Pencarian

Sepasang Pendekar Perbatasan 7

Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung Bagian 7


Belum habis ia berkata atau sekonyong-konyong
terdengar suara bergeraknya daun pohon kering yang
melayang jatuh. "Ada orang!" berteriak Hay Yan dengan terkejut.
Liu Bie yang cekatan, begitu ia lompat, pecut panjangnya sudah menggeletar diudara. "Bangsa cecunguk! Berani kau jual lagak didepan nonamu!" bentaknya.
Segera ia putarkan pecutnya dengan ilmu yang disebut sebagai Hong-hwee-cie atau Pecut Ekor Burung Hong
dengan cepat bagaikan gerakan ular hingga banyak daun2
dan ranting2 pohon yang patah berguguran jatuh ketanah Sekonyong-konyong terdengar desiran angin menyambar
dari tempat gelap. Wanyen Hong berseru perlahan : " Awas senjata rahasia!"
Segera puteri negeri Kim ini membuka baju luarnya,
lantas tampak sinar putih yang berkilauan menerangi
kegelapan malam. Dalam sorotan sinar putih yang berasal dari dadanya Wanyen Hong itu, semua senjata rahasia
meluruk jatuh diatas tanah.
Hay Yan maju memeriksa, kiranya senjata itu adalah....
Kiu-ciu Lui-seng. "Gorisan!" teriaknya dengan gusar.
"Hua-ha-ha! Hua-ha-ha! Sampai bertemu kembali
anakku yang manis" terdengar satu suara mengalun diudara yang kemudian lenyap dikejauhan.
Gokhiol dan Pato serentak mencabut pedangnya seraya
membentak, "Hai! Jahanam. Kemana kau hendak kabur"!"
Mereka hendak mengejar, tetapi Wanyen Hong lantas
mencegahnya sambil berkata, "Percuma saja kalian mengejarnya, ia sudah menggunakan ilmu entengkan tubuh
Leng-wan Gin-kang, sehingga kalian tak mungkin lagi
menyusulnya." Kedua anak muda cuma bisa berdiri dengan hati
penasaran dan rnendongkol.
Kim-gan-bie dengan tenang menyimpan pulang pecutnya
dan memandang kearah utara sambil berkata, "Dari sini kekampung Hay-kee-cun tidak jauh lagi, mari kita pergi kesana untuk berunding. Gorisan meskipun besar nyalinya, pasti ia tak berani datang kekampung itu untuk membuat onar lagi." mengajaknya.
Wanyen Hong manggutkan kepalanya tanda setuju.
"Tempat ini bukan tempat yang aman, "berkata Hay Yan" Ibu, mari kita pulang."
Diluar hutan sudah menunggu beberapa ekor kuda yang
ditambat, maka dengan menunggang kuda mereka berlima lantas berangkat menuju Hay-kee-cun.
---oo0dw0oo--- Semenjak Wan-yen Hong meninggalkan rumahnya
untuk pulang ke negerinya, maka segala-galanya ia
serahkan pada para tetangganya untuk mengurus. Dari
kegelapan malam tampak cahaya lampu pelita yang kelap-kelip menyorot keluar dari dalam rumah. Wanyen Hong
menjadi heran, "Aneh!" tukasnya, "orang kampung ini bagaimana tahu bahwa aku bakal pulang hari ini?"
"Mungkin rumah kita ada yang serobot!" kata Hay Yan dengan tertawa riang.
Mereka dengan perlahan-lahan turun dari kuda, tepat
nada saat itu juga terderigar pintu pagar terbuka dan heluarlah se-orang gadis dengan lampu gantung ditangan,
"ibu! Aku sudah lama menunggu kau disini" terdengar suara gadis itu berteriak dengan nyaring, dan bernada gembira.
Siapakah gerangan gadis itu" Semua orang heran, setelah ditegasi, astaga! Dialah Tai-tai.
Rambutnya sekarang disisir rapih dan digelung dua,
sepasang matanya tampak indah jeli. Dengan tersenyum simpul ia berjalan menghampiri orang ramai dengan
lenggang-lenggongnya yang menarik, tingkah lakunya kini telah berubah tidak seperti dulu yang ketolol-tololan lagi.
"Ha! Tai-tai sekarang sudah merobah menjadi seorang gadis yang cantik jelita!" berkata Gokhiol bergurau, hingga semua orang yang mendengarnya menjadi tertawa.
Dulu sejak Tai-tai melukai tumitnya Gorisan di atas
tebing yang curam dan berhasil menolong jiwanya Wanyen Hong, maka sejak saat itu Tai-tai diangkat sebagai anak oleh puteri negeri Kim ini. Kemudian oleh lm Hian Hong Kie- su, Tai-tai di tolong pula dengan membuka semua jalan-darahnya yang telah tersumbat sejak kecil, dan sejak itu pula Tai-tai kembali menjadi manusia normal, tidak seperti dulu yang kelakuannya seperti gila-gilaan.
Hal ini menunjukkan kecerdikannya yang melebihi orang lain. la dapat menduga bahwa Wanyen Hong dan kawan2nya pasti akan kembali ketempat itu. Maka begitu
mendengar suara derapan kaki kuda, iapun berlari keluar menyambut.
Wanyen Hong merasa heran, lalu ia menanya, "Kau setan cerdik, bagaimana kau dapat tahu bahwa ibumu akan kembali kesini sekarang?"
Tai-tai tertawa dan mengeluarkan sepuiyuk surat, lalu memberikannya kepada ibu angkatnya. "Ibu, harap jangan
marah. Sebenarnya aku telah pergi ke Ciong-lam San untuk mencari Yan cie-cie, tapi beberapa hari yang lalu, ditengah jalan aku telah bertemu dengan si pengemis aneh yang dahulu
memainkan ular merah dan yang telah menghadiahkan ibu kuda....."
"Oh, yah" Ingatanmu tajam sekali. Eh, apakah surat ini untukku?" tanya Wanyen Hong.
"Betul, dia menitipkan surat ini untuk ibu sambil mengatakan bahwa Yan cie-cie sudah meninggalkan Ciong-lam San ber-sama2 Tio Kong-coe dan menyuruh aku
menunggu saja disini. Siapa tahu ibupun ikut datang
kemari?" Gokhiol menjadi terkejut sekali. "Dimana dia sekarang?"
tanyanya dengan cepat. Sementara itu Wanyen Hong sudah membuka suratnya
dan belum habis ia membaca, tangannya sudah gemetaran clan wajahnya pucat pasi.
Hay Yan melihat gelagat kurang baik segera maju untuk mendukung tubuh ibunya sambil mencuri lihat isi surat itu yang berbunyi:
"Sudah duapuluh tahun lamanya kita berpisah, Hong-moay.
Aku Tio Hoan sebenarnya belum mati, tapi telah bertapa dipegunungan Kun-lun San, giat meyakinkan ilma Kian-kun Tai Kie-kang. Sebelum aku dapat membalas dendam kesumat. Tak dapat kita sailing berjumpa. Hong-moay, kini bahaya sedang mengancam! Janganlah kau tinggal ditempat lama ini!"
Dibawahnya tergambar seekor ular yang sedang
melingkar sambil mengangkat kepalanya.
Hay Yan berkata kepada Gokhiol, "Tak salah lagi, dia memang adalah ayahmu!"
Dengan suara gemetar terdengar Wanyen Hong berkata
separuh berbisik, "Syukur seribu kali syukur! Hoanko benar2 belum meninggal! Tapi mengapa kau tidak mau
menemui aku selama ber-tahun2 lamanya?"
Gokhiol kemudian menceritakan bagaimana ia telah
bertemu dengan ayahnya secara aneh dipegunungan Ciong-lam San.
Mendengar keterangan itu hati sang putri menjadi heran bercampur girang. Untuk ketegasannya ia menanyakan
pula, "Betulkah ada kejadian yang sangat aneh seperti ini?"
Kim Gan Bie mendekatinya, "Suci, kau lihat suratnya Tio Hoan yang mengatakan bahwa bahaya kini sedang
mengancam. Mungkin dia sudah mengamat-amaii sepak
terjangnya Gorisan. Malam ini Suci telah pulang kembali kekampung keluarga Hay, entah bahaya apa yang
mengintai kita?" katanya.
Kim Gan Bie setelah mendapat dengar tentang
tertawannya Im Hian Hong Kie-su dan para tokoh2 Bu-lim mendapat surat undangan dari Im Yang Jie-yauw untuk
datang ke Cian Hud Tong untuk mangadakan persidangan.
Diam2 ia memberitahukan peristiwa itu kepada Wanyen
Hong dan segera berangkat untuk menolongi Im Man Hong Kie-su.
Kemarin ditengah perjalanan mereka telah bertemu
dengan Pato. Wanyen Hong segera mengenalinya. Semula ia berniat untuk menyingkir, tapi Pato sudah turun dari kudanya. Sang Pengeran kamudian menceriterakan bahwa ayahnya telah membunuh diri. Kedatangannya sekarang
ialah untuk mencari Gokhiol.
Wanyen Hong menanyakan sesuatu dan tahulah bahwa
Tay Yang Lhama pernah datang ke Ho-lim. lapun sadar
ada sesuata yang kurang beres, maka ia melanjutkan
perjalanannya bersama Pato. Sepanjang jalan mereka
mencari jejak Gokhiol dan diluar dugaan barusan mereka telah bertemu dirumah penginapan.
Malam itu mereka mengadakan perundingan untuk
mem-perbincangkan maksud dari isi surat Tio Hoan.
Apakah gerangan arti : Jangan tinggal ditempat
lama2"........... "Kalau tempat lama yang dimaksudkan Hay-kee Cun, maka malam ini juga kita harus meninggalkan tempat ini!"
ujar Hay Yan. Tapi Tai-tai tak dapat menyetujuinya, katanya," Tempat lama yang dimaksud Tio Siok-siok tak mungkin adalah
tempat ini, karena ia dahulu belum mengetahui kampung keluarga Hay ini. Sebab ibu pun baru kemudian menempati tempat ini. Menurut pendapatku yang dimaksud tempat
lama tentulah Cian Hud Tong atau Goa seribu Budha
dimana dia dahulu pernah bertempur melawan Gorisan.
Bagaimana pendapat kalian?"
Wanyen Hong meng-annguk2-kan kepalanya, tapi segera
ia teringat pula kejadian pada dua puluh tahun yang lampau tatkala Gorisan dengan menyamar sebagai Tio Hoan telah mencemarkan dirinya, karena merasa ma!u dan rasa
dendam yang tak terhingga ia mengeretakkan giginya.
"Huh, tempat lama" Tempat yang tak dapat kulupakan,
Aku justeru hendak pergi kesana untuk membalas sakit hatiku kepada Gorisan, bagaimana aku bisa diam saja?"
Pato menggeleng dengan kuatir dan mengeluarkan
pendapatnya : "Kongcu, kau harus mempercayai kata2 Tio Cianpwee. Lagi pula
Im Yang Jie-yauw sedang mengadakan pertemuan dengan para tokoh Bu-lim digoa
seribu Budha. Maka tak salah lagi Gorisanpun akan berada
ditempat itu. Sebaiknya Kongcu jangan pergi kesana agar tidak menjadi mangsa perangkap mereka!"
Gokhiol tak setuju, katanya : "Adik mengapa kau berkata demikian" Kini Im Hian Hong Kie-su jatuh ketangan
sepasang iblis itu, masakan kita harus berpe!uk tangan saja tanpa berbuat sesuatu" Biarpun Kongcu tidak pergi, aku seorang diri akan pergi kesana Bagaimanapun juga aku bersumpah akan menolongi jiwa Im Hian Hong Kie-su!"
Diam2 Pato tertawa dalam hatinya. Sebenarnya
perkataannya adalah untuk membakar hati Wanyen Hong.
Dia tahu bahwa antara, bangsa Monggol dengan bangsa
Kim terpendam rasa dendam yang sudah turun temurun.
Sang puteri belum tentu hendak ikut bertempur melawan Im Yang Jie-yauw yang merupakan musuhnya, maka
barusan ia pura2 membujuk sang Kongcu supaya jangan
sembarang pergi. Sekarang begitu mendengar kata2
Gokhiol, iapun segera menjawab : "Kalau koko hendak pergi menolongi Im Hian Hong Kie-su, maka sebaiknya
kita berunding dulu, lalu barulah kita pergi bersama-sama."
Wanyen Hong manggut: "Antara kita berenam masing2
mempunyai persoalan sendiri2 yang berlainan. Mulai saat ini, kita harus menghapuskan perasaan perbedaan suku bangsa dan bersatu menjadi kawan untuk sama2
mengganyang kaum Iblis dari See-hek. Dengan demikian pasti Im Hian Hong Kie-su dapat kita selamatkan jiwanya."
ujarnya. Wanyen Hong berkata demikian karena ia adalah
seorang puteri dari negeri Kim, sedangkan Pato adalah pangeran muda Monggol. Sedangkan dalam kenyataannya
antara kedua negara itu sudah terjalin permusuhan yang hebat. Disamping itu Gokhiol adalah sanak saudara Kaisar Song dan ibunya adalah orang Kim dan ia sejak kecil sudah diangkat anak oleh Jenderal Tuli.
Hay Yan, meski adalah puteri Wanyen Hong, tapi tidak mengakui ayahnya sendiri yang menjadi musuh besar
ibunya. Semenjak kecil ia dipelihara Hay An Peng. Tai-tai adalah puteri angkat dari Wanyen Hong sedangkan Kim
Gin Bie adalah puteri Lu Bun Liong yang sejak kecil diculik dan kemudian diangkat sebagai puteri sendiri oleh seorang pangeran Kim. Sejak kecil Kim Gan Bie dipelihara oleh Tiang Pek Lonio. Sebenarnya ia adalah turunan dari
seorang menteri setia kerajaan Song.
Pada waktu itu semua tokoh2 rimba-persilatan telah
menerima surat undangan Im Yang Jie-yauw. Dan semua
orang merasa aneh, dengan hati ingin tahu mereka ber-duyun2 datang ke Giok-bun Koan untuk menyaksikan
keramaian. Diantara mereka ada ketua partai yang pada dua puluh lima tahun yang lalu telah dipecundangi oleh Im Hian Hong Kie-su. Mereka umumnya ingin membalas sakit hati yang telah terkandung selama puluhan tahun lamanya.
Kini mereka ingin menyaksikan sendiri betulkah Im Hian Hong Kie-su tertawan oleh Im Yang Jie-yauw" Bila benar mereka akan merasa puas, sebab dengan meminjam tenaga lain orang sakit hati mereka telah terbalas.
Tapi diantaranya ada juga yang tidak mempunyai
sangkut paut apa2, mereka hanyalah orang2 yang biasa berkelana didunia kang-ouw, yakni hanya ingin tahu dan mau lihat keramaian saja.
Ketika itu Ciang-bun-jin Bu-tong Pay Wan Han San To-
tiang yang telah lanjut usianya, menitahkan suteenya yang bernama Ong Ciok Hu untuk datang meninjau.
Kebanyakan yang datang ke Giok Bun Koan berasal dari partai Bu-tong Pay, karena pada tiga puluh tahun yang lampau partai itulah yang dapat anugerah dari Kaisar Song sebagai partai yang terhormat.
Im Hian Hong Kie-su dan Tio Hoan dahulu pun pernah
belajar silat di Bu-tong San. Ong Ciok Hu kali ini mendapat titah untuk datang ke Giok Bun Koan dengan maksud
untuk memohon kepada sahabat2 Bu-lim supaya jangan
mengenang kejadian yang telah lampau dan sudi
menyudahi saja soal itu, sehingga dengan dernikian Im Hian Hong Kie-su dapat tertolong jiwanya.
Hari itu Gokhiol melihat dirumah makan dua orang
Hwee-shio, satu diantaranya adalah Ong Ciok Hu itu.
Sementara itu Tay Im Lo-nie sudah mengadakan
pesiapan. Beberapa orang kepercayaannya telah ditugaskan untuk mengadakan penyambutan para tamu. Gorisan dan
Ang-bian Kim-kong mendapat tugas untuk meng-amat2-i
secara diam2 tamu2 itu. Dilain pihak, San Tik orang
kepercayaannya Bee Cin Ong-houw telah mendapat sebuah Leng-ciam dari Ong Houw untuk memimpin dua ribu orang pasukan Monggol untuk menuruti segala perintah yang
diberikan oleh Im Yang Jie-yauw dan mengadakan
perangkap menanti para tokoh Bu-lim masuk jaringan.
Menurut kebiasaan tata-tertib kang-ouw, orang2 yang
telah menyebarkan surat undangan tak pernah mengeluarkan suatu tipu muslihat terhadap para tamunya, maka para tokoh dari berbagai partai dan kalangan yang datang ke Giok Bun Koan ini mimpipun mereka takkan
menyangka bahwa Im Yang Jie-yauw sedemikian beracun
dan keji untuk menjatuhkan mereka kejurang kemusnahan.
Berselang dua hari para tamu sudah berkumpul diluar
Tuna Wang, diantaranya terlihat It Kiat Cinjin dari Go Bie Pay, Ang Cin To-tiang dari Hwa-san Pay, Pek le Kie-su dari Heng-ie Pay, Kim Jie Hauw dari Kwan Gwa Hek San Pay
dan Iain2 tokoh yang kenamaan.
Melihat Tay Yang Lhama hanya membawa beberapa
anak muridnya, mereka sedikit pun tak menaruh
syahwasangka. Ong Ciok Hu menanyakan kepada Tay Yang Lhama
dimana adanya Tay Im Lo-nie yang dijawab, "Sumoay berada di gunung untuk menjaga Im Hian Hong Kiesu.
Besok adalah hari pertemuan. Harap kalian datang pada waktunya untuk naik keatas gunung buat bertamu."
Keesokan paginya, sehabis semua orang sarapan, Tay
Yang Lhama mengajak Ang-bian Kim-kong masuk dan
mengundang para tamu lainnya untuk berkumpul di goa keenam belas di atas gunung.
Para tokoh silat mengikuti Tay Yang Lhama naik keatas gunung. Tak lama tampak seorang nie-kauw yang berparas pucat berdiri di mulut goa dan memberi hormat kepada para tamu yang datang. Para hadirin satu per-satu
membalas hormat. Dialah Tay Im Lo-nie.
Wanita iblis itu tersenyum, dan berkata dengan manis merendah "Siauw-nie merasa bangga atas kedatangan kawan2 sekalian. Kami sebenarnia tidak bermusuhan
dengan Im Hian Hong Kie-su. Tapi sebaliknya, dia selalu bersikap musuh terhadap kami maka kami telah
menawannya. Kini dia berada didalam peti batu untuk
menanti keputusan kalian untuk menentukan nasibnya."
Ong Ciok Hu melihat gerak-gerik si nie-kauw tidak
begitu wajar, ia mulai merasa curiga. Lalu ia menanya :
"Dimanakah kini Im Hian Hong Kie-su berada" Bolehkah kami melihatnya?"
Tay Tm Lo-nie tersenyum manis yang di buat2-nya:
"Tentu saja boleh, kalian dengan susah payah dan lelah telah memerlukan untuk datang kemari, memang kami
sudah menantikan kawan2 Bu-lim untuk melihat tawanan
katni dengan lebih jelas serta mengenalinya. Apakah betul2
orang yang telah siauw-nie tangkap Im Hian Hong Kie-su adanya" Karena kabarnya dia sudah dua puluh tahun lebih menyembunyikan
dirinya dipegunungan dan baru belakangan ini saja muncul untuk menimbulkan berbagai macam ke-onaran."
Dengan ramah-tamah Tay Im Lo-nie mempersilahkan
para hadirin untuk memasuki goa ke-enam belas. Kurang lebih tiga puluh orang tokoh2 rimba persilatan be-duyun2
berjalan masuk kedalam goa, setelah melalui arca2 yang tak terhitung jumlahnya akhirnya sampailah mereka pada
sebuah kamar batu. Pada mulut kamar itu terdapat sebuah pintu besi yang tertutup rapat2.
Si nie-kauw mmbuka pintu dan tiba2..... terlihat sinar cahaya matahari yang menerobos masuk dari luar
menerangi seluruh kamar! Di dalam kamar itu tampak
sebuah peti batu yang besar melintang diatas lantai.
Pada tutup peti terpahat sebuah lubang persegi dan
didalamnya kelihatan jelas muka Im Hian Hong Kie-su
yang tengah berbaring. Wajah Si Penunggu Puncak Gunung Maut tiada
berubah, hanya matanya yang terpejam. namun bulu
matanya ber-gerak2 menandakan bahwa dia tidak mati.
Para tamu merasa heran sekali bagaimana pendekar tua itu masih dapat hidup didalam sebuah peti batu selama
beberapa waktu lamanya."
Tiba2 Ang Cin To-tiang, berkata : "Dialah memang Am Hian Hong Kie-su!" lalu menoleh ke Ong Ciok Hu dan melanjutkan
: "Apa to-heng juga mengenalinya" Nampaknya dia tertotok jalan-darahnya, hingga tidak
sadarkan diri." Belum sempat Ong Ciok Hu menjawab, atau sudah
terdengar Tay Im Lo-nie berkata," Saudara2 sekalian, apakah kalian sudah melihat dengan jelas" Bila sudah jelas dan pasti orang ini adalah Im Hian Hong Kie-su, harap kalian keluar dari sini untuk mengadakan perundingan.
Siauw-nie masih ada sesuatu yang ingin dibicarakan."
Tay lm Lo-nie menutup kembali pintu kamar, sehingga
mau tak mau para tamu terpaksa mengundurkan diri
Kemudian si nie-kauw mengantar mereka berjalan meIalui sebuah gili2 keciI yang ber-liku2. Dinding dan lantai jalanan tersebut terbuat dari batu alam yang berwarna putih.
Tiba2 Ong Ciok Hu merasakan sesuatu bebauan yang
aneh! Per-lahan2 ia berbisik kepada It Kiat Cin-jin, "Apakah To-heng dapat mencium bau belerang?"
It Kiat Cin-jin menganggukan kepalanya," Aku
sendiripun merasa heran, bau ini datangnya se-olah2 dari celah2 batu lantai."
Tak lama kemudian sampailah mereka kesuatu tempat
yang berbentuk seperti baskom, tempat itu dikelilingi oleh tembok yang menjulang tinggi keatas. Pada tembok batu itulah tampak jalan2 kecil yang menuju keluar.
Berkata pula Ong Ciok Hu, "Lie Hoat-su hendak
mengantar kita kemana, apa ada jalan untuk turun gunung


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?" Tay Im Lo-nie tertawa lebar seraya berkata, "Hari ini siauw-nie merasa beruntung sekali atas kehadiran kalian.
Gunung Beng See San atau Gunung Pasir Berbunyi ini
luasnya sepanjang sepuluh lie. Disekitarnya terdapat goa2
yang penuh terukir arca2 yang bercorak seni. Antara goa2
ini terdapat pintu rahasia yang saling berhubungan satu sama lainnya. Sungguh suatu pekerjaan yang tinggi mutu-
seninya. Siauw-nie bermaksud mengantar kalian untuk
menikmati seluruh pemandangan disini. Setelah itu kita kembali kebawah gunung untuk bersantap bersama-sama."
Diantara hadirin sebagian besar memang belum pernah
mengunjungi Giok Bun Koan, maka mendengar penjelasan itu, mereka menjadi ketarik hati.
It Kiat Cin-jin lalu bertanya pada Tay Im Lo- nie, "Lie Hoat-su telah mengedarkan surat undangan kepada kami, sebenarnya hendak merundingkan soal apa" Sebaiknya kita kembali kebawah dahulu dan nanti mempersilahkan
kawan2 lainnya untuk melancong sendiri2. Bukankah ini mengirit waktu dan lebih baik?"
It Kiat Cin-jin adalah tokoh Go-bie Pay, diam2 melihat wajah Tay Yang Lhama yang samar2 memancarkan nafsu
pembunuhan. Sebab itulah ia telah mengajukan usulnya untuk segera kembali kebawah.
Tay Im Lo-nie tertawa. "Dalam surat undangan siauwnie berjanji hendak menyerahkan Im Hian Hong Kie-su kepada kalian untuk diadili. Sekarang kawan2 sudah capai, baiklah kita turun dahulu untuk bersantap, kemudian kita adakan perundingan. Nah, suheng! Lebih baik kau pergi dulu
mengadakan persiapan." kata Tay Im Lo-nie pada Tay Yang Lhama.
Tay Yang Lhama manggut, lalu segera bergegas berjalan pergi.
Ong Ciok Hu bertanya, "Eh, kenapa Tay Yang Hoatsu pergi dulu?"
"Su-hengku turun untuk mempersiapkan hidangan agar kalian tidak menunggu lama." kata Tay Im Lo-nie dengan tersenyum.
"Ah, bikin repot saja!" Ong Ciok Hu menyahut, sedangkan didalam hatinya ia sudah mempunyai firasat kurang enak.
Memang sebagian besar hadirin gudah mulai merasa
curiga, lagi pula mereka makin lama diajak ketempat yang letaknya sangat bahaya seperti liku Pat Kwa Tin, sedangkan bau belerang semakin santer merangsang hidung mereka.
Maka itu mereka ingin lekas2 kembali kebawah gunung.
Mereka berjalan lagi beberapa saat lamanya hinggh
tampak dihadapan mereka sebuah goa kecil dengan
muiutnya yang sangat sempit, untuk masuk kedatam hanya dapat dilewati seorang saja.
Tay Im Lo-nie berkata, "Goa ini adalah yang kedelapan puluh enam. Didalamnya terdapat patung2 cerita Gak Lian menolong ibunya dan......."
Pada saat itulah secara mendadak Biauw Tiin Lie-nie
membentak "Kami tak bermaksud untuk masuk kedalam goa! Inilah bukan jalan untuk turun kebawah! Tay Im Lonie, kau sebenarnya sedang menjalankan siasat apa?"
It Kiat Cin-jin turut membuka suara, "Lie Hoat-su, mungkin kau hendak mengurung kami ditempat ini?"
Wanita iblis itu terus berjalan dimuka, dengan paras menunjukkan senyuman palsu ia menyahut. "Siasat apa"
Ah, kalian terlalu banyak curiga."
Walanpun mulutnya mengucapkan kata2 menyangkal.
namun langkahnya makin dipercepat menuju kemulut goa!
Ong Ciok Hu, Biauw Cin Lie-nie, It Kiat Cin-jin dan
lain2-nya menjadi terkejut, berbareng mereka berseru, "
Jangan kasih iblis perempuan itu lari! Pegang dia!"
Kim Jie Hauw dari Hek-san Pai yang terkenal dengan
ilmu meringankan tubuh Langkah-Harimau, bagaikan kilat ia meloncat kemuka, mengejar si nie-kauw. Tapi setelah hampir tercandak, Tay Im Lo-nie secara tiba2 memalingkan badannya dan mengirimkan pukulan. Segera terasa oleh Kim Jie Hauw semacam angin dingin menyerang dirinya.
Cepat2 ia menyingkir kesamping, namun tindakannya
terlambat! ---oo0dw0oo--- KINI semua tamu baru sadar bahwa mereka sudah
tertipu! Pada detik yang menyusul, beberapa jago kelas satu yang berada dibelakang sambil berteriak laksana guntur, mereka menyusul kedepan bagaikan anak panah yang
melesat dari busurnya melayang diudara, berbareng segera terdengar pukulan yang serentak bagaikan gunung ambruk!
Dinding batu terhantam sampai retak dan debu berhamburan, namun Tay Im Lo-nie sudah keburu lari dan menghilang kedalam lubang goa lainnya.
It Kiat Cin-jin bersama beberapa orang pandai lainnya memburu datang, tapi dari sebelah depan sudah memegat seorang Lhama berpakaian jubah serba merah berdiri
dimulut lubang goa dengan angker. Ditangannya memegang sebuah kaca tembaga besar, dialah Tay Yang
Lhama. Dalam waktu yang sekejap dari dalam kaca tembaga itu keluar satu sinar yang dasyat sekali dag hawa udara terasa sangat panas bagaikan lagi dipanggang! Para tokoh rimba persilatan untuk sesaat lamanya tidak mampu berbuat apa-apa karena mata mereka menjadi silau.
Tiba-tiba . . . ffuutt .. , dan dari mulut goa itu
menyembur api yang ber-kobar2 dengan hebat!
Beberapa orang yang berada didepan, karena tidak
menduga bakal terjadi kebakaran, tak keburu lagi mereka menyingkir dan segera mati tertambus angus!
Semua bergegas mundur kebelakang, kini mulut goa itu sudah tertutup oleh api yang besar. Tak mungkin lagi bagi orang untuk menerobos kesana. Dari dalam api yang hebat itu karena bercampur belerang, tampak satu sosok
bayangan merah berkelebat masuk kedalam goa.
Tokoh2 Bu-lim berikhtiar untuk mencari jalan keluar, tapi tiba2 dari celah2 lantai keluar bebauan yang sangat merangsang hidung.
Ong Ciok Hu berseru, "Celaka! Gunung ini mengeluarkan belerang yang dapat menyala! Hayo,
kawan2, lekas kita cari jalan keluar!"
Semua menjadi kacau dan api semakin berkobar
bagaikan belasan naga menyemburkan api. Kiranya daerah Giok Bun Koan ini terkenal dengan tambang minyak
tanahnya. Sementara ini para tokoh2 Bu-lim sudah hampir
terkurang oleh lautan api yang kian berkobar kian
bertambah hebat nyalanya! Mereka melihat goa ditingkat keenam belas, dimma kini Im Hian Hong Kie-su masih
terbaring dalam peti batu, mereka hanya mampu melihat tanpa berdaya untuk datang menolong Pendekar Puncak
Gunung Maut ini, sebab jarak antara mereka dengan lm Hian Hong Kie-su dipisahkan oleh jurang api yang dalam!
Walaupun mereka rata-rata memiliki kepandaian yang
tinggi serta jempolan, namun terhadap lautan api ini mereka tidak berdaya sama sekali.
Kiranya lautan api itu adalah sebuah Hwee-liong-tin atau Barisan rahasia Naga Berapi yang sangat hebat serta keji
sekali ! Barisan ini telah lama tidak di pergunakan karena mendapat tentangan yang sangat hebat dari orang2 rimba persilatan. Hwee-liong-tin ini sengaja dipasang oleh Gorisan dengan mengikuti petunjuk2 kitab Kie-bun Tin-hoat yang telah di curinya dari Gunung Ciong-lam San dalam kuil Hu Cin Koan.
Cara membikinnya Hwee-liang-tin ini ialah dengan
membuat saluran2 dibawah tanah, lalu dialirkan minyak tanah dan belerang serta bahan-bahan yang mudah
terbakar. Maka bila disulut atau kena cahaya matahari yang cukup panas sedikit saja, lantas terjadilah api yang dengan melewati celah2 batu terus membumbung tinggi. Kalau
orang yang tidak mengenal rahasia Hweeliong-tin ini, sukar sekali baginya untuk dapat meloloskan diri.
Hari kini mulai menjelang magrib, Beng-see San telah terkurung oleh api yang berkobar-kobar sehingga dari jauh kelihatan berwarna merah-kemerahan bagaikan gunung
berapi. Syukur bagi tokoh2 Bu-lim, mereka masih dapat memepet dibagian tebing gunung yang cukup tinggi,
dimana api tidak dapat menjalar.
Mereka saling pandang satu sama lain dengan wajah
yang putus asa ! Mereka bungkam tidak bersuara!
Selang beberapa saat, barulah terdengar It Kiat Cinjin berkata dengan nada menyesal, "Aku begitu datang memang sudah merasa curiga terhadap Tay lm Lo-nie yang sepak terjangnya sangat aneh. Namun aku sedikitpun tidak mengira bahwa ia bakal menjebak kita dengan Hwee-liong-tin yang begini keji!"
Biauw Cin Lie-nie turut menghela napas, "Bila kita terus terkurung disini begini rupa, dalam waktu sepuluh hari tanpa makan tanpa minum, kita bakal tertawan tanpa dapat melawan........ ujarnya dengan lesu.
---oo0dw0oo--- SEMENTARA itu Wanyen Hong serta Gokhiol
berenam sedang berjalan menuju gunung Beng-see San.
Daerah ini adalah bekas daerah berkelananya Wanyen
Hong bersama puterinya dimasa lampau. Belum lagi
mereka tiba, dari jauh sudah terlihat api membumbung tinggi kelangit.
"Api itu berasal dari Beng-see San!" berkata Gokhiol dengan kaget sambil menunjuk kearah gunung, "Cilaka !
tentunya orang2 Bu-lim yaug datang ke Giok Bun Koan
"semuanya telah masuk perangkapnya Im Yang Jie-yauw !"
Tanpa ayal mereka lantas mengeluarkan ilmu gin-kang
untuk berlari cepat, tapi baru sampai ditengah gunung, lautan api sudah menghalang perjalanan mereka.
Wanyen Hong menjadi putus asa, "Mari kita berpencaran, masing2 mencari jalan naik keatas. Aku tidak percaya kalau semua jalan sudah tertutup oleh api!"
katanya. Lalu ke-enam jago2 ini berpencaran mencari jalan untuk naik keatas.
Malam telah berganti dengan pagi
Namun ke-enam jago2 kita masih belum juga
mendapatkan jalan aman untuk naik keatas, akhirnya
mereka berkumpul pula ditempat yang sama dengan saling berpandang-pandangan dengan penuh kecemasan.
Selagi mereka sedang bingung, se-konyong2 dari
segumpalan asap yang mengepul muncul seorang imam
yang bukan lain adalah Hu In too-tiang dari Hu Cin Koan.
Napasnya tampak ter-sengal2 seolah-olah ia sudah
kehabisan tenaga. Gokhiol dan Hai Yan lalu memapaki sambil menanya,
"Ada apa Too-tiang begitu tergesa-gesa?"
Sambil menyeka peluhnya yang mengalir turun Hu In
mengeluarkan sepucuk surat seraya berkata, "Guruku telah menyalin peta Kie-bun-tin ini secara kasar. Tapi dengan mengikuti petunjuk2 peta ini, kita bakal menemui jalan masuk dan keluar dengan leluasa."
Semua orang yang mendengarnya menjadi girang dan
bersemangat. Gokhiol buru2 menyambuti peta itu sambil bertanya, "Hian Cin Cian-pwee bagaimana mengetahui bahwa kedua Iblis Tangkula San itu sedang menggunakan barisan Naga Berapi ini?"
"Kemarin guruku menerima surat dari Wan Han San Ciang-bun-jin Butong Pay yang mengatakan bahwa lm
Yang Jie-yauw mengedarkan surat undangan yang telah
dibagi-bagikan kepada seluruh tokoh2 rimba-persilatan untuk datang ke Giok-Bun Koan, guna mengadili Im Hian Hong Kie-su. Too-tiang ini menanyakan apakah gurukupun dapat surat undangan tersebut" Tentu saja guruku jadi terkejut berbareng teringat oleh beliau bahwa Gorisan telah mencuri sejilid kitab yang didalamnya terdapat rahasia2
Hwee-liong-tin yang keji. Maka dapat diduga bahwa para orang gagah dari Bu-lim tentunya bakal mendapat
kesulitau, bergegas beliau menyuruh aku mengantarkan petanya yang kasar ini kepada siapa saja yang aku temui ditengah jalan yang sudi datang ke Beng-see San untuk menolong para orang gagah tersebut yang telah terjebak."
menerangkan Hu In. "Dugaan gurumu memang tidak keliru," kata Wanyen Hong, "Kami disini memang sudah mati kutu untuk mencari jalan naik."
Gokhiol lalu membuka peta itu, setelah dipelajari dengan seksama, ia lantas berkata, "Lekas, mari kita naik keatas untuk menolong Im Hian Hong Kie-su dan Ho-han Ho-han dari Bu-lim"
---oo0dw0oo--- Buat mengatur dan menguasai barisan Hwee-liong-tin
ini, Gorisan ditugaskan untuk menjaga goa ditingkat yang ketiga belas. Tempat ini merupakan tempat rahasia dari seluruh Gunung Ribuan Budha dan tempat ini pula dulu Gokhiol ditemukan serta Wanyen Hong dicemarkan oleh
Gorisan, si jahanam! Kiranya goa ditingkat ini juga yang merupakan kunci
dari barisan rahasia Hwee-liong-tin!
Yang menjaganya adalah Wan Hwi Sian alias Gorisan!
Gorisan yang telah menjalankan tugasnya semalaman
suntuk dan ketika fajar menyingsing, ia jadi teringat akan pesannya Tay Im Lo-nie kemarin bahwa diwaktu tengah
hari ia harus datang bersama Tay Yang Lhama kegoa
ditingkat ke-enam-belas untuk membunuh Im Hian Hong
Kie-su yang sudah tidak berdaya.
Terpikir yang Im Hian Hong Kit-su bakal mati dalam
waktu yang tidak lama iagi, Gorisan menjadi gembira dan mendumal seorang diri :
"Hem! Im Hian Hong Kie-su, kau boleh menjagoi rimba-persitatan sesuka hatimu, tapi, sekarang, hi-hi-hi, kau.....
kau bakal mampus ditangannya Gorisan! Huaha..ha! Oh...
Hua..ha-ha!" tertawa Gorisan dengan suara yang keras bagaikan ia sudah gila.
Tapi sekonyong-konyong terdengar satu suara yang
angker menjawab: "Gorisan! Betapa kau pintar, tapi hari ini kau bakal mati diujung pedangku!"
Gorisan terkejut, dengan cepat ia menoleh untuk melihat siapa Yang berkata, namun setelah menoleh kekiri, kanan dan belakang, tetap ia tidak menemukan seorang juga.
Diam2 ia tertawa sendiri, "Ah, kenapa sekarang aku jadi begini penakut" Apa lantaran karena aku sedang berpikir keras, lantas kupingku tanpa sebab mendengar orang
berkata " Mungkin ... mungkin. Gorisan, kau jangan takut, laki-laki sejati takut apa dengan segela setan pejajaran" hi-hi-hi, Hua..ha-ha!" kembali Gorisan tertawa dengan rasa puas.
Belum habis Gorisan tertawa dan menyeka peluh
dinginnya, mendadak suara berkeresek terdengar dari
belakang sebuah patung..... "Setan.......!?" pikir Gorisan dengan terkejut. Tapi yang muncul bukanlah setan atau memedi, melainkan seorang.......... wanita yang mencekal sebilah pedang yang mengkeredep cahayanya!
Wanita ini memakai topi kulit rase yang ujungnya terselip sebatang bulu merak yang indah, rambutnya terurai keluar sedikit, wajahnya yang cantik rupawan bagaikan rembulan, bibirnya bersemu merah-kemerahan, sungguh seorang wanita cantik yang jarang ditemukan..... Gorisan kesima sejenak melihat seorang wanita cantik tiba2 muncul dihadipannya, rasanya ia pernah kenal nengan wanita ini, tapi entah dimana" Ketika ia mengawasi lebih tegas. Astaga! Lantas saja tubuhnya gemetar, peluh dinginnya kembali ngucur, bahkan lebih deras, wajahnya pucat seperti kertas.
---oo0dw0oo--- KIRANYA wanita itu adalah saudara misannya
sendiri..... Wanyen Hong! Puteri dari negeri Kim.
Wanyen Hong tertawa dingin dan mengeluarkan suara di hidungnya yang menyeramkan : " Gorisan..... Gorisan....!!!
Kini kedokmu terbuka, apa kau masih mampu menyamar
pula" Hi..... hi.....hi..... Hai iblis! Kau adalah binatang jalang yang tak perlu hidup didunia ini. Lekas cabut pedangnu supaya kau mati tanpa meninggalkan rasa
penasaran!" Gorisan berdebar-debar hatinya, mulutnya berkemak-
kemik, tampaknya ia sulit sekali mengeluarkan perkataan,
"Wanyen Hong piauw-moay, aku.... aku.... tak pernah
menodai dirimu...... ka...... kau jangan per.... ca..... ya"
Berkata baru sampai disini. Gorisan yang ulung dalam segala hal, lantas dapat melihat bahwa Wanyen Hong
lengah sekejap, tak mau ia melewatkan ketika yang baik ini, bagaikan kilat tubuhnya dengan gerakan "Leng wan Cut-tong"
atau Lutung-sakti-keluar-dari-lubang, badannya
melesat kearah pintu, maksudnya untuk kabur!
Namun diluar dugaannya, dari sebelah luar segera
terdengar suara betakan-bentakan: "Kau mau kabur kemana?"
Empat bilah pedang menghadang dihadapannya! Ketika
ia memandang, tampak olehnya Gokhiol, Pato, Hay Yan
dan Tai-tai! Empat jago muda yang mulai tersohor
namanya dikalangan sungai-telaga. Ke-empat muda-mudi ini mengawasi Gorisan dengan sorotan mata yang tak
mengenal ampun. Kini Gorisan sadar bahwa jiwanya terancam, dengan
nada yang dibuat-buat agar orang yang mendengarnya
menjadi iba-hati, ia berkata memohon pada Gokhiol,
"Oh,.... muridku! Tolonglah diriku yang sudah tua ini, mengingat
jasa-jasaku kepadamu tempo hari itu. Lepaskanlah diriku sekali ini saja." ratapnya.
Tapi Gokhiol tak bergerak hatinya mendengar ucapan
Gorisan yang palsu ini, malahan dengan membentak ia
berkata, "Kau adalah serigala berkedok manusia! Aku bukan muridmu, dahulu kau hanya memperalat diriku saja.
Kini puterimu berada didepanmu. Apa bila ia mau
mengampuni kau, akupun segera akan melepaskan
pedangku." Gorisan lalu memandang pada Hay Yan, puterinya yang
ia dapatkan secara liar didalam goa ditingkat ketiga belas.
Walaupun Gorisan memandang puterinya dengan penuh
harapan, tapi si nona dengan mata yang menyeramkan
membentak, "Manusia iblis ! Orang semacam kau ini mati tiga kalipun belum lagi lunas dosa-dosamu!"
Gorisan tahu bahwa usahanya sia2 belaka, maka tak ada jalan lain selain dari pada..... menempur mereka mati2-an.
Dengan pandangan mata yang me-nyala2 dan bengis, ia
mengawasi sang puteri. "Puteri sialan, kau telah mendidik anakmu menjadi begini kejam" Kelak kau sendiri akan
celaka!" Wanyen Hong merasa dadanya seperti mau meledak.
Tanpa manantikan lagi orang selesai berkata, ia lompat menerjang, sambil membentak, "Gorisan, ajalmu sudah tiba!"
Pedangnya lantas berputaran menyapu dengan disertai
tenaga-dalam yang hebat, menyusul mana terdengar dua bilah logam saling bentrok dengan mengeluarkan suara bergemingan yang menyakitkan kuping. Gorisan merasakan telapak tangannya kesemutan dan linu! Buru2 ia meloncat kebelakang dengan menggunakan ilmu Leng-wan Gin-kang atau ilmu ringan tubuh kera-sakti. Dengan mata mendelik ia mengawasi Wanyen Hong.
Sementara itu Wanyen Hong terus merangsek, dengan
menggunakan gerak tipu Hong-song Lok-hoa atau Angin
meniup-merontokan-bunga. Pedangnya mengiris tajam
kesamping. Gorisan mengelak sambil otaknya bekerja, dalaan waktu yarg sekejap, ia sudah mempunyai suatu tipudaya yang keji.
Maka secara tiba-tiba punggungnya menempel pada
dinding batu seraya memanjat dengan menggunakan
kepandaian yang bernama "Menempel dinding-memanjat-tebing" Inilah suatu ilmu meringankan tubuh yang langka dikalangan rimba-persilatan!
Saat itu Wanyen Hong sudah menyerang dengan
hebatnya, berbareng Gorisan sudah merayap keatas. Kedua belah fihak bergerak dengan sangat cepat. Wanyen Hong tak sempat menarik kembali pedangnya dan menusuk
tempat kosong lalu maju terus dan amblas masuk kedalam tembok!
Ketika Wanyen Hong hendak menarik kembali
pedangnya, gerakannya terhalang dan terlambat setindak..... waktu yang walaupun hanya sekejap saja tapi dalam medan pertempuran sangat berharga sekali..... Saat yang pendek ini telah dipergunakan secara baik sekali oleh Gorisan untuk mencelat turun dan bagaikan halilintar pedangnya berkelebat menikam tenggorokannya Wanyen
Hong Tapi kalau hanya untuk menghadapi serangan yang
serupa ini saja Wanyen Hong tidak mampu, berkelit, dia bukanlah Wanyen Hong sebagai muridnya Tiang-pek Lonie, maka dengan sebat serta lincah ia berkelit dan
pedangnya Gorisan lewat dipinggir lehernya hanya terpisah beberapa dim saja!
Kini Wanyen Hong sudah berhasil menarik pedangnya,
sehingga Gokhiol beramai yang melihat jadi menarik napas lega.
Tidak sia-sia Wanyen Hong belajar silat dibawah
pimpinan Tiang-pek Lo-nie, begitu pedangnya Gorisan
lewat, dengan cepat ia merendek dan . . . gagang pedangnya sudah berhasil membentur badan pedangnya Gorisan.
Berbareng segera terdengar Gorisan berteriak seperti orang kesakitan dan tampak badannya mencelat mundur
dengan tangannya memegang iganya!
Kiranya barusan selagi Wanyen Hong membentur
pedang Gorisan, badannya dengan cepat maju selangkah sambil sebelah kakinya ia angkat untuk menendang iganya Gorisan dan berhasil kena dengan jitu!
Tampak Gorisan merintih, mukanya menunjukkan rasa


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jeri terhadap puteri dari negeri Kim ini!
Sebenarnya kepandaian Gorisan jauh lebih tigggi
setingkat dari pada Wanyen Hong, tapi karena pada
umumnya orang yang merasa dirinya telah berdosa, hatinya merasa tidak tentram dan hidupnya selalu berada dalam ketakutan. Kejadian yang seperti ini dialami juga oleh Gorisan. Seperti tadi, ketika ia untuk pertama kalinya mengenali Wanyen Hong, hatinya sudah mencelos. Lebih-lebih setelah melihat sepasang matanya Wanyen Hong
membelalak dan mengeluarkan sinar dengan perasaan
dendam kesumat yang luar biasa sekali hebatnya! Keruan saja dalam pertempuran barusan, Gorisan yang sedang
ketakutan jadi lengah dan akibatnya .... iganya kena tendangan kakinya Wanyen Hong.
Gorisan yang telah terkena telak iganya, berbalik dari takut kini menjadi gusar, rasa takutnya hilang bagaikan embun disapu bersih oleh sinar matahari pagi, dengan
raungan seperti harimau luka ia menggerang hebat,
pedangnya diayun hingga tergetar-getar, kali ini ujung pedangnya mengarah tempat yang mematikan atas dirinya Wanyen Hong.
Tapi Wanyen Hong tidak tinggal diam, ia mainkan
pedangnya sedemikian rupa, berjaga dengan teguh hingga air hujanpun belum tentu dapat menembusi sinar pedang penjagaannya. Sekali-kali Wanyen Hong dari dalam
penjagaannya juga mengadakan serangan balasan yang
tidak kalah hebatnya, lalu sambil menangkis setindak demi setindak Wanyen Hong melangkah mundur hingga
disamping sebuah patung yang disebelah belakangnya
terdapat sebuah pintu rahasia.
Wanyen Hong bermaksud memancing musuhnya masuk
ketempat dulu, dimana dirinya dicemarkan. Selagi ia
mundur sampai dimuka patung bertangan seribu, ia tiba2
saja berkata: "Gorisan, coba kau lihat apa telapak tanganmu masih ada?"
Tanpa disadari Gorisan mendongak dan melihat, betul
saja pada dinding tampak bekas telapak tangannya yang kini telah berwarna kebiru-biruan. Hatinya terkejut dan teringat masa yang lalu. ia sudah berusaha berulang kali untak menghapuskan tanda itu, tapi kenapa sekarang timbul kembali" Hatinya menjadi kaget tercampur heran!
Wanyen Hong tak sudi melewatkan kesempatan baik ini, selagi orang berdiri kesima. Siang2 ia sudah menyalurkan tenaga lwee-kangnya dalam pedang "Mo Hwee Kiam", hingga tampak asap panas mengepul-ngepul keluar. Lalu bagaikan gerakan se-ekor belalang meloncat keatas dahan pedangnya tahu2 sudah melekat pada pedang Gorisan!
Begitu kedua pedang saling tempel, segera mengepul
asap putih yang tebal dan ........ tring. Pedangnya Gorisan
telah kutung menjadi dua. Ditangannya ia cuma memegang gagangnya saja.
---oo0dw0oo--- Dalam keadaan yang terdesak itu Gorisan lalu
mengeluarkan ilmu Ceng-ling Kui-cin yang sangat ia
andalkan begitu melihat pedang sang putri menyerang pula untuk kedua kalinya, ia sudah bersiap untuk menyambut dengan sebelah tangannya. Tapi tiba2 ia batalkan
niatannya, sebab ia melihat pedangnya Wanyen Hong
sudah berubah menjadi merah bagaikan besi baja yang lagi dilebur dan gelombang hawa panas secara ganas sudah
menyerang dirinya, melihat keadaan serupa ini hatinya menjadi ciut. Tak ada jalan lain baginya, selain menangkis dengan gagang pedangnya, tapi kembali Gorisan menjerit dan tubuhnya lompat mundur kebelakang. Kiranya telapak tangannya dirasakan sangat pedih-panas seperti sedang menggenggam bara yang marong dan lantas saja telapak tangannya melepuh dan keluar bintik-bintik butiran air.
Cepat2 Gorisan melempar pedang buntungnya.
Dibalik punggungnya terdapat kunci pintu rahasia.
Gorisan tak ayal lantas memencet kenop, menyusul mana pintu besi terbentang lebar dengan dibarengi oleh suara yang gemuruh. Gorisan cepat2 meloncat masuk. Selagi
pintu besi hendak tertutup kembali, Wanyen Hong sudah tertawa dingin, "Hah! Gorisan, kau hendak lari kemari?"
lalu dengan pedangnya ia menahan pintu agar tidak
tertutup dan kembali terbentang lebar. Cepat bagaikan kilat tubuh Wanyen Hong melesat kedalam ruangan lain.
Tak ada jalan lain baginya, selain menangkis dengan gagang pedangnya, tapi kembali Gorisan menjerit dan tubuhnya lompat mundur kebelakang. Kiranya telapak tangannya dirasakan sangat pedih-panas seperti sedang menggenggam bara yang marong dan lantas saja telapak tangannya melepuh dan keluar bintik-bintik butiran air. Cepat2 Gorisan melempar pedang buntungnya.
Pato, Gokhiol, Hay Yan dan Tai-tai turut memburu
masuk. Kiranya barusan kunci rahasia pintu itu telah dikotek rusak oleh pedangnya Wanyen Hong dan tak dapat bekerja lagi seperti biasanya.
Sementara itu dari dalam ruangan terdengar suara
tertawanya Wanyen Hong dan suara ratapan meminta
ampun dari Gorisan. "Wah, celaka" seru Gokhiol, "Kongcu mungkin dapat dipengaruhi oleh kata2 manis si iblis dan ia akan terkena tipunya."
"Koko tak usah kuatir," diawab Hay Yan. "Ibuku sangat membencinya sampai ketulang-sumsum, dan didalam ruang inipula ibuku dicemarkan olehnya, maka tak mungkin ia akan memberi ampun."
"Aku masih merasa kuatir atas keselamatan Kongcu,
pasti ia akan terpedaya oleh iblis itu" kata Pato dengan rasa kuatir.
Sinona memandang sebentar si pemuda seraya
membantah, "Mustahil, hari ini Gorisan pasti akan menemui ajalnya diujung pedang ibuku, aku berani
bertaruh denganmu." Buru2 Gokhiol berkata, "Kata-katamu memang tak
salah, begitu ada ibunya begitu pula ada anaknya."
Ketiga orang yang melihat sikap Hay Yan tenang saja, mau tidak mau mereka turut merasa lega juga.
Sementara itu Wanyen Hong yang lagi menghadapi
Gorisan yang sudah bertekuk lutut dihadapannya sambil meratap memohon dikasihani.
"Hong Piauw-moay, aku memang berdosa terhadapmu, tapi perbuatanku dahulu hanyalah disebabkan karena aku sangat.... cinta padamu.... Maka tanpa mengingat akibat2-nya aku telah berlaku sembrono dan berbuat tidak senonoh terhadap dirimu. Hari ini bila kau dapat mengampuni
dosaku, aku bersumpah terhadap Thian Yang Maha Kuasa, aku akan pergi mengasingkan diri ketempat yang jauh
untuk menebus segala dosa2ku! Oh, Piauw-moay, berilah aku kesempatan yang terakhir" ratap Gorisan.
Benar saja Wanyen Hong lantas berhenti mendesak lebih lanjut, tapi ini bukan berarti ia menjadi lembek hati, ia benci kepada Gorisan seumur hidupnya! Namun bagaimana juga, mereka berdua masih tersangkut keluarga, dan dalam
hatinya ia masih mempunyai sedikit rasa kasihan.
Dari dalam kesangsiannya, Wanyen Hong berpikir pula,
"Menurut kabarnya Tio Hoan masih belum mati. Gorisan inilah yang menyebabkan kita berdua terpisah, maka
bagaimana aku dapat memberikan ampun padanya?" Maka mengingat hal itu sang puteri membentak, "Kau tak mungkin dikasi ampun!"
Berbareng pedang Mo Hwee Kiam berkelebat dan selagi
Wanyen Hong hendak menusuk dadanya Gorisan, tapi
secara tiba2 Gorisan mengeluarkan sebuah botol kecil. Tapi sedikit gerakan dari Gorisan tak akan lolos dari pandangan mata Wanyen Hong yang sangat tajam, dan segera ia
mengenalinya bahwa botol itu berisi obat untuk penyalin rupa yang sangat mujijat. Dahulu obat itu ditemukan secara kebetulan dalam kamar rahasia ini dan diantaranya terdapat juga sebuah botol lainnya sebagai obat pengawet muda yang kini berada dalam tangan Wanyen Hong.
Kemudian terdengar pula Gorisan meratap, "Hong
piauw-moay, obat mujarab yang tiada keduanya didunia ini masih kusimpan baik-baik......."
Belum sempat Gorisan menerangkan atau ia sudah
dibentak oleh Wanyen Hong, " Obat ini tiada guna bagiku!"
Berbareng Wanyen Hong membentak, Gorisan pun
segera melemparkan botol obat itu kemuka sang puteri.
Dengan sigap Wanyen Hong menyapu dengan pedangnya,
segera botol itu hancur dan dari dalamnya mengepul keluar asap hitam yang dengan cepat sekali telah menyelubungi seluruh ruangan goa rahasia yang tidak seberapa lebar itu.
Wanyen Hong terbatu-batuk, kepalanya dirasakan
pening, matanya berkunang-kunang, samar2 ia masih
sempat melihat wajah Gorisan yang menyeringai seperti iblis setindak demi setindak menghampiri dirinya.
Mendadak Gorisan mengangkat sepasang tangannya,
dari kedua telapak tangannya memancarkan cahaya
berwarna hijau yang berkilauan, telinganya Wanyen Hong mendengar suara tertawanya Gorisan yang mengejek, "Ha, perempuan lacur, apa kau masih belum mau roboh" Ha...
ha... ha! Robohlah kau atau aku akan menghantam remuk kepalamu hanya dengan sekali pukul saja. Tapi.... jangan dulu, aku mau lihat dulu badanmu yang putih bakal
menjadi hitam seluruhnya. Agar kau, perempuan lacur...
hi... hi.... hi... akan merasakan siksaan sedikit demi sedikit sampai
ajalmu tiba dihadapanku. Hhuuaahh.... haaa....haaa!" Wanyen Hong tak berdaya lagi mengangkat pedangnya,
pendengarannya kian lemah, samar2 ia masih mampu
mendengar suara tertawanya Gorisan yang terdengarnya seolah-oiah jauh.... jauh sekali. Namun dalam keadaan yang serupa ini, ini Wanyen Hong masih mampu melihat wajahnya si iblis yang sedang berjalan kearahnya.
"Aku telah diperdayai olehnya!" pikir Wanyen Hong didalam hatinya.
Pada saat yang genting bagi jiwanya Wanyen Hong,
telinganya yang memang sangat tajam pendengarannya ia masih mampu menangkap satu suara orang yang datang
dari tempat yang jauh... suara itu seperti suaranya Tio Hoan pada tujuh betas tahun yang lalu, sedikitpun tidak berobah.
Mendengar suara ini semangatnya Wanyen Hong
terbangun, memang benar saja, sesaat kemudian ia
mendengar suara Tio Hoan berkata, "Lekas kau berbaring
dan telan mutiara Ya-beng-cu kedalam mulutmu." secara beruntun Tio Hoan mengulangi kata2-nya pula.
Segera Wanyen Hong merasakan badannya terkulai dan
lalu rebah dilantai, dalam keadaan setengah pingsan ia masih sempat mengambil mutiara Ya-beng-cu untuk
disesapkan kedalam mulutnya. Lantas ia merasakan hawa yang nyaman masuk kedalam tubuhnya dan badannya
segera terasa segar kembali.
Tapi sekonyong-konyong terdengar suara kain dirobek, kiranya Gorisan telah berhasil menjambret mantelnya dan disebet hancur. Wanyen Hong menjadi gusar, tiba2 saja ia mencelat bangun sambil menyerang dengan pedangnya.
Saat itu Gorisan dengan tangan Liok-mo-ciang yang
beracun hendak mencengkeram Wanyen Hong, sang puteri yang melihat sepasang tangan berwarna hijau menyambar datang, lantas mengayunkan pedangnya membahat dengan cepat, tidak ampun lagi sepasang tangannya Gorisan
terpapas buntung! Gorisan menjerit kesakitan bagaikan gunung lagi
ambruk, badannya rubuh diatas lantai.
Wanyen Hong berdiri tegak membelakangi pintu untuk
mengawasi Gorisan, tampak. kedua belah tangannya si
jahanam terkapar dilantai, tubuhnya berlepotan darah segar, wajahnya telah berubah menjadi hijau sebentar lalu putih sekejap kembali lagi menjadi hijau dan seterusnya!
Melihat ini Wanyen Hong terrawa dingin, "Gorisan!"
katanya, "Sakitmu tidak berarti jika dibandingkan dengan apa yang telah aku alami selama tujuh belas tahun! Sakit hatiku hingga sekarang belum lagi cukup terbalas penuh!"
Baru habis Wanyen Hong berkata, Gorisan sudah
paksakan dirinya bangun sambil berseru, "Baiklah kita mati
bersama!" berbareng mana tubuhnya mencelat menubruk Wanyen Hong dengan dahsyat sekali!
Tapi dengan tenang Wanyen Hong mundur selangkah
sambil mengangsurkan pedangnya kedepan dan tepat
menyongsong dadanya Gorisan.
Segera terdengar suatu teriakan ngeri berkumandang
memenuhi ruangan sempit itu hingga orang yang
mendengarnya menjadi bergidik! Kiranya pedang Wanyen Hong sudah amblas separuh didalam dadanya Gorisan!
Dengan perlahan-lahan biang kerok rimba-persilatan ini terkulai dan meloso jatuh dibawah kaki adik misannya sendiri. Wanyen Hong, puteri cantik dari negeri Kim.
Wanita yang siang-malam Gorisan selalu rindukan, tapi tak pernah mendapat balasan sedikitpun.
---oo0dw0oo--- Gokhiol dan kawan2-nya yang berada disebelah luar jadi gelisah, karena sudah sejak tadi mereka tidak mendengar suara apa-apa dari ruangan sebelah, keadaannya tetap sunyi-senyap saja. Ketika mereka sedang bingung,
mendadak terdengar suatu jeritan ngeri yang maha dahsyat keluar dari tenggorokkannya Gorisan
yang seperti tersumbat oleh darah, suatu teriakan yang menyayatkan hati!
Mereka ini menerjang masuk untuk melihat apa yang
telah terjadi diruang sebelah, tapi pintu itu tertutup rapat dari sebelah dalam, ketika mereka hendak mendobrak
masuk, tiba2 muncul Kim-gan-bie sambi! berlari-lari.
"Su-cie dimana" Barusan aku melihat sesosok bayang orang masuk kedalam." katanya.
Kiranya Liu Bie yang ditugaskan oleh Wanyen Hong
untuk menjaga dimulut goa, ketika ia lengah sedikit, tampak bayangan orang berkelebat masuk, takut yang
menyelinyap masuk adahih fihak musuh, segera ia
memburu datang dan menanya Gokhiol beramai.
"Kami tidak melihat ada orang masuk. Bagaimana rupa orang itu yang kau lihat?" menanya Pato.
"Seperti seorang pengemis tua yang pernah aku lihat...."
menjawab Kim-gan-bie. Belum habis Liu Bie berkata. Gokhiol sudah lantas
memotong, "Dialah ayah-ku! Kemana ia pergi?"
"Justeru aku ingin menanya kau?" balik menanya Liu Bie.
Tapi mendadak dari belakang sebuah patung budha yang besar terdengar satu suara berkata, "Aku berada disini, mengapa kau berkoar-koar tidak keruan?"
Semua orang terkejut, dengan cepat mereka menoleh dan tampak seorang pengemis tua berjalan keluar dari belakang patung. Dia memang adalah si pengemis aneh yang
Gokhiol dan Hay Yan temukan ditengah jalan dekat
gunung Ciong-lam San. Dari antara kelima muda-mudi yang berada disitu, hanya Patolah yang masih belum mengenal pengemis aneh ini.
Diawasinya pengemis itu yang awut-awutan rambutnya,
pakaiannya compang-camping tidak keruan sedangkan
badannya kotor seperti keranjang sampah. Dipinggangnya melilit se-ekor ular berwana merah yang bentuknya sangat ganjil sekali, sehingga diam2 Pato menjadi heran dan merasa takut terhadap pengemis yang luar biasa ini.
Melihat kedatangan pengemis ini, Gokhiol dan Hay Yan lantas datang menyambut untuk terus memberi hormat,
"Ayah...." memanggil Gokhiol dengan rasa haru yang tak terhingga, sedangkan Hay Yan dengan rasa cemas berkata,
"Tio pek-pek, ibuku terkurung dalam kamar ini, tolonglah agar ia dapat keluar."
Pengemis tua itu menjawab dengan suara yang dalam,
"Anak yang manis, ibumu tak kurang suatu apa didalam, malah kini ia sudah berhasil membunuh Gorisan. Yang
terpenting sekarang ialah kita harus menolong Im Hian Hong Kie-su secepat mungkin, terlambat setindak kita bakal menemukan mayatnya saja."
Tai-tai dengan cepat berkata, "Tidak bisa!" katanya memprotes," Bagaimana ibuku boleh ditinggal seorang diri didalam bersama mayat Gorisan?"
"Ha-ha, anak tolol, kenapa sampai begitu jauh kau masih juga tolol" Ibumu ada baiknya bersembunyi dulu disini untuk sementara waktu. Menolong Kie-su adalah sangat penting sekali. Mari lekas ikut aku, jangan banyak cing-cong lagi." ujar si pengemis.
Sehabis berkata si pengemis sudah balikkan badannya
dan bertindak pergi. Gokhiol yang hendak menanyakan
lebih lanjut tentang keadaan ayahnya selama tujuh belas tahun, tetapi karena keadaan sekarang sangat genting, ia urungkan maksudnya dan berkata, "Mari hayo lekas ikut ayahku." ia mengajak.
Mereka beramai lalu mengikuti si pengemis mendaki goa kesatu. Disana tampak sebuah jalan yang sempit berliku-liku. Sinar matahari memancar dengan terangnya. Diluar mulut goa terdapat celah-celah, dari sini mereka dapat melihat kebawah jurang dimana api sedang berkobar-kobar dengan dahsyatnya.
Terpisah beberapa tombak dari mereka, ada sebuah goa lainnya yang berangka. Si pengemis mencelat masuk dan
segera disusul oleh yang lainnya. "Im Hian Hong Kie-su tentunya terkurung didalam goa ini." bisik Hay Yan pada Gokhiol.
Goa keenam belas ini adalah sebuah goa alam,
didalamnya terdapat patung2 serta lukisan2 yang indah, dibelakangnya terdapat sebuah kamar batu. Mendadak
terdengar suara pintu berbunyi dan dari dalamnya muncul seorang lhama yang mencekal sebuah sekop, lhama ini
begitu melihat ada orang masuk lalu menegor, "Siapa yang datang?" Dengan sikap agak jeri lhama itu palangkan sekopnya didepan dadanya.
Gokhiol dan Hay Yan mengenali bahwa lhama itu
adalah Ang-bian Kim-kong. Gokhiol sudah tidak dapat
menahan hatinya, dengan membentak keras ia maju
kemuka. " Ang-bian Kim-kong, apa kau masih mengenali tuan mudamu?"
Ang-bian Kim-kong terkejut, dengan cepat ia menyapu
dengan sekopnya hingga pedang Gokhiol tersampok
kesamping. Liu Bie yang berada dibelakang pemuda kita lantas saja bekerja. Dengan pecut Hong-bweepian ia
menyambar sekopnya si lhama dan tanpa dapat ditahan lagi alat itu terbang diawang-awang.
Ang-bian Kim-kong jadi takut, dengan badan gemetaran ia berbalik untuk kabur. Tapi secara mendadak si pengemis sudah membentak, "Diam!" berbareng mana tangannya sudah mencengkeram kedepan. Kiranya dengan ilmu Pek-kong pa-hiat atau Menotok-jalan-darah-melalui-udara, si pengemis sudah menyerang Ang-bian Kim-kong, sehingga si lhama merasakan sekujur badannya kesemutan dan tidak mampu berkutik lagi.
Pato lantas saja maju untuk menghabiskan riwayatnya
Ang-bian Kim-kong, tapi dengan cepat sudah dicegah oleh
pengemis itu sambil berkata, "Ampuni jiwanya. Kita harus mengingat bahwa dia adalah muridnya Budha yang agung."
Gokhiol angkat badannya Ang-bian Kim-kong untuk
dilempar kepojok ruangan, kini dengan tanpa mendapat rintangan mereka beramai masuk kedalam.
Tampak dihadapan mereka melintang sebuah peti batu,
dari sebuah lubang persegi terlihat wajahnya Im Hian Hong Kie-su seperti orang lagi tidur nyenyak.
Si pengemis berjongkok disamping peti batu, ia kerahkan seluruh tenaganya untuk membuka peti itu, tapi sedikitpun peti batu itu tidak bergeming saking kukuhnya. Gokhiol penasaran, ia gunakan pedangnya untuk membacok, tapi hasilnya tetap nihil.
"Tay Im Lo-nie segera bakal datang, waktu sangat mendesak sekali. " ujar si pengemis " Sebaiknya kalian keluar dulu dari sini.
Mereka menurut dan meninggalkan tempat itu. Segera
pengemis itu meramkan sepasang matanya seraya mengatur tenaga-dalam. Perlahan-lahan
ia mengangkat kedua tangannya kedepan, badannya agak bungkuk kebawah.
Kemudian secara mendadak bagaikan kilat sepasang
tangannya terayun menghantam peti batu.
"Bum....!" satu suara keras menggelegar memekakkan telinga dan peti batu itu hancur berarakan. Sungguh hebat tenaganya pengemis ini.
Segera pengemis itu meramkan sepasang matanya seraya mengatur tenaga-dalam. Perlahan-lahan ia mengangkat kedua tangannya kedepan, badannya agak bungkuk kebawah.
Kemudian secara mendadak bagaikan kilat sepasang tangannya terayun menghantam peti batu. "Bum....!" satu suara keras menggelegar memekakkan telinga dan peti batu itu hancur berarakan. Sungguh hebat tenaganya pengemis ini.
Tapi anehnya, tubuh Im Hian Hong Kie-su sedikitpun
tidak luka. Dengan leluasa sekarang ia pondong badannya Gak Hong untuk dikeluarkan dari puing hancuran batu dan meletakan disuatu tempat yang bersih. Gokhiol dan kawan-kawannya yang mendengar suara maha dahsyat ini, lantas memburu masuk untuk melihat, mereka menjadi girang
begitu melihat Im Hian Hong Kie-su sedikitpun tidak
kurang suatu apa. Dengan dua jarinya si pengemis mengorek mulut Im
Hian Hong Kie-su dan mengeluarkan suatu benda sebesar biji lengkeng yang bersemu merah.
"Hem, aku sudah menduganya," mendumel ia seorang diri, "benda inilah yang mengacau." lalu ia menyimpan benda itu didalam sakunya seraya berkata pada Gokhiol,
"Anak, berikan Im cianpwee minum."
Cepat-cepat Gokhiol mengeluarkan sekantong air dan
memberikan Im Hian Hong Kie-su minum, sedangkan dari belakang si pengemis mengurut-urut lehernya Im Hian
Hong Kie-su, tak seberapa kemudian Im Hian Hong Kie-su membuka matanya sarnbil menghirup hawa udara yang
segar dalam." Im Yang Jie-yauw sungguh liehay sekali."
katanya sambil mengawasi orang2 disekelilingnya.
"Im su-heng, bagaimana perasaanmu sekarang" Kalau sudah mendingan, lekaslah bangun, kita masih mempunyai urusan banyak yang mesti dikerjakan." berkata si pengemis.
Im Hian Hong Kie-su yang memiliki ilmu lwee-kang
tingkat tinggi, begitu hawa murninya si pengemis mengalir kedalam tubuhnya, semangatnya lantas pulih kembali. Tapi ketika ia menoleh kearah si pengemis, ia menjadi terkejut dan heran, " Kau..... kau...... apakah Tio Hoan?" tanyanya dengan mata terbuka lebar. "Im suheng, soal ini sebaiknya kita bicarakan nanti saja, si nie-kouw iblis sudah datang."
berkata si pengemis. Semua orang lantas keluar, tapi baru sampai dipintu, mereka disambut oleh satu suara tertawa kering yang
menyeramkan, itulah....................
---oo0dw0oo--- Semua orang lantas keluar, tapi baru sampai dipintu, mereka disambut oleh satu suara tertawa kering yang
menyeramkan, itulah suaranya seorang wanita! Memang, dimulut goa sudah menantikan seorang nie-kouw tua,
dialah Tay Im Lo-nie! Dengan pedang menggemblok dibelakang pundaknya
Tay Im Lo-nie menghadang ditengah jalan, tapi begitu ia melihat Im Hian Hong Kie-su turut keluar, paras mukanya berobah dan hatinya berdebar-debar. Tahulah ia bahwa diantara rombongan fihak lawan ada seorang yang tinggi kepandaiannya dan tak dapat dianggap remeh.
Tapi debaran hatinya Tay Im Lo-nie hanya sebentar saja, tanpa hiraukan difihak lawan ada orang pandai begitu pundaknya bergerak sedikit, tahu2 si niekouw ini sudah menyerang si pengemis dan Im Hian Hong Kie-su, namun semacam tenaga tangkisan dan mendorong yang hebat telah membuyarkan seluruh serangannya sampai si nie-kouw tua mundur selangkah.
Walaupun telah mengalami serangan ini yang cukup
hebat, Tay Im Lo-nie tidak putus asa. Menyusul ia
mengirim pula satu pukulan, kembali si pengemis
menangkis sambil mengangkat tangannya mendorong
keluar. Barulah kali ini Tay Im Lo-nie insyaf bahwa dirinya
sedang berhadapan dengan musuh yang tangguh. Cepat2 ia loncat mundur sambil mencabut pedangnya. Pedang itu
yang bernama Ouw-tiap-kiam atau Pedang kupu-kupu
bentuknya sangat aneh, ujung bercagak dua berupa gaetan atau kumis kupu-kupu.
Sambil melintangkan pedangnya didepan dadanya, ia
menunding si pengemis sambil membentak, "Siapa kau"
Lekas beritahukan namamu agar kau mati tidak penasaran diujung pedangku!"
Si pengemis dengan tertawa dingin menjawab, "Huh, apa derajatmu" Namaku sangat indah sekali, mungkin setelah kau mendengarnya lantas kau jatuh cinta padaku. Hua...
ha... ha.... sungguh lucu!"
Mukanya Tay Im Lo-nie berubah merah padam
mendengar ejekan si pengemis, dengan pedangnya ia
menunding si pengemis, "Hai, pengemis bau! Apakah kau orang dari Thian-bun Pay yang telah menolong hidung
kerbau ini" Antara kita tidak ada ganjalan apa-apa, tapi kenapa kau sudi sekongkol dengan mereka?"
"Aha, Sutohani! masa sampai namaku saja kau sudah lupa?" berkata si pengemis.


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tay Im Lo-nie terkejut mendengar si pengemis menyebut nama aslinya, belum hilang rasa kagetnya, si pengemis sudah berkata pula, "Sutohani, dengarlah biar baik dan pasanglah kupingmu biar benar. Namaku adalah Tio Hoan, keponakan dalam langsung dari Maha Kaisar Song. Bila kau tahu diri, lekaslah lepas semua orang tawananmu, aku bakal ampuni jiwamu."
Tay Im Lo-nie yang sudah sekian tahun menjagoi daerah See-hek, bagaimana mau tunduk begitu saja dengan
mudahnya" Sambil pelototkan matanya Tay Im Lonie
berteriak, "Tio Hoan, apa kau kira aku takut padamu?"
Berbareng mana pedangnya telah ia ayun untuk merangsek, tapi Tio Hoan dengan tenang dan bertangan kosong ia
menyambuti serangannya Tay Im Lonie sambil berkata,
"Kali ini kau boleh rasakan kelihayannya ilmu Thian-bun Pay!"
Tay Im Lo-nie tak hiraukan ejekan Tio Hoan, dengan
gencar terus ia melakukan serangan2 yang mematikan, tapi
walaupun serangannya si nie-kauw gencar laksana angin puyuh, tapi selalu serangannya kena dibikin punah oleh Tio Hoan. Kini sadarlah si nie-kouw bahwa Tio Hoan tengah mempergunakan ilmu kelas satu dari kaum lwee-keh yang bernama Im-yang Tay-kie-kang yang tiada keduanya
dikolong langit ini! Sambil mengeretakan giginya Tay Im Lo-nie terus mengadakan perlawanan, ia putarkan
pedangnya sedemikian rupa sampai hujan lebatpun tak
mungkin tembus dari sinar pedangnya, namun lama-
kelamaan ia kewalahan juga, sekali bayangan tangannya Tio Hoan lewat didepan mukanya dalam jarak satu dim
saja, hingga semangatnya niekouw ini jadi terbang, terpaksa dengan mengenjot badannya ia mencelat mundur.
Tapi dengan cepat pula Tay Im Lo-nie menubruk Tio
Hoan, ketika tubuhnya masih berada diudara, ia sudah melancarkan satu pukulan yang gencar seperti ribuan kupu-kupu berterbangan serentak mengelilingi taman bunga. Tio Hoan mengenali bahwa pukulan Tay Im Lo-nie adalah
salah satu jurus dari Sam-im Tiat kim-ciang yang paling beracun. Luka Hian Cin-cu juga disebabkan oleh pukulan ini, maka tanpa ayal Tio Hoan segera mengempos
semangatnya. "Bagus!" serunya sambil mengulurkan tangannya untuk menyambuti telapak tangan Tay Im Lonie.
Begitu dua tangan saling bentrok, melekatlah kedua
tangan tersebut bagaikan dipaku. Tio Hoan lantas
merasakan hawa yang amat dingin menyerang tubuhnya,
namun ia yang telah mahir mempergunakan tenaga-dalam, dengan cepat ia alirkan hawa dingin itu ketangan kirinya, Juga ia terus pulangkan pula kedalam tubuhnya Tay Im Lonie.
Tay Im Lo-nie kaget, sebab secara
mendadak segumpalan hawa dingin bagaikan kilat menyerang
badannya, sampai ia merasakan dadanya sesak dan hendak membeku, cepat2 ia kerahkan tenaga murninya untuk
bertahan, lalu dengan tipu "Ie-kong Ie-san" atau Kakek dungu-memindahkan-gunung, ia mendorong kedepan dan
berhasil membuat Tio Hoan tergeser selangkah, hingga lekatan tangan mereka jadi terlepas. Menyusul mana si niekouw menengadah sambil bersiul nyaring. Suaranya
bergema bagaikan suara burung hantu menangis!
Tak berselang lama dari atas sebuah tebing mengembus angin hangat-hangat panas. Tampak sesosok bayangan
merah dengan gerakan yang indah terjun turun kebawah.
Dialah Tay Yang Lhama! Sambil mencekal kaca
tembaga ia berteriak, "Tio Hoan, hari ini kau bakal mampus tanpa ada kuburan !" Sambil melayang turun, Tay Yang Lhma mengirim satu pukulan kearah Tio Hoan, tapi
dengan ringan Tio Hoan berkelit, begitu Tay Yang Lhama hinggap ditanah, maka Im Yang Jie-yauw segera
berpencaran hingga Tio Hoan terkurung didalamnya.
Im Hian Hong Kie-su yang pernah dijatuhi oleh tipu
muslihat kedua iblis ini, segera membisiki Tio Hoan dengan menggunakan ilmu lwee-kang Coan-im Jip-bie, " Gunakan Toan-seng Kie-kang. Hati - hatilah terhadap pukulan
serentak mereka." memperingatkan Gak Hong.
Im Hian Hong Kie-su setelah mengambil pedangnya Gokhiol lantas maju kearena medan pertempuran sambil membentak,
"Tay Im Lo-nie, lihatlah pedangku!" serunya. Tay Im Lo - nie mengawasi Im Hian Hong Kie-su dengan senyuman tawar, "Tua bangka, kau cari mampus sendiri!" mengejeknya. Lalu ia tinggalkan Tio Hoan untuk menyambuti serangannya Im Hian Hong Kie-su.
Tio Hoan yang sudah mempunyai rencana sendiri,
begitu melihat Im Yang Jie-yauw menyerang, dengan
gerakan seperti kilat badannya melayang-layang berturut-turut secara gantian ia menyambuti serangan kedua
lawannya. Tapi ia selalu mengelakkan serangan serentak dari Im Yang Jie-yauw. Meskipun demikian Tio Hoan
merasakan juga serangan hawa panas dan dingin silih
berganti menyerang dirinya.
Tak terasa ketiga jago ulung ini sudah bergebrak selama belasan jurus. Gokhiol yang merasa kuatir terhadap
keselamatan ayahnya sudah ingin maju, namun Im Hian
Hong Kie-su yang berada disampingnya mencegah, "Kau tak usah kuatir. Coba keluarkan pedangmu, ayah..... mu sudah mempunyai suatu rencana yang bagus." katanya perlahan.
Rupanya selagi Tio Hoan menangkis serangan musuh,
diam2 ia sudah menggunakan ilmu Mengantar-suara-
melalui-udara-kosong membisiki Im Hian Hong Kie-su agar ia suka turut rencananya.
Im Hian Hong Kie-su setelah mengambil pedangnya
Gokhiol lantas maju kearena medan pertempuran sambil membentak, "Tay Im Lo-nie, lihatlah pedangku!" serunya.
Tay Im Lo-nie mengawasi Im Hian Hong Kie-su dengan
senyuman tawar, "Tua bangka, kau cari mampus sendiri!"
mengejeknya. Lalu ia tinggalkan Tio Hoan untuk
menyambuti serangannya Im Hian Hong Kie-su.
Tio Hoan setelah melihat Tay Im Lo-nie meninggalkannya, secara diam2 ia mengeluarkan ular
merahnya, lalu dengan mulut berkemak-kemik perlahan, ia memberi isyarat pada ularnya.
Ular merahnya adalah sejenis ular yang bernama Ciu-
hwee-coa atau Ular-pengejar-api. Ular ini, begitu melihat
sinar api atau siapa apa saja yang mengeluarkan warna seperti api, segera menyerang tanpa perdulikan benda itu apa adanya. Ketika itu Tay Yang Lhama sedang mencekal kaca tembaga yang berpatulkan cahaya api, maka ular Ciu-hwee-coa begitu melihat sinar dan mendapat perintahnya Tio Hoan, lantas saja menyerang bagaikan kilat cepatnya.
Tay Yang Lhama kaget dan tidak menyangka bahwa Tio
Hoan membawa ular beracun ini, maka tanpa ampun lagi tenggorokannya terpagut oleh ular yang sangat berbisa ini.
Tanpa mampu berkelit lagi Tay Yang Lhama roboh sambil mengeluarkan jeritan yang sangat hebat sekali.
Tay Im Lo-nie terkejut melihat suhengnya menggelepar ditanah secara mendadak untuk kemudian kaki tangannya menjadi kejang, mukanya dengan cepat berobah menjadi biru, dan napasnya berhenti, kiranya Tay Yang Lhama
yang sudah menjagoi daerah See-hek dengan kejamnya,
telah pulang ketanah barat akibat dipagut ular Ciu-hwee-coa
Suatu biang bencana bagi dunia kang-ouw telah pergi
untuk selama-lamanya.... Sedang Tay Im Lo-nie bingung, Tio Hoan dengan
tindakan perlahan sudah mendatangi, sekarang terpaksa ia mesti melayani kedua jago yang tinggi ilmunya.
Im Hian Hong Kie-su kedipkan matanya memberi tanda
pada Tio Hoan, kemudian secara serentak mereka
menggunakan ilmu Toan-to Kie-kang yang maha dasyat.
Segera Tay Im Lo-nie merasakan dadanya sesak seperti hendak meledak, matanya berkunang, mulutnya terasa
manis2 dan.... uah.... ia memuntahkan darah segar!
Tapi nie-kouw ini yang mempunyai dasar lwee-kang
sangat kuat, melihat gelagat kurang baik, segera ia
mengendorkan tenaga dalamnya, kemudian sambil menjejak kedua kakinya, tubuhnya mencelat tinggi keatas dan hinggap diatas tebing.
Dari atas la melihat tubuhnya Tay Yang Lhama
menggeletak tidak berkutik lagi, hatinya merasa remuk melihat kematian su-hengnya secara mengenaskan, maka sambil entah menjerit entah berteriak, ia melayang turun lagi untuk menubruk Tio Hoan. Tapi jago Thian-bun Pay ini cuma ganda tertawa saja sambil mengangkat sebelah tangannya untuk menangkis serangannya Tay Im Lo-nie
yang sudah mulai nekat. Begitu dua telapakan tangan saling bentrok, kedua orang ini masing2 mundur selangkah, akibat gempuran yang keras ini, kembali Tay Im Lo-nie memuntahkan darah segar,
rupanya alat2 didalam tubuhnya si nie-kouw kena
tergempur rusak, dengan tubuhnya agak sempoyongan, Tay Im Lo-nie delikan matanya memandang Tio Hoan, lalu ia maju lagi dengan hati penasaran dan dendam, kali ini ia menyerang sekaligus dengan kedua belah tangannya
menyerang dada dan kempungannya Tio Hoan. Jago
Thian-bun Pay berkelit atas serangan nekatnya si nie-kouw, tapi dengan sebat pula Tio Hoaa balas mengirim satu
pukulan kearah pinggangnya Tay, Im Lo-nie, si Die-kouw yang sudah menderita luka dalam, gerakannya agak
lamban, dengan demikian maka pukulannya Tio Hoan
mengenakan secara telak pinggangnya si nie-kouw.
Dengan mengeluarkan jeritan yang keras tubuhnya Tay
Im Lo-nie terpental sejauh dua tombak tanpa bisa bangun lagi, kiranya dalam saat ia menerima pukulan Tio Hoan, Giam-lo-ong sudah mengajaknya pergi ke Kui Bun Koan !
Im Yang Jie-yauw yang tersohor namanya telah pulang
ketanah barat! "Beginilah jadinya kalau orang keji" Tai-tai berkata dengan menarik napas.
"Ya, begitulah akhirnya ... ...." Im Hian Hong Kie-su turut berkata.
Setelah kedua orang ini tewas, Hay Yan dengan cepat
maju untuk menarik tangannya Tio Hoan sambil berkata dan memohon, "Tio pek-pek, ibuku masih berada didalam goa, lekas tolonglah dia."
Tio Hoan belum sempat menjawab atau mereka sudah
mendengar sayup2 orang ramai lagi berteriak-teriak dari arah api yang sedang berkobar-kobar.
"Suara itu datangnya seperti dari sebelah sana, mungkin juga mereka adalah para undangan dari Bu-lim. " berkata Liu Bie sambil menunjuk.
Tai-tai melongok, sambit meaunjuk kearah bawah ia
berkata, "Lihat! Disana seperti ada bayangan2 orang."
Semua memandang kearah yang ditunjuk Tai-tai.
Tampak dari dalam api yang hebat itu bayangan2 orang lagi berdiri seperti patung.
"Betul." seru Tio Hoan, "Mereka telah terkurung oleh api, mari kita tolong mereka." katanya pula.
Tempat dimana mereka berdiri, adalah dibawah lereng
goa yang keenam belas. Dari situ ketempatnya para
undangan Bu-lim yang lagi terkurung api terpisah oleh lautan api, sehingga sulit bagi mereka untuk menolongnya.
Kemudian mereka mengambil keputusan untuk berpencaran mencari jalan masing2 tapi dengan satu tujuan, yakni menolong orang yang lagi terkurung api. Tapi sesaat lamanya mereka belum juga berhasil menembusi api itu
yang kini sudah menjalar kesana kemari, sehingga para tokoh Bu-lim sukar didekati.
Api besar telah berkobar satu hari satu maiam lamanya, batu-batu gunung telah terbakar hingga berwarna merah, sedang minyak tanah terus saja mengalir keluar tak habis2nya.
Tio Hoan bertujuh memandang kebawah, tampak
dibawah bayangan2 orang berkumpul menjadi satu diatas Sebuah bukit dan disekitar mereka api mulai merembet-rembet sedikit demi sedikit, kalau mereka tidak lekas ditolong, tentu mereka bakal mati tertambus.
Meskipun ketujuh orang ini terdiri dari jago-jago kelas satu, namun dalam keadaan seperti ini, mereka tak berdaya sedikitpun. Tio Hoan tampak sudah mulai gelisah. la
mundar-mandir didalam goa dengan otaknya berpikir keras, namun segitu jauh, belum lagi ia mendapat jalan yang baik.
Sekonyong-konyong terdengar suara orang berkata dari tempat yang gelap, "Bila kalian mau mengampuni jiwaku, aku mempunyai cara yang baik untuk menolong mereka!"
Semua orang terkejut, setelah di-amat2-i dengan teliti, barulah diketahui bahwa yang berkata itu adatah Ang-bian Kim-kong yang sedang meringkuk dipojok.
Cepat2 Im Hian Hong Kie-su menarik badannya Ang-
bian Kim-kong seraya , berkata, "Apa benar kata2-mu itu?"
Ang-bian Kim-kong menjawab, "Kini aku sudah seperti daging yang hendak dibakar, mana berani aku berdusta"
Kini janganlah kita membuang-buang waktu, lekas bukakan jalan darahku."
Mereka tak kuatir yang orang bakal melarikan diri, maka Tio Hoan segera membuka jalan darahnya Angbian Kim-
kong seraya berkata, "Kau punya daya apa" Lekas katakan!"
Ang-bian Kim-kong menggeprak-geprak bajunya dan
mengurut-ngurut lehernya, " Mari turut aku." katanya.
Gokhiol dengan pedang terhunus mengikuti si Lhama,
sedangkan Pato mengikuti dari belakangnya pemuda kita, siap juga ia dengan pedangnya.
Ang-bian Kim-kong menyusuri sebuah jalan kecil yang
mendaki keatas melatui sebuah lereng gunung dan ber-jalan terus hingga kepuncak gunung Beng-see San.
Diatas gunung terdapat sebuah danau yang penuh air,
sedangkan luas danau ini ada kira2 puluhan tombak
persegi. Disekelilingnya dikitari oleh tebing yang sangat curam, kiranya danau ini adalah danau alam.
Sambil memanding ke air danau itu, Ang-bian Kimkong
berkata, "Disinilah tempat berkumpulnya air sungai dari gunung Beng-see San. Dulu disini terdapat air terjun yang mengalir kebawah. Tapi Tay Im Lo-nie telah menyuruh
orang membendungnya, sehingga air mengembeng disini
tanpa dapat mengalir pula. Maksudnya Im Yang Jie-yauw tak lain adalah untuk mengurung tokoh2 Bu-lim sehingga mereka tak dapat minum air. Belum habis si Lhama
menguraikan ceritanya, Tio Hoan dan Im Hian Hong Kie-su sudah memotong, "Akalmu memang bagus, mari lekas kita bekerja."
Segera mereka mencari bekas air terjun itu, tidak lama kemudian mereka sudah menemuinya. Dengan cepat
mereka mengangkat batu-batu yang menghalang, sesaat
kemudian terdengar suara menggelegar dan batu2 runtuh berhamburan jatuh kebawah dengan dibarengi oleh air yang seperti dicurahkan dari langit turun kebawah. Sungai-sungai yang tadi kering, kini telah mengalir pula dengan derasnya.
Api yang barusan berkobar dengan hebatnya dalam
waktu yang sesaat sirap mati tersiram air dan asap putih mengepul-ngepul menjulang tinggi kelangit. Api sudah mulai mati.
Tokoh-tokoh Bu-lim yang terkurung oleh api, melihat
tegas perbuatannya Tio Hoan dan Im Hian Hong Kie-su
serta yang lain2-nya dengan gagah perkasa. Mereka
bersorak-sorak saking gembiranya.
Ong Ciok Hu bersama-sama tokoh2 lainnya segera
memapaki kedatangan para penolongnya. Mereka saling
berjabatan tangan dengan rasa terharu dan menceritakan kejadian-kejadian yang baru mereka alami. Selain itupun mereka memuji-muji perbuatan mulia Tio Hoan serta yang lain-lainnya.
Disini Im Hian Hong Kie-su menghaturkan maaf
terhadap kaum kang-ouw atas perbuatannya dimasa yang lalu. Menggingat jasa orang sangat besar, maka orang2
kang-ouw yang mengutamakan persahabatan, pada saat itu juga telah menghapus rasa dendam. Mereka saling soja dan berjabatan tangan, suasananya memperlihatkan rasa
persahabatan yang akrab. Dari dalam keramaian Im Hian Hong Kie-su menoleh
untuk melihat Tio Hoan dan yang lain2-nya, namun
mereka itu sudah tidak kelihatan lagi mata hidungnya, hatinya merasa heran, lekas-lekas ia memohon diri untuk mencari kawan-kawannya digoa ketiga belas.
Memang betul saja, ketika Im Hian Hong Kie-su tiba
disana, ia tampak Liu Bie sedadang berdiri bersama Pato diambang pintu, cepat-cepat Im Hian Hong Kie-su
menanyakan dimana adanya Tio Hoan serta yang lainnya"
Liu Bie mengedipkan matanya sambil menunjuk
kedalam. Im Hian Hong Kie-su manggut dan mengerti
maksud si nona, maka baru2 ia bertindak masuk kedalam dan tampak olehnya Tio Hoan sedang memandang
Wanyen Hong dengan kesima. Disisinya berdiri Gokhiol, Hay Yan dan Tai-tai.
Rupanya barusan Hay Yan selagi Im Hian Hong Kiesu
berbicara dengan kaum Bu-lim, dengan diam-diam ia
mengajak Tio Hoan untuk melihat keadaan ibunya. Tio
Hoan yang memang ingin menemui Wanyen Hong, lantas
setuju mereka pergi ke goa nomor tiga belas.
Pintu goa ini tertutup rapat dari dalam, namun bagi Tin Hoan hal ini tidak sulit, hanya dengan sekali pukul saja pintu itu hancur berantakan.
Begitu pintu terpukul hancur, orang ramai lantas
memburu masuk, mereka melihat Wanyen Hong menggeletak dilantai entah mati atau pingsan, tidak jauh dari tubuhnya puteri negeri Kim ini, terkapar mayatnya Gorisan yang mandi darah.
Melihat suasana yang mengerikan ini, Hay Yan menjerit menubruk badan ibunya sambil menangis tersedu-sedu.
Tio Hoan memeriksa pelapuk matanya Wanyen Hong,
kemudian ia berkata dengan tenang, "Jangan gelisah, ia cuma terkejut dan pingsan saja," lalu ia mengeluarkan sebutir obat pulung dan menyerahkan pada Hay Yan untuk dikunyah. Setelah hancur si nona menyuapkan obat itu kemulut ibunya. Tai-tai mengeluarkan sekantong air dan memberikan ibu angkatnya minum.
Tak lama kemudian Wanyen Hong siuman. Pertama-
tama yang terlihat olehnya adalah Tio Hoan yang lagi berkemak-kemik mengatakan, "Hong-moay, aku Tio Hoan berada disini."
Wanyen Hong mengawasi si pengemis dengan matanya
terbelalak, Tio Hoan kini membuka rambut dan jenggotnya, kiranya benda-benda itu semuanya palsu. Kini wajah si pengemis telah berubah memperlihatkan wajahnya yang
asli. Dialah memang Tio Hoan yang berwajah putih bersih serta
tampan. Sorotan matanya masih bersinar menunjukkan keperwiraannya. Hanya usianya saja sudah lebih dari setengah abad.
"Tio..... Hoan.....! kau masih hidup.....?" seru Wanyen Hong bahna kaget dan girangnya. Tapi tiba-tiba saja sang puteri mendekap mukanya dan menangis tersedu-sedu........
Lewat sesaat, secara mendadak Wanyen Hong mencelat
bangun sambil menghunus pedangnya dan berkata: "Tio-heng," katanya, "sayang sekali pertemuan kita kali. ini sudah terlambat." selesai berkata bagaikan kecepatan kilat Wanyen Hong menikam dadanya. Tapi Tio Hoan yang
cekatan dan sebat, walaupun ia terkejut melihat kelakuan Wanyen Hong yang nekat, masih sempat ia mencegah
sambil memegang pergelangan tangannya Wanyen Hong.
"Hong-moay, kenapa kau berbuat demikian " Itulah bukan perbuatan seorang eng-hiong!" tukas Tio Hoan.
Sambil merampas pedangnya Wanyen Hong, Tio Hoan
berkata pula, "Tahukah kau sebabnya mengapa Tio Hoan masih hidup sampai hari ini" Tidak lain tidak bukan, karena aku masih ingin menjumpai kau dan melihat keadaanmu. "
Gokhiol, Hay Yan dan Tai-tai ikut membujuk Wanyen
Hong. Sang puteri menghela napas, dengan mata
mendelong ia pandangi wajahnya Tio Hoan, hatinya
remuk-redam bagaikan disayat sembiluh.
Im Hian Hong Kie-su yang baru datang dan melihat Tio Hoan, ia jadi terharu, walaupun wajahnya jago Thian-bun Pay ini sudah rada tua, namun sikapnya masih gagah dan
angker-agung. "Sekarang keadaan telah aman, marilah kita keluar dari sini." mengajaknya.
Sampai diluar goa mereka tidak menemukan Liu Bie dan Pato, mereka heran, tapi Im Hian Hong Kie-su yang sudah berpengalaman tersenyum, "Kini jaman sudah berubah, anak-anak tidak lagi seperti kita waktu muda ha-ha-ha-ha!
Eh, Tio sutee, anakmupun sudah besar, bukankah hari ini adalah hari yang paling mengembirakan" Bagaimana kalau aku si tua bangkotan hari ini menjadi comblangnya kau?" ia menanya Tio Hoan.
Tio Hoan tersenyum puas, "Semuanya aku pasrahkan pada Im su-heng." jawabnya.
Mendengar ucapan kedua oraug tua ini, wajahnya Hay
Yan jadi bersemu merah, dengan cepat ia bersembunyi
dibelakang ibunya sambil memainkan ujung bajunya.
"Yan-jie," memanggil Wanyen Hong, "kau kemarilah.
Aku ingin menyatakan sesuatu padamu. Sebenarnya kau
bukan puterinya Hay An Peng. Kau adalah puteriku
sendiri, maka mulai saat ini kau mesti memakai she ibumu, jadi namamu adalah Wanyen Yan!"
"Bagus!" seru Im Hian Hong Kie-su, "Sekarang juga aku menjadi saksi untuk perjodohan kau berdua dengan
Gokhiol alias Tio Peng. Berlututlah pada langit dan bumi, semoga Thian memberkahi kau berdua, berbahagia hingga dihari tua. "
Dengan wajah kemerah-merahan dan separuh dipaksa
Tio Peng dan Wanyen Yan berlutut pada langit dan bumi serta menghaturkan terima kasih pada Im Hian Hong Kiesu, kemudian mereka juga berlutut tiga kali pada Tio Hoan dan Wanyen Hong sambil menyebut "Gak hoe dan Gak-bo"
. Semua yang menyaksikan terangkapnya jodoh ini,
menjadi puas dan tertawa dengan riangnya.
---oo0dw0oo--- TAK terasa hari sudah menjelang magrib, tiba2 dari arah bawah gunung terdengar suara riuhnya kuda dan orang.
Tak seberapa lama muncul Ong Ciok Hu beserta kawan-
kawannya, wajah mereka menunjuk rasa cemas, "Celaka!"
seru mereka,"dibawah gunung datang sepasukan serdadu Monggol, entah ada maksud apa mereka datang kemari ?"
"Tuan-tuan sekalian jangan kuatir." berkata Tio Peng,


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saudaraku barusan telah turun gunung. Mungkin dialah yang datang kemari untuk menyambut kita."
Orang ramai yang mendengarnya merasa lega, lalu
mereka turun. Memang benar saja Pato dengan berdampingan dengan Liu Bie datang sambil mengendarai kuda untuk menyambut mereka.
Tio Hoan yang karena cintanya masih rada membekas
pada Wanyen Hong, maka selama dalam perjalanan pulang senantiasa mereka berdampingan. Hati mereka sangat
bahagia sekali, walaupun kini mereka tak sampai terikat sebagai suami-isteri, namun dihari tua seperti sekarang ini, mereka toh terikat juga sebagai besan satu sama yang lain.
Ditengah jalan Wanyen Hong mengusulkan agar
setengah tahun kemudian, Tio Hoan suka datang ke
Piankeng, ibu kota negerinya guna membicarakan soal
perkawinan putera-puteri mereka. Keruan saja Tio Hoan menjadi sangat gembira mendengar permohonan ini.
Sementara itu Pato telah mendapat perintah dari Khan Ogotai untuk memimpin lima putuh ribu serdadu melawat kebarat bersama saudara2-nya yang lain. Sebelum pergi
Pato telah berjanji pada Tio Hoan dan Wanyen Hong
bahwa selama ia memegang pucuk pimpinan ia tidak bakal mengadakan serangan2 terhadap negeri Song dan Kim,
sehingga kedua orang yang mendengar ini merasa lega
hatinya. Disamping ini pun Pato meminta agar Tio Peng dan Wanyen Yan suka turut serta membantu padanya
dalam menjalankan tugas didaerah Barat.
Liu Bie dan Pato sudah saling jatuh cinta, maka
mendengar kekasihnya menjalankan tugas kedaerah barat, si nona juga ikut pergi mendampinginya.
---oo0dw0oo--- Begitulah pada suatu saat mereka beramai saling
berpisahan, kini tinggallah Wanyen Hong yang ditemani Tai-tai seorang saja. Im Hian Hong Kie-su yang tidak mempunyai pekerjaan apa-apa lagi, lalu mengantar
Wanyen Hong pulang kenegerinya. Sedangkan Tio Hoan
yang sudah lama tidak bertemu dengan Wanyen Hong, tapi begitu bertemu sudah lantas berpisahan, ia memaksa untuk mengantarnya. Namun oleh Wanyen Hong, permintaan
Tio Hoan ditolak, terpaksa Tio Hoan mengantar sejauh beberapa lie saja, sehelum mereka berpisah, kembali Tio Hoan berjanji bahwa pada setengah tahun kemudian pasti ia akan datang ke Pian-keng.
Setengah tahun kemudian, disuatu ladang rumput yang
luas, tampak Tio Hoan dengan mengendarai seekor kuda sedang berjalan menuju negeri Kim guna menepati janjinya.
Namun nasib tak dapat ditentukan, dunia dapat berobah tanpa dapat diduga. Kiranya pada dua bulan yang lalu, Wanyen Hong telah mencukur rambutnya mensucikan diri mengikuti gurunya bertapa dipegunungan Tiang-pek San guna memperdalam ilmunya.
Sebelum Wanyen Hong meninggalkan Pian-keng, ia
meninggalkan sepucuk surat untuk Tio Hoan yang isinya antara lain mengatakan bahwa dirinya telah ternoda oleh Gorisan, ia malu untuk menemuinya. Lagi pula kini Tio Hoan telah berkeluarga dan dapat seorang isteri yang bijaksana, tak baik bagi mereka berdua untuk saling
bertemu disuatu tempat yang jauh dari keramaian, maka mengingat ini ia telah mengambil keputusan untuk
meninggalkan keduniawian menjadi nie-kouw.
Tio Hoan jadi terharu, dengan semangat yag lemah ia
balik kembali ke Ho-lim dan bertemu dengan Lok Giok
untuk memohon diri. Ia juga turut mengasingkan diri
dipegunungan Kun-lun San dan semenjak itu pula ia tidak mau mencampuri segala urusan keduniawian....
TAMAT Lencana Pembunuh Naga 15 Kisah Para Pendekar Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Pedang Berkarat Pena Beraksara 14
^