Pencarian

Pedang Keadilan 21

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 21


apimu sangat sempurna, siapa yang nekad melanggar
larangan ini, hadiahkan satu pukulan kepadanya."
Tampaknya kakek bermata satu itu ingin menampik,
tapi seorang manusia berkerudung di sampingnya telah
mewakilinya menyanggupi. " Kau sudah setuju?" tegur pemuda itu kemudian-
Kakek bermata satu itu menghela napas panjang.
"Aaaai, jika kaupun bukan tandingan Pemilik bunga
bwee, terpaksa akulah yang akan memikul tanggung
jawab terakhir." 1820 "semisalnya akupun kalah di tangan Pemilik bunga
bwee, kau harus membawa para jago lainnya melarikan
diri dari sini." Selesai berkata ia menuju ke dalam tenda dengan
langkah lebar. Kakek berbaju kuning yang menjaga di depan tenda
merasa amat gembira ketika melihat para jago satu
persatu berhasil ditundukkan Pemilik bunga bwee, ia tak
sadar bahwa majikannya sudah kehabisan tenaga waktu
itu, maka ketika melihat pemuda berbaju hijau itu
melangkah datang, ia pun tidak berniat menghalangi
jalan masuknya. Ketika pemuda berbaju hijau itu tiba di dalam tenda,
peluh yang membasahi wajah Pemilik bunga bwee belum
lagi mengering. Ia segera angkat kepalanya setelah mendengar suara
langkah manusia mendekat, tapi wajahnya segera
berubah hebat setelah mengetahui yang muncul adalah
pemuda berbaju hijau itu, musuh paling tangguhnya,
dengan cepat ia melompat bangun. "Nona seebun, hebat
juga ilmu hipnotis mu" ejek pemuda itu sambil tertawa
dingin- "Sebenarnya siapa kau" Kenapa selalu menyusahkan
aku?" tegur Pemilik bunga bwee sambil menatap wajah
lawannya tajam-tajam. 1821 "Kau ingin membunuh sedang aku ingin menolong
orang, kau berbuat kejahatan dan aku berbuat kebaikan,
jalan yang kita tempuh memang selalu berlawanan, kita
sudah ditakdirkan untuk bermusuhan-"
Pemilik bunga bwee segera merasakan cahaya aneh
dari sorot mata lawan membuat perasaan hatinya
bergolak keras, buru-buru ia melengos ke arah lain
seraya berseru: "Kau juga pandai ilmu hipnotis?"
"Walaupun antara ilmu hipnotis dan pengalih sukma
berasal dari satu aliran, namun yang satu bersumber dari
agama To sedang yang lain berasal dari ilmu Yoga di
negeri Thian-tok. aku rasa hari ini adalah saat paling
tepat bagi kita untuk menguji ilmu,"
"Kau bukan lelaki"
"faktor inilah yang mengurangi kesempatanmu untuk
meraih kemenangan" "Sebenarnya siapa kau?" hardik pemilik bunga bwee
makin penasaran "Semalam kita baru bersua, masa secepat itu kau
sudah lupa?" "Jadi kau adalah nona berbaju putih yang berjumpa
semalam...." "Betul Aku bernama Pek si-hiang."
1822 Diam-diam pemilik bunga bwee menghimpun tenaga
dalamnya siap melancarkan satu pukulan tapi ia segera
tertegun dan mengurungkan niatnya setelah melihat Pek
si-hiang menancapkan sebatang jarum emas di atas bahu
sendiri, tegurnya: "Apa-apaan kau ini?"
"Turunkan tanganmu" perintah Pek si-hiang dengan
mata bersinar aneh. Ketika sinar mata pemilik bunga bwee beradu dengan
pandangan matanya, ia segera merasa hatinya bergelora
keras, pelan-pelan dia turunkan kembali tangan
kanannya dan berkata: "Bagaimana kalau kita berunding secara damai?"
Ucapan tersebut diutarakan dengan amat ngotot,
agaknya harus mengerahkan segenap kekuatan yang
dimilikinya. "Boleh saja" jawab Pek si-hiang, "tapi kau sangat
binal, aku mesti tusuk dulu berapa buah jalan darahmu
dengan jarum emas, setelah itu kita baru berunding
secara damai." "Baiklah" Sekujur badan pemilik bunga bwee sudah
gemetar keras, Dengan cepat Pek si hiang menusukkan
lima batang jarum emas kejalan darah penting di tubuh
pemilik bunga bwee, setelah itu dia baru menghela napas
1823 panjang sambil katanya: "sekarang kita boleh duduk
untuk beristirahat" Pemilik bunga bwee yang angkuh dan keras kepala
kini berubah jadi sangat penurut tanpa membantah ia
segera duduk. sambil menyeka peluh yang membasahi jidatnya Pek
si- hiang cabut lepas jarum pada bahUnya lalu duduk
bersila pula. Lebih kurang sepertanak nasi kemudian Pemilik bunga
bwee membuka matanya lebih dulu, ketika melihat Pek
si- hiang masih mengatur pernapasan, mendadak napsu
membunuhnya timbul, diam-diam ia mencoba
mengerahkan tenaga dalamnya,
siapa tahu lengan kanannya itu kaku dan tak mau
turut perintah, tiga kali dia mencoba untuk
menggerakkan lengannya tapi gagal, hal ini segera
membuat hatinya tertegun-"Kau ingin mencelakai aku?"
ejek Pek si- hiang sambil membuka matanya dan
tertawa, Pemilik bunga bwee menghela napas panjang,
"Jalan darahku telah kau tusuk dengan jarum emas,
biar ada niat begitu pun percuma saja."
"Ilmu tusukan jarumku ini bernama lima panah
memantek sukma, bukan cuma kedua lenganmu
1824 kehilangan fungsinya, sepasang kakimupun tak mampu
melancarkan tendangan-"
"Kalau begitu untuk berjalanpun aku tak mampu?"
seru pemilik bunga bwee terkejut.
"Untuk berjalan sih tak menjadi soal, cuma kau tak
sanggup berkelahi lagi."
Pemilik bunga bwee bangkit berdiri dan mencoba
berjalan kian kemari, setelah itu baru ujarnya:
" Katakan sekarang, apa syaratmu?"
"Gampang sekali?" sahut Pek si- h iang sambil
tertawa, "Asal kau pulihkan kembali kesadaran mereka
yang terpengaruh oleh ilmu hipnotis mu, kemudian
dalam tiga bulan berjanji tak akan melakukan keonaran
lagi." "Bagaimana setelah tiga bulan kemudian?"
"Bila saat itu aku masih hidup, aku yakin pasti ada
cara untuk mengendalikan diri-mu, meski kau ingin
membuat keonaran lagi, akhirnya kekalahan toh tetap
dipihak-mu, sebaliknya jika tiga bulan kemudian aku
mati, terserah apa yang hendak kau perbuat, toh aku tak
bisa mengurusi dirimu lagi."
1825 "Baik, tiga bulan kemudian bila aku muncul kembali
dalam dunia persilatan, tahukah kau siapa yang bakal
kubunuh pertama kali?" .
"Aku tebak pasti ketua Hian-hong-kau?"
"Kenapa tidak kau katakan dirimu sendiri?" seru
Pemilik bunga bwee dengan kening berkerut.
"sebab kau tak mampu membunuh aku."
Tiba-tiba Pemilik bunga bwee tertawa tergelak.
serunya: "Nona Pek, aku lihat usiamu lebih kecil dua tahun
dariku, maaf kalau aku memanggilmu adik,"
" Kau tidak merasa bahwa panggilan tersebut kelewat
memuakkan?" " Kau tak perlu berlagak sok pintar, hanya
berdasarkan tebakanmu ini, aku semakin yakin dapat
mengalahkan dirimu."
"Jadi dugaanku ini keliru besar?" kata Pek si-hiang
dengan wajah serius. "Yaa, tebakanmu salah besar sekali."
"Lalu siapa yang akan kau bunuh?"
1826 "Lim Han-kim Akan kusuruh kau merasakan
bagaimana pahitnya bila seseorang ditinggal mati
kekasihnya." Mendengar perkataan ini, Pek si hiang tertawa geli.
"Jawabanmu sungguh di luar dugaan-ku, apa kau
tidak merasa dugaanmu itu kelewat batas" Biar kau
bunuh dia seribu kali pun apa sangkut pautnya dengan
aku?" "Bila kau tidak patah hati, aku akan mewakili Lim Hankim
merasa kecewa." "oooh, apa kau menaruh hati kepada-nya" Aku sih
bersedia menjadi mak comblang untuk kalian berdua."
"Kau jangan ngaco belo" teriak Pemilik bunga bwee
gusar. Pek si-hiang tertawa cekikikan
"Baiklah, kita tak usah bicarakan soal ini, beritahu
kepadaku bagaimana caranya menyadarkan kembali
mereka yang terpengaruh ilmu hipnotis mu?"
"Bila kau percaya kepadaku, cabut dulu jarum-jarum
dari tubuhku, aku segera akan membawa semua anak
buahku mundur dari sini...."
"Tidak, aku tak percaya kepadamu...." tukas Pek sihiang,
setelah berhenti sejenak lanjutnya, "Bila aku tidak
1827 berbelas kasihan kepadamu, saat ini kau pasti sudah
mati." "Setelah aku mati, kau akan menjadi jago yang tak
tertandingkan di kolong langot, aku duga hidupmu juga
tak bakal senang." "Aku tidak berambisi menguasahi jagad, lagi pula
hidupku tak lama lagi, permusuhan kita hari ini hanya
terjadi secara kebetulan saja, dan sekarang aku sudah
terlanjur ikut campur dalam urusan ini, jadi aku harus
menyelesaikan hingga tuntas."
"Baiklah, kalau begitu kau boleh totok jalan darah
tidur mereka, biarkan mereka tidur selama dua belas
jam, setelah itu guyur kepala mereka dengan air dingin
dan tepuk bebas jalan darahnya, maka mereka akan
sadar kembali seperti sedia kala."
"Ehmm, kalau begitu aku akan menolong mereka lebih
dulu kemudian baru mencabut jarum emas dari
tubuhmu." Ia membalikkan badan berjalan berapa langkah, lalu
berpaling dan sambungnya:
" Untuk mencabut jarum tersebut lebih baik tunggu
aku yang melakukan, sebab kalau salah cabut kau bisa
jadi cacad seumur hidup, nah aku sudah peringatkan
kepadamu, jika kau nekad jangan salahkan diriku nanti."
1828 Dengan perasaan setengah percaya setengah tidak
Pemilik bunga bwee berseru:
"Bukan kah ilmu yang pandai menusuk jalan darah
dengan jarum rasanya belum pernah kudengar ada
kejadian seperti ini."
"Kalau tak percaya kenapa tidak kau cabut keluar
sebatang jarum tersebut...." jengek Pek si-hiang sambil
tertawa. Pemilik bunga bwee merasa kan timbulnya semacam
suasana misterius yang sangat aneh, umuk sesaat ia tak
dapat menentukan apakah ucapan itu gertak sambal atau
sungguhan. sambit mengambil sebuah jubah luar, kembali Pek sihiang
berkata seraya tertawa: "Kenakan pakaian luar,
kita keluar bersama-sama."
pemilik bunga bwee memandang jubah luar itu
sekejap, tiba-tiba teriaknya keras: "Mana Cing-im?"
"Ada perintah apa nona?" suara merdu segera
menyahut disusul munculnya seorang dayang kecil
berbaju hijau. "Ambilkan pakaianku" perintah pemilik bunga bwee.
Cing-im mengiakan dan lenyap di balik tenda.
1829 "Tampaknya kau ada persiapan di dalam tenda ini"
goda Pek si hiang sambil tertawa.
"Mereka berdiam di tenda yang lain, antara kedua
tenda ini dihubungkan dengan sebuah lorong bawah
tanah, sekalipun bisa pulang pergi tanpa hambatan
namun sebelum mendapat perintah ku mereka tak akan
berani memasuki tendaku sesuka hati."
"Rupanya begitu, sempurna benar persiapanmu meski
dalam anggapanmu kemenangan pasti berada dipihakmu
namun tetap mempersiapkan jalan untuk melarikan diri"
sementara pembicaraan masih berlangsung, cing-im
sudah muncul dengan membawa pakaian, buru-buru
Pemilik bunga bwee mengenakan pakaiannya lalu setelah
menutup wajahnya dengan topeng kulit manusia, ia
berkata: "Sekarang kita boleh berangkat."
"Tunggu dulu, siapa sih namamu?"
"Panggil saja Pemilik bunga bwee..."
"Tidak. kalau kau tidak mengatakan maka kau akan
kupanggil nyonya seebun."
"Aku bernama seebun Giok-hiong" jawab Pemilik
bunga bwee sambil tertawa. Maka sambil bergandeng
tangan mereka berdua pun berjalan keluar dari tenda.
1830 Ketika para dayang dan kakek berbaju kuning yang
berada di luar tenda menyaksikan dandanan majikannya
itu, serentak mereka bungkukkan badandan memberi


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hormat. secara tiba-tiba Pek si-hiang memahami apa sebabnya
seebun Giok-hiong bersikeras mengenakan dandanan
seperti ini, rupanya setiap kali dia munculkan diri di
hadapan anak buahnya maka dandanan yang digunakan
selain berbeda, maka secara diam-diam ia juga
memperhatikan warna pakaian yang dipakai, dandanan
serta benda apa saja yang digunakan lalu diingat baikbaik.
sementara itu seebun Giok-hiong sudah berkata
setelah menyapu sekejap para dayangnya: "Kalian
segera kembali ke dalam tenda dan laksanakan
perintahku...." Kemudian sambil menghampiri kakek
berbaju kuning itu tambahnya:
" Karena salah langkah permainan kita kali ini gagal
total, perintah kan semua orang agar mundur sejauh dua
puluh li." Kakek berbaju kuning itu agak tertegun, tapi segera
jawabnya: "Hamba turut perintah."
"Tinggalkan dua belas pelajar serta Cing-in dan Ciugwee
di sini, lainnya segera mengundurkan diri"
1831 Lalu setelah memandang Pek si- hiang sekejap sambil
tertawa, tambahnya lebih jauh: "selanjutnya kita dapat
beristirahat selama tiga bulan penuh."
"Harap tongcu baik-baik menjaga diri" seru kakek itu
segera sambil memberi hormat, kemudian memutar
badan dan berlalu dari situ.
"Hey, apa sih yang kau maksudkan dengan dua belas
pelajar?" Tiba-tiba Pek si-hiang bertanya lirih.
"Mereka adalah dua belas orang pelajar yang pandai
dalam ilmu sastra maupun ilmu silat"
Mendadak ia berubah nada, serunya:
"Nona Pek. bagaimana kalau kau pulihkan sebuah
lenganku?" Pek si-hiang tersenyum, sahutnya lembut:
"Jika kau tidak kuatir mati, tidak takut cacad seumur
hidup, tidak takut ilmu silatmu punah, mari kucabut lepas
sebatang jarum emas dari lenganmu."
"Aaaah, masa sampai begitu serius?" seru seebun
Giok-hiong dengan perasaan terkesiap.
"Apa kau tidak percaya?"
"Aku memang setengah percaya setengah tidak..."
Ditatapnya wajah Pek si-hiang lekat-lekat, "Tapi aku tak
akan menyerempet bahaya."
1832 "Nampaknya kau seperti percaya benar dengan aku?"
"sementara ini aku kalah di tanganmu,jadi mau tak
mau harus berusaha menahan diri"
"Aaai... lelakl sejati bisa maju bisa mundur, sayang
kau hanya seorang gadis, moga-moga saja aku bisa
mengaturkan suatu cinta kasih yang membelenggu
hatimu hingga saat itu kau tak akan melakukan
perbuatan yang melanggar hukum lagi."
"Dalam dunia saat ini siapa yang cocok menjadi
kekasih hatiku?" Walaupun mereka saling membantah namun sikap
maupun gerak geriknya amat mesra, seakan-akan
sepasang saudara yang sudah lama berpisah, Dengan
suara lirih Phang Thian-hua segera berbisik kepada
Hongpo Tiang-hong: "Nampaknya kemampuan pemuda berbaju hijau itu
jauh di atas kemampuan kita semua, nyatanya ia mampu
menundukkan pemilik bunga bwee, aaaai... dari kejadian
ini bisa disimpulkan bahwa kita, semua sudah tua."
Sementara itu Pek Si-hiang dengan suara lantang telah
berseru: "Berkat kesediaan nona Seebun untuk memberi muka
kepadaku, ia bersedia menarik mundur semua
kekuatannya dari sekeliling tempat ini...."
1833 "Tapi bagaimana dengan mereka yang terpengaruh
ilmu hipnotisnya?" tanya Hongpo Tiang-hong kuatir.
"Tentu harus ditolong, tapi ilmu hipnotis bukan
semacam racun, jadi terpaksa harus merepotkan kalian
semua." "Bantuan apa yang harus kami lakukan?"
"Gampang sekali, tolong totok jalan darah tidur
mereka agar mereka tidur selama dua belas jam, setelah
itu guyur kepala mereka dengan air dingin dan bebaskan
pengaruh totokannya, maka mereka akan segera sadar
kembali." "Tunggu sebentar" Tiba-tiba seebun Giok-hiong
berseru. "Kau membohongi aku?" tegur Pek si-hiang.
"Meskipun kesadaran mereka terpengaruh, tapi
lantaran bukan pengaruh obat maka ilmu silat mereka
tetap utuh, bila kalian menotok jalan darahnya maka
tindakan tersebut akan menimbulkan perlawanan mereka
.... " setelah menyapu sekejap kawanan jago di
hadapannya ia melanjutkan.
"Bila sampai terjadi pertarungan bisa dibayangkan
akibatnya tentu sangat mengerikan."
1834 "Aaaai..." Pek si-hiang menghela napas panjang,
"Hampir saja aku terjebak oleh tipu muslihatmu, kenapa
kau menerangkan jebakan tersebut kepadaku?"
"Akibat dari pertarungan massal ini tentu mengerikan
dan tragis, bila berapa orang pentolan yang
menyebabkan kematian orang tuaku ikut terbunuh dalam
pertarungan untuk membalas dendam dengan tangan
sendiri?" "Aku mengerti maksudmu" jengek Pek si-hiang, "selain
alasan yang kau sebutkan tadi, tampaknya kau pun
kuatir nyawamu ikut melayang dalam pertarungan itu
bukan?" "Lagi-lagi rahasia hatiku tertebak. aaai,.. semisalnya
kau tidak menarikku keluar bersama, saat ini pasti sudah
ada orang yang tergeletak mampus."
"Bagaimana pula dengan keadaan saat ini?"
"Akan kukacaukan dulu perhatian mereka, kemudian
kalian baru turun tangan menotok jalan darahnya, cuma
kalian harus turun tangan dengan gerakan tercepat."
sambil berkata ia segera bertepuk tangan berapa kali.
Betul juga, kawananjago yang terpengaruh ilmu
hipnotisnya itu serentak mengalihkan perhatiannya ke
wajah seebun Giok-hiong begitu mendengar suara tepuk
tangannya. 1835 "Cepat turun tangan" bisik Pek si-hiang cepat,
Hongpo Tiang-hong, Coat-pin taysu serta kakek
bermata satu itu segera menyahut dan turun tangan
bersama dengan kecepatan tinggi.
Beberapa orang ini merupakan jago paling top dalam
dunia persilatan dewasa ini, gerakan tubuh mereka amat
cepat, dalam waktu singkat kawanan jago itu sudah
bertumbangan tertotok jalan darah tidur-nya.
Menunggu sampai semua jago roboh, seebun Giokhiong
baru menghembuskan napas panjang, sambil
melirik Pek si-hiang sekejap tanyanya: "Masih ada
perintah lain?" "Kau musti menunggu dua belas jam lagi, setelah
semua orang sadar, kau baru boleh pergi dari sini."
"Dalam segala hal aku berusaha percaya kepadamu,
kenapa kau justru tidak percaya kepadaku?" tegur
seebun Giok-hiong dingin.
"Aku tak mau nasib puluhan orang jago itu ditentukan
oleh sepatah kata yang salah kuucapkan."
"oooh, jadi kau hendak menjadikan aku sebagai
sandera?" seebun Giok-hiong mulai naik pitam.
1836 "Aku tahu kau tak senang hati gara-gara masalah ini,
tapi apa boleh buat, terpaksa kau harus menuruti
kemauanku." "Baik, kali ini aku terpaksa menuruti kemauanmu, tapi
ingat, jika suatu saat kau terjatuh ke tanganku maka
akan kusiksa dirimu habis-habisan."
"Kalau benar-benar terjadi kasus seperti itu, aku pun
akan menuruti semua kehendakmu. . . "
Dengan rasa mendongkol seebun Giok-hiong
mendengus dingin dan tidak berbicara lagi.
sambil menggandeng tangan seebun Giok-hiong,
kembali Pek si-hiang berkata sambil tertawa:
"Nona seebun tak usah marah, ayoh kita balik ke
dalam tenda untuk berbinCang-binCang . "
"sayang kau juga seorang gadis."
"Aaai... meski aku lelaki, tak nanti kukawini
perempuan macam kau sebagai istriku."
"Kenapa?" "Kau jalang dan genit, tidak cocok menjadi seorang
istri teladan." "Kau anggap aku seorang wanita murahan?"
1837 "Kenapa"jadi kau anggap dirimu gadis baik-baik?"
"Aaai... sudahlah, biar kuterangkan juga percuma,
lebih baik tak usah kita perbincangkan lagi."
"Bersediakah kau melepaskan topeng mukamu itu?"
kata Pek si-hiang kemudian sambil menarik tangan
lawannya. "Apa yang ingin kau lihat?"
"ingin kulihat apa kau masih perawan?"
"Aku masih perawan" jawab seebun Giok-hiong
setelah memandang Pek si-hiang sekejap, "sayang kau
tak akan mengawini aku, jadi dilihatpun percuma."
"Meskipun aku tak bisa mengawinimu, paling tidak
bisa kucarikan jodoh yang ideal untukmu."
"sebenarnya apa maksudmu mencemooh aku?" tegur
seebun Giok-hiong dingin "Aku bicara sejujurnya, bila kau tetap tak percaya yaa
sudahlah," sementara pembicaraan berlangsung mereka sudah
masuk ke dalam tenda. Pek si-hiang segera melepaskan tangan seebun Giokhiong
lalu katanya seraya tertawa:
1838 "Dua belas jam kemudian kau boleh tinggalkan tempat
ini, tapi sekarang lebih baik beristirahatlah disini dengan
tenang,jangan punya pikiran jelek lagi."
Biarpun seebun Giok-hiong memiliki ilmu silat yang
tangguh, namun berhubung berapa buah jalan darah
pentingnya ditusuk oleh jarum, maka ia tak mampu
melakukan sesuatu gerakan apa pun.
Pelan-pelan Pek si-hiang berjalan keluar dari tenda itu,
mendadak ia berpaling seraya berseru:
"Di luar tenda aku akan siapkan perlindungan yang
paling ketat, jadi kau boleh beristirahat dengan tenang."
seebun Giok-hiong merasa amat mendongkol pikirnya:
"sungguh tak nyana tenda yang kupersiapkan untuk
mengurung para jago dari kolong langit, sekarang justru
dipergunakan untuk mengurungku."
sementara ia masih berpikir, tiba-tiba di hadapannya
telah muncul seorang manusia berbaju hitam yang
memakai kain cadar muka, kepadanya orang itu berkata
dingin: "Dua belas jam akan kau lalui amat lambat, aku
takut kau tak akan sabar menunggu" suaranya lengking
dan merdu, jelas suara sorang wanita. Dengan perasaan
terkesiap seebun Giok-hiong segera menegur: "Mau apa
kau?" 1839 "Aku ingin bantu kau agar bisa tidur selama dua belas
jam dengan tenang, bukankah dengan begitu waktu
akan kau lalui dengan cepat?"
"Kau anggota Hian- hong- kau?"
"Benar" Dengan cepat orang itu menotok jalan darah
tidur di tubuh seebun Giok hioang.
Ketika ia mendusin kembali dari tidurnya,
pemandangan di sekeliling tempat itu telah berubah,
sekeliling ruangan telah dipenuhi manusia, orang yang
duduk di sudut kiri tak lain adalah si Hakim sakti Ciu
Huang. Di sampingnya secara beruntun duduk Coat-pin taysu
dari siau-lim-pay, Hongpo Tiang-hong, lalu Li Bun- yang
dari bUkit Hong-san dan lain-lainnya, semUanya
berjUmlah empat lima belas orang.
sedangkan di sudut kanan duduk ketua Hian-hongkau,
lalu di sisinya adalah kakek bermata satu dan
empat- lima belas orang jago lainnya.
seebun Giok-hiong mencoba menggerakkan lengan
kanannya, ternyata lengan itu bisa digerakkan dengan
leluasa, agaknya jarum yang ditusukkan pada jalan
darahnya telah dilepaskan.
1840 Diam-diam ia mencoba mengatur pernapasan ternyata
hawa murninya dapat di-alirkan dengan sempurna,
kenyataan ini membuat keberaniannya meningkat.
Terdengar ciu Huang berseru: "Nona seebun, ilmu
hipnotismu betul-betul hebat." seebun Giok-hiong tidak
menanggapi secara langsung, selanya:
"Banyak amat jagoan kalian, oooh, kamu ingin
mengandalkan jumlah banyak untuk mengurungku di
sini?" "Kami semua adalah para wakil yang terpilih untuk
datang berunding dengan nona."
"Di mana orang she-Pek itu?" tanya see-bun Giokhiong
sambil memandang sekejap sekeliling tempat itu.
"Karena ada urusan, ia telah pergi lebih dulu...."
55. Meredanya Badai "Kalau dia sudah pergi, apa lagi yang akan kalian
bicarakan dengan aku?" kata seebun Giok-hiong dingin,
"Aku hanya kalah di tangan orang she-Pek itu, sedang
kalian adalah panglima yang kalah perang di tanganku,


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang bilang panglima yang kalah perang tak boleh
bicara, kalaU kalian yang merundingkan syarat
denganku, bUkankah kejadian ini sangat menggelikan?"
1841 Para jago segera menunjUkkan wajah tersipu-sipu, tak
seorang pun sanggup menjawab, Setelah hening berapa
saat, ketua Hian- hong- kau baru berbicara:
"Kami sedang menjalankan perintah dari tuan Pek
untuk berunding dengan nona seebun."
"Kalau begitu bicaralah" kata seebun Giok-hiong
sambil tertawa. "Kami hanya ingin membujuk nona agar tinggalkan
pikiran untuk merajai dunia persilatan dan tidak
membuat keonaran lagi di dunia" ucap Ciu Huang.
"ooh, kalian ingin membujukku agar mengurungkan
niatku untuk membalas dendam?"
"Meskipun seebun Hong suami istri mati karena kami
kerubuti, namun nona tidak seharusnya menggusarkan
jagad gara-gara persoalan ini."
"Jadi kalian sudah siap untuk bunuh diri di depan meja
abu orang tuaku?" "Bukan begitu, tapi aku berjanji akan berusaha
semampuku untuk mengundang semua jago yang
terlibat dalam peristiwa hari itu untuk melangsUngkan
pertarungan habis-habisan melawan nona, apa bila nona
sanggup menghabisi kami semua, dengan belasan
lembar nyawa untuk ditukar dengan nyawa orang tuamu,
rasanya kau sudah untung banyak."
1842 "semisalnya mereka yang terlibat sudah mati duluan,
apakah kedudukannya akan digantikan putra putrinya?"
"Apakah nona yakin dapat membinasakan kami
semua?" seebun Giok-hiong segera tertawa.
"Tentu saja ada, bukankah peristiwa semalam
merupakan bukti yang nyata?"
" orang bilang, bila seseorang telah mati maka
dendam pun ikut dibawa mati, bila orang itu benar-benar
sudah mati duluan, nona pun tak usah mengusutnya lagi,
sebab kalau ingin mencari dalang yang sebenarnya dari
peristiwa dulu, aku Ciu Huanglah dalang utamanya,
sedang mereka yang lain hanya kena bujukanku."
"Jadi kau ingin menanggung dosa semua orang"
Menurut pengusutanku ada tiga orang yang menjadi
dalang atas kematian orang tuaku, selain kau masih ada
lagi Li Tong-yang serta Thian hok-sang ini"
Tiba-tiba Li Bun- yang menjura seraya menyela:
"Aku Li Bun-yang adalah keturuan dari Li Tong-yang,
sampai waktunya aku bersedia mewakili orang tuaku."
Ciu Huang menghela napas panjang, selanya:
1843 "setengah tahun berselang aku telah dikerubuti orang
sampai terluka parah, jadi nona yang melakukan hal
tersebut?" "Aku juga heran, padahal mereka sudah menusuk
tubuhmu dengan tujuh belas tusukan, kenapa kau belum
juga mampus?" "Cepat atau lambat aku pasti sumbangkan nyawaku ini
kepada nona, kenapa kau mesti terburu napsu..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. kembali katanya:
"Bagaimana nona seebun, setuju tidak dengan usulku?"
"Kalau tidak setuju?"
"Dari pada dikemudian hari nona masih mengacau
ketenangan dunia persilatan, maka lebih baik kita
selesaikan saja persoalan tersebut saat ini juga." seebun
Giok-hiong segera tertawa tergelak.
"Hahahaha...jadi kalian beranggapan punya
kemampuan untuk mengungguli aku sekarang?"
"Bertanding beda sekali dengan pertarungan adu jiwa,
kalau pertarungan biasa mungkin orang hanya mencari
kesempatan untuk meraih kemenangan, sebaliknya kalau
adu jiwa maka tujuannya adalah menghabisi nyawa
musuh, kekuatan yang dipakai pasti berbeda."
1844 "Sayang sekali bukan begitu cara kita menentukan
lemah atau kuatnya ilmu silat seseorang" kata seebun
Giok-hiong sambil bangkit berdiri, "Bila kalian tak
percaya, suruh saja tiga orang yang berilmu paling tinggi
untuk mencoba mengerubuti aku."
"Apakah nona yakin bisa mengungguli kami"
"Aku kan sudah bilang, menentukan kehebatan ilmu
silat berbeda dengan rumus satu tambah satu jadi dua,."
setelah menyapu sekejap para jago, terusnya, "siapa
ingin mencoba"silahkan segera tampil ke depan, tapi
kalau merasa tak mampu menandingi lebih baik jangan
sok pintar hingga menyesal kemudian tak ada guna-nya."
Berubah hebat paras muka para jago, tapi mereka
tahu bahwa gadis itu berilmu dahsyat sehingga tak
seorang pun berani berkutik.
"Bagaimana kalau aku yang mencoba duluan?" seru
Ciu Huang tiba-tiba sambil melompat bangun dan
menerjang ke hadapan lawan.
"Masih ada yang lain?" jengek seebun Giok-hiong.
Bayangan manusia segera berhamburan, belasan
orang serentak melompat bangun.
"Tidak perlu sebanyak itu..."
Li Bun- yang melangkah ke muka, selanya:
1845 "Aku termasuk musuh besar nona, sepantasnya masuk
hitunganmu bukan?" seseorang yang lain segera
menambahkan: "Aku pernah belajar silat dari ciu locian-pwee,
hubungan kami lebih erat daripada hubungan guru dan
murid, sepantasnya ikut masuk bagian pula-"
Ketika seebun Giok-hiong berpaling, ia segera kenali
orang itu sebagai Hongpo Lan, belum sempat Ciu Huang
menghardiknya agar mundur, seebun Giok-hiong telah
berkata duluan sambil tertawa:
"Baik, kalian bertiga saja, silahkan turun tangan" Li
Bun-yang menoleh sekejap ke arah Hongpo Lan, lalu
bisiknya: "Tampaknya ada yang dia andalkan, kau mesti
berhati-hati." "Kalau ia betul-betul mengandalkan ilmu silatnya
untuk mengungguli kita, biar kalah pun aku puas."
Mendadak terdengar ciu Huang membentak keras:
"Nona, berhati-hatilah...."
"serang saja sekuat tenagamu"
"Baik" sebuah pukulan segera dilontarkan ke depan,
Dengan cekatan seebun Giok-hiong mengigos ke
samping, jengeknya sambil tertawa:
1846 "Hebat sih hebat, sayang melenceng satu depa ke
samping, coba rada geser ke kiri" pukulan itu tentu
menyarang dengan jitu."
Ciu Huang mendengus dingin, secara beruntun ia
lancarkan serangkaian pukulan berantai.
Dengan nama besarnya selama puluhan tahun, ilmu
silat si hakim sakti ini memang hebat, dalam waktu
singkat seluruh angkasa telah diliputi hawa pukulan yang
menderu-deru. Li Bun-yang serta Hongpo Lan hanya bersiap siaga di
kedua sisi arena, namun mereka enggan menyerang
secara sembarangan Dengan tindakan tersebut, terpaksa see- bun Giokhiong
harus pecahkan konsentrasinya untuk berjaga-jaga
terhadap kedua orang lawannya itu.
serangan dari ciu Huang makin lama semakin gencar,
tapi ilmu berkelit dari seebun Giok-hiong luar biasa,
setiap kali angin pukulan menyerang tiba, ia selalu dapat
menghindarinya berapa inci saja dari sasaran semula,
Dalam waktu singkat lima enam puluh gebrakan sudah
lewat, bukan saja ciu Huang gagal melukai seebun Giokhiong,
untuk memaksanya mundur selangkah pun tidak
berhasil, kenyataan ini membuat hatinya mulai gelisah.
1847 sementara Li Bun-yang serta Hongpo Lan berharap
dari sisi arena untuk memperoleh satu kesempatan
bagus guna melukai seebun Giok-hiong, paling tidak
mereka berharap serangannya bisa mengalutkan gerakan
tubuh lawan. siapa tahu meski sudah menunggu puluhan
jurus, kesempatan itu belum juga kelihatan. Mendadak
terdengar seebun Giok-hiong berseru merdU: "Hati-hati,
aku akan mulai menyerang." sebuah serangan gencar
dilontarkan Waktu itu Ciu Huang sedang gelisah, semangatnya
kontan berkobar begitu melihat musuhnya melancarkan
serangan balasan,sambil membentak ia sambut
datangnya serangan itu dengan keras lawan keras.
setelah gagal meraih kemenangan, harapannya kini
tertumpu pada kesempurnaan tenaga dalamnya, ia
berharap dengan andalkan kehebatan tenaga dalamnya
ia bisa mengungguli lawan.
sembari menyambut datangnya pukulan itu, ia
berpikir: "Sekali pun pukulan ini tak berhasil melukai lawan,
paling tidak aku akan memaksanya sama-sama
menderita kerugian."
siapa tahu begitu tenaga pukulannya saling beradu
dengan tenaga lawan, ia merasa seakan-akan pukulan itu
menghantam di tubuh seekor ular air, begitu licin telapak
1848 tangan lawan, tahu-tahu kekuatan yang sangat dahsyat
itu sudah tergelincir ke samping.
Pukulan itu meluncur lewat dari depan dadanya
langsung menumbuk Li Bun-yang yang berada disana.
Gagal untuk mengendalikan kekuatan yang
dipancarkan itu dengan perasaan kaget ciu Huang
berseru: "Hati-hati keponakan Li"
Li Bun-yang segera menyadari akan datangnya
bahaya, cepat-cepat dia ayunkan tangannya untuk
menangkis, meski begitu tak urung tubuhnya tergetar
mundur juga sejauh dua langkah.
sambil tertawa terkekeh-kekeh seebun Giok-hiong
segera berseru: "Ciu tayhiap. hebat betul pukulanmu" Dengan
mementangkan kelima jari tangan kanannya ia coba
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan Ciu
Huang. Buru-buru si Hakim sakti ini menarik tangannya sambil
berkelit ke samping, tangan kirinya mengeluarkan jurus
aneh dan berputar ke belakang untuk menggempur bahu
kiri gadis tersebut seebun Giok-hiong miringkan tubuhnya, ia tidak
bermaksud menghindarkan diri sebaliknya malah
menyongsong datangnya gempuran itu dengan bahunya.
1849 Begitu tenaga pukulan Ciu Huang menggempur di atas
bahu gadis itu, sekali lagi tenaga pukulannya tergelincir
ke samping, kali ini menggempur tubuh Hongpo Lan.
Buru-buru Hongpo Lan silangkan tangannya untuk
membendung serangan tersebut ia segera merasakan
betapa dahsyatnya kekuatan itu hingga membuat
tubuhnya bergetar keras dan mundur beberapa langkah.
Dengan perasaan terkesiap Ciu Huang mundur ke
belakang, serunya tertahan: "Nona, ilmu silat apaan itu?"
seebun Giok-hiong tersenyum, ia tidak menjawab
pertanyaan itu, hanya ujarnya:
"Bila kalian puluhan orang maju menyerang bersama,
maka benturan dari puluhan gulung tenaga pukulan
tersebut pasti akan menimbulkan kekalutan yang luar
biasa." "Kepandaian nona hebat betul-betul ilmu sakti yang
belum pernah dijumpai sebelumnya, bukan saja bisa
menggelincirkan tenaga serangan musuh, bahkan bisa
dipakai untuk menyerang orang lain,"
"Bila kau belum puas, silahkan untuk dicoba lagi." Ciu
Huang berkerut kening, katanya:
"Sekali pun nona berilmu tinggi dan kebal pukulan,
namun belum tentu kau bisa mengungguli kami semua,
selesainya kami gunakan senjata, aku tak percaya nona
1850 bisa menggelincirkan pula ujung senjata yang tajam dari
atas tubuhmu." seebun Giok-hiong mendengus dingin.
"Tampaknya kau tak akan melelehkan air mata
sebelum melihat peti mati, baik-lah, kalau tak percaya,
cobalah sekali lagi dengan menggunakan senjata."
Ciu Huang segera memandang sekeliling arena
sekejap. kemudian serunya dengan suara dalam:
"siapa yang bersedia meminjamkan senjata
kepadaku?" Hongpo Tian hong segera bangkit berdiri, dari sakunya
ia merogoh keluar sebilah pedang pendek, serunya
sambil disodorkan ke muka: "Toako, gunakan senjataku."
Begitu senjata itu diloloskan dari sarung-nya, cahaya
berkilau segera memancar ke-empat penjuru, semua
jago segera menyadari bahwa senjata itu merupakan
sebilah pedang mestika. "Tampaknya pedangku amat tajam" seru seebun Giokhiong
sambil mengawasi pedang itu lekat-lekat.
"Betul, meski tak dapat mengutungi baja, paling tidak
bisa melubangi batu cadas, sanggupkah nona
menghadapi tusukan pedang ini?"
1851 "ltu mah harus dilihat sanggup tidak kau menusUk
tubuhku." jawab seebun Giok-hiong sambil tertawa
nambar. "sudah puluhan tahun aku tidak menggunakan
senjata, tapi untuk menghadapi musuh setangguh nona
hari ini, terpaksa aku harus melanggar kebiasaanku."
"Terima kasih atas pujianmu, silahkan turun tangan."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hati-hati nona...."
pedangnya ditusuk. ke muka, dua kuntum bunga
pedang segera menyergap dua buah jalan darah penting
di tubuh lawan. Dengan cekatan seebun Giok-hiong berkelit ke
samping, ia belum juga turun tangan.
Bagaimanapun juga Ciu Huang adalah seorang
pendekar besar yang ternama, tentu saja ia merasa amat
malu karena harus menghadapi seorang gadis muda
dengan senjata tajam, apalagi ditonton banyak orang.
Maka sambil menarik kembali senjatanya ia berseru:
"Nona tak perlu sungkan-sungkan, turun tangan saja
sesukamu." "Bila aku membalas, dalam sepuluh gebrakan aku
pasti berhasil merampas pedang pendekmu."
Ciu Huang termenung berpikir sesaat, katanya lagi:
1852 "Aku percaya mungkin saja nona benar-benar memiliki
kemampuan seperti itu, silahkan turun tangan"
Kembali pedangnya disodok ke depan melancarkan
totokan. seebun Giok-hong segera memutar tangan kanannya
dan berusaha mencengkeram pergelangan tangan kanan
ciu Huang yang menggenggam pedang.
Buru-buru ciu Huang menarik tangan-nya, kali ini
pedangnya menyergap dari bawah ke atas.
Dengan tangan kanannya Seebun Giok-hiong
menggiring permainan pedang lawan, sementara tangan
kirinya bagaikan bayangan menyambar lagi ke arah
pergelangan tangan kanan orang tua itu.
Pertarungan segera pecah dengan amat serunya,
kedua belah pinak sama-sama berusaha untuk
merobohkan lawannya. Mendadak terdengar bentakan nyaring bergema
memecahkan keheningan: "Lepas tangan"
Bayangan tangan yang saling menyambar mendadak
lenyap tak berbekas, Ketika semua orang mengalihkan
perhatiannya, maka tampaklah jari tangan kiri seebun
Giok-hiong telah mencengkeram pada pergelangan
tangan kanan Ciu Huang, sebaliknya Ciu Huang
menggenggam pedang pendeknya kencang-kencang.
1853 Kedua belah pihak saling bertahan berapa saat lamanya,
tiba-tiba Ciu Huang mengayunkan tangan kirinya
melepaskan satu pukulan. seebun Giok-hiong menyambut serangan itu dengan
tangan kanannya, dengan suara dingin jengeknya:
"Aku dengar ciu tayhiap menjadi tenar karena
andalkan tenaga dalamnya yang sempurna, hari ini aku
harus menjajal kehebatanmu itu."
Ciu Huang tidak mengucapkan sepatah kata pun,
diam-diam ia kerahkan tenaga dalamnya untuk
menumbuk tubuh lawan, satu-satunya kesempatan
baginya untuk mengalahkan seebun Giok-hiong adalah
memaksanya beradu tenaga dalam, sebab akal muslihat
gadis tersebut susah baginya untuk menghadapinya.
siapa tahu apa yang kemudian tcrjadi sama sekali
diluar dugaan para jago, setelah saling menyerang
selama seperminum teh lamanya, butir keringat mulai
membasahi jidat Ciu Huang, sebaliknya keadaan seebun
Giok-hiong tetap tenang saja tanpa kekurangan sesuatu
apa pun. Ketua Hian- hong- kau yang pertama-tama melihat
gelagat tak beres, ia melompat bangun sambil berteriak
keras: "Ciu tayhiap. cepat hentikan seranganmu."
1854 Sesungguhnya Giu Huang sendiripun merasa gelagat
tidak beres, ia merasa tenaga dalamnya yang mengalir
keluar dari tubuhnya seakan-akan pasir yang disebar ke
dalam samudra, sedikit pun tidak memberikan reaksi, ia
sadar keadaan seperti ini tidak benar, tapi ia pun tak bisa
mengundurkan diri dengan begitu saja, terpaksa sambil
menggertak gigi ia melanjutkan serangannya. sampai
ketua Hian-hong-kau berteriak keras ia baru
menghentikan serangannya sambil menegur: "Nona, ilmu
apaan yang kau latih?"
"Ilmu sakti pelumat tenaga" jawab Seebun Giok-hiong
tenang. "Ilmu sakti pelumat tenaga?"
"Benar, biar pun tenaga dalam Ciu tayhiap lebih hebat
pun tak nanti kau bisa bertahan selama satu jam."
Ketua Hian- hong- kau menghela napas panjang,
ujarnya: "Aku lihat semua ilmu silat terjahat di dunia rupanya
sudah kau pelajari semua?"
"Kaucu .terialu memuji...." Dengan pandangan dingin
gadis itu menyapu para jago sekejap lalu terusnya, "Aku
sudah berjanji kepada Pek Si-hiang untuk tidak melukai
kalian selama tiga bulan...."
1855 "Pek Si-hiang?" seru ketua Hian- hong- kau, "Kau
maksudkan pemuda berbaju hijau itu?"
"Kenapa" Kalian pun kenal?"
"Rasanya Pek Si-hiang bukan nama seorang pria?"
"Perduli dia lelaki atau wanita, pokoknya aku telah
berjanji untuk tidak melukai kalian dalam tiga bulan
mendatang, tapi jika kalian tetap menghalangi
kepergianku sekarang, jangan salahkan jika aku tidak
memegang janji" dengan langkah lebar ia keluar
dari situ. setelah menyaksikan kemampuan see- bun Giok-hiong
dalam menghadapi Ciu Huang tadi, para jago sudah
menaruh rasa jeri kepadanya, maka tak seorang pun
berani menghalangi jalan perginya.
setibanya di depan pintu, seebun Giok-hiong berpaling
dan katanya lagi tiba-tiba.
"Kalian masih punya kesempatan untuk hidup selama
tiga bulan lagi, selewatnya tiga bulan, setiap saat kalian
bisa mampus." Ketika selesai bicara, tubuhnya telah melesat pergi
sejauh berapa kaki dari posisi semula.
Memandang bayangan punggung seebun Giok-hiong
yang menjauh, pelan-pelan phang Thian-hua berkata:
1856 "Kalau kita melepaskan harimau pulang gunung,
selanjutnya dunia persilatan tak pernah akan tenang
kembali." Ketua Hian- hong- kau menghela napas pula,
katanya: "Kita masih punya waktu selama tiga bulan untuk
melakukan persiapan, aaaaai..Jika dalam tiga bulan ini
kita bisa menggalang persatuan dalam dunia persilatan
untuk bersama-sama menghadapinya, sekali pun ilmu
silatnya hebat dan ia menguasai berbagai macam ilmu
sesat dalam kolong langit, paling tidak kita masih bisa
mengimbanginya, justru yang kutakuti adalah terjadinya
saling gontok gontokan di antara kita sendiri, hal
semacam ini pasti akan memberi peluang kepadanya
untuk mempersiapkan diri"
Mendadak terlihat tubuh Ciu Huang limbung lalu jatuh
terduduk. wajahnya memperlihatkan rasa kepenatan
yang luar biasa. Dengan langkah lebar Phang Thian-hua
menghampirinya, sebuah botol porselin di keluarkan dari
saku lalu menuang dua butir pil warna merah, katanya
sambil menyodor-Kan pil itu:
"saudara Ciu, bagaimana kalau mencoba kemanjuran
pil buatanku?" "Aaaai... aku sudah tua, tidak berguna lagi" kata Ciu
Huang sambil menghela napas dan membuka matanya,
1857 ia segera terima pil itu dan ditelannya, selama berkelana
dalam dunia persilatan ciu Huang banyak membantu
kaum lemah untuk menindas kaum laknat, selama ini
belum pcrnah ia menderita kekalahan di tangan orang,
secara lamat-lamat nama besarnya telah sejajar dengan
nama besar keluarga Hong-san.
Maka beberapa patah kata yang diucapkan dari
mulutnya itu segera mendatangkan suasana kelabu bagi
yang mendengar-nya. Li Bun-yang segera berkata:
"Aku pernah mendengar ibuku berbicara tentang ilmu
sakti pelumat tenaga, konon ilmu tersebut merupakan
sejenis ilmu silat yang sangat jahat, jadi bukan
kemampuan locianpwee yang tak bisa menandinginya."
senyuman tersungging di ujUng bibir Ciu Huang,
pelan-pelan dia pejamkan matanya dan mulai mengatur
pernapasan, agaknya ucapan Li Bun-yang itu telah
memberikan hiburan yang besar baginya.
Mendadak Coat-pin taysu bangkit berdiri seraya
berkata: "Aku harus berangkat duluan untuk kembali ke kuil
siau-lim serta melaporkan semua yang telah kulihat dan
kualami kepada ketua, agar kami bisa membuat
persiapan sejak awal."
1858 Ketua Hian- hong- kau segera maju mendekat dan
memberi hormat, sahutnya:
"selama ini siau-lim-pay dianggap sebagai tonggak
dunia persilatan, setiap gerak gerik partai kalian sangat
mempengaruhi keadaan dunia kita, oleh sebab itu
apabila ketua kalian bersedia tampilkan diri untuk
memimpin kita semua, aku percaya setiap orang gagah
pasti bersedia untuk mentaati setiap kata- katanya,"
Coat-pin taysu menghela napas panjang, "Aaaai...
wibawa kuil kami sudah sirna, buktinya anak murid kami
berani membuat keonaran di hadapanku, dalam hal ini
aku yakin ketua kami tak akan berdiam diri saja, cuma
apakah beliau bersedia memimpin para jago hal ini perlu
dirundingkan dulu sebelum menjawab, tapi percayalah,
aku pasti akan sampaikan semua pesan kaucu kepada
ketua kami." "Harap taysu sudi membujuknya."
"Aaaai... orang persilatan banyak yang mengatakan
bahwa ketua Hian- hong- kau adalah seorang manusia
emosional dan merupakan pentolan dari suatu organisasi
yang penuh misteri, keseraman dan kengerian, tapi
setelah perjumpaan hari ini baru kuketahui bahwa kaucu
bukan cuma pintar, kau pun terhitung seorang pendekar
wanita yang menjunjung tinggi keadilan serta kebenaran,
tampaknya berita sensasi dalam dunia persilatan
memang tak bisa dipercayai dengan begitu saja."
1859 Apa yang dikatakan coat-pin taysu justru merupakan
masalah yang tidak dipahami pula oleh para jago, tanpa
terasa perhatian mereka sama-sama dialihkan ke
arahnya. Ketua Hian- hong- kau tahu bahwa masalah seperti ini
sulit baginya untuk menjelaskan maka dengan suara
hambar katanya: "Mungkin lantaran gerak gerik dan sepak terjang
organisasi kami serba aneh dan misterius, maka berita
semacam ini sampai beredar dalam dunia persilatan, jadi
tak bisa menyalahkan orang lain."
sambil tertawa Coat-pin taysu manggut-manggut.
"Kaucu betul-betul seorang pendekar wanita sejati,
apabila kau bisa membuka lebar sepak terjang organisasi
Hian- hong- kau dalam dunia persilatan, aku yakin tak
sulit bagimu untuk berdiri sebagai salah satu kekuatan
yang patut diperhitungkan dalam dunia persilatan-"
Ketua Hian- hong- kau ikut tertawa.
"Sepak terjang kami merupakan peraturan yang sudah
turun temurun dalam perkumpulan kami, jadi kendatipun
aku berniat untuk berbUat demikian, namUn sulit rasanya
untuk mengubah tradisi kami ini dalam waktu yang amat
singkat" 1860 "Apa yang telah kuucapkan tadi hanya merupakan
ucapan sambil lalu saja, kaucu jangan sakit hati atau
tersinggung...." Kemudian setelah memberi hormat,
tambahnya: "Kalau begitu aku mohon diri lebih dulu." selesai
berkata dengan langkah lebar ia berjalan meninggalkan
ruangan tersebut setelah mengalami kejadian yang sama
sekali diluar dugaan ini, antara sesama jago tanpa terasa
telah timbul suatu ikatan batin yang sangat mendalam,
serentak kawanan jago itu bangkit berdiri untuk
menghantar keberangkatan pendeta itu.
Phang Thian-hua yang selama ini tak pernah
berhubungan dengan orang persilatan pun tiba-tiba
bangkit berdiri seraya berkata:
"Selama ini aku hanya tahu mengurusi masalahku
sendiri dan jarang sekali berhubungan dengan dunia
persilatan...." setelah berhenti sejenak dan menyapu sekejap
kawanan jago di hadapannya, ia melanjutkan "Mulai detik
ini aku berjanji akan mengubah sifat menyendiriku itu,
sekembaliku ke perkampungan Pit-tim-san-ceng, pasti
akan kubuka pintu perkampunganku lebar- lebar, siapa
saja kawan persilatan yang hendak singgah ke rumahku,
tentu akan ku-sambut kehadirannya dengan senang
hati." 1861 "Apabila Phang cengcu bersedia membuka diri,
dengan ilmu pertabiban dan pengobatan yang kau
kuasahi, tindakan ini pasti akan memberi banyak
keuntungan bagi umat persilatan-" seru ketua Hianhong-
kau. Phang Thian-hua tertawa terbahak bahak,
"Hahahaha... setelah mengalami kejadian yang luar
biasa ini, sifat serta watakku benar- benar telah
mengalami banyak perubahan semoga saja dengan sisa
hidupku ini aku bisa berbakti demi umat persilatan...."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setelah mendehem beberapa kali lanjut-nya:
"Akupun harus berangkat duluan, dalam
perkampungan Pit-tim-san-ceng masih ada beberapa
orang yang bisa kumanfaatkan, aku harus pulang untuk
mempersiapkan diri,"
Habis berkata dengan membawa tongkatnya ia
beranjak keluar dari ruangan itu. Ketua Hian- hong- kau
menyapu sekejap para jago yang tersisa, kemudian
katanya: "Kini Pemiiik bunga bwee sudah pergi, aku rasa kalian
pun perlu pulang untuk mempersiapkan diri,"
Di antara para jago yang hadir di sana, kalau bukan
seorang pentolan suatu daerah tentu merupakan
pendekar kenamaan dalam dunia persilatan, tapi setelah
mengalami banyak kejadian dalam pertemuan kali ini,
pikiran maupun perasaan mereka telah mengalami suatu
1862 perubahan yang sangat aneh, ambisi mereka terasa
tenggelam bahkan hubungan batin antara mereka pun
terasa bertambah kental. Apalagi perkataan seebun Giok-hiong sebelum
meninggalkan tempat itu, ancaman tersebut telah
meninggalkan selapis bayangan gelap dalam perasaan
mereka, semua orang dapat meras akan bahwa
perkataan seebun Giok-hiong bukan cuma gertak sambal.
Tiga bulan kemudian setiap saat mereka ada
kemungkinan menghadapi ancaman maut, hanya tidak
diketahui siapa yang bakal menjadi korban pertama,
padahal ilmu silat perempuan itu sangat hebat, para jago
mengerti bahwa kekuatan mereka tak seorang pun bisa
menghadapinya. Melihat para jago hanya duduk
termenung dengan wajah serius, terpaksa ketua Hianhong-
kau berkata lagi: "Walaupun pemilik bunga bwee keji dan buas tapi ia
sangat menepati janji, setelah berjanji tak akan membuat
keonaran dalam tiga bulan mendatang, aku percaya dia
pasti akan menepatinya. Dalam persilatan ada pepatah
yang mengatakan: Ada rejeki tentu bukan bencana,
kalau ada bencana tentu susah dihindari Aku rasa
masalah terpenting yang kalian hadapi sekarang adalah
bagaimana memanfaatkan kesempatan selama tiga bulan
ini, jika kalian belum apa-apa sudah takut dengan
kehebatan ilmu silat Pemilik bunga bwee hingga
1863 kehilangan keberanian sendiri, bukankah hal ini sama
artinya dengan menunggu saat ajal saja?"
"Ucapan kaucu betul" sahut seseorang dengan suara
berat, "Jika harus mati, paling tidak kita harus mati
secara jantan-" Ketika para jago berpaling, ternyata sipembicara
adalah si kepalan sakti tanpa tandingan Liok Gi-wan.
orang ini sudah mengundurkan diri dari dunia persilatan
sejak sepuluh tahun berselang, tak disangka kali ini pun
ikut muncul untuk memenuhi undangan Pemilik bunga
bwee. Tampaknya ucapan itu segera membangkitkan
kembali semangat para jago, serentak mereka bangkit
berdiri sambil berseru: "Perkataan guru Liok sangat tepat, kalau memang
harus mati, kita harus mati secara jantan."
Ketua Hian- hong- kau segera mengangkat tangannya
tinggi-tinggi untuk memberi tanda, serentak para jago
menjadi tenang kembali. setelah melalui peristiwa ini, tanpa disadari ketua
Hian- hong- kau telah menjadi pemimpin kawanan jago
tersebut Terdengar ketua Hian- hong- kau berkata:
"Sesungguhnya kalian pun tidak usah memandang
kelewat tinggi kemampuan Pemilik bunga bwee, kalian
1864 manusia, dia juga manusia, bukan berarti di dunia ini tak
ada orang yang tak mampu melampaui kemampuannya,
seperti contohnya Pek siangkong yang berbaju hijau itu,
dia telah menjadi tandingan Pemilik bunga bwee, dalam
adu otak berulang kali Pemilik bunga bwee dapat
dipecundanginya, aku yakin asal ia mau mencampuri
urusan ini maka posisi kita masih bisa diselamatkan, apa
lagi dia sengaja mengatur waktu kosong selama tiga
bulan, aku percaya ia pasti mempunyai tujuan
tertentu..." "Betul juga perkataan kaucu" seru para jago serentak.
"oleh sebab itu kalian boleh pulang dengan perasaan
lega, usahakan membuat persiapan sebanyak mungkin,
lebih baik lagi jika kalian bisa saling membuat kontak dan
hubungan, dengan kekuatan yang lebih besar pasti
pengaruhnya akan lebih hebat." serentak para jago
memberi hormat seraya berseru:
"Kami pasti akan menuruti perkataan kaucu, waktu
lebih berharga daripada emas, kami akan mohon diri
lebih dulu." Ketua Hian- hong- kau manggut-manggut, katanya
lagi: "Mungkin saja ketua siau-lim-pay bersedia menerima
permintaan coat-pin taysu untuk tampilkan diri
memimpin kita semua, bila hal ini sampai terjadi, dalam
1865 dua bulan mendatang kalian pasti sudah mendapatkan
beritanya, nah waktu sangat berharga bagi kita
sekarang, kini kalian boleh segera berangkat"
serentak para jago memberi hormat kepada ketua
Hian- hong- kau dan mohon diri
Dalam waktu singkat sebagian besar kawanan jago itu
sudah berpamitan dan meninggalkan tempat itu.
Bersambung ke Bagian Kedua
1866 ~Pedang Keadilan~ Karya: Tjan ID Ebook by : Dewi KZ & AAA dimhader
http://kangzusi.com/ Pedang Keadilan Bagian BAB 1. Siasat Lelaki Tampan
Dalam klsah "Pedang Keadilan" bagian pertama
dikisahkan bagaimana kawanan jago dunia persilatan
dibuat kocar-kacir oleh kehebatan ilmu silat Seebun Giokhiong,
bahkan sebagian jago terpengaruh oleh ilmu
hipnotis hingga takluk kepada jago wanita tersebut.
Beruntung sekali di saat terakhir muncul Pek Si-hiang
menyelamatkan jiwa mereka, bahkan berhasil Seebun
Giok-hiong untuk berjanji tak akan mengganggu para
jago dalam tiga bulan mendatang.
Untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi Seebun
Giok-hiong tiga bulan kemudian, di mana jago
1867 perempuan itu telah mengancam akan menumpas
mereka semua, para jago telah berpamitan kepada ketua
Hian-thian-kau dan ciu Huang sekalian untuk kembali ke
perguruan masing-masing guna mempersiapkan diri,
Dalam waktu singkat, hampir sebaglan besar jago-jago
silat itu telah pergi meninggalkan kompleks pekuburan
Liat-hu-bong. Yang tersisa dalam ruangan saat itu tinggal
ciu Huang, Li Bun-yang, ketua Hian-hong-kau, kakek
bermata satu serta Hongpo Tiang-hong ayah beranak
tujuh Orang. Setelah suasana hening beberapa saat lamanya, ketua
Hian-hong-kau berpaling kearah kakek bermata satu itu
sekejap, lalu tanyanya pelahan: "Bagaimana menurut
pendapat locianpwe?"
Agak gelagapan kakek bermata satu itu menghadapi
pertanyaan yang disampaikan secara mendadak itu,
setelah tertegun sesaat ia balik bertanya: " Kaucu, apa
maksud pertanyaanmu itu?"
"selama ini locianpwe lebih suka hidup menyendiri,
jadi aku ingin tahu bagaimana keputusan cianpwe dalam
masalah ini, bersediakah kau melibatkan diri dalam
pertikaian dunia persilatan ini?"
setelah termenung cukup lama, jawab kakek bermata
satu itu: "Sisa hidupku sudah tidak banyak, lagipula
sudah lama aku segan mencampuri urusan dunia
persilatan. selama ini aku mengikuti kaucu karena aku
mendapat titipan hingga terpaksa harus memenuhi janji
tersebut, jadi bila kaucu bersedia membebaskan diriku,
aku akan sangat berterima kasih."
1868 "Sesungguhnya tidak baik kupaksakan kehendakku
atas diri cianpwe, tapi berhubung masalah ini mempunyai
akibat yang luar biasa, lagipula meski kita tidak mencari
Seebun Giok hiong, perempuan itu pun tak akan
membebaskan kita. Demi keutuhan perkumpulan Hianhong-
kau, tidak seharusnya locianpwe mencuci tangan
dalam persoalan ini."
"Kecerdikan kaucu sangat menonjol, kemunculanmu
sudah cukup memenuhi harapan para jago, apalah
artinya kekuatanku satu orang?"
Ciu Huang yang selama ini duduk mengatur napas
tiba-tiba membuka matanya, lalu sambil berdiri ia
menegur: "Siang Lam-ciau ..."
Gemetar keras tubuh kakek bermata satu itu, tapi
dengan penuh amarah teriaknya: "siapa yang kau sebut
siang Lam-ciau?" "Ha ha ha... inilah yang disebut belum digebuk sudah
mengaku sendiri. Dalam ruangan ini toh tak ada orang
lain yang bernama siang Lam-ciau, kenapa saudara siang
mesti marah?" Kakek bermata satu itu tertegun, akhirnya ia
menghela napas sedih, "Betul, aku memang siang Lamciau"
katanya. Ciu Huan tertawa terbahak-bahak. dengan langkah
lebar ia menghampiri kakek itu dan ujarnya lagi: "Ketika
tersiar berita kematianmu dalam dunia persilatan, aku
sudah tahu bahwa kau tak bakal mati. Wajahmu
menunjukkan bahwa usiamu panjang, mungkin
kematianmu malah jauh di belakang aku si manusia Ciu."
1869 "Aaaai.. siang Lam-ciau sudah lama mati, yang tersisa
sekarang hanya sesosok tubuh yang tua renta."
"Bukankah kau masih hidup segar bugar?" kata Ciu
Huan tertawa, setelah berhenti sejenak. sambungnya:
"Meskipun matamu buta sebelah, namun kebutaanmu
tidak mengubah sama sekali raut wajahmu. sejak
bertemu denganmU pertama kali tadi aku sudah bisa
mengenalimu. " sekilas perasaan sedih bercampur murung menyelimuti
wajah siang Lam-ciau yang penuh keriput, pelan-pelan
ujarnya: "Selama banyak tahun terakhir aku hidup
menyendiri, putus hubungan dengan semua rekan lama,
sungguh tak nyana puluhan tahun kemudian saudara Ciu
masih bisa mengenali diriku."
"Sekalipun saudara Siang hidup menyendiri dan putus
hubungan dengan sobat-sobat lama, namun nama
besarmu masih sering muncul dalam dunia persilatan."
"Yaa, tentang hal ini akupun pernah mendengar."
siang Lam-ciau manggut-manggut.
"Gara-gara ingin melacak kejadian ini, aku sudah
membuang waktu selama berbulan-bulan lamanya ..."
"Kau berhasil melacak orang yang mencatut namaku
itu?" "Tidak, ia berilmu silat sangat tinggi, jejaknya sukar
dilacak, suatu malam aku berhasil mengikutinya hampir
semalaman, bahkan berhasil adu kekuatan dengannya,
tapi pada akhirnya ia toh berhasil meloloskan diri.."
sesudah mendeham beberapa kali, lanjutnya: "Terus
terang saja aku bilang, ketika itu aku sudah menganggap
1870 bahwa orang tersebut benar-benar adalah saudara siang
pribadi, oleh sebab itu aku tidak berusaha untuk
melacaknya lebih jauh."
"sayang sekali selama beberapa tahun aku
terbelenggu oleh suatu masalah," kata siang Lam-ciau
dengan kening berkerut, "Sehingga aku tak sempat
menyisihkan sedikit waktu untuk menyelidiki persoalan
itu." Ciu Huan tertawa. "Sepak terang saudara siang selalu
aneh dan sukar diduga, kemampuanmu untuk
meramalkan kejadian besar yang bakal terjadi dalam
dunia persilatan termasuk juga suatu pekerjaan besar
yang amat bermanfaat bagi umat persilatan ..."
"Aku bersumpah orang itu bukan diriku pribadi" tegas
siang Lam-ciau dengan wajah serius.
" orang itu benar-benar bukan saudara siang?" Ciu
Huan termangu-mangu. "Bukan" "Kalau begitu aneh sekali, kecuali saudara siang siapa
lagi yang sanggup memukul mundur diriku hingga
terlempar sejauh dua langkah?"
"Aku tahu siapa orang itu" sela ketua Hian-hong-kau
tiba-tiba. "siapa?" "Seebun Giok-hiong"
"Seebun Giok-hiong" Yaa betul, pasti dia..." seru Ciu
Huan seolah-olah baru sadar ia mengalihkan pandangan
matanya ke wajah siang Lam-ciau kemudian lanjutnya: "
1871 Waktu itu aku benar-benar mengira orang tersebut
adalah saudara siang, bahkan memanggil-manggil
namamu, Namun orang itu tidak menggubris bahkan
mempercepat langkahnya untuk berlalu."
Berkilat mata tunggal siang Lam-ciau, ia seperti
hendak mengucapkan sesuatu tapi niat tersebut
kemudian diurungkan Kembali ketua Hian-hong-kau berkata: " orang itu
sengaja mencatut nama siang lo-enghiong, tujuannya tak


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lain adalah ingin meminjam ketenaran dan kewibawaan
siang loenghiong untuk menyampaikan pesan dan
tujuannya apalagi apa yang ia siarkan kemudian terbukti
menjadi suatu kenyataan selain see-bun Giok-hiong,
siapa lagi yang memiliki kemampuan seperti ini?"
"Tampaknya generasi muda sudah saatnya
menggantikan generasi tua. Kecerdasan maupun ilmu
silat yang dimiliki Seebun Giok-hiong, semua jauh di atas
kemampuan kita semua. Aku lihat cuma kaucu seorang
yang mampu mengimbangi kecerdasan otaknya, Kaucu,
bagaimana kalau kau yang memimpin kita semua dalam
menghadapi peristiwa besar ini?"
"Nama serta wibawa Ciu tayhiap jauh di atas
kemampuanku, kalau ingin mencari pemimpin,
sepantasnya kaulah yang memangku jabatan tersebut..."
"Tidak bisa, tidak bisa . , ." Ciu Huan goyangkan
tangannya berulang kali. "Dalam beradu otak jelas aku
kalah jauh, bila kaucu bersedia memangku jabatan itu,
aku pasti akan membantumu dengan sepenuh tenaga"
"Ucapan ciu tayhiap sangat tepat" sambung Hongpo
Tiang-hong pula, " Harap kaucu tidak menampik lagi."
1872 Ketua Hian-hong-kau berpikir sebentar, lalu ujarnya: "
Kalau kita bisa menemukan tuan Pek..."
Tiba-tiba terlihat bayangan manusia berkelebat lewat,
seorang pemuda tampan berbaju serba hijau telah
muncul di tengah ruangan, Berdebar jantung ketua Hianhong-
kau setelah melihat jelas siapa yang muncul,
teriaknya tertahan: "Lim ..."
Tapi ia segera sadar kalau salah bicara, buru-buru
mulutnya dibungkam kembali. Kebanyakan mereka yang
masih tertinggal dalam ruangan ini kenal dengan si
pendatang tersebut orang itu tak lain adalah Lim Hankim.
Cepat-cepat Hongpo Lan maju menghampiri
menggenggam tangannya dan menegur: "saudara Lim,
baik-baikkah kau?" "Aku baik sekali, terima kasih atas perhatian saudara
Hongpo," jawab Lim Han-kim cepat.
"Apakah tadi saudara Lim juga hadir di sini?"
"Yaa, aku membaurkan diri dalam kerumunan orang
banyak. jadi semua peristiwa yang berlangsung di sini
dapat kuikuti dengan jelas sekali,"
"Apakah kau selalu bersama dengan orang she-Pek
itu?" sela ketua Hian-hong-kau tiba-tiba.
"Benar," jawab Lim Han-kim tertegun, "Li..."
Ketua Hian-hong-kau mendeham berat memotong
ucapan Lim Han-kim yang belum selesai, selanya:
"sebetulnya orang dari marga Pek itu seorang pria atau
wanita?" 1873 Mendadak terdengar seseorang tertawa terkekehkekeh,
sambungnya: "sebetulnya apa maksud kaucu
begitu menaruh perhatian kepadaku?"
Ketika para jago berpaling, terlihat seorang pemuda
berbaju hijau dengan bersandar pada bahu seorang
kacung kecil pelan-pelan berjalan masuk ke dalam tenda.
Dengan langkah lebar ketua Hian-hong-kau
menyambut kedatangannya seraya berseru: "Terima
kasih banyak kami ucapkan atas bantuan dari saudara..."
ia berhenti sejenak. lalu terusnya: "Aku tidak tahu
mesti memanggil saudara atau nona kepadamu?"
"Terserah mau panggil apa sajalah" jawab orang itu
tertawa, "Terima kasih banyak atas bantuan tuan Pek yang
menyelamatkan kami semua dari mara bahaya, kami
merasa sangat berhutang budi..."
" Kalian tak perlu berterima kasih kepadaku kalau
harus berterima kasih, bersyukurlah pada nasib kalian
sendiri yang baik sehingga tidak sampai terkubur di
tempat ini." "Tampaknya tuan Pek sudah mempunyai perhitungan
yang masak hingga sekali gebrakan berhasil
menaklukkan Seebun Giok-hiong." Kembali orang berbaju
hijau itu tertawa. "Aku tak suka mengibul, sesungguhnya
kemenanganku diraih karena keberuntunganku saja,
sedang kekalahan Seebun Giok-hiong adalah kekalahan
yang tragis, seandainya dia tidak kelewat sombong
1874 sehingga persiapannya jadi agak kedodoran, mustahil ia
bakal menderita kekalahan total..."
setelah melirik Lim Han-kim sekejap. terusnya:
"Padahal seharusnya kalian berterima kasih kepada
saudara Lim ini. Kalau dia tidak membantu secara diamdiam,
mungkin tubuh kalian sudah tinggal abu sekarang,"
Ciu Huan tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha.. ayah
harimau tak bakal beranak anjing, Nak. sejak
kemunculanmu dalam dunia persilatan banyak kejadian
besar yang menggemparkan telah kau lakukan.
Keberhasilanmu ini cukup membuat arwah ayahmu
tenang dialam baka ..." Mendadak ia merasa telah salah
bicara, buru-buru mulutnya ditutup kembali.
Paras muka Lim Han-kim nampak berubah hebat
menahan gejolak emosi, namun akhirnya ia berhasil juga
mengendalikan diri, katanya pelan: "sebetulnya aku tidak
pantas peroleh pahala itu, sebab aku tak lebih hanya
menjalankan perintah orang."
"Perintah siapa?"
"Nona Pek" jawab Lim Han-kim sambil memandang
orang berbaju hijau itu sekejap.
orang berbaju hijau itu segera berteriak keras sambil
tertawa: "Bagus sekali, akhirnya kau bongkar juga
rahasia identitasku"
"sekalipun tidak ia katakan, sesungguhnya kami
semua pun sudah tahu," sela ketua Hian-hong-kau. "
Hanya saja lantaran nona Pek telah selamatkan jiwa kami
semua, maka kami merasa tidak leluasa untuk
membongkar rahasiamu itu."
1875 "Jika aku tidak mengaku, paling tidak di hati kecilmu
masih setengah percaya setengah tidak. kau bakal
menipu diri sendiri dengan membayangkan aku sebagai
seorang pria." Untung wajah ketua Hian-hong-kau bercadar hitam
sehingga tidak nampak mimik mukanya, namun begitu
kepalanya tertunduk juga dan mulutnya terbungkam
dalam seribu bahasa. orang berbaju hijau itu tertawa tergelak, kepada Ciu
Huan katanya lagi: "Ciu tayhiap. ular tanpa kepala tak
akan jalan, burung tanpa sayap tak bakal terbang, Tiga
bulan adalah masa yang singkat Kalau kalian ingin
menghadapi pemilik bunga bwee, maka cepatlah angkat
seseorang menjadi pemimpin kalian, mungkin dengan
cara persatuan tersebut kalian masih mampu menandingi
musuh." "Bila nona Pek bersedia menjabat kedudukan tersebut,
keadaan tentu lebih menguntungkan" serobot ketua
Hian-hong-kau cepat "Sekalipun aku berniat begitu, sayang kekuatanku tak
mampu untuk memenuhinya."
"Nona Pek tak usah menampik lagi..." seru Ciu Huan
pula, orang berbaju hijau itu gelengkan kepalanya berulang
kali, katanya: "Aku berbicara dengan sejujurnya, Kalau
kurang percaya, tanyakan saja kepada dia"
Tiba-tiba di hati kecil ketua Hian-hong-kau muncul
perasaan kecut bercampur getir, meski sudah tahu siapa
1876 yang dimaksud, ia pura-pura bertanya juga: "siapa sih
dia?" "Lim Han-kim Kau tak perlu menaruh perasaan
macam-macam kepadaku. Kalau hendak menaruh
pcrhatian awasi saja Seebun Giok-hiong"
Lim Han-kim segera merasakan wajahnya merah
bercampur panas, agak tersipu-sipu serunya: "Apa yang
diucapkan nona Pek benar Tubuhnya kelewat lemah,
susah baginya untuk memangku jabatan penting itu"
"Kalau bicara soal pamor, ciu Huan pantas menduduki
jabatan ini" sambung orang berbaju hijau itu.
"Aku tidak mampu, tidak mungkin aku sanggup
memikul tanggung jawab ini" seru Ciu Huan buru-buru.
"Ehmmm, rupanya kau cukup tahu diri .." orang
berbaju hijau itu tersenyum, "Kalau bicara soal
kecerdasan otak. semestinya ketua Hian-hong-kau yang
lebih cocok" Walaupun wajah ketua Hian-hong-kau tertutup oleh
kain cadar hingga tidak tampak perubahannya tapi
perkataan dari orang berbaju hijau tadi tepat menghujam
lubuk hatinya, Meski orang lain tidak melihat namun saat
ini dia sudah dibuat tersipu-sipu hingga tak sanggup
mendongakkan kepalanya, jadi ia sama sekali tidak
mendengar apa yang dikatakan orang berbaju hijau
barusan. "Apabila nona Pek tidak bersedia memangku jabatan
sebagai ketua persekutuan, maka ketua Hian-hong-kau
yang paling pantas menduduki jabatan ini," kata Ciu
Huang. 1877 "Yang menjadi masalah adalah di bawah
kepimpinannya, bersediakah para jago menuruti
perintahnya." "Aku bersedia membantu dengan sepenuh tenaga"
seru Ciu Huang memberikan dukungannya.
"Kendatipun pamormu cukup hebat dalam dunia
persilatan, aku kuatir belum tentu para jago yang
menganggap diri dari aliran lurus itu bersedia menuruti
perkataanmu misalnya sembilan partai besar dari dunia
persilatan tidak bersedia memberikan dukungannya
kepadamu, dengan mengerahkan segenap kemampuan
pun kau tetap tak akan mampu menghadapi Seebun
Giok-hiong." "Dari pihak siau-Iim-si sudah ada Coat-pin taysu yang
pulang untuk memberi laporan kepada ketua partainya,
Aku rasa si hwesio tua itu tak bakal berpeluk tangan
belaka." orang berbaju hijau itu termenung berpikir sebentar,
katanya kemudian sambil tertawa: "Aku punya satu
permintaan, bersediakah kalian untuk mengabulkan?"
"Katakansaja nona, kami pasti akan berusaha untuk
memenuhi permintaanmu itu"
"Aku ingin bicara empat mata dengan ketua Hianhong-
kau, bagaimana jika kalian meninggalkan dulu
tempat ini sementara waktu?"
Ciu Huan berpikir sebentar, lalu tanpa mengucapkan
sepatah kata pun dia beranjak keluar dari tenda dengan
langkah lebar, siang Lam-ciau, Hongpo Tiang-hong, Li
1878 Bun- yang serta Hongpo Lan sekalian segera menyusul di
belakang ciu Huan ikut beranjak keluar,
Baru saja Lim Han-kim siap ikut keluar dari situ, orang
berbaju hijau itu telah menarik tangannya seraya
berseru: "Kau harus tetap tinggal di sini"
Terpaksa Lim Han-kim menurut dan duduk kembali,
Menunggu sampai semua jago sudah meninggalkan
tempat itu, orang berbaju hijau itu baru menghampiri
ketua Hian-hong-kau ambil katanya: "Aku mesti turun
tangan atau kau yang melepaskan sendiri cadar mukamu
itu?" Pelan-pelan ketua Hian-hong-kau melepaskan kain
cadar mukanya sehingga terlihatlah raut wajahnya yang
cantik jelita. setelah memperhatikan sekejap, sambil tertawa orang
berbaju hijau itu berkata: "sangat cantik, kecantikanmu
tidak berada di bawah Seebun Giok-hiong. Kau kalah
dalam kegenitan dan kematangan, tapi menang dalam
kelembutan serta kehalusan Namun kalau bicara soal
cinta asmara, mungkin kau bakal kalah saingan."
"Aku lihat umurmu hampir sebanding dengan usiaku,
kenapa bicaramu sok tua?"
"Kalau dilihat pada usiaku yang sudah hampir
berakhir, paling tidak aku memang lebih matang
ketimbang kau..." ucap orang berbaju hijau itu.
setelah berhenti sejenak, ia tarik kembali
senyumannya. Dengan wajah serius terusnya: "Apakah
kau menganggap aku sedang bergurau denganmu?"
1879 "Kau selalu menyinggung soal jodoh, gaya-mu tak
berbeda dengan gaya mak comblang, kenapa" ini pun
kau anggap sebagai masalah serius?"
"Ehmmm... lidahmu lebih tajam dari tombak,
ucapanmu lebih mematikan daripada golok. Tampaknya
dalam soal silat lidah kau masih sanggup menandingi
Seebun Giok-hiong." "Apabila kau berniat melenyapkan bibit bencana bagi
umat persilatan dan selamatkan umat manusia dari
tragedi berdarah, semestinya jangan kau lepaskan
harimau ganas pulang ke gunung dengan membiarkan
Seebun Giok-hiong pergi dari sini, Lain waktu dia akan
muncul kembali sebagai ancaman besar jago-jago silat
sebaliknya bila kau berniat menolong mereka dari
kematian, tampillah ke depan memimpin semua jago dan
bertarung habis-habisan melawan iblis wanita itu"
"Kau sudah selesai bicara?"
"sudah, sekarang aku siap mendengarkan
penjelasanmu." . Dengan wajah bersungguh-sungguh orang berbaju
hijau itu berkata: "Aku hanya secara kebetulan bertemu
dengan kejadian ini. Bila mana dalam gebrakan pertama
aku berhasil mengungguli Seebun Giok-hiong, terus
terang saja hal ini disebabkan nasibku jauh lebih baik


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketimbang dia. Kemenanganku hanya secara kebetulan
saja bisa kuraih, sebaliknya ia kalah dengan penasaran
sekali." "Kata-katamu susah untuk dipercayai dengan begitu
saja, Aku tahu keberhasilanmu mengungguli Seebun
Giok-hiong bukan mengandalkan kecerdikan saja. Dalam
1880 hal ini, ilmu silat serta kecerdasan masing-masing
mempunyai andil separuh"
"Baiklah, aku hendak beritahusatu hal lagi kepadamu,
terserah mau percaya atau tidak, seandainya Seebun
Giok-hiong tidak terlalu cerdik, mungkin aku sudah tewas
di tangannya sejak tadi."
"Apa maksud perkataanmu itu" Aku semakin bingung
..." keluh ketua Hian-hong-kau tidak habis mengerti.
"Padaha kalau kujelaskan masalahnya sederhana
sekali," kata orang berbaju hijau itu sambil tertawa.
"sesungguhnya ia ketakutan karena gertakanku saja
hingga tak berani turun tangan, mengerti kau sekarang?"
"Kau minta aku lepaskan cadar mukaku, apakah hal ini
hanya disebabkan persoalan tersebut?"
" Kalau aku mesti bicara sejujurnya, sebetuinya
kesempatanmu untuk mengungguli Seebun Giok-hiong
kecil sekali..," "Aku mengerti," tukas ketua Hian-hong-kau. "Justru
karena itukah maka kau mencalonkan aku menjadi
pemimpin persekutuan ini, agar aku kalah di tangan
Seebun Giok-hiong, sedang kau menjadi penonton yang
baik untuk kemudian mentertawakan kebodohanku"
"Masalah ini menyangkut mati hidup dunia persilatan,
menyangkut keselamatan jiwa beratus-ratus manusia,
masa aku menganggapnya sebagai barang gurauan
saja..." seru orang berbaju hijau itu.
setelah berhenti sejenak, ia memandang Lim Han-kim
sekejap lalu melanjutkan "Justru karena itulah sebelum
1881 hujan kau mesti sedia payung dengan membuat
persiapan yang cukup"
Ketua Hian-hong-kau termenung dan berpikir sejenak
tiba-tiba ia maju ke muka memberi hormat sambil
serunya: "Aku harap nona Pek sudi memberi petunjuk.
persiapan apa yang sepantasnya kami lakukan?"
orang berbaju hijau itu tidak langsung menjawab,
kepada Lim Han-kim katanya: "Tolong kau berjaga-jaga
di luar, jangan biarkan siapa pun mendekat sampai
radius tiga kaki dari kami."
Lim Han-kim menyahut dan beranjak keluar dengan
langkah lebar. sambil membetulkan letak duduknya
orang berbaju hijau itu berta-nya: "Kau kenal dengan Lim
Han-kim?" "Tentu saja kenal, tampaknya kau sangat
memperhatikan dia?" orang berbaju hijau itu mengerutkan dahinya. "Dia
pernah menyelamatkan jiwaku, Aku sangat berhutang
budi dan berniat membalas budi kebaikannya itu. Karena
itulah aku berniat membantunya, agar ia ternama dan
bisa menjagoi dunia persilatan."
"oooh, rupanya begitu"
sambil tertawa kembali orang berbaju hijau itu
berkata: "Aku bernama Pek si-hiang, dan kau?"
"Li Tiong-hui" "oooh, rupanya nona Li dari keluarga persilatan bukit
Hong-san sejak pertama kali bertemu denganmu, aku
1882 sudah menduga bahwa kau bukan ketua Hian-hong-kau
yang sebenarnya " " Ketua Hian-hong-kau telah berpulang kealam baka.
Atas kepercayaannya sebelum wafat dia menunjuk aku
sebagai ahli warisnya, Aku tak tega menampik
permintaan terakhirnya. Juga tak ingin menyaksikan
partai Hian-hong-kau yang begitu besar terseret kealiran
sesat oleh sebab itulah aku bersedia meneruskan
kedudukannya sebagai ketua partai."
" itulah dia, seandainya aku jadi kau, aku pun tak akan
menampik tawaran tersebut. Dengan menjadi ketua
partai Hian-hong-kau, hal ini akan sangat membantu
sepak terjangmu selanjutnya. Tapi bila kau hanya
andalkan kekuatan Hian-hong-kau saja untuk menandingi
Seebun Giok-hiong, mungkin kekuatanmu masih belum
mampu untuk menandinginya."
"soal ini akupun tahu tapi jika ada kau, Pek si-hiang
yang diam-diam membantu, keadaannya pasti akan jauh
berbeda" "Tampaknya kau sudah bisa meramalkan bahwa aku
pasti akan membantumu ..." seru Pek si-hiang. setelah
tersenyum, lanjutnya: "Tapi sayang dugaanmu kali ini
meleset jauh." Li Tiong-hui tahu, gadis itu sudah membawa
pembicaraan ke soal yang sebenarnya, maka ia tidak
menimbrung lagi bahkan menunjukkan sikap yang
hormat untuk mengikuti perkataannya.
setelah menghela napas panjang Pek si-hiang
bertanya: "Apa rencanamu untuk menghadapi Seebun
Giok-hiong?" 1883 "Hingga kini aku masih belum punya rencana yang
mantap." "Tapi sejak awal Seebun Giok-hiong sudah mempunyai
rencana besar untuk menjagal umat persilatan."
"Tapi dalam pertarungan besar yang berlangsung
selama ini, ia telah menderita kekalahan secara total. Aku
rasa seluruh rencananya pasti akan terpengaruh juga."
"Waktu selama tiga bulan sudah lebih dari cukup bagi
Seebun Giok-hiong untuk menghimpun dan mengatur
kekuatannya kembali. Aku menduga begitu ia bergerak.
maka pembantaian besar-besaran pasti akan dilakukan
lebih dulu sehingga dalam satu gebrakan saja peristiwa
tersebut telah menggemparkan dunia persilatan. Bila kau
ingin mencegah perbuatannya maka kau harus
memahami dulu arah sasarannya."
"Aku tak habis mengerti, dengan cara apa kita bisa
selidiki sepak terjang Seebun Giok-hiong?"
Pek si-hiang tertawa, "Jika kau tak keberatan
membiarkan Lim Han-kim menyerempet bahaya seorang
diri, aku sih punya sebuah akal yang bisa membuatnya
menyelundup masuk dalam perguruan bunga bwee."
Kontan Li Tiong-hui merasakan pipinya jadi panas
lantaran jengah, serunya cepat-cepat: "Nona Pek tak
usah menyindir atau menggoda aku, sesungguhnya
antara aku dengan Lim Han-kim tak punya hubungan
apa-apa Kami pun baru bertemu beberapa kali, dia
adalah sahabat karib kakakku"
Kembali Pek si-hiang tertawa, "Bila kau benar-benar
mencintainya, mari kita memainkan sebuah sandiwara,
1884 sebaliknya bila kau tidak mencintainya maka kau harus
berperan sebaik mungkin hingga orang lain menganggap
kau benar-benar sangat mencintai pemuda itu."
"Aku tidak mengerti, apa sangkut pautnya hal tersebut
dengan Seebun Giok-hiong?"
"Seebun Giok-hiong adalah seorang gadis yang tak
mau kalah terhadap siapa pun. Bila kita bersikap amat
mesra terhadap Lim Han-kim, maka sikap kita ini tentu
akan menarik perhatiannya ... "
"Tapi apa hubungannya dengan Seebun Giok-hiong?"
"Dengan watak Seebun Giok-hiong yang ingin menang
sendiri, ia tentu akan berusaha menculik Lim Han-kim.
Betul ia belum tentu benar-benar mencintai Lim Han-kim,
tapi ia pasti akan berusaha agar kita berdua patah hati
dan bersedih hati karena kehilangan kekasih."
"Waah... dari dulu sampai sekarang, orang hanya tahu
menggunakan siasat wanita cantik, rasanya belum
pernah kudengar ada orang menggunakan siasat lelaki
tampan?" seru Li Tiong-hui sambil tertawa.
Pek si-hiang ikut tertawa, "Bila kau menganggap
setelah Lim Han-kim diculik pergi maka dia akan
melewati kehidupan yang senang dan gembira, maka
pendapatmu itu keliru besar sekali."
"Kenapa?" "Bagi seseorang yang berlatih ilmu yoga tingkat tinggi,
terlebih dulu ia harus melatih diri menjadi seseorang
yang dingin, kaku dan sama sekali tak berperasaan.
Tubuhnya yang indah dan senyumannya yang genit
1885 merangsang sebetuinya hanya bisa dipandang tidak bisa
dinikmati..." Ia tertunduk dengan wajah tersipu-sipu, setelah
berhenti sejenak lanjutnya lirih: "Itu berarti ia mesti
menjaga ketat keperawanan diri-nya, kalau tidak maka
daya pengaruh ilmu hipnotisnya akan punah sama
sekali." "Tampaknya nona Pek sangat menguasai kepandaian
tersebut." "Tidak. aku hanya mengerti tapi belum pernah
belajar..." setelah tersenyum, lanjutnya: "Misalnya ia
tidak mencintai Lim Han-kim, yaa tidak apa-apa, tapi
andaikata ia benar-benar terpikat hingga jatuh cinta
kepadanya, akibat dari sikapnya itu tentu cukup untuk
menyiksa dirinya." "Aku tetap masih belum mengerti."
"Sebagian besar anak buah Seebun Giok-hiong mau
tunduk dan jual nyawa kepadanya hal ini disebabkan
lantaran mereka sudah dikuasai ilmu hipnotisnya. Apa
bila daya kemampuan ilmu hipnotisnya tiba-tiba punah,
otomatis anak buah Seebun Giok-hiong yang
dikendalikan akan menjadi sadar kembali, pemberontak
akan pasti tak bisa dihindari lagi, jadi aku percaya
Seebun Giok-hiong tentu akan mempertimbangkan
masalah tersebut dan tidak sampai berani menyerempet
bahaya ini." "Lalu apa hubungannya dengan Lim Han-kim?"
"Di sinilah cinta akan memakan korbannya, Apa bila
Seebun Giok-hiong benar-benar mencintai Lim Han-kim,
1886 tapi tak bisa mempersembahkan tubuhnya sebagai
pelampiasan rasa cintanya, maka rasa senang dan cinta
kasihnya itu akan berubah jadi rasa benci yang
mendalam. Dia pasti akan berusaha untuk menyiksa-nya
habis-habisan." sambil menghela napas Li Tiong-hui
manggut-manggut, "Benar juga perkataan ini."
"Oleh sebab itulah aku harus bertanya dulu kepadamu,
keberatan tidak bila dia pergi menyerempet bahaya?"
Li Tiong-hui termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian katanya: "Kenapa harus ditanyakan kepadaku"
Kenapa tidak langsung bertanya saja kepadanya?"
Pek si-hiang tertawa. "Kau harus bersedia
mencintainya lebih dulu baru rencana ini bisa
dilaksanakan. Bila kau sudah muaknya setengah mati
begitu bertemu dengannya, mau berlagak mesra
kepadanya pun jelas tak mungkin bisa kau lakukan."
"Bagaimana dengan kau sendiri?" Li Tiong-hui balik
bertanya sambil tertawa. "Dia sudah tahu kalau umurku paling banter tinggal
tiga bulan lagi, sekali pun aku tak usah berlagak. secara
otomatis hal ini akan muncul dengan scndirinya."
sekalipun di hati kecilnya Li Tiong-hui sudah menaruh
bibit cinta kepada Lim Han-kim, namun urusan semacam
ini tentu saja tak bisa diucapkan secara terus terang jadi
untuk berapa saat ia tak tahu apa yang mesti dikatakan
"sekali lagi aku tegaskan, aku hanya mengatur segala
sesuatunya ini demi kepentinganmu, mau dituruti atau
tidak terserah keputusanmu sendiri jangan kau anggap
1887 aku hanya iseng mengajakmu bergurau saja." selesai
berkata Pek si-hiang bangkit berdiri dan beranjak keluar
dari situ. "Nona Pek.jangan pergi dulu, mari kita lanjutkan
pembicaraan," seru Li Tiong-hui cepat.
Pek si-hiang berpaling, sahutnya: "Jika kau mau
menuruti perkataanku, kita masih bisa melanjutkan
pembicaraan tapi kalau menolak, tak ada yang perlu
dibicarakan lagi di antara kita berdua."
"Mau beli barang pun harus ditawar dulu masa aku tak
boleh menentukan harga tawar?"
"oooh, jadi kau ingin bicara soal dagang denganku"
Baiklah, kau boleh ajukan penawaranmu"
"Kita tak perlu bergurau lagi, mari kita bicara serius"
" Kalau begitu kau harus menyanggupi dulu untuk
mencintai Lim Han-kim, kemudian kita baru lanjutkan
pembicaraan" "Baiklah, aku setuju Tapi kau harus membujuk Lim
Han-kim lebih dulu, sebab meski aku setuju, bila ia tidak
setuju, bukankah usaha kita bakal sia-sia belaka?"
"Betul" kata Pek si-hiang sambil mengerutkan dahi,
"Agaknya Lim Han-kim mempunyai masalah yang sangat
berat, keseriusan dan kemurungannya jauh melampaui
taraf usianya." "Dengan cara apa kau hendak membujuknya?"
"Cara terbaik adalah kau bisa memintal sebuah jaring
cinta yang penuh kelembutan sehingga ia terperosok
sendiri ke dalam perangkapmu."
1888 "Coba kau lihat sikapnya yang begitu kaku dan dingin,
aku betul-betul tidak mempunyai keyakinan untuk bisa
menundUkkan dirinya."
"Kalau begitu kita gunakan siasat kedua."
"Bagaimana dengan siasat kedua itu?"
"Panggil dia lalu kita beberkan secara terus terang
rencana yang kita susun, minta kepadanya untuk ikut


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berperan dalam sandiwara ini."
"Kalau ada siasat kedua tentu ada siasat terakhir, apa
itu siasatmu yang ketiga?"
"Siasatku yang terakhir paling sederhana. Kuajarkan
sejenis ilmu aneh kepadamu, lalu kau pengaruhi
kesadarannya agar mau melakukan semua perintah yang
kau ucapkan." Li Tiong-hui segera menggelengkan kepalanya
berulang kali, serunya: "cara terakhir kelewat gampang
sedang cara pertama amat susah, lebih baik kita gunakan
cara kedua" "Ehmmm, sebetulnya aku pun berpendapat
demikian..." kata Pek si-hiang, lalu setelah berhenti
sejenak katanya lagi sambil tertawa: "Bagaimana kalau
kupanggil dia kemari ?"
"Tunggu, lebih baik aku menyingkir lebih dulu."
"Kalau begitu tolong kau gantikan posisinya dengan
berjaga-jaga di luar sana."
Li Tiong-hui mengenakan kembali cadar mukanya dan
beranjak keluar untuk memanggil Lim Han-kim.
1889 "Lim siangkong" Pek si-hiang ikut berteriak pula sambil
menggapai "Kemarilah sebentar, ada persoalan yang
hendak kubicarakan denganmu"
Lim Han-kim muncul dengan langkah lebar, tanyanya
seraya menjura: "Ada urusan apa nona Pek?"
"Aku sudah hampir mati, kenapa sih kau tetap
bersikap begitu kaku kepadaku?"
Lim Han-kim berpikir sebentar, laIu jawabnya: "Demi
menyelamatkan dunia persilatan dari musibah besar
nona Pek bersedia mengorbankan sisa waktumu yang
berharga untuk mencampuri urusan ini, tindakan
semacam ini patut dikagumi dan dihormati."
"Sekarang memang masih ada aku yang mampu
menundukkan Seebun Giok-hiong, tapi begitu aku mati,
ia toh tetap bisa menciptakan pembunuhan besarbesaran
dalam dunia persilatan Kalau sampai terjadi
begini, apapula yang hendak kau perbuat?"
"Soal ini . . . aku sadar kemampuanku tak cukup untuk
mengatasinya, yaa... apa lagi yang bisa diperbuat?"
"Seandainya kau mampu untuk selamatkan dunia
persilatan dari musibah ini, bersediakah kau untuk
melakukannya dengan sepenuh hati?"
"Tentu saja, aku akan berjuang dengan sekuat tenaga,
biar harus mati pun tak akan menyesal"
Pek si-hiang segera tertawa, "Bicara soal ilmu silat,
jelas kau bukan tandingannya, Dalam soal kepintaran
kaupun tak sebanding dengannya, bagaimana caramU
dapat mengungguli dirinya?"
1890 "itulah sebabnya aku mohon petunjuk nona."
"Aku takut kau enggan menuruti perkataanku ..."
"Asalkan pengorbananku bisa menyelamatkan umat
persilatan dari kematian, biar tubuh harus hancurpun aku
tak sayang." "Lim Han-kim, kau harus pikirkan kembali ucapanmu
secara cermat dan seksama. Ketahuilah perkataan
seorang lelaki sejati lebih berat daripada bukit karang,
kau jangan menganggapnya sebagai barang mainan."
"Silakan nona Pek memberi petunjuk."
"Aku ingin kau seorang diri menerjang masuk ke
dalam barisan wanita cantik, Dengan membaurkan diri ke
dalam tubuh musuh, kau dipersiapkan untuk membantu
serangan kami dari luar, berani tidak kau
melakukannya?" "Barisan wanita cantik?" seru Lim Han-kim tidak habis
mengerti "Yaa, barisan wanita cantik, Barisan itu mempunyai
perubahan yang tiada taranya. Kalau bukan seorang
pendekar sejati yang pintar, pemberani dan gagah, tak
mungkin ia mampu menghadapinya."
"Dari tujuh puluh dua macam barisan yang hapal di
luar kepala, rasanya belum pernah kudengar nama
barisan wanita cantik?"
"Aku hanya tanya, berani tidak kau melakukannya?"
desak Pek si-hiang sambil tersenyum
"Aku tidak begitu paham dengan maksud-mu,
bagaimana caraku menembus barisan tersebut?"
1891 "Asal kau punya keberanian untuk menembusnya,
tentu akan kuberi petunjuk bagaimana cara untuk
memasukinya." "Baiklah, aku bersedia untuk mencoba"
Pek si-hiang segera tertawa terkekeh-kekeh, "Barisan
pertama di jaga oleh nona Li dari keluarga persilatan
bukit Hong-san, kau coba dulu dapatkah menembus
penjagaannya." seperti baru paham apa yang dimaksudkan Lim Hankim
segera berseru: "Nona Pek, rupanya kau sedang
bergurau" "siapa bilang aku sedang bergurau" Uruan ini betulbetul
serius" kata Pek si-hiang sambil menarik kembali
wajah senyumannya. Melihat gadis itu bicara bersungguh-sungguh, Lim
Han-kim jadi tertegun, "Nona Pek," katanya kemudian,
"Bagaimana sih bentuk barisan wanita cantik itu"
Bersediakah nona untuk menjelaskan?"
"Wajahnya cantik seperti bunga ma war, kulitnya putih
seperti saiju, pinggangnya ramping seperti ranting pohon
Liu, langkahnya lemah gemulai, senyumannya cukup
menghanyutkan hati kaum pria ..."
"Maksud nona ..." tukas Lim Han-kim.
"Li Tiong-hui, apakah dia kurang cantik?"
"Nona, sebenarnya pengorbanan macam apa yang
harus kulakukan?" seru Lim Han-kim dengan kening
berkerut. 1892 "Coba buktikan apakah kelembutan dan kecantikan Li
Tiong-hui dapat memancing seekor ikan macam kau"
"Aku yakin diriku tak akan sampai terpikat oleh
kecantikan wajah seseorang, kendatipun Seebun Giokhiong
genit dan jalang, namun aku yakin tak bakal
berlutut di bawah telapak kakinya."
"Woouw . . . sesumbar amat ucapanmu" seru Pek sihiang.
"Apakah nona Pek tidak percaya?" Mendadak
sepasang mata Pek si-hiang berbinar-binar, wajahnya
yang pucat pun berubah jadi semu merah, katanya
lembut: "Andaikata Seebun Giok-hiong diganti dengan
aku, bagaimana sikapmu?"
"Kalau soal ini... soal ini... aku tidak bisa menjawab,"
sahut Lim Han-kim termangU,
"Kalau Li Tiong-hui?"
"Nona Li amat cerdik dan berjiwa besar, dia termasuk
seorang pendekar wanita sejati, aku menaruh rasa
kagum dan hormat kepadanya."
"Ehmmm, dari hormat tumbuh rasa cinta, kejadian
semacam ini memang lumrah di dunia ini" seru Pek sihiang
sambil tertawa, "Sebenarnya nona Pek hendak aku sumbang tenaga
dengan cara bagaimana. Harap kau menjelaskan aku
siap mendengarkan." Dengan ujung bajunya Pek Si-hiang menyeka peluh
yang membasahi jidatnya, kemudian katanya pelan: "Kau
tentu sudah tahu akan kekejaman serta kebuasan
1893 Seebun Giok-hiong bukan. Bila ia benar-benar
melancarkan pembantaian maka tak sulit baginya untuk
menciptakan suatu tragedi berdarah yang amat
mengerikan." "Aku memahami maksudmu."
"llmu silat yang dimilikinya sangat hebat Dalam dunia
persilatan dewasa ini sulit rasanya untuk menemukan
orang yang bisa menandingi kehebatannya, apa lagi bila
ia bersembunyi di tempat gelap. bisa datang pergi
semaunya sendiri tanpa bisa diduga, Meskipun seluruh
jago silat dari dunia persilatan bersatu padu, aku rasa
sulit untuk menundukkan Seebun Giok-hiong ini, jadi
satu-satunya cara untuk menangkalnya adalah kita harus
mengetahui terlebih dulu segala sepak terjangnya hingga
bisa membuat persiapan lebih dulu sebelum pertarungan
betul- betul terjadi. "
"Bila kita ingin mengetahui sepak terjangnya sebelum
dilakukan, kita harus utus seseorang untuk menyusup
masuk dan membaur dengan mereka."
"Betul, dan pilihan kita jatuh pada dirimU."
"Aku?" "Betul, kau" "Aku sama sekali tidak kenal dengan pemilik bunga
bwee, bagaimana caraku untuk menyusup masuk?"
"itulah sebabnya kita harus membuat Seebun Giokhiong
yang menculikmu pergi" Lim Han-kim termenung
sambil berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ia baru
berkata: "Maafkan kebodohanku, aku merasa agak
kurang mengerti." 1894 "lnilah yang dinamakan siasat lelaki tampan."
"Dari dulu hingga sekarang yang ada cuma siasat
wanita cantik, mana ada siasat lelaki tampan" Aku Lim
Han-kim adalah seorang lelaki sejati, masa aku harus
berbuat begitu?" "Jangan lupa kau sudah menyanggupi untuk
melaksanakan tugas ini asal umat persilatan bisa lolos
dari musibah ini, kenapa kau tidak mau berkorban demi
kesejahteraan orang banyak?"
Untuk sesaat Lim Han-kim jadi tertegun
"Baiklah," katanya kemudian, "Aku Lim Han-kim
bersedia menjadi ujung tombak demi kepentingan orang
banyak" " Kalau ingin mengandalkan ilmu silat, kau tak bakal
mampu menahan sepuluh jurus serangan Seebun Giokhiong."
"sekalipun harus mandi darah, aku mati dengan
perasaan rela." "ltu pikiran orang kasar yang tak berotak, Kau anggap
kematian semacam itu bisa menyelamatkan umat
persilatan dari tragedi" Jika pengorbananmu sia-sia
belaka, lantas apa gunanya" Bukankah kematian
semacam itu merupakan kematian konyol?"
Lim Han-kim jadi gelagapan setengah mati
menghadapi semprotan yang pedas dari gadis tersebut,
untuk beberapa saat ia terbungkam dan tak tahu apa
yang mesti diperbuatnya. 1895 Kembali Pek si-hiang berkata dengan suara dingin:
"Aku toh sejak dulu sudah peringatkan kepadamu, dalam
masalah apapun pikir dulu sebelum bicara,jangan
menjanjikan sesuatu terlalu cepat, tapi kau berlagak sok
hebat, sok gagah, belum dipikir sudah disanggupi dulu,
nah sekarang merasa agak menyesal bukan?"
"Aku bukan manusia yang takut mati," sahut Lim Hankim
sambil menghela napas. "Sudah, tak usah beralasan lagi, sekarang jawab saja
singkat, mau atau tidak?"
"Mau apa?" "Berperan sebagai kekasih Li Tiong-hui?"
"Dengan bertindak begitu belum tentu Seebun Giokhiong
akan terpancing perhatian nya."
"itu tergantung bagaimana nasibmu, akankah dia
menangkap dirimu, Hal ini merupakan suatu taruhan
yang aneh, akibat dari menang kalahnya pertaruhan ini
akan menyangkut nasib beratus-ratus orang jago
persilatan serta nasib dunia persilatan di masa yang akan
datang." Ia mengangkat kepalanya memandang Lim Han-kim
dengan sepasang matanya yang bening, katanya lebih
jauh: "Walaupun jago yang menghadiri pertemuan
puncak ini sangat banyak, namun Seebun Giok-hiong
hanya akan memperhatikan dua orang, Yang satu adalah
ketua Hian-hong-kau sedang yang lain adalah aku. Aku
menduga dia pasti akan berupaya untuk menyelidiki
segala tindak-tanduk serta sepak terjangku serta ketua
Hian-hong-kau, itu berarti dia pasti dapat melihat pUla
1896 sikap mesramu terhadap Li Tiong-hui, Asal perhatiannya
sudah tercurah pada dirimu, maka ia pasti tak akan
sanggup menahan diri."
"Atas dasar apa kau berpendapat begitu?"
"Sepintas lalu kejadian ini nampaknya sangat
sederhana, padahal di balik kesederhanaan itu justru
terkandung liku-liku yang berbelit dan rumit..." ia
membetulkan rambutnya yang menutupi mata, kemudian
meneruskan: "Kejujuran serta kepolosanmu justru
merupakan titik kelemahan yang tidak dimiliki Seebun
Giok-hiong, Asal dia mau menaruh perhatian kepadamu,
lambat laun ia pasti akan terjerumus sendiri ke dalam
jaring "Kenapa?" "Sebab aku sendiri pun akan berbuat demikian, masa
ia lebih hebat daripadaku?" Lim Han-kim menghela napas
panjang. "Jelek-jelek begini aku, Lim Han-kim, masih terhitung
seorang lelaki sejati Kalau aku sampai dianggap sebagai
barang mainan, kalau mau lantas diambil kalau bosan
segera dibuang, aku mana punya muka untuk tancapkan
kaki lagi dalam dunia persilatan ..."
"Nah itulah dia, sifat lembut membawa keras, polos
agak bodoh, agak kekanak-kanakan dan sok gagah justru
merupakan suatu daya tarik tersendiri bagi kaum wanita
yang melihatnya..." tukas Pek Si-hiang cepat Setelah
tersenyum dan berhenti sejenak, lanjutnya: "Kau harus
menyanggupi peranan ini, meski cuma berpura-pura, kau


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus memerankannya secara hidup dan bersungguh
hati." 1897 "Urusan semacam ini menyangkut martabat serta
nama baik seseorang, aku khawatir Li Tiong-hui tak akan
menyetujui." Kembali Pek si-hiang tertawa, "Nona Li belum pernah
mengucapkan sumpah di hadapanku ia pun belum
pernah berjanji untuk melakukan suatu perbuatan yang
bermanfaat bagi umat persilatan, tapi demi menghadapi
Seebun Giok-hiong, ia tak segan-segan mempertaruhkan
martabat serta nama baiknya."
"Lalu apa sebabnya nona Pek memilih aku?" tanya Lim
Han-kim sambil menghela napas panjang.
"Kalau berbobot baru bisa dipakai, dan kebetulan kau
sesuai dengan pilihan kami"
Bab 2. sandiwara percintaan
"Baiklah" akhirnya Lim Han-kim mengangguk, "Kalau
dalam lima hari usahaku tak berhasil menarik perhatian
Seebun Giok-hiong, aku akan segera mohon diri"
"Kau hendak ke mana?"
"Mencari seseorang"
"siapa?" "seorang adik seperguruanku."
"Beritahu kepadaku siapa namanya, bagaimana
bentuk wajahnya, aku akan mencarikan untukmu."
"Ia bernama Yu siau-liong, berusia tiga belas tahun,
bibirnya merah dan giginya putih."
1898 "Cukup Ciri lainnya aku bisa selidiki sendiri, nah kita
pastikan begini saja, aku harus pergi dulu"
"Kau hendak ke mana?"
"Memulihkan kegadisanku, Bila kita bersua lagi, aku
akan mencoba menggunakan segala rayuanku untuk
mencoba memikatmu, Aku ingin tahu apakah rayuanku
juga mampu memikat jaring-jaring cintamu."
"Jika nona tidak menggunakan ilmu silat, tidak
memakai obat-obatan, aku yakin masih mampu
mempertahankan diri"
"Bila aku hendak memakai cara-cara tersebut
sekarang tak perlu aku banyak bicara denganmu" sahut
Pek si-hiang. Habis berkata ia membalikkan badan dan
pelan-pelan beranjak pergi.
sambil mengikuti di belakang gadis itu Lim Han-kim
berbisik: "Nona, kau sangat lemah, tak baik banyak
menggunakan pikiran dan tenaga untuk hal-hal yang tak
berguna ..." Tiba-tiba Pek si-hiang menghentikan Iang-kahnya,
berpaling dan tertawa genit, "Kau betul-betul
memperhatikan aku?" tanyanya.
"Aku bicara sejujurnya."
"Apa bagusku, apakah cukup berharga untuk kau
kasihi?" "Nona pintar dan banyak akal, berjiwa besar dan lagi
penuh welas kasih, meski tubuh lemah namun masih
berjuang demi kepentingan orang lain, apakah
kesemuanya ini tidak berharga untuk kukagumi?"
1899 "Aku kurus tinggal kulit pembungkus tulang, mukaku
pucat dan layu seperti mayat, kau tidak muak melihat
aku?" "Justru karena itulah aku merasa bahwa nona patut
dihormati dan dikasihi."
Pek si-hiang menghela napas panjang. "Aaaai...
ingatlah, aku hanya mampu hidup tiga bulan lagi,
mengasihi aku bakal sia-sia belaka untukmu..."
setelah berhenti sejenak, terusnya: "Li Tiong-hui
cantik, pintar dan lagi berasal dari keluarga kenamaan,
Jika kau bisa menjadi pasangan yang sebenarnya dengan
dia, maka kau pasti akan hidup bahagia."
"Aku hanya bersedia ..."
"Aku tak mau tahu apa niatmu sesungguhnya" tukas
Pek si-hiang cepat, "Pokoknya setelah kau menyanggupi
untuk melakukan tugas ini, maka kau harus berperan
dengan sebaik-baiknya. sepeninggalku nanti kalian boleh
merundingkan kembali persoalan ini, Nah, kau tak usah
menghantar aku lagi." Pelan-pelan dia beranjak keluar
dari ruangan Lim Han-kim berdiri termangu-mangu di tengah
ruangan sambil mengawasi bayangan punggung Pek sihiang
hingga lenyap dari pandangan ia lalu menghela
napas sedih, tiba-tiba saja timbul perasaan kasihan dan
iba di hati kecilnya, ia merasa pengorbanan gadis yang
lemah dan tidak memperdulikan keselamatan sendiri itu
patut dihormati dan disanjung tinggi.
1900 Mendadak terdengar suara helaan napas sedih
bergema dari sisi tubuhnya, kemudian seseorang
menyapa: "Baik-baikkah saudara Lim selama ini?"
Waktu itu Lim Han-kim sedang tenggelam oleh
persoalan hatinya hingga tidak menyadari sejak kapan
ada orang berdiri di sisinya, sewaktu berpaling, ia
saksikan seorang perempuan berbaju serba hitam dan
memakai cadar hitam telah berdiri di sampingnya. Buruburu
dia menjawab: "Aku sangat baik, kau adalah nona
Li?" orang itu memang Li Tiong-hui, sambil melepaskan
kain cadar mukanya ia mengangguk "Yaa, aku adalah Li
Tiong-hui." "Nona Pek telah menjelaskan kepadaku."
"Menjelaskan soal apa?" bisik Li Tiong-hui dengan
wajah tersipu-sipu karena malu.
"Ia suruh kita bekerja sama dalam menghadapi
Seebun Giok-hiong, berusaha selamatkan umat persilatan
dari kematian." "Ehmmm, lalu bagaimana bentuk kerja sama itu?"
"Lho . . . jadi kau belum tahu?" seru Lim Han-kim
tertegun. "Apa yang kuketahui tidak terlalu lengkap. dapatkah
kau jelaskan sekali lagi kepadaku?"
Lim Han-kim jadi kelabakan dan tak tahu apa yang
mesti diucapkan, setelah termenung lama sekali ia baru
berkata: "Ia suruh kita berperan sebagai sepasang
1901 kekasih yang sedang dibuai asmara, agar Seebun Giokhiong
mengalihkan perhatiannya kepada kita ..."
"Misalnya Seebun Giok-hiong bersikap acuh tak acuh,
atau bahkan menengok kemari pun tak pernah, lantas
apa yang harus kita lakukan?" tanya Li Tiong-hui sambil
tertawa. "Aku memang sudah merasakan banyak kesulitan
dalam peranan tersebut contohnya saja nona Li sendiri
Kau berasal dari keluarga persilatan yang kenamaan,
nama baikmu sangat tinggi, apakah kau tidak kuatir
pamormu bakal merosot gara-gara memainkan peranan
seperti itu?" "Aku melakukan hubungan denganmu atas nama
kedudukanku sebagai ketua Hian-hong-kau, dengan Cara
demikian umat persilatan bisa terkelabui,justru yang aku
kuatirkan adalah bilamana kita tak bisa mengendalikan
diri sehingga..." Tiba-tiba sepasang pipinya berubah jadi
merah padam seperti kepiting rebus, dengan tersipu-sipu
ia tundukkan kepalanya dan tak berani mendongak
kembali Lim Han-kim semakin gelagapan: "waaah... kalau soal
ini... kalau soal ini ..."
"Kau tak perlu ini itu lagi" tukas Li Tiong-hui tiba-tiba
sambil mendongakkan kepalanya, "selama ratusan tahun
terakhir, keluarga persilatan bukit Hong-san kami selalu
disanjung dan dihormati umat persilatan Meski aku hanya
seorang wanita, namun aku tak bakal memalukan nama
keluargaku apa lagi menodai nama besar keluarga Li"
"Ucapan nona memang sangat tepat" Lim Han-kim
manggut-manggut, Meski dalam hati kecilnya ia
1902 mempunyai banyak persoalan yang hendak diutarakan,
namun tak sepatah kata pun sanggup diutarakan, dia tak
tahu harus mulai dan mana.
sambil menghela napas panjang Li Tiong-hui bertanya:
"Lim siangkong, apakah kau menjumpai kesulitan?"
"Aku masih mempunyai ibu. Untung saja apa yang
bakal kulakukan hanya sebatas sandiwara dan bukan
bersungguh-sungguh, hingga tidak perlu minta ijin dulu
dari orang tuaku." "Tampaknya kau punya rasa percaya diri yang sangat
kuat?" seru Li Tiong-hui sambil tertawa.
Lim Han-kim tertegun, katanya kemudian: "Aku tidak
paham maksud perkataan nona ini."
"Sekalipun kita sedang bermain sandiwara, namun kita
mesti memerankan secara sungguh-sungguh hingga tak
berbeda dengan kejadian sebenarnya. Apakah kau tidak
akan khawatir benar-benar jatuh cinta kepadaku?"
"Aku percaya masih mampu mempertahankan sopan
santun." Berkilat sepasang mata Li Tiong-hui, ujarnya pelan:
"Baiklah, kalau begitu mari kita coba..."
Pada saat itulah dari luar ruangan terdengar suara Ciu
Huang sedang berseru: "Nona Pek, bolehkah kami ikut
masuk?" Li Tiong-hui segera menurunkan kembali kain cadar
mukanya, setelah itu baru serunya: "silakan masuk"
Ketika Lim Han-kim mendongakkan kepalanya, ia
menjumpai Ciu Huang melangkah masuk lebih dulu
1903 diikuti Hongpo Tiang-hong, Li Bun- yang serta Hongpo
Lan sekalian, Sambil celingukan ke sekeliling tempat itu,
Ciu Huang menegur "Ke mana perginya nona Pek?"
"Ia sudah pergi, bila ada urusan katakan saja
kepadaku" ucap Li Tiong-hui cepat.
"Kami hanya ingin bertanya kepada nona Pek. adakah
perintah untuk kami semua?"
"Nona Pek telah berpesan kepadaku, ia minta kalian
segera berangkat untuk melacak dan menyelidiki jejak
Seebun Giok-hiong, Besok sebelum tengah hari harus
sudah balik kemari untuk memberi laporan-"
"Baik,.. kami segera berangkat" sambil berkata Ciu
Huang beranjak keluar dari sana,
Li Bun- yang berpaling memandang ketua Hian- hongkau
sekejap. ia seperti hendak mengucapkan sesuatu
tapi kemudian diurungkan dengan cepat ia pun menyusul
rekan lain-nya. Terlihat bayangan beberapa manusia berkelebat lewat,
dalam sekejap mata para jago telah pergi dari situ,
Dalam ruangan kini tinggal Lim Han-kim dan Li Tiong-hui
berdua. sambil memandang bayangan punggung para
jago yang menjauh, tak tahan Lim Han-kim berbisik:
"Apa benar nona Pek minta mereka untuk pergi
menyelidiki jejak Seebun Giok-hiong?"
"Kenapa" jadi kau menganggap aku sedang bohong?"
"Nona Li jangan salah paham, aku hanya bertanya
sambil lalu, sama sekali tak ada niat lain"
1904 "Pek si-hiang memberitahu kepadaku, bukan saja
Seebun Giok-hiong memiliki ilmu silat yang sangat
tangguh, lagi pula ia pandai sekali mengubah raut
mukanya, ini berarti setiap saat ia bisa menyamar
menjadi manusia yang berwajah beda untuk menyusup
masuk ke dalam lingkungan kita."
"Kalau begitu setiap saat kita harus selalu waspada"
"Tapi setiap saat kita pun wajib memberi kesempatan
kepadanya..." lanjut Li Tiong-hui sambil tertawa.
"Betul" sahut Lim Han-kim seperti memahami sesuatu,
setelah termenung sesaat, katanya lagi: "Tampaknya kau
dan nona Pek telah menyusun suatu rencana yang amat
sempurna?" "Ehmmm" "Boleh dijelaskan latar belakangnya kepadaku?"
"Tidak. Bila lebih banyak yang kau ketahui, berarti
akan menambah kecurigaan Seebun Giok-hiong terhadap
dirimu..." Kemudian sambil menjulurkan tangannya yang
halus ke depan, sambungnya: "sekarang gandenglah
tanganku dengan mesra"
"Kita akan ke mana?" dengan terperanjat Lim Han-kim
menarik mundur tangannya.
Tidak tampak keseriusan pada raut muka Li Tiong-hui
karena tersekat kain cadar hitam, namun nada suaranya
amat tegas, katanya lagi: "Mulai detik ini kau adalah
kekasih hatiku... calon suamiku ..." Lim Han-kim segera
menggandeng tangan Li Tiong-hui, kembali bisiknya:
"Nona Li, apa mulai sekarang?"
1905 "Yaa, mulai sekarang hingga kau diculik Seebun Giokhiong,
dalam waktu-waktu ini kau harus selalu
mendampingi aku, kalau malam harus mendampingiku di
kamar, kau menjadi lelaki di bawah lutut Li Tiong-hui."
"Aku telah mengatakan kepada nona Pek bahwa aku
hanya bersedia melakukan peranan ini selama lima hari.
Jika lima hari kemudian Seebun Giok-hiong belum juga
melakukan sesuatu, maka aku akan segera berpamitan
..." sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka
telah tiba di luar tenda. si Dewa buas, iblis jahat, setan
gusar dan sukma murung masih menunggu di luar tenda
dengan sikap penuh siaga, Mereka berempat serentak
memandang Lim Han-kim sekejap. kemudian sambil
memberi hormat kepada Li Tiong-hui tanyanya: "Apakah
kaucu ada sesuatu perintah?"
Lim Han-kim tertegun, ia hendak mengucapkan
sesuatu tapi kemudian diurungkan, pikirnya: "Heran,
empat manusia buas yang liar dan susah ditaklukkan ini,


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kenapa bisa bergabung dengan partai Hian-hong-kau?"
sementara itu terdengar Li Tiong-hui telah bertanya:
"Apakah kereta kuda sudah disiap-kan?"
" Kereta telah disiapkan sejak tadi, siap menunggu
perintah kaucu seterusnya," sahut Dewa buas berbaju
merah dtngan sikap hormat
"Kalian lindungi kereta kuda itu sebaik-baiknya, jangan
biarkan siapa pun mendekati kereta ini"
Dewa buas, iblis jahat, setan gusar dan sukma murung
serentak menyahut dan menyebarkan diri di sekeliling
1906 kereta, Dengan ilmu menyampaikan suara Li Tiong-hui
segera berbisik kepada Lim Han-kim: "Bersikaplah lebih
mesra kepadaku, jangan biarkan keempat manusia ini
menemukan titik kelemahan."
Terpaksa Lim Han-kim merangkul tubuh Li Tiong-hui
dan mendekapnya lebih erat, pelan-pelan mereka
menuju ke depan kereta. Buru-buru Dewa buas berbaju
merah menyingkap tirai kereta sambil serunya: "Silakan
naik ke dalam kereta kaucu" Li Tiong-hui mengangguk,
kepada Lim Han-kim bisiknya: "Bimbinglah aku naik."
Terpaksa Lim Han-kim menurut dan menggendong
tubuh Li Tiong-hui naik ke dalam kereta, Baru saja dia
akan menuju ke belakang kereta, tiba-tiba terdengar Li
Tiong-hui berseru lagi: "Ayo naiklah ke dalam kereta"
Lim Han-kim tertegun, pikirnya: "Rupanya ia suruh
aku naik ke dalam kereta ..."
Tanpa banyak bicara lagi ia melompat masuk ke dalam
ruang kereta, setelah menurunkan kembali tirai kereta,
sambil tertawa Li Tiong-hui berbisik: "Kau tidak tampak
seperti pacarku, tapi lebih mirip kacungku"
Lim Han-kim tertawa jengah, "Agaknya aku belum
terbiasa, lama kelamaan kan luwes sendiri, "jawabnya .
"Kalau begitu cepatlah menyesuaikan diri, kalau tidak
kau bisa mendapat malu di hadapan umum."
Dalam saat itu dari luar kereta terdengar suara Dewa
buas berbaju merah sedang bersemi "Hamba sekalian
menunggu perintah, kereta ini akan dipacu ke mana?"
"sepuluh li kearah timur terdapat sebuah kuil tempat
abu keluarga Go, kita menuju ke sana"
1907 Dewa buas berbaju merah mengiakan, kereta pun
pelan-pelan bergerak menuju ketimur.
Lim Han-kim tak kuasa menahan rasa ingin tahunya,
dengan suara lirih bisiknya: "Keempat manusia buas ini
liar dan susah dijinakkan, setiap saat kemungkinan besar
mereka bakal menghianatimu, kenapa kau pandang
mereka sebagai orang kepercayaan?"
sambil bersandar pada dinding kereta Li Tiong-hui
tersenyum, "Aku sengaja berbuat begini untuk mengukur
sampai di mana takaran keberanianmu."
"Tapi urusan ini menyangkut keselamatanmu apa
sangkut pautnya dengan diriku?"
Kembali Li Tiong-hui tertawa, "Selain buas, ganas dan
liar, keempat manusia ini termasuk setan-setan
perempuan yang menjijikkan, Keberadaanmu di sisiku
segera akan mereka anggap sebagai duri dalam kelopak
mata, setiap saat kemungkinan besar mereka akan
mencoba membunuhmu."
"oooh, rupanya ini yang kau maksud" Lim Han-kim
manggut-manggut. "Cuma," sambung Li Tiong-hui lebih lanjut "saat ini
mereka masih sangat patuh dan taat kepadaku, Bila
suatu hari mereka akan menghianatimu orang pertama
yang bakal dibunuhnya lebih dulu pastilah kau."
"Aku tidak takut menghadapinya" sahut Lim Han-kim
sambil tertawa hambar. Tiba-tiba Li Tiong-hui menggerakkan tangannya
memegang bahu anak muda itu, lalu dengan suara
lembut katanya: "Aku ingin bicara sejujurnya denganmu.
1908 Empat manusia buas dari sin- ciu sudah terbiasa ganas,
kejam dan buas, sedikit-dikit mereka bisa turun tangan
menghabisi nyawa manusia, Dalam pandangan mereka
tiada sesuatu yang patut ditakuti, Kau harus lebih hatihati
terhadap mereka, bisa jadi setiap saat mereka akan
membokong mu" Mendengar penjelasan tersebut, di hati kecilnya Lim
Han-kim berpikir " Kalau sudah tahu begitu, kenapa kau
sengaja membawa serta keempat manusia buas itu"
Bukankah sama artinya dengan mencari kesulitan buat
diri sendiri?" Melihat pemuda itu membungkam, sambil berpaling Li
Tiong-hui berkata lagi: "Kenapa tidak bicara" Apa mulai
merasa takut?" " Kalau aku betul- betul sampai mati dibokong mereka,
mungkin nona Li sendiri pun akan memperoleh akhir
yang tidak lebih baik daripadaku."
Li Tiong-hui tersenyum. "sekarang kita senasib
sependeritaan kita sudah menjadi suami istri yang berat
sama dijinjing ringan sama dipikul."
"Kelihatannya kau sangat mencemaskan persoalan
ini?" tegur Lim Han-kim dengan kening berkerut
"Tentu saja ..."
Mendadak dari luar kereta berkumandang suara
bentakan keras, disusul bergemanya suara jeritan ngeri
yang memilukan hati, Lim Han-kim menyingkap ujung
tirai sambil melongok ke muka, tampak mayat seorang
petani yang membawa pacuI tergeletak di tepi jalan.
1909 Dewa buas berbaju merah berjalan dipaling depan,
jelas petani itu terbunuh di tangannya, namun manusia
buas itu sama sekali tidak berpaling bahkan menengok
mayat itu sekejap pun tidak.
Sambil menurunkan kembali tirainya, Lim Han-kim
menghela napas sedih, ujarnya: "Nama besar empat
manusia buas ternyata bukan nama kosong belaka,
Kekejaman serta kebuasan beberapa orang ini sungguh
belum pernah kudengar apa lagi kusaksikan
sebelumnya." "Ada apa sih?" "Mungkin seorang petani yang sedang berangkat ke
sawah agak lambat menyingkir dari jalan raya. ia tewas
terhajar oleh pukulan Dewa buas berbaju merah,
mayatnya teronggok di pinggir jalan."
Walaupun dia berusaha menahan diri, membiarkan
suaranya tetap tenang namun tak tertutup gejolak
perasaan hatinya yang membara sehingga nada
suaranya kedengaran agak gemetar.
Berkilat sepasang mata Li Tiong-hui, tampaknya dia
dibuat gusar juga atas kekejaman Dewa buas bebaju
merah, sambil menurunkan cadar mukanya ia
menyingkap tirai kereta lalu membentak keras:
"Berhenti" Kereta kuda yang sedang melaju cepat seketika
terhenti secara mendadak. Pelan-pelan Li Tiong-hui
menggeser tubuhnya melongok keluar dari ruangan
kereta, kemudian dengan wajah serius menegur "siapa
yang telah membunuh orang?"
1910 "Hamba yang melakukan" jawab Dewa buas berbaju
Pedang Ular Mas 14 Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar ( Bwee Hoa Kiam Hiap ) Karya Liong Pei Yen Pendekar Elang Salju 1
^