Pendekar Penyebar Maut 25
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 25
pukulan jarak jauhnya yang meledak-ledak bagai petir
menyambar! Maka di dalam hatinya pemuda itu lantas
bertanya-tanya, siapakah sebenarnya kakek tua itu" Yang
jelas baginya adalah kakek tersebut tentu bukan Kim Liong Lojin, karena selain Kim-liong Lo-jin sedang menderita sakit, orang-orang Kim-liong Piauw-kiok tadi tidak menyebutnya Sucouw tetapi Lo-enghiong!
"Kalau begitu........ orang tua ini tentulah yang mereka katakan sebagai kawan akrab Kim-liong Lo-jin tadi." pemuda itu berkata di dalam hatinya.
Demikianlah, seratus jurus telah lewat dan pertempuran
mereka belum juga bisa menunjukkan siapa yang kalah dan
siapa yang menang. Padahal keduanya benar-benar telah
berusaha dengan sekuat tenaga mereka, biarpun keduanya
memang belum merasa perlu untuk mengeluarkan ilmu
simpanan mereka masing-masing.
Tapi sejenak kemudian merekapun lantas menjadi sadar
bahwa yang mereka hadapi kali ini memang bukanlah lawan
sembarangan. Masing-masing lalu berpikir untuk
mempergunakan ilmu simpanan mereka.
Kakek itulah yang mula-mula meloncat mundur menjauhi
lawannya. Dengan kedua kaki terpentang lebar kakek itu
memasang kuda-kuda rendah sekali. Kedua telapak tangannya
bertemu di depan dada seperti orang yang hendak
bersemedhi, sementara punggung dan kepalanya tampak
tegak ke depan ke arah Chin Yang kun.
Chin Yang Kun diam pula tak bergerak. Pemuda itu juga
tidak mengejar ketika lawannya meloncat mundur, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itupun sudah memutuskan untuk mengeluarkan Kim-
coa-ih-hoatnya. Maka begitu lawannya tadi meloncat mundur, pemuda itu buru-buru mempersiapkan dirinya pula.
Terdengar suara berkerotokan di dalam tubuh Chin Yang
Kun, seolah-olah semua tulang-tulangnya saling berbenah diri, agar tidak mengecewakan dalam memainkan ilmu Kim-coa-ih-hoat nanti. Kemudian tenaga sakti Liong-cu-I-kangnya ia
kumpulkan sepenuhnya di tan-tian, agar setiap saat bisa ia kerahkan ke seluruh tubuh !
Kakek itu menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya
satu sama Iain, lalu sekejap kemudian telapak tangan
kanannya tiba-tiba meluncur ke depan dengan disertai suara yang bergemuruh. Dan hawa yang sangat panas mendadak
menyengat kulit dada Chin Yang Kun !
Chin Yang Kun cepat menggeser kakinya ke samping, lalu
tangan kirinya menepis ke depan dalam jurus Panglima Yi Po Mengatur Barisan, yaitu jurus ke tujuh belas dari ilmu silat keluarganya. Hanya bedanya tepisan tangan itu sekarang
dilandasi dengan Liong-cu-i-kang, bukan Iweekang ajaran
paman bungsunya! Thanggg! Kedua telapak tangan yang masing-masing penuh dengan
tenaga dalam itu saling berbenturan di udara! Suaranya
mengiang nyaring seperti suara dua batang tongkat besi yang diadu satu sama lain!
Chin Yang Kun kaget bukan main! Biarpun lengan lawan
yang keras bagai besi baja itu dapat ia tepiskan, tapi sengatan hawa panas itu ternyata masih tetap menerjangnya juga.
Tiba-tiba tubuh bagian kirinya terasa pedih sekali ! Dan"..
bukan main terkejutnya pemuda itu ketika menyaksikan
lengan bajunya sebelah kiri hancur berserpihan ditiup angin !
Dan matanya semakin melotot tatkala melihat kulit di bawah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baju itu tampak terbakar kemerah-merahan seperti bekas kulit yang tersiram air panas !
Dari kaget pemuda itu menjadi marah bukan kepalang !
Dan kemarahan itu tidak cuma karena kulitnya yang terbakar, tapi sebagian besar disebabkan karena rusaknya baju buatan Souw Lian Cu yang kini dipakainya itu !
Dengan suara desisnya yang khas pemuda itu menggeliat
ke depan bagai ular naga yang sedang marah. Lalu tangan
kanannya secara mendadak menyambar ke arah pinggang
kakek jangkung itu dalam jurus Merentang Tali Meniti
Jembatan, yaitu salah sebuah jurus dari Kim-coa-ih-hoat ! Kaki kanan dan kiri berdiri sejajar dalam satu garis, dengan tubuh atas mendoyong ke depan, sementara kedua lengannya juga
terpentang lurus ke muka dan ke belakang!
Hembusan angin yang luar biasa dinginnya mendahului
sambaran tangan Chin Yang Kun, sehingga kakek itu cepat
menyadari bahaya yang hendak menerkamnya. Otomatis
kakek itu bergeser menjauh seraya menghantamkan sikunya
ke bawah untuk mematahkan pergelangan tangan Chin Yang
Kun. Dan sesudah itu kakek jangkung tersebut bermaksud
menghajar kepala lawannya dengan pukulannya yang bersifat
panas itu lagi. Tapi maksudnya itu ternyata tidak dapat ia laksanakan !
Malahan sebaliknya kakek itu sendirilah yang jatuh bangun
dikocok serangan Chin Yang Kun sebelum dapat
melaksanakan niatnya tersebut.
Ternyata sambaran tangan Chin Yang Kun tadi tidak
berhenti begitu saja ketika berhasil dielakkan oleh kakek
jangkung itu. Lengan pemuda itu segera memanjang lagi
ketika korbannya bergeser dan berusaha menjauhkan diri,
sehingga pinggang kakek itu tetap terancam juga oleh
cengkeraman jari-jari Chin Yang Kun !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan secara otomatis pula lagi kakek itu semakin
menjauhkan dirinya. Tapi bagaikan seutas tali saja, lengan itu juga terentang semakin panjang pula. Kakek itu mulai panik !
Siku tangannya yang sedianya akan menghantam pergelangan
tangan Chin Yang Kun menjadi gagal pula. Bagaimana
mungkin ia meneruskan hantaman sikunya itu kalau jari-jari tangan Chin Yang Kun akan datang lebih dulu di pinggangnya"
Tubuhnya akan menjadi lumpuh dan hantaman tersebut sudah
tidak ada gunanya lagi ! Kakek itu secara mati-matian menjejakkan kakinya ke
samping seraya memutar tubuh sebisa-bisanya dan ternyata
gerakannya itu untuk sesaat bisa membebaskan dirinya dari
kejaran lengan Chin Yang Kun! Kemudian dengan terburu-
buru kakek itu mengirimkan pukulan tangan kirinya yang sejak tadi tergantung bebas di sisi tubuhnya!
Kembali terdengar suara gemuruh melanda Chin Yang Kun
! Dan hawa panaspun lalu tersebar ke segala penjuru !
Tapi dengan tangkas Chin Yang Kun menjatuhkan dirinya
ke tanah. Tiba-tiba tubuhnya mengkerut dengan cepat,
sehingga pukulan kakek itu tidak mengenai sasarannya.
Akibatnya tanah di samping Chin Yang Kun meledak dengan
dahsyatnya ! Tanah dan debu berhamburan kemana-mana!
Demikianlah Chin Yang Kun dan kakek jangkung itu lalu
bertempur kembali. Dan pertempuran mereka kali ini benar-
benar lebih dahsyat dari pada pertempuran mereka tadi.
Kesaktian mereka yang tidak lumrah manusia itu sungguh
membuat takjub para penonton yang berada di halaman
tersebut. Kakek jangkung itu meskipun sudah tua ternyata
kemampuan dan kekuatannya justru semakin menjadi-jadi
malah! Seluruh gerakan kaki dan tangannya selalu
menimbulkan badai atau pusaran angin yang maha hebat,
sementara pukulan tangannya selalu meledak-ledak laksana
petir menyambar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya, meskipun masih muda belia, ternyata ilmu
kesaktian Chin Yang Kun juga tidak kalah dahsyatnya.
Tubuhnya yang juga tinggi jangkung itu bagaikan sebuah
boneka karet, yang bisa memanjang-memendek, dan bisa
ditekuk kesana kemari sesuka hatinya! Sepintas lalu tubuhnya yang panjang jangkung itu seperti tubuh ular yang
berlenggak-lenggok lemas dalam setiap gerakannya. Tetapi
meskipun gerakannya lemas dan halus, ternyata tenaga yang
ia keluarkan benar-benar hebat luar biasa. Pukulan petir si kakek yang berhawa panas itu ternyata menjadi hilang
pengaruhnya bila membentur pertahanannya. Malah beberapa
saat kemudian kakek itulah yang menjadi bingung dan repot
karena terkecoh dan tertipu oleh ilmu silatnya yang aneh !
Sehingga akhirnya kakek itu tidak berani bertempur terlalu dekat dengannya.
Limapuluh jurus telah berlalu pula. Meskipun demikian
pertempuran itu belum juga menunjukan tanda-tanda akan
selesai. Sepintas lalu kakek itu memang tampak lebih repot dibandingkan Chin Yang Kun, tapi hal itu juga belum dapat
dijadikan ukuran bahwa Chin Yang Kun akan bisa
menundukkan lawannya nanti. Kenyataannya, biarpun repot
ternyata kakek itu selalu bisa melayani ilmu silat Chin Yang Kun yang aneh dan menggiriskan itu. Padahal sejak keluar
dari gua di dalam tanah itu Chin Yang Kun belum pernah
menjumpai lawan yang bisa bertahan menghadapi Kim-coa-ih-
hoat ! Malahan kalau dilihat dengan teliti, bukan Kim-coa ih hoat itu yang membuat repot si kakek jangkung, melainkan
tenaga sakti Liong-cu-i-kang itulah !
Dan para penontonpun semakin takjub melihat
pertempuran tingkat tinggi itu. Rasa-rasanya pertempuran
yang mereka saksikan itu bukan lagi dilakukan oleh dua orang manusia biasa, tetapi dilakukan oleh dua malaikat atau dewa yang sedang turun di dunia. Begitu hebatnya, sehingga para penonton itu terpaku diam di tempat masing-masing !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu selagi semua orang sedang dicekam oleh
rasa takjub melihat pertempuran tersebut, dari ruang dalam gedung itu muncul seorang kakek tua lagi, berjalan keluar
pendapa dipapah oleh dua anak murid Kim-liong piauw-kiok.
"Ohhh..... hentikan! Oooh.......! Yap beng-yu (Sahabat Yap), kau........ kau berhentilah bertempur!" begitu menginjak halaman kakek tua itu berteriak dengan suaranya yang serak.
Dan suara kakek itu ternyata sangat mengejutkan kakek
jangkung yang sedang bertempur dengan Chin Yang Kun itu.
"Hei........ Lo-jin ! Mengapa kau keluar juga" Bagaimana dengan sakitmu?" kakek jangkung yang tidak lain adalah Yap Cu Kiat itu cepat melompat keluar dari arena pertempuran.
Bergegas orang tua itu mendekati Kim-liong Lo-jin,
sahabatnya, "Yap Lo-heng, kau berkelahi dengan siapa......."
Mengapa ramai dan ribut benar?" Kim-liong Lo-jin bertanya.
Yap Cu Kiat menghela napas panjang. "Lo-jin, kau tak perlu turun tangan sendiri! Biarlah Lo-hu (aku) membantu
menangkap orang yang telah membunuh muridmu itu."
"Siapa" Pembunuh Thio Lung" Mana dia....?" Kim-liong Lojin berteriak, lalu dengan tergesa-gesa kakinya melangkah
sehingga dua orang yang memapahnya terpaksa
menyangganya kuat-kuat agar tidak terjatuh.
"Mana dia.....?" Kim-liong Lo-jin berteriak lagi sambil mencengkeram lengan Yap Cu Kiat.
"Itu dia........!" Yap Cu Kiat menunjuk ke arah Chin Yang Kun yang menatap buas kepadanya.
"Dia.....?" Kim-liong Lo-jin berdesah perlahan. Matanya menatap wajah Chin Yang Kun tajam-tajam. Beberapa kali
keningnya berkerut, seolah-olah ia tak percaya atau ragu-
ragu. Sementara itu melihat kedatangan Kim-liong Lo-jin yang
dicarinya Chin Yang Kun segera melangkah maju. "Hmm, Kim-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
liong Lo-jin"..akhirnya kau keluar juga. Nah, sekarang lihatlah baik-baik rupa dan wajahku! Benarkah orang yang membunuh
Thio Lung itu wajahnya seperti aku?"
Kim-liong Lo-jin tampak kaget sekali. Dilepaskannya lengan Yap Cu Kiat seraya melangkah mundur. Matanya menatap
wajah Chin Yang Kun seperti orang yang sangat kecewa.
"Bukan"..! bukan dia! Yap Lo-heng?"kalian telah salah
menuduh orang!" gumamnya perlahan.
"Apa" Bukan dia".." lalu?".eh, bagaimana ini?" Yap Cu
Kiat berseru seraya berpaling ke arah penonton, mencari anak murid Kim-liong Piauw-kiok yang melapor kepadanya tadi.
Dan lelaki yang melapor tadi cepat keluar pula dari
kerumunan para penonton. Dengan air muka ketakutan laki-
laki itu segera berlutut di depan Kim-liong Lo-jin dan Yap Cu Kiat.
"Su-sucouw, maafkanlah siauw-te?"tadi?"..tapi memang
dia?"dialah yang bernama Yang Kun, pemuda yang dahulu
pernah menolong orang-orang kita di tempat pengungsian !
Siauw-te tidak....... tidak berbohong..." lelaki itu berkata dengan suara gagap karena takut.
"Benarkah.......?" Kim-liong Lo-jin menegaskan dengan muka tak percaya. Lalu dengan rasa ingin tahu ketua Kim-liong Piauw-kiok itu berpaling kepada Chin Yang Kun.
"Saudara, benarkah namamu Yang Kun?"
"Benar! Aku memang Yang Kun, orang yang dahulu pernah
menolong murid-muridmu ketika bentrok dengan para
pengemis dari Tiat-tung Kai-pang! Ada apa" Apakah kau
masih menuduh aku yang membunuh muridmu?" Chin Yang
Kun menjawab keras, sedikitpun tidak merasa takut dikepung dan dikelilingi sedemikian banyak orang.
Ketua Kim-liong Piauw-kiok itu tampak kebingungan.
"Anu?"eh, begini saudara?"kau?"kau memang bukan si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembunuh itu! Tapi"..tapi pembunuh itu juga mengaku
bernama Yang Kun," katanya terputus-putus.
Chin Yang Kun dan Yap Cu Kiat mengerutkan dahi.
"Pembunuh itu mengaku bernama Yang Kun?" Chin Yang
Kun berseru tak percaya. "Eh, Lo-jin?"bagaimanakah bentuk wajah dan potongan si
pembunuh itu?" Yap Cu Kiat ikut bertanya pula kepada
sahabatnya. "Ah..... kalau tak salah orang itu berusia kira-kira
empatpuluh atau lebih sedikit. Memakai kumis tipis dan
bersenjata pedang. Dan kedatangannya kemari membawa dua
orang teman, lelaki dan perempuan..........."
"Hei ! Apakah pedang yang dibawanya itu dihiasi dengan batu-batu permata yang gemerlapan" Dan...... apakah teman
lelaki yang dibawanya itu berwajah tampan serta necis
dandanannya?" tiba-tiba Chin Yang Kun memotong perkataan Kim-liong Lo-jin.
"Ya-ya, benar ! Pedang itu memang tampak gemerlapan
kena sorot lampu ! Dan teman laki-lakinya itu memang
tampan dan kelihatannya juga necis dan suka berdandan,..."
dengan bersemangat Kim liong Lo-jin menjawab seraya
mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bangsat kurang ajar ! Jadi...... bangsat-bangsat pengecut itu telah mendahului datang kemari untuk melenyapkan saksi yang masih hidup," Chin Yang Kun menggeram dan
mengumpat-umpat. Yap Cu Kiat, Kim-liong Lo-jin dan semua orang yang berada
di halaman itu memandang Chin Yang Kun dengan wajah
bingung dan tak mengerti.
"Hmmm, tampaknya saudara mencurigai seseorang........"
Yap Cu Kiat bertanya kepada Chin Yang Kun. Kakek ini sudah tidak menunjukkan rasa permusuhannya lagi kepada Chin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun. Malah dari nada suaranya, kakek jangkung itu
kelihatan menyesal telah ikut-ikutan menuduh Chin Yang Kun tadi.
Chin Yang Kun menatap bekas lawannya yang lihai luar
biasa itu beberapa saat lamanya. Lalu dengan tenang namun
tegas pemuda itu mengangguk. "Ya ! Aku memang mencurigai Pendekar Li dan kawan-kawannya, yaitu Jai-hwa Toat-beng-kwi dan Pek-pi Siau-kwi ! Orang-orang itu mempunyai sebuah urusan pribadi dengan aku. Dan tidak seorangpun di dunia ini yang mengetahui urusan pribadi itu selain kami dan...... Thio Lung!"
"Ahh ! Jadi........?" Yap Cu Kiat mendesak sambil mengerutkan keningnya.
"Yaah...... tampaknya orang-orang itu memang membunuh Thio Lung untuk melenyapkan saksi dari urusan pribadi kami itu !" Chin Yang Kun menggeram dengan wajah mendongkol.
"Sungguh keji"..!" Kim-liong Lo-jin menggeram pula dengan suara serak.
Sekejap orang-orang di halaman itu menjadi ribut. Mereka
berteriak-teriak serta mengumpat-umpat Pendekar Li dan
kawan-kawannya. Sementara itu, selagi orang-orang Kim-liong Piauw-kiok
pada ribut dan berteriak-teriak, sebuah kereta barang tampak memasuki halaman tersebut. Kereta itu lalu berhenti di dekat kerumunan mereka membuat orang-orang itu menjadi kaget
melihatnya. Kemudian tampak dua orang lelaki turun dari
kereta, memapah seseorang yang kelihatannya sedang
menderita sakit. "Eh........ Tuan Hua!" orang-orang Kim-Iiong Piauw-kiok itu berdesah hampir berbareng, dan keributan itu pun lalu
berhenti dengan tiba-tiba. Semuanya memandang Tuan Hua,
satu-satunya kawan mereka yang hidup ketika rombongannya
dihadang perampok di dekat kota Poh-yang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tuan Hua mengangguk ke arah kawan-kawannya,
kemudian dengan dibantu dua orang kawannya tadi ia
melangkah ke tempat Kim-liong Lo-jin berdiri. Lelaki itu
bermaksud memberi penjelasan dan laporan mengenai
bencana yang ia terima di luar kota Poh-yang kemarin siang.
Tapi baru tiga langkah ia berjalan, tiba-tiba matanya
melihat Chin Yang Kun yang berdiri tegak di tengah-tengah
halaman. Sekejap Tuan Hua tak percaya. Tapi serentak yakin bahwa pemuda itu memang benar-benar Chin Yang Kun,
penolongnya, Tuan Hua bergegas menghampirinya.
"Saudara Yang Kun,...... ! Kau sudah sampai di sini " Kapan kau datang ?" Tuan Hua menyapa Chin Yang Kun dengan
hangat. Meskipun lukanya belum sembuh tapi wajahnya
tampak gembira berseri-seri melihat pemuda itu. "Suhu........!
Inilah saudara Yang Kun, pemuda yang pernah kuceritakan
itu!" sambil berpaling ke arah Kim-liong Lo-jin laki-laki itu menjelaskan.
Orang-orang yang berada di halaman itu semakin yakin
bahwa Chin Yang Kun memang bukan pembunuh Thio Lung.
Oleh karena itu mereka lantas meminta maaf kepada pemuda
itu, termasuk pula kakek jangkung Yap Cu Kiat. Malah selain meminta maaf kakek tersebut juga memuji dan mengagumi
ilmu silat Chin Yang Kun yang hebat luar biasa itu.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sudahlah! Marilah kita sekarang masuk dan berbicara di
dalam! Nanti kita usut dan kita bicarakan urusan ini sambil duduk ! Dan.......ayoh, kalian semua kembali ke tempat tugas masing-masing!" akhirnya Kim-liong Lo-jin mengajak teman-temannya ke pendapa, serta sekalian memerintahkan pada
anak muridnya agar kembali ke tugasnya masing-masing.
Tapi dengan cepat Chin Yang Kun menolaknya.
"Maaf, Lo-jin...... Sebetulnya aku bergembira sekali dapat berkenalan dengan semua tokoh di sini. Sejak bertemu dan
berkenalan dengan murid-murid Lo-jin di tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penampungan para pengungsi itu, aku sudah berniat untuk
berkunjung kemari. Tetapi sayang sekali aku tak dapat
mewujudkan niatku itu sekarang, karena malam ini aku masih harus menyelesaikan beberapa urusan lagi. Aku sungguh
menyesal sekali........" pemuda itu menjura sambil meminta diri.
"Ohhh ......" Kim-liong Lo-jin dan murid-muridnya tampak kecewa sekali.
Tapi mereka tak bisa mencegah maksud pemuda itu. "Baiklah!
Bagaimanapun juga kami memang tak bisa menahanmu kalau
kau ingin pergi. Hanya sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas keteranganmu tentang para pembunuh Thio Lung
itu," Kim-liong Lo-jin berkata seraya membalas penghormatan Chin Yang Kun.
"Memang sayang sekali. Sebenarnya lo-hu juga ingin sekali mengenal lebih banyak tentang Saudara Yang Kun ini." Yap Cu Kiat ikut menyatakan kekecewaannya pula. "Eh, sebenarnya".
siapakah Saudara Yang ini" Maksudku...... maksudku, Saudara Yang ini dari perguruan mana dan siapakah gurunya?"
Chin Yang Kun yang sudah terlanjur membalikkan tubuhnya
itu menoleh. Otomatis langkahnya terhenti. "Ah....... Locianpwe, apa perlunya kita mengetahui asal-usul kita masing-masing" Akupun juga tak tahu asal-usul dan nama Lo-
cianpwe. Yang penting bagi kita sekarang adalah bahwa kita sudah saling mengenal dan bersahabat. Kukira hal itu sudah cukup banyak bagi kita,......!" pemuda itu berkata sambil
meneruskan langkahnya. "Eh! Tapi......., nama juga perlu buat orang yang
bersahabat. Bagaimana kau akan menyebut nama sahabatmu
kalau kau tak tahu namanya" Hmm, tapi........baiklah kalau memang itu yang kauinginkan."
Yap Cu Kiat saling memandang dengan Kim-Iiong Lo-jin.
Sambil menghela napas kakek jangkung itu berkata, "Sungguh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aneh sekali wataknya! Tampaknya ia mempunyai sejarah yang
suram tentang hidupnya. Tapi lepas dari semua itu ........
kepandaiannya benar-benar hebat luar biasa ! Setua ini
umurku, belum pernah rasanya aku bertemu dengan anak
muda sehebat dia........!"
"Lo-heng benar.......! Akupun tadi juga merasa heran
melihat anak itu mampu bertempur denganmu," Kim-Iiong Lojin mengangguk-angguk.
"Tidak hanya mampu malah! Justru akulah yang menjadi
repot!" Yap Cu Kiat mengakui tanpa malu-malu. "Tapi zaman memang sudah berubah, dan kita orang tua ini benar-benar
sudah ketinggalan dengan yang muda-muda."
"Katamu memang betul, Lo-heng. Anak sekarang memang
hebat-hebat. Lihat! Tak usah jauh-jauh! Puteramu si Kiong Lee itu juga hebat bukan main ! Mungkin kau sendiri juga tidak bisa mengalahkannya lagi sekarang....."
Diingatkan kepada puteranya kakek jangkung itu justru
menjadi muram malah. Wajahnya tertunduk. "Anak itu
memang anak yang baik".." desahnya pelan.
"Ah, maafkan aku.... Yap Lo-heng ! Aku tak bermaksud
membuatmu sedih......." Kim-liong Lo-jin menyesali kata-
katanya. "Sudahlah! Marilah kita ke dalam!"
Kedua kakek yang bersahabat erat itu lalu masuk ke dalam,
diikuti oleh Tuan Hua dan dua pengawalnya. Mereka tidak jadi duduk di ruang depan yang sedang dibersihkan dan dirapihkan kembali oleh para anggota Kim-liong Piauw-kiok, tapi mereka terus langsung saja ke belakang, yaitu ke kamar Kim-liong Lojin.
Sambil minum teh panas, karena kesehatan Kim-liong Lo-
jin tidak memungkinkan untuk meminum minuman keras,
mereka saling berbicara tentang keadaan mereka masing-
masing. Mula-mula Tuan Hua dulu yang bercerita tentang
tugasnya yang kandas di tengah jalan akibat dirampok orang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana dia dan rombongannya melawan si perampok
muda yang lihai luar biasa yang hanya dengan bersenjatakan busur dan anak panah, bisa membunuh seluruh anggota
rombongannya, termasuk murid-murid langsung Kim-liong Lo-
jin sendiri, yang pada waktu itu juga ikut mengawal barang hantaran tersebut, kecuali dia ! Lalu Tuan Hua juga bercerita tentang bagaimana Yang Kun memberi pertolongan kepada
dirinya, sehingga pemuda itu dapat membunuh perampok lihai tersebut. Kemudian Tuan Hua juga menyinggung tentang
keterlibatan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dalam peristiwa itu, yaitu sebagai pengawal si perampok muda sehingga hampir
saja pendekar yang terkenal itu berhadapan dengan Yang
Kun. Cerita Tuan Hua itu ternyata sangat mengejutkan Yap Cu
Kiat! "Jadi........ jadi Pangeran Muda itu sudah mati di tangan Yang Kun" Oooooh........!" kakek sakti itu berdesah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tentu saja Tuan Hua dan Kim-liong Lo-jin yang tidak
mengerti persoalannya menjadi heran mendengar kata-kata
Yap Cu Kiat tersebut. Apalagi orang tua itu menyebut
Pangeran Muda segala. "Tenanglah, Lo-heng...! Kau kenapa " Mengapa kau
kelihatan begitu kaget ?" Kim-liong Lo-jin cepat memegang lengan sahabatnya itu.
Muka Yap Cu Kiat semakin tampak tua. Beberapa kali
tangannya mengelus-elus jenggotnya yang putih. "Sungguh nelangsa sekali hidupnya. Seorang pangeran pewaris
mahkota........ mati sebagai perampok?"
Kemudian agar sahabatnya itu tidak menjadi bingung
menyaksikan sikapnya tadi, Yap Cu Kiat lalu bercerita pula serba sedikit tentang Putera Mahkota Chin yang berusaha
untuk merampas kembali singgasana yang direbut oleh Liu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pang, tapi gagal. Dan bagaimana dia dan isterinya sampai
berselisih paham dengan kedua orang puteranya, karena
mereka berempat saling berselisih paham. Kedua orang
puteranya itu memihak Liu Pang, sementara dia dan isterinya tetap membantu keturunan mendiang Kaisar Chin Si.
"Dan kalau benar apa yang diceritakan oleh Tuan Hua tadi, maka tak salah lagi perampok tersebut adalah Pangeran
Muda, putera dari Putera Mahkota. Oooh....... bila demikian halnya akupun juga ikut bersalah kepada kalian semua,
karena........ aku juga pernah ikut pula memberi pelajaran silat kepadanya barang sedikit." kakek Yap itu menutup
perkataannya. "Yap Lo-heng......" Kim-liong Lo-jin yang telah kehilangan semua muridnya itu berdesah pula dengan sedihnya.
Meskipun demikian kakek itu tetap juga menghibur
sahabatnya. "Sudahlah, Lo-heng...... kita berdua orang tua ini
tampaknya memang bernasib sama, sama-sama menderita di
hari tua. Kau berselisih jalan dengan anakmu, sedangkan aku kehilangan semua murid dan perusahaanku."
"Aku tidak cuma berselisih jalan dengan kedua anakku saja, ibunyapun sekarang telah berselisih jalan denganku......."
"Kau......... berselisih jalan dengan isterimu " Eh,
bagaimana ini " Bukankah kau tadi mengatakan bahwa kalian
berdua ikut membantu perjuangan Putera Mahkota ?" Kim-liong Lo-jin bertanya dengan wajah bingung.
Yap Cu Kiat bangkit berdiri sambil menghela napas
panjang. Matanya memandang redup ke depan. "Lo-jin....!
Semula aku memang membantu Putera Mahkota. Tidak hanya
aku malah. Beng Tian Goan-swe yang terkenal itupun ikut
membantu pula. Tapi setelah semuanya kupikirkan benar-
benar, aku menjadi sadar bahwa tindakanku itu salah. Kedua anakku itulah yang benar. Seperti juga kita semua ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
zamanpun juga telah berubah. Yang dulu benar dan betul,
belum tentu sekarang juga benar dan betul pula. Tiada
sesuatupun yang abadi di dunia ini. Dahulu Dinasti Chin
memang memerintah dengan baik dan dicintai rakyatnya. Tapi sejak Kaisar Chin Si bertakhta di Singgasana suasana menjadi berubah. Biarpun negeri tampak lebih besar dan ternama, tapi rakyat sudah tak senang lagi kepada kaisarnya. Apalagi
dengan tindakan Kaisar Chin Si yang sewenang-wenang dalam
mendirikan Tembok Besar serta perlakuannya yang lain, yaitu memusuhi kaum beragama ! Maka aku kira rakyat yang
dipimpin oleh Liu Pang itu juga tidak salah! Agaknya memang sudah saatnya negeri ini berubah. Dan kita tidak boleh tetap bermimpi tentang masa lampau, apalagi sampai menghalang-halangi jalannya perubahan itu......."
Semuanya berdiam mendengarkan perkataan Yap Cu Kiat
yang panjang lebar itu. Mereka mengangguk-angguk seakan-
akan membenarkan semua ucapan Yap Cu Kiat itu.
"Maka........ akupun lalu pergi meninggalkan Putera
Mahkota. Ternyata Beng Tian goan-swe juga sependapat dengan aku, sehingga diapun ikut pula meninggalkan Putera
Mahkota. Tinggal isteriku saja yang kini masih tetap bertahan untuk membantu Putera Mahkota. Tapi itupun bisa
kumaklumi, karena isteriku itu memang masih kerabat dari
Keluarga Chin".." Yap Cu Kiat mengakhiri kata-katanya seraya duduk kembali.
Mereka lalu berdiam diri kembali. Masing-masing sibuk
dengan pikiran mereka sendiri-sendiri. Baru beberapa saat
kemudian Kim-liong Lo-jin sebagai tuan rumah membuka
percakapan itu kembali, yaitu dengan cerita tentang kematian Thio Lung kemarin malam.
"Semula aku tak menyangka bahwa ketiga orang yang
masuk ke kamar Thio Lung itu hendak berbual jahat. Dari
kamarku kudengar mereka bercakap-cakap seperti halnya
kawan lama yang baru saja berjumpa. Maka akupun tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bercuriga terhadap mereka. Baru setelah kudengar teriakan
Thio Lung aku menjadi sadar bahwa tentu telah terjadi apa-
apa dengan murid sulungku itu. Dalam keadaan lemah dan
sakit aku terpaksa keluar kamar. Tapi hanya dengan sekali
sabet saja pedang orang itu telah melukaiku. Mereka Iantas berlari keluar, dan sebelum hilang di balik tembok mereka
menyebutkan nama....... Yang Kun !"
"Hei! Jadi......Thio suheng juga dibunuh orang?" tiba-tiba Tuan Hua menjerit, lalu bergegas keluar kamar dibantu oleh dua orang pengawalnya. Memang sejak tadi lelaki itu tak
mengetahui bahwa di antara mayat-mayat yang tergeletak di
ruang dalam tersebut terdapat pula mayat Thio Lung, tokoh
nomer dua dari Kim-liong Piauw-kiok.
Kamar itu lalu menjadi sunyi kembali. Dua orang kakek itu
tampak merenung diam di atas kursi masing-masing.
"Lo-jin.......aku sudah memutuskan untuk kembali saja ke tempat pertapaanku di tengah-tengah telaga itu. Aku
bermaksud mengasingkan diri selama hidupku di sana. Aku
masih meninggalkan seorang murid yang menjaga tempat itu.
Biarlah dia yang merawatku nanti......." tiba-tiba Yap Cu Kiat memecahkan kesunyian mereka dengan mengatakan
rencananya untuk masa depan.
Kim-liong Lo-jin menundukkan kepalanya. "Kau lebih
beruntung dari pada aku, Lo-heng. Meskipun telah berselisih jalan, tapi kau masih tetap mempunyai sebuah keluarga dan
murid yang akan merawatmu apabila kau membutuhkan nanti.
Lain halnya dengan aku ini. Perusahaan jatuh, kini kedelapan orang muridkupun telah mati semua. Padahal aku sakit-sakitan begini. Lalu apa yang hendak kuharapkan lagi "
Memang masih ada Tuan Hua di sini. Tapi dia hanya
pembantuku dalam urusan piauw-kiok, bukan muridku,
biarpun selama ini kami membiarkan dia ikut berlatih bila aku mengajar silat kepada murid-muridku......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 35 YAP CU KIAT menatap sahabatnya itu dengan perasaan
kasihan. Apalagi jika ia mengingat sahabatnya itu tidak
mempunyai keluarga sama sekali.
"Lo-jin, kalau kau suka, marilah kita pergi bersama-sama ke pertapaanku itu ! Maukah kau.......?" akhirnya kakek jangkung itu berkata.
"Sungguhkah ajakanmu ini, Lo-heng ?" Wajah yang pucat itu mendadak menjadi merah berseri-seri kembali.
"Tentu saja, kenapa tidak " Bukankah aku menjadi tidak kesepian lagi dalam masa-masa yang suram itu ?"
Kedua kakek itu lalu berpelukan.
"Tapi biarlah kita tunggu kesembuhanmu dahulu. Selain kita harus menyelesaikan semua urusan di sini, perjalanan itu juga amat jauh".." Yap Cu Kiat menggenggam tangan
sahabatnya. Demikianlah, ternyata ada juga secuil perasaan manis
dalam kepahitan yang mereka reguk di hari tua mereka itu.
Dan perasaan itu sungguh sangat membahagiakan hati
mereka, sehingga segala macam kesuraman yang menyelimuti
hati dan pikiran mereka menjadi hilang, tersapu bersih oleh kegembiraan dan kegairahan mereka dalam menghadapi masa
depan. Sementara itu begitu keluar dari halaman gedung Kim-liong
Piauw-kiok, Chin Yang Kun segera dikagetkan oleh kedatangan seseorang yang tak disangka-sangkanya. Orang itu muncul
begitu saja dari kerumunan orang yang bubaran dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menonton peristiwa di halaman gedung Kim-liong Piauw-kiok
tadi. Topi bambunya yang lebar dan menutupi hampir seluruh kepalanya itu cepat mengingatkan pemuda tersebut kepada si pemakainya. Apalagi caranya membawa tongkat besi yang
hanya diseret begitu saja di atas jalan itu!
"Ah...... Kakek peramal! Mengapa kau juga telah sampai di sini pula ?" Chin Yang Kun menyapa lebih dahulu.
"Oh........ cuma kebetulan saja. Saya memang selalu
berputar-putar untuk mencari Iangganan. Dan saya segera
tertarik ketika terjadi ribut-ribut di sini tadi. Wah". saya benar-benar tak mengira kalau tuan muda mempunyai
kesaktian demikian hebatnya! Padahal lawan tuan muda tadi
adaIah Yap Cu Kiat, jago tua keturunan Sin-kun Bu-tek yang hidup pada zaman seratus tahun lalu....."
"Yap Cu Kiat?"." Maksudmu Yap Lo-cianpwe...... ayah dari Hong-lui-kun Yap Kiong Lee itu ?" Chin Yang Kun berseru
dengan kagetnya. "Benar! Eh, apakah tuan muda tidak mengetahuinya ?"
Pemuda itu cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak ! Aku
sama sekali tidak peduli dengan siapa aku berkelahi tadi,
sehingga aku tidak tahu siapa dia. Aku hanya mengagumi ilmu silatnya yang hebat luar biasa."
Mereka bercakap-cakap sambil berjalan ketika tiba-tiba......
"Hei, kek........ kudaku! Aku lupa membawanya kembali !"
Chin Yang Kun berseru. Tapi ketika pemuda itu hendak berbalik kembali, tangannya
segera ditahan oleh kakek peramal itu.
"Tak usah repot-repot ! Sebentar juga kuda itu akan datang sendiri....!" kakek itu berkata sambil tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahh, kakek ini... Masakan kuda itu bisa lepas dari kandang dan mencari aku ke sini?" Chin Yang Kun membantah sambil membalikkan tubuhnya, untuk mengambil kudanya kembali.
"Eee....... tuan muda tidak percaya kepadaku ?"
"Sudahlah, kek. Kau tunggu saja aku di sini, sebentar aku
akan kembali mengambiI kudaku dahulu ! Kuda itu
dimasukkan ke dalam kandang dan penjaganya tidak tahu
kalau aku pulang, padahal semua orang yang berada di dalam gedung itu sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri. Tak seorang pun yang akan memperhatikan kudaku
itu !" Tapi baru selangkah pemuda itu berjalan, dari arah gedung
Kim-liong Piauw-kiok berderap seekor kuda mendatangi.
Bulunya yang hitam legam itu tampak mengkilap kebiru-biruan terkena sorot Iampu jalanan. Dan kuda itu segera meringkik panjang ketika melihat Chin Yang Kun. Kaki-kakinya yang
ramping panjang itu cepat berhenti begitu tiba di samping
pemuda itu. Seorang Iaki-laki yang dikenal oleh Chin Yang Kun sebagai
penjaga yang tadi mengurus kudanya segera turun dari
punggung kuda itu. "Tuan Yang".! Tuan lupa membawa kuda ini kembali.
Hampir saja dia mengamuk di kandang kuda tadi....." penjaga itu melapor seraya menyerahkan kendali kuda itu kepada Chin Yang Kun.
"Terima kasih ! Aku memang lupa dan bermaksud kembali kesana tadi," pemuda itu menyatakan perasaan terima
kasihnya. Setelah penjaga itu kembali, Chin Yang Kun memeriksa
buntalan yang ia taruh di atas pelananya. Semuanya masih
utuh, baik pakaian maupun uang pemberian Liu-twakonya.
Dan pemuda itu lalu mengeluarkan baju luarnya yang panjang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan lebar, kemudian dikenakannya di atas bajunya yang sobek agar tidak kelihatan dari luar.
"Mengapa tidak tuan lepaskan saja baju yang robek itu, tuan muda?" Kakek Peramal itu bertanya.
Chin Yang Kun kaget. Wajahnya mendadak menjadi merah.
Pertanyaan itu sungguh tak terduga, tapi benar-benar
membuat pemuda itu tersipu-sipu malu.
"Ah,,,,..,. ini"... ini ....... aku cuma tak enak hati untuk berganti pakaian di jalan raya begini," jawab pemuda itu terbata-bata.
"Ohh..... benar. Bodoh benar aku !" kakek itu berkata sambil mengetuk-ngetuk dahinya sendiri.
Belum juga mereka berjalan, dari gang kecil di dekat
mereka berderap dua ekor kuda dengan kencangnya, keluar
menuju jalan raya. Begitu mendadak kedatangan mereka
sehingga mengagetkan Si Cahaya Biru. Kuda mustika itu
meloncat mundur kemudian menyepakkan kaki belakangnya
keras-keras ke samping, persis ke arah para pejalan kaki yang kebetulan lewat di dekatnya.
Tentu saja peristiwa yang sangat mendadak itu benar-
benar mengejutkan Chin Yang Kun dan Kakek Peramal itu.
Dengan sekuat tenaga mereka mencoba menghentikan ulah Si
Cahaya Biru, terutama Chin Yang Kun yang merasa menjadi
pemilik kuda tersebut. Pemuda itu melesat cepat menyambar
kendali kuda itu, sementara Kakek Peramal melesat ke tengah jaIan untuk menjaga segala sesuatunya.
Tapi sebelum kudanya berhasil melaksanakan niatnya atau
rencananya itu, tiba-tiba kuda tersebut melambung tinggi ke udara bagai dihempaskan oleh badai atau topan secara
mendadak ! Dan kuda itu kemudian jatuh ke arah ... dua
orang penunggang kuda yang baru keluar dari gang kecil tadi
! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua orang yang kebetulan menyaksikan kejadian itu
menjerit kaget, tidak terkecuali Chin Yang Kun dan Kakek
Peramal! Mereka tidak tahu apa yang menyebabkan kuda itu
tiba-tiba terlempar ke udara. Sekilas mereka hanya melihat seorang kakek tua mengibas-ngibaskan lengan bajunya, persis di tempat dimana kuda itu tadi menyepak dan terlempar ke
udara! Beberapa orang pejalan kaki tampak menggeletak
kaget di sekitar tempat kakek tersebut berdiri !
Chin Yang Kun melongo, begitu pula halnya dengan si
Kakek Peramal ! Kejadian tersebut berlangsung demikian
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendadak dan mengagetkan sekali, sehingga tak ada
kesempatan sama sekali bagi mereka untuk menyelamatkan
kuda itu atau si Penunggang Kuda itu. Sekilas mereka
mendengar ringkik ketakutan Si Cahaya Biru!
Tetapi selagi semua orang berputus asa melihat kejadian
itu, kedua orang penunggang kuda yang hendak tertimpa
bencana tersebut tiba-tiba membuat sebuah kejutan besar
yang mengundang kekaguman semua orang !
Secara serentak mereka melejit dari punggung kuda
masing-masing, menyongsong kedatangan si Cahaya Biru
dengan keempat tangan mereka, lalu membawanya turun ke
tanah perlahan-lahan. Begitu indahnya gerakan mereka dan
begitu hebatnya kekuatan tenaga mereka, sehingga semua
kejadian itu bagaikan sebuah pertunjukan akrobat yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Semua kejadian yang diceritakan secara panjang lebar itu
sebenarnya hanya berlangsung dalam sekejap mata atau
beberapa detik saja ! Dan ketika semuanya telah selesai,
orang-orang yang melihatpun masih termangu-mangu bagai
patung di tempat masing-masing"..!
Barulah semuanya menjadi sadar tatkala terdengar umpat
dan caci-maki kakek tua yang sedang mengebut-ngebutkan
lengan bajunya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat! Binatang goblok tak tahu aturan! Masakan
seenaknya saja mau menaruh kaki di dahiku! Huh, keparat !
Apa kiranya aku ini bininya " Kurang ajar....!"
Semuanya memandang orang tua yang sedang marah-
marah itu. "Put-ceng-li Lo-jin"..!" tiba-tiba kedua orang penunggang kuda itu menyapa orang tua tersebut dengan suara kaget.
Dan orang tua yang baru saja melemparkan si Cahaya Biru
ke udara itu mengerutkan keningnya. Badannya yang agak
bungkuk itu sedikit mendoyong ke depan, sementara
kepalanya yang berambut putih itu sedikit miring ke samping karena melirik ke arah dua orang penunggang kuda itu.
Matanya yang sudah berkeriput dan sangat sipit itu tampak
berkedip-kedip, seakan-akan sedang berpikir dengan keras.
Tiba-tiba orang tua yang tidak lain adalah Put-ceng-li Lo-jin itu tersenyum geli.
"Bangsat, kukira siapa".. hehehe! Tak tahunya Siang Kau
Tai Shih (Dua utusan Agama) dari Aliran Mo-kauw." orang tua itu menjawab seenaknya.
"Benar, Lo-jin........ kamilah yang datang." kedua orang penunggang kuda itu mengangguk. Lalu keduanya menoleh ke
arah Kakek Peramal yang kini telah berdiri di dekat Chin Yang Kun. "Dan".. selamat bertemu lagi, Toat beng-jin !"
Chin Yang Kun terperanjat. Sedetik pemuda itu menjadi
bingung, serta mengira dua orang itu sedang berkelakar atau memperolok-olokkannya. Tapi sekejap kemudian wajahnya
menjadi merah ketika Kakek Peramal itu membuka topi
lebarnya. "Selamat bertemu dan selamat datang Bhong Tai-shih,
Leng Tai-shih dan... Put-ceng-li Lo-jin !" Kakek Peramal yang tidak lain adalah Toat-beng-jin dari Aliran Im-yang-kauw itu menyapa orang-orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei........ Toat-beng-jin!" Chin Yang Kun tertegun pula.
"Hahah........ benar, Yang-hiante. Maaf?"aku telah
membuatmu bingung untuk beberapa saat lamanya."
Chin Yang Kun tersenyum kecut, teringat akan
perjumpaannya yang pertama kali dengan kakek itu. Dahulu
kakek itu juga menyamar sebagai kakek pikun yang bodoh
dan menangis kalau dibentak-bentak.
Dan kakek itu kemudian membungkukkan tubuhnya.
"Marilah cu-wi semua"..! Saya memang mendapat tugas
untuk melihat-lihat kedatangan cu-wi. Sekarang marilah saya antar ke gedung kami, Tai-si-ong sudah menantikannya sejak tadi sore........"
"Ahh........ jadi surat yang kami kirimkan itu sudah sampai di Gedung Pusat Im-yang-kauw?" Bhong Kim Cu melangkah ke depan Toat-beng-jin dengan air muka berseri-seri.
Orang tua yang pintar meramal itu tersenyum. "Tentu saja.
Kalau belum....... masakan saya diberi tugas menyongsong
kedatangan saudara Bhong di sini?"
"Tapi.......tak enak juga rasanya hati kami mengirimkan surat itu. Kami takut sahabat-sahabat kami dari Im-yang-kauw tidak setuju dengan maksud kami itu,...... padahal kami juga sudah telanjur mengundang Put-ceng-li Lo-jin segala."
"Hahah....... kenapa mesti sungkan-sungkan pula?" tiba-tiba Put-ceng-li Lo-jin tertawa dan menyahut perkataan Bhong Kim Cu. "Asal semuanya itu cocok dengan hati kita..... hmm, peduli amat dengan pendapat orang! Seperti juga dengan aku sekarang ini. Karena kurasakan maksud Bhong Lo-heng untuk
mempertemukan kita itu sangat baik, maka akupun lantas
datang. Habis perkara !"
Semuanya tersenyum memandang ketua Aliran Bing-kauw
yang terkenal karena tidak mengindahkan tata cara itu. Tapi tak seorangpun menyahut ucapan Put-ceng-li Lo-jin tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimanapun kurang sopannya orang tua itu dalam setiap
penampilannya, semuanya sudah maklum dan mengerti,
sehingga seperti yang selalu terjadi merekapun cuma tertawa dan tak mempedulikannya lagi.
"Betul sekali ucapan Bing Kauw-cu itu. Seluruh warga Im-yang-kauw benar-benar amat gembira dan menghargai sekali
maksud Bhong Lo-heng itu. Malah kami merasa bangga dan
berterima kasih karena Bhong Lo-heng telah menunjuk tempat kami sebagai ajang dari pertemuan itu. Nah.... apalagi yang perlu diragukan ?" Toat-beng-jin memberi keterangan.
Kemudian katanya lagi. "Malah sekarang akan saya
perkenalkan kepada saudara-saudara sekalian, seorang
sahabatku kami, yang.memang sengaja kami undang untuk
menyaksikan jalannya pertemuan kita nanti. Nah,
perkenalkanlah". Saudara Yang Kun! Seorang pendekar muda
yang kelak atau sebentar lagi tentu akan menggeser
ketenaran orang-orang tua tidak berguna seperti kita ini!"
Bhong Kim Cu, Leng Siau dan Put-ceng-li Lo-jin menatap
Chin Yang Kun dengan dahi berkerut. Mereka melihat pemuda
tinggi jangkung berparas tampan itu dengan perasaan ragu
dan kurang percaya pada kata-kata Toat beng-jin. Beberapa
saat lamanya mereka tidak menjawab ucapan tokoh lm-yang
kauw tersebut. Mereka masih sangsi, apakah orang tua itu
berkata sebenarnya ataukah hanya ingin berolok-olok saja
dengan mereka" Sementara itu kata-kata yang diucapkan oleh Toat-beng-jin
tadi benar-benar sangat mengejutkan Chin Yang Kun. Belum
juga hatinya yang baru saja didera oleh "kejutan" bertubi-tubi itu menjadi tenang kembali, kini sudah dihantam lagi dengan kejutan lain yang dibuat oleh Toat-beng jin, yaitu undangan untuk menyaksikan atau menjadi saksi pertemuan besar tiga
golongan aliran kepercayaan ternama di saat itu.
"Lo-cianpwe, kau". kau jangan bergurau! Siauw-te masih
banyak urusan, masakan siauw-te dapat"..eh?"berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi saksi pertemuan antara tokoh-tokoh persilatan tingkat tinggi seperti....... seperti Lo-cianpwe semua ini" Masakan siauw-te sudah demikian tak tahu diri dan demikian
gilanya.......?" pemuda itu berseru dengan suara gagap dan penasaran.
Kerut merut di dahi Bhong Kim Cu dan Leng Siau semakin
rapat dan banyak, berkali-kali kedua tokoh Mo-kauw itu
menatap Toat-beng-jin dan Chin Yang Kun berganti-ganti. Di dalam hatinya kedua tokoh Mo-kauw itu semakin bingung dan
tak mengerti apa yang sebenarnya hendak dilakukan oleh
Toat-beng-jin tersebut. Dan Toat-beng-jin sendiri memang mempunyai keperluan
atau rencana khusus terhadap Chin Yang Kun. Tokoh lm-yang
kauw ini tak mungkin melepaskan kesempatan bagus tersebut.
Yaitu kesempatan untuk membawa Chin Yang Kun ke Gedung
Pusat Aliran Im-yang-kauw.
Seperti telah diketahui bahwa beberapa orang tokoh Im-
yang-kauw telah mendapatkan semacam "wangsit" atau isyarat tentang masa depan dari aliran kepercayaan mereka.
lm-yang kauw diramalkan akan menjadi besar dan ternama
bila dapat menarik seorang pemuda yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Dan orang yang memperoleh tugas untuk mencari
pemuda tersebut adalah Toat-beng-jin. Kemudian ternyata
pemuda yang mempunyai ciri-ciri tertentu itu mereka temukan dalam diri Chin Yang Kun. Tapi ternyata tidak mudah untuk
membawa Chin Yang Kun ke Gedung Pusat mereka.
Maka setelah kini secara kebetulan Toat-beng-jin dapat
menemukan Chin Yang Kun di kota itu tak mungkin rasanya
dia menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dengan segala
macam cara pemuda itu harus dapat dibawa ke Gedung Pusat
Im-yang-kauw. Oleh karena itu dengan tutur kata yang halus dan menarik
Toat-beng-jin berusaha membujuk Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang Hiante, kau jangan buru-buru marah dahulu.......!
Sama sekali aku tak bermaksud untuk bergurau denganmu,
apalagi mencoba menghalang-halangi urusan dan
kesibukanmu. Aku orang tua ini benar-benar tidak berani.
Sungguh! Aku bermaksud baik kepadamu. Mumpung kau
berada disini, aku ingin mengundangmu ke tempatku, itu
saja!" "Tapi?".mana aku berani menjadi saksi segala?" Chin
Yang Kun masih berusaha untuk mengelak.
"Hei?".."!" Apa salahnya untuk menjadi saksi" Bukankah
saksi itu merupakan jabatan yang baik" Kalau Toat-beng-jin tadi ingin mengangkatmu sebagai saksi dalam pertemuan kita ini, hal itu karena dia sangat menghormatimu. Maka kau tak usah berbelit-belit. Mau tidak kau dihormati Toat-beng-jin"
Kalau tidak mau?"ya, silahkan pergi! Habis perkara!" tiba-
tiba Put-ceng-li Lo-jin menyahut dengan suara agak
penasaran. Orang tua ini memang paling tidak suka sesuatu
yang berbau sungkan-sungkan.
"Wah........ ini.?"ini......." pemuda itu tak bisa menjawab atau berdalih lagi.
"Sudahlah, kita tak usah berdebat lebih lanjut. Marilah kita sekarang berangkat saja ke gedung pertemuan itu."..!
Silahkan, Yang hiante.......!" Toat-beng-jin cepat menengahi.
Demikianlah, Chin Yang Kun terpaksa tidak dapat menolak
lagi. Dengan perasaan yang kurang enak dia mengikuti
langkah jago-jago silat dari ketiga aliran kepercayaan itu.
Meskipun merasa kepandaiannya tidak akan kalah oleh
mereka, tapi sebagai seorang pemuda yang belum mempunyai
banyak pengalaman, yang secara tiba-tiba harus berkumpul
dengan tokoh-tokoh angkatan tua yang sakti dan ternama,
apalagi mereka sangat dihormati serta mempunyai kedudukan
tinggi di dunia persilatan, Chin Yang Kun merasa kecil juga di hadapan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka pemuda itu tak bersuara sedikitpun ketika mengikuti
tokoh-tokoh sakti tersebut. Seperti halnya Bhong Kim Cu dan Leng Siau yang menuntun kudanya, pemuda itu juga berjalan
saja sambil memegang kendali si Cahaya Biru. Cuma kalau
kedua tokoh Mo-kauw tersebut berjalan sambil asyik
bercakap-cakap, Chin Yang Kun hanya diam saja di belakang
sendiri. Semuanya tidak mempedulikan orang-orang yang
menoleh atau memperhatikan kedatangan mereka.
Setelah berbelok-belok beberapa kali mereka sampai di
sebuah gedung besar berhalaman luas. Gedung itu didirikan
agak jauh menjorok ke dalam, sehingga halaman depannya
yang sangat luas itu bagaikan sebuah lapangan untuk bermain kuda. Meskipun malam halaman tersebut kelihatan terang
benderang karena setiap tiga tombak dipasangi lampu minyak berukuran besar-besar. Maka dari itu kedatangan mereka
segera diketahui oleh para penjaga yang berada di dalam
pendapa. Para penjaga itu bergegas turun menyambut kedatangan
mereka. "Lo-jin-ong?".!" orang-orang itu menyapa seraya
membungkukkan tubuh mereka.
Toat-beng-jin mengangguk, lalu memberi perintah agar
melaporkan kedatangan para tamu yang dibawanya itu
kepada Tai-si-ong dan para pimpinan Im-yang-kauw lainnya.
Tapi belum juga orang yang diperintah tersebut beranjak dari tempatnya, Tai-si-ong telah lebih dahulu muncul di atas
pendapa. Kepala Kuil Agung itu diiringkan oleh Pang Cu-si
Song Kang dan Kau Cu-si Tong Ciak, sementara di belakang
mereka tampak beberapa orang tokoh Im-yang-kauw yang
lain. "Hmm?"selamat datang! Selamat bertemu kembali Bing
Kaucu dan Siang Kau Tai-shih dari Mo-kauw!" dari atas
pendapa Tai-si-ong cepat menjura untuk menyambut
kedatangan tamu-tamunya itu. "Mari?"silahkan duduk!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun memberikan kudanya kepada seorang
penjaga, lalu ikut pula naik ke atas pendapa. Dengan perasaan kagum matanya memandang bangunan yang luas, anggun
dan sangat indah itu. Di mana-mana dipasang gambar-gambar
dan hiasan yang sangat indah dan menarik, sementara di
tengah-tengah ruangan berdiri sebuah patung besar dari batu pualam yang dikelilingi oleh patung-patung kecil dalam sikap menyembah. Dan dari lantai pendapa, kumpulan patung
tersebut dibatasi oleh kolam kecil dengan air yang sangat
jernih. Puluhan ikan emas tampak berenang kian ke mari di
dalamnya. "Hei! Yang Hiante rupanya......! Selamat bertemu kembali!"
Kau Cu-si Tong Ciak berseru nyaring begitu melihat Chin Yang Kun.
"Hahaha?"..kau tidak menyangkanya, bukan?" Toat-beng-
jin tertawa gembira melihat kekagetan Kau Cu-si Tong Ciak.
Kemudian setelah semua tamu disambut dan dipersilakan
duduk oleh Tai-si-ong dengan baik, Toat-beng-jin bergegas
memperkenalkan Chin Yang Kun kepada teman-temannya.
Dengan bangga orang tua itu menunjukkan kepada Tai-si-ong
dan Pang Cu-si Song Kang, siapakah sebenarnya pemuda
yang kini ikut bersamanya itu.
"Ah....... Saudara Yang, sungguh gembira sekali kami
semua dapat berkenalan denganmu ! Sudah lama Lo-jin-ong
bercerita tentang engkau. Hahaha....... silahkan duduk !
Maafkanlah kalau penyambutan kami kurang berkenan di
hatimu." Tai-si-ong cepat berdiri kembali untuk memberi penghormatan kepada Chin Yang Kun.
Tentu saja sambutan Kepala Kuil Agung yang tak disangka-
sangkanya itu semakin tidak mengenakkan hati Chin Yang
Kun. Pemuda itu benar-benar tidak mengira kalau dirinya yang kecil dan tak punya nama itu akan memperoleh perhatian dan sambutan yang ramah dari tokoh-tokoh ternama dan
terhormat seperti Tai-si-ong dan yang lain-lainnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih! Terima kasih.....!" pemuda itu berkata seraya menjura dalam-dalam. Saking canggungnya pemuda
itu malah tak bisa berkata apa-apa selain menyatakan rasa
terima kasihnya. Sebaliknya penghormatan dan perhatian yang terlalu
berlebih-lebihan itu benar-benar sangat mengherankan para
tamu yang lain. Bhong Kim Cu saling memandang dengan
kawannya, Leng Siau, sementara Put-ceng-li Lo-jin yang selalu acuh tak acuh itu hanya melongo menyaksikan kejadian itu.
"Hei ...hei! Tai-si-ong...! Bagaimana" Jadi berlangsung atau tidak pertemuan kita ini?" Put-ceng-li Lo-jin tiba-tiba berteriak.
"Kalau tidak jadi?". aku mau pulang saja!"
"Ohh, Bing Kauw-cu..... maafkanlah kami ! Hahaha?".
Silahkan duduk ! Silahkan duduk !" Toat-beng-jin cepat menahan orang tua ini.
Semuanya tersenyum melihat adegan itu. Tidak terkecuali
Bhong Kim Cu dan Leng Siau. Kedua tokoh Mo-kauw itu pura-
pura mengelus kumis dan jenggotnya untuk menutupi senyum
mereka. Sebagai sesama tokoh angkatan tua mereka takut
dianggap bersikap kurang sopan terhadap Put-ceng-li Lo-jin.
Tetapi orang yang bersangkutan ternyata tidak ambil
pusing kepada orang-orang di sekitarnya. Sambil duduk
kembali di kursinya orang tua itu masih mengomel juga.
"Habis, sedari tadi cuma omong saja. Minumanpun juga tak kunjung keluar. Bagaimana tamu menjadi kerasan di sini ?"
"Wah....... Kauw-cu benar ! Sungguh pikun benar aku ini,
hahaha.....! Hei, penjaga ! Suruh pelayan cepat-cepat
menghidangkan minuman dan makanan! Cepat?".!" Pang
Cu-si Song Kang menoleh dan berteriak ke arah penjaga yang berdiri di belakang kursinya.
Penjaga itu berlari masuk dan sekejap kemudian beberapa
orang pelayan telah keluar membawa nampan berisi makanan
dan minuman. Dengan cekatan mereka menaruh isi nampan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka tersebut di atas meja. Dan tanpa malu-malu atau
sungkan-sungkan lagi Put-ceng-li Lo-jin segera menyambar
poci arak yang ada di depannya, terus meminumnya sampai
habis. "Hahaha?"beginilah seharusnya tuan yang baik." kata orang tua itu gembira. Lalu tanpa mempedulikan tanggapan
atau komentar dari orang-orang yang berada di sekelilingnya orang tua itu menyambar lagi poci arak yang berada di depan Leng Siau.
Yang lain hanya tersenyum maklum memandang ulah
Ketua Bing kauw yang urakan dan ugal-ugalan itu. Mereka tak bisa marah atau merasa tersinggung, karena memang
demikianlah watak dan sifat Put-ceng-li Lo-jin.
"Bhong Tai-shih ! Leng Tai-shih dan?"Yang-sicu ! Silahkan minum?".!" untuk menyingkirkan rasa kikuk mereka Tai-siong segera mempersilahkan tamu-tamunya yang lain untuk
menikmati sajian di atas meja. Di depan Leng Siau segera
diletakkan sebuah poci arak yang baru.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Demikianlah, mereka makan dan minum dengan gembira
dan meriah. Semuanya seperti sudah melupakan pertikaian
yang terjadi diantara para anggota aliran mereka. Mereka
saling berbicara satu sama lain baik tentang hal-hal yang
terjadi di dunia kang-ouw maupun tentang perselisihan-
perselisihan diantara mereka secara bebas dan terbuka.
"Keparat...... perutku sudah penuh sekarang. Dan sebentar lagi mataku tentu akan segera mengantuk pula. Hei, Tai-siong......! Lekaslah kaubuka saja pertemuan ini ! Aku takut mataku ini takkan bisa bertahun lagi nanti..." mendadak Put-ceng-li Lo-jin membuat ulah lagi.
"Ah, benar?" Hari memang semakin bertambah malam.
Kita memang harus segera menyelesaikan pokok persoalan
kita." Pang Cu-si Song Kang dan Kau Cu-si Tong Ciak
menyambut perkataan Put-ceng-li Lo-jin itu hampir berbareng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya!" Toat-beng-jin juga mengangguk. "Tai-si-ong, silahkan kau buka saja pembicaraan kita ini sekarang"...!" katanya lagi seraya menoleh ke arah Kepala Kuil Agung yang duduk di
sisinya. Ta-si-ong mengangguk, lalu berdiri. Dengan merangkapkan
kedua belah telapak tangannya di depan dada, Tai-si-ong
membungkuk kepada Bhong Kim Cu dan Leng Siau.
"Bhong Tai-shih! Lheng Tai-shih! Kalian berdualah
sebenarnya yang mempunyai maksud mengadakan pertemuan
ini. Kalianlah yang telah mengirim surat undangan itu. Kami cuma menyediakan tempat saja di sini......."
"Ucapan Tai-si-ong itu benar. Nah, Lo-heng....... cepatlah !
Kaulah yang mengirim surat kepadaku. Dan ... dalam surat itu kau mengatakan bahwa kau telah menemukan sumber
pertikaian diantara ketiga aliran kita. Di dalam surat itu kau malah menyebutkan pula bahwa perselisihan itu memang
sengaja dibuat oIeh seseorang untuk mengeruhkan suasana di dunia kang-ouw. Nah, kata-kata yang kau tulis itu sungguh
membuatku penasaran. Hatiku lantas tergelitik untuk
membuktikan kata-katamu itu. Dan...... itulah sebabnya
sekarang aku berada di sini! Bhong Lo-heng, ayo". lekaslah engkau memulainya! Aku sudah tidak sabar lagi !" Put-ceng-li Lo-jin bangkit pula dari tempat duduknya.
Hening sejenak. Semua mata tertuju ke arah Bhong Kim Cu
dan Leng Siau. Dengan perasaan tegang mereka menunggu
reaksi dua tokoh Mo-kauw tersebut. Dan sementara itu diam-
diam Chin Yang Kun ikut menjadi tegang pula di tempat
duduknya. Apalagi pemuda itu serba sedikit juga mengetahui masalah yang mereka perbincangkan.
Akhirnya Bhong Kim Cu bangkit pula dari kursinya.
"Terima kasih! Terima kasih, Tai-si-ong?"! Lo-hu sendiri sebenarnya juga ingin lekas-lekas memulainya, tapi tak enak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasanya kalau harus menghentikan perjamuan yang meriah ini begitu saja "..."
"Hei ! Lihat.......! Semuanya sudah selesai sekarang ! Tak ada yang makan atau minum lagi! Ayoh, lekaslah.......!" Put-ceng-li Lo-jin memotong dengan suara keras.
Bhong Kim Cu tersenyum. "Baiklah ! Tapi... lebih dulu kami mohon maaf karena ketua kami tidak dapat datang di dalam
pertemuan penting ini. Beliau tidak sempat kami undang atau kami beritahu tentang rencana pertemuan kita ini. Kukira
semuanya sudah tahu kalau pertemuan ini kita adakan dengan sangat tergesa-gesa sekali. Coba kalau pagi tadi secara
kebetulan kami tidak melihat Put-ceng-li Lo-jin di kota ini, kukira pertemuan ini takkan bisa terlaksana." tokoh Mo-kauw itu membuka pembicaraannya.
Tai-si-ong dan Put-ceng-li Lo-jin tampak mengangguk-
anggukkan kepalanya. Keduanya mendengarkan dengan
sungguh-sungguh semua perkataan Bhong Kim Cu tadi.
"Sudah berbulan-bulan aku dan Leng Tai-shih mendapat
tugas dari Mo-cu (Ketua Aliran Mo) untuk menyelidiki
perselisihan yang timbul diantara ketiga aliran kepercayaan kita. Kami berdua telah mencoba dengan segala cara untuk
mencari sebab musabab dari semua pertengkaran-
pertengkaran yang timbul diantara anak buah kita. Kami
berdua juga sudah menemui atau menghubungi beberapa
orang tokoh yang kira-kira bisa kami ajak berdamai untuk
menyelesaikan perkara ini. Diantaranya kami berdua juga
telah menjumpai Toat-beng-jin dan Kau Cu-si Tong Ciak dari Im-yang kauw, lalu kami menemui pula Put-chien-kang Cin-jin dan Put-sim-sian dari Bing-kauw?".."
"Hei" Kalian sudah menemui su-hengku pula?" Put-ceng-li
Lo-jin berseru. Bhong Kim Cu mengangguk sambil tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Habis, rasanya sulit benar mencari Bing Kauw-cu?"?"
Leng Siau menjawab. "Wah?"..akupun juga selalu berkeliling untuk menyelidiki
peristiwa ini seperti kalian"." Put-ceng-li Lo-jin menjelaskan.
"Nah?"..dari pembicaraan-pembicaraan kami itu serta dari
penyelidikan-penyelidikan yang telah kami lakukan, kami
dapat menyimpulkan bahwa memang ada seseorang yang
bermaksud untuk mengadu domba ketiga aliran kita. Orang itu bermaksud untuk menciptakan kerusuhan, keributan dan
kekeruhan di dunia persilatan, agar dengan mudah ia
melaksanakan niatnya?"." Bhong Kim Cu melanjutkan
keterangannya. "Melaksanakan niatnya......" Niat apa itu?"..?" Tai-si-ong menyela.
"Memberontak kepada pemerintah yang dipimpin oleh
Kaisar Han ! Dengan berlindung pada kerusuhan-kerusuhan
yang terjadi di dunia kang-ouw, mereka bebas dari perhatian Kaisar Han, sehingga dengan mudah mereka menyusun
kekuatan." "Ohh...... bangsat ! Keparat ! Licik besar !" Put-ceng-li Lojin mengumpat-umpat.
"Lalu?".apakah Bhong Tai-shih sudah bisa mengetahui
sekarang, siapa orang yang licik dan kurang ajar itu?" Song Kang yang sedari tadi hanya diam saja itu tiba-tiba ikut
bertanya pula. Lagi-lagi Bhong Kim Cu mengangguk sambil tersenyum.
"Tentu saja. Kalau aku belum yakin benar akan kebenaran berita itu, masakan kami berdua berani meminjam tempat
untuk keperluan pertemuan ini" Dan kalau kami belum benar-
benar siap, masakan kami berani mengundang Put-ceng-li Lo-
jin pula " Hahaha...... Song Cu-si, ternyata jerih payah kami berdua selama berbulan-bulan itu memperoleh hasil juga?""
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhong Kim Cu menghentikan keterangannya sebentar untuk
mengambil napas. Lalu. "Nah, setelah kami memperoleh data-data tentang siapa orangnya yang mengadu domba kita, kami
lalu mencarinya ke mana-mana. Dan?"beruntunglah kami
ketika tanpa sengaja melihat orang itu di kota Ko-tien kemarin sore. Malahan secara kebetulan kami melihat juga Put-ceng-li Lo-jin di sana."
"He" Kalian melihat aku di Ko-tien kemarin " Eh, mengapa aku tak melihat juga pada kalian dan orang itu ?" Put-ceng li Lo-jin memotong cerita Bhong Kim Cu dengan suara kaget.
"Ahhh........selama ini Lo-jin tak pernah mempedulikan orang ataupun diri sendiri. Jangankan dengan orang yang
jarang sekali berjumpa atau bahkan malah belum pernah
mengenal seperti kami atau orang itu, sedangkan dengan
keluarga atau kerabat sendiri saja Lo-jin hampir tak pernah peduli. Mana Lo-jin dapat melihat kami?"?" Leng Siau
tertawa sambil menjawab pertanyaan ketua Bing-kauw
tersebut. "Yaaa?"..itulah sifatku yang paling kubenci setengah mati!
Tapi rasanya sulit benar untuk mengubahnya! Bangsat?".!"
Dengan enaknya orang tua itu memaki-maki dirinya sendiri.
Tak terasa semuanya tertawa melihat kelakuan Put-ceng-li
Lo-jin yang konyol dan menggelikan itu. Tapi yang
ditertawakan tetap saja acuh tak acuh.
"Kami berdua secara diam-diam lalu mengikuti orang
itu?"" Bhong Kim Cu meneruskan ceritanya. "Eh?".ternyata
orang itu memasuki rumah seorang pembesar tinggi dari kota Ko-tien. Di dalam ruangan yang tersembunyi orang itu
mengadakan pembicaraan dengan seorang Iaki-laki yang
dipanggil dengan nama Liok Cian-bu. Semua pembicaraan
mereka dapat kami dengarkan semuanya, sehingga kami
berdua semakin menjadi yakin bahwa memang orang itulah
yang kami cari !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh.... Bhong Lo-heng! Boleh...... bolehkah kami turut mengetahui juga...... isi dari pembicaraan orang itu" Terus terang kami juga menjadi penasaran. Kami ingin mengetahui, apa saja yang direncanakan orang itu untuk mengadu domba
kita?"..?" Tai-si-ong menyela.
"Yaa....... ya ! Akupun ingin tahu juga, apa saja yang
dikatakan oleh bedebah licik itu ?" Put-ceng-li Lo-jin
menggeram pula. Bhong Kim Cu tampak berdiam diri sebentar. Agaknya
tokoh Mo-kauw itu sedang berpikir atau sedang mengingat-
ingat kembali semua pembicaraan yang didengarnya dari
mulut orang yang dicurigainya itu.
"Baiklah......!" akhirnya tokoh Mo-kauw itu berkata. "Mula-mula orang itu bertanya tentang pasukan yang mereka
pusatkan di sekitar kota Tie-kwan di lembah Sungai Huang-ho kepada orang yang bernama Liok Cian-bu itu. Dan Liok Cianbu itu menjawab, bahwa semua pasukan yang berada di
bawah pengawasannya dalam keadaan baik, hanya saja
mereka sudah tak sabar lagi untuk menunggu terlalu lama.
Mereka ingin lekas-lekas bergerak ke kota raja........."
"Hmm....... sungguh gawat! Masakan Hong-siang belum
mencium gerakan mereka?" Tai-si-ong berdesah dengan
keadaan khawatir. "Saya dengar Hong-siang sudah mencium pula gerakan
mereka." Toat-beng-jin menjawab. "Kabarnya Hong-siang malah sudah mengirim beberapa orang kepercayaannya untuk
menyelidiki hal ini, termasuk pula Hong-lui-kun Yap Kiong
Lee." "Ohh...... sukurlah!" Tai-si-ong bernapas lega. "Lalu......
bagaimana kelanjutannya, Bhong Lo-heng.........?" katanya kemudian sambil menoleh ke arah tamunya.
Bhong Kim Cu mengambil napas panjang. "Tai-si-ong......
sejak semula kami berdua menyangka bahwa orang itu adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
otak dan biang-keladi dari semua peristiwa ini. Tapi dugaan kami tersebut ternyata keliru! Kedua orang itu ternyata masih mempunyai seseorang pemimpin lagi."
"Pemimpin."..?" Put-ceng-Ii Lo-jin menyela.
"Benar. Dalam perundingan mereka itu mereka membagi
tugas. Orang itu mau menghubungi semua pasukan yang
sudah dapat mereka bentuk dan orang yang dipanggil Liok
Cian-bu itu pergi ke pantai Laut Timur untuk menghubungi
pemimpin mereka. Tampaknya mereka sudah siap untuk
menyelesaikan niat mereka."
"Wah"... gawat! Sungguh gawat !" Put-ceng li Lo-jin
menggeram dengan suara gelisah. Bagaimanapun konyolnya
orang tua ini adalah pemimpin dari sebuah aliran yang besar, sehingga sedikit banyak ia juga memikirkan para anggotanya bila terjadi peperangan.
"Demikianlah, aku dan Leng Tai-shih lalu memutuskan
untuk menangkap saja orang itu, sementara kawannya akan
kami biarkan lolos?"" Bhong Kim Cu melanjutkan lagi.
"Hei! Mengapa dibiarkan lolos" Mengapa tak hendak
ditangkap sekalian ?" lagi-lagi Put-ceng-li Lo-jin memotong cerita Bhong Kim Cu.
"Wah.... Liok Cian-bu itu berseragam perajurit, bagaimana mungkin kami dapat menangkapnya" Salah-salah kita akan
mendapat kesukaran malah!" Leng Siau menjawab pertanyaan
Put-ceng-li Lo-jin. "Hmh! Peduli amat! Biar perajurit kalau musuh?".sikat
saja!" semuanya memandang Put-ceng-li Lo-jin dengan
tersenyum kecut. Tak ada gunanya berdebat dengan orang
tua konyol itu. "Eeee....... Bhong Tai-shih ! Masakan hal yang
diperbincangkan oleh kedua orang itu cuma urusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemberontakan dan pembagian tugas saja" Ayo.......
ceritakanlah semuanya!! Biarlah kami tahu, apa saja yang
dikatakan orang licik itu tentang kita......." tiba-tiba Kau Cu-si Tong Ciak berseru.
"Ya, benar. Bhong Lo-heng, ceritakanlah semuanya !
Jangan dipotong-potong begitu"..!" Toat-beng-jin ikut pula mendesak.
"Lhoh! Aku tidak memotong-motongnya ! Memang
demikianlah ceritanya......! Masakanku aku harus
menceritakannya sampai yang sekecil-kecilnya"'' Bhong Kim
Cu membantah sambil tersenyum.
"Yaa?" tapi kami memang ingin mengetahui pula semua
hal yang dikatakan oleh orang itu," Tong Ciak tetap juga
mendesak. "Hmmm.......!" Bhong Kim Cu menunduk sambil mengerutkan keningnya.
"Baiklah?" akan kucoba. Hanya saja aku mungkin sudah
tidak dapat mengingat semuanya. Hmmm?""kalau tak salah
orang yang kami curigai itu juga bercerita
tentang?".pertemuan di bukit sebelah timur kota Poh-yang."
"Pertemuan di bukit sebelah timur kota Poh-yang?" tak
terasa Chin Yang Kun bergumam perlahan. "Hmmmm?"siapa
dia?" "Yang hian-te, kau bilang apa?" Toat-beng-jin yang duduk
di dekatnya menegaskan. "Oh, tidak apa-apa?".." pemuda itu menjawab tersipu-
sipu. Toat-beng-jin mengerutkan keningnya, tapi ia tak bertanya
lebih lanjut. Orang tua itu segera memandang ke arah Bhong Kim Cu yang sudah meneruskan lagi ceritanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang itu?"..berkata kepada Liok Cian-bu, bahwa
pertemua yang mereka adakan di puncak bukit di luar kota
Poh-yang mengalami kegagalan. Bahkan kekuatan yang ada di
tempat itu hancur bercerai-berai karena serangan bajak laut Tung-hai-tiau. Malahan katanya orang itu hampir saja mati di tangan Tung-hai-tiau dan anak buahnya. Untunglah dia dapat meloloskan diri melalui jalan rahasia?""
"Jalan rahasia?"?" Chin Yang Kun bertanya di dalam
hatinya. "Kalau begitu?"orang yang dimaksudkan Bhong Tai-
shih ini tentu Song-bun-kwi Kwa Sun Tek, sebab Cuma dia
yang tahu jalan rahasia di bawah tanah itu."
Tapi pemuda itu tetap berdiam diri dan tak berkata apa-
apa. Dibiarkannya saja tokoh Mo-kauw itu melanjutkan
ceriteranya. "Setelah bisa meloloskan diri dari kepungan para bajak laut, orang itu melarikan diri ke kota Yu-tai. Tapi di tengah jalan dia bertemu dengan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee dan mereka
segera terlibat dalam pertempuran yang sangat seru. Ternyata orang itu kalah sehingga ia terpaksa melarikan diri lagi. Hong-lui-kun tak mau melepaskannya, sehingga terjadilah kejar-
mengejar yang seru. Saking bingung dan putus asa karena tak bisa melepaskan diri dari libatan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, orang itu nekad menerjunkan diri ke dalam jurang yang
dalam." "Hei" Terjun ke dalam jurang?" Tong Ciak bertanya kaget.
"Ya, begitulah orang itu bercerita kepada Liok Cian-bu?"."
Bhong Kim Cu mengangguk. "Tapi". Orang itu ternyata masih
bernasib baik. Dengan kepandaiannya yang tinggi orang itu
dapat bergantung pada sebuah akar pohon sehingga selamat.
Kemudian perlahan-lahan orang itu naik ke atas kembali dan pergi ke kota Ko-tien. Di sana ia menemui Liok Cian-bu dan
?""terlihat oleh kami berdua," Bhong Kim Cu mengakhiri
ceritanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam sesaat. Semuanya masih menantikan kelanjutan
cerita itu. Tapi tampaknya Bhong Kim Cu memang telah
menyelesaikan ceritanya. "Demikianlah?".."
"Hei! Nanti dulu! Manakah kata-kata orang licik itu yang
menyinggung tentang kita" Ayolah Bhong Lo-heng?"jangan
membikin penasaran hati orang! Itu dosa!" Tong Ciak cepat-
cepat menyela dengan mulut meringis karena mendongkol.
"Benar. Manakah cerita itu" Wah, Bhong Lo-heng ini
memang pintar menggoda hati orang!" Toat-beng-jin ikut
menuntut pula. "Bhong Tai-shih?"! Saya kira tuntutan rekan-rekan kita ini memang benar," Tai-si-ong berkata pula dengan suara halus
untuk menengahi mereka. "Ceritakan saja semua pembicaraan
kedua orang itu kepada kami. Terutama yang menyangkut
tentang aliran kita masing-masing. Jangan hanya disingkat
dengan mengatakan bahwa"..Bhong Tai-shih semakin yakin
akan keterlibatan mereka, setelah mendengar pembicaraan
kedua orang itu".! Tolonglah ceritakan juga pada kami, apa saja yang mereka katakan, sehingga kami juga bisa
mengambil kesimpulan seperti Bhong Tai-shih berdua!"
"Waduh?"baiklah! Begini?"." Bhong Kim Cu terpaksa
mengalah mendengar tuntutan tuan rumah itu. ?"?"dalam
pembicaraan mereka orang itu juga menegaskan bahwa
gerakan mereka harus cepat-cepat dimulai sebab kalau tidak lekas-lekas dimulai, gerakan yang telah mereka persiapkan
dengan matang itu tentu akan kandas di tengah jalan.
Kemudian orang itu bercerita tentang usaha-usaha yang telah ditempuhnya selama ini. Mulai dari pembentukan-pembentukan pasukan di beberapa daerah, sampai dengan
menghubungi pejabat-pejabat kerajaan yang sekiranya setuju dengan gerakan mereka. Termasuk diantaranya adalah Liok
Cian-bu sendiri. Kemudian orang itu juga menyebutkan
beberapa usaha lainnya, yaitu antara lain mencari Cap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kerajaan yang hilang, mencari harta karun mendiang Perdana Menteri Li Su di pantai Laut Timur dan yang terakhir
adalah?"mengadu domba ketiga aliran kita! Mereka ingin
menciptakan ketegangan, keributan dan kekeruhan di dunia
persilatan, sehingga mereka dapat dengan leluasa
menjalankan rencana mereka".."
"Nah?".hal itulah yang ingin kami dengarkan, Bhong Tai-
shih," Tong Ciak menyela dengan suara gembira.
Sementara itu Chin Yang Kun menjadi berdebar-debar
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hatinya mendengar tokoh Mo-kauw tersebut menyebut pusaka
keIuarganya, yaitu Cap Kerajaan! Hampir saja dia bertanya
tentang peranan orang yang diceritakan oleh Bhong Kim Cu
tersebut dalam peristiwa pembantaian keluarganya. Tapi
karena ragu-ragu pemuda itu tak jadi mengatakannya.
Dan sementara pemuda itu menjadi ragu-ragu, Bhong Kim
Cu telah meneruskan ceritanya.
"Yang mendapatkan giliran pertama diadu domba oleh
orang itu adalah Aliran Bing-kauw dan". Mo-kauw. Dengan
menyamar sebagai anggota aliran kami, orang itu bersama
dengan kawannya yang bernama Wan It, menyelinap ke
Rumah Suci Aliran Bing-kauw. Mereka berusaha menculik isteri Put-ceng-li Lo-jin ......."
"Hei....... benarkah " Bangsat! Keparat ! lblis busuk tak tahu malu........! Huh........ jadi orang itulah yang masuk ke Rumah Suci dan mau menculik isteriku" Sungguh licik sekali !
Di depan murid-muridku mereka mengaku sebagai anggota
dari Aliran Mo-kauw........! Kurang ajaaar.......!" Put-ceng-li Lojin mengumpat tiada habis-habisnya.
Dan sekali lagi Chin Yang Kan dibuat kaget oleh nama yang
disebutkan Bhong Kim Cu. "Wan It......" Jadi...... jadi paman Hek-mou-sai Wan It itu memang benar-benar berkomplot dengan Song-bun-kwi Kwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sun Tek" Oooooh?"!" pemuda itu berdesah lemas, wajahnya
pun menjadi pucat. Perubahan wajah Chin Yang Kun ternyata dapat dilihat oleh
Toat-beng-jin. Dengan berbisik orang tua itu mendekatkan
mulutnya ke arah Chin Yang Kun. "Yang Hiante ... kau kenapakah" Mengapa wajahmu tiba-tiba memucat?"
Tapi Chin Yang Kun cepat-cepat menggeleng. "Ah........ aku tidak apa-apa ! Sungguh, aku tidak apa-apa ! Aku cuma lelah sekali......." katanya membohong.
Toat-beng-jin menatap tajam-tajam, hatinya sedikit curiga.
Tetapi karena tamunya tak mau berterus terang, maka dia tak bisa berkata apa-apa lagi.
Sementara itu Bhong Kim Cu masih terdengar meneruskan
ceritanya. "Setelah berhasil mengadu domba Aliran Mo-kauw dan
Bing-kauw, orang itu lalu ganti mengadu domba Aliran Mo-
kauw dan Im-yang-kauw?"! Dengan menyamar sebagai Han
Su Sing, yaitu kepala kuil Im-yang-kauw di Bukit Delapan
Dewa, orang itu datang ke gedung kami dan membunuh
beberapa orang anggota Mo-kauw?""
"Dan?"..masalah itu menjadi semakin meruncing dengan
terbunuhnya Han Su Sing di tangan Put-gi-ho dan Put-chih-
to," Toat-beng-jin menambahkan seraya menoleh ke arah Put-
ceng-li Lo-jin. "Ya?".dengan demikian komplitlah sudah rencana orang
itu. Mula-mula Mo-kauw dengan Bing-kauw, kemudian Mo-
kauw dengan Im-yang-kauw, lalu yang terakhir Bing-kauw
dengan Im-yang-kauw"..!" Bhong Kim Cu mengangguk.
Dan ruangan itu kemudian menjadi sunyi untuk beberapa
saat lamanya. Semuanya duduk terpekur di tempat masing-
masing. Sinar kelegaan tampak membersit di wajah mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Udara persahabatan terasa menghembus kembali di hati
mereka. "Hmmm........ beruntunglah kita karena Bhong Tai-shih dapat segera membongkar niat licik itu, sehingga suasana
menjadi jernih kembali. Tapi?".bagaimana dengan kelanjutan cerita itu tadi, Bhong Lo-heng" Dapatkah Bhong Lo-heng
menangkap orang itu?" Tai-si-ong atau Kepala Kuil Agung
Aliran Im-yang-kauw tiba-tiba memecahkan kesunyian
mereka. "Hei, benar?".! Bagaimana kelanjutannya, Bhong Tai-
shih" Cepatlah"..!" Put-ceng-li Lo-jin berseru pula.
Bhong Kim Cu membetulkan letak duduknya. "Setelah
orang itu keluar dari rumah pejabat itu, kami berdua lantas mengikutinya. Dan tampaknya orang itu tahu kalau kami ikuti.
Dia berlari secepat kilat keluar kota. Terpaksa kami
mengejarnya?"" Bhong Kim Cu melanjutkan ceritanya.
"Dan?"..dengan mudah Bhong Lo-heng menangkapnya !
Hahaha! Siapa yang berani melawan gin-kang Bhong Lo-heng
berdua?" Toat-beng-jin memotong dengan tertawa.
"Ah?".siapa bilang kami dapat menangkap dia dengan
mudahnya" Kami berdua justru hampir kewalahan
menghadapinya !" Leng Siau menjawab cepat.
"Benar! Hampir saja kami berdua tak kuasa membendung
Ilmu Silat Mayat Mabuknya !" Bhong Kim Cu menegaskan
ucapan rekannya. "Hei" Apaaa?"?" Bangsat! Keparat! Bhong Tai-
shih?"sudah sekian lamanya kau bercerita, ternyata kau
belum sekalipun menyebutnya nama orang itu! Kurang
ajar?"siapakah orang yang mahir Ilmu Silat Mayat Mabuk
itu" Kwa Eng Ki?"?" Put-ceng-li Lo-jin tiba-tiba bangkit
berdiri seraya mencengkeram pinggiran meja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Disebutnya Ilmu Silat Mayat Mabuk oleh Bhong Kim Cu itu
benar-benar mengejutkan semua orang! Pikiran mereka lantas tertuju kepada pemilik ilmu yang maha dahsyat tersebut, yaitu kaum Tai-bong-pai yang diketuai oleh Kwa Eng Ki. Otomatis
semuanya menjadi gelisah dan berdebar-debar. Tai-bong-pai
bukanlah sebuah perkumpulan sembarangan. Perkumpulan itu
menyimpan banyak tokoh sakti yang mempunyai ilmu
menggiriskan hati. Dan apabila untuk menebus perdamaian
mereka ini, mereka harus bermusuhan dengan Tai-bong-pai,
hal itu memang sungguh berat.
Bhong Kim Cu menundukkan kepalanya.
"Maafkanlah aku, karena aku sengaja menyimpan nama
orang yang mengadu domba kita itu. Hal ini memang
kusengaja agar cu-wi tidak lekas-lekas terbakar dan
menanggapi ceritaku tadi. Aku ingin agar cu-wi mendengarkan dan menanggapi ceritaku tadi secara wajar, tanpa dibayang-bayangi perasaan segan, marah ataupun?"takut!" jago Aliran Mo-kauw itu menjelaskan. Lalu lanjutnya lagi, "Sekarang akan saya katakan, siapa sebenarnya orang yang saya ceritakan
tadi. Orang itu memang datang dari Tai-bong-pai?"."
"Hah?".."!?"
"Yaa...... tapi dia bukanlah Kwa Eng Ki ! Dia adalah Song-bun-kwi Kwa Sun Tek, putera Kwa Eng Ki yang telah diusir
oleh perguruannya........."
"Ohh?" lalu bagaimana dengan kelanjutan dari
pertempuran Bhong Lo-heng berdua itu " Dapatkah Bhong Lo-
heng berdua mengatasinya ?" Tai-si-ong bertanya dengan
suara tegang. Bhong Kim Cu dan Leng Siau tersenyum melihat
ketegangan rekan-rekannya itu. Keduanya tidak segera
menjawab pertanyaan itu. Tampaknya mereka memang
sengaja menggoda orang-orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana menurut pendapat Tai-si-ong dan rekan-rekan
semua" Mungkinkah kami bisa mengatasi Song-bun-kwi yang
berkepandaian tinggi itu?" tanya mereka malah.
"Lhoh?"mana kami tahu" Bangsat?"Bhong Tai-shih, kau
jangan menggoda kami, ya?"." Salah-salah bisa berkelahi
kita nanti!" Put-ceng-li Lo-jin melotot penasaran.
"Wah?".kami Cuma ingin tahu pendapat cu-wi saja, tidak
ada maksud-maksud yang lain! Bukankah pertemuan ini
bertujuan untuk kedamaian kita" Ayoh, jangan marah, Bing
kauw-cu! Tebak saja dulu teka-teki tadi"..!" Bhong Kim Cu
tertawa. Diam-diam ternyata tokoh Mo-kauw ini suka
berkelakar pula. "Wah...... ini......." Put-ceng-li Lo-jin menggerutu dengan wajah merah padam.
"Hmm".. bagaimana, ya?" Tai-si-ong ikut-ikutan
menggaruk-garuk kepalanya.
"A-nu..... eh !" Song Kang tiba-tiba berdesah sambil menoleh ke arah Toat-beng-jin yang mahir Lin-cui-sui-hoat itu.
Tapi orang tua yang pandai meramal itu pura-pura tidak
tahu. Justru pemuda yang duduk di samping orang tua itulah yang mendadak membuka suara malah !
"Tentu saja Bhong Tai-shih dan Leng Tai-shih dapat
menundukkan orang itu! Malahan tidak Cuma menundukkan
saja, tapi?"membunuhnya malah!"
"Ehhh !" "Oh?""!"
Semuanya memandang Chin Yang Kun dengan dahi
berkerut. Tidak terkecuali Bhong Kim Cu dan Leng Siau
sendiri. Kedua tokoh Mo-kauw itu menatap Chin Yang Kun
dengan pandang mata kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh?".saudara Yang! Apakah kau menyaksikan sendiri
pertempuran kami kemarin itu?" Bhong Kim Cu bertanya
dengan pandang mata menyelidik.
"Tidak!" pemuda itu menjawab tegas.
"Lalu"..bagaimana Saudara Yang tahu?" Leng Siau
mengejar. Chin Yang Kun menatap Leng Siau dan Bhong Kim Cu
beberapa saat lamanya, membuat kedua tokoh Aliran Mo-
kauw berkepandaian tinggi itu sedikit bergetar hatinya. Mata itu mencorong menyilaukan seperti mata seekor naga dalam
kegelapan ! "Siauw-te hanya menebak saja?"." akhirnya pemuda itu
memberikan jawabannya. Sementara itu semuanya menjadi kaget mendengar
pengakuan Bhong Kim Cu tentang terbunuhnya tokoh Tai-
bong-pai tersebut. Semuanya mengawasi Bhong Kim Cu, Leng
Siau dan Chin Yang Kun berganti-ganti.
"Jadi... orang itu telah terbunuh di tangan Bhong Tai-shih berdua ?" Tai-si-ong bertanya.
"Benar ! Tapi....... sebentar!" Bhong Kim Cu menjawab,
"Eh, Saudara Yang ! Coba tebak lagi ! Bagaimana kira-kira orang itu dapat kami tundukkan ?"
Chin Yang Kun melirik ke arah Toat-beng-jin, lalu
menundukkan mukanya. Sambil menghela napas ia
menjawab, "Bhong Tai-shih, siauw-te sudah beberapa kali bertemu dengan Song-bun-kwi itu. Malahan yang terakhir
siauw-te melihat pertempurannya melawan Tung-hai-tiau dan
Tung-hai Nung-jin di bukit sebelah timur Poh-yang itu...."
"Ohh...... jadi Saudara Yang juga berada di bukit yang diceritakannya itu ?" Leng Siau memotong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun mengangguk. "Benar. Oleh sebab itu siauw-te benar-benar tahu sampai di mana kesaktian iblis Tai-bong-pai itu. Ilmunya bermacam-macam dan hebat-hebat, sampai
tokoh-tokoh ternama seperti Tung-hai-tiau dan Tung-hai
Nung-jin itupun tak kuasa berbuat apa-apa terhadapnya,
padahal mereka mengeroyoknya."
Semuanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Semuanya
mengakui kebenaran kata-kata yang diucapkan oleh pemuda
itu. Meskipun beberapa orang di antara mereka belum pernah bertemu dengan orang itu, tapi nama dan gelar Song-bun-kwi Kwa Sun Tek telah lama mereka dengar.
"Kalau demikian halnya, mengapa saudara Yang masih juga menebak bahwa kami berdua dapat membunuhnya " Apakah
saudara Yang beranggapan bahwa kepandaian kami ini jauh
lebih tinggi dari pada kepandaian Tung-hai-tiau dan Tung-hai Nung-jin?" Leng Siau bertanya sedikit penasaran.
"Ahh". itu cuma karena kebetulan saja. Pagi tadi siauw-te
melihat dua orang anak buah Song-bun-kwi di rumah makan.
Dari pembicaraan mereka siauw-te mendengar berita bahwa
Song-bun-kwi telah mati. Hanya sayang mereka tidak
menyebutkan, bagaimana orang itu mati dan siapakah
pembunuhnya. Semula siauw-te menyangka Tung-hai-tiau dan
Tung-hai Nung-jin itulah yang membunuhnya. Tapi
mendengar cerita Bhong Tai-shih tadi, bahwa Song-bun-kwi
dapat meloloskan diri melalui pintu rahasia, siauw-te segera menyadari bahwa dugaan tersebut ternyata salah. Maka
begitu Bhong Tai-shih mengatakan mau menangkap Song-
bun-kwi Kwa Sun Tek, siauw-te segera menduga-duga bahwa
Bhong Tai-shih berdualah yang telah membunuh orang itu".."
"Eh, kenapa begitu.......?" Bhong Kim Cu mendesak.
"Sulit sekali kalau orang mau menangkap Song-bun-kwi, karena selain berilmu silat tinggi orang itu mengenakan.......
Kim-pouw-san! Satu-satunya jalan cuma membunuhnya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei........ saudara Yang tahu tentang baju mustika itu?"
Bhong Kim Cu dan Leng Siau kini benar-benar terperanjat.
Tampaknya kedua tokoh Mo-kauw itu memang bermaksud
untuk merahasiakan penemuan mereka itu. Itulah sebabnya
mereka selalu mendesak sambil menyelidiki, sampai di mana
pengetahuan Chin Yang Kun perihal kematian Song-bun-kwi.
Tak mereka sangka pemuda itu tahu belaka tentang baju
mustika tersebut. "Ah....... baju itu sebenarnya adalah kepunyaan Tung-hai-tiau yang diberikan kepada puterinya, Tiau Li Ing. Tapi dengan segala kelicikannya Song-bun-kwi berhasil merampasnya......."
Chin Yang Kun menerangkan.
"Ya.......ya, be-benar.......! Baju itu sekarang memang kami simpan. Akan kami serahkan nanti kepada Mo-cu kami."
akhirnya Bhong Kim Cu berdesah perlahan.
Put-ceng-li Lo-jin, Tai-si-ong dan yang lain-lain terdiam saja bagai patung di tempat masing-masing. Mereka menatap
Bhong Kim Cu, Leng Siau dan Chin Yang Kun berganti-ganti
sambil mendengarkan percakapan tokoh Mo-kauw tersebut
dengan Chin Yang Kun. Mereka baru sadar akan
ketermanguan mereka tatkala melihat percakapan itu
berhenti. Tong Ciak yang duduk di sebelah Bhong Kim Cu terdengar
menghela napas. "Lalu apa yang kau perbuat dengan mayat Song-bun-kwi itu, Bhong Lo-heng?" tanyanya perlahan.
"Kami menguburkannya di pinggir hutan." Bhong Kim Cu
menjawab. Lalu katanya Iagi. "Setelah itu kami berdua
kembali ke Ko-tien. Kami bermaksud menemui Put-ceng-li Lo-
jin untuk cepat-cepat membicarakan persoalan ini, tapi sayang sekali Put-ceng-li Lo-jin telah pergi meninggalkan kota itu.
Kami lalu bergegas mencarinya ke kota Yu-tai. Tapi kami juga tak menjumpainya di sana......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku memang langsung ke kota ini dan tak singgah
kemana-mana........." Put-ceng-li Lo-jin menyahut.
"Yaa....... dan hal itu justru sangat kebetulan bagi kami.
Kota Sin-yang merupakan pusat Aliran lm-yang-kauw sehingga dengan demikian kami malahan bisa mengadakan pertemuan
diantara ketiga aliran sekaligus. Demikianlah, kami lalu
menghubungi Tai-si-ong dan Put-ceng-li Lo-jin melalui surat.
Kami paparkan semua maksud dan rencana kami untuk
mengadakan pertemuan di antara ketiga aliran kita, agar
perselisihan yang terjadi cepat-cepat dapat diselamatkan dan tidak berlarut-larut ".."
"Dan maksud Bhong Lo-heng ini ternyata benar-benar
berhasil. Malam ini semua telah berkumpul dalam kedamaian.
Perselisihan telah terhapus dengan terbongkarnya siasat adu domba Song-bun-kwi Kwa Sun Tek itu"..." Tai-si-ong cepat-cepat memberi komentar.
"Hanya saja, kita masing-masing harus lekas-lekas memberi tahu kepada anggota kita tentang hal ini, agar pertumpahan darah segera dihentikan." Pang Cu-si Song Kang
menambahkan. "Benar, hahaha........ Tapi sebelum kita berpisah, marilah kita berpesta lagi menghabiskan hidangan ini! Kita rayakan persahabatan kita.......!" Put-ceng-li Lo-jin berseru pula dengan suara gembira.
"Baik! Tapi hidangan ini harus ditambah lagi! Hei, penjaga !
Panggil pelayan, supaya menambah lagi hidangan sebanyak-
banyaknya.....!" Toat-beng-jin berteriak ke arah penjaga.
"Baik, Lo-jin-ong .......!" penjaga itu mengangguk lalu berlari ke dalam. Demikianlah, sebentar kemudian ruangan itu menjadi riuh oleh gelak tertawa mereka. Mereka benar-benar merayakan perdamaian mereka kembali. Semuanya
mengacungkan jempol dan menyatakan perasaan kagum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka terhadap usaha Bhong Kim Cu dan Leng Siau demi
terciptanya perdamaian di antara mereka.
Sementara semuanya bergembira dengan makan dan
minum, tiba-tiba penjaga yang diperintah oleh Toat-beng-jin tadi berbisik kepada orang tua itu. "Lo-jin-ong"..! Tampaknya ada suatu kejadian yang menggegerkan para prajurit
pendatang dari kota raja itu. Mereka kelihatan sibuk sekali.
Semuanya berlarian dan berkumpul di Rumah Penginapan itu
dengan persenjataan lengkap......"
"Apa......" Para perajurit itu"...eh, kau tahu apa
sebabnya?" Toat-beng-jin menjadi kaget juga. Orang tua itu khawatir pemberontak telah memasuki kota.
"Katanya?".katanya pemimpin mereka telah tertangkap
oleh pasukan pemberontak yang bersembunyi di bukit sebelah utara kota ini."
"Hah?"."!" Apa?"..?" tiba-tiba Chin Yang Kun yang
berada di sebelah Toat-beng-jin melompat kaget. Otomatis
tangan pemuda itu menyambar leher baju penjaga tersebut
dan mencengkeramnya. "Hhkkh?".!" Penjaga itu tercekik.
"Apa yang kaukatakan tadi" Liu Ciangkun tertangkap
pemberontak?" "Hkk! Sa".saya tak tahu. Yang
ku".kudengar"..hek"..Cuma pemimpinnya. Saya tak?"tak
tahu namanya?".." penjaga itu menjawab ketakutan.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Itu sama saja! Pemimpin mereka memang Liu Ciangkun!"
Chin Yang Kun berteriak sambil melepaskan pegangannya,
sehingga penjaga itu hampir jatuh.
Tentu saja semuanya menjadi kaget melihat peristiwa yang
sangat mendadak itu. Dengan pandang mata penuh
pertanyaan mereka menatap Chin Yang Kun yang mukanya
putih pucat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang hiante, kau tenanglah"..! kenapa kau ini
sebenarnya?" Toat-beng-jin cepat merangkul pundak Chin
Yang Kun dan berkata halus.
Dengan gelisah pemuda itu melepaskan diri dari pelukan
Toat-beng-jin. "Maaf, Lo-cianpwe"..siauw-te harus cepat-cepat kembali!
Tolong perintahkan kepada penjaga agar supaya
mengambilkan kudaku, sebab siauw-te ingin segera
membuktikan kebenaran berita ini," pemuda itu berkata
terengah-engah. Toat-beng-jin mengangguk dan memberi isyarat kepada
penjaga yang dicengkeram lehernya oleh Chin Yang Kun tadi
agar melaksanakan perintah pemuda tersebut. Lalu dengan
hati-hati orang tua itu bertanya kepada Chin Yang Kun. "Yang hian-te"..! sementara penjaga itu mengeluarkan kudamu,
bolehkah aku bertanya sedikit padamu?"
Chin Yang Kun menatap Toat-beng-jin dengan sikap ragu-
ragu, lalu mengangguk. "Silahkan"..!" katanya seret.
"Begini, Yang hian-te"..mengapa kau lantas kelihatan
gelisah dan khawatir begitu mendengar berita tertangkapnya pemimpin para perajurit pendatang dari kota raja itu" Apakah engkau mempunyai hubungan keluarga atau persahabatan
dengan orang itu?" orang tua itu bertanya dengan hati-hati.
"Benar, Lo-cianpwe"." Chin Yang Kun cepat-cepat
mengiyakan. "Pemimpin para perajurit yang datang dari kota raja itu adalah Liu Ciangkun atau Liu twa-ko, kakak
angkatku".." "Ohoo"..begitu. Nah, itu dia kudamu!" Toat-beng-jin
menunjuk ke arah halaman. "Silahkanlah! Kami tak bisa
menahan lagi kalau begini. Sebenarnya kami ingin berbicara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panjang lebar denganmu, tapi"..tak apalah. Besok masih
banyak kesempatan lagi."
"Terima kasih! Sekali lagi terima kasih atas perjamuan ini, siauw-te mohon diri."
Setelah berpamitan kepada semua orang, Chin Yang Kun
melompat ke atas punggung si Cahaya Biru dan selanjutnya
berlari keluar dari Gedung Pusat Aliran Im-yang-kauw itu. Di jalan-jalan ia masih melihat adanya kesibukan luar biasa dari para perajurit itu. Banyak diantaranya yang masih berjalan atau berlari-lari dengan tergesa-gesa menuju ke rumah makan itu. Dan dari jauh juga masih terdengar suara terompet sayup-sayup ditiup orang.
Chin Yang Kun terperanjat ketika melihat jalan besar di
depan rumah makan itu telah penuh dengan perajurit. Mereka telah berbaris rapi dan siap untuk berangkat ke medan laga.
Belasan orang perajurit tampak membawa obor-obor besar
untuk menerangi tempat itu. Sementara itu para perwiranya
juga telah siap siaga di atas punggung kuda mereka masing-
masing. Chin Yang Kun cepat menerobos kumpulan perajurit itu dan
mencari Siangkoan Ciangkun di halaman Rumah Penginapan.
Dan begitu melihat perwira itu turun dari tangga depan, Chin Yang Kun segera menyongsongnya.
"Siangkoan Ciangkun?"!" teriaknya memanggil.
Perwira itu terkejut. "Hai ! Saudara Yang"..!" sambutnya dengan keras pula.
Chin Yang Kun bergegas melompat turun, lalu berlari
menghampiri perwira itu. "Siangkoan Ciangkun, apakah yang terjadi?" pemuda itu segera mendesak dengan pertanyaannya, sehingga Siangkoan
Ciangkun menjadi gugup pula jadinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Yang". anu....Hong-siang tertangkap,eh"...
maksudku Liu".Liu Ciangkun, ahh !" perwira itu menjadi gagap.
"Hei" Siangkoan Ciangkun, katakan yang benar".. Hong-
siang atau Liu twako?" Chin Yang Kun berteriak tegang seraya memegangi tangan Siangkoan Ciang-kun erat-erat.
"Anu".. eh"... keduanya ! Ya"..ya, keduanya tertangkap
pasukan pemberontak !" saking gugupnya perwira itu
menjawab saja sekenanya. "Ooooh."..," pemuda itu menjadi lemas tubuhnya.
"Siangkoan Ciang-kun, seluruh pasukan telah siap untuk
diberangkatkan !" tiba-tiba seorang perwira muda melapor kepada Siangkoan Ciang-kun.
"Bagus ! Matikan obor-obor itu ! Kita berjalan tanpa
penerangan lampu".." Siangkoan ciang-kun menjawab sambil melambaikan tangannya.
"Ciang-kun, kau?" kau mau berangkat ke mana ?" Chin Yang Kun mengangkat kepalanya dengan kaget.
"Menolong Hong-siang!" Siangkoan Ciangkun menjawab seraya melompat ke punggung kudanya. "Ayoh, kita
berangkat.......!" "Hei ! Siangkoan Ciang-kun?". saya ikut. Akupun juga
harus menolong Liu twa-ko!" Chin Yang Kun berteriak,
kemudian melompat pula ke punggung Cahaya Biru.
Beberapa orang perajurit pengawal berusaha menghalang-
halangi ketika pemuda dengan kudanya hendak mendekati
Siangkoan Ciang-kun. Tapi perwira tinggi itu segera melarang mereka. "Biarkan pemuda itu berada bersamaku.......!"
bentaknya. Demikianlah, hanya dengan penerangan sinar bintang-
bintang di langit, pasukan itu merayap perlahan meninggalkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kota Sin-yang. Derap langkah mereka gemuruh mengecutkan
hati para penduduk yang mereka Iewati. Pasukan itu keluar
dari pintu kota sebelah utara, kemudian menerobos kegelapan malam, menuju ke perbukitan yang menjulang tinggi di utara.
"Ciang-kun, bagaimanakah peristiwanya sehingga Hong-
siang dan Liu twa-ko sampai tertangkap oleh pasukan
pemberontak itu " Bukankah Hong-siang dan Liu twa-ko itu
membawa pasukan yang sangat kuat ?" Chin Yang Kun
mendekatkan kudanya ke arah Siangkoan Ciang-kun, lalu
bertanya perlahan. "Entahlah, Saudara Yang.....!" perwira itu menggelengkan kepalanya. "Tiba-tiba saja tadi ada seorang perwira yang pulang ke kota sendirian dan melapor kepadaku perihal
keadaan Hong-siang. Katanya Hong-siang dan seluruh
pasukannya terjebak di sebuah jurang paling dalam sehingga Hong-siang........ Hong-siang tertangkap !"
"Ohh .... lalu?" Ialu bagaimana dengan Liu twa-ko?"
"Entah ! Kukira?"..kukira dia juga tertangkap pula seperti Hong-siang."
"Hmmmh!" Chin Yang Kun menggeram. Dua telapak
tangannya terkepal erat-erat.
Sementara itu malam semakin larut juga. Dinginnya bukan
kepalang. Tapi biarpun begitu keringat masih juga mengalir di setiap tubuh para perajurit itu. Dengan semangat meluap
mereka terus berjalan, mendaki daerah perbukitan yang
jarang diinjak oleh manusia itu. Mereka berderap menuju ke jurang, di mana Hong-siang dan seluruh pasukannya
terperangkap. Dan para perajurit itu semakin menjadi tidak sabar pula
ketika sayup-sayup mulai terdengar suara pertempuran di
kejauhan. Selangkah demi selangkah mereka mulai berlari-lari kecil menuruni lereng-lereng bukit yang berliku-liku itu. Dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejauhan mereka seperti barisan semut yang melingkar-lingkar menuju ke liangnya.
"Awaaaas! Jangan keluar dari barisan"..!" para perwira berteriak mengatur anak buah mereka sendiri-sendiri.
Chin Yang Kun menjadi tegang pula hatinya. Tak terasa
makin lama kudanya berlari semakin cepat sehingga
meninggalkan kuda Siangkoan Ciang-kun.
"Saudara Yang, hati-hati.......! Kau jangan keluar dari iring-iringan ini! Salah-salah kau dikira musuh nanti !" Siangkoan Ciang-kun berteriak.
Tapi pemuda itu sudah tidak mempedulikan seruan
tersebut. Kekhawatirannya terhadap Liu twa-konya membuat
pemuda itu sudah tidak sabar lagi untuk segera tiba di jurang itu.
"Siangkoan Ciang-kun"..! maaf, aku pergi mendahului?"!"
Begitulah, pemuda itu segera memacu si Cahaya Biru.
Beberapa orang perwira menoleh dan mengerutkan keningnya
ketika pemuda itu berderap melewati mereka. Meskipun
demikian mereka tak berbicara apa-apa, karena mereka tahu
bahwa pemuda itu adalah sahabat Siangkoan Ciang-kun,
komandan mereka. Dengan pedoman suara pertempuran yang sayup-sayup
terdengar oleh telinganya, Chin Yang Kun menuju ke jurang
yang dimaksudkan itu. Beberapa kali kudanya hampir
terperosok ke dalam lobang atau jurang-jurang kecil yang
tertutup oleh semak-semak perdu di atasnya. Untunglah si
Cahaya Biru itu benar-benar kuda mustika yang jarang
terdapat di dunia. Selain mempunyai firasat dan perasaan
yang sangat peka, kuda itu juga mempunyai mata yang tajam
dan awas luar biasa. Hampir seperti tidak pernah diperintah lagi, kuda itu mencari jalan sendiri menuju ke tempat
pertempuran itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cahaya Biru, kau benar-benar kuda yang sangat hebat!
Aku sungguh bangga sekali kepadamu?"!" Chin Yang Kun
merangkul leher kuda itu sambil memuji dengan suara manis.
Cahaya Biru mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi ke
udara dan meringkik gembira. Kuda itu lalu bergerak semakin lincah dan gesit. Ia seperti tahu akan pujian yang diterimanya, sehingga celah-celah parit yang lebarpun dilompatinya pula.
"Hei! Hei! Tenanglah"..Cahaya Biru! Berhati-hatilah! Kita
tak perlu terlalu tergesa-gesa!" akhirnya malah Chin Yang Kun yang menjadi ketakutan karena keberanian kuda itu.
Suara pertempuran itu semakin riuh dan nyaring terdengar
oleh telinga Chin Yang Kun. Dan beberapa saat kemudian
debu tampak mengepul di kejauhan, dan hal itu berarti bahwa medan pertempuran telah berada di depan mata.
Chin Yang Kun segera mencari tempat yang baik dan
terlindung untuk melihat pertempuran itu. Dipanjatnya sebuah dataran yang agak tinggi untuk mendekati tempat tersebut.
Dan selanjutnya, apa yang dilihat kemudian oleh pemuda itu benar-benar sangat menggetarkan hatinya. Di bawah tebing
yang diinjaknya itu ternyata menganga sebuah jurang yang
kira-kira ada duapuluhan tombak dalamnya. Sebuah jurang
buntu, dimana seluruh sisi-sisinya adalah tebing terjal yang sangat tinggi dan tak mungkin didaki oleh manusia biasa.
Hanya ada satu jalan keluar, yaitu sebuah celah sempit
selebar dua atau tiga tombak.
Tapi bukan jurang buntu itu yang menggetarkan hati Chin
Yang Kun, melainkan pertempuran seru yang terjadi di
dalamnyalah yang membuatnya tegang bukan main. Tampak
dengan jelas oleh pemuda itu sebuah pertempuran brutal dan kasar dalam jumlah yang sangat besar. Kedua belah pihak
sudah berbaur menjadi satu, sehingga dalam keremangan
malam sungguh sukar membedakan lawan dan kawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun demikian, dari tempatnya berdiri Chin Yang Kun
dapat dengan jelas melihat mereka. Dengan mudah pemuda
itu membedakan antara pasukan kerajaan dan pasukan
pemberontak. Pasukan kerajaan yang tadi sore dilihatnya
menyeberang jalan raya, kini kelihatan tinggal separuhnya
saja. Meskipun begitu mereka tetap bertempur dengan
semangat tinggi. Mereka tetap mempertahankan bendera dan
panji-panji yang mereka bawa. Desakan musuh yang tiga kali lipat jumlahnya itu benar-benar tidak mempengaruhi
keberanian mereka. Mereka tetap bertahan biarpun korban
semakin banyak berjatuhan di pihaknya.
Sebaliknya, pasukan pemberontak yang ternyata terdiri dari suku-suku liar itu bertempur dengan kasar dan kejam. Mereka bertempur dan berkelahi seperti orang gila yang mengamuk di tengah-tengah pasar. Ganas, keji dan sadis luar biasa !
Pasukan kerajaan itu benar-benar dalam keadaan yang
sangat mengkhawatirkan. Tampaknya saat kehancuran
mereka hanya tinggal menunggu waktu saja. Sementara itu
bala bantuan yang dibawa oleh Siangkoan Ciangkun belum
juga terdengar kedatangannya !
Chin Yang Kun menjadi gelisah dan tegang bukan main.
Dengan gugup pemuda itu mencari-cari Liu twa-konya di
antara ribuan orang yang bertempur mengadu jiwa tersebut.
Tapi pekerjaan itu sungguh sulit bukan kepalang, rasa-rasanya seperti mencari sebatang jarum di antara tumpukan jerami
yang berserakan. "Bagaimana ini " Adakah yang harus kulakukan"
Apakah."..apakah aku harus terjun pula ke dalam peperangan itu" Tapi....... rasanya akan Iebih sulit lagi mencari seseorang di dalam suasana yang ribut seperti itu ! Hmm". Eh, apakah itu ?"
Tiba-tiba Chin Yang Kun melihat sesuatu yang aneh akan
sesuatu yang lebih dalam arena pertempuran itu. Di bagian
belakang dari arena pertempuran itu, yaitu persis di bawah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tebing yang diinjaknya, pemuda itu melihat bendera Hong-
thian-Iiong-cu berkibar di atas kereta perang. Dan kereta itu sudah tidak ada kudanya lagi. Meskipun demikian kereta itu tampak dijaga dan dipertahankan oleh tigapuluh atau
empatpuluh perajurit pengawal secara mati-matian. Mereka
membentuk semacam perisai bersap-sap di sekeliling kereta
itu. "Ouh ...... kalau tak salah itu adalah kereta Hong siang.
Tampaknya kaisar itu belum tertangkap seperti yang
dikabarkan oleh perwira yang dapat meloloskan diri dari
kepungan itu. Hmm, kalau begitu Liu twa-ko tentu juga masih selamat pula. Sebagai seorang perwira tinggi yang
bertanggung jawab dia tentu tak pernah lepas dari sisi
Baginda........" Berpikir tentang kemungkinan dan harapan seperti itu, Chin Yang Kun menjadi semakin tegang dan gelisah sekali. Sekali lagi dijenguknya tebing curam di bawahnya.
"Wah....... tebing ini luar biasa terjal dan tingginya ! Sayang aku tak mempunyai ilmu Cecak Merayap, sehingga aku tak
bisa merayap seperti cecak ke bawah. Dengan Liong-cu-I-
kang, jari-jariku memang bisa melubangi dinding-dinding batu keras itu, tapi kalau harus menggendong Liu twa-ko ke atas nanti"..rasa-rasanya aku takkan sanggup lagi ! "...
bagaimana ini?" Di dalam kebingungannya tiba-tiba pemuda itu teringat
bahwa sebagai kuda perang Si Cahaya Biru itu juga
diperlengkapi dengan gulungan tali pula di peIananya.
"Ah?" benar! Mengapa aku tak ingat lagi ?" desahnya gembira.
Lalu dengan cekatan pemuda itu mengambilnya. Dicarinya
sebatang pohon yang sekiranya kuat menahan berat
badannya nanti, kemudian tali itu diikatkannya ke sana.
Setelah itu tanpa membuang-buang waktu lagi Chin Yang Kun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melorot turun dengan cepat. Sesekali pemuda itu
mencengkeram dinding batu dengan Liong-cu-I-kangnya,
untuk menahan agar tubuhnya yang bergantung itu tidak
berputar-putar dan terayun-ayun kesana kemari.
Saking gelisah dan tegangnya melihat keadaan yang
semakin memburuk di pihak para perajurit yang melindungi
kereta itu, Chin Yang Kun meluncur turun bagai anak panah
cepatnya ! Pemuda itu tidak menyadari kalau ujung tali yang dipegangnya itu ternyata tidak cukup untuk mencapai dasar
jurang! Dan pemuda itu baru menyadari kecerobohannya
ketika secara mendadak tubuhnya melayang turun tanpa
pegangan lagi ! Chin Yang Kun menjadi gugup! Otomatis tubuhnya bersiap-
siaga dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Dan
untung juga bagi pemuda itu, karena dasar jurang itu hanya tinggal beberapa tombak saja lagi. Meskipun demikian, ketika kaki pemuda itu meluncur menghantam atap kereta, kereta itu berderak hancur berkeping-keping !
Brraaaaak ! Untuk sekejap pertempuran di sekitar kereta itu berhenti
dengan mendadak ! Terjunnya Chin Yang Kun dari atas, yang
kemudian menyebabkan hancurnya kereta perang yang
dipertahankan secara mati-matian oleh para perajurit itu
sungguh sangat mengagetkan dan mengejutkan semua orang
! Jilid 36 TAPI Chin Yang Kun sendiri ternyata juga tidak kalah
kagetnya dibandingkan dengan orang-orang itu. Begitu atap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kereta itu hancur tertimpa tubuhnya, sekilas pemuda itu
melihat tubuh Liu twa-konya terbujur kesakitan di dalam
kereta tersebut! "Liu twa-ko......!" pemuda itu menjerit keras sekali.
Lalu seperti kilat cepatnya pemuda itu menyambar tubuh
yang terbaring diam di dalam kereta tersebut. Dan hanya
sekejap saja, selagi semua orang terpaku diam menyaksikan
kejadian yang mendadak itu, Chin Yang Kun telah melesat
tinggi ke udara, membawa tubuh Liu twakonya ke atas
dinding, untuk mencapai tali yang tergantung itu.
Barulah orang-orang itu, baik dari pasukan kerajaan
maupun pasukan pemberontak, menjadi sadar kembali dari
kekagetan mereka, ketika Chin Yang Kun telah mencapai tali yang tergantung dari atas itu.
"Hai ! Orang itu telah menculik Hong-siang?".!"
"Hong siang diculik orang.......!"
"Lepaskan panahhh........!"
"Hah ! Jangan.....! Nanti mengenai tubuh Hong-siang !
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Goblog !" "Bangsat ! Kaisar itu lepas dari kepungan kita !"
Tempat itu lalu menjadi riuh oleh teriakan dan umpatan.
Para perajurit berteriak-teriak khawatir atas keselamatan
Hong-siang, sementara para pemberontak mengumpat-umpat
marah karena korban yang telah berada di depan mulut itu
kini dirampas orang. Sementara itu Chin Yang Kun telah dapat menggapai
talinya kembali. Dan selagi orang-orang yang berada di
bawahnya itu masih kebingungan dan tak tahu apa yang mesti mereka lakukan, pemuda itu telah bergerak naik dengan
cepatnya. Tali kecil dari urat kerbau itu bergetar hebat karena harus menahan beban berat dua orang sekaligus !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan sesaat kemudian orang-orang yang berada di bawah
tebing itu bertempur pula kembali dengan hebatnya ketika
para perajurit kerajaan berusaha menghalang-halangi para
pemberontak melepaskan anak panah mereka.
Begitu dahsyatnya pertempuran mereka sehingga mereka
tak ada waktu lagi untuk mengurus Chin Yang Kun.
Dan kesempatan tersebut benar-benar dipergunakan oleh
Chin Yang Kun. Dengan mengerahkan segala kemampuannya
pemuda itu merangkak naik bagaikan seekor monyet yang
menggendong anaknya. "Liu twa-ko... bertahanlah! Kita akan selamat !
Percayalah".!" Chin Yang Kun menghibur ketika terdengar suara desah kesakitan Liu twa-konya.
"Kau...... kaukah itu, adik Yang ?" Hong-siang mengerang.
"Benar, twa-ko?"! Adikmu datang menolongmu ! Jangan
khawatir, kita akan selamat ! Mereka tak mungkin bisa
mengejar kita?".!"
"Hahahaha".. siapa bilang kalian akan selamat " Sekali kuputuskan tali ini, kalian berdua akan segera menghadap
Giam-lo-ong (Raja Akhirat), hahahaha?"..!"
Tiba-tiba tali tempat Chin Yang Kun dan Liu twa-konya
bergantung itu bergoyang-goyang dengan hebat ! Dan ketika
dengan perasaan kaget pemuda itu menengadahkan
kepalanya, wajahnya menjadi pucat seketika ! Di atas tebing, yaitu di tempat mana ia menambatkan tali itu, tampak berdiri beberapa orang lelaki dan seorang perempuan tua menantikan kedatangannya !
"Gila".!" Chin Yang Kun mengumpat.
Pemuda itu berusaha berpegangan atau mencengkeram
dinding tebing, tapi tak bisa. Tali itu bergoyang dan berputar-putar dengan hebat sehingga otomatis Chin Yang Kun juga
terayun dan berputar-putar pula dengan cepatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hayo, anak muda kau lepaskan tidak kaisar busuk itu"
Hahaha"! Lepaskanlah saja, nanti kami akan
mempertimbangkan, apakah kau juga akan kami bunuh atau
tidak, hahaha...!" terdengar lagi suara tawa orang yang berada di atas tebing itu.
"Benar ! Kami akan menghitung sampai sepuluh!
Pikirkanlah baik-baik ! Kau ingin mati bersama kaisar busuk itu atau mau mendapatkan kesempatan untuk hidup?" yang Iain ikut mengancam pula.
"Nah, kami akan mulai menghitung"..! Satu!" terdengar suara wanita melanjutkan kata-kata itu.
Peluh bercucuran di tubuh Chin Yang Kun dan
kekhawatirannya semakin memuncak! Ada sedikit perasaan
takut menyelinap ke dalam hati pemuda itu. Tapi bukan
khawatir terhadap keselamatannya sendiri, melainkan
khawatir terhadap keselamatan Liu twa-konya ! Selain itu,
pemuda itu dibuat bingung dengan teriakan-teriakan atau
ancaman-ancaman lawannya, tentang "kaisar busuk" yang dibawanya. Beberapa kali orang yang berada di atas tebing itu selalu menyebut Liu twa-ko sebagai..... Kaisar Busuk! Apakah orang-orang itu telah salah melihat" Jangan-jangan orang-orang itu menyangka Liu twa-konya sebagai Kaisar Han,
karena Liu twa-konya itu berada di kereta Hong-siang"
Tiba-tiba pemuda itu seperti melihat secercah harapan di
hadapannya. Bukankah orang-orang itu tampaknya hanya
menginginkan jiwa Kaisar Han" Nah, kalau ia bisa
menunjukkan kepada mereka, bahwa Liu twa-konya itu sama
sekali bukan Kaisar Han, bukankah ia dan Liu twa-konya akan dilepaskan oleh mereka"
"Hei.....! Siapa yang berteriak-teriak tentang Kaisar Busuk "
Jangan ngawur! Lihatlah baik-baik! Orang yang kugendong ini adalah Liu Ciangkun, seorang perwira kepercayaan Kaisar
Han! Dia bukan ".. Kaisar Han ! Tahu?" Chin Yang Kun
berseru kuat-kuat untuk meyakinkan orang-orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hah"." Apa" Huuah-hah-hah-hahahaha"..! Bocah goblog
! Bocah sinting ! Kau mau mengelabuhi kami, yaa".."
Hahahaha".. tidak bisa ! Kau kira kami belum pernah
mengenal dan melihat Kaisar Han atau Kaisar Busuk itu, hah"
Kaulah yang ngawur! Kami semua ini telah mengenal Kaisar
Busuk itu seperti kami mengenal orang tua kami sendiri,
hahahah"..! Ayoh, cepat lepaskan!"
"Benar! Kami tidak bisa kau tipu dengan akal bulusmu, anak muda! Nah... dua! Tiga"! Empat ...,! Lima....!" suara wanita tadi menyahut pula, lalu meneruskan hitungannya.
"Kurang ajar ! Kau... eh, kalian tidak percaya kepadaku"
Kubunuh".." Chin Yang Kun berteriak marah-marah. Tapi tiba-tiba
lengannya dicengkeram oleh Liu twa-konya.......!
Harimau Mendekam Naga Sembunyi 13 Darah Dan Cinta Di Kota Medang Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Amanat Marga 4
pukulan jarak jauhnya yang meledak-ledak bagai petir
menyambar! Maka di dalam hatinya pemuda itu lantas
bertanya-tanya, siapakah sebenarnya kakek tua itu" Yang
jelas baginya adalah kakek tersebut tentu bukan Kim Liong Lojin, karena selain Kim-liong Lo-jin sedang menderita sakit, orang-orang Kim-liong Piauw-kiok tadi tidak menyebutnya Sucouw tetapi Lo-enghiong!
"Kalau begitu........ orang tua ini tentulah yang mereka katakan sebagai kawan akrab Kim-liong Lo-jin tadi." pemuda itu berkata di dalam hatinya.
Demikianlah, seratus jurus telah lewat dan pertempuran
mereka belum juga bisa menunjukkan siapa yang kalah dan
siapa yang menang. Padahal keduanya benar-benar telah
berusaha dengan sekuat tenaga mereka, biarpun keduanya
memang belum merasa perlu untuk mengeluarkan ilmu
simpanan mereka masing-masing.
Tapi sejenak kemudian merekapun lantas menjadi sadar
bahwa yang mereka hadapi kali ini memang bukanlah lawan
sembarangan. Masing-masing lalu berpikir untuk
mempergunakan ilmu simpanan mereka.
Kakek itulah yang mula-mula meloncat mundur menjauhi
lawannya. Dengan kedua kaki terpentang lebar kakek itu
memasang kuda-kuda rendah sekali. Kedua telapak tangannya
bertemu di depan dada seperti orang yang hendak
bersemedhi, sementara punggung dan kepalanya tampak
tegak ke depan ke arah Chin Yang kun.
Chin Yang Kun diam pula tak bergerak. Pemuda itu juga
tidak mengejar ketika lawannya meloncat mundur, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itupun sudah memutuskan untuk mengeluarkan Kim-
coa-ih-hoatnya. Maka begitu lawannya tadi meloncat mundur, pemuda itu buru-buru mempersiapkan dirinya pula.
Terdengar suara berkerotokan di dalam tubuh Chin Yang
Kun, seolah-olah semua tulang-tulangnya saling berbenah diri, agar tidak mengecewakan dalam memainkan ilmu Kim-coa-ih-hoat nanti. Kemudian tenaga sakti Liong-cu-I-kangnya ia
kumpulkan sepenuhnya di tan-tian, agar setiap saat bisa ia kerahkan ke seluruh tubuh !
Kakek itu menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya
satu sama Iain, lalu sekejap kemudian telapak tangan
kanannya tiba-tiba meluncur ke depan dengan disertai suara yang bergemuruh. Dan hawa yang sangat panas mendadak
menyengat kulit dada Chin Yang Kun !
Chin Yang Kun cepat menggeser kakinya ke samping, lalu
tangan kirinya menepis ke depan dalam jurus Panglima Yi Po Mengatur Barisan, yaitu jurus ke tujuh belas dari ilmu silat keluarganya. Hanya bedanya tepisan tangan itu sekarang
dilandasi dengan Liong-cu-i-kang, bukan Iweekang ajaran
paman bungsunya! Thanggg! Kedua telapak tangan yang masing-masing penuh dengan
tenaga dalam itu saling berbenturan di udara! Suaranya
mengiang nyaring seperti suara dua batang tongkat besi yang diadu satu sama lain!
Chin Yang Kun kaget bukan main! Biarpun lengan lawan
yang keras bagai besi baja itu dapat ia tepiskan, tapi sengatan hawa panas itu ternyata masih tetap menerjangnya juga.
Tiba-tiba tubuh bagian kirinya terasa pedih sekali ! Dan"..
bukan main terkejutnya pemuda itu ketika menyaksikan
lengan bajunya sebelah kiri hancur berserpihan ditiup angin !
Dan matanya semakin melotot tatkala melihat kulit di bawah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baju itu tampak terbakar kemerah-merahan seperti bekas kulit yang tersiram air panas !
Dari kaget pemuda itu menjadi marah bukan kepalang !
Dan kemarahan itu tidak cuma karena kulitnya yang terbakar, tapi sebagian besar disebabkan karena rusaknya baju buatan Souw Lian Cu yang kini dipakainya itu !
Dengan suara desisnya yang khas pemuda itu menggeliat
ke depan bagai ular naga yang sedang marah. Lalu tangan
kanannya secara mendadak menyambar ke arah pinggang
kakek jangkung itu dalam jurus Merentang Tali Meniti
Jembatan, yaitu salah sebuah jurus dari Kim-coa-ih-hoat ! Kaki kanan dan kiri berdiri sejajar dalam satu garis, dengan tubuh atas mendoyong ke depan, sementara kedua lengannya juga
terpentang lurus ke muka dan ke belakang!
Hembusan angin yang luar biasa dinginnya mendahului
sambaran tangan Chin Yang Kun, sehingga kakek itu cepat
menyadari bahaya yang hendak menerkamnya. Otomatis
kakek itu bergeser menjauh seraya menghantamkan sikunya
ke bawah untuk mematahkan pergelangan tangan Chin Yang
Kun. Dan sesudah itu kakek jangkung tersebut bermaksud
menghajar kepala lawannya dengan pukulannya yang bersifat
panas itu lagi. Tapi maksudnya itu ternyata tidak dapat ia laksanakan !
Malahan sebaliknya kakek itu sendirilah yang jatuh bangun
dikocok serangan Chin Yang Kun sebelum dapat
melaksanakan niatnya tersebut.
Ternyata sambaran tangan Chin Yang Kun tadi tidak
berhenti begitu saja ketika berhasil dielakkan oleh kakek
jangkung itu. Lengan pemuda itu segera memanjang lagi
ketika korbannya bergeser dan berusaha menjauhkan diri,
sehingga pinggang kakek itu tetap terancam juga oleh
cengkeraman jari-jari Chin Yang Kun !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan secara otomatis pula lagi kakek itu semakin
menjauhkan dirinya. Tapi bagaikan seutas tali saja, lengan itu juga terentang semakin panjang pula. Kakek itu mulai panik !
Siku tangannya yang sedianya akan menghantam pergelangan
tangan Chin Yang Kun menjadi gagal pula. Bagaimana
mungkin ia meneruskan hantaman sikunya itu kalau jari-jari tangan Chin Yang Kun akan datang lebih dulu di pinggangnya"
Tubuhnya akan menjadi lumpuh dan hantaman tersebut sudah
tidak ada gunanya lagi ! Kakek itu secara mati-matian menjejakkan kakinya ke
samping seraya memutar tubuh sebisa-bisanya dan ternyata
gerakannya itu untuk sesaat bisa membebaskan dirinya dari
kejaran lengan Chin Yang Kun! Kemudian dengan terburu-
buru kakek itu mengirimkan pukulan tangan kirinya yang sejak tadi tergantung bebas di sisi tubuhnya!
Kembali terdengar suara gemuruh melanda Chin Yang Kun
! Dan hawa panaspun lalu tersebar ke segala penjuru !
Tapi dengan tangkas Chin Yang Kun menjatuhkan dirinya
ke tanah. Tiba-tiba tubuhnya mengkerut dengan cepat,
sehingga pukulan kakek itu tidak mengenai sasarannya.
Akibatnya tanah di samping Chin Yang Kun meledak dengan
dahsyatnya ! Tanah dan debu berhamburan kemana-mana!
Demikianlah Chin Yang Kun dan kakek jangkung itu lalu
bertempur kembali. Dan pertempuran mereka kali ini benar-
benar lebih dahsyat dari pada pertempuran mereka tadi.
Kesaktian mereka yang tidak lumrah manusia itu sungguh
membuat takjub para penonton yang berada di halaman
tersebut. Kakek jangkung itu meskipun sudah tua ternyata
kemampuan dan kekuatannya justru semakin menjadi-jadi
malah! Seluruh gerakan kaki dan tangannya selalu
menimbulkan badai atau pusaran angin yang maha hebat,
sementara pukulan tangannya selalu meledak-ledak laksana
petir menyambar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya, meskipun masih muda belia, ternyata ilmu
kesaktian Chin Yang Kun juga tidak kalah dahsyatnya.
Tubuhnya yang juga tinggi jangkung itu bagaikan sebuah
boneka karet, yang bisa memanjang-memendek, dan bisa
ditekuk kesana kemari sesuka hatinya! Sepintas lalu tubuhnya yang panjang jangkung itu seperti tubuh ular yang
berlenggak-lenggok lemas dalam setiap gerakannya. Tetapi
meskipun gerakannya lemas dan halus, ternyata tenaga yang
ia keluarkan benar-benar hebat luar biasa. Pukulan petir si kakek yang berhawa panas itu ternyata menjadi hilang
pengaruhnya bila membentur pertahanannya. Malah beberapa
saat kemudian kakek itulah yang menjadi bingung dan repot
karena terkecoh dan tertipu oleh ilmu silatnya yang aneh !
Sehingga akhirnya kakek itu tidak berani bertempur terlalu dekat dengannya.
Limapuluh jurus telah berlalu pula. Meskipun demikian
pertempuran itu belum juga menunjukan tanda-tanda akan
selesai. Sepintas lalu kakek itu memang tampak lebih repot dibandingkan Chin Yang Kun, tapi hal itu juga belum dapat
dijadikan ukuran bahwa Chin Yang Kun akan bisa
menundukkan lawannya nanti. Kenyataannya, biarpun repot
ternyata kakek itu selalu bisa melayani ilmu silat Chin Yang Kun yang aneh dan menggiriskan itu. Padahal sejak keluar
dari gua di dalam tanah itu Chin Yang Kun belum pernah
menjumpai lawan yang bisa bertahan menghadapi Kim-coa-ih-
hoat ! Malahan kalau dilihat dengan teliti, bukan Kim-coa ih hoat itu yang membuat repot si kakek jangkung, melainkan
tenaga sakti Liong-cu-i-kang itulah !
Dan para penontonpun semakin takjub melihat
pertempuran tingkat tinggi itu. Rasa-rasanya pertempuran
yang mereka saksikan itu bukan lagi dilakukan oleh dua orang manusia biasa, tetapi dilakukan oleh dua malaikat atau dewa yang sedang turun di dunia. Begitu hebatnya, sehingga para penonton itu terpaku diam di tempat masing-masing !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu selagi semua orang sedang dicekam oleh
rasa takjub melihat pertempuran tersebut, dari ruang dalam gedung itu muncul seorang kakek tua lagi, berjalan keluar
pendapa dipapah oleh dua anak murid Kim-liong piauw-kiok.
"Ohhh..... hentikan! Oooh.......! Yap beng-yu (Sahabat Yap), kau........ kau berhentilah bertempur!" begitu menginjak halaman kakek tua itu berteriak dengan suaranya yang serak.
Dan suara kakek itu ternyata sangat mengejutkan kakek
jangkung yang sedang bertempur dengan Chin Yang Kun itu.
"Hei........ Lo-jin ! Mengapa kau keluar juga" Bagaimana dengan sakitmu?" kakek jangkung yang tidak lain adalah Yap Cu Kiat itu cepat melompat keluar dari arena pertempuran.
Bergegas orang tua itu mendekati Kim-liong Lo-jin,
sahabatnya, "Yap Lo-heng, kau berkelahi dengan siapa......."
Mengapa ramai dan ribut benar?" Kim-liong Lo-jin bertanya.
Yap Cu Kiat menghela napas panjang. "Lo-jin, kau tak perlu turun tangan sendiri! Biarlah Lo-hu (aku) membantu
menangkap orang yang telah membunuh muridmu itu."
"Siapa" Pembunuh Thio Lung" Mana dia....?" Kim-liong Lojin berteriak, lalu dengan tergesa-gesa kakinya melangkah
sehingga dua orang yang memapahnya terpaksa
menyangganya kuat-kuat agar tidak terjatuh.
"Mana dia.....?" Kim-liong Lo-jin berteriak lagi sambil mencengkeram lengan Yap Cu Kiat.
"Itu dia........!" Yap Cu Kiat menunjuk ke arah Chin Yang Kun yang menatap buas kepadanya.
"Dia.....?" Kim-liong Lo-jin berdesah perlahan. Matanya menatap wajah Chin Yang Kun tajam-tajam. Beberapa kali
keningnya berkerut, seolah-olah ia tak percaya atau ragu-
ragu. Sementara itu melihat kedatangan Kim-liong Lo-jin yang
dicarinya Chin Yang Kun segera melangkah maju. "Hmm, Kim-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
liong Lo-jin"..akhirnya kau keluar juga. Nah, sekarang lihatlah baik-baik rupa dan wajahku! Benarkah orang yang membunuh
Thio Lung itu wajahnya seperti aku?"
Kim-liong Lo-jin tampak kaget sekali. Dilepaskannya lengan Yap Cu Kiat seraya melangkah mundur. Matanya menatap
wajah Chin Yang Kun seperti orang yang sangat kecewa.
"Bukan"..! bukan dia! Yap Lo-heng?"kalian telah salah
menuduh orang!" gumamnya perlahan.
"Apa" Bukan dia".." lalu?".eh, bagaimana ini?" Yap Cu
Kiat berseru seraya berpaling ke arah penonton, mencari anak murid Kim-liong Piauw-kiok yang melapor kepadanya tadi.
Dan lelaki yang melapor tadi cepat keluar pula dari
kerumunan para penonton. Dengan air muka ketakutan laki-
laki itu segera berlutut di depan Kim-liong Lo-jin dan Yap Cu Kiat.
"Su-sucouw, maafkanlah siauw-te?"tadi?"..tapi memang
dia?"dialah yang bernama Yang Kun, pemuda yang dahulu
pernah menolong orang-orang kita di tempat pengungsian !
Siauw-te tidak....... tidak berbohong..." lelaki itu berkata dengan suara gagap karena takut.
"Benarkah.......?" Kim-liong Lo-jin menegaskan dengan muka tak percaya. Lalu dengan rasa ingin tahu ketua Kim-liong Piauw-kiok itu berpaling kepada Chin Yang Kun.
"Saudara, benarkah namamu Yang Kun?"
"Benar! Aku memang Yang Kun, orang yang dahulu pernah
menolong murid-muridmu ketika bentrok dengan para
pengemis dari Tiat-tung Kai-pang! Ada apa" Apakah kau
masih menuduh aku yang membunuh muridmu?" Chin Yang
Kun menjawab keras, sedikitpun tidak merasa takut dikepung dan dikelilingi sedemikian banyak orang.
Ketua Kim-liong Piauw-kiok itu tampak kebingungan.
"Anu?"eh, begini saudara?"kau?"kau memang bukan si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembunuh itu! Tapi"..tapi pembunuh itu juga mengaku
bernama Yang Kun," katanya terputus-putus.
Chin Yang Kun dan Yap Cu Kiat mengerutkan dahi.
"Pembunuh itu mengaku bernama Yang Kun?" Chin Yang
Kun berseru tak percaya. "Eh, Lo-jin?"bagaimanakah bentuk wajah dan potongan si
pembunuh itu?" Yap Cu Kiat ikut bertanya pula kepada
sahabatnya. "Ah..... kalau tak salah orang itu berusia kira-kira
empatpuluh atau lebih sedikit. Memakai kumis tipis dan
bersenjata pedang. Dan kedatangannya kemari membawa dua
orang teman, lelaki dan perempuan..........."
"Hei ! Apakah pedang yang dibawanya itu dihiasi dengan batu-batu permata yang gemerlapan" Dan...... apakah teman
lelaki yang dibawanya itu berwajah tampan serta necis
dandanannya?" tiba-tiba Chin Yang Kun memotong perkataan Kim-liong Lo-jin.
"Ya-ya, benar ! Pedang itu memang tampak gemerlapan
kena sorot lampu ! Dan teman laki-lakinya itu memang
tampan dan kelihatannya juga necis dan suka berdandan,..."
dengan bersemangat Kim liong Lo-jin menjawab seraya
mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bangsat kurang ajar ! Jadi...... bangsat-bangsat pengecut itu telah mendahului datang kemari untuk melenyapkan saksi yang masih hidup," Chin Yang Kun menggeram dan
mengumpat-umpat. Yap Cu Kiat, Kim-liong Lo-jin dan semua orang yang berada
di halaman itu memandang Chin Yang Kun dengan wajah
bingung dan tak mengerti.
"Hmmm, tampaknya saudara mencurigai seseorang........"
Yap Cu Kiat bertanya kepada Chin Yang Kun. Kakek ini sudah tidak menunjukkan rasa permusuhannya lagi kepada Chin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun. Malah dari nada suaranya, kakek jangkung itu
kelihatan menyesal telah ikut-ikutan menuduh Chin Yang Kun tadi.
Chin Yang Kun menatap bekas lawannya yang lihai luar
biasa itu beberapa saat lamanya. Lalu dengan tenang namun
tegas pemuda itu mengangguk. "Ya ! Aku memang mencurigai Pendekar Li dan kawan-kawannya, yaitu Jai-hwa Toat-beng-kwi dan Pek-pi Siau-kwi ! Orang-orang itu mempunyai sebuah urusan pribadi dengan aku. Dan tidak seorangpun di dunia ini yang mengetahui urusan pribadi itu selain kami dan...... Thio Lung!"
"Ahh ! Jadi........?" Yap Cu Kiat mendesak sambil mengerutkan keningnya.
"Yaah...... tampaknya orang-orang itu memang membunuh Thio Lung untuk melenyapkan saksi dari urusan pribadi kami itu !" Chin Yang Kun menggeram dengan wajah mendongkol.
"Sungguh keji"..!" Kim-liong Lo-jin menggeram pula dengan suara serak.
Sekejap orang-orang di halaman itu menjadi ribut. Mereka
berteriak-teriak serta mengumpat-umpat Pendekar Li dan
kawan-kawannya. Sementara itu, selagi orang-orang Kim-liong Piauw-kiok
pada ribut dan berteriak-teriak, sebuah kereta barang tampak memasuki halaman tersebut. Kereta itu lalu berhenti di dekat kerumunan mereka membuat orang-orang itu menjadi kaget
melihatnya. Kemudian tampak dua orang lelaki turun dari
kereta, memapah seseorang yang kelihatannya sedang
menderita sakit. "Eh........ Tuan Hua!" orang-orang Kim-Iiong Piauw-kiok itu berdesah hampir berbareng, dan keributan itu pun lalu
berhenti dengan tiba-tiba. Semuanya memandang Tuan Hua,
satu-satunya kawan mereka yang hidup ketika rombongannya
dihadang perampok di dekat kota Poh-yang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tuan Hua mengangguk ke arah kawan-kawannya,
kemudian dengan dibantu dua orang kawannya tadi ia
melangkah ke tempat Kim-liong Lo-jin berdiri. Lelaki itu
bermaksud memberi penjelasan dan laporan mengenai
bencana yang ia terima di luar kota Poh-yang kemarin siang.
Tapi baru tiga langkah ia berjalan, tiba-tiba matanya
melihat Chin Yang Kun yang berdiri tegak di tengah-tengah
halaman. Sekejap Tuan Hua tak percaya. Tapi serentak yakin bahwa pemuda itu memang benar-benar Chin Yang Kun,
penolongnya, Tuan Hua bergegas menghampirinya.
"Saudara Yang Kun,...... ! Kau sudah sampai di sini " Kapan kau datang ?" Tuan Hua menyapa Chin Yang Kun dengan
hangat. Meskipun lukanya belum sembuh tapi wajahnya
tampak gembira berseri-seri melihat pemuda itu. "Suhu........!
Inilah saudara Yang Kun, pemuda yang pernah kuceritakan
itu!" sambil berpaling ke arah Kim-liong Lo-jin laki-laki itu menjelaskan.
Orang-orang yang berada di halaman itu semakin yakin
bahwa Chin Yang Kun memang bukan pembunuh Thio Lung.
Oleh karena itu mereka lantas meminta maaf kepada pemuda
itu, termasuk pula kakek jangkung Yap Cu Kiat. Malah selain meminta maaf kakek tersebut juga memuji dan mengagumi
ilmu silat Chin Yang Kun yang hebat luar biasa itu.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sudahlah! Marilah kita sekarang masuk dan berbicara di
dalam! Nanti kita usut dan kita bicarakan urusan ini sambil duduk ! Dan.......ayoh, kalian semua kembali ke tempat tugas masing-masing!" akhirnya Kim-liong Lo-jin mengajak teman-temannya ke pendapa, serta sekalian memerintahkan pada
anak muridnya agar kembali ke tugasnya masing-masing.
Tapi dengan cepat Chin Yang Kun menolaknya.
"Maaf, Lo-jin...... Sebetulnya aku bergembira sekali dapat berkenalan dengan semua tokoh di sini. Sejak bertemu dan
berkenalan dengan murid-murid Lo-jin di tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penampungan para pengungsi itu, aku sudah berniat untuk
berkunjung kemari. Tetapi sayang sekali aku tak dapat
mewujudkan niatku itu sekarang, karena malam ini aku masih harus menyelesaikan beberapa urusan lagi. Aku sungguh
menyesal sekali........" pemuda itu menjura sambil meminta diri.
"Ohhh ......" Kim-liong Lo-jin dan murid-muridnya tampak kecewa sekali.
Tapi mereka tak bisa mencegah maksud pemuda itu. "Baiklah!
Bagaimanapun juga kami memang tak bisa menahanmu kalau
kau ingin pergi. Hanya sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas keteranganmu tentang para pembunuh Thio Lung
itu," Kim-liong Lo-jin berkata seraya membalas penghormatan Chin Yang Kun.
"Memang sayang sekali. Sebenarnya lo-hu juga ingin sekali mengenal lebih banyak tentang Saudara Yang Kun ini." Yap Cu Kiat ikut menyatakan kekecewaannya pula. "Eh, sebenarnya".
siapakah Saudara Yang ini" Maksudku...... maksudku, Saudara Yang ini dari perguruan mana dan siapakah gurunya?"
Chin Yang Kun yang sudah terlanjur membalikkan tubuhnya
itu menoleh. Otomatis langkahnya terhenti. "Ah....... Locianpwe, apa perlunya kita mengetahui asal-usul kita masing-masing" Akupun juga tak tahu asal-usul dan nama Lo-
cianpwe. Yang penting bagi kita sekarang adalah bahwa kita sudah saling mengenal dan bersahabat. Kukira hal itu sudah cukup banyak bagi kita,......!" pemuda itu berkata sambil
meneruskan langkahnya. "Eh! Tapi......., nama juga perlu buat orang yang
bersahabat. Bagaimana kau akan menyebut nama sahabatmu
kalau kau tak tahu namanya" Hmm, tapi........baiklah kalau memang itu yang kauinginkan."
Yap Cu Kiat saling memandang dengan Kim-Iiong Lo-jin.
Sambil menghela napas kakek jangkung itu berkata, "Sungguh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aneh sekali wataknya! Tampaknya ia mempunyai sejarah yang
suram tentang hidupnya. Tapi lepas dari semua itu ........
kepandaiannya benar-benar hebat luar biasa ! Setua ini
umurku, belum pernah rasanya aku bertemu dengan anak
muda sehebat dia........!"
"Lo-heng benar.......! Akupun tadi juga merasa heran
melihat anak itu mampu bertempur denganmu," Kim-Iiong Lojin mengangguk-angguk.
"Tidak hanya mampu malah! Justru akulah yang menjadi
repot!" Yap Cu Kiat mengakui tanpa malu-malu. "Tapi zaman memang sudah berubah, dan kita orang tua ini benar-benar
sudah ketinggalan dengan yang muda-muda."
"Katamu memang betul, Lo-heng. Anak sekarang memang
hebat-hebat. Lihat! Tak usah jauh-jauh! Puteramu si Kiong Lee itu juga hebat bukan main ! Mungkin kau sendiri juga tidak bisa mengalahkannya lagi sekarang....."
Diingatkan kepada puteranya kakek jangkung itu justru
menjadi muram malah. Wajahnya tertunduk. "Anak itu
memang anak yang baik".." desahnya pelan.
"Ah, maafkan aku.... Yap Lo-heng ! Aku tak bermaksud
membuatmu sedih......." Kim-liong Lo-jin menyesali kata-
katanya. "Sudahlah! Marilah kita ke dalam!"
Kedua kakek yang bersahabat erat itu lalu masuk ke dalam,
diikuti oleh Tuan Hua dan dua pengawalnya. Mereka tidak jadi duduk di ruang depan yang sedang dibersihkan dan dirapihkan kembali oleh para anggota Kim-liong Piauw-kiok, tapi mereka terus langsung saja ke belakang, yaitu ke kamar Kim-liong Lojin.
Sambil minum teh panas, karena kesehatan Kim-liong Lo-
jin tidak memungkinkan untuk meminum minuman keras,
mereka saling berbicara tentang keadaan mereka masing-
masing. Mula-mula Tuan Hua dulu yang bercerita tentang
tugasnya yang kandas di tengah jalan akibat dirampok orang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana dia dan rombongannya melawan si perampok
muda yang lihai luar biasa yang hanya dengan bersenjatakan busur dan anak panah, bisa membunuh seluruh anggota
rombongannya, termasuk murid-murid langsung Kim-liong Lo-
jin sendiri, yang pada waktu itu juga ikut mengawal barang hantaran tersebut, kecuali dia ! Lalu Tuan Hua juga bercerita tentang bagaimana Yang Kun memberi pertolongan kepada
dirinya, sehingga pemuda itu dapat membunuh perampok lihai tersebut. Kemudian Tuan Hua juga menyinggung tentang
keterlibatan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dalam peristiwa itu, yaitu sebagai pengawal si perampok muda sehingga hampir
saja pendekar yang terkenal itu berhadapan dengan Yang
Kun. Cerita Tuan Hua itu ternyata sangat mengejutkan Yap Cu
Kiat! "Jadi........ jadi Pangeran Muda itu sudah mati di tangan Yang Kun" Oooooh........!" kakek sakti itu berdesah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tentu saja Tuan Hua dan Kim-liong Lo-jin yang tidak
mengerti persoalannya menjadi heran mendengar kata-kata
Yap Cu Kiat tersebut. Apalagi orang tua itu menyebut
Pangeran Muda segala. "Tenanglah, Lo-heng...! Kau kenapa " Mengapa kau
kelihatan begitu kaget ?" Kim-liong Lo-jin cepat memegang lengan sahabatnya itu.
Muka Yap Cu Kiat semakin tampak tua. Beberapa kali
tangannya mengelus-elus jenggotnya yang putih. "Sungguh nelangsa sekali hidupnya. Seorang pangeran pewaris
mahkota........ mati sebagai perampok?"
Kemudian agar sahabatnya itu tidak menjadi bingung
menyaksikan sikapnya tadi, Yap Cu Kiat lalu bercerita pula serba sedikit tentang Putera Mahkota Chin yang berusaha
untuk merampas kembali singgasana yang direbut oleh Liu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pang, tapi gagal. Dan bagaimana dia dan isterinya sampai
berselisih paham dengan kedua orang puteranya, karena
mereka berempat saling berselisih paham. Kedua orang
puteranya itu memihak Liu Pang, sementara dia dan isterinya tetap membantu keturunan mendiang Kaisar Chin Si.
"Dan kalau benar apa yang diceritakan oleh Tuan Hua tadi, maka tak salah lagi perampok tersebut adalah Pangeran
Muda, putera dari Putera Mahkota. Oooh....... bila demikian halnya akupun juga ikut bersalah kepada kalian semua,
karena........ aku juga pernah ikut pula memberi pelajaran silat kepadanya barang sedikit." kakek Yap itu menutup
perkataannya. "Yap Lo-heng......" Kim-liong Lo-jin yang telah kehilangan semua muridnya itu berdesah pula dengan sedihnya.
Meskipun demikian kakek itu tetap juga menghibur
sahabatnya. "Sudahlah, Lo-heng...... kita berdua orang tua ini
tampaknya memang bernasib sama, sama-sama menderita di
hari tua. Kau berselisih jalan dengan anakmu, sedangkan aku kehilangan semua murid dan perusahaanku."
"Aku tidak cuma berselisih jalan dengan kedua anakku saja, ibunyapun sekarang telah berselisih jalan denganku......."
"Kau......... berselisih jalan dengan isterimu " Eh,
bagaimana ini " Bukankah kau tadi mengatakan bahwa kalian
berdua ikut membantu perjuangan Putera Mahkota ?" Kim-liong Lo-jin bertanya dengan wajah bingung.
Yap Cu Kiat bangkit berdiri sambil menghela napas
panjang. Matanya memandang redup ke depan. "Lo-jin....!
Semula aku memang membantu Putera Mahkota. Tidak hanya
aku malah. Beng Tian Goan-swe yang terkenal itupun ikut
membantu pula. Tapi setelah semuanya kupikirkan benar-
benar, aku menjadi sadar bahwa tindakanku itu salah. Kedua anakku itulah yang benar. Seperti juga kita semua ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
zamanpun juga telah berubah. Yang dulu benar dan betul,
belum tentu sekarang juga benar dan betul pula. Tiada
sesuatupun yang abadi di dunia ini. Dahulu Dinasti Chin
memang memerintah dengan baik dan dicintai rakyatnya. Tapi sejak Kaisar Chin Si bertakhta di Singgasana suasana menjadi berubah. Biarpun negeri tampak lebih besar dan ternama, tapi rakyat sudah tak senang lagi kepada kaisarnya. Apalagi
dengan tindakan Kaisar Chin Si yang sewenang-wenang dalam
mendirikan Tembok Besar serta perlakuannya yang lain, yaitu memusuhi kaum beragama ! Maka aku kira rakyat yang
dipimpin oleh Liu Pang itu juga tidak salah! Agaknya memang sudah saatnya negeri ini berubah. Dan kita tidak boleh tetap bermimpi tentang masa lampau, apalagi sampai menghalang-halangi jalannya perubahan itu......."
Semuanya berdiam mendengarkan perkataan Yap Cu Kiat
yang panjang lebar itu. Mereka mengangguk-angguk seakan-
akan membenarkan semua ucapan Yap Cu Kiat itu.
"Maka........ akupun lalu pergi meninggalkan Putera
Mahkota. Ternyata Beng Tian goan-swe juga sependapat dengan aku, sehingga diapun ikut pula meninggalkan Putera
Mahkota. Tinggal isteriku saja yang kini masih tetap bertahan untuk membantu Putera Mahkota. Tapi itupun bisa
kumaklumi, karena isteriku itu memang masih kerabat dari
Keluarga Chin".." Yap Cu Kiat mengakhiri kata-katanya seraya duduk kembali.
Mereka lalu berdiam diri kembali. Masing-masing sibuk
dengan pikiran mereka sendiri-sendiri. Baru beberapa saat
kemudian Kim-liong Lo-jin sebagai tuan rumah membuka
percakapan itu kembali, yaitu dengan cerita tentang kematian Thio Lung kemarin malam.
"Semula aku tak menyangka bahwa ketiga orang yang
masuk ke kamar Thio Lung itu hendak berbual jahat. Dari
kamarku kudengar mereka bercakap-cakap seperti halnya
kawan lama yang baru saja berjumpa. Maka akupun tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bercuriga terhadap mereka. Baru setelah kudengar teriakan
Thio Lung aku menjadi sadar bahwa tentu telah terjadi apa-
apa dengan murid sulungku itu. Dalam keadaan lemah dan
sakit aku terpaksa keluar kamar. Tapi hanya dengan sekali
sabet saja pedang orang itu telah melukaiku. Mereka Iantas berlari keluar, dan sebelum hilang di balik tembok mereka
menyebutkan nama....... Yang Kun !"
"Hei! Jadi......Thio suheng juga dibunuh orang?" tiba-tiba Tuan Hua menjerit, lalu bergegas keluar kamar dibantu oleh dua orang pengawalnya. Memang sejak tadi lelaki itu tak
mengetahui bahwa di antara mayat-mayat yang tergeletak di
ruang dalam tersebut terdapat pula mayat Thio Lung, tokoh
nomer dua dari Kim-liong Piauw-kiok.
Kamar itu lalu menjadi sunyi kembali. Dua orang kakek itu
tampak merenung diam di atas kursi masing-masing.
"Lo-jin.......aku sudah memutuskan untuk kembali saja ke tempat pertapaanku di tengah-tengah telaga itu. Aku
bermaksud mengasingkan diri selama hidupku di sana. Aku
masih meninggalkan seorang murid yang menjaga tempat itu.
Biarlah dia yang merawatku nanti......." tiba-tiba Yap Cu Kiat memecahkan kesunyian mereka dengan mengatakan
rencananya untuk masa depan.
Kim-liong Lo-jin menundukkan kepalanya. "Kau lebih
beruntung dari pada aku, Lo-heng. Meskipun telah berselisih jalan, tapi kau masih tetap mempunyai sebuah keluarga dan
murid yang akan merawatmu apabila kau membutuhkan nanti.
Lain halnya dengan aku ini. Perusahaan jatuh, kini kedelapan orang muridkupun telah mati semua. Padahal aku sakit-sakitan begini. Lalu apa yang hendak kuharapkan lagi "
Memang masih ada Tuan Hua di sini. Tapi dia hanya
pembantuku dalam urusan piauw-kiok, bukan muridku,
biarpun selama ini kami membiarkan dia ikut berlatih bila aku mengajar silat kepada murid-muridku......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 35 YAP CU KIAT menatap sahabatnya itu dengan perasaan
kasihan. Apalagi jika ia mengingat sahabatnya itu tidak
mempunyai keluarga sama sekali.
"Lo-jin, kalau kau suka, marilah kita pergi bersama-sama ke pertapaanku itu ! Maukah kau.......?" akhirnya kakek jangkung itu berkata.
"Sungguhkah ajakanmu ini, Lo-heng ?" Wajah yang pucat itu mendadak menjadi merah berseri-seri kembali.
"Tentu saja, kenapa tidak " Bukankah aku menjadi tidak kesepian lagi dalam masa-masa yang suram itu ?"
Kedua kakek itu lalu berpelukan.
"Tapi biarlah kita tunggu kesembuhanmu dahulu. Selain kita harus menyelesaikan semua urusan di sini, perjalanan itu juga amat jauh".." Yap Cu Kiat menggenggam tangan
sahabatnya. Demikianlah, ternyata ada juga secuil perasaan manis
dalam kepahitan yang mereka reguk di hari tua mereka itu.
Dan perasaan itu sungguh sangat membahagiakan hati
mereka, sehingga segala macam kesuraman yang menyelimuti
hati dan pikiran mereka menjadi hilang, tersapu bersih oleh kegembiraan dan kegairahan mereka dalam menghadapi masa
depan. Sementara itu begitu keluar dari halaman gedung Kim-liong
Piauw-kiok, Chin Yang Kun segera dikagetkan oleh kedatangan seseorang yang tak disangka-sangkanya. Orang itu muncul
begitu saja dari kerumunan orang yang bubaran dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menonton peristiwa di halaman gedung Kim-liong Piauw-kiok
tadi. Topi bambunya yang lebar dan menutupi hampir seluruh kepalanya itu cepat mengingatkan pemuda tersebut kepada si pemakainya. Apalagi caranya membawa tongkat besi yang
hanya diseret begitu saja di atas jalan itu!
"Ah...... Kakek peramal! Mengapa kau juga telah sampai di sini pula ?" Chin Yang Kun menyapa lebih dahulu.
"Oh........ cuma kebetulan saja. Saya memang selalu
berputar-putar untuk mencari Iangganan. Dan saya segera
tertarik ketika terjadi ribut-ribut di sini tadi. Wah". saya benar-benar tak mengira kalau tuan muda mempunyai
kesaktian demikian hebatnya! Padahal lawan tuan muda tadi
adaIah Yap Cu Kiat, jago tua keturunan Sin-kun Bu-tek yang hidup pada zaman seratus tahun lalu....."
"Yap Cu Kiat?"." Maksudmu Yap Lo-cianpwe...... ayah dari Hong-lui-kun Yap Kiong Lee itu ?" Chin Yang Kun berseru
dengan kagetnya. "Benar! Eh, apakah tuan muda tidak mengetahuinya ?"
Pemuda itu cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak ! Aku
sama sekali tidak peduli dengan siapa aku berkelahi tadi,
sehingga aku tidak tahu siapa dia. Aku hanya mengagumi ilmu silatnya yang hebat luar biasa."
Mereka bercakap-cakap sambil berjalan ketika tiba-tiba......
"Hei, kek........ kudaku! Aku lupa membawanya kembali !"
Chin Yang Kun berseru. Tapi ketika pemuda itu hendak berbalik kembali, tangannya
segera ditahan oleh kakek peramal itu.
"Tak usah repot-repot ! Sebentar juga kuda itu akan datang sendiri....!" kakek itu berkata sambil tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahh, kakek ini... Masakan kuda itu bisa lepas dari kandang dan mencari aku ke sini?" Chin Yang Kun membantah sambil membalikkan tubuhnya, untuk mengambil kudanya kembali.
"Eee....... tuan muda tidak percaya kepadaku ?"
"Sudahlah, kek. Kau tunggu saja aku di sini, sebentar aku
akan kembali mengambiI kudaku dahulu ! Kuda itu
dimasukkan ke dalam kandang dan penjaganya tidak tahu
kalau aku pulang, padahal semua orang yang berada di dalam gedung itu sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri. Tak seorang pun yang akan memperhatikan kudaku
itu !" Tapi baru selangkah pemuda itu berjalan, dari arah gedung
Kim-liong Piauw-kiok berderap seekor kuda mendatangi.
Bulunya yang hitam legam itu tampak mengkilap kebiru-biruan terkena sorot Iampu jalanan. Dan kuda itu segera meringkik panjang ketika melihat Chin Yang Kun. Kaki-kakinya yang
ramping panjang itu cepat berhenti begitu tiba di samping
pemuda itu. Seorang Iaki-laki yang dikenal oleh Chin Yang Kun sebagai
penjaga yang tadi mengurus kudanya segera turun dari
punggung kuda itu. "Tuan Yang".! Tuan lupa membawa kuda ini kembali.
Hampir saja dia mengamuk di kandang kuda tadi....." penjaga itu melapor seraya menyerahkan kendali kuda itu kepada Chin Yang Kun.
"Terima kasih ! Aku memang lupa dan bermaksud kembali kesana tadi," pemuda itu menyatakan perasaan terima
kasihnya. Setelah penjaga itu kembali, Chin Yang Kun memeriksa
buntalan yang ia taruh di atas pelananya. Semuanya masih
utuh, baik pakaian maupun uang pemberian Liu-twakonya.
Dan pemuda itu lalu mengeluarkan baju luarnya yang panjang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan lebar, kemudian dikenakannya di atas bajunya yang sobek agar tidak kelihatan dari luar.
"Mengapa tidak tuan lepaskan saja baju yang robek itu, tuan muda?" Kakek Peramal itu bertanya.
Chin Yang Kun kaget. Wajahnya mendadak menjadi merah.
Pertanyaan itu sungguh tak terduga, tapi benar-benar
membuat pemuda itu tersipu-sipu malu.
"Ah,,,,..,. ini"... ini ....... aku cuma tak enak hati untuk berganti pakaian di jalan raya begini," jawab pemuda itu terbata-bata.
"Ohh..... benar. Bodoh benar aku !" kakek itu berkata sambil mengetuk-ngetuk dahinya sendiri.
Belum juga mereka berjalan, dari gang kecil di dekat
mereka berderap dua ekor kuda dengan kencangnya, keluar
menuju jalan raya. Begitu mendadak kedatangan mereka
sehingga mengagetkan Si Cahaya Biru. Kuda mustika itu
meloncat mundur kemudian menyepakkan kaki belakangnya
keras-keras ke samping, persis ke arah para pejalan kaki yang kebetulan lewat di dekatnya.
Tentu saja peristiwa yang sangat mendadak itu benar-
benar mengejutkan Chin Yang Kun dan Kakek Peramal itu.
Dengan sekuat tenaga mereka mencoba menghentikan ulah Si
Cahaya Biru, terutama Chin Yang Kun yang merasa menjadi
pemilik kuda tersebut. Pemuda itu melesat cepat menyambar
kendali kuda itu, sementara Kakek Peramal melesat ke tengah jaIan untuk menjaga segala sesuatunya.
Tapi sebelum kudanya berhasil melaksanakan niatnya atau
rencananya itu, tiba-tiba kuda tersebut melambung tinggi ke udara bagai dihempaskan oleh badai atau topan secara
mendadak ! Dan kuda itu kemudian jatuh ke arah ... dua
orang penunggang kuda yang baru keluar dari gang kecil tadi
! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua orang yang kebetulan menyaksikan kejadian itu
menjerit kaget, tidak terkecuali Chin Yang Kun dan Kakek
Peramal! Mereka tidak tahu apa yang menyebabkan kuda itu
tiba-tiba terlempar ke udara. Sekilas mereka hanya melihat seorang kakek tua mengibas-ngibaskan lengan bajunya, persis di tempat dimana kuda itu tadi menyepak dan terlempar ke
udara! Beberapa orang pejalan kaki tampak menggeletak
kaget di sekitar tempat kakek tersebut berdiri !
Chin Yang Kun melongo, begitu pula halnya dengan si
Kakek Peramal ! Kejadian tersebut berlangsung demikian
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendadak dan mengagetkan sekali, sehingga tak ada
kesempatan sama sekali bagi mereka untuk menyelamatkan
kuda itu atau si Penunggang Kuda itu. Sekilas mereka
mendengar ringkik ketakutan Si Cahaya Biru!
Tetapi selagi semua orang berputus asa melihat kejadian
itu, kedua orang penunggang kuda yang hendak tertimpa
bencana tersebut tiba-tiba membuat sebuah kejutan besar
yang mengundang kekaguman semua orang !
Secara serentak mereka melejit dari punggung kuda
masing-masing, menyongsong kedatangan si Cahaya Biru
dengan keempat tangan mereka, lalu membawanya turun ke
tanah perlahan-lahan. Begitu indahnya gerakan mereka dan
begitu hebatnya kekuatan tenaga mereka, sehingga semua
kejadian itu bagaikan sebuah pertunjukan akrobat yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Semua kejadian yang diceritakan secara panjang lebar itu
sebenarnya hanya berlangsung dalam sekejap mata atau
beberapa detik saja ! Dan ketika semuanya telah selesai,
orang-orang yang melihatpun masih termangu-mangu bagai
patung di tempat masing-masing"..!
Barulah semuanya menjadi sadar tatkala terdengar umpat
dan caci-maki kakek tua yang sedang mengebut-ngebutkan
lengan bajunya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat! Binatang goblok tak tahu aturan! Masakan
seenaknya saja mau menaruh kaki di dahiku! Huh, keparat !
Apa kiranya aku ini bininya " Kurang ajar....!"
Semuanya memandang orang tua yang sedang marah-
marah itu. "Put-ceng-li Lo-jin"..!" tiba-tiba kedua orang penunggang kuda itu menyapa orang tua tersebut dengan suara kaget.
Dan orang tua yang baru saja melemparkan si Cahaya Biru
ke udara itu mengerutkan keningnya. Badannya yang agak
bungkuk itu sedikit mendoyong ke depan, sementara
kepalanya yang berambut putih itu sedikit miring ke samping karena melirik ke arah dua orang penunggang kuda itu.
Matanya yang sudah berkeriput dan sangat sipit itu tampak
berkedip-kedip, seakan-akan sedang berpikir dengan keras.
Tiba-tiba orang tua yang tidak lain adalah Put-ceng-li Lo-jin itu tersenyum geli.
"Bangsat, kukira siapa".. hehehe! Tak tahunya Siang Kau
Tai Shih (Dua utusan Agama) dari Aliran Mo-kauw." orang tua itu menjawab seenaknya.
"Benar, Lo-jin........ kamilah yang datang." kedua orang penunggang kuda itu mengangguk. Lalu keduanya menoleh ke
arah Kakek Peramal yang kini telah berdiri di dekat Chin Yang Kun. "Dan".. selamat bertemu lagi, Toat beng-jin !"
Chin Yang Kun terperanjat. Sedetik pemuda itu menjadi
bingung, serta mengira dua orang itu sedang berkelakar atau memperolok-olokkannya. Tapi sekejap kemudian wajahnya
menjadi merah ketika Kakek Peramal itu membuka topi
lebarnya. "Selamat bertemu dan selamat datang Bhong Tai-shih,
Leng Tai-shih dan... Put-ceng-li Lo-jin !" Kakek Peramal yang tidak lain adalah Toat-beng-jin dari Aliran Im-yang-kauw itu menyapa orang-orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei........ Toat-beng-jin!" Chin Yang Kun tertegun pula.
"Hahah........ benar, Yang-hiante. Maaf?"aku telah
membuatmu bingung untuk beberapa saat lamanya."
Chin Yang Kun tersenyum kecut, teringat akan
perjumpaannya yang pertama kali dengan kakek itu. Dahulu
kakek itu juga menyamar sebagai kakek pikun yang bodoh
dan menangis kalau dibentak-bentak.
Dan kakek itu kemudian membungkukkan tubuhnya.
"Marilah cu-wi semua"..! Saya memang mendapat tugas
untuk melihat-lihat kedatangan cu-wi. Sekarang marilah saya antar ke gedung kami, Tai-si-ong sudah menantikannya sejak tadi sore........"
"Ahh........ jadi surat yang kami kirimkan itu sudah sampai di Gedung Pusat Im-yang-kauw?" Bhong Kim Cu melangkah ke depan Toat-beng-jin dengan air muka berseri-seri.
Orang tua yang pintar meramal itu tersenyum. "Tentu saja.
Kalau belum....... masakan saya diberi tugas menyongsong
kedatangan saudara Bhong di sini?"
"Tapi.......tak enak juga rasanya hati kami mengirimkan surat itu. Kami takut sahabat-sahabat kami dari Im-yang-kauw tidak setuju dengan maksud kami itu,...... padahal kami juga sudah telanjur mengundang Put-ceng-li Lo-jin segala."
"Hahah....... kenapa mesti sungkan-sungkan pula?" tiba-tiba Put-ceng-li Lo-jin tertawa dan menyahut perkataan Bhong Kim Cu. "Asal semuanya itu cocok dengan hati kita..... hmm, peduli amat dengan pendapat orang! Seperti juga dengan aku sekarang ini. Karena kurasakan maksud Bhong Lo-heng untuk
mempertemukan kita itu sangat baik, maka akupun lantas
datang. Habis perkara !"
Semuanya tersenyum memandang ketua Aliran Bing-kauw
yang terkenal karena tidak mengindahkan tata cara itu. Tapi tak seorangpun menyahut ucapan Put-ceng-li Lo-jin tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimanapun kurang sopannya orang tua itu dalam setiap
penampilannya, semuanya sudah maklum dan mengerti,
sehingga seperti yang selalu terjadi merekapun cuma tertawa dan tak mempedulikannya lagi.
"Betul sekali ucapan Bing Kauw-cu itu. Seluruh warga Im-yang-kauw benar-benar amat gembira dan menghargai sekali
maksud Bhong Lo-heng itu. Malah kami merasa bangga dan
berterima kasih karena Bhong Lo-heng telah menunjuk tempat kami sebagai ajang dari pertemuan itu. Nah.... apalagi yang perlu diragukan ?" Toat-beng-jin memberi keterangan.
Kemudian katanya lagi. "Malah sekarang akan saya
perkenalkan kepada saudara-saudara sekalian, seorang
sahabatku kami, yang.memang sengaja kami undang untuk
menyaksikan jalannya pertemuan kita nanti. Nah,
perkenalkanlah". Saudara Yang Kun! Seorang pendekar muda
yang kelak atau sebentar lagi tentu akan menggeser
ketenaran orang-orang tua tidak berguna seperti kita ini!"
Bhong Kim Cu, Leng Siau dan Put-ceng-li Lo-jin menatap
Chin Yang Kun dengan dahi berkerut. Mereka melihat pemuda
tinggi jangkung berparas tampan itu dengan perasaan ragu
dan kurang percaya pada kata-kata Toat beng-jin. Beberapa
saat lamanya mereka tidak menjawab ucapan tokoh lm-yang
kauw tersebut. Mereka masih sangsi, apakah orang tua itu
berkata sebenarnya ataukah hanya ingin berolok-olok saja
dengan mereka" Sementara itu kata-kata yang diucapkan oleh Toat-beng-jin
tadi benar-benar sangat mengejutkan Chin Yang Kun. Belum
juga hatinya yang baru saja didera oleh "kejutan" bertubi-tubi itu menjadi tenang kembali, kini sudah dihantam lagi dengan kejutan lain yang dibuat oleh Toat-beng jin, yaitu undangan untuk menyaksikan atau menjadi saksi pertemuan besar tiga
golongan aliran kepercayaan ternama di saat itu.
"Lo-cianpwe, kau". kau jangan bergurau! Siauw-te masih
banyak urusan, masakan siauw-te dapat"..eh?"berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi saksi pertemuan antara tokoh-tokoh persilatan tingkat tinggi seperti....... seperti Lo-cianpwe semua ini" Masakan siauw-te sudah demikian tak tahu diri dan demikian
gilanya.......?" pemuda itu berseru dengan suara gagap dan penasaran.
Kerut merut di dahi Bhong Kim Cu dan Leng Siau semakin
rapat dan banyak, berkali-kali kedua tokoh Mo-kauw itu
menatap Toat-beng-jin dan Chin Yang Kun berganti-ganti. Di dalam hatinya kedua tokoh Mo-kauw itu semakin bingung dan
tak mengerti apa yang sebenarnya hendak dilakukan oleh
Toat-beng-jin tersebut. Dan Toat-beng-jin sendiri memang mempunyai keperluan
atau rencana khusus terhadap Chin Yang Kun. Tokoh lm-yang
kauw ini tak mungkin melepaskan kesempatan bagus tersebut.
Yaitu kesempatan untuk membawa Chin Yang Kun ke Gedung
Pusat Aliran Im-yang-kauw.
Seperti telah diketahui bahwa beberapa orang tokoh Im-
yang-kauw telah mendapatkan semacam "wangsit" atau isyarat tentang masa depan dari aliran kepercayaan mereka.
lm-yang kauw diramalkan akan menjadi besar dan ternama
bila dapat menarik seorang pemuda yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Dan orang yang memperoleh tugas untuk mencari
pemuda tersebut adalah Toat-beng-jin. Kemudian ternyata
pemuda yang mempunyai ciri-ciri tertentu itu mereka temukan dalam diri Chin Yang Kun. Tapi ternyata tidak mudah untuk
membawa Chin Yang Kun ke Gedung Pusat mereka.
Maka setelah kini secara kebetulan Toat-beng-jin dapat
menemukan Chin Yang Kun di kota itu tak mungkin rasanya
dia menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dengan segala
macam cara pemuda itu harus dapat dibawa ke Gedung Pusat
Im-yang-kauw. Oleh karena itu dengan tutur kata yang halus dan menarik
Toat-beng-jin berusaha membujuk Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang Hiante, kau jangan buru-buru marah dahulu.......!
Sama sekali aku tak bermaksud untuk bergurau denganmu,
apalagi mencoba menghalang-halangi urusan dan
kesibukanmu. Aku orang tua ini benar-benar tidak berani.
Sungguh! Aku bermaksud baik kepadamu. Mumpung kau
berada disini, aku ingin mengundangmu ke tempatku, itu
saja!" "Tapi?".mana aku berani menjadi saksi segala?" Chin
Yang Kun masih berusaha untuk mengelak.
"Hei?".."!" Apa salahnya untuk menjadi saksi" Bukankah
saksi itu merupakan jabatan yang baik" Kalau Toat-beng-jin tadi ingin mengangkatmu sebagai saksi dalam pertemuan kita ini, hal itu karena dia sangat menghormatimu. Maka kau tak usah berbelit-belit. Mau tidak kau dihormati Toat-beng-jin"
Kalau tidak mau?"ya, silahkan pergi! Habis perkara!" tiba-
tiba Put-ceng-li Lo-jin menyahut dengan suara agak
penasaran. Orang tua ini memang paling tidak suka sesuatu
yang berbau sungkan-sungkan.
"Wah........ ini.?"ini......." pemuda itu tak bisa menjawab atau berdalih lagi.
"Sudahlah, kita tak usah berdebat lebih lanjut. Marilah kita sekarang berangkat saja ke gedung pertemuan itu."..!
Silahkan, Yang hiante.......!" Toat-beng-jin cepat menengahi.
Demikianlah, Chin Yang Kun terpaksa tidak dapat menolak
lagi. Dengan perasaan yang kurang enak dia mengikuti
langkah jago-jago silat dari ketiga aliran kepercayaan itu.
Meskipun merasa kepandaiannya tidak akan kalah oleh
mereka, tapi sebagai seorang pemuda yang belum mempunyai
banyak pengalaman, yang secara tiba-tiba harus berkumpul
dengan tokoh-tokoh angkatan tua yang sakti dan ternama,
apalagi mereka sangat dihormati serta mempunyai kedudukan
tinggi di dunia persilatan, Chin Yang Kun merasa kecil juga di hadapan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka pemuda itu tak bersuara sedikitpun ketika mengikuti
tokoh-tokoh sakti tersebut. Seperti halnya Bhong Kim Cu dan Leng Siau yang menuntun kudanya, pemuda itu juga berjalan
saja sambil memegang kendali si Cahaya Biru. Cuma kalau
kedua tokoh Mo-kauw tersebut berjalan sambil asyik
bercakap-cakap, Chin Yang Kun hanya diam saja di belakang
sendiri. Semuanya tidak mempedulikan orang-orang yang
menoleh atau memperhatikan kedatangan mereka.
Setelah berbelok-belok beberapa kali mereka sampai di
sebuah gedung besar berhalaman luas. Gedung itu didirikan
agak jauh menjorok ke dalam, sehingga halaman depannya
yang sangat luas itu bagaikan sebuah lapangan untuk bermain kuda. Meskipun malam halaman tersebut kelihatan terang
benderang karena setiap tiga tombak dipasangi lampu minyak berukuran besar-besar. Maka dari itu kedatangan mereka
segera diketahui oleh para penjaga yang berada di dalam
pendapa. Para penjaga itu bergegas turun menyambut kedatangan
mereka. "Lo-jin-ong?".!" orang-orang itu menyapa seraya
membungkukkan tubuh mereka.
Toat-beng-jin mengangguk, lalu memberi perintah agar
melaporkan kedatangan para tamu yang dibawanya itu
kepada Tai-si-ong dan para pimpinan Im-yang-kauw lainnya.
Tapi belum juga orang yang diperintah tersebut beranjak dari tempatnya, Tai-si-ong telah lebih dahulu muncul di atas
pendapa. Kepala Kuil Agung itu diiringkan oleh Pang Cu-si
Song Kang dan Kau Cu-si Tong Ciak, sementara di belakang
mereka tampak beberapa orang tokoh Im-yang-kauw yang
lain. "Hmm?"selamat datang! Selamat bertemu kembali Bing
Kaucu dan Siang Kau Tai-shih dari Mo-kauw!" dari atas
pendapa Tai-si-ong cepat menjura untuk menyambut
kedatangan tamu-tamunya itu. "Mari?"silahkan duduk!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun memberikan kudanya kepada seorang
penjaga, lalu ikut pula naik ke atas pendapa. Dengan perasaan kagum matanya memandang bangunan yang luas, anggun
dan sangat indah itu. Di mana-mana dipasang gambar-gambar
dan hiasan yang sangat indah dan menarik, sementara di
tengah-tengah ruangan berdiri sebuah patung besar dari batu pualam yang dikelilingi oleh patung-patung kecil dalam sikap menyembah. Dan dari lantai pendapa, kumpulan patung
tersebut dibatasi oleh kolam kecil dengan air yang sangat
jernih. Puluhan ikan emas tampak berenang kian ke mari di
dalamnya. "Hei! Yang Hiante rupanya......! Selamat bertemu kembali!"
Kau Cu-si Tong Ciak berseru nyaring begitu melihat Chin Yang Kun.
"Hahaha?"..kau tidak menyangkanya, bukan?" Toat-beng-
jin tertawa gembira melihat kekagetan Kau Cu-si Tong Ciak.
Kemudian setelah semua tamu disambut dan dipersilakan
duduk oleh Tai-si-ong dengan baik, Toat-beng-jin bergegas
memperkenalkan Chin Yang Kun kepada teman-temannya.
Dengan bangga orang tua itu menunjukkan kepada Tai-si-ong
dan Pang Cu-si Song Kang, siapakah sebenarnya pemuda
yang kini ikut bersamanya itu.
"Ah....... Saudara Yang, sungguh gembira sekali kami
semua dapat berkenalan denganmu ! Sudah lama Lo-jin-ong
bercerita tentang engkau. Hahaha....... silahkan duduk !
Maafkanlah kalau penyambutan kami kurang berkenan di
hatimu." Tai-si-ong cepat berdiri kembali untuk memberi penghormatan kepada Chin Yang Kun.
Tentu saja sambutan Kepala Kuil Agung yang tak disangka-
sangkanya itu semakin tidak mengenakkan hati Chin Yang
Kun. Pemuda itu benar-benar tidak mengira kalau dirinya yang kecil dan tak punya nama itu akan memperoleh perhatian dan sambutan yang ramah dari tokoh-tokoh ternama dan
terhormat seperti Tai-si-ong dan yang lain-lainnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih! Terima kasih.....!" pemuda itu berkata seraya menjura dalam-dalam. Saking canggungnya pemuda
itu malah tak bisa berkata apa-apa selain menyatakan rasa
terima kasihnya. Sebaliknya penghormatan dan perhatian yang terlalu
berlebih-lebihan itu benar-benar sangat mengherankan para
tamu yang lain. Bhong Kim Cu saling memandang dengan
kawannya, Leng Siau, sementara Put-ceng-li Lo-jin yang selalu acuh tak acuh itu hanya melongo menyaksikan kejadian itu.
"Hei ...hei! Tai-si-ong...! Bagaimana" Jadi berlangsung atau tidak pertemuan kita ini?" Put-ceng-li Lo-jin tiba-tiba berteriak.
"Kalau tidak jadi?". aku mau pulang saja!"
"Ohh, Bing Kauw-cu..... maafkanlah kami ! Hahaha?".
Silahkan duduk ! Silahkan duduk !" Toat-beng-jin cepat menahan orang tua ini.
Semuanya tersenyum melihat adegan itu. Tidak terkecuali
Bhong Kim Cu dan Leng Siau. Kedua tokoh Mo-kauw itu pura-
pura mengelus kumis dan jenggotnya untuk menutupi senyum
mereka. Sebagai sesama tokoh angkatan tua mereka takut
dianggap bersikap kurang sopan terhadap Put-ceng-li Lo-jin.
Tetapi orang yang bersangkutan ternyata tidak ambil
pusing kepada orang-orang di sekitarnya. Sambil duduk
kembali di kursinya orang tua itu masih mengomel juga.
"Habis, sedari tadi cuma omong saja. Minumanpun juga tak kunjung keluar. Bagaimana tamu menjadi kerasan di sini ?"
"Wah....... Kauw-cu benar ! Sungguh pikun benar aku ini,
hahaha.....! Hei, penjaga ! Suruh pelayan cepat-cepat
menghidangkan minuman dan makanan! Cepat?".!" Pang
Cu-si Song Kang menoleh dan berteriak ke arah penjaga yang berdiri di belakang kursinya.
Penjaga itu berlari masuk dan sekejap kemudian beberapa
orang pelayan telah keluar membawa nampan berisi makanan
dan minuman. Dengan cekatan mereka menaruh isi nampan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka tersebut di atas meja. Dan tanpa malu-malu atau
sungkan-sungkan lagi Put-ceng-li Lo-jin segera menyambar
poci arak yang ada di depannya, terus meminumnya sampai
habis. "Hahaha?"beginilah seharusnya tuan yang baik." kata orang tua itu gembira. Lalu tanpa mempedulikan tanggapan
atau komentar dari orang-orang yang berada di sekelilingnya orang tua itu menyambar lagi poci arak yang berada di depan Leng Siau.
Yang lain hanya tersenyum maklum memandang ulah
Ketua Bing kauw yang urakan dan ugal-ugalan itu. Mereka tak bisa marah atau merasa tersinggung, karena memang
demikianlah watak dan sifat Put-ceng-li Lo-jin.
"Bhong Tai-shih ! Leng Tai-shih dan?"Yang-sicu ! Silahkan minum?".!" untuk menyingkirkan rasa kikuk mereka Tai-siong segera mempersilahkan tamu-tamunya yang lain untuk
menikmati sajian di atas meja. Di depan Leng Siau segera
diletakkan sebuah poci arak yang baru.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Demikianlah, mereka makan dan minum dengan gembira
dan meriah. Semuanya seperti sudah melupakan pertikaian
yang terjadi diantara para anggota aliran mereka. Mereka
saling berbicara satu sama lain baik tentang hal-hal yang
terjadi di dunia kang-ouw maupun tentang perselisihan-
perselisihan diantara mereka secara bebas dan terbuka.
"Keparat...... perutku sudah penuh sekarang. Dan sebentar lagi mataku tentu akan segera mengantuk pula. Hei, Tai-siong......! Lekaslah kaubuka saja pertemuan ini ! Aku takut mataku ini takkan bisa bertahun lagi nanti..." mendadak Put-ceng-li Lo-jin membuat ulah lagi.
"Ah, benar?" Hari memang semakin bertambah malam.
Kita memang harus segera menyelesaikan pokok persoalan
kita." Pang Cu-si Song Kang dan Kau Cu-si Tong Ciak
menyambut perkataan Put-ceng-li Lo-jin itu hampir berbareng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya!" Toat-beng-jin juga mengangguk. "Tai-si-ong, silahkan kau buka saja pembicaraan kita ini sekarang"...!" katanya lagi seraya menoleh ke arah Kepala Kuil Agung yang duduk di
sisinya. Ta-si-ong mengangguk, lalu berdiri. Dengan merangkapkan
kedua belah telapak tangannya di depan dada, Tai-si-ong
membungkuk kepada Bhong Kim Cu dan Leng Siau.
"Bhong Tai-shih! Lheng Tai-shih! Kalian berdualah
sebenarnya yang mempunyai maksud mengadakan pertemuan
ini. Kalianlah yang telah mengirim surat undangan itu. Kami cuma menyediakan tempat saja di sini......."
"Ucapan Tai-si-ong itu benar. Nah, Lo-heng....... cepatlah !
Kaulah yang mengirim surat kepadaku. Dan ... dalam surat itu kau mengatakan bahwa kau telah menemukan sumber
pertikaian diantara ketiga aliran kita. Di dalam surat itu kau malah menyebutkan pula bahwa perselisihan itu memang
sengaja dibuat oIeh seseorang untuk mengeruhkan suasana di dunia kang-ouw. Nah, kata-kata yang kau tulis itu sungguh
membuatku penasaran. Hatiku lantas tergelitik untuk
membuktikan kata-katamu itu. Dan...... itulah sebabnya
sekarang aku berada di sini! Bhong Lo-heng, ayo". lekaslah engkau memulainya! Aku sudah tidak sabar lagi !" Put-ceng-li Lo-jin bangkit pula dari tempat duduknya.
Hening sejenak. Semua mata tertuju ke arah Bhong Kim Cu
dan Leng Siau. Dengan perasaan tegang mereka menunggu
reaksi dua tokoh Mo-kauw tersebut. Dan sementara itu diam-
diam Chin Yang Kun ikut menjadi tegang pula di tempat
duduknya. Apalagi pemuda itu serba sedikit juga mengetahui masalah yang mereka perbincangkan.
Akhirnya Bhong Kim Cu bangkit pula dari kursinya.
"Terima kasih! Terima kasih, Tai-si-ong?"! Lo-hu sendiri sebenarnya juga ingin lekas-lekas memulainya, tapi tak enak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasanya kalau harus menghentikan perjamuan yang meriah ini begitu saja "..."
"Hei ! Lihat.......! Semuanya sudah selesai sekarang ! Tak ada yang makan atau minum lagi! Ayoh, lekaslah.......!" Put-ceng-li Lo-jin memotong dengan suara keras.
Bhong Kim Cu tersenyum. "Baiklah ! Tapi... lebih dulu kami mohon maaf karena ketua kami tidak dapat datang di dalam
pertemuan penting ini. Beliau tidak sempat kami undang atau kami beritahu tentang rencana pertemuan kita ini. Kukira
semuanya sudah tahu kalau pertemuan ini kita adakan dengan sangat tergesa-gesa sekali. Coba kalau pagi tadi secara
kebetulan kami tidak melihat Put-ceng-li Lo-jin di kota ini, kukira pertemuan ini takkan bisa terlaksana." tokoh Mo-kauw itu membuka pembicaraannya.
Tai-si-ong dan Put-ceng-li Lo-jin tampak mengangguk-
anggukkan kepalanya. Keduanya mendengarkan dengan
sungguh-sungguh semua perkataan Bhong Kim Cu tadi.
"Sudah berbulan-bulan aku dan Leng Tai-shih mendapat
tugas dari Mo-cu (Ketua Aliran Mo) untuk menyelidiki
perselisihan yang timbul diantara ketiga aliran kepercayaan kita. Kami berdua telah mencoba dengan segala cara untuk
mencari sebab musabab dari semua pertengkaran-
pertengkaran yang timbul diantara anak buah kita. Kami
berdua juga sudah menemui atau menghubungi beberapa
orang tokoh yang kira-kira bisa kami ajak berdamai untuk
menyelesaikan perkara ini. Diantaranya kami berdua juga
telah menjumpai Toat-beng-jin dan Kau Cu-si Tong Ciak dari Im-yang kauw, lalu kami menemui pula Put-chien-kang Cin-jin dan Put-sim-sian dari Bing-kauw?".."
"Hei" Kalian sudah menemui su-hengku pula?" Put-ceng-li
Lo-jin berseru. Bhong Kim Cu mengangguk sambil tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Habis, rasanya sulit benar mencari Bing Kauw-cu?"?"
Leng Siau menjawab. "Wah?"..akupun juga selalu berkeliling untuk menyelidiki
peristiwa ini seperti kalian"." Put-ceng-li Lo-jin menjelaskan.
"Nah?"..dari pembicaraan-pembicaraan kami itu serta dari
penyelidikan-penyelidikan yang telah kami lakukan, kami
dapat menyimpulkan bahwa memang ada seseorang yang
bermaksud untuk mengadu domba ketiga aliran kita. Orang itu bermaksud untuk menciptakan kerusuhan, keributan dan
kekeruhan di dunia persilatan, agar dengan mudah ia
melaksanakan niatnya?"." Bhong Kim Cu melanjutkan
keterangannya. "Melaksanakan niatnya......" Niat apa itu?"..?" Tai-si-ong menyela.
"Memberontak kepada pemerintah yang dipimpin oleh
Kaisar Han ! Dengan berlindung pada kerusuhan-kerusuhan
yang terjadi di dunia kang-ouw, mereka bebas dari perhatian Kaisar Han, sehingga dengan mudah mereka menyusun
kekuatan." "Ohh...... bangsat ! Keparat ! Licik besar !" Put-ceng-li Lojin mengumpat-umpat.
"Lalu?".apakah Bhong Tai-shih sudah bisa mengetahui
sekarang, siapa orang yang licik dan kurang ajar itu?" Song Kang yang sedari tadi hanya diam saja itu tiba-tiba ikut
bertanya pula. Lagi-lagi Bhong Kim Cu mengangguk sambil tersenyum.
"Tentu saja. Kalau aku belum yakin benar akan kebenaran berita itu, masakan kami berdua berani meminjam tempat
untuk keperluan pertemuan ini" Dan kalau kami belum benar-
benar siap, masakan kami berani mengundang Put-ceng-li Lo-
jin pula " Hahaha...... Song Cu-si, ternyata jerih payah kami berdua selama berbulan-bulan itu memperoleh hasil juga?""
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhong Kim Cu menghentikan keterangannya sebentar untuk
mengambil napas. Lalu. "Nah, setelah kami memperoleh data-data tentang siapa orangnya yang mengadu domba kita, kami
lalu mencarinya ke mana-mana. Dan?"beruntunglah kami
ketika tanpa sengaja melihat orang itu di kota Ko-tien kemarin sore. Malahan secara kebetulan kami melihat juga Put-ceng-li Lo-jin di sana."
"He" Kalian melihat aku di Ko-tien kemarin " Eh, mengapa aku tak melihat juga pada kalian dan orang itu ?" Put-ceng li Lo-jin memotong cerita Bhong Kim Cu dengan suara kaget.
"Ahhh........selama ini Lo-jin tak pernah mempedulikan orang ataupun diri sendiri. Jangankan dengan orang yang
jarang sekali berjumpa atau bahkan malah belum pernah
mengenal seperti kami atau orang itu, sedangkan dengan
keluarga atau kerabat sendiri saja Lo-jin hampir tak pernah peduli. Mana Lo-jin dapat melihat kami?"?" Leng Siau
tertawa sambil menjawab pertanyaan ketua Bing-kauw
tersebut. "Yaaa?"..itulah sifatku yang paling kubenci setengah mati!
Tapi rasanya sulit benar untuk mengubahnya! Bangsat?".!"
Dengan enaknya orang tua itu memaki-maki dirinya sendiri.
Tak terasa semuanya tertawa melihat kelakuan Put-ceng-li
Lo-jin yang konyol dan menggelikan itu. Tapi yang
ditertawakan tetap saja acuh tak acuh.
"Kami berdua secara diam-diam lalu mengikuti orang
itu?"" Bhong Kim Cu meneruskan ceritanya. "Eh?".ternyata
orang itu memasuki rumah seorang pembesar tinggi dari kota Ko-tien. Di dalam ruangan yang tersembunyi orang itu
mengadakan pembicaraan dengan seorang Iaki-laki yang
dipanggil dengan nama Liok Cian-bu. Semua pembicaraan
mereka dapat kami dengarkan semuanya, sehingga kami
berdua semakin menjadi yakin bahwa memang orang itulah
yang kami cari !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh.... Bhong Lo-heng! Boleh...... bolehkah kami turut mengetahui juga...... isi dari pembicaraan orang itu" Terus terang kami juga menjadi penasaran. Kami ingin mengetahui, apa saja yang direncanakan orang itu untuk mengadu domba
kita?"..?" Tai-si-ong menyela.
"Yaa....... ya ! Akupun ingin tahu juga, apa saja yang
dikatakan oleh bedebah licik itu ?" Put-ceng-li Lo-jin
menggeram pula. Bhong Kim Cu tampak berdiam diri sebentar. Agaknya
tokoh Mo-kauw itu sedang berpikir atau sedang mengingat-
ingat kembali semua pembicaraan yang didengarnya dari
mulut orang yang dicurigainya itu.
"Baiklah......!" akhirnya tokoh Mo-kauw itu berkata. "Mula-mula orang itu bertanya tentang pasukan yang mereka
pusatkan di sekitar kota Tie-kwan di lembah Sungai Huang-ho kepada orang yang bernama Liok Cian-bu itu. Dan Liok Cianbu itu menjawab, bahwa semua pasukan yang berada di
bawah pengawasannya dalam keadaan baik, hanya saja
mereka sudah tak sabar lagi untuk menunggu terlalu lama.
Mereka ingin lekas-lekas bergerak ke kota raja........."
"Hmm....... sungguh gawat! Masakan Hong-siang belum
mencium gerakan mereka?" Tai-si-ong berdesah dengan
keadaan khawatir. "Saya dengar Hong-siang sudah mencium pula gerakan
mereka." Toat-beng-jin menjawab. "Kabarnya Hong-siang malah sudah mengirim beberapa orang kepercayaannya untuk
menyelidiki hal ini, termasuk pula Hong-lui-kun Yap Kiong
Lee." "Ohh...... sukurlah!" Tai-si-ong bernapas lega. "Lalu......
bagaimana kelanjutannya, Bhong Lo-heng.........?" katanya kemudian sambil menoleh ke arah tamunya.
Bhong Kim Cu mengambil napas panjang. "Tai-si-ong......
sejak semula kami berdua menyangka bahwa orang itu adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
otak dan biang-keladi dari semua peristiwa ini. Tapi dugaan kami tersebut ternyata keliru! Kedua orang itu ternyata masih mempunyai seseorang pemimpin lagi."
"Pemimpin."..?" Put-ceng-Ii Lo-jin menyela.
"Benar. Dalam perundingan mereka itu mereka membagi
tugas. Orang itu mau menghubungi semua pasukan yang
sudah dapat mereka bentuk dan orang yang dipanggil Liok
Cian-bu itu pergi ke pantai Laut Timur untuk menghubungi
pemimpin mereka. Tampaknya mereka sudah siap untuk
menyelesaikan niat mereka."
"Wah"... gawat! Sungguh gawat !" Put-ceng li Lo-jin
menggeram dengan suara gelisah. Bagaimanapun konyolnya
orang tua ini adalah pemimpin dari sebuah aliran yang besar, sehingga sedikit banyak ia juga memikirkan para anggotanya bila terjadi peperangan.
"Demikianlah, aku dan Leng Tai-shih lalu memutuskan
untuk menangkap saja orang itu, sementara kawannya akan
kami biarkan lolos?"" Bhong Kim Cu melanjutkan lagi.
"Hei! Mengapa dibiarkan lolos" Mengapa tak hendak
ditangkap sekalian ?" lagi-lagi Put-ceng-li Lo-jin memotong cerita Bhong Kim Cu.
"Wah.... Liok Cian-bu itu berseragam perajurit, bagaimana mungkin kami dapat menangkapnya" Salah-salah kita akan
mendapat kesukaran malah!" Leng Siau menjawab pertanyaan
Put-ceng-li Lo-jin. "Hmh! Peduli amat! Biar perajurit kalau musuh?".sikat
saja!" semuanya memandang Put-ceng-li Lo-jin dengan
tersenyum kecut. Tak ada gunanya berdebat dengan orang
tua konyol itu. "Eeee....... Bhong Tai-shih ! Masakan hal yang
diperbincangkan oleh kedua orang itu cuma urusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemberontakan dan pembagian tugas saja" Ayo.......
ceritakanlah semuanya!! Biarlah kami tahu, apa saja yang
dikatakan orang licik itu tentang kita......." tiba-tiba Kau Cu-si Tong Ciak berseru.
"Ya, benar. Bhong Lo-heng, ceritakanlah semuanya !
Jangan dipotong-potong begitu"..!" Toat-beng-jin ikut pula mendesak.
"Lhoh! Aku tidak memotong-motongnya ! Memang
demikianlah ceritanya......! Masakanku aku harus
menceritakannya sampai yang sekecil-kecilnya"'' Bhong Kim
Cu membantah sambil tersenyum.
"Yaa?" tapi kami memang ingin mengetahui pula semua
hal yang dikatakan oleh orang itu," Tong Ciak tetap juga
mendesak. "Hmmm.......!" Bhong Kim Cu menunduk sambil mengerutkan keningnya.
"Baiklah?" akan kucoba. Hanya saja aku mungkin sudah
tidak dapat mengingat semuanya. Hmmm?""kalau tak salah
orang yang kami curigai itu juga bercerita
tentang?".pertemuan di bukit sebelah timur kota Poh-yang."
"Pertemuan di bukit sebelah timur kota Poh-yang?" tak
terasa Chin Yang Kun bergumam perlahan. "Hmmmm?"siapa
dia?" "Yang hian-te, kau bilang apa?" Toat-beng-jin yang duduk
di dekatnya menegaskan. "Oh, tidak apa-apa?".." pemuda itu menjawab tersipu-
sipu. Toat-beng-jin mengerutkan keningnya, tapi ia tak bertanya
lebih lanjut. Orang tua itu segera memandang ke arah Bhong Kim Cu yang sudah meneruskan lagi ceritanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang itu?"..berkata kepada Liok Cian-bu, bahwa
pertemua yang mereka adakan di puncak bukit di luar kota
Poh-yang mengalami kegagalan. Bahkan kekuatan yang ada di
tempat itu hancur bercerai-berai karena serangan bajak laut Tung-hai-tiau. Malahan katanya orang itu hampir saja mati di tangan Tung-hai-tiau dan anak buahnya. Untunglah dia dapat meloloskan diri melalui jalan rahasia?""
"Jalan rahasia?"?" Chin Yang Kun bertanya di dalam
hatinya. "Kalau begitu?"orang yang dimaksudkan Bhong Tai-
shih ini tentu Song-bun-kwi Kwa Sun Tek, sebab Cuma dia
yang tahu jalan rahasia di bawah tanah itu."
Tapi pemuda itu tetap berdiam diri dan tak berkata apa-
apa. Dibiarkannya saja tokoh Mo-kauw itu melanjutkan
ceriteranya. "Setelah bisa meloloskan diri dari kepungan para bajak laut, orang itu melarikan diri ke kota Yu-tai. Tapi di tengah jalan dia bertemu dengan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee dan mereka
segera terlibat dalam pertempuran yang sangat seru. Ternyata orang itu kalah sehingga ia terpaksa melarikan diri lagi. Hong-lui-kun tak mau melepaskannya, sehingga terjadilah kejar-
mengejar yang seru. Saking bingung dan putus asa karena tak bisa melepaskan diri dari libatan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, orang itu nekad menerjunkan diri ke dalam jurang yang
dalam." "Hei" Terjun ke dalam jurang?" Tong Ciak bertanya kaget.
"Ya, begitulah orang itu bercerita kepada Liok Cian-bu?"."
Bhong Kim Cu mengangguk. "Tapi". Orang itu ternyata masih
bernasib baik. Dengan kepandaiannya yang tinggi orang itu
dapat bergantung pada sebuah akar pohon sehingga selamat.
Kemudian perlahan-lahan orang itu naik ke atas kembali dan pergi ke kota Ko-tien. Di sana ia menemui Liok Cian-bu dan
?""terlihat oleh kami berdua," Bhong Kim Cu mengakhiri
ceritanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam sesaat. Semuanya masih menantikan kelanjutan
cerita itu. Tapi tampaknya Bhong Kim Cu memang telah
menyelesaikan ceritanya. "Demikianlah?".."
"Hei! Nanti dulu! Manakah kata-kata orang licik itu yang
menyinggung tentang kita" Ayolah Bhong Lo-heng?"jangan
membikin penasaran hati orang! Itu dosa!" Tong Ciak cepat-
cepat menyela dengan mulut meringis karena mendongkol.
"Benar. Manakah cerita itu" Wah, Bhong Lo-heng ini
memang pintar menggoda hati orang!" Toat-beng-jin ikut
menuntut pula. "Bhong Tai-shih?"! Saya kira tuntutan rekan-rekan kita ini memang benar," Tai-si-ong berkata pula dengan suara halus
untuk menengahi mereka. "Ceritakan saja semua pembicaraan
kedua orang itu kepada kami. Terutama yang menyangkut
tentang aliran kita masing-masing. Jangan hanya disingkat
dengan mengatakan bahwa"..Bhong Tai-shih semakin yakin
akan keterlibatan mereka, setelah mendengar pembicaraan
kedua orang itu".! Tolonglah ceritakan juga pada kami, apa saja yang mereka katakan, sehingga kami juga bisa
mengambil kesimpulan seperti Bhong Tai-shih berdua!"
"Waduh?"baiklah! Begini?"." Bhong Kim Cu terpaksa
mengalah mendengar tuntutan tuan rumah itu. ?"?"dalam
pembicaraan mereka orang itu juga menegaskan bahwa
gerakan mereka harus cepat-cepat dimulai sebab kalau tidak lekas-lekas dimulai, gerakan yang telah mereka persiapkan
dengan matang itu tentu akan kandas di tengah jalan.
Kemudian orang itu bercerita tentang usaha-usaha yang telah ditempuhnya selama ini. Mulai dari pembentukan-pembentukan pasukan di beberapa daerah, sampai dengan
menghubungi pejabat-pejabat kerajaan yang sekiranya setuju dengan gerakan mereka. Termasuk diantaranya adalah Liok
Cian-bu sendiri. Kemudian orang itu juga menyebutkan
beberapa usaha lainnya, yaitu antara lain mencari Cap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kerajaan yang hilang, mencari harta karun mendiang Perdana Menteri Li Su di pantai Laut Timur dan yang terakhir
adalah?"mengadu domba ketiga aliran kita! Mereka ingin
menciptakan ketegangan, keributan dan kekeruhan di dunia
persilatan, sehingga mereka dapat dengan leluasa
menjalankan rencana mereka".."
"Nah?".hal itulah yang ingin kami dengarkan, Bhong Tai-
shih," Tong Ciak menyela dengan suara gembira.
Sementara itu Chin Yang Kun menjadi berdebar-debar
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hatinya mendengar tokoh Mo-kauw tersebut menyebut pusaka
keIuarganya, yaitu Cap Kerajaan! Hampir saja dia bertanya
tentang peranan orang yang diceritakan oleh Bhong Kim Cu
tersebut dalam peristiwa pembantaian keluarganya. Tapi
karena ragu-ragu pemuda itu tak jadi mengatakannya.
Dan sementara pemuda itu menjadi ragu-ragu, Bhong Kim
Cu telah meneruskan ceritanya.
"Yang mendapatkan giliran pertama diadu domba oleh
orang itu adalah Aliran Bing-kauw dan". Mo-kauw. Dengan
menyamar sebagai anggota aliran kami, orang itu bersama
dengan kawannya yang bernama Wan It, menyelinap ke
Rumah Suci Aliran Bing-kauw. Mereka berusaha menculik isteri Put-ceng-li Lo-jin ......."
"Hei....... benarkah " Bangsat! Keparat ! lblis busuk tak tahu malu........! Huh........ jadi orang itulah yang masuk ke Rumah Suci dan mau menculik isteriku" Sungguh licik sekali !
Di depan murid-muridku mereka mengaku sebagai anggota
dari Aliran Mo-kauw........! Kurang ajaaar.......!" Put-ceng-li Lojin mengumpat tiada habis-habisnya.
Dan sekali lagi Chin Yang Kan dibuat kaget oleh nama yang
disebutkan Bhong Kim Cu. "Wan It......" Jadi...... jadi paman Hek-mou-sai Wan It itu memang benar-benar berkomplot dengan Song-bun-kwi Kwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sun Tek" Oooooh?"!" pemuda itu berdesah lemas, wajahnya
pun menjadi pucat. Perubahan wajah Chin Yang Kun ternyata dapat dilihat oleh
Toat-beng-jin. Dengan berbisik orang tua itu mendekatkan
mulutnya ke arah Chin Yang Kun. "Yang Hiante ... kau kenapakah" Mengapa wajahmu tiba-tiba memucat?"
Tapi Chin Yang Kun cepat-cepat menggeleng. "Ah........ aku tidak apa-apa ! Sungguh, aku tidak apa-apa ! Aku cuma lelah sekali......." katanya membohong.
Toat-beng-jin menatap tajam-tajam, hatinya sedikit curiga.
Tetapi karena tamunya tak mau berterus terang, maka dia tak bisa berkata apa-apa lagi.
Sementara itu Bhong Kim Cu masih terdengar meneruskan
ceritanya. "Setelah berhasil mengadu domba Aliran Mo-kauw dan
Bing-kauw, orang itu lalu ganti mengadu domba Aliran Mo-
kauw dan Im-yang-kauw?"! Dengan menyamar sebagai Han
Su Sing, yaitu kepala kuil Im-yang-kauw di Bukit Delapan
Dewa, orang itu datang ke gedung kami dan membunuh
beberapa orang anggota Mo-kauw?""
"Dan?"..masalah itu menjadi semakin meruncing dengan
terbunuhnya Han Su Sing di tangan Put-gi-ho dan Put-chih-
to," Toat-beng-jin menambahkan seraya menoleh ke arah Put-
ceng-li Lo-jin. "Ya?".dengan demikian komplitlah sudah rencana orang
itu. Mula-mula Mo-kauw dengan Bing-kauw, kemudian Mo-
kauw dengan Im-yang-kauw, lalu yang terakhir Bing-kauw
dengan Im-yang-kauw"..!" Bhong Kim Cu mengangguk.
Dan ruangan itu kemudian menjadi sunyi untuk beberapa
saat lamanya. Semuanya duduk terpekur di tempat masing-
masing. Sinar kelegaan tampak membersit di wajah mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Udara persahabatan terasa menghembus kembali di hati
mereka. "Hmmm........ beruntunglah kita karena Bhong Tai-shih dapat segera membongkar niat licik itu, sehingga suasana
menjadi jernih kembali. Tapi?".bagaimana dengan kelanjutan cerita itu tadi, Bhong Lo-heng" Dapatkah Bhong Lo-heng
menangkap orang itu?" Tai-si-ong atau Kepala Kuil Agung
Aliran Im-yang-kauw tiba-tiba memecahkan kesunyian
mereka. "Hei, benar?".! Bagaimana kelanjutannya, Bhong Tai-
shih" Cepatlah"..!" Put-ceng-li Lo-jin berseru pula.
Bhong Kim Cu membetulkan letak duduknya. "Setelah
orang itu keluar dari rumah pejabat itu, kami berdua lantas mengikutinya. Dan tampaknya orang itu tahu kalau kami ikuti.
Dia berlari secepat kilat keluar kota. Terpaksa kami
mengejarnya?"" Bhong Kim Cu melanjutkan ceritanya.
"Dan?"..dengan mudah Bhong Lo-heng menangkapnya !
Hahaha! Siapa yang berani melawan gin-kang Bhong Lo-heng
berdua?" Toat-beng-jin memotong dengan tertawa.
"Ah?".siapa bilang kami dapat menangkap dia dengan
mudahnya" Kami berdua justru hampir kewalahan
menghadapinya !" Leng Siau menjawab cepat.
"Benar! Hampir saja kami berdua tak kuasa membendung
Ilmu Silat Mayat Mabuknya !" Bhong Kim Cu menegaskan
ucapan rekannya. "Hei" Apaaa?"?" Bangsat! Keparat! Bhong Tai-
shih?"sudah sekian lamanya kau bercerita, ternyata kau
belum sekalipun menyebutnya nama orang itu! Kurang
ajar?"siapakah orang yang mahir Ilmu Silat Mayat Mabuk
itu" Kwa Eng Ki?"?" Put-ceng-li Lo-jin tiba-tiba bangkit
berdiri seraya mencengkeram pinggiran meja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Disebutnya Ilmu Silat Mayat Mabuk oleh Bhong Kim Cu itu
benar-benar mengejutkan semua orang! Pikiran mereka lantas tertuju kepada pemilik ilmu yang maha dahsyat tersebut, yaitu kaum Tai-bong-pai yang diketuai oleh Kwa Eng Ki. Otomatis
semuanya menjadi gelisah dan berdebar-debar. Tai-bong-pai
bukanlah sebuah perkumpulan sembarangan. Perkumpulan itu
menyimpan banyak tokoh sakti yang mempunyai ilmu
menggiriskan hati. Dan apabila untuk menebus perdamaian
mereka ini, mereka harus bermusuhan dengan Tai-bong-pai,
hal itu memang sungguh berat.
Bhong Kim Cu menundukkan kepalanya.
"Maafkanlah aku, karena aku sengaja menyimpan nama
orang yang mengadu domba kita itu. Hal ini memang
kusengaja agar cu-wi tidak lekas-lekas terbakar dan
menanggapi ceritaku tadi. Aku ingin agar cu-wi mendengarkan dan menanggapi ceritaku tadi secara wajar, tanpa dibayang-bayangi perasaan segan, marah ataupun?"takut!" jago Aliran Mo-kauw itu menjelaskan. Lalu lanjutnya lagi, "Sekarang akan saya katakan, siapa sebenarnya orang yang saya ceritakan
tadi. Orang itu memang datang dari Tai-bong-pai?"."
"Hah?".."!?"
"Yaa...... tapi dia bukanlah Kwa Eng Ki ! Dia adalah Song-bun-kwi Kwa Sun Tek, putera Kwa Eng Ki yang telah diusir
oleh perguruannya........."
"Ohh?" lalu bagaimana dengan kelanjutan dari
pertempuran Bhong Lo-heng berdua itu " Dapatkah Bhong Lo-
heng berdua mengatasinya ?" Tai-si-ong bertanya dengan
suara tegang. Bhong Kim Cu dan Leng Siau tersenyum melihat
ketegangan rekan-rekannya itu. Keduanya tidak segera
menjawab pertanyaan itu. Tampaknya mereka memang
sengaja menggoda orang-orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana menurut pendapat Tai-si-ong dan rekan-rekan
semua" Mungkinkah kami bisa mengatasi Song-bun-kwi yang
berkepandaian tinggi itu?" tanya mereka malah.
"Lhoh?"mana kami tahu" Bangsat?"Bhong Tai-shih, kau
jangan menggoda kami, ya?"." Salah-salah bisa berkelahi
kita nanti!" Put-ceng-li Lo-jin melotot penasaran.
"Wah?".kami Cuma ingin tahu pendapat cu-wi saja, tidak
ada maksud-maksud yang lain! Bukankah pertemuan ini
bertujuan untuk kedamaian kita" Ayoh, jangan marah, Bing
kauw-cu! Tebak saja dulu teka-teki tadi"..!" Bhong Kim Cu
tertawa. Diam-diam ternyata tokoh Mo-kauw ini suka
berkelakar pula. "Wah...... ini......." Put-ceng-li Lo-jin menggerutu dengan wajah merah padam.
"Hmm".. bagaimana, ya?" Tai-si-ong ikut-ikutan
menggaruk-garuk kepalanya.
"A-nu..... eh !" Song Kang tiba-tiba berdesah sambil menoleh ke arah Toat-beng-jin yang mahir Lin-cui-sui-hoat itu.
Tapi orang tua yang pandai meramal itu pura-pura tidak
tahu. Justru pemuda yang duduk di samping orang tua itulah yang mendadak membuka suara malah !
"Tentu saja Bhong Tai-shih dan Leng Tai-shih dapat
menundukkan orang itu! Malahan tidak Cuma menundukkan
saja, tapi?"membunuhnya malah!"
"Ehhh !" "Oh?""!"
Semuanya memandang Chin Yang Kun dengan dahi
berkerut. Tidak terkecuali Bhong Kim Cu dan Leng Siau
sendiri. Kedua tokoh Mo-kauw itu menatap Chin Yang Kun
dengan pandang mata kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh?".saudara Yang! Apakah kau menyaksikan sendiri
pertempuran kami kemarin itu?" Bhong Kim Cu bertanya
dengan pandang mata menyelidik.
"Tidak!" pemuda itu menjawab tegas.
"Lalu"..bagaimana Saudara Yang tahu?" Leng Siau
mengejar. Chin Yang Kun menatap Leng Siau dan Bhong Kim Cu
beberapa saat lamanya, membuat kedua tokoh Aliran Mo-
kauw berkepandaian tinggi itu sedikit bergetar hatinya. Mata itu mencorong menyilaukan seperti mata seekor naga dalam
kegelapan ! "Siauw-te hanya menebak saja?"." akhirnya pemuda itu
memberikan jawabannya. Sementara itu semuanya menjadi kaget mendengar
pengakuan Bhong Kim Cu tentang terbunuhnya tokoh Tai-
bong-pai tersebut. Semuanya mengawasi Bhong Kim Cu, Leng
Siau dan Chin Yang Kun berganti-ganti.
"Jadi... orang itu telah terbunuh di tangan Bhong Tai-shih berdua ?" Tai-si-ong bertanya.
"Benar ! Tapi....... sebentar!" Bhong Kim Cu menjawab,
"Eh, Saudara Yang ! Coba tebak lagi ! Bagaimana kira-kira orang itu dapat kami tundukkan ?"
Chin Yang Kun melirik ke arah Toat-beng-jin, lalu
menundukkan mukanya. Sambil menghela napas ia
menjawab, "Bhong Tai-shih, siauw-te sudah beberapa kali bertemu dengan Song-bun-kwi itu. Malahan yang terakhir
siauw-te melihat pertempurannya melawan Tung-hai-tiau dan
Tung-hai Nung-jin di bukit sebelah timur Poh-yang itu...."
"Ohh...... jadi Saudara Yang juga berada di bukit yang diceritakannya itu ?" Leng Siau memotong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun mengangguk. "Benar. Oleh sebab itu siauw-te benar-benar tahu sampai di mana kesaktian iblis Tai-bong-pai itu. Ilmunya bermacam-macam dan hebat-hebat, sampai
tokoh-tokoh ternama seperti Tung-hai-tiau dan Tung-hai
Nung-jin itupun tak kuasa berbuat apa-apa terhadapnya,
padahal mereka mengeroyoknya."
Semuanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Semuanya
mengakui kebenaran kata-kata yang diucapkan oleh pemuda
itu. Meskipun beberapa orang di antara mereka belum pernah bertemu dengan orang itu, tapi nama dan gelar Song-bun-kwi Kwa Sun Tek telah lama mereka dengar.
"Kalau demikian halnya, mengapa saudara Yang masih juga menebak bahwa kami berdua dapat membunuhnya " Apakah
saudara Yang beranggapan bahwa kepandaian kami ini jauh
lebih tinggi dari pada kepandaian Tung-hai-tiau dan Tung-hai Nung-jin?" Leng Siau bertanya sedikit penasaran.
"Ahh". itu cuma karena kebetulan saja. Pagi tadi siauw-te
melihat dua orang anak buah Song-bun-kwi di rumah makan.
Dari pembicaraan mereka siauw-te mendengar berita bahwa
Song-bun-kwi telah mati. Hanya sayang mereka tidak
menyebutkan, bagaimana orang itu mati dan siapakah
pembunuhnya. Semula siauw-te menyangka Tung-hai-tiau dan
Tung-hai Nung-jin itulah yang membunuhnya. Tapi
mendengar cerita Bhong Tai-shih tadi, bahwa Song-bun-kwi
dapat meloloskan diri melalui pintu rahasia, siauw-te segera menyadari bahwa dugaan tersebut ternyata salah. Maka
begitu Bhong Tai-shih mengatakan mau menangkap Song-
bun-kwi Kwa Sun Tek, siauw-te segera menduga-duga bahwa
Bhong Tai-shih berdualah yang telah membunuh orang itu".."
"Eh, kenapa begitu.......?" Bhong Kim Cu mendesak.
"Sulit sekali kalau orang mau menangkap Song-bun-kwi, karena selain berilmu silat tinggi orang itu mengenakan.......
Kim-pouw-san! Satu-satunya jalan cuma membunuhnya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei........ saudara Yang tahu tentang baju mustika itu?"
Bhong Kim Cu dan Leng Siau kini benar-benar terperanjat.
Tampaknya kedua tokoh Mo-kauw itu memang bermaksud
untuk merahasiakan penemuan mereka itu. Itulah sebabnya
mereka selalu mendesak sambil menyelidiki, sampai di mana
pengetahuan Chin Yang Kun perihal kematian Song-bun-kwi.
Tak mereka sangka pemuda itu tahu belaka tentang baju
mustika tersebut. "Ah....... baju itu sebenarnya adalah kepunyaan Tung-hai-tiau yang diberikan kepada puterinya, Tiau Li Ing. Tapi dengan segala kelicikannya Song-bun-kwi berhasil merampasnya......."
Chin Yang Kun menerangkan.
"Ya.......ya, be-benar.......! Baju itu sekarang memang kami simpan. Akan kami serahkan nanti kepada Mo-cu kami."
akhirnya Bhong Kim Cu berdesah perlahan.
Put-ceng-li Lo-jin, Tai-si-ong dan yang lain-lain terdiam saja bagai patung di tempat masing-masing. Mereka menatap
Bhong Kim Cu, Leng Siau dan Chin Yang Kun berganti-ganti
sambil mendengarkan percakapan tokoh Mo-kauw tersebut
dengan Chin Yang Kun. Mereka baru sadar akan
ketermanguan mereka tatkala melihat percakapan itu
berhenti. Tong Ciak yang duduk di sebelah Bhong Kim Cu terdengar
menghela napas. "Lalu apa yang kau perbuat dengan mayat Song-bun-kwi itu, Bhong Lo-heng?" tanyanya perlahan.
"Kami menguburkannya di pinggir hutan." Bhong Kim Cu
menjawab. Lalu katanya Iagi. "Setelah itu kami berdua
kembali ke Ko-tien. Kami bermaksud menemui Put-ceng-li Lo-
jin untuk cepat-cepat membicarakan persoalan ini, tapi sayang sekali Put-ceng-li Lo-jin telah pergi meninggalkan kota itu.
Kami lalu bergegas mencarinya ke kota Yu-tai. Tapi kami juga tak menjumpainya di sana......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku memang langsung ke kota ini dan tak singgah
kemana-mana........." Put-ceng-li Lo-jin menyahut.
"Yaa....... dan hal itu justru sangat kebetulan bagi kami.
Kota Sin-yang merupakan pusat Aliran lm-yang-kauw sehingga dengan demikian kami malahan bisa mengadakan pertemuan
diantara ketiga aliran sekaligus. Demikianlah, kami lalu
menghubungi Tai-si-ong dan Put-ceng-li Lo-jin melalui surat.
Kami paparkan semua maksud dan rencana kami untuk
mengadakan pertemuan di antara ketiga aliran kita, agar
perselisihan yang terjadi cepat-cepat dapat diselamatkan dan tidak berlarut-larut ".."
"Dan maksud Bhong Lo-heng ini ternyata benar-benar
berhasil. Malam ini semua telah berkumpul dalam kedamaian.
Perselisihan telah terhapus dengan terbongkarnya siasat adu domba Song-bun-kwi Kwa Sun Tek itu"..." Tai-si-ong cepat-cepat memberi komentar.
"Hanya saja, kita masing-masing harus lekas-lekas memberi tahu kepada anggota kita tentang hal ini, agar pertumpahan darah segera dihentikan." Pang Cu-si Song Kang
menambahkan. "Benar, hahaha........ Tapi sebelum kita berpisah, marilah kita berpesta lagi menghabiskan hidangan ini! Kita rayakan persahabatan kita.......!" Put-ceng-li Lo-jin berseru pula dengan suara gembira.
"Baik! Tapi hidangan ini harus ditambah lagi! Hei, penjaga !
Panggil pelayan, supaya menambah lagi hidangan sebanyak-
banyaknya.....!" Toat-beng-jin berteriak ke arah penjaga.
"Baik, Lo-jin-ong .......!" penjaga itu mengangguk lalu berlari ke dalam. Demikianlah, sebentar kemudian ruangan itu menjadi riuh oleh gelak tertawa mereka. Mereka benar-benar merayakan perdamaian mereka kembali. Semuanya
mengacungkan jempol dan menyatakan perasaan kagum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka terhadap usaha Bhong Kim Cu dan Leng Siau demi
terciptanya perdamaian di antara mereka.
Sementara semuanya bergembira dengan makan dan
minum, tiba-tiba penjaga yang diperintah oleh Toat-beng-jin tadi berbisik kepada orang tua itu. "Lo-jin-ong"..! Tampaknya ada suatu kejadian yang menggegerkan para prajurit
pendatang dari kota raja itu. Mereka kelihatan sibuk sekali.
Semuanya berlarian dan berkumpul di Rumah Penginapan itu
dengan persenjataan lengkap......"
"Apa......" Para perajurit itu"...eh, kau tahu apa
sebabnya?" Toat-beng-jin menjadi kaget juga. Orang tua itu khawatir pemberontak telah memasuki kota.
"Katanya?".katanya pemimpin mereka telah tertangkap
oleh pasukan pemberontak yang bersembunyi di bukit sebelah utara kota ini."
"Hah?"."!" Apa?"..?" tiba-tiba Chin Yang Kun yang
berada di sebelah Toat-beng-jin melompat kaget. Otomatis
tangan pemuda itu menyambar leher baju penjaga tersebut
dan mencengkeramnya. "Hhkkh?".!" Penjaga itu tercekik.
"Apa yang kaukatakan tadi" Liu Ciangkun tertangkap
pemberontak?" "Hkk! Sa".saya tak tahu. Yang
ku".kudengar"..hek"..Cuma pemimpinnya. Saya tak?"tak
tahu namanya?".." penjaga itu menjawab ketakutan.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Itu sama saja! Pemimpin mereka memang Liu Ciangkun!"
Chin Yang Kun berteriak sambil melepaskan pegangannya,
sehingga penjaga itu hampir jatuh.
Tentu saja semuanya menjadi kaget melihat peristiwa yang
sangat mendadak itu. Dengan pandang mata penuh
pertanyaan mereka menatap Chin Yang Kun yang mukanya
putih pucat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang hiante, kau tenanglah"..! kenapa kau ini
sebenarnya?" Toat-beng-jin cepat merangkul pundak Chin
Yang Kun dan berkata halus.
Dengan gelisah pemuda itu melepaskan diri dari pelukan
Toat-beng-jin. "Maaf, Lo-cianpwe"..siauw-te harus cepat-cepat kembali!
Tolong perintahkan kepada penjaga agar supaya
mengambilkan kudaku, sebab siauw-te ingin segera
membuktikan kebenaran berita ini," pemuda itu berkata
terengah-engah. Toat-beng-jin mengangguk dan memberi isyarat kepada
penjaga yang dicengkeram lehernya oleh Chin Yang Kun tadi
agar melaksanakan perintah pemuda tersebut. Lalu dengan
hati-hati orang tua itu bertanya kepada Chin Yang Kun. "Yang hian-te"..! sementara penjaga itu mengeluarkan kudamu,
bolehkah aku bertanya sedikit padamu?"
Chin Yang Kun menatap Toat-beng-jin dengan sikap ragu-
ragu, lalu mengangguk. "Silahkan"..!" katanya seret.
"Begini, Yang hian-te"..mengapa kau lantas kelihatan
gelisah dan khawatir begitu mendengar berita tertangkapnya pemimpin para perajurit pendatang dari kota raja itu" Apakah engkau mempunyai hubungan keluarga atau persahabatan
dengan orang itu?" orang tua itu bertanya dengan hati-hati.
"Benar, Lo-cianpwe"." Chin Yang Kun cepat-cepat
mengiyakan. "Pemimpin para perajurit yang datang dari kota raja itu adalah Liu Ciangkun atau Liu twa-ko, kakak
angkatku".." "Ohoo"..begitu. Nah, itu dia kudamu!" Toat-beng-jin
menunjuk ke arah halaman. "Silahkanlah! Kami tak bisa
menahan lagi kalau begini. Sebenarnya kami ingin berbicara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panjang lebar denganmu, tapi"..tak apalah. Besok masih
banyak kesempatan lagi."
"Terima kasih! Sekali lagi terima kasih atas perjamuan ini, siauw-te mohon diri."
Setelah berpamitan kepada semua orang, Chin Yang Kun
melompat ke atas punggung si Cahaya Biru dan selanjutnya
berlari keluar dari Gedung Pusat Aliran Im-yang-kauw itu. Di jalan-jalan ia masih melihat adanya kesibukan luar biasa dari para perajurit itu. Banyak diantaranya yang masih berjalan atau berlari-lari dengan tergesa-gesa menuju ke rumah makan itu. Dan dari jauh juga masih terdengar suara terompet sayup-sayup ditiup orang.
Chin Yang Kun terperanjat ketika melihat jalan besar di
depan rumah makan itu telah penuh dengan perajurit. Mereka telah berbaris rapi dan siap untuk berangkat ke medan laga.
Belasan orang perajurit tampak membawa obor-obor besar
untuk menerangi tempat itu. Sementara itu para perwiranya
juga telah siap siaga di atas punggung kuda mereka masing-
masing. Chin Yang Kun cepat menerobos kumpulan perajurit itu dan
mencari Siangkoan Ciangkun di halaman Rumah Penginapan.
Dan begitu melihat perwira itu turun dari tangga depan, Chin Yang Kun segera menyongsongnya.
"Siangkoan Ciangkun?"!" teriaknya memanggil.
Perwira itu terkejut. "Hai ! Saudara Yang"..!" sambutnya dengan keras pula.
Chin Yang Kun bergegas melompat turun, lalu berlari
menghampiri perwira itu. "Siangkoan Ciangkun, apakah yang terjadi?" pemuda itu segera mendesak dengan pertanyaannya, sehingga Siangkoan
Ciangkun menjadi gugup pula jadinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Yang". anu....Hong-siang tertangkap,eh"...
maksudku Liu".Liu Ciangkun, ahh !" perwira itu menjadi gagap.
"Hei" Siangkoan Ciangkun, katakan yang benar".. Hong-
siang atau Liu twako?" Chin Yang Kun berteriak tegang seraya memegangi tangan Siangkoan Ciang-kun erat-erat.
"Anu".. eh"... keduanya ! Ya"..ya, keduanya tertangkap
pasukan pemberontak !" saking gugupnya perwira itu
menjawab saja sekenanya. "Ooooh."..," pemuda itu menjadi lemas tubuhnya.
"Siangkoan Ciang-kun, seluruh pasukan telah siap untuk
diberangkatkan !" tiba-tiba seorang perwira muda melapor kepada Siangkoan Ciang-kun.
"Bagus ! Matikan obor-obor itu ! Kita berjalan tanpa
penerangan lampu".." Siangkoan ciang-kun menjawab sambil melambaikan tangannya.
"Ciang-kun, kau?" kau mau berangkat ke mana ?" Chin Yang Kun mengangkat kepalanya dengan kaget.
"Menolong Hong-siang!" Siangkoan Ciangkun menjawab seraya melompat ke punggung kudanya. "Ayoh, kita
berangkat.......!" "Hei ! Siangkoan Ciang-kun?". saya ikut. Akupun juga
harus menolong Liu twa-ko!" Chin Yang Kun berteriak,
kemudian melompat pula ke punggung Cahaya Biru.
Beberapa orang perajurit pengawal berusaha menghalang-
halangi ketika pemuda dengan kudanya hendak mendekati
Siangkoan Ciang-kun. Tapi perwira tinggi itu segera melarang mereka. "Biarkan pemuda itu berada bersamaku.......!"
bentaknya. Demikianlah, hanya dengan penerangan sinar bintang-
bintang di langit, pasukan itu merayap perlahan meninggalkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kota Sin-yang. Derap langkah mereka gemuruh mengecutkan
hati para penduduk yang mereka Iewati. Pasukan itu keluar
dari pintu kota sebelah utara, kemudian menerobos kegelapan malam, menuju ke perbukitan yang menjulang tinggi di utara.
"Ciang-kun, bagaimanakah peristiwanya sehingga Hong-
siang dan Liu twa-ko sampai tertangkap oleh pasukan
pemberontak itu " Bukankah Hong-siang dan Liu twa-ko itu
membawa pasukan yang sangat kuat ?" Chin Yang Kun
mendekatkan kudanya ke arah Siangkoan Ciang-kun, lalu
bertanya perlahan. "Entahlah, Saudara Yang.....!" perwira itu menggelengkan kepalanya. "Tiba-tiba saja tadi ada seorang perwira yang pulang ke kota sendirian dan melapor kepadaku perihal
keadaan Hong-siang. Katanya Hong-siang dan seluruh
pasukannya terjebak di sebuah jurang paling dalam sehingga Hong-siang........ Hong-siang tertangkap !"
"Ohh .... lalu?" Ialu bagaimana dengan Liu twa-ko?"
"Entah ! Kukira?"..kukira dia juga tertangkap pula seperti Hong-siang."
"Hmmmh!" Chin Yang Kun menggeram. Dua telapak
tangannya terkepal erat-erat.
Sementara itu malam semakin larut juga. Dinginnya bukan
kepalang. Tapi biarpun begitu keringat masih juga mengalir di setiap tubuh para perajurit itu. Dengan semangat meluap
mereka terus berjalan, mendaki daerah perbukitan yang
jarang diinjak oleh manusia itu. Mereka berderap menuju ke jurang, di mana Hong-siang dan seluruh pasukannya
terperangkap. Dan para perajurit itu semakin menjadi tidak sabar pula
ketika sayup-sayup mulai terdengar suara pertempuran di
kejauhan. Selangkah demi selangkah mereka mulai berlari-lari kecil menuruni lereng-lereng bukit yang berliku-liku itu. Dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejauhan mereka seperti barisan semut yang melingkar-lingkar menuju ke liangnya.
"Awaaaas! Jangan keluar dari barisan"..!" para perwira berteriak mengatur anak buah mereka sendiri-sendiri.
Chin Yang Kun menjadi tegang pula hatinya. Tak terasa
makin lama kudanya berlari semakin cepat sehingga
meninggalkan kuda Siangkoan Ciang-kun.
"Saudara Yang, hati-hati.......! Kau jangan keluar dari iring-iringan ini! Salah-salah kau dikira musuh nanti !" Siangkoan Ciang-kun berteriak.
Tapi pemuda itu sudah tidak mempedulikan seruan
tersebut. Kekhawatirannya terhadap Liu twa-konya membuat
pemuda itu sudah tidak sabar lagi untuk segera tiba di jurang itu.
"Siangkoan Ciang-kun"..! maaf, aku pergi mendahului?"!"
Begitulah, pemuda itu segera memacu si Cahaya Biru.
Beberapa orang perwira menoleh dan mengerutkan keningnya
ketika pemuda itu berderap melewati mereka. Meskipun
demikian mereka tak berbicara apa-apa, karena mereka tahu
bahwa pemuda itu adalah sahabat Siangkoan Ciang-kun,
komandan mereka. Dengan pedoman suara pertempuran yang sayup-sayup
terdengar oleh telinganya, Chin Yang Kun menuju ke jurang
yang dimaksudkan itu. Beberapa kali kudanya hampir
terperosok ke dalam lobang atau jurang-jurang kecil yang
tertutup oleh semak-semak perdu di atasnya. Untunglah si
Cahaya Biru itu benar-benar kuda mustika yang jarang
terdapat di dunia. Selain mempunyai firasat dan perasaan
yang sangat peka, kuda itu juga mempunyai mata yang tajam
dan awas luar biasa. Hampir seperti tidak pernah diperintah lagi, kuda itu mencari jalan sendiri menuju ke tempat
pertempuran itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cahaya Biru, kau benar-benar kuda yang sangat hebat!
Aku sungguh bangga sekali kepadamu?"!" Chin Yang Kun
merangkul leher kuda itu sambil memuji dengan suara manis.
Cahaya Biru mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi ke
udara dan meringkik gembira. Kuda itu lalu bergerak semakin lincah dan gesit. Ia seperti tahu akan pujian yang diterimanya, sehingga celah-celah parit yang lebarpun dilompatinya pula.
"Hei! Hei! Tenanglah"..Cahaya Biru! Berhati-hatilah! Kita
tak perlu terlalu tergesa-gesa!" akhirnya malah Chin Yang Kun yang menjadi ketakutan karena keberanian kuda itu.
Suara pertempuran itu semakin riuh dan nyaring terdengar
oleh telinga Chin Yang Kun. Dan beberapa saat kemudian
debu tampak mengepul di kejauhan, dan hal itu berarti bahwa medan pertempuran telah berada di depan mata.
Chin Yang Kun segera mencari tempat yang baik dan
terlindung untuk melihat pertempuran itu. Dipanjatnya sebuah dataran yang agak tinggi untuk mendekati tempat tersebut.
Dan selanjutnya, apa yang dilihat kemudian oleh pemuda itu benar-benar sangat menggetarkan hatinya. Di bawah tebing
yang diinjaknya itu ternyata menganga sebuah jurang yang
kira-kira ada duapuluhan tombak dalamnya. Sebuah jurang
buntu, dimana seluruh sisi-sisinya adalah tebing terjal yang sangat tinggi dan tak mungkin didaki oleh manusia biasa.
Hanya ada satu jalan keluar, yaitu sebuah celah sempit
selebar dua atau tiga tombak.
Tapi bukan jurang buntu itu yang menggetarkan hati Chin
Yang Kun, melainkan pertempuran seru yang terjadi di
dalamnyalah yang membuatnya tegang bukan main. Tampak
dengan jelas oleh pemuda itu sebuah pertempuran brutal dan kasar dalam jumlah yang sangat besar. Kedua belah pihak
sudah berbaur menjadi satu, sehingga dalam keremangan
malam sungguh sukar membedakan lawan dan kawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun demikian, dari tempatnya berdiri Chin Yang Kun
dapat dengan jelas melihat mereka. Dengan mudah pemuda
itu membedakan antara pasukan kerajaan dan pasukan
pemberontak. Pasukan kerajaan yang tadi sore dilihatnya
menyeberang jalan raya, kini kelihatan tinggal separuhnya
saja. Meskipun begitu mereka tetap bertempur dengan
semangat tinggi. Mereka tetap mempertahankan bendera dan
panji-panji yang mereka bawa. Desakan musuh yang tiga kali lipat jumlahnya itu benar-benar tidak mempengaruhi
keberanian mereka. Mereka tetap bertahan biarpun korban
semakin banyak berjatuhan di pihaknya.
Sebaliknya, pasukan pemberontak yang ternyata terdiri dari suku-suku liar itu bertempur dengan kasar dan kejam. Mereka bertempur dan berkelahi seperti orang gila yang mengamuk di tengah-tengah pasar. Ganas, keji dan sadis luar biasa !
Pasukan kerajaan itu benar-benar dalam keadaan yang
sangat mengkhawatirkan. Tampaknya saat kehancuran
mereka hanya tinggal menunggu waktu saja. Sementara itu
bala bantuan yang dibawa oleh Siangkoan Ciangkun belum
juga terdengar kedatangannya !
Chin Yang Kun menjadi gelisah dan tegang bukan main.
Dengan gugup pemuda itu mencari-cari Liu twa-konya di
antara ribuan orang yang bertempur mengadu jiwa tersebut.
Tapi pekerjaan itu sungguh sulit bukan kepalang, rasa-rasanya seperti mencari sebatang jarum di antara tumpukan jerami
yang berserakan. "Bagaimana ini " Adakah yang harus kulakukan"
Apakah."..apakah aku harus terjun pula ke dalam peperangan itu" Tapi....... rasanya akan Iebih sulit lagi mencari seseorang di dalam suasana yang ribut seperti itu ! Hmm". Eh, apakah itu ?"
Tiba-tiba Chin Yang Kun melihat sesuatu yang aneh akan
sesuatu yang lebih dalam arena pertempuran itu. Di bagian
belakang dari arena pertempuran itu, yaitu persis di bawah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tebing yang diinjaknya, pemuda itu melihat bendera Hong-
thian-Iiong-cu berkibar di atas kereta perang. Dan kereta itu sudah tidak ada kudanya lagi. Meskipun demikian kereta itu tampak dijaga dan dipertahankan oleh tigapuluh atau
empatpuluh perajurit pengawal secara mati-matian. Mereka
membentuk semacam perisai bersap-sap di sekeliling kereta
itu. "Ouh ...... kalau tak salah itu adalah kereta Hong siang.
Tampaknya kaisar itu belum tertangkap seperti yang
dikabarkan oleh perwira yang dapat meloloskan diri dari
kepungan itu. Hmm, kalau begitu Liu twa-ko tentu juga masih selamat pula. Sebagai seorang perwira tinggi yang
bertanggung jawab dia tentu tak pernah lepas dari sisi
Baginda........" Berpikir tentang kemungkinan dan harapan seperti itu, Chin Yang Kun menjadi semakin tegang dan gelisah sekali. Sekali lagi dijenguknya tebing curam di bawahnya.
"Wah....... tebing ini luar biasa terjal dan tingginya ! Sayang aku tak mempunyai ilmu Cecak Merayap, sehingga aku tak
bisa merayap seperti cecak ke bawah. Dengan Liong-cu-I-
kang, jari-jariku memang bisa melubangi dinding-dinding batu keras itu, tapi kalau harus menggendong Liu twa-ko ke atas nanti"..rasa-rasanya aku takkan sanggup lagi ! "...
bagaimana ini?" Di dalam kebingungannya tiba-tiba pemuda itu teringat
bahwa sebagai kuda perang Si Cahaya Biru itu juga
diperlengkapi dengan gulungan tali pula di peIananya.
"Ah?" benar! Mengapa aku tak ingat lagi ?" desahnya gembira.
Lalu dengan cekatan pemuda itu mengambilnya. Dicarinya
sebatang pohon yang sekiranya kuat menahan berat
badannya nanti, kemudian tali itu diikatkannya ke sana.
Setelah itu tanpa membuang-buang waktu lagi Chin Yang Kun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melorot turun dengan cepat. Sesekali pemuda itu
mencengkeram dinding batu dengan Liong-cu-I-kangnya,
untuk menahan agar tubuhnya yang bergantung itu tidak
berputar-putar dan terayun-ayun kesana kemari.
Saking gelisah dan tegangnya melihat keadaan yang
semakin memburuk di pihak para perajurit yang melindungi
kereta itu, Chin Yang Kun meluncur turun bagai anak panah
cepatnya ! Pemuda itu tidak menyadari kalau ujung tali yang dipegangnya itu ternyata tidak cukup untuk mencapai dasar
jurang! Dan pemuda itu baru menyadari kecerobohannya
ketika secara mendadak tubuhnya melayang turun tanpa
pegangan lagi ! Chin Yang Kun menjadi gugup! Otomatis tubuhnya bersiap-
siaga dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Dan
untung juga bagi pemuda itu, karena dasar jurang itu hanya tinggal beberapa tombak saja lagi. Meskipun demikian, ketika kaki pemuda itu meluncur menghantam atap kereta, kereta itu berderak hancur berkeping-keping !
Brraaaaak ! Untuk sekejap pertempuran di sekitar kereta itu berhenti
dengan mendadak ! Terjunnya Chin Yang Kun dari atas, yang
kemudian menyebabkan hancurnya kereta perang yang
dipertahankan secara mati-matian oleh para perajurit itu
sungguh sangat mengagetkan dan mengejutkan semua orang
! Jilid 36 TAPI Chin Yang Kun sendiri ternyata juga tidak kalah
kagetnya dibandingkan dengan orang-orang itu. Begitu atap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kereta itu hancur tertimpa tubuhnya, sekilas pemuda itu
melihat tubuh Liu twa-konya terbujur kesakitan di dalam
kereta tersebut! "Liu twa-ko......!" pemuda itu menjerit keras sekali.
Lalu seperti kilat cepatnya pemuda itu menyambar tubuh
yang terbaring diam di dalam kereta tersebut. Dan hanya
sekejap saja, selagi semua orang terpaku diam menyaksikan
kejadian yang mendadak itu, Chin Yang Kun telah melesat
tinggi ke udara, membawa tubuh Liu twakonya ke atas
dinding, untuk mencapai tali yang tergantung itu.
Barulah orang-orang itu, baik dari pasukan kerajaan
maupun pasukan pemberontak, menjadi sadar kembali dari
kekagetan mereka, ketika Chin Yang Kun telah mencapai tali yang tergantung dari atas itu.
"Hai ! Orang itu telah menculik Hong-siang?".!"
"Hong siang diculik orang.......!"
"Lepaskan panahhh........!"
"Hah ! Jangan.....! Nanti mengenai tubuh Hong-siang !
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Goblog !" "Bangsat ! Kaisar itu lepas dari kepungan kita !"
Tempat itu lalu menjadi riuh oleh teriakan dan umpatan.
Para perajurit berteriak-teriak khawatir atas keselamatan
Hong-siang, sementara para pemberontak mengumpat-umpat
marah karena korban yang telah berada di depan mulut itu
kini dirampas orang. Sementara itu Chin Yang Kun telah dapat menggapai
talinya kembali. Dan selagi orang-orang yang berada di
bawahnya itu masih kebingungan dan tak tahu apa yang mesti mereka lakukan, pemuda itu telah bergerak naik dengan
cepatnya. Tali kecil dari urat kerbau itu bergetar hebat karena harus menahan beban berat dua orang sekaligus !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan sesaat kemudian orang-orang yang berada di bawah
tebing itu bertempur pula kembali dengan hebatnya ketika
para perajurit kerajaan berusaha menghalang-halangi para
pemberontak melepaskan anak panah mereka.
Begitu dahsyatnya pertempuran mereka sehingga mereka
tak ada waktu lagi untuk mengurus Chin Yang Kun.
Dan kesempatan tersebut benar-benar dipergunakan oleh
Chin Yang Kun. Dengan mengerahkan segala kemampuannya
pemuda itu merangkak naik bagaikan seekor monyet yang
menggendong anaknya. "Liu twa-ko... bertahanlah! Kita akan selamat !
Percayalah".!" Chin Yang Kun menghibur ketika terdengar suara desah kesakitan Liu twa-konya.
"Kau...... kaukah itu, adik Yang ?" Hong-siang mengerang.
"Benar, twa-ko?"! Adikmu datang menolongmu ! Jangan
khawatir, kita akan selamat ! Mereka tak mungkin bisa
mengejar kita?".!"
"Hahahaha".. siapa bilang kalian akan selamat " Sekali kuputuskan tali ini, kalian berdua akan segera menghadap
Giam-lo-ong (Raja Akhirat), hahahaha?"..!"
Tiba-tiba tali tempat Chin Yang Kun dan Liu twa-konya
bergantung itu bergoyang-goyang dengan hebat ! Dan ketika
dengan perasaan kaget pemuda itu menengadahkan
kepalanya, wajahnya menjadi pucat seketika ! Di atas tebing, yaitu di tempat mana ia menambatkan tali itu, tampak berdiri beberapa orang lelaki dan seorang perempuan tua menantikan kedatangannya !
"Gila".!" Chin Yang Kun mengumpat.
Pemuda itu berusaha berpegangan atau mencengkeram
dinding tebing, tapi tak bisa. Tali itu bergoyang dan berputar-putar dengan hebat sehingga otomatis Chin Yang Kun juga
terayun dan berputar-putar pula dengan cepatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hayo, anak muda kau lepaskan tidak kaisar busuk itu"
Hahaha"! Lepaskanlah saja, nanti kami akan
mempertimbangkan, apakah kau juga akan kami bunuh atau
tidak, hahaha...!" terdengar lagi suara tawa orang yang berada di atas tebing itu.
"Benar ! Kami akan menghitung sampai sepuluh!
Pikirkanlah baik-baik ! Kau ingin mati bersama kaisar busuk itu atau mau mendapatkan kesempatan untuk hidup?" yang Iain ikut mengancam pula.
"Nah, kami akan mulai menghitung"..! Satu!" terdengar suara wanita melanjutkan kata-kata itu.
Peluh bercucuran di tubuh Chin Yang Kun dan
kekhawatirannya semakin memuncak! Ada sedikit perasaan
takut menyelinap ke dalam hati pemuda itu. Tapi bukan
khawatir terhadap keselamatannya sendiri, melainkan
khawatir terhadap keselamatan Liu twa-konya ! Selain itu,
pemuda itu dibuat bingung dengan teriakan-teriakan atau
ancaman-ancaman lawannya, tentang "kaisar busuk" yang dibawanya. Beberapa kali orang yang berada di atas tebing itu selalu menyebut Liu twa-ko sebagai..... Kaisar Busuk! Apakah orang-orang itu telah salah melihat" Jangan-jangan orang-orang itu menyangka Liu twa-konya sebagai Kaisar Han,
karena Liu twa-konya itu berada di kereta Hong-siang"
Tiba-tiba pemuda itu seperti melihat secercah harapan di
hadapannya. Bukankah orang-orang itu tampaknya hanya
menginginkan jiwa Kaisar Han" Nah, kalau ia bisa
menunjukkan kepada mereka, bahwa Liu twa-konya itu sama
sekali bukan Kaisar Han, bukankah ia dan Liu twa-konya akan dilepaskan oleh mereka"
"Hei.....! Siapa yang berteriak-teriak tentang Kaisar Busuk "
Jangan ngawur! Lihatlah baik-baik! Orang yang kugendong ini adalah Liu Ciangkun, seorang perwira kepercayaan Kaisar
Han! Dia bukan ".. Kaisar Han ! Tahu?" Chin Yang Kun
berseru kuat-kuat untuk meyakinkan orang-orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hah"." Apa" Huuah-hah-hah-hahahaha"..! Bocah goblog
! Bocah sinting ! Kau mau mengelabuhi kami, yaa".."
Hahahaha".. tidak bisa ! Kau kira kami belum pernah
mengenal dan melihat Kaisar Han atau Kaisar Busuk itu, hah"
Kaulah yang ngawur! Kami semua ini telah mengenal Kaisar
Busuk itu seperti kami mengenal orang tua kami sendiri,
hahahah"..! Ayoh, cepat lepaskan!"
"Benar! Kami tidak bisa kau tipu dengan akal bulusmu, anak muda! Nah... dua! Tiga"! Empat ...,! Lima....!" suara wanita tadi menyahut pula, lalu meneruskan hitungannya.
"Kurang ajar ! Kau... eh, kalian tidak percaya kepadaku"
Kubunuh".." Chin Yang Kun berteriak marah-marah. Tapi tiba-tiba
lengannya dicengkeram oleh Liu twa-konya.......!
Harimau Mendekam Naga Sembunyi 13 Darah Dan Cinta Di Kota Medang Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Amanat Marga 4