Pencarian

Pendekar Penyebar Maut 7

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 7


segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya atau yang bakal
terjadi di sekitarnya, tanpa melibatkan kelima panca-inderanya secara langsung !)
Ketika Yang Kun akan berkonsentrasi seperti yang dahulu
biasa ia lakukan di istana apabila ingin mendengarkan suara hantu seruling, tiba-tiba telinganya mendengar desah napas seseorang di tempat penimbunan rumput. Secepat kilat Yang
Kun menjejakkan kakinya ke atas tanah dan di lain saat
tubuhnya telah melayang ke tempat itu.
Hampir saja kakinya menginjak tubuh seseorang ketika
Yang Kun mendaratkan kakinya di tumpukan rumput tersebut.
Untunglah dengan sangat cekatan pemuda itu segera
menggeser kakinya ke samping lalu meloncat selangkah lagi
ke depan. "Bangsat! Anjing busuk! Apakah kau tidak bisa menunggu giliranmu sebentar lagi...?" dari dalam tumpukan rumput itu tiba tiba muncul tubuh seorang laki-laki kasar, bertelanjang bulat mengumpat-umpat ke arah Yang Kun. Badannya yang
kekar berbulu lebat itu tampak berkilat kilat karena peluh.
Sebelum Yang Kun menjawab makian itu, dari dalam
timbunan rumput telah muncul lagi sesosok tubuh wanita,
juga bertelanjang bulat, berdiri dengan menangis tersedu-
sedu. "Diam kau, perempuan !!" laki-laki itu menghardik. Tangan kirinya tampak melayang. Plaaakk! Wanita itu tersungkur
kembali ke dalam tumpukan rumput. Lalu dengan beringas ia
menghadapi Chin Yang Kun dengan bertolak pinggang.
"Kau belum enyah juga" Babi kotor! Apakah ingin
kuremukkan dahulu kepalamu hingga hancur" Hah" Kau !"
Mendadak laki-laki itu menghentikan sumpah serapahnya.
Baru tersadar kalau yang dia hadapi bukan kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba tiba terdengar suara derit pintu dibuka orang. Yang
Kun menjadi terkejut dan agak panik. Dilihatnya pintu samping rumah besar itu terbuka perlahan lahan. Karena tidak ingin usahanya gagal. Yang Kun menjadi mata gelap. Kedua
tangannya yang penuh tenaga Liong-cu i-kang itu terayun ke depan dengan dahsyatnya.
Laki laki kasar itu berusaha mengelak, tapi mana mampu ia
lolos dari tangan yang penuh sin-kang tersebut"
"Prakkk!!" Tanpa sempat berteriak lagi laki laki yang sedang
memperkosa wanita itu terlempar dengan kepala hancur
berantakan! "Hei, Lo-go (Buaya Tua)...! Sudah selesai" Lekaslah!
Mengapa kau hanya berteriak-teriak saja sejak tadi " Apakah kuda binal itu belum dapat kau tundukkan juga, he. ...?"
seorang lelaki tampak melongok keluar dari pintu yang dibuka tadi.
Dalam saat yang begitu mendesak Yang Kun sudah tidak
dapat berpikir banyak lagi. Sambil terjun ke dalam timbunan rumput ia berteriak kasar, menirukan suara laki-laki yang baru saja dibunuhnya tadi.
"Diam kau, bangsat".!"
Tak terduga karena tergesa-gesa pemuda itu jatuh persis di atas tubuh si wanita yang malang tadi dan tanpa dia sengaja pula tangannya memegang persis pada buah dada wanita
tersebut. kontan saja perempuan itu menjerit kaget!
Mendengar jerit perempuan itu orang yang melongok tadi
segera tertawa tergelak-gelak.
"Setan kuburan ! Buaya tua itu benar-benar seekor kuda gila...!" serunya sambil menutup pintunya kembali. Lalu terdengar suara ketawanya yang kasar bercampur dengan
ketawa teman-temannya yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun menjadi lega kembali. Tapi ia segera tersipu-sipu ketika wanita yang ditindihnya itu mendorong dadanya dengan keras. Dengan muka merah ia melepaskan pegangannya dan
meloncat berdiri. Dan ia semakin kikuk sekali ketika melihat wanita itu bangkit sambil berusaha menutupi tubuhnya yang
telanjang dengan kedua belah tangannya.
"Aku .... aku .... oh, maafkan ... aku tak sengaja ! Sungguh
...!" pinta pemuda itu dengan hati tak karuan rasanya.
Dan ketika wanita yang ternyata masih sangat muda itu
mulai menangisi nasibnya, Yang Kun makin menjadi bingung
dan tidak tahu apa yang mesti dikerjakan. Maklumlah, selama ini pemuda yang masih hijau itu memang selalu tinggal di
daerah terpencil serta belum pernah berhubungan dengan
wanita, apalagi melihat seorang gadis bertelanjang bulat
sedemikian dekatnya. Maka tak heran kalau keadaan seperti
itu benar-benar sangat menggoncangkan jiwanya.
Keadaan Yang Kun masih juga seperti orang linglung ketika
gadis malang itu sambil menangis melangkah ke arah mayat
laki laki yang tadi dengan biadab telah memperkosanya. Yang Kun juga masih terpaku diam ketika melihat gadis itu
mencabut pedang lelaki tersebut dan kemudian dengan buas
mencacah cacah tubuh yang sudah tidak bernyawa itu.
Barulah ia menjadi tersentak kaget setengah mati ketika gadis itu membalikkan ujung pedang tersebut dan menusukkannya
ke dalam lambungnya sendiri.
"Nonaaaa..... !?" serunya sendat.
Dengan sigap Yang Kun menyambar tubuh si gadis yang
terhuyung-huyung mau jatuh. Darah segar tampak
menyembur dari luka akibat pedang itu. Tanpa sadar pemuda
itu memeluk tubuh yang telanjang tersebut.
"Nona...... mengapa kau mengambil jalan yang sependek ini" Bukankah...."
Gadis itu menggeliat sebentar, lalu membuka matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ti......ada gunanya a-aku hidup.... Ke-ke-luargaku telah
mereka bu-bunuh s-semuanya., ! A-aku juga sudah ti-tidak
la.... layak untuk h-hidup lagi ! Me- mereka....te...telah meng....hina diriku ohhh....!"
Kepala itu jatuh terkulai, nyawanya melayang.
"Keparat busuk......! Kalian benar-benar harus
dilenyapkan!" Yang Kun menggeram dengan marah.
Hati-hati tubuh itu diletakkan oleh Yang Kun di atas
timbunan rumput, lalu dengan hati-hati pula tubuh yang
telanjang tersebut ditutup dengan baju luarnya yang lebar.
Kemudian dengan mengangguk kaku pemuda itu menggeram
di hadapan mayat yang malang tersebut.
"Kau beristirahatlah dengan tenang, nona". Akan
kubalaskan sakit hatimu ini. Percayalah!"
Dengan wajah yang menyeramkan Yang Kun menoleh ke
arah pintu yang tadi dibuka oleh kawan si pemerkosa itu. Lalu perlahan lahan kakinya melangkah mendekatinya.
Di depan pintu itu tiba-tiba Yang Kun berhenti. Hatinya
terasa bergetar kembali. Malah sekarang terasa lebih keras dari pada tadi. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tapi tidak ada barang sesuatunya yang mencurigakan. Halaman itu tetap
sepi. Hanya yang membuat pemuda itu merasa agak aneh
ialah suasana di dalam rumah tersebut.
Semula dari dalam rumah besar itu terdengar suara
percakapan dari beberapa orang teman penjahat yang
dibunuhnya tadi, tapi sekarang di dalam rumah itu juga
tampak sunyi. Tentu saja keadaan itu menambah keresahan di hati Yang Kun. Dugaannya bahwa ada sesuatu yang aneh
telah terjadi di sekitarnya semakin kuat.
Berindap-indap Yang Kun mendekati pintu tersebut dan
membukanya perlahan-lahan. Ternyata pintu itu tidak dikunci dari dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hah"!?" Yang Kun ternganga di depan pintu. Di dalam rumah
tampak beberapa sosok tubuh bergelimpangan tidak teratur.
Ada yang tertelungkup di atas meja, ada yang terlentang di atas meja, ada yang terlentang di atas kursi dan ada yang
terkapar di atas lantai. Semuanya dalam keadaan pingsan dan tertotok lumpuh seluruh anggota badannya!
Tanpa mengurangi kewaspadaan Yang Kun memasuki
ruangan dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan
tersebut. Dua orang diantaranya, yang tertelungkup diatas
meja, masih tampak bergoyang-goyang lengannya di bawah
meja, suatu tanda bahwa peristiwa yang membuat mereka
berkeadaan seperti itu belum lama berlalu.
Yang Kun semakin meningkatkan kewaspadaannya.
Ternyata apa yang dia rasakan sejak dia memasuki halaman
tadi benar-benar tidak salah. Ada orang lain yang memasuki tempat ini pula dan telah membereskan semua penjahat itu
selagi ia sibuk mengurus gadis malang tersebut.
Yang Kun memeriksa kamar kamar yang lain. Keadaannya
sama saja, di sana juga terdapat tubuh-tubuh bergelimpangan di antara makanan dan minuman yang berserakan pula.
Mereka tergeletak dalam posisi yang aneh-aneh. Ada yang
bersandar di dinding dengan mulut masih menggigit makanan, ada yang terduduk di atas kursi dengan tangan masih
memegang cangkir, malah ada empat orang yang terkapar di
atas lantai dalam posisi memperebutkan guci arak ! Dan ada beberapa benda di tempat itu yang masih kelihatan bergoyang goyang, tanda bahwa peristiwa ini juga baru saja terjadi.
Yang Kun berlari memasuki kamar belakang kalau kalau
orang tersebut masih berada di sana. Tapi kamar belakang
juga sepi, tak seorangpun yang kelihatan di tempat itu. Di dapur Yang Kun malahan mendapatkan keluarga tuan rumah
telah menjadi mayat. Seorang laki laki tua dengan istrinya yang berwajah mirip sekali dengan gadis yang bunuh diri itu !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di atas tumpukan kayu juga tampak beberapa mayat anak
anak yang semuanya menderita luka bekas siksaan.
Untuk sesaat kepala Yang Kun menjadi pening. Bayangan
wajah ibu dan adik-adiknya berkelebat di depan matanya.
Dendam yang selama ini tersekap di dalam tubuhnya menyala
kembali dengan hebatnya. Pemuda itu menggeretakkan giginya. Tiba-tiba terdengar
suara gemerisik di luar rumah. Bergegas pemuda itu meloncat keluar.
Tapi di luar tetap sunyi sepi. Hanya di pekarangan
sebelahnya terdengar suara maki-makian beberapa orang
perampok yang sedang mabuk. Agaknya di sana juga sedang
dikunjungi oleh kawanan perampok seperti halnya di tempat
ini. Dengan perasaan berang Yang Kun melesat ke pekarangan
sebelah. Tapi ketika meloncati tembok halaman, hati pemuda itu terasa berdesir kembali. Perasaannya mengatakan bahwa
ia telah didahului orang lagi.
Benarlah ! Di rumah itupun ia mendapatkan para perampok
telah tertotok pingsan, berserakan di segala tempat!
Yang Kun berlari keluar kembali, lalu dengan gesit ia
melesat ke rumah sebelahnya lagi. Dan seperti yang terjadi di kedua tempat itu, di sinipun telah terjadi hal yang sama. Para perampok yang bercokol di tempat itu juga telah pingsan
tertotok oleh orang yang mendahuluinya !
Begitulah, setiap kali Yang Kun melongok ke rumah
penduduk yang ia curigai ada kawanan perampoknya, ia
hanya menemukan tubuh tubuh yang bergelimpangan di atas
lantai. Gila! Macam apa pula orang itu" Gerakannya demikian gesit
dan kepandaiannya begitu hebat, pemuda itu membatin.
Kawanan perampok itu sedemikian banyaknya dan satu atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang di antaranya tentu juga mempunyai kepandaian
pula, tapi hanya dalam tempo yang sangat singkat sudah
dapat dilumpuhkan oleh orang misterius tersebut. Dan tanpa menimbulkan suara ribut pula! Sungguh menakjubkan!
Sementara itu Chu Seng Kun yang menyelidiki dari arah
selatan juga telah mengalami peristiwa yang mendebarkan.
Pemuda yang berkepandaian tinggi itu menyelinap di
antara pohon-pohon rindang yang memagari pinggiran desa
sebelah selatan. Hampir di setiap tempat ia melihat kelompok para perampok bersuka ria dengan makan dan minum,
dilayani oleh para wanita penduduk desa, sementara para
suami dan anak anak mereka menonton dengan wajah
ketakutan di antara rumah rumah mereka yang hampir roboh
digoyang gempa itu. "Kurang ajar! Ini terang bukan perampok lagi. Kekuatan yang demikian besar seperti ini terang membutuhkan waktu
lama untuk menghimpunnya. Dan untuk memimpin pasukan
besar seperti ini tentulah harus orang yang hebat serta
disegani pula oleh mereka." Chu Seng Kun bergumam di
antara langkahnya "Lalu .... siapakah pemimpin itu?"
Chu Seng Kun segera meloncat ke atas pohon dan
bersembunyi di antara daun daun yang rimbun ketika sampai
di sebuah rumah besar yang berada di pinggir jalan besar
yang menghubungkan desa itu dengan desa sebelahnya.
Rumah tersebut terang benderang dengan sinar obor yang
ditaruh di segala tempat. Belasan anggota perampok tampak
hilir-mudik sambil bersuka-ria dengan cara masing-masing.
Rumah yang berada di seberang jalanpun tak kalah
ramainya. Selain ramai tempat itu juga kelihatan dijaga ketat oleh pengawal-pengawal bersenjata tombak. Para wanita yang melayani di tempat itu juga lebih banyak dan masih muda-muda, biarpun seperti di tempat lain rata-rata wajahnya
mereka juga tampak suram serta sangat menderita. Beberapa
di antaranya malah kelihatan pucat dan putus asa. Tak heran Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jikalau Yang Kun, kawannya yang masih muda itu sampai
bertekad untuk menolong para penduduk itu, demikian pikir
Chu Seng Kun di dalam hati.
Sambil berlindung di antara rimbunnya daun Chu Seng Kun
merambat dari dahan ke dahan, sehingga akhirnya ia dapat
mencapai di atas rumah di seberang jalan. Lalu tubuhnya
melorot turun ke atas genting. Kemudian dengan sangat hati-hati ia membuka sebuah genting untuk dapat mengintai ke
dalam. Semua itu dikerjakan oleh Chu Seng Kun tanpa
menimbulkan kecurigaan para perampok yang bertebaran di
bawahnya. Dengan Pek-in-gin-kangnya yang sangat tinggi tak sepotong dahanpun tampak bergoyang ketika diinjaknya dan
tak selembar daunpun kelihatan tanggal dari kelopaknya
ketika tersenggol badannya. Seperti seekor kucing hitam
tubuhnya yang jangkung itu bertengger di atas genting yang telah dibukanya, dan kedua buah matanya yang tajam itu
mengawasi ke dalam ruangan yang dijaga ketat pada bagian
luarnya tersebut. Mula-mula terlihat oleh Chu Seng Kun beberapa orang
gadis duduk di dekat pintu masuk. Dengan wajah tunduk
mereka bersimpuh di hadapan seorang pemuda yang duduk di
atas kursi kebesaran. Gadis-gadis itu juga tampak pucat dan takut. Sesekali mereka tampak melirik dengan takut ke arah laki laki muda yang kelihatan sedih di atas kursinya itu.
Chu Seng Kun tergetar hatinya. Kelihatannya pemuda itulah
yang memimpin semua perampok di desa ini. Seorang
pemuda halus berusia tiga-puluh tahun dengan pakaian sutera yang sangat mahal !
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendatangi ruangan
tersebut. Para pengawal yang berada di depan pintu kelihatan sibuk memberi jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran... ! Ah, mengapa pangeran masih juga
memikirkan hal itu " Pangeran"." seorang laki-laki kurus
berwajah keras dan kasar menyapa pemuda tersebut sambil
memasuki ruangan. Sarung pedangnya yang panjang tampak
terayun-ayun di pinggang kirinya.
Pemuda yang duduk lesu di atas kursinya itu menoleh
sekejap, lalu kembali merenung seperti semula. "Sam-mo (Iblis ke Tiga), pergilah! Jangan ganggu aku!" katanya perlahan.
Tapi seperti seorang hamba yang sudah hapal akan watak
tuannya, orang yang dipanggil Sam-mo itu tetap datang
mendekat dan berdiri di samping kursi kebesaran itu. Dengan wajah penuh senyuman orang itu menjura.
"Perjuangan kita kali ini memang menemui kegagalan,
pangeran. Tapi bukan berarti bahwa kita tidak mempunyai
kesempatan lagi di masa datang. Kalau dipikirkan kembali,
gerakan yang kita lakukan beberapa hari yang lalu memang
terlalu tergesa gesa. Kita kurang teliti memperhitungkan
kekuatan Kaisar Han yang berada di kota raja. Ayahanda
pangeran belum memperhitungkan jago-jago Sha-cap-mi-wi
yang ternyata sangat hebat itu !"
Kali ini Chu Seng Kun benar-benar terkejut sekali. Pangeran
" Pangeran dari mana, tanyanya dalam hati. Sejak semula ia dan Yang Kun memang telah bercuriga pada kekuatan yang
sangat besar ini, tapi ia benar-benar tidak menyangka kalau kekuatan itu dipimpin oleh seorang pangeran. Apabila
demikian kekuatan ini memang telah dipersiapkan oleh
seseorang untuk melakukan pemberontakan kepada
pemerintahan Kaisar Han !
Chu Seng Kun menjadi semakin bergairah untuk
mengetahui tentang orang-orang ini. Matanya dengan tajam
mengawasi orang orang yang berada di dalam ruangan
tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau melupakan sesuatu, Sam-mo...." pemuda yang
dipanggil dengan sebutan pangeran itu terdengar menukas
kata-kata pembantunya yang baru saja tiba tersebut.
"Ayahanda memang tergesa-gesa dalam melancarkan
serangan itu. Tetapi hal itu karena sangat terpaksa. Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh Siang-houw Nio Nio Locianpwe, ada kekuatan lain yang lebih besar dari kekuatan kita juga sedang bersiap-siap untuk menggulingkan kekuasaan
Kaisar Han. Kekuatan yang sangat besar itu dipimpin oleh
seorang manusia aneh yang selalu menyembunyikan
wajahnya di balik topi bertutup sutera tipis. Siang-houw Lo cianpwe tidak bisa menebak siapakah orang tersebut, hanya di dalam kalangan persilatan orang aneh itu dipanggil dengan
nama Hek-eng-cu..... Nah, karena ayahanda tidak ingin
didahului oleh orang itu, terpaksa beliau mengerahkan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekuatan kita selekasnya. Sungguh menyesal sekali kita telah gagal dan kekuatan kita menjadi bercerai berai seperti
sekarang....." Pemuda itu menghela napas berulang-ulang. Tampak benar
betapa sedihnya dia. Sebaliknya, orang yang dipanggil dengan sebutan Sam-mo
itu tampak menyeringai kurang senang. "Pangeran..!" ucapnya perlahan. "Seharusnya ayahanda pangeran harus lebih
berhati-hati jikalau mau mengambil keputusan."
"Hah" Apa maksudmu" Kau ingin.....?" pemuda itu
tersentak marah. Tapi dengan cepat orang itu menyabarkannya.
"Jangan tergesa gesa marah, pengeran.......! Hamba tidak
bermaksud apa-apa. Hamba hanya ingin memberi peringatan
tentang sesuatu hal yang mungkin telah dilupakan oleh
ayahanda pangeran." katanya sambil membungkuk hormat.
"Hmh! Lekas katakan apa yang kaumaksudkan !" pemuda itu membentak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang dipanggil dengan nama Sam-mo itu tersenyum,
kakinya melangkah mendekati pemuda tersebut, lalu berbisik perlahan, "Seharusnya ayahanda pangeran tidak boleh
percaya seratus persen kepada wanita tua itu. Kita semua
telah tahu bahwa dia adalah ibu dari Yap Tai-ciangkun,
panglima besar yang diandalkan oleh Kaisar Han ! Siapa tahu ada hubungan rahasia antara ibu dan anak itu" Kelihatannya saja wanita tua itu berada di pihak kita, tapi siapa tahu ia membantu musuh" Dengan mendorong-dorong kepada
ayahanda pangeran agar lekas-lekas menggerakkan pasukan,
selagi kita belum siap benar, berarti sama saja dengan
menjerumuskan kita pada kehancuran. Maaf, pangeran jangan
menjadi marah dahulu. ... ! Hamba harap pangeran
merenungkan dulu kata-kata hamba ini, baru kemudian kita
perbincangkan lagi"!" orang itu menutup ucapannya dengan
membungkuk hormat sekali, ketika dilihatnya pemuda tersebut menatap dirinya dengan mata merah.
Pangeran muda itu kembali menghela napas panjang.
Mukanya tertunduk lagi seperti semula. Dengan acuh ia
menggerakkan tangannya. "Tinggalkan aku sendiri, Sam-mo ! Jangan ganggu aku lagi
!" "Baiklah, pangeran...!" orang itu menjawab halus.
Tapi sebelum dia pergi, dari luar mendadak terdengar suara nyaring dari penjaga pintu yang memberitahukan kedatangan
seseorang untuk menghadap.
"Orang ke dua dari Tung-hai Sam-mo datang
menghadap......!" "Ji-ko.....I" Sam-mo menoleh ke arah pintu.
Seorang laki-laki berperawakan tegap dan memelihara
kumis dan jenggot tebal tampak memasuki ruangan. Sama
dengan adik seperguruannya, Ji-mo (Iblis ke Dua) juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyandang pedang panjang di pinggang kirinya. Wajahnya
yang tertutup kumis dan jenggot itu tampak ganas dan kejam.
"Maaf, hamba mengganggu sebentar, Pangeran....."
katanya membungkuk di ambang pintu.
"ji-mo (Iblis ke Dua), ada apa...?" Pangeran itu memandang dengan dahi berkerut.
"Pangeran.... " Iblis itu mendekat dan menjura dengan hormat. "Kita harus lekas lekas menentukan sikap, karena orang yang kita kirim ke kota raja telah mengirim berita
bahwa pasukan Yap Tai Ciangkun sudah berangkat untuk
menumpas pasukan kita disini. Diperkirakan tengah hari besok mereka sudah akan tiba di tempat ini. Toako sekarang sedang berkeliling desa untuk mempersiapkan semua teman-teman."
"Apa" Begitu cepatnya Yap Tai Ciangkun mengirim
pasukan" Apakah suasana di kota raja sudah pulih dan baik
kembali?" pangeran itu bangkit dari tempat duduknya dengan tegang. Kedua telapak tangannya mencengkeram pegangan
kursi kebesarannya hingga hancur. Lapat-lapat tercium bau
sangit bagai bau kayu terbakar!
Sejenak orang-orang yang berada di dalam ruangan itu
tersentak kaget. Begitu pula dengan Chu Seng Kun yang
berada di atas genting. Ternyata pangeran yang masih muda
itu mempunyai lwee-kang yang cukup tinggi pula ! Tak heran sikapnya demikian keras dan sedikit sombong!
"Demikianlah khabar yang dikirimkan kepada kita,
pangeran!" jawab Iblis ke Dua dengan tegang pula.
"Kurang ajar ..! Lalu bagaimana dengan pasukan ayahanda
pangeran yang mundur ke arah barat" Apakah kita sudah
mengetahui beritanya?"
"Belum! Tapi menurut pendengaran orang kita tersebut
pasukan ayahanda pangeran untuk sementara akan tetap
aman, sebab ayahanda pangeran telah membawa pasukan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke arah Pegunungan Kun-lun yang luas. Sangat sukar bagi
pasukan Yap Tai Ciangkun untuk mengejarnya."
"Lalu".. berapa besar kekuatan pasukan yang dikirim oleh Yap Tai ciangkun ke tempat ini" Adakah mereka lebih besar
dari pada pasukan kita?"
"Tidak begitu banyak, pangeran! Pasukan itu tidak lebih
dari seribu orang, hanya separuh dari kekuatan kita disini.
Tapi mereka membawa peralatan yang lebih lengkap dan
bahan makanan yang sangat banyak untuk persediaan
mereka. Ada lebih dari duapuluh kereta besar yang mereka
pakai untuk membawa bahan makanan itu. Agaknya mereka
telah bertekad untuk mengejar kita sampai dapat!"
"Bah! Gila betul! Berarti tiada pilihan lain bagi kita selain bertempur menghadapi mereka. Tak ada gunanya kita lari
atau menghindar dari mereka. Mereka akan tetap membuntuti
kita dan akhirnya kita toh akan terpaksa berhadapan juga
dengan mereka. Kemungkinan kita akan berada di pihak yang
lemah malah! Dengan mudah pasukan yang mempunyai
persediaan makan lebih dari cukup itu akan menangkap
pasukan kita yang lelah dan kelaparan!"
"Lalu..... apa yang mesti kita perbuat sekarang, pangeran?"
Ji-mo dan Sam mo bertanya hampir berbareng.
"Pergilah kalian berdua menyusul Toa mo. Siapkan seluruh kekuatan kita malam ini juga. Besok pagi akan kita atur
persiapan untuk menyongsong pasukan musuh!"
"Baik!" kedua orang itu menjawab, lalu bergegas mereka meninggalkan ruangan tersebut.
Chu Seng Kun melihat pangeran itu dengan gelisah dan
tegang berjalan mondar-mandir di dalam ruangan. Hampir
saja ia meninggalkan genting itu ketika tiba-tiba pangeran tersebut berseru ke arah penjaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
''Pengawal! Panggil Hong-gi-hiap Souw Thian Hai kemari!
Lekas!" Bukan main terkejutnya Chu Seng Kun mendengar seruan
pangeran itu. Pemuda itu sampai lupa bahwa dirinya sedang
berada di atas genting dan sedang mengintai orang. Sehingga tanpa terasa ia bergerak dan menyentuh genting yang baru
saja ia buka tadi. Terdengar suara gaduh ketika genting tersebut lepas dan
meluncur turun ke bawah, kemudian jatuh serta pecah
berantakan diantara kumpulan pengawal yang sedang makan
minum bersama. "Babi! Bangsat ! Anjing !" para pengawal itu menyumpah-nyumpah.
"Siapa berada di atas " Turun !" pangeran itu dengan kaget juga berteriak.
Hampir tak terikuti oleh pandangan mata biasa pangeran
itu bergerak menyambar kursi kebesarannya, lalu dilontarkan ke atas ke arah di mana Chu Seng Kun berada.
Terdengar suara gemuruh, lalu diikuti suara ribut yang
hebat ketika kursi tersebut menghantam genting dan langit-
langit kamar, sehingga atap di mana Chu Seng Kun tadi
mendekam bagaikan meledak hancur berkeping keping.
Para pengawal dan para wanita yang berada di tempat itu
bergegas menyelamatkan diri dari reruntuhan kayu dan
genting yang berjatuhan ke arah mereka.
Chu Seng Kun terpaksa meloncat pula menyelamatkan diri.
Rasa kaget ketika mendengar disebutnya nama Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai tadi masih melekat di hatinya, sehingga ia
menjadi salah langkah ketika bermaksud untuk melarikan diri.
Bukannya meloncat kembali ke atas pohon, tapi kakinya justru meloncat turun ke atas tanah. Tentu saja sebelum dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyadari kekeliruannya, para perampok itu dengan sigap
telah mengepungnya. "Mata mata musuh! Mata-mata musuh! Tangkap!" teriak
mereka bersama sama. Berbagai macam bentuk senjata meluncur menyerang Chu
Seng Kun! Terpaksa pemuda itu mengerahkan Pek-in gin-kang
untuk mengelak ke sana ke mari, kemudian dengan Kim-hong-
kun dia balas menyerang para pengepungnya dengan hebat.
Terdengar beberapa orang diantara pengepungnya berteriak
kesakitan sambil melepaskan senjata mereka, ketika secara
aneh kedua tangan dan kaki Seng Kun dapat menerobos
pertahanan mereka serta melukai tubuh mereka.
Tapi para perampok itu semakin banyak yang datang,
sehingga tempat tersebut menjadi penuh sesak oleh mereka.
Chu Seng Kun tampak berkeringat juga akhirnya. Rasa
rasanya sukar pula untuk melepaskan diri dari kepungan itu.
Apalagi para perampok yang baru saja banyak minum arak itu menyerang dengan nekad, tanpa merasa takut sedikitpun.
Mula mula Chu Seng Kun hanya berusaha melumpuhkan
mereka tanpa melukai badan mereka. Tapi setelah beberapa
saat lamanya, mereka ternyata tidak juga jerih, padahal
korban serangannya telah bertumpuk-tumpuk berserakan di
sekitar tempat itu. Bagaikan kawanan semut yang ganas
mereka tetap merubung dirinya, kemanapun dia pergi.
Beberapa saat kemudian justru dirinya yang mendapat luka
karena sambaran pedang salah seorang diantara mereka
malah ! Akhirnya pemuda itu menjadi marah. Dengan berteriak
keras tubuhnya melenting tinggi ke atas. Sekejap terdengar suara gemeretak tulang-tulangnya ketika pemuda itu
mengerahkan tenaga sakti Pai-hud ciangnya yang hebat! Lalu begitu tubuhnya turun kembali, terasa oleh para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengepungnya itu seakan-akan udara di sekitar mereka
menjadi hangat bagai dihembus oleh udara panas.
Dan sebelum orang orang itu sadar, kaki dan tangan Chu
Seng Kun yang penuh lwee-kang tersebut telah menghantam
ke arah mereka. "Plak! Plak! Blukk! Blukk!"
"Aduuh!" "Auughh !" "Ohhhh!" Bagai rumput alang alang dilanda air bah, beberapa orang
di antara para pengepung itu tercabut dari tempatnya dan
berpelantingan menimpa kawan-kawannya, sehingga untuk
sesaat lamanya Chu Seng Kun terlepas dari kepungan mereka.
Tapi sebelum pemuda tersebut dapat memanfaatkan
suasana yang kacau balau itu, dari luar telah meloncat tiga sosok bayangan menghadang di depannya. Ketiga sosok
bayangan tersebut mengambil tempat di sekitar tubuhnya,
agaknya menjaga agar dia tidak dapat melarikan diri.
Chu Seng Kun memperhatikan mereka dengan seksama
dan ternyata dua di antara mereka telah ia lihat di dalam
ruangan tadi. Ji-mo dan Sam-mo dari Tung-hai Sam mo! Dan
oleh karena yang datang sekarang adalah tiga orang, pemuda itu segera bisa menebak bahwa yang lain tentulah Toa-mo.
Mereka bertiga kini telah lengkap berada di hadapannya !
"Berhenti!" ketiga orang iblis dari Laut Timur itu berteriak berbareng. Wajah mereka yang bengis dan kasar itu
memperlihatkan kemarahan yang tertahan.
Melihat sikap mereka, Chu Seng Kun merasa bahwa akan
percuma saja bila ia ingin memberi keterangan kepada
mereka. Apapun yang akan dia katakan tentu tidak akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka percaya. Tampaknya ketiga Iblis yang ganas itu hanya ingin berkelahi dan membunuh, lain tidak!
Oleh karena itu Chu Seng Kun tidak berkata sepatahpun.
Dia justru mempersiapkan seluruh tenaga Pai-hud ciangnya.
Dan sebelum mereka berkata lebih lanjut, kedua belah
lengannya telah terayun ke depan dengan dahsyatnya.
"Wuuuuussss"..!"
Serangkum angin hangat menerpa ketiga orang lawannya
dan membuat hawa malam yang dingin itu menjadi terasa
nyaman dan nikmat. Begitu nyamannya sehingga ketiga orang
lawannya itu seperti sedang dibelai-belai oleh tangan-tangan yang halus. Mata mereka menjadi berat dan rasa-rasanya tadi kepingin tidur.
Tetapi sesaat kemudian ketika tangan Chu Seng Kun yang
penuh lwee-kang itu telah berada di dekat tubuh mereka,
mereka baru menjadi sadar dan kelabakan setengah mati.
Mereka baru sadar ketika dalam kenyamanan suasana itu tiba-tiba dada mereka seperti ditindih oleh barang yang beratnya ribuan kati, sehingga pernapasan mereka rasa-rasanya
menjadi tersumbat dan sukar untuk bernapas.
Darah mereka bergolak dan otomatis lwee-kang mereka
meronta untuk mengadakan perlawanan. Dan sungguh untung
bagi mereka bahwa pada saat-saat terakhir mereka bertiga
mampu menghimpun lwee-kang masing-masing dan
melontarkannya secara berbareng!
"Bummmmm"..!"
dua buah himpunan lwee-kang bertemu di udara dan
menimbulkan suara menggelegar seperti ombak menghantam
gunung karang. Chu Seng Kun terdorong mundur dua langkah ke belakang,
sementara ketiga lawannya jatuh terguling-guling beberapa
meter jauhnya. Ketiga orang iblis dari Laut Timur itu melenting Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri dengan cepatnya. Mula-mula wajah mereka
menunjukkan perasaan heran dan takjub melihat kekuatan
pemuda yang berada di hadapannya itu, tapi sejenak
kemudian wajah mereka berubah menjadi gelap dan penuh
nafsu membunuh. "Bangsat! Anjing busuk yang mau mampus. Setan mana
yang mengirim engkau ke mari?" Toa mo mengumpat umpat.
"Hai, orang asing! Apa yang ditugaskan oleh Yap Tai
ciangkun kepadamu " Menyelidiki kekuatan kami di sini?" Ji mo yang garangpun ikut berteriak.
Ketika Chu Seng Kun tetap diam dan bahkan telah
mempersiapkan lagi serangannya, mereka tidak berani lagi
banyak omong. Toa-mo segera memberi isyarat kepada
saudaranya untuk membentuk barisan Ang-cio hi-tin.
"Siapapun adanya dia kita tidak peduli! Karena dia berani memasuki daerah kita, kita harus membungkam mulutnya
untuk selama-lamanya. Siapkan Ang cio hi tin ! Lekas !"
Ketiga iblis tersebut cepat mencabut pedang mereka yang
aneh. Kecuali Ji-mo yang memegang dua buah pedang, yang
lain memegang sebuah pedang di tangan kanan mereka
masing-masing. Masing-masing menempatkan dirinya di
belakang kakak seperguruannya yang tertua secara berurutan.
Chu Seng Kun melangkah setindak ke belakang melihat
formasi lawan yang aneh itu. Dalam perantauannya selama ini ia belum pernah melihat atau mendengar bentuk barisan
seperti itu. Dipandangnya senjata lawan yang panjang seperti gergaji sambil membayangkan moncong dari ikan cucut yang
pernah ia lihat. "Ang-cio-hi-tin! Barisan Cucut Merah ! Apakah itu" Adakah
itu sebuah nama ilmu silat andalan mereka yang mereka
mainkan secara bersama " Dimanakah letak kehebatannya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Chu Seng Kun tidak memperoleh banyak waktu lagi
untuk berpikir. Ketiga iblis itu telah meloncat ke arah dirinya dan menyerang dengan pedang gergajinya !
Seng Kun melangkah ke samping dengan tergesa-gesa
untuk menghindari serangan itu, tapi karena ia tidak
membawa senjata apapun, maka untuk selanjutnya ia hanya
bisa mengelak saja kesana kemari, sedikitpun tidak berani
menangkis. Padahal serangan lawan hampir tidak pernah
berhenti dan memberi peluang bagi dirinya untuk mengambil
napas. Tentu saja keadaan itu sungguh membuat ia menjadi
repot sekali ! Beberapa kali senjata gergaji itu hampir saja mengenai tubuhnya. Untunglah Pek-in Gin-kang yang ia
kerahkan masih mampu menolongnya.
Tapi keadaan seperti itu terang tidak bisa berlangsung
lama, apalagi ketika lapat-lapat ia mencium bau amis dari
senjata yang aneh tersebut. Pemuda itu melirik ke


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekelilingnya, mencari senjata yang dapat ia pakai untuk
menahan serangan lawan. Dan ia menjadi gembira ketika
beberapa jauh dari tempatnya berdiri tergeletak sebuah golok besar yang tadi ditinggalkan oleh para pengepungnya. Maka
sambil mengelak dari cecaran lawannya ia beringsut sedikit demi sedikit ke arah tempat tersebut.
Tapi Toa mo tampaknya mencium maksudnya itu.
"Singkirkan golok itu!" teriaknya ke arah anak buahnya
yang menonton di pinggir arena, sementara pedang
gergajinya semakin menekan lawannya.
Gila. Chu Seng Kun menyumpah di dalam hati. Tampak
beberapa orang perampok mengambil golok yang diincarnya
itu. Terpaksa pemuda itu mengerahkan tenaga Pek-hud-
ciangnya untuk mencari tempat-tempat lowong dari ketiga
orang musuhnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Ang-cio-hi-tin tersebut memang benar-benar hebat!
Pertahanan dari pedang sepasang yang dipegang oleh Ji-mo
sungguh kuat sekali, padahal kedua buah pedang yang
dipegang oleh Toa-mo dan Sam-mo selalu menyerang secara
bergantian. "Hahahaha"..orang asing! Kini baru terbuka matamu,
bukan " Haha".. jangan harap kau bisa lolos dari tangan kami
! Satu kali goresan saja dari pedang kami, kau akan
berjingkrak-jingkrak seperti monyet kena terasi".dan
?"ginkangmu yang hebat itu tidak akan bisa lagi
menolongmu." Ji-mo yang bersuara lantang itu terkekeh-
kekeh gembira. "Eh, pemuda tampan! Sudahkah engkau mendengar Racun
Ubur-ubur Laut yang bisa bikin gatal itu" Hihihihi".itulah dia kalau engkau ingin merasakannya! Terimalah sebuah goresan
saja dari pedang kami, hohoho"..!" Sam-mo yang bertubuh
kecil itu ikut mengolok-olok. Dari belakang ia mengayunkan pedangnya dari samping tubuhnya.
"Racun Ubur-ubur Laut" Bukankah racun tersebut adalah
racun yang hampir membunuh Yang Kun, temanku itu" Kalau
begitu apakah orang ini pula yang melukainya?".?" Dengan
kaget Chu Seng Kun berdesah di dalam hati.
"Chu-toako!" tiba-tiba terdengar suara memanggil dari luar arena. "Serahkan orang itu kepadaku! Dialah yang hampir
membunuh aku dahulu".!"
Dan sebelum gema suara itu hilang, dari semak-semak di
belakang mereka melayang sesosok tubuh ke tengah-tengah
arena. Di lain saat di dalam arena telah bertambah dengan
seorang pemuda lagi. Chin Yang Kun!
Kali ini giliran dari Tung-hai Sam-mo yang dibuat kaget
setengah mati. Tapi rasa kaget itu segera berubah menjadi
perasaan gembira bukan main begitu melihat siapa yang
datang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hahaha-hohoho?"anak setan! Benar-benar ajaib! Dicari-
cari kemana-mana tidak ketemu tidak dicari malah datang
sendiri! Hohoho". Sudah digariskan oleh takdir bahwa kau
memang harus mampus di tangan kami. Nah, lekas berikan
benda itu kepada kami!" Sam-mo yang sejak dahulu masih
juga takabur itu tertawa berkepanjangan.
"Benar, engkau agaknya selama ini juga mencari kami
untuk mengembalikan benda berharga kepunyaan pendekar Li
itu".." Toa-mo menyambung perkataan adiknya.
"Dan"..jangan sampai kami melukai engkau lagi dengan
pedang ini," Ji-mo ikut berbicara.
Ketiga orang iblis itu benar-benar tidak memandang
dengan sebelah mata kepada Chin Yang Kun. Mereka masih meremehkan pemuda itu sebagaimana pada pertemuan
mereka setahun yang lalu, dimana pada saat itu mereka dapat melukai dan menawan pemuda tersebut tanpa kesulitan.
"Yang-hiante, iblis inikah yang dulu melukai engkau".?"
Chu Seng Kun menyambut kedatangan kawannya dengan
gembira. "Benar !" pemuda itu mengangguk. "Oleh karena itu biarkanlah aku membalaskan sakit hatiku itu." Yang Kun
berkata mantap. "Tapi kuminta Yang-hiante tidak membunuh mereka! Toh
dahulu Yang-hiante juga tidak sampai mati di tangan
mereka....." Chu Seng Kun yang sangat mengetahui siapa
adanya Chin Yang Kun sekarang benar-benar merasa khawatir
jikalau pemuda itu akan menyebar kematian di tempat
tersebut. Yang Kun menoleh sekejap kepada temannya lalu dengan
sedikit mengangguk dia kembali mengawasi lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Asal mereka tidak terlalu mendesakku, aku juga tidak akan membunuh mereka," katanya. "Aku hanya ingin membalas
perlakuan yang pernah mereka lakukan kepada diriku...."
Kedua orang pemuda itu berbicara seenaknya seakan-akan
Tung-hai Sam-mo yang mereka bicarakan itu tidak berada di
hadapan mereka. Mereka berbicara seolah-olah mereka
berdua telah yakin benar bahwa mereka pasti dapat
menundukkan lawan-lawannya dengan mudah!
Tak heran jika iblis itu menjadi marah bukan main. Seakan
berdiri semua rambut di kepala mereka mendengar kata-kata
yang bernada meremehkan tersebut! Apalagi perkataan itu
dikeluarkan oleh dua orang yang mereka anggap
berkepandaian di bawah kemampuan mereka.
"Gila! Benar-benar gila......!" Toa-mo mencak-mencak.
"Bocah! Apakah engkau telah lupa bahwa kau tadi nyaris
mampus di tangan kami" Dan...kau bocah yang dulu juga mau
mampus pula! Apakah kau juga telah melupakan
pengalamanmu ketika kami seret dari luar kota Tie-kwan
sampai ke tempat tinggal pendekar Li itu?" teriaknya sambil melotot ke arah dua pemuda itu berganti-gantian.
Tapi sedikitpun kedua pemuda itu tidak menggubris
kemarahan iblis tersebut. Keduanya justru saling memandang dengan senyum dikulum.
Hampir meledak rasanya dada ketiga iblis yang biasa
ditakuti orang itu. "Hiyaaaaaat.....!" ketiga-tiganya berteriak berbareng.
Dengan formasi Ang-cio-hi-tin yang pernah mereka pakai
untuk menundukkan Chin Yang Kun, Tung-hai Sam-mo
kembali menyerang pemuda tersebut. Pedang gergaji yang
berada di tangan Toa-mo meluncur cepat ke arah tenggorokan Yang Kun. Gerakan mereka persis gerakan seekor ikan cucut
yang sedang menerjang mangsanya. Biarpun hanya Toa mo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menyerang, tetapi ternyata kedua orang adiknya juga
ikut melayang bagai menempel di badan Toa-mo !
Tetapi Chin Yang Kun yang mereka hadapi sekarang
bukanlah Chin Yang Kun beberapa tahun yang lalu. Selain
kepandaiannya telah maju berlipat ganda, pemuda tersebut
memang telah mempersiapkan diri jika sekali waktu bertemu
kembali dengan musuh lamanya itu. Dan kini cita-citanya
tersebut telah terlaksana, tanpa terduga ia dapat berhadapan muka dengan mereka!
Tapi untuk menjajagi kekuatan mereka bila bandingkan
dengan kekuatannya sekarang, Yang Kun tidak lekas-lekas
menginjak tempat kelemahan barisan itu. Beberapa saat
lamanya ia masih berusaha mengelak kesana kemari dengan
sesekali juga melontarkan serangan balasan.
Kadang-kadang terbersit juga pada pikiran Yang Kun untuk
mengadu kekuatan tenaga dalamnya yang ampuh itu dengan
kekuatan gabungan mereka yang dulu mampu menggempur
dan menggencet dirinya. Tapi ia menjadi ragu-ragu. Ia telah berjanji dengan Chu Seng Kun tadi bahwa ia tidak akan
membunuh mereka. Ia takut kalau tenaga Liong-cu-I-kangnya
itu tidak mampu mereka tahan, sehingga mereka menjadi
lumat karenanya. Selain itu ia telah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia akan membalas perlakuan mereka dahulu
dengan mempergunakan racun mereka sendiri. Agar mereka
juga tahu bagaimana rasanya Racun Ubur-ubur laut itu!
Oleh karena itu pertempuran satu lawan tiga tersebut
masih berlangsung dengan sengitnya. Tung-hai Sam-mo yang
marah dengan garang berusaha meringkus lawannya yang
masih muda, sementara lawannya itu masih juga meloncat-
loncat mengitari barisan mereka.
"Memecah Karang memotong jalan"..!" Toa-mo
meneriakkan jurus yang harus mereka lakukan.
"Melepas Sirip berbalik jalan!" sambungnya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak mengherankan kalau selama ini barisan mereka itu
belum pernah menemukan lawan. Gerakan mereka memang
benar-benar gesit dan tangkas. Sepintas lalu hampir tak
terlihat lowongan sedikit pun pada pertahanan mereka.
Mereka melenting, meloncat, menerkam dan menghindar
secara berbareng. Mereka bagaikan terdiri dan satu perasaan saja.
Tenaga yang mereka lontarkan juga bukan main kuatnya,
karena dalam barisan itu tenaga mereka juga terkumpul
menjadi satu. Setiap serangan dan tangkisan yang dilakukan oleh salah seorang dari mereka tak ubahnya kekuatan
gabungan dari mereka bertiga!
Untunglah Hok-te Ciang-hoat dari Chin Yang Kun telah
disempurnakan oleh neneknya sehingga kehebatannya sudah
menjadi berlipat ganda pula. Oleh karena itu meski Ang-cio-hi-tin demikian hebatnya, pemuda itu tetap bisa melayaninya
dengan tangkas, tanpa mengalami kesulitan sama sekali.
Tentu saja keadaan itu membuat Chu Seng Kun yang tadi juga menghadapi barisan itu menggeleng-geleng kagum. Sungguh
bukan main pesatnya kemajuan yang dicapai oleh temannya
itu. "Moga-moga hati dan jiwanyapun berkembang ke arah
yang baik dan lurus. Pemuda dengan kepandaian seperti dia
sungguh sangat berbahaya apabila sampai berjalan di jalan
yang gelap dan kotor?"" pemuda ahli pengobatan itu berdoa
dalam hati. Ketika sekali lagi Yang Kun mampu meloloskan diri dari
serangan lawannya yang hebat dan ganas, Chu Seng Kun
menggeleng-gelengkan kepalanya. Ilmu silat kawannya ini
benar-benar hebat, katanya dalam hati. Mungkin dia sendiri tidak bisa berbuat seperti itu. Dan hebatnya pemuda itu
seperti belum mengeluarkan seluruh kepandaiannya! Kadang-
kadang tampak pemuda itu seperti masih mau menjajagi
kepandaian Tung-hai Sam-mo!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belasan jurus telah berlalu pula. Sekarang kelihatan kalau Tung-hai Sam-mo mulai dijalari oleh kegelisahan. Lawan yang dulu pernah mereka kalahkan itu kini ternyata telah berubah menjadi sangat perkasa. Jangankan mengalahkannya, sedang
untuk melindungi diri dan mempertahankan barisan
merekapun kini tampaknya mulai susah. Gerakan tangan dan
kaki lawan mereka semakin tampak membingungkan serta
sulit diduga! Agaknya Chin Yang Kun sudah dapat menyelami gaya
permainan ketiga iblis tersebut. Beberapa kali pemuda itu
seperti sudah dapat membaca maksud dan arah dari gerakan
mereka. Sehingga setiap jurus yang mereka keluarkan tentu
akan dipotong dan dibikin kocar-kacir sebelum jurus itu selesai mereka lakukan.
Dan agaknya kegelisahan Tung hai Sam-mo ini terasa pula
oleh anak buah mereka yang berada di pinggir arena. Mereka tampak mulai ribut dan siap untuk turun tangan membantu
pemimpin mereka itu. "Nah ! Apakah kalian belum juga mengaku kalah dan
meletakan pedang itu?" Yang Kun mengejek.
Ternyata ketiga iblis itu sudah mata gelap! Rasa malu dan
penasaran membuat mereka gelap mata dan tak
mempedulikan lagi keselamatan mereka! Mereka menyerang
membabi buta. "Tahan"..!" Yang Kun berseru, hingga ketiga orang
lawannya terpaksa menghentikan amukan mereka. "agaknya
kalian belum sadar kalau kalah. Kalian belum percaya kalau aku masih menyayangi jiwa kalian. Huh, kalau aku mau, tanpa bergerak ke tempat lainpun kalian takkan bisa mencelakakan diriku".."
"Babi sombong....! coba buktikan ucapanmu," Toa-mo
berteriak makin marah. Bersama kedua adiknya ia kembali
menerjang Chin Yang Kun. Yang Kun tertawa gembira.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, lihatlah.....!"
Pemuda itu melingkar ke samping untuk menghindari
terkaman ujung pedang Toa-mo. Lalu ketika dilihatnya iblis itu masih juga memburunya pemuda itu cepat-cepat melangkah
mundur lima tindak ke belakang.
Melihat gerakan itu Toa-mo yang sedang marah menjadi
tertawa dan menghentikan serangannya.
"Hahaha....anak muda, kau tadi bilang tidak akan bergerak
dari tempatmu. Lalu mengapa kau sekarang malah berlari
mundur sambil terkencing-kencing begitu?"
Sekejap Yang Kun seperti mau marah, tetapi di lain saat
matanya menjadi redup kembali. "Hm, jangan bergembira
dahulu.....! aku memang belum mulai....."
"Persetan! Kalau begitu mengapa engkau tidak lekas lekas
memulainya" Masih menunggu saat yang baik bagi
kematianmu" Ayoh!"
Tiga orang iblis dari Laut Timur itu memasang kuda-kuda
berdasarkan barisan Ang-cio-hi-tin mereka. Toa-mo yang
berdiri di depan menyilangkan tangan kirinya di depan dada, sementara tangan kanannya yang memegang pedang terjulur
lurus ke atas. Ji-mo yang berdiri di belakangnya tampak
menyilangkan juga kedua bilah pedangnya diatas kepala,
sementara kedua kakinya ditekuk rendah sekali. Sedang Sam-
mo yang berada di ujung belakang dari barisan itu tampak
memegang tangkai pedangnya dengan kedua buah telapak
tangannya, seperti layaknya seorang tukang kayu yang ingin membelah tonggak pohon dengan kapaknya! Itulah
pembukaan dari jurus Ikan Cucut Menunggang Ombak!
Sebuah jurus yang kaya dengan variasi dan kembangan!
Jurus itu biasa mereka pergunakan untuk menghadapi musuh
yang lihai dan sukar mereka hadapi. Karena dengan jurus
yang kaya dengan perubahan tersebut mereka cepat dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesuaikan diri dengan gaya dan gerakan lawan apabila
mereka secara tak terduga menemukan lawan yang berat.
Dan itu berarti ketiga iblis tersebut mulai berhati-hati dalam menghadapi Chin Yang Kun. Agaknya mereka mulai berpikir
kalau-kalau lawannya kali ini memang telah maju pesat sejak pertemuan mereka dahulu. Siapa tahu pemuda ini telah
memperoleh seorang guru yang pandai"
Sebaliknya, pemuda yang secara diam diam sudah
menyiapkan sebuah cara untuk menundukkan Ang-cio-hi tin
itu dengan tenang mengerahkan sebagian dari tenaga Liong-
cu-i-kangnya. Tampaknya pemuda itu juga tidak mau
meremehkan barisan Cucut Merah lawannya. Dahulu ia pernah
pula merasakan bagaimana hebatnya barisan tersebut. Apalagi dalam perang tanding seperti kali ini mereka tentu akan
mengerahkan segala kemampuan yang mereka miliki untuk
menjaga nama baiknya selama ini.
Oleh karena itu tentu tidak mudah pula bagi pemuda
tersebut untuk begitu saja menjalankan rencananya. Mereka
tentu akan melindungi tempat kelemahan mereka itu dengan
ketat sekali. Sementara itu suasana di luar arena terjadi sedikit
kegaduhan ketika dari dalam rumah besar yang dijaga ketat
itu keluar seorang pemuda berpakaian sutera indah. Pemuda
itu berjalan tegap diikuti oleh seorang laki-laki gagah bertubuh tinggi besar.
"Siauw Ongya, ...! Siauw Ongya.. !" para perampok itu berteriak teriak menyambut pemuda berpakaian indah
tersebut. Semula, baru mendengar nama Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai disebut oleh pangeran itu saja Chu Seng Kun sudah
merasa kaget setengah mati. Kini begitu melihat siapa yang benar-benar datang di belakang pangeran itu, Chu Seng Kun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasanya malah seperti sedang bermimpi dan hampir-hampir
tidak mempercayai apa yang telah dilihatnya.
Laki-laki tampan bertubuh tinggi besar itu sungguh-


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sungguh Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang sangat
dikenalnya! Sementara itu empat orang jago yang telah siap untuk
bertarung di dalam arena itu telah mulai berlaga. Mereka tidak mempedulikan sama sekali keributan kecil yang disebabkan
oleh kedatangan pangeran itu. Masing-masing telah dicekam
suasana tegang di antara mereka sendiri. Masing-masing tidak mau melepaskan mata dan perhatian kepada lawan yang
berada di depannya. Dan pertempuran mereka kali ini benar-
benar hebat luar biasa. Tung-hai Sam-mo yang menyadari bahwa mereka kini
sedang berhadapan dengan seorang jago muda
berkepandaian tinggi, benar-benar mengerahkan segala
kemampuan mereka dalam Barisan Cucut Merah itu. Mereka
bertiga bergerak dengan lincah dan gesit secara berbareng, sehingga sepintas lalu mereka seperti bukan terdiri dari tiga orang manusia tetapi seperti lengket menjadi satu jiwa saja.
Mereka meloncat, menerjang, menghindar dan menjatuhkan
diri dengan manis sekali seperti tiga orang pemain akrobat yang sedang memainkan gaya dan gerakan ikan cucut di
lautan. Mereka menyerang dan bertahan dengan rapi sekali.
Mereka agaknya juga telah menyadari tempat kelemahan
mereka, sehingga dalam pertempuran mereka itu mereka
sungguh sungguh memperkuat tembok pertahanan dari
barisan mereka tersebut. Sedangkan Chin Yang Kun yang kali ini ingin membuktikan
ucapannya bahwa ia sebenarnya mampu menundukkan Ang
cio-hi-tin juga berusaha sekuat tenaga untuk
membuktikannya. Biarpun karena alasan-alasan yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disebutkan di muka pemuda itu tidak mau mengeluarkan ilmu
pemberian nenek buyutnya.
Ternyata Hok te Ciang-hoat yang telah disempurnakan itu
telah lebih dari cukup untuk menghadapi Barisan Cucut Merah ketiga iblis tersebut. Gerakan tangan dan kakinya yang kuat dan cepat itu ternyata mampu menahan dan membendung
gerakan ikan cucut yang dilakukan oleh ketiga iblis tersebut!
Sehingga lambat laun ikan yang ganas itu semakin terpojok
dan sulit bergerak seperti layaknya seekor ikan yang
terperangkap di dalam jarring! Kemanapun mereka akan
bergerak rasa rasanya selalu membentur kekuatan lawan yang melingkupinya.
Akhirnya beberapa saat kemudian justru ketiga orang itulah yang terkurung dan tidak bisa bergerak lagi dengan leluasa.
Hok te Ciang-hoat dari Chin Yang Kun yang hebat itu
mengurung dan mendesak mereka.
"Setan! Ibliiis"..!" Toa-mo yang suka mengumpat itu
berteriak penasaran. "Hei, kau memaki siapa?" Yang Kun dengan tenang
membalas seloroh itu. "Apakah engkau memaki dirimu sendiri
" Haha.... sungguh baru kali ini aku mendengar ada orang
memaki julukannya sendiri! Benar benar tidak aturan !"
"Anjing! Babi! Cacing busuk.......! Kubunuh kau!" Toa-mo meralat makiannya.
"Hahaha".. cobalah kalau bisa! Tapi sementara itu aku
akan membuktikan bahwa Ang-cio-hi-tin kalian ini benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa kepadaku meski aku hanya berdiri diam saja di suatu tempat".!"
"Bangsaaaat"..! Kau sungguh sombong sekali! Lekas
kaulakukan....... Iekaaaas........!"
Kemarahan Tung-hai Sam-mo benar-benar telah mencapai
ubun-ubun. Dengan Ang-cio-hi-tin mreka menerjang Chin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun tanpa perhitungan lagi. Dalam benak mereka hanya
ada satu keinginan yaitu lekas-lekas menggasak pemuda
sombong itu dan mencincangnya sampai lumat. Begitu
bernafsunya mereka sehingga mereka tidak begitu
memperhatikan lagi pertahanan mereka!
Dan inilah yang dikehendaki Chin Yang Kun. Di antara
amukan mereka yang membabi buta ia melihat banyak
lowongan yang terbuka. Maka tanpa menanti waktu lebih lama lagi Yang Kun melejit ke depan, menerobos pertahanan lawan dan menurunkan kakinya di samping tubuh Ji-mo.
Ji-mo segera menyongsong dengan pedang gergajinya.
Tapi pemuda itu dengan mudah mengelakkannya, lalu dengan
sedikit mengerahkan Liong-cu-i-kang pada jari-jarinya pemuda itu menjentik pedang lawan.
"Tingggg!" Pedang itu membalik dengan keras dan benar saja
menyobek leher Ji-mo sendiri. Untuk saat itu segera
membuang diri ke belakang, biarpun oleh karena hal itu ia
menjadi terhuyung-huyung keluar dari dalam barisan!
Otomatis bentuk barisan tersebut menjadi rusak. Dan kalau
saja Chin Yang Kun pada saat itu mau meneruskan
serangannya, tak pelak lagi barisan tersebut akan hancur.
Tapi Yang Kun ternyata tidak mempergunakan kesempatan
baik itu. Pemuda itu hanya melangkah ke depan mengikuti
gerakan kaki Ji-mo yang goyah. Tampaknya ia benar-benar
ingin membuktikan ucapannya tadi, bahwa ia mampu
membuat barisan yang sangat dibangga-banggakan itu tak
berkutik sama sekali terhadap dirinya ! Pemuda itu berusaha menempel terus di sebelah Ji mo yang malang.
Kedua Iblis yang lain segera menyesuaikan diri. Mereka
segera mendekati Ji-mo guna menyusun lagi barisan mereka.
Mereka belum menyadari bahwa lawannya sudah menginjak
titik kelemahan mereka. Mereka baru merasa terkejut ketika Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka bertiga sama sekali tidak bisa menyerang pemuda itu.
Mereka menjadi kikuk dan tak bisa menyerang lawan yang
berada di samping perut dan cucut mereka!
Bagai seekor belatung ketiga iblis itu melejit kesana kemari, berusaha dengan sekuat tenaga menghindari tempelan Chin
Yang Kun. Tapi seperti seekor lintah pemuda itu tetap melekat di samping mereka.
"Nah, kalian lihat! Bukankah barisan kalian ini sudah tidak berguna lagi......" Baik moncong maupun sirip ekor kalian
tidak mampu menyentuh tubuhku! Satu-satunya jalan
hanyalah mempergunakan pedang Ji-mo. Tapi seperti kalian
lihat tadi, begitu Ji-mo ikut menyerang".. barisan ini tidak punya pertahanan lagi! Sekali terjang Ang-cio-hi-tin ini akan hancur!" Yang Kun berseru diantara langkahnya.
"Kurang ajar! Monyet busukkk...!" Tung hai Sam-mo semakin naik pitam. Mereka menyerang semakin ngawur. Kini
tidak lagi dalam formasi Ang-cio-hi-tin. Mereka menyerang
berserabutan. "Heeiiitt!" Yang Kun menjejakkan kakinya ke atas tanah dan tubuhnya
melenting tinggi melampaui kepala lawannya sehingga ketiga orang musuhnya untuk sekejap seperti kehilangan sasaran.
Dan sebelum ketiga orang itu menyadari keadaannya, Yang
Kun sekali lagi menyerang mereka. Dengan jurus liong-
ongsao-te (Raja Naga Menyapu Tanah) kaki pemuda itu dari
atas menyapu tiga kepala lawan yang berada dibawahnya.
Angin tajam yang meniup di atas mereka segera
menyadarkan ketiga iblis tersebut dari kebengongannya.
Secara berbareng mereka bertiga menjatuhkan diri di atas
tanah, kemudian berguling menjauhkan diri.
Mereka bergerak dengan sangat tangkas dan sigap.
Meskipun begitu ternyata gerakan mereka masih terlalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lamban bagi Chin Yang Kun! Pemuda itu dengan gesit telah
mendahului dan memotong gerakan tersebut.
Bagai kilat menyamber kedua belah tangan Chin Yang Kun
menyambar ke arah lawannya dan sebelum semua orang tahu
apa yang telah terjadi, ketiga iblis dari Laut Timur itu telah kehilangan pedang masing-masing. Semuanya telah berpindah
ke tangan Chin Yang Kun! Dan sebelum ketiga iblis itu mampu berdiri dengan tegak, pedang yang berada di tangan pemuda
itu kembali meluncur ke arah pemiliknya masing-masing
dengan dahsyat. Tiada waktu atau kesempatan sama sekali bagi Tung-hai
Sam-mo untuk mengelak. Semuanya berlangsung dalam
tempo yang sangat cepat. Jangankan untuk menggerakkan
badan, sedang untuk mengejapkan mata saja rasa-rasanya
sudah tidak keburu lagi! Maka di lain saat terdengar suara jeritan mereka ketika pedang-pedang itu menghujam ke
dalam paha mereka masing-masing.
"Nah! Inilah pembalasanku! Kalian rasakan juga racun
ubur-ubur laut kalian itu.....!" Yang Kun berseru diantara suara lolongan mereka.
"Hmm"..sungguh kejam!" tiba-tiba terdengar suara desah
seseorang dari pinggir arena.
Chin Yang Kun cepat membalikkan tubuhnya. Dengan
tajam matanya menatap laki-laki muda yang mengeluarkan
suara itu. Seorang laki-laki muda dengan pakaian bersih dan indah! Beberapa orang pengawal tampak melingkarinya. Dan
salah seorang di antaranya, yang bertubuh tinggi besar benar-benar membuat pemuda itu tersentak kaget bukan kepalang!
Beberapa saat lamanya Yang Kun seperti tidak percaya
pada penglihatannya! Beberapa kali pemuda itu mengejap-
ngejapkan matanya, persis seperti yang dilakukan pula oleh Chu Seng Kun! Kedua-duanya sama-sama terkejut setengah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mati! Hanya kekagetan mereka kali ini mempunyai dasar yang berlainan.
Bagi Chu Seng Kun, selain tidak menyangka bahwa ia akan
dapat bertemu muka dengan sahabat lamanya yang telah
lama tidak pernah jumpa, pemuda itu juga merasa kaget
melihat sahabat itu kini berbalik memusuhi pemerintahan
Kaisar Han! Sementara bagi Chin Yang Kun, perasaan kaget itu lebih
didasarkan pada rasa gembiranya dapat bertemu dengan
salah seorang yang dianggapnya telah membantai seluruh
keluarganya. Pada waktu ibu dan adik-adiknya mati diracun
orang di tengah hutan itu, si pembunuh meninggalkan surat
agar ia pergi ke tepi sungai Huang-ho untuk menemui orang
itu. Dan di dalam gubug yang telah ditentukan itu ia
menjumpai orang ini! Saat itu ia dapat menangkap orang ini, sayang karena kelalaiannya orang ini dapat melarikan diri.
Dalam waktu yang singkat, wajah Yang Kun yang semula
cerah karena dapat membalas dendam terhadap Tung-hai
Sam-mo, berubah menjadi keruh kembali. Hatinya tampak
bergolak dengan hebat. Bayangan ibu dan adik-adiknya yang
mati keracunan kembali menggoda hatinya.
Tapi sebelum pemuda itu berbuat lebih lanjut, laki-laki
muda yang dikawal oleh musuh besarnya itu telah melangkah
ke depan. Dengan garang ia menunjuk ke arah Tung-hai Sam-
mo yang bergulingan di atas tanah karena menderita gatal di sekujur tubuhnya itu.
"Souw-taihiap... Bawa mereka ke pinggir dan obatilah!"
perintah laki-laki muda yang dipanggil siauw-ongya oleh para pengikutnya itu.
Pengawal berperawakan tinggi besar yang dipanggil
dengan nama Souw taihiap itu melangkah maju tanpa berkata
sepatahpun. Wajah yang sebenarnya sangat ganteng itu
tampak sangat dingin dan kaku, sedikitpun tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memancarkan perasaan yang terkandung di dalam hatinya.
Dengan langkah ringan ia mendekati Tung-hai Sam-mo
bergulingan di tengah-tengah arena, menotoknya beberapa
kali kemudian menyeret mereka kepinggir dan menyerahkan
kepada pengawal-pengawal yang lain. Semua itu ia kerjakan
dengan cepat dan tangkas sehingga semua orang baru sadar
ketika semua itu telah selesai dikerjakannya.
"A Hai... eh saudara Souw ! Selamat berjumpa!" Chu Seng Kun yang sudah sekian lamanya berdiri mematung itu
menyapa dengan suara bergetar. Oleh karena sedikit gugup
pemuda itu sampai memanggil dengan namanya saja. Sebuah
nama yang dipakai oleh Souw taihiap itu ketika masih
menderita sakit ingatan dahulu.
Pengawal itu tergagap dan menoleh dengan cepat!
Matanya yang dingin itu terbelalak, seperti orang yang sedang tersentak dari sebuah lamunan yang mengecewakan. Sekejap
mata ia memancarkan sinar kegembiraan yang besar, tapi
sedetik kemudian sinar itu menjadi layu kembali. Malahan
beberapa kali tampak oleh Chu Seng Kun, sahabat lamanya itu menghela napas berulang-ulang.
"Saudara Chu..." sahabat itu akhirnya berdesah perlahan,
?".. sayang kita terlambat berjumpa sehingga kita terpaksa harus berdiri berseberangan..... Aku..... ahh, sudahlah !"
"Saudara Souw! Apa".apakah maksudmu" Apakah yang
terjadi " Kau......?" pemuda ahli pengobatan itu terbelalak bingung menyaksikan sikap sahabatnya yang aneh.
"Saudara Chu, sungguh panjang kalau diceritakan.
Sekarang lebih baik kalian meninggalkan tempat ini,
sebelum..." "Souw taihiap, mengapa berhenti" Ringkus juga kedua
mata-mata Kaisar Han itu! Jangan biarkan lolos !" siauw-ongya yang berpakaian indah itu memberi perintah lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah pendekar itu tampak menegang sebentar kemudian
tertunduk lesu kembali. Matanya yang sayu itu menatap jauh ke depan.
"Orang ini adalah temanku. Dia bukan penjahat atau mata-mata. Biarkanlah dia pergi...." ucapnya datar.
"Huh! Apakah Souw taihiap sudah mulai membangkang
terhadap perintahku?" siauw-ongya itu menegur tak senang.
"Apakah Souw-taihiap sudah melupakan.....?"
"Baik! Akan kutangkap dia!" pendekar itu berteriak dengan
penuh penasaran. Suaranya menggeledek, menggetarkan
pucuk-pucuk pohon yang tinggi. Lalu dengan enggan ia
menunduk ke arah Chu Seng Kun. "Saudara Chu.....maafkan
aku! Aku benar-benar seorang yang tidak tahu membalas
budi! Dengan sangat terpaksa hari ini aku harus menangkap
kalian...." "Bangsat! Pembunuh keji! Lihatlah mukaku...." Yang Kun
yang sejak tadi juga hanya berdiam diri itu tiba-tiba berteriak keras. Kakinya yang panjang itu meloncat dengan tangkas ke muka.
"Yang-hiante, tunggu.....! Jangan.....!" Chu Seng Kun
berteriak khawatir. Tapi dengan tegak dan dada tengadah Chin Yang Kun telah
berdiri di depan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Matanya
menyala seakan mau membakar tubuh lawan yang berada di
mukanya. Kedua tangannya terkepal di depan dadanya, siap
untuk melontarkan Liong-cu-i-kangnya yang ampuh.
"Pembunuh licik! Apakah kau masih mengenal aku?"
geramnya menahan marah. Hong-gi-hiap cuma melirik sekejap, sedikitpun tidak
terpengaruh oleh sikap Chin Yang Kun yang ganas dan
mengandung nafsu membunuh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, aku belum pernah melihatmu, apalagi mengenalmu.
Siapakah engkau" Mengapa engkau menuduh aku sebagai
pembunuh licik?" Hong-gi-hiap balik bertanya. Lalu
sambungnya lagi dengan nada agak ragu, "Apa..... apakah
ada salah seorang dari keluargamu yang telah kubunuh?"
"Kau memang telah melupakanku. Tapi aku tidak akan
pernah lupa pada pembunuh ibu dan adik-adikku!" Chin Yang
Kun menjawab tegas. Hong-gi-hiap Souw Thian Hai menghela napas dengan
berat sekali, kepalanya tertunduk semakin dalam. Kelihatan betapa sedih hatinya.
"Engkau mungkin benar! Hampir sepuluh tahun aku
kehilangan ingatanku, dan selama itu pula aku tak sadar pada apa yang telah kukerjakan. Mungkin pada saat itu pulalah aku telah kesalahan tangan membunuh keluargamu".."
Sementara Chu Seng Kun menjadi semakin bingung
menyaksikan keadaan tersebut. Belum juga hilang rasa kaget dan herannya, kini ditambah lagi dengan sikap Yang Kun yang aneh terhadap Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, sahabat
lamanya! "Yang-hiante, bersabarlah"..! mengapa pula kau ini?"
serunya melerai. Kemudian melihat kawannya itu tidak dapat juga disabarkan, ia baru menghadapi Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai. "Saudara Souw, kawanku ini agaknya telah
mencurigai engkau, bahwa kau telah membunuh
keluarganya"..saudara Souw, benarkah engkau meracuni
wanita dan anak-anak setahun yang lalu" Tepatnya di hutan
sebelah utara kota Tie-kwan?"
Hong-gi hiap menoleh dengan cepat. Matanya yang
mencorong itu tampak berkilat merah. Kelihatannya ia
tersinggung mendengar tuduhan itu.
"Setahun yang lalu... " Saudara Chu, jikalau aku sampai berbuat jahat ataupun perbuatan tidak baik yang lain pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepuluh atau lima tahun yang lalu, mungkin semua orang
akan percaya, karena pada saat itu aku menderita sakit lupa ingatan. Tapi setelah penyakit tersebut kausembuhkan pada
lima tahun berselang....apakah semua orang masih
mempercayainya juga kalau aku berbuat sekeji itu" Dan harap direnungkan baik-baik, pernahkah Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai mempergunakan racun" Kukira, kalau hanya untuk


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membunuh orang saja kedua tanganku ini sudah lebih dari
cukup. Tak perlu aku mempergunakan senjata ataupun tetek
bengek seperti racun itu.....!"
Chu Seng Kun mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia
percaya seratus persen pada kata-kata itu, karena ia tahu
betul macam apa Hong-gi-hiap Souw Thian Hai itu. Apa yang
baru saja diucapkan oleh pendekar sakti itu memang benar
adanya. Lain halnya dengan Chin Yang Kun! Selain selama ini dia
memang belum pernah mendengar ataupun melihat sepak
terjang Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, pemuda itu memang
benar-benar telah dibutakan oleh dendam yang menyala di
dalam hatinya. Ucapan yang panjang lebar dari pendekar sakti itu justru ditafsirkan sebagai kata-kata hinaan terhadap
dirinya. "Bangsat! Betapa sombongnya engkau.....!"
"Hah" Apa-apaan ini" Souw taihiap, mengapa tidak lekas-
lekas turun tangan juga?" tiba-tiba siauw-ongya itu berteriak tak sabar. "Cepat ringkus mereka!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 10 "SAUDARA Souw ingatlah ! Jangan kauindahkan perintah
gila itu! Mari kita bersama-sama meninggalkan tempat ini!"
Chu Seng Kun berteriak memperingatkan sahabat lamanya itu.
Dan ketika Hong gi hiap tidak juga bergerak dari tempatnya.
Chu Seng Kun berganti siasat. ?" Atau kita lawan saja orang itu dan kita bubarkan para perampok yang mengganggu
rakyat ini! Saudara Souw".?"
"Kurang ajar! Tutup mulutmu!" siauw ongya itu
membentak. Kakinya menjejak tanah dan tubuhnya meluncur ke arah
Chu Seng Kun. Kedua buah tangannya dengan telapak tangan
terbuka menghantam lurus ke muka, mengarah ke wajah
pemuda ahli pengobatan itu. Serangkum hawa panas melesat
dari kedua belah telapak tangannya, membelah udara malam
yang dingin mencekam itu.
Pada saat yang sama, Chin Yang Kun yang juga sudah
tidak tahan lagi menahan luapan dendamnya, telah maju
menerjang Hong gi-hiap Souw Thian Hai !
Maka di lain saat dengan disaksikan oleh ratusan pasang
mata, berlangsunglah suatu pertempuran sengit antara tokoh-tokoh persilatan berkepandaian tinggi. Begitu dahsyatnya
pertempuran mereka, sehingga para perampok yang
memagari arena itu terpaksa berlarian mundur menjauhkan
diri. Masing masing mencari perlindungan diantara pohon
pohon dan reruntuhan rumah yang berserakan di sekitar
tempat itu. Mereka menjadi ketakutan ketika melihat beberapa orang kawan mereka jatuh terkapar di atas tanah akibat
terkena angin pukulan mereka yang nyasar.
Bukan hanya itu saja! Tanah, pasir dan batu kerikil yang tersepak oleh kaki kaki orang sakti itu ternyata juga mampu menembus kulit mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan merusak benda benda di sekitar arena tersebut. Oleh
karena itu dapat dibayangkan, betapa dahsyatnya
pertempuran mereka itu. Chu Seng Kun yang melayani pangeran muda itu benar
benar dibuat terkejut oleh kesaktian lawannya. ilmu silat
lawan yang bersifat keras dan cepat itu benar-benar hebat
luar biasa. Apalagi setiap gerakannya selalu ditunjang oleh hawa panas yang keluar dari tubuh pangeran itu ketika
mengerahkan Iwee kangnya! Dan hawa panas ini benar-benar
sangat mengganggu konsentrasi Chu Seng Kun, karena hawa
panas itu keluar dari badan lawan seperti tak habis habisnya, sehingga lambat laun hawa panas tersebut seperti mau
membakar udara di sekitar mereka.
"Gila! Ilmu apa pula ini?" geram Chu Seng Kun sambil
meringis kesakitan ketika lengannya menangkis pukulan
lawan. Lengan lawannya seperti berubah menjadi bara api
yang menyengat kulitnya ketika saling berbenturan.
Sedangkan di arena yang lain tampak Chin Yang Kun
sedang berusaha keras untuk menguasai lawannya. Masih
terbayang bayang di dalam benak pemuda itu ketika mereka
bertemu dan bertempur di dalam gubug kosong di tepi sungai setahun yang lalu. Lawannya, yagg ternyata adalah seorang
pendekar besar itu mempunyai bermacam-macam ilmu silat
aneh. Salah satu di antaranya adalah ilmu silat yang dilakukan dengan separuh badan. Untunglah dengan Hok te Ciang
hoatnya yang belum disempurnakan itu ia mampu
menundukkan orang itu. Sekarang ilmu silatnya telah dibenahi dan disempurnakan
oleh neneknya. Selain dari pada itu ia juga telah menerima warisan Liong cu i-kang dan Kim coa ih-hoat! Maka betapapun selama ini orang itu juga telah menyempurnakan ilmunya,
Yang Kun masih beranggapan bahwa ilmunya masih lebih
tinggi dari pada ilmu lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun tampak semakin bernafsu. Ia tidak ingin
lawannya terlepas seperti dulu lagi. Dengan Hok-te Ciang-
hoatnya yang hebat ia mengurung Hong gi hiap Souw Thian
Hai. Beberapa kali dapat mendesak dan menggempur ilmu
silat Iawan tapi sejauh itu ia belum dapat menjatuhkannya.
Sedangkan Hong gi hiap sendiri, biarpun selalu terdesak
dan terkurung oleh pukulan Yang Kun tapi pada saat yang
sulit ternyata masih selalu bisa menyelamatkan diri. Dan hal itu tentu saja sangat menjengkelkan Chin Yang Kun! Rasanya dalam keadaan terjepit pendekar besar itu masih punya jurus-jurus cadangan yang aneh-aneh untuk meloloskan diri.
Dan yang lebih menjengkelkan lagi, meski sedang repot
mempertahankan diri, pendekar itu masih selalu mencari
kesempatan untuk menoleh ke arah pertempuran yang lain.
Sehingga dalam pandangan semua orang, meski pendekar itu
kelihatan terdesak dan mengalami kesulitan, tapi sebenarnya justru berada di atas angin. Perbuatannya yang seolah-olah sedang mengalami kerepotan itu hanyalah suatu siasat untuk menjajagi kekuatan lawannya.
Tentu saja keadaan itu membuat Chin Yang Kun
tersinggung dan marah sekali! Apalagi ketika berkali-kali
lawannya memang selalu dapat lolos dari lubang jarum,
pemuda itu menjadi semakin marah dan merasa terhina. la
merasa seakan-akan lawannya itu memang sedang bermain-
main untuk menggoda dirinya.
"Yang-hiante, tahaaaan.. .! Jangan kau lawan orang itu!
Kau?"kau?".dia".!" Chu Seng Kun berteriak di antara
kesibukannya sendiri melawan siauw-ongya itu.
Tapi teriakan Seng Kun itu justru semakin menambah
kemarahan Chin Yang Kun. la merasa dipandang rendah
kepandaiannya. la merasa bahwa kawannyapun menyangsikan
kemampuannya untuk menghadapi Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurang ajar!" pemuda itu menggeretakkan giginya dan di
lain saat ia telah menyambar sebuah golok yang tergeletak di atas tanah. Dan sekejap kemudian pemuda itu telah
mengubah cara bersilatnya.
Sementara itu Chu Seng Kun yang sedang terkurung oleh
hawa panas lawannya tampak berusaha memperbaiki
keadaannya. Dengan Kim-hong-kun hoat warisan nenek
moyangnya, pemuda menghadapi ilmu silat lawan yang keras
dan cepat. Sementara secara perlahan-lahan ia mengerahkan
Pai-hud-sin kang untuk melindungi badannya dari pengaruh
sinkang lawannya yang aneh. Beberapa waktu kemudian
keadaannya berangsur-angsur menjadi baik. Ternyata baik
Kim hong-kun hoat maupun Pai hud sin kangnya mampu
mengimbangi ilmu yang aneh tersebut. Udara disekelilingnya tidak terasa begitu panas lagi, sehingga tubuhnya menjadi
lega dan dapat berkonsentrasi kembali.
Chu Seng Kun lalu berusaha mengamati ilmu silat lawan
yang hebat tersebut. Biarpun gerakan-gerakannya terasa
asing, tapi pemuda itu merasa pernah melihatnya. Cuma di
mana ia pernah menyaksikannya, ia telah lupa sama sekali.
Begitu pula dengan sinkang lawan yang berhawa panas itu,
rasa rasanya ia pernah mendengarnya pula.
Ketika siauw-ongya itu berputar ke samping untuk
memukul pelipisnya. Chu Seng Kun tidak berusaha untuk
mengelakkannya. Pemuda itu justru memapakinya dengan
jurus Merentang Sayap di Atas Kepala, salah sebuah jurus Kim hong kun hoat yang hebat. Kedua buah lengannya secara
serentak merentang ke samping dengan kuatnya, hingga
ketika lengan itu membentur pukulan lawan terdengar suara
berdentang bagai besi menghantam baja.
"Duuuuukkk !!" Mereka sama-sama tergetar, mundur beberapa langkah ke
belakang. Dan untuk beberapa saat mereka hanya berdiri
saling pandang, masing-masing masih mencoba mengamati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri untuk mengukur kekuatan lawan. Ternyata tenaga mereka berimbang, begitu pula ilmu silat mereka !
Chu Seng Kun menoleh ke samping. Dilihatnya Yang Kun
masih bertempur dengan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dan
sepintas lalu sahabat mudanya itu seperti di atas angin. Tapi meskipun demikian Chu Seng Kun tetap juga khawatir
terhadap keselamatan Yang Kun.
Yang Kun masih sangat muda, pengalamannyapun belum
banyak. Meski dilihatnya anak muda itu mempunyai ilmu silat tinggi, tapi yang dihadapinya sekarang adalah Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, seorang pendekar sakti yang selama itu
belum pernah menemukan tandingan. Jadi kalau pendekar
sakti itu kini sampai terdesak oleh serangan Yang Kun, hal itu benar-benar sangat mengherankan. Tentu ada apa apanya
dalam hal ini. "Hah, ternyata kepandaianmu sangat tinggi. Tak heran
engkau berani melawan kami?" tiba-tiba siauw-ongya itu menggeram keras, sehingga Chu Seng Kun tersentak dari
lamunannya. "......Tapi bagaimanapun juga kalian takkan lepas dari tangan kami!"
"Siauw-ongya, biarkanlah kami yang membekuknya...."
empat orang pengawal yang tadi mengelilingi pangeran muda
itu maju ke depan. Pangeran itu menoleh dengan dahi berkerut. Sejenak
kelihatan ragu-ragu. tapi akhirnya mengangguk. "Baik!
Lakukanlah! Tapi kuharap kalian berhati hati! Orang ini
mempunyai kepandaian yang lumayan ..."
Empat orang pengawal itu meloncat ke arena. Masing-
masing menggenggam golok besar di tangan kanan dan
membawa perisai besi di tangan kiri. Mereka berempat
meloncat berbareng, dengan gaya yang sama dan mendarat di
depan Chu Seng Kun secara berbareng pula. Gerakannya
tangkas dan sigap serta indah dipandang mata. Suatu tanda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa merekapun bukanlah orang-orang lemah dalam dunia
persilatan. Tapi sebelum mereka mulai bergebrak, tiba tiba Hong gi
hiap Souw Thian Hai tampak melejit datang. Ternyata kali
inipun pendekar itu mampu meloloskan diri dari kurungan Chin Yang Kun. Padahal pemuda itu sudah mempergunakan sebuah
golok untuk mengurung pendekar tersebut.
"Berhenti !" pendekar sakti itu berteriak. Tubuhnya yang besar itu berdiri bertolak pinggang di antara kedua pihak yang akan berlaga. Matanya yang mencorong dingin itu menatap ke arah siauw-ongya. "Pangeran, sekali lagi kumohon kepadamu
untuk membebaskan saja mereka. Aku berani menanggung
bahwa mereka bukanlah mata-mata seperti yang dituduhkan
oleh Tung-hai Sam-mo. Aku yakin benar akan hal ini. Orang ini adalah sahabat lamaku"."
"Souw Tai-hiap".." pangeran itu menjawab tidak kalah
garangnya. "Sejak kapan Souw Tai-hiap mulai menyanggah
perintahku" Apakah mulai saat ini Souw Tai-hiap akan
mengingkari janjinya! Sekali lagi kukatakan, orang ini harus ditangkap. Nah, silahkan Souw Tai-hiap mengerjakannya".!"
Wajah pendekar besar itu tampak merah padam.
"Pangeran! Agaknya pangeran juga telah melupakan
sesuatu. Dalam perjanjian yang kita buat itu hanya
menyebutkan bahwa aku hanya bertanggung jawab atas
keselamatan pangeran! Itu saja, lain tidak."
"Tapi...... bukankah mereka juga bermaksud mencelakai diriku " Mereka datang sebagai mata-mata musuh, padahal
musuh itu akan membasmi kita semua. Lalu apa bedanya
semua itu?" pangeran itu berkata marah.
"Tentu ada bedanya, pangeran. Karena pangeran
bermaksud merebut takhta, maka musuh pangeran tentu
banyak sekali. Selain Kaisar Han dan pembantu pembantunya, tentu masih ada juga yang lain, yaitu orang orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menginginkan juga singgasana itu. Dan semua orang itu tentu akan selalu berusaha keras membunuh pangeran. Nah,
apakah saya harus membunuh mereka itu semua" Padahal
semua yang dikhawatirkan itu belum terjadi?""
"Tetapi?""
"Sudahlah, pangeran ! Aku hanya akan bertindak kalau
pangeran benar-benar di dalam bahaya. Selainnya hal itu aku akan berdiam diri saja." Hong-gi-hiap Souw Thian Hai berkata tegas.
"Huh! Baiklah ! Jika demikian biarlah kami menangkapnya sendiri! Pengawal, kerahkanlah semua teman temanmu untuk
meringkus mata-mata ini !" Pangeran itu berseru.
"Baik !" jawab para pengawal, diikuti suara gemuruh para perampok.
"Tahaaaan.....!"
Hong-gi hiap berteriak keras untuk menghentikan orang-
orang itu. "Biarkan mereka pergi!"
Bukan main berangnya siauw-ongya itu !
"Hong-gi-hiap Souw Thian Hai! Kau benar-benar
menjengkelkan! Kau bilang kalau tidak akan turut campur, tapi sekarang menghentikan pasukanku. Apa maksudmu
sebenarnya?" "Orang ini bukan mata-mata! Dan orang ini juga tidak
bermaksud membunuh pangeran! Mengapa pangeran tetap
saja akan meringkusnya?"
"Jangan turut campur! Tentang mata-mata atau bukan,
biarkanlah aku nanti yang menyelidiki. Pokoknya ini saya
curigai, maka aku akan menangkap dia untuk diurus benar
tidaknya !" "Hahahahahaaa ,.!" tiba tiba terdengar suara tertawa Chin Yang Kun yang sangat keras. "Kalian ini benar-benar kerbau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sombong yang tidak tahu aturan. Memperbincangkan nasib
orang lain seperti anaknya sendiri, tanpa menanyakan
pendapatnya lebih dahulu."
"Yang-hiante " Apa maksudmu"'' Chu Seng Kun tergagap
kaget. "Chu-toako, maafkanlah aku. Biarkanlah aku berkata
kepada mereka." "Yang hiante".. ! Tapi kuharap .... kau jangan?""
Yang Kun meloncat setombak ke depan. Tanpa merasa
gentar sedikitpun ia bertolak pinggang diantara musuh-musuh yang mengepungnya.
"Hai, dengarlah kau!" serunya lantang sambil menunjuk ke
arah siauw-ongya. "aku tidak peduli, apakah kau benar-benar pangeran atau bukan. Yang terang kedatanganku kemari
hanya mempunyai satu maksud, yaitu menumpas....ya,
menumpas para perampok gila yang mengganggu wanita dan
penduduk di sini! Maka aku sungguh-sungguh tidak peduli apa yang kalian perdebatkan tadi. Apapun yang akan kalian
putuskan, aku tetap akan menghajar kalian semua,....!"
pemuda itu berhenti sebentar, kemudian menoleh dengan
cepat ke arah Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. ".......Dan kau, Hong-gi-hiap Souw Thian Hai! Aku baru tahu sekarang bahwa
nama dan gelarmu demikian muluk serta megah. Kau pun
tidak usah berlagak baik hati kepadaku. Bagaimanapun juga
aku akan tetap menuntut kematian ibu dan adikku! Nah, siapa yang ingin kubereskan lebih dulu, majulah... ..!!"
"Bocah sombong ! Aku ingat sekarang, kiranya engkaulah pemuda gila yang menyerang aku tanpa alasan di gubug
kosong itu. Lalu menyeret tubuhku melalui hutan di tepi
Sungai Huang-ho...." Secara mendadak Chu Seng Kun
mengerahkan Pek in Gin kangnya. Tubuhnya melesat tinggi,
lolos dari penjagaan empat pengawal yang tadi mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerangnya. Lalu dengan ringan mendarat di samping
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai.
"Saudara Souw..... saudara tidak usah melayani kemarahan
temanku itu. Ia telah dibutakan oleh dendamnya dan hal itu memang bisa dimaklumi. Segala sanggahan ataupun
keterangan saudara Souw tentu tidak akan diterima olehnya.
Oleh karena itu demi kebaikan semua pihak, kuharap saudara Souw mengalah kali ini. Biarkanlah hatinya menjadi dingin
lebih dahulu, baru nanti kita beri keterangan yang
sebenarnya....." bisik pemuda ahli pengobatan itu kepada
Hong-gi-hiap Souw Tian Hai.
"Baiklah, Chu-toako. Aku memang tidak bermaksud
melawannya. Sejak tadi aku memang selalu mengalah."


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terima kasih, saudara Souw. Marilah kita berdiri di pinggir sekarang! Kita lihat sepak terjang temanku itu."
Perlahan-lahan kedua sahabat lama itu bergerak ke tepi,
menyisih dari para perampok yang berduyun-duyun
mengepung tempat tersebut. Oleh karena ada Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai disisinya, tak seorangpun anggota perampok
yang mengganggu Chu Seng Kun.
"......tapi kita jangan terlalu jauh dari pertempuran.
Bagaimanapun juga aku terikat untuk melindungi keselamatan pangeran itu." Hong-gi-hiap berkata pelan.
"Tidak! Akupun ingin sekali melihat pertempuran ini.
Sebuah pertempuran yang tentu sangat mengerikan sekali
keadaannya"." "Mengerikan" Apa maksud saudara Chu?" Chu Seng Kun menghela napas berulang ulang. Dipandangnya Chin Yang
Kun yang kini berada sendirian di tengah-tengah arena.
Pemuda sakti itu tampak memegang sebuah golok besar,
matanya yang tajam tampak memandang berkeliling, ke arah
lautan senjata yang mengepungnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Souw, ketika bertempur melawanmu tadi,
mungkin dia belum mengeluarkan ilmunya yang
mengerikan.....Lihat sajalah nanti kalau dia sudah marah atau sudah kewalahan menghadapi pengepungnya! Golok itu justru
akan dibuangnya dan dia akan mengeluarkan ilmunya yang
sangat mengerikan." "Mengerikan".?" Hong-gi-hiap berdesah perlahan, dahinya
berkerut. Sementara itu suasana panas benar-benar telah membakar
hati setiap orang di tempat itu. Mereka seperti tidak punya pilihan lain selain bertempur dan membunuh untuk
menghilangkan rasa sesak dan panas di dada mereka.
Mereka seperti lupa pada keadaan mereka. Lupa bahwa
mereka hampir tidak istirahat sepanjang hari. Lupa bahwa
malampun telah menjelang pagi dan semalam suntuk mereka
tidak tidur sama sekali. Dan begitu salah seorang telah memulai menggerakkan
senjatanya, maka seperti kawanan lebah yang marah, yang
lain pun ikut mengayunkan senjata mereka. Dan disertai suara hiruk pikuk yang memekakkan telinga pertempuran itupun
meledak dengan dahsyatnya !
Chin Yang Kun yang marah itupun tidak mau sungkan
sungkan lagi, Hok te To hoat (ilmu Golok Menaklukkan Bumi) yang telah disempurnakan oleh neneknya ia keluarkan
sepenuh hati. Dengan disokong oleh liong-cu i-kangnya yang tinggi, golok itu bergerak bagai malaikat yang haus darah.
Kemanapun golok itu pergi korban pasti berjatuhan ! Tak
seorangpun dari para perampok itu yang mampu menahan
kekuatan Liong-cu i kang yang tersalur lewat golok tersebut.
"Mundur".! jangan terlalu dekat dengan pemuda iblis itu!
Kepunglah dia dari kejauhan! Persiapkan anak panah !" siauw-ongya yang belum mau turun tangan itu berteriak mengatur
anak buahnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang itu berloncatan mundur menjauhi Chin Yang
Kun. Mereka berdiri berjajar mengepung dari kejauhan.
Sebagian dari mereka mengeluarkan busur dan anak panah
yang telah diolesi racun pada ujungnya.
Yang Kun tegak berdiri di antara korban-korban yang
berserakan di tanah. Dipandang sepintas lalu keadaannya
sungguh sangat mengerikan. Kulit lengan serta pakaian yang dipakainya penuh dengan percikan darah korbannya. Golok
yang dijinjingnyapun sudah tak berupa golok pula.Dari
pangkal sampai ujung telah dibasahi oleh darah segar yang
masih menetes-netes. Pemandangan dalam arena pertempuran itu memang
sangat menggiriskan hati. Puluhan mayat yang tumpang tindih tampak bergelimpangan memenuhi halaman rumah,
sementara bau amis dari darah yang berceceran semakin
terasa menusuk hidung. Pemuda itu benar-benar telah
menjadi malaikat pencabut nyawa yang menyebar maut!
"Huh, pengecut ! Mengapa kalian mundur ketakutan"
Bukankah aku hanya sendirian, sedang kalian ratusan
jumlahnya?" Chin Yang Kun menantang sambil mengacung-
acungkan senjatanya. "Lepaskan panah!" siauw-ongya itu berseru.
Sebentar kemudian terdengar suara jepretan panah hampir
bersamaan dan... untuk sekejap udara malam yang gelap itu
tampak semakin kelam dengan ratusan anak panah yang
terlepas dari busurnya. Dan sesaat kemudian Yang Kun telah disibukkan oleh anak panah yang datang dan segala penjuru.
Pemuda itu memutar goloknya dengan kencang sehingga
hujan panah tersebut tak sampai mengenai tubuhnya. Tapi
anak panah itu seperti tak habis-habisnya! Benda itu meluncur datang tak putus-putusnya, dan ini sangat menyukarkan
pemuda itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bidik juga kakinya !" siauw-ongya itu memerintahkan
kembali. Yang Kun semakin menjadi repot. Dia harus memutar
goloknya lebih kencang dan lebih merata. Dan ini sungguh
sangat memeras tenaga ! Satu dua batang anak panah mulai
lolos dari putaran goloknya, menghantam tubuh serta melukai kulitnya. Untunglah, bagaimanapun juga Liong-cu i-kang
masih tetap melindungi dia, meski tidak sepenuhnya.
Tiba tiba pancaindera Yang Kun yang peka itu mendengar
desing suara panah yang lain dari pada desing anak panah
lainnya. Gaung suara anak panah tersebut serasa lebih
nyaring dari yang lain. Tapi karena panah yang datang
demikian banyaknya mana mampu dia membedakannya.
Tahu-tahu mata goloknya seperti membentur benda keras,
sehingga untuk sekejap daya putarnya seperti tertahan. Dan akibatnya sungguh sangat hebat! Beberapa batang anak
panah kembali lolos dari putaran golok, sehingga kini betul betul melukai badannya !
Darah mulai mengalir dari tubuh Chin Yang Kun. Darah
beracun yang sangat berbahaya bagi orang lain!
Darah yang keluar dari luka itu benar-benar makin
menggelapkan pikiran Chin Yang Kun. Dengan tenaga Liong-
cu i-kang sepenuhnya pemuda itu membuang golok ke arah
lawan, diikuti oleh teriakannya yang merontokkan jantung !
Apa yang dilakukan oleh Yang Kun ini sungguh di luar
dugaan semua orang ! Kehebatan Liong-cu-i-kang yang tersalur lewat teriak
kemarahan itu benar benar menggoyahkan keseimbangan
badan pendengarnya. Belasan orang yang berdiri di baris
depan tampak terjerembab ke atas tanah dengan muka
kesakitan. Mereka merasa seperti ada ledakan petir yang
mengguncang isi dada mereka. Begitu sakit rasanya sehingga mereka tidak dapat segera bangun. Malah beberapa orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diantaranya tampak bergulingan kesana kemari sambil
mendekap dadanya. Sementara itu belasan orang pemegang panah yang telah
siap untuk melepas panah juga tidak luput dari pengaruh
teriakan itu. Tiba tiba mereka juga terhuyung sehingga busur yang mereka tarik terlepas tak tentu arahnya. Akibatnya
beberapa batang diantaranya justru mengenai teman mereka
sendiri. Dan yang paling mengerikan adalah golok yang dilepas oleh
Chin Yang Kun! Golok itu melesat bagai kilat menyambar,
suaranya mengaung tinggi menggetarkan udara malam. Dan
ketika benda itu menerjang ke arah para pengepung, tak
seorang pun sempat bergerak untuk mengelakkannya.
Golok itu menghajar dada seorang perampok hingga
tembus, lalu membabat putus dua buah lengan perampok lain, kemudian menembus lagi tubuh dua orang di belakangnya
dan akhirnya baru berhenti ketika menghantam sebatang
pohon hingga tumbang. Semua akibat dari perbuatan Chin Yang Kun tersebut
berlangsung seketika dan tidak lebih dari pada sekejap mata saja. tetapi pengaruhnya sungguh membuat semua orang
tergetar hatinya. Termasuk Hong gi-hiap, Chu Seng Kun serta orang yang disebut siauw-ongya oleh anak buahnya itu.
"Saudara Chu, kata orang tenaga sakti Im-yang kang dari tokoh tokoh Im yang kauw itu tiada duanya di dunia ini."
Hong-gi hiap Souw Thian Hai berkata kepada Chu Seng Kun.
"Tapi melihat tenaga dalam pemuda ini, kata kata itu kukira sudah tidak cocok lagi."
"Ahh "..saudara Souw terlalu merendahkan diri. Ang-pek-sin kang (Tenaga Sakti Merah dan Putih) dari saudara Souw
sendiri juga tiada lawannya di dunia ini....."
"Benar.....orang juga mengatakan demikian pula. Tapi
setelah aku menyaksikan sin-kang pemuda ini aku sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulai ragu-ragu pula terhadap keampuhan Ang-pek-sin-kang
yang kumiliki.... Saudara Chu, siapakah sebenarnya pemuda
ini ?" Chu Seng Kun menggeleng dengan cepat. "Entahlah! Aku
mengenal dia karena Kaisar Han"."
''Kaisar Han?" "Benar! Baiklah nanti saya ceritakan setelah keadaan sudah tenang....dan tentu saja saya juga ingin mendengar cerita
tentang .....keadaan saudara Souw." pemuda ahli pengobatan itu menjawab sambil tersenyum.
Air muka pendekar sakti itu mendadak menjadi gelap.
"Saudara Chu, riwayatku kali ini sungguh sangat
menyedihkan. Lebih berat rasanya daripada penderitaan yang kualami ketika aku hilang ingatan dahulu...." katanya lemah.
Sementara itu pertempuran sadis dalam arena telah dimulai
lagi. Siauw-ongya yang kini telah turun tangan dengan
membawa busur dan anak panah, yang anak panahnya tadi
sempat membuat jebol pertahanan Chin Yang Kun, tampak
sudah memerintahkan lagi untuk melepas anak panah.
"Jangan takut! Dia sudah terluka oleh panah beracun
kalian. Sebentar lagi tentu jatuh ke atas tanah. Ayoh, bidikkan panah kalian ke segala bagian dari tubuhnya!"
Kemarahan Chin Yang Kun benar-benar telah sampai
puncaknya. Dan seperti apa yang tadi telah diramal oleh Chu Seng Kun, Yang Kun benar-benar telah mulai mempersiapkan
ilmunya yang mengerikan, Kim-coa ih hoat atau Baju ular
Emas. Pertama-tama pemuda itu melepas baju atas yang
kotor oleh darah, sehingga beberapa anak panah yang tadi
menancap di tubuhnya ikut tercabut pula keluar. Tak sepatah katapun keluhan yang keluar dari mulutnya. Kalau toh bibir yang terkatup itu mengeluarkan bunyi mendesis, hal itu bukan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena menahan sakit, tapi karena pemuda itu sedang
mengerahkan Liong-cu-i-kangnya yang ampuh!
Dalam keremangan sinar obor tampak kulit badan pemuda
itu berubah menjadi mengkilap kekuning-kuningan persis
seperti kulit ular yang terbalut minyak. Kemudian matanya
yang tajam itu juga berubah mencorong seperti mata harimau marah!
Dan ketika hujan panah itu kembali menyerang dengan
derasnya, pemuda itu segera memutar lengannya untuk
menangkis. Terdengar gemeretak suara anak panah
berpatahan ketika lengan yang penuh berisi lwee-kang itu
menyongsong derasnya anak-anak panah yang datang. Tak
sebatang panahpun yang mampu melukai kulit lengan
tersebut, seolah-olah kulit itu kini telah berubah menjadi baja yang tahan segala senjata!
Semuanya ternganga! Begitu pula dengan orang yang
disebut siauw-ongya itu! Baru terbuka pikiran mereka
sekarang kalau pemuda yang mereka hadapi itu ternyata
bukan pemuda sembarangan. Tapi kesadaran mereka itu
ternyata benar-benar telah terlambat!
Ketika pemuda yang mereka kepung itu tampak menyedot
udara segar sebanyak-banyaknya dan kemudian menghantam
dengan telapak tangan terbuka ke arah mereka, mereka
semua masih juga ternganga di tempat mereka. Sedikitpun
mereka belum menyadari bahaya yang tertuju ke arah
mereka. Baru setelah terasa ada serangkum hawa dingin menerjang
ke badan mereka, mereka baru tergagap sadar dari lamunan
masing-masing. Tapi kesadaran itu sudah tidak ada gunanya !
Pukulan jarak jauh dari pemuda itu keburu datang menghajar mereka.
"Duuaaaaaaar!" Disertai teriak kesakitan mereka, beberapa orang pengepung itu terlempar menimpa kawan kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat lamanya orang itu berkelojotan sambil
menggaruk-garuk tubuhnya, kemudian mati. Kulit tubuhnya
berubah menjadi kehitam-hitaman.
"Pukulan beracun !" Siauw ongya itu tersentak kaget.
"Hei?" Hong-gi-hiap tersentak pula. Lalu katanya sambil menoleh ke arah Chu Seng Kun yang berada di dekatnya.
"Saudara Chu, inikah ilmu yang kaumaksudkan tadi?"
Chu Seng Kun mengangguk. "......Tapi itu bukan pukulan beracun," pemuda itu menerangkan. "Darahnyalah yang
mengandung racun, sehingga tenaga sakti yang
dikeluarkannyapun menjadi beracun pula"."
"Bisa begitu ?" Hong-gi-hiap heran. "Ah".. sungguh berbahaya !"
Sementara itu siauw-ongya tampak meloncat ke tengah-
tengah arena diikuti keempat orang pengawalnya. Agaknya
dia tidak ingin lagi melihat anak buahnya menjadi korban terus terusan.
"Saudara Chu. ... celaka. Pangeran itu maju ke gelanggang sekarang. Wah, bagaimana ini" Apakah aku harus bertempur
juga dengan pemuda itu?" tiba-tiba Hong-gi-hiap berseru tertahan. Hatinya cemas bukan main. Bukan karena takut tapi karena tak ingin ia berkelahi dengan pemuda yang menarik
perhatiannya tersebut. "Sudahlah, biarkanlah dulu mereka berkelahi. Pangeran
itupun bukan orang sembarangan, apalagi di sana ada empat
orang pengawal yang siap membelanya mati matian." Chu Seng Kun menenangkan hati Hong gi hiap Souw Thian Hai.
Dalam arena, Yang Kun telah bersiap siap menghadapi
siauw-ongya dan pengawalnya. Tubuhnya yang berminyak itu
semakin berkilat-kilat di bawah sinar obor, sementara
mulutnya yang terkatup itu masih berdesis perlahan-lahan.
"Heittt!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran itu menyerang dengan busurnya. Tangkainya
yang panjang diayun mendatar seperti pedang, yang dituju
adalah leher. Suaranya gemuruh, menandakan kalau benda
tersebut digerakkan dengan tenaga dalam yang tinggi.
Bersamaan dengan itu, keempat orang pengawal yang
bersenjata golok dan perisai tampak menyerang juga. Secara berbareng mereka menusukkan ujung golok mereka yang
lancip ke arah betis Yang Kun. Sedang perisai yang berada di tangan kiri mereka taruh di atas kepala sebagai tembok
pertahanan. Mendapat serangan atas dan bawah seperti itu Yang Kun
tetap bersikap tenang. Dengan jurus Panglima Yi Po Mengatur Barisan ia mengulur tangan kirinya ke arah busur lawan yang datang, lalu sambil melangkah tiga tindak ke kanan ia
berusaha menyambar busur tersebut, sedang lengan
kanannya yang bebas segera menghantam ke lengan siauw
ongya agar melepaskan pegangannya.
Tentu saja pangeran itu tidak mau kehilangan busurnya.
Begitu melihat tangan lawan terulur ke arah senjatanya, ia segera mengubah arah serangannya. Busur besar itu
ditariknya ke belakang, lalu dengan ujungnya yang tumpul
busur itu ia sodokkan kembali ke arah dada lawan.
Sedang keempat pengawal yang telah kehilangan sasaran
karena lawan melangkah pergi, segera mengubah pula
serangannya. Golok yang tidak jadi mendapatkan sasaran itu bergegas pula mengejar mangsanya. Dan yang mereka tuju
tetap kaki lawan! Karena selalu diserang pada bagian atas dan bawah, Yang
Kun menjadi kewalahan, sedikitpun tidak punya peluang untuk membalas. Untuk mengadu tenaga juga tidak mungkin. Selain
mereka semua memakai senjata, sasaran merekapun selalu
terpencar, sehingga kalau mau mengadu tenaga Yang Kun
harus membagi bagi pula tenaga dalamnya. Dan hal itu sangat berbahaya sekali! Ya.. kalau tenaga itu dapat mengatasi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga lawan, kalau tidak, sama saja dengan menggali lubang untuk mengubur diri sendiri!
Agaknya antara pangeran dan keempat pengawal itu sudah
terlatih dalam menghadapi musuh secara bersama sama.
Buktinya serangan maupun pertahanan bersama mereka
selalu terjalin dengan cepat dan rapi. Sehingga sangat sukar bagi Yang Kun untuk mendapatkan tempat lowong untuk
menyerang. Beberapa jurus telah berlalu dan Yang Kun masih saja berada di pihak yang terdesak.
"Ilmu silat dan tenaga dalam pemuda itu memang sangat tinggi, tapi kulihat ia belum berpengalaman sama sekali."
Hong gi hiap berdesah perlahan. "Dengan kepandaiannya itu sebenarnya ia akan mampu menindih lawannya. Tapi kulihat ia belum bisa menggunakan kelebihannya tersebut... Eh.. ?"
pendekar sakti itu tiba-tiba mendongak dan menajamkan
pendengarannya. Tentu saja Chu Seng Kun menjadi terheran heran
dibuatnya. "Ada apa saudara Souw.....?"


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Eh, saudara Chu, apakah engkau mendengar sesuatu" Aku seperti mendengar suara terompet di kejauhan. . "
"Terompet?" Chu Seng Kun ikut ikutan memasang telinga,
"Kenapa aku tidak mendengarnya....?"
Pemuda itu mendongakkan kepalanya, berusaha
menembus rimbunnya daun dan menatap ke arah langit yang
mulai dijalari warna kemerah-merahan. Tapi tetap saja ia tak mendengar suara itu.
"Ahh...... sudahlah! Mungkin aku cuma salah dengar tadi!"
Hong gi-hiap berkata lagi. Lalu pendekar itu mengawasi
jalannya pertempuran antara pangeran dan Yang Kun lagi.
"Ah, pemuda itu masih saja belum dapat memanfaatkan
ilmunya !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang. Apa yang dikatakan oleh pendekar sakti itu
memang benar. Dalam dunia persilatan orang yang
mempunyai tingkat kepandaian seperti Chin Yang Kun
memang sulit dicari. Tapi pengalaman bertempurpun sangat
diperlukan dalam ilmu silat. Sebab dengan pengalaman orang akan bisa mengenal dan mengetrapkan ilmunya baik-baik.
Meskipun demikian karena ilmu yang dipelajari itu memang
bukan ilmu sembarangan, apalagi dipelajari oleh seorang
pemuda yang bertulang baik seperti Chin Yang Kun, maka
perbawanya juga tetap menggiriskan lawan. Hal itu dapat
dibuktikan di dalam pertempuran yang berat sebelah itu.
Biarpun lawan mampu mendesaknya sedemikian rupa, tapi
mereka toh tetap tidak dapat menyentuh dia barang
sekalipun. Akhirnya hati sang pangeran itu menjadi penasaran sekali.
Tanpa mempedulikan lagi akibatnya, pangeran itu
mengerahkan Iwee-kangnya yang ampuh. Sehingga tidak
lama kemudian, diantara ayunan busur dan gerakan
tangannya, tersebar hawa panas yang makin lama terasa
membakar tubuh mereka semua. Termasuk Yang Kun dan
keempat orang pengawal itu !
Pada mulanya Yang Kun merasakan pula pengaruh hawa
panas itu, tapi serentak dia meningkatkan tenaga sakti Liong cu i-kangnya, maka pengaruh hawa panas itu segera lenyap !
Tapi tidak demikian halnya dengan keempat pengawal yang
berada di sekitarnya. Karena tenaga dalam mereka terbatas
maka justru merekalah yang menderita tekanan hawa aneh
tersebut. Sehingga saking tak tahan mereka saling
berloncatan mundur menyelamatkan diri.
Akibatnya tinggal pangeran itu sendiri yang bertempur
melawan Chin Yang Kun. "Hmm, pangeran itu agaknya telah mengeluarkan lagi Iwee
kangnya yang berhawa panas. Tadi aku-pun hampir terjebak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan keanehannya itu...." Chu Seng Kun berbisik kepada
Hong-gi-hiap. "Tidak aneh.. ." Hong gi hiap menukas. "Ilmu hanya berpengaruh terhadap lawan yang mempunyai Iwee-kang
lebih rendah. Jika berhadapan dengan lawan yang mempunyai
sin-kang lebih tinggi, keanehan tersebut sudah tidak ada
gunanya lagi. Yang lebih berbahaya dari pangeran itu justru ilmu silatnya, yaitu ilmu Silat Angin Puyuh ..".."
"Hah"!" Ilmu Silat Angin Puyuh?" Chu Seng-Kun terbelalak.
"Bukankah ilmu itu kepunyaan Yap Lo cianpwe sebagai
keturunan dari Sin-kun Bu tek " Ohh..... makanya aku seperti mengenalnya tadi?""
"Benar! Pangeran itu adalah murid dari Yap Lo-cianpwe."
"Murid Yap Lo-cianpwe?"" tabib muda itu semakin kaget.
Dipandangnya lelaki gagah di sampingnya. Hatinya merasa
ragu ragu, tapi tak mungkin rasanya sahabat itu berbohong
kepadanya. Tapi untuk percaya begitu saja, rasa-rasanya juga berat pula. Bukannya ia tak percaya kepada sahabat itu, tapi baginya kata-kata tersebut benar-benar sukar dipercaya.
Khabarnya, Yap Cu Kiat atau lebih terkenal dengan sebutan
Yap Lo-cianpwe itu adalah keturunan langsung dari salah
seorang Datuk Besar Persilatan yang hidup pada zaman
seratus tahun yang lalu. Datuk yang bergelar Sin kun bu-tek (Kepalan Sakti Tanpa Tanding) itulah yang menciptakan Ilmu Silat Angin Puyuh tersebut.
Ilmu itu hanya diberikan kepada keluarga terdekat saja, tak mungkin diberikan kepada orang lain. Maka tak mungkin
rasanya kalau ilmu tersebut sampai diberikan oleh Yap Cu Kiat kepada pangeran itu. Apalagi pangeran itu ternyata adalah
seorang pemberontak yang ingin menumbangkan kekuasaan
Kaisar Han ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun Yap Cu Kiat adalah seorang tokoh besar persilatan, tapi selama ini ia tidak pernah turut campur dalam soal
pemerintahan. Baik pada zaman kaisar lama maupun pada
zaman kaisar sekarang ! Jadi tak mungkin rasanya kalau pendekar tua sampai
mendidik seseorang untuk memberontak kepada Kaisar Han.
Apalagi kedua orang putera pendekar itu sendiri, yaitu Hong lui-kun Yap Kiong Lee dan adiknya Yap Kim (Yap Tai-ciangkun), adalah pembantu-pembantu utama dari kaisar
tersebut. Agaknya Hong-gi-hiap Souw Thian Hai merasakan keragu-
raguan sahabatnya itu. "Sebenarnyalah apa yang kukatakan itu, saudara Chu. Sudah beberapa saat lamanya aku hidup
bersama rombongan mereka. Malah bukan hanya Yap
Locianpwe saja guru dari pangeran itu. Masih ada yang lain, di antaranya adalah Beng Tian locianpwe dan Siang houw Nio
nio ....." "Hah" Gila" Benarkah?"?" Chu Seng Kun melonjak saking kagetnya.
Hong-gi hiap tersenyum. "Nanti aku ceriterakan?".."
katanya. Chu Seng Kun termangu-mangu.
Beng Tian Lo cianpwe ! Tak seorangpun yang akan
melupakan nama besar itu. Nama seorang jenderal besar pada zaman Kaisar Chin Si beberapa tahun yang lalu. Jenderal
besar yang selalu setia kepada tugasnya! Jujur dan
berwibawa! Kepandaiannyapun sangat tinggi. Tak salah lagi, sinkang berhawa panas itu tentu Hwi-hiat Yang kang dari
jenderal besar tersebut?" Seng Kun berpikir di dalam hati.
Dan Siang-houw Nio nio juga bukan tokoh sembarangan.
Setahun yang lalu khabarnya dapat menyusup ke istana dan
hampir saja bisa membunuh Kaisar Han. Pendekar wanita ini
meskipun isteri dari Yap Cu Kiat, tapi karena masih ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hubungan keluarga dengan kaisar lama, maka sangat
membenci Kaisar Han. Begitu bencinya wanita itu kepada
Kaisar Han, yang dia anggap menjadi sebab runtuhnya Dinasti Chin, sehingga ia rela bermusuhan dengan putera kandungnya sendiri.
Chu Seng Kun menoleh ke arah Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai, tapi melihat sahabat itu sedang memusatkan
perhatiannya ke arah gelanggang, ia tak jadi bertanya lebih lanjut. Dengan menghela napas iapun memandang ke arena.
Tampak kedua jago itu telah berlaga kembali. Masing-
masing bertempur tanpa menggunakan senjata. Agaknya
busur yang dibawa oleh pangeran tadi juga telah dibuangnya, sehingga sekarang mereka berkelahi dengan tangan kosong.
Meski dengan tangan kosong ternyata pertempuran itu
justru kelihatan lebih dahsyat dari pada perkelahian mereka tadi.
Kalau tadi semua orang hanya menyaksikan ketangkasan,
kecepatan dan kekuatan ilmu silat masing-masing, sekarang
semua orang dibuat kagum oleh kedahsyatan dan keanehan
ilmu mereka yang tinggi. Begitu hebat dan tinggi ilmu kedua orang itu sehingga pengaruhnya terasa pula oleh para
penonton yang berada jauh di sekitar mereka.
Hawa panas dan dingin silih berganti mempengaruhi udara
di sekitar tempat berlangsungnya pertandingan. Kalau
pangeran itu sedang berada di atas angin, udara terasa
berubah menjadi pengap dan panas, sehingga mereka semua
seperti berada di dalam tungku perapian yang menyala.
Sebaliknya kalau Yang Kun yang berada di atas angin udara
segera berubah menjadi dingin menggigilkan, sehingga semua yang berada di tempat itu merasa seperti diselimuti oleh kabut es yang membekukan.
Tapi suasana aneh seperti di atas tidak berlangsung lama.
Bagaimanapun hebatnya ilmu silat Angin Puyuh dari pangeran Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut ternyata tidak dapat juga mengatasi Hok te Ciang
hoat Chin Yang Kun ! Apalagi selama mereka bertempur sang
pangeran tidak berani beradu tangan maupun kepalan barang
sekalipun. Mungkin pangeran itu telah merasa bahwa dirinya belum cukup kuat untuk menahan pukulan beracun dari
lawannya. Akhirnya pangeran itu menjadi sadar pula bahwa
bagaimanapun juga ia takkan mampu memenangkan
pertempuran tersebut. Maka sambil berteriak nyaring ia
mencabut pedang yang berada di pinggangnya.
Mendengar aba-aba itu empat pengawal yang sedari tadi
menonton di pinggir segera meloncat kembali ke tengah
arena. Dengan cepat mereka memotong gerakan Chin Yang
Kun, sehingga desakan yang dilancarkan kepada pangeran itu menjadi terputus di tengah jalan.
Tentu saja Yang Kun menjadi marah sekali. Dengan berdiri
tegak pemuda itu mengerahkan Liong-cu i-kang sepenuh
penuhnya! Sementara itu Hong-gi-hiap tampak menghela napas lega.
Otot badannya yang sudah menegang itu mengendor pula
kembali. "Nah, begitulah seharusnya. Pemuda itu terang masih
terlalu kuat baginya. Tanpa bantuan pengawal tak mungkin ia bisa menahan serangan yang hebat itu."
Tapi Chu Seng Kun segera menyentuh lengan Hong-gi-hiap.
"Jangan keburu lega dulu. Lihatlah gerakan kawanku itu!
Kalau saudara Souw tidak lekas-lekas menyelamatkan
pangeran itu, sebentar lagi saudara Souw akan menyesal
seumur hidup. Sungguh !!"
"Hah" Apa" Ohh....!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba tiba pendekar sakti itu meleset bagai kilat ke tengah arena. Orang yang harus ia lindungi keselamatannya sedang
dalam bahaya! Dan bersamaan dengan saat itu pula di luar dusun
terdengar suara terompet dan sorak sorai yang gegap-gempita seakan mau merobohkan desa tersebut !
"Siauw-ongya! Siauw-ongya! Pasukan pemerintah telah
datang !" para penjaga yang berjaga-jaga di mulut jalan tampak berlarian datang.
Suasana menjadi gempar. Tapi yang sedang berada di tengah tengah gelanggang
hampir tidak mendengar keributan itu. Keadaan pertempuran
mereka sendiri juga telah mencapai titik gawat.
Yang Kun pada saat terakhir telah melontarkan pukulan
udara kosongnya ke arah siauw ongya ! Sebuah pukulan yang
penuh berisi tenaga sakti liong cu-i-kang! Perbawanya
sungguh sangat menggiriskan hati, hingga sulit rasanya
pangeran itu untuk meloloskan diri.
Dengan semangat yang hampir putus asa pangeran itu
berusaha menghindar. Kedua kakinya menjejak tanah sekeras-
kerasnya sehingga tubuhnya terlontar tinggi ke udara,
meskipun demikian usaha itu ternyata tidak seratus persen
berhasil. Mula-mula empat orang pengawal yang berusaha menolong
tuannya tampak terpental ke kanan dan ke kiri. Perisai yang mereka gunakan untuk menahan pukulan Yang Kun terhantam
pecah berantakan. Sementara tubuh mereka yang kekar-kekar
itu terhempas keras ke tanah dengan kulit berubah kehitam-
hitaman. Beberapa saat lamanya mereka menggelepar seperti
ikan di dalam jaring dan selanjutnya mati dengan wajah
mengerikan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedikit hambatan dari empat orang pengawal ternyata tidak
mempengaruhi maksud Yang Kun dalam menghajar Iawan
pokoknya. Bersama dengan hancurnya perisai pengawal tadi
Yang Kun menghentikan aliran Iwee kangnya sesaat. Dan
dalam waktu yang sesaat itu terjadilah suatu pemandangan
yang mendirikan bulu roma !
Tampak tangan Yang Kun yang terulur itu memanjang
dengan cepat, mengejar tubuh Siauw-ongya yang berada di
udara. Begitu panjangnya lengan itu sehingga hampir
mencapai dua kali lipat lengan biasa. Oleh karena itu dengan mudahnya lengan tersebut menjangkau tubuh siauw-ongya.
Tapi pada saat yang sangat gawat bagi pangeran itu, tiba-
tiba datang segulung asap tipis berwarna putih dan merah,
menerjang ke arah lengan Yang Kun yang memanjang
tersebut. Lalu terdengar suara ledakan kecil, seperti suara cambuk yang meletup!
"Taasss!" Dan lengan yang panjang itu mengkerut kembali dengan
cepat! Tampak oleh Chu Seng Kun, Yang Kun terhuyung huyung
mundur dengan wajah pucat. Dari sudut bibirnya menetes
darah yang kehitam-hitaman, darah yang khas dari pemuda
tersebut. Sedangkan di hadapannya berdiri tegak Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai, memanggul siauw-ongya yang pingsan. Pendekar
itu tampak kesakitan pula. Telunjuk kirinya sibuk menotok di beberapa bagian lengan kanannya yang kehitam-hitaman.
Kemudian dengan tergesa gesa pendekar sakti itu meloncat
Sejengkal Tanah Sepercik Darah 6 Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Nurseta Satria Karang Tirta 7
^