Pencarian

Pedang Keadilan 22

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 22


merah sambil memberi hormat.
"Meskipun partai Hian- hong- kau tidak sama seperti
partai lain, namun partai kita pun mempunyai peraturan
yang ketat setelah kalian bergabung, dengan Hian- hongkau
berarti terikat juga dengan semua peraturan serta
larangannya, kalian tak boleh mengumbar napsu
semaunya sendiri" "Oooh, jadi anggota Hian-hong-kau tidak boleh
membunuh orang?" "Tidak boleh membunuh semaunya sendiri, apa lagi
membunuh orang yang sama sekali tak mengerti ilmu
silat" Dasar watak dewa buas berbaju merah amat buas,
beringas, liar dan sukar dikendalikan ia segera
membantah: "Orang itu tak mau cepat-cepat menyingkir
ketika melihat kereta kaucu hendak lewat, apa salahnya
jika manusia seperti ini dihabisi?"
"Kau berani bersikap kurang ajar dengan ketuamu?"
hardik Li Tiong-hui penuh amarah.
Berkilat sepasang mata Dewa buas berbaju merah,
tampaknya dia hendak membantah lagi tapi akhirnya niat
itu diurungkan, pelan-pelan dia tundukkan kepalanya
seraya berkata: "Hamba siap menerima hukuman."
"Dengan tangan apa kau membunuh petani itu?"
"Tangan kiri" "Baik, kutungi sebuah jari tangan kirimu"
1911 Lim Han-kim amat terkejut, diam-diam ia himpun
tenaga dalamnya siap menghadapi segala kemungkinan
yang tidak dlinginkan, pikirnya: "Jangan-jangan ia
enggan menerima hukuman seberat itu dan melakukan
pemberontakan?" Beberapa kali sepasang mata Dewa buas berbaju
merah memancarkan cahaya buas, dari sakunya ia
keluarkan sebilah pisau belati, lalu serunya: "Apakah
kaucu tidak merasa hukuman pengutungan jari tangan
ini kelewat berat?" "Baiklah, kalau kau enggan mengutungi jari tanganmu,
silakan memilih jalan yang lain"
"Apakah itu?" "Segera tinggalkan partai Hian-hong-kau dan tidak
usah bergabung dengan aku"
Dewa buas berbaju merah tertawa ter-bahak-bahak.
Tanpa banyak bicara lagi pisaunya ditebaskan kejari
kelingking tangan kiri-nya. Di antaranya percikan darah
segar yang memancar ke mana- mana, jari itu terpapas
kutung dan jatuh ke tanah.
Li Tiong-hui menarik kembali tubuhnya seraya
menurunkan tirai kereta, Dalam saat itu Dewa buas
berbaju merah telah memungut kutungan jari
kelingkingnya dari tanah kemudian ditelan ke dalam
perut, setelah itu baru dia berseru: "Lapor kaucu,
dapatkah perjalanan di-lanjutkan?"
"Langsung menuju ke tujuan semula"
Dewa buas berbaju merah mengiakan, kereta pun
pelan-pelan bergerak kembali
1912 Dengan suara setengah berbisik Lim Han-kim
bertanya: "Dengan menjatuhkan hukuman memotong
jari tangan kepada mereka, bukankah hal ini akan
menambah rasa benci dan dendam mereka
terhadapmu?" " Kalau kita tidak menjatuhkan hukuman yang berat
terhadap manusia- manusia buas macam mereka,
bagaimana mungkin kita bisa menundukkan mereka
serta membuat mereka takluk?" jawab Li Tiong-hui.
"sebenarnya kita memberi bimbingan dan penyuluhan
kepada mereka, agar tidak mengulangi perbuatannya
lagi." "Hal itu tergantung pada siapa kita berhadapan Kalau
terhadap manusia- manusia bengis macam mereka kita
gunakan cara pendekatan serta penyuluhan, ibarat
memetik gitar di depan kerbau, usaha kita akan sia-sia
belaka. Kita wajib menggunakan cara hukuman yang
berat dan keji, dengan begitu baru bisa menimbulkan
perasaan jeri di hati kecil mereka."
Lim Han-kim tidak banyak bicara lagi, sementara di
hati kecilnya dia berpikir: "Padahal dalam hati kecilmu
sudah tahu akan besarnya resiko dengan membawa serta
keempat manusia buas itu, tapi kau justru sengaja
membawa mereka sebagai pelindung, apa itu bukan
namanya mencari penyakit untuk diri sendiri?"
Untuk beberapa saat suasana dalam kereta itu diliputi
keheningan yang luar biasa, kedua orang itu sama-sama
tidak berbicara lagi. Kurang lebih sepeminuman teh kemudian, mendadak
kereta itu berhenti dan dari luar kereta kedengaran suara
1913 Dewa buas berbaju merah sedang berseru: "Lapor
kaucu, kereta telah tiba di kuil keluarga Go"
Li Tiong-hui segera mengenakan kembali kain cadar
mukanya, lalu sambil turun dari kereta ujarnya: "Dua
orang tinggal di sini menjaga kereta, dua yang lain ikut
aku masuk ke dalam kuil"
Dewa buas berbaju merah memandang tiga
saudaranya sekejap. kemudian perintahnya: "Loji, losam,
kalian ikut kaucu masuk ke dalam kuil, losu tinggal di sini
bersama aku menjaga kereta"
iblis jahat berbaju hijau dan setan gusar berbaju
kuning segera mengiakan dan berjalan di belakang Li
Tiong-hui menuju ke dalam kuil.
Lim Han-kim me mperhatikan sekejap sekeliling
tempat itu, lalu pikirnya: "Ketika aku dan Pek si-hiang
terpancing datang malam itu, bukankah tempat yang
kudatangi adalah rumah abu keluarga Go ini" Kenapa Li
Tiong-hui juga datang kemari" Apa maksudnya?"
Meskipun aneka ragam pertanyaan menyelimuti
benaknya, namun anak muda tersebut sgan untuk
banyak bertanya, setelah masuk ke dalam ruangan
rumah abu, Li Tiong-hui berpaling ke arah iblis jahat
berbaju hijau sambil perintahnya: "Kau berjalan di muka
untuk membuka jalan"
iblis jahat berbaju hijau menyahut, dengan langkah
lebar ia masuk ke dalam ruangan, Li Tiong-hui mengintil
di belakang iblis jahat berbaju hijau pada jarak lima
enam depa, Lim Han-kim berada di samping gadis
tersebut sedangkan setan gusar berbaju kuning berjalan
paling belakang. 1914 Rumah abu keluarga Go sangat luas, terpencil dan
sepi, walaupun mereka berempat sudah jauh masuk ke
ruang dalam, namun tak nampak manusia lain.
Diam-diam Lim Han-kim ikut memperhatikan sekeliling
tempat itu, dia berharap dapat menemukan pula jejak
yang ditinggalkan see- bun Giok-hiong. setelah melalui
beberapa lapis anak tangga, tibalah mereka di depan
pintu lapisan kedUa. Dengan satu tendangan keras iblis jahat berbaju hijau
menghajar pintu itu hingga terpentang lebar dengan
menimbulkan suara keras. Mendadak Li Tiong-hui
memperlambat langkahnya sambil berbisik, "Bersikaplah
lebih mesra kepadaku."
Lim Han-kim mengerutkan dahinya tapi ia menurut
juga, dengan tangan kanannya ia rangkul pinggang Li
Tiong-hui yang ramming itu serta mendekapnya dengan
mesra. Dengan gemas bercampur mendongkol iblis jahat
berbaju hijau melotot sekejap ke arah Lim Han-kim,
kemudian baru katanya: "Lapor kaucu, apakah kita akan
menuju ke belakang?"
"Ehmmm, kita tengok ruang belakang"
setelah berjalan beberapa langkah, iblis jahat berbaju
hijau berpaling lagi sambil bertanya: "Di tempat yang
terpencil dan menyeramkan ini, boleh kah aku turun
tangan membunuh orang?"
"Tergantung siapa yang sedang kau hadapi"
"Masa di tempat sepi dan terpencil macam ini masih
ada orang baik-baik?"
1915 "Baiklah, kuijinkan kau untuk turun tangan, tapi
kularang membunuh orang semaunya sendiri"
iblis jahat berbaju hijau segera tertawa dingin. "Baik,
akan kubikin dia cacad berat" selesai berkata dia
membalikkan badan dan meneruskan langkahnya menuju
ke ruang belakang. Dengan ilmu menyampaikan suara Li Tiong-hui segera
berbisik kepada Lim Han-kim: "sekarang kita berada di
tempat yang berbahaya, Di sisi kita pun ada pembantu
bengis yang setiap saat bisa memagut kita, ini namanya
bahaya yang datang dari luar dalam, Kau mesti
pertahankan ketenanganmu dan setiap saat siap
menghadapi segala kemungkinan."
Tiba-tiba saja Lim Han-kim merasa pada bahunya
seolah-olah diberi pikulan yang ribuan kati beratnya,
sepertinya mati hidup Li Tiong-hui sudah diserahkan
kepadanya, tak kuasa lagi hatinya bergetar keras,
pikirnya: "sudah jelas kau sendiri yang ingin kemari, tak
ada urusan sengaja mencari gara-gara. setelah urusan di
ujung tanduk kau serahkan beban ini pada pundakku ..."
Tapi mengingat dia hanya seorang gadis, terpaksa
beban itu harus diterimanya juga, katanya: "Apabila kita
benar-benar menjumpai bahaya maut, kau pasti akan
mati di belakangku."
Li Tiong-hui tertawa, "sekarang kita adalah sepasang
kekasih yang senasib sepenanggulangan, bila kau benarbenar
mati di rumah abu keluarga Go ini, aku pun tak
ingin hiduc seorang diri"
sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka
telah tiba di ruang belakang, pintu gedung kelihatan
1916 tertutup rapat, empat penjuru sekeliling tempat itu tak
tampak sesosok manusia pun.
iblis jahat berbaju hijau langsung menuju ke depan
pintu ruangan sebelum menghentikan langkahnya,
seraya berpaling tanyanya: "Lapor Kaucu, perlukah kita
membuka pintu ruangan ini?"
"Tentu saja harus dibuka pintunya."
iblis jahat berbaju hijau tertawa dingin, "Peraturan
yang berlaku dalam partai Hian- hong- kau kelewat keras
dan ketat, sebelum memperoleh petunjuk dari kaucu,
aku tak berani ambil keputusan sendiri"
sekali tendang ia hajar pintu ruangan yang tertutup
rapat itu. Tenaga dalam yang dimiliki orang ini sungguh
hebat, pintu ruangan yang tebal lagi berat itu kontan
terpentang lebar setelah termakan oleh tendangannya
itu. Dalam ruangan itu terlihat sebuah meja panjang, di
tengah meja itu berdiri sebuah papan nama berhuruf
emas yang bertuliskan: "Tempat abu leluhur keluarga
Go." Di sisinya berderet papan nama kecil yang banyak
sekali jumlahnya, di atas setiap papan nama itu tertera
nama serta tanggal kematian, Kecuali meja abu itu, tidak
nampak benda lainnya. "Hmmm, banyak amat papan nama di sini" seru setan
gusar berbaju kuning sambil mendengus.
Li Tiong-hui memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, lalu dengan suara dalam katanya kepada iblis jahat
1917 berbaju hijau dan setan gusar berbaju kuning: "Kalian
berjaga-jaga di luar pintu"
"Kalau ada orang hendak memasuki ruangan, apakah
dibiarkan masuk?" tanya setan gusar berbaju kuning.
"Laporkan dulu kepadaku."
" Kalau ia ngotot hendak menerjang masuk. apa yang
harus kuperbuat?" "Apa kegunaan sepasang tanganmu" Kenapa tidak
menggunakan tanganmu untuk meng-halangi?"
"Aku takut jari tanganku dikutungi gara-gara salah
membunuh orang, hingga meski memiliki ilmu silat, aku
tak berani menggunakannya."
"Totok saja jalan darahnya dan tangkap hidup,hidup,
asal tidak kau bunuh korbanmu sudah cukup,"
"Kami empat manusia buas sudah terbiasa membunuh
orang, serangan kami selalu berat Aku takut tidak pas
dalam penggunaan tenaga sehingga bukannya terluka
malah mampus lebih cepat."
" Kalau kau tidak khawatir mendapat hukuman
dikutungi jari tanganmu, silakan kau bunuh korbanmu"
setan gusar berbaju kuning tertawa ter-bahak-bahak,
"Ha ha ha ... untung aku punya sepuluh buah jari
tangan, kalau membunuh satu orang dikutungi satu jari
tanganku, berarti aku punya kesempatan untuk
membunuh sepuluh orang"
Di tengah gelak tertawa yang keras bersama iblis jahat
berbaju hijau mereka bersama-sama beranjak keluar dari
ruangan. 1918 Memandang hingga kedua manusia buas itu
meninggalkan ruangan, Lim Han-kim baru berkata: "Apa
maksudmu mengusir mereka berdua keluar dari ruangan
ini?" "Menunggu seseorang"
"Siapa?" "Seebun Giok-hiong"
"Seebun Giok-hiong?" seru Lim Han-kim terkejut "Jadi
kau sudah berjanji dengannya untuk bertemu di sini?"
"Kau telah merusak rencana busuknya sehingga
memaksanya menelan kekalahan yang tragis, bahkan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipaksa untuk berjanji tidak berbuat semena-mena
terhadap umat persilatan selama tiga bulan mendatang,
Aku yakin rasa bencinya kepadamu jauh melebihi rasa
bencinya terhadap Pek si-hiang." Lim Han-kim tertawa
hambar. "Kau sudah dianggap salah satu musuh besarnya, Bila
ia peroleh kesempatan untuk membunuhmu, aku percaya
dia pun tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja."
sementara pembicaraan masih berlangsung tiba-tiba
terdengar setan gusar berbaju kuning membentak
nyaring: "Berhenti, siapa yang kau cari?"
Li Tiong-hui segera berbisik, "Seebun Giok-hiong telah
datang, kau harus berhati-hati"
Terdengar iblis jahat berbaju hijau berteriak pula
penuh amarah: "Bocah keparat, kau ingin mampus"
jangan salahkan aku bersikap keji kepadamu."
1919 Terdengar suara deruan angin pukulan membelah
angkasa, disusul kemudian bergema suara dengusan
tertahan Tampaknya ada orang di luar ruangan yang
terlibat pertarungan tapi salah satu di antaranya
menderita kerugian besar.
Buru-buru Lim Han-kim meloloskan pedang Jin-siangkiamnya
seraya berseru: "Biar, kutengok keluar."
"Jangan mencampuri urusan itu" cegah Li Tiong-hui
sambil menarik lengan anak muda itu. "lblis jahat dan
setan gusar tak bakal mampu menghalangi serbuan
Seebun Giok-hiong." Kembali terdengar suara setan gusar berbaju kuning
membentak keras: "Lapor kaucu, ada orang menerobos
masuk" Belum habis teriakan itu bergema, tiba-tiba muncul
seorang manusia berbaju hijau di pintu ruangan, orang
itu mengenakan topeng berwarna merah darah, hanya
sepasang matanya yang bersinar saja yang tampak di
balik topeng itu. Diam-diam Lim Han-kim menghimpun tenaga
dalamnya bersiap sedia, pedang pendeknya disilangkan
di depan dada. "Lepaskan topeng mu itu" hardik Li
Tiong-hui ketus. " Kenapa kau tidak lepaskan kain cadar mukamu
terlebih dulu?" jawab orang berbaju hijau itu.
"Aku tak perlu melakukan itu"
" Kenapa?" 1920 "sebab tanpa melepaskan kain cadar mukakupun kau
sudah tahu siapa aku."
"Kau tebak siapa pula aku ini?"
"Seebun Giok-hiong"
"Majikanku punya kedudukan yang sangat terhormat,
ia tak akan kemari semaunya"
"Ia toh sudah janji denganku, kenapa tidak berani
datang sendiri" Hmmm Benar-benar tidak bisa dipercaya"
"Tanpa datang kemari sendiri pun ia dapat
mengetahui semua gerak-gerikmu secara tepat"
Bab 03. siasat Lawan siasat
"Aku telah berjanji dengan Seebun Giok-hiong Selain
dengan dirinya aku tak akan bicara dengan orang lain,
jadi aku tak perduli siapakah kau dan apa kedudukanmu
Pokoknya kami merasa tak perlu menjalin kontak dengan
dirimu Maaf, kami harus mohon diri" kata Li Tiong-hui
tegas. Pelan-pelan manusia berbaju hijau itu melepaskan
topengnya hingga tampak sebuah raut muka yang
tampan, bermata jeli, gigi putih rapi dan bibir berwarna
merah, sekalipun rambutnya disisir ke atas namun dalam
sekali tatap saja siapa pun bisa melihat bahwa dia adalah
wanita yang mengenakan dandanan pria.
Tampak ia membalikkan badannya memandang ke
arah meja panjang yang berisi meja abu itu, lalu
serunya: "susah orang lain menganggap sudah ada janji
1921 denganmu, ia tak mau menjalin hubungan denganku,
bagaimana sekarang?"
Dari belakang meja panjang segera terlihat bayangan
manusia berkelebat lewat, tahu-tahu dalam ruangan itu
telah bertambah dengan seorang kakek berjenggot putih.
Li Tiong-hui segera berseru: "Apakah kau sangat
berkesan dengan peristiwa lama dari pemilik bunga bwee
itu?" orang itu tertawa hambar, tidak menjawab ia malah
balik bertanya: "Kau benar-benar ingin bertemu aku?"
"Yang ingin kami jumpai adalah Seebun Giok hiong"
"Akulah orangnya"
"Bohong, bagaimana aku bisa mempercayaimu?"
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong melepaskan topengnya
hingga tampak seraut wajah yang cantik jelita, katanya
kemudian: "sekarang kaucu tentu sudah percaya bukan?"
"Aku masih agak kurang percaya"
"Kenapa?" "sebab suaramu tidak mirip"
Seebun Giok-hiong segera tersenyum, "Kau ingin
mendengar aku bicara dengan dialek mana?" katanya,
"Dialek mana pun sama saja, tapi sekarang aku sudah
percayai Jadi kau sudah tidak menaruh curiga lagi
kepadaku?" "Kau janji denganku untuk bertemu di sini tapi kau
sendiri justru bersikap sok rahasia dan misterius. MuIamula
kau suruh anak buahmu mempermainkan aku, lalu
1922 kau sendiri yang datang menggoda, sebetulnya apa
maksud tujuanmu?" "Aku harus berjaga-jaga seandainya kau tidak datang
atau kau menyuruh orang lain menyamar sebagai dirimu,
atau jika kau sudah mempersiapkan jebakan di tempat
ini, maka bagaimana pun aku mesti berhati-hati"
"Baiklah, kita tak usah membicarakan masalah ini lagi,
Apa maksudmu mengundangku datang kemari ?"
Seebun Giok-hiong memandang Lim Han-kim sekejap.
kemudian ujarnya: "Bagaimana kalau kau suruh
pelindungmu itu keluar duIu?"
" Tidak usah, ia bersama aku adalah kekasih sehidup
semati. Ada senang dinikmati bersama ada sengsara
dipikuI berbareng ..."
"Lim Han-kim?" seru Seebun Giok-hiong. "Bukankah ia
selalu bersama Pek si-hiang?"
"Tidak mungkin," jawab Li Tiong-hui sambil
melepaskan kain kerudung mukanya, "Dia bukan
manusia semacam itu"
Dengan sepasang matanya yang tajam Seebun Giokhiong
mengawasi anak muda itu tanpa berkedip. sesaat
kemudian ia baru berkata: "Kau mengatakan dia sangat
baik kepadamu?" "Yaa, biar samudra mengering, batu melapuk..
cintanya kepadaku tak akan berubah"
"Dari sepasang matanya yang romantis aku berani
memastikan bahwa dia adalah seorang lelaki yang suka
1923 main perempuan, Bila kau kelewat percaya kepadanya
maka kau sendiri yang akan menderita kerugian."
Melihat sikap yang diperlihatkan perempuan tersebut,
dalam hati kecilnya Li Tiong-hui berpikir "Tampaknya apa
yang diduga Pek si-hiang tepat sekali. ia segera akan
masuk perangkap ..."
Meskipun berpikir demikian, namun di luar ia
mengejek sambil tertawa dingin: "Kau sengaja
mengundangku untuk bertemu di sini, apakah hanya
beberapa patah kata itu saja yang ingin kau sampaikan
kepadaku?" "Aku hendak menasehatimu akan satu hal"
"soal apa?" "Lepaskan pikiranmu untuk bermusuhan denganku"
"Apa syaratnya?"
"Kau boleh sebutkan sendiri"
"Bila kau bersedia melepaskan semua masalah tentang
dunia persilatan, kita segera akan menjadi sahabat."
"Kau jangan salah paham dengan maksudku Aku
sayang dengan kecerdikanmu, maka sengaja aku
membujukmu jika kau nekat tak mau menuruti
perkataanku sampai waktunya jangan salahkan jika aku
bertindak keji kepada-mu."
Diam-diam Li Tiong-hui merasa terkejut, pikirnya: "
Kalau sampai geger dengannya sekarang, akulah yang
bakal menderita kerugian besar..."
1924 Maka sambil tertawa katanya: "Betapa pun hebatnya
ilmu siiatmu, paling tidak aku masih bisa hidup senang
selama tiga bulan..."
"Bukan tiga bulan tapi delapan puluh enam hari"
potong Seebun Giok-hiong cepat "Kalau kau tolak
bujukanku maka sampai waktunya orang pertama yang
akan kubunuh adalah kau, ketua Hian- hong- kau"
Melihat kehadiran Lim Han-kim telah berhasil
memancing perhatiannya, sambil tertawa Li Tiong-hui
berkata: "Kalau tak ada urusan lain kami ingin mohon diri
lebih dulu." Seebun Giok-hiong tertawa dingin, "Tahukah kau
bencana kematian yang akan menimpamu tiga bulan
mendatang terjadi karena sikapmu hari ini?"
"Aku mengerti, setelah pertemuan hari ini tekadmu
untuk membunuhku semakin kuat Aku merasa amat
berbangga hati bisa memperoleh perhatian yang serius
darimu." "Jika kau hendak memohon sesuatu kepadaku,
datanglah tengah malam nanti, seandainya kau tak bisa
datang sendiri, suruh saja tunanganmu yang datang
mencariku" kata Seebun Giok-hiong dingin.
"Memohon kepadamu?" Li Tiong-hui tertegun
"Kenapa" Kau berani bilang tak bakal?" ejek Seebun
Giok-hiong sambil tertawa dingin.
Pelan-pelan Li Tiong-hui mengenakan kembali kain
cadar mukanya, lalu menjawab: "Mungkin saja, asal aku
memang ingin memohon sesuatu, sampai waktunya pasti
akan datang sendiri"
1925 "Pertemuan kita kali ini bubar dengan rasa kecewa,
untung saja ada sedikit masukan yakni kita berjanji akan
bertemu lagi malam nanti."
Ucapan tersebut segera menimbulkan kecurigaan Li
Tiong-hui, dengan cepat dia bertanya: "Tampaknya kau
sangat yakin bahwa aku pasti akan mencarimu tengah
malam nanti?" "Benar, salah satu di antara kalian berdua pasti akan
menjumpaiku tengah malam nanti, Aku hanya tak bisa
memastikan siapa di antara kalian berdua yang bakal
muncul..." Setelah berhenti sejenak, kembali tambah-nya: "Mati
hidup seseorang bukan sebangsa permainan kanakkanak.
Kuanjurkan kepadamu lebih baik tak usah
mengulur waktu lagi, sebab amat besar resikonya bagi
kelangsungan hidup."
"Kelangsungan hidup siapa?"
"sampai sekarang masih belum diketahui
kelangsungan hidup siapa, tapi yang pasti dia adalah
satu di antara kalian berdua."
"oooh, rupanya secara diam-diam kau telah meracuni
kami berdua?" teriak Li Tiong-hui penuh marah.
"Selama ini aku toh cuma berdiri tanpa bergerak," kata
Seebun Giok-hiong sambil tertawa. "Lagipula meski ilmu
silatmu masih bukan tandinganku, namun kau memiliki
tingkat kewaspadaan yang tinggi, sekalipun aku betulbetul
berniat mencelakaimu secara diam-diam, belum
tentu usaha tersebut bisa berhasil secara mudah."
1926 Mendengar perkataan itu Li Tiong-hui berpiklr "Benar
juga perkataan ini, sekalipun ilmu silat yang ia miliki jauh
di atas kepandaianku, tapi kalau dibilang dia mampu
mencelakai aku secara diam-diam tanpa kusadari,
rasanya hal ini sulit juga dilakukannya."
Tanpa banyak bicara lagi ia segera menggandeng
tangan Lim Han-kim dan beranjak keluar meninggalkan
ruangan itu. Dari belakang terdengar Seebun Giok-hiong berseru
sambil tertawa dingin tiada hentinya: "Kendatipun kau
berotot kawat tulang besi, jangan harap bisa tahan atas
daya kerja racun itu"
Li Tiong-hui pura-pura tidak mendengar, ia
melanjutkan langkahnya keluar dari ruang tengah. Di sisi
pintu ia temui iblis jahat berbaju hijau dan Setan gusar
berbaju kuning berdiri berjajar di sana tanpa bergerak.
Sikap sombong dan takaburnya telah hilang lenyap tak
berbekas. jelas mereka telah menderita kerugian yang
cukup parah hingga sikap mereka berubah seratus
delapan puluh derajat Li Tiong-hui berlagak seolah-olah tidak tahu, segera
serunya: "Kalian berdua melindungi dari belakang"
Kemudian sambil bergandeng tangan dengan Lim Hankim
mereka melanjutkan langkahnya keluar dari
bangunan itu. Keluar dari rumah abu keluarga Go, si Dewa jahat
berbaju hijau dan Sukma murung berbaju putih segera
maju menyongsong sambil memberi hormat dengan
sikap yang amat tunduk 1927 Melihat sikap kedua orang ini, Lim Han-kim nampak
tertegun, Dalam hati kecilnya ia merasa amat keheranan.
Tampak Li Tiong-hui mengulapkan tangannya sambil
berseru: "Tak usah banyak adat" Dia langsung naik ke
atas kereta. sikap keempat manusia buas itu sangat berbeda


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan keadaan biasa, Tanpa banyak bicara mereka
mengiring di belakang. Menunggu setelah Li Tiong-hui
naik ke dalam kereta dan turunkan tirai, dengan sikap
hormat Dewa buas berbaju merah baru bertanya: "Lapor
kaucu, kita hendak ke mana?"
"Kembali ke tempat semula."
Dewa buas berbaju merah mengiakan, kereta pun
pelan-pelan bergerak meninggalkan tempat itu,
Dalam kereta, dengan suara setengah berbisik Lim
Han-kim berkata: "Kau dapat merasakan tidak. sikap
keempat orang itu seperti berubah seratus delapan puluh
derajat, sekarang jadi begitu penurut dan alim?"
"Mereka tentu sudah menerima pelajaran dari Seebun
Giok-hiong." "Tapi selama ini Seebun Giok-hiong cuma bersembunyi
di belakang meja abu, boleh dibilang tak pernah bertemu
dengan mereka berempat. Bagaimana mungkin mereka
telah mendapat pelajaran dari dirinya?"
Pelan-pelan Li Tiong-hui melepaskan kain cadar
mukanya, lalu sambil geleng kepala dan menghela napas
panjang gumamnya: "Betul- betul perbuatan yang sangat
keji" 1928 Ucapan itu diutarakan tanpa ujung pangkalnya, Lim
Han-kim seketika dibuat bengong dan tak habis
mengerti, serunya tak tahan: "apa yang telah terjadi?"
"Kita sudah tertipu oleh Seebun Giok-hiong"
"Hei, makin bicara semakin melantur, Aku makin tak
habis mengerti, dalam hal apa kita tertipu?"
"Kita berdua telah keracunan"
"Keracunan?" seru Lim Han-kim terkejut
"Betul, menggunakan kesempatan di saat ia mengajak
kita berbincang-bincang tadi secara diam-diam ia telah
melepaskan bubuk racun yang tak berbau dan
berwarna." Lim Han-kim mencoba untuk mengatur pernapasan
tapi tidak menjumpai gejala yang aneh, maka segera
serunya: "Kenapa aku tidak merasakannya?"
"Kalau bisa dirasakan, ia tidak bernama Seebun Giokhiong"
kata Li Tiong-hui. Ia menyingkap tirai kereta sambil melongok sedikit ke
depan dan teriaknya: "Belok ke kiri"
Dewa buas berbaju merah menyahut dan membelok
arah kereta menuju ke sebelah kiri dan menelusuri
sebuah jalan setapak. "Kita akan pergi ke mana?" tanya Lim Han-kim
keheranan "Pergi menemui Pek si-hiang"
1929 "Agaknya kalian sudah mengatur kesemuanya ini
dengan sempurna, tinggal aku seorang yang dibuat
macam orang bloon." "Apa salahnya macam orang bloon" Yang penting kau
toh tidak merasa dirugikan apa pun" Mendadak gadis itu
merasa bahwa ia telah salah bicara, setelah menghela
napas ujarnya lagi lembut: "Jangan marah padaku,
pikiranku sedang kalut"
Lim Han-kim hanya tertawa hambar tanpa
mengucapkan sepatah kata pun.
"Kenapa kau tidak berbicara lagi" Marah?" tegur Li
Tiong-hui sambil menghela napas.
Cepat-cepat Lim Han-kim menggeleng, "Bagaimana
pun tujuan kita adalah berusaha menjebak lawan dengan
berlagak menjadi sepasang kekasih, bagaimana kasarnya
kau menegur aku pun tak bakal sampai marah."
"Jadi sedikitpun kau tidak khawatir atas keselamatan
jiwaku yang sedang keracunan?" Li Tiong-hui tertawa
dingin. "Kau keracunan?" seru Lim Han-kim tercengang.
"Seebun Giok-hiong tidak tega meracunimu maka ia
gunakan diriku sebagai bahan pelampiasan."
Lim Han-kim segera merasakan bahwa setiap patah
katanya penuh mengandung nada kesal, gusar dan
mendongkel Karena tak memperoleh jawaban yang
sesuai untuk menanggapi ucapan tersebut, sambil
menghela napas panjang ia tundukkan kepalanya dan
tidak berbicara lagi. 1930 Tampaknya hawa amarah Li Tiong-hui semakin
meledak. katanya kembali dengan suara ketus:
"Sekarang kau mengerti bukan, Seebun Giok-hiong suruh
kita datang memenuhi janjinya tengah malam nanti,
sesungguhnya ucapan tersebut ditujukan kepadamu
seorang" Lim Han-kim semakin tak habis mengerti, pikirnya:
"Kalau memang begitu kejadiannya, bukankah apa yang
kita inginkan sudah terpenuhi" Kenapa ia jadi marahmarah?"
Sementara itu dari luar kereta sudah kedengaran
Dewa buas berbaju merah berseru: "Lapor kaucu, di
depan kereta sudah tiada jalan tembus lagi"
Li Tiong-hui segera mengenakan kain cadar mukanya
dan melompat keluar dari kereta.
Melihat gadis itu masih dicekam hawa amarah yang
membara, seakan-akan setiap saat bisa meledak keluar,
dalam hati kembali Lim Han-kim berpikir "Lebih baik aku
menyingkir agak jauh hingga bila kau ingin mengumbar
amarahmu, aku tidak menjadi sasaran."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat,
terdengar Li Tiong-hui telah membentak keras: "Kenapa
kau tidak segera turun, mau apa sembunyi terus dalam
kereta?" Lim Han-kim termangu-mangu, ia segera melompat
turun dari kereta dan celingukan kesekeliling tempat itu.
ia semakin keheranan setelah melihat tempat itu sangat
sepi, liar dan terpencil, pikirnya lagi: "Di sekeliling tempat
ini tak tampak sebuah bangunan rumah pun, di mana
Pek si-hiang berdiam?"
1931 "Eeei, lihat apa kamu" Ayoh cepat ikut aku" hardik Li
Tiong-hui lagi. Lim Han-kim gelengkan kepalanya berulang kali,
pikirnya: "Seorang lelaki tak akan ribut dengan
perempuan, biar kau berangasan dan ingin marahmarah,
asal tidak kulayani juga percuma..." Maka tanpa
mengucapkan sepatah kata pun dia menyusul di
belakang Li Tiong-hui. Setelah berjalan berapa langkah tiba-tiba Li Tiong-hui
berbalik dan katanya kepada empat manusia buas:
"Kalian semua jaga di sini, tak usah ikut aku"
Tanpa menunggu jawaban dari keempat manusia buas
itu, ia balikkan badan dan beranjak pergi dari situ,
Melihat gadis itu lari semakin cepat terpaksa Lim Han-kim
mengikuti di belakangnya, Beberapa saat kemudian
mereka sudah menempuh sejauh empat- lima li dan tiba
di tepi hutan. Di sisi hutan lebat itu berdiri sebuah rumah gubuk. Li
Tiong-hui memeriksa sekejap sekeliling tempat itu
kemudian langsung masuk ke dalam rumah gubuk itu.
Meskipun dinding rumah gubuk itu terbuat dari batu
bata namun keadaannya bersih sekali, di tengah ruang
utama terdapat sebuah meja dengan dua buah bangku.
"Apakah nona Pek ada?" sapa Li Tiong-hui setelah
mendeham beberapa kali. Tirai di sisi kanan ruangan tersibak. pelan-pelan
muncullah Pek si-hiang yang memakai baju warna putih,
ia sudah berganti dengan pakaian wanita, Rambutnya
yang panjang dibiarkan terurai di bahu, wajahnya yang
1932 cantik kelihatan amat menarik dengan dandanannya
sekarang. Sambil munculkan diri katanya seraya ter-senyum:
"Ayo kita berbicara dalam kamarku saja" Lalu sambil
mengalihkan pandangan matanya ke arah Lim Han-kim,
ujarnya pula: "Coba kau lihat, bagaimana dengan
dandananku hari ini?"
Sebelum Lim Han-kim sempat berbicara, Li Tiong-hui
telah melepaskan kain cadar mukanya sambil menyela:
"Ternyata dugaan nona Pek sangat tepat, aku telah
berjumpa dengan Seebun Giok-hiong"
"Bagus sekali" kata Pek si-hiang sambil tertawa. "Tak
kusangka ia telah melepaskan racun secara diam-diam
..." "Apa iya?" seru Pek si-hiang sambil menarik kembali
senyumannya, "Ayoh kita berbicara di dalam saja"
Dengan cepat dia melangkah masuk lebih dulu, Li
Tiong-hui dan Lim Han-kim segera mengikuti dari
belakang, Perabot dalam kamar itu amat sederhana,
selain sebuah pembaringan kayu hanya terdapat dua
buah bangku yang terbuat dari bambu.
Menyaksikan semua ini, Lim Han-kim berpikir "Dengan
tubuh yang begitu lemah dan rapuh ternyata ia menyukai
kehidupan aneh semacam ini, menginap di kuil
terbengkalai berdiam di rumah gubuk reyot, Tampaknya
perempuan ini juga terhitung seorang manusia aneh"
Sementara itu Pek si-hiang telah membersihkan
bangku bambu dengan ujung bajunya ya bersih, lalu
katanya: "silakan duduk."
1933 Li Tiong-hui memandang Lim Han-kim sekejap.
kemudian serunya: "Sekarang katakan, ceritakan semua
pengalaman kita secermatnya kepada nona Pek"
Kembali Lim Han-kim berpikir "Hati wanita memang
paling susah diduga, tergopoh-gopoh dia datang kemari
seperti takut kehilangan waktu, tapi setelah berjumpa ia
justru menunjukkan sikap santai..."
Sekalipun berpikir begitu, namun ia ceritakan juga
semua pengalamannya dalam rumah abu keluarga Go
secara terperinci Pek si-hiang mendengarkan dengan
seksama, kemudian ia termenung dan berpikir beberapa
saat sebelum ujarnya: "Kalau apa yang kau kisahkan itu
benar, kemungkinan besar ia telah mencelakaimu secara
diam-diam, Dan racun yang dipakai sudah pasti bukan
racun sembarang racun"
"Aku yakin dia bukan lagi gertak sambal, sebelum
tengah malam nanti racun itu tentu akan mulai bekerja"
kata Li Tiong-hui. "Kalian cobalah mengatur napas untuk memeriksa isi
perut, adakah gejala keracunan?"
"Aku tak dapat merasakannya" ucap Lim Han-kim.
"Kalau bisa dirasakan, kita pun bisa membuat
persiapan sebelumnya" sela Li Tiong-hui.
Tiba-tiba Pek si-hiang tertawa, katanya: " Kalian tak
usah takut, agaknya ia cuma berbohong."
"maksudmu ia cuma gertak sambal?"
"itu pun tidak. Mula-mula ia berbohong untuk
menanamkan sugesti di hati kalian bahwa tubuh kalian
1934 berdua sudah diracuni setelah itu kalian akan termakan
oleh sugesti itu dan merasakan bahwa tubuh kalian
seolah-olah betul-betul keracunan, dengan begitu malam
nanti kalian pasti akan muncul lagi untuk
menjumpainya." "Kenapa ia tidak secara langsung mengundang kami
untuk berjumpa tengah malam nanti" Buat apa ia
gunakan tipu muslihat ini?"
"sebab ia tak berhasil menemukan alasan yang tepat
Dengan mengatakan kalian keracunan, bukankah cara ini
yang terbaik?" "Aaaai... sebetulnya apa tujuannya dengan berbuat
begitu?" "Ia sengaja hendak menanamkan bayangan gelap
dalam hatimu, agar pikiranmu kalut dan kacaukan semua
rencana sebelum berbuat."
"Lantas apa perlu kupenuhi undangannya tengah
malam nanti?" Pek si-hiang segera menggeleng.
"Tak usah pergi, kalau semua langkah kita sudah
berada dalam dugaannya, maka posisi kita akan
terperosok di bawah angin."
"Lantas kita acuhkan saja undangan tersebut?"
"itu pun kelewat kasar Kita harus mencari sebuah jalan
keluar yang sama sekali di luar dugaannya."
"Lalu bagaimana caranya" Aku tak bisa menemukan
cara yang terbaik lagi, lebih baik nona Pek saja yang
carikan akal." 1935 "Seebun Giok-hiong tentu akan sangat gusar apabila
sampai tengah malam nanti kalian tak datang memenuhi
undangan Lebih baik kita bikin ia naik darah dulu,
selewatnya tengah malam baru kau utus seseorang
untuk mengantar sepucuk surat. Beritahu kepadanya
bahwa racun di tubuhmu sudah mulai bekerja, Bila ia
bersikeras ingin menjumpaimu, suruh ia datang
menjumpaimu bersama si pengantar surat. "
"Kalau ia menolak untuk datang?"
"Aku yakin ia pasti ikut datang, Kalau ia menolak.
belum terlambat bagi kita untuk mencari akal lain."
"Lantas apa yang harus kuperbuat?"
"Pura-pura sakit."
"Tapi aku tak bisa berlakon dengan baik,"
"Tidak apa-apa, kita justru harus bersikap sedemikian
rupa agar sekali pandang ia tahu kalau kau sedang purapura
sakit..." Kemudian sambil berpaling kearah Lim Hankim,
tambahnya: "Kau harus mendampingi nona Li"
"Tentu saja" "Kau harus bersikap sayang, mesra dan penuh kasih
melayani keperluan nona Li. Tunjuk-kan mimik muka
khawatir tapi penuh rasa sayang."
"Bagaimana aku harus berperan" Aku takut tak
sanggup memikul tanggung jawab ini," keluh Lim Hankim.
Pek si-hiang tertawa. "Kalau tak pandai berpura-pura,


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lakukanlah sungguh-sungguh," ucapnya. Kemudian
setelah berhenti sejenak. tambahnya: "Disatu pihak kau
1936 harus mesra kepada nona Li, dipihak lain sikapmu
terhadap Seebun Giok-hiong harus dingin dan hambar,
tapi bukan berarti sama sekali tak acuh kepadanya,
Bagaimana harus berperan secara pas, kau mesti lakukan
sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu."
"Aaaah ... setelah mendengar uraian nona Pek. aku
sudah semakin paham sekarang" seru Li Tiong-hui.
"Maksudmu kita buat amarahnya berkobar lebih dulu
hingga dia kehilangan kendali sebelum melangkah ke
cara lain ... ehmm, cara ini memang bagus sekali"
"Tampaknya kau memang pintar, sekali berpikir
segera mengetahui niat hatiku"
"Kalau begitu aku mohon diri lebih duu, sekarang aku
harus membuat sedikit persiapan."
Tiba-tiba Pek si-hiang berpaling kearah Lim Han-kim
dan dengan wajah serius katanya: "Kau harus ingat
perkataanku jangan ambil keputusan sesuka hati sendiri,
juga tak boleh bertindak menurut emosi, apa lagi
bersikap sok pintar, Kau harus tahu bahwa persoalan ini
menyangkut keselamatan jiwa seluruh umat persilatan di
dunia, kau tak boleh merusak rencana besar ini"
"Aku pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga"
"Bagus, kalian boleh pergi sebab aku juga harus
pindah rumah." "Pindah rumah?" seru Li Tiong-hul keheranan
"Benar, kehadiran kalian kemari pasti sudah
memancing kecurigaan Seebun Giok-hiong, jika aku tidak
segera pindah rumah, jejakku tentu akan berhasil
dilacaknya." 1937 "Aku harus mencarimu ke mana bila ingin menemuimu
?" "Tak usah dicari, aku sendiri yang akan menghubungi
kalian" "Aaaai..." Li Tiong-hui menghela napas panjang,
"Kelihatannya kau lebih menderita daripada aku."
"Beginipun aku sudah amat gembira, apalagi bisa
bertemu dengan musuh setangguh Seebun Giok-hiong,
Mungkin saja gara-gara urusan ini, aku bisa hidup berapa
bulan lebih lama" "Kalau begitu kita berpisah sampai di sini," kata Li
Tiong-hui. setelah memberi hormat ia menggandeng
tangan Lim Han-kim untuk diajak pergi dari situ.
Memandang bayangan punggung kedua orang itu,
tiba-tiba muncul perasaan duka yang sangat aneh dalam
hati kecil Pek si-hiang, buru-buru ia menutupi wajahnya
dengan sapu tangan. Tampaknya semua kemurungan yang mencekam Li
Tiong-hui semula kini sudah tersapu lenyap. sepanjang
jalan ia selalu nampak riang, jauh berbeda dengan
keadaan sewaktu berangkat tadi.
Lim Han-kim sangat keheranan, tak tahan ia pun
menegur: "Persoalan apa sih yang membuat kau nampak
begitu gembira?" " Kenapa" Aku tak boleh senang?"
"Aku hanya tak mengerti persoalan apa yang
membuatmu begitu gembira?"
1938 Li Tiong-hui segera tertawa, "Tipu muslihat Seebun
Giok-hiong telah menutupi kejernihan otakku tadi hingga
membuatku panik, bingung dan tak tahu apa yang mesti
diperbuat itulah sebabnya aku amat kesal. Tapi sesudah
mendengar penjelasan nona Pek, tali simpul yang
membelenggu pikiranku terbebas sudah, dengan
sendirinya hatiku menjadi riang kembali."
"Oooh, kiranya begitu," kata Lim Han-kim sambil
tertawa tawar, Li Tiong-hui mempercepat langkahnya kembali ke
tempat keretanya diparkir, ia jumpai Dewa buas berbaju
merah, iblis jahat berbaju hijau, setan gusar berbaju
kuning dan sukma murung berbaju putih sedang duduk
bersamadi. Kalau dilihat dari peluh yang membasahi jidat
mereka, tampaknya suatu pertarungan sengit baru saja
berlangsung. Sesaat kemudian Dewa buas berbaju merah
menggerakkan matanya lalu bangkit berdiri seraya
memberi hormat "Rupanya kaucu telah kembali,"
katanya. "Kalian baru saja berkelahi dengan orang?" tegur Li
Tiong-hui. "Yaa, kehebatan ilmu silat si penyerang jauh di luar
dugaan kami, Kami empat bersaudara terpaksa harus
turun tangan bersama sebelum berhasil memukul
mundur dirinya." "Siapa penyerang itu?"
"Entahlah, ia enggan menyebutkan namanya juga tak
bersedia muncul dengan wajah aslinya, tapi jurus
1939 serangan yang digunakan sangat ganas, jahat dan
kejam" "Oooh... laki-laki atau perempuan?"
"Laki-laki ia berniat menggeledah kereta kaucu tapi
berhasil kami hadang, maka tanpa bicara orang itu
mencabut pedangnya secara tiba-tiba dan menyerang
kami. Bukan saja serangannya cepat, jurus yang
dipakaipun ganas, Dalam dua gebrakansaja nyaris
tubuhku tertusuk oleh pedangnya, sampai kami empat
bersaudara turun tangan bersama, baru orang itu
meloloskan diri" "Kalian tentu amat lelah..." seru Li Tiong-hui sambil
melangkah naik ke dalam keretanya.
Lim Han-kim menyusul dari belakang, setibanya dalam
kereta ia baru berkata: "Besar kemUngkinan berubahnya
sikap keempat manusia buas ini jadi begini penurut
disebabkan suatu alasan, kau tak boleh menurunkan
sikap waspadamu." "Kenapa kau memperhatikan diriku secara tiba-tiba?"
tanya Li Tiong-hui tertawa.
Lim Han-kim tertegun, tak mampu memberikan
jawaban, sementara di hati kecilnya berpikir "Dengan
niat baik aku bermaksud memperingatkan dirimu, kau
malah balik bertanya begitu" Aaai... empat manusia buas
ini sudah terbiasa berbuat kejam, kalau tidak waspada,
suatu ketika kau tentu akan menderita kerugian di
tangan mereka..." Tiba-tiba terdengar Dewa buas
berbaju merah bertanya: "Kita akan ke mana?"
"Pulang ke rumah."
1940 Dewa buas berbaju merah mengiakan, kereta pun
dilarikan kencang menuju ke depan.
sesudah melepaskan kain cadar mukanya, dengan
seksama li Tiong-hui periksa seluruh ruang kereta itu,
setelah yakin tidak menjumpai sesuatu yang
mencurigakan baru ia berbisik kepada Lim Han-kim: "Kau
percaya dengan perkataan Dewa buas berbaju merah?"
"Tidak" "Dia kan bicara sejujurnya, kenapa kau tak percaya?"
tanya Li Tiong-hui lagi sambil tertawa.
"Dari mana kau tahu kalau mereka tidak bohong?"
" Kalau bohong mereka hanya berbentuk ucapan
tersebut, berarti kau memandang mereka kelewat
enteng." Kemudian setelah berhenti sejenak, ia
menambahkan: "Ada satu hal yang ingin kutanyakan
kepadamu." "soal apa?" "Antara Seebun Giok-hiong, Pek si-hiang dan aku,
siapa yang paling kau sukai?"
Lim Han-kim tidak menyangka kalau dia akan
mengajukan pertanyaan semacam ini, untuk sesaat ia
malah tertegun, "Aku tak bisa menjawab," katanya
kemudian "Tapi kalian bertiga sama-sama terhitung
orang yang sangat kukagumi."
"selama ratusan tahun sejarah manusia, hampir selalu
kaum pria yang pegang peranan, Kini telah muncul
situasi baru, kemungkinan besar nasib umat persilatan
1941 selama puluhan tahun mendatang berada di tangan
kaum wanita" Lim Han-kim menghela napas panjang, "Baik Pek sihiang
maupun Seebun Giok-hiong dan nona Li, kalian
bertiga sama-sama terhitung tokoh aneh dari dunia
persilatan ..." "Kau tak usah sertakan diriku dalam masalah ini.
Bicara soal ilmu silat, aku bukan tandingan Seebun Giokhiong,
bicara soal kecerdikan aku pun tak mampu
menandingi Pek si-hiang. Dalam memperebutkan
kedudukan paling tinggi dalam dunia persilatan dewasa
ini, posisiku tak lebih hanya benang pembuka jalan untuk
menembus lubang jarum."
"Nona Pek berada di belakang layar, jadi
sesungguhnya nona Li yang berhadapan langsung
dengan Seebun Giok-hiong dalam pertarungan akal
maupun kekerasan kali ini."
"Yang paling aku risaukan adalah kesehatan badan
nona Pek yang amat lemah, Aku takut ia tak mampu
bertahan hingga persoalan ini selesai, Bila ia sampai mati
duluan, aku takut dalam pertarungan ini kitalah yang
berada dalam posisi kalah ..."
Mendadak wajahnya berubah jadi amat keren dan
serius, terusnya: "Oleh karena aku adalah wanita,
pengetahuanku tentang wanita tentu lebih mendalam
ketimbang kau. Tampaknya bila Pek si-hiang sampai
tewas duluan, maka tanggung jawab dalam pertarungan
ini bakal terjatuh di atas bahumu."
"Aku..." 1942 "Yaa, kau, bila tak ingin menyaksikan dunia persilatan
berubah jadi sungai darah, bukit mayat, maka hanya ada
dua jalan yang bisa kau pilih"
Makin didengar Lim Han-kim semakin bimbang,
akhirnya dtngan kening berkerut tanyanya: "Dua jalan
yang bagaimana?" "Kesatu, kau harus mencintai Seebun Giok-hiong
dengan sepenuh hati. Apa bila ia sampai membalas
cintamu, maka dia tak akan melakukan perbuatan
terkutuk ini" "Bagaimana dengan jalan kedua?"
"Tak mungkin manusia macam kau bisa melakukannya
lebih baik tak usah kujelaskan."
"Aaah, siapa tahu, coba kau terangkan dulu."
"Diam-diam meracuni Seebun Giok-hiong agar dia mati
keracunan," "Kalau meracuni secara diam-diam, apakah tindakan
ini tidak memalukan?"
"Untuk mengalahkan musuh kita tak segan-segan
menggunakan segala taktik, menghalalkan semua cara,
sebab biasanya semakin licik cara itu semakin besar
kemungkinannya untuk berhasil. Demi keselamatan jiwa
ratusan manusia, apa salahnya kita racuni Seebun Giokhiong
sampai mati?" "Kalau begitu kita bicarakan sampai waktunya saja
Aku rasa terlalu awal untuk dibicarakan sekarang,
Aaaai... sebagai seorang lelaki aku harus melaksanakan
semua langkah yang telah kalian atur, setelah terjun
1943 kembali ke dalam dunia persilatan waktu mendatang,
entah bagaimana pandangan umat persilatan lainnya
kepada aku Lim Han-kim?"
Li Tiong-hui tertawa. "Sejak dulu tak sedikit jago
persilatan yang tunduk pada kaum wanita, apa salahnya
kau pun mengalami hal yang sama..."
sementara itu dari luar kereta sudah terdengar suara
dari Dewa buas berbaju merah sedang berseru: "Lapor
ketua, kereta sudah sampai di depan rumah"
Li Tiong-hui mengenakan kembali kain cadar
mukanya, kepada Lim Han-kim bisiknya: "Tidak perduli
kau bersedia atau tidak. pokoknya kau harus tunjukkan
sikapmu yang mesra dan penuh rasa cinta. Bimbinglah
aku semasa melangkah masuk ke rumah." selesai
berkata ia menyingkap tirai kereta dan berjalan keluar
Tempat itu merupakan sebuah bangunan rumah yang
tinggi besar, sekilas pandangan saja dapat diketahui
bahwa rumah itu merupakan rumah kediaman orang
kaya. Dengan mesra Li Tiong-hui membimbing Lim Hankim
berjalan masuk ke dalam bangunan itu diikuti
keempat manusia buas dari belakang.
Setelah memasuki pintu gerbang, tibalah mereka di
sebuah halaman yang luas, di sekeliling halaman banyak
ditumbuhi tetumbuhan yang indah.
Tiba-tiba Li Tiong-hui berpaling kearah empat manusia
buas sambil penntahnya: "Kalian berjaga-jaga di halaman
luar, sebelum ada perintah jangan memasuki pintu lapis
kedua ini" 1944 Serentak empat manusia buas itu mengiakan sambil
membungkukkan badan memberi hormat Di bawah
bimbingan Lim Han-kim, Li Tiong-hui segera
mempercepat langkahnya memasuki pintu lapis kedua.
"Bangunan apa sih tempat ini?" Lim Han-kim berbisik
kemudian "Kantor cabang perkumpulan Hian- hong- kau untuk
kota si-ciu, cepat bawa aku ke halaman sebelah timur"
Lim Han-kim mencoba memeriksa sekeliling tempat
itu, namun tak tampak sesosok bayangan manusia pun
dalam halaman rumah yang amat luas itu, maka iapun
percepat langkahnya menuju ke timur setelah melewati
taman bunga tibalah mereka di depan sebuah pintu


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbentuk bulat. Saat itulah Li Tiong-hui melepaskan diri dari bimbingan
Lim Han-kim dan dengan mempercepat langkahnya
melewati pintu bulat langsung menuju ke bangunan
utama. Begitu melalui pintu gerbang, terbentang sebuah
ruang tamu yang bersih dan mewah, di sisi kiri terdapat
pintu kecil yang tembus ke ruang tidur sambil
melepaskan kain cadar mukanya lalu tertawa Li Tiong-hui
berkata: "Duduklah dulu, di sini aku adalah tuan rumah
jadi seharusnya akulah yang melayanimu"
"Banyak persoalan yang meragukan pikiranku boleh
aku bertanya?" "Utarakan saja"
1945 "Biasanya dalam rumah yang megah dan mewah
semacam ini pasti banyak terdapat dayang dan pelayan,
kenapa tak kelihatan sesosok bayangan manusia pun?"
Li Tiong-hui tertawa, "semua pelayan dan dayang
sudah diungsikan malam ini juga, yang masih tertinggal
di rumah ini sekarang hanya jago-jago pilihan dari Hianhong-
kau kami, Dalam sekilas pandang tempat ini
memang kelihatan lengang, tak ada manusianya, padahal
penjagaan sangat ketat dan rapat, setiap langkah berarti
kematian." "Kenapa aku tidak melihat sedikit tanda pun?"
"Mereka semua telah mempunyai posisi tertentu. Ada
yang sembunyi di balik semak belukar, ada yang
sembunyi di balik ruangan. Asal aba-aba diberikan, maka
serentak mereka akan muncul untuk menyergap musuh,
Kau tidak mengetahui rahasianya, tentu saja tidak
menjumpai apa pun." "Aaaah betul, kau telah memancing Seebun Giokhiong
untuk datang kemari malam ini, rupanya kau
hendak membunuhnya di tempat ini?"
"Ketika mengatur persiapan di sini tadi aku memang
punya pikiran begitu, tapi pertaruhan ini kelewat bahaya
dan besar resikonya, Bila sampai gagal maka kejadiannya
bakal runyam, oleh sebab itu sekarang aku telah berubah
pikiran." "Pek si-hiang mengetahui rencanamu ini?"
"Tidak, dia tidak tahu perubahan yang kita alami
dalam perjalanan ke rumah abu keluarga Go hari ini
sama sekali di luar dUgaanku Aku jadi semakin sadar
1946 bahwa adU kecerdikan dengan Seebun Giok-hiong berarti
mati konyol bagiku, maka aku harus segera menghapus
pertaruhan yang menyerempet bahaya ini."
"Apa rencanamu berikut?"
"Kita lakukan seperti apa yang dirancang Pek si-hiang,
membubarkan semua penjagaan yang ada di bangunan
ini." "Apa tidak terlalu riskan dengan membubarkan semua
penjagaan di tempat ini" Menurut pendapatku lebih baik
kita jangan menggerakkan posisi mereka dulu,
bagaimana kalau kita persiapkan mereka untuk
menghadapi hal-halyang di luar dugaan?"
"Aaaai . . . kau bisa ditipu bukan berarti Seebun Giokhiong
pun dapat dikelabui persiapan kita yang kelewat
ketat dan rapat mungkin malah memancing dia
melakukan periawanan yang setimpal, salah-salah kita
bisa merangsang emosinya untuk membunuh Betul
pertarungan berdarah belum tentu segera terjadi, tapi
rasanya kurang baik untuk kedua belah pihak, jadi aku
rasa lebih baik membubarkan saja penjagaan di sini."
"Ehmmm, pemikiran nona Li amat cermat, aku bukan
tandinganmu" "Sewaktu Seebun Giok-hiong datang nanti, apa kau
juga akan memanggil nona Li kepada- ku?"
"Kalau tidak mema nggil nona Li, lantas aku harus
memanggil apa?" BAB 4. Berduaan Dalam kamar
1947 "Kalau panggilanmu kelewat asing dan menjaga jarak,
bagaimana mungkin kita bisa membohongi Seebun Giokhiong?"
ucap Li Tiong-hui. "Lantas apa yang harus kita
lakukan untuk membohonginya?"
"Berapa usiamu tahun ini?"
"Dua puluh satu tahun"
"Ada kakak atau adik?"
"Tidak, tak ada kakak ataupun adik, aku adalah anak
tunggal" "Oooh... tak heran jika watakmu aneh, kaku dan suka
menyendiri" Lim Han-kim menghela napas panjang, ia seperti
hendak mengucapkan sesuatu tapi niat itu diurungkan
kembali, Kembali Li Tiong-hui berkata: "Usiaku tiga tahun lebih
muda daripada dirimu, boleh aku memanggil kakak
kepadamu?" "soal ini... soal ini..."
"Tak usah ini itu lagi, kalau tak mau memanggil aku
adik, sebut saja namaku Aaaai... bila ingin bersandiwara,
paling tidak kita harus membuat Seebun Giok-hiong
percaya sepenuhnya bahwa kita memang sepasang
kekasih yang sedang dimabuk cinta..." setelah
tersenyum, lanjutnya: "Aku hendak menggunakan cara
yang paling lembut dan hangat untuk membuktikan
kepadamu bahwa wanita bukan makhluk yang
menakutkan." 1948 Lim Han-kim merasa tak sanggup berdebat terus
dengan gadis itu, maka dia tertawa hambar dan tidak
berbicara lagi. Tiba-tiba Li Tiong-hui bangkit dan berjalan menuju ke
depan pintu, teriaknya keras-keras: "Siapa yang sedang
bertugas?" "Aku"jawab seseorang dari luar pintu, "Apakah kaucu
ada perintah?" "Masuklah, aku hendak bicara dcnganmu" Terlihat
seorang lelaki kekar berbaju hijau dengan bahu kiri
menggembol golok, bahu kanan membawa sebuah
tabung hijau berbentuk bulat yang bentuknya tidak mirip
senjata juga tidak mirip senjata rahasia, melangkah
masuk ke dalam ruangan. Menyaksikan bentuk rupa orang itu, diam-diam Lim
Han-kim berpikir Tampaknya perkumpulan Hian- hongkau
memang tak bisa melepaskan diri dari dandanan
yang aneh dan menyeramkan. "
Tampak orang itu memberi hormat kepada Li Tionghui
sambil bertanya: "Kaucu, apa perintahmu?"
"sampaikan pesanku, semua kekuatan disini harap
segera mengundurkan diri dan gedung ini"
Lelaki itu menyahut, membalikkan badan dan segera
berlalu, Li Tiong-hui kembali menambahkan "Biarkan si
Dewa buas, iblis jahat, setan penasaran dan sukma sedih
tetap tinggal di sini"
Lelaki itu tidak banyak bertanya, ia meneruskan
langkahnya meninggalkan tempat itu.
1949 sepeninggal orang itu, baru Lim Han-kim berbisik:
"Tampaknya peraturan organisasi dari Hian- hong- kau
sangat ketat." "Kau cukup tahu bagaimana kejam dan buasnya watak
empat manusia buas itu, nyatanya lambat laun mereka
pun mulai tunduk di bawah perintahku."
"Kemampuan nona untuk menundukkan mereka
sungguh membuat aku kagum dan hormat Aku lihat
kecuali nona, di dunia ini susah untuk menemukan orang
kedua yang mampu menundukkan empat manusia buas
tersebut" "Kau kelewat memuji, padahal kemampuan Seebun
Giok-hiong serta Pek si-hiang sama sekali tidak berada di
bawah kemampuanku Apa yang bisa kulakukan pasti
mereka bisa lakukan juga."
Belum sempat Lim Han-kim memberikan
tanggapannya, tampak lelaki kekar berbaju hijau itu telah
muncul kembali dengan langkah cepat, sambil memberi
hormat katanya: " Hamba telah meneruskan perintah
kaucu, tiga puluh delapan orang jago kita telah ditarik
keluar dari gedung ini."
"Bagus, kalian mundur ke kantor cabang kedua,
sepuluh li dari sini dan menunggu perintahku berikut
siapa pun dilarang meninggalkan tempat"
Lelaki berbaju hijau itu mengiakan dan segera
beranjak pergi, selama berbicara ia selalu berdiri dengan
sikap hormat Menunggu sampai bayangan punggungnya lenyap dari
pandangan, Li Tiong-hui baru menggandeng tangan Lim
1950 Han-kim balik ke dalam kamar, katanya sambil tertawa:
"sekarang, di dalam gedung yang begitu luas dan lebar
ini tinggal kau dan aku berduaan, Jika Seebun Giok-hiong
betul-betul kemari, bukankah ia bisa masuk dengan
leluasa?" " Kenapa" Kau sangat merindukan dia?" tegur Li
Tiong-hui sambil mencoba untuk menatap pemuda itu
lekat-lekat. Lim Han-kim nampak agak tertegun, tapi kemudian
katanya seraya tersenyum: "Bukankah semua persiapan
kita ditujukan agar ia bisa melihatnya secara jelas?"
Li Tiong-hui menghela napas panjang. "Aaaai...
andaikata perkembangan selanjutnya sesuai dengan apa
yang diramalkan Pek si-hiang, aku tak tahu bagaimana
caraku untuk menghilangkan perasaan dengki, cemburu
dan duka ini..." pelan-pelan dia melangkah masuk ke
dalam ruangan Dengan termangu-mangu Lim Han-kim mengawasi
bayangan punggungnya yang menjauh, ia dapat
merasakan betapa sedih dan murungnya gadis itu,
bahkan setiap langkah kakinya kelihatan sangat berat,
seakan-akan sepasang kakinya diberi beban yang amat
berat hingga membuat langkahnya lamban.
Entah berapa lama sudah lewat, kini langit sudah
mulai gelap. semenjak masuk ke dalam kamar tidurnya Li
Tiong-hui seakan-akan batu karang yang tenggelam
dalam samudra luas, sama sekali tak terdengar suaranya
lagi. 1951 Tiba-tiba Lim Han-kim merasa mulai lapar, tapi dia
pun segan untuk berteriak, maka terpaksa perasaan
tersebut hanya ditahannya.
RembuIan sudah muncul di tengah angkasa, malam
hening bagaikan air kolam, kecuali hembusan angin
malam yang menggeserkan rumput dan bunga, dalam
bangunan gedung yang luas ini tak kedengaran suara
lain, Di hati kecilnya Lim Han-kim mulai berpikir "Li
Tiong-hui tentu sudah tertidur Waah... apa yang harus
kulakukan jika Seebun Giok-hiong muncul pada saat
ini...?" Belum selesai ingatan tersebut melintas lewat, tibatiba
terlihat cahaya api membelah kegelapan, Ketika
berpaling ia melihat bahwa kamar tidur Li Tiong-hui telah
diterangi dengan cahaya lentera.
"Kau sudah bangun?" Lim Han-kim segera menegur
"Ya, sudah jam berapa sekarang?" suara Li Tiong-hui
muncul dari dalam kamar "Permulaan kentongan kedua."
"Kau keluarlah ke depan dan panggil Dewa buas
berbaju merah agar segera menghadap."
Lim Han-kim berpikir sejenak lalu beranjak pergi, Tak
lama kemudian ia sudah muncul disertai Dewa buas
berbaju merah, serunya keras: "orangnya sudah ada di
sini." "Suruh dia masuk"
Lim Han-kim tertegun, pikirnya: "Suruh masuk ke
dalam kamar tidurnya?"
1952 ia mengira salah dengar, maka kembali serunya:
"Suruh dia masuk ke dalam kamarmu?"
"Yaa, suruh dia masuk seorang diri"
Lim Han-kim menyahut meski timbul rasa keheranan
di hati kecilnya, kembali dia berpikir "Apa-apaan ini"
Masa dia harus masuk ke dalam kamar tidurnya?"
Sementara itu Dewa buas berbaju merah telah melirik
Lim Han-kim sekejap. kemudian dengan langkah lebar
masuk ke dalam kamar. Pelan-pelan Lim Han-kim duduk di bangku, ia
menunggu hampir sepenanakan nasi lamanya sebelum
melihat Dewa buas berbaju merah muncul kembali
dengan langkah lebar, Pada detik itu juga timbul
berbagai pikiran dan kesimpulan dalam hati kecil Lim
Han-kim, apalagi melihat Dewa buas berbaju merah
beranjak pergi tanpa menengok sekejap pun ke arahnya.
Rasa gusar dan mendongkol yang tak terlukiskan
dengan kata segera menyelimuti perasaannya, namun ia
tak bisa mengumbar rasa jengkel itu hingga dia hanya
bisa mengawasi kepergian orang itu dengan pandangan
termangu. Tiba-tiba terasa sebuah tangan memegang bahunya,
disusul kemudian terdengar Li Tiong-hui menegurnya
sambil tertawa: "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Lim Han-kim segera merasakan munculnya perasaan
muak dan sebal di hati kecilnya, buru-buru ia menepis
tangan gadis itu sambil tukasnya: "Kau tak usah tahu."
"Tampaknya kau amat benci kepadaku?" kembali Li
Tiong-hui bertanya sambil tertawa.
1953 "Betul, kenapa?"
Sambil menyulut lilin dalam ruangan itu Li Tiong-hui


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata lagi sambil tertawa: "Jangan lupa, malam ini kita
masih perlu kerja sama untuk menghadapi Seebun Giokhiong"
Ketika Lim Han-kim menyaksikan sepasang mata Li
Tiong-hui merah membengkak seakan-akan baru saja
menangis sedih, rasa gusar yang membara di dadanya
kontan tersapu lenyap. sahutnya sambil tertawa jengah,
"Benar juga perkataanmu."
Agaknya Li Tiong- hui sendiri pun tidak mengira kalau
kemarahan anak muda itu bakal lenyap seketika, ia
tertegun lalu tertunduk sedih, "Aku rasa Seebun Giokhiong
segera akan muncul, kita perlu membuat persiapan
mulai sekarang," katanya pelan.
"Aku siap mendengarkan perintah"
Pelan-pelan Li Tiong-hui membalikkan badan masuk
kembali ke dalam kamar tidurnya, sesaat kemudian
terdengar ia berseru: "Tutup pintu kamar, padamkan lilin
dan masuklah ke dalam kamar"
Lim Han-kim menurut dan segera padamkan lilin,
tutup pintu kamar dan masuk ke dalam kamar tidur,
Waktu itu Li Tiong-hui dengan mengenakan pakaian tidur
sedang duduk di pembaringan ia segera menunjuk
kearah bangku di samping pembaringan sambil katanya:
"Mulai sekarang aku sudah menjadi orang yang sedang
sakit, kau harus melayaniku dengan baik."
"Baiklah, sekarang kau minta apa?"
1954 "Ambilkan dulu secawan teh." Lim Han-kim mengambil
Cawan dan mengisinya dengan air teh, ketika berpaling
lagi tampak Li Tiong-hui sudah berbaring dengan selimut
menutupi seluruh badannya, kini hanya nampak
kepalanya saja dengan rambut yang terurai kusut dan
wajah senyum tak senyum sedang mengawasi dirinya.
"Bawa kemari" ucapnya lembut Lim Han-kim
mendekati pembaringan, meletakkan cawan teh di sisi
pembaringan lalu baru ujarnya: "sekarang Seebun Giokhiong
belum datang, apakah kau tidak merasa perbuatan
ini kelewat dini?" "Kalau sampai waktunya sikapmu kurang luwes,
bukankah rahasia penyamaran kita malah akan
terbongkar?" Lim Han-kim tidak banyak bicara lagi, ia duduk di
bangkunya dan tidak bergerak lagi.
Bagaimana pun Li Tiong-hui adalah keturunan dari
suatu keluarga persilatan yang amat termashur, selain
cantik, dia pun pintar dan berkedudukan terhormat,
hampir boleh dibilang setiap orang menaruh hormat
kepadanya, selama hidup belum pernah dia alami sikap
seperti yang dialaminya dengan Lim Han-kim sekarang,
tak heran kalau semakin dipikir ia semakin malu dan tak
tahan. Akhirnya sambil tertawa dingin gadis itu melengos
kearah lain. Agaknya Lim Han-kim mulai menyadari
bahwa sikap maupun ucapannya sedikit kelewat batas,
sebetulnya dia ingin mengucapkan beberapa kata
permintaan maaf, tapi melihat gadis itu sudah melengos
kearah lain, maka dia pun urungkan kembali niatnya,
1955 Waktupun berlalu dalam keheningan dan kesepian
yang luar biasa, entah berapa lama sudah lewat.
Mendadak suara ketukan pintu menyadarkan kembali
mereka berdua, meski ketukan itu pelan namun cukup
menggetarkan keheningan yang mencekam ruangan itu
Dengan cepat Li Tiong-hui membalikkan badan,
dengan wajah dingin bagaikan salju serunya ketus:
"Cepat buka pintu"
Kata-kata itu kaku, dingin dan amat tak sedap
didengar, bahkan menengok kearah Lim Han-kim sekejap
pun tidak. Dengan suara rendah Lim Han-kim menyahut:
"Tampaknya see-bun Giok-hiong telah datang, kita harus
lebih mes ..." Namun ketika melihat sikap Li Tiong-hui yang dingin
dan kaku, kata-kata tersebut segera diurungkan
"Aku suruh kau buka pintu, sudah dengar tidak?"
kembali Li Tiong-hiui menegur kasar.
Lim Han-kim tertegun, tapi ia segera beranjak pergi,
Begitu pintu dibuka segera bergema suara tertawa
merdu dari Seebun Giok-hiong seraya berseru:
"Merepotkan kau saja"
Tidak menunggu Lim Han-kim mempersilakannya
masuk, seperti hembusan angin sejuk tahu-tahu ia sudah
menyelinap dari samping pemuda itu menerobos masuk
ke dalam kamar tidur. Lim Han-kim segera menyusul dari belakang, waktu itu
Seebun Giok-hiong telah berdiri di samping pembaringan.
Melihat itu dengan perasaan terkejut pikirnya: "Cepat
betul gerakan tubuh orang ini"
1956 Dalam kesempatan itu Li Tiong-hui masih berbaring
menghadap ke dinding, kehadiran Seebun Giok-hiong
seolah-olah tidak dirasakannya sama sekali.
"Mirip betul sandiwara yang kau perankan"jengek
Seebun Giok-hiong sambil tertawa dingin
"Sttt, jangan berisik," buru-buru Lim Han-kim menegur
"Kalau ada persoalan bicarakan saja denganku."
"Apa hubunganmu dengannya?" mendadak Seebun
Giok-hiong berpaling. Lim Han-kim merasa pertanyaan ini susah untuk
dijawab, setelah termenung lama sekali dia baru
menyahut: "Teman"
"Kenapa kalian tidak datang memenuhi undanganku?"
kembali Seebun Giok-hiong tertawa dingin
"Dia sakit, tak bisa bergerak"
"Siang tadi saja masih sehat, masa malam harinya
sudah sakit" Dia toh bukan orang-orangan yang terbuat
dari kertas, Hmmm Hmmm... orang lain bisa kau tipu,
tapi jangan harap bisa membohongi Seebun Giok-hiong"
"Sebenarnya apa keinginanmu, sekarang boleh kau
utarakan" Seebun Giok-hiong tidak menjawab, mendadak ia
menggerakkan tangannya mencengkeram tangan Li
Tiong-hul. "Jangan sentuh dia," bentak Lim Han-kim dengan
perasaan cemas, sebuah pukulan segera dilontarkan.
Tanpa berpaling atau menengok ke belakang Seebun
Giok-hiong berkelit ke samping untuk menghindari
1957 sergapan itu, kemudian katanya dingin: "Jika kau berani
sembarangan bergerak lagi, segera kupatahkan lengan
kanannya, Meskipun aku berjanji dengan Pek Si-hiang
tak akan membunuh orang, namun aku tak pernah
berjanji tak akan melukai orang lain."
Lim Han-kim benar-benar tak berani bergerak lagi, ia
mundur sejauh tiga depa, kemudian serunya: "Melukai
seorang penderita sakit yang tak bertenaga untuk
melawan, terhitung orang gagah macam apa kau?"
"ia sehat sekali, siapa bilang berpenyakitan?"
Pelan-pelan Li Tiong-hui membalikkan badannya,
bisiknya: "Aku terkena racunmu"
Seebun Giok-hiong berkerut kening, tiba-tiba ia
lepaskan cekalannya atas lengan gadis itu, kemudian
sambil tertawa terkekeh-kekeh serunya: "Ha ha ha...
tampaknya kau percaya penuh dengan perkataanku" "
"Dengan kedudukan pemilik bunga bwee dalam dunia
persilatan, aku percaya ucapanmu bukan bohong belaka"
Merah padam selembar wajah Seebun Giok-hiong, ia
tertawa hambar . "Bila aku hendak mencelakaimu tak
akan kugunakan cara meracunimu secara diam-diam."
"Jadi kau membohongi aku?" seru Li Tiong-hui sambil
melompat bangun dari tidurnya.
Seebun Giok-hiong menarik kembali senyumannya,
dengan dingin katanya: "Menyalurkan racun dari balik
benda merupakan ilmu penyebaran racun tingkat tinggi
dalam dunia persilatan, Bukan aku Seebun Giok-hiong
sengaja mengibul atau omong besar selain aku rasanya
sulit untuk menemukan orang kedua yang mampu
1958 berbuat begitu dalam dunia persilatan saat ini. siapa pun
orang tersebut, asal ia bertemu sekali saja denganku
maka ia bisa terkena racun yang kulepaskan" .
"Bagaimana jika dibandingkan Pek si-hiang?"
Seebun Giok-hiong tidak langsung menjawab, ia
termenung dan berpikir sesaat kemudian baru ujarnya:
"Kemampuannya susah diukur, tapi aku percaya ia belum
pernah mempelajari ilmu menyalurkan racun dari balik
benda." "Kalau begitu kemungkinan besar kami berdua bisa
keracunan saat ini?"
"Itu tergantung apakah aku berniat turun tangan
terhadap kalian atau tidak"
Pelan-pelan Li Tiong-hui bangkit berdiri, katanya
kemudian: "Aku sudah kedatangan tamu agung, aku tak
bisa mengesampingkan kewajibanku sebagai tuan rumah
yang baik." Saat ini dia mengenakan pakaian tidur yang amat tipis,
di bawah sinar lilin lamat-lamat orang dapat melihat
bentuk tubuhnya yang ramping dan montok serta kulit
badannya yang putih halus.
"Ehmmm, bentuk tubuh yang sangat indah" puji
Seebun Giok-hiong sambil tersenyum. "Pinggang yang
ramping, payudara yang montok dan kulit tubuh yang
putih halus..." Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Lim Hankim,
kemudian tambahnya: "Beruntung sekali kau punya
teman secantik ini" 1959 "Dibandingkan kau, Seebun Giok-hiong, aku masih
kalah jauh" seru Li Tiong-hui sambil pelan-pelan
melangkah keluar dari ruang tidur.
Di bawah cahaya lilin yang redup, dalam ruangan itu
sekarang tinggal Lim Han-kim dan Seebun Giok-hiong
saja, Tampaknya Seebun Giok-hiongpun sudah
berdandan rapi sebelum datang, Dengan wajahnya yang
cantik dan bentuk tubuh yang indah, ia betul- betul
seorang wanita yang luar biasa menariknya.
"Betul- betul seorang gadis yang rupawan" puji Lim
Han-kim dalam hati, ia tak berani banyak memandang,
buru-buru wajahnya dialihkan ke arah lain.
Dengan sepasang matanya yang genit menggiurkan
Seebun Giok-hiong mengawasi wajah pemuda itu lekatlekat,
kemudian setelah tertawa dingin katanya: "Apa
maksudnya meninggalkan kau seorang diri bersamaku
dalam kamar tidurnya?"
"Mana aku tahu?" sahut Lim Han-kim seraya
melayangkan pandangan matanya ke atap rumah.
"Hmmmm jangan dianggap aku mudah terperangkap.
akan kusuruh dia kecewa berat akhirnya ..."
"Ternyata perempuan ini lihay juga," pikir Lim Han-kim
segera, "Kalau sampai rahasia ini betul- betul terbongkar,
usahaku selama ini betul- betul akan sia-sia belaka..."
Berpikir sampai di situ, tak tahan lagi tegurnya:
"Perangkap apa maksudmU?"
Seebun Giok-hiong tersenyum manis, "ia berniat
membunuh aku dengan memasang jago-jago lihaynya di
1960 sekitar bangunan ini, tapi nyatanya dia tak bernyali untuk
berbuat demikian." Diam-diam Lim Han-kim menghembuskan napas lega,
katanya kemudian: "Kecuali Dewa buas, iblis jahat, setan
penasaran dan sukma murung, dalam gedung bangunan
ini tak ada jago lainnya, apa maksudmu berkata
demikian?" "Aku hanya mengatakan bahwa dia tak bernyali
setelah rencana disusun rapi, di tengah jalan ia berubah
pikiran dengan membubarkan kawanan jago lihaynya."
kata Seebun Giok-hiong tertawa.
Sekali lagi Lim Han-kim berpikir: "Orang ini betulbetul
terbukti lihay, bahkan ketajaman pendengarannya
juga luar biasa..." Ketika tidak mendengar suara Lim Han-kim, kembali
Seebun Giok-hiong bertanya: "Kemana dia pergi?"
"Mungkin persiapkan hidangan dan arak untuk
menjamu kau si tamu agung"
Seebun Giok-hiong mendengus dingin, "HHmmmm,
sebagai seorang ketua dari partai Hian-hong-kau, masa
kemampuan untuk pelihara dayangpun tak mampu?"
"Tentu saja dayang tersedia lengkap. hanya saja pada
saat ini tidak berada di sini."
"Kenapa" Apa dia sudah menduga kalau aku bakal
kemari malam ini?" "Bukan, bukan begitu maksudnya ..."
Seebun Giok-hiong segera tertawa terkekeh-kekeh.
1961 "Ha ha ha ... mengerti aku sekarang. Dia sengaja
menyingkirkan semua dayangnya agar dia bisa berduaan
saja denganmu malam ini?"
"Kalau nona sudah mengatakan begitu, yaa sudahlah,
aku tak perlu memberi penjelasan lagi."
Dengan biji matanya yang jeli Seebun Giok-hiong
mengawasi seluruh tubuh Lim Han-kim dari atas hingga
ke bawah, lalu tegurnya: "Dia sangat baik kepadamu?"
"Bukan baik lagi..."
"Lalu bagaimana sikapmu kepadanya?"
"Cinta kasihku kepadanya lebih dalam dari samudra..."
jawab Lim Han-kim setelah termenung sejenak.
"Hmmmm, apa sih kehebatanmu, kenapa ia bersikap
begitu baik kepadamu?"
Lim Han-kim agak tertegun, sahutnya kemudian:
"cinta dikarenakan jodoh, apa kepentinganmu untuk
mencampuri urusan kami berdua?"
"Ha ha ha... kalau aku ngotot hendak mencampuri,


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mau apa kamu?" "Aku tak habis mengerti dengan cara apa kau hendak
mencampuri urusan kami berdua?"
"Cara sih banyak sekali aku akan membuat kau
terpisah selamanya dengan dia, agar ia tak bisa
berjumpa denganmu, biar ia rasakan bagaimana
deritanya penyakit rindu, kalau aku berhasil bukankah hal
ini sangat menyenangkan?"
1962 "Batin kami berdua telah saling berhubungan biar
delapan sampai sepuluh tahun tak bertemupun, cinta
kasih kami tak pernah akan berubah"
Berubah hebat paras muka Seebun Giok-hiong,
serunya dingin, "Aku tak percaya batin manusia di dunia
ini bisa saling berhubungan"
"Perasaan dan pikiranmu diliputi perasaan benci dan
dendam, membunuh sudah menjadi kegemaranmu, tentu
saja keadaan seperti kami berdua tak bakal kau alami..."
"Kau mengerti apa?" teriak Seebun Giok-hiong gusar.
"aku justru ingin membuktikan apa benar antara lelaki
dan perempuan betul-betul ada jalinan cinta kasih sejati"
Lim Han-kim berpaling, Tiba-tiba ia melihat Li Tionghui
dengan membawa sebuah baki sedang berdiri di
depan pintu, sorot matanya yang penuh dengan
pancaran rasa cinta sedang diarahkan ke wajahnya tanpa
berkedip. Mendadak pemuda itu merasa pipinya jadi
merah padam lantaran jengah, tanpa menggubris
Seebun Giok-hiong lagi, ia percepat langkahnya
menyongsong kedatangan Li Tiong-hui dan menerima
baki tersebut. Di atas baki kayu itu selain tersedia empat macam
hidangan, juga tersedia sepoci arak hangat pelan-pelan
Li Tiong-hui melangkah masuk ke dalam kamar, katanya:
"Aku tidak tahu kalau nona Seebun akan berkunjung
kemari, sedikit hidangan yang tak seberapa harap
membuat nona Seebun kerasan di sini."
Sebetulnya waktu itu Seebun Giok-hiong sudah
dicekam rasa gusar yang entah darimana munculnya,
ditambah lagi dengan kata-kata Lim Han-kim, rasa gusar,
1963 mendongkol dan penasarannya semakin menjadi sebagai
seorang gadis tinggi hati yang sangat kuat rasa ingin
menang sendirinya, dalam keadaan berkobar hawa
amarahnya itu, ia bisa saja melakukan tindakan apa pun.
Sebenarnya ia sudah bersiap-siap mempermainkan
kedua orang muda-mudi itu atau bahkan merusak
sekalian paras muka Li Tiong-hui yang cantik, Tapi
setelah menyaksikan sikap Li Tiong-hui yang amat
sungkan, meski hawa gusar belum sirap. ia jadi rikuh
untuk mengobarkannya keluar.
Maka setelah menghembuskan napas panjang
ujarnya: "Aku jadi amat sungkan karena kaucu turun
tangan sendiri mempersiapkan hidangan untukku"
"Tak usah dipikirkan ayo silakan dicicipi," kata Li
Tiong-hui sambil tertawa.
Sejak awal ia sudah diperingatkan Pek si-hiang agar
bersikap lebih luwes dalam menghadapi Seebun Giokhiong,
dengan demikian lawan jadi tak punya alasan
untuk mengumbar amarahnya, sebaliknya bila dihadapi
terlalu kaku dan keras, besar kemungkinan akan
mendatangkan bencana kematian yang tak diharapkan.
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong mengambil tempat
duduk. kemudian katanya: "Bagaimanapun juga kita
masih saling berhadapan sebagai musuh, kau tidak
merasa berlebihan dengan bersikap macam begini
kepadaku?" "Kau telah berjanji kepada Pek si-hiang untuk tidak
melukai siapa pun dalam tiga bulan mendatang, jadi
selama tiga bulan ini kita tetap adalah sahabat."
1964 "Kau tak usah mengingatkan aku masih teringat
dengan jelas" Dengan wajah berubah serius Li Tiong-hui berkata
lagi: "Tiga bulan kemudian kita akan berusaha dan
berbuat sesuai dengan kepentingan masing-masing,
besar kemungkinan suatu pertarungan sengit di antara
kita akan berkobar" Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh. "Ha ha
ha... kalau aku tak salah melihat, usia Pek Si-hiang
tinggal tiga bulan. seandainya dia betul-betul mati,
kaulah satu-satu-nya orang yang mampu menandingiku"
"Kenapa aku tak pernah mendengar kalau Pek Sihiang
sedang menghadapi kematian?" seru Li Tiong-hui
terkesiap. Kembali Seebun Giok-hiong tertawa dingin "Mungkin
saja ia tak berani bicara, tapi aku yakin umurnya tak
akan melampaui tiga bulan, Jika kau kurang percaya,
tanyakan sendiri bila bertemu dengannya nanti"
"Jejak nona Pek ibarat naga sakti yang tampak
kepalanya tak tampak ekornya, sekalipun aku pingin
bertemu dengannya, sayang aku tak tahu harus
menemukannya di mana."
Mendadak Seebun Giok-hiong menyambar sumpit di
depannya dan mencicipi setiap hidangan yang ada di
hadapannya, kemudian setelah meneguk habis arak di
depannya baru. ia berkata seraya tertawa: "Percaya tidak
kaucu bahwa aku kebal terhadap segala macam racun?"
Li Tiong-hui ikut meneguk secawan arak dan mencicipi
setiap hidangan yang ada, sahutnya: "Sayang sekali aku
1965 tidak memiliki kemampuan seperti apa yang nona
Seebun miliki, racun dari jenis apa pun cukup ampuh
untuk mencabut nyawaku."
Seebun Giok-hiong tersenyum. "Pepatah kuno
mengatakan sesama jago saling mengasihi ternyata apa
yang dikatakan orang dulu memang terbukti
kebenarannya." "Sayang kita harus berhadapan sebagai musuh, ibarat
api dan air, tiga bulan kemudian kalau bukan kau yang
tewas, tentu akulah yang mati."
"Cukup dipandang dari pelayananmu yang ramah
terhadapku malam ini, di kemudian hari antara kau dan
aku tak bakal ada yang mati"
"Aku percaya kemampuanku masih bukan
tandinganmu, kekalahan pasti berada dipihakku ..."
"Meski kekalahan sudah pasti kau alami, kematian sih
belum tentu," tukas Seebun Giok-hiong, " Kau tak
mampu membunuhku, sedang aku pun segan
membunuhmu, bukankah kita berdua sama-sama tak
bakal mati?" Mendadak Lim Han-kim yang selama ini membungkam
menimbrung dari samping: "Para jago yang menghadapi
pertemuan puncak di depan kuburan Liat-hu-bong tempo
hari mencakup separuh bagian kekuatan dunia persilatan
seandainya waktu itu setiap orang bersatu dan mau
berjuang sepenuh tenaga untuk adu jiwa denganmu,
belum tentu kau punya kesempatan untuk mengalahkan
mereka semua." 1966 "Hmmm Andai kata Pek si-hiang tidak campur tangan
di tengah jalan, niscaya mereka tak akan lolos dari
cengkeraman mautku," kata Seebun Giok-hiong dingin,
"Tatkala kita menikmati arak saat ini, tubuh mereka
mungkin sudah hancur menjadi abu."
"Di kolong langit bisa muncul seorang Pek si-hiang,
apa tak mungkin bisa muncul Pek si-hiang kedua ...
ketiga ... dan seterusnya?" seru Lim Han-kim tak puas.
"Jadi kau tak percaya dengan perkataan-ku?" hawa
amarah Seebun Giok-hiong mulai berkobar.
"Ungkapan nona kelewat berlebihan, aku khawatir
dalam pelaksanaannya nanti tidak sesuai dengan apa
yang kau harapkan" Seebun Giok-hiong segera mengalihkan sorot matanya
ke wajah Li Tiong-hui, tegurnya serius: "Apa kedudukan
orang ini dalam perkumpulan Hian-hong-kau?"
"Dia bukan anggota perkumpulan Hian-hong-kau,
peraturan perkumpulan kami sangat ketat dan keras, di
hadapanku tak ada seorang anggota pun berani banyak
bicara" "Kalau begitu dia sama sekali tak ada sangkut paut
dengan perkumpulan Hian-hong-kau milikmu itu?"
"Sekalipun tak ada hubungan dengan Hian-hong-kau,
namun ia baik sekali denganku..."
Setelah menghela napas panjang, pelan-pelan
lanjutnya: "Nona Seebun, kita sama-sama adalah
perempuan yang pada akhirnya toh harus melayani
orang lain, menjadi istri yang setia, melahirkan anak dan
1967 mengurus keluarga, apa gunanya kita mesti bersikap
keras dan terlalu mengobarkan ambisi pribadi..."
"Kenapa kau mesti kawin?" tukas Seebun Giok-hiong
dingin, "Aku tak percaya seorang wanita harus kawin
dengan pria serta menuruti perkataannya."
"Belasan tahun berselang aku pun berpendapat
demikian..." kata Li Tiong-hui pelan, setelah memandang
Lim Han-kim sekejap. terusnya: "Waktu itu aku
menganggap pria di dunia ini sebagai parasit yang sama
sekali tak ada nilainya, tapi semenjak bertemu
dengannya .. . aku .. . aaai, tanpa kusadari aku telah
terjerat oleh jaring-jaring cintanya"
"Aaah, masa begitu?" seru Seebun Giok-hiong setelah
meneguk habis isi cawan di hadapannya,
"Aaaai... aku tidak khawatir kau tertawa kan
sesungguhnya ambisiku kini telah padam. Aku mulai
jenuh dengan masalah dunia persilatan, jenuh dengan
permasalahan dalam dunia kangouw yang penuh darah
ini, bahkan kalau bisa, aku ingin melepaskan
kedudukanku sebagai ketua Hian-hong-kau ini agar bisa
hidup bahagia dengannya di suatu tempat yang sepi,
terpencil dan jauh dari keramaian manusia. Aaaai...
betapa bebas dan bahagianya kehidupan seperti itu
bersama pujaan hatiku..."
Pada dasarnya dia memang pandai bicara, kata-kata
tersebut diutarakan amat halus, begitu halus seolah-olah
semua yang diutarakan betul-betul merupakan isi
hatinya, Tanpa terasa Seebun Giok-hiong memandang
Lim Han-kim sekejap. setelah menghela napas katanya:
1968 "Aku betul-betul tak mengerti, di mana sih letak
kelebihannya sehingga patut kau cintai"
"Nona belum bisa melepaskan ambisimu sehingga
tidak bisa mengenali perasaan manusia yang paiing
dalam, biar kujelaskan kau juga tak bakal mengerti..."
Seebun Giok-hiong semakin membelalakkan matanya
yang besar, dengan wajah bingung dan tidak habis
mengerti serunya: "Aku ingin menanyakan satu hal
kepadamu" "Katakan saja, asal aku tahu pasti akan kukatakan"
"Di antara anak buahku, selain beberapa orang
dayang, sebagian besar adalah kaum pria, malah di
antara mereka banyak yang tampan dan gagah..." ia
memandang Lim Han-kim sekejap. lalu terusnya: "Aku
rasa kegantengan mereka jauh melebihi dirinya, tapi
kenapa aku tidak merasakan apa-apa terhadap mereka?"
"Mungkin sifatmu kelewat dingin dan kaku, mungkin
juga aliran ilmu silat yang kau pelajari berbeda sehingga
semua perasaan dan emosi-mu telah terkendali," kata Li
Tiong-hui sambil tertawa.
Seebun Giok-hiong ikut tertawa cekikikan "Mengingat
kau begitu menghargai aku, biar kupikirkan sebuah cara
penyelesaian yang paiing cocok untukmu"
Li Tiong-hui termenung sejenak. lalu katanya: "Aku
tidak berhasil menemukan cara penyelesaian yang
terbaik untukku, bila nona Seebun punya pendapat,
mohon berilah petunjuk"
1969 "Cari saja kesalahannya, lalu gunakan kesempatan itu
untuk membunuhnya, dengan begitu semua
kemasgulanmu akan lenyap dengan sendirinya."
Li Tiong-hui agak tertegun, kemudian serunya sambil
tertawa: "Apa bila aku tega membunuhnya, aku rasa tak
perlu dibunuh pun persoalanku sudah dapat diatasi."
"Aaaai..." Seebun Giok-hiong menghela napas
panjang, "Aku betul- betul tidak paham dengan
persoalan ini, lebih baik tak usah dibicarakan lagi."
"Bila suatu hari kau bertemu dengan orang yang kau
sukai, maka kau tentu akan teringat pada ucapanku
malam ini..." "Aku rasa, selama hidup aku tak akan menjumpai
kejadian semacam ini," tukas Seebun Giok-hiong dingin,
"llmu yoga yang kulatih sudah memberikan hasil yang
lumayan, selama hidup aku tak bakal digaduhkan oleh
masalah cinta." "Hmmm, ilmu hipnotis yang kau pelajari hanya ilmu
sesat yang menjijikkan, mana bisa dibandingkan dengan
kehebatan ilmu silat sejati," ejek Lim Han-kim sambil
tertawa dingin. Seebun Giok-hiong segera melompat bangun,
teriaknya penuh marah: "Aku sedang berbicara dengan
ketua Hian-hong-kau, siapa suruh kau ikut
menimbrung?" Tiba-tiba saja Lim Han-kim merasa amat jengah, rasa
malu yang segera membangkitkan hawa amarahnya, ia
pun berpikir "sebagai seorang lelaki sejati aku lebih suka
dibunuh daripada dihina, biarpun ilmu silatmu hebat,
1970 paiing banter aku terbunuh di tanganmu... kenapa aku
mesti mengalah?" Makin dipikir ia merasa makin gusar
dan mendongkol akhirnya sambil menggebrak meja
teriaknya: "Nona, apa maksudmu memaki aku ...?"


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa" Kalau aku sengaja mau memaki, mau apa
kamu?" tantang Seebun Giok-hiong.
"Sebagai tuan rumah aku tak senang punya tamu
seperti kamu, lebih baik segera enyah dari sini"
Seebun Giok-hiong tertegun, hawa napsu membunuh
seketika menyelimuti wajahnya, "Siapa yang kau maki..
.?" teriaknya, setelah memandang Li Tiong-hui sekejap.
lanjutnya: "Kaucu, maafkan kekasaranku, malam ini aku
harus memberi pelajaran yang setimpal kepada lelaki bau
ini" Tangan kanannya segera diayun ke depan
melancarkan sebuah sapuan.
"Tunggu sebentar nona Seebun" buru-buru Li Tionghui
mencegah, "Harap kau sudi memandang atas
wajahku dengan tidak ribut dengannya"
Dalam kenyataan, ucapan tersebut tak ada gunanya
sama sekali sebab pukulan yang dilancarkan Seebun
Giok-hiong telah dilontarkan keluar.
Dengan cekatan Lim Han-kim berkelit lima depa ke
belakang untuk meloloskan diri dari serangan itu.
"Akan kulihat berapa banyak kesempatan yang bisa
kau hindari" ejek Seebun Giok-hiong dingin. Dengan
melejit ke udara melewati meja, sebuah pukulan dahsyat
kembali dilontarkan dengan tangan kirinya memaksa Lim
Han-kim tersudut, sementara tangan kanannya
menyusulkan dengan sebuah pukulan lagi.
1971 Bab 5. Gadis Cantik Berhati Ular
Waktu itu punggung Lim Han-kim sudah menempel
pada dinding ruangan hingga mustahil baginya untuk
bergerak mundur lagi, padahal kedua tangannya sudah
terbelenggu oleh tekanan tenaga dalam yang
dipancarkan Seebun Giok-hiong hingga tak mampu
mengembangkan jurus perlawanan, maka ketika melihat
telapak tangan musuh menyapu tiba, ia tak sanggup
menghindarkan diri lagi. Blaaaammm... pipi kanannya termakan sebuah bogem
mentah, Gempuran ini keras sekali membuat tubuh Lim
Han-kim sempoyongan dan nyaris jatuh terjengkang.
Sambil tertawa dingin Seebun Giok-hiong berseru:
"Jika kau berani kurang ajar lagi, jangan salahkan kalau
kupunahkan seluruh ilmu silatmu"
Sambil pejamkan matanya Lim Han-kim mencoba
menyalurkan tenaga murninya untuk menahan rasa sakit,
sementara mulutnya membungkam diri dalam seribu
basa, Diam-diam Li Tiong-hui melirik Lim Han-kim sekejap.
ia melihat kulit wajah pemuda itu gemetar keras. Meski ia
berusaha mengendalikan hawa amarah yang bergejolak
dalam dadanya, namun tak dapat menutupi hawa napsu
membunuh yang menyelimuti wajahnya, ia jadi sangat
khawatir, pikirnya: "Sebagai seorang pemuda yang keras
hati, bagaimana mungkin ia dapat mengendalikan diri
terhadap penghinaan yang diterimanya, padahal ilmu
silatnya bukan tandingan lawan. Andaikata terjadi
pertarungan, ia tentu terdesak di bawah angin, dalam
1972 keadaan demikian aku terpaksa harus turun tangan
membantunya, padahal dengan taraf kepandaianku
sekarang, biar kami turun tangan berbareng pun masih
bukan tandingannya... apa yang harus kulakukan
sekarang?" Ia mencoba memeras otak untuk mencari jalan
pemecahan, namun usaha itu tak berhasil, ia gagal
menemukan cara yang paling baik untuk mengatasi
persoalan tersebut. Dalam pada itu Lim Han-kim telah membuka matanya
kembali, setelah memandang Seebun Giok-hiong, ujarnya
seraya tertawa dingin: "Hebat betul ilmu silat yang nona
Seebun miliki" Tiba-tiba Seebun Giok-hiong tertawa, "Tampaknya kau
termasuk manusia yang pandai menyesuaikan diri
dengan keadaan" Paras muka Lim Han-kim berubah hebat, segera
sambungnya ketus: "Cuma, aku sama sekali tidak
kagum." "Dengan cara apa kau baru mau kagum kepadaku?"
"Kecuali nona Seebun menghabisi nyawaku sekarang
juga, kalau suruh aku mengatakan kagum padamu...
Hmmm Lebih baik jangan bermimpi disiang hari bolong"
"Aku telah berjanji kepada Pek si-hiang untuk tidak
membunuh orang dalam tiga bulan, meski susah bagimu
untuk mampus di tanganku, tapi aku masih mampu
untuk memunahkan seluruh ilmu silatmu"
"Buat seorang lelaki sejati, lebih baik mati hancur
lebur daripada menerima penghinaan Kini kau telah
1973 mempermalukan diriku, perasaanku sekarang lebih enak
mati daripada hidup, aku ingin menjajal juga kehebatan
ilmu pedangmu" Seebun Giok-hiong berpaling dan memandang Li
Tiong-hui sekejap. katanya kemudian sambil tertawa:
"Kata-kata pedasnya yang memojokkan aku membuat
aku betul- betul tersudut jadi kalau aku terpaksa akan
memunahkan seluruh ilmu silatnya, kau pun tak usah
kesal kepadaku, Anggap saja hal ini termasuk salah satu
bantuanku kepadamu untuk menyingkirkan segala
kemurunganmu" Li Tiong-hui menghela napas panjang, "Aaaai.. asalkan
dia masih hidup di dunia ini, selama hayatku, aku tetap
akan berada di sampingnya"
"Kalau begitu aku akan melanggar janjiku dengan
mencincang tubuhnya hingga hancur berkeping-keping"
teriak Seebun Giok-hiong dengan wajah berubah.
Mendadak Li Tiong-hui tertawa terkekeh, "Kami sudah
sepakat sehidup semati, ada rejeki dinikmati bersama,
ada malapetaka ditanggulangi berbareng, Jika kau ingin
membunuh, habisi saja kami berdua"
Ucapan ini kontan membuat Seebun Giok-hiong
tertegun, setelah tercenung sejenak, katanya dingin:
"Jadi kau berpendapat bahwa gabungan tenaga kalian
berdua sanggup mengalahkan aku?"
"Aku mengerti bahwa kepandaian kami bukan
tandinganmu." "Lantas mengapa kau nekat ingin mencari mati?"
1974 "Kalau bisa mengorbankan diri demi kekasih, apalah
arti kematian bagiku?"
Seebun Giok-hiong menghela napas panjang, "Aaaai...
dari dulu hingga sekarang, hanya kaum wanita yang mau
berkorban demi cinta, kau anggap bila kau mati di
tanganku, maka ia juga bersedia mengorbankan diri
untuk mendampingimu?"
Lim Han-kim sangat terharu, dengan wajah serius
segera teriaknya: "selama aku masih bisa bernapas, aku
tak akan mengijinkan siapa pun melukai dirinya"
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong terduduk "Jadi kalian
berdua benar-benar ingin mati bersama?" tegurnya,
Darinada pertanyaan itu jelas terdengar bahwa ia tidak
percaya dengan kebulatan tekad kedua orang mudamudi
itu. Li Tiong-hui tertawa, "Jika kau tak percaya, kenapa
tidak mencoba untuk memaksa kami berdua bunuh diri?"
Seebun Giok-hiong melompat bangun, serunya: "Aku
memang tidak percaya, siapa di antara kalian yang ingin
mampus duluan?" Li Tiong-hui busungkan dada menyongsong ke depan,
katanya: "Aku mengerti bukan tandinganmu aku pun
merasa tak perlu membela diri, Nah, nona Seebun,
silakan turun tangan "
"Tahan" bentak Lim Han-kim dengan suara
menggeledek, bagaikan hembusan angin puyuh ia
menerjang maju ke muka, terusnya: "Aku tak mau
menyerah dengan begitu saja, bila nona ingin turun
1975 tangan, silakan mencoba untuk membunuh aku lebih
dulu" Telapak tangan kanan Seebun Giok-hiong yang telah
diangkat ke udara, pelan-pelan di turunkan kembali,
katanya: "kalian berebut untuk mampus duluan, aku jadi
tak tega untuk turun tangan"
"Jadi kau sudah percaya sekarang?" ucap Li Tiong-hui
sambil tertawa hambar. Dengan mata yang tajam Seebun Giok-hiong
mengawasi sekejap wajah Lim Han-kim, kemudian ia
menggeleng. "Aku masih tetap kurang percaya."
"Aaaai... jadi kami harus bagaimana hingga kau mau
percaya?" Li Tiong-hui menghela napas panjang.
"Aku harus membawanya pergi..."
"Membawanya pergi..." Li Tiong-hui terperanjat.
"Betul, cuma kau tak usah khawatir, aku tak bakal
merebutnya dari tanganmu"
"Lalu kenapa kau membawanya pergi?"
Seebun Giok-hiong tidak banyak bicara, tangan
kanannya disodok ke muka melancarkan sebuah totokan.
Dengan sangat jelas Lim Han-kim dapat menyaksikan
datangnya serangan totokan dari Seebun Giok-hiong itu,
tapi ia tak tahu harus menangkis atau menghindarinya.
Gara-gara sangsi, tak ampun lagi bahunya kena tersodok
totokan tersebut Cepat benar gerak serangan dari Seebun Giok-hiong,
begitu berhasil menotok jalan darah Lim Han-kim, ia
segera mengempit tubuh anak muda tersebut di bawah
1976 ketiaknya, lalu serunya: "Tiga bulan kemudian, disaat
aku mulai pesta membunuh, kekasihmu juga akan
kukembalikan padamu, saat itu bila cintanya padamu
tetap tidak berubah, aku baru percaya dengan ucapanmu
ini" "Jangan lagi cuma tiga bulan, biar tiga tahun bahkan
tiga puluh tahunpun aku percaya perasaan hatinya
kepadaku tak akan berubah"
"Hmmm, kita buktikan saja nanti"
"Eeei... kau harus berjanji tidak melukainya"
"Bila kuserahkan kembali dirinya kepadamu tiga bulan
mendatang, aku jamin dia tak akan kekurangan seujung
rambut pun, cuma perasaan hatinya padamu telah
berubah" Tanpa menunggu jawaban dari Li Tiong-hui lagi
ia melejit melewati pintu ruangan dan berlalu dari situ
Dengan termangu-mangu Li Tiong-hui mengawasi
bayangan punggung Seebun Giok-hiong hingga lenyap
dari pandangan, sampai lama kemudian ia baru kembali
ke dalam kamar untuk tidur, sementara itu Seebun Giokhiong
menempuh perjalanan belasan li jauhnya sebelum
menghentikan perjalanannya serta menepuk bebas
totokan pada tubuh Lim Han-kim.
Tampaknya Lim Han-kim sendiri pun sadar bahwa
melawan hanya akan mengundang penghinaan terhadap
dirinya, karena itu ia berusaha menahan diri untuk tidak
melakukan gerakan apa pun.
Dengan suara dingin Seebun Giok-hiong menegur
"Ayo jawab sejujurnya, permainan busuk apa yang
sesungguhnya sedang kalian perankan" Kalau berani
1977 berbohong, hati-hati kalau kutotok lima urat nadi
pentingmu agar kau tersiksa hidup,.."
Lim Han-kim tidak menjawab, dia hanya berusaha
memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu.
"Hey, aku sedang ajak kau bicara, sudah kau dengar
belum?" dengan penuh amarah Seebun Giok-hiong
menghardik "setiap patah katamu telah kudengar dengan
jelas" "Bagus, katakan sekarang, siapa yang mengatur
semuanya ini dan apa tujuannya?"
"Menurut maksudku, siapkan puluhan jago lihay untuk
bersembunyi disekitar gedung, menunggu sampai kau
muncul maka serentak para jago munculkan diri untuk
mengerubutimu" Seebun Giok-hiong tertawa, "cara seperti itu belum
tentu berhasil menghabisi nyawaku, tapi satu hal sudah
pasti, yakni caramu itu munafik dan tak tahu malu"
"Kalau bisa membunuh manusia macam kau untuk
selamatkan nyawa ratusan manusia, apa salahnya
kupakai cara semacam ini untuk menghadapimu"
Lagipula aku tak perlu berpikir terlalu jauh sampai ke
situ" "Kalau memang sudah direncanakan matang-matang,
kenapa dibatalkan di tengah jalan?" ejek Seebun Giokhiong
sambil tertawa hambar. "Sebab ketua Hian-hong-kau ngotot menolak caraku
ini, jadi... terpaksa semua kekuatan yang telah terhimpun
harus dibubarkan lagi, sayang ... Aaaai Betul-betul
sayang" 1978 "Apanya yang sayang?"
"sayang mereka tak mau menuruti nasehat-ku, coba
kalau rencana ku dilaksanakan benar-benar, mungkin
kau sudah mati tercincang sekarang dan akupun tak
perlu tertawan di tanganmu"
Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh
"He he he... kelihatannya kau seperti yakin bahwa
kekuatan yang kau persiapkan itu sanggup menghabisi
nyawaku?" Biarpun Lim Han-kim tidak pernah bohong, tapi
setelah didesak oleh keadaan, maka dia pun mengibul
lebih jauh, setelah menengadah memandang langit dan
menghembuskan napas panjang, lanjutnya: "Puluhan
jago lihay yang kusiapkan itu bukan cuma lihay ilmu
silatnya, mereka pun pandai menggunakan senjata
rahasia yang amat beracun. Asal tubuhmu terserempet
senjata rahasia beracun itu. Hmmm Biar sehebat apa pun


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ilmu silat yang kau miliki, jangan harap bisa lolos dalam
keadaan selamat" "Waaah... masa sehebat itu kekuatan yang kau
persiapkan" sayang benar aku tak sempat mencobanya .
.." Ia tatap wajah pemuda itu tajam-tajam, kemudian
lanjutnya: "Kau benar-benar amat mencintai ketua Hianhong-
kau itu?" "Dengan mata kau bisa melihat, dengan telinga kau
bisa mendengar apa gunanya kubohongi dirimu?"
1979 "Ha ha ha... kalau kamu berdua betul-betul saling
mencintai, aku justru akan membuat kamu berdua tak
mungkin bisa bersatu."
"Mau apa kau?" Lim Han-kim tertawa dingin
"Aku akan pisahkan kamu berdua, membuat ia
memandangmu sebagai orang asing yang tak dikenal,
agar kalian saling merindukan namun tak mungkin
bersatu" "oooh... jadi kau hendak mengeluarkan ilmu
hipnotismu itu untuk mengendalikan kesadaranku, agar
aku mentaati perintahmu?"
"Betul cara itu sangat manjur, tapi bukan muncul dari
sanubarimu yang sejati, lagipula suatu saat pikiranmu
toh akan sadar kembali."
"Jadi kau hendak meracuni aku?"
"Kalau kesadaranmu dikendalikan racun, tingkah
lakumu tak akan berhasil mengelabui ketua Hian-hongkau"
Mendengar jawaban tersebut Lim Han-kim mulai
berpikir ilmu hipnotis bukan, pakai racun juga bukan, lalu
dengan cara apa iblis perempuan ini akan permainkan
aku...?" Setelah membetulkan rambutnya yang kusut, kembali
Seebun Giok-hiong berkata sambil tertawa: "Akan kubuat
kau melepaskan ketua Hian-hong-kau secara rela dan
melupakan dia tanpa paksaan"
1980 "Pakai racun bukan, gunakan ilmu hipnotis juga tidak.
aku tak habis mengerti cara apa lagi yang hendak nona
gunakan?" "oooh, kau tak percaya" "jengek Seebun Giok hiong
tertawa, setelah berhenti sejenak, lanjutnya: "Coba kau
perhatikan, bagaimana wajahku bila dibandingkan
kecantikan ketua Hian-hong-kau?"
"Belum pernah aku perhatikan wajah nona, susah
untuk dibandingkan" "Lalu kenapa tidak kau perhatikan wajahku sekarang?"
Lim Han-kim mengalihkan pandangannya ke angkasa,
memandang bintang yang bertaburan menghiasi
kegelapan malam, sahutnya hambar: "Aku amat
mencintai ketua Hian-hong-kau, ibaratnya batu bisa
lapuk. samudra bisa mengering, cinta ku kepadanya tak
pernah akan padam, aku pun telah berjanji kepadanya
..." "Janji apa?" Lim Han-kim agak sangsi, pikirnya: "Aku tak pernah
janji apa-apa dengannya, padahal urusan ini menyangkut
nama baiknya, mana boleh aku bicara sembarangan.."
Ketika ingatan tersebut melintas lewat, ia jadi bingung
dan tak tahu bagaimana harus menjawab, namun situasi
yang mendesak membuatnya tak bisa berdiam diri saja,
dalam kepepetnya ia pun berseru: "Kami berjanji akan
saling setia sepanjang hidup, sampai mati pun cinta kami
tak akan padam" 1981 Seebun Giok-hiong termenung sejenak. akhirnya ia
mengangguk "Baiklah Kalau memang kau tak bisa
melupakannya, biar dia saja yang melupakan dirimu"
Waktu itu Lim Han-kim sedang dicekam perasaan
kalut, ia khawatir kata-katanya itu akan merusak nama
baik Li Tiong-hui, seandainya sampai terjadi begitu
bagaimana pertanggungan jawabnya nanti" Karena itu ia
tidak mendengar sama sekali apa yang diucapkan
Seebun Giok-hiong. Tiba-tiba Seebun Giok-hiong mencengkeram urat nadi
Lim Han-kim, kemudian serunya sambil tertawa: "Ayoh
jalan, biar kubuktikan sesuatu kepadamu"
Dalam keadaan urat nadi dicekal, Lim Han-kim tak
memiliki kekuatan sama sekali untuk melawan, terpaksa
ia mengikuti di belakangnya sambil bertanya: "Buktikan
soal apa?" "Tidak perlu kujelaskan padamu sekarang, sampai
waktunya kau toh akan mengetahui sendiri," jawab
Seebun Giok-hiong sambil tersenyum.
Lim Han-kim pun tidak banyak bertanya lagi, ia
biarkan tangannya dituntun untuk melakukan perjalanan
setelah berjalan sekian lama, Seebun Giok-hiong mulai
kehilangan kesabarannya, dengan marah ia menegur
"Kau bisa berjalan lebih cepat tidak?"
"Kenapa kau tidak lepaskan dulu cengkeramanmu atas
nadiku?" "Hmmmm, benar-benar keras kepala" umpat gadis itu
sambil melepaskan sebuah totokan
1982 Lim Han-kim segera merasakan jalan darahnya kaku,
tahu-tahu ia jatuh tak sadarkan diri, Ketika sadar kembali
dari pingsannya, anak muda itu menjumpai badannya
terikat di atas sebuah pembaringan matanya tertutup
oleh sebuah benda yang tebal hingga yang nampak
hanya gelap gulita. Diam-diam ia mencoba mengerahkan tenaga
dalamnya untuk meronta, tapi ternyata sepasang
tangannya ikut diikat, akibatnya ia sama sekali tak
mampu berkutik Apa yang terdengar saat itu hanya suara
langkah manusia yang kacau dalam ruangan tersebut,
tampaknya di situ hadir banyak orang. Kedengaran
seseorang di antara mereka berkata dengan suara
lembut: "Papas sedikit hidungnya, lalu beri dua bacokan
pisau pada pipi sebelah kirinya"
Mendengar teriakan tersebut Lim Han-kim seketika
merasakan hatinya bergidik, tanpa sadar bulu kuduknya
pada bangun berdiri, pikirnya: "Aduh celaka, janganjangan
mereka sedang merusak anggota badanku ..."
Suara benturan senjata segera bergema di udara
menyusul wajahnya terasa amat dingin, sekali lagi ia
berteriak di hati: "Habis sudah riwayatku, berapa banyak
bacokan yang mereka tinggalkan di atas wajahku ...?"
Menyusul bacokan itu, kedengaran seseorang berkata
dengan lembut: "Aaai... sudahlah siau-cui, aku lihat
mukanya sudah cukup jelek, hendak kau permak
wajahnya menjadi apa baru puas?"
Suara seorang wanita yang lain menyahut seraya
tertawa: "Dari majikan kudengar watak orang ini kelewat
jelek. konon ia punya kegagahan menganggap kematian
1983 bagaikan pulang, aku percaya biarpun kita permak
mukanya jadi amat jelekpun, dia tak bakal
memikirkannya di dalam hati."
Kalau didengar dari nada pembicaraannya, mungkin
orang ini bernama siau-cui. Kembali Lim Han-kim berpikir
"Meskipun jelek atau tampan bukan masalah besar, tapi
repot juga bila sanak keluarga dan handai taulan tidak
mengenalku lagi setelah bertemu, bagaimana aku mesti
menerangkan kepada mereka untuk membuat orangorang
itu mengenali diriku kembali...?"
Sementara masih berpikir, suara yang lembut itu
kembali bergema: "Eeei siau-cui, coba lihat mukanya
basah oleh keringat, masa kau bilang ia tidak takut?"
"Aaaah... ada apa" Rupanya ia telah sadar?"
Lim Han-kim merasa kesal, mangkel bercampur
mendongkol, tak tahan ia menyahut: "Yaa betul, aku
sudah sadar cukup lama, di mana Seebun Giok-hiong"
suruh dia datang menjumpai aku"
Sambil berkata ia mengerahkan segenap tenaganya
untuk meronta, tapi sayang tali yang mengikat tangan
serta kakinya amat kencang, ia tak berhasil meronta
untuk melepaskan diri Tiba-tiba saja suasana dalam ruangan itu menjadi
hening, sepi, tak kedengaran sedikit suarapun
Lim Han-kim merasa kemasgulan yang mengganjal
dadanya makin lama makin menggelembung besar,
akhirnya ia tak sanggup menahan diri, teriaknya keraskeras:
"siau-cui, siau-cui..."
1984 "Hei, kenapa sih berteriak-teriak?" seorang gadis
menegur "Lepaskan benda yang menutupi mataku"
"Tidak bisa," sahut siau-cui. "Bekas bacokan golok di
wajahmu belum mengering, kalau sampai terlihat
olehmu... waaah, bisa berabe"
"Aku tidak takut, cepat bebaskan tali yang
membelenggu tubuhku" gembor Lim Han-kim semakin
keras. Tahu-tahu iganya terasa kaku, kembali jalan darahnya
ditotok orang, sebelum kesadarannya hilang sama sekali,
ia masih merasa bagaimana mulutnya dipentang paksa
oleh orang lalu diloloh dengan sebuah cairan pahit,
selanjutnya iapun jatuh tak sadarkan diri.
Entah berapa lama sudah lewat... Tatkala ia sadar
untuk kedua kalinya, pemandangan di sekeliling tempat
itu telah berubah. Dua buah lilin merah yang besar
memancarkan sinarnya menerangi sebuah ruang tidur
yang indah. sekeliling dinding itu dilapisi kain kelambu
berwarna putih bersih, begitu juga taplak meja di mana
lilin itu diletakkan juga terbuat dari kain halus berwarna
putih. Bukan cuma itu, selimut dan kasur pada
pembaringan itu pun berwarna putih, praktis seluruh
ruangan itu didominasi warna putih salju kecuali
sepasang lilin merah itu.
Setelah memperhatikan sekejap pemandangan di
seputar ruangan, Lim Han-kim mencoba meraba
wajahnya, Di mana tangannya menyentuh, terasa
seluruh wajahnya telah dibalut dengan kain pembalut
halus. 1985 Betul ia memiliki keberanian dalam menghadapi ajal
dan maut, namun tekanan jiwa yang harus dialaminya
dalam menghadapi kenyataan perubahan wajah ini cukup
mencekam perasaannya sekali lagi ia merasa hatinya
bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri
"Habis sudah, habis sudah riwayatku" teriaknya dalam
hati, "Aku tak tahu wajahku telah dihancurkan menjadi
macam apa, tapi didengar dari ucapan siau-cui tadi,
mereka pasti telah mengubah wajahku menjadi makhluk
aneh yang berwajah mengerikan ..."
Dalam keheningan terdengar pintu kamar dibuka
orang, disusul muncul seorang gadis cantik berbaju putih
yang membawa sebuah baki.
Lim Han-kim segera melompat bangun siap
mengumbar amarahnya, tapi dengan cepat gadis berbaju
putih itu menyela: "Luka bacokan di wajah siangkong
belum sembuh, tak baik bergerak kasar, silakan tiduran
saja untuk beristirahat."
Tidak menunggu jawaban dari Lim Han-kim, ia
memungut mangkuk dari atas baki dan menyodorkannya
ke hadapan pemuda itu sambil berkata lagi: "Mangkuk ini
berisi kaldu ayam campur jinsom yang amat baik untuk
mengeringkan bekas luka, silakan siangkong
menghabiskannya " "Aku sehat tak kekurangan sesuatu apa pun, kenapa
mesti minum kaldu ayam bercampur jinsom itu?" teriak
Lim Han-kim sambil mengebaskan tangannya kearah
mangkuk itu. Dengan cekatan gadis berbaju putih itu merendahkan
tangan kanannya menghindari pukulan Lim Han-kim,
1986 kemudian katanya lagi: "Pesan nona Cui, siangkong
mesti minum jinsom bercampur kaldu ini guna menjaga
kondisi badan, sebab ketika berganti wajah tadi kau telah
kehilangan banyak darah. takutnya hal ini akan
pengaruhi juga kemajuan ilmu silat yang siangkong
miliki." "Nona Cui yang kau maksudkan apa siau-cui?"
"Betul, cuma siau-cui pun menjalankan titah dari
majikan, kami semua menyebutnya nona Cui."
Diam-diam Lim Han-kim mencoba mengatur
pernapasan, Betul juga, antara dada dan lambungnya
lamat-lamat terasa sakit seperti ditusuk jarum.
Kenyataan ini semakin memedihkan hatinya,
"Aaai... tampaknya habis sudah pamorku sekarang,"
pikirnya. "Bukan cuma wajahku rusak. ilmu silatku juga
dipunahkan Seebun Giok-hiong memang tak salah
disebut perempuan cantik berhati ular..."
Terdengar gadis berbaju putih itu berkata lagi:
"Silakan siangkong minum kaldu bercampur jinsom ini
secepatnya, sebab budak masih ada..."
"Bawa pergi mangkuk itu" tukas Lim Han-kim sambil
mengulapkan tangannya, "Aku tidak mau. suruh siau-cui
kemari" "Panggil nona Cui?"
"Yaa, panggil siau-cui, mengerti" siau-cui Cepat suruh
dia kemari" "Tapi kedudukan nona siau-cui jauh di atas kedudukan
budak" seru gadis berbaju putih itu sambil
1987 membelalakkan matanya. "Mana mungkin aku berani
memanggilnya?" "Kalau begitu katakan, aku yang suruh" gejolak emosi
dalam dada Lim Han-kim lambat laun dapat diredakan
kembali,

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baiklah, akan budak katakan, siangkong yang suruh"
"Betul, katakan kepadanya, aku yang suruh kau
mencarinya, suruh dia segera datang menjumpaiku Kalau
berani lambat, jangan salahkan jika kubakar habis
gedung ini" "Siapa nama siangkong?"
"Lim Han-kim, ayoh cepat"
Setelah meletakkan baki berisi mangkuk kuah jinsom
itu ke meja, buru-buru gadis berbaju putih itu beranjak
keluar dari ruangan sepeninggal gadis itu, Lim Han-kim
mencoba mencari sebuah cermin dalam ruangan itu, ia
berharap bisa melihat wajahnya telah dlubah menjadi
macam apa, tapi ia segera kecewa sebab kecuali dua
buah lilin yang menerangi ruangan tersebut, ia tidak
menemukan benda lainnya. Akhirnya setelah menghela
napas sedih, ia jatuhkan diri berbaring kembali di atas
pembaringan Tak lama kemudian terdengar seseorang berseru dari
depan pintu: "Kau yang mencari aku?"
Lim Han-kim bangkit dari pembaringannya sambil
berpaling, ia saksikan seorang gadis muda berbaju serba
hijau tua telah berdiri disisinya, Maka sambil tertawa
dingin, tegurnya: "Jadi kau yang bernama Siau-cui?"
1988 "Betul, ada urusan apa Lim siangkong mencari aku?"
Lim Han-kim melirik sekejap pintu yang terbuka, lalu
sahutnya: "Budak itu lupa merapatkan kembali pintu
kamar." "Jangan dilihat ruangan ini dibiarkan terbuka tanpa
penjagaan, padahal perlindungan yang kami berikan
kepada siangkong sangat kuat dan rapat. Buktinya
semalam ada dua rombongan pendatang tak dikenal
yang berhasil kami pukul mundur, untung majikan telah
berjanji tidak membunuh orang dalam tiga bulan,
sehingga para pendatang itu bisa meloloskan diri dalam
keadaan selamat." "Siapa yang telah kemari?" pikir Lim Han-kim.
"Jangan-jangan ada hubungannya dengan diriku?"
Sementara ia berpikir, di luar jawabnya: "Wajahku
telah kau ubah macam apa" Cepat ambil cermin, aku
ingin tahu bagaimana tampangku sekarang"
"Siangkong tidak usah kuatir," ucap siau-cui sambil
tertawa, "Kepandaian majikan kami sangat hebat,
tanggung wajahmu kini luar biasa dan tiada duanya di
kolong langit. Kau tak perlu terburu-buru ingin tahu, toh
selanjutnya kau akan berwajah demikian sampai mati,
apa takut tak ada kesempatan?"
"Tidak bisa, aku harus menengok wajahku sekarang"
hardik Lim Han-kim semakin panik dan gusar.
"Wajah siangkong masih dibalut dengan kain putih,
biar ada cermin pun kau tak akan menjumpai wajah
aslimu." 1989 Lim Han-kim mencoba meraba wajah sendiri. Benar
juga, mukanya masih dibalut kain yang sangat tebal,
kecuali sepasang mata dan mulut, bahkan sepasang
telinganya juga telah dibalut. Tanpa terasa kembali dia
berpikir "Aaaah, aku baru tahu sekarang, makanya aku. tidak
mendengar ada orang masuk ke kamar tahu-tahu budak
itu sudah di sampingku, ternyata telingaku telah
tersumbat oleh kain pembalut. "
Mendadak ia saksikan siau-cui menutupi mulutnya
dengan ujung baju dan tertawa cekikikan demikian
gelinya ia tertawa sampai bahunya ikut bergetar keras.
"Apa yang kau tertawa kan?" hardik pemuda itu gusar,
Sambil menahan gelak tertawanya jawab siau-cui:
"Aku sedang membayangkan kehebatan ilmu majikanku,
sedemikian hebatnya hingga meski Hoa Tuo (Tabib sakti
jaman dulu) menitis kembalipun tak akan mampu
menandinginya." "Wajahku telah kalian ubah jadi macam apa?" teriak
Lim Han-kim gusar bercampur penasaran
"Sekalipun budak melukiskan dengan kata-kata
macam apa pun rasanya sulit untuk melukiskan
keadaanmu sekarang . . ." kembali gadis itu tertawa
cekikikan Makin dipikir Lim Han-kim sema kin mendongkol
segera bentaknya nyaring: "Hey, apanya yang lucu"
Kalau pingin tertawa, terangkan dulu sejelas-jelasnya"
1990 "Budak sungguh tak sanggup melukiskan bentuk
wajahmu sekarang, pokoknya tampangmu sekarang jelek
dan lagi lucu" "Lucu bagaimana?"
"Lucu seperti badut... ha ha ha ..."
Lim Han-kim mendengus. "Hmmm Aku tak akan
perduli bagaimana jelek dan lucunya tampangku
sekarang, biar seperti badut juga tak apa-apa, tapi aku
harus menyaksikan mukaku sekarang juga"
Kemudian setelah menghela napas panjang, terusnya:
"sekarang jelas-kan, biar sejelek dan selucu apa pun aku
tak akan sedih, katakan terus terang"
"Jika siangkong memang tak sedih dan tidak khawatir,
kenapa harus terburu-buru ingin tahu?"
Lim Han-kim tak sanggup mengendalikan hawa
amarahnya lagi, Blaammm ia hantam meja dihadapannya
keras-keras sambil-berteriak "Mau bicara tidak?"
Gebrakan itu menggunakan kekuatan yang sangat
besar, membuat meja tersebut bergetar kencang dan
menggoncangkan lilin di atasnya.
Siau-cui tertawa merdu. "siangkong tidak usah marah,
baiklah, biar budak terangkan" ia menengadah sambil
termenung, sampai lama sekali mulutnya tetap
membungkam diri, "Kenapa membisu?" hardik Lim Han-kim marah,
"Perumpamaan untukmu sulit ditemukan, biarlah aku
berpikir sebentar tentang kata-kata yang tepat."
1991 Lim Han-kim terkesiap. pikirnya cepat: "Mereka telah
mengubah bentuk wajahku menjadi macam apa sehingga
untuk melukiskan saja ia kesulitan mencari kata-kata
yang tepat.,.?" Tampak siau-cui berkerut kening lalu kata-nya: "Rasarasanya
bentuk hidungmu rada menceng ke samping ..."
"Apa?" Lim Han-kim terperanjat "Mana mungkin letak
hidung bisa bergeser ke samping"
"Bukan letak hidungnya yang benar-benar bergeser,
tapi sekilas pandangan, letaknya seolah-olah telah
bergeser." "Kemudian?" pemuda itu mendengus,
"Di bawah mata tergores codet yang memanjang,
pada bekas codetan itu dilumuri aneka macam warna
sehingga aku rasa bila luka goresan pisau itu telah
mengering, warna yang bercampur dengan darahmu itu
Istana Yang Suram 10 Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo Harimau Kemala Putih 3
^