Pencarian

Pedang Keadilan 10

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 10


termangu, rupanya dia tak menyangka kalau musuhnya
dengan seusia semuda itu ternyata memiliki ilmu silat
yang begini sempurna. 817 Kegagalan tersebut kontan saja membuat orang tua
ini malu, dia merasa kehilangan muka sehingga pipinya
terasa jadi panas, tubuhnya segera mendesak maju lebih
ke depan, Sekali lagi dia melancarkan cengkeraman ke
tubuh bocah berbaju hijau itu sambil membentak keras:
"Bagus sekali, tak disangka seorang kacung di
samping saudara chee pun memiliki ilmu silat sehebat ini.
Aku patut meminta pelajaran dari kacungmu ini"
Kembali bocah berbaju hijau itu menggerakkan
sepasang bahunya, dalam waktu singkat ia sudah
mundur sejauh empat lima depa. Lagi-lagi jurus
cengkeraman maut dari Han Si-kong berhasil dihindari
dengan gampang dan manis.
Pada saat itu Li Bun-yang yang mengawasi sekeliling
tempat itu segera menjumpai bahwa di sekeliling
ruangan tersebut memang benar-benar terdapat
bayangan manusia yang menyembunyikan diri di balik
kegelapan, bahkan jumlahnya cukup banyak.
sebelum mengetahui jumlah kekuatan musuh yang
sebenarnya Li Bun-yang tak ingin turun tangan secara
gegabah, cepat dia menghadang di depan Han si-kong
sambil ujarnya: "Han locianpwee, kalau toh cheepocu
sudah perintahkan orangnya untuk mengantar kita
keluar, lebih baik kita mohon diri saja."
818 Dengan wajah tertegun Han si-kong menghentikan
tindakannya, Diawasinya wajah Li Bun-yang sekejap
kemudian pelan-pelan mundur kembali ke posisinya
semula, Ketika ia mencoba berpaling, tampak si peluru
berantai chee Tay-tong masih tetap duduk di tempat
semula tanpa bergerak sedikit pun.
sambil menjura Li Bun-yang segera berkata: "Terima
kasih banyak atas pelayanan poocu yang telah
menyediakan perjamuan untuk kami. Dengan ini kami
ingin mohon diri lebih dulu."
"Maaf tidak kuantar" kata chee Tay-tong dingin.
"Tidak berani merepotkan-"
Menggunakan kesempatan waktu membalikkan badan,
ia menarik ujung baju Han si-kong lalu dengan langkah
lebar keluar dari ruangan itu
"Hey orang she- chee" seru Han si-kong sambil
tertawa dingin, " Hubungan persahabatan kita selama
puluhan tahun kuhapuskan hari ini juga. Bila kita bersua
lagi di kemudian hari, aku pasti ingin mengetahui siapa
yang lebih unggul di antara kita berdua."
"Jika saudara Han ingin menjajal, setiap saat akan
kulayani tantanganmu itu."
Han si-kong mendengus dingin, ia putar badan dan
melangkah keluar dari ruangan.
819 Baru saja keempat orang itu hendak meninggalkan
ruang tamu, mendadak cahaya lilin yang menerangi
ruangan tersebut padam sama sekali, disusul kemudian
terdengar suara benturan keras bergema memecahkan
keheningan, ternyata pintu gerbang dalam ruang tamu
itu sudah tertutup rapat.
sambil menghentikan langkahnya Li Tiong-hui segera
berbisik: "Waaah... tampaknya susah bagi kita untuk
pergi dari sini." Rasa gusar yang menggelora dalam benak Han sikong
belum mereda waktu itu, mendengar ucapan mana
segera sambungnya: "Hmmm Aku tak percaya dengan
kemampuan benteng Tay-peng bisa menahan kita di sini"
"Betul cianpwee, kalau bicara soal ilmu silat, sekalipun
mereka memiliki jago yang amat banyak. namun dengan
andalkan kemampuan kita beberapa orang rasanya
bukan pekerjaan susah untuk menerjang ke luar dari sini,
tapi jika mereka main bokong atau pasang perangkap
licik, kita mesti lebih tingkatkan kewaspadaan..."
Li Bun-yang cukup mengenali watak adik
perempuannya ini. Dia tahu gadis itu amat teliti dan
dugaannya selalu tepat, tanpa bukti yang jelas tak nanti
dia akan bicara sembarangan, maka serunya kemudian:
"Adik Hui, aku selalu mengagumi pendapatmu.."
820 " Kau tak perlu mengenakan topi di atas kepalaku,
seandainya apa yang kuduga benar, maka dalam
persoalan ini kau harus memikul sebagian besar
tanggung jawabnya." "Aaaah, masa begitu serius?" seru Li Bun-yang sambil
tertawa. " Coba jelaskan"
"Walaupun kita berada dalam posisi amat berbahaya
ketika berada di ruang tamu tadi, namun bukan berarti
tiada kesempatan untuk hidup, tapi kau justru mengajak
Han locianpwee meninggalkan ruang tersebut dan
mengantarkan diri masuk perangkap."
BAB 25. Masuk perangkap "Di balik kegelapan empat penjuru sekeliling ruang
tamu itu dipenuhi musuh-musuh tangguh, Posisi musuh
waktu itu berada di tempat kegelapan, sedang kita
berada di tempat terang, Posisi semacam itu sangat tidak
menguntungkan buat kita, pertarung-an macam begini
paling pantang kujamah, tentu saja aku harus
menyingkir." "Padahal kita harus melewati sebuah lorong bawah
tanah," sela Li Tiong-hui cepat. "Engkoh Yang,
semestinya kau paham...."
821 Mendadak Li Bun-yang mendepakkan kakinya
berulang kali ke atas tanah, serunya: "Betul juga, bila
mereka menurunkan terali besi pada kedua ujung lorong
rahasia tersebut, niscaya kita akan terkurung di situ."
"sayang sekali kita terlambat untuk menyadari hal itu."
Li Bun-yang mencoba mendongakkan kepalanya
memperhatikan sekeliling tempat itu, ketika melihat
beberapa titik cahaya menembus masuk melalui dua
liang kecil di atas dinding lorong itu, hatinya makin
terkejut. Terdengar Li Tiong-hui berkata lebih jauh: "sewaktu
datang tadi kita tidak memperhatikan kalau ruang tamu
itu berhubungan langsung dengan lorong tersebut...."
sementara pembicaraan masih berlangsung,
mendadak suasana jadi gelap. ternyata beberapa lubang
cahaya tersebut telah disumbat orang, Menyusul
kemudian terdengar seseorang menegur dengan suara
dingin dan kaku: "Kalian sudah terjebak dalam
perangkap maut, Di atas dinding ini sudah siap jala baja,
sedang dinding di sekeliling tempat itu sangat kokoh dan
kuat. Kalian harus bersedia masuk menjadi anggota
perkumpulan kami, kalau tidak hanya jalan kematian
yang tersedia." Han si-kong mendongkol sekali, teriaknya penuh
amarah: "chee Tay-tong, kau manusia busuk Lupa teman
822 Anak anjing biadab, moralmu lebih bejad daripada anjing
geladak Asal aku orang she- Han dapat lolos dari tempat
ini, aku bersumpah akan meratakan benteng Tay-peng
ini dengan tanah" sebagaimana diketahui, ia pernah dipenjarakan pihak
Hian-hong-kau dalam penjara bawah tanah selama
berapa tahun, siksaan itu nyaris membuatnya gila. Belum
lama lolos dari siksaan kini harus mengalami kembali
nasib yang sama. Dalam anggapannya hidup dalam penjara jauh lebih
mengenaskan dari pada jiwanya dicabut, tak heran kalau
perasaannya jadi amat panik dan gelisah.
"Locianpwee, kau tak perlu panik," hibur Li Bun-yang
pelan, "Dengan tenaga gabungan kita beberapa orang,
meski untuk sementara terkurung di sini, aku yakin
mereka pun tak mampu berbuat apa-apa terhadap kita.
Apalagi adikku terkenal sebagai Khong Beng perempuan,
asal ada dia di sini, kita tentu bakal lolos dari kurungan-"
" Engkoh Yang, kau jangan kelewat menyanjung
kemampuanku" seru Li Tiong-hui cepat-cepat. "Melihat
situasi saat ini, klta hanya bisa berusaha sementara nasib
tetap ada di tangan Thian, Apabila Thian tidak membantu
maka aku tak berdaya apa-apa." Habis berkata ia segera
pejamkan mata dan mulai putar otak mencari akal.
823 Han si-kong paling takut kalau sampai terkurung lagi
di tempat semacam ini, mendengar ucapan tadi katanya
buru-buru: "Yaa benar, aku pun pernah mendengar
orang bilang, kecerdasan nona Li tiada taranya di kolong
langit saat ini. Mulai sekarang kita wajib mendengar dan
mentaati semua perintah nona Li. Asal ada perintah, aku
pasti akan melaksanakannya tanpa membantah."
Li Tiong-hui sama sekali tidak menjawab, matanya
dipejamkan rapat-rapat, ia seakan-akan tidak
mendengarkan sama sekali ucapan Han si-kong tadi.
Li Bun-yang buru-buru berbisik: "Apabila menghadapi
masalah yang pelik biasanya adikku akan memejamkan
mata sambil berputar otak. dan di kala semua pikirannya
sudah terpusat, maka hal apa pun tak akan digubris
olehnya, Harap locianpwee jangan tersinggung dengan
sikapnya itu." "Yang paling penting buat kita saat ini adalah
bagaimana caranya meloloskan diri Buat apa kita mesti
buang waktu guna mempersoalkan masalah tetek
bengek.... Aaaai... Padahal akulah biang keladinya, coba
aku tidak berlagak sok pintar, tak nanti kalian semua ikut
menderita siksaan ini."
"Hati manusia sukar diduga, Bagaimana pun
locianpwee adalah sahabat karib Chee Tay-tong
semenjak puluhan tahun berselang, darimana kau bisa
mengetahui perbuatan, watak serta gerak geriknya
824 sekarang" sudahlah, dalam peristiwa ini kau tak bisa
disalahkan seandainya di kala kita memasuki lorong
rahasia tadi sudah mulai memperhatikan letak rahasia
lorong tersebut, tak mungkin kita bisa terjebak di sini."
"Dalam situasi begini yang penting adalah
merundingkan cara memecahkan kurungan ini." sela Li
Tiong-hui tiba-tiba. "Apa gunanya kalian membincangkan
hal-hal yang tak berguna...?"
"Ehmmm, betul juga" sambung Han si-kong. "Memang
lebih penting kita bicarakan soal tersebut." ia betul-betul
takut bakal terkurung selamanya di tempat itu, sebab
kalau sampai terkurung berapa tahun saja, dia akan lebih
suka mencari mati daripada hidup tersiksa.
"sayang... sayang sekali," gumam Li Tiong-hui lagi
"seandainya di antara kita ada yang mempunyai sebilah
pedang mustika, keadaan akan lebih menguntungkan
lagi." satu ingatan melintas dalam benak Lim Han-kim, ia
segera merogoh sakunya dan mengambil keluar pedang
Jin-siang-kiam, lalu sambil menyodorkan ke muka, ia
berkata: "Pedang Jin-siang-kiam milikku ini amat tajam. Baja
pun bisa dibabat, silahkan nona periksa, mungkin bisa
digunakan." 825 "Ehmmm, akan kucoba." sahut Li Tiong-hui dinginsetelah
menerima pedang itu, dengan langkah lebar
dia berjalan menuju ke dinding lorong, Baru berjalan
belasan langkah, ia sudah mendekati dinding lorong
tersebut. Li Tiong-hui tempelkan telinganya di atas dinding dan
mendengarkan dengan penuh seksama, tiba-tiba
wajahnya berubah hebat, ia pun menelusuri dinding
sepanjang lorong itu untuk melakukan pemeriksaan satu
per satu. "Bagaimana Adik Hul?" tanya Li Bun-yang kemudian,
"Apakah kita dapat keluar dari sini?" ^
" Hampir saja aku tertipu, rupanya di luar dinding
lorong ini ada airnya."
Lim Han-kim mencoba memperhatikan gadis itu,
tampak Li Tiong-hui menelusuri dinding itu dengan amat
cermat, setiap maju beberapa langkah ia segera
tempelkan telinganya pada dinding ruangan untuk
melakukan pemeriksaan. setelah berada cukup lama dalam kegelapan,
pandangan mata keempat orang itu sudah dapat
menyesuaikan diri dengan situasi tempat tersebut, meski
tidak sejelas di tempat yang terang, namun secara garis
826 besarnya mereka dapat mengawasi keadaan ruangan
tersebut secara jelas. Ternyata luas ruangan itu lebih kurang empat kaki,
sebagian besar terbuat dari batu hijau yang keras dan
kokoh. Ruangan itu dihubungkan jadi satu dengan lorong
rahasia dan langsung berhubungan dengan ruang tamu,
tapi berhubung diatas ruangan itu hanya dipasang jala
baja yang tembus cahaya maka pada suasana malam
begini gampang menimbulkan kesan yang salah bagi
orang lain- Dikiranya tempat itu hanya sebuah halaman
yang luas saja. sementara itu Li Tiong-hui sudah berjalan mengelilingi
seluruh dinding batu itu dan pelan-pelan berjalan kembali
ke tempat beberapa orang itu berada. "Bagaimana?"
tanya Li Bun-yang lagi "Tak bisa turun tangan?"
"Aku rasa mereka sudah mempersiapkan diri secara
matang," sahut Li Tiong-hui pelan-"sebab dari sudut
mana pun kita berusaha menjebol dinding batu itu, aku
tak akan kita bisa lolos dari perhitungan mereka."
"Aku punya sebuah akal bagus, Cuma tak tahu cocok


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk digunakan atau tidak?" usul Lim Han-kim tiba-tiba.
"Coba katakan" "Kita dapat menggunakan daya ingat masing-masing
untuk menemukan pintu rahasia lorong tersebut,
827 kemudian kita jebol dindingnya dan menerobos ke luar
dari sini. Misalnya cara ini tak bisa, kita dapat menjebol
pintu langsung menyerbu ke dalam ruang tamu dan
bertarung mati-matian melawan mereka."
"Huuuh, itu mah bukan akal bagus." jengek Li Tionghui
ketus. Lim Han-kim merasakan pipinya jadi panas karena
jengah, tapi ia membungkam diri dalam seribu basa
Li Tiong-hui kuatir Li Bun-yang menegurnya karena
ejekan tersebut buru-buru katanya lagi: " Untuk
sementara waktu lebih baik kalian duduk mengatur
pernapasan di sini sambil menjaga kondisi badan. Aku
yakin dalam satu jam mendatang pihak musuh tentu
sudah melakukan suatu aksi Nah, pada saat itulah kita
baru perhitungkan lagi situasi lawan sambil mencari akal
untuk menghadapinya."
Mendengar perkataan itu, diam-diam Lim Han-kim
berpikir: " Kenapa kita mesti duduk menunggu aksi
musuh lebih dulu sebelum mencari upaya untuk
mengatasinya Bukankah lebih baik melakukan tindakan
dan menyerang musuh ini saat mereka tak siap?"
Walaupun dia kurang setuju dengan cara yang
diusulkan Li Tiong-hui, namun setelah kebentur batunya
barusan, rasa was-was dan sangsi telah menyelimuti
perasaannya sehingga pemuda itu memilih lebih baik
828 tidak banyak bicara ketimbang mendapat malu lagi,
sebaliknya Li Bun-yang sangat yakin dengan kemampuan
adik perempuannya, ia tahu gadis itu berbuat demikian
karena ada alasan yang kuat, oleh karena itu ia pun
segan banyak berdebat. sebaliknya Han si-kong hanya
memikirkan bagaimana bisa lolos dari penjara tersebut.
Karenanya dia pun tak punya waktu untuk menggubris
hal tersebut. Untuk sementara waktu suasana ruangan tersebut
berubah jadi hening, tak kedengaran sedikit suarapun.
sepenanakan nasi kemudian terdengarlah suara
seseorang berkata dengan nada dingin: "Mulai detik ini
kami akan memberi waktu selama setengah jam untuk
mempertimbangkan. Apabila kalian enggan menyerahkan
diri serta bergabung dengan perkumpulan kami, maka
jangan salahkan jika kami akan bertindak keji dan tak
berperasaan." Han si-kong segera melompat bangun, umpatnya
keras-keras: "Hei, manusia golongan tikus: Kalau berani
ayo masuk dan berduel dengan aku, Hmmm Bila bertemu
nanti, pasti akan kucincang tubuhmu jadi berkepingkeping"
suara dingin ini sama sekali tak menanggapi tantangan
Han si-kong, terdengar ia berkata lagi: "Memandang
kalian semua adalah jago-jago kenamaan dalam dunia
persilatan, ketua perkumpulan kami tak ingin bermain
829 kasar terhadap kamu semua, sikapnya terhadap kalian
selama ini sudah terhitung cukup ramah."
"Anjing budukan tak tahu malu" umpat Han si-kong
gusar "Kau anggap tuan besar Han-mu ini manusia
macam apa" Tak nanti aku sudi menyerahkan diri kepada
kalian." "Hmmm, kalau begitu tunggu saja jalan kematian buat
kalian semua" Li Tiong-hui yang berada disisi Han si-kong buru-buru
berbisik, "Locianpwee, jangan perdulikan mereka."
Tapi hawa amarah Han si-kong belum juga mereda,
kembali teriaknya penuh rasa dongkol: " ingat- ingat saja
kau Chee Tay-tong, manusia yang lupa budi, asal aku
bisa lolos dari ruangan ini, pasti akan kujagal batok
kepala anjingmu itu"
Li Tiong-hui tahu orang tua itu sedang dicekam
perasaan murung bercampur khawatir, memang ada
baiknya kalau dia mengumbar hawa amarahnya dengan
umpatan-umpatan tersebut agar perasaannya lebih lega,
oleh sebab itu dia tidak mencoba menghalangi, hanya
kepada Li Bun-yang bisiknya: " Engkoh Yang, tampaknya
pihak musuh telah membuat persiapan yang matang.
Mereka telah mempersiapkan diri di sekeliling dinding ini.
Apabila kita nekad menerobos dinding tersebut, aku
kuatir dalam gugup dan paniknya pihak musuh akan
830 menggunakan segala cara untuk menghadapi kita .Jika
sampai terjadi begini, susahlah kita dan dosisi kita malah
tergencet di bawah angin"
Ketika mengucapkan perkataan itu, sepasang matanya
hanya tertuju pada Li Bun-yang seorang, seakan-akan di
sisinya cuma hadir Li Bun-yang saja. Ucapan itu
diutarakan Li Tiong-hui dengan suara lirih, sementara
Han si-kong yang berada di sampingnya sedang
berteriak-teriak mencaci maki, otomatis Lim Han-kim
yang berada di sisi lain tak bisa mendengar perkataan
tersebut secara jelas meski dia memiliki ketajaman
pendengaran yang luar biasa, tanpa sadar dia
menggeserkan kepalanya ke samping.
siapa tahu secara tiba-tiba Li Tiong-hui tutup mulutnya
sambil mundur beberapa langkah, kemudian duduk
bersila, pejamkan mata dan mengatur pernapasan.
Walaupun Li Bun-yang belum mendengar Li Tiong-hui
membeberkan caranya untuk meloloskan diri, namun ia
tahu adiknya sudah mempunyai rencana yang matang,
maka sambil tersenyum ia duduk bersila pula di atas
tanah dan mulai atur pernapasan.
Pemuda ini sadar, dalam usaha meloloskan diri nanti,
suatu pertempuran sengit tak mungkin bisa dihindari,
maka dia hendak memanfaatkan kesempatan ini untuk
mengatur tenaga dan mempersiapkan diri.
831 Lim Han-kim tidak tahu perundingan apa yang telah
dilakukan dua bersaudara itu, sekalipun dalam hati
kecilnya sebetulnya dia ingin tahu, tapi bila teringat
kembali kejadian memalukan yang dialaminya barusan, ia
jadi tak berani banyak bertanya.
Dalam kesempatan itu Han si-kong telah berhenti
mengumpat setelah umpatannya sekian lama sama sekali
tak diladeni pihak lawan, membayangkan kembali
penderitaannya semasa hidup dalam penjara,
perasaannya jadi tak karuan, terkejut bercampur gusar.
Akhirnya ia tak dapat menahan diri lagi, teriaknya
keras: "Nona Li, apakah kau sudah menemukan cara
untuk meloloskan diri dari kepungan ini?"
Li Tiong-hui ada maksud membiarkan musuh yang
menyadap pembicaraan mereka dari luar ruangan ikut
mendengarnya, maka dengan suara yang keras pula
sahut-nya: "susah, susah sekali Dinding sekeliling
ruangan ini sangat kokoh dan keras, susah ditembusi
gedang maupun golok."
"Lantas bagaimana?" teriak Han si-kong gelisah, "Jadi
susah bagi kita untuk lolos dari sini?"
"Yaa... tampaknya memang susah." Han si-kong
merasa amat terkesiap. 832 "Waaaah... bagaimana ini" Kau tahu, masuk penjara
rasanya lebih tersiksa daripada mampus."
Dengan ilmu menyampaikan suara buru-buru Li Tionghui
berbisik: "Locianpwee tak usah putus asa. Aku yakin
ruangan batu ini tak nanti bisa mengurung kita
sepanjang masa...." Han Si-kong cukup berpengalaman begitu mendengar
bisikan Li Tiong-hui, ia segera sadar bahwa gadis itu
memang sengaja bicara demikian karena ingin
mengelabui musuhnya, karena itu dia pun tidak banyak
bicara lagi. Tiba-tiba tampak cahaya api berkelip dalam ruangan
tersebut, menyusul kemudian terendus bau harum yang
sangat aneh tersiar luas di tempat itu. Dengan sigap Li
Tiong-hui melompat bangun sambil serunya: "Cepat
masukkan pil ini ke dalam mulut dan berusaha keras
menutup semua pernapasan, mereka akan menggunakan
obat pemabuk untuk merobohkan kita...."
sambil berkata dia mengayunkan tangannya, tiga butir
pil segera meluncur ke arah Li Bun-yang, Han si-kong
serta Lim Han-kim, setelah itu terusnya: "Lebih baik kita
berlagak seakan-akan mabuk oleh obat pemabuk itu,
dengan begitu musuh akan terpancing masuk. Andai kata
bukan terancam jiwa kita, lebih baik jangan turun
tangan." 833 Ketiga orang itu menurut dan segera masukkan pil itu
ke dalam mulut, tutup semua pernapasan dan pura-pura
tergeletak di atas tanah, Lebih kurang setengah jam
kemudian, dari atas dinding batu itu berkumandang lagi
suara teguran yang dingin: "sebentar lagi ketua
perkumpulan kami akan tiba di sini, Mau hidup mau mati
terserah pada pilihan kalian sendiri, tapi perlu
kuingatkan, inilah kesempatan terakhir bagi kalian."
sejak awal Han si-kong sudah dipesan oleh Li Tionghui
agar pura-pura semaput, maka walaupun ia
mendengar semua perkataan itu dengan jelas, namun
tetap berlagak tidak mendengar.
Ketika beberapa kali tegurannya tidak mendapat
tanggapan, tiba-tiba saja suasana menjadi sangat
hening. Tak lama kemudian kedengaran suara deritan
bergema membelah keheningan, dari atas lentera yang
menerangi kegelapan, berjalan masuk dua orang lelaki
kekar berbaju hitam yang membawa golok di tangan, Di
belakang kedua orang lelaki itu mengikuti seorang gadis
berbaju hijau yang cantik jelita.
Lim Han- kim membuka sedikit matanya untuk melirik.
tapi jantungnya segera berdebar keras, ternyata gadis
cantik berbaju hijau itu tak lain adalah Lik-ling. Dengan
sorot matanya yang jeli Lik-ling mengawasi Li Bun-yang
sekejap. kemudian serunya sambil tersenyum:
834 "Bagus sekali, ternyata mereka adalah dua bersaudara
Li dari keluarga persilatan Bukit Hong-san, si monyet tua
dan Lim Han- kim, rata-rata termasuk tokoh silat
kenamaan dalam dunia persilatan."
Begitu melihat munculnya Lik-ling, secara diam-diam
Han si-kong telah mengerahkan tenaga dalamnya ke
tangan kanannya siap melancarkan serangan, begitu Li
Tiong-hui memberi aba-aba, dia telah siap melancarkan
sergapan paling kilat. siapa yang mengira keadaan Li Tiong-hui seakan-akan
betul-betul terbius oleh obat pemabuk. tubuhnya
tergeletak tak berkutik di atas tanah, Mula-mula Lik-ling
berjalan mendekati Han si-kong lebih dulu, katanya
sambil tertawa dingin: "Hmmm, monyet tua, kau
memang sudah ditakdirkan masuk penjara lagi, dulu kau
bernasib mujur berhasil lolos dari cengkeraman kami,
tapi sekarang... hmmm, rupanya kau telah mengantar
dirimu sendiri" Han si-kong mendongkol setengah mati, baru saja dia
siap melancarkan serangan, mendadak lengannya terasa
jadi kaku, ternyata jalan darahnya telah ditotok. kejadian
ini tentu saja sama sekali di luar dugaan orang tua ini,
dalam keadaan begini dia hanya bisa mengeluh dalam
hati. setelah jalan darahnya tertotok. orang tua ini semakin
mengerti, satu-satunya kemungkinan baginya sekarang
835 adalah menunggu pertolongan dari Li Tiong-hui,
Ternyata gadis tersebut sama sekali tidak memberi reaksi
apa pun, yang terdengar hanya suara tertawa Lik-ling
yang nyaring dan sangat menusuk pendengaran
Diam-diam Han si-kong membuka matanya dan melirik
ke arah perempuan itu, ia jumpai Lik-ling sedang
mengayunkan tangannya berulang kali menotok jalan
darah Lim Han-kim, Li Tiong-hui serta Li Bun-yang, yang
lebih aneh lagi ternyata tak seorang pun di antara
mereka yang melompat bangun melakukan perlawanan.
Kejadian ini kontan saja mengobarkan hawa amarah
orang tua ini, pikirnya: "Sialan... siapa suruh aku
menuruti perkataan perempuan, nyatanya ucapan wanita
memang tak boleh dipercayai," walaupun dalam hati
kecilnya dia merasa gusar sekali, apa boleh buatjalan
darahnya sudah tertotok sehingga tidak memiliki
kemampuan untuk melancarkan serangan balasan.
Dalam keadaan begini terpaksa dia harus menekan
gejolak emosinya di dalam hati.
Di tengah keheningan yang mencekam tiba-tiba
berkumandang datang suara langkah kaki manusia yang
sangat kacau, tampaknya ada banyak orang yang
memasuki ruangan itu. Menyusul kemudian ia merasa
badannya digotong orang menuju keluar ruangan, tak
lama kemudian ia sudah merasakan angin malam yang
berhembus di sisi badannya.
836 Ketika ia mencoba menengok ke sam-ping, tampak Li
Tiong-hui yang sedang digotong di sisinya tetap
pejamkan mata rapat-rapat dan membiarkan badannya
digotong ke luar. Hatinya jadi makin jengkel dan mendongkol Mendadak
terdengar suara bisikan lembut bergema di sisi te1inganya:
"Locianpwee, cepat pejamkan matamu, kalau tidak
memasuki sarang harimau mana mungkin kita bisa
peroleh anak macan" jangan sampai ketahuan bahwa
kita tidak mabuk oleh dupa pemabuknya, bisa berabe
nanti."

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Han si-kong amat terkesiap. kembali pikirnya:
"Ternyata tenaga dalam yang dimiliki bocah perempuan
ini belum punah... jadi ia memang sengaja berpurapura...."
setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya, ia jadi
amat lega, matanya segera dipejamkan dan diam-diam
mengerahkan tenaga dalamnya untuk membebaskan diri
dari pengaruh totokan, Mendadak tubuhnya terasa
bergetar keras, ternyata ia sudah dibanting ke atas
tanah, Menyusul kemudian terdengar seseorang berseru
dengan suara dingin: "Berikan obat pemunahnya"
Dalam situasi dan keadaan seperti ini Han si-kong
semakin tak berani membuka matanya, ia merasa bau
harum yang semerbak menusuk penciumannya membuat
sekujur badan terasa segar sekali, maka pikir-nya: "Aku
837 rasa setelah mengendus obat penawar itu aku boleh
membuka matanya kembali...."
Pelan-pelan dia membuka matanya, ternyata tubuh
mereka saat itu sudah digotong masuk ke dalam sebuah
ruang pertemuan yang sangat luas. Di bawah cahaya lilin
tampak di hadapannya berjajar tiga buah kursi yang
dilapisi kulit harimau. Di atas kursi yang ada di tengah duduk seorang
manusia berperawakan kecil langsing yang mengenakan
topeng tembaga, di samping kanannya adalah seorang
lelaki setengah umur yang membawa kipas, sedang di
sebelah kiri duduklah Lik-ling.
Waktu itu Li Bun-yang, Li Tiong-hui serta Lim Han-kim
yang berada di sisi kiri kanannya telah membuka mata
mereka semua, Dengan pandangan mata yang tajam
lelaki setengah umur yang membawa kipas itu menyapu
sekejap wajah Li Bun-yang serta Li Tiong-hui, mendadak
ia melompat bangun sambil mengulapkan tangannya.
seketika itu juga ada belasan orang lelaki kekar
berpakaian ringkas yang munculkan diri dan langsung
menerkam ke arah Lim Han-kim berempat.
Li Tiong-hui melompat bangun lebih dulu sambil
memutar badannya yang ramping, ia lepaskan sebuah
pukulan menghajar pergelangan tangan kanan lelaki
yang berada paling depanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
838 Golok besar yang berada dalam genggaman lelaki itu
seketika terlepas dari cekalannya. Li Tiong-hui segera
mencukil dengan ujung kakinya, tahu-tahu senjata
tersebut telah berpindah tangan, setelah berhasil
merebut senjata lawan, Li Tiong-hui tidak berhenti
sampai di situ saja, goloknya langsung dibacokkan ke sisi
tubuhnya. jeritan ngeri yang memilukan hati segera
bergema memecahkan keheningan, seorang lelaki
bersenjata golok kena bacok pada bahunya hingga
kutung jadi dua bagian. Berhasil melukai seorang musuh, Li Tiong-hui
menyerang makin menggila, dalam waktu singkat ia
berhasil merobohkan dua orang lagi. Li Bun-yang yang
tak mau kalah, senjata kipasnya segera dipentangkan
melindungi dada, sambil melompat bangun ia langsung
menerkam manusia bertopeng tembaga yang duduk di
kursi tengah itu. Gerakan tubuh Lim Han-kim lebih cepat lagi, sekali
sapuan ia merobohkan empat lelaki yang menerjang
paling dekat dengan dirinya, lalu dari kejauhan ia
lancarkan satu pukulan memukul rontok golok yang
sedang membacok badan Han si-kong.
Mengikuti gerakan itu tubuhnya melompat ke muka,
tangan kanan membendung serbuan musuh sementara
tangan kirinya diayunkan menepuk bebas totokan jalan
darah Han si-kong. 839 Begitu bebas dari pengaruh totokan, Han si-kong
melompat bangun sambil menyambar golok yang
tergeletak di sampingnya, dengan suara keras
bentaknya: " Cecunguk- cecunguk tengik Hari ini aku
harus membantai kalian hingga lenyap dari muka bumi"
"sreeet.." Goloknya berputar ke belakang membacok
seorang lelaki yang sedang menerjangnya .
serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini
benar-benar luar biasa hebatnya, lelaki kekar itu
mencoba menangkis dengan senjatanya. "Traaangg.,."
Benturan keras yang memekikkan telinga sebera
berkumandang memecahkan keheningan. Lelaki itu tak
sanggup menahan diri lagi, goloknya tergetar keras
hingga mencelat dari genggamannya.
setelah Lim Han- kim menepuk bebas totokan Han sikong,
ia menerjang lagi ke arah musuh-musuhnya. Dari
totokan berubah jadi pukulan, dalam waktu singkat ada
tiga orang berhasil dirobohkan-
Manusia bertopeng tembaga yang duduk di kursi
tengah itu betul-betul tenang sekali
Dia sama sekali tak menggubris terkaman Li Bunyang.
jangankan bergerak. melirik sekejap pun tidak. Di
saat kritis itulah lelaki setengah umur yang telah bangkit
berdiri tadi segera melintangkan tubuhnya menghalangi
840 terjangan Li Bun-yang, senjata kipasnya dibabat keluar
dari samping. Li Bun-yang cukup berpengalaman dan luas
pengetahuannya, Dari gaya serang lawan ia sudah tahu
kalau telah bertemu musuh tangguh, Hawa murninya
seketika dihimpun dalam pusar, badannya yang sedang
menerjang ke muka dihentikan seketika.
Begitu turun ke atas tanah, pergelangan tangannya
diputar, senjata kipasnya bergulung ke luar dari bawah
menyapu urat nadi pada pergelangan tangan orang itu.
Cepat-cepat orang itu miringkan badannya mengegos ke
samping, lolos dari ancaman telapak tangan kirinya
didorong ke depan melancarkan sebuah pukulan.
Kedua orang itu sama-sama menggunakan senjata
kipas, dalam pertarungan senjata mereka sebentar
merapat sebentar pula merenggang, perubahan yang
terkandung di balik gerak serangan amat banyak dan
sukar diduga sebelumnya, membuat seluruh arena
tergulung dalam bayang-bayang kipas mereka, keadaan
sungguh menegangkan. Dalam sekejap mata kedua belah pihak telah saling
bertarung hampir tujuh delapan belasan jurus, namun
keadaan tetap berimbang tiada yang menang dan tiada
yang kalah. 841 Diam-diam Li Bun-yang amat terkejut, pikirnya:
"Sungguh tak nyana di dalam benteng Tay-peng yang
kecil ini ternyata terdapat seorang jago silat setangguh
ini" Ia semakin tak berani bertindak gegabah. Kipasnya
diputar makin kencang, secara beruntun ia lepaskan lagi
tiga buah serangan, Ketiga jurus serangan itu dilepaskan
dengan cepat, ganas dan keji, hebatnya bukan kepalang.
Namun manusia berjubah hijau itu tak lebih hanya
terdesak mundur setengah langkah saja. Kali ini
permainan jurusnya berubah, dua buah pukulan berantai
dilontarkan berbarengan, lagi-lagi posisinya yang
terdesak berhasil dimantapkannya kembali.
Di pihak lain, Lim Han- kim dengan mengandalkan
ilmu pukulannya telah berhasil melukai delapan sembilan
orang musuh, Ketika melihat Li Bun-yang telah berjumpa
musuh tangguh dan kelihatannya dengan kekuatan
seorang diri tampaknya sulit bagi pemuda itu untuk
menerjang lewat dari hadangan manusia berjubah hijau
itu, maka kepada Han si-kong segera bisiknya:
"Locianpwee, harap kau hadapi tempat ini sendirian, aku
hendak membantu saudara Li."
Waktu itu api amarah bergelora dalam dada Han sikong,
secara beruntun ia telah berhasil merobohkan tiga
orang musuh, tapi jumlah penyerang makin lama
semakin banyak, begitu seorang roboh, yang lain segera
842 maju mengisi kembali Karenanya dengan suara keras
sahutnya: "Tak usah kuatir, serahkan saja kepadaku"
Goloknya diputar semakin gencar, secara beruntun dia
lepaskan tiga buah serangan. Ketiga bacokan itu
dilancarkan sangat garang dan hebat memaksa lelaki
kekar yang mengepung terdesak mundur dari arena.
Lim Han-kim segera melepaskan sebuah pukulan
dahsyat, tenaga serangannya bagaikan amukan
gelombang samudra menggulung ke muka mendesak
mundur beberapa orang musuh menghadang jalan
lewatnya. Begitu musuh terdesak mundur, Lim Han-kim segera
manfaatkan peluang itu untuk melompat ke depan dan
meluncur ke sisi arena, Gerakan tubuhnya ini dilakukan
dengan kecepatan luar biasa, Dalam sekali lompatan saja
ia telah tiba di arena di mana Li Bun-yang sedang
bertarung melawan sastrawan setengah umur itu.
Tangan kirinya bekerja cepat, ia lepaskan sebuah
cengkeraman kilat menyambar urat nadi pada
pergelangan tangan kanan si sastrawan yang
menggenggam senjata kipas itu.
Tiba-tiba dari sisi tubuhnya terasa desingan angin
tajam menyergap badannya, menyusul kemudian
kedengaran Lik-ling tertawa nyaring.
843 Lim Han-kim tertawa dingin, tangan kanannya dibalik
ke belakang melepaskan sebuah pukulan, sedangkan
tangan kirinya tanpa merubah gerakan meneruskan
cengkeramannya mengancam urat nadi pada
pergelangan tangan kanan sastrawan setengah umur itu.
"Blaaaammmm. . . "
Benturan nyaring bergema membelah angkasa, Ketika
tenaga pukulan Lik-ling saling beradu dengan pukulan
Lim Han-kim, tubuh perempuan cantik itu seketika
tergetar mundur sejauh dua langkah dari posisi semula.
Meski Lim Han-kim harus beradu tenaga dengan Likling,
kejadian ini sama sekali tidak mempengaruhi gerak
serangan tangan kirinya, dalam sekejap mata jari
tangannya telah menempel di atas urat nadi sastrawan
setengah umur itu. sambil mengerahkan tenaganya
untuk menggencet, bentaknya keras: "Lepaskan.,."
Belum habis ia bicara, mendadak telapak tangannya
terasa amat sakit, tenaga serangan pada kelima jari
tangannya lenyap seketika.
Pemuda itu jadi amat terperanjat, cepat-cepat dia
melompat mundur dari arena.
"saudara Lim, kenapa kau?" tanya Li Bun-yang kaget,
Senjata kipasnya segera mengeluarkan jurus "Memotong
Dua Bukit Karang" untuk mendesak mundur sastrawan
setengah umur itu, sementara tubuhnya bergeser ke sisi
Lim Han-kim. 844 Anak muda itu segera memeriksa tangan kirinya, Di
bawah cahaya lilin tampaknya di atas telapak tangannya
itu telah muncul setitik mulut luka berwarna merah
gelap, sebatang jarum yang amat lembut masih
menancap di situ. seandainya tak ada darah yang masih
meleleh ke luar, orang akan sulit untuk mengetahui ada
jarum lembut yang menancap di situ.
Terdengar sastrawan setengah umur itu berkata
dengan dingin: "Ia sudah terkena jarum sakti sam- coatsin-
ciamku. jarum itu mengandung racun yang sangat
ganas, siang tak bertemu malam, malam tak bertemu
pagi, kecuali obat penawar buatanku sendiri, jangan
harap ada orang di dunia ini yang bisa menawarkan
racunku itu." Ketika menyaksikan keadaan luka di telapak tangan
Lim Han-kim diam-diam Li Bun-ya merasa terkesiap, Dia
tahu ucapan orang tersebut mungkin memang agak
dibesar-besarkan, tapi terlukanya Lim Han-kim oleh
jarum beracun memang benar-benar merupakan satu
kenyataan- Pada saat yang sama di tengah ruang pertemuan yang
luas itu sudah dipenuhi belasan sosok tubuh manusia
yang bergelimpangan di atas tanah. Di bawah serangan
Li Tiong-hui yang bertubi-tubi serta terkaman Han sikong
yang lebih garang dari harimau, dalam dua tiga
gebrakan selalu ada lawan yang menjadi korban,
845 sementara itu si sastrawan setengah umur itu pun diamdiam
merasa terkejut setelah melihat kehebatan ilmu
silat beberapa orang itu ia sadar apabila pertarungan
dibiarkan berlangsung terus, maka walaupun jumlah
kekuatan dipihaknya masih banyak. namun yang bakal
jatuh korbanpun tak akan sedikit jumlahnya .
Maka sambil menjura ke arah Li Bun-yang, ujarnya:
"Sobatmu telah terluka oleh jarum beracunku, kecuali
obat penawar racunku, tak ada obat lain di dunia ini yang
bisa mengobati luka tersebut Lebih baik suruh temantemanmu
berhenti menyerang, kita bisa bicarakan
persoalan ini secara baik-baik."
Li Bun-yang memperhatikan sekejap situasi disekeliling
tempat itu, kemudian katanya: "Kau suruh anak buahmu
berhenti menyerang lebih dulu" sastrawan berusia
pertengahan itu benar-benar membentak keras: "Tahan"
sesungguhnya kawanan lelaki kekar itu sudah dibuat
keder oleh kehebatan musuh-musuhnya, namun karena
takut melanggar peraturan perkumpulannya, terpaksa
mereka harus melakukan perlawanan habis-habisan, Li
Tiong-hui sendiri segera mengetahui kalau sudah terjadi
perubahan di arena setelah menyaksikan para
pengepungnya mengundurkan diri, sambil berpaling ke
arah Li Bun-yang, tegurnya: "Ada apa engkoh Yang?"
846

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Li Bun-yang menghela napas panjang: "Aaaai, saudara
Lim sudah terluka, kita tak bisa melanjutkan pertarungan
ini." "Aaaah, masa begitu?" bentak Han si-kong keraskeras,
sambil melompat mendekat "Di mana lukanya?"
"Aaah, tidak mengapa, cuma luka kecil," sahut Lim
Han-kim sambil tertawa hambar, "Aku yakin masih
sanggup mempertahankan diri, kalian tak usah
menguatirkan kesela matanku silahkan turun tangankalau
bisa basmi habis semua musuh tangguh."
setelah sekian lama bersama-sama dengan pemuda
ini, dalam hati kecil Han si-kong telah timbul rasa
persahabatan-nya dengan pemuda ini, dia merasa kuatir
sekali dengan keselamatan sobatnya itu, dengan
perasaan cemas teriaknya kemudian: "Masalah semacam
ini tak bisa dipaksakan di mana lukamu, coba perlihatkan
kepadaku." "Aaah, hanya sedikit luka kecil...." sahut Lim Han-kim
sambil mengangkat tangan kirinya, Tiba-tiba ia tutup
mulut dan tidak melanjutkan perkataannya lagi. Ternyata
hanya dalam waktu singkat telapak tangan kiri Lim Hankim
telah berubah menjadi hitam pekat
"Waaah.,. itu mah luka keracunan.,." teriak Han sikong
amat terperanjat. 847 " Cepat totok jalan darah Ci-ti-hiat, Ngo-li-hiat dan Pitji-
hiat pada lengan kirinya," perintah Li Tiong-hui cepat,
"jangan biarkan hawa racun itu menyerang isi perut
melalui jaluran nadi Peng-yang-beng tay-ciong-keng...."
Li Bun-yang mengiakan dan segera turun tangan
menotok tiga buah jalan darah penting di tubuh Lim Hankim.
Mendadak terdengar sastrawan setengah umur itu
tertawa tergelak "Ha ha ha ha... Nona Li, kau betul-betul
seorang ahli" "Maafkan aku karena tidak kenal siapa anda," ucap Li
Tiong-hui ketus. " Walaupun aku sering melakukan perjalanan di dalam
dunia persilatan, namun identitasku selalu terselubung,
jangankan nona, sesungguhnya memang tak banyak
orang di jagad ini yang kenal dengan aku."
Pada saat itu Li Bun-yang telah mengalihkan sorot
matanya ke wajah manusia bertopeng tembaga yang
duduk di kursi tengah itu, ia lihat orang tersebut tetap
duduk tak bergerak diposisinya semula, seakan-akan
hasil pertarungan sengit yang berlangsung dalam ruang
pertemuan tersebut serta sekian banyak korban yang
telah berjatuhan sama sekali tak ada sangkut paut
dengan dirinya, ia duduk bagaikan sebuah patung saja.
keadaan demikian betul-betul menimbulkan kecurigaan
bagi siapa pun yang melihatnya.
848 Terdengar Li Tiong-hui menegur dengan nyaring: "Bila
kulihat dari tingkah laku serta gerak gerik kalian yang
serba misterius ini, aku tebak kamu semua pasti berasal
dari perkumpulan Hian-hong-kau bukan?"
"Dugaan nona tepat sekali," sastrawan setengah umur
itu menjawab sambil tersenyum, "Hingga detik ini,
perkumpulan kami telah mendirikan dua puluh enam
cabang di Utara maupun selatan sungai besar, aku yakin
dalam tiga tahun mendatang...."
"Hmmm Kemampuan kalian tak lebih cuma gertak
sambal belaka" tukas Li Tiong-hui ketus. "Bila kulihat dari
kedudukanmu yang cukup tinggi, boleh aku tahu,
engkaukah ketua perkumpulan Hian-hong-kau?"
Paras muka sastrawan setengah umur itu tiba-tiba
saja berubah serius, sahutnya: "Wibawa dan
keperkasaan ketua kami jauh melebihi siapa pun, mana
mungkin aku bisa menandingi kemampuan ketua?"
"Lantas apa kedudukanmu dalam partai?"
"Pelindung hukum"
"Lalu siapa pula manusia bertopeng tembaga yang
duduk di kursi tengah itu?" tanya Li Tiong-hui sambil
tertawa dingin, "Ketua kami," jawab sastrawan itu serius, selesai
berkata ia memberi hormat kepada orang itu.
849 "Hmmmm Manusia berhati pengecut Kalau memang
dialah ketua perkumpulan Hian-hong-kau, kenapa tak
berani menjumpai orang dengan wajah aslinya...?"
"Bagi orang yang pernah melihat wajah- ku, hanya
tersedia dua pilihan, diambil," kata orang bertopeng
tembaga itu dingin, " Kalau tidak bergabung dengan
perkumpulan kami, hanya jalan kematian saja yang
tersedia." Li Bun-yang maupun Han si-kong sama-sama
tertegun, mereka merasakan suara orang itu begitu
merdu dan halus, sudah jelas suara seorang perempuan,
Kembali Li Tiong-hui tertawa dingini "He he he he... siapa
hidup siapa mati masih terlalu awal untuk dibicarakan
sekarang, paling tepat kalau kau lepaskan dulu
topengmu itu." orang yang duduk di kursi utama itu pelan-pelan
menggerakkan tangan kanannya dan melepaskan topeng
tembaga yang dikenakan Di bawah cahaya lilih, para jago
merasa pandangan matanya jadi silau, Dari balik topeng
tembaga itu muncullah selembar wajah yang cantik jelita
tak terkirakan. Walaupun sastrawan setengah umur itu sudah banyak
tahun berkumpul dengan ketuanya, bahkan seringkali
malah berada di sampingnya, namun agaknya dia sendiri
pun belum pernah melihat wajah asli ketuanya itu. Ketika
melihat perempuan itu melepaskan topeng tembaganya,
850 dengan sepasang mata melotot besar dia awasi ketuanya
itu tanpa berkedip. Tampaknya Li Bun-yang sendiri tidak menyangka
ketua perkumpulan Hian-hong-kau yang terkenal
misterius dan kejam itu ternyata seorang perempuan
yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, tanpa
terasa dia mengamati wajah ayu itu beberapa kejap
lamanya, perempuan itu benar-benar cantik, alis
matanya yang melenting bagai semut beriring, matanya
jernih bagaikan bulan purnama, hidungnya mancung dan
bibirnya kecil mungil seperti delima merekah.
"Benar-benar seorang gadis yang amat cantik" puji
Han Si-kong dengan suara nyaring, "Hanya sayang,
cantik di luar busuk di dalam, kenapa seorang gadis
secantik bidadari bisa memiliki hati sekeji ular berbisa...."
Mendadak gadis cantik itu melentik ke udara dan
meluncur ke hadapan Han si-kong dengan kecepatan luar
biasa.. "Plaaaak" Tahu-tahu pipi Han Si-kong sudah
ditampar satu kali. Tamparan itu dilakukan dengan kecepatan bagaikan
sambaran petir, bukan saja Han si-kong tak sempat
menghindarkan diri, bahkan Li Bun-yang yang berdiri di
sampingnya pun merasakan hatinya terkesiap ia merasa
gadis itu berkelebat cepat sekali, bukan begitu saja
kecepatannya melancarkan seranganpun belum pernah
dijumpai sebelumnya. 851 Han si-kong sendiri merasakan tubuhnya bergetar
keras, dengan darah bercucuran membasahi ujung
bibirnya ia mundur beberapa langkah dengan
sempoyongan. Terdengar gadis cantik itu berkata lagi dengan suara
dingin: "Anggapsaja tamparan itu sebagai hukuman yang
paling ringan bagi kelancangan mulutmu, Hmmm jika lain
kali berani bicara tak karuan lagi, hati-hati kugampar
mulutmu sampai giginya pada rontok."
selama hampir separuh hidupnya Han si-kong
berkelana dalam dunia persilatan, belum pernah ia
terima penghinaan seperti ini, apalagi ditampar seorang
gadis di muka umum, siksaan batin yang dirasakannya
saat ini jauh lebih hebat ketimbang mati dibunuh.
Maka sambil mengerahkan tenaga dalam untuk
menahan rasa sakit, hawa murninya segera dihimpun
dalam telapak tangannya, sambil membentak nyaring
sebuah pukulan langsung dilontarkan ke depan-
Gadis cantik jelita itu tertawa merdu, dengan amat
Cekatan dia berkelit ke samping, sementara tangan
kanannya dikebaskan ke muka, dengan jari-jari
tangannya yang runcing itu ia babat urat nadi pada
pergelangan tangan lawan.
Buru-buru Han si-kong menarik balik tangan kanannya
yang digunakan untuk menggempur tadi, sementara
852 tangan kirinya dengan ilmu Ki-na-jiu-hoat berusaha
mencengkeram urat nadi lawan.
Gadis cantik jelita itu sama sekali tidak menarik
kembali tangan kanannya yang digunakan untuk
menggempur itu, hanya kelima jari tangannya dirapatkan
lalu melepaskan satu sentilan maut. Baru saja tangan kiri
Han si-kong akan menempel di atas urat nadi pada
pergelangan tangan kanan lawan ketika secara tiba-tiba
ia merasakan datangnya sergapan segulung desingan
angin tajam, orang tua itu sangat terkejut.
Berada dalam keadaan begini terlambat sudah baginya
untuk menghindarkan diri, tahu-tahu urat nadi pada
pergelangan tangan kirinya jadi kaku, seluruh lengan kiri
itu jadi lemas dan tergantung ke bawah.
sejak menyaksikan gadis cantik itu melancarkan
gempuran tadi, Li Bun-yang sudah tahu kalau Han sikong
bukan tandingan lawannya, maka sejak dini pula ia
sudah mengerahkan hawa murninya mempersiapkan diri.
begitu pergelangan tangan kiri Han si-kong terluka,
dengan suara lantang ia segera berseru: "Tak heran
kalau nona mampu memimpin perkumpulan Hian-hongkau,
ternyata ilmu silatmu memang benar-benar ampuh.
Maaf, aku ingin menjajal beberapa jurus ilmu silatmu."
853 Belum selesai beberapa perkataan itu diutarakan,
secara beruntun dia telah melancarkan tiga jurus
serangan. Keanekaragaman ilmu silat keluarga persilatan Bukit
Hong-san boleh dibilang merupakan kebanggaan
tersendiri bagi keluarga ini, juga boleh dibilang tiada
duanya di kolong langit Dalam melancarkan ketiga jurus
serangannya barusan Li Bun-yang telah menggunakan
tiga jenis ilmu pukulan yang berbeda pula untuk
mengurung musuhnya rapat-rapat.
Namun sayang ilmu silat perempuan cantik itu betulbetul
di luar dugaan, Dengan gampang dan enteng sekali
semua serangan tersebut dapat dipunahkan satu
persatu. Sepanjang pertarungan berlangsung Li Tiong-hui
selalu mengikuti perkembangan tersebut dengan
seksama. begitu gadis cantik itu berhasil memunahkan
ketiga jurus serangan Li Bun-yang secara gampang, ia
segera sadar bahwa kemenangan bukan berpihak
padanya dalam pertarungan malam ini, maka dengan
suara dingin bentaknya: "Tahan"
Li Bun-yang cukup mengetahui kecerdasan adik
seperguruannya ini, begitu mendengar bentakan itu, ia
segera tahu kalau adiknya telah berhasil menemukan
siasat untuk menghadapi lawannya, karena itu cepatTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
854 cepat dia menarik kembali serangannya dan melompat
mundur sejauh lima depa dari posisi semula.
Dengan cekatan Li Tiong-hui menghadang di depan Li
Bun-yang, tegurnya seraya menjura: "Kehebatan ilmu
silat nona belum pernah kujumpai sebelum ini, aku betulbetul
merasa kagum dengan kemampuanmu itu."
"Apakah kau tidak puas?" seru gadis cantik itu dengan
kening berkerut kencang. "Aku belum sempat bertarung melawan nona,judi
menang kalah masih sukar untuk diramalkan."
"He he he he... tak ada salahnya untuk dicoba"
tantang gadis cantik itu sambil tertawa dingin.
"sebelum pertarungan kita langsungkan, terlebih dulu
aku ingin menanyakan dua hal kepadamu"
"Tanya saja" Pelan-pelan Li Tiong-hui menyapu sekejap sekeliling
ruangan itu, lalu katanya: "dalam pertarungan kita nanti,
seandainya kau berhasil mengungguli kami, tentu saja
kami bersedia menuruti semua perintahmu, sebaliknya
kalau kami yang menang, apa yang hendak kau
perbuat?" Gadis cantik itu tertawa dingin, "HHmmmm Andaikata
kau benar-benar berhasil mengungguli diriku, aku akan
855 melanggar kebiasaan dengan melepaskan kalian pergi
meninggalkan tempat ini."
"Bagus, seandainya kami yang kalah di tanganmu,
kami akan rela bergabung dengan partai Hian- hong- kau
kalian serta mentaati semua petunjuk serta perintahmu"
"Bagus sekali" seru gadis cantik itu sambil tersenyum,
"Kita tetapkan dengan sepatah kata ini." Begitu selesai
berkata, tangannya segera diayunkan ke muka
melancarkan sebuah totokan-
Dengan cekatan Li Tiong-hui mengegos ke samping,
serunya: "Tunggu sebentar, perkataanku belum habis
diutarakan" Tampaknya gadis cantik itu sudah tak sabar lagi,
serunya penuh amarah: "Kalau masih ingin bicara, cepat
katakan keluar" Li Tiong-hui tertawa hambar.
"Seandainya kau benar-benar ingin menarik kami
masuk menjadi anggota perkumpulan Hian- hong- kau
dan berbakti untuk- mu, maka kau berkewajiban
menggunakan ilmu silat yang sebenarnya untuk


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengungguli kami, jangan sekali-kali menggunakan
makhluk beracun atau senjata rahasia"
"Jangan khawatir, aku pasti akan memenuhi
harapanmu itu" Habis berkata kembali sebuah pukulan
dilontarkan ke depan: 856 Li Tiong-hui segera silangkan tangannya membendung
gempuran tersebut, kemudian dengan sepenuh tenaga
melepaskan tiga buah serangan balasan, kembali
katanya: "Apabila kau ingin membawa perkumpulan
Hian- hong- kau merajai dunia persilatan, aku sih punya
sebuah cara yang bagus sekali."
"Apa caramu?" Tak tahan gadis cantik itu bertanya.
Sambil melancarkan serangan-serangan berikut yang
lebih gencar, sahut Li Tiong-hui: "Dalam dunia persilatan
dewasa ini terutama daratan Tionggoan, Partai siau-lim
dan Bu-tong merupakan dua partai paling besar yang
memiliki pengaruh paling kuat, seandainya kau mampu
menggertak beberapa orang jago dari kedua partai besar
itu untuk berpihak kepadamu, maka keberhasilanmu
akan jauh melampaui kemampuanmu menaklukkan
beribu-ribu anggota rimba hijau...."
Gadis cantik itu merasakan hatinya tergerak, segera
tukasnya: "Yaaa, betul juga perkataanmu itu, kenapa
tidak terpikir olehku sejak tadi..?"
Jari tangannya dari totokan diubah jadi pukulan,
secara beruntun dia punahkan pula rangkaian serangan
gencar dari Li Tiong-hui itu, Dalam hati kecilnya diamdiam
Li Tiong-hui terperanjat juga oleh kehebatan ilmu
silat lawannya, ia mulai berpikir: "Entah dari mana asal
usul perempuan ini" Hebat amat ilmu silat yang
dimilikinya...." 857 Berpikir begitu, ia berkata pula: "Selama ini para
anggota Partai Siau-lim serta Bu-tong dipandang tinggi
oleh sesama anggota persilatan, apabila kau bisa
memanfaatkan kedudukan mereka itu untuk turun
tangan secara diam-diam, maka beberapa orang tokoh
silat yang berkepandaian tinggi dan berkedudukan
terhormat dalam dunia persilatan mungkin bisa pula kau
taklukkan. Andaikata mereka menolak bisa juga kalian
lenyapkan mereka secara diam-diam, dengan demikian
bukankah pamor Hian-hong-kau akan lebih cepat naik
dan termashur di mana-mana...."
Beberapa patah kata itu benar-benar membuat gadis
cantik itu merasa takluk, ujarnya setelah menghela napas
panjang: "Kecerdasanmu benar-benar jarang ditemui di
kolong langit, seandainya kau bersedia untuk bekerja
sama dengan aku, tak sulit untuk mempopulerkan Partai
Hian-hong-kau dalam dunia persilatan,"
Li Tiong-hui tersenyum, bisiknya tiba-tiba: "Walaupun
aku punya niat untuk bekerja sama denganmu, tapi ada
satu masalah besar yang mesti kuhadapi dewasa ini...."
"Masalah apa?" bisik gadis cantik itu pula,
"Di antara kami berempat, orang she-Lim itu terhitung
memiliki ilmu silat paling bagus, tapi ia orang jujur dan
polos, Apabila kau hendak menggertaknya dengan
ancaman keselamatan jiwa, nisCaya dia akan
menolaknya mentah-mentah. Aaaai... lain Ceritanya jika
858 kau mampu menaklukannya dengan andalkan ilmu silat,
dengan begitu dia pun bisa menyanggupi keinginan kita
secara ikhlas." sementara pembicaraan masih berlangsung, serangan
dan gempuran yang dilancarkan makin bertambah hebat.
"Baiklah," ujar gadis cantik itu kemudian "Akan kucoba
menuruti perkataanmu itu, apabila kau benar-benar
bersedia bergabung dengan Partai Hian-hong-kau kami,
aku tentu akan memberi kedudukan yang tinggi
kepadamu...." "Kunci permasalahannya justru terletak pada orang
she-Lim itu, asal ia setuju, sisa yang lain tak perlu
dipermasalahkan lagi." Dalam pada itu pertarungan yang
berlangsung makin lama makin bertambah sengit, tapi
pembicaraan antara mereka berdua juga makin lama
semakin bertambah lirih. secepat kilat gadis cantik itu melepaskan tiga buah
pukulan berantai, setelah berhasil memperbaiki posisinya
ia berta-nya: "Apa hubunganmu dengan orang she-Lim
itu" Kenapa kau mesti menuruti perkataannya?"
Li Tiong-hui tersenyum, dia tidak langsung menjawab
pertanyaan itu, hanya katanya: "Dia itu orangnya
gagah,jujur, terbuka dan perkasa, Apabila kau ingin
membuatnya takluk. jangan sekali- kali menggunakan
taktik licik atau main bokong."
859 Gadis cantik itu makin perketat serangannya dan
menyeret Li Tiong-hui terjerumus dalam lingkaran
bayangan pukulannya, setelah itu tanyanya lagi sambil
ter-tawa: "Apakah dia suamimu?"
Kali ini Li Tiong-hui tidak menjawab, dia mainkan
sepasang telapak tangannya semakin ketat dan
melancarkan serangan balasan dengan sepenuh tenaga.
Tanpa terasa dua orang itu sudah terlibat dalam
pertarungan sebanyak dua puluh gebrakan, tapi lantaran
mereka bertarung sambil berbincang-bincang dengan
sendirinya kedua belah pihak tak mampu mengeluarkan
jurus-jurus pemunah untuk melenyapkan lawannya.
Kini Li Tiong-hui tidak berbicara lagi, sedang gadis
cantik itu pun tidak memberi tanggapan pula, karenanya
pertarungan yang berlangsung pun makin lama makin
bertambah gencar dan hebat. Tanpa terasa dua belah
pihak telah saling bertarung empat lima belas gebrakan
lagi. Makin bertarung Li Tiong-hui merasa makin
terperanjat, ia merasa di balik semua serangan jari dan
telapak tangan lawan selalu terselip jurus-jurus serangan
yang aneh dan sukar dimengerti Akhirnya Li Tiong-hui
semakin sadar bahwa ilmu silat yang dimiliki pihak lawan
jauh mengungguli kemampuannya, maka ia pura-pura
membuka posisi pertahanannya dan menyongsong
pukulan lawan dengan bahu kirinya.
860 sebagai seorang pakar ilmu silat, sudah barang tentu
gadis cantik itu pun tahu kalau lawannya sengaja
mengalah, maka pukulan yang dilontarkan juga ringan
sekali sesungguhnya. Li Tiong-hui sudah
memperhitungkan secara baik-baik arahnya untuk
mundur, maka begitu bahunya kena pukulan, ia segera
mundur secara sempoyongan dan kebetulan sekali
menghadang di hadapan Li Bun-yang. sebetuinya Li Bunyang
sudah siap turun tangan untuk memberi bantuan,
tapi ketika melihat Li Tiong-hui mundur ke hadapannya,
buru-buru dia rangkul adiknya itu sambil tanyanya
dengan cemas: "Adik Hui, parahkah lukamu?"
Paras muka Li Tiong-hui pucat pasi seperti mayat,
butiran keringat tampak membasahi jidatnya, tapi diamdiam
ia tarik ujung baju Li Bun-yang sambil memberi
tanda. BAB 26. Rahasia Ketua Hian- Hong- Kau
sebenarnya Li Bun-yang sudah tahu kalau adik
perempuannya itu banyak akal dan lagi sangat cantik,
namun untuk sesaat dia belum tahu apa maksud dan
kehendaknya, terpaksa dia cuma berdiri tanpa bergerak.
Tiba-tiba gadis cantik itu berjalan ke hadapan Lim Hankim
sambil bentaknya dingin: "Beranikah kau bertarung
melawan aku?" Dengan cepat Han Si-kong melesat kehadapan
pemuda itu, bentaknya: "Luka yang dideritanya cukup
861 parah, mana mungkin ia bisa bertarung melawanmu,
Hmmm jika bertarung, biar aku saja yang melayani
keinginanmu." sementara itu Li Tiong-hui yang menyandarkan
tubuhnya dalam pelukan kakaknya berlagak seakan-akan
terluka parah, dengan ujung bajunya dia seka peluh yang
membasahi jidatnya, tapi menggunakan kesempatan itu
dengan ilmu menyampaikan suara bisiknya: "Locianpwee
jangan campuri urusan ini."
Terdengar perempuan cantik itu sedang berkata
dengan suara dingin: "Hmmm, percuma kau bertarung
melawanku, sebab kau masih bukan tandinganku"
Mendengar bisikan itu diam-diam Han si-kong
menghela napas, kendatipun dia tinggi hati namun apa
yang dikatakan perempuan cantik itu memang suatu
kenyataan, apalagi ia belum tahu rencana apa yang
sedang disusun Li Tiong-hui, maka terpaksa dia mundur
juga ke belakang. Kembali perempuan cantik itu berkata sambil
menuding Lim Han-kim: "Kenapa kau tidak bersuara"
Tidak berani bertarung melawanku?"
Lim Han-kim menengok sekejap luka beracun di atas
telapak tangannya, tampak hawa hitam telah merembet
naik ke atas pergelangan tangannya, tapi sebagai
pemuda yang angkuh dan tinggi hati, dia segan
862 menyerah dengan begitu saja, sahutnya sambil
busungkan dada: "siapa bilang aku tak berani?"
Perempuan cantik itu tertawa manis, ujarnya
kemudian: "Aku hendak mengandalkan kepandaianku
yang sesungguhnya untuk mengalahkan kau, agar kau
bisa takluk dengan perasaan puas, tapi kini kau sedang
menderita luka keracunan, aku tak ingin manfaatkan
kesempatan ini untuk mengunggulimu."
Berpaling ke arah sastrawan setengah umur itu,
serunya kemudian: "serahkan obat pemunah kepadaku"
Baru saja sastrawan setengah umur itu hendak
membujuk. kembali perempuan cantik itu menukas
ketus: "Apabila aku dapat menaklukkan keempat orang
ini, maka hasilnya jauh melebihi keberhasilan kita
menjaring ratusan orang jago persilatan, jadi kau tak
usah banyak bicara lagi."
Melihat tekad perempuan itu sudah bulat, sastrawan
setengah umur itu tak berani banyak bicara lagi, ia
merogoh ke dalam sakunya untuk mengeluarkan sebuah
botol porselen, menuang dua butir pil penawar dan
disodorkan ke depan. "Berapa lama ia baru pulih kembali kekuatannya?"
tanya perempuan cantik itu kemudian sambil menerima
obat penawar itu 863 "sebutir ditelan dan sebutir lagi ditaburkan di sekitar
mulut luka, dengan cepat daya kerja racun itu akan
punah" Gadis cantik itu segera mengalihkan sorot mataya ke
wajah Lim Han-kim, serunya: "Buka mulutmu"
Tangan kanannya diayunkan ke depan, sebutir obat
pemunah meluncur ke arah mulut Lim Han-kim,
sementara tangan kirinya meremas hancur sisa obat
penawar yang lain kemudian ditaburkan ke atas mulut
luka anak muda tersebut. Walaupun racun itu sangat hebat namun obat
penawarnya jauh lebih mujarab, tak selang berapa saat
kemudian hawa hitam yang menyelimuti tangan Lim
Han-kim telah punah sebagian besar, tinggal sekitar
mulut lukanya saja masih tersisa sedikit merah.
Melihat gadis cantik itu secara ikhlas mengobati luka
beracun yang diderita Lim Han-kim, dalam hati kecil Han
si-kong diam-diam merasa terkejut gembira bercampur
kagum, pikirnya: "Tidak heran Li Bun-yang sering memuji
kecerdikan adiknya, ternyata bocah perempuan itu
memang memiliki kepintaran yang melebihi siapa pun...
sungguh luar biasa" Perempuan cantik itu melirik sekejap mulut luka di
tangan Lim Han-kim, melihat hawa hitamnya sudah mulai
buyar, segera katanya: "Cepat kau gunakan hawa murni
864 untuk mendesak ke luar sisa hawa racun yang masih
ada, sepeminuman teh lagi aku akan turun tangan."
Dengan ilmu menyampaikan suaranya Li Tiong-hui
segera berseru: "Engkoh Yang, cepat bebaskan totokan
di tubuhnya, Bila kau suruh dia membebaskan diri dari
pengaruh totokan dengan pengerahan tenaga dalam, dia
akan kehilangan banyak tenaga."
Li Bun-yang menurut dan segera maju ke depan dan
menepuk bebas beberapa buah jalan darah Lim Han-kim
yang tertotok. Diam-diam Lim Han-kim menyalurkan
hawa murninya untuk memperlancar peredaran
darahnya, kemudian ia baru berkata: "Nona, kau boleh
turun tangan-" "Bagus" Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, gadis
cantik tersebut segera menerjang maju ke muka dan
mengayunkan telapak tangannya melepaskan satu
pukulan, ke dada lawan Lim Han-kim mengayunkan pula tangan kanannya,
kelima jari tangannya dipentangkan lebar-lebar kemudian
menotok urat nadi pada pergelangan tangan gadis itu
si nona cantik itu mendengus dingin, pergelangan
tangannya direndahkan ke bawah lalu berbalik
mencengkeram pergelangan tangan Lim Han-kim Begitu
865 kedua orang ini terlibat dalam pertarungan, masingmasing
pihak secara beruntun telah merubah gerakannya
dengan tiga macam ilmu Ki-na-jiu untuk mengancam urat
nadi lawan. Tampak bayangan jari tangan segera menyelimuti
seluruh angkasa, sebentar naik sebentar turun, siapa pun
enggan menarik balik lengan kanannya.
Han si-kong yang menyaksikan jalannya pertarungan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu diam-diam bersorak memuji, pikirnya: "Cukup ditinjau
dari pelbagai perubahan ilmu Ki-na-jiu yang digunakan
kedua orang ini, aku yakin kemampuanku masih belum
mampu untuk menandingi-nya...."
"Hmmmm Ternyata kau memang hebat," puji nona
cantik itu sambil tertawa dingin, Tiba-tiba ia mundur
sejauh lima depa dari posisi semula.
Lim Han-kim mengerti gerak mundur nona cantik itu
tak lain hanya bermaksud untuk mengganti cara
penyerangan Apabila ia maju menerjang kembali sudah
pasti serangannya akan jauh lebih ganas dan hebat
ketimbang tadi, Maka sambil menarik napas panjangpanjang
ia bersiap siaga menghadapi segala
kemungkinan. Li Tiong-hui mencoba menyapu sekejap sekeliling
arena, lalu dengan ilmu menyampaikan suara bisiknya:
"Engkoh Yang, apabila Lim siangkong menunjukkan
866 gejala akan kalah nanti, kau harus segera turun tangan
untuk menggantikan posisinya, jangan sampai
membiarkan ia memperlihatkan gejala akan kalah
sehingga apa yang sudah kujanjikan tadi tak perlu
diwujudkan, Han locianpwee juga mesti menyerang
dengan sepenuh tenaga mempersiapkan jalan mundur
buat kita, Hati- hati dengan sastrawan setengah umur
itu, matanya bersinar tak menentu menandakan ia licik
dan berbahaya, biar aku saja yang menghadapi manusia
ini...." Han si-kong mengangguk berulang kali lalu mundur ke
belakang tubuh Li Bun-yang, sementara itu situasi dalam
arena pertarungan telah terjadi perubahan yang sangat
besar. Betul juga apa yang diduga Lim Han-kim tadi, setelah
mundur gadis cantik itu menerjang maju lagi dengan
serangan-serangan yang lebih ganas, keji dan susah
diduga arah sasarannya. Pukulan di tangan kiri dan
totokan jari di tangan kanan secara beruntun telah
membentuk serangkaian ancaman maut, seakan- akan
dia berniat mengalahkan musuhnya dalam gempuran ini.
Lim Han-kim bukan bocah kemarin sore yang lemah
ilmu silatnya, dengan mengandalkan ilmu memotong urat
nadi yang merupakan sistim pertarungan jarak pendek.
sekuat tenaga ia bendung semua serangan maut gadis
cantik itu. Namun serangan-serangan yang dilancarkan
867 lawan bukan saja makin lama makin aneh, kecepatannya
pun luar biasa sehingga susah di duga. Hal ini membuat
Lim Han-kim selalu terperosok dalam posisi bertahan dan
tak sempat melepaskan serangan balasan- Dalam waktu
singkat kedua orang itu sudah bertarung sengit sebanyak
empat lima puluh gebrakan,
sepanjang pertarungan berlangsung meskipun
beberapa kali Lim Han-kim terdesak. namun ia selalu
dapat mengatasi keadaan serta merebut kembali
posismya. Betul ia tak sempat mengembangkan serangan
balasan, tapi untuk mempertahankan diri ia masih
memiliki kemampuan yang berlebihan, sehingga sama
sekali tak tampak gejala akan kalah.
Pertempuran ini merupakan sebuah pertarungan
langka yang pernah terjadi dalam dunia persilatan,
agaknya kedua belah pihak sama-sama mengandalkan
kecepatan dalam perubahan jurus serangannya untuk
merebut posisi yang lebih menguntungkan.
sesudah pertarungannya melawan gadis cantik tadi, Li
Tiong-hui sudah tahu kalau lawannya memiliki ilmu silat
yang maha tinggi, Dalam dugaannya semula paling
banter Lim Han-kim hanya mampu bertahan sebanyak
lima puluh gebrakan saja, sama sekali tak diduga olehnya
Lim Han-kim selalu berhasil memperbaiki posisinya setiap
kali terdesak musuh, malah setelah lewat lima puluh
gebrakan pun belum menunjukkan gejala akan kalah.
868 Kini perhatian semua orang yang ada dalam ruang
pertemuan itu tersedot pada jalannya pertarungan sengit
itu, suasana menjadi sangat hening dan sepi.
Waktu itu Li Bun-yang telah menghimpun tenaga
murninya sambil bersiap sedia turun tangan
menggantikan posisi Lim Han-kim, tapi melihat Lim Hankim
masih dapat mempertahankan diri terus menerus,
lama kelamaan ia jadi bimbang sendiri, Kepada Li Tionghui
segera bisiknya: "Adik Hui, apakah kita harus
menunggu sampai hasil pertarungan ini menjadi jelas?"
"Kehebatan ilmu silat Lim Han-kim jauh di luar
dugaanku. Apabila ia sanggup mengungguli ketua Hianhong-
kau itu, maka kita pun harus segera mengoreksi
semua rencana kita."
"Lalu apa yang mesti diperbuat sekarang?"
"Mumpung kita menang, manfaatkan kesempatan ini
untuk menggempur sisa jago yang ada di sini serta
menumpas perkumpulan Hian-hong-kau, sumber
malapetaka bagi umat persilatan dari muka bumi."
"Baik" Li Bun-yang manggut-manggut tanda setuju.
"sistim kendali yang dipakai Hian-hong-kau untuk
menguasai anak buahnya teramat keji dan tak
berperikemanusiaan, kalau bisa membabat mereka
hingga lenyap dari muka bumi memang merupakan
sebuah pahala besar."
869 "Ingat Engkoh Yang, apabila melancarkan serangan
nanti, jangan sekali- kali kau lukai ketua Hian-hong-kau
itu." "Kenapa?" "Meskipun sikapnya dingin dan kaku, namun dasar
sifat yang sesungguhnya adalah pemurah dan mulia,
lagipula usianya tahun ini belum lewat dua puluh tahun,
kemampuannya untuk memimpin Hian-hong-kau pasti
didasari suatu rahasia besar."
"Aaaah, betul coba adik Hui tidak mengingatkan aku
pasti tak akan berpikir sampai di situ, tatkala ia lepaskan
topeng tembaganya tadi. Sikap para anggota Hian-hongkau
pun sama seperti kita, sama-sama kaget dan
tertegun, orang lain masih lumrah, tapi sastrawan
setengah umur itu toh sering mendampingi ketuanya,
kenapa ia belum pernah berjumpa dengan wajah asli
ketuanya" Terbukti mimik mukanya waktu itu pun tak
jauh berbeda dengan orang lain-"
Mendadak terdengar suara bentakan nyaring bergema
memecahkan keheningan: "Roboh"
"Belum tentu" Suara jawaban dari Lim Han-kim segera
bergema pula di udara. "Blaaammmm..."
Ketika sepasang telapak tangan saling beradu,
terjadilah suara benturan keras yang memekikkan
870 telinga, baik Lim Han-kim maupun gadis cantik itu samasama
tergetar mundur sejauh satu langkah lebih. Buruburu
Li Bun-yang memeriksa mimik muka rekannya,
ketika melihat paras muka Lim Han-kim amat tenang,
seakan-akan tidak terluka sama sekali, perasaan hatinya
kontan jadi lega. Tampak gadis cantik itu termenung sambil berpikir
beberapa saat lamanya, mendadak ia ulapkan tangannya
sambil memberi perintah: "Bebaskan mereka semua"
Tampaknya sastrawan setengah umur itu merasa
keberatan, namun dia pun sepertinya tak berani
membangkang, setelah termenung pula berapa
saat,jawabnya: "Hamba turut perintah" Kepada para
lelaki kekar yang berjaga disekeliling ruangan itu
perintahnya: "Buka pintu"
suara deritan nyaring segera bergema di udara. Dari
atas dinding ruangan itu tahu-tahu terbelah sebuah pintu
yang amat besar, cahaya segera memancar masuk ke
dalam ruangan- Dengan langkah lebar Han si-kong
berjalan ke luar lebih dulu meninggalkan ruangan, ia
menengadah dan tarik napas panjang-panjang,
perasaannya terasa lega sekali.
secara beruntun Li Bun-yang, Li Tiong-hui dan Lim
Han-kim berjalan meninggalkan ruang pertemuan itu.
871 Dari dalam ruangan terdengar suara gadis cantik itu
berkumandang lagi: "selamat jalan, maaf aku tidak dapat
mengantar" "Kebaikan kaucu hari ini pasti akan kuingat selalu di
dalam hati," sahut Li Tiong-hui. "Apabila ada kesempatan
di kemudian hari, budi ini pasti akan kubalas."
Tampak pintu besi itu pelan-pelan menutup kembali,
bayangan cantik si gadis itu pun segera lenyap di balik
pintu. Diam-diam Li Tiong-hui selalu memperhatikan
gerak gerik perempuan cantik itu. ia melihat bahwa
walaupun ketua dari Hian-hong-kau yang cantik jelita ini
berhasil mempertahankan ketenangannya, namun sorot
matanya yang terpancar ke luar mengandung pandangan
cinta yang hangat, terutama ketika memandang wajah
Lim Han-kim. Kecantikan wajahnya membuat Li Tiong-hui merasa
dirinya tak mampu untuk menandingi, tapi juga
menimbulkan rasa cemburu di hati kecilnya.
Beberapa saat kemudian sampailah mereka di tepi
benteng, waktu itu tengah malam sudah menjelang tiba,
tampak bintang bertaburan di angkasa yang gelap.
sambil menengadah Han si-kong segera tertawa tergelak.
katanya: "Ha ha ha ha... sudah separuh hidupku aku berkelana
dalam dunia persilatan, namun belum pernah kulihat
872 keadaan seperti ini. sesungguhnya ketua Hian-hong-kau
itu menganggap kita sebagai sahabat, ataukah sebagai
musuh" Betul-betul membuat orang susah menebak."
"Hmmm... hmm... kita semua telah membonceng
ketenaran Lim siang kong...." sindir Li Tiong-hui sambil
tertawa dingin. "Aaah, mana... mana mungkin," sahut Lim Han-kim
merendah, "semua ini tak lain berkat keCerdikan nona
dalam menghadapi lawan-"
"Betul" sambung Han si-kong menimpali "Belum
pernah kujumpai seorang gadis seCerdik nona, ternyata
kau mampu memaksa ketua Hian-hong-kau itu
menyerahkan obat penawar racun secara sukarela guna
mengobati luka beracun yang diderita saudara Lim...."
"ltulah sebabnya setiap kali aku berkelana dalam dunia
persilatan dan menjumpai masalah yang pelik, aku selalu
berkirim surat minta bantuan dari adikku ini untuk
mengatasinya," sambung Li Bun-yang sambil tertawa
lebar. "Pokoknya kalau dia sudah datang, betapa pun
sulitnya masalah yang kuhadapi, tentu bisa beres dengan
sendirinya." Tiba-tiba Li Tiong-hui menghela napas panjang,
ucapnya: "Jadi kalian anggap ketua Hian-hong-kau betulbetul
rela melepaskan kita semua?"
873 Begitu perkataan tersebut diutarakan, ketiga orang itu
sama-sama terkesiap dibuatnya,
" Kenapa?" teriak Han si-kong keras-ke-ras. "Apakah
dia baru puas jika berhasil membokong kita lagi?"
Berkilat sepasang mata Li Tiong-hui, ia tertawa,
"Mungkin dia belum akan muncul pada saat ini, tapi
setelah malam ini, pihak Hian-hong-kau tak bakal
melepaskan kita dengan begitu saja."
"Eeeh... nona cantik," kata Han si-kong kemudian,
"Apakah tiada penjelasanmu barusan, mungkin aku
masih bisa mengerti tapi dengan UcapanmU itu aku
benar-benar dibUat kebingUngan setengah mati."
Li Tiong-hui tertawa manis, seperti menjawab seperti
juga tidak, katanya pelan-"Tempat ini tak boleh ditinggali
lebih lama lagi. Lebih baik kita tinggalkan tempat ini
secepatnya." selesai berkata ia segera berlalu lebih dulu, Dengan
suara rendah Li Bun-yang segera berbisik, "Begitulah
watak adikku ini, sebelum duduknya persoalan berhasil
dikupas sampai jelas, dia tak nanti bicara sembarangan,
dan apabila ia sudah enggan menjawab, lebih baik
locianpwee tak usah mendesak lebih jauh."
"Ooooh, kiranya begitu."
874 Keempat orang itu segera naik ke atas benteng,
tampak dua lelaki kekar bersenjata golok sedang berjaga
di sana, Ketika melihat keempat orang itu naik ke atas
benteng ternyata mereka tidak berusaha menghadang,
bahkan sikapnya seolah-olah tidak melihat kehadiran
mereka. Menyaksikan kedua orang itu tak bermaksud
menghadang perjalanan mereka, Li Bun-yang sekali pun
malas untuk banyak bertanya, Dengan menggunakan
ilmu cecak mereka merayap turun dari dinding benteng
itu Tampaknya Han si-kong sudah membuat persiapan
yang matang, ketika tiba di sisi sungai pelindung
benteng, ia segera melemparkan sebatang ranting kayu
ke atas permukaan air. Dengan mengandalkan kesempurnaan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki keempat orang ini, tidak
sulit bagi mereka untuk menyeberangi sungai pelindung
benteng tersebut dengan mengandalkan daya apung
ranting kayu tadi. setelah mendarat di tepi seberang, Han si-kong
sempat menoleh dan memandang sekejap ke arah
benteng Tay-peng itu dengan pandangan kecewa
bercampur menyesal katanya sambil menghela napas
sedih: 875

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ketika pertama kali berkelana dalam dunia persilatan,
usiaku baru dua puluh tahun, kini empat puluh tahun
sudah lewat, rambut pun telah banyak berubah, tapi
tiada hasil yang kucapai. satu-satunya yang menjadi
penghiburku selama ini adalah keberhasilanku menjalin
hubungan dengan beberapa orang sahabat karib,
sungguh tak nyana watak manusia mudah berubah, si
peluru berantai CheeTay-tong yang pernah berjuang
bersama denganku ketika masih berkelana dalam dunia
persilatan dulu, kini telah berubah menjadi seorang
musuh...." "Locianpwee, kau telah salah menuduhnya" sela Li-
Tiong-hui sambil tersenyum.
Dengan wataknya yang berangasan kontan meledak
hawa amarah Han si-kong sesudah mendengar ucapan
itu, dengan mata melotot besar teriaknya keras-keras:
"Kalau kejadian ini hanya terbatas pada cerita orang,
boleh saja aku tak percaya, Tapi aku telah mengalami
sendiri, menyaksikan dengan mata kepala sendiri, apakah
aku mesti percaya bahwa ia sedang bermain sandiwara"
Nona Li, kau pintar dan punya pengetahuan luas, kau
sendiri pun telah merasakan serta mengalami sendiri
bagaimana nyaris kita menjadi tawanan orang, apakah
kau tetap masih salah menuduhnya yang bukan- bukan?"
Li Tiong-hui termenung berpikir beberapa saat,
kemudian pelan-pelan berkata: "sesungguhnya dia sudah
876 dikendalikan pihak Hian-hong-kau, gerak-geriknya sudah
tak bebas, Bisa jadi ada sandera di tangan orang-orang
Hian-hong kau yang memaksa ia sedemikian rupa
sehingga dia mesti berbuat demikian-..."
setelah berhenti sejenak, kembali tam-bahnya: "Cuma
yang aneh adalah ketua Hian-hong-kau itu...."
"Apakah kau anggap usianya kelewat muda?" sela Li
Bun-yang. "Apabila dugaanku tidak meleset, ketua Hian-hong-kau
yang sesungguhnya tentu orang lain, Nona itu tak lebih
cuma seorang wakil... atau bisa jadi cuma pengganti
sementara...." "Ehmmm, betul juga perkataan itu," kata Lim Han-kim
pula. "Akupun merasa bahwa...."
"Hmmm, siapa suruh kau menimbrung?" tukas Li
Tiong-hui sambil tertawa dingin.
Lim Han-kim tertegun, tapi kemudian sambil
tundukkan kepalanya ia tutup mulut rapat-rapat, Li Bunyang
merasa rikuh sekali dengan kejadian ini, belum
sempat ia mengucapkan sesuatu, mendadak dari
belakang tubuhnya telah berkumandang suara teguran
seseorang diiringi suara tertawa yang merdu. "Waaah...
galak amat nona itu"
877 Dengan perasaan amat terkesiap keempat orang itu
bersama-sama menoleh ke belakang. Di bawah sinar
bintang yang redup, terlihat seorang manusia berbaju
hijau yang mempunyai perawakan kecil ramping dan
mengenakan topeng tembaga telah berdiri beberapa
tombak dari tempat mereka berada.
"Aaah, ketua Hiang- hong- kau?" Han si-kong berseru
tertahan- Li Tiong-hui memutar biji matanya beberapa kali,
kemudian sambil tersenyum katanya: "Kaucu,
kedatanganmu yang tiba-tiba ini dikarenakan ada urusan
penting ataukah datang untuk menangkap kami?"
Bicara sampai di situ ia mengerling sekejap ke arah
Lim Han-kim. Dari balik sinar matanya terkandung rasa
cinta yang dalam, Gadis berbaju hijau itu tertawa
cekikikan sahutnya cepat: "Aku datang mencari orang."
Pelan-pelan topeng tembaganya yang bertampang
menyeramkan itu dilepaskan sehingga tampaklah raut
wajahnya yang cantik jelita, perselisihan antara cantik
dan jelek yang berselang hanya sesaat ini memberikan
pandangan yang sangat kontras.
Meskipun sekulum senyuman masih tersungging di
ujung bibir Li Tiong-hui, namun senyuman tersebut tak
berhasil menutupi sikap ragu dan sangsi yang terbias di
balik wajahnya itu. setelah tersenyum hambar, kembali ia
878 bertanya: "Boleh aku tahu, sesungguhnya siapa sih yang
kau cari?" Dengan sorot matanya yang jeli gadis cantik berbaju
hijau itu memandang sekejap wajah semua yang hadir di
sana, walaupun ia memandang wajah Lim Ham-kim
beberapa kejap lama, namun pada akhirnya pandangan
tersebut balik kembali ke wajah Li Tiong-hui. " Nonalah
orang yang kucari" sahutnya tertawa..
"Mencari aku?" Li Tiong-hui mengerutkan dahinya.
"Bukan saja aku datang mencari dirimu, aku pun tahu
nona berasal dari marga Li dan bernama Tiong-hui, betul
bukan?" Kendatipun Li Tiong-hui berusaha keras
mengendalikan ketenangan hatinya, tak urung terlintas
juga perasaan terkejut dan herannya yang amat sangat.
"Dari mana kaucu bisa mengetahui namaku?" serunya
tertahan, "Apa mungkin-.. apa mungkin...?"
Berbicara gugup, ia tak berhasil juga menemukan
alasan yang mungkin mendekati kebenaran, Tiba-tiba
gadis cantik berbaju hijau itu menarik kembali
senyumannya, dengan wajah berubah amat serius katanya:
879 "Nona, masih ingatkah kau dengan peristiwa pada dua
tahun berselang, tepat-nya di atas bukit Tiau-hi-tay
ditebing Kiu-liong-kang?"
"Heeh, dari mana kau bisa mengetahui kejadian ini?"
Li Tiong-hui semakin tercengang.
Gadis cantik berbaju hijau itu menghela nafas
panjang, "Aaaaai, tentu saja aku tahu...." Pelan-pelan dia
mengangkat kepalanya lalu sambil tertawa lanjutnya
lebih jauh: "Apabila nona masih belum melupakan
peristiwa tersebut, harap ikutilah aku sejenak. orang
yang pernah nona tolong pada dua tahun berselang di
bukit Tiau-hi-tay sedang menantikan kehadiran nona
pada saat ini...." "Dia berada di mana?" tanya Li Tiong-hui setelah
termenung berpikir sejenak.
"Dia berada di depan sana, takjauh dari tempat ini."
Belum sempat Li Tiong-hui menjawab, Li Bun-yang
telah datang menyusul walaupun ia tak dapat menduga
apa gerangan yang telah terjadi, tapi ia merasa sangat
gelisah setelah melihat adiknya berniat mengikuti ketua
Hian-hong-kau itupergi ke suatu tempat.
Namun untuk berapa saat dia pun tak tahu dengan
cara apa mesti mencegah kepergiannya, maka setelah
880 memburu ke depan, untuk sesaat dia malah cuma berdiri
termangu-mangu saja. Hubungan batin antara dua bersaudara ini memang
kelewat mendalam, rasa kuatirnya yang berlebihan
membuat pemuda ini kehilangan kontrol sama sekali Li
Tiong-hui cukup memahami perasaan kakaknya itu,
sambil berpaling katanya seraya ter-tawa: "Toako tak
usah kuatir, aku...."
"Tapi...." Tiba-tiba ia teringat kembali bahwa adiknya
amat cerdik, sekali pun menemui ancaman bahaya, gadis
itu masih mampu untuk mengatasinya, karenanya ia
segera membatalkan niatnya untuk maju dan
mengundurkan diri kembali keposisinya semula.
sementara itu gadis cantik berbaju hijau itu sudah
berkata lagi sambil tertawa: "Apabila nona sudah
putuskan... harap ikutilah aku." selesai berbicara, ia
membalikkan badandan berlalu lebih dulu meninggalkan
tempat tersebut. Di bawah cahaya bintang yang redup, kelih atan ujung
bajunya berkibar mengikuti langkah kakinya yang lembut
mempesonakan hati, ia betul-betul mirip bidadari yang
turun dari kahyangan, Tanpa terasa para jago
mengayunkan langkahnya mengikuti di belakang gadis
tersebut, Sambil berjalan Li Tiong-hui berpikir dalam
hatinya: "Nona ini betul-betul cantik jelita, tapi... tapi...
881 dari mana dia bisa tahu akan peristiwa yang terjadi dua
tahun berselang?" Tiba-tiba terdengar Li Bun-yang menegur: "Adik Hui,
apa sih yang telah terjadi dua tahun berselang" Kenapa
kau tak pernah menceritakannya kepadaku?"
"Panjang untuk diceritakan Setelah tiba di tempat
tujuan bukankah toako akan mengetahui dengan
sendirinya...." ia segera percepat langkahnya, sambil
berpaling serunya pula seraya tertawa: "Kalau toh
hendak berangkat, ayo kita percepat langkah kita
semua." Sementara itu jalanan yang mereka tempuh makin
lama semakin sepi, semak belukar tampak ada di manamana,
ternyata arah yang ditempuh adalah jalanan
menuju ke benteng Tay-peng. Angin malam berhembus
amat kencang membawa udara yang dingin
mengiggilkan, Beberapa orang itu merasa badannya agak
kedinginan tapi juga meningkatkan kewaspadaan dalam
hati masing-masing. Meski tak seorangpun yang berbicara namun masingmasing
orang berusaha meninggikan kesiapsiagaannya
dalam menghadapi segala kemungkinan-
Tiba-tiba gadis cantik berbaju hijau itu menuding
suatu tempat di kejauhan sana, katanya sambil
882 berpaling: "Nah, sudah hampir sampai. itu dia
tempatnya" Mengikuti arah yang dituding, semua orang
mengalihkan perhatiannya ke sana, Ternyata tempat
yang dimaksudkan adalah sebuah bangunan rumah yang
berdiri sendiri di tengah semak. sekeliling bangunan itu
penuh ditumbuhi pepohonan yang rindang, membuat
bangunan itu kelihatan agak menyeramkan.
Dari balik bangunan rumah yang menyeramkan itu
terbetik setitik cahaya lentera yang redup, suasana di
sekeliling tempat itu amat hening tak kedengaran sedikit
suara pun, yang kedengaran hanya suara angin malam
yang menggoyangkan dedaunansetelah
menembusi pepohonan yang lebat itu
sampailah beberapa orang itu di depan pintu bangunan
tersebut, Gadis cantik berbaju hijau itu segera maju ke
depan dan menggoyangkan gelang pintu tiga kali.
Dari balik pintu segera berkumandang suara serak
seseorang mengucapkan kata-kata sandi: " Langit bumi
serba kuning" "jagad gersang bumi hangus" sahut si nona Cepat.
"Nona Hong di situ?"
Menyusul teguran itu pintu gerbang dibuka lebar,
seorang kakek berambut putih yang berbaju sederhana
883 muncul dengan senyuman dikulum. Wajah orang itu
penuh codet, mata kirinya buta namun senyuman di
ujung bibirnya tampak amat ramah.
Di tengah bangunan yang begitu menyeramkan
ternyata muncul seorang kakek berwajah begitu
mengerikan, beberapa orang itu seketika merasakan
hatinya bergidik, Diam-diam Han si-kong tertawa geli, pikirnya:
"sungguh tak disangka di dunia ini ternyata masih
terdapat orang lain yang jauh lebih jelek ketimbang aku."
Pada saat itu si nona cantik berbaju hijau itu sudah
berkata lagi sambil tersenyum:
"silahkan masuk"
Dengan sinar mata tunggalnya kakek bertampang
jelek itu mengawasi beberapa orang tersebut sekejap"
tapi ia tak bicara apa-apa dan segera menyingkir ke
samping memberi jalan. Li Bun-yang maupun Han Si-kong sudah cukup lama
berkelana dalam dunia persilatan pengetahuan maupun
pengalaman mereka amat banyak dan luas, begitu
menyaksikan cahaya mata yang terpancar keluar dari
mata tunggal kakek jelek tersebut, diam-diam mereka
sama-sama merasa terkesiap bercampur bergidik,
pikirnya. 884 "Sinar mata orang ini tajam seperti halilintar, ini
membuktikan ia adalah seorang jago silat yang berilmu
silat sangat tinggi, Bila dilihat dari dandanan maupun
gerak geriknya, jelas ia bukan wakll ketua atau
seseorang yang berkedudukan tinggi dalam partai.
Tampaknya perkumpulan Hiang-hong-kau betul-betul
suatu perkumpulan yang aneh dan sukar ditebak...."
Ketika menjumpai Li Tiong-hui bejalan dengan kepala
diangkat dan seakan-akan tak pernah melihat kejadian
apa-apa, beberapa orang itu segera tahu bahwa gadis itu
sudah mempunyai perhitungan yang matang, maka
mereka pun melangkah masuk dengan perasaan lega.
Bangunan itu merupakan sebuah bangunan rumah
yang amat sederhana, pada dinding dekat mereka
tergantung sebuah lukisan, Di atas meja sembahyang
teriihat dua batang lilin menerangi suasana, cahaya yang
redup menambah suasana menyeramkan dalam ruangan
itu. Tiba-tiba saja gadis cantik berbaju hijau itu bersikap
amat serius, kepada kakek bermuka jelek itu ia berbisik
pelan: " Ibuku sudah tidur?" Kakek berwajah jelek itu
menghela nafas panjang. "Selama beberapa hari terakhir, cu-bo (Majikan
perempuan) selalu merindukan dirimu Aaai... bila kau
885 belum kembali juga, mungkin budak akan berangkat


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencari-mu." sekilas perasaan sedih membias di atas wajah si nona
yang cantik, dia berpaling memandang Li Tiong-hui
sekejap. lalu katanya: "saban hari ibuku selalu
memikirkan nona Li, beruntung sekali akhirnya aku
berhasil menemukan kau...."
Berkilat sorot mata tunggal kakek jelek itu begitu
selesai mendengar perkataan tersebut, buru-buru dia
menjura ke arah Li Tiong-hui sambil katanya: "Yaa, betul,
setiap hari cu-bo selalu merindukan nona, setiap hari ia
pasti menyebut nama nona..."
"Aaaah, kejadian masa lalu hanya suatu kewajiban
saja bagi diriku sebagai umat persilatan, sesungguhnya
tak perlu terlalu dipikirkan," kata Li Tiong-hui tersenyum.
Dalam kesempatan itu Li Bun- yang telah
memperhatikan lukisan yang tergantung di atas dinding
itu. Ternyata lukisan itu berisikan gambar seorang lelaki
setengah umur berwajah tampan yang sedang berdiri
sambil berpangku tangan dipuncak sebuah bukit.
Lelaki itu berdiri memandang ke langit, sedang bukit
yang tinggi dikelilingi lautan awan yang rapat, sebagai
keturunan keluarga persilatan bukit Hong-san yang
tersohor sebagai pengumpul bahan seni dan antik, dalam
sekilas pandang saja Li Bun-yang yang berpengalaman
886 luas sudah dapat melihat bahwa lukisan itu bukan hasil
karya pelukis kenamaan- Meski begitu lukisan itu dibuat sangat lembut dan
halus, sehingga dapat disimpulkan kendatipun pelukis itu
bukan pelukis kenamaan namun lukisan itu dibuat
dengan teliti dan berhati-hati.
Mendadak terdengar gadis cantik itu ber-tanya: "Boleh
aku menjumpai ibuku?"
Biarpun kakek bertampang jelek itu membahasakan
diri sebagai "budak", ini jelas menunjukkan bahwa dia
hanya berstatus seorang pelayan, namun sikap gadis
cantik berbaju hijau itu terhadapnya sungguh menaruh
hormat yang luar biasa. Tampak kakek jelek itu termenung sejenak. kemudian
sahutnya: "Walaupun saat dan keadaan seperti ini
kurang dapat mengganggu ketenangan tidur cu-bo, tapi
nona Li adalah orang yang dirindukan olehnya siang
malam, jadi soal ini harus disimak secara khusus, begini
saja, harap nona Hong menemani beberapa orang tamu
terhormat ini menanti sejenak di rumah tunggu, budak
segera akan memberi kabar kepada cu-bo."
Selesai berkata ia segera melangkah masuk ke dalam
pintu ruang samping, langkah orang ini nampak tertatihtatih,
persis seperti orang yang baru sembuh dari sakit
parah, Gadis cantik berbaju hijau itu memandang sekejap
887 wajah Li Tiong-hui sekalian, lalu katanya pelan: "sudah
lama ibuku menderita sakit yang cukup parah sehingga ia
tak bisa menyambut sendiri kedatangan nona Li, harap
kau sudi memaafkan."
"Tidak berani, tidak berani...." Mendadak gadis cantik
itu seperti teringat suatu masalah yang sangat penting,
serunya lagi cepat: "Nona Li.."
Tapi ia bataikan kata-kata itu dan segera
membungkam. Li Tiong-hui tidak mendesak lebih jauh,
sambil tersenyum dia mengalihkan pokok pembicaraan
kesoal lain, tanyanya: "Parahkah penyakit yang diderita ibumu?"
"Aaaai... penyakit yang dideritanya cukup parah
sehingga susah bergerak meninggaikan tempat
pembaringannya . " "sudah pernah diperiksakan ibumu tabib kenamaan?"
sela Li Bun- yang. Gadis cantik itu menghela nafas sedih.
"Aaaai... sudah banyak tabib kenamaan kami undang
dan sudah banyak obat mustika kita coba, namun
hasilnya tetap nihil."
Tiba-tiba pintu dibuka, kakek jelek itu muncul kembali
sambil menyela: "Ketika Cu-bo mendengar nona Li
datang berkunjung, beliau merasa gembira sekali, Beliau
titahkan budak untuk segera mengundang kalian masuk
888 ke ruang dalam, Aaaai... selama berapa tahun terakhir ini
belum pernah kulihat cu-bo mengulumkan senyumnya."
perkataan itu diutarakan dengan nada agak emosi.
"Aku merasa berbangga hati karena undangan ini,
Locianpwee silahkan membawa kami masuk." seru Li
Tiong-hui. "Ruang belakang merupakan tempat larangan untuk
kaum pria, lebih baik kami menunggu disini saja," sela Li
Bun-yang. "ooh, tidak apa-apa," sahut kakek jelek itu cepat, "
Cu-bo telah berpesan agar semua yang datang bersama
nona Li diajak masuk. nah, silahkan mengikuti aku."
"Biar aku membawa jalan untuk kalian." seru gadis
cantik itu sambil berebut maju lebih dulu, setelah melalui
pintu samping ruangan, pemandangan tiba-tiba berubah,
tampak sebuah serambi panjang terbentang sampai ke
belakang, kedua sisi serambi penuh ditumbuhi aneka
pohon dan bunga, bau harum semerbak tersiar di manamana.
Di ujung serambi panjang itu kembali terdapat sebuah
pintu berbentuk bulat. si gadis cantik segera menolak
pintu kayu itu, cahaya lampu lamat- lamat memancar
keluar dari balik ruangan.
889 Tampaknya tempat itu merupakan sebuah lorong
rahasia, anak tangga tampak menjorok jauh ke bawah,
suara seseorang kedengaran berkumandang dari balik
ruangan itu: "Nona Li, baik-baikkah selama ini" Maaf aku
sedang sakit sehingga tak dapat menyambut sendiri
kedatanganmu." "Locianpwee terlalu serius." Dengan cepat ia telusuri
anak tangga menuju ke ruang bawah.
Li Bun- yang, Lim Han-kim dan Han si-kong secara
berurutan menyusul ke bawah, sepanjang perjalanan
diam-diam mereka salurkan tenaga dalamnya bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak
dlinginkan. Selesai menuruni delapan belas buah anak tangga,
terbentanglah sebuah ruangan bawah tanah yang sangat
luas, Di bawah cahaya lilin yang terang benderang,
tampak sekeliling dinding dipenuhi oleh lukisan- lukisan
orang kenamaan Pada dinding sebelah belakang terletak
sebuah hiolo besar yang mengepulkan asap putih, bau
harum semerbak membuat suasana ruang itu terasa
menyegarkan. Pada dinding di belakang pintu itu tergantung pula
sebuah lukisan. Ketika Li Bun- yang mencoba untuk
memperhatikan, lamat- lamat terbaca olehnya dua baris
tulisan yang berbunyi demikian
890 "Generasi unggul menjagoi dunia persilatan tiga puluh
tahun. Ilmu silat tanpa batas tiada yang mampu mengungguli
kemampuanku." Membaca beberapa tulisan itu, diam-diam Li Bunyang
segera berpikir: "Entah tokoh dari manakah orang
ini, besar amat bicaranya, masih untung saja ia tidak
menulis dirinya sebagai jago nomor wahid yang tiada
tandingannya di kolong langit."
sementara ia masih berpikir, mendadak terdengar
suara batuk yang parah berkumandang dari sudut
ruangan, tepatnya dari balik kelambu, tampak gadis
cantik itu muncul kembali sambil membimbing seorang
nyonya setengah umur yang berwajah pucat.
Ibiis penyakit rupanya sudah merebut semua daya
tahan tubuhnya, sepanjang jalan nonya itu hanya
pejamkan matanya rapat-rapat, sementara tubuhnya
seratus persen bersandar di bahu nona cantik itu.
Di Belakang kedua orang itu ikut seorang dayang kecil
berbaju hijau yang membawa sebuah kursi lipat.
Terdengar nyonya setengah umur itu berbisik, "Cepat
letakkan kursi itu dekat nona LI, aku ingin berbicara
sepuas-puasnya dengan dia."
891 "Locianpwee tak usah terlalu sungkan-" Buru-buru Li
Tiong-hui maju menghampiri. "Biar aku saja yang
mendekat" Dengan gerak cepat dayang berbaju hijau itu
meletakkan kursi lipat itu ke tanah, kemudian ia susun
pula selimut tebal di atas kursi tadi.
Gadis cantik itupun membopong ibunya membaring
kan di atas kursi lipat tadi, bisiknya pelan: "ibu, bicaralah
sambil berbaring" Dengan sinar matanya yang suram nyonya setengah
umur itu memperhatikan wajah Li Tiong-hui beberapa
kejap. kemudian ujarnya sambil tertawa: "Aku benarbenar
tidak menyangka masih bisa bertemu dengan nona
dalam keadaan begini."
"Locianpwee harus beristirahat dengan baik. Kebetulan
di rumahku ada banyak obat mustika...."
"Maksud baik nona biar kuterima di dalam hati saja,"
tukas nyonya setengah umur itu sambil menggeleng.
"Aku tahu penyakit yang kuderita ini tak mungkin bisa
diobati dengan obat mustika macam apa pun...."
Pelan-pelan dia mengalihkan sinar matanya
memandang gadis cantik yang duduk di sisinya, setelah
menghela napas, terusnya: "Penyakit yang kuderita ini
kuperoleh ketika aku sedang hamil dulu, Waktu itu aku
892 terkena kabut beracun, lalu secara beruntun kena
terbokong juga oleh serangan gelap dua orang musuh
besarku, Aaaai... kalau dihitung kembali sudah delapan
belas tahun lamanya aku menderita?"
Tiba-tiba ia berbatuk keras memotong
pembicaraannya yang belum selesai diutarakan itu. Gadis
cantik berbaju hijau itu segera menguruti dada dan
punggung ibu-nya, dengan sedih ia berbisik: "lbu, kalau
bicara perlahan sedikit, toh nona Li tidak buru-buru akan
pergi...." Dalam kesempatan itu, Li Bun- yang telah
memperhatikan nyonya setengah umur itu dengan
seksama, meski ia sudah kurus kering tinggal kulit
pembungkus tulang, namun di raut wajahnya samarsamar
masih tersisa bekas kecantikannya di masa lalu,
sebaliknya Lim Han-kim semenjak masuk ke dalam
ruangan hanya duduk tak bergerak. Rahasia asal usulnya
telah meninggalkan simpul mati yang susah dibuka
dalam hati kecilnya, juga merebut semua kegembiraan
masa remajanya, hal ini menyebabkan perasaannya
selalu serba salah, selalu gundah dan murung.
Tapi sifat tinggi hatinya membuat pemuda ini selalu
menyimpan semua persoalan dalam hatinya, sehingga
wajahnya selalu dirundung kemurungan.
893 Kasih sayang ibunya dan pendidikan gurunya tak ada
yang mampu membuyarkan kemurungan hatinya, tapi ia
tak tega menyakiti perasaan ibunya sehingga dia berhasil
mempelajari suatu kesabaran yang melebihi siapa pun.
Tekanan jiwa yang bertahun-tahun membuat sikapnya
agak dingin dan kaku. ia selalu memberikan reaksi yang
dingin dan hambar terhadap semua kasih sayang dan
perhatian yang datang dari luar, Kesemua sikapnya ini
membuat pemuda ini berlatih untuk bersikap tenang, tak
ubahnya seperti seorang yang berpengalaman luas.
Dengan sorot matanya yang memudar, nyonya
setengah umur utu mengawasi wajah Lim Han-kim
berapa saat, kemudian katanya tiba-tiba: "Nona Li,
bolehkah kauperkenalkan beberapa orang sahabatmu itu
kepadaku?" Li Tiong-hui tertawa. "Aaah, kalau bukan locianpwe
ingatkan, hampir saja aku lupa." sambil menuding kearah
Han si-kong, katanya: "Dia adalah Han locianpwe, orang
persilatan menyebutnya si raja monyet ceking..."
"Aku si monyet tua Han si-kong" orang tua itu
menyambung. "Aku adalah Li Bun- yang dari bukit Hong-san" Li Bunyang
memperkenalkan diri BAB 27. Menjadi Ketua Hian- Hong- Kau
894 "Dia adalah kakakku" Li Tiong-hui menambahkan.
"Maaf... maaf..."
Lim Han-kim membungkukkan diri pula memberi
hormat, sambil ujarnya tawar: "Aku yang muda lim Hankim."
Tiba-tiba gadis cantik itu menempelkan bibirnya dekat
telinga nyonya setengah umur itu sambil berbisik, "lbu,
ilmu silat orang ini sangat lihay, sama sekali tidak berada
dibawahku." Nyonya setengah umur itu tersenyum, sambil
berpaling kearah putrinya ia berkata: "Anak Hong,
masuklah ke kamar dan ambil keluar kotak besi yang
kusimpan di bawah bantal itu"
Gadis cantik berbaju hijau itu menurut dan segera
melangkah masuk ke ruang belakang, tak lama kemudian
ia sudah muncul sambil membawa sebuah kotak besi
setebal satu inci. Dengan tangan kanannya yang kurus kering nyonya
setengah umur itu menerima kotak besi tersebut setelah
memandang Li Bun-yang sekalian sekejap. ujarnya: "Aku
tahu kalian semua adalah sahabat karib nona Li, sedang
Nona Li adalah tuan penolongku...." Berbicara sampai di
sini, kembali ia terbatuk-batuk keras.
895 "lbu, sekarang sudah jauh malam, lebih baik
perbincanganmu dengan nona Li ditunda besok saja
setelah kesegaranmu pulih kembali...." bujuk gadis cantik


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu sambil menguruti punggung ibunya.
"Anak Hong, bila tidak kuselesaikan pada malam ini
juga, aku khawatir tak punya kesempatan lagi untuk
berbincang-bincang dengan nona Li." Li Tiong-hui
menghela nafas panjang. "Sejak berpisah di tebing Kiu-liong-kang, dua tahun
lalu, sungguh tak disangka penyakit Locianpwee bisa
bertambah semakin parah."
"sebetulnya saat ajalku sudah lama tiba, tapi
berhubung masih ada dua keinginanku yang belum
terkabul maka aku bertahan terus hingga sekarang ini...."
Li Tiong-hui mendongakkan kepalanya memandang
gadis cantik itu sekejap. kemudian katanya: "Putri
Locianpwee amat cantik dan pintar, aku percaya dia
mampu meneruskan kedudukan Locianpwee Mengenai
persoalan yang lain, asal kami semua sanggup
melaksanakan kami pasti akan berupaya sekuat tenaga
untuk memenuhi harapan Locianpwee itu."
Li Tiong-hui memang memiliki kecerdasan yang
melebihi siapa pun, setelah berjumpa dengan nyonya
setengah umur tadi, ia segera tahu bahwa nyonya
penyakitan yang tanpa sengaja pernah ditolong di bukit
896 Kiu-liong-kang dua tahun berselang itu ternyata tak lain
adalah ketua Hian- hong- kau.
Nyonya setengah umur itu menghembuskan nafas
panjang, ia berusaha membangkitkan kembali
semangatnya, setelah itu baru ujarnya: "Nona sangat
cerdik, dapatkah kau menebak apakah yang menjadi dua
keinginanku itu?" "Waaah, kalau soal ini aku susah menduga...." setelah
memutar biji matanya beberapa kali, sambungnya sambil
tertawa merdu: "Tapi apabila Locianpwee memaksa aku
harus mempamerkan kebodohanku, baiklah, akan kucoba
menebak dua hal yang menjadi keinginan Locianpwee
itu, kesatu Locianpwee merisaukan masa depan
perkumpulan Hian-hong-kau, kau takut partai ini
menyeleweng dari jalur sebenarnya menjadi partai sesat
yang merugikan dunia persilatan sehingga perjuangan
locianpwe selama puluhan tahun jadi sia-sia belaka,
bahkan diumpat semua masyarakat persilatan...."
Mendengar kata-kata itu, dalam hati kecilnya Han sikong
merasa sangat kagum, pikirnya: "Memang sangat
tepat kalau bocah perempuan ini dipanggil Tiong-hui.
seperti juga namanya, ia betul bocah cerdik. Agaknya
dia hendak menggunakan kata-kata tersebut untuk
membujuk nyonya itu agar dia terharu dan benar-benar
merubah niat serta tujuan partainya...."
897 sementara dia masih berpikir, nyonya setengah umur
itu telah menyahut setelah menghela napas panjang:
"Dugaan nona Li memang tepat sekali, ketika aku
berhasil merebut kedudukan ketua Hian-hong-kau dari
tangan Ui-sik tojin tempo dulu, hatiku penuh diliputi rasa
benci dan dendam. Aku ingin mempergunakan partai
Hian-hong kau yang serba misterius ini untuk
menciptakan badai pembunuhan paling berdarah dalam
dunia persilatan, oleh sebab itu aku telah membuang
banyak pikiran dan tenaga dengan memindahkan markas
besar Hian-hong-kau ini dari wilayah In-kui menuju ke
daratan Tionggoan. susah payahku selama sepuluh tahun akhirnya
berhasil menanamkan dasar kekuatan yang cukup kuat.
Kini di Utara maupun selatan sungai besar telah
kubangun delapan belas buah kantor cabang yang
membawahi beratus-ratus kantor ranting yang tersebar
luas di seluruh dunia persilatan.
Pada waktu itu api benci dan dendam yang membara
di dadaku membuatku bertekad ingin menaklukkan jago
silat sebanyak-banyaknya dalam dunia persilatan, setelah
itu baru badai pembunuhan yang paling berdarah mulai
dilangsungkan" setelah mengatur napasnya yang ter-engah-engah,
terusnya lagi sambil tertawa: " Waktu itu aku punya
suatu jalan pikiran yang menggelikan aku punya rencana
898 pada hari yang telah ditentukan akan kuperintahkan
semua kekuatan yang ada dalam partai untuk melakukan
pembantaian paling berdarah dalam dunia persilatan
dalam satu malam saja, Apabila kekuatan yang
terhimpun dalam delapan belas kantor cabang dan
beratus kantor ranting dikerahkan bersama untuk turun
tangan, aku percaya dunia persilatan tentu akan banjir
darah segar...." Li Bun- yang merasa bergidik sekali setelah
mendengar perkataan itu, ia mendehem beberapa kali.
Tampak nyonya setengah umur itu tertawa hambar,
katanya lebih jauh: "Tapi nona Li tak usah kuatir, apa
yang kuceritakan telah menjadi masa lalu, sekalipun
Thian memberi umur tiga-puluh tahun lagi kepadaku, tak
nanti peristiwa yang amat mengerikan ini bakal terjadi
dalam dunia persilatan, Aaai... apa lagi keadaanku
sekarang ibarat lampu yang sudah kehabisan minyak,
biarlah semua dendam kesumatku di masa lampau ikut
terkubur bersama kematianku"
Ketika melihat keadaan penyakit yang diderita nyonya
itu sudah demikian parah dan mustahil dapat ditolong
lagi, Li Tiong-hui hanya bisa menunduk sedih tanpa
berkata apa-apa. Nyonya setengah umur itu mendehem
beberapa kali, setelah itu sambungnya lebih jauh:
"Selama beberapa hari terakhir ini aku sudah merasakan
terjadinya perubahan dalam isi perutku, ini berarti detik
kematian akan segera menjelang tiba, lebih baik
899 kumanfaatkan sedikit peluang yang masih tersisa ini
untuk membica rakan hal-hal yang penting saja,
seandainya aku masih dapat bertahan hidup dua jam
lagi, aku akan menceritakan pula sebuah rahasia dunia
persilatan kepada kalian semua, rahasia ini mempunyai
hubungan yang sangat erat sekali dengan situasi dunia
persilatan dewasa ini serta nasib dunia di masa datang..."
Tiba-tiba tampak kakek bertampang jelek itu
melangkah masuk dengan tindakan lebar, sambil
menjura serunya: "Cu-bojangan banyak berbicara lagi,
yang penting menjaga kesehatan tubuh"
Nyonya setengah umur itu tidak menanggapi dia
malah menggapai sambil ucapnya: "dekat lagi, aku
hendak menyampaikan pesan kepadamu"
Tampaknya kakek bertampang jelek itu merasa
terkejut dengan panggilan yang sama sekali tak pernah
diduganya itu, dengan langkah yang berat selangkah
demi selangkah ia berjalan menghampiri
" Cu-bo, ada pesan apakah kau?" tanyanya dengan
mata berkilat Nyonya setengah umur itu tertawa sedih, katanya:
"llmu silat yang kau miliki tiada tandingannya di kolong
langit, tapi gara-gara aku, kau telah memendam hampir
seluruh usia hidup di tempat ini."
900 "semua itu justru merupakan kehendakku sendiri, apa
sangkut pautnya dengan cu-bo?" tukas kakek jelek itu
Cepat. Kembali nyonya setengah umur itu mengalihkan
pandangan matanya ke wajah Li Tiong-hui, setelah
tertawa sedih lanjutnya: "Aku hanyalah seseorang yang
sudah hampir mati, apabila aku salah biCara atau
bertindak kurang sopan, harap kalian jangan
mentertawakan" "Locianpwee gagah dan berjiwa besar, kami hanya
merasa kagum terhadap diri-mu," sahut Li Tiong-hui
cepat. Nyonya setengah umur itu segera menepuk kursi di
sisinya dan berkata kepada kakek jelek itu: "Duduklah
kau di sini, selama hidup aku sudah banyak berhutang
kepadamu...." "soal ini... budak tidak berani," Air mata tampakjatuh
meleleh dari mata tunggal kakek itu.
Dua tetes air mata jatuh bercucuran pula membasahi
wajah nyonya setengah umur itu, sambil pejamkan
matanya ia berbicara lebih jauh: "sudah delapan belas
tahun aku menderita sakit dan kau melindungi
keselamatan jiwaku selama ini, ketika kau pergi
meninggalkan kami tak sampai tujuh hari, hampir saja
901 aku kehilangan nyawa di tebing Kiu-liong-kang.... Coba
kalau bukan ditolong oleh nona Li, tak nanti aku bisa
hidup hingga hari ini...."
"Semua ini adalah kesalahan budak. Budaklah yang
gagal melindungi keselamatan cu-bo sehingga
menyebabkan cu-bo menderita kaget."
Nyonya setengah umur itu menggelengkan kepalanya
pelan, ditepuknya bahu kakek berwajah jelek itu
kemudian berkata lebih jauh: "Kau telah melindungi
keselamatanku selama delapan belas tahun, budi
kebalkanmu ini sangat tebal dan tak terbalaskan olehku,
Aaai... apa lagi bila teringat olehku betapa kau seorang
diri mesti menghadapi kerubutan delapan belas orang
jago tangguh dari sembilan partai besar, Kau tampak
begitu gagah dan perkasa, biar sudah terluka tetap
mempertahankan diri mati-matian sehingga akhirnya
malah berhasil memukul mundur kedelapan belas orang
jago yang mengepung dirimu itu. Keberanian seperti ini
belum tentu akan kita jumpai lagi dalam dunia persilatan
dewasa ini.." ia melirik gadis cantik itu sekejap. lalu terusnya:
"Sekalipun ayah Hong-ji bisa hidup kembali dari kuburnya
pun belum tentu dapat menandingi keberanian dan
keperkasaanmu itu...."
Walaupun kata-kata pujian ini muncul dari mulut
seorang nyonya yang sedang sakit parah dan
902 menyangkut kejadian masa lampau, namun suasana
ketika itu terasa begitu menyedihkan sekali.
Terdengar kakek bertampang jelek itu menjawab:
"llmu silat majlkan tua sangat hebat tiada tandingannya
di kolong langit, budak tak sanggup menandingi seujung
jaripun." sementara itu si nona cantik berbaju hijau itu sudah
dibuat kebingungan oleh pemandangan yang tertera di
depan matanya saat ini. Dengan sepasang matanya yang
jeli sebentar dia awasi ibunya, sesaat kemudian
mengawasi pula wajah si kakek jelek itu, dia tak tahu apa
yang mesti diucapkannya dalam keadaan begini
sekulum senyuman jengah tampak melintas di wajah
si nyonya setengah umur itu. senyuman itu adalah
senyuman gabungan antara rasa sedih dan gembira,
Ditatapnya Li Tiong-hui sekalian dengan pandangan
penuh air mata, kemudian ujarnya: "Aku tak kuatir kalian
akan mentertawakan diriku, tapi sebelum ajalku tiba aku
ingin melampiaskan ke luar semua kemurungan dan
kemasgulan yang telah terpendam dalam hatiku selama
ini. sudah delapan belas tahun lamanya kusimpan semua
kemurungan itu di dalam hati, bahkan dalam kedelapan
belas tahun in.., kemurunganku kian hari kian bertambah
banyak. Aku sudah cukup lama menderita akibat
semuanya ini..." 903 Ia berhenti sebentar. Dari balik matanya yang sayu
tiba-tiba terbentik setitik cahaya terang, warna semu
merah pun lamat- lamat membias di atas wajahnya yang
layu, seakan akan ia dapatkan kembali keangkuhannya di
saat saat terakhir ini inilah mimik muka yang sangat aneh
dan bercampur aduk pelbagai perasaan, perasaan yang
sudah terpendam hampir delapan belas tahun lamanya di
dalam hati dan sedetik sebelum ajalnya tiba, semua
perasaan itu meledak ke luar....
Kakek berwajah jelek itu kelihatan gemetar keras, ia
seakan- akan tak sanggup menahan gejolak perasaan
hatinya menghadapi tepukan tangan sang majikan di
atas bahunya itu. Waktu itu tampaknya nyonya setengah umur itu sudah
tak sanggup mengendalikan gejolak perasaan dalam
dadanya, ia menatap kakek berwajah jelek itu sekejap
lalu ujarnya pedih: "Aku harus mengutarakan semua
perasaan hati yang telah menghimpit dadaku selama ini,
kalau tidak kuutarakan, mungkin selamanya tak ada
kesempatan lagi..." "Cu-bo, kau jangan termakan emosi, coba tenangkan
hatimu..." bujuk kakek berwajah jelek itu cepat Lalu
sambil berpaling ke arah gadis cantik berbaju hijau itu,
sambungnya lebih jauh: "Bila cu-bo sampai melukai
perasaan hati nona Hong yang masih suci bersih, tentu
904 hal ini akan meninggalkan kenangan suram bagi
dirinya...." Warna merah yang menghiasai wajah nyonya
setengah umur itu kelihatan bertambah merah, sinar
mata yang memancar ke luar juga tampak lebih jeli,
dengan tekad yang bulat katanya: "Tidak. aku harus
berbicara. sekalipun anak Hong tak bakal mengakui
diriku sebagai ibunya lagi, meski umat persilatan
mengumpat aku sebagai wanita jalang yang tak tahu
malu, aku tetap akan bicara. Yang penting perasaan hati
kita adalah suci bersih dan aku tak pernah menghianati
suamiku yang telah almarhum. delapan belas tahun-..
aaaai, delapan belas tahun bukan suatu jangka waktu
yang pendek. sebetulnya kau adalah seorang pendekar
besar yang dihormati dan disanjung setiap umat
persilatan, tapi siksaan dan penderitaan selama delapan
belas tahun telah membuat wajahmu berubah jadi jelek,


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seandainya bukan orang-orang Beng-kau yang bikin ulah,
mungkin aku masih dapat hidup beberapa tahun lagi...."
ucapannya makin lama makin emosi, tapi
kesungguhannya berbicara menandakan bahwa apa yang
dikatakan merupakan suatu kejadian yang nyata.
Li Bun-yang, Li Tiong-hui maupun Han Si-kong
semuanya sudah mulai merasa bahwa apa yang
dikisahkan perempuan setengah umur itu sesungguhnya
merupakan suatu rahasia persilatan yang tak mungkin
905 terungkap bila tak diucapkan sendiri oleh orang yang
bersangkutan karena itu semua orang pusatkan
perhatiannya untuk mendengarkan penuturan tersebut
dengan serius dan seksama.
Bahkan Lim Han-kim yang selalu bersikap tawar dan
dingin pun ikut merasakan jantungnya berdebar keras,
Dendam Empu Bharada 4 Walet Besi Karya Cu Yi Pedang Dan Kitab Suci 6
^