Biarkan aku memeriksanya. Aku mengerti sedikit ilmu pengobatan."
Agaknya gadis itu sudah percaya penuh kepada Liu Bhok Ki. Ia hanya mengangguk dan membiarkan kakek itu memeriksa luka di paha kirinya. Ketika melihat betapa celana di bagian paha dirobek dan penuh darah, Liu Bhok berkata,
"Maaf, untuk dapat memeriksa dengan baik, celana ini terpaksa dirobek sedikit di bagian yang terluka. Engkau tidak keberatan, Nona?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Gadis itu menggeleng kepala. Dengan hati-hati Liu Bhok Ki merobek sedikit celana itu di bagian paha yang terluka sehingga luka itu pun nampak jelas. Liu Bhok Ki adalah seorang laki-laki jantan yang usianya sudah enam puluh tahun lebih. Walaupun sudah bertahun-tahun dia tidak pernah dekat dengan wanita, namun dia telah mampu menundukkan gejolak nafsunya sehingga melihat kulit paha yang putih mulus itu dia sama sekali tidak tergerak. Yang menjadi pusat perhatiannya hanyalah luka itu. Luka tusukan yang tidak berapa lebar, dan dalamnya juga tidak sampai mengenai tulang. Akan tetapi melihat keadaan luka yang membengkak dan kehitaman itu, dia mengerutkan alisnya.
"Nona, engkau terluka oleh senjata beracun!"
Gadis itu mengangguk. "Yang melukai aku di paha adalah sebatang pisau yang dipergunakan secara curang oleh seorang di antara kedua pemimpin gerombolan itu. Mungkin pisau itu yang beracun. Aughhh ........... nyeri, panas rasanya
.............!" Gadis itu mengeluh.
"Untung bahwa racun ini hanya racun biasa saja, Nona.
Belum terlalu jauh menjalar, hanya di sekitar luka. Engkau tidak berkeberatan kalau aku menyedot racun itu dan luka di pahamu?" Sejenak mereka saling pandang dan melihat sinar mata tajam yang penuh kejujuran itu, gadis itu lalu mengangguk.
Liu Bhok Ki lalu menundukkan mukanya dan menyedot luka itu dengan mulut. Di mengerahkan sin-kang sehingga sedotannya itu kuat sekali. Setelah menyedot dia meludahkan darah bercampur racun yang tersedot, lalu mengulangi lagi.
Sampai lima kali dia menyedot dan setiap kali disedot, gadis itu merasakan kenyerian yang menusuk jantung namun dia mempertahankan diri dan tidak mau mengeluh, hanya menggigit bibir sendiri.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nah, sekarang kurasa racun itu sudah keluar semua," kata Liu Bhok Ki sambil menyusut bibirnya, dan memeriksa luka itu.
"Dengan obat luka tentu akan cepat sembuh." Dia lalu mengeluarkan obat bubuk dari saku bajunya, menaburkan obat itu kedalam luka dan membalut paha itu dengan kain bersih robekan sabuknya. Setelah itu, dia memeriksa luka-luka lain, akan tetapi hanya luka biasa saja, tidak berbahaya.
Gadis itu kembali memberi hormat "Lo-cian-pwe telah menolong diriku bahkan telah menyelamatkan nyawaku. Kalau tidak ada Lo-cian-pwe, tentu aku sudah tewas di tangan gerombolan itu."
"Sudahlah, Nona. Engkau tidak perlu banyak sungkan dan tidak boleh terlalu banyak bicara. Jawab saja secara pendek hal-hal pokok yang ingin kuketahui. Gerombolan apakah mereka tadi?"
"Mereka perampok-perampok," jawab gadis itu.
"Bagaimana engkau bentrok dengan mereka" Jelaskan singkat saja."
"Ketika aku lewat di sini aku melihat mereka itu merampok sebuah keluarga yang lemah. Aku menolong keluarga itu dan berhasil mengusir para perampok. Akan tetapi mereka itu datang lagi membawa dua orang yang lihai tadi dan aku terdesak."
Liu Bhok Ki mengangkat tangan. "Cukup, Nona. Aku melihat engkau lemah kali, kalau bicara engkau menjadi pu?cat dan nampak kesakitan. Apakah ada sesuatu yang terasa sakit?"
"Dalam dadaku .......... nyeri dan kalau bicara .......... ah, semakin nyeri."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Coba aku memeriksanya," kata Liu Bhok Ki dan dia pun berdiri di belakang gadis itu, lalu berlutut sedangkan gadis itu duduk bersila. Liu Bhok Ki menempelkan telapak tangannya pada punggung itu, menekan-nekan.
"Ah, ternyata selain luka beracun pahamu,, juga engkau menderita luka dalam oleh pukulan yang cukup kuat Nona."
"Tadi ............. Si Muka Hitam itu ............ berhasil memukul punggungku."
"Hemmm, sekarang ke manakah engkau hendak pergi?"
tanya Liu Bhok Ki kini sudah berada kembali di depan gadis itu sambil memperhatikan wajah yang bulat berkulit putih dan bermata tajam itu.
"Aku akan melanjutkan perjalanan mungkin ke kota raja.
Aku sedang mencari Pamanku ........... " kata gadis itu lirih dan hati-hati karena kalau dipakai bicara, dadanya seperti ditusuk rasanya.
Liu Bhok Ki menggeleng-geleng kepalanya. "Nona, engkau perlu mengaso dan perlu perawatan. Keadaanmu tidak memungkinkan engkau melakukan per jalanan, apalagi yang jauh dan seorang diri pula. Engkau seorang gadis muda, itu akan menghadapi banyak rintangan di jalan dan dalam keadaan seperti ini, kalau itu akan berbahaya sekali. Kalau engkau mau, Nona, marilah engkau ikut bersamaku. Aku akan melanjutkan perjalanan dengan berperahu sehingga tidak melelahkan dan kalau tiba di tempat tinggalku, aku akan merawatmu sampai sembuh. Kalau engkau sudah sembuh dan sehat kembali, baru engkau dapat melanjutkan perjalananmu. Sekarang tidak perlu banyak bicara. Kalau engkau mau, marilah."
Gadis itu nampak ragu dan bingung, ucapan kakek itu memang benar. Ia terluka parah dan dalam keadaan seperti
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, kalau muncul orang-orang jahat, dan mengganggunya, tentu ia tidak akan mampu membela diri lagi. Akan tetapi, ia baru saja bertemu dengan kakek ini. Sama sekali tidak mengenalnya dan tidak tahu orang macam apakah adanya kakek Ini.
"Lo-cian-pwe ........ siapakah ......... ?" Akhirnya ia memberanikan diri bertanya belum mengambil keputusan.
Liu Bhok Ki tersenyum. Dia dapat menduga apa yang membuat gadis itu meragu, maka dia pun menjawab, "Harap engkau jangan khawatir, Nona. Aku Bhok Ki. disebut orang Sin-tiauw dan selamanya aku tidak pernah berbuat jahat apalagi kepada seorang gadis muda yang sepantasnya menjadi anakku."
Sepasang mata bintang itu terbelak "Ah, kiranya Lo-cianpwe adalah Sin tiauw Liu Bhok Ki" Paman pernah bercerita kepadaku tentang Lo-cian-pwe."
"Siapakah Pamanmu itu?"
"Dia bernama Lie Koan Tek "
"Lie Koan Tek" Tokoh Siauw-Lim pai itu" Pantas kulihat tadi permainan siang-kiam (sepasang pedang) darimu adalah ilmu pedang Siauw Lim-pai. Kiranya engkau murid Siauw lim-pai! bagaimana, Nona" Apakah engkau menerima usulku tadi demi kebaikan sendiri?"
Keraguan kini lenyap sama sekali dan mata gadis itu.
Sudah lama ia dengar tentang nama besar Sin-tiauw Liu Bhok Ki sebagai seorang pendekar perkasa walaupun menurut pamannya, watak pendekar ini aneh dan keras. Namun, ia tidak melihat kekerasan dalam sepak terjangnya tadi.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah, Lo-cian-pwe dan sebelumnya terima kasih atas kebaikan Lo-cian-pwe kepadaku."
"Hemmm, siapakah namamu" Sudah pantasnya aku mengetahuinya." Gadis itu agak tersipu. Orang telah melimpahkan bantuan kepadanya dan ia pun lupa untuk memperkenalkan namanya! "Namaku Bi Lan, Lo-cian-pwe."
"Nah, Bi Lan, mari kau ikut dengan aku. Terpaksa engkau harus kupondong karena kakimu itu akan menjadi bengkak kalau kau pakai berjalan jauh. Sungai itu tidak berapa jauh lagi dan setelah tiba di sana, kita selanjutnya menggunakan perahu."
Gadis itu tidak membantah, dan ia melawan perasaan malunya dengan memejamkan mata ketika merasa betapa tubuhnya diangkat oleh lengan yang kokoh kuat itu.
Sambil memondong tubuh gadis i Liu Bhok Ki
mempergunakan ilmu berlari cepat sehingga dalam waktu dua jam saja dia sudah tiba di Sungai Huang ho. Dia lalu menyewa perahu melanjutkan perjalanan sampai ke kaki bukit Kim-hong-san di lembah Huang-ho. Kemudian, kembali dia memondong tubuh Bi Lan mendaki puncak dan semenjak hari itu Sin-tiauw Liu Bhok Ki merawat Bi Lan dengan penuh perhatian. Gadis itu merasa terharu dan bersukur sekali karena kakek itu merawatnya dengan penuh ketelitian seolah-olah ia dirawat oleh ayahnya sendiri.
Setelah gadis itu agak pulih kesehatannya dan tidak lagi nyeri dadanya kalau bicara, barulah Liu Bhok Ki menanyakan riwayatnya. Bi Lan kini tinggal sedikit lemah saja, akan tetapi luka-lukanya sudah sembuh, baik luka di badan maupun luka di dalam dadanya.
Kwi Bi Lan hidup berdua saja dengan ibunya karena ayahnya telah meninggal dunia ketika ia masih kecil. Oleh
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pamanya, yaitu Lie Koan Tek adik kandung ibunya, ia dimasukkan ke dalam perguruan silat seorang murid Siauw-lim-pai, bahkan kemudian pamannya itu melanjutkan memberi pelajaran ilmu silat Siauw-Lim pai kepada keponakannya itu.
Bi Lan dan ibunya hidup di sebuah dusun sebagai petani.
Biarpun agak jarang, namun Lie Koan Tek tentu singgah di dusun itu kalau dia kebetulan melakukan perjalanan melalui daerah itu sehingga hubungan antara paman dan keponakan itu cukup akrab. Akan tetapi, dua bulan yag lalu, ibu Bi Lan jatuh sakit dan meninggal dunia. Tentu saja Bi Lan yang menjadi sebatangkara itu merasa ber?duka sekali. Hanya dibantu oleh para tetangga, ia mengurus penguburan jenazah Ibunya, dan setelah itu ia hidup menyendiri kesepian.
Pamannya Lie Koan Tek yang sudah lama tidak pernah datang itu ditunggu-tunggunya, akan tetapi tidak pernah muncul. Akhirnya, Bi Lan mengambil keputusan nekat untuk mencari pamannya.
"Paman memberi dua alamatnya kepada kami, yaitu di kuil Siauw-lim-dan di kota raja. Karena kota raja lebih dekat, maka saya hendak menyusul dan mencarinya di sana, Lo-cian-pwe."
Liu Bhok Ki mengelus jenggotnya merasa iba kepada gadis ini. Bi Lan telah memiliki ilmu silat Siau lim-pai yang cukup tangguh namun kepandaian itu masih belum cukup untuk bekal seorang gadis muda yang cantik melakukan perjalanan seorang diri.
"Kota raja itu ramai dan luas, Bi Lan. Tahukah engkau di mana rumah tinggal Lie Koan Tek?"
Bi Lan menarik napas panjang. "Paman Lie Koan Tek tidak pernah memberitahu dengan jelas di mana letaknya hanya di kota raja saja. Saya akan mencari keterangan di sana."
"Aih, sungguh berbahaya sekali, Bi Lan. Perjalanan ke kota raja cukup jauh dan melalui daerah-daerah rawan, banyak sekali orang jahat di dunia ini engkau tentu akan menemui
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
banyak halangan. Biarpun aku tahu bahwa engkau telah menguasai ilmu silat cukup baik, namun kiranya masih belum cukup untuk melindungi dirimu dari gangguan para tokoh sesat di dunia kang-ouw."
"Bagaimanapun juga, saya harus berani menghadapi bahaya itu, Lo-cian-pwe. Saya tidak mungkin hidup sebatangkara saja di dunia ini. Saya masih mempunyai seorang paman, maka saya akan menumpang hidup pada Paman Lie Koan Tek."
"Memang benar pendapatmu itu. Akan tetapi setelah engkau bertemu denganku, bagaimana mungkin aku membiarkan engkau pergi menempuh bahaya seperti itu" Bi Lan, terus terang saja, aku merasa kasihan kepadamu dan kalau engkau suka, biarlah engkau tinggal beberapa lama di sini. Aku akan mengajarkan beberapa ilmu silat kepadamu agar engkau lebih kuat dan lebih mampu membelamu di dalam perjalananmu mencari Pamanmu. Bagaimana pendapatmu?"
Mendengar ucapan penolongnya itu, Bi Lan menjadi girang sekali dan segera ia menjatuhkan diri berlutut di depan pendekar tua itu. "Sungguh berlimpahan Suhu, menumpuk budi kebaikan terhadap diri teecu, semoga Tuhan yang akan membalasnya. Teecu mentaati perintah Suhu Liu Bhok Ki tersenyum, hatinya merasa lega sekali dan diapun memegang kedua pundak gadis itu dan menyuruhnya bangkit dan duduk kembali di atas pembaringannya.
"Cukup, Bi Lan. Aku hanya ingin melengkapi kepandaianmu, akan tetapi kalau engkau suka mengakui aku sebagai gurumu, aku pun merasa gembira sekali. Ketahuilah bahwa selama hidupku, hanya mempunyai seorang saja murid dan kini kepandaiannya sudah jauh melampaui kepandaianku sendiri. Dan kau adalah murid ke dua, padahal engkau sudah menguasai banyak ilmu silat Siau lim-si dan aku hanya akan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menambahi beberapa jurus saja untuk memperkuat dirimu dan sebagai bekal."
Demikianlah, mulai hari itu Bi Lan menjadi murid Sin-tiauw Liu Bhok Ki d setelah tubuhnya sehat kembali, mulailah ia merima gemblengan kakek perkasa itu yang mengajarkan jurus-jurus pilihan dari Hui-tiauw Sin-kun (Silat sakti Rajawali Terbang) dan juga dia pemberi petunjuk tentang ilmu siang-kiam pedang pasangan) kepada gadis itu sehingga dalam waktu tiga bulan saja, Bi Lan telah memperoleh kemajuan pesat. Gadis yatim piatu itu pun tahu diri. lama tinggal di pondok gurunya sebagai murid, ia bukan hanya mengantungkan diri sendiri dengan mempelajari ilmu ilat saja.
la rajin bekerja membersihkan pondok, mencuci pakaian, memasak dan menyediakan semua keperluan suhunya dengan penuh perhatian. Biarpun ia seorang gadis yang pendiam, namun ia selalu bersikap ramah, lembut dan penuh hormat kepada gurunya sehingga kakek perkasa itu merasa semakin sayang kepadanya.
Pada suatu hari, pagi-pagi sekali Bi Lan sudah memasak air dan membuatkan air teh panas untuk gurunya, kemudian ia menyapu pekarangan dan membawa pakaian kotor ke sumber air untuk mencucinya. Gurunya baru saja bangun dan kini gurunya sedang berlatih silat untuk melemaskan otot-otot.
Setiap pagi, untuk setengah jam lamanya, Sin tiauw Liu Bhok Ki selalu bersilat untuk menjaga kesehatan dan kesegaran tubuhnya.
Liu Bhok Ki merasa segar dan gembira hatinya pagi itu.
Semenjak Bi Lan berada di situ sebagai muridnya, Bhok Ki merasa seolah-olah kehidupan menjadi lebih menyenangkan.
Kalau dahulu kadang-kadang dia merasa kesepian sekali, merasa betapa hidupnya sudah tidak ada guna dan manfaatnya lagi baik bagi diri sendiri apalagi bagi orang lain, merasa tidak dibutuhkan manusia lain, kini dia merasa sebaliknya. Bi Lan membutuhkan bimbingannya! Dan dia merasa berguna, juga tidak lagi merasa kesepian. Kalau saja
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Bi Lan itu puterinya! Dia menghentikan latihannya menyeka keringat dan duduk di atas batu di pekarangan depan rumahnya itu. Pekarangan itu sekarang nampak bersih. Daun-daun pohon kering tertumpuk sudut dan terbakar. Bunga-bunga tumbuh dengan segarnya. Memang tempat tinggalnya telah berubah sejak Bi Lan datang di situ. Pekarangan selalu bersih, bunga-bunga subur berkembang, dalam rumah juga bersih, semua pakaiannya tercuci bersih dan setiap hari pun ada saja sayur dimasak gadis itu dengan lezatnya. Kalau saja Bi Lan itu puterinya, pikirnya lagi. Akan tetapi, dia mengerutkan alisnya. Andaikata puterinyaa, setelah menikah pun akan meninggalkannya' Demikianlah hidup, pikirnya sambil menarik napas panjang. Tidak ada pertemuan tanpa perpisahan.
Memang demikianlah keadaan hidup ini. Kita selalu diombang-ambingkan senang dan susah. Senang kalau bertemu dan berkumpul, lalu susah kalau berpisah. Senang kalau mendapatkan, susah kalau kehilangan. Senang susah menjadi dua hal bertentangan yang silih berganti mencengkeram dan mempermainkan kita. Dan kita selalu menghendaki senang dan menolak susah. Bagaimana mungkin" Senang dan susah merupakan dua muka yang tak dapat disahkan, seperti dua permukaan dari satu mata uang yang sama. Kalau kita mengejar senang, tentu akan bertemu susah pula. Bahkan adanya senang karena ada susah dan sebaliknya. Kalau tidak ada senang, bagaimana tahu akan susah. Kalau tidak ada susah pun tidak mungkin mengenal senang. Seperti terang di gelap, seperti siang dan malam.
Biasanya, kalau ada kesadaran pada kita sehingga kita berusaha untuk mengatasi kesusahan, maka yang ingin kita atasi, yang ingin kita tiadakan atau h ilangkan, tentu hanya susah itu saja. sebaliknya, senang ingin tetap kita rangkap dan kita miliki! Padahal keadaan seperti ini tidak mungkin.
Keinginan ini pun timbul karena ingin senang, dengan cara ingin terlepas dari susah. Jadi yang masih sama saja! Bahkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
susah itu sudah membuat ancang-ancang hendak menerka begitu kita menginginkan senang!
Susah dan senang bukan suatu keadaan, melainkan buatan hati dan pikir belaka. Merupakan kerjasama antara hati dan akal pikiran. Pikiran yang bergelimang nafsu yang timbul dari dayanya rendah selalu ingin mengulang segala pengalaman yang mengenakkan dan Menghindari segala pengalaman yang tidak enak. Kalau bertemu pengalaman yang mengenakkan, yang menguntungkan, maka hati pun senanglah. Kalau pikiran bertemu peristiwa yang dianggap tidak kuak dan merugikan, maka hati pun susah.
Enak atau tidak enak ini timbul dari an daya-daya rendah.
Suatu pengalaman yang mengenakkan selalu dikejar oleh pikiran, ingin diulang sampai menjadi suatu kebiasaan. Segala yang menyerangkan ingin dijadikan miliknya. Dari kemilikan ini, makin besarlah rasanya.si aku, makin berarti. Kemilikan ini yang memupuk dan membesarkan aku. Karena itu, kalau terpisah dari yang dimilikinya, yang mengenakkan dan menyenangkan atau menguntungkan, hati terasa sakit.
Peristiwa yang terjadi di dunia ini tidaklah baik ataupun buruk. Baik buruknya hanya merupakan pendapat saja dari hati dan pikiran yang disesuaikan dengan kebutuhannya.
Suatu peristiwa yang saja dapat saja mendatangkan penilaian yang saling bertentangan bagi satu orang karena tergantung dari keadaan hati dan pikirannya. Seseorang menjadi sahabat baik kita karena kita menganggap dia mengenakkan hati, menguntungkan atau menyenangkan. Kalau dia pergi atau merasa susah, merasa kehilangan kita selalu ingin agar dia dekat dengan kita. Akan tetapi, suatu ketika dia melakukan sesuatu yang merugikan kita tidak mengenakkan hati kita, dan diapun menjadi tidak menyenangkan! Kalau pergi kita merasa senang! Padahal, sebel itu kalau dia pergi kita merasa susah!
Jelah bahwa senang dan susah adalah keada hati yang timbul dari pertimbangan pikir yang selalumengejar enak dan menghindarkan yang tidak enak.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua itu wajar. Hidup memang sudah disertai daya-daya rendah yang menjadi alat untuk mempertahankan hidup. Kalau daya-daya rendah itu tetap berfungsi menjadi alat, maka hidup pun baiklah. Yang gawat adalah kalau daya-daya rendah demikian kuatnya sehingga menjadi penguasa dan memperalat kita. Hidup kita seolah-olah hanya untuk mengejar pemuasan nafsu belaka. Pengejaran pemuasan nafsu Inilah yang menimbulkan perbuatan-perbuatan yang menimpang dari kebenaran. Bukan lagi hawa nafsu yang menjadi kuda dan kendalinya dan di tangan kita, melainkan kita yang menjadi kuda, dikendalikan nafsu!
Banyak daya upaya manusia untuk mengembalikan fungsi nafsu daya-daya rendah ini di tempatnya semula, yaitu sebagai hamba, sebagai alat dan daya upaya ini dilakukan melalui bermacam-macam agama, melalui ancaman hukuman dan harapan-harapan. Bahkan ada yang sengaja menjauhkan diri dari keramaian dunia, bertapa di tempat-tempat sunyi agar daya-daya rendah tidak mendapatkan sasaran, agar nafsu-nafsu dalam diri tidak dapat hidup subur karena tidak adanya pupuk. Ada pula usaha melalui nasihat-nasihat, petuah.
Namun, betapa sedikitnya hasil yang diperoleh dari semua usaha itu. Nafsu tetap merajalela di antara manusia. Manusia pada umum masih saja diperbudak nafsu daya-daya rendah sehingga perbuatan-perbuat sesat, jahat dan menyeleweng daripada kebenaran terjadi di seluruh dunia.
Selama usaha untuk menalukkan nafsu ini timbul dari hati dan akal pikiran maka selalu akan gagal. Karena hati dan akal pikiran sudah bergelimang dengan daya-daya rendah, sehingga apa pun yang dilakukan hati dan akal pikiran, selama berpamrih pula. Hati dan akal pikiran sudah mengerti bahwa perbuatan yang dilakukan itu tidak benar, namun hanya dan akal pikiran sendiri tidak berada karena memang sudah diperhamba oleh nafsu, sudah dipegang oleh nafsu semua kendalinya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hanya Tuhan yang akan mampu mengubah segalanyal Tuhan Maha Pencipta Tuhan pula yang menciptakan semua yang berada dalam diri manusia, Tuhan pula yang menganugerahkan nafsu sebag alat untuk hidup. Maka kalau alat itu merajalela dan mengubah kedudukannya menjadi penguasa, hanya Tuhan yang menciptakannya saja yang akan dapat fnengubahnya. Oleh karena itu, satu-satunya usaha yang dapat ditempuh oleh kita hanyalah menyerah kepada Tuhan! Menyerah dengan pasrah, menyerah dengan Ikhlas, dengan sabar dan tawakal. Kita membiarkan pintu hati terbuka dan sekali cahaya Tuhan masuk, maka kekuasaan luhan yang akan membersihkan semua kekotoran dalam batin kita, kekuasaan Tuhan yang akan mengadakan perombakan, menaruh segalanya di tempatnya yang benar, dan mengadakan pembaharuan. Kalau sudah begitu, maka kekuasaan Tuhan yang akan memegang kendali dan memberi bimbingan.
Liu Bhok Ki duduk termenung, mengenangkan hidupnya yang penuh kepahitan. Semenjak kematian isterinya, tiga puluh tahun lebih yang lalu, sinar matahari kebahagiaan seolah-olah selalu bersembunyi, tertutup awan gelap baginya.
Kemudian, setelah dia terbebas dari tekanan dendam, baru dia merasa lega dan bebas. Dan perjumpaannya dengan Bi Lan seolah-olah merupakan cahaya terang dan membuatnya merasa berbahagia sekali Ketika pikirannya membayangkan betapa gadis itu suatu ketika akan pergi ninggalkannya, untuk mencari pamannya alisnya berkerut dan dia cepat mengusir bayangan yang menyedihkan itu.
Tiba-tiba dia memandang ke depan dan alisnya berkerut kembali! Dia lihat dua sosok tubuh orang mendaki puncak bukit itu. Dari gerakan mereka tahulah dia bahwa dua orang yang mendaki puncak itu adalah orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi. Hatinya marasa tegang. Apakah dalam keadaannya yang sekarang ini pun datang gangguan" Siapa yang berani mendaki bukit ini kalau bukan mereka yang datang dengan niat buruk terhadap dirinya" Sudah lama dia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
meninggalkan dunia kang ouw sehingga boleh dibilang dia sudah putus hubungan dengan para tokoh persilatan, maka tidak masuk di akal kalau ada tokoh kang-ouw yang sengaja datar berkunjung dengan iktikad baik. Dia sudah siap siaga, akan tetapi tetap duduk dengan sikap tenang.
Bahkan ketika kedua orang itu sudah tiba di depannya, Liu Bhok Ki tidak mengangkat muka memandang, melainkan tetap menunduk, akan tetapi tentu saja dia mengikuti gerakan mereka itu pendengarannya.
"Suhu ...........!"
Suara ini yang membuatnya cepat angkat muka. Seorang pemuda tinggi besar yang tampan dan gagah berdiri di depannya, bersama seorang gadis yang cantik jelita! Pemuda itu segera menjatuhkan diri berlutut di depannya dan kembali suaranya yang amat dikenalnya itu menggetarkan perasaan Liu Bhok Ki.
"Suhu ............. !"
Wajah Liu Bhok Ki kini berseri, sinar matanya mencorong dan suaranya terdengar penuh kegembiraan ketika dia berseru, "Han Beng muridku ............!" Semenjak peristiwa yang terjadi di rumah Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci, yaitu pertemuannya yang terakhir kalinya dengan muridnya, dia merasa semakin kagum dan sayang kepada muridnya ini.
Seorang murid yang berani menyerahkan nyawanya demi untuk menyadarkan hatinya yang ketika itu menjadi buta dan mabuk oleh dendam. Sejak itulah dia merasa betapa selama puluhan tahun hidupnya dipenuhi racun dendam, selama puluh tahun hatinya terhimpit oleh gunung dendam yang membuat hidup terasa seperti dalam neraka. Dan muridnya inilah yang menghapus racun itu, yang menyingkirkan gunung itu, yang membuat dia menjadi seorang manusia yang bebas.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu sehat dan baik-baik saja, bukan?" Han Beng berkata lagi.
Liu Bhok Ki mengangguk dan kini dia memandang kepada gadis cantik yang datang bersama muridnya itu. Seorang gadis yang wajahnya cantik, berbentuk bulat telur, dengan tubuh yang tinggi semampai dan ramping, pakaiannya rapi dan bersih, bibirnya yang merah sehat itu selalu tersenyum, matanya jeli dan kocak. Gagang pedang yang tersembul belakang pundak itu saja menunjukkan bahwa gadis ini bukan seorang wanita lemah.
"Han Beng, siapakah Nona yang datang bersamamu ini?"
Sebelum Han Beng menjawab, Giok Cusudah mengangkat kedua tangan di depan dadanya dan memberi hormat. "Locian-pwe, dua belas tahun yang lalu Lo-cian-pwe pernah berjumpa dengan saya di Sungai Huang-ho. Apakah Lo-Cianpwe sudah melupakan saya?" Berkata demikian, Giok Cu menatap wajah Si Rajawali Sakti itu dengan pandang mata tajam penuh selidik.
"Eh" Bertemu di Huang-ho" Kapankah itu, Nona" Dan di mana?" Dia bertanya heran.
"Dua belas tahun yang lalu, di atas perahu dekat pusaran maut ketika terjadi perebutan anak naga. Ketika itu, seperti juga Han Beng, saya dijadikan perebutan oleh para tokoh kang-ouw, dan Ayah Ibu saya menderita luka di atas perahu mereka ........" Giok Cu bukan sekedar mengingatkan, akan tetapi juga memancing sambil menatap tajam wajah Pendekar tua itu.
Sin-tiauw Liu Bhok Ki mengingat-ingat dan membayangkan peristiwa yang terjadi dua belas tahun yang lalu itu. Peristiwa memperebutkan anak naga Sungai Huang-ho yang takkan terlupakan selama hidupnya karena dalam peristiwa itulah dia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bertemu dengan Han Beng yang kemudian menjadi muridnya.
Teringatlah dia akan seorang gadis cilik yang kemudian ikut pula diperebutkan orang-orang kang-ouw karena seperti juga Han Beng, gadis itu telah bergulat dengan "anak naga" dan menggigit serta menghisap darah anak naga itu.
"Ahhhhh ........... sekarang aku ingat! Engkau adalah gadis cilik yang pemberani itu yang bersama Han Beng melawan anak naga dan berhasil membunuhnya dan menghisap pula darahnya. Bukankah engkau gadis cilik itu?"
Bukan itu yang dikehendaki Giok "Benar, Lo-cian-pwe. Dan Lo-cian-pwe tentu masih ingat kepada Ayah Ibunya berada dalam perahu dalam keadaan terluka. Lo-cian-pwe bersama Han Beng datang dengan perahu lain dan naik perahu orang tuaku, bukan" Tentu Lo-cian-pwe masih ingat apa yang terjadi dengan Ayah Ibuku pada waktu itu ia sengaja tidak melanjutkan karena ingin memancing pendekar tua itu. Tanpa berpikir panjang lagi, Liu Bhok Ki sudah tentu saja ingat akan semua itu. Dia mengangguk-angguk. "Ya benar, aku ingat semuanya. Setelah menyelamatkan Han Beng dari tangan tokoh-tokoh sesat itu, Han Beng mengajak aku mencari kedua orang tuanya. Akan tetapi gagal, dan kami bertemu dengan orang tuamu di perahu yang juga menderita luka-luka. Aku bahkan masih sempat mengobati mereka sebelum kami berdua meninggalkan mereka."
Giok Cu memandang semakin tajam dan penuh selidik sehingga Liu Bhok Ki terheran, lalu berseru, "Ah, Nona, kenapa engkau memandangku seperti itu?"
Sejak tadi Han Beng hanya diam saja, bahkan menundukkan mukanya. Dia mengerti akan sikap Giok Cu. Dia tahu bahwa gadis itu, walaupun percaya kepadanya, namun masih merasa penasaran dan ingin mendengar sendiri pengakuan gurunya, dan kini gadis itu memancing-mancing agar Liu Bhok Ki menceritakannya apa yang sesungguhnya terjadi ketika itu. Dia sengaja diam saja tidak mau mencampuri
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
karena dia yakin akan kebersihan gurunya maka tidak perlu dia membelanya. Biarlah gadis itu mendapat keyakinan sendiri setelah bicara dengan gurunya yang dia percaya dapat mengusut semua keraguan dari hati Giok Cu. "Lo-cian-pwe, apakah yang Lo-cia pwe lakukan ketika naik ke perahu Ayah Ibuku?" tanyanya dan pandang matanya menatap tajam. Liu Bhok Ki memandang heran.
"Eh" Apa yang kulakukan" Aku bertanya kepada orang tuamu tentang orang tua Han Beng, kemudian melihat mereka menderita luka-luka, aku lalu mengobatinya."
"Apakah ketika Lo-cian-pwe mengobati mereka, Ayah dan Ibuku itu menderita luka-luka parah?"
Liu Bhok Ki menggeleng kepala dengan tegas. "Sama sekali tidak! Luka yang mereka derita hanya luka di luar saja, dan aku yakin setelah kuobati ketika itu mereka tentu sembuh kembali."
Giok Cu membayangkan ketika ia bersama subonya berada di perahu ayah Ibunya itu. Ayah ibunya yang ia temukan dalam keadaan terluka, akan tetapi mereka tidak parah, dan mereka bercerita bahwa mereka diserang oleh orang-orang jahat, mereka terluka dan hanya seorang saja pembantu mereka selamat. Yang lain tewas. Juga ayah bundanya yang menceritakannya bahwa orang tua Han Beng tewas. Juga ayahnya bercerita bahwa Han Beng dan Liu Bhok Ki, pendekar tua itu yang mengobati mereka, demikian cerita ayahnya. Dan tiba-tiba Ban-tok Mo-li yang berseru keras mengatakan bahwa ayah bundanya diracuni Liu Bhok Ki dan ayah ibunya tiba-tiba terkulai dan tewas dengan muka berubah menghitam! Racun yang amat keras dan dapat menewaskan orang seketika. Hal itu tentu saja baru diketahuinya setelah ia mempelajari ilmu dari Ban-tok Mo-li. Ayah ibunya tewas oleh racun jahat yang merenggut nyawa orang seketika, bukan racun yang membunuh perlahan-lahan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau benar Liu Bhok Ki yang meracuni ayah ibunya, tentu ayah ibunya sudah tewas ketika ia dan Ban-tok Mo-li tiba perahu mereka. Jelas bahwa ayah ibunya tewas oleh racun yang membunuh mereka seketika, dan racun itu pasti bukan dari Liu Bhok Ki datangnya dan lebih masuk akal kalau Ban-tok Mo-li yang meracuni mereka!
"Lo-cian-pwe adalah seorang pendekar yang gagah perkasa, tentu Lo-cian-pwe tidak sudi untuk berbohong, dan bukan seorang pengecut yang tidak berar mempertanggung jawabkan perbuatannya ..........."
"Heiiiii! Nona, apa maksud kata-katamu itu?" Liu Bhok Ki terbelalak dan wajahnya yang gagah itu menjadi kemerahan, matanya mengeluarkan sinar mencorong.
"Ketika Lo-cian-pwe berada di perahu orang tua saya itu, Lo-cian-pwe mengobati ataukah meracuni mereka?"
Dengan alis berkerut dan mata mencorong pendekar tua itu bertanya, suaranya dalam dan berwibawa, "Nona, mengapa engkau bertanya demikian" Aku telah mengobati mereka.
Kenapa aku harus meracuni mereka" Tidak ada alasan sama sekali! Dan mengapa pula engkau menduga bahwa aku telah meracuni orang tuamu?"
"Karena ketika saya dan Subo tiba di perahu orang tua saya itu, saya menemukan mereka dalam keadaan terluka dan tak lama kemudian mereka tewas keracunan. Dan menurut keterangan Subo (Ibu Guru), mereka itu tewas karena Lo-tan-pwe yang meracuni mereka."
Liu Bhok Ki semakin terkejut. "Aku meracuni mereka"
Gilakah sudah Subomu itu" Siapa gurumu itu yang bermulut demikian lancang melempar fitnah kepadaku?"
"Subo adalah Ban-tok Mo-li ..............."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ahhhhh! Pantas kalau begitu! Iblis betina ahli racun itu yang mengatakannya" Ha-ha-ha, Nona. Kalau ada orang yang dapat membunuh orang lain dengan racun tanpa diketahui, orang itu adalah Ban-tok Mo-li! Jelas bahwa Ban-tok Mo-li itulah yang telah meracuni orang tuamumu, bukan aku!"
"Akan tetapi, ia adalah guru saya. Bagaimana mungkin ia yang sudah mengambil saya sebagai murid, membunuh orang tua saya?" Giok Cu membantah.
Tiba-tiba Liu Bhok Ki tertawa. "Hal ha-ha! Alangkah lucunya, akan tetapi juga amat penasaran! Nona, engkau mengaku sebagai murid Ban-tok Mo-li akan tetapi agaknya engkau belum mengenal siapa adanya gurumu itu! Ia seorang tokoh sesat yang amat jahat, seorang wanita iblis yang tidak segan melakukan kejahatan dalam bentuk apa pun juga. Dan engkau agaknya lebih percaya kepada Ban-tok Mo-li daripada kepadaku, bahkan menduga bahwa aku yang telah membunuh orang tuamu" Heiii, Hai Beng, apa alasanmu engkau mengajak murid Ban-tok Mo-li ini datang ke sini?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 23 Han Beng yang sejak tadi memang diam saja dan masih berlutut, kini bangkit berdiri. "Suhu, teecu sudah mencoba untuk meyakinkan hati Giok Cu bahwa Suhu sama sekali tidak membunuh orang tuanya, dan teecu juga sudah menduga bahwa yang membunuh mereka adalah Ban-tok Mo-li sendiri.
Akan tetapi Giok Cu masih belum puas. Untuk meyakinkan hatinya, maka ia ingin mendengar sendiri keterangan dari Suhu. Karena itulah maka ia datang bersama teecu menghadap Suhu."
"Akan tetapi, ia menjadi murid Ban-tok Mo-Ii, bagaimana dapat dipercaya" Ban-Tok Mo-li amat jahat, dan orang yang menjadi muridnya............ "
"Akan tetapi, Suhu! Giok Cu akhir-akhir ini telah menjadi murid Hek-bin Hwesio selama lima tahun!" Han Beng membela.
Sepasang mata Liu Bhok Ki kembali terbelalak ketika ia mendengar ucapan muridnya itu dan dia memandang gadis itu dengan sinar mata penuh kagum. Kalau gadis ini sudah menjadi murid hwesio yang sakti itu, maka lain persoalannya!
"Ah, kiranya begitu" Nona, kalau begitu, tentu engkau sudah cukup dewasa dan bijaksana untuk menilai dan menduga siapa sebenarnya pembunuh Ayah Ibumu. Apakah engkau masih meragukan aku dan masih ada sangkaan bahwa aku yang telah membunuh Ayah Ibumu yang tidak kukenal, kubunuh begitu saja tanpa alasan sama sekali"
Andaikata aku mempunyai kepentingan harus membunuh Ibumu pun, aku tidak akan mempergunaka racun, Nona.


Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiranya pukulanku masih cukup ampuh untuk membunuh orang kalau hal itu kukehendaki."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu menarik napas panjang. "Maafkan saya, Lo-cianpwe. Tentu Lo-cian pwe dapat mempertimbangkan bagaimana perasaan saya yang melihat Ayah Ibu tewas di depan mata saya karena di bunuh dan diracuni orang. Setelah mendengar keterangan dan pendapat Han Beng memang saya mulai menyangsikan pemberitahuan Subo Ban-tok Mo-li yang dahulu tentu saja saya percaya sepenuhnya. Sejak kecil, saya mengandung dendam yang mendalam terhadap Lo-cian-pwe yang saya anggap sebagai pembunuh orang tua saya. Akan tetapi, saya merasa belum puas kalau tidak bertemu sendiri dengan Lo-cian-pwe."
"Hemmm, aku dapat mengerti, Nona. Dan bagaimana pendapatmu sekarang! Apakah engkau masih juga belum yakin bahwa aku bukan pembunuh orang tuamu?"
Giok Cu agak tersipu, akan tetapi ia memang seorang gadis yang tabah dan memiliki watak yang lincah maka ia pun tersenyum. "Sekarang saya baru yakin bahwa bukan Lo-cianpwe yang membunuh Ayah Ibuku. Dari sini saya akan menemui Subo Ban-tok Mo-li dan akan menuntut agar ia berterus terang tentang kematian Ayah dan Ibu saya."
Liu Bhok Ki tertawa, hatinya merasa lega sekali. "Tidak ada orang lain yang membunuh orang tuamu dengan racun yang jahat, Nona ............"
"Lo-cian-pwe, harap jangan membuat saya merasa sungkan dengan sebutan nona. Lo-cian-pwe adalah guru Han Beng ia, sudah menjadi sahabat baik saya sejak kami masih kecil, maka harap Lo-cian-pwe menyebut nama saya saja tanpa nona. Nama saya Bu Giok Cu."
Sepasang mata Liu Bhok Ki berseru dan dia mulai suka kepada gadis yang Sikapnya lincah dan terbuka ini. "Baiklah Giok Cu. Aku bukan orang yang suka melempar fitnah dan menuduh yang bukan-bukan. Akan tetapi, agaknya engkau belum mengenal benar watak dari Ban-tok Mo li walaupun
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
wanita itu per nah menjadi gurumu. Aku percaya bahwa Ban-tok Mo-li sajalah yang akan dapat melakukan kekejaman seperti itu, membunuh orang tuamu yang sama sekal tidak dikenalnya dan tidak bersalah apapun. Dan kurasa ia membunuh mereka bukan tanpa alasan, la melihat bahwa engkau telah menghisap darah anak naga, maka ia ingin mengambilmu sebagai murid. Dan agaknya ia ingin memutuskan seluruh ikatanmu dengan keluargamu, dan untuk itu, ia tidak segan membunuh orang tuamu sehingga engkau menjadi sebatangkara dan tentu saja amat tergantung kepadanya."
Giok Cu mengangguk-angguk. "Agaknya pendapat Lo-cianpwe itu memang benar. Dan terus terang saja, sekarang Ini hubungan antara kami sudah putus sebagai guru dan murid, bahkan ia menganggap saya sebagai musuh. Hampir saja beberapa tahun yang lalu saya sudah mati di tangannya kalau saja tidak muncul Suhu Hek-bin Hwesio yang menyelamatkan saya dan kemudian mengambil saya sebagai murid."
"Bagus sekali kalau begitu, Giok Cu. Ketahuilah bahwa orang yang dibenci dan dimusuhi Ban-tok Mo-li adalah orang yang baik. Dan aku percaya bahwa engkau seorang gadis yang baik, apalagi engkau telah menjadi murid Hek-bin Hwesio."
Pada saat itu, muncullah Kwa Bi Lan dari dapur. Han Beng memandang dengan heran. Tak disangkanya bahwa di tempat tinggal suhunya terdapat seorang gadis yang tidak dikenalnya.
Seorang gadis yang cantik manis, dengan wajah bulat dan kulit putih mulus, sepasang matanya tajam berwibawa dan hidungnya mancung. Namun, gadis itu nampak kaget melihat bahwa di situ terdapat dua orang tamu, seorang pemuda dan seorang gadis yang tidak dikenalnya dan ia pun hanya berdiri dengan muka ditundukkan dan tidak mengeluarkan kata apa pun, bahkan kelihatan canggung dan ragu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu, siapakah Nona ini?" Han Beng yang bertanya kepada gurunya.
Liu Bhok Ki tertawa. "Ha-ha-ha, aku sampai lupa, Han Beng, atau memang belum sempat bicara tentang dirinya.
Gadis ini adalah Kwa Bi Lan dan ia Sumoimu (Adik Seperguruanmu), Han Beng Lalu dia berkata kepada Bi Lan,
"Bi Lan inilah Si Han Beng, muridku dan Suhengmu seperti yang pernah kuceritakan kepadamu."
"Suheng ............ !" kata Bi Lan lirih dengan muka kemerahan sambil mengangkat kedua tangan di depan dada sebagai penghormatan.
"Sumoi!" kata Han Beng dengan girang, lalu membalas penghormatan itu lantas berkata kepada suhunya. "Ah, kiranya Suhu mempunyai seorang murid baru" Teecu merasa girang sekali!"
"Hanya kebetulan saja aku bertemu dengan Bi Lan ketika dia dikeroyok banyak penjahat. Aku membantunya dan ia pun menjadi muridku. Ketahuilah, Han Beng, bahwa Sumoimu ini hidup sebatangkara dan ia tadinya dalam perjalanan mencari Pamannya, yaitu Lie Koan Tek. Engkau pernah mendengar nama itu, bukan?"
"Tentu saja! Bukankah dia itu pendekar Siauw-lim-pai yang terkenal gagah perkasa itu, Suhu" Ah, Sumoi, kiranya engkau keponakan pendekar terkenal itu" Mari perkenalkan, Sumoi.
Ini adalah Bu Giok Cu, seorang sahabatku sejak kecil, dan ia adalah murid .......... Hek Bin Hwesio."
Bi Lan kagum mendengar ini. "Enci Giok Cu, sungguh mengagumkan sekali bahwa engkau adalah murid dari Locian-pwe Hek Bin Hwcsio. Dia adalah Paman Guru dari para pimpinan Siauw-lim-pai dan masih terhitung Susiok couw
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
(Paman Kakek Guru) dariku. Kalau begitu, engkau masih terhitung Bibi Guruku sendiri!"
Giok Cu tersenyum dan muncul kelincahan dan keramahannya, la merangkul Bi Lan. "Ihhh, Adik Bi Lan.
Engkau hanya satu dua tahun lebih muda dariku kukira, maka tidak sepantasnya kalau aku menjadi Bibi Gurumu. Biarlah kita menjadi enci adik saja. Engkau sebatangkara, bukan" Sama dengan aku, maka kita seperti enci adik. Dan sebagai Suheng dari Han Beng, engkau tentu lihai bukan main dan aku sama sekali tidak patut menjadi Bibi Gurumu."
Bi Lan yang pendiam menjadi gembira sekali bertemu dengan Giok Cu yang ramah dan lincah, dan keduanya sudah akrab sekali. Melihat ini, Liu Bhok Ki tersenyum. "Giok Cu, engkau masuklah ke dalam dan bantulah Bi Lan di dapur. Aku ingin bercakap-cakap dengan Han Beng dan mendengarkan segala pengalamannya semenjak kami saling berpisah."
Giok Cu juga tidak malu-malu lagi dan kedua orang gadis itu bergandeng tangan masuk ke dalam rumah. Liu Bhok Ki mengajak Han Beng untuk bercakap-cakap di ruangan luar dan dia pun minta kepada pemuda itu untuk menceritakan semua pengalamannya.
Dengan singkat Han Beng menceritakan semua
pengalamannya semenjak dia neninggalkan suhunya, menjadi murid Sin-ciang Kai-ong, kemudian menjadi nurid Pek I Tojin dan betapa dia kemudian dikenal sebagai Huang-ho Sin-long (Naga Sakti Sungai Kuning). Tentu saja Liu Bhok Ki merasa gembira dan kagum bukan main, terutama mendengar bahwa muridnya itu telah menjadi murid Pek I Tojin yang sakti! Juga gembira mendengar betapa muridnya telah membantu pemerintah membasmi gerombolan penjahat yang mengadu domba antara para hwesio dan para tosu. Ketika Han Beng menceritakan bahwa dia mengangkat saudara dengan Coa Siang Lee Liu Bhok Ki gembira bukan main.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus, bagus, Han Beng. Berita yang paling membahagiakan hatiku. Engkau akan menebus, walaupun sedikit dosaku terhadap Ayah Coa Siang Lee dan Bibi Sim Lan Ci. Ah, aku girang sekali. Dan pesanku kepadamu, Han Beng, kelak jangan engkau melupakan anak mereka yang bernama Thian Ki itu. Dialah yang telah menyadarkan aku dari cengkeraman dendam! Kelak kau wakililah untuk mendidiknya, Han Beng, menjadikan dia seorang pendekar yang budiman.
Han Beng menarik napas panjang. "Suhu Kakak Coa Siang Lee dan isterinya sudah bersumpah dan mengambil keputusan bahwa mereka tidak akan memberi pelajaran ilmu silat kepada Thian Ki. Mereka telah mengalami betapa pahitnya kehidupan para ahli silat yang selalu dimusuhi orang.
Mereka hendak menjadikan Thian Ki seorang biasa saja agar tidak memiliki banyak musuh kelak dan dapat hidup tenteram dan berbahagia, tidak seperti ayah ibunya."
Liu Bhok Ki juga menarik napas panjang. "Hemmm, itu adalah perkiraan mereka. Apakah kalau orang tidak dapat membela diri lalu tidak ada yang datang mengganggu"
Bahkan yang lemah akan selalu ditindas oleh yang kuat. Akan tetapi, tentu saja tidak baik menentang kehendak mereka.
Mereka yang berhak menentukan bagaimana harus mendidik putera mereka. Akan tetapi, jangan lupakan keponakanmu itu dan andaikata engkau kelak tidak diperbolehan menjadi gurunya, engkau amatilah ia untuk membalas budi anak itu kepadaku, Han Beng."
Hati pemuda itu merasa terharu. Memang, gurunya ini baru sadar setelah melihat Thian Ki yang berlutut di depannya.
Seolah-olah anak itu yang menyadarkannya. Padahal, yang menyadarkan manusia hanya Tuhan, dan kekuasaan Tuhan dapat menyusup kemanapun juga, dapat pula menyusup ke dalam diri Thian Ki yang dipergunakan oleh Tuhan untuk menyadarkan Liu Bhok Ki dari mabuk dendam.
"Teecu berjanji akan mentaati pesan Suhu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Wajah pendekar tua itu berseri karena dia merasa yakin bahwa muridnya ini kelak akan memegang janjinya. Kemudian dengan hati-hati dia bertanya. "Han Beng, sejauh manakah hubunganmu dengan Giok Cu?"
Terkejut hati Han Beng mendengar pertanyaan itu. Dia memandang wajah gurunya dengan penuh selidik, akan tetapi segera menjawab karena melihati sikap gurunya itu bersungguh-sungguh. "Suhu, apakah yang Suhu maksudkan"
Sejak kecil teecu telah berkenalan dan menjadi sahabat Giok Cu, bahkan keluarga kami menjadi sahabat, senasib sependeritaan karena melarikan diri mengungsi dari jangkauan tangan para petugas yang memaksa orang menjadi pekerja paksa. Tentu saja kami bersahabat baik, Suhu."
"Yang kumaksudkan, sampai sejauh manakah keakrabanmu dengan Giok Cu?" Wajah Han Beng menjadi kemerahan.
Teecu tetap tidak mengerti, Suhu. Hubungan kami wajar saja, sebagai dua orang sahabat yang sama-sama kehilangan orang tua dalam perjalanan bersama. Bahkan sama-sama bergulat dengan ular, eh, anak naga itu, lalu bersama pula menjadi rebutan orang-orang kang-ouw. Anehkah kalau kami menjadi sahabat amat akrab, Suhu?"
Pendekar tua itu mengangguk-angguk. Muridnya ini berwatak polos dan jujur, dan biarpun usianya sudah cukup dewasa, sudah dua puluh empat tahun, namun agaknya masih hijau dalam urusan pergaulan dengan wanita sehingga tidak dapat menangkap maksud pertanyaannya tadi. Dia tidak mau mendesak, tidak ingin menyinggung perasaan muridnya dan mengotori perasaan murni antara dua orang sahabat itu.
"Sekarang akan kutanyakan hal lain, Han Beng. Apakah selama ini engkau telah menemukan calon jodohmu" Apakah engkau sudah menjatuhkan hatimu kepada seorang gadis yang kaupilih sebagai calon isterimu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Ditanya demikian, Han Beng terbelalak, tersipu dan menjadi bingung. "Teecu .......... teecu ............ tidak mengerti ...............
eh, maksud teecu, teecu belum berpikir sama sekali tentang perjodohan, Suhu."
"Jadi belum ada pilihan?" Suhunya mendesak dan terpaksa Han Beng men geleng kepala walaupun di dasar hatinya dia tahu benar bahwa hatinya telah memilih seorang gadis, bahwa dia mencinta seorang gadis. Dahulu, pernah dia merasa tertarik kepada Souw Hui Im, akan tetapi setelah mendengar Hui Im telah bertunangan dengan pemuda lain, dia pun
"mundur teratur" dan mengalah, meninggalkan Hui Im bersama tunangannya walaupun dia maklum pula bahwa Hui Im mencintanya. Kemudian dia bertemu dengan Giok Cu seketika dia jatuh cinta. Akan tetapi, bagaimana dia berani menyatakan rasa hatinya ini kepada suhunya" Giok Cu sendiri belum tahu akan rahasia hatinya itu. Maka, mendengar desakan itu, dia pun menggeleng tanpa menjawab.
"Bagus sekali! Aduh, betapa lega dan senangnya rasa hatiku mendengar bahwa engkau belum mempunyai pilihan, muridku. Dengar baik-baik, Han Beng. Engkau tahu betapa aku sayang sekali kepadamu, dan bahwa engkau selain sebagai muridku, juga kuanggap sebagai anakku sendiri karena engkau sudah tidak mempunyai orang tua atau sanak keluarga."
Han Beng merasa terharu. "Terima kasih banyak atas segala budi kebaikan Suhu," katanya.
"Karena itulah, Han Beng, aku amat memperhatikan keadaan dirimu. Engkau kini sudah berusia dua puluh empat tahun. Dan sebagai guru, juga pengganti orang tuamu, aku ingin sekali melihat engkau hidup berbahagia, berumah tangga dengan baik, memiliki seorang isteri yang pilihan dan mempunyai anak-anak yang sehat. Dan Thian agaknya menaruh kasihan kepadaku, maka Dia mengirimkan eorang calon mantu itu kepadaku. Han Beng, aku ingin agar engkau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
suka berjodoh dengan Kwa Bi Lan, Sumoimu tadi. Bagaimana pendapatmu, Han Beng" Bukankah ia seorang gadis yang memenuhi syarat sebagai seorang isteri yang baik, la cukup cantik, bakatnya dalam ilmu silat baik sekali, murid Siauw-lim-pai dan selama ia hidup di sini aku melihat bahwa ia seorang anak yang rajin dari pandai, mengatur rumah tangga, juga wataknya pendiam dan sopan berbudi bahasa baik."
Han Beng terpukau dan berdiam diri, tak bergerak seperti telah berubah menjadi patung. Dia terkejut bukan main, lebih kaget daripada kalau diserang dengan pedang secara tiba-tiba. Dia tidak mampu menjawab, bahkan tidak mampu berpikir karena pikirannya sudah berputar putar tidak karuan, mengikuti gerak jantungnya yang berdebar karena terguncang oleh kata-kata suhunya tadi.
Liu Bhok Ki dapat memaklumi keadaan muridnya dan dia tertawa. "Ha-ha-ha, jangan engkau tertegun seperti itu, Han Beng. Engkau seorang laki-laki, apa anehnya kalau tiba saatnya engkau harus beristeri" Pikirlah baik-baik. Kala engkau sudah beristeri, dengan seorang isteri sebaik Bi Lan, hidupmu akan tenteram. Berumah tangga, berkeluarga, dan engkau bekerja untuk menghidupi keluargamu. Tidak menjadi seorang pengelana yang tidak menentu hidupnya, tidak menentu pekerjaan dan tempat tinggalnya. Dan aku sudah tua, muridku. Aku ingin pula mondok di rumah tanggamu, mengasuh Cucu-cucuku kelak, ha-ba-ha!"
Han Beng merasa tersudut. Apa yang harus dia katakan"
Dia tahu bahwa gurunya ini memiliki watak yang jujur akan tetapi keras bukan main. Kalau dia begitu saja menjawab bahwa dia tidak setuju dan menolak usul gurunya, tentu dia akan menyakiti hati gurunya yang dihormati dan disayangnya itu. Akan tetapi dia pun tentu saja tidak mungkin dapat menerima ikatan jodoh semudah itu! Dia belum mengenal Bi Lan, belum tahu akan watak atau isi hati gadis itu. Dia dan Bi Lan bukanlah dua ekor ayam atau anjing atau sapi yang dapat dikawinkan begitu saja. Bagaimana mungkin dia dapat hidup
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
di samping seorang wanita selama hidupnya, kalau dia tidak mencinta wanita itu dan sebaliknya wanita itu tidak mencintanya" Dan di sana masih ada Giok Cu" Bagaimana mungkin dia meninggalkan Giok Cu dan menikah denngan gadis lain" Dia harus lebih dulu mengetahui isi hati Giok Cu, dan mengetahui pula isi hati Bi Lan. Bahkan yang terpenting adalah isi hati Giok Cu, karena bagaimanapun perasaan Bi Lan terhadap dirinya, tidak begitu penting baginya. Dia tidak mencinta Bi Lan bahkan berkenalan pun baru saja. Yan penting, kalau memang Giok Cu mencintanya, tidak mungkin dia menikah dengan Bi Lan atau gadis lain mana pun Kecuali kalau Giok Cu tidak mencintainya, mungkin baru dia dapat memenuhi permintaan gurunya, semata-mata demi membalas budi kebaikan gurunya itu.
"Hei, Han Beng, kenapa engkau dian saja" Jawablah!"
Seruan Liu Bhok Ki ini menyadarkan Han Beng dan dengan gagap dia menjawab, Bagaimana teecu harus menjawab Suhu" Urusan ini ......... terlalu tiba-tiba dan teecu sendiri bingung. Teecu membutuhkan waktu untuk memikirkan usul Suhu ini."
Pendekar tua itu mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, engkau memang terlalu berhati-hati. Kuberi waktu padamu.
Berapa lama engkau hendak memikirkan persoalan ini dan memberi jawaban pasti kepadaku?"
Han Beng yang lebih dulu ingin menyelami perasaan hati Giok Cu terhadap di rinya, lalu berkata, "Suhu, teecu sudah berjanji kepada Giok Cu untuk menghadap Suhu dan bertanya tentang kematian orang tuanya. Kemudian dari sini, kami akan mendatangi Ban-tok Mo-li untuk menuntut pertanggungan jawab dari wanita iblis itu. Nah, setelah teecu menemaninya bertemu dengan Ban-tok Mo-li, barulah teecu akan kembali ke sini dan memberi jawaban yang pasti kepada suhu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Liu Bhok Ki adalah seorang pendekar besar. Dia menghargai kehormatan lebih besar daripada nyawa. Kalau dia sudah mengeluarkan janji, sampai matipun harus dia hadapi untuk memenuhi janji itu. Maka, mendengar bahwa muridnya sudah berjanji kepada Giok Cu untuk menemaninya menghadap Ban-tok Mo-li dia pun mengangguk-angguk, dan tidak mau dia melarang. Apalagi dia tahu bahwa gadis bernama Giok Cu adalah seorang teman sejak kecil dari Han Beng maka sudah sewajarnya kalau Han Beng membantunya mencari pembunuh ayah ibu gadis itu.
"Baiklah, Han Beng. Engkau boleh menemani Giok Cu menemui Ban-tok Mo-li sambil berpikir-pikir tentang keinginanku menjodohkan engkau dengar Bi Lan. Setelah selesai urusan dengan Ban-tok Mo-li itu, engkau segera kembalilah kesini dan kita membuat persiapan untuk perayaan pernikahanmu."
Han Beng mengangkat muka memandang kepada gurunya.
"Akan tetapi, Suhu. Bagaimana mungkin Suhu sudah dapat demikian memastikan" Padahal, baru saja teecu bertemu dengan Sumoi. Belun tentu Sumoi okan menyetujui ikatan itu!"
Liu Bhok Ki tersenyum. "Aku yakin ia tidak akan menolak, la seorang gadis yang baik dan penurut. Aku akan mencari pamannya, Lie Koan Tek, yang merupakan wali tunggalnya dan akan kubicarakan tentang urusan perjodohan kalian itu dengan pendekar Siauw-lim-pai itu."
Han Beng tidak menjawab lagi, akan tetapi hatinya merasa tidak enak bahkan khawatir sekali.
ooOOoo Kaisar Yang Ti (604 - 618) merupakan kaisar ke dua dari wangsa Sui, setelah menggantikan mendiang Kaisar Yang Cien yang merupakan kaisar pertama dari dinasti Sui. Kaisar
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Yang Cien memulai dengan penggalian terusan-terusan yang menghubungkan Sungai Huang-ho dan Sungai Yang-ce. Dan setelah dia meninggal dalam tahun 604, penggantinya, yaitu Kaisar Yang Ti yang sekarang melanjutkan pekerjaan itu, bahkan memperluasnya sehingga terusan itu digali sampai ke Hang-couw.
Kaisar Yang Ti bukan hanya giat melakukan penggalian terusan yang besar artinya bagi lalu-lintas perdagangan, namun dia juga terkenal giat dengan gerakan balatentaranya untuk menundukkan negara-negara tetangga. Juga dia amat aktip dalam gerakan politik untuk memperkuat kedudukannya dan memperluas kekuasaan kerajaannya. Bahkan saja Tongkin dan Annam di bagian selatan dia serbu, bahkan di utara dia pun melakukan gerakan.
Pada waktu itu, daerah utara didiami bermacam suku bangsa yang oleh bangsa Han dianggap sebagai bangsa "liar".
Di antara mereka adalah bang Toba, Turki dan Mongol.
Mereka semua adalah bangsa Nomad yang berpindah-pindah untuk mencari daerah subur untuk memelihara ternak, dan daerah di mana terdapat banyak binatang untuk diburu. Dan seringkali terjadi perselisihan dan pertempuran antara suku-suku bangsa itu karena mereka memperebutkan daerah yang subur.
Keadaan mereka yang hidup saling bermusuhan itulah yang dimanfaatkan oleh Kaisar Yang Ti. Dia mengirim orang-orangnya yang pandai untuk memperuncing pertentangan antara suku-suku bangsa itu, mendukung yang satu membasmi yang lain. Dengan cara demikian, kedudukan suku-suku bangsa itu menjadi lemah dan setelah itu barulah bala tentara dinasti Sui menyerbu akhirnya daerah utara dapat dikuasainya tanpa menemukan perlawanan yang berarti karena suku-suku bangsa itu sudah menjadi lemah karena saling gempur sendiri. Untuk memuaskan ambisinya yang besar, Yang Ti belum merasa cukup dengan menaklukkan daerah utara barat itu. Dia masih mencoba untuk menguasai
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Timur laut, yang sekarang termasuk daerah Mancuria dan Korea. Namun, berkali-kali pasukannya mengalami kegagalan.
Di samping ambisinya yang besar sehingga dia seringkali memimpin pasukannya sendiri untuk memperluas kekuasaan dan wilayahnya, dan melanjutkan penggalian terusan, juga Kaisar Yang Ti terkenal sebagai seorang kaisar yang mata keranjang. Selir dan dayangnya tak terhitung banyaknya. Dan dia begitu mata keranjang sehingga dia memaksa dua orang selir ayahnya, ketika ayahnya masih hidup, untuk menjadi kekasihnya. Bahkan setelah ayahnya meninggal dunia, dia menarik dua orang selirnya yang masih muda itu menjadi selirnya sendiri. Hal ini tentu saja membuat beberapa orang menteri yang setia mengerutkan alisnya. Bagaimanapun juga, selir-selir itu adalah isteri mendiang ayahnya, jadi termasuk ibu tirinya! Menurut catatan yang kemudian ditinggalkan dan diketahui umum setelah Kerajaan Sui jatuh, Kaisar Yang Ti termasuk mempunyai permaisuri, dua orang wakil permaisuri, enam selir utama dan tujuh puluh dua selir muda. Di samping itu masih ada tiga ribu orang perawan-perawan istana yang menjadi dayang dan juga setiap orang dari para gadis ini dapat saja setiap waktu diharuskan melayani kaisar yang tidak pernah merasa puas itu!
Semua pembesar tinggi di istana tahu belaka bahwa Kaisar Yang Ti merupakan seorang laki-laki yang menjadi hamba nafsu berahinya dan selalu dia memenuhi dorongan nafsunya dengan cara yang menyolok dan kadang tidak tahu malu.
Ketika dia mengadakan pembukaan dan pelayaran pertama merayakan selesainya penggalian terusan yang menghubungkan Sungai Huang-ho dan Yang-ce, atau menghubungkan daerah utara dan selatan, dia menggunakan perahu di terusan yang lebarnya sekitar tiga puluh kaki itu.
Perahunya besar dan mewah, dan dia memerintahkan beberapa ratus orang perawan istana atau dayang-dayang muda yang cantik manis untuk menarik perahunya hilir mudik di tepi terusan itu. Ratusan orang gadis remaja yang cantik itu sambil bernyanyi-nyanyi dan tertawa-tawa, menarik tali yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dihias kembang-kembang, diiringi suling dan yang-kim. Dari perahunya, Kaisar Yang Ti menikmati penglihatan yang amat indah menggairahkan itu. Pakaian para dayang yang beraneka warna, dari sutera yang halus, membayangkan bentuk-bentuk tubuh para gadis remaja yang bagaikan kembang sedang mulai mekar. Bayangan para dayang itu terpantul di dalam air dalam keadaan terbalik. Mendengarkan suara mereka bernyanyi dan tertawa merdu, melihat gerakan tubuh mereka yang lemah gemulai, goyangan pinggang dan pinggul, cukup mendorong gairah dalam hati kaisar itu dan nafsu berahinya berkobar. Untuk melayani hasratnya, di perahu yang besar itu telah siap para selirnya sehingga Sang Kaisar, di balik tirai perahu, dapat melampiaskan nafsunya sepuas hati sambil mendengarkan nyanyian dan tertawaan para dayang remaja.
Apalagi kalau sedang di dalam istana, bahkan di waktu melakukan perjalanan daratpun, Sang Kaisar yang menjadi budak nafsu-nafsunya itu tidak pernah lupa mengajak beberapa orang selir terkasih. Keretanya sengaja dibangun secara istimewa, besar dan panjang, bukan hanya cukup untuk dia duduk dilayani lima enam orang selir, bahkan tempat duduk itu dapat pula dijadikan tempat tidur! Tirai kereta itu dihiasi permata mutu manikam dan keleningan kecil-kecil yang mengeluarkan bunyi musik, suara ini dapat menyembunyikan suara-suara lain yang keluar dari kerongkongan sang Kaisar dan para selirnya.
Dalam keroyalannya yang luar biasa, yang jauh melampaui kemewahan para kaisar dahulu, Kaisar Yang Ti mengutus seorang ahli bangunan terbesar di aman itu, yaitu Siang Seng, untuk membangun sebuah istana yang amat indah di Lok-yang. Bangunan istana yang luar biasa besarnya dan megahnya dan dikerjakan siang malam selama satu setengah tahun oleh tidak kurang dari lima puluh ribu orang tukang yang pandai! Sungguh merupakan suatu pekerjaan berat juga suatu kemewahan dan keroyalan yang luar biasa. Istana induk yang amat megah dan mewah itu dikelilingi tiga puluh enam istana
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang lebih kecil, dibangun di antara hutan bunga beraneka ragam dan warna!
Istana induk menjulang tinggi, berkilauan ditimpa sinar matahari, seperti sebuah menara raksasa dari emas. Di beranda yang mengelilingi setiap loteng setiap hari kalau kaisar berada di situ ratusan orang gadis dayang bermain musik, menari dan bernyanyi sambil berbisik-bisik, bersendau gurau dan hujan senyum manis dan kerling memikat, dan pakaian mereka yang tipis hampir tembus pandang itu membayangkan tubuh mereka yang mulai matang.
Kamar Sang Kaisar sendiri memang dibangun sebagai tempat untuk pelesir untuk bersenang-senang mengumbar nafsu bersama para selir dan dayang. Ruangan kamar itu amat luas, terlalu luas untuk sebuah kamar tidur, sebuah ruagan yang dapat menampung seratus meja. Tempat ini merupakan harem Sang Kaisar, di mana para selir yang terpilih untuk menghiburnya hari itu, sedikitnya tiga puluh orang, dengan pakaian minim hampir telanjang, berkeliaran, bermain-main, bersendau-gurau atau hanya rebahan di atas lantai yang ditilami kasur dengan bulu-bulu harimau dan permadani dari barat. Ruangan itu penuh dengan cermin yang dipasang di sekelilingnya, pada dinding. Dari lubang-lubang di dinding mengepul lembut asap dupa harum dari bermacam bunga, sehingga mereka yang berada di dalam ruangan itu merasa seolah-olah mereka berada di dalam sebuah taman yang penuh bunga mekar. Lampu-lampu gantung beraneka warna, dengan lilin di dalamnya, menambah semarak dan romantis ruangan itu.
Begitu Sang Kaisar memasuki ruangan itu, delapan orang pengawal thaikam (orang kebiri) menyambutnya sambil berlutut dan mereka dengan hormat membantunya menanggalkan pakaian kebesaran, menggantikannya dengan pakaian yang longgar dari sutera dan kulit harimau. Para thaikam itu lalu keluar dan berjaga di luar ruangan. Kaisar sendiri disambut oleh salam halus "Ban-swe" (Panjang Usia)
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
oleh mulut para wanita muda yang cantik itu. Tangan-tangan kecil lembut dan halus putih mulus segera menyuguhkan anggur gin-seng, buah-buahan, manisan atau daging panggang, apa saja yang dikehendaki Sang Kaisar sudah tersedia di tempat itu.
Bahkan di dalam sejarah, kaisar terkenal pula sebagai seorang yang menyuruh para ahli di jaman itu menciptakan segala macam alat untuk memuaskan nafsunya yang tak kunjung padam, segala macam perabot atau alat yang ditujuk untuk mendatangkan kesenangan yang lebih. Barulah Sang Kaisar ini agak menjadi jinak dan tidak seliar sebelumnya setelah ia mendapatkan seorang selir baru Han Cun Ji. Selir inilah yang dapat merebut hatinya, dan semenjak ada selir ini, Kaisar Yang Ti tidak begitu haus lagi, seolah-olah segala rasa lapar dan hausnya telah terpuaskan oleh Sang Selir yang terkasih ini.
Dan timbul kembali nafsunya untuk bertualang, untuk menundukkan daerah-daerah yang belum dikuasainya. Dalam hal ini pun dia kadang-kadang melampaui batas kekuatan pasukannya. Ketika dia memimpin pasukannya dan mati-matian berusaha untuk menundukkan daerah Shansi Utara, pasukannya terpecah belan oleh siasat pihak musuh dan hanya dengan pasukan pengawal yang tidak begitu besar jumlahnya, Kaisar Yang Ti terkepung oleh suku bangsa Turki.
Nyaris keselamatan kaisar itu terancam hebat kalau saja pada saat itu tidak muncul seorang perwira yang bersama pasukannya dengan gagah berani menerjang dan membobolkan kepungan, berhasil menyelamatkan Kaisar Yang Ti dari ancaman maut. Perwira yang gagah perkasa ini adalah Li Si Bin, yang kelak merupakan seorang tokoh yang amat penting dalam sejarah karena perwira ini pula yang kelak menjatuhkan Kerajaan Sui dan bahkan kelak dia akan menjadi seorang kaisar yang terkenal di dalam jaman dinasti berikutnya yaitu dinasti Tang (618-907)!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikianlah sedikit tentang keadaan kaisar yang berkuasa di jaman cerita ini terjadi. Ketika itu, istana megah dan mewah di Lok yang sedang dibangun dan hampir selesai karena pembangunan sudah berlangsung setahun.
ooOOoo Pada suatu pagi, dua orang muda memasuki kota Lok-yang. Mereka bukan lain adalah Han Beng dan Giok Cu.
Mereka telah meninggalkan Kim-hong-san setelah tinggal di rumah Liu Bhok Ki dan murid barunya, Kwa Bi Lan selama belasan hari lamanya. Ketika mereka berpamit untuk pergi mengunjungi Ban-tok Mo-li di Ceng-touw, Liu Bhok Ki menyetujuinya. Pendekar tua ini ingin agar muridnya, Han Beng, segera menyelesaikan tugas yang dijanjikan kepada Giok Cu, lalu pulang dan memberikan! jawaban pasti tentang usul ikatan perjodohan dengan Bi Lan. Dan pandangan mata yang berpengalaman dari Liu Bhok Ki melihat betapa ada perubahan sikap dalam diri gadis yang menjadi muridnya! itu setelah Han Beng dan Giok Cu pergi.! Muridnya itu, yang tadinya biarpun pendiam selalu bergembira, kini setelah Han Beng pergi, gadis itu nampak seringkah termenung, bahkan murung! Hal ini bagi Liu Bhok Ki merupakan suatu pertanda baik!
Beberapa kali, secara halus dia memancing pendapat Bi Lan tentang Han Beng. "Bagaimana pendapatmu tentang Si Han Beng, Suhengmu itu, Bi Lan?" tanyanya sambil lalu ketika mereka membicarakan dua orang muda yang baru saja meninggalkan tempat itu.
"Suheng Si Han Beng" Ah, dia seorang yang baik sekali, gagah perkasa dan ramah. Teecu mendapatkan petunjuk berharga ketika melatih Hui-tiauw Sin-kun di bagian yang paling sulit, Suhu."
Liu Bhok Ki mengangguk-angguk dan tersenyum.
"Memang, dia kini telah menjadi seorang pendekar yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
gagah perkasa. Naga Sakti Sungai Kuning! Ha-ha, sungguh aku bangga mempunyai murid seperti dia. Kau tahu, sekarang kepandaiannya jauh melampaui tingkatku, dia dua kali lebih lihai daripada aku, ha-ha-ha "
Bi Lan semakin kagum. "Sungguh hebat. Teecu juga bangga mempunyai Suheng seperti dia, Suhu."
Liu Bhok Ki tidak mendesak terus atau memancing terus.
Pertemuan antara dua orang muridnya itu baru satu kali terjadi, dan tidak enak kalau bertanya tentang perasaan hati gadis pendiam itu tentang Han Beng. Biarlah, dia akan menanti dengan sabar. Dia hampir yakin bahwa Bi Lan pasti menerima dengan hati terbuka kalau dijodohkan dengan Han Beng. Yang mengkhawatirkannya adalah kalau Han Beng yang menolak mengingat betapa akrabnya hubungan muridnya itu dengan Giok Cu.
Kita kembali kepada Han Beng dan Giok Cu. Mereka tiba di Lok-yang karena mereka tertarik mendengar bahwa di kota itu dibangun sebuah istana yang amat megah dan mewah, amat indah sehingga berita tentang pembangunan itu terdengar sampai jauh, menjadi bahan pergunjingan orang. Ada yang mengagumi ada pula yang mencela karena kaisar terlalu royal.
Berita-berita yang mereka dengar di sepanjang perjalanan itu menarik perhatian mereka, terutama sekali Giok Cu.
"Kaisar macam apa yang kita miliki sekarang?" Gadis itu mengepal tinju. "Rakyat diperas dan dipaksa untuk bekerja sampai mati menggali terusan. Suhu Hek Bin Hwesio pernah menjelaskan kepadaku bahwa bagaimanapun juga, niat menggali terusan itu masih dapat dibenarkan karena kalau hal itu sudah dilaksanakan, maka rakyat pula yang akan banyak menerima keuntungan. Terusan itu dapat dimanfaatkan oleh rakyat, bukan saja untuk mengairi sawah ladang di daerah yang dilalui terusan, akan tetapi juga m ereka dapat mengangkut hasil ladang ke kota lain dengan lebih mudah dan murah. Biarlah, walau pelaksanaannya mengorbankan banyak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
rakyat, terusan itu kelak akan berguna pula bagi rakyat. Akan tetapi istana yang besar dan indah" Apa gunanya untuk rakyat" Hanya untuk kesenangan kaisar dan keluarganya saja! Dan pembangunan itu menggunakan uang negara yang besar! Sungguh membikin hatiku penasaran dan aku harus melihat pembangunan itu dengan mata sendiri."
Han Beng dapat mengerti akan kemarahan di hati Giok Cu.
Dia sendiri, kalau tidak digembleng oleh Pek I Tojin tentang kehidupan dan isinya, pasti akan merasa penasaran pula.
Akibat pembangunan dan penggalian Terusan Besar gadis itu kehilangan ayah ibunya, seperti juga dia. Gadis itu masih bersabar dan menerima nasib. Nasihat Hek Bin Hwesio agaknya menyadarkannya bahwa kematian ayah ibunya sebagai akibat penggalian terusan itu dapat dianggap, sebagai pengorbanan karena kelak terusan itu akan dinikmati pula oleh rakyat banyak. Akan tetapi pembangunan istana yang megah dan mewah" Memang membuat orang merasa penasaran, setidaknya orang-orang yang masih menghargai keadilan di dunia ini. Betapa banyaknya rakyat jelata yang hidup di bawah garis kemiskinan, untuk makan esok hari pun masih belum ada ketentuan. Dan kaisar mereka membangun istana untuk pelesir. Padahal, biaya untuk membangun istana itu kalau dibagikan rakyat yang kelaparan, akan menolong puluhan ribu, bahkan mungkin ratusan ribu nyawa orang!
Pagi itu, Han Beng dan Giok Cu memasuki kota Lok-yang.
"Giok Cu, akui pesan kepadamu dengan sungguh, agar engkau suka menahan kesabaran hatimu. Jangan menurutkan hati yang panas kalau melihat bangunan istana itu. Ingat kalau engkau menimbulkan keributan, hal itu sama sekali tidak akan menolong rakyat, tidak akan menghentikan pembangunan itu.
Sebaliknya, engkau hanya akan menimbulkan kekacauan yang membahayakan kita sendiri."
"Aku tidak takut!" jawab gadis itu lantang.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng tersenyum. Giok Cu sungguh merupakan seorang gadis yang tabah dan pemberani, terlalu pemberani malah. Teringatlah dia akan anak perempuan yang menjadi sahabatnya dahulu. Sejak kecil Giok Cu memang nakal, manja, lincah Jenaka dan pemberani. Betapa seorang anak perempuan berani melawan seekor ular anak naga! Untuk membantu dia yang telah digigit ular itu, Giok Cu juga menggigit ular dengan keberanian luar biasa! Dan kini, setelah menjadi seorang gadis yang dewasa, cantik jelita, dan memiliki ilmu silat tinggi, tentu saja keberaniannya semakin hebat!
"Aku percaya bahwa engkau tidak takut, Giok Cu. Aku pun tidak menghadapi ancaman bahaya. Akan tetapi untuk apa kita membiarkan diri dalambahaya kalau bukan untuk suatu tujuan yang memang perlu sekali kita lakukan. Dalam hal pembangunan istana ini kita tidak mempunyai kepentingan apa pun dan tidak akan dapat mencampuri sama sekali. Dan kita masih menghadapi tugas yang lebih penting, yaitu mencari Ban-tok Mo-li, maka tidak perlu terjun ke dalam bahaya untuk yang tidak ada sangkut pautnya dengan kita."
Biarpun ia berwatak keras dan berani namun Giok Cu setelah menjadi murid Hek Bin Hwesio, sudah dibiasakan menggunakan pikiran sehat. Ia dapat memahami ucapan Han Beng tadi dia pun mengangguk.
"Baiklah, Han Beng. Aku pun hanya ingin melihat seperti apa bangunan istana yang menjadi bahan percakapan semua orang itu. Setelah melihat kita akan melanjutkan perjalanan ke Ceng-touw."
Tentu saja Han Beng menjadi girang sekali. Makin lama dia merasa semakin kagum dan suka kepada gadis yang dulu menjadi sahabat baiknya di waktu kecil ini. Seorang gadis yang lincah Jenaka dan pandai bicara, akan tetapi juga bijaksana dan mau menerima pendapat orang lain! Biasanya, gadis yang lincah dan pandai seperti ini suka berwatak tinggi hati dan merasa pintar sendiri sehingga nampak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kebodohannya. Akan tetapi Giok Cu tidak. Ia dapat menerima pendapat orang lain dan menyetujuinya kalau dianggapnya pendapat itu patut dituruti karena memang tepat dan benar.
"Kalau begitu, kita tidak perlu bermalam di sini, bukan" Hari ini masih pagi, kita dapat melihat-lihat sehari ini dan siang nanti kita melanjutkan perjalanan menuju ke Ceng-touw.
Bagaimana pendapatmu?" kata Han Beng.
Giok Cu mengangguk. "Kalau tidak terjadi sesuatu dan kalau tidak ada sesuatu yang menarik, memang tidak perlu kita bermalam di sini. Mari kita melihat bangunan istana itu!"
Dan keduanya tak lama kemudian sudah terpukau memandang bangunan istana itu dari luar pagar, dari tempat yang agak jauh karena selain para pekerja, mereka atau orang luar tidak diperkenankan memasuki pagar. Dari jauh pun sudah nampak bangunan yang hebat itu Istana induknya sudah jadi dan menjulang tinggi di atas pohon-pohon, sudah nampak megah walaupun belum dicat. Para pekerja yang seperti semut banyaknya, sepagi itu sudah bekerja, karena memang siang malam pembangunan itu dikerjakan tiada hentinya. Mereka kini sudah mulai dengan bangunan-bangunan lebih kecil yang mengelilingi bangunan induk, sudah jadi lebih dan dua puluh buah.
"Bukan main............!" kata Han Beng tertegun karena selama hidupnya belum pernah dia melihat bangunan sehebat itu. "Alangkah besar dan luasnya!"
"Hemmm, entah berapa banyak emas dan perak dikeluarkan untuk membiayai bangunan itu. Akan tetapi lihat, Han Beng, para pekerja itu bekerja dengan giat dan gembira.
Jelas bahwa mereka bukanlah pekerja-pekerja paksa, bahkan mungkin mereka mendapatkan perlakuan baik dan gaji yang cukup besar," kata Giok Cu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Ternyata bukan hanya mereka saja yang berada di luar pagar dan melihat pembangunan istana itu. Ada pula belasan orang lain dan di antara mereka terdapat empat orang pemuda yang usianya antara dua puluh sampai dua puluh lima tahun.
Mereka itu berpakaian seperti para pemuda kota, dengan lagak yang tinggi hati dan nakal. Sudah lajim bahwa lebih mudah bagi syaitan atau nafsu untuk menggoda hati orang apabila orang itu berkumpul dengan orang-orang lain yang sepaham. Seorang pemuda mungkin tidak akan begitu berani berlagak atau berbuat sesuatu yang tidak layak, tidak begitu nampak kenakalannya. Akan tetapi kalau pemuda itu berkumpul dengan pemuda-pemuda lain yang menjadi kawannya, maka dia pun akan menjadi berbeda daripada kalau dia seorang diri saja. Kalau dia seorang diri, walaupun nafsu mendorong dan membujuknya untuk melakukan hal-hal yang tidak patut, masih ada rasa takut, rasa malu dan sebagainya yang menghalangi dia melakukan tindakan yang didorong nafsu dan setan. Akan tetapi, kalau sudah berkelompok, maka rasa takut, malu atau yang lain itu pun menipis atau bahkan lenyap sama sekali! Menghadapi segerombolan orang muda, setan menjadi lebih leluasa menggoda hati.
Demikian pula dengan empat orang pemuda itu. Tadinya, mereka bersikap biasa,melihat pembangunan istana, mengagumi keindahan bentuk istana yang megah itu seperti para penonton lainnya. Akan tetapi begitu muncul seorang gadis cantik seperti Giok Cu, sikap mereka berubah sama sekali. Kini mereka tidak lagi nonton bangunan, melainkan nonton gadis cantik dan mulailah mereka menyeringai, tersenyum atau tertawa, saling berbisik sambil melirik ke arah Giok Cu. Godaan nafsu atau godaan setan memang seperti berkobarnya api, dari sedikit lalu makin lama makin membesar kalau tidak segera dipadamkan. Kalau tadinya mereka itu menyeringai dan berbisik-bisik, akhirnya bisikan mereka menjadi semakin keras sehingga terdengar orang lain, dan suara ketawa mereka pun makin keras.
Dendam Iblis Seribu Wajah 17 Golok Sakti Karya Chin Yung Pusaka Negeri Tayli 8
^