Pedang Keadilan 11
Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 11
dengan mata terbalalak besar diawasinya nyonya
setengah umur itu tanpa berkedip. Kakek berwajah jelek
itu menghela napas panjang, katanya pelan:
"Kejadian ini luar biasa akibatnya, harap cu-bo berpikir
tiga kali sebelum diputuskan"
Ucapannya agak gemetar,jelas dia harus mengerahkan
seluruh kekuatannya untuk mengutarakan beberapa
patah kata itu. "Aku sudah memikirkan persoalan ini banyak tahun,
masa kau hendak membiarkan aku membawa semua
kemurungan ini ke dalam liang kubur?" ucap si nyonya
setengah umur dengan suara yang memilukan hati.
Tampaknya kakek berwajah jelek itu telah mengambil
keputusannya, tiba-tiba katanya: "Baik, kalau begitu
utarakanlah" Nyonya setengah umur itu tertawa sinis, sekulum
senyuman yang segar tiba-tiba saja muncul dari balik
wajahnya yang layu, sepasang pipinya tampak bersemu
906 merah. samar-samar keayuan wajahnya di masa muda
dulu membayang kembali di antara mukanya yang kuyu.
Han si-kong termangu-mangu memandang
kesemuanya itu, pikirnya: "Aaaai... sudah delapan belas
tahun dia digerogoti penyakit, wajahnya sudah layu dan
tak segar, tapi senyumannya masih menampilkan sisasisa
kecantikan wajahnya. Bisa dibayangkan sebelum
jatuh sakit dulu, dia pasti adalah seorang perempuan
yang amat cantik...."
selama hidup dia hanya tahu berkelana dalam dunia
persilatan dan belum pernah terpikir masalah hubungan
laki perempuan tapi kini, perasaan hatinya seakan-akan
terpancing dan bergelora kembali setelah melihat
senyuman nyonya setengah umur itu.
Terdengar nyonya itu berkata lagi: "Nona Li, Li siang
kong adalah anggota keluarga persilatan dari bukit Hong
san, kalian punya pergaulan yang luas dalam dunia
persilatan, tapi kenalkah kamu berdua jago dari manakah
orang ini?" "Aaaai... orang salah memberi julukan kepadaku, lebih
baik jangan disebut," sela si kakek jelek itu sambil
menghela napas sedih. Mendengar nyonya setengah umur itu berbicara
dengan begitu serius, Li Tiong-hui segera sadar bahwa
kakek jelek yang dimaksud sudah pasti bukan manusia
907 sembarangan tanpa terasa dia amati kakek itu beberapa
kejap. Tampak kakek jelek itu berdiri dengan mata terpejam
dan air mata bercucuran, untuk sesaat dia tak bisa
menduga siapa gerangan orang ini. Dengan suara yang
pedih kembali nyonya setengah umur itu berkata:
"selama belasan tahun terakhir ini, semangat dan
pikirannya banyak mengalami penderitaan dan siksaan,
dua kali dia pun menderita luka parah sehingga wajah
aslinya dulu hampir punah sama sekali, tentu saja kalian
tak bakal kenal dirinya dan tampang wajahnya itu."
"Locianpwee, kalau kudengar dari penuturanmu itu,
aku percaya dia pastilah seorang jago silat yang
kenamaan dalam dunia persilatan...."
"Benar, nama maupun kedudukannya dalam dunia
persilatan tidak di bawah jago kenamaan manapun
dalam persilatan dewasa ini, sebab dia tak lain adalah
siang Lam-ciau...." "Siang Lam-ciau" Begitu nama ini di-ucapkan, seperti
guntur yang membelah bumi di siang hari belong semua
yang nadir sama-sama terperanjat dan terbelalak.
"Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau?" ulang Han
si-kong sambil melompat bangun saking kagetnya, Pelanpelan
kakek berwajah jelek itu menundukkan kepalanya
908 tanpa mengucapkan sepatah kata pun, wajahnya
kelihatan amat sedih. "Benar, dia adalah siang Lam-ciau, datuk sepuluh
penjuru yang termashur di utara maupun selatan sungai
besar,.,." nyonya setengah umur itu menegaskan.
Tiba-tiba air matanya bercucuran amat deras, sambil
menangis terisak terusnya: "Selama masih bergumul
dalam dunia persilatan dia begitu disanjung dan
dihormati umat persilatan, hidupnya santai tanpa ikatan,
tapi gara-gara aku... ia harus menderita dan mengalami
pelbagai siksaan sehingga akhirnya berubah jadi
begini...." Berkilat sorot mata Datuk sepuluh penjuru siang Lamciau,
ia tertawa tergelak, katanya: "Cu-bo tidak usah
terlalu menyesali diri sendiri, semua perbuatan ini aku
lakukan atas dasar kerelaanku sendiri, apa sangkut
pautnya dengan diri Cu-bo?"
"Kau jangan memanggil aku dengan sebutan itu lagi,
aku sudah hampir mati..." bujuk si nyonya setengah
umur sambil menyeka air mata yang membasahi
wajahnya. "Lantas budak harus memanggil dengan sebutan
apa?" 909 "Kita sudah menjaga hubungan yang suci hampir
delapan belas tahun lamanya, menjelang ajalku tiba
masa kau enggan mengubah panggilanmu kepadaku?"
"Aaaai... delapan belas tahun," gumam siang Lam-ciau
sambil menghela napas dalam "Bagi kita delapan belas
tahun rasanya jauh lebih panjang ketimbang seratus
delapan puluh tahun... kita harus menderita siksaan batin
selama delapan belas tahun.
Hubungan antara majikan dan pembantu telah
memisahkan kita pada dunia yang ber-beda. selama ini,
baik dalam berbicara maupun tindak-tanduk belum
pernah kita melanggarnya barang setapakpun, kenapa
kita tak bisa bersabar lagi beberapa waktu...."
"Tapi aku... hatiku..." suara batuk yang bertubi-tubi
memotong pembicaraan si nyonya yang belum selesai.
Waktu itu si nona cantik berbaju hijau itu sudah ikut
menangis tersedu-sedu, airmata membasahi seluruh
wajahnya, sambil memanggil "mama mama" dia
menguruti punggung nyonya setengah umur itu tiada
hentinya. Li Bun- yang menghela napas panjang, tiba-tiba ia
bangkit berdiri dan menjura dalam-dalam terhadap siang
Lam-ciau sambil ujarnya: "sungguh suatu kehormatan
bagiku dapat berkenalan dengan Locianpwee hari ini...."
910 "Tidak usah," tukas siang Lam-ciau sambil
mengulapkan tangannya. "Datuk sepuluh penjuru siang
Lam-ciau sudah lama mati, yang masih hidup sekarang
hanyalah seorang pembantu tua dari ketua Hiang- hongkau."
suara isak tangis yang menjadi-jadi bergema
memenuhi seluruh ruangan, rupanya tangisan nyonya
setengah umur itu makin menjadi-jadi. Li Tiong-hui
segera berjalan menghampiri nyonya itu, hiburnya: "Locianpwee,
jagalah kesehatamnu, jangan terlalu bersedih
hati." sementara itu Han si-kong maupun Lim Han-kim telah
bersama-sama memberi hormat kepada siang Lam-ciau
sambil berkata: "Nama besar Locianpwee sudah lama
kami dengar, sungguh beruntung bisa bertemu
Locianpwee pada malam ini...."
Dengan mata tunggalnya siang Lam-ciau awasi dua
orang itu sekejap. kembali katanya sambil menggeleng:
"siang Lam-ciau sudah mati sejak delapan belas tahun
berselang, kalian berdua tak usah bersikap begitu hormat
kepadaku." sebetulnya banyak persoalan yang ingin diajukan Han
Si-kong, namun melihat wajah sedih yang menghiasi
wajah kakek tersebut untuk sesaat dia jadi tak tahu apa
yang mesti dikatakan, terpaksa semua pertanyaan yang
sudah siap diajukan itu ditelan bulat-bulat. Beberapa saat
911 lamanya dia hanya berdiri termangu-mangu tak tahu apa
yang mesti diperbuatnya. sementara itu Li Tiong-hui telah mengerutkan dahinya
setelah dilihatnya nyonya setengah umur itu menangis
tiada henti-nya. Dipegangnya urat nadi pada pergelangan
tangan kanannya lalu bisiknya: "Lo-cianpwee, bukankah
kau masih ada urusan yang hendak disampaikan
kepadaku?" sambil bicara kelima jarinya segera mencengkeram
kuat-kuat. segulung aliran hawa panas segera mengalir
ke luar dan tubuh nyonya setengah umur itu segera
bergetar keras, Getaran yang muncul secara tiba-tiba ini
seketika menyadarkan kembali pikiran serta
kesadarannya yang mulai kalut, cepat-cepat nyonya itu
menyeka air matanya, lalu berkata sedih:
"Nona Li, maafkan aku karena telah bersikap kurang
hormat. Aaai.,, aku sadar bahwa hidupku di dunia ini
sudah tak lama lagi, Aku benar-benar sudah tak dapat
mengendalikan siksaan hatiku yang sudah terpendam
selama banyak tahun ini. Aku berharap saudara sekalian
tidak mentertawakan sikapku ini...."
"cinta kasih Locianpwee berdua hampir boleh dibilang
sebersih rembulan dan bintang yang bercahaya di langit,
untuk merasa kagumpun tak sempat, mana mungkin
kami akan mentertawakan kalian berdua...."
912 Tiba-tiba muncul perasaan sedih di hati kecilnya,
tanpa sadar dia melirik Lim Han-kim sekejap lalu pelanpelan
menundukkan kepalanya, siksaan dan penderitaan
selama delapan belas tahun oleh belenggu cinta telah
membuat nyonya setengah umur ini mempunyai
perasaan yang peka sekali dalam hal cinta.
Di saat Li Tiong-hui melemparkan kerlingan terhadap
Lin Han-kim itulah dia segera dapat merasakan bahwa Li
Tiong-hui yang cerdas telah terperosok pula ke dalam
jaring-jaring cinta. Tak tertahan lagi dia menghela napas
sedih, pikirnya: "Aaai... dari dulu hingga kini, masalah
yang paling menyedihkan bagi umat manusia hanyalah
masalah cinta... siapa yang terjerumus dalam cinta, dia
akan lupa segala-galanya...."
Tiba-tiba terdengar gadis cantik berbaju hijau itu
berseru dengan manja: "lbu, aku tak mau berperan
sebagai ketua partai Hian-hong-kau lagi... aku bosan..."
Nyonya setengah umur itu tertawa hambar, dibukanya
kotak besi itu lalu mengambil ke luar sebuah botol
porselin, Dari botol porselin itu dia tuang sebutir pil yang
segera ditelan dengan cepat.
Mendadak terdengar siang Lam-ciau menjerit kaget:
"Cu-bo, jangan"
Dengan kecepatan luar biasa ia menerjang ke muka,
tapi sayang keadaan sudah terlambat Peristiwa ini benarTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
913 benar terjadi di luar dugaan siapa pun- Kendati siang
Lam-ciau memiliki ilmu silat yang maha sempurna,
ternyata ia tak sempat lagi memberikan pertolongannya,
namun kecepatan gerak serta serangannya betul-betul
membuat Li Bun-yang maupun Han si-kong sekalian
merasa amat terperanjat. Rupanya di saat Li Tiong-hui berjalan menghampiri
nyonya setengah umur dan berusaha menghiburnya tadi,
secara diam-diam siang Lam-ciau sudah mengundurkan
diri sejauh tujuh-delapan depa dari posisi semula. Dalam
kagetnya tadi, sekali lompat dia telah putar balik
tubuhnya, melewati Li Tiong-hui dan menjepit telapak
tangan nyonya setengah umur itu dengan jari tangannya.
sayang tindakan tersebut terlambat satu langkah, pil
tersebut sudah keburu ditelan perempuan itu.
Terdengar Siang Lam-ciau menghela nafas sedih, dia
kendorkan jepitan tangannya lalu berbisik sedih: "Kenapa
kau mesti berbuat demikian?"
Ketika berbicara, air matanya jatuh bercucuran
membasahi pipinya, Li Tiong-hui sangat cerdik, melihat
adegan ini segera pikirnya di dalam hati: "Waaah,
jangan-jangan pil yang ditelannya itu adalah pil beracun
yang mematikan...." Dia mencoba mengamati wajah nyonya setengah
umur itu, namun hatinya segera dibuat makin tercengang
914 sebab paras muka perempuan itu kelihatan merah dadu
dan tampak segar sekali. "Kalau pil yang ditelan pil racun yang mematikan,
kenapa begini reaksinya,..?" Kembali dia berpikir.
sementara pelbagai ingatan masih berkecamuk dalam
benaknya, nyonya setengah umur yang duduk pejamkan
mata itu telah membuka matanya kembali seraya
berkata: "Perkataan nona Li memang tepat sekali,
sebetulnya pil itu memang terhitung obat beracun, hanya
beda sekali dengan obat beracun pada umumnya, obat
ini dapat menyegarkan kembali orang yang hampir mati
untuk sementara waktu, ketika sisa kekuatan hidupnya
sudah mulai habis terpakai dia baru akan menemui
ajalnya." "Aaaai... itu berarti barang siapa menelan pil tersebut,
maka jiwanya tak mungkin akan tertolong lagi
kendatipun ada obat mustika yang bisa mengisi kembali
minyak yang hampir kering...." kata Li Tiong-hui sambil
menghela napas. "Tapi paling tidak aku masih bisa hidup beberapa jam
lagi, bahkan hidup dalam keadaan segar bugar dan
penuh dengan kekuatan hidup yang menyala-nyala"
"lbu" tiba-tiba gadis cantik itu menjerit "Kau hendak
tinggalkan putrimu hidup seorang diri?"
915
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sambil menubruk ke dalam pangkuan ibunya, ia
menangis tersedu-sedu, saat itu semangat nyonya
setengah umur itu tampak segar sekali, dirangkulnya
gadis itu dengan penuh kasih sayang, lalu bisiknya:
"Anak Hong,jangan menangis, masih banyak persoalan
yang harus kuutarakan ke luar, jika kau ribut terus, maka
sisa hidup ibu yang tinggal beberapa jam ini akan jadi
mubazir dan tak ada gunanya, Kalau sampai terjadi
begini, bukan saja aku tak bisa mati dengan mata
meram, bahkan akan meninggalkan bencana besar bagi
umat persilatan, kalau sampai begitu, arwahku di dalam
baka tak akan bisa beristirahat dengan tenang."
Gadis cantik berbaju hijau itu seketika menghentikan
isak tangisnya, meski begitu dia masih bersandar penuh
manja dalam pelukan ibunya, Nyonya setengah umur itu
kembali mengambil kotak besi yang ada di hadapannya,
kemudian ujarnya dengan serius: "Nona Li, harap kau
terima dulu kotak besi ini."
"Locianpwee, dapatkah kau beritahu kepadaku lebih
dulu apa isi kotak besi ini?" tanya Li Tiong-hui dengan
wajah tertegun- "Dalam kotak besi ini berisi daftar nama dan alamat
pelbagai kantor cabang dan ranting dari perkumpulan
Hian-hong-kau, disamping itu terdapat pula sejilid ilmu
silat dan kitab ilmu pedang."
916 "Tapi... aku tak berani pemberian barang berharga
seperti itu...." tukas Li Tiong-hui terkejut.
"Nona Li, dengarkan dulu perkataanku. Kotak besi ini
menyangkut masalah mati hidupnya dunia persilatan,
Apabila nona bersikeras menampik untuk memikul
tanggung jawab ini serta meneruskan kedudukanku
sebagai ketua Hian-hong-kau, maka kekuatan sesat yang
berhasil kubina selama ini akan segera mendatangkan
korbannya dalam dunia persilatan. Badai pembunuhan
yang paling keji akan segera berlangsung melanda dunia,
Seperti apa yang telah kukatakan tadi, setelah menderita
sakit cukup lama, aku mulai menyadari akan kesilafanku
dengan membentuk brigade pembunuh itu.
Aku sadar perbuatanku ini akan berdosa besar dan
mendatangkan banyak penderitaan dan siksaan bagi
korbannya. sayang aku sudah tua dan lemah, mustahil
aku dapat memunahkan kekuatan sesat tersebut dengan
kekuatanku sendiri, itulah sebabnya akujadi teringat akan
nona. sayang waktu itu aku menderita sakit parah
sehingga tak mungkin mencari nona di bukit Hong san-
..." Dia berpaling dan memandang siang Lam-ciau
sekejap, kemudian tambahnya: "Sudah dua kali aku
mengutus orang untuk menyusup ke dalam keluarga
persilatan di bukit Hong-san, tapi sayang tak pernah
berhasil menjumpai nona...."
917 "Aku mohon maaf kepada saudara Li dan nona Li atas
kelancanganku itu," Tiba-tiba siang Lam-ciau memberi
hormat, Buru-buru Li Bun- yang balas memberi hormat,
"Locianpwee, kau jangan terlalu merendah...."
"Ketika aku mendapat tugas mencari kalian di bukit
Hong-san tempo hari, bukan saja tak berhasil menjumpai
nona Li, aku malah sempat bertarung dua gebrakan
melawan ibumu." Mendengar itu Li Tiong-hui segera berpikir "Setelah
menutup diri hampir sepuluh tahun lamanya, hawa murni
sian-thian khi-kangnya telah mencapai kesempurnaan.
Ayunan tangannya mampu menghancur lumatkan batu
nisan, aku rasa kakek ini tentu sudah menderita kerugian
besar...." Berpikir sampai di situ dia segera bertanya: "sejak
ayah meninggal dunia, ibuku jarang mencampuri urusan
dunia persilatan Dia memandang hambar urusan
keduniawian, sekalipun kami bersaudara pun jarang
sekali bertemu dengan dia orang tua...."
Ia memang sangat cerdik, meskipun di hati kecilnya
dia bermaksud untuk mencari tahu hasil pertarungan
Siang Lam-ciau melawan ibunya, namun dia enggan
mengajukan pertanyaan itu secara langsung, sebaliknya
dia sengaja berbicara yang lain sambil memancing agar
918 Siang Lam-ciau sendiri yang memberitahukan hasil
pertarungan tersebut. Betul juga, Siang Lam-ciau tak sanggup menahan diri,
dengan alis mata berkerut katanya: "Ilmu silat ibumu
benar-benar sangat tangguh, dia termasuk musuh paling
tangguh yang pernah kujumpai selama hidupku, Dalam
pertarungan itu kami hanya berimbang, dan lagi setelah
kuterima dua pukulan ibumu itu aku segera
meninggalkan bukit Hong-san untuk pulang memberi
laporan-" Li Tiong-hui tersenyum dan tidak bicara apa-apa lagi,
tentu saja dia tak bisa mewakili ibunya untuk merendah
serta memuji kehebatan ilmu silat lawan, tapi dia pun tak
bisa menegur Siang Liam-ciau karena bicara takabur.
Terdengar nyonya setengah umur itu berkata lebih
jauh: "Gara-gara peristiwa ini aku sempat merasa tak
tenang, betul di dalam dunia persilatan banyak terdapat
jago yang menguasai bidang sastra maupun silat, tapi
manusia cerdik macam nona Li betul-betul tiada
keduanya di kolong langit, Aku mengira dalam hidupku
kali ini sudah tak berjodoh lagi untuk bertemu muka
dengan nona Li. Sungguh tak disangka Thian maha adil,
di saat ajalku menjelang tiba aku masih sempat bertemu
lagi dengan nona Li."
"Locianpwee, aku merasa berterima kasih sekali atas
penghargaan yang kau berikan kepadaku, tapi... aku
919 merasa berat hati untuk menerima kedudukan sebagai
ketua Hian-hong-kau, apabila putri Lo-cianpwee
sebetulnya lebih pantas menduduki jabatan tersebut,
kenapa kau melepaskan ahli waris yang telah tersedia
dengan memilih orang lain-..."
si nona cantik berbaju hijau yang sedang menangis
tersedu itu mendadak menyela setelah mendengar
ucapan tersebut: "Aku tak sudi menjadi ketua Hian-hongkau,
belum lagi tiga bulan menggantikan kedudukan ibu,
nyaris aku mampus karena kesal."
sambil menghela napas nyonya setengah umur itu
menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya:
"Aaai... kau cukup mengenal tabiat putriku ini. Anak
Hong masih polos dan kelewat kekanak-kanakan, ia tak
punya pandangan yang terlalu luas. Meski empek siang
dan aku sudah mewariskan pelbagai ilmu silat
kepadanya, itu pun hanya diterima secara terpaksa.
Dibanding-kan dengan kecerdasan nona Li, dia masih
kalah jauh sekali, Ketahuilah masalah ini menyangkut
keselamatan umat persilatan, mana mungkin kuserahkan
tanggung jawab sebesar ini kepadanya...."
Belum sempat Li Tiong-hui menampik untuk kedua
kalinya, nyonya setengah umur itu sudah berkata lebih
jauh: "sudah berulang kali aku pikirkan masalah ini, tapi
setelah kupikir bolak balik aku tetap berpendapat bahwa
di dunia persilatan saat ini tiada orang kedua yang lebih
920 cocok daripada nona Li untuk jabatan berat ini. Kendatipun
akulah yang mengembangkan Hian-hong-kau
sehingga tenar di Utara maupun selatan sungai besar,
namun anggota partai kami belum pernah seorang pun
yang pernah melihat raut wajah asliku, Dalam kotak besi
ini terdapat penjelasan selengkapnya tentang
perkumpulan Hiang-hong-kau."
"Asal nona Li bersedia mempelajarinya, tidak sulit
bagimu untuk memimpin partai ini. Aku ingin sekali
memanfaatkan kecerdasan serta kemampuan nona Li
untuk memusnahkan kekuatan sesat yang telah
kubangun ini. Apabila kau mampu mengajak mereka
kembali ke jalan yang benar, tentu saja hal ini lebih baik
lagi sebab akan bermanfaat bagi masyarakat tapi bila
mereka sudah terlanjur sesat serta tak bisa diperbaiki
lagi, aku berharap nona Li bisa turun tangan secepatnya
untuk memusnahkan mereka semua, daripada
meninggalkan bibit bencana bagi umat persilatan,.,."
Berbicara sampai di situ, kembali dia alihkan sorot
matanya ke wajah Li Tiong-hui, tambahnya: "Masalah ini
luar biasa sifatnya, aku harap nona Li sudi memikirkan
keselamatan orang banyak dengan menerima jabatan ini,
dengan begitu kau pun bisa menebuskan sedikit dosaku."
Beberapa patah kata ini diucapkan dengan nada yang
tulus dan bersungguh-sungguh, lagipula diiringi cucuran
air mata. Bukan itu saja bahkan sambil membawa kotak
921 besi itu sang nyonya turun dari kursinya dan berjalan
menghampiri. Li Tiong-hui goyangkan tangannya berulang kali,
serunya agak gelisah: "Locianpwee, mana aku berani
menerima pemberian ini...."
"Aku masih ada banyak persoalan yang hendak
dibicarakan dengan kalian, aku harap nona Li menerima
kotak besi ini lebih dulu...."
"Aku betul-betul tak berani menerima-nya, harap
Locianpwee menyimpannya kembali."
"Masa kau tak mau mengurusi keselamatan umat
persilatan di dunia ini, masa kau tega menyaksikan badai
pembunuhan yang paling keji berlangsung dalam dunia
persilatan, masa kau tega membiarkan aku mati dengan
membawa penyesalan yang paling dalam...."
Li Tiong-hui goyangkan tangannya berulang kali
sambil mundur, ia tetap tidak menerima pemberian kotak
besi itu. Mendadak terdengar siang Lam-ciau mendengus
dingin sambil menjengek: "Aku dengar orang berkata,
tiga generasi keluarga persilatan bukit Hong-san ratarata
gagah dan tegar, Hmmm Tapi nampaknya nama
besar kalian tak lebih cuma begitu, hmmm... hmmm...."
922 Nyonya setengah umur itu menghela napas panjang,
tidak sampai siang Lam-ciau menyelesaikan katakatanya,
kembali ia sudah menukas: "Nona Li, kau harus
tahu, permasalahan ini bukan masalah pribadi keluarga
kami, tapi menyangkut mati hidupnya umat persilatan di
seluruh dunia. Berkat bimbingan dan perjuanganku
selama belasan tahun, meski kekuatan partai Hian-hongkau
belum berani dibilang menjagoi seluruh kolong
langit, namun kekuatan mereka tak boleh kau pandang
enteng. selain Hian-hong-kau masih ada kekuatan sesat
lainnya yang dengan kecepatan paling tinggi sedang
berkembang dan menggelembung dalam dunia
persilatan, kekuatan serta daya pengaruh mereka luar
biasa, bahkan mungkin masih jauh di atas kekuatan
Hian-hong-kau. jikalau nona Li enggan menerima jabatan
ketua ini, maka kemampuan Hian-hong-kau pasti akan
jadi harimau yang lepas dari kerangkeng, mereka akan
membuat korban di mana-mana.
Apalagi kalau sampai dimanfaatkan pihak Ngo-tok
kiong (istana panca racun) yang sedang
mengembangkan sayap kekuasaan-nya, aku yakin dalam
sepuluh tahun mendatang dunia persilatan tak pernah
akan mendapatkan ketenangan barang sehari pun...."
setelah disindir siang Lam-ciau dengan kata-kata yang
pedas tadi, terutama setelah mendengar perkataan
nyonya setengah umur yang bersungguh-sungguh itu
walaupun Li Tiong-hui belum menyanggupi namun
923 tubuhnya sudah tidak bergerak mundur lagi, dengan
matanya yang jeli dia awasi perempuan itu lekat-lekat.
Kembali nyonya setengah umur itu mengangkat kotak
besinya sambil berkata: " Keinginanku ini sudah
kuputuskan sejak setahun berselang, Demi
menyelamatkan umat persilatan dari bencana musibah
besar, nona Li harus menerima jabatan ini serta
tampilkan diri untuk memimpin dunia persilatan,"
Li Tiong-hui merasa hatinya berdebar keras, setelah
menghela napas panjang ka-tanya: "Padahal pamor
maupun kedudukan siang Locianpwee jauh melampui
kemampuanku terutama dalam hal ilmu silat Aku masih
bukan apa-apanya bila dibandingkan dia, kenapa
Locianpwee tidak serahkan saja jabatan ketua itu
kepadanya?" "Usiaku sudah lanjut, keadaanku ibarat sisa lilin yang
hampir padam. Dalam usia sesenja ini bagaimana
mungkin tanggung jawab sebesar itu bisa diserahkan
kepada-ku?" kata siang Lam-ciau.
Nyonya berusia pertengahan itu segera menambahkan
" Hingga kini meskipun anggota Hian-hong-kau di seluruh
dunia persilatan belum pernah bertemu dengan ketua
mereka, namun bukan berarti mereka tak bisa
membedakan apakah ketua mereka itu seorang lelaki
atau perempuan. " 924 Setelah menghembuskan napas-panjang, tidak
menunggu sampai Li Tiong-hui mengucapkan sesuatu
kembali katanya: "Apabila nona bersedia menerima
permintaanku ini serta menerima jabatan ketua Hianhong-
kau, aku bersedia mewakili saudara siang
mengambil keputusan untuk berbakti kepadamu selama
tiga tahun." Han si-kong adalah seorang jago berjiwa pendekar,
setelah mengikuti pembicaraan sekian lama dia pun
berhasil menangkap sedikit gambaran tentang latar
belakang masalah itu. Kini dia tak mampu menahan diri
lagi, dengan suara lantang serunya: "Aku si monyet tua
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mewakili seluruh umat persilatan di dunia memohon
kepada nona Li untuk menerima permintaan itu..."
"Betul adik Hui" sambung Li Bun-yang sambil
menghela napas. "Locianpwee ini berharap dengan
segala sungguh hati, bagaimana kalau kau periksa dulu
apa isi kotak besi tersebut sebelum mengambil
keputusan?" "Aku bukannya enggan menerima jabatan tersebut,
tapi aku kuatir kemampuanku tak sepadan dengan
jabatan itu sehingga menyia-nyiakan harapan Locianpwee,
kalau sampai begitu, bukankah semua urusan
besar jadi berantakan-..."
"Apabila nona Li bersedia memangku jabatan ketua
Hian-hong-kau, aku si monyet tua yang pertama-tama
925 siap menerima perintahmu, Walau harus naik ke bukit
golok atau terjun ke kuali minyak. aku pasti tak akan
menampik" seru Han si-kong penuh semangat.
"Yaa, betul" sambung Li Bun-yang. "Bila adik Hui
bersedia memikirkan keselamatan umat persilatan di
dunia, aku pun bersedia menuruti semua perkataanmu."
"Aku juga akan memegang janjiku," sambung siang
Lam-ciau pula. "Jika nona Li memangku jabatan ketua,
aku bersedia mentaati pesan cu-bo dengan berbakti
kepadamu selama tiga tahun."
Pelan-pelan Li Tiong-hui mengalihkan sorot matanya
ke wajah Lim Han-kirn, ta-nyanya: "Apakah saudara Lim
ada pendapat?" Lim Han- kim termenung berpikir berapa saat,
kemudian sahutnya: "Aku bersedia menggunakan
kebebasanku dengan berbakti kepadamu."
"Nah nona Li, sekarang terimalah dulu tanda
kebesaran partai kami, kemudian aku masih ada
persoalan lain yang hendak disampaikan," desak nyonya
setengah umur itu. sambil menggigit bibir Li Tiong-hui termenung berapa
saat lamanya, sekilas kebulatan tekad melintas di
wajahnya, katanya kemudian- "Baik, kuterima jabatan
ini...." 926 Tampaknya untuk mengucapkan beberapa patah kata
itu dia harus mengerahkan seluruh tenaga yang
dimilikinya. Nyonya setengah umur itu jadi sangat gembira,
serunya: "Nona bersedia menerima jabatan sebagai
ketua Hian-hong-kau, hal ini menunjukkan bahwa umat
persilatan mempunyai rejeki besar, dengan demikian satu
keinginanku pun sudah terkabul."
Dengan sikap yang sangat hormat dia angsurkan
kotak besi itu ke hadapan gadis tersebut Ketika
menerima kotak tersebut tanpa terasa titik air mata jatuh
berlinang membasahi wajah Li Tiong-hui, dia mengerti
dengan diterimanya kedudukan ketua Hian-hong-kau ini
berarti nasib kehidupan selanjutnya ikut berubah pula.
sejak kini dia harus mencurahkan semua pikiran dan
tenaganya demi kesejahteraan partai, berarti pula
masalah pribadi harus disingkirkan jauh-jauh.
Dalam kesempatan itu Han Si-kong telah menengadah
sambil tertawa terbahak-ba-hak, serunya: "Ha ha ha ha...
pepatah kuno mengatakan, kedalaman tanah tak
mungkin bisa menyembunyikan kecermerlangan intan
permata, sejak berkenalan berapa waktu berselang aku
sudah mempunyai gambaran tentang kemampuan nona
Li, ternyata dugaanku tak keliru, Aku benar-be-nar
gembira melihat seorang gadis secerdik nona Li bisa
memimpin perkumpulan Hian-hong-kau...."
927 Tapi ketika melihat air mata Li Tiong-hui jatuh
bercucuran, orang tua itu jadi tertegun dan tidak
melanjutkan kata-katanya lagi. sebenarnya dia ikut
berbangga hati setelah menyaksikan Li Tiong-hui yang
masih muda belia ternyata menjabat kedudukan yang
begitu terhormat, sampai-sampai Datuk sepuluh penjuru
siang Lam-ciau yang bernama besar pun rela mengikuti
perintahnya, tapi cucuran air mata gadis tersebut segera
membuat perasaannya bingung dan melongo.
Li Bun-yang cukup memahami watak adiknya, ia tahu
gadis itu paling suka kebebasan,
tapi setelah menjadi ketua Hian-hong-kau berarti dia
bakal sibuk setengah mati dan mustahil punya
kesempatan untuk hidup bersantai-santai lagi.
BAB 28. Cinta Membelenggu Datuk sepuluh
Penjuru. setelah menghela nafas panjang, anak muda itu pun
menghibur: "Adik Hui, kau tak usah bersedih hati, kita
keluarga Li adalah anggota persilatan yang punya
kewajiban menegakkan keadilan serta kebenaran dalam
dunia persilatan sekalipun tiga generasi angkatan tua kita
dicelakai orang munafik namun kejadian itu tidak akan
mengubah sikap kita. Kini adik Hui bisa menjabat sebagai
ketua Hian-hong-kau, dengan kecerdasanmu yang
928 melampaui diriku sendiri, Kejadian ini benar- benar
merupakan rejeki bagi umat persilatan- Kau tak usah
kuatir, aku pasti akan mengerahkan segenap
kemampuan yang kumiliki untuk membantu
perjuanganmu." "Aku si monyet tua bersedia bergabung dengan Hianhong-
kau dan siap melaksanakan perintah nona,"
sambung Han si-kong dengan suara lantang. Tampaknya
semangat siang Lam-ciau ikut berkobar setelah
mendengar kata-kata Li Bun-yang itu, dengan mata
berkilat pujinya: "sudah ratusan tahun lamanya keluarga
bukit Hong-san termashur dalam dunia persilatan,
bahkan namanya sama cemerlang dengan kedudukan
sembilan partai besar, setelah kulihat dan alami sendiri
sekarang, aku benar-benar percaya bahwa nama besar
itu bukan kosong belaka."
Beberapa patah kata yang bersemangat ini tidak
mengurangi rasa pedih Li Tiong-hui, terdengar ia
berseru: " Engkoh Yang, aku hanya seorang gadis kecil,
mana aku mampu berbuat banyak..."
"Aku kurang begitu mengerti maksud perkataanmu
itu," kata Li Bun-yang kurang paham.
"Kalau engkoh Yang tidak tahu, yaa sudahlah," ucap Li
Tiong-hui menyeka air matanya.
929 Kemudian setelah melirik Lim Han-kim sekejap. dia
alihkan pandangan matanya ke wajah nyonya setengah
umur itu, 1anjut-nya: "Apakah locianpwee masih ada
petunjuk lain, aku siap mendengarkan semua
petunjukmu itu." Lim Han-kim merasa betapa tajamnya pandangan
mata Li Tiong-hui itu, ibarat sebilah pisau tajam yang
menghunjam di ulu hatinya. sesungguhnya semangat
jantan pemuda ini pun tergugah seperti halnya dengan Li
Bun-yang serta Han si-kong, tapi apabila ia teringat
kembali dengan asal-usul dirinya yang serba misterius,
ucapan ciu Huang yang secara samar-samar memberi
petunjuk bahwa ia menanggung dendam yang maha
besar sehingga kemungkinan besar waktunya akan
tersita habis di kemudian hari, maka ia ragu untuk
memberi kesanggupannya guna membantu Hian-hongkau.
ia kuatir janji yang harus ditepati di kemudian hari
justru akan menjadi belenggu yang menghambat gerak
geriknya. selain itu dia pun merasakan bahwa sikap Li Tiong-hui
terhadapnya seakan-akan sikap seorang musuh yang
mengancam korbannya. Apabila ia bersedia menuruti
perintah perempuan itu, maka dia bakal terikat dan tak
ada keuntungannya sama sekali terhadap pribadinya.
oleh sebab beberapa alasan inilah maka dia berlagak
dingin, hambar dan sama sekali tidak memberi komentar
930 "Nona Li," terdengar nyonya setengah umur itu
menghela napas panjang, "Mulai detik ini kau adalah
ketua Hian-hong-kau. sebagai keturunan keluarga
persilatan kenamaan, aku berharap apa yang telah kau
janjikan selalu dipegang teguh dan jangan diingkari
kembali, selain daripada itu kau pun tak usah mengikuti
tata cara yang berlaku pada umumnya untuk suatu
upacara peresmian" "Locianpwee tak usah kuatir. setelah kusanggupi tentu
saja aku akan pegang janji, apalagi saat ini Locianpwee
sedang menderita sakit, upacara peresmian bisa
dihapuskan saja." "Baik, upacara pelantikan bisa dihapus, tapi tatakrama
partai tak boleh diabaikan, Nona, terimalah satu sembah
sujudku lebih dahulu."
Selesai berkata, ia benar-benar jatuhkan diri berlutut,
Siang Lam-ciau serta gadis cantik berbaju hijau itu
serentak mengikuti jejak nyonya setengah umur itu,
menjatuhkan diri berlutut di hadapan nona tersebut.
Li Tiong-hui tahu, tata krama partai memang tak boleh
diabaikan maka dia pun tidak menampik sembah sujud
tersebut, katanya kemudian- " Harap kalian segera
bangkit berdiri" 931 setelah berdiri kembali nyonya setengah umur itu
menghembuskan napas panjang, katanya pelan- "Aaaai,
akhirnya satu keinginanku telah terkabulkan-."
Pelan-pelan ia mundur balik kebangkunya, setelah itu
melanjutkan "sekarang aku hendak menyingkap sebuah
rahasia besar dunia persilatan yang telah kusimpan
selama puluhan tahun-..."
serentak para jago memusatkan perhatiannya untuk
mendengarkan, suasana jadi sangat hening, Dengan
termangu nyonya setengah umur itu mengawasi cahaya
lilin di atas meja tanpa berkedip. tampaknya ia sedang
mengumpulkan kembali kenangan-nya di masa lampau,
sampai lama kemudian dia baru bertanya sambil
menghela napas panjang: "Adakah di antara kalian yang
mengetahui siapa diriku ini?"
Para jago saling berpandangan tanpa menjawab,
setelah hening cukup lama Han si-kong baru berteriak
tiba-tiba: "Aaaah, teringat aku sekarang, cuma aku tak
berani memastikan, bila salah dugaanku tolong sudi
dimaafkan-" "Tidak mengapa, katakan^"
"Tiga puluh tahun berselang, di dalam dunia persilatan
pernah muncul seorang pendekar wanita yang cantik
jelita bagaikan bidadari dari kahyangan Meski saat
kemunculannya di daratan Tionggoan, khususnya dunia
932 persilatan, pada umumnya relatip cukup singkat, namun
berhubung kecantikan wajahnya tiada tandingan Nama
besarnya dengan cepat termashur di mana-mana, bukan
saja menggemparkan Utara serta selatan sungai besar,
bahkan para jago persilatan yang berada jauh di luar
perbatasan serta Pek-san Hek-sui pun sama-sama
menghadiahkan julukan "siu-hoa siancu" Dewi Bunga
Malu kepada perempuan ini, sedang nama aslinya malah
tidak banyak yang tahu. "Yaa, itu semua hanya sanjungan rekan-rekan
persilatan kepadaku...." sela nyonya setengah umur itu
sambil tersenyum "oooh,jadi locianpwee adalah Dewi Bunga Malu" Aku
pernah mendengar ibuku menyinggung tentang kejadian
ini" seru Li Bun-yang pula dengan wajah tercengang.
"Namaku yang sebenarnya adalah Tan Giok-hiong,
sebutan Dewi Putri Malu hanyalah pemberian dari umat
persilatan kepadaku...." setelah menghela napas
panjang, tiba-tiba nada pembicaraannya berubah jadi
amat pilu, lanjutnya: "Tiga puluh tahun sudah lewat....
Aaaai, impian indah di masa lalu telah berubah jadi
kepedihan di hari ini, Bunga tumbuh, bunga mekar dan
akhirnya layu dan rontok. Tiada yang langgeng di dunia
ini. setelah saudara Han berhasil menebak jitu asalusulku,
tentu kau juga tahu bukan tentang seorang
pendekar pedang muda yang muncul dalam dunia
933 persilatan bersama waktunya dengan kemunculanku. Dia
gagah dan perkasa, ambisinya sangat besar, cita-citanya
hendak menjagoi seluruh dunia persi1atan...."
"Kau maksudkan si jago gedang naga sakti Kang Bokhong?"
seru Han si-kong sambil melompat bangun.
Tan Giok-hiong tertawa getir.
"Benar, dialah yang kumaksud, Kehadirannya bagaikan
segulung angin puyuh, menggetarkan seluruh dunia
persilatan, tapi waktu perginya juga seperti asap yang
lenyap dari udara...."
"Kalau begitu kau adalah...."
" istrinya" potong Tan Giok-hiong cepat "Dia adalah
suamiku, dua puluh lima tahun berselang kami berjumpa
dalam suatu ketidaksengajaan, waktu itu meskipun aku
sudah berusia duapuluh dua tahun, namun sifat kekanakkanakkanku
belum luntur Aku sangat binal dan liar.
Ketika kami berjumpa, tanpa sengaja, aku memaksa
dia untuk beradu pedang denganku, Waktu itu dia
mengalah, tapi aku bukan saja tak sudi menerima
kebaikannya itu malahan kugunakan kata-kata yang
paling keji untuk memanasi hatinya dan memancing
amarah-nya, padahal kepandaian silat yang dimilikinya
masih sepuluh kali lipat lebih hebat ketimbang kepa
ndaianku. Akhirnya atas desakan dan pancinganku
934 berkobar juga hawa amarahnya, ia segera melancarkan
sebuah serangan kilat, hanya dalam satu gebrakan saja
ia berhasil memaksa senjataku terlepas dari genggaman"
"lbu, betulkah kepandaian silat yang dimiliki ayah
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu lihai?" sela gadis cantik berbaju hijau itu tiba-tiba.
Tan Giok-hiong tertawa getir, lanjutnya: "Padahal di
dalam serangannya tersebut dia belum menggunakan
seluruh kekuatan yang dimilikinya, namun pedang yang
berada dalam genggamanku berhasil digetar olehnya
hingga mencelat sejauh tiga kaki. Waktu itu aku malu
bercampur mendongkol. Dalam keadaan demikian aku menangis tersedu-sedu,
ia berusaha menghiburku membujukku dengan kata-kata
manis bahkan minta maaf kepadaku, tapi aku tidak
menggubris. Tangisku malah makin men-jadi-jadi,
Akhirnya dia memungut kembali pedangku dan
mematahkan pedang sendiri jadi dua bagian dan dibuang
ke atas tanah, namun perbuatannya ini belum mampu
melenyapkan rasa mendongkolku, Di saat dia kehabisan
daya dan bermaksud meninggalkan tempat itu, tiba-tiba
kusambar pedang ku sendiri lalu kutusuk tubuhnya...."
"Aduh.. ibu, kenakah tusukanmu itu?" Gadis cantik itu
menjerit kaget. "Yaa," tusukan itu persis mengenai bahu kirinya
sedalam tiga inci, Darah segar segera bercucuran amat
935 deras. Padahal berbicara dari kehebatan ilmu silat yang
dimilikinya, sekalipun kulancarkan serangan bokongan
pun rasanya sulit untuk melukai dirinya, agaknya dia
memang sengaja membiarkan badannya tertusuk pedang
ku sehingga rasa mendongkolku dapat terlampiaskan"
Tiba-tiba gadis cantik itu mengalihkan sepasang
matanya ke wajah Lim Han- kim kemudian ujarnya
dengan sedih: "Betulkah ayah adalah seorang yang
begitu baik di dunia ini" Aaai, selain ayah, mungkinkah di
dunia ini masih terdapat lelaki baik lainnya?"
Tan Giok-hiong menoleh memandang putrinya
sekejap. kemudian melanjutkan kata-katanya: "setelah
menusuk tubuhnya, entah karena masih menyesal atau
rasa gusarku belum padam, tanpa mengucapkan sepatah
kata pun aku segera berlalu meninggalkan dia...."
Dia menengadah dan menghela napas panjang,
setelah berhenti sejenak terusnya:
"setelah berlarian belasan li jauhnya tiba-tiba aku
merasa bahwa tindakanku ini kelewatan dan tidak
berperasaan, maka aku segera berlari balik untuk
mencarinya, tapi tempat itu amat sepi dan tak
kutemukan sesosok bayangan manusia pun, akhirnya
sambil mengawasi ceceran darah yang menodai
permukaan tanah aku menangis tersedu-sedu."
936 "soal cinta dan soal berbakti merupakan dua hal yang
aneh, manusia mana di dunia ini bisa memahaminya?"
sela Li Tiong-hui pelan- Tan Giok-hiong tersenyum, sambung-nya: "semenjak
peristiwa hari itu, aku selalu berusaha untuk melacak
jejaknya, tapi dunia amat luas ke mana aku harus
mencari jejaknya" Dengan mengorbankan waktu selama
satu tahun aku belum berhasil juga menemukan
jejaknya. Ketika suatu hari aku berkelana ke wilayah Kuiciu
dan berjumpa dengan lima manusia aneh dari Lamthian,
aku terluka oleh racun mereka serta ditawan di
bukit Ai-lau-san. Agaknya lima manusia aneh itu punya maksud yang
jahat, bukan saja mereka enggan membunuhku malahan
luka racunku di obati sampai sembuh, Di saat yang kritis
tiba-tiba dia muncul di sarang kelima manusia aneh itu.
setelah bertarung mati-matian selama sehari semalam
akhirnya kelima manusia aneh itu berhasil dikalahkan dan
aku pun tertolong dari ancaman bahaya...."
"sayang aku tak sempat melihat bagaimana rupa
ayahku itu," sela si nona cantik berbaju hijau itu sambil
menghela napas sedih. Dengan nada pedih Tan Giok-hiong ber-kata: "Nak,
coba perhatikan lukisan yang tergantung di dinding itu,
dialah ayahmu almarhum." serentak para jago berpaling
ke arah yang ditunjuk. di belakang hiolo besar, di antara
937 asap putih yang menyelimuti ruangan, tampak sebuah
lukisan tergantung di atas dinding.
Terdengar gadis cantik itu berseru keras: "lbu, kenapa
tidak kau beritahukan kepadaku sejak dulu" sudah sering
kali aku mendampingi lukisan ayahku, tapi tak pernah
kutahu kalau dia adalah lukisan ayah kandungku...."
Cepat-cepat dia berjalan menghampiri lukisan
tersebut, ujung bajunya segera dikebaskan
membuyarkan asap putih yang menyelimuti seluruh
ruangan, begitu asap buyar maka muncullah lukisan itu
dengan jelas. Lukisan tersebut menggambarkan seorang sastrawan
setengah umur yang berwajah tampan, orang itu duduk
bersila namun mimik mukanya sama-sama memancarkan
penderitaan yang luar biasa, seakan-akan sedang
menahan sakit akibat luka yang parah.
Menyaksikan lukisan ini tiba-tiba satu ingatan melintas
dalam benak Li Bun-yang, pikirnya: "Walaupun lukisan ini
menggambarkan posisi serta gaya yang berbeda, namun
lukisan yang tergantung di sini dan di luar ruangan jelas
berasal dari karya satu orang yang sama, namun beda
sekali dengan tulisan di kedua sisinya... tulisan itu penuh
tenaga dan gaya tulisannya sangat indah, Hal ini
menunjukkan bahwa emosi pelukis itu sedang bergelora
sehingga tanpa disadari gejolak perasaannya terekam
juga dalam tulisan-tulisannya .... "
938 Terdengar nyonya setengah umur itu berkata: "Nak.
lukisan-lukisan itu merupakan pelampiasan emosi
ayahmu menjelang saat ajalnya, setelah menulis dan
melukis hasil-hasil karya tersebut, ia mulai mengobati
lukanya, tapi pada akhirnya karena duka yang
dideritanya terlampau parah dan gejolak emosinya tak
berhasil ditenangkan tiga hari kemudian lukanya
bertambah parah dan menyebabkan ajalnya tiba, itulah
akhir dari kehidupan bahagia kita bertiga...."
setelah menghembuskan napas panjang, lanjutnya:
"Cuma pada waktu itu kau belum dilahirkan sehingga
belum diketahui lelaki atau perempuan Kasihan ayahmu
itu belum sempat melihat bagaimana wajahmu tapi harus
pergi untuk selamanya.... Malahan sebelum ajalnya tiba,
ayahmu masih sempat melampiaskan perasaannya, dia
bilang amat rindu kepadamu. Aaai.. setelah menumpas
lima manusia aneh serta menyelamatkan jiwaku dulu,
kami sempat melewati suatu kehidupan yang riang
gembira, ia membawaku ke suatu tempat dengan
pemandangan alam yang sangat indah.
Lukaku diobati lalu kami hidup berkumpul tak pernah
berpisah kecuali setengah tahun sekali dia turun gunung
membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari kami.
selama tiga tahun hubungan cinta kami makin mendalam
dan masing-masing pihak sudah bertekad tak akan
pernah berpisah lagi, tetapi ayahmu yang tinggi hati itu
belum pernah menyinggung tentang soal perkawinan
939 denganku, sedang aku pun rikuh untuk mengutarakan
masalah ini, maka aku pun beralasan bosan hidup di
tempat yang sepi dengan harapan ia menahanku dengan
ikatan perkawinan" "siapa sangka dia malah berkata sambil tersenyum: "
Kalau memang adik Hiong bosan hidup di tempat yang
sepi, mari kutemani kau turun gunung mencari
kesenangan- Tentu saja jawaban ini membuat aku serba
salah, terpaksa apa yang telah kuutarakan harus
dilaksanakan tiga tahun kemudian kami muncul kembali
dalam dunia persilatan. "Nama besar jago pedang naga sakti kian lama kian
bertambah terkenal, tapi cintaku kepadanya lama
kelamaan berubah jadi benci, akhirnya pada suatu
malam bulan purnama aku meninggalkan dirinya tanpa
pamit...." Tiba-tiba gadis cantik berbaju hijau itu menghela
napas panjang, ujarnya: "Kepergian ibu tanpa pamit
tentu menyedihkan perasaan ayah" Tan Giok-hiong turut
menghela napas panjang. "Meskipun ayahmu berwatak aneh dan suka
menyendiri namun perasaan cintanya amat mendalam.
Kepergian ibu tanpa pamit membuat ia jadi gila saking
gelisahnya...." "Apa" Ayahku jadi gila?"
940 "Benar, ia jadi gila. Dari seorang pemuda perlente
berwajah tampan berubah jadi seorang manusia aneh
berambut awut-awutan dan pakaian tak karuan, ia
mengembara dalam dunia persilatan tanpa tujuan,
semua tempat didatangi dan diobrak abrik, waktu itu
orang-orang yang ternama muncul bersama dengan
kemunculannya, kecuali empek siang masih ada lagi si
Hakim sakti Ciu Huang, si dewa Jinsom Phang Thian-hua
serta beberapa orang lagi.,,."
Pelan-pelan sinar matanya menyapu wajah para jago,
kemudian melanjutkan "Agaknya beberapa orang itu
mempunyai pandangan yang salah terhadap dia, mereka
mencarinya dan beradu pedang...."
sorot matanya kembali melirik siang Lam-ciau sekejap.
lalu terusnya: "Kecuali dia, menurut apa yang kuketahui
dari tiga orang yang mencari dia untuk beradu pedang,
satu persatu berhasil memenuhi harapan mereka...."
"Aaaaai, entah ayah berhasil menang atau kalah
dalam pertarungan itu?" bisik si nona cantik tanpa sadar.
"Tentu saja menang, meskipun aku tidak menyaksikan
sendiri keperkasaannya dalam menghadapi beberapa
orang jago lihai itu, namun ditinjau dari tiadanya orang
yang mengusiknya lagi semenjak peristiwa itu dapat
disimpulkan kalau dialah yang menang."
"Aaaai... sungguh gagah ayahku"
941 "Tidak seorang pun jago persilatan pun di dunia ini
yang sempat menyaksikan jalannya beberapa
pertarungan yang menggetarkan bumi itu, namun
peristiwa tersebut cukup menggemparkan seluruh dunia
persilatan, Tentu saja akupun ikut terkejut oleh kejadian
ini, karena kuatir ia terluka di tangan orang, maka
akupun tergesa-gesa pergi mencarinya. Di tengah jalan
itulah aku bertemu dengan empek siang mu ini...."
"Waktu itu aku sedang diganggu beberapa orang jago
dari rimba hijau, untung siang tayhiap datang menolong
dan menyelamatkan aku dari bahaya maut...."
Ia berpaling dan memandang siang Lam-ciau sekejap
dengan pandangan minta maaf, kemudian terusnya:
"Tapi ketika itu aku hanya menguatirkan keselamatan
Kang Bok hong, Tanpa berucap terima kasih aku segera
pergi meninggalkan dirinya. Akhirnya aku berhasil
menemukan Kang Bok-hong. Meski dia sudah agak
sinting namun masih dapat mengenali diriku...."
sekulum senyuman lembut segera menghiasi
wajahnya, terusnya: "Kali ini akulah yang membantu dia.
Kubawa dia ke tempat yang sepi sekali dan tinggal di
sebuah dusun yang terpencil Kutemani dia dan obati
penyakitnya, seperti diketahui sakit gilanya lantaran aku,
maka dalam perawatan yang teliti tak sampai setengah
tahun kemudian penyakit gilanya telah sembuh sama
sekali, Ketika sakitnya belum sembuh, aku hanya
942 menguatirkan keadaan penyakitnya itu dan tak pernah
memikirkan masalah lain, tapi setelah penyakitnya
sembuh, aku pun jadi teringat akan suatu kejadian yang
sangat aneh." "Apakah lantaran dalam setengah tahun ini tak ada
orang yang mengusik ketenangan kalian di dusun itu?"
sela Li Tiong-hui, "Benar, ketika aku mengajak suamiku datang ke
dusun tersebut secara samar-samar dapat kurasakan
banyak orang ikut menguntit sampai di situ, tapi setelah
menetap di situ malahan tak tampak seorang manusia
pun yang datang menyatroni kami, benar-benar dapat
melewati kehidupan selama setengah tahun itu dengan
tenang...." Ia berpaling memandang putrinya sekejap. kemudian
setelah berhenti sebentar lanjutnya: "Penghidupan
selama setengah tahun itu merupakan saat-saat yang
paling gembira dalam hidupku, ayahmu yang tinggi hati
seratus persen tunduk di bawah keinginanku, singa yang
ganas telah berubah jadi amat jinak."
"ibu, kau memang sangat hebat." puji gadis cantik itu
sambil tertawa, Tan Giok-hiong menghela napas
panjang, kembali lanjutnya: "Setelah dia sembuh dari
sakit gilanya, kami pun segera menikah. setelah hidup
penuh rintangan dan cobaan akhirnya apa yang menjadi
harapan kami pun terkabulkan Bisa dibayangkan betapa
943 gembiranya perasaan hatiku waktu itu. Kang Bok hong
tidak lagi mencampuri urusan dunia persilatan, padahal
dengan nama besarnya yang sudah menggetarkan
seluruh kolong langit, siapa saja menaruh berapa bagian
rasa jeri kepadanya, asal dia tidak mencari orang lain
tentu saja orang pun tak akan datang mencari dirinya."
"Dalam melewati kehidupan kami yang paling gembira
dan bahagia itu, sepanjang hari kami berpesiar ke
tempat-tempat terkenal berpesiar di tempat
berpemandangan indah, Kami tak pernah membicarakan
soal dunia persilatan, Akupun memusatkan perhatian
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Tak nyana kehidupan kami yang berbahagia itu tidak
berlangsung lama, saat aku hamil tiga bulan, tiba-tiba ia
pergi dari dusun itu, Dalam surat yang ditinggalkan, ia
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memberitahu kepadaku hendak mengunjungi seorang
sahabat karibnya. Kepergiannya kali ini paling lama
sepuluh hari tentu sudah balik kembali."
"Meski dia menepati janji dan pulang pada waktunya
namun seluruh tubuhnya sudah terluka parah, Dalam
keadaan itulah ia menulis kata-kata syair ini sambil
bersemedi Aku tahu dia tak ingin mati, ia tak tega
meninggalkan istrinya serta anaknya yang belum lahir, ia
menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya bergulat
melawan maut, tapi akhirnya karena luka yang
dideritanya begitu parah ditambah lagi hawa amarah
944 yang menggelora di dalam dadanya, tak sampai tiga
malam ia mati karena luka yang semakin parah.
sebelum menghembuskan napasnya yang
penghabisan ia minta maaf kepadaku berulang kali
karena tak bisa mendampingi aku sampai tua nanti Dia
pun minta aku memutuskan sendiri masa depanku
selanjutnya, jangan sampai terbeban karena nama atau
adat, Aku sudah terlalu banyak berhutang kepadanya,
mana mungkin aku bisa menghianati cintanya itu"
Betul dia suruh aku mencari pasangan hidup lagi,
namun dari ucapannya ini menandakan betapa
mendalamnya dia cinta kepadaku, betapa besarnya jiwa
dia... tapi beberapa patah kata itu justru bagaikan
sebilah pisau tajam yang menghunjam ke ulu hatiku...."
Li Tiong-hui menghela napas panjang, selanya: "Kang
Locianpwee benar-benar seorang yang cerdas dan
berjiwa besar, kebesaran jiwanya ini sukar ditandingi
siapa pun...." Terdengar Tan Giok-hiong melanjutkan kata-katanya:
"Waktu itu aku mendongkol bercampur gelisah, tanpa
sadar aku pun mengucapkan sumpah berat, Aku
bersumpah apabila dalam hidupku berikut sampai jatuh
hati lagi kepada orang lain, biar aku sakit parah selama
hidup dan tak bisa mati dengan tenang."
945 Mendengar kata-kata tersebut para jago merasa
terkesiap. pikir mereka tanpa sadar: "Jangan-jangan dia
termakan oleh sumpah sendiri..."
Tentu saja ingatan tersebut hanya melintas di dalam
benak setiap orang, siapa pun segan mengutarakannya
keluar. Kembali Tan Giok-hiong meneruskan kata-katanya: "Di
saat sumpah berat itu meluncur ke luar dari mulutku, dia
putus napas dan pergi untuk selamanya, Kejadian itu
benar-benar membuat hatiku hancur dan pedih sekali,
Aku menangis empat hari empat malam tanpa berhenti,
sampai air mataku berubah jadi cucuran darah...."
Mendadak ia berpaling memandang putrinya sekejap.
setelah itu lanjutnya: "Coba aku bukan lagi mengandung
kau, aku benar-benar tidak memiliki keberanian untuk
melanjutkan hidup seorang diri, Terbayang aku sedang
mengandung darah dagingnya, terpaksa aku harus
menahan rasa sedih dan perasaan hancur luluh ini untuk
melanjutkan hidup dan mengubur jenasahnya.
"Setelah mengebumikanjenasah suamiku ini, akupun
mencari sebuah tempat sepi dekat dusun tersebut untuk
menetap. Bertahun-tahun lamanya aku hidup
mendampingi kuburannya, Rencanaku waktu itu setelah
melahirkan anak. aku putuskan tak akan mewariskan
ilmu silat kepadanya, Aku ingin anakku belajar sastra
atau mungkin jadi seorang petani biasa, aku tak ingin
946 anakku terlibat lagi dalam semua persoalan dan masalah
dalam dunia persilatan sehingga mengikuti jejak
suamiku. . . . " Bicara sampai di sini ia berhenti sejenak. dengan sorot
matanya yang sayu ditatapnya wajah beberapa orang itu
sekejap. kemudian sambungnya: "Tapi sayang
perhitungan manusia tak bisa mengungguli keinginan
takdir, selama berapa bulan aku tinggal di gubuk itu
tanpa kejadian sesuatu, apa pun, kesedihan dan
kepedihan telah melumatkan semangatku tapijuga
semakin mengukuhkan niatku untuk menemani kuburan
suamiku selamanya." "Malam itu hujan badai sedang berlangsung, tiba-tiba
aku merasa perutku sakit sekali seperti diremas-remas,
Bayangkan saja bagaimana keadaanku waktu itu,
seorang nyonya tanpa pengalaman yang hidup
memencilkan diri di tengah hutan, di tengah hujan badai
yang amat deras dan baru saja tertimpa kemalangan
tiba-tiba harus melahirkan-.. tapi aku sama sekali tak
takut, gentar pun tidak, Kurang lebih menjelang tengah
malam, akhirnya lahirlah anak Hong."
Kembali Li Tiong-hui menghela napas panjang, pujinya
dengan sedih: "Locianpwee, hatimu keras bagaikan baja,
aku benar-benar kagum akan kehebatan dan
ketegaranmu." 947 Tan Giok-hiong tertawa pedih, lanjutnya: "Pada saat
sepuluh hari setelah aku melahirkan anak Hong, malam
itu tiba-tiba di muka gubukku kedatangan enam-tujuh
orang asing, Dandanan orang-orang itu beraneka ragam,
ada pendeta, ada rahib ada pula manusia biasa. Mereka
berkoar ingin membuat perhitungan dengan suamiku
almarhum, Dasar watakku tinggi hati, meskipun belum
lama melahirkan, aku tak sudi dihina orang seenaknya.
Tanpa perduli kesehatanku masih lemah, aku pun cabut
pedangku dan bertarung mati-matian melawan mereka."
"Entah siapa di antara pengeroyokku itu, dalam
pertarungan sengit yang sedang berlangsung tiba-tiba ia
lepaskan senjata rahasia beracun yang persis melukai
tubuhku, Di saat jiwaku terancam bahaya maut inilah
siang Lam-ciau muncul tepat pada waktunya."
"Dengan mengandalkan sepasang telapak tangannya
dia babat semua pengeroyok itu hingga tumpas,
walaupun ia berhasil menolongku tapi karena terlalu
lemah, begitu melihat para musuhku telah tumpas,
tenagaku juga ikut buyar aku pun jatuh pingsan...."
"Kasihan benar nasibmu ibu..."jerit gadis cantik itu
tiba-tiba. Air mata pun jatuh bercucuran membasahi
pipinya. Dengan penuh kasih sayang nyonya itu membelai
rambut putrinya, katanya lembut: " jangan menangis
948 anak Hong, aku masih ada banyak perkataan yang harus
disampaikan aku tak punya banyak waktu lagi...."
Ia menghembuskan napas panjang, lalu lanjutnya:
"Ketika sadar kembali dari pingsanku, aku temukan
tubuhku sudah berbaring di atas pembaringan,
sementara putriku yang bernasib jelek itu sedang tidur
nyenyak di sisiku, Kamar itu kosong kecuali cahaya
lentera yang redup, aku tidak melihat bayangan siang
Lam-ciau yang telah menyelamatkan kami itu...."
"Kenapa" Apakah empek Siang telah pergi?" tanya
gadis cantik itu sambil memandang Siang Lam-ciau
sekejap. "Empek Siang adalah seorang lelaki sejati yang
berjiwa besar, Setelah menyelamatkan ibu, ia segera
bersembunyi di luar rumah, tapi di saat aku berusaha
meronta bangun, tiba-tiba saja ia muncul lagi di muka
pintu dan menasehati aku agar jangan sembarangan
bergerak. Dia bilang aku sudah terkena senjata rahasia
yang sangat beracun dan butuh pil penawar racun dari si
Dewa jinsom Phang Thian-hua untuk memunahkannya,
ia minta aku beristirahat saja di situ sementara dia akan
berangkat mencari Phang Thian-hua untuk memperoleh
pil tersebut. Sebelum pergi dia pun meninggalkan sebotol pil
mustika yang harus kuminum sebutir setiap dua belas
jam untuk memperiambat daya kerja racun itu."
949 "lbu, kenapa sih empek siang bersikap begitu baik
kepadamu?" Tiba-tiba gadis cantik itu menyela, Tan
Giok-hiong tidak menyangka putrinya akan mengajukan
pertanyaan seperti ini, untuk berapa saat lamanya ia jadi
tertegun dan tak tahu apa yang mesti diucapkan-
Bagi para jago, tentu saja jawabnya sudah jelas dan
gamblang, namun siapa saja merasa rikuh untuk ikut
menimbrung, maka untuk berapa saat suasana dalam
ruang itu jadi sepi. Tan Giok-hiong berpaling memandang Siang Lam-ciau
sekejap^ lalu pikirnya: "Sesungguhnya dia adalah
seorang pendekar besar yang ternama. justru gara-gara
ingin melindungi kami berdualah menyebabkan ia
memperoleh akhir seperti ini. Budi kebaikannya terhadap
kami berdua lebih tinggi daripada gunung, semisalnya dia
melamarku, mungkin susah bagiku untuk menampik
pinangannya, tapi ia berhasil mengubah rasa cinta
kasihnya yang begitu mendalam menjadi rasa kasih yang
luar biasa terhadap kami berdua.
Delapan belas tahun lamanya dia melindungi
keselamatan jiwaku, bila aku bisa memanfaatkan
kesempatan ini untuk mengutarakan rasa cintaku yang
mendalam kepadanya, paling tidak pelampiasan
perasaanku ini bisa menjadi pelipur lara baginya..."
Berkata sampai di situ, pelan-pelan dia melanjutkan:
"sebab empek Siang amat cinta kepadaku, demi kita
950 berdua ia rela memendam nama besarnya, mengubur
karier dan masa depannya dan melindungi kita selama
delapan belas tahun, Ketahuilah kita berdua bisa hidup
hingga hari ini tak lain semuanya ini berkat pemberian
dan kasih sayang empek siang terhadap kita berdua."
Meskipun para jago sudah memahami perasaan
hatinya, namun siapa pun tidak menyangka kalau dia
begitu berani mengutarakan perasaan hatinya di
hadapan orang banyak. Kalau kejadian itu berlangsung
jaman sekarang, mungkin hal ini tidak mengherankan,
tapi jaman dulu segalanya masih tabu, apalagi seorang
wanita mengutarakan isi hatinya di depan orang banyak.
boleh dibilang peristiwa semacam ini langka sekali,
Terdengar Tan Giok-hiong melanjutkan kembali katakatanya:
"Meskipun empek siang menaruh perasaan
cinta kepadaku, tapi ia adalah seorang lelaki yang gagah.
selama delapan belas tahun belum pernah dia ucapkan
sepatah kata cinta pun kepadaku atau melakukan suatu
perbuatan serta tindakan yang melanggar sopan santun,
Hubungan kami tetap suci bersih, kami tak pernah
melanggar etika kesopanan.
Aku cinta ayahmu tapi juga amat mencintai empek
Siang mu yang berhati tulus itu, dengan kesucian
badanku serta kasih sayang yang mendalam selama
delapan belas tahun aku bayar cinta kasih ayahmu dulu,
tapi selama ini justru menyia-nyiakan kasih sayang
951 empek siang kepadaku, Moga-moga saja dalam
penitisanku mendatang bila aku dilahirkan sebagai
seorang gadis lagi, aku bersedia kawin dengan empek
Siangmu untuk membayar budinya selama ini.
Sekali pun orang di seluruh dunia akan memakiku
sebagai perempuan jalang, tapi aku berani berhadapan
dengan siapa pun karena aku anggap perbuatanku
selama ini bersih." Tiba-tiba gadis cantik itu menjerit keras lalu menubruk
ke dalam pelukan ibunya dan menangis tersedu-sedu,
sementara Li Tiong-hui dengan wajah serius berkata:
"Kebesaran jiwa locianpwee jarang dijumpai, aku benarbenar
kagum sekali kepadamu."
Sambil membelai putrinya yang masih menangis
tersedu, Tan Giok-hiong menyahut seraya menghela
napas: "Nona Li tak usah memuji aku..."
Kemudian sambil memandang putrinya dan menepuk
bahunya dia menghibur: "jangan menangis lagi, Nak.
Ayahmu almarhum adalah seorang berhati keras, Selama
hidup ia tak pernah melelehkan air mata, sebagai
putrinya kau harus menuruni watak ayahmu itu, hati
harus sekeras baja..."
Gadis cantik itu segera menyeka air matanya dan
benar-benar berhenti menangis, setelah pejamkan
matanya Tan Giok-hiong berkisah lagi: "sesuai dengan
952 pesan empek siang mu itu, setiap dua belas jam aku
menelan sebutir pil pemberiannya. Benar juga, di saat
aku menghabiskan pil terakhir yang ditinggalkan ia telah
muncul kembali di rumah. Kalau dilihat dari wajahnya
yang lelah dan bajunya yang kotor, jelas ia baru saja
menempuh perjalanan jauh serta melangsungkan
pertarungan sengit, tapi ia benar-benar berhasil
membawa pulang pil pemunah racun hasil ramuan si
Dewa jinsom Phang Thian-hua. Berkat pil penawar racun
itulah racun di tubuhku berhasil dipunahkan dan
selamatlah jiwaku." Kisah ini penuh darah dan air mata, para jago merasa
perasaannya tercekam sehingga semuanya
memperhatikan dengan seksama. Terdengar Tan Giokhiong
melanjutkan kisahnya: "selama hamil dan sedih
karena matinya suamiku, aku belum pernah beristirahat
sehari pun dengan tenang, Di-tambah lagi aku terlibat
dalam pertarungan sengit yang mengakibatkan luka
parah, kendatipun racun yang bersarang di tubuhku
berhasil dipunahkan pil penawar racun ramuan Phang
Thian-hua, tapi akibatnya aku mendapat serangan
penyakit lain yang parah.
Mungkin jika penyakit itu diobati waktu itu aku masih
punya harapan untuk sembuh, tapi rasa ingin menangku
membuat aku mengira dengan andalkan ilmu silatku
waktu itu masih mampu melawan sakitku, Akhirnya tiga
tahun tertunda tanpa pengobatan, jadilah penyakit itu
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
953 penyakit maut yang mematikan. Dalam keadaan begini
biar ada tabib lihai pun sulit rasanya untuk mengobati
sakitku ini." "Selama tiga tahun aku melakukan penyelidikan secara
diam-diam atas mereka yang berkomplot membokong
kami malam itu, ternyata yang terlibat dalam komplotan
tersebut mencakup partai siau-lim dan Bu-tong sebagai
dua partai besar. Kenyataan ini membuat hatiku amat murka, aku
bertekad menggunakan sisa hidupku untuk menciptakan
badai pembunuhan paling keji dalam dunia persilatan
Pada saat inilah secara kebetulan aku bertemu dengan
ketua Hian-hong-kau, yaitu Ui-sik tojin."
" Walaupun waktu itu aku sudah menderita penyakit
maut yang tak tersembuhkan lagi, namun dengan
andalkan ilmu silatku, aku berhasil menghambat daya
kerja penyakitku" "Sebetulnya Ui-sik tojin adalah teman kami suami istri
berdua dulu, Ketika dia tahu aku telah kehilangan suami,
tiba-tiba muncul niat jahatnya untuk memperkosa aku.
Kebetulan waktu itu saudara siang sedang pergi karena
ada urusan, hidung kerbau itu menggunakan alasan
hendak menghilangkan kangen denganku karena sudah
lama tak bertemu, ia tinggal di rumah kami, saat itulah
dia bercerita kepadaku bagaimana membawa
954 perkumpulan Hian-hong-kau nya melebarkan sayap
sampai di utara dan selatan sungai besar...."
Ia menghela napas panjang, setelah berhenti sejenak
untuk tukar napas, kembali terusnya: " Untuk menarik
simpatiku waktu itu dia telah membocorkan rahasia
partai- nya. selain itu dia pun memberitahu kepadaku
bagaimana caranya mengendalikan anak buahnya. saat
itu aku sedang marah dan penuh rasa dendam setelah
mendengar penuturannya diam-diam timbul niatku untuk
merebut kedudukan sebagai ketua partai tersebut."
Han si-kong yang selama ini membungkam, tiba-tiba
ikut menimbrung: "sebetulnya Ui-sik tojin adalah seorang
perampok ulung yang cukup termashur dalam dunia
persilatan. Dia pandai menggunakan berbagai macam
obat pemabuk dan sudah banyak melakukan kejahatan,
sudah sepantasnya nyonya membunuhnya untuk
melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan,"
Tan Giak-hiong tersenyum.
"Seandainya kubunuh Ui-sik tojin dengan begitu saja,
perkumpulan Hian-hong-kau mustahil bisa sejaya saat
ini. sudah barang tentu aku pun tak nanti bisa jadi ketua
partai ini. Ketika kulihat daftar anggota perkumpulannya
meski bukan terdiri dari jago-jago tangguh, namun
susunan organisasi mereka sangat rapi, sistem
pengendalian anggotanya juga hebat, dalam keadaan
955 penuh rasa dendam dan balas dendam, sodoran ini
benar-benar merupakan pancingan yang luar biasa."
"Aku cinta suamiku tapi telah kehilangan dia. Di saat
hamil aku pun mendapat serangan yang tak
berperasaan, hatiku waktu itu penuh diliputi rasa benci
dan dendam. Aku ingin balas dendam dan ingin
menciptakan badaupembunuhan paling brutal dalam
dunia persilatan, padahal Ui-sik tojin adalah manusia
yang kubutuhkan tenaga-nya, buat apa aku mesti
membunuhnya?" "Dengan hati sejahat ular berbisa aku bohongi dia
dengan aneka janji sehingga ia mati-matian percaya
kepadaku, mengajakku mengunjungi semua kantor
cabangnya di pelbagai wilayah, cuma waktu itu Hianhong-
kau baru saja tancapkan kaki di daratan Tionggoan,
kekuatan dan pengaruhnya belum besar, kantor cabang
paling besar waktu itu adalah pesanggrahan Tho-hoakit."
"Waktu itu aku sudah bertekad hendak merampas
kedudukan ketua Hian-hong-kau dari tangannya, maka
aku bohongi dia habis-habisan. Aku suruh dia buatkan
sebuah topeng tembaga untukku dan mengajakku ke
mana-mana sambil memperkenalkan kepada anggotanya
bahwa akulah ketua Hian-hong-kau yang sesungguhnya."
" Waktu itu dia sudah percaya penuh kalau aku bakal
kawin dengannya, maka semua permintaanku
956 dikabulkan, selangkah demi selangkah aku mencapai
kesuksesan sebaliknya dia pun selangkah demi selangkah
berjalan menuju kekematiannya."
"Di kala aku berhasil menguasai semua rahasia
partainya, jarak hari yang kujanjikan untuk menikahinya
tinggal dua hari lagi, Waktu itu ia sedang pusatkan
perhatiannya untuk mempersiapkan perkawinan, sedang
aku pun pusatkan perhatian untuk mempersiapkan
kematiannya, meski hatiku penuh diliputi rasa dendam
dan benci, bukan berarti aku sudah kehilangan semua
perasaanku Bila membayangkan kembali sikapnya
kepadaku selama ini, ternyata aku tak tega untuk turun
tangan." "Ibu, jadi kau telah mengampuni jiwanya?" tanya
gadis cantik itu ingin tahu.
"Tidak. setelah melalui berapa kali pemikiran dan
pertimbangan akhirnya aku tetap membunuhnya, Aku
pun jadi ketua Hian-hong-kau yang sebenarnya dengan
bantuan empek siang serta ilmu pelet yang ditinggalkan
Ui-sik tojin, sepuluh tahun perjuanganku dengan susah
payah akhirnya berhasil membangun partai Hian-hongkau
sehebat dan sejaya saat ini...."
Pelan-pelan dia alihkan sinar matanya ke wajah Li
Tiong-hui, kemudian ujarnya: "Nona Li, bukan aku
sengaja bicara besar, Dengan kekuatan dan pengaruh
Hian-hong-kau saat ini, kemampuan kami sama sekali
957 tidak berada di bawah kekuatan sembilan partai besar
Dalam kotak besi itu tercantum secara jelas daftar nama
anggota partai, peraturan partai, nama-nama para ketua
cabang serta sebab musabab kesediaan mereka jual
nyawa untuk partai Hian-hong-kau. Aku percaya dengan
kepintaran nona Li dalam sekali baca saja sudah
memahaminya .... " Setelah menghembuskan napas panjang kembali dia
melanjutkan: "Sesungguhnya kekuatan ini merupakan
sebuah kekuatan maha dahsyat yang beraliran sesat.
Maksudku mewariskan jabatan ketua kepada nona tak
lain berharap dengan andalkan kecerdasan nona, kau
bisa mengubah daya kekuatan yang jahat dan sesat ini
menjadi aliran lurus yang benar."
Waktu itu, paras muka perempuan ini telah berubah
jadi merah bercahaya, matanya bersinar-sinar dan
kelihatan segar sekali, tanda-tanda sakitnya boleh
dibilang sudah lenyap sama sekali, Diam-diam Li Tionghui
menghela napas panjang, ia tahu obat racun yang
ditelan perempuan tersebut sudah mulai beraksi, inilah
saat indahnya matahari di saat menjelang datangnya
senja, sejenak lagi cahaya itu pasti lenyap berganti
dengan kegelapan. Maka sambil membungkukkan badan
memberi hormat, katanya: "Locianpwee tak usah kuatir, setelah aku bersedia
menerima jabatan itu tentu akan kulaksanakan tugas ini
958 dengan sebaik-baiknya, Cuma saja aku tak berani
menjamin bisa mewujudkan apa yang lo-cianpwee citacitakan
itu...." "Kepintaran nona Li tiada tandingannya di kolong
langit, asal kau bersedia melakukan dengan sungguh
hati, aku percaya usahamu tak mungkin gagal..."
"Locianpwee terlalu memuji."
Tiba-tiba dua tetes air mata jatuh bercucuran
membasahi pipi Tan Giok-hiong, tanpa berbicara lagi ia
peluk putrinya erat-erat. Tampaknya ia sudah mulai
merasakan adanya perubahan dalam isi perutnya, itu
berarti daya kerja obat yang menopang kehidupannya
sudah mulai luntur dan berkurang kasiatnya, sekali dia
roboh maka keadaannya ibarat lentera yang kehabisan
minyak. tak seorang manusia pun di dunia ini yang dapat
memperpanjang usianya lagi.
Berhadapan dengan maut yang setiap saat akan tiba,
dia merasa masih ada banyak persoalan yang hendak
disampaikan kepada putrinya, tapi dia tak tahu harus
mulai dari mana, sehingga untuk berapa saat lamanya
dia membungkam diri sampai lama kemudian ia baru
berkata: "Anak Hong, sepeninggal ibu kau harus
menuruti semua perkataan empek siangmu, ia sangat
mencintai kita berdua, kita pun hutang budi kepa-danya,
kau tak boleh membuat dia marah...."
959 Mendadak ia menengadah lalu roboh ke belakang,
cepat-cepat Li Tiong-hui menyambar urat nadi pada
pergelangan tangan Tan Giok-hiong, serunya tertahan:
"Locianpwee..."
Hawa murninya segera disalurkan ke luar, segulung
hawa panas dengan cepat mengalir masuk ke dalam
tubuh perempuan itu. "Nona Li...." bisik Tan Giok-hiong lirih. "Rawatlah
anakku baik-baik, dia... dia belum tahu urusan."
Bicara sampai di situ ia sudah tak tahan lagi, matanya
dipejamkan dan napas penghabisan pun dihembuskan.
"lbu.,." Perempuan cantik itu menjerit histeris, lalu
sambil menubruk tubuh ibunya dia menangis tersedusedu.
Pelan-pelan Li Tiong-hui melepaskan genggamannya
pada pergelangan tangan kiri Tan Giok-hiong, sambil
menghela napas sedih bisiknya: "Begitu cepat daya kerja
obat itu berlalu, benar-benar di luar dugaanku...."
"la sudah menderita sakit delapan belas tahun
lamanya," sela Siang Lam-ciau serius. "Kekuatan
hidupnya ibarat api yang hampir padam, mana mungkin
ia bisa bertahan lebih lama?"
Di atas kerutan wajah orang tua ini terlintas
keseriusan yang luar biasa, ia tidak melelehkan air mata,
960 tapi kesedihan yang luar biasa jelas tertanam di balik
perasaan hatinya. Sementara itu, si nona cantik tersebut
sudah menangis mati hidup. isak tangis yang begitu
memedihkan hati membuat suasana dalam ruangan itu
terasa begitu suram dan berat.
Li Tiong-hui menghela napas sedih, bisiknya: "orang
yang telah mati tak mungkin hidup kembali, Siang
locianpwee, bujuklah nona Kang agar jangan menangis
lagi." Siang Lam-ciau segera ayunkan tangannya menotok
jalan darah gadis cantik itu, kemudian ujarnya dengan
suara rendah dan berat: "Nona Li sudah menjadi ketua
Hian-hong-kau, dalam urusan kematian ini harap kau
berikan usul dan keputusan, Aku tak tega menyaksikan
kepergiannya, untuk sementara waktu aku ingin
mengajak anak Hong menghindari tempat ini selama tiga
hari. Tiga hari kemudian aku pasti datang menunggu
perintah dan berbakti selama tiga tahun kepadamu...."
Sesudah berhenti sejenak, kembali lanjutnya: "Tapi
aku perlu beritahu lebih dulu, selama hidup aku hidup
bebas tanpa ikatan sebelum akhirnya terbelenggu oleh
cinta yang mengakibatkan aku mengalami nasib begini di
hari tua, maka dalam tiga tahun masa baktiku
kepadamu, aku hanya mau menuruti perintahmu dalam
menghadapi musuh, sedang masalah perkumpulan aku
tak mau tahu.." 961 " kalau cuma urusan kecil tentu saja aku tak akan
mengganggu ketenangan Locian-pwee, jadi dalam hal ini
locianpwee tak usah kuatir."
"Kalau begitu, urusan penguburan kuserahkan
kepadamu, maaf aku harus berangkat lebih dulu,"
Selesai berkata dia gendong gadis cantik itu dan
berlalu dari sana, Dalam waktu singkat bayangan
tubuhnya sudah lenyap dari pandangan, sepeninggal
siang Lam-ciau, dengan kening berkerut Han si-kong
segera berkata: "Biar aku pergi mencari peti mati dulu
untuk mempersiapkan layonnya"
"Kalau dugaanku tak meleset, semestinya ia sudah
mempersiapkan segala sesuatunya," sahut Li Tiong-hui.
Bicara sampai di situ ia segera menyingkap tirai dan
masuk ke ruang belakang, Perabot dalam ruang belakang
sangat sederhana, kecuali sebuah pembaringan kayu
hanya terdapat meja dan bangku,
Dengan cepat Li Tiong-hui membuka kotak besinya,
benar juga pada lapisan teratas terdapat sepucuk surat,
surat itu berbunyi demikian: "Di bawah pembaringan
kayu terdapat peti mati batu. Dalam peti terdapat dua
potong batu dingin berusia seribu tahun. Asal peti batu
ditutup rapat maka jenasah akan tetap utuh. Berita
kematianku harap dirahasiakan danjangan sampai bocor
keluar." 962 Surat itu ditulis sangat rapi, jelas tulisan dari Tan Giokhiong
yang telah dipersiapkan sejak lama dan disimpan
dalam kotak besi itu, Di bawah tumpukan surat terdapat
sejilid kitab bersampul putih, pada sampul itu tertuliskan:
" Kitab Rahasia ilmu Pedang dan pukulan dari Kang Bok
hong." Tapi di sisinya tertera dua baris huruf kecil yang
berbunyi: " orang sakti selalu muncul di permukaan
bumi. Dunia persilatan tak pernah ada orang nomor
satu." Di bawah kitab tersebut terdapat lagi sebuah kitab
bersampul kuning, pada sampulnya tertera empat huruf
besar yang berbunyi: "Kitab suci Hian-hong."
Di sisinya terdapat juga dua baris tulisan kecil yang
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berbunyi: "Kitab tak boleh dilihat empat mata, Hukum tak boleh
diwariskan enam telinga."
"Siapa berani melanggar pantangan ini, pasti
mengalami nasib tragis. Ingat ..Ingat."
Li Tiong-hui menghela napas panjang, disimpannya
kembali kitab-kitab itu dan ditutupnya kembali kotak besi
itu, kemudian ia menggeser pembaringan kayu. Benar
juga di bawah pembaringan itu terdapat sebuah peti mati
batu. Ketika dibuka penutupnya segera berhembus ke
963 luar hawa dingin yang menusuk tulang, ia segera keluar
dari ruangan itu, membopong jenasa h Tan Giok-hiong
dan membaringkannya ke dalam peti mati batu itu.
Setelah menutup rapat peti itu, ia geser kembali
pembaringan kayu di atasnya dan mulai berdoa: "Locianpwee,
beristirahatlah dengan tenang, Aku pasti akan
menggunakan segenap kemampuan yang kumiliki untuk
menyelesaikan harapanmu dan membawa kekuatan
sesat Hian-hong-kau kembali kejalan yang benar. Apabila
usahaku berhasil, perkumpulan Hian-hong kau pasti
kububarkan dan kitab suci Hian-hong kubakar lumat
hingga tak menjadi bibit bencana bagi dunia
persilatan...." Selesai berdoa, pelan-pelan ia tinggalkan ruangan itu,
BAB 29. Gadis Aneh Di Loteng para orang-
Gagah Tiba-tiba Han si-kong menghela napas panjang sambil
berkata: " Kembali aku saksikan sebuah peristiwa tragis
dunia persilatan, aaai... sampai kapan dunia persilatan
bisa terbebas dari semua masalah budi dan dendam..?"
Dengan sorot mata yang berkilat Li Tiong-hul
menyapu Han si-kong sekalian sekejap. kemudian
ujarnya: "sekarang aku telah menjabat sebagian ketua
964 Hian-hong-kau gara-gara dukungan dari kalian semua,
Pesan akhir nyonya Kang sebelum ajalnya juga telah
kalian dengar, Kekuatan sesat yang dimiliki perkumpulan
Hian-hong-kau saat ini sudah cukup mampu untuk
menandingi kekuatan sembilan partai besar. Meskipun
kenyataannya belum tentu demikian, aku percaya
selisihnya pun tak jauh, padahal situasi dalam dunia
persilatan saat ini sangat kacau.
Apabila kita bisa manfaatkan kekuatan yang maha
dahsyat ini untuk mewujudkan kesejahteraan orang
banyak. maka keberhasilannya tentu jauh melebihi
kekuatan gabungan kita beberapa orang."
"Menurut penilaian aku si monyet tua, dari beberapa
orang tokoh sakti dunia persilatan dewasa ini, si Datuk
sepuluh penjuru siang Lam-ciau terhitung menempati
urutan pertama, sekarang dia membantu di pihakmu,
ditambah pula dengan kecerdasan nona yang tiada
taranya, aku percaya tak sulit bagi kalian untuk
mencokolkan diri menjadi satu kekuatan baru di luar
sembilan partai besar."
Mencorong sinar tajam dari mata Li Tiong-hui setelah
mendengar perkataan itu, kembali dia memandang Lim Han-kim sekejap. lalu
katanya: "orang sakti selalu muncul di permukaan bumi,
dunia persilatan tak pernah ada orang nomor satu.
Aaai,., Aku hanya seorang gadis biasa, bagaimana
965 mungkin bisa bergelut untuk selamanya dalam
percaturan dunia persilatan" Apabila harapan nyonya
Kang sudah terpenuhi, aku pun ingin mengundurkan diri
dari keramaian dunia dan tak pernah muncul kembali
dalam keruwetan dunia persilatan-"
"Dunia persilatan tak pernah ada orang nomor satu...."
gumam Han si-kong lirih. "Benar," sela Li Bun-yang, "sejak dulu sampai
sekarang, jago lihai yang bermunculan dalam dunia
persilatan mencapai ribuan orang, siapa yang sanggup
mempertahankan gelar orang nomor satu dari dunia
persilatan-...?" Lim Han-kim yang selama ini hanya duduk
membungkam, tiba-tiba melompat bangun pada saat itu
sambil serunya: "Nona Li, kuucapkan selamat kepadamu
atas keberhasilan nona menjadi ketua Hian-hong-kau...."
"Hmmm Tak usah memuji," tukas Li Tiong-hui sambil
mendengus dingin Lim Han-kim segera menangkap nada
permusuhan di balik ucapan gadis itu, untuk sesaat dia
tertegun, tapi kemudian katanya lagi: "Seharusnya aku
tinggal di sini untuk membantu kalian selama beberapa
hari, tapi berhubungan aku menguatirkan keselamatan
adikku sehingga terpaksa harus berangkat sekarang
juga guna melacak jejaknya. Maaf, terpaksa aku harus
mohon diri lebih dulu."
966 Selesai berkata sebera memberi hormat dan
meninggalkan tempat itu dengan langkah lebar.
Paras Li Tiong-hui berubah hebat secara tiba-tiba, dia
seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi niat tersebut
kemudian diurungkan Buru-buru Han si-kong berseru:
"Lote, harap tunggu sebentar, kau tidak punya
pengalaman sama sekali dalam dunia persilatan
bagaimana mungkin bisa berjalan seorang diri, biar aku
temani kau." "Tidak usah," tampik Lim Han-kim. " Lebih baik
Locianpwee tetap tinggal di sini membantu nona Li,
apalagi dia baru menjabat ketua, pasti banyak urusan
yang harus diselesaikan olehnya, dalam kerepotan ini
tenaga bantuan locianpwee amat diperlukan...."
"Urusan Hiang-hong-kau tak perlu Lim siangkong
kuatirkan, aku bisa selesaikan sendiri" potong Li Tionghui
ketus, Pada saat ini, bukan cuma Li Bun-yang saja
yang melihat gejala kurang beres, bahkan Han si-kong
sendiri pun dapat merasakan bahwa Li Tiong-hui
mempunyai pandangan yang kurang simpatik terhadap
Lim Han-kim dan berusaha membuat malu anak muda
itu. Dia mencoba berpikir untuk mencari tahu sebab
musababnya tapi tak pernah berhasil, kemudian ia juga
teringat kesanggupannya untuk berbakti kepada Hianhong-
kau, meski belum secara resmi masuk jadi anggota,
967 tapi sebagai seorang lelaki sejati apa yang telah
diucapkan tak boleh disesali maka terpaksa dia
membungkam diri dan mundur ke samping.
Terdengar Li Tiong-hui berkata lebih lanjut: "Sejak
hari ini untuk sementara waktu Hian-hong-kau akan
melakukan hari berkabung bagi kematian ketua lama,
jadi semua gerakan akan ditunda sampai satu bulan
mendatang, Apabila locianpwee ingin pergi, pergilah
mengikuti dia" Mendengar ucapan itu, Han si-kong segera, menjura
seraya menyahut: "Berhasil atau tidak menemukan
saudara cilik itu, tiga bulan kemudian Han si-kong pasti
akan datang ke mari menunggu perintah."
"Tidak usah, Tiga bulan kemudian aku juga tak tahu di
mana kau berada, pun tidak diketahui masih hidup atau
mati, bila membutuhkan bantuanmu aku tentu akan
mengirim orang untuk mengundang."
"Apabila ada perintah, aku si monyet tua pasti tak
akan menampik," seketika dia sengaja memberi hormat
dan melangkah ke luar dari ruangan itu.
"Locianpwee terlalu serius," balas Li Tiong-hui sambil
tertawa, Ketika sorot matanya dialihkan ke wajah Lim
Han-kim, tiba-tiba saja senyum di wajahnya lenyap tak
berbekas, sikapnya terhadap orang lain selalu ramah
tamah, senyum dikulum dan ucapannya merendah,
968 hanya terhadap Lim Han-kim seorang sikapnya begitu
dingin, ketus dan bermusuhan, seakan-akan antara
mereka berdua terdapat ikatan permusuhan yang amat
mendalam. Li Bun-yang segera berkerut kening, cepat-cepat dia
meninggalkan ruangan dan mengantar kepergian kedua
orang rekannya itu, Mereka bertiga berjalan dengan
langkah pelan dan bungkam seribu bahasa, sikap
permusuhan Li Tiong-hui terhadap Lim Han-kim
tampaknya telah menciptakan jurang pemisah yang
sangat dalam antara Li Bun-yang dengan Lim Han-kim.
Waktu itu kentongan kelima sudah menjelang tiba,
angin malam terasa berhembus kencang, rembulan dan
bintang tak tampak di langit sehingga suasana terasa
gelap gulita. Tiba-tiba Lim Han-kim menghentikan langkahnya,
sambil membalikkan badan ujarnya: "saudara Li silahkan
balik, aku mohon diri sampai di sini saja."
Li Bun-yang sebera melangkah ke muka, sambil
menggenggam tangan kanan Lim Han-kim erat-erat
katanya: "saudara Lim, meskipun kepintaran adikku jauh
melebihi diriku yang menjadi kakaknya, namun
bagaimanapun juga ia tetap seorang wanita yang
berbeda jauh sikap maupun sifatnya daripada kita
sebagai kaum pria, tak heran kalau jiwanya agak kerdil
dan cupat pikiran. Apabila ia sudah menyinggung
969 perasaan saudara Lim, tolong pandanglah di wajahku,
tak usah melayani dirinya...." . Lim Han-kim tersenyum,
"Saudara Li terlalu banyak pikiran, mungkin memang
sikapku yang kurang berkenan di hatinya sehingga
adikmu marah kepadaku."
Li Bun-yang menghela napas panjang, katanya setelah
termenung beberapa saat: "sebenarnya aku ingin
mengikuti dirimu pergi melacak jejak adikmu, tapi
sekarang adikku baru menjabat ketua Hian-hong-kau,
segala sesuatunya tentu masih asing baginya, Untuk
membantu kelancaran tugas barunya ini mau tak mau
aku harus tetap tinggal di sini untuk membantunya,
pokoknya kalau urusan di sini sudah beres, aku pasti
akan menyusul kalian dan bergabung lagi untuk melacak
jejak adikmu itu." "Saudara Li tak perlu sungkan-sungkan, aku rasa
dengan adanya Han locianpwee yang menemani
perjalananku ini, segala sesuatunya tentu bisa kami
atasi...." Han si-kong yang ada di samping mereka kontan
tertawa terbahak-bahak. sambungnya pula: "Ha ha ha
ha,., saudara Li, lebih baik kamu balik saja. Betul ilmu
silatku kurang begitu bagus, tapi pengalamanku cukup
luas, segala taktik busuk dunia persilatan tak nanti bisa
mengelabuhi sepasang mataku, selamat tinggal dan
sampai jumpa lagi..."
970 Ia memberi hormat lalu menarik tangan Lim Han-kim
meninggalkan tempat itu, dalam sekejap mata bayangan
tubuh mereka sudah lenyap di balik kegelapan Setelah
meninggalkan Li Bun-yang, dua orang ini menempuh
perjalanan hampir belasan li jauhnya sebelum
memperlambat langkah-nya. Tiba-tiba Han Si-kong
berkata setelah menghembuskan napas panjang:
"Saudara cilik, aku lihat nona Li seperti menaruh kesan
yang kurang simpatik kepadamu, tahukan kau apa
sebabnya ia bersikap begitu?" Han Si-kong tertawa
hambar. "Aku sendiri pun tidak merasa telah berbuat sesuatu
yang tak berkenan di hatinya, jadi kenapa bisa begitu"
Aku sendiri pun tidak jelas."
"Yaa, perasaan kaum wanita lebih dalam dari
samudra, Selama hidup aku memang tak pernah bisa
meraba perasaan kaum wanita."
Bicara sampai di situ dia gelengkan kepalanya
berulang kali sambil menghela napas panjang, Lim Hankim
turut menghela napas, katanya: "Kalau tidak
mengalami suatu kejadian, bagaimana mungkin otak kita
bertambah cerdas" Siapa yang menyangka di suatu
gubuk yang terpencil letaknya di tengah hutan, ternyata
hidup seorang pendekar besar macam Siang Lam-ciau
yang menyimpan rahasia begitu besar. Siapa pula yang
mengira ketua Hian-hong-kau yang menyeramkan
971 ternyata adalah sekuntum bunga kenamaan dari dunia
persilatan di masa lalu?"
Mendadak Han Si-kong seperti teringat akan suatu
urusan yang sangat penting, sambil mendepakkan
kakinya berulang kali dengan perasaan gelisah, serunya:
"Waaah.-, celaka, aku si monyet tua benar-benar sudah
tua dan pikun." "Ada apa?" "Dalam dunia persilatan sering muncul surat ramalan
yang berisi ramalan tentang situasi dunia persilatan.
Konon surat itu berasal dari buah pena siang Lam-ciau.
persoalan ini sudah bertahun-tahun terpendam dalam
benakku, ketika berjumpa dengan orangnya tadi kenapa
aku lupa untuk menanyakan kepadanya...."
"Di kemudian hari kita masih punya kesempatan untuk
berjumpa dengannya, Aku percaya suatu ketika rahasia
besar ini pasti akan terbongkar juga...."
Begitulah, sambil berbincang-bincang mereka berdua
menempuh perjalanan tanpa berhenti, hari ini sampailah
mereka di wilayah kota si-ciu. sudah cukup lama Han sikong
berkelana dalam dunia persilatan, dia tahu sistem
pelacakan yang tanpa didasari titik terang ini mustahil
bisa terlaksana, apalagi tanpa berusaha mengadakan
kontak dengan para pemimpin dunia persilatan di
pelbagai daerah, Bila hanya mengandalkan kekuatan
972 mereka berdua saja, keadaan tersebut ibarat mencari
jarum di dasar samudra luas.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sleh sebab itu perjalanan mereka berdua terhitung
sangat lambat Dengan luasnya pergaulan dari Han sikong,
dan lagi kenalannya cukup banyak. perjalanan Lim
Han-kim kali ini betul-betul sangat lancar.
Sepanjang perjalanan mereka berusaha
mengumpulkan informasi tentang Yu siau-liong, namun
usaha tersebut tak pernah berhasil. Tengah hari ini
masuklah mereka ke kota si-ciu. sepanjang perjalanan
hingga tiba ke kota tersebut, Han si-kong sudah
merasakan gelagat kurang baik, ia temukan banyak
sekali umat persilatan yang berbondong-bondong datang
berkumpul di kota si-ciu ini, malah di antara mereka
banyak yang mengenakan pakaian serta dandanan yang
asing, tampaknya mereka berasal dari luar perbatasan
sana. Melihat semua itu, tak tahan lagi ia berbisik kepada
Lim Han-kim: "saudara cilik, apakah kau tidak melihat
sesuatu yang mencurigakan?"
"Kau maksudkan banyak jago persilatan yang
berkumpul di kota si-ciu ini?"
"Kota si- ciu strategis letaknya dan merupakan
pertemuan dari pelbagai wilayah, perusahaan ekspedisi
sin-bu-piau kiok yang tersohor itu bermarkas di sini pula,
973 selama puluhan tahun belakangan ini seringkali terjadi
peristiwa besar di sini, Banyak pula umat persilatan yang
berjanji mengadakan pertemuan di kota ini, jadi
semestinya kejadian semacam ini lumrah, tapi herannya
dalam peristiwa kali ini, kenapa jago-jago persilatan yang
berkumpul kali ini tampaknya lebih banyak berasal dari
luar perbatasan. Kalau dilihat dandanan mereka, jelas bukan orang
daratan dan rasanya mereka mesti berdiam paling tidak
selama dua malam di sini,"
Apa yang dipikirkan Lim Han-kim saat ini hanyalah
keselamatan Yu siau-liong, maka ia cuma berkerut
kening tanpa mengucapkan sesuatu, sambil tertawa
tergelak Han si-kong berkata lagi: "Ha ha ha ha...
saudara cilik, justru sekaranglah kesempatan terbaik buat
kita untuk melacak jejak adikmu...."
"Locianpwee, maaf aku tidak begitu mengerti maksud
ucapanmu itu," kata Lim Han-kim kebingungan.
Kembali Han si-kong tertawa.
"Dalam dunia persilatan dewasa ini, baik golongan
hitam maupun golongan putih, orang yang terhitung
paling luas pergaulannya dan paling banyak kenalannya
adalah Cong-piau tau dari perusahaan ekspedisi sin-bupiau
kiok. yakni si gelang emas panji baja Chin Hui-hau.
974 Aku pernah bertemu beberapa kali dengannya, meski
bukan terhitung sobat kentalnya paling tidak kami masih
punya sedikit hubungan...."
"Oooh, maksud locianpwee kita minta tolong chin
congpiautau untuk melacak jejak adikku?"
"Betul, lebih baik kita mencari rumah makan untuk
mengisi perut lebih dulu, sore nanti bisa aku berkunjung
ke kantor sin-bu-piaukiok. Asal Chin congpiautau
menyanggupi maka aku percaya semuanya akan beres.
Apabila orang ini ramah dan supel, ucapannya selalu
dipegang teguh, ditambah lagi anak buahnya mencapai
ratusan orang bahkan pegawai-pegawai utamanya
termasuk jago-jago kenamaan sedang kantor cabangnya
juga tersebar sampai di seantero daratan, bukankah
tempat macam ini justru merupakan kesempatan terbaik
bagi kita untuk melacak."
"Pendapat locianpwee hebat, aku kagum sekali"
"Aaaaah, masa kau masih sungkan-sungkan
terhadapku" Kecuali umurku memang lebih tua, dan aku
pun lebih banyak tahun berkelana dalam dunia
persilatan, bicara soal ilmu silat, aku masih ketinggalan
jauh sekali dari kepandaianmu"
Karena semua yang dikatakan memang merupakan
kenyataan, Lim Han-kim hanya tersenyum saja tanpa
975 komentar Han si-kong termasuk orang yang suka
keramaian, ia hapal sekali dengan keadaan kota si-ciu ini.
Tanpa bersusah payah diajaknya Lim Han-kim mampir
ke rumah makan paling besar di kota tersebut, yaitu
rumah makan Kun-eng-lo atau loteng tempat
berkumpulnya para pahlawan-
Waktu itu suasana di rumah makan Kun-eng-lo ramai
sekali, hampir semua bangku telah diisi tamu, suara hiruk
pikuk amat menusuk pendengaran, Han si-kong mencoba
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ketika
dijumpainya hampir sebagian besar tamu di situ adalah
umat persilatan kepada pelayan segera bisiknya: "Hey,
ada tidak tempat yang lebih sepi?"
Pelayan itu segera mengerutkan kening, Belum
sempat pelayan itu menolak. dari sakunya Han si-kong
sudah mengeluarkan sekeping hancuran perak dan
disodorkan ke tangannya. Kening si pelayan yang hampir berkerut langsung saja
mengendor kembali, cepat-cepat sahutnya: "ooh... ada,
pasti ada, mari ikuti hamba."
Ia segera membawa dua orang itu menembusi dua
buah halaman luas dan menuju ke sebuah ruang tamu
yang sepi. sambil tersenyum Han Si-kong memesan
empat macam sayur dan sepoci arak wangi Menunggu
sampai si pelayan meninggalkan mereka berdua, bisiknya
976 kepada Lim Han-kim: " Kusir kereta, tukang perahu,
pelayan dan kuli merupakan golongan manusia yang
paling menjengkelkan tapi justru merekalah yang
memiliki kegunaan yang paling besar. Asal kau punya
duit dan memberikannya pada mereka, maka segalanya
bakal...." Belum selesai perkataan itu diucapkan, pelayan itu
sudah muncul lagi dengan langkah terburu-buru sambil
berkata: "Tolong bicara kalian berdua pelahan sedikit,
lebih baik lagi jangan sampai mabuk, sebab kamar
sebelah dipakai tamu perempuan," tanpa menunggu
jawaban dari Han si-kong lagi ia turunkan tirai dan
segera berlalu. Dengan cepat Han Si-kong berkelebat
menyembunyikan diri di belakang pintu kemudian
melongok ke luar, Tampak dua orang dayang kecil
berbaju hijau memapah seorang gadis berbaju putih
yang rupanya sedang penyakitan berjalan masuk ke
rumah sebelah. Gadis baju putih itu mengenakan kain kerudung hitam
di wajahnya, langkah kakinya sangat lemah dan kalau
bukan dipapah mungkin sudah roboh ke tanah,
sebaliknya dua orang pelayan itu berlangkah tetap dan
menggembel pedang pendek dipunggungnya.
Sebetulnya orang tua ini banyak pengetahuan dan
pengalaman tapi sekarang tak urung timbul juga
977 kecurigaan dalam hati-nya, tanpa terasa ia berpikir:
"Kalau dilihat dandanan dua orang pelayan kecil itu, jelas
mereka ahli silat, sebaliknya gadis berbaju putih itu
seperti sedang mengidap penyakit parah, langkahnya
susah dan lemah. Aku benar-benar tak habis mengerti
dibuatnya...." Tak selang berapa saat kemudian pelayan tadi telah
muncul kembali menghidangkan sayur dan arak pesanan,
Dengan suara setengah berbisik Han si-kong segera bertanyai
"Hey, pelayan, siapa sih yang ada di kamar
sebelah?" Pelayan itu ragu-ragu sejenak. tapi jawabnya juga:
"Kaum wanita." Baru saja dia balik badan hendak pergi, Han si-kong
telah bertanya lebih lanjut: "Macam apa mereka" Berapa
jumlahnya" sudah berapa lama tinggal di sini?"
Sambil menunjukkan ketiga jari tangannya pelayan itu
menyahut lirih: "Tiga orang nona muda, sudah empat
hari tinggal di sini."
"Apa mereka sering keluar rumah?"
"Ooh tidak. selama empat hari tinggal di sini baru hari
ini pertama kali keluar kamar"
"Oooh... kau pernah menjumpai nona itu?"
978 "Belum pernah, nona itu lemah sekali badannya,
sepanjang hari dia hanya berbaring di ranjang, yang
kujumpai hanya dua orang nona yang berdandan sebagai
dayang itu." Han si-kong segera ulapkan tangannya, "Sekarang kau
boleh pergi dulu, kalau ada urusan aku bisa
memanggilmu lagi." Pelayan itu sebera memberi hormat dan
mengundurkan diri dari ruangan tersebut.
Setelah menutup rapat daun jendela, Han si-kong baru
berkata sambil tertawa: "Saudara cilik, ingat baik-baik,
orang yang paling susah dihadapi dalam dunia persilatan
adalah gadis muda. orang-orang semacam ini kalau
bukan memiliki ilmu silat yang maha dahsyat,
kebanyakan tentu mengandalkan senjata rahasia yang
amat beracun, Kebanyakan mereka berhati keji dan
racun, terutama menghadapi kaum pria. Biasanya
mereka akan manfaatkan kelemahan kita yang segan
turun tangan lebih dulu untuk mencari keuntungan
pokoknya ingat saja nasehatku ini, kalau dikemudian hari
bertemu dengan kaum wanita, lebih baik tingkatkan
kewaspadaanmu," "Betul juga ucapan ini. Ketika tertawan di
pesanggrahan Tho-hoa-kit tempo hari, semuanya itu juga
gara-gara aku kurang waspada terhadap kaum
wanita...." 979 Sementara pembicaraan masih berlangsung,
mendadak terdengar suara langkah kaki manusia
berkumandang datang, disusul kemudian tirai pintu
disingkap orang dan muncullah seorang lelaki berpakaian
ringkas dengan langkah tergesa-gesa.
"Kau hendak mencari siapa?" tegur Han si-kong
dengan kening berkerut, Dengan sorot mata yang tajam
lelaki itu memperhatikan Han si-kong dan Lim Han-kim
sekejap. kemudian sambil menurunkan kembali tirai pintu
katanya pelan: "Maaf, aku telah salah melihat" Tanpa
membuang waktu lagi dia balik badan dan berlalu dari
situ. "Berhenti" hardik Han si- kong penuh marah. Tangan
kanannya segera menekan permukaan meja, lalu secepat
sambaran petir tubuhnya menyusup ke luar, tangan
kanannya dengan jurus "Macan Emas Pentang cakar"
mencengkeram bahu kiri lelaki itu
Dengan sigap lelaki itu membungkukkan badannya,
bahu kirinya yang terancam tiba-tiba mengegos ke
depan, dengan manis sekali ia berhasil menghindarkan
diri dari sergapan Han si-kong itu sementara itu tangan
kanannya sebera mendayung ke belakang mengancam
pergelangan tangan kanan orang tua itu, gerak
serangannya cepat bagaikan sambaran kilat.
Buru-buru Han si- kong menekuk pergelangan tangan
kanannya ke bawah untuk menghindarkan diri dari
980 serangan orang itu, sementara dalam hati kecilnya
merasa terkejut sekali, pikirnya: "Sungguh tak nyana
ilmu silat yang dimiliki orang ini tangguh sekali Untung
aku tidak dipecundangi...." Dalam saat itu lelaki tersebut
telah berpaling dan menegur sambil tertawa dingin:
"Saudara, apa maksudmu membokong aku dari
belakang?" "Dalam mata yang jeli tak akan kemasukan pasir,
sudah puluhan tahun aku berkelana dalam dunia
persilatan, kau anggap perjalananku selama ini hanya
perjalanan sia-sia?"
"Hmmm, aku tidak paham," seru lelaki itu sambil
tertawa dingin. "Tidak paham" Apanya yang tidak paham?" Han sikong
tertegun. "Ini yang tidak paham" Memanfaatkan kesempatan di
saat Han si- kong masih tertegun, mendadak ia lancarkan
berapa serangan gencar, Tampaknya Han Si-kong tidak mengira dalam
kesempatan seperti ini lawannya bisa melancarkan
serangan kilat, seketika itu juga ia terdesak pada posisi di
bawah angin. Sambil tertawa tergelak lelaki itu segera menjengek:
"Ha ha ha ha... sekarang sudah jelas bukan mata siapa
981 yang jeli dan mata siapa yang kemasukan pasir?"
Sementara berbicara serangannya dipergencar, dalam
sekejap mata ia sudah melancarkan berapa jurus
serangan lagi. Kehebatan ilmu silat yang dimiliki orang ini
tampaknya betul-betul di luar dugaan Han si-kong.
Tiba-tiba Lim Han-kim munculkan diri dari balik tirai,
serunya lirih: "Menyingkirlah Han locianpwee, biar aku saja yang
menghadapi orang ini" Tangan kanannya segera
diayunkan menerobos masuk lewat celah-celah antara
bayangan pukulan kedua orang itu Dengan lima jari yang
setengah melengkung dia berusaha mencengkeram urat
nadi pergelangan tangan kanan lelaki itu
Sergapan yang dilancarkan secara tiba-tiba ini
mengandung perubahan yang sangat banyak dan tak
terduga, mimpi pun lelaki tersebut tidak menyangka
kalau serangan lawan bisa menyergap tiba dengan
kecepatan begitu hebat. Tahu-tahu dia merasakan
pergelangan tangannya jadi kaku, semua kekuatan
serangan yang dimilikinya lenyap secara tiba-tiba.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Han si-kong segera melepaskan satu serangan kilat
menekan jalan darah Mia-bun-hiat di tubuh lelaki itu,
ancamnya: "Seorang lelaki sejati tak akan sudi menelan
kerugian di depan mata. Meskipun aku tak berminat
membunuh orang, tapi kalau dipaksa oleh keadaan,
982 bunuh satu-dua orang bukan terhitung urusan hebat
bagiku, jadi lebih baik kau tahu diri.."
Sebetulnya lelaki itu sudah siap berteriak minta tolong,
tapi niat tersebut segera diurungkan begitu selesai
mendengar ancaman tersebut, mulutnya segera
membungkam dalam seribu bahasa, Han si-kong segera
menyeret tubuh lelaki itu masuk ke dalam ruangan,
secara beruntun ia totok juga jalan darah pada sepasang
lengan dan sepasang kakinya, kemudian setelah
mendudukkan di atas bangku, ujarnya: "Aku hanya ingin
mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu, asal kau
bersedia menjawab dengan sejujurnya akupun segera
membebaskan dirimu dari sini."
"Itu tergantung pertanyaan apa yang hendak
diajukan," sahut lelaki itu dingin, "Kalau tidak
sepantasnya kujawab, biar kepala mesti kutung dada
mesti tembus pun tak nanti kupenuhi permintaanmu itu."
"Bagus" puji Han si-kong di dalam hati. "Bocah ini
cukup gagah dan berjiwa ksatria...." sambil tersenyum ia
pun berseru: "Aku yakin pertanyaanku tak bakal
menyusahkan posisimu" Kemudian setelah berhenti
sejenak. katanya lagi: "Kau sengaja memasuki ruangan
kami, apakah memang berniat menyelidiki asal usul
kami?" "Aku mendapat perintah untuk mengawasi rumah
makan Kun-eng-lo ini, jadi bukan hanya kalian berdua,
983 setiap orang yang memasuki rumah makan Kun-eng-lo
ini menjadi kewajibanku untuk menyelidiki dan
mengetahui asal usulnya, paling tidak aku harus
memeriksa raut wajah mereka, usianya, serta tempat
pemondokan mereka." "Kalau begitu saudara pun sedang melaksanakan
perintah orang?" "Hanya mengandalkan ilmu silat kucing kaki tiga
macam diriku ini masa pantas menduduki jabatan
sebagai pentolan para jago" "
Han Si-kong sebera tertawa tergelak: "Ha ha ha ha...
boleh aku tahu siapa sih dalang di belakang layar yang
memberi perintah kepadamu itu?"
"Maaf, aku tak bisa menjawab pertanyaanmu itu"
Lim Han-kim mengakui dirinya masih kurang
pengalaman dan belum tahu seluk beluk cara
menginterogasi orang lain, maka selama ini dia hanya
berpangku tangan saja tanpa berbicara.
Tampak Han si-kong bangkit berdiri dan ayunkan
tangannya menepuk bebas totokan jalan darah di tubuh
lelaki itu, katanya sambil tertawa: "Pertanyaanku sudah
selesai, silahkan saudara pergi dari sini"
Lelaki itu segera melompat bangun, tapi sebelum
melangkah pergi, tiba-tiba Han si-kong mengangkat
984 cawan araknya seraya berseru: "Barusan aku telah
menyusahkan saudara, untuk itu terimalah secawan arak
penghormatanku ini, anggap sebagai permintaan maafku
padamu" Lelaki itu agak sangsi sejenak tapi akhirnya dia sambar
cawan arak di meja dan meneguknya hingga habis,
kemudian tanpa bicara dia putar badan melangkah ke
luar. "Silahkan pergi saudara, maaf aku tidak mengantar"
seru Han si-kong lagi seraya memberi hormat Waktu itu
lelaki tersebut sudah menyentuh tirai pintu dan siap
melangkah ke luar, tiba-tiba dia urungkan niat tersebut
serta pelan-pelan membalikkan badannya kembali.
Setelah memandang sekejap wajah dua orang itu,
katanya pelan "Aku ingin menasehati kalian berdua,
kalau tak ada urusan penting lebih baik tinggalkan
tempat ini secepatnya"
Tidak menunggu sampai Han Si-kong mengajukan
pertanyaan ladi dia putar badan dan berlalu dari situ
dengan langkah terburu-buru. Memandang bayangan
punggung lelaki itu lenyap di balik tirai pintu, Han si-kong
termenung berapa saat lama- nya, kemudian ia baru
berkata: "Lelaki itu tak malu disebut sebagai seorang
lelaki sejati berjiwa ksatria, coba kita gunakan kekerasan
untuk memaksanya bicara, mungkin beberapa patah kata
pun tak nanti kita peroleh..."
985 "Pengalaman locianpwee amat matang, sekali lagi aku
mendapat pelajaran dan pengalaman baru"
Tiba-tiba Han Si-kong bangkit berdiri, bisiknya:
"Saudara cilik, duduklah sekejap di sini, aku hendak
menengok sebentar perusahaan sin-bu piaukiok. Jelekjelek
si gelang emas panji baja chin Hui-hau masih punya
pamor dan kedudukan di wilayah Si-ciu ini, matamatanya
sangat banyak dan tersebar sampai radius
seratus li dari wilayah kekuasaannya .
Selama ini belum pernah ada kejadian sekecil apa pun
yang lolos dari pengamatannya, biar aku cari berita dari
situ sekalian melacak pula jejak adikmu. Paling cepat
setengah jam, paling lama satu jam aku pasti sudah
kembali ke sini." Orang tua ini memang tak sabaran, begitu bilang mau
pergi, ia segera bangkit berdiri dan berlalu dari situ. Lim
Han-kim sangat menguatirkan keselamatan Yu Siauliong,
hatinya kalut dan tak pernah bisa tenang, Dalam
situasi seperti ini ia merasa tak ada napsu untuk
bersantap. Untuk mengusir waktu dia duduk bersila
sambil mengatur pernapasan.
Tak selang berapa saat kemudian hawa murninya
telah berputar satu putaran dalam tubuhnya, semua
pikiran dan masalah mulai tanggal satu persatu,
semangat pun terasa menjadi segar kembali. Di tengah
keheningan inilah mendadak ia menangkap suara
986 rintihan yang amat lemah berkumandang datang, di balik
rintihan yang lemah itu terkandung pula perasaan kaget
dan takut yang kental. Satu ingatan segera melintas dalam benak Lim Hankim,
ia segera teringat kembali pada gadis berbaju putih
yang dipapah dua orang dayang kecil berbaju hijau tadi.
Tanpa buang waktu ia segera melompat bangun dan
keluar dari ruangan, Tempat di mana ia berada sekarang
adalah sebuah halaman terpisah yang amat hening,
kalau dari luar sana bergema suara gaduh yang hiruk
pikuk. maka suasana di halaman ini justru amat sepi,
sedemikian heningnya hingga tak kedengaran suara
sedikitpun. Lim Han-kim mencoba mengawasi situasi di sekeliling
tempat itu. ia melihat beberapa pot bunga di depan pintu
ruang lain tergoyang karena hembusan angin, rupanya
pintu ruangan itu dalam keadaan terbuka. Hal ini segera
menimbulkan kecurigaan dalam hatinya.
Sambil bersidekap tangan, pelan-pelan ia berjalan
mendekati ruangan tersebut, pikir-nya: " Kalau dalam
ruangan itu tak ada penghuninya, tentu saja wajar bila
pintu dalam keadaan terbuka, Apabila penghuninya kaum
wanita, kalau aku berjalan ke-situ dengan santai tak
bakal menimbulkan kecurigaanku".
Berpikir sampai di situ, ia berjalan mendekati pintu
ruangan, tapi apa yang terlihat kemudian segera
987 membuat pemuda ini tertegun Ternyata dua orang
dayang berbaju hijau itu sudah tergeletak di belakang
pintu dalam keadaan jalan darah tertotok, sebuah tirai
kain menutupi pemandangan ke dalam ruangan sehingga
tidak tampak bagaimana keadaan di dalam ruangan
tersebut. Ia mencoba pasang telinga untuk mendengarkan
namun tak kedengaran sedikit suara pun, suasana dalam
ruangan itu sangat hening hingga menimbulkan perasaan
bergidik bagi pemuda itu. jika dilihat dari situasi seperti
ini, tampaknya kedatangannya sudah terlambat satu
langkah. Pelan-pelan dia melangkah masuk ke dalam ruangan,
ditemukannya dua orang dayang kecil itu masih
bernapas, maka dia pun menyingkap kain tirai dan
menuju ke ruang dalam. Untuk menjaga segala
kemungkinan yang tak diinginkan, diam-diam ia
menghimpun hawa murninya ke dalam tangan kanan
siap melepaskan sebuah pukulan yang mematikan
Situasi dalam ruangan amat rapi, Dari balik
pembaringan terendus bau harum semerbak yarg sangat
memabukkan Dari balik selimut samar-samar Lim Hankim
menjumpai sesosok tubuh yang kecil mungil masih
tergeletak di situ, namun karena tertutup selimut merah
dari atas sampai ke bawah maka sulit untuk dipastikan
988 apakah di bawah selimut itu betul- betul manusia atau
bukan. Semua perabot utuh, situasipun seolah-olah aman
coba kalau saja dua orang dayang itu tidak tergeletak di
balik pintu dalam keadaan tertotok jalan darahnya, siapa
pun tak akan menyangka kalau disitu telah terjadi suatu
peristiwa. "Ada orang kah disitu?" Lim Han-kim segera menegur
setelah mendeham berat-berat.
Tubuh yang melingkar di balik selimut merah itu
kelihatan bergerak sedikit, namun tak kedengaran suara
jawaban Lim Han-kim kembali berpikir: "jelas kamar ini
kamar perempuan sebagai seorang lelaki sejati rasanya
tidak pantas kalau aku memasukinya secara sembrono,
jelas perbuatan macam ini kurang sopan.,."
Berpikir begitu, ia turunkan kembali kain tirainya dan
siap mengundurkan diri, Tapi ingatan lain kembali
melintas di dalam benaknya: "Kedua orang dayangnya
sudah ditotok jalan darahnya, ini membuktikan kalau
dalam ruangan sudah terjadi suatu peristiwa, Demi
keselamatan jiwa gadis itu, rasanya dosa besar kalau aku
masih memikirkan soal sopan santun...."
Sementara ingatan tersebut baru melintas lewat, tibatiba
dari belakang tubuhnya berkumandang datang suara
langkah manusia. Lim Han-kim tidak sempat berpikir
989 panjang lagi, secara otomatis ia berkelebat
menyembunyikan diri di belakang pintu, tirai kain cepatcepat
diturunkan dan ia tempelkan badannya pada
dinding sambil bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan Kedengaran pintu depan dibuka orang disusul kain
tiraipun tersingkap. seorang kakek ceking berbaju abuabu
menyelinap masuk ke ruang dalam, dengan langkah
lebar ia langsung mendekati pembaringan dan
menyingkap selimut merah yang menutupi gadis itu. Di
bawah selimut tergeletak si nona berbaju putih itu,
rambutnya yang panjang terurai kusut, ia duduk bersila
menghadap ke arah dinding sehingga wajahnya tidak
tampak jelas. Agaknya kakek ceking berbaju abu-abu itu sedang
memikirkan suatu masalah yang menggembirakan
sekulum senyuman tersungging di ujung bibirnya,
ternyata ia tidak menyadari kehadiran Lim Han-kim yang
bersembunyi di belakang pintu itu.
Posisi di mana ia berdiri sekarang membentuk sebuah
sudut segi tiga dengan posisi Lim Han-kim, jadi
seandainya ia berpaiing ke belakang niscaya jejak Lim
Han-kim bakal ketahuan sayang rasa gembira
membuatnya kurang waspada, seluruh perhatiannya saat
itu sedang tercurahkan ke tubuh nona berbaju putih itu
990 sehingga tak ada pikiran baginya untuk menoleh ke
belakang. Lim Han-kim mengerahkan segenap tenaga dalam
yang dimilikinya ke dalam telapak tangannya, Asal kakek
ceking berbaju abu-abu itu berniat kurang ajar kepada
gadis berbaju putih itu, maka dia akan lepaskan sebuah
gempuran dengan sepenuh tenaga.
Dari dalam sakunya kakek ceking berbaju abu-abu itu
mengeluarkan sebuah topeng kulit, setelah dikenakan
pada wajahnya ia tepuk bebas totokan jalan darah pada
punggUng gadis berbaju putih itu.
Sebetulnya Lim Han-kim sudah siap sedia melancarkan
serangan, tapi karena dilihatnya totokan kakek ceking itu
berupa ilmu melepaskan totokan maka niat tersebut
segera diurungkan, pikirnya: "Aku tak boleh bertindak
gegabah sehingga salah membunuh orang, toh aku hadir
di sini sekarang, Asal ia tidak berbuat tak senonoh
terhadap nona itu, rasanya lebih baik kutunggu
perkembangan selanjutnya...."
Tampak kakek ceking itu bekerja keras menguruti
Kitab Pusaka 15 Pedang 3 Dimensi Lanjutan Pendekar Rambut Emas Karya Batara Istana Pulau Es 20
dengan mata terbalalak besar diawasinya nyonya
setengah umur itu tanpa berkedip. Kakek berwajah jelek
itu menghela napas panjang, katanya pelan:
"Kejadian ini luar biasa akibatnya, harap cu-bo berpikir
tiga kali sebelum diputuskan"
Ucapannya agak gemetar,jelas dia harus mengerahkan
seluruh kekuatannya untuk mengutarakan beberapa
patah kata itu. "Aku sudah memikirkan persoalan ini banyak tahun,
masa kau hendak membiarkan aku membawa semua
kemurungan ini ke dalam liang kubur?" ucap si nyonya
setengah umur dengan suara yang memilukan hati.
Tampaknya kakek berwajah jelek itu telah mengambil
keputusannya, tiba-tiba katanya: "Baik, kalau begitu
utarakanlah" Nyonya setengah umur itu tertawa sinis, sekulum
senyuman yang segar tiba-tiba saja muncul dari balik
wajahnya yang layu, sepasang pipinya tampak bersemu
906 merah. samar-samar keayuan wajahnya di masa muda
dulu membayang kembali di antara mukanya yang kuyu.
Han si-kong termangu-mangu memandang
kesemuanya itu, pikirnya: "Aaaai... sudah delapan belas
tahun dia digerogoti penyakit, wajahnya sudah layu dan
tak segar, tapi senyumannya masih menampilkan sisasisa
kecantikan wajahnya. Bisa dibayangkan sebelum
jatuh sakit dulu, dia pasti adalah seorang perempuan
yang amat cantik...."
selama hidup dia hanya tahu berkelana dalam dunia
persilatan dan belum pernah terpikir masalah hubungan
laki perempuan tapi kini, perasaan hatinya seakan-akan
terpancing dan bergelora kembali setelah melihat
senyuman nyonya setengah umur itu.
Terdengar nyonya itu berkata lagi: "Nona Li, Li siang
kong adalah anggota keluarga persilatan dari bukit Hong
san, kalian punya pergaulan yang luas dalam dunia
persilatan, tapi kenalkah kamu berdua jago dari manakah
orang ini?" "Aaaai... orang salah memberi julukan kepadaku, lebih
baik jangan disebut," sela si kakek jelek itu sambil
menghela napas sedih. Mendengar nyonya setengah umur itu berbicara
dengan begitu serius, Li Tiong-hui segera sadar bahwa
kakek jelek yang dimaksud sudah pasti bukan manusia
907 sembarangan tanpa terasa dia amati kakek itu beberapa
kejap. Tampak kakek jelek itu berdiri dengan mata terpejam
dan air mata bercucuran, untuk sesaat dia tak bisa
menduga siapa gerangan orang ini. Dengan suara yang
pedih kembali nyonya setengah umur itu berkata:
"selama belasan tahun terakhir ini, semangat dan
pikirannya banyak mengalami penderitaan dan siksaan,
dua kali dia pun menderita luka parah sehingga wajah
aslinya dulu hampir punah sama sekali, tentu saja kalian
tak bakal kenal dirinya dan tampang wajahnya itu."
"Locianpwee, kalau kudengar dari penuturanmu itu,
aku percaya dia pastilah seorang jago silat yang
kenamaan dalam dunia persilatan...."
"Benar, nama maupun kedudukannya dalam dunia
persilatan tidak di bawah jago kenamaan manapun
dalam persilatan dewasa ini, sebab dia tak lain adalah
siang Lam-ciau...." "Siang Lam-ciau" Begitu nama ini di-ucapkan, seperti
guntur yang membelah bumi di siang hari belong semua
yang nadir sama-sama terperanjat dan terbelalak.
"Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau?" ulang Han
si-kong sambil melompat bangun saking kagetnya, Pelanpelan
kakek berwajah jelek itu menundukkan kepalanya
908 tanpa mengucapkan sepatah kata pun, wajahnya
kelihatan amat sedih. "Benar, dia adalah siang Lam-ciau, datuk sepuluh
penjuru yang termashur di utara maupun selatan sungai
besar,.,." nyonya setengah umur itu menegaskan.
Tiba-tiba air matanya bercucuran amat deras, sambil
menangis terisak terusnya: "Selama masih bergumul
dalam dunia persilatan dia begitu disanjung dan
dihormati umat persilatan, hidupnya santai tanpa ikatan,
tapi gara-gara aku... ia harus menderita dan mengalami
pelbagai siksaan sehingga akhirnya berubah jadi
begini...." Berkilat sorot mata Datuk sepuluh penjuru siang Lamciau,
ia tertawa tergelak, katanya: "Cu-bo tidak usah
terlalu menyesali diri sendiri, semua perbuatan ini aku
lakukan atas dasar kerelaanku sendiri, apa sangkut
pautnya dengan diri Cu-bo?"
"Kau jangan memanggil aku dengan sebutan itu lagi,
aku sudah hampir mati..." bujuk si nyonya setengah
umur sambil menyeka air mata yang membasahi
wajahnya. "Lantas budak harus memanggil dengan sebutan
apa?" 909 "Kita sudah menjaga hubungan yang suci hampir
delapan belas tahun lamanya, menjelang ajalku tiba
masa kau enggan mengubah panggilanmu kepadaku?"
"Aaaai... delapan belas tahun," gumam siang Lam-ciau
sambil menghela napas dalam "Bagi kita delapan belas
tahun rasanya jauh lebih panjang ketimbang seratus
delapan puluh tahun... kita harus menderita siksaan batin
selama delapan belas tahun.
Hubungan antara majikan dan pembantu telah
memisahkan kita pada dunia yang ber-beda. selama ini,
baik dalam berbicara maupun tindak-tanduk belum
pernah kita melanggarnya barang setapakpun, kenapa
kita tak bisa bersabar lagi beberapa waktu...."
"Tapi aku... hatiku..." suara batuk yang bertubi-tubi
memotong pembicaraan si nyonya yang belum selesai.
Waktu itu si nona cantik berbaju hijau itu sudah ikut
menangis tersedu-sedu, airmata membasahi seluruh
wajahnya, sambil memanggil "mama mama" dia
menguruti punggung nyonya setengah umur itu tiada
hentinya. Li Bun- yang menghela napas panjang, tiba-tiba ia
bangkit berdiri dan menjura dalam-dalam terhadap siang
Lam-ciau sambil ujarnya: "sungguh suatu kehormatan
bagiku dapat berkenalan dengan Locianpwee hari ini...."
910 "Tidak usah," tukas siang Lam-ciau sambil
mengulapkan tangannya. "Datuk sepuluh penjuru siang
Lam-ciau sudah lama mati, yang masih hidup sekarang
hanyalah seorang pembantu tua dari ketua Hiang- hongkau."
suara isak tangis yang menjadi-jadi bergema
memenuhi seluruh ruangan, rupanya tangisan nyonya
setengah umur itu makin menjadi-jadi. Li Tiong-hui
segera berjalan menghampiri nyonya itu, hiburnya: "Locianpwee,
jagalah kesehatamnu, jangan terlalu bersedih
hati." sementara itu Han si-kong maupun Lim Han-kim telah
bersama-sama memberi hormat kepada siang Lam-ciau
sambil berkata: "Nama besar Locianpwee sudah lama
kami dengar, sungguh beruntung bisa bertemu
Locianpwee pada malam ini...."
Dengan mata tunggalnya siang Lam-ciau awasi dua
orang itu sekejap. kembali katanya sambil menggeleng:
"siang Lam-ciau sudah mati sejak delapan belas tahun
berselang, kalian berdua tak usah bersikap begitu hormat
kepadaku." sebetulnya banyak persoalan yang ingin diajukan Han
Si-kong, namun melihat wajah sedih yang menghiasi
wajah kakek tersebut untuk sesaat dia jadi tak tahu apa
yang mesti dikatakan, terpaksa semua pertanyaan yang
sudah siap diajukan itu ditelan bulat-bulat. Beberapa saat
911 lamanya dia hanya berdiri termangu-mangu tak tahu apa
yang mesti diperbuatnya. sementara itu Li Tiong-hui telah mengerutkan dahinya
setelah dilihatnya nyonya setengah umur itu menangis
tiada henti-nya. Dipegangnya urat nadi pada pergelangan
tangan kanannya lalu bisiknya: "Lo-cianpwee, bukankah
kau masih ada urusan yang hendak disampaikan
kepadaku?" sambil bicara kelima jarinya segera mencengkeram
kuat-kuat. segulung aliran hawa panas segera mengalir
ke luar dan tubuh nyonya setengah umur itu segera
bergetar keras, Getaran yang muncul secara tiba-tiba ini
seketika menyadarkan kembali pikiran serta
kesadarannya yang mulai kalut, cepat-cepat nyonya itu
menyeka air matanya, lalu berkata sedih:
"Nona Li, maafkan aku karena telah bersikap kurang
hormat. Aaai.,, aku sadar bahwa hidupku di dunia ini
sudah tak lama lagi, Aku benar-benar sudah tak dapat
mengendalikan siksaan hatiku yang sudah terpendam
selama banyak tahun ini. Aku berharap saudara sekalian
tidak mentertawakan sikapku ini...."
"cinta kasih Locianpwee berdua hampir boleh dibilang
sebersih rembulan dan bintang yang bercahaya di langit,
untuk merasa kagumpun tak sempat, mana mungkin
kami akan mentertawakan kalian berdua...."
912 Tiba-tiba muncul perasaan sedih di hati kecilnya,
tanpa sadar dia melirik Lim Han-kim sekejap lalu pelanpelan
menundukkan kepalanya, siksaan dan penderitaan
selama delapan belas tahun oleh belenggu cinta telah
membuat nyonya setengah umur ini mempunyai
perasaan yang peka sekali dalam hal cinta.
Di saat Li Tiong-hui melemparkan kerlingan terhadap
Lin Han-kim itulah dia segera dapat merasakan bahwa Li
Tiong-hui yang cerdas telah terperosok pula ke dalam
jaring-jaring cinta. Tak tertahan lagi dia menghela napas
sedih, pikirnya: "Aaai... dari dulu hingga kini, masalah
yang paling menyedihkan bagi umat manusia hanyalah
masalah cinta... siapa yang terjerumus dalam cinta, dia
akan lupa segala-galanya...."
Tiba-tiba terdengar gadis cantik berbaju hijau itu
berseru dengan manja: "lbu, aku tak mau berperan
sebagai ketua partai Hian-hong-kau lagi... aku bosan..."
Nyonya setengah umur itu tertawa hambar, dibukanya
kotak besi itu lalu mengambil ke luar sebuah botol
porselin, Dari botol porselin itu dia tuang sebutir pil yang
segera ditelan dengan cepat.
Mendadak terdengar siang Lam-ciau menjerit kaget:
"Cu-bo, jangan"
Dengan kecepatan luar biasa ia menerjang ke muka,
tapi sayang keadaan sudah terlambat Peristiwa ini benarTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
913 benar terjadi di luar dugaan siapa pun- Kendati siang
Lam-ciau memiliki ilmu silat yang maha sempurna,
ternyata ia tak sempat lagi memberikan pertolongannya,
namun kecepatan gerak serta serangannya betul-betul
membuat Li Bun-yang maupun Han si-kong sekalian
merasa amat terperanjat. Rupanya di saat Li Tiong-hui berjalan menghampiri
nyonya setengah umur dan berusaha menghiburnya tadi,
secara diam-diam siang Lam-ciau sudah mengundurkan
diri sejauh tujuh-delapan depa dari posisi semula. Dalam
kagetnya tadi, sekali lompat dia telah putar balik
tubuhnya, melewati Li Tiong-hui dan menjepit telapak
tangan nyonya setengah umur itu dengan jari tangannya.
sayang tindakan tersebut terlambat satu langkah, pil
tersebut sudah keburu ditelan perempuan itu.
Terdengar Siang Lam-ciau menghela nafas sedih, dia
kendorkan jepitan tangannya lalu berbisik sedih: "Kenapa
kau mesti berbuat demikian?"
Ketika berbicara, air matanya jatuh bercucuran
membasahi pipinya, Li Tiong-hui sangat cerdik, melihat
adegan ini segera pikirnya di dalam hati: "Waaah,
jangan-jangan pil yang ditelannya itu adalah pil beracun
yang mematikan...." Dia mencoba mengamati wajah nyonya setengah
umur itu, namun hatinya segera dibuat makin tercengang
914 sebab paras muka perempuan itu kelihatan merah dadu
dan tampak segar sekali. "Kalau pil yang ditelan pil racun yang mematikan,
kenapa begini reaksinya,..?" Kembali dia berpikir.
sementara pelbagai ingatan masih berkecamuk dalam
benaknya, nyonya setengah umur yang duduk pejamkan
mata itu telah membuka matanya kembali seraya
berkata: "Perkataan nona Li memang tepat sekali,
sebetulnya pil itu memang terhitung obat beracun, hanya
beda sekali dengan obat beracun pada umumnya, obat
ini dapat menyegarkan kembali orang yang hampir mati
untuk sementara waktu, ketika sisa kekuatan hidupnya
sudah mulai habis terpakai dia baru akan menemui
ajalnya." "Aaaai... itu berarti barang siapa menelan pil tersebut,
maka jiwanya tak mungkin akan tertolong lagi
kendatipun ada obat mustika yang bisa mengisi kembali
minyak yang hampir kering...." kata Li Tiong-hui sambil
menghela napas. "Tapi paling tidak aku masih bisa hidup beberapa jam
lagi, bahkan hidup dalam keadaan segar bugar dan
penuh dengan kekuatan hidup yang menyala-nyala"
"lbu" tiba-tiba gadis cantik itu menjerit "Kau hendak
tinggalkan putrimu hidup seorang diri?"
915
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sambil menubruk ke dalam pangkuan ibunya, ia
menangis tersedu-sedu, saat itu semangat nyonya
setengah umur itu tampak segar sekali, dirangkulnya
gadis itu dengan penuh kasih sayang, lalu bisiknya:
"Anak Hong,jangan menangis, masih banyak persoalan
yang harus kuutarakan ke luar, jika kau ribut terus, maka
sisa hidup ibu yang tinggal beberapa jam ini akan jadi
mubazir dan tak ada gunanya, Kalau sampai terjadi
begini, bukan saja aku tak bisa mati dengan mata
meram, bahkan akan meninggalkan bencana besar bagi
umat persilatan, kalau sampai begitu, arwahku di dalam
baka tak akan bisa beristirahat dengan tenang."
Gadis cantik berbaju hijau itu seketika menghentikan
isak tangisnya, meski begitu dia masih bersandar penuh
manja dalam pelukan ibunya, Nyonya setengah umur itu
kembali mengambil kotak besi yang ada di hadapannya,
kemudian ujarnya dengan serius: "Nona Li, harap kau
terima dulu kotak besi ini."
"Locianpwee, dapatkah kau beritahu kepadaku lebih
dulu apa isi kotak besi ini?" tanya Li Tiong-hui dengan
wajah tertegun- "Dalam kotak besi ini berisi daftar nama dan alamat
pelbagai kantor cabang dan ranting dari perkumpulan
Hian-hong-kau, disamping itu terdapat pula sejilid ilmu
silat dan kitab ilmu pedang."
916 "Tapi... aku tak berani pemberian barang berharga
seperti itu...." tukas Li Tiong-hui terkejut.
"Nona Li, dengarkan dulu perkataanku. Kotak besi ini
menyangkut masalah mati hidupnya dunia persilatan,
Apabila nona bersikeras menampik untuk memikul
tanggung jawab ini serta meneruskan kedudukanku
sebagai ketua Hian-hong-kau, maka kekuatan sesat yang
berhasil kubina selama ini akan segera mendatangkan
korbannya dalam dunia persilatan. Badai pembunuhan
yang paling keji akan segera berlangsung melanda dunia,
Seperti apa yang telah kukatakan tadi, setelah menderita
sakit cukup lama, aku mulai menyadari akan kesilafanku
dengan membentuk brigade pembunuh itu.
Aku sadar perbuatanku ini akan berdosa besar dan
mendatangkan banyak penderitaan dan siksaan bagi
korbannya. sayang aku sudah tua dan lemah, mustahil
aku dapat memunahkan kekuatan sesat tersebut dengan
kekuatanku sendiri, itulah sebabnya akujadi teringat akan
nona. sayang waktu itu aku menderita sakit parah
sehingga tak mungkin mencari nona di bukit Hong san-
..." Dia berpaling dan memandang siang Lam-ciau
sekejap, kemudian tambahnya: "Sudah dua kali aku
mengutus orang untuk menyusup ke dalam keluarga
persilatan di bukit Hong-san, tapi sayang tak pernah
berhasil menjumpai nona...."
917 "Aku mohon maaf kepada saudara Li dan nona Li atas
kelancanganku itu," Tiba-tiba siang Lam-ciau memberi
hormat, Buru-buru Li Bun- yang balas memberi hormat,
"Locianpwee, kau jangan terlalu merendah...."
"Ketika aku mendapat tugas mencari kalian di bukit
Hong-san tempo hari, bukan saja tak berhasil menjumpai
nona Li, aku malah sempat bertarung dua gebrakan
melawan ibumu." Mendengar itu Li Tiong-hui segera berpikir "Setelah
menutup diri hampir sepuluh tahun lamanya, hawa murni
sian-thian khi-kangnya telah mencapai kesempurnaan.
Ayunan tangannya mampu menghancur lumatkan batu
nisan, aku rasa kakek ini tentu sudah menderita kerugian
besar...." Berpikir sampai di situ dia segera bertanya: "sejak
ayah meninggal dunia, ibuku jarang mencampuri urusan
dunia persilatan Dia memandang hambar urusan
keduniawian, sekalipun kami bersaudara pun jarang
sekali bertemu dengan dia orang tua...."
Ia memang sangat cerdik, meskipun di hati kecilnya
dia bermaksud untuk mencari tahu hasil pertarungan
Siang Lam-ciau melawan ibunya, namun dia enggan
mengajukan pertanyaan itu secara langsung, sebaliknya
dia sengaja berbicara yang lain sambil memancing agar
918 Siang Lam-ciau sendiri yang memberitahukan hasil
pertarungan tersebut. Betul juga, Siang Lam-ciau tak sanggup menahan diri,
dengan alis mata berkerut katanya: "Ilmu silat ibumu
benar-benar sangat tangguh, dia termasuk musuh paling
tangguh yang pernah kujumpai selama hidupku, Dalam
pertarungan itu kami hanya berimbang, dan lagi setelah
kuterima dua pukulan ibumu itu aku segera
meninggalkan bukit Hong-san untuk pulang memberi
laporan-" Li Tiong-hui tersenyum dan tidak bicara apa-apa lagi,
tentu saja dia tak bisa mewakili ibunya untuk merendah
serta memuji kehebatan ilmu silat lawan, tapi dia pun tak
bisa menegur Siang Liam-ciau karena bicara takabur.
Terdengar nyonya setengah umur itu berkata lebih
jauh: "Gara-gara peristiwa ini aku sempat merasa tak
tenang, betul di dalam dunia persilatan banyak terdapat
jago yang menguasai bidang sastra maupun silat, tapi
manusia cerdik macam nona Li betul-betul tiada
keduanya di kolong langit, Aku mengira dalam hidupku
kali ini sudah tak berjodoh lagi untuk bertemu muka
dengan nona Li. Sungguh tak disangka Thian maha adil,
di saat ajalku menjelang tiba aku masih sempat bertemu
lagi dengan nona Li."
"Locianpwee, aku merasa berterima kasih sekali atas
penghargaan yang kau berikan kepadaku, tapi... aku
919 merasa berat hati untuk menerima kedudukan sebagai
ketua Hian-hong-kau, apabila putri Lo-cianpwee
sebetulnya lebih pantas menduduki jabatan tersebut,
kenapa kau melepaskan ahli waris yang telah tersedia
dengan memilih orang lain-..."
si nona cantik berbaju hijau yang sedang menangis
tersedu itu mendadak menyela setelah mendengar
ucapan tersebut: "Aku tak sudi menjadi ketua Hian-hongkau,
belum lagi tiga bulan menggantikan kedudukan ibu,
nyaris aku mampus karena kesal."
sambil menghela napas nyonya setengah umur itu
menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya:
"Aaai... kau cukup mengenal tabiat putriku ini. Anak
Hong masih polos dan kelewat kekanak-kanakan, ia tak
punya pandangan yang terlalu luas. Meski empek siang
dan aku sudah mewariskan pelbagai ilmu silat
kepadanya, itu pun hanya diterima secara terpaksa.
Dibanding-kan dengan kecerdasan nona Li, dia masih
kalah jauh sekali, Ketahuilah masalah ini menyangkut
keselamatan umat persilatan, mana mungkin kuserahkan
tanggung jawab sebesar ini kepadanya...."
Belum sempat Li Tiong-hui menampik untuk kedua
kalinya, nyonya setengah umur itu sudah berkata lebih
jauh: "sudah berulang kali aku pikirkan masalah ini, tapi
setelah kupikir bolak balik aku tetap berpendapat bahwa
di dunia persilatan saat ini tiada orang kedua yang lebih
920 cocok daripada nona Li untuk jabatan berat ini. Kendatipun
akulah yang mengembangkan Hian-hong-kau
sehingga tenar di Utara maupun selatan sungai besar,
namun anggota partai kami belum pernah seorang pun
yang pernah melihat raut wajah asliku, Dalam kotak besi
ini terdapat penjelasan selengkapnya tentang
perkumpulan Hiang-hong-kau."
"Asal nona Li bersedia mempelajarinya, tidak sulit
bagimu untuk memimpin partai ini. Aku ingin sekali
memanfaatkan kecerdasan serta kemampuan nona Li
untuk memusnahkan kekuatan sesat yang telah
kubangun ini. Apabila kau mampu mengajak mereka
kembali ke jalan yang benar, tentu saja hal ini lebih baik
lagi sebab akan bermanfaat bagi masyarakat tapi bila
mereka sudah terlanjur sesat serta tak bisa diperbaiki
lagi, aku berharap nona Li bisa turun tangan secepatnya
untuk memusnahkan mereka semua, daripada
meninggalkan bibit bencana bagi umat persilatan,.,."
Berbicara sampai di situ, kembali dia alihkan sorot
matanya ke wajah Li Tiong-hui, tambahnya: "Masalah ini
luar biasa sifatnya, aku harap nona Li sudi memikirkan
keselamatan orang banyak dengan menerima jabatan ini,
dengan begitu kau pun bisa menebuskan sedikit dosaku."
Beberapa patah kata ini diucapkan dengan nada yang
tulus dan bersungguh-sungguh, lagipula diiringi cucuran
air mata. Bukan itu saja bahkan sambil membawa kotak
921 besi itu sang nyonya turun dari kursinya dan berjalan
menghampiri. Li Tiong-hui goyangkan tangannya berulang kali,
serunya agak gelisah: "Locianpwee, mana aku berani
menerima pemberian ini...."
"Aku masih ada banyak persoalan yang hendak
dibicarakan dengan kalian, aku harap nona Li menerima
kotak besi ini lebih dulu...."
"Aku betul-betul tak berani menerima-nya, harap
Locianpwee menyimpannya kembali."
"Masa kau tak mau mengurusi keselamatan umat
persilatan di dunia ini, masa kau tega menyaksikan badai
pembunuhan yang paling keji berlangsung dalam dunia
persilatan, masa kau tega membiarkan aku mati dengan
membawa penyesalan yang paling dalam...."
Li Tiong-hui goyangkan tangannya berulang kali
sambil mundur, ia tetap tidak menerima pemberian kotak
besi itu. Mendadak terdengar siang Lam-ciau mendengus
dingin sambil menjengek: "Aku dengar orang berkata,
tiga generasi keluarga persilatan bukit Hong-san ratarata
gagah dan tegar, Hmmm Tapi nampaknya nama
besar kalian tak lebih cuma begitu, hmmm... hmmm...."
922 Nyonya setengah umur itu menghela napas panjang,
tidak sampai siang Lam-ciau menyelesaikan katakatanya,
kembali ia sudah menukas: "Nona Li, kau harus
tahu, permasalahan ini bukan masalah pribadi keluarga
kami, tapi menyangkut mati hidupnya umat persilatan di
seluruh dunia. Berkat bimbingan dan perjuanganku
selama belasan tahun, meski kekuatan partai Hian-hongkau
belum berani dibilang menjagoi seluruh kolong
langit, namun kekuatan mereka tak boleh kau pandang
enteng. selain Hian-hong-kau masih ada kekuatan sesat
lainnya yang dengan kecepatan paling tinggi sedang
berkembang dan menggelembung dalam dunia
persilatan, kekuatan serta daya pengaruh mereka luar
biasa, bahkan mungkin masih jauh di atas kekuatan
Hian-hong-kau. jikalau nona Li enggan menerima jabatan
ketua ini, maka kemampuan Hian-hong-kau pasti akan
jadi harimau yang lepas dari kerangkeng, mereka akan
membuat korban di mana-mana.
Apalagi kalau sampai dimanfaatkan pihak Ngo-tok
kiong (istana panca racun) yang sedang
mengembangkan sayap kekuasaan-nya, aku yakin dalam
sepuluh tahun mendatang dunia persilatan tak pernah
akan mendapatkan ketenangan barang sehari pun...."
setelah disindir siang Lam-ciau dengan kata-kata yang
pedas tadi, terutama setelah mendengar perkataan
nyonya setengah umur yang bersungguh-sungguh itu
walaupun Li Tiong-hui belum menyanggupi namun
923 tubuhnya sudah tidak bergerak mundur lagi, dengan
matanya yang jeli dia awasi perempuan itu lekat-lekat.
Kembali nyonya setengah umur itu mengangkat kotak
besinya sambil berkata: " Keinginanku ini sudah
kuputuskan sejak setahun berselang, Demi
menyelamatkan umat persilatan dari bencana musibah
besar, nona Li harus menerima jabatan ini serta
tampilkan diri untuk memimpin dunia persilatan,"
Li Tiong-hui merasa hatinya berdebar keras, setelah
menghela napas panjang ka-tanya: "Padahal pamor
maupun kedudukan siang Locianpwee jauh melampui
kemampuanku terutama dalam hal ilmu silat Aku masih
bukan apa-apanya bila dibandingkan dia, kenapa
Locianpwee tidak serahkan saja jabatan ketua itu
kepadanya?" "Usiaku sudah lanjut, keadaanku ibarat sisa lilin yang
hampir padam. Dalam usia sesenja ini bagaimana
mungkin tanggung jawab sebesar itu bisa diserahkan
kepada-ku?" kata siang Lam-ciau.
Nyonya berusia pertengahan itu segera menambahkan
" Hingga kini meskipun anggota Hian-hong-kau di seluruh
dunia persilatan belum pernah bertemu dengan ketua
mereka, namun bukan berarti mereka tak bisa
membedakan apakah ketua mereka itu seorang lelaki
atau perempuan. " 924 Setelah menghembuskan napas-panjang, tidak
menunggu sampai Li Tiong-hui mengucapkan sesuatu
kembali katanya: "Apabila nona bersedia menerima
permintaanku ini serta menerima jabatan ketua Hianhong-
kau, aku bersedia mewakili saudara siang
mengambil keputusan untuk berbakti kepadamu selama
tiga tahun." Han si-kong adalah seorang jago berjiwa pendekar,
setelah mengikuti pembicaraan sekian lama dia pun
berhasil menangkap sedikit gambaran tentang latar
belakang masalah itu. Kini dia tak mampu menahan diri
lagi, dengan suara lantang serunya: "Aku si monyet tua
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mewakili seluruh umat persilatan di dunia memohon
kepada nona Li untuk menerima permintaan itu..."
"Betul adik Hui" sambung Li Bun-yang sambil
menghela napas. "Locianpwee ini berharap dengan
segala sungguh hati, bagaimana kalau kau periksa dulu
apa isi kotak besi tersebut sebelum mengambil
keputusan?" "Aku bukannya enggan menerima jabatan tersebut,
tapi aku kuatir kemampuanku tak sepadan dengan
jabatan itu sehingga menyia-nyiakan harapan Locianpwee,
kalau sampai begitu, bukankah semua urusan
besar jadi berantakan-..."
"Apabila nona Li bersedia memangku jabatan ketua
Hian-hong-kau, aku si monyet tua yang pertama-tama
925 siap menerima perintahmu, Walau harus naik ke bukit
golok atau terjun ke kuali minyak. aku pasti tak akan
menampik" seru Han si-kong penuh semangat.
"Yaa, betul" sambung Li Bun-yang. "Bila adik Hui
bersedia memikirkan keselamatan umat persilatan di
dunia, aku pun bersedia menuruti semua perkataanmu."
"Aku juga akan memegang janjiku," sambung siang
Lam-ciau pula. "Jika nona Li memangku jabatan ketua,
aku bersedia mentaati pesan cu-bo dengan berbakti
kepadamu selama tiga tahun."
Pelan-pelan Li Tiong-hui mengalihkan sorot matanya
ke wajah Lim Han-kirn, ta-nyanya: "Apakah saudara Lim
ada pendapat?" Lim Han- kim termenung berpikir berapa saat,
kemudian sahutnya: "Aku bersedia menggunakan
kebebasanku dengan berbakti kepadamu."
"Nah nona Li, sekarang terimalah dulu tanda
kebesaran partai kami, kemudian aku masih ada
persoalan lain yang hendak disampaikan," desak nyonya
setengah umur itu. sambil menggigit bibir Li Tiong-hui termenung berapa
saat lamanya, sekilas kebulatan tekad melintas di
wajahnya, katanya kemudian- "Baik, kuterima jabatan
ini...." 926 Tampaknya untuk mengucapkan beberapa patah kata
itu dia harus mengerahkan seluruh tenaga yang
dimilikinya. Nyonya setengah umur itu jadi sangat gembira,
serunya: "Nona bersedia menerima jabatan sebagai
ketua Hian-hong-kau, hal ini menunjukkan bahwa umat
persilatan mempunyai rejeki besar, dengan demikian satu
keinginanku pun sudah terkabul."
Dengan sikap yang sangat hormat dia angsurkan
kotak besi itu ke hadapan gadis tersebut Ketika
menerima kotak tersebut tanpa terasa titik air mata jatuh
berlinang membasahi wajah Li Tiong-hui, dia mengerti
dengan diterimanya kedudukan ketua Hian-hong-kau ini
berarti nasib kehidupan selanjutnya ikut berubah pula.
sejak kini dia harus mencurahkan semua pikiran dan
tenaganya demi kesejahteraan partai, berarti pula
masalah pribadi harus disingkirkan jauh-jauh.
Dalam kesempatan itu Han Si-kong telah menengadah
sambil tertawa terbahak-ba-hak, serunya: "Ha ha ha ha...
pepatah kuno mengatakan, kedalaman tanah tak
mungkin bisa menyembunyikan kecermerlangan intan
permata, sejak berkenalan berapa waktu berselang aku
sudah mempunyai gambaran tentang kemampuan nona
Li, ternyata dugaanku tak keliru, Aku benar-be-nar
gembira melihat seorang gadis secerdik nona Li bisa
memimpin perkumpulan Hian-hong-kau...."
927 Tapi ketika melihat air mata Li Tiong-hui jatuh
bercucuran, orang tua itu jadi tertegun dan tidak
melanjutkan kata-katanya lagi. sebenarnya dia ikut
berbangga hati setelah menyaksikan Li Tiong-hui yang
masih muda belia ternyata menjabat kedudukan yang
begitu terhormat, sampai-sampai Datuk sepuluh penjuru
siang Lam-ciau yang bernama besar pun rela mengikuti
perintahnya, tapi cucuran air mata gadis tersebut segera
membuat perasaannya bingung dan melongo.
Li Bun-yang cukup memahami watak adiknya, ia tahu
gadis itu paling suka kebebasan,
tapi setelah menjadi ketua Hian-hong-kau berarti dia
bakal sibuk setengah mati dan mustahil punya
kesempatan untuk hidup bersantai-santai lagi.
BAB 28. Cinta Membelenggu Datuk sepuluh
Penjuru. setelah menghela nafas panjang, anak muda itu pun
menghibur: "Adik Hui, kau tak usah bersedih hati, kita
keluarga Li adalah anggota persilatan yang punya
kewajiban menegakkan keadilan serta kebenaran dalam
dunia persilatan sekalipun tiga generasi angkatan tua kita
dicelakai orang munafik namun kejadian itu tidak akan
mengubah sikap kita. Kini adik Hui bisa menjabat sebagai
ketua Hian-hong-kau, dengan kecerdasanmu yang
928 melampaui diriku sendiri, Kejadian ini benar- benar
merupakan rejeki bagi umat persilatan- Kau tak usah
kuatir, aku pasti akan mengerahkan segenap
kemampuan yang kumiliki untuk membantu
perjuanganmu." "Aku si monyet tua bersedia bergabung dengan Hianhong-
kau dan siap melaksanakan perintah nona,"
sambung Han si-kong dengan suara lantang. Tampaknya
semangat siang Lam-ciau ikut berkobar setelah
mendengar kata-kata Li Bun-yang itu, dengan mata
berkilat pujinya: "sudah ratusan tahun lamanya keluarga
bukit Hong-san termashur dalam dunia persilatan,
bahkan namanya sama cemerlang dengan kedudukan
sembilan partai besar, setelah kulihat dan alami sendiri
sekarang, aku benar-benar percaya bahwa nama besar
itu bukan kosong belaka."
Beberapa patah kata yang bersemangat ini tidak
mengurangi rasa pedih Li Tiong-hui, terdengar ia
berseru: " Engkoh Yang, aku hanya seorang gadis kecil,
mana aku mampu berbuat banyak..."
"Aku kurang begitu mengerti maksud perkataanmu
itu," kata Li Bun-yang kurang paham.
"Kalau engkoh Yang tidak tahu, yaa sudahlah," ucap Li
Tiong-hui menyeka air matanya.
929 Kemudian setelah melirik Lim Han-kim sekejap. dia
alihkan pandangan matanya ke wajah nyonya setengah
umur itu, 1anjut-nya: "Apakah locianpwee masih ada
petunjuk lain, aku siap mendengarkan semua
petunjukmu itu." Lim Han-kim merasa betapa tajamnya pandangan
mata Li Tiong-hui itu, ibarat sebilah pisau tajam yang
menghunjam di ulu hatinya. sesungguhnya semangat
jantan pemuda ini pun tergugah seperti halnya dengan Li
Bun-yang serta Han si-kong, tapi apabila ia teringat
kembali dengan asal-usul dirinya yang serba misterius,
ucapan ciu Huang yang secara samar-samar memberi
petunjuk bahwa ia menanggung dendam yang maha
besar sehingga kemungkinan besar waktunya akan
tersita habis di kemudian hari, maka ia ragu untuk
memberi kesanggupannya guna membantu Hian-hongkau.
ia kuatir janji yang harus ditepati di kemudian hari
justru akan menjadi belenggu yang menghambat gerak
geriknya. selain itu dia pun merasakan bahwa sikap Li Tiong-hui
terhadapnya seakan-akan sikap seorang musuh yang
mengancam korbannya. Apabila ia bersedia menuruti
perintah perempuan itu, maka dia bakal terikat dan tak
ada keuntungannya sama sekali terhadap pribadinya.
oleh sebab beberapa alasan inilah maka dia berlagak
dingin, hambar dan sama sekali tidak memberi komentar
930 "Nona Li," terdengar nyonya setengah umur itu
menghela napas panjang, "Mulai detik ini kau adalah
ketua Hian-hong-kau. sebagai keturunan keluarga
persilatan kenamaan, aku berharap apa yang telah kau
janjikan selalu dipegang teguh dan jangan diingkari
kembali, selain daripada itu kau pun tak usah mengikuti
tata cara yang berlaku pada umumnya untuk suatu
upacara peresmian" "Locianpwee tak usah kuatir. setelah kusanggupi tentu
saja aku akan pegang janji, apalagi saat ini Locianpwee
sedang menderita sakit, upacara peresmian bisa
dihapuskan saja." "Baik, upacara pelantikan bisa dihapus, tapi tatakrama
partai tak boleh diabaikan, Nona, terimalah satu sembah
sujudku lebih dahulu."
Selesai berkata, ia benar-benar jatuhkan diri berlutut,
Siang Lam-ciau serta gadis cantik berbaju hijau itu
serentak mengikuti jejak nyonya setengah umur itu,
menjatuhkan diri berlutut di hadapan nona tersebut.
Li Tiong-hui tahu, tata krama partai memang tak boleh
diabaikan maka dia pun tidak menampik sembah sujud
tersebut, katanya kemudian- " Harap kalian segera
bangkit berdiri" 931 setelah berdiri kembali nyonya setengah umur itu
menghembuskan napas panjang, katanya pelan- "Aaaai,
akhirnya satu keinginanku telah terkabulkan-."
Pelan-pelan ia mundur balik kebangkunya, setelah itu
melanjutkan "sekarang aku hendak menyingkap sebuah
rahasia besar dunia persilatan yang telah kusimpan
selama puluhan tahun-..."
serentak para jago memusatkan perhatiannya untuk
mendengarkan, suasana jadi sangat hening, Dengan
termangu nyonya setengah umur itu mengawasi cahaya
lilin di atas meja tanpa berkedip. tampaknya ia sedang
mengumpulkan kembali kenangan-nya di masa lampau,
sampai lama kemudian dia baru bertanya sambil
menghela napas panjang: "Adakah di antara kalian yang
mengetahui siapa diriku ini?"
Para jago saling berpandangan tanpa menjawab,
setelah hening cukup lama Han si-kong baru berteriak
tiba-tiba: "Aaaah, teringat aku sekarang, cuma aku tak
berani memastikan, bila salah dugaanku tolong sudi
dimaafkan-" "Tidak mengapa, katakan^"
"Tiga puluh tahun berselang, di dalam dunia persilatan
pernah muncul seorang pendekar wanita yang cantik
jelita bagaikan bidadari dari kahyangan Meski saat
kemunculannya di daratan Tionggoan, khususnya dunia
932 persilatan, pada umumnya relatip cukup singkat, namun
berhubung kecantikan wajahnya tiada tandingan Nama
besarnya dengan cepat termashur di mana-mana, bukan
saja menggemparkan Utara serta selatan sungai besar,
bahkan para jago persilatan yang berada jauh di luar
perbatasan serta Pek-san Hek-sui pun sama-sama
menghadiahkan julukan "siu-hoa siancu" Dewi Bunga
Malu kepada perempuan ini, sedang nama aslinya malah
tidak banyak yang tahu. "Yaa, itu semua hanya sanjungan rekan-rekan
persilatan kepadaku...." sela nyonya setengah umur itu
sambil tersenyum "oooh,jadi locianpwee adalah Dewi Bunga Malu" Aku
pernah mendengar ibuku menyinggung tentang kejadian
ini" seru Li Bun-yang pula dengan wajah tercengang.
"Namaku yang sebenarnya adalah Tan Giok-hiong,
sebutan Dewi Putri Malu hanyalah pemberian dari umat
persilatan kepadaku...." setelah menghela napas
panjang, tiba-tiba nada pembicaraannya berubah jadi
amat pilu, lanjutnya: "Tiga puluh tahun sudah lewat....
Aaaai, impian indah di masa lalu telah berubah jadi
kepedihan di hari ini, Bunga tumbuh, bunga mekar dan
akhirnya layu dan rontok. Tiada yang langgeng di dunia
ini. setelah saudara Han berhasil menebak jitu asalusulku,
tentu kau juga tahu bukan tentang seorang
pendekar pedang muda yang muncul dalam dunia
933 persilatan bersama waktunya dengan kemunculanku. Dia
gagah dan perkasa, ambisinya sangat besar, cita-citanya
hendak menjagoi seluruh dunia persi1atan...."
"Kau maksudkan si jago gedang naga sakti Kang Bokhong?"
seru Han si-kong sambil melompat bangun.
Tan Giok-hiong tertawa getir.
"Benar, dialah yang kumaksud, Kehadirannya bagaikan
segulung angin puyuh, menggetarkan seluruh dunia
persilatan, tapi waktu perginya juga seperti asap yang
lenyap dari udara...."
"Kalau begitu kau adalah...."
" istrinya" potong Tan Giok-hiong cepat "Dia adalah
suamiku, dua puluh lima tahun berselang kami berjumpa
dalam suatu ketidaksengajaan, waktu itu meskipun aku
sudah berusia duapuluh dua tahun, namun sifat kekanakkanakkanku
belum luntur Aku sangat binal dan liar.
Ketika kami berjumpa, tanpa sengaja, aku memaksa
dia untuk beradu pedang denganku, Waktu itu dia
mengalah, tapi aku bukan saja tak sudi menerima
kebaikannya itu malahan kugunakan kata-kata yang
paling keji untuk memanasi hatinya dan memancing
amarah-nya, padahal kepandaian silat yang dimilikinya
masih sepuluh kali lipat lebih hebat ketimbang kepa
ndaianku. Akhirnya atas desakan dan pancinganku
934 berkobar juga hawa amarahnya, ia segera melancarkan
sebuah serangan kilat, hanya dalam satu gebrakan saja
ia berhasil memaksa senjataku terlepas dari genggaman"
"lbu, betulkah kepandaian silat yang dimiliki ayah
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu lihai?" sela gadis cantik berbaju hijau itu tiba-tiba.
Tan Giok-hiong tertawa getir, lanjutnya: "Padahal di
dalam serangannya tersebut dia belum menggunakan
seluruh kekuatan yang dimilikinya, namun pedang yang
berada dalam genggamanku berhasil digetar olehnya
hingga mencelat sejauh tiga kaki. Waktu itu aku malu
bercampur mendongkol. Dalam keadaan demikian aku menangis tersedu-sedu,
ia berusaha menghiburku membujukku dengan kata-kata
manis bahkan minta maaf kepadaku, tapi aku tidak
menggubris. Tangisku malah makin men-jadi-jadi,
Akhirnya dia memungut kembali pedangku dan
mematahkan pedang sendiri jadi dua bagian dan dibuang
ke atas tanah, namun perbuatannya ini belum mampu
melenyapkan rasa mendongkolku, Di saat dia kehabisan
daya dan bermaksud meninggalkan tempat itu, tiba-tiba
kusambar pedang ku sendiri lalu kutusuk tubuhnya...."
"Aduh.. ibu, kenakah tusukanmu itu?" Gadis cantik itu
menjerit kaget. "Yaa," tusukan itu persis mengenai bahu kirinya
sedalam tiga inci, Darah segar segera bercucuran amat
935 deras. Padahal berbicara dari kehebatan ilmu silat yang
dimilikinya, sekalipun kulancarkan serangan bokongan
pun rasanya sulit untuk melukai dirinya, agaknya dia
memang sengaja membiarkan badannya tertusuk pedang
ku sehingga rasa mendongkolku dapat terlampiaskan"
Tiba-tiba gadis cantik itu mengalihkan sepasang
matanya ke wajah Lim Han- kim kemudian ujarnya
dengan sedih: "Betulkah ayah adalah seorang yang
begitu baik di dunia ini" Aaai, selain ayah, mungkinkah di
dunia ini masih terdapat lelaki baik lainnya?"
Tan Giok-hiong menoleh memandang putrinya
sekejap. kemudian melanjutkan kata-katanya: "setelah
menusuk tubuhnya, entah karena masih menyesal atau
rasa gusarku belum padam, tanpa mengucapkan sepatah
kata pun aku segera berlalu meninggalkan dia...."
Dia menengadah dan menghela napas panjang,
setelah berhenti sejenak terusnya:
"setelah berlarian belasan li jauhnya tiba-tiba aku
merasa bahwa tindakanku ini kelewatan dan tidak
berperasaan, maka aku segera berlari balik untuk
mencarinya, tapi tempat itu amat sepi dan tak
kutemukan sesosok bayangan manusia pun, akhirnya
sambil mengawasi ceceran darah yang menodai
permukaan tanah aku menangis tersedu-sedu."
936 "soal cinta dan soal berbakti merupakan dua hal yang
aneh, manusia mana di dunia ini bisa memahaminya?"
sela Li Tiong-hui pelan- Tan Giok-hiong tersenyum, sambung-nya: "semenjak
peristiwa hari itu, aku selalu berusaha untuk melacak
jejaknya, tapi dunia amat luas ke mana aku harus
mencari jejaknya" Dengan mengorbankan waktu selama
satu tahun aku belum berhasil juga menemukan
jejaknya. Ketika suatu hari aku berkelana ke wilayah Kuiciu
dan berjumpa dengan lima manusia aneh dari Lamthian,
aku terluka oleh racun mereka serta ditawan di
bukit Ai-lau-san. Agaknya lima manusia aneh itu punya maksud yang
jahat, bukan saja mereka enggan membunuhku malahan
luka racunku di obati sampai sembuh, Di saat yang kritis
tiba-tiba dia muncul di sarang kelima manusia aneh itu.
setelah bertarung mati-matian selama sehari semalam
akhirnya kelima manusia aneh itu berhasil dikalahkan dan
aku pun tertolong dari ancaman bahaya...."
"sayang aku tak sempat melihat bagaimana rupa
ayahku itu," sela si nona cantik berbaju hijau itu sambil
menghela napas sedih. Dengan nada pedih Tan Giok-hiong ber-kata: "Nak,
coba perhatikan lukisan yang tergantung di dinding itu,
dialah ayahmu almarhum." serentak para jago berpaling
ke arah yang ditunjuk. di belakang hiolo besar, di antara
937 asap putih yang menyelimuti ruangan, tampak sebuah
lukisan tergantung di atas dinding.
Terdengar gadis cantik itu berseru keras: "lbu, kenapa
tidak kau beritahukan kepadaku sejak dulu" sudah sering
kali aku mendampingi lukisan ayahku, tapi tak pernah
kutahu kalau dia adalah lukisan ayah kandungku...."
Cepat-cepat dia berjalan menghampiri lukisan
tersebut, ujung bajunya segera dikebaskan
membuyarkan asap putih yang menyelimuti seluruh
ruangan, begitu asap buyar maka muncullah lukisan itu
dengan jelas. Lukisan tersebut menggambarkan seorang sastrawan
setengah umur yang berwajah tampan, orang itu duduk
bersila namun mimik mukanya sama-sama memancarkan
penderitaan yang luar biasa, seakan-akan sedang
menahan sakit akibat luka yang parah.
Menyaksikan lukisan ini tiba-tiba satu ingatan melintas
dalam benak Li Bun-yang, pikirnya: "Walaupun lukisan ini
menggambarkan posisi serta gaya yang berbeda, namun
lukisan yang tergantung di sini dan di luar ruangan jelas
berasal dari karya satu orang yang sama, namun beda
sekali dengan tulisan di kedua sisinya... tulisan itu penuh
tenaga dan gaya tulisannya sangat indah, Hal ini
menunjukkan bahwa emosi pelukis itu sedang bergelora
sehingga tanpa disadari gejolak perasaannya terekam
juga dalam tulisan-tulisannya .... "
938 Terdengar nyonya setengah umur itu berkata: "Nak.
lukisan-lukisan itu merupakan pelampiasan emosi
ayahmu menjelang saat ajalnya, setelah menulis dan
melukis hasil-hasil karya tersebut, ia mulai mengobati
lukanya, tapi pada akhirnya karena duka yang
dideritanya terlampau parah dan gejolak emosinya tak
berhasil ditenangkan tiga hari kemudian lukanya
bertambah parah dan menyebabkan ajalnya tiba, itulah
akhir dari kehidupan bahagia kita bertiga...."
setelah menghembuskan napas panjang, lanjutnya:
"Cuma pada waktu itu kau belum dilahirkan sehingga
belum diketahui lelaki atau perempuan Kasihan ayahmu
itu belum sempat melihat bagaimana wajahmu tapi harus
pergi untuk selamanya.... Malahan sebelum ajalnya tiba,
ayahmu masih sempat melampiaskan perasaannya, dia
bilang amat rindu kepadamu. Aaai.. setelah menumpas
lima manusia aneh serta menyelamatkan jiwaku dulu,
kami sempat melewati suatu kehidupan yang riang
gembira, ia membawaku ke suatu tempat dengan
pemandangan alam yang sangat indah.
Lukaku diobati lalu kami hidup berkumpul tak pernah
berpisah kecuali setengah tahun sekali dia turun gunung
membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari kami.
selama tiga tahun hubungan cinta kami makin mendalam
dan masing-masing pihak sudah bertekad tak akan
pernah berpisah lagi, tetapi ayahmu yang tinggi hati itu
belum pernah menyinggung tentang soal perkawinan
939 denganku, sedang aku pun rikuh untuk mengutarakan
masalah ini, maka aku pun beralasan bosan hidup di
tempat yang sepi dengan harapan ia menahanku dengan
ikatan perkawinan" "siapa sangka dia malah berkata sambil tersenyum: "
Kalau memang adik Hiong bosan hidup di tempat yang
sepi, mari kutemani kau turun gunung mencari
kesenangan- Tentu saja jawaban ini membuat aku serba
salah, terpaksa apa yang telah kuutarakan harus
dilaksanakan tiga tahun kemudian kami muncul kembali
dalam dunia persilatan. "Nama besar jago pedang naga sakti kian lama kian
bertambah terkenal, tapi cintaku kepadanya lama
kelamaan berubah jadi benci, akhirnya pada suatu
malam bulan purnama aku meninggalkan dirinya tanpa
pamit...." Tiba-tiba gadis cantik berbaju hijau itu menghela
napas panjang, ujarnya: "Kepergian ibu tanpa pamit
tentu menyedihkan perasaan ayah" Tan Giok-hiong turut
menghela napas panjang. "Meskipun ayahmu berwatak aneh dan suka
menyendiri namun perasaan cintanya amat mendalam.
Kepergian ibu tanpa pamit membuat ia jadi gila saking
gelisahnya...." "Apa" Ayahku jadi gila?"
940 "Benar, ia jadi gila. Dari seorang pemuda perlente
berwajah tampan berubah jadi seorang manusia aneh
berambut awut-awutan dan pakaian tak karuan, ia
mengembara dalam dunia persilatan tanpa tujuan,
semua tempat didatangi dan diobrak abrik, waktu itu
orang-orang yang ternama muncul bersama dengan
kemunculannya, kecuali empek siang masih ada lagi si
Hakim sakti Ciu Huang, si dewa Jinsom Phang Thian-hua
serta beberapa orang lagi.,,."
Pelan-pelan sinar matanya menyapu wajah para jago,
kemudian melanjutkan "Agaknya beberapa orang itu
mempunyai pandangan yang salah terhadap dia, mereka
mencarinya dan beradu pedang...."
sorot matanya kembali melirik siang Lam-ciau sekejap.
lalu terusnya: "Kecuali dia, menurut apa yang kuketahui
dari tiga orang yang mencari dia untuk beradu pedang,
satu persatu berhasil memenuhi harapan mereka...."
"Aaaaai, entah ayah berhasil menang atau kalah
dalam pertarungan itu?" bisik si nona cantik tanpa sadar.
"Tentu saja menang, meskipun aku tidak menyaksikan
sendiri keperkasaannya dalam menghadapi beberapa
orang jago lihai itu, namun ditinjau dari tiadanya orang
yang mengusiknya lagi semenjak peristiwa itu dapat
disimpulkan kalau dialah yang menang."
"Aaaai... sungguh gagah ayahku"
941 "Tidak seorang pun jago persilatan pun di dunia ini
yang sempat menyaksikan jalannya beberapa
pertarungan yang menggetarkan bumi itu, namun
peristiwa tersebut cukup menggemparkan seluruh dunia
persilatan, Tentu saja akupun ikut terkejut oleh kejadian
ini, karena kuatir ia terluka di tangan orang, maka
akupun tergesa-gesa pergi mencarinya. Di tengah jalan
itulah aku bertemu dengan empek siang mu ini...."
"Waktu itu aku sedang diganggu beberapa orang jago
dari rimba hijau, untung siang tayhiap datang menolong
dan menyelamatkan aku dari bahaya maut...."
Ia berpaling dan memandang siang Lam-ciau sekejap
dengan pandangan minta maaf, kemudian terusnya:
"Tapi ketika itu aku hanya menguatirkan keselamatan
Kang Bok hong, Tanpa berucap terima kasih aku segera
pergi meninggalkan dirinya. Akhirnya aku berhasil
menemukan Kang Bok-hong. Meski dia sudah agak
sinting namun masih dapat mengenali diriku...."
sekulum senyuman lembut segera menghiasi
wajahnya, terusnya: "Kali ini akulah yang membantu dia.
Kubawa dia ke tempat yang sepi sekali dan tinggal di
sebuah dusun yang terpencil Kutemani dia dan obati
penyakitnya, seperti diketahui sakit gilanya lantaran aku,
maka dalam perawatan yang teliti tak sampai setengah
tahun kemudian penyakit gilanya telah sembuh sama
sekali, Ketika sakitnya belum sembuh, aku hanya
942 menguatirkan keadaan penyakitnya itu dan tak pernah
memikirkan masalah lain, tapi setelah penyakitnya
sembuh, aku pun jadi teringat akan suatu kejadian yang
sangat aneh." "Apakah lantaran dalam setengah tahun ini tak ada
orang yang mengusik ketenangan kalian di dusun itu?"
sela Li Tiong-hui, "Benar, ketika aku mengajak suamiku datang ke
dusun tersebut secara samar-samar dapat kurasakan
banyak orang ikut menguntit sampai di situ, tapi setelah
menetap di situ malahan tak tampak seorang manusia
pun yang datang menyatroni kami, benar-benar dapat
melewati kehidupan selama setengah tahun itu dengan
tenang...." Ia berpaling memandang putrinya sekejap. kemudian
setelah berhenti sebentar lanjutnya: "Penghidupan
selama setengah tahun itu merupakan saat-saat yang
paling gembira dalam hidupku, ayahmu yang tinggi hati
seratus persen tunduk di bawah keinginanku, singa yang
ganas telah berubah jadi amat jinak."
"ibu, kau memang sangat hebat." puji gadis cantik itu
sambil tertawa, Tan Giok-hiong menghela napas
panjang, kembali lanjutnya: "Setelah dia sembuh dari
sakit gilanya, kami pun segera menikah. setelah hidup
penuh rintangan dan cobaan akhirnya apa yang menjadi
harapan kami pun terkabulkan Bisa dibayangkan betapa
943 gembiranya perasaan hatiku waktu itu. Kang Bok hong
tidak lagi mencampuri urusan dunia persilatan, padahal
dengan nama besarnya yang sudah menggetarkan
seluruh kolong langit, siapa saja menaruh berapa bagian
rasa jeri kepadanya, asal dia tidak mencari orang lain
tentu saja orang pun tak akan datang mencari dirinya."
"Dalam melewati kehidupan kami yang paling gembira
dan bahagia itu, sepanjang hari kami berpesiar ke
tempat-tempat terkenal berpesiar di tempat
berpemandangan indah, Kami tak pernah membicarakan
soal dunia persilatan, Akupun memusatkan perhatian
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Tak nyana kehidupan kami yang berbahagia itu tidak
berlangsung lama, saat aku hamil tiga bulan, tiba-tiba ia
pergi dari dusun itu, Dalam surat yang ditinggalkan, ia
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memberitahu kepadaku hendak mengunjungi seorang
sahabat karibnya. Kepergiannya kali ini paling lama
sepuluh hari tentu sudah balik kembali."
"Meski dia menepati janji dan pulang pada waktunya
namun seluruh tubuhnya sudah terluka parah, Dalam
keadaan itulah ia menulis kata-kata syair ini sambil
bersemedi Aku tahu dia tak ingin mati, ia tak tega
meninggalkan istrinya serta anaknya yang belum lahir, ia
menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya bergulat
melawan maut, tapi akhirnya karena luka yang
dideritanya begitu parah ditambah lagi hawa amarah
944 yang menggelora di dalam dadanya, tak sampai tiga
malam ia mati karena luka yang semakin parah.
sebelum menghembuskan napasnya yang
penghabisan ia minta maaf kepadaku berulang kali
karena tak bisa mendampingi aku sampai tua nanti Dia
pun minta aku memutuskan sendiri masa depanku
selanjutnya, jangan sampai terbeban karena nama atau
adat, Aku sudah terlalu banyak berhutang kepadanya,
mana mungkin aku bisa menghianati cintanya itu"
Betul dia suruh aku mencari pasangan hidup lagi,
namun dari ucapannya ini menandakan betapa
mendalamnya dia cinta kepadaku, betapa besarnya jiwa
dia... tapi beberapa patah kata itu justru bagaikan
sebilah pisau tajam yang menghunjam ke ulu hatiku...."
Li Tiong-hui menghela napas panjang, selanya: "Kang
Locianpwee benar-benar seorang yang cerdas dan
berjiwa besar, kebesaran jiwanya ini sukar ditandingi
siapa pun...." Terdengar Tan Giok-hiong melanjutkan kata-katanya:
"Waktu itu aku mendongkol bercampur gelisah, tanpa
sadar aku pun mengucapkan sumpah berat, Aku
bersumpah apabila dalam hidupku berikut sampai jatuh
hati lagi kepada orang lain, biar aku sakit parah selama
hidup dan tak bisa mati dengan tenang."
945 Mendengar kata-kata tersebut para jago merasa
terkesiap. pikir mereka tanpa sadar: "Jangan-jangan dia
termakan oleh sumpah sendiri..."
Tentu saja ingatan tersebut hanya melintas di dalam
benak setiap orang, siapa pun segan mengutarakannya
keluar. Kembali Tan Giok-hiong meneruskan kata-katanya: "Di
saat sumpah berat itu meluncur ke luar dari mulutku, dia
putus napas dan pergi untuk selamanya, Kejadian itu
benar-benar membuat hatiku hancur dan pedih sekali,
Aku menangis empat hari empat malam tanpa berhenti,
sampai air mataku berubah jadi cucuran darah...."
Mendadak ia berpaling memandang putrinya sekejap.
setelah itu lanjutnya: "Coba aku bukan lagi mengandung
kau, aku benar-benar tidak memiliki keberanian untuk
melanjutkan hidup seorang diri, Terbayang aku sedang
mengandung darah dagingnya, terpaksa aku harus
menahan rasa sedih dan perasaan hancur luluh ini untuk
melanjutkan hidup dan mengubur jenasahnya.
"Setelah mengebumikanjenasah suamiku ini, akupun
mencari sebuah tempat sepi dekat dusun tersebut untuk
menetap. Bertahun-tahun lamanya aku hidup
mendampingi kuburannya, Rencanaku waktu itu setelah
melahirkan anak. aku putuskan tak akan mewariskan
ilmu silat kepadanya, Aku ingin anakku belajar sastra
atau mungkin jadi seorang petani biasa, aku tak ingin
946 anakku terlibat lagi dalam semua persoalan dan masalah
dalam dunia persilatan sehingga mengikuti jejak
suamiku. . . . " Bicara sampai di sini ia berhenti sejenak. dengan sorot
matanya yang sayu ditatapnya wajah beberapa orang itu
sekejap. kemudian sambungnya: "Tapi sayang
perhitungan manusia tak bisa mengungguli keinginan
takdir, selama berapa bulan aku tinggal di gubuk itu
tanpa kejadian sesuatu, apa pun, kesedihan dan
kepedihan telah melumatkan semangatku tapijuga
semakin mengukuhkan niatku untuk menemani kuburan
suamiku selamanya." "Malam itu hujan badai sedang berlangsung, tiba-tiba
aku merasa perutku sakit sekali seperti diremas-remas,
Bayangkan saja bagaimana keadaanku waktu itu,
seorang nyonya tanpa pengalaman yang hidup
memencilkan diri di tengah hutan, di tengah hujan badai
yang amat deras dan baru saja tertimpa kemalangan
tiba-tiba harus melahirkan-.. tapi aku sama sekali tak
takut, gentar pun tidak, Kurang lebih menjelang tengah
malam, akhirnya lahirlah anak Hong."
Kembali Li Tiong-hui menghela napas panjang, pujinya
dengan sedih: "Locianpwee, hatimu keras bagaikan baja,
aku benar-benar kagum akan kehebatan dan
ketegaranmu." 947 Tan Giok-hiong tertawa pedih, lanjutnya: "Pada saat
sepuluh hari setelah aku melahirkan anak Hong, malam
itu tiba-tiba di muka gubukku kedatangan enam-tujuh
orang asing, Dandanan orang-orang itu beraneka ragam,
ada pendeta, ada rahib ada pula manusia biasa. Mereka
berkoar ingin membuat perhitungan dengan suamiku
almarhum, Dasar watakku tinggi hati, meskipun belum
lama melahirkan, aku tak sudi dihina orang seenaknya.
Tanpa perduli kesehatanku masih lemah, aku pun cabut
pedangku dan bertarung mati-matian melawan mereka."
"Entah siapa di antara pengeroyokku itu, dalam
pertarungan sengit yang sedang berlangsung tiba-tiba ia
lepaskan senjata rahasia beracun yang persis melukai
tubuhku, Di saat jiwaku terancam bahaya maut inilah
siang Lam-ciau muncul tepat pada waktunya."
"Dengan mengandalkan sepasang telapak tangannya
dia babat semua pengeroyok itu hingga tumpas,
walaupun ia berhasil menolongku tapi karena terlalu
lemah, begitu melihat para musuhku telah tumpas,
tenagaku juga ikut buyar aku pun jatuh pingsan...."
"Kasihan benar nasibmu ibu..."jerit gadis cantik itu
tiba-tiba. Air mata pun jatuh bercucuran membasahi
pipinya. Dengan penuh kasih sayang nyonya itu membelai
rambut putrinya, katanya lembut: " jangan menangis
948 anak Hong, aku masih ada banyak perkataan yang harus
disampaikan aku tak punya banyak waktu lagi...."
Ia menghembuskan napas panjang, lalu lanjutnya:
"Ketika sadar kembali dari pingsanku, aku temukan
tubuhku sudah berbaring di atas pembaringan,
sementara putriku yang bernasib jelek itu sedang tidur
nyenyak di sisiku, Kamar itu kosong kecuali cahaya
lentera yang redup, aku tidak melihat bayangan siang
Lam-ciau yang telah menyelamatkan kami itu...."
"Kenapa" Apakah empek Siang telah pergi?" tanya
gadis cantik itu sambil memandang Siang Lam-ciau
sekejap. "Empek Siang adalah seorang lelaki sejati yang
berjiwa besar, Setelah menyelamatkan ibu, ia segera
bersembunyi di luar rumah, tapi di saat aku berusaha
meronta bangun, tiba-tiba saja ia muncul lagi di muka
pintu dan menasehati aku agar jangan sembarangan
bergerak. Dia bilang aku sudah terkena senjata rahasia
yang sangat beracun dan butuh pil penawar racun dari si
Dewa jinsom Phang Thian-hua untuk memunahkannya,
ia minta aku beristirahat saja di situ sementara dia akan
berangkat mencari Phang Thian-hua untuk memperoleh
pil tersebut. Sebelum pergi dia pun meninggalkan sebotol pil
mustika yang harus kuminum sebutir setiap dua belas
jam untuk memperiambat daya kerja racun itu."
949 "lbu, kenapa sih empek siang bersikap begitu baik
kepadamu?" Tiba-tiba gadis cantik itu menyela, Tan
Giok-hiong tidak menyangka putrinya akan mengajukan
pertanyaan seperti ini, untuk berapa saat lamanya ia jadi
tertegun dan tak tahu apa yang mesti diucapkan-
Bagi para jago, tentu saja jawabnya sudah jelas dan
gamblang, namun siapa saja merasa rikuh untuk ikut
menimbrung, maka untuk berapa saat suasana dalam
ruang itu jadi sepi. Tan Giok-hiong berpaling memandang Siang Lam-ciau
sekejap^ lalu pikirnya: "Sesungguhnya dia adalah
seorang pendekar besar yang ternama. justru gara-gara
ingin melindungi kami berdualah menyebabkan ia
memperoleh akhir seperti ini. Budi kebaikannya terhadap
kami berdua lebih tinggi daripada gunung, semisalnya dia
melamarku, mungkin susah bagiku untuk menampik
pinangannya, tapi ia berhasil mengubah rasa cinta
kasihnya yang begitu mendalam menjadi rasa kasih yang
luar biasa terhadap kami berdua.
Delapan belas tahun lamanya dia melindungi
keselamatan jiwaku, bila aku bisa memanfaatkan
kesempatan ini untuk mengutarakan rasa cintaku yang
mendalam kepadanya, paling tidak pelampiasan
perasaanku ini bisa menjadi pelipur lara baginya..."
Berkata sampai di situ, pelan-pelan dia melanjutkan:
"sebab empek Siang amat cinta kepadaku, demi kita
950 berdua ia rela memendam nama besarnya, mengubur
karier dan masa depannya dan melindungi kita selama
delapan belas tahun, Ketahuilah kita berdua bisa hidup
hingga hari ini tak lain semuanya ini berkat pemberian
dan kasih sayang empek siang terhadap kita berdua."
Meskipun para jago sudah memahami perasaan
hatinya, namun siapa pun tidak menyangka kalau dia
begitu berani mengutarakan perasaan hatinya di
hadapan orang banyak. Kalau kejadian itu berlangsung
jaman sekarang, mungkin hal ini tidak mengherankan,
tapi jaman dulu segalanya masih tabu, apalagi seorang
wanita mengutarakan isi hatinya di depan orang banyak.
boleh dibilang peristiwa semacam ini langka sekali,
Terdengar Tan Giok-hiong melanjutkan kembali katakatanya:
"Meskipun empek siang menaruh perasaan
cinta kepadaku, tapi ia adalah seorang lelaki yang gagah.
selama delapan belas tahun belum pernah dia ucapkan
sepatah kata cinta pun kepadaku atau melakukan suatu
perbuatan serta tindakan yang melanggar sopan santun,
Hubungan kami tetap suci bersih, kami tak pernah
melanggar etika kesopanan.
Aku cinta ayahmu tapi juga amat mencintai empek
Siang mu yang berhati tulus itu, dengan kesucian
badanku serta kasih sayang yang mendalam selama
delapan belas tahun aku bayar cinta kasih ayahmu dulu,
tapi selama ini justru menyia-nyiakan kasih sayang
951 empek siang kepadaku, Moga-moga saja dalam
penitisanku mendatang bila aku dilahirkan sebagai
seorang gadis lagi, aku bersedia kawin dengan empek
Siangmu untuk membayar budinya selama ini.
Sekali pun orang di seluruh dunia akan memakiku
sebagai perempuan jalang, tapi aku berani berhadapan
dengan siapa pun karena aku anggap perbuatanku
selama ini bersih." Tiba-tiba gadis cantik itu menjerit keras lalu menubruk
ke dalam pelukan ibunya dan menangis tersedu-sedu,
sementara Li Tiong-hui dengan wajah serius berkata:
"Kebesaran jiwa locianpwee jarang dijumpai, aku benarbenar
kagum sekali kepadamu."
Sambil membelai putrinya yang masih menangis
tersedu, Tan Giok-hiong menyahut seraya menghela
napas: "Nona Li tak usah memuji aku..."
Kemudian sambil memandang putrinya dan menepuk
bahunya dia menghibur: "jangan menangis lagi, Nak.
Ayahmu almarhum adalah seorang berhati keras, Selama
hidup ia tak pernah melelehkan air mata, sebagai
putrinya kau harus menuruni watak ayahmu itu, hati
harus sekeras baja..."
Gadis cantik itu segera menyeka air matanya dan
benar-benar berhenti menangis, setelah pejamkan
matanya Tan Giok-hiong berkisah lagi: "sesuai dengan
952 pesan empek siang mu itu, setiap dua belas jam aku
menelan sebutir pil pemberiannya. Benar juga, di saat
aku menghabiskan pil terakhir yang ditinggalkan ia telah
muncul kembali di rumah. Kalau dilihat dari wajahnya
yang lelah dan bajunya yang kotor, jelas ia baru saja
menempuh perjalanan jauh serta melangsungkan
pertarungan sengit, tapi ia benar-benar berhasil
membawa pulang pil pemunah racun hasil ramuan si
Dewa jinsom Phang Thian-hua. Berkat pil penawar racun
itulah racun di tubuhku berhasil dipunahkan dan
selamatlah jiwaku." Kisah ini penuh darah dan air mata, para jago merasa
perasaannya tercekam sehingga semuanya
memperhatikan dengan seksama. Terdengar Tan Giokhiong
melanjutkan kisahnya: "selama hamil dan sedih
karena matinya suamiku, aku belum pernah beristirahat
sehari pun dengan tenang, Di-tambah lagi aku terlibat
dalam pertarungan sengit yang mengakibatkan luka
parah, kendatipun racun yang bersarang di tubuhku
berhasil dipunahkan pil penawar racun ramuan Phang
Thian-hua, tapi akibatnya aku mendapat serangan
penyakit lain yang parah.
Mungkin jika penyakit itu diobati waktu itu aku masih
punya harapan untuk sembuh, tapi rasa ingin menangku
membuat aku mengira dengan andalkan ilmu silatku
waktu itu masih mampu melawan sakitku, Akhirnya tiga
tahun tertunda tanpa pengobatan, jadilah penyakit itu
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
953 penyakit maut yang mematikan. Dalam keadaan begini
biar ada tabib lihai pun sulit rasanya untuk mengobati
sakitku ini." "Selama tiga tahun aku melakukan penyelidikan secara
diam-diam atas mereka yang berkomplot membokong
kami malam itu, ternyata yang terlibat dalam komplotan
tersebut mencakup partai siau-lim dan Bu-tong sebagai
dua partai besar. Kenyataan ini membuat hatiku amat murka, aku
bertekad menggunakan sisa hidupku untuk menciptakan
badai pembunuhan paling keji dalam dunia persilatan
Pada saat inilah secara kebetulan aku bertemu dengan
ketua Hian-hong-kau, yaitu Ui-sik tojin."
" Walaupun waktu itu aku sudah menderita penyakit
maut yang tak tersembuhkan lagi, namun dengan
andalkan ilmu silatku, aku berhasil menghambat daya
kerja penyakitku" "Sebetulnya Ui-sik tojin adalah teman kami suami istri
berdua dulu, Ketika dia tahu aku telah kehilangan suami,
tiba-tiba muncul niat jahatnya untuk memperkosa aku.
Kebetulan waktu itu saudara siang sedang pergi karena
ada urusan, hidung kerbau itu menggunakan alasan
hendak menghilangkan kangen denganku karena sudah
lama tak bertemu, ia tinggal di rumah kami, saat itulah
dia bercerita kepadaku bagaimana membawa
954 perkumpulan Hian-hong-kau nya melebarkan sayap
sampai di utara dan selatan sungai besar...."
Ia menghela napas panjang, setelah berhenti sejenak
untuk tukar napas, kembali terusnya: " Untuk menarik
simpatiku waktu itu dia telah membocorkan rahasia
partai- nya. selain itu dia pun memberitahu kepadaku
bagaimana caranya mengendalikan anak buahnya. saat
itu aku sedang marah dan penuh rasa dendam setelah
mendengar penuturannya diam-diam timbul niatku untuk
merebut kedudukan sebagai ketua partai tersebut."
Han si-kong yang selama ini membungkam, tiba-tiba
ikut menimbrung: "sebetulnya Ui-sik tojin adalah seorang
perampok ulung yang cukup termashur dalam dunia
persilatan. Dia pandai menggunakan berbagai macam
obat pemabuk dan sudah banyak melakukan kejahatan,
sudah sepantasnya nyonya membunuhnya untuk
melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan,"
Tan Giak-hiong tersenyum.
"Seandainya kubunuh Ui-sik tojin dengan begitu saja,
perkumpulan Hian-hong-kau mustahil bisa sejaya saat
ini. sudah barang tentu aku pun tak nanti bisa jadi ketua
partai ini. Ketika kulihat daftar anggota perkumpulannya
meski bukan terdiri dari jago-jago tangguh, namun
susunan organisasi mereka sangat rapi, sistem
pengendalian anggotanya juga hebat, dalam keadaan
955 penuh rasa dendam dan balas dendam, sodoran ini
benar-benar merupakan pancingan yang luar biasa."
"Aku cinta suamiku tapi telah kehilangan dia. Di saat
hamil aku pun mendapat serangan yang tak
berperasaan, hatiku waktu itu penuh diliputi rasa benci
dan dendam. Aku ingin balas dendam dan ingin
menciptakan badaupembunuhan paling brutal dalam
dunia persilatan, padahal Ui-sik tojin adalah manusia
yang kubutuhkan tenaga-nya, buat apa aku mesti
membunuhnya?" "Dengan hati sejahat ular berbisa aku bohongi dia
dengan aneka janji sehingga ia mati-matian percaya
kepadaku, mengajakku mengunjungi semua kantor
cabangnya di pelbagai wilayah, cuma waktu itu Hianhong-
kau baru saja tancapkan kaki di daratan Tionggoan,
kekuatan dan pengaruhnya belum besar, kantor cabang
paling besar waktu itu adalah pesanggrahan Tho-hoakit."
"Waktu itu aku sudah bertekad hendak merampas
kedudukan ketua Hian-hong-kau dari tangannya, maka
aku bohongi dia habis-habisan. Aku suruh dia buatkan
sebuah topeng tembaga untukku dan mengajakku ke
mana-mana sambil memperkenalkan kepada anggotanya
bahwa akulah ketua Hian-hong-kau yang sesungguhnya."
" Waktu itu dia sudah percaya penuh kalau aku bakal
kawin dengannya, maka semua permintaanku
956 dikabulkan, selangkah demi selangkah aku mencapai
kesuksesan sebaliknya dia pun selangkah demi selangkah
berjalan menuju kekematiannya."
"Di kala aku berhasil menguasai semua rahasia
partainya, jarak hari yang kujanjikan untuk menikahinya
tinggal dua hari lagi, Waktu itu ia sedang pusatkan
perhatiannya untuk mempersiapkan perkawinan, sedang
aku pun pusatkan perhatian untuk mempersiapkan
kematiannya, meski hatiku penuh diliputi rasa dendam
dan benci, bukan berarti aku sudah kehilangan semua
perasaanku Bila membayangkan kembali sikapnya
kepadaku selama ini, ternyata aku tak tega untuk turun
tangan." "Ibu, jadi kau telah mengampuni jiwanya?" tanya
gadis cantik itu ingin tahu.
"Tidak. setelah melalui berapa kali pemikiran dan
pertimbangan akhirnya aku tetap membunuhnya, Aku
pun jadi ketua Hian-hong-kau yang sebenarnya dengan
bantuan empek siang serta ilmu pelet yang ditinggalkan
Ui-sik tojin, sepuluh tahun perjuanganku dengan susah
payah akhirnya berhasil membangun partai Hian-hongkau
sehebat dan sejaya saat ini...."
Pelan-pelan dia alihkan sinar matanya ke wajah Li
Tiong-hui, kemudian ujarnya: "Nona Li, bukan aku
sengaja bicara besar, Dengan kekuatan dan pengaruh
Hian-hong-kau saat ini, kemampuan kami sama sekali
957 tidak berada di bawah kekuatan sembilan partai besar
Dalam kotak besi itu tercantum secara jelas daftar nama
anggota partai, peraturan partai, nama-nama para ketua
cabang serta sebab musabab kesediaan mereka jual
nyawa untuk partai Hian-hong-kau. Aku percaya dengan
kepintaran nona Li dalam sekali baca saja sudah
memahaminya .... " Setelah menghembuskan napas panjang kembali dia
melanjutkan: "Sesungguhnya kekuatan ini merupakan
sebuah kekuatan maha dahsyat yang beraliran sesat.
Maksudku mewariskan jabatan ketua kepada nona tak
lain berharap dengan andalkan kecerdasan nona, kau
bisa mengubah daya kekuatan yang jahat dan sesat ini
menjadi aliran lurus yang benar."
Waktu itu, paras muka perempuan ini telah berubah
jadi merah bercahaya, matanya bersinar-sinar dan
kelihatan segar sekali, tanda-tanda sakitnya boleh
dibilang sudah lenyap sama sekali, Diam-diam Li Tionghui
menghela napas panjang, ia tahu obat racun yang
ditelan perempuan tersebut sudah mulai beraksi, inilah
saat indahnya matahari di saat menjelang datangnya
senja, sejenak lagi cahaya itu pasti lenyap berganti
dengan kegelapan. Maka sambil membungkukkan badan
memberi hormat, katanya: "Locianpwee tak usah kuatir, setelah aku bersedia
menerima jabatan itu tentu akan kulaksanakan tugas ini
958 dengan sebaik-baiknya, Cuma saja aku tak berani
menjamin bisa mewujudkan apa yang lo-cianpwee citacitakan
itu...." "Kepintaran nona Li tiada tandingannya di kolong
langit, asal kau bersedia melakukan dengan sungguh
hati, aku percaya usahamu tak mungkin gagal..."
"Locianpwee terlalu memuji."
Tiba-tiba dua tetes air mata jatuh bercucuran
membasahi pipi Tan Giok-hiong, tanpa berbicara lagi ia
peluk putrinya erat-erat. Tampaknya ia sudah mulai
merasakan adanya perubahan dalam isi perutnya, itu
berarti daya kerja obat yang menopang kehidupannya
sudah mulai luntur dan berkurang kasiatnya, sekali dia
roboh maka keadaannya ibarat lentera yang kehabisan
minyak. tak seorang manusia pun di dunia ini yang dapat
memperpanjang usianya lagi.
Berhadapan dengan maut yang setiap saat akan tiba,
dia merasa masih ada banyak persoalan yang hendak
disampaikan kepada putrinya, tapi dia tak tahu harus
mulai dari mana, sehingga untuk berapa saat lamanya
dia membungkam diri sampai lama kemudian ia baru
berkata: "Anak Hong, sepeninggal ibu kau harus
menuruti semua perkataan empek siangmu, ia sangat
mencintai kita berdua, kita pun hutang budi kepa-danya,
kau tak boleh membuat dia marah...."
959 Mendadak ia menengadah lalu roboh ke belakang,
cepat-cepat Li Tiong-hui menyambar urat nadi pada
pergelangan tangan Tan Giok-hiong, serunya tertahan:
"Locianpwee..."
Hawa murninya segera disalurkan ke luar, segulung
hawa panas dengan cepat mengalir masuk ke dalam
tubuh perempuan itu. "Nona Li...." bisik Tan Giok-hiong lirih. "Rawatlah
anakku baik-baik, dia... dia belum tahu urusan."
Bicara sampai di situ ia sudah tak tahan lagi, matanya
dipejamkan dan napas penghabisan pun dihembuskan.
"lbu.,." Perempuan cantik itu menjerit histeris, lalu
sambil menubruk tubuh ibunya dia menangis tersedusedu.
Pelan-pelan Li Tiong-hui melepaskan genggamannya
pada pergelangan tangan kiri Tan Giok-hiong, sambil
menghela napas sedih bisiknya: "Begitu cepat daya kerja
obat itu berlalu, benar-benar di luar dugaanku...."
"la sudah menderita sakit delapan belas tahun
lamanya," sela Siang Lam-ciau serius. "Kekuatan
hidupnya ibarat api yang hampir padam, mana mungkin
ia bisa bertahan lebih lama?"
Di atas kerutan wajah orang tua ini terlintas
keseriusan yang luar biasa, ia tidak melelehkan air mata,
960 tapi kesedihan yang luar biasa jelas tertanam di balik
perasaan hatinya. Sementara itu, si nona cantik tersebut
sudah menangis mati hidup. isak tangis yang begitu
memedihkan hati membuat suasana dalam ruangan itu
terasa begitu suram dan berat.
Li Tiong-hui menghela napas sedih, bisiknya: "orang
yang telah mati tak mungkin hidup kembali, Siang
locianpwee, bujuklah nona Kang agar jangan menangis
lagi." Siang Lam-ciau segera ayunkan tangannya menotok
jalan darah gadis cantik itu, kemudian ujarnya dengan
suara rendah dan berat: "Nona Li sudah menjadi ketua
Hian-hong-kau, dalam urusan kematian ini harap kau
berikan usul dan keputusan, Aku tak tega menyaksikan
kepergiannya, untuk sementara waktu aku ingin
mengajak anak Hong menghindari tempat ini selama tiga
hari. Tiga hari kemudian aku pasti datang menunggu
perintah dan berbakti selama tiga tahun kepadamu...."
Sesudah berhenti sejenak, kembali lanjutnya: "Tapi
aku perlu beritahu lebih dulu, selama hidup aku hidup
bebas tanpa ikatan sebelum akhirnya terbelenggu oleh
cinta yang mengakibatkan aku mengalami nasib begini di
hari tua, maka dalam tiga tahun masa baktiku
kepadamu, aku hanya mau menuruti perintahmu dalam
menghadapi musuh, sedang masalah perkumpulan aku
tak mau tahu.." 961 " kalau cuma urusan kecil tentu saja aku tak akan
mengganggu ketenangan Locian-pwee, jadi dalam hal ini
locianpwee tak usah kuatir."
"Kalau begitu, urusan penguburan kuserahkan
kepadamu, maaf aku harus berangkat lebih dulu,"
Selesai berkata dia gendong gadis cantik itu dan
berlalu dari sana, Dalam waktu singkat bayangan
tubuhnya sudah lenyap dari pandangan, sepeninggal
siang Lam-ciau, dengan kening berkerut Han si-kong
segera berkata: "Biar aku pergi mencari peti mati dulu
untuk mempersiapkan layonnya"
"Kalau dugaanku tak meleset, semestinya ia sudah
mempersiapkan segala sesuatunya," sahut Li Tiong-hui.
Bicara sampai di situ ia segera menyingkap tirai dan
masuk ke ruang belakang, Perabot dalam ruang belakang
sangat sederhana, kecuali sebuah pembaringan kayu
hanya terdapat meja dan bangku,
Dengan cepat Li Tiong-hui membuka kotak besinya,
benar juga pada lapisan teratas terdapat sepucuk surat,
surat itu berbunyi demikian: "Di bawah pembaringan
kayu terdapat peti mati batu. Dalam peti terdapat dua
potong batu dingin berusia seribu tahun. Asal peti batu
ditutup rapat maka jenasah akan tetap utuh. Berita
kematianku harap dirahasiakan danjangan sampai bocor
keluar." 962 Surat itu ditulis sangat rapi, jelas tulisan dari Tan Giokhiong
yang telah dipersiapkan sejak lama dan disimpan
dalam kotak besi itu, Di bawah tumpukan surat terdapat
sejilid kitab bersampul putih, pada sampul itu tertuliskan:
" Kitab Rahasia ilmu Pedang dan pukulan dari Kang Bok
hong." Tapi di sisinya tertera dua baris huruf kecil yang
berbunyi: " orang sakti selalu muncul di permukaan
bumi. Dunia persilatan tak pernah ada orang nomor
satu." Di bawah kitab tersebut terdapat lagi sebuah kitab
bersampul kuning, pada sampulnya tertera empat huruf
besar yang berbunyi: "Kitab suci Hian-hong."
Di sisinya terdapat juga dua baris tulisan kecil yang
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berbunyi: "Kitab tak boleh dilihat empat mata, Hukum tak boleh
diwariskan enam telinga."
"Siapa berani melanggar pantangan ini, pasti
mengalami nasib tragis. Ingat ..Ingat."
Li Tiong-hui menghela napas panjang, disimpannya
kembali kitab-kitab itu dan ditutupnya kembali kotak besi
itu, kemudian ia menggeser pembaringan kayu. Benar
juga di bawah pembaringan itu terdapat sebuah peti mati
batu. Ketika dibuka penutupnya segera berhembus ke
963 luar hawa dingin yang menusuk tulang, ia segera keluar
dari ruangan itu, membopong jenasa h Tan Giok-hiong
dan membaringkannya ke dalam peti mati batu itu.
Setelah menutup rapat peti itu, ia geser kembali
pembaringan kayu di atasnya dan mulai berdoa: "Locianpwee,
beristirahatlah dengan tenang, Aku pasti akan
menggunakan segenap kemampuan yang kumiliki untuk
menyelesaikan harapanmu dan membawa kekuatan
sesat Hian-hong-kau kembali kejalan yang benar. Apabila
usahaku berhasil, perkumpulan Hian-hong kau pasti
kububarkan dan kitab suci Hian-hong kubakar lumat
hingga tak menjadi bibit bencana bagi dunia
persilatan...." Selesai berdoa, pelan-pelan ia tinggalkan ruangan itu,
BAB 29. Gadis Aneh Di Loteng para orang-
Gagah Tiba-tiba Han si-kong menghela napas panjang sambil
berkata: " Kembali aku saksikan sebuah peristiwa tragis
dunia persilatan, aaai... sampai kapan dunia persilatan
bisa terbebas dari semua masalah budi dan dendam..?"
Dengan sorot mata yang berkilat Li Tiong-hul
menyapu Han si-kong sekalian sekejap. kemudian
ujarnya: "sekarang aku telah menjabat sebagian ketua
964 Hian-hong-kau gara-gara dukungan dari kalian semua,
Pesan akhir nyonya Kang sebelum ajalnya juga telah
kalian dengar, Kekuatan sesat yang dimiliki perkumpulan
Hian-hong-kau saat ini sudah cukup mampu untuk
menandingi kekuatan sembilan partai besar. Meskipun
kenyataannya belum tentu demikian, aku percaya
selisihnya pun tak jauh, padahal situasi dalam dunia
persilatan saat ini sangat kacau.
Apabila kita bisa manfaatkan kekuatan yang maha
dahsyat ini untuk mewujudkan kesejahteraan orang
banyak. maka keberhasilannya tentu jauh melebihi
kekuatan gabungan kita beberapa orang."
"Menurut penilaian aku si monyet tua, dari beberapa
orang tokoh sakti dunia persilatan dewasa ini, si Datuk
sepuluh penjuru siang Lam-ciau terhitung menempati
urutan pertama, sekarang dia membantu di pihakmu,
ditambah pula dengan kecerdasan nona yang tiada
taranya, aku percaya tak sulit bagi kalian untuk
mencokolkan diri menjadi satu kekuatan baru di luar
sembilan partai besar."
Mencorong sinar tajam dari mata Li Tiong-hui setelah
mendengar perkataan itu, kembali dia memandang Lim Han-kim sekejap. lalu
katanya: "orang sakti selalu muncul di permukaan bumi,
dunia persilatan tak pernah ada orang nomor satu.
Aaai,., Aku hanya seorang gadis biasa, bagaimana
965 mungkin bisa bergelut untuk selamanya dalam
percaturan dunia persilatan" Apabila harapan nyonya
Kang sudah terpenuhi, aku pun ingin mengundurkan diri
dari keramaian dunia dan tak pernah muncul kembali
dalam keruwetan dunia persilatan-"
"Dunia persilatan tak pernah ada orang nomor satu...."
gumam Han si-kong lirih. "Benar," sela Li Bun-yang, "sejak dulu sampai
sekarang, jago lihai yang bermunculan dalam dunia
persilatan mencapai ribuan orang, siapa yang sanggup
mempertahankan gelar orang nomor satu dari dunia
persilatan-...?" Lim Han-kim yang selama ini hanya duduk
membungkam, tiba-tiba melompat bangun pada saat itu
sambil serunya: "Nona Li, kuucapkan selamat kepadamu
atas keberhasilan nona menjadi ketua Hian-hong-kau...."
"Hmmm Tak usah memuji," tukas Li Tiong-hui sambil
mendengus dingin Lim Han-kim segera menangkap nada
permusuhan di balik ucapan gadis itu, untuk sesaat dia
tertegun, tapi kemudian katanya lagi: "Seharusnya aku
tinggal di sini untuk membantu kalian selama beberapa
hari, tapi berhubungan aku menguatirkan keselamatan
adikku sehingga terpaksa harus berangkat sekarang
juga guna melacak jejaknya. Maaf, terpaksa aku harus
mohon diri lebih dulu."
966 Selesai berkata sebera memberi hormat dan
meninggalkan tempat itu dengan langkah lebar.
Paras Li Tiong-hui berubah hebat secara tiba-tiba, dia
seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi niat tersebut
kemudian diurungkan Buru-buru Han si-kong berseru:
"Lote, harap tunggu sebentar, kau tidak punya
pengalaman sama sekali dalam dunia persilatan
bagaimana mungkin bisa berjalan seorang diri, biar aku
temani kau." "Tidak usah," tampik Lim Han-kim. " Lebih baik
Locianpwee tetap tinggal di sini membantu nona Li,
apalagi dia baru menjabat ketua, pasti banyak urusan
yang harus diselesaikan olehnya, dalam kerepotan ini
tenaga bantuan locianpwee amat diperlukan...."
"Urusan Hiang-hong-kau tak perlu Lim siangkong
kuatirkan, aku bisa selesaikan sendiri" potong Li Tionghui
ketus, Pada saat ini, bukan cuma Li Bun-yang saja
yang melihat gejala kurang beres, bahkan Han si-kong
sendiri pun dapat merasakan bahwa Li Tiong-hui
mempunyai pandangan yang kurang simpatik terhadap
Lim Han-kim dan berusaha membuat malu anak muda
itu. Dia mencoba berpikir untuk mencari tahu sebab
musababnya tapi tak pernah berhasil, kemudian ia juga
teringat kesanggupannya untuk berbakti kepada Hianhong-
kau, meski belum secara resmi masuk jadi anggota,
967 tapi sebagai seorang lelaki sejati apa yang telah
diucapkan tak boleh disesali maka terpaksa dia
membungkam diri dan mundur ke samping.
Terdengar Li Tiong-hui berkata lebih lanjut: "Sejak
hari ini untuk sementara waktu Hian-hong-kau akan
melakukan hari berkabung bagi kematian ketua lama,
jadi semua gerakan akan ditunda sampai satu bulan
mendatang, Apabila locianpwee ingin pergi, pergilah
mengikuti dia" Mendengar ucapan itu, Han si-kong segera, menjura
seraya menyahut: "Berhasil atau tidak menemukan
saudara cilik itu, tiga bulan kemudian Han si-kong pasti
akan datang ke mari menunggu perintah."
"Tidak usah, Tiga bulan kemudian aku juga tak tahu di
mana kau berada, pun tidak diketahui masih hidup atau
mati, bila membutuhkan bantuanmu aku tentu akan
mengirim orang untuk mengundang."
"Apabila ada perintah, aku si monyet tua pasti tak
akan menampik," seketika dia sengaja memberi hormat
dan melangkah ke luar dari ruangan itu.
"Locianpwee terlalu serius," balas Li Tiong-hui sambil
tertawa, Ketika sorot matanya dialihkan ke wajah Lim
Han-kim, tiba-tiba saja senyum di wajahnya lenyap tak
berbekas, sikapnya terhadap orang lain selalu ramah
tamah, senyum dikulum dan ucapannya merendah,
968 hanya terhadap Lim Han-kim seorang sikapnya begitu
dingin, ketus dan bermusuhan, seakan-akan antara
mereka berdua terdapat ikatan permusuhan yang amat
mendalam. Li Bun-yang segera berkerut kening, cepat-cepat dia
meninggalkan ruangan dan mengantar kepergian kedua
orang rekannya itu, Mereka bertiga berjalan dengan
langkah pelan dan bungkam seribu bahasa, sikap
permusuhan Li Tiong-hui terhadap Lim Han-kim
tampaknya telah menciptakan jurang pemisah yang
sangat dalam antara Li Bun-yang dengan Lim Han-kim.
Waktu itu kentongan kelima sudah menjelang tiba,
angin malam terasa berhembus kencang, rembulan dan
bintang tak tampak di langit sehingga suasana terasa
gelap gulita. Tiba-tiba Lim Han-kim menghentikan langkahnya,
sambil membalikkan badan ujarnya: "saudara Li silahkan
balik, aku mohon diri sampai di sini saja."
Li Bun-yang sebera melangkah ke muka, sambil
menggenggam tangan kanan Lim Han-kim erat-erat
katanya: "saudara Lim, meskipun kepintaran adikku jauh
melebihi diriku yang menjadi kakaknya, namun
bagaimanapun juga ia tetap seorang wanita yang
berbeda jauh sikap maupun sifatnya daripada kita
sebagai kaum pria, tak heran kalau jiwanya agak kerdil
dan cupat pikiran. Apabila ia sudah menyinggung
969 perasaan saudara Lim, tolong pandanglah di wajahku,
tak usah melayani dirinya...." . Lim Han-kim tersenyum,
"Saudara Li terlalu banyak pikiran, mungkin memang
sikapku yang kurang berkenan di hatinya sehingga
adikmu marah kepadaku."
Li Bun-yang menghela napas panjang, katanya setelah
termenung beberapa saat: "sebenarnya aku ingin
mengikuti dirimu pergi melacak jejak adikmu, tapi
sekarang adikku baru menjabat ketua Hian-hong-kau,
segala sesuatunya tentu masih asing baginya, Untuk
membantu kelancaran tugas barunya ini mau tak mau
aku harus tetap tinggal di sini untuk membantunya,
pokoknya kalau urusan di sini sudah beres, aku pasti
akan menyusul kalian dan bergabung lagi untuk melacak
jejak adikmu itu." "Saudara Li tak perlu sungkan-sungkan, aku rasa
dengan adanya Han locianpwee yang menemani
perjalananku ini, segala sesuatunya tentu bisa kami
atasi...." Han si-kong yang ada di samping mereka kontan
tertawa terbahak-bahak. sambungnya pula: "Ha ha ha
ha,., saudara Li, lebih baik kamu balik saja. Betul ilmu
silatku kurang begitu bagus, tapi pengalamanku cukup
luas, segala taktik busuk dunia persilatan tak nanti bisa
mengelabuhi sepasang mataku, selamat tinggal dan
sampai jumpa lagi..."
970 Ia memberi hormat lalu menarik tangan Lim Han-kim
meninggalkan tempat itu, dalam sekejap mata bayangan
tubuh mereka sudah lenyap di balik kegelapan Setelah
meninggalkan Li Bun-yang, dua orang ini menempuh
perjalanan hampir belasan li jauhnya sebelum
memperlambat langkah-nya. Tiba-tiba Han Si-kong
berkata setelah menghembuskan napas panjang:
"Saudara cilik, aku lihat nona Li seperti menaruh kesan
yang kurang simpatik kepadamu, tahukan kau apa
sebabnya ia bersikap begitu?" Han Si-kong tertawa
hambar. "Aku sendiri pun tidak merasa telah berbuat sesuatu
yang tak berkenan di hatinya, jadi kenapa bisa begitu"
Aku sendiri pun tidak jelas."
"Yaa, perasaan kaum wanita lebih dalam dari
samudra, Selama hidup aku memang tak pernah bisa
meraba perasaan kaum wanita."
Bicara sampai di situ dia gelengkan kepalanya
berulang kali sambil menghela napas panjang, Lim Hankim
turut menghela napas, katanya: "Kalau tidak
mengalami suatu kejadian, bagaimana mungkin otak kita
bertambah cerdas" Siapa yang menyangka di suatu
gubuk yang terpencil letaknya di tengah hutan, ternyata
hidup seorang pendekar besar macam Siang Lam-ciau
yang menyimpan rahasia begitu besar. Siapa pula yang
mengira ketua Hian-hong-kau yang menyeramkan
971 ternyata adalah sekuntum bunga kenamaan dari dunia
persilatan di masa lalu?"
Mendadak Han Si-kong seperti teringat akan suatu
urusan yang sangat penting, sambil mendepakkan
kakinya berulang kali dengan perasaan gelisah, serunya:
"Waaah.-, celaka, aku si monyet tua benar-benar sudah
tua dan pikun." "Ada apa?" "Dalam dunia persilatan sering muncul surat ramalan
yang berisi ramalan tentang situasi dunia persilatan.
Konon surat itu berasal dari buah pena siang Lam-ciau.
persoalan ini sudah bertahun-tahun terpendam dalam
benakku, ketika berjumpa dengan orangnya tadi kenapa
aku lupa untuk menanyakan kepadanya...."
"Di kemudian hari kita masih punya kesempatan untuk
berjumpa dengannya, Aku percaya suatu ketika rahasia
besar ini pasti akan terbongkar juga...."
Begitulah, sambil berbincang-bincang mereka berdua
menempuh perjalanan tanpa berhenti, hari ini sampailah
mereka di wilayah kota si-ciu. sudah cukup lama Han sikong
berkelana dalam dunia persilatan, dia tahu sistem
pelacakan yang tanpa didasari titik terang ini mustahil
bisa terlaksana, apalagi tanpa berusaha mengadakan
kontak dengan para pemimpin dunia persilatan di
pelbagai daerah, Bila hanya mengandalkan kekuatan
972 mereka berdua saja, keadaan tersebut ibarat mencari
jarum di dasar samudra luas.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sleh sebab itu perjalanan mereka berdua terhitung
sangat lambat Dengan luasnya pergaulan dari Han sikong,
dan lagi kenalannya cukup banyak. perjalanan Lim
Han-kim kali ini betul-betul sangat lancar.
Sepanjang perjalanan mereka berusaha
mengumpulkan informasi tentang Yu siau-liong, namun
usaha tersebut tak pernah berhasil. Tengah hari ini
masuklah mereka ke kota si-ciu. sepanjang perjalanan
hingga tiba ke kota tersebut, Han si-kong sudah
merasakan gelagat kurang baik, ia temukan banyak
sekali umat persilatan yang berbondong-bondong datang
berkumpul di kota si-ciu ini, malah di antara mereka
banyak yang mengenakan pakaian serta dandanan yang
asing, tampaknya mereka berasal dari luar perbatasan
sana. Melihat semua itu, tak tahan lagi ia berbisik kepada
Lim Han-kim: "saudara cilik, apakah kau tidak melihat
sesuatu yang mencurigakan?"
"Kau maksudkan banyak jago persilatan yang
berkumpul di kota si-ciu ini?"
"Kota si- ciu strategis letaknya dan merupakan
pertemuan dari pelbagai wilayah, perusahaan ekspedisi
sin-bu-piau kiok yang tersohor itu bermarkas di sini pula,
973 selama puluhan tahun belakangan ini seringkali terjadi
peristiwa besar di sini, Banyak pula umat persilatan yang
berjanji mengadakan pertemuan di kota ini, jadi
semestinya kejadian semacam ini lumrah, tapi herannya
dalam peristiwa kali ini, kenapa jago-jago persilatan yang
berkumpul kali ini tampaknya lebih banyak berasal dari
luar perbatasan. Kalau dilihat dandanan mereka, jelas bukan orang
daratan dan rasanya mereka mesti berdiam paling tidak
selama dua malam di sini,"
Apa yang dipikirkan Lim Han-kim saat ini hanyalah
keselamatan Yu siau-liong, maka ia cuma berkerut
kening tanpa mengucapkan sesuatu, sambil tertawa
tergelak Han si-kong berkata lagi: "Ha ha ha ha...
saudara cilik, justru sekaranglah kesempatan terbaik buat
kita untuk melacak jejak adikmu...."
"Locianpwee, maaf aku tidak begitu mengerti maksud
ucapanmu itu," kata Lim Han-kim kebingungan.
Kembali Han si-kong tertawa.
"Dalam dunia persilatan dewasa ini, baik golongan
hitam maupun golongan putih, orang yang terhitung
paling luas pergaulannya dan paling banyak kenalannya
adalah Cong-piau tau dari perusahaan ekspedisi sin-bupiau
kiok. yakni si gelang emas panji baja Chin Hui-hau.
974 Aku pernah bertemu beberapa kali dengannya, meski
bukan terhitung sobat kentalnya paling tidak kami masih
punya sedikit hubungan...."
"Oooh, maksud locianpwee kita minta tolong chin
congpiautau untuk melacak jejak adikku?"
"Betul, lebih baik kita mencari rumah makan untuk
mengisi perut lebih dulu, sore nanti bisa aku berkunjung
ke kantor sin-bu-piaukiok. Asal Chin congpiautau
menyanggupi maka aku percaya semuanya akan beres.
Apabila orang ini ramah dan supel, ucapannya selalu
dipegang teguh, ditambah lagi anak buahnya mencapai
ratusan orang bahkan pegawai-pegawai utamanya
termasuk jago-jago kenamaan sedang kantor cabangnya
juga tersebar sampai di seantero daratan, bukankah
tempat macam ini justru merupakan kesempatan terbaik
bagi kita untuk melacak."
"Pendapat locianpwee hebat, aku kagum sekali"
"Aaaaah, masa kau masih sungkan-sungkan
terhadapku" Kecuali umurku memang lebih tua, dan aku
pun lebih banyak tahun berkelana dalam dunia
persilatan, bicara soal ilmu silat, aku masih ketinggalan
jauh sekali dari kepandaianmu"
Karena semua yang dikatakan memang merupakan
kenyataan, Lim Han-kim hanya tersenyum saja tanpa
975 komentar Han si-kong termasuk orang yang suka
keramaian, ia hapal sekali dengan keadaan kota si-ciu ini.
Tanpa bersusah payah diajaknya Lim Han-kim mampir
ke rumah makan paling besar di kota tersebut, yaitu
rumah makan Kun-eng-lo atau loteng tempat
berkumpulnya para pahlawan-
Waktu itu suasana di rumah makan Kun-eng-lo ramai
sekali, hampir semua bangku telah diisi tamu, suara hiruk
pikuk amat menusuk pendengaran, Han si-kong mencoba
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ketika
dijumpainya hampir sebagian besar tamu di situ adalah
umat persilatan kepada pelayan segera bisiknya: "Hey,
ada tidak tempat yang lebih sepi?"
Pelayan itu segera mengerutkan kening, Belum
sempat pelayan itu menolak. dari sakunya Han si-kong
sudah mengeluarkan sekeping hancuran perak dan
disodorkan ke tangannya. Kening si pelayan yang hampir berkerut langsung saja
mengendor kembali, cepat-cepat sahutnya: "ooh... ada,
pasti ada, mari ikuti hamba."
Ia segera membawa dua orang itu menembusi dua
buah halaman luas dan menuju ke sebuah ruang tamu
yang sepi. sambil tersenyum Han Si-kong memesan
empat macam sayur dan sepoci arak wangi Menunggu
sampai si pelayan meninggalkan mereka berdua, bisiknya
976 kepada Lim Han-kim: " Kusir kereta, tukang perahu,
pelayan dan kuli merupakan golongan manusia yang
paling menjengkelkan tapi justru merekalah yang
memiliki kegunaan yang paling besar. Asal kau punya
duit dan memberikannya pada mereka, maka segalanya
bakal...." Belum selesai perkataan itu diucapkan, pelayan itu
sudah muncul lagi dengan langkah terburu-buru sambil
berkata: "Tolong bicara kalian berdua pelahan sedikit,
lebih baik lagi jangan sampai mabuk, sebab kamar
sebelah dipakai tamu perempuan," tanpa menunggu
jawaban dari Han si-kong lagi ia turunkan tirai dan
segera berlalu. Dengan cepat Han Si-kong berkelebat
menyembunyikan diri di belakang pintu kemudian
melongok ke luar, Tampak dua orang dayang kecil
berbaju hijau memapah seorang gadis berbaju putih
yang rupanya sedang penyakitan berjalan masuk ke
rumah sebelah. Gadis baju putih itu mengenakan kain kerudung hitam
di wajahnya, langkah kakinya sangat lemah dan kalau
bukan dipapah mungkin sudah roboh ke tanah,
sebaliknya dua orang pelayan itu berlangkah tetap dan
menggembel pedang pendek dipunggungnya.
Sebetulnya orang tua ini banyak pengetahuan dan
pengalaman tapi sekarang tak urung timbul juga
977 kecurigaan dalam hati-nya, tanpa terasa ia berpikir:
"Kalau dilihat dandanan dua orang pelayan kecil itu, jelas
mereka ahli silat, sebaliknya gadis berbaju putih itu
seperti sedang mengidap penyakit parah, langkahnya
susah dan lemah. Aku benar-benar tak habis mengerti
dibuatnya...." Tak selang berapa saat kemudian pelayan tadi telah
muncul kembali menghidangkan sayur dan arak pesanan,
Dengan suara setengah berbisik Han si-kong segera bertanyai
"Hey, pelayan, siapa sih yang ada di kamar
sebelah?" Pelayan itu ragu-ragu sejenak. tapi jawabnya juga:
"Kaum wanita." Baru saja dia balik badan hendak pergi, Han si-kong
telah bertanya lebih lanjut: "Macam apa mereka" Berapa
jumlahnya" sudah berapa lama tinggal di sini?"
Sambil menunjukkan ketiga jari tangannya pelayan itu
menyahut lirih: "Tiga orang nona muda, sudah empat
hari tinggal di sini."
"Apa mereka sering keluar rumah?"
"Ooh tidak. selama empat hari tinggal di sini baru hari
ini pertama kali keluar kamar"
"Oooh... kau pernah menjumpai nona itu?"
978 "Belum pernah, nona itu lemah sekali badannya,
sepanjang hari dia hanya berbaring di ranjang, yang
kujumpai hanya dua orang nona yang berdandan sebagai
dayang itu." Han si-kong segera ulapkan tangannya, "Sekarang kau
boleh pergi dulu, kalau ada urusan aku bisa
memanggilmu lagi." Pelayan itu sebera memberi hormat dan
mengundurkan diri dari ruangan tersebut.
Setelah menutup rapat daun jendela, Han si-kong baru
berkata sambil tertawa: "Saudara cilik, ingat baik-baik,
orang yang paling susah dihadapi dalam dunia persilatan
adalah gadis muda. orang-orang semacam ini kalau
bukan memiliki ilmu silat yang maha dahsyat,
kebanyakan tentu mengandalkan senjata rahasia yang
amat beracun, Kebanyakan mereka berhati keji dan
racun, terutama menghadapi kaum pria. Biasanya
mereka akan manfaatkan kelemahan kita yang segan
turun tangan lebih dulu untuk mencari keuntungan
pokoknya ingat saja nasehatku ini, kalau dikemudian hari
bertemu dengan kaum wanita, lebih baik tingkatkan
kewaspadaanmu," "Betul juga ucapan ini. Ketika tertawan di
pesanggrahan Tho-hoa-kit tempo hari, semuanya itu juga
gara-gara aku kurang waspada terhadap kaum
wanita...." 979 Sementara pembicaraan masih berlangsung,
mendadak terdengar suara langkah kaki manusia
berkumandang datang, disusul kemudian tirai pintu
disingkap orang dan muncullah seorang lelaki berpakaian
ringkas dengan langkah tergesa-gesa.
"Kau hendak mencari siapa?" tegur Han si-kong
dengan kening berkerut, Dengan sorot mata yang tajam
lelaki itu memperhatikan Han si-kong dan Lim Han-kim
sekejap. kemudian sambil menurunkan kembali tirai pintu
katanya pelan: "Maaf, aku telah salah melihat" Tanpa
membuang waktu lagi dia balik badan dan berlalu dari
situ. "Berhenti" hardik Han si- kong penuh marah. Tangan
kanannya segera menekan permukaan meja, lalu secepat
sambaran petir tubuhnya menyusup ke luar, tangan
kanannya dengan jurus "Macan Emas Pentang cakar"
mencengkeram bahu kiri lelaki itu
Dengan sigap lelaki itu membungkukkan badannya,
bahu kirinya yang terancam tiba-tiba mengegos ke
depan, dengan manis sekali ia berhasil menghindarkan
diri dari sergapan Han si-kong itu sementara itu tangan
kanannya sebera mendayung ke belakang mengancam
pergelangan tangan kanan orang tua itu, gerak
serangannya cepat bagaikan sambaran kilat.
Buru-buru Han si- kong menekuk pergelangan tangan
kanannya ke bawah untuk menghindarkan diri dari
980 serangan orang itu, sementara dalam hati kecilnya
merasa terkejut sekali, pikirnya: "Sungguh tak nyana
ilmu silat yang dimiliki orang ini tangguh sekali Untung
aku tidak dipecundangi...." Dalam saat itu lelaki tersebut
telah berpaling dan menegur sambil tertawa dingin:
"Saudara, apa maksudmu membokong aku dari
belakang?" "Dalam mata yang jeli tak akan kemasukan pasir,
sudah puluhan tahun aku berkelana dalam dunia
persilatan, kau anggap perjalananku selama ini hanya
perjalanan sia-sia?"
"Hmmm, aku tidak paham," seru lelaki itu sambil
tertawa dingin. "Tidak paham" Apanya yang tidak paham?" Han sikong
tertegun. "Ini yang tidak paham" Memanfaatkan kesempatan di
saat Han si- kong masih tertegun, mendadak ia lancarkan
berapa serangan gencar, Tampaknya Han Si-kong tidak mengira dalam
kesempatan seperti ini lawannya bisa melancarkan
serangan kilat, seketika itu juga ia terdesak pada posisi di
bawah angin. Sambil tertawa tergelak lelaki itu segera menjengek:
"Ha ha ha ha... sekarang sudah jelas bukan mata siapa
981 yang jeli dan mata siapa yang kemasukan pasir?"
Sementara berbicara serangannya dipergencar, dalam
sekejap mata ia sudah melancarkan berapa jurus
serangan lagi. Kehebatan ilmu silat yang dimiliki orang ini
tampaknya betul-betul di luar dugaan Han si-kong.
Tiba-tiba Lim Han-kim munculkan diri dari balik tirai,
serunya lirih: "Menyingkirlah Han locianpwee, biar aku saja yang
menghadapi orang ini" Tangan kanannya segera
diayunkan menerobos masuk lewat celah-celah antara
bayangan pukulan kedua orang itu Dengan lima jari yang
setengah melengkung dia berusaha mencengkeram urat
nadi pergelangan tangan kanan lelaki itu
Sergapan yang dilancarkan secara tiba-tiba ini
mengandung perubahan yang sangat banyak dan tak
terduga, mimpi pun lelaki tersebut tidak menyangka
kalau serangan lawan bisa menyergap tiba dengan
kecepatan begitu hebat. Tahu-tahu dia merasakan
pergelangan tangannya jadi kaku, semua kekuatan
serangan yang dimilikinya lenyap secara tiba-tiba.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Han si-kong segera melepaskan satu serangan kilat
menekan jalan darah Mia-bun-hiat di tubuh lelaki itu,
ancamnya: "Seorang lelaki sejati tak akan sudi menelan
kerugian di depan mata. Meskipun aku tak berminat
membunuh orang, tapi kalau dipaksa oleh keadaan,
982 bunuh satu-dua orang bukan terhitung urusan hebat
bagiku, jadi lebih baik kau tahu diri.."
Sebetulnya lelaki itu sudah siap berteriak minta tolong,
tapi niat tersebut segera diurungkan begitu selesai
mendengar ancaman tersebut, mulutnya segera
membungkam dalam seribu bahasa, Han si-kong segera
menyeret tubuh lelaki itu masuk ke dalam ruangan,
secara beruntun ia totok juga jalan darah pada sepasang
lengan dan sepasang kakinya, kemudian setelah
mendudukkan di atas bangku, ujarnya: "Aku hanya ingin
mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu, asal kau
bersedia menjawab dengan sejujurnya akupun segera
membebaskan dirimu dari sini."
"Itu tergantung pertanyaan apa yang hendak
diajukan," sahut lelaki itu dingin, "Kalau tidak
sepantasnya kujawab, biar kepala mesti kutung dada
mesti tembus pun tak nanti kupenuhi permintaanmu itu."
"Bagus" puji Han si-kong di dalam hati. "Bocah ini
cukup gagah dan berjiwa ksatria...." sambil tersenyum ia
pun berseru: "Aku yakin pertanyaanku tak bakal
menyusahkan posisimu" Kemudian setelah berhenti
sejenak. katanya lagi: "Kau sengaja memasuki ruangan
kami, apakah memang berniat menyelidiki asal usul
kami?" "Aku mendapat perintah untuk mengawasi rumah
makan Kun-eng-lo ini, jadi bukan hanya kalian berdua,
983 setiap orang yang memasuki rumah makan Kun-eng-lo
ini menjadi kewajibanku untuk menyelidiki dan
mengetahui asal usulnya, paling tidak aku harus
memeriksa raut wajah mereka, usianya, serta tempat
pemondokan mereka." "Kalau begitu saudara pun sedang melaksanakan
perintah orang?" "Hanya mengandalkan ilmu silat kucing kaki tiga
macam diriku ini masa pantas menduduki jabatan
sebagai pentolan para jago" "
Han Si-kong sebera tertawa tergelak: "Ha ha ha ha...
boleh aku tahu siapa sih dalang di belakang layar yang
memberi perintah kepadamu itu?"
"Maaf, aku tak bisa menjawab pertanyaanmu itu"
Lim Han-kim mengakui dirinya masih kurang
pengalaman dan belum tahu seluk beluk cara
menginterogasi orang lain, maka selama ini dia hanya
berpangku tangan saja tanpa berbicara.
Tampak Han si-kong bangkit berdiri dan ayunkan
tangannya menepuk bebas totokan jalan darah di tubuh
lelaki itu, katanya sambil tertawa: "Pertanyaanku sudah
selesai, silahkan saudara pergi dari sini"
Lelaki itu segera melompat bangun, tapi sebelum
melangkah pergi, tiba-tiba Han si-kong mengangkat
984 cawan araknya seraya berseru: "Barusan aku telah
menyusahkan saudara, untuk itu terimalah secawan arak
penghormatanku ini, anggap sebagai permintaan maafku
padamu" Lelaki itu agak sangsi sejenak tapi akhirnya dia sambar
cawan arak di meja dan meneguknya hingga habis,
kemudian tanpa bicara dia putar badan melangkah ke
luar. "Silahkan pergi saudara, maaf aku tidak mengantar"
seru Han si-kong lagi seraya memberi hormat Waktu itu
lelaki tersebut sudah menyentuh tirai pintu dan siap
melangkah ke luar, tiba-tiba dia urungkan niat tersebut
serta pelan-pelan membalikkan badannya kembali.
Setelah memandang sekejap wajah dua orang itu,
katanya pelan "Aku ingin menasehati kalian berdua,
kalau tak ada urusan penting lebih baik tinggalkan
tempat ini secepatnya"
Tidak menunggu sampai Han Si-kong mengajukan
pertanyaan ladi dia putar badan dan berlalu dari situ
dengan langkah terburu-buru. Memandang bayangan
punggung lelaki itu lenyap di balik tirai pintu, Han si-kong
termenung berapa saat lama- nya, kemudian ia baru
berkata: "Lelaki itu tak malu disebut sebagai seorang
lelaki sejati berjiwa ksatria, coba kita gunakan kekerasan
untuk memaksanya bicara, mungkin beberapa patah kata
pun tak nanti kita peroleh..."
985 "Pengalaman locianpwee amat matang, sekali lagi aku
mendapat pelajaran dan pengalaman baru"
Tiba-tiba Han Si-kong bangkit berdiri, bisiknya:
"Saudara cilik, duduklah sekejap di sini, aku hendak
menengok sebentar perusahaan sin-bu piaukiok. Jelekjelek
si gelang emas panji baja chin Hui-hau masih punya
pamor dan kedudukan di wilayah Si-ciu ini, matamatanya
sangat banyak dan tersebar sampai radius
seratus li dari wilayah kekuasaannya .
Selama ini belum pernah ada kejadian sekecil apa pun
yang lolos dari pengamatannya, biar aku cari berita dari
situ sekalian melacak pula jejak adikmu. Paling cepat
setengah jam, paling lama satu jam aku pasti sudah
kembali ke sini." Orang tua ini memang tak sabaran, begitu bilang mau
pergi, ia segera bangkit berdiri dan berlalu dari situ. Lim
Han-kim sangat menguatirkan keselamatan Yu Siauliong,
hatinya kalut dan tak pernah bisa tenang, Dalam
situasi seperti ini ia merasa tak ada napsu untuk
bersantap. Untuk mengusir waktu dia duduk bersila
sambil mengatur pernapasan.
Tak selang berapa saat kemudian hawa murninya
telah berputar satu putaran dalam tubuhnya, semua
pikiran dan masalah mulai tanggal satu persatu,
semangat pun terasa menjadi segar kembali. Di tengah
keheningan inilah mendadak ia menangkap suara
986 rintihan yang amat lemah berkumandang datang, di balik
rintihan yang lemah itu terkandung pula perasaan kaget
dan takut yang kental. Satu ingatan segera melintas dalam benak Lim Hankim,
ia segera teringat kembali pada gadis berbaju putih
yang dipapah dua orang dayang kecil berbaju hijau tadi.
Tanpa buang waktu ia segera melompat bangun dan
keluar dari ruangan, Tempat di mana ia berada sekarang
adalah sebuah halaman terpisah yang amat hening,
kalau dari luar sana bergema suara gaduh yang hiruk
pikuk. maka suasana di halaman ini justru amat sepi,
sedemikian heningnya hingga tak kedengaran suara
sedikitpun. Lim Han-kim mencoba mengawasi situasi di sekeliling
tempat itu. ia melihat beberapa pot bunga di depan pintu
ruang lain tergoyang karena hembusan angin, rupanya
pintu ruangan itu dalam keadaan terbuka. Hal ini segera
menimbulkan kecurigaan dalam hatinya.
Sambil bersidekap tangan, pelan-pelan ia berjalan
mendekati ruangan tersebut, pikir-nya: " Kalau dalam
ruangan itu tak ada penghuninya, tentu saja wajar bila
pintu dalam keadaan terbuka, Apabila penghuninya kaum
wanita, kalau aku berjalan ke-situ dengan santai tak
bakal menimbulkan kecurigaanku".
Berpikir sampai di situ, ia berjalan mendekati pintu
ruangan, tapi apa yang terlihat kemudian segera
987 membuat pemuda ini tertegun Ternyata dua orang
dayang berbaju hijau itu sudah tergeletak di belakang
pintu dalam keadaan jalan darah tertotok, sebuah tirai
kain menutupi pemandangan ke dalam ruangan sehingga
tidak tampak bagaimana keadaan di dalam ruangan
tersebut. Ia mencoba pasang telinga untuk mendengarkan
namun tak kedengaran sedikit suara pun, suasana dalam
ruangan itu sangat hening hingga menimbulkan perasaan
bergidik bagi pemuda itu. jika dilihat dari situasi seperti
ini, tampaknya kedatangannya sudah terlambat satu
langkah. Pelan-pelan dia melangkah masuk ke dalam ruangan,
ditemukannya dua orang dayang kecil itu masih
bernapas, maka dia pun menyingkap kain tirai dan
menuju ke ruang dalam. Untuk menjaga segala
kemungkinan yang tak diinginkan, diam-diam ia
menghimpun hawa murninya ke dalam tangan kanan
siap melepaskan sebuah pukulan yang mematikan
Situasi dalam ruangan amat rapi, Dari balik
pembaringan terendus bau harum semerbak yarg sangat
memabukkan Dari balik selimut samar-samar Lim Hankim
menjumpai sesosok tubuh yang kecil mungil masih
tergeletak di situ, namun karena tertutup selimut merah
dari atas sampai ke bawah maka sulit untuk dipastikan
988 apakah di bawah selimut itu betul- betul manusia atau
bukan. Semua perabot utuh, situasipun seolah-olah aman
coba kalau saja dua orang dayang itu tidak tergeletak di
balik pintu dalam keadaan tertotok jalan darahnya, siapa
pun tak akan menyangka kalau disitu telah terjadi suatu
peristiwa. "Ada orang kah disitu?" Lim Han-kim segera menegur
setelah mendeham berat-berat.
Tubuh yang melingkar di balik selimut merah itu
kelihatan bergerak sedikit, namun tak kedengaran suara
jawaban Lim Han-kim kembali berpikir: "jelas kamar ini
kamar perempuan sebagai seorang lelaki sejati rasanya
tidak pantas kalau aku memasukinya secara sembrono,
jelas perbuatan macam ini kurang sopan.,."
Berpikir begitu, ia turunkan kembali kain tirainya dan
siap mengundurkan diri, Tapi ingatan lain kembali
melintas di dalam benaknya: "Kedua orang dayangnya
sudah ditotok jalan darahnya, ini membuktikan kalau
dalam ruangan sudah terjadi suatu peristiwa, Demi
keselamatan jiwa gadis itu, rasanya dosa besar kalau aku
masih memikirkan soal sopan santun...."
Sementara ingatan tersebut baru melintas lewat, tibatiba
dari belakang tubuhnya berkumandang datang suara
langkah manusia. Lim Han-kim tidak sempat berpikir
989 panjang lagi, secara otomatis ia berkelebat
menyembunyikan diri di belakang pintu, tirai kain cepatcepat
diturunkan dan ia tempelkan badannya pada
dinding sambil bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan Kedengaran pintu depan dibuka orang disusul kain
tiraipun tersingkap. seorang kakek ceking berbaju abuabu
menyelinap masuk ke ruang dalam, dengan langkah
lebar ia langsung mendekati pembaringan dan
menyingkap selimut merah yang menutupi gadis itu. Di
bawah selimut tergeletak si nona berbaju putih itu,
rambutnya yang panjang terurai kusut, ia duduk bersila
menghadap ke arah dinding sehingga wajahnya tidak
tampak jelas. Agaknya kakek ceking berbaju abu-abu itu sedang
memikirkan suatu masalah yang menggembirakan
sekulum senyuman tersungging di ujung bibirnya,
ternyata ia tidak menyadari kehadiran Lim Han-kim yang
bersembunyi di belakang pintu itu.
Posisi di mana ia berdiri sekarang membentuk sebuah
sudut segi tiga dengan posisi Lim Han-kim, jadi
seandainya ia berpaiing ke belakang niscaya jejak Lim
Han-kim bakal ketahuan sayang rasa gembira
membuatnya kurang waspada, seluruh perhatiannya saat
itu sedang tercurahkan ke tubuh nona berbaju putih itu
990 sehingga tak ada pikiran baginya untuk menoleh ke
belakang. Lim Han-kim mengerahkan segenap tenaga dalam
yang dimilikinya ke dalam telapak tangannya, Asal kakek
ceking berbaju abu-abu itu berniat kurang ajar kepada
gadis berbaju putih itu, maka dia akan lepaskan sebuah
gempuran dengan sepenuh tenaga.
Dari dalam sakunya kakek ceking berbaju abu-abu itu
mengeluarkan sebuah topeng kulit, setelah dikenakan
pada wajahnya ia tepuk bebas totokan jalan darah pada
punggUng gadis berbaju putih itu.
Sebetulnya Lim Han-kim sudah siap sedia melancarkan
serangan, tapi karena dilihatnya totokan kakek ceking itu
berupa ilmu melepaskan totokan maka niat tersebut
segera diurungkan, pikirnya: "Aku tak boleh bertindak
gegabah sehingga salah membunuh orang, toh aku hadir
di sini sekarang, Asal ia tidak berbuat tak senonoh
terhadap nona itu, rasanya lebih baik kutunggu
perkembangan selanjutnya...."
Tampak kakek ceking itu bekerja keras menguruti
Kitab Pusaka 15 Pedang 3 Dimensi Lanjutan Pendekar Rambut Emas Karya Batara Istana Pulau Es 20