Pencarian

Pedang Keadilan 24

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 24


menengadah sambil menghembuskan napas panjang.
"Menurutpengamatan budak serta adik Hiang-kiok,
tampaknya nona mengerti sekali mengenai kondisi
penyakit yang dideritanya. Mungkin juga ia sudah tahu
bagaimana cara penyembuhan sakitnya itu, tapi ia selalu
menolak untuk berusaha menyembuhkan diri sendiri Lim
siangkong, bila kau bertemu dengan nona nanti, tolong
bujuklah dia agar mau menyembuhkan penyakit yang
diderita-nya." Waktu itu perahu sudah berada ditengah telaga yang
sepi, tiba-tiba siok-bwee berpaling dan memandang Lim
Han-kim sekejap. lalu tegurnya lagi: "Lim siangkong,
kenapa kau bungkus wajahmu dengan sapu tangan?"
2070 "Aku... aku rada kurang enak badan ," sahut Lim Hankim
setelah ragu sesaat. "Nonaku memang betul-betuI bisa meramalkan
kejadian yang akan datang, sebelum berangkat ia telah
berpesan kepada kami berdua bahwa kemungkinan besar
Lim siangkong muncul dengan wajah dibungkus sapu
tangan. oleh sebab itulah ketika budak berjumpa dengan
siangkong tadi, tanpa banyak bertanyapun budak sudah
yakin bahwa kau pastilah Lim siangkong."
Mendengar penjelasan itu Lim Han-kim kembali
berpikir "Kalau di siang hari belong aku tidak
membungkus wajahku yang jelek dan menyeramkan ini
dengan kain, apakah orang tak akan heboh karena
melihat kehadiranku" Padahal nona Pek sudah tahu kalau
wajahku telah dirusak orang, rasanya juga tak heran
kalau ia bisa menduga bahwa aku akan membungkus
wajahku dengan kain. Meski begitu, nona Pek terhitung
luar biasa juga, karena nyatanya dia bisa meramalkan
kedatanganku yang tak terduga ini."
Berpikir demikian, ia pun berkata: "Aku memang selalu
merasa salut dan kagum atas kehebatan nona Pek dalam
meramalkan pelbagai masalah."
Siok-bwee tersenyum dan tidak bicara lagi. Dengan
sepenuh tenaga ia mengayuh dayung membawa sampan
itu melesat makin cepat menembusi gulungan ombak.
Lim Han-kim mencoba mengalihkan perhatiannya
memandang sekeliling tempat itu, tapi sejauh mata
memandang, hanya air telaga melulu yang terlihat,
akhirnya tak tahan lagi ia bertanya: "Masih jauhkah
2071 tempat tinggal nona Pek yang dinamakan pesanggrahan
pengubur bunga itu?"
"Letaknya di atas bukit Tong-ting-san persis sebelah
barat telaga Tay-oh ini. Paling cepat kita butuh waktu
setengah jam lagi untuk mencapai tempat tersebut."
"Perlu kubantu mendayung sampan ini?"
"Tidak usah" Bagaikan terbang, sampan kecil itu melesat
dipermukaan air dan meluncur ke depan. Memandang
gelombang air yang menggu1ung-gulung, tiba-tiba satu
ingatan yang menyeramkan dan menggidikkan hati
muncul dalam benak Lim Han-kim. Tanpa terasa ia bersin
berulang kali dan tubuhnya mulai gemetar keras,
sebetulnya, sejak dia menelan obat racun milik Cau-hua
Lojin lalu sempat terjun ke dalam kolam air untuk minum
sepuas-puasnya, pemuda itu sudah tak seberapa takut
lagi dengan air. Siapa tahu kini, tiba-tiba saja rasa takut terhadap air
yang diidapnya kambuh kembali, Entah kenapa ia merasa
begitu ngeri dan seram menghadapi air yang begitu
banyak. Makin lama rasa seram yang mencekam perasaannya
semakin menjadi-jadi. Akhirnya Lim Han-kim tak dapat
menguasai diri lagi, ia sembunyikan diri di dalam ruang
perahu, pejamkan mata rapat-rapat dan tak berani
menengok lagi kearah permukaan air telaga.
Entah berapa lama sudah lewat... Tiba-tiba ia
mendengar suara siok-bwee berteriak dari luar ruangan
2072 sampan itu: "Lim siangkong, kita sudah tiba di bukit
Tong-ting-san sebelah barat, mari naik ke daratan"
Pelan-pelan Lim Han-kim menengok keluar ruangan,
Benar juga, sampan itu sudah berlabuh di bawah sebuah
dinding karang yang besar. siok-bwee melompat naik
lebih dulu ke daratan, setelah itu baru ia menggapai
tamu-nya. Dengan hati berdebar keras karena ngeri melihat
gelombang air yang naik turun- Lim Han-kim mengincar
tempat di mana siok-bwee berdiri, lalu sekali lompat ia
meluncur ke daratan, Melihat Lim Han-kim sudah melompat naik, siok-bwee
segera melompat lagi ke atas batu karang yang lain,
sambil melompat katanya: "Lim siangkong, setelah
melewati anak tangga yang terbuat dari batu karang ini
kita akan sampai di pesanggrahan pengubur bunga,
tempat tinggal nona kami"
Dengan cekatan Lim Han-kim menutulkan ujung
kakinya pa da batu karang tersebut, untuk kemudian
meluncur ke atas batu karang yang lain, sementara itu
siok-bwee sudah menelusuri anak tangga di belakang
batu menuju ke belakang bukit, maka pemuda itu cepatcepat
menyusul di belakangnya. Ternyata di belakang batu karang besar itu terdapat
sederet anak tangga beralas batu yang dibuat manusia,
setibanya pada anak tangga terakhir, pemandangan yang
terbentang di depan mata pun berubah.
Dikelilingi batu karang yang curam dan terjal
terbentang sebuah tanah datar seluas berapa hektar
yang penuh ditumbuhi aneka pohon dan bunga, Persis di
2073 depan sana berdiri sebuah pintu pagar yang terbuat dari
ranting pohon dengan sebuah papan nama tergantung di
tengahnya, papan nama itu bertuliskan "Pesanggrahan
pengubur bunga." Dengan suara setengah berbisik, siok-bwee berkata:
"Aku tidak tahu nona sedang tertidur atau tidak. lebih
baik kita peringan langkah kaki supaya tidak
mengganggu kenyenyakan tidurnya."
Lim Han-kim manggut-manggut, "Silakan nona
beejalan dulu" Setelah melalui sebuah taman bunga yang luas dan
indah, sampailah mereka di depan sebuah bangunan
loteng yang kecil tapi indah, Sambil membuka pintu
ruangan kembali Siok-bwee berbisik: "Siangkong, silakan
menunggu sebentar di luar, biar kutengok apakah nona
masih tidur atau tidak."
"Silakan nona."
Dengan langkah yang pelan dan berhati-hati Siokbwee
masuk ke dalam ruangan utama, Tak lama
kemudian ia sudah muncul kembali sambil katanya:
"Nona sedang menunggu siangkong di atas loteng."
Sambil berkata ia berjalan lebih dulu naik ke atas anak
tangga, Tempat itu merupakan sebuah ruang tamu yang kecil
tapi indah, ruang tamu itu mencakup setengah dari
bangunan loteng ini, Agaknya di dinding ruangan
tergantung dua buah lukisan, tapi sekarang lukisanlukisan
itu tertutup oleh kain berwarna putih.
2074 Lim Han-kim berpaling memandang ruang tamu itu
sekejap, lalu pikirnya: "Meskipun susunan ruangan ini
indah dan bersih, tapi rasa-rasanya seperti membawa
suasana sedih yang mendalam..."
Waktu itu Siok-bwee sudah menuding kearah ruang
sebelah kiri yang tertutup oleh tirai sambil berbisik:
"ltulah ruang tidur nona, masuklah sendiri"
"Tapi... mana boleh aku masuk sembarangan ke
dalam kamar tidur nona..." Rasanya..."
"Sekarang nona sedang sakit dan tak punya tenaga,
masa kau hendak memaksanya untuk keluar sendiri
menyambut kedatanganmu?"
Dalam saat itu dari balik kamar sudah bergema keluar
suara teguran yang amat lembut: "Apakah Lim siangkong
sudah datang?" Siok-bwee segera mendorong tubuh pemuda itu
sambil berbisik: "Cepat masuk, nona sudah
memanggilmu" Lim Han-kim menyahut, ia menyingkap tirai dan
berjalan masuk, Tampak olehnya Pek si-hiang dengan
mengenakan pakaian dalam berwarna putih sedang
berbaring di atas pembaringan Begitu melihat Lim Hankim
masuk, ia segera meronta untuk bangun sambil
serunya: "Aku hanya seseorang yang sudah dekat
dengan ajal, kau tak usah perdulikan lagi batasan antara
laki dan perempuan" "Nona, lebih baik kau berbaring saja, lebih enak kita
bicara dengan santai..." buru-buru Lim Han-kim
mencegah. Pek si-hiang tersenyum.
2075 "Dalam dugaanku, umur masih ada dua bulan
lamanya. oleh sebab itu aku mengadakan janji dua bulan
denganmu. siapa tahu sekembaliku kemari, kondisi
penyakitku semakin parah, kelihatannya untuk hidup
lebih dari sebulan pun sudah berat bagiku."
Dari sepasang pipinya yang cekung Lim Han-kim dapat
menyaksikan bahwa gadis itu memang bertambah kurus,
rasa sedih dan haru segera menyelimuti perasaannya,
dengan suara lirih bisiknya: "Kalau nona sudah tahu
bahwa penyakitmu bertambah parah, kenapa tidak
berusaha untuk mengobatinya?"
"Kalau aku sendiri pun tak mampu menyembuhkan
penyakit itu, siapa lagi orang di dunia ini yang sanggup
mengobati sakitmu ..." jawab Pek si-hiang sambil
tertawa. Lim Han-kim berdiri tertegun, ia terbungkam seketika
dan tak mampu berkata-kata lagi.
Sambil tertawa kembali Pek si-hiang ber-kata:
"Lepaskan kain pembungkus wajahmu. Duduklan di sini.
Aku ingin berbincang denganmu."
Lim Han-kim menurut dengan melepaskan kain
pembungkus wajahnya, kemudian katanya "Nona sangat
pandai dan menguasai ilmu pengobatan, apa betul di
kolong langit dewasa ini tak ada obat yang bisa dipakai
untuk menyembuhkan penyakitmu itu?"
Pek si-hiang menghela napas sedih, "lbarat pelita yang
kehabisan minyak. mana mungkin bisa menyala terlalu
lama" Apa lagi obat mestika susah diperoleh, ke mana
kita harus pergi mencarinya?"
2076 "Umur nona belum genap dua puluh tahun, inilah usia
remaja yang paling bagus bagi setiap pemudi, Kenapa
kau ibaratkan dirimu seperti pelita yang kehabisan
minyak?" "Sebetulnya aku dapat hidup lebih lama lagi, asal aku
bisa memelihara kekuatan hidupku. Tapi apa mau dikata
sifatku memang tak bisa berdiam diri, aku sering
menggunakan tusukan jarum emas untuk
membangkitkan tenaga hidupku yang tersimpaa Aaaai...
dengan kondisi badanku yang sangat lemah, ditambah
lagi dengan kelakuanku yang tak sayang terhadap
kesehatan sendiri, akibatnya umurku bertambah pendek.
Kini ajal sudah berada di depan mataku."
"Jikalau kau sudah memahami teori tersebut kenapa
kau justru sengaja melanggarnya?"
Tiba-tiba Pek si-hiang tersenyum
"Bila sepanjang hari aku mesti berbaring terus di
tempat pembaringan biarpun bisa hidup tiga sampai lima
tahunpun apalah arti dan kenikmatannya bagiku?"
"Andaikata nona tidak mencampuri masalah
pertemuan puncak di kota si-ciu kali ini, mungkin juga
kau tak perlu membuang banyak tenaga dan pikiran,
otomatis nona bisa hidup berapa tahun lebih lama..."
Pelan-pelan Pek si-hiang menggeser posisi tubuhnya,
kemudian menghela napas panjang, "Aaaaai,..
sebetulnya aku ingin datang secara diam-diam lalu pergi
secara diam-diam, Pikiran kosong, perasaan lega dan
pergi tanpa beban apa pun. soal mati hidup sudah lama
tak pernah terlintas di dalam benakku, siapa tahu Thian
menghendaki yang lain. Di saat terakhir aku harus
2077 meninggalkan dunia ini, ternyata dalam pikiran dan
perasaanku harus tertinggal pelbagai persoalan dan
beban." "Nona, aku mengerti bahwa kemampuanku terbatas,
tapi aku bersedia menggunakan segenap kemampuan
yang kumiliki untuk membantu nona. jika kau ada
keinginan yang belum terwujud, katakan saja padaku,
sehari aku Lim Han-kim belum dapat menyelesaikannya,
aku pun akan berjuang seharian penuh, sepuluh tahun
belum beres maka aku pun tak akan beristirahat selama
sepuluh tahun Pokoknya selama hayat masih dikandung
badan, aku tetap akan berjuang untuk menyelesaikan
keinginanmu itu" Selapis cahaya semu merah melintas di wajah Peksihiang
yang pucat pasi, ia tertawa.
"Kalau menyangkut masalah jenazahku, aku sudah
mempunyai persiapan yang masak.jadi kau tak perlu
kuatir..." Setelah berhenti sejenak, kembali terusnya: "Kenapa
kau tidak menemani im-yang Losat-mu pergi mencari
barang peninggalan tokoh persilatan jaman dulu" Mau
apa kau datang kemari?"
"Aku datang memenuhi janjiku dengan nona" sahut
Lim Han-kim setelah tertegun sesaat.
"Ehmmm, kenapa begitu cepat sudah sampai kemari?"


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali Pek Si-hiang tertawa.
Untuk sesaat Lim Han-kim jadi gelagapan dan tak tahu
bagaimana harus menjawab, terpaksa ia cuma
membungkam diri. 2078 Setelah menghela napas panjang kembali Pek Si-hiang
berkata: "Di tempat ini cuma ada kau dan aku, tiada
kehadiran orang ketiga, Bila kau ingin mengucapkan
sesuatu, katakan saja secara blak-blakan, tak periu ragu
atau sangsi ." "Betul juga pertanyaan nona Pek." Lim Han-kim mulai
berpikir di hati kecilnya, "Kenapa aku harus terburu-buru
datang mencarinya" Apakah hal ini karena aku
menyadari bahwa Im-yang Losat mungkin sedang
mempermainkan diriku" Atau karena aku memang amat
mencemaskan dirinya...?"
Dia alihkan pandangan matanya keluar jendela, di
sana teriihat aneka bunga berwarna merah yang sedang
tumbuh mekar dengan indahnya. Untuk sesaat ia
terbungkam, tak tahu apa yang harus dikatakan-..
Setelah menghembuskan napas panjang dan
membetulkan rambutnya yang kusut, Pek Si-hiang
bertanya lagi: "Apa kau belum paham?"
"Selama hidup aku paling tak suka bohong."
"Aku mengerti," tukas Pek Si-hiang manggut-manggut,
"Apa kau menemukan bukti bahwa gerak-gerik serta
tingkah laku nona Im- yang Losat mencurigakan" Dalam
keadaan begitu lantas kau teringat pada ku secara tibatiba
dan ingin secepatnya bertemu aku ...?"
Dalam hati kecilnya Lim Han-kim ingin sekali
menyangkal tapi dia pun sadar bahwa apa yang
dikatakan gadis itu memang jawaban yang sebenarnya
hendak diutarakan. Untuk sesaat ia jadi gelagapan dan
tak tahu bagaimana harus menjawab.
2079 Akhirnya setelah menghela napas panjang sahutnya:
"Perkataan nona memang benar, sebab memang
begitulah kejadian yang ku-alami, hanya saja..."
" Hanya saja kenapa?" tukas Pek si-hiang.
"Sebelum datang kemari, aku telah memikirkannya
masak-masak" " Kalau sudah dipikirkan masak-masak. berarti kau
sudah mengambil satu kesimpulan. Boleh kutahu apa
maksud kedatangan saudara Lim?"
BAB 9. Menemani sang Kekasih
Pertanyaan itu lagi-lagi membuat Lim Han-kim
gelagapan dan tak tahu bagaimana harus menjawab.
Lama sekali ia termenung sambil putar otak, kemudian
baru katanya: "Keselamatan nona menyangkut mati
hidupnya umat persilatan di dunia saat ini..."
"Masalah itu terlalu besar ruang lingkupnya. Aku
hanya ingin tahu apa maksudmu datang menjengukku?"
kembali Pek si-hiang menukas.
"Aku pernah berhutang budi kepada nona, jadi sudah
sewajarnya bila aku menyusul kemari untuk menjenguk
keadaan sakit yang nona derita."
"Aaaai... kalau begitu kau sangat menguatirkan
keselamatan jiwaku?" Pek si-hiang menghela napas
panjang. "Bukan hanya aku seorang, aku percaya setiap jago
dari dunia persilatan pasti amat menguatirkan
keselamatan jiwa nona."
2080 "Betul, memang banyak orang yang menguatirkan
keselamatanku, tapi ada siapa pula yang bisa membuat
aku bisa hidup berapa tahun lebih lama?"
"Soal ini... soal ini..."
Pek si- hiang tertawa hambar, kembali ujarnya: "Aku
percaya dalam benakmu tentu dipenuhi berbagai
pertanyaan yang mencurigakan bukan" Mumpung
kesadaranku masih amat baik sekarang, ajukan saja
semua persoalan yang tidak kaupahami."
"Kedatanganku kali ini dengan tujuan utama hendak
menjenguk keadaan sakit yang nona derita, selain itu
juga berharap bisa menyumbangkan sedikit
kemampuanku untuk memenuhi keinginan nona."
"Aku sudah hampir mati, apa gunanya kau bersikap
begitu baik kepadaku?"
"Kebesaran jiwa nona dan sifat kependekaranku
dikagumi dan dihormati oleh setiap insan manusia dalam
dunia persilatan, sedang aku tak lebih hanya segelintir di
antara mereka." "Waaaah, kalau menuruti penuturanmu itu, agaknya
aku sudah menjadi seorang tokoh yang sangat termashur
dalam dunia persilatan"
"Bukan cuma termashur, boleh dibilang setiap umat
persilatan menaruh rasa hormat, salut dan kagum
kepadamu" "Kau pun sangat berterima kasih kepadaku?"
"Rasa terima kasihku tak terlukiskan dengan kata,
bahkan muncul dari dasar lubuk hatiku yang terdalam"
2081 Agak berubah paras muka Pek si-hiang sesudah
mendengar ucapan itu, katanya: "Betulkah kau begitu
berterima kasih kepadaku, sampai seandainya aku suruh
kau mati pun, kau tak akan menampik?"
"silakan nona memberikan perintahnya, aku pasti akan
berusaha dengan sepenuh tenaga, meski harus
berkorban nyawa pun aku rela."
"Kalau begitu aku ingin kau melakukan satu tugas
bagiku, bersedia bukan?"
"Rasa cinta dan hormatku kepada nona tak terlukis
dengan kata, bahkan aku sampai tak berani
mengucapkannya keluar, pokoknya perintah apa pun
pasti akan kulaksanakan."
"Bagus setelah aku mati nanti, aku minta kau menjaga
kuburanku di pesanggrahan pengubur bunga ini selama
tiga tahun, bersediakah kau melakukan untukku?"
"Baik, aku terima tugas ini, cuma aku harus menyuruh
orang untuk mengirim sepucuk surat ke rumah, agar
ibuku tidak terlalu mengkhawatirkan keselamatanku."
"Aaaai... sebagai putra manusia, kita memang wajib
berbuat demikian" Lim Han-kim mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Pek si- hiang yang pucat pias, hatinya sangat
sedih, pikirnya: "Gadis ini amat cerdik, kepintarannya
tiada tandingan di dunia ini, ditambah lagi wajahnya
cantik jelita, sayang umurnya begitu pendek."
Dalam saat itu Pek si-hiang telah membetulkan letak
rambutnya sambil menegur lembut: "Apa yang sedang
kau pikirkan?" 2082 "Aku sedang berpikir, kenapa orang secerdik nona
harus diberi umur yang begitu pendek. Aaaai... Thian
sungguh tak adil" Pek Si-hiang tertawa, "Dari zaman dulu, orang pintar
memang sering berumur pendek. Mana ada orang di
dunia ini yang diberkahi kepintaran serta kehidupan yang
bahagia" seandainya aku dilahirkan sebagai orang
bodoh, mungkin saja hidupku akan berapa tahun lebih
lama." Lim Han-kim tahu bahwa gadis ini tak bisa hidup lebih
lama lagi, apa mau dibilang dia pun tak punya cara untuk
mengatasi masalah tersebut sambil bangkit berdiri
katanya kemudian "Nona, baik- baiklah beristirahat, aku
tak akan mengganggu lagi" selesai bicara dia
membalikkan badan dan berlalu dari situ.
"Tunggu sebentar" seru Pek si-hiang tiba-tiba.
"Ada apa lagi nona?"
"Apakah kau berharap aku bisa hidup berapa tahun
lebih lama?" "Aku berharap umur nona bisa mencapai seratus
tahun" jawab Lim Han-kim dengan mata bersinar.
Lama sekali Pek si-hiang termenung, kemudian
katanya lagi: "Aaaai, sudahlah, sekalipun aku beruntung
bisa berhasil, akhirnya toh akan dianggap orang sebagai
manusia yang ingkar janji"
Lim Han-kim tidak paham dengan maksud perkataan
itu, ia tertegun dan serunya: "Nona Pek. kata-katamu
mengandung nada sandi, aku tidak paham dengan
maksudmu" 2083 "Kalau tak paham, yaa sudahlah," Pek si-hiang
tersenyum, "Mari kita bicarakan soal nona Im- yang
Losatmu itu, Dia hendak mengajakmu pergi ke mana"
Mau mencari barang peninggalan tokoh silat yang
mana?" "Kalau soal itu... aku kurang jelas, ia belum pernah
menjelaskan kepadaku."
"Apakah kau sudah menyadari bahwa dirimu telah
tertipu olehnya, maka secara diam-diam kau minggat dan
datang ke pesanggrahan pengubur bunga untuk mencari
aku?" "Aku telah menuruti nasehat nona dengan mengawasi
gerak-geriknya secara diam-diam. Benar juga, aku telah
menemukan banyak titik kecurigaan pada dirinya."
"Kau sudah tahu siapakah dia?"
"Kalau masalah ini... rasanya sukar untuk mengambil
kesimpulan." "Kau tak usah putar otak lagi," ucap Pek si-hiang
sambil tertawa, "Sebetulnya Im- yang Losat- mu itu tak
lain adalah seebun Giok-hiong yang telah merusak
wajahmu." "Sebetulnya aku pun punya dugaan sampai ke situ,
tapi masalah yang tidak kupahami adalah kenapa ia
mesti menyamar sebagai Im-yang Losat yang berwajah
buruk untuk mempermainkan aku?"
"Ia sudah taruhan dengan Li Tiong-hui untuk
mengubah jalan pikiranmu, maka dia berusaha membuat
Li Tiong-hui patah hati dan merasakan siksaan karena
putus cinta ..." 2084 setelah mendeham berapa kali, kembali lanjutnya:
"Rasa cinta Li Tiong-hui kepadamu sesungguhnya tulus
dan serius, tapi susah untuk diterangkan sampai taraf
yang mana keseriusannya. Berangkat dari situasi saat ini,
bila kau betul-betul berubah pikiran, Li Tiong-hui pun
belum tentu akan sangat sedih dan menderita, Tapi bila
seebun Giok-hiong ikut mencemooh dan mengejeknya,
maka sulitlah baginya untuk mengendalikan diri"
Berbicara sampai di situ, mendadak ia seperti teringat
suatu masalah yang sangat menggelikan tak tahan lagi ia
tertawa cekikikan "sebetulnya seebun Giok-hiong
merupakan pihak yang menang dalam taruhan ini.
sayang ia kelewat terburu napsu, Kalau peranannya
dalam babak pertama bisa dibawakan secara sempurna
dan sukses, maka pada babak berikut ia telah melakukan
banyak kesalahan sehingga peranannya jadi kedodoran
dan banyak kelemahannya."
Lim Han-kim hanya mendengarkan penuturan itu
dengan mata terbelalak Karena tak tahu bagaimana
harus menanggapi terpaksa ia cuma membungkam diri
dalam seribu basa, Agaknya Pek si-hiang sedang
membicarakan masalah yang paling menggembirakan
hatinya. Dari balik wajahnya yang pucat, senyuman
manis menghiasi ujung bibirnya.
Kembali ia berkata lebih jauh: "Seebun Giok-hiong
mengira ilmu silat dan kecerdikannya tanpa tandingan di
dunia saat ini, ia telah melimpahkan semua kegusaran
atas kekalahannya dalam pertemuan puncak di kota Siciu
ke atas pundak Li Tiong-hui, yang lebih menggelikan
lagi dua orang ini dari pura-pura berebut cinta pada
akhirnya malah berebut sungguhan."
2085 "Bila kudengar dari pembicaraan nona Li, tampaknya
semua kejadian ini memang hasil rancangan nona?"
"Tentu saja aku yang rancang, kalau aku tidak
mengalihkan perhatian serta kekuatannya dalam
perebutan cinta, kedua belah pihak tentu akan
menghimpun segenap pikiran dan perhatiannya untuk
mempersiapkan pertarungan akhir tiga bulan mendatang,
Coba bayangkan sendiri, seandainya pertarungan itu
betul-betul pecah, berapa banyak jago pilihan dari dunia
persilatan yang bisa lolos dari musibah itu?"
"Oooh, rupanya begitu."
Pek Si-hiang tertawa cekikikan: "oleh sebab itulah aku
sengaja merancang permainan yang lain daripada yang
lain ini untuk mengalihkan perhatian mereka, Tentu saja
andaikata Li Tiong-hui sama sekali tidak menaruh rasa
cinta kepadamu, cara ini pun mustahil bisa berjalan
lancar. sungguh kebetulan ternyata Li Tiong-hui memang
menaruh hati kepadamu, maka setelah kubujuk berulang
kali, dia pun bersedia melakukan rancangan ini..."
Ia berhenti sejenak. dengan matanya yang jeli
diliriknya Lim Han-kim sekejap. kemudian melanjutkan
"Dari pengamatanku pribadi, aku tahu seebun Giok-hiong
memiliki sifat dan watak yang amat keras, Dia ingin lebih
unggul dari orang lain dalam segala masalah, lagipula
mata-matanya sangat lihai serta tersebar luas di manamana.
Tak ada kejadian yang bisa mengelabui dirinya,
Karena itulah kami pun sengaja membuka diri agar
gerak-gerik kami diketahui olehnya. Ternyata betul juga,
dengan cepat kejadian ini telah diketahui oleh seebun
Giok-hiong..." 2086 Kembali ia tertawa merdu sambil membetulkan letak
rambutnya, lalu sambungnya: "sebetulnya wajahmu
cukup ganteng. sayang seebun Giok-hiong sudah terlalu
sering menjumpai orang ganteng macam kau,
pandangan yang sepintas lewat tak akan meninggalkan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesan yang mendalam baginya.
Namun setelah melalui peristiwa ini, tanpa seebun
Giok-hiong sadari, ia telah melepaskan jerat cinta untuk
memperangkap diri sendiri.."
Bicara sampai di situ, senyuman di wajahnya
mendadak lenyap. ia menghela napas panjang dan
membungkam diri, sebaliknya secara diam-diam Lim
Han-kim berpikir: "Bila seebun Giok-hiong benar-benar
mencintai aku, tak mungkin ia rusak wajahku ..."
Lama sekali dia menunggu, ketika tidak mendengar
juga Pek si-hiang melanjutkan perkataannya, tak tahan
akhirnya dia bertanya: "Nona, apa manfaat dan
keuntungannya antara rancangan yang nona susun
dengan situasi dunia persilatan?"
"Rancangan ini sudah seharusnya diakhiri sampai di
sini. Apabila seebun Giok-hiong betul- betul jatuh cinta
kepadamu dia tak akan berani melakukan perbuatan
yang melanggar hukum lagi. Bila aku ajarkan pula ilmu
jarum emas kepadamu, lalu secara diam-diam kau tusuk
salah satu jalan darahnya agar ilmu hipnotisnya gagal
total, maka dia akan lebih mudah untuk kau taklukkan.
Menunggu sampai ia betul-betul terjatuh ke dalam
pelukanmu, bujuklah dia untuk meninggalkan kebiasaan
membunuh serta sifat sadisnya. Aku percaya ia pasti
2087 akan menuruti kemauanmu dan mengubah sifatnya jadi
begitu halus, lembut dan penurut."
"Apa mungkin bisa begitu?"
"Ilmu yang bakal kuwariskan kepadamu itu merupakan
sejenis ilmu pengobatan tinggi, juga termasuk sejenis
ilmu silat yang luar biasa hebatnya. Padahal bila kau
sudah mengetahui rahasianya, hal itu sesungguhnya
amat lumrah, hanya sayang..." Tiba-tiba ia tutup mulut
"sayang kenapa?" desak Lim Han-kim.
"Aaaai... siapa bermain api akhirnya ia bakal terbakar
sendiri, ungkapan kuno ini memang sangat tepat," kata
Pek si-hiang dengan wajah bersungguh-sungguh, "Pada
mulanya aku hanya ingin mempermainkan orang lain,
siapa sangka... siapa sangka ternyata..." Dua titik air
mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim berseru:
"Nona Pek. kenapa kau" Bagian mana yang tak enak?"
"Aku baik-baik saja" sahut Pek si-hiang sambil
menyeka air mata dengan ujung bajunya.
Diam-diam Lim Han-kim merasa keheranan, pikirnya:
"Perasaan wanita memang susah diukur, air matanya
seakan-akan disimpan dalam saku saja yang setiap saat
setiap detik bisa diambil keluar... entah kenapa ia
menangis...?" Sebenarnya dia ingin menghiburnya dengan berapa
patah kata, tapi pemuda itu tak tahu harus mulai dari
mana. Terdengar Pek si-hiang berkata lebih lanjut: "Aku
telah membantu Li Tiong-hui menyiapkan siasat untuk
membendung kebrutalan seebun Giok-hiong. Aku rasa
2088 mereka berdua dapat saling berhadapan dalam dunia
persilatan dengan kekuatan yang berimbang."
"Nona Pek. jikalau kau sudah memutuskan untuk
membantu Li Tiong-hui, mengapa kau tidak
membantunya dengan sepenuh tenaga, agar dalam
sekali pukulan ia mampu mengalahkan seebun Giokhiong?"
Dengan sepasang matanya yang jeli Pek si-hiang
mengawasi sekejap wajah Lim Han-kim, kemudian
setelah tertawa mesra, jawabnya: "Bila kedua orang itu
tidak dibuat berimbang kekuatannya dalam dunia
persilatan, bukankah perananmu jadi tak ada artinya
sama sekali?" Mendengar sampai di sini, sesungguhnya Lim Han-kim
sudah paham sekali, tapi ia tetap berlagak tidak
mengerti, Kembali ia bertanya: "Apa sangkut pautnya
urusan ini dengan aku?"
"Hei, kau betul-betul tidak mengerti atau pura-pura
berlagak pilon . . .?" tegur Pek si-hiang sambil tertawa.
"Tentu saja benar-benar tidak mengerti."
"Dari dulu sampai kini, kekuasaan tertinggi dalam
dunia persilatan selalu berada di tangan kaum pria. Meski
dalam periode itu pernah muncul beberapa orang jago
perempuan yang pegang peranan, namun kehadiran
mereka sering hanya sekejap. tak pernah langgeng
selama banyak tahun. Oleh sebab itu bila pundak kekuasaan dunia persilatan
saat ini dipegang oleh dua orang wanita, situasi seperti
ini tentu akan berlangsung cukup lama, Nah, sementara
2089 itu pamor kaum lelaki sudah mulai memudar, jika secara
tiba-tiba muncul seorang lelaki gagah dalam situasi
begini, bahkan dalam berapa bulan yang amat singkat
mampu menaklukkan kedua orang wanita cantik ini,
bukan saja kekuasaan tertinggi dunia persilatan akan
terjatuh kembali ke tangan kaum pria, bukankah orang
itu juga akan disanjung dan dihormati oleh setiap umat
persilatan?" "Tapi dalam dunia persilatan dewasa ini mana ada pria
semacam ini?" "Tentu saja ada, bahkan orang itu jauh di ujung langit,
dekat di depan mata."
"Nona maksudkan aku?" tanya Lim Han-kim tertegun-
"Masa sampai kini pun kau belum paham?"
"Dengan sedikit kepandaian silat yang kumiliki
sekarang, mana mungkin bisa menandingi kehebatan
seebun Giok-hiong?" "Li Tiong-hui juga bukan tandingannya, bila kita hanya
berbicara soal taraf ilmu silatjangan lagi cuma tiga bulan,
biarpun kita beri waktu satu tahun bagi Li Tiong-hui
untuk melatih diri, ia masih belum mampu memiliki ilmu
silat yang sanggup menandingi seebun Giok-hiong."
Karena terlalu tergesa-gesa waktu mengucapkan katakata
ini, napas gadis itu jadi ter-sengal, maka dia pun
pejamkan matanya untuk beristirahat Lim Han-kim
mencoba untuk memperhatikan keadaan gadis itu.
Ketika dilihatnya peluh telah membasahi jidat Pek sihiang,
ia jadi amat terkejut. Dalam gugup dan paniknya
2090 ia tidak perdulikan soal batasan antara lelaki dan wanita
lagi, cepat-cepat ia genggam tangan nona itu.
Segera terasa olehnya tangan kanan Pek si-hiang
dingin bagaikan es, bahkan bergetar keras, tak
terlukiskan rasa kagetnya melihat keadaan tersebut,
buru-buru teriaknya: "siok-bwee, cepat kemari,
nonamu..." Belum habis teriakan itu diucapkan, siok-bwee telah
menerjang masuk ke dalam kamar. Tampaknya siokbwee
sudah berpengalaman sekali dalam menangani
keadaan majikannya, Begitu masuk ia menubruk ke atas
ranjang, membopong tubuh Pek si-hiang, merogoh
keluar sebutir pil dari sakunya dan menjejalkannya ke
mulut Pek si-hiang, sementara sepasang tangannya
menguruti seluruh tubuh gadis itu dengan seksama.
Sebaliknya Lim Han-kim hanya bisa berdiri tertegun di
sisi pembaringan, dia tak tahu bagaimana harus
membantu. Gerak-gerik siok-bwee sangat
berpengalaman dan tidak kalut, setelah mengurut
beberapa buah jalan darah penting di tubuh majikannya,
ia baru membaringkan kembali tubuh Pek si-hiang ke
atas pembaringan- "Lim siangkong, kau tak usah takut," katanya sambil
menghembuskan napas panjang, "Nona memang sering
mengalami keadaan seperti ini..."
Mendadak ia saksikan wajah Lim Han-kim yang aneh,
jelek dan menyeramkan itu, tak kuasa ia menjerit kaget
sambil melompat mundur, "Siapa kau?" tegurnya setelah
berhasil menenangkan diri
"Aku Lim Han-kim."
2091 "Lim siangkong berwajah tampan dan gagah, kenapa
wajahmu begitu buruk dan jelek?"
Lim Han-kim tertawa hambar, "seebun Giok-hiong
telah merusak wajahku, akibatnya aku jadi jelek. buruk
dan menyeramkan." "Tentu nona semaput lantaran kaget melihat wajahmu
yang aneh dan menyeramkan itu," keluh siok-bwee.
"Tidak mungkin, nona Pek sudah lama mengetahui
wajahku berubah jadi begini, sedikit pun dia tidak takut."
Sambil membelalakkan sepasang matanya bulat-bulat
siok-bwee awasi wajah Lim Han-kim tanpa berkedip.
sampai lama kemudian baru ia bisa tertawa cekikikan.
"Setelah mendengar penjelasanmu ini, aku pun jadi
tak takut," katanya, "Memang pada mulanya orang akan
takut sekali setelah melihat wajahmu yang berwarnawarni,
tapi kalau dipandang lebih lama, aku jadi merasa
tertarik sekali..." Lim Han-kim menghela napas panjang, ia hanya
tundukkan kepalanya tanpa menjawab,
Agaknya siok-bwee sadar kalau perkataannya sudah
melampaui batas dan menyinggung perasaan orang,
buru-buru serunya lagi sambil tersenyum "Lim siangkong,
kau tentu merasa lapar sekali, aku segera siapkan
hidangan untukmu" Lim Han-kim memang merasa perutnya sedikit lapar,
ia pun mengangguk " Kalau begitu kuucapkan terima
kasih lebih dulu." 2092 "Tak usah sungkan-sungkan- kau duduk saja di sini
menemani nona... Mungkin sebelum bakmi yang
kumasak matang, nona sudah sadar dari pingsannya."
selesai berkata ia segera membalikkan badan dan
beranjak pergi. Dalam kamar tidur yang kecil tapi indah itu kini tinggal
Lim Han-kim seorang diri, Ketika menoleh, ia menjumpai
Pek si-hiang tertidur nyenyak sekali, maka dia pun
berpikir "Biarkan ia beristirahat dengan baik,Jika aku
berada dalam kamar, mungkin malah mengganggu
tidurnya, Lebih baik kutunggu di ruang tamu saja..."
Berpikir begitu, pelan-pelan ia berjalan keluar dari
kamar tidur. segulung angin berhembus lewat
mengibarkan kain putih yang melapisi dinding ruangan.
Satu ingatan melintas dalam benak Lim Han-kim,
pikirnya: "Rupanya kain putih yang melapisi dinding
ruangan ini dapat disingkap."
Dia pun berjalan menghampiri dinding, menyingkap
kain putih yang melapisi tempat tersebut dan mengamati
lukisan yang berada di baliknya, tapi begitu dipandang ia
pun tertegun. Ternyata lukisan yang tergantung di balik kain putih
itu tak lain adalah lukisan dirinya. Di samping lukisan itu
tertera berapa huruf yang kira-kira berbunyi begini: "
orang dalam impian."
Sedang di bawahnya tertulis: Dilukis oleh Pek si-hiang.
Memandang lukisan dirinya yang begitu tampan dan
gagah, Lim Han-kim menghela napas sedih, sambil
gelengkan kepalanya ia turunkan kembali kain putih itu
2093 dan berjalan ke sudut dinding yang lain, di sana ia
temukan sebuah lukisan lagi tertutup kain putih, Tapi
setelah disingkap. sekali lagi pemuda itu termangu.
Rupanya lukisan yang tergantung pada dinding di
sebelah sana pun merupakan potret dirinya, Di sisi
lukisan tertera pula tulisan " orang dalam impian", hanya
di bawahnya tertulis: Dilukis oleh Li Tiong-hui.
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang,
gumamnya tanpa terasa: "Aneh... sungguh aneh, apa
yang sebenarnya telah terjadi?" Tak kuasa lagi ia meraba
wajah sendiri yang penuh dengan parutan dan luka
bacokan, berbagai masalah yang membingungkan hati
ikut menyelimuti pula benaknya .
Dalam keheningan ia mendengar suara langkah kaki
manusia bergema dari belakang tubuhnya, menyusul
kemudian terdengar siok-bwee bersemi "Lim siangkong,
mari makan bakmi" "Terima kasih nona" pelan-pelan Lim Han-kim
membalikkan badan. Siok-bwee tampak sedang berjalan menuju ke sisi
sebuah meja dengan membawa baki porselen Dalam
bakinya terlihat semangkuk mie serta empat macam
lauk. "Lim siangkong" kembali dayang itu berseru sambil
tertawa, "Budak tidak pandai memasak. harap siangkong
makan seadanya" Lim Han-kim memang merasa lapar sekali waktu itu,
tanpa sungkan ia sikat habis semua hidangan yang
2094 tersedia, setelah kenyang baru pujinya: "Ehmmm ... lezat
sekali." Siok-bwee tertawa, "siangkong, ada berapa masalah
yang budak ingin bicarakan denganmu apakah Lim siang
kong bersedia?" "Katakan saja blak-blakan, asal aku sanggup
melakukannya, tentu akan kulakukan dengan sepenuh
tenaga" Siok-bwee menghela napas panjang, ka-tanya:
"Sebelum siang kong datang kemari, setiap hari nona
kami hanya mengurung diri di dalam kamar, Belum
pernah kulihat ia tertawa atau mengucapkan sepatah
kata, tapi setelah kedatangan siang kong, keadaannya
sama sekali berubah, Karena itu budak berpendapat
mungkin rtengan meminta bantuan siangkong, kau
mampu membuat nona kami hidup lebih gembira dan
mungkin hidup lebih lama lagi didunia ini..."
Lim Han-kim tertegun, sahutnya: "Mati hidup nona Pek
menyangkut pula keselamatan umat persilatan di dunia


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saat ini.Jadi seandainya aku bisa menghadiahkan
sebagian umurku kepadanya, aku pun rela, Hanya saja
aku tak mengerti ilmu pengobatan, mana mungkin aku
bisa mengobati penyakit nonamu?"
Siok-bwee menghela napas panjang, katanya: "Garagara
penyakit yang diderita nona, loya serta nyonya
besar kami telah menjelajahi seluruh dunia untuk
mencari tabib kenamaan, tapi kenyataannya penyakit
yang diderita nona belum juga kunjung sembuh..."
"Segenap tabib kenamaan yang ada di duniapun
dibuat gelagapan dan tak mampu menyembuhkan
2095 penyakit nonamu, apalagi aku yang hanya seorang yang
tidak paham soal ilmu pertabiban apa yang bisa
kulakukan?" "Sudah cukup lama budak serta adik IHiang-kiok
mendampingi nona kami. Selama mengikutinya akhirakhir
ini kami selalu berpendapat bahwa nona telah
menyembunyikan suatu rahasia yang tak ingin diketahui
orang lain, mungkin suatu rahasia yang penting sekali
artinya..." "Sudah banyak tahun kalian mendampinginya, masa
sedikit pun tidak kalian ketahui apa rahasianya itu?"
"Jangankan budak, biar loya dan nyonya besar pun
tidak mengetahui akan rahasia tersebut."
"Masa ada kejadian seperti ini?"
"Budak tidak mengibul atau sengaja berbohong, Kalau
bukan ada fakta, tak nanti budak berani bicara
sembarangan itulah sebabnya budak memberanikan diri
untuk mohon bantuan siangkong agar membantu kami
semua." "Asalkan tugas ini sanggup kulakukan, aku pasti akan
berusaha dengan sepenuh tenaga."
"Atas dasar ucapan serta tingkah laku nona pada harihari
terakhir ini, kemudian setelah budak rundingkan dan
telaah selama berbulan-bulan dengan adik Hiang-kiok,
maka akhirnya kami simpulkan bahwa nona telah
menyembunyikan suatu rahasia yang amat besar."
"Apa rahasia itu?"
2096 "Budak dan adik Hiang-kiok menemukan bahwa nona
kami sesungguhnya mempunyai sebuah cara untuk
mengobati penyakit aneh yang dideritanya itu. Paling
tidak cara tersebut dapat digunakannya untuk
memperpanjang usianya sampai delapan-sepuluh tahun
kemudian, tapi entah apa sebabnya ia tak pernah mau
mengobati penyakitnya tersebut dengan cara yang
diketahuinya." "Sungguhkah perkataanmu itu?"
"Budak dan Hiang-kiok yakin penemuan kami itu tak
bakal salah." "Kalau begitu aneh sekali kejadian ini..."
"Sepanjang hidupnya nona kami suka menyendiri dan
enggan mengandalkan bantuan orang lain. sikapnya
terhadap masalah orang lain pun selalu acuh tak acuh,
sehingga boleh dibilang belum pernah budak berdua
menyaksikan nona betul-betul menaruh perhatian serius
terhadap satu masalah atau seseorang, tapi sikapnya
terhadap Lim siang kong justru berbeda sekali."
"Bagaimana bedanya?" tanya Lim Han-kim setelah
termenung sejenak. "Masa kau begitu bodoh" sejak membangun
pesanggrahan pengubur bunga, kecuali aku dan Hiangkiok,
bahkan loya serta nyonya besar pun belum pernah
diajak nona datang kemari, Tapi kenyataannya sekarang
ia justru mengundang Lim siang kong bertandang ke sini,
bahkan mengundangmu menjumpainya di kamar tidur
pribadinya. sikap serta tingkah lakunya ini berlawanan
sekali dengan kebiasaannya, Coba bayangkan sendiri,
apakah hal ini tidak aneh?"
2097 "Yaa, aku pribadi pun merasakan hal tersebut sikap
nona Pek terhadapku memang sangat baik dan istimewa,
cuma aku sendiri tak berani mempunyai pikiran atau
angan-angan lain-.."
Siok-bwee tertawa cekikikan "Bila kau sampai
mempunyai angan-angan lain, tak nanti ia bersikap
begitu baik kepadamu..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. kembali lanjutnya:
"Jangan kau lihat tubuh nona kami lemah tak
berkekuatan dan wajahnya pucat pias seperti kertas,
sesungguhnya ia memiliki keanggunan yang luar biasa,
keanggunan yang tak dapat ditandingi orang lain yang
menimbulkan rasa kasihan, iba dan sayang bagi siapa
pun yang melihatnya. Entah sudah berapa banyak manusia menaruh
perhatian khusus kepadanya, Kendatipun ia mengerti
bahwa usianya sudah tak lama lagi, setiap saat setiap
detik kemungkinan besar jiwanya akan melayang, tapi
betapapun begitu banyak orang datang melamarnya,
mengajaknya jadi suami istri, namun ia tak pernah mau
menerimanya. siang kong, aku ingin tahu bagaimana
pula pandanganmu terhadap nona kami?"
"Kalau soal ini... belum pernah terpikir olehku."
"Baiklah, sementara kita tak usah membicarakan
masalah itu lagi, siang kong, budak memohon
kepadamu, bantulah kami semua untuk membujuk nona
agar ia bersedia untuk hidup berapa tahun lagi."
"Baik, terlepas berhasil atau tidak, aku pasti akan
berusaha dengan segala kemampuanku. "
2098 Siok-bwee segera menjura dalam-dalam, ucapnya: "
Untuk kesediaan siang kong, terimalah dulu
penghormatan serta rasa terima kasih budak kepadamu"
"Tidak usah, tidak usah banyak adat"
Setelah membereskan mangkuk dan sumpit dari meja,
siok-bwee berbisik lirih: "sebentar lagi nona akan sadar,
siang kong, kumohon kepadamu untuk tidak
menyinggung tentang permintaan budak tadi di hadapan
nona." "Ehmmm, aku mengerti.."
"Bila siang kong mampu membujuk nona untuk hidup
berapa tahun lebih lama, budak dan adik Hiang-kiok pasti
akan berterima kasih sekali kepada siangkong," ucap
siok-bwee sambil tersenyum.
"Aaah, kau kelewat serius" siok-bwee tersenyum dan
tidak banyak bicara lagi, dia pun beranjak turun dari
ruang loteng,sepeninggal budak itu, tanpa terasa Lim
Han-kim meraba parut serta codet yang menghiasi
wajahnya. suatu perasaan bimbang, perasaan hampa
tiba-tiba muncul dari lubuk hatinya, tanpa terasa pikirnya
.Dengan wajahku yang begitu aneh dan menyeramkan,
rasanya tak pantas bagiku untuk mendampingi gadisgadis
cantik jelita macam mereka, Tapi... paling tidak aku
harus berhasil membujuk Pek si-hiang agar mau
memperpanjang hidupnya sebelum pergi meninggalkan
tempat ini..." Dengan termangu-mangu ia duduk di sisi meja.
pikirannya sangat kalut, begitu kalutnya sampai tidak
menyadari berapa lama waktu sudah berlalu...
2099 Tiba-tiba ia mendengar suara Pek si-hiang yang
sedang berteriak memanggil siok-bwee dan dalam kamar
tidurnya. Secara otomatis Lim Han-kim melompat bangun dan
menerjang masuk ke dalam kamar, tapi apa yang
kemudian terlihat membuat anak muda itu segera
tertegun. Rupanya saat itu Pek si-hiang sudah bangun terduduk.
selimut yang menutupi pakaiannya sudah tertanggal,
pakaian tidurnya yang berwarna putih juga tersingkap.
hingga dengan sangat jelas ia dapat menyaksikan paha si
nona yang putih, halus dan mulus itu.
Terlihat gadis itu sedang mengigau dengan suara
keras: "Siok-bwee... siok-bwee... Cepat kemari, aku
kepanasan... oooh, panas sekali..."
Lim Han-kim agak ragu-ragu sejenak, tapi dengan
cepat ia memburu ke tepi pembaringan- menggenggam
lengan Pek si-hiang dengan^enuh kasih sayang dan
bisiknya: "Nona Pek, kau kepanasan sekali?"
"Yaa ...panas ... oooh ...panas ..."
Mendadak gadis itu merangkul leher Lim Han-kim dan
memeluknya kencang-kencang, seketika itu juga Lim
Han-kim merasakan sebuah tubuh yang halus, lembut
seolah-olah tak bertulang menubruk ke dalam
rangkulannya. Bau harum semerbak terendus dari tubuh
gadis Sejak dilahirkan belum pernah pemuda tersebut
mengalami kejadian seperti ini, memeluk seorang gadis
cantik dalam keadaan setengah telanjang, Tak
2100 terbendung lagi jantungnya berdetak keras, peredaran
darahnya ikut mengalir cepat, wajahnya pun ikut terasa
panas sekali. Terdengar Pek si-hiang dengan suaranya yang lembut
kembali berseru: "Cepat tanggalkan semua pakaianku...
bopong aku ke kamar mandi... rendamkan tubuhku ke air
kolam..." "Menanggalkan semua pakaianmu?" Lim Han-kim
tertegun- "Waaah... kalau soal ini ... kalau soal ini... biar
kupanggil siok-bwee untuk melakukannya,.."
Tapi sepasang tangan Pek si-hiang yang merangkul
tubuh pemuda itu makin lama makin mengencang,
kembali serunya: "Ayoh cepat... oooh panas sekali..."
Lim Han-kim berusaha keras menenangkan pikirannya,
ia mencoba meraba lengan kanan Pek si-hiang. Ternyata
memang terasa panas tapi tidak terlalu menyengat
Dalam hati kecilnya pun pemuda itu berpikir "Betul
lengannya terasa panas, tapi rasa-rasanya tidak mungkin
sedemikian panasnya sampai ingin berendam di dalam
air..." Ia ingin melepaskan diri dari pelukan Pek si-hiang, lari
turun ke bawah loteng untuk mencari siok-bwee, tapi dia
pun kuatir tindakan tersebut menyinggung perasaannya,
Untuk berapa saat anak muda ini jadi ragu untuk
memutuskan, akhirnya entah berapa lama ia cuma duduk
termangu- mangu di situ. Berapa lama ia sudah di situ pemuda itu kurang jelas,
ia cuma merasa tiba-tiba saja sekujur badan Pek si-hiang
basah kuyup oleh keringat Rontaan tangan dan kakinya
juga mendadak lebih tenang, sampai akhirnya secara
2101 mendadak gadis itu melepaskan pelukannya pada tubuh
Lim Han-kim, menjerit tertahan dan buru-buru
menyembunyikan badannya di balik selimut.
Suasana dalam kamar pun pulih kembali dalam
keheningan yang luar biasa, begitu heningnya sampai
dapat mendengar detak jantung masing-masing. Diamdiam
Lim Han-kim mengumpat diri sendiri: "Lim Han-kim,
wahai Lim Han-kim, kenapa kau begitu sembrono
menerjang masuk ke dalam kamar seorang gadis" Kalau
sampai nona Pek marah padamu nanti, apa jadinya"
Betul pikiranmu bersih tanpa ingatan jahat, tapi
kenyataan sudah berada di depan mata, bagaimana
caramu untuk menjelaskan masalah ini kepadanya?"
Sementara ia sedang mengumpat diri sendiri, dari
balik selimut terdengar Pek si-hiang berkata: "Lim
siangkong, kau tentu kaget dan ketakutan melihat
tingkah lakuku yang jalang bukan ...?"
"Aaaai... semuanya ini memang merupakan
kesalahanku, kenapa aku tidak memanggil siok-bwee,
tapi sebaiknya malah menerjang masuk ke dalam
kamarmu. Aaaai... terus terang aku bukan sengaja ingin
berbuat kurang ajar kepadamu, harap nona jangan
mempersoalkan di dalam hati."
Pek si-hiang segera munculkan kembali wajahnya dari
balik selimut wajah yang berseri penuh senyuman,
katanya sambil tertawa cekikikan- "Tadinya kukira kau
akan kaget dan ketakutan, rupanya kau sedikit pun tidak
takut." "Aku sedang memikirkan satu persoalan-"
2102 "Memikirkan soal apa" Bersedia untuk menjelaskan
kepadaku?" "Tentu saja harus kujelaskan padamu."
"Kalau begitu, katakanlah . . ." ucap Pek si-hiang
sambil tersenyum, "Selama hidup belum pernah kualami
kehidupan segembira hari ini, seakan-akan aku telah
berhasil memperoleh sesuatu, Kehidupanku serasa telah
memperoleh banyak hasil..."
"Sayang sekali kehidupan semacam ini tak bisa kita
nikmati terlalu lama"
"Kenapa" Kau hendak pergi?"
"Bukan begitu, meski setiap hari aku berada di sini,
namun usia nona sudah tidak lama lagi."
"Oooh, rupanya soal itu" Pek si-hiang ter-tawa, "Bila
sisa hidupku bisa kunikmati se-gembira saat ini, biarpun
harus mati apa yang perlu disayangkan ..,"
Tiba-tiba ia berpaling dan tanyanya lirih: "Lim siang
kong, percayakah kau orang yang telah mati bakal
berubah jadi setan?"
"Soal ini susah untuk dikatakan."
"Seandainya orang yang sudah mati dapat berubah
jadi setan, tiap hari aku akan mengikuti kemanapun kau
pergi, sebaliknya bila setelah mati, kita lantas tak akan
tahu apa-apa: dengan kematianku itu bukankah semua
kemurunganku akan turut lenyap" Aaaai... kalau tidak
tahu betapa pahitnya perasaan rindu, tak akan mengerti
pula betapa gundahnya di kala sakit."
2103

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidakkah kau merasa bahwa pikiran seperti itu
kelewat mementingkan diri sendiri?" Lim Han-kim
tertegun, "Bila kau anggap kematianmu akan
menyelesaikan semua persoalan maka ini cuma berlaku
bagi dirimu pribadi sebaiknya kau justru memberikan
semua kepedihan dan kesedihan untuk kedua orang
tuamu, memberikan perasaan rindu kepada orang lain-.."
"Untuk siapa?" tukas Pek si hiang.
"Kepada ku" jawab Lim Han-kim setelah mendeham
dan memberanikan diri "Kau?" Pek si-hiang membelalakkan matanya lebarlebar,
"sungguhkah perkataanmu itu?"
"Tentu saja sungguh" sahut Lim Han-kim tegas,
apalagi setelah teringat pesan dari siok-bwee.
Pek si- hiang tertawa terkekeh-kekeh, "Aku tidak
percaya." Lim Han-kim merasa malu sendiri bilamana ia
membayangkan betapa buruk dan jeleknya wajah yang
dimilikinya sekarang, Tapi apa lacur perkataan sudah
diucapkan, ibarat anak panah yang sudah terlepas dari
busur, tak mungkin bisa ditarik kembali Terpaksa dengan
tebalkan muka katanya lagi: "Apa yang harus kuperbuat
agar nona percaya?" "Tahukah kau bahwa aku mempunyai banyak sekali
kekurangan?" tanya Pek si-hiang sambil berhenti tertawa.
"Tidak terlihat olehku."
"Baik, kalau begitu biar kujelaskan padamu" setelah
berhenti sejenak untuk mengatur napas, lanjutnya: "Aku
2104 tak pandai menanak nasi memasak lauk. aku tak
mengerti mengurus urusan rumah tangga, tak pandai
melayani mertua, tidak pandai memberi kehangatan
untuk suami dan yang paling penting aku tak dapat
memberi keturunan ..." setelah tertawa terkekeh-kekeh,
terus nva: "Cukup tidak?"
"Aaaah, hal itu bukan masalah penting, hanya masalah
penting, hanya masalah keduniawian sedikit pun tidak
mempengaruhi kehidupan perkawinan itu sendiri"
"Kenapa" Kau yakin dapat mengesampingkan
masalah-masalah tersebut dari benakmu" Dapat
mengesampingkan pendapat orang banyak?"
Dalam hati Lim Han-kim berpikir: "Tidak berbakti ada
tiga, pertama adalah kalau tak punya keturunan Bila aku
betul-betul mengawini seorang istri yang tak dapat
memberikan keturunan kepadaku, bukankah generasi
keluarga Lim akan pupus sampai generasiku saja?"
Tapi ingatan lain dengan cepat melintas dalam
benaknya, diam-diam ia mengumpat:
"Wahai Lim Han-kim, Pek si-hiang adalah seorang
gadis cantik yang jenius, mana mungkin ia sudi kawin
dengan seorang manusia jelek dan buruk rupa macam
kau?" Berpikir demikian, dia pun berkata: "se-kalipun aku
dapat mengesampingkan masalah tersebut
mengesampingkan pendapat orang banyak. belum tentu
nona mau ..." 2105 Berbicara sampai di sini, tiba-tiba ia merasa
ucapannya sudah keterlaluan maka cepat cepat ia tutup
mulut "Kenapa tidak kau lanjutkan kata-katamu" Belum
tentu aku kenapa?" desak Pek si-hiang.
Lim Han-kim tertawa jengah, "Biar diucapkan juga tak
ada gunanya, lebih baik tak usah saja."
"Huuh. sebagai seorang lelaki jantan, seorang lelaki
sejati, masa tak berani terus terang?"
Lim Han-kim mencoba memeriksa sekeliling tempat
itu. lalu pikirnya: "Dalam kamar ini kecuali kami berdua
tak ada orang lain, meski bakal ditertawakan, paling juga
ditertawakan oleh dia seorang. sebaliknya kalau aku
berhasil membujuknya untuk hidup berapa tahun lebih
lama, rasanya meski ditertawakan juga tak apa"
setelah berpendapat begitu, keberaniannya segera
muncul kembali, katanya kemudian-"Maksudku, meski
ada orang dapat mengesampingkan masalah tersebut
dan tidak menggubris kata orang banyak. belum tentu
nona bersedia kawin dengannya."
"Siapa yang kau maksudkan?"
"Misalkan saja orang itu adalah diriku sendiri..."
"Tidak bisa, soal perkawinan adalah masalah besar,
tak bisa dipakai kata misal. Kalau orang itu kau, katakan
saja kau, kalau dia, yaa dia Tentu orang itu punya nama
lengkap, aku tak mau menjawab sembarangan Katakan
dulu siapa orangnya dan siapa nama lengkapnya?"
2106 Setelah dipojokkan Pek si-hiang dengan kata-kata
tersebut Lim Han-kim tak dapat berkelit lagi, terpaksa
sambil busungkan dada jawabnya: "orang itu adalah
diriku, Lim Han-kim"
"Dari mana kau tahu kalau aku pasti tak mau kawin
denganmu?" tanya Pek si-hiang cepat
"Nona cantik, jenius dan hebat, sebaiknya aku
berwajah buruk. Kalau nona sampai mau kawin dengan
aku, ibarat sekuntum bunga mawar ditancapkan di atas
tahi kebo, keadaan ini sangat merugikan keadaan nona."
"Hei, dari mana kau pelajari perumpamaan yang tak
sedap didengar itu ..." HuUUh, aku tak mau
mendengarnya" teriak Pek si-hiang seraya tertawa.
"Meskipun kurang enak didengar perumpamaan itu
tapi persis sekali dengan kenyataan."
"Orang penyakitan macam diriku ini seharusnya
memang paling cocok bila kawin dengan seseorang yang
buruk rupa, justru karena ia malu dan rendah diri akan
kejelekan wajahnya, ia baru bersedia melayani diriku ini
sebagai istri tersayang"
BAB l0. kunjungan Tak Terduga
Belum sempat Lim Han-kim memberikan
tanggapannya, mendadak terdengar suara langkah kaki
yang keras bergema datang, menyusul kemudian tampak
siok-bwee dengan napas terengah-engah berseru:
"Celaka nona, celaka nona ..."
"Apa yang terjadi, katakan"
2107 "Adik Hiang-kiok telah datang dengan membawa
seorang Lim siangkong lagi"
"Haaah, ada kejadian apa ini?" Pek Si hiang tersentak
bangun. "Di mana orang itu sekarang?" sambung Lim Han-kim
cemas. "Ada di bawah loteng, ditemani adik Hiang-kiok."
"Baik, biar kutengok manusia macam apa dia, berani
amat mencatut namaku"
"Tak usah gelisah," cegah Pek si-hiang. "Biar aku
berpakaian dulu kemudian baru menengoknya bersama."
Sikap tegang yang semula menyelimuti wajahnya kini
sudah lenyap tak berbekas, Tampaknya ia sudah
memahami sekali apa yang sebenarnya telah terjadi.
"Aku menunggu nona di luar kamar" Buru-buru Lim
Han-kim beranjak keluar dari ruangam Tidak sampai
sepeminuman teh kemudian, Pek si-hiang telah muncul
dengan bersandar di bahu siok-bwee. Kali ini dia
mengenakan pakaian berwarna putih, gaun putih, sepatu
putih dan ikat pinggang putih, tidak berbedak tidak
bergincu dan membiarkan rambutnya terurai di bahu.
Baru saja Lim Han-kim hendak menerobos turun ke
bawah, tiba-tiba Pek si-hiang mencegahnya: "Tak usah
emosi, bungkus dulu kepalamu dengan kain"
ia lemparkan sapu tangan berwarna putihnya ke
tangan pemuda itu. Berada dalam keadaan dan situasi
seperti ini terpaksa Lim Han-kim membiarkan gadis itu
2108 mengatur segala sesuatu untuknya, setelah terima sapu
tangan, ia bungkus wajahnya yang jelek itu
Agaknya Pek Si-hiang sudah tidak gelisah sama sekali,
ia menunggu sampai Lim Han-kim selesai membungkus
kepalanya baru berkata: "Lebih baik kau berjalan di
belakangku Tak usah emosi, tak usah panik, sebelum
mendapat persetujuanku lebih baik jangan banyak
bicara." Lim Han-kim manggut-manggut "Segala sesuatunya
aku menuruti perintah nona," sahutnya.
"Ehmmm, kau memang sangat penurut,"
Pek Si-hiang tertawa, kemudian dengan di-bimbing
Siok-bwee, ia turun lebih dulu dari loteng itu, Lim Hankim
mengikuti di belakang si nona.
Hiang-kiok yang mengenakan pakaian serba hijau
kelihatan sedang berdiri di ruang tamu dengan wajah
bimbang dan ragu. Agaknya ia sudah memperoleh
penjelasan dari Siok-bwee hingga perasaan sangsinya
kelihatan kentara sekali.
Di hadapannya duduk seorang manusia berbaju putih
yang membungkus kepalanya dengan kain hijau, Dengan
wajah amat santai Pek Si-hiang duduk di bangku tepat di
hadapan orang itu, lalu setelah membetulkan rambutnya
ia menegur "Boleh aku tahu siapa namamu?" Manusia berbaju
putih itu melirik Lim Han-kim sekejap, lalu jawabnya:
"Lim ..." "Lim apa" Kenapa tidak kau lanjutkan?"
2109 orang itu termenung sejenak, kemudian katanya:
"Namaku kurang sedap didengar, aku takut akan
mengecutkan nona bila mendengar."
"Aaaah, kalau begitu namamu pastilah Im-yang Losat"
Tiba-tiba orang berbaju putih itu melepaskan kain
hijau pembungkus kepalanya hingga terlihatlah wajahnya
yang separuh merah dan separuh putih itu, "Nona
memang cerdik dan berwawasan luas, sekali tebak sudah
berhasil," ujarnya. Sebaliknya Lim Han-kim dengan perasaan terkejut
menjerit tertahan: "lm-yang Losat...?"
"Kenapa" Mengejutkan kau?" ujar im-yang Losat
sambil tertawa. Pek si-hiang tersenyum, katanya: "Bersusah payah
menempuh perjalanan ribuan li untuk menemukan jejak
sang kekasih, tujuan luhurmu sangat mengharukan hati,
Aku tak boleh menjadi tuan rumah yang kurang
bijaksana..." Seraya berpaling ke arah kedua orang dayangnya, ia
berseru: "siapkan arak"
Siok-bwee berdua saat itu hanya bisa berdiri
kebingungan tapi mereka tak berani membangkang
perintah Pek si-hiang. Buru-buru kedua orang itu
mengundurkan diri Sepeninggal siok-bwee berdua, Lim Han-kim
melepaskan kain pembungkus kepalanya lalu sambil
memandang Im-yang Losat, tegurnya dingini
"sebenarnya siapa kau?"
2110 Im-yang Losat tertawa, " Kesehatan nona Pek kurang
baik, lebih baik jangan mengganggu ketenangannya,
urusan pribadi kita berdua kenapa tidak diselesaikan
dalam kamar tidur nanti?"
Pek si-hiang tertawa hambar, selanya: "Dengan susah
payah kau menempuh perjalanan ribuan li jauhnya
hingga ke tempat ini, bukankah tujuan utamamu hanya
ingin melihat sampai kapan aku baru mati?"
"Nona terlalu curiga," sahut Im-yang Losat tertawa,
"Sesungguhnya kedatanganku kemari hanya ingin
menyusul dia dan mendesaknya agar mau pulang
bersama aku." Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh: "seebun Giokhiong,
tidak sulit bila kau ingin melihat jenasah ku
terkubur untuk selamanya di pesanggrahan pengubur
bunga dan selama lima puluh tahun kemudian hanya kau
yang merajai dunia persilatan tapi kau meski
mengabulkan satu permintaanku dulu."
Tiba-tiba Im-yang Losat menggosok wajahnya dengan
sepasang tangan, Wajah jelek menyeramkan yang
semula menghiasi dirinya tahu-tahu hilang lenyap tak
berbekas, sebagai gantinya muncullah selembar wajah
yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.
Bagi Lim Han-kim, meski sejak awal ia sudah menduga
kalau Im-yang Losat adalah hasil samaran dari seebun
Giok-hiong, namun setelah melihat dengan mata kepala
sendiri bahwa dugaannya ternyata tepat, ia tertegun juga
dibuatnya. "Ternyata memang benar-benar hasil
penyamaranmu" pekiknya.
2111 "Betul, aku adalah seebun Giok-hiong..." kata
perempuan itu sambil tertawa.
Kemudian sambil mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Pek si- hiang, katanya pula: "Nona Pek, syarat apa
yang harus kupenuhi?"
"Jangan terlalu cepat menyanggupi dengarkan dulu
penjelasanku sebelum mengambil keputusan"
"Baiklah, akan kudengarkan dengan seksama."
Pek si-hiang termenung sambil berpikir sejenak,
kemudian tanyanya: "Kau benar-benar mencintai Lim
Han-kim?" Dengan matanya yang jeli Seebun Giok-hiong melirik
wajah pemuda itu sekejap. kemudian sahutnya: "sulit
bagiku untuk menjawab, sebab terus terang saja aku
katakan, bahkan aku sendiri pun tidak tahu."
"Kalau begitu sulit untuk dijadikan sebagai dasar
pembuktian," kata Pek si-hiang. "Begini saja, asal kau
bersedia kawin dengannya..."
"Tidak bisa nona Pek..." potong Lim Han-kim cemas.
"Bagaimana kalau kau jangan menimbrung dulu?"
tegur gadis itu dingin,

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lim Han-kim tertegun, akhirnya ia tundukkan
kepalanya dan tidak berbicara lagi.
Seebun Giok-hiong segera tertawa ter-kekeh, serunya:
"Coba lihat, yang bersangkutan saja belum ingin
menikahi aku, buat apa aku mesti menuruti
perkatanmu?" 2112 "Nona seebun, kita sedang merundingkan soal syarat,
pikirkan dulu masak-masak. mau diterima atau tidak
syarat tersebut?" "Apa manfaatnya bila kuterima syarat itu?"
"Bila setuju, maka aku akan melangsungkan upacara
pernikahan kalian terlebih dulu, Bila kalian sudah
melewati malam pertama dan secara resmi sudah
menjadi suami istri, aku akan memohon bantuan dari
kalian berdua untuk membereskan soal pemakamanku."
"Bila aku menolak?"
"Perjalananmu ke telaga Tay-oh ini akan menjadi
suatu perjalanan yang sia-sia."
Dengan sorot mata yang tajam seebun Giok-hiong
menatap wajah Pek si-hiang lekat-lekat, lalu katanya:
"sekalipun aku tidak terima syaratmu itu, kau sendiri juga
tak akan bisa hidup lebih dari tiga bulan"
"Oooh, jadi kau tak percaya bila aku memiliki
kemampuan untuk hidup terus?"
"Seandainya kau betul-betul memiliki kemampuan
untuk hidup terus, sekalipun aku setuju kawin
dengannya, bukankah kau sama saja dapat hidup terus
di dunia?" "Aku tak suka bergaul, tak acuh dengan segala
keramaian duniawi, sesungguhnya tak berminat sama
sekali untuk hidup terus di dunia yang penuh dengan
serba masalah ini. maka dari itu belum pernah terpikir
olehku akan soal mati atau hidup, Tapi semenjak
bertemu dengan kau. seebun Giok-hiong. aku mulai
putar otak memikirkan masalah mati hidupku..."
2113 "Kenapa?" "Kau liar bagaikan seekor kuda yang terlepas dari
kendali, andai kata aku mati, siapakah di dunia saat ini
yang mampu membereskan dirimu ?"
"Masih ada yang lain?" Pek si-hiang tertawa, katanya:
"Meskipun kau bukan tandinganku, paling tidak
kemampuan yang kau miliki itu masih mampu bertarung
berapa gebrakan melawan aku. Kalau kuhadiahkan
predikat sebagai "musuh tangguh" untukmu. tentunya
kau cukup puas bukan?"
Senyuman yang semula menghiasi ujung bibir seebun
Giok-hiong hilang lenyap seketika, sebagai gantinya sikap
dingin bagaikan es menyelimuti seluruh wajahnya, pelanpelan
ia berkata: "Kecuali kau memiliki suatu keanehan
yang sukar diduga orang sebelumnya, aku rasa
penglihatanku tak bakal keliru."
Pek si-hiang tertawa, pelan-pelan tangannya
membetulkan letak rambutnya, menggunakan
kesempatan itu ia tusuk jalan darah di belakang
tubuhnya dengan sebatang jarum emas, lalu katanya
lembut: "salah melihat apa?"
"Selain menderita penyakit aneh yang cukup parah
dan susah disembuhkan, seharusnya kau tak mengerti
ilmu silat sama sekali"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, semua yang hadir
seketika terkejut dibuatnya, terutama siok-bwee serta
Hiang-kiok yang sudah banyak tahun mengikuti
majikannya, mereka cukup mengerti bahwa Pek si-hiang
betul-betul tak pandai bersilat.
2114 Karena hal itu, secara diam-diam mereka menghimpun
tenaga dalamnya bersiap sedia, Asal pihak lawan
menunjukkan gejala yang tak beres, mereka siap
melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga.
Lim Han-kim sendiri setengah percaya setengah tidak,
tapi diam-diam dia pun menghimpun tenaganya bersiap
sedia, Apabila seebun Giok-hiong menunjukkan tandatanda
akan menyerang, meski ia tahu bahwa
kemampuannya bukan tandingan lawan, pemuda ini
sudah siap untuk beradu jiwa.
Pek si-hiang mengerdipkan sepasang matanya yang
bulat besar, lalu tertawa: "oooh... maksudmu, bila aku
betul-betul tak mengerti ilmu silat, maka kau akan
manfaatkan kesempatan ini untuk membunuhku bukan?"
"Apa salahnya aku berbuat..." Belum selesai perkataan
itu diucapkan, begitu sorot matanya saling bertemu
dengan sorot mata Pek si-hiang, seketika itu juga hatinya
bergetar keras, kata-kata berikut pun tak mampu
dilanjutkan. Ternyata dari balik mata Pek si-hiang tiba-tiba
memancar keluar sinar tajam yang menggidikkan.
Jelas pancaran semacam itu hanya bisa dilakukan
seseorang yang memiliki tenaga dalam amat sempurna,
orang yang tak kenal ilmu silat tak bakal bisa melakukan
hal tersebut. Tak terkirakan rasa kaget, seram dan ngeri yang
mencekam perasaan seebun Giok-hiong saat itu, untuk
sesaat dia hanya bisa memandangnya dengan termangu,
2115 "Mau apa kau memandangi terus wajahku?" tegur Pek
si-hiang sambil tertawa. "Aku merasa bingung, banyak hal yang tidak
kupahami." "Dalam soal apa" Katakan saja terus terang"
"Sebetulnya kau pernah belajar silat atau tidak?"
Pek si-hiang tertawa lebar. "Aku tak ingin kau bunuh,
juga tak ingin kau menyerempet bahaya, Lebih baik tak
usah membicarakan lagi persoalan ini^..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. lanjutnya: "Tapi
ada satu hal yang kau tak perlu khawatir, walaupun kau
termasuk salah satu tamu yang berani mengunjungi
pesanggrahan pengubur bunga, asalkan kau tidak
melakukan suatu tindakan yang kelewat batas, aku tak
akan mengganggu keselamatan jiwa mu"
Seebun Giok-hiong menengadah memandang bunga
yang bermekaran di luar ruangan sana dengan
termangu, lalu gumamnya: "Betulkah seseorang dapat
berubah jadi begitu wajar dan sederhana, sama sekali
tidak meninggalkan tanda-tanda apabila ilmu silat yang
dimilikinya telah mencapai puncak kesempurnaan?"
"Tidak dapat," potong Pek si-hiang cepat. "Bila
seseorang dapat menyembunyikan ketajaman matanya,
berarti ilmu silatnya sudah mencapai tingkatan yang
tiada tara, Gejala yang dimiliki orang itu tak mungkin bisa
diketahui oleh orang yang memiliki ilmu silat setara
dengan nona seebun."
2116 "Kalau begitu aku betul-betul mohon petunjukmu
kenapa nona Pek juga tidak memperlihatkan tanda-tanda
bahwa kau mengerti ilmu silat?"
"Lalu bagaimana sekarang?"
"Sekarang kau tampak begitu segar, matamu begitu
tajam bersinar, jelas inilah pertanda seseorang yang
memiliki tenaga dalam amat sempurna."
Sekali lagi Pek si-hiang tertawa, "Untung aku sudah
peringatkan dirimu sejak dini, Coba kalau tidak. salah
satu di antara kita berdua kini sudah tergeletak sebagai
mayat." "Kalau begitu aku sudah salah memandangmu?"
"Tidak. kau tidak salah melihat Cuma keadaanku
memang sedikit agak berbeda dengan keadaan pada
umumnya." "Boleh aku tahu penjelasannya?"
"Kejadian ini sederhana sekali penjelasannya, karena
aku mengidap suatu penyakit yang sukar disembuhkan"
Gadis ini memang luar biasa cerdiknya, secara lamatlamat
ia hanya memberi penjelasan separuhnya saja dan
sengaja menyembunyikan sisanya yang separuh, dengan
demikian seebun Giok-hiong harus menduga sendiri
sisanya. "Yaa, betul juga ucapanmu itu," kata seebun Giokhiong
kemudian "Justru karena kau mengidap suatu
penyakit yang sukar disembuhkan maka kendatipun kau
memiliki tenaga dalam yang sempurna, namun keadaanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2117 mu sekilas pandang tak jauh berbeda dengan keadaan
orang biasa." "Anggap saja begitu"
Seebun Giok-hiong menghela napas panjang, "Aaaai...
yang membuat aku tak habis mengerti sekarang adalah
seseorang yang mengidap penyakit parah, mengapa
sanggup melatih diri hingga memiliki tenaga dalam yang
begitu sempurna?" "Aku tak pernah bilang mengidap penyakit yang tak
bisa disembuhkan Aku hanya bilang penyakitku sukar
untuk disembuhkan" "Jikalau kau sudah tahu cara untuk menyembuhkan
penyakit itu, kenapa sampai sekarang belum juga turun
tangan untuk mengobatinya?" tanya seebun Giok-hiong
keheranan "Sebab aku bosan hidup Aku segan meneruskan
kehidupanku di dunia ini. Bagi seseorang yang sudah
lama tersiksa oleh penyakit aneh, sering kali dia tidak
terlalu sayang dengan nyawa sendiri, memandang remeh
masalah keselamatan jiwanya"
Seebun Giok-hiong menggeleng bingung, ia merasa
seperti mengerti jawaban gadis itu tapi seperti juga tidak.
yang pasti kata-katanya itu mengandung arti yang
mendalam sekali, Tak tahan akhirnya dia menghela
napas panjang, katanya: "Aaaai... misalnya aku tak tahu
kalau kau cerdik, kalau aku tidak melihat bahwa ilmu
silatmu luar biasa, aku pasti tak akan percaya dengan
kata-katamu yang membingungkan itu."
2118 "Kuanjurkan kepadamu, lebih baik jangan percaya
dengan kata-kataku tadi," kata Pek si-hiang sambil
tertawa, "Dengan begitu akupun dapat padamkan
sebuah harapanku." "Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan sekarang."
"Aku tak percaya kau betul-betul tahu"
"Bukankah kau ingin memancing amarahku, agar aku
terpengaruh emosi, lupa keadaan, lupa kemampuan
sendiri dan turun tangan menyerangmu dengan begitu
kau dapat memperoleh alasan untuk membinasakanku?"
Berubah hebat paras muka Pek si- hiang, segera
serunya dingin: " Kelihatannya aku betul-betul harus
membunuhmu" seebun Giok-hiong segera tertawa
terkekeh-kekeh. "Eeeh... jangan marah dulu" serunya, "Tadi kau toh
sudah berjanji, asal aku tidak bertindak macam-macam,
maka kau tak akan turun tangan lebih dulu untuk
membunuhku, sekarang sudah mulai menyesal?"
Tak terlintas sedikit senyuman pun di wajah Pek sihiang,
katanya hambar "Aku tak pernah menyesali apa
yang sudah kukatakan"
Seebun Giok-hiong kelihatan bangga sekali, kembali
katanya sambil tertawa terkekeh-kekeh: "Aku tahu
semua orang yang menganggap dirinya seorang tokoh
silat, baik dia lelaki atau perempuan, semuanya takut bila
rahasia hatinya ketahuan orang, termasuk diriku sendiri,
Bila pihak lawan berhasil menebak jitu semua yang
menjadi pikiranku, aku tentu akan berusaha untuk
membinasakan dirinya ..,"
2119 "Seebun Giok-hiong, sudah selesai perkataanmu?"
tukas Pek si- hiang ketus.
"Nona Pek ingin mengusir aku?" ucap seebun Giokhiong
sambil bangkit berdiri. "Selama hidup aku tak pernah mengingkari janji yang
sudah terlanjur kuucapkan, demikian juga hari ini"
"Kalau begitu aku tak akan mengganggu
ketenanganmu lagi. Mengenai masalah kau hendak
menjodohkan aku dengan Lim Han-kim, biar kuputuskan
tengah hari besok" "Mungkin saja tengah hari esok aku enggan bertemu
lagi denganmu, lebih baik dibicarakan besok saja, Hiangkiok,
antar nona seebun naik ke sampannya"
"Tunggu sebentar, aku ingin berdiam sebentar lagi di
sini," kata seebun Giok-hiong tertawa.
Ia mengeluarkan kain hijau dari sakunya dan
membungkus seluruh wajahnya, kemudian katanya lebih
jauh: "Terima kasih banyak atas pelayanan nona Pek hari
ini, semoga kita dapat bersua lagi esok tengah hari"
Sementara itu Hiang-kiok sudah tak sabar menunggu,
teriaknya: "Cepat, kita harus segera berangkat."
Seebun Giok-hiong yang berhati keras dan
berangasan, saat itu ternyata mempunyai tabiat yang
sangat baik, sahutnya cepat: "Baik, baiklah..." Tergopohgopoh
dia bangkit berdiri dan beranjak keluar
meninggalkan ruangan- Pek si-hiang hanya duduk tak bergerak dengan wajah
sedingin es. Menunggu bayangan tubuh seebun GiokTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2120 hiong sudah lenyap dari pandangan dan menurut
perkiraannya ia sudah jauh dari daratan, baru gadis itu
berseru: "siok-bwee, cepat cabut keluar jarum emas dari
punggungku, cepat, cepat sedikit"
Dengan langkah itu cepat siok-bwee menghampiri
majikannya dan mencabut keluar jarum emas
Begitu jarum tercabut, secara tiba-tiba kondisi Pek sihiang
berubah amat drastis, seakan-akan ia telah


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berubah menjadi seseorang yang lain, air keringat jatuh
bercucuran bagaikan hujan, wajahnya pucat pasi seperti
mayat, badannya gemetar keras dan tiba-tiba tubuhnya
jatuh terguling dari atas bangku.
Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim memburu ke
depan dan menyambar tubuh gadis itu. Dengan mata
terpejam dan napas tersengal-sengal Pek si-hiang
berbisik lemah: "Cepat bopong aku ke atas loteng"
Lim Han-kim tidak sempat banyak bertanya lagi,
tergopoh-gopoh ia bopong Pek Si-hiang naik ke loteng
dan membaringkan gadis itu di atas pembaringannya
Dengan napas tersengal-sengal Pek si-hiang berbisik,
"Di bawah bantal ada sebuah botol obat, cepat ambil
sebutir dan jejalkan ke mulutku"
Cepat-cepat Lim Han-kim membalik bantah Betul juga,
di situ terdapat sebuah botol porselen, tapi begitu dibuka
penutup botol itu, ia segera tertegun dan berdiri
termangu mangu. Ternyata isi botol itu tinggal sebutir pil
berwarna putih. "Cepat jejalkan ke mulutku" terdengar Pek si-hiang
kembali berseru, "Masih banyak... masih banyak
2121 persoalan yaa... yang hendak kusampaikan kee...
kepadamu..." Perkataan itu beberapa kali terputus di tengah jalan,
jelas napasnya sudah semakin melemah dan nyaris tak
sanggup mempertahankan diri, Lim Han-kim tak berani
membuang banyak waktu lagi, cepat ia jejalkan pil
berwarna putih itu ke mulut Pek si-hiang.
Setelah menelan pil itu, sambil menggenggam lengan
Lim Han-kim kencang-kencang, kembali gadis itu
berseru: "Aku ingin tidur sebentar, kau duduklah di sisiku
dan temani aku." "Tidur saja nona dengan tenang, aku akan
menemanimu di sini" Sekulum senyuman segera tersungging di ujung bibir
Pek si-hiang, tak lama kemudian ia sudah tertidur
nyenyak. Lebih kurang satu jam lamanya Pek si-hiang tertidur
sebelum bangun kembali, ketika ia membuka matanya
dan melihat Lim Han-kim masih duduk manis di sisinya,
sambil tertawa ia pun menegur "Kau belum pergi?"
"Nona tidak membiarkan aku pergi, bagaimana
mungkin aku bisa tinggalkan tempat ini?" jawab Lim Hankim
tenang. Menyaksikan tangan kirinya masih menggenggam
lengan pemuda itu kencang-kencang, Pek si-hiang
tertawa jengah, Buru-buru ia kendorkan genggamannya
seraya berkata: "Bila seseorang berada dalam keadaan
sakit, seringkali ia berharap ada orang lain yang selalu
2122 menemaninya. saudara Lim, harap kau jangan marah
dengan kelakuanku." Lim Han-kim tertawa, "Aku sangat berbangga hati
karena nona sudi mempercayai diriku, masa aku mesti
marah?" Pek si-hiang menghembuskan napas panjang,
ucapnya: "sebetuinya seebun Giok-hiong sanggup
menghabisi nyawaku cukup dengan sebuah pukulan
saja." "Tapi sayang, kecerdikannya tak mampu mengungguli
kepintaran nona, hingga setiap langkahnya sudah berada
dalam perhitunganmu."
"Saat ini ia setengah percaya setengah tidak. meski
sementara waktu dapat kukelabui, tapi esok siang dia
akan kemari lagi, Aku takut sampai waktunya sulit bagi
kita untuk menghadapinya . "
"Betul juga perkataan ini," pikir Lim Han-kim dalam
hati, "Dengan kemampuannya ia dapat mengetahui bila
Pek si-hiang menderita penyakit parah, sudah barang
tentu dia pun bisa melihat kalau Pek si-hiang tak
mengerti ilmu silat, Cuma saja dia tak pernah mengira
kalau Pek si-hiang telah membangkitkan tenaga
simpanannya dengan rangsangan tusukan jarum emas
hingga sepintas lalu nampaknya ia memiliki tenaga dalam
yang sempurna. Namun sebagai orang yang tinggi hati dan
keinginannya mengungguli orang lain begitu kuat,
seebun Giok-hiong pasti tak akan berpeluk tangan saja,
setelah tergertak oleh Pek si-hiang, ia pasti tak puas dan
penasaran berarti ia bisa datang lagi untuk mencoba. Bila
2123 dia sampai mengambil resiko untuk menjajal kepandaian
nona Pek. waah ... apa jadinya...?"
Mendadak perasaan hatinya bergidik karena ngeri, ia
tak berani berpikir lebih jauh. sambil menghela napas
panjang, Pek si- hiang menegur "Apa yang sedang
kaupikirkan?" "Aku sedang berpikir, bagaimana caranya menghadapi
seebun Giok-hiong bila ia datang lagi esok siang."
"Kalau berbicara dari soal ilmu silat, gabungan
kekuatan kau bersama siok-bwee serta Hiang-kiok
rasanya masih bukan tandingan seebun Giok-hiong."
"Kalau begitu nona harus carikan akal yang jitu untuk
menanggulangi persoalan ini"
"Tampaknya kau takut mati?" tanya Pek Si-hiang
sambil tertawa. "Orang yang paling ditakuti seebun Giok-hiong cuma
nona seorang, Apabila nona sampai terluka di tangannya,
kejadian ini akan menambah semangat serta ambisinya,
Bilamana ia sampai lupa daratan, sudah dapat dipastikan
dunia persilatan akan dilanda bencana pembunuhan yang
amat mengerikan." Pek si-hiang tertawa hambar, ucapnya: "sekalipun dia
tidak membunuhku, toh aku sendiri juga tak bisa hidup
terlalu lama." "Sekalipun nona tak dapat menghindari kematian,
paling tidak kau harus mati dengan perasaan sangat
tenang, Berikan teka teki yang membingungkan untuk
seebun Giok-hiong" 2124 "Lalu bagaimana aku harus mati?"
Gadis ini berbicara amat santai dan ringan bahkan
disertai senyuman yang ceria, seolah-olah mati hidup
sama sekali tidak terpikirkan olehnya, Melihat itu Lim
Han-kim berpikir "Pek si-hiang memang nyata agak aneh,
tampaknya bukan saja ia tak cemas atau ngeri dalam
menghadapi kematian, bahkan kelihatannya ia seperti
cenderung melangkah lebih cepat ke gerbang
kematian..." Sementara itu Pek si- hiang sudah bangkit dan duduk
di pembaringan, tiba-tiba ujarnya: "Bagaimana kalau kita
kurung saja seebun Giok-hiong?"
"Tidak baik, dia congkak. liar dan susah dikendalikan,
ilmu silat yang kita miliki pun bukan tandingannya, Mana
mau ia menyerahkan diri secara ikhlas" Malahan bisa jadi
bila terdesak oleh keadaan, ia bisa nyerempet bahaya
untuk beradu jiwa denganmu, Kalau sampai terjadi
begini, bukankah rahasia nona yang tak mengerti ilmu
silat akan segera ter- bongkar?"
Agaknya kesegaran badan Pek si-hiang telah pulih
kembali, dengan penuh semangat ia melompat turun dari
pembaringan, lalu serunya sambil tertawa: "Ayo ikut aku,
kuperlihatkan sesuatu kepadamu"
"Melihat apa?" "Melihat tempat yang akan kugunakan untuk
mengubur jenasah ku"
Sekali lagi Lim Han-kim berpikir "Bencana besar telah
berada di depan mata, tampaknya ia tidak khawatir
2125 sedikit pun, Apa bagusnya kuburan yang dipakai untuk
mengubur jenasahnya" "
Tapi ia merasa segan untuk menampik ajakan
tersebut, maka berangkatlah pemuda itu mengikuti di
belakangnya. "Aku betul-betul mengkhawatirkan keselamatan nona,"
bisik Lim Han-kim. "Apabila seebun Giok-hiong itu cerdik, besok dia harus
menyatakan persetujuannya untuk menikah denganmu,"
kata Pek si-hiang sambil tertawa, "Bila sampai terjadi
begini, maka tempat kubur yang kubangun dengan susah
payah itu terpaksa harus kuserahkan kepada kalian
berdua untuk menjadi kamar malam pertama kalian
berdua." "Perkawinan adalah masalah besar yang harus
dirundingkan dulu dengan orang tua," kata Lim Han-kim
dengan kening berkerut " Hingga kini ibuku masih hidup
segar bugar, maka soal perkawinan sudah menjadi
kewajibannya untuk memutuskan bagiku, Apa hakmu
dan kenapa kau berani ambil keputusan untukku?"
"Tidak apa-apa, kalian boleh kawin dulu, kemudian
baru kujelaskan masalah ini kepada ibumu," sela si nona
sambil tertawa. "Dari mana kau bisa tahu kalau ibuku pasti setuju?"
"Aku punya keyakinan untuk menaklukkan ibumu"
Tiba-tiba saja muncul perasaan mendongkol dan
marah dari hati kecil Lim Han-kim, Rengeknya ketus:
"Lebih baik kau berhasil membujuk diriku lebih dulu"
2126 "Kenapa?" kata Pek si-hiang sambil ter-tawa. "Dengan
susah payah aku sudah mencarikan seorang calon istri
yang begitu cantik untukmu, bukan berterima kasih, kau
malah jengkel kepadaku?"
Rasa malu dan gusar karena merasa seperti diejek dan
dipermalukan membuat Lim Han-kim semakin naik darah,
hardiknya penuh amarah: "Nona Pek, sekalipun seumur
hidup aku Lim Han-kim tidak beristri, kau juga tak perlu
bersusah payah mencarikan jodoh bagiku. Maksud
baikmu biar kuterima dalam hati saja, selamat tinggal"
Setelah memberi hormat, ia membalikkan badan dan
beranjak turun dari loteng dengan langkah lebar.
"Lim siangkong..." teriak Pek si-hiang gelisah, Buruburu
ia sambar tangan pemuda itu dan mencoba
menariknya, saat itu api amarah sedang berkobar dalam
benak Lim Han-kim, tanpa berpikir panjang la
membalikkan tangannya sambil mendorong, sementara
kakinya melangkah terus meninggalkan tempat itu.
Ia baru menyadari perbuatannya setelah tangannya
mendorong gadis itu, dengan perasaan terkejut ia
berpaling, tapi sayang sudah terlambat Blaaammmm ...
Tubuh Pek si-hiang sudah terdorong olehnya hingga
jatuh terjerembab enam-tujuh depa di belakang sana.
Dengan rasa kaget bercampur menyesal Lim Han-kim
memburu ke sisi gadis itu dan menarik tangannya sambil
berkata: "Nona Pek, nona Pek, terluka tidak kau" Aaaai...
aku betul-betul ceroboh..."
"Aku sangat baik, kau tak usah kuatir," potong Pek sihiang
sambil tertawa. 2127 Lim Han-kim sungguh merasa amat menyesal kembali
ujarnya: "Gara-gara kecerobohanku menyebabkan nona
terjatuh Aaai... aku sangat berdosa kepadamu"
"Tidak apa-apa, selama hidupku jarang aku
diperlakukan orang lain macam hari ini."
"Aku betul-betul menyesal, aku tidak sengaja ..." anak
muda itu menghela napas "Aku mengerti, jangan dilanjutkan lagi persoalan itu.
Ayo cepat bimbing aku turun dari loteng"
"Nona perlu istirahat sebentar."
"Tidak usah..." sambil berkata gadis itu berusaha
meronta untuk bangun lalu meneruskan langkahnya.
Melihat itu Lim Han-kim berpikir "Meskipun badannya
lemah dan sakit-sakitan, tapi wataknya sungguh keras...
nampaknya susah untuk menghalangi niatnya..."
Terpaksa ia bimbing gadis itu untuk melanjutkan
perjalanan setelah turun dari loteng, melewati ruang
tamu, mereka berjalan menuju ke tepi sebuah tebing
yang curam. siok-bwee yang datang menyusul segera
berseru: "Nona, apa perlu budak membimbingmu?"
Waktu itu, seluruh kekuatan tubuh Pek si- hiang telah
disandarkan pada dada Lim Han-kim, sambil meneruskan
langkahnya ia menyahut "Tidak usah, biar Lim siangkong
yang mendampingiku, Kau boleh ke dapur untuk
menyiapkan berapa macam hidangan yang lezat, juga
jangan lupa siapkan guci arak yang berisi arak. jamur
dan jinsom. Hari ini aku harus minum sampai mabuk
sebelum esok menghadapi seebun Giok-hiong." siokTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2128 bwee tak berani membangkang, setelah menyahut ia pun
mengundurkan diri. Kembali Lim Han-kim berpikir: "Dengan kondisi
badannya yang begitu lemah, apa jadinya kalau sampai
mabuk" Bisa jadi dua hari pun belum tersadar..."
sementara ia masih berpikir, Pek si-hiang telah
menengadah dan bertanya sambil tertawa: "Kau pernah
mabuk?" "Belum pernah," Lim Han-kim menggeleng.
"Bagus, bagaimana kalau hari ni temani aku minum
sampai mabuk?" Lim Han-kim tertawa. "Kalau kita belum sadar dari
mabuk sampai tengah hari esok dan seebun Giok-hiong
sudah keburu datang, apa yang akan kita lakukan?"
"Li Pak harus mabuk dulu sebelum menciptakan syair,
aku rasa semakin kita mabuk, tentu otak kita makin
pintar." Lim Han-kim kembali berpikir setelah mendengar
jawaban itu:" semua perbuatan dan tingkah lakunya jauh
di luar dugaan, siapa tahu memang betul seperti apa
yang dia katakan."

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sementara masih termenung, tibalah mereka di tepi
tebing curam, Pek si-hiang segera bangkit berdiri dari
pelukan Lim Han-kim, Dengan tangannya ia menutul
permukaan tebing batu di hadapannya, setelah itu ia
membalikkan badan berjalan tujuh langkah ke utara,
menutul lagi permukaan dinding batu dengan jari, lalu
berjalan balik ke samping Lim Han-kim. Katanya seraya
2129 menuding pohon kecil yang muncul di dinding tebing
karang itu: "Tolong geser pohon kecil itu."
"Apa susahnya..."juwab pemuda itu sambil melompat
ke depan dan membetot pohon kecil itu. Tapi begitu
tergenggam ia baru merasa bahwa keadaan tidak wajar,
Ternyata pohon kecil itu keras dan dinding seperti
terbuat dari besi baja. Belum sempat ia lepaskan
genggamannya, pohon besi itu sudah melesak masuk ke
balik dinding batu karang itu. Dari sisi pohon besi tadi
segera terbukalah sebuah pintu batu karang.
Tak tertahan lagi tubuh Lim Han-kim ikut terjatuh ke
balik pintu batu itu, Belum sempat ingatan kedua
melintas lewat, pintu batu itu kembali sudah tertutup
rapat Lim Han-kim segera berusaha menenangkan
pikirannya sambil periksa sekeliling tempat itu, Tampak
sebuah tangga batu menjorok turun ke sisi kanan, itulah
satu-satunya jalan yang tersedia, tiada pilihan lain. Tak
tahan pemuda itu menghela napas sedih, pikirnya: "Yaa
betul, tadi aku sudah menyebabkan ia jatuh terjerembab
tentu amarahnya belum mereda, sekarang ia berusaha
mengurungku dalam gua batu ini. Bagaimana pun toh
aku sudah kemari, kenapa tidak sekalian kuperiksa
isinya...?" Dengan menelusuri anak tangga batu, pemuda itu
berjalan terus turun ke bawah, setelah menuruni anak
tangga itu sampai ratusan kaki jauhnya, pemandangan
yang terbentang di depan mata tiba-tiba berubah,
Kilauan cahaya yang terang benderang memancar dari
2130 seluruh dinding, membuat pemuda itu merasa seolaholah
berada dalam istana bawah air.
setelah berusaha menenteramkan hatinya, baru Lim
Han-kim dapat melihat keadaan ruangan itu dengan
jelas. Ternyata saat ini dia berada dalam sebuah ruang
batu yang amat besar, sekeliling dinding terbuat dari
kaca yang tembus cahaya, sedangkan di balik dinding
kaca itu ternyata merupakan air jernih yang lengkap
dengan aneka jenis ikan yang berenang kian kemari.
Pelan-pelan Lim Han-kim melangkah masuk ke dalam
ruang batu itu, ia melihat sebuah pembaringan kayu
terletak di dinding sebelah barat perlengkapan
pembaringan itu sangat indah dan penuh sulaman, Di
dinding dekat pintu masuk terdapat dua buah jendela
batu yang terbentang lebar, angin segar berhembus
masuk dari sana, hanya saja tidak tampak cahaya
matahari. Mungkin letak ruang bawah tanah itu berliku-liku
sehingga hanya angin segar yang bisa berhembus
masuk. Pada dinding sebelah timur di mana terdapat dinding
kaca yang lebar, terletak sebuah meja lengkap dengan
segala peralatan tulis. Bagian belakang meja merupakan sebuah rak buku
yang dipenuhi dengan susunan kitab.
Lim Han-kim mencoba mengambil sejilid kitab yang
bersampul kulit kambing dan mencoba membalik isinya,
tapi tulisan yang ada dalam kitab itu melingkar seperti
lukisan tapi bukan tulisan, mirip huruf tapi lebih
menyerupai huruf aneh, walaupun pemuda itu mencoba
2131 untuk mengamati, tak sehuruf pun yang dapat
dipahaminya. BAB 11. Tidur seranjang Akhirnya ia letakkan kembali kitab tersebut ke atas
meja, pejamkan mata dan mulai berpikir: "Entah apa
maksudnya mengurungku dalam ruang bawah tanah ini"
Masa ia benar-benar begitu tega mengurungku di sini
hanya gara-gara aku menariknya sampai terjerembab"
Aaaai... kendatipun suasana dan pemandangan di tempat
ini sangat aneh, indah dan menarik tapi jelas bukan
tempat tinggal yang ideal bagi manusia, apalagi tidak
tersedia makan dan minum. Bagaimana orang bisa hidup
terus di sini?" sementara dia masih melamun, tiba-tiba kedengaran
suara langkah kaki manusia berjalan mendekat Ketika dia
palingkan kepala, terlihatlah Pek si-hiang dengan kepala
basah oleh keringat dan napas tersengal-sengal sedang
berjalan mendekat dengan berpegangan pada dinding
lorong. Begitu masuk ke dalam ruangan ia hembuskan napas
panjang seraya keluhnya: "oooh betul-betul melelahkan"
Buru-buru Lim Han-kim bangkit berdiri dan
menyongsong kedatangannya dengan langkah cepat.
Tidak memberi kesempatan kepada pemuda itu untuk
bicara, Pek si-hiang sudah ulurkan tangannya seraya
berseru: "Cepat bimbing aku naik ke pembaringan aku
2132 mau istirahat sebentar oooh... kakiku rasanya mau patah
saking capainya" Lim Han-kim menghampiri serta membimbing atau
lebih tepat dikatakan membopong gadis itu ke atas
pembaringan Bagaimana tidak. saking lelahnya Pek sihiang
sudah tak sanggup menyeret kakinya lagi saat itu.
Bisa jadi gadis itu memang sengaja berlagak begitu agar
ia bisa berbaring dalam pelukan sang pemuda dan
membiarkan dirinya dibopong,
setelah berbaring dan menyeka keringat dari jidatnya,
Pek si-hiang baru menegur sambil tertawa: "Kau sedang
mengumpatku bukan?" "Tidak" sahut sang pemuda tercengang,
"Aaaah, tak mungkin. Aku yakin kau pasti sedang
menyumpahi aku," kata Pek si-hiang sambil tertawa
lebar, " Kalau tidak. masa telingaku jadi panas dan gatal"
Biarpun tidak sampai terutarakan keluar, paling tidak di
hati kecilmu tentu sedang menyumpahi begini: "Huuuuh,
dasar perempuan berjiwa sempit gara-gara aku
menjerembabkan tubuhmu, kau sekarang balas dendam
dengan mengurungku di bawah tanah, Dasar pikiran
perempuan selalu picik Hmmm perempuan memang
menakutkan... betul kan?"
"Huuss... aku tak pernah pikir begitu" bantah sang
pemuda sambil tertawa. Pek si-hiang tidak membantah lagi, ia lemaskan dulu
otot kaki dan lengannya kemudian baru tanyanya lagi
sambil tertawa: "Bagaimana dengan kuburanku ini"
Bagus bukan?" 2133 "Apa" Ruangan ini adalah kuburan yang kau
persiapkan bagimu?" pemuda itu keheranan
"Kenapa" Bagus bukan" setelah mati, dari sini lewat
kaca pada dinding aku masih bisa melihat keadaan di
dunia luar." Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai...
seandainya kita ubah sedikit bentuk ruangan ini,
sesungguhnya akan terwujudlah sebuah tempat
kediaman yang amat bagus, Nona jikalau kau sudah
bosan dengan segala keramaian dunia, apa salahnya kau
bila sebuah tempat kediaman yang ideal di bawah tanah
serta menikmati hidupmu di sini dengan tenang dan
penuh damai, kenapa kau bersikeras harus mencari
mati?" "Tahukah kau, apabila aku hidup terus maka banyak
kejadian luar biasa yang akan menimpa umat persilatan.
Aku bisa sangat merugikan mereka..."
"Maksudmu seebun Giok-hiong membikin ulah?" tukas
Lim Han-kim. "Bukan" Pek si-hiang menggeleng. "semua tabib
kenamaan telah kusambangi, semua kitab suci sudah
kubaca habis, bahkan kitab pengobatan macam apa pun
telah kupelajari tapi tak satu pun yang bisa dipakai untuk
mengobati penyakitku ini, orang bilang Buddha
menyelamatkan orang yang berjodoh, obat
menyelamatkan orang yang sakit, sayang aku Pek sihiang
tak punya jodoh dengan Buddha dan tidak
menemukan obat mestika yang bisa selamatkan jiwaku. .
. " 2134 "Aku pernah dengar di dunia ini terdapat sejenis jamur
berusia seribu tahun yang mujarab untuk
menyembuhkan pelbagai penyakit, betulkah ada benda
seperti itu?" "Yaa, benda mestika tersebut memang betul-betul
ada, cuma obat mujarab itu tidak diketahui tumbuh di
mana dan kapan tumbuhnya sehingga mustahil buat kita
untuk menemukannya dalam sesaat, sedangkan
sebenarnya obat-obat macam begitu tak berkhasiat apaapa
terhadap penyakitku."
Mendengar itu, Lim Han-kim berpikir di dalam hati:
"Han-gwat pernah berdaya upaya mencuri pil jinsom
berusia seribu tahun milikku, Bukankah pil itu juga
bermaksud untuk mengobati penyakitmu" "
Meski begitu, ia berkata laini " Nona pintar dan
berpengetahuan luas, aku percaya kau tentu sudah
mengetahui cara untuk mengobati penyakit tersebut."
"Kau pernah menyaksikan ilmu tusukan jarum emasku
bukan?" "Yaa, pernah kulihat, ilmu tersebut memang betulbetul
luar biasa" "Meskipun khasiatnya luar biasa, sebenarnya cara
yang digunakan amat sederhana," ucap Pek si-hiang
sambil tertawa, "Kalau boleh dicari bagian yang sulit,
maka kesulitan utama adalah harus menguasai letak
ketiga ratus enam puluh empat buah jalan darah penting
di tubuh manusia. Jalan-jalan darah itu ada yang
termasuk dalam jalur nadi Jin-meh tapi ada yang masuk
dalam jalur nadi Tok meh.
2135 selain itu dalam tubuh manusia terdapat empat belas
jalur nadi, delapan nadi yang di luar garis serta banyak
jalan darah aneh lainnya, Padahal setiap nadi, setiap urat
memiliki khasiat serta kegunaan yang berbeda. Asal kita
dapat menghapalkan semua letak, khasiat serta
kegunaan dari nadi-nadi penting tersebut kemudian
tusukan jarum kita tepat pada posisinya, segala
sesuatunya akan berjalan sederhana sekali."
"Yaaa, kalau dibicarakan sih tampaknya gampang,
padahal kalau sudah dilaksanakan susahnya bukan
kepalang." Kembali Pek si-hiang menghela napas panjang,
"Aaaaai, ketika kusadari bahwa tubuhku mengidap
penyakit aneh, mula pertama aku berusaha dulu lewat
kitab-kitab pengobatan dengan maksud mencari cara
yang paling tepat untuk mengobati penyakit itu.
Gara-gara penyakit ini, orang tuaku pun ikut bersusah
payah mengarungi seluruh jagad untuk mencari tabib
kenamaan serta obat mestika lainnya yang mungkin bisa
digunakan untuk mengobati penyakitku. Kasihan mereka,
meski sudah banyak tahun mengembara namun hasilnya
tetap nihil, sebaliknya obat-obat mestika yang tercantum
dalam kitab pengobatan termasuk barang langka yang
susah ditemukan ini berarti jika kita gantungkan harapan
kita pada obat-obatan yang tercantum dalam kitab, maka
kita harus mengobrak-abrik seluruh jagad lebih dulu ..."
"Apakah dari catatan kitab pengobatan itu nona
berhasil menemukan sistem pengobatan yang paling
jitu?" potong Lim Han-kim cepat.
2136 "Sebagian besar sistem yang tercantum dalam kitab
pengobatan itu tergantung pada kemujaraban obat
langka, jadi sesungguhnya kitab itu tak berguna sama
sekali bagiku." "seterusnya?" "Karena tak berhasil menjumpai sistem pengobatan
yang jitu dari kitab pengobatan, aku pun mulai
menelusuri kitab-kitab ilmu mengatur napas, Aku butuh
waktu tiga tahun untuk membaca habis semua kitab
pusaka tersebut tapi usahaku menemukan sistem
pengobatan yang jitu belum berhasil juga ..."
sambil tertawa jengah ia menghembuskan napas
panjang, kemudian melanjutkan "waktu itu aku takut
mati, sebab orang yang sudah mati tak bakal bisa
melihat apa yang ingin dilihat, mendengar apa yang ingin
didengar dan merasakan apa yang ingin dirasakanjadi
aku menaruh rasa takut dan ngeri yang luar biasa
terhadap kematian. setiap kali aku gagal menemukan
sistem pengobatan yang jitu, entah berapa banyak air
mata bercucuran membasahi pipiku, Namun setiap kali
berhadapan dengan orang tuaku, aku selalu bersikap
seakan-akan tak takut mati, aku selalu berusaha
mengulumkan senyum ketenangan-"
"Aaaah, tak heran nona menguasai pelbagai macam
ilmu silat dan ilmu pengobatan, rupanya begitulah proses
terjadinya," sela Lim Han-kim sambil manggut-manggut.
sementara dalam hati kecilnya berpikir "Darimana dia
bisa peroleh begitu banyak kitab pusaka ilmu silat dan
ilmu pengobatan?" 2137 Terdengar Pek si-hiang berkata lebih jauh setelah
menghela napas panjang: "Akhirnya aku mengambil
kitab-kitab rahasia aliran sesat untuk memperluas
wawasan pengetahuanku Dari pelbagai aliran sesat inilah


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku berhasil menjumpai sebuah cara."
"Apa cara itu?"
"sebuah cara yang amat keji dan mengerikan cara
tersebut termasuk juga sejenis ilmu silat yang luar biasa,
berasal dari satu sumber dengan ilmu hipnotis yang
dipelajari Seebun Giok-hiong. Malahan menurut
perasaanku ilmu tersebut masih setingkat lebih hebat
daripada ilmu hipnotis."
"Kalau begitu aneh sekali, Kalau toh kau sudah
mengetahui cara untuk menyembuhkan penyakit
tersebut, kenapa kau sebut juga cara yang keji dan
mengerikan?" "Untuk mengobati penyakitku ini aku harus
mengorbankan banyak sekali nyawa manusia tidakkah
cara ini keji dan mengerikan?"
"Oooh, rupanya begitu," Lim Han-kim
menghembuskan napas panjang.
"Dalam kitab itu dengan jelas diterangkan, apabila
cara ini cocok dengan penyakit yang kuderita, maka
hasilnya akan luar biasa, Dalam tujuh hari dijanjikan
semua penyakit yang kuderita dapat disembuhkan
sebaliknya kalau penggunaannya salah, maka dengan
sia-sia akan terkorban banyak sekali nyawa manusia."
2138 "Dengan kepandaian serta kecerdasan nona, masa tak
bisa membedakan mana cara yang benar dan mana
tidak?" "Menurut catatan dalam kitab pusaka itu, dijelaskan
penyakit aneh yang kuderita ini bernama "Sam-im-coatmeh",
jadi aku pikir tak bakal salah, Malah dalam kitab
itu disebutkan juga untuk orang yang menderita penyakit
Sam-im-coat-meh tentang ilmu silat jenis apa yang paling
cocok dilatih. Yang lebih hebat lagi, selain menyembuhkan penyakit
orang itu pun bisa memperoleh ilmu silat yang maha
dahsyat Begitu penyakitnya sembuh, ilmu silat yang
dipelajari pun sudah mencapai tingkat kesempurnaan."
"Waaah... rasanya belum pernah kudengar kejadian
seperti ini." Pek si-hiang tertawa manis. "Hanya kelemahannya
ialah orang itu bakal kecanduan dan tak bisa lepaskan
diri dari latihan, setiap orang yang melatih kepandaian
itu, asal sudah peroleh sedikit dasar, maka dia harus
melatihnya terus, selama hidup, sepanjang masa ia tak
bisa menghentikan latihannya dengan begitu saja."
"Kenapa?" "Kalau bukan begitu, masa ilmu tersebut masuk dalam
aliran ilmu hitam yang sesat?"
Lim Han-kim dapat merasakan bahwa gadis yang
nampaknya lemah penuh penyakitan ini sesungguhnya
memiliki pengetahuan yang luasnya bagaikan samudra.
Bila dapat berkumpul dengannya maka pengetahuan
yang diperolehnya seakan-akan tak bakal habis
2139 sepanjang masa, setiap ucapannya mengandung makna
yang luar biasa. Maka tak tahan iapun bertanya:
"Dapatkah nona menerangkan lebih terperinci?"
"Baiklah, ada baiknya juga kujelaskan agar
pengetahuamu ikut bertambah. Semua yang kujelaskan
tadi sesungguhnya berasal dari sebuah kitab yang
disebut Klu-mo-hian-kang-liok, ilmu sakti sembilan
iblis..." "Kitab pusaka ilmu sakti sembilan iblis?"
"Ehmmm, cukup mengerikan bukan " Satu iblis saja
sudah menggetarkan sukma, apalagi sembilan iblis
sekaligus." "Rasa-rasanya belum pernah kudengar kalau di dalam
dunia persilatan terdapat ilmu silat macam itu."
"Menurut penjelasan dalam kitab sembilan iblis itu,
kitab pusaka tersebut merupakan hasil karya sembilan
orang, Masing-masing mencatat sejenis ilmu sakti yang
kemudian di-gabung menjadi satu, oleh sebab itulah
kitab itu dinamakan kitab pusaka ilmu sakti sembilan
iblis. Bila seseorang mulai berlatih mengikuti catatan dalam
kitab itu maka selama hidup ia tak bisa berhenti berlatih,
sebab ilmu silat itu aneh dan sakti, Kemajuan yang
dicapai luar biasa cepatnya, daya perusak yang
dihasilkan pun luar biasa, Watak orang yang berlatih
akan semakin berangasan dan kasar, ia akan kecanduan,
tak dapat berhenti berlatih, sekali berhenti maka dia akan
mengalami jalan api menuju neraka. coba bayangkan,
haruskah aku melatih ilmu semacam ini?"
2140 Lim Han-kim menghela napas panjang " Aaaai...
ternyata dalam jagad ada juga kejadian macam begini,
betul-betul di luar akal sehat"
"Justru itulah aku selalu ragu untuk mengambil
keputusan, aku tak tahu haruskah ilmu sakti sembilan
iblis itu kulatih demi menyembuhkan penyakitku?"
"Ehmmmm, kalau memang begitu kejadiannya, aku
rasa memang susah untuk diputuskan"
"Aaaai... sulitnya justru tak bisa diperoleh jalan keluar
yang terbaik." "selain melatih ilmu silat yang tercantum dalam kitab
sembilan iblis, apakah di dunia ini betul-betul tiada cara
lain?" "Menurut pengetahuanku, rasanya di dunia saat ini
memang sudah tiada cara lain lagi."
"Sekalipun hasilnya mengerikan toh nona tak bisa
mengorbankan nyawa dengan begitu saja, apalagi situasi
dalam dunia persilatan saat ini sedang kalut. Begitu nona
mati, seebun Giok-hiong si iblis perempuan itu pasti akan
merajalela dengan perbuatan biadabnya. Banyak orang
akan menjadi korban, di dunia tak ada orang yang
mampu menghentikan kebetulannya lagi, lalu ...
Haruskah kita biarkan dunia persilatan dilanda badai dan
musibah besar ini?" "Meski begitu, akupun tak tega menyaksikan ada
banyak nyawa yang berkorban gara-gara ulahku."
"Apabila pengorbananku dapat selamatkan nona dari
kematian, biar harus mati pun aku rela," kata Lim Hankim
cepat 2141 "Ucapan Lim siangkong terlalu serius," ucap Pek sihiang
dengan wajah berseri "sekalipun pengorbananmu
bisa selamatkan aku dari jurang kematian, kau kira aku
tega membiarkan Lim siangkong gentayangan seorang
diri di alam baka sebagai setan?"
"Aaaai... aku jadi gelisah dan tak tenang..." keluh Lim
Han-kim dengan wajah cemas.
"siapa bilang aku tak gelisah dan merasa tenang?"
"Pokoknya nona tak boleh mati..." tukas Lim Han-kim
dengan wajah murung. "sayang aku tak bisa terhindar dari kematian itu..."
" KaLau begitu kita harus pancing seebun Giok-hiong
masuk jebakan lalu berusaha membunuhnya . "
"Apa pendapat Lim siangkong?"
"Menurut pendapatku, pesanggrahan pengubur bunga
ini dibangun dengan alat rahasia yang berlapis-lapis,
lagipula untuk masuk sampai di sini harus melewati jalan
air. Aku percaya nona tentu sudah menyiapkan alat
rahasia di dalam air seputar pesanggrahan ini bukan"
Besok, sebelum seebun Giok-hiong sampai di sini, kita
gerakkan semua alat rahasia yang terpasang, Aku
percaya dengan gebrakan yang tak terduga ini, kita bisa
membinasakan dirinya."
"Apa tidak terlalu sayang tempat kubur yang telah
kusiapkan bertahun-tahun untuk kupakai, pada akhirnya
harus diserahkan kepadanya sebagai tempat kubur dia?"
"Jika seebun Giok-hiong sudah mati, nona juga bisa
berlega hati untuk selamanya ..."
2142 Pek si-hiang tertawa hambar "Selama maut belum
menjemputku, setiap saat aku masih bisa berubah
pikiran..." Kemudian sambil meluruskan lengannya yang
kaku, dia menambahkan "Aku merasa lelah benar dan
ingin tidur sebentar, jangan ajak aku berbicara lagi."
seusai berkata, ia betul-betul pejamkan matanya.
Nona ini memang luar biasa, begitu berniat tidur dia
langsung tidur, dalam waktu singkat gadis itu sudah
berada dalam alam mimpi seraya gelengkan kepalanya
berulang kali Lim Han-kim bangkit berdiri dan mengambil
sejilid buku lagi dan rak buku.
Ternyata huruf dalam kitab itu pun aneh bentuk dan
gayanya, tak satu tulisan pun yang dapat dipahaminya.
satu ingatan segera melintas dalam benaknya, pikirnya:
"Bila kitab ini bukan berisikan tulisan yang aneh
bentuknya dan susah dipahami maksudnya, Pek si-hiang
tak mungkin akan menyimpannya dengan begitu saja.
sayang aku tak mengerti apa maksud tulisan tersebut..."
Berpikir begitu, kembali dia mengambil kitab yang lain.
Kitab dengan sampul depan terbubgkus kain sutera
kuning ini ternyata berhuruf biasa, terbaca olehnya judul
kitab tersebut: RAHASIA ILMU TUTUP MULUT.
"Aneh betul judul kitab ini," pikir Lim Han-kim
kemudian dengan perasaan tercengang, "Masa ada judul
kitab seaneh ini. hmmm, aku harus tengok isinya ..."
Ketika halaman pertama dibalik, maka terbacalah
beberapa huruf besar yang berwarna merah: "siasat
ketiga puluh tujuh."
Kontan saja Lim Han-kim tertawa geli, kembali
pikirnya: "Yang kuketahui, di dunia ini cuma ada tiga
2143 puluh enam siasat, masa isi halaman pertama kitab ini
sudah menyalahi aturan, Aku harus periksa apa yang
dimaksud siasat ketiga puluh tujuh itu."
Ketika menelusuri lebih jauh, terbaca olehnya isi yang
berbunyi begini: "siasat ketiga puluh tujuh: Tipu diri
sendiri lebih dulu sebelum menipu orang lain."
"Bagus" pekik Lim Han-kim dalam hati, "Ternyata isi
kitab ini memang luar biasa dan lain daripada yang lain
..." ia pun membaca lebih jauh: "Bila menipu orang tanpa
menipu diri sendiri lebih dulu, usaha untuk mengelabui
jagad pasti akan gagal total dan akhirnya terbongkar Bila
menipu diri tanpa menipu orang lain, akhirnya diri sendiri
yang bakal sengsara, Cara yang terbaik adalah tipulah
diri sendiri lebih dulu baru kemudian menipu orang lain,
tipuanmu pasti sempurna dan mustahil terbongkar itulah
yang disebut orang pintar sebetulnya bodoh^"
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang, kembali
pikirnya: "Sepanjang hari Pek si-hiang hanya membaca
kitab yang aneh dan di luar aturan manusia, tak heran
jika tingkah laku serta perbuatannya sangat aneh dan
susah diramalkan ..."
Baru saja dia hendak membaca lebih jauh, tiba-tiba
terdengar suara tangisan yang sedih bergema memenuhi
ruangan itu Dengan perasaan terkejut ia segera
berpaling. Tampak Pek si-hiang sedang menangis ter-sedu-sedu
meski orangnya masih berada dalam keadaan tertidur,
agaknya ia sedang memimpikan sesuatu kejadian yang
memilukan hati, Mendadak satu ingatan melintas lewat,
2144 pikirnya: "Aku telah mencuri lihat isi kitabnya, bila ia
bangun dan memakiku, kejadian ini pasti memalukan
sekali..." sementara itu isak tangis Pek si-hiang semakin
bertambah keras, bahkan seluruh tubuhnya ikut gemetar
keras, Lim Han-kim jadi gugup dan kelab akan, buruburu
teriaknya cemas: "Nona Pek... Nona Pek...^
Mendadak Pek si-hiang melompat bangun dari
tidurnya, menubruk ke dalam pelukan Lim Han-kim lalu
menangis tersedu-sedu, Kini ia sudah bangun dari
tidurnya, pikirannya mulai jernih hingga suara
tangisannya kedengaran lebih sedih, lebih memedihkan
hati ketimbang tangisannya sewaktu masih bermimpi
tadi. Lim Han-kim ingin sekali menghibur dan membujuknya
dengan beberapa patah kata, tapi melihat gadis itu
menangis makin sedih, pemuda kita jadi gelagapan dan
untuk beberapa saat lamanya tak sanggup mengucapkan
sepatah kata pun. Agaknya Pek si-hiang telah meluapkan semua
perasaan sedih, murung dan masgul yang mengganjal
dadanya selama ini dalam tangisan tersebut, karena itu
isak tangisnya makin lama semakin keras dan memilukan
hati sehingga siapa pun yang ikut mendengar akan turut
sedih dan murung. Lim Han-kim kemudian menyapa setelah berhasil
menenangkan pikirannya: "Nona Pek, bila kau ada
masalah yang memedihkan hati, utarakan saja keluar.
Mungkin dengan mengatakannya kepadaku, kemurungan
di hatimu akan berkurang ingat nona, badanmu lemah
2145 dan sedang sakit, kau tak boleh menahan derita dan
siksaan seperti ini."
Pek si-hiang angkat kepalanya sambil menyeka air
mata yang membasahi pipinya, lalu katanya: "Barusan
aku mendapat sebuah mimpi yang amat buruk."
" Kukira ada kejadian besar apa, rupanya cuma
bermimpi..." batin Lim Han-kim, tapi di luarnya ia berkata
sambil tertawa: " Kejadian dalam mimpi tak boleh kau
tanggapi secara serius, nona, Kau cerdik dan
berpengetahuan luas, tentunya kau tahu bukan mimpi
hanya bunga tidur, kenapa mesti kau tanggapi?"
"Tapi impianku ini beda jauh dengan impiian biasa."
"Bagaimana bedanya?"
"Apa yang kuimpikan justru merupakan masalah yang


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi beban pikiranku selama ini"
"Kalau kau memikirkan sesuatu di siang hari,
kemudian muncul dalam impian di malam hari, itu berarti
kau memang betul-betul sedang bermimpi."
Pek si-hiang menggeliat manja dalam pelukan Lim
Han-kim, lalu berkata sedih: "Apa yang kujumpai dalam
impian justru merupakan jalan yang telah kuputuskan
hendak kutempuh" Mendengar itu, sekali lagi Lim Han-kim berpikir:
"Bagaimana pun tangguhnya nona Pek, ia tetap seorang
gadis, Hari ini aku baru tahu, rupanya betapa pun
hebatnya seorang wanita dalam dunia persilatan,
nyalinya tetap kecil, Baru bermimpi saja sudah ketakutan
seperti ini..." 2146 secara tiba-tiba saja ia berpendapat bahwa sebagai
seorang lelaki, bagaimana pun juga ternyata ia jauh lebih
kuat dan tangguh ketimbang kaum wanita, tak terasa ia
segera busungkan dada seraya berkata: "Bersediakah
nona menceritakan impianmu itu" Mungkin kau bisa
membantumu untuk melenyapkan semua kemurungan
dan rasa takut itu."
Dengan air mata masih membasahi matanya tiba-tiba
Pek si-hiang tersenyum, ditinjunya dada Lim Han-kim
keras-keras lalu serunya manja: "Kau memang kuat
sekali..." "sebagai seorang lelaki sejati, biarpun menghadapi
masalah pedih yang memilukan hati pun aku tak bakal
menangis tersedu-sedu"
Dalam kondisi Pek si-hiang yang begitu lemah,
kendatipun ia tinju dada pemuda itu keras-keras, namun
Lim Han-kim tidak merasakan sedikit pun, sebaliknya
malah gadis itu yang merasakan tangannya amat sakit.
setelah membetulkan rambutnya yang kusut, kembali
nona itu berkata: "Dalam mimpiku tadi aku melihat
seebun Giok-hiong memakai pakaian pengantin sedang
mengadakan upacara perkawinan denganmu, sedang aku
hanya berbaring saja dalam keadaan sekarat."
"Kau memang suka memikirkan hal yang bukan-bukan
..." Tidak. aku sungguh-sungguh, Aku melihat seebun
Giok-hiong memakai baju pengantin dengan wajah
berseri-seri, sekejappun tidak melirik kepadaku, Aaaai...
aku sudah hampir mati, tapi ia masih bersikap begitu
kepadaku, aku jadi jengkel dan mendongkol Dalam
2147 sakitnya aku meronta untuk bangun, tubuhku sangat
lemah hingga berdiri pun tak sanggup. Aku jatuh
terjerembab di atas tanah ..."
"Kau tak boleh anggap kejadian dalam mimpi sebagai
kejadian sungguhan," hibur Lim Han-kim.
"Walaupun aku sedang bermimpi tapi apa bedanya
dengan kejadian nyata yang sedang kuhadapi sekarang?"
"Ehmm, betul juga ucapan ini," pikir Lim Han-kim.
"Kejadian yang dialaminya sekarang memang tak
berbeda jauh dengan mimpinya."
Kedengaran Pek si-hiang berkata lebih jauh: "Aku lihat
kalian berdua amat gembira, wajah kalian berseri dan
penuh senyuman, sedang aku tergeletak rapuh di atas
tanah, Tak seorang tamu pun yang memandangku meski
di situ banyak orang, bahkan siok-bwee serta Hiangkiokpun
tidak perdulikan aku lagi, mereka hanya sibuk
meramaikan perkawinan kalian, Aaaai... hubungan cinta
kasih antara majikan dan pembantu yang terbina sekian
banyak tahun, ternyata harus berakhir dengan begitu
saja." "Kau jangan berpikir yang bukan-bukan," sela Lim
Bu Kek Kang Sinkang 4 Jago Kelana Karya Tjan I D Pendekar Cacad 13
^