Pencarian

Pedang Keadilan 29

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 29


mendengar. Lim Han-kim mencoba mengamati situasi di
seputarnya, ia menjumpai kedelapan lelaki itu mengambil
posisi dengan kedudukan pat-kwa, ini berarti betapapun
cepatnya gerakan tubuh Lim Han-kim dan bagaimana
pun ia berusaha berkelit, sulit baginya untuk lolos dari
kepungan tersebut. Terdengar si kusir buta itu berteriak keras: "Gunakan
posisi Pat-kwa untuk mengurungnya, hati-hati, bajingan
cilik ini cukup tangguh" Delapan lelaki bergolok itu tetap
membungkam, tak kedengaran sedikit suarapun.
Dengan perasaan keheranan Lim Han-kim berpikir: "
Heran, kenapa mereka tetap membisu" Jangan-jangan
mereka memang tak bisa berbicara" Kalau tidak. masa
terhadap orang sendiri pun mereka tak ambil perduli?"
Belum habis ingatan tersebut melintas, mendadak
terdengar seorang bocah lelaki menegur: Toako buta,
apa yang kau ributkan?"
Lim Han-kim segera merasakan jantungnya berdebar
keras. ia merasa suara itu sangat dikenalnya, Ketika
berpaling, tampak seorang bocah lelaki yang memakai
pakaian ringkas dengan sebilah pedang tersoren di
punggungnya berjalan keluar dari balik pintu gedung.
Lelaki buta itu pun berteriak cepat: "Apakah saudara
Liong yang datang?" 2461 "Bagus, rupanya nada suaraku juga tak kau kenal?"
"Hari ini aku si buta betul-betul pecundang di tangan
orang, sampai seorang bajingan tengik yang ikut
nyelundup masuk pun kubawa pulang kemari..."
"Macam apa bajingan tengik itu" Biar kutengok"
sambil berkata bocah lelaki itu berjalan menghampiri Lim
Han-kim. Meskipun orang itu masih muda usia namun
kedudukannya di sana nampaknya cukup tinggi, serentak
kawanan lelaki bergolok itu menyingkir ke samping
sambil memberi hormat. Dengan ketajaman mata Lim Han-kim yang dapat
menembusi kegelapan malam. dengan jelas ia kenali
bocah lelaki tersebut sebagai Yu siau-liong, adiknya.
Kontan pemuda itu merasa dadanya seperti dihantam
dengan martil berat, nyaris ia menjerit tertahansementara
itu Yu siau-liong telah meloloskan
pedangnya dari punggung sambil berseru: " Kalian
mundur semua dari situ, akan kutangkap orang ini
sendirian" Lim Han-kim berusaha menenangkan kembali hatinya,
lalu berpikir: "Kini, kesadarannya sudah dipengaruhi oleh
obat pemabuk bikinan Cau-hua lojin, berarti ia telah
masuk menjadi anggota perguruan Cau-hua. Berarti tak
ada gunanya aku bertegur sapa dengannya sebab ia toh
tak akan mengenali diriku lagi"
Untuk beberapa saat ia jadi sangsi dan tidak tahu apa
yang harus dilakukannya sementara itu Yu siau-liong
sudah mendesak maju sembari memutar pedangnya,
bahkan dengan suara ketus menegur "siapa kau?"
2462 Lim Han-kim tidak menjawab, dia hanya melototi
wajah adik seperguruannya ini dengan sepasang mata
melotot lebar. Dipelototi seperti itu, Yu siau-liong segera naik darah,
teriaknya penuh amarah: "Hei, kenapa kau pelototi aku
terus?" Tanpa banyak cingcong Yu siau-liong maju ke depan
sambil melepaskan sebuah tusukan maut, Lim Han-kim
mengegos ke samping dengan cekatan, ia belum mau
melancarkan serangan balasan-
"Waaah, bagus amat pedang milikmu itu" teriak Yu
siau-liong setelah memandang sekejap pedang di tangan
Lim Han-kim. ia mendesak lebih ke depan...
sreeeet sreeeet sreeeet secara beruntun ia lancarkan
kembali tiga tusukan yang semuanya mengarah jalan
darah kematian ditubuh lawan.
Kembali Lim Han-kim berhasil melepaskan diri dari
ketiga tusukan berantai itu tanpa berniat melepaskan
serangan balasan, Lama kelamaan Yu siau-liong
tercengang juga dibuatnya, sambil angkat bahu ia
membentak: " Kenapa kau tidak mem-balas?"
"Aku ingin tahu sampai di mana kemajuan ilmu
pedang yang berhasil kau capai," sahut Lim Han-kim
sambil tersenyum. "Jadi kau benar-benar ingin tahu kelihaianku?" Yu
siau-liong semakin naik darah, permainan pedangnya
diperkencang secara tiba-tiba, ia mencecar dan
mendesak lebih ke depanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2463 Jangan dilihat usianya masih muda, ternyata
permainan pedangnya hebat dan ganas, Cahaya pedang
seperti sambaran petir di angkasa menyambar kian
kemari. sesungguhnya dengan andalkan ketajaman
pedangnya, Lim Han-kim dapat membendung semua
serangan tersebut dengan kekerasan, bahkan
mengutungi senjata lawan, tapi ia tidak berbuat begitu.
Pemuda itu selalu menghindar dan tidak membiarkan
pedangnya bentrok dengan senjata anak tersebut.
Ketika dilihatnya kemudian bahwa ilmu pedang yang
dimiliki adik seperguruannya ini mengalami kemajuan
yang luar biasa pesatnya, pemuda kita merasa amat
gembira. Begitulah, pertarungan berlangsung dengan sengitnya,
namun kedua belah pihak mempunyai jalan pikiran serta
perasaan yang berbeda. Kalau Lim Han-kim lebih
mengutamakan perasaan persahabatan dan kasih
persaudaraan di mana ia selalu berusaha menghindar
dan mengalah, maka sebaliknya jurus pedang yang
digunakan Yu siau-liong semuanya ganas, keji dan
mematikan. Dalam waktu singkat kedua orang itu telah bertarung
hampir dua puluh jurus. Di tengah pertarungan diam-diam Lim Han-kim
memperhatikan keadaan di sekelilingnya, Hatinya tibatiba
tergerak setelah menyaksikan orang yang menonton
jalannya pertarungan di sekeliling arena makin lama
makin bertambah banyak. segera pikirnya: " Kalau aku
mesti melayani pertarungan tersebut dengan cara begini,
2464 lama kelamaan rahasiaku tentu akan ketahuan, berarti
mustahil bagiku untuk membawanya pergi saat ini.
Tampaknya aku mesti mundur untuk sementara waktu
sambil mencari kesempatan lagi untuk membeberkan
keadaan sesungguhnya kepadanya.
Untung saja ia sehat dan selamat serta sudah menjadi
anggota perguruan Cau-hua-bun, rasanya tidak sulit
untuk melacak kembali jejaknya di kemudian hari."
Berpikir sampai di situ, tiba-tiba ia mengubah taktik
pertarungannya, dua serangan balasan segera
dilancarkan Kedua jurus serangan yang digunakan ini
merupakan gerak jurus dari Delapan pedang Naga sakti.
sekalipun permainan jurusnya belum ia hapal betul,
namun sudah lebih dari cukup untuk memaksa Yu siauliong
mundur berulang kali. Berhasil dengan kedua serangannya, Lim Han-kim
segera melejit ke udara, dengan dua-tiga kali lompatan ia
sudah berada tiga tombak lebih dari arena semula.
sejak posisi Yu siau-liong sudah berada di atas angin
tadi, pengawasan dan penjagaan para jago di sekeliling
arena sudah makin mengendor, maka ketika Lim Hankim
melancarkan serangan balasan sambil menerobos
keluar dari kepungan, tak seorang pun di antara para
jago yang sempat mencegat atau menghalangi
kepergiannya. Dalam beberapa kali lompatan saja bayangan tubuh
anak muda tersebut sudah lenyap di balik kegelapan
malam. Waktu itu Yu siau-liong sudah sama sekali
terbelenggu oleh serangan balik yang dilancarkan Lim
2465 Han-kim. Menanti anak muda itu sudah pergi jauh, bocah
ini baru teringat untuk melakukan pengejaran.
Pada saat itu Lim Han-kim melakukan perjalanan
sejauh enam-tujuh li sebelum menghentikan larinya,
setelah mengatur pernapasan, diam-diam ia menyusup
balik dengan melalui jalanan semula.
Kali ini gerak-geriknya dilakukan dengan berhati-hati
sekali. Ketika berada enam-tujuh kaki dari bangunan
tersebut, ia segera menghentikan gerakan, sambil
bersembunyi di tempat kegelapan, diam-diam ia periksa
keadaan di sekeliling tempat itu dan mengingat- ingatnya
di dalam hati, agar kedatangannya lagi di kemudian hari
semakin leluasa. Baru saja ia hendak beranjak meninggalkan tempat
itu, mendadak terdengar suara derap kaki kuda bergema
datang disusul munculnya sebuah tandu kecil yang
dikawal puluhan ekor kuda jempolan, rombongan
tersebut langsung menuju ke arah bangunan.
Tergerak hati Lim Han-kim menyaksikan hal itu,
pikirnya: "Kalau dilihat dari gaya orang ini, jelas ia punya
kedudukan terhormat, kalau dibilang orang itu adalah
Cau-hua lojin-.. rasanya kok aneh, Masa tua b angka itu
menunggang tandu seperti perempuan saja?"
Belum lagi ingatan tersebut melintas lewat di
benaknya, lagi-lagi terdengar suara derap kaki kuda yang
ramai berkumandang datang.
Kali ini rombongan yang datang berjumlah jauh lebih
besar daripada rombongan pertama, paling tidak
terdapat dua puluhan ekor kuda yang berdatangan
dengan kecepatan luar biasa.
2466 Begitu tiba di dekat bangunan tersebut, rombongan
penunggang kuda itu segera menghentikan kudanya dan
dengan cepat menyebar keempat penjuru, Dalam
remang-remangnya kegelapan malam, terlihat kawanan
penunggang kuda yang telah menyebarkan diri itu segera
berlompatan turun dari punggung kudanya.
Tiga orang di antaranya segera tampil mengurusi
kedua puluhan ekor kuda itu sementara yang lain dengan
cepat menyembunyikan diri di balik kegelapan.
Menyaksikan adegan ini, Lim Han-kim segera berpikir
Jika ditinjau dari situasi ini, jelas kawanan berkuda ini
memang sengaja datang untuk mencari gara-gara. tapi
dari aliran manakah mereka" Berani amat menyatroni
perguruan Cau-hua-bun?"
Dari situasi dan gerak-gerik kawanan manusia
pendatang ini, Lim Han-kim segera paham bahwa suatu
pertarungan sengit segera akan berlangsung dan tak
mungkin terelakkan lagi. Bila dilihat dari keberanian orang-orang itu datang
membuat gara-gara, sudah jelas mereka bukan manusia
sembarangan yang berilmu rendah, apalagi mengingat
ilmu silat yang dimiliki Cau-hua lojin terhitung sangat
tangguh, berarti juga pertarungan yang bakal
berlangsung pasti keji, hebat dan sangat mengerikan
sebenarnya pemuda itu ingin segera beranjak pergi,
tapi tiba-tiba ia teringat kembali akan Yu siau-liong.
Dapatkah bocah itu mempertahankan keselamatan
jiwanya dalam menghadapi pertarungan sengit itu"
Rasa khawatir dan cemas yang amat mendalam
dengan cepat menyelimuti perasaan hatinya, sambil
2467 menghela napas pelan pikirnya: "Aku tak boleh pergi dari
sini, aku harus tinggal di sini untuk mencarikan akal guna
membantu adik Liong, paling tidak membuatnya lolos
dari pertarungan sengit ini."
Ketika berpaling kembali, ia saksikan bangunan
gedung yang semula remang-remang dicekam
kegelapan, kini sudah berubah jadi terang benderang
bermandikan cahaya. Lim Han-kim semakin tercengang pikirnya: "sungguh
aneh kejadian di sini, masa pertarungan baru
dilangsungkan setelah menyulut lentera?"
sepenanakan nasi sudah ia menunggu di situ, namun
belum juga terdengar ada suara pertarungan sementara
pemuda ini masih diliputi rasa cengang, mendadak
dijumpainya ada empat orang bocah berbaju hijau yang
membawa lampu lentera yang diangkat tinggi-tinggi,
berjalan keluar dari balik gedung lalu berdiri di kedua
belah sisi pintu utama. Menyusul kemudian tampak belasan orang lelaki
kekar, masing-masing menuntun seekor kuda jempolan,
muncul pula dengan langkah lebar.
Di bawah cahaya lampu yang terang benderang,
terlihat dengan jelas pakaian yang dikenakan kawanan
lelaki tersebut terdiri dari aneka macam warna yang
berlainan. Kembali Lim Han-kim berpikir: " Kawanan manusia itu
mirip sekali sebagai anak buah seebun Giok-hiong. Atau
mungkin orang yang berada dalam tandu kecil tadi
adalah seebun Giok-hiong pribadi?"
2468 sementara ia masih termenung, tampak seebun Giokhiong
muncul dengan langkah yang amat santai, Di
belakangnya mengikuti seorang kakek berjubah pendeta
dengan gambar Pat-kwa. Pertemuan Lim Han-kim dengan cau-hua lojin pada
malam itu hanya sekilas dan lagi dalam keadaan tergesagesa,
kesan yang tertinggal dalam benak anak muda itu
pun tidak terlalu mendalam, sehingga sulit baginya untuk
memastikan apakah kakek tersebut adalah Cu-hua lojin
atau bukan. Namun jika ditinjau dari dandanannya yang


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nyentrik. tampaknya dugaan tersebut tak bakal keliru.
Terlihat seebun Giok-hiong terlibat dalam pembicaraan
yang serius di depan pintu gedung dengan kakek itu, tak
lama kemudian terlihat gadis itu naik ke dalam tandunya.
si kakek membungkukkan badannya memberi hormat,
menanti seebun Giok-hiong sudah lenyap dari pandangan
mata, ia baru pelan-pelan membalikkan badan dan
masuk ke dalam gedung. Tak lama kemudian, semua cahaya lentera di dalam
gedung dipadamkan, suasana pun dicekam dalam
kegelapan, sementara itu kawanan jago yang
bersembunyi di empat penjuru telah bermunculan dari
tempat persembunyiannya, melompat naik ke kuda
masing-masing lalu beranjak pergi menuju ke arah mana
mereka datang, suatu pertarungan besar yang
kelihatannya tadi sudah hampir meletus, kini turut lenyap
tak berbekas. Diam-diam Lim Han-kim menghela napas panjang,
pikirnya: "seebun Giok hiong benar-benar hebat, Bila
dilihat dari sikap tunduk dan hormat yang diperlihatkan
2469 cau-hua lojin- nampaknya tua bangka itu sudah berhasil
ditaklukkan seebun Giok-hiong ..."
Tiba-tiba ia teringat pula pada Li Tiong-hui yang
berhasil merebut kedudukan Bu- lim Bengcu, Tampaknya
kedua belah pihak sudah saling berhadapan dan suatu
pertempuran habis-habisan telah berada di ambang
pintu. Dalam keadaan begini, bayangan wajah seebun Giokhiong
maupun Li Tiong-hui serasa memenuhi benaknya
secara bergantian, hampir boleh dibilang ia dibuat
bimbang dan tak tahu ke pihak manakah ia harus
berpaling. setelah berpikir beberapa saat, ia pun berkesimpulan
bahwa pertempuran yang akan terjadi ini selain dibebani
dendam kesumat pribadi, juga bermakna perebutan
nama, kedudukan serta kekuasaan segelintir manusia,
atau dengan perkataan lain posisi perguruan cau-huabun
dalam keadaan demikian merupakan posisi kunci
yang akan menentukan pihak manakah yang lebih
unggul dan kuat kekuatannya.
Bila ditinjau dari kehadiran seebun Giok-hiong tengah
malam begini dengan disertai kawanan jago tangguh,
jelas ia berniat menggunakan kekerasan apabila
usahanya secara baik-baik gagal, Andaikata Cau-hua lojin
tidak setuju mendukung pihaknya, ia pasti akan berusaha
musnahkan segenap kekuatan perguruan ini sebelum
terlanjur dimanfaatkan pihak Li Tiong-hui.
sementara Lim Han-kim masih berpikir, mendadak
terdengar lagi suara derap kuda yang ramai bergema
tiba, disusul kemudian tampak sebuah kereta kuda yang
2470 sangat indah dan mewah dengan diiringi lima lelaki kekar
yang menunggang kuda jempolan bergerak mendekat.
Untung tempat persembunyian Lim Han-kim cukup rapat
dan tertutup. Belum habis ingatan kedua melintas dalam benak
pemuda itu, rombongan tadi telah tiba di depan mata.
Kereta mewah itu berhenti persis di depan pintu
gerbang bangunan itu. Bersamaan dengan itu dari balik kereta muncullah
sesosok bayangan cantik yang bertubuh semampai dan
bergaun indah. Lim Han-kim merasa kenal betul dengan bayangan
indah itu. Dia memang tak lain adalah Li Tiong-hui, ketua
Bu- lim saat ini. Dengan didampingi beberapa orang
lelaki berbaju hitam, Li Tiong-hui langsung berjalan
masuk ke dalam gedung, di luar pintu hanya tinggal dua
orang saja yang berjaga-jaga.
setelah tertegun sejenak. anak muda itu segera
paham apa sebenarnya yang telah terjadi. Jelas posisi
perguruan cau-hua-bun sudah merupakan posisi kunci
yang maha penting bagi dua pihak yang berseteru, dan
kini kedua belah pihak sama-sama berusaha membujuk
partai itu agar berpihak ke arahnya.
Berarti pula seebun Giok-hiong sudah bertindak lebih
cepat daripada pihak Li Tiong-hui dalam usahanya
menggaet pihak Cau-hua-bun. Hal ini juga menandakan
bahwa posisi Li Tiong-hui saat ini berbahaya sekali.
Berpikir begitu, Lim Han-kim segera membatin: "Aku
mesti mengabarkan keadaan ini kepada Li Tiong-hui,
2471 agar ia mempersiapkan diri menghadapi segala
kemungkinan" Buru-buru ia kerahkan ilmu menyampaikan suaranya
berseru kepada dua orang penjaga di depan pintu itu:
"saudara berdua, harap kabarkan kepada Bengcu
secepatnya agar berhati-hati di dalam gedung"
Dari arah datangnya suara peringatan tersebut, kedua
orang penjaga itu segera mengetahui arah sumber suara
tersebut, namun mereka tidak menegur ataupun
melakukan pencarian. Melihat itu, Lim Han-kim berpikir lagi: "Li Tiong-hui
betul-betul seorang pemimpin yang berbakat. Cukup
dilihat dari ketenangan dan kemantapan yang
diperlihatkan dua orang penjaga keretanya, sudah bisa
disimpulkan bahwa ia memang luar biasa..."
Karena itu ia pun berkata lebih jauh dengan ilmu
menyampaikan suaranya: "saudara berdua tak usah
sangsi, aku bermaksud mulia dan jujur hanya kurang
leluasa bagiku untuk munculkan diri saat ini. Tolong
kabar ini sampaikan kepada Bengcu secepatnya,"
Lelaki yang ada di sebelah kiri segera menanggapi
dengan mengerahkan pula ilmu menyampaikan suara:
"Boleh kutahu siapa nama sobat, agar kami bisa
memberikan pertanggungan jawab kepada bengcu" "
"Maaf, aku tak bisa mengatakan siapa namaku,
katakan saja seorang sobat karibnya dari kuil awan hijau,
ia pasti akan segera paham"
2472 Lelaki di sebelah kiri itu pun manggut-manggut. "Kalau
begitu akan segera kusampaikan kepada Bengcu, maaf
aku tak bisa mengantar kepergian Anda"
Lim Han-kim segera menjejakkan kakinya ke atas
tanah dan melesat menuju ke arah timur. Dalam waktu
singkat ia sudah menempuh perjalanan sejauh empatlima
li. saat itulah tiba-tiba ia teringat kembali akan Yu
siau-liong. seandainya betul-betul terjadi pertempuran,
niscaya Yu siau-liong akan terlibat juga di dalamnya.
LiBun-yang hanya beberapa kali berjumpa dengan
bocah itu, lagi pula waktunya sudah terpaut cukup lama,
apakah ia masih mengenalinya"
"Aku harus berusaha menyelundup masuk ke dalam
gedung cauhua lojin untuk melihat keadaan," demikian ia
berpikir "Andaikata terjadi pertarungan, aku punya
kesempatan untuk selamatkan Yu Siau-liong dari
ancaman bahaya." Tapi ia segera teringat kembali dengan paras mukanya
yang berwarna-warni, bukan Cuma sangat menyolok
bahkan sukar dilupakan siapa pun yang pernah bersua
dengannya, berarti bukan saja sulit mengelabui Li Tionghui,
mungkin cau-hua lojin pun akan segera mengenali
identitasnya. Sementara dia masih berpikir, lagi-lagi terdengar suara
derap kaki kuda yang ramai berkumandang tiba, Dengan
keCepatan bagaikan petir Lim Han-kim menyelinap ke
balik sebatang pohon yang cukup besar untuk
menyembunyikan diri. Pada saat itulah teriihat ada dua ekor kuda bergerak
mendekat dengan kecepatan tinggi, orang pertama
2473 adalah seorang kakek berwajah hitam pekat seperti
pantat kuali, dia tak lain adalah si Hakim hidup ciu
Huang, pendekar tua yang cukup disegani umat
persilatan Sedang orang kedua tak lain adalah pemilik
perkampungan Pit-tim sanceng yang terkenal itu, si
Dewa jinsom Phang Thian-hua.
Dua tokoh utama dunia persilatan ternyata bisa
muncul bersamaan waktunya di tempat terpencil
semacam ini, jelas hal tersebut merupakan bagian dari
taktik yang diatur Li Tiong-hui.
Ciu Huang termashur dalam dunia persilatan karena
tangan besinya yang tegas lagi ganas. Kaum kurcaci
dalam dunia kangouw kebanyakan menjadi keder dan
kabur jauh-jauh begitu mendengar namanya.
sebaliknya Phang Thian-hua dipuji orang sebagai
Dewa jinsom karena ilmu pertabiban serta obatobatannya
luar biasa, bahkan iapun pandai
menggunakan benda berbisa, banyak orang copot nyali
menjumpainya. sekarang, kedua tokoh besar ini muncul bersamaan
waktunya. Hal ini membuktikan bahwa keCermatan serta
kehebatan berpikir Li Tiong-hui masih jauh berada
setingkat di atas seebun Giok-hiong.
Terlihat dua ekor kuda itu melesat lewat dengan
keCepatan bagaikan hembusan angin, dalam waktu
singkat bayangan mereka sudah lenyap di balik
kegelapan malam. Lim Han-kim menghembuskan napas panjang. Baru
saja ia akan menampakkan diri, mendadak terdengar lagi
suara ujung baju yang membelah udara bergema tiba.
2474 Ketika berpaling, ia saksikan empat orang gadis berbaju
hitam yang menggembol pedang meluncur lewat dengan
keCepatan tinggi dan bergerak menuju ke arah barat.
Tergerak hati Lim Han-kim melihat itu, pikirnya:
"Ditinjau dari keCepatan gerak keempat gadis ini terang
kalau mereka punya ilmu silat yang hebat, kenapa
mereka bukan kemari dengan menunggang kuda" jelas
maksud kehadiran mereka adalah untuk menguntil Ciu
Huang serta Phang Thian-hua."
Perubahan situasi makin lama berubah makin
pelik,Belalang menubruk comberet, burung nuri
mengincar dari belakang, sampai di sini bisa disimpulkan
bahwa kemahiran seebun Giok-hiong ternyata jauh
melebihi kemampuan Li Tiong-hui.
Peliknya situasi juga semakin merangsang rasa ingin
tahu Lim Han-kim untuk menyingkap tabir rahasia ini,
pikirnya: "Kalau dilihat situasi saat ini, jelas sudah posisi Li
Tiong-hui terjepit dan amat kritis, sekalipun nona dari
bukit Hong-san ini agak egois, paling tidak ia berdiri pada
pihak penegak keadilan bagi umat persilatan sebaliknya
seebun Giok-hiong meski tidak terlalu jahat, namun
sayang sepak terbangnya justru menciptakan kekacauan
dan marabahaya bagi dunia persilatan.
Gara-gara dendam pribadi, semua anggota persilatan
kena getahnya,jadi bila kedua orang ini dibandingkan,
sepantasnya aku membantu pihak Li Tiong-hui."
sudah beberapa bulan persoalan ini berkecamuk di
dalam benaknya tanpa memperoleh jawaban yang tepat,
baru kini ia memperoleh jawaban yang sesuai dengan
2475 perasaan hatinya. begitu keputusan diambil, dengan
cepat ia menyelinap kearah gedung yang didiami Cauhua
lojin. Karena perasaan dan pikirannya makin enteng,
otomatis gerak-geriknya juga makin berhati-hati. Dengan
menyusup di antara semak belukar, ia mendekati
bangunan kokoh itu, jarak beberapa li hanya
ditempUhnya dalam waktu sepeminuman teh saja. saat
itulah mendadak dilihatnya gedung yang gelap gulita itu
kembali bermandikan cahaya,
Lim Han-kim menghentikan gerak langkahnya lebih
kurang tujuh-delapan kaki dari kaki bangunan,
sementara sorot matanya yang tajam mulai celingukan
keempat penjuru berusaha mencari tempat
persembunyian keempat gadis berbaju hitam tadi.
Sementara ia masih gelisah karena belum berhasil
menemukan jejak keempat gadis tadi, mendadak dari
atas sebatang pohon besar, lima kaki dari posisinya
berkelebat lewat sesosok bayangan manusia, Gerak
tubuh orang itu enteng bagaikan daun kering, ketika
melayang turun ke tanah ternyata tidak menimbulkan
sedikit suara pun. Jarak yang cukup jauh membuat Lim Han-kim tak
berhasil melihat jelas raut wajah orang itu, tapi ditinjau
dari bentuk badannya yang kecil ramping, delapan puluh
persen dugaan dia adalah satu di antara keempat gadis
berbaju hitam itu. Kembali hati Lim Han-kim tergerak. pikirnya:
"sekalipun orang itu memiliki ilmu meringankan tubuh
yang sempurna, rasanya tidak gampang bagi mereka
2476 untuk berhasil menyusup ke dalam gedung itu tanpa
diketahui jejaknya, Mumpung situasi dalam gedung saat
ini amat pelik dan kacau, asal langkahku berhati-hati,
mungkin dengan mud ah aku berhasil menyusup masuk
kedalam .. ." Berpikir sampai di situ, ia segera melompat bangun,
berjalan kejalan utama dan mengayunkan langkah
menuju kearah pintu gerbang dengan langkah santai.
Waktu itu di depan pintu gerbang berdiri empat orang,
dua orang anak buah Li Tiong-hui dan dua orang
anggota perguruan cau-hua-bun. sambil berjalan menuju
kearah pintu, Lim Han-kim mengayunkan tangan kirinya
memberi hormat pada dua orang disebelah kanan,
sementara tangan kanannya memberi tanda kepada dua
orang di sebelah kiri Anak buah perguruan cau-hua-bun mengira dia adalah


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengikut Li Tiong-hui. sebaliknya dua orang anak buah Li
Tiong-hui mengira dia adalah anggota perguruan cauhua-
bun karena wajahnya yang antik, karena itu kedua
belah pihak sama-sama membungkam dan tidak
mencoba menghalangi jalan lewatnya, dengan begitu Lim
Han-kim pun berhasil menyusup masuk ke dalam gedung
tersebut secara mudah. Di balik pintu gerbang merupakan sebuah halaman
yang luas, disudut halaman itu didirikan istal darurat
yang terbuat dari bambu, sambil berjalan masuk. Lim
Han-kim kembali berpikir: "Wajahku yang aneh ini tak
akan mampu mengelabui Li Tiong-hui, Li Bun- yang
maupun Hongpo Lan, aku mesti menyembunyikan diri
lebih dulu." 2477 Berpendapat begitu, dengan langkah santai ia berjalan
mendekati istal darurat itu, di sana ada dua lelaki sedang
memberi makan kuda-kuda yang tertambat di situ, Pada
sudut halaman terdapat tungku dengan sebuah kuali besi
yang membara, tidak diketahui apa yang sedang dimasak
dalam kuali itu" sambil mengerahkan tenaga dalamnya bersiap sedia,
Lim Han-kim mendekati kuali itu, diambilnya sedikit
jelaga lalu diusapkan ke wajah sendiri, setelah itu baru
dia berjalan menuju ke pintu lapis kedua.
Terhadap tingkah polah Lim Han-kim itu ternyata
kedua lelaki tersebut tidak menegur maupun menyapa,
mereka tetap asyik memberi makan kuda-kuda tersebut
Berjalan mendekati ruang tamu, Lim Han-kim saksikan
ada delapan buah lilin merah sebesar lengan bocah
berdiri di delapan penjuru menerangi seluruh ruangan
tersebut Dengan membopong bend era Bengcu-nya Li
Tiong-hui duduk di sebuah kursi kebesaran, Li Bun-yang
serta Hongpo Lan masing-masing berdiri di kedua sisi
gadis tersebut. Delapan orang busu berbaju hitam berdiri
berbanjar lebih kurang tiga depa di belakang bangku Li
Tiong-hui. Ketika semakin mendekati ruang ter-sebut, Lim Hankim
dapat melihat keadaan dalam ruangan itu makin
jelas, Ternyata empat di antara kedelapan busu berbaju
hitam itu tak lain adalah Dewa buas, iblis Jahat, setan
Gusar serta sukma murung,
saat itu, keempat gembong iblis tersebut berdiri di
belakang dengan sikap serius dan patuh, jauh berbeda
dengan sikap liar dan garangnya di masa lampau.
2478 Diam-diam Lim Han-kim memuji juga setelah melihat
hal ini, pikirnya: "Tak nyana Li Tiong-hui memiliki
kemampuan untuk menaklukkan orang, siapa sangka
empat manusia buas yang dulu begitu liar dan ganas,
kini berubah jadi penurut dan sopan-"
saat itulah terdengar seseorang berkata dengan suara
yang dingin tapi tenang: "Maksud baik Li Bengcu biar
kuterima dalam hati saja, cuma sayang aliran ilmu silat
dari perguruan cau-hua-bun berbeda sekali dengan aliran
partai lain dalam daratan Tionggoan. sekalipun aku tak
berniat mencari nama dan kedudukan dalam dunia
persilatan, namun aku juga enggan tunduk di bawah
perintah orang lain"
"jadi, bagaimana maksud Anda?" tukas Li Tiong-hui
dingin. "Maksudku, perguruan cau-hua-bun hanya ingin
tancapkan kaki dalam dunia persilatan, Mengtnai
masalah perselisihan antara Li Bengcu melawan
perguruan bunga bwee, aku tak ingin terlibat ataupun
turut campur. prinsipku, selama orang lain tidak
mengusikku, aku pun tak akan mengganggu orang lain,
Asal Li Bengcu maupun perguruan bunga bwee tidak
mengusik keberadaanku, aku juga tak bakal memihak
salah satu di antara kalian"
"Locianpwee, pendapatmu itu sama sekali tidak
sesuai" terdengar seseorang berseru nyaring, "Kau harus
tahu, kedudukan Bu- lim bengcu bukanlah kedudukan
sembarangan, ia berkuasa untuk memerintah semua
umat persilatan di dunia ini, tidak terkecuali perguruan
Cau-hua-bun" 2479 Lim Han-kim merasa amat kenal dengan suara ini, ia
segera mengenalinya sebagai suara dari Li Bun- yang,
buru-buru ia maju beberapa langkah untuk melihat lebih
jelas. Tampak seorang kakek berbaju pendeta duduk di kursi
kebesaran ditengah ruang tamu, sambil tertawa hambar
ia berkata: "Boleh aku tanya, kalau perguruan bunga
bwee boleh berdiri sendiri tanpa menuruti perintah
kalian, kenapa aku mesti turuti perintah kalian?"
"Justru karena perguruan bunga bwee tidak mentaati
perintah Bengcu, maka perselisihan ini terjadi, Bila kalian
mau berkomplot dengan mereka, terpaksa semua
perguruan dan partai di dunia persilatan akan bersatu
padu untuk membasminya"
Cau-hua lojin segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha... siapa kau, berani
amat bicara tak sopan di hadapanku?"
"Locianpwee tak usah susah-susah menyelidiki asalusul
serta namaku, selama ada Bu-lim Bengcu hadir di
arena, maka setiap pembicaraanku bisa kau anggap
sebagai ucapan dari Bengcu pribadi"
"seandainya aku tak bersedia menuruti kemauan
kalian, apakah tindakan ini bisa disebut penghianatan
terhadap Li Beng-cu?"
"Apabila perguruan cau-hua-bun enggan mentaati
perintahku, terpaksa hanya tersedia dua jalan untuk kau
pilih" tukas Li Tiong-hui dengan suara sedingin es.
"Dua jalan yang mana?"
2480 "Kau umumkan kepada seluruh umat persilatan bahwa
mulai hari ini perguruan Cau-hua-bun telah
membubarkan diri" "Boleh tahu jalan kedua?"
"Jika kau enggan mengundurkan diri dari keramaian
dunia persilatan serta membubarkan diri, terpaksa aku
harus turunkan perintah untuk membasmi perguruan
cau-hua-bun dari muka bumi"
"Apakah mungkin masih ada jalan ketiga?"
"Tak akan ada jalan ketiga Nah, bagaimana
keputusanmu" Harap kau segera memberikan jawaban"
ucap Li Tiong-hui teg as.
"Baiklah" Cau-hua lojin segera bangkit berdiri. "Berilah
kesempatan kepadaku untuk mempertimbangkan
masalah ini. Besok sebelum tengah hari aku akan
menjawab pertanyaan Li Bengcu ini"
"Aku rasa terlalu lama untuk menunggu hingga tengah
hari esok. Aku rasa bukan hal yang sulit untuk
kemukakan pendapatmu sekarang juga, jadi tak perlu
mengulur waktu lagi."
cau-hua lojin menjadi naik pitam, teriaknya penuh
amarah: "Ketika dilakukan pemilihan untuk mengangkat
Bu- lim Bengcu, perguruan cau-hua-bun toh tidak
mengirim wakil untuk ikut dalam pemilihan tersebut, atas
dasar apa kalian hendak mengurusi perguruan kami?"
"Aku tak ingin memberi pelajaran kepada orang yang
tak tahu urusan, jadi sebelum pertarungan terjadi, aku
wajib menerangkan dulu hal ikhwal ini padamu."
2481 "Ha ha ha... kalau begitu aku akan pasang telinga
baik-baik untuk mendengarkan penjelasanmu"
"Kini, sekeliling bangunanmu sudah dikepung oleh
jago-jago pilihan kami. begitu pertarungan terjadi,
jangan harap anak buahmu berhasil meloloskan diri
dengan selamat" "Soal itu sudah berada dalam dugaanku."
"Jadi kau terima tantangan bertempur daripada
takluk?" potong Li Tiong-hui tiba-tiba sambil bangkit
berdiri. Berubah paras muka Cau-hua lojin, serunya: "Aku
paling tak suka digertak, apalagi diancam orang lain."
Li Tiong-hui tidak banyak bicara lagi. ia kebaskan panji
Bengcu ditangannya memberi tanda, Empat di antara
delapan orang Busu berbaju hitam yang berdiri di
belakangnya segera melesat maju ke depan dan
melakukan pengepungan. Mereka tak lain adalah Dewa
buas, iblis jahat, Setan gusar dan Sukma murung.
"Kurang ajar" umpat Dewa buas garang. " Hanya
perguruan kecil macam Cau-hua-bun- juga berani
membangkang perintah Bengcu?"
Cau-hua lojin tertawa hambar "Siapa kau?" tegurnya.
Dewa buas tertawa dingin, "Kami adalah pengawal
pribadi yang melindungi keselamatan Bengcu"
"Mungkin kau belum mengenali kami berempat,"
sambung iblis jahat cepat "Tapi nama besar kami, Dewa
buas, iblis jahat, setan gusar dan Sukma murung tentu
kau pernah mendengarnya bukan" "
2482 Cau-hua lojin tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha...
sungguh tak disangka, sungguh tak disangka..."
"Apanya yang tak kau sangka?" hardik setan gusar
keras-keras, " Empat manusia buas yang begitu tersohor dalam
dunia persilatan ternyata rela menjadi budak orang
dengan mengangkat diri sebagai pengawal pribadi,
kejadian ini benar-benar di luar dugaan-"
"Tua bangka celaka, rupanya kau sudah bosan hidup?"
teriak sukma murung geram.
Belum sempat Cau-hua lojin menanggapi bentakan itu,
mendadak terlihat sesosok bayangan manusia berkelebat
lewat, tahu-tahu di tengah arena sudah muncul seorang
bocah berpedang yang langsung membentak penuh
amarah: "Kau berani mengumpat guruku?" sreeett
sebuah tusukan kilat langsung dilepaskan
Dengan Cekatan sukma murung menggerakkan
tubuhnya berkelit ke samping, kemudian sebuah pukulan
balasan di-lepaskannya, Deruan angin serangan yang
memekikkan telinga segera bergema memenuhi arena.
Lim Han-kim segera mengenali bocah itu sebagai Yu
siau-Iiong, adik seperguruannya, diam-diam ia mengeluh,
pikirnya: " Keempat manusia buas itu tersohor karena
ilmu silatnya yang tinggi dan hebat, mana mungkin Yu
Siau-liong bisa menandingi-nya?"
Dalam cemas dan paniknya, tanpa terasa ia geserkan
kembali tubuhnya langsung menuju ke depan gedung,
2483 Dalam saat itu Yu siau-liong telah memutar pedangnya
sedemikian kencang hingga dalam waktu singkat ia telah
lepaskan delapan buah tusukan berantai.
Lim Han-kim mendapati jurus pedang yang
dipergunakan adik seperguruannya ini telah mengalami
perubahan yang amat besar, pelik, aneh, ganas dan jauh
lebih buas ketimbang dulu, tanpa terasa kembali ia
berpikir "Tampaknya ia sudah mempelajari ilmu silat
aliran Cau-hua-bun, tak aneh jika jurus serangannya
begitu ganas dan buas."
Melihat kemajuan pesat yang dicapai Yu siau-liong ini,
Lim Han-kim tak bisa mengatakan apakah dia girang atau
murung karenanya. sementara itu, dalam perkiraan sukma murung bocah
kecil yang dihadapinya saat itu dapat diringkus hanya
dalam dua-tiga gebrakan saja, siapa nyana apa yang
kemudian terjadi sama sekali di luar dugaannya, jangan
dilihat bocah itu masih muda usia, namun permainan
jurus pedangnya benar-benar buas dan garang,
walaupun sudah delapan gebrakan mereka bertarung,
bukan saja sukma murung tak berhasil merebut senjata
lawan, malahan ia sempat dipaksa mundur dua langkah
oleh teteranpedang lawan.
Kejadian ini kontan saja membangkitkan sifat buas
sukma murung, sambil membentak nyaring ia lancarkan
pukulan-pukulan yang maha dahsyat.
BAB 23 Ancaman Datang Dari Empat Penjuru
2484 Dalam waktu singkat bayangan tangan berlapis-lapis
bagaikan bukit, angin topan menderu-deru menyapu
seluruh ruangan, membuat cahaya lilinpun bergoncang
tiada hentinya. Jurus pedang yang digunakan Yu siau-liong boleh
enteng, lincah dan ganas, namun bagaimana mungkin ia
mamcu membendung tenaga pukulan dari sukma
murung yang sudah dilatihnya hampir puluhan tahun
lamanya itu" Belum sampai tiga gebrakan, ia sudah
keteter habis-habisan, permainan pedangnya kacau balau
dan jiwanya terancam bahaya.
Lim Han-kim panik bercampur gelisah, pikirnya:
"Dilihat dari posisinya sekarang, mustahil Yu siau-liong
mampU bertahan sepuluh gebrakan lagi"
sementara dia panik dan tak tahu apa yang mesti
diperbuatnya, mendadak terdengar Cau-hua lojin
membentak marah: "Tahan"
Ujung bajunya dikebaskan ke depan, segulung tenaga
pukulan yangamat kuat segera meluncur ke depan.
Ketikaang in pukulan yang dipancarkan sukma murung
berbentur dengan tenaga dalam yang dipancarkan cauhua
lojin, terjadilah gelombang angin berpusing yang
membelah kekuatan tenaga serangannya. Di antara
bayangan tangan yang berlapis-lapis, terbukalah secara
tiba-tiba sebuah titik kelemahan.
Yu siau-liong yang binal tapi cerdas segera
manfaatkan peluang itu dengan sebaik-baiknya, secepat
kilat ia lepaskan sebuah tusukan menerobos titik
kelemahan itu 2485

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menghadapi serangan yang datang mendadak ini,
tergopoh-gopoh sukma murung mengendapkan lengan
kanannya ke bawah berusaha untuk melepaskan diri,
akan tetapi sayang... desingan angin dingin tahu-tahu
menyambar lewat, lengan kanan baju sukma murung
sudah terbabat hingga robek.
Memanfaatkan kesempatan yang sangat baik inilah Yu
siau-liong melejit ke belakang dan mengundurkan diri ke
belakang tubuh Cau-hua lojin.
Meledak hawa amarah sukma murung menghadapi
kejadian ini, Matanya merah berapi-api karena gusar.
sambil mencak-mencak seperti kambing kebakaran
jenggot, teriaknya penuh amarah: "Bocah kunyuk, cepat
menggelinding keluar. Bila aku tak mampu mengalahkan
kau dalam sepuluh gebrakan, mulai hari ini aku
bersumpah akan mengundurkan diri dari dunia
persilatan" Diam-diam Lim Han-kim berpikir: "Tampaknya watak
seseorang memang susah diubah, nyatanya empat
manusia buas ini tetap liar dan buas".
Terdengar Cau-hua lojin menjengek dengan suara
ketus: "Hmmm, kalau ditinjau dari kemampuan kalian
empat manusia buas yang terkenal dalam dunia
persilatan selama puluhan tahun, berhasil mengungguli
seorang bocah berusia lima belas tahun tidak terhitung
suatu kejadian yang membanggakan"
sukma murung semakin marah. tantangnya: "Aku lihat
umurmu sudah cukup tua, kenapa tidak berani maju
sendiri untuk bertarung habis-habisan melawan-ku?"
2486 "Suatu tantangan yang amat bagus" sorak Lim Hankim
di dalam hati. "Bila Cau-hua lojin turun tangan
sendiri, sekalipun ia mampu mengungguli si Dewa buas,
iblis jahat, setan gusar dan sukma murung, disana toh
masih hadir Li Bun-yang serta Ciu Huang dan Phang
Thian-hua sekalian. Andaikata Cau-hua lojin bisa dibikin
keok, otomatis perguruan Cau-hua-bun akan berantakan
dengan sendirinya..."
siapa tahu Cau-hua lojin tidak menanggapi tantangan
tersebut, malah ejeknya sambil tertawa dingin: "Hmmm,
kau belum pantas untuk bertarung melawanku"
Mendadak ia bangkit berdiri sambil memberi tanda,
serunya: "Di mana pelindung hukum Kim?"
"Tecu ada di sini" seseorang dengan suara yang berat
seperti guntur menjawab dari balik ruangan.
Menyusul suara yang menggeledek itu muncul seorang
lelaki kekar yang memakai baju serba kuning. Tak
terkirakan rasa kaget sukma murung setelah
menyaksikan kehadiran lelaki itu.
Ternyata lelaki itu memiliki sepasang mata yang bulat
besar dan memancarkan sinar buas yang menggidikkan
hati, Gerak-geriknya sangat lamban, selangkah demi
selangkah ia bergerak menuju ke tengah arena.
sukma murung sudah terhitung cukup buas dan
ganas, tapi pelindung hukum Kim justru mendatangkan
rasa seram dan bergidik bagi siapa pun yang melihatnya,
Bukan cuma kulit wajahnya yang kaku berotot, bahkan
seluruh badannya begitu kaku nyaris mirip sesosok
mayat hidup yang baru bangkit dari liang kubur.
2487 Dengan kening berkerut Dewa buas segera berbisik: "
Hati- hati lo-su, orang ini agak aneh, dia pasti sudah
melatih sejenis ilmu silat khusus"
sementara itu lelaki berbaju kuning tersebut
melangkah terus selangkah demi selangkah mendekati
sukma murung, sedang sorot matanya yang liar
menggidikkan hati mengawasi lawannya tanpa berkedip.
sukma murung yang selama ini terkenal sebagai
gembong iblis yang membunuh orang tak berkedip.
untuk pertama kalinya selama hidup merasa hatinya
begitu takut, seram dan menggidikkan hati.
Untuk mengatasi semua perasaan yang bercampur
aduk itu, tanpa membuang waktu lagi ia segera
membentak keras, sebuah pukulan dahsyat dilontarkan
ke depan. segulung angin pukulan yang kuat dan
dahsyat langsung menerjang ke dada lelaki berbaju
kuning itu. Walaupun menyaksikan datangnya pukulan yang
langsung mengarah ulu hatinya, lelaki berbaju kuning itu
sama sekali tidak menangkis maupun menghindar ia
sambut datangnya serangan itu dengan dadanya.
Duuuukkkk Pukulan maha dahsyat yang dilontarkan sukma
murung segera menggempur telak di atas dada lelaki
berbaju kuning itu. Hasilnya lelaki itu tetap tenang,
bahkan gerak tubuhnya yang melangkah maju tetap
berianjut, serangan tadi ibarat pukulan yang
menghantam batu cadas, sedikitpun tidak menimbulkan
kesakitan atau kerusakan.
2488 Menyaksikan ketangguhan lawan, dengan perasaan
terperanjat sukma murung berpikir "Gempuranku
barusan paling tidak memiliki kekuatan empat- lima ratus
kati, sekalipun seseorang memiliki ilmu silat yang luar
biasa hebatnya, mustahil ia sanggup menahan
gempuranku ini tanpa cedera. sungguh aneh... kenapa
orang berbaju kuning ini tetap tenang, seolah-olah tak
kekurangan sesuatu apa pun?" setelah berhenti sejenak,
kembali pikirnya: "Untung aku hanya menggunakan tenaga tiga bagian
saja, Coba kalau kuserang dengan sepenuh tenaga, saat
ini aku pasti sudah terluka oleh tenaga pantulan yang
diakibatkan dari pentalan tubuhnya."
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam
benaknya, lelaki berbaju kuning itu sudah mendesak
maju makin dekat, sepasang tangannya pelan-pelan
digerakkan menyambar langsung ke tubuh sukma
murung. Gerakan orang itu sangat lamban, bebal dan kelihatan
bodoh. orang awam pasti akan tertawa geli melihat gerak
serangan macam itu.jangankan ditujukan pada seorang
ahli silat, terhadap orang awam yang tak mengerti ilmu
silat pun orang tersebut akan mampu
menghindarkan diri secara gampang.
Tapi bagi pandangan seorang jagoan yang ahli dan
berpengalaman, gerakan tersebut mempunyai tanggapan
yang sangat berbeda. Kelihatannya saja gerak serangan itu amat sederhana,
Ternyata sudut bentangan serta lingkungan yang berada
dalam ancamannya sungguh luar biasa, seandainya
2489 serangan itu dilakukan dengan gerak cepat, bisa jadi
seorang ahli masih punya peluang untuk meloloskan diri.
Kini gerakan itu dilakukan sangat lamban- hal mana
justru mendatangkan perasaan bimbang dan tak
menentu bagi mereka. sukma murung segera merasakan makin dekat orang
itu mendesaknya, jangkauan dan ancaman yang timbul
dari bentangan lengan orang tersebut makin besar dan
luas, dalam posisi demikian kecuali bergerak mundur,
tampaknya sudah tak ada cara lain lagi untuk
menghindarkan diri Perlu diketahui, ruang tamu itu sempit lagi kecil,
ditambah pula dipenuhi kawanan jago, dalam situasi
seperti ini gerak melompat bukanlah cara yang tepat dan
sesuai. Dalam panik dan gelisahnya sifat liar dan buas
sukma murung segera bangkit kembali, sambil
membentak nyaring kelima jari tangan kanannya tibatiba
menyambar ke muka mencengkeram dada orang
berbaju kuning itu. Pentangan tangan kanan lelaki berbaju kuning itu
mendadak bergerak lebih cepat, ia langsung
mencengkeram pergelangantangan kanan sukma
murung. Biarcun gerak serangan dari sukma murung
sudah cukup cepat, namun gerak mengcengkram dari
lelaki tersebut ternyata jauh lebih cepat lagi.
Tatkala kelima jari tangan kanan Sukma murung
hampir menempel di atas dada lelaki berbaju kuning itu,
tangan kanan lelaki itu sudah berada di atas pergelangan
tangan kanan sukma murung lebih dahulu.
2490 Terdengar lelaki berbaju kuning itu membentak keras,
tangan kanannya segera mencengkeram pergelangan
tangan sukma murung dan menggenggamnya kuat-kuat.
Tahu-tahu sukma murung merasakan pergelangan
tangan kanannya jadi kaku dan kesemutan. Rasa sakit
yang merasuk hingga ke tulang sumsum membuat
segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya hilang lenyap
secara tiba-tiba. Dewa buas yang kebetulan berdiri di sampingnya
segera memberikan reaksi yang cukup cepat, secepat
petir ia lancarkan sebuah totokan menghajar nadi
penting di tubuh lelaki berbaju kuning itu.
Tampak lelaki itu mengayunkan tangan kirinya yang
kosong kearah luar dan berbalik mencengkeram
pergelangan tangan kanan Dewa buas.
Di antara empat manusia buas, ilmu silat yang dimiliki
Dewa buas terhitung paling tinggi dan hebat. ia cun telah
menyaksikan bagaimana sukma murung menderita
kerugian berulang kali, sudah barang tentu ia tidak
biarkan pergelangan tangan kanannya kena dicengkeram
musuh. Mendadak tangannya diendapkan ke bawah untuk
meloloskan diri dari serangan balasan itu, kemudian
sambil membalikkan lengannya ia lepaskan sergapan lagi
melintang dari samping. Perubahan jurus ini sangat aneh dan di luar dugaan,
kecepatannya bagaikan sambaran petir di udara,
Kendatipun gerak serangan yang dilakukan lelaki berbaju
kuning itu cukup cepat, tapi pergeseran tubuhnya itu
tetap kelihatan pelan dan bebal.
2491 Dduuukkk serangan tersebut bersarang telak di
tubuhnya. Berbicara dari kesempurnaan tenaga dalam yang
dimiliki Dewa buas, gempuran tersebut cukup untuk
menghancurlumatkan batu cadas sekeras apa pun.
semestinya, kendatipun orang berbaju kuning itu
mempunyai ilmu pelindung badan macam apa pun,
mustahil ia sanggup mempertahankan diri
siapa sangka tatkala gempuran dari Dewa buas itu
menghantam telak di tubuh lelaki berbaju kuning itu,
mendadak ia berteriak keras lalu menyusut mundur
sejauh dua langkah. Ketika semua orang menengok ke arahnya, tampaklah
kulit kepalan kanan si Dewa buas kelihatan sudah robek
besar, darah segar bercucuran keluar membasahi lantai,
sementara lelaki berbaju kuning itu terdesak mundur
juga sejauh lima langkah oleh gempuran dahsyat Dewa
buas, genggaman kelima jari tangannya atas urat nadi
sukma murung pun turut mengendor.
Memanfaatkan peluang ini buru-buru sukma murung
meronta sambil melepaskan diri, sebuah tendangan kilat
dilontarkan ke depan. "Lo-su, jangan gegabah" cegah Dewa buas keraskeras.
"Ia mengenakan baju lapis baja yang dilengkapi
pisau tajam" Tendangan yang dilontarkan sukma murung betulbetul
luar biasa cepatnya, meskipun Dewa buas segera
mencegahnya, namun sayang teriakan itu tetap
terlambat. Tendangan kilat dari sukma murung itu
bersarang telak diperut lelaki berbaju kuning itu.
2492 Terdengar cau-hua lojin tertawa ter-bahak-bahak: "Ha
ha ha... tepat sekali perkataanmu ia memang
mengenakan baju tameng baja yang dilengkapi pisau
tajam. sayang sekali sudah kelewat terlambat kalian
berdua mengetahuinya"
Terdengar suara ujung baju tersampok angin bergema
memecah keheningan iblis jahat dan setan gusar yang
selama ini berdiam diri sama-sama bergerak maju
melancarkan pukulan dahsyat yang mengarah tubuh
lelaki berbaju kuning itu.
Betul si lelaki berbaju kuning itu mengenakan baju
lapis baja yang bisa melindungi badannya dari gempuran,
namun bagaimana mungkin ia mampu membendung
serangan ampuh dari empat manusia buas secara
bersamaan ini" Tak ampun isi perutnya segera terluka
parah, sambil muntahkan darah segar badannya mundur
dengan sempoyongan lalu jatuh terduduk ke atas tanah.
Dengan suara dingin cau-hua lojin mengejek: "Dalam
gedung ini aku sudah siapkan dua belas orang pasukan
yang memakai baju berlapis baja. Bila kalian anggap
kalian memiliki kemampuan untuk menghadapi mereka
semua, silakan turun tangan sepuasnya" selesai berkata
ia segera memberi tanda, empat orang lelaki berbaju
hijau segera munculkan diri dengan gerak-gerik yang
lambat dan bebal. Melihat kemunculan orang-orang berbaju lapis baja
itu, Li Tiong-hui segera berbisik, "Cabut senjata, jangan
layani mereka dengan tangan kosong"
Mendadak terdengar Dewa buas berteriak tahu-tahu
tubuhnya roboh terjungkal ke atas tanah, Menyusul
2493 kemud ian sukma murung ikut menjerit kesakitan dan
roboh terjengkang pula ke tanah.
Melihat kejadian ini, iblis buas serta setan gusar jadi
amat terperanjat, bentaknya penuh amarah: "Tua
bangka celaka, kau betul-betul kejam danjahat, Rupanya
di ujung senjatamu telah kau bubuhi racun jahat."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar," sahut Cau-hua lojin dingin. "Aku memang
sudah bubuhkan racun kejipada ujung senjata yang ada
pada lapis baja tersebut. selain obat penawar racun
ramuan khususku, jangan harap ada orang kedua di
dunia ini yang bisa menolong kalian"
Dari sakunya ia ambil keluar sebuah botol porselen,
kemudian melanjutkan "Ini dia obatpenawar racunnya,
Asal kalian berempat manusia buas bersedia untuk
bergabung dengan perguruan Cau-hua-bun-"
Tidak menunggu sampai Cau-hua lojin menyelesaikan
kata-katanya, iblis buas melejit ke udara dan langsung
menerkam orang tua tersebut, berada di tengah udara,
tangan kirinya lepaskan sebuah pukulan dahsyat dari
kejauhan mengarah dada Cu-hua lojin, sementara tangan
kanannya bergerak cepat berusaha merampas botol obat
di tangan orang tua itu. Cau-hua lojin tertawa dingin, dia ayunkan pula tangan
kanannya menyambut datangnya serangan tersebut
dengan keras melawan keras, segulung tenaga pukulan
yang sangat kuat langsung menyambar ke depan
menumbuk badan iblis jahat. B la a aammmmm
Ketika dua gulung tenaga kekuatan itu saling
menumbuk satu sama lainnya, terjadilah suara ledakan
keras yang memekikkan telinga, Pusaran angin berpusing
2494 berhamburan keempat penjuru, cahaya lilin bergoncang
hampir mati, suasana jadi redup, remang-remang dan
mengerikan. Gerak tubuh iblis jahat yang sedang menerkam Cauhua
lojin seketika tertahan oleh gempuran itu dan
terpaksa melompat mundur kembali keposisinya semula.
setan gusar yang melihat rekannya terancam, buruburu
mengerahkan tenaga dalamnya sambil
menyongsong datangnya sang rekan, tapi ia sendiri pun
harus mundur beberapa langkah sebelum berhasil
mempertahankan tubuh saudaranya agar tak sampai
roboh. sebaliknya tubuh Cau-hua lojin sendiripun turut gontai,
kendatipun sebuah pukulannya berhasil memaksa
mundur iblis jahat. Dengan pandangan mata yang tajam bagai sembilu Li
Tiong-hui awasi Cau-hua lojin ini tanpa berkedip, lalu
katanya: "Situasi dalam dunia persilatan saat ini telah
berubah, sekarang sudah muncul dua blok kekuatan
yang saling bermusuhan- Bila kalian perguruan Cau-huabun
bercita-cita mendirikan blok ketiga di antara dua blok
kekuatan yang saling bertentangan ini, hmmm sama
artinya kau mencari penyakit untuk diri sendiri, Lebih
baik pertimbangkan dulu tawaranku sebelum ambil
keputusan, daripada akhirnya menyesal".
Cau-hua lojin tertawa dingin, "Bila kau terlalu
memojokkan aku, sama artinya memaksa aku untuk
bergabung dengan blok perguruan bunga bwee"
Berubah hebat paras muka Li Tiong-hui sehabis
mendengarperkataan itu, ancamnya: "Baiklah, kalautoh
2495 kau tetap bersikeras dengan pendirian kolotmu, jangan
salahkan kalau aku akan mengambil tindakan tegas"
Selesai berkata, panji kekuasaannya segera
dikebaskan beberapa kali, Menyusul berkibarnya panji
Bengcu itu, tiba-tiba Hongpo Lan mendongakkan
kepalanya dan berpekik nyaring, suaranya keras
bagaipekikan naga sakti yang membumbung tinggi
hingga tembus ke atas awan-
"Waktu sudah tak banyak lagi," ucap Li Tiong-hui
dingin, "Bila kau tidak menyesali keputusanmu itu, suatu
pembantaian besar-besaran segera akan terjadi, jangan
salahkan bila perguruan cau-hua-bun tertumpas dari
muka bumi" saat itulah dari empat penjuru sekeliling gedung
bangunan itu bergetar suara pekikan nyaring yang saling
bersahut-sahutan, Kembali Li Tiong-hui berkata: "Aku
telah siapkan ratusan orang jago lihai di sekeliling
gedung bangunan ini. Asal kuturunkan perintah, mereka
akan segera turun tangan untuk membumi hangus
seluruh bangunan ini"
Cau-hua lojin mencoba untuk mengamati sumber
suara pekikan itu ia segera menyadari bahwa suara itu
memang datang dari empat penjuru, tapi sikapnya
sangat aneh, ia tidak nampak panik ataupun bingung,
malahan sambil tersenyum ia tetap duduk santai.
Lim Han-kim yang mengikuti jalannya perkembangan
itu, diam-diam berpikir pula: "Gertak sambal Li Tiong-hui
ini nampaknya segera akan memaksa Cau-hua lojin
menuruti kemauannya."
2496 sementara ia masih termenung, tiba-tiba terdengar
ujung baju tersampok angin bergema di ruangan
menyusul kemudian tampak dua sosok bayangan
manusia melayang turun dari atas atap rumah.
Lim Han-kim segera mengenali kedua orang itu
sebagai Phang Thian-hua serta Ciu Huang, dalam
gelisahnya kembali ia berpikir: "Bila aku berdiam diri
terus menerus di sini, mereka berdua pasti akan
menaruh curiga kepadaku, tampaknya aku harus
menggunakan taktik lama untuk menyusup masuk ke
dalam ruangan." Berpikir begitu, dia pun mengayunkan langkahnya
menuju ke dalam ruangan. Li Tiong-hui menoleh dan memandang Lim Han-kim
sekejap, Baru saja ia hendak menegur, Phang Thian-hua
serta Ciu Huang sudah menyusul masuk pula ke dalam
ruangan. Ketika Dewa jinsom Phang Thian-hua menyaksikan
Dewa buas maupun sukma murung sudah tergeletak luka
semua di atas tanah, buru-buru ia memberi hormat
kepada Li Tiong-hui sambil berkata: "Tolong tanya
Bengcu, apakah mereka berdua sudah terluka?"
"Yaa" Li Tiong-hui manggut-manggut. "Mereka sudah
dipecundangi cau-hua lo-jin-"
Dengan langkah lebar phang Thian-hua mendekati
kedua orang korban- bungkukkan badan dan periksa
sejenak keadaan lukanya, setelah itu katanya lagi: "Luka
yang mereka derita tak sampai mematikan, namun racun
yang menyusup ke dalam tubuhnya telah merasuk
sangat dalam." 2497 "Masih bisa ditolong?" tanya Li Tiong-hui dengan
kening berkerut, Phang Thian-hua segera tersenyum, "Selama masih
ada aku orang she-Phang, jangan takut kalau mereka
sampai mati karena keracunan. Kalau aku begini tak
becus, apa gunanya julukan Dewa jinsom dilekatkan
pada namaku?" "Aku tak percaya kau mampu memunahkan racun
khusus hasil ramuan perguruan Cau-hua-bun" seru Cauhua
lo-jin- "Kalau tak percaya, bagaimana kalau kita buktikan
bersama?" Dari sakunya ia keluarkan sebuah botol porselen putih
dan menuang keluar dua butir pil berwarna merah,
katanya kemudian- "Aku manusia dari marga Phang tak
perlu meramu obat khusus. obat anti racun yang kubawa
sekarang sudah lebih dari mampu untuk memunahkan
racun di tubuh mereka"
"Aku tetap tak percaya"
Phang Thian-hua tidak banyak bicara lagi, dicekalnya
mulut Dewa buas lalu sebutir pil berwarna merah
dijejalkan ke dalam mulutnya, setelah itu ia tepuk
punggung iblis tersebut satu kali, Menyusul kemudian ia
cekal pula tubuh sukma murung, dengan cara yang sama
ia jejalkan pula sebutir pil.
Tiba-tiba saja suasana dalam ruangan berubah sangat
hening, perhatian semua orang sama-sama ditujukan ke
arah Dewa buas dan sukma murung sambil menantikan
reaksi dari mereka berdua.
2498 Kejadian ini boleh dibilang merupakan pertarungan
besar bagi reputasi Phang Thian-hua selama hidupnya, ia
sudah terlanjur omong besar tadi. Andai kata dua pil
yang dijejalkan ke mulut Dewa iblis dan sukma murung
gagal mengobati luka racunnya, akibatnya nama besar
Dewa Jinsom yang telah dipupuknya selama puluhan
tahun akan sirna dengan begitu saja.
segenap perhatian Li Tiong-hui tertuju pula ke
masalah tersebut, otomatis dia kesampingkan kehadiran
Lim Han-kim di tempat itu.
Memanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini Lim
Han-kim mengundurkan diri ke belakang pintu, Dengan
berdiri di tempat yang agak redup, ia berusaha
menghindari perhatian orang.
Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, Dewa buas
yang sadar lebih dahulu, Tiba-tiba saja ia melompat
bangun dan duduk. sifat buas, liar dan ganasnya meski
sudah banyak terkendali oleh bimbingan Li Tiong-hui,
namun peristiwa yang mempermalukan dirinya ini sulit
diterima dengan begitu saja, tak bisa dikendalikan lagi
meledaklah sifat buasnya dulu.
sambil membentak keras, ia sambar sepasang kaki
lelaki berbaju kuning itu lalu dengan menggunakan tubuh
orang sebagai senjata, ia hantam dada Cau-hua lojin.
Menyadari bahwa pisau yang tersembunyi di balik baju
lapis baja yang dikenakan anak buahnya mengandung
racun jahat, Cau-hua lojin tak berani menangkis
datangnya serangan itu, tergopoh-gopoh ia
menghindarkan diri ke samping,
2499 "Tahan" bentak Li Tiong-hui mendadak. Biarpun liar
dan ganas namun sikap Dewa buas terhadap Li Tiong-hui
amat penurut dan hormat, begitu mendengar
bentakannya, buru-buru ia mengundurkan diri.
sambil tertawa hambar Phang Thian-hua menoleh
kearah Cau-hua lojin dan mengejek:
"Bagaimana" Aku orang she-Phang tidak mengibul
bukan?" Cau-hua lojin tidak menjawab, ia menengadah dan
memandang ke atas pohon besar di luar gedung tanpa
mengucapkan sepatah kata pun- Dia seolah-olah
memandang pohon itu dengan terpesona sehingga
terhadap sindiran dari Phang Thian-hua itu bukan cuma
tak menanggapi, menggubris pun tidak.
Li Tiong-hui yang cerdik setelah termenung sejenak
segera mengetahui apa sebab lawannya berbuat begitu,
buru-buru bisiknya kepada Hongpo Lan yang berada di
sisinya: "Di atas pohon besar di luar halaman sana
bersembunyi tokoh musuh yang mengendalikan
semuanya ini, cepat kau paksa dia agar menampakkan
diri" Hongpo Lan menyahut, dari sakunya ia loloskan
sebilah pedang pendek lalu sambil melayang keluar ke
halaman depan, serunya seraya mendongakkan
kepalanya memandang puncak pohon- "Bu-lim Bengcu
hadir di sini, sobat dari mana yang sembunyi di sana"
Harap segera menampakkan diri"
2500 suara tertawa cekikikan yang merdu segera bergema
dari puncak pohon, seseorang menyahut: "Hei, adik Li,
hebat betul gayamu" Menyusul omongan tersebut, sesosok bayangan
manusia melayang turun dari atas pohon, dia adalah
seorang gadis cantik berbaju ringkas warna hitam
dengan mantel berwarna hitam pula.
Mengetahui siapa yang muncul, dengan perasaan
terperanjat Hongpo Lan mundur dua langkah dari posisi
semula. Terdengar Li Tiong-hui berseru dari dalam ruang
tamu: "Apakah nona seebun yang datang?"
"Betul," jawab Hongpo Lan- "Dia memang ketua
perguruan bunga bwee, seebun Giok-hiong"
Tanpa melirik sekejappun kearah Hongpo Lan, dengan
langkah lebar seebun Giok-hiong langsung berjalan
menuju ke ruang tamu. Kawanan jago yang menyertai Li Tiong-hui seketika
merasa terkesiap setelah melihat kehadiran gembong
iblis wanita ini, serentak mereka meloloskan senjata
masing-masing. Hanya Li Tiong-hui serta Ciu Huang berdua yang dapat
mempertahankan ketenangan hatinya tanpa melakukan
sesuatu reaksi. Mereka tetap berdiri tegak pada posisi
semula. Dengan sorot matanya yang tajam seebun Giok-hiong
melirik sekejap kawanan jago yang hadir dalam ruangan
itu, lalu katanya sambil tertawa: "Akhirnya apa yang
diharapkan nona Li terwujud menjadi kenyataan, kau
2501 berhasil menduduki kursi kebesaran sebagai Bu-lim
Bengcu." "Enci seebun terlalu memuji"
"sayang kedatangan nona Li terlambat satu langkah,"
kembali seebun Giok-hiong berkata sambil tertawa,
"Perguruan cau-hua-bun telah mengambil keputusan
untuk berpihak kepadaku, lagi- lagi aku membuat
keinginanmu sia-sia..."
Li Tiong-hui nampak tertegun, sorot matanya segera
dialihkan ke wajah Cau-hua lojin sambil menandaskan-
"Benarkah apa yang dia katakan itu?"
"Benar" sahut cau-hua lojin dengan wajah
bersungguh-sungguh. Li Tiong-hui segera tertawa hambar, katanya: "Enci


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seebun, kelihatannya kau selalu berhasil mendahului aku
dalam hal apa pun, aku sungguh merasa kagum."
"Moga-moga saja apa yang kau ucapkan betul- betul
keluar dari hati sanubarimu, bukan cuma sekedar basabasi."
"Tentu saja aku memujimu sejujurnya, hanya saja..."
"Hanya saja kenapa?"
"Sebuah perguruan kecil macam Cau-hua-bun masih
belum merupakan ancaman yang serius bagi posisi kita
berdua." seebun Giok-hiong segera tertawa, "saudara Li, bila
kau ingin pertemuan kita malam ini bubar secara baikbaik,
lebih baik tak usah kita bicarakan masalah
perselisihan kita berdua."
2502 " Kalau toh enci seebun tak punya maksud lain pada
pertemuan malam ini, baiklah, biar aku mohon diri lebih
duiu." "Eeeh... tunggu dulu, tak usah tergesa-gesa pergi"
cegah seebun Giok-hiong mendadak. Agak berubah
wajah Li Tiong-hui, tegurnya: "Kau masih ada urusan apa
lagi?" "Ada sebuah kabar yang amat buruk perlu
kusampaikan kepada Li Bengcu."
"soal apa?" sambil membenahi rambutnya yang kusut karena
tertiup angin, seebun Giok-hiong berbisik, "Masalah Pek
si-hiang, nona Pek ..."
"Ada apa dengan nona Pek?" dengan alis melentik
karena rasa tertarik, Li Tiong-hui mendesak.
"Dia sudah mati."
"Kau yang membunuhnya?" hardik Li Tiong-hui penuh
amarah. "oooh, bukan" sahut seebun Giok-hiong sambil
tertawa, "la mati karena sakit, cuma... kalau kau ingin
membalaskan dendam bagi kematiannya, boleh saja
langsung mencari aku, dengan senang hati akan kulayani
keinginanmu itu..." Li Tiong-hui merasakan hatinya bergetar keras, nyaris
tak sanggup menahan diri. setelah termangu beberapa
saat barulah ia berteriak: "Aku tak percaya"
"Mau percaya atau tidak terserah pada kau sendiri,"
seebun Giok-hiong tertawa hambar. "Toh, Pek si-hiang
2503 nyata sudah mati, ia tak mungkin bisa bangkit kembali
dari liang kuburnya"
Diam-diam Li Tiong-hui mengatur pernapasannya
untuk menekan gejolak perasaan dalam hatinya, setelah
itu pelan-pelan baru ia berkata: "Bagaimana dengan
kecerdasan serta kemampuan nona Pek bila
dibandingkan dengan kau, Seebun Glok-hiong?"
"Ia masih setingkat lebih unggul dariku" sahut Seebun
Giok hiong sambil tertawa.
"Aku rasa bukan cuma setingkat, bahkan jauh melebihi
kemampuanmu yang tidak seberapa itu."
"Yaa, pandangan tiap orang memang berbeda, Kalau
toh kau menganggap demikian, yaa sudahlah, Anggap
saja pandanganmu memang betul."
Setelah berhenti sejenak, kembali ia melanjutkan
"Sekalipun dia jauh mengungguli kemampuanku, sayang
hal itu sudah menjadi masa lalu, Selama hidupmu kali ini,
jangan harap bisa bertemu lagi dengan seseorang yang
bernama Pek Si-hiang"
Sementara itu Li Tiong-hui telah mampu
menenangkan kembali perasaannya, ia berkata: "Ketika
aku berpisah dengan nona Pek tempo hari, ia tak pernah
membicarakan masalah penyakit yang dideritanya, Hal ini
menunjukkan bahwa ia tak pernah mempermasalahkan
penyakit yang sedang dideritanya itu."
"Betul aku tidak menyaksikan dengan mata kepala
sendiri bagaimana dia menghembuskan napasnya yang
terakhir, tapi aku sempat melihat keadaannya sewaktu
sekarat jangankan aku, Seebun Glok-hiong, yang
2504 memang mengerti ilmu silat, orang yang mengerti sedikit
ilmu silat atau ilmu pengobatan pun dapat melihat bahwa
ia pasti akan mati akhirnya. Kau boleh percaya boleh
tidak, dan kita pun tak usah mempersoalkan hal ini lebih
jauh." setelah berhenti sejenak, kembali terusnya: "Masih
ada lagi satu masalah yang teramat penting bagimu,
juga ada kaitannya dengan Pek si-hiang"
"soal apa?" "soal Lim Han-kim..." bicara sampai di situ, ia sengaja
berhenti. Betul juga, Li Tiong-hui segera memburu dengan
penasaran: " Kenapa dengan Lim Han-kim?"
"Pek si-hiang telah memanfaatkan keadaannya yang
lemah untuk merebut cinta kasih Lim Han-kim
terhadapnya, mungkin kau kurang percaya bukan
dengan kisah ini?" Li Tiong-hui segera merasakan pandangan matanya
jadi gelap. hawa darah menggelora di dalam dadanya,
nyaris ia tak sadarkan diri
Dengan sorot mata yang tajam seebun Giok-hiong
mengawasi wajah Li Tiong-hui tanpa berkedip. sesaat
kemudian baru ia berkata lagi: "Bagaimana" Kau tidak
sakit hati?" "Tentu saja tidak,"juwab Li Tiong-hui sambil tertawa,
"Lim siangkong adalah pemuda yang tampan dan
romantis, sedang nona Pek seorang gadis cerdik yang
cantik jelita, Mereka memang pasangan yang serasi,
2505 kenapa aku harus sedih" Untuk bergembira pun rasanya
tak sempat..." "Ha ha ha... aku rasa kau tidak bicara dengan
sejujurnya bukan..." ejek seebun Giok-hiong sambil
tertawa terkekeh-kekeh. Li Tiong-hui mencoba untuk membangkitkan kembali
semangatnya, katanya seraya tertawa: "Enci seebun,
tampaknya kau tak dapat melupakan Lim Han-kim,
apakah kau juga sangat merindukan kehadirannya?"
"Benar, aku memang amat merindukannya, Tidak
seperti kau, Li Tiong-hui, lain di mulut lain di hati"
"Ooooh, rupanya begitu, tak aneh jika kau
mengharapkan nona Pek cepat-cepat mati," sindir Li
Tiong-hui sambil tertawa.
"Buat apa aku mesti menyumpahinya" sekarang pun ia
sudah mati dan tubuhnya sudah membeku."
Mendadak Li Tiong-hui bangkit berdiri seraya berseru:
"Enci seebun, apa yang ingin kau ucapkan rasanya sudah
selesai kau utarakan bukan?"
"Belum, kalau tadi kita bicarakan soal pribadi, maka
sekarang kita mulai bicara urusan dinas"
Li Tiong-hui mencoba memeriksa keadaan di sekeliling
ruangan. ia baru lega setelah melihat seebun Giok-hiong
tidak mengajak anak buah, pikirnya: "Bila ia tidak
membawa anak buah dan kedatangannya kemari
seorang diri, sekalipun ditambah dengan kekuatan
perguruan Cau-hua-bun pun rasanya kami masih mampu
untuk menghadapi mereka."
2506 setelah membuat persiapan dan perhitungan yang
matang dalam hati kecilnya, dia pun membentak keras:
"Baik, kita bicara soal dinas, aku sudah siap
mendengarkan" Dengan wajah keren dan serius seebun Giok-hiong
berkata: "sekarang kau telah berhasil mencapai kursi Bulim
bengcu, kemegahan seseorang bila sudah mencapai
pada puncaknya, maka akan tiba gilirannya untuk
menyusut mundur, semestinya kau mengerti bukan,
semua jago di kolong langit bersedia menuruti
perintahmu hal ini disebabkan mereka ingin bersamasama
menghadapi aku, seebun Giok-hiong"
setelah menghembuskan napas panjang, gadis itu
meneruskan: "Aku tak perduli kau berani mengakui atau
tidak, tapi semestinya dalam hati kecilmu pun mengerti
dengan jelas bahwa ketika kau merebut kursi kebesaran
tersebut, aku tidak mencoba mengusikmu dengan
sepenuh tenaga. Aku telah memberi kesempatan
kepadamu untuk merasakan bagaimana bahagianya
menjadi seorang Bu-lim Bengcu. Kini nama besarmu
telah diketahui hampir seantero jagad.-."
"Kau keliru besar" tukas Li Tiong-hui. "Nama besar
keluarga persilatan bukit Hong-san sedikit pun tidak
kalah dengan nama besar seorang Bu-lim Bengcu."
"Jadi kau betul-betul ingin bermusuhan denganku?"
jengek seebun Giok-hiong tertawa.
"Sesungguhnya aku tak punya niat ke sana, tapi
semuanya tergantung bagaimana enci seebun akan
melangkah." 2507 "salahkah bila aku ingin membalaskan dendam bagi
kematian orang tuaku?"
"Bila kau bersedia menyelesaikan masalah tersebut
langsung pada pokok persoalannya, bersedia
mengumpulkan semua jago dari kolong langit untuk
mencari penyelesaian, dengan senang hati aku akan
membantu usaha dan keinginanmu itu"
" Kenapa aku mesti minta bantuanmu untuk
menyelesaikan masalahku?" teriak seebun Giok-hiong
gusar. Dari balik matanya mencorong keluar sinar tajam
yang berapa api hingga ia nampak mengerikan sekali.
setelah berhenti sejenak, kembali ia meneruskan
dengan suara dingin: "Aku tak ingin kau terseret dalam
masalah ini, maka dengan niat baik aku berusaha
membujukmu agar cepat-cepat keluar dari kancah
permasalahan tersebut. Namun bila kau menilai
tindakanku ini sebagai pertanda aku takut padamu, maka
dugaanmu itu akan keliru besar."
"Maksud baik enci seebun biar kuterima dalam hati
saja, tapi sayang aku sudah dipercaya segenap umat
persilatan untuk memegang jabatan sebagai Bu-lim
Bengcu, sudah barang tentu aku tak bisa berpeluk
tangan belaka membiarkan kau berbuat sewenangwenang
dalam dunia persilatan tanpa berusaha untuk
mencegahnya" Berubah wajah seebun Giok-hiong setelah mendengar
ucapan itu, serunya: "setelah kematian Pek si- hiang, kau
pun sudah kehilangan tulang punggung yang menunjang
kehadiranmu dalam dunia persilatan- Baiklah, kalau toh
kau tetap keras kepala dan tak mau mundur dari sini,
2508 jangan salahkan bila aku seebun Giok-hiong bertindak
keji kepadamu" "Enci seebun, bila kau enggan menarik diri dan tetap
membuat keonaran dalam dunia persilatan, terpaksa
dengan berat hati aku pun akan tetap memusuhi diri mu"
Hijau membesiparas muka seebun Giok-hiong saking
jengkelnya, tapi setelah termangu sesaat mendadak ia
tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha ha... baik, bila fajar telah
menyingsing nanti, kita pun akan berubah jadi musuh
bebuyutan, kalau bukan kau yang mampus tentu aku
yang tewas" "Bagus, mengingat kita pernah kenal dan punya
hubungan yang cukup baik, malam ini aku pun bersedia
melepaskan perguruan cau-hua-bun dari kebinasaan,"
ucap Li Tiong-hui pelan. Kemudian sambil mengalihkan
pandangan matanya ke wajah Cu-hua lojin, lanjutnya
dengan suara dingin "setelah fajar menyingsing nanti,
perguruan cau-hua-bun akan menjadi musuh umum
seluruh umat persilatan"
"Makin banyak makin bagus" seru Cau-hua lojin
tertawa, "satu-satunya cita-citaku adalah ingin
memperkenalkan ilmu silat perguruan cau-hua-bun kami
ke seluruh dunia persilatan"
Li Tiong-hui tidak banyak bicara lagi, ia kebaskan panji
Bengcu-nya seraya berseru: "Ayoh kita pergi"
Dengan langkah lebar Li Tiong-hui tinggalkan ruang
tamu itu lebih dulu. Li Bun-yang segera mempercepat
langkahnya mendekati Li Tiong-hui, lalu bisiknya:
"Kelihatannya murid termuda dariperguruan cau-hua-bun
2509 yang turun tangan lebih dulu tadi adalah adik
seperguruan Lim Han-kim yang sudah lama lenyap..."
Waktu itu sebenarnya Li Tiong-hui sudah melangkah
keluar dari pintu ruang tamu, ia segera menghentikan
langkahnya setelah mendengar perkataan itu, dan
berusaha menegaskan: "Kau tidak salah melihat?"
"Tak bakal salah"
Pelan-pelan Li Tiong-hui berpaling memandang wajah
seebun Giok-hiong lekat-lekat, kemudian katanya: " Enci
seebun, ada satu permintaan hendak kusampaikan
kepadamu, bersediakah kau untuk mengabulkan?"
"soal apa?" "Aku harap enci mau mewakili aku untuk meminta
Cau-hua-bun menyerahkan seseorang"
"Menyerahkan seseorang?" walau bagaimana pun
cerdasnya seebun Giok-hiong, agak tertegun juga dia
setelah mendengar perkataan itu.
"Yaa, dia cuma seorang anggota perguruan cau-huabun
yang tak ternama, lagipula kehadirannya di sini baik
memihak kepadamu atau memihak kepadaku juga tak
berarti banyak." seebun Giok-hiong tidak langsung menjawab, pikirnya:
" Entah permainan busuk apa lagi yang sedang disiapkan
budak ini?" setelah termenung sesaat, ia pun menjawab
dingin "Kalau memang tak berpengaruh banyak bagi kita
berdua, kenapa kau minta orang tersebut?"
"Sederhana sekali alasannya"
"Bisa kau jelaskan?"


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

2510 "Sebab dia adalah anak murid seorang famili jauhku
yang diculik oleh Cau-hua lojin dan dipaksa untuk
menjadi anggota perguruannya"
seebun Giok-hiong memutar biji matanya melirik Cauhua
lojin sekejap. lalu ia bertanya lagi: "siapa sih orang
itu?" "Jawab dulu, bersedia atau tidak kau mintakan orang
itu" jika sudah bersedia, akan kujelaskan latar
belakangnya dengan jelas."
Lama sekali seebun Giok-hiong putar otak memikirkan
persoalan itu, kemudian ia baru menjawab: "Bila kau
tidak membohongi aku, pasti kukabulkan permintaanmu
itu" Baru saja Li Tiong-hui hendak menuding, Li Bun-yang
sudah keburu berseru lebih dulu: "Orang itu tak lain
adalah bocah berpakaian ringkas yang berdiri di samping
cau-hua lojin" Pelan-pelan seebun Giok-hiong berjalan menghampiri
Yu siau-liong. Ditariknya lengan bocah itu sambil
menegaskan: "Dia yang kau maksudkan?"
"Benar." seebun Giok-hiong memandang Yu siau-liong sekejap.
kemudian tanyanya lembut: "saudara cilik, apa nama
margamu?" "Aku bermarga Yu."
"Kau kenal dengan nona Li?"
sebagaimana diketahui Yu siau-liong sudah dicekoki
obat khas bikinan Cau-hua lojin sehingga kecuali nama
2511 marga sendiri, kejadian yang lampau sudah terlupakan
sama sekali, oleh sebab itu dia hanya bisa mengawasi Li
Tiong-hui beberapa saat lamanya dengan mata terbelalak
lebar tanpa berhasil mengenalinya, sesaat kemudian ia
baru menggeleng. "Tidak, aku tak kenal."
seebun Giok-hiong segera alihkan pandangan matanya
ke wajah Cau-hua lojin sambil tanyanya: "siapa dia?"
"Dia adalah guruku" jawab Yu siau-liong cepat
" Kau tak boleh ajukan pertanyaan semacam itu," sela
Li Tiong-hui, " Usianya relatip masih muda, tentu saja dia tak kenali
aku" "sekalipun umurnya lebih besar juga tak ada
gunanya" timbrung Phang Thian-hua tiba-tiba. "sebab
Cau-hua-bun telah cekoki obat khusus kepadanya
sehingga apa yang dialaminya di masa lampau sudah
terlupakan sama sekali"
seebun Giok-hiong segera menatap tajam Cau-hua
lojin, ucapnya: "Boleh membiarkan mereka membawanya
pergi?" Rasa berat hati segera menyelimuti wajah Cau-hua
lojin, katanya dengan nada menderita: "Di antara sekian
banyak muridku, dialah muridku dengan bakat terbaik,
bahkan aku sedang bersiap-siap untuk mendidiknya
dengan sepenuh tenaga agardia bisa mewarisi segenap
kepandaian yang kumiliki. Kalau kubiarkan mereka
membawanya pergi... rasanya kok amat sayang."
"Tidak apa-apa," kata seebun Giok-hiong sambil
tersenyum. "Besok, akan kucarikan lagi seorang bocah
2512 yang lebih berbakat lagi untuk menjadi ahli warismu..."
Kemudian sambil berpaling lagi ke arah Li Tiong-hui, ia
meneruskan "Baik-baik kau rawat dia" seraya berkata pelan-pelan
dia tepuk batok kepala Yu siau-liong sebanyak dua kali.
Li Tiong-hui bukan bocah kemarin sore yang tak punya
pengetahuan luas, satu ingatan segera melintas dalam
benaknya setelah menyaksikan perbuatan lawannya,
hanya saja perasaan tersebut tak sampai diutarakan
keluar. Terdengar seebun Giok-hiong berkata dengan lembut:
"Nah, saudara cilik, sekarang pergilah mengikuti cici itu"
Yu siau-liong berpaling memandang cau-hua lojin dan
seebun Giok-hiong sekejap. wajahnya kelihatan bimbang
dan kebingungan, ternyata ia tidak membantah dan
benar-benar berjalan menuju ke arah Li Tiong-hui.
Dengan lemah lembut Li Tlong-hui menggenggam
tangan Yu siau-liong dengan tangan kirinya, sementara
tangan kanannya secepat kilat menotok dua buah jalan
darah di tubuh bocah itu, kemudian sambil menyerahkan
kepada Li Bun-yang ia berbisik, "Bawa dia pergi"
setelah itu sambil menoleh lagi ke arah seebun Giokhiong,
ujarnya: " nampaknya cici telah berbuat sesuatu
ke atas tubuhnya." seebun Giok-hiong tersenyum. "Bengcu tidak usah
kelewat curiga, kalau sikapmu kelewat hati-hati dan
pandanganmu kelewat cupat, bagaimana mungkin kau
mampu memimpin segenap orang gagah dari kolong
langit?" 2513 "soal itu cici tak perlu risaukan. Baik-lah, kalau begitu
aku mohon diri lebih dulu." ia membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ.
Terdengar seebun Giok-hiong berseru sambil tertawa:
"saudara cilik itu sudah diberi pil Cau-hua- wan ramuan
khusus perguruan cau-hua-bun, lebih baik layani dia
dengan lebih berhati-hati"
selama ini, cau-hua lojin yang liar dan sukar
dikendalikan ternyata sama sekali tidak memberikan
perlawanan terhadap semua keputusan yang diambil
seebun Giok-hiong. Dia cuma bisa berdiri di samping
dengan wajah termangu. ciu Huang serta Phang Thian-hua dengan
mengerahkan hawa murninya bersiap sedia bergerak di
paling belakang sambil melakukan perlindungan, dengan
cepat mereka telah membawa Li Tiong-hui sekalian
keluar dari ruang tamu itu.
Lim Han-kim mengerti, dengan dandanannya sekarang
bahkan Li Tiong-hui pun sudah menaruh curiga
kepadanya, berarti ia tak akan mampu mengelabui
seebun Giok-hiong. Asal dia berjalan di bawah cahaya
lampu, maka jejaknya segera akan diketahui seebun
Giok-hiong. Tapi menyaksikan Li Tiong-hui sekalian telah
membawa pergi Yu siau-liong, ia pun gelisah bercampur
panik, pikirnya: "Tampaknya agak sulit bagiku untuk
menyusup keluar dari ruangan ini tanpa diketahui lawan.
Aku mesti cari tempat yang terbaik untuk
menyembunyikan diri lebih dulu, menunggu sampai
2514 seebun Giok-hiong sudah pergi, baru berusaha
menyusup keluar" Ternyata seluruh ruangan nampak amat terang
bermandikan cahaya lilin- selain belakang pintu di mana
ia sembunyikan diri sekarang terasa agak remang,
tempat lain boleh dibilang terang benderang semua.
sementara ia masih panik bercampur gelisah,
mendadak seebun Giok-hiong berjalan langsung menuju
ke hadapannya sambil membentak: "siapa di sana?"
"Aduh celaka," pikir Lim Han-kim. "Setelah jejakku
ketahuan, nampaknya sulit bagiku untuk meloloskan diri
hari ini..." Dalam keadaan demikian, terpaksa ia harus tampilkan
diri dari tempat persembunyiannya .
Ia sadar, kelewat banyak bicara sama artinya memberi
peluang lebih besar kepada seebun Giok-hiong untuk
mengenali dirinya, maka tanpa berbicara sepatah kata
pun ia berjalan langsung menuju ke luar gedung dan
menyusul ke arah Li Tiong-hui dan rombongan tadi
lewat. Waktu itu Li Tiong-hui baru saja melewati pintu lapis
kedua sementara Ciu Huang dan Phang Thian-hua masih
berada di balik pintu lapis kedua. Tindakan Lim Han-kim
yang langsung melompat keluar dari gedung begitu
tampilkan diri tadi sama sekali di luar dugaan seebun
Giok-hiong, sementara ia masih tertegun, Lim Han-kim
sudah berada dua kaki lebih dari posisinya semula,
Dalam gelisahnya ia segera melejit ke udara sambil
menghardik: "Berhenti"
2515 Dengan kecepatan bagaikan sambaran petir dia
menyusul ke belakang tubuh Lim Han-kim sementara
tangan kanannya langsung melancarkan sebuah
cengkeraman maut sambil membalikkan badan, Lim Han-kim melepaskan
sebuah serangan balik, memanfaatkan peluang tersebut
badannya melesat lebih cepat lagi ke arah depan.
ilmu silat yang dimiliki seebun Giok-hiong luar biasa
hebat dan lihainya, meskipun dalam keadaan gugup
bercampur cemas, perubahan gerak serangannya
ternyata masih canggih jauh melebihi manusia biasa,
Ketika melihat datangnya serangan balik yang
dilancarkan Lim Han-kim, ia segera menekuk
pergelangan tangannya ke bawah, sementara kelima jari
tangannya dikebaskan mendatar keluar.
Lim Han-kim segera merasakan lengan kanannya
kesemutan, tahu-tahu lengannya menjadi lumpuh dan
kehilangan sama sekali fungsi serta kekuatan tubuhnya.
Namun anak muda tersebut enggan menyerah dengan
begitu saja. sambil menggeretak gigi menahan rasa sakit
yang luar biasa ia lanjutkan gerakan tubuhnya untuk
melompat ke depan dengan sepenuh tenaga. sekali
melompat ia sudah berada satu tombak dari posisi
semula. seebun Giok-hiong tertawa dingin, bagaikan bayangan
tubuh saja ia menempel terus di belakang anak muda
tersebut dan mengejar tiada hentinya.
BAB 24. Mendapat obat Pemulih Wajah
2516 Dengan ilmu meringankan tubuh yang begitu
sempurna, kecepatan gerak seebun Giok-hiong boleh
dibilang bagaikan petir yang membelah bumi, apalagi Lim
Han-kim berada dalam keadaan lengan kanannya terluka,
otomatis gerakan tubuhnya sangat terpengaruh. Tak
heran kalau dalam lompatan tersebut, gadis tersebut
berhasil menyusul ke belakang tubuh Lim Han-kim seraya
melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Dengan adanya kejadian tersebut, maka posisi mereka
berdua pun berada sangat dekat dengan pintu lapisan
kedua, sementara itu Ciu Huang telah mempersiapkan
diri menghadapi setiap ancaman yang datang, tatkala
melihat Lim Han-kim segera akan terluka di tangan
seebun Giok-hiong, ia pun membentak keras sambil
melancarkan sebuah pukulan pula untuk menyongsong
datangnya ancaman tersebut. "Nona, jangan kau lukai
orang ini" Angin pukulan yang kuat dan disertai suara desingan
tajam segera menumbuk ke depan.
Apabila seebun Giok-hiong mengesampingkan
keselamatan dirinya dengan melanjutkan serangan
terhadap Lim Han-kim, meski ia akan berhasil melukai
pemuda tersebut namun dia sendiri juga akan terluka
oleh tenaga pukulan ciu Huang yang maha dahsyat itu.
situasi yang kritis dan sangat berbahaya ini memaksa
seebun Giok-hiong mau tak mau harus menyelamatkan
diri terlebih dulu, Telapak tangan kanannya yang dipakai
untuk menggempur Lim Han-kim mendadak diputar balik
arahnya dan menyongsong datangnya ancaman dari ciu
Huang. 2517 Rupanya Ciu Huang sudah menduga sampai di situ,
maka sewaktu melancarkan serangannya ini dia telah
mengerahkan kekuatan tubuhnya sampai delapan puluh
persen- Meski ilmu silat seebun Giok-hiong tinggi, namun pos
isi tubuhnya yang masih bergelantungan di udara sangat
tidak menguntungkan baginya. Terlebih lagi ia meski
menyambut serangan itu secara tergopoh-gopoh, alhasil
begitu pukulan baling beradu, tubuhnya segera
berjumpalitan dua kali di udara sebelum berhasil
meluncur turun ke bawah dengan selamat.
Memanfaatkan kesempatan di kala dua orang itu
sedang beradu kekuatan, Lim Han- kim segera melejit ke
udara naik ke atas atap rumah dan melarikan diri dari
sana. Pada saat itu Li Tiong-hui yang sudah keluar dari pintu
lapis kedua segera mengajak Li Bun-yang balik kembali
setelah mendengar suara ribut di belakang tubuhnya.
Dengan gemas seebun Giok-hiong melototi wajah ciu
Huang, tegurnya ketus: "Mengapa kau melancarkan
serangan untuk menolongnya" Kau tahu siapa dia itu?"
Mula-mula Ciu Huang tertegun, menyusul kemudian
sahutnya sambil tertawa hambar: "Ditinjau dari niat nona
seebun hendak membunuhnya, jelas dia bukan anak
buahmu, terlebih bukan anggota perguruan dari Cauhua-
bun." "Jadi dia anak buahmu?" seru seebun Giok-hiong
dengan alis mata berkernyit.
2518 Li Tiong-hui berpaling memandang sekejap para jago
yang berada di sekitarnya, kemudian menggeleng:
"Bukan, dia bukan anak buahku. Aku, Li Tiong-hui,
datang secara terbuka dan blak-blakan, kenapa mesti
berbuat munafik?" "Hmmm, dalam posisi saling bermusuhan sekarang
bisa muncul sebuah perguruan Cau-hua-bun, masa tak
mungkin akan muncul pula perguruan lain yang ingin
meraih keuntungan di air keruh?"
Li Tiong-hui mengangkat wajahnya memandang
kedelapan malam yang membentang di mata, setelah


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yakin tak nampak lagi bayangan tubuh Lim Han- kim, ia
menjawab sambil tertawa jengah: "Tapi sayang
perguruan cau-hua-bun sudah berpihak pada cici."
setelah berhenti sejenak. la meneruskan: "Terlepas
siapa gerangan dia sesungguhnya, toh orangnya sudah
lenyap tak berbekas, buat apa kita persoalkan lagi?"
Dengan sorot mata yang tajam pelan-pelan seebun
Giok-hiong menyapu sekejap wajah para jago yang
diajak Li Tiong-hui, lalu katanya dengan suara dingin: "Li
Tiong-hui, bersama terbitnya sinar fajar esok pagi,
hubungan kita selama ini pun akan mengikuti kegelapan
malam lenyap dari pandangan mata. sejak itu kita adalah
musuh bebuyutan, kita menghalalkan segala cara untuk
saling menjatuhkan pihak lawannya, permusuhan ini baru
berakhir bila salah satu pihak telah punah, ingat baikbaik
perkataanku ini, nah, sekarang kau boleh pergi"
Li Tiong-hui tidak menanggapi, ia segera memberi
tanda kepada anak buahnya agar mundur dari tempat
2519 itu. Dalam waktu singkat di tempat tersebut hanya
tinggal Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong berdua saja.
"Apa lagi yang hendak kau sampaikan?" tegur seebun
Giok-hiong sambil pelan-pelan mengangkat tangan
kanannya. Dengan cepat Li Tiong-hui dapat melihat, kelima jari
tangan seebun Giok-hiong yang ramping dan halus itu
tiba-tiba membesar berapa kali lipat, hal tersebut segera
mengejutkan hatinya. Namun di wajahnya ia tetap mempertahankan
ketenangan hatinya, pelan-pelan ujarnya: "Sekarang
fajar belum menyingsing, kita masih punya waktu satu
jam lebih untuk bercakap-cakap sebagai sesama
saudara." Paras muka seebun Giok-hiong nampak amat keren
dan serius, setelah mendengar perkataan mana, pelanpelan
ia turunkan kembali tangan kanannya seraya
menegur "Apa yang hendak kau sampaikan?"
"sekalipun Pek si-hiang benar-benar sudah mati,
belum tentu kau mampu memenangkan pertarungan ini,"
kata Li Tiong-hui. "Kenapa" Apakah karena di dunia ini seorang manusia
bernama Li Tiong-hui masih tetap hidup?"
"Berbicara dari tingkat ilmu silat yang kau miliki, bukan
masalah sukar bila ingin membunuhku. Cuma seorang Li
Tiong-hui berhasil kau bunuh, masih ada ratusan bahkan
ribuan Li Tiong-hui lain yang akan muncul untuk
menentangmu. selama ratusan tahun sejarah, pelbagai
kekacauan dan keributan pernah melanda dunia
2520 persilatan tapi ratusan tahun kemudian keadaan dunia
persilatan toh tetap sama seperti sedia kala, belum
pernah ada seorang tokoh cerdik berilmu silat tinggi yang
mampu mengubah situasi dunia ini hingga keadilan dan
kebenaran musnah dari muka bumi.
Bagaimana pun kuat dan ampuhnya cici, aku tetap
hanya seorang, sebaliknya, dihitung dari aku, Li Tionghui,
selama ini sudah ada puluhan bahkan ratusan orang
Bu-lim Bengcu yang telah mati, patah tumbuh hilang
berganti. Di dunia persilatan selamanya tetap ada seorang Bulim
bengcu yang memimpin sebaliknya di dunia ini cuma
ada seebun Giok-hiong seorang saja, Bila kau mati,
segala sesuatunya pun akan turut musnah, lenyap tak
berbekas" "ooooh,jadi kau sedang memberi pelajaran
kepadaku?" sela seebun Giok-hiong dingin-
"Aku hanya bermaksud membujukmu dengan setulus
hati." "Maksud baikmu tak berani kuterima."
"Kalau begitu anggap saja aku yang banyak bicara"
seebun Giok-hiong mengangkat kepalanya
memandang sekejap kepada Li Tiong-hui, tiba-tiba
tanyanya: "Apa yang kau kenakan pada sanggulmu itu?"
"Sebatang tusuk konde emas."
"Boleh kau pinjamkan sebentar kepadaku?"
Li Tiong-hui meloloskan tusuk konde itu dari
sanggulnya dan menyodorkannya ke hadapan seebun
2521 Giok-hiong. "Biia cici suka, anggaplah tusuk konde itu
sebagai tanda mata dariku," ucapnya.
seebun Giok-hiong menerima tusuk konde itu dengan
tangan kirinya, kemudian meletakkannya di tangan
kanan dan menggenggamnya kuat-kuat. setelah itu
ujarnya dingin: " Kukembalikan padamu"
Kelima jari tangannya direntangkan dan tusuk konde
itu diangkat tinggi-tinggi pada telapak tangannya.
Li Tiong-hui melihat tusuk konde itu masih tetap utuh
seperti sediakala, maka setelah termenung berpikir
sejenak, pelan-pelan dia ulurkan tangannya untuk
menerima kembali tusuk konde tadi.
siapa tahu, begitu tusuk konde itu terangkat dari
telapak tangan seebun Giok-hiong, tahu-tahu benda itu
hancur lebur menjadi serbuk halus dan tersebar ke
mana-mana. Melihat itu sambil tertawa dan membungkukkan badan
memberi hormat, Li Tiong-hui berseru: "Terima kasih cici,
atas kebaikanmu yang tak sampai melukai aku."
"Bila fajar telah menyingsing esok pagi, kau harus
berhati-hati" "cici sendiri juga perlu menjaga diri baik-baik" selesai
berkata ia membalikkan badan dan beranjak pergi dari
situ dengan langkah lebar.
Dengan mengerahkan segenap tenaga yang dimiliki
Lim Han- kim berlarian kencang meninggalkan gedung
bangunan tersebut, dalam waktu singkat ia sudah
menempuh perjalanan sejauh belasan li sebelum
menghentikan perjalanannya.
2522 Ketika melayangkan pandangan matanya ke sekeliling
tempat itu, terlihat ia sudah berada di luar kota yang
amat sepi, Dalam usahanya melarikan diri tadi, pemuda
ini hanya berpikir bagaimana menyelamatkan diri
secepatnya hingga lupa dengan luka pada lengannya.
setelah berhenti sekarang, ia baru merasakan lengan
kanannya sudah kaku dan mati rasa.
Lim Han- kim mencoba untuk menggerakkannya,
ternyata lengan tersebut sudah tak mau menuruti
perintahnya lagi, dengan perasaan terkesiap segera
pikirnya: " Celaka, bila lengan kananku sampai menjadi
cacad, aku benar-benar menjadi manusia yang tak
berguna" Pengembaraan selama berhari-hari membuat sifat
angkuh dan tinggi hatinya dulu lenyap sebagian besar
setelah termenung beberapa saat lamanya, ia berhasil
memulihkan kembali ketenangan hatinya.
Waktu itu dalam hatinya hanya tersisa beberapa
keinginan yang belum terkabul Rusaknya wajah dan
cacadnya lengan membuat semangatnya hampir saja
punah. Kini satu-satunya keinginan yang tersisa hanyalah
bagaimana caranya menghubungi Yu siau-liong,
membuatnya tersadar kembali dengan asal-usulnya serta
membawanya pulang ke rumah.
Setelah itu dia ingin membuktikan ucapan Seebun
Giok-hiong, apa benar Pek Si-hiang telah mati, atau
apakah ia jadi mempelajari ilmu sesat hingga sembuh
dari penyakitnya. Dan terakhir dia ingin pulang ke dusun
untuk menjenguk ibunya yang sudah tua. Bila semua
keinginannya berhasil dipenuhi, dia berencana untuk
2523 mencari sebuah tempat yang terpencil danjauh dari
keramaian manusia untuk hidup seorang diri hingga akhir
hayat. Ia mengangkat wajahnya memandang bintang yang
bertaburan di angkasa dan meneruskan perjalanannya
dengan pikiran kosong, pengalaman tragis yang
dialaminya, pukulan batin yang dideritanya membuatnya
benar-benar putus asa dan kecewa.
Dia tak ingin membayangkan kembali kejadian yang
telah lewat, lebih-lebih tak ingin membayangkan apa
yang bakal terjadi di kemudian hari.
Ia berjalan terus dengan pikiran kosong, tidak tahu
arah tidak tahu tujuan, Mendadak dari belakang
tubuhnya terdengar seseorang memanggilnya dengan
suara yang merdu: "Lim Han-kim"
seolah-olah tak percaya kalau di dunia ini masih ada
manusia yang mengenalinya Lim Han-kim menghentikan
langkahnya, berpaling dan bertanya agak bimbang: "Kau
memanggil aku?" Helaan napas sedih bergema memecahkan
keheningan: "Aaaai... ternyata memang betul kau"
Di bawah cahaya bintang yang redup pelan-pelan
berjalan mendekat seebun Giok-hiong.
Begitu melihat jelas wajah si pendatang, pikiran Lim
Han-kim yang bingung segera tersadar dan jernih
kembali, dengan amarah yang meluap serunya ketus:
"Kau sudah mencelakai aku, membuat aku menderita
seperti ini, apakah kau belum puas untuk melepaskan
aku dengan begitu saja?"
2524 Dengan penuh lemah lembut seebun Giok-hiong
menggenggam lengan kanan LimHan-kim, lalu ujarnya
halus: "Aku telah melukai lengan kananmu dengan ilmu
pemisah nadi, jika tak diobati secepatnya, lenganmu
akan lumpuh dan kau bakal cacad seumur hidup."
"Biar lenganku menjadi cacad juga tak mengapa, aku
Lim Han- kim, sudah tidak perduli lagi" teriak Lim Hankim
sambil meronta melepaskan diri dari genggaman
lawan. Dengan mata yang bening dan lembut seebun Giokhiong
menatap wajah pemuda itu lekat-lekat, lalu
katanya: "Ada satu hal, aku perlu minta maaf
kepadamu." "Tidak apa-apa, semua orang gagah di kolong langit
adalah musuh besarmu. Bila kau baru puas setelah
membunuh habis mereka semua, silakan kau lakukan
sekehendak hatimu." "Itu berbeda sekali, Mereka tak punya hubungan batin
denganku Aku tak perlu bersimpati, menaruh belas
kasihan atau rasa menyesal kepada mereka, tapi
terhadap kau tidak."
"Biar aku, Lim Han-kim, mati terlantar di tengah jalan
pun tak usah kau menaruh belas kasihan padaku, Aku
tak butuh rasa simpatimu" tukas anak muda itu ketus.
"sikapku ini bukan sikap simpati atau menaruh belas
kasihan padamu, tapi semacam rasa menyesal yang
sukar diutarakan dengan perkataan."
2525 "Rasa menyesal" Aneh, sungguh aneh Manusia
semacam kau pun bisa memiliki rasa menyesai, ini baru
berita langka namanya"
"Kau berbeda sekali dengan orang lain, sebab kau
adalah seorang lelaki sejati, seorang lelaki jantan..."
"Terima kasih banyak untuk pujianmu itu, maaf, aku
tak kuat untuk menerimanya."
"Percayalah, Aku bicara sejujurnya. Kata-kataku
muncul dari hati sanubariku yang paling dalam, tapi
kalau kau tak percaya... yaaa sudahlah, aku toh tak bisa
memaksamu untuk percaya "
Mendadak Lim Han-kim tertawa ter-bahak-bahak. "Ha
ha ha... percaya atau tidak bukan masalah yang amat
penting bagiku, Nah, nona, baik-baik menjaga diri" ia
membalikkan tubuh dan meneruskan perjalanan dengan
bertukar arah yang berbeda.
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, di
tengah hembusan angin harum yang semerbak seebun
Giok-hiong telah menghadang kembali di hadapannya.
"Lim Han-kim" ujarnya, "Aku tak mau tahu kau setuju
atau tidak. pokoknya aku harus sembuhkan luka pada
lenganmu itu kemudian baru memberitahukan sesuatu
hal kepadamu." Lim Han-kim mengerti mustahil baginya untuk
melawan kehendak gadis tersebut, sambil menjulurkan
lengannya ke depan ia berkata: "Kurang hormat rasanya
jika kutampik terus kemauanmu, Nah, silakan turun
tangan" 2526 Dengan tangannya yang halus dan lembut seebun
Giok-hiong mulai bekerja menguruti lengan kanan
pemuda tersebut, sementara Lim Han-kim membuang
pandangan matanya ke arah lain, memandang bintang
yang bertaburan di angkasa.
Urutan sepasang tangan yang halus lembut tak
bertulang dari gadis cantik jelita semestinya merupakan
suatu kenikmatan yang luar biasa bagi kaum pria, namun
sikap Lim Han-kim sangat dingin, kaku dan ketus,
berbeda sekali dengan penampilan pada umumnya.
Lebih kurang sepeminum teh kemudian Seebun Giokhiong
baru menarik kembali lengannya sambil berbisik,
"Nah, beres sudah Peredaran darahmu sudah lancar
kembali" "Terima kasih banyak untuk pertolongan nona" tukas
Lim Han- kim ketus, selesai berkata ia segera beranjak
pergi dari situ. "Berhenti" bentak seebun Giok-hiong dengan kening
berkerut. Lim Han- kim menghentikan langkahnya, membalikkan
badan dan menegur dengan nada tak senang: "Masih
ada urusan apa lagi nona?"
Dari sakunya seebun Giok-hiong mengeluarkan sebuah
botol porselen lalu sambil menyodorkannya ke hadapan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda itu ia berkata: "Dengan cairan obat dalam botol
ini, kau bisa menghapus semua warna-warni yang
menghiasi wajahmu dan kau akan memperoleh kembali
wajahmu seperti sedia kala."
2527 "Terima kasih untuk pemberian obat- mu," kata Lim
Han- kim sambil menerima botol porselen itu
"Masih ada satu persoalan lagi perlu kusampaikan
kepadamu, aku berharap kau tidak bersedih hati setelah
mendengar nanti." Lim Han- kim segera merasakan jantungnya berdebar
keras, sambil menahan gejolak perasaan hatinya ia
berseru: "Apakah Pek si-hiang sudah wafat?"
"Benar, penyakitnya sudah merasuk ke dalam tulang
sumsumnya, jangankan manusia biasa, biar Tabib Hoa
Tho menitis kembali pun belum tentu mampu untuk
menyembuhkan penyakit tersebut,"
Tiba-tiba Lim Han- kim membalikkan tubuhnya,
Dengan sorot mata yang tajam ditatapnya wajah seebun
Giok-hiong tanpa berkedip. lalu sepatah demi sepatah ia
berkata: "Kau telah membunuhnya" "
seebun Giok-hiong tertunduk lesu: "Aaaai..." bisiknya,
"Meskipun aku berniat untuk melakukan hal tersebut..."
"Kau telah berjanji kepadaku untuk tidak
mencelakainya, kenapa kau ingkari janjimu itu?" tukas
Lim Han-kim penuh amarah.
"satu hari Pek si-hiang tidak mati, sehari pula aku
makan tak enak tidur tak nyenyak. Tapi kau jangan
kuatir, aku tidak mencelakainya, bahkan menyentuh
badannya pun tidak. Tatkala aku tiba di pesanggrahan
pengubur bunga, saat itu Hiang-kiok dan siok- bwee
sedang mengebumikan jenasahnya . "
"Sungguh?" Lim Han-kim termangu "sungguh Malah
aku sempat membuka sendiri penutup peti matinya, aku
2528 melihat sendiri jenasahnya berbaring kaku dalam peti
mati. Aku baru berlalu setelah bersembahyang di depan
pusaranya." "Jadi kau yang mendesaknya hingga mati?" sela Lim
Han-kim dengan rasa geram.
seebun Giok-hiong gelengkan kepalanya berulang kali,
sambil membetulkan rambutnya yang kusut ia
melanjutkan kata-katanya: "sebenarnya maksud
kedatanganku ke situ memang berniat menghabisi
nyawanya, tapi kedatanganku terlambat, aku sudah tak
punya kesempatan lagi untuk turun tangan-.."
setelah menghela napas panjang, seebun Giok-hiong
meneruskan: "Kendatipun bukan aku yang
membunuhnya,tapi terhadap kau, aku tetap mempunyai
rasa menyesal yang sangat dalam."
Lim Han- kim merasa darah yang mengalir dalam
rongga dadanya menggelora keras, Kalau bisa, dia ingin
membacok tubuh seebun Giok-hiong hingga terbelah
menjadi dua bagian, Tapi dia pun sadar bahwa selisih
ilmu silat mereka terlalu jauh. Bagaimana pun ampuhnya
dia, akhirnya tetap bukan tandingan gadis tersebut,
maka sambil berusaha menahan emosi katanya dingin:
"Betul kau tidak langsung membunuhnya, tapi ia baru
nekat bunuh diri setelah kau mendesaknya terus hingga
terpojok dan tak punya jalan mundur lagi."
"Kau keliru, aku tak pernah mendesaknya. ia mati
karena penyakit menahun yang dideritanya Aaaai...
sungguh ganas penyakit itu sampai-sampai manusia
tangguh macam Pek si-hiang pun tak sanggup
meloloskan diri dari cengkeraman elmaut"
2529 "Kalau memang kau tak pernah mengusiknya barang
seujung rambut pun, kenapa pula kau menaruh rasa
menyesal yang dalam terhadapku?"
"Walaupun aku belum sempat turun tangan untuk
membunuhnya, paling tidak pikiran hendak
membunuhnya pernah melintas dalam benakku, Aku
telah ingkar janji dengan mendatangi pesanggrahan
pengubur bunga, misalnya waktu itu dia belum mati. Aku
tak akan melepaskannya dengan begitu saja, tapi
kenyataannya ia telah mati..."
"Hmmm, kau boleh tidur dengan nyenyak sekarang,"
sindir Lim Han- kim dingin, "Dalam kolong langit yang
luas ini, kau sudah tak akan menjumpai orang yang
mampu mengalahkan dirimu lagi."
"Pikiranku justru terbalik dengan jalan pikiranmu itu.
sekarang, timbul rasa menyesal dalam hati kecilku..."
"Ha ha ha..." Lim Han- kim tertawa keras, "Pek sihiang
sudah menjadi almarhum sekarang, lebih baik
nona seebun tak usah berpura-pura lagi... macam kucing
menangisi tikus saja..."
seebun Giok-hiong menghela napas sedih, "Aku
berbicara dengan sejujurnya, Kalau kau tetap tak
percaya, yaa sudahlah, toh aku tak mungkin bisa
memaksamu untuk percaya, Kini aku telah satu kali
ingkar janji, sebagai gantinya aku bersedia mengabulkan
tiga buah permintaanmu. Kau boleh ajukan
permintaanmu itu kapan saja dandi mana saja, asal
permintaan itu sudah kau ucapkan, aku pasti akan
berusaha untuk melaksanakannya"
2530 "Kini nona Pek sudah mati," sela Lim Han- kim pedih,
"Sekalipun kau bersedia melakukan tiga ratus bahkan
tiga ribu permintaanku juga tak ada gunanya"
"Jadi kau benar-benar mencintainya?" seru seebun
Giok-hiong dengan wajah tertegun.
"Benar, dalam hatiku hanya ada nona Pek seorang"
Dua baris air mata jatuh berderai membasahi pipinya,
belum selesai kata-kata itu diucapkan, ia sudah putar
badan dan berlalu dari situ.
"Hey Lim Han- kim" teriak seebun Giok-hiong keraskeras,
"Tunggu dulu, aku masih ingin bicara"
walaupun Lim Han- kim mendengar suara teriakan
tersebut namun ia tidak menggubris, larinya justru
dipercepat. Dengan wajah termangu-mangu seebun Giok-hiong
mengawasi bayangan punggung Lim Han- kim hingga
lenyap dari pandangan, setelah itu dia baru menghela
napas sedih dan berjalan balik ke arah semula.
Lim Han- kim tidak tahu berapa lama ia sudah berlari.
Dia juga tak tahu berapa jauh perjalanan sudah
ditempuh. Tatkala fajar sudah mulai menyingsing dan
cahaya sang surya mulai menerangi jagad, baru ia
memperlambat langkahnya. semasa Pek si-hiang masih hidup, ia belum merasakan
apa-apa, tapi begitu mendengar berita duka tentang
kematian gadis tersebut, ia baru sadar bahwa gadis
lemah penuh penyakitan yang cantik dan lembut itu
ternyata mempunyai kedudukan yang begitu penting
2531 dalam hatinya, perasaan sedih yang luar biasa segera
menyelimuti benaknya. Nada bicara seebun Giok-hiong yang begitu
meyakinkan membuat Lim Han-kim mau tak mau harus
mempercayai berita tersebut. Kalau tadinya dia masih
menaruh sedikit harapan, maka kini harapannya sirna
sudah. Dikebasnya embun yang membasahi bajunya lalu
meneruskan kembali perjalanannya ke depan.
pengalaman serta derita yang dialaminya selama ini telah
mengubah pemuda ini menjadi lebih tabah dan kokoh,
meskipun pukulan batin yang diterimanya akibat
kematian Pek si-hiang teramat berat, akan tetapi ia
masih sanggup untuk menahan diri
Mula-mula dia berniat pulang ke pesanggrahan
pengubur bunga, Namun ia segera ingat bahwa
kepergiannya ke pesanggrahan tersebut, apalagi bila
menyaksikan pusara Pek si-hiang, dirinya pasti tak
sanggup mengendalikan diri, maka niat itu segera
diurungkan. Dia pun berharap andaikata gadis itu belum mati, tapi
sedang melatih ilmu sesatnya, kedatangan yang tak
terduga itu tentu akan mengusik ketenangannya.
Karena pikiran itu dia ambil keputusan untuk
manfaatkan peluang yang ada guna menyelesaikan dulu
masalahnya yang belum selesai, kemudian baru
berangkat ke pesanggrahan pengubur bunga.
Saat itu apabila Pek Si-hiang masih hidup, ilmu
sesatnya pasti sudah berhasil dikuasai, berarti mereka
pasti dapat bertemu kembali. sebaliknya jika gadis itu
2532 sudah mati, dia pun bisa gunakan kesempatan itu untuk
sembahyang di depan pusaranya.
Berpikir sampai di situ, semangatnya segera bangkit
kembali. sambil meraba botol porselen dalam sakunya, ia
berpikir "Kata seebun Giok-hiong, obat pemberiannya
bisa menghilangkan warna-warni yang melekat di
wajahku, perduli amat dia bohong atau tidak, kenapa tak
kucoba lebih dulu?" Buru-buru ia menempuh perjalanan menuju ke tepi
sebuah selokan Diambilnya botol porselen itu dan dibuka
penutupnya, sebelum obat tadi dipoleskan ke wajahnya
untuk menghilangkan warna-warni yang melekat di situ,
satu ingatan kembali melintas dalam benaknya.
"Kalau Pek si-hiang betul-betul sudah mati, buat apa
kupulihkan kembali wajahku" Kalau kaum wanita
mementingkan soal wajah, kenapa aku Lim Han- kim
tidak menyimpan wajah jelekku ini sebagai kenangan
baginya?" Berpikir begitu, ia simpan kembali botol obat itu dan
melanjutkan kembali perjalanannya dengan langkah
lebar. setelah ada pengalaman beberapa kali, ia mengerti
bahwa pertentangan antara seebun Giok-hiong dengan Li
Tiong-hui telah berkembang sampai ke dalam rumah
makan maupun penginapan, berarti dalam tiap
langkahnya ia harus lebih berhati-hati lagi.
Dengan bersalin rupa dan melakukan pengamatan
secara diam-diam, ia temukan bahwa suasana tegang
benar-benar menyelimuti setiap sudut dunia persilatan.
Banyak sekali orang-orang persilatan yang menggembol
2533 senjata hilir mudik dengan langkah cepat, satu demi satu
rombongan saling menyusul tiada habisnya.
Yang aneh, kawanan manusia itu tidak menuju ke
arah yang sama, Kalau hari ini ada satu rombongan
menuju ke arah timur, maka besoknya akan muncul
rombongan lain menuju ke barat. satu hal yang jelas,
mereka adalah kawanan jago berilmu tinggi.
Menarik kesimpulan dari kejadian ini bisa diketahui
bahwa perselisihan antara Li Tiong-hui dengan Seebun
Glok-hiong telah mencapai puncaknya dan kedua belah
pihak sudah mulai saling menggempur dan membunuh,
pengalaman yang diperoleh bertubi-tubi membuat
penyamaran Lim Han-kim mendekati kesempurnaan-
Sikap maupun tingkah lakunya sangat mendukung
penyaruan itu, tak heran kalau penyamarannya sama
sekali tak dicurigai orang kendatipun amat sering ia
berjumpa dengan kawanan jago dari dunia persilatan-
Tengah hari ini, Lim Han-kim yang menyamar sebagai
seorang kakek penjual buah, dengan membawa sepikul
buah-buahan tiba di sebuah persimpangan jalan-
Tampak noda darah berceceran sepanjang jalan, di
tepi sawah tergeletak empat sosok mayat lelaki
berpakaian ringkas serta seekor kuda yang terluka parah,
pemandangan semacam ini rasanya amat memilukan
hati, membuat Lim Han-kim tertegun dan gelengkan
kepalanya berulang kali. Sambil menurunkan barang dagangannya, ia
menghela napas panjang sambil berpikir "Di depan
mataku sekarang terbentang suatu badai pembunuhan
yang amat mengerikan- Sebagai seorang lelaki sejati,
2534 haruskah aku cuci tangan dan tidak mencampuri urusan
ini" Apakah harus kubiarkan tragedi demi tragedi
berlangsung di dunia ini?"
Sementara ia masih termenung, mendadak terdengar
suara derap kaki kuda yang kencang bergema menuju ke
arahnya. Ketika berpaling, ia saksikan seseorang dengan
bermandikan darah segar tertelungkup di atas punggung
kuda yang berlari kencang. Di belakang kuda itu
mengikuti dua orang lelaki bergolok besar yang sedang
mengejar dengan ketatnya.
"Kejam amat para pengejar itu," pikir Lim Han-kim
kemudian "Padahal orang itu sudah terluka parah, tapi
mereka belum mau juga melepaskan korbannya, Masa
mereka baru puas setelah korbannya terbunuh?"
Perasaan mendongkol dan tak puas segera muncul
dalam benaknya, Mendadak ia sambar pikulannya lalu
dengan membentak keras ia lepaskan sebuah sapuan
maut ke arah dua orang pengejar itu dengan jurus
Menghadang Gulungan ombak Besar.
Mimpi pun kedua orang pengejar itu tak mengira kalau
seorang kakek penjual buah yang amat bersahaja
ternyata berani mencampuri urusan dunia persilatan
yang penuh keruwetan dan pembunuhan ini, terlebih
serangan yang dilepaskan ternyata luar biasa hebatnya.
Untuk sesaat mereka jadi gugup dan tak tahu apa
yang mesti diperbuatnya, Terdengar jeritan ngeri
bergema memecahkan keheningan. Lelaki di sebelah
kanan yang berada paling depan termakan pinggangnya
2535 oleh babatan pikulan buah itu. Tubuhnya segera
mencelat ke udara dan terlempar lebih kurang satu
tombak dari posisi semula.
Di saat Lim Han-kim berhasil menghajar lelaki di


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebelah kanan itulah, lelaki bergolok di sebelah kiri itu
sudah melintas lewat dari sisi tubuh Lim Han-kim.
Dalam sekilas pandangan Lim Han-kim dapat melihat
di pelana kuda tunggangan orang itu ternyata tergantung
empat butir batok kepala manusia yang masih
berpelepotan darah, kejadian ini kontan saja mengobarkan hawa
amarahnya, pikirnya: "Betul- betul keterlaluan ia sudah
berhasil membunuh orang, tapi tak rela melepaskan
seseorang yang sudah terluka begitu parah. Manusia
semacam ini tak boleh diampuni lagi"
Tongkat pikulannya segera disambit ke muka. Dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir, benda itu meluncur
ke muka dan langsung menghantam punggung orang
tersebut. Waktu itu, lelaki tersebut sedang pusatkan semua
perhatiannya untuk memenggal batok kepala lawannya
yang terluka parah tanpa perdulikan keselamatan teman
sendiri Tubuhnya sudah tiba di belakang korbannya dan
senjata yang diayunkan sudah siap memotong batok
kepalanya. siapa tahu pada saat itulah sambitan pikulan Lim Hankim
telah meluncur sampai dan menghajar telak
punggungnya, Tak ampun ia menjerit ngeri dan
tubuhnya roboh terjungkal ke atas tanah.
2536 serangan yang dilancarkan Lim Han-kim kali ini berat
dan kuat sekalipun tak sampai merenggut nyawa kedua
orang itu, paling tidak cukup membuat mereka berdua
terluka parah. Lelaki terluka parah yang baru saja lolos dari
cengkeraman maut itu tampaknya sama sekali tidak
menyadari apa yang terjadipada dirinya, Kuda
tunggangannya tetap dilarikan kencang-kencang, dalam
sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata. Lim Han-kim berpaling memandang sekejap dua lelaki
yang baru dihantamnya sampai terluka parah itu,
kemudian mengangkat kembali keranjang buahnya dan
melanjutkan perjalanan. Lelaki bergolok yang kena hantam belakangan
menderita luka agak enteng, setelah istirahat beberapa
saat ia sudah dapat bangkit serta duduk kembali, namun
sejauh mata memandang di sana tak lagi nampak
sesosok bayangan manusia pun, suasana amat hening.
Akhirnya dia atur pernapasan beberapa saat untuk
memulihkan kembali kekuatan badannya, kemudian baru
bangkit berdiri, menghampiri rekannya serta
membimbingnya bangun. Namun begitu badannya digerakkan, orang itu segera
berkaok-kaok kesakitan. Tampaknya hantaman tongkat
pemikul dari Lim Han-kim tadi telah mematahkan lima
kerat tulang iganya. Pedang Kayu Harum 25 Pendekar Riang Karya Khu Lung Rahasia Lukisan Kuno 3
^