Jejak Di Balik Kabut 1
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja Bagian 1
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jejak Di Balik Kabut Karya : SH Mintardja Djvu sumber dari Truno Prenyak
Ebook Pdf oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://ebook-dewikz.com/
http://kang-zusi.info http://dewikz.byethost22.com/
Jilid : 1 PERJALANAN itu sudah menjadi semakin jauh. Malampun
menjadi larut. Embun mulai terasa membasahi kulit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Paksi Pamekas berpaling, yang nampak hanyalah
kegelapan. Hitam pekat. Paksi Pamekas tidak tahu, kemana ia harus pergi. Tetapi ia
harus pergi meniggalkan rumahnya. Meninggalkan ibunya dan
dua orang adiknya. Seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Masih terngiang perintah ayahnya yang memandangnya
dengan mata membara"Kau sudah menjadi seorang laki-laki
dewasa. Kau tidak boleh hanya berpangku tangan saja
dirumah, sementara keluarga ini terancam bencana.
Paksi Pamekas menarik nafas dalam-dalam. Kakinya
terantuk batu padas sehingga langkahnya menjadi gontai.
Paksi berhenti sejenak. Pepohonan yang tegak membeku
disekelilingnya seakan-akan merubunginya. Gem-risik angin di
dedaunan bagaikan melontarkan pertanyaan lembut "Kau
akan pergi ke mana anak muda?"
Paksi kemudian bahkan duduk diatas batu padas dipinggir
jalan yang menjadi kian sempit dan rumpil.
Terngiang suara ibunya "Kakang Tumenggung. Paksi masih
terlalu muda untuk melakukan tugas yang begitu berat."
"Kau selalu memanjakannya " bentak ayahnya "umurnya
sudah menginjak tujuhbelas tahun. Apakah ia masih harus
tidur dibawah lengan ibunya?"
"Kau sengaja mengusirnya" ibunya mulai menangis.
"Sudah waktunya ia menunjukkan baktinya kepada orang
tuanya" ayahnya menjadi semakin keras.
Ibunya menjadi terisak. Tetapi ayahnya tidak menjadi
semakin lembut. Bahkan kata-katanya menjadi semakin tajam
"Aku tidak ingin mempunyai anak yang hanya dapat
merengek, merajuk dan bahkan menangis. Ia harus benar-
benar menjadi seorang laki-laki. Adiknya pada saatnya juga
harus menjadi laki-laki sejati. Se-bagaimanaanakmu yang
bungsu juga harus menjadi perempuan panutan. Aku seorang
Tumenggung. Seorang Pandhega dalam tatanan keprajuritan.
Apakah anakku harus menjadi anak yang cengeng, sementara
ayahnya berada dalam kesulitan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi mengusap keningnya yang basah oleh keringat. Ia
memang sudah menjadi semakin dewasa. Umurnya sudah
menginjak tujuhbelas tahun Tetapi kawan-kawannya, yang
sebaya dengan umurnya, masih sempat bermain bengkat.
Binten atau bergulat di tepian.
Paksi terkejut ketika ia mendengar ranting yang berderak
patah. Seekor burung malam mengepakkan sayapnya dan
terbang menyusuri kegelapan. Yang tertinggal adalah
suaranya yang melengking .menggores sepinya malam.
Terbayang kembali, ibunya menangis memeluknya ketika ia
keluar dari pintu rumahnya, pergi tanpa diketahui kemana"
Paksi Pamekaspun tidak tahu, apakah yang sebenarnya
harus dilakukan. Yang ia ketahui adalah, bahwa ayahnya telah mengeluh
karena kedudukannya yang terancam. Diam-diam di istana
Pajang telah tersebar desas-desus bahwa cincin kerajaan telah
hilang. Sebuah cincin yang dianggap sebagai sipat kandel dari
Kangjeng Sultan Hadiwijaya di Pajang, disamping pusaka-
pusakanya yang lain. Cincin yang terbuat dari emas dan bermata tiga buah batu
akik yang berbeda. Cincin yang dibuat tidak sebagaimana
cincin yang lain. Cincin biasanya merupakan em-banan dari
satu batu akik saja. Tetapi cincin yang hilang itu adalah cincin yang bermata tiga buah batu akik. Cincin yang disebut Kiai
Tunggul. "Siapa yang dapat menemukan cincin itu akan diangkat
menjadi Tumenggung Wreda dan akan diangkat pula menjadi
penanggung jawab pengamanan seluruh istana Pajang dan
akan berada langsung dibawah perintah Ki Gede Pemanahan."
Paksi belum pernah melihat cincin itu. Paksi juga tidak tahu
apakah sebenarnya yang disebut bencana oleh ayahnya.
Bencana yang mengancam keluarganya karena hilangnya
cincin itu. "Apakah ayah menjadi cemas bahwa kedudukannya
terancam jika ia tidak dapat menemukan cincin itu?" bertanya
Paksi didalam hatinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menurut ayahnya, para Tumenggung juga sudah
menyebarkan orang-orangnya untuk mencari cincin itu.
Sementara itu ayahnya juga sudah memerintahkan tiga orang
yang dianggap abdinya yang setia untuk mencarinya. Tetapi
disamping ketiga orang abdinya, maka Paksi juga harus pergi
mencari cincin yang belum pernah dilihatnya itu.
"Apakah ada juga diantara para Tumenggung yang
memerintahkan anaknya pergi sebagaimana ayah?"
pertanyaan itu selalu mengganggunya.
Tetapi Paksi sadar, bahwa ia memang tidak boleh cengeng.
Ia tidak boleh mengeluh apalagi menangis. Tetapi ia harus
berbuat sesuatu. Apapun juga.
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Dalam kegelapan Paksi
sampat menilai sikap ayahnya kepadanya. Ia memang bukan
seorang anak yang disejukkan oleh kasih sayang ayahnya
yang keras. Diantara kawan-kawannya, Paksi termasuk anak muda
yang kuat. Ketika ia bermain binten dengan anak-anak muda
sebayanya, Paksi pernah membuat seorang kawannya tidak
dapat berjalan sampai tiga hari. Bergulat di pasir tepian,
Paksipun menjadi anak muda yang disegani.
Tetapi sayang, bahwa kesempatan bermain bagi Paksi
sangat sempit dibanding dengan kawan-kawannya.
Kini Pksi Pamekas harus meninggalkan semuanya itu. Rasa-
rasanya segalanya begitu cepat berlalu. Ia merasa masih
belum cukup puas berkumpul bersama keluarganya, bermain
bersama kawan-kawannya dan sedikit bermanja-manja
dirumah yangberhalaman luas dan terawat bersih oleh bekas
tangan ibunya. Burung hantu terdengar berlagu didalam kegelapan.
Suaranya ngelangut membuai malam menjadi semakin terasa
sendu. Paksi tidak duduk terlalu lama. Iapun kemudian segera
bangkit dan meneruskan perjalanan menuju ketem-pat yang
tidak diketahinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malampun menjadi semakin malam. Dinginnya terasa
menggigit tulang. Sambil berjalan Paksi menyelimuti tubuhnya dengan kain
panjangnya. Ia sengaja tidak membawa apapun. Jika
pakaiannya kotor, ia dapat mencucinya dan sekaligus
menjemurnya diatas bebatuan disungai, sehingga akan cepat
menjadi kering. Jika pakaian itu kemudian rusak dan koyak,
maka ia dapat membelinya. Ibunya memberinya bekal uang
cukup banyak, serta beberapa buah perhiasan simpanannya.
Jika keadaan memaksa, maka ia dapat menjualnya dan
mempergunakan uangnya. Paksi melangkah saja menuruti langkah kakinya. Yang
dilakukannya adalah sekedar menjauhi Pajang tanpa tujuan,
tanpa rencana dan tanpa tahu apa yang akan dilakukan.
Namun akhirnya Paksi itupun menjadi letih. Ketika ia
memasuki sebuah padukuhan, maka beberapa orang yang
merondapun menghentikannya.
"Siapa kau?" bertanya salah seorang dari mereka.
"Namaku Paksi Pamekas" jawabnya.
"Kau akan pergi kemana atau pergi darimana?"
Paksi menjadi bingung. Tetapi ia tidak ingin mengatakan
apa yang sebenarnya harus dilakukannya. Karena itu, maka
jawabnya "Aku adalah seorang pengembara. Aku
mengembara dari satu tempat ketempat yang lain untuk
mendapatkan pengalaman."
"Dimana kau tinggal?" bertanya yang lain. Paksi menjadi
semakin bingung. Tetapi karena ia harus menjawab, maka
iapun menjawab pula. Yang mula-mula diingatnya adalah
rumah neneknya yang memang
"Kau akan pergi ke mana atau pergi darimana?" Paksi
menjadi bingung. Tetapi ia tidak ingin menyatakan apa yang
sebenarnya harus dilakukannya. Karena itu maka
jawabnya:"Aku adalah seorang pengembara. Aku
mengembara dan satu tempat ketempat.........." agak jauh
dari Pajang. Orang tua ibunya itu semasa hidup-nya tinggal di
sebuah padukuhan yang tenang dan tenteram. Paksi pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggal beberapa lama dirumah. neneknya. Ketika kakeknya
meninggal ia menunggui neneknya sampai beberapa bulan.
Namun menjelang setahun, neneknya telah meninggal pula.
"Aku anak Banyuanyar" jawab Paksi.
Para peronda itu mengangguk-angguk. Seorang diantara
mereka berkata "Perjalananmu belum begitu jauh jika kau
memang seorang pengembara."
"Aku baru mulai Ki Sanak." jawab Paksi "orang tuaku telah
tidak ada lagi. Aku tidak mempunyai pilihan lain. Sementara
itu, aku berharap bahwa aku akan mendapat pengalaman dari
pengembaraanku ini."
"Apakah kau tahu, dimana kau berada sekarang?" bertanya
salah seorang diantara para peronda itu.
"Tidak" jawab Paksi.
"Kau masih berada disekitar Pajang. Kau sekarang berada
di padukuhan Dresanan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi enarik nafas dalam-dalam. Ia sudah berjalan
sepanjang hari. Tetapi orang itu mengatakan bahwa ia masih
berada disekitar Pajang. Tetapi Paksi tidak menjawab selain mengangguk-angguk
kecil. "Apakah kau ingin beristirahat?" bertanya salah seorang
peronda itu. Paksi mengangguk. "Baiklah" berkata orang itu "marilah, aku antar kau ke
banjar, kau dapat tidur di banjar. Besok pagi kau dapat
meneruskan pengembaraanmu."
"Terima kasih, paman" jawab Paksi.
Orang itu meskipun masih nampak muda, tetapi ia tentu
bukan anak muda lagi. Wajahnya nampak bersih dan setiap
kali giginya nampak disela-sela bibirnya jika ia tertawa.
Paksi diantar oleh orang itu ke banjar. Diserahkan nya Paksi
kepada penunggu banjar, yang tinggal di bagian belakang
banjar yang nampak bersih dan terawat itu.
Penunggu banjar itu ternyata orang yang sangat baik. Ia
menerima Paksi dengan senang hati. Bahkan nasi yang masih
terdapat digeledeg bambunya dengan sepotong pepes udang
dan sambal terasi telah diberikannya pula kepada Paksi.
"Aku tidak mempunyai seorang anakpun sampai isteriku
meninggal" berkata penunggu banjar itu.
Paksi mengangguk kecil. Sementara orang itu bertanya
"Siapa namamu?"
Paksi memang tidak ingin menyembunyikan namanya.
Karena itu, maka iapun menjawab "Namaku Paksi, paman."
Kepada penunggu banjar itu, Paksi menceriterakan bahwa
dirinya adalah seorang pengembara sebagaimana
dikatakannya kepada para peronda.
"Kenapa hal itu kau lakukan, ngger. Apakah kau tidak
mempunyai sanak kadang lainnya, sehingga kau harus pergi
mengembara?" "Tidak paman. Aku sudah tidak mempunyai sanak kadang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paksi" berkata penunggu banjar itu "mumpung kau belum
terlalu jauh pergi meninggalkan kampung halamanmu. Apakah
kau mau tinggal disini saja bersamaku?"
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Maaf, paman.
Sudah bulat tekadku, bahwa aku akan pergi mengembara.
Mungkin aku akan mendapatkan pengalaman yang dapat aku
pergunakan sebagai bekal hidupku kelak."
"Tetapi apakah yang kau harapkan dari sebuah
pengembaraan" Menempa diri atau kesempatan melihat
dinding cakrawala yang tidak akan pernah dapat disentuh"
Jika kau tinggal, Paksi, maka kau dapat memperdalam ilmu
dan menimba pengetahuan. Bekal yang lebih nyata bagi masa
depanmu dari sekedar pengalaman menempuh perjalanan
panjang." Paksi tidak dapat mengatakan, apa sebenarnya yang
sedang dilakukannya itu. Juga ketidak-tahuannya tentang arah
perjalanan yang tidak diketahuinya. Yang dapat dikatakannya
adalah sebuah perjalanan kembara tanpa tujuan.
Penunggu banjar itu tidak dapat berbuat lebih banyak
daripada berharap. Tetapi Paksi Pamekas tidak dapat
memenuhinya. Malam itu Paksi bermalam disebuah banjar padukuhan.
Dihari pertama dari per jalannya yang tidak diketahuinya
sampai kapan itu, telah ditemuinya orang-orang yang berbaik
hati. Tetapi ketika ia berangkat dari rumah, ibunya telah
berpesan kepadanya, bahwa ada seribu sifat dan watak
manusia di muka bumi ini. Ada yang baik, agak baik, ada yang
dengki dan iri dan ada pula yang jahat.
Terngiang kembali pesan ibunya "Paksi. Ada orang yang
sikap lahiriahnya sangat baik. Tetapi sebenarnya dihatinya
tumbuh bulu serigala. Bahkan menjadi hunian iblis yang paling
jahat." Pesan ibunya itu telah membuat Paksi menjadi berhati-hati.
Meskipun demikian, ia tidak mencurigai setiap orang dengan
berlebihan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Paksi kemudian berbaring di pembaringan, di sebuah
ruangan yang dibuat diserambi belakang banjar padukuhan
Dresanan itu, ia kembali membayangkan masa lampaunya
yang memang tidak begitu terang. Kadang-kadang ia tidak
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengerti maksud ayahnya yang tiba-tiba saja marah
kepadanya. Bahkan kadang-kadang memukulnya. Jika ibunya
mencoba menjelaskan persoalannya, maka ayahnya itupun
segera marah pula kepada ibunya.
Tetapi ibunya selalu berkata "Ayahmu seorang prajurit
Paksi. Ia terbiasa bersikap keras. Karena itu, diru-mahpun ia
bersikap keras pula."
Meskipun demikian, ada juga segi yangbaikdari sifat keras
ayahnya itu. Bersama beberapa orang anak Tumenggung,
Rangga dan perwira lainnya, ia berguru kepada seorang bekas
prajurit yang memiliki ilmu yang tinggi. Ternyata Paksi
Pamekas merupakan seorang murid yang sangat baik. Ia
terhitung satu diantara beberapa orang murid yang terbaik.
Anehnya, ayahnya tidak pernah mengakui kemampuannya
itu. Setiap kali ayahnya menuntut agar ia berbuat lebih baik
dan lebih baik. Namun ternyata Paksi dapat memenuhinya. Ia memang
semakin lama menjadi semakin baik dan semakin menarik hati
gurunya. Bahkan ketika gurunya mengetahui latar belakang
kehidupannya serta hubungannya dengan ayahnya yang
kurang manis, maka perhatian gurunya menjadi semakin
melimpah. "Kau akan menjadi anak terbaik yang pernah aku kenal"
berkata gurunya. Paksi memang tidak mengecewakan gurunya. Tetapi
kemampuannya itu telah menjeratnya, untuk menjalankan
tugas yang sangat berat. "Kau sudah berumur tujuhbelas tahun." terngiang kata-kata
ayahnya. "Tujuh belas. Tujuh belas. Ya, aku memang sudah berumur
tujuh belas tahun" berkata Paksi didalam hatinya "Tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apakah kawan-kawanku yang seumur tujuh belas tahun juga
harus menjalani tugas seperti ini?"
Paksi menarik nafas dalam-dalam, iapun kemudian
menghibur dirinya sendiri "Ternyata aku dapat
membanggakan diriku seandainya aku adalah satu-
satunyaanak muda yang berumur tujuh belas tahun yang
bertugas menjalani kuwajiban seperti ini."
Namun akhirnya Paksipun tertidur. Tetapi tidak terlalu
lama, karena sisa malam memang tidak cukup panjang lagi.
Pagi-pagi sekali Paksi telah bangun sebagaimana
kebiasaannya. Tetapi di banjar itu ia tidak dapat langsung
melakukan latihan-latihan yang berat seperti yang dilakukan di rumahnya. Atau pergi kesungai dan bergulat dengan beberapa
orang kawannya untuk melengkapi latihan-latihan ketahanan
tubuhnya. Atau binten sehingga kakinya sering menjadi
bengkak. Atau bengkat, meskipun permainan itu dilakukan
dengan kakinya, tetapi permainan itu mampu meningkatkan
kemampuan bidiknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi pagi itu Paksi sudah berada di sumur menimba air
untuk mengisi paki wan, sebelum Paksi mandi. Tetapi
demikian ia selesai mandi, maka pakiwan itu sudah diisinya
kembali hingga penuh. "Anak itu rajin sekali" berkata penunggu banjar itu didalam
hatinya. Tetapi seperti para peronda yang digardu, bahkan yang
mengantarnya ke banjar, tidak seorangpun yang menduga,
bahwa anak itu adalah anak seorang Tumenggung.
Ketika kemudian Paksi minta diri untuk meneruskan
perjalanannya, maka penunggu banjar itu telah menyediakan
makan pagi baginya. Paksi sempat menilai sikap penunggu banjar itu. Jika saja ia
mempunyai anak, alangkah berbahagianya anak itu. Ia akan
mempunyai seorang ayah yang baik.
Tetapi ketika matahari mulai nampak dilangit, Paksi sudah
meninggalkan banjar itu. Setelah mengucapkan terima kasih,
maka Paksipun melangkah meninggalkan regol banjar yang
memberikan kesan betapa bersahabatnya orang-orang asing
yang memerlukan bantuan mereka.
Paksi yang melangkah dihangatnya sinar matahari pagi itu
merasakan tubuhnya menjadi segar. Mandi air dingin, makan
pagi serta minuman hangat, matahari dan langit cerah,
mengantar perjalanan Paksi selanjutnya.
Tetapi hari itu rasa-rasanya menjadi kosong tanpa arti
selain satu perjalanan mengulur jarak. Ia memang menjadi
semakin jauh dari Pajang. Tetapi untuk apa"
Paksi Pamekas menggelengkan kepalanya. Diluar sadarnya
ia bergumam "Aku tidak tahu."
Tetapi Paksi berjalan terus. Menjelang sore hari, Paksi
sempat singgah disebuah kedai kecil disudut sebuah
padukuhan. Meskipun jenis makan dan minuman yang ada tidak sesuai
dengan seleranya, tetapi Paksi tidak menghiraukannya lagi. Ia
sadar, bahwa didalam pengembaraannya, ia tidak dapat
memilih. Makan, minum, tempat untuk tidur dan masih banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masalah-masalah lain yang tidak sesuai dngan keinginan dan
pilihannya, tetapi harus diterima apa adanya.
Beberapa saat lamanya, Paksi beristirahat sambil meneguk
minumannya. Beberapa orang yang duduk di-kedai itu sudah
berganti dengan orang-orang baru.
Setelah membayar harga makanan dan minumannya, maka
Paksipun kemudian telah melanjutkan perjalanannya.
Menjelang malam, Paksi memasuki sebuah padukuhan.
Lampu-lampu minyak sudah mulai menyala. Di Beberapa regol
halaman ada yang telah memasang oncor, menerangi jalan-
jalan padukuhan. Tetapi padukuhan itu nampak sepi. Pintu-pintu telah
tertutup rapat. Bahkan pintu-pintu regolpun telah tertutup.
Ketika Paksi lewat didepan gardu disimpang ampat jalan
padukuhan, ia tidak melihat seorangpun berada didalam gardu
itu. "Suasananya berbeda dengan suasana di padukuhan
Dresana."berkata Paksi didalam hatinya.
Justru karena itu, maka Paksi tidak ingin bermalam di
banjar padukuhan itu. Apalagi ketika ia berjalan di jalan induk padukuhan itu dan lewat didepan banjar, banjar padukuhan
itu nampak sepi. Balkan pintu regolnya-pun tertutup pula.
Paksi berjalan terus. Ia tidak akan bermalam di padukuhan
itu. Tetapi demikian ia keluar dari padukuhan itu, maka
Paksipun bertanya "Aku akan bermalam dimana?"
Namun akhirnya Paksi tidak peduli lagi. Apapun yang akan
terjadi, biarlah terjadi. Dimana ia berhenti dan meletakkan
tubuhnya, disitu ia akan berhenti.
Malam sama sekali tidak menakutkan lagi baginya. Jika
ketika ia berada dirumah, ia sering mendengar ceritera
tentang hantu, yang sering berkeliaran dimalam hari, maka
pada malam itu, ia sama sekali tidak menghiraukannya lagi.
"Jika hantu-hantu itu akan datang, biarlah mereka datang"
berkata Paksi didalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun akhirnya Paksi ingin juga berhenti berjalan. Karena
itu, maka ketika ia melihat sebuah gubug diteng.ih tengah
bulak sawah, maka iapun tertarik untuk mendekatinya.
Paksipun kemudian meniti pematang, mendekati gubug itu.
Ternyata gubug itu kosong. Pemilik gubug itu tidak berada
disawahnya di malam hari.
Sambil menarik nafas panjang, Paksi naik tangga pendek
masuk kedalam gubug itu. Paksi merasa beruntung bahwa ia menemukan sebuah
gubug yang dapat dipergunakannya untuk bermalam. Karena
itu, maka iapun langsung membaringkan dirinya di-gubug
yang didasari dengan anyaman bambu itu.
Meskipun Paksi merasa letih, tetapi Paksi tidak segera
dapat tidur. Nyamuk yang ganas telah merubunginya,
menggigit sela-sela jari kakinya dan berterbangan di sekitar
telinganya. Karena itu, maka Paksi terpaksa menggelar kain
panjangnya untuk menyelimuti tubuhnya dan bahkan
telinganya. Sambil sekali-sekali menggaruk kakinya, maka kembali
Paksi mengenang saat-saat ia akan berangkat dari Pajang
untuk melakukan pengembaraan.
Ketika ia minta diri kepada gurunya, maka gurunya menjadi
terkejut sekali. Hampir tidak percaya gurunya bertanya "Jadi
kau harus pergi untuk melakukan sesuatu yang kau tidak
mengerti sama sekali?"
"Ya, guru. Tetapi ayah mengatakan bahwa yang aku
lakukan adalah tugas rahasia. Aku mohon guru melindungi
rahasia ini. Jika ayah tahu aku mengatakannya kepada guru,
mungkin ayah akan marah kepadaku. Tetapi aku tidak dapat
merahasiakannya kepada guru" berkata Paksi Pamekas.
Gurunya mengangguk-angguk. Katanya "Terima kasih atas
kepercayaanmu Paksi. Ada dua hal yang membuat aku
menyesali kepergianmu. Kau masih sangat muda, sehingga
tugas itu tfcntu akan sangat berat bagimu. Bahkan seakan-
akan tidak masuk akal bahwa kau harus dilibatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedalamnya. Sedangkan yang kedua, kau adalah muridku
yang terbaik. Aku berharap bahwa kau kelak akan dapat
menggantikan kedudukanku. Bukankah aku menjadi semakin
tua dan rapuh" Wadagku tidak akan dapat mendukung ilmuku
untuk seterusnya. Karena itu, aku harus mempersiapkan
seseorang yang akan dapat menggantikan aku."
"Aku mohon guru berdoa agar aku dapat kembali dengan
selamat serta dapat membantu guru di perguruan ini."
Gurunya mengangguk kecil. Dalam saat terakhir, gurunya
telah memberikan petunjuk dan pematangan ilmu sejauh
dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.
"Aku tidak dapat memberikan lebih dari itu, Paksi. Jika
dipaksakan juga, maka justru wadagmu yang akan mengalami
kesulitan. Tetapi aku berharap bahwa selama dalam
perjalanan, kau dapat membuka dan mengembangkan ilmumu
sampai tingkat yang tinggi."berkata gurunya dengan nada
yang dalam. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Ia telah terlempar
kembali kedalam kenyataannya. Berbaring disebuah gubug
kecil berselimut kain panjangnya.
Tetapi Paksi tidak dapat segera tidur.
Ketika ia memiringkan tubuhnya menghadap ke jalan
beberapa puluh langkah dari gubug itu, Paksi terkejut. Ia
melihat didalam keremangan malam sebuah keranda yang
seperti terbang diatas jalan itu.
Dengan serta-merta iapun bangkit dan duduk sambil
mengusap matanya. Keranda yang diselimuti kain putih itu masih meluncur
diatas jalan yang telah dilewatinya sebelum Paksi turun dan
meniti pematang mencapai gubug itu.
Bulu tengkuk Paksi memang menjadi tergetar. Ia pernah
mendengar dongeng tentang keranda yang melayang di
malam hari, sebagai pertanda bahwa akan datang wabah
penyakit yang berbahaya. Tetapi tiba-tiba timbul pertanyaan dihati Paksi "Jika
keranda itu dapat terbang atau berjalan sendiri, kenapa harus
lewat diatas jalan. Bukankah keranda itu dapat meluncur
diatas pematang, parit atau bahkan sungai dan bukit-bukit
kecil. Kepada siapa pula hantu keranda itu menampakkan diri
di tempat yang jauh dari padukuhan itu" Kepada dirinya" Jika
benar, kenapa keranda itu tidak mendekatinya?"
Paksi Pamekas yang sudah terlempar kedalam satu
keadaan yang tidak diinginkannya itu telah bangkit.
Keinginannya untuk mengetahui hantu keranda yang terbang
itu telah mendesaknya untuk berbuat sesuatu.
Tiba-tiba saja Paksi itu turun. Dipakainya kain panjangnya
sekenanya. Kemudian iapun telah meloncat ke-atas pematang.
Dengan hati-hati Paksi mendekati jalan tempat keranda itu
lewat. Dengan hati-hati pula ia mengikutinya dan berusaha
mendekat dari arah belakang.
Namun jantung Paksi menjadi berdebar-debar ketika
kemudian ia melihat bayang-bayang yang bergerak-gerak.
Ternyata keranda itu tidak terbang atau meluncur sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksipun kemudian melihat beberapa orang berpakaian serba
hitam memanggul keranda itu. Sementara beberapa orang
mengikutinya. Paksi menarik nafas dalam-dalam. Tetapi Paksi tidak
melepaskannya. Ia masih saja mengikutinya beberapa lama.
Keranda itu justru meluncur mendekati sebuah padukuhan.
Kemudian lewat jalan yang lebih sempit meluncur sejajar
dengan dinding padukuhan itu.
Paksi masih saja mengikutinya ketika keranda itu meluncur
melewati sudut padukuhan dan kemudian kembali menjauh
menuju kesebuah gumuk yang seakan-akan sebuah pulau
kecil ditengah-tengah lautan tanaman padi di-sawah.
Ternyata bukit kecil itu adalah sebuah kuburan. Paksi
menjadi berdebar-debar melihat keranda itu seakan-akan
lenyap dari penglihatannya.
Namun kemudian Paksi itu mengetahui bahwa orang-orang
yang membawa keranda itu dengan cepat telah menyelimuti
keranda itu dengan kain hitam.
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Keinginannya untuk
mengetahui tentang keranda itupun menjadi semakin
mendesaknya sehingga dengan demikian, maka Paksipun
telah mendekati dan masuk kedalam kuburan itu pula.
Dengan landasan ilmu yang telah dimilikinya, maka Paksi
berusaha untuk menjadi semakin dekat. Batu-batu nisan,
gerumbul-gerumbul perdu dan pepohonan yang tumbuh diatas
bukit kecil itu, memberi kesempatan kepada Paksi untuk
menjadi lebih dekat lagi.
Paksi terkejut ketika ia melihat apa yang terdapat didalam
keranda itu. Ketika keranda itu dibuka, maka yang ada
didalamnya adalah beberapa jenis barang-barang yang
nampaknya berharga. Paksi sempat mendengar orang-orang itu tertawa. Mereka
membongkar barang-barang yang terdapat didalam keranda
itu sambil berbangga akan keberhasilan
"Tujuh belas. Tujuh belas. Ya, aku memang sudah berumur
tujuh belas tahun." berkata Paksi dalam hatinya."Tetapi
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apakah kawan-kawanku yang berumur tujuh belas tahun juga
harus menjalani tugas seperti ini?" Paksi menarik nafas dalam-
dalam. "Jangan terlalu sering mempergunakan cara ini untuk
membawa barang-barang rampokan itu" berkata salah
seorang diantara mereka. "Tidak ada cara lain yang lebih baik. Aku ragu-ragu untuk
membawa barang-barang ini dengan pedati atau dengan
mempergunakan kuda beban. Cara ini nampaknya lebih aman"
sahut yang lain. Tetapi orang yang pertama berkata pula "Jika cara ini
terlalu sering kita pergunakan, maka orang-orang akan
menghubungkan setiap terjadi perampokan, tentu ada
keranda yang terbang dimalam hari."
"Ya. Aku setuju" desis yang lain"tetapi sampai saat ini,
orang-orang padukuhan itu telah menjadi ketakutan
mendengar ceritera tentang keranda yang berjalan di malam
hari." "Ceritera itu telah kita lengkapi dengan ceritera tentang
ting hijau yang juga terbang di malam hari." berkata yang lain lagi "sehingga untuk beberapa lama kita akan dapat
mempergunakan cara ini dengan aman."
Yang terdengar adalah suara tertawa beberapa orang yang
tertahan. Seorang diantara mereka berkata "Sudahlah. Jangan
terlalu berbangga atas keberhasilan ini. Kita harus segera
mengubur barang-barang ini untuk beberapa lama, sebelum
kita kemudian menjualnya. Disaat orang sudah melupakan
peristiwa perampokan ini, kita akan mengambilnya dan
menjualnya." "Sebenarnya kita tidak perlu bersusah payah. Bukankah
ada orang-orang yang bersedia menerima barang-barang hasil
rampokan ini?" "Tetapi harganya sangat murah" jawab yang lain.
Tetapi dalam pada itu, orang yang agaknya memimpin
sekelompok perampok itu berkata "Marilah. Kita simpan
barang-barang itu didekat barang-barang yang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdahulu kita simpan. Kita akan memperlihatkan barang
barang itu kepada kakang Kebo Lorog."
"Kakang Kebo Lorog?" bertanya salah seorang dari mereka.
"Ya. Kakang Kebo Lorog akan datang ke daerah ini."
"Apakah ada kecurigaan kakang Kebo Lorog terhadap kita?"
"Tidak. Tetapi sudah agak lama kakang Kebo Lorog tidak
melihat-lihat daerah ini. Besok bersamaan dengan saat
padukuhan sebelah merti desa, kakang akan berada disini.
Kita dapat membawanya ketempat ini dan memperlihatkan
apa yang kita punyai kepadanya."
"Mudah-mudahan kakang Kebo Lorog puas dengan tugas-
tugas kita disini." "Sekarang, kita akan menyimpan barang-barang kita."
Paksi memperhatikan semua yang terjadi serta
mendengarkan pembicaraan itu dengan jantung yang
berdebar-debar. Paksi sendiri heran, bahwa batu-batu
nisan,gerumbul-gerumbul liar dan satu dua pohon raksasa
yang tumbuh dibukit itu tidak membuat bulu-bulunya
meremang. Sejenak kemudian, orang-orang yang berpakaian serba
hitam itupun telah menggali sebuah lubang dipinggir kuburan
itu,disebelah batu hitam yang besar, yang sulit untuk digeser.
Agaknya mereka menjadikan batu itu sebagai pertanda,
dimana mereka menyimpan barang-barang hasil kejahatan
mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat lamanya, Paksi harus menunggu. Di kuburan
itu nyamuknya ternyata lebih banyak lagi daripada di gubug
tempat ia membaringkan tubuhnya. Tetapi Paksi tidak dapat
menyelimuti tubuhnya dengan kain panjangnya.
Demikian orang-orang itu selesai menguburkan barang-
barang hasil rampokannya yang dibungkus dengan kain, maka
mereka telah berganti pakaian. Mereka tidak lagi mengenakan
pakaian-pakaian hitam. Ditempatkannya keranda itu disebuah
cungkup yang besar, yang agaknya memang tempat untuk
menyimpan keranda. Paksi hampir tidak tahan menunggu orang-orang itu pergi.
Tetapi ia tidak bergerak ditempatnya selagi orang-orang itu
masih berkeliaran di kuburan itu.
Baru kemudian, setelah kuburan itu menjadi sepi, Paksipun
keluar dari persembunyiannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ternyata mereka adalah orang-orang yang cerdas. Mereka
memanfaatkan ceritera-ceritera tentang hantu dan jadi-jadian
untuk melakukan kejahatan" berkata Paksi.
Malam itu semalam suntuk Paksi tidak tidur. Dari kuburan
Paksi telah menyusuri parit. Ketika ia mendengar suara air
gemericik, maka Paksipun mengetahui, bahwa ia berada tidak
jauh dari sebuah sungai. Menjelang fajar Paksi sudah berendam di air sungai untuk
membersihkan tubuhnya yang terasa gatal-gatal. Tetapi Paksi
masih belum dapat mencuci pakaiannya, karena matahari
masih agak lama terbit. Setelah mandi, maka Paksi untuk beberapa lama duduk
ditepian. Justru setelah ia berendam, maka ia tidak merasakan
dinginnya udara pagi. Langit yang cerah menjadi semakin terang. Cahaya
matahari mulai menusuk lembaran-lembaran awan tipis yang
menggantung dilangit. Ketika perasaan mengantuk mulai menyentuhnya,
Paksi Pamekaspun segera bangkit dan berjalan diatas pasir
tepian. Sambil berjalan selangkah-selangkah, Paksi sempat
merenungi peristiwa yang dilihatnya semalam. Agaknya
karena hantu keranda itulah, maka padukuhan-padukuhan
menjadi sepi setelah gelap.
"Tetapi tentu ada orang yang pernah melihat keranda itu"
berkata Paksi didalam hatinya "jika tidak, mereka tentu tidak
akan dicengkam ketakutan."
Paksi berniat untuk menjelaskan kepada orang-orang
padukuhan, bahwa hantu keranda itu hanyalah akal orang-
orang jahat agar mereka dapat leluasa bergerak di-malam
hari. "Tetapi kepada siapa aku harus mengatakannya?" bertanya
Paksi Pamekas kepada diri sendiri.
Paksipun kemudian sudah memanjat tanggul dan
melangkah menuju ke padukuhan terdekat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi hari masih terlalu pagi. Karena itu, maka Paksipun
tidak tergesa-gesa menemui seseorang. Bahkan Paksi sempat
mengikuti beberapa orang perempuan yang berjalan
beriringan sambil menggendong bakul. Beberapa orang
membawa bakul berisi hasil kebun. Sedangkan yang lain
membawa makanan dan bahkan seorang diantara mereka
membawa nasi tumpang digendongannya.
"Mereka tentu akan pergi ke pasar." berkata Paksi didalam
hatinya. Ternyata iring-iringan itu telah menarik perhatiannya.
Ketika ia melihat sayuran rebus yang digelar diatas tambir
ditutup dengan daun pisang, maka tiba-tiba saja ia merasa
lapar. Apalagi semalaman Paksi hampir tidak tidur sama sekali.
Karena itu, maka Paksipun telah pergi ke pasar pula.
Di pasar Paksi telah membeli nasi tumpang yang jarang
sekali ditemuinya di rumahnya. Ia tidak memikirkan pula
dimana ia duduk dan makan nasi tumpang yang masih hangat
itu. Sekali-sekali Paksi berdesis karena bubuk kedelenya yang
terlalu pedas serasa menyengat lidahnya.
Namun dalam pada itu, sambil makan nasi tumpang dan
duduk dibelakang penjualnya didekat pintu gerbang pasar,
Paksi mendengar beberapa orang yang berceritera tentang
keranda yang berjalan sendiri di malam hari.
"Suamiku melihat sendiri malam tadi" berkata seorang
penjual kelapa dengan mantap "bersama tiga orang, suamiku
memang berusaha untuk dapat melihat langsung keranda
yang berjalan sendiri itu. Malam tadi, malam Jumat Keliwon,
bersama tiga orang, suamiku sengaja menunggu disudut
padukuhan. Ternyata sedikit lewat tengah malam, dari
kejauhan mereka benar-benar melihat keranda itu berjalan
sendiri, seolah-olah terbang meluncur dengan cepat. Suamiku
dan ketiga kawannya menjadi sangat ketakutan. Beberapa
puluh langkah dari padukuhan itu, keranda itu berhenti
sejenak. Seakan-akan berpaling memandangi keempat orang
yang telah mengintip itu. Seorang kawan suamiku hampir
menjadi pingsan. Untunglah keranda itu berjalan lagi menuju
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke kuburan di bulak itu. Sebelum masuk pintu gerbang
kuburan, keranda itu tiba-tiba telah lenyap."
"Apa yang dilakukan suamimu kemudian?" bertanya
seorang penjual sirih. "Tidak apa-apa. Sebelumnya keempat orang itu bertekad
untuk melihat dari dekat jika benar-benar ada keranda yang
terbang di malam hari. Tetapi ketika mereka benar-benar
melihat langsung, maka jantung mereka menjadi kuncup
sebesar biji mentimun."
"Siapa yang tidak menjadi ketakutan melihat keranda
terbang itu?" desis penjual nasi tumpang itu.
"Pagi ini suamiku tidak pergi ke sawah. Badannya merasa
tidak enak. Dahinya panas dan jantungnya serasa berdetak
lebih cepat." "O" penjual nasi tumpang itu menjadi cemas" apakah
suamimu tidak pergi ke rumah seorang tua yang dapat
menyingkirkan kutukan keranda terbang itu" Mungkin karanda
itu mengetahui bahwa suamimu dan kawan-kawannya sengaja
mengintipnya." Penjual kelapa itu termangu-mangu sejenak. Katanya
"Belum. Tetapi siang nanti aku akan mengajaknya pergi
kerumah Kiai Samid yang terkenal itu. Suamiku mengenalnya
dengan baik, karena Kiai Samid minta suamiku menggarap
sawahnya sampai lebih dari tiga tahun. Letak sawah Kiai
Samid berdekatan dengan sawah suamiku, sehingga suamiku
dapat menggarapnya dengan baik dan memuaskan bagi Kiai
Samid." "Tetapi jangan sampai terlambat" desis penjual sirih.
Penjual kelapa itu mengangguk. Tetapi ia tidak menjawab.
Dua orang datang untuk memilih beberapa buah kelapa yang
sudah tua. Paksi mendengarkan pembicaraan itu. Tetapi ia tidak
berkata sepatah katapun. Paksi tidak dapat berbicara tentang
keranda terbang itu dengan perempuan-perempuan yang
tidak melihat sendiri semalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Paksi bertekad untuk mengikuti penjual kelapa itu
sampai kerumahnya dan berbicara dengan suaminya tentang
keranda terbang yang dilihatnya semalam.
Ketika kemudian Paksi sudah menjadi kenyang, maka iapun
segera membayar harga nasi yang dimakannya. Dari penjual
nasi tumpang, Paksi bergeser duduk di dekat penjual wedang
sere. Sambil menunggu penjual kelapa itu menghabiskan
dagangannya, maka Paksipun minum wedang sere hangat dan
masih juga makan beberapa potong makanan meskipun
perutnya sudah terasa kenyang.
Satu dua butir kelapapun telah laku. Berurutan orang-orang
yang datang dan pergi. Namun penjual kelapa itu nampak
gelisah. Sekali-sekali ia melihat matahari dilangit yang
memanjat semakin tinggi. "Aku meninggalkan suamiku yang sedang sakit" desis
penjual kelapa itu. "Tetapi kelapamu sudah hampir habis" berkata penjual nasi
tumpang itu. "Aku ingin segera pulang."
"Suamimu memang harus dibawa dengan cepat kerumah
Kiai Samid agar segera mendapat obat penolak bala."
"Tetapi kelapaku ini?"
"Jika kau mau menjualnya agak murah, aku akan
membelinya semua yang tersisa. Untuk membuat bumbu
gudanganku ini, aku memerlukan kelapa setiap hari.
Sementara itu, kelapa dikebun sudah tidak. ada yang cukup
tua." "Apakah kelapa itu tidak terlalu tua untuk membuat bumbu
gudangan?" bertanya penjual sirih.
"Cukupan" sahut penjual kelapa itu.
Akhirnya, kelapa itu telah dibeli dengan harga yang lebih
murah oleh penjual gudangan itu, karena penjual kelapa itu
ingin segera pulang dan membawa suaminya kepada Kiai
Samid. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi yang telah cukup lama menunggu, telah minta diri
kepada penjual minuman itu setelah membayar harga
makanan dan minumannya. Pada jarak tertentu Paksi telah mengikuti perempuan yang
berjalan dengan tergesa-gesa pulang itu. Seperti yang
diduganya, maka perempuan itu tinggal df padukuhan yang
semalam dilewati keranda terbang itu, meskipun pada jarak
yang tidak terlalu dekat.
Paksi yang mengikutinya itupun kemudian melihat,
perempuan itu memasuki sebuah regol halaman rumah
disebelah simpang ampat. Paksi memang menjadi ragu-ragu. Ia sama sekali tidak
dikenal di padukuhan itu. Seandainya ia menceriterakan apa
yang dilihatnya, apakah orang padukuhan itu akan
mempercayainya" Tetapi Paksipun kemdian telah membulatkan tekadnya
untuk mengatakan apa yang telah dilihatnya semalam.
Karena itu, maka beberapa saat kemudian, Paksi telah
berdiri didepan regol halaman rumah perempuan yang baru
saja pulang dari pasar itu.
Dengan ragu-ragu Paksipun melangkah melintasi halaman
yang terhitung luas. Beberapa batang pohon tumbuh di
halaman itu. Disana-sini nampak pohon kelapa yang tumbuh
mencuat mengatasi pepohonan yang lain.
Agaknya sebagian dari dagangan kelapanya telah dipetik
dari halaman dan kebun dirumahnya sendiri.
Ketika Paksi berdiri ragu-ragu di halaman, maka seorang
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
anak remaja datang mendekatinya sambil bertanya"Siapa
yang kau cari, kakang?"
Paksi tersenyum. Anak itu nampak ramah. Karena itu, maka
iapun bertanya "Apakah yang pulang dari pasar itu ibumu?"
"Ya. Ibu memang berjualan kelapa di pasar."
"Ayahmu ada?" bertanya Paksi.
"Ada. Tetapi ayah sedang sakit. Kepala pening. Jantungnya
berdebar-debar dan tidak dapat tidur."
"Apakah aku dapat bertemu dengan ayahmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah berbaring saja di pembaringan dengan gelisah. Kami
bergantian menungguinya selama ibu berada di pasar."
"Kamu siapa?" bertanya Paksi.
"Aku dan adikku."
"Bagus" desis Paksi "kau anak yang pandai."Paksi menarik
nafas dalam-dalam. Namun kemudian katanya"Jika demikian,
aku ingin bertemu dengan ibumu."
"Duduklah. Aku akan memanggil ibu."
Paksipun kemudian duduk disebuah lincak bambu yang
panjang diserambi depan rumah yang sederhana, tetapi
nampak bersih itu. Sejenak kemudian, maka perempuan yang berjualan kelapa
di pasar itupun keluar dari pintu depan. Ia termangu-mangu
sejenak, melihat Paksi yang belum pernah dikenalnya.
"Kau mencari aku, nak?" bertanya perempuan itu.
"Ya, bibi" jawab Paksi "sebenarnya aku ingin berbicara
dengan paman. Tetapi bukankah paman sedang sakit?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perempuan itu mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Suamiku
sedang sakit." Perempuan itupun kemudian duduk di lincak bambu itu
pula. "Aku belum pernah melihat kau sebelumnya, nak." berkata
perempuan itu. "Ya, bibi. Aku memang baru kali ini menginjakkan kakiku di
padukuhan ini." "Jadi apakah maksudmu menemui suamiku?"
"Bibi" berkata Paksi "aku mendengar pembicaraan bibi
dengan beberapa orang perempuan di pasar. Menurut bibi,
paman menjadi sakit setelah semalam melihat keranda
terbang itu?" "Ya"jawab perempuan itu dengan wajah berkerut.
"Aku ingin memberikan sedikit keterangan tentang keranda
terbang itu." "Jangan, nak. Jangan. Pamanmu sangat terpengaruh oleh
penglihatannya semalam. Ia merasa seakan-akan selalu
dibayangi oleh keranda yang berjalan sendiri itu. Bahkan rasa-
rasanya keranda itu telah terbang mengitari rumah ini."
"Apakah ketiga orang kawan paman yang melihat keranda
itu juga sakit?" "Adik pamanmu telah menghubungi mereka. Menurut
keterangannya, mereka juga menjadi sakit, terutama seorang
yang semalam hampir pingsan. Badannya panas dan sekali-
sekali ia mengigau. Tetapi yang seorang lagi, hanya terasa
pening-pening sedikit."
"Tetapi orang itu tidak menjadi sakit seperti paman?"
"Tidak. Ia memang seorang yang sangat berani, meskipun
semalam ia mengurungkan niatnya untuk mendekati keranda
yang terbang itu. "Jika demikian, apakah aku sebaiknya berbicara dengan
orang itu?" "Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bibi. Aku minta bibi memberitahukan kepada paman,
bahwa paman tidak perlu menjadi sakit. Keranda terbang itu
hanyalah sekedar pokal orang jahat."
"Tetapi pamanmu melihat sendiri."
"Akupun melihatnya bibi. Aku sempat mengikutinya.
Keranda itu sebenarnya juga dipikul oleh beberapa orang dan
bahkan diiringi beberapa orang yang lain. Tetapi mereka
berpakaian hitam agar mereka tidak nampak dari jarak
tertentu." "Ah. Kau jangan mengada-ada anak muda."
"Benar bibi. Aku dapat membuktikan. Tetapi aku
memerlukan orang-orang yang berani seperti yang bibi
sebutkan itu." jawab Paksi. Lalu katanya pula "Jika saja paman tidak cepat percaya kepada keranda itu, maka aku ingin
mengajak paman untuk melihat kenyataan tentang keranda
itu." Perempuan itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Sebaiknya aku hubungi kakang Sura saja."
"Dimanakah rumahnya, bibi?" bertanya Paksi.
Perempuan itupun kemudian memberikan ancar-ancar
rumah Sura didekat gardu peronda yang tidak pernah terisi
sejak ada ceritera tentang keranda yang dapat berjalan sendiri di malam hari.
Paksipun kemudian minta diri untuk menemui orang yang
bernama Sura itu. Meskipun agak ragu, namun Paksipun kemudian telah
memasuki halaman rumah didekat gardu parondan. Seorang
anak laki-laki yang sedang berlari-lari di halaman tertegun.
Berlari-lari kecil anak itu menyongsong Paksi.
"Kakang mencari siapa?" ternyata anak itu ramah sekali.
"Apakah paman Sura ada dirumah?"
"Ayah?" bertanya anak itu.
"Ya. Tolong, katakan kepada ayah, bahwa seseorang
mencarinya" berkata Paksi.
"Siapa nama kakang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi tersenyum. Sambil menyentuh pipi anak itu ia
menjawab "Namaku Paksi."
"Nama kakang bagus. Tetapi namaku jelek. Ayah tidak
pandai memilih nama."
"Siapa namamu?"
"Namaku Salam."
"Nama yang bagus. Aku senang mendengarnya. Salam."
"Ah, kakang hanya ingin membuatku senang." Paksi
tertawa. Anak itu ternyata anak yang sangat cerdas.
Namun anak itupun kemudian berkata "Aku akan
memanggil ayah dibelakang."
Anak itupun segera berlari kebelakang memanggil ayahnya.
Sura terkejut melihat kedatangan anak muda yang belum
pernah dikenalnya. Dipersilahkan Paksi naik dan duduk di
pendapa. "Apakah angger mempunyai keperluan dengan aku?"
"Ya, paman. Ada yang ingin aku bicarakan."
"Tentang?" "Bukankah paman tidak sakit sekarang?"
"Rasa-rasanya kepalaku sedikit pening ngger. Tetapi tidak
apa-apa. Aku dapat mendengarkan dengan baik persoalan
yang akan angger katakan."
"Apakah paman sakit karena keranda yang berjalan sendiri
semalam?" Orang itu mengerutkan dahinya. Dengan nada tinggi ia
bertanya "Apakah kau mengetahui bahwa aku telah melihat
keranda yang berjalan sendiri?"
"Ya paman. Tetapi itu tidak penting. Aku hanya ingin tahu,
bahwa paman tidak menjadi sakit karena keranda itu?"
"Tidak. Tetapi kenapa?"
"Kenapa semalam paman tidak berusaha untuk menangkap
keranda itu?" "Apa sebenarnya yang ingin kau katakan ngger?" bertanya
Sura. Paksi menarik nafas panjang. Kemudian diceriterakannya
apa yang dilihatnya semalam sehingga keranda itu hilang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikuburan dan orang-orang berpakaian hitam yang
menyembunyikan barang-barang hasil rampokan itu.
"Kau berkata sebenarnya?" bertanya Sura.
"Aku dapat menunjukkan tempat mereka menyembunyikan
barang-barang itu jika paman ingin membuktikannya."
Sura mengagguk-angguk. Katanya "Jika kau berkata benar,
aku kagum akan keberanianmu."
"Bukan soal keberanian paman. Tetapi aku sudah tersudut
dalam satu keadaan yang tidak dapat aku hindari."
"Sebenarnya aku memang ingin melihat dari dekat keranda
yang dikatakan orang dapat terbang sendiri itu. Tetapi kawan-
kawanku semalam menjadi ketakutan, sehingga aku
mengurungkan niatku. Bahkan ada seorang di-antara kami
yang hampir pingsan."
"Ada diantara mereka yang menjadi sakit sekarang."
"Ya. Aku dengar memang demikian. Mereka menjadi sangat
terpengaruh. Tetapi sejak semula aku sudah meragukannya."
"Tetapi pamafr juga menjadi pening."
"Bukan karena keranda itu. Tetapi hampir semalam suntuk
aku tidak dapat tidur. Aku harus mengantar orang-orang yang
ketakutan itu. Memapah kawanku yang hampir pingsan. Baru
aku pulang terakhir setelah langit menjadi merah. Aku hanya
sempat berbaring. Ketika aku hampir tertidur, adik salah
seorang yang ikut bersamaku semalam datang kemari."
Paksi mengangguk-angguk. Dengan nada berat ia berkata
"Aku juga tidak tidur semalam."
"Kau dapat beristirahat disini" berkata Sura.
"Terima kasih paman. Tetapi apakah paman melihat
barang-barang itu?" Sura termangu-mangu sejenak. Dipandanginya anak muda
yang sebelumnya belum pernah dikenalnya itu. Dari sorot
matanya, memang tersirat keragu-raguannya.
Tetapi Paksi tidak tersinggung. Ia tahu, bahwa hal itu
adalah wajar sekali. Karena itu, maka katanya "Paman.
Sebenarnya aku ingin sekali melihat apa saja yang
disembunyikan oleh para perampok itu. Tetapi aku tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukannya sendiri. Aku tidak mempunyai alat untuk
menggali." "Baiklah" berkata Sura" kita akan melihatnya. Tetapi aku
akan mengajak seorang lagi yang memiliki keberanian untuk
membongkar barang-barang yang disembunyikan itu."
Paksi mengangguk sambil menjawab "Silahkan paman.
Tetapi orang itu harus dapat paman percaya, karena mungkin
ada sesuatu yang untuk sementara masih harus disimpan."
"Baik. Tetapi kapan sebaiknya kita melakukannya?"
"Bukankah sebaiknya kita lakukan disiang hari" Di-malam
hari orang-orang yang menyembunyikan barang-barang itu
justru berkeliaran. Disiang hari mereka tidak akan
menampakkan diri. Meskipun demikian, kita harus berhati-
hati." "Baiklah. Kita dapat berpura-pura membersihkan kuburan.
Aku mempunyai leluhur yang dimakamkan di kuburan itu."
Surapun minta Paksi untuk menunggu. Minuman dan
makananpun telah dihidangkan pula.
"Salam akan menemanimu, ngger." berkata Sura. Beberapa
s&at kemudian Sura telah datang bersama seorang kawannya.
Bertiga mereka pergi ke kuburan untuk membuktikan, apakah
yang dilihat Paksi semalam bukan sekedar sebuah mimpi atau
khayalannya saja. Dalam pada itu, Surapun berkata "ngger, pamanmu
Mertawira ini kebetulan adalah anak juru kunci kuburan itu."
"O" Paksi mengangguk-angguk "kebetulan sekali paman."
"Tetapi aku segan untuk menggantikan jabatan orang
tuaku. Aku lebih senang tidak mengurusi kuburan." desis
Mertawira. "Harus ada orang yangtbersediakmelakukannya. Jika tidak,
orang-orang yang memerlukan akan menjadi sangat repot."
berkata Sura. Mertawira tertawa. Katanya "Adikku telah menyatakan
kesediaannya." "Sokurlah. Dengan demikian, maka segala sesuatunya ada
yang mengatur. Orang-orang padukuhan yang kematian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarganya tidak asal saja mengubur di kuburan ini, sehingga
berjejal-jejal tanpa diatur."
Mertawira tertawa semakin keras.
Beberapa saat kemudian, mereka telah berada di kuburan.
Tidak ada orang yang melihat mereka meskipun mereka
memasuki kuburan itu disiang hari.
Paksi memang agak sulit untuk menemukan batu yang
besar itu. Bahkan Paksi sempat menjadi bimbang, bahwa apa
yang dilihatnya tidak lebih dari sebuah khayalan. Mungkin
hantu keranda itu sempat menyesatkan penglihatannya,
sehingga seolah-olah ia melihat keranda itu memasuki
kuburan Ini." Namun setelah mengitarti kuburan itu beberapa kali, maka
Paksipun telah menemukan batu yang besar itu."Kami hampir
kehabisan kesabaran" desis Sura.
Mertawirapun tertawa pula. Katanya "Aku kira kau hanya
bermimpi. Tetapi itupun masih harus dibuktikan, apakah
barang-barang itu benar-benar ada.?"
Paksi mengangguk-angguk. Ketika mereka bersiap-siap
untuk mulai menggali, maka jantung Paksi menjadi berdebar-
debar. Jika barang-barang yang dikatakan itu tidak ada, maka
kedua orang itu akan dapat menjadi marah kepadanya.
Mereka akan mengira, bahwa Paksi telah mempermainkan
kedua orang itu. Namun Sura dan Mertawira memang melihat tanah yang
kemerahan disekitar batu yang besar itu. Nampaknya tanah
itu memang tanah yang baru dari sebuah galian yang telah
ditimbun kembali. Ketika mereka mulai menggali, maka tanah itupun agaknya
masih juga lunak, sehingga dengan demikian, mereka tidak
banyak menemui kesulitan.
Mereka menjadi berdebar-debar ketika cangkul mereka
mulai terasa menyentuh sesuatu. Dengan hati-hati mereka
menggali lebih dalam lagi.
Ternyata Paksi tidak sekedar berkhayal atau bermimpi atau
penglihatannya dipengaruhi oleh hantu keranda itu. Didalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lubang galian itu memang terdapat barang-barang yang
disembunyikan oleh para perampok yang telah mengelabuhi
banyak orang itu. "Apa yang sebaiknya kita lakukan dengan barang-barang
ini" berkata Sura kemudian.
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Besok jika padukuhan ini merti desa, maka salah seorang
pemimpin dari para perampok ini akan datang" berkata Paksi
"karena itu, maka barang-barang yang disembunyikan disini
akan ditunjukkan kepada pemimpin mereka itu."
"Jika demikian, biarlah barang-barang ini disini" berkata
Mertawira "kita akan mengawasinya. Besok, pada saatnya
pemimpin perampok itu datang, kita akan menangkapnya."
"Kau kira kita akan mudah melakukannya" sahut Sura "para
perampok adalah orang-orang yang telah menyatukan hidup
matinya dengan senjata. Mereka terbiasa berkelahi dan
bahkan bunuh-membunuh, sehingga darah bagi mereka tidak
lagi menggetarkan perasaan mereka."
"Tetapi kita mempunyai kawan yang tentu jauh lebih
banyak dari para perampok itu. Mungkin jumlah mereka hanya
sekitar sepuluh orang."
"Ya" sahut Paksi "sekitar sepuluh orang. Mereka bergantian
memanggul keranda itu."
"Nah, bukankah kita memiliki kesempatan?"
Sura mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Kita akan
berbicara dengan Ki Jagabaya."
"Hanya dengan Ki Jagabaya "desis Mertawira "jika hal ini
didengar oleh banyak orang, maka persoalannya akan menjadi
lain. Tetapi bagaimana menurut pendapatmu ngger?"
"Aku hanya ingin menunjukkan kepada paman, bahwa
keranda itu sama sekali bukan hantu. Salah satu buktinya
adalah barang-barang yang telah mereka sembunyikan disini.
Selanjutnya, terserah kepada paman berdua. Kasihan jika
orang-orang padukuhan itu menjadi terlalu lama dicengkam
oleh ketakutan." "Padahal bukan hanya satu dua padukuhan saja yang
dibayangi ketakutan kepada hantu keranda yang berjalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri di malam hari, yang bahkan dapat lenyap dalam
sekejap mata." "Kita harus dapat menangkap hantu keranda itu. Tetapi kita
memang memerlukan beberapa orang yang berani" berkata
Sura kemudian. "Ya. Aku setuju, jika kita menemui Ki Jagabaya. Tetapi
untuk sementara tidak ada orang lain yang mengetahuinya"
berkata Mertawira. Bertiga mereka sependapat untuk menimbun barang-
barang itu lagi. Namun dengan demikian mereka sudah
menjadi yakin, bahwa keranda yang berjalan sendiri ditengahi
malam itu sama sekali bukan hantu. Sementara itu,
merekapun mengetahui dimana para perampok itu
menyembunyikan barang-barang hasil rampokan mereka.
"Tetapi kenapa pemimpin perampok itu akan datang tepat
pada saat merti desa?" desis Sura.
"Entahlah" berkata Mertawira "mungkin pada hari itu
perhatian orang-orang padukuhan tertuju kepada keramaian
di padukuhan ini." "Baiklah. Sekarang, marilah kita pulang."
Namun dalam pada itu, Paksipun berkata "Paman berdua.
Sebaiknya aku meneruskan perjalananku. Aku merasa bahwa
kewajibanku melaporkan tentang keranda yang berjalan
sendiri di malam hari itu sudah aku lakukan dengan baik.
Karena itu, segala sesuatunya terserah kepada paman berdua
serta para bebahu padukuhan . Tindakan apa yang akan
mereka ambil. Namun barangkali yang harus mendapat
perhatian adalah, bahwa pemimpin perampok yang akan
datang itu bernama Kebo Lorog."
"Kebo Lorog" kedua orang itu terkejut. Dengan nada tinggi
Sura berdesis "Jadi permainan ini dikendalikan oleh Kebo
Lorog yang namanya menggetarkan bulu tengkuk itu?"
"Apakah paman sudah pernah mendengar nama itu?"
"Ya. Kami sudah pernah mendengar. Banyak orang yang
pernah mendengar nama itu. Orang-orang padukuhan menjadi
ketakutan mendengar nama itu sebegaimana mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar ceritera tentang hantu keranda. Tetapi hantu
keranda itu ternyata hanya sebuah tipuan. Tetapi Kebo Lorog
benar-benar mampu memilin leher kita sampai patah."
"Tetapi jumlah penghuni padukuhan ini cukup banyak."
berkata Paksi. "Itu tidak berarti apa-apa bagi Kebo Lorog" jawab Sura.
"Jika demikian maka keranda yang berjalan sendiri itu tetap
menakutkan bagi kita. Bukan karena kita menyangka keranda
itu hantu, tetapi justru karena yang ada dibelakangnya adalah
Kebo Lorog." "Jika nama Kebo Lorog itu lebih menakutkan daripada
hantu, kenapa mereka harus bermain hantu-hantuan" Kenapa
tidak Kebo Lorog itu saja datang kemari dan melakukan
kegiatan yang dilakukan oleh keranda itu"
"Kebo Lorog mempunyai lingkungan yang luas, ngger.
Sehingga ia tidak dapat berada disatu tempat, Tetapi jika
Kebo Lorog itu mengunjungi satu lingkungan, tentu ia
mempunyai kepentingan tertentu."
Paksi mengangguk-angguk. Katanya "Mungkin keberhasilan
orang-orang yang mempunyai gagasan bermain hantu-
hantuan itu telah menarik perhatiannya, sehingga permainan
itu akan dapat dikembangkan di daerah lain."
Sura dan Mertawira mengangguk-angguk. Dengan nada
datar Mertawira berkata "Mungkin kau benar ngger. Kita akan
melihat bersama-sama, apa yang akan terjadi kemudian."
"Paman berdua. Aku sudah berniat untuk mohon diri. Aku
ingin melanjutkan pengembaraanku. Aku sudah merasa cukup
berhasil dengan menunjukkan benda-benda yang
disembunyikan itu." "Aku minta kau tetap disini menunggu kedatangan Kebo
Lorog" berkata Sura.
"Apakah artinya keberadaanku disini?"
"Kita akan bersama-sama menyaksikan, untuk apa Kebo
Lorog itu datang." jawab Mertawira.
Paksi termangu-mangu sejenak. Sementara Sura itupun
berkata "Kita akan pergi kerumah Ki Jagabaya ngger. Kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan dapat menjelaskan apa yang telah terjadi itu. Mudah-
mudahan kita akan dapat mencari jalan keluar dari bayangan
gelap karena kehadiran Kebo Lorog itu."
Paksi termangu-mangu sejenak. Sura nampaknya mengerti
getar perasaan anak muda itu. Karena itu, maka katanya
"Selama kau berada di padukuhan ini, kau dapat tinggal
bersama kami, ngger. Salam tentu akan merasa senang jika
kau berada disini." "Apakah aku tidak akan merepotkan paman dan keluarga?"
bertanya Paksi dengan ragu.
"Tentu tidak ngger. Kau tentu sudah dapat mengurus
dirimu sendiri. Kau sudah dapat mandi sendiri, mencuci
pakaian sendiri. Makan sendiri, sehingga kami tidak usah
menyuapi." Mertawira tertawa. Katanya "Juga tidak harus
menggendong dan menidurkan menjelang malam."
Paksi tertawa. Kemudian iapun menjawab "Baiklah paman.
Jika paman tidak berkeberatan, aku akan tinggal disini sampai
merti desa." Ternyata bahwa keberadaan Paksi di rumah Sura justru
memberikan kesegaran baru. Paksi adalah seorang anak yang
rajin. Pagi-pagi ia sudah bangun. Menimba air untuk mengisi
jambangan di pakiwan. Kamudian menyapu halaman samping,
karena halaman depan tentu sudah disapu oleh Sura sendiri.
Pengaruh keberadaan Paksi di rumah itu justru sangat baik
bagi Salam, la dapat bangun lebih pagi dari kebiasaannya.
Anak itu ingin bersma-sama dengan Paksi. Juga saat Paksi
menimba air, menyapu halaman atau membelah kayu disiang
hari. Bahkan Paksipun telah mengajari Salam untuk menuliskan
huruf-huruf, kemudian membacanya.
Sementara itu, ceritera tentang keranda hantu itu masih
saja membayangi kehidupan beberapa padukuhan. Sura dan
Mertawira memang belum mengambil langkah-langkah
tertentu untuk membuktikan kepada banyak orang, bahwa
ceritera tentang hantu keranda itu hanya sebuah olok-olok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari para penjahat yang kebingungan membawa hasil
rampokannya. Namun yang kemudian ternyata berhasil.
Seperti yang sudah direncanakan, maka ketika saatnya
dianggap sudah tiba, maka Sura dan Mertawira telah pergi
menemui Ki Jagabaya sambil mengajak Paksi Pa-mekas.
Ki Jagabaya menerima mereka bertiga dipendapa
rumahnya. Karena keduanya tidak terbiasa berkunjung ke-
rumah Ki Jagabaya, maka Ki Jagabaya menjadi heran atas
kedatangan mereka bertiga.
"Nampaknya ada sesuatu yang penting" desis Ki Jagabaya.
"Ya, Ki Jagabaya. Kami ingin berbicara tentang keranda
hantu itu." Ki Jagabaya mengerutkan dahinya. Dengan nada berat Ki
Jagabaya itupun bertanya "Ada apa dengan dongeng itu"
Kalian berdua terhitung orang-orang yang berani di
padukuhan ini. Apakah kalian juga percaya tentang keranda
yang berjalan sendiri itu?"
"Kami percaya, Ki Jagabaya" jawab Sura.
"Sikapmu tentang keranda yang berjalan sendiri itu tentu
akan menjadi panutan. Jika kau berkata bahwa kau percaya,
maka padukuhan ini akan menjadi semakin kalut."
"Aku telah melihat sendiri, Ki Jagabaya."
Ki Jagabaya mengerutkan dahinya. Dengan nada tinggi ia
berkata "Apa maksudmu" Apakah kau memang menghendaki
orang-orang padukuhan ini dicengkam oleh ketakutan"
Dengan susah payah aku menjelaskan kepada mereka, bahwa
tidak ada hantu keranda. Omong kosong. Tidak ada hantu
yang sedang menyebarkan wabah penyakit."
"Ki Jagabaya" berkata Sura kemudian "aku benar-benar
telah melihat keranda itu berjalan di malam hari. Aku yakin
akan penglihatanku itu. Hal itulah yang akan aku katakan
kepada Ki Jagabaya."
"Persetan dengan igauanmu. Kau tidak akan dapat
mempengaruhi aku. Kau tidak akan dapat menyeret aku
kedalam ketakutan seperti orang-orang bodoh itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sura termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya"Aku mohon Ki Jagabaya mendengarkan ceri-teraku.
Nanti Ki Jagabaya dapat percaya atau tidak percaya."
Wajah Ki Jagabaya menjadi tegang. Namun kemudian
katanya "Cepat katakan. Tetapi jangan mengharap aku
terseret kedalam arus yang melanda padukuhan kita dan
beberapa padukuhan yang lain."
Surapun kemudian menceriterakan apa yang pernah
dilihatnya. Keranda yang berjalan di malam hari. Seakan-akan
keranda itu berjalan sendiri.
Hampir saja Ki Jagabaya yang tidak mempercayainya itu
menjadi marah. Namun kemudian Surapun menceriterakan
apa yang telah dilihat oleh Paksi Pamekas.
Wajah Ki Jagabaya nampak berkerut. Dipandanginya Paksi
dengan tajamnya. Kemudian Ki Jagabaya itupun bertanya
"Siapakah kau sebenarnya?"
Paksipun telah menyebut namanya. Tetapi ia selalu
mengatakan bahwa dirinya berasal dari Banyuanyar serta
selalu mengatakan bahwa kedua orang tuanya sudah tidak
ada lagi. "Ceriteramu memang masuk akal." berkata Ki Jagabaya.
"Kami sudah membuktikannya, Ki Jagabaya."
"Bukti apa?" bertanya Ki Jagabaya.
"Kami sudah menggali tempat para perampok itu
menyembunyikan barang-barangnya?"
"Kau telah mengambil barang-barang itu?"
"Tidak Ki Jagabaya" jawab Mertawira "kami hanya
membuktikan bahwa penglihatan angger Paksi itu bukan
sekedar mimpi atau khayalan yang ditimbulkan oleh hantu
keranda. Tetapi benar-benar ada. Sekarang barang-barang itu
telah kami timbun kembali."
Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. Sementara Sura
minta Paksi menceriterakan tentang rencana Kebo Lorog
datang ke lingkungan mereka.
Ki Jagabaya mendengarkan keterangan Paksi tentang Kebo
Lorog sebagaimana didengarnya di kuburan dengan jantung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berdebar-debar. Seakan-akan kepada diri sendiri Ki
Jagabaya itu berkata"Kebo Lorog. Ternyata orang itu ada
dibelakang ceritera tentang hantu itu."
"Mungkin sebaliknya, Ki Bekel. Kebo Lorog tertarik kepada
gagasan para pengikutnya tentang hantu-hantu itu, sehingga
ia ingin melihat hasil dari permainan itu."
"Kebo Lorog itu sendiri lebih dari hantu yang manapun
juga." berkata Ki Jagabaya.
"Apakah kita sepadukuhan tidak dapat menghentikannya?"
bertanya Mertawira. Ki Jagabaya menggelengkan kepalanya. Katanya "Kita
sepadukuhan tidak akan berdaya melawan para penjahat itu
jika diantara mereka terdapat Kebo Lorog. Kecuali karena
Kebo Lorog itu mempunyai ilmu yang tinggi, ia akan dapat
menjadi penyulut api keberanian dan kekuatan para
pengikutnya. Bersama Kebo Lorog itu sendiri, maka
sekelompok penjahat tidak akan dapat dihentikan oleh orang
se padukuhan. Bahkan mungkin sekali kita akan dibantai habis
oleh Kebo Lorog itu."
"Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan jika benar besok
pada saat kita merti desa Kebo Lorog itu datang?"
"Kita akan berbicara dengan Ki Bekel."
Ternyata Ki Jagabaya tidak membuang waktu. Diajaknya
ketiga orang yang datang kerumahnya itu langsung menemui
Ki Bekel. "Merti desa itu tinggal beberapa hari lagi. Kita harus dapat
mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Jika kita harus menyerang
kepada keadaan, apaboleh buat. Kita tidak akan berbuat apa-
apa. Tetapi jika Ki Bekel maih melihat satu kesempatan untuk
menggeliat meskipun Kebo Lorog ada disini, maka biarlah kita
mempersiapkan diri selagi kita masih mempunyai waktu."
gumam Ki Jagabaya. Ternyata Ki Bekel juga merasa heran melihat kedatangan ki
Jagabaya bersama tiga orang kerumahnya. Di wajah mereka
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nampak persoalan yang membebani mereka, sehingga mereka
harus datang menemuinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah Ki Jagabaa tidak dapat menyelesaikan persoalan
mereka sehingga mereka harus datang kepadaku?" bertanya
Ki Bekel didalam hatinya.
Ketika mereka sudah duduk dipringgitan, maka Ki
Jagabayalah yang telah menyampaikan persoalan yang
mereka bawa menghadap Ki Bekel.
Wajah Ki Bekelpun menjadi tegang. Kebo Lorog baginya
juga merupakan hantu yang mendebarkan.
Namun tiba-tiba dari ruang dalam rumah Ki Bekel, keluar
seorang laki-laki muda yang bertubuh sedang. Wajahnya
memancarkan kecerahan nalar budinya. Dengan sebuah
senyum yang menghiasi bibirnya, laki-laki muda itu berkata
"Maaf, kakang. Aku tidak sengaja telah mendengar nama
Kebo Lorog disebut-sebut. Jika kakang Bekel tidak
berkeberatan, aku ingin ikut mendengar ceritera tentang Kebo
Lorog itu. Ki Bekel menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Kemarilah.
Duduklah." Sura dan Mertawira terkejut melihat laki-laki itu. Hampir
berbareng mereka menyapa "Adeg Panatas."
Laki-laki itu tersenyum. Sambil mendekat ia bertanya
"Kakang berdua tidak lupa kepadaku."
"Tentu tidak" jawab Mertawira.
Laki-laki muda itupun kemudian duduk bersama mereka. Ki
Bekelpun kemudian berkata "Kemarin ia datang."
Adeg Panatas, adik Ki Bekel itu tersenyum sambil menyahut
"Aku sudah menjadi sangat rindu pada padukuhan ini."
"Kau datang pada saat padukuhan ini dibayangi oleh hantu
keranda yang mencekam seluruh penghuninya. Bahkan bukan
hanya padukuhan ini. Tetapi juga padu-kuhan-padukuhan
yang lain." "Aku sudah mendengar. Tetapi bukankah Ki Jagabaya tidak
mempercayainya?" "Ki Bekel juga tidak mempercayainya" jawab Ki Jagabaya.
"Tetapi agaknya hantu-hantuan itu ada hubungannya
dengan Kebo Lorog." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" jawab Ki Jagabaya "anak inilah yang mendengar
langsung pembicaraan para perampok itu."
Sekali lagi Paksi harus berceritera tentang pari perampok
dan pembicaraan diantara mereka tentang rencana
kedatangan Kebo Lorog. "Sebaiknya kita sambut kedatangan Kebo Lorog itu."
berkata Adeg Panatas. "Kau jangan main-main dengan nama itu" desis Ki Bekel.
Adeg Panatas tersenyum. Katanya "Aku tahu kelebihan
Kebo Lorog. Tetapi jangan biarkan Kebo Lorog menguasai
padukuhan ini. Sekali ia dapat bergerak leluasa disini, maka
padukuhan ini akan menjadi ladang yang subur bagi Kebo
Lorog. Ia akan memeras setiap orang yang memang sudah
ketakutan karena ceritera tentang keranda yang dapat
berjalan sendiri itu."
"Tetapi bagaimana kita dapat melawannya?" bertanya Ki
Bekel. "Kita harus melakukan bersama-sama. Biarlah aku mencoba
untuk menahan Kebo Lorog. Jika aku tidak mampu
mengimbanginya, maka kakang Bekel akan dapat
membantuku. Berdua aku yakin, bahwa Kami akan dapat
menahan Kebo Lorog."
"Bagaimana dengan para pengikutnya?"
"Mereka banyak tergantung kepada pemimpinnya. Jika
kami benar-benar dapat menahan Kebo Lorog, maka aku
yakin, bahwa para pengikutnya akan menjadi ragu-ragu,
sehingga kita akan dapat mempergunakan kesempatan
sebaik-baiknya untuk 'menghancurkan mereka. Bukankah
jumlah mereka tidak terlalu banyak. Sepuluh, lima belas atau
katakan duapuluh lima orang. Bukankah jumlah laki-laki di
padukuhan ini jauh lebih banyak dari jumlah itu?"
"Tetapi hanya ada berapa orang laki-laki yang berada di
paduhukan ini." berkata Sura dengan dahi yang berkerut
"apalagi menghadapi Kebo Lorog dan pengikutnya, sedangkan
ceritera tentang keranda terbang itu saja sudah membuat seisi
padukuhan ini ketakutan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi bukankah ada orang-orang yang akan dapat
menjadi sandaran kekuatan isi padukuhan ini" Disini ada
kakang Bekel, Kakang Jagabaya, kakang Sura dan kakang
Mertawira. Di padukuhan ini ada bebahu yang tentu akan
dapat dikerahkan. Mereka tidak hanya dapat sekedar
menikmati bengkok sawah yang mereka petik hasilnya setiap
musim. Tetapi mereka juga harus bersedia menjadi perisai di
padukuhan ini. Kemudian menurut pengenalanku disini ada
juga beberapa orang bekas prajurit dan anak-anak muda yang
harus penjelasan bahwa keranda itu tidak lebih dari hantu-
hantuan saja." Ki Bekel mengangguk-angguk. Katanya "Masih ada waktu
berapa lama menjelang merti desa itu?"
"Tidak lebih dari sepuluh hari, Ki Bekel."
"Cukup panjang" sahut Adeg Panatas "kita siapkan
perlawanan terhadap para perampok itu dalam waktu sepuluh
hari. Aku kenal isi padukuhan ini. Karena itu, aku yakin bahwa kita akan dapat mempertahankan harga diri padukuhan ini.
Tetapi sebelumbya kita harus juga menyadari, bahwa akan
jatuh korban diantara kita. Tetapi itu tentu wajar bagi setiap perjuangan. Karena itu, maka kita harus mampu mengerahkan
kekuatan yang sebesar-besarnya. Semakin banyak dan
semakin kuat kita, maka korban akan menjadi semakin sedikit.
Didalam pertempuran, kita harus saling menolong sehingga
setiap orang pengikut Kebo Lorog, akan menghadapi lawan
yang dapat membuat jantungnya bergetar."
"Bagaimana pendapatmu, Ki Jagabaya?" bertanya Ki Bekel.
"Aku setuju dengan adi Adeg Panatas. Aku akan
menggerakkan setiap laki-laki di padukuhan ini."
"Baiklah" berkata Sura "jika kita sudah sependapat bahwa
kita akan mengadakan perlawanan, maka kita harus
melakukan-dengan sepenuh hati. Kita tidak boleh ragu-ragu.
Jika kita menjadi ragu, maka kita justru akan terjebak dalam
kesulitan." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu kakang Sura. Sekali kita turun ke gelang-gang,
maka kita harus sudah bersiap untuk menghadapi maut."
sahut Adeg Panatas. "Itulah yang harus dijelaskan kepada rakyat padukuhan ini.
Jika mereka bersedia, kita harus benar-benar terjun dengan
segala akibat yang.mungkin terjadi. Sebaliknya, jika rakyat
padukuhan ini ragu, sebaiknya kita pasrah saja pada keadaan,
meskipun leher kita akan dicekiknya" sahut Mertawira.
Ki Bekel mengangguk-angguk. Katanya "Aku akan
memanggil para bebahu malam nanti."
Demikianlah, maka Ki Jagabaya, Sura, Mertawira dan Paksi
telah minta diri. Malam nanti mereka akan kembali ke rumah
Ki Bekel itu kecuali Paksi
Menjelang malam, maka para bebahu yang dipanggil Ki
Bekel telah berkumpul. Sura dan Mertawirapun telah datang
pula memenuhi panggilan Ki Bekel meskipun mereka bukan
bebahu. Paksi yang merasa dirinya orang lain di padukuhan itu,
tidak ikut hadir dirumah Ki Bekel. Namun beberapa orang
telah mendengar ceriteranya tentang hantu keranda, para
perampok dan hasil rampokan mereka yang mereka
sembunyikan di kuburan. Sementara Sura tidak ada dirumah, maka Paksipun telah
minta ijin kepada Nyi Sura untuk berjalan-jalan.
"Malam-malam kau akan pergi kemana ngger?" bertanya
Nyi Sura. "Hanya berjalan-jalan saja bibi, menghirup angin. Udara
terasa panas malam ini."
"Jangan terlalu lama ngger. Nanti jika pamanmu datang, ia
tentu akan mencarimu" pesan Nyi Sura.
Paksipun kemudian telah meninggalkan rumah Sura. Ia
menyusuri jalan-jalan padukuhan yang sudah menjadi sepi.
Ada beberapa oncor terpancang di regol-regol rumah yang
besar dan di simpang-simpang ampat terpenting di-
padukuhan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejak terbetik berita tentang hantu keranda, maka jarang
sekali ada orang yang berani keluar setelah gelap. Bahkan
gardu-gardupun menjadi kosong. Satu dua orang yang
mempunyai keberanian mencoba untuk mengintip dari
belakang dinding padukuhan. Tetapi mereka tidak pernah
dapat melihat keranda yang berjalan sendiri itu. Justru orang
yang tidak sengaja untuk melihatnya, sekali-sekali pernah ada
yang sempat melihatnya. Tetapi akhirnya Sura, dan ketiga orang kawannya berhasil
melihat keranda yang dikiranya dapat berjalan sendiri itu,
sehingga justru ada diantara mereka yang menjadi sakit.
Tetapi Paksi Pamekas sama sekali tidak takut bertemu
dengan keranda yang dapat terbang. Meskipun demikian ia
harus berhati-hati, karena disekitar keranda itu terdapat
sekitar sepuluh orang yang berpakaian serba hitam. Jika
orang-orang itu menyadari, bahwa rahasia mereka diketahui,
maka mereka tidak akan segan-segan menyingkirkan orang
yang mengetahui rahasia mereka itu.
Beberapa lama Paksi berjalan di tengah-tengah bulak yang
luas itu. Tetapi Paksi sudah menduga bahwa keranda yang
belum lama lewat, hari itu tidak akan lewat. Apalagi keranda
itu hanya lewat di hari-hari tertentu saja.
Semakin lama maka langkah Paksi menjadi semakin jauh
dari padukuhan. Sementara malam menjadi semakin malam.
Disimpang ampat ditengah bulak, Paksi berhenti.
Dipandanginya padukuhan yang nampak kehitam-hitaman.
Seleret sinar oncor memancar menyusup disela-sela
dedaunan. Paksi harus menunda perjalanan panjangnya yang tidak
diketahuinya kemana. la tidak merasa bersalah jika ia berhenti di padukuhan itu beberapa hari. Bahkan sampai sepuluh hari,
karena ia memang tidak dibatasi oleh waktu. Bahkan tiba-tiba
terngiang kembali suara ibunya melengkah "Kau sengaja
mengusirnya." Tetapi ayahnya selalu menjawab" Ia sudah menginjak
tujuhbelas tahun." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi menarik nafas panjang.
Namun tiba-tiba saja Paksi terkejut. Dibawah sebatang
pohon randu yang tumbuh di pinggir simpang ampat itu ia
melihat sesuatu yang bergerak. Bahkan kemudian menjadi
semakin jelas baginya, bahwa yang bergerak itu adalah
seseorang yang sedang duduk bersandar batang pohon randu
itu. Paksi melangkah surut. Sementara orang yang duduk
bersandar pohon randu itu seakan-akan tidak
menghiraukannya. Paksi memang tidak ingin membuat persoalan. Karena itu,
Maka Paksipun merasa lebih baik ia pergi tanpa mengganggu
orang itu. Namun ketika ia melangkah menjauh, terdengar orang itu
berkata "Kau kira begitu saja kau dapat pergi?"
Paksi berhenti. Sambil menghadap kearah orang itu, Paksi
bertanya "Apakah maksud Ki Sanak?"
"Kau telah mengetahui rahasiaku. Rahasia keranda terbang
itu, serta kau telah melihat tempat kami menyimpan benda-
benda rampokan itu."
Jantung Paksi berdentang semakin cepat. Ternyata orang
itu mengerti bahwa ia telah mengetahui rahasia hantu keranda
itu. "Apakah kau salah seorang dari mereka ?" bertanya Paksi
Orang itu masih tetap duduk. Dengan suara yang seakan-
akan bergulung didalam mulutnya, ia menjawab "Ya. Aku
salah seorang dari mereka."
Paksi termangu-mangu sejenak. Namun dadanya mulai
bergejolak. Jika benar orang itu salah seorang dari para
perampok yang membuat hantu-hantuan serta yang telah
menyembunyikan barang-barang hasil rampokan itu, maka ia
harus benar-benar mempertahankan hidupnya.
Tetapi Paksi masih tetap berdiri ditempatnya karena orang
yang duduk dibawah pohon randu itupun masih saja duduk
ditempatnya pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun kemudian terdengar orang itu berkata "Anak muda.
Kau telah bermain dengan api. Adalah salahmu jika api itu
menjilat dan membakar tubuhmu."
Paksi menyadari, bahwa ia tidak akan dapat mengelak lagi.
Tetapi apa boleh buat. Ia harus berani memikul tanggung
jawab atas perbuatannya sendiri sebagaimana dikaitkan oleh
orang itu. Tiba-tiba saja keberaniannya telah menghangatkan
darahnya. Dengan suara yang mantap Paksi bertanya "Apa
yang kau kehendaki Ki Sanak."
"Nyawamu" jawab orang itu.
"Ambillah sendiri" jawab Paksi.
Orang itu mulai bangkit. Ia berdiri dibawah pohon randu
alas itu. Gelap malam telah mengaburkan wajah orang itu,
sehingga Paksi tidak dapat melihat dengan jelas. Tetapi yang
nampak dimatanya dalam keremangan malam adalah
tubuhnya yang gagah, tinggi dan besar.
"Menyerahlah" suaranya terdengar serak.
"Untuk apa aku menyerah?" bertanya Paksi.
"Aku akan membunuhmu."
"Kau kira aku apa?" Paksi justru bertanya dengan nada
yang mantap. Pengalaman hidupnya membuat Paksi tidak mengenal takut
lagi. Bahwa ia seakan-akan telah terbuang dari rumahnya
membuatnya tidak peduli lagi apa yang terjadi biarlah terjadi.
Bahkan kematian tidak lagi menghantuinya.
Orang itu mulai melangkah mendekat. Katanya "Kau akan
aku bunuh dengan caraku."
"Jika kau benar-benar akan membunuhku, maka akupun
harus berusaha untuk mempertahankan hidupku. Jika karena
aku mempertahankan diri terjadi sesuatu atasmu, aku tidak
bertanggung jawab."
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bersiaplah anak yang sombong. Kau tidak mempunyai
kesempatan lagi untuk mundur."
Paksipun segera mempersiapkan diri. Meskipun ia masih
terhitung sangat muda diumurnya yang tujuhbelas itu, namun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi pernah menyadap ilmu dari seorang guru yang berilmu
tinggi. Karena itu, ketika hidupnya terancam, maka ia akan
mempertahankan dirinya dengan ilmunya sejauh yang
dikuasainya. Demikianlah, maka pertempuranpun tidak dapat
dihindarinya lagi. Dengan garangnya orang yang semula duduk dibawah
pohon randu itupun mulai menyerangnya. Tetapi Paksipun
telah bersiap sepenuhnya. Karena itu, ketika serangan itu
datang, maka Paksipun dengan tangkasnya telah mengelak.
Bahkan dengan cepat, Paksi telah membalas menyerangnya.
Tetapi orang itupun mampu bergerak cepat pula. Serangan
Paksipun sama sekali tidak menyentuhnya.
Ketika Paksi memburunya dengan serangan berikutnya,
maka orang itu justru telah membenturnya. Serarigan kaki
paksi yang terjulur mengarah ke dada, telah ditangkis
lawannya dengan kedua tangannnya yang bersilang
didadanya. Paksi yang belum mengetahui seberapa besar kekuatan
dan tenaga lawannya telah terdorong selangkah surut. Namun
Paksi tidak berkecil hati. Lawannya ternyata juga tergetar dan surut selangkh pula.
Demikianlah, keduanyapun segera terlibat dalam
pertempuran yang sengit. Keduanya saling menyerang,
bertahan dan menghindar. Dalam pertempuran yang semakin cepat itu, Paksi
berusaha untuk dapat mengenali lawannya. Dalam
keremangan malam, Paksi melihat bahwa lawannya itu adalah
seorang yang cacat. Meskipun dalam gelap, tetapi setiap kali
Paksi sempat melihat wajah yang cacat itu.
Ternyata orang itu merasa, bahwa Paksi memperhatikan
cacat di wajahnya. Karena itu, maka orang itupun telah
meloncat mengambil jarak sambil bertanya "Kau
memperhatikan cacat diwajahku?"
"Ya" jawab Paksi berterus-terang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu tertawa. Katanya "Aku adalah seorang penjahat
yang sudah berpuluh tahun melakukan kejahatan. Aku pernah
menjadi pencopet kecil. Pencuri ayam dan jemuran. Aku
pernah menjadi penyamun di tempat-tempat sunyi. Kemudian
aku menjadi perampok dan bahkan perampok dilaut. Selama
berpuluh tahun aku ditempa oleh kerasnya duniaku. Cacat di
tubuhnya terjadi disepanjang pengalamanku yang luas itu.
Aku pernah disangka mati karena dipukuli orang sepasar.
Tubuhku dilemparkan begitu saja ke jurang tidak terlalu jauh
dari pasar itu "Jangan membual" potong Paksi.
"Kau menjadi ketakutan mendengar petualanganku?"
bertanya orang itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sama sekali tidak" jawab Paksi "jika sampai hari ini kau
masih sempat bertualang, maka malam ini petualanganmu
akan berakhir disini."
Orang itu tertawa semakin keras. Katanya "Kau benar-
benar anak yang sombong. Tetapi kau akan segera menyesali
kesombonganmu itu." "Aku sudah siap apapun yang terjadi" jawab Paksi.
Orang itu tidak segera menyerang lagi. Tetapi iapun
berkata "Lihat, betapa wajahku menjadi cacat. Kakiku sedikit
timpang. Bekas luka yang terdapat dimana-mana. Tetapi
ilmukupun meningkat di setiap goresan yang terdapat pada
tubuhku." "Aku tidak peduli. Tetapi aku akan mempertahankan
hidupku." Orang itupun mulai melangkah mendekat lagi. Dengan
cepat orang itu telah menyerang pula.
Pertempuranpun telah menyala kembali. Keduanya
bergerak semakin cepat. Serangan demi serangan telah
dilakukan oleh kedua belah pihak.
Orang yang berwajah dan bertubuh cacat itu ternyata
semakin lama menjadi semakin garang. Serangan-
serangannya menjadi semakin cepat dan semakin keras.
Tetapi Paksipun telah meningkatkan kemampuannya pula.
Pada umurnya, Paksi memiliki tenaga yang mantap.
Kebiasaannya bermain dengan permainan keras telah
membantu meningkatkan kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
Kesenangannya bergulat ditepian membuat tubuhnya semakin
liat dan tahannyapun menjadi semakin tinggi. Karena itu maka
setelah bertempur beberapa lama, tenaga Paksipun masih
belum menyusut. Tetapi pengalaman orang cacat itu memang jauh lebih luas
dari Paksi. Karena itu, maka setiap kali serangan orang itu
mengejutkan Paksi. Namun betapapun Paksi mengerahkan kemampuannya,
orang itu ternyata mampu menembus pertahanannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan-serangannya sekali-sekali telah menyentuh
tubuhnya. Tetapi setelah bertempur beberapa lama, Paksi mulai
melihat celah-celah pertahanan lawannya. Paksi yang
kemudian mengalami kesulitan itu, tidak lagi sekedar
bertempur dengan unsur-unsur gerak yang dikuasainya.
Tetapi ia harus mempergunakan penalarannya sebaik-baiknya.
Ia harus membuat perhitungan-perhitungan dengan cepat,
tetapi cermat agar tidak justru membuatnya semakin sulit.
Ketika Paksi harus meloncat menjauhi lawannya untuk
mengambil jarak, ia melihat bahwa lawannya tidak terlalu
cepat menyusulnya. Terasa ada tenggang waktu sekejap
sebelum lawannya melibatnya lagi dalam pertempuran yang
sengit. Sekali dua kali Paksi mencoba, Sehingga iapun dapat
mengambil kesimpulan bahwa lawannya kurang memiliki
ketangkasan untuk bertempur dengan loncatan-loncatan
panjang. Dengan demikian, maka Paksi telah memilih cara yang
justru tidak disukai lawannya. Paksi bertempur pada jarak
yang dipeliharanya dengan baik.
Ternyata Paksi berhasil mempersulit kedudukan lawannya.
Tetapi setiap kali pengalaman orang cacat yang luas itu,
terasa sangat berpengaruh dalam pertempuran itu.
Orang cacat itu tidak mau terpancing dalam pertempuran
dengan jarak yang panjang. Setiap kali Paksi meloncat
menjauh, lawannya tidak tergesa-gesa memburunya. Tetapi ia
justru melangkah satu-satu mendekatinya.
Paksilah yang kemudian menjadi tidak telaten. Ia menjadi
tidak,sabar lagi,sehingga ia tidak berpegang teguh pada
perhitungannya. Dengan demikian, maka serangan-serangan lawannya itu
menjadi semakin sering menembus pertahanan anak muda
itu. Ketika Paksi menjulurkan kakinya menyerang kearah
lambung lawannya, maka orang cacat itu justru menjatuhkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirinya. Kakinya dengan cepat menyapu kaki Paksi yang lain,
sehingga Paksi telah menjadi kehilangan keseimbangan.
Karena itu, maka Paksipun telah terjatuh. Tetapi iapun
dengan cepat bergulir. Dengan tangkas pula Paksi segera
meloncat bangkit. Tetapi diluar dugaan. Lawannya yang timpang, yang selalu
menghindari pertempuran dengan jarak yang panjang, mampu
meloncat dengan cepat. Ternyata Paksi terkejut. Tetapi ia terlambat menghindar.
Tangan orang itu dengan cepat menghantam perutnya.
Diluar sadarnya, Paksi terbungkuk. Namun dengan cepat
pula lawannya memegang kepalanya. Dengan kerasnya kepala
Paksi telah membentur lutut oranng yang timpang itu.
Mata Paksi menjadi gelap. Tetapi ia tidak mau kehilangan
kesadarannya. Bahan dengan cepat ia surukkan kepalanya
keperut lawannya. Keduanya terjatuh berguling di Tanah, Namun Paksi tidak
ingin menjadi sasaran serangan-serangan lawannya. Meskipun
perutnya masih terasa mual serta kepalanya maih angat
pening, tetapi Paksi telah bersiap kembali untuk bertempur.
Pada saat yang sama, lawannya telah bangkit pula. Bahkan
dengan cepat ia telah menyerang Paksi. Sambil meloncat
orang itu telah menjulurkan tangannya kearah dada.
Tetapi Paksi dengan cepat bergeser kesamping. Justru
pada saat tangan lawannya terjulur, Paksi telah menyerang
lambung orang'itu dengan kakinya.
Meskipun orang itu menggeliat, tetapi kaki Paksi masih
dapat menggapainya, sehingga orang yang sedang meluncur
itu telah terdorong kesamping dan jatuh berguling.
Tetapi orang itu kurang beruntung, bahwa ia tidak
memperhatikan parit yang membujur dipinggir jalan, sehingga
ia justru terperosok kedalamnya.
Dengan cepat orang itu bangkit. Pakaian dan tubuhnya
menjadi basah kuyup. Karena hal itu tidak terduga, maka
beberapa teguk air telah masuk kedalam kerongkongannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika orang itu sibuk mengusap wajahnya, serangan Paksi
telah datang lagi. Kakinya dengan cepat sekali terjulur
menyambar kening orang itu.
Sekali lagi orang itu terlempar. Bahkan orang itu telah
terlempar kedalam lumpur di kotak sawah yang basah.
Paksi yang ingin mengambil kesempatan tidak
menunggunya. Dengan cepat ia memburu lawannya. Demikian
lawannya bangkit, maka tangannya telah menyambar dagu.
Gigi orang itu terdengar gemeretak. Dengan kasarnya
orang itu mengumpat. Tetapi ketika dengan satu putaran kaki
Paksi menyambar dadanya, maka orang itu telah terlempar
jatuh. Dengan cepat orang itu bangkit. Tetapi ia tidak berusaha
menyerang Paksi. Dengan serta-merta, maka orang itupun
telah melarikan dirinya kedalam kegelapan.
Beberapa puluh langkah Paksi mengejarnya. Tetapi
kemudian iapun telah menghentikan usahanya untuk
menangkap orang itu. Karena itu, maka Paksipun kemudian
berhenti. Paksi menarik nafas dalam-dalam. Ternyata ia harus
terlibat dalam pertempuran dengan salah seorang diantara
para perampok yang telah membuat hantu-hantuan itu.
Bahkan hampir saja ia terdesak. Jika ia gagal
mempertahankan dirinya, maka nyawanya tentu benar-benar
akan dihabisi oleh orang itu.
Paksi berdiri termangu-mangu sejenak. Angin terasa semilir
menghembus kulitnya. Ketika Paksi menengadahkan
wajahnya, dilihatnya langit bersih. Bintang-bintang
berkeredipan kebatas cakrawala.
Namun tubuh Paksi semakin terasa nyeri. Tulang-tulangnya
bagaikan menjadi retak. Sedangkan kepalanya masih saja
terasa pening. Sejenak Paksi berdiri termangu-mangu. Namun kemudian
iapun membenahi pakaiannya. Ketika ia melangkah kembali ke
padukuhan, sendi-sendinya terasa sakit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Paksi memasuki regol halaman rumah Sura, ternyata
Sura masih duduk disebuah lincak bambu yang panjang di
serambi. Demikian ia melihat Paksi memasuki regol halaman
dan keremangan malam, Surapun segera bangkit dan
menyongsongnya. "Kau membuat aku cemas, ngger."
Paksi menarik nafas panjang. Namun iapun bertanya pula
"Pertemuan di rumah Ki Bekel itu begitu cepat selesai?"
"Pertemuan itu cukup lama, ngger. Kaulah yang pergi
terlalu lama. Kita sudah berada dibelahan malam terakhir."
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Tengah malam memang
sudah lewat. Agaknya ia bertempur cukup lama pula.
"Marilah ngger" ajak Sura "sudah waktunya kita
beristirahat." Keduanyapun melangkah keserambi. Namun Paksipun
berkata"Aku akan pergi ke pakiwan paman."
"Baiklah. Tetapi lewat pintu butulan saja."
"Aku akan masuk lewat pintu butulan." Paksipun kemudian
langsung pergi ke pakiwan lewat
samping rumah meskipun Sura mengajaknya lewat ruang
dalam rumahnya. Paksi memang harus membersihkan tubuhnya dari debu
dan lumpur. Tetapi ia tidak dapat membersihkan pakaiannya
malam itu. Ketika Paksi masuk keruang dalam lewat pintu butulan,
Sura terkejut. Ia melihat wajah anak itu lembab kebiru-biruan
dekat arah matanya, langkah Paksipun menjadi berat dan
bahkan kaki kanannya menjadi sedikit timpang.
"Apa yang terjadi, ngger?"
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Sura kemudian
menggandengnya dan mempersilahkannya duduk diatas tikar
pandan. Paksi yang nampak sangat letih dan sekali-sekali
memegang perutnya yang sakit dan mual, duduk sambil
menundukkan wajahnya. Ketika ia mencuci mukanya, terasa
wajahnya menjadi pedih. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang terjadii?" Sura mendesaknya "aku sudah gelisah
menunggumu. Ternyata kau telah mengalami sesuatu."
"Aku berjalan-jalan sampai keluar padukuhan ini paman.
Tetapi malang, aku bertemu dengan salah seorang dari para
perampok itu. Ketika aku diserang, aku mencoba untuk
bertahan. Tetapi inilah yang terjadi. Tetapi aku masih
beruntung bahwa aku sempat lari" jawab Paksi merendahkan
diri agar orang-orang padukuhan itu tidak terlalu menaruh
pengharapan kepadanya jika ternyata kelak mereka benar-
benar harus menghadapi Kebo Lorog.
Sura mengerutkan dahinya. Diluar sadarnya iapun berdesis
"Sokurlah bahwa kau dapat melepaskan dirimu.
Paksi tidak menyahut. Tetapi ia melihat sesuatu yang
terbersit di hati Sura. Meskipun ragu-ragu, Sura itupun bertanya "Tetapi
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaimana peristiwa itu terjadi" Apakah kau tahu pasti, bahwa
orang itu salah seorang diantara para perampok itu?"
Paksi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun
berkata "Orang itu tiba-tiba saja menuduhku, bnhwa aku telah
mengetahui rahasianya. Aku tidak tahu, apakah ia benar-
benar mengetahui bahwa aku menyaksikan apa yang telah
dilakukan oleh para perampok itu atau sekedar mencari alasan
untuk melakukan kekerasan. Tetapi agaknya orang itu benar-
benar ingin membunuhku."
Sura mengangguk-angguk. Katanya "Jika demikian, kita
memang harus berhati-hati. Nampaknya mereka sudah
membuat persiapan-persiapan menjelang kehadiran Kebo
Lorog." "Mungkin sekali, paman."
"Karena itu, besok jangan berjalan-jalan setelah lewat
senja. Nampaknya keadaan menjadi gawat. Bukan saja
ceritera tentang hantu keranda, tetapi orang-orang itu telah
langsung melakukan kekerasan."
Paksi mengangguk-angguk kecil sambil menjawab "Baik,
paman." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bila Kebo Lorog itu benar-benar akan datang saat
padukuhan ini merti desa, maka keadaan akan menjadi
gawat." "Tetapi apakah paman dan para bebahu padukuhan ini
pasti, bahwa Kebo Lorog akan melakukan tindakan kekerasan
terhadap padukuhan ini. Aku sekedar melihat hasil kerja
orang-orangnya yang berkeliaran disekitar tempat ini dan
menyembunyikan harta-bendanya di kuburan itu?"
"Kita memperhitungkan keadaan yang paling gawat yang
mungkin terjadi, ngger." jawab Sura "kita semuanya memang
berharap bahwa Kebo Lorog tidak akan mengganggu
padukuhan ini. Tetapi jika gangguan ini terjadi, maka kita
tidak akan tinggal diam."
Paksi mengangguk-angguk. Sementara Sura itu berkata
selanjutnya "Karena itu, maka kita akan mempersiapkan diri
sejauh dapat kita lakukan. Kita harus mempertahankan harga
diri agar kita untuk selanjutnya tidak akan menjadi ampas
kelapa yang diperah sampai kering.
Paksi memandang wajah Sura sejenak. Wajah itu nampak
bersungguh-sungguh. Bahkan sekali dua kali Sura mengusap
keringatnya yang mengembun di kening.
Paksi mengerti, bahwa persoalan yang telah dibicarakan
oleh Ki Bekel dengan para bebahunya itu dianggap persoalan
yang gawat sekali, karena akan menyangkut kehidupan di
padukuhan itu. Dengan ragu-ragu Paksipun kemudian bertanya "Paman
jadi apakah yang akan dilakukan oleh Ki Bekel dan para
bebahu menghadapi kemungkinan kedatangan Kebo Lorog?"
"Kita akan bersiap. Ki Jagabaya akan mengumpulkan anak-
anak muda serta laki-laki yang berani serta masih mempunyai
kemampuan untuk berkelahi. Ada tiga atau empat orang
bekas prajurit di padukuhan ini yang akan diminta
kesediaannya memimpin perlawanan. Selain mereka, Ki
Jagabaya, Ki Bekel sendiri dan adik Ki Bekel yang bernama
Adeg Panatas itu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi menarik, nafas dalam-dalam. Agaknya para penghuni
padukuhan ini akan mengerahkan segenap kekuatan yang ada
untuk melindungi diri sendiri.
Namun Paksi itupun berkata "Paman. Jika persiapan itu
diketahui oleh para pengikut Kebo Lorog, apakah bukan
berarti bahwa kita justru mengisyaratkan agar Kebo Lorog
datang dengan kekuatan yang lebih besar."
Sura mengerutkan dahinya. Sambil mengangguk kecil Sura
berkata "Memang mungkin sekali. Persiapan-persiapan yang
kita lakukan akan membuat Kebo Lorog dan para pengikutnya
menjadi berhati-hati serta memuat perhitungan yang lebih
bersungguh-sungguh."
"Jika terjadi demikian, maka keadaan padukuhan ini akan
dapat menjadi parah sekali."
"Ya. Seharusnya hal ini juga diperhitungkan." Sura
mengangguk-agguh. Lalu katanya pula "Biarlah besok aku
bertemu dengan Ki Jagabaya."
"Agaknya Ki Jagabaya juga perlu diberi tahu, bahwa orang-
orang yang membuat hantu-hantuan itu adalah orang-orang
yang sangat garang. Mereka tidak ragu-ragu untuk bertindak
kasar." Sura mengangguk-angguk. Paksi sendiri sudah
mengalaminya. Untunglah bahwa Paksi dapat melarikan diri.
Karena malam menjadi semakin dalam, maka Sura itupun
kemudian telah mempersilahkan Paksi untuk beristirahat.
Tetapi ketika Sura sempat memperhatikan pakaian Paksi,
maka iapun telah menawarkan untuk meminjami Paksi
sepengadeg pakaiannya. "Terima kasih, paman" jawab Paksi yang mulai merasa
gatal-gatal dengan pakaiannya yang kotor dan berlumpur.
Malam itu Paksi mendapat sepengadeg pakaian dari Sura,
sehingga besok ia dapat mencuci pakaiannya yang dipakainya
sejak ia meninggalkan rumahnya.
Disisa malam itu, Paksi berbaring di bilik yang
diperuntukkan baginya. Meskipun agak sulit, tetapi akhirnya
Paksipun tertidur pula. Namun jika sekali-sekali ia terbangun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka badannya masih terasa nyeri dibeberapa bagian.
Kepalanya masih penang dan perutnya masih mual.
Tetapi ketika ia terbangun menjelang matahari terbit,
tubuhnya terasa semakin segar. Apalagi setelah ia menimba
air untuk mengisi jambangan di pakiwan, kemudian mandi
dengan air dingin. Hari itu, pagi-pagi Sura mengajak Paksi untuk menemui Ki
Jagabaya. Sura berusaha menjelaskan bahwa persiapan yang
berlebihan justru akan memancing perhatian para pengikut
Kebo Lorog. Dengan demikian, mereka akan memperkuat
barisan mereka jika mereka memang inlgin menguasai
padukuhan itu. Ki Jagabayapun ternyata menganggap pendapat itu masuk
akal. Karena itu, maka iapun berkata "Kami akan menghimpun
orang-orang yang sudah siap untuk terjun ke medan
pertempuran untuk melawan para perampok. Selebihnya baru
anak-anak muda di padukuhan untuk melawan para
perampok. Selebihnya baru anak-anak muda di padukuan ini."
"Bagaimana kita mempersiapkan mereka tanpa menarik
perhatian?" "Kita akan menentukan orang-orang tertentu untuk
memimpin sekelompok kecil anak-anak muda dari tiga atau
ampat orang. Mereka harus mempersiapkan kelompok mereka
masing-masing bisa sampai saatnya mereka tidak
mengecewakan. Tetapi persiapan yang tinggal sedikit itu tidak
akan menarik perhatian."
Sura mengangguk-angguk sambil berkata "Juga untuk
menghindari kecurigaan, merti desa akan" berlangsung seperti
biasanya. Ki Bekel sudah berjanji untuk menyelenggarakan tari
tayub di bulak sawah padukuhan kita sesudah padi dituai."
"Besok kita sudah mulai menuai padi di bulak itu."
"Ya. Kita akan menyelenggarakan merti desa menurut hari
yarig sudah kita tentukan."
Ternyata Ki Jagabaya kemudian telah menjalankan
tugasnya dengan baik. Sementara Ki Jagabaya
mempersiapkan perlawanan dengan diam-diam, maka Ki Bekel
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bebahu yang lain telah mempersiapkan sebuah keramaian
untuk merti desa. Dalam pada itu, maka para perampokpun telah brsiap-siap
sebaik-baiknya pula untuk menyambut kedatangan salah
seorang pemimpin mereka, Kebo Lorog.
Jika Kebo Lorog hadir dilingkungan itu, maka Kebo Lorog
akan melihat hasil kerja mereka. Barang-barang yang telah
mereka simpan di kuburan, serta keramaian merti desa di
padukuhan sebelah. "Apakah orang-orang padukuhan itu bersedia menerima
kita untuk ikut hadir dalam keramaian merti desa itu?" desis
salah seorang perampok itu.
Kawannya tertawa. Katanya "Sambil membawa keranda?"
Kawan-kawannya yang lainpun tertawa. Namun seorang
dari mereka berkata "Bersedia atau tidak, kita akan
menentukan sikap kita sendiri."
"Maksudmu?" "Disaat mereka sedang menyelenggarakan keramaian, kita
akan lewat. Jangan terlalu dekat. Maka mereka akan menjadi
sangat ketakutan. Keramaian itu akan bubar. Masing-masing
akan melarikan diri dan pulang dengan tubuh gemetar."
"Apa keuntungan kita?" bertanya seorang kawannya.
"Hari itu memang tidak ada. Tetapi pada kesempatan lain,
jika kita memasuki padukuhan itu dan mengambil harta-benda
yang tersimpan didalamnya, tidak akan ada seorangpun yang
berani keluar rumahnya. Kita akan dapat dengan leluasa
melakukannya." "Kita membawa barang-barang itu dengan keranda"
"Justru tidak. Keranda itu akan kita tutup agar tidak
kelihatan." jawab orang yang berbicara terdahulu" hanya jika
terjadi ditempat lain yang agak jauh, keranda itu akan nampak
memasuki kuburan itu dan hilang diluar regol."
Kawan-kawannya mengangguk-angguk. Mereka mengerti
bahwa jika perampokan itu terjadi di tempat yang terlalu
dekat dengan terlihatnya keranda yang berjalan, apalagi di
padukuhan sebelah, orang-orang dari padukuhan itu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempertanyakan, apakah memang ada hubungannya antara
perampokan itu dengan keranda yang lewat.
Demikianlah hari-haripun menjadi semakin dekat. Padi
disawah sebagian besar sudah dibawa pulang dan disimpan
dilumbung. Jerami di sawah sudah mulai dibabat, ditimbun
dibeberapa tempat diantara kotak-kotak sawah dan kemudian
dibakar. Abunya akan dapat menjadi pupuk selain beberapa
pupuk yang lain, termasuk pupuk kandang.
Di kotak sawah Ki Bekel yang juga sudah dituai, telah
dibuat tratag anyaman bambu. Sebuah tratag bertiang baimbu
yang akan dipergunakan oleh para penari tayub untuk menari
serta bagi para pengiring gamelan. Alas dari tratag itupun
dibentangkan anyaman bambu pula.
Dari kejaunan satu dua orang perampok ikut menyaksikan
orang-orang padukuhan yang sibuk itu.
Setiap kali mereka tertawa membayangkan apa yang bakal
terjadi pada saat keramaian itu diselenggarakan. Jika sebuah
keranda berjalan sendiri dikejauhan, maka mereka yang ikut
menyaksikan tari tayub itu berlari meninggalkan tempat itu
pulang kerumah masing-masing. Mereka akan menjadi sangat
ketakutan, sehingga dimalam malam berikutnya mereka tidak
akan berani keluar setelah gelap turun.
Keyakinan itulah yang kemudian akan mereka sampaikan
kepada Kebo Lorog. Peristiwa itu akan dapat menjadi bahan
tontonan yang sangat menarik bagi pemimpin mereka yang
sangat mereka takuti itu.
Sementara itu, orang-orang di padukuhan itupun sudah
mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Beberapa orang yang
dianggap memiliki bekal untuk turun tangan jika benturan
kekerasan itu benar-benar terjadi, telah menyiapkan masing-
masing dua atau tiga orang anak muda. Seorang bekas
prajurit yang meskipun rambutnya sudah beruban, tetapi
masih tegar, telah mengajari tiga orang anak muda,
bagaimana mereka harus mempergunakan senjata.
Sementara itu, kepada mereka Sura dan Mertawira telah
berusaha meyakinkan, bahwa tidak ada hantu keranda. Yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada adalah sebuah tipuan untuk mengelabuhi orang-orang
padukuhan. Bukan hanya padukuhan mereka, tetapi beberapa
orang padukuhan yang lain. Sementara itu ceritera dari mulut
kemulut yang merambat dari padukuhan ke padukuhan telah
menyebar ketempat yang luas. Bahkan telah merambat keluar
Kademangan. Karena itu, menjelang malam yang biasanya
menggembirakan bagi seisi padukuhuan itu, bahwa ceritera
tentang keranda itu tidak lebih dari sebuah mimpi buruk.
"Tidak ada keranda yang dapat berjalan sendiri" berkata Ki
Jagabaya tanpa menceriterakan bahwa dua orang penghuni
padepokan itu sudah dapat memberi kesaksiannya.
Ki Jagabaya memang harus memberikan keterangan yang
berbeda kepada orang-orang padukuhan itu, agar kesiagaan
seisi padukuhan itu sudah dapat memberikan kesaksiannya.
Ki Jagabaya memang harus memberikan keterangan yang
berbeda kepada orang-orang padukuhan itu, agar kesiagaan
seisi padukuhan itu tidak didengar oleh para perampok yang
akan menyambut kedatangan pemimpin mereka. Tidak
sebagaimana Sura dan Mertawira meyakinkan anak-anak
muda di padukuhan itu. Meskipun demikian, Ki Jagabaya, Ki Bekel dan para bebahu
padukuhan itu mengerti, bahwa usaha untuk menjebak orang
yang bernama Kebo Lorog itu adalah satu kerja yang
mengandung kemungkinan yang sangat buruk bagi
padukuhan mereka. Tetapi kehadiran adik Ki Bekel yang sudah lama
meninggalkan padukuhan, yang agaknya telah menyadap ilmu
kanuragan itu, telah memberikan harapan baru bagi Ki Bekel
dan para bebahu. Hari-hari yang mendebarkan itupun akhirnya datang juga.
Sebagian dari orang-orang padukuhan itu memang mulai
percaya, bahwa memang tidak ada keranda yang berjalan
sendiri. "Siapa yang pernah melihatnya?" bertanya Ki Jagabaya"
semua orang mengatakan, kata orang. Jika ada orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa pernah melihat, keterangannya sangat meragukan.
Karena itu, jangan takut. Kita akan merayakan keberhasilan
panen kita seperti biasanya.
Sebagian orang-orang padukuhan itu sependapat dengan Ki
Jagabaya. Keranda yang berjalan sendiri itu tidak lebih dari
cerita ngaya-wara. Dalam pada itu, para pengikut Kebo Lorog yang semula
memang sedikit ragu, apakah merti desa di padu kuhan itu
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat berlangsung,seperti biasanya, menjadi semakin mantap.
Jika orang-orang padukuhan yang terlanjur menjadi ketakutan
itu urung merayakan kegembiraan atas hasil panen mereka
maka pertunjukan yang menarik itu tidak dapat mereka
perlihatkan kepada Kebo Lorog. Mereka tidak akan dapat
melihat bagaimana orang-orang yang sedang mengikuti
keramaian merti desa itu lari tunggang langgang, saling
bertubrukan serta berteriak-teriak ketakutan melihat keranda
yang berjalan sendiri agak jauh dari tempat keramaian itu,
menuju ke kuburan. Sementara itu, disebuah rumah yang terhitung besar, di
sebuah padukuhan yang lain, beberapa orang tengah
menunggu, Dirumah itu tinggal seorang yang termasuk
disegani oleh tetangganya, karena orang itu terhitung orang
yang kaya di padukuhannya. Bukan saja seorang yang kaya,
tetapi ia juga dianggap seorang yang memiliki kemampuan
yang tinggi. Tidak seorangpun yang pernah berprasangka buruk
terhadap Ki Putuhu, pemilik rumah itu meskipun kadang-
kadang satu dua orang tetangganya merasa heran, dari
manakah datangnya kekayaan Ki Putuhu itu. Menilik sawahnya
yang tidak terlalu luas serta sehari-harian ia lebih banyak
dirumah, maka menurut penalaran mereka, penghasilannya
tentu tidak begitu banyak. Sedangkan menurut pengetahuan
tetangga-tetangganya. Ki Pituhu juga tidak pernah
mendapatkan warisan yang cukup, karena orang tuanya juga
bukan orang berada. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun bagi tetangga-tetangganya, Ki Putuhu adalah
seorang yang sangat baik. Ia seorang yang sangat sering
sekali memberikan bantuan kepada orang-orang yang
membutuhkan bantuan kepada orang-orang yang
membutuhkannya. Juga kepada padukuhannya, Ki Putuhu
sering memberikan sumbangan yang berarti.
Tidak seorangpun yang pernah mencurigai bahwa dirumah
Ki Pituhu yang baik itu tinggal beberapa orang yang hari itu
sedang menunggu kehadiran seseorang yang bernama Kebo
Lorog. Ketika dua orang yang bertubuh tinggi tegap dan berwajah
garang berjalan melalui jalan padukuhan, memang tidak
banyak menarik perhatian. Seorang anak muda yang
kebetulan memperhatikan kedua orang itu, sempat juga
bertanya didalam hatinya, siapa sajakah kedua orang yang
lewat itu. Tetapi karena keduanya berada di jalan yang banyak
dilalui orang yang memang tidak dikenalinya, maka anak
muda itu menganggap bahwa keduanya adalah orang yang
lewat sebagaimana orang yang lain. Apalagi kedua orang itu
sama sekali tidak menunjukkan sikap yang mencurigakan.
Mereka berjalan sebagaimana orang lain berjalan. Sedikit
berbincang dan kadang-kadang memperhatikan keadaan
disekitainya. Karena itu maka anak muda itu tidak menghiraukannya
lagi, Sehingga dengan demikian, maka anak muda itu tidak
tahu, bahwa kedua orang itu telah memasuki regol halaman
rumah Ki Putuhu. Kedatangan kedua orang itu telah disambut dengan hangat
oleh orang-orang yang memang sudah nenunggu dirumah Ki
Putuhu, terutama Ki Putuhu sendiri.
"Marilah, kakang" Ki Putuhu itu mempersilahkan.
Kedua orang itupun kemudian naik ke pendapa dan duduk
diantara beberapa orang yang menunggunya.
"Aku sudah menjadi cemas, bahwa kakang tidak jadi
datang hari ini." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah aku sering ingkar janji?" jawab salah seorang dari
kedua orang itu. "Tidak, Kakang Kebo Lorog memang tidak pernah ingkar
janji" desis Ki Putuhu "karena itu, kami sudah menunggu
kakang disini bersama beberapa orang kawan kami,"
"Aku ingin melihat apa yang telah kalian lakukan disini, Aku
sudah mendengar permainan kalian dengan hantu-hantuan
itu," "Apakah cara itu menarik perhatian kakang Kebo Lorog?"
bertanya Ki Putuhu. "Aku sedang mempelajarinya." Jawab Kebo Lorog,
"Besok malam keramaian merti desa itu akan
diselenggarakan, Besok malam kami akan mempertunjukkan
tontonan yang tentu menarik bagi kakang Kebo Lorog."
"Tontonan apa?"
"Keranda itu akan berjalan tidak jauh dari tempat
keramaian itu diadakan."
Sebelum Ki Putuhu berceritera lebih lanjut, Kebo Lorog
sudah tertawa lebih dahulu, Katanya "Kau akan menunjukkan
kepadaku, bagaimana orang-orang padukuhan itu berlarian
kalang kabut." "Ya" Ki Putuhupun tersenyum.
Tetapi Kebo Lorog menggeleng sambil berkata
"Pertunjukan itu belum tentu dapat berlangsung."
"Kenapa?" bertanya Ki Putuhu,
"Sejak sebelumnya orang-orang padukuhan itu sudah
ketakutan. Karena itu, maka mereka tidak akan berani keluar
dari rumah mereka setelah senja turun."
"Tetapi tratag sudah dibuat di sawah Ki Bekel. Nampaknya
keramaian itu tetap akan diadakan." jawab Ki Putuhu.
"Mungkin saja. Tetapi apakah ada yang menonton atau
tidak, kita masih belum dapat memastikannya" berkata Kebo
Lorog. Namun iapun kemudian berkata "Itu tidak penting.
Yang penting bahwa kalian berhasil melakukan tugas kalian
didaerah ini." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami akan menunjukkan kepada Kakang Kebo Lorog. Kami
simpan hasil kerja kami di kuburan."
"Kenapa tidak ditempat ini?" bertanya Kebo Lorog.
"Nampaknya lebih aman disimpan di kuburan itu. Sebagian
dari hasil kerja kami memang dibawa kerumah ini dan
disimpan disini untuk satu dua pekan. Selanjutnya, semua
kami bawa dan simpan di kuburan itu sekaligus sambil
bermain hantu-hantuan."
"Apakah dirumah ini tidak dapat dijamin pengamanannya?"
Ki Putuhu menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Rumah ini
masih terhitung rumah warisan yang akan dimiliki oleh tiga
orang, karena aku masih mempunyai dua orang bersaudara,"
"Dimana 'mereka sekarang?"
"Keduanya perempuan. Mereka ikut suami mereka. Tetapi
kadang mereka datang berkunjung kemari. Aku adalah yang
tertua diantara kami bertiga, sehingga kedua adikku itu
merasa wajib untuk setiap kali datang" jawab Ki Putuhu
"selebihnya aku harus mencurigai orang-orangku sendiri yang
tidak terlibat dalam kerja ini."
"Maksudmu, siapakah mereka itu?"
"Aku mempunyai beberapa orang yang membantu
kesibukan keluarga kami. Ada yang mengurusi ternak dan
kuda. Ada yang mengurusi sawah dan ladang dan ada pula
yang membantu isteriku didapur, mencuci pakaian dan
sebagainya. Aku mengkhawatirkan, bahwa tidak dengan
sengaja mereka menemukan sesuatu yang dapat menarik
perhatian mereka. Karena itu, barang-barang itu tidak boleh
terlalu lama berada disini."
Kebo Lorog mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Kapan
kita akan melihat hasil kerja kalian."
"Besok malam, setelah kita menonton pertunjukan yang
kita harapkan dapat menarik itu." jawab Ki Putuhu.
Kebo Lorog mengangguk-angguk. Namun iapun kemudian
bertanya "Apakah pembantu-pembantumu itu tidak
Hina Kelana 39 Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L Bara Diatas Singgasana 16
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jejak Di Balik Kabut Karya : SH Mintardja Djvu sumber dari Truno Prenyak
Ebook Pdf oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://ebook-dewikz.com/
http://kang-zusi.info http://dewikz.byethost22.com/
Jilid : 1 PERJALANAN itu sudah menjadi semakin jauh. Malampun
menjadi larut. Embun mulai terasa membasahi kulit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Paksi Pamekas berpaling, yang nampak hanyalah
kegelapan. Hitam pekat. Paksi Pamekas tidak tahu, kemana ia harus pergi. Tetapi ia
harus pergi meniggalkan rumahnya. Meninggalkan ibunya dan
dua orang adiknya. Seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Masih terngiang perintah ayahnya yang memandangnya
dengan mata membara"Kau sudah menjadi seorang laki-laki
dewasa. Kau tidak boleh hanya berpangku tangan saja
dirumah, sementara keluarga ini terancam bencana.
Paksi Pamekas menarik nafas dalam-dalam. Kakinya
terantuk batu padas sehingga langkahnya menjadi gontai.
Paksi berhenti sejenak. Pepohonan yang tegak membeku
disekelilingnya seakan-akan merubunginya. Gem-risik angin di
dedaunan bagaikan melontarkan pertanyaan lembut "Kau
akan pergi ke mana anak muda?"
Paksi kemudian bahkan duduk diatas batu padas dipinggir
jalan yang menjadi kian sempit dan rumpil.
Terngiang suara ibunya "Kakang Tumenggung. Paksi masih
terlalu muda untuk melakukan tugas yang begitu berat."
"Kau selalu memanjakannya " bentak ayahnya "umurnya
sudah menginjak tujuhbelas tahun. Apakah ia masih harus
tidur dibawah lengan ibunya?"
"Kau sengaja mengusirnya" ibunya mulai menangis.
"Sudah waktunya ia menunjukkan baktinya kepada orang
tuanya" ayahnya menjadi semakin keras.
Ibunya menjadi terisak. Tetapi ayahnya tidak menjadi
semakin lembut. Bahkan kata-katanya menjadi semakin tajam
"Aku tidak ingin mempunyai anak yang hanya dapat
merengek, merajuk dan bahkan menangis. Ia harus benar-
benar menjadi seorang laki-laki. Adiknya pada saatnya juga
harus menjadi laki-laki sejati. Se-bagaimanaanakmu yang
bungsu juga harus menjadi perempuan panutan. Aku seorang
Tumenggung. Seorang Pandhega dalam tatanan keprajuritan.
Apakah anakku harus menjadi anak yang cengeng, sementara
ayahnya berada dalam kesulitan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi mengusap keningnya yang basah oleh keringat. Ia
memang sudah menjadi semakin dewasa. Umurnya sudah
menginjak tujuhbelas tahun Tetapi kawan-kawannya, yang
sebaya dengan umurnya, masih sempat bermain bengkat.
Binten atau bergulat di tepian.
Paksi terkejut ketika ia mendengar ranting yang berderak
patah. Seekor burung malam mengepakkan sayapnya dan
terbang menyusuri kegelapan. Yang tertinggal adalah
suaranya yang melengking .menggores sepinya malam.
Terbayang kembali, ibunya menangis memeluknya ketika ia
keluar dari pintu rumahnya, pergi tanpa diketahui kemana"
Paksi Pamekaspun tidak tahu, apakah yang sebenarnya
harus dilakukan. Yang ia ketahui adalah, bahwa ayahnya telah mengeluh
karena kedudukannya yang terancam. Diam-diam di istana
Pajang telah tersebar desas-desus bahwa cincin kerajaan telah
hilang. Sebuah cincin yang dianggap sebagai sipat kandel dari
Kangjeng Sultan Hadiwijaya di Pajang, disamping pusaka-
pusakanya yang lain. Cincin yang terbuat dari emas dan bermata tiga buah batu
akik yang berbeda. Cincin yang dibuat tidak sebagaimana
cincin yang lain. Cincin biasanya merupakan em-banan dari
satu batu akik saja. Tetapi cincin yang hilang itu adalah cincin yang bermata tiga buah batu akik. Cincin yang disebut Kiai
Tunggul. "Siapa yang dapat menemukan cincin itu akan diangkat
menjadi Tumenggung Wreda dan akan diangkat pula menjadi
penanggung jawab pengamanan seluruh istana Pajang dan
akan berada langsung dibawah perintah Ki Gede Pemanahan."
Paksi belum pernah melihat cincin itu. Paksi juga tidak tahu
apakah sebenarnya yang disebut bencana oleh ayahnya.
Bencana yang mengancam keluarganya karena hilangnya
cincin itu. "Apakah ayah menjadi cemas bahwa kedudukannya
terancam jika ia tidak dapat menemukan cincin itu?" bertanya
Paksi didalam hatinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menurut ayahnya, para Tumenggung juga sudah
menyebarkan orang-orangnya untuk mencari cincin itu.
Sementara itu ayahnya juga sudah memerintahkan tiga orang
yang dianggap abdinya yang setia untuk mencarinya. Tetapi
disamping ketiga orang abdinya, maka Paksi juga harus pergi
mencari cincin yang belum pernah dilihatnya itu.
"Apakah ada juga diantara para Tumenggung yang
memerintahkan anaknya pergi sebagaimana ayah?"
pertanyaan itu selalu mengganggunya.
Tetapi Paksi sadar, bahwa ia memang tidak boleh cengeng.
Ia tidak boleh mengeluh apalagi menangis. Tetapi ia harus
berbuat sesuatu. Apapun juga.
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Dalam kegelapan Paksi
sampat menilai sikap ayahnya kepadanya. Ia memang bukan
seorang anak yang disejukkan oleh kasih sayang ayahnya
yang keras. Diantara kawan-kawannya, Paksi termasuk anak muda
yang kuat. Ketika ia bermain binten dengan anak-anak muda
sebayanya, Paksi pernah membuat seorang kawannya tidak
dapat berjalan sampai tiga hari. Bergulat di pasir tepian,
Paksipun menjadi anak muda yang disegani.
Tetapi sayang, bahwa kesempatan bermain bagi Paksi
sangat sempit dibanding dengan kawan-kawannya.
Kini Pksi Pamekas harus meninggalkan semuanya itu. Rasa-
rasanya segalanya begitu cepat berlalu. Ia merasa masih
belum cukup puas berkumpul bersama keluarganya, bermain
bersama kawan-kawannya dan sedikit bermanja-manja
dirumah yangberhalaman luas dan terawat bersih oleh bekas
tangan ibunya. Burung hantu terdengar berlagu didalam kegelapan.
Suaranya ngelangut membuai malam menjadi semakin terasa
sendu. Paksi tidak duduk terlalu lama. Iapun kemudian segera
bangkit dan meneruskan perjalanan menuju ketem-pat yang
tidak diketahinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malampun menjadi semakin malam. Dinginnya terasa
menggigit tulang. Sambil berjalan Paksi menyelimuti tubuhnya dengan kain
panjangnya. Ia sengaja tidak membawa apapun. Jika
pakaiannya kotor, ia dapat mencucinya dan sekaligus
menjemurnya diatas bebatuan disungai, sehingga akan cepat
menjadi kering. Jika pakaian itu kemudian rusak dan koyak,
maka ia dapat membelinya. Ibunya memberinya bekal uang
cukup banyak, serta beberapa buah perhiasan simpanannya.
Jika keadaan memaksa, maka ia dapat menjualnya dan
mempergunakan uangnya. Paksi melangkah saja menuruti langkah kakinya. Yang
dilakukannya adalah sekedar menjauhi Pajang tanpa tujuan,
tanpa rencana dan tanpa tahu apa yang akan dilakukan.
Namun akhirnya Paksi itupun menjadi letih. Ketika ia
memasuki sebuah padukuhan, maka beberapa orang yang
merondapun menghentikannya.
"Siapa kau?" bertanya salah seorang dari mereka.
"Namaku Paksi Pamekas" jawabnya.
"Kau akan pergi kemana atau pergi darimana?"
Paksi menjadi bingung. Tetapi ia tidak ingin mengatakan
apa yang sebenarnya harus dilakukannya. Karena itu, maka
jawabnya "Aku adalah seorang pengembara. Aku
mengembara dari satu tempat ketempat yang lain untuk
mendapatkan pengalaman."
"Dimana kau tinggal?" bertanya yang lain. Paksi menjadi
semakin bingung. Tetapi karena ia harus menjawab, maka
iapun menjawab pula. Yang mula-mula diingatnya adalah
rumah neneknya yang memang
"Kau akan pergi ke mana atau pergi darimana?" Paksi
menjadi bingung. Tetapi ia tidak ingin menyatakan apa yang
sebenarnya harus dilakukannya. Karena itu maka
jawabnya:"Aku adalah seorang pengembara. Aku
mengembara dan satu tempat ketempat.........." agak jauh
dari Pajang. Orang tua ibunya itu semasa hidup-nya tinggal di
sebuah padukuhan yang tenang dan tenteram. Paksi pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggal beberapa lama dirumah. neneknya. Ketika kakeknya
meninggal ia menunggui neneknya sampai beberapa bulan.
Namun menjelang setahun, neneknya telah meninggal pula.
"Aku anak Banyuanyar" jawab Paksi.
Para peronda itu mengangguk-angguk. Seorang diantara
mereka berkata "Perjalananmu belum begitu jauh jika kau
memang seorang pengembara."
"Aku baru mulai Ki Sanak." jawab Paksi "orang tuaku telah
tidak ada lagi. Aku tidak mempunyai pilihan lain. Sementara
itu, aku berharap bahwa aku akan mendapat pengalaman dari
pengembaraanku ini."
"Apakah kau tahu, dimana kau berada sekarang?" bertanya
salah seorang diantara para peronda itu.
"Tidak" jawab Paksi.
"Kau masih berada disekitar Pajang. Kau sekarang berada
di padukuhan Dresanan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi enarik nafas dalam-dalam. Ia sudah berjalan
sepanjang hari. Tetapi orang itu mengatakan bahwa ia masih
berada disekitar Pajang. Tetapi Paksi tidak menjawab selain mengangguk-angguk
kecil. "Apakah kau ingin beristirahat?" bertanya salah seorang
peronda itu. Paksi mengangguk. "Baiklah" berkata orang itu "marilah, aku antar kau ke
banjar, kau dapat tidur di banjar. Besok pagi kau dapat
meneruskan pengembaraanmu."
"Terima kasih, paman" jawab Paksi.
Orang itu meskipun masih nampak muda, tetapi ia tentu
bukan anak muda lagi. Wajahnya nampak bersih dan setiap
kali giginya nampak disela-sela bibirnya jika ia tertawa.
Paksi diantar oleh orang itu ke banjar. Diserahkan nya Paksi
kepada penunggu banjar, yang tinggal di bagian belakang
banjar yang nampak bersih dan terawat itu.
Penunggu banjar itu ternyata orang yang sangat baik. Ia
menerima Paksi dengan senang hati. Bahkan nasi yang masih
terdapat digeledeg bambunya dengan sepotong pepes udang
dan sambal terasi telah diberikannya pula kepada Paksi.
"Aku tidak mempunyai seorang anakpun sampai isteriku
meninggal" berkata penunggu banjar itu.
Paksi mengangguk kecil. Sementara orang itu bertanya
"Siapa namamu?"
Paksi memang tidak ingin menyembunyikan namanya.
Karena itu, maka iapun menjawab "Namaku Paksi, paman."
Kepada penunggu banjar itu, Paksi menceriterakan bahwa
dirinya adalah seorang pengembara sebagaimana
dikatakannya kepada para peronda.
"Kenapa hal itu kau lakukan, ngger. Apakah kau tidak
mempunyai sanak kadang lainnya, sehingga kau harus pergi
mengembara?" "Tidak paman. Aku sudah tidak mempunyai sanak kadang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paksi" berkata penunggu banjar itu "mumpung kau belum
terlalu jauh pergi meninggalkan kampung halamanmu. Apakah
kau mau tinggal disini saja bersamaku?"
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Maaf, paman.
Sudah bulat tekadku, bahwa aku akan pergi mengembara.
Mungkin aku akan mendapatkan pengalaman yang dapat aku
pergunakan sebagai bekal hidupku kelak."
"Tetapi apakah yang kau harapkan dari sebuah
pengembaraan" Menempa diri atau kesempatan melihat
dinding cakrawala yang tidak akan pernah dapat disentuh"
Jika kau tinggal, Paksi, maka kau dapat memperdalam ilmu
dan menimba pengetahuan. Bekal yang lebih nyata bagi masa
depanmu dari sekedar pengalaman menempuh perjalanan
panjang." Paksi tidak dapat mengatakan, apa sebenarnya yang
sedang dilakukannya itu. Juga ketidak-tahuannya tentang arah
perjalanan yang tidak diketahuinya. Yang dapat dikatakannya
adalah sebuah perjalanan kembara tanpa tujuan.
Penunggu banjar itu tidak dapat berbuat lebih banyak
daripada berharap. Tetapi Paksi Pamekas tidak dapat
memenuhinya. Malam itu Paksi bermalam disebuah banjar padukuhan.
Dihari pertama dari per jalannya yang tidak diketahuinya
sampai kapan itu, telah ditemuinya orang-orang yang berbaik
hati. Tetapi ketika ia berangkat dari rumah, ibunya telah
berpesan kepadanya, bahwa ada seribu sifat dan watak
manusia di muka bumi ini. Ada yang baik, agak baik, ada yang
dengki dan iri dan ada pula yang jahat.
Terngiang kembali pesan ibunya "Paksi. Ada orang yang
sikap lahiriahnya sangat baik. Tetapi sebenarnya dihatinya
tumbuh bulu serigala. Bahkan menjadi hunian iblis yang paling
jahat." Pesan ibunya itu telah membuat Paksi menjadi berhati-hati.
Meskipun demikian, ia tidak mencurigai setiap orang dengan
berlebihan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Paksi kemudian berbaring di pembaringan, di sebuah
ruangan yang dibuat diserambi belakang banjar padukuhan
Dresanan itu, ia kembali membayangkan masa lampaunya
yang memang tidak begitu terang. Kadang-kadang ia tidak
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengerti maksud ayahnya yang tiba-tiba saja marah
kepadanya. Bahkan kadang-kadang memukulnya. Jika ibunya
mencoba menjelaskan persoalannya, maka ayahnya itupun
segera marah pula kepada ibunya.
Tetapi ibunya selalu berkata "Ayahmu seorang prajurit
Paksi. Ia terbiasa bersikap keras. Karena itu, diru-mahpun ia
bersikap keras pula."
Meskipun demikian, ada juga segi yangbaikdari sifat keras
ayahnya itu. Bersama beberapa orang anak Tumenggung,
Rangga dan perwira lainnya, ia berguru kepada seorang bekas
prajurit yang memiliki ilmu yang tinggi. Ternyata Paksi
Pamekas merupakan seorang murid yang sangat baik. Ia
terhitung satu diantara beberapa orang murid yang terbaik.
Anehnya, ayahnya tidak pernah mengakui kemampuannya
itu. Setiap kali ayahnya menuntut agar ia berbuat lebih baik
dan lebih baik. Namun ternyata Paksi dapat memenuhinya. Ia memang
semakin lama menjadi semakin baik dan semakin menarik hati
gurunya. Bahkan ketika gurunya mengetahui latar belakang
kehidupannya serta hubungannya dengan ayahnya yang
kurang manis, maka perhatian gurunya menjadi semakin
melimpah. "Kau akan menjadi anak terbaik yang pernah aku kenal"
berkata gurunya. Paksi memang tidak mengecewakan gurunya. Tetapi
kemampuannya itu telah menjeratnya, untuk menjalankan
tugas yang sangat berat. "Kau sudah berumur tujuhbelas tahun." terngiang kata-kata
ayahnya. "Tujuh belas. Tujuh belas. Ya, aku memang sudah berumur
tujuh belas tahun" berkata Paksi didalam hatinya "Tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apakah kawan-kawanku yang seumur tujuh belas tahun juga
harus menjalani tugas seperti ini?"
Paksi menarik nafas dalam-dalam, iapun kemudian
menghibur dirinya sendiri "Ternyata aku dapat
membanggakan diriku seandainya aku adalah satu-
satunyaanak muda yang berumur tujuh belas tahun yang
bertugas menjalani kuwajiban seperti ini."
Namun akhirnya Paksipun tertidur. Tetapi tidak terlalu
lama, karena sisa malam memang tidak cukup panjang lagi.
Pagi-pagi sekali Paksi telah bangun sebagaimana
kebiasaannya. Tetapi di banjar itu ia tidak dapat langsung
melakukan latihan-latihan yang berat seperti yang dilakukan di rumahnya. Atau pergi kesungai dan bergulat dengan beberapa
orang kawannya untuk melengkapi latihan-latihan ketahanan
tubuhnya. Atau binten sehingga kakinya sering menjadi
bengkak. Atau bengkat, meskipun permainan itu dilakukan
dengan kakinya, tetapi permainan itu mampu meningkatkan
kemampuan bidiknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi pagi itu Paksi sudah berada di sumur menimba air
untuk mengisi paki wan, sebelum Paksi mandi. Tetapi
demikian ia selesai mandi, maka pakiwan itu sudah diisinya
kembali hingga penuh. "Anak itu rajin sekali" berkata penunggu banjar itu didalam
hatinya. Tetapi seperti para peronda yang digardu, bahkan yang
mengantarnya ke banjar, tidak seorangpun yang menduga,
bahwa anak itu adalah anak seorang Tumenggung.
Ketika kemudian Paksi minta diri untuk meneruskan
perjalanannya, maka penunggu banjar itu telah menyediakan
makan pagi baginya. Paksi sempat menilai sikap penunggu banjar itu. Jika saja ia
mempunyai anak, alangkah berbahagianya anak itu. Ia akan
mempunyai seorang ayah yang baik.
Tetapi ketika matahari mulai nampak dilangit, Paksi sudah
meninggalkan banjar itu. Setelah mengucapkan terima kasih,
maka Paksipun melangkah meninggalkan regol banjar yang
memberikan kesan betapa bersahabatnya orang-orang asing
yang memerlukan bantuan mereka.
Paksi yang melangkah dihangatnya sinar matahari pagi itu
merasakan tubuhnya menjadi segar. Mandi air dingin, makan
pagi serta minuman hangat, matahari dan langit cerah,
mengantar perjalanan Paksi selanjutnya.
Tetapi hari itu rasa-rasanya menjadi kosong tanpa arti
selain satu perjalanan mengulur jarak. Ia memang menjadi
semakin jauh dari Pajang. Tetapi untuk apa"
Paksi Pamekas menggelengkan kepalanya. Diluar sadarnya
ia bergumam "Aku tidak tahu."
Tetapi Paksi berjalan terus. Menjelang sore hari, Paksi
sempat singgah disebuah kedai kecil disudut sebuah
padukuhan. Meskipun jenis makan dan minuman yang ada tidak sesuai
dengan seleranya, tetapi Paksi tidak menghiraukannya lagi. Ia
sadar, bahwa didalam pengembaraannya, ia tidak dapat
memilih. Makan, minum, tempat untuk tidur dan masih banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masalah-masalah lain yang tidak sesuai dngan keinginan dan
pilihannya, tetapi harus diterima apa adanya.
Beberapa saat lamanya, Paksi beristirahat sambil meneguk
minumannya. Beberapa orang yang duduk di-kedai itu sudah
berganti dengan orang-orang baru.
Setelah membayar harga makanan dan minumannya, maka
Paksipun kemudian telah melanjutkan perjalanannya.
Menjelang malam, Paksi memasuki sebuah padukuhan.
Lampu-lampu minyak sudah mulai menyala. Di Beberapa regol
halaman ada yang telah memasang oncor, menerangi jalan-
jalan padukuhan. Tetapi padukuhan itu nampak sepi. Pintu-pintu telah
tertutup rapat. Bahkan pintu-pintu regolpun telah tertutup.
Ketika Paksi lewat didepan gardu disimpang ampat jalan
padukuhan, ia tidak melihat seorangpun berada didalam gardu
itu. "Suasananya berbeda dengan suasana di padukuhan
Dresana."berkata Paksi didalam hatinya.
Justru karena itu, maka Paksi tidak ingin bermalam di
banjar padukuhan itu. Apalagi ketika ia berjalan di jalan induk padukuhan itu dan lewat didepan banjar, banjar padukuhan
itu nampak sepi. Balkan pintu regolnya-pun tertutup pula.
Paksi berjalan terus. Ia tidak akan bermalam di padukuhan
itu. Tetapi demikian ia keluar dari padukuhan itu, maka
Paksipun bertanya "Aku akan bermalam dimana?"
Namun akhirnya Paksi tidak peduli lagi. Apapun yang akan
terjadi, biarlah terjadi. Dimana ia berhenti dan meletakkan
tubuhnya, disitu ia akan berhenti.
Malam sama sekali tidak menakutkan lagi baginya. Jika
ketika ia berada dirumah, ia sering mendengar ceritera
tentang hantu, yang sering berkeliaran dimalam hari, maka
pada malam itu, ia sama sekali tidak menghiraukannya lagi.
"Jika hantu-hantu itu akan datang, biarlah mereka datang"
berkata Paksi didalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun akhirnya Paksi ingin juga berhenti berjalan. Karena
itu, maka ketika ia melihat sebuah gubug diteng.ih tengah
bulak sawah, maka iapun tertarik untuk mendekatinya.
Paksipun kemudian meniti pematang, mendekati gubug itu.
Ternyata gubug itu kosong. Pemilik gubug itu tidak berada
disawahnya di malam hari.
Sambil menarik nafas panjang, Paksi naik tangga pendek
masuk kedalam gubug itu. Paksi merasa beruntung bahwa ia menemukan sebuah
gubug yang dapat dipergunakannya untuk bermalam. Karena
itu, maka iapun langsung membaringkan dirinya di-gubug
yang didasari dengan anyaman bambu itu.
Meskipun Paksi merasa letih, tetapi Paksi tidak segera
dapat tidur. Nyamuk yang ganas telah merubunginya,
menggigit sela-sela jari kakinya dan berterbangan di sekitar
telinganya. Karena itu, maka Paksi terpaksa menggelar kain
panjangnya untuk menyelimuti tubuhnya dan bahkan
telinganya. Sambil sekali-sekali menggaruk kakinya, maka kembali
Paksi mengenang saat-saat ia akan berangkat dari Pajang
untuk melakukan pengembaraan.
Ketika ia minta diri kepada gurunya, maka gurunya menjadi
terkejut sekali. Hampir tidak percaya gurunya bertanya "Jadi
kau harus pergi untuk melakukan sesuatu yang kau tidak
mengerti sama sekali?"
"Ya, guru. Tetapi ayah mengatakan bahwa yang aku
lakukan adalah tugas rahasia. Aku mohon guru melindungi
rahasia ini. Jika ayah tahu aku mengatakannya kepada guru,
mungkin ayah akan marah kepadaku. Tetapi aku tidak dapat
merahasiakannya kepada guru" berkata Paksi Pamekas.
Gurunya mengangguk-angguk. Katanya "Terima kasih atas
kepercayaanmu Paksi. Ada dua hal yang membuat aku
menyesali kepergianmu. Kau masih sangat muda, sehingga
tugas itu tfcntu akan sangat berat bagimu. Bahkan seakan-
akan tidak masuk akal bahwa kau harus dilibatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedalamnya. Sedangkan yang kedua, kau adalah muridku
yang terbaik. Aku berharap bahwa kau kelak akan dapat
menggantikan kedudukanku. Bukankah aku menjadi semakin
tua dan rapuh" Wadagku tidak akan dapat mendukung ilmuku
untuk seterusnya. Karena itu, aku harus mempersiapkan
seseorang yang akan dapat menggantikan aku."
"Aku mohon guru berdoa agar aku dapat kembali dengan
selamat serta dapat membantu guru di perguruan ini."
Gurunya mengangguk kecil. Dalam saat terakhir, gurunya
telah memberikan petunjuk dan pematangan ilmu sejauh
dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.
"Aku tidak dapat memberikan lebih dari itu, Paksi. Jika
dipaksakan juga, maka justru wadagmu yang akan mengalami
kesulitan. Tetapi aku berharap bahwa selama dalam
perjalanan, kau dapat membuka dan mengembangkan ilmumu
sampai tingkat yang tinggi."berkata gurunya dengan nada
yang dalam. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Ia telah terlempar
kembali kedalam kenyataannya. Berbaring disebuah gubug
kecil berselimut kain panjangnya.
Tetapi Paksi tidak dapat segera tidur.
Ketika ia memiringkan tubuhnya menghadap ke jalan
beberapa puluh langkah dari gubug itu, Paksi terkejut. Ia
melihat didalam keremangan malam sebuah keranda yang
seperti terbang diatas jalan itu.
Dengan serta-merta iapun bangkit dan duduk sambil
mengusap matanya. Keranda yang diselimuti kain putih itu masih meluncur
diatas jalan yang telah dilewatinya sebelum Paksi turun dan
meniti pematang mencapai gubug itu.
Bulu tengkuk Paksi memang menjadi tergetar. Ia pernah
mendengar dongeng tentang keranda yang melayang di
malam hari, sebagai pertanda bahwa akan datang wabah
penyakit yang berbahaya. Tetapi tiba-tiba timbul pertanyaan dihati Paksi "Jika
keranda itu dapat terbang atau berjalan sendiri, kenapa harus
lewat diatas jalan. Bukankah keranda itu dapat meluncur
diatas pematang, parit atau bahkan sungai dan bukit-bukit
kecil. Kepada siapa pula hantu keranda itu menampakkan diri
di tempat yang jauh dari padukuhan itu" Kepada dirinya" Jika
benar, kenapa keranda itu tidak mendekatinya?"
Paksi Pamekas yang sudah terlempar kedalam satu
keadaan yang tidak diinginkannya itu telah bangkit.
Keinginannya untuk mengetahui hantu keranda yang terbang
itu telah mendesaknya untuk berbuat sesuatu.
Tiba-tiba saja Paksi itu turun. Dipakainya kain panjangnya
sekenanya. Kemudian iapun telah meloncat ke-atas pematang.
Dengan hati-hati Paksi mendekati jalan tempat keranda itu
lewat. Dengan hati-hati pula ia mengikutinya dan berusaha
mendekat dari arah belakang.
Namun jantung Paksi menjadi berdebar-debar ketika
kemudian ia melihat bayang-bayang yang bergerak-gerak.
Ternyata keranda itu tidak terbang atau meluncur sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksipun kemudian melihat beberapa orang berpakaian serba
hitam memanggul keranda itu. Sementara beberapa orang
mengikutinya. Paksi menarik nafas dalam-dalam. Tetapi Paksi tidak
melepaskannya. Ia masih saja mengikutinya beberapa lama.
Keranda itu justru meluncur mendekati sebuah padukuhan.
Kemudian lewat jalan yang lebih sempit meluncur sejajar
dengan dinding padukuhan itu.
Paksi masih saja mengikutinya ketika keranda itu meluncur
melewati sudut padukuhan dan kemudian kembali menjauh
menuju kesebuah gumuk yang seakan-akan sebuah pulau
kecil ditengah-tengah lautan tanaman padi di-sawah.
Ternyata bukit kecil itu adalah sebuah kuburan. Paksi
menjadi berdebar-debar melihat keranda itu seakan-akan
lenyap dari penglihatannya.
Namun kemudian Paksi itu mengetahui bahwa orang-orang
yang membawa keranda itu dengan cepat telah menyelimuti
keranda itu dengan kain hitam.
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Keinginannya untuk
mengetahui tentang keranda itupun menjadi semakin
mendesaknya sehingga dengan demikian, maka Paksipun
telah mendekati dan masuk kedalam kuburan itu pula.
Dengan landasan ilmu yang telah dimilikinya, maka Paksi
berusaha untuk menjadi semakin dekat. Batu-batu nisan,
gerumbul-gerumbul perdu dan pepohonan yang tumbuh diatas
bukit kecil itu, memberi kesempatan kepada Paksi untuk
menjadi lebih dekat lagi.
Paksi terkejut ketika ia melihat apa yang terdapat didalam
keranda itu. Ketika keranda itu dibuka, maka yang ada
didalamnya adalah beberapa jenis barang-barang yang
nampaknya berharga. Paksi sempat mendengar orang-orang itu tertawa. Mereka
membongkar barang-barang yang terdapat didalam keranda
itu sambil berbangga akan keberhasilan
"Tujuh belas. Tujuh belas. Ya, aku memang sudah berumur
tujuh belas tahun." berkata Paksi dalam hatinya."Tetapi
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apakah kawan-kawanku yang berumur tujuh belas tahun juga
harus menjalani tugas seperti ini?" Paksi menarik nafas dalam-
dalam. "Jangan terlalu sering mempergunakan cara ini untuk
membawa barang-barang rampokan itu" berkata salah
seorang diantara mereka. "Tidak ada cara lain yang lebih baik. Aku ragu-ragu untuk
membawa barang-barang ini dengan pedati atau dengan
mempergunakan kuda beban. Cara ini nampaknya lebih aman"
sahut yang lain. Tetapi orang yang pertama berkata pula "Jika cara ini
terlalu sering kita pergunakan, maka orang-orang akan
menghubungkan setiap terjadi perampokan, tentu ada
keranda yang terbang dimalam hari."
"Ya. Aku setuju" desis yang lain"tetapi sampai saat ini,
orang-orang padukuhan itu telah menjadi ketakutan
mendengar ceritera tentang keranda yang berjalan di malam
hari." "Ceritera itu telah kita lengkapi dengan ceritera tentang
ting hijau yang juga terbang di malam hari." berkata yang lain lagi "sehingga untuk beberapa lama kita akan dapat
mempergunakan cara ini dengan aman."
Yang terdengar adalah suara tertawa beberapa orang yang
tertahan. Seorang diantara mereka berkata "Sudahlah. Jangan
terlalu berbangga atas keberhasilan ini. Kita harus segera
mengubur barang-barang ini untuk beberapa lama, sebelum
kita kemudian menjualnya. Disaat orang sudah melupakan
peristiwa perampokan ini, kita akan mengambilnya dan
menjualnya." "Sebenarnya kita tidak perlu bersusah payah. Bukankah
ada orang-orang yang bersedia menerima barang-barang hasil
rampokan ini?" "Tetapi harganya sangat murah" jawab yang lain.
Tetapi dalam pada itu, orang yang agaknya memimpin
sekelompok perampok itu berkata "Marilah. Kita simpan
barang-barang itu didekat barang-barang yang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdahulu kita simpan. Kita akan memperlihatkan barang
barang itu kepada kakang Kebo Lorog."
"Kakang Kebo Lorog?" bertanya salah seorang dari mereka.
"Ya. Kakang Kebo Lorog akan datang ke daerah ini."
"Apakah ada kecurigaan kakang Kebo Lorog terhadap kita?"
"Tidak. Tetapi sudah agak lama kakang Kebo Lorog tidak
melihat-lihat daerah ini. Besok bersamaan dengan saat
padukuhan sebelah merti desa, kakang akan berada disini.
Kita dapat membawanya ketempat ini dan memperlihatkan
apa yang kita punyai kepadanya."
"Mudah-mudahan kakang Kebo Lorog puas dengan tugas-
tugas kita disini." "Sekarang, kita akan menyimpan barang-barang kita."
Paksi memperhatikan semua yang terjadi serta
mendengarkan pembicaraan itu dengan jantung yang
berdebar-debar. Paksi sendiri heran, bahwa batu-batu
nisan,gerumbul-gerumbul liar dan satu dua pohon raksasa
yang tumbuh dibukit itu tidak membuat bulu-bulunya
meremang. Sejenak kemudian, orang-orang yang berpakaian serba
hitam itupun telah menggali sebuah lubang dipinggir kuburan
itu,disebelah batu hitam yang besar, yang sulit untuk digeser.
Agaknya mereka menjadikan batu itu sebagai pertanda,
dimana mereka menyimpan barang-barang hasil kejahatan
mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat lamanya, Paksi harus menunggu. Di kuburan
itu nyamuknya ternyata lebih banyak lagi daripada di gubug
tempat ia membaringkan tubuhnya. Tetapi Paksi tidak dapat
menyelimuti tubuhnya dengan kain panjangnya.
Demikian orang-orang itu selesai menguburkan barang-
barang hasil rampokannya yang dibungkus dengan kain, maka
mereka telah berganti pakaian. Mereka tidak lagi mengenakan
pakaian-pakaian hitam. Ditempatkannya keranda itu disebuah
cungkup yang besar, yang agaknya memang tempat untuk
menyimpan keranda. Paksi hampir tidak tahan menunggu orang-orang itu pergi.
Tetapi ia tidak bergerak ditempatnya selagi orang-orang itu
masih berkeliaran di kuburan itu.
Baru kemudian, setelah kuburan itu menjadi sepi, Paksipun
keluar dari persembunyiannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ternyata mereka adalah orang-orang yang cerdas. Mereka
memanfaatkan ceritera-ceritera tentang hantu dan jadi-jadian
untuk melakukan kejahatan" berkata Paksi.
Malam itu semalam suntuk Paksi tidak tidur. Dari kuburan
Paksi telah menyusuri parit. Ketika ia mendengar suara air
gemericik, maka Paksipun mengetahui, bahwa ia berada tidak
jauh dari sebuah sungai. Menjelang fajar Paksi sudah berendam di air sungai untuk
membersihkan tubuhnya yang terasa gatal-gatal. Tetapi Paksi
masih belum dapat mencuci pakaiannya, karena matahari
masih agak lama terbit. Setelah mandi, maka Paksi untuk beberapa lama duduk
ditepian. Justru setelah ia berendam, maka ia tidak merasakan
dinginnya udara pagi. Langit yang cerah menjadi semakin terang. Cahaya
matahari mulai menusuk lembaran-lembaran awan tipis yang
menggantung dilangit. Ketika perasaan mengantuk mulai menyentuhnya,
Paksi Pamekaspun segera bangkit dan berjalan diatas pasir
tepian. Sambil berjalan selangkah-selangkah, Paksi sempat
merenungi peristiwa yang dilihatnya semalam. Agaknya
karena hantu keranda itulah, maka padukuhan-padukuhan
menjadi sepi setelah gelap.
"Tetapi tentu ada orang yang pernah melihat keranda itu"
berkata Paksi didalam hatinya "jika tidak, mereka tentu tidak
akan dicengkam ketakutan."
Paksi berniat untuk menjelaskan kepada orang-orang
padukuhan, bahwa hantu keranda itu hanyalah akal orang-
orang jahat agar mereka dapat leluasa bergerak di-malam
hari. "Tetapi kepada siapa aku harus mengatakannya?" bertanya
Paksi Pamekas kepada diri sendiri.
Paksipun kemudian sudah memanjat tanggul dan
melangkah menuju ke padukuhan terdekat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi hari masih terlalu pagi. Karena itu, maka Paksipun
tidak tergesa-gesa menemui seseorang. Bahkan Paksi sempat
mengikuti beberapa orang perempuan yang berjalan
beriringan sambil menggendong bakul. Beberapa orang
membawa bakul berisi hasil kebun. Sedangkan yang lain
membawa makanan dan bahkan seorang diantara mereka
membawa nasi tumpang digendongannya.
"Mereka tentu akan pergi ke pasar." berkata Paksi didalam
hatinya. Ternyata iring-iringan itu telah menarik perhatiannya.
Ketika ia melihat sayuran rebus yang digelar diatas tambir
ditutup dengan daun pisang, maka tiba-tiba saja ia merasa
lapar. Apalagi semalaman Paksi hampir tidak tidur sama sekali.
Karena itu, maka Paksipun telah pergi ke pasar pula.
Di pasar Paksi telah membeli nasi tumpang yang jarang
sekali ditemuinya di rumahnya. Ia tidak memikirkan pula
dimana ia duduk dan makan nasi tumpang yang masih hangat
itu. Sekali-sekali Paksi berdesis karena bubuk kedelenya yang
terlalu pedas serasa menyengat lidahnya.
Namun dalam pada itu, sambil makan nasi tumpang dan
duduk dibelakang penjualnya didekat pintu gerbang pasar,
Paksi mendengar beberapa orang yang berceritera tentang
keranda yang berjalan sendiri di malam hari.
"Suamiku melihat sendiri malam tadi" berkata seorang
penjual kelapa dengan mantap "bersama tiga orang, suamiku
memang berusaha untuk dapat melihat langsung keranda
yang berjalan sendiri itu. Malam tadi, malam Jumat Keliwon,
bersama tiga orang, suamiku sengaja menunggu disudut
padukuhan. Ternyata sedikit lewat tengah malam, dari
kejauhan mereka benar-benar melihat keranda itu berjalan
sendiri, seolah-olah terbang meluncur dengan cepat. Suamiku
dan ketiga kawannya menjadi sangat ketakutan. Beberapa
puluh langkah dari padukuhan itu, keranda itu berhenti
sejenak. Seakan-akan berpaling memandangi keempat orang
yang telah mengintip itu. Seorang kawan suamiku hampir
menjadi pingsan. Untunglah keranda itu berjalan lagi menuju
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke kuburan di bulak itu. Sebelum masuk pintu gerbang
kuburan, keranda itu tiba-tiba telah lenyap."
"Apa yang dilakukan suamimu kemudian?" bertanya
seorang penjual sirih. "Tidak apa-apa. Sebelumnya keempat orang itu bertekad
untuk melihat dari dekat jika benar-benar ada keranda yang
terbang di malam hari. Tetapi ketika mereka benar-benar
melihat langsung, maka jantung mereka menjadi kuncup
sebesar biji mentimun."
"Siapa yang tidak menjadi ketakutan melihat keranda
terbang itu?" desis penjual nasi tumpang itu.
"Pagi ini suamiku tidak pergi ke sawah. Badannya merasa
tidak enak. Dahinya panas dan jantungnya serasa berdetak
lebih cepat." "O" penjual nasi tumpang itu menjadi cemas" apakah
suamimu tidak pergi ke rumah seorang tua yang dapat
menyingkirkan kutukan keranda terbang itu" Mungkin karanda
itu mengetahui bahwa suamimu dan kawan-kawannya sengaja
mengintipnya." Penjual kelapa itu termangu-mangu sejenak. Katanya
"Belum. Tetapi siang nanti aku akan mengajaknya pergi
kerumah Kiai Samid yang terkenal itu. Suamiku mengenalnya
dengan baik, karena Kiai Samid minta suamiku menggarap
sawahnya sampai lebih dari tiga tahun. Letak sawah Kiai
Samid berdekatan dengan sawah suamiku, sehingga suamiku
dapat menggarapnya dengan baik dan memuaskan bagi Kiai
Samid." "Tetapi jangan sampai terlambat" desis penjual sirih.
Penjual kelapa itu mengangguk. Tetapi ia tidak menjawab.
Dua orang datang untuk memilih beberapa buah kelapa yang
sudah tua. Paksi mendengarkan pembicaraan itu. Tetapi ia tidak
berkata sepatah katapun. Paksi tidak dapat berbicara tentang
keranda terbang itu dengan perempuan-perempuan yang
tidak melihat sendiri semalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Paksi bertekad untuk mengikuti penjual kelapa itu
sampai kerumahnya dan berbicara dengan suaminya tentang
keranda terbang yang dilihatnya semalam.
Ketika kemudian Paksi sudah menjadi kenyang, maka iapun
segera membayar harga nasi yang dimakannya. Dari penjual
nasi tumpang, Paksi bergeser duduk di dekat penjual wedang
sere. Sambil menunggu penjual kelapa itu menghabiskan
dagangannya, maka Paksipun minum wedang sere hangat dan
masih juga makan beberapa potong makanan meskipun
perutnya sudah terasa kenyang.
Satu dua butir kelapapun telah laku. Berurutan orang-orang
yang datang dan pergi. Namun penjual kelapa itu nampak
gelisah. Sekali-sekali ia melihat matahari dilangit yang
memanjat semakin tinggi. "Aku meninggalkan suamiku yang sedang sakit" desis
penjual kelapa itu. "Tetapi kelapamu sudah hampir habis" berkata penjual nasi
tumpang itu. "Aku ingin segera pulang."
"Suamimu memang harus dibawa dengan cepat kerumah
Kiai Samid agar segera mendapat obat penolak bala."
"Tetapi kelapaku ini?"
"Jika kau mau menjualnya agak murah, aku akan
membelinya semua yang tersisa. Untuk membuat bumbu
gudanganku ini, aku memerlukan kelapa setiap hari.
Sementara itu, kelapa dikebun sudah tidak. ada yang cukup
tua." "Apakah kelapa itu tidak terlalu tua untuk membuat bumbu
gudangan?" bertanya penjual sirih.
"Cukupan" sahut penjual kelapa itu.
Akhirnya, kelapa itu telah dibeli dengan harga yang lebih
murah oleh penjual gudangan itu, karena penjual kelapa itu
ingin segera pulang dan membawa suaminya kepada Kiai
Samid. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi yang telah cukup lama menunggu, telah minta diri
kepada penjual minuman itu setelah membayar harga
makanan dan minumannya. Pada jarak tertentu Paksi telah mengikuti perempuan yang
berjalan dengan tergesa-gesa pulang itu. Seperti yang
diduganya, maka perempuan itu tinggal df padukuhan yang
semalam dilewati keranda terbang itu, meskipun pada jarak
yang tidak terlalu dekat.
Paksi yang mengikutinya itupun kemudian melihat,
perempuan itu memasuki sebuah regol halaman rumah
disebelah simpang ampat. Paksi memang menjadi ragu-ragu. Ia sama sekali tidak
dikenal di padukuhan itu. Seandainya ia menceriterakan apa
yang dilihatnya, apakah orang padukuhan itu akan
mempercayainya" Tetapi Paksipun kemdian telah membulatkan tekadnya
untuk mengatakan apa yang telah dilihatnya semalam.
Karena itu, maka beberapa saat kemudian, Paksi telah
berdiri didepan regol halaman rumah perempuan yang baru
saja pulang dari pasar itu.
Dengan ragu-ragu Paksipun melangkah melintasi halaman
yang terhitung luas. Beberapa batang pohon tumbuh di
halaman itu. Disana-sini nampak pohon kelapa yang tumbuh
mencuat mengatasi pepohonan yang lain.
Agaknya sebagian dari dagangan kelapanya telah dipetik
dari halaman dan kebun dirumahnya sendiri.
Ketika Paksi berdiri ragu-ragu di halaman, maka seorang
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
anak remaja datang mendekatinya sambil bertanya"Siapa
yang kau cari, kakang?"
Paksi tersenyum. Anak itu nampak ramah. Karena itu, maka
iapun bertanya "Apakah yang pulang dari pasar itu ibumu?"
"Ya. Ibu memang berjualan kelapa di pasar."
"Ayahmu ada?" bertanya Paksi.
"Ada. Tetapi ayah sedang sakit. Kepala pening. Jantungnya
berdebar-debar dan tidak dapat tidur."
"Apakah aku dapat bertemu dengan ayahmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah berbaring saja di pembaringan dengan gelisah. Kami
bergantian menungguinya selama ibu berada di pasar."
"Kamu siapa?" bertanya Paksi.
"Aku dan adikku."
"Bagus" desis Paksi "kau anak yang pandai."Paksi menarik
nafas dalam-dalam. Namun kemudian katanya"Jika demikian,
aku ingin bertemu dengan ibumu."
"Duduklah. Aku akan memanggil ibu."
Paksipun kemudian duduk disebuah lincak bambu yang
panjang diserambi depan rumah yang sederhana, tetapi
nampak bersih itu. Sejenak kemudian, maka perempuan yang berjualan kelapa
di pasar itupun keluar dari pintu depan. Ia termangu-mangu
sejenak, melihat Paksi yang belum pernah dikenalnya.
"Kau mencari aku, nak?" bertanya perempuan itu.
"Ya, bibi" jawab Paksi "sebenarnya aku ingin berbicara
dengan paman. Tetapi bukankah paman sedang sakit?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perempuan itu mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Suamiku
sedang sakit." Perempuan itupun kemudian duduk di lincak bambu itu
pula. "Aku belum pernah melihat kau sebelumnya, nak." berkata
perempuan itu. "Ya, bibi. Aku memang baru kali ini menginjakkan kakiku di
padukuhan ini." "Jadi apakah maksudmu menemui suamiku?"
"Bibi" berkata Paksi "aku mendengar pembicaraan bibi
dengan beberapa orang perempuan di pasar. Menurut bibi,
paman menjadi sakit setelah semalam melihat keranda
terbang itu?" "Ya"jawab perempuan itu dengan wajah berkerut.
"Aku ingin memberikan sedikit keterangan tentang keranda
terbang itu." "Jangan, nak. Jangan. Pamanmu sangat terpengaruh oleh
penglihatannya semalam. Ia merasa seakan-akan selalu
dibayangi oleh keranda yang berjalan sendiri itu. Bahkan rasa-
rasanya keranda itu telah terbang mengitari rumah ini."
"Apakah ketiga orang kawan paman yang melihat keranda
itu juga sakit?" "Adik pamanmu telah menghubungi mereka. Menurut
keterangannya, mereka juga menjadi sakit, terutama seorang
yang semalam hampir pingsan. Badannya panas dan sekali-
sekali ia mengigau. Tetapi yang seorang lagi, hanya terasa
pening-pening sedikit."
"Tetapi orang itu tidak menjadi sakit seperti paman?"
"Tidak. Ia memang seorang yang sangat berani, meskipun
semalam ia mengurungkan niatnya untuk mendekati keranda
yang terbang itu. "Jika demikian, apakah aku sebaiknya berbicara dengan
orang itu?" "Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bibi. Aku minta bibi memberitahukan kepada paman,
bahwa paman tidak perlu menjadi sakit. Keranda terbang itu
hanyalah sekedar pokal orang jahat."
"Tetapi pamanmu melihat sendiri."
"Akupun melihatnya bibi. Aku sempat mengikutinya.
Keranda itu sebenarnya juga dipikul oleh beberapa orang dan
bahkan diiringi beberapa orang yang lain. Tetapi mereka
berpakaian hitam agar mereka tidak nampak dari jarak
tertentu." "Ah. Kau jangan mengada-ada anak muda."
"Benar bibi. Aku dapat membuktikan. Tetapi aku
memerlukan orang-orang yang berani seperti yang bibi
sebutkan itu." jawab Paksi. Lalu katanya pula "Jika saja paman tidak cepat percaya kepada keranda itu, maka aku ingin
mengajak paman untuk melihat kenyataan tentang keranda
itu." Perempuan itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Sebaiknya aku hubungi kakang Sura saja."
"Dimanakah rumahnya, bibi?" bertanya Paksi.
Perempuan itupun kemudian memberikan ancar-ancar
rumah Sura didekat gardu peronda yang tidak pernah terisi
sejak ada ceritera tentang keranda yang dapat berjalan sendiri di malam hari.
Paksipun kemudian minta diri untuk menemui orang yang
bernama Sura itu. Meskipun agak ragu, namun Paksipun kemudian telah
memasuki halaman rumah didekat gardu parondan. Seorang
anak laki-laki yang sedang berlari-lari di halaman tertegun.
Berlari-lari kecil anak itu menyongsong Paksi.
"Kakang mencari siapa?" ternyata anak itu ramah sekali.
"Apakah paman Sura ada dirumah?"
"Ayah?" bertanya anak itu.
"Ya. Tolong, katakan kepada ayah, bahwa seseorang
mencarinya" berkata Paksi.
"Siapa nama kakang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi tersenyum. Sambil menyentuh pipi anak itu ia
menjawab "Namaku Paksi."
"Nama kakang bagus. Tetapi namaku jelek. Ayah tidak
pandai memilih nama."
"Siapa namamu?"
"Namaku Salam."
"Nama yang bagus. Aku senang mendengarnya. Salam."
"Ah, kakang hanya ingin membuatku senang." Paksi
tertawa. Anak itu ternyata anak yang sangat cerdas.
Namun anak itupun kemudian berkata "Aku akan
memanggil ayah dibelakang."
Anak itupun segera berlari kebelakang memanggil ayahnya.
Sura terkejut melihat kedatangan anak muda yang belum
pernah dikenalnya. Dipersilahkan Paksi naik dan duduk di
pendapa. "Apakah angger mempunyai keperluan dengan aku?"
"Ya, paman. Ada yang ingin aku bicarakan."
"Tentang?" "Bukankah paman tidak sakit sekarang?"
"Rasa-rasanya kepalaku sedikit pening ngger. Tetapi tidak
apa-apa. Aku dapat mendengarkan dengan baik persoalan
yang akan angger katakan."
"Apakah paman sakit karena keranda yang berjalan sendiri
semalam?" Orang itu mengerutkan dahinya. Dengan nada tinggi ia
bertanya "Apakah kau mengetahui bahwa aku telah melihat
keranda yang berjalan sendiri?"
"Ya paman. Tetapi itu tidak penting. Aku hanya ingin tahu,
bahwa paman tidak menjadi sakit karena keranda itu?"
"Tidak. Tetapi kenapa?"
"Kenapa semalam paman tidak berusaha untuk menangkap
keranda itu?" "Apa sebenarnya yang ingin kau katakan ngger?" bertanya
Sura. Paksi menarik nafas panjang. Kemudian diceriterakannya
apa yang dilihatnya semalam sehingga keranda itu hilang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikuburan dan orang-orang berpakaian hitam yang
menyembunyikan barang-barang hasil rampokan itu.
"Kau berkata sebenarnya?" bertanya Sura.
"Aku dapat menunjukkan tempat mereka menyembunyikan
barang-barang itu jika paman ingin membuktikannya."
Sura mengagguk-angguk. Katanya "Jika kau berkata benar,
aku kagum akan keberanianmu."
"Bukan soal keberanian paman. Tetapi aku sudah tersudut
dalam satu keadaan yang tidak dapat aku hindari."
"Sebenarnya aku memang ingin melihat dari dekat keranda
yang dikatakan orang dapat terbang sendiri itu. Tetapi kawan-
kawanku semalam menjadi ketakutan, sehingga aku
mengurungkan niatku. Bahkan ada seorang di-antara kami
yang hampir pingsan."
"Ada diantara mereka yang menjadi sakit sekarang."
"Ya. Aku dengar memang demikian. Mereka menjadi sangat
terpengaruh. Tetapi sejak semula aku sudah meragukannya."
"Tetapi pamafr juga menjadi pening."
"Bukan karena keranda itu. Tetapi hampir semalam suntuk
aku tidak dapat tidur. Aku harus mengantar orang-orang yang
ketakutan itu. Memapah kawanku yang hampir pingsan. Baru
aku pulang terakhir setelah langit menjadi merah. Aku hanya
sempat berbaring. Ketika aku hampir tertidur, adik salah
seorang yang ikut bersamaku semalam datang kemari."
Paksi mengangguk-angguk. Dengan nada berat ia berkata
"Aku juga tidak tidur semalam."
"Kau dapat beristirahat disini" berkata Sura.
"Terima kasih paman. Tetapi apakah paman melihat
barang-barang itu?" Sura termangu-mangu sejenak. Dipandanginya anak muda
yang sebelumnya belum pernah dikenalnya itu. Dari sorot
matanya, memang tersirat keragu-raguannya.
Tetapi Paksi tidak tersinggung. Ia tahu, bahwa hal itu
adalah wajar sekali. Karena itu, maka katanya "Paman.
Sebenarnya aku ingin sekali melihat apa saja yang
disembunyikan oleh para perampok itu. Tetapi aku tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukannya sendiri. Aku tidak mempunyai alat untuk
menggali." "Baiklah" berkata Sura" kita akan melihatnya. Tetapi aku
akan mengajak seorang lagi yang memiliki keberanian untuk
membongkar barang-barang yang disembunyikan itu."
Paksi mengangguk sambil menjawab "Silahkan paman.
Tetapi orang itu harus dapat paman percaya, karena mungkin
ada sesuatu yang untuk sementara masih harus disimpan."
"Baik. Tetapi kapan sebaiknya kita melakukannya?"
"Bukankah sebaiknya kita lakukan disiang hari" Di-malam
hari orang-orang yang menyembunyikan barang-barang itu
justru berkeliaran. Disiang hari mereka tidak akan
menampakkan diri. Meskipun demikian, kita harus berhati-
hati." "Baiklah. Kita dapat berpura-pura membersihkan kuburan.
Aku mempunyai leluhur yang dimakamkan di kuburan itu."
Surapun minta Paksi untuk menunggu. Minuman dan
makananpun telah dihidangkan pula.
"Salam akan menemanimu, ngger." berkata Sura. Beberapa
s&at kemudian Sura telah datang bersama seorang kawannya.
Bertiga mereka pergi ke kuburan untuk membuktikan, apakah
yang dilihat Paksi semalam bukan sekedar sebuah mimpi atau
khayalannya saja. Dalam pada itu, Surapun berkata "ngger, pamanmu
Mertawira ini kebetulan adalah anak juru kunci kuburan itu."
"O" Paksi mengangguk-angguk "kebetulan sekali paman."
"Tetapi aku segan untuk menggantikan jabatan orang
tuaku. Aku lebih senang tidak mengurusi kuburan." desis
Mertawira. "Harus ada orang yangtbersediakmelakukannya. Jika tidak,
orang-orang yang memerlukan akan menjadi sangat repot."
berkata Sura. Mertawira tertawa. Katanya "Adikku telah menyatakan
kesediaannya." "Sokurlah. Dengan demikian, maka segala sesuatunya ada
yang mengatur. Orang-orang padukuhan yang kematian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarganya tidak asal saja mengubur di kuburan ini, sehingga
berjejal-jejal tanpa diatur."
Mertawira tertawa semakin keras.
Beberapa saat kemudian, mereka telah berada di kuburan.
Tidak ada orang yang melihat mereka meskipun mereka
memasuki kuburan itu disiang hari.
Paksi memang agak sulit untuk menemukan batu yang
besar itu. Bahkan Paksi sempat menjadi bimbang, bahwa apa
yang dilihatnya tidak lebih dari sebuah khayalan. Mungkin
hantu keranda itu sempat menyesatkan penglihatannya,
sehingga seolah-olah ia melihat keranda itu memasuki
kuburan Ini." Namun setelah mengitarti kuburan itu beberapa kali, maka
Paksipun telah menemukan batu yang besar itu."Kami hampir
kehabisan kesabaran" desis Sura.
Mertawirapun tertawa pula. Katanya "Aku kira kau hanya
bermimpi. Tetapi itupun masih harus dibuktikan, apakah
barang-barang itu benar-benar ada.?"
Paksi mengangguk-angguk. Ketika mereka bersiap-siap
untuk mulai menggali, maka jantung Paksi menjadi berdebar-
debar. Jika barang-barang yang dikatakan itu tidak ada, maka
kedua orang itu akan dapat menjadi marah kepadanya.
Mereka akan mengira, bahwa Paksi telah mempermainkan
kedua orang itu. Namun Sura dan Mertawira memang melihat tanah yang
kemerahan disekitar batu yang besar itu. Nampaknya tanah
itu memang tanah yang baru dari sebuah galian yang telah
ditimbun kembali. Ketika mereka mulai menggali, maka tanah itupun agaknya
masih juga lunak, sehingga dengan demikian, mereka tidak
banyak menemui kesulitan.
Mereka menjadi berdebar-debar ketika cangkul mereka
mulai terasa menyentuh sesuatu. Dengan hati-hati mereka
menggali lebih dalam lagi.
Ternyata Paksi tidak sekedar berkhayal atau bermimpi atau
penglihatannya dipengaruhi oleh hantu keranda itu. Didalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lubang galian itu memang terdapat barang-barang yang
disembunyikan oleh para perampok yang telah mengelabuhi
banyak orang itu. "Apa yang sebaiknya kita lakukan dengan barang-barang
ini" berkata Sura kemudian.
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Besok jika padukuhan ini merti desa, maka salah seorang
pemimpin dari para perampok ini akan datang" berkata Paksi
"karena itu, maka barang-barang yang disembunyikan disini
akan ditunjukkan kepada pemimpin mereka itu."
"Jika demikian, biarlah barang-barang ini disini" berkata
Mertawira "kita akan mengawasinya. Besok, pada saatnya
pemimpin perampok itu datang, kita akan menangkapnya."
"Kau kira kita akan mudah melakukannya" sahut Sura "para
perampok adalah orang-orang yang telah menyatukan hidup
matinya dengan senjata. Mereka terbiasa berkelahi dan
bahkan bunuh-membunuh, sehingga darah bagi mereka tidak
lagi menggetarkan perasaan mereka."
"Tetapi kita mempunyai kawan yang tentu jauh lebih
banyak dari para perampok itu. Mungkin jumlah mereka hanya
sekitar sepuluh orang."
"Ya" sahut Paksi "sekitar sepuluh orang. Mereka bergantian
memanggul keranda itu."
"Nah, bukankah kita memiliki kesempatan?"
Sura mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Kita akan
berbicara dengan Ki Jagabaya."
"Hanya dengan Ki Jagabaya "desis Mertawira "jika hal ini
didengar oleh banyak orang, maka persoalannya akan menjadi
lain. Tetapi bagaimana menurut pendapatmu ngger?"
"Aku hanya ingin menunjukkan kepada paman, bahwa
keranda itu sama sekali bukan hantu. Salah satu buktinya
adalah barang-barang yang telah mereka sembunyikan disini.
Selanjutnya, terserah kepada paman berdua. Kasihan jika
orang-orang padukuhan itu menjadi terlalu lama dicengkam
oleh ketakutan." "Padahal bukan hanya satu dua padukuhan saja yang
dibayangi ketakutan kepada hantu keranda yang berjalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri di malam hari, yang bahkan dapat lenyap dalam
sekejap mata." "Kita harus dapat menangkap hantu keranda itu. Tetapi kita
memang memerlukan beberapa orang yang berani" berkata
Sura kemudian. "Ya. Aku setuju, jika kita menemui Ki Jagabaya. Tetapi
untuk sementara tidak ada orang lain yang mengetahuinya"
berkata Mertawira. Bertiga mereka sependapat untuk menimbun barang-
barang itu lagi. Namun dengan demikian mereka sudah
menjadi yakin, bahwa keranda yang berjalan sendiri ditengahi
malam itu sama sekali bukan hantu. Sementara itu,
merekapun mengetahui dimana para perampok itu
menyembunyikan barang-barang hasil rampokan mereka.
"Tetapi kenapa pemimpin perampok itu akan datang tepat
pada saat merti desa?" desis Sura.
"Entahlah" berkata Mertawira "mungkin pada hari itu
perhatian orang-orang padukuhan tertuju kepada keramaian
di padukuhan ini." "Baiklah. Sekarang, marilah kita pulang."
Namun dalam pada itu, Paksipun berkata "Paman berdua.
Sebaiknya aku meneruskan perjalananku. Aku merasa bahwa
kewajibanku melaporkan tentang keranda yang berjalan
sendiri di malam hari itu sudah aku lakukan dengan baik.
Karena itu, segala sesuatunya terserah kepada paman berdua
serta para bebahu padukuhan . Tindakan apa yang akan
mereka ambil. Namun barangkali yang harus mendapat
perhatian adalah, bahwa pemimpin perampok yang akan
datang itu bernama Kebo Lorog."
"Kebo Lorog" kedua orang itu terkejut. Dengan nada tinggi
Sura berdesis "Jadi permainan ini dikendalikan oleh Kebo
Lorog yang namanya menggetarkan bulu tengkuk itu?"
"Apakah paman sudah pernah mendengar nama itu?"
"Ya. Kami sudah pernah mendengar. Banyak orang yang
pernah mendengar nama itu. Orang-orang padukuhan menjadi
ketakutan mendengar nama itu sebegaimana mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar ceritera tentang hantu keranda. Tetapi hantu
keranda itu ternyata hanya sebuah tipuan. Tetapi Kebo Lorog
benar-benar mampu memilin leher kita sampai patah."
"Tetapi jumlah penghuni padukuhan ini cukup banyak."
berkata Paksi. "Itu tidak berarti apa-apa bagi Kebo Lorog" jawab Sura.
"Jika demikian maka keranda yang berjalan sendiri itu tetap
menakutkan bagi kita. Bukan karena kita menyangka keranda
itu hantu, tetapi justru karena yang ada dibelakangnya adalah
Kebo Lorog." "Jika nama Kebo Lorog itu lebih menakutkan daripada
hantu, kenapa mereka harus bermain hantu-hantuan" Kenapa
tidak Kebo Lorog itu saja datang kemari dan melakukan
kegiatan yang dilakukan oleh keranda itu"
"Kebo Lorog mempunyai lingkungan yang luas, ngger.
Sehingga ia tidak dapat berada disatu tempat, Tetapi jika
Kebo Lorog itu mengunjungi satu lingkungan, tentu ia
mempunyai kepentingan tertentu."
Paksi mengangguk-angguk. Katanya "Mungkin keberhasilan
orang-orang yang mempunyai gagasan bermain hantu-
hantuan itu telah menarik perhatiannya, sehingga permainan
itu akan dapat dikembangkan di daerah lain."
Sura dan Mertawira mengangguk-angguk. Dengan nada
datar Mertawira berkata "Mungkin kau benar ngger. Kita akan
melihat bersama-sama, apa yang akan terjadi kemudian."
"Paman berdua. Aku sudah berniat untuk mohon diri. Aku
ingin melanjutkan pengembaraanku. Aku sudah merasa cukup
berhasil dengan menunjukkan benda-benda yang
disembunyikan itu." "Aku minta kau tetap disini menunggu kedatangan Kebo
Lorog" berkata Sura.
"Apakah artinya keberadaanku disini?"
"Kita akan bersama-sama menyaksikan, untuk apa Kebo
Lorog itu datang." jawab Mertawira.
Paksi termangu-mangu sejenak. Sementara Sura itupun
berkata "Kita akan pergi kerumah Ki Jagabaya ngger. Kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan dapat menjelaskan apa yang telah terjadi itu. Mudah-
mudahan kita akan dapat mencari jalan keluar dari bayangan
gelap karena kehadiran Kebo Lorog itu."
Paksi termangu-mangu sejenak. Sura nampaknya mengerti
getar perasaan anak muda itu. Karena itu, maka katanya
"Selama kau berada di padukuhan ini, kau dapat tinggal
bersama kami, ngger. Salam tentu akan merasa senang jika
kau berada disini." "Apakah aku tidak akan merepotkan paman dan keluarga?"
bertanya Paksi dengan ragu.
"Tentu tidak ngger. Kau tentu sudah dapat mengurus
dirimu sendiri. Kau sudah dapat mandi sendiri, mencuci
pakaian sendiri. Makan sendiri, sehingga kami tidak usah
menyuapi." Mertawira tertawa. Katanya "Juga tidak harus
menggendong dan menidurkan menjelang malam."
Paksi tertawa. Kemudian iapun menjawab "Baiklah paman.
Jika paman tidak berkeberatan, aku akan tinggal disini sampai
merti desa." Ternyata bahwa keberadaan Paksi di rumah Sura justru
memberikan kesegaran baru. Paksi adalah seorang anak yang
rajin. Pagi-pagi ia sudah bangun. Menimba air untuk mengisi
jambangan di pakiwan. Kamudian menyapu halaman samping,
karena halaman depan tentu sudah disapu oleh Sura sendiri.
Pengaruh keberadaan Paksi di rumah itu justru sangat baik
bagi Salam, la dapat bangun lebih pagi dari kebiasaannya.
Anak itu ingin bersma-sama dengan Paksi. Juga saat Paksi
menimba air, menyapu halaman atau membelah kayu disiang
hari. Bahkan Paksipun telah mengajari Salam untuk menuliskan
huruf-huruf, kemudian membacanya.
Sementara itu, ceritera tentang keranda hantu itu masih
saja membayangi kehidupan beberapa padukuhan. Sura dan
Mertawira memang belum mengambil langkah-langkah
tertentu untuk membuktikan kepada banyak orang, bahwa
ceritera tentang hantu keranda itu hanya sebuah olok-olok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari para penjahat yang kebingungan membawa hasil
rampokannya. Namun yang kemudian ternyata berhasil.
Seperti yang sudah direncanakan, maka ketika saatnya
dianggap sudah tiba, maka Sura dan Mertawira telah pergi
menemui Ki Jagabaya sambil mengajak Paksi Pa-mekas.
Ki Jagabaya menerima mereka bertiga dipendapa
rumahnya. Karena keduanya tidak terbiasa berkunjung ke-
rumah Ki Jagabaya, maka Ki Jagabaya menjadi heran atas
kedatangan mereka bertiga.
"Nampaknya ada sesuatu yang penting" desis Ki Jagabaya.
"Ya, Ki Jagabaya. Kami ingin berbicara tentang keranda
hantu itu." Ki Jagabaya mengerutkan dahinya. Dengan nada berat Ki
Jagabaya itupun bertanya "Ada apa dengan dongeng itu"
Kalian berdua terhitung orang-orang yang berani di
padukuhan ini. Apakah kalian juga percaya tentang keranda
yang berjalan sendiri itu?"
"Kami percaya, Ki Jagabaya" jawab Sura.
"Sikapmu tentang keranda yang berjalan sendiri itu tentu
akan menjadi panutan. Jika kau berkata bahwa kau percaya,
maka padukuhan ini akan menjadi semakin kalut."
"Aku telah melihat sendiri, Ki Jagabaya."
Ki Jagabaya mengerutkan dahinya. Dengan nada tinggi ia
berkata "Apa maksudmu" Apakah kau memang menghendaki
orang-orang padukuhan ini dicengkam oleh ketakutan"
Dengan susah payah aku menjelaskan kepada mereka, bahwa
tidak ada hantu keranda. Omong kosong. Tidak ada hantu
yang sedang menyebarkan wabah penyakit."
"Ki Jagabaya" berkata Sura kemudian "aku benar-benar
telah melihat keranda itu berjalan di malam hari. Aku yakin
akan penglihatanku itu. Hal itulah yang akan aku katakan
kepada Ki Jagabaya."
"Persetan dengan igauanmu. Kau tidak akan dapat
mempengaruhi aku. Kau tidak akan dapat menyeret aku
kedalam ketakutan seperti orang-orang bodoh itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sura termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya"Aku mohon Ki Jagabaya mendengarkan ceri-teraku.
Nanti Ki Jagabaya dapat percaya atau tidak percaya."
Wajah Ki Jagabaya menjadi tegang. Namun kemudian
katanya "Cepat katakan. Tetapi jangan mengharap aku
terseret kedalam arus yang melanda padukuhan kita dan
beberapa padukuhan yang lain."
Surapun kemudian menceriterakan apa yang pernah
dilihatnya. Keranda yang berjalan di malam hari. Seakan-akan
keranda itu berjalan sendiri.
Hampir saja Ki Jagabaya yang tidak mempercayainya itu
menjadi marah. Namun kemudian Surapun menceriterakan
apa yang telah dilihat oleh Paksi Pamekas.
Wajah Ki Jagabaya nampak berkerut. Dipandanginya Paksi
dengan tajamnya. Kemudian Ki Jagabaya itupun bertanya
"Siapakah kau sebenarnya?"
Paksipun telah menyebut namanya. Tetapi ia selalu
mengatakan bahwa dirinya berasal dari Banyuanyar serta
selalu mengatakan bahwa kedua orang tuanya sudah tidak
ada lagi. "Ceriteramu memang masuk akal." berkata Ki Jagabaya.
"Kami sudah membuktikannya, Ki Jagabaya."
"Bukti apa?" bertanya Ki Jagabaya.
"Kami sudah menggali tempat para perampok itu
menyembunyikan barang-barangnya?"
"Kau telah mengambil barang-barang itu?"
"Tidak Ki Jagabaya" jawab Mertawira "kami hanya
membuktikan bahwa penglihatan angger Paksi itu bukan
sekedar mimpi atau khayalan yang ditimbulkan oleh hantu
keranda. Tetapi benar-benar ada. Sekarang barang-barang itu
telah kami timbun kembali."
Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. Sementara Sura
minta Paksi menceriterakan tentang rencana Kebo Lorog
datang ke lingkungan mereka.
Ki Jagabaya mendengarkan keterangan Paksi tentang Kebo
Lorog sebagaimana didengarnya di kuburan dengan jantung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berdebar-debar. Seakan-akan kepada diri sendiri Ki
Jagabaya itu berkata"Kebo Lorog. Ternyata orang itu ada
dibelakang ceritera tentang hantu itu."
"Mungkin sebaliknya, Ki Bekel. Kebo Lorog tertarik kepada
gagasan para pengikutnya tentang hantu-hantu itu, sehingga
ia ingin melihat hasil dari permainan itu."
"Kebo Lorog itu sendiri lebih dari hantu yang manapun
juga." berkata Ki Jagabaya.
"Apakah kita sepadukuhan tidak dapat menghentikannya?"
bertanya Mertawira. Ki Jagabaya menggelengkan kepalanya. Katanya "Kita
sepadukuhan tidak akan berdaya melawan para penjahat itu
jika diantara mereka terdapat Kebo Lorog. Kecuali karena
Kebo Lorog itu mempunyai ilmu yang tinggi, ia akan dapat
menjadi penyulut api keberanian dan kekuatan para
pengikutnya. Bersama Kebo Lorog itu sendiri, maka
sekelompok penjahat tidak akan dapat dihentikan oleh orang
se padukuhan. Bahkan mungkin sekali kita akan dibantai habis
oleh Kebo Lorog itu."
"Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan jika benar besok
pada saat kita merti desa Kebo Lorog itu datang?"
"Kita akan berbicara dengan Ki Bekel."
Ternyata Ki Jagabaya tidak membuang waktu. Diajaknya
ketiga orang yang datang kerumahnya itu langsung menemui
Ki Bekel. "Merti desa itu tinggal beberapa hari lagi. Kita harus dapat
mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Jika kita harus menyerang
kepada keadaan, apaboleh buat. Kita tidak akan berbuat apa-
apa. Tetapi jika Ki Bekel maih melihat satu kesempatan untuk
menggeliat meskipun Kebo Lorog ada disini, maka biarlah kita
mempersiapkan diri selagi kita masih mempunyai waktu."
gumam Ki Jagabaya. Ternyata Ki Bekel juga merasa heran melihat kedatangan ki
Jagabaya bersama tiga orang kerumahnya. Di wajah mereka
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nampak persoalan yang membebani mereka, sehingga mereka
harus datang menemuinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah Ki Jagabaa tidak dapat menyelesaikan persoalan
mereka sehingga mereka harus datang kepadaku?" bertanya
Ki Bekel didalam hatinya.
Ketika mereka sudah duduk dipringgitan, maka Ki
Jagabayalah yang telah menyampaikan persoalan yang
mereka bawa menghadap Ki Bekel.
Wajah Ki Bekelpun menjadi tegang. Kebo Lorog baginya
juga merupakan hantu yang mendebarkan.
Namun tiba-tiba dari ruang dalam rumah Ki Bekel, keluar
seorang laki-laki muda yang bertubuh sedang. Wajahnya
memancarkan kecerahan nalar budinya. Dengan sebuah
senyum yang menghiasi bibirnya, laki-laki muda itu berkata
"Maaf, kakang. Aku tidak sengaja telah mendengar nama
Kebo Lorog disebut-sebut. Jika kakang Bekel tidak
berkeberatan, aku ingin ikut mendengar ceritera tentang Kebo
Lorog itu. Ki Bekel menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Kemarilah.
Duduklah." Sura dan Mertawira terkejut melihat laki-laki itu. Hampir
berbareng mereka menyapa "Adeg Panatas."
Laki-laki itu tersenyum. Sambil mendekat ia bertanya
"Kakang berdua tidak lupa kepadaku."
"Tentu tidak" jawab Mertawira.
Laki-laki muda itupun kemudian duduk bersama mereka. Ki
Bekelpun kemudian berkata "Kemarin ia datang."
Adeg Panatas, adik Ki Bekel itu tersenyum sambil menyahut
"Aku sudah menjadi sangat rindu pada padukuhan ini."
"Kau datang pada saat padukuhan ini dibayangi oleh hantu
keranda yang mencekam seluruh penghuninya. Bahkan bukan
hanya padukuhan ini. Tetapi juga padu-kuhan-padukuhan
yang lain." "Aku sudah mendengar. Tetapi bukankah Ki Jagabaya tidak
mempercayainya?" "Ki Bekel juga tidak mempercayainya" jawab Ki Jagabaya.
"Tetapi agaknya hantu-hantuan itu ada hubungannya
dengan Kebo Lorog." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" jawab Ki Jagabaya "anak inilah yang mendengar
langsung pembicaraan para perampok itu."
Sekali lagi Paksi harus berceritera tentang pari perampok
dan pembicaraan diantara mereka tentang rencana
kedatangan Kebo Lorog. "Sebaiknya kita sambut kedatangan Kebo Lorog itu."
berkata Adeg Panatas. "Kau jangan main-main dengan nama itu" desis Ki Bekel.
Adeg Panatas tersenyum. Katanya "Aku tahu kelebihan
Kebo Lorog. Tetapi jangan biarkan Kebo Lorog menguasai
padukuhan ini. Sekali ia dapat bergerak leluasa disini, maka
padukuhan ini akan menjadi ladang yang subur bagi Kebo
Lorog. Ia akan memeras setiap orang yang memang sudah
ketakutan karena ceritera tentang keranda yang dapat
berjalan sendiri itu."
"Tetapi bagaimana kita dapat melawannya?" bertanya Ki
Bekel. "Kita harus melakukan bersama-sama. Biarlah aku mencoba
untuk menahan Kebo Lorog. Jika aku tidak mampu
mengimbanginya, maka kakang Bekel akan dapat
membantuku. Berdua aku yakin, bahwa Kami akan dapat
menahan Kebo Lorog."
"Bagaimana dengan para pengikutnya?"
"Mereka banyak tergantung kepada pemimpinnya. Jika
kami benar-benar dapat menahan Kebo Lorog, maka aku
yakin, bahwa para pengikutnya akan menjadi ragu-ragu,
sehingga kita akan dapat mempergunakan kesempatan
sebaik-baiknya untuk 'menghancurkan mereka. Bukankah
jumlah mereka tidak terlalu banyak. Sepuluh, lima belas atau
katakan duapuluh lima orang. Bukankah jumlah laki-laki di
padukuhan ini jauh lebih banyak dari jumlah itu?"
"Tetapi hanya ada berapa orang laki-laki yang berada di
paduhukan ini." berkata Sura dengan dahi yang berkerut
"apalagi menghadapi Kebo Lorog dan pengikutnya, sedangkan
ceritera tentang keranda terbang itu saja sudah membuat seisi
padukuhan ini ketakutan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi bukankah ada orang-orang yang akan dapat
menjadi sandaran kekuatan isi padukuhan ini" Disini ada
kakang Bekel, Kakang Jagabaya, kakang Sura dan kakang
Mertawira. Di padukuhan ini ada bebahu yang tentu akan
dapat dikerahkan. Mereka tidak hanya dapat sekedar
menikmati bengkok sawah yang mereka petik hasilnya setiap
musim. Tetapi mereka juga harus bersedia menjadi perisai di
padukuhan ini. Kemudian menurut pengenalanku disini ada
juga beberapa orang bekas prajurit dan anak-anak muda yang
harus penjelasan bahwa keranda itu tidak lebih dari hantu-
hantuan saja." Ki Bekel mengangguk-angguk. Katanya "Masih ada waktu
berapa lama menjelang merti desa itu?"
"Tidak lebih dari sepuluh hari, Ki Bekel."
"Cukup panjang" sahut Adeg Panatas "kita siapkan
perlawanan terhadap para perampok itu dalam waktu sepuluh
hari. Aku kenal isi padukuhan ini. Karena itu, aku yakin bahwa kita akan dapat mempertahankan harga diri padukuhan ini.
Tetapi sebelumbya kita harus juga menyadari, bahwa akan
jatuh korban diantara kita. Tetapi itu tentu wajar bagi setiap perjuangan. Karena itu, maka kita harus mampu mengerahkan
kekuatan yang sebesar-besarnya. Semakin banyak dan
semakin kuat kita, maka korban akan menjadi semakin sedikit.
Didalam pertempuran, kita harus saling menolong sehingga
setiap orang pengikut Kebo Lorog, akan menghadapi lawan
yang dapat membuat jantungnya bergetar."
"Bagaimana pendapatmu, Ki Jagabaya?" bertanya Ki Bekel.
"Aku setuju dengan adi Adeg Panatas. Aku akan
menggerakkan setiap laki-laki di padukuhan ini."
"Baiklah" berkata Sura "jika kita sudah sependapat bahwa
kita akan mengadakan perlawanan, maka kita harus
melakukan-dengan sepenuh hati. Kita tidak boleh ragu-ragu.
Jika kita menjadi ragu, maka kita justru akan terjebak dalam
kesulitan." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu kakang Sura. Sekali kita turun ke gelang-gang,
maka kita harus sudah bersiap untuk menghadapi maut."
sahut Adeg Panatas. "Itulah yang harus dijelaskan kepada rakyat padukuhan ini.
Jika mereka bersedia, kita harus benar-benar terjun dengan
segala akibat yang.mungkin terjadi. Sebaliknya, jika rakyat
padukuhan ini ragu, sebaiknya kita pasrah saja pada keadaan,
meskipun leher kita akan dicekiknya" sahut Mertawira.
Ki Bekel mengangguk-angguk. Katanya "Aku akan
memanggil para bebahu malam nanti."
Demikianlah, maka Ki Jagabaya, Sura, Mertawira dan Paksi
telah minta diri. Malam nanti mereka akan kembali ke rumah
Ki Bekel itu kecuali Paksi
Menjelang malam, maka para bebahu yang dipanggil Ki
Bekel telah berkumpul. Sura dan Mertawirapun telah datang
pula memenuhi panggilan Ki Bekel meskipun mereka bukan
bebahu. Paksi yang merasa dirinya orang lain di padukuhan itu,
tidak ikut hadir dirumah Ki Bekel. Namun beberapa orang
telah mendengar ceriteranya tentang hantu keranda, para
perampok dan hasil rampokan mereka yang mereka
sembunyikan di kuburan. Sementara Sura tidak ada dirumah, maka Paksipun telah
minta ijin kepada Nyi Sura untuk berjalan-jalan.
"Malam-malam kau akan pergi kemana ngger?" bertanya
Nyi Sura. "Hanya berjalan-jalan saja bibi, menghirup angin. Udara
terasa panas malam ini."
"Jangan terlalu lama ngger. Nanti jika pamanmu datang, ia
tentu akan mencarimu" pesan Nyi Sura.
Paksipun kemudian telah meninggalkan rumah Sura. Ia
menyusuri jalan-jalan padukuhan yang sudah menjadi sepi.
Ada beberapa oncor terpancang di regol-regol rumah yang
besar dan di simpang-simpang ampat terpenting di-
padukuhan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejak terbetik berita tentang hantu keranda, maka jarang
sekali ada orang yang berani keluar setelah gelap. Bahkan
gardu-gardupun menjadi kosong. Satu dua orang yang
mempunyai keberanian mencoba untuk mengintip dari
belakang dinding padukuhan. Tetapi mereka tidak pernah
dapat melihat keranda yang berjalan sendiri itu. Justru orang
yang tidak sengaja untuk melihatnya, sekali-sekali pernah ada
yang sempat melihatnya. Tetapi akhirnya Sura, dan ketiga orang kawannya berhasil
melihat keranda yang dikiranya dapat berjalan sendiri itu,
sehingga justru ada diantara mereka yang menjadi sakit.
Tetapi Paksi Pamekas sama sekali tidak takut bertemu
dengan keranda yang dapat terbang. Meskipun demikian ia
harus berhati-hati, karena disekitar keranda itu terdapat
sekitar sepuluh orang yang berpakaian serba hitam. Jika
orang-orang itu menyadari, bahwa rahasia mereka diketahui,
maka mereka tidak akan segan-segan menyingkirkan orang
yang mengetahui rahasia mereka itu.
Beberapa lama Paksi berjalan di tengah-tengah bulak yang
luas itu. Tetapi Paksi sudah menduga bahwa keranda yang
belum lama lewat, hari itu tidak akan lewat. Apalagi keranda
itu hanya lewat di hari-hari tertentu saja.
Semakin lama maka langkah Paksi menjadi semakin jauh
dari padukuhan. Sementara malam menjadi semakin malam.
Disimpang ampat ditengah bulak, Paksi berhenti.
Dipandanginya padukuhan yang nampak kehitam-hitaman.
Seleret sinar oncor memancar menyusup disela-sela
dedaunan. Paksi harus menunda perjalanan panjangnya yang tidak
diketahuinya kemana. la tidak merasa bersalah jika ia berhenti di padukuhan itu beberapa hari. Bahkan sampai sepuluh hari,
karena ia memang tidak dibatasi oleh waktu. Bahkan tiba-tiba
terngiang kembali suara ibunya melengkah "Kau sengaja
mengusirnya." Tetapi ayahnya selalu menjawab" Ia sudah menginjak
tujuhbelas tahun." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi menarik nafas panjang.
Namun tiba-tiba saja Paksi terkejut. Dibawah sebatang
pohon randu yang tumbuh di pinggir simpang ampat itu ia
melihat sesuatu yang bergerak. Bahkan kemudian menjadi
semakin jelas baginya, bahwa yang bergerak itu adalah
seseorang yang sedang duduk bersandar batang pohon randu
itu. Paksi melangkah surut. Sementara orang yang duduk
bersandar pohon randu itu seakan-akan tidak
menghiraukannya. Paksi memang tidak ingin membuat persoalan. Karena itu,
Maka Paksipun merasa lebih baik ia pergi tanpa mengganggu
orang itu. Namun ketika ia melangkah menjauh, terdengar orang itu
berkata "Kau kira begitu saja kau dapat pergi?"
Paksi berhenti. Sambil menghadap kearah orang itu, Paksi
bertanya "Apakah maksud Ki Sanak?"
"Kau telah mengetahui rahasiaku. Rahasia keranda terbang
itu, serta kau telah melihat tempat kami menyimpan benda-
benda rampokan itu."
Jantung Paksi berdentang semakin cepat. Ternyata orang
itu mengerti bahwa ia telah mengetahui rahasia hantu keranda
itu. "Apakah kau salah seorang dari mereka ?" bertanya Paksi
Orang itu masih tetap duduk. Dengan suara yang seakan-
akan bergulung didalam mulutnya, ia menjawab "Ya. Aku
salah seorang dari mereka."
Paksi termangu-mangu sejenak. Namun dadanya mulai
bergejolak. Jika benar orang itu salah seorang dari para
perampok yang membuat hantu-hantuan serta yang telah
menyembunyikan barang-barang hasil rampokan itu, maka ia
harus benar-benar mempertahankan hidupnya.
Tetapi Paksi masih tetap berdiri ditempatnya karena orang
yang duduk dibawah pohon randu itupun masih saja duduk
ditempatnya pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun kemudian terdengar orang itu berkata "Anak muda.
Kau telah bermain dengan api. Adalah salahmu jika api itu
menjilat dan membakar tubuhmu."
Paksi menyadari, bahwa ia tidak akan dapat mengelak lagi.
Tetapi apa boleh buat. Ia harus berani memikul tanggung
jawab atas perbuatannya sendiri sebagaimana dikaitkan oleh
orang itu. Tiba-tiba saja keberaniannya telah menghangatkan
darahnya. Dengan suara yang mantap Paksi bertanya "Apa
yang kau kehendaki Ki Sanak."
"Nyawamu" jawab orang itu.
"Ambillah sendiri" jawab Paksi.
Orang itu mulai bangkit. Ia berdiri dibawah pohon randu
alas itu. Gelap malam telah mengaburkan wajah orang itu,
sehingga Paksi tidak dapat melihat dengan jelas. Tetapi yang
nampak dimatanya dalam keremangan malam adalah
tubuhnya yang gagah, tinggi dan besar.
"Menyerahlah" suaranya terdengar serak.
"Untuk apa aku menyerah?" bertanya Paksi.
"Aku akan membunuhmu."
"Kau kira aku apa?" Paksi justru bertanya dengan nada
yang mantap. Pengalaman hidupnya membuat Paksi tidak mengenal takut
lagi. Bahwa ia seakan-akan telah terbuang dari rumahnya
membuatnya tidak peduli lagi apa yang terjadi biarlah terjadi.
Bahkan kematian tidak lagi menghantuinya.
Orang itu mulai melangkah mendekat. Katanya "Kau akan
aku bunuh dengan caraku."
"Jika kau benar-benar akan membunuhku, maka akupun
harus berusaha untuk mempertahankan hidupku. Jika karena
aku mempertahankan diri terjadi sesuatu atasmu, aku tidak
bertanggung jawab."
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bersiaplah anak yang sombong. Kau tidak mempunyai
kesempatan lagi untuk mundur."
Paksipun segera mempersiapkan diri. Meskipun ia masih
terhitung sangat muda diumurnya yang tujuhbelas itu, namun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi pernah menyadap ilmu dari seorang guru yang berilmu
tinggi. Karena itu, ketika hidupnya terancam, maka ia akan
mempertahankan dirinya dengan ilmunya sejauh yang
dikuasainya. Demikianlah, maka pertempuranpun tidak dapat
dihindarinya lagi. Dengan garangnya orang yang semula duduk dibawah
pohon randu itupun mulai menyerangnya. Tetapi Paksipun
telah bersiap sepenuhnya. Karena itu, ketika serangan itu
datang, maka Paksipun dengan tangkasnya telah mengelak.
Bahkan dengan cepat, Paksi telah membalas menyerangnya.
Tetapi orang itupun mampu bergerak cepat pula. Serangan
Paksipun sama sekali tidak menyentuhnya.
Ketika Paksi memburunya dengan serangan berikutnya,
maka orang itu justru telah membenturnya. Serarigan kaki
paksi yang terjulur mengarah ke dada, telah ditangkis
lawannya dengan kedua tangannnya yang bersilang
didadanya. Paksi yang belum mengetahui seberapa besar kekuatan
dan tenaga lawannya telah terdorong selangkah surut. Namun
Paksi tidak berkecil hati. Lawannya ternyata juga tergetar dan surut selangkh pula.
Demikianlah, keduanyapun segera terlibat dalam
pertempuran yang sengit. Keduanya saling menyerang,
bertahan dan menghindar. Dalam pertempuran yang semakin cepat itu, Paksi
berusaha untuk dapat mengenali lawannya. Dalam
keremangan malam, Paksi melihat bahwa lawannya itu adalah
seorang yang cacat. Meskipun dalam gelap, tetapi setiap kali
Paksi sempat melihat wajah yang cacat itu.
Ternyata orang itu merasa, bahwa Paksi memperhatikan
cacat di wajahnya. Karena itu, maka orang itupun telah
meloncat mengambil jarak sambil bertanya "Kau
memperhatikan cacat diwajahku?"
"Ya" jawab Paksi berterus-terang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu tertawa. Katanya "Aku adalah seorang penjahat
yang sudah berpuluh tahun melakukan kejahatan. Aku pernah
menjadi pencopet kecil. Pencuri ayam dan jemuran. Aku
pernah menjadi penyamun di tempat-tempat sunyi. Kemudian
aku menjadi perampok dan bahkan perampok dilaut. Selama
berpuluh tahun aku ditempa oleh kerasnya duniaku. Cacat di
tubuhnya terjadi disepanjang pengalamanku yang luas itu.
Aku pernah disangka mati karena dipukuli orang sepasar.
Tubuhku dilemparkan begitu saja ke jurang tidak terlalu jauh
dari pasar itu "Jangan membual" potong Paksi.
"Kau menjadi ketakutan mendengar petualanganku?"
bertanya orang itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sama sekali tidak" jawab Paksi "jika sampai hari ini kau
masih sempat bertualang, maka malam ini petualanganmu
akan berakhir disini."
Orang itu tertawa semakin keras. Katanya "Kau benar-
benar anak yang sombong. Tetapi kau akan segera menyesali
kesombonganmu itu." "Aku sudah siap apapun yang terjadi" jawab Paksi.
Orang itu tidak segera menyerang lagi. Tetapi iapun
berkata "Lihat, betapa wajahku menjadi cacat. Kakiku sedikit
timpang. Bekas luka yang terdapat dimana-mana. Tetapi
ilmukupun meningkat di setiap goresan yang terdapat pada
tubuhku." "Aku tidak peduli. Tetapi aku akan mempertahankan
hidupku." Orang itupun mulai melangkah mendekat lagi. Dengan
cepat orang itu telah menyerang pula.
Pertempuranpun telah menyala kembali. Keduanya
bergerak semakin cepat. Serangan demi serangan telah
dilakukan oleh kedua belah pihak.
Orang yang berwajah dan bertubuh cacat itu ternyata
semakin lama menjadi semakin garang. Serangan-
serangannya menjadi semakin cepat dan semakin keras.
Tetapi Paksipun telah meningkatkan kemampuannya pula.
Pada umurnya, Paksi memiliki tenaga yang mantap.
Kebiasaannya bermain dengan permainan keras telah
membantu meningkatkan kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
Kesenangannya bergulat ditepian membuat tubuhnya semakin
liat dan tahannyapun menjadi semakin tinggi. Karena itu maka
setelah bertempur beberapa lama, tenaga Paksipun masih
belum menyusut. Tetapi pengalaman orang cacat itu memang jauh lebih luas
dari Paksi. Karena itu, maka setiap kali serangan orang itu
mengejutkan Paksi. Namun betapapun Paksi mengerahkan kemampuannya,
orang itu ternyata mampu menembus pertahanannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan-serangannya sekali-sekali telah menyentuh
tubuhnya. Tetapi setelah bertempur beberapa lama, Paksi mulai
melihat celah-celah pertahanan lawannya. Paksi yang
kemudian mengalami kesulitan itu, tidak lagi sekedar
bertempur dengan unsur-unsur gerak yang dikuasainya.
Tetapi ia harus mempergunakan penalarannya sebaik-baiknya.
Ia harus membuat perhitungan-perhitungan dengan cepat,
tetapi cermat agar tidak justru membuatnya semakin sulit.
Ketika Paksi harus meloncat menjauhi lawannya untuk
mengambil jarak, ia melihat bahwa lawannya tidak terlalu
cepat menyusulnya. Terasa ada tenggang waktu sekejap
sebelum lawannya melibatnya lagi dalam pertempuran yang
sengit. Sekali dua kali Paksi mencoba, Sehingga iapun dapat
mengambil kesimpulan bahwa lawannya kurang memiliki
ketangkasan untuk bertempur dengan loncatan-loncatan
panjang. Dengan demikian, maka Paksi telah memilih cara yang
justru tidak disukai lawannya. Paksi bertempur pada jarak
yang dipeliharanya dengan baik.
Ternyata Paksi berhasil mempersulit kedudukan lawannya.
Tetapi setiap kali pengalaman orang cacat yang luas itu,
terasa sangat berpengaruh dalam pertempuran itu.
Orang cacat itu tidak mau terpancing dalam pertempuran
dengan jarak yang panjang. Setiap kali Paksi meloncat
menjauh, lawannya tidak tergesa-gesa memburunya. Tetapi ia
justru melangkah satu-satu mendekatinya.
Paksilah yang kemudian menjadi tidak telaten. Ia menjadi
tidak,sabar lagi,sehingga ia tidak berpegang teguh pada
perhitungannya. Dengan demikian, maka serangan-serangan lawannya itu
menjadi semakin sering menembus pertahanan anak muda
itu. Ketika Paksi menjulurkan kakinya menyerang kearah
lambung lawannya, maka orang cacat itu justru menjatuhkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirinya. Kakinya dengan cepat menyapu kaki Paksi yang lain,
sehingga Paksi telah menjadi kehilangan keseimbangan.
Karena itu, maka Paksipun telah terjatuh. Tetapi iapun
dengan cepat bergulir. Dengan tangkas pula Paksi segera
meloncat bangkit. Tetapi diluar dugaan. Lawannya yang timpang, yang selalu
menghindari pertempuran dengan jarak yang panjang, mampu
meloncat dengan cepat. Ternyata Paksi terkejut. Tetapi ia terlambat menghindar.
Tangan orang itu dengan cepat menghantam perutnya.
Diluar sadarnya, Paksi terbungkuk. Namun dengan cepat
pula lawannya memegang kepalanya. Dengan kerasnya kepala
Paksi telah membentur lutut oranng yang timpang itu.
Mata Paksi menjadi gelap. Tetapi ia tidak mau kehilangan
kesadarannya. Bahan dengan cepat ia surukkan kepalanya
keperut lawannya. Keduanya terjatuh berguling di Tanah, Namun Paksi tidak
ingin menjadi sasaran serangan-serangan lawannya. Meskipun
perutnya masih terasa mual serta kepalanya maih angat
pening, tetapi Paksi telah bersiap kembali untuk bertempur.
Pada saat yang sama, lawannya telah bangkit pula. Bahkan
dengan cepat ia telah menyerang Paksi. Sambil meloncat
orang itu telah menjulurkan tangannya kearah dada.
Tetapi Paksi dengan cepat bergeser kesamping. Justru
pada saat tangan lawannya terjulur, Paksi telah menyerang
lambung orang'itu dengan kakinya.
Meskipun orang itu menggeliat, tetapi kaki Paksi masih
dapat menggapainya, sehingga orang yang sedang meluncur
itu telah terdorong kesamping dan jatuh berguling.
Tetapi orang itu kurang beruntung, bahwa ia tidak
memperhatikan parit yang membujur dipinggir jalan, sehingga
ia justru terperosok kedalamnya.
Dengan cepat orang itu bangkit. Pakaian dan tubuhnya
menjadi basah kuyup. Karena hal itu tidak terduga, maka
beberapa teguk air telah masuk kedalam kerongkongannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika orang itu sibuk mengusap wajahnya, serangan Paksi
telah datang lagi. Kakinya dengan cepat sekali terjulur
menyambar kening orang itu.
Sekali lagi orang itu terlempar. Bahkan orang itu telah
terlempar kedalam lumpur di kotak sawah yang basah.
Paksi yang ingin mengambil kesempatan tidak
menunggunya. Dengan cepat ia memburu lawannya. Demikian
lawannya bangkit, maka tangannya telah menyambar dagu.
Gigi orang itu terdengar gemeretak. Dengan kasarnya
orang itu mengumpat. Tetapi ketika dengan satu putaran kaki
Paksi menyambar dadanya, maka orang itu telah terlempar
jatuh. Dengan cepat orang itu bangkit. Tetapi ia tidak berusaha
menyerang Paksi. Dengan serta-merta, maka orang itupun
telah melarikan dirinya kedalam kegelapan.
Beberapa puluh langkah Paksi mengejarnya. Tetapi
kemudian iapun telah menghentikan usahanya untuk
menangkap orang itu. Karena itu, maka Paksipun kemudian
berhenti. Paksi menarik nafas dalam-dalam. Ternyata ia harus
terlibat dalam pertempuran dengan salah seorang diantara
para perampok yang telah membuat hantu-hantuan itu.
Bahkan hampir saja ia terdesak. Jika ia gagal
mempertahankan dirinya, maka nyawanya tentu benar-benar
akan dihabisi oleh orang itu.
Paksi berdiri termangu-mangu sejenak. Angin terasa semilir
menghembus kulitnya. Ketika Paksi menengadahkan
wajahnya, dilihatnya langit bersih. Bintang-bintang
berkeredipan kebatas cakrawala.
Namun tubuh Paksi semakin terasa nyeri. Tulang-tulangnya
bagaikan menjadi retak. Sedangkan kepalanya masih saja
terasa pening. Sejenak Paksi berdiri termangu-mangu. Namun kemudian
iapun membenahi pakaiannya. Ketika ia melangkah kembali ke
padukuhan, sendi-sendinya terasa sakit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Paksi memasuki regol halaman rumah Sura, ternyata
Sura masih duduk disebuah lincak bambu yang panjang di
serambi. Demikian ia melihat Paksi memasuki regol halaman
dan keremangan malam, Surapun segera bangkit dan
menyongsongnya. "Kau membuat aku cemas, ngger."
Paksi menarik nafas panjang. Namun iapun bertanya pula
"Pertemuan di rumah Ki Bekel itu begitu cepat selesai?"
"Pertemuan itu cukup lama, ngger. Kaulah yang pergi
terlalu lama. Kita sudah berada dibelahan malam terakhir."
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Tengah malam memang
sudah lewat. Agaknya ia bertempur cukup lama pula.
"Marilah ngger" ajak Sura "sudah waktunya kita
beristirahat." Keduanyapun melangkah keserambi. Namun Paksipun
berkata"Aku akan pergi ke pakiwan paman."
"Baiklah. Tetapi lewat pintu butulan saja."
"Aku akan masuk lewat pintu butulan." Paksipun kemudian
langsung pergi ke pakiwan lewat
samping rumah meskipun Sura mengajaknya lewat ruang
dalam rumahnya. Paksi memang harus membersihkan tubuhnya dari debu
dan lumpur. Tetapi ia tidak dapat membersihkan pakaiannya
malam itu. Ketika Paksi masuk keruang dalam lewat pintu butulan,
Sura terkejut. Ia melihat wajah anak itu lembab kebiru-biruan
dekat arah matanya, langkah Paksipun menjadi berat dan
bahkan kaki kanannya menjadi sedikit timpang.
"Apa yang terjadi, ngger?"
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Sura kemudian
menggandengnya dan mempersilahkannya duduk diatas tikar
pandan. Paksi yang nampak sangat letih dan sekali-sekali
memegang perutnya yang sakit dan mual, duduk sambil
menundukkan wajahnya. Ketika ia mencuci mukanya, terasa
wajahnya menjadi pedih. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang terjadii?" Sura mendesaknya "aku sudah gelisah
menunggumu. Ternyata kau telah mengalami sesuatu."
"Aku berjalan-jalan sampai keluar padukuhan ini paman.
Tetapi malang, aku bertemu dengan salah seorang dari para
perampok itu. Ketika aku diserang, aku mencoba untuk
bertahan. Tetapi inilah yang terjadi. Tetapi aku masih
beruntung bahwa aku sempat lari" jawab Paksi merendahkan
diri agar orang-orang padukuhan itu tidak terlalu menaruh
pengharapan kepadanya jika ternyata kelak mereka benar-
benar harus menghadapi Kebo Lorog.
Sura mengerutkan dahinya. Diluar sadarnya iapun berdesis
"Sokurlah bahwa kau dapat melepaskan dirimu.
Paksi tidak menyahut. Tetapi ia melihat sesuatu yang
terbersit di hati Sura. Meskipun ragu-ragu, Sura itupun bertanya "Tetapi
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaimana peristiwa itu terjadi" Apakah kau tahu pasti, bahwa
orang itu salah seorang diantara para perampok itu?"
Paksi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun
berkata "Orang itu tiba-tiba saja menuduhku, bnhwa aku telah
mengetahui rahasianya. Aku tidak tahu, apakah ia benar-
benar mengetahui bahwa aku menyaksikan apa yang telah
dilakukan oleh para perampok itu atau sekedar mencari alasan
untuk melakukan kekerasan. Tetapi agaknya orang itu benar-
benar ingin membunuhku."
Sura mengangguk-angguk. Katanya "Jika demikian, kita
memang harus berhati-hati. Nampaknya mereka sudah
membuat persiapan-persiapan menjelang kehadiran Kebo
Lorog." "Mungkin sekali, paman."
"Karena itu, besok jangan berjalan-jalan setelah lewat
senja. Nampaknya keadaan menjadi gawat. Bukan saja
ceritera tentang hantu keranda, tetapi orang-orang itu telah
langsung melakukan kekerasan."
Paksi mengangguk-angguk kecil sambil menjawab "Baik,
paman." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bila Kebo Lorog itu benar-benar akan datang saat
padukuhan ini merti desa, maka keadaan akan menjadi
gawat." "Tetapi apakah paman dan para bebahu padukuhan ini
pasti, bahwa Kebo Lorog akan melakukan tindakan kekerasan
terhadap padukuhan ini. Aku sekedar melihat hasil kerja
orang-orangnya yang berkeliaran disekitar tempat ini dan
menyembunyikan harta-bendanya di kuburan itu?"
"Kita memperhitungkan keadaan yang paling gawat yang
mungkin terjadi, ngger." jawab Sura "kita semuanya memang
berharap bahwa Kebo Lorog tidak akan mengganggu
padukuhan ini. Tetapi jika gangguan ini terjadi, maka kita
tidak akan tinggal diam."
Paksi mengangguk-angguk. Sementara Sura itu berkata
selanjutnya "Karena itu, maka kita akan mempersiapkan diri
sejauh dapat kita lakukan. Kita harus mempertahankan harga
diri agar kita untuk selanjutnya tidak akan menjadi ampas
kelapa yang diperah sampai kering.
Paksi memandang wajah Sura sejenak. Wajah itu nampak
bersungguh-sungguh. Bahkan sekali dua kali Sura mengusap
keringatnya yang mengembun di kening.
Paksi mengerti, bahwa persoalan yang telah dibicarakan
oleh Ki Bekel dengan para bebahunya itu dianggap persoalan
yang gawat sekali, karena akan menyangkut kehidupan di
padukuhan itu. Dengan ragu-ragu Paksipun kemudian bertanya "Paman
jadi apakah yang akan dilakukan oleh Ki Bekel dan para
bebahu menghadapi kemungkinan kedatangan Kebo Lorog?"
"Kita akan bersiap. Ki Jagabaya akan mengumpulkan anak-
anak muda serta laki-laki yang berani serta masih mempunyai
kemampuan untuk berkelahi. Ada tiga atau empat orang
bekas prajurit di padukuhan ini yang akan diminta
kesediaannya memimpin perlawanan. Selain mereka, Ki
Jagabaya, Ki Bekel sendiri dan adik Ki Bekel yang bernama
Adeg Panatas itu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi menarik, nafas dalam-dalam. Agaknya para penghuni
padukuhan ini akan mengerahkan segenap kekuatan yang ada
untuk melindungi diri sendiri.
Namun Paksi itupun berkata "Paman. Jika persiapan itu
diketahui oleh para pengikut Kebo Lorog, apakah bukan
berarti bahwa kita justru mengisyaratkan agar Kebo Lorog
datang dengan kekuatan yang lebih besar."
Sura mengerutkan dahinya. Sambil mengangguk kecil Sura
berkata "Memang mungkin sekali. Persiapan-persiapan yang
kita lakukan akan membuat Kebo Lorog dan para pengikutnya
menjadi berhati-hati serta memuat perhitungan yang lebih
bersungguh-sungguh."
"Jika terjadi demikian, maka keadaan padukuhan ini akan
dapat menjadi parah sekali."
"Ya. Seharusnya hal ini juga diperhitungkan." Sura
mengangguk-agguh. Lalu katanya pula "Biarlah besok aku
bertemu dengan Ki Jagabaya."
"Agaknya Ki Jagabaya juga perlu diberi tahu, bahwa orang-
orang yang membuat hantu-hantuan itu adalah orang-orang
yang sangat garang. Mereka tidak ragu-ragu untuk bertindak
kasar." Sura mengangguk-angguk. Paksi sendiri sudah
mengalaminya. Untunglah bahwa Paksi dapat melarikan diri.
Karena malam menjadi semakin dalam, maka Sura itupun
kemudian telah mempersilahkan Paksi untuk beristirahat.
Tetapi ketika Sura sempat memperhatikan pakaian Paksi,
maka iapun telah menawarkan untuk meminjami Paksi
sepengadeg pakaiannya. "Terima kasih, paman" jawab Paksi yang mulai merasa
gatal-gatal dengan pakaiannya yang kotor dan berlumpur.
Malam itu Paksi mendapat sepengadeg pakaian dari Sura,
sehingga besok ia dapat mencuci pakaiannya yang dipakainya
sejak ia meninggalkan rumahnya.
Disisa malam itu, Paksi berbaring di bilik yang
diperuntukkan baginya. Meskipun agak sulit, tetapi akhirnya
Paksipun tertidur pula. Namun jika sekali-sekali ia terbangun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka badannya masih terasa nyeri dibeberapa bagian.
Kepalanya masih penang dan perutnya masih mual.
Tetapi ketika ia terbangun menjelang matahari terbit,
tubuhnya terasa semakin segar. Apalagi setelah ia menimba
air untuk mengisi jambangan di pakiwan, kemudian mandi
dengan air dingin. Hari itu, pagi-pagi Sura mengajak Paksi untuk menemui Ki
Jagabaya. Sura berusaha menjelaskan bahwa persiapan yang
berlebihan justru akan memancing perhatian para pengikut
Kebo Lorog. Dengan demikian, mereka akan memperkuat
barisan mereka jika mereka memang inlgin menguasai
padukuhan itu. Ki Jagabayapun ternyata menganggap pendapat itu masuk
akal. Karena itu, maka iapun berkata "Kami akan menghimpun
orang-orang yang sudah siap untuk terjun ke medan
pertempuran untuk melawan para perampok. Selebihnya baru
anak-anak muda di padukuhan untuk melawan para
perampok. Selebihnya baru anak-anak muda di padukuan ini."
"Bagaimana kita mempersiapkan mereka tanpa menarik
perhatian?" "Kita akan menentukan orang-orang tertentu untuk
memimpin sekelompok kecil anak-anak muda dari tiga atau
ampat orang. Mereka harus mempersiapkan kelompok mereka
masing-masing bisa sampai saatnya mereka tidak
mengecewakan. Tetapi persiapan yang tinggal sedikit itu tidak
akan menarik perhatian."
Sura mengangguk-angguk sambil berkata "Juga untuk
menghindari kecurigaan, merti desa akan" berlangsung seperti
biasanya. Ki Bekel sudah berjanji untuk menyelenggarakan tari
tayub di bulak sawah padukuhan kita sesudah padi dituai."
"Besok kita sudah mulai menuai padi di bulak itu."
"Ya. Kita akan menyelenggarakan merti desa menurut hari
yarig sudah kita tentukan."
Ternyata Ki Jagabaya kemudian telah menjalankan
tugasnya dengan baik. Sementara Ki Jagabaya
mempersiapkan perlawanan dengan diam-diam, maka Ki Bekel
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bebahu yang lain telah mempersiapkan sebuah keramaian
untuk merti desa. Dalam pada itu, maka para perampokpun telah brsiap-siap
sebaik-baiknya pula untuk menyambut kedatangan salah
seorang pemimpin mereka, Kebo Lorog.
Jika Kebo Lorog hadir dilingkungan itu, maka Kebo Lorog
akan melihat hasil kerja mereka. Barang-barang yang telah
mereka simpan di kuburan, serta keramaian merti desa di
padukuhan sebelah. "Apakah orang-orang padukuhan itu bersedia menerima
kita untuk ikut hadir dalam keramaian merti desa itu?" desis
salah seorang perampok itu.
Kawannya tertawa. Katanya "Sambil membawa keranda?"
Kawan-kawannya yang lainpun tertawa. Namun seorang
dari mereka berkata "Bersedia atau tidak, kita akan
menentukan sikap kita sendiri."
"Maksudmu?" "Disaat mereka sedang menyelenggarakan keramaian, kita
akan lewat. Jangan terlalu dekat. Maka mereka akan menjadi
sangat ketakutan. Keramaian itu akan bubar. Masing-masing
akan melarikan diri dan pulang dengan tubuh gemetar."
"Apa keuntungan kita?" bertanya seorang kawannya.
"Hari itu memang tidak ada. Tetapi pada kesempatan lain,
jika kita memasuki padukuhan itu dan mengambil harta-benda
yang tersimpan didalamnya, tidak akan ada seorangpun yang
berani keluar rumahnya. Kita akan dapat dengan leluasa
melakukannya." "Kita membawa barang-barang itu dengan keranda"
"Justru tidak. Keranda itu akan kita tutup agar tidak
kelihatan." jawab orang yang berbicara terdahulu" hanya jika
terjadi ditempat lain yang agak jauh, keranda itu akan nampak
memasuki kuburan itu dan hilang diluar regol."
Kawan-kawannya mengangguk-angguk. Mereka mengerti
bahwa jika perampokan itu terjadi di tempat yang terlalu
dekat dengan terlihatnya keranda yang berjalan, apalagi di
padukuhan sebelah, orang-orang dari padukuhan itu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempertanyakan, apakah memang ada hubungannya antara
perampokan itu dengan keranda yang lewat.
Demikianlah hari-haripun menjadi semakin dekat. Padi
disawah sebagian besar sudah dibawa pulang dan disimpan
dilumbung. Jerami di sawah sudah mulai dibabat, ditimbun
dibeberapa tempat diantara kotak-kotak sawah dan kemudian
dibakar. Abunya akan dapat menjadi pupuk selain beberapa
pupuk yang lain, termasuk pupuk kandang.
Di kotak sawah Ki Bekel yang juga sudah dituai, telah
dibuat tratag anyaman bambu. Sebuah tratag bertiang baimbu
yang akan dipergunakan oleh para penari tayub untuk menari
serta bagi para pengiring gamelan. Alas dari tratag itupun
dibentangkan anyaman bambu pula.
Dari kejaunan satu dua orang perampok ikut menyaksikan
orang-orang padukuhan yang sibuk itu.
Setiap kali mereka tertawa membayangkan apa yang bakal
terjadi pada saat keramaian itu diselenggarakan. Jika sebuah
keranda berjalan sendiri dikejauhan, maka mereka yang ikut
menyaksikan tari tayub itu berlari meninggalkan tempat itu
pulang kerumah masing-masing. Mereka akan menjadi sangat
ketakutan, sehingga dimalam malam berikutnya mereka tidak
akan berani keluar setelah gelap turun.
Keyakinan itulah yang kemudian akan mereka sampaikan
kepada Kebo Lorog. Peristiwa itu akan dapat menjadi bahan
tontonan yang sangat menarik bagi pemimpin mereka yang
sangat mereka takuti itu.
Sementara itu, orang-orang di padukuhan itupun sudah
mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Beberapa orang yang
dianggap memiliki bekal untuk turun tangan jika benturan
kekerasan itu benar-benar terjadi, telah menyiapkan masing-
masing dua atau tiga orang anak muda. Seorang bekas
prajurit yang meskipun rambutnya sudah beruban, tetapi
masih tegar, telah mengajari tiga orang anak muda,
bagaimana mereka harus mempergunakan senjata.
Sementara itu, kepada mereka Sura dan Mertawira telah
berusaha meyakinkan, bahwa tidak ada hantu keranda. Yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada adalah sebuah tipuan untuk mengelabuhi orang-orang
padukuhan. Bukan hanya padukuhan mereka, tetapi beberapa
orang padukuhan yang lain. Sementara itu ceritera dari mulut
kemulut yang merambat dari padukuhan ke padukuhan telah
menyebar ketempat yang luas. Bahkan telah merambat keluar
Kademangan. Karena itu, menjelang malam yang biasanya
menggembirakan bagi seisi padukuhuan itu, bahwa ceritera
tentang keranda itu tidak lebih dari sebuah mimpi buruk.
"Tidak ada keranda yang dapat berjalan sendiri" berkata Ki
Jagabaya tanpa menceriterakan bahwa dua orang penghuni
padepokan itu sudah dapat memberi kesaksiannya.
Ki Jagabaya memang harus memberikan keterangan yang
berbeda kepada orang-orang padukuhan itu, agar kesiagaan
seisi padukuhan itu sudah dapat memberikan kesaksiannya.
Ki Jagabaya memang harus memberikan keterangan yang
berbeda kepada orang-orang padukuhan itu, agar kesiagaan
seisi padukuhan itu tidak didengar oleh para perampok yang
akan menyambut kedatangan pemimpin mereka. Tidak
sebagaimana Sura dan Mertawira meyakinkan anak-anak
muda di padukuhan itu. Meskipun demikian, Ki Jagabaya, Ki Bekel dan para bebahu
padukuhan itu mengerti, bahwa usaha untuk menjebak orang
yang bernama Kebo Lorog itu adalah satu kerja yang
mengandung kemungkinan yang sangat buruk bagi
padukuhan mereka. Tetapi kehadiran adik Ki Bekel yang sudah lama
meninggalkan padukuhan, yang agaknya telah menyadap ilmu
kanuragan itu, telah memberikan harapan baru bagi Ki Bekel
dan para bebahu. Hari-hari yang mendebarkan itupun akhirnya datang juga.
Sebagian dari orang-orang padukuhan itu memang mulai
percaya, bahwa memang tidak ada keranda yang berjalan
sendiri. "Siapa yang pernah melihatnya?" bertanya Ki Jagabaya"
semua orang mengatakan, kata orang. Jika ada orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa pernah melihat, keterangannya sangat meragukan.
Karena itu, jangan takut. Kita akan merayakan keberhasilan
panen kita seperti biasanya.
Sebagian orang-orang padukuhan itu sependapat dengan Ki
Jagabaya. Keranda yang berjalan sendiri itu tidak lebih dari
cerita ngaya-wara. Dalam pada itu, para pengikut Kebo Lorog yang semula
memang sedikit ragu, apakah merti desa di padu kuhan itu
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat berlangsung,seperti biasanya, menjadi semakin mantap.
Jika orang-orang padukuhan yang terlanjur menjadi ketakutan
itu urung merayakan kegembiraan atas hasil panen mereka
maka pertunjukan yang menarik itu tidak dapat mereka
perlihatkan kepada Kebo Lorog. Mereka tidak akan dapat
melihat bagaimana orang-orang yang sedang mengikuti
keramaian merti desa itu lari tunggang langgang, saling
bertubrukan serta berteriak-teriak ketakutan melihat keranda
yang berjalan sendiri agak jauh dari tempat keramaian itu,
menuju ke kuburan. Sementara itu, disebuah rumah yang terhitung besar, di
sebuah padukuhan yang lain, beberapa orang tengah
menunggu, Dirumah itu tinggal seorang yang termasuk
disegani oleh tetangganya, karena orang itu terhitung orang
yang kaya di padukuhannya. Bukan saja seorang yang kaya,
tetapi ia juga dianggap seorang yang memiliki kemampuan
yang tinggi. Tidak seorangpun yang pernah berprasangka buruk
terhadap Ki Putuhu, pemilik rumah itu meskipun kadang-
kadang satu dua orang tetangganya merasa heran, dari
manakah datangnya kekayaan Ki Putuhu itu. Menilik sawahnya
yang tidak terlalu luas serta sehari-harian ia lebih banyak
dirumah, maka menurut penalaran mereka, penghasilannya
tentu tidak begitu banyak. Sedangkan menurut pengetahuan
tetangga-tetangganya. Ki Pituhu juga tidak pernah
mendapatkan warisan yang cukup, karena orang tuanya juga
bukan orang berada. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun bagi tetangga-tetangganya, Ki Putuhu adalah
seorang yang sangat baik. Ia seorang yang sangat sering
sekali memberikan bantuan kepada orang-orang yang
membutuhkan bantuan kepada orang-orang yang
membutuhkannya. Juga kepada padukuhannya, Ki Putuhu
sering memberikan sumbangan yang berarti.
Tidak seorangpun yang pernah mencurigai bahwa dirumah
Ki Pituhu yang baik itu tinggal beberapa orang yang hari itu
sedang menunggu kehadiran seseorang yang bernama Kebo
Lorog. Ketika dua orang yang bertubuh tinggi tegap dan berwajah
garang berjalan melalui jalan padukuhan, memang tidak
banyak menarik perhatian. Seorang anak muda yang
kebetulan memperhatikan kedua orang itu, sempat juga
bertanya didalam hatinya, siapa sajakah kedua orang yang
lewat itu. Tetapi karena keduanya berada di jalan yang banyak
dilalui orang yang memang tidak dikenalinya, maka anak
muda itu menganggap bahwa keduanya adalah orang yang
lewat sebagaimana orang yang lain. Apalagi kedua orang itu
sama sekali tidak menunjukkan sikap yang mencurigakan.
Mereka berjalan sebagaimana orang lain berjalan. Sedikit
berbincang dan kadang-kadang memperhatikan keadaan
disekitainya. Karena itu maka anak muda itu tidak menghiraukannya
lagi, Sehingga dengan demikian, maka anak muda itu tidak
tahu, bahwa kedua orang itu telah memasuki regol halaman
rumah Ki Putuhu. Kedatangan kedua orang itu telah disambut dengan hangat
oleh orang-orang yang memang sudah nenunggu dirumah Ki
Putuhu, terutama Ki Putuhu sendiri.
"Marilah, kakang" Ki Putuhu itu mempersilahkan.
Kedua orang itupun kemudian naik ke pendapa dan duduk
diantara beberapa orang yang menunggunya.
"Aku sudah menjadi cemas, bahwa kakang tidak jadi
datang hari ini." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah aku sering ingkar janji?" jawab salah seorang dari
kedua orang itu. "Tidak, Kakang Kebo Lorog memang tidak pernah ingkar
janji" desis Ki Putuhu "karena itu, kami sudah menunggu
kakang disini bersama beberapa orang kawan kami,"
"Aku ingin melihat apa yang telah kalian lakukan disini, Aku
sudah mendengar permainan kalian dengan hantu-hantuan
itu," "Apakah cara itu menarik perhatian kakang Kebo Lorog?"
bertanya Ki Putuhu. "Aku sedang mempelajarinya." Jawab Kebo Lorog,
"Besok malam keramaian merti desa itu akan
diselenggarakan, Besok malam kami akan mempertunjukkan
tontonan yang tentu menarik bagi kakang Kebo Lorog."
"Tontonan apa?"
"Keranda itu akan berjalan tidak jauh dari tempat
keramaian itu diadakan."
Sebelum Ki Putuhu berceritera lebih lanjut, Kebo Lorog
sudah tertawa lebih dahulu, Katanya "Kau akan menunjukkan
kepadaku, bagaimana orang-orang padukuhan itu berlarian
kalang kabut." "Ya" Ki Putuhupun tersenyum.
Tetapi Kebo Lorog menggeleng sambil berkata
"Pertunjukan itu belum tentu dapat berlangsung."
"Kenapa?" bertanya Ki Putuhu,
"Sejak sebelumnya orang-orang padukuhan itu sudah
ketakutan. Karena itu, maka mereka tidak akan berani keluar
dari rumah mereka setelah senja turun."
"Tetapi tratag sudah dibuat di sawah Ki Bekel. Nampaknya
keramaian itu tetap akan diadakan." jawab Ki Putuhu.
"Mungkin saja. Tetapi apakah ada yang menonton atau
tidak, kita masih belum dapat memastikannya" berkata Kebo
Lorog. Namun iapun kemudian berkata "Itu tidak penting.
Yang penting bahwa kalian berhasil melakukan tugas kalian
didaerah ini." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami akan menunjukkan kepada Kakang Kebo Lorog. Kami
simpan hasil kerja kami di kuburan."
"Kenapa tidak ditempat ini?" bertanya Kebo Lorog.
"Nampaknya lebih aman disimpan di kuburan itu. Sebagian
dari hasil kerja kami memang dibawa kerumah ini dan
disimpan disini untuk satu dua pekan. Selanjutnya, semua
kami bawa dan simpan di kuburan itu sekaligus sambil
bermain hantu-hantuan."
"Apakah dirumah ini tidak dapat dijamin pengamanannya?"
Ki Putuhu menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Rumah ini
masih terhitung rumah warisan yang akan dimiliki oleh tiga
orang, karena aku masih mempunyai dua orang bersaudara,"
"Dimana 'mereka sekarang?"
"Keduanya perempuan. Mereka ikut suami mereka. Tetapi
kadang mereka datang berkunjung kemari. Aku adalah yang
tertua diantara kami bertiga, sehingga kedua adikku itu
merasa wajib untuk setiap kali datang" jawab Ki Putuhu
"selebihnya aku harus mencurigai orang-orangku sendiri yang
tidak terlibat dalam kerja ini."
"Maksudmu, siapakah mereka itu?"
"Aku mempunyai beberapa orang yang membantu
kesibukan keluarga kami. Ada yang mengurusi ternak dan
kuda. Ada yang mengurusi sawah dan ladang dan ada pula
yang membantu isteriku didapur, mencuci pakaian dan
sebagainya. Aku mengkhawatirkan, bahwa tidak dengan
sengaja mereka menemukan sesuatu yang dapat menarik
perhatian mereka. Karena itu, barang-barang itu tidak boleh
terlalu lama berada disini."
Kebo Lorog mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Kapan
kita akan melihat hasil kerja kalian."
"Besok malam, setelah kita menonton pertunjukan yang
kita harapkan dapat menarik itu." jawab Ki Putuhu.
Kebo Lorog mengangguk-angguk. Namun iapun kemudian
bertanya "Apakah pembantu-pembantumu itu tidak
Hina Kelana 39 Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L Bara Diatas Singgasana 16