Pencarian

Pedang Keadilan 25

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 25


Han-kim dengan kening berkerut "siok-bwee serta Hiangkiok
amat menyayangimu, perhatian mereka terhadapmu
luar biasa, mana mungkin akan menghianatimu?"
"Yaa, sekarang sih aku masih hidup. Coba bila aku
sudah mati nanti, aku toh tak akan tahu bagaimana sikap
kalian terhadapku" Bicara sampai di sini tiba-tiba
wajahnya berubah serius, terusnya: "oleh sebab itu
sekarang aku tak ingin mati, aku tak mau menyaksikan
kau kawin dengan seebun Giok-hiong ..."
2148 "Kalau begitu kau mesti mempelajari ilmu silat dari
sembilan iblis" pikir Lim Han-kim.
sementara itu Pek si-hiang telah berkata lagi sesudah
menghela napas panjang: "seebun Giok-hiong liar dan
susah dibujuk. lagipula ia pintar dan banyak akalnya,
Apabila dia sampai tahu kalau aku tak pandai bersilat
bisa jadi dia akan segera turun tangan membunuhku
jikalau ia betul-betul sampai turun tangan, tenaga
gabungan kau bersama siok-bwee dan Hiang-kiok masih
tetap bukan tandingannya, kalian jangan harap bisa
hidup tenang di dunia ini..."
"Apakah nona sudah menemukan cara untuk
menaklukkan dia?" "Asal aku masih hidup, jangan harap seebun Giokhiong
bisa bertindak apa-apa terhadap kalian"
"Kalau toh nona memiliki cara untuk menaklukkan iblis
tersebut, kenapa kau tidak berusaha untuk
membunuhnya dan melenyapkan bibit bencana bagi
umat persilatan?" Pek si-hiang segera tertawa, "Jika seseorang didesak
hingga terpojok dan merasa jiwanya terancam, ia pasti
akan nekat dan mempertaruhkan nyawanya untuk
melawan, coba bayangkan sendiri, seandainya ia sampai
nekat melancarkan serangan, bukankah semua rahasia
kita bakal terbongkar?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai...
bagaimana punjuga aku tetap berpendapat bahwa cara
ini terlalu berbahaya Kenapa kita tidak membuat
persiapan sejak dini sehingga bilamana ia sampai nekat
2149 melancarkan serangan, kita pun bisa menghadapinya
secara sempurna." Dalam hati kecilnya ia sadar bahwa kondisi tubuh Pek
si-hiang sangat lemah dan lagi penyakitan setiap saat
jiwanya bisa melayang, Bilamana Pek si-hiang sampai
mati, sudah bisa dipastikan seebun Giok-hiong akan
menciptakan badai pembunuhan yang paling keji dalam
dunia persilatan Dengan watak seebun Giok-hiong yang begitu kejam
dan dingin, ia tak akan membincangkan soal perasaan
dengan siapa pun, begitu emosinya meluap. korban tentu
akan berjatuhan Selain daripada itu, pemuda ini pun menaruh rasa
dendam terhadap seebun Giok-hiong dan berniat
membinasakan gadis tersebut lantaran wajahnya dirusak.
Ia berpendapat dengan tindakan itu bukan saja dendam
kesumatnya bisa dibalas, bahkan ia dapat selamatkan
begitu banyak jiwa umat persilatan dari bencana
kematian ini berarti, biarpun jiwanya harus berkorban
nama harumnya akan tetap dikenang orang sepanjang
masa. Lim Han-kim sangat sadar dengan kemampuan silat
yang dimilikinya sekarang Meskipun ia berlatih sepuluh
tahun lagi, ia masih belum mampu menandingi
kepandaian silat seebun Giok-hiong. satu-satunya
kesempatan baginya hanyalah memanfaatkan
kemampuan Pek si-hiang untuk menyingkirkan gadis
tersebut Terdengar Pek Si-hiang berkata lembut: "Sekarang
aku baru tahu, ternyata kau begitu benci dan dendam
2150 kepadanya, bahkan setiap detik berniat menghabisi
nyawanya, Aaaai... seandainya seebun Giok-hiong tidak
merusak wajahmu, begitu bencikah kau terhadapnya?"
Baru saja Lim Han-kim hendak menjawab, tiba-tiba
terdengar suara ketukan lirih bergema dari dinding
ruangan. Meskipun suara itu tak terlampau keras tapi
kedengaran amat jelas, lagipula ketukan itu mempunyai
irama nada yang beraturan,
Dengan perasaan gugup bercampur tegang Lim Hankim
berpaling, dilihatnya Pek si-hiang sedang
mendengarkan irama ketukan itu dengan seksama,
wajahnya sedikit pun tidak menampilkan perasaan
tegang, Lebih kurang seperminum teh kemudian baru
suara ketukan itu berhenti bergema.
sambil menoleh Lim Han-kim sekejap. kata Pek sihiang
seraya tersenyum: "seebun Giok-hiong dengan
membawa serombongan anak buahnya telah tiba di sini,
perahunya sedang berkeliaran di seputar bukit".
"Dari mana nona bisa tahu?"
"Masa kau tidak mendengar suara ketukan pada
dinding tadi?" "Dengar" "itulah sistim penyampaian berita yang kuciptakan,
ruang bawah tanah ini khusus kubangun untuk
mengubur jenasahku selain kau, tak pernah ada orang
ketiga yang pernah sampai di sini, bahkan siok-bwee
serta Hiang- kiok yang bersamaku sejak kecil pun belum
pernah menginjakkan kakinya di sini, Ada kalanya aku
2151 membaca buku di sini sampai berapa hari lamanya tanpa
melangkah keluar dari pintu, Mereka pun tak berani
mencari aku ke dalam ruang ini, meskipun ada urusan
harus disampaikan kepadaku, maka aku pun
menciptakan sistim penyampaian berita seperti ini. Mulamula
kubuatkan sebuah alat rahasia dulu di luar lorong
rahasia, Asal mereka mengetuk dinding bukit maka suara
itu akan bergema sampai di sini dan aku yang berada di
dalam pun dapat mengetahui apa yang telah terjadi."
"Rupanya begitu, tapi bagaimana cara nona untuk
menjawab?" "Tidak perlu dijawab, cukup asal mereka laporkan apa
yang terjadi kepadaku. Bila kuanggap masalahnya
penting dan serius, secara otomatis aku akan muncul
sendiri untuk menyelesaikan masalah itu."
"Kini seebun Giok-hiong telah muncul dengan
membawa kawanan jagonya, kau anggap persoalan ini
serius atau tidak?" "Bila perahunya langsung ditujukan kemari, tentu saja
urusan jadi serius, tapi kalau cuma mondar-mandir tanpa
membuat keputusan, kuanggap bukan suatu masalah
besar." "Aaaai... nona menderita penyakit aneh, sedang wajah
ku pun telah dirusak orang, sehingga sejak saat ini tiada
orang di dunia yang mengenali diriku lagi, Biar harus
mati juga tak masalah, tapi siok-bwee dan Hiang- kiok
masih muda, terlalu sayang kalau mesti mati muda."
Pek Si-hiang tertawa. "Nasib mereka sudah pernah
kuhitung, Kedua orang itu punya nasib panjang umur,
paling tidak mereka bisa hidup sampai tujuh-delapan
2152 puluh tahunan, kenapa sih kau menyumpahi mereka agar
cepat mati?" "Siasat benteng kosong yang pernah diterapkan Cukat
Khong Beng untuk memukul mundur musuh hanya
pernah digunakan orang pintar itu satu kali seumur
hidupnya, sedang nona saban kali harus nyerempet
bahaya untuk meloloskan diri dari cengkeraman seebun
Giok-hiong. Aku rasa ini terlalu riskan, apalagi ia muncul
dengan membawa kawanan jago lihaynya, bisa jadi ia
sudah menaruh curiga kepadamu."
"Ehmmmm, tak nyana otakmu encer juga. Kalau
begitu aku perlu mohon petunjukmu"
"Menurut pendapatku, lebih baik nona persiapkan
suatu siasat untuk membunuhnya. Kalau bisa,
membunuhnya dalam satu gebrakan atau paling tidak
kita harus berhasil memunahkan seluruh ilmu silatnya"
"Keji amat hatimu" keluh Pek si-hiang sambil
menghembuskan napas panjang, "Dari-pada
memunahkan seluruh ilmu silatnya, lebih baik habisi saja
nyawanya" "Bila ia belum terbunuh, setiap saat setiap detik besar
kemungkinan kitalah yang menjadi korbannya"
"Kau serius hendak membunuhnya?" tegas Pek sihiang
sambil membelalakkan matanya.
"Tentu saja serius"
"Kau tidak menyesal" satu orang hanya bisa mati
sekali, begitu nyawanya melayang maka selamanya tak
mungkin bisa dihidupkan kembali".
2153 "Membunuh seebun Giok-hiong berarti melenyapkan
bibit bencana bagi umat persilatan ini tindakan seorang
ksatria, tindakan yang sangat terpuji, kenapa mesti
kusesalkan?" "Bila kuberitahukan satu hal kepadamu, kau tentu tak
berniat membunuhnya lagi."
"Jangankan satu hal, seratus seribu masalah pun aku
tetap bertekad ingin membunuhnya"
Lama sekali Pek Si-hiang termenung, akhirnya sambil
menghela napas panjang katanya: "Tampaknya lebih
baik tidak kukatakan "
Waktu itu, seluruh pikiran dan perhatian Lim Han-kim
hanya tercurahkan pada bagaimana cara membunuh
seebun Giok-hiong, sedang masalah yang lain ia tak
berminat memperhatikannya, karena itu ujamya: "Kini
waktu sudah amat mendesak, lebih baik nona mencari
akal dulu untuk menghadapi seebun Giok-hiong Masalah
yang lain dibicarakan kemudian hari saja"
Pek si-hiang mengernyitkan alis matanya, tiba-tiba ia
bergumam: "Daripada kau membenciku di kemudian
hari, lebih baik kujelaskan saja sekarang"
"soal apa sih" Katakanlah" ujar Lim Han-kim kemudian
setelah melihat keseriusan gadis itu.
"Sebetulnya seebun Giok-hiong belum merusak
wajahmu." Lim Han-kim meraba wajahnya yang penuh codet itu
tanpa sadar, tapi kemudian ia tertawa terbahak-bahak.
"Apa yang kau tertawakan?" tegur Pek Si-hiang,
2154 "Aku melihat dengan mata kepala sendiri, mengalami
dengan pikiran jernih lagipula bekas bacokan masih
berbekas di wajahku sekarang, apakah semua bukti ini
belum cukup?" "Aaaai... aku bicara sejujurnya," kata Pek si-hiang
sambil menghela napas, "sebetulnya ia cuma
melumurkan bahan obat-obatan di atas wajahmu,
kemudian menotok berapa buah jalan darahmu agar
pikiranmu agak kabur. Dalam keadaan begini pikiran,
perasaan dan tubuhmu akan terasa seolah-olah kulit
badanmu sedang diiris."
"Apa betul?" Lim Han-kim mencoba meraba bekas
bacokan yang menghiasi wajahnya, "Bila tak percaya,
kau bisa membuktikannya sekarang"
"Bagaimana cara pembuktiannya" Aku sudah mencoba
mencucinya berapa kali tapi bekas bacokan di wajahku
tak pernah berubah."
"Kalau bisa dicuci dengan air, jangan lagi untuk
menipu Li Tiong-hui, untuk membohongi dirimu pun tak
mampu." "Lalu bagaimana caranya untuk membuktikan?"
"obat-obatan yang dilumurkan seebun Giok-hiong di
atas wajahmu itu diramu secara khusus, jadi untuk
membersihkannya pun harus menggunakan cairan
khusus hasil ramuannya juga."
"Waaah... kalau begitu percuma saja," pikir Lim Hankim.
"selama seebun Giok-hiong enggan menyerahkan
cairan pencuci itu kepadaku, wajahku toh akan tetap
jelek ..." 2155 Pada saat itu Pek si-hiang sudah bangkit berdiri,
membenahi rambutnya yang kusut dan ujarnya lagi:
"sekarang, apakah kau masih berniat membunuhnya?"
"Tentu saja" "Nah nada suaramu sudah berubah, sudah tidak
setegas tadi lagi..."
Mendadak suara ketukan pada dinding ruangan
kembali bergema, kali ini ketukan itu berbunyi belasan
kali kemudian berhenti "Apa lagi yang dia katakan?"
buru-buru Lim Han- kim bertanya,
"seebun Giok-hiong telah menggerakkan perahunya
meninggalkan pesanggrahan pengubur bunga."
"sekarang sudah jam berapa?"
"Mungkin sudah waktu lohor mendekati magrib, atau
mungkin juga lebih malam lagi".
"Mari kita keluar"
"Ke mana?" "Keluar dari ruangan ini"
"Tidak, malam ini aku tak ingin meninggalkan tempat
ini" "Lalu bagaimana dengan aku?"
"Kau temani aku di sini"
"Tapi di sini cuma ada sebuah pembaringan lagi pula
lelaki dan perempuan bukan suami istri sah tak baik
berada dalam satu kamar semalaman Aku takut ada
orang akan berbicara yang bukan-bukan."
2156 "Seorang ksatria sejati tak akan takut dengan ruangan
gelap. Bila kau anggap dirimu seorang ksatria, kenapa


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mesti takut berada seruangan dengan aku?"
Lim Han-kim mendeham berulang kali dan merasa tak
mampu menjawab lagi, maka dia mundur ke sudut
ruangan dan duduk bersila di situ.
sambil membetulkan seprei dan menarik selimut
kembali Pek si-hiang berkata: "Lim Han-kim, aku mau
tidur." "Silakan beristirahat nona, biar aku duduk bersila
semalaman di sini." "Bila aku tidak meninggalkan ruangan ini, kaupun tak
akan kubiarkan pergi dari sini, Masa dalam sepuluh hari
sepuluh malam kau akan duduk terus di sudut ruangan?"
goda si nona sambil tertawa.
"Kalau soal itu ... kalau soal itu ..."
Biarpun tenaga dalam yang dimilikinya cukup
sempurna, tapi kalau betul-betul mesti duduk bersila
selama sepuluh hari sepuluh malam, ia sadar bahwa tak
mungkin ia mampu berbuat begitu.
"Tidak usah ini itu lagi" potong Pek si-hiang cepat
"Ranjang ini cukup lebar, rasanya masih muat untuk
ditiduri kita berdua."
"Tapi antara laki dan perempuan ada batasnya, dalam
satu ruangan saja sudah tak baik apalagi harus tidur
seranjang..." "Asal kita membuat batas pemisah dan masing-masing
tidak melanggar batas pemisah tersebut, apa salahnya?"
2157 "Tentang soal ini . . . aku betul-betul tak berani..." Lim
Han-kim bertambah gelisah.
setelah tersenyum Pek si-hiang berkata lagi: "Tentu
saja bila kau menganggap imanmu kurang tebal, aku tak
akan memaksakan kehendaki."
sambil berkata, dari bawah bantal ia keluarkan sebilah
pedang dan meloloskannya, Di bawah cahaya lentera,
terlihat kilatan sinar yang menyilaukan mata serta hawa
dingin yang menggidikkan hati.
Pelan-pelan Pek si-hiang meletakkan pedang pendek
itu persis di tengah-tengah ranjang, lalu katanya lagi
sambil tertawa: "Pedang usus ikan ini tajamnya luar
biasa dan merupakan pemberian ayahku untuk
melindungi diri sayang sekali aku tak mampu
menggunakan gedang yang luar biasa ini sebagaimana
mestinya ..." sesudah berhenti sejenak. kembali tambahnya:
"Dengan melintangkan pedang di tengah ranjang berarti
batas pemisah sudah amat jelas, Kalau sudah begini pun
kau tak berani tidur bersamaku Hal ini menunjukkan
kalau pikiranmu jahat, kau takut napsu birahimu timbul
hingga melanggar batas pemisah dan terluka oleh
ketajaman pedang usus ikan itu"
Lim Han-kim sebera tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha... kalau aku adalah orang yang suka
memperkosa wanita, jangankan cuma sebilah pedang,
biar ditaruh tiga bilah pedang sekaligus pun tak nanti
bisa menghalangi niatku."
2158 "Pedang ini berbeda dengan pedang biasa. selain
tajamnya bukan kepalang juga memiliki sifat kepekaan
yang tinggi, Dengan modal ilmu silatmu yang tak
seberapa itu jangan harap bisa menangkis serangan
pedang tersebut sebaliknya bila pikiran dan perasaanmu
bersih, maka pedang ini akan menyatu dengan pikiran
serta perasaanmu, dengan sendirinya ia pun tak akan
melukaimu." Biarpun di hati kecilnya Lim Han-kim kurang percaya,
namun bila teringat bahwa Pek si-hiang berwawasan luas
dan apa yang menjadi pemikirannya susah ditebak
orang, mau tak mau pemuda tersebut harus menerima
juga perkataan itu tanpa membantah, untuk sesaat dia
pun terbungkam dalam seribu basa, pelan-pelan Pek sihiang
melepaskan baju luarnya, menyusup masuk ke
balik selimut dan berkata lebih jauh: "Kau berani tidak
tidur bersamaku?" "Aku tak punya pikiran jahat apalagi sesat, kenapa tak
berani tidur seranjang dengannya?" pikir Lim Han-kim
dalam hati. Berpikir begitu, ia segera menyahut: "Kenapa tak
berani?" ia bangkit berdiri, berjalan menghampiri
pembaringan dan segera menjatuhkan diri ke atas
ranjang. "Huuuh, nyalimu tak cukup besar" goda Pek si-hiang
tertawa, "Buktinya pakaian luar pun tak berani dilepas."
Mendengar itu kembali Lim Han-kim berpikir: "Betapa
pun suci dan bersihnya pikiran kita, namun kenyataannya
sekarang seorang pria muda berada dalam satu ranjang
dengan gadis muda. kejadian seperti ini pasti akan
2159 menjadi berita sensasi yang luar biasa, Heran, Pek sihiang
bukan wanita jalang, tapi kenapa berulang kali ia
memanasi hatiku dengan ucapan-ucapannya yang
berani" Aaaaai, tindak-tanduk perempuan ini memang
serba misterius, susah diikuti dengan nalar sehat, atau
mungkin ia punya maksud lain ...?"
sementara dia masih termenung, Pek si-hiang telah
berkata lagi sambil tertawa: "Asal kau menganggap aku
sebagai seorang bidadari yang suci bersih, atau
menganggapku sebagai siluman wanita dan setan iblis
berhati ular, maka kau tak akan punya pikiran sesat
terhadapku." sambil melompat bangun Lim Han- kim berseru:
"Biarpun nona adalah gadis cantik yang menawan hati,
tapi aku yakin imanku masih cukup tebal untuk tidak
tergoda oleh pikiran sesat"
Dengan cepat dia lepaskan pakaian luarnya kemudian
membaringkan diri lagi. XXX BAB 12. Membicarakan Urusan Dunia
"Padamkan lilin di meja" titah si nona.
Lim Han- kim tertegun tapi ia menurut juga.
Tangannya segera dikebaskan, segulung desingan angin
tajam memadamkan lilin di meja.
sambil tertawa cekikikan Pek si-hiang berseru
kemudian: "Apa perasaanmu dengan situasi dan keadaan
seperti sekarang ini?"
2160 "Tak ada bedanya dengan keadaan biasa"
"Bagus sekali" seru Pek si-hiang, setelah berhenti
sejenak kembali lanjutnya: "Selama hidup belum pernah
aku tidur bersama lelaki, dalam satu ranjang, tapi
sekarang, sedikit pun aku tak takut."
Lim Han-kim merasakan bau harum yang semerbak
memabukkan berhembus lewat menerpa lubang
hidungnya, tak tahan napsunya bergelora di dalam
dadanya, Dengan rasa kaget buru-buru ia pejamkan
mata sambil mengatur pernapasan, tak sepatah kata pun
berani diucapkannya . Terdengar Pek si-hiang berkata lebih jauh: " inilah
kesempatan terbaik bagimu untuk mencoba diri, Bila kau
yakin tak punya pikiran sesat atau jahat, aku akan
mencoba mewariskan semacam ilmu silat kepadamu, aku
percaya dalam satu malam saja kau sudah dapat
menghapainya di luar kepala."
Lim Han-kim ingin sekali menjawab, tapi lantaran
sedang mengatur pernapasan maka ia tak mengucapkan
sepatah kata pun. Pek si-hiang berkata terus:" Apa yang akan kuajarkan
merupakan sebuah rahasia besar dalam ilmu silat.
Dengan bakat serta dasar yang aku miliki sekarang, aku
percaya kemajuan yang bakal aku capai tentu amat
pesat. Cuma bila kau merasa bahwa pikiranmu sulit
dibuat setenang air, lebih baik tak usah mempelajari ilmu
ini." " Kenapa?" tanya Lim Han- kim tak tahanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2161 "Sebab ketika mewariskan ilmu silat kepadamu nanti,
tak bisa dihindari tubuh kita akan saling bersentuhan Bila
pikiranmu tak tenang maka hawa murnimu sukar
dikendalikan. Bila tersesat hingga mengalamijalan api
menuju neraka, isi perutmu tentu akan terluka parah.
Lagipula ilmu silat jenis ini termasuk ilmu hitam dari
golongan sesat, sedikit saja terjadi kesalahan, malam ini
kita berdua bakal musnah di sini..."
Lim Han- kim berusaha menekan balik hawa murninya
ke dalam Tan-tian, kemudian serunya: "Kalau memang
sangat berbahaya, aku rasa lebih baik tak usah kita
pelajari" "Kenapa" Kau takut mati?"
"Kalau aku yang mati, hal ini lumrah dan tak perlu
disesalkan Tapi kalau sampai nona ikut terbawa, aku
pasti akan mati dengan perasaan amat menyesal"
"Perasaanku sudah mati sejak sekian tahun yang lalu,
yang tertinggal sekarang hanya sebuah kerangka badan
yang kosong, Mau mati mau hidup bagiku sudah sulit
dibedakan, kenapa kau takut aku terseret dalam musibah
ini?" Dalam hati kecilnya Lim Han- kim segera berpikir:
"sejak kecil ia sudah bergelut dengan penderitaan akibat
gerogotan penyakit baginya kehadiran orang tua maupun
sanak keluarga tidak banyak membantu, Untuk
mengobati penyakitnya itu, entah sudah berapa banyak
tabib kenamaan di seantero jagad yang sudah
dikunjunginya," "Bayangkan saja bila sejak kecil ia tumbuh jadi dewasa
karena minum obat setiap hari, tiap detik setiap saat
2162 harus menghadapi ancaman maut, boleh dibilang ia tak
pernah mencicipi kehidupan yang gembira sebagai
seorang bocah sehat. Tak heran bila ia putus asa dan
memandang kematian seperti pulang kampung, Aaaai...
kenapa Thian menghadiahkan penyakit yang begitu
ganas untuk gadis yang cerdik, menarik dan cantik jelita
ini?" Ketika lama sekali tidak mendengar Lim Han-kim
berbicara, sambil tertawa cekikikan kembali Pek si-hiang
menegur: "Lim Han-kim, apa yang sedang kaupikirkan?"
"Aku sedang berpikir, kenapa di dunia ini banyak
terdapat ketidak adilan" Kenapa gadis secantik dan
sepintar kau justru diberikan tubuh yang lemah dan
penuh penyakitan?" "Cuaca dibedakan dengan hari terang dan hari hujan,
rembulanpun ada kalanya bulat ada kalanya tinggal
setengah Bila aku diberi tubuh yang sehat dan kuat, lalu
apa bedaku dengan seebun Giok-hiong?"
Lim Han-kim jadi terbelalak dan melongo sesudah
mendengar ungkapan itu, pikirnya: "Betul juga perkataan
ini. sebagai gadis yang cantik dan sakti macam dia bila
diberi tubuh yang sehat dan kuat, mana mau hidup sepi
dan terpencil seorang diri" ia tentu akan muncul dalam
dunia persilatan, merebut kursi terhormat dan melakukan
bencana pembunuhan di mana-mana, bahkan bisa jadi
kekejiannya melampaui seebun Giok-hiong ,.."
Terdengar Pek si-hiang berkata lebih lanjut: "Tahukah
kau, apa sebabnya seebun Giok-hiong kelihatan tak
mampu melebihi diriku?"
2163 "soal ini... soal ini... mungkin saja ia memang
dilahirkan dengan kecerdikan jauh di bawah kemampuan
nona." "Di dunia ini amat jarang dijumpai perempuan secerdik
dan sehebat dia. ia justru tak mampu menandingi
kepintaranku lantaran rasa dengki, cemburu serta
napsunya kelewat berlebihan. Kobaran api napsu
membuat kepintarannya seolah-olah tersumbat. Lagipula
buku yang sempat ia baca tidak sebanyak apa yang
kubaca, otomatis dalam tindak-tanduk pun ia masih kalah
setingkat dibandingkan aku..."
setelah tertawa cekikikan kembali terus- ny a:
"Kelihatannya dunia persilatan generasi ini sudah
diborong semua oleh jago-jago wanita. Li Tiong-hui,
seebun Giok-hiong, semuanya terhitung gadis-gadis
cerdik yang hebat." "Kalau bicara soal ilmu silat serta kepintaran, aku lihat
Li Tiong-hui masih kalah setingkat dibandingkan seebun
Giok-hiong," tukas Lim Han-kim cepat Pek si-hiang
tertawa. "Betul kalau dibicarakan kondisinya saat ini, Tapi tiga
bulan kemudian keadaannya pasti berubah sekali,
kendatipun kemampuan Li Tiong-hui tak mampu jauh
melampaui kehebatan seebun Giok-hiong. Paling tidak ia
masih sanggup untuk mengimbangi Kini posisi seebun
Giok-hiong sudah mapan, lagipula aliran ilmu silat yang
dipelajarinya amat ruwet, aku lihat sulit bagi nona itu
untuk meraih kemajuan lebih jauh. sebaliknya dasar ilmu
silat yang dipelajari Li Tiong-hui adalah aliran lurus.
2164 Bila ia sudah mempelajari isi kitab pusaka
pemberianku kemajuan yang bakal diraihnya pasti luar
biasa, Kecerdasannya pun lumayan, ilmu silat pun hasil
ajaranku, ia pasti bisa mengungguli lawannya secara
mudah, Ehmm... aku percaya dalam dua puluh tahun
mendatang, para jago wanita kita masih tetap akan
merajalela dalam dunia persilatan."
"Jadi maksudmu tiga bulan lagi Li Tiong-hui sudah
sanggup menghadapi seebun Giok-hiong dalam
percaturan dunia persilatan?"
"Seharusnya sih begitu, cuma kalau dia enggan
menuruti nasehatku, yaa . . . susah untuk dibicarakan"
"Menurut apa yang kuketahui, Li Tiong-hui menaruh
sikap yang amat hormat terhadap nona. Aku percaya dia


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak akan melanggar semua pesan dan nasehat yang
nona berikan." "Moga-moga saja begitu ..."
setelah berhenti agak lama, ia menambahkan "Aku
ingin menanyakan satu hal kepadamu, cuma aku minta
kau menjawab sejujurnya, jangan mencoba membohongi
aku." "Aku tak pernah berniat berbohong ter-hadap nona,
Apa yang bisa kujawab tentu akan kuucapkan sejujurnya.
Urusan apa, nona" Tanyakan saja."
"sejak tumbuh dewasa hingga kini, pernahkah kau
tidur dengan seorang wanita?"
"Belum pernah" 2165 "Malam ini kau tidur seranjang denganku, apakah
pengalaman ini merupakan pengalamanmu yang pertama
kali?" "Rasanya masih ada sekali lagi," kata Lim Han- kim
setelah berpikir sebentar "sewaktu melaksanakan siasat
yang nona atur untuk memancing kedatangan seebun
Giok-hiong, aku pernah satu ruangan dengan Li Tionghui".
"Seperti kita sekarang, tidur satu ranjang?" sambung
Pek si-hiang. "Tidak. waktu itu aku..."
"Aaaai..." Pek si-hiang menghela napas panjang,
"Tidurlah, aku sudah lelah."
sesungguhnya Lim Han- kim belum mengantuk tapi ia
takut mengganggu ketenangan Pek si-hiang. Dengan
berhati-hati ia pejamkan matanya, bahkan badan pun tak
berani sembarangan bergerak.
Entah berapa lama sudah lewat...
Mendadak terdengar suara isak tangis bergema di
ruangan- entah dikarenakan apa, ternyata Pek si-hiang
sedang menangis tersedu-sedu.
Lim Han-kim dapat merasakan bahwa gadis itu sedang
berusaha memperlirih suara tangisannya, seolah-olah
takut kalau sampai membangunkan tidurnya,
Dia ingin sekali menghiburnya dengan beberapa patah
kata, tapi merasa kurang leluasa, akhirnya pikirnya dalam
hati: "Kalau toh dia takut aku mengetahui tangisannya,
2166 kenapa aku mesti membuatnya tak tenang" Lebih baik
aku pura-pura tak tahu saja..."
Tak lama kemudian kedengaran suara gemerisik,
rupanya Pek si-hiang sudah turun dari pembaringan satu
ingatan melintas dalam benak Lim Han-kim, pikirnya:
"Mau apa dia?" Pelan-pelan dia menoleh dan mengikuti
gerak tubuh gadis itu, Dengan sangat berhati-hati Pek si-hiang mengenakan
baju luarnya, lalu dengan berpegangan pada dinding ia
berjalan menuju ke rak buku, Agaknya ia sudah lemah
sekali, kondisi tubuhnya menurun drastis. Hal ini terlihat
dari gerak langkahnya yang amat berat, malahan secara
lamat-lamat kedengaran suara napasnya yang tersengal.
Kalau dilihat dari jarak antara rak buku dengan
pembaringan padahal hanya terpaut enam-tujuh depa,
tapi sepanjang perjalanannya ke situ Pek si-hiang harus
berhenti dua kali untuk beristirahat.
Suatu dorongan perasaan iba, kasihan yang kuat
meluap dalam benak Lim Han-kim. Kalau bisa, dia ingin
melompat bangun serta membopongnya. Tapi ingatan
tersebut segera ditewaskan kembali oleh dorongan
perasaan ingin tahu yang lebih kuat,
Ketika tiba di depan rak buku itu, Pek Si-hiang memilih
beberapa jilid di antaranya, membopongnya lalu pelanpelan
berjalan balik ke tepi pembaringan.
sewaktu berangkat dengan tangan kosong pun ia
sudah kehabisan tenaga, apalagi ketika balik dengan
membopong berapa jilid kitab, langkah kakinya kelihatan
lebih berat dan susah. 2167 sambil berpegangan pada dinding ruangan dan napas
tersengal-sengal ia berjalan kembali ke tepi ranjang,
setumpuk buku itu diletakkannya di tepi pembaringan
kemudian ia berdiri ngos-ngosan.
Diam-diam Lim Han- kim berpikir " KaLau dilihat dari
kondisi tubuhnya yang begitu lemah, rasanya nona ini
memang sulit untuk hidup lebih lanjut..." tanpa terasa
timbul perasaan duka yang sangat mendalam di hati
kecilnya. setelah mengatur napas beberapa saat, Pek si-hiang
kembali menggerakkan tubuhnya untuk naik ke atas
pembaringan siapa tahu baru saja kaki kirinya diangkat,
tiba-tiba kaki kanannya jadi lemas, tak sanggup
menopang berat badannya, Tak ampun ia jatuh
terjungkal ke atas tanah.
Lim Han- kim terkejut setengah mati, ia tak bisa
menahan diri lagi, dengan cekatan dia melompat bangun
dan memburu ke sisinya, Dalam keadaan panik dan
cemas ia sudah tak ambil perduli lagi tentang batas-batas
kesopanan antara pria dan wanita, dibopongnya gadis itu
sambil serunva: "Nona Pek . .. Nona Pek.,."
Dengan suatu gerakan cepat ia totok tiga buah jalan
darah penting di tubuhnya.
Pek si-hiang menghela napas panjang, bisiknya lirih:
"Tak usah membuang tenaga, aku sudah..." Batuk yang
keras dan beruntun memotong pembicaraannya yang
belum selesai "Kau tak boleh mati" ucap Lim Han- kim sedih.
"sekalipun harus melatih ilmu sesat juga tak apa.
Berlatihlah, yang penting jiwamu harus diselamatkan"
2168 sebagai seorang pemuda yang berjiwa terbuka, ia tak
pernah menyimpan rahasia hatinya, apalagi dalam
keadaan panik dan cemas sekarang, tanpa disadari
semua rahasia hatinya ikut terungkap keluar
"Tidak apa-apa, untuk sesaat aku tak mungkin mati,"
jawab Pek si hiang lirih, "Boponglah aku naik ke ranjang,
pasang lilin- aku hendak menyampaikan sesuatu
kepadamu." Dengan cepat Lim Han- kim membopong gadis itu ke
atas ranjang, kemudian menyulut lilin di meja.
Pelan-pelan Pek si-hiang berpaking, sekulum
senyuman menghiasi wajahnya yang pucat pias, tapi
sebelum ia mengucapkan sesuatu mendadak wajahnya
berubah hebat, teriaknya: "Darah Kau terluka . .."
Lim Han- kim menunduk, betul juga lutut kirinya
sudah berdarah, Cucuran darah segar telah membasahi
kakinya, mengotori seprei dan menggenangi
pembaringan Rupanya ketika melompat bangun dari atas ranjang
tadi, lututnya telah membentur bagian atas pedang usus
ikan, padahal pedang itu tajamnya bukan kepalang,
sekalipun hanya bersentuhan, tak urung timbul juga
mulut luka sepanjang tiga inci dan kedalaman setengah
inci pada lutut kirinya itu.
Dengan penuh perhatian Pek si-hiang menegur lagi:
"Parah tidak lukamu" sakit...?"
"Tak usah kuatir," jawab Lim Han- kim sambil tertawa,
"Cuma darahku telah mengotori pembaringan nona, aku
... aku jadi tak tenteram."
2169 "Cepat balut lukamu itu" sambil berseru Pek si-hiang
mengambil keluar secarik sapu tangan dari bawah
ranjang. Lim Han-kim tak tega menampik maksud baiknya.
setelah menerima sapu tangan itu dibalutnya mulut luka
yang menganga, kemudian diambilnya pedang usus ikan
itu dari pembaringan dan meletakkannya di atas meja.
Setelah mulut luka itu terbungkus, Pek Si-hiang baru
pejamkan matanya beristirahat sejenak, tegurnya
kemudian: "Apa yang kulakukan tadi sudah kau lihat
semua?" "Yaa, sudah kulihat semua." Lim Han-kim menunduk
"cuma aku tak berani mengusik nona, maka aku tak
berbicara." "Semula kupikir aku masih bisa hidup tiga hari lagi,
tapi sekarang... nampaknya aku sudah tak sanggup
melewati tengah hari esok. Aaaai... mungkin aku tak
sempat menghadiri pesta perkawinanmu lagi."
Lim Han-kim sangat kaget, teriaknya: "Bukankah kau
masih segar" Kenapa bisa mati secara tiba-tiba?"
"Aku sudah merasakan adanya perubahan dalam
tubuhku, itulah pertanda datangnya kematian"
Tapi setelah tersenyum, ia kembali meneruskan
"Meskipun waktu hidupku sangat pendek, tapi banyak hal
sudah pernah kulihat Dendam kesumat, kesedihan,
kegembiraan, kematian, kelahiran, perkawinan, tempat
yang indah, marah, gembira, sedih, murung semua
sudah kualami dan kurasakan.
2170 Satu-satunya harapanku yang belum terpenuhi
hanyalah tidur dengan lelaki, Tapi malam ini keinginanku
sudah terkabul. Aku sudah tidak mengharapkan apa-apa
lagi, biarpun harus mati, aku akan mati dengan mata
meram, mati dengan perasaan puas ..."
Kembali Lim Han-kim berpikir "Bila dilihat dari kondisi
badannya yang begitu cepat menyusut mundur,
tampaknya apa yang ia katakan memang betul. Namun
karena ia tidak berniat sama sekali untuk
mempertahankan hidupnya, akibatnya kondisi
kesehatannya semakin cepat mengalami kemunduran,
Aku harus berusaha untuk membangkitkan kembali
semangat hidupnya. Dengan pengetahuannya yang
begitu luas, mungkin saja ia masih mampu
menyelamatkan hidupnya . . ."
sambil menghela napas Lim Han-kim berkata: "Bila
nona mati, pernahkah kau bayangkan betapa sedih dan
hancurnya perasaan kedua orang tuamu?"
"Tidak apa apa. sudah lama mereka mengetahui
kondisi penyakitku yang tanpa obat, Kalau bilang sedih
dan hancur perasaannya, mereka telah mengalaminya
sejak belasan tahun berselang, jadi kematianku
sesungguhnya sudah ada dalam dugaan mereka."
"Beribu-ribu lembar jiwa umat persilatan tergantung
pada tindakan nona dalam menghadapi seebun Giokhiong,
apakah kau sama sekali tidak mengkhawatirkan
keselamatan mereka?"
"Dalam masalah ini aku sudah membuat persiapan
yang masak, Beberapa kitab yang kutaruh di atas
pembaringanku ini memuat keterangan tentang beberapa
2171 macam ilmu silat. setiap bagian sudah kusertakan
catatan serta kupasan yang perlu dan penting, Bila kau
selesai membaca beberapa kitab tersebut kemudian
melatihnya sesuai dengan ajaranku, lima tahun kemudian
kau pasti mampu mengalahkan seebun Giok-hiong.
Waktu itu bila ia masih melanjutkan perbuatannya
menteror dunia persilatan, maka kau sanggup
membunuhnya untuk menebus kematian umat
persilatan, Kau pun tak perlu bersusah payah berkelana
dalam dunia persilatan untuk mendirikan suatu kekuatan
sendiri Aku yakin umat persilatan pada waktu itu pasti akan
memuja kau sebagai manusia sakti kedua setelah Tat-mo
cousu pendiri siau-Iim-pai."
"Aaaai... kau anggap aku Lim Han-kim sengaja
membujuk nona lantaran aku pingin ternama?" ucap Lim
Han-kim sambil menghela napas.
Pek si-hiang tertawa, "sekalipun kau tak bermaksud
begitu, namun aku telah mempersiapkan segala
sesuatunya untuk membawa kau kearah situ, Apa lagi
malam ini kita sudah tidur bersama seranjang, Meskipun
aku bukan istrimu, tapi aku telah mendahului bakal
istrimu di kemudian hari, Betul aku berbuat begini demi
kepentingan perasaan pribadiku, tapi juga memikirkan
keselamatan umat persilatan di dunia..."
setelah menghembuskan napas panjang, lanjutnya:
"Sebelum ilmu silatmu berhasil dipelajari, dunia
persilatan tetap akan dipelopori dua orang jago wanita,
seebun Giok-hiong dan Li Tiong-hui akan membagi dunia
persilatan menjadi dua bagian yang saling berhadapanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2172 Betul kemampuan Li Tiong-hui masih setingkat lebih
lemah, tapi dengan dukungan orang tuanya, Ciu Huang,
phang Thian-hua, ditambah pula kekuatan dari siau-limpai
dan Bu-tong-pai, aku yakin kemampuannya masih
bisa mengimbangi kehebatan lawan.
sedang aku, mengingat malam ini kita pernah tidur
seranjang, aku akan membantumu menjadi seorang
tokoh sakti dalam dunia persilatan Tidakkah
pembagianku ini adil bagi kalian semua?"
Dengan sedih Lim Han-kim menghela napas sambil
menundukkan kepalanya, untuk sesaat suasana dalam
ruangan itupun berubah jadi sepi, hening, tak
kedengaran sedikit suara pun.
Lewat sepeminuman teh kemudian, tiba-tiba Pek sihiang
menggenggam tangan Lim Han-kim erat-erat, lalu
katanya lembut: "Ayo temani aku tidur sebentar lagi,
Berilah kesempatan bagiku sebelum menghembuskan
napas yang terakhir untuk menikmati hangat dan
mesranya cinta." Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Lim
Han-kim, ia teringat kembali pada pesan dari siok-bwee,
maka dengan wajah serius ditatapnya wajah Pek si-hiang
Iekat-lekat, kemudian sepatah demi sepatah katanya
lagi: "Kau telah mengatur segala sesuatunya tentang
dirimu, tapi pernahkah kau pikirkan masalahku?"
"Bukankah aku sudah mengaturkan yang terbaik


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untukmu" Tapi sayang persoalan ini bukannya tanpa
perubahan ..." "Perubahan apa?" desak pemuda itu gelisah
2173 "seandainya besok siang seebun Giok-hiong setuju
untuk kawin denganmu, maka semua yang sudah
kuaturkan bagimu akan menjadi sia-sia belaka, sebab
mustahil bisa dilaksanakan ..."
"Dia tak bakal mau kawin denganku."
"Mau atau tidak posisinya adalah separuh lawan
separuh," tukas Pek si-hiang cepat "Bila aku harus
berbicara secara jujur, maka aku berpendapat
kesempatannya untuk mengatakan setuju jauh lebih
besar ketimbang mengatakan tidak." Bicara sampai di
situ ia pejamkan matanya dengan sedih.
Lama sekali Lim Han-kim termenung sambil memutar
otak. akhirnya dengan tegas ia berkata: "sekalipun ia
menyatakan setuju, aku tetap tak akan kawin dengan
perempuan itu" "Kenapa?" dengan keheranan Pek si-hiang
mengerdipkan matanya berulang kali. "Apakah seebun
Giok-hiong kurang cantik?"
Lim Han-kim tertawa hambar, "Betul, ia memang
cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, tapi bukan
berarti aku Lim Han-kim memilih jodohku atas dasar
kecantikan wajah seseorang."
"Masa kau tak akan kawin selama hidup?"
"Harus kawin, keluarga Lim hanya ada satu keturunan
yakni aku" "Aaaai... aku mengerti maksudmu Kau hendak memilih
seorang gadis yang sederhana untuk melewati kehidupan
yang lebih tenang bukan" perempuan yang kurang pintar
2174 biasanya setia, kau pasti hendak mencari seorang gadis
yang mau menuruti semua perkataanmu bukan?"
"Keliru besar" Lim Han-kim gelengkan kepalanya
berulang kali, "Asal aku cinta dirinya, aku tak perduli dia
mau pintar atau tidak."
"oooh .. . kalau begitu tentu Li Tiong-hui yang kau
maksudkan" "Bukan" sekali lagi Lim Han-kim gelengkan kepalanya.
" Kalau begitu sampai sekarang kau masih belum
menjumpai calon istri yang ideal untukmu" seru Pek sihiang
seraya tertawa. "Ada sih sudah ada, cuma aku tak tahu apakah gadis
itu bersedia kawin denganku atau tidak."
"Beritahu padaku, nona yang mana sih begitu bernasib
baik bisa dicintai olehmu."
"Kau" jawab Lim Han-kim sambil menatap wajah gadis
itu tanpa berkedip. Bagaikan dipagut ular berbisa, mendadak seluruh
tubuh Pek si-hiang gemetar keras, sorot matanya yang
sudah memudar kini bercahaya kembali, wajah pun ikut
berseri-seri, serunya hampir tak percaya: "sungguhkah
perkataanmu itu?" "Setiap patah kata kuucapkan sejujurnya."
Titik air mata jatuh berlinang dari balik mata Pek sihiang
yang terbelalak lebar, katanya sedih: "Aku sudah
hampir mati, buat apa kau mengajakku bergurau?"
sebenarnya Lim Han-kim tak punya niat kesitu, tapi
dalam keadaan dan situasi seperti ini tergelora juga
2175 perasaan hatinya. Tanpa terasa ia genggam tangan gadis
itu kencang-kencang dan berbisik: "setiap patah kata
kuucapkan dari lubuk hatiku yang paling dalam, asal kau
bersedia untuk hidup terus ..."
"Tapi aku tak bisa melahirkan keturunan untukmu,"
tukas Pek si-hiang sedih, "Bila kau betul- betul
mengawini aku, bukankah keturunan keluarga Lim akan
putus sampai di sini?"
"Dengan kecerdasan nona, soal mati hidup pun tidak
menyusahkan hatimu, apa lagi hanya masalah
melahirkan keturunan..."
Pek si-hiang tertawa cekikikan "Masalah seperti ini tak
bisa diputuskan dengan tenaga manusia, tapi juga bukan
berarti tak bisa diselesaikan. Asal kubawa serta siokbwee
dan Hiang- kiok, meski aku tak bisa melahirkan,
tapi siok-bwee berdua punya rejeki punya keturunan,
tidak sulit bagi mereka berdua untuk melahirkan satu
lusin keturunan untukmu."
Agak tercengang juga Lim Han-kim setelah melihat
rasa gembira dan berseri yang menghiasi wajah gadis
itu, pikirnya: "Apa betul ia sungguh-sungguh mencintai
aku?" Berpikir begitu, sambil tersenyum katanya
kemudian: "Itulah sebabnya kau harus melanjutkan hidupmu"
senyuman yang menghiasi wajah Pek si-hiang hilang
lenyap seketika, lama sekali ia termenung tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. Tiba-tiba dari balik
dinding berkumandang datang suara ketukan yang
pelahan. 2176 Dengan seksama Lim Han-kim memperhatikan suara
ketukan itu, lalu tanyanya: "Apa pula yang dia katakan?"
"Ia bilang di luar pesanggrahan pengubur bunga telah
kedatangan sebuah perahu yang mencurigakan dan
mondar-mandir diseputar perairan kita."
"Apa perlu aku keluar untuk melakukan perondaan"^
"Tidak usah, aku telah mempersiapkan beberapa
macam alat rahasia di balik jalan air menuju
kepesanggrahan pengubur bunga ini. Bila mereka berani
menerobos masuk secara paksa, berarti mencari penyakit
buat diri sendiri.."
"Bila yang datang adalah seebun Giok-hiong, apakah
alat rahasia yang kau persiapkan itu mampu menahan
serbuannya?" "Aku rasa seebun Giok-hiong tak akan nyerempet
bahaya dengan melakukan penyerbuan di malam hari..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. kembali terusnya:
"Malam ini, bila kau lihat mataku terpejam rapat, tidak
mampu bicara, napas amat lemah persis seperti orang
yang mati, tolong totoklah jalan darah penting
dipunggungku. Bila totokan tersebut tidak berhasil juga
menyadarkan aku, berarti aku akan segera putus
nyawa." "Bukankah kau sudah berjanji tak akan mati?" seru
Lim Han-kim dengan perasaan cemas.
"saat ini, mati hidupku sudah tidak berada dalam
kendali diriku lagi, Dalam keadaan dan kondisiku
sekarang, setiap saat ada kemungkinan jiwaku akan
melayang." 2177 " Kalau begitu kau batalkan janjimu untuk kawin
denganku?" sela Lim Han-kim sedih. Pksi-hiang
gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku belum pernah
berjanji ..." setelah menghela napas panjang, sambung-nya:
"Meskipun kita belum resmi menjadi sua mi istri, tapi
sudah berpengalaman tidur bersama satu ranjang, Walau
kegadisanku belum ternoda, tapi nama baikku
sesungguhnya telah tercemar, jadi sesungguhnya dalam
hati kecil aku sudah menganggap kau sebagai suamiku,
Bila aku bisa hidup terus, dan aku bisa kawin, maka
akupasti akan kawin menjadi istrimu ..."
suara napas yang tersengal-sengal memotong
ucapannya yang belum selesai, Buru-buru gadis itu
pejamkan matanya dan tidak berbicara lagi, Buru-buru
Lim Han-kim memeriksa dengusan napasnya, terlihat
olehnya napas gadis itu sudah teramat lemah, Dengan
perasaan hati bergetar keras segera pikirnya: "Apa betul
dia akan mati pada malam ini?"
sebetulnya dia ingin segera menggoyang badannya,
tapi ia juga takut getaran yang kelewat keras akan
menyebabkan gadis itu mati lebih cepat Akhirnya
pemuda itu ragu-ragu untuk turun tangan-
Hanya sepercik cahaya lilin yang menerangi ruangan
itu, suasana sedih, hening, duka dan murung yang luar
biasa mencekam seluruh tempat itu... Lim Han-kim betulbetul
dibuat gelagapan dan tak tahu apa yang harus
diperbuat, pikirannya kalut, dia tak tahu harus
memikirkan apa, ditatapnya cahaya lentera di atas meja
dengan termangu. 2178 Entah sudah berapa lama ia duduk ter-menung... Tibatiba
dari balik dinding kembali terdengar suara ketukan
berirama yang amat lirih.
Ketukan itu segera menyadarkan kembali Lim Han-kim
yang sedang melamun, otomatis menjernihkan pula
pikirannya yang kusut dan kalut ia coba mendengarkan
suara ketukan itu dengan seksama, dirasakannya irama
ketukan makin lama makin cepat dan terputus-putus,
jauh berbeda dengan irama sebelumnya.
Meskipun Lim Han-kim tak bisa membedakan apa arti
dari irama ketukan yang cepat dan terputus-putus itu,
namun dari iramanya yang begitu gencar ia dapat
menduga bahwa siok-bwee berdua sedang menghadapi
masalah gawat yang amat serius.
Dengan cepat dia bangkit berdiri tapi tak tahu
bagaimana harus mengatasinya, saking gelisahnya anak
muda itu mondar mandir ke sana kemari tak tahu apa
yang mesti dilakukan irama ketukan pada dinding itu tiba-tiba terhenti sama
sekali, tapi lewat sepeminuman teh kemudian suara
tersebut kembali bergema, Kali ini irama ketukannya
bertambah cepat dan kencang, seakan-akan ada masalah
besar yang teramat gawat Dengan gugup Lim Han-kim menoleh kearah Pek sihiang,
tapi gadis itu pejamkan matanya rapat-rapat
seperti tertidur nyenyak sekali, Bisa jadi semalaman tadi
ia kecapaian dan tak punya waktu untuk beristirahat,
maka kini ia tidur dengan nyenyak sekali.
Pemuda itu pun tahu tidur yang cukup berpengaruh
baik bagi kondisi badannya yang lemah, Hal ini berarti
2179 apa pun yang terjadi, gadis itu tak boleh dibangunkan
dari tidurnya, tapi masalah yang dihadapinya di depan
mata sekarang membuat pikiran pemuda itu bertambah
kalut dan bingung. ia sudah berusaha menggunakan
seluruh kecerdasan dan pengetahuan yang dimilikinya
untuk mengartikan apa makna dari irama ketukan yang
begitu gencar itu, namun hasilnya tetap nihil.
Lim Han-kim menarik napas panjang-panjang untuk
menenteramkan pikirannya yang gugup dan kalut,
sementara otaknya mulai diperas untuk mencari
pemecahan masalah di depan mata. Akhirnya setelah
dipertimbangkan bolak-balik, ia temukan dua
kemungkinan yang bisa ditempuh.
Kesatu, berusaha mencari alat rahasia pembuka pintu
rahasia ini agar dia bisa keluar dari kamar rahasia serta
memeriksa sendiri apa yang sesungguhnya terjadi,
Kedua, ia harus berusaha melakukan suatu tindakan
agar si pengirim berita ketukan di luar ruang rahasia itu
menjumpai gejala yang mencurigakan dalam ruang
rahasia tersebut, Kalau bisa, agar mereka mengerti
bahwa si penerima berita dalam ruang rahasia tidak
memahami apa yang dimaksudkan dengan berita kiriman
itu. Ia sadar, Siok-bwee maupun Hiang-kiok adalah gadisgadis
berotak encer yang amat cerdik, Asal mereka
temukan gejala yang mencurigakan itu, niscaya mereka
pun bisa menduga keadaan dalam ruang rahasia
tersebut. Lim Han-kim mulai bertindak, ia mulai memeriksa
seluruh dinding ruangan itu guna menemukan tombol
2180 rahasia pembuka pintu ruangan tersebut, Dia mencoba
untuk mengingat-ingat posisi Pek Si-hiang sewaktu
masuk dalam ruangan itu, tapi hasilnya tetap nihil meski
sudah dilakukan pencarian sekian lama.
Dengan perasaan mendongkol bercampur jengkel
pikirnya kemudian: "Jalan pertama menemui kegagalan,
tampaknya aku harus menggunakan cara kedua. siapa
tahu siok-bwee dan Hiang-kiok bisa membukakan pintu
rahasia ini untukku."
Berpikir sampai di situ, ia pun menghentikan usaha
pencariannya atas tombol rahasia pintu ruangan itu,
dengan menghimpun tenaga dalamnya sebuah pukulan
keras segera dilontarkan ke atas dinding, Dia yakin,
suara pukulannya yang keras itu dapat bergema sampai
di luar ruang rahasia itu, apalagi dengan andalkan
kesempUrnaan tenaga dalamnya, suara itu seharusnya
bisa bergema sampai jauh sekali.
Betul juga, suara ketukan di dinding itu seketika
terhenti, suasana dalam ruang rahasia pun dicekam
dalam keheningan yang luar biasa, Lebih kurang
sepenanakan nasi kemudian, mendadak dari atas dinding
bergema suara gemerincingan yang amat keras, disusul
terbukanya sebuah pintu rahasia.
Dari luar ruang rahasia bergema pula suara siok-bwee
yang menegur dengan suara keras: "Lim siangkong,
bagaimana keadaan nona, apakah ia tertidur?"
Melihat caranya membuahkan hasil, buru-buru Lim
Han-kim lari keluar dari ruangan itu, sahutnya: "Yaa,
nona Pek sudah tertidur, Aaai ia sudah sibuk setengah
2181 malaman, kini pasti kelelahan setengah mati, Ayolah
masuk. nona" "Tidak bisa, nona telah memberi perintah bahwa
budak berdua dilarang memasuki ruang rahasia ini, lebih
baik siangkong saja yang keluar dari situ"


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan langkah cepat Lim Han-kim melompat keluar
dari tempat tersebut Hatinya segera tergerak setelah
menyaksikan siok-bwee mengenakan pakaian ketat
dengan sebilah pedang tersoren dipunggungnya.
"Apa yang terjadi?" tegurnya cepat "Apakah sudah
terjadi sesuatu dipesanggrahan pengubur bunga?"
Bukan menjawab, siok-bwee malah balik bertanya:
"Bagaimana dengan keadaan nona kami?"
"Ia tertidur nyenyak sekali"
"Huuuh... terima kasih langit terima kasih bumi..."
siok-bwee menghembuskan napas panjang, sambil
merangkap tangannya di depan dada, kembali terusnya:
"semoga Thian maha pengasih dengan memberikan
rahmat dan perlindungan-Nya kepada nona kami.
semoga nona kami diberi umur yang panjang dan tubuh
yang sehat. Untuk itu siok-bwee bersedia dikurangi
usiaku untuk ditambahkan buat nona ..."
Ketika berbicara sampai di situ, dua titik air mata jatuh
berlinang membasahi pipinya.
Menyaksikan kesetiaan budak ini terhadap
majikannya, Lim Han-kim segera berpikir: "Kini,
pesanggrahan pengubur bunga sedang menghadapi
musibah besar, Bila aku beritahu kepada mereka bahwa
jiwa Pek si-hiang amat kritis dan berbahaya, pikiran serta
2182 perasaan siok-bwee dan Hiang-kiok tentu hancur lebur.
Dalam keadaan demikian mereka tak akan berminat
untuk menghadapi serbuan musuh lagi, Eh mm, lebih
baik aku bohongi mereka untuk sementara waktu..."
Berpikir begitu, sambil tertawa paksa katanya: "Nona
Pek telah berbincang semalaman denganku, kini ia
kecapaian dan tertidur nyenyak."
"Terima kasih banyak siangkong atas perhatianmu,"
kata Siok-bwee sambil menyeka air matanya dan
tertawa, "Bila kau dapat membujuk nona kami agar
keinginan hidupnya tumbuh, ia pasti akan temukan cara
pertolongan bagi dirinya, Untuk membalas budi kebaikan
ini, biar budak mesti jadi kuda atau kerbaupun, budak
rela berbakti selamanya untukmu ..."
Mendadak ia melihat kaki pemuda itu penuh
berlumuran darah, sambil menjerit kaget serunya: "Lim
siangkong, kau berdarah.."
"Tidak apa-apa, hanya tergores pedang usus ikan,"
sahut Lim Han-kim tersenyum.
"Parah tidak lukamu?"
"Aaah, cuma luka luar, tidak usah nona kuatirkan-.."
setelah berhenti sejenak, kembali lanjutnya: "Kau sudah
berseragam tempur, seakan-akan sedang menghadapi
serbuan musuh tangguh, sebetulnya apa yang telah
terjadi dipesanggrahan pengubur bunga ini...?"
"sebuah perahu mendar mandir terus di luar
pesanggrahan pengubur bunga, kini adik Hiang-kiok
sedang berjaga-jaga di pintu masuk sedang budak
2183 kemari untuk mengirim berita buat nona, Aaaai... tak
nyana nona sedang tidur nyenyak"
"Ia sangat lelah dan butuh tidur yang cukup setelah
berbincang-bincang semalaman denganku Tak usah
membangunkannya, Ayo ajak aku, biar kuperiksa
keadaannya" "siangkong, lebih baik kau tetap tinggal di sini
menemani nona," sela siok-bwee dengan mata berkedip.
"Budak percaya, dengan kemampuanku serta adik Hiangkiok.
ditambah dengan alat rahasia yang tertanam
sepanjang jalan masuk. kami masih mampu
membendung serbuan lawan."
"Ia sedang tidur nyenyak sekali, jadi tak ada gunanya
aku tetap tinggal di sini, dari pada mengganggu tidurnya
lebih baik biar kutengok sendiri keadaan di situ."
"Kalau begitu baiklah" siok-bwee segera membalikkan
badan dan beranjak pergi dari situ.
Lim Han-kim berjalan mengikuti di belakang siok-bwee
menelusuri jalan setapak menuju ke depan, mereka
berhenti di sebuah sudut bukit yang amat terjal
Ketika mendongakkan kepalanya terlihat, sinar merah
sudah mulai muncul di langit timur, rupanya fajar sudah
mulai menyingsing, Blaaammmmm ...
suara benturan keras bergema dari arah belakang.
sebuah batu cadas yang amat besar tahu-tahu sudah
bergeser menutup jalan masuk menuju ke ruang rahasia
tadi. Rupanya disaat pikirannya sedang bercabang itulah
siok-bwee telah menggerakkan alat rahasia untuk
2184 menutup kembali lorong tersebut, dengan begitu Lim
Han-kim tidak sempat melihat dengan jelas di mana letak
alat rahasia itu. setelah menutup pintu rahasia, buru-buru siok-bwee
berseru: "Kini adik Hiang-kiok menjaga pintu masuk
seorang diri, aku sangat mencemaskan keselamatannya.
Ayo kita ke sana secepatnya"
Tak selang beberapa saat kemudian sampailah Lim
Han-kim berdua di depan pintu masuk. Waktu itu Hiangkiok
dengan pedang terhunus sedang bersembunyi di
belakang sebuah batu besar sambil mengawasi gerakgerik
di luar jalur air. Betul juga, Di antara gulungan ombak dan percikan air
tampak sebuah sampan bergerak hilir mudik mengitari
perairan itu. Lim Han-kim menghampiri ke sisi Hiang-kiok. lalu
bisiknya: "Sudah kau lihat siapa yang datang?"
Hiang-kiok berpaling dan memandang sekejap wajah
Lim Han-kim yang jelek lagi aneh itu, lalu sambil
menahan rasa gelinya ia menyahut: "Belum terlihat
dengan jelas, mereka sembunyi di dalam ruang perahu,
yang tampak hanya dua lelaki mendayung itu."
"Lalu siapakah mereka?" dengan rasa tercengang Lim
Han-kim berpikir "Selain seebun Giok-hiong, siapa pula
yang tahu letak pesanggeahan pengubur bunga?"
Mendadak sampan itu memperlambat gerakannya,
kemudian pclan-pelan berlayar menuju ke jalur pintu
masuk. 2185 BAB 13. Berkorban Demi kekasih
"sialan" umpat Hiang-kiok. "Ingin mampus rupanya"
Tangan kirinya segera meraba tombol rahasia dan
setiap saat siap menggerakkan alat rahasia yang
tersedia, ketika berada sekitar beberapa depa darijalur
masuk, perahu itu menghentikan gerakannya secara tibatiba,
lalu pada ujung geladak muncullah seorang pemuda
tampan berbaju hijau yang menyoren sebilah pedang
dipinggangnya. seraya memberi hormat kearah jalur
masuk, tegurnya: "Adakah orang di situ?"
Hiang-kiok berpaling memandang siok-bwee sekejap.
kemudian bisiknya: "Cici, kau saja yang menjawab"
siok-bwee melangkah keluar dari tempat
persembunyian lalu sambil bertolak pinggang sahutnya
ketus: "Kau hendak mencari siapa?"
"Aku mendapat perintah dari nona seebun"
"Kembali saja kejalurmu semula," tukas Siok-bwee
cepat "Katakan kepada Seebun Giok-hiong, hari ini nona
kami tidak terima tamu"
Pemuda itu tampak agak tertegun, serunya keras:
"Tapi menurut perintah nona seebun, katanya beliau
telah mengadakan janji dengan tuan rumah"
"Tidak apa-apa, katakan saja hari pertemuan diubah"
"Baiklah" seru pemuda itu kemudian dengan perasaan
apa boleh buat, "Akan kusampaikan hal ini pada nona
seebun, tapi sebelum itu aku harus sampaikan sedikit
2186 bingkisan untuk tuan rumah, apakah nona bersedia
untuk menerimanya?" "Bingkisan apa?" tanya siok-bwee sesudah termenung
sebentar Dari sakunya pemuda berbaju hijau itu mengeluarkan
sebuah daftar, kemudian dibacanya:
"Bunga aneh sepuluh unting, tusuk konde kemala satu
pasang, surat rahasia satu pucuk, peti mati sebuah dan
mayat satu sosok." " Kurang ajar" umpat siok-bwee gusar "Masa peti mati
dan mayat juga dijadikan bingkisan" Buang saja mayat
itu ke dalam telaga sedang peti matinya lebih baik kalian
gunakan sendiri" "Kata- kataku belum selesai diucapkan, nona, Lebih
baik dengarkan dulu penjelasanku hingga selesai
sebelum menimbrung," tukas pemuda berbaju hijau itu
tegas. Hawa marah makin menggelora dalam dada siokbwee,
tapi perasaan ingin tahu mendesaknya untuk
mengendalikan emosi, tak tahan serunya: "Baiklah, kau
boleh lanjutkan penjelasanmu"
"Nona Seebun telah berpesan, tuan rumah boleh
menampik bingkisan berupa bunga dan tusuk konde itu,
tapi mayat berikut peti matinya harus diterima..."
"Kenapa?" "Nona seebun berpesan, dengan menerima mayat
berikut peti mati itu maka tuan rumah bisa
memperlihatkan sedikit rasa baktinya."
2187 "Apa kau bilang?" seru siok-bwee terperanjat
"Dengan menerima mayat berikut peti mati itu berarti
majikanmu bisa menunjukkan rasa baktinya kepada
orang tua." siok-bwee menarik napas panjang-panjang berusaha
menenangkan pikirannya yang gejolak. setelah itu
tanyanya: "Apa isi peti mati itu" Mayat tersebut mayat
siapa pua?" "Walaupun peti mati dan mayat itu kedengarannya
merupakan dua jenis bingkisan yang berbeda,
sesungguhnya kedua benda tersebut telah menjadi satu
padu. isi peti mati itu jelas adalah mayat, sedang mayat
dalam peti mati itu tak lain adalah mayat dari Gadis naga
berbaju hitam..." "Omeng kosong" jerit siok-bwee penasaran "Majikan
kami berilmu tinggi, tak nanti seebun Giok-hiong mampu
melukainya." Pemuda berbaju hijau itu tertawa hambar "Nona
seebun hanya menitahkan aku untuk menyampaikan
pesan tersebut, kini semua pesannya telah kusampaikan
tanpa mengurangi ataupun menambah dengan sepatah
kata pun." "Di mana peti mati itu sekarang?" tanya siok-bwee
setelah memaksakan diri untuk menenangkan hatinya,
"Kini masih berada dalam ruang perahu."
"ooooh, mengerti aku sekarang." siok-bwee tertawa
dingin "Rupanya kalian sengaja menciptakan berita yang
mengejutkan ini agar bisa menyusup masuk ke dalam
pesanggrahan pengubur bunga bukan?"
2188 Pemuda berbaju hijau itu tertawa, "Dalam hal ini nona
seebun juga telah berpesan, ia berkata dalam jalur
masuk ini pasti telah dipersiapkan alat jebakan yang
sangat hebat oleh karena itu bila aku sudah selesai
menjelaskan maksudnya maka aku harus segera
tinggalkan perahu ini untuk mengundurkan diri"
Bicara sampai di situ, ia segera terjun ke dalam air
dan berenang menjauhi tempat itu. Menyusul pemuda
berbaju hijau itu, kedua orang lelaki pendayungpun ikut
menceburkan diri ke dalam telaga dan berenang
menjauhi perahu yang mereka tumpangi Kani di atas
jalur masuk itu tinggal perahu tesebut terombang ambing
dimainkan ombak. Memandang perahu itu sekejap. Hiang-kiok berbisik
kepada saudaranya: "Cici, mari kita tengok perahu itu"
"Jangan, kita tak boleh termakan tipu muslihatnya."
"Aaaah, betul Untung cici lebih tua dan lebih matang
pengalamannya daripada aku, sudah pasti perahu
tersebut termasuk satu bagian dari siasat busuk seebun
Giok-hiong." Mereka berdua dengan empat buah sorot matanya
mengawasi terus gerak gerik perahu itu tanpa berkedip.
sepenanakan nasi sudah lewat, namun dari balik perahu
itu belum juga kelihatan sesuatu gerakan.
siok-bwee tak dapat menahan diri lagi, segera
bisiknya: "Kau berjagalah di sini, biar aku tengok perahu
tersebut seorang diri, Bila terjadi sesuatu atas diriku,
jangan perdulikan keselamatanku lagi, segera gerakkan
semua alat rahasia."
2189 "Tapi... mana boleh begitu?"
siok-bwee tidak perduli apakah Hiang kiok setuju atau
tidak. la segera melompat naik ke atas sebuah sampan
dan mendayungnya ke tengah. ia bertindak sangat hatihati,
sambil melompat naik ke atas perahu tersebut, ia
menghimpun segenap tenaga dalamnya untuk bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan.
Benar juga, di atas perahu itu tak tampak kehadiran
orang lain, persis di tengah ruang perahu membujur
sebuah peti mati. Di atas peti mati itu tertera beberapa huruf besar yang
berbunyi: "La yon dari Gadis naga berbaju hitam."
Penutup peti mati tersebut sudah ditutup, bahkan
disegel rapat, Di atas tutup peti mati itu tergeletak
sepasang tusuk konde kemala, di belakang tusuk konde
berjajar sepuluh unting bunga berbentuk aneh, sepasang
tusuk konde itu bersih berkilat dan memantulkan cahaya
berkilauan, sekilas pandangan saja orang sudah tahu
kalau benda itu merupakan benda ber-harga.
Dengan penuh seksama dan perhatian siok-bwee
memeriksa seluruh perahu itu, namun belum juga terlihat


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesosok bayangan manusia pun.
Menyaksikan kesemuanya ini ia mulai sangsi, pikirnya:
"Apa betul isi peti mati ini adalah jenasah nyonya
besar"Tapi kalau bukan jenasah nyonya besar, kenapa ia
utus orang untuk mengirimnya balik kepesanggrahan
pengubur bunga" Bila sekarang aku membawa peti mati
ini balik ke daratan, bukankah tindakanku ini akan
terjebak dalam siasat busuk seebun Giok-hiong" Tapi
2190 kalau misalnya kubiarkan disini, bagaimana seandainya
isi peti mati ini benar-benar jenasah dari Nyonya besar?"
sudah cukup lama dia mengikuti Pek si-hiang,
kecerdasan maupun pengalamannya sudah cukup hebat,
namun terhadap tindakan seebun Giok-hiong ini dia tetap
dibuat bingung dan tak habis mengerti.
Akhirnya sambil menghela napas pikirnya: "Sebetulnya
hanya nona yang bisa memecahkan teka teki ini, sayang
ia sedang tertidur nyenyak..."
sementara dia masih termenung, terdengar suara dari
Hiang-kiok telah bergema datangi "Enci siok-bwee,
adakah peti mati di perahu itu?"
"Ada" "Apakah isi peti mati itu adalah jenasah nyonya
besar?" "Di atas penutup peti mati itu memang tertUlis nama
besar nyonya, tapi isinya betul atau tidak masih sukar
ditentukan-" "Kenapa tidak kau buka danperiksa isinya"
"Peti mati itu sudah dipaku dan disegel."
" Kalau begitu biar aku menyusul ke sana untuk ikut
memeriksa" siok-bwee tahu, kedatangan Hiang-kiok ke atas
perahu itu sebenarnya tak berguna, Dengan usianya
yang masih muda, pengetahuan serta pengalamannya
masih kalah jauh bila dibandingkan dengan dirinya.
Sementara dia masih termenung, Hiang-kiok sudah
melompat naik ke atas perahu itu serta menerobos
2191 masuk ke dalam ruangan, Dasar gadis ini masih muda,
bersifat kekanak-kanakan, polos dan berpikiran suci,
begitu membaca tulisan yang tertera di atas penutup peti
mati itu, sambil cucurkan air mata ia segera jatuhkan diri
berlutut dan menangis meraung-raung.
Dengan cepat Siok-bwee menarik lengan saudaranya
sambil berseru: "Ayoh cepat bangun, sampai sekarang
kita masih belum bisa pastikan apakah isi peti mati ini
benar-benar jenasah nyonya besar atau bukan, siapa
tahu hal ini termasuk salah satu dari siasat busuk Seebun
Giok-hiong?" Sambil melompat bangun dan menyeka air mata,
sahut Hiang-kiok: "Betul juga perkataan cici, percuma
aku menangis tersedu-sedu bila akhirnya terbukti isi peti
mati ini bukan jenasah nyonya besar melainkan tipu
muslihat Seebun Giok-hiong."
Dengan suatu gerakan cepat ia menyambar penutup
peti mati itu dan siap membukanya secara paksa.
Baru saja hawa murninya hendak dikerahkan untuk
mengoyak penutup peti mati itu, dengan suatu gerakan
cepat Siok-bwee telah menekan tangan Hiang-kiok
sambil menegur: "Adik Kiok, jangan bertindak gegabah"
"Kalau tidak kita buka penutup peti mati ini, dari mana
bisa kita ketahui isinya?"
"Lebih baik kita kirim dulu peti mati ini ke daratan
pesanggrahan pengubur bunga sebelum
mendongkelnya." "Baiklah." pelan-pelan Hiang-kiok menarik kembali
tangannya, "Pengetahuan serta pengalaman cici jauh
2192 melebihi diriku, pendapatmu ini tentu lebih pas dan
tepat." Kedua orang itu pun lalu bekerja keras mendayung
perahu tersebut menuju kedaratan, kemudian dengan
susah payah menaikkan peti mati tadi ke daratan
sebelum mendorong kembali perahu tadi keluar dari
perairan sana. Lim Han-kim memandang peti mati itu sekejap. ia
seperti hendak mengucapkan sesuatu tapi niat itu
dibatalkannya kemudian "Gerakkan alat rahasia," bisik siok-bwee kepada
Hiang-kiok. "Dengan begitu seandainya seebun Giokhiong
mengetahui tempat pendaratan kepesanggrahan
pengubur bunga pun, ia tak mampu merapatkan
perahunya kemari." Tanpa banyak bicara Hiang-kiok mendorong sebuah
batu besar di belakang sana, diiringi suara gemerincing
nyaring. permukaan air telaga tampak sedikit beriak. tapi
dengan cepat segala sesuatunya pulih kembali dalam
keheningan Melihat tiada suatu gejala aneh yang tampak pada
permukaan jalur air, dengan perasaan keheranan Lim
Han-kim menegur: "Apakah alat rahasianya sudah
digerakkan?" "Alat rahasia itu khusus dirancang di dasar telaga yang
berhimpitan dengan dua dinding tebing, karena itu meski
sudah digerakkan namuntak nampak dari permukaan air,
Tapi jika ada orang atau perahu yang berani melewati
jalur air tersebut, mereka pasti akan menyentuh alat
2193 rahasia yang berakibat perahu itu tenggelam atau orang
tersebut tewas." "ooooh, rupanya begitu ..."
sambil menekan permukaan peti mati pemuda itu
melanjutkan "seandainya ada orang berbaring dalam peti
mati ini, bukankah dengan mudah orang tersebut dapat
ikut menyusup masuk kemari?"
Diam-diam ia mengerahkan tenaga dalamnya lalu
disalurkan ke balik peti mati itu.
"sesungguhnya budak pun telah berpikir sampai ke
situ," jawab siok-bwee pelan, "Tapi aku pun kuatir
seandainya isi peti mati itu betul- betul adalah jenasah
Nyonya besar, bila dibiarkan terapung di telaga hingga
tenggelam ke dasar air, bukankah aku harus
menanggung rasa sesal sepanjang hayat?"
Tergerak juga perasaan Lim Han-kim setelah usahanya
menghantam isi peti mati tersebut dengan tenaga dalam
ternyata tidak memberikan hasil apa pun, pikirnya:
"seebun Giok-hiong licik, keji dan banyak akal
muslihatnya. Kini ia sudah menganggap Pek si-hiang
sebagai musuh tangguhnya, berarti ia tentu berupaya
untuk menyingkirkan musuhnya ini secepat mungkin.
Tapi dia pun keder oleh kehebatan Pek si-hiang sehingga
tak berani turun tangan sembarangan. siapa tahu ia
betul-betul pergi mencari Gadis naga berbaju hitam dan
membunuhnya .. ." Berpikir sampai di situ, tanpa terasa muncul perasaan
bergidik dalam hati kecilnya, Misainya seebun Giok-hiong
betul- betul mencari ibU Pek si-hiang untuk
melampiaskan rasa dendamnya, apa sulitnya bagi
2194 perempuan iblis itu untuk mengunjungi lembah Hongyap-
kok di Pak-gak untuk menyatroni ibu kandungnya"
Melihat anak muda itu hanya berdiri termangu tanpa
menjawab sambil memegangi penutup peti mati itu, tak
tahan Hiang-kiok menegur: "Hei, kenapa kau termangumangu.
Masa gabungan tenaga kita bertiga masih kuatir
tak mampu mengalahkan dia seorang?"
Pelan-pelan Lim Han-kim menarik kembali tangannya
dari atas peti mati, ucapnya: "Seebun Giok-hiong licik,
banyak akal serta memiliki ilmu silat yang maha dahsyat
Aku rasa tenaga gabungan kita bertiga masih bukan
tandingannya, lebih baik nona berdua bersiap lebih hatihati."
"Apa yang perlu dikuatirkan?" Hiang-kiok membuka
matanya lebar-Iebar. "Sebelum membuka peti mati ini
kami sudah membuat persiapan yang matang, Asal kami
tahu kalau isi peti mati bukan nyonya besar, maka kami
akan turun tangan berat-berat tanpa memberi
kesempatan kepadanya untuk melawan."
Ia percaya kata- katanya tersebut amat cerdik dan jitu
hingga sengaja diutarakan dengan nada tinggi,
Tampaknya ia bermaksud agar orang yang berada dalam
peti mati itu ikut mendengar
Meskipun usia siok-bwee dan Hiang-kiok hanya selisih
sedikit, namun watak serta perangai mereka berbeda
jauh, Kalau siok-bwee tenang dan penuh perhitungan
maka Hiang-kiok polos dan bersifat kekanak-kanakan,
Lim Han-kim tidak tahu akal apa yang sedang
dipersiapkan gadis itu hingga sengaja bicara keras,
2195 karenanya dia pun tidak banyak bertanya dan
membungkam diri Dengan susah payah kedua orang dayang itu
menggotong peti mati tersebut ke depan hutan bambu,
lalu meletakkannya di tengah sebuah tanah lapang, Dari
punggUngnya Hiang-kiok meloloskan pedangnya lalu
disodorkan ke hadapan Lim Han-kim sambil serunya:
"Bawalah senjata ini."
Lim Han-kim menerima pemberian senjata itu. Belum
sempat ia menanyakan sesuatu, Hiang-kiok sudah berlari
masuk ke dalam rumah. Tak selang beberapa saat kemudian ia sudah muncul
kembali sambil membawa sebuah martil besi, katanya:
"Enci siok-bwee, kau dan Lim siangkong berjaga-jagalah
di tepi peti mati dengan pedang terhunus, sedang aku
akan berusaha membuka penutup peti mati ini. jika
isinya bukan nyonya besar, kalian harus segera
mencincang orang itu sampai mati"
Dia menganggap cara ini amat jitu dan sempurna,
maka tanpa meminta persetujuan dari Lim Han-kim serta
siok-bwee, ia segera menggerakkan martilnya untuk
menghancurkan penutup peti mati itu,
Begitu penutup peti mati itu terbuka, terlihatlah di
dalamnya berbaring sesosok tubuh perempuan berbaju
hijau yang wajahnya tertutup oleh rambut hingga sulit
untuk menyaksikan raut wajah sesungguhnya.
Baru saja Hiang-kiok menjulurkan tangannya hendak
menyingkap rambut yang menutupi wajah perempuan
berbaju hijau itu, mendadak terdengar siok-bwee
membentak keras: "Adik Hiang, jangan"
2196 "Kenapa?" tanya Hiang-kiok terkesiap sambil menarik
kembali tangan kanannya. "Apabila orang itu bukan nyonya besar tapi musuh
kita, maka bila tanganmu menyusup ke dalam secara
ceroboh,jalan darahmu pasti akan dicengkeram lawan,
Bayangkan bila sampai begitu, bukankah kami berdua
tak mampu turun tangan?"
"Betul juga ucapan cici"
siok-bwee segera mengerahkan tenaga dalamnya
yang disalurkan ke ujung pedang lalu dengan
menggunakan ujung pedang yang tajam ia singkap
rambut yang menutupi wajah perempuan berbaju hijau
itu. Lim Han-kim yang cuma sekejap bertemu dengan
Gadis naga berbaju hitam memang tidak terlalu
mengenal wajah perempuan itu, Berbeda dengan siokbwee
serta Hiang. dengan sekilas pandang saja mereka
sudah bisa mengenalinya. siapa tahu apa yang terjadi ternyata jauh di luar
dugaan siapa pun. Mereka berdua dengan empat mata
yang tajam menatap wajah perempuan berbaju hijau itu
tanpa berkedip. sampai lama sekali mereka tetap
membungkam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Menyaksikan sikap mereka yang aneh, dengan
perasaan tak sabar Lim Han-kim menegur "Apakah orang
itu nyonya Pek?" siok-bwee tidak menjawab, ujung pedangnya tetap
menuding di atas tenggorokan perempuan berbaju hijau
2197 itu, sedang Hiang-kiok dengan kening berkerut
menyahut: "Rasanya agak mirip. tapi juga tidak mirip ..."
"Masa kalian pun tak bisa memastikan wajah nyonya
Pek?" seru sang pemuda keheranan
"Bukannya tak bisa memastikan, cuma orang ini rasarasanya
mirip tapi juga tidak..."
"Heran," pikir Lim Han-kim. "Masa ada orang begini
bodoh, sebagai pelayan masa wajah nyonya besar sendiri
pun tidak kenai?" Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya,
pemuda itu segera berkata: "Bagi aku seorang pria,
rasanya kurang leluasa untuk periksa jenasah
perempuan, coba kalian berdua saja yang periksa adakah
bekas luka di tubuh perempuan itu?"
"Bila ia menderita luka dalam, dari mana kita bisa
temukan gejala serta pertandanya?" bantah Hiang-kiok.
"Tak usah diperiksa lagi" potong siok-bwee mendadak
dengan suara dingin, " orang ini bukan nyonya besar,
cepat tutup kembali peti mati ini, kita bakar saja sampai
ludas" Hiang-kiok tidak tahu kalau siok-bwee sengaja berkata
begitu karena hendak memancing reaksi dari dalam peti
mati, ia betul- betul menyahut sambil menarik penutup
peti mati itu. Dalam hati kecilnya siok-bwee mengeluh setelah
melihat saudaranya benar-benar menarik penutup peti
mati itu, tapi dia pun tak bisa membongkar siasat sendiri,
terpaksa pedangnya ditarik kembali. Pada saat Hiangkiok
hampir merapatkan kembali penutup peti mati itulah
2198 mendadak terasa ada segulung tenaga dahsyat
menerjang ke atas. seketika itu juga Hiang-kiok


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasakan sepasang pergelangan tangannya jadi kaku,
tahu-tahu penutup peti mati itu sudah mencelat ke udara
setinggi tujuh-delapan depa.
Menyusul mencelatnya penutup peti mati itu, terlihat
sesosok bayangan manusia meluncur ke tengah udara,
sementara penutup peti mati itu tergantung di udara dan
tengah meluncur kembali dengan kecepatan tinggi, di sisi
penutup peti mati itu sudah berdiri seorang perempuan
berbaju hijau. sambil membenahi rambutnya yang awut-awutan
terdengar perempuan berbaju hijau itu mengumpat
sambil tertawa: "Budak sialan, kejam amat hatimu Masa
aku hendak dibakar hidup,hidup...?"
Lalu sambil mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Lim Han-kim, dia menambahkan "Ehmmm ... kau
juga tega benar, melihat aku mau dibakar juga berdiam
diri saja" "Rupanya betul- betul kamu, seebun Giok-hiong" seru
Lim Han-kim. seebun Giok-hiong menyeka wajahnya dengan tangan
hingga pulih kembali ke wajah aslinya, kemudian
sahutnya tertawa: "Betul, memang aku selama ini aku
belum pernah berjumpa dengan Gadis naga berbaju
hitam, hanya pernah mendengar orang menceritakan
bentuk mukanya, maklumlah kalau samaranku kurang
mirip. karena itu terpaksa kututupi wajahku dengan
rambut. Eeei, siapa tahu rahasia ini pun berhasil kalian
bongkar" 2199 "Hmmm, hari ini nona Pek tidak terima tamu, mau apa
kau menyusup ke mari?" tegur Lim Han-kim ketus.
seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh, "Ha ha
ha... kenapa" ia sudah sakit parah hingga tak mampu
bergerak lagi?" ejeknya.
Lim Han-kim sangat terkesiap. segera pikirnya: "Hebat
benar perempuan ini, nyata sekali dia memang musuh
paling tangguh buat nona Pek."
Untung saja wajahnya masih berwarna-warni dengan
penuh bekas luka bacokan yang malang melintang,
hingga meski dia kaget dan sedikit panik, luapan
perasaan hatinya tak sampai terlihat di wajahnya.
Sesudah termenung sesaat, sahutnya: "Nona Pek
pintar dan menguasai segala pengetahuan yang ada di
dunia ini, mau adu kecerdasan atau adu kepandaian kau
masih bukan tandingannya. Kini dia enggan
menjumpaimu karena..."
Dengan sorot mata yang tajam Seebun Giok-hiong
awasi terus sepasang mata Lim Han-kim tanpa berkedip,
tukasnya: "Kau tak usah menghindari persoalan pokok
dengan memberi jawaban bukan sebagaijawaban
sesungguhnya. Katakan kepadaku, apa betul penyakit
yang diderita Pek Si-hiang sudah begitu parah hingga tak
mampu bergerak" Atau mungkin ia sudah mampus?"
"Kurang ajar" umpat Hiang-kiok gusar, "Nona kami
masih segar bugar, kenapa kau menyumpahinya agar
cepat mampus?" Seebun Giok-hiong tersenyum, "Oooh, kalau begitu
penyakitnya tentu sangat parah?"
2200 Siok-bwee maupun Hiang-kiok cukup tahu bahwa
kondisi penyakit yang diderita nonanya akhir-akhir ini
bertambah hari bertambah buruk, Teriebih lagi Lim Hankim,
ia tahu dengan pasti kondisi Pek Si-hiang yang
setiap saat dapat menghembuskan napas penghabisan
oleh karena itu pertanyaan langsung yang diajukan
Seebun Giok-hiong ini membuat mereka bertiga tak
mampu memberikan jawabannya.
Seebun Giok-hiong menengadah memandang fajar
yang baru menyingsing di ufuk timur lalu tertawa,
katanya lagi: "Kalian tak usah beriagak pilon di
hadapanku, padahal tanpa bertanya kepada kalian pun
aku sudah mengetahui dengan amat jelas, Pek si-hiang
tak nanti bisa hidup melewati hari ini"
Kembali Lim Han-kim berpikir: "Pek si-hiang menderita
penyakit aneh yang sangat parah, tidak sulit bagiorang
yang mengerti ilmu pertabiban dan pengobatan untuk
mengetahui kondisi tubuhnya. sebenarnya luar biasa
sekalijika ia bisa menghitung secara tepat saat
kematiannya, namun nyatanya sekarang seebun Giokhiong
dapat mengungkapnya, Meski selisih sedikit tapi
dari situasi yang dipaparkannya jelas sekali kalau semua
masalah sudah berada dalam perhitungannya.
Aneh betul, manusia dengan kemampuan sehebat ini
kenapa justru tak berani berhadapan secara langsung
dengan Pek si- hiang" Padahal kalau dia mau, dalam
sekali pukulan saja ia dapat mengirim Pek si- hiang
berpulang ke alam baka..."
sementara dia masih termenung, sambil tertawa
hambar seebun Giok-hiong telah berkata lagi: "Biarpun
2201 kamu bertiga turun tangan bersama pun masih bukan
tandinganku. Aku percaya kalian tentu menyadari akan
hal ini, lantas kenapa tidak kalian simpan senjata yang
terhunus itu" Atau mungkin betul-betul ingin bertarung
melawanku?" "Tahu kalau kau yang ada di dalam peti mati,
semestinya kuceburkan kalian ke dasar telaga" sumpah
Hiang-kiok gemas. "Hanya sayang seribu kali sayang, menyesal sekarang
pun tak ada gunanya" sambung seebun Giok-hiong
sambil tertawa. Lim Han-kim cukup sadar akan kekuatan yang mereka
miliki, maka ia membuang senjatanya paling dulu,
katanya: "Apa yang dia katakan memang betul, biar kita
bertiga turun tangan bersama pun masih tetap bukan
tandingannya, aku rasa nona berdua tak perlu berkeras
kepala lagi." Pelan-pelan siok-bwee membuang pedangnya ke
tanah, kemudian katanya: "sebetulnya apa maksudmu
berlagak macam orang mati untuk menyusup masuk
kepesanggrahan pengubur bunga ini?"
"Nanti saja kita baru bicara, sekarang ajak dulu aku
menjumpai nona Pek..." tukas seebun Giok-hiong
tersenyum. "sejak semula kami bertiga toh sudah jelaskan
berulang kali, hari ini nona Pek tidak menerima tamu,"
ungkap Lim Han-kim. "Lebih baik kau datang lagi besok"
sambung siok-bwee. 2202 "Dari pada susah payah pulang balik, lebih baik aku
menunggu semalam di sini saja."
"Huuuuh, si mUka tebal Tak tahu malu" maki Hiangkiok
jengkel "Belum pernah kujumpai ada tamu tak tahu
malu macam kau, nekat ingin menginap di rumah orang"
Berubah paras muka seebun Giok-hiong, tegurnya
ketus: "Hati-hati kalau bicara budak busuk. jangan
sampai membangkitkan hawa amarahku Hmmmm Kau
pasti menyesal berat nanti. .."
Meskipun seebun Giok-hiong di luarnya tampak seperti
seorang gadis muda yang nampak manja dan menawan
hati bila sedang tertawa, setelah naik darah, segera
terpancarlah suatu kewibawaan dan keketusan yang
menggidikkan hati. sepasang matanya mencorongkan sinar tajam
melebihi tajamnya sembilu, Ditatapnya wajah Hiang-kiok
tanpa berkedip membuat dayang itu bergidik tanpa
terasa, tundukkan kepalanya dan tidak berani banyak
bicara lagi. Melihat situasi sudah berubah kaku, selain itu juga
kuatir Hiang-kiok tak bisa menahan diri hingga
memancing hawa napsu membunuh dari seebun Giokhiong,
buru-buru Lim Han-kim menyela: "Baik. jika kau
tak kuatir menimbulkan amarah nona Pek. silakan saja
menunggu di sini." seebun Giok-hiong kelihatan agak tertegun, segera
tanyanya: "Di mana ia sekarang?"
"Maaf, sebelum mendapat ijin dari nona Pek. aku tak
berani memberikan jawaban"
2203 "Bila aku menyetujui syarat yang di-ajukannya,
bukankah dari posisi bermusuhan aku jadi sahabatnya?"
kata seebun Giok-hiong tertawa.
Lim Han-kim tidak menjawab, dalam hati kecilnya
kembali ia berpikir "setelah berulang kali dipecundangi
Pek si-hiang, nampaknya ia betul-betul menaruh
perasaan ngeri dan takut yang luar biasa terhadap nona
Pek. itu berarti apabila aku bisa memanfaatkan
kesempatan yang terbaik untuk menakut-nakuti iblis
perempuan ini, mungkln saja sifat liarnya bisa sedikit
agak terkendali..." Berpikir sampai di situ, tiba-tiba saja ia teringat
dengan siasat ke-37 yang pernah dibaca dari kitab milik
Pek si- hiang. Di situ dikatakan:
"Untuk berhasil menipu orang lain, tipulah diri sendiri
lebih dulu." Pemuda itu pun kembali berpikir: "Aku harus
dapat menipu diriku sendiri lebih dulu, dengan demikian
peranan yang kubawa baru bisa dimainkan secara hidup
dan luwes, Dengan peranan yang hidup, ia baru mau
percaya padaku ..." Melihat pemuda itu membungkam sampai lama sekali,
seakan-akan ada masalah serius yang sedang dipikirkan,
tak tahan lagi seebun Giok-hiong menegur dengan nada
ingin tahu: "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai...
sebetulnya penyakit yang diderita nona Pek memang
parah sekali," ucapnya.
Begitu ucapan tersebut diutarakan, siok-bwee dan
Hiang-kiok sama-sama dibuat terperanjat tanpa terasa
2204 sorot mata mereka dengan penuh rasa kaget bercampur
ngeri mengawasi anak muda itu tanpa berkedip.
seebun Giok-hiong berpaling memandang kedua orang
dayang itu sekejap. tiba-tiba serunya sambil
mengulapkan tangan: " Kalian berdua boleh pergi dulu,
aku hendak berbincang-bincang dengan Lim siang kong "
siok-bwee berkerut kening, serunya: "Lim siang kong,
kau ..." Lim Han-kim takut dayang ini salah bicara hingga
rahasianya terbongkar, bila begitu maka rencana yang
sedang dipersiapkanpun akan gagal total, maka buruburu
dia menyela: "Maksud kedatangan nona seebun
kemari tidak berniat jahat, lebih baik nona berdua
mengundurkan diri lebih dulu"
Hiang-kiok seperti hendak bicara lagi, tapi ia segera
ditarik siok-bwee untuk bersama-sama beranjak pergi
dari situ Menunggu sampai kedua orang dayang itu pergijauh,
Lim Han-kim baru menghela napas panjang dan berkata
lebih jauh: "Menurut penuturan nona Pek kepadaku, dia
mesti beristirahat selama tiga hari penuh sebelum dapat
lolos dari cengkeraman elmaut, Aaaai.. Tapi kalau
menurut hasil analisaku pribadi, kelihatannya kecil sekali
harapan baginya untuk hidup terus."
Beberapa patah kata yang terdahulu jelas merupakan
bagian dari rencana yang sedang diaturnya, sedangkan
kata- kata yang terakhir merupakan kenyataan
sesungguhnya, hingga tanpa terasa matanya jadi pedas,
titik air mata pun jatuh bercucuran
2205 seebun Giok-hiong hanya membungkam diri tanpa
mengomentari sepatah kata pun, hanya sepasang
matanya yangjeli mengawasi wajah Lim Han-kim tiada
hentinya. sampai lama kemudian pelan-pelan ia baru
berkata: "Bagaimana perubahan mimik wajahnya ketika
mengucapkan perkataan tersebut kepadamu?"
"orang ini memang luar biasa pintarnya," batin Lim
Han-kim cepat. "sekalipun pertanyaan yang diajukannya
amat sederhana, padahal mengandung arti yang amat
mendalam, apa yang harus kujawab?"
sementara pemuda itu masih berpikir, seebun Giokhiong
telah berkata lebih jauh: "Beritahu kepadaku
sejujurnya, maka aku pun dapat memberitahukan
kepadamu masih adakah harapan untuk menyelamatkan
dia dari cengkeraman elmaut..."
Lim Han-kim kuatir bila ia menunda-nunda waktu lagi,
tindakan tersebut justru akan memancing kecurigaan
seebun Giok-hiong, Dengan terpaksa ia pun menjawab:
"Ia mengucapkan dengan nada rendah, wajahnya
kelihatan sedih sekali."
"Coba pikirkan lagi dengan cermat, apakah begitu saja
mimik mukanya?" desak seebun Giok-hiong dengan
kening berkerut. Lim Han-kim tidak tahu apakah ucapannya tepat atau
tidak, tapi berhubung sudah terlanjur diucapkan dan
mustahil ditarik kembali, terpaksa sambil keraskan kepala
katanya cepat: "Aku masih ingat semua mimik mukanya
secara jelas, hanya itu saja yang kulihat."
Tiba-tiba seebun Giok-hiong menundukkan kepalanya
sambil membungkam diri, sampai lama kemudian ia baru
2206 mengangkat kepalanya lagi seraya berkata: "Dia masih
ada separuh harapan untuk tetap hidup,"
"syukur ..." pekik Lim Han-kim di dalam hati. "Tak
nyana dugaanku secara ngawur ternyata tepat sekali."
Dia pun menyela: "Padahal nona Pek sudah menduga
akan kedatanganmu pagi ini."
"sayang penyakit yang dideritanya kelewat parah dan
lagi khawatir kehadiranku di sini bisa membahayakan
keselamatan jiwanya, maka ia menitahkan kepada kalian
untuk menghalangi kedatanganku?" sambung seebun


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giok-hiong cepat. "Nona Pek tak punya maksud menghalangi
kedatanganmu." "Lalu maksud siapa", Masa ide kedua orang dayang
itu?" "Juga bukan. sebetulnya akulah yang mengusulkan ide
tersebut." " Kalau begitu aneh sekali." seebun Giok-hiong
tertawa cekikikan " Kenapa kau halangi kedatanganku
kepesanggrahan pengubur bunga ini?"
"sederhana sekali alasanku, Kini nona Pek sedang
sakit, padahal kami bertiga bukan tandinganmu
membiarkan kau hadir dipesanggrahan pengubur bunga
ini bukankah sama artinya dengan mengundang srigala
masuk ke dalam kamar?"
"Hmmm, meski perumpamaamnu tepat, tapi tak sedap
betul didengar" tegur seebun Giok-hiong dengan kening
berkerut 2207 "Aku tak pandai memilih kata- kata indah, aku hanya
tahu bicara apa sebenarnya."
"Mungkin Pek si- hiang terlalu parah sakitnya hingga
kesadarannya menghilang, masa dia lupa dengan
perjanjian hari ini?"
"soal itu belum sempat kudengar darinya."
Pelan-pelan seebun Gok-hiong mendongakkan
kepalanya memandang cuaca sekejap. kemudian
katanya: "Tapi hal ini tak bisa salahkan dia, memang
kedatanganku terlalu awal sedikit."
"Apa yang ingin kukatakan kini sudah selesai
diucapkan, apa rencanamu selanjutnya?"
"sekarang Pek si- hiang ada di mana?" tanya seebun
Giok-hlong sambil memandang bangunan loteng itu
sekejap. "sedang merawat penyakitnya di dalam ruang
rahasia." "Aku berjanji tak akan mencelakai jiwanya, apakah
kau bersedia mempercayaiku?"
"Tidak" Mula-mula seebun Giok-hiong agak tertegun menyusul
kemudian sahutnya sambil tertawa hambar "seandainya
aku bersikeras hendak menjumpainya?"
"Meskipun aku bersama siok-bwee dan Hiang-kiok
mengerti bahwa kekuatan kami bukan tandinganmu tapi
kami sudah siap untuk menghalangimu dengan sekuat
tenaga" 2208 Berkilat sepasang mata Seebun Giok-hiong, ia
mendengus dingin, "HHmmmm Kau anggap aku betulbetul
tak berani membunuh kalian?"
Lim Han-kim tertawa hambar.
"Bila Pek si-hiang dapat meloloskan diri dari
cengkeraman elmaut, ia pasti akan balaskan dendam
kami." Tiba-tiba seebun Giok-hiong menggerakkan tangan
kanannya, dengan kecepatan bagaikan sambaran petir ia
cengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan
Lim Han-kim. "Akan kutotok urat nadi Ngo-im-meh-hiat-mu, agar
kau cicipi bagaimana sakit dan menderitanya peredaran
darah yang mengalir terbalik" ancamnya.
Kembali Lim Han-kim tertawa, "Wajahku sudah kau
hancurkan, siksaan dan penderitaan yang berpuluh kali
lipat lebih hebat dari siksaan totokan pun sudah kuaiami,
apa yang harus kutakuti menghadapi kematian?"
"Apakah kau sangat mencintai Pek si- hiang?" pelanpelan
seebun Giok-hiong melepaskan cengkeramannya
atas urat nadi pemuda itu.
"Kecantikan nona Pek bagaikan bidadari yang turun
dari kahyangan ia pintar, baik dan berbudi luhur, tentu
saja aku amat menghormat dan mencintainya."
"Tahukah kau bahwa dia tak mungkin memberi
keturunan kepadamu?"
2209 "Bila dua hati sudah bersatu padu, jangan lagi soal
keturunan, biar ia berwajah sejelek kuntil anakpun aku
Lim Han-kim tak akan persoalkan di dalam hati"
"Waaah, kalau begitu kau betul- betul menaruh rasa
cinta yang mendalam ter-hadapnya" kata seebun Giokhiong
sambil tertawa. Lim Han-kim tidak langsung menjawab, pikirnya:
"Kecerdikan perempuan ini luar biasa. Di antara 36 siasat
yang ada mustahil bisa mengelabuinya, terpaksa aku
harus gunakan siasat menipu aku lebih dulu baru
membohonginya guna menjatuhkan dirinya ..."
Berpikir demikian, dia pun berkata sambil menghela
napas panjang: "Hanya sayang sekali penyakit yang
diderita nona Pek amat parah, sedang kemampuanku
juga tak mungkin bisa menolongnya ..."
Paras muka Seebun Giok-hiong agak berubah, tapi ia
segera tertawa hambar "Antara Li Tiong-hui dengan Pek
Si-hiang, masing-masing memiliki keistimewaan yang
berbeda, walaupun begitu, Li Tiong-hui berasal dari
keluarga kenamaan, kenapa sih kau justru lebih
mencintai Pek Si-hiang yang sudah sekarat dan setiap
saat bisa mampus itu?"
"cinta itu memang buta, meski tahu pahit pun tetap
manis rasanya di dalam hati."
"Tidak kusangka kau seorang pemuda yang begitu
romantis" setelah berhenti sejenak. kembali terusnya:
"Bila kau percaya dengan janjiku, mari kita rundingkan
satu persoalan penting."
"Soal apa?" 2210 "Asal kau bersedia memberitahu kepadaku di mana
Pek Si-hiang berada sekarang, aku berjanji akan
jodohkan kau dengan Li Tionghui, Bahkan aku pun tak
segan-segan menggunakan obat mestika simpananku
untuk memulihkan kembali wajahmu seperti sediakala"
"Ternyata ia memang datang dengan membawa
rencana busuk," pikir Lim Han-kim cepat, "Tampaknya
sehari ia belum berhasil membunuh Pek Si-hiang, sedetik
pula dia tak akan melepaskan diri..."
Berpikir begitu, ia pun balik bertanya dengan nada
dingin: "Bagaimana kalau aku tak setuju?"
"Sekalipun kau tak takut mati, toh masih ada kedua
orang dayang itu, aku tak percaya mereka terdiri dari
otot kawat balung besi."
Lim Han-kim tertawa hambar.
"Kesetiaan mereka terhadap majikannya melebihi apa
pun, aku yakin keteguhan hati mereka masih jauh di atas
diriku." "Hmmm, kau kira tanpa mengatakan tempat
persembunyiannya maka aku tak bisa mencarinya
sendiri?" Dengan langkah lebar ia berjalan menuju ke
bangunan loteng itu. Lim Han-kim tahu percuma saja berusaha
menghalangi niatnya, karena itu dia hanya mengikuti di
belakang gadis itu. Dalam saat itu Hiang-kiok dan siok-bwee sudah
mengundurkan diri ke dalam bangunan loteng itu, sudah
cukup lama mereka berunding rapi belum juga berhasil
menemukan cara terbaik untuk menghadapi seebun
2211 Giok-hiong, Belum lagi keputusan diambil, tahu-tahu
seebun Giok-hiong telah menerjang masuk ke dalam
bangunan loteng itu dengan langkah lebar.
"Mau apa kau?" siok-bwee segera menegur sambil
menghadang di depan pintu masuk.
"Minggir" bentak seebun Giok-hiong sambil
mencengkeram lengan kiri siok-bwee dan melemparnya
ke belakang. Tak ampun lagi tubuh siok-bwee terlempar sejauh
tujuh-delapan depa lebih dan roboh terjengkang di atas
tanah, untuk berapa saat ia tak mampu merangkak
bangun. Melihat kedahsyatan seebun Giok-hiong dalam
serangannya, Hiang-kiok jadi terkesiap dan berdiri
melongo, sangat cepat gerakan tubuh seebun Giokhiong,
sementara Hiang-kiok berdiri melongo, ia sudah
menerjang masuk ke dalam ruangan.
Menanti Hiang-kiok sadar dari lamunan dan siap
mencegah, seebun Giok-hiong telah naik ke atas loteng
dan lenyap dari pandangan mata. Lim Han-kim yang
menyusul tiba segera menarik ujung baju Hiang-kiok
sambil bisiknya: "Nona Kiok. jangan dikejar, mustahil kita
bisa menghalanginya, Cepat kau tolong nona siok-bwee"
Pikiran Hiang-kiok memang masih polos dan belum
punya pendirian, ia pikir menolong siok-bwee memang
pekerjaan yang terpenting saat itu, karenanya ia segera
memburu ke sisi tubuh saudaranya dan menegur dengan
rasa khawatir: "parah tidak lukamu cici Bwee?"
2212 "Masih agak mendingan," jawab siok-bwee sambil
menggeteng. "Adik Hiang-kiok. ucapan Lim siangkong
memang betul, kita bertiga bukan tandingannya, Yang
kutakuti sekarang hanya nona, bila ia gagal menemukan
tempat persembunyian nona, sudah bisa dipastikan ia
akan menggunakan siksaan yang paling keji untuk paksa
kita menunjukkan tempat persembunyiannya. ingat baikbaik
adik Kiok, kau tak boleh membongkar rahasia
tersebut kendati apa pun yang terjadi."
"Tak usah kuatir cici, biar dibunuh pun aku tak akan
bicara..." sahut Hiang-kiok tegar, kemudian sorot
matanya dengan ragu dialihkan ke wajah Lim Han-kim,
tambahnya: "Cuma saja... Lim siangkong..."
"Huusss, jangan sembarangan bicara" tukas siok-bwee
cepat "Lim siangkong adalah seorang lelaki sejati, mana
mungkin dla akan menghianati nona... Aaaai Adik Hiangkiok,
aku tahu kau tidak takut mati, tapi orang itu licik
dan kejam, ia pasti mempunyai banyak cara untuk
menyiksa kita habis-habisan, aku kuatir kita tak bisa
menahan siksaan tersebut."
"Lantas apa baiknya?" Dari dalam sakunya siok-bwee
merogoh keluar sebuah botol porselen dan menuang
sebutir pil berwarna merah, katanya: "Masukkan pil ini ke
dalam mulut Apabila kau tak tahan dengan siksaan dari
seebun Giok-hiong nanti, gigitlah pil tersebut dan segera
telan ke dalam perut"
Hiang-kiok segera menerima pil itu, dipandangnya
sekejap lalu segera dimasukkan ke dalam mulut,
tanyanya kemudian: "Bila tertelan, apakah kita akan
segera mati?" 2213 "Yaa, cepat sekali, belum sampai hitungan kesepuluh,
racun itu sudah mulai bekerja."
Bicara sampai di situ, dia pun menuang keluar sebutir
dan memasukkannya ke dalam mulut
"Bagaimana kalau berikan sebutir juga untukku?" pinta
Lim Han-kim tiba-tiba. siok-bwee tersenyum.
"Lim siangkong tak usah minum racun untuk
menemani kami mati. sebagai dayang, sudah menjadi
kewajiban kami untuk berkorban diri, sedang Lim
siangkong... kau tidak harus berbuat begitu."
"Baiklah" seru Lim Han-kim sambil tertawa. "Bila kalian
ingin tahu alasanku untuk minum pil racun itu,
katakanlah bahwa aku berkorban demi cinta"
siok-bwee membelalakkan matanya lebar- lebar,
serunya tak tahan: "sudahkah kau katakan hal tersebut
kepada nona kami?" "Nona Pek amat cerdik dan luar biasa, tiada secuwil
urusan di dunia ini yang bisa lolos dari dugaannya, buat
apa aku mesti jelaskan secara terang-terangan?"
"Bila nona tahu kalau Lim siangkong mencintainya,
semangat untuk hidupnya tentu akan meningkat..."
"Sstt... Seebun Giok-hiong telah datang," mendadak
Hiang-kiok berbisik, Dengan suatu gerakan yang amat
cepat Lim Han-kim menyambar sebutir pil kemudian
menjejalkannya ke dalam mulutnya.
Bab 14. Menelan pil Racun
2214 Belum habis siok-bwee menyimpan kembali botol
porselennya, bagaikan hembusan angin seebun Giokhiong
telah tiba di situ. sambil mengawasi wajah Lim
Han-kim, tegurnya: "Hei, apa yang kau makan?"
" Racun sebutir pil beracun yang sangat jahat, dalam
sekejap mata nyawaku bisa melayang"
Pelan-pelan seebun Giok-hiong berpaling kearah siokbwee,
sambil ulurkan tangannya ke muka, bujuknya
lembut: "Racun apakah itu, coba berikan kepadaku"
"Tidak. Aku tak akan memperlihatkan padamU" siokbwee
menggeleng berulang kali sambil mundur dua
langkah. Dengan sorot matanya yang tajam seebun Giok-hiong
memandang sekeliling tempat itu sekejap. kemudian
katanya lagi: "Tanah daratan disini paling banter cuma
selebar ratusan kaki persegi, biarpun kalian enggan
memberitahu kepadaku, toh akhirnya aku akan berhasil,
juga menemukan tempat persembunyiannya "
"Jadi kau benar-benar berani menjumpai nona kami?"
tegur Hiang-kiok coba menggertak.
seebun Giok-hiong tertawa, "Ia sudah hampir mampus
gara-gara penyakitnya, kenapa aku tak berani?"
sahutnya. "Hmmmm, jika aku berani mengganggu
ketenangannya, hati- hati kalau sampai terbunuh
olehnya." sebetulnya sudah cukup lama dayang ini menahan diri,
semua kekesalan dan rasa mendongkolnya tak
terlampiaskan keluar, tapi setelah ia telan pil beracun


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

2215 dan siap menghadapi kematian, keberanian pun secara
otomatis ikut meningkat pula.
Bilamana ia teringat akan kekejian seebun Giok-hiong
serta perbuatan-perbuatannya yang menjengkelkan,
ingin sekali gadis ini memakinya habis-habisan, tapi dia
pun merasa bingung karena tak punya alasan untuk
mengumpat orang, akhirnya dengan meminjam nama
majikannya dia pun memaki beberapa patah kata untuk
melenyapkan rasa dongkolnya itu.
Terdengar dayang itu berkata lebih jauh: "Hmmmm,
jadi kau menyumpahi nona kami cepat mati hanya
dikarenakan kondisi badan nona kami kurang sehat" Kau
mesti tahu, tiada persoalan di dunia ini yang bisa
menyulitkan dirinya. Memang betul sebenarnya ia sudah
bosan hidup, tapi bila teringat akan kekejian dan
kebusukanmu serta mengingat ke-beradaanmu di muka
bumi hanya akan menyusahkan orang lain, maka ia
sudah berubah pikiran sekarang, ia berniat untuk hidup
berapa tahun lagi, ia baru akan mati dengan perasaan
lega sesudah membinasakan dirimu"
Terdorong perasaan mendongkolnya yang meluap.
ucapan ini sebetuinya hanya kata-kata karangan saja
yang bersifat memanasi hati lawan, apa mau dikata
seebun Giok-hiong yang cerdik justru menanggapinya
secara lain, begitu selesai mendengar ucapan tersebut
segera pikirnya dalam hati: "Bila ia berniat membohongi
aku, ucapannya tentu akan dibuat amat menarik agar
aku mempercayainya seratus persen, justru kata-kata
polos macam kanak-kanak inilah yang bisa dipercaya."
2216 Sementara itu Siok-bwee cukup tahu akan sifat
adiknya, Hiang-kiok. gadis itu polos, bersifat kekanakkanakan
dan sama sekali tak berencana, bila dibiarkan
berbicara lebih jauh niscaya banyak titik kelemahan yang
akan terlihat. Maka buru-buru ia menyela: "Adik Hiangkiok.
tak usah berbicara lagi dengannya, toh apa pun
yang kau katakan tak akan dipercayai olehnya, buat apa
memetik kecapi di depan kerbau?"
seebun Giok-hiong mengernyitkan alis matanya,
katanya: "Nona kalian sengaja mengundangku datang
kemari, Aku percaya ia tentu punya urusan yang hendak
dibicarakan maka sebelum berjumpa dengan nona kalian,
terpaksa aku harus tetap tinggal di sini untuk
menantinya." "Buat apa kau tinggal di sini?" tegur Hiang-kiok
penasaran "Buat apa" Tentu saja menunggu nona Pek" seebun
Giok-hiong tertawa. "Kau memang tamu bermuka tebak tidak diundang
juga nekat akan menginap. Hmmm Pokoknya tak akan
ada orang yang memberi makan untukmu"
Di luar dugaan ternyata watak seebun Giok-hiong
berubah sama sekali, ia segera tersenyum
" Tidak apa- apa," sahutnya, "sudah seringkali aku
duduk bersemedi, tiga sampai lima hari tidak makanpun
bukan persoalan." "Tapi kami tak punya tempat kosong untuk tempatmu
menginap" 2217 "Juga tak apa-apa, sudah terbiasa aku duduk di udara
terbuka, asal ada sebidang tanah kecil untuk aku duduk
pun sudah lebih dari cukup,"
"Hmmm kelihatannya kau memang nekat ingin tinggal
di sini." " Tepat sekali, sebelum berjumpa dengan nona Pek.
aku tak akan pergi dari sini"
Melihat sifat keras kepala lawannya, diam-diam siokbwee
jadi gelisah, pikirnya: "Jelas sudah ia bisa nekat
ingin tetap tinggal di sini karena menduga penyakit yang
diderita nona sudah teramat parah, Waaah... jelas gerakgerikku
jadi kurang bebas dengan kehadirannya di sini,
Aku jadi tak dapat mengirim kabar untuk nona di ruang
rahasia, apa baiknya" Apakah harus mengulur waktu
terus?" Lim Han-kim sendiri pun diam-diam sangat murung
setelah menyaksikan situasi di depan mata, sekalipun
seebun Giok-hiong sudah dapat memastikan kalau
penyakit yang diderita Pek si- hiang sudah amat parah,
namun ia tak akan berlega hati sebelum menyaksikan
sendiri jenasah Pek si- hiang.
Padahal perempuan iblis itu pun tak rela
mengundurkan diri dengan begitu saja, bila waktu
berlarut-larut maka pada akhirnya duduk perkara yang
sebenarnya pasti akan diketahui olehnya. Begitu dia
yakin Pek si-hiang sudah mati atau sakit parahnya sudah
tiada harapan lagi, secara mudah ia tentu akan mencabut
nyawa mereka bertiga, itu berarti sebelum rasa curiganya
betul- betul lenyap. ia harus berusaha keras untuk
mengusirnya pergi dari pesanggrahan pengubur bunga.
2218 Masalahnya sekarang, ilmu silat yang dimiliki seebun
Giok-hiong kelewat hebat, kecerdasan otaknya juga
melebihi siapa pun, itu berarti susah bagi mereka untuk
menipu gadis ini. Pada saat itu seebun Giok-hiong sudah mengambil
tempat duduk di tepi semak belukar, katanya: "Kalian
bertiga boleh beristirahat tak usah mengurusi aku lagi."
selesai berkata, ia pejamkan mata dan tidak menggubris
mereka bertiga lagi. Dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara Lim
Han-kim segera berbisik: "Nona berdua, harap segera
balik ke ruang dalam, kita harus membicarakan sebuah
cara yang terbaik untuk menghadapinya."
siok-bwee sudah pernah merasakan kelihaian
perempuan itu ia mengerti, dalam satu gebrakan saja
seebun Giok-hiong mampu mencabut nyawanya, oleh
sebab itu tanpa banyak bicara ia segera mengundurkan
diri dari situ. secara diam-diam Lim Han-kim memperhatikan terus
gerak-gerik Seebun Giok-hiong. Ternyata ia tidak
melakukan suatu gerakanpun ketika mereka bertiga
meninggal-kan tempat itu, malahan kelopak matanya
pun tidak berkedip. sekembalinya kedalam ruangan, Lim
Han-kim bertiga mulai berunding sambil mencari jalan,
namun setengah harian sudah dihabiskan, satu carapun
belum berhasil mereka temukan, sambil menghela napas
panjang siok-bwee berkata kemudian: "Kelihatannya sulit
buat kita untuk menemukan cara terbaik, kita harus
minta petunjuk nona."
2219 "salah satu di antara kalian berdua harus berusaha
menyusup masuk ke dalam ruangan secara diam-diam,
Beritahu kepada nona Pek situasi yang kita hadapi
sekarang, siapa tahu ia punya cara untuk memukul
mudur musuh kita ini," kata Lim Han-kim.
"Tidak bisa, aku dan adik Hiang-kiok tidak
diperkenankan memasuki ruangan itu Kalau harus pergi,
lebih baik Lim siangkong saja yang pergi ke sana"
"Aku tidak tahu cara membuka pintu rahasia itu, Bila
aku yang mesti pergi, berarti salah satu di antara kalian
berdua harus temani aku ke sana. Pergi sendirian saja
sudah berbahaya sekali apalagi dua orang jalan
berbareng, sulit bagi kita untuk meloloskan diri dari
pengawasan seebun Giok-hiong." siok-bwee dan Hiangkiok
segera ter-bungkam. Melihat kedua orang dayang itu sudah berhasil
dibujuknya, buru-buru Lim Han-kim berkata lebih jauh:
"sekarang waktu sudah amat mendesak. sekalipun
pcraturan yang diterapkan nona kalian sangat ketat,
situasi memaksa kita harus melanggarnya sekali ini saja,
Tak usah kuatir, bila ia menyalahkan kalian di kemudian
hari, biar aku yang memikul resikonya"
"Baik" seru Hiang-kiok kemudian sambil bangkit
berdiri, "Biar aku yang berangkat"
"Sementara kau bersiap sedia, aku akan mengajak
seebun Giok-hiong bicara, agar pendengarannya
terganggu," ucap Lim Han-kim.
"Aku akan menyusup keluar lewat jendela loteng..."
bisik Hiang-kiok, Tapi baru berjalan berapa langkah,
2220 mendadak ia berhenti lagi seraya bertanya: "Bagaimana
seandainya nona sudah tertidur?"
siok-bwee tertegun, tiba-tiba air mata jatuh berlinang
membasahi pipinya. sedang Lim Han-kim menyahut
sambil menghela napas: "Kalau begitu coba bangunkan
dia." "Aaaai..." Mendadak siok-bwee menghela napas
panjang. "seandainya nona sudah tertidur untuk
selamanya, kami pun sudah tak punya kenangan lagi
disini, biar seebun Giok-hiong tidak membUnuh kami,
kami berdua juga tak ingin hidup terus"
Lim Han-kim tertegun, baru sekarang ia memahami
arti sebenarnya dari perkataan dua orang itu, Rupanya
kedua orang dayang ini sudah mengetahui dengan jelas
betapa parahnya penyakit yang diderita nonanya,
masalah kematian hanya tinggal soal waktu saja, Meski
demikian mereka berdua enggan menggunakan kata
"Mati", karenanya sebagai gantinya mereka pergunakan
istilah "tertidur selamanya",
Air mata jatuh berlinang membasahi pipi Hiang-kiok
yang merah, katanya lirih: "seandainya nona sudah
tertidur, aku akan tetap tinggal di sana untuk
menemaninya." "Baiklah." siok-bwee manggut-manggut. "Kami akan
berusaha mengulur waktu hingga tak bisa diulur lagi.
Apabila seebun Giok-hiong sudah pergi meninggalkan
tempat ini, aku akan segera menyusul ke ruangan untuk
menjenguk kau serta nona."
sepertinya ucapan tersebut hanya ucapan biasa tanpa
maksud apa-apa, tapi justru di situlah terlihat pancaran
2221 sifat tulusnya perasaan persaudaraan di antara mereka
berdua, Lim Han-kim sendiri meski hanya membungkam
diri, dalam hati kecilnya pun amat murung dan masgul, ia
dapat merasakan betapa akrabnya hubungan
persaudaraan di antara kedua orang dayang itu.
Dengan ujung bajunya Hiang-kiok menyeka air mata
yang membasahi pipinya, sekulum senyuman yang
sangat tenang tersungging di ujung bibirnya, ia tidak
gentar juga tak ragu, senyuman itu sepantasnya
merupakan senyuman terindah di dunia saat itu, senyum
penuh kedamaian dan kepasrahan
"Enci Bwee, Lim siangkong, aku segera berangkat,
kalian harus baik-baik jaga diri," bisiknya.
selangkah demi selangkah ia berjalan menaiki anak
tangga. Memandang hingga bayangan punggung saudaranya
lenyap dari pandangan, siok-bwee hanya terbungkam
diri, sepatah kata pun tak mampu diucapkannya,
sesungguhnya banyak bicara pada saat seperti ini
memang tak ada gunanya, perpisahan antara mati dan
hidup memang cuma bisa dirasakan dalam lubuk hati
yang paling dalam. Lim Han-kim menghela napas sedih, katanya sambil
bangkit berdiri: "Aku akan mengajak seebun Giok-hiong
berbincang-bincang."
Ingin sekali ia menghibur siok-bwee dengan berapa
patah kata, namun ia pun menjumpai kata-kata manapun
di dunia ini sulit untuk mengutarakan perasaan hatinya
yang benar, karena itu sambil menahan diri ia beranjak
pergi dari situ. 2222 seebun Giok-hiong masih duduk di tepi gerombolan
bunga, matanya terpejam rapat, Di bawah sinar matahari
pagi terlihat pipinya yang merah dan paras mukanya
yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.
Tampaknya ia sedang semedi, biarpun Lim Han-kim
sudah tiba di sisi tubuhnya pun ia masih belum merasa.
Lim Han-kim menghentikan langkahnya, pelan-pelan ia
duduk di hadapannya seraya menyapa lirih: "Nona
seebun" "Ehmmm, ada apa?" seebun Giok-hiong
menggerakkan matanya dan tertawa.
"Kau bersikeras menjaga dipesanggrahan pengubur
bunga ini tanpa niat pergi dari sini, apakah maksudmu
hanya ingin melihat jenasah nona Pek?"
" Kenapa" Dia sudah mati?" seebun Giok-hiong
membelalakkan matanya lebar- lebar.
Lim Han-kim sengaja tertawa ringan, sahutnya sambil
menggeleng: "oooh... belum. ia sudah bilang mau hidup
berapa tahun lagi." "Aku percaya dia adalah Tokoh paling hebat dalam
dunia persilatan dewasa ini, tapi aku tak percaya ia betulbetul
bisa mengubah nasib dan takdirnya dari kematian
menjadi kehidupan." Lim Han-kim segera berpikir: "Baik ilmu silat maupun
kecerdasannya wanita ini jauh melebihi kemampuanku.
Bila aku berbicara tanpa dasar yang kuat, rahasia
kebohonganku jelas akan segera terbongkar, Aku mesti
selipkan juga kenyataan yang sesunggUhnya dalam
pembicaraan nanti..." setelah berpikir begitu, dia pun
2223 berkata: "setelah kau merasa begitu yakin Pek si- hiang
pasti akan mati, tahukah kau penyakit apa yang
sebetuinya dia idap?"
"Entahlah," sahut seebun Giok-hiong agak tertegun
"Tapi aku yakin penyakit itu pasti sejenis penyakit ganas
yang sukar untuk diobati."
"Jawabanmu kelewat ceroboh dan menggelikan tapi


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bila nona ingin tahu, aku bersedia untuk menjelaskan."
"Baiklah, aku siap mendengarkan."
"Sesungguhnya nona Pek mengidap penyakit Sam-imcoat-
meh" "sam-im-coat-meh?" seebun Giok-hiong
membelalakkan matanya, "Penyakit ganas itu merupakan
penyakit bawaan sejak lahir, sekalipun tabib Hoa Tuo
hidup kembali pun mustahil bisa menyembuhkan
penyakit tersebut..." setelah tersenyum lanjutnya:
"Tempo hari, ketika aku mencoba mengamati air
mukanya, sudah kulihat cahaya hitam menyelimuti
keningnya, itulah pertanda kalau usianya sudah hampir
berakhir" "Hmmmm, nona seebun, tidakkah kau merasa
pengetahuanmu ini kelewat cetek?" tukas Lim Han-kim
dingin. "Waaah... waaah... nyalimu makin hari makin
bertambah besar Kau tidak kuatir menggusarkan aku?"
seru seebun Giok-hiong tertawa.
"Aku bicara sejujurnya dengan dasar yang kuat. Biar
nona marah, aku hanya bisa bicara seadanya."
2224 "Tak disangka baru berpisah berapa hari, kau sudah
berubah makin hebat. Baiklah, akan kudengar
penjelasanmu itu." " Ucapan nona memang betul, dalam semua kitab
pertabiban maupun ilmu pengobatan memang dikatakan
bahwa penyakit sam-im-coat-meh tak mungkin dapat
disembuhkan, tapi nona telah lupa dengan satu hal
besar." "Hal apa?" " Kenapa nona tidak mencoba menelusuri sistim
penyembuhan melalui ilmu silat?"
"Ilmu silat apa itu?"
"Ada sejilid kitab pusaka ilmu silat yang luar biasa
sekali, aku tidak tahu nona pernah membacanya atau
tidak." "sudah, tak usah jual mahal lagi Cepat katakan apa
nama kitab ilmu silat itu"
Lim Han-kim memang sengaja hendak memancing
kemarahan, kegugupan, rasa terkejut dan rasa panik
perempuan itu sehingga pikiran dan perhatiannya
terpecahkan Tapi dia pun cukup mengetahui akan
kecerdasan gadis itu, bila terlalu menunda-nunda waktu,
bisa jadi akan menimbulkan kecurigaannya, Maka dari itu
segera jawabnya: "Pernah nona tahu tentang kitab
pusaka ilmu sembilan iblis?"
Dengan kening berkerut seebun Giok-hiong berpikir
beberapa saat lamanya, kemudian ia menggeleng,
"Rasanya belum pernah kudengar."
2225 "Ha ha ha... kalau begitu pengetahuan nona boleh
dibilang terlalu picik dan cetek."
Berubah paras muka seebun Giok-hiong. tampaknya
dia hendak mengumbar hawa amarahnya, tapi tiba-tiba
saja ia menahan diri sahutnya kemudian sambil tertawa
hambar: "Anggap saja pengetahuanku memang picik dan
cetek. bagaimana kalau kumohon petunjuk dari
siangkong?" "Terima kasih, terima kasih sesuai dengan namanya,
semestinya nona bisa menduga bahwa kitab pusaka
sembilan iblis itu merupakan hasil karya sembilan orang
jago yang tergabung menjadi satu. Kesembilan orang itu
masing-masing mencatatkan sejenis ilmu silatnya yang
paling tangguh ke dalam kitab tersebut yang kemudian
dikombinasikan serta dikaitkan antara satu ilmu dengan
ilmu yang lain menjadi satu rangkaian ilmu silat baru.
Hanya saja ilmu silat ini kelewat ganas, hebat dan
jahat Nona Pek yang menyadari akan kekejian ilmu tadi
sebetulnya enggan melatihnya, ia lebih rela mati karena
penyakitnya dari pada mempelajari ilmu jahat itu, tapi
sekarang, dia telah berubah pikiran ..."
"Kenapa berubah pikiran?"
"Gara-gara kau Dia tak ingin membiarkan kau
menciptakan badai pembunuhan dalam dunia persilatan
oleh sebab itulah dia putuskan untuk mempelajari ilmu
sesat tersebut guna mengobati penyakitnya, Dia ingin
hidup berapa tahun lagi sambil mengamati gerakgerikmu,
jika kau berani menciptakan badai pembunuhan
Badai Awan Angin 33 Sembilan Pusaka Wasiat Dewa Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear Pendekar Misterius 5
^