Pencarian

Pedang Keadilan 16

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 16


sadar dari mabuknya?"
Cahaya bianglala yang amat menyilaukan mata itu
mempengaruhi daya pandang Lim Han-kim, saat itu ia
cuma bisa mendengar kalau suara teguran itu berasal tak
jauh dari sana, tapi ia tak bisa memastikan di manakah
orang itu berada. Terdengar gadis berpakaian keraton di sisinya
menyahut dengan hormati "Lim siangkong telah
menghabiskan semangkuk kaldu ikan leihi emas, kini
kesadarannya telah pulih sama sekali."
"Ikan leihi emas?" pikir Lim Han-kim. "itu kan sejenis
ikan yang mahal sekali.kenapa ia sudi memberikan
semangkuk kaldu semahal itu untuk menyadarkan
mabukku?" sementara ia masih termenung, suara gadis tadi
kembali bergema: "Kalau memang sudah sadar dari
mabuknya, cepat gantikan pakaian yang dikenakan."
Tergerak hati Lim Han-kim mendengar ucapan itu,
pikirnya: "Bagus sekali, entah hinaan apa lagi yang
hendak mereka perbuat terhadapku.,." Hendak
menggantikan pakaianku?"
1354 Terdengar gadis berbaju model keraton itu menjawab
dengan suara halus: "Cici tak usah kuatir, kami telah
menggantikan pakaiannya."
"ooh aku lupa, rupanya enci siau-cui yang memimpin
tugas malam ini. Tahu kau yang bertugas, aku tak usah
repot- repot untuk bertanya lagi." seru suara di kejauhan
itu sambil tertawa merdu.
Gadis berbaju keraton itu tertawa pula: "Aaah... cici
tak perlu memuji, siau-cui sudah sepantasnya
melaksanakan semua tugas ini." Lim Han-kim merasa
amat terperanjat pikirnya: "Sejak kapan mereka telah
menggantikan pakaian yang kukenakan" Kenapa aku
tidak merasakan sama sekali?"
Ketika diperiksa, betul juga. Pakaian berwarna putih
yang semula dikenakan kini telah berganti dengan
sebuah pakaian berwarna merah. Tiba-tiba ia merasa
kepalanya agak berat. Ketika diraba, entah sejak kapan
ternyata ia pun sudah mengenakan sebuah kopiah
mutiara. pada saat itu cahaya lentera yang berputar kencang
itu makin lama berputar makin cepat, kini seluruh
ruangan telah terbias oleh panca warna yang
menyilaukan mata, Lim Han-kim mencoba melihat
sekeliling tempat itu, ia merasa di sekeliling tubuh nya
seolah-olah telah berdiri banyak orang, Mereka semua
1355 mengenakan pakaian model keraton dan terdiri dari
gadis-gadis muda yang cantik jelita.
Timbulperasaan bimbang di hati kecilnya, ia tak bisa
menduga lagi apa yang sesungguhnya telah terjadi, tak
tahan ia segera menegur: "Nona siau-cui...."
"Tak perlu ditambah dengan sebutan nona, cukup
memanggil siau-cui saja..." sela gadis berbaju keraton itu
sambil tertawa, "Sebenarnya apa yang telah terjadi" siapa yang telah
menggantikan pakaianku?" siau-cui tertawa.
"Mana ada rumah semacam ini di dunia ini dan siapa
pun susah untuk menerangkan tempat macam apakah
ini, anggap saja sebagai suatu impian yang akan
meninggalkan kenangan manis..."
Kini kesadaran Lim Han-kim telah pulih sama sekali,
mendadak ia bangkit berdiri dan mencoba melepaskan
kopiah mutiara dari atas kepalanya. Dengan perasaan
terkejut siau-cui menegur: "Mau apa kau?"
"Aku hendak melepaskan kopiah mutiara ini dan
melepaskan jubah merah yang kukenakan, aku ingin
pulih dalam dandanan asliku"
"Jangan, sebentar lagi majikan akan muncul di sini.
Bila kau lepaskan jubah merah itu dan lepaskan juga
kopiah mutiara, maka tindakanmu ini sama artinya
1356 menolak untuk bertemu dengannya, Bila kau tak bisa
bertemu dengan majikan kami maka jangan salahkan
majikan kalau akan mengingkari janjinya kepadamu"
Lim Han-kim tertegun seketika, segera pikirnya:
"Benar juga perkataan ini, tampaknya pemilik bunga
bwee memang tak ingin bertemu dengan orang lain, Bila
aku lewatkan kesempatan baik ini, maka sukar
diramalkan apakah di kemudian hari aku bisa bertemu
lagi dengannya. Kini nasib Pek Si-Hiang masih menjadi
tanda tanya, kalau aku tak bisa bertemu dengan Pemilik
bunga bwee, mungkin orang-orang lain tak bisa
menjelaskan kepadaku bagaimana nasibnya sekarang...."
Berpikir sampai disitu akhirnya dia menghela napas
dan pelan-pelan duduk kembali.
Tiba-tiba gadis berbaju keraton yang bernama siau cui
itu berbisik dengan suara lirih: "Sungguh beruntung kau
bisa bertemu muka dengan majikan kami, apa sih
salahnya untuk bersabar menunggu sesaat lagi"
suatu rasa gusar yang tak tersalurkan dengan cepat
menyelimuti dada Lim Han-kim, begitu selesai
mendengar bisikan itu kontan serunya ketus: "Sebetulnya
majikanmu itu manusia atau bukan?"
siau cui tercengang, kemudian tegurnya serius: "Hei,
hati-hati kalau bicara..."
1357 Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lebih
jauh: "Apabila di dunia ini benar-benar ada dewi, maka
majikan adalah dewi dari kahyangan"
Kembali Lim Han-kim merasa hatinya tergerak sambil
mengendalikan hawa amarah nya yang berkobar,
pikirnya: "Ilmu sihir apa yang telah digunakan Pemilik
bunga bwee untuk mengendalikan anak buahnya,.."
sungguh heran, kenapa orang-orang itu bersikap begitu
normat kepadanya...?"
sementara ia termenung, cahaya lentera yang
berputar kencang itu tiba-tiba berhenti berputar,
pemandangan dalam ruangan itupun secara lamat- lamat
dapat terlihat jelas. Ternyata tempat itu merupakan sebuah ruang tamu
yang sangat lebar. selain tujuh buah lentera berwarna
warni di sekeliling ruangan, di situ tersedia pula tiga buah
meja kayu berbentuk segi tiga, setiap meja dilapisi kain
telapak meja dari sutera, hanya pada meja di tengah
terdapat sebuah pot bunga berwarna putih dengan
sekuntum bunga bwee tertancap di tengahnya.
Dua meja yang lain terlihat kosong, kini ia duduk
seorang diri pada sebuah meja yang lain-
Empat lima orang gadis berbaju warna warni berdiri
berjajar di belakang tubuhnya. samar-samar terendus
1358 bau harum yang menyegarkan dari bunga bwee putih di
tengah meja itu. Tiba-tiba berkumandang suara irama musik yang
lamat- lamat bergema tiba dari kejauhan sana. siau cui
segera berbisik: "Lim siangkong, majikan segera akan
tiba, bila berjumpa dengan beliau nanti, kuharap kau
bersikap lebih hormat"
Ketujuh buah lentera berwarna warni itu seketika
padam semua, suasana dalam ruangan pun berubah jadi
gelap gulita sukar untuk melihat kelima jari tangan
sendiri Diam-diam Lim Han-kim mengumpat: "sialan,..
lagaknya saja sok rahasia... dianggapnya dengan cara
begitu orang jadi takut"
Belum habis ingatan itu melintas lewat, kembali
terpercik cahaya api dalam ruangan itu, Empat orang
gadis berdandan model keraton dengan masing-masing
membawa sebuah baki kemala berjalan masuk ke dalam
ruangan- Di atas baki- baki kemala itu terletak sebuah tempat
lilin terbuat dari emas dengan sebatang lilin berwarna
merah, Ca-haya api memancar dari lilin warna merah itu
menerangi seluruh ruangan tersebut.
1359 Di belakang keempat orang gadis itu menyusul
delapan orang bocah perempuan yang masing-masing
membawa sebatang hio wangi. Bau kayu dupa yang
harum menyengat hidung segera memenuhi seluruh
ruangan itu. Keempat gadis pembawa lilin itu segera menyebarkan
diri setibanya dalam ruangan dan berdiri mengelilingi
ketiga buah meja kayu beralaskan kain sutera tadi,
sedang kan kedelapan bocah perempuan pembawa dupa
itu segera meletakkan dupa-dupa wangi itu di tengah
ketiga buah meja tadi. Dalam sekejap mata asap wangi yang memancar
keluar dari dupa-dupa itu menyelimuti seluruh ruangansemakin
tajam bau harum dupa yang terbakar itu,
semakin kabur pula suasana dalam ruangan tersebut
karena asap putih yang menggumpal. saat itulah
terdengar seseorang berseru nyaring: "Majikan telah
tiba" Keempat batang lilin itu padam seketika membuat
suasana kembali dalam kegelapan Tampak sesosok
bayangan manusia berkelebat lewat memasuki ruangan
ini. Lim Han-kim mencoba pejamkan matanya untuk
menyesuaikan diri dengan suasana gelap dalam ruangan
itu, kemudian ia mencoba menengok ke depan, Di
1360 belakang dua buah meja tersebut kini telah bertambah
dengan sesosok bayangan manusia.
Waktu itu hanya cahaya lirih dari kedelapan buah
dupa yang terbakar saja yang menerangi ruangan.
Berbicara dari kemampuan tenaga dalam yang dimilikl
Lim Han Kim sekarang, meski hanya andalkan cahaya
lirih dari kedelapan buah dupa wangi itu pun sebenarnya
ia masih sanggup melihat jelas wajah serta dandanan
orang itu, tapi berhubung asap dupa itu membentuk
kabut tebal di sekeliling tempat tersebut maka
pandangan Lim Han Kim jadi kabur kendatipun jarak
antara meja yang satu dengan lainnya amat dekat.
Terdengar orang itu menegur dengan suara dingin: "Kau
ingin bertemu denganku?"
Lim Han Kim segera menangkap suara itu berasal dari
meja disebelah kanan, ia segera berpaling, lamat- lamat
ia dapat menangkap seraut wajah yang amat cantik dari
orang itu. Maka ia segera memperkenalkan diri: "Aku
bernama Lim Han Kim"
"Sudah kuketahui nama mu"
"Jadi nona adalah Pemilik bunga bwee?"
"Betul" Lim Han Kim mendehem berulang kali, ia merasa
mempunyai banyak persoalan yang ingin ditanyakan
1361 namun untuk sesaat dia pun tak tahu bagaimana harus
mulai bertanya. Terdengar suara dingin tadi kembali ber-gema: "Kalau
ada persoalan cepat utarakan, aku tak punya banyak
waktu untuk menunggu"
Walaupun di hati kecilnya Lim Han Kim ingin bertanya
tentang banyak hal, namun satu-satunya yang paling
mencemaskan hatinya sekarang adalah keselamatan Pek
Si-hiang, maka ia pun bertanya: "Boleh aku tahu di
manakah nona yang datang bersamaku itu sekarang?"
"Dia baik sekali, sehat walafiat tanpa kekurangan apa
pun, cuma saat ini kau belum boleh bertemu
dengannya." "Kenapa?" "Walaupun aku telah menganggap kalian sebagai
tamu agungku, namun aku tidak berniat
mempertemukan kalian berdua, walaupun nona Pek itu
cerdik orangnya sayang dalam taruhannya denganku tadi
ia lupa menambahkan satu syarat lagi yaitu melarang
aku memisahkan kalian berdua selama menjadi tamu
kehormatanku" "Asal aku sudah tahu bahwa ia sehat walafiat tanpa
kekurangan sesuatu apa pun, hatiku sudah lega sekali"
1362 "Dan sekarang kau sudah tahu bukan?" seru pemilik
bunga bwee itu tetap dengan suaranya yang dingin.
"Agaknya ia sudah mengusir tamunya Mumpung masih
ada kesempatan untuk bertemu dengannya, pelbagai
masalah yang mencurigakan hatiku harus kutanyakan
dulu sampai jelas," pikir Lim Han Kim dalam hati.
setelah mendehem beberapa kali dia pun bertanya: "
orang berbaju hitam yang kujumpai di ruangan
pertemuan tadi benarkah adalah dirimu?"
"Anggap saja memang aku. Asal kau sudah tahu
bahwa di sini benar-benar ada seorang pemilik bunga
bwee, itu sudah cukup sekali dan tak perlu
mengetahuinya lebih jelas lagi."
setelah melalui waktu yang cukup lama untuk
menyesuaikan diri dengan suasana di situ, daya
pandangan Lim Han Kim sekarang sudah lebih jelas,
Dengan kemampuannya kini ia dapat melihat pakaian
warna gelap yang dikenakan pemilik bunga bwee, diapun
dapat melihat sarung tangan yang dipakai perempuan
itu. Ia tidak mengenakan topeng di wajahnya sehingga
samar-samar dapat terlihat dengan jelas wajahnya yang
cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.
1363 Terdengar Pemilik bunga bwee menegur dengan suara
dingin: "Dengan Cara memandang seperti ini, tentunya
kau dapat melihat wajahku dengan jelas sekali bukan?"


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Asap tebal menyelimuti sekitar tempat ini, bagaimana
mungkin aku bisa melihat wajahmu dengan jelas sekali?"
"ltu sudah lebih dari cukup bagimu, sebagai orang
yang belum bergabung dengan perguruan bunga bwee,
terhitung susah sekali bisa melihat wajahku macam
dirimu sekarang." "Baiklah, kita tak usah memperbincangkan soal ini,
ada beberapa masalah yang ingin aku tanyakan
kepadamu?" "Cepat katakan, paling banyak kita cuma mempunyai
waktu sepeminuman teh untuk berbincang-bincang . "
"Apa dendam dan permusuhan para jago dari kolong
langit dengan dirimu, kenapa kau harus menghadapi
mereka dengan cara begini?"
"Bagaimana aku menghadapi mereka?"
" Kenapa kau menyelenggarakan perjamuan di
kuburan Liat-hu-bong untuk menjamu para jago dari
seluruh kolong langit" sebenarnya apa maksud dan
tujuanmu?" 1364 "Banyak sekali alasan di balik persoalan ini, sekarang
aku tidak mempunyai banyak waktu untuk menjelaskan
kepadamu." "Tolong tanya apa kedudukanku sekarang di tempat
ini?" "Tamu agungku" "sebagai tamu agung, apakah aku mempunyai hak
untuk bergerak secara leluasa di tempat ini?"
"Tentu saja" Tiba-tiba Lim Han Kim bangkit berdiri, katanya: "Aku
mengucapkan banyak terima kasih atas perlakuan dan
penyambutanmu terhadapku selama ini"
sambil berkata, pelan-pelan ia berjalan mendekati
tempat duduk pemilik bunga bwee.
siau-cui yang berdiri di belakangnya segera
menggerakkan tangannya menekan bahu Lim Han Kim
sambil katanya: "Antara lelaki dan perempuan ada
batasnya. Kendatipun kau termasuk tamu agung kami,
toh tempat ini penuh dengan perempuan, lebih baik
jangan berjalan ke sana ke mari semaunya sendiri"
Lim Han Kim dapat merasakan kelima jari tangan siaucui
yang menekan bahunya itu sangat kuat dan berat,
bahkan letak ujung jarinya persis di atas tiga buah jalan
1365 darah penting di bahunya itu sehingga susah baginya
untuk bergerak lagi. sambil tertawa dingin teriaknya: "Ternyata cara
pemilik bunga bwee melayani tamunya begini kasar dan
tak tahu sopan santun-"
Pemilik bunga bwee termenung beberapa saat,
katanya kemudian: "siau-cui, lepaskan dia Coba kita lihat
mau apa dia?" "Budak terima perintah," sahut siau-cui sambil
melepaskan tekanannya pada bahu pemuda itu.
"Lim Han Kim" kata pemilik bunga bwee kemudian,
"Aku telah melayanimu secara istimewa, bila tindak
tandukmu kelewatan sehingga melangkahi peraturan
pcrguruan bunga bwee kami, jangan salahkan kalau aku
tidak menganggapmu sebagai tamu agung lagi dan
menjatuhkan hukuman mati kepadamu"
Lim Han Kim mendengus dingin, "Aku bukan anggota
perguruan bunga bwee kalian, tentu saja aku tak perlu
mentaati peraturan dari perguruanmu"
Diam-diam hawa murninya dihimpun ke dalam telapak
tangannya lalu pelan-pelan didorong ke muka. Meskipun
gerakan mendorong ini dilakukan sangat lamban tapi
karena mengandung tenaga dalam yang sangat kuat,
maka begitu angin pukulan menggulung keluar, asap
1366 tebal yang menyelimuti sekeliling tempat itu pun segera
tergulung menepi, pemandangan di hadapan mata pun
jadi teramat jelas. Ketika Lim Han Kim menengok ke depan, ia segera
menyaksikan seraut wajah cantik yang diliputi rasa gusar
sedang mengawasinya tanpa berkedip.
Hanya sedikit asap tebal itu membuyar untuk segera
menggumpal kembali, wajah cantik yang diliputi rasa
gusar tadipun seketika tertutup kembali oleh asap tebal
itu. pelbagai kecurigaan segera bermunculan dalam
benak Lim Han Kim, pikirnya: " Kalau dilihat dari bentuk
wajah itu, jelas dia adalah seorang gadis muda yang
amat cantik, mungkinkah pemilik bunga bwee yang
terkenal akan kejam dan buasnya itu hanya seorang
gadis muda yang jelita?"
seorang gadis muda yang cantik jelita ternyata
sanggup mengendalikan banyak sekali jago lihai dunia
persilatan yang rata- rata menyembunyikan jati dirinya,
peristiwa macam ini benar-benar sukar diterima dengan
akal sehat. sayang sekali Pek Si Hiang yang cantik dan pandai
memecahkan masalah tidak hadir di situ, Coba kalau
gadis tersebut ada disini, banyak persoalan yang aneh
dan tak terpecahkan itu segera akan diperoleh
jawabannya secara tepat. 1367 "Lim Han Kim, kau sudah melihat dengan jelas?" tegur
pemilik bunga bwee kemudian.
"Meskipun hanya sepintas lalu namun cukup
meninggalkan kesan yang mendalam di benakku."
"Kau harus memikirkan dulu secara teliti dan jelas
sebelum menjawab semua pertanyaanku"
" Kenapa?" "Rejeki dan bencana masuknya tanpa pintu, melainkan
oranglah yang mencarinya. Bila kau salah menjawab
pertanyaanku kemungkinan besar kau bisa mati karena
hukuman mati, sebaliknya jika kau menjawab secara
tepat, maka kemungkinan besar kau akan kuantar
meninggalkan tempat ini dengan selamat Kau tak perlu
putar otak untuk membuat keputusan, jangan sampai
gara-gara sok pintar akhirnya terjebak oleh kepintaranmu
sendiri, Asal kau bersedia menjawab sejujurnya sekalipun
akhirnya kau kuhukum mati, kau bisa mati tanpa
menyesal." "Aku datang kemari karena disambut sebagai tamu
agung, jadi seandainya sampai terjadi bentrokan, aku tak
bakal menyerahkan diri tanpa melawan-"
Mendadak pemilik bunga bwee tertawa terkekehkekeh,
katanya: "Apakah kau beranggapan bahwa
kepandaian silat yang kau miliki sangat hebat?"
1368 "sekalipun kemampuanku hanya mampu
menandingimu satu jurus saja, aku tak akan takut dan
mundur." "Ehmmm, kau hebat sekali...." puji pemilik bunga
bwee setelah tertegun sesaat.
Kemudian setelah berhenti sejenak kembali katanya:
"sekarang aku hendak mulai bertanya kepadamu,"
"silahkan saja bertanya."
"Misalnya kita berjumpa lagi di tempat lain, apakah
kau masih mampu mengenali diriku?"
Lim Han Kim berpikir seb entar, lalu jawabnya: " Kalau
kau masih tetap mengenakan pakaian seperti ini, tentu
saja aku dapat mengenali kembali dirimu."
"Apa sih warna pakaian yang kukenakan sekarang?"
"Biru tua atau mungkin hitam pekat" sampai lama
sekali pemilik bunga bwee berpikir, kemudian ujarnya
dingin: "seandainya kita berjumpa lagi di tempat lain,
meskipun kau belum tentu dapat mengenali diriku lagi,
tapi dalam benakmu mungkin sudah tertinggal kesan
yang mendalam sekali tentang diriku. Bila tempat
perjumpaan kita bersuasana tenang dan hening,
kemudian kuberi waktu kepadamu untuk berpikir lagi
dengan seksama, mungkin kau dapat segera teringat
kembali pada diriku?"
1369 "Perkataanmu itu memang tepat sekali."
"Tahukah kau apa akibatnya bagi mereka yang pernah
menyaksikan wajah asliku?"
"Entahlah...." "Hanya dua jalan yang bisa kau pilih"
"Dua jalan yang mana?"
"Yang pertama adalah jalan kematian, sedang jalan
kedua adalah bergabung dengan perguruan bunga bwee
serta simbol bunga bwee di atas jidatnya."
Lim Han Kim segera meloloskan pedang pendeknya
seraya berseru: "Buat seorang lelaki sejati, lebih baik
hancur lebur dari pada menyerahkan diri menjadi budak
orang. Aku bersedia melangsungkan pertarungan
melawanmu" "Baiklah" kata pemilik bunga bwee sambil tertawa
dingin, "Akan kusaksikan, benarkah tubuhmu terbuat dari
besi baja yang tahan diuji."
Lim Han Kim menarik napas panjang, pedangnya
dituding ke muka siap melancarkan serangan, Serunya:
"Kau boleh segera turun tangan-"
Pelan-pelan pemilik bunga bwee bangkit berdiri,
katanya kemudian sambil mengulapkan tangannya:
"Kalian boleh pergi dari sini."
1370 Menyusul derap kaki yang menjauh tak selang berapa
saat kemudian suasana dalam ruangan itu telah pulih
kembali dalam keheningan yang luar biasa, begitu
heningnya sampai tak kedengaran Sedikit suara pun-
Lim Han kini pusatkan seluruh perhatiannya pada
ujung senjatanya Begitu pemilik bunga bwee
melancarkan serangan, maka dia akan membalas dengan
sepenuh tenaga. Entah berapa saat sudah lewat, suasana tetap hening,
sepi, tak kedengaran sedikit suara pun- tangan Lim Han
kini yang tegang mulai basah karena keringat, tubuhnya
juga mulai gemetar karena menahan emosi.
sebaliknya pemilik bunga bwee tetap berdiri tak
bergerak seperti sebuah patung batu,
sambil menyeka peluh yang membasahi wajahnya Lim
Han Kim menegur: " Kenapa kau belum turun tangan?"
Pemilik bunga bwee tertawa dingin mendadak ia
mengulapkan tangannya menyulut sebuah obor,
Ruangan yang gelap gulita tiba-tiba terbetik oleh sekilas
cahaya yang membuat suasana di situ menjadi terang
dan jelas. Di bawah cahaya api Lim Han Kim dapat melihat
seraut muka yang cantik jelita bak bidadari yang turun
dari kahyangan, Rambutnya yang panjang terurai di atas
1371 bahu, alis matanya panjang bagai semut beriring,
matanya bulat besar teramat jeli, bibirnya yang kecil
mengulumkan senyuman yang menawan.
Ketika para dayang mengundurkan diri dari ruangan
tadi, mereka telah padamkan dupa wangi di atas meja,
dengan begitu asap yang menyelimuti- ruangan pun
makin lama semakin tipis dan menghilang akhirnya,
otomatis wajah cantik gadis itu pun dapat terlihat makin
lama semakin bertambah jelas dan nyata.
Lim Han Kim menghembuskan napas panjang, pujinya
dalam hati: "Benar-benar seorang gadis yang amat
cantik" Terdengar pemilik bunga bwee menegur lagi dengan
suara dingini "sudah kau lihat dengan jelas wajahku?"
"Yaa, sudah jelas sekali."
"Bila kau tidak melihat dengan jelas, matimu akan
penasaran sekali...."
Mendadak Lim Han Kim teringat kembali akan Pek Si
Hiang, nona yang lemah berpenyakitan itu hanya
berumur berapa bulan saja. Dalam kondisi seperti itu
seharusnya ia menikmati sisa hidupnya dengan penuh
gembira, tapi kenyataannya gadis itu justru melibatkan
diri dalam kancah kekalutan dunia persilatan, ini
1372 membuktikan betapa luhur-nya dan betapa besarnya jiwa
gadis itu. Terdengar pemilik bunga bwee berkata lagi: "sekarang
kau telah melihat dengan jelas sekali, selanjutnya apa
yang harus kau lakukan?"
"Harus bagaimana" Aku tidak tahu."
Mendadak pemilik bunga bwee mengerutkan dahinya
sambil berseru: "Coba kauperhatikan sekali lagi wajahku"
Lim Han Kim benar-benar mendongakkan kepalanya
dan mengawasi wajah gadis itu lekat-Iekat. Tapi begitu
dipandang pemuda itu kontan merasakan peredaran
darah dalam tubuhnya bergolak keras, ia merasa gadis
itu memiliki daya tarik yang luar biasa membuat
napsunya amat terangsang, sehingga tanpa sadar lagi
pedangnya diturunkan kembali ke bawah.
"Sekarang kau tentu sudah mengerti bukan?" tanya
pemilik bunga bwee itu lembut.
Bagaikan orang kesetanan Lim Han Kim membuang
pedangnya ke atas tanah lalu dengan mata terbelalak
lebar ia terjalan mendekati gadis itu sambil bergumam:
"Aku mengerti... aku mengerti...."
Tiba-tiba cahaya api itu padam, suasana dalam
ruangan pun pulih dalam kegelapan. Ternyata obor yang
1373 dibakar telah habis hingga apipun otomatis padam
sendiri Pikiran dan kesadaran Lim Han Kim yang mulai
memudar itu seketika menjadi jernih kembali, ia segera
menghentikan langkahnya, Terdengar pemilik bunga bwee dengan suaranya yang
lembut, halus dan merangsang kembali bergema: "
Kenapa kau tidak mendekati aku..?"


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di balik seruan itu seakan-akan mengandung daya
sembrani yang luar biasa, Lim Han Kim merasakan
hatinya bergetar keras, hampir saja ia menuruti seruan
gadis tersebut untuk berjalan menghampirinya. Tapi
pada akhirnya ia dapatjuga mengendalikan diri dan tetap
berdiri tegak di tempat semula.
situasi seperti itu berlangsung selama sepeminuman
teh lamanya, suasana tetap hening.
Akhirnya sambil tertawa dingin pemilik bunga bwee
berseru: "Kau cukup hebat, ternyata mampu bertahan
sampai detik terakhir "
Kali ini di balik nada suaranya yang penuh
rangsangan, terkandung juga nada ketus, dingin yang
menggidikkan sesungguhnya dalam hati Lim Han Kim sudah terjadi
gejolak perasaan yang luar biasa, suatu dorongan napsu
1374 yang aneh membuatnya hampir saja menubruk tubuh
nona itu.... Kejadian ini memang sangat kebetulan, seandainya
Lim Han Kim tidak teringat akan Pek Si Hiang yang lemah
penyakitan pada detik terakhir sehingga memecahkan
perhatiannya dan pada detik itu juga obor yang berada di
tangan pemilik bunga bwee telah habis terbakar,
mungkin anak muda ini sudah terpengaruh oleh
kecantikan wajah gadis itu serta menubruk tubuhnya
yang ramping. Dari balik kegelapan kembali terdengar suara pemilik
bunga bwee yang dingin: "Sejak terjun ke dalam dunia
persilatan, kau adalah satu-satunya lelaki yang mampu
bertahan dari pengaruhku, imanmu sungguh tebal dan
kuat Tapi... walaupun aku sangat kagum kepadamu,
justru kemampuanmu ini telah menimbulkan niatku
untuk membunuhmu...."
Pelan-pelan Lim Han Kim dapat menjernihkan kembali
pikiran dan kesadarannya dari pengaruh jahat, katanya:
"Aku percaya kau memiliki kemampuan untuk
membunuhku meskipun sejak kecil aku mulai belajar silat
dan selama belasan tahun berlatih tanpa berhenti.
sekalipun pada akhirnya aku harus mati terbunuh, aku
hanya akan salahkan diriku sendiri yang belajar tak benar
hingga mati pun tak perlu disesalkan, tapi nona Pek
hanya seorang nona yang lemah tak bertenaga, aku rasa
1375 bukan pekerjaan yang sukar bagimu untuk membunuh
seseorang yang belum pernah belajar silat macam dia."
"oooh, kau sedang mintakan ampun baginya?" tanya
pemilik bunga bwee sambil tertawa dingin.
"Membunuh seorang gadis tidak memiliki kekuatan
untuk melawan bukan perbuatan seorang gagah."
"sampai detik ini kalian masih menjadi tamu agungku,
sekalipun aku hendak membunuh kalian, tak akan
kulakukan sekarang...."
sesudah berhenti sejenak. kembali katanya: "Bawa
kemari nona Pek dan antar mereka pergi dari sini"
Dari balik kegelapan terdengar suara langkah kaki
bergema tiba, tampaknya ada banyak orang yang sedang
mondar mandir dalam ruangan itu
Lim Han Kim merasa ada angin berbau harum
menerpa hidungnya, lalu terdengar seseorang berseru
sambil tertawa merdu: "Majikan telah melanggar
kebiasaan, kalian berdua boleh pergi meninggalkan
tempat ini." Lim Han Kim sangat kenal dengan suara itu, tak tahan
tegurnya: "Kau adalah siau-cui?"
"Lim kongcu, bagus amat daya ingatmu"
1376 "Mati hidupku menjadi masalah nomor dua, nona
Pek...." "Apa yang dikatakan majikan selalu ditepati," tukas sia
u-cui cepat, "setelah ia setuju membia rkan kalian berdua
pergi dari sini, janjinya pasti ditepati jadi Lim siang-kong
tak usah kuatir." sambil mengeluarkan sebuah sapu tangan hitam
katanya lagi: "Sebelum mengantar kalian berdua pergi
dari sini, mata kalian mesti dikerudung dulu, bagaimana
menurut pendapatmu?" - setelah berpikir sebentar Lim
Han Kim mengangguk: "Baiklah, nona boleh lakukan"
setelah menutup sepasang mata Lim Han Kim dengan
kain hitam itu, siau-cui berbisik: "sekarang aku akan
mengantar kau pergi dari sini...."
"Bagaimana dengan nona Pek?" siau-cui segera
tertawa cekikikan- "Jarang aku melihat ada kekasih yang
begitu setia macam kau, mati hidup sendiri tidak
digubris, justru keselamatan kekasihnya yang dipikirkan
terus, Nona Pek benar-benar beruntung punya kekasih
macam kau." Lim Han Kim malas memberi penjelasan atas ucapan
tersebut tapi dia pun rikuh untuk bertanya lagi, maka ia
biarkan siau-cui menuntunnya pergi meninggalkan
tempat itu. Langkah mereka makin lama semakin cepat,
1377 angin dingin mulai terasa menerpa badan, rasanya
mereka sudah berada di tempat terbuka.
Lebih kurang sepenanakan nasi kemudian tiba-tiba
Siau-cui berhenti seraya berkata. "Nah, sudah sampai di
tujuan, pedangmu ada di samping badanmu, selamat
tinggal...." Kata terakhir itu kedengaran berkumandang dari
berapa kaki jauhnya di depan sana, Lim Han Kim segera
melepaskan kain penutup matanya, pandangannya
segera terasa terang. Waktu itu beribu-ribu bintang masih bertaburan di
angkasa, tapi dari ufuk Timur sudah mulai tampak
secerah cahaya berwarna merah, Agaknya sebentar lagi
fajar akan menyingsing, Di kejauhan sana ia saksikan
ada sesosok bayangan hitam sedang bergerak menjauh.
Melihat ilmu meringankan tubuh yang begitu
sempurna, tanpa terasa Lim Han Kim berseru memuji:
"Benar-benar cepat gerakan tubuhnya, padahal dia tak
lebih hanya seorang dayang anak buah pemilik bunga
bwee.,." Tiba-tiba terdengar helaan napas sedih berkumandang
memecahkan keheningan- Lim Han Kim segera sadar dari
lamunan-nya, dia teringat akan Pek Si Hiang.
1378 Ketika berpaling, benar juga ia menjumpai seorang
gadis yang matanya masih ditutup dengan kain hitam
duduk bersandar pada sebatang pohon besar, Buru-buru
Lim Han Kim menghampirinya seraya berseru: "Nona
Pek. kau..." Gadis itu memang Pek Si Hiang, sambil menghela
napas sela gadis itu: "Aku dalam keadaan baik-baik,
cepat bantu aku lepaskan kain hitam penutup mataku."
Lim Han Kim merasa sangat keheranan, pikirnya:
"Masa tenaga untuk melepaskan kain penutup mata pun
tidak ia miliki..." Aneh benar nona ini...."
Walaupun dalam hati kecilnya timbul banyak persoalan
yang mencurigakan namun ia menurut saja untuk
membukakan kain penutup matanya, Di bawah pancaran
sinar fajar, kelihatan air muka gadis itu pucat pias seperti
mayat, bahkan di antara kerutan dahinya tertera jelas
rasa lelah yang luar biasa.
setelah menghembuskan napas panjang, gadis itu
gelengkan kepalanya berulang kali sambil bergumam:
"Betul-betul seorang wanita yang lihai"
" Kau telah bertemu dengan pemilik bunga bwee?"
"Ya sudah, sayang kondisi badanku amat lemah saat
itu sehingga tidak banyak latar belakangnya yang
kuketahui" 1379 "Kau tampak lelah sekali, lebih baik kita pulang dulu
ke dalam barisan untuk beristirahat sebelum
membicarakan kembali persoalan ini."
"sudah tak sempat lagi, selisih waktu dari sekarang
hingga tengah hari tinggal beberapa jam lagi, kita tak
punya waktu lagi untuk beristirahat"
Dari dalam sakunya pelan-pelan dia mengeluarkan dua
batang jarum emas, kemudian ujarnya: "Bantulah aku
tancapkan dua batang jarum emas itu di atas jalan darah
Tiong-teng-hiat dan ki-koan-hiat pada jalur nadi Jin-meh,
kita hanya memiliki waktu yang amat singkat."
tangan kanannya yang menggenggam jarum emas itu
kelihatan agak gemetar, seolah-olah ia sudah tak
sanggup lagi menahan berat beban dari kedua batang
jarum emas itu. Lim Han Kim ragu-ragu sejenak. tapi akhirnya ia
sambut juga kedua jarum emas itu dan ditancapkan di
atas jalan darah Tiong-teng-hiat dan Ki-koan-hiatnya.
Begitu kedua jarum emas itu menembusi jalan
darahnya, keadaan Pek Si Hiang yang sudah loyo dan
lemah itu seketika bersemangat kembali, paras mukanya
yang semula pucat pias kini muncul semu merah yang
segar. 1380 Katanya sambil tertawa: "Dia membebaskan kita
berapa jam lebih awal, hal ini disebabkan ia menduga
kita sudah tak mampu melakukan persiapan lagi dalam
waktu yang amat singkat ini untuk memberi perlawanan
kepadanya." "Pemilik bunga bwee benar-benar seorang tokoh yang
susah dilawan," gumam Lim Han Kim sedih.
cahaya aneh segera berkilat dari balik mata Pek Si
Hiang yang jeli, tegurnya sambil tertawa: "Kau
maksudkan ilmu silatnya atau kecantikan wajahnya?"
"Tentu saja ilmu silatnya yang kumaksud, meskipun
dia berwajah cantik namun ia selalu menutupi wajah
aslinya itu." "Jadi kau telah bertemu dengannya?" tanya Pek Si
Hiang tersenyum. "Benar, aku telah melihat wajah aslinya, Aaai...
selembar wajah yang penuh dengan daya tarik aneh,
membuat aku nyaris tak mampu mengendalikan diri"
"Coba beritahu aku lebih cermat lagi," sambung Pek Si
Hiang cepat, "Mungkin bisa menambah daya pengenalku
terhadapnya jauh lebih matang. Lebih banyak yang
kuketahui tentang dirinya, berarti kita lebih ada harapan
untuk meraih kemenangan-..."
1381 setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh: "
jangan kau rahasiakan kisah pengalamanmu kalau bisa
ceritakan dengan lebih seksama, ketahuilah selisih sedikit
saja bisa berakibat kesalahan yang amat fatal."
"Aku pasti akan bercerita sesungguh-nya," kata Lim
Han Kim sambil tertawa hambar
Maka dia pun menceritakan kembali semua
pengalamannya dengan serius dan seksama. Pek Si
Hiang mendengarkan kisah itu penuh serius, selesai
mendengar semua kejadian tersebut ia baru berkata
sambil menghela napas: "Ia terlalu percaya diri"
"Walaupun aku belum pernah menyaksikan ilmu
silatnya, juga tak berani memastikan apakah orang
berbaju hitam yang bertarung melawanku di ruang
pertemuan itu dia atau bukan, Bila kutinjau dari ilmu silat
yang dimiliki siau-cui, dapat kusimpulkan bahwa dia
memang memiliki ilmu silat yang luar biasa, Bila ia tidak
memiliki ilmu silat yang maha dahsyat, bagaimana
mungkin bisa menguasai begitu banyak jago lihai?" Pek
Si Hiang manggut-manggut.
" Kalau dibilang ia cantik, nyatanya dia memang amat
cantik, tapi kecantikannya belum cukup memabukkan
setiap pria yang bertemu dengannya dalam pandangan
pertama .Berarti dia telah menggunakan sejenis ilmu
hipnotis untuk mempengaruhi kesadaran orang, Aaai...
mungkin saja orang-orang yang rela takluk kepadanya
1382 serta rela menjual nyawa kepadanya itu terpikat oleh
kecantikan wajahnya."
"Bukankah nona pernah berjumpa dengan nya?"
"Yaa, aku memang telah bertemu dengannya," Pek Si
Hiang tertawa, "Mungkin lantaran aku hanya seorang
wanita, maka dia tak pernah melepaskan kain cadarnya."
Lim Han Kim menghela napas panjang. "Aaai...jumlah
jagoan lihai yang bergabung dalam perguruannya sukar
dihitung dengan jari, Dengan kemampuan kita beberapa
orang bagaimana mungkin mampu menandinginya, apa
lagi waktu sudah amat mendesak. Aku sendiripun belum
lama terjun ke dalam dunia persilatan, belum punya
pamor maupun kedudukan, perkataanku belum tentu
mau dipercaya oleh para jago dari kolong langit."
pelan-pelan Pek Si Hiang bangkit berdiri, katanya
sambil tertawa: "Kalau kita memang tak mampu
menandinginya, terpaksa kita semua harus menyerah
dan pasrah pada nasib," setelah membetulkan
rambutnya yang kusut, tambahnya: "Ia bersedia
membebaskan kita berdua, agaknya ia memang tak
berniat membunuh kita. Kalau menggunakan
kesempatan ini untuk kabur jauh, hidup mengasingkan
diri dan tidak menentangnya lagi, mungkin jiwa kita akan
selamat sepanjang masa."
1383 "Bagi nona, sudah seharusnya kau berbuat demikian,
sebagai gadis lemah yang tak berkekuatan, buat apa kau
mesti mencampuri kancah pertikaian yang memusingkan
kepala ini?" "Kalau aku pergi, bagaimana dengan kau?"
"Aku sudah melibatkan diri dalam kancah pertikaian
ini, mau melepaskan diri pun rasanya sudah tak
mungkin, maka aku akan berusaha sekuat tenaga, Bila


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perlu, aku akan beradu jiwa dengannya."
"Sudah tahu kalau bukan tandingan tapi masih nekad
untuk melawan. Aku lihat kendati pun keberanianmu
amat mengagumkan, tapi tindakanmu tak lebih cuma
pikiran seorang kasar," kata Pek Si Hiang tertawa.
"Yaa, kecuali berbuat begitu, aku tak bisa menemukan
cara lain yang lebih baik,"
Pek Si Hiang tertawa enggan, pelan-pelan ia
meneruskan langkahnya ke depan, Lim Han Kim
mendongakkan kepalanya memperhatikan keadaan di
sekeliling sana. Ternyata tempat di mana mereka berada
sekarang adalah tepi kompleks kuburan Liat-hu-bong.
sambil mengangkat ujung gaun panjangnya tampak Pek
Si Hiang berlarian masuk ke dalam hutan.
Dengan perasaan masgul Lim Han Kim menyusul dari
belakang, tegurnya: " Kenapa kau lari?"
1384 "Mari kita tengok keadaan Han locian-pwee serta
barisan bambu yang kubuat, kita periksa apakah keadaan
masih seperti semula?"
Lim Han Kim merasa banyak persoalan timbul dalam
benaknya saat itu, maka ketika dilihatnya Pek Si Hiang
lari dengan terburu-buru, ia pun tidak banyak bertanya
lagi namun mengikuti terus dari belakang.
saat itu matahari sudah terbit, apa yang tertera di
hadapan Lim Han Kim segera membuat anak muda itu
tertegun, Barisan bambu yang semula dibentuk di sana,
kini sudah lenyap. seluruh keadaan kuburan Liat-hu-bong
telah berubah bentuk, BAB 41. Lolos Dari Bahaya Kebakaran
Ternyata tumpukan kayu bakar di sekeliling tempat itu
telah menenggelamkan sama sekali barisan bambu yang
terbentuk di situ, bahkan tumpukan kayu bakar itu amat
teratur dan rapi sehingga bila dilihat dari luar, siapa pun
tak akan menyangka kalau dibalik tumpukan kayu bakar
itu masih ada sebuah barisan bambu.
Ketika Lim Han Kim mencoba menghitung tumpukan
kayu bakar itu, jumlahnya ternyata mencapai ribuan
pikul. ini berarti harus ada ratusan orang yang
mengerjakannya dalam semalam untuk menyelesaikan
1385 tugas tersebut, apa lagi berapa li di sekitar tempat itu tak
ada penghuninya. Tidak diketahui dari mana pemilik
bunga bwee bisa mendapatkan kayu bakar sebanyak itu
dalam semalam, dari sini bisa disimpulkan bahwa pemilik
bunga bwee memang bukan tokoh sembarangan.
Tampak tumpukan kayu itu tiba-tiba bergerak dua
orang manusia berbaju hitam munculkan diri seraya
berkata: "silahkan kalian berdua masuk ke dalam barisan
melalui pintu ini." Dandanan dua orang manusia berbaju hitam inipun
sangat aneh, kecuali berpakaian serba hitam, wajah pun
dikerudungi kain hitam. Lim Han Kim segera berpikir " Kalau memasuki
tumpukan kayu bakar itu bukankah berarti mengantar
diri masuk perangkap.?"
sementara dia masih berpikir, Pek Si Hiang telah
mengayunkan langkahnya masuk ke balik tumpukan
kayu, terpaksa Lim Han Kim mengikuti di belakang
tubuhnya, Di balik tumpukan kayu bakar itu terdapat sebuah
jalan setapak yang terbuat dari tonggak kayu, lebarnya
hanya tiga depa dan cuma muat untuk dua orang yang
berjalan berbareng, 1386 setelah melewati empat lima buah tikungan dan
berjalan sejauh enam tujuh kaki sampailah mereka di
tepi barisan bambu. Mendadak Pek Si Hiang menghcntikan langkahnya
seraya berkata seolah berbisik "Jalan darah Han
locianpwee telah ditotok orang, setelah bebaskan
totokannya bawa dia masuk ke dalam barisan. situasi
saat ini amat kritis dan berbahaya, setiap saat mereka
dapat melepaskan api untuk membakar kita semua, jadi
lebih baik jangan bertindak secara sembarangan-"
Lim Han kini segera menoleh ke sisi barisan bambu
itu, betul juga tubuh Han si-kong tampak tergeletak di
tepi barisan itu dalam keadaan tertotok jalan darahnya,
Maka ia segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk
membebaskan totokan di tubuh orang tua itu.
Han si kong menghembuskan napas panjang sambil
membuka matanya, setelah memandang Lim Han Kim
lama sekali dengan pandangan termangu, dia gelengkan
kepalanya berulang kali sambil mengeluh: "Yaa... sudah,
sudahlah, kali ini aku si monyet tua benar-benar telah
dipecundangi orang."
"Locianpwee jangan panik atau gelisah, mari kita
masuk ke dalam barisan dulu baru berbicara," ajak Pek Si
Hiang, "Hiang-lan dan siok-bwee berdua...."
" Kenapa mereka?" tanya Lim Han Kim terkejut.
1387 "Mereka sudah ditawan orang?" sambung Pek Si
Hiang. "Benar," jawab Han si-kong sambil bangkit berdiri
"Mereka telah ditawan dua orang manusia berbaju
merah. Aaai... Aku benar-benar tak becus, hanya
melindungi kedua orang bocah perempuan itu pun tak
mampu." "Apakah kedua orang itu meninggalkan pesan?" tanya
Lim Han Kim gelisah bercampur cemas.
sebelum Han si- kong menjawab, Pek Si Hiang telah
menyela: "Kita bicara di dalam barisan saja"
Dengan langkah cepat dia masuk dulu ke dalam
barisan, Keadaan barisan bambu itu tetap seperti sedia
kala, selain tertutup oleh tumpukan kayu bakar sehingga
sukar melihat keadaan di luar, segala sesuatunya masih
tetap seperti sedia kala.
Barisan bambu itu berdiripada tanah seluas empat kaki
persegi Ternyata anak buah pemilik bunga bwee telah
menggunakan kekuatan tali temali untuk membuat
sebuah barak seluas empat kaki persegi dalam semalam
saja, bahkan tumpukan kayu bakar di sekitar tempat itu
begitu tebalnya membuat cahaya matahari sukar
menembus masuk. 1388 Lim Han Kim memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, lalu ujarnya: "Pekerjaan semacam ini benar-benar
luar biasa, Apabila tali temalinya kurang kokoh sehingga
putus satu saja, maka kita pasti akan mati tertimbun
kayu- kayu itu atau paling tidak akan luka berat"
"Menurut pandanganku, satu-satunya kesempatan
bagi kita untuk hidup adalah berusaha menerjang keluar
dari tempat ini," kata Han si- kong.
"Kayu yang mereka tumpuk di sekitar tempat ini terdiri
dari bahan-bahan kering yang mudah terbakar," kata Pek
Si Hiang, "Cukup sebuah obor rasanya sudah dapat
mengubah tempat ini menjadi lautan api. Agaknya
pemilik bunga bwee telah memperhitungkan
kemungkinan bagi kita untuk meloloskan diri dari sini,
maka ia hanya membuat sebuah jalan penghubung yang
dibangun sengaja berliku-liku...."
Han si kong menghela napas panjang, selanya: "Aku
sudah hidup cukup lama, sekalipun mereka akan
membakar tempat ini termasuk diriku, aku tak menyesal
harus mati Kalian berdua masih muda, terlalu sayang
rasanya bila kalian harus duduk pasrah di tempat ini
sambil menunggu kematian-"
"Apa bila mereka bermaksud membunuh kita, aku rasa
mereka tak perlu membuang banyak waktu dan tenaga
untuk membentuk keadaan seperti ini," kata Pek Si
Hiang. 1389 "Justru mereka berbuat begini tak lain karena hanya
ingin menggertak kita, supaya kita ketakutan"
" Kenapa dia harus menakut-nakuti kita?" tanya Han
si- kong tidak habis mengerti. Pek Si Hiang tersenyum.
"sebab pemilik bunga bwee terlalu memandang berat
kemampuan kita, menganggap kita sebagai musuh
tangguh, maka ia baru mengerahkan anak buahnya
untuk melakukan kesemuanya ini guna menghadapi
kita." sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka
telah tiba dipusat barisan bambu itu.
Pek Si Hiang periksa sekejap sekeliling tempat itu,
setelah melihat bahwa segala sesuatunya tak berubah, ia
baru duduk sambil katanya: "Dia tak ingin kita
melibatkan diri dalam pertikaian tersebut, sehingga
merusak semua rencananya, maka dia sengaja menawan
kedua orang dayangku dan menumbukkan banyak sekali
kayu bakar di seputar tempat ini, tujuannya tak lebih
hanya ingin menakut-nakuti kita."
"Bila berbicara dari situasi semalam," kata Lim Han
Kim. "Apabila dia berniat mencelakai kita, hal itu bisa
dilakukan tanpa bersusah payah, tak perlu dia
membuang banyak tenaga danpikiran untuk menyiapkan
segala sesuatunya ini."
1390 "Walaupun pemilik bunga bwee telah mendapat
kemenangan mutlak dalam kejadian semalam, meski jiwa
kita beberapa kali sudah terjatuh ke dalam
genggamannya, namun aku duga ia sendiripun merasa
amat tidak tenang." " Kenapa?" "Gampang saja. Ketika ia menerima laporan dari anak
buahnya pertama kali, dia sudah memandang kita
sebagai musuh tangguh. Tapi setelah bertemu muka dan
melihat kemampuan kita tak seberapa, ia telah
memandang enteng diri kita. sampai dia bertaruh
denganku, sekali lagi dia menilai tinggi kemampuan kita,
sungguh tak nyana gertak sambalku cuma bisa bertahan
sementara waktu, Bagi aku yang tak pernah belajar silat,
begitu jarum emas pada jalan darahku dicabut, akupun
jatuh tak sadarkan diri Waktu itu meski aku tak tahu apa
yang telah dia lakukan terhadap diriku, tapi bisa kuduga
ia tentu berusaha mencobaku secara diam-diam, saat
itulah dia baru tahu kalau aku benar-benar tak mengerti
ilmu silat, Di satu pihak dia telah berjanji sendiri kepada
kita, dipihak lain dia pun merasa kita tak berguna karena
setiap saat dapat membunuh kita secara gampang, maka
ia baru memutuskan untuk membebaskan kita berdua...."
setelah menghembuskan napas panjang, tambahnya
seraya tertawa: "Mungkin sekarang ia sudah mulai
menyesal" 1391 "Dari mana nona bisa tahu?"
"Jikalau pemilik bunga bwee tidak merasa menyesal,
dia tak akan mengirim orang untuk mengawasi gerak
gerik kita." "Jadi nona Pek sudah tahu akan hal ini?"
Kembali Pek Si Hiang tertawa, "Tentu saja sudah
kulihat, pemilik bunga bwee memang pintar tapi ada
kalanya diapun pikun, rupanya dia tak bisa menduga apa
sebabnya tiba-tiba aku jatuh pingsan, setelah dicoba
beberapa kali dan ternyata aku memang tidak berpurapura,
ia jadi teringat dengan kekalahannya di tanganku
malam itu, timbul perasaan tak puasnya .
Namun bagaimana pun juga ia memang memiliki
kemampuan yang luar biasa. ia sengaja melepaskan kita
dengan maksud menyelidiki rahasia kita secara diamdiam,
maka ketika aku sadar dari pingsan tadi, tatkala
kejernihan pikiranku belum pulih kembali aku telah
menyuruh kau menusuk jalan darahku dengan jarum
emas, Aku pikir rahasiaku ini pasti sudah dilaporkan
orang yang mengawasi kita secara diam-diam itu
kepadanya...." "Aaai... seharusnya aku pun dapat berpikir sampai di
situ," ucap Lim Han Kim sambil menghela napas panjang.
Pek Si Hiang tertawa manis.
1392 "Kau tak perlu menyesali diri sendiri," katanya,
"Anggaplah kejadian itu memang nasib, lihat saja
perkembangannya nanti, Moga-moga keadlan tersebut
malah bermanfaat bagiku."
"Waah... aku jadi semakin tak paham dengan katakata
mu ini" seru Lim Han Kim.
"Yaa, aku pun makin mendengar semakin bingung,"
sambung Han si- kong. "Kecerdasan pemilik bunga bwee mungkin jauh
melebihi kemampuanku, mungkin juga apa yang
kubayangkan tidak benar"
"Terhadap kemampuan nona dalam memecahkan
setiap masalah, kami sudah kagum luar biasa, Nona tak
usah merendahkan diri lagi...."
"Pemilik bunga bwee terlalu memandang tinggi
kemampuannya. Ketika ia melihat semangatku tiba-tiba
bangkit kembali setelah jalan darahku ditusuk jarum
emas, maka ia akan berusaha mencari jawaban dari
kejadian itu. Asal pikirannya bercabang artinya kita telah
memberi satu peluang bagi para jago yang hadir dalam
perjamuan tengah hari nanti untuk tetap hidup."
"Tapi ia kan bisa menyingkirkan dulu masalah tersebut
untuk sementara waktu..." ucap Lim Han Kim.
1393 "Apabila kemampuan pemilik bunga bwee sepuluh kali
lipat lebih hebat dari kemampuanku, mungkin ia bisa
singkirkan pikiran tersebut sementara waktu. Kalau
kemampuannya sepuluh kali lipat di bawah
kemampuanku, ia pun bisa membuang jauh-jauh pikiran
ini, tapi aku duga saat ini ia pasti sedang gundah karena
memikirkan persoalan ini."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setelah berhenti sejenak dan menengok dua orang itu
sekejap. terusnya: "Kejadian ini dapat mengakibatkan
dua keputusan, susahnya aku tak dapat menduga secara
pasti apa keputusan yang bakal terjadi, itulah sebabnya
aku hendak mohon bantuan dari kalian berdua."
"Kalau berbicara tentang pengalaman dan
pengetahuan dalam dunia persilatan, mungkin aku bisa
memberikan saran-sarannya..." kata Han si- kong sambil
mengelus jenggotnya, "Entah dua keputusan macam apa yang kau
maksudkan?" kata Lim Han Kim pula.
"Andaikata ia menguasai ilmu pertabiban maka tidak
sulit baginya untuk menduga bahwa fungsi tusukan
jarum emas itu tak lebih hanya merangsang munculnya
tenaga simpanan si penderita, Namun ilmu semacam ini
tidak pernah tercantum dalam ilmu silat, jadi meskipun
dia menguasai segala macam aliran ilmu silat, tak
mungkin kepandaian tersebut diketahuinya bila dilacak
lewat jalur ilmu silat."
1394 "Lalu apakah keputusannya yang kedua?"
"Keputusan kedua berkisar seandainya dia tak
mengerti ilmu pertabiban sebagai seorang tokoh silat
yang tinggi hati, terlalu percaya diri dan tak mau
mengakui kekalahan sendiri, ia tentu akan mencari
alasan lain guna menjaga martabat serta harga dirinya."
"Alasan apa pula yang bisa ia temukan?"
"Ia bisa saja beriagak sok pintar, mengira kita sedang
menggunakan akal muslihat untuk menipunya dan
sengaja bersandiwara di hadapannya...."
"Ehmmm, sangat beralasan, sangat beralasan..."
komentar Han Si-Kong sambil manggut-manggut. Pek Si
hiang menghela napas panjang.
"Aaaai... seandainya benar begitu, posisi kita saat ini
jadi sangat berbahaya...." katanya.
Han Si-Kong membelalakkan matanya, tiba-tiba ia
menepuk kepala sendiri sambil serunya: "Keteranganmu
ini semakin membingungkan aku. Bila pemilik bunga
bwee benar-benar mengira nona sedang menggunakan
akal untuk menipunya dan tidak mengetahui latar
belakang yang sebenarnya, bukankah hal ini semakin
menguntungkan kita?"
"Yang kuharap adalah ia mengerti sedikit tentang ilmu
pertabiban, tapi tidak begitu memahami tentang
1395 penggunaan jarum emas untuk membangkitkan tenaga.
Dengan demikian ia tentu akan memutar otak habishabisan
untuk memecahkan teka teki ini. Bila sampai
begini, pasti pikirannya terpecah dalam pertemuan
puncak tengah hari nanti.
Secara otomatis kesempatan hidup para jago dari
kolong langit pun semakin besar, sebaliknya bila ia
menganggap semua yang kuperbuat hanya tipu muslihat
untuk menipunya, aku kuatir ia tak akan menggubris diri
kita lagi, akibatnya semua pikiran dan perhatiannya akan
tercurahkan untuk menghadapi para jago dalam
pertemuan puncak tengah hari nanti,"
"Aaai... Kemampuan nona benar-benar jauh di atas
kemampuanku" kata Han Si-Kong sambil menghela
napas, "setelah mendengar penjelasanmu ini, aku baru
betul-betul paham." "Ada satu hal yang masih belum kupahami, harap
nona sudi memberi petunjuk." sela Lim Han kim.
"Aku tahu, bukankah kau ingin bertanya kepadaku
mengapa kita harus mengantar diri masuk perangkap
dengan memasuki lagi barisan bambu yang telah
dikurung tumpukan kayu bakar ini?"
"Betul, memang soal itulah yang ingin kutanyakan"
1396 "sederhana sekali alasannya, Aku ingin pemilik bunga
bwee mempunyai dugaan yang keliru tentang langkah
kita ini, Aku memang sengaja mengatur agar dia mengira
kita sudah masuk perangkap sehingga tidak menaruh
perhatian lagi untuk mengawasi gerak gerik kita...."
"Dalam keadaan dan situasi sekarang ini,
kenyataannya kita memang benar-benar sudah masuk
perangkap. jadi ia tak usah menduga-duga lagi,
semuanya telah menjadi kenyataan," sela sang pemuda,
" inilah yang disebut mencari kehidupan dari jalan
buntu, Kelihatannya saja kita sudah masuk perangkap,
padahal dalam kenyataannya kesempatan hidup bagi kita
justru jauh lebih besar bila kita memasuki perangkap ini
dibandingkan seandainya kita tetap berada di luar."
"Tampaknya nona sudah mempunyai persiapan yang
matang dalam hal ini?" tanya Han Si-Kong.
"Meskipun memang ada jalan, tapi tidak menjamin
pasti berhasil sepenuhnya."
Diam-diam Lim Han kim berpikir "Kini posisi kita sudah
terjebak. mati hidup menjadi tanda tanya, kesempatan
untuk lolos pun sangat minim, tapi nona ini masih
sesumbar, ingin kulihat akal bagus apa yang telah
dipersiapkannya...."
1397 sementara itu Han Si-Kong telah berkata lagi: "Nona,
waktu bagi kita saat ini sangat berharga, Bila kau ada
akal bagus, kami siap untuk membantu."
"Kita harus pancing mereka agar membakar tumpukan
kayu-kayu bakar ini lebih dulu."
"Membakar kayu itu untuk bunuh diri?" komentar Lim
Han kim. "Kalau tidak begitu, bagaimana mungkin akal ini
kusebut mencari kehidupan dari jalan kematian?"
Han Si-Kong memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, kemudian katanya: "Tumpukan kayu bakar ini amat
mudah terbakar dan lagi meliputi daerah seluas berapa
kaki persegi. Bila api mulai berkobar, maka kebakaran
yang terjadi pasti luar biasa hebatnya. Aku rasa kecil
harapan bagi kita untuk meloloskan diri..."
"Pendapat kalian berdua memang betul, tapi
seandainya kita sudah bersembunyi di atas barak ketika
kebakaran itu mulai ter-jadi, kemudian di saat kebakaran
makin menghebat kita melompat ke belakang kompleks
kuburan Liat-hu-bong dan bersembunyi di balik semak
belukar Dalam kondisi kacau balau lantaran kebakaran
tersebut, anak buah pemilik bunga bwee yang
ditugaskan menjaga sekeliling tempat ini pasti panik dulu
sebelum sempat memikirkan tentang kita, dan lagi
dengan terjadinya kebakaran ini maka kita bisa memaksa
1398 para jago yang akan hadir dalam pertemuan puncak
tengah hari ini untuk lebih meningkatkan
kewaspadaannya .... "
Kemudian setelah menghembuskan napas panjang,
terusnya: "Apabila kita dapat menawan pula tiga orang
anak buah pemilik bunga bwee yang ditugaskan
mengawasi sekitar tempat ini, kita bisa gunakan pakaian
mereka untuk menyusup ke dalam barisan mereka,
dengan begini bukankah gerak gerik kita jadi lebih
leluasa lagi...." "Yaa, aku mengerti maksudmu," kata Lim Han kim.
"Dengan mengenakan pakaian ketiga orang anak buah
pemilik bunga bwee, kita bisa menyusup dan berbaur di
antara mereka...." "Betul" Pek si hiang tertawa. "sebagian besar anak
buah pemilik bunga bwee mengerudungi wajahnya
dengan kain hitam. Keadaan semacam ini sangat
membantu penyusupan kita dalam barisan mereka."
Lim Han kim segera mengalihkan perhatiannya ke atap
barak yang dibangun di atas tumpukan kayu bakar itu, ia
menilai ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya
sekarang masih mampu mencapai atap tersebut dalam
sekali lompatan, maka ujarnya: "Berbicara dari situasi
sekarang, aku rasa siasat mencari hidup dari jalan
kematian yang nona terapkan memang paling tepat
Baiklah, kita laksanakan sesuai rencana."
1399 sambil menghimpun tenaga dalamnya ia segera
melejit ke tengah udara, lalu sambil berpegangan pada
sebatang ranting kering, ia berjumpalitan naik ke atap
barak tersebut "Kau harus berhati-hati," pesan Pek si hiang,
"Perhatikan pohon-pohon besar di sekeliling tempat itu,
mungkin pemilik bunga bwee telah menempatkan
jagonya untuk mengawasi kita dari tempat tersebut"
Lim Han kim manggut-manggut, dari sakunya ia
mengeluarkan pedang jin-siang-kiam lalu sekali tebas,
kutunglah kayu bakar tersebut Pedang ini terbuat dari
campuran baja dan emas, jauh berbeda dengan senjata
biasa, Bukan saja amat tajam, pedang biasa pun dapat
dikutunginya, apalagi dipakai untuk memotong kayu
bakar sekarang, tentu saja pekerjaan ini mudah sekali.
sesudah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
sambil tertawa Pek si hiang berkata: "Barak itu kuat
sekali, kita tak perlu kuatir kalau sampai roboh, sekarang
kita bisa mulai membuat tongkat-tongkat api"
Di mulut Han Si-Kong tetap membungkam diri, sedang
dalam hati pikirnya: "Apa itu tongkat api.." Meski masih
muda usia bocah perempuan ini, namun akalnya
sungguh banyak...." Tampak Pek si hiang mengumpulkan banyak sekali
rumput kering yang mudah terbakar dari sekeliling
1400 tumpukan kayu bakar itu, lalu sambil tertawa katanya:
"Locian-pwee, bagaimana kalau kau relakan bajumu
untuk dirobek?" semula Han Si-Kong agak tertegun, kemudian ia robek
baju sendiri dan diberikan kepada gadis itu.
oleh Pek si hiang robekan baju itu dibuatnya menjadi
tiga lembar sumbu kain, setelah itu katanya lagi: "Apakah
locianpwee membawa korek api?"
"Barang itu merupakan perbekalan penting bagi orang
yang berkelana dalam dunia persilatan, tentu saja aku
selalu mempunyai persediaan." Diambilnya korek api dari
saku dan segera disodorkan kepada nona itu.
Pek si hiang meletakkan korek api itu diujung sumbu
kain yang kini terikat menjadi satu sumbu yang panjang
itu, kemudian meletakkannya di dekat tumpukan rumput
kering tadi, setelah itu ujarnya sambil tertawa: " Lebih
kurang satu jam kemudian, api itu sudah akan mulai
membakar tumpukan rumput kering itu...."
"Nona, kau jarang berkelana dalam dunia persilatan,
tapi kemampuanmu ternyata jauh lebih hebat ketimbang
aku si tua bangka yang sudah kawakan mengembara
ini." 1401 "Sekarang pekerjaan kita tinggal satu, Locianpwee,
tolong kumpulkan rumput-rumput yang masih basah dan
tumpukkan ke mari." Han Si-Kong tahu, gadis ini banyak akal dan cerdik,
maka tanpa banyak bertanya, ia kumpulkan seikat
rumput basah dan ditumpukkan di sana.
"Sekarang tambahkan rumput kering dan rantingranting
kayu yang mulai terbakar itu di sekelilingnya,"
pinta Pek si hiang. Han Si-Kong menurut saja dan segera melaksanakan,
tak lama kemudian api pun mulai berkobar
"Sekarang tutupkan rumput-rumput basah itu di atas
kobaran api, dengan cara begini kita dapat menciptakan
asap yang cukup tebal untuk mengaburkan pandangan
orang." seperti baru memahami persoalan tersebut Han Si-
Kong segera berseru: "Aaah, masa pekerjaan segampang
ini pun tidak terpikirkan olehku sejak tadi...."
seperti yang diperintahkan, ia tutup kobaran api itu
dengan rerumputan basah. Tak selang beberapa saat
kemudian asap tebal telah menyelimuti seluruh angkasa.
Pada saat itu Lim Han kim telah merobek atap barak
itu dan menurunkan seutas tali yang terbuat dari kain
untuk menarik tubuh Pek si hiang naik ke atas. ilmu
1402 meringankan tubuh yang dimiliki Han Si-Kong cukup
sempurna, apalagi ada tali kain sebagai pegangan,
dengan mudah ia dapat mencapai atap barak tersebut
dengan selamat. Waktu itu paras muka Pek si hiang sudah berubah jadi
merah padam karena hawa panas yang membara, asap
yang tebal membuat air matanya bercucuran, sambil
merebahkan diri dalam pelukan Lim Han kim, katanya:
"Coba kau melongok ke bawah, bila tebalnya asap sudah
bisa melindungi jejak kita, cepatlah kabur dari tempat
ini, aku sudah tak tahan untuk batuk.,.,"
Lim Han kim segera melompat ke bawah, melihat asap
tebal telah menyelimuti hampir seluruh permukaan
tanah, ia pun berbisik: "Kita bisa berangkat sekarang
juga" Dengan membopong tubuh Pek si hiang ia segera
melompat turun dari atap barak tersebut.
sisi barak itu berdempetan dengan kuburan Liat-hubong.
sejak semula Lim Han kim juga telah
memperhatikan situasi di sekelilingnya, maka sekali
lompat ia sudah turun dari barak dan menyusup masuk
ke balik semak belukar di sisi kuburan Liat-hu-bong itu.
Han Si-Kong menyusul di belakangnya kabur pula ke
dalam semak lebat di sisi kuburan, sebagaimana
diketahui, rumput ilalang yang tumbuh di sisi kuburan
1403 Liat-hu-bong itu tingginya melebihi dada manusia
dewasa, maka begitu mereka bertiga menyusup ke
dalam semak tersebut, tubuh mereka pun segera lenyap
tertelan rumput ilalang.

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil mengatur napasnya yang ter-engah-engah, Pek
Si hiang berbisik pelan: "sekarang coba perhatikan,
adakah orang yang melihat jejak kita?"
Lim Han kim melongok keluar, ia saksikan belasan
orang manusia berbaju hitam sedang berlarian ke sana
ke mari dengan gugup dan panik, jelas mereka
gelagapan menghadapi perubahan yang tak diduga ini
sehingga kalang kabut dan tidak tahu apa yang harus
diperbuatnya. "Bagaimana?" tanya Pek si hiang cemas.
"Ada banyak orang yang berlarian mengitari barak
tersebut, tapi tidak kuketahui apa maksudnya?"
"Huuuh.,. Kalau begitu masih mendingan" seru Pek si
hiang sambil menghembuskan napas panjang. "jelas
mereka tidak melihat jejak kita, Dengan mengenakan
kain kerudung muka sesungguhnya pandangan mereka
sudah terganggu, ditambah lagi asap tebal yang
menyelimuti angkasa, Hal ini membuat pandangan
mereka makin kabur hingga tidak melihat jejak kita.
1404 Aaai... Memang beginilah kejadian di dunia ini, ada
untungnya tentu ada sisi ruginya pula, pemilik bunga
bwee membiarkan anak buahnya memakai kain kerudung
muka dengan maksud agar indentitasnya tertutup dan
menciptakan suasana aneh dan seram bagi yang melihat,
tapi justru memberikan peluang yang sangat baik bagi
kita sekarang. Coba kalau mereka tidak memakai kain kerudung,
jangkauan pandangan mereka tentu lebih luas, siasat kita
mencari kehidupan dari jalan kematian ini pun tak bakal
lolos dari pengamatan mereka, Kini kita tinggal satu
langkah lagi untuk mencapai keberhasilan tapi juga
merupakan langkah yang paling penting, yaitu
bagaimana cara kita menawan tiga orang musuh."
"Anak buah pemilik bunga bwee rata-rata memiliki
ilmu silat yang sangat tangguh, bukan pekerjaan
gampang bagi kita untuk menawan mereka hidup,
hidup," kata Lim Han kim.
"Kau bisa melepaskan senjata rahasia?" tanya Pek si
hiang sambil tersenyum. "Meskipun aku bisa melepaskan senjata rahasia
namun tidak mempunyai keyakinan bisa membuat
mereka pingsan dalam sekali gempuran, Kalau sampai
terjadi begitu, bukankah jejak kita malah akan
ketahuan?" 1405 "Mari kuajarkan satu cara melepaskan senjata rahasia
yang cukup tangguh" Lim Han kim cukup mengetahui kemampuannya dalam
hal ilmu silat sehingga sedikitpun tidak merasa ragu,
tanyanya: "Cara baru macam apa itu?"
"llmu menusuk jalan darah dengan jarum emas...."
Dari dalam sakunya ia mengeluarkan beberapa batang
jarum emas, lalu sambil menunjuk ke atas jalan darah di
tubuhnya ia meneruskan: "Asalkan jarum emas yang kau
sambit tepat mengenai beberapa buah jalan darah yang
kutunjuk ini, sang korban pasti akan segera jatuh tak
sadarkan diri, tapi bila jarum itu dicabut maka orangnya
akan segera sadar, dengan cara ini tidak sulit bagimu
untuk menawan beberapa orang dari mereka...."
"Aku takut bidikanku tidak mengenai sasaran secara
tepat...." Lim Han kim tetap ragu.
"Kalau begitu mari kita coba dulu," sambil berkata Pek
si hiang menyodorkan jarum emas itu ke tangan Lim Han
kim. "Bagaimana cara kita mencoba?"
" Cobakan pada tubuhku" sambil berkata Pek si hiang
pejamkan matanya rapat-rapat.
1406 Han Si-Kong segera memprotes: "Tidak boleh, nona
amat lemah dan sedang sakit, mana boleh tubuhmu
dijadikan kelinci per- cobaan" Lebih baik aku saja yang
mewakili diri nona menjadi kelinci percobaan."
"Tapi...." Lim Han kim tetap ragu, keningnya berkerut,
"Aku kuatir tusukanku tak tepat, bagaimana kalau sampai
melukai locianpwee?" Han Si-Kong sebera tertawa.
"Tidak apa-apa, aku yakin masih sanggup menahan
tusukan tersebut" " Kalau begitu cepat turun tangan" seru Pek si hiang
sambil tersenyum, "Kita sudah tak punya banyak waktu
lagi." secara ringkas tapi jelas ia mewariskan cara
melepaskan jarum emas itu kepada Lim Han kim.
sesaat kemudian pemuda itu pun ber-seru: " Hati- hati
saudara Han" "Tidak a...." Belum selesai perkataan itu diucapkan,
Han Si-Kong sudah roboh terjungkal tak sadarkan diri.
sambil tertawa Pek si hiang segera memuji:
"sasaranmu amat tepat, aku rasa cukup mampu untuk
menghadapi musuh" 1407 Lim Han kim segera mencabut keluar jarum emas itu
dari tubuh Han Si-Kong, katanya: "Tapi jarak seranganku
barusan kan dekat sekali, ditambah pula saudara Han
berdiri tak bergerak...."
" Kalau memang tidak terlalu yakin, lebih baik jangan
mengharapkan sasaran yang luar biasa, ketika
melepaskan serangan nanti, cukup asal bisa mengenai
tubuh lawan" "Yaa, betul" sambung Han Si-Kong sambil melompat
bangun, "sekarang kita sudah terperangkap dalam
kepungan musuh, kau tak usah sungkan-sungkan lagi,
laksanakan saja dengan penuh keyakinan"
"Baiklah, harap saudara Han melindungi keselamatan
nona Pek. jika dalam sepenanakan nasi aku belum balik
ke mari, saudara Han juga tak usah menghadiri
pertemuan puncak para jago lagi, tunggulah sampai
pertemuan itu selesai kemudian ajak nona Pek kabur dari
tempat berbahaya ini."
"Bila kau menuruti ajaranku dengan melepaskan jarum
emas tersebut sesuai petunjukku tadi, aku tanggung
sasaranmu tak akan meleset sesungguhnya ilmu senjata
rahasia itu merupakan sejenis ilmu langka yang sangat
tangguh. Nanti kalau kau bisa menawan musuh dan kembali ke
sini dengan selamat, akan kuajarkan lagi dua macam
1408 ilmu lain yang lebih hebat, kutanggung kau bakal
menjadi ahli senjata rahasia yang tiada tandingannya di
kolong langit" Lim Han kim hanya tertawa hambar, ia
segera bergerak meninggalkan tempat itu.
Memandang hingga bayangan tubuh Lim Han kim
lenyap dari pandangan, Peksi hiang baru berpaling ke
arah Han Si-Kong sambil berkata: " Locianpwee dapat
mengembara selama puluhan tahun dalam dunia
persilatan, aku duga ilmu silatmu pasti hebat sekali
bukan?" "Aaaai, kalau dibicarakan benar-benar memalukan
sekali, ada pepatah mengatakan: jago tangguh muncul di
saat muda, aku sudah tua sekarang, sudah tak berguna
lagi...." "Tapi ada juga pepatah yang mengatakan: jahe
semakin tua semakin pedas, aku rasa locianpwee tak
perlu merendah." "Tidak, aku tidak merendah, aku bicara sejujurnya."
" Kalau memang begitu, bagaimana kalau kuajarkan
tiga jurus ilmu silat kepadamu?"
"Aaaah, masa aku harus merepotkan nona?"
"Tak perlu sungkan-sungkan, Mumpung ia belum
kembali ke sini, mari kita manfaatkan kesempatan ini
1409 untuk belajar ilmu, dengan begitu kita tak usah
menunggu dengan perasaan harap-harap cemas...."
setelah berhenti sejenak, terusnya: "Meskipun ilmu
silat ini hanya terdiri dari tiga jurus, namun daya
kekuatannya mengerikan sekali, ilmu ini disebut tiga
jurus penghancur bukit sejenis ilmu pukulan yang maha
ampuh." "Tiga jurus penghancur bukit?" Han Si-Kong
tercengang, "Betul Zaman dulu ada seorang pendeta sakti yang
terluka karena dibokong orang, ia disekap dalam sebuah
goa. siapa tahu dalam kurungan tersebut bukan saja ia
dapat menyembuhkan luka sendiri, bahkan bisa
meloloskan diri dengan menjebol dinding gua, padahal
mulut goa disumbat dengan batu raksasa ribuan kati
beratnya. Nah, ketiga jurus serangan itu tak lain adalah jurus
serangan yang digunakan pendeta tersebut untuk
menjebol dinding gua tempo dulu, Dulu ilmu ini disebut
ilmu pukulan menghancur batu, kemudian diganti
menjadi tiga jurus penghancur bukit."
"Yaa... rasanya aku pun pernah mendengar kisah
cerita tersebut, hanya tidak se-jelas apa yang nona Pek
ceritakan sekarang. Boleh aku tahu siapa nama pendeta
itu?" 1410 " Waktu yang tersedia bagi kita sekarang amat
terbatas, yang penting kita bicarakan dulu tentang ilmu
silat, Bila kau ingin mendengar kisah-kisah semacam ini,
aku masih mengetahui banyak sekali, lain hari kita bisa
lanjutkan." setelah menghembuskan napas panjang, tanpa
menanti Han Si-Kong bicara ia telah melanjutkan "Kunci
utama dari tiga jurus ilmu penghancur bukit ini adalah
harus mampu menghimpun segenap tenaga dalam yang
dimilikinya ke dalam telapak tangan sewaktu melepaskan
pukulan, . . . " Mendadak Han Si-Kong menempelkan ujung jarinya di
atas bibir, kemudian bersiap sedia melancarkan
serangan. Ternyata ada seorang manusia berbaju hitam lewat di
sekitar tempat persembunyian mereka menuju ke
belakang kuburan Tampaknya Pek si hiang ingin secepatnya mewariskan
ketiga jurus ilmu penghancur bukit itu kepada Han Si-
Kong, begitu melihat orang itu sudah pergi jauh, ia
segera melanjutkan "setiap orang yang pernah belajar
silat tentu tahu bagaimana caranya menghimpun seluruh
tenaga dalamnya ke dalam lengan Dalam kenyataannya,
tenaga yang berhasil terhimpun dalam lengan mereka itu
masih ada batas-batasnya. Nah, ketiga jurus ilmu
penghancur bukit ini justru lain daripada yang lain ia bisa
1411 mengerahkan seluruh cadangan tenaga yang dimilikinya
ke dalam lengan, otomatis serangan yang dilancarkan
pun luar biasa dahsyatnya. sekarang aku akan
menurunkan dulu cara menghimpun tenaga, setelah itu
baru kuajarkan jurus serangannya."
Han Si-Kong sudah tak ragu lagi atas kemampuan
gadis tersebut, dengan serius katanya: "Aku
mengucapkan terima kasih banyak atas petunjukmu ini."
Pek Si hiang tidak berbasa-basi lagi, setelah tertawa
hambar ia mulai mewariskan sim hoat tenaga dalam dan
cara menghimpun tenaga kepada Han Si-Kong.
Aliran ilmu tersebut memang jauh menyimpang dari
kebanyakan ilmu silat yang ada, selain dapat
membangkitkan cadangan tenaga dalam tubuh, cara
yang digunakanpun. berbeda.
Pek si hiang cerdik dan hebat, ia tahu bila semua
tujuan dan makna dari jurus silat itu diterangkan satu
persatu kepada Han Si-Kong, maka pekerjaan ini tak
bakal selesai dalam waktu singkat, sekalipun ia dapat
menerangkan secara jelas, belum tentu kakek itu mampu
menerima seutuhnya, maka yang diajarkan sekarang
adalah cara yang praktis.
sebaliknya bagi Han Si-Kong sendiri, walaupun
kepandaiannya jauh di bawah kemampuan Lim Han kim,
namun dengan pengalamannya puluhan tahun berkelana
1412 dalam dunia persilatan serta pengetahuannya yang
cukup luas, ini dapat membantu untuk menutup
kekurangannya dalam kecerdasan. Tak sampai
sepenanakan nasi kemudian Han Si-Kong sudah dapat
mengingat semua pelajaran tersebut.
Pada saat itulah semak di sekeliling tempat itu
bergerak. lalu tampak Lim Han kim muncul di situ.
"Bagaimana hasilnya?" Pek si hiang sebera menegur.
"Untung aku berhasil mencopot tiga buah pakaiansalah
satu di antaranya agak kurus kecil, mungkin cocok
dengan perawakan nona."
"Bagus sekali, cepat bagikan pakaian tersebut dan
segera kita kenakan, waktu sudah tak banyak."
Lim Han kim sodorkan pakaian itu, kemudian katanya:
"saudara Han, mari kita menyingkir dulu, biar nona Pek
berganti pakaian." "Tidak usah" potong Pek Si hiang sambil tersenyum,
"Berdiri saja menghadap ke arah lain dan jangan
mengintip, aku hanya akan melepas pakaian luarku saja."
Dua orang itu menurut dan segera berpaling ke arah
lain, Dengan cepat Pek Si hiang berganti pakaian-
Han Si-Kong serta Lim Han kim- juga tukar pakaian
mereka dengan seperangkat baju ringkas berwarna
1413 hitam, wajah mereka pun ditutup dengan kain kerudung
hitam. Setelah siap semua, baru Pek Si hiang berkata: "Kita
tak tahu kode rahasia apa yang mereka gunakan untuk
mengadakan kontak, maka hati-hati dalam tindak tanduk


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nanti Lebih baik jangan mengambil prakarsa sendiri
sehingga rahasia identitas kita tidak sampai terbongkar"
"Kita ikuti saja semua arahan nona," kata Han Si-
Kong. "Kalau begitu ingat baik-baik. Setiap saat kalian harus
berada bersamaku, kita harus menimbulkan kekacauan
dalam pertemuan puncak para jago yang dilangsungkan
tengah hari nanti, agar rencana pemilik bunga bwee
untuk membantai para jago dari kolong langit mengalami
kegagalan total." Lim Han kim menghela napas panjang, tiba-tiba
ujarnya: "Nona Pek, ada satu urusan aku ingin tanyakan
kepadamu, kalau disimpan terus dalam hati rasanya tidak
leluasa...." "Kalau begitu cepat katakan Kita harus secepatnya
tinggalkan tempat ini."
"Apa benar antara pemilik bunga bwee dengan para
jago dari kolong langit terikat dendam kesumat yang luar
1414 biasa, Kalau tidak, kenapa dia harus menyiapkan siasat
jahat int untuk mencelakai mereka?",
"Bila kita dapat menemukan alasannya, maka tak sulit
bagi kita untuk memahami asal usul pemilik bunga
bwee...." Bicara sampai di situ, ia segera menyingkirkan
rerumputan dan pelan-pelan berjalan menuju ke luar.
Lim Han kim segera berebut berjalan di depan Pek si
hiang untuk membuka jalan.
setelah keluar dari rerumputan, mereka bertiga
saksikan asap tebal telah menyelimuti seluruh angkasa,
puluhan orang manusia berbaju hitam dengan senjata
terhunus melakukan pengawasan di sekeliling tempat itu.
Ternyata tak seorang pun di antara mereka berniat
memadamkan api. "Kita terlambat selangkah," bisik Pek si hiang, sambil
berkata ia sebera belok menuju ke selatan.
Kompleks kuburan Liat-hu-bong yang sepi kini
berubah menjadi ramai sekali, puluhan orang lelaki
berbaju putih bekerja keras menyiapkan meja dan
membersihkan debu, Rupanya ada lima puluhan meja
berwarna merah telah disusun rapi di bawah pepohonan
yang rindang. 1415 Kawanan manusia berbaju putih itu tidak mengenakan
kain kerudung muka, tapi dilihat dari gerak geriknya
seperti tidak mengerti ilmu silat, jadi rupanya mereka
bukan anak buah pemilik bunga bwee.
Waktu itu kira-kira sudah pukul tujuh pagi, selain
pekerja berbaju putih serta puluhan lelaki berpakaian
ringkas yang melakukan penjagaan di sekitar tempat itu,
tak nampak orang lain yang hadir di situ, Mendadak
tampak seorang lelaki kekar berjalan menghampiri
mereka sambil menegur: " Kalian bertiga berasal dari
utusan yang mana" Apakah datang untuk melaksanakan
perintah?" "Aduh celakai" pikir Pek si hiang dalam hati,
"seharusnya aku dapat menduga bahwa pemilik bunga
bwee tak akan mengutus orang-orang berkerudung yang
berdandan aneh untuk menyambut kedatangan para jago
dari kolong langit...."
sementara berpikir, dengan mengubah suaranya
menjadi parau sahutnya: "Kami datang atas perintah
nona siau-cui" "Kaiian adalah utusan dari nona siau-cui?" seru lelaki
itu tertegun- "Boleh hamba tahu apa pesannya?"
1416 sikap maupun gerak geriknya tiba-tiba berubah jadi
sangat hormat. BAB 42. Adu Domba Melihat sikap hormat lelaki itu, Pek si hiang kembali
berpikir: "Padahal siau-cui hanya seorang dayang pemilik
bunga bwee, rupanya dia mempunyai kedudukan dan
kekuasaan yang tinggi...."
Ujarnva lebih jauh: "Nona Cui tidak lega hati, maka ia
mengutus kami untuk meninjau persiapan di sini...."
"Segala sesuatunya sudah beres, tolong sampaikan
kepada nona Cui agar dia tak usah kuatir."
"Bagus sekali kalau begitu," kata Pek si hiang.
setelah berjalan berapa langkah tiba-tiba ia berpaling
lagi sambil bertanya: "Apakah ada yang datang
menghadiri pertemuan ini sebelum waktunya?"
"Ada beberapa orang sudah sampai di sini, tapi
semuanya dapat ditahan di luar kuburan Liat Hu Bong."
"Utusan mana yang bertanggung jawab dalam urusan
ini?" Tampaknya lelaki kekar itu mulai curiga. Dengan sorot
matanya yang tajam dia awasi wajan Pek si hiang
1417 beberapa saat lamanya, Kemudian baru menjawab: "
Utusan penakluk harimau"
"Bagus sekali" ujar Pek si hiang kepada Lim Han kim
dan Han Si-Kong, segera serunya pula: "mari kita periksa
di sana." selesai berkata ia berjalan lebih dulu meninggalkan
tempat itu. Lim Han kim dan Han Si-Kong dengan satu berjalan di
kiri satu di kanan melindungi Pek si hiang dari
belakangnya meninggalkan tempat itu. sekilas pandang
orang akan mengira kedudukan Pek si hiang jauh lebih
tinggi daripada mereka berdua, padahal yang betul
mereka berdua sedang melindungi keselamatan jiwanya,
setelah berada berapa kaki dari tempat semula, baru
Han Si-Kong berbisik pelan: "Tampaknya orang itu mulai
mencurigai kita." "Tidak apa-apa," jawab Pek si kiang. "Asal kalian mau
bertindak menurut kata-kataku, rahasia kita tak akan
terbongkar" sementara pembicaraan berlangsung, mereka telah
berjalan keluar dari kompleks pekuburan Liat Hu Bong
yang menyeramkan Ketika mereka alihkan pandangan ke
muka, tampaklah beberapa kaki di depan situ berdiri
delapan sembilan orang lelaki kekar yang berkerumun
1418 sedang membicarakan sesuatu, entah apa yang sedang
mereka rundingkan. Han Si-Kong periksa dulu sekeliling tempat itu, setelah
yakin tak ada orang, baru ia berbisik: "Nona Pek. orangorang
itu pastilah para jago yang datang menghadiri
pertemuan, perlukah kita menegur sapa mereka?"
"Aku lihat kejadian ini agak aneh," ujar Lim Han kim. "
Kenapa di sini tak terlihat anak buah pemilik bunga bwee
melakukan penghadangan, dan kenapa orang-orang itu
berdiri tak bergerak di situ?"
"Mari kita tengok dulu sebelum bicara" seru Pek si
hiang. pelan-pelan mereka bertiga berjalan mendekati
kerumunan manusia itu dan berhenti lebih kurang satu
tombak jauhnya. Mendadak terdengar seseorang dengan suara yang
keras tapi kasar berseru: "Kita datang memenuhi
undangan, tapi sekarang melarang kita masuk.
sebetulnya apa maksud mereka itu?"
"Han locianpwe," bisik Pek si hiang kemudian "orang
ini kasar dan berangasan, kita tak usah menjelaskan apaapa
kepada mereka" sementara itu Lim Han kim merasa sangat keheranan,
pikirnya: " Kalau memang tak ada orang yang
1419 menghadang, kenapa orang-orang itu tidak masuk
kemari?" Ia segera mempercepat langkahnya menghampiri
tempat kejadian, Ternyata di tengah jalan telah
menghadang sebuah jaring laba-laba berwarna biru yang
tipis sekali, jaring laba-laba itu tingginya hanya satu kaki
dua depa, tanpa dasar ilmu meringankan tubuh yang
hebat memang sulit untuk melewatinya.
Lim Han kim semakin keheranan, kembali pikirnya: "
Kalau dibilang hanya sarang laba-laba itu yang
menghalangi perjalanan mereka, waaah... ini berarti
orang-orang tersebut cuma gentong nasi belaka,
manusia tak berguna...."
sementara dia berpikir, Pek si hiang yang menyusul
tiba telah berbisik pelan: "jangan sentuh jaring laba-laba
berwarna biru itu, di atas jaring ada racun jahat-nya."
Mendengar peringatan itu, sekali lagi Lim Han kim
berpikir "Meskipun jaring laba-laba ini beracun,
semestinya tak sampai menghalangi perjalanan
mereka...." sementara itu kumpulan lelaki kekar yang
sedang berunding itu telah menghentikan pembicaraan-
Berpuluh pasang mata bersama-sama dialihkan ke
tubuh mereka bertiga. 1420 Tiba-tiba tampak seorang lelaki mencabut keluar
goloknya sambil berteriak keras: "Pemilik bunga bwee
telah menyebar undangan mengundang kami menghadiri
pertemuan ini, kenapa sekarang perjalanan kami
dihadang dengan jaring laba-laba beracun?"
Pek si hiang kuatir Lim Han kim dan Han Si-Kong
melayani tanya jawab itu, buru-buru serunya: "jangan
perdulikan mereka" Ketika pertanyaannya tidak dijawab tampaknya lelaki
itu semakin mendongkol bercampur marah. sambil
membacok jaring laba-laba itu dengan goloknya, kembali
dia mengumpat: "Aku tidak percaya jaring laba-laba
beracun ini betul-betul bisa menghalangi perjalanan
kami" "Semestinya sejak tadi jaring laba-laba itu dijebol,
buat apa menunggu sampai se-karang.,.?" pikir Lim Han
kim. Belum selesai ingatan itu melintas, tiba-tiba terdengar
jeritan ngeri yang menyayat hati berkumandang
memecahkan keheningan Tiba-tiba lelaki kekar yang
membacok jaring laba-laba dengan goloknya itu
membuang senjatanya ke atas tanah lalu tubuhnya
mundur sempoyongan sejauh beberapa depa sebelum
akhirnya roboh terjengkang.
1421 Lim Han kim yang menyaksikan kejadian tersebut jadi
tertegun, pikirnya cepat: "Aneh, sungguh aneh, sekalipun
jaring laba-laba itu beracun, semestinya tak mungkin
racun itu bisa menyusup naik lewat senjata golok
tersebut Tapi kalau tidak. kenapa orang itu bisa roboh
terjengkang padahal tubuhnya tidak menempel jaring
tersebut?" Baru saja dia hendak maju mendekat untuk melihat
lebih jelas, mendadak terdengar Pek si hiang berbisik,
"Mari kita kembali"
Ia putar badan melangkah dulu meninggalkan tempat
itu. Lim Han kim maupun Han Si-Kong sudah benarbenar
takluk atas kecerdasan gadis ini. Mereka menaruh
kepercayaan penuh pada semua langkah dan tindakan
yang dilakukan gadis itu, karena itu tanpa banyak bicara
lagi mereka mengintil di belakang Pek si hiang.
setelah berjalan sejauh tiga kaki dan yakin di sekitar
situ tak ada orang lain, baru Han Si-Kong berbisik, "Nona
Pek, aku lihat jaring laba-laba be^arna biru itu agak
sedikit aneh...." "sebetulnya tak ada yang aneh, tapi sayang aku tak
punya waktu sekarang untuk menerangkan kepada
kalian." Mendadak terdengar suara ringkikan kuda
berkumandang datang.... Tak tahan Lim Han kim segera
1422 berpaling, tampak seekor kuda berlari cepat menuju ke
arah mereka dan berhenti di depan jaring laba-laba
beracun yang menghadang di tengah jalan itu Dengan
ketajaman matanya ia segera dapat mengenali orang itu
sebagai Hongpo Lan. Terdengar Hongpo Lan berteriak dengan suara keras:
"Ketua muda dari perkampungan enam kolam bintang
Hongpo Lan mewakili ayahku datang menghantar surat,
petugas mana ya bisa menolong untuk singkirkan jaring
beracun ini?" Lim Han kim segera berkata: "Nona Pek. pemuda yang
barusan datang itu adalah seorang sahabatku.... Hongpo
Lan-..." "sayang aku tak bisa melihat sejauh itu..." sela Pek si
hiang. "Maksudku lebih baik kita carikan sebuah akal agar dia
bisa masuk kemari dengan menghindari jaring laba-laba
beracun itu...." "Sebetulnya pemilik bunga bwee bermaksud
menggunakan jaring beracun itu untuk mencegah
mereka yang tak punya ilmu untuk ikut menghadiri
pertemuan besar ini. Apabila temanmu itu tak mampu
melewati jaring beracun, aku rasa tidak perlu menghadiri
pertemuan besar para jago lagi...."
1423 "Dugaan nona tepat sekali," sambung Han Si-Kong
cepat. "Hongpo Lan telah melewati jaring beracun dan
sekarang sedang bergerak mendekati tempat kita
berada. Jangan perdulikan dia"
Terdengar ujung baju berhembus angin, tahu-tahu
Hongpo Lan sudah berhenti di hadapan mereka bertiga,
setelah mengawasi sekejap ketiga orang itu katanya
seraya memberi hormat: "Aku Hongpo Lan mendapat
perintah dari ayahku untuk menyampaikan sepucuk surat
kepada pemilik bunga bwee, harap saudara sekalian sudi
memberi petunjuk"

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lim Han kim berusaha keras menahan gejolak
perasaan dalam hatinya, ia tetap membungkam diri,
sebaliknya dengan menyerakkan suaranya Pek si biang
berkata: "Surat penting apa, coba perlihatkan dulu kepadaku"
"Ayahku berpesan surat ini penting sekali artinya,
sekalipun tak bisa diserahkan langsung kepada pemilik
bunga bwee, paling tidak harus diserahkan kepada orang
kepercayaannya " "Kalau begitu serahkan dulu surat itu kepadaku"
Dari sakunya Hongpo Lan mengeluarkan surat itu,
kemudian tanyanya: "Boleh aku tahu siapa namamu?"
"Utusan bunga bwee"
1424 Lim Han kim adalah seorang yang jujur dan polos, dia
tak tega melihat Hongpo Lan ditipu habis-habisan, maka
dengan ilmu menyampaikan suara katanya: "Saudara
Hongpo, aku adalah Lim Han kim. Yang ada di sebelah
kiri saudara Han, sedang orang yang berbicara
denganmu adalah nona Pek, Kami bertiga sedang
menyamar menjadi anak buah pemilik bunga bwee
sehingga tak mungkin bertegur sapa denganmu.
Kepintaran nona Pek tiada taranya, bisa selamat atau
tidak para jago yang hadir dalam pertemuan tengah hari
nanti sebagian besar tergantung pada dirinya, jadi turuti
saja perintahnya. Serahkan surat tersebut kepadanya."
Sementara itu Pek Si hiang telah menegur lagi setelah
menerima surat tersebut: "Biji matamu berputar tak beraturan, ini membuktikan
kau sedang memikirkan sesuatu. Kunasehati dirimu lebih
baik jangan berpikir yang bukan-bukan"
Meskipun nada suaranya agak kasar dan parau namun
bila diperhatikan dengan seksama masih kedengaran
narta lembutnya sebagai seorang gadis remaja.
Hongpo Lan mencoba mengerahkan kemampuan
melihatnya untuk mengawasi gadis itu, seakan-akan dia
hendak menembusi kain kerudung muka yang mereka
kenakan. 1425 Dalam kesempatan itu Pek si hiang telah memeriksa
sekejap sampul surat itu, terbaca olehnya beberapa
tulisan yang berbunyi "surat ini ditujukan untuk saudara
Seebun Yu kong" sedangkan di bawahnya tercantum tulisan-
"Dipersembahkan oleh sobat karibmu dari Lam ciang,
Hongpo Tiang hong." setelah memandang sekejap surat tersebut Pek si
hiang pun berpikir: "sudah jelas pemilik bunga bwee
adalah seorang nona, kenapa orang ini memanggilnya
sebagai saudara seebun" isi surat ini pasti mengandung
suatu rahasia yang maha besar, Bila kubaca isinya meski
belum tentu bisa mengetahui asal usul pemilik bunga
bwee secara jelas, paling tidak aku bisa memahami
sedikit latar belakangnya...."
Tapi ia berusaha keras untuk mengendalikan gejolak
emosinya untuk membuka dan membaca isi surat itu,
sebab dia tahu, kemungkinan besar di sekeliling tempat
itu telah dipersiapkan para jago dari pemilik bunga bwee
untuk melakukan pengawasan-
Dari kejauhan sana kembali berkumandang suara
ringkikan kuda yang sangat ramai disusul beterbangan
debu yang membumbung ke udara. Diam-diam Pek si
hiang berpikir: "Kali ini pasti banyak sekali yang datang.
Kalau didengar dari ringkikan kudanya jelas melebihi
belasan ekor...." 1426 Belum habis dia berpikir, terdengar Han Si-Kong telah
berbisik, "Nona Pek, ada yang datang"
Ketika Pek si hiang berpaling, tampak belasan orang
lelaki bersenjata diiringi dua orang gadis berbaju merah
sedang berjalan mendekati kuburan Liat hu bong itu
dengan langkah cepat. Tak seorangpun dari rombongan manusia itu yang
mengenakan kain kerudung tapi wajah mereka pun
bukan wajah asli sebab masing-masing mengenakan
topeng kulit manusia. Malah kedua orang nona berbaju
merah pun melakukan hal yang sama, dengan demikian
wajah mereka jadi kelihatan kaku tanpa ekspresi apa
pun. Cepat benar gerakan tubuh dua orang gadis berbaju
merah itu, dalam waktu singkat mereka telah sampai di
hadapan pek si hiang sekalian.
Han Si-Kong dan Lim Han kim saling bertukar
pandangan sekejap. diam-diam mereka menghimpun
tenaga siap menghadapi segala sesuatu, saat itu pula
Lim Han kim dengan ilmu menyampaikan suaranya
berbisik: "saudara Hongpo, berhati-hatilah, Bila jejak
kami ketahuan, mungkin suatu pertempuran sengit tak
terelakkan lagi" Dua orang gadis berbaju merah itu menghentikan
langkahnya kurang lebih empat lima depa di hadapan
1427 mereka, Begitu berhenti nona yang ada di sebelah kiri
segera menegur: "Apakah kalian bertiga diutus oleh nona
Cui?" "Benar, dan kalian berdua anak buah utusan yang
mana?" Pek si hiang balas bertanya.
"Kami berasal dari ruang pelindung hukum, mendapat
tugas khusus untuk menyambut kedatangan para tamu"
"sudah cukup banyak yang hadir di sini, kalian cepat
ke sana memberi penyambutan"
Dua orang gadis berbaju merah itu mengiakan, tapi
baru berjalan tiga langkah tiba-tiba mereka berpaling lagi
sambil bertanya: "Boleh kami tahu tugas apa yang
diberikan nona Cui kepada kalian bertiga?"
Diam-diam Lim Han kim gelisah, pikir-nya: " Celaka,
kali ini rahasia penyamaran kami pasti akan
terbongkar.,." ia berusaha mencari berpuluh alasan,
namun semua alasan itu terasa kurang tepat untuk
diutarakan. Di saat yang kritis inilah terdengar Pek si hiang
menyahut ketus: "ini menyangkut urusan rumah tangga,
buat apa kalian banyak bertanya?"
"Jawaban yang amat tepat" puji Han Si-Kong dalam
hati, "Dengan jawaban ini mereka semakin tak bisa
meraba tujuan kami."
1428 sedangkan Lim Han kim diam-diam merasa kuatir, dia
takut dua orang itu naik darah lantaran malu, Bila
sempat terjadi bentrokan kekerasan, maka semua jerih
payahnya selama ini bakal berantakan siapa tahu apa
yang kemudian terjadi sama sekali di luar dugaan,
dengan sikap amat hormat dua orang gadis berbaju
merah itu buru-buru membungkukkan badannya sambil
berseru: "Maafkan kelancangan kami mengajukan pertanyaan
tersebut, kami berharap urusan ini jangan disinggung
bila bertemu nona Cui nanti" selesar berkata mereka
berdiri dengan sikap amat menghormat sekali.
Pek Si hiang segera mengulapkan tangannya sambil
berseru: "Sekarang kalian boleh pergi, saat ini kami
merasa kurang leluasa untuk bertemu dengan orang."
"Terima kasih banyak atas pengampunan ini" seru dua
orang gadis berbaju merah itu. Dengan membawa
belasan lelaki kekar itu buru-buru mereka tinggalkan
tempat tersebut. "Mari kita pergi," kata Pek Si hiang kemudian sambil
berjalan menuju ke arah kuburan Liat Hu Bong.
"Bagaimana dengan surat rahasiaku itu.,.?" seru
Hongpo Lan dengan kening berkerut,
"ikutilah kami"
1429 Hongpo Lanjadi serba salah, terpaksa dia mengikuti
dari belakang, ia merasa kurang baik untuk merampas
kembali surat itu dengan kekerasan, maka untuk
beberapa saat ia jadi bimbang dan tak tahu apa yang
mesti dilakukan. Dengan ilmu menyampaikan suaranya Lim IHan kim
segera berseru: "Saudara Hongpo, ikuti saja diri kami"
Waktu itu di balik kuburan Liat Hu Bong, di bawah
pepohonan yang rindang telah disiapkan puluhan buah
meja beralas kain putih, Pek Si hiang berhenti sejenak
sambil mengawasi meja-meja yang teratur rapi itu
dengan wajah termangu. Karena gadis itu berhenti, otomatis Lim Han kim dan
IHan Si-Kong ikut berhenti pula, sebaliknya Hongpo Lan
jadi serba salah, akhirnya tak tahan ia bertanya pelan:
"Saudara Lim, apa yang harus kulakukan?"
Meskipun suara itu sangat lirih, tapi berhubung
mereka berempat berdiri sangat dekat satu sama lainnya
maka Lim Han kim bisa mendengar, Pek si hiang serta
Han si kong pun dapat mendengar dengan jelas sekali.
Belum sempat Lim Han kim menjawab, Pek si hiang
sudah berkata lebih dulu: "Kau ke sana dan duduklah di
situ" 1430 Rupanya Hongpo Lan memang sengaja bertanya
begitu agar Pek si hiang ikut mendengar pula
perkataannya sambil menunggu reaksinya kini ia benarbenar
mengikuti perintahnya dan segera dilakukan.
"Bagaimana dengan suratku" Apakah bisa kau
kembalikan kepadaku?"
"selesai membaca surat itu, kau boleh serahkan
kepada pemilik bunga bwee..." jawab Pek si hiang cepat,
Hongpo Lan jadi sangat gelisah, tapi di luar ia tetap
menjaga ketenangannya, ujarnya: "surat itu dibuat
ayahku dan ditujukan kepada pemilik bunga bwee. Bila
nona tidak mengembalikan kepadaku, bagaimana caraku
mempertanggungjawabkan diri di hadapan ayahku
nanti?" "Aku toh cuma melihat sebentar, kenapa sih kau mesti
gelisah?" "Berulang kali ayahku berpesan kepadaku bahwa surat
ini mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa kali
ini. ia minta kepadaku agar menjaga surat ini baik-baik
serta jangan sembarangan diserahkan kepada orang
lain...." Pada saat itulah dari arah Timur, dari belakang
kuburan yang tinggi besar itu muncul sebaris gadis
berbaju hijau. Dengan langkah pelan mereka berjalan
menuju ke arah meja peramuan itu.
1431 Dengan nada gelisah Pek si hiang segera berseru:
"Cepat masuk ke dalam dan mencari tempat duduk. kami
harus segera pergi dari sini"
Hongpo Lan ragu-ragu sejenak, tapi akhirnya ia
berjalan mendekati sebuah meja yang beralas kain putih
dan duduk di situ, Ketika ia berpaling kembali, tampak
Pek si hiang bertiga telah berjalan menuju ke belakang
kuburan melaluijalan sebelah utara.
Tiba-tiba terdengar suara yang merdu berkumandang
dari sisinya: "Boleh aku tahu siapa namamu?"
Dengan cepat Hongpo Lan berpaling, tampak seorang
gadis berbaju hijau yang berwajah cantik dan berambut
panjang telah berdiri di hadapannya dengan senyuman
dikulum. Hongpo Lan mengalihkan kembali pandangan matanya
ke arah depan, Waktu itu rombongan gadis berbaju hijau
itu telah memisahkan diri, masing-masing berjalan
mendekati sebuah meja. Melihat perbuatan mereka itu, Hongpo Lan segera
menyadari apa yang terjadi, rupanya nona-nona itu
adalah para dayang yang bertugas melayani kebutuhan
para tamu. Kuburan yang sepi menyeramkan dihiasi dengan nonanona
penyambut tamu yang rata-rata berwajah cantik,
1432 pemandangan semacam ini benar-benar amat
bertentangan dan menyolok mata.
Waktu itu rumput kering yang ditumpuk Pek si hiang
di seputar barisan bambu telah habis terbakar, asap yang
mengepul pun kian lama kian bertambah tipis sebelum
akhirnya memudar setelah memperhatikan pemandangan
di sekelilingnya dengan seksama, Hongpo Lan baru
menjawab: "Aku adalah Hongpo Lan"
"Pagi amat kedatanganmu Hongpo taihiap. sampai air
teh pun belum sempat kami persiapkan" seru gadis
berbaju hijau itu sambil tertawa.
"Tak berani merepotkan nona."
"Hongpo taihiap tak perlu sungkan-sungkan terhadap
budak. bila ada sesuatu kebutuhan atau permintaan,
silahkan saja disampaikan"
sementara itu terdengar suara roda kereta yang
menggelinding tiba, tak lama kemudian terlihat dua buah
kereta hitam meluncur datang dengan kecepatan tinggi,
Ke-mudian tirai di pintu kereta itu terbuka, muncullah
tiga empat orang lelaki kekar berpakaian ringkas, Dari
dalam kereta mereka turunkan kain terpal berwarna
hitam dan dengan cepatnya mendirikan sebuah tenda di
situ. 1433 Gerak gerik beberapa orang itu cepat dan sangat
terlatih, tak sampai sepenanakan nasi mereka telah
mendirikan empat lima buah tenda.
selama ini Hongpo Lan hanya menguatirkan terus
surat rahasia milik ayahnya, dia pun menguatirkan
keselamatan Lim Han Kim. sekarang ia mulai menyesal
kenapa ia tidak membuka kain kerudung muka Lim Han
kim tadi serta membuktikan benarkah orang itu adalah
Lim Han kim.

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi pikiran tersebut kembali terputus dengan
munculnya belasan buah kereta kuda. Kereta-kereta itu
muncul dari empat arah delapan penjuru. Tak selang
berapa saat kemudian di sekeliling tempat itu sudah
didirikan puluhan buah tenda, antara tenda yang satu
dengan tenda yang lain dihubungkan dengan seutas tali,
sementara puluhan buah meja perjamuan yang sudah
tersedia kini terkurung di tengah tenda-tenda itu, yang
tersisa hanya bagian depan dan belakang sebagai pintu
lewat, Tanpa terasa Hongpo Lan berseru me-muji, pikirnya:
"Anak buah pemilik bunga bwee benar-benar terdiri dari
manusia pi-lihan, tapi apa maksudnya mendirikan berpuluh-
puluh tenda di sekeliling tempat ini" Apa mungkin
dia akan menggunakan puluhan buah tendanya itu untuk
menghalangi kepergian para jago?"
1434 Mendadak terdengar nona berbaju hijau yang berada
di sisinya berseru sambil tertawa merdu: "Air teh telah
dihidangkan, Hongpo taihiap. silahkan mencicipi secawan
air teh dulu" setelah ditanah pekuburan yang sepi itu dibangun
puluhan buah tenda, suasana di tempat itu berubah jadi
amat ramai, mengusir jauh-jauh suasana seram dan
mengerikan yang semula mencekam tempat tersebut.
Gadis berbaju hijau yang berdiri di sisinya tadi kini sudah
muncul dari balik tenda sambil membawa nampan berisi
teko air teh, selain itu juga terlihat sebuah cawan yang
telah dipenuhi air teh. Mula-mula nona berbaju hijau itu meletakkan dulu
poci air teh itu ke meja, kemudian sambil menyodorkan
cawan yang sudah berisi penuh air teh itu katanya:
"Hongpo taihiap. silahkan minum"
"Boleh aku tahu siapa nama nona?" tanya Hongpo Lan
sambil menerima cawan itu
"Aaah, budak hanya seorang pelayan rendahan, apa
gunanya membicarakan soal nama?"
"Entah dia pelayan rendahan atau orang kenamaan,
setiap manusia pasti punya nama atau panggilan, mana
mungkin gadis secantik nona tidak mempunyai nama?"
1435 "Bila Hongpo taihiap bersikeras ingin tahu, baiklah,
Budak bernama Giok yan"
"oooh... rupanya nona Giok yan, sudah berapa lama
nona mengikuti pemilik bunga bwee?"
Paras muka Giok yan agak berubah, tapi segera
jawabnya: "Budak tak lebih hanya seorang dayang yang
menurut perintah orang, budak belum pernah bertemu
dengan pemilik bunga bwee"
pelan-pelan Hongpo Lan meletakkan kembali
cawannya ke meja, kemudian tanyanya lagi sambil
tertawan "Tahukah nona siapa yang menyelenggarakan
perjamuan pada hari ini?"
"Budak hanya bertugas melayani kebutuhan tamu. Bila
Hongpo taihiap membutuhkan sesuatu katakan saja
langsung, Me-ngenai masalah yang lain, budak benarbenar
tidak tahu, jadi Hongpo taihiap pun tak perlu
membuang banyak waktu dan pikiran untuk bertanya
kepada budak." Hongpo Lan menyapu sekejap seputar arena, diamdiam
ia mencoba menghitung jumlah nona berbaju hijau
itu, ternyata semuanya berjumlah tiga puluh enam
orang, Maka kembali ia berkata sambil tertawa: "Kalau
dilihat dari sinar mata nona yang tajam bersinar, jelas
kau adalah seorang pendekar wanita berilmu tinggi, jika
1436 dugaanku tak salah, kalian tiga puluh enam orang
bersaudara hampir rata-rata merupakan jago pilihan."
Gadis berbaju hijau itu mengerutkan dahinya, rasa
tegang mulai menyelimuti wajahnya tapi hanya sebentar
saja telah pulih kembali menjadi amat tenang, ia tertawa
cekikikan lalu serunya: "Hongpo taihiap. kau memang
pandai bergurau, jangan menilai terlalu tinggi
kemampuan budak." Kembali terdengar suara langkah manusia berjalan
mendekat, belasan orang lelaki bersenjata lengkap
dengan mengiringi seorang kakek berjalan mendekat,
Kakek itu memakai mantel berwarna putih dengan jubah
berwarna biru langit, wajahnya gagah dan kelihatan
penuh wibawa, Hongpo Lan segera merasa seperti pernah kenal
dengan orang ini, tapi untuk sesaat dia pun tak bisa
mengingat kembali siapa gerangan kakek tersebut....
Tanpa terasa tengah hari sudah hampir menjelang
tiba, para jago yang diundang untuk menghadiri
pertemuan puncak pun beruntun telah berdatangan
memenuhi seluruh tempat. Dengan tingkah laku yang halus dan luwes kawanan
nona berbaju hijau itu menyambut kedatangan para
tamunya, setiap meja diisi delapan orang dan semuanya
berjalan sangat beraturan, Tak lama kemudian puluhan
1437 meja telah dipenuhi manusia, suasana pun mulai ramai,
gelak tertawa suara pembicaraan bergema di sana sini,
kompleks tanah pekuburan yang semula sepi pun kini
berubah jadi ramai sekali.
seperti kupu-kupu yang terbang di antara bebungaan,
kawanan gadis berbaju hijau itu tiada hentinya keluar
masuk dari tenda yang tersedia, mengambil poci
menghidangkan air teh, suasana amat sibuk.
secara diam-diam Hongpo Lan mencoba
memperhatikan gerak gerik para jago itu.
Ia saksikan rata-rata para jago yang hadir segera
meletakkan kembali cawan teh yang diterimanya itu ke
meja begitu menerima dari nona-nona cantik itu,
ternyata tak seorang pun mencoba untuk minum. jelas
para jago itu sudah membuat persiapan yang matang
sebelum hadir di sana. Belum lagi pertemuan puncak dibuka, adu siasat
sudah dimulai. Hal ini menambah hawa pembunuhan
yang menyelimuti tempat itu bertambah tebal.
"Hongpo taihiap." terdengar Giok yan berkata manja.
"Masa kau hanya duduk sendirian" Bagaimana kalau
budak carikan beberapa teman untuk duduk semeja
denganmu?" Hongpo Lan tersenyum,
1438 "soal ini nona tak perlu repot-repot, kalau hanya
seorang diri mana aku berani menghadiri perjamuan
besar ini" sengaja dia mengucapkan kata-kata itu dengan suara
keras, dengan cepat ulahnya ini memancing perhatian
para jago yang duduk di sekelilingnya, berpuluh-puluh
pasang mata serentak dialihkan ke tubuhnya.
sambil tertawa dingin Giok yan berseru: "Hongpo
taihiap, bencana selalu datangnya dari mulut, Daripada
banyak bicara, lebih baik kurangi bicaramu sehingga tak
usah mendatangkan bencana besar bagimu"
"Dari dulu orang sering bilang, perjamuan yang
diadakan secara paksa tak mungkin suatu perjamuan
yang menyenangkan coba kau lihat, siapa yang bukan
jago kenamaan dan berpengalaman banyak di antara
para hadirin yang ada di sini sekarang, Tapi coba nona
lihat cawan teh yang ada di meja, adakah di antaranya
yang telah diminum?"
Paras muka Giok yan berubah jadi hijau membesi
karena mendongkolnya, tapi ia berusaha keras
mengendalikan kobaran hawa amarah di dalam dadanya,
kembali ujarnya: "Hongpo taihiap. kalau kau begitu
menaruh curiga kepada kami, boleh aku tahu karena
urusan apa pula kau bisa hadir di sini?"
1439 "Tahukan nona akan arti perkataan yang berbunyi:
"siapa yang datang pasti membawa maksud tertentu?"
Agaknya dia memang berniat memancing hawa
amarah Giok yan sehingga setiap patah kata yang
diucapkan selalu memancing kobaran emosinya.
Meskipun usia Giok yan masih muda, ternyata ia
memiliki daya tahan yang luar biasa, pancingan emosi itu
sama sekali tidak dilayaninya, malah sambil tertawa
hambar nona itu berseru: "Jadi Hongpo taihiap
menganggap air teh ini mengandung racun" Baiklah,
budak akan membuktikan dengan meneguk habis isi
cawan ini." Tampaknya beberapa patah kata ini memang sengaja
diperdengarkan untuk semua yang hadir, karena itu
suaranya amat keras. Betul juga. perhatian para jago yang hadir di tempat
itu serentak dialihkan pada-nya. Melihat itu, Giok yan
pelan-pelan mengambil cawan teh itu dari meja dan
meneguk habis isinya. "Nona, sikapmu menganggap kematian sebagai pulang
ke rumah betul-betul mengagumkan hatiku"
setelah meletakkan kembali cawan kosong itu ke atas
meja Giok yan berseru: "Hongpo taihiap. budak hanya
seorang budak rendahan. Bila kau berniat
1440 mempermainkanku, apakah tidak takut bakal
ditertawakan para jago dari seluruh kolong langit?"
"Betul- betul seorang budak berlidah tajam" pikir
Hongpo-Lan dalam hati kecilnya, "Tampaknya anak buah
pemilik bunga bwee rata-rata adalah manusia luar
biasa...." "Braaaak.,." Mendadak terdengar suara gempuran keras bergema
memecahkan keheningan, lalu disusul terlihat cawancawan
teh beterbangan ke angkasa dan menumpahkan
air teh ke mana-mana. Dengan kening berkerut Hongpo Lan ber-paling, ia
saksikan seorang lelaki berewok telah melompat bangun
dan berteriak dengan keras: "Huuuh, seorang lelaki
berani mempermainkan kaum wanita, terhitung jagoan
macam apa itu.,.?" Melihat seruannya ada tanggapan, dengan alis mata
berkenyit Giok yan segera berbisik: "Nah, Hongpo
taihiap. kau telah mengundang bencana gara-gara
banyak bicara, sekarang kau pasti sudah mengerti
bukan.,.?" Hongpo Lan tidak menanggapi ucapan gadis itu lagi,
pikirnya dalam hati: "Manusia dari mana itu, berangasan
amat?" 1441 suara bentakan lelaki kekar itu amat keras dan
nyaring, membuat perhatian para jago bersama-sama
dialihkan ke arahnya, Agaknya lelaki berewok itu merasa amat bangga
setelah menyaksikan perhatian para jago dialihkan
kepadanya, sambil tertawa terbahak-bahak dia tuding
Hongpo Lan seraya umpatnya: "Hei bocah busuk sudah
dengar belum aku sedang memaki kau"
Hawa amarah Hongpo Lan segera me-muncak. ia
melompat bangun siap mengumbar emosinya tapi segera
duduk kembali, berpaling ke arah lain dan berlagak tidak
mendengar. Ternyata di saat Hongpo Lan melompat bangun itulah
satu ingatan tiba-tiba melintas dalam benaknya, Dia
curiga pemilik bunga bwee sengaja mengundang para
jago dari seluruh kolong langit untuk berkumpul di
tempat terpencil ini, kemudian mengutus gadis-gadis
cantik yang berilmu untuk melayani para tamunya tak
lain bertujuan untuk mengadu domba para jago agar
mereka saling membunuh sendiri, seandainya sampai
terjadi peristiwa begini, yang untung sudah pasti pemilik
bunga bwee, sebab tanpa turun mangan dia akan meraih
kemenangan yang besar. Untuk meyakinkan bahwa dugaan tersebut benar
Hongpo Lan mencoba memperhatikan reaksi para gadis
penyambut tamu itu. Benar juga, rata-rata mereka
1442 hanya berpeluk tangan sambil menonton keramaian.
Kenyataan ini semakin menguatkan dugaannya bahwa
pikirannya itu memang betul. ia tahu jika dirinya emosi
dan melayani lelaki berangasan itu hingga saling
bertarung sendiri, hal ini sama artinya dia masuk
perangkap pemilik bunga bwee
Berpikir demikian ia segera menekan gejolak emosinya
dan tidak melayani tantangan orang itu lagi.
Melihat Hongpo Lan yang sudah berdiri duduk
kembali, lelaki berewok itu tertawa tergelak. ejeknya:
"Ha ha ha... kenapa duduk lagi" Kau tak berani melayani
tantanganku bukan" Ha ha ha... kalau beraninya hanya
mempermainkan kaum gadis, terhitung jagoan macam
apa kamu ini?" Hongpo Lan mengalihkan pandangannya ke tempat
kejauhan sana sambil menghembuskan napas panjang,
Dengan meminjam hembusan napas itu, ia membuang
keluar semua rasa mendongkol dan gusar yang membara
di dalam dadanya. Tak disangka lelaki berewok itu ternyata tak tahu diri
ketika melihat Hongpo Lan membiarkan dirinya dimaki
tanpa membalas, dikiranya pemuda itu memang benarbenar
takut kepadanya Dengan cepat ia sambar secawan
air teh lalu dilemparkan ke tubuh anak muda tersebut.
1443 Hongpo Lan segera menghimpun tenaga dalamnya,
tanpa mengubah posisi duduknya bersama bangku yang
diduduki ia melejit ke udara dan bergeser sejauh tiga
depa dari posisi semula, percikan air ten yang tertumpas
itu kontan saja meluncur ke tubuh Giok yan.
Terdengar Giok yan menjerit kaget, tubuhnya miring


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke samping dan mundur dengan sempoyongan untuk
menghindari percikan air teh itu, sedang di luar dia
berlagak seperti orang yang tak bisa berdiri tegak hingga
nyaris jatuh terjerembab Melihat gadis itu berhasil menghindari percikan air
tersebut, diam-diam Hongpo Lan tertawa dingin,
pikirnya: "Pandai benar perempuan ini berpura-pura,
ternyata apa yang kuduga memang benar...."
Meskipun lelaki berewok itu agak bodoh namun ia
cukup mengerti tingkatan lawannya.
Dari kemampuan Hongpo Lan yang bisa menghindar
berikut bangkunya ia tahu bahwa musuhnya benar-benar
memiliki ilmu silat amat hebat, Baru saja dia hendak
menggunakan kesempatan itu untuk mengundurkan diri,
mendadak terdengar seseorang memaki dengan suara
keras: "Huuuh, kau si tua bangka manusia macam apa"
sudah tahu orang lain tidak melayani masih berlagak
1444 terus macam cucu kura-kura, aku si tua sungguh sebal
melihat manusia macam begini.,."
orang itu berlogat szuchuan yang sangat kentara
sehingga ungkapan makian-nya kedengaran lucu sekali,
kontan para jago lainnya tertawa terpingkal karena
kegelian. Dengan sifat yang berangasan mana mungkin lelaki
berewok itu bisa menahan diri" sambil menggebrak meja
segera bentaknya: "siapa kau" Berani amat mencampuri
urusanku Kalau punya nyali, ayo tampil ke depan"
"Kalau aku, mau apa kau?" seorang lelaki gemuk
berusia setengah umur yang menyandang ruyung lemas
pada pinggangnya muncul dengan langkah lebar.
Lelaki berewok itu memandang lelaki, gendut itu
sekejap. kemudian jengeknya dingin: "Hmmm... kukira
siapa, rupanya empat ruyung dari pak juan"
"Betul Aku memang Tio su ya" tukas lelaki gendut itu
cepat. Berubah paras muka lelaki berewok itu, tegurnya: "Tio
losu, berulang kali kau nyinggung perasaanku
Tampaknya kau sudah bosan hidup?"
Tio su ya tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha... aku
Tio su ya tidak biasa melihat kejumawaanmu itu, kalau
memang bernyali ayoh tampil ke depan"
1445 sebetulnya lelaki berewok itu sudah berniat mundur
teratur setelah mengetahui musuhnya cukup tangguh,
tapi setelah di-ejek berulang kali oleh Tio su ya, meledak
juga hawa amarahnya, sambil membentak keras dia
menubruk ke muka sambil melayangkan tinjunya.
Dengan cekatan Tio su ya berkelit ke samping
menghindari serangan tersebut, tangan kanannya
denganjurus "mengebut debu bicara santai" balas
menghantam dada lawan. Lelaki berewok itu bukan cuma sifatnya yang keras
dan berangasan, ternyata ilmu silat yang dipelajari pun
merupakan aliran keras, Ketika dilihatnya serangan Tio
su ya meluncur tiba, dengan pertarungan keras melawan
keras dia sambut datangnya serangan itu "Blaaammm., .
" Ketika dua gulung pukulan itu saling beradu, terjadilah
suara ledakan yang amat keras, Lelaki berewok itu
berkaok-kaok gusar, sepasang kepalannya secara
beruntun melepaskan tujuh delapan buah pukulan kilat.
Begitu hebatnya serangan berantai ini membuat Tio su
ya terdesak hebat dan mundur sejauh empat langkah
dari posisi semula. Diam-diam Hongpo Lan mencuri lihat mimik muka
Giok yan. Dilihatnya nona itu sedang menyaksikan
jalannya pertarungan dengan wajah menghina. Agaknya
1446 ia sama sekali tidak menghargai jalannya pertarungan
itu. Dalam waktu yang amat singkat inilah situasi dalam
arena pertarungan telah terjadi perubahan lagi. Kini Tio
su ya telah mengembangkan serangan balasan, pukulan
dan sodokan jari digunakan bersama melepaskan
serangkaian serangan yang amat gencar.
Kendatipun angin pukulan yang dilepaskan lelaki
berewok itu menderu- deru, namun situasi telah dikuasai
Tio su ya sepenuh-nya, gejala kalah tampak sudah di
depan mata. Dari sekian banyak jago yang hadir dalam pertemuan
puncak hari ini, status dan asal usul mereka kebanyakan
berbeda dan dari tingkatan yang berbeda pula, tapi
sebagian besar merupakan pentolan-pentolan yang
menguasai suatu daerah tertentu. Ada di antaranya yang
Rahasia Lukisan Kuno 3 Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Misteri Kapal Layar Pancawarna 9
^