Pencarian

Pedang Keadilan 9

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 9


Tampak Ciu Huang sedang duduk bersila bersandar
pada sebatang pohon cemara besar, di sisinya terletak
sebilah pedang pendek. Dalam sekilas pandang saja Lim
Han-kim dapat mengenali pedang pendek dengan sarung
kulit ikan hiu dan gagang berwarna kuning emas itu
adalah pedang Jin-siang-kiam yang dihadiahkan ketua
muda perkampungan Lak-seng-tong, Hongpo Lan
kepadanya. Di samping pedang pendek itu teronggok pakaian
miliknya. Waktu itu Ciu Huang telah melepas kain
pembalut yang membungkus kepalanya, kini yang
tampak hanyalah bekas-bekas luka yang memenuhi
wajah dan kepalanya, Dari bekas-bekas luka yang tersisa
729 pemuda tersebut dapat membayangkan betapa parahnya
luka yang diderita orang ini dulu.
Dengan cepat Lim Han-kim mengenakan pakaiannya,
kemudian berkata: "Terima kasih banyak atas budi
pertolonganmu Lo-cianpwee,"
ciu Huang mengambil pedang Jin-siang -kiam yang
tergeletak di sisinya itu, lalu tanyanya: "Apakah ibumu
yang menyerahkan pedang ini kepadamu?"
"Oooh bukan, seorang sahabat yang menghadiahkan
kepadaku," ciu Huang segera meloloskan pedang itu dari
sarungnya, cahaya berkilauan segera memancar di
tengah kegelapan malam, sesudah mengamati beberapa
saat, ia berkata: "Pedang ini terbuat dari campuran baja
dengan emas, meskipun tak bisa dibandingkan dengan
ketajaman pedang jian-kun atau Mo-sia-kiam, tapi
terhitung juga sebilah pedang mustika yang sangat
langka, Boleh tahu siapa yang menghadiahkan
kepadamu?" "Ketua muda perkampungan Lak-seng-tong, Hongpo
Lan namanya." "Hongpo Lan-.. Hongpo Lan-..?" gumam ciu Huang,
"Bagaimana bentuk rupa orang ini" Berapa usianya?"
730 "Wajahnya tampan tapi dingin dan selalu serius,
usianya lebih tua sedikit ketimbang umurku, lebih kurang
dua puluh tiga- empat tahunan, kenapa" Locianpwee
merasa kenal dengannya?"
"Dengan usiaku setua ini tentu saja temanku
sepantaran dengan usiaku juga, lebih kurang enam
puluhan tahun, Memang aku kenal dengan beberapa
orang sobat muda tapi tak banyak jumlahnya, Bentuk
pedang ini nampaknya meski antik namun sarungnya
jelas buatan baru. Bila dugaanku tak salah, pedang ini
belum lama di-tempa, paling banter usianya baru tiga
puluh tahunan...." Setelah berhenti sejenak. kembali kata-nya: "Tapi
bentuk pedang ini luar biasa pendeknya, apabila si
penempa pedang bukan seorang ahli pedang, mustahil ia
dapat menempa pedang sependek ini."
"Dugaan Locianpwee tepat sekali, ilmu silat yang
dimiliki Hongpo Lan memang tidak berada di bawah
kemampuanku" "Tapi pedang tersebut jelas bukan hasil
tempaannya...." sesudah berhenti sejenak. terusnya: "Apakah pemilik
tua perkampungan Lak-seng-tong masih hidup di dunia?"
731 "Aku belum sempat menyambanginya, tapi dari
pembicaraan anggota perkampungan Lak-seng-tong bisa
diketahui bahwa dia masih hidup segar bugar di dunia
ini." "Kau tahu siapa namanya?"
"Waaah... kalau soal ini aku kurang begitu tahu,"
sahut Lim Han-kim sambil menggelengkan kepalanya
berulang kali. Ciu Huang termenung berpikir berapa saat, mendadak
ia melompat bangun sambil bergumam: "Aaaaah, pasti
dia Pasti dia" "siapa?" tanya Lim Han-kim tak habis mengerti.
"Pedang sakti dari Lam-Kiang, Hongpo Tiang- hong...."
sekilas rasa gembira menghiasi wajahnya, terusnya:
"Jika dia masih segar bugar di dunia, maka aku...." Tibatiba
ia menghentikan kata-katanya dan tidak dilanjutkan
lagi. Lim Han-kim memang paling tak suka bicara, maka dia
pun tidak bertanya lebih lanjut, Pelan-pelan ciu Huang
berkata lebih jauh: "Sesungguhnya aku sedang merasa
serba salah, haruskah kuwariskan ilmu pedang naga sakti
kepadamu atau tidak. Tapi apabila si pedang sakti dari
Lam-kiang masih hidup di dunia ini, aku berkeputusan
akan tetap mewariskan ilmu tersebut kepadamu"
732 "Apa hubungan antara niat Locianpwee mewariskan
ilmu pedang naga sakti kepadaku dengan si pedang sakti
dari Lam-kiang?" tanya Lim Han-kim tidak habis
mengerti. "sangat besar hubungannya. jika si pedang sakti dari
Lam-kiang sudah meninggal dunia, terpaksa aku pun
akan membawa ilmu pedang naga sakti kepadamu juga
tak ada gunanya, Aaaai.,. Meski aku menguasai ilmu
pedang tersebut namun sepanjang hidupku belum
pernah kupakai untuk menghadapi musuh...."
Lim Han-kim semakin tak mengerti, tanyanya:
"Locianpwee, apa maksudmu" Maafkan kebodohanku,
aku benar-benar tidak mengerti apa yang Locianpwee
maksudkan" Hakim sakti Ciu Huang mengelus jenggotnya yang
putih, lalu ujarnya: "Dulu aku dan pedang sakti dari Lamkiang,
Hongpo Tiang- hong adalah sahabat karib, Kami
ternama bersama, Waktu itu kami sama-sama masih
muda, membenci kejahatan dan bertekad memberantas
ketidakadilan dalam dunia persilatan Belum pernah satu
pun jago lihai dari kalangan hitam yang berjumpa
dengan kami berhasil lolos dari ujung pedang kami
sehingga walaupun para jago dari rimba hijau
mendendam kepada kami, namun mereka tak bisa
berbuat apa-apa. 733 Akibatnya nama besar kami makin lama semakin
tenar, tapi dendam dan permusuhan yang kami buat pun
kian lama kian bertambah banyak. Akhirnya kami kena
dihasut orang sehingga saling bertarung sendiri dengan
sengitnya..." Tampaknya pendekar besar yang ternama ini menaruh
perasaan menyesal yang amat sangat atas kejadian
lama. Berbicara sampai di situ, tiba-tiba saja dia
menghela napas sedih, ditatapnya angkasa dengan
termangu, sampai lama kemudian ia baru melanjutkan
dengan hambar: "Dalam pertarungan itu kami saling bertarung
sebanyak lima ratusan jurus, bertempur sampai samasama
kehabisan tenaga, tapi keadaan tetap berimbang,
menang kalah susah ditentukan-..."
Membayangkan bagaimana sepasang sahabat saling
bertarung begitu sengit, tanpa terasa Lim Han-kim turut
merasa pedih, katanya: "Nama besar menyusahkan
orang, seandainya Locianpwee berdua bukan ternama
bersama, sekalipun diadu domba orang lain pun belum
tentu akan saling bentrok sendiri"
"Memperebutkan nama sebetulnya cuma alasan, yang
benar pertarungan itu dikarenakan sebab-sebab lain-"
"Lalu apa penyebabnya?" tanya Lim Han-kim
keherananTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
734 "Sudah belasan tahun lamanya persoalan ini
mengganjal dalam dadaku, belum pernah kuceritakan
kepada orang lain, selain Hongpo Tiang- hong dan aku,
hanya seorang saja yang tahu masalah ini."
"Siapa dia?" " orang itu adalah nyonya Hongpo"
"Aaaah Nyonya Hongpo...?"
"Benar, nyonya Hongpo, Aaaaai.,. separuh masa hidup
aku hidup malang melintang dalam dunia persilatan
tanpa tandingan siapa umat persilatan yang tidak
mengagumi nama besarku, Tapi siapa pula yang bisa
membayangkan betapa sepinya kehidupanku ini
dilewatkan- Setiap hari aku sibuk mencampuri urusan
orang lain, sebetulnya aku hanya ingin menggunakan
alasan tersebut untuk membunuh waktu, Aku
menyerempet bahaya tak lain untuk melenyapkan
kemasgulan dan kehampaan perasaanku."
"Aaaah... rupanya dia mengalami penderitaan sedalam
itu." Diam-diam Lim Han-kim berpikir "Aaaai... orang lain
mengagumi nama besarnya, menganggapnya sebagai
tonggak dunia persilatan, tapi siapa yang bisa
membayangkan kesedihan, kesepian dan kemurungan
hatinya" Ya a a.... ia memang seorang tua yang
kesepian-..." 735 Sementara itu ciu Huang telah berkata lagi sesudah
menghela napas panjang: "Setelah lolos dari kematian
kali ini, aku mulai banyak menyadari akan kesilafanku di
masa lalu, pandanganku terhadap nama serta kedudukan
juga jauh lebih hambar, Aku mulai rindu terhadap
sahabat-sahabat lama, apalagi usiaku kini makin lanjut.
sekalipun tidak mati terbunuh oleh musuh besar, aku tak
akan lolos dari takdir, Bila kubiarkan ilmu pedang naga
sakti ikut terkubur bersama hayatku, sehingga ilmu sakti
itu punah, aku pun merasa terlalu sayang. Tapi ilmu
pedang naga sakti merupakan ilmu pedang tingkat atas.
Biar pun aku memahami dasar jurus pedangnya serta
cara untuk melatihnya, namun tidak memahami rahasia
untuk menghadapi musuh sehingga biar pun ilmu itu
sudah kuwariskan kepadamu, titik kelemahan masih
terdapat di mana-mana, jadi tak mungkin bisa digunakan
untuk menghadapi lawan-"
"Kalau memang begitu, buat apa aku
mempelajarinya?" "Nak. kau jangan terburu napsu, aku belum selesai
bicara, ilmu pedang naga sakti merupakan sebuah ilmu
sakti peninggaLan seorang pendekar pedang kenamaan
yang disalin dalam sejilid kitab pusaka. Kitab itu terbagi
menjadi dua bagian, Bila kedua bagian itu tergabung jadi
satu, maka ilmu pedang tersebut baru bisa dilatih secara
lengkap. 736 Waktu itu aku dan pedang sakti dari Lam-kiang,
Hongpo Tiang- hong masing-masing membawa satu
bagian, Bagian atas mengajarkan cara berlatih sedang
bagian bawah merupakan Ko-koat (teori)-nya. Akibatnya
aku hanya memiliki bagian atas sedang Hongpo Tianghong
memiliki bagian bawahnya. Berhubung ilmu pedang
itu kelewat mendalam, maka walaupun aku sudah
mendapatkan cara berlatihnya, toh tak berhasil
memakainya untuk melawan musuh."
"ooooh..., begitukah ceritanya?" Lim Han-kim merasa
sangat keheranan- "Gara-gara masalah ini, aku telah membuang banyak
pikiran dan tenaga. Namun setiap kali menggunakan
jurus pedang itu, aku selalu merasa titik kelemahannya
terlalu banyak. selama belasan tahun terakhir belum
pernah kugunakan jurus pedang itu untuk melawan
musuh, Aku pikir pasti di bagian bawah kitab itulah
semua perubahan dalam menghadapi musuh tercatat
rapi. Berhubung kitab bagian atas memuat jurus-jurus
pedangnya, aku percaya keadaan yang dihadapi Hongpo
Tiang-hong tak jauh berbeda dengan keadaanku, ia pasti
tak berhasil menggunakan ilmu pedang naga sakti
tersebut" "Apakah Locianpwee masih tetap membenci Hongpo
Tiang-hong?" 737 "Setelah berlangsungnya pertempuran sengit itu, kami
sama-sama merasa menyesal, Meskipun dalam suatu
perjamuan sederhana kami telah saling memaafkan,
namun selama belasan tahun terakhir kami belum pernah
saling bertemu lagi."
"Kenapa begitu?"
"Selama masa ini meski dia pernah melacak jejakku ke
mana-mana, tapi aku selalu berusaha menghindarinya.
Mungkin dia lalu tahu kalau aku sudah bertekad tak akan
menjumpainya lagi, maka dia pun tidak memaksakan diri
untuk melacak jejakku lagi. Waktu berlalu begitu cepat,
kini kita sama-sama sudah lanjut usia. bila mengenang
kembali masa lampau, hatiku benar-benar merasa amat
pedih." "Kalau memang Locianpwee sudah menyesal kenapa
tidak bertemu saja dengan Hongpo Tiang- hong?"
"Aaaaai... aku mempunyai kesulitan yang susah
diutarakan keluar, sudah belasan tahun lamanya
penderitaan itu terpendam di hatiku, malam ini aku harus
mengutarakannya keluar, Walaupun pertarungan kami
waktu itu disebabkan adu domba orang lain, tapi alasan
yang sesungguhnya adalah kami sama-sama mencintai
seorang gadis yang sama. Gadis itu pun menaruh kasih
yang sama terhadap kami berdua, oleh sebab ia susah
memilih satu di antara kami berdua, Akhirnya dia pun
bertahan terus tanpa kawin, Dalam hati kecil kami samaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
738 sama mengerti, kecuali satu di antara kami berdua mati,
tak mungkin gadis itu akan kawin- sebab itulah setelah


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertempuran waktu itu secara diam-diam aku pergi
menjauhkan diri Menanti sampai mereka sudah menjadi
suami istri selama tiga tahun, baru aku muncul lagi
dalam dunia persilatan"
Lim Han-kim menghela napas panjang, pujinya:
"Locianpwee, kau benar-benar berjiwa besar, sungguh
mengagumkan sungguh mengagumkan"
"Tapi nak. aku harus membayar dengan harga yang
mahal, Selama belasan tahun ini aku harus hidup dalam
kesepian dan kerinduan"
Kata-kata tersebut diungkap dengan perasaan yang
amat mengenaskan, ingin sekali Lim Han-kim
mengucapkan beberapa kata menghibur, tapi ia tak tahu
harus mulai dari mana, terpaksa dia pun membungkam
diri Tiba-tiba Ciu Huang bangkit berdiri, gumamnya:
"Aaaaai,., sudah tua, benar-benar sudah tua, masa
lampau ibarat asap. buat apa dipikirkan lagi...."
Dia alihkan sorot matanya ke wajah Lim Han-kim,
kemudian serunya: " Kemarilah nak, segera kuwariskan
ilmu pedang naga sakti kepadamu."
739 Lim Han-kim menurut dan berjalan menghampirinya,
Dengan wajah serius Ciu Huang berkata: " Ilmu pedang
naga sakti merupakan ilmu sakti tingkat atas. Kalau
bukan orang cerdik, mustahil dapat mempelajarinya.
Malam ini kuwariskan ilmu tersebut kepadamu, Kesatu
sebagai rasa terima kasihku karena kau jauh-jauh datang
mengantar obat untukku, kedua untuk memenuhi
keinginan ibumu dan ketiga aku tak tega membiarkan
ilmu langka ini turut terkubur bersama hayatku. Masalah
kau bisa mempelajarinya atau tidak tergantung pada
kemampuanmu Mungkin kau bisa mengandalkan ilmu
tersebut untuk menjagoi dunia persilatan serta
mengungkap rahasia asal usulmu. Mungkin juga kau
alami nasib seperti aku, hanya mempelajari ilmu kosong
yang tak bisa dipakai untuk menghadapi musuh."
"ilmu silat Locianpweejauh lebih hebat dari
kemampuanku, sudah belasan tahun diselidiki pun tak
berhasil memecahkan rahasia ilmu tersebut, apalagi aku
yang bodoh ini, Mungkin aku bakal menyia-nyiakan
harapan mu." "Nanti kuberikan sebuah benda kepadamu Bawalah
benda itu menghadap Hongpo Tiang- hong, ia pasti akan
mewariskan ilmu yang tertera dalam kitab bagian kedua
itu kepadamu." "Aku pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga."
740 Membayangkan kembali ucapan ciu Huang tadi, bila
menguasai ilmu tersebut ia bisa menjagoi dunia
persilatan serta menyingkap rahasia asal usulnya, lamatlamat
Lim Han-kim mulai merasa bahwa asal usul dirinya
menyangkut sebuah rahasia besar dari dunia persilatan ia
mesti memiliki ilmu silat yang maha tinggi untuk memikul
beban berat tersebut. oleh sebab itulah anak muda ini
tidak menampik lagi niat Ciu Huang untuk mewariskan
ilmu tersebut kepadanya. Terdengar ciu Huang berkata lagi sambil menghela
napas panjang: "Menurut pengamatanku selama
beberapa tahun ini keadaan Hongpo Tiang- hong tentu
seperti diriku, menaruh rasa rindu dan menyesal
terhadap persahabatan yang pernah kami bina dulu,
maka bila ia melihat benda pemberianku itu sudah pasti
tak akan menampik keinginanmu...."
Ia mendongakkan kepalanya sambil menghela napas
berat, lanjutnya: "Tapi hal itu cuma pengamatanku saja.
Hati manusia sukar diduga, Mungkin saja saat ini dia
sudah melupakan sama sekali sobat lamanya ini, lupa
dengan persahabatan yang pernah kami bina dulu,
Dalam hal ini aku tak bisa apa-apa, jadi ia mau
mewariskan ilmu tersebut kepadamu atau tidak. aku tak
berani jamin-" "Terlepas Hongpo Tiang- hong mau mewariskan teori
ilmu pedang naga sakti itu kepadaku atau tidak. aku
741 tetap menaruh perasaan terima kasih yang mendalam
atas kebaikan Locianpwee ini."
Hakim sakti Ciu Huang tertawa dingin, serunya cepat
sambil menggeleng: "selamanya aku bertindak bukan
untuk mencari rasa terima kasih orang terhadapku, aku
bertindak asal perasaanku berkata begitu."
Lim Han-kim mengerti orang ini dianggap seorang
pendekar besar masa kini, dengan sendirinya apa yang
diperbuat jauh berbeda dengan orang biasa, karena itu
dia pun tak banyak bicara lagi,
Diam-diam Hakim sakti Ciu Huang menghimpun
tenaga murninya, lalu sambil memungut pedang Ji-siangkiam
dari atas tanah, ujarnya serius: "Perhatikan baikbaik,
nak" Cepat-cepat Lim Han-kim menghimpun seluruh
perhatiannya untuk memperhatikan gerakan kakek itu.
Terdengar ciu Huang berkata: " Kunci dari ilmu
pedang tingkat atas terletak pada hati mengendalikan
perasaan, perasaan mengendalikan pikiran dan pikiran
mengendalikan gerak pedang...."
Ketika Lim Han-kim mencoba memperhatikan dengan
seksama, ia jumpai orang tua itu telah pejamkan
matanya, sikap serta mimik mukanya begitu serius dan
keren membuat orang segan untuk menyerang-nya,
742 cukup dilihat dari gayanya tersebut sudah bikin hati
orang merasa kagum. sambil melintangkan pedangnya di depan dada ciu
Huang berdiri dengan wajah serius, mendadak sambil
melotot besar bentaknya: "Jurus pertama dari ilmu
pedang naga sakti, naga perkasa membumbung ke
langit" Tangan kirinya diayun membentuk satu gerakan aneh,
sementara pedang pendek di tangan kanannya menuding
ke langit, tubuhnya tiba-tiba membumbung ke angkasa
setinggi satu tombak. kemudian secara mendadak
pedangnya menyodok ke bawah diiringi badannya
meluncur pula ke atas tanah.
sejak kecil Lim Han-kim sudah mendapat petunjuk
guru kenamaan, dasar ilmu pedangnya boleh dibilang
cukup matang, Dalam pandangan orang lain mungkin
gerak mengangkat pedang ke atas lalu menyodok ke
bawah itu sangat umum dan tiada sesuatu yang aneh,
tapi Lim Han-kim yang memperhatikan pedang pendek di
tangan orang tua itu justru menemukan kenyataan dalam
waktu sesingkat itu bahwa ujung pedang sudah bergeser
ke beberapa tempat secara beruntun, bahkan tempat
yang diserang merupakan tempat-tempat yang susah
dijaga. sementara dia masih termenung, ciu Huang telah
menarik kembali pedang pendeknya sambil berkata:
743 "Untuk menggunakan jurus ini, orang harus memiliki ilmu
meringankan tubuh yang amat sempurna, dengan begitu
kombinasi kerja samanya baru lebih mantap. Nak,
yakinkah kau dapat mempergunakannya?"
"Walaupun aku merasa belum mampu menandingi
ketenangan serta kemantapan Locianpwee, namun aku
yakin masih dapat mempergunakannya."
"Bagus sekali, semestinya jurus ini memiliki perubahan
yang banyak sekali, namun aku tak berhasil
memecahkannya, seperti misalnya pedang itu tak pernah
meninggalkan posisinya di depan tubuh, tapi dari mana
pun musuh menyerang semua ancaman dapat
dipunahkan secara gampang. Hal ini membuktikan kalau
jurus pedang ini benar-benar amat lihay, sayang aku tak
berhasil meraba perubahan gerakannya meski samarsamar
dapat kurasakan bahwa jurus itu mengandung
perubahan yang tak terhingga."
"Yaaa, aku sendiri merasa gerakan tubuh Locianpwee
menyusul gerak pedang tersebut susah diikuti dengan
mata telanjang." "Ha ha ha ha...." Ciu Huang tertawa tergelak "Bagus,
bagus sekali Rupanya kau sudah dapat menilai
berharganya ilmu pedang ini, Cukup ditinjau dari
beberapa patah katamu barusan, aku sudah mengerti
bahwa aku tidak salah memiliki ahli waris...."
744 setelah berhenti sejenak. ia kembali melanjutkan
dengan serius: "Nak. perhatikan lagi baik-baik, jurus
kedua Naga Air Menyebrangi samudra"
Lim Han-kim memperhatikan dengan seksama, ia
saksikan ujung pedangnya bergerak membuka jalan
diikuti gerak tubuh di belakangnya, putar kiri belok kanan
setelah berputar satu lingkaran akhirnya balik kembali ke
posisinya semula. "Nak, dapatkah kau jumpai di mana letak kehebatan
dari jurus serangan ini?" tanya Ciu Huang kemudian
sambil menarik kembali pedangnya.
Lim Han-kim termenung berpikir sebentar kemudian
sahutnya: "Aku bodoh, sayang tak bisa mengintip rahasia
dari jurus tersebut, tapi rasa-rasanya kunci dari jurus ini
terletak pada gerak langkahnya, betul begitu?"
"Tepat sekali," Ciu Huang manggut-manggut penuh
rasa kagum. "Dasar perubahan jurus kedua ini memang
terletak pada pergeseran posisi kaki kita, Di luar langkah
itu mengikuti posisi Pat-kwa, padahal di balik Pat-kwa
juga mengandung unsur ngo-kiong. sayang aku tidak
mengetahui perubahan gerak pedangnya, sehingga
meski sudah belasan tahun aku peras otak. namun tak
pernah berhasil menggunakannya untuk menghadapi
musuh." 745 "Samudra luas tak ada batasnya, naga air tentu saja
dapat bergerak tanpa hadangan, menurut arti nama
jurus tersebut tampaknya apa yang Locianpwee duga
memang sudah tepat sekali."
"Gerak perputaran yang barusan kupraktekkan ini
tampaknya saja sangat sederhana, padahal posisi kaki
susah sekali dilatih, Asal kau dapat menghapalkan gerak
langkahnya pada malam ini, kuanggap kau sebagai orang
yang sangat cerdas."
"Aku pasti akan mempelajarinya dengan sepenuh
tenaga." "Coba kau ikuti di belakangku, perhatikan setiap posisi
langkahku dan tirukan, Asal mau diperhatikan aku
percaya kau bisa menguasainya dalam waktu cepat." Lim
Han-kim mengiakan dan segera mengikuti di belakang
ciu Huang mempelajari gerak langkah jurus serangan
tersebut Apa yang diucapkan ciu Huang tadi ternyata
terbukti Gerak langkah yang tampaknya tak sulit untuk
dipelajari itu ternyata tak mudah dikuasai, sudah hampir
satu jam lamanya Lim Han-kim coba mempraktekkan
namun belum juga berhasil seperti apa yang diharapkan.
Tapi bagi pandangan ciu Huang, kemampuan yang
berhasil dicapai Lim Han-kim sekarang sudah melebihi
dari cukup, ia malah memuji tiada hentinya, Dulu ketika
baru pertama kali ia memperoleh kitab bagian atas ilmu
pedang naga sakti tersebut, dia harus menghabiskan
746 waktu selama tiga bulan untuk mempelajari jurus "Naga
Air Menyebrangi samudra" ini, itu pun sampai lupa
makan dan lupa tidur, siang malam terus berlatih tak
henti-hentinya. Lim Han-kim hanya membutuhkan waktu selama satu
dua jam untuk menguasai garis besar gerakan jurus itu,
tentu saja orang tua tersebut sangat memuji
kemampuannya. Pada awal latihan, Lim Han-kim merasa setiap langkah
dan gerakannya amat kaku dan tidak terbiasa, ia merasa
setiap gerak putaran badannya seolah-olah saling
bertentangan dengan pengerahan tenaga, tapi lambat
laun setelah sedikit menguasai, kegembiraannya kian
meningkat ia pelajari berulang-ulang tiada hentinya,
sedetik pun enggan berhenti. Dengan ciu Huang yang
selalu memberi petunjuk dari samping, kemajuan yang
dicapai anak muda itu pun semakin meningkat.
Tanpa terasa fajar pun mulai menyingsing. sang surya
mulai muncul dari kaki bukit, memancarkan cahayanya
yang ke- emas- emasan. Ciu Huang mendongakkan
kepalanya menarik napas panjang, ujarnya: "Nak, latihan
kita hari ini berhenti sampai di sini dulu, Tiga hari
kemudian kita bersua lagi di lembah ini."
Kemudian sambil menuding sebuah bukit kecil yang
berada di arah tenggara, katanya lebih jauh: "setelah
747 melewati bukit tersebut kau akan tiba di lereng bukit,
dari situ kau bisa melihat letak Kuil Awan HHijau."
" Kenapa" Locianpwee tidak bermaksud pulang ke
kuil?" "Tidak, aku tidak balik ke situ...," selesai bicara ia balik
tubuhnya dan berjalan menuju ke arah Barat, sekejap
kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan, Memandang hingga bayangan punggung ciu
Huang lenyap dari pandangan Lim Han-kim baru
meneruskan perjalanannya sesuai dengan petunjuk.
Benar juga, setelah melewati bukit kecil dan menuruni
lerengnya, ia dapat menyaksikan bangunan Kuil Awan
HHijau. Terburu-buru Lim Han-kim menuruni lereng
menuiu ke dalam kuil, Waktu itu para tosu dalam kuil
telah bangun dan membersihkan halaman Ketika melihat
Lim Han-kim muncul di pintu gerbang, serentak mereka
memberi hormat, tapi tak seorang pun yang ber-tegur
sapa. Tergopoh-gopoh Lim Han-kim masuk ke dalam kuil, ia


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jumpai sarapan telah disiapkan di atas meja, malah
masih mengepulkan hawa panas, jelas hidangan baru
saja tersedia, Waktu itu Lim Han-kim putar otak terus
mengingat-ingat perubahan posisi langkah dari jurus
pedang yang baru dipelajarinya karena takut lupa.
setelah buru- buru sarapan pagi, dia kembali ke
748 kamarnya untuk berlatih beberapa kali, kemudian baru
beristirahat. Tiga hari pun berlalu tanpa terasa, selama tiga hari ini
Lim Han-kim merasakan ketenangan yang luar biasa,
Kecuali seorang tosu kecil yang tiap kali datang
mengantar hidangan, tak seorang pun yang ke sana
mengusik ketenangannya, malahan ketua Kuil Awan
Hijau puncak pernah muncul.
Hari ini adalah hari pertemuannya dengan ciu Huang.
Dua jurus pedang yang dipelajarinya tempo hari, setelah
dilatih selama beberapa hari ini, boleh dibilang ia sudah
hapal sekali. Ketika melihat waktu pertemuannya dengan Ciu
Huang masih lama, tiba-tiba saja ia teringat dengan ci
Mia-cu yang sudah beberapa hari tak bertemu
dengannya, Dia tak tahu apakah Li Bun-yang serta Han
Si-kong telah balik atau belum, apakah Yu siau-liong ada
kabar beritanya atau tidak...
Teringat beberapa masalah itu, dia pun mengayunkan
langkahnya menuju ke kamar semedi Ci Mia-cu. Waktu
itu sudah mendekati magrib, matahari yang bersinar
lemah dari langit Barat memancarkan cahayanya yang
kemerah-merahan, ia saksikan ci Mia-cu sedang duduk
bersila mengatur pernapasan di dalam kamarnya.
749 Baru saja Lim Han-kim menyingkap tirai siap
melangkah masuk ke dalam ruangan, Ci Mia-cu telah
sadar dan membuka matanya, bahkan langsung turun
dari pembaringan dan berjalan menghampirinya.
"Ada urusan apa Lim kongcu?" tegurnya.
"Aaaah, rupanya aku mengganggu ketenangan
totiang, sebenarnya aku hanya ingin mencari tahu
beberapa persoalan, begitu peroleh jawaban, aku segera
pergi dari sini." "Tanya saja terus terang, toh aku sudah selesai
bersemedi." "Bagaimana kabar berita adikku yang lenyap itu"
Apakah ia sudah pergi ke tempat tinggal si dewa Jinsom
Phang Thian-hua?" "Kemarin baru saja aku terima surat lewat burung
merpati yang mengabarkan bahwa sepanjang jalan
hingga kini belum tampak jejaknya, kalau bukan salah
jalan, mungkin ia sudah berubah pikiran dan mengambil
arah lain-" Lim Han-kim bertambah gelisah, alis matanya
berulang kali dikerutkan kencang-kencang, ujarnya
kemudian: "Aku benar-benar khawatir, jangan-jangan ia
sudah mengalami sesuatu musibah."
750 "Adikmu bukan orang yang berumur pendek, kau tak
usah terlalu menguatirkan keselamatannya . "
"Aaaai...." Lim Han-kim menghela napas panjang,
"Usianya masih begitu muda, aku benar-benar khawatir
membiarkannya mengembara seorang diri dalam dunia
persilatan" BAB 23. Murid panca Racun Membocorkan
Rahasia "Beberapa hari belakangan ini mempunyai hubungan
yang erat sekali dengan masa depanmu," kata Ci Mia-cu
pelan, "Lebih baik kau buang jauh-jauh semua luapan
emosimu itu untuk sementara waktu, pusatkan semua
perhatianmu untuk belajar silat, Kesempatan emas
semacam ini langka bisa kau temui di kemudian hari,
apabila kau sia-siakan, pasti akan menyesal di belakang
hari." Ketika menyampaikan kata- kata yang terakhir itu,
ucapan tersebut diutarakan dengan wajah serius,
Dengan perasaan terkesiap Lim Han-kim buru-buru
menyahut: "Aku pasti akan mengingat baik-baik
perkataan ini." "Kau harus memaklumi niat baik ibumu yang telah
bersusah payah menyuruh kau menempuh perjalanan
751 jauh mengantar obat ke mari, sehingga tidak menyianyiakan
harapannya, saat ini waktu amat berharga
bagimu, aku tak ingin menghabiskan waktumu lagi
dengan percuma." "Terima kasih atas nasehat anda." Lim Han-kim segera
bangkit berdiri untuk mohon diri, kemudian balik badan
dan berlalu dari sana. setengah bulan berlalu dalam sekejap mata, setiap
tiga hari Lim Han-kim pasti berangkat ketempat yang
dijanjikan Ciu Huang untuk mempelajari ilmu pedang
sakti. Hari ini ia kembali bertemu dengan Lim Han-kim.
Ketika pemuda tersebut tiba di tempat janji, dilihatnya
Ciu Huang telah menunggu di situ.
selama setengah bulan ini, pendekar besar yang amat
termashur di dunia persilatan ini entah tinggal dan
makan di mana, tapi pembalut yang membungkus lukaluka
tubuhnya makin lama makin bertambah kurang, Hari
ini delapan puluh persen kain pembalutnya telah
ditanggalkan, semangat dan kesegaran tubuhnya pun
tampak lebih ceria. Buru-buru Lim Han-kim memburu
maju ke depan dan jatuhkan diri berlutut seraya berkata:
"Tecu telah datang terlambat, maaf bila suhu harus
menunggu lama." Pelan-pelan Hakim sakti Ciu Huang membuang
matanya kembali, serunya dengan suara dingin, "sudah
berulang kali aku menasehatimu, aku tak pernah
752 menerimamu sebagai murid, apa maksudmu memanggil
aku suhu?" Lim Han-kim agak tertegun, lalu sahut-nya: "Aku telah
belajar ilmu silat darimu, tak salah jika aku memanggil
suhu kepadamu" "Menerima murid dan mewarisi ilmu silat adalah dua
persoalan yang berbeda, jangan kau campur adukkan
menjadi satu." "Aku akan mengingatnya baik- baik, lain, kali tentU tak
akan kuulang kembali,"
Dari gusar Ciu Huang berubah jadi gembira lagi,
katanya lebih jauh sambil tersenyum: "Malam ini adalah
pertemuan kita yang terakhir. Besok aku akan segera
tinggalkan tempat ini. Nah, kau masih ingat semua jurus
dari ilmu pedang naga sakti?"
"Aku masih mengingatnya."
"Bagus sekali Coba sekarang mainkan di hadapanku."
Lim Han-kim mengiakan, Dicabutnya pedang Jinsiang-
kiam lalu hawa murninya dipusatkan jadi satu,
kemudian satu persatu ia mainkan kedelapan jurus ilmu
pedang naga sakti itu. sambil melipat tangan di dada Ciu Huang saksikan Lim
Han-kim mainkan kedelapan jurus ilmu pedang naga
753 sakti itu.Begitu pemuda itu menyelesaikan permainannya
sambil manggut-manggut ia memuji: "Hebat, tak satu
gerakanpun yang keliru"
"semoga Locianpwee sudi memberi petunjuk." Buruburu
Lim Han-kim membungkukkan badannya memberi
hormat. "Kini jurus pedang sudah mendapat pewarisnya. Asal
kau tambahkan perubahan di sana sini, maka jurus
pedang itu sudah dapat kau pakai untuk melawan
serangan musuh, Mengenai keberhasilanmu di kemudian
hari, apakah kau dapat peroleh intisari dari jurus pedang
itu atau tidak, semua nya tergantung pada rejekimu...."
Dari dalam sakunya ia mengeluarkan sebuah kotak
besi, kemudian melanjutkan: "Nak, simpanlah kotak besi
ini baik- baik dan pergilah menemui si pedang sakti dari
Lam-kiang, Hongpo Tiang-hong. Tapi sebelum berjumpa
dengannya, jangan sekali-kali kau buka kotak tersebut."
Dengan sikap yang sangat hormat Lim Han-kim
menerima kotak besi itu dan menyimpannya ke dalam
saku. ciu Huang menghela napas panjang, kembali
ujarnya: "Nak, benda tersebut sebetulnya bukan suatu
benda mustika atau berharga, tapi dalam pandanganku
memiliki bobot yang berbeda bahkan melebihi nyawa
sendiri, Apabila si pedang sakti dari Lam-kiang betulbetul
masih hidup di dunia ini, setelah melihat benda
tersebut tak bakal ia menampik permintaanmu"
754 "Kebaikan Locianpwee sungguh mengharukan Aku
merasa berterima kasih sekali."
"Kini ilmu sakti telah mendapat pewaris-nya, berarti
aku tidak mengecewakan hasil karya orang terdahulu,
dan aku pun merasa lega sekali. Nah, kita berpisah dulu
di sini" Habis berkata ia segera melejit ke depan.
Dalam sekali kelebatan tubuhnya sudah berada berapa
kaki jauhnya, Ketika Lim Han-kim menjura sambil
menghantar, bayangan tubuh ciu Huang telah lenyap
dari pandangan. Waktu itu bulan purnama masih tergantung di awan,
riak air dalam telaga menggulung lembut, angin malam
yang berhembus lembut menambahkan suasana tenang
di hutan tersebut, Lim Han-kim mendongakkan
kepalanya menghembuskan napas panjang, tiba-tiba ia
saksikan sesosok bayangan manusia meluncur datang
dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas
dari busurnya, sekejap kemudian telah berada di
hadapannya. Ternyata orang itu adalah Hakim sakti Ciu Huang yang
telah pergi tadi. Tampak Ciu Huang dengan wajah amat
serius berpesan "Apabila majikan tua perkampungan Lakseng-
tong bukan si pedang sakti dari Lam-kiang, tolong
kau simpankan barang itu baik-baik.jika aku masih hidup
di dunia ini, bulan delapan hari Tiong-ciu tahun ini aku
akan menantimu di Kuil Awan Hijau, jika sampai tengah
755 malam aku belum muncul, itu menandakan aku sudah
mati, tolong kotak besi itu...."
"Aku pasti akan menyimpannya baik-baik," sambung
Lim Han-kim. "Tidak usah, tolong buang kotak itu ke dalam sungai,
biar benda tersebut menemani aku di alam baka."
Perkataan itu diungkapkan dengan nada yang
mengenaskan bahkan alis matanya lamat-lamat diliputi
kemurungan yang tebal, Menyaksikan itu diam-diam Lim
Han-kim berpikir: "Entah apa isi kotak besi ini, kenapa ia
memandangnya begitu serius?"
Terdengar ciu Huang berkata lagi sambil menghela
napas panjang: "Apabila majikan tua perkampungan Lakseng-
tong benar-benar adalah pedang sakti dari Lamkiang,
sebelum membuka kotak tersebut, jangan lupa
beri tahu kepadanya agar mundur ke belakang,"
Habis berkata ia mendongakkan kepalanya dan
tertawa nyaring, gelak tertawanya ibarat pekikan naga di
lembah yang dalam. Di tengah suara gelak tertawanya
itulah, tubuhnya melejit ke udara dan meluncur ke
depan, sekejap mata kemudian bayangan tubuhnya telah
lenyap di balik kegelapan.
Dengan termangu- mangu Lim Han-kim awasi
bayangan itu hingga lenyap dari pandangan kemudian ia
756 baru berangkat balik ke Kuil Awan Hijau, Di depan pintu
kuil ia menjumpai ci Mia-cu yang dengan memegang
senjata kebutannya sedang memandang ke kejauhan
sambil melamun. Begitu bertemu dengan anak muda itu, ia segera
menegur: "ciu tayhiap telah pergi?"
"Yaa, ia sudah pergi."
Ci Mia-cu menghela napas panjang.
"Aaai... sewaktu mendengar gelak tertawanya tadi,
aku sudah mengerti bahwa tak mungkin terkejar lagi,
aku belum sempat mengucapkan kata- kata perpisahan
dengannya." "Cianpwee tak usah sedih, sebelum pergi tadi ciu
Locianpwee telah berpesan, bulan delapan hari Tiong-ciu
tahun ini dia pasti akan berkunjung lagi ke Kuil Awan
Hijau." Ci Mia-cu manggut-manggut, katanya kemudian: "Li
kongcu dari bukit Hong-san dan Han si-kong telah
kembali ke kuil, sekarang mereka menunggumu di dalam
kuil, cepatlah masuk"
Mereka berdua menembusi beberapa halaman dan
langsung menuju ke kamar semedi Ci Mia-cu. dalam
ruangan lentera bersinar terang, hindangan telah
disiapkan di meja perjamuan. Li Bun-yang, Han si-kong
757 dan Li Tiong-hui semuanya sudah duduk mengelilingi
meja, tapi tampaknya mereka masih menunggu
kehadiran mereka berdua. Begitu Lim Han-kim berdua muncul dalam ruangan, Li
Bun- yang segera memberi hormat sambil menegur:
"saudara Lim apakah luka di lenganmu telah sembuh...."
"Terima kasih banyak atas perhatianmu, lukaku sudah
sembuh sama sekali. Bagai-mana pula dengan hasil
perjalanan kalian?" setelah meneguk habis secawan arak Han si-kong
tertawa gelak. serunya: "Ha ha ha ha... sayang saudara Lim tidak ikut,
pertarungan kali ini benar-benar puas, aku dan saudara
Li serta nona Li turun tangan sepuasnya membumi
ratakan pesanggrahan Tho-hoa-kit dengan tanah...."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah siluman wanita Lik-ling berhasil dibekuk?"
"Beberapa orang pentolan mereka telah kabur dari situ
sehingga yang tersisa cuma anak buah kelas tiga, justru
karena itu kami baru bisa bertindak semaunya sendiri"
Pelan-pelan Lim Han-kim berjalan mencari tempat
duduk di seputar meja perjamuan sambil mengangkat
cawan arak kata-nya: "Mari kita teguk habis secawan
arak ini, pertama untuk menyambut kedatangan kalian,
758 kedua untuk merayakan juga kesuksesan kalian." sekali
teguk dia habiskan isi cawannya.
"setelah berpisah setengah bulan ini lihat wajah
saudara Lim lebih cerah dan segar, tidak seperti pada
mula perjumpaan dulu, selalu membawa kemurungan
yang mendalam," kata Li Bun-yang.
Lim Han-kim tertawa hambar.
"Mimik muka seseorang dapat membuat suasana
suatu pesta menjadi buyar, masa aku mau merusak
suasana pertemuan kali ini?"
"Betul" seru Han si-kong sambil bertepuk tang an,
"sebagai kaum persilatan kita memang mengutamakan
setia kawan dan keterbukaan, kena bacok pun paling
banter meninggalkan codet, apa gunanya dimurungkan?"
Kali ini Lim Han-kim cuma tertawa hambar tanpa
menanggapi Pelan-pelan Li Bun- yang mengalihkan sorot
matanya ke atas wajah ketua Kuil Awan Hijau, lalu
katanya: "Jadi Ciu tayhiap telah pergi?"
"Yaaa, selama hidup orang ini paling benci menetap di
suatu tempat terus-menerus, paling banter dia hanya
tinggal selama sepuluh hari. Kini lukanya belum sembuh
tapi ia sudah nekad meninggalkan Kuil Awan Hijau, entah
sekarang pindah ke mana lagi.."
759 "Locianpwee, apakah di belakang Kuil Awan Hijau
terdapat tempat tinggal sahabat lama Ciu tayhiap?" tanya
Lim Han-kim. sambil tertawa Ci Mia-cu menggeleng.
"Pergaulannya sangat luas, bukan hanya dari golongan
atas saja temannya, dari kalangan bawah pun dia punya
sahabat yang cukup banyak, Kalau kau mengira dia
berdiam di sekitar belakang kuil lantaran dia selalu
bertemu denganmu di situ maka dugaanmu ini salah
besar, Bisa jadi ia bertempat tinggal beberapa ratus li
dari tempat itu, bukankah pertemuan kalian
terselenggara tiap tiga hari satu kali, berarti dia masih
mempunyai waktu selama dua hari, dua malam untuk
bolak balik ke tempat asalnya...."
"Tapi kenapa ia mesti berbuat demikian?" tanya Han
si-kong keheranan Ci Mia-cu menghela napas panjang,
"Dalam hatinya dia menyimpan penderitaan yang tak
terhingga, ia justru berusaha menyibukkan diri lantaran
hendak menggunakan cara tersebut untuk melewatkan
sang waktu, Mungkin juga tindakannya inilah yang justru
mendorong nama besarnya makin terkenaL"
"Perkataan Locianpwee memang tepat sekali," Lim
Han-kim manggut-manggut, "Ia tawar terhadap nama
maupun kedudukan usianya pun sudah tua. Dengan
kondisi seperti ini sepatutnya ia sudah pensiun dan tidak
mencampuri urusan dunia persilatan lagi, tapi dia masih
rela menempuh perjalanan jauh, mengarungi dunia
760 persilatan dan susah payah demi kepentingan orang lain-
" Li Bun-yang ikut berkata pula sambil menghela napas:
"Andaikata hatinya tidak pedih sehinga Sepanjang tahun
harus berkelana dalam dunia persilatan untuk
menghabiskan waktu, nama besar Ciu Huang mungkintak
akan setenar sekarang hingga menggemparkan seluruh
dunia persilatan" Han Si-kong tertawa tergelak.
"Ha ha ha ha... siapa sih di dunia ini yang bisa lolos
dari perpisahan dan kematian" sebagai seorang lelaki
sejati, asal perbuatan kita tidak tercela dan melanggar
aturan dunia persilatan, aku rasa itu sudah lebih daripada
cukup." "Tepat sekali pandangan itu," kata Li Bun-yang sambil
tersenyum "Rembulan di langit pun tak selalu purnama,
mana ada manusia yang hidup sempurna di dunia ini"
Ciu tayhiap adalah seorang pendekar berjiwa besar, kita
tak periu ikut mengkhawatirkan keselamatannya . "
Lim Han-kim menghela napas, ia seperti hendak
mengucapkan sesuatu namun niat tersebut kemudian
diurungkan Li Bun-yang cukup memahami wataknya, asal
pemuda itu enggan bicara maka sekalipun didesak juga
percuma, karena itu dia mengalihkan pokok pembicaraan
ke masalah yang lain, katanya:
761 "Koancu, saudara Lim, meskipun dalam perjalanan
kami kali ini ke pesanggrahan Tho-hoa-kit, aku bersama
adikku dan Han Locianpwee berhasil menyapu bersih
sisa-sisa cecunguk dari perkumpulan Hianhong-kau, tapi
yang lebih sukses lagi adalah keberhasilan kami
memperoleh suatu rahasia yang sangat penting...."
Ci Mia-cu tahu Li Bun-yang adalah seseorang yang
serius dan berhati-hati, Apabila bukan masalah yang
amat penting, tak nanti dia akan berlagak begitu
misterius, maka tukasnya cepat: "Rahasia besar apakah
itu?" Dalam saat itu Han si-kong serta Li Tiong-huipun
sama-sama menunjukkan wajah tercengang, mereka
awasi Li Bun-yang dengan mimik keheranan, jelas kedua
orang ini pun tidak mengerti rahasia besar apakah yang
dimaksudkan Li Bun-yang itu.
Pelan-pelan Li Bun-yang menyapu sekeliling ruangan,
ditatapnya Han si-kong dan Li Tiong-hui satu per satu,
kemudian ujar-nya: "Peristiwa ini terjadi tatkala
Locianpwee dan adikku mengejar sisa-sisa cecunguk dari
partai Hian-hong-kau...."
Han si-kong yang berangasan dan tak sabaran,
dengan mata mendelik besar segera menukas: "Peristiwa
besar apakah itu, kenapa aku tidak mengetahuinya sama
sekali...?" 762 "sebetuInya aku ingin memberitahukan kepada kalian
berdua, tapi setelah kupikir kembali dan merasa
persoalan ini menyangkut masalah yang lebih besar, aku
kuatir kalian tak bisa menahan diri sehingga berakibat
keadaan bertambah kacau...."
"Engkoh Yang, sebetulnya apa sih yang telah terjadi?"
tukas Li Tiong-hui pula tak sabar.
"Masalah ini menyangkut istana panca racun serta
Thian-hok sangjin...."
"Apakah orang-orang istana panca racun melibatkan
diri juga dalam pertikaian dunia persilatan ini?" tanya Ci
Mia-cu dengan paras muka berubah hebat.
Ketika mendengar nama "Thian-hok sangjin", Lim
Han-kim merasa semangatnya ikut bangkit, ia segera
pasang telinga baik- baik. Li Bun-yang tidak langsung
menjawab, ia menyulut lagi beberapa lilin agar suasana
dalam ruangan bertambah terang, setelah itu baru
ujarnya sambil menghela napas: "Sebelum kami tiba
dipesanggrahan Tho-hoa-kit, pentolan-pentolan partai
Hian- hong- kau yang bersembunyi dipesanggeahan
tersebut telah melarikan diri, Pada mulanya aku mengira
mata-mata mereka sangat lihai sehingga sebelum
kedatangan kami, mereka sudah peroleh kabar dan
pasang jebakan untuk memancing kami masuk
perangkap. atau mungkin juga lantaran tahu bukan
tandingan, maka demi menyelamatkan keutuhan
763 kekuatan mereka maka untuk sementara waktu mereka
menyingkir lebih dulu, itulah sebabnya setelah kami
sampai di sana, tak tampak seorang pentolan mereka
pun yang muncul untuk memberi perlawanan.
Kejadian ini sempat menimbulkan rasa tak tentram
dalam hatiku, apalagi setelah Han Locianpwee serta
adikku berhasil melukai banyak sekali musuh tanpa
mendapat perlawanan yang berarti Kejadian ini semakin
memancing rasa curigaku, maka menggunakan
kesempatan disaat Han Locianpwee serta adikku pergi
mengejar sisa-sisa musuh yang ada, akupun menyusup
masuk ke ruang rahasia untuk melakukan
pemeriksaan...." Paras mukanya lambat laun berubah makin serius,
terusnya: "sudah cukup lama aku menjadi tamu
dipesanggrahan Tho-hoa-kit, terhadap situasi di sana pun
sudah cukup hapal. Meski aku tahu di bawah loteng Hoajui-
lo terdapat jalan rahasia, tapi selama ini aku belum
pernah memasukinya. Dalam bayanganku, pusat kekuatan mereka itu pasti
dijaga amat ketat, siapa sangka apa yang kemudian
kusaksikan sama sekali di luar dugaan...."
"Yaaa, ucapan saudara Li memang benar," sela Lim
Han-kim. "Ketika terbius oleh obat pemabuk Lik-ling
perempuan siluman itu, aku pernah dibawa masuk ke
ruang bawah tanah tersebut, seingatku tempat tersebut
764 bukan cuma dijaga sangat ketat, lagipula pintunya
berlapis-lapis dan jalan cabangnya sangat banyak...."
"Betul, semua lorong rahasia bawah tanah itu terbuat
dari batu hijau yang sangat keras. Bukan cuma kuat, tapi
juga sama kokoh. Apabila pihak Hian- hong- kau
menyiapkan perangkap di tempat tersebut, sekalipun
mereka terdiri dari jagoan kelas tiga, tapi dengan
andalkan kokoh nya dinding rahasia tersebut rasanya
masih cukup untuk membendung kekuatan kami.
Nyatanya sepanjang jalan menuju tempat terlarang itu
aku tidak menjumpai seorang manusiapun yang
melakukan penghadangan.."
"Dunia persilatan amat licik dan bahaya, tentunya Li
kongcu telah menjumpai suatu kejadian yang
mengejutkan hati," kata Ci Mia-cu.
"Lorong rahasia itu gelap gulita, susah melihat lima
jari tangan sendiri, sepanjang perjalanan suasana amat
sepi tak kedengaran sedikit suara pun. walaupun aku
sudah banyak berpengalaman namun belum pernah
kujumpai suasana seseram itu.
Karenanya makin ke depan aku berjalan, hatiku makin
terkejut dan cemas, Aku tak tahu jebakan macam apa
yang telah disiapkan musuh tangguh, perasaanku waktu
itu sangat kalut, rasa curiga dan menyesal bercampur
aduk. Aku curiga bakal terjebak. tapi juga menyesal
kenapa memasuki tempat seseram ini tanpa persiapan
765 yang matang, tapi setelah aku bayangkan kembali
gawatnya situasi, kalau tidak masuk ke gua macan mana
mungkin bisa mendapat anak macan.
Lagipula aku tak ingin pulang dengan tangan hampa,
maka dengan memaksakan diri aku melanjutkan
perjalanan masuk ke dalam ruang rahasia tersebut,"
"saudara Li, kenapa kau tidak mengundang aku?" seru
Han si-kong. "Meskipun timbul rasa takut di hati kecilku namun
kejadian tersebut memancing juga rasa ingin menangku,
Aku ingin tahu seberapa hebatnya perangkap serta
jebakan yang mereka persiapkan, karena itulah aku tidak
ragu-ragu lagi dan meneruskan terjanganku ke dalam
dengan kecepatan tinggi, Aaaai Untung aku punya
pikiran begitu, coba kalau balik di tengah jalan atau
membuang waktu lagi beberapa saat, mungkin aku tak
akan menemukan rahasia besar tersebut."
Mendengar sampai di situ, tanpa terasa semua yang
hadir dalam ruangan ikut menjadi tegang. Delapan buah
sorot mata sama-sama tertuju ke wajah Li Bun-yang. Li
Tiong-hui paling gelisah, tak dapat menahan diri segera
teriaknya: "Engkoh Yang, cepat ceritakan, kenapa sih kau
jual lagak melulu?" "Baru berjalan sejauh beberapa tombak. aku tiba di
suatu tempat yang tampaknya ujung jalan, Baru saja aku
766 akan mundur kejalanan semula, mendadak kudengar
seseorang menghela napas dengan suara berat. Helaan
napas itu penuh dengan nada penderitaan dan
mengenaskan sehingga membuat bulu kuduk orang pada
berdiri, tapi juga segera menggerakkan kecerdasanku
Diam-diam aku mengerahkan tenaga dalam sambil
mendorong dinding batu itu ke depan- Betul juga
dugaanku, di situ memang terdapat pintu batu yang
segera terbuka. Rupanya pintu itu hanya dirapatkan saja,
Begitu pintu terbuka, bau anyir darah yang amat kental
segera menerpa penciumanku" Untuk menunjukkan
bahwa dia adalah seorang jago kawakan, Han-Si-kong
segera menyela: "Apakah ada orang lain yang telah mendahului kita
dan membasmi habis para pentolan Hian-hong-kau di
dalam ruang rahasia itu?"
"Dugaan Locianpwee keliru besar...." Dengan Cepat Li
Bun-yang menggeleng. "Kenapa" Bukankah bau anyir yang sangat kental itu
berasal dari bau anyir darah?"
"Bukan-..." Han Si-kong jadi termangu.
"Waaah... kalau begitu aku susah untuk menebaknya."
767 "Engkoh Yang, cepat ceritakan" rengek Li Tiong-hui
pula. "Bersamaan dengan datangnya bau anyir yang
menerpa keluar itulah, dari balik kegelapan kudengar ada
suara yang lemah dan rendah yang memperingatkan aku
agar segera menghindar Dalam situasi dan kondisi
seperti itu, aku tidak sempat membuat aneka
pertimbangan lagi, cepat-cepat senjata kipasku


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kutebaskan ke depan, segera terdengarlah suara pekikan
aneh berkumandang di ruangan itu.
Rupanya makhluk aneh yang menerkam tubuhku itu
sudah terkena babatan kipasku sehingga kalau bukan
mampus, yaa, paling sedikit terluka parah."
"Makhluk aneh apa itu?" tanya nonaJLi tercengang.
"sewaktu masuk ke lorong rahasia itu untung saja aku
menggembol sebuah obor. Dalam situasi amat gawat ini
cepat- cepat kusulut untuk menerangi situasi di tempat
itu, tapi apa yang kemudian kusaksikan membuat hatiku
benar-benar terkesiap. padahal sudah lama aku
berkelana dalam dunia persilatan, peristiwa tragis macam
apapun pernah kusaksikan, pembunuhan bagaimana
sadispun pernah kujumpai, tapi belum pernah kujumpai
pemandangan sengeri dan seseram itu."
"Apa yang telah terjadi?" semua orang ikut merasa
tegang dan bertanya tanpa terasa.
768 "Di sudut ruang rahasia itu terkapar seorang lelaki
berqajah pucat pias seperti mayat seekor ular aneh
berwarna merah darah melingkari seluruh tubuhnya,
sedang di atas kepalanya merangkak seekor laba-laba
yang besar tubuhnya seperti mangkuk nasi, sedangkan
makhluk aneh yang menerkam tubuhku tadi ternyata
adalah seekor kodok bertubuh kuning keemas- emasan.
Karena hantaman senjata kipasku saat itu si kodok
meringkuk di sudut ruangan tanpa bergerak. meski
begitu sikap permusuhannya masih nampak jelas,
sepasang matanya yang liar mengawasi diriku tanpa
bergerak, Aaaai,., Bila dibayangkan kembali, situasiku
waktu itu benar-benar berbahaya sekali, Coba orang itu
tidak memberi peringatan, mungkin aku sudah digigit
oleh kodok beracun itu."
"Dalam kondisi darahnya dihisap oleh dua makhluk
beracun, ia masih mau menahan sakit dengan memberi
peringatan kepadamu, tentunya ia mengharapkan
sesuatu darimu bukan?" kata Han si-kong.
"Dugaan Locianpwee kali ini tepat sekali, tapi
kondisinya waktu itu sudah amat kritis. Dihisap darahnya
oleh tiga ekor makhluk berbisa sekaligus dalam waktu
yang bersamaan membuat jiwanya sudah di ujung
tanduk, tapi kejadian aneh dalam dunia persilatan
memang seringkali sukar dipikir dengan akal sehat.
769 sebelum kupastikan bahwa dia sedang tersiksa oleh
makhluk-makhluk beracun itu, siapa yang tahu kalau dia
bukan pemilik makhluk beracun tersebut" Gara-gara
salah duga inilah hampir saja aku bertindak salah besar."
Lim Han-kim maupun Han-si-kong sekalian
mendengarkan kisah tersebut dengan penuh pesona,
siapa pun tidak berniat menimbrung lagi.
setelah memandang sekejap wajah beberapa orang
itu, Li Bun-yang berkata lebih jauh: "Waktu itu selain
memperhatikan gerak gerik orang tersebut, kugunakan
kesempatan itu untuk memperhatikan keadaan di seputar
ruangan. Ternyata tempat itu merupakan sebuah ruang
pertemuan yang amat luas, tapi selain orang itu, tak
tampak orang lain hadir di situ.
Kenyataan ini membuat perasaanku agak lega, setelah
mempersiapkan jalan darurat untuk mundur, kuangkat
obor tinggi-tinggi dengan harapan bisa melihat raut
wajah orang itu lebih jelas lagi, tapi separuh bagian
wajahnya telah tertutup oleh tubuh laba-laba raksasa
tersebut hingga aku susah untuk melihatnya dengan
lebih jelas, sementara aku masih berpikir haruskah
melenyapkan beberapa ekor makhluk beracun itu lebih
dahulu, mendadak kudengar orang itu berbicara lagi
dengan suaranya yang Iemah. ia beritahu kepadaku
kalau ular merah, laba-laba raksasa serta katak keemasemasan
itu merupakan makhluk- makhluk paling beracun
770 di dunia ini, bila sampai tergigit satu kali saja maka kalau
tidak memperolah obat penawar racun dari
perguruannya, tak ada obat di dunia ini yang bisa
menyelamatkan jiwanya. Dari pembicaraan tersebut secara tak langsung dia
telah memberitahukan indentitas dirinya, ternyata dialah
pemilik makhluk- makhluk beracun itu."
"Waktu itu aku sangat keheranan, kalau memang
dialah pemilik makhluk- makhluk beracun itu, kenapa
malah dirinya yang di-santap makhluk beracun
peliharaannya?" Li Bun-yang menarik napas sesaat.
"Agaknya ia mengetahui kecurigaanku itu, sebelum
aku sempat bertanya, ia telah menerangkan lebih dulu,
Ketika makhluk beracun itu sesungguhnya saling
bermusuhan asal aku dapat membangkitkan amarah
makhluk- makhluk itu sehingga mereka saling
membunuh sendiri, maka aku dapat menjadi nelayan
yang beruntung yang tinggal memungut hasilnya tanpa
harus bersusah payah menyerempet bahaya untuk
membunuh ketiga makhluk beracun itu.
Dia pun beritahu kepadaku bahwa selain si katak yang
agak bebal, serat racun dari laba-laba raksasa itu susah
dibendung, dalam waktu sekejap mata ia bisa membuat
sarang laba-laba beracun yang memenuhi seluruh
ruangan tersebut. 771 sebaliknya, ular beracun berwarna merah itu
mempunyai gerak terjangan yang sangat cepat dan sukar
dihadapi ia suruh aku menggunakan senjata rahasia
menyerang secara serentak kearah ular merah serta
laba-laba raksasa itu guna memancing amarah kedua
makhluk beracun itu, sedang si katak tak usah di usik lagi
karena makhluk itu sudah terluka dan siap menerjang
dengan penuh amarah. Ketika bicara sampai di situ, tampaknya ia sudah
kehabisan tenaga sehingga suaranya bertambah lemah
dan sukar ditangkap. "Akupun mulai berpikir waktu itu.
Aku merasa perkataannya sangat masuk di akal, maka
kuletakkan obor ke tanah lalu mempersiapkan mata Uang
yang secara serempak kusambitkan ke arah ular serta
laba-laba raksasa tersebut" semua mata tetap tertuju
dengan penuh perhatian padanya, Li Bun-yang kembali
meneruskan "Betul juga, setelah tersambit mata uang tersebut,
kedua makhluk beracun itu serentak mengangkat
kepalanya, Ular merah itu yang bertindak duluan, dengan
taringnya yang tajam ia gigit si laba-laba. Bersamaan
waktunya makhluk beracun itu pun melepaskan lilitannya
atas lengan dan tubuh orang itu.
Meskipun si laba-laba beracun tak rela menyerah
kalah, tapi makhluk itu tidak mau beradu kekerasan
dengan si ular merah, Dengan kakinya yang panjang,
772 makhluk beracun itu meninggalkan ubun-ubun orang
tersebut dan mundur dengan kecepatan tinggi, tapi
dengan cepat si ular merah mengejar dari belakangnya."
"Waktu itu oborku hampir padam, maka aku pun
menyulut sebuah lagi yang baru. Tapi di saat pergantian
obor itulah si katak yang sudah terluka oleh babatan
kipasku tadi dengan diiringi suara yang aneh telah
mengejar pula ke arah ular merah itu.
"Bagaimana dengan orang itu?" tukas Li Tiong-hui
tiba-tiba. "Apakah ia menggunakan kesempatan tersebut
untuk melarikan diri?"
"Tidak, ia tetap berbaring di sana dengan tenang, ia
suruh aku mendekat karena ada berapa persoalan
penting yang hendak disampaikan kepadaku, ia minta
aku menyampaikan apa yang dikatakan itu kepada umat
persilatan, waktu itu aku masih curiga dan penuh
waspada, aku tak tahu kenapa ia belum juga mati meski
sudah dilukai dua makhluk beracun."
Setelah berhenti sebentar untuk tukar napas, Li Bunyang
kembali meneruskan kisahnya: "Ketika menyadari
aku masih menaruh curiga kepadanya, sambil menghela
napas dia pun berkata kepadaku: "Mungkin aku sudah
tak mampu menunggu sampai selesainya pertarungan
ketiga makhluk beracun itu lagi." Melihat ia sudah hampir
matL aku pun tidak banyak menaruh curiga lagi...."
773 "Apakah kau menuruti kehendaknya dan berjalan
mendekat?" tanya Ci Mia-cu tiba-tiba.
Li Bun-yang mengangguk tanda membenarkan "Dari
nada pembicaraannya yang begitu lemah tak bertenaga
serta sinar matanya yang telah memudar, aku tahu
jiwanya sudah hampir melayang, Dalam keadaan seperti
ini walaupun ia terhitung seorang jago lihai kelas satu
pun belum tentu bisa berbuat apa- apa kepadaku, Sambil
mengerahkan tenaga dalam untuk bersiap sedia, aku
menuruti kemauannya dan berjalan menghampiri.
Setelah dekat dengan orang itu, aku baru sadar kalau
apa yang diucapkannya memang bukan bohong. Di atas
wajahnya yang pucat pias sudah muncul selapis hawa
hitam yang amat jelas, ini pertanda kalau racun jahat
telah merasuk ke dalam isi perutnya, berada dalam
keadaan begitu siapapun jangan harap bisa hidup lebih
lama lagi," "Rupanya ia sudah khawatir kalau keadaan tidak
mengijinkan lagi, sebelum aku sempat bertanya, ia sudah
memperkenalkan dulu asal usulnya...."
"Apa saja yang dia katakan?" tanya Ci Mia-cu.
Dengan termangu- mangu Li Bun-yang mengawasi lilin
yang membara, kemudian ujarnya: "la perkenalkan diri
sebagai orang yang berasal dari istana panca racun-
Katak beracun, ular merah serta laba-laba itu seharusnya
774 telah membuktikan bahwa apa yang dikatakan bukan
bohong..." "orang yang akan mati biasanya tak akan bohong,
Kalau betul orang itu sudah tahu kalau ajalnya telah tiba,
apa yang dibicarakan boleh diperCaya."
"Nama istana panca racun dalam dunia persilatan
tidak begitu terkenal Aku sendiri merasa seolah pernah
mendengar orang membicarakan, tapi itu pun terbatas
hanya tahu namanya saja, Apalagi belakangan jarang
sekali ada anggota istana panca racun yang berkelana
dalam dunia persilatan. Tapi melihat betapa tragisnya
orang itu dicelakai tiga makhluk beracun, kejadian itu
segera memancing rasa ingin tahuku. Waktu itu agaknya
ajal orang itu sudah di ambang pintu, selesai
mengucapkan beberapa patah kata itu, sekujur badannya
mulai bergetar keras, Rupanya racun jahat mulai bekerja
di dalam tubuhnya yang mengakibatkan tulang dan
ototnya mulai berkerut. Melihat keadaannya seperti itu, pertama aku tak tega
melihat ia tersiksa hebat, kedua akupun tertarik untuk
mengetahui latar belakang istana panca racun, maka
kukerahkan tenaga dalam untuk menepuk jalan darah
thianjin dan teh-hiat di tubuhnya."
"setelah memperoleh bantuan hawa murniku,
penderitaan yang dialaminya agak berkurang, Dia pun
meneruskan perkataannya, dia bilang otak yang
775 memimpin istana panca racun adalah seorang tabib
kenamaan yang pandai dalam ilmu pertabiban dan obatobatan.
Dia sudah banyak mengobati orang, hubungannya
dalam masyarakat baik, tapi berhubung satu-satunya
putra kesayangannya mati digigit ular ber-bisa, dalam
sedihnya dia bertekad menciptakan sejenis obat yang
bisa memunahkan racun ular, sesungguhnya orang ini
amat pandai dan luas pengetahuannya, ia tahu untuk
bisa menciptakan obat mustika yang bisa memunahkan
pelbagai racun ular berbisa di dunia ini maka dia harus
memahami dulu sifat racun dari setiap jenis ular beracun
yang ada di dunia ini. Untuk keperluan itu ia tutup toko obatnya serta
mengumpulkan pawang-pawang ular dari seluruh negeri
untuk menangkap pelbagai jenis ular beracun yang ada
di dunia ini." "Tapi sebagaimana diketahui, di kolong langit terdapat
beratus-ratus jenis ular beracun yang memiliki sifat racun
yang berbeda-beda, semakin ia mendalami ilmu tersebut,
semakin ia merasa pengetahuannya bertambah. Dia pun
mengerti dalam berapa tahun yang singkat tak mungkin
penyelidikannya itu bisa diselesaikan, maka ia putuskan
untuk menggunakan sisa hidupnya guna menyelesaikan
cita-citanya itu. 776 Dengan membuang waktu selama berapa tahun,
akhirnya di sebuah gunung yang terpencil ia berhasil
menemukan tempat berkumpulnya aneka jenis ular
beracun." Li Bun-yang berhenti sejenak sebelum
melanjutkan ceritanya. "Tempat itu sangat lembab dan paling cocok untuk
memelihara ular beracun, si tabib yang sudah
keranjingan ular ini pun akhirnya mengorbankan semua
harta kekayaan yang dimilikinya untuk membangun
sebuah gedung megah di tengah gunung tersebut,
tempat itu disebut "Coa-kit" atau tempat tinggal ular,
tempat tinggal ular inilah yang merupakan cikal bakal
munculnya istana panca racun.
"orang itu berasal dari seorang tabib, ia tak pernah
berhubungan dengan umat persilatan oleh sebab itulah
panca racun tak pernah punya nama dalam dunia
persilatan." "ooooh,.. rupanya ada selipan cerita yang begitu
menarik." seru Ci Mia-cu selesai mendengar kisah itu.
"sungguh tak disangka seseorang yang tak paham ilmu
silat, demi terwujudnya cita-cita untuk menolong umat
manusia, ternyata ia rela hidup menderita dengan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menciptakan sebuah tempat yang sedemikian seramnya."
Li Bun-yang menghela napas panjang: "ciu tayhiap
pernah bilang, istana panca racun adalah sebuah tempat
yang amat misterius, beracun dan berbahaya sekali,
777 Karena pengetahuan tersebut maka hal itu meninggalkan
kesan yang dalam di benakku, Aku khawatir orang itu
sukar bicara karena kambuhnya racun jahat, maka aku
peringatkan kepadanya agar jangan bicara sembarangan-
" "Tapi kau toh mesti menanyakan persoalan ini sejelasjelasnya,"
tukas Li Tiong-hui. Li Bun-yang menengok adiknya sekejap. kemudian
melanjutkan "Tabib itu pun membawa keluarganya
beserta dua belas orang pawang ular menetap dalam
"Coa-kit" atau rumah tinggal ular itu. Berhubung di
tempat itu sudah tersedia cukup banyak ular beracun,
ditambah lagi ular-ular beracun yang mereka tangkap
dari tempat lain membuat gedung besar yang mereka
tempati itu berubah jadi sarang ular beracun yang sangat
mengerikan" "Ada orang bilang, seorang jenderal kebanyakan akan
tewas di medan pertempuran meskipun penghuni "Coakit"
rata- rata adalah pawang ular yang hebat, tapi
sepandai-pandainya tupai melompat akan jatuh ke tanah
juga. Tidak sampai dua tahun, dari dua belas-orang
diajak si tabib pindah ke " Coa-kit" tersebut, ada enam
orang terpatuk ular beracun dan tewas keracunan,
padahal waktu itu si tabib belum berhasil menciptakan
sejenis obat yang dapat menyembuhkan pagutan
pelbagai jenis ular beracun"
778 "Tapi peristiwa itu justru telah memberikan satu ide
baginya untuk melawan racun ular itu dengan racun lain,
oleh sebab itulah dia mulai menangkapi pelbagai jenis
katak beracun untuk memunahkan racun ular.
"Begitulah seterusnya, dengan cara dan sistem yang
sama ia kembangkan keaneka-ragaman makhluk beracun
yang ditangkapnya. satu jenis makhluk beracun dipakai
untuk menangkal racun makhluk yang lain.
sebuah gedung "Coa-kit" yang sederhana pun dalam
berapa tahun kemudian telah berubah menjadi istana
panca racun." "Setelah begitu lama bergaul dengan lima jenis
makhluk beracun, otomatis si tabib itupun pernah dilukai
makhluk- makhluk beracun peliharaannya, tapi ia
mempunyai teori yang tepat untuk menangkal kelima
jenis racun tersebut yaitu dengan menyantap kelima
jenis makhluk beracun itu setiap hari."
"Tentu saja kebiasaan semacam ini tak mungkin bisa
ditiru oleh istrinya serta dayang-dayangnya, secara
beruntun mereka tewas atau melarikan diri dari tempat
itu, Tapi sayang sekeliling "Coa-kit" telah dipenuhi oleh
kelima jenis makhluk beracun peliharaannya, sehingga
mereka yang melarikan diri kebanyakan terluka oleh
binatang beracun itu dan tewas di tengah jalan."
779 "Ketika berbicara sampai di situ, racun dalam tubuh
orang itu mulai bekerja, sekujur badannya gemetar
sangat keras. sekalipun aku tak sayang menggunakan
hawa murniku untuk membantunya memperlancar
peredaran darah, namun berhubung ia sudah keracunan
hebat, biar ada obat mustika pun mustahil dapat
menyelamatkan jiwanya. sebelum menghembuskan
napas penghabisan dia masih terus bicara, tapi katakatanya
sudah tak jelas dan terpatah-patah. Ketika
mengucapkan berapa patah kata lagi ia sudah tak tahan
dan akhirnya tewas."
"Masih ingatkah kau apa saja yang dia katakan?"
Li Bun-yang yang termenung berpikir sejenak.
kemudian jawabnya: "Seingatku dan ini merupakan hasil
pembahasanku sendiri, agaknya kemudian muncul
seorang perempuan yang memasuki " Coa-kit" tersebut
perempuan itu menderita luka sangat parah tapi
kemudian berhasil ditolong oleh tabib itu."
"Bagaimana kemudian" Cepat katakan" seru Li Tionghui.
"Kemudian ia mengatakan kepadaku secara tiba-tiba,
minta aku menyampaikan kepada umat persilatan di
kolong langit agar...."
"Agar apa engkoh Yang" Kenapa tidak kau Ianjutkan?"
780 "Ketika berbicara sampai "agar", ia sudah keburu
menghembuskan napas yang penghabisan,jadi akupun
tidak bisa melanjutkan apa yang hendak dia sampaikan."
"Bila ditinjau dari nada pembicaraannya," ujar Han sikong
memberikan komen-tarnya. "Mungkin dia ingin kau
secepatnya mengundang para jago dari dunia persilatan
agar segera menyerbu istana panca racun mumpung
sayapnya belum terlanjur berkembang, dengan begitu
sebuah bibit bencana bagi umat persilatan bisa
dilenyapkan lebih dahulu sebelum mewabah."
"Perempuan yang terluka dan memasuki istana panca
racun itu pastilah seorang tokoh dunia persilatan yang
berilmu tinggi," kata Li Tiong-hui pula. "Kalau tidak.
niscaya ia sudah keburu mati oleh gigitan makhluk
beracun yang dipelihara di sekitar istana tersebut."
Ci Mia-cu menghela napas, ujarnya pula: "Kisah
tentang istana panca racun kebanyakan kita peroleh dari
penuturan orang lain yang jelas tak terhindar dari
tambahan bumbu di sana sani. Hal ini menyebabkan
tempat tersebut bertambah misterius dan menyeramkan,
tapi sekarang Li kongcu mendengar kisah tentang istana
panca racun itu justru dari pihak istana sendiri, jelas
beritanya jauh lebih bisa dipercaya. sayang ia keburu
mati sehingga beritanya tak lengkap. coba dia bisa
bertahan seperminum teh lagi, rasanya kita tak perlu
saling menebak seperti sekarang."
781 "Oleh sebab itulah aku bermaksud berangkat ke istana
panca racun untuk membuktikan sendiri apa yang
kudengar," sambung Li Bun-yang dengan wajah berubah
serius. "Ehmmm, akupun sependapat dengan pandangan
saudara Li," kata Lim Han-kim menimpali "sayang sekali
adik Liong pergi tanpa kabar sehingga mustahil bagiku
untuk menemani saudara Li berangkat ke istana panca
racun-" "Aku punya satu rencana yang sama-sama
menguntungkan," usul Han si-kong tiba-tiba.
"Apa rencana mu?"
"Sewaktu hendak berangkat ke istana panca racun,
Thian-hok sangjin mengatakan bahwa kepergiannya
adalah demi keselamatan umat persilatan di dunia.
Kejadian ini tidak banyak diketahui orang persilatan, tapi
kalau ditinjau dari kepedihan hatinya sewaktu berangkat
memikul beban berat itu, rasanya sikap tersebut bukan
sikap yang disengaja. Menyingkap rahasia ini saja sudah
cukup berharga bagi kita untuk berangkat ke istana
panca racun, Tapi persoalan ini meski amat penting, aku
pikir tak perlu dilaksanakan secara terburu-buru. Tak ada
salahnya kita pergi melacak jejak adikmu lebih dulu,
setelah adikmu ditemukan baru kita berangkat bersama
ke istana panca racun."
782 "Cara ini bagus sekali" seru Li Bun-yang sambil
tersenyum "Dengan pengetahuan, pengalaman serta
pergaulan Han locian-pwee yang begitu luas,
kehadiranmu pasti akan sangat membantu usaha kami."
Lim Han-kim tidak memberi komentar apa pun, hanya
dalam hati kecilnya ia berpikir: "Setelah mewariskan
delapan jurus ilmu pedang naga sakti kepadaku, Ciu
Huang, ciu locianpwee minta aku pergi mencari pedang
sakti dari Lam-kiang Hongpo Tiang-hong untuk minta
belajar kelanjutan ilmu pedang tersebut. Terlepas apakah
majikan tua perkampungan Lak-seng-tong betul-betul
adalah si pedang sakti dari Lam-kiang atau bukan, aku
perlu menjumpainya lebih dulu, tapi rasanya kurang
leluasa apabila kepergianku ke situ disertai banyak
orang, sebaliknya aku pun tak bisa menampik kebaikan
orang dengan begitu saja. Aaaai, apa yang mesti
kuperbuat sekarang.,.?" Untuk beberapa saat,anak muda
ini jadi serba salah. Mendadak terdengar Li Tiong- hui ber-seru: "Kalau
benar kalian hendak menyelidiki istana racun, bagaimana
kalau aku pun ikut serta?"
"Bila kau ingin turut bergabung, aku jadi lebih
mantap" sahut Li Bun-yang tertawa.
Rupanya selama ini Li Tiong- hui lebih suka
ketenangan, jarang sekali dia mau mencampuri urusan
dunia persilatan Di waktu-waktu yang lampau
783 kebanyakan Li Bun-yang yang menulis surat lewat
burung merpati untuk minta bantuannya apabila ia
menjumpai masalah pelik dalam dunia persilatan, tapi
biasanya begitu urusan selesai, gadis itu segera balik ke
bukit Hong-san lagi. Kali ini ternyata ia melanggar kebiasaan tersebut
dengan menawarkan sendiri kehadirannya untuk
menemani Li Bun-yang mengembara dalam dunia
persilatan Sudah barang tentu pemuda itu selain merasa
agak tercengang juga gembira sekali,
Mendadak Li Tiong- hui merasa pipinya jadi panas,
selapis rasa jengah menghiasi wajahnya yang cantik,
kedengaran ia berseru manja: "Bagaimana" Tidak
boleh?" Tiba-tiba saja Li Bun-yang merasa hatinya tergetar, ia
seperti memahami sesuatu, buru-buru sahutnya sambil
tertawa: "ooooh... boleh, boleh, tentu saja dengan
senang hati." "Kenapa sih kau tertawa" Bila kau tidak mengajak aku,
sekalipun kalian bisa masuk ke dalam istana panca racun,
paling tidak juga mesti membuang banyak waktu dan
tenaga untuk menghadapi makhluk-makhluk beracun
tersebut...." "Betul, mutiara penolak racun milikmu memang dapat
menangkal keganasan lima jenis makhluk beracun itu,
784 bagi kami, kehadiranmu memang akan banyak
mengurangi kerepotan sewaktu memasuki istana itu."
Han si-kong segera bangkit berdiri, serunya sambil
tertawa: "Waktu sudah mulai siang, kita mesti
beristirahat lebih dulu. Kalian tahu aku memang
berangasan dan tidak sabaran, kini keputusan sudah
diambil lebih baik kita beristirahat sejenak, besok pagipagi
kita segera berangkat" sorot matanya dialihkan ke
wajah Ci Mia-cu, lalu tambahnya: "Masih ada satu urusan
lagi mohon bantuan koancu."
BAB 24. Misteri diperkampungan Tay-Peng
"Asal aku dapat melaksanakan pasti akan
kulaksanakan" "setelah kepergian kami, apabila adik saudara Lim
balik ke kuil awan hijau, tolong koancu bisa menahannya
agar menanti beberapa hari di kuil ini."
"Aku rasa tidak perlu," tukas Li Tiong- hui sambil
tersenyum "Burung soat-bi-ji ku sangat cerdik dan
memiliki kemampuan terbang ribuan li dalam sehari. Ke
mana pun kita pergi asal kulepaskan burung soat-bi-ji
tersebut maka paling cepat sehari, paling lama dua tiga
hari kita sudah dapat peroleh berita dari kuil awan hijau."
785 Han si-kong jadi sangat gembira, pujinya: "Waaah,.,
kalau begitu lebih bagus lagi, sungguh tak nyana nona
memiliki burung secerdik itu."
Li Tiong- hui segera bangkit berdiri, selanya: "Kita
berangkat besok pagi-pagi, kita berkumpul di luar
halaman kuil." selesai berkata ia tinggalkan ruangan lebih
dulu. sambil tertawa Ci Mia-cu ikut bangkit berdiri, katanya:
"Tampaknya mustahil bagiku untuk menemani kalian,
kesatu karena aku mesti menunggu orang di sini, kedua
setelah masuk menjadi pendeta aku pun jarang sekali
berkelana dalam dunia persilatan, maafkan aku."
"Kalau begitu kita berpisah saat ini saja, Besok kita tak
perlu pamitan lagi," kata Han si-kong sambil memberi
hormat, lalu. dengan langkah lebar meninggalkan
ruangan. Malam berlalu amat cepat Ketika fajar baru saja
menyingsing Lim Han-kim telah berada di luar kuil, ia
tahu setelah keberangkatannya bersama rombongan Li
Bun-yang, dia akan sulit memperoleh kesempatan untuk
melatih kedelapan jurus ilmu pedang naga saktinya,
maka ia hendak memanfaatkan kesempatan ini untuk
melatihnya sekali lagi di luar kuil. siapa tahu ketika
sampai di luar pintu kuil, ia sudah kedahuluan orang lain.
786 Di antara remang-remangnya fajar, tampak orang itu
berdiri di atas sebuah batu karang tanpa bergerak,
bajunya yang berwarna merah darah berkibar kencang
terhembus angin pagi, Lim Han-kim hanya merasakan
dandanan baju merah orang itu amat menusuk
pandangan mata. Tanpa memperhatikan lagi bagaimana raut wajah-nya,
ia segera putar badan siap balik ke dalam kuil, Belum
sempat dia melangkah masuk. dari belakang tubuhnya
terdengar seseorang menegur dengan suara merdu:
"saudara Lim, harap tunggu sebentar." Terpaksa Lim
Han-kim membalikkan tubuhnya. ia merasa segulung
hembusan angin yang berbau harum menyambar lewat,
tahu-tahu orang berbaju merah itu sudah melayang
turun di hadapannya.

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim segera
berpikir: "Waah... cepat amat gerakan tubuh perempuan
ini." Berpikir begitu, cepat- cepat dia menyahut "Ada
urusan apa nona Li?"
Ternyata gadis berbaju merah itu tak lain adalah Li
Tiong-hui dari bukit Hong-san. Li Tiong- hui segera
tertegun mendapat pertanyaan itu, pikirnya: "Kenapa ia
bertanya begitu" Betul-betul tak tahu sopan santun."
787 sebagai gadis yang angkuh sebetulnya ia hendak
meradang, tapi melihat Lim Han-kim berdiri dengan
kepala menunduk dan sikapnya polos serta bersungguhsungguh
sehingga kepala pun tak berani didongakkan,
hawa amarahnya kontan tersapu lenyap kembali Katanya
kemudian sambil tersenyum: "Baru saja aku mengantar
adik misanku yang binal itu pulang, saudara Lim, pagi
amat kau sudah bangun."
"Nona terlalu memuji."
Kembali Li Tiong-hui berpikir: " orang ini berwajah
ganteng dan gagah, kenapa tingkah laku maupun cara
berbicaranya macam seorang kutu buku."
Jawaban sang pemuda yang begitu singkat dan
ringkas untuk sesaat membuat Li Tiong- hui jengah tak
tahu bagaimana harus menanggapi, setelah lama
termenung ia baru berkata lagi: "Kakakku sering
membicarakan tentang kehebatan ilmu silat saudara Lim.
ia merasa kagum sekali."
"Terima kasih, kakakmu hanya terlalu memuji saja." Li
Tiong-hui tertawa merdu. "sebetulnya kakakku itu lembut di luar keras di dalam
hatinya, Mustahil ia mau memuji orang hanya di bibir
saja, Apabila bukan karena ilmu silat saudara Lim yang
betul-betul menaklukkan hatinya, ia tak mungkin akan
memujimu setinggi langit"
788 "Kemampuanku sangat terbatas, belum sebanding
dengan ilmu silat keluarga Hong-san-"
Selama tanya jawab itu berlangsung, Lim Han-kim
selalu berdiri dengan kepala tertunduk, tidak sekali pun
dia angkat kepalanya, Tiba-tiba saja timbul perasaan
ingin tahu dalam hati Li Tiong-hui, pikirnya: "Heran,
kenapa ia begitu kolot dan serius" Memang dasarnya
pemalu atau sengaja berbuat demikian untuk berlagak di
hadapanku" Hmm, hari ini aku harus men-jajalnya."
Maka sambil tertawa merdu katanya: "Setiap kali
mendengar kakakku memuji-muji kehebatan saudara
Lim, di dalam hati kecilku selalu timbul perasaan tak
puas." Gadis ini tumbuh dewasa dalam lingkungan keluarga
persilatan nomor wahid dalam dunia persilatan Meski
pengetahuan dan pergaulannya tidak seluas kakaknya,
namun kemampuannya sekarang tak tertandingkan oleh
orang awam, sehingga secara otomatis lahiriah sifat
terbuka baginya. Ketika mendengar perkataan gadis itu,
Lim Han-kim segera menjawab:
"Lebih baik nona jangan percaya, justru kakakmulah
yang kelewat memandang tinggi kemampuanku. "
Li Tiong-hui semakin keheranan lagi setelah melihat
pemuda itu sama sekali tidak dibuat gusar, katanya lagi:
789 "Aku tahu kakakku tak pernah bohong, oleh karena itulah
aku tak bisa tidak harus mempercayainya."
Lim Han-kim menggerakkan bibirnya seperti hendak
mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut segera
diurungkan Li Tiong-hui berkata lebih lanjut: "Namun di
hati kecilku pun timbul perasaan tak puas. oleh karena
itu aku ingin mencoba kehebatan ilmu silat saudara Lim.
Kesatu untuk membuktikan perkataan kakakku, apakah
ia memang sengaja memuji atau tidak dan kedua, biar
aku pun mendapat pengalaman baru."
"Tentang masalah ini, maaf aku tak dapat melayani."
"Kenapa?" sekali lagi Li Tiong-hui dibuat tertegun
sementara dalam hatinya ia berpikir "Masa
kemampuannya benar-benar telah mencapai taraf
kesempurnaan yang tidak terpengaruh oleh gejolak
emosi?" Diam-diam ia coba melirik wajah pemuda itu. Tampak
paras anak muda itu beruban jadi memerah, sorot
matanya memancarkan sinar tajam, jelas ia sedang
berusaha mengendalikan gejolak emosi dalam hatinya.
Melihat itu si nona jadi geli, segera katanya lagi: "Mari
kita batasi pertarungan sampai sepuluh gebrakan saja,
Apabila saudara Lim sampai keok di tanganku, jangan
khawatir, aku berjanji tak akan memberitahukan kejadian
ini kepada orang lain."
790 Berubah hebat paras Lim Han-kim, pelan-pelan ia
mendongakkan kepalanya, berkilat sepasang matanya,
tapi begitu sinar mata itu bentrok dengan sorot mata Li
Tiong-hui, ia segera menunduk kembali sambil tetap
merendah: "Aku sadar kepandaianku bukan tandingan
nona, buat apa nona mendesakku terus menerus."
Rasa heran dan ingin tahu yang menyelimuti perasaan
Li Tiong-hui makin menjadi-jadi, batinnya: "Hari ini aku
harus memaksa dia untuk melayani pertarunganku."
Maka katanya lebih jauh: "Aku tahu saudara Lim sengaja
menyembunyikan kepandaianmu dan segan melayani
tantanganku ini, tapi maafkan aku. Tekadku untuk
mencoba sudah bulat, terpaksa aku harus bermain kasar
lebih dulu." Begitu perkataan tersebut ditutup, telapak tangannya
segera diayunkan ke muka melancarkan sebuah pukulan,
serangan ini sungguh gencar, desingan angin tajam
segera membelah udara menyambar ke muka.
Lim Han-kim segera menggerakkan sepasang
bahunya, tahu-tahu badannya sudah bergeser tiga depa
dari posisi semula dan terhindar dari serangan itu.
"Gerakan tubuh yang sangat bagus" puji Li Tiong-hui,
secepat petir tangan kirinya menyodok ke muka, dengan
jari-jari tangannya yang lentik ia totok jalan darah "Hunbun-
hiat" di bahu kiri Lim Han-kim, sementara telapak
791 tangan kanannya menyapu sejajar dada menghantam
jalan darah Thian-ti-thiat di ketiak kanannya.
Lim Han-kim menarik napas panjang, hawa murninya
disalurkan ke seluruh badan, tahu-tahu ia sudah
melayang mundur lagi sejauh empat depa. sesudah
melepaskan dua jurus serangan, Li Tiong -hui mulai
sadar bahwa Lim Han-kim betul-betul memiliki ilmu silat
yang sangat tangguh, maka ia mendesak maju lebih ke
depan, dalam waktu singkat lima buah pukulan telah
dilepaskan. Kelima jurus serangan itu dilancarkan dengan
kecepatan luar biasa, selain hebat juga ganas. walaupun
Lim Han-kim berhasil juga menghindarkan diri dari kelima
serangan tersebut, namun ia sempat dibuat terkejut
hingga peluh dingin membasahi seluruh badannya.
Tiba-tiba Li Tiong-hui menarik kembali serangannya,
dengan merdu tegurnya: "saudara Lim, apabila kau tetap
tidak membalas, berarti kau tak pandang sebelah mata
pun kepadaku." Lim Han-kim segera menjura, katanya dingin: "Ilmu
silat yang nona miliki sangat hebat, aku percaya bukan
tandinganmu" sesungguhnya Li Tiong-hui bermaksud memancing
amarahnya sehingga pemuda itu melancarkan serangan
balasan, dengan demikian selain bisa menjajal
792 kemampuan ilmu silatnya, dari permainan jurus
serangannya nanti dia pun bisa menyelidiki asal usul
aliran ilmu silatnya. Mimpipun dia tidak mengira serangan balasan, tak
heran kalau gadis itu jadi termangu-mangu dibuatnya.
sampai lama kemudian ia baru membungkukkan badan
memberi hormat dan berkata sambil tertawa: "saudara
Lim betul-betul hebat, aku mohon maaf atas kekasaranku
tadi." "Terima kasih, terima kasih."
Mendadak terdengar gelak tertawa keras
berkumandang datang, Han si-kong dan Li Bun-yang
tahu-tahu sudah muncul di tepi arena.
Melihat mimik wajah dua orang itu Li Bun-yang segera
mengerti apa yang telah terjadi, sambil tertawa bisiknya
kemudian kepada Lim Han-kim: "saudara Lim harap
maklum, adikku ini sudah terbiasa dimanja ibuku
sehingga begitulah jadinya watak-nya. Apabila ia sudah
menyalahi dirimu harap dengan memandang wajahku,
tak usah saudara melayaninya lagi."
Lim Han-kim hanya tertawa hambar, ia tidak memberi
komentar pada saat itu Han si-kong telah celingukan
keempat penjuru ketika melihat Li Tiong-hui sudah
puluhan tombak meninggalkan tempat itu, maka dia pun
mengerahkan tenaga dalamnya sambil berseru:
793 "Mumpung fajar baru menyingsing, mari kita tempuh
perjalanan lebih dulu." Selesai berkata ia segera
menyusul di belakangnya. setelah meninggalkan bukit Ciong-san, keempat orang
itu menelusuri sungai menuju ke Utara. sepanjang
perjalanan Lim Han-kim selalu berusaha menghindari Li
Tiong-hui. Tentu saja tindakan anak muda itu sangat
menyinggung perasaan Li Tiong-hui. sekalipun gadis itu
berjiwa terbuka, ditambah pula ia mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang luas, namun
bagaimana pun ia masih seorang gadis perawan.
sikap Lim Han-kim yang sengaja menghindarinya itu
menimbulkan perasaan gusar dan mendongkol di hati
kecilnya, namun untuk beberapa saat perasaan itu tak
dapat dilampiaskan keluar, terpaksa perasaan ini
ditekannya di dalam hati yang membuat rasa dongkol
dan gusar gadis tersebut terhadap Lim Han-kim makin
lama semakin bertambah mendalam.
Han si-kong belum pernah memahami perasaan kaum
wanita dan lagi diapun tak pernah memperhatikan hal
tersebut, tentu saja ia tak tahu akan keadaan muda mudi
itu sebaliknya Li Bun-yang meski dapat menangkap
wajah dan sikap yang kurang beres atas adik perempuan
itu, namun sebagai kakak beradik dia pun merasa kurang
leluasa untuk membicarakan soal muda mudi, karenanya
terpaksa dia pun berlagak tidak melihat.
794 Hari ini, sampailah mereka berempat di kota Lu-ciu
yang sudah masuk propinsiAn-hui, waktu itu senja sudah
berada di ambang pintu. Tiba-tiba Han si-kong teringat
kembali pada seorang sahabat lamanya yang berdiam
diperkampungan Tay-peng dekat kota tersebut, Kepada
Li Bun-yang, orang tua itu pun berkata:
"Aku punya seorang sahabat karib yang punya nama
serta kedudukan yang cukup tinggi di seputar daratan
Tionggoan, sedang sepanjang perjalanan sampai di sini
klta pun gagal peroleh sedikit berita pun, bagaimana
kalau kita menyambangi jago silat ini sekalian mencari
tahu berita tentang adik saudara Lim. Siapa tahu dari situ
kita bakal peroleh hasil yang di luar dugaan?"
"Apakah locianpwee maksudkan ketua perkampungan
Tay-peng yang disebut orang sebagai si peluru berantai
chee Tay-tong, chee Lo-enghiong?" tanya Li Bun-yang
sambil tersenyum. "Betul, dialah yang kumaksudkan." sahut Han Si-kong
girang, "Bagaimana"Jadi saudara Li juga kenal?"
"Kami pernah bertemu satu kali."
"orang bilang keluarga persilatan bukit Hong-san
punya pergaulan yang sangat luas, nyata berita tersebut
bukan nama kosong belaka, Tampaknya sedikit sekali
jago persilatan yang tidak dikenal oleh keluarga
persilatan bukit Hong-san-"
795 "Aaah, itu semua hanya hasil peninggalan kakekku
almarhum kalau dibicarakan sungguh memalukan-"
"Seingatku benteng atau perkampungan Tay-peng
terietak di sebelah Barat laut kota Lu-ciu, jaraknya kirakira
belasan li. Kalau kita percepat langkah kita mungkin
sebelum makan malam kita sudah sampai di
perkampungan tersebut,"
"Apakah locianpwee sudah lama tidak bersua dengan
chee poocu?" "Yaa, kalau dihitung dengan jari, mungkin sudah
empat lima belas tahunan-"
"Mungkin Tay-peng-po yang bakal kau jumpai
sekarang jauh berbeda dengan apa yang locianpwee
saksikan dulu." "Kenapa" Apakah perkampungan Tay-peng sudah
berganti pemilik?" "Meskipun belum berganti pemilik namun situasi dan
keadaannya telah terjadi perubahan besar. Tahun
berselang ketika aku lewat di perkampungan Tay-peng
sebenarnya aku ada niat menjenguk Cheepoocu, tapi
setelah melihat benteng mereka dijaga sangat ketat
terpaksa aku berubah pikiran dan berputar menghindari
tempat itu, tapi jika locianpwee adalah sobat lama
Cheepoocu, tentu saja keadaannya agak berbeda."
796 Han si-kong tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha ha
ha... dulu aku bersama Chee Tay-tong pernah bersamasama
mengembara dalam dunia bersilatan, Hubungan
kami sangat akrab melebihi saudara sendiri kemudian ia
bosan mengembara dan memilih menetap di benteng
Tay-peng ini, entah bagaimana ceritanya terakhir dia
malah menjadi pemimpin tempat itu. Mungkin di bawah


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pimpinannya benteng Tay-peng telah berubah suasana
baru dan mengalami kemajuan yang pesat. Belasan
tahun berselang aku pernah berkunjung sekali ke situ.
Dia sambut aku bagaikan tamu agung, aaaai... waktu
berlalu sangat cepat, tanpa terasa sudah belasan tahun
kami tak pernah bersua muka."
Melihat orang tua itu berbicara dengan penuh
semangat, seakan-akan sedang membayangkan kembali
masa lalunya, Li Bun-yang tidak banyak bicara lagi.
Mereka segera mempercepat langkahnya, tak sampai
sepenanakan nasi kemudian sampailah mereka di
Benteng Tay-peng. Tay-peng-poo adalah sebuah bangunan benteng yang
terbuat dari batu cadas. Bangunannya tinggi, kokoh dan
sangat megah, Pintu benteng tertutup rapat, sedang air
sungai yang mengelilingi benteng tersebut kelihatan
amat dalam. jembatan penyeberangan dalam keadaan
terangkat, penjagaan di situ memang kelihatan sangat
ketat, seolah-olah sedang menghadapi serangan musuh.
797 Menyaksikan keadaan itu Han si-kong segera berkerut
kening, pikirnya: "sekarang dunia sangat aman, lagi pula
tengah malam belum tiba, kenapa mereka menjaga
benteng begitu ketat dan keras.,.?"
sementara dia masih termenung, tiba-tiba dari atas
benteng berkumandang datang suara teguran: "siapa di
situ?" Dengan mengerahkan tenaga dalamnya Han si-kong
menya hut: "Tolong sampaikan kepada Cheepoocu,
katakan seorang sahabat lamanya Han si-kong datang
menyambanginya" Dari atas benteng segera bergema lagi suara sahutan:
" Harap tuan tunggu sebentar, selesai memberi laporan
kepada pocu, pasti kami membuat keputusan"
Kalau mendengar suara jawaban yang begitu nyaring,
sudah jelas orang itu memiliki ilmu silat yang sangat
tangguh, selama hampir setengah jam lamanya keempat
orang itu menunggu di luar benteng, namun tak
kedengaran sesuatu apa pun. Han si-kong jadi tak sabar,
sambil mengawasi sekejap pintu benteng itu katanya: "
Harap kalian menunggu sebentar di sini, biar aku tengok
dulu keadaan benteng ini"
Ia merasa terlalu lama menunggu, selain itu kejadian
mana amat memalukan dirinya, karena itu dia siap
798 menerjang masuk ke dalam benteng itu untuk melakukan
pemeriksaan. sambil tersenyum Li Bun-yang segera membujuk: "
Locianpwee, lebih baik tunggulah sekejap lagi. Walaupun
Chee Tay-tong adalah sobat lama locianpwee, toh sudah
banyak tahun tak pernah bersua, Siapa tahu telah tejadi
suatu perubahan di sini."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba-tiba
dari atas benteng muncul dua buah lentera merah,
jembatan gantung pun pelan-pelan diturunkan ke bawah.
Pintu benteng terbuka lebar, lalu muncul seorang
pemuda berpakaian ringkas yang lincah gerak geriknya,
Ketika melihat orang yang menyambut kedatangannya
seseorang yang tidak dikenal, Han Si-kong merasa api
amarahnya bergelora, ia segera mendengus dingin dan
membungkam dalam seribu basa.
Pemuda berpakaian ringkas itu memperhatikan
sekejap keempat orang itu, lalu sambil menengok ke
arah Han Si-kong tanyanya: "Siapakah di antara kalian
adalah Han locianpwee?"
"Aku orangnya, siapa kau?"
sambil menjura pemuda berpakaian ringkas itu
memperkenalkan diri: "Aku ong Hong-hoo"
"Yang ingin kujumpai adalah Chee Tay-tong"
799 "oooh, dia adalah guruku."
"Gurumu masih hidup?"
"Kesehatan suhu sangat baik, beliau memerintahkan
aku khusus untuk menyambut kedatangan Han
locianpwee" Han Si-kong semakin mendongkol, bentaknya penuh
amarah: "Hmmm, besar amat lagak gurumu"
ong Hong-hoo berkerut kening, katanya: "Apabila
locianpwee menjumpai persoalan yang tidak
menyenangkan hati, lebih baik utarakan sesudah
bertemu dengan suhu nanti, di depanku lebih baik
tangan mencela suhu."
"Bagus, aku justru mau mengumpat di depanmu, mau
apa kau" teriak Han Si-kong semakin gusar.
Melihat situasi bakal berubah jadi kaku Lim Han-kim
siap maju ke depan untuk membujuk Han si-kong, tapi Li
Bun-yang segera menjawil bajunya mencegah ia berbuat
demikian, sementara itu ong Hong-hoo telah balikkan
badan masuk ke dalam benteng, maka mereka
berempatpun ikut menyeberangi jembatan masuk ke
dalam benteng itu Waktu itu malam hari telah menjelang tiba. Dengan
menggunakan cahaya bintang yang redup keempat
orang itu mencoba memperhatikan keadaan dalam
800 benteng itu. Ternyata seluruh benteng berada dalam
keadaan gelap gulita, tak tampak setitik cahaya pun yang
menerangi ruangan. Tempat itu mirip sebuah benteng kosong, seram, sepi
dan mengerikan Dalam lorong maupun jalanan tak
nampak manusia berlalu lalang, semua pintu dan jendela
bangunan tertutup rapat, padahal waktu itu makan
malam pun baru menjelang, tapi semua penghuni
benteng Tay-peng seakan-akan sudah terlelap tidur.
ong Hong-hoo mengajak beberapa orang itu menuju
ke depan sebuah halaman dengan pagar yang tinggi
kokoh, Tampak dua belah pintu gerbang yang berwarna
hitam pekat berada dalam keadaan tertutup rapat, Han
si-kong mencoba memperhatikan keadaan di sekeliling
tempat itu, ternyata keadaannya sudah berbeda sama
sekali dengan keadaan dulu, seakan-akan semua
bangunan lama di benteng itu sudah dirobohkan semua
dan kini dibangun baru lagi.
sementara itu ong Hong-hoo sudah menaiki tujuh
tingkat anak tangga dan mulai menggedor gelang besar
di depan pintu, Gelang itu dibunyikan tujuh kali, pintu
gerbang yang tertutup pun segera terbuka lebar. Dua
orang pemuda berpakaian ringkas warna hitam dengan
membawa lampu lentera muncul menyambut kedatangan
mereka. 801 ong Hong-hoo segera memberi tanda, Tanpa
mengucapkan sepatah kata pun dua orang itu
mengangkat lentera nya tinggi-tinggi dan putar badan
membawa jalan, setelah melewati sebuah bangunan
yang amat besar dan luas, kembali mereka terhadang
oleh sebuah pintu besar seorang bocah berbaju hijau
berdiri serius di muka pintu.
Tampaknya ong Hong-hoo menaruh sikap yang sangat
menghormat terhadap bocah berbaju hijau itu, sambil
manggut tanyanya pelan: "Apakah suhu ada waktu
luang?" "suhu menunggu para tamunya di halaman belakang,
Biar aku yang ajak tamu, kau tak usah masuk."
"Terima kasih banyak sute"
Han si-kong yang berangasan tak bisa menahan diri
lagi, dengan amarah yang ber-kobar-kobar serunya
sambil mendengus dingin: "Hmmm, banyak amat lagak
bocah di tempat ini."
Tiba-tiba bocah berbaju hijau itu berpaling dan
mengawasi Han si-kong sekejap. kemudian tegurnya
ketus: "Kalau bicara lebih baik hati- hati sedikit...."
"Hmmm, aku justru mau mengumpat" teriak Han sikong
semakin naik darah, "Hmmm, hmmm... setelah
802 berjumpa CheeTay-tong nanti, aku pasti memberi
pelajaran kepadamu."
sementara itu si bocah berbaju hijau tersebut sudah
menerima sebuah lampu lentera dari tangan orang
berbaju hitam, pelan-pelan ia menyapu sekejap wajah Li
Bun-yang, Lim Han-kim serta Li Tiong-hui, kemudian
jengeknya: "Hmmm, asal kau berani, tak ada salahnya
untuk dicoba." Habis bicara, dia mengungkat tinggi lenteranya dan
berjalan ke dalam dengan langkah lebar.
Menyaksikan tingkah pola bocah itu, Li Bun-yang
dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara segera
berbisik kepada Han Si-kong: "Locianpwee, sementara
waktu lebih baik jangan mengumbar hawa amarah, Kalau
berbicara dari suasana misterius yang menyelimuti
benteng Tay-peng saat ini, agaknya pihak lawan bukan
hanya bermaksud memandang hina orang lain saja.
Lebih baik locianpwee menjaga ketenangan dan
mempertahankan otak yang dingin sambil
memperhatikan situasi, jangan sampai masuk perangkap
lawan-" Han Si-kong sudah cukup lama berkelana dalam dunia
persilatan, pengetahuan serta pengalamannya cukup
luas, hanya sifatnya saja yang agak berangasan- Apabila
menghadapi masalah yang kurang berkenan di hatinya,
803 ia tak tahan untuk mengumbar hawa amarahnya serta
sukar mengendalikan diri.
Tapi setelah diperingatkan Li Bun-yang saat ini, ia
mulai sadar dan segera bersikap lebih tenang, Ditariknya
napas panjang-panjang untuk menenangkan api amarah
yang berkobar dalam dadanya.
Dalam kesempatan itu si bocah berbaju hijau itu telah
mengajak beberapa orang tersebut melewati dua buah
halaman luas. Tampak halaman itu penuh ditumbuhi
bebungahan yang menyiarkan bau harum semerbak.
Mendadak si bocah baju hijau penunjuk jalan itu
berhenti berjalan seraya ujarnya: "Nah, sudah sampai,
harap kalian menunggu sejenak"
Han Si-kong mendengus dingin, ia seperti hendak
mengumbar hawa amarahnya tapi kemudian niat
tersebut dapat ditahan. si bocah berbaju hijau itu maju beberapa langkah ke
depan, mendorong sebuah pintu berbentuk bulat dan
langsung masuk ke dalam, Tiba-tiba saja Han si-kong
ikut maju ke muka siap membuntuti di belakang bocah
berbaju hijau itu menerjang masuk ke dalam, tapi Li Bunyang
segera melintangkan lengan kirinya menghalangi
jalan perginya. Melihat itu Han si-kong menghela napas
panjang dan membatalkan langkah-nya.
804 sementara itu Lim Han-kim telah mengguna kan
kesempatan tersebut untuk memperhatikan keadaan-di
sekitar sana. Ter-nyata mereka telah berada di sebuah
kebun bunga kecil yang berbentuk sangat indah. Luasnya
cuma lima kaki tapi penuh ditumbuhi pepohonan dan
aneka bunga. Ada kolam ikan, ada pula gunung-gunungan,
semuanya berbentuk manis dan indah, Hanya satu hal
yang kurang berkesan yakni keheningan yang
mendatangkan perasaan menyeramkan.
Tampak cahaya lentera membias ke luar dari balik
pintu bulat, bocah berbaju hijau itu telah muncul kembali
sambil berkata dingin, "suhu mengundang kalian masuk"
Li Tiong-hui mencoba memperhatikan wajah bocah
berbaju hijau itu, ternyata dia memiliki paras muka yang
pucat pias seperti mayat, nada bicaranya dingin dan
ketus, tanpa terasa pikirnya: "Heran betul, bocah ini
paling banter baru berusia tiga empat belas tahunan,
kalau ia bukan dibesarkan dalam lingkungan yang dingin
menyeramkan atau pernah mendapat pendidikan yang
sadis dan kejam, tak mungkin dengan usianya semuda
itu, sikapnya bisa begitu kaku, dingin dan menggidikkan
hati." sementara si nona masih termenung, Han Si-kong
dengan langkah lebar telah melangkah masuk ke dalam
pintu bulat itu. Bocah berbaju hijau itu segera berebut
805 melangkah lebih dulu di depan, mereka menelusuri
sebuah lorong sepanjang empat lima kaki sebelum
akhirnya tiba di sebuah ruang tamu yang sangat luas.
Empat buah lilin putih yang tinggi besar menerangi
seluruh ruang tamu itu. sebuah meja berkaki delapan
terletak di tengah ruangan, sementara di sisinya duduk
seorang lelaki setengah umur yang berwajah kurus dan
berjenggot putih. orang itu bukan lain adalah sipeluru
berantai chee Tay-tong, pemilik benteng Tay-peng.
Begitu melangkah masuk ke dalam ruang tamu, Han
si-kong dengan sorot matanya yang tajam menyapu
sekejap seluruh ruangan itu, Ketika dilihatnya di sana
hanya hadir chee Tay-tong seorang tanpa pengikut, ia
berusaha menahan hawa amarahnya, sambil menjura ia
menyapa: "saudara chee, sudah belasan tahun kita tak bersua,
baik-baikkah anda?" chee Tay-tong duduk tak bergerak,
hanya sinar matanya pelan-pelan dialihkan ke wajah Han
si-kong, sahutnya singkat: "Baik-baikkah kau saudara
Han?" "saudara Chee" seru Han si-kong sambil tertawa
dingin, "Aku lihat lagakmu makin lama makin bertambah
besar." "Terima kasih, terima kasih." Chee Tay-tong alihkan
pandangan matanya ke wajah Li Bun-yang, kemudian
806 terusnya: "Apakah saudara ini adalah saudara Li dari


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keluarga persilatan bukit Hong-san?"
"Benar." Li Bun-yang tersenyum "Tak disangka chee
pocu masih ingat dengan diriku, hal ini betul-betul
merupakan satu kebanggaan bagiku."
chee Tay-tong ulapkan tangan kanan-nya, dengan
nada dingin dan ketus kembali ujarnya: "Maafkan aku
bila kehadiran kalian semua dari tempat jauh tak bisa
disambut semestinya."
sebetulnya beberapa patah kata itu merupakan
ucapan sopan santun, tapi lantaran diutarakan chee Taytong
dengan nada yang dingin dan menyeramkan, maka
timbullah kesan yang mengerikan dan menggidikkan hati
bagi siapa pun yang mendengarnya. Han si-kong kembali
tertawa dingin. "saudara Chee, masih ingatkah kau bagaimana kita
mengembara bersama dalam dunia persilatan di masa
lalu" Waktu itu kita sama-sama...."
"saudara Han," tukas Chee Tay-tong. " Kalau hendak
mengucapkan sesuatu, lebih baik duduklah dulu sebelum
dilanjutkan." Teringat dengan bujukan Li Bun-yang tadi, terpaksa
Han si-kong menekan rasa gusar dan mendongkolnya, ia
menurut dan mengambil tempat duduk. Tidak memberi
807 kesempatan kepada Han si-kong untuk melanjutkan
perkataannya, chee Tay-tong segera berkata lebih dulu:
"Enghiong perempuan ini rasanya sangat kukenal."
"ooh, dia adalah adikku," Li Bun-yang segera
memperkenalkan. "selamatjumpa, selamat jumpa, sudah lama aku
mendengar nama besar nona Li sebagai keturunan
keluarga persilatan bukit Hong-san, Beruntung sekali
kami dapat bertemu muka hari ini."
Lalu sinar matanya dialihkan ke wajah Lim Han-kim,
lanjutnya: "siapa pula jago muda ini" Boleh aku tahu
namamu?" "Aku Lim Han-kim"
"Lim Han-kim. Lim Han-kim..." Asing benar nama ini."
"Yaa, aku memang jarang berkelana dalam dunia
persilatan itulah sebabnya Chee pocu tidak kenal aku."
Dengan pandangan yang tajam seperti mata pisau
Chee Tay-tong menyapu sekejap wajah beberapa orang
itu, kemudian tegurnya: "Boleh aku tahu ada urusan apa
kalian berkunjung ke mari?"
setelah mengalami beberapa kejadian, Han si-kong
sudah mulai dapat mengendalikan gejolak perasaannya,
diam-diam pikirnya: "Baik watak. mimik muka serta
808 gerak gerik orang ini rasanya berbeda amat dengan
keadaan dulu, Pada hakekatnya tak ubahnya seperti
berganti orang lain. Di balik semuanya ini tentu ada
sebab-sebabnya, ehmmm... aku tak boleh gegabah."
Berpikir begitu, dengan suara yang lebih lembut
sahutnya: "oooh... sudah lama kita tak bersua, maka
kuajak beberapa orang ini khusus datang menyambangi
saudara Chee" Paras muka Chee Tay-tong tetap dingin dan kaku.
Tiba-tiba ia bertepuk tangan dua kali, Dari sudut ruangan
terdengar pintu kayu didorong orang, Dua orang dayang
kecil berbaju hijau muncul ditengah ruangan.
Dayang yang berjalan paling depan membawa sebuah
baki kayu berwarna merah, Di atas baki terdapat empat
buah cawan perselen Dengan langkah yang lemah
gemulai dia menghampiri Han si-kong sekalian dan
berkata hormat:"silahkan minum teh."
Li Bun-yang mengambil secawan lebih dulu dari baki
itu dan membuka penutupnya, tampak dalam cawan itu
berisi cairan berwarna hijau yang masih mengepulkan
hawa panas, bau harum terasa menyegarkan pikiran, tapi
pemuda ini hanya memandangnya sekejap lalu
diletakkan ke atas meja. 809 Han Si-kong juga mengendus cawan itu beberapa kali
sambil memuji tiada hentinya: "Ehmmmm, air teh wangi,
air teh wangi...." Meski pujiannya berulang kali namun setetes pun ia
tak minum, cawan itu segera diletakkan kembali ke atas
meja. Pada saat itu dayang kedua juga membawa
sebuah baki yang berisi beberapa macam makanan kecil.
Dengan sigap dayang itu meletakkan makananmakanan
kecil itu ke atas meja, kemudian setelah
memberi hormat bersama dayang yang membawa cawan
teh itu segera mengundurkan diri dari ruangan-
Chee Tay-tong segera mengambil sepotong makanan
kecil itu sambil ujarnya: "Setelah menempuh perjalanan
jauh tentunya kalian merasa lapar bukan" silahkan
mencicipi dulu panganan tersebut sebelum hidangan
sayur di siapkan-..." Selesai berkata ia segera masukkan
panganan itu ke mulut dan menghabiskan dengan lahap.
Han Si-kong hanya duduk tak bergerak, ia tidak
mengambil panganan tersebut, dan tidak mengucapkan
sepatah kata pun- Chee Tay-tong sendiri pun tidak sungkan-sungkan, dia
mengambil terus penganan di meja dan dimakan dengan
lahap. Suasana dalam ruang tamu yang luas dan
mengerikan itu pun tiba-tiba berubah jadi hening, sepi,
Tak kedengaran sedikit suara punTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
810 Entah berapa waktu sudah lewat, Hampir separuh
bagian isi piring penganan yang dihidangkan di meja
telah dihabiskan chee Tay-tong, tiba-tiba saja ia bertepuk
tangan dua kali. Dari sudut ruangan kembali muncul dua orang dayang
berbaju hijau yang segera membereskan piring-piring di
meja dan mundur dari situ. Menyusul kemudian bau arak
dan hidangan yang lezat dihidangkan di meja, tak lama
kemudian seluruh meja telah dipenuhi dengan aneka
macam masakan dan arak wangi.
Lagi- lagi Che Tay-tong mengangkat cawan araknya
sambil berkata berulang kali: "silahkan, silahkan dicicipi"
Kembali ia teguk habis isi cawan araknya, Meskipun Lim
Han-kim sekalian merasa agak lapar, tapi mereka curiga
arak dan hidangan yang tersedia telah diracuni, maka
terpaksa mereka harus menahan lapar dan duduk tak
bergerak. Chee Tay-tong pun tidak sungkan-sungkan, seakanakan
di sekeliling sana tak ada orang lain, dia menggasak
semua hidangan yang tersedia dengan lahap. sekejap
kemudian sepoci arak wangi sudah dihabiskan.
Mencium bau harum arak yang menus uk hidung,
hampir saja Han si- Kong taK kuasa menahan diri
Beberapa kali tangannya sudah bergerak hendak
menyambar cawan arak di hadapannya, untung Li Bunyang
telah memperhitungkan sampai disana.
811 Terpaksa berulang kali ia harus memperingatkan
dengan ilmu menyampaikan suaranya hingga Han sikong
pun akhirnya dapat mengendalikan diri
Tak lama kemudian Chee Tay-tong telah selesai
makan, ditatapnya keempat orang itu sekejap. lalu
katanya: " Untuk menyambut kedatangan kalian dari
jauh, aku telah melaksanakan kewajibanku sebagai
seorang tuan rumah, Nah, kini waktu semakin larut
malam, aku rasa aku tak perlu menahan kalian lebih
lama lagi." Mimpipun Han si-kong tidak menyangka kalau secara
tiba-tiba ia akan mengusir mereka dari situ, setelah
termenung beberapa saat katanya: "sesungguhnya
maksud kedatanganku kali ini kesatu untuk menjenguk
sahabat lama, kedua ada urusan hendak dirundingkan-"
"Persahabatan sudah menjadi kenangan masa silam,
lagipula tiada perjamuan yang tak buyar di dunia ini,
lebih baik terima saja bujukanku, Lebih baik saudara Han
cepat-cepat tinggalkan tempat ini."
Han si-kong melirik Li Bun-yang sekejap. Tiba-tiba ia
mendorong meja di hadapannya sambil bangkit berdiri,
hardiknya penuh amarah: "Bagus sekali Chee Tay-tong,
dahulu kau tak lebih cuma seorang poocu kecil dari
benteng Tay-peng, tidak sepantasnya kau berlagak
macam begini di hadapanku HHmmm Bagaimana pun
812 kita pernah jadi sahabat karib yang senasib
sependeritaan-" Tampaknya Chee Tay-tong hendak mengumbar
napsunya pula, tapi akhirnya ia dapat mengendalikan
diri, tegurnya kemudian ketus: "Lantas saudara Han mau
apa?" sebenarnya Han si-kong hendak menggunakan
kesempatan itu untuk memancing Hawa amarah Chee
Tay-tong, ia tak menyangka kalau orang itu dapat
menahan emosinya sehingga untuk berapa saat dia tak
tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan itu.
sementara dia masih termenung, Li Bun-yang telah
bangkit berdiri seraya berkata:
"Untuk perjamuan dan pelayanan pocu yang begitu
ramah terhadap kehadiran kami, aku merasa berterima
kasih sekali Terima lah hormatku sebagai pertanda rasa
terima kasih itu." sambil berkata dia segera menjura
dalam- dalam. Perlu diketahui, sejak masuk ke dalam ruang tamu itu
Chee Tay-tong selalu duduk tak bergerak. Hal ini segera
memancing kecurigaan di hati kecil Li Bun-yang, itulah
sebabnya dia sengaja bangkit berdiri untuk memberi
hormat. 813 siapa tahu chee Tay-tong tetap duduk tak bergerak,
dia hanya mengulapkan tangan konannya sambil
berkata: "Kau tak perlu banyak adat."
Han si-kong segera berkerut kening, diam-diam
pikirnya: "Jangan-jangan selama berapa tahun terakhir
ini dia telah mengalami siksaan atau goncangan jiwa
sehingga wataknya mengalami perubahan drastis. Kalau
tidak. masa dia bersikap begitu dingin, kaku seolah-olah
tak berperasaan" sementara dia masih berpikir, chee Tay-tong telah
berteriak dengan suara keras: "Antar para tamu"
Dua orang bocah berbaju hijau menyahut dan segera
muncul di tengah ruangan, sambil menyapu pandang
pada Li Bun-yang sekalian, serunya serentak: "silahkan
tuan sekalian" Ruang tamu itu sangat lebar dan luas, tapi dua orang
bocah berbaju hijau itu seolah-olah selalu berdiri di sudut
yang gelap. karena buktinya begitu ada perintah mereka
segera munculkan diri, malah gerakan tubuh mereka
sangat enteng sampai tak kedengaran sedikit suara punsatu
ingatan segera melintas dalam benak Li Bunyang,
diam-diam pikirnya: "Heran, kenapa Chee Tay-tong
berulang kali mendesak kami untuk pergi meninggalkan
tempat ini" Tampaknya ia punya kesulitan yang sukar
diutarakan seandainya dia sudah lupa hubungan
814 persahabatan semestinya dia bisa menolak untuk
bertemu muka, kenapa ia mesti menjamu kami dengan
begitu meriah" Di sudut ruangan tempat kegelapan sana
dapat dipakai untuk bersembunyi dua orang bocah
berbaju hijau itu, kenapa tak mungkin dipakai juga oleh
orang lain untuk secara diam-diam mengawasi gerakgerik
orang she Chee ini?"
Berpikir sampai di situ secara diam-diam dia mulai
pasang mata untuk memperhatikan keadaan Sekeliling
ruangan itu. Secara bersamaan pula dia menggunakan
ilmu menyampaikan suara untuk memberi peringatan
kepada Lim Han-kim dan Han Si-kong sekalian agar lebih
berhati-hati sebab di balik kegelapan di sudut ruangan itu
kemungkinan besar ada jago yang bersembunyi serta
melakukan pengawasan. Tampaknya dua orang bocah berbaju hijau itu sudah
menyadari akan tindak tanduk Li Bun-yang sekalian,
Tiba-tiba si bocah yang berada di sebelah kiri mendesak
maju ke hadapan Li Bun-yang sekalian sambil
membentak keras: "Poocu kami sudah menurunkan
perintah untuk mengusir tamu, kenapa kalian belum juga
mau bergerak, sebetulnya apa maksudmu?"
Li Bun-yang bukan bocah kemarin sore, begitu melihat
bocah berbaju hijau itu mendesak maju ke depan, ia
segera membuat persiapan yang seksama, pikimya:
"Kalau dilihat dari situasi hari ini, tampaknya kalau aku
815 tidak ribut sampai terjadi pertarungan susah bagi kami
untuk menyelidiki keadaan yang sesungguhnya."
Sambil bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan, ia menyahut dengan tertawa dingin:
"Hmm, hmmm... seorang pelayan cilik juga berani
kurang ajar terhadap kami?"
"Terima kasih, aku tak berani," sahut pelayan itu
ketus, Tiba-tiba saja ujung baju kanannya dikebaskan ke
depan, Di bawah cahaya lilin tampak selapis cahaya
berwarna perak meluncur tiba dengan kecepatan luar
biasa. Li Bun-yang cukup berpengalaman. dalam sekilas
pandang ia sudah mengenali cahaya perak itu sebagai
senjata rahasia beracun bangsa jarum bunga bwee dan
sejenisnya, diam-diam ia terkesiap. pikirnya:
"sungguh kejam bocah berbaju hijau ini, dalam jarak
sedekat inipun ia mampu menggunakan jarum beracun
selembut itu untuk mencelakai orang, Hmmm Untung
aku sudah waspada sejak tadi, coba kalau teledor sedikit
saja niscaya aku sudah terluka oleh bokongan senjata
rahasia beracunnya ini...."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berpikir sampai di situ dia segera pentangkan senjata
kipasnya lebar-lebar dan mengerahkan tenaga dalamnya
sambil didorong ke depan, namun di luar ia tetap tak
berubah, berdiri santai. Di antara kebasan senjata
816 kipasnya inilah puluhan jarum beracun jang meluncur
datangan berjatuhan ke atas tanah.
Tampaknya bocah berbaju hijau itu mulai sadar bahwa
ia telah bertemu dengan musuh tangguh, kali ini dia tak
berani mendesak maju lagi. Waktu itu Han si-kong berdiri
membelakangi arena sehingga dia tak melihat perbuatan
si bocah berbaju hijau yang membokong dengan senjata
rahasia teracun itu, namun hawa amarahnya kontan
berkobar setelah mendengar ucapan lawan yang kurang
ajar, dengan penuh amarah bentaknya keras-keras:
"Saudara chee, kalau kau sudah lupa dengan
persahabatan kita serta mengusir kami dari sini, aku
dapat menerimanya, tapi kacung kecilmu iri, masih
ingusan sudah begini kurang ajar. Hmmmm Aku harus
mewakllimu untuk memberi pelajaran yang setimpal
kepadanya." Tangan kiri segera diayunkan ke muka melancarkan
sebuah cengkeraman maut. cepat-cepat bocah berbaju
hijau itu miringkan badannya ke samping, dengan
cekatan sekali dia menghindarkan diri dari sergapan
tersebut. Gagal dengan cengkeramannya Han Si-kong
Peristiwa Merah Salju 8 Bentrok Para Pendekar Karya Gu Long Hati Budha Tangan Berbisa 3
^