Pencarian

Pedang Keadilan 23

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 23


pasti akan melekat untuk selamanya di wajahmu ..."
"sungguh keji dan buas, betul- betul tak ber-peri
kemanusiaan masih ada yang lain?"
"Pada jidat siangkong kelihatannya dilukis sebuah tato
yang amat besar dan lebar."
"Apa gambar tato itu?"
"Menurut penglihatan budak. kelihatannya gambar
tato itu melukiskan seorang tua yang sedang memancing
di tepi sungai." "Apa?" bagai diselomot aliran listrik tegangan tinggi
Lim Han-kim melejit bangun, "Kenapa ia membuat
1992 lukisan tato macam begitu di atas jidatku" Memangnya
dianggap jidat-ku kain kasa untuk melukis?"
"Menurut majikan, setelah wajah siangkong diubah
seratus delapan puluh derajat, maka semua perempuan
di kolong langit tak bakal ada yang berani mendekatimu
Iagi, berarti sejak hari ini kau bakal hidup sebatang kara
tanpa sanak tanpa saudara, apalagi kekasih dan pujaan
hati, Keadaanmu ibarat seorang kakek yang memancing
ikan seorang diri ditepi sungai, oleh karena itulah jidatmu
dilukisi sebuah gambar tato yang menggambarkan
suasana memancing di tepi sungai."
"Oooh, rupanya begitu" Lim Han-kim menghela napas
panjang. "Pada pipi kiri dan kananmu masing-masing juga
diberi sebuah gambar tato yang berbentuk huruf."
"Tulisan apa yang ditatokan di situ?"
"Pada pipi kiri diukir tulisan SEBATANG KARA."
"Lalu apa tulisan dipipi kanan?"
"LUNTANG LANTUNG"
Lim Han-kim segera menengadah dan tertawa
tergelak: "Ha ha ha... haaa ha ha... luntang lantung
sebatang kara... suatu rangkaian tulisan yang tepat"
Mendadak terdengar seseorang membentak dengan
suara sedingin es: "Budak bernyali besar, siapa suruh
kau bicara sembarangan?"
Mendengar hardikan itu siau-cui segera gemetar keras
sambil tundukkan kepalanya, "Budak mohon ampun"
serunya. 1993 Ketika Lim Han-kim berpaling, ia saksikan Seebun Giok
hiong telah berdiri di depan pintu dengan wajah dingin
bagaikan es, mata bersinar tajam dan muka
menunjukkan rasa marah yang meluap.
Keadaan siau-cui saat itu ibarat domba yang akan
disembelih, sikap lincah dan segarnya tadi lenyap tak
berbekas, bahkan tubuhnya bergetar keras.
"Jangan salahkan dia" seru Lim Han-kim cepat dengan
suara lantang, "Aku yang paksa dia untuk bicara, kalau
harus dijatuhi hukuman, jatuhkan saja padaku"
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong mengalihkan
pandangan matanya ke wajah Lim Han-kim, jengeknya:
"Kau kira aku tak berani?"
"Ha ha ha... kau telah melukiskan banyak gambar
aneh pada wajahku, aku percaya perbuatan apa pun
berani kau lakukan, tapi aku Lim Han-kimjuga berani
menghadapi semua cobaan ini. Bila kau anggap masih
punya cara lain yang lebih keji, silakan digunakan semua
kepadaku, satu bacokan tak ada bedanya dengan seribu
bacokan" Seebun Giok-hiong tertawa hambar, sambil
mengulapkan tangannya kearah siau-cui, hardiknya:
"Keluar kau" Sepeninggal siau-cui, Seebun Giok-hiong berjalan
menghampiri pembaringan katanya sambil tertawa:
"Seandainya ketua Hian- hong- kau betul-betul menaruh
cinta kepadamu, sekalipun wajahmu berbentuk aneh
dengan aneka lukisan tato, aku yakin dia tak akan
perdulikan bukan?" 1994 Lim Han-kim tertawa dingin, ia hendak mengucapkan
sesuatu tapi kemudian diurungkan matanya segera
dipejamkan Dengan kening berkerut kembali Seebun
Giok-hiong ber-kata: "Bila lukamu telah sembuh, aku
akan ajak kau menjumpai ketua Hian-hong-kau. Beritahu
kepadanya akan identitasmu. Bila ia tetap menaruh rasa
cinta dan kasih yang mendalam seperti dulu, aku baru
percaya bahwa di dunia ini memang benar-benar
terdapat cinta sejati."
"Oooh,jadi untuk membuktikan perkataan itu lantas
kau corengkan aneka macam lukisan tato pada
wajahku?" seru Lim Han-kim tanpa membuka matanya.
Seebun Giok-hiong tertawa, "Ketua Hian-hong-kau
bisa jatuh cinta kepadamu lantaran wajahmu tampan dan
gagah, Bila wajahmu tidak diubah, aku percaya bukan
hanya ketua Hian-hong-kau seorang yang menaruh cinta
kepadamu, Tapi sekarang mukamu sudah berubah,
kegantenganmu dulu sudah punah. Jika ketua Hianhong-
kau betul-betul mencintaimu dia tak akan
mengacuhkan soal perubahan wajahmu, selain itu aku
pun telah membantunya mencapai tujuan, sebab kecuali
dia, tak nanti ada wanita lain yang bakal mencintaimu."
"Sampai kapan luka bacokan di wajahku baru
sembuh?" "Cepat sekali, dua hari lagi aku bisa melepaskan kain
pembalut dari wajahmu" Lim Han-kim menghela napas
panjang, ia terbungkam dan tidak bicara lagi.
"Hei, apa yang sedang kau pikirkan?" tegur Seebun
Giok-hiong sambil tertawa cekikikan,
1995 "Aku sedang berpikir bagaimana harus hidup sebaikbaiknya
di dunia ini." "Kaupun tak usah kelewat khawatir, seandainya di
dunia ini betul-betul tak ada orang yang mau
menerimamu, aku Seebun Giok-hiong masih bersedia
memeliharamu sampai tua"
Lim Han-kim mendengus, "Hmmm, asal aku masih
punya kesempatan untuk membunuhmu, sekalipun harus
korbankan nyawa, aku tak akan melepaskannya dengan
begitu saja" Seebun Giok-hiong tertawa.
"Biar kau melatih ilmu silatmu sepuluh tahun lagi, kau
tetap tak akan berhasil membalas dendam ini, jadi dalam
hal tersebut aku tidak perlu khawatir ..." pelan-pelan dia
bangkit berdiri, sambungnya:
"Sekarang baik-baiklah beristirahat. Dua hari lagi aku
akan datang untuk melepaskan kain pembalut wajahmu,
kemudian mengantarmu pergi menjumpai ketua Hianhong-
kau" Walaupun hanya dua hari, namun dalam perasaan Lim
Han-kim seakan-akan melewati waktu selama dua tahun,
Dalam dua hari ini, ia menerima pelayanan yang baik
sekali, Hidangan yang disuguhkan semuanya hidangan
yang lezat, tempat tinggalnya juga ruangan yang mewah
dengan pelayanan gadis-gadis cantik.
Namun bagi Lim Han-kim yang dirundung masalah, ia
tidur tak nyenyak. makan tak selera, selama dua hari ini
tak sepatah kata pun yang diucapkannya.
Pada tengah hari ketiga, Seebun Giok-hiong benarbenar
datang memenuhi janjinya, ia diikuti siau-cui yang
1996 cantik dengan membawa sebuah baki porselen, isi baki
itu selain sebuah gunting, terdapat juga sebuah botol
porselen berwarna gelap dan tidak diketahui apa isinya,
"Kemari kau" kata Seebun Giok-hiong sambil
mengambil gunting dari atas baki.
Dengan langkah lebar Lim Han-kim maju menghampiri
katanya: "Nona boleh turun tangan" Nada ucapannya
datar dan tenang, sama sekali tak ada rasa takut
"Sebentar lagi kau akan segera dapat melihat bentuk
wajahmu yang aneh, lucu dan menyeramkan takut tidak
kau?" kata Seebun Giok-hiong sambil menggerakkan
guntingnya. "Selama dua hari aku telah memahami arti sebenarnya
kehidupan manusia di dunia ini. Biar dia hidup berapa
tahun pun akhirnya toh tetap mati, sekarang aku tidak
kuatir menghadapi kematian, kenapa mesti
mengacuhkan masalah bentuk rupa?"
"Aaai... kau memang sangat gagah" puji Seebun Giokhiong
sambil menghela napas, Gunting nva bekerja cepat
memotong kain pembalut di wajah pemuda itu, dalam
waktu singkat semua kain pembalut telah tertanggal.
Lim Han-kim mencoba meraba wajah sendiri benar
juga, permukaan kulitnya cekung cembung tak rata,
bekas luka pun memenuhi seluruh wajah,
"siau-cui" seru Seebun Giok-hiong kemudian. "Cepat
ambilkan cermin" "Tidak usah bercermin, mari kita segera berangkat."
"Ke mana?" 1997 "Bukankah kau hendak mengajakku menjumpai ketua
Hian-hong-kau?" "Kuanjurkan lebih baik bercerminlah dulu sebelum
mengambil keputusan, Siau-cui, cepat ambil cermin"
Siau-cui menyahut, tak lama kemudian ia sudah
muncul kembali, katanya sambil menyodorkan cermin ke
tangan Lim Han-kim: "siangkong, ini cerminnya"
Terpaksa anak muda itu terima cermin dan dipakai
untuk mencermin wajahnya, sebuah raut muka yang
sangat aneh dan penuh dengan gambar tato segera
muncul di depan mata. "Bagaimana hasil karyaku?" tanya Seebun Giok-hiong
kemudian, Lim Han-kim tertawa tergelak. "Hahaha... sebuah
bentuk wajah yang aneh dan menarik" sahutnya seraya
mengembalikan cermin itu ke tangan siau-cui,
"Bagaimana" sedikitpun tidak merasa se-dih?"
"Aku rasa wajahku sekarang menarik sekali, mari kita
berangkat" 0ooo0 BAB 6. perempuan Im-yang Pendekar jelek
"Apakah kau amat rindu dengan ketua Hian-hongkau?"
tegur Seebun Giok-hiong termangu.
"Yaa, sangat rindu Kenapa?"
"Kuanjurkan lebih baik jangan menaruh harapan yang
kelewat besar kepadanya..."
"Kau tak usah kuatir"
1998 "Baiklah, mari kita buktikan bersama apakah sikap
ketua Hian-hong-kau kepadamu masih tetap seperti
sedia kala ..." Kepada siau-cui perintahnya: "siapkan
kuda, kita bersama-sama menjumpai ketua Hian-hongkau."
Siau-cui menyahut dan segera beranjak pergi, tak
lama kemudian ia muncul kembali seraya berseru:
"Kereta telah slap"
Seebun Giok-hiong segera berkata kepada Lim Hankim:
"Wajahmu sekarang aneh, lucu dan menyeramkan
kalau dibiarkan berjalan biasa pasti akan menarik
perhatian orang banyak, untuk menghindari semuanya
ini lebih baik kita naik kereta saja."
"Terima kasih atas perhatian nona." Dengan langkah
lebar ia beranjak keluar dan naik ke dalam kereta.
Seebun Giok-hiong mengikuti di belakang-nya, tak
lama kemudian siau-cui telah melarikan kereta itu
menelusuri jalan raya. Tampaknya Seebun Giok-hiong dibuat bingung dan
tidak habis mengerti oleh reaksi yang diberikan Lim Hankim
atas perubahan wajahnya, sebab reaksi pemuda itu
ternyata sangat menyimpang dengan kejadian yang
berlaku pada umumnya. Ia berusaha keras menahan pelbagai kecurigaan yang
memenuhi benaknya, selama duduk dalam kereta, secara
diam-diam ia awasi terus setiap gerak-gerik dari Lim
Han-kim. Namun pemuda tersebut ternyata hanya duduk
bersandar pada dinding kereta dengan mata terpejam,
tidak bicara juga tidak tertawa.
1999 Sikap ini semakin menyulitkan Seebun Giok-hiong
untuk menilai reaksinya. Suasana hening mencekam ruang kereta itu, yang
terdengar hanya bunyi guliran roda kereta yang melewati
jalan, Lebih kurang setengah jam kemudian tiba-tiba saja
larinya kereta kuda itu terhenti sama sekali, Menyusul
kemudian terdengar suara Siau-cui berkata: "Lapor
majikan, kita telah tiba di tempat kediaman ketua Hianhong-
kau" "Ketuk pintu" perintah Seebun Giok-hiong.
Siau-cui menyahut dan segera melompat turun dari
kereta, Tak selang berapa saat kemudian ia sudah
kembali ke depan kereta seraya berseru: " Ketua Hianhong-
kau dengan memimpin para jagonya telah
menyambut sendiri di depan pintu"
Seebun Giok-hiong berpaling kearah Lim Han- kim,
katanya kemudian: "Ayo turun sebentar lagi kau akan
bertemu dengan ketua Hian-hong-kau yang kau rindukan
siang malam" Lim Han-kim ragu-ragu sesaat, lalu seru-nya: "silakan
nona turun lebih dulu"
Seebun Giok-hiong menyingkap tirai dan melompat
turun disusul Lim Han-kim di belakangnya.
Saat itu Li Tiong-hui dengan mengajak siang Lam-ciau
serta seorang gadis cantik telah menunggu di depan
pintu gerbang, di belakang mereka berdiri berjajar
delapan orang manusia berbaju hitam yang memakai ikat
pinggang warna warni. 2000 Sambil menghela napas Lim Han-kim berpikir "Aaai,
padahal baru berpisah tiga hari, tapi ia seakan-akan
sudah tidak kenal lagi denganku..."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara itu Seebun Giok-hiong telah berkata:
"Terima kasih banyak atas sambutan kaucu"
"Sudah seharusnya, silakan masuk minum teh."
Tanpa sung kan Seebun Glok-hiong melangkah masuk
dengan langkah lebar, sedang siau-cui dengan menarik
Lim Han-kim mengikuti di belakangnya, Tampaknya
semua orang yang hadir di situ tertarik oleh keanehan
wajah Lim Han-kim yang penuh gambar tato itu, tak
terasa semua orang memperhatikannya dengan
seksama, setelah melewati pintu gerbang kedua dan
melewati kebun, sampailah mereka di ruang belakang.
Seebun Giok-hiong segera mempercepat langkahnya
seraya berbisik kepada Li Tiong-hui: "Kaucu, harap kau
singkirkan semua orang, aku hendak membicarakan
sesuatu denganmu" Li Tiong-hui berpikir sejenak, kemudian sambil
mengulapkan tangannya kepada siang Lam-ciau sekalian,
serunya: "Kalian tak perlu ikut masuk"
Dengan menggandeng tangan Seebun Giok-hiong, ia
langsung masuk ke dalam ruangan Waktu itu di ruang
tengah telah disediakan makanan kecil, dua orang
dayang segera maju menghidangkan air teh.
Li Tiong-hui segera memberi tanda agar dua orang
dayang itu keluar dari ruangan, setelah itu baru katanya:
"Ada urusan apa nona, sekarang boleh kau katakan-"
2001 "Kaucu kenal dengan orang itu?" tanya Seebun Giokhiong
sambil menuding Lim Han-kim.
Dengan sorot mata tajam Li Tiong-hui memperhatikan
Lim Han-kim sekejap. kemudian menggeleng, "Aku tidak
kenal" "Kaucu jangan pandang enteng orang itu" kata
Seebun Giok-hiong sambil tertawa, "Meskipun wajahnya
aneh, tapi ilmu silat yang dimilikinya sangat tangguh."
"Aku percaya tak ada anak buahmu yang tidak ahli
dalam ilmu siiat, aku lihat saudara ini mungkln berasal
dari suku Biau?" Seebun Giok-hiong tertawa cekikikan "suku Han juga
mempunyai kebiasaan mentato badan sendiri, jangan
kau kira hanya suku Biau yang memiliki kebiasaan
tersebut." "Sekalipun suku Han juga mempunyai kegemaran
mentato badan, tapi kebanyakan mentato dada atau
punggungnya, belum pernah kudengar ada orang
mentato wajah sendiri dengan aneka gambar Atau
mungkin memang pengetahuanku amat picik hingga
tidak mengetahui hal tersebut Nona Seebun, kau tak
usah sok rahasia lagi"
Selama tanya jawab berlangsung, Lim Han-kim hanya
berdiri membungkam dengan kepala tertunduk. meski
hatinya amat pedih tapi berhubung wajahnya telah
dipenuhi gambar tato sehingga sukar bagi orang lain
untuk menyaksikan perubahan wajahnya, Mendadak
Seebun Giok-hiong memberi tanda seraya berseru:
"Kemari kau" 2002 Tampaknya semua kegagahan Lim Han-kim ketika
datang tadi telah lenyap tak berbekas, dengan kepala
tertunduk ia maju ke depan.
Sambil tertawa tergelak Seebun Giok-hiong segera
berseru: "Bukankah siang malam kau selalu merindukan
ketua Hian-hong-kau" setelah bertemu kenapa tidak
bicara?" Kemudian setelah berhenti sejenak. kepada Li Tionghui
katanya lagi sambil tertawa terkekeh: "orang ini
ibarat katak yang merindukan bulan, sudah tahu begitu
jelek tampang sendiri, tapi ia masih merindukan
kecantikan wajah kaucu, bahkan siang malam
merindukannya " "Aah... masa iya?" seru Li Tiong-hui sambil
memainkan biji matanya. "Jadi kaucu tidak percaya?" seru Seebun Giok-hiong
tertawa. "Aku percaya, dengan kedudukan nona, tak mungkin
kau akan sembarangan berbohong."
"Memang paling baik jika kaucu percaya perkataanku
ini." Pelan-pelan Li Tiong-hui bangkit berdiri, dengan
matanya yang bening ia tatap Lim Han-kim tajam-tajam,
lalu tegurnya: "Kau benar-benar kenal aku?"
"Yaa" Lim Han-kim mengangguk "Walapun aku kenal
kaucu, aku rasa kaucu sudah tidak kenali diriku lagi."
2003 Li Tiong-hui merasa suara itu amat dikenalnya tapi
untuk sesaat tidak teringat siapa dia. setelah termangu
sejenak, tegurnva: "siapa kau?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, ia
membungkam diri. "Kenapa tidak berani menyebutkan namamu?" jengek
Seebun Giok-hiong dingin-
Li Tiong-hui mengerutkan keningnya lalu tertawa
hambar "Sebut saja namamu" katanya, "ingatanku paling kuat
terhadap sobat-sobat lama . "
Lim Han-kim menengadah memandang langit-langit
rumah, setelah menghembuskan napas panjangkatanya:
"Aku Lim Han-kim"
Berubah paras muka Li Tiong-hui, tapi hanya sejenak
kemudian telah pulih kembali seperti sedia kala, ia segera
menggenggam tangan Lim Han-kim dan katanya lembut:
"See-bun Giok-hiong mengira dengan merusak wajahmu
lalu aku akan menampikmu serta tak mau mengenalimu
lagi..." Ia tertawa terkekeh-kekeh, lanjutnya: "Tapi sayang
tebakannya keliru besar"
"Kau menaruh rasa iba, rasa kasihan kepadanya
bukan?" ejek Seebun Giok-hiong sambil tertawa.
"Bagaimana aku harus berbuat agar membuktikan
kepadamu bahwa aku tetap mencintainya sepanjang
masa?" 2004 Seebun Giok-hiong berpikir sejenak. kemudian
katanya: "Caranya sih ada satu, cuma aku kuatir kaucu
keberatan sehingga diutarakanpun tak ada gunanya."
" Katakan saja, akan kupertimbangkan caramu itu."
Seebun Giok-hiong segera melompat bangun, katanya
dingini "Kau benar-benar keberatan meninggalkan dia?"
"Benar, jangankan baru wajahnya yang rusak.
sekalipun kau kutungi keempat anggota badannya dan
melumat panca indranyapun, aku tetap akan
mencintainya sepanjang masa, Bukan tubuhnya yang
kucintai, tapi hatinya."
"Aku tidak percaya"
"Lantas bagaimana baru mau percaya?" tanya Li
Tiong-hui serius. "Kecuali sekarang juga kau kawin dengannya"
Jawaban ini kontan membuat Li Tiong-hui tertegun,
serunya kemudian: "Kau juga ingin mencampuri urusan
ini?" Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh, "Ha ha
ha... kau sudah percaya dengan perkataanku bukan, Lim
Han-kim" Kalau ketua Hian-hong-kau benar-benar
mencintaimu, dia tak akan ragu-ragu memutuskan
masalah ini" Lim Han-kim segera maju sambil busungkan dada,
serunya: "sebagai seorang lelaki sejati aku tak pernah
mempersoalkan bagus jeleknya wajahku, meskipun kini
wajah ku telah rusak di tanganmu, bukan berarti karena
kejadian ini aku lantas putus asa dan segan hidup,"
2005 "Aku hanya ingin kau mengetahui bahwa cinta kasih
antara seseorang dengan seseorang sering dilandasi
suatu syarat dan kondisi tertentu," ucap Seebun Giokhiong
sambil tersenyum. "Bila syarat dan kondisimu itu
lenyap. maka apa yang dinamakan cinta pun ikut
berubah kadarnya." Setelah berhenti sejenak. kembali lanjutnya: "Tapi kau
tak usah kuatir, walaupun wajahmu telah kurusak tapi
aku akan selalu membawamu ke mana pun aku pergi,
Hanya saja kau harus camkan hal ini dengan jelas,
bahwa berubahnya rasa cinta kekasihmu kepadamu
hanya lantaran berubahnya wajahmu dari ganteng
menjadi jelek." "Aku Lim Han-kim adalah seorang lelaki sejati, aku tak
sudi menerima rasa iba dari orang lain" tukas anak muda
itu lantang, kemudian dengan langkah lebar ia beranjak
keluar dari situ. "Jangan pergi" seru Li Tiong-hui sambil menghela
napas sedih, ia melejit ke muka siap mengejar Seebun
Giok-hiong segera ayunkan tangan kanannya melepaskan
satu pukulan, segulung kekuatan yang maha dahsyat
segera menghadang jalan pergi Li Tiong-hui.
Gara-gara terhadang inilah, Lim Han-kim telah keluar
dari ruangan dan kabur meninggalkan tempat tersebut
Li Tiong-hui tidak menyangka kala Seebun Giok-hiong
bakal melepaskan pukulan ke arahnya, termakan
hadangan itu badannya tergetar mundur sejauh dua
langkah, Menunggu dia siap melakukan pengejaran jejak
Lim Han-kim sudah lenyap dari pandangan
2006 Sambil tersenyum Seebun Giok-hiong berkata: "Kau
telah melukai hatinya, itu berarti semakin dalam rasa
cintanya kepadamu dulu, semakin dalam pula rasa
dendam dan sakit hatinya kepadamu, jadi lebih baik tak
usah disusul lagi." Li Tiong-hui menghela napas sedih, "Aaaai... kau
pernah berjanji tak akan melukainya, bahkan janjimu itu
serasa masih mendengung di sisi telingaku, tapi
kenyataannya sekarang ... kau telah ingkar janji"
"Apa yang telah kusanggupi tak pernah kuingkari
kembali, siapa yang ingkar janji?" sahut Seebun Giokhiong
tertawa. Li Tiong-hui mendengus marah, bentak-nya: "Kau
telah merusak wajahnya, apakah tindakan ini tidak kau
anggap sebagai suatu perbuatan yang melanggar janji?"
Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh, "Ha ha ha
. . . siapa suruh cinta mu kepadanya tidak murni" Kenapa
setelah ada kejadian malah aku yang disalahkan?"
Li Tiong-hui termenung beberapa saat lamanya,
kemudian ia baru bergumam: "Mengerti aku, mengerti
aku sekarang ..." "ltu namanya satu langkah salah, seluruh permainan
catur jadi berantakan," kata Seebun Giok-hiong tertawa,
"Nona manis, sayang terlambat kau pahami semua ini
sebelum janji tiga bulan lewat, aku akan suruh kau
rasakan penderitaan karena menyesal" Kemudian setelah
melirik siau-cui sekejap. terusnya: "Kita juga harus
berangkat" Tanpa membuang waktu lagi ia beranjak
keluar dari ruangan. 2007 "Mari kuantar" Li Tiong-hui berusaha membangkitkan
kembali semangatnya "Tidak usah." Memandang hingga bayangan punggung Seebun Giokhiong
lenyap dari pandangan, tiba-tiba saja Li Tiong-hui
merasa hatinya begitu kesal, sedih dan mendongkol tak
kuasa lagi air matanya jatuh bercucuran.
Dengan perasaan penuh dendam, malu dan penasaran
Lim Han-kim berlarian menelusuri jalan setapak dalam
gedung itu. Meskipun sekeliling gedung itu dipenuhi
kawanan jago lihai dari Hian-hong-kau, tapi karena
belum ada perintah dari ketuanya, maka tak seorang pun
berusaha turun tangan menghadang.
Lim Han-kim berlari sampai puluhan li jauhnya, ia baru
berhenti setelah tiba di sebuah tempat sepi yang jauh
dari keramaian manusia, Di hadapannya kini terlihat
sebatang pohon yang amat besar, pohon besar itu berdiri
menyendiri di tengah semak belukar, di bawah pohon
besar itu terlihat sebuah kuil kecil yang sudah bobrok, di
belakang kuil tampak sebuah batu besar yang halus.
Pelan-pelan Lim Han-kim berjalan ke muka dan duduk
di atas batu itu. Membayangkan kembali wajahnya yang
berubah aneh, ia merasa amat pedih. seandainya ia
berjumpa dengan ibu kandungnya sekalipun saat ini, ia
yakin ibunya tak akan mengenalinya lagi.
Akhirnya tak kuasa lagi ia menengadah sambil
menghela napas panjang, gumamnya: "Aaai... tak
disangka aku Lim Han-kim baru terjun ke dalam dunia
persilatan, asat-usul belum sempat dilacak, kini wajahku
2008 telah berubah jadi begini jelek, apa yang harus
kuperbuat selanjutnya?"
Mendadak dari belakang tubuhnya bergema suara
tertawa dingin, disusul kemudian seseorang mengejek:
"He he he... sebagai seorang lelaki sejati, apa artinya
jelek dan tampannya wajah seseorang" Tidak seperti
aku, seorang perempuan yang sejak lahir sudah dikaruniai
wajah sedemikian jelek, Nasibku baru pantas
dikatakan sebagai nasib yang jelek dan memilukan hati."
Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim bangkit berdiri
seraya berpaling, pada jarak beberapa kaki di
belakangnya, Di tengah rumput ilalang setinggi lutut
telah muncul seorang wanita yang berwajah jelek sekali,
perempuan itu mengenakan pakaian berwarna hitam,
wajahnya separuh berwarna merah, separuhnya lagi
pucat pasi. Rambutnya yang panjang amat kusut dan
berwarna putih bercampur hitam, cuma suaranya saja
kedengaran sangat merdu. setelah mengamati orang itu
beberapa saat, Lim Han-kim menegur
"Siapa kau?"

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tak punya nama."
"Tak punya nama?"
"Sejak dilahirkan wajahku sudah jelek. apa mau
dibilang orang tuaku justru memberi sebuah nama yang
indah dan manis untukku, karenanya aku malu untuk
menyebutkan" Setelah berhenti sejenak. kembali lanjutnya: "Tapi
umatpersilatan menghadiahkan sebuah julukan untukku,
2009 aku rasa julukan itu justru amat cocok dan sesuai dengan
keadaanku" Perasaan senasib sependeritaan membuat Lim Hankim
tanpa sadar menaruh simpati kepadanya, tak tahan
tanyanya: "Apa julukanmu?"
"Mereka panggil aku iblis wanita Im-yang"
"Dengan tampangnya yang begitu aneh dan jelek. ia
memang sesuai sekali dengan julukan iblis wanita Imyang
. . ." pikir Lim Han-kim diam-diam. sementara itu
perempuan Im- yang itu sudah mengayunkan
langkahnya berjalan mendekat
Jika peristiwa ini berlangsung di masa lalu, Lim Hankim
pasti akan ngeri bercampur seram bila bertemu
dengan manusia seaneh ini, tapi sekarang perasaannya
justru berbeda, ia merasa simpati dan menaruh kesan
baik kepadanya. Dalam saat itu iblis wanita Im-yang menghentikan
langkahnya dua depa di hadapan Lim Han-kim setelah
melihat pemuda itu sedikitpun tidak takut kepadanya,
kembali ujarnya: "Mereka memberi julukan iblis wanita
Im-yang kepadaku di samping karena wajahku memang
jelek menyeramkan watakkupun berangasan, aku
gampang naik pitam."
"Oooh,jadi kau gampang naik pitam?"
"Bukan cuma gampang naik darah, bahkan akupun
suka membunuh lawanku, terutama muda-mudi yang
berwajah tampan dan berparas cantik. pokoknya kalau
ada di antara dua jenis manusia ini terjatuh ke tanganku,
mereka kerap kali tak mudah lolos dengan selamat"
2010 "Hal ini aku tak bisa salahkan kau. Aku percaya
kawanan muda-mudi itu tentu pada mengejek atau
menyindir setelah menyaksikan keanehan wajahmu,
sindiran semacam ini akan menyakitkan hati yang
berakibat timbulnya rasa dendam, jadi lumrah kalau kau
tak mampu menahan diri"
Im-yang Losat (iblis wanita Im-yang) tertawa hingga
kelihatan sebaris giginya yang putih dan rata. ujarnya:
"Betul, ejekan dan pandangan sinis mereka betul-betul
membangkitkan hawa napsu membunuh ku, aku rasa
kau tentu berperasaan sama seperti aku bukan?"
"Keadanku tidak separah nona, aku belum pernah
bunuh orang lantaran masalah ini."
"Kalau begitu saudara benar-benar seorang manusia
terbaik di dunia ini..."
Tanpa terasa Lim Han-kim membayangkan kembali
sikap sinis dari Seebun Giok-hiong dan tertawa yang
dipaksakan dari Li Tiong-hui, jelas mereka merasa muak
terhadap wajahnya dan hanya pura-pura bersikap baik
kepadanya. Tak kuasa lagi hawa amarahnya bergelora, "itu pun
tidak tepat" katanya, "Mungkin saja sejak hari ini aku
akan mulai membunuh secara besar-besaran"
"Bagus sekali" Im-yang Losat girang. "Akhirnya aku
bertemu dengan rekan satu pikiran"
Kemudian setelah berhenti sejenak. katanya lagi:
"Boleh aku tahu siapa namamu?"
"Aku Lim Han-kim ..." tiba-tiba ia teringat sesuatu,
mulutnya segera membungkam kembali
2011 Agaknya Im-yang Losat tidak terlalu memperhatikan
perubahan sikap anak mudaitu, dengan wajah berseri
kembali katanya: "Lim Han-kim... Lim Han-kim ... tidak
bagus, tidak bagus, Nama ini terlalu halus bagimu"
"Aaah, nama hanya sebuah lambang bagi manusia
dalam perjalanan hidupnya, aku rasa tidak perlu terlalu
dianggap serius." "Bila saudara Lim tidak keberatan aku banyak mulut,
bagaimana kalau kuhadiahkan sebuah julukan yang
sangat baik untukmu?"
"Julukan apa?" "Lantaran wajahku separuh merah separuh putih maka
orang menyebutku Im-yang Losat, sebaliknya wajah
saudara Lim penuh dengan lukisan tato yang aneh tapi
indah, oleh sebab itu bagaimana kalau kusebut saudara
Lim sebagai ... iblis berwajah tato ..."
"lblis berwajah tato?" gumam Lim Han-kim,
"Ha ha ha ...julukan yang sangat tepat"
"Sejak dilahirkan, kecuali dengan orang tua yang
melahirkan diriku, boleh dibilang aku tak pernah
berhubungan dengan orang lain, Tapi setelah bertemu
saudara Lim hari ini, aku merasa cocok sekali, Aaaai...
atau mungkin akulah yang terlalu romantis . .."
Lim Han-kim tidak menjawab, hanya pikirnya: "Kalau
seseorang senasib sependeritaan, biasanya mereka
gampang bergaul dan berkumpul, kejadian ini sangat
lumrah ..." 2012 Terdengar im-yang Losat melanjutkan sesudah
menghela napas panjang: "Aku tidak tahu apakah
saudara Lim bersedia untuk berkawan atau tidak?"
Kembali Lim Han-kim berpikir "Jika didengar dari nada
pembicaraannya, ia penuh dengan perasaan dendam dan
benci, Bila aku berkawan dengannya, sedikit banyak aku
tentu akan terpengaruh oleh watak serta pembawaannya
..." Kembali terdengar im-yang Losat berkata: "Aaaai...
oleh sebab wajahku jelek susah dipandang, orang awam
memencilkan aku selama hidup boleh dibilang aku belum
pernah berkawan dengan siapa saja. Tapi setelah
berjumpa saudara Lim hari ini, timbul perasaan senasib
sependeritaan di hati kecilku. itulah sebabnya aku ajukan
tawaran untuk bersahabat denganmu. Apabila saudara
Lim tidak sudi untuk berteman, baiklah, anggap saja aku
tak pernah bicara apa-apa denganmu, selamat tinggal"
Pelan-pelan ia membalikkan badan dan beranjak pergi
meninggalkan tempat itu. "Tunggu sebentar, nona" teriak Lim Han-kim tiba-tiba.
Im-yang Losat membalikkan badannya seraya
menghembuskan napas panjang, ucapnya: "selama dua
puluhan tahun aku hidup di dunia ini, baru pertama kali
ini ada orang memanggil nona kepadaku."
"Orang ini patut dikasihani," Lim Han-kim segera
berpikir "Aaai... apa bedanya dengan nasibku sejak hari
ini" Mungkin aku pun akan dikucilkan dari masyarakat..."
Terdengar Im-yang Losat berkata lagi:
"Apabila saudara Lim bersedia untuk ber-kawan
denganku, aku pun bersedia membagi kenikmatan dari
2013 suatu rahasia besar dunia persilatan dengan saudara
Lim." "Rahasia besar apa itu?" Lim Han-kim mulai tertarik,
"Orang awam menganggap aku sebagai siluman atau
iblis setelah menyaksikan raut wajahku yang sangat aneh
ini. oleh sebab itu, meski dunia sangat luas tapi tiada
tempat yang cocok bagiku untuk berdiam diri, Terpaksa
aku menyingkir dari keramaian dunia dengan memilih
tempat yang sepi dan terpencil untuk meneruskan hidup,
suatu ketika dalam petualanganku di tengah hutan
rimba, aku telah menemukan tempat tinggal seorang
tokoh persilatan dari zaman dulu, Dalam istananya
tertinggal pula seluruh jerih payah serta buah
pikirannya..." Berbicara sampai di sini, tiba-tiba ia
hentikan perkataannya . Pembicaraan itu tampaknya menarik perhatian serta
rasa ingin tahu Lim Han-kim, tak tahan ia bertanya:
"Boleh aku tahu benda apa yang ditinggalkan tokoh
persilatan dari zaman dulu itu?"
"Sejilid kitab ilmu silat penuh berisi catatan pelbagai
ilmu sakti dalam dunia persilatan serta sebelas buah
kitab keterangan serta kupasannya, Aku butuhkan waktu
tiga hari tiga malam untuk membaca habis seluruh isi
kitab itu, Bukan aku sengaja mengibul atau sombong,
Bila seseorang mampu mempelajari semua ilmu silat
yang tercatat dalam kitab ini, maka tiada orang yang
sanggup menandingi kehebatannya lagi..."
Lim Han-kim semakin tertarik, pikirnya: "Aku
membawa dendam kesumat sedalam lautan serta tekateki
seputar asal-usulku, untuk membuka tabir rahasia
2014 asal-usulku maupun untuk membalas dendam atas sakit
hatiku, aku butuh serangkaian ilmu silat yang tangguh
sebagai modal kerja ..."
Belum selesai ia berpikir, Im-yang Losat telah berkata
lebih jauh: "Aku tahu, sulit bagi saudara Lim untuk ambil
keputusan dalam waktu singkat Aku pun tak ingin terlalu
memaksa. Gunakanlah sehari ini penuh untuk berpikir
dan memutuskan, besok sore kita berjumpa lagi di
tempat ini, semoga sampai waktunya saudara Lim telah
membuat keputusan." "Tak usah dipertimbangkan lagi, sekarang juga aku
telah membuat keputusan"
Dari balik mata Im-yang Losat yang bening, terpancar
keluar sinar harapan yang luar biasa. Ia menatap wajah
pemuda itu lekat-lekat Kembali Lim Han-kim berkata: "Kau berwajah aneh
sejak dilahirkan, sedang wajahku jelek karena dirusak
orang, Meski berbeda ke-adaan namun apa yang kita
alami mirip satu sama Iainnya. Aku tahu, orang di dunia
ini memang menilai seseorang dari wajahnya. Hanya
lantaran kita berwajah jelek. maka tanpa alasan dan
sebab yang jelas umat manusia mengucilkan kita.
Memang betul, kita harus belajar suatu ilmu silat yang
hebat dan luar biasa, agar kita bisa melampiaskan rasa
tertekan orang-orang berwajah jelek di dunia ini."
"Ehmrn, betul, aku pun berpendapat begitu."
"Bila nona tak keberatan, mari kita bersumpah di
depan matahari untuk selanjutnya kita hidup sebagai
kakak beradik." Im-yang Losat tersenyum.
2015 "Dari sekarang hingga tengah hari esok masih ada
setengah hari ditambah satu malam, kau hendak pergi ke
mana untuk melewatkan malam yang sepi ini?"
"Terus terang kukatakan, sekarang aku tak punya
rumah tanpa tujuan, Jika cici masih ada urusan yang
harus diselesaikan silakan kau bereskan dulu. Aku akan
mencari sebuah tempat yang sepi dan terpencil untuk
melewatkan malam ini, tengah hari esok kita bertemu
lagi di sini, sebenarnya aku pingin ajak kau ikut
denganku, tapi karena perjalanan yang harus kutempuh
sangat jauh, aku kuatir kau jadi kecapaian nanti..."
Sekalipun Lim Han-kim tetap membungkam namun di
hati kecilnya ia merasa sangat tidak puas, pikirnya: "Aku
tak percaya ilmu meringankan tubuhmu jauh lebih
ampuh daripada kepandaianku. "
Agaknya Im-yang Losat dapat membaca suara hati
Lim Han-kim itu, ia tersenyum tanpa komentar, hanya
secara tiba-tiba ia berpekik rendah. suara ringkikan kuda
diikuti derap langkah yang kuat segera berkumandang
dari kejauhan, menyusul kemudian muncul seekor kuda
berbulu hitam pekat menghampiri perempuan itu
Kuda ini memiliki bulu yang luar biasa panjangnya,
sekilas pandang tidak mirip kuda, tapi juga tak bisa
dilukiskan makhluk apakah itu, pada punggungnya sudah
dipasang pelana berwarna putih.
Kuda hitam dengan pelana putih, suatu perpaduan
warna yang amat kontras, sambil melompat naik ke atas
pelana kuda, Im-yang Losat berseru: "saudaraku, bila
kau ingin menunggang kuda bersama cici, ayohlah cepat
melompat naik" 2016 Lim Han-kim melihat panjang pelana itu hanya dua
depa, itu berarti bila mereka berdua duduk di atas pelana
yang sama, maka mereka harus duduk saling
berangkulan, padahal sekarang langit sudah terang. apa
jadinya bila laki perempuan saling berangkulan di atas
kuda" Berpikir begitu seraya mengulapkan tangannya ia
menyahut seraya tertawa: "Aku tidak ikut, Besok tengah
hari akan kutunggu kehadiran cici di tempat ini"
Im-yang Losat berpikir sejenak. lalu katanya:
"Mengikat diri sebagai kakak beradik akan sangat
mengganggu kebebasan masing-masing, Aku lihat
selanjutnya kita bisa berjuang bersama bagaikan kakak
beradik, saling membantu dan saling mengisi, tapi tidak
perlu harus mengikat diri sebagai kakak beradik yang
sesungguhnya." setelah berhenti sejenak, kembali
tanyanya: "Berapa usiamu tahun ini?"
"Tahun ini aku berusia dua puluh satu tahun"
"Sangat kebetuan, tahun ini aku juga berusia dua
puluh satu tahun, tapi saudara Lim dilahirkan pada bulan
berapa?" "Aku bulan empat tanggal tiga."
"Adduh... sungguh patut disayangkan aku dilahirkan
pada bulan dua tanggal empat, berarti lebih tua satu
bulan lebih," "Kalau memang nona dua bulan lebih tua, berarti
urutanku berada di bawahmu, dengan kata lain aku
adalah si adik." 2017 Im-yang Losat tertawa. "Hei... kau jangan salah


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangka, Aku sih tak ada niat mencari keuntungan darimu,
apa mau dikata jika kenyataannya begitu, Aku rasa kita
tak perlu mempersoalkan usia lagi, Baiklah, biar aku
memanggil kakak padamu"
"Tidak apa-apa, biar aku saja yang memanggil cici
kepadamu" "Baiklah, kalau begitu aku memanggilmu adik,"
"Cici tak perlu sungkan-sungkan, kalau ada persoalan
silakan diutarakan" Im-yang Losat menengadah memandang cuaca, lalu
katanya: "Saudaraku, cici harus segera pergi untuk
selesaikan satu masalah pribadi Kita berjumpa lagi esok
siang di sini, akan ku ajak kau mengunjungi tempat
tinggal tokoh persilatan itu."
"Bila cici ada urusan, silakan saja berangkat."
"Baik, kalau begitu klta berpisah sementara waktu."
Dengan menarik tali les kudanya, bagaikan hembusan
angin puyuh kuda itu beriarian meninggaikan tempat
tersebut, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya telah
lenyap dari pandangan Memandang bayangan punggung Im-yang Losat yang
menjauh, diam-diam Lim Han-kim memuji: "Benar-benar
seekor kuda jempolan"
Tanah lapang yang luas kembali pulih dalam
keheningan yang semua, sinar matahari senja yang
memancarkan cahaya kemerah-merahan membiaskan
bayangan tubuh Lim Han-kim yang memanjang.
2018 Berdiri seorang diri di tengah tanah lapang yang
hening, tiba-tiba saja pemuda itu merasa kesepian Tanpa
terasa ia meraba lukisan tato di wajahnya, rasa pedih,
dendam dan murung seketika menyelimuti seluruh
pikiran dan perasaannya, Dengan pikiran kosong Lim
Han-kim berjalan tanpa tujuan, ia tak dapat
membedakan lagi mana timur, mana selatan, mana barat
dan mana utara, sikap ragu-ragu dari Li Tiong-hui
membuat ia beranggapan bahwa dirinya telah dikucilkan
dari keramaian dunia, tapi perkenalannya dengan Imyang
Losat telah membangkitkan pula semangat
hidupnya. Dia ingin melatih diri secara tekun, memilikl ilmu silat
yang tangguh kemudian kalau bisa mengubah
pandangan orang lain terhadap bagus jeleknya wajah
seseorang. Matahari telah tenggelam di kaki langit kegelapan
malam mulai menyelimuti angkasa, Pekikan burung
malam tiba-tiba menyadarkan kembali Lim Han-kim dari
pikirannya yang kalut, ia coba menengadah dan
menghembuskan napas panjang, saat itulah ia baru
merasa perutnya amat lapar, tampaknya sudah seharian
penuh ia tidak mengisi perut.
Pemuda itu mencoba memeriksa sekeliling tempat itu,
dari balik kegelapan yang menyelimuti angkasa, Di
kejauhan sana lamat-lamat ia saksikan setitik cahaya api.
Sambil menghela napas Lim Han-kim bergumam: "Aku
harus menyayangi tubuhku menjaga kesehatan serta
kondisi tubuhku, Biarpun orang di dunia ini telah
mengucilkanku, tapi aku tak boleh meremehkan diriku
2019 sendiri, Aku harus melatih diri dengan ilmu silat yang
tangguh, membuka tabir asal-usulku, Aku tak boleh
menyia-nyiakan harapan ibu yang dengan susah payah
telah memelihara serta mendidikku hampir dua puluh
tahun lamanya, Biar wajahku kini jelek dan aneh,
semangatku tak boleh padam, aku tak boleh melukai
perasaan hati ibu" Ketika ingatan tersebut melintas lewat, segala
kemurungan segera terusir lenyap. setelah menentukan
arah perjalanannya, ia mulai mengayunkan langkah
menuju ke sumber cahaya api itu,
Ternyata tempat itu merupakan sebuah rumah gubuk
yang dikelilingi pagar bambu, sebuah bangunan kecil
yang berdiri sendirian di tengah padang rumput yang
sepi dan terpencil ia mencoba memeriksa sekeliling
bangunan itu, namun suasana gelap gulita, Tak
dijumpainya sumber cahaya lain di seputar tempat itu.
Lim Han-kim mencoba berjalan mengitari pagar
bambu itu, tapi rasa lapar yang makin menjadi
membuatnya tak mampu menahan diri lagi, tak tahan
tegurnya keras-keras: "Adakah orang di dalam?"
"Siapa?" dari balik gubuk kedengaran seseorang
menyahut dengan suara tua yang parau.
"Seorang yang kemalaman sedang kelaparan bolehkah
aku menumpang semalam sambil mengisi perut" "
"Maafkan aku sudah tua dan sedang sakit hingga tak
dapat menyambut, silakan masuk sendiri"
"Besar amat nyali orang tua ini," pikir Lim Han-kim.
"Seorang diri ia berani tinggal di tempat yang sepi,
2020 terpencil dan gelap seperti ini." sambil berpikir ia dorong
pintu dan melangkah masuk ke dalam ruang rumah.
Di dalam ruangan disaksikannya seorang kakek
berusia enam puluh tahunan yang berwajah luyu karena
sakit sedang berbaring di atas pembaringan, di sisinya
terdapat meja dan lilin yang menyala di atasnya.
Mendadak terdengar kakek itu menjerit kaget,
tubuhnya yang sudah bangkit untuk duduk terkulai
kembali ke atas pembaringan
Lim Han-kim tertegun melihat sikap kakek itu, Tibatiba
ia teringat dengan wajah sendiri yang jelek dan
aneh, tanpa terasa katanya seraya menghela napas
sedih: "Kakek, kau tak usah takut..."
"Siapa kau?" tegur kakek itu agak takut
"Aku adalah manusia, hanya wajahku memang aneh
serta jelek. Kalau sampai mengejutkan kakek, mohon
dimaafkan." Lambat laun keberanian kakek itu muncul kembali, ia
berusaha untuk bangkit lalu katanya: "Sayang di tempat
terpencil ini tiada hidangan untuk menjamumu, lagi pula
putriku tak ada di rumah, Bila tuan merasa lapar, buatlah
sendiri di dapur sana."
"Aaaah, kakek bersedia menampungku sudah
membuatku bersyukur Aku tak berani merepotkan
dirimu." "Letak dapur ada di sisi kiri ruangan"
"Terima kasih kakek"
2021 Lim Han-kim segera keluar dari ruang tengah menuju
ke sisi kiri yang dimaksud. Ruangan di sebelah kiri amat
gelap. sedemikian gelapnya sampai melihat lima jari
sendiri pun susah, Lim Han-kim segera mengerahkan
tenaga dalamnya untuk memeriksa.
Di hadapannya terlihat sebuah meja, di atas meja
terdapat sebuah tudung saji yang terbuat dari bambu,
tanpa terasa pikirnya: "Di bawah tudung saji bambu ini
tentu diletakkan hidangan Biasanya orang yang hidup di
tempat terpencil susah dalam hal ekonomi, baiklah
setelah bersantap nanti kutinggaikan berapa tahil perak
sebagai imbalan." Ketika tudung saji itu dibuka, betul juga, segera
terendus bau harum daging yang menusuk hidung,
Untung pemuda ini memiliki ketajaman mata yang
melebihi orang lain, Kendatipun berada dalam kegelapan,
namun ia dapat melihat hidangan yang tersedia di bawah
tudung saji bambu itu sangat mewah, Ada ikan laut, ada
daging, bahkan tersedia pula sepoci arak wangi.
Saat itu Lim Han-kim merasa lapar sekali, begitu
mengendus bau harumnya daging dan arak, ia sudah tak
mampu mengendalikan diri lagi, Tanpa pikir panjang ia
mulai bersantap dengan lahapnya,
Ketika perutnya mulai kenyang, satu ingatan baru
melintas di dalam benaknya, pemuda itu segera berpikir:
"Aneh, tempat ini terpencil, sepi dari manusia dan lagi
rumah ini sebuah gubuk reyot yang jelas menunjukkan
milik orang miskin. Dari mana datangnya hidangan
daging, ikan dan arak wangi yang begitu mewah ini?"
2022 Berpikir sampai di situ ia segera menghentikan
makannya dan bermaksud keluar dari ruangan itu. Pada
saat itulah terdengar kakek itu menegur dari luar
ruangan: "sudah kenyang, tuan?"
Pelan-pelan Lim Han-kim melangkah keluar dari dapur
dan balik ke ruang depan, ia menjumpai kakek itu sudah
duduk ditepi pembaringan dan memandang ke arahnya
dengan senyum, Begitu melihat anak muda itu
munculkan diri, ia segera menegur lagi: "Berapa banyak
hidangan yang telah kau makan?"
Bab 7. jarum Emas Membebaskan Racun Panas
Memandang senyum licik yang menghiasi wajah kakek
itu, Lim Han-kim segera merasa hatinya bergidik dan
tubuhnya merinding semua. sahutnya agak ragu: "Maaf
kakek, berhubung aku kelewat lapar, sebagian besar
hidangan milikmu telah kuhabiskan."
Kakek itu melompat bangun lalu tertawa terbahakbahak.
suara tertawanya begitu keras dan nyaring
membuat seluruh ruangan bergetar keras dan cahaya
lilin berkedip tiada hentinya.
Dari gelak tertawa yang penuh tenaga itu Lim Han-kim
segera mengetahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki
kakek itu amat sempurna, pikirnya cepat: "Ternyata ia
hanya pura-pura sakit..."
Terdengar kakek itu berkata lebih jauh: "Aaaai... anak
muda, rupanya kau kelewat goblok, sama sekali tak mau
menggunakan otakmu ..."
"Kenapa?" 2023 "Kau tak percaya dengan perkataanku ini" Kau goblok
sekali..." "Sikap kakek dalam berpura-pura amat luwes dan
hidup, aku memang tak bisa mempercayai begitu saja."
"Untung kau hanya menghabiskan separuh
hidanganku," kata kakek itu sambil tertawa, "Coba kalau
semuanya kau habiskan, saat ini mungkin kau sudah
berubah bentuk." "Berubah bagaimana?" Lim Han-kim tetap
kebingungan tak habis mengerti.
Kakek itu tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha... betul,
kau telah berubah bentuk Tahukah kau siapa aku ini?"
"Tidak" pemuda itu menggeleng.
"Pernah dengar orang persilatan menyebut seorang
tokoh tersohor yang dipanggil Cau-hua lojin?"
"Sayang cayhe belum pernah mendengar."
Berubah hebat paras muka kakek itu, serunya dingin:
"Kalau memang belum pernah mendengar, akan kusuruh
kau saksikan sendiri sekarang..."
"Bagaimana caranya untuk menyaksikan sendiri?"
diam-diam Lim Han-kim mengerahkan tenaga dalamnya
bersiap sedia, "Di dalam hidangan yang telah kau sikat habis tadi
telah dicampuri dengan sejenis obat hasil ramuanku yang
hebat sebentar lagi, bila obat itu mulai bekerja, seluruh
tubuhmu akan terasa panas luar biasa. Kecuali cara
pengobatan tunggalku, tiada lagi orang mu yang bisa
menyembuhkan siksaan tersebut."
2024 Diam-diam Lim Han-kim mencoba mengatur napas,
tapi ia tak menemukan sesuatu gejala yang aneh, maka
serunya: "Tapi sebelum obat itu mulai bekerja, aku masih
mampu melakukan perlawanan habis-habisan"
Kakek itu tertawa dingin, "Mari kuperlihatkan sesuatu
lebih dulu, sebelum kau ingin bertarung melawanku."
"Melihat apa?" timbul rasa ingin tahu di hati kecil Lim
Han-kim. Kakek itu mengambil lilin dari atas meja lalu
mendorong dinding di belakang ranjangnya seketika
muncullah sebuah pintu yang cukup dilalui satu orang.
Melihat itu Lim Han-kim segera berpikir "Bagaimana
pun aku toh sudah bertemu dengan peristiwa ini, ditakuti
juga tak ada gunanya, lebih baik kutengok apa yang
hendak diperlihatkan kepadaku."
Tampaknya orang tua yang menyebut diri sebagai
Cau-hua lojin itu juga tak takut Lim Han-kim berusaha
melarikan diri, ia malah berjalan lebih dulu di depan,
Kalau mau sebetulnya saat itu Lim Han-kim mempunyai
cukup kesempatan untuk melarikan diri, tapi rasa ingin
tahu yang meluap membuatnya tanpa sadar mengikuti
kakek itu masuk ke dalam pintu rahasia.
Kalau di luar pintu adalah sebuah rumah gubuk yang
reyot danjelek. maka di balik pintu rahasia tersebut
justru terdapat sebuah ruangan dengan lantai terbuat
dari batu hijau, Beberapa sosok tubuh manusia berbaring
berada di atas lantai itu dan mereka semua tertidur amat
nyenyak! 2025 Lim Han-kim mencoba untuk menghitung jumlahnya,
ternyata ada delapan orang, Ketika ia melihat jelas orang
yang terakhir, perasaan hatinya seketika bergetar keras.
ternyata orang yang berbaring paling ujung tak lain
adalah Yu Siau-liong, orang yang siang malam dirindu
dan dilacak jejaknya. Setelah meletakkan lilin di atas lantai, cau-hua lojin
pelan-pelan berkata: "Aku hendak memilih dua belas
orang murid inti untuk perguruan cau-hua- bun yang
kudirikan, kau akan menjadi orang pilihanku yang
kesembilan ..." Lim Han-kim berusaha menahan diri dari gejolak
emosinya, sedapat mungkin jangan sampai meneriakkan
nama Yu Siau-liong. perubahan dan pengalaman yang
dialaminya selama beberapa waktu belakangan ini
membuat sikap pemuda ini jauh lebih tenang dalam


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadapi segala masalah.
Pelan-pelan sorot matanya dialihkan ke wajah kakek
itu, kemudian ujarnya: "Masalah mengumpulkan murid
sebaiknya disetujui oleh kedua belah pihak. Jadi
bagaimana kalau aku tak bersedia menjadi anggota
perguruanmu?" Cau-hua lojin tertawa "Sistim perguruan cau-hua- bun
dalam penerimaan murid selalu begini, tak pernah
menanyakan kepada si calon apakah setuju atau tidak,
Asal aku tertarik dengannya. maka biar dia keberatan
pun harus tetap menjadi muridku, sebaliknya bila aku
tidak tertarik, biar kau merengek dengan cara apa pun,
aku tak bakalan menerimanya ... "
2026 Kemudian setelah tertawa terbahak-bahak, lanjutnya:
"Aku tak akan memaksa orang lain masuk menjadi
anggota perguruanku tanpa sebab musabab yang jelas,
karena itu aku mendirikan rumah gubuk ini jauh terpencil
dari keramaian orang, Kau sendiri yang kini
mengantarkan diri kemari, Bila aku tidak tertarik
denganmu, mana mungkin kubiarkan kau melahap
hidangan daging, ikan dan arak milikku?"
"Hidangan yang terlanjur kuhabiskan bisa kuganti
dengan harga sepuluh kali lipat, anggap saja aku telah
membelinya darimu." "Tidak bisa, kau sudah kupilih menjadi salah seorang
calon muridku, jadi sekarang kau sudah tak punya pilihan
lain" "Kakek. percuma kau membujukku dengan cara
begini, sekali aku orang she Lim mengatakan tak tertarik.
sampai mati pun aku tak tertarik"
"Kau pun tak usah banyak bicara, sekarang aku harus
mencoba dulu dasar kemampuanmu sebelum menjadi
anggota perguruanku." Tiba-tiba Cau-hua lojin
mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah
babatan kilat. Tampaknya Lim Han-kim sudah mempunyai persiapan
yang matang, hendak menunggu sampai kakek itu
melancarkan serangannya baru badannya bergerak ke
sisi Yu siau-liong dan menyambarnya untuk diajak
melarikan diri Oleh sebab itu ketika melihat serangan lawan
menyambar tiba, dengan cepat tubuhnya bergeser dua
langkah kesamping kiri, tangan kanannya melepaskan
2027 satu pukulan untuk membentur ancamam lawan
sementara tangan kirinya menyambar tubuh Yu siauliong,
kemudian katanya melayang ke depan menendang
dinding ruangan. Termakan tendangan yang sangat kuat itu, pintu
ruangan segera retak beberapa depa lebarnya, Dengan
tangan kiri membopong Yu siau-liong, tangan kanan
melindungi diri, Lim Han-kim menerobos keluar dari
dinding dan kabur secepatnya meninggalkan tempat itu.
Terdengar cau-hua lojin tertawa terbahak-bahak, dari
kejauhan sana ia berseru: "Hei, anak muda Bila kau tak
sanggup menahan siksaan panas dalam tubuhmu, segera
baliklah kemari" Ketika kakek itu menyusul keluar dari rumah gubuk
itu, Lim Han-kim telah berada puluhan kaki jauhnya di
depan sana, Ternyata Cau-hua lojin tidak berniat
mengejar, ia malah balik ke dalam kamar untuk
melanjutkan tidurnya. Sudah puluhan li jauhnya Lim Han-kim melarikan diri
sambil membopong tubuh Yu siau-liong, tiba-tiba ia
merasakan timbulnya hawa panas yang sangat aneh dari
bagian Tan-tiannya, dalam waktu singkat hawa panas itu
menyelimuti seluruh badannya.
Dalam perasaan terkejutnya pemuda itu berpikir
"Tampaknya apa yang dikatakan cau-hua lojin sangat
tepat Hawa panas ini munculnya sangat ganas dan
hebat, tampaknya tidak mudah bagiku untuk
melawannya ..." Dalam keadaan begini ia tak berani melanjutkan
perjalanannya lagi. setelah meletakkan Yu siau-liong ke
2028 tanah, ia duduk bersila untuk mengatur pernapasan ia
berharap bisa mengusir keluar hawa panas yang aneh itu
dengan mengandalkan tenaga dalam miliknya.
Dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya
itu, setelah mengatur pernapasannya beberapa saat,
kondisi tubuhnya terasa jauh lebih segar, maka dia pun
berpikir "Tampaknya Cau-hua lojin hanya membual,
buktinya racun panasnya hanya begitu saja
kehebatannya ..." Ia lalu mencoba memeriksa Yu siau-liong yang
dibaringkan di sisinya, ia semakin tercengang setelah
melihat bocah itu tetap tertidur nyenyak sekali
kendatipun sudah dibawa lari sekian jauh, pikirnya:
"Paling tidak aku telah membawanya berlarian sejauh
puluhan li, kenapa ia masih tertidur pulas?" Dengan
suara keras iapun berteriak: "siau-liong, siau-liong, cepat
bangun" Ia sudah mencoba berteriak beberapa kali Yu siauliong
tetap juga tidak menjawab Dicobanya memeriksa
dengus napasnya, namun semuanya berjalan normal
tanpa sesuatu kekurangan pun.
Sekali lagi ia periksa jalan darahnya, ternyata
semuanya lancar tanpa gangguan, Kenyataan ini
membuat anak muda ini semakin tak habis mengerti
"Heran... aneh... sungguh tak habis mengerti," pikirnya, "
Ia tak nampak seperti kena obat bius, juga tidak mirip
tertotok jalan darahnya, tapi kenapa begitu nyenyak
tidurnya" Apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya?"
Sementara ia masih gelagapan tak habis mengerti,
mendadak hawa panas yang muncul dari arah Tan-tian
2029 dalam tubuhnya itu menggelora kembali, bahkan kali ini
munculnya lebih ganas dan hebat, beberapa kali lipat
lebih hebat daripada yang pertama, ia merasa paru-paru,
hati, usus dan limpanya seolah-olah dibakar dengan api
yang luar biasa besarnya, begitu sakit, panas dan
tersiksa hingga sulit dilukiskan dengan kata-kata.
Tak lama kemudian hawa panas itu menyembur keluar
dari Tan-tian langsung menembus ke atas dan seakanakan
menyembur keluar melalui mulutnya.
Perasaan sakit ibarat hatinya hancur dan jantungnya
retak ini membuat anak muda tersebut tidak
berkemampuan lagi untuk mengerahkan tenaga
dalamnya. ia mulai merasa haus, mulutnya kering dan
perutnya melilit-lilit seperti akan pecah.
Lim Han-kim telah menggunakan semua kesabaran
terbesar yang dimilikinya tapi tetap tak mampu menahan
siksaan yang dialaminya saat ini. isi perutnya seperti
terbakar semua, hancur berkeping-keping dan
menyembur keluar semua lewat mulutnya.
Akhirnya pemuda itu menjerit keras, berteriak seperti
orang gila, melompat bangun dan berlarian kesana
kemari tanpa tujuan, kesadaran pikirannya saat itu sudah
dibuat kabur oleh panasnya kobaran api yang membara
dalam tubuhnya, hanya satu ingatan yang melintas
dalam benaknya saat ini yakni mencari air dingin dan
minum sebanyak-banyaknya untuk memadamkan hawa
panas yang membakar badannya. Maka sambil berteriak
kesana kemari, jeritnya melengking "Air ... Air ..."
2030 Tubuhnya makin lama terasa semakin berat, kakinya
seperti diborgol dengan bulatan besi yang sangat berat,
langkahnya pun makin lama semakin lambat.
Mendadak terlihat sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat, tahu-tahu Cau-hua lojin telah
munculkan diri menghadang jalan pergi Lim Han-kim.
serunya sambil tertawa ter-bahak-bahak: "Ha ha ha . . .
anak muda, kau ingin minum air?"
Bagaimana kaburnya kesadaran Lim Han-kim saat itu,
ia masih dapat mempertahankan setitik kejernihan otak.
Ketika lamat- lamat mendengar ada orang mengajaknya
bicara, dia pun berseru: "Aku minta air, minum air"
"Mari kuajak kau minum" seru cau-hua lojin sambil
mencengkeram pergelangan tangan kanan Lim Han-kim
dan mengajaknya ke depan.
Tampaknya orang tua itu hapal sekali dengan keadaan
di sekeliling tempat itu, Belum setengah li berjalan,
sampailah mereka di depan sebuah kolam besar, sambil
lepaskan genggamannya atas pergelangan tangan Lim
Han-kim, ia berseru seraya tertawa: "Anak muda,
sekarang kau boleh minum sepuasnya"
Seperti orang yang kehausan dipadang pasir dan tibatiba
melihat air, Lim Han-kim melompat ke depan,
menceburkan diri ke dalam kolam dan minum sepuaspuasnya.
sampai perutnya sudah menggelembung
kenyang dengan air dan tak mampu menelan lagi, ia
baru berhenti meneguk air kolam itu.
Tampaknya setelah minum sepuas-puasnya tadi, hawa
panas yang membakar isi perutnya sudah jauh
berkurang, kejernihan otaknya juga makin segar.
2031 Tatkala dia angkat kepala dan melihat Cau-hua lojin
sedang memandang ke arahnya dengan senyum
dikulum, tak kuasa lagi pemuda itu menjerit kaget: "Cauhua
lojin ..." "Betul, memang aku," kata Cau-hua lojin sambil
tersenyum, "Hei, anak muda, sekarang kau sudah
percaya dengan perkataanku bukan?"
Lim Han-kim merangkak keluar dari kolam untuk
duduk di tanah berumput sisi kolam, ia menghembuskan
napas panjang dan tidak berbicara lagi.
Kembali Cau-hua lojin berkata: "Meskipun kau telah
kenyang minum air, tapi air kolam tersebut hanya bisa
meredam sementara waktu hawa panas yang membakar
isi perutmu, Tak selang beberapa saat kemudian hawa
panas itu akan mulai membakar lagi, bahkan siksaan
yang kau alami akan berpuluh lipat lebih hebat dari
semula. Dalam keadaan begini kau hanya bisa minum
dan minum terus sampai perutmu pecah kekenyangan
air. Bila perut sampai pecah karena kebanyakan air,
tentu kau bisa bayangkan sendiri bukan apa yang terjadi
denganmu saat itu..."
Membayangkan kembali penderitaan dan siksaan yang
dialaminya ketika hawa panas membakar isi perutnya
tadi, diam-diam Lim Han-kim merasa merinding dan
bergidik. Tapi sebagai pemuda keras kepala, tentu saja ia tak
sudi menyerah dengan begitu saja, ia tak mau menyerah
tanpa berusaha lebih dulu.
Sesudah menghela napas panjang cau-hua lojin
kembali bekata: "Watakmu betul-betul keras kepala,
2032 sudah delapan orang murid yang kuperoleh selama ini.
Delapan orang dengan delapan watak yang berbeda,
memang itu yang sebetulnya kuharapkan.
Aku membayangkan punya dua belas orang murid
dengan dua belas macam watak yang berbeda-beda.
Kekerasan hatimu, kegagahanmu dan kejantananmu
menghadapi kematian merupakan salah satu watak yang
sesungguhnya sangat kubutuhkan."
"Aku mengerti, saat ini tubuhku keracunan hebat.
Hawa panas akan menggerogoti isi perutku sedikit demi
sedikit, tapi kau salah mengira bila menganggap aku
bakal menyerah kepadamu, Bagiku lebih baik mati
terbakar oleh hawa panas itu daripada takluk dan
menyerah menjadi anggota perguruanmu"
Cau-hua lojin tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha ...
Aku paling segan membuang banyak pikiran dan tenaga
untuk mendidik anggota perguruan, Bagiku lebih baik
orang lain yang susah payah mendidik dan mengajar
ilmu kepadanya, Kemudian asal aku tertarik, baru aku
berusaha untuk menariknya jadi anggota perguruanku ini
namanya hemat waktu, hemat tenaga dan hemat segalagalanya.
Biar orang lain mengumpatku, mengutukku,
biarkan saja, pokoknya yang penting aku tinggal terima
bersih... Ha ha ha..."
Saat ini Lim Han-kim boleh dibilang amat membenci
Cau-hua lojin, mendendamnya hingga merasuk ke tulang
sumsum Kalau bisa, dan punya tenaga, dia ingin
melompat bangun serta membacoknya hingga mampus.
Sayang sekali apa yang dikehendakinya tak mungkin
terwujud. Disiksa oleh hawa panas yang merongrong isi
2033 perutnya, ia sudah kehabisan tenaga, tak berkekuatan
sama sekali, ia hanya punya keinginan tapi tak punya
kemampuan untuk mewujudkan
Dari sakunya Cau-hua lojin mengambil keluar sebuah
botol porselen, ditaruhnya botol itu di atas tanah, lalu
katanya sambil tertawa: "Dalam botol ini terdapat tiga
biji pil, pil itu bernama Cau-hua- wan, hasil ramuanku
sendiri Khasiatnya adalah untuk melenyapkan hawa
panas dalam tubuhmu dan sangat mujarab, Cuma,
setelah menelan pil itu, keadaanmu tak akan berbeda
jauh dengan kedelapan orang yang kau saksikan tadi,
tidur nyenyak tak tahu apa-apa. Dan ketika kau tersadar
dari tidurmu, semua asal-usulmu akan kau lupakan sama
sekali Kau hanya akan tahu bahwa dirimu adalah
anggota perguruan cau-hua-bun ..."
Setelah tertawa terbahak-bahak. terusnya: "Meskipun
aku tertarik dengan watakmu, bakatmu, tapi aku tak
akan memaksamu masuk menjadi anggota perguruanku
Asal kau mampu menahan siksaan dan derita akibat
rongrongan hawa panas dalam tubuhmu, kau boleh tidak
menelan pil dalam botol itu dan kesadaranmupun akan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetap utuh. Nah, aku hanya bisa bicara sekian saja, Mau
menurut atau tidak terserah pada putusanmu sendiri,
selamat tinggal" Berbicara sampai disini, ia membalikkan badan dan
beranjak pergi meninggalkan tempat itu,
Mendadak Lim Han-kim teringat sesuatu, segera
teriaknya: "Berhenti"
"Ada apa lagi yang ingin kau tanyakan?" cau-hua lojin
betul- betul menghentikan langkahnya.
2034 "Bila aku tidak menelan pil pemunah itu, apakah
akhirnya aku akan mati terbakar oleh racun itu?"
"Meskipun daya kerja racun panas itu makin lama
semakin menghebat, tapi dalam sepuluh hari belum akan
membinasakan dirimu, bukankah terlalu enak jika
dibiarkan mampus kelewat cepat" Kalau segampang itu
masalahnya, lalu siapa pula yang bersedia masuk
menjadi anggota perguruanku?"
"sepuluh hari kemudian?"
"Nah, itu susah dikatakan, sebab hingga hari ini belum
ada seorang manusia pun yang sanggup bertahan hingga
melewati batas waktu tersebut."
"Baiklah, jika dalam sepuluh hari aku tak sanggup
menahan siksaan dan derita akibat daya kerja hawa
panas itu, aku akan mencarimu dan menjadi anggota
perguruanmu" "Bagus sekali. Bila kau mampu bertahan sampai
sepuluh hari, aku bersedia menghadiahkan obat penawar
racunnya secara gratis,Bukan saja kau bebas merdeka,
aku pun tak akan memaksamu lagi untuk menjadi
anggota perguruanku"
"Bagus, kita tetapkan dengan perkataanmu itu"
"Baik" Cau-hua lojin tertawa, "Hei, anak muda, aku
berharap kau memiliki kemampuan tersebut dan mampu
menahan derita selama sepuluh hari ini."
"Sepuluh hari kemudian, seandainya aku ingin
mencarimu untuk mengambil obat pemunah, ke mana
aku harus mencarinya?"
2035 "Kau tak usah mencari aku," kata Cau-hua lojin sambil
tertawa, "Tengah hari pada sepuluh hari kemudian aku
akan utus orang untuk mengantar obat pemunah
untukmu." "Kalau begitu kuucapkan terima kasih lebih dulu ..."
Pemuda itu segera melompat bangun dan beranjak pergi
dengan langkah lebar. Memandang bayangan punggung Lim Han-kim yang
menjauh, Cau-hua lojin mengelus jenggotnya sambil
manggut-manggut, pujinya: "Benar-benar seorang bocah
yang keras hati" Saat itu kejernihan otak Lim Han-kim
masih utuh, Ketika ia kembali ke tempat semula dengan
langkah lebar, bayangan tubuh Yu Siau-liong sudah
lenyap entah ke mana, agaknya sudah diajak pulang oleh
Cau-hua lojin Maka setelah menengadah menentukan
arah, pelan-pelan ia mengayunkan langkah kembali ke
tempat pertemuannya dengan Im-yang Losat.
Ia sadar setiap saat hawa panas yang membakar isi
perutnya bisa kambuh, tapi dia pun kuatir terlambat
datang memenuhi janjinya dengan Im-yang Losat, maka
dengan sepenuh tenaga ia melanjutkan perjalanannya
dengan harapan bisa tiba di tempat tersebut secepatnya.
Benar juga, lebih kurang dua li kemudian, hawa panas
yang membakar di perutnya mulai kambuh, Cepat-cepat
Lim Han-kim menghentikan langkahnya, jatuhkan diri
duduk bersila dan atur pernapasan, ia kerahkan segenap
kekuatan yang dimilikinya untuk melawan kobaran hawa
panas itu. Setelah memiliki pengalaman yang lalu,pemuda ini tak
berani bertindak gegabah, ia sadar bila membiarkan
2036 hawa panas itu bekerja lebih dulu baru mengatur napas
untuk melawan, keadaan bakal terlambat dan ia tak akan
sanggup melakukan perlawanan.
Itulah sebabnya begitu ia merasa hawa racun mulai
bekerja, cepat-cepat dia mengerahkan tenaga murninya
untuk melawan, Dengan cepat hawa panas yang luar
biasa hebatnya itu menyembur keluar dari arah Tan-tian
menyebar luas ke seluruh badannya, isi perutnya mulai
bereaksi dan sakitnya bukan alang kepalang,
pertarungannya melawan siksaan dan derita ini betulbetul
merupakan suatu perjuangan yang maha berat.
Lim Han-kim harus mengerahkan segenap tenaga
dalam yang dimilikinya untuk melawan menjalarnya
hawa panas yang merayap dan menggerayangi sekujur
badannya itu. Makin lama hawa panas yang membakar isi perutnya
makin menjadi dan menghebat, seluruh isi perutnya
seperti dibakar di atas bara api yang menggelora,
keringat mulai bercucuran membasahi sekujur tubuhnya.
Lebih kurang sepenanakan nasi kemudian Lim Hankim
mulai merasa kehabisan tenaga, ia sadar
kekuatannya sudah tak sanggup untuk melawan hawa
panas itu, sambil menghela napas sedih pikirnya:
"Aaaai... kedahsyatan hawa panas ini telah melampaui
batas yang bisa diterima dan dilawan oleh kekuatan
tubuhku, Kelihatannya meski ilmu silat yang kumiliki lebih
hebat pun masih sulit untuk melawan derita ini...
Tapi aku Lim Han-kim bukan lelaki cengeng, bukan
lelaki pengecut yang takut mati,
2037 Aku adalah seorang lelaki sejati, Lebih baik aku mati
tersiksa oleh kobaran api racun ini daripada takluk dan
menyerah kepada cau-hua lojin... lebih baik tubuhku
punah terbakar oleh hawa panas ini daripada merengek
minta ampun..." Membayangkan soal kematian, semangat dan
ketegangan yang mencekam perasaannya seketika
mengendor, kembali pikirnya: "Mati nanti atau mati
sekarang sama saja, akhirnya toh manusia harus mati
juga, kenapa aku harus takut menghadapinya" Kalau
memang tak takut menghadapi kematian, apa pula yang
mesti aku kuatirkan?"
Berpikir sampai di situ ia segera membaringkan diri
sambil memejamkan mata, mengendorkan seluruh sendi
tulangnya dan membiarkan hawa panas itu menjalar ke
seluruh tubuhnya, menggerayangi setiap pori dan sendi
tubuhnya. Ketika ia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya
untuk melawan hawa panas tadi, pemuda itu merasa
hawa panas yang mengalir ke seluruh badannya itu sukar
untuk dilawan. Tapi setelah ia pasrah, tidak memikirkan soal
kematian, mengendorkan tenaga dan sendi-send i
tubuhnya serta membiarkan hawa panas itu
menggerayangi setiap pori-pori badannya, ia malah
merasa daya tahan tubuhnya semakin meningkat
semangatnya terasa ikut bangkit pula.
Namun hawa panas yang menyerang isi perutnya
makin lama semakin kuat dan menghebat lambat laun
2038 kesadarannya makin memudar dan akhirnya jatuh tak
sadarkan diri Ketika ia tersadar kembali dari pingsannya, sinar mata
hari sudah mulai muncul di ufuk timur, Rupanya tanpa
disadari ia telah tertidur semalaman di padang rumput
itu, Embun pagi telah membaur dengan peluh yang
membasahi tubuhnya, membasahi pula seluruh pakaian
yang dikenakan. Lim Han-kim mencoba melemaskan otot-otot
lengannya sambil bangun dari tidurnya, tapi ia merasa
badannya lemas, layu tak bertenaga seolah-olah baru
sembuh dari suatu penyakit yang parah, ia meronta dan
merangkak bangun, setelah menentukan arah, selangkah
demi selangkah ia berjalan menelusuri jalan setapak.
Dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba saja ia teringat
pada Im-yang Losat, tiba-tiba rindu kepadanya, sebab di
dunia yang luas ini tinggal dia seorang yang mau tahu
dengannya, mau menjadi sahabatnya bahkan saudara
angkat-nya. ia harus secepatnya berangkat ke tempat
perjanjian, memenuhi janji sahabatnya itu karena ia tahu
mungkin inilah kesempatan terakhir baginya untuk
memenuhi janji seorang sahabat Mungkin setelah- ini dia
tak akan pernah mengerti lagi tentang arti sahabat
Ia tak tahu kapan dan bila hawa panas yang
membakar tubuhnya akan kambuh lagi, Dia pun tak bisa
meramalkan dapatkah ia mencapai tempat pertemuan itu
sebelum saat yang dijanjikan lewat, tapi janjinya dengan
perempuan jelek itu telah menjadi suatu masalah yang
amat penting baginya saat ini, suatu masalah yang harus
diutamakan. 2039 Kelembutan Li Tiong-hui dan kehalusan Pek si-hiang
telah menjadi bunga seruni di hari kemarin, seandainya
ia menaruh perasaan apa-apa terhadap mereka,
perasaan itu pun harus dikubur untuk selamanya dalam
lubuk hatinya yang paling dalam.
Rasa rendah diri karena rusaknya wajah membuat Lim
Han-kim merasa bahwa hubungannya dengan umat
manusia telah dipisahkan oleh sUatu jarak. suatu dinding
yang amat tebal. Karena hal itulah ia berpendapat bahwa manusia
sejelek dia hanya pantas bergaul dengan perempuan
sejelek Im-yang Losat Inilah perjalanan yang paling sengsara dan paling
berat baginya, sepanjang perjalanan dua kali ia harus
menahan derita akibat kambuhnya hawa panas dalam
tubuhnya, tapi ia tak berani mengerahkan tenaga lagi
untuk melawan, Di-biarkannya hawa panas itu
menyusup sesuka hatinya di sekujur badannya.
Hingga mata hari sudah terbenam di langit barat,
pemuda itu baru tiba di tempat pertemuannya dengan
im-yang Losat, Dari kejauhan sana ia melihat bayangan
punggung seorang gadis yang indah dengan rambut
panjang yang terurai dipundaknya sedang duduk di atas
batu besar itu, duduk termangu sambil mengawasi senja
yang menjelang tiba, sikapnya begitu tenang, halus,
lembut,amat mengesankan. Sambil mendeham Lim Han-kim segera berseru: "Maaf
nona bila aku datang terlambat. Racun panas menyerang
tubuhku sehingga aku tak bisa bergerak bebas, Untuk
2040 bisa mencapai tempat ini aku telah menggunakan
segenap kekuatan yang kumiliki."
Pelan-pelan gadis berambut panjang itu membalikkan
tubuhnya, lalu sambil tersenyum manis serunya:
"siangkong" Lim Han-kim tertegun, ia mencoba mengucak matanya
sambil memandang lebih teliti, setelah itu panggilnya
agak ragu: "Kau ... nona Pek?"
"Ehmmm, Pek si-hiang" gadis itu tertawa sambil pelanpelan
bangkit berdiri. Lim Han-kim dapat menyaksikan wajah itu amat jelas,
di bawah sorot mata hari senja ia nampak begitu cantik
dengan matanya yang bening, hidungnya yang mancung
serta bibirnya yang kecil mungil
Dengan perasaan bergetar keras karena goncangan
jiwa Lim Han-kim berseru: "bagaimana kau bisa kenali
aku?" "Kenapa aku tak bisa mengenalimu?" Pek si-hiang
balik bertanya sambil tertawa.
Lim Han-kim mencoba meraba wajah sendiri yang
penuh dengan gambar tato lalu bisiknya lagi: "Bukankah
wajahku telah berubah, berubah begini aneh, jelek dan
menyeram-kan?" "Siapa bilang kau berubah" wajahmu toh masih tetap
seperti sedia kala?" kata Pek si-hiang sambil mengamati
wajah pemuda itu. "Waah... aneh kalau begitu" Lim Han-kim semakin
bimbang. 2041 "Apanya yang aneh?"
"Seebun Giok-hiong telah mengukir banyak guratan
dan parutan di atas wajahku, bahkan melumurinya
dengan pelbagai macam warna, mana mungkin masih
sama dengan du-lu?" "Jadi kau sangat takut kalau wajahmu berubah amat
jelek?" kata Pek si-hiang tersenyum.
"Sebagai seorang lelaki jantan, lelaki sejati, jelek atau
tampan tidak banyak pengaruhnya, kenapa aku mesti
takut?" "Bagus sekali walaupun seebun Giok-hiong telah
meninggalkan banyak parutan di atas wajahmu,
melumuri aneka warna dipipimu, tapi ia tak akan mampu
mengubah pikiran serta perasaanmu seorang lelaki sejati
tak akan patah semangat Apakah gara-gara wajahmu
berubah maka kau jadi membenci umat manusia,
mengubah cita-cita serta prinsip hidup sendiri?"
"Aku tak pernah berpikir begitu," sahut Lim Han-kim
setelah termangu-mangu sesaat
Pek Si-hiang segera tertawa manis, sambil menepuk
batu di sisinya ia berkata: "Nah, kalau begitu duduklah di
sini" Lim Han-kim berdiri ragu, ia sangsi untuk menuruti
permintaan gadis itu, setelah lama tertegun akhirnya ia
baru maju ke depan dan duduk di atas tanah, sahutnya:
"Biar aku duduk di sini saja. Nona ada urusan apa,
katakan saja" 2042 "Kenapa kau menampik untuk duduk bersanding
denganku" Menganggap wajah sendiri terlalu jelek"


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rendah diri?" "Bukan... bukan begitu..." Lim Han-kim tersipu-sipu,
"Kalau begitu tentu menganggap aku terlalu cantik?"
"Nona lembut, anggun dan cantik, ibarat bidadari yang
turun dari khayangan ..."
"Kau memuji aku karena hanya bicara dari keadaan
luarku," tukas Pek si-hiang cepat "seandainya suatu hari
wajahku dirusak juga oleh seebun Giok-hiong hingga
berubah sangat jelek. aneh dan menyeramkan, apakah
kau tetap akan bersikap demikian kepadaku?"
Lim Han-kim berpikir sebentar, kemudian baru
sahutnya: "seandainya hal seperti itu betuI-betul terjadi,
aku yakin sikapku terhadap nona akan jauh lebih baik."
Pek si-hiang tersenyum manis.
"Sekarang saja kau sudah amat baik kepadaku. Bila
sampai waktunya kau bersikap lebih baik lagi kepadaku,
berarti dalam hal dan urusan apa pun kau tentu akan
menuruti aku, sayang aku, dan memanjakan aku bukan?"
"Memang begitulah yang kumaksudkan."
"Kalau begitu aku lebih beruntung ketimbang Li Tionghui?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Sayang wajah
yang kumiliki sekarang sangat tidak leluasa untuk selalu
mendampingi nona" "Apabila wajahmu tetap tampan, tetap ganteng dan
gagah, semua wanita di dunia ini pasti akan suka
2043 kepadamu cinta padamu dan bersedia kawin denganmu,
Lalu, apa artinya aku Pek si-hiang dalam pandanganmu?"
Tiba-tiba pipinya berubah jadi merah dadu, buru-buru ia
menghentikan perkataannya .
Pelan-pelan Lim Han-kim bangkit berdiri, ujarnya:
"Niat baik nona biar kuterima dalam hati saja. sayang,
aku Lim Han-kim masih punya urusan yang mesti
diselesaikan, biarlah aku mohon diri lebih dulu..." setelah
memberi hormat ia membalikkan badan dan beranjak
pergi dengan langkah lebar.
"Tunggu sebentar..." seru Pek si-hiang sedih, ia turut
bangkit berdiri sambil menyusul,
Baru berapa langkah Lim Han-kim ber-jalan,
mendadak hawa panas dari Tan-tian dalam tubuhnya
menyembur keluar lagi, Kali ini dengan cepatnya
menyebar ke seluruh badan, seketika itu juga kepalanya
terasa berat dan kakinya menjadi ringan, langkahnya jadi
gon-tai, tak ampun lagi tubuhnya roboh terjungkal ke
atas tanah. Buru-buru Pek si-hiang menyusul ke muka dengan
napas terengah-engah, Ketika melihat Lim Han-kim
roboh terjungkal ke tanah, tampaknya ia sadar kalau
kekuatan pemuda itu tak akan mampu membimbingnya
bangun. ia lalu berjongkok di samping pemuda itu,
mencekal nadi pada pergelangan tangannya serta
memeriksa denyutannya. "Sakitmu amat parah" katanya kemudian dengan
suara halus. "Aku tidak sakit, tapi dipecundangi orang tanpa
kusadari." 2044 "Dipecundangi bagaimana?"
"Termakan olehku sejenis obat yang sangat aneh.
setiap selang waktu tertentu muncul sejenis hawa panas
yang luar biasa dari dalam tubuhku, Hawa panas itu
menyebar dengan cepat ke seluruh badanku ..."
"Kau sangat tersiksa?"
"Yaa, seluruh badanku bagaikan dibakar dalam api
yang besar," keluh Lim Han-kim sambil menghela napas,
"Nona, lebih baik kau menyingkirlah jauh-jauh ..."
"Kenapa?" "Sekarang hawa panas itu sudah menjalar dalam
keempat anggota badanku, nadi-nadiku dan otot-otot
tubuhku. sebentar lagi kesadaranku akan hilang karena
pengaruh panas yang luar biasa itu, Aku takut dalam
keadaan begini aku tak bisa mengenali nona lagi..."
Pek si-hiang tidak banyak bicara, ia mengeluarkan dua
batang jarum emas dari sakunya dan langsung
menusukkannya jalan darah di tubuh Lim Han-kim.
Begitu jalan darahnya tertusuk jarum emas itu, benar
juga Lim Han-kim merasakan kasiat yang tak terduga
sama sekali olehnya, hawa panas yang menyiksa dirinya
seketika berkurang banyak. Kenyataan ini kontan saja
membuat hatinya terkejut bercampur keheranan
pikirnya: "Pek si-hiang memang terbukti seorang tokoh
yang luar biasa" Sementara dia masih berpikir, dengan suara lembut
Pek si-hiang telah menegur "Bagaimana rasanya
sekarang?" 2045 "Kehebatan nona memang bisa diibaratkan Hoa Tuo
menitis kembali, kehebatan nona luar biasa sekali..."
"Terima kasih, terima kasih atas pujianmu.
Bagaimana" Apakah rasa panasnya sudah berkurang
banyak?" kata Pek si-hiang tertawa.
"Yaa, sudah banyak berkurang."
Peksi-hiang segera mengalihkan pandangan matanya
kearah lain, katanya seraya tertawa: "Cahaya rembulan
malam ini pasti indah sekali..."
Lim Han-kim mencoba memperhatikan keadaan di
seputar sana, kini senja sudah lewat kegelapan
malampun menyelimuti angkasa, beberapa titik cahaya
bintang sudah mulai nongol di angkasa.
Melihat itu pemuda kita berpikir: "Kini malam sudah
tiba, kenapa Im-yang Losat belum juga menampakkan
diri" Mungkinkah ia sudah datang lalu pergi lagi?"
Berpikir sampai di situ, tak kuasa lagi dia menghela
napas sedih, "Kenapa menghela napas?" tegur Pek si-hiang cepat
"Apakah lantaran orang yang berjanji denganmu tidak
kemari memenuhi janjinya?" sambil berbicara lagi-lagi ia
mengeluarkan sebatang jarum dan menusuk jalan darah
pemuda itu. Lim Han-kim tertawa hambar sahutnya: "Memang
betul, aku sedang menantikan kedatangan seseorang"
"Boleh tahu manusia macam apakah itu?"
"Aku tidak tahu siapa namanya, hanya kuketahui
julukannya" 2046 "Kalau begitu boleh tahu siapa julukan-nya?"
"Ia disebut Im-yang Losat" jawab Lim Han-kim setelah
termenung dan berpikir sejenak.
"lm- yang Losat" Laki-laki atau perempuan?"
"Perempuan" "Dia menunggang seekor kuda hitam?" tanya Pek sihiang
sambil tertawa manis. "Yaa betul, kau telah bertemu dengannya . ..?"
Tiba-tiba muncul suatu kecurigaan dalam hati kecilnya,
pemuda itu segera berpikir: "Kenapa Pek si-hiang bisa
muncul di sini secara kebetulan" Mau apa dia berada di
tengah tanah berumput ini seorang diri?"
Terdengar Pek si-hiang berkata lebih jauh sambil
tertawa: "Aku menyaksikan seorang gadis berbaju hitam
menunggang seekor kuda hitam datang mengelilingi
pohon ini satu putaran, setelah itu ia segera berlalu dari
sini." "Aaaai... ia tentu datang mencari aku"
"Perempuan itu sedikit pun tak punya rasa sabar.
Coba ia mau menunggu beberapa saat lagi, bukankah
kalian akan saling bertemu."
Memandang senyum manis dari Pek si-hiang, lalu
membayangkan pula kejelekan wajah Im-yang Losat, tak
kuasa lagi Lim Han-kim menghela napas sedih, katanya:
"Dia bukan takut kepadamu, tapi enggan berjumpa
dengan manusia lain di dunia ini."
2047 "Kenapa" Antara kami toh tak ada dendam atau sakit
hati, lagipula tidak saling mengenal, kenapa dia enggan
berjumpa denganku?" "Sebab wajahnya terlalu jelek. dia tak ingin bertemu
dengan gadis secantik kau"
"Oooh,jadi lantaran ia amat jelek maka kau pun
sangat merindukan dirinya?"
"Anggap saja begitu, senasib sependeritaan memang
mudah membangkitkan rasa simpati, aku rasa ini
lumrah." Pek si-hiang mengeluarkan sebatang jarum emas
untuk ditusukkan ke tubuh Lim Han-kim, setelah itu
katanya: "Tahukah kau, orang di dunia persilatan saat ini
kecuali aku Pek si-hiang, tak akan ada orang lain yang
mampu memunahkan racun panas dari tubuhmu?"
Membayangkan kembali betapa tersiksanya ketika
hawa panas itu menggerogoti badannya, tak kuasa lagi
Lim Han-kim menghela napas sedih, "Meskipun aku
merasa amat menderita dan tersiksa ketika hawa panas
beracun itu menggerogoti tubuhku, tapi aku tak bisa
mengingkari janji gara-gara persoalan ini, lagi-pula aku
telah berjanji kepadanya."
"Berjanji apa dengannya?"
"Berjanji mengikutinya pergi mencari barang
peninggalan dari seorang tokoh persilatan zaman dulu
serta mempelajari ilmu silat peninggalannya."
"Kau tidak kuatir dibohonginya?" tanya Pek Si-hiang
tertawa. 2048 "Aku percaya dia tak akan membohongi aku."
"oooh, jadi lantaran wajahnya amat jelek, maka kau
mempercayai semua perkatannya seratus persen?"
"Soal ini... soal ini..."
"Tidak usah ini itu lagi, kau tak bisa mengucapkan
alasan kedua bukan..." Seraya berkata pelan-pelan dia
mengalihkan wajahnya ke arah lain, sementara Lim Hankim
menanti gadis itu berpaling lagi, ia telah berubah
menjadi seseorang yang lain, wajahnya yang semula
cantik jelita kini berubah menjadi sebuah wajah
berwarna keemasan yang amat mengerikan hati.
"Bagaimana wajahku sekarang bila dibandingkan
dengan Im-yang losat?" tanyanya sambil tertawa.
"Kejelekannya boleh dibilang seimbang," sahut Lim
Han-kim setelah mengamatinya beberapa waktu.
"Padahal yang kukenakan sekarang hanya sebuah
topeng kulit manusia, aku bisa mengenakan berarti orang
lain pun bisa juga, Aku tak bisa menebak tokoh
persilatan mana lagi yang telah meninggalkan kitab
pusaka ilmu silatnya di dunia ini."
"Ada benarnya juga perkataan ini." Lim Han-kim mulai
berpikir "Seandainya kejelekan wajah Im-yang Losat
lantaran mengenakan topeng kulit manusia, berarti..."
Terdengar Pek si-hiang berkata lagi dengan Iembut:
"Meskipun aku belum pernah bertemu dengan nona Imyang
Losat itu, tapi aku berani memastikan ia tentu
sedang mengenakan topeng kulit manusia..."
"Dengan dasar apa kau begitu yakin?"
2049 "Bila kau bersedia menuruti perkataanku gampang
untuk membongkar rahasia ini."
Terpancing juga rasa ingin tahu Lim Han-kim, ia
segera berseru: "Bagaimana caranya untuk membongkar
rahasia ini" Nona, harap kau memberi petunjuk"
"Kau cukup memperhatikan secara diam-diam semua
tingkah lakunya dalam kehidupan, Dengan cara begini
maka tak sulit bagimu untuk membongkar
penyamarannya. Cuma kau tak boleh membiarkan ia
tahu akan niatmu itu. sekali kau bersikap kurang hatihati,
usahamu itu akan sia-sia belaka..."
Tergerak perasaan hati Lim Han-kim, ia tak berniat
mendengar lebih jauh, buru-buru tukasnya: "Kalau
didengar dari pembicaraan nona, Im-yang Losat bakal
datang kemari lagi?"
"Mungkin di saat aku melangkah pergi meninggalkan
kau, dia pun melangkah datang menjumpaimu. Bisa juga
lewat dua-tiga hari dia baru datang menjumpaimu, Tapi
kau tak usah kuatir, nona Im-yang Losat itu tak bakal
meninggalkan dirimu dengan begitu saja."
Lim Han-kim segera dapat menangkap bahwa di balik
ucapan Pek si-hiang ini terkandung suatu maksud yang
mendalam, hanya untuk sesaat dia tak bisa memecahkan
apa artinya. Pek Si-hiang bekerja keras menusuk jalan darah
penting di tubuh Lim Han-kim dengan jarum emasnya,
setiap satu tusukannya, pemuda itu merasa hawa panas
yang membara dalam tubuhnya semakin berkurang.
2050 Ketika gadis itu sudah menusuk kedua puluh empat
buah jalan darah penting di badannya, Lim Han-kim baru
merasakan seluruh sisa hawa panas di tubuhnya lenyap.
badannya jadi segar dan rasa mengantukpun
menyerang, tak kuasa lagi ia pejamkan matanya,
Di dalam lelap tidurnya ia masih sempat menangkap
ucapan Pek si-hiang dengan nada sedih: "Baik-baiklah
beristirahat Kalau bangun nanti, telanlah pil yang sudah
kusediakan disisi kepalamu, Racun panas dalam tubuhmu
lambat laun akan punah dengan sendirinya, Paling lama
tujuh hari, paling cepat tiga hari kau sudah akan sehat
kembali..." Setelah menghela napas panjang, lanjutnya: "selama
ini, aku pandang kematian sebagai masalah yang enteng,
Aku tak pernah merisaukan masalah itu kendatipun
sudah kuketahui saat ajalku tiba, tapi sekarang... tibatiba
saja aku tak ingin cepat mati... aku masih ingin
hidup terus..." Walaupun saat itu Lim Han-kim sudah dicekam
perasaan ngantuk yang luar biasa, namun ia belum
seratus persen terlelap tidur Kesadarannya masih tersisa,


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan sendirinya semua perkataan Pek si-hiang itu
dapat didengarnya dengan jelas.
Ketika mendengar bahwa gadis itu tak ingin cepat
mati tiba-tiba ia menimbrung: " Kalau nona bisa tak mati,
memang itu lebih baik lagi".
Pelan-pelan Pek si-hiang mencabut keluar jarum-jarum
emas dari tubuhnya, setiap mencabut sebatang jarum,
rasa mengantuk Lim Han-kim terasa semakin berat.
2051 Dengan semakin bertambahnya rasa mengantuk
kesadaran Lim Han-kim pun semakin memudar, lamatlamat
ia sempat mendengar Pek si-hiang berkata lagi:
"Aku harus pergi, masalah lainnya biar diselesaikan nanti
oleh nona Im-yang Losat-mu itu. Biar dia yang
merawatmu serta melayani segala kebutuhanmu. Bila
kau ingin menikmati perawatannya yang lebih lembut,
berlagaklah sakitmu itu makin parah dan berat, maka dia
pasti akan merawatmu dengan penuh kasih sayang..."
Dalam lamat-lamat tidurnya kembali Lim Han-kim
mendengar perkataan gadis itu setelah berhenti sejenak:
"Perpisahan hari ini mungkin akan menjadi perpisahan
untuk selamanya. Bila kau rindu kepadaku, dalam dua
bulan mendatang kau harus datang mencari aku di
pesanggrahan May-hoa-kit ditelaga Tay-ou, ingat
pesanggrahan pengubur bunga ditelaga Tay-ou Aaaai...
Tapi seandainya kau keberatan yaa sudahlah ..."
Mendengar sampai di situ, suara tersebut lantas
lenyap tak berbekas, walaupun Lim Han-kim ingin sekali
meronta untuk bangun, ia tapi ia tak mampu melawan
rasa kantuknya yang semakin menjadi, akhirnya tak
kuasa lagi ia tertidur sangat nyenyak.
Entah berapa lama sudah lewat... Ketika bangun
kembali dari tidurnya, pemandangan di sekelilingnya
telah berubah, Kini ia menjumpai tubuhnya sedang
berbaring di sebuah pembaringan yang empuk. perabot
dalam ruangan itu diatur sangat rapi dan bersih,
meskipun terbuat dari bambu namun jendela dan lantai
sangat bersih, bahkan dari balik seprei dan selimut
tercium bau harum semerbak yang menyegarkan napas.
2052 Setelah perhatikan sekejap keadaan di seputar tempat
itu, mendadak Lim Han-kim teringat kembali pada pesan
Pek si-hiang sebelum meninggalkan dirinya, Tanpa sadar
ia meraba ke atas kepalanya, Namun apa yang diraba
hanyalah seprei yang halus, Tak terlihat benda apa pun
di situ, tak terasa dia menghela napas.
"Aaaai... mungkin obat yang ditinggal Pek si-hiang
sudah jatuh dan hilang ketika badanku dipindahkan dari
tengah semak ke tempat ini," pikirnya, "Ruangan ini
sangat harum, entah kamar seorang laki-laki atau
perempuan" Tapi rasa-rasanya lebih mirip kamar tidur
seorang gadis... lalu siapakah dia?"
Sementara masih berpikir, mendadak terdengar
seseorang tertawa merdu seraya menyapa: "sudah agak
baikan saudara Lim?"
Suaranya lembut dan merdu, sangat menarik hati.
Menyusul suara teguran itu, pelan-pelan muncullah
seorang gadis berperawakan indah tapi berwajah jelek,
dia tak lain adalah Im-yang Losat, ia muncul dengan
membawa sebuah baki porselen, wajahnya penuh dihiasi
senyuman hingga terlihat sebaris giginya yang putih dan
bersih. Lim Han-kim menghela napas panjang, ia berusaha
untuk duduk dan sahutnya cepat: "Terima kasih banyak
atas pertolongan cici."
Im-yang Losat tertawa, "cepatlah berbaring, lukamu
belum sembuh sama sekali, lebih baik jangan
sembarangan bergerak."
"Sekarang aku sudah merasa agak baikan, rasarasanya
semua penyakitku telah hilang."
2053 "Aaaai..." Im-yang Losat menghela napas panjang,
"Gara-gara terhadang masalah, aku baru bisa datang ke
tempat pertemuan pada kentongan kedua malam. cici
jadi bingung setelah melihat kau tidur sendirian dialam
terbuka, karena itu terpaksa kuputuskan membawa adik
beristirahat di rumahku ..."
Bab 8. Menyambangi Gadis pujaan
"Jadi tempat ini adalah kamar tidur cici?" seru Lim
Han-kim terperanjat. "Betul, kecuali kau, belum pernah ada lelaki lain yang
memasuki kamar tidur cici."
" Kalau begitu mana boleh aku berbaring dalam kamar
tidurnya cici..." seru Lim Han-kim sambil meronta bangun
dan berusaha turun dari pembaringan.
Dengan cepat Im-yang Losat menekan dada pemuda
itu, tidak membiarkannya bangun, kemudian sambil
tertawa katanya: "sekarang kau sedang mengidap
penyakit parah, tidak boleh sembarangan bergerak, lebih
baik tidur saja di tempatku."
Lim Han-kim merasa daya tekanan itu berat sekali,
membuatnya tak mampu bergerak, Terpaksa ia berbaring
lagi seraya sahutnya: "Kalau begitu terpaksa aku turut
perintah" Sementara dalam hati kecilnya ia berpikir "Menurut
Pek si-hiang, dia sudah datang ke tempat pertemuan
jauh sebelum kedatanganku tapi sekarang dia mengaku
baru datang selewatnya kentongan kedua. Jika
dipertimbangkan kembali jawaban kedua orang ini, rasaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2054 rasanya perkataan Pek si-hiang jauh lebih bisa dipercaya
..." Sementara itu Im-yang Losat telah meletakkan baki
porselen itu di sisi pembaringan. Di atas baki terlihat
sebuah mangkuk porselen yang penuh berisikan cairan
berwarna hijau tua. ia tak tahu cairan tersebut arak atau
air teh. Seraya mengangkat mangkuk porselen itu, Im-yang
Losat segera berseru sambil tertawa: "Adikku, minumlah
kaldu pemunah racun ini, Bukan cuma bisa sembuhkan
segala pengaruh racun, juga menambah kuat kondisi
badanmu." Dengan tangan kirinya dia merangkul tubuh Lim Hankim,
mangkuk di tangan kanannya segera diantar ke
mulut pemuda itu. Dalam hati kecilnya Lim Han-kim berpikir "Tidak
kuketahui apa isi cairan itu, tapi kalau dilihat keadaanku
sekarang, nampaknya cairan itu harus kuhabiskan..."
Melihat tiada pilihan lain, dengan paksakan diri ia
teguk habis isi mangkuk tcrsebut suatu cairan yang
dingin menyegarkan badan segera mengalir masuk ke
dalam perutnya dan mendinginkan Tan-tian.
"Sekarang beristirahatlah baik-baik di sini," kata Imyang
Losat kemudian sambil tersenyum "setelah obat itu
bekerja dan memunahkan racun dalam tubuhmu, besok
kita baru melakukan perjalanan. "
"Terima kasih banyak atas perhatian cici," - ucap Lim
Han-kim serta tertawa kendatipun di hati kecilnya ia
murung dan kesal 2055 "Kau adalah satu-satunya sanakku yang terdekat,
kenapa harus bersikap begitu sungkan?"
Satu ingatan segera melintas dalam benak Lim Hankim,
tiba-tiba ia bertanya: "Tahukah cici penyakit apa
yang sebenarnya kuderita?"
"Entahlah, aku sendiri kurang jelas, tapi dapat
kurasakan badanmu panas sekali. Kalau dilihat dari
gejalanya, bila racun itu mulai bekerja, kau tentu merasa
kepanasan." "Betul juga dugaannya ..." batin Lim Han-kim, Maka
setelah menghela napas panjang katanya: "Kalau begitu
obat yang kau berikan kepadaku tadi adalah obat yang
khusus menghilangkan racun panas?"
"Bukan cuma racun panas, bahkan semua jenis racun
yang ada di dunia ini dan betapa beratnya sakit yang kau
derita sekarang, aku yakin dengan cepat racun itu akan
punah dan penyakitmu akan hilang."
"Masa sehebat itu?"
"Buat apa cici membohongimu?" Im-yang Losat
tertawa, "Aaaai ... meskipun tampang mukaku sangat
jelek. tapi selama hidup belum pernah aku melayani lakilaki,
apa lagi menyeduh obat sendiri di dapur dan
menyuap langsung ke muIutnya, Kau adalah lelaki
pertama yang pernah kulayani selama hidupku hingga
kini". "Apakah hal ini dikarenakan wajahku juga amat jelek?"
tanya pemuda itu tertawa.
"Entahlah, tapi aku percaya masalah itu termasuk
salah satu alasan yang paling penting."
2056 Lim Han-kim tertawa hambar "seandainya bukan aku
yang sakit, atau seandainya wajahmu jauh lebih cantik
dari sekarang, agaknya tak mungkin bagi kita untuk
saling bertemu dan berkumpul."
"Kau tak usah banyak pikir lagi, baik-baiklah
beristirahat," potong Im-yang Losat sambil tersenyum,
"Mungkin suatu ketika kita dapat menemukan sejenis
obat mustajab yang dapat mengubah wajah kita menjadi
seseorang yang lain, kau berubah jadi tampan dan aku
berubah jadi cantik."
"Benarkah ada hari seperti itu" Kalau benar demikian,
mungkin kita..." mendadak pemuda itu berhenti bicara.
"Mungkin kenapa?"
Selama pembicaraan berlangsung, secara diam-diam
Lim Han-kim perhatikan terus perubahan paras muka dan
mimik wajah gadis itu. ia berharap bisa mengambil
kesimpulan secara tepat, apakah gadis itu mengenakan
topeng kulit manusia atau tidak.
Tapi sayang wajah Im-yang Losat yang setengah
merah setengah pucat itu telah menutup hampir semua
perubahan mimik mukanya, sukar baginya untuk
memastikan apakah gadis itu mengenakan topeng kulit
manusia atau tidak. Akhirnya sambil menghela napas panjang Lim Han-kim
berkata: "seandainya benar-benar ada hari seperti itu, di
mana kita temukan obat mujarab yang mengubah wajah
kita menjadi wajah-wajah lain, apa bedanya kita saat itu
dengan kebanyakan umat manusia lainnya" Berhadapan
dengan begitu banyak lelaki ganteng dan gadis cantik,
2057 siapa yang dapat menjamin bahwa perasaan kita tak
akan berubah?" "oooh, kau takut aku yang berubah pikiran atau kau
sendiri yang berubah pikiran?" kata Im-yang Losat sambil
tertawa hambar "Aku" Tampaknya Im-yang Losat merasa dadanya secara
tiba-tiba dihantam dengan martil berat sekujur tubuhnya
bergetar keras, sedemikian hebat gejolak perasaannya
sampai mangkuk porselen yang dipegangnya jatuh
berantakan di atas lantai.
Dengan sorot mata yang berkilat ia segera menatap
wajah Lim Han-kim lekat-lekat, kemudian serunya: "Kau
begitu yakin dengan dirimu, kenapa tidak kau katakan
bahwa aku yang akan berubah pikiran?"
"Jika kau yang berubah pikiran dan membiarkan aku
yang menderita karena perasaan rindu, itu masih
mendingan sebaiknya jika aku yang berubah pikiran dan
membiarkan cici menderita, bukankah aku telah menyianyiakan
kasih sayang cici selama ini kepadaku?"
Suatu pancaran sinar aneh menyorot keluar dari balik
mata Im-yang Losat, ucapnya sedih: "Kita belum lama
berkenalan, berkumpulpun belum genap dua hari, buat
apa kau memikirkan begitu banyak persoalan?"
Lim Han-kim tertegun sesaat, kemudian buru-buru
katanya: "Aaaah, anggap saja aku salah bicara, harap cici
sudi memaafkan." ia segera membalikkan badan,
pejamkan mata dan pura-pura tidur
2058 Im-yang Losat menghela napas panjang, katanya:
"Adikku, kau jangan salah mengartikan maksudku ..."
Mendadak ia berhenti bicara, tundukkan kepala dan
pelan-pelan beranjak keluar dari ruangan itu, Menyusul
kepergian gadis itu, Lim Han-kim turut membalikkan
badannya dan mengawasi gerak-geriknya dengan
seksama. Tampak sebuah bayangan punggung yang sangat
indah dengan membiaskan perasaan murung dan masgul
yang mendalam lambat laun lenyap di balik pintu sana.
Lim Han-kim segera melompat bangun dan mencoba
mengatur pernapasan ia dapatkan kesadaran bahwa
hawa murninya telah mengalir lancar. sisa racun panas
dalam isi perutnya juga lenyap tak berbekas, kenyataan
ini membuatnya berpikir dengan keheranan
"Entah siapa yang lebih dulu menyembuhkan racun
panas dari isi perutku, Kelihatannya gertak sambal Cauhua
lojin hanya kosong belaka, Tapi gerak-gerik
perempuan jelek ini amat misterius dan sangat
mencurigakan, aku harus berusaha untuk menyelidiki
asal-usulnya ..." Berpikir sampai di situ ia baringkan kembali tubuhnya
sambil berpikir lebih jauh: "Dia tahu aku sedang sakit,
kenapa aku tidak pura-pura sakit dan melihat apa yang
hendak ia lakukan terhadapku?"
Lim Han-kim segera memejamkan mata dan pura-pura
tidur, siapa sangka begitu matanya terpejam, ia jadi
tertidur sungguhan Ketika bangun kembali, cahaya lilin
telah menerangi seluruh kamar, ia berpaling, tampak
2059

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

olehnya di bawah cahaya lilin, im-yang Losat sedang
duduk bertopang dagu sambil melamun
Sambil mendeham Lim Han-kim segera menegur:
"Tampaknya hari sudah gelap?"
Mula-mula Im-yang Losat agak tertegun, menyusul
kemudian serunya seraya tertawa: "Kentongan pertama
baru saja lewat, kau sudah lama bangun?"
"ooh tidak, baru saja"
Im-yang Losat bangkit berdiri, diambilnya sebuah
cawan dari meja lalu sambil mendekat katanya:
"Minumlah dulu kuah teratai ini sebagai penyegar
badan." Lim Han-kim menerima cawan itu dan meneguknya
satu tegukan, tapi keningnya segera berkerut ia melihat
bahwa teratai dalam cawan itu setengah matang dan
setengah lagi masih mentah.
Sambil tertawa tersipu-sipu im-yang Losat berseru:
"Maafkan aku, belum pernah aku masak hidangan sendiri
Kalau masakanku setengah mentah, harap kau jangan
marah ..." "Ooh tidak, bagus sekali, enak sekali masakanmu"
Dengan cepat pemuda itu menghabiskan sisa teratai dari
dalam cawan- "Tadi aku menanak sepanci nasi, cuma bagian
bawahnya gosong sedang bagian atasnya belum matang,
rasanya susah untuk dimakan"
"Aaah, kebetulan aku sedang lapar sekarang cepat
bawa kemari biar kusantap"
2060 Im-yang Losat agak ragu, tapi akhirnya sambil
mengambil nasi itu katanya lagi: "Kalau tak bisa
dimakan, kau jangan marah kepadaku lho..."
Waktu itu Lim Han-kim sudah turun dari pembaringan
tanpa banyak bicara ia sikat nasi yang dihidangkan itu
dengan lahap. santapan yang dimakannya kali ini boleh
dibilang merupakan hidangan paling buruk yang pernah
dirasakannya. Bukan cuma nasinya yang setengah
gosong setengah mentah, gorengan ayam pun setengah
masak setengah mentah, Tapi pada dasarnya ia sedang
lapar sekali, nyatanya semua hidangan yang tersedia
disikatnya sampai habis. Setelah perutnya terasa kenyang ia baru memuji
sambil tertawa: "Ehmmm, sungguh lezat hidangan yang
kau sediakan" "Aku tahu kau bohong. Kau tidak jujur. sengaja
memuji agar hatiku senang, betul bukan?" seru Im-yang
Losat tertawa. "Sekalipun aku sengaja membuat gembira, kalau tidak
enak, aku toh tak bisa menghabiskan semua hidanganmu
dengan lahap?" Sambil tertawa Im-yang Losat bangkit ber-diri,
membereskan semua mangkuk dan sumpit, kemudian
beranjak pergi. Lim Han-kim ikut bangkit berdiri, menggerakkan
lengannya untuk melemaskan otot-otot badan lalu
pikirnya: "Kalau aku disuruh hidup dalam suasana begini
tenang dan penuh kedamaian, biar puluhan tahunpun
akan kulewati dengan senang hati"
2061 Dalam saat itu Im-yang Losat telah muncul kembali
sambil membawa secawan air teh, serunya: "Ayohlah
minum secawan teh" Pelan-pelan ia letakkan cawan teh itu ke atas meja.
Gerak-geriknya sangat lembut dan halus, penuh sikap
hati-hati, seakan-akan kuatir kalau sampai gerakannya
yang kasar mengejutkan Lim Han-kim.
Setelah menghirup seteguk air teh, pemuda itu
merasa bau harum dan segar yang luar biasa, dalam hati
segera pikirnya: "Entah darimana ia peroleh daun teh ini,
harum betul." "Bagaimana?" terdengar im-yang Losat bertanya
sambil tertawa, "Enak air tehnya?"
"Yaa, enak sekali, selama hidup belum pernah aku
mencicipi air teh seenak ini."
"Air teh ini diseduh dengan daun teh harum yang
dihasilkan dari puncak bukit Thian-san di wilayah Tibet
sana, tentu saja tak gampang kau cicipi air teh semacam
ini." "Daun teh harum dari puncak bukit Thian-san" Waaah
... itu barang langka yang mahal harganya Dari mana
kau memperolehnya?" Im-yang Losat segera tertawa, "Aku punya persediaan
yang cukup banyak. Asal kita dapat hidup bersatu terus
hingga hari tua nanti, kau pasti dapat menikmatinya
setiap hari." "Besar amat nada bicara gadis ini," pikir Lim Han-kim.
"Kalau selama hidup aku bisa menikmati air teh tersebut,
2062 berarti dia harus punya simpa nan ratusan kati daun teh
kering. Rasa-rasanya sih tak mungkin hal ini terjadi"
Meski ia tak percaya namun pikiran itu tak diungkap
keluar, pemuda itu hanya tersenyum dan membungkam
diri "Apa yang kau tertawa kan" Tidak percaya?" tegur imyang
Losat. "Kalau harus menjawab sejujurnya, yaa ku katakan
tidak percaya" "Hmmm Jadi kau kira dalam secawan air teh tersebut,
semuanya diseduh dengan daun teh harum" Bila apa
yang kau duga benar, maka teh itu tak bisa dibilang teh
yang mahal harganya, Kau harus tahu, bila dalam satu
cawan diberi selembar daun teh, maka selama tiga bulan
bau harum yang ikut kau minum bersama teh itu akan
tetap menyusup dalam tubuhmu dan memancarkan bau
harum di mana pun kau berada."
Setelah berhenti sejenak. terusnya sambil tertawa:
"sayang sekali wajahmu kelewat jelek dan tak sedap
dipandang coba kau miliki wajah yang ganteng, lalu dari
badanmu memancar keluar bau harum yang semerbak,
entah berapa banyak wanita cantik di dunia ini yang akan
jatuh hati dan menjadi korbanmu."
"lni yang disebut rejeki susah dicari, tapi kalau sudah
datang sukar ditolak, Coba kalau seebun Giok-hiong tidak
merusak wajahku, mungkin aku pun tak akan berjumpa
dengan cici" "Seebun Giok-hiong memang kelewat jahat, kenapa ia
merusak wajahmu sampai sejelek ini" Hmmm, jangan
2063 kuatir, kau bisa belajar silat bersama cici, bila sudah
berhasil nanti, kau bisa pergi mencarinya, membunuhnya
untuk membalas dendam."
Lim Han-kim tertawa. "Waktu awalnya aku
memangamat dendam dan benci kepadanya, rasa
benciku serasa sudah merasuk ke tulang sumsum, Tapi
setelah dipikirkan kembali sekarang, semua rasa benci
dan dendamku malah sudah lenyap tak berbekas."
"Kenapa?" "Seandainya dia tidak merusak wajahku, bagaimana
mungkin aku bisa merasakan kehidupan yang begini
tenang, begini menggembirakan seperti apa yang
kualami sekarang?" "Jadi sekarang kau merasaamat gembira?"
"Aku dilahirkan dalam suasana yang amat susah,
sepanjang tahun dirundung kemurungan dan
kemasgulan semenjak aku mengerti urusan, belum
pernah sedetikpun kurasakan kehidupan yang begini
tenang, begini damai dan menggembirakan seperti
sekarang ..." Mendadak Im- yang Losat bangkit berdiri dan
menukas sambil tertawa: "Aku harus keluar sebentar
Besok. sebelum fajar menyingsing, aku akan datang
menjemputmu untuk melakukan perjalanan-"
Sebetulnya Lim Han-kim ingin bertanya kepadanya di
tengah malam buta begini hendak ke mana, tapi katakata
yang sudah sampai di tepi bibir segera ditelan
kembali. 2064 "Silakan cici" ucapnya kemudian sambil tertawa
hambar. Im-yang Losat menghela napas panjang, ia segera
bangkit berdiri dan beranjak pergi
Lim Han-kim menunggu lagi beberapa saat lamanya,
sampai ia yakin Im-yang Losat benar-benar telah pergi
jauh, Dipadamkannya lilin di meja dan membaringkan diri
di atas pembaringan ia merasa banyak kejadian aneh
telah dialaminya selama ini, banyak hal yang
mencurigakan juga menyelimuti benaknya, tapi ia merasa
bingung, tak tahu bagaimana harus memecahkannya ...
Lim Han-kim bolak- balik mencoba untuk tidur tapi tak
berhasil, akhirnya sambil duduk kembali di tepi meja,
piklrnya: "Kira-kira siapa gerangan Im-yang Losat ini"
Tampaknya ia sibuk sekali. Jika dia betul-betul tak
pernah berhubungan dengan orang lain, jika la benarbenar
sebatang kara dan dikucilkan dari masyarakat
kenapa ia kelihatan begitu sibuk"
Kelihatannya dugaan Pek Si-hiang sangat tepat, ia
pasti sudah mengenakan topeng kulit manusia untuk
menutupi wajah aslinya dan sengaja datang permainkan
aku ..." Membayangkan soal Pek Si-hiang, mendadak satu
ingatan melintas di dalam benaknya. Sebelum ia tertidur,
lamat-lamat ia mendengar pesan dari Pek Si-hiang
menjelang pergi meninggalkannya .
Gadis itu berpesan agar dia datang mencarinya di
pesanggrahan pengubur bunga di telaga Tay-oh...
selanjutnya apa pula yang diucapkan gadis itu" Lim HanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2065 kim mencoba untuk mengingatnya kembali, tapi sayang
gagal... "Pesanggrahan pengubur bunga...?" gumamnya
kemudian "Kenapa ia tinggal di pesanggrahan dengan
yang tak sedap didengar" Apa arti semua ini...?"
Buruknya kesehatan Pek Si-hiang dan lemahnya tubuh
gadis ini persis ibarat sekuntum bunga yang sedang layu
dan mendekati saat rontok. Kini ia berdiam di
pesanggrahan pengubur bunga, bukankah hal ini
mengartikan bahwa di situlah dia akan mengubur
jasadnya" Suatu dorongan emosi yang meluap muncul dari hati
kecil Lim Han-kim, ia segera berpikir "Aku harus pergi
menjumpainya, Kalau datang terlambat, mungkin aku
akan menyesal sepanjang zaman ..."
Begitu keputusan diambil, ia segera melompat bangun
Dengan mengerahkan tenaga dalamnya ke ujung jari, ia
mengukir kata-kata "Aku pergi" ke atas meja ditepi
pembaringan ia tak tahu apakah kekuatan jari tangannya
mampu mengukir tulisan tersebut pada permukaan meja,
tapi paling tidak hal ini menunjukkan niatnya untuk
berpamitan. Dalam waktu sekejap kedudukan Im-yang Losat dalam
hatinya telah merosot tajam.
Sebagai gantinya bayangan tubuh Peksi-hiang yang
lemah telah menguasai seluruh benaknya, setelah
menutup kembali pintu rumah, pemuda ini
mendongakkan kepala memanda bintang yang
bertaburan di langit, kemudian setelah menentukan arah
pelan-pelan ia berjalan meninggalkan pagar pekarangan.
2066 Ternyata sepanjang perjalanan ia tidak menjumpai
ada orang lain yang menghalangi kepergiannya, setelah
berjalan sejauh dua li lebih, baru Lim Han-kim
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan langsung
berangkat ketelaga Tay-oh.
Lim Han-kim sadar wajah yang dimilikinya sekarang
amat jelek dan tak enak dipandang itu berarti bila ia
melewati kota besar, kehadirannya tentu akan menarik
perhatian orang banyak. Untuk menghindari segala
kerepotan sepanjang jalan, ia sengaja memilih jalan
setapak yang sepi dan selalu berjalan di tengah maIam.
Hari ini, tatkala fajar baru saja menyingsing, sampailah
pemuda itu di tepi telaga Tay-oh, Memandang telaga
luas yang terbentang di depan mata, diam-diam ia
berpikir "Luas telaga Tay-oh mencapai tiga puluh ribu
enam ratus li persegi, ke mana aku harus mencari letak
pesanggrahan pengubur bunga itu?"
Dalam keadaan seperti ini mau tak mau ia harus
bertanya pada orang lain, Tapi mengingat wajah sendiri
yang begitu jelek. untuk menjaga agar orang lain tak
ketakutan, terpaksa ia gunakan selembar kain untuk
membungkus wajahnya, setelah itu baru berjalan menuju
ke dermaga di mana banyak perahu nelayan berlabuh.
Waktu itu pagi baru menjelang, suasana di dermaga
sangat ramai, Kebanyakan adalah para nelayan yang
membawa hasil tangkapan-nya menuju kepasar untuk
dijual Dengan wajah terbungkus kain Li Han-kim berdiri
menunggu di tepi jalan, Tatkala seorang nelayan tua
kebetulan lewat di hadapannya, ia segera memberi
2067 hormat seraya menyapa: "Kakek. boleh numpang tanya,
adakah tempat yang disebut pesanggrahan pengubur
bunga di sekitar telaga Tay-oh ini?"
Sambil menurunkan pikulannya, nelayan tua itu
mengamati Lim Han-kim sekejap. lalu sambil gelengkan
kepalanya berulang kali katanya: "pesanggrahan
pengubur bunga" sudah hampir tiga puluh tahun aku
hidup menangkap ikan di telaga Tay-oh, tapi rasarasanya
belum pernah mendengar ada tempat seperti
itu"

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lim Han-kim tertegun, buru-buru ia memberi hormat
lagi sambil serunya: " Kalau begitu, maafkan aku ..."
Tanpa arah tujuan yang pasti pemuda itu meneruskan
kembali perjalanannya menelusuri tepi telaga.
Memandang riak ombak telaga yang saling mengejar
Lim Han-kim berdiri termangu-mangu, pikirnya: "Di mana
letak sebenarnya pesanggrahan pengubur bunga itu"
Aaaai... telaga Tay-oh begini luas dan lebar, ke mana aku
harus mencari untuk menemukan tempat tersebut...?"
Mata hari makin tinggi tergantung di awang-awang,
cahaya keemasan yang memancar di permukaan air,
membiaskan cahaya bianglala yang menyilaukan mata.
Entah sudah berapa lama Lim Han-kim berdiri
termangu di tepi telaga sambil melamun... Mendadak
sebuah sampan kecil melucur membelah ombak menuju
ke tepian, Kehadiran sampan itu seketika menyadarkan
kembali Lim Han-kim dari lamunannya, Begitu ia
mendongakkan kepalanya, pemuda itu segera menjerit
kegirangan 2068 Ternyata dari atas sampan kecil itu melompat naik
seorang gadis berbaju serba hijau, Gadis itu tak lain
adalah siok-bwee, salah seorang dayang Pek si-hiang
yang dikenalnya, Buru-buru ia maju menyongsong
kedatangan gadis itu sambil menyapa: "Nona siok-bwee"
Dalam terkejut bercampur girangnya ia sudah lupa
kalau wajahnya telah rusak dan berubah jadi jelek.
setelah berteriak memanggil, ia baru sadar akan hal ini.
Pelan-pelan siok-bwee berpaling, setelah memandang
Lim Han-kim sekejap. sahutnya seraya tertawa: "Kau
adalah Lim siangkong?"
"Betul, darimana nona bisa ..."
"Cepat naik ke sampan" tukas siok-bwee cepat, "Kalau
ada persoalan, kita bicarakan lagi di atas perahu."
Tanpa membuang waktu lagi ia melompat balik ke
atas sampannya, Lim Han-kim pun tak mau membuang
waktu lagi, ia turut melompat naik ke atas sampan.
Siok-bwee segera mendayung perahunya membelah
ombak meluncur ke tengah telaga, setelah sampan
berada ratusan kaki dari tepi daratan, siok-bwee baru
berpaling seraya ujarnya: "Nona telah berpesan
kepadaku serta Hiang- kiok agar masing-masing dengan
menumpang sebuah sampan, tiap hari meronda di
seputar telaga untuk menunggu kedatangan siangkong."
"Dari mana ia bisa tahu kalau secepat ini aku bakal
datang kemari?" "Tentang hal itu aku kurang jelas." siok-bwee
menggeleng, "Tapi aku yakin semua persoalan yang
dipesan nona tak pernah meleset."
2069 "Kecerdasan nonamu memang luar biasa hebatnya,
rasanya setiap perkataan dan keputusan yang dibuatnya
tak bisa dibayangkan sebelumnya oleh manusia macam
kita- kita ini." Tiba-tiba siok-bwee menghela napas sedih, matanya
jadi merah dan dua baris air mata jatuh bercucuran
membasahi pipinya, ia berkata: "Selama beberapa hari
terakhir ini penyakit yang diderita nona semakin
bertambah parah, Untuk makan tiap haripun sukar untuk
ditelan, badannya makin lama makin kurus, setiap hari
dia hanya merindukan Lim siang-kong seorang, karena
itu aku dan Hiang- kiok setiap malam selalu
bersembahyang berharap kau bisa datang ke sini
secepatnya". "Thian maha pengasih, untung apa yang kalian
harapkan bisa segera terkabul" Lim Han-kim
Persekutuan Pedang Sakti 6 Pusaka Negeri Tayli Karya Can I D Raja Naga 7 Bintang 2
^