Pencarian

Pedang Keadilan 5

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 5


nonamu itu dan manusia macam apakah dia" Kenapa
kau menaruh sikap begitu hormat kepadanya?"
"Beliau adalah seorang gadis cerdik yang amat cantik
dan luar biasa, aaaai.,. sayang sekali tubuhnya menderita
suatu penyakit yang sukar disembuhkan sehingga tiap
hari harus menderita siksaan akibat gerogotan
penyakitnya itu." sambil mengalihkan pandangannya ke wajah Lim Hankim,
dia melanjutkan: " Kalau bukan lantaran ingin
menyelamatkan jiwa nona kami, tak nanti akan kucuri pil
mustika seribu tahun itu."
Lim Han-kim hanya tertawa hambar tanpa komentar
sedang Han si-kong segera bertanya: "Boleh aku tahu,
apa sangkut pautnya antara usaha kita melarikan diri
dengan nona mu?" "Nona kami cerdik dan lihai, sejak dulu sampai
sekarang belum ada yang mampu menandinginya. ia
pandai menciptakan benda-benda aneh yang berkhasiat
luar biasa." "Tiada tandingannya sejak dulu" Hmmm, tidakkah kau
merasa bahwa perkataan itu kelewat takabur?"
369 "Hmmm, ungkapan itu pun aku anggap kurang
memadahi untuk melukiskan keperkasaan dan kehebatan
nona kami." "Baik, Baiklah, anggap saja memang tiada
bandingannya sejak dahulu kala, coba kau terangkan
lebih lanjut" "Nona kami cerdik dan banyak akal, benda aneh yang
diciptakan olehnya memiliki daya pengaruh luar biasa,
Atas kasih sayang nona yang telah kulayani banyak
tahun." Lim Han-kim merasakan hatinya bergerak, diam-diam
pikirnya: "Entah siapakah nona itu" Kenapa ia menaruh
sikap begitu hormat kepadanya?"
Terdengar Han-gwat melanjutkan perkataannya:
"sebelum pergi meninggalkan beliau, nona telah
menghadiahkan semacam benda kepadaku, Benda itu
bernama Tabung sakti Panca Warna. Beliau berpesan
apabila aku menjumpai mara bahaya yang mengancam
jiwa, maka asal kugunakan benda ini maka tiada orang
yang berani mengejarku lagi. Benda tersebut selalu
berada dalam sakuku dan belum pernah digunakan. Aku
lihat situasi saat ini amat gawat dan rasanya mau tak
mau harus kugunakan. Berkat bantuan kalian berdua aku
berhasil terlepas dari belenggu borgol dan rantai, maka
sekarang aku ingin menggunakan tabung sakti panca
warna itu untuk membantu kalian meloloskan diri Anggap
370 saja perbuatanku ini sebagai balas budi atas pertolongan
kalian." Han si- kong segera tertawa dingin.
"Hmmm, aku tak percaya kalau di dunia ini betulbetui
terdapat benda seaneh dan sesakti itu."
"Kalau tak percaya yaa sudahlah," teriak Han-gwat
gusar, "Kalau kau tak berani melarikan diri, tinggal saja
seorang diri di sini menunggu kematian."
sesungguhnya Lim Han-kim sendiripun kurang
percaya, tapi melihat Han-gwat sudah dibuat gusar, ia
merasa sungkan untuk menampik tawaran tersebut,
maka sambil mengalihkan pokok pembicaraan katanya:
"Nona, bagaimana kalau kau keluarkan tabung sakti
panca warna itu agar aku turut menambah
pengetahuan?" Han-gwat termenung sambil berpikir sebentar lalu
mengangguk: "Baiklah, pejamkan dulu mata kalian, aku
segera akan mengambilnya keluar."
"Hmmm, banyak amat permintaan perempuan ini,"
omel Han si- kong sambil mendengus.
Biarpun ia berkata begitu namun matanya segera
dipejamkan Lim Han-kim juga tidak membantah, ia turut
pejamkan matanya rapat-rapat, Lebih kurang sepeminuman
teh kemudian, Han-gwat baru berkata dengan
371 suaranya yang merdu: "Nah sudah, kalian boleh
membuka matanya lagi."
Han Si-kong coba mengamati benda yang berada di
tangan Han-gwat itu. Ternyata benda itu cuma sebesar
ibu jari, tingginya hanya tiga inci, Melihat hal ini, dengan
kening berkerut ia menegur: "Aku rasa lebih baik tabung
sakti panca warna itu untuk bahan permainanmu saja."
"Di tengah kegelapan malam begini bagaimana
mungkin kau bisa melihat benda ini secara jelas?"
"Hmmm, jangan menghina aku," seru Han si-kong
gusar, "Biarpun di tengah kegelapan malam, aku masih
dapat melihat semua benda dengan jelas."
Lim Han-kim ikut mengerahkan kemampuannya untuk
mengamati ia saksikan benda tersebut berupa sebuah
tabung panjang, hanya tidak diketahui apa manfaat dan
di mana letak kehebatannya, sebagai pemuda yang tak
suka banyak bicara, ia segera berpaling ke arah lain
tanpa komentar Melihat keraguan orang-orang itu, Han-gwatjadi amat
cemas, buru-buru serunya: Jadi kalian tak percaya
dengan perkataan-ku?"
"Pertarungan adu nyawa bukan kejadian main- main.
Kau jangan anggap pertempuran yang bakal berlangsung
sebagai bahan percobaan sudahlah, lebih baik kau diam
372 saja. Tugas menolong kaum wanita sebagai kaum yang
lemah terletak pada pundak kaum pria, baik-baiklah
mengikuti petunjuk kami, Akan kucoba untuk
membantumu lolos dulu dari sini."
Han-gwat semakin gelisah, tiba-tiba ia berteriak:
"Baiklah, kalau toh kalian tak percaya, akan kubuktikan
segera kepada kamu semua."
ia bangkit berdiri dan langsung menerjang kepintu luar
dengan langkah lebar. Cepat-cepat Han Si-kong mencekal pergelangan
tangannya sambil menegur "Eeei,jadi kau pingin
mampus" " "Cepat lepaskan aku" seru Han-gwat gusar. "Kalau
tidak kubuktikan kehebatan tabung sakti panca warna ini,
kalian tak akan percaya kalau nona kami benar-benar
seorang yang maha cerdik."
Biar pun sudah tumbuh sebagai gadis remaja, nona ini
belum hilang sifat kekanak-kanakannya. Dalam
gelisahnya tadi ia ungkapkan perkataan yang berbau
manja. dalam cengkeraman Han si-kong yang begitu
kuat, saat itu Han-gwat sudah kehilangan sama sekali
kemampuan untuk meronta. Dalam keadaan begini
terpaksa ia tak banyak berkutik lagi.
373 sambil menggelengkan kepalanya berulang kali dan
menghela napas Han si-kong kemudian berkata: "Bocah
perempuan, kau mesti tahu, ilmu silat yang dimiliki si gila
dari Lam-gak sangat lihay. pukulannya juga kuat sekali,
bahkan aku sendiripun bukan tandinganku.
Aku percaya nona mu cerdik dan tiada duanya di
kolong langot saat ini, tapi dia kan berada jauh dari sini,
mana mungkin ia bisa datang kemari untuk
membantumu?" sekalipun ia agak angkuh, ketus dan suka bersikap
aneh, bagaimanapun juga hatinya amat ramah. sambil
mundur selangkah Han-gwat berseru: " Kalian melarang
aku mencoba menggunakan tabung sakti panca warna,
berarti kalian tak percaya dengan perkataanku"
"Baiklah, kami percaya, kami percaya," kata Han sikong
kemudian, "Apa bolah buat," demikian pikirnya,
" Kalau begitu mari kita robohkan dulu dinding
ruangan ini, kemudian melarikan diri bersama-sama "
Mula-mula Han si- kong agak tertegun, menyusul
kemudian ia tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha ha...
bagaimana p juga aku memang tak rela berdiam diri
saja menunggu kematian, Baiklah, kalau harus mati kita
bermain dulu sepuas-puasnya hingga kalau mesti mati,
aku mati dengan puas."
374 Diiringi bentakan keras, satu pukulan dahsyat segera
dilontarkan ke atas dinding ruangan- Tenaga pukulannya
betul- betul hebat. sekalipun serangan itu dilancarkan
dari kejauhan namun cukup menggetarkan dinding
ruangan itu hingga pasir dan debu berguguran ke tanah.
Diam-diam Lim Han-kim berpikir pula: "Bila aku tak
rela menyerahkan diri tampaknya pertempuran sengit tak
bisa dihindari lagi. Baiklah, lebih baik aku berusaha
meloloskan diri lebih dulu dari kurungan ruangan ini."
Berpikir sampai di situ, ia segera bangkit berdiri seraya
berkata: "Locianpwee, mari kubantu"
Dengan berjalan mendekati dinding ruangan itu, diamdiam
ia himpun tenaga dalamnya dan menempelkan
telapak tangannya di atas dinding, lalu sekuat tenaga
menolaknya ke depan Siapa sangka bangunan dinding ruangan itu sangat
kokoh dan kuat, ketika tenaga dorongan Lim Han-kim
menghajar bagian atas dinding itu, yang terjadi hanya
getaran keras yang merontokkan atap rumah, sementara
dinding tersebut masih tetap berdiri utuh.
Dengan langkah lebar Han Si-kong maju membantu,
sepasang tangannya ditolak ke luar kuat- kuat. Tenaga
gabungan kedua orang ini benar-benar luar biasa
hebatnya, bagiamana pun kokohnya bangunan dinding
itu akhirnya tak tahan juga menerima gemburan
375 tersebut. Di tengah benturan keras yang memekakkan telinga,
pasir dan debu beterbangan dinding itu segera roboh
seluas tiga depa lebih, Tapi pada saat bersamaan dengan
robohnya dinding ruangan itu, tiba-tiba pintu ruangan
terbuka, lalu terdengar suara pekikan aneh si gila dari
Lam-gak bergema memecahkan keheningan
Menyusul raungan mengerikan itu, segulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat menyambar masuk, begitu
hebatnya serangan tersebut bagaikan air terjun yang
menumpahkan air ke lembah dalam, pasir dan debu
segera beterbangan memenuhi udara. Buru-buru Han Sikong
berseru keras: "Hei, bocah perempuan, cepat lari Biar kubendung
serangan itu." Dengan jurus "Merobohkan Buklt Menimbun Samudra"
sepasang telapak tangannya didorong ke muka sejajar
dada. Dua gulung tenaga pukulan yang melesat
membelah udara segera saling bertumbukan. Pusingan
angin topan kontan melanda seluruh ruangan.
Han-gwat cepat-cepat gerakkan tubuhnya melompat
ke luar lebih dulu dari dalam ruangan sementara itu Lim
Han-kim telah maju selangkah, menghadang di depan
pintu setelah menyaksikan Han si-kong terpukul mundur
376 akibat serangan dari si manusia gila itu. "Locianpwee"
serunya, "Lebih baik kau mundur dulu, biar kucoba
pukulan orang ini." Han si-kong sudah tahu kemampuan ilmu silat
pemuda ini, ia tidak menampik lagi, bisiknya: "Jangan
kau layani terus serangannya"
Dengan sekali lompatan, ia keluar dari ruangan itu.
Lim Han-kim tidak membuang waktu lagi. sebelum
manusia gila dari Lam-gak melepaskan serangan berikut,
secepat kilat ia lepaskan sebuah gempuran dahsyat lebih
dulu. Karena suasana jadi kacau lantaran debu yang
beterbangan serangan dari Lim Han-kim itu melenceng
ke samping, Tenaga pukulan yang maha dahsyat itupun
menghajar pintu sehingga pintu kayu itu hancur
berantakan dan berhamburan ke mana-mana.
Di tengah suara hingar bingar itulah, tiba-tiba
terdengar suara seseorang yang pelahan tapi amat jelas
didengar: "saudara Han, baik-baiklah menjaga diri,
semua orang dalam Lak-seng-tong merupakan jago-jago
tangguh yang tak boleh dipandang sebelah mata. Maaf
kalau aku tak dapat menghantar kepergianmu...."
Biarpun suaranya keCil dan jelas namun tidak
menutup pekikan anehnya yang menggidikkan hati,
377 sehingga siapa pun yang mendengar segera dapat
mengenali sebagai suara si orang gila dari Lam-gak.
Diam-diam Lim Han-kim menghela napas panjang,
pikirnya: "Ternyata orang ini masih belum melupakan
sahabat lama, kalau begitu tindakannya hari ini tentu
dilakukan karena terpaksa."
sementara berpikir, tubuhnya sudah melompat keluar
dari ruangan. cahaya bintang bersinar redup di angkasa,
awan tebal bergerak lewat menutupi cahaya redup itu
membuat gelapnya malam terasa semakin kelam.
Pepohonan berbunga indah tumbuh berjajar
sepanjang jalan. Nunjauh di sana kedengaran pula
gemercik air yang mengalir, Ternyata mereka berada
ditengah sebuah kebun bunga yang amat luas, Waktu itu
Han Si-kong dan Han- gwat sedang menanti pada jarak
empat-lima dePadari bangunan rumah, Lim Han-kim
segera mempercepat langkahnya menghampiri mereka.
"Han locianpwee," bisiknya, "Ternyata siorang gila dari
Lam-gak belum melupakan sahabat lama, Kalau begitu
tindakannya menyerang locianpwee tadi pasti
dilakukannya karena terpaksa."
sementara itu Han- gwat telah berkerut kening
sesudah menyaksikan Lim Han-kim lolos dari bahaya,
gumamnya: "sungguh aneh, kenapa tak seorang manusia
378 pun yang muncul di sini untuk menghalangi jalan pergi


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita?" "Bocah perempuan, kau jangan keburu senang," tukas
Han si-kong serius. "Berbicara dari pengalamanku
berkelana selama puluhan tahun dalam dunia persilatan,
keadaan semacam ini justru lebih menakutkan. Kalau
bukan di antara pepohonan itu sudah disiapkan jebakan
maut, pasti mereka sudah persiapkan jebakan lain."
"Hmmm,jika kau takut, biar aku yang berjalan di
muka," kata Han-gwat cepat, Dengan mempersiapkan
tabung sakti panca warna nya ia melangkah maju lebih
dulu dengan tindakan lebar.
Melihat kelakuan perempuan utu, Han Si-kong
gelengkan kepalanya berulang kali, gumamnya: " Kalau
bukan melihat kau sebagai bocah perempuan, aku pasti
akan memberi pelajaran yang setimpal kepadamu"
Biarpun sedang mengumpat Han-gwat, ia pun segera
mengikuti di belakang gadis itu. Lim Han-kim berjalan
paling belakang, Diam-diam hawa murninya disalurkan
ke-seluruh tubuh siap menghadapi segala sesuatu.
Tiga-empat deret pepohonan telah mereka lalui tanpa
suatu peristiwa pun. Bukan saja tak ada jagoan yang
muncul untuk menghalangi kepergian mereka, juga tidak
terlihat alat jebakan apapun yang menyulitkan perjalanan
379 ketiga orang itu. suasana dalam kebun yang luas itu
dicekam keheningan yang menggidikkan.
Kesepian yang luar biasa ini justru menimbulkan
perasaan bergidik dalam hati kecil Han si-kong yang
berpengalaman itu. Tiba-tiba ia menghentikan
langkahnya sambil berbisik: "Aku rasa kejadian rada
sedikit janggal, semestinya suara dinding ruangan yang
kita robohkan itu sangat keras dan memekikkan telinga,
tapi kenapa tidak mengejutkan orang-orang Lak-sengtong"
Apalagi tempat ini digunakan sebagai tahanan,
kenapa tidak diberi penjagaan?"
Lim Han-kim pun merasakan juga semacam kengerian
yang menegangkan, sambil menghela napas
sambungnya: "Yaa benar, akupun punya perasaan yang
sama." Han-gwat segera tertawa dingin, kata-nya: "Kalian tak
usah menduga-duga lagi. Menurut pendapatku, paling
banter orang itu cuma gertak sambal belaka."
Belum selesai perkataan itu diucapkan tiba-tiba dari
balik sederetan pohonan yang berada lima-enam kaki
jauhnya dari hadapan mereka berkumandang suara
tertawa dingin, lalu seseorang berseru: "Bila kalian tahu
keadaan dan situasi, lebih baik mundur sendiri ke tempat
semula" 380 Han Si-kong menganggap usianya paling tua dan
pengetahuannya paling luas, otomatis dari mereka
bertiga, dialah paling pantas jadi pemimpin, Maka sambil
melangkah ke depan serunya: "sobat dari manakah itu,
harap tampilkan diri untuk berbicara."
sekali lagi orang di balik pepohonan itu tertawa dingin:
"He he he he... belum pernah pihak Lak-seng-tong kami
membiarkan musuhnya pergi dari sini dalam keadaan
hidup, Kalian harus tahu, tempat di mana kamu bertiga
berdiri sekarang adalah titik pusat kepungan kami, Asal
kuturunkan perintah maka senjata rahasia yang paling
beracun akan berhamburan dari delapan penjuru untuk
menyerang kalian semua."
Han si-kong mencoba memperhatikan sekeliling arena,
Betul juga, ternyata tempat di mana mereka bertiga
berada sekarang adalah sebuah lapangan kecil yang
dikelilingi pepohonan lebat.
sebagai jago kawakan yang banyak pengalaman Han
Si-kong tidak menjadi panik lantaran peristiwa ini, sambil
tertawa dingin jengeknya: "Hmmm, hanya mengandalkan
beberapa jenis senjata rahasia saja ingin menggertak
aku." Dari belakang pepohonan kembali terdengar orang itu
berkata dengan suara dingin: "Di belakang pepohonan
yang mengelilingi kalian bertiga sekarang telah tersedia
dua belas buah busur otomatis berpegas tinggi serta
381 delapan buah tabung penyembur jarum bunga bwee.
Apabila kaitan bertiga yakin di tengah kegelapan malam
ini dapat menghindari serangan anak panah serta jarum
beracun, tak ada salahnya untuk mencoba-coba."
Suara itu berhenti sejenak, Selanjutnya: "Walaupun
Lak-seng-tong merupakan sebuah benteng berdinding
baja, tapi tak pernah melukai seorang sahabat persilatan
pun. Apabila kalian bertiga mengikuti nasehat kami dan
mundur dari sini, kami pun tak akan turun tangan, bila
nekad ingin menerjang keluar dari tempat ini, jangan
salahkan kalau kami pun akan turun tangan secara keji"
Han Si-kong berpaling kearah Lim Han-kim sekejap,
lalu bisiknya: "Menurut pengalamanku berkelana selama
puluhan tahun dalam dunia persilatan, tampaknya apa
yang dlucapkan orang ini benar, Mungkin saja kedua
belas buah busur otomatis itu tidak mampu membuat
kita gelagapan, tapi delapan perangkat tabung jarum
bwee-hoa-ciam itu benar-benar susah untuk dihadapi
Tampaknya sulit bagi kita untuk melarikan diri dari sini
hari ini." "Kuda pilihan tak akan makan rumput di belakangnya,"
kata Lim Han-kim dengan kening berkerut "Masa kita
harus tergertak oleh dua belas busur otomatis dan
delapan buah tabung jarum itu sehingga mundur dari
arena" Locianpwee, silahkan kau bertahan di belakang,
biar aku yang muda menjadi pemimpin di depan-"
382 Kepada nona berbaju hijau itu, ia berkata pula sambil
tertawa: "Nona Han-gwat, silahkan- kau berjalan di
tengah" Sambil menghimpun tenaga dalamnya, ia maju
ke depan dengan langkah lebar
Dari balik pepohonan di depan sana kembali terdengar
suara teguran yang dingin: "Jadi kalian benar-benar
nekad hendak menerjang keluar dari Lak-seng-tong
kami?" Lim Han-kim balas tertawa dingin: "Hmmm, sekalipun
malam ini kalian dapat melukai kami di bawah serangan
anak panah berantai serta jarum beracun, aku takut
pihak Lak-seng-tong pun harus membayar secara
mahal." sementara berbicara, dia meneruskan
langkahnya menyerbu ke depan. "Traaang.,. Traaaang..."
Mendadak terdengar suara tambur dan genta
dibunyikan bertalu-talu, menyusul kemudian desingan
angin tajam bergema membelah angkasa, selapis anak
panah dengan kecepatan tinggi menyambar datang.
Waktu itu, Lim Han-kim telah menghimpun segenap
tenaga dalamnya untuk bersiap sedia. begitu ancaman
panah itu tiba di depan mata, cepat-cepat dia ayunkan
telapak tangannya untuk melepaskan sebuah pukulan
dahsyat segulungan tenaga pukulan yang sangat kuat
meluncur keluar dengan hebatnya dan langsung
menumbuk lapisan anak panah yang sedang menyambar
tiba. 383 Tak ampun puluhan batang anak panah itu tergempur
oleh serangan tersebut dan berhamburan ke sisi arena.
"Tenaga pukulan yang sangat hebat," jengek orang di
balik pepohonan itu sambil tertawa dingin "Bagaimana
kalau kau coba menerima sebuah gempuranku ini...?"
Deruang in pukulan yang kuat segera menyerang ke
muka.Barusaja Lim Han-kim hendak melepaskan sebuah
pukulan untuk membendung datangnya ancaman
tersebut, Tiba-tiba segulung angin pukulan yang sangat
kuat terasa menyambar keluar dari belakang tubuhnya.
Menyusul pukulan tersebut, kedengaran Han Si-kong
berseru: "Biar kucoba sampai di mana kehebatan
serangannya itu...."
Ketika dua gulung tenaga pukulan saling bertumbukan
di tengah udara, timbullah pusaran angin yang sangat
kuat sekali di tengah arena, membuat daun dan
pepohonan bergoncang hebat dalam bentrokan keras
lawan keras ini ternyata hasilnya seri, kedua belah pihak
sama kuatnya dan tak dapat menentukan siapa yang
menang dan siapa kalah. Walaupun begitu Han Si-kong sempat dibuat
terkesiap. diam-diam pikirnya: "Entah siapakah orang ini
dan apa kedudukannya-dalam Lak-seng-tong" Tak nyana
tenaga dalamnya begitu hebat dan kuat, ditinjau dari sini
dapat disimpulkan bahwa Lak-seng-tong yang tidak
384 dikenal ini benar-benar merupakan sarang naga gua
harimau." sementara dia masih berpikir, di tengah udara kembali
terdengar desingan angin tajam menyambar tiba,
Ternyata selapis anak panah mengancam lagi dengan
kekuatan luar biasa. Dengan menyilangkan telapak tangannya sejajar dada,
Lim Han-kim melepaskan sebuah gempuran dahsyat lagi
untuk mementalkan ancaman anak panah itu. Tapi
sayang serangan anak panah datang bagaikan gelombak
air disamudra luas, segulung demi segulung datang
beruntun membuat seluruh angkasa diliputi oleh anakanak
panah itu. serangan anak panah itu datangnya amat gencar dan
kekuatannya luar biasa. setelah beberapa kali
melepaskan serangan untuk merontokkan datangnya
ancaman itu, Lim Han-kim segera menyadari bahwa
gelagat tidak menguntungkan pikirnya: "Bila aku mesti
berulang kali mengerahkan tenaga dalam untuk
merontokkan ancaman tersebut, sudah pasti daya
tahanku akan makin merosot, lama kelamaan aku bakal
mati kecapaian, HHmmm... aku mesti mencari akal yang
paling baik untuk menghadapi ancaman tersebut."
Tapi sayang anak panah itu datang mengancam dari
arah yang berbeda, ditambah pula tangan Lim Han-kim
masih diborgol dan tubuhnya masih dirantai, yang
385 membuat gerak-geriknya sangat tidak leluasa, Dengan
posisi tetap berdiri di tempat mungkin saja ia dapat
bertahan sementara waktu, tapi kalau suruh ia
menerjang ke depan, jelas sangat tidak leluasa baginya.
Tampaknya pemilik Lak-seng-tong memang seorang
jago yang cerdik dan punya akal banyak, serangan anak
panah itu diatur sedemikian rupa hingga boleh dibilang
rapat sekali, Tiap baris serangan terdiri dari dua belas
batang anak panah dan sudut sasarannya pun bergiliran
secara tak beraturan, membuat orang yang diserang
benar-benar terkepung di arena dan agaknya dia
memang berniat menghabisi nyawa lawan-lawannya di
tempat itu juga. Mendadak Han si-kong melancarkan dua buah pukulan
dahsyat untuk mementalkan sebaris anak panah yang
mengancam datang, setelah itu bisiknya kepada Lim
Han-kim: "Menurut penilaianku, secara diam-diam
tentang serangan anak panah tersebut, tampaknya
secara diam-diam mengandung perubahan ngo-heng dan
pat-kwa. jelas pemilik Lak-seng-tong ini bukan manusia
sembarangan, nyatanya dia sanggup menggunakan
pehonan yang diatur membentuk suatu barisan untuk
menyembunyikan para pemanahnya. Kecerdikan macam
ini betul-betul membuat orang merasa sangat kagum."
"Yaa, akupun merasa gerak serangan anak panah itu
sangat aneh," Lim Han-kim membenarkan "Rasanya
386 sebentar dari muka sebentar dari belakang, datang dari
arah yang susah diikuti. Kalau mereka terus menyerang
secara bergilir, sedang kita mesti menggunakan tenaga
dalam untuk melakukan perlawanan, keadaan semacam
ini tak mungkin bisa kita pertahankan selama satu jam
lagi." Mendengar perkataan itu, Han Si-kong menghela
napas panjang: "Aaai,., sepanjang hidupku, entah sudah
berapa banyak ancaman bahaya maut yang pernah
kuhadapi tapi belum pernah menjumpai situasi segawat
hari ini. Apa yang diucapkan orang itu tampaknya benar
juga, Kita telah terjebak ke dalam barisan senjata rahasia
yang memiliki perubahan amat banyak, jangan lagi
tabung jarum bwee-hoa-ciam itu berisi jarum-jarum
beracun sehalus bulu kerbau yang membuat orang susah
menduga, cukup busur-busur otomatis yang
menyemburkan panah-panah berantai pun sudah cukup
membuat kita kelabakan setengah mati. Aaaai... dilihat
dari situasi ini, rasanya sulit buat kita untuk lolos dari
kepung an hari ini."
Tiba-tiba Lim Han-kim merobek ujung bajunya lalu
mengikat robekan kain tersebut pada tangan kanannya,
setelah itu sambil melepaskan sebuah sapuan kemuka
katanya: "sekalipun situasi yang kita hadapi hari ini
sangat berbahaya dan gawat, akan tetapi kita toh tak
bisa berpeluk tangan menunggu kematian."
387 sebenarnya kain yang dirobek dari bajunya itu hanya
benda lunak, Namun setelah dicekal di tangan Lim Hankim,
kain itu memiliki daya pengaruh yang luar biasa
besarnya, sewaktu disapukan ke depan menimbulkan
deru angin yang memekikkan telinga. Kontan sebaris
anak panah yang sedang meluncur tiba tersapu rontok
oleh serangan itu Melihat keperkasaan Lim Han-kim, tanpa terasa Han
Si-kong merasa semangatnya turut berkobar, sambil
tertawa tergelak serunya: "Ha ha ha ha... bagus sekali
Cara ini memang sangat bagus"
Ia segera meniru dengan merobek bajunya yang diikat
pada tangannya, lalu dig unakan untuk merontokkan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senjata rahasia. Han-gwat tak mau kalah, dari
pinggangnya ia lepaskan pula selembar handuk.
kemudian dipakai untuk menyerang.
Dengan menggunakan cara seperti ini maka mereka
bertiga tak usah membuang banyak tenaga untuk
merontokkan senjata rahasia. Dengan mengandalkan
robekan baju serta handuk, mereka bentuk selapis
dinding pertahanan yang cukup kuat Tak ampun anak
panah yang berhamburan datang itu terhajar rontok
semua dari arena. Melihat cara yang dipergunakan ternyata
mendatangkan khasiat dan manfaat yang besar, Lim
Han-kim merasa semangatnya makin berkobar, ia segera
388 meneruskan tindakannya dengan menyerbu ke hadapan
sebatang pohon. Dari balik pohon bunga tho segera berkumandang
suara tertawa dingin, menyusul kemudian suara tambur
dan genta dibunyikan makin keras, anak panah yang
berhamburan datang dari delapan penjurupun tiba-tiba
ikut meluncur makin gencar, bagaikan hujan badai saja
serangan itu berhamburan ke tengah arena.
Lapisan hujan panah yang berhamburan makin lama
makin gencar dan rapat, oleh karena arah datangnya
serangan pun berbeda-beda, maka dengan cepat
menciptakan daya sergapan dari semua arah.
Dalam posisi begini, sekalipun ilmu silat yang dimiliki
Lim Han-kim dan Han si-kong sangat lihay pasti akan
keteter juga, Apalagi sepasang tangan mereka masih diborgol
sehingga gerak-geriknya kurang leluasa, akibatnya
mereka bertiga dipaksa mundur berulang kali.
Mendadak sebatang anak panah yang membawa
desingan angin sangat kuat menyerang datang dari balik
rapatnya hujan panah itu. Buru-buru Lim Han-kim
menggetarkan robekan kainnya untuk menghantam anak
panah itu. siapa tahu tenaga serangan itu luar biasa
hebatnya, sekalipun sudah digulung oleh Lim Han-kim,
anak panah itu masih sempat menerjang maju sejauh
dua depa lebih sebelum rontok ke tanah.
389 Gara-gara halangan inilah, empat batang anak panah
yang dilepaskan dari busur otomatis menggunakan
peluang itu menerobos masuk ke dalam, Cepat-cepat Lim
Han-kim miringkan badannya kesamping, Keempat
batang anak panah itu pun menyambar lewat hanya
beberapa inci dari sisi wajah anak muda tersebut.
Mendadak Han-gwat ayunkan tabung sakti panca
warnanya dan melemparkannya ke arah pepohonan itu.
Baru saja Han si-kong hendak mencegah, benda
tersebut ternyata sudah keburu dilemparkan, maka
sambil menghela nafas katanya: "Apakah kau tahu apa
manfaat tabung sakti panca warna itu?"
"sering nona ku bercerita tabung sakti panca warna ini
bisa dipakai untuk membendung kejaran musuh, juga
dapat dipakai untuk menghindari penglihatan
lawan,"jawab Han-gwat
Han si-kong tahu gadis tersebut tak mungkin bisa
memberi keterangan lebih jelas,
karenanya dia pun tidak banyak bertanya 1agi. sambil
menghimpun tenaga dan bersiap menghadapi segala
perubahan, ia awasi tabung sakti panca warna itutanpa
berkedip. "Blaaammmm. . . "
390 Diiringi suara dentuman keras, tiba-tiba saja tabung
sakti panca warna itu meledak, segulung asap tebalpun
menyembur ke luar menyelimuti seluruh arena.
Kabut tebal itu munculnya amat cepat, dalam waktu
singkat arena seluas sekian kaki sudah terselubung di
dalamnya, bahkan tempat di mana Lim Han-kim dan Han
si-kong berdiri pun ikut diliputi asap tebal itu.
sekalipun dalam kegelapan malam yang pekat susah
untuk membedakan warna dari asap tebal itu, namun
kepekatannya jelas berbeda sekali sehingga dalam
sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa asap itu
tidak terdiri dari satu warna.
segulung bau bunga anggrek yang sangat keras
terselip dalam asap tebal itu menyebar ke mana- mana
dan sangat menusuk penciuman. Begitu mengendus bau
tersebut, Han Si-kong segera berseru: "Woouw,., harum
amat bau bunga anggrek ini."
Mendadak Han-gwat teringat sesuatu, dengan
perasaan terkesiap buru-buru se-runya: "Locianpwee,
cepat tutup semua pernapasanmu"
"Ada apa" Memangnya bau harum itu beracun?"
"soal itu belum pernah dijelaskan nona kami, cuma
aku pernah diingatkan agar tutup semua pernapasan
ketika melepaskan tabung sakti panca warna itu dan
391 hitung sampai seratus di dalam hati sebelum menerjang
keluar dari kepungan."
Waktu itu Han Si-kong sudah mulai merasakan
kepalanya agak pening, ia tahu apa yang dikatakan gadis
tersebut bukan bualan belaka, maka cepat- cepat ia
tutup semua pernapasan. Asap tebal yang menyembur keluar itu menyebar
dengan cepatnya ke seluruh angkasa, Dalam waktu
singkat arena seluas tujuh kaki persegi telah tertutup
oleh kabut tebal itu. Pada saat itu Han-gwat telah
menghitung sampai ke angka seratus, tanpa membuang
waktu lagi ia menarik Han si-kong dan Lim Han-kim
untuk bersama-sama menerjang keluar dari arena.
Di tengah lapisan asap tebal yang menyelimuti arena
terdengar suara bentakan dan teriakan yang bercampur
aduk. Ternyata orang-orang yang bersembunyi di
belakang pepohonan telah kehilangan kesadaran diri,
mereka saling baku hantam sendiri dalam keadaan
kacau. dalam keadaan demikian Han si-kong bertiga dengan
menutup seluruh pernapasannya mempercepat langkah
ka bur dari situ. sekejap kemudian mereka sudah keluar
dari kepungan asap tebal.
Han Si-kong segera melompat ke atas melewati pagar
pekarangan Ketika berpaling, tampak olehnya samarTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
392 samar kawanan jago itu sedang saiing baku hantam
sendiri dengan sengitnya, Tak tahan lagi ia
mendongakkan kepala tertawa terbahak-bahak.
Melihat itu Han-gwat berkerut kening, tegurnya dingin:
"Hei, apa yang kau tertawakan" Kita belum keluar dari
tempat bahaya" sambil bicara dia melompat pula meninggalkan pagar
pekarangan, Memandang jauh ke depan tampak sungai
berliuk-liuk seperti ular, Ternyata perkampungan itu
dikelilingi sebuah sungai dengan air yang jernih.
Mendadak terdengar Han si-kong berteriak keras,
tanpa banyak bicara ia lancarkan sebuah pukulan ke
tubuh Lim Han-kim. Melihat datangnya ancaman itu, Lim Han-kim ayunkan
pula tangannya menyongsong, Tak ampun tubuh mereka
berdua sama-sama tergetar dan jatuh terpelanting dari
atas pagar pekarangan Lim Han-kim segera melompat
bangun sambil melepaskan sebuah tendangan kilat ke
lambung Han si-kong. Dengan cekatan Han Si-kong menghindar kesamping
kemudian memutar telapak tangannya melepaskan satu
pukulan Kali ini Lim Han-kim tidak menghindar lagi. Dengan
jari telunjuk dan jari tengahnya ia sodok urat nadi
393 dipergelangan tangan Han Si-kong memaksa serangan
yang dilepaskan monyet tua itu mau tak mau haruS
ditarik kembali Meskipun kedua orang ini sama-sama
diborgol namun gerak serangan mereka tetap gesit dan
lincah, jurus-jurus serangan yang digunakanpun
semuanya merupakan jurus sakti yang maha ampuh,
Betapa gelisah dan cemasnya Han-gwat ketika
menjumpai dua orang rekannya makin sengit bertarung,
ia sadar ilmu silat yang dimilikinya belum cukup untuk
memisahkan mereka berdua, sebaliknya dia pun tak
punya akal untuk melerai.
dalam keadaan begini ia cuma bisa berjalan mondarmandir
sambil berteriak-teriak. sayang dua orang itu
sedang bertempur sengit, tak seorang pun yang mau
menggubris teriakannya itu.
dalam sedih dan bingungnya tiba-tiba saja ingatan
melintas dalam benaknya, Cepat-cepat dia lari ke tepi
sungai, mengambil segenggam air dingin dan langsung
disiramkan ke wajah dua orang itu.
Terguyur oleh air dingin itu, Han Si-kong berdua yang
sedang asyik bertempur serentak menghentikan
serangannya. sambil tersenyum Han-gwat pun berkata:
"Aku lupa memberitahukan kalian, Nona kami pernah
berpesan setelah melepaskan tabung sakti panca warna
itu bila yang terkena orang sendiri maka mereka akan
394 kehilangan kesadaran dan kontrol sendiri Bila hal ini
sampai terjadi, cukup menganjurkan air dingin di kepala
mereka maka kesadaran mereka segera akan jernih
kembali "Ada apa?" seru Han si-kong keheranan, ditatapnya
wajah Lim Han-kim lekat-lekat. "jadi kita saling bertarung
sendiri?" "Tenaga pukulan locianpwe benar-benar tangguh dan
kuat, aku merasa bukan tandingan."
"Yaa, benar," sahut Han si-kong sambil tertawa, "Kita
mengendus bau harum bunga anggrek tadi, aku segera
merasa kesadaranku agak hilang dan emosiku susah
dikontrol, Aku yakin jago-jago Lak-seng-tong pun sedang
saling gempur sekarang."
Mendengar monyet tua itu memuji kehebatan tabung
sakti panca warna, Han-gwat segera berseru sambil
tersenyum: "Bagaimana" Aku tidak membohongimu
bukan?" Han si-kong tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha ha... selama melakukan perjalanan dalam
dunia persilatan, banyak sudah jago tangguh yang
kujumpai, obat penghilang pikiran macam apa pun
pernah kutemuitapi belum pernah kujumpai obat dengan
khasiat seperti itu. Hei, bocah perempuan, apa sih nama
obat itu?" 395 "Tabung sakti panca warna, inilah tabung sakti panca
warna, Apa lagi namanya?"
Sementara itu Lim Han-kim telah mengalihkan
pandangan matanya memperhatikan sekeliling tempat
itu. ia jumpai sungai yang berliku-liku itu macam sarang
laba-laba yang mengelilingi perkampungan luas itu, Pada
jarak lima puluh kaki dari tempat itu terbentang pula
sebuah kolam seluas satu hektar.
Melihat semua itu timbul perasaan heran dalam hati
kecilnya, diam-diam ia berpikir: "Tempat ini disebut
kolam enam bintang, mungkinkah ada enam buah kolam
mengelilingi perkampungan ini" Dilihat dari selokan yang
saling membujur jelas merupakan hasil karya manusia,
tapi apa kegunaannya?"
Berpikir sampai di situ, ia berpaling memandang Han
Si-kong sekejap, lalu katanya: "Locianpwee,
pengetahuanmu sangat luas, Tahukah kau apa kegunaan
air selokan yang begitu banyak silang menyilang
mengitari perkampungan ini?"
Han Si-kong sudah lama berkelana dalam dunia
persilatan baik daerah Utara maupun Selatan boleh
dibilang sudah semuanya dijelajahi sehingga jarang
sekali ada orang yang bisa menandingi pengetahuan
serta pengalamannya. 396 Walaupun saat ini dia kurang mengerti apa kegunaan
air selokan tersebut, tapi ia yakin pasti ada
kegunaaannya, maka dipandangnya keadaan sekitar situ
dengan lebih seksama. Benar juga, ia dapat melihat bahwa selokan-selokan
itu samar-samar sebenarnya mengandung kedudukan
pat-kwa, maka ujarnya kemudian: "Kemungkinan besar
selokan-selokan yang mengelilingi perkampungan ini
merupakan barisan air yang sengaja diatur majikan
perkampungan ini. Dahulu si dewa jinsom Phang Thianhua
pun pernah menggunakan tumbuhan bambu dan
pohon liu membentuk sebuah barisan aneh dan banyak
disegani umat persilatan jadi aku yakin pemilik
perkampungan ini pasti telah mengatur pula sebuah
barisan air di luar perkampungannya untuk melindungi
diri Bagi orang yang tidak memahami perubahan barisan
tersebut, niscaya dia akan tersesat bila memasukinya."
Tak terkirakan rasa kagum Lim Han-kim setelah
mendengar penjelasannya yang begitu cermat dan tepat,
diam-diam pikirnya: "Bagaimana pun jahe memang
makin tua makin pedas, sejak kini aku harus banyak
belajar pengalaman darinya."
Tiba-tiba terdengar Han-gwat berkata: "Locianpwee,
kalau kau sudah tahu kehebatan barisan air ini, bawalah
kami keluar dari sini"
397 Han si-kong tertegun, lama kemudian ia baru berkata:
"Walaupun aku mengerti soal ilmu pat-kwa, tapi bukan
berarti menguasainya, aku rasa sulit buat kita untuk lolos
dari ilmu barisan tersebut."
suara tertawa dingin mendadak berkumandang dari
belakang tubuhnya, kemudian disusul Seseorang
berkata: "Tampaknya kau memang cukup tahu diri, jangan lagi


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kau cuma memahami soal ilmu pat-kwa, sekalipun kau
sangat menguasaipun belum tentu dapat lolos dari ilmu
barisan air Lam-to-lak-seng-tin kami"
Ketika mereka bertiga berpaling, tampaklah di atas
dinding pekarangan berdiri pemuda berwajah serius itu.
sewaktu bertarung dalam kamar tahanan tadi Han sikong
sekalian pernah bertarung beberapa gebrakan
melawannya, mereka tahu kalau ilmu silatnya sangat
aneh dan lihai. Di balik jurus serangannya yang
sederhana terselip jurus serangan maut yang mematikan,
manusia macam begini tak boleh dipandang enteng.
sementara mereka masih berpikir, pemuda itu sudah
berkata lagi dengan wajah serius: "semenjak
perkampungan Lak-seng-tong didirikan belum pernah
ada orang yang berhasil meloloskan diri dari hadangan
barisan pepohonan tersebut, tapi kenyataannya kalian
dapat menembusnya dengan selamat, Untuk kemampuan
398 tersebut aku merasa kagum sekali." sambil berkata, dia
melayang turun ke atas tanah.
"Terima kasih, terima kasih," sahut Han si-kong sambil
menjura, "Perkampungan anda sanggup membangun
barisan air Lam-to-lak-seng-tin,jelas ketua kalian pun
bukan manusia sembarangan, boleh kutahu namanya?"
"Aku Hongpo Lan-"
kemudian setelah berhenti sejenak. terusnya:
"Barusan ayahku telah menerima laporan dari kurir yang
mengatakan bahwa peristiwa tersebut sama sekali tak
ada sangkut pautnya dengan kalian, tapi seluk beluk
masalah tersebut belum begitu jelas dan membutuhkan
waktu dua belas jam lagi untuk menjelaskannya. oleh
sebab itu kami mohon kalian bersedia tinggal sehari lagi
di perkampungan kami."
"Peristiwa itutoh sudah terbukti tak ada sangkut
pautnya dengan kami, buat apa kami mesti tinggal sehari
lagi?" protes Han-gwat dingin.
"seandainya aku tidak mengantar, jangan harap kalian
bertiga bisa lolos dari barisan Lam-to-lak-seng-tin ini"
"Maksud baik anda biar kami terima dalam hati saja,
aku tahu barisan air milik kalian sangat hebat, tapi kami
pun bersedia untuk menjajal kehebatannya," tukas Han
si-kong sambil menjura. 399 Hongpo Lan mendengus dingin, "Hmmm, aku cuma
bermaksud baik, jika kalian bertiga lebih suka minum
arak hukuman daripada arak kehormatan, itu berarti
kalian tak sudi memberi muka kepadaku."
"Ketua muda," tiba-tiba Lim Han-kim menimbrung,
"Apakah kau anggap dengan mengandalkan ilmu barisan
air ini, dapat menghalangi kepergian kami?"
"Bila kalian bersikeras ingin pergi pada malam ini juga,
baiklah, Kuberi sebuah kesempatan kepada kalian,"
"Mohon penjelasan"
"Asal seorang di antara kalian dapat mengungguli
diriku, kami akan segera mengantar kalian keluar dari
barisan-" Tadi Han si-kong maupun Lim Han-kim sudah
mencoba bertarung beberapa gebrakan melawan
pemuda ini. Mereka sadar ilmu silat yang dimiliki orang
itu sangat hebat, Di balik jurus serangan yang biasa
terselip daya serangan yang luar biasa. Menghadapi
seorang jago tangguh macam ini siapa pun tak berani
bersikap gegabah, maka setelah saling berpandangan
sekejap. mereka sama-sama membungkam diri.
sebagaimana diketahui, pertarungan ini menyangkut
mati hidup mereka bertiga sehingga siapa pun tak berani
mengambil keputusan secara gegabah.
400 sambil memandang ketiga orang itu Hongpo Lan
kemudian berkata: "Nah, jika kalian bertiga tidak
mempunyai keyakinan untuk bisa mengungguli aku, lebih
baik tinggallah sehari lagi di sini"
Mendengar perkataan yang mengandung nada ejekan
ini, Lim Han-kim segera mengernyitkan alis matanya,
pelan-pelan ia berkata: "Walaupun kami bertiga samasama
senasib sependeritaan namun masing-masing tidak
mengenal satu sama lainnya sebelum peristiwa ini
sehingga siapa pun tak dapat mewakili orang lain, Aku
tahu bahwa ilmu silat yang saudara miliki sangat hebat,
apalagi aku telah mencobanya tadi. Kalau disuruh
menuruti perintahmu begitu saja rasanya kok tidak rela,
maka aku akan mencoba kepandaianmu itu.Jika aku
kalah terserah mau diapakan, hanya saja menang
kalahku ini tak ada hubungannya dengan mereka
berdua.Jadi semisalnya aku kalah nanti, tidak berarti
mereka berdua pun kalah."
Hongpo Lan menyapu sekejap wajah Han si-kong dan
Lim Han-kim, kemudian katanya: "Tangan kalian masih
diborgol, tubuh kalianpun masih dirantai, Aku rasa
biarpun kalian maju bersama pun tak akan menurunkan
derajat kalian berdua sementara nona itu... aku rasa
lebih baik berpangku tangan saja, karena selama hidup
aku paling tak suka bertarung dengan kaum wanita."
401 " Kalau wanita lantas kenapa?" teriak Han-gwat gusar.
"Hmmm, jika ada kesempatan di kemudian hari, aku
pasti akan memberi pelajaran yang setimpal untukmu."
Tampaknya Han si-kong pun ikut dibuat naik darah
oleh perkataan Hongpo Lan, bentaknya keras: "Biar aku
mencoba dulu kepandaianmu"
Tanpa banyak bicara dia langsung melancarkan
sebuah pukulan ke depan, orang ini memang berwatak
berangasan, begitu ingin bertarung dia langsung
melancarkan serangan dengan hebatnya,
Dengan gesit Hongpo Lan mengegos ke samping
menghindarkan diri dari ancaman tersebut, setelah itu
ejeknya: " Lebih baik kalian berdua maju bersamasama."
Tiba-tiba terdengar suara ujung baju terhembus angin,
lalu terlihat empat orang lelaki berpakaian ringkas
meluncur datang dengan kecepatan luar biasa. Lim Hankim
merasa amat terkesiap setelah menyaksikan gerakan
tubuh yang digunakan keempat orang itu untuk
melompati pagar sangat ringan dan lincah.
Meskipun gerakannya amat cepat namun langkahnya
mantap dan kuat, jelas mereka adalah jago-jago silat
yang memiliki tenaga luar maupun dalam yang amat
Sempurna. 402 Han si-kong telah melancarkan empat buah pukulan
berantai. semua jurus serangan yang dipergunakan
menimbulkan deru angin serangan yang sangat kuat dan
dahsyat. Tapi dengan gerakan yang enteng dan
seenaknya Hongpo Lan selalu berhasil memunahkan
ancaman itu, baik menotok. menangkis maupun
menyodok. semua gerakan dilakukan tepat pada
waktunya dan sedikitpun tak terlihat gugup, Dengan
entengnya ia berhasil memunahkan keempat buah
serangan Han si-kong sekaligus.
BAB 13. Ketua perkampungan Kolam Enam
Bintang Lim Han-kim bukan turun tangan membantu, dia
malah mundur tiga langkah dari sisi arena, Segenap
perhatiannya dicurahkan pada perubahan jurus serangan
yang digunakan kedua orang itu, seakan-akan dia ingin
mencari titik kelemahan Hongpo Lan dari pertarungan
mereka berdua. Pada saat itu, keempat lelaki berpakaian ringkas itu
sudah menyebarkan diri membentuk sebuah barisan
yang berbentuk setengah bulat dan mengurung
beberapa orang itu rapat-rapat. Masing-masing tampak
membawa sebuah lencana besi sepanjang satu depa dua
inci di tangan kiri yang disilangkan di depan dada.
sementara tangan kanannya meloloskan pedang yang
403 tersoren dipunggung, Sikap mereka amat serius dan siap
melancarkan serangan. Setelah melancarkan empat buah pukulan, Han sikong
mulai sadar bahwa malam ini dia telah menjumpai
musuh tangguh yang jarang ditemui selama ini, ia
memang sudah lama berkelana dalam dunia persilatan.
Selama puluhan tahun, pelbagai pertempuran sengit
telah dialami sehingga pengalaman serta
pengetahuannya sangat luas. begitu selesai melancarkan
empat buah pukulan, hawa murninya segera dihimpun
dan secepat kilat melompat mundur sejauh tiga depa. Di
situ ia berdiri tegak sambil menunggu datangnya
ancaman. "Hati-hati, kini giliran aku yang melancarkan
serangan." jengek Hongpo Lan dingin sambil menerjang
maju ke depan, tangan kanannya diayunkan ke muka
menyongsong dada musuh dengan jurus "Memancing
ikan Di sungai Es". Han si-kong dengan telapak tangannya yang tajam
bagaikan golok balas membabat tubuh musuh dengan
jurus "Memotong Bukit Membelah Awan"
Menghadapi ancaman semacam ini, Hongpo Lan sama
sekali tidak membatalkan serangannya, ia tunggu sampai
telapak tangan Han si-kong hampir mengenai tubuhnya,
404 tiba-tiba kelima jari tangannya dipentangkan lebar-lebar
dan berbalik mencengkeram pergelangan tangan lawansesungguhnya
jurus serangan itu hanya sebuah jurus
Ki-na-jiu yang sangat sederhana dan umum, tapi karena
dipergunakan pada saat dan detik yang sangat tepat
maka hasilnya adalah daya pengaruh yang luar biasa dahsyat dan
hebatnya. Buru-buru Han si-kong merendahkan pergelangan
tangannya untuk menghindar ia nyaris berhasil
melepaskan diri dari ancaman, tapi dengan adanya
kejadian itu maka dia pun kehilangan posisi yang
menguntungkan- Pada saat itulah tangan kiri Hongpo Lan
telah menyambar tiba dan menyodok secara berantai
dalam sekejap mata dia telah melancarkan enam buah
pukulan maut. Dengan susah payah Han Si-kong memberikan
perlawanan yang gigih, walaupun akhirnya dia berhasil
juga menghindarkan diri dari keenam jurus ancaman itu.
Tak urung tubuhnya terdesak juga hingga mundur sejauh
tiga langkah, sementara peluh telah membasahi jidatnya.
Mengikuti jalannya pertempuran yang sedang
berlangsung, diam-diam Lim Han-kim berpikir: "Nama
besar Han Si-kong diperoleh dengan susah payah dan
perjuangan yang gigih Jika ia sampai terluka di tangan
405 Hongpo Lan malam ini, niscaya nama besarnya ikut
hancur dan hatinya tentu sakit sekali. Kenapa aku tidak
segera menggantikan kedudukannya mumpung menang
kalah belum ketahuan hasilnya."
Berpikir sampai di situ, ia segera melompat maju ke
muka menghadang jalan pergi Hongpo Lan dan berdiri
persis di muka Han Si-kong, sambil berpaling bisiknya:
"Locianpwee, setelah dipenjarakan selama dua tahun
lebih, kekuatan tubuhmu tentu belum pulih kembali,
Bagaimana kalau babak pertempuran ini serahkan
kepadaku saja?" Tanpa menunggu persetujuan dari Han Si-kong,
telapak tangannya langsung disodok ke muka
melancarkan sebuah pukulan, Hongpo Lan tertawa dingin
Jengeknya: "sejak tadi aku toh sudah anjurkan kepada
kalian berdua agar turun tangan bersama, kenapa kamu
berdua tak mau menuruti nasehatku?" Badannya
mengegos ke samping menghindarkan diri dari
datangnya gempuran. "Hmmm, kau jangan takabur lebih dulu, Kalau ingin
omong besar, tunggu sajalah sampai dapat menangkan
aku lebih dulu" sambil berkata pemuda itu melancarkan pukulan
berantai dengan kekuatan luar biasa. Hongpo Lan
miringkan badan sambil berputar, dengan suatu gerakan
lincah tapi aneh tahu-tahu ia sudah terhindar dari
406 serangan Lim Han-kim. Bukan itu saja, bahkan lengan
kanannya mengikuti gerak perputaran badannya
melancarkan sebuah sapuan,
Diam-diam Lim Han-kim telah memperhatikan dan
menghapal gerak serangan yang digunakan Hongpo Lan-
Dia dapat merasakan bukan saja di balik jurus
serangannya yang sederhana terkandung perubahan
yang aneh dan maha sakti, bahkan gerak tubuhnya
sewaktu berkelitpun mengandung unsur rahasia yang
luar biasa. Berdasarkan beberapa pertimbangan dan
penilaiannya itulah dalam hati kecilnya ia sudah
membuat perhitungan yang matang.
Menyusul dua serangan yang dilancarkan secara
berantai itu, badannya menerjang maju dua langkah
dariposisi semula, Begitu terhindar dari sapuan maut
Hongpo Lan, tanpa menunggu lawannya membalikkan
badan lagi telapak tangan dan kakinya segera
melancarkan serangkaian serangan yang gencar lagi
cepat. Dalam waktu singkat jari tangan dan telapak tangan
saling menyodok dan menyambar makin menyerang
Semakin cepat, dalam sekejap mata dia telah
melepaskan sembilan tendangan kilat dan delapan belas
buah pukulan, serangkaian serangan gencar ini benarbenar
dahsyat bagaikan amukan angin topan dan
gulungan ombak di samudra bebas, sehingga para
407 penonton yang ada di sisi arena sama-sama terkesiap


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan kagum. Tampak Hongpo Lan memutar badannya bagai
gangsing, dua kakinya merubah posisi berulangkali
bahkan dalam setiap kesempatan ia selalu berhasil
melepaskan serangan balasan-
Melihat kehebatan musuhnya, diam-diam Lim Han-kim
menghela napas panjang pujinya: "Benar-benar ilmu
gerakan tubuh yang hebat"
Dengan langkah cepat dia mundur sejauh tiga
langkah, Hongpo Lan tidak kalah kagumnya, sambil
menyeka keringat yang membasahi jidatnya dia memuji:
"selama hidup hanya saudara Lim seorang yang sanggup
memaksaku mandi peluh, Kau benar-benar orang hebat."
"saudara Hongpo terlalu memuji, Aku lebih kagum
Pada kemampuanmu. Coba bayangkan untuk
menghindari sembilan tendangan dan delapan belas
buah pukulanku, kau cuma bergeser tak lebih dari dua
depa, Aaai... malam ini biarpun aku mengaku kalah, tapi
aku kalah dengan sangat puas."
"Mumpung malam ini kita sudah bertemu, mari kita
bermain sepuasnya. Nah hati-hatilah...."
Mendadak pemuda Hongpo menerjang maju lagi,
tangannya diayunkan ke muka menggunakan jurus
408 "Berlutut Menyembah Langit selatan-" Lim Han-kim sadar
di balik jurus serangannya yang sederhana terkandung
perubahan gerak yang luar biasa. ia tak berani bertindak
gegabah, cepat tubuhnya miring ke samping, Kaki
kanannya mundur selangkah untuk menyelamatkan diri
lebih dulu, setelah itu tangan kanannya melakukan
kuncian dengan jurus "Menutup Pintu Mendorong
Rembulan" Ketika serangan yang dilepaskan Hongpo Lan sampai
di tengah jalan, mendadak ia ubah menjadi sebuah
totokan yang mengancam jalan darah cian-keng-hiat di
bahu lawan. Buru-buru Lim Han-kim merangkap sepasang telapak
tangannya, dengan jurus "Tangan Sakti Menggunting
Bunga" dia cekal urat nadi pada pergelangan tangan
lawan- "Saudara Lim, ilmu silatmu memang sangat hebat,"
puji Hongpo Lan- sementara memuji, badannya sudah
berkelit untuk menghindar, kemudian melepaskan dua
pukulan balasan- Maka beriangsunglah suatu pertempuran adu Cepat
antara kedua orang itu. Sayang sepasang tangan Lim
Han-kim masih diborgol sehingga sangat mengganggu
geraknya, Dibandingkan Hongpo Lan jelas dia kalah
lincah dan Cekatan- Namun ia memiliki jurus serangan
409 ampuh yang dapat menutup kekurang lincahannya, hal
ini membuat posisi mereka jadi seimbang.
Dalam waktu singkat, dua orang itu sudah saling
menyerang sebanyak lima enam puluh jurus. Di tengah
pertempuran sengit, mendadak terdengar Hongpo Lan
membentak keras: "Saudara Lim, hati-hati"
Tiba-tiba dia memutar badan, mendesak maju ke sisi
badan musuhnya, Telapak tangan yang menyambar
tahu-tahu diputar berbalik menepuk bahu Lim Han-kim.
Dalam keadaan sepasang tangannya masih diborgol,
sulit bagi Lim Han-kim untuk melakukan perubahan
gerak. Tak ampun, bahunya kena dihantam satu kali, tapi
ia tak gugup atau panik. sambil mendengus, lengannya
ditekuk, kemudian sikutnya disodok ke lambung musuh.
Dua sosok bayangan manusia segera saling beradu
lalu berpisah, paras muka Lim Han-kim kelihatan pucat
pias, Langkahnya gontai dan tubuhnya mundur dua
langkah dengan sempoyongan sebelum dapat berdiri
tegak. sebaliknya Hongpo Lan memegangi iganya sambil
terjongkok-jongkok. Melihat majikannya terluka, keempat lelaki berbaju
ringkas itu serentak menggetarkan lencana besi mereka
sementara pedang di tangan kanannya berputar
menciptakan sekuntum bunga pedang, Kemudian
410 bersama-sama mereka maju mengurung Lim Han-kim
rapat-rapat. Menyaksikan perbuatan anak buahnya, buru-buru
Hongpo Lan memberi tanda sambil membentak: "Cepat
mundur Antar mereka keluar dari barisan."
Tampaknya iga yang tersikut menderita luka yang
cukup parah, sehingga sewaktu berbicara pun ia harus
menahan rasa sakit yang luar biasa, itulah sebabnya ia
berbicara agak terputus-putus.
Mendengar bentakan itu, keempat lelaki berbaju
ringkas itu serentak mundur sambil menurunkan kembali
pedangnya, pelan-pelan Hongpo Lan bangkit berdiri,
ujarnya sambil tertawa sedih: "llmu silat yang saudara
Lim miliki benar-benar sangat hebat, aku mengakui
bukan tandinganmu." "Justru karena saudara Hongpo mengalah, aku baru
mendapat kesempatan untuk melancarkan serangan
balasan." "Tapi tanganmu masih diborgol, bicara sejujurnya kau
sudah menderita kerugian lebih dulu...."
Kemudian setelah menghembuskan napas panjangpanjang,
lanjutnya: " Harap saudara Lim sudi memaafkan
karena aku tak bisa mengantar sendiri kepergianmu."
411 "Ketua muda betul-betul seorang lelaki sejati yang
pegang janji. Aku Lim Han-kim merasa sangat kagum,
Bila ada kesempatan untuk berjumpa lagi lain waktu,
pasti akan kubalas budi kebaikanmu hari ini. Nah, kami
mohon diri lebih dulu."
setelah menjura memberi hormat, ia membalikan
badan dan berlalu dari situ. Kepada keempat lelaki
berbaju ringkas itu Hongpo Lan segera menghardik
dengan suara dalam: "Kalian mewakili aku mengantar
mereka pergi dari sini, bila pelayanan kami kurang baik,
hati-hati akan kuhukum dengan berat"
Empat lelaki berpakaian ringkas itu serentak
mengiakan, Kepada Lim Han-kim mereka berkata
hormat: "silahkan kalian bertiga mengikuti kami."
Mereka pun berjalan lebih dulu untuk membuka jalan,
Di bawah bimbingan keempat orang lelaki berbaju
ringkas itu dengan cepat Lim Han-kim, Han si-kung dan
Han-gwat telah berhasil meninggalkan barisan air Lamto-
lak-sengtin. panjang perjalanan mereka pun dapat
meras akan betapa rumit dan kalutnya barisan tersebut
setelah keluar dari ilmu barisan itu, keempat lelaki
berbaju ringkas itu kembali memberi hormat sebelum
meninggalkan tempat tersebut.
saat itu Han si-kong yang tinggi hati benar-benar
sudah dibuat kagum oleh kehebatan Lim Han-kim,
412 katanya sambil menghela napas panjang: "ombak
belakang sungai Tiangkang benar-benar telah
mendorong ombak di depannya. orang baru sudah
sepantasnya menggantikan orang lama, setelah melalui kejadianpada malam ini,
aku benar-benar merasa sudah amat tua."
Ucapan mana diutarakan dengan nada yang memelas
hati. sebenarnya Lim Han-kim ingin mengucapkan
beberapa patah kata untuk menghibur, namun ia tak
tahu bagaimana harus berbicara, Akhirnya setelah
mendehem pelan, dia mengalihkan pokok pembicaraan
kesoal lain, Ujarnya: "Lo-cianpwee, coba kau perhatikan
letak enam buah kolam itu, tepat sekali mengelilingi
perkampungan tersebut. "
Ketika Han si-kong mendongakkan kepalanya, benar
juga dari kejauhan sana terlihat selapis kilatan cahaya
yang memantul pada permukaan air. Enam buah kolam
yang berbentuk sama mengelilingi sebuah
perkampungan. Di antara keenam kolam itu berjajar pula aliran sungai
yang berliku-liku menghubungkan kolam yang satu
dengan yang lain, Tampaknya nama perkampungan itu
bukan lain berasal dari keadaan tersebut.
Menyaksikan semua itu, diapun manggut-manggut
sambil sahutnya: " dalam dunia persilatan benar-benar
413 banyak terdapat jago silat yang luar biasa hebatnya.
Kalau tidak mengalami sendiri peristiwa ini, tak akan
kupercayai bahwa dalam perkampungan yang dikelilingi
enam buah kolam tempat pelihara ikan, hidup seorang
tokoh maha sakti yang berilmu silat tinggi...."
Mendadak terdengar suara derap kaki kuda
berkumandang datang dari arah belakang, kemudian
muncul tiga ekor kuda yang berlarian menuju ke arah
mereka bertiga. Ketika sampai pada jarak empat-lima
depa dari hadapan Lim Han-kim sekalian, kuda-kuda itu
dihentikan. Tiga orang bocah lelaki berbaju hijau
segera maju memberi hormat sambil berkata:
"Kami bertiga mendapat perintah dari ketua muda
untuk mengantar kuda- kuda ini. Harap tuan bertiga sudi
menerimanya." "Maksud baik itu biar kami terima dalam hati saja,"
tampik Han si-kong cepat "Tolong sampaikan kepada
ketua muda kalian, kami masih punya kekuatan untuk
meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki, kami tak
berani menerimahadiah besar itu."
"Peraturan yang ditetapkan ketua kami amat ketat dan
keras, Apabila tuan bertiga menolak pemberian ini, kami
yang susah nantinya," kata tiga orang bocah berbaju
hijau itu serentak. selesai berkata mereka segera
414 lepaskan tali les kuda itu dan sama-sama mengundurkan
diri. "Ehmm... sungkan amat orang itu," ujar Han-gwat
kemudian sambil tertawa. Tanpa sungkan-sungkan lagi ia
melompat naik ke atas punggung seekor kuda.
Ketika menemukan di atas pelana telah tersedia guci
air, ransum kering dan sekantung uang perak. tak terasa
lagi gadis itu tertawa terkekeh-kekeh. "Hei, apa yang
lucu" Kenapa kau tertawa terkekeh?" tegur Han si-kong
agak gusar. "Di atas pelana sudah tersedia air, ransum dan uang
Jika kalian berdua harus melanjutkan perjalanan dengan
berjalan kaki, padahal tangan kalian masih diborgol, aku
percaya kamu berdua akan menjadi tontonan yang
menarik, Lebih baik naik kuda saja, dengan begitu
keadaan kalian pun bisa tersamar."
"Yaa, perkataan nona memang betul," sambung Lim
Han-kim sambil manggut-manggut.
"Locianpwee, lebih baik kita teruskan perjalanan
dengan menunggang kuda."
Melihat kedua orang rekannya sudah setuju naik kuda,
terpaksa Han si-kong melompat naik kepunggung kuda
dan melarikannya ke depan. dalam waktu singkat ketiga
orang itu sudah menempuh perjalanan sejauh enam
415 tujuh li. Mendadak Han si-kong menarik tali les kudanya
sambil berhenti ujarnya kemudian- "Kita akan ke mana
sekarang?" "BorgoI di tangan kalian belum dilepas, tentu saja
pergi menjumpai loya kami," usul Han-gwat.
"Aku tak mau ikut"
"Locianpwee, kalau kau tak ikut, apakah selama hidup
kau ingin memakai borgol itu?"
"Aku tak percaya kalau di dunia ini tak ada cara lain
untuk melepaskan borgol tersebut Kau tak usah
menguatirkan aku." Han-gwat segera mengerutkan dahinya, kembali ia
berseru: " orang menyebutmu si monyet tua. julukan itu
memang tak salah, Watakmu benar-benar berangasan
macam monyet kena terasi. Ketahuilah bahwa majikan
tuaku memiliki pisau mustika yang tajamnya luar biasa,
sekalipun senjata mustika macam ini bukan cuma sebuah
saja, tapi amat jarang dijumpai di kolong langit Daripada
kau harus memakai borgol sepanjang hidup, kuanjurkan
ikut kami saja menghadap majikan tuaku."
"Nona," sela Lim Han-kim. "Ada di mana majikan
tuamu itu sekarang" Berapa jauh dari sini?"
" Kalau itu, sih, tergantung rejekimu."
416 "saudara Lim," tiba-tiba Han si-kong menyela, "Anak
perempuan paling suka main akal-akalan, Kau tak boleh
percaya dengan perkataannya, lebih baik kita lanjutkan
perjalanan-" "Kau jangan terburu napsu dulu," buru-buru Han-gwat
menyela, "Aku toh belum selesai berbicara. Gara-gara
ingin membuatkan sejenis pil mustika untuk nona kami,
majikan tua sering tinggal di Perpustakaan Lian-im-lu,
tempat tinggal Thian-hok sangjin di bukit Mao-san-Jadi
kalau nasib kalian kebetulan baik, kita akan bertemu
dengan beliau di situ, Tapi kalau nasib lagi jelek, kita tak
bakal ketemu dia di situ, masa perkataanku ini keliru?"
Lim Han-kim tertegun, ia ingin mengucapkan sesuatu,
tapi niat itu kemudian diurungkan, sebaliknya Han sikong
bertanya dengan keheranan- "Thian-hok sengjin"
jadi majikan tua kalian kenal dengan tokoh maha
sakti itu?" "Bukan cuma kenal, hubungan mereka begitu akrab
sehingga melebihi hubungan antara saudara sekandung."
"Menurut apa yang kuketahui, Thian-hok sangjin
terkenal sebagai seorang tokoh persilatan yang dingin,
angkuh, dan suka menyendiri ia jarang sekali
mengadakan hubungan dengan kaum persilatan...."
417 "Sekalipun Thian-hok sangjin angkuh, dingin, dan suka


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyendiri tapi ia bersikap sangat menghormat terhadap
majikan kami," sambung Han-gwat dengan suara dingin-
"Hmmm, memandang pada Thian-hok sangjin, kita
memang pantas melakukan perjalanan ke Mao-san dan
mengunjungi Perpustakaan Lian-im-lu"
"Locianpwee" sela Lim Han-kim. "Apa-kah kita akan ke
bukit Mao-san dengan tangan masih diborgol begini?"
Han Si-kong tertawa terbahak-bahak:
"Ha ha ha ha... lote, Thian-hok Sangjin adalah tokoh
maha sakti yang tersohor semenjak puluhan tahun
berselang. ia termashur sebagai jago pedang dari Kanglam,
tapi sifatnya terlalu hambar dan dingin, tak pernah
senang mencari nama apalagi menerima kunjungan
tamu, sepanjang tahun ia mengurung diri di
Perpustakaan Lian-im-Iu nya di bukit Mao-san- oleh
sebab itulah jarang sekali orang persilatan mengetahui
nama besarnya." "Kalau memang tak pernah menerima tamu dan
sepanjang tahun selalu mengurung diri di atas bukit,
bagaimana mungkin namanya bisa begitu termashur
dalam dunia persilatan?"
"Pertanyaan yang sangat bagus..." Setelah mendeham
sebentar, Han si-kong berkata lebih jauh:
418 "Dua puluh tahun berselang, dalam dunia persilatan
wilayah Kang-lam tiba-tiba muncul seorang pemuda
berbaju periente yang memiliki ilmu silat sangat tinggi ia
menyebut diri berasal dari lautan Timur. perbuatannya
sangat memusingkan banyak orang, Bukan saja ia
berbuat sewenang-wenang, entah berapa banyak
kejahatan yang telah dilakukannya.
Hal ini membuat dunia persilatan jadi kalut dan tak
pernah tenang, Tapi lantaran ilmu silatnya sangat tinggi,
maka berpuluh-puluh jago, baik dari golongan hitam
maupun golongan putih, yang mencoba menantangnya
berhasil dikalahkan semua,"
"Sampai setengah tahun kemudian masih belum ada
seorang manusia pun berhasil mengendalikan perbuatan
jahatnya, Pada saat itulah Thian-hok Sangjin yang
mendengar berita ini segera tampilkan diri. Dengan
ditemani sebilah pedang, ia tantang orang itu untuk
berduel di luar kota Kim-leng. Berita ini segera menyebar
ke seluruh dunia persilatan. Ketika duel itu berlangsung,
beratus-ratus orang jago ikut hadir menyaksikan jalannya
pertarungan itu." "Melihat begitu banyak orang turut hadir di sekitar
arena, Thian-hok sangjin ternyata segan memperlihatkan
kepandaiannya. pada saat terakhir ia merubah tempat
pertarungan dengan memindahkan ke tengah sungai..."
419 "Bertarung di tengah sungai?" tanya Lim Han-kim
keheranan- Han si-kong makin bersemangat bercerita, terusnya:
"Dua orang itu masing-masing menunggang sebuah
sampan kecil yang di-tengahnya dikaitkan satu sama
lainnya dengan rantai sepanjang lima depa, Dengan
membiarkan sampan mereka terbawa arus sungai itulah
mereka berdua saling menyerang dengan gencarnya."
"Ehmmmm, pertarungan macam ini benar-benar
sebuah sistem pertempuran yang baru dan menarik."
"Yaa, tentu Thian-hok sangjin yang berhasil
memenangkan pertempuran ini," sahut Han-gwat.
"Dengan membiarkan sampan mereka terbawa arus,
dalam waktu singkat sampan mereka berdua sudah
lenyap di balik gelombang sungai yang tinggi, Dalam
keadaan begini orang lain susah untuk mengikuti
jalannya pertempuran itu, tapi yang jelas sejak naik ke
sampan kecil itu, pemuda perlente tersebut tak pernah
muncul lagi di wilayah Kang-lam. Ada yang bilang
pemuda perlente itu tewas di ujung pedang Thian-hok
sangjin dan mayatnya tenggelam di dasar sungai, Ada
juga yang mengatakan pemuda perlente itu melarikan
diri dengan membawa luka."
"Walaupun banyak berita yang beredar, namun ada
satu hal yang pasti benar yakni pemuda perlente itu
420 menderita kekalahan di tangan Thian-hok sangjin, sebab
Thian-hok sangjin telah muncul kembali dalam keadaan
selamat, sedang pemuda perlente itu lenyap tak
berbekas sejak peristiwa itu."
"Akibat pertempuran itu, nama besar Thian-hok
sangjin pun jadi sangat termashur, Namun ia sama sekali
tidak memanfaatkan ketenaran namanya, malahan sejak
itu pula dia mengundurkan diri dari dunia persilatan,
hidup mengasingkan diri di bukit Mao-san Perpustakaan
Lian-im-lu dan tak pernah mau menerima kunjungan
tamu macam apa pun-"
"Masa selama dua puluh tahunan ini belum pernah
ada yang berhasil menjumpai Thian-hok sangjin?" tanya
Lim Han-kim. "Mungkin saja pernah ada orang yang menjumpainya
tapi belum pernah beredar suatu berita tentangnya
dalam dunia persilatan, oleh sebab itulah ajakan ini
menimbulkan rasa ingin tahuku."
"Asal kalian berjalan bersamaku, tanggung kamu
berdua dapat bertemu dengan Thian-hok sangjin," kata
Han-gwat. Habis berkata ia segera menyentak tali les
kudanya dan meneruskan perjalanan lebih dulu.
Tiga ekor kuda pun berlarian dengan kencangnya
menembusi kegelapan malam, yang terdengar hanya
suara derap kaki kuda yang ramai. Ketika fajar mulai
421 menyingsing, ketiga orang itu sudah menempuh
perjalanan sejauh puluhan li.
Dijalan raya pun lamat-lamat mulai kelihatan orang
yang berlalu lalang melakukan perjalanan Han-gwat
menarik tali les kudanya menghentikan lari kuda. sambil
menuju ke dalam hutan di sisi jalan raya, ujamya: "Mari
kita sarapan dulu sebelum meneruskan perjalanan"
Memandang pakaiannya yang compang camping, Lim
Han-kim berseru: "Coba kalian lihat dandanan kita saat
ini Pakaian compang camping tak karuan, tangan kita
pun diborgol. Kalau mesti meneruskan perjalanan pasti
dandanan kita akan menarik perhatian orang banyak."
"Kita lelaki sejati yang tak pernah berbuat memalukan,
kenapa mesti takut meneruskan perjalanan?" sahut Han
si-kong. sambil tersenyum Han-gwat menimbrung: "Coba kau
pandang rambutmu yang kusut dan awut-awutan tak
karuan, Gaya-mu tak beda dengan seorang pengemis,
Dengan model macam begini, biarpun pakaianmu
compang camping, juga tak akan menarik perhatian
orang lain-Beda dengan Lim siangkong, ia masih muda
dan berwajah halus, dengan memakai baju compang
camping dan tangan berborgol, tentu saja kurang sedap
dipandang orang " 422 "Hmmmm sebagai lelaki sejati yang melakukan
perjalanan dalam dunia persilatan, yang terpenting
adalah jiwa kita yang besar dan berwatak pendekar soal
baik buruknya wajah seseorang... hmmm, tak pernah kupersoalkan
di dalam hati." "Tentu saja" jengek Han-gwat cepat. "Tapi kau lupa,
Lim siangkong seorang pemuda gagah, mana mungkin
bisa kau bandingkan dengan kejelekan wajahmu itu..?"
Han si-kong tertawa terbahak-bahak
"Ha ha ha ha... yang dihormati umat persilatan adalah
orang gagah berjiwa besar, Biarpun aku berbaju
rombengan dan berambut kusut, sekalipun menelusuri
seluruh dunia persilatan, siapa yang berani pandang
rendah diriku?" "Locianpwee," bisik Lim Han-kim. "Tangan kita masih
diborgol dan pakaian kita sudah robek tak karuan, tapi
kuda yang kita tunggangi justru kuda pilihan, apakah
dandanan kita semacam ini tak bakal mengejutkan orang
banyak?" "Aku punya akal.." tiba-tiba Han-gwat berseru sambil
tertawa. "Coba kau jelaskan"
"Lebih baik kita menyewa kereta kuda saja. Asal kalian
dUdUk di dalam kereta, maka orang lain tak bakal
423 menjUmpai dandanan kamU berdua." Han si-kong kontan
mendengus dingin- "Hmmm, buatku lebih baik meneruskan perjalanan di
tengah malam buta dari pada harus naik kereta. Apalagi
jarak bukit Mao-san dari sini tidak terlalu jauh. Kalau
benar-benar ditempuh, paling banter dua malam pun
sudah sampai." sementara pembicaraan berlangsung, mendadak dari
arah depan jalan raya muncul dua ekor kuda yang
dilarikan kencang-kencang, Di atas kuda duduk dua
orang lelaki kekar, Ketika mendekati hutan, mereka
menghentikan lari kudanya sambil memperhatikan ketiga
orang itu sekejap. lalu bersama-sama melompat turun
dari atas pelana, Lelaki yang ada di sebelah kiri segera
memberi hormat sambil bertanya: "siapa di antara kalian
adalah Lim tayhiap?"
Lim Han-kim mengerutkan dahinya, Baru saja dia
hendak menjawab, mendadak teringat olehnya bahwa di
kolong langit banyak terdapat orang dari marga Lim.
sedang orang itu tidak menyinggung nama lengkapnya,
berarti belum tentu dia yang dimaksudkan
Melihat ketiga orang itu sama-sama membungkam,
lelaki yang ada di sebelah kanan berkata pula: "Adakah
di antara kalian bertiga yang bernama Lim Han-kim, Lim
kongcu?" 424 setelah agak tertegun sejenak Lim Han-kim menyahut:
"Akulah orangnya, ada urusan apa?"
Lelaki itu memakai baju terbuat dari su-tera, mukanya
penuh cambang, sekalipun perawakannya tinggi besar,
namun nada suaranya amat nyaring, Tampak orang itu
membungkukkan badannya memberi hor-mat, setelah itu
katanya: " Hamba sekalian berasal dari perkampungan
Lak-seng-tong yang mendapat perintah dari majikan
muda kami untuk datang mencari Lim Kongcu. Kami
diperintahkan mengantar dua stel pakaian baru, harap
kongcu Jangan mentertawakan-"
Dari sisi pelana nya, lelaki berbaju kuning yang ada di
tengah menurunkan sebuah bungkusan Bungkusan itu
berisi dua buah jubah panjang yang terbuat dari kain
sutera dan dua buah mantel, sambil dipersembahkan
kepada pemuda itu, orang tersebut berkata lagi:
"Pakaian kongcu sudah robek dan compang camping,
sudah saatnya untuk ditukar dengan yang baru"
Lim Han-kim merasa berterima kasih sekali, ia tak
menyangka Hongpo Lan bisa bersikap begitu bersahabat
kepadanya, Tapi pada dasarnya ia memang tak suka banyak
bicara, maka kata nya kemudian sambil tertawa hambar
"Lebih baik kalian bawa pulang pakaian itu" jawaban
425 tersebut seketika membuat kedua orang lelaki itu
tertegun. Lelaki berwajah kuning itu segera berseru agak
tergagap: "Kee... ke-napa... kong... kongcu tak mau
menerima nya?" "Tubuhku masih dirantai, tanganku juga masih
diborgol, bagaimana mungkin bisa tukar pakaian?"
Tiba-tiba lelaki bercambang itu tertawa tergelak:
"Kongcu, kami juga telah berpikir sampai ke situ, Hamba
diperintahkan membawa serta salah satu di antara "Badik
Tiga Huruf" untuk membantu kongcu melepaskan diri
dari belenggu." sambil berkata, dari dalam sakunya, ia mengeluarkan
sebilah pedang pendek yang bersarung kulit ikan hiu
dengan hiasan emas pada gagangnya, pedang itu
kelihatan sangat mewah. Dengan cepat lelaki bercambang itu meloloskan badik
tersebut dari sarungnya, cahaya keemasan segera
memancar di udara. "Pedang bagus, pedang bagus..."
tanpa terasa Lim Han-kim memuji tiada hentinya. Lelaki
bercambang itu kembali tertawa.
"Majikan tua kami pandai membuat pedang, Boleh
dibilang ia merupakan pembuat pedang nomor wahid di
kolong langit, tapi selama hidupnya dia orang tua hanya
berhasil membuat tiga bilah badik yang sama bentuknya
saja" 426 "Eeei, kalau membawa pedang mustika, kalian mesti
lebih berhati-hati." tiba-tiba Han si- kong
memperingatkan- "Aku rasa belum pernah ada orang persilatan yang
berani berbuat macam- macam terhadap orang-orang
Lak-seng-tong kami," kata lelaki bercambang itu sambil
tertawa, "Lagipula majikan muda telah berpesan agar
pedang ini di hadiahkan kepada Lim kongcu, malah
majikan muda sempat berkata bahwa perbuatannya ini
tak lebih hanya mengikuti pepatah lama yang
mengatakan Gadis cantik diberikan untuk pemuda
tampan, pedang mustika diberikan untuk pendekar
sejati..." "Jangan" cegah Lim Han-kim serius, "Aku tak berani
menerima pemberian sedemikian berharganya, Asal
kalian bersedia membantu kami untuk membebaskan
borgol dan rantai ini, aku sudah merasa berterima kasih
sekali " Tampaknya ia jarang sekali sekaligus mengucapkan
begitu banyak perkataan, karenanya selesai berkata ia
segera menutup mulutnya rapat-rapat


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lim kongcu," dengan wajah serius lelaki bercambang
itu berkata. "Pedang ini merupakan hadiah yang
bersungguh hati dari majikan muda kami. Apabila Lim
kongcu tak bersedia menerima nya, hamba tak bisa
pulang untuk memberikan pertanggunganjawabnya."
427 Lelaki berbaju kuning, yang berada disisinya turut pula
membujuk. Tapi bagaimana pun mereka berbicara, Lim
Han-kim tetap gelengkan kepalanya menampik, bahkan
sepatah kata pun tidak diucapkannya.
Melihat hal ini, dengan kening berkerut Han si-kong
segera menegur "Lebih baik kalian berdua jangan bicara
lagi. Watak orang ini memang aneh, kalau sudah bilang
tak mau menerima pedang ini, sampai kalian berdua
membunuh nya pun, dia tak bakal akan menerimanya . "
"Waaah, agaknya kau sahabat karib Lim Kongcu,
sampai tabiatnya pun tahu jelas," goda Han-gwat sambil
tertawa. " Lebih baik kau jangan turut campur" seru Han sikong
sambil melotot gusar Kemudian sambil berpaling ke
arah lelaki itu katanya lagi: "Cepat ambil pedang itu, dan
tolong putuskan borgol dan rantai di tubuhku ini"
Lelaki berewok itu menghela napas panjang,
tampaknya dia merasa kecewa sekali, dengan membawa
pedang itu ia berjalan menuju ke hadapan Lim Han-kim,
"Kalian seharusnya membebaskan Han locianpwee
lebih dulu, ".kata Lim Han kim sambil tertawa.
Dengan hormat lelaki berewok itu mengiakan, lalu
kepada Han si- kong ujarnya: "Maaf pendekar tua,
hamba akan segera turun tangan-"
428 "Sudah, tak usah banyak bicara lagi, cepat turun
tangan" Lelaki berewok itu segera menggetarkan pergelangan
tangannya, pedang yang tajam itu langsung menembusi
lewat depan tubuh Han si-kong lalu berputar ke balik
rantai di punggungnya, sekali pedang tersebut di-puntir
ke luar, rantai yang terbuat dari baja campur emas itu
seketika patah menjadi beberapa potong dan rontok ke
atas tanah. sambil membusungkan dadanya Han si- kong
mendongakkan kepalanya tertawa ter-bahak-bahak.
pujinya: "Ha ha ha ha ...pedang bagus, pedang bagus
Benar-benar sebilah pedang bagus"
Lalu sambil menjulurkan tangannya ke hadapan lelaki
itu, tambahnya: "Di sini masih ada sebuah lagi"
Melihat borgol yang membelenggu sepasang
tangannya jauh lebih tipis dibandingkan rantai yang
melilit tubuhnya tadi, lelaki berewok itu segera mundur
selangkah, kemudian katanya sambil tersenyum: "Hatihati
locianpwee" Pedangnya diayunkan ke muka membentuk selapis
cahaya yang amat menyilaukan mata. "Traaaanggg.,."
Di tengah dentingan yaring, seakan-akan ada dua
pedang yang saling beradu, tampak selapis cahaya yang
429 menyilaukan mata menyelimuti seluruh udara, Ternyata
ujung pedang di tangan lelaki berewok itu terpental
sejauh tiga depa lebih oleh benturan tersebut, sebaliknya
borgol di pergelangan tangan Han si-kong sama sekali
tidak cacad barang sedikitpun-
Berubah hebat paras muka lelaki bermuka kuning
itu,pujinya tanpa sadar: "Tak disangka borgol itu sangat
kuat dan kokoh sehingga pedang Jin-siang-kiam pun tak
berhasil memotongnya jadi dua."
sebaliknya Han si- kong telah mencak-mencak
kegusaran sambil mengumpat kalang kabut: "sialan-..
Ayo cepat, kita coba sekali lagi."
Lelaki berewok itu menarik napas panjang-panjang,
tenaga dalamnya segera disalurkan ke tangan kananny a,
kemudian pedangnya diayunkan membacok lewat selasela
pergelangan tangan Han si-kong. "Traaaang.."
Sekali lagi terjadi suara dentingan yang sangat
nyaring. Kali ini pun ujung pedang itu terpental ke
samping, sementara borgol di tangan Han si- kong masih
tetap utuh seperti sedia kala.
setelah termenung sebentar, lelaki berewok itu
berkata: "Tampaknya borgol inipun terbuat dari besi baja
yang serupa dengan besi yang digunakan pedang jinsiang-
kiam sehingga pedang tersebut tak sanggup
mematahkannya." 430 " Kalau begitu borgol ini tak bisa diputus-kan?" teriak
Han si- kong dengan mata mendelik.
"Aaaai... aku rasa... aku rasa...."
Tanpa melanjutkan perkataannya ia memutar
pedangnya untuk memutuskan rantai yang
membelenggu tubuh Lim Han-kim.
Dengan wajah penuh amarah Han si- kong
mengerahkan seluruh tenaganya untuk merentangkan
sepasang tangannya, namun bagaimana pun dia
mengerahkan segenap kekuatannya, borgol itu tetap tak
berhasil diputuskan setelah mengumpat berapa saat lama-nya, akhirnya ia
tertawa terbahak-bahak sambil berseru: "Baiklah,.. ha ha
ha.... Baik-lah, bagaimana pun aku dapat terlepas dari
belenggu di tubuhku...."
"Buat apa sih kau mengejek diri sendiri?" tegur Hangwat
sambil tertawa geli. Han si-kong makin gusar,
teriaknya: "Hei kau si budak kecil"
Lim Han-kim geli juga melihat kakek itu sewot, sambil
berpaling katanya kemudian-" Kalian berdua juga boleh
pulang" Perkataannya selalu singkat, pendek dan tanpa basa
basi, apa yang dipikirkan langsung diutarakan tanpa
embel-embel. Dengan sikap meng hormat lelaki bermuka
431 kuning itu persembahkan buntalannya sambil bertanya:
"Apakah kongcu ada pesan yang perlu hamba sekalian
sampaikan?" setelah termenung beberapa saat jawab Lim Han-kim:
"Bukit tetap hijau menawan, air tetap mengalir tenang,
waktu di masa depan masih panjang, semoga lain waktu
dapat bertemu kembali"
setelah memutuskan rantai yang membelenggu tubuh
Lim Han-kimt dengan wajah serius lelaki berewok itu
berkata pula: "walaupun tiga bilah badik mustika milik
Lak-seng-tong bukan benda paling mustika dalam dunia
persilatan tapi setiap umat persilatan pasti akan
menyukainya, sekarang kongcu telah menampik
pemberian kami, apakah tindakan ini tidak keterlaluan"
Ketua muda kami selalu memandang tinggi
kedudukannya, selama hidup ia tak suka bergaul dengan
siapa pun, tapi sekarang beliau rela menghadiahkan satu
di antara tiga mustikanya untuk kongcu. Hal ini
dikarenakan majikan kami sangat kagum dengan
kegagahan kongcu sehingga ingin sekali bersahabat
dengamu." "Terus terang saja hamba katakan, sudah cukup lama
kami mengikuti ketua muda, sampai di mana sifat dan
wataknya kami pun sangat memahami. Jadi bila kongcu
menampik pemberian ini, bukan saja hamba sekalian
bakal menerima makian dan hukuman, bahkan bisa jadi
432 majikan kami akan salah paham dan dikiranya kongcu
tak sudi bersahabat dengannya. Kejadian ini tentu akan
menyedihkan hatinya."
"Lim kongcu," sambil tertawa Han-gwat menegur "
Kalau toh pihak mereka ingin memberi hadiah dengan
sungguh hati, kenapa tidak kau terima saja pemberian
itu?" Lim Han-kim termenung berpikir sebentar, kemudian
manggut-manggut. " Kalau memang begitu biar
kusimpan untuk sementara waktu."
setelah diterima, pedang itu langsung dimasukkan ke
dalam saku, Rasa murung yang semula menyelimuti
wajah kedua orang lelaki itu seketika hilang tak
berbekas. sambil tertawa tergelak mereka melompat naik
ke atas kudanya dan berlalu dari situ.
Memandang hingga bayangan punggung kedua orang
itu lenyap dari pandangan, Han si-kong baru angkat
kepalanya dan menghembuskan napas panjang, ujarnya:
"Banyak sudah jago yang kujumpai tapi orang macam
Hongpo Lan baru kali ini kutemui ia benar-benar berjiwa
besar, baru kenal satu kali sudah memberi hadiah
pedang kenamaan- jiwa sebesar ini benar-benar jarang
dijumpai." 433 Tapi Lim Han-kim kembali menghela napas panjang:
"Aaaai... tanpa melakukan sesuatu pahala tapi mendapat
hadiah, aku benar-benar sangat malu."
Melihat kedua orang itu bicara tiada habisnya, sambil
tertawa Han-gwat segera menukas: "Kalian berdua tak
usah ngobrol tak karuan lagi, yang penting sekarang
adalah meneruskan perjalanan-"
Diambilnya sebuah mantel dan dikenakan di tubuh Lim
Han-kim, kemudian sambungnya: "Dengan mengenakan
mantel ini maka pakaian kongcu yang compang cam-ping
akan tertutup," Kemudian diambilnya mantel yang lain dan ujarnya
kepada Han si- kong sambil ter-tawa: "Locianpwee,
perlukah aku bantu mengenakan untukmu?"
"Waah... belum pernah kunikmati rejeki semacam ini,
apa lagi merasakan hangatnya pelayanan seorang gadis
cantik." "Hmmm si botak berjalan mengikuti rembulan, kau
apa tak tahu kalau rejekimu itu berkat Lim kongcu," seru
Han-gwat sambil mencibirkan bibirnya.
Mendadak ia merasakan dibalik perkataan itu
terkandung penyakitnya, buru-buru ia bantu Han si- kong
mengenakan mantelnya kemudian melarikan kudanya
melakukan perjalanan sambil tertawa terbahak-bahak
434 Han si-kong melarikan kudanya juga mengejar dari
belakang. Ketiga ekor kuda itu pun dilarikan kencang-kencang
menelusurijalan raya, Di balik suara derap kuda yang
ramai, tampak debu beterbangan menutupi pandangan
mata. sepanjang jalan Han-gwat melayani kebutuhan Lim
Han-kim dan Han si- kong dengan penuh cermat dan
ramah, apa lagi kedua orang itu masih memakai borgol
sehingga gerak geriknya kurang leluasa, maka semua
keperluan boleh dibilang Han-gwat yang menyediakanbegitulah
siang menempuh perjalanan malam
menginap, entah berapa hari sudah mereka melakukan
perjalanan Hari ini ketika siang menjelang tiba,
sampailah mereka di wilayah bukit Mao-san- sejauh mata
memandang, yang tampak hanya deretan puncak bukit
yang saling menyambung . Han si-kong pun menghentikan lari kuda-nya, kepada
Han-gwat ujarnya: "Tahukah kau di mana letak
Perpustakaan Lian-im-lu itu?" sikap ramah danpelayanan
cermat dari Han-gwat sepanjang perjalanan ini membuat
pandangan dan kesan Han si-kong terhadapnya berubah
sama sekali Kini dia pun bersikap lebih ramah terhadap
gadis itu "Hmmmm Tentu saja tahu." jawab Han-gwat dengan
kening berkerut. 435 "Kalau begitu, harap kau menjadi petunjuk jalan."
"Jalan bukit ini makin ke atas makin susah ditempuh,
kita harus meneruskan perjalanan dengan jalan kaki."
"Yaa, aku tahu, Dari nama Lian-im-lu tersebut kita bisa
menduga letaknya pasti berada di atas puncak yang
diselimuti kabut tebal."
"Kalau cuma jalan setapak saja, tak mungkin bisa
mencegah para jago lihai dari dunia persilatan untuk
datang menyambangi" "Terus"Jadi tempat itu mempunyai rintangan yang
khusus dan berbahaya sekali?" Han-gwat tersenyum.
"Tepat sekali Dari sini hingga ke depan Lian-im-lu, kita
harus berhasil menembusi tiga buah rintangan bahaya
lebih dulu." "Rintangan bahaya macam apa itu?"
"Bersabarlah dulu," tukas Han-gwat tertawa.
"Sebentar kau bakal tahu sendiri"
Bicara sampai di situ, ia sentak tali les kudanya dan
meneruskan perjalanan ke depan setelah melewati dua
buah puncak bu-kit, tiba-tiba pemandangan alam
berubah. jalanan makin curam dan sempit sedang tanah
perbukitanpun makin terjal dan berbahaya,
436 sambil melompat turun dari kudanya, Han-gwat
berseru: "Kita hanya dapat menunggang kuda sampai di
sini, selanjutnya harus ditempuh dengan berjalan kaki."
Mereka bertiga pun meninggalkan kuda
tunggangannya dan meneruskan perjalanan menelusuri
jalan terjal itu dengan berjalan kaki. Tampaknya Hangwat
hapal betul dengan daerah di sekitar situ, ia
mengajak Lim Han-kim dan Han si- kong menelusuri
jalan semak yang curam dan terjal, setelah melewati
empat buah bukit terjal, sampailah mereka di depan
sebuah lembah. sejauh mata memandang yang terlihat hanya rumput
ilalang yang menutupi pandangan mata. Ke tengah
rumput ilalang itulah Han-gwat mengajak kedua orang
rekannya melanjutkan perjalanan,
"Jadi Thian-hok sangjin tinggal di dalam lembah ini?"
tanya Han si-kong keheranan-
"Walaupun tidak berdiam di lembah ini, tapi lembah ini


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merupakan satu-satunya jalan penghubung menuju ke
Lian-im-lu. Mari ikuti aku saja, tanggung tak bakal
kesasar." Melihat gadis itu berbicara sangat serius, Han si-kong
tidak banyak bertanya lagi, terutama Lim Han-kim yang
tak suka bicara. Berangkatlah mereka bertiga menelusuri
lembah tersebut Ruruput ilalang tumbuh sangat subur di
437 lembah tersebut, tingginya mencapai pinggang orang
dewasa.Bahkan banyak ular beracun yang berkeliaran di
situ, semua ini mencerminkan betapa liar dan seramnya
lembah itu. setelah menempuh perjalanan hampir tiga-empat li
jauhnya, tiba-tiba lembah itu berbelok kearah selatan,
kemudian setelah melewati satu tikungan lagi,
pemandangan di depan mata kembali berubah.
Tampaknya sebuah rumah gubuk kecil dibangun di
bawah sebatang pohon cemara kuno. Bangunan tersebut
persis menghadang jalan lewat orang.
Kedua sisi gubuk itu berupa tebing yang sangat terjal
dan penuh ditumbuhi lumut tebal, dihadapkan dengan
tebing yang nyaris tegak lurus ini, sekalipun seseorang
memiliki ilmu silat yang amat hebatpun jangan harap
bisa melewatinya. sebuah jalan setapak tampak terbentang di balik
rumah gubuk tadi, Han si-kong memperhatikan sekejap
pemandangan di sekitar tempat itu, namun kecuali
menembusi rumah gubuk tadi, ia tak berhasil
menemukan jalan lain untuk mendaki ke atas bukit.
Han-gwat segera maju dengan langkah lebar menuju
ke depan rumah gubuk. Pintu kayu yang berwarna putih
berada dalam keadaan tertutup rapat, sampai ketiga
orang itu tiba di depan pintu pun belum kedengaran
sedikit suara atau reaksi apapun.
438 setelah memperhatikan sekejap tempat itu, Han sikong
berkata: "Aku rasa lebih baik kita lompati saja
rumah gubuk ini, tak perlu mengganggu ketenangan
penghuninya lagi." Belum habis perkataan itu diucapkan, pintu gubuk itu
tiba-tiba terbuka lalu muncullah seorang lelaki setengah
umur yang berjubah biru dan memelihara jenggot
kambing . begitu berjumpa lelaki itu, Han-gwat segera memberi
hormat sambil menyapa: "Paman Jui, baik-baikkah kau?"
orang itu agak tertegun, lalu serunya tanpa sadar:
"oooh.. rupanya kau si budak binal."
Tidak menunggu sampai orang itu menyelesaikan
perkataannya, Han-gwat telah berkata lebih lanjut: "
Kedua orang ini khusus datang ke mari untuk menjumpai
majikan tuaku, tolong Paman Jui bersedia membuka
pintu dengan melepaskan kami melewati tempat ini."
Pelan-pelan lelaki itu mengelus jenggotnya dengan
tangan kanan, setelah berpikir sebentar katanya: "Soal
ini... rasanya bikin susah paman saja, sebab menurut
peraturan yang ditetapkan bukit kami, orang asing
dilarang mendaki ke atas puncak bukit ini."
"Aku sengaja membawa mereka datang ke mari
karena ada urusan penting yang harus disampaikan
439 kepada majikan tua. Apa bila paman Jui tidak bersedia
melepaskan kami, waaah, perjuanganku selama ini bakal
sia-sia belaka." sementara itu Han si- kong maupun Lim Han-kim telah
mengalihkan pandangan mata masing-masing ke wajah
lelaki itu, sedang dalam hati kecil mereka berpikir
bagaimana caranya melewati penjagaan orang ini.
Tampak lelaki itu berpikir lagi berapa saat, mendadak
ia menyingkir ke samping. "Terima kasih banyak. Paman"
buru-buru Han-gwat memberi hormat.
Lalu tanpa banyak bicara lagi ia melangkah maju ke
depan sambil diam-diam memberi tanda kepada Lim
Han-kim dan Han si-kong agar mengikuti di belakangnya.
Dengan tergesa-gesa mereka bertiga menembusi gubuk
penghadang jalan itu sambil berjalan, diam-diam Han sikong
pasang mata memperhatikan sekitar gubuk
tersebut ia lihat perabot gubuk itu amat sederhana.
Kecuali sebuah pembaringan dan sebuah meja, boleh
dibilang tak ada benda lain, hanya disudut ruangan
terdapat sebuah anglo, jelas penghuninya hidup dalam
kesederhanaan yang mengagumkan-
Diam-diam orang tua ini merasa kagum juga, pikirnya:
"Tak nyana seorang jago yang memiliki ilmu silat begitu
tinggi ternyata hidup dalam begini kesederhanaan di
tengah lembah yang terpencil Kejadian semacam ini
benar-benar suatu kejadian yang tak gampang dijumpai."
440 sementara masih berpikir, mereka telah menembusi
bangunan gubuk itu dan menelusuri jalan setapak yang
sangat sempit Han-gwat berpaling memandang sekejap bangunan
gubuk nun jauh disana, lalu kata nya kepada Han si-kong
sambil tertawa: "orang dari marga Jui itu sangat ramah
dan baik hati, Dia pun mempunyai kesan yang sangat
baik terhadapku, karena itulah ia bersedia melepaskan
kita melewati tempat ini. Tapi nanti bila kita sampai di
sebuah mulut selat, tidak akan segampang ini kita bisa
melewatinya." "Bagaimana" Apakah kita benar-benar harus
menerjang lewat dengan menggunakan kekerasan?"
"Waaah, itu sulit untuk dibicarakan orang yang
bertugas menjaga mulut selat itu memiliki seraut wajah
yang dingin seperti es. Ketika aku mengikuti majikan
datang mengunjungi Thian-hok Sangjin, orang berwajah
dingin itu tetap menanyai majikan tuaku dengan ketat,
bahkan mesti menunggu ia pergi memberi laporan dulu
sebelum melepaskan kami melewati tempat
penjagaannya," "Ehmm... kalau didengar dari ceritamu ini, tampaknya
memang susah bagi kita untuk melewati tempat tersebut
dalam suasana penuh kedamaian."
441 "Yaaa... susah memang untuk diramalkan Ketika
mengikuti majikan tuaku, aku pernah tinggal cukup lama
di dalam Perpustakaan Lian-im-lu tersebut dan
pergaulanku dengannya juga cukup akrab, tapi sikap
orang itu tetap dingin seperti es. sikapnya tak pernah
berperasaan jadi sukar untuk diramalkan bagaimana
sikapnya terhadap kita nanti, lebih baik kita rundingkan
lagi setibanya di situ.^ Han Si-kong tidak banyak bertanya lagi, sedang dalam
hati kecilnya ia berpikir: "orang tadi mendirikan rumah
gubuknya persis di tengah jalan, jelas maksudnya hanya
mencegah orang-orang yang ingin datang berkunjung
agar mengurungkan niat-nya. Tapi bagaimana pula sikap
orang yang menjaga di mulut selat nanti?"
Sementara ia masih berpikir, mereka telah memasuki
sebuah selat yang amat sempit dan berbahaya, Sejauh
mata memandang tampak dinding tebing tegak lurus
menjulang ke angkasa yang amat terjal dan penuh
tumbuhan lumut, Di antara dua belah dinding bukit tadi
terbentanglah sebuah selat yang luasnya hanya cukup
dilalui satu orang. Selat itu menjorok masuk ke balik bukit, bukan saja
suasana alamnya amat strategy dan berbahaya,
Tampaknya tempat itu telah diatur pula dengan teknik
manusia. 442 Kecuali selat sempit tersebut, tidak dijumpai jalan
tembus lain yang menghubungkan tempat itu dengan
puncak bukit. Setelah memperhatikan keadaan di sekelilingnya,
diam-diam Han Si-kong berpikir: "Apabila dari atas bukit
orang melemparkan batu atau kayu, maka orang yang
berada di selat itu tak bakal bisa menghindarkan diri,
kendatipun ia memiliki ilmu silat yang maha canggih,
Wah, aku mesti berhati-hati"
BAB 14. Menjumpai Tokoh Sakti
Dibawah jalan setapak itu terdapat jurang yang sangat
dalam dan diselimuti kabut tebal, sedemikian tebalnya
kabut sehingga sukar untuk mengira berapa dalamjurang
tadi, yang terdengar hanya deruan angin yang
menggidikkan hati. Jalan setapak itu pastilah terbuat dari alam yang
dibenahi sana sini dengan tenaga manusia, namun
lebarnya cuma tiga depa. orang yang belum pernah
mengunjungi tempat semacam ini bisa dipastikan hatinya
bakal bergidik dibuatnya. Demikian pula yang dirasakan
oleh ketiga orang jagoan tersebut Tak urung timbul juga
perasaan ngeri dalam hatinya.
443 Han-gwat berjalan- lebih dulu di depan, Setelah
melalui belasan kaki jauhnya, tiba-tiba ia berhenti sambil
berpesan: "Bila nanti sampai terjadi pertarungan, maka
kalian mesti berhati-hati, jalan setapak ini begitu sempit
dan cuma mampu menampung satu orang saja... apakah
kalian sudah ada persiapan?"
Han si-kong berdua tidak menjawab, mereka sendiri
pun tak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
setelah mendaki bukit itu setinggi seratus kaki, tibatiba
selat sempit itu berbelok ke arah kanan. Pada saat
itulah terdengar seseorang menegur dengan suara yang
dingin dan tanpa perasaan: "siapa Berhenti"
Waktu itu mereka bertiga mendekati tikungan
tersebut, Han-gwat berjalan di paling muka, Han si-kong
berada di tengah sedangkan Lim Han-kim berjalan
dipaling belakang, sewaktu mendengar suara teguran
yang dingin itu, serentak mereka bertiga menghentikan
langkah-nya. Ketika mengalihkan perhatiannya ke depan, tampak di
tengah jalan setapak itu berdiri seorang manusia berbaju
serba hitam yang memegang pedang di tangannya.
orang itu berperawakan tinggi ceking, sepasang
jidatnya agak melesak ke depan, wajahnya dingin dan
kaku tapi amat serius. Buru-buru Han-gwat bungkukkan
444 badan memberi hormat sambil menyapa: "Paman, masih
ingat dengan aku Han-gwat?"
Lelaki berwajah dingin kaku itu tidak langsung
menanggapi pertanyaan gadis itu, Dengan sinar matanya
yang tajam bagaikan pisau belati dia awasi wajah Han sikong
dan Lim Han-kim berulang kali, kemudian baru
katanya dengan suara kaku: "setiap orang yang pernah
berjumpa denganku, selama hidup aku tak akan
melupakannya lagi." "Paman masih ingat dengan aku Han-gwat berarti kau
masih percaya dengan ku, bukan" Nah, kedua orang ini
adalah sahabat karib majikan tua kami yang khusus
datang berkunjung karena ada urusan penting, Aku
berharap paman bersedia memberi peluang dengan
membiarkan kami melewati tempat ini."
Lelaki setengah umur berwajah dingin itu benar-benar
berhati kaku tanpa perasaan, ternyata ia bersikap dingin
terhadap permintaan Han-gwat itu. Tolaknya mentahmentah:
"Tidak bisa" Melihat kekakuan orang itu, dengan kening berkerut
Han si-kong membatin di hati: " Kekakuan orang ini
betul- betul jarang dijumpai di kolong langit, bahkan
berbicara pun nampaknya segan."
Pada saat itu Han-gwat telah mengerutkan dahinya
siap meradang, tapi akhirnya ia berhasil mengendalikan
445 gejolak emosi-nya, Dengan suara yang tetap lembut ia
kembali meminta: "Kedua orang ini harus berjumpa
dengan majikanku secepatnya, Paman. Berilah
kesempatan mereka untuk lewat"
"Baik, kuberi dua jalan untuk kalian pilih. Pertama,
minta kedua orang rekanmu menunggu di bawah bukit,
agar majikan kalian menjumpai mereka di sana"
Mendongkol sekali perasaan Han si-kong mendengar
perkataan itu, tanpa terasa serunya: "Lalu apakah jalan
kedua itu?" "Jalan kedua lebih sederhana lagi. Ka-lian bertiga
boleh turun tangan bersama, Asal aku dapat dirobohkan,
kalian pun bisa menembusi pertahananku dengan
bebas." "Semua jago dan orang gagah di kolong langit boleh
dibilang rata-rata menghormati Thian-hok sangjin, tak
kusangka anak buahnya ternyata hanya seorang manusia
dungu yang tidak kenal perasaan. Kejadian semacam ini
betul-betul membuat aku merasa kecewa."
"Hmmmm" Lelaki ceking itu mendengus dingin. "Lianim-
lu tak pernah mengadakan hubungan dengan umat
persilatan, buat apa kau merasa kecewa" Boleh saja Jui
lotoa berhati lembek dengan melepaskan kalian naik
gunung, tapi jangan harap aku Li loji akan berbuat yang
sama dengan melepaskan kalian semua. Hmmmm Jika
446 tak puas, silahkan turun tangan untuk men-coba... aku
siap melayani" Ucapan yang setengah mengejek setengah menantang
ini kontan mengobarkan hawa marah Han si-kong yang
pada dasarnya memang berangasan. Dengan penuh
amarah ia segera membentak keras: "Turun tangan, ya
turun tangan, aku tak percaya Lian-im-lu adalah bukit
golok" "Tak percaya" silahkan saja mencoba" Han si-kong tak
dapat membendung hawa amarahnya lagi, bentaknya:
"Bocah perempuan, minggir kamu"
sekali lompat ia telah melewati Han-gwat dan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerjang maju ke muka. Bagaimanapun juga dia
sudah berpengalaman dalam menghadapi situasi
semacam ini, walaupun berada dalam pengaruh emosi
yang meluap namun ia masih dapat memperhatikan
situasi musuhnya. Tampak olehnya tempat di mana lelaki ceking itu
berdiri ternyata merupakan tempat yang terlebar dalam
selat itu, Letaknya persis ditikungan dan berada pada
posisi yang lebih tinggi, Tempat yang demikian strategis
itu jelas sangat menguntungkan orang itu, apalagi orang
itu membawa senjata tajam di tangannya.
Lim Han-kim memandang Han-gwat sekejap. dia
seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi niat tersebut
447 diurungkan kemudian sementara itu tampak Han si-kong
memutar badannya menempel di atas dinding bukit.
setelah memperhitungkan jalan mundur untuk
menghindari serangan musuh, ia baru meneruskan
langkahnya kedepan. Lelaki setengah umur bertubuh ceking itu tetap berdiri
tak berkutik pada posisinya semula, sepasang matanya
mengawasi gerak-gerik Han si-kong tanpa berkedip.
itulah kunci rahasia ilmu pedang tingkat tinggi,
menggunakan ketenangan untuk mengawasi gerakan
lawan. Melihat situasi sudah semakin kritis dan pertarungan
nampaknya tak bisa dihindari lagi, tiba-tiba Lim Han-kim
berteriak keras: "Locianpwee, tunggu sebentar"
Dari dalam sakunya ia mengambil ke luar pedang
pendek pemberian Hongpo Lan. setelah meloloskan dari
sarungnya, ia sodorkan pedang itu ke depan sambil
ujarnya: "Locianpwee, tanganmu masih diborgol, jelas
situasi semacam ini tidak menguntungkan bagimu,
ditambah lagi keadaan medan semakin tak
menguntungkan Apabila kau tidak menggunakan senjata
tajam, maka kerugian di pihakmu akan semakin
bertambah parah." Tampaknya Han si-kong sendiripun sudah mengetahui
bahwa lelaki setengah umur bertubuh ceking itu
merupakan seorang jago pedang yang sangat hebat, Dia
448 pun tahu bahwa pertarungannya kali ini membawa resiko
sangat besar, maka tawaran itu tidak ditampik, setelah
menerima senjata tersebut ia baru siap melancarkan
serangan. Di bawah sorot cahaya matahari yang siap terbenam,
tampak cahaya dingin yang menggidikkan hati menyebar
keluar dari tubuh pedang itu. Lelaki ceking itu
memandang sekejap pedang yang sudah terhunus lalu
memandang pula borgol di tangan Han si-kong.
Tiba-tiba wajahnya diliputi perasaan bimbang, Akan
tetapi Han si-kong tidak memberi kesempatan lagi
kepada orang itu untuk berpikir panjang, sambil memutar
senjatanya ia mendesak maju dua depa lebih ke depan.
Lelaki setengah umur bertubuh ceking itu segera
menggetarkan pedangnya menusuk ke bawah. selapis
cahaya dingin yang terpancar keluar dari balik senjatanya
langsung menerjang ke dada lawan.
Han si-kong menggetarkan pedangnya menyodok ke
atas, ia bacok datangnya ancaman senjata itu. Buru-buru
lelaki itu menarik kembali senjatanya, Tiba-tiba kakinya
melayang ke depan melepaskan satu tendangan kilat.
Dengan posisinya yang berada di tempat tinggi,
tendangan itu persis mengancam jalan darah Hian-ki-hiat
di dada Han si-kong. 449 Cepat Han si-kong miringkan badannya ke samping
untuk berkelit, pedang pendeknya langsung membabat
sejajar dada, Dengan gerakan sangat cepat lelaki ceking
itu menarik kembali tendangan kaki kanan-nya. Di antara
putaran pedangnya tercipta tiga kuntum bunga pedang
yang memancar diri menyergap tiga buah jalan darah
penting di tubuh bagian atas lawannya.
sesudah saling bergebrak beberapa jurus, Han si-kong
mulai sadar bahwa ia telah menjumpai musuh tangguh,
seperti apa yang diduganya semula, lelaki ceking itu
benar-benar seorang jagoan dalam ilmu pedang,
Andaikata pedang pendeknya tidak tajam menggidikkan
sehingga membuat lawan agak keder dan merasa ngeri,
mungkin saat ini ia sudah terdesak di bawah angin.
Pertarungan sengit yang berlangsung dalam selat
sesempit ini memaksa kedua belah pihak harus
mengembangkan pertempuran jarak dekat. Dalam waktu
singkat kedua belah pihak sama-sama mengeluarkan
jurus serangannya yang paling berbahaya untuk
merobohkan lawannya. Walaupun Han si-kong sudah menderita rugi karena
berdiri diposisi yang tidak menguntungkan ditambah lagi
sepasang tangannya masih diborgol, namun cahaya
tajam yang terpancar keluar dari pedang pendeknya
membuat lelaki ceking itu agak keder dan tak berani
menyambut serangannya dengan keras lawan keras.
450 Dengan keuntungan semacam inilah permainan
pedangnya jadi jauh lebih lincah dan hidup. Karena
dikembangkan dalam selat yang begitu sempit,
permainan pedangnya justru merebut posisi yang jauh
lebih menguntungkan- Dengan posisi yang hampir seimbang ini, pertempuran
yang sedang berlangsung punjadi berjalan lebih
berimbang. Han-gwat yang ada di sisi arena mengikuti
jalannya pertarungan itu dengan sepasang mata melotot
besar. Hatinya makin gelisah lagi setelah melihat bahwa
pertarungan antara kedua orang itu makin lama makin
berbahaya dan sengit hingga akhirnya berkembang jadi
pertempuran antara mati dan hidup.
Diam-diam ia mulai berpikir: "Bila pertarungan
semacam ini dibiarkan berlangsung terus, pada akhirnya
salah satu pihak pasti ada yang tewas atau terluka,
padahal pihak manapun yang jadi korban, jelas kejadian
semacam ini tidak menguntungkan bagi pihakku, aku
harus segera bertindak."
Berpikir sampai di situ, ia segera membentak keras:
"Tahan" Mendengar bentakan itu pikiran Han Si-kong segera
bercabang, permainan pedangnya pun ikut mengendor,
Menggunakan peluang yang sangat baik inilah lelaki
ceking itu menggetarkan pedangnya menerobos ke
depan- Tampak cahaya tajam berkilauan, tahu-tahu ia
451 sudah membabat putus segumpal rambut di kepala Han
Si-kong. Berhasil dengan serangannya lelaki ceking itu mundur
selangkah sambil menegur: "Ada apa?"
sebaliknya Han si-kong yang merasa rambutnya
terbabat lawan merasa sangat tak puas, sambil
membentak gusar pedangnya disodok ke depan dengan
jurus "Menembusi Awan Memanah Rembulan-"
Lelaki bertubuh ceking itu tidak menyangka kalau
musuhnya bakal melancarkan serangan dalam situasi
begini, melihat datangnya tusukan itu amat cepat
tergopoh-gopoh dia berkelit ke samping.
Bagaimanapun cepatnya reaksi orang itu, tak urung
tusukan tersebut sempat juga merobekkan celana yang
dikenakan, Dengan penuh rasa mendongkol lelaki itu
berteriak "Hmmm, membokong ketika orang tak siap.
perbuatan lelaki macam apakah itu" Huuuh, sungguh
memalukan" Dengan perasaan amat penasaran pedangnya kembali
digetarkan melancarkan bacokan, Menggunakan jurus
"Menyambut Awan Mempersembahkan Matahari"
pedangnya diputar membendung datangnya ancaman,
sahutnya sinis: "Hmmm, setali tiga uang, kita samasama..."
452 Badannya miring ke samping, pedangnya diputar
membabat ke muka, Kedua orang itu segera terlibat lagi
dalam pertarungan yang lebih sengit Di bawah sorot
cahaya matahari sore, tampak cahaya yang memantul
dari pedang mereka membiaskan sinar yang amat
menyilaukan mata. Tak terlukiskan rasa gelisah Han-gwat melihat
peristiwa ini, kepada Lim Han-kim ia bertanya:
"Bagaimana sekarang?"
"selat ini amat sempit, sedang mereka berdua pun
sedang terlibat dalam pertarungan mati hidup,
Tampaknya siapa pun tak ada yang mampu memisahkan
mereka berdua." "Apakah kita akan membiarkan mereka berdua
bertarung mati-matian?"
Lim Han-kim tidak menjawab, dia hanya mengawasi
jalannya pertarungan itu dengan lebih seksama.
"Ayolah, coba carikan akal," desak Han-gwat lagi.
Menyaksikan jurus serangan yang digunakan kedua
orang itu untuk saling menyerang makin lama semakin
ganas dan membahayakan Lim Han-kim mulai berkerut
kening, gumamnya kemudian sambil menghela napas:
"Aaaai... jika pertarungan semacam ini dibiarkan
berlangsung terus, tak sampai lima puluh gebrakan
453 kemudian pasti ada seorang di antara mereka yang akan
terluka." "Traaaang..." Mendadak terdengar suara bentrokan senjata yang
amat nyaring berkumandang memecahkan keheningan,
begitu sepasang senjata itu saling beradu, Pedang di
tangan lelaki ceking itu terpapas seketika hingga putus
enam tujuh inci panjangnya,
"Ha ha ha ha...." Kedengaran Han si-kong tertawa
tergelak, "Mau minggir tidak kamu sekarang?"
Lelaki ceking berbaju hitam itu mendengus dingin,
Mendadak ia mundur sejauh dua langkah, pedangnya
diputar kencang menciptakan bayangan pedang yang
menyelimuti seluruh angkasa, Pedang miliknya itu
panjangnya hanya tiga depa. setelah terpapas kutung
sepanjang enam-tujuh inci oleh sabetan pedang Han sikong,
kini panjangnya tinggal dua depa tiga- empat inci.
Setelah mundur dua langkah maka posisinya di selat
sempit tersebut jadi semakin longgar, permainan
pedangnya pun otomatis jauh lebih leluasa lagi sehingga
tak heran serangan-serangannya tampak lebih ganas dan
hebat. Dalam waktu singkat Han si-kong keteter hebat dan
terjerumus ke dalam posisi yang sangat berbahaya.
454 wataknya yang keras kepala dan pengalamannya yang
cukup banyak dalam menghadapi pertarungan sengit
membuat kakek ini tak sudi mundur barang selangkah
pun. Apalagi dalam pertarungannya semula ia berhasil
merebut bidang tanah yang lebih luas dibandingkan
sebelumnya, Meski harus menempel di dinding bukit, Han
si-kong tetap memberikan perlawanan dengan gigih.
Melihat dua orang itu sudah bermandi peluh yang
membuktikan bahwa pertempuran ini benar-benar amat
berat dan sengit, Han-gwat jadi gelisah bukan kepalang,
ia kembali menjerit "Ehhh... kalian jangan bertarung lagi"
Dengan tangan kosong ia menerjang ke muka siap terjun
ke tengah arena pertempuran
"Berhenti" hardik Lim Han-kim dengan kening
berkerut, Tangannya cepat bergerak mencengkeram
bahu gadis itu, tegurnya kemudian- "Kau ingin cari
mampus?" Ketika menjumpai dua orang itu masih tetap saling
menyerang dan seolah-olah tidak mendengar
teriakannya, Han-gwat benar-benar gelisah setengah
mati, sifat kegadisannya pun muncul dalam situasi begini
Dengan air mata bercucuran ia berubah meronta
melepaskan diri dari cengkeraman, teriaknya kemudian- "
Cepat lepaskan aku Kalau pertarungan itu dibiarkan
455 berlangsung terus, salah satu di antara mereka pasti
akan tewas atau paling tidak akan terluka parah...."
"sebelum pertarungan berlangsung tadi, mengapa kau
tidak mencoba untuk menghalangi"
"Tapi... mereka toh tak akan menuruti perkataanku?"
"Sekarang mereka sudah terbakar oleh emosi dan
hawa amarah, Demi menjaga reputasi dan gengsi pribadi
terpaksa mereka harus bertarung mati-matian, coba
bayangkan, dalam keadaan begini mungkinkah mereka
bersedia menuruti nasehatmu?"
Han-gwat jadi tertegun dibuatnya, "Kalau begitu biar
mereka membunuhku lebih-dulu..." katanya kemudian
dengan emosi. "Toh perbuatan semacam itu tak akan memperbaiki
keadaan-" Lim Han-kim ber-kata, setelah berhenti
sejenak. kembali ia melanjutkan- "sekarang berdirilah
agak jauh ke sana siap menolong orang, aku akan coba
terjun ke arena untuk memisahkan mereka,"
Di bawah cahaya matahari tampak cahaya pedang
beterbangan kian kemari, sosok bayangan kedua orang
itu sudah tenggelam sama sekali di balik kabut hawa
gedang yang menggidikkan jelas pertempuran itu akan
berlangsung lebih seru dan berbahaya lagi.
456 Tanpa terasa Han-gwat merasakan hatinya amat
bergidik, tanyaya dengan cepat: "Siapa yang akan kau
tolong?" "Entahlah." sahut Lim Han-kim sambil tertawa hambar.
"Mungkin Han locianpwee, mungkin juga lelaki berbaju
hitam itu, mungkin juga aku sendiri..." Dengan langkah


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perlahan ia melewati gadis itu dan maju ke tepi arena.
"Lim siang kong, kau mesti berhati-hati," pesan Hangwat
dengan perasaan cemas. Lim Han-kim berpaling
sambil tersenyum, wajahnya nampak lebih tampan dan
gagah. "Coba kau mundur lagi sejauh satu tombak. jarak
yang kelewat dekat akan membuat kau gelagapan nanti,"
pesannya. sikapnya yang gagah dan wajahnya yang tampan
cukup membuat hati wanita tergetar dibuatnya, Hangwat
tampak agak termangu tapi ia menurut juga dan
segera mundur dari posisi semula.
Lim Han- kim berjalan makin mendekati arena
pertarungan Pada jarak empat depa itulah tiba-tiba ia
genjot badannya melejit ke udara. Tampak bayangan
manusia berkelebat lewat, bagaikan burung walet yang
terbang menembusi angkasa, ia langsung menerjang
masuk ke tengah gulungan cahaya gedang yang
457 menyelimuti Han si-kong serta lelaki ceking berbaju
hitam itu. Han-gwat segera menghentikan langkahnya sambil
mencurahkan seluruh perhatiannya ke tengah arena,
Tampak tubuh Lim Han- kim dengan kecepatan luar
biasa telah menyerobot masuk ke tengah lapisan cahaya
pedang itu. "Traaaanggg,., Traaaanggg..."
Di tengah suara bentrokan senjata yang berlangsung
berulang kali, cahaya pedang yang semula menyelimuti
seluruh arena itu tiba-tiba lenyap tak berbekas.
Tampak lelaki ceking berbaju hitam itu mendengus
tertahan, pedang yang berada di genggamannya tahutahu
terlepas ke tanah, sebaliknya pedang yang berada
di tangan Han si-kong meski tidak sampai terlepas dari
Pahlawan Dan Kaisar 7 Pendekar Panji Sakti Karya Khu Lung Dendam Empu Bharada 12
^