Pencarian

Pedang Hati Suci 11

Pedang Hati Suci Karya Jin Yong Bagian 11


sedang diarahkan padanja. Kembali Ban Ka mengulangi pertanjaannja: "Hong-moay,
darimanakah kau memperoleh kitab ini?"
SERIALSILAT.COM ? 2005 377 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Baru sekarang Djik Hong terkesiap, tjepat ia menjahut: "Ah, entahlah, akupun tidak tahu, tadi
aku keluar dari kamar dan tahu2 melihat kitab itu diatas medja. Apakah itu bukan milikmu?"
Karena seketika itu tidak djelas duduknja perkara, maka sementara Ban Ka tidak mengusut
lebih djauh, jang terpikir olehnja jalah ingin lekas memberitahukan kepada sang ajah tentang
pengalamannja jang luar biasa tadi. Maka ia lantas berkata kepada Ban Tjin-san: "Lihatlah, ajah!
Asal halaman kitab ini dibasahi, lantas timbul hurufnja disitu." ~ Segera iapun menundjukkan
angka "33" jang terdapat disebelah kalimat sjair "Seng-ko-si" itu. Sudah tentu ia tidak tahu
bahwa air jang membasahi halaman kitab itu adalah air mata sang isteri, air mata rindu sang
isteri kepada seorang laki2 lain jang bernama Tik Hun. Kalau dia tahu, entahlah bagaimana
perasaannja, akan girang atau akan marah"
Dalam pada itu Ban Tjin-san sedang meneliti sjair "Seng-ko-si" itu, ia lagi meng-hitung2 huruf
sjair satu demi satu, mulai dari suatu bait jang berbunji: "Loh-tju-tiong-hong-siang?"." hingga
achirnja djatuh pada huruf "He-hong-seng?"."
Itu dia, huruf ke-33 djatuh pada huruf "Seng"!
Ban Tjin-san gablok pahanja sendiri sekali dan berseru: "Tepat! Memang beginilah tjaranja, ja
beginilah tjaranja! Kiranja rahasianja terletak disini! Hai, Ka-dji, engkau benar2 sangat pintar,
sjukur dapatlah kau menemukan tjaranja ini. Memang harus memakai air, ja, harus pakai air!
Sungguh tolol, dahulu kami djusteru tiada seorangpun jang memikirkan tentang pemakaian air
untuk menemukan rahasia didalam kitab ini!"
Melihat kedua orang itu penuh semangat asjik mempeladjari rahasia jang tersimpan didalam
kitab itu, segera Djik Hong menarik puterinja kedalam kamar sana, ia pondong dara tjilik itu
didalam pangkuannja dan pelahan2 berkata padanja: "Khong-sim-djay, kau lihat baskom itu
bukan?" Dara tjilik itu manggut2, sahutnja: "Ja, tahu!"
"Nah, sebentar kalau Engkong, ajah dan ibu berlari keluar semua, kau lantas melemparkan
buku jang dipegang Engkong tadi kedalam baskom agar kerendam air kotor itu, djangan sampai
diketahui oleh Engkong dan ajah, ja," demikian Djik Hong mengadjarkan puterinja.
Sidara tjilik kegirangan, disangkanja sang ibu hendak mengadjarkan suatu permainan jang
menarik padanja, maka dengan tertawa ia bersorak: "Bagus, bagus!"
"Tapi djangan sekali2 diketahui oleh Engkong dan ajah, lho! Kemudian kaupun djangan
katakan pada mereka, ja!" pesan Djik Hong pula.
"Ja, Khong-sim-djay pasti takkan bilang pada mereka, pasti tidak!" seru sidara tjilik.
SERIALSILAT.COM ? 2005 378 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Lalu Djik Hong keluar kamar depan lagi, katanja kepada Ban Tjin-san: "Kongkong, aku merasa
didalam kitab itu ada sesuatu jang gandjil."
Tjin-san menoleh, tanjanja: "Gandjil apa sih?" ~ Memangnja ia sendiri djuga merasa was-was
karena muntjulnja kitab itu setjara mendadak, datangnja terlalu mudah, hal mana bukanlah
sesuatu alamat baik. Maka ia bertambah pikiran demi mendengar utjapan njonja mantunja itu.
"?ni, disini!" kata Djik Hong kemudian sambil mengulurkan tangannja.
Ban Tjin-san lantas serahkan kitab sjair itu kepadanja. Sesudah Djik Hong mem-balik2 halaman
kitab itu, kemudian dikeluarkannja sepasang pola kupu2 itu dan berkata: "Kongkong, didalam
kitabnja dahulu apakah terdapat sepasang kupu2 kertas sematjam ini?"
Tjin-san terima kupu2 kertas itu dan mengamat-amatinja, lalu sahutnja: "Ja, tidak ada!"
"Habis apa artinja kupu2 kertas didalam kitab ini?" udjar Djik Hong. "Apakah didalam Bu-lim
terdapat seseorang tokoh jang berdjuluk 'Hek-oh-tiap' (kupu2 hitam) dan sebagainja" Dengan
meninggalkan kupu2 kertas ini didalam kitab, mungkin adalah tanda peringatan bahwa mereka
akan datang menuntut balas?"
Biasanja memang sering terdjadi didalam Kangouw bahwa sebelum menuntut balas, seorang
telah mengirimkan tanda peringatan lebih dulu kepada orang jang akan didatanginja. Dan
selama hidup Ban Tjin-san djusteru tak terhitung banjaknja kedjahatan jang pernah
diperbuatnja, dengan sendirinja ia terkedjut mendengar utjapan Djik Hong itu, apalagi kupu2
kertas memang njata terselip didalam kitab itu. Ia tjoba meng-ingat2 apakah pernah memusuhi
seorang tokoh jang berdjuluk 'Hek-oh-tiap' dan sebagainja" Tapi seingat dia toh tidak ada.
Selagi ia merenung, mendadak terdengar Djik Hong membentak: "Siapa itu" Ada apa main
sembunji2 disitu?" ~ Segera ia tuding keatas wuwungan rumah diluar djendela, maka
berbareng Ban Tjin-san dan Ban Ka memandang kearah sana, tapi toh tiada terdapat apa-apa.
Tjepat Djik Hong sambar sepasang pedang jang tergantung didinding, ia lemparkan sebatang
kepada Ban Tjin-san dan sebatang kepada Ban Ka, serunja pula. "Aku melihat tiga sosok
bajangan orang berkelebat kesana!"
Sementara Tjin-san dan Ban Ka menjambuti pedang jang dilemparkan Djik Hong itu, segera
Djik Hong lantas tarik latji medja dan masukan kitab sjair itu kedalamnja dan sambil berbisik:
"Djangan sampai ditjuri musuh!"
Ban Tjin-san berdua pertjaja sadja, mereka memanggut. Segera mereka bertiga melompat
keluar djendela dan naik keatas rumah, waktu memandang sekeliling situ, namun tiada
tertampak seorangpun. "Tjoba periksa kebelakang sana!" kata Tjin-san.
SERIALSILAT.COM ? 2005 379 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Bertiga orang terus menguber kerumah belakang sana. Tiba2 terlihat sesosok bajangan orang
berkelebat dipengkolan sana, segera Tjin-san membentak: "Siapa itu?" ~ Dan waktu ia melesat
madju, kiranja orang itu bukan lain adalah muridnja nomor enam, jaitu Go Him adanja.
"Kau melihat musuh tidak?" tanja Tjin-san pula.
Sebenarnja wadjah Go Him sudah putjat seperti majat, ia ketakutan setengah mati ketika
mendadak melihat Suhu bertiga menguber kearahnja dengan sendjata terhunus, ia mengira
perbuatannja jang kotor itu telah dilaporkan oleh Djik Hong. Dan demi mendengar pertanjaan
sang guru itu, barulah ia merasa lega. Tjepat ia menajhut: "Ja, barusan seperti ada orang berlari
lewat sini, makanja Tetju lantas memburu kemari untuk mentjari tahu apa jang telah terdjadi."
Sebenarnja djawabannja itu adalah untuk menutupi sikapnja jang kikuk itu, sebaliknja
mendjadi kebetulan bagi Djik Hong jang membohong itu.
Segera mereka berempat menguber pula kebelakang, ber-ulang2 Go Him bersuit memanggil
Loh Kun, Bok Heng dan lain2, tapi meski seluruh isi rumah mereka kerahkan untuk mentjari
musuh, toh tiada suatu bajanganpun jang kelihatan.
Karena kuatirkan kitab "Soh-sim-kiam-boh" jang masih tertinggal dikamar itu, segera Tjin-san
suruh Loh Kun dan para Sute-nja mentjari lebih djauh djedjak musuh. Ia sendiri bersama Ban
Ka dan Djik Hong lantas kembali kekamar loteng.
Segera pula ia membuka latji hendak mengambil kitab itu, tapi ?"..
Sudah tentu latji itu sudah kosong melompong, kitab itu entah sudah terbang kemana"
Keruan kedjut Ban Tjin-san dan Ban Ka tak terkatakan, mereka mentjari ubek2an didalam
kamar, dan sudah tentu nihil hasilnja.
"Adakah seorang masuk kesini?" Ban Tjin-san tjoba tanja Khong-sim-djay.
"Tidak ada!" sahut sidara tjilik. Kemudian ia berpaling dan main mata dengan sang ibu, hatinja
sangat senang. Sudah terang gamblang Ban Tjin-san berdua menjaksikan sendiri Djik Hong memasukan kitab
itu kedalam latji, dikala menguber musuh djuga selalu njonja mantu itu berada bersama
mereka, dengan sendirinja bukan Djik Hong jang main gila. Ia menduga pasti adalah tipu
muslihat musuh jang "memantjing harimau meninggalkan sarang", lalu mentjuri kitab pusaka
itu. Keruan Ban Tjin-san dan Ban Ka merasa lemas, mereka saling pandang dengan lesu dan
menjesal. SERIALSILAT.COM ? 2005 380 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Sebaliknja Djik Hong dan Khong-sim-djay sangat senang, mereka saling main mata, saling
kedip penuh arti ?""
Begitulah anak murid Ban Tjin-san jang lain telah sibuk mentjari djedjak musuh disetiap
polosok rumah dan sudah tentu tiada suatu bajanganpun jang diketemukan.
Ban Tjin-san pesan kepada Djik Hong agar djangan sekali2 bertjerita keapda Loh Kun dan lain2
tentang diketemukannja Kiam-boh dan kemudian hilang lagi. Sudah tentu Djik Hong
mengiakannja dengan baik. Selama ini Djik Hong sudah makin sadar akan hubungan guru dan
murid keluarga Ban itu, begitu pula hubungan antara murid satu dengan murid lainnja selalu
dilakukan dengan tidak djudjur, masing2 hanja memikirkan kepentingan sendiri2, satu sama
lain saling tjuriga-mentjurigai.
Dengan rasa menjesal dan penasaran kemudian Ban Tjin-san kembali kekamarnja sendiri, jang
terpikir olehnja adalah tanda kupu2 hitam kertas didalam kitab itu. Sebaliknja Ban Ka djuga
pajah keadaannja, sesudah ber-lari2 menguber musuh, tekanan darahnja naik, luka ditangannja
itu mendjadi kesakitan lagi, maka ia telah merebah di randjangnja untuk mengaso dan tidak
lama iapun tertidur. Diam2 Djik Hong pikir kitab sjair itu akan sangat berguna bagi ajahnja, kalau kerendam terlalu
lama didalam air mungkin akan rusak. Segera ia masuk kekamar dan tjoba memanggil sang
suami beberapa kali, tapi Ban Ka sudah tertidur njenjak, segera ia keluar lagi dan bawa baskom
itu kebawah, ia buang air darah didalam baskom itu hingga kelihatan dasar baskom. Ia pudji si
Khong-sim-djay sangat pintar dan penurut, tidak merasa wadjahnja menampilkan senjuman
puas. Sama sekali diluar dugaannja bahwa sebenarnja sudah sedari tadi Ban Ka telah tjuriga padanja.
Tadi waktu sidara tjilik main mata dengan sang ibu, kelakuan itu telah dapat diketahui oleh
Ban Ka hingga timbul rasa tjuriganja. Maka ia sengadja pura2 tidur, dan begitu Djik Hong turun
kebawah, segera iapun bangun dan dengan ber-djindjit2 seperti maling kuatir kepergok, ia
mengawasi gerak-gerik sang isteri.
Karena kitab itu berbau amis darah jang merendamnja tadi, Djik Hong merasa muak dan tidak
sudi memegangnja, ia pikir: "Dimanakah kitab ini harus kusembunjikan?"
Segera teringat olehnja ditaman belakang ada sebuah kamar podjok jang biasanja dibuat simpan
barang rongsokan sebangsa patjul, tenggok, sapu dan sebagainja, pada waktu itu tentu tiada
terdapat orang disitu. Segera ia petik daun bunga seruni hingga penuh satu baskom untuk
menutupi kitab jang basah itu, lalu menudju ketaman.
Sesudah masuk kedalam kamar dipodjok taman itu, ia melihat kamar itu tidak terawat,
temboknja banjak jang rontok, udjung dinding sana ada beberapa potong bata sudah mulai
merenggang. Ia pikir: "Kalau kitab ini kusembunjikan disini tentu takkan ditjurigai siapapun
SERIALSILAT.COM ? 2005 381 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
djuga." ~ Segera ia mengorek keluar beberapa potong bata itu, ia masukkan kitab itu kedalam
liang dinding itu, lalu bata2 itu dipasangnja kembali hingga rapat.
Habis itu, dengan masih mendjindjing baskom itu ia berdjalan kembali sambil ber-njanji2 ketjil
seperti tiada pernah terdjadi apa2.
Waktu lewat diserambi, mendadak dari pengkolan sana menjelinap keluar seorang sambil
membisikinja: "Suso, tengah malam nanti djangan lupa, ja! Aku tunggu kau didalam gudang
kaju sana!" ~ Siapa lagi dia kalau bukan Go Him.
Memangnja Djik Hong lagi menahan rasa kuatir kalau perbuatannja dipergoki orang, ketika
mendadak muntjul seorang dan berkata begitu padanja, keruan djantungnja se-akan2 tjopot
saking kagetnja. Segera iapun mendamperatnja: "Tjis, kau tjari mampus, besar amat njalimu, apa kau sudah
bosan hidup?" Tapi dengan tjengar-tjengir Go Him mendjawab: "Demi Suso, biarpun djiwaku akan melajang
djuga aku rela. Suso, engkau inginkan obat penawarnja atau tidak?"
Dengan gemes Djik Hong sudah meraba belati jang tersimpan didalam badjunja itu, sungguh ia
ingin sekali tikam mampuskan manusia rendah itu dan merampas obat penawarnja.
Tapi Go Him adalah seorang litjin dan tjulas, sudah tentu ia tjukup waspada terhadap segala
kemungkinan. Dengan menjengir ia berkata pula dengan pelahan: "Suso, djangan kau tjoba2
menjerang, asal kau menjerang dengan tipu 'Wadjah manusia muntjul dari balik gunung' dan
menikam kearahku, maka aku sudah siap akan menghindar dengan gerakan 'kepala kuda
timbul disamping awan', dan sekali tanganku bergerak begini, seketika obat penawar ini
kubuang kedalam empang." ~ Sembari berkata ia terus ulurkan tangannja dan apa jang
digenggamnja memang betul adalah botol obat penawar itu. Ia kuatir Djik Hong menubruk
untuk merebutnja, maka lebih dulu ia lantas mundur beberapa langkah kebelakang.
Tahu kalau pakai kekerasan djuga takkan berhasil merebut obat penawar itu, terpaksa Djik
Hong batalkan niatnja, segera ia menjisir lewat dari samping orang. Dan dengan suara pelahan
Go Him membisikinja lagi: "Ingat Suso, aku tjuma sanggup menanti sampai tengah malam.
Lewat tengah malam kau tidak datang, djam satu malam aku lantas tinggal pergi bersama obat
penawar ini, aku akan kabur sedjauh mungkin dan takkan kembali ke Hengtjiu lagi. Haha,
andaikan mati djuga orang she Go ini tidak sudi mati ditangan ajah dan anak she Ban."
Waktu Djik Hong sampai dikamarnja, ia mendengar Ban Ka sedang me-rintih2, njata ratjun
ketungging telah kumat lagi dengan hebat.
Ia duduk menjanding medja dengan bertopang dagu, pikirannja bergolak tak tertahankan. Ia
pikir: "Tjaranja dia (Ban Ka) mempitenah Tik-suko sungguh sangat kedji, tapi nasi sudah
mendjadi bubur, apa mau dikata lagi" Selama beberapa tahun ini sesungguhnja iapun sangat
SERIALSILAT.COM ? 2005 382 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
baik padaku, sebagai seorang wanita, menikah ajam ikut ajam, kawin dengan bebek turut
bebek, selama hidupku sudah ditakdirkan akan mendjadi suami-isteri dengan dia. Tjuma Go
Him itu benar2 keparat, tjara bagaimana supaja aku dapat merebut obatnja?" ~ Ia melihat air
muka Ban Ka putjat kurus, diam2 ia membatin pula: "Luka Ban-long sangat parah, djika
kukatakan perbuatan Go Him itu padanja, dalam gusarnja tentu ia akan mengadu djiwa
padanja dan tentu akan membuat keadaannja lebih pajah."
Begitulah pikirannja mendjadi kusut. Sementara itu hari sudah gelap, sesudah makan malam,
Djik Hong mengatur puterinja tidur, ia sendiri masih gelisah. Sesudah dipikir pulang-pergi,
achirnja ia mengambil keputusan akan laporkan persoalan Go Him itu kepada Ban Tjin-san,
sebagai seorang tua jang berpengalaman tentu akan dapat mentjari djalan keluar jang sempurna.
Tapi urusan ini tidak boleh diketahui oleh Ban Ka, harus menunggu sesudah sang suami itu
tidur njenjak, barulah akan dilaporkan kepada bapa mertuanja ini. Selama beberapa hari ia
benar2 terlalu tjapek merawat luka suaminja itu siang dan malam, namun ia tidak dapat tidur.
Ia menunggu setelah terdengar suara mendengkurnja Ban Ka, lalu bangun dengan pelahan2,
dengan hati2 ia turun kebawah loteng, ia menudju keluar kamarnja Ban Tjin-san.
Sinar bulan menembus kedalam kamar Ban Tjin-san, melalui tjelah2 djendela dapat dilihatnja
bahwa didalam kamar bapa mertua itu sudah gelap, pelita sudah dipadamkan, ia menduga
orang tua itu sudah tidur.
Diluar dugaan, sesudah ia mendekati djendela, tiba2 dari dalam kamar orang tua itu terdengar
suara "he-he-he" jang aneh, jaitu suara orang jang bernapas dikala mengeluarkan tenaga besar
untuk berbuat sesuatu. Djik Hong sangat heran, sebenarnja ia sudah akan memanggil, tapi segera diurungkan. Ia tjoba
mengintip kedalam kamar melalui tjelah2 djendela, dibawah sinar bulan jang remang2 ia
melihat Ban Tjin-san sedang merebah diatas tempat tidurnja, kedua matanja terpedjam, tapi
kedua tangannja tampak men-dorong2 sekuatnja keatas.
Sungguh heran Djik Hong tak terkatakan, pikirnja dengan menahan napas: "Pasti Kongkong
sedang melatih sesuatu ilmu Lwekang jang hebat. Konon diwaktu orang melatih Lwekang, jang
paling dipantang adalah gangguan jang mengagetkan, djika hal mana terdjadi, seringkali orang
jang sedang berlatih itu akan 'Tjau-hwe-djip-mo' (sesat djalan dan kemasukan api) hingga
membikin tjelaka diri sendiri. Sebaiknja aku menunggu dulu, biar beliau selesai latihan barulah
akan kupanggilnja." Ia mengikuti terus tingkah-laku Ban Tjin-san itu. Ia melihat sesudah men-dorong2 keatas
sebentar, kemudian Ban Tjin-san berbangkit dan turun dari tempat tidurnja serta melangkah
beberapa tindak kedepan, lalu berdjongkok dan mendjulur tangannja keatas seperti sedang
mentjekeram sesuatu. Diam2 Djik Hong membatin: "Kiranja Kongkong sedang melatih Kim-na-djiu-hoat (ilmu
memegang dan menangkap)!"
SERIALSILAT.COM ? 2005 383 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Tapi sesudah diperhatikan sebentar lagi. Ia melihat gerak-gerik Ban Tjin-san makin lama makin
aneh, kedua tangannja ber-ulang2 mentjengkeram entah apa jang hendak dipegangnja, habis itu
lantas ditumpuknja kebawah satu persatu dengan radjin dan teratur, djadi mirip tukang batu
sedang memasang bata. Namun dilantai situ toh kosong melompong tiada terdapat sesuatu
benda apapun, djadi gerak-geriknja itu hanja perbuatan kosong belaka.
Dan sesudah me-megang2 sebentar lagi keudara, kemudian tampak orang tua itu meng-ukur2
dengan kedua tangannja, mungkin merasa sudah tjukup besar, lalu kedua tangannja bergaja
seperti mengangkat sesuatu benda besar dari tanah dan dimasukkan kedepan.
Djik Hong merasa bingung menjaksikan itu, dengan djelas dilihatnja kedua mata Ban Tjin-san
itu masih tertutup rapat, gerak-geriknja itu sekarang sudah terang bukan lagi melatih sesuatu
ilmu silat apa segala, tapi lebih mirip sigagu sedang main sandiwara. Tiba2 teringat oleh Djik
Hong utjapan si Mirah dirumah berhala siang tadi bahwa: "Ditengah malam Loya suka bangun
untuk pasang tembok!"
Tapi gerak-gerik Ban Tjin-san sekarang toh bukan lagi pasang tembok, kalau dikatakan ada
sangkut-pautnja dengan tembok, maka lebih mirip kalau dia sedang membongkar tembok.
Lapat2 Djik Hong merasakan sematjam firasat jang menakutkan. Pikirnja pula: "Ah, tentu
Kongkong telah kena penjakit Li-hun-tjing (sakit ngelindur). Kabarnja orang jang dihinggap
penjakit tidur seperti itu, terkadang orangnja bisa bangun ditengah malam dan djalan2 atau
bekerdja tanpa disadari oleh orang jang bersangkutan sendiri. Bahkan ada jang telandjang bulat
ber-djalan2 diatas rumah, ada pula jang membakar rumah dan membunuh orang dan matjam2
perbuatan lain jang aneh2, tapi sesudah mendusin, sama sekali orang jang bersangkutan tidak
tahu apa2." Begitulah Djik Hong melihat pula sesudah Ban Tjin-san bergaja memasukan sesuatu benda
besar kedalam lubang dinding jang sebenarnja tiada wudjutnja itu, kemudian tampak orang tua


Pedang Hati Suci Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu men-dorong2 lagi beberapa kali dengan kuat keatas, habis itu ia mendjemput bata dilantai
jang tiada wudjud itu lalu dipasangnja, sekali ini benar2 bergaja sedang pasang batu.
Semula Djik Hong agak merinding menjaksikan perbuatan aneh jang menjeramkan itu
kemudian sesudah melihat gajanja jang sedang pasang tembok, maka ia tidak begitu takut lagi
sebab sebelumnja sudah diketahui akan hal itu. Katanja didalam hati: "Menurut Tho Ang,
katanja Kongkong sering bangun ditengah malam untuk pasang tembok, suatu tanda penjakit
tidurnja ini sudah lama dideritanja. Dan pada umumnja orang jang mempunjai sesuatu penjakit
aneh tidaklah suka kalau diketahui orang lain. Tho Ang sekamar dan setempat-tidur dengan
Kongkong dan tahu pula akan penjakitnja ini, dengan sendirinja Kongkong merasa kurang
senang." Karena pikirannja itu, rasa ragu2nja tadi mendjadi hilang. Jang terpikir olehnja sekarang hanja:
"Dan entah berapa lamanja penjakit tidur Kongkong itu akan berlangsung. Kalau sampai lewat
tengah malam hingga sikeparat Go Him merat dengan membawa obat penawar, wah tentu
tjelaka." SERIALSILAT.COM ? 2005 384 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Sementara itu dilihatnja Ban Tjin-san sedang bergaja mengambil bata jang dibongkarnja tadi
dan dipasang kembali kelubang dinding tanpa wudjut itu, kemudian lantas bergaja seperti
tukang kapur jang sedang melabur dinding. Dan sesudah segala sesuatu itu selesai dilakukannja,
lalu kelihatan orang tua itu ber-senjum2 dan naik pula keatas randjang untuk tidur pula.
Pikir Djik Hong: "Setelah sibuk sekian lamanja, mungkin pikiran Kongkong belum lagi tenang
kembali, biarlah aku menunggu sebentar lagi untuk memenggilnja."
Tapi pada saat itu djuga, tiba2 terdengar pintu kamar bapa mertua itu diketok orang beberapa
kali, menjusul ada orang memanggil dengan suara tertahan: "Tia-tia, Tia-tia!" ~ Itulah suara
sang suami, Ban Ka. Djik Hong agak terkedjut, ia heran pula: "Mengapa Ban-long djuga kemari" Untuk apakah dia
datang?" Ia lihat Ban Tjin-san terus mendusin dan berbangkit, setelah tenangkan diri sedjenak, lalu orang
tua itu bertanja: "apakah Ka-dji disitu?"
Sebagai seorang djago silat, rupanja Ban Tjin-san sangat tjepat terdjaga bangun asal mendengar
sesuatu suara pelahan sadja. Malahan djika penjakit ngelindurnja sedang kumat, pada saat
itulah malah susah kalau orang hendak menjadarkan dia.
Maka terdengar Ban Ka telah mengiakan diluar kamar. Dan Tjin-san lantas turun dari tempat
tidurnja dengan enteng tanpa menerbitkan suara sedikitpun, biarpun usianja sudah landjut, tapi
gerak-geriknja ternjata masih gesit sekali, segera ia membukakan pintu dan membiarkan Ban
Ka masuk sambil bertanja: "Apakah kau sudah memperoleh keterangan tentang Kiam-boh?" ~
Njata jang selalu terpikir olehnja adalah kitab pusaka itu.
"Tia!" terdengar Ban Ka memanggil pelahan sekali sambil melangkah masuk dengan
sempojongan, tjepat ia berpegangan pada sandaran kursi jang berada disitu.
Kuatir kalau bajangan sendiri jang tersorot tjahaja rembulan itu akan dilihat oleh mereka,
tjepat Djik hong meringkuk kebawah djendela sambil mendengarkan dengan tjermat, ia tidak
berani mengintip gerak-gerik kedua orang itu lagi.
Ia dengar Ban Ka merandek sedjenak sesudah memanggil ajahnja tadi, lalu katanja dengan suara
ter-putus2: "Tia, men?" menantumu itu bukan ?".bukan orang baik2."
Djik Hong terkedjut pula, ia heran mengapa sang suami berkata begitu"
Maka terdengar Ban Tjin-san sedang tanja: "Ada apa lagi" Suami-isteri bertengkar?"
"Kiam-boh sudah diketemukan. Tia, menantumu itulah jang mengambilnja," sahut Ban Ka.
SERIALSILAT.COM ? 2005 385 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Ha, sudah diketemukan" Itulah bagus, bagus!" seru Tjin-san dengan girang. "Dimana
kitabnja?" Djik Hong djuga terkedjut dan heran tak terkatakan. Ia pikir: "Mengapa dapat diketahui
olehnja" Ah, tentu sibotjah Khong-sim-djay itu jang telah berkata pada ajahnja."
Tapi utjapan Ban Ka selandjutnja telah membantah sangkaannja itu. Ban Ka telah
memberitahukan kepada ajahnja bahwa dia telah mengetahui gerak-gerik Djik Hong dan
Khong-sim-djay jang mentjurigakan, maka ia sengadja pura2 tidur, tapi diam2 mengawasi
tingkah-laku Djik Hong, ia melihat isterinja itu membawa baskon ketaman belakang dan
diam2 ia telah menguntitnja, ia menjaksikan Djik Hong menjembunjikan Kiam-boh kedalam
lubang dinding didalam kamar podjok taman sana"..
Sungguh Djik Hong gegetun setengah mati: "O, ajah jang bernasib malang, kitabmu itu kembali
djatuh lagi ditangan Kongkong dan Ban-long, untuk merebutnja kembali terang akan maha
sulit. Baiklah, aku mengaku salah, memang Ban-long lebih lihay daripadaku."
Kemudian terdengar Ban Tjin-san sedang berkata: "Wah, bagus sekali djika begitu, lekaslah,
lekas ambil kitab itu, dan kau boleh pura2 tidak tahu apa2 untuk melihat bagaimana kelakuan
isterimu itu, djika dia tidak singgung2 lagi, maka kau djuga tidak perlu katakan padanja. Aku
djusteru sangat tjuriga darimanakah datangnja kitab ini, djangan2?".djangan2?""." ~
begitulah ia tidak melandjutkan djangan2 apa"
Maka Ban Ka telah berkata: "Tia!" ~ suaranja kedengaran sangat menderita.
"Ada apa?" sahut Tjin-san.
"Sebabnja menantumu mentjuri Kiam-boh itu, kiranja ?".kiranja adalah untuk ?"."
berkata sampai disini suaranja mendjadi gemetar dan se-akan2 tersumbat.
"Untuk siapa?" Tjin-san menegas.
"Kiranja adalah untuk?"untuk siandjing keparat Go Him itu!" sahut Ban Ka achirnja.
Telinga Djik Hong serasa mendengung, hampir2 ia tidak pertjaja pada telinganja sendiri. Hanja
dalam hati ia berkata: "Perbuatanku itu adalah demi ajahku, mengapa bilang untuk Go Him"
Mengapa menuduh aku berbuat untuk Go Him?"
Begitulah Djik Hong merasa penasaran oleh tuduhan Ban Ka itu. Ia dengar Ban Tjin-san djuga
sangat heran dan kedjut, orang tua itu telah tanja: "Untuk Go Him, katamu?"
"Ja," sahut Ban Ka. "Sesudah kulihat dia menjembunjikan Kiam-boh ditaman belakang sana,
dari djauh aku menguntitnja pula, siapa duga ?".siapa duga setiba diserambi situ, ternjata ia
telah main kasak-kusuk dengan keparat Go Him, perempuan ?".perempuan djalang itu
benar2 tidak tahu malu lagi!"
SERIALSILAT.COM ? 2005 386 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Tapi selama ini aku melihat tingkah-lakunja toh sangat baik dan sopan, tidak mirip seorang
jang kotor seperti itu, apa kau tidak salah lihat" Dan apa jang dibitjarakan oleh mereka?"
demikian kata Ban Tjin-san dengan ragu2.
"Anak kuatir dipergoki mereka, maka tidak berani terlalu mendekat, pula diserambi sana tiada
tempat sembunji, terpaksa aku mengumpet diudjung tembok untuk mendengarkan," tutur
Ban Ka. "Tapi suara pertjakapan sepasang andjing laki-perempuan itu sangat lirih, aku tidak
dapat mendengar seluruhnja, hanja sebagian sadja dapat kudengar dengan djelas."
"O," Tjin-san bersuara, katanja: "Sudahlah, Ka-dji sabarlah dulu. Seorang laki2 masakah kuatir
tidak bisa mendapat isteri lagi" Sesudah Kiam-boh itu dapat kita temukan, pula bila rahasia
didalam Kiam-boh sudah kita petjahkan, dalam sekedjap sadja kita akan mendjadi kaja-raja
sekaligus kau ingin membeli seratus orang isteri dan seribu selir djuga sangat gampang. Nah,
duduklah kau, bitjaralah dengan pelahan2."
Lalu terdengar suara "krak-krek" papan randjang, Ban Ka telah duduk ditepi tempat tidur itu,
kemudian berkata pula dengan napas ter-engah2. "Sesudah perempuan djalang itu selesai
menjembunjikan kitab, rupanja ia sangat senang, bahkan ber-njanji2 ketjil segala. Ketika
ketemu gendaknja, jaitu sikeparat Go Him, segera binatang she Go itu tjengar-tjengir dan
berkata padanja: 'Suso, tengah malam nanti djangan lupa, lho! Aku menanti engkau digudang
kaju sana!" ~ utjapan ini dengan terang dapat kudengar dengan baik, sedikitpun tidak salah."
"Dan, bagaimana lagi djawab perempuan djalang itu?" tanja Tjin-san.
"Dia?".dia mendamperat: 'Kau tjari mampus, besar amat njalimu, apakah kau sudah bosan
hidup!'" tutur Ban Ka.
Sungguh hantjur hati Djik hong mendengar tjertjaan pada dirinja itu, ia tidak tahu mengapa
mereka mempitenah orang baik2" Padahal ia berbuat, demi kepentingan sang suami dan ingin
merebut obat penawar untuk menejmbuhkan lukanja, tapi sang suami malah menistanja
setjara begitu kedji, sungguh lelaki jang tidak punja Liangsim, demikian pikir Djik Hong.
Ia dengar Ban Ka sedang melandjutkan tjeritanja lagi: "Sesudah kudengar pertjakapan mereka
itu, sungguh hatiku sangat panas, kalau bisa sungguh aku ingin menubruk madju dan bunuh
kedua andjing laki dan perempuan itu. Tapi aku tidak membawa sendjata, apalagi dalam
keadaan terluka, aku tidak dapat menempur mereka setjara terang2an, segera aku lari kembali
kekamar agar sesudah perempuan djalang itu pulang kekamar takkan mentjurigai diriku. Dan
apa jang dibitjarakan sepasang andjing laki dan perempuan itu selandjutnja aku tidak tahu lagi."
"Hm, bapa andjing tidak nanti melahirkan puteri harimau, dasar sekeluarga she Djik mereka
itu adalah manusia2 rendah semua," demikian Tjin-san memaki. "Baiklah kita pergi mengambil
dulu Kiam-boh itu, kemudian kita mendjaga diluar gudang kaju untuk menangkap basah
perbuatan hina sepasang andjing laki-perempuan itu, lalu habiskan djiwa mereka."
SERIALSILAT.COM ? 2005 387 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Rupanja perempuan djalang itu sudah tidak seranti ditunggu oleh gendaknja, maka djauh
sebelum tengah malam sudah keluar sedjak tadi," kata Ban Ka. "Sementara ini
mungkin?".mungkin sedang?"" ~ saking geregetan barangkali hingga terdengar giginja
berkrutukan. "Djika begitu, sekarang djuga kitapun berangkat kesana," udjar Tjin-san. "Bawalah sendjata,
tapi kau djangan turun tangan, biar aku mengutungi kaki dan tangan mereka dulu, kemudian
kau sendiri menghabiskan njawa sepasang andjing laki-perempuan itu."
Lalu kelihatan pintu kamar dibuka, sambil memajang Ban Ka, Ban Tjin-san membawa
puteranja itu menudju ketaman belakang.
Sembari bersandar ditembok, sungguh pedih sekali hati Djik Hong, air matanja bertjutjuran
bagai hudjan. Maksudnja ingin luka sang suami bisa lekas sembuh, siapa tahu sang suami
berbalik mentjurigai dirinja berbuat serong. Sedangkan ajahnja sedjak menghilang tidak pernah
kembali lagi. Tik Hun telah merana entah kemana dengan menanggung penasaran tanpa
berdosa, dan kini?"kini sang suami bersikap demikian pula padanja, penghidupan seperti ini
entah bagaimana nasib selandjutnja"
Begitulah ia merasakan kekosongan hati, sungguh ia tidak ingin hidup lagi, sama sekali tiada
pikirannja buat memberi pendjelasan pada sang suami atau minta dikonfrontir dengan Go Him
sebagai saaksi, seketika ia tjuma merasa badannja lemas dan bersandar didinding.
Selang tidak lama, tiba2 terdengar suara tindakan orang, Ban Tjin-san dan Ban Ka telah kembali
diruangan duduk, mereka sedang berunding pula.
"Tia," demikian Ban Ka lagi berkata, "kenapa kita tidak bunuh Go Him sadja digudang kaju
tadi?" "Didalam gudang hanja terdapat Go Him sendiri," sahut Tjin-san dengan suara rendah,
mungkin perempuan djalang itu telah tahu gelagat djelek, maka sudah merat sendiri lebih
dulu. Djika kita takbisa menangkap basah perbuatan kotor mereka, mana boleh kita
sembarangan membunuh orang mengingat kita adalah keluarga terkemuka dikota Hengtjiu
sini" Kau harus tahu sesudah kita mendapatkan Kiam-boh, masih banjak pekerdjaan penting
lain jang harus kita lakukan dikota ini, maka kita harus sabar, djangan terburu napsu hingga
menggagalkan usaha besar kita!"
"Habis, apakah kita antepin sadja urusan ini?" tanja Ban Ka. "Dan tjara bagaimana dendam anak
ini harus dilampiaskan?"
"Untuk melampiaskan dendam apa sih susahnja?" ujar Tjin-san. "Kita dapat gunakan tjara
lama!" "Tjara lama?" Ban Ka menegas.
SERIALSILAT.COM ? 2005 388 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Ja, tjara lama! Tjara kita mengerdjakan Djik Tiang-hoat dulu!" kata Tjin-san. Ia merendek
sedjenak, lalu sambungnja pula: "Sementara ini kau kembali kekamar dulu, sebentar aku akan
mengumpulkan para anak murid dan kau boleh datang bersama mereka keluar kamarku.
Hati2lah, djangan sampai menimbulkan tjuriga orang."
Sebenarnja pikiran Djik Hong sedang kusut tak keruan, ia sudah putus asa, jang masih terasa
berat olehnja adalah puterinja jang masih ketjil itu. Dan demi tiba2 mendengar Ban Tjin-san
menjatakan hendak "menggunakan tjara lama dikala mereka mengerdjakan Djik Tiang-hoat
dahulu" terhadap Go Him, seketika otaknya seperti dikompres dengan es, dengan segera
pikirannja djernih kembali, sekilas timbul suatu pertanjaan dalam benaknja: "Dengan tjara
apakah mereka telah mengerdjakan ajahku dahulu?"
Ia pikir hal ini diselidikinja hingga terang. Dan sebentar Kongkongnja akan mengumpulkan
para anak muridnja, kemanakah ia harus bersembunji"
Sementara itu terdengar Ban Ka sedang mengiakan perintah ajahnja, lalu melangkah pergi.
Kemudian Ban Tjin-san menudju keluar, ia berseru menjuruh pelajan menjalakan pelita dan
mengundang para muridnja.
Tidak lama kemudian dari sana-sini terdengarlah suara berisik para muridnja jang sedang
mendatangi untuk berkumpul. Djik Hong tahu bila tinggal lebih lama disitu, tentu akan ada
orang lalu diluar djendela dan mempergoki djedjaknja. Sesudah ragu2 sedjenak, terus sadja ia
menjelinap masuk kedalam kamarnja Ban Tjin-san. Ia singkap seperei jang menutupi kolong
randjang, lalu menjusup kebawah. Dengan begitu, asal tiada orang menjingkap seperei jang
mendjulur hampir ketanah itu, tentu tiada seorangpun jang dapat mempergoki djedjaknja.
Ia bertiarap melintang dikolong randjang, tidak lama kemudian tertampaklah ada sinar pelita
merembes masuk melalui bawah seperai, ada orang masuk dengan membawa pelita. Ia melihat
sepasang kaki jang bersepatu ikut melangkah masuk, itulah kakinja BanTjin-san. Sesudah kaki
itu melangkah disamping kursi, lalu terdengar suara berkeriut perlahan, Ban Tjin-san telah
duduk diatas kursi. Lalu terdengarlah ia memerintahkan pelajan keluar dan menutup pintu
kamar. Tidak lama, terdengar suara Loh Kun berseru diluar kamar. "Suhu, kami sudah datang semua,
silakan Suhu memberi perintah."
"Ehm, bagus! Nah, kau boleh masuk dulu," sahut Ban Tjin-san.
Segera Djik Hong melihat pintu kamar didorong, sepasang kakinja Loh Kun tampak
melangkah masuk, kemudian pintu kamar dikantjing lagi.
"Ada musuh telah mendatangi rumah kita, apakah kau tak tahu?" demikian Tjin-san mulai
bertanja. "Siapakah musuh itu" Tetju tidak tahu," sahut Loh Kun.
SERIALSILAT.COM ? 2005 389 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Orang itu menjaru sebagai seorang tabib kelilingan, bahkan sudah pernah datang kemari,"
udjar Ban Tjin-san. Diam2 Djik Hong terkedjut: "Masakah dia mengenali siapakah gerangan sitabib itu?"
Maka terdengar Loh Kun sedang mendjawab: "Tetju telah mendengar djuga hal itu dari Go-
sute. Dan siapakah musuh itu sebenarnja?"
"Orang itu dalam keadaan menjamar, aku tidak melihat dengan sendiri, maka aku belum dapat
meraba asal-usulnja," kata Tjin-san. "Maka besok pagi2 hendaklah kau menjelidiki kesekitar
utara kota, kemudian melapor padaku hasilnja. Sekarang kau keluar dulu, sebentar aku akan
memberi tugas lain lagi."
Loh Kun mengiakan, lalu keluar kamar.
Ber-turut2 Ban Tjin-san memanggil pula murid keempat Sun Kin dan murid kelima Bok Heng,
apa jang dikatakan pada mereka pada garis besarnja serupa tadi. Hanja sadja Sun Kin
ditugaskan kesekitar selatan kota dan Bok Heng menjelidiki timur kota. Dikala memberi pesan
pada Bok Heng sengadja ditambahkannja: "Go Him akan menjelidiki barat kota, Pang Tan dan
Sim Sia akan memberi bantuan dimana perlu. Sedangkan Ban-suko kalian masih sakit, ia
takbisa ikut keluar."
"Ja, Ban-suko memang perlu istirahat dulu," demikian sahut Bok Heng, lalu membuka pintu
dan keluar kamar. Sudah tentu Djik Hong tahu apa jang dikatakan Ban Tjin-san itu sengadja hendak
diperdengarkan kepada Go Him agar pemuda itu tidak menaruh tjuriga apa-apa.
Maka terdengarlah Ban Tjin-san sedang memanggil pula: "Go Him masuk!" ~ suaranja tetap
tenang dan ramah, sama seperti memanggil Loh Kun dan lain-lain.
Djik Hong melihat pintu kamar terbuka lagi, kaki kanan Go Him melangkah masuk dulu,
tampaknja agak ragu2 sedetik, tapi achirnja masuk djuga. Ia melangkah madju kedepan Ban
Tjin-san dan menunggu perintah.
Dari tempat sembunjinja Djik Hong melihat djubah Go Him bagian bawah itu agak keder
sedikit, suatu tanda dalam hati Go Him sangat ketakutan, maka tubuhnja agak gemetar.
Maka terdengar Ban Tjin-san sedang bertanja: "Kita kedatangan musuh, kau tahu tidak?"
"Tetju sudah mendengar uraian Suhu barusan diluar kamar, katanja adalah tabib kelilingan itu,"
sahut Go Him. "Orang itu adalah Tetju jang mengundangnja kemari untuk mengobati Ban-
suko, sungguh tidak njana bahwa dia adalah musuh kita, harap Suhu suka memberi maaf."
SERIALSILAT.COM ? 2005 390 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Orang itu menjamar, pantas djuga kalau kau tidak tahu," udjar Tjin-san. "Nah, besok pagi kau
pergi kesekitar barat kota untuk menjelidiki, djika ketemukan djedjaknja, harus kau
mengawasi gerak-geriknja."
"Ja, Suhu!" sahut Go Him.
Se-konjong2 Djik Hong melihat kedua kaki Ban Tjin-san bergerak, mendadak orangnja berdiri,
tanpa merasa Djik Hong menjingkap sedikit seperai randjang untuk mengintai keluar. Tapi
sekali mengintip, seketika ia kaget setengah mati, hampir2 sadja ia mendjerit.
Ternjata adegan didalam kamar itu membuatnja terbelalak kesima. Ia melihat kedua tangan
Ban Tjin-san lagi mentjekik leher Go Him dengan keras dan Go Him baru sadja ulur tangan
sendiri hendak melawan, namun sudah keburu tidak berdaja karena kena ditjekik. Ia melihat
kedua mata Go Him itu mendelik, makin lama makin mentjotot keluar hingga mirip mata
ikan emas. Telapak tangan Ban Tjin-san terluka kena tjakaran kuku Go Him, tapi ia mentjekik
se-kuat2nja, betapapun ia tidak mau lepas tangan.
Lambat-laun kedua tangan Go Him mulai terbuka dengan lemas, ia tak mampu berkutik lagi.
Sampai achirnja Djik Hong melihat lidah Go Him djuga mendjulur keluar, makin lama makin
pandjang, keadaannja sangat mengerikan, keruan hati Djik Hong ber-debar2 hebat.


Pedang Hati Suci Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selang sebentar lagi, pelahan2 Ban Tjin-san mengendurkan tjekikannja, ia sandarkan Go Him
diatas kursi. Rupanja ia sudah sediakan apa jang perlu, maka ia telah ambil dua tjarik kertas
kapas jang sudah dibasahi dulu dengan air, lalu ditutup diatas mulut dan hidung Go Him.
Dengan demikian pemuda itu takkan dapat bernapas, dan dengan sendirinja djuga takkan
siuman untuk selamanja. Diam2 Djik Hong memikir: "Kongkong pernah berkata bahwa keluarga mereka adalah kaum
terkemuka dikota Hengtjiu sini, tidak boleh sembarangan membunuh orang. Dan ajahnja Go
Him kabarnja adalah hartawan disekitar kota, tentu urusan ini takkan selesai sampai disini
sadja, akibatnja tentu akan geger kelak."
Dan pada saat itu djuga, tiba2 terdengar suara bentakan Ban Tjin-san: "Bagus sekali
perbuatanmu, hajolah lekas kau mengaku terus terang, apakah perlu aku hadjar kau dahulu?"
Semula Djik Hong kaget sebab mengira djedjaknja telah diketahui orang tua itu, tapi
mendadak terdengar, suaranja Go Him lagi mendjawab: "Suhu, engkau suruh aku
meng?".mengaku apakah?"
Sungguh kedjut Djik Hong tak terkatakan, sudah djelas dilihatnja Go Him sudah menggeletak
diatas kursi tanpa bernjawa lagi, masakah sekarang bisa bitjara pula" Apakah pemuda itu telah
hidup kembali" Tapi toh djelas kelihatan bukan begitu halnja, Go Him masih tetap bersandar
dikursi tanpa bergerak sedikitpun.
SERIALSILAT.COM ? 2005 391 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Waktu Djik Hong mengintip pula, ia melihat bibir Ban Tjin-san sendiri jang sedang bergerak,
ia mendjadi heran. "Ha, djadi Kongkong jang lagi bitjara" Tapi sudah terang tadi itu adalah
suaranja Go Him." Maka didengarnja pula Ban Tjin-san telah membentak lagi: "Mengaku apa" Hm, djangan kau
berlaga pilon. Kau sekongkol dengan musuh dan bermaksud mengerdjakan sesuatu kedjahatan
dikota Hengtjiu ini, apa kau masih berani mungkir?"
"Su?".Suhu, kedja?"kedjahatan apakah?" demikian suaranja Go Him.
Dan sekali ini Djik Hong dapat melihat dengan djelas dan njata, memang betul Ban Tjin-san
sedang bitjara sendiri dengan menirukan suaranja Go Him, pintar amat tjara menirukannja itu
hingga serupa benar. "Kiranja Kongkong masih mempunjai kepandaian simpanan dalam hal menirukan suara orang,
mengapa selama ini aku tidak tahu. Apakah maksud tudjuannja dengan menirukan suara
utjapan Go Him ini?" demikian tanda2 tanja jang timbul dalam hati Djik Hong. Dalam lubuk
hatinja jang dalam sana lapat2 teringatlah sesuatu olehnja, tapi itu hanja sesuatu jang samar2
jang belum dapat dipeladjari dengan baik. Dalam hati ketjilnja timbul sematjam rasa kuatir
jang susah dimengerti. Dalam pada itu terdengar Ban Tjin-san sedang berkata pula dengan suara keras: "Hm, kau
sangka aku tidak tahu, ja" Kau telah sekongkol dengan tabib kelilingan jang kau bawa kemari
itu, orang itu adalah seorang pendjahat besar, kau sekongkol dengan dia hendak menggerajangi
?"?" "Menggerajangi apa, Suhu" Tetju benar2 tidak tahu?" demikian ia tirukan suaranja Go Him.
Habis itu kembali dengan suara sendiri Tjin-san membentak: "Kau hendak menggerajangi
kantor Leng-tihu untuk mentjuri sesuatu dokumen rahasia, betul tidak" Ha, masih kau berani
mungkir?" "Su?"" Suhu, darimanakah engkau mendapat tahu" Suhu, sudilah meng"... mengingat
hubungan baik kita selama ini, am?".ampunilah perbuatanku ini, lain?" kali Tetju tidak
berani lagi." "Hm, urusan sebesar ini, masakah begini gampang mengampuni kau?"
Setelah diperhatikan, Djik Hong merasa suara Go Him jang ditirukan Ban Tjin-san itu
sebenarnja tidak terlalu mirip, tjuma ia sengadja menahan suaranja hingga kedengarannja agak
samar2, bahkan setiap kalimat selalu ditambahi panggilan "Suhu" dan ber-ulang2 menjebut
"Tetju", maka bagi pendengaran orang diluar kantor dengan sendirinja menjangka memang
betul adalah Go Him jang sedang bitjara. Apalagi dengan njata semua orang menjaksikan Go
Him masuk kedalam kamar serta mendengar pertjakapan mereka, walaupun suara selandjutnja
SERIALSILAT.COM ? 2005 392 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
agak sedikit berlainan, namun selain Go Him masakah didalam kamar itu masih ada orang lain
lagi?" Begitulah pelahan2 Ban Tjin-san lantas mengangkat majatnja Go Him, ia berdjongkok untuk
menjingkap seperai jang menutup kolong randjang itu.
Keruan Djik Hong ketakutan setengah mati bila kepergok oleh bapa mertuanja.
Sambil menahan napas ia menantikan apa jang akan terdjadi. Dibawah sinar pelita jang
remang2 ia melihat sebuah kepala orang menjusup dulu kekolong randjang, itulah kepalanja
Go Him dengan matanja jang mendelik bagai mata ikan mas. Karena majat Go Him itu terus
didjedjalkan kekolong randjang oleh Tjin-san, terpaksa Djik Hong menggeser sedapat mungkin,
namun badannja toh saling dempel djuga dengan majat itu.
Dalam pada itu sandiwara Ban Tjin-san masih main terus, terdengar ia berkata: "Nah, Go Him,
apakah kau tidak lekas berlutut" Segera akan kuringkus kau untuk diserahkan kepada Leng-
tihu, apakah beliau akan mengampuni kau atau tidak, itulah aku tidak berani mendjamin."
"Suhu, apakah engkau benar2 tidak dapat mengampuni Tetju?" demikian suara Go Him tiruan.
Maka Tjin-san mendjawab: "Hm, mempunjai murid seperti kau, pamorku sudah kau bikin
ludas, masakah masih ingin aku mengampuni kau?"
Lalu Djik Hong melihat orang tua itu mengeluarkan sebilah belati dari badjunja, pelahan2 Tjin-
san menikam kedada sendiri. Tapi didalam badju dibagian dada itu entah sudah digandjal
dengan gabus atau benda lain jang empuk maka begitu belati ia ditusukan, segera menantjap
tegak disitu. Dan baru sadja Djik Hong tahu apa jang bakal terdjadi, benar djuga segera terdengar suara
bentakan Ban Tjin-san: "Masih kau tidak mau berlutut?"
Menjusul ia menirukan suara Go Him: "Suhu, engkaulah jang terlalu mendesak padaku, kau
tidak dapat menjalahkan aku lagi!"
Dan mendadak Ban Tjin-san berteriak: "Aduuuuh!" berbareng ia tendang daun djendela hingga
terpentang sambil berteriak pula: "Bangsat ketjil, kau?"kau berani menjerang gurumu?"
Segera terdengarlah suara gedubrakan, pintu kamar telah didobrak Loh Kun dan lain2 dari luar
dan be-ramai2 mereka lantas menjerbu kedalam kamar. Mereka melihat sang guru lagi
memegangi dada, dari tjelah2 djarinja merembes keluar air darah (besar kemungkinan adalah
tinta merah jang sudah dipegangnja lebih dulu).
"La?"..lari kesana! Bangsat ketjil itu sudah lari sesudah menikam aku satu kali!" demikian
seru Ban Tjin-san dengan suara ter-putus2 dan agak sempojongan. Le?"lekas kedjar,
ke"..kedjar!" ~ dan habis itu, segera iapun djatuhkan dirinja diatas randjang.
SERIALSILAT.COM ? 2005 393 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Ban Ka pura2 kuatir, ia ber-teriak2: "Tia-tia! Tia-tia! Parah tidak lukamu?"
Dalam pada itu Loh Kun, Sun Kin, Bok Heng, Pang Tam dan Sim Sia berlima sudah lantas
melompat keluar djendela dan menguber sambil mem-bentak2. Seisi rumah sama terkedjut
djuga hingga geger. Djik Hong jang sembunji dikolong randjang itu merasa majat Go Him lambat-laun mulai
dingin. Ia sangat takut, tapi sedikitpun tidak berani bergerak. Ia tahu Kongkong masih merebah
diatas randjang dan sang suami djuga berdiri didepan randjang situ.
Maka terdengarlah Ban Tjin-san sedang bertanja dengan suara rendah: "Ada orang menaruh
tjuriga tidak, Ka-dji?"
"Tidak," sahut Ban Ka. "Sungguh mirip benar permainan ajah. Sama seperti waktu membunuh
Djik Tiang Hoat, sedikitpun tidak kentara."
"Sama seperti waktu membunuh Djik Tiang Hoat, sedikitpun tidak kentara", kata2 ini seperti
sebilah belati tadjam jang menikam ulu hati Djik Hong.
Memangnja lapat2 sudah timbul firasat tidak enak dalam hatinja, tjuma sadja ia masih tidak
pertjaja akan kemungkinan itu. Ia pikir: "Selamanja Kongkong toh sangat ramah-tamah padaku,
suami djuga sangat baik dan mentjintai aku, masakah mungkin mereka membunuh ajahku?"
Dengan sembunji dikolong randjang, Djik Hong dapat mengikuti Ban Tjin-san membunuh
muridnja sendiri, jaitu Go Him, dengan setjara litjik. Ternjata bapa mertua itu pandai pula
menirukan suara orang lain. Seketikan Djik Hong teringat kepada kedjadian ajahnja dahulu,
apa barangkali ajahnja djuga telah mendjadi korban kelitjikan Ban Tjin-san itu"
Tapi sekarang ia telah mendengar dan melihat sendiri, dengan rapi mereka telah atur
perangkap untuk membunuh Go Him. Pantas tempo dulu iapun mendengar suara ajahnja jang
sedang bertengkar dengan Ban Tjin-san didalam kamar, kemudian melihat Ban Tjin-san terluka
oleh tikaman ajahnja serta melihat daun djendela terbuka, ajahnja tentu sudah kabur melalui
situ. Dan sekarang sudah djelas duduknja perkara, semuanja itu adalah sandiwara belaka jang
sengadja diatur oleh Ban Tjin-san. Pada waktu itu ajahnja tentu sudah dibunuh olehnja, lalu
Ban Tjin-san menirukan suara ajahnja, pantas waktu itu suara ajahnja kedengaran agak serak
berbeda daripada biasanja. Dan rupanja memang sudah takdir ilahi bahwa kedjahatan Ban Tjin-
san itu harus tamat riwajatnja, setjara kebetulan sekarang ia sembunji dikolong randjang hingga
dengan mata kepala sendiri menjaksikan adegan jang mengerikan itu. Tjoba kalau tidak melihat
sendiri, siapa orangnja jang mau pertjaja"
Begitulah maka terdengar Ban Ka lagi bitjara: "Dan perempuan hina itu, bagaimana harus
ditindak" Apakah kubiarkan begitu sadja?"
SERIALSILAT.COM ? 2005 394 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Sabar dulu, pelahan2 kita dapat bereskan dia," udjar Tjin-san. "Harus kita lakukan dengan tak
diketahui orang dan tak dilihat setan supaja tidak merusak nama baik keluarga Ban dan
mentjemarkan pamor kita berdua."
"Ja, memang tjara berpikir ajah sangat rapi," sahut Ban Ka. Dan tiba2 ia mendjerit:
"Aduuuh?".."
"Ada apa?" tanja Tjin-san tjepat.
"Luka ditangan anak ini kembali kesakitan lagi," kata Ban Ka.
"O!" Tjin-san bersuara. Dan dalam hal ini memang dia sama sekali tak berdaja.
Bitjara tentang luka Ban Ka itu, Djik Hong lantas ingat obat penawar jang berada pada Go Him
itu. Pelahan2 ia ulur tangannja untuk menggerajangi badjunja Go Him, ia merasa botol porselin
ketjil itu masih berada didalam sakunja, segera ia mengambilnja dan dimasukan dalam badju
sendiri. Dengan rasa pilu ia memikir: "Ban-long, o, Ban-long, hanja separoh pembitjaraan
keparat Go Him ini jang kau dengar dan kau sudah lantas mendakwa aku berbuat serong dan
sebab itu djuga kau tidak dengar bahwa obat penawar berada pada keparat ini. Sesudah dia
dibunuh oleh ajahmu, sebenarnja dengan tanpa susah2 kau dapat mengambil obat penawar ini,
tapi toh kalian tidak tahu.
Sementara itu karena tidak menemukan bajangan Go Him, tidak lama kemudian Loh Kun dan
lain2 telah pulang djuga satu-persatu serta datang pada Ban Tjin-san untuk tanja keadaan sang
guru itu. Waktu itu Ban Tjin-san sudah membuka badju hingga dadanja telandjang, tampak kain
pembalut membelebat dari leher memutar kedada, melingkar kepunggung, lalu membalut
kembali kedada dan naik lagi keleher.
Sekali ini lukanja tidak begitu parah seperti dahulu. Habis, ilmu silat Go Him tidak mungkin
lebih lihay daripada paman gurunja ~ Djik Tiang Hoat. Walaupun tikamannja itu tjukup
hebat, tapi tidak membahajakan. Demikian permainan sandiwara Ban Tjin-san.
Dan sudah tentu para muridnja sangat lega melihat sang guru tidak berbahaja lukanja, mereka
sama mentjatji-maki pada Go Him jang dikatakan manusia durhaka dan murtad, semuanja
menjatakan besok akan pergi mentjari orang-tuanja untuk diadjak bikin perhitungan, mereka
mengharap sang guru merawat diri baik2, lalu mengundurkan diri. Hanja tinggal Ban Ka jang
masih duduk ditepi randjang untuk mendjaga ajahnja.
Jang gelisah adalah Djik Hong, ia ingin mentjari suatu kesempatan untuk lari keluar, ia
meringkuk disebelah majat Go Him, rasanja muak dan sebal, maka sedapat mungkin ingin
lekas pergi, tapi kuatir pula kalau diketahui oleh Ban Tjin-san berdua, sama sekali ia tiada akal
untuk meloloskan diri. SERIALSILAT.COM ? 2005 395 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Dalam pada itu terdengar Ban Tjin-san lagi bitjara: "Kita harus bereskan dulu majatnja, djangan
sampai rahasia kita diketahui orang."
"Apakah akan dibereskan seperti tjaranja Djik Tiang-hoat?" tanja Ban Ka.
Tjin-san memikir sedjenak, lalu katanja: "Ja, lebih baik dengan tjara lama itu."
Djik Hong meneteskan air mata pedih, katanja didalam hati. "Dengan tjara bagaimanakah
mereka telah kerdjakan ajahku?"
"Apakah akan dipasang disini" Ajah tidur disini, apakah tidak merasa risi?" tanja Ban Ka.
Sementara boleh aku pindah kekamarmu," sahut Tjin-san. "Jang kukuatirkan jalah mungkin
masih akan timbul sesuatu jang sulit, masakah orang begitu baik hati menghantarkan kembali
Kiam-boh ini kepada kita" Maka kita berdua harus bersatu-padu untuk melawan musuh.
Kelak kalau kita sudah kaja-raja masak kuatir tidak punja gedung jang lebih mentereng
daripada ini?" Ketika mendengar majat Go Him akan "dipasang" disitu, seketika terkilas sesuatu dalam benak
Djik Hong, segera iapun paham duduknja perkara: "Ja, dia ?".dia telah pasang majat ajahku
didalam tembok. Dengan litjin ia telah musnakan majat ajahku, pantas selama ini tiada kabar-
berita tentang djedjak ajahku. Pantas pula Kongkong?" tidak, tidak, ia bukan Kongkong lagi,
tapi djahanam Ban Tjin-san itu suka bangun ditengah malam untuk pasang tembok. Rupanja
dia terlalu banjak berbuat kedjahatan, pikirannja terganggu, maka telah kena penjakit tidur,
dalam tidurnja ia suka bangun untuk pasang tembok?""
Kemudian ia dengar Ban Ka sedang tanja: "Tia, sebenarnja apakah manfaat jang berada pada
Kiam-boh itu" Engkau mengatakan kita akan mendapatkan harta karun hingga kaja-raja
mendadak" Apa barangkali kitab ini bukan?"bukan kitab ilmu silat segala, tapi adalah
sesuatu rahasia mengenai suatu partai harta karun terpendam?"
"Ja, sudah tentu bukan kitab ilmu silat, tapi jang dikatakan didalam Kiam-boh itu adalah suatu
tempat simpanan harta karun," sahut Tjin-san. "Dahulu situa bangka Bwe Liam-sing hendak
mewariskan kitab itu kepada orang luar, hehe, benar2 tua bangka, masakah murid sendiri djuga
tak dipertjajai. Eh, Ka-dji, lekas, lekas kau ambil Kiam-boh itu."
Setelah ragu2 sedjenak, kemudian Ban Ka mengeluarkan sedjilid buku dari badjunja. Kiranja
sepeninggalnja Djik Hong dari kamar podjok taman itu, segera Ban Ka masuk kesitu dan
mengeluarkan kitab itu dari lubang dinding.
Kitab itu habis direndam oleh Djik Hong, maka sampulnja belum lagi kering. Ban Tjin-san
menerima kitab itu sambil melirik sekedjap pada puteranja itu, pikirnja: "Barusan mengapa
kau ragu2" Kenapa tak mau keluarkan kitab itu setjara blak2an" Apa kau hendak membohongi
aku untuk mengangkangi sendiri kitab ini?"
SERIALSILAT.COM ? 2005 396 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Tapi sekarang ia tiada tempo buat menjelami pikiran sang putera itu, segera ia mem-balik2
kitab itu satu halaman demi satu halaman.
Sesudah terendam sekian lamanja didalam air darah jang berbisa dibaskom itu, kedua halaman
sampul berikut beberapa halaman muka dan belakang dari kitab itu sudah basah semua, tapi
halaman2 bagian tengah masih tetap kering.
Maka dengan suara rendah Ban Tjin-san telah berkata: "Kitab ini apakah dapat kita
pertahankan atau tidak sesungguhnja sulit dipastikan. Paling penting sekarang kita harus
menjelidiki rahasia jang tertulis didalam kitab ini, dan bila kemudian kitab ini dirampas orang
lagi, hal mana takkan mendjadi soal bagi kita. Nah, pergilah ambil sebatang potlot dan kertas,
kita harus mentjatatnja dengan baik. Nah, kau djuga harus apalkan djurus pertama dari Soh-
sim-kiam-hoat berasal dari sjair 'Djun-kui' (Musim semi tiba pula) tjiptaan To Hu (Tu Fu,
penjair tersohor didjaman dinasti Tong) ?""
Sembari berkata ia terus gunakan djarinja untuk mengambil ludah, lalu digunakan membasahi
halaman kitab jang tertulis sjair To Hu itu, tiba2 ia berseru pelahan kegirangan, katanja: "Ha,
angka 'empat'! Empat?".empat?".bagus! Huruf keempat adalah 'Kang', nah, tjatatlah jang
betul. Dan djurus kedua berasal dari sjair To Hu pula jang berdjudul 'Tiong-kang-tjiau-leng'."
~ Kembali ia membasahi djari dengan ludah dan lagi2 ia bersorak pelahan: "Ha, angka '51'. Nah,
satu, dua, tiga, empat, lima?"?" ~ begitulah ia menghitung terus satu huruf demi satu
huruf hingga huruf ke-51, dan ternjata djatuh pada huruf 'Leng'. "Ha, huruf 'Leng', djadi 'Kang-
leng', bagus. 'Kang-leng', kiranja memang betul adalah di Hengtjiu sini."
"Tiatia, hendaklah pelahan sedikit suaramu," kata Ban Ka ketika melihat ajahnja mendjadi lupa
daratan saking girangnja.
Maka Ban Tjin-san telah tersenjum, katanja: "Ja, benar, memang tidak boleh lupa daratan
saking senangnja. Nah, Ka-dji, djerih-pajah ajahmu ini achirnja tidaklah sia2, rahasia besar ini
achirnja dapat kita ketemukan djuga!"
Dan se-konjong2 ia menutup kembali halaman kitab itu, katanja dengan suara tertahan: "Tapi,
Ka-dji, sebab apakah musuh sengadja menghantarkan Kiam-boh ini kepada kita, sekarang aku
sudah tahulah!" "Sebab apakah?" Hal mana sampai sekarang aku masih tidak paham," udjar Ban Ka.
"Ja, sebab setelah mendapatkan Kiam-hoat ini, tetap musuh tak dapat memetjahkan rahasia
didalam kitab, dan dengan sendirinja tiada berguna, bukan?" kata Ban Tjin-san dengan ber-
seri2. "Padahal Soh-sim-kiam-hoat kita setiap djurusnja memakai nama jang berasal dari sjair
djaman Tong, dengan sendirinja orang dari golongan lain takkan tahu hal ini. Didunia ini
sekarang hanja aku dan Gian Tat-peng jang ingat dengan baik nama2 djurus ilmu pedang kita.
Hanja aku dan dia jang tahu nama setiap djurus itu berasal dari sjair jang mana. Seperti djurus
pertama harus mentjarinja pada sjair 'Djin-kui' dan djurus kedua harus mentjari pada sjair
'Tiong-kang-tjiau-leng' dan begitu seterusnja."
SERIALSILAT.COM ? 2005 397 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Tia, kenapa kau tidak pernah mengadjarkan padaku?" demikian Ban Ka bertanja.
BanTjin-san tampak agak kikuk oleh teguran itu, segera ia mendjawab: "Habis aku mempunjai
delapan anak murid, setiap hari kalian berada bersama, kalau melulu aku adjarkan padamu,
tentu djuga akan diketahui oleh mereka, dan itu berarti bikin urusan runjam."
"O, kiranja musuh mempunjai tipu muslihat tertentu, ia ingin kita menemukan rahasia
didalam kitab ini dan membiarkan kita pergi mentjari harta karun itu, kemudian ia akan


Pedang Hati Suci Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjergap kita, dengan demikian ia akan keduk keuntungannja tanpa susah pajah," demikian
kata Ban Ka. "Ja, memang betul terkaanmu," kata Tjin-san. "Maka setiap tindakan kita harus waspada,
djangan sampai usaha kita sia2 belaka, djangan2 harta karun belum diperoleh, tapi djiwa kita
sudah melajang dulu ditangan musuh."
Kemudian itu menggunakan ludah pula untuk membasahi sjair ketiga, katanja: "Djurus ketiga
dari Soh-sim-kiam-hoat kita berasal dari sjair 'Song-ko-si' tjiptaan Dju Bek, angka kuntjinja
adalah '33' seperti apa jang sudah kelihatan ini, nah, satu, dua, tiga, empat?".Ha, huruf tiga-
puluh-tiga djatuh pada huruf 'Seng' (kota). Eh, djadi lengkapnja adalah 'Kang-leng-seng' (kota
Kang-leng atau Hengtjiu). Aha, ini dia, memang benarlah, tidak salah lagi, apa jang mesti
disangsikan pula" He, kenapa tanganku ini terasa sangat gatal?"
Begitulah tiba2 ia merasa punggung tangan kirinja sangat gatal, segera ia kukur2 dengan tangan
kanan. Tapi punggung tangan kanan ikut terasa gatal pula, tjepat ia garuk2 lagi dengan tangan
kiri dan begitulah setjara ber-ulang2, ia kukur2 sini dan garuk sana.
Sesudah kukur2 dan garuk2, sebenarnja Ban Tjin-san tidak ambil perhatian, kembali ia
membatja isi Kiam-boh pula dan berkata: "Dan djurus keempat ini?"".he, gatal benar?" ~
dan kembali ia kukur2 tangan kiri. Tapi sekali ini ia tjoba periksa tangan itu, ia melihat
punggung tangan disitu terdapat beberapa djalur bekas tinta hitam, keruan ia heran, ia merasa
tidak pernah menulis, kenapa tangannja terpertjik noda tinta"
Sementara itu ia merasa tangannja semakin gatal, waktu ia periksa tangan kanan, disitu djuga
terdapat beberapa djalur bekas tinta bak jang silang melintang tak keruan.
"Ha, ajah, dari?"..darimanakah noda hitam diatas tanganmu itu?" demikian teriak Ban Ka
tiba2. "Tampaknja tanda itu seperti terkena ratjun ketungging Gian Tat-peng itu?"
Ban Tjin-san tersadar oleh utjapan puteranja itu, ia merasa tangannja semangkin gatal, tanpa
merasa ia garuk2 lagi kesana dan kesini.
"Wah, djang?"...djangan digaruk, ratjun itu berasal dari kukumu itu," seru Ban Ka.
SERIALSILAT.COM ? 2005 398 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Ai, memang benar!' segera Ban Tjin-san djuga berteriak. Iapun sadar seketika, katanja: "Ja,
karena Kiam-boh ini direndam didalam air darah berbisa oleh siperempuan djalang itu, dengan
sendirinja kitab inipun mengandung ratjun djahat itu. Ai, ku?". kurangadjar sikeparat Go
Him itu, mati sadja tidak rela hingga tanganku kena ditjakarnja sampai terluka, dan sekarang
ratjun ketungging telah masuk melalui luka ini, rasaku mendjadi risi, tapi agaknja tidak
apa2?"..Aduuuh, kenapa makin lama semakin sakit. Auuuuuh, aduuuuh!" ~ begitulah
saking tak tahan achirnja ia me-rintih2 kesakitan.
"Tia, agaknja ratjun ketungging jang masuk ditanganmu itu, tidak banjak, biarlah kuambilkan
air untuk ditjutji," udjar Ban Ka.
"Ja, benar!" sahut Ban Tjin-san. Dan mendadak ia berseru: "Tho Ang! Tho Ang! Ambilkan air!"
Ban Ka mengkerut kening, ia pikir: "Ajah barangkali sudah pikun" Sudah lama Tho Ang telah
diusir olehnja sendiri, kenapa sekarang me-manggil2?"
Segera iapun mengambil sebuah baskom, dengan tjepat ia menudju ketepi sumur, ia menimba
air satu baskom penuh, lalu dibawa masuk kekamar dan ditaruh diatas medja. Terus sadja Ban
Tjin-san masukan kedua tangannja untuk direndam didalam baskom, dan memang benar
kerendam air dingin, rasa sakit dan gatalnja mendjadi djauh berkurang.
Diluar dugaan bahwa ratjun ketungging jang mengenai Ban Ka itu telah berubah sifatnja,
sesudah dibubuhi obat penawar satu kali, darah hitam jang merembes keluar dari lukanja itu
telah berubah sifatnja mendjadi sematjam ratjun lain djauh lebih djahat daripada ratjun
semula, apalagi tangan Ban Tjin-san itu bekas luka kena tjakaran Go Him, luka tjakaran itu
tergurat tjukup dalam hingga ratjun jang meresap kesitupun djauh lebih tjepat dan lebih berat.
Maka hanja sebentar sadja ia merendam tangannja, segera air didalam baskom itu berubah
mendjadi hitam, bahkan lambat-laun air hitam itu berubah mendjadi ketat hingga mirip tinta
bak. Keruan Ban Tjin-san saling pandang dengan Ban Ka, mereka sangat terkedjut. Sedjenak
kemudian, waktu Ban Tjin-san mengangkat tangannja, mendadak ia mendjerit kaget. Ternjata
kedua tangannja itu telah abuh se-akan2 mendjadi dua bola, sekalipun luka tangan Ban Ka jang
disengat ketungging tempo hari djuga tidak sedjahat sekarang ini.
"Ai, tjelaka! Mungkin tidak boleh direndam didalam air!" seru Ban Ka.
Saking kesakitan Ban Tjin-san mendjadi mata gelap, "bluk", kontan ia tendang pinggang Ban Ka
sambil memaki: "Binatang, djika tahu tidak boleh direndam dengan air, kenapa tadi kau
mengambilkan air" Bukankah kau sengadja hendak bikin tjelaka padaku?"
Karena tendangan itu, saking kesakitan sampai Ban Ka mendjengking meringis sambil pegang
pinggangnja. Katanja dengan suara ter-putus2: "Ak?"..akupun tidak tahu, mana mungkin
sengadja hendak bikin tjelaka pada ajah?"
SERIALSILAT.COM ? 2005 399 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Dengan djelas Djik Hong jang sembunji dikolong randjang itu dapat mengikuti pertjektjokan
ajah dan anak itu, tapi perasaannja waktu itu tak keruan rasanja, entah merasa sedih atau
girang, karena mengingat akan dapat menuntut balas.
Dalam pada itu terdengar Ban Tjin-san lagi ber-djingkrak2 sambil ber-teriak2: "Wah bagaimana
ini, bagaimana ini?"
"Dikamarku sana ada sedikit obat tahan sakit, meski takbisa memunahkan ratjun, tapi dapat
menghilangkan rasa sakit sementara, apakah ajah mau memakainja?" kata Ban Ka.
"Ja, ja! Lekas, lekas ambil sana!" sahut Tjin-san.
"Tapi apakah mandjur atau tidak, anak tidak berani mendjamin, lho!" kata Ban Ka. "Djangan2
tidak mandjur, nanti ajah akan marah dan menendang aku lagi!"
"Maknja!" damperat Tjin-san dengan gemas. "Bapakmu sudah hampir sekarat dan kau masih
merasa penasaran karena tendangan tadi" Kau diberi gegares hingga sebesar tjetjongormu itu,
hanja tendangan sekali sadja apa salah" Bangsat, hajo lekas pergi ambil, lekas!"
Terpaksa Ban Ka mengiakan, lalu putar tubuh dan keluar.
Melihat diwaktu perginja sang putera masih mengundjuk sikap penasaran, diam2 Tjin-san
merasa was-was. Ia lihat kedua tangan sendiri bukan main besarnja, mirip pelembungan jang
ditiup hingga penuh, kulit sebagian tangan itu sampai menitis, kerut kisutnja sampai tak
kelihatan lagi, kalau abuh lagi sedikit, bukan mustahil bisa segera petjah.
"Marilah kita pergi bersama!" serunja segera kepada sang putera. Dengan demikian ia pikir
akan terhindar dari kemungkinan dipermainkan oleh puteranja sendiri. Maka lebih dulu ia
masukan Soh-sim-kiam-boh kedalam badju, lalu menjusul kearah Ban Ka dengan langkah
tjepat. Mendengar kedua orang itu sudah pergi djauh, segera Djik Hong merangkak keluar dari kolong
randjang, pikirnja: "Kemana aku harus pergi sekarang?" ~ sesaat itu ia mendjadi bingung, ia
merasa dunia seluas itu baginja se-akan2 sebesar daun kelor dan tiada tempat berteduh baginja.
"Mereka telah membunuh ajahku, sakit hati ini masakah tak kubalas" Tapi dendam sedalam
lautan ini tjara bagaimana harus membalasnja" Bitjara tentang ilmu silat, terang aku selisih
sangat djauh dibandingkan Kongkong dan Ban-long, apalagi mereka pertjaja penuh bahwa aku
telah bergendak dengan Go Him, bukan mustahil sekali bertemu dengan mereka pasti aku
akan dibunuhnja, dan tjara bagaimana aku harus melawan mereka" Djalan satu2nja sekarang
jalah?"..jalah pergilah mentjari dulu Tik-suko, bila sudah ketemu, tentu akan dapat ditjari
djalan jang sempurna untuk menuntut balas. Dan bagaimana dengan Khong-sim-djay" Ai,
mana boleh kutinggalkan dara tjilik itu?"
SERIALSILAT.COM ? 2005 400 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Begitulah demi teringat kepada puterinja jang masih ketjil itu, ia mendjadi tidak tega tinggal
minggat. Segera ia berlari keloteng dibelakang sana, ia bertekad akan membawa puterinja itu
untuk melarikan diri dan kelak baru akan ditjari djalan membalas dendam. Dalam hati ketjilnja
iapun tidak berani pertjaja seratus prosen bahwa ajah dan anak she Ban itu benar2 adalah orang
jang membunuh ajahnja. Memang Ban Tjin-san dikenalnja sebagai seorang manusia kedji dan
kotor. Tapi Ban Ka" Suaminja selama ini sangat mentjintainja, betapapun hubungan suami-
isteri itu susah diachiri begitu sadja.
Ketika ia ber-lari2 sampai dibawah loteng, ia mendengar suara Ban Tjin-san jang serak sedang
ber-teriak2 kalap. "Begitu berisik suaranja, tentu Khong-sim-djay akan terdjaga bangun dengan
kaget," demikian pikir Djik Hong.
Tjinta kasih ibu memang sutji murni. Demi ingat kemungkinan puterinja akan terdjaga bangun
dan kaget, tanpa pikirkan bahaja atas diri sendiri, segera Djik Hong naik keatas loteng dengan
pelahan2, dengan hati2 ia berusaha tidak mengeluarkan suara.
Kamar tidur Khong-sim-djay terpisah dibelakang kamar tidur suami-isteri mereka, jaitu dipisah
dengan selapis papan. Sesudah Djik Hong menjelinap kedalam kamar itu, dari sinar pelita jang
tembus dari kamar tidurnja sendiri, ia melihat puterinja itu sudah lama terdjaga bangun,
dengan mata terbelalak dara tjilik itu kelihatan sangat ketakutan, dan begitu melihat ibundanja
sudah datang, segera botjah itu mewek2 hendak menangis.
Tjepat Djik Hong memburu madju terus memeluknja kentjang2, ia memberi tanda agar botjah
itu djangan bersuara. Anak dara itu memang pintar dan menurut pula, benar djuga ia lantas diam sadja. Maka ibu
dan anak berdua lantas berkelonan diatas randjang.
Dalam pada itu terdengar Ban Tjin-san sedang ber-teriak2: "Wah, tjelaka! Obat tahan sakit ini
makin membikin sakit malah, bagaimana baiknja ini" Hajolah lekas tjari tabib kampungan itu,
harus memakai obat penawarnja itu baru dapat sembuh!"
"Ja, benar, harus memakai obatnja itu barulah ratjun itu bisa dipunahkan," Ban Ka ikut
berseru. "Nanti kalau sudah terang tanah, segera suruh Loh-toako dan lain2 keluar serentak
untuk mentjari tabib kampungan itu."
"Masakah mesti menunggu sampai terang tanah?" semprot Tjin-san dengan gusar. "Kenapa
tidak?"..Aduuuh?""Aduuh?""Aduuuuh! Aku tak tahan, aku tak tahan!" ~ dan
mendadak ia terus terguling dilantai saking kesakitan sampai ia berkelodjotan kian kemari
seperti orang sekarat. Dan mendadak ia berteriak pula. "Lekas, lekas ambil pedang!
Potong?"potonglah kedua tanganku ini, lekas potong kedua tanganku!"
Menjusul lantas terdengar suara gedubrakan dan gemerantang, suara djatuhnja medja kursi dan
petjah hantjurnja perkakas rumah tangga sebangsa mangkok-tjangkir. Dengan ketakutan
SERIALSILAT.COM ? 2005 401 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Khong-sim-djay peluk ibundanja dengan kentjang, mukanja putjat. Tapi pelahan2 Djik Hong
telah meng-elus2 dara tjilik itu agar djangan takut, namun iapun tidak berani bersuara.
Rupanja Ban Ka djuga sangat gugup dan kuatir, terdengar ia sedang berkata: "Tia, harap kau
bisa tahan sebentar sadja, masakah tanganmu boleh dipotong" Lebih baik kita harus mentjari
obat penawarnja." Mungkin Ban Tjin-san sudah tidak tahan lagi oleh siksaan luka jang berbisa itu, mendadak ia
mendjadi murka, bentaknja dengan mendelik: "Kenapa kau tidak mau memotong kedua
tanganku untuk membebaskan aku dari siksaan kesakitan" Ha, tahulah aku, tentu kau?"kau
ingin aku lekas2 mati agar kau bisa ?"bisa kangkangi sendiri Kiam-boh ini, kau ingin
mendapatkan harta karun itu sendirian?"."
Ban Ka mendjadi gusar djuga karena dituduh setjara tidak se-mena2, sahutnja: "Tia, saking
kesakitan hingga pikiranmu agak linglung, lebih baik engkau tidurlah sebentar. Padahal bila
engkau tidak memimpin dalam urusan ini, apa sih gunanja aku mendapat Kiam-boh itu?"
"Hm, pikiranku linglung" Tapi pikiranmu sendiri sudah tidak bermaksud baik," sahut Tjin-san
sambil tiada hentinja berkelodjotan kian kemari dilantai. "Aduuuh, mati aku,
sakitnja!?".Matilah aku?"..Ja, toh aku akan mati, biarlah kita bubar pasar sadja, kita
semua takkan mendapatkan apa2!"
Mendadak matanja merah membara, segera ia mengeluarkan Kiam-boh itu dari badjunja, lalu
satu halaman demi satu halaman dirobeknja.
Keruan Ban Ka terkedjut dan merasa sajang, tjepat ia berseru: "Hai, djangan, djangan disobek!"
~ Dan segera ia mentjegahnja, terus sadja ia pegang sebelah kitab itu,
Tapi Ban Tjin-san masih pegang erat2 bagian lain dari kitab itu dengan mati2an, betapapun ia
tidak mau lepas. Kiam-boh itu habis direndam didalam air berdarah, sebegitu djauh masih belum kering,
sekarang kena ditarik lagi oleh kedua orang, seketika kitab itu terobek mendjadi dua bagian.
Ban Tjin-san pegang separoh djilid dan Ban Ka djuga memegang setengah buku.
Selagi Ban Ka tertegun oleh kedjadian itu, kembali Ban Tjin-san mulai me-robek2 lagi halaman
kitab itu. Sudah tentu Ban Ka merasa berat kehilangan kitab itu, ia tidak rela harta karun jang diimpikan
oleh setiap orang itu akan lenjap begitu sadja, segera ia merangsang madju untuk merebut lagi
bagian kitab ditangan ajahnja itu. Maka terdjadilah betot-membetot, achirnja saling gumul, dan
kitab itu mendjadi makin kumal dan hantjur ber-keping2.
Se-konjong2 Ban Ka mendjerit: "Aduuuh, sakitnja!"
SERIALSILAT.COM ? 2005 402 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Kiranja setelah terdjadi tarik dan betot dan achirnja saling gumul itu, tanpa sengadja luka
ditangan Ban Ka itu kena pula ratjun jang meresap didalam kitab itu. Dan ratjun jang berada
didalam kitab itu sungguh bukan main djahatnja, hanja sekedjap sadja kedua tangan Ban Ka
kembali abuh lagi seperti pelembungan, rasa sakitnja jang menusuk ulu hati dan merasuk
tulang itu benar2 susah ditahan. Apalagi dasar ilmu silatnja selisih djauh kalau dibandingkan
ajahnja, sehabis sakit tentu tenaganja djuga masih lemah. Sebab itulah, begitu ratjun itu masuk
kedalam lukanja dan meresap mengikuti aliran darah, maka kumatnja mendjadi tjepat luar
biasa. Djadi sekarang kedua orang ~ ajah dan anak ~ itu sama2 berkelodjotan diatas lantai sambil
men-djerit2 ngeri. Sesudah mendengarkan agak lama, achirnja Djik Hong merasa tidak tega, betapapun hubungan
suami-isteri selama itu telah mendorongnja bertindak, ia tidak dapat berpeluk tangan
menonton sadja. Segera ia berbangkit dari tempat tidur dan menudju kepintu kamar. Melihat
Ban Tjin-san berdua masih ber-gulung2 dilantai, segera ia menegur dengan dingin: "Ada apakah
kalian" Kenapa bergulingan ditanah?"
Melihat Djik Hong, tiada tempo buat marah lagi bagi Ban Tjin-san berdua. Segera Ban Ka
memohon: "Hong-moay, tolong, tolonglah lekas pergi mentjari tabib kampungan itu,
mohonlah dia suka lekas meratjikan obat penawarnja, aduuuh?"..sungguh sakit sekali, aku
tidak tahan lagi, mo?".mohon bantuanmu?"."
Melihat keringat memenuhi djidat sang suami dengan menahan sakit, hati Djik Hong semakin
lemah lagi, tanpa pikir ia lantas mengeluarkan botol porselin ketjil itu, katanja: "Obat
penawarnja berada disini!"
"Wah, bagus, bagus!" serentak Ban Tjin-san dan Ban Ka berteriak girang bagaikan orang tarik
lotere 150 djuta. Segera mereka me-ronta2 untuk merangkak bangun.
Melihat sorot mata Ba Tjin-san jang menampilkan sifat buasnja binatang, Djik Hong pikir
kalau kesempatan ini tidak digunakan untuk memaksa pengakuannja, mungkin kelak akan
susah mejelidiki duduknja perkara sebenarnja. Maka ia lantas membentak: "Tahan dulu,
djangan bergerak! Asal kalian ada jang melangkah madju satu tindak sadja, segera obat penawar
ini akan kulemparkan kedalam empang dibawah sana, biar kita mati semuanja!" ~ Sembari
berkata ia terus membuka daun djendela dan membuka sumbat botol pula, ia angsurkan botol
porselin itu keluar djendela, asal dia lepas tangan, segera botol itu akan djatuh kedalam empang
dan obatnja akan bujar terkena air serta takbisa ditjari lagi.
Ban Tjin-san berdua mendjadi mati kutu, benar djuga mereka tidak berani sembarangan
bergerak, mereka terpaku ditempatnja sambil saling pandang.
"Eh, menantuku jang baik, asal kau memberikan obat penawar itu, aku berdjandji akan
meluluskan kau ikut pergi bersama Go Him, sedikitpun aku takkan merintangi kalian. Selain
itu aku akan menghadiahkan pula seribu tahil sebagai modal untuk kalian?".aduuh,
SERIALSILAT.COM ? 2005 403 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
sakit?"dan ?"dan Ka-dji djuga takdapat menahan kau bila engkau toh sudah ingin pergi,
maka?"maka kau boleh tak perlu kuatir."
Djik Hong pikir orang ini benar2 litjin dan rendah tak kenal malu, sudah terang Go Him telah
ditjekik mati olehnja sendiri, tapi masih digunakannja untuk menipu orang.
Sementara itu terdengar Ban Ka djuga berkata padanja: "Ja, Hong-moay, meski aku merasa
berat, tapi djiwaku lebih penting, aku berdjandji takkan membikin susah pada Go Him."
"Hm, hati kalian barangkali sudah beku, ja" Masakah masih mempunjai pikiran djidjik seperti
itu?" djengek Djik Hong. "Aku hanja ingin tanja sesuatu pada kalian, asal kalian mengaku
dengan sedjudjurnja, segera aku akan memberikan obat penawar ini."
"Baik, baik! Lekas kau tanja, pasti akan kudjawab. Aduuuuh, aduuuuuh!?"?" demikian
sahut Ba Tjin-san sambil merintih.
Pada saat itulah tiba2 angin meniup kentjang masuk dari djendela hingga sobekan kertas jang
berserakan dikantor itu bertebaran dan ada jang kabur keluar. Tiba2 sepasang kupu2 kertas
itupun terbang keatas, itulah pola kupu2 guntingan Djik Hong tempo dulu jang diselipkannja
ditengah kitab itu. Karena angin meniup terus, maka sepasang kupu2 kertas itupun se-akan2
terbang kian kemari dengan hidup didalam kamar, Djik Hong mendjadi pedih dan duka,
terbajang olehnja suasana gembira ria waktu dia bermain dengan Tik Hun didalam gua dimasa
dahulu. Dalam pada itu Ban Ka djuga telah mendesak: "Ja, apa jang kau ingin tahu, lekaslah tanja. Asal
tahu tentu akan kukatakan terus terang."
Dan karena itu barulah Djik Hong tersadar dari lamunannja, katanja kemudian: "Tentang
ajahku. Dimanakah beliau" Apa jang telah kalian perbuat atas diri beliau?"
"Ajahmu, hehe, darimana aku tahu, bukankah dahulu ia telah melarikan diri?" udjar Ban Tjin-
san dengan tertawa jang di-buat2. "Tentang saudara-seperguruanku itu, aduuuh?"".aku
djuga sangat terkenang padanja, auuh, tjk-tjk-tjk?"..Ai, toh kita sekarang djuga sudah
besanan, kan sangat baik toh?"
Begitulah sambil mendjawab Ban Tjin-san sembari ber-teriak2 kesakitan.
Tapi Djik Hong tidak bisa tertipu lagi, dengan muka masam ia menjemprot: "Huh, masih
berani kau berkata demikian" Ajahku sudah dibunuh oleh kau, betul tidak" Tjara kau
membunuh beliau adalah sama seperti kau membunuh Go Him, betul tidak" Dan kau telah
masukan djenazahnja kedalam tembok, betul tidak?"
Ber-ulang2 tiga kali pertanjaan: "Betul tidak?" telah membuat Ban Tjin-san dan Ban Ka
mendjadi gelagapan dan terperandjat, sama sekali tak mereka duga bahwa Djik Hong dapat


Pedang Hati Suci Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengetahui terbunuhnja ajahnja, bahkan terbunuhnja Go Him djuga tahu.
SERIALSILAT.COM ? 2005 404 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Maka dengan suara tak lantjar Ban Ka bertanja: "Da?"..darimana kau tahu?"
Dengan pertanjaan itu, sama sadja Ban Ka telah mengakui segala kedjadian itu memang betul
adanja. Dalam pedih dan gusarnja segera Djik Hong bermaksud melepaskan botol porselin jang
dipegangnja itu kedalam empang. Melihat gelagat djelek, segera Ban Ka bermaksud menubruk
madju untuk merebut kalau Ban Tjin-san tidak keburu membentak untuk mentjegahnja.
Dalam keadaan begitu, Tjin-san tahu akan lebih runjam lagi bila memakai kekerasan.
Dan pada saat itu djuga tiba2 sidara tjilik Khong-sim-djay berlari keluar dari kamarnja sambil
berseru: "Ibu, ibu!"
Segera dara tjilik itu bermaksud memburu kepangkuan ibundanja.
Sekilas Ban Ka mendapatkan akal, tjepat ia sambar Khong-sim-djay sebelum dara tjilik berlari
lewat disisinja, ia angkat botjah itu dan segera mentjabut belati mengantjam diatas kepala
puterinja sendiri itu sambil membentak: "Baiklah, kalau mau mati, biarlah kita tua-muda seisi
rumah ini mati bersama sadja, sekarang biarlah kubunuh Khong-sim-djay dulu!"
Keruan Djik Hong kaget, puterinja itu merupakan mestika djiwanja, tjepat ia berseru:
"Djangan! Lekas lepaskan dia, apa sangkut-pautnja dengan botjah jang tak berdosa itu?"
"Ja, toh kita semua tak bakal hidup lagi, maka lebih dulu biar kubunuh Khong-sim-djay sadja,"
udjar Ban Ka. Dan sekali tangannja terangkat, segera belatinja hendak menikam kedada si-
botjah. "Djangan! Djangan!" saking kuatirnja Djik Hong terus memburu madju hendak menolong.
Meski Ban Tjin-san dalam keadaan tersiksa oleh karena serangan ratjun dalam tubuh, tapi ia
sudah kenjang asam-garam, demi melihat Djik Hong kena dipantjing oleh Ban Ka dan berlari
madju, tanpa ajal lagi ia lantas menjikut hingga tepat pinggang Djik Hong kena ditutuk olehnja,
menjusul ia terus rampas botol obat penawar ditangan menantu itu dan buru2 ia bubuhkan
obat penawar itu dipunggung tangan sendiri.
Tjepat Ban Ka ikut memburu madju untuk minta dibubuhi obat pemunah ratjun itu.
Sebaliknja Djik Hong masih sempat mentjapai puterinja serta merangkulnja dengan erat2 tanpa
menghiraukan orang lain. Segera Ban Tjin-san ajun kakinja, Djik Hong didepaknja hingga terguling, menjusul ia lepaskan
ikat pinggang sendiri untuk meringkus menantunja itu dengan menelikung kedua tangannja
kebelakang, kemudian kedua kakinja diikat pula kentjang-kentjang.
SERIALSILAT.COM ? 2005 405 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Sambil men-djerit2 memanggil ibu, Khong-sim-djay memburu kearah Djik Hong. Tapi sekali
Ban Tjin-san ajun tangannja, tepat dara tjilik itu kena digampar hingga kelengar. Tapi gamparan
itu memakai telapak tangannja jang abuh hingga Ban Tjin-san meringis kesakitan sendiri sambil
merintih tertahan. Obat penawar ratjun ketungging itu memang "tjes-pleng", sesudah dibubuhi obat itu, hanja
sebentar sadja dari luka kedua orang itu lantas merembes keluar air berdarah, rasa sakit mulai
hilang dan berubah mendjadi rasa gatal, tak lama kemudian rasa gatal itupun berkurang dan
achirnja lenjap. Sungguh lega dan senang sekali Ban Tjin-san dan Ban Ka karena djiwa mereka telah dapat
dirampas kembali dari tangan radja achirat. Dan sekali djiwa mereka sudah selamat, segera
timbul lagi djiwa tamak mereka. Segera mereka teringat kepada kitab pusaka jang merupakan
kuntji bagi suatu partai harta karun itu.
Untuk sedjenak mereka tjelingukan kian kemari, mereka melihat didalam kamar masih banjak
bertebaran sobekan2 kertas, banjak pula jang sedang kabur keluar djendela tertiup angin.
"Wah, tjelaka!" demikian se-konjong2 kedua orang berteriak bersama. Segera mereka
memburu madju hendak mentjegah kaburnja sobekan2 kertas itu.
Namun kertas ketjil2 itu sudah tak keruan tempatnja, sebagian sudah djatuh kedalam empang
diluar djendela sana, ada pula jang sedang me-lajang2 di udara dan hampir masuk ke air.
"Wah, tjialat! Lekas buru, lekas!" teriak Ban Tjin-san.
Dan tanpa dikomando untuk kedua kali lagi, segera mereka berdua memburu kebawah loteng
setjepat terbang, saat itu mereka sudah lupa pada kelakuan mereka jang me-rengek2 setjara
mendjidjikan waktu sekarat tadi.
Apakah Ban Tjin-san dan Ban Ka akan dapat mengumpulkan kembali potongan2
kertas kitab jang dirobek mereka sendiri itu"
Dapatkah Djik Hong lolos dari tangan djahat sang suami dan ajah mertuanja"
Kemana perginja Tik Hun, apakah dia akan "rudjuk" kembali dengan sang Sumoay
~ Djik Hong" ~ Batjalah djilid ke - 11 (Tamat) ~
SERIALSILAT.COM ? 2005 406 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Djilid 11 Begitulah Ban Tjin-san dan Ban Ka telah berlari ke taman, dengan napsu mereka ingin
menangkap kembali potongan2 kertas jang bertebaran itu. Tetapi be-ratus2 potong kertas jang
ketjil-ketjil itu sudah terpentjar tak keruan, ada jang ketjemplung ke dalam empang, ada jang
djatuh keluar pagar tembok, ada jang me-lajang2 keudara terbawa angin. Maka biarpun mereka
berdua tubruk sini dan sambar sana sambil berdjingkrakan seperti orang gila, hasilnja djuga
tidak seberapa, apalagi kertas jang sudah di-robek2 itu masakah dapat memulihkan kitab aseli
Soh-sim-kiam-boh itu"
Begitulah meski sakit ditangan Ban Tjin-san sudah hilang, tapi sakit di dalam hatinja mendjadi
tambah hebat. Dalam dongkolnja jang tak terlampiaskan itu, segera ia mendamperat puteranja:
"Semuanja gara2 kau bangsat ketjil ini. Kalau kau tidak main tarik dan betot padaku, masakah
Kiam-boh itu bisa hantjur seperti sekarang?".
Ban Ka menghela napas dan tidak mengubar lagi kertas2 jang sudah hantjur itu. Sahutnja: "Tia,
kalau tadi anak tidak mentjegah, mungkin Kiam-boh itu sudah lebih hantjur daripada
sekarang". "Ah, kentut!" semprot Ban Tjin-san, walaupun dalam hati ia harus mengakui kebenaran
utjapan puteranja itu, tapi dimulut ia tidak mau kalah, masih 'kentat-kentut' terus.
"Tia," kata Ban Ka kemudian, "baiknja kita sudah tahu bahwa tempat jang dimaksudkan itu
adalah Kang-leng-seng-lam (selatan kota Kang-leng), mungkin dari sisa Kiam-boh jang masih
ada itu dapat kita temukan sedikit petundjuk lain, dan mungkin kita masih dapat menemukan
harta terpendam itu."
Semangat Ban Tjin-san terbangkit seketika demi mendengar peringatan puteranja itu, serunja
tjepat: "He, benar, memang tempat itu adalah 'Kang-leng-seng-lam'?"..
Dan pada saat itu juga, tiba2 diluar pagar tembok sana ada suara orang mengulangi kalimat itu
dengan pelahan: "Kang-leng-seng-lam!".
Keruan kejut Ban Tjin-san berdua bukan kepalang demi mendengar suara itu. Seketika mereka
memburu keluar sana. Mereka melihat dua sosok bajangan jang sedang menghilang dibalik
tikungan djalan sana, tjepat Ban Tjin-san membentak: "Bok Heng, Sim Sia, berhenti!".
Tapi djangankan berhenti, bahkan menolehpun tidak kedua orang itu lantas kabur dengan
tjepat. SERIALSILAT.COM ? 2005 407 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Dan selagi Ban Tjin-san bermaksud mengedjar, tiba2 Ban Ka berkata: "Tia, di atas loteng masih
ada sisa Kiam-boh itu, pula masih ada?"?". masih ada perempuan djalang itu".
Setelah memikir, Ban Tjin-san merasa benar djuga usul puteranja itu, ia mengangguk tanda
setudju dan segera mereka kembali keatas loteng.
Disana tertampak sidara tjilik Khong-sim-djay sudah mendusin dan sedang menangis dalam
pangkuan ibundanja. Djik Hong sendiri tak bisa berkutik karena anggota badannja terikat,
namun ia tjoba menghibur dan membudjuk puterinja jang ketjil itu.
Ketika melihat kakek dan ajahnja telah kembali, Khong-sim-djay mendjadi lebih takut hingga
tangisannja makin keras. Bukannja menimang, sebaliknja datang2 Ban Tjin-san terus depak sekali dipantat dara tjilik
sambil memaki: "Kau anak sial ini, berani menangis lagi segera kutabas batang lehermu!"
Khong-sim-djay semakin ketakutan hingga mukanja putjat sebagai kertas saking ketakutan
hingga dia tidak berani menangis lagi.
"Tia", kata Ban Ka dengan suara perlahan, "perempuan djalang ini telah mengetahui engkau
adalah?"?"". adalah pembunuh ajahnja, pula dia telah menjaksikan kematian Go Him,
untuk semuanja itu terang dia takkan bisa dibiarkan hidup terus. Lantas tjara bagaimana kita
harus membereskan dia?".
Tjin-san memikir sejenak, kemudian katanja: "Kedua orang diluar tadi sudah terang adalah Bok
Heng dan Sim Sia, bukan?"
"Betul, memang mereka itu, pasti tidak salah lagi," sahut Ban Ka. "Mungkin rahasia Kiam-boh
itu sudah botjor, mereka telah mengetahui Kang-leng-seng-lam adalah tempatnja."
"Ja, urusan tidak boleh di-tunda2 lagi, kita harus lekas2 mendahului turun tangan," ujar Tjin-
san. "Baiklah, tentang perempuan djalang ini, boleh kita bereskan seperti ajahnja saja."
Sedjak Djik Hong diringkus, ia sendiripun insaf pasti tiada harapan buat hidup lagi, terutama
karena dia telah membongkar rahasia kekedjaman mereka berdua. Kini mendengar ajah mertua
itu mengatakan hendak membereskan dia seperti ajahnja, maka iapun tidak pikirkan mati
hidup sendiri, jang dia beratkan adalah puterinja jang masih ketjil itu.
Segera ia berkata: "Ban?"?"". Ban-long, djelek-djelek kita telah bersuami-isteri sekian
lamanja, tidaklah mendjadi soal djiwaku melajang, tapi sesudah aku mati, hendaklah kau
mendjaga baik2 pada Khong-sim-djay!".
Ban Ka hanja mendengus saja tanpa mendjawab.
SERIALSILAT.COM ? 2005 408 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Sebaliknja Ban Tjin-san berkata: "Membabat rumput harus sampai akar-akarnja, mana boleh
kita tinggalkan bibit bentjana dikemudian hari" Botjah ini sangat pintar lagi tjerdik, apa jang
terdjadi hari ini telah dilihatnja semua, siapa berani mendjamin bahwa kelak takkan
dibotjorkan olehnja kepada orang luar?".
Ban Ka mengangguk pelahan-lahan. Sebenarnja ia sangat sajang kepada puteri satu-satunja itu,
betapapun dara tjilik itu adalah darah dagingnja sendiri. Tapi apa jang dikatakan ajahnja itu
djuga ada benarnja, kalau meninggalkan bibit bentjana ini, bukan mustahil kelak akan
menimbulkan akibat jang susah dibajangkan.
Air mata Djik Hong bertjutjuran melihat kekedjaman kedua orang itu, katanja dengan suara
ter-putus2: "Ka"..kalian kedji sekali, masakah anak?"..anak ketjil begini djuga tak dapat
kalian ampuni?". "Sumbat saja mulutnja daripada dia tjerewet tak habis2, djangan2 nanti dia berteriak hingga
bikin geger tetangga malah." Kata Ban Tjin-san.
Mengingat djiwa puterinja djuga akan amblas ditangan kakek dan ajahnja jang kedjam itu,
mendadak Djik Hong menggembor benar2: "Tolong! Tolong!".
Ditengah malam sunji kelam, suara teriakan 'tolong' jang memetjah angkasa itu kedengarannja
mendjadi lebih seram. Tjepat Ban Ka menubruk madju, dan tekap mulut Djik Hong. Tapi Djik Hong masih terus
berteriak: "Tolong! Tolong!". ~ Tjuma mulutnja ditekap tangan sang suami, maka suaranja
mendjadi serak dan tertahan.
Segera Ban Tjin-san menjobek sepotong kain badju dan diberikan kepada sang putera. Terus
saja Ban Ka sumbat mulut Djik Hong hingga tak bisa bersuara lagi.
"Pendam dia sekuburan dengan keparat Djik Tiang-hoat itu, sungguh bagus sekali mereka ajah
dan anak bersatu liang kubur", kata Tjin-san.
Ban Ka mengangguk, segera ia kempit Khong-sim-djay, lalu mereka menggotong Djik Hong ke
kamar batja dibawah loteng.
Kamar batja itu teratur bersih, dindingnja djuga terkapur putih. Diam-diam Djik Hong
membatin: "Apakah ajahku telah ditjepit oleh mereka ditengah dinding jang putih ini?".
Dalam pada itu terdengar Ban Tjin-san sedang berkata pula: "Biarlah aku jang membongkar
dinding ini, kau boleh pergi menjeret kemari majatnja Go Him itu! Hati2lah, djangan sampai
diketahui oleh orang!".
Ban Ka mengijakan dan segera berlari ke kamar tidurnja Ban Tjin-san.
SERIALSILAT.COM ? 2005 409 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Lalu Tjin-san membuka almari meja tulis, ia mengeluarkan alat2 pertukangan, ada pahat, ada
palu, ada lingis dan matjam2 lainnja, komplit. Ia pandang dinding jang putih itu, kedua
tangannja ber-gosok2, ia berpaling memandang sekedjap kepada Djik Hong dengan air muka
jang sangat senang. Melihat sorot mata orang jang buas sebagai binatang itu, tanpa merasa Djik Hong mengkirik
sendiri. Sementara itu Ban Tjin-san telah memegang palu dan pahat, ia periksa dulu duduk tembok
jang benar, lalu ia memahat diantara sela2 bata. Sesudah sela2 bata longgar, segera ia gojang2kan
dengan tangan dan dikorek keluar sepotong bata itu, tjaranja ternjata sudah sangat apal seperti
bekas tukang batu sadja. Sesudah sepotong bata itu dilolos keluar, tertampak Ban Tjin-san meng-endus2 bata itu.
Mungkin ia ingin tahu apakah di dalam dinding itu masih berbau majatnja Djik Tiang-hoat
atau tidak. Melihat ketrampilan Ban Tjin-san dalam hal membongkar bata itu, Djik Hong lantas ingat
waktu penjakit tidur orang itu angot tadi, waktu itu bapa mertua itupun bergaja mengorek
tembok, memasukkan majat, memasang bata dan sebagainja. Memangnja Djik Hong sudah
mengkirik, demi melihat Ban Tjin-san meng-endus2 pula bau majat ajahnja jang ditjepit di
dalam dinding itu, maka Djik Hong mendjadi takut, gusar dan berduka pula.
"Kau bangsat keparat jang terkutuk ini!", demikian ia memaki. Tapi karena mulutnja
tersumbat, maka jang terdengar hanja suara 'ah-uh' jang tak djelas.
Dan selagi Ban Tjin-san hendak membongkar bata kedua, tiba-tiba terdengar suara orang
berlari diluar, segera tertampak Ban Ka berlari masuk dengan langkah sempojongan dan badan
gemetar, katanja dengan suara ter-putus2: "Tia, tje?"?". tjelaka ! Go?".. Go
Him?"?"".. Go Him?"?""..".
"Go Him kenapa?", tanja Ban Tjin-san sambil berpaling.
"Hi"..hilang! Go?" Go Him menghilang", kata Ban Ka dengan ter-gagap2.
"Kentut! Masakah orang mati bisa menghilang?", damperat Ban Tjin-san. Tapi dari suaranja
jang rada gemetar itu, terang iapun kaget dan kuatir. Bahkan 'plok', bata jang terpegang
ditangannja itu tanpa merasa djatuh kelantai.
"Aku?""aku telah mengangsurkan tangan ke kolong ranjang ajah hen"..hendak menjeret
majat itu", demikian tutur Ban Ka dengan tak lantjar, "Tetapi".. tetapi tanganku tidak
menjentuh apa-apa. Tjepat kunjalakan pelita dan tjoba menerangi kolong ranjang,
namun?"?"..namun majat itu sudah menghilang tanpa bekas. Aku mentjari diseluruh
pelosok didalam kamar ajah, tapi tiada?"..tiada menemukan apa2".
SERIALSILAT.COM ? 2005 410 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Aa?"?"..aneh, sungguh aneh!" kata Tjin-san sambil merenung, "Apa barangkali Bok
Heng dan Sim Sia jang main gila!".
"Tia, djangan2?"?"".djangan2 jahanam Go Him itu belum"..belum putus napasnja,
sesudah pingsan sebentar, lalu?"..lalu hidup kembali!" ujar Ban Ka.
"Kentur! Mana bisa djadi!" seru Tjin San dengan gusar. "Ajahmu ini berdjuluk 'Ngo-in-djiu',
dalam hal ilmu menggunakan tangan betapa lihaynja, masakah mentjekik seorang saja takbisa
membuatnja mampus"."
"Ja, seharusnja tidak bisa djadi", sahut Ban Ka. "Akan tetapi, sehabis Go Him itu ditjekik
mampus oleh ajah, entah mengapa?""..entah mengapa majatnja sekarang bisa menghilang"
Djangan2?""..djangan2?"."
"Djangan2 apa?", tanja Tjin-san.
"Djangan2 di dunia ini benar2 ada?"?""..ada majat hidup?"
"Hus! Ngatjo-belo belaka!", bentak Tjin-san. "Sudahlah, lekas kita bereskan perempuan jalang
dan anak setan ini dan nanti boleh kita mentjari majatnja Go Him lagi. Mungkin urusan ini
sudah ketelanjur diketahui orang luar, kitapun susah menetap lagi dikota Heng-tjiu ini."
Ban Ka mengiakan, segera ia berdjongkok dan membantu membongkar tembok kamar. Batu
bata sepotong demi sepotong dikorek keluar hingga dalam sekedjap saja tertampaklah suatu
lubang besar. "Tia, ti?"?""tidak beres ini!" tiba2 Ban Ka berseru dengan suara gemetar.
"Apanja jang tidak beres?", tanja Tjin-san
"Di?"?""..dimanakah majatnja Djik Tiang-hoat?", sahut Ban Ka. "Umpama majatnja
sudah?".sudah busuk dan lapuk, paling tidak?"?"".paling tidak pakaiannja
dan?"?"..dan tulangnja toh mesti ada disini?".
Benar juga, pikir Tjin-san. Segera ia angkat pelita minjak untuk menerangi liang dinding itu.
Tapi mendadak terdengar suara njaring, hantjurnja pelita minjak djatuh ke lantai, seketika
keadaan menjadi gelap gulita. Hanja sinar bulan jang remang-remang menjorot masuk ke
kamar melalui djendela itu hingga menambah seramnja susasana di dalam kamar.
Kiranja Ban Tjin-san sendiripun kaget demi melihat di dalam liang dinding itu tidak
diketemukan majatnja Djik Tiang Hoat. Dinding itu adalah dinding dua lapis, padahal majat
itu dia sendiri jang masukkan dahulu, masakah sekarang bisa menghilang".
SERIALSILAT.COM ? 2005 411 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
Selang agak lama, barulah Ban Tjin-san pulih dari kagetnja, katanja dengan rada gemetar:
"Sungguh aneh, mengapa bisa hilang" Sudah terang aku sendiri jang memasukkan majat itu
kedalam dinding, masakah majatnja bisa terbang sendiri?"
"Tia, djangan2?"djangan2 dinding lapisan jang sebelah sana ada djalan tembusan lagi?" ujar
Ban Ka. "Tidak, tidak ada!" kata Tjin-san. "Dinding ini adalah buntu semua, mana mungkin ada djalan


Pedang Hati Suci Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tembusan" Tjoba"tjoba kau ulurkan tanganmu untuk meraba, apa benar disitu tiada sisa2
majat?". Ban Ka mengiakan walaupun didalam hati sebenarnja sangat ketakutan. Dengan sendirinja ia
tidak berani meraba dengan tangannja, selang agak lama barulah ia berkata:
"Ti?"?"".tidak ada apa2!". ~ padahal tangannja tidak pernah dimasukkan kedalam liang
dinding itu. Ban Tjin-san juga dapat menduga puteranja tidak berani meraba liang dinding itu, katanja
kemudian: "Tjoba njalakan pelita lagi, kita harus periksa pula hingga tahu duduknja perkara".
Ban Ka mengiakan pula, lalu tangannja me-raba2 dilantai dan diketemukan pelita tadi, tapi
pelita minjak itu sudah hantjur, djuga ketikan api hanja diketemukan batunja, sedang
ketikannja entah djatuh dimana.
Begitulah kedua orang itu sibuk mentjari kian kemari dan tetap tidak menemukan apa2.
Akhirnja Ban Tjin-san mendjadi aseran, katanja: "Sudahlah, tak perlu menggubris lagi tentang
majat itu. Boleh kau turun tangan membunuh perempuan djalang itu dan pendam dia kedalam
liang situ". Ban Ka mengiakan lagi. Segera ia mendekati Djik Hong dengan menghunus golok, katanja
dengan suara gemetar: "Hong-moay, harap jangan kau sesalkan aku, tapi engkau sendirilah jang
berdosa padaku!". Djik Hong tak bisa bersuara, tapi dalam hati ia sangat murka. Kalau dirinja sendiri hendak
dibunuh adalah dapat dimengerti, tapi puterinja jang masih ketjil dan tak berdosa itu juga
hendak dibunuh mereka, sungguh kedua manusia she Ban itu lebih mirip dengan binatang
buas. Mendadak ia mendjadi nekat, sekuatnja ia menubruk maju hingga bahu Ban Ka kena
disruduk. Ban Ka tergentak mundur dua tindak. Ia mendjadi gusar, segera golok diangkatnja sambil
memaki: "Perempuan djalang, adjalmu sudah tiba, masih kau berani main galak?"
Dan selagi goloknja hendak diajunkan, tiba2 didengarnja suara 'krek-krek', suara pintu dibuka.
Keruan Ban Ka terperandjat, tjepat ia menoleh. Dibawah sinar bulan jang remang2 dilihatnja
pintu kamar batja itu sudah terpentang, tapi tiada tampak bajangan seorangpun.
SERIALSILAT.COM ? 2005 412 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Siapa?", segera Tjin-san juga membentak.
Tapi tiada suara sahutan seorangpun. Sebaliknja pintu berbunji 'krek-krek' pula.
Didalam keadaan jang remang2 itu, tertampak suatu bajangan orang menggeser pelahan2
kedepan kamar. Bajangan orang itu kaku tegak sambil me-lompat2, anehnja lututnja tidak
tertekuk dikala melompat, jadi baik diwaktu menggeser maupun diwaktu melompat, bajangan
itu tetap tegak. Keruan kaget Ban Tjin-san dan Ban Ka tak terhingga, ber-ulang2 mereka mundur2 dengan
ketakutan. Dalam pada itu bajangan orang itu makin mendekat hingga kini mukanja tersorot oleh tjahaja
bulan jang remang2. "Haaaaaaa", berbareng Tjin-san dan Ban Ka berteriak kaget.
Ternjata kedua mata orang itu mendelik, lidahnja menjulur panjang keluar, lubang hidungnja,
mulutnja dan telinganja mengutjurkan darah. Siapa lagi dia kalau bukan Go Him jang telah
mati ditjekik oleh Ban Tjin-san itu"
Melihat keadaan jang menjeramkan itu, Djik Hong juga merinding dan hampir2 mati kaku
ketakutan. Sesudah menggeser masuk ke dalam kamar, Go Him lantas berdiri tak bergerak lagi, kedua
tangannja pelahan2 terangkat lurus kearah Ban Tjin-san.
Ban Tjin-san menjadi nekat, ia kerahkan antero keberaniannja dan membentak: "Setan Go
Him, masakah Lotju takut kepada majat hidup seperti kau?" ~ berbareng ia terus lolos golok
dan membatjok. Tapi baru setengah jalan serangannja dilantjarkan, se-konjong2 pergelangan tangannja terasa
kesemutan, tjekalannja menjadi kendur, golok djatuh kelantai dan menerbitkan suara
gemerantang. Menjusul mana pinggangnja djuga terasa kaku pegal, lalu tubuhnja tak bisa
berkutik lagi. Sebagai seorang kawakan Kang-ouw jang sudah banjak berpengalaman, segera Ban Tjin-san
sadar bahwa dibelakang majatnja Go Him itu ada seorang kosen lagi jang sangat hebat ilmunja.
Ia tidak tahu siapakah gerangannja, tapi ia menduga besar kemungkinan adalah musuh jang
meninggalkan tanda kupu2 kertas hitam itu.
Sebaliknja Ban Ka ternjata tidak paham duduknja perkara. Ketika dilihatnja lengan Go Him
kemudian berganti arah dan menjulur kepadanja, ia mendjadi ketakutan setengah mati,
SERIALSILAT.COM ? 2005 413 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
sungguh ia ingin menjerit: "Go-sute, ampunilah aku!" ~ tetapi suara djeritan itu se-akan2
tersumbat ditengah tenggorokan hingga susah dikeluarkan.
Ber-ulang2 ia mundur lagi ke belakang, tapi mendadak kakinja terasa lemas, ia terbanting roboh
terlentang. Ia melihat Go Him jang tegak kaku itu sudah berada didepannja, lengan kanan
pelahan2 mendjulur kebawah dan mulai meraba pipinja, tangan itu terasa dingin sebagai es.
Keruan semangat Ban Ka se-akan2 terbang ke-awang2 saking takutnja, hampir2 sadja ia djatuh
kelengar. Se-konjong2 tubuh Go Him itupun ikut ambruk kedepan hingga menindih diatas badan Ban
Ka untuk kemudian tidak bergerak lagi. Tapi dibelakang Go Him itu lantas bertambah
seseorang. Orang itu mendekati Djik Hong dan mengeluarkan kain sumbat mulutnja. Ketika ia pegang
tali pengikat kaki dan tangan Djik Hong, sedikit ia remas, tali pengikat itu segera putus.
Waktu ia putar tubuh lagi, tiba2 ia depak dua kali dipinggang Ban Ka hingga Hiat-to pemuda
itu tertutuk. Sesudah dapat bergerak, jang lebih dulu diperhatikan adalah puterinja, segera Djik Hong
pondong Khong-sim-djay, lalu tanja dengan suara gemetar: "Siapakah?".siapakah In-kong
(tuan penolong) jang telah menolong djiwa kami ini?"
Namun orang itu tidak mendjawab, dibawah sinar bulan jang remang2 tertampak kedua
tangannja membawa sebuah pola kupu2 hitam, itulah kupu2 kertas jang terselip didalam kitab
"Tong-si-soan-tjip" dan telah didjemput olehnja karena tadi telah ikut 'terbang' ketepi empang
ketika kitab itu dibuat rebutan antara Ban Tjin-san dan Ban Ka.
Sekilas pandang tiba2 Djik Hong melihat kelima jari kanan orang itu puntul terpotong, hatinja
tergetar, tanpa merasa ia berteriak: "Tik-suko!"
Ja, memang tidak salah, orang itu memang Tik Hun adanja!.
Ketika mendadak mendengar seruan: "Tik-suko" itu, seketika dada Tik Hun berombak dan air
mata ber-linang2, segera ia balas menjapa: "Sumoay, sjukur kita dapat?"?". dapat
berdjumpa pula, kita harus berterima kasih kepada Thian jang maha murah!".
Saat itu diri Djik Hong boleh diibaratkan sebuah sampan jang terombang-ambing ditengah
samudera raja dan dibawah damparan gelombang ombak dan angin badai, tapi akhirnja
dapatlah sampan itu meluncur masuk disebuah bandar dimana angin tenang dan ombak
berdiam. Terus saja Djik Hong menubruk kedalam pelukan Tik Hun sambil berseru: "O, Tik-suko,
apakah"..apakah ini bukan dialam mimpi?"
SERIALSILAT.COM ? 2005 414 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
"Bukan, bukan mimpi, tapi adalah kenjataan", sahut Tik Hun. "Selama dua hari ini, senantiasa
aku berada disini untuk mengintai dan mengawasi. Segala tindak-tanduk kedjahatan ajah-anak
she Ban itu sudah kulihat semua. Tentang majatnja Go Him, ha, memang sengaja kugunakan
untuk me-nakut2i mereka".
"Ajah, ajah!" tiba2 Djik Hong berseru sambil ber-lari2 keliang dinding sana. Ia taruh Khong-
sim-djay, lalu mengulur tangannja ke dalam liang itu untuk meraba, tapi tiada sesuatu jang
didapatkannja. Sedari tadi Tik Hun juga menguatirkan keselamatan gurunja itu, maka cepat iapun menjalakan
api untuk menerangi liang dinding itu. Tapi tertampak didalam lapisan dinding rahasia itu
keadaan kosong melompong tiada terdapat sesuatu, jang ada tjuma sedikit pasir dan potongan
bata belaka, mana ada djenazahnja Djik Tiang-hoat"
Djik Hong masih tidak percaja, segera ia memeriksa lebih teliti lagi, tapi memang benar kosong
liang di dalam lapisan dinding rahasia itu. Djangankan djenazah, sedangkan badju atau tulang
belulang djuga tidak diketemukan andaikan djenazah sang ajah sudah membusuk.
Ia terkedjut, tapi bergirang pula, timbul sedikit harapannja: "Boleh djadi ajahku tidak terbunuh
oleh mereka". ~ Maka ia lantas tegur suaminja: "Ban-long, sebenarnja?" sebenarnja
bagaimana dengan ajahku?".
Ban Tjin-san dan Ban Ka tidak tahu bahwa Djik Hong tidak menemukan majat ajahnja,
mereka mengira sesudah memeriksa lebih teliti di dalam liang dinding itu, akhirnja terdapat
bekas djenazahnja Djik Tiang-hoat itu dan Djik Hong kini bermaksud membalas dendam pada
mereka. Maka dengan bersitegang, Ban Tjin-san mendjawab: "Seorang laki2 sejati berani berbuat berani
bertanggung jawab, Djik Tiang-hoat memang aku jang membunuhnja, djika mau menuntut
balas boleh kau tudjukan kepadaku saja".
"Djadi, ajahku telah kau bunuh" Dan di?".dimanakah djenazahnja?" Djik Hong menegas.
"Apa" Djenazah di dalam?"di dalam liang dinding itu bukan ajahmu?", kata Tjin-san.
"Masakah disini ada orang mati?" Djik Hong menegas.
Seketika Ban Tjin-san saling pandang dengan Ban Ka, muka mereka pucat, betapapun mereka
tidak percaja, masakah di dunia ini ada majat hidup sungguh"
Segera Tik Hun menjeret Ban Tjin-san dan mendjedjalkan kepalanja kedalam liang dinding itu
untuk melongok keadaan di dalam situ. Dan sudah tentu tiada sesuatu jang dapat dilihatnja.
"Masakah mungkin" Sudah?"sudah terang"..", baru sekian Tjin-san berkata, tiba2 ia
berganti nada, katanja: "Ai, anak menantu jang baik, semuanja ini aku hanja?".. hanja
SERIALSILAT.COM ? 2005 415 P E D A N G H A T I S U C I / L I A N C H E N G Q U E
membohongi kau saja. Biarpun kami kakak-beradik seperguruan tidak akur satu sama lain
djuga tidak mungkin aku turun tangan sekedji ini untuk membunuhnja, masakah kau pertjaja
saja" Haha, hahaha!".
Biasanja Ban Tjin-san sebenarnja sangat pintar berdusta dan jarang orang tjuriga kepada apa
jang dia katakan, tapi kini dalam keadaan gugup dan bingung, tjara bicaranja mendjadi agak
kaku dan gelagapan, mau tidak mau menimbulkan tjuriga orang lain. Kalau dia bungkam sadja
mungkin Djik Hong dan Tik Hun akan ragu2 dan mempunjai harapan kalau2 Djik Tiang-hoat
memang betul masih hidup, tapi dengan utjapan Ban Tjin-san jang di-buat2 itu, Djik Hong dan
Tik Hun mendjadi lebih jakin bahwa Djik Tiang-hoat sudah dibunuh oleh orang she Ban itu.
Begitulah segera Tik Hun pegang pundak Ban Tjin-san, katanja: "Ban-supek, tentang kau telah
membikin aku hidup derita merana selama ini, bolehlah takkan kupersoalkan padamu lagi.
Sekarang aku hanja ingin tanja suatu hal padamu: Sebenarnja kau telah membunuh Suhuku
atau tidak?" Sembari bicara terus saja Tik Hun kerahkan Lweekang dari ilmu sakti 'Sin-tjiau-kang' jang
hebat, ber-angsur2 tenaga dalam itu menekan kedalam badan Ban Tjin-san hingga sesaat itu
Ban Tjin-san merasa badannja seperti digodok di dalam anglo, bahkan darahnja djuga terasa se-
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 11 Duri Bunga Ju Karya Gu Long Kucing Suruhan 12
^