Pencarian

Pendekar Penyebar Maut 26

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 26


"Adik Yang.......! Kau tak perlu berteriak-teriak lagi ! Mereka takkan bisa kau kelabuhi lagi! Mereka benar-benar telah
mengenal aku ......" Hong-siang berbisik perlahan di telinga Chin Yang Kun.
"Liu twa-ko, mereka ingin membunuh Kaisar Han! Bukan
kau.......!" Hong-siang mencengkeram lengan Chin Yang Kun lebih
erat lagi dan mulutnya tersenyum pahit.
"Adik Yang, maafkanlah aku......! Selama ini kakakmu telah membohongimu".. Mereka memang benar. Aku adalah.......
Kaisar Han ! Adik, maafkanlah "...!"
"Ohh !" Pukulan itu benar-benar mengejutkan Chin Yang Kun!
Saking kagetnya hampir saja pegangan tangan pemuda itu
lepas dari tali yang digantunginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Liu...... Liu twa-ko, mengapa kau berbuat itu" Padahal"..
padahal aku sudah terlanjur menyayangimu"...
menghormatimu, karena kau telah menolong jiwaku."
"Itulah pula yang menjadi sebabnya, adikku. Entah
mengapa akupun lantas merasa tertarik pula kepadamu,
seolah-olah aku ini?" bertemu dengan adik atau keluargaku
sendiri. Itulah pula yang menyebabkan aku lalu berbohong
kepadamu. Aku ingin bersahabat atau mengangkat saudara
denganmu. Dan hal itu hanya dapat aku lakukan dengan wajar bila kau tahu bahwa aku bukan seorang raja atau kaisar......."
"Twa-ko?"."
Sementara itu wanita tua yang berada di atas tebing itu
telah menghitung sampai hitungan ke sepuluh!
"Anak bandel! Kalian tampaknya memang ingin mati
bersama. Baik. Silahkan ........!" terdengar suara keras dan kasar dari lelaki yang pertama tadi.
Tiba-tiba tali tersebut putus ! Otomatis tubuh Chin Yang
Kun dan Kaisar Han tersentak jatuh ke bawah.
"Adik Yang, ternyata kita berdua akan mati bersama.......!"
sambil berteriak Kaisar Han merangkul Chin Yang Kun lebih
erat. "Tidaaaak .......! Aku belum mau mati !" pemuda itu
menjerit. Mendadak dengan kekuatan penuh, kedua tangan Chin
Yang Kun mencengkeram ke arah dinding tebing! Dalam
keputus-asaannya, tenaga sakti Liong-cu-i-kang pemuda itu
ternyata menjadi berlipat ganda besarnya !
Krrrrrrr .....! Secara tiba-tiba kedua lengan pemuda itu
bertambah panjang dua atau tiga kali lipat panjangnya,
sehingga jari-jarinya dapat mencapai dinding tebing dengan kerasnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Crrrept! Crept !"
Dinding batu yang keras bukan kepalang itu ternyata
dengan mudah dicengkeram oleh jari-jari tangan Chin Yang
Kun! Begitu mudahnya seolah-olah dinding batu itu cuma
terbuat dari tepung atau agar-agar saja ! Dan jari-jari itu kemudian mencengkeram dengan kuatnya untuk menahan
agar tubuh itu tidak terus meluncur ke dalam jurang !
Sekejap kedua lengan Chin Yang Kun, yang menahan
beban berat itu, memanjang lagi seperti karet, lalu setelah daya luncur itu habis, secara pelan-pelan kemudian kembali lagi ke ukuran semula. Dan..... pemuda itu bersama Liu twakonya, selamat dari kehancuran di dasar jurang.
Dan semua yang dilakukan oleh pemuda itu diikuti dengan
mata terbelalak oleh Kaisar Han!
"Sungguh mentakjubkan ! Adik Yang..... apa yang telah kaukerjakan tadi?" Kaisar Han berseru hampir tak percaya.
Saking kagum dan takjubnya, kaisar itu sampai melupakan
rasa takut yang mencekam hatinya ketika terjatuh tadi.
Tapi Chin Yang Kun tidak menjawab pertanyaan Kaisar Han
tersebut. Dengan cekatan pemuda itu justru mengambil tali
yang masih membelit tubuhnya. Dan hanya dengan satu
tangan bergantung di dinding tebing pemuda itu mengikat
tubuh Kaisar Han. "Twa-ko, maaf... kau terpaksa kuikat dulu pada lubang yang kubuat ini. Nanti setelah aku membereskan orang-orang yang berada di atas itu, akan menarikmu ke atas tebing."
pemuda itu berkata kepada Kaisar Han atau Liu twa-konya.
Kaisar Han mengangguk-anggukkan kepalanya serta
menatap Chin Yang Kun dengan sinar mata penuh
kepercayaan. "Baik, adik Yang..... kau berhati-hatilah !
Terutama kau harus berhati-hati dengan wanita tua itu. Dialah yang pertama kali melukai aku. Yang lain tidak perlu
kaukhawatirkan. Mereka cuma kepala-kepala suku liar yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya mengandalkan otot belaka. Diantara mereka cuma satu
yang harus sedikit kauawasi, yaitu lelaki yang berteriak
dengan suara kasar tadi. Dia mahir pukulan beracun!"
Chin Yang Kun mendengarkan pesan itu sambil
menyelesaikan ikatan Hong-siang sebaik-baiknya, agar supaya tidak terjatuh atau merasa sakit bila terlalu lama ia tinggalkan nanti. Setelah itu Chin Yang Kun menggerakkan segala
kemampuannya kembali untuk merayap ke atas tebing. Jari-
jarinya yang penuh tenaga sakti Liong-cu-I-kang itu melubangi dinding batu bagaikan melobangi tanah yang lunak saja,
sehingga beberapa saat kemudian dia telah berada di bibir
tebing tanpa kesuIitan. Dan kemunculan Chin Yang Kun yang tak terduga itu
sungguh sangat mengejutkan orang-orang tadi. Mereka benar
kaget karena mereka sedang membujuk dan mengagumi kuda
yang ditinggalkan oleh Chin Yang Kun. Dan kuda itu tampak
melawan ! "Awas?"! Anak muda itu datang memanjat tebing!" lelaki bersuara kasar itu berteriak sambil menunjuk ke arah Chin
Yang Kun. Orang-orang itu yang ternyata terdiri dari tiga orang lelaki dan satu orang wanita tua, segera bersiap-siaga menghadapi Chin Yang Kun. Dan pemuda itu sendiri juga kaget sekali
ketika mengenali wanita tua itu.
"Huh...... Siang-houw Nio-nio !" pemuda itu menggeram begitu ingat kepada wanita tua yang dulu pernah bertempur
dan menenggelamkan dirinya di telaga belakang istana itu.
Sebaliknya wanita tua yang tidak lain adalah Siang houw
Nio-nio itu ternyata sudah tidak mengenal Chin Yang Kun Iagi.
"Benar, akulah yang datang"..!" teriaknya seraya menyerang Chin Yang Kun.
Kedua tangan wanita itu berputar ke depan, seperti orang
mau menyerahkan nampan berisi makanan, setelah itu lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyodok lagi ke depan seraya melangkahkan kaki kanan ke
muka. Dan tiba-tiba saja ujung jari kiri itu telah mengancam ulu hati Chin Yang Kun! Tampaknya gerakan itu sangat
sederhana, tetapi ternyata pengaruhnya bukan main hebatnya
! Dari ujung jari-jari itu seolah-olah meluncur hawa tajam yang mampu mengiris atau membelah benda-benda yang
dilaluinya. Ssrrrt.......!
"Terimalah jurus menyusupkan Benang ke Lobang Jarum
ini .....!" Siang-houw Nio-nio membentak keras.
Chin Yang Kun cepat memiringkan tubuhnya lalu dengan
ujung lengan bajunya pemuda itu menangkis telapak tangan
itu. Taas......! Telapak tangan wanita tua itu terpental ke samping dengan
kuatnya, sehingga tubuh wanita tua itu sampai terhuyung-
huyung mau jatuh. Tapi sebaliknya pemuda itu sendiri juga
terperanjat sekali begitu melihat ujung lengan bajunya
terpotong, bagai kena gunting atau pisau cukur yang tajam !
"Jahanam! Ternyata kau memiliki ilmu juga kiranya"."
dalam kemarahannya Siang-houw Nio-nio mengumpat-umpat.
"Ah, kaupun semakin tua ternyata juga semakin berbahaya
........" Chin Yang Kun menjawab pula.
"Hei........ Nio-nio! Mari kita cincang saja anak ini bersama-sama, biar menghemat waktu !" lelaki bersuara kasar itu datang memasuki arena pula.
"Benar juga apa yang telah dikatakan oleh Saudara Kosang itu, Nio-nio.......! Mari kita lumpuhkan saja anak ini bersama-sama, agar lebih cepat selesai!" seorang kepala suku yang lain ikut menyetujui pendapat lelaki bersuara kasar itu.
"Betul ! Akupun sepakat pula denganmu. Saudara Wei! Mari kita sikat dia!" lelaki ketiga, yang berkulit hitam dan mengenakan pakaian model Bangsa Uighur, berteriak pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil menyerang Chin Yang Kun dengan pedang
bengkoknya. Demikianlah, Siang-houw Nio-nio terpaksa tidak bisa
menolak bala bantuan para kepala Suku Bangsa Mongol, Wei
dan Uighur itu. Mereka adalah orang-orang kasar yang sangat besar sekali rasa setia kawannya. Dan mereka justru akan
tersinggung dan menjadi marah apabila maksud baiknya itu
ditentang. Kepala Suku Mongol yang bernama Kosang itu
bersenjatakan sebuah penggada besar, sementara kedua
kawannya memegang pedang. Cuma bedanya pedang yang
dipegang oleh orang Uighur itu badannya bengkok, seperti
pedang bangsa Parsi atau Persia. Mereka bertiga membantu
Siang-houw Nio-nio, menyerang Chin Yang Kun !
Sebenarnya kepandaian ketiga kepala suku bangsa liar itu
tidaklah berbahaya. Tapi oleh karena yang dihadapi Chin Yang Kun tersebut adalah Siang houw Nio-nio, maka kehadiran
mereka itu cukup mengganggu pula. Malahan beberapa kali
serangan mereka itu membuat pemuda itu salah langkah,
sehingga serangan-serangan Siang-houw Nio-nio yang
berbahaya itu hampir-hampir mencelakakan pemuda itu.
Akhirnya Chin Yang Kun menjadi marah pula. Apalagi jika
pemuda itu mengingat bahwa Liu twa-konya masih tergantung
di bawah tebing, dan lekas-lekas memerlukan bantuannya.
Maka tidak boleh tidak pemuda itu lalu mengerahkan Kim-coa-ih-hoatnya! Mulutnya berdesis, sementara kulitnya secara
perlahan-lahan berubah kekuning-kuningan.
Dan Siang-houw Nio-nio segera mencium bahaya itu.
"Awaaaas! Hati-hati........!" wanita tua itu memperingatkan kawan-kawannya.
Tapi orang-orang yang memperoleh peringatan itu tidak
mempedulikannya. Orang-orang yang di dalam suku
bangsanya merupakan orang terkuat dan tidak terkalahkan itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlalu percaya kepada kehebatannya sendiri, sehingga
mereka tidak percaya atau mengabaikan peringatan itu. Sama sekali mereka tidak percaya kalau pemuda kurus itu akan bisa membahayakan jagoan-jagoan terkenal dari suku bangsa liar
seperti mereka. Apalagi kini mereka bertiga !
Maka pertempuran satu lawan empat itu Ialu berlangsung
kembali dengan serunya. Masing-masing berusaha dengan
sekuat tenaga mereka untuk cepat-cepat membereskan Iawan
mereka. Cuma sekarang keempat lawan Chin Yang Kun ini
menjadi tercengang dan sibuk menyaksikan perubahan ilmu
silat pemuda itu. Sebuah ilmu silat yang menakutkan serta
mengerikan! Dengan ilmu silat yang sedang dimainkannya itu Chin Yang
Kun seperti berubah menjadi seorang manusia tak berbentuk !
Enak saja pemuda itu memutar lehernya sehingga kepalanya
menghadap ke belakang, atau kadang-kadang pemuda itu
melangkah ke belakang dengan gesit dan tangkasnya seperti
orang yang sedang bergerak ke depan saja! Maka tidaklah
heran kalau lawan-lawannya itu semakin lama semakin
bingung menghadapi pemuda itu! Lambat laun orang-orang
itu tidak bisa membedakan mana bagian muka dan mana
bagian belakang dari Chin Yang Kun !
Mulailah kepala-kepala suku yang semula tak mempunyai
perasaan takut itu menjadi ketakutan dan merasa ngeri ! Dan ketakutan mereka semakin menjadi-jadi ketika menyaksikan
lengan dan kaki pemuda itu dapat memanjang dan memendek
sesuka hatinya ! "Ini........ ini.... ooh, gila! Masakan ju"..jurang ini ada hantunya?" Kosang yang kasar dan berangasan itu meloncat mundur dengan mata terbelalak.
Dan kawan-kawannya pun ikut berloncatan mundur pula.
Semuanya tampak menggeletar tubuhnya. Apalagi angin
malam tiba-tiba meniup dengan kencangnya !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan! Dia bukan hantu! Dia seorang manusia biasa! Dia memang mempunyai ilmu seperti hantu, tapi bukan
hantu?"!" Siang-houw Nio-nio berteriak.
"Tetapi........" Kosang membantah dengan suara ragu.
"Sudahlah, hilangkan saja ketakutan kalian itu ! Yang penting kita harus lekas-lekas membereskan dia ! Bukankah
kalian tadi ... ?" Siang-houw Nio-nio yang sedang berusaha meyakinkan
teman-temannya itu tiba-tiba menghentikan perkataannya.
Dengan wajah pucat wanita tua itu memasang telinganya.
Sayup-sayup terdengar sorak-sorai yang bergemuruh di
bawah jurang itu, yang makin lama makin jelas dan keras.
Wanita tua itu cepat meninggalkan Chin Yang Kun dan
pergi ke bibir tebing. Dengan hati berdebar wanita itu
menjenguk ke bawah. Dan tiba-tiba wajahnya berubah
menjadi gembira dan berseri-seri.
"Hihihi...... bagus ! Semua berjalan sesuai dengan
rencana,hihihi?".!" Wanita itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Nio-nio, apa yang telah terjadi di bawah sana?" Kosang bertanya tanpa berani memalingkan mukanya dari Chin Yang
Kun. "Ya ! Apa yang terjadi ?" kepala suku Wei turut pula
mendesak. "Sudah ! Tinggalkan saja bocah itu ! Biarlah ia tetap hidup !
Semuanya telah selesai..."
"Jadi".. ?" Kosang yang berwatak kasar itu tetap belum mengerti juga.
"Pasukan Siangkoan Ciangkun telah tiba!" Siang-houw Nio-nio menjelaskan dengan suara gembira. "Marilah kita ke sana.......!"
"Baiklah, mari......!" serempak kawan-kawannya menjawab.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak muda...... kau benar-benar beruntung hari ini,"
sebelum meninggalkan tempat tersebut Siang houw Nio-nio
berkata kepada Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun membiarkan saja mereka pergi. Bagi
pemuda itu semakin cepat mereka pergi semakin baik, karena ia dapat lekas-lekas menolong Liu-twakonya pula. Maka begitu keempat orang itu sudah tidak kelihatan lagi, ia bergegas
menjenguk ke bawah. Dilihatnya tali itu masih terikat baik seperti ketika ia tinggalkan tadi.
Kemudian dengan sangat hati-hati sekali Chin Yang Kun
turun. Perasaan pemuda itu menjadi lega sekali begitu melihat Liu-twakonya tidak kurang suatu apa. Perlahan-lahan pemuda itu membawa Liu twa-konya ke atas, kemudian
membaringkannya di atas rumput.
"Twa-ko, engkau selamat sekarang. Marilah kubawa kau ke kota, agar lukamu cepat mendapatkan pengobatan !"
Kaisar Han membuka matanya. Perlahan-lahan kepalanya
menggeleng. "Adik Yang, bawalah aku sejauh-jauhnya dari tempat ini !
Sukurlah kalau kau mau membawaku ke muara Sungai Huang-
ho".." "Twa-ko..... kau gila ! Tempat itu sangat jauh dari sini, dan kau sedang menderita luka dalam........ Mengapa kau tidak ke kota raja" Di sana ada Siangkoan Ciangkun dan pasukannya
yang akan melindungimu."
"Apa " Bangsat bermuka dua itu " Hmmh!" Kaisar Han
mendengus marah. "Hei ! Twa-ko.........ada apa dengan perwiramu itu ?"
"Sudahlah ! Panjang ceritanya. Nanti kuceritakan
kepadamu. Sekarang bawalah aku cepat-cepat pergi dari sini
!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik ! Baiklah.......!" meskipun masih bingung Chin Yang Kun cepat mengiyakan.
Sebentar kemudian keduanya telah menerobos kegelapan
malam, meninggalkan tempat itu. Karena tidak mengenal
jalan, maka sekali lagi Chin Yang Kun mempercayakan jiwanya kepada Si Cahaya Biru.
"Sebaiknya kita kembali saja ke kota. Bagaimana, twa-ko ?"
Yang Kun mencoba bertanya kepada Kaisar Han.
"Hah" Jangan.......!" Hong-siang menjawab cepat.
"Lhoh....... kenapa " Bukankah pasukanmu kaupusatkan di sana?" pemuda itu bertanya tak mengerti.
"Kita mengambil jalan ke selatan saja, lalu berbelok ke timur. Kita menuju ke muara Sungai Huang-ho malam ini.
Besok pagi kita akan bisa menemui Yap Tai-ciangkun dan
pasukannya di sana. Itu lebih aman?"." Hong-siang
menjawab sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ya, baiklah......! Tapi...... tolong katakan kepadaku, mengapa twa-ko tak ingin kembali ke Sin-yang?" Chin Yang Kun mendesak Kaisar Han.
Kaisar Han termenung sebentar. Wajahnya yang pucat itu
tampak sedih dan penasaran. Lalu jawabnya seraya menghela
napas panjang. "Pasukan yang berada di Sin-yang itu ternyata tidak bisa kuharapkan Iagi. Pasukan itu telah banyak
kemasukan penghianat yang ingin menumbangkan
kekuasaanku........"
"Ohh......! Siangkoan Ciang-kun.....?"
"Dialah dalang atau biangkeladinya! Dia telah bersekongkol dengan bekas Putera Mahkota Wangsa Chin, yang beberapa
bulan lalu menyerang kota raja. Siangkoan Ciangkun itulah
yang merencanakan perangkap di jurang itu. Dia dan bekas
Putera Mahkota itu ingin menjebak dan membunuhku di
tempat tersebut."

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm........ tapi tampaknya dia......." Chin Yang Kun mencoba mengingat sikap dan tingkah laku perwira berkumis
lebat itu ketika menjamunya.
"Tampaknya rapi sekali, bukan" Memang benar, akupun
telah terkecoh dan terpedaya pula olehnya. Padahal orang itu telah menjadi pengawalku sejak aku naik tahta."
"Ahhh........" Chin Yang Kun berdesah.
Pemuda itu lalu teringat kepada Tung-hai Sam-mo. Semula
dia memang heran sekali melihat penjahat itu dapat menjadi perajurit Kerajaan. Padahal selain bekas penjahat yang
terkenal, iblis-iblis itu pernah dilihatnya sebagai pengawal Siau Ong-ya, di dusun Hok-cung beberapa pekan yang lalu. Kini
semuanya menjadi terang sudah baginya, bahwa antara Tung-
hai Sam-mo dan para perwira itu memang sudah terjalin
semacam persekutuan yang tersembunyi.
"Makanya Siangkoan Ciangkun itu enak saja melihat Hong-siang tidak pulang-pulang sampai larut malam. Tak tahunya
semuanya memang telah direncanakan........" pemuda itu
menghela napas dan bergumam di dalam hatinya.
Hening sejenak. Mereka berdua berkuda menyusuri
perbukitan itu ke arah selatan. Chin Yang Kun duduk di
depan mengendarai Si Cahaya Biru, sementara Kaisar Han
yang sedang sakit itu berada di belakang berpegangan Chin
Yang Kun. "Adik Yang......." tiba-tiba Kaisar Han memanggil.
"Ya, twa-ko.....?"
"Aku tadi benar-benar khawatir dan ketakutan setelah
mengatakan kepadamu siapa aku ini sebenarnya...,..."
"Takut" Kenapa.......?"
"Aku takut kau lantas berubah sikap begitu mendengar aku ini adalah Kaisar Han. Tapi ketakutanku itu ternyata tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beralasan sama sekali. Kau tetap bersikap biasa dan masih
menganggapku sebagai kakak......"
"Hmm?"." "Eh, mengapa kau diam saja" Adik Yang, bagaimana
pendapatmu ?" Chin Yang Kun tertunduk diam dan tidak lekas-lekas
menjawab. Baru beberapa saat kemudian pemuda itu
menyahut, "Untunglah twa-ko mengatakannya sekarang. Coba kalau hal itu kaukatakan kemarin atau kemarin dulu, di mana hatiku belum dingin dan mengendap seperti sekarang, kukira tanggapanku akan lain sama sekali. Mungkin akupun juga
akan marah serta memusuhimu pula seperti orang-orang itu
tadi. Malahan kemungkinan juga aku akan membunuhmu.
Tapi sekarang semuanya sudah berubah. Api yang berkobar di dalam dadaku telah padam. Tumpukan dendam yang
mengganjal di dalam jantungku telah larut sementara nafsuku untuk berkuasa telah lama sirna pula.........."
"Adik Yang, kau.......!" Kaisar Han mencengkeram lengan Chin Yang Kun dengan tubuh bergetar.
"Ketahuilah, twa-ko...... aku ini sebenarnya cucu Kaisar Chin Si. Namaku Yang Kun, lengkapnya Chin Yang Kun !
Ayahku adalah Chin Yang, putera ketiga dari Kaisar Chin Si Hong-te. Lihatlah...!" Chin Yang Kun menjelaskan seraya menunjukkan guratan huruf "CHIN" di atas pundaknya.
"CHIN YANG?"..?" tiba-tiba kaisar Han menjerit dengan suara tertahan. "Oh, Tuhan". terjawablah sudah teka-teki yang selama ini selalu mengganggu hatiku" Kiranya.....kiranya anak ini adalah puteranya. Ahh..... Makanya begitu melihatnya aku Iantas menyukainya"..."
Kaisar Han mendongakkan kepalanya ke langit. Tampak
keharuan membelit hatinya, sehingga beberapa tetes air mata kelihatan menitik di sudut matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Twa-ko " Apa katamu" Haah" Kau sudah kenal ayahku ?"
sekarang ganti Chin Yang Kun yang terkejut melihat sikap
Kaisar Han. Diguncangnya tubuh kaisar itu kuat-kuat sehingga kaisar itu meringis kesakitan.
"Tidak ! Oh, tidak.....! Aku tidak mengenalnya, aku hanya pernah mendengar namanya saja".." Kaisar Han berbohong agar supaya pemuda itu tidak mendesak terus dengan
pertanyaannya. Chin Yang Kun merasakan Liu-twakonya itu
menyembunyikan sesuatu hal kepadanya. Tapi karena Liu-
twakonya itu tak mau mengatakannya, maka diapun juga tak
bisa memaksa untuk mengatakannya.
Mereka Ialu berdiam diri lagi. Dibiarkannya saja Si Cahaya Biru memilih sendiri jalannya. Pokoknya mereka menuju ke
arah selatan. Dan jalan mulai melintasi hutan-hutan yang
besar-besar, suatu tanda bahwa mereka sudah mendekati
daerah perairan Sungai Huang-ho.
"Twa-ko .....! Omong-omong, bagaimana kau bisa
mengetahui kalau Siangkoan Ciangkun itu telah
mengkhianatimu?" Chin Yang Kun bertanya.
Kaisar Han menggeram perlahan. "Sama sekali aku tak
mengetahuinya. Aku baru sadar kalau orang itu mengkhianati aku setelah dia dan komplotannya berhasil menjebak aku di
jurang tadi. Coba tadi kau tak datang menolong aku,
kesadaranku itu sudah tidak ada gunanya lagi. Aku tentu
sudah menjadi mayat di bawah jurang tadi."
"Ohh.......?" "Seharusnya aku sudah mencurigainya ketika dalam
beberapa hari terakhir ini ia selalu menambah jumlah
perajuritnya dengan mengambil siapa saja yang mau menjadi
perajurit. Dan seharusnya aku juga sudah mencurigainya
ketika dia memilih sendiri para perwira yang akan turut dalam perjalananku ini. Tapi........ternyata aku tidak mencurigainya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malah ketika dia menyarankan agar aku pergi sendiri ke jurang itu, akupun tidak mencurigainya pula. Aku baru sadar tatkala pasukan pemberontak yang terdiri dan suku-suku liar
menyerbu rombonganku. Dan aku semakin sadar akan
terjadinya pengkhianatan itu ketika separuh dari pasukan yang kubawa berbalik menyerangku."
"Lalu ....... siapakah yang telah melukaimu, twa-ko?"
"Aku dikeroyok banyak orang, diantaranya adalah Siang-
houw Nio-nio dan kepala-kepala suku liar itu. Sebenarnya aku dapat melumpuhkan beberapa orang diantara mereka, tapi
karena jumlah mereka sangat banyak, maka akhirnya aku tak
bisa bertahan pula. Aku terluka dan hampir saja dapat mereka bunuh. Untunglah para pengawal yang masih setia kepadaku
cepat menyelamatkan aku. Mereka berusaha mati-matian
membawa tubuhku ke kereta, kemudian mempertahankan
kereta tersebut......., sampai kau datang menolongku!"
"Hmmm!" Keduanya lalu berdiam diri lagi. Masing-masing sibuk
dengan jalan pikiran mereka sendiri-sendiri. Dan sementara itu kabut pagi mulai turun dengan pekatnya, sehingga udara
menjadi semakin dingin menusuk tulang. Apa lagi mereka
telah mulai memasuki daerah perairan Sungai Huang-ho yang
lembab dan basah. Mereka berbelok ke timur menyusuri aliran Sungai Huang-
ho, dan semakin ke timur udara laut semakin terasa tajam
menghembus tubuh mereka. Dan tanah yang mereka lalui
juga bertambah sukar karena di tepi sungai itu hutannya
semakin rapat dan lebat. Si Cahaya Biru terpaksa berputar dan menerobos ke sana ke mari untuk mencari jalan yang dapat
dilalui. Beberapa saat kemudian sinar fajar mulai membayang di
ufuk timur, dan hutan belukar yang mereka lalui juga semakin menjadi jarang, malahan akhirnya hanya semak-semak perdu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja yang mereka temukan. Tapi semak-semak itu begitu
lebatnya sehingga mereka terpaksa harus menjauhi aliran
sungai. Bersamaan dengan terbitnya matahari di langit, mereka
tiba pula di dusun dekat muara Sungai Huang-ho itu. Dan
dengan petunjuk dari Kaisar Han, Chin Yang Kun membawa
kudanya ke desa tempat pasukan Yap Tai ciangkun itu
berkumpul. Dan di sana mereka segera disongsong oleh para
perajurit yang dengan cepat mengenal wajah junjungannya.
Malahan sesaat kemudian dengan tergopoh-gopoh Yap Tai-
ciangkun dan Gui-goanswe ke luar pula menjemput mereka.
Kaisar Han yang mengalami luka itu segera dibawa ke dalam
kamar untuk diperiksa. "Haa! Kalian tidak perlu khawatir! Aku tidak apa-apa, cuma luka ringan saja. Sebentar juga akan sembuh dengan
sendirinya?" Hei, Yap Tai ciangkun..... bagaimana dengan
tugasmu ?" Semuanya sangat mengkhawatirkan luka sri baginda, tapi
baginda sendiri ternyata malah tidak mempedulikannya. Yang ditanyakan justru tugas yang dia berikan kepada Yap Tai
ciangkun. "Sebagian besar dari para pemimpinnya dapat kami
binasakan, Hong-siang. Cuma ada beberapa orang yang dapat
lolos, termasuk pemimpin utama dan pembantunya." Yap Tai ciangkun menjawab.
"Sukurlah?""!"
Demikianlah, setelah mengurus tempat dan keadaan
baginda, Yap Tai-ciangkun segera keluar untuk menemui
kakaknya, Hong-lui-kun Yap Kiong Lee. Bersama-sama dengan
kakaknya itu Yap Tai ciangkun pergi ke kamar Chu Seng Kun
untuk minta tolong, agar pemuda ahli pengobatan itu mau
mengobati baginda. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan Chu Seng Kun yang baru saja mengobati dan
mendengarkan kisah adiknya itu segera bergegas ke tempat
Kaisar Han. Sebenarnya belum hilang rasa rindu pemuda itu
kepada adik perempuannya, tapi karena tenaganya sedang
dibutuhkan orang, maka terpaksa perasaannya itu ia pendam
dulu dalam hati. Selesai memeriksa dan mengobati luka Kaisar Han, Chu
Seng Kun lalu mengajak Yap Kiong Lee dan Chin Yang Kun ke
kamarnya untuk meramu obat yang dia janjikan kepada
baginda. Setelah obat itu siap, obat itu lalu dibawa Yap Kiong Lee keluar.
"Awas.......jangan sampai keliru ! Obat itu cuma digosokkan saja di tempat yang terluka......." sambil tersenyum Chu Seng Kun berseru di belakang pintu.
Yap Kiong Lee menoleh dan tersenyum pula, tapi ia tak
menjawab sepatah katapun.
Chu Seng Kun menutup pintu, lalu menemui Chin Yang Kun
kembali. "Adik Yang Kun, bagaimana khabarmu selama ini " Ke
mana saja kau sejak di desa Hok-cung itu" Aku tak bisa
mengejarmu ketika itu." Chu Seng Kun segera memberondong Chin Yang Kun dengan pertanyaannya begitu mereka hanya
tinggal berdua saja. Chin Yang Kun berdesah. "Wah, panjang kalau
diceritakan....." pemuda itu menjawab, lalu serba sedikit diceritakannya juga apa yang telah dialaminya.
"Ah..... jadi kau belum juga menemukan pembunuh
keluargamu" Lalu bagaimana dengan pembantu ayahmu yang
bernama Hek-mou-sai Wan It itu" Apakah kau belum
menemukannya pula ?"
Sekali lagi Chin Yang Kun berdesah dan menghela napas
panjang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Chu Seng kun menjadi heran atas sikap
kawannya itu. "Eh, apakah yang telah terjadi" Mengapa kau diam saja, adik Yang........?" tanyanya mendesak.
"Aku memang sudah menemukan pembantu ayahku itu,
tapi......." "Tapi....... apa ?"
"Tapi aku menjadi kecewa melihatnya."
"Kecewa?"" Ayoh! Cepatlah kau bercerita, jangan
disimpan saja !" Chin Yang Kun menundukkan kepalanya. "Begini, Chu twa-ko ...... Kelihatannya apa yang kukhawatirkan selama ini
memang benar juga. Dulu, ketika Chu twa-ko bercerita
tentang Hek-eng-cu, yang mempunyai seorang pembantu
tinggi besar berbulu lebat itu, aku sudah curiga di dalam hati.
Jangan-jangan orang yang Chu twako lihat itu adalah paman
Hek-mou-sai Wan It, orang yang kucari itu. Hmm ......
ternyata dua hari yang lalu aku benar-benar melihat dia
bersama Song-bun-kwi Kwa Sun Tek! Dan... mereka berdua
kelihatan akrab sekali. Ohhhh?".!"
"Hei.......?" Benarkah......?"
"Wah! Padahal tadi malam dia baru saja di sini bersama Hek-eng-cu"." Chu Seng Kun berkata. Kemudian secara
singkat tabib muda itu bercerita tentang pertempuran yang
terjadi di Pantai Karang tadi malam.
"Ah, kalau begitu aku telah terlambat datang?".." Chin Yang Kun bergumam dengan kecewa.
Keduanya lalu diam. "Kalau begitu Chu twa-ko juga sudah bertemu dengan adik Chu twa-ko yang hilang itu ?" tiba-tiba Chin Yang Kun
menengadahkan kepalanya dan bertanya kepada Chu Seng
Kun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yah?".!" dengan lesu tabib muda itu menjawab dan menganggukkan kepalanya.
Sekarang giliran Chin Yang Kun yang menjadi heran
melihat perubahan sikap kawannya itu. Tampaknya tabib
muda itu juga tidak bergembira setelah bisa menemukan
adiknya. "Lhoh! Twa-ko, apa yang terjadi" Mengapa engkau malah
kelihatan bersedih" Bukankah Twa-ko seharusnya bergembira
karena adikmu telah kembali ?"
Chu Seng Kun tidak menjawab, tapi secara perlahan-lahan
diceritakannya tentang keadaan adiknya sekarang. Bagaimana adiknya itu telah terpaksa kawin dengan Put-ceng-li Lo-jin untuk menutupi aibnya. Dengan terus terang pemuda itu juga menceritakan kebiadaban iblis yang bernama Hek-eng-cu
terhadap adiknya. Bagaimana dua tahun yang lalu iblis itu
menculik adiknya, lalu membawanya ke kediaman Hong-gi-
hiap Souw Thian Hai untuk memeras peti pusaka warisan Bit-
bo-ong asli yang disimpan oleh pendekar sakti itu.
"Kurang ajar! Orang itu memang benar-benar iblis, bukan manusia !" Chin Yang Kun menggeram mendengar kelicikan dan kekejian orang berkerudung itu.
"Benar! Dan kini kepandaiannya benar-benar hebat bukan main. Dulu, kalau tidak dengan akalnya yang licik, tak
mungkin dia bisa menculik adikku. Tetapi sekarang, setelah mempelajari ilmu-ilmu peninggalan Bit-bo-ong, akupun bukan lawannya lagi! Hmm........ sungguh penasaran sekali!" Chu
Seng Kun juga menggeram dengan wajah merah padam.
Matanya menatap ke depan dengan sinar kebencian dan
penuh rasa dendam kesumat.
"Jangan khawatir, Chu twa-ko. Aku akan membantu
menghadapi iblis itu. Biarkanlah aku dengan ilmu yang tidak seberapa tinggi ini ikut membantu orang yang pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelamatkan jiwaku........." Chin Yang Kun berkata dengan tegas.
"Terima kasih, adik Yang Kun.".." Chu Seng Kun menyahut dengan terharu.
Mereka lalu berdiam diri kembali.
"LaIu......dimanakah adikmu itu sekarang" Apakah dia telah kembali ke Bing-kauw lagi?" Chin Yang Kun membuka
mulutnya. "Belum. Dia masih di sini sekarang. Dia pergi ke halaman
belakang untuk menemui Put-ceng-li Lo-jin," Chu Seng Kun menjawab lirih hampir tak terdengar.
"Eh... orang tua itu juga sudah sampai di sini pula" Tadi malam aku masih melihat dia di Gedung Pusat Im-yang-kauw
di kota Sin-yang. Hmmm.... cepat benar! Kalau begitu dia
segera bertolak kemari seusai pertemuan itu?"."
Chu Seng Kun menatap Chin Yang Kun dengan tajamnya.
Dahinya yang lebar itu kelihatan berkerut-kerut.
"Jadi....... adik Yang Kun sudah kenal dengan ketua Aliran Bing-kauw itu" Apakah"..eh....... apakah kedatangannya pagi tadi juga bersamamu ?" tanya tabib muda itu sedikit curiga.
"Ah, tidak?"! Aku dan orang tua itu cuma bertemu dan
berkenalan di sebuah pertemuan yang diadakan di Gedung
Pusat Aliran Im-yang-kauw di kota Sin-yang tadi malam".."
Chin Yang Kun lekas-lekas menjawab. Lalu untuk
menghilangkan kecurigaan temannya, pemuda ini bercerita
serba sedikit tentang pertemuannya dengan tokoh-tokoh
ketiga aliran kepercayaan itu di kota Sin-yang. Lalu serba sedikit pemuda ini juga bercerita tentang bagaimana dirinya menolong Kaisar Han dari pengkhianatan para perwiranya.
"Ooo....... begitukah" Hmm".. jadi adik Yang Kun sekarang
sudah tahu kalau Liu twa-komu itu tidak lain adalah Kaisar Han juga?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun mengangguk. "Ya. Kalian semua memang
pandai bersandiwara?"."
"Maafkanlah! Akupun tidak berani membocorkan rahasia
Hong-siang itu seperti yang lain pula." Chu Seng Kun cepat-cepat membela diri.
"Eee..... twa-ko, omong-omong....... apa rencanamu
selanjutnya, setelah kau dapat menemukan kembali adikmu
yang hilang itu ?" Chin Yang Kun segera membelokkan
pembicaraan yang tak mengenakkan hatinya itu.
"Tentu saja aku akan tetap mencari Hek-eng-cu ! Dia harus
mempertanggungjawabkan semua perbuatannya.
Dan"..bagaimana dengan kau, adik Yang Kun" Apakah kau
juga akan terus mencari para pembunuh keluargamu itu ?"
"Tentu saja ! Bagaimanapun juga aku akan mengusutnya
sampai selesai !" Chin Yang Kun lalu berdiri. Perlahan-lahan pemuda itu
melangkah ke pintu dan membukanya. Seraya melangkahkan
kakinya ke luar pemuda itu menoleh, "Chu twa-ko, aku akan beristirahat dulu. Sudah tiga malam ini aku tak tidur barang sekejabpun. Nanti kita omong-omong Iagi......." katanya sambil tersenyum.
"Beristirahatlah saja di sini ! Mau ke mana kau....."
"Terima kasih. Aku akan beristirahat di luar saja, udaranya segar. Maaf, Chu twa-ko.....aku pergi dulu," Chin Yang Kun menjawab seraya menutup pintu.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmmm ... pemuda aneh," Chu Seng Kun, menghela napas panjang sekali, kemudian merebahkan badannya di atas
pembaringan. Tiba-tiba pintu itu terbuka kembali dan kepala Chin Yang
Kun tersembul diantara kedua daun pintunya. Pemuda itu
seperti mau mengatakan sesuatu, tapi melihat Chu Seng Kun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah berbaring di tempat tidurnya, pemuda itu tak jadi
mengeluarkannya. "Ahhh..... kau sudah tid....... tidur, Chu twa-ko ?" katanya sedikit gugup sambil menutup pintu itu kembali.
Chu Seng Kun cepat meloncat ke pintu dan membukanya.
Dilihatnya kawannya yang aneh itu telah melangkah pergi.
"Eeee"... adik Yang Kun ! Aku belum tidur. Ada keperluan apa"..?" tabib muda itu berseru dengan kening berkerut.
Heran. Chin Yang Kun menoleh sekejap, tapi tidak berhenti. Sekilas tampak oleh Chu Seng Kun wajah kawannya itu menjadi
merah sekali seperti udang direbus.
"Ah.....tidak apa-apa ! permisi dulu, Chu twa-ko...." Chin Yang Kun menjawab singkat. lalu menghilang di balik pintu
ruang tengah. Chu Seng Kun menundukkan kepalanya dengan amat heran
sekali. Dahinya berkerut-kerut memikirkan sikap temannya
yang sangat aneh itu. Tiba-tiba berkelebat dalam pikiran tabib muda itu sesuatu yang sangat mengkhawatirkannya.
"Hei ! Pemuda itu seperti sedang menderita....... menderita keracunan. Tapi".. tapi seingatku tubuhnya sudah kebal
terhadap racun, sebab ia sendiri adalah seorang manusia
beracun. Hanya saja..... kenapa mukanya.".. eh !"
Karena khawatir Chu Seng Kun bergegas mengejar Chin
Yang Kun. Tapi ketika tabib muda itu keluar dari rumah itu, bayangan Chin Yang Kun sudah tidak kelihatan lagi. Yang
terlihat di halaman depan hanya perajurit-perajurit penjaga yang sedang menunaikan tugasnya.
Seorang penjaga yang berada di dekat Chu Seng Kun
segera mendekati pemuda yang sedang kebingungan mencari
kawannya tersebut. "Tuan mencari Yang Siau-ya (Tuan Muda Yang)........?" tanyanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar. Kau melihatnya?"
"Yang Siau-ya berlari ke arah sungai dengan cepat sekali.
Mungkin.... eh... mungkin... hehe". hendak buang anu?".
habis mukanya merah sekali !" perajurit itu menjawab sambil menahan rasa geli.
Tapi Chu Seng Kun tidak mempedulikan sikap perajurit itu.
Bagai kilat cepatnya pemuda itu berlari ke arah sungai. Saking cepatnya, perajurit itu sampai tidak bisa melihat, ke mana Chu Seng Kun pergi. Pemuda itu seperti lenyap begitu saja dari depan perajurit tersebut.
"Eh....... ada setan !" perajurit itu berteriak.
Sementara itu dengan cepat Chu Seng Kun telah berada di
pinggir sungai. Mata pemuda itu dengan nyalang mencari
bayangan Chin Yang Kun diantara perahu dan sampan yang
banyak tertambat di sana. Tapi pemuda yang dikejarnya itu
sudah tidak kelihatan pula di tempat itu. Yang tampak di sana hanya para nelayan, yang berdiri bergerombol-gerombol di
tepian, dengan mata menatap jauh ke seberang, seolah-olah
ada sesuatu yang aneh dan menarik di sana.
Otomatis Chu Seng Kun mengikuti arah pandangan mata
orang-orang itu dan........tiba-tiba jantungnya terasa berdegup lebih kencang!
Jauh di tengah-tengah sungai atau muara yang amat lebar
itu terlihat sebuah pemandangan yang sangat mentakjubkan
dan mendebarkan hati! Entah dengan maksud apa, Chin Yang
Kun yang sedang dicari oleh Chu Seng Kun itu sedang
berloncatan di atas permukaan air dengan cara yang sangat
mentakjubkan ! Tanpa alas kaki atau landasan berpijak
pemuda sakti itu berloncatan di atas gelombang air bagaikan seekor capung atau burung camar yang sedang mandi atau
bermain-main dalam kehangatan sinar mentari pagi !
Setiap tubuh pemuda itu meluncur turun ke permukaan air,
kedua belah telapak tangannya yang terbuka itu menghantam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke bawah dengan kekuatan Iwee-kang sepenuhnya, sehingga
permukaan air itu berdebur dengan dahsyatnya, seolah-olah di bawah air tersebut ada sebuah gunung yang sedang meletus.
Dan di lain saat tubuh pemuda itu melenting ke atas kembali, bagaikan sebongkah batu kecil yang dilontarkan oleh
dahsyatnya letusan gunung di bawah air tersebut !
"Bukan main! Sungguh sebuah pertunjukan tentang
kekuatan Iwee-kang yang susah diukur karena
kesempurnaannya! Tapi..... apa maksudnya adik Yang
mengobral tenaga seperti itu" Perbuatan itu hanya akan
membuatnya lemas dan kelelahan saja!" Chu Seng Kun
bergumam perlahan. Benar juga perkataan Chu Seng Kun itu. Makin lama, yaitu
semakin mendekati tanah seberang, ledakan air yang
diakibatkan oleh pukulan tenaga sakti Chin Yang Kun semakin mengecil pula, sehingga daya lontar yang diperoleh pemuda
itu juga semakin lemah. Maka tak heran kalau pemuda itu
harus lebih sering mengerahkan tenaganya, agar supaya
tubuhnya tidak terjun ke dalam air. Malah pada pukulan yang terakhir, permukaan air itu Cuma bergelombang sedikit saja, sehingga daya lontarnya juga tak ada sama sekali. Akibatnya tubuh Chin Yang Kun tidak bisa melenting ke atas lagi dan
langsung ke dalam air. Untunglah tepian sungai tinggal dua atau tiga meter lagi,
sehingga dengan sisa-sisa tenaganya pemuda itu dapat
berenang ke pinggir. Dengan tubuh lemas dan hampir tidak
bertenaga lagi, pemuda itu melangkah terseok-seok menjauhi pinggiran sungai. Rasanya seluruh tenaga pemuda itu sudah
diperas habis, sehingga semua otot-otot tubuhnya bagai tak punya kekuatan lagi. Maka tidaklah mengherankan kalau
beberapa saat kemudian pemuda itu rubuh ke tanah dan tak
bisa bangun kembali. Dan secara kebetulan sekali pemuda itu jatuh tersungkur di dekat sebuah perapian darurat, di mana seseorang sedang asyik membakar kelinci.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei".. Saudara Yang! Kaukah itu" Kenapa kau........?"
orang itu berseru kaget dan bergegas menolong Chin Yang
Kun. "Aku........ aku lelah........ lelah sekali".." Chin Yang Kun berbisik.
"Eh! Bajumu basah semua. Apakah kau tadi tenggelam di dalam muara itu?"
"Ooouughhh....." Chin Yang Kun membuka mulutnya, tetapi cuma suara keluhan saja yang keluar dari sana.
"Baiklah! Mari kutolong kau lebih dahulu," orang itu berkata, lalu membuka baju dan celana Chin Yang Kun yang
basah. Melihat goresan luka pada tubuh Chin Yang Kun, yaitu luka
yang diperoleh pemuda itu ketika bertempur dengan Yap Cu
Kiat tadi malam, orang yang menolong Chin Yang Kun itu
mengerutkan dahinya. "Hmmm, tampaknya dia baru saja berkelahi dengan lawan yang berkepandaian tinggi. Dan kelihatannya pemuda ini telah kehabisan tenaga karenanya. Baiklah, aku akan
menyelamatkannya. Tapi....... hari ini aku tak ingin berselisih atau berurusan dengan orang lain, oleh karena itu aku akan membawanya ke tempat lain saja......." orang itu berkata kepada dirinya sendiri. Kemudian setelah selesai mengganti pakaian pemuda itu dengan pakaian yang dibawanya, orang
itu menggendong tubuh Chin Yang Kun dan membawanya
pergi dari tempat itu. Itulah sebabnya ketika Chu Seng Kun datang dengan perahunya, tabib muda itu sudah tidak bisa
menemukan Chin Yang Kun lagi.
Ketika Chin Yang Kun telah menjadi sadar kembali, maka
yang mula-mula terdengar dalam telinganya adalah suara
debur ombak yang bergemuruh di dekatnya. Tapi ketika
pemuda itu membuka matanya, yang mula-mula tampak di
depannya adalah langit-langit gua yang lembab dan basah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu lalu bangkit dengan cepat. Tubuhnya sudah terasa segar kembali.
"Saudara Yang........" sebuah suara tiba-tiba mengagetkan pemuda itu.
"Hah" Souw Tai-hiap?" Chin Yang Kun menoleh dengan
cepat, dan berdesah kaget begitu melihat Hong-gi-hiap Souw Thian Hai berada tak jauh darinya.
"Ya ! Aku membawamu kemari, karena aku sedang tak
ingin berurusan dengan orang lain. Eh, apakah engkau sudah menjadi segar kembali?"
"Eh-uh......sudah. Terima kasih." Chin Yang Kun
mengangguk dengan agak malu.
"Saudara Yang, apakah kau baru saja berkelahi dengan
seseorang " Kulihat ada goresan luka pada tubuhmu......."
Chin Yang Kun tersentak kaget, "Tidak ! Aku tidak berkelahi dengan siapa-siapa. Aku?"eh, maksudku...aku tidak
berkelahi dengan siapapun hari ini," kilahnya.
"Tapi...... luka itu?" Souw Thian Hai mendesak.
"Ah, luka itu kudapatkan ketika bertempur dengan Yap Locianpwe tadi malam," Chin Yang Kun menjawab cepat.
"Yap Lo-cianpwe " Maksudmu........ ayah dari saudara Yap Kiong Lee?" Chin Yang Kun mengangguk.
"Hmm......... kau memang hebat dan aneh ! Lalu kenapa
kau kehabisan tenaga tadi?"
"Anu...... oh".eh !"
Secara mengherankan tiba-tiba wajah Chin Yang Kun
berubah menjadi merah kemalu-maluan. Sikap pemuda itupun
mendadak juga berubah kikuk dan canggung. Tentu saja
perubahan yang sangat mendadak itu benar-benar amat
mengherankan Souw Thian Hai!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Yang, kau kenapa......." Apakah pertanyaanku tadi salah?" pendekar sakti itu berseru keheranan.
"Ah..... tidak ! Tidak ! Aku?".eh?".aku tidak apa-apa
....." Chin Yang Kun lekas-lekas menjawab dengan gugup.
Sikap pemuda itu semakin kacau dan canggung.
Souw Thian Hai menghela napas panjang dan tidak
mendesak lagi. Pendekar itu merasakan sesuatu yang tidak
beres pada sikap pemuda di hadapannya itu. Tapi karena
pemuda itu tampaknya tak mau mengatakan hal yang tidak
beres itu kepadanya, maka pendekar itu juga tak mau
mendesak pula lagi. Pendekar sakti itu justru bangkit dari tempat duduknya dan melangkah keluar gua.
Angin senja menerpa tubuhnya yang tinggi tegap di mulut
gua, sehingga rambutnya yang hitam panjang itu berkibaran
ke belakang. Di dalam keremangan cahaya matahari pendekar
sakti itu kelihatan gagah perkasa, sehingga diam-diam Chin Yang Kun mengaguminya di dalam hati.
"Aku akan menyeberang ke Pulau Mimpi besok pagi,"
pendekar sakti itu berkata seperti kepada dirinya sendiri.
Mendengar kata-kata itu Chin Yang Kun cepat berdiri, lalu
bergegas melangkah mendekati Souw Thian Hai. "Tai-hiap, kau belum berjumpa dengan puterimu ?" tanyanya.
Souw Thian Hai menoleh. "Aku datang di pantai ini baru kemarin sore. Sebenarnya pagi tadi aku bermaksud mencari
perahu untuk menyeberang ke Meng-to, tapi.... aku tak tega meninggaIkanmu sendirian di sini. Sekarang matahari sudah
mau tenggelam pula lagi. Tak berani aku berlayar ke tengah lautan.,."
"Heh" Matahari sudah mau tenggelam?" Chin Yang Kun berseru kaget.
Cekatan pemuda itu melompat ke mulut gua. Tapi.......
hampir saja pemuda itu terjerumus ke bawah! Di depannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau di bawahnya, ternyata terbentang laut luas yang
bergelombang ganas! Ombak berdebur memecah tebing di
mana mulut gua itu berada.
Chin Yang Kun melihat sinar lembayung menyelubungi
gumpalan-gumpalan awan yang berarak di atas langit. Dan
haI itu berarti bahwa senja memang telah datang dan
malampun segera menjelang.
"Kalau begitu".. kalau begitu saya tadi tertidur hampir seharian penuh" Mengapa Tai-hiap tidak membangunkan
aku?" Chin Yang Kun bertanya hampir tak percaya.
"Benar, kau betul-betul kehabisan tenaga pagi tadi. Maka
begitu kau dapat kesempatan untuk mengendorkan urat-
uratmu kaupun Iantas jatuh tertidur sampai sehari penuh. Dan aku tak tega untuk meninggalkanmu?".."
"Dan hal itu sungguh kebetulan sekali malah!" Yang Kun cepat-cepat menyahut.
Souw Thian Hai mengerutkan keningnya. Matanya yang
tajam menatap Chin Yang Kun dengan pandangan bingung
dan tak mengerti. "Kebetulan" Apa maksudmu?" tukasnya.
Chin Yang Kun tersenyum. Entah mengapa pemuda itu
merasa bergembira sekali bisa mempertemukan pendekar
yang dikaguminya itu dengan puterinya.
"Nona Souw Lian Cu". tidak berada di Meng-to sekarang.
Dia kini sedang berkumpul dengan kawan-kawannya di desa di tepi muara itu." katanya bersemangat.
Untuk pertama kalinya Chin Yang Kun melihat pendekar
yang selalu bersikap tenang dan berwibawa itu gemetaran
tubuhnya. Wajah yang biasanya selalu menampilkan sikap
yang tenang dan percaya diri itu kini tampak pucat seperti orang yang sedang kehilangan pengamatan diri. Ternyata,
bagaimanapun hebat dan tinggi ilmunya, pendekar itu masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang manusia yang mempunyai jiwa dan perasaan juga
seperti yang lain. Kenyataan bahwa anak yang disayanginya
itu sudah berada di ujung hidungnya, perasaan rindu yang
ditahan-tahannya selama bertahun-tahun itu hampir tak bisa dikuasainya lagi.
"A-apa....." Dia a-ada di desa yang penuh dengan perajurit itu" Ohh, jadi...... kau juga datang dari sana pula" Bagaimana de-dengan puteriku " Dia"dia sehat-sehat saja, bukan?"
pendekar sakti itu memberondong Chin Yang Kun dengan
pertanyaan-pertanyaannya.
"Tenanglah, Souw Tai-hiap.......Puterimu tidak apa-apa. Dia sehat."
"Bagus! Kalau begitu....... tunggulah di sini ! Aku akan menjemputnya." Souw Thian Hai berseru kegirangan, lalu meloncat keluar gua dan memanjat dinding tebing itu dengan tangkasnya.
"Heh" Tai-hiap, aku ikut....!" Chin Yang Kun berteriak pula.
Lalu pemuda itu melompat keluar juga dari dalam gua itu.
Lagi-lagi pemuda itu lupa bahwa mulut gua itu berada di
dinding tebing laut yang tinggi, sehingga pemuda itu nyaris terjun ke laut yang bergelora. Untunglah pada saat-saat
terakhir pemuda itu dapat menghentikan langkahnya.
Ketika pemuda itu menengadahkan mukanya, ia melihat
Souw Thian Hai memanjat tebing terjal itu seperti seekor kera.
Melompat kesana kemari dengan tangkasnya dan hanya
berpegangan pada batu batu karang yang menonjol.
Sedikitpun tak kelihatan kalau pendekar itu takut, padahal jauh di bawahnya terbentang laut ganas yang siap
menerkamnya, bila ia lengah.
Sekejap Chin Yang Kun menjadi berdebar-debar hatinya.
"Gila ! Bagaimana dia bisa membawaku ke sini tadi pagi ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi pemuda itu tak punya banyak waktu untuk
memikirkannya. Souw Thian Hai sudah hampir mencapai
puncak tebing. Maka pemuda itu lalu mengerahkan seluruh
gin-kang dan lwee-kangnya, kemudian memanjat tebing itu
pula seperti Souw Thian Hai tadi.
Sampai di atas pemuda itu sudah tidak melihat Souw Thian
Hai lagi. "Bukan main! Cepat benar.....!" bisiknya kagum.
Pemuda itu lalu berlari menyusuri muara sungai, dengan
harapan bahwa ia masih akan mampu mengejar Souw Thian
Hai. Tapi ketika pemuda itu sampai di tempat di mana ia
menyeberang pagi tadi, ia melihat Souw Thian Hai telah
berada di tengah sungai naik sebatang pohon yang telah
diambil cabang dan ranting-rantingnya.
Chin Yang Kun berhenti melangkah. Mulutnya melongo
memandang ke tengah-tengah sungai. Matanya memancarkan
sinar kekaguman yang tiada tara.
"Hanya beberapa detik saja ia di depanku tapi langkahnya tetap tak bisa kukejar juga. Padahal ia harus merobohkan
sebatang pohon pula untuk menyeberang. Sungguh gila
kepandaiannya?"!"
Terpaksa Chin Yang Kun berbuat serupa pula dengan Souw
Thian Hai. Dirobohkannya sebuah pohon yang cukup besar
kemudian dipatahkannya dahan dan ranting-rantingnya. Dan
ketika pohon itu sudah siap dan ia ceburkan ke dalam air,
udara telah menjadi gelap. Malam telah benar-benar turun
menyelimuti bumi. Chin Yang Kun sudah tidak bisa melihat Souw Thian Hai
lagi. Pendekar sakti itu seolah-olah sudah hilang tertutup kabut di tengah-tengah sungai. Maka Chin Yang Kun lalu
mengayuh batang pohon itu sekuat tenaganya.
Sementara itu Souw Thian Hai ternyata tak mudah
menyeberangi muara sungai yang lebar dan luas itu. Batang
pohon itu ternyata sangat berat untuk memotong atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melawan arus sungai yang ganas. Di tengah-tengah muara itu arus ternyata tidak setenang dan sejinak di tepian. Di tengah-tengah, gelombang air ternyata sangat liar dan ganas. Arus air berputar-putar dan melaju dengan cepatnya. Begitu batang
pohon itu terseret ke dalamnya maka Souw Thian Hai sudah
tak bisa menguasainya Iagi. Kayu yang besar dan berat itu
segera timbul tenggelam terbawa oleh ganasnya pusaran air.
Souw Thian Hai berpegangan pada batang pohon itu kuat-
kuat. Pendekar sakti itu berusaha agar dirinya tidak terlempar ke dalam arus sungai yang hitam kelam itu. Dengan
mengerahkan seluruh kesaktiannya, pendekar ternama itu
berusaha membawa batang kayu itu ke pinggir atau ke
seberang. Sedikit demi sedikit pendekar sakti itu dapat melepaskan
diri dari libatan arus yang berputar-putar di tengah-tengah muara sungai itu. Namun demikian belum berarti bahwa
pendekar itu sudah terbebas dari bahaya arus sungai tersebut.
Arus air yang ganas berputar-putar itu memang hanya


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdapat di tengah muara saja, tapi hal itu bukan berarti
bahwa arus yang mengalir di daerah pinggiran tidak
berbahaya pula. Justru arus yang tampaknya tenang dan jinak itulah yang
kadang-kadang membawa korban di antara para nelayan yang
sering mencari ikan di sana. Arus itu memang tidak seganas dan seberbahaya arus air yang mengalir di tengah-tengah
sungai tetapi kekuatan yang ditimbulkannya sebenarnya juga tidak kalah dahsyatnya dengan arus air yang berputar-putar itu. Arus yang tampaknya tenang itu kadang-kadang mampu
menyeret sebuah perahu besar ke tengah, untuk kemudian
menghempaskan ke arus berputar di tengah sungai yang
sangat ganas itu. Tetapi dengan tenaga dalamnya yang sudah mencapai
kesempurnaan itu, Souw Thian Hai dapat juga melewati
daerah yang cukup berbahaya tersebut. Dengan pakaian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
basah kuyup pendekar itu dapat mencapai seberang dengan
selamat. Hanya saja tempat pendaratannya ternyata tidak di desa yang ia maksudkan tetapi karena terseret arus air,
pendekar itu mendarat jauh di mulut muara.
Souw Thian Hai meloncat ke daratan. Di tempat itu hanya
ada batu-batu karang besar yang berserakan di mana-mana.
Di dalam keremangan malam, batu-batu besar itu seperti
sebuah perkampungan manusia-manusia raksasa yang sangat
menyeramkan. Apalagi angin laut bertiup dengan sangat
kencangnya sehingga menimbulkan suara-suara aneh yang
mendirikan bulu roma. Tapi Souw Thian Hai tak mempedulikan semua itu.
Ketegangan hatinya yang ingin Iekas-Iekas melihat wajah
anaknya itu membuat pendekar sakti tersebut tidak sempat
memikirkan yang lain-lain. Dengan perasaan tak sabar lagi
pendekar itu melangkah cepat melintasi hutan batu karang
tersebut. Pikirannya hanya penuh dengan bayangan dan
angan-angan tentang puterinya, Souw Lian Cu saja!
Tiba-tiba Souw Thian Hai tersentak dari lamunannya. Di
dalam ketergesaannya pendekar itu seperti melihat bayangan berkelebat di depannya. Bayangan itu seperti melesat dari
balik batu karang yang berada tiga meter di depannya,
menuju ke batu karang hitam di sebelah kirinya.
Untuk menjaga segala kemungkinan, Souw Thian Hai cepat
berlindung di bawah bayang-bayang batu karang. Untunglah
pendekar itu mengenakan pakaian berwarna gelap, sehingga
tubuhnya seakan-akan lenyap ditelan kegelapan bayang-
bayang batu karang tersebut. Kemudian perlahan-lahan
pendekar itu bergeser ke kiri untuk mencari bayangan yang
dilihatnya tadi. Sambil selalu berlindung di dalam kegelapan Souw Thian Hai mengelilingi batu karang yang ia perkirakan sebagai tempat persembunyian "bayangan" tadi.
Tapi tempat itu benar-benar kosong. Tak seorangpun
bersembunyi di sana. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh" Mengapa tidak ada" Masakan mataku telah salah
lihat tadi" Rasa-rasanya aku melihat bayangan seorang wanita melintas beberapa tombak di hadapanku......." Souw Thian Hai berkata di dalam hatinya.
Pendekar itu merasa penasaran. Dipanjatnya sebongkah
batu karang besar yang ada di dekatnya. Lalu dari atas
matanya memandang berkeliling. Dicarinya dengan teliti,
kalau-kalau ada sesuatu yang bergerak atau mencurigakan di sekitar tempat tersebut.
Tiba-tiba mata Souw Thian Hai terbelaIak lagi. Kira-kira
lima atau enam tombak jauhnya dari tempatnya mengintai,
pendekar itu melihat seorang kakek melangkah terbungkuk-
bungkuk di antara rimbunnya batu-batu karang yang
menonjol. Bayangan kakek itu sebentar kelihatan sebentar
lenyap, tertutup oleh bayangan batu karang.
"Hmm, ada orang lagi ... Heran, kenapa tempat yang sunyi
menyeramkan ini mendadak dikunjungi oleh banyak orang?"
Souw Thian Hai bertanya-tanya di dalam hatinya.
Perlahan-lahan Souw Thian Hai turun, lalu dengan hati-hati melangkah menuju ke tempat kakek tadi berada. Tapi sekali
lagi, meskipun sudah berputar-putar mencarinya, kakek tadi ternyata tak kunjung diketemukannya juga. Bayangan kakek
itu seolah-olah lenyap dihisap bumi.
Akhirnya Souw Thian Hai menjadi jengkel juga. "Kurang
ajar ! Goblog benar aku ! Mengapa aku mesti payah-payah
mengurusi hantu-hantu itu " Bukankah aku mempunyai
urusan sendiri " Hah!" geramnya penasaran.
Pendekar itu lalu bergegas meninggalkan tempatnya
berdiri. Dengan langkah lebar ia menelusup kesana kemari
agar bisa cepat keluar dari rimba batu itu. la sama sekali tidak peduli lagi pada sekelilingnya.
Tetapi sekali Iagi pendekar itu tersentak kaget sekali ketika tubuhnya hampir bertabrakan dengan seseorang!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Otomatis pendekar itu mengelak ke samping sehingga
tubuhnya menghantam batu karang besar di sampingnya.
Dhuuug! Batu besar itu bergetar hebat saking kuatnya
pendekar itu menabrak. Debu dan kerikil berhamburan ke
bawah ! Dalam keadaan gelap, karena tempat tersebut penuh
dengan batu-batu raksasa yang rebah silang-menyilang,
sekilas Souw Thian Hai melihat bayangan kecil langsing
melesat menjauh dengan gesitnya. Tampak dengan jelas oleh
Souw Thian Hai, lengan baju sebelah kiri orang itu melambai-lambai tertiup angin !
"Kurang ajar......!" dengan suaranya yang nyaring orang itu mengumpat. Setelah itu seperti orang yang sedang dikejar
waktu, orang itu melesat pergi dengan tergesa-gesa.
Sekejap Souw Thian Hai berdiri mematung! Air mukanya
berubah hebat ! Mulutnya ternganga, seakan-akan mau
meneriakkan sesuatu tapi tak bisa.
"Lian Cuuu......." akhirnya keluar juga suara dari mulutnya.
Tapi suara itu ternyata begitu lemahnya sehingga telinganya sendiri tak dapat mendengarnya.
Seperti orang kesurupan Souw Thian Hai lalu berkelebat
cepat mengejar bayangan wanita itu. Pendekar itu merasa
yakin betul bahwa matanya tadi tidak salah lihat. Dan
pendekar itu juga yakin benar, bahwa telinganya tadi juga
tidak akan salah dengar. Suara itu tadi adalah suara Souw
Lian Cu, puterinya. Dan perawakan orang itu tadi juga
perawakan Souw Lian Cu ! Apalagi dengan jelas dilihatnya
lengan baju bagian kiri tadi kosong melambai-lambai!
"GiIa! Di manakah dia......" Mengapa tidak bisa
kuketemukan ?" Souw Thian Hai menggeram seperti orang
gila. Pendekar itu menerobos dan berputar-putar di dalam rimba
batu tersebut, tapi bayangan Souw Lian Cu tetap juga tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dijumpainya. Saking tegang, penasaran dan kesalnya,
pendekar itu lalu mengerahkan seluruh Iwee-kangnya, dan
kemudian berteriak kuat-kuat !
"Liaaan Cuuuuuuuu......!"
Demikian dahsyatnya suara teriakan itu sehingga tempat
itu seolah-olah bergetar karenanya. Dan suara itu bergema
pantul-memantul di dalam rimba batu itu untuk beberapa saat lamanya, membuat binatang-binatang malam terdiam
ketakutan di tempat mereka masing-masing. Binatang-
binatang melata segera berlarian ke liangnya, sementara
burung-burung malam beterbangan pergi menjauhi tempat
itu. Souw Thian Hai menantikan akibat dari teriakannya.
Dipanjatnya lagi sebuah batu karang tinggi untuk mengintai daerah di sekitarnya. Tapi tempat itu tetap sunyi dan sepi.
Jangankan Lian Cu, kedua bayangan yang dijumpainya
pertama kali tadipun juga tidak menampakkan batang
hidungnya. Padahal menurut aturan, kedua orang itupun tentu mendengar teriakannya pula.
Angin laut meniup dengan kencangnya.
Meskipun demikian keringat mengalir dengan derasnya di
badan Souw Thian Hai. Perasaan takut akan kehilangan lagi
jejak puterinya membuat pendekar itu menjadi tegang dan
gelisah luar biasa. Pikiran serasa menjadi kacau dan bingung sekali.
Tiba-tiba pendekar itu melihat lagi sesosok bayangan
berkelebat di kejauhan. Sekejap bayangan itu berkelebat di tempat terbuka kemudian hilang lagi di kegelapan. Tapi yang terang bayangan itu berlari ke arah pantai.
Souw Thian Hai tersentak, lalu dengan cepat mengejar
bayangan itu. Karena tak ingin kehilangan arah, maka
pendekar itu lalu mengerahkan gin-kangnya dan kemudian
melesat berloncatan di atas batu-batu raksasa itu. Pendekar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu tak sabar lagi kalau harus berlari-lari, berputar-putar dan menerobos kesana kemari diantara rimba batu itu.
Meskipun demikian, ketika rimba batu itu telah habis
terlewati, bayangan tersebut tetap juga tak kelihatan.
Bayangan itu menghilang lagi entah ke mana. Padahal di
depan pendekar itu kini terbentang dataran pasir yang sangat luas, dimana di seberang sana sudah terlihat buih-buih ombak yang memecah pantai. Tak sebuah bayanganpun yang tampak
melintas di tempat terbuka itu.
"Ough, di manakah dia " Masakan begitu cepatnya dia
menghilang " Apakah.....apakah aku telah salah lihat tadi"
Oooh ......mungkin ....... mungkin aku memang telah salah
lihat tadi. Kukira hanya hantu saja yang mampu meloloskan
diri dari kejaranku tadi. Ohhh........ jangan-jangan selama ini aku memang hanya tertipu oleh bayangan atau angan-anganku sendiri saja. Begitu hebat rasa rinduku kepada Lian Cu, sehingga aku.... aku seperti telah melihat bayangannya, padahal .... padahal sebenarnya dia tidak ada! Ohhh.... Tuhan
!" Souw Thian Hai menjatuhkan dirinya di atas pasir. Dengan
bertumpu pada lututnya pendekar itu menengadahkan
kepalanya. Kedua lengannya tergantung lemas di sisi
tubuhnya. Tak ada bintang, tak ada bulan. Seluruhnya gelap, segelap hati Souw Thian Hai saat itu.
"Oh, Tuhan........berilah aku semangat dan kekuatan agar bisa bertemu kembali dengan anakku," pendekar sakti itu akhirnya berdoa.
Tiba-tiba angin bertiup dengan kuatnya, seakan-akan
menjawab doa itu. Awan tebal di atas pantai itu mendadak
juga bergerak perlahan-lahan. Dan kemudian..... satu persatu bintangpun mulai bermunculan di atas Iangit. Alampun seolah-olah mulai tersenyum pula. Dan beberapa saat kemudian
langitpun menjadi terang benderang. Ternyata bulan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih muda itupun telah terbebas juga dari kurungan awan
gelap tadi. Souw Thian Hai kemudian menundukkan kepalanya.
Dipandangnya buih ombak yang kini tampak jelas berkejaran
di tepi pantai itu. Lalu dikaguminya percikan-percikan air yang muncrat ke atas ketika ombak tersebut menghantam karang.
Dari jauh butiran-butiran air itu bagaikan taburan permata dalam terangnya sinar rembulan.
"Hah....."!?" mendadak pendekar itu tersedak karena kaget
! Diantara percikan-percikan air itu tiba-tiba tersembul
bayangan seorang wanita ! Tampaknya wanita itu tadi
berjongkok di tepi air, sehingga tidak kelihatan dari kejauhan.
Maka begitu wanita itu bangkit berdiri, tubuhnya seakan-akan lalu muncul begitu saja diantara buih-buih ombak.
"Lian Cu........!" Souw Thian Hai berseru perlahan.
Beberapa kali pendekar itu mengejap-ngejapkan matanya,
takut kalau-kalau ia tergoda lagi oleh angan-angannya sendiri.
Tapi sampai lelah ia berkejap, bayangan wanita tersebut
masih tetap juga kelihatan.
"Ah.......!" Souw Thian Hai berdesah tegang lagi.
Kemudian dengan tubuh yang semakin basah oleh keringat,
Souw Thian Hai merangkak, mendekati bayangan puterinya
itu. Seperti seorang pemburu yang takut kalau-kalau binatang buruannya akan kaget dan melarikan diri, Souw Thian Hai
merunduk dengan hati-hati sekali. Demikian takutnya
pendekar itu, sehingga bernapaspun rasa-rasanya dia tidak
berani lagi. Ketika secara mendadak bayangan itu mengangkat kedua
Iengannya ke atas, Souw Thian Hai bergegas menghentikan
langkahnya pula. Jarak mereka tinggal belasan meter saja.
Dan dari tempat itu telah dapat dilihat dengan jelas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perawakan dan dandanan wanita itu. Tetapi karena wanita itu menghadap ke arah laut, maka Souw Thian Hai tidak bisa
melihat wajah puterinya. Mendadak wanita itu meloncat dan berlari ke arah ombak
yang datang ! "Lian Cuuu.......!" Souw Thian Hai berteriak keras sekali.
"Ci-ciii....!" tiba-tiba terdengar pula suara teriakan lain.
Bagai terbang cepatnya Souw Thian Hai melompat dari
tempatnya. Dan hanya dengan tiga kali lompatan saja
pendekar itu sudah sampai di tempat wanita itu berusaha
mengakhiri hidupnya. Benar-benar suatu pekerjaan yang
dalam keadaan normal tak mungkin bisa dilakukan oleh
pendekar itu. Apalagi pada lompatan yang terakhir pendekar itu harus pula menyambar tubuh wanita itu, kemudian dengan pukulan udara kosongnya harus menghantam deburan ombak
untuk dapat melenting balik kembali.
"Ahh......bukan main!" seorang kakek yang sudah bersiap sedia pula untuk menolong wanita itu berseru tertahan.
Tubuhnya yang sudah terlanjur keluar dari balik karang itu bergegas menyelinap ke dalam persembunyiannya lagi. Jarak
persembunyiannya dengan wanita itu sebenarnya cuma ada
beberapa meter saja, tapi gerakannya tadi ternyata masih
kalah cepat dengan gerakan Souw Thian Hai.
Sementara itu dengan meminjam daya tolak dari ombak
yang dipukulnya, Souw Thian Hai membawa tubuh wanita itu
melenting balik ke daratan kembali. Dengan beberapa kali
berjumpalitan di udara, pendekar itu lalu turun di atas pasir yang basah.
Tapi kedua kaki pendekar sakti itu hampir saja
menghantam sesosok bayangan yang secara tiba-tiba
menyongsong kedatangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ci-ciiii......!" bayangan yang datang itu menjerit seraya mengelakkan diri.
"Heh.......?"?" Souw Thian Hai terpekik pula dengan kagetnya.
Pendekar itu berdiri terbelalak mengawasi bayangan yang
hampir saja terinjak oleh kakinya itu. Lutut pendekar itu terasa gemetaran, sehingga tubuh wanita yang berada di dalam
pondongannya itu hampir saja melorot jatuh.
"Lian Cu..... anakku!"
Dengan wajah pucat, bibir Souw Thian Hai bergetar
menyebut nama bayangan yang dating, yang tadi hampir saja
terinjak oleh kakinya. Lalu dengan cepat pendekar itu
menunduk mengawasi wajah wanita yang berada didalam
pelukannya, yang sejak semula ia kira sebagai Souw Lian Cu, puterinya.
"Uhh........ Hong-moi! Kau.......?" bisik pendekar itu terbata-bata.
Ternyata, tubuh wanita yang berada di dalam pondongan
pendekar itu adalah Chu Bwee Hong, kekasihnya sendiri yang kini telah menjadi isteri Put-ceng-li Lo-jin !
Jilid 37 SOUW THIAN HAI cepat menatap Souw Lian Cu kembali,
yang kini berdiri di depannya dengan mata yang juga terbuka lebar serta wajah yang pucat pasi pula seperti dirinya. Dan Souw Thian Hai yang sangat takut bila ia harus kehilangan
puteri yang amat disayanginya itu cepat-cepat menurunkan
tubuh Chu Bwee Hong ke atas pasir. Bagaikan seorang anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecil yang menjadi ketakutan di hadapan ibunya karena
ketahuan telah berbuat suatu kesalahan, pendekar itu
memandang Souw Lian Cu. "Anak-ku........kaukah itu ?" pendekar yang mempunyai nama besar itu berdesah dengan suara haru.
"Ayaaaaah.........!" Souw Lian Cu memekik, kemudian
menghambur ke dalam pelukan Souw Thian Hai.
Dan dua orang ayah dan anak itupun lalu saling berpelukan
dengan kencangnya. Lian Cu yang di dalam hatinya telah lama timbul rasa sesal dan berdosa terhadap ayahnya itu tampak
menangis tersedu-sedu. Sebaliknya pendekar yang selama ini juga tidak pernah menangis meski derita selalu datang bertubi itu, kini ternyata juga tidak bisa menahan air matanya.
"Ayah, maafkanlah anakmu yang tidak berbakti ini. Karena sifatku yang cengeng, kekanak-kanakan dan mau menang
sendiri......telah membuat ayah menderita selama bertahun-
tahun. Ternyata selama ini aku telah salah sangka terhadap ayah. Ternyata ayah sangat mulia dan rela menderita demi
aku. Padahal antara ayah dan ci-ci Bwee Hong....... Oh,
ayah....!" "Terima kasih, anakku.......! Kau........ah, aku sungguh gembira sekali kau telah mengerti sekarang. Sudahlah, kau
jangan menangis......" Souw Thian Hai membujuk dan
menenangkan hati anaknya, tapi dia sendiri juga menyeka air matanya.
Mendadak Souw Lian Cu merenggutkan diri dari pelukan
Souw Thian Hai. Bergegas gadis itu menghampiri tubuh Chu
Bwee Hong yang tergeletak pingsan di atas pasir, sehingga
Souw Thian Hai menjadi berdebar-debar lagi hatinya.
Pendekar itu tahu kalau anaknya sangat membenci Chu Bwee
Hong.

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayah.......?"?" Souw Lian Cu berdesah khawatir seraya menatap ayahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku... eh, aku dan dia....... baru sekali ini berjumpa. Dia tadi....... hendak bunuh diri. Dia.......dia tadi kukira engkau.
Sungguh !" Souw Thian Hai cepat-cepat memberi penjelasan
dengan suara gelagapan karena mengira Souw Lian Cu telah
salah sangka lagi terhadapnya.
Souw Lian Cu mengerutkan keningnya. Tapi begitu dapat
menduga apa yang sedang berkecamuk di dalam hati
ayahnya, gadis itu memandang wajah ayahnya dengan
perasaan kasihan. "Ayah, kau jangan berpikir yang bukan-bukan. Aku tidak apa-apa. Anakmu sudah dewasa sekarang. Aku tadi hanya
ingin mengatakan bahwa ci-ci Bwee Hong pingsan dan apa
yang harus kita lakukan terhadapnya.........?"
"lni.......ini.....eh, ini.......sebaiknya kita bawa saja dia ke dusun itu, agar.....agar bisa cepat-cepat memperoleh
perawatan." Souw Thian Hai yang belum juga merasa yakin akan sikap Souw Lian Cu itu masih berusaha untuk mengambil jarak antara dirinya dengan Chu Bwee Hong, agar supaya
tidak membuat marah anaknya.
Tetapi Souw Lian Cu yang memang sengaja ingin
menjodohkan Chu Bwee Hong dengan ayahnya itu menjadi
penasaran mendengar jawaban ayahnya itu.
"Membawanya ke dusun " Mengapa mesti harus dibawa ke
sana" Kenapa tidak ayah saja yang merawatnya?" gadis itu
bertanya tak senang. Souw Thian Hai menghela napas murung. "Ah, anakku.......
Ternyata kau belum benar-benar mengerti sikap ayahmu.
Sebenarnyalah bahwa ayahmu tak ingin merusak dan melukai
hati dan perasaanmu, Chu Bwee Hong, maupun..... Put-ceng-li Lo-jin !"
"Eh! Mengapa ayah berkata demikian?" Souw Lian Cu bertanya tak mengerti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi pendekar itu menghela napas. Dan kali ini
semakin terasa sedih. "Lian Cu........ Aku tahu kau tidak menyukai Chu Bwee
Hong. Maka demi kau, aku tak akan mendekati Chu Bwee
Hong lagi. Sementara itu aku juga tak ingin membuka luka
lama di dalam hati Chu Bwee Hong dengan kehadiranku
kembali. Dia telah membina sebuah keluarga yang berbahagia sekarang. Maka aku tak ingin mengganggunya lagi. Selain dari pada itu, sebagai seorang laki-laki sejati, aku tak ingin
menghina atau menginjak-injak kehormatan dan harga diri
suaminya.......Bukannya aku takut! Tapi sebagai seorang
jantan aku tak ingin disebut sebagai pengganggu isteri orang!
Mengertikah kau...?" dengan panjang lebar Souw Thian Hai
menjelaskan sikapnya itu kepada anaknya.
"Tapi........ayah, dia.......?" dengan nada getir Souw Lian Cu berusaha menjelaskan juga sikap yang telah diambilnya, serta sikap Chu Bwee Hong sendiri terhadap ayahnya selama ini.
"Sudahlah! Keputusanku telah bulat. Marilah sekarang kita bawa saja dia ke dusun itu, lalu kita tinggalkan dia di
sana......!" Souw Thian Hai berkata pula dengan tidak kalah getirnya. Mulutnya berkata demikian, tetapi di dalam hati
bukan main pedihnya ! "Tidak........! Aku tidak mau pergi ! Aku akan tinggal bersama-sama dengan ci-ci Bwee Hong. Silakan ayah pergi
sendiri! Oohh...." tiba-tiba Souw Lian Cu menjerit, lalu menangis kembali dengan sedihnya.
Tentu saja perkembangan yang sangat mendadak itu
benar-benar sangat mengagetkan Souw Thian Hai. Dengan
suara khawatir pendekar itu menyentuh lengan anaknya.
"Lian Cu, kau....... kau kenapa?"
Dengan cepat Souw Lian Cu menghindar dari sentuhan
tangan ayahnya. Matanya masih bercucuran ketika menatap
wajah ayahnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah sungguh kejam terhadap ci-ci Bwee Hong. Dia
sangat menderita dan selalu mendambakan kehadiran ayah,
tapi ayah sendiri ternyata Iebih mementingkan kehormatan
dan harga diri ayah sendiri. Ayah tak mau tahu perasaan dan penderitaan orang lain, padahal ci-ci Bwee Hong demikian baik dan mulianya. Aku sekarang sudah sadar, betapa kelirunya
aku dulu menilai dia......." dengan berani dan dengan suara serak Souw Lian Cu berkata kepada ayahnya.
"Lian Cu, kau......." Mengapa kau bersikap demikian"
Marilah.......! Kita jangan berselisih lagi!" Souw Thian Hai memandang sedih kepada anaknya.
"Tidak! Ayah boleh pergi! Aku akan ikut ci-ci Bwee Hong saja......"
"Oh, Tuhan.......! Apakah yang harus aku lakukan?" Souw Thian Hai berbisik dengan hati yang tak keruan rasanya.
Tak heran kalau Souw Thian Hai menjadi sangat bingung
dan sedih. Bertahun-tahun pendekar itu hidup di dalam
kesedihan dan penderitaan. Dengan rela ia menerima
semuanya itu demi Souw Lian Cu, puterinya. Ia tekan semua
keinginan dan kepentingan dirinya sendiri, serta ia buang
semua angan-angan tentang kebahagiaan yang telah ia
rencanakan bersama Chu Bwee Hong, demi anaknya, Souw
Lian Cu! Tapi setelah semuanya itu sudah ia pertaruhkan, kini secara mendadak anak itu berbalik haluan. Puterinya itu kini justru malah menghendaki ia kembali dengan Chu Bwee Hong.
Padahal, seperti yang telah lama ia dengar, Chu Bwee Hong
telah menjadi isteri ketua Bing-kauw sekarang. Lalu, apa kata orang nanti, kalau Hong-gi-hiap atau Pendekar Gila Yang
Berbudi itu ternyata suka merebut isteri orang "
"Uhhh......Lian Cu! Kau..... kau tidak boleh membantah perkataan ayahmu.........." tiba-tiba keduanya dikejutkan oleh suara Chu Bwee Hong yang "pingsan" itu.
"Ci-ciii......." Souw Lian Cu menjerit lirih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hong-moi......kau........?" Souw Thian Hai berdesah pula dengan kagetnya.
Lalu seperti berlomba ayah dan anak itu bergegas
menghampiri Chu Bwee Hong yang telah siuman dari
pingsannya itu. Dengan wajah tegang dan gelisah keduanya
duduk berjongkok di dekat Chu Bwee Hong. Tapi sekejap
kemudian Souw Thian Hai bangkit berdiri kembali. Pendekar
sakti itu seperti tak tahan atau merasa ketakutan melihat
sepasang mata indah namun penuh air mata itu menatap pilu
kepadanya. Serasa ada semacam tuntutan dalam pandangan
tersebut. Selain dari pada itu Souw Thian Hai sendiri juga hampir
tidak bisa menguasai perasaannya pula. Oleh karena itu dia cepat-cepat berdiri dan menjauhkan diri, dengan maksud agar Chu Bwee Hong atau Souw Lian Cu tidak tahu, betapa
gemetar tubuhnya, betapa perih hatinya dan betapa deras
darah yang mengalir di dalam jantungnya. Dan semuanya itu
membuat dirinya seolah melayang ke alam yang lain.
"Oh, Tuhan........ dia........ dia ternyata tidak berubah sama sekaIi ! Hatinya masih tetap seperti dulu juga. Aku....... tak tahan melihatnya ! Oh, Tuhan........ betapa berat cobaan yang Kauberikan kepada kami !" pendekar itu merintih di dalam hatinya.
Tetapi sikap Souw Thian Hai tersebut ternyata diartikan lain oleh Souw Lian Cu. Di mata Souw Lian Cu, sikap ayahnya itu hanya menunjukkan bahwa ayahnya masih mementingkan
kepentingan sendiri saja. Ayahnya masih saja bertahan pada kehormatan dan harga dirinya yang berlebih-lebihan. Sama
sekali ayahnya tidak menaruh rasa kasihan kepada orang lain, meskipun orang lain itu adalah kekasihnya sendiri. Dan yang membuat hati Souw Lian Cu semakin penasaran terhadap
ayahnya adalah kenyataan bahwa korban dari sikap ayahnya
yang sangat menjengkelkan tersebut adalah Chu Bwee Hong,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang wanita yang dia ketahui sangat mulia dan baik budi perilakunya.
Dengan tajam gadis itu menatap ayahnya. Mulutnya tidak
berkata sepatahpun. Tapi melihat sikap yang dia perlihatkan, orang akan segera dapat menduga bahwa gadis itu siap untuk melawan perintah ayahnya.
Ternyata sikap Souw Lian Cu itu dilihat pula oleh Chu Bwee Hong.
"Lian Cu....... kau tidak boleh memandang ayahmu seperti itu. Apa yang dikatakan ayahmu tadi memang benar sekali.
Meskipun kami saling mencinta, dan kukira sampai kapanpun
hal itu takkan berubah, tapi keadaan kami sekarang sudah
tidak sama lagi dengan dahulu. Ayahmu seorang lelaki sejati, oleh karena itu ia takkan mau mengganggu isteri orang,
meskipun orang itu adalah bekas kekasihnya. Begitu pula
dengan aku. Biarpun aku tak mencintai suamiku, tapi aku
telah bersedia menjadi isterinya. Maka dalam hal ini akupun tak ingin mengkhianati kata-kataku sendiri. Apalagi suamiku itu seorang yang sangat baik dan telah banyak melepas budi kepadaku. Oleh karena itu, apapun yang akan terjadi aku
takkan meninggalkan suamiku. Kecuali bila suamiku itu sudah tidak membutuhkan aku lagi........." sambil masih bertiduran di atas pasir, Chu Bwee Hong berbicara panjang lebar.
"Ci-ci, kau sungguh mulia sekali. Kau tak pernah mau
menyalahkan ayahku, dan kaupun juga tak pernah
menyalahkan aku pula. Kau selalu menerima cobaan dan
penderitaan seorang diri........" Souw Lian Cu menubruk Chu Bwee Hong dan menangis di atas dadanya !
"Lian Cu, janganlah menangis.......! Pergilah ! Ikutilah ayahmu! Tinggalkan saja aku.....! Tempatmu adalah di dekat ayahmu."
"Tidak! Aku tidak mau ! Lalu bagaimana dengan kau nanti
?" Souw Lian Cu menjerit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Bwee Hong mengusap rambut Souw Lian Cu. "Tentu
saja aku akan kembali ke suamiku Iagi. Bukankah aku
mempunyai seorang suami?" wanita ayu itu membujuk
perlahan. "Ci-ci, aku ikut denganmu. Aku akan menebus dosa-dosaku dengan mengabdi kepadamu. Aku akan melayani engkau
seperti seharusnya aku melayani ibuku yang tak pernah
kulihat dan kukenal. Biarlah ayahku pulang sendiri.........."
Souw Lian Cu tetap membandel.
"Lian Cu! Ohhh........!" Souw Thian Hai dan Chu Bwee Hong berdesah kaget.
Kedua orang itu, Souw Thian Hai dan Chu Bwee Hong,
sungguh tidak menyangka bahwa Souw Lian Cu akan berkata
seperti itu. Dan perkataan itu diucapkan dengan suara tegas dan kaku oleh gadis tersebut, suatu tanda bahwa kemauan
atau keinginannya sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi bagi Souw Thian Hai, ayahnya, yang sudah sangat mengenal
akan sifat dan watak anaknya !
Diam-diam suasana menjadi tegang ! Dan anginpun bertiup
pula dengan kuatnya, sehingga menerbangkan pasir-pasir
halus itu ke udara. Untuk sesaat udara di atas pantai tersebut menjadi gelap, dan yang terdengar hanya suara debur ombak
yang semakin kuat menghantam pantai. Tiba-tiba........
"Huah-haha-hahaha.........! Kagum.......sungguh-sungguh kagum benar aku ! Baru sekali ini aku Si Put-ceng-li Lo-jin dibuat kagum oleh sikap pribadi seseorang! Huah-haha .......
babi, monyet, keparat.......!"
Tiba-tiba deru angin dan debur ombak yang bergemuruh
keras itu tertindih oleh suara tertawa Put-ceng-li Lo-jin yang lantang bagaikan suara genta berkumandang ! Dan sekejap
kemudian orang tua itu lalu muncul dari balik sebuah batu
karang besar yang hanya berjarak tiga atau empat meter dari tempat mereka berada. Tentu saja kedatangan Ketua Aliran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bing-kauw yang amat mendadak itu benar-benar sangat
mengagetkan mereka bertiga!
"Put-ceng-li Lo-jin.......!" Souw Thian Hai berdesah dengan suara serak.
"Lo jin.......!" Chu Bwee Hong menyebut pula nama suaminya.
Bergegas wanita ayu itu bangkit duduk, kemudian berdiri,
seolah-olah mau menjemput atau menyongsong kedatangan
suaminya. Wajahnya yang pucat dan murung tadi dengan
cepat dihapusnya. Ia menatap wajah suaminya dengan
senyum yang dipaksakan. "Bwee Hong....." ketua Bing-kauw itu memanggil dan menghampiri isterinya, tapi matanya dengan liar mengawasi
Souw Thian Hai dan Souw Lian Cu.
Chu Bwee Hong yang merasa khawatir melihat sinar mata
suaminya itu segera melangkah ke depan menyambut
kedatangan Put-ceng-li Lo-jin. Jari-jarinya yang lentik dan halus itu cepat-cepat menangkap Iengan kakek tua itu. "Lo jin, apakah kau mencari aku ?" sapanya dengan suara
bergetar. Selama ini, kedua suami isteri itu memang tidak pernah
saling memanggil seperti kebanyakan suami isteri lainnya.
Sejak mereka kawin Chu Bwee Hong selalu menyebut Lo-jin
terhadap suaminya, sementara Put-ceng-li Lo jin juga hanya menyebut nama isterinya begitu saja.
"Benar!" Put-ceng-li Lo-jin mengangguk, tetapi matanya tetap tak lepas dari wajah Souw Thian Hai yang pucat itu.
"Bukankah aku tadi sudah meminta ijin kepadamu untuk
keluar sebentar" Aku mau menenteramkan hatiku di pantai ini barang sejenak, karena pertemuanku dengan kakakku itu
membuatku bersedih. Apakah engkau mencurigai aku?" Chu Bwee Hong yang semakin merasa gelisah dengan sikap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suaminya terhadap Souw Thian Hai itu, berusaha mengalihkan perhatian suaminya tersebut.
Put-ceng-li Lo jin memandang wajah Chu Bwee Hong. "Ya
...... aku curiga kepadamu. Dan kecurigaanku itu ternyata
benar. Bukankah kau hendak mengakhiri hidupmu sendiri
tadi?" "Aku... aku........" Chu Bwee Hong tak bisa menjawab.
Kepalanya tertunduk. "Aku tahu. pertemuanmu dengan kakakmu itu membuatmu
sedih, pepat dan bingung. Luka hatimu yang selama ini telah dapat kau atasi, sekarang menjadi terbuka kembali. Dan aku langsung dapat melihatnya. Keadaanmu sekarang tidak jauh
bedanya dengan keadaanmu ketika kau kutemukan dahulu.
Maka aku lantas menjadi curiga ketika kau meminta ijin tadi.
Kau lalu kuikuti. Tapi ternyata aku kalah cepat dengan
saudara ini. Ehh.......hmm!" Put-ceng-li Lo-jin menghentikan kata-katanya seraya menoleh kembali ke arah Souw Thian
Hai. Matanya tampak meliar kembali.
Chu Bwee Hong menjadi ketakutan. Hati yang semula
merasa tenang mendengar ucapan suaminya yang panjang
lebar itu, suatu hal yang belum pernah ia lihat sebelumnya mendadak kini menjadi gelisah kembali melihat pandang mata suaminya yang liar dan ganas itu.
"Lo-jin........." cegahnya.
"Sebentar ! Ehm...... jadi inikah pemuda yang selalu kauceritakan itu ?"
Put-ceng-li Lo-jin tak memperdulikan kekhawatiran serta
cegahan isterinya. Meskipun tangan Chu Bwee Hong selalu
bergantung pada lengannya, kakek itu tetap melangkah
mendekati Souw Thian Hai. Souw Lian Cu dengan wajah
tegang terpaksa menyingkir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berada empat langkah di depan Souw Thian Hai,
orang tua itu berhenti. "Anak muda! Benarkah engkau yang bernama Souw Thian
Hai dan bergelar Hong-gi-hiap itu?" Kakek itu bertanya.
Ternyata Souw Thian Hai juga telah bisa menenangkan
kemelut yang melanda hati dan perasaannya tadi. Dengan
tenang pendekar sakti itu menghela napas panjang. Matanya
yang tajam luar biasa itu balas menatap Put-ceng-li Lo-jin.
"Ya....... siauw-te adalah Souw Thian Hai." jawabnya perlahan namun tegas.
"Hmm....... aku telah melihat dan mendengar semua yang terjadi di sini tadi. Sebenarnya aku sangat kagum sekali
kepadamu. Kau benar-benar seorang pendekar tulen dan
seorang ksatria sejati pula. Tak heran kalau orang persilatan memberi julukan Hong-gi-hiap kepadamu. Tetapi..... meskipun demikian aku tetap merasa kecewa kepadamu !"
Setelah mengatakan apa yang terkandung di dalam
hatinya, ketua aliran Bing-kauw itu berdiam diri. Orang tua itu sengaja memberi tekanan pada kalimatnya yang terakhir,
untuk memancing kemarahan Souw Thian Hai. Orang tua
yang sangat suka berkelahi itu bermaksud menjajagi kalau
bisa sedikit memberi pelajaran kepada Souw Thian Hai, bila pancingan itu berhasil nanti. Ternyata selain merasa gatal tangannya karena berjumpa dengan lawan berat, Put-ceng-li
Lo-jin juga ingin membalaskan sakit hati isterinya pula.
Menurut pendapat Put-ceng-li Lo-jin, sumber dari semua
penderitaan Chu Bwee Hong itu adalah akibat tidak
bertanggungjawabnya Souw Thian Hai. Coba pendekar muda
itu menepati janjinya, semua peristiwa yang menyedihkan itu tentu tidak akan terjadi.
Tetapi pancingan tersebut ternyata gagal. Souw Thian Hai
yang sejak semula memang telah menyadari kesalahannya itu, ternyata tidak menjadi marah atau tersinggung oleh sindiran Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Put-ceng-li Lo-jin tadi. Sebaliknya dengan menghela napas
dalam-dalam pendekar muda itu malah merendahkan dirinya.
"Memang tidak ada yang sempurna di dunia ini. Aku
sendiripun kadang-kadang juga merasa kecewa kepada diriku
sendiri. Tentang gelar Hong-gi-hiap yang diberikan orang
kepadaku itu.....hmm, akupun kadang-kadang juga merasa
risih pula. Aku merasa bahwa orang-orang itu selama ini juga telah menilai salah terhadapku. Mereka demikian menyanjung dan menghormati aku, padahal kenyataannya aku bukanlah
manusia istimewa seperti yang mereka bayangkan itu. Akupun hanya seorang manusia biasa pula, yang bisa juga berbuat
salah dan dosa seperti yang lain......."
Hening sejenak. Put-ceng-li Lo-jin terdiam.
Ternyata jawaban Souw Thian Hai itu benar-benar sangat
mengena di hati Put-ceng-li Lo-jin. Kakek sederhana yang juga tidak pernah merasa tinggi ataupun hebat, meski ia seorang ketua aliran yang besar dan ternama itu semakin merasa
cocok dan kagum dengan pribadi Souw Thian Hai itu. Dan di
dalam hatinya, kakek itu semakin membenarkan pilihan hati
Chu Bwee Hong. Pemuda itu demikian tampan, gagah,
ternama dan baik pula budi pekertinya. Maka gadis atau
wanita mana yang takkan jatuh hati kepada pemuda itu"
Oleh karena itu, tidak dapat dipersalahkan juga kiranya,
kalau Chu Bwee Hong sampai rela menanggung derita dan
sengsara sedemikian hebatnya demi pemuda itu.
Put-ceng-li Lo-jin menghela napas. Mendadak timbul
perasaan kasihan di dalam hati orang tua itu kepada sepasang kekasih yang gagal tersebut. Demikian mendalamnya cinta
kasih mereka, dan demikian hebatnya pula cobaan yang
mereka terima, namun demikian semuanya itu ternyata tak
bisa menggoyahkan iman, kepribadian, maupun kemuliaan
hati mereka berdua. Dengan sangat rela mereka
mengesampingkan kepentingan diri mereka sendiri, demi
menghormati hak dan kehormatan orang lain. Keduanya rela
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpisah dan menanggung derita di dalam hati masing-
masing, karena salah seorang diantara mereka ternyata telah menjadi milik orang lain. Adakah manusia di dunia ini yang mampu berbuat seperti mereka berdua"
Timbul maksud di hati Put-ceng-li Lo-jin untuk
mempersatukan mereka kembali.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sejak pertama kali aku menemukan gadis itu, aku telah berjanji di dalam hatiku, bahwa aku akan mengembalikan
kegembiraan dan kebahagiaan gadis itu sekuat
kemampuanku. Dan untuk mewujudkan janjiku itu aku telah
berbuat apa saja, dan demi gadis itu aku telah berani
menghadapi ejekan dan caci-maki masyarakat di sekelilingku.
Namun demikian selama ini aku tetap tak bisa mengembalikan kegembiraannya. Hmmmm........mengapa pada saat yang
amat baik ini aku tak hendak mempersatukan saja mereka?"
Put-ceng-li Lo-jin berkata di dalam hatinya.
Setelah memperoleh keputusan seperti itu Put-ceng-li Lo-jin menjadi lapang hatinya. Kakek itu lalu bersiap-siap untuk
melaksanakan keputusannya tersebut. Meskipun demikian,
sebagai seorang jantan dan lelaki sejati, ketua Bing-kauw itu hendak menyelesaikannya dengan cara seorang ksatria pula.
Kakek itu akan menantang Souw Thian Hai untuk berperang
tanding, dan yang menang akan mendapatkan Chu Bwee
Hong! Maka kakek itu lalu menatap Souw Thian Hai dengan
tajamnya. "Saudara Souw......! telah kukatakan tadi, bahwa
sebenarnya aku amat kagum kepadamu. Tetapi kekagumanku
itu ternyata juga bercampur dengan sedikit kekecewaan pula.
Kau memang seorang ksatria dan pendekar sejati. Hanya saja sebagai seorang lelaki kau terlalu lemah dan kurang bijaksana.
Kau terlalu tinggi hati dan tidak bertanggung jawab......!" Put-ceng-li Lo-jin membuka mulutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan kali ini ternyata api yang disulutkan oleh Put-ceng-li Lo-jin telah mengenai sasarannya. Sekilas tampak mata Souw Thian Hai berkilat-kilat dalam kegelapan.
"Apa maksudmu......?" pendekar sakti itu menggeram
perlahan. Put-ceng-li Lo-jin tersenyum.
"Bangsat! Belum tahu maksudku" Hehehe.......maksudku,
sebagai laki-laki engkau berani berbuat tetapi tidak berani bertanggung jawab. Engkau telah berani memikat hati Chu
Bwee Hong, tapi setelah kena kau lantas melarikan diri......."
"Apa.......?" Souw Thian Hai memotong dengan suara
gemetar. Tapi Put-ceng-li Lojin tak peduli dan tetap
meneruskan perkataannya. "Nah, apakah perbuatan seperti itu perbuatan yang bijaksana" Hmmh! Dan kini, setelah sekian
lamanya kau melarikan diri, serta melihat korbanmu telah ada yang menolong, kau lalu datang kembali. Kau pura-pura masih bersedih, padahal di dalam hati kau bergembira bukan main.
Kau sangat bergembira karena Chu Bwee Hong tidak
membunuh diri, tapi malah mendapatkan seorang suami yang
bisa melindunginya. Kini kau merasa seolah-olah sudah
terbebas dari beban dosa yang berat. Malah untuk
menyempurnakan sandiwaramu, kau lalu datang seperti
seorang ksatria yang bersedih, tapi tak ingin mengusik
kebahagiaan bekas kekasihmu. Kau berpura-pura menjadi
ksatria sejati yang tak ingin mengusik atau mengganggu isteri orang......."
Wajah Souw Thian Hai yang pucat itu perlahan-lahan
berubah menjadi merah padam. Sinar kemarahan tampak
semakin menyala dalam bola matanya.
"Omongan seorang gila! Hmm, Put-ceng-li Lo-jin! Kau
jangan berbelit-belit! Lekas katakan, apa sebenarnya
maksudmu......?" Souw Thian Hai menggeram marah.
Put-ceng-li Lo-jin tertawa terbahak-bahak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hohoho........ kau ingin tahu maksudku" Baik! Dengarlah!
Aku ingin agar kau berbuat sesuatu untuk menghapus rasa
kecewa yang mengotori perasaan kagumku kepadamu tadi.
Nah, kau sanggup tidak?"
Souw Thian Hai mengerutkan dahinya, tetapi ia tetap
bingung dan tak tahu apa yang dimaksudkan oleh ketua Aliran Bing-kauw tersebut.
"Kurang ajar! Sudah kuminta agar kau jangan berbelit-belit, tetapi kau tetap membandel! Apakah kau ingin aku marah?"
untuk pertama kalinya Souw Lian Cu melihat ayahnya
berteriak marah-marah. "Bodoh! Goblok! Otak udang.......!" Put-ceng-li Lo-jin
memaki-maki, seperti orang yang tak mengenal bahaya pula.
"mengapa kau tidak dapat juga menafsirkan perkataanku itu"
Dengarlah baik-baik! Aku ingin kau menghapus rasa kecewaku itu, agar supaya perasaan kagumku itu menjadi sempurna.
Aku ingin agar kau benar-benar menjadi seorang lelaki sejati.
Jantan tulen. Sesuai dengan gelar Hong-gi-hiap yang
kauterima itu. Kau adalah seorang pendekar ternama, karena itu.......hilangkan kelemahan hatimu!"
"Menghilangkan kelemahan hatiku" Apa......apa
maksudmu?" "Bangsat! Keparat! Kau ini benar-benar tidak tahu atau
pura-pura tolol" Apakah kau tidak pernah membaca dan
mendengar, bagaimana seorang ksatria mengambil
jodohnya?" Put-ceng-li Lo-jin berteriak jengkel.
"Aku tidak tahu apa yang kaumaksudkan! Kakek gila,
mengapa kau masih tetap berteka-teki juga" Lekaslah
kaujelaskan, atau......kita berkelahi saja!" Souw Thian Hai membentak pula tidak kalah kerasnya.
"Babi kotor ! Dengar ! Rebutlah Chu Bwee Hong dari
tanganku! Nah, sudahkah kau dengar kata-kataku ini"
Rebutlah Chu Bwee Hong! Dimanapun juga para ksatria
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambil jodohnya dengan perisai dan pedang!" saking
jengkelnya Put-ceng-li Lo-jin berteriak setinggi langit.
"Lo-jin.......!" Chu Bwee Hong menjerit dan menubruk Put-
ceng-li Lo-jin. "Kau.....mengapa kau berkata begitu"
Apakah......apakah aku telah bersalah kepadamu" Mengapa
aku hendak kauberikan kepada orang lain" Apakah kau telah
tidak mau lagi kuikuti.....?"
Chu Bwee Hong menangis di dada kakek tua itu.
Tapi Put-ceng-li Lo-jin cepat membujuknya. "Bwee Hong,
anak yang baik......! kita tak perlu lagi meneruskan semua sandiwara kita ini. Sudah tiba saatnya semuanya itu kita buka sekarang. Di tempat ini. Bukankah kau masih ingat rencanaku dulu?"
"Tapi........Lo-jin?" Chu Bwee Hong menengadahkan
mukanya dan memandang wajah suaminya dengan air mata
bercucuran. "Anak baik, sudahlah......! kita memang tak pernah menjadi suami isteri dalam arti yang sesungguhnya. Semuanya itu
hanya demi kau saja, anakku.....lain tidak! Kau masih ingat semua rencana kita dahulu, bukan?"
Chu Bwee Hong mengangguk-angguk dengan air mata
yang masih bercucuran pula.
"Bagus! Sandiwara kita ini berakhir karena pemuda yang
kauimpi-impikan itu telah berada di depan mata kita. Sekarang tinggal caranya saja untuk menyelesaikannya."
"tapi, Lo-jin.......aku telah.......oh! mana dia mau lagi
denganku?" Chu Bwee Hong melirik Souw Thian Hai dan
menangis lagi tersedu-sedu, ingat akan keadaannya.
Put-ceng-li Lo-jin menghela napas panjang.
Dibelainya rambut Chu Bwee Hong perlahan-lahan.
"Anakku, hal itulah yang akan kuujikan kepadanya. Kalau dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang lelaki baik dan bijaksana seperti yang selalu
kauceritakan, dia tentu masih akan tetap menerimamu.
Apapun yang telah terjadi! Tapi kalau ia menolakmu karena
kau dianggapnya telah kotor, maka dia adalah seorang yang
picik dan kerdil! Nah, apa gunanya kamu memikirkan pemuda
seperti itu?" "tapi mengapa kau menyuruh dia merebut aku dari
tanganmu" Bukankah dengan demikian suasana akan menjadi
bertambah kalut?" Chu Bwee Hong berkata di antara isak
tangisnya. "Sssst! Diamlah! Kau tak perlu khawatir! Percayalah saja
kepadaku! Justru inilah jalan yang terbaik bagi kita......." Put-ceng-li Lo-jin berbisik.
"Jalan yang terbaik?" Chu Bwee Hong berdesah tak
mengerti. "Ya! Kalau dia memang masih mengharapkanmu serta
mencintaimu, dia tentu menerima tantanganku itu. Sebab
tantangan ini merupakan kesempatan bagi seorang jantan
untuk memperoleh haknya secara terhormat. Tapi kalau dia
memang tidak...... mencintaimu lagi, hmm....... dia tentu akan mencari berbagai macam alasan untuk menghindarinya! Nah,
bukankah ini merupakan jalan yang terbaik untuk menguji
hatinya kepadamu" Dan yang kedua, aku ingin mendudukkan
dirimu di tempat yang semestinya."
Put-ceng-li Lo-jin berhenti sebentar untuk mengambil
napas, lalu dengan wajah bersungguh-sungguh ia meneruskan
lagi keterangannya. "Kau adalah anak yang baik. Sangat baik sekali malah ! Hanya karena nasib saja kau bertemu dengan
iblis berkerudung yang sangat keji itu. Tapi lepas dari semua itu, kau benar-benar seorang gadis pilihan. Wajahmu ayu,
hatimu bersih, budimu luhur dan mulia. Nah, adakah wanita
lain yang seperti engkau ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi Put-ceng-li Lo-jin menghentikan kata-katanya.
Dipandangnya wajah yang berurai air mata itu dengan
tersenyum, senyum seorang kakek atau ayah kepada cucu
atau anaknya sendiri. "Nah, oleh karena itu pemuda yang hendak mempersunting dirimu harus berjuang. Berjuang dengan seluruh keringat dan darahnya! Kau bukanlah wanita murahan yang dengan mudah
diperoleh oleh setiap orang! Kau adalah seorang puteri pilihan yang pantas direbut dengan cucuran darah dan nyawa oleh
para ksatria.......!"
Chu Bwee Hong memandang kakek itu dengan wajah
terharu, lalu tanpa terasa lengannya kembali memeluk tubuh bongkok yang baik budi itu. "Lo-jin......." mulutnya merintih, menyebut nama penolongnya, yang oleh sebagian orang
dianggap urakan dan tak mengenal aturan itu.
"Hmm, anak baik, sekarang kau sudah tahu maksudku,
bukan?" Chu Bwee Hong mengangguk.
"Bagus! Sekarang kau minggirlah, biar aku
menyelesaikannya......!" Put-ceng-li Lo-jin berkata seraya melepaskan pelukan Chu Bwee Hong.
"Tapi.....bagaimana dengan kau nanti" Bagaimana kalau
kau tak bisa melayaninya" Oh, Lo-jin......dia.....dia lihai sekali!"
Chu Bwee Hong memandang Put-ceng-li Lo-jin dengan
perasaan khawatir. "Eh, anak bodoh! Bagaimana kau ini" Bukankah itu lebih
baik" Bagaimana jadinya.....kalau aku yang menang nanti"
Malah menjadi repot, bukan?" Put-ceng-li Lo-jin berbisik, lalu tertawa.
Chu Bwee Hong tersipu-sipu diantara air matanya yang
mulai mengering. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi aku tak ingin kau terluka atau sakit karena
pertempuran itu......." Chu Bwee Hong berbisik pula.
"Bangsat ! Aku adalah ketua Aliran Bing-kauw. Masakan begitu mudahnya aku dilukai orang?" kakek itu berseloroh.
"Sudah, minggirlah sana.......!"
Chu Bwee Hong melirik sekali lagi ke arah Souw Thian Hai
yang mukanya merah padam itu, lalu melangkah minggir
mendekati Souw Lian Cu. Dan gadis itupun lalu menyongsong
Chu Bwee Hong dengan pelukan haru.
Sementara itu Put-ceng-li Lo-jin telah berhadapan dengan
Souw Thian Hai kembali! "Nah! Kau tentu sudah mendengar pula barang sedikit
percakapanku dengan Chu Bwee Hong tadi, bukan " Aku dan
dia bukanlah suami isteri dalam arti yang sebenarnya.
Meskipun begitu, aku tak hendak menyerahkannya begitu saja kepada orang lain. Orang itu harus menyabung nyawa terlebih dahulu denganku untuk bisa memilikinya.
Hmmh.......bagaimana" kau terima tantanganku?" kakek itu
berteriak menggeledek, mengalahkan deru angin yang bertiup di atas pantai tersebut.
Souw Thian Hai tidak segera menjawab. Wajahnya tampak
pucat dan merah berganti-ganti. Kadang-kadang tampak pula
sinar gembira dan kelegaan di matanya mendengar Chu Bwee
Hong bukan isteri Put-ceng-li Lo-jin. Tapi perkembangan yang sangat mendadak itu masih juga membingungkannya.
"kalian......kalian bukan suami isteri dalam arti yang
sesungguhnya" Tapi.....tapi kudengar kalian mempunyai
seorang......eh.....seorang bayi......." akhirnya pendekar itu berkata. Suaranya gemetar dan matanya beberapa kali
memandang ke arah Chu Bwee Hong.
Put-ceng-li Lo-jin menggeram dengan mata menyala.
Tangan kirinya bertolak pinggang, sedangkan tangan
kanannya menuding ke arah Souw Thian Hai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh! Jadi kau belum tahu tentang anak itu" Bangsat!
Dengarlah......! anak itu lahir di dunia ini akibat dari
kelalaianmu, kelemahanmu dan keragu-raguanmu! Tahu"
Masih ingatkah kau peristiwa di rumahmu, ketika orang
berkerudung hitam yang kini terkenal dengan nama Hek-eng-
cu itu, membawa Chu Bwee Hong untuk memeras peti
pusakamu?" kakek itu berteriak marah.
"Ya........ya, aku ingat! Lalu........lalu mengapa aku yang salah?"
Souw Thian Hai memandang Put-ceng-li Lo-jin dengan
penasaran. Sementara itu Chu Bwee Hong mulai menangis
lagi. Wanita ayu itu teringat akan penderitaannya kembali.
"Sudah kuduga, kau tentu tidak merasa bahwa kau punya
andil juga dalam kemelut ini. Benar-benar lelaki bangsat! Huh!
Apakah kau tidak merasa, bahwa karena kelalaianmu dan
keragu-raguanmu itu membuat sengsara hati Chu Bwee Hong"
Dan karena ulahmu itu pula yang membuat Chu Bwee Hong
dengan mudah dijebak oleh iblis Hek-eng-cu itu. Nah, siapa yang salah kalau akhirnya Chu Bwee Hong menjadi korban
iblis keparat itu?" "Ooooh.......!" Chu Bwee Hong menjerit dan menangis terisak-isak kembali di dalam pelukan Souw Lian Cu.
Bukan main terkejutnya Souw Thian Hai.
"Apa........?"?" pendekar itu berteriak.
Otomatis jari-jari pendekar itu menyambar lengan Put-
ceng-li Lo-jin. Tapi dengan cepat ketua Bing-kauw itu
mengelak, lalu dengan cepat pula membalas serangan itu.
"Dhieees.......!"
Tubuh Souw Thian Hai terpental dan jatuh terguling-guling
di atas pasir. Pendekar yang sejak semula memang tidak
berjaga-jaga karena memang tidak bermaksud untuk
menyerang Put-ceng-li Lo-jin itu, segera bangkit kembali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan tangkasnya. Matanya terbelalak memandang Put-
ceng-li Lo-jin dan Chu Bwee Hong berganti-ganti.
"Jadi " Jadi anak itu adalah hasil kebiadaban Hek-eng-cu "
Kurang ajar.......! Iblis keji!" pendekar sakti itu mengumpat dengan gigi berkerot. Jari-jarinya mengepal dengan eratnya.
Tampak benar, betapa marahnya pendekar itu kali ini.
Kemarahan yang ditunjang oleh rasa penyesalan yang dalam !
Tiba-tiba Put-ceng-li Lo-jin tertawa. "Hahaha....... terlambat sudah ! Tak ada gunanya lagi kemarahan dan penyesalan itu
sekarang ! Apalagi kemarahan dan penyesalan tersebut
datangnya dari seorang lelaki pengecut dan tak bertanggung jawab! Semua itu cuma sandiwara belaka.....!"
"Gila ! Tutup mulutmu......!!" Souw Thian Hai menjerit saking marahnya.
Mendadak tangan kanan Souw Thian Hai terayun ke depan,
ke arah dada Put-ceng-li Lo-jin ! Dan....... selarik sinar kemerahan tiba-tiba melesat dari telapak tangan itu.
Dengan tergesa-gesa Put-ceng-li Lo-jin menghindarinya.
"Dhuaaaar........!!!"
Gundukan pasir yang berada di belakang Put-ceng-li Lo-jin
tiba-tiba meledak dengan dahsyatnya ! Debu pasir
berhamburan bagai hujan ! Terpaksa semuanya menyingkir
dari tempat itu, termasuk juga Souw Lian Cu yang
menggandeng tangan Chu Bwee Hong!
Put-ceng-li Lo-jin mendaratkan kakinya tidak jauh dari
tempat tersebut. Sambil bertolak pinggang, kakek itu
menggeleng-gelengkan kepalanya, hatinya kagum sekali.
"Hei! Apakah kau menerima tantanganku tadi " Kau
bersedia merebut Chu Bwee Hong dari tanganku ?" dengan enaknya dan tanpa merasa takut sedikitpun melihat pameran
kekuatan Souw Thian Hai tadi, Put-ceng-li Lo-jin berteriak-teriak kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"jangan membuka mulut saja! Lihat seranganku.......!"
Souw Thian Hai menggeram dan kembali menyerang dengan
kedua belah tangannya. Sekali lagi seleret sinar kemerahan meluncur dari telapak
tangan Souw Thian Hai, menerangi gundukan pasir yang
berada diantara mereka. Dan sedetik kemudian kilatan sinar merah itu menjilat ke arah dada Put-ceng-li Lo-jin, bagaikan jilatan api yang menyengat udara sekelilingnya.
"Gila !" Put-ceng-li Lo-jin mengumpat seraya melenting ke atas
cepat sekali. Kemudian dari atas kakek itu meluncur ke


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

samping kiri seperti kilat cepatnya. Sambil meluncur kakek itu menyabetkan lututnya ke kepala Souw Thian Hai. Begitu
cepatnya gerakan kakek itu, sehingga Souw Thian Hai tidak
mempunyai kesempatan untuk mengelak lagi.
Tapi senyum yang sudah mulai merekah di bibir ketua
Bing-kauw itu cepat menghilang lagi. Souw Thian Hai itu
memang tidak bisa mengelak lagi, tapi secara mendadak
pendekar itu memalingkan mukanya, dan tiba-tiba dari
mulutnya berembus kabut putih yang menerpa atau
menyongsong datangnya lutut itu.
Dan sekejap kemudian hembusan udara dingin terasa
menghantam lutut Put-ceng-li Lo-jin, sehingga tiba-tiba saja kaki ketua Bing-kauw itu terasa kaku dan lututnya membeku!
Maka sambil memaki dan mengumpat tiada habisnya, kakek
tersebut berusaha melemparkan kakinya yang tidak bisa
digerakkan itu ke atas. Lalu dengan meminjam daya
lemparannya tersebut, Put-ceng-li Lo-jin melesat pergi
menjauhkan diri. "Monyet! Anjing ! Babi........! Hei........ilmu apa ini?" ketua Bing-kauw itu berseru dengan kaki terpincang-pincang.
Segores luka tampak menganga di atas lututnya. Luka seperti sayatan pedang yang tidak ia ketahui dari mana datangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan anehnya, untuk beberapa saat luka itu tidak
mengeluarkan darah. Baru setelah kakek itu mengerahkan
lwee-kang untuk menghilangkan kebekuan tersebut, luka itu
lalu mengalirkan darah. Chu Bwee Hong yang berpegangan tangan dengan Souw
Lian Cu itu, tampak menatap Put-ceng-li Lo-jin dengan
pandang mata khawatir. "Ilmu apakah yang telah dikeluarkan ayahmu itu?" wanita
ayu itu bertanya kepada Souw Lian Cu. "Kulihat ia tak
membawa apa-apa, tapi mengapa bisa melukai orang?"
"Tai-lek Pek-khong-ciang dan Tai-kek Sin-ciang!" Souw Lian Cu menjawab bangga.
"Ohh........" Tai-lek Pek-khong-ciang dan Tai-kek Sin-
ciang?" Chu Bwee Hong menegas dengan suara kaget.
"Ya! Kedua buah ilmu itu adalah andalan keluarga Souw,
dan ayahku telah mempelajarinya dengan sempurna sekali.
Dan yang melukai Put-ceng-li Lo-jin itu adalah pukulan Tai-lek Pek-khong-ciang, semacam ilmu totokan (tiam-hoat) dari jauh.
Hawa pukulan dari tiam-hoat itu dapat melukai sasaran seperti layaknya ujung pedang atau ujung tongkat, tergantung oleh
besar kecilnya tenaga sakti yang dipergunakan......."
"Ah, kalau begitu kau juga bisa, Lian Cu.....?"
gadis itu mengangguk. "Tapi baru permulaan, karena aku
lantas pergi dari rumah......" katanya menyesal. ".......jadi belum dapat dipakai untuk melukai sasaran dari jarak jauh.
Paling-paling hanya untuk menotok atau melumpuhkan orang
dari jarak satu tombak saja......"
"Tapi......itupun sudah hebat, dan kau masih bisa belajar
lagi nanti." Chu Bwee Hong membujuk.
Tiba-tiba Souw Lian Cu meremas jari-jari tangan Chu Bwee
Hong dengan wajah gembira. "Jadi......jadi ci-ci bersedia ikut Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayahku pulang" Ooooh......ibu, aku senang sekali!" Souw Lian Cu memeluk wanita ayu itu.
"Eh! Eh......nanti dulu! Siapa bilang aku akan mengikuti
ayahmu?" Souw Lian Cu cepat melepaskan pelukannya. Bibirnya tidak
tersenyum lagi. Matanya yang bulat besar itu menatap Chu
Bwee Hong lekat-lekat. "Hei, Lian Cu.....ada apa?" dengan cepat Chu Bwee Hong
memegang lengan gadis itu.
Tapi dengan cepat pula Souw Lian Cu mengelak. "Tidak
apa-apa! Kalau begitu, lupakan saja ilmu Tai-lek Pek-khong-ciang itu!"
"Lhoh......mengapa demikian?" Chu Bwee Hong berseru
kaget. Souw Lian Cu membalikkan tubuhnya dengan cepat.
Dipandangnya pertempuran seru antara ayahnya melawan
Put-ceng-li Lo-jin itu. "Aku juga tak mau ikut dengan ayah!" gadis itu berkata
kaku. "Ahhh......Lian Cu!" Chu Bwee Hong berdesah, lalu
memeluk gadis itu dari belakang. Matanya berkaca-kaca
kembali. Sementara itu pertempuran antara Souw Thian Hai dengan
Put-ceng-li Lo-jin berlangsung semakin dahsyat! Kini, setelah menyadari betapa tingginya ilmu kepandaian lawannya, Put-ceng-li Lo-jin tak mau berlaku sembrono lagi. Ketua Bing-kauw itu benar-benar mengerahkan seluruh kepandaiannya, agar
supaya tidak terjebak dalam perangkap ilmu Souw Thian Hai
yang menggiriskan hati itu.
Kilatan-kilatan sinar berwarna merah dan putih, yang keluar dari telapak tangan Souw Thian Hai itu semakin sering
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambar tubuh Put-ceng-li Lo-jin, sehingga udara di sekitar merekapun menjadi berubah-ubah pula karena terpengaruh
oleh ilmu yang mendebarkan hati tersebut. Bila sinar merah yang meluncur, maka udara di sekitar tubuh ketua Bing-kauw itupun lantas bagaikan dibakar oleh lidah api yang bersumber dari tangan Souw Thian Hai. Sebaliknya kalau yang berpijar dari tapak tangan itu berwarna putih terang, maka Put-ceng-li Lo-jin seolah-olah telah dicampakkan pula ke dalam lautan es yang dingin bukan kepalang!
Dan dilihat sepintas lalu, pertempuran itu tampaknya
memang dirasakan terlalu berat bagi Put-ceng-li Lo-jin.
Meskipun dengan Cap-sha-cui-min (Tigabelas Pintu Masuk),
yaitu bagian pertama dari Chu-mo-ciang, ketua Bing-kauw itu selalu dapat mengelak dan menghindar, tapi perubahan hawa
yang setiap detik selalu berganti itu sungguh sangat
melelahkan kekuatan tubuhnya yang telah tua tersebut. Sebab untuk menyesuaikan diri atau bertahan terhadap perubahan-perubahan hawa itu Put-ceng-li Lo-jin terpaksa harus
mengerahkan seluruh kekuatan lwee-kangnya. Maka
akibatnya, orang tua itu lalu cepat sekali menjadi lelah,
sehingga otomatis tidak bisa mengembangkan daya
perlawanannya. Jangankan untuk menyerang lawan dengan
Koai-jin-kun (Seribu Gerakan Aneh)-nya yang konyol dan
mengerikan itu, kini untuk tetap bisa bertahan memainkan
Cap-sha-cui-min saja ia semakin merasa kesulitan pula.
''Bangsat! Keparat! Setan busuk bau kotoran.......! Aduuh !
Baru sekali ini aku dibuat jatuh bangun oleh.......... anjing, monyet.....! Oh, babi kau !" ketua Bing-kauw yang gemar mengumpat-umpat itu berteriak-teriak.
Tapi Souw Thian Hai tidak mempedulikan cacian dan
umpatan orang tua itu. Semakin lama pendekar itu semakin
menambah kekuatan ilmunya, sehingga arena pertempuran itu
semakin tercekam pula oleh kedahsyatan ilmu tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Bwee Hong dan Souw Lian Cu terpaksa menyingkir
semakin jauh pula dari arena pertempuran itu. Percikan atau taburan pasir yang telah menjadi panas atau dingin itu benar-benar dapat membahayakan kulit mereka.
"Lian Cu, kelihatannya Put-ceng-li Lo-jin sedang berada di dalam keadaan yang sulit sekarang........." Chu Bwee Hong berkata dengan nada khawatir.
Souw Lian Cu menghela napas, tapi tak menjawab.
"Lian Cu, mengapa kau diam saja ?" Chu Bwee Hong bertanya.
"Apa yang mesti kukatakan lagi" Siapapun yang menang
diantara mereka tiada bedanya bagiku. Paling-paling hanya
kesedihan saja yang kuperoleh........" Souw Lian Cu menjawab datar tanpa perasaan.
"Ah, mengapa demikian......?"
"Habis, ci-ci tidak mau kawin dengan ayahku ! Lalu, apa gunanya mereka itu bertanding ?"
Chu Bwee Hong tersenyum pahit, lalu dengan penuh kasih
sayang dibelainya gadis itu perlahan. "Lian Cu.........kau jangan berkata begitu !" bisiknya lembut.
Pendekar Misterius 6 Tiga Mutiara Mustika Karya Gan Kl Mentari Senja 8
^