Pencarian

Pendekar Bayangan Malaikat 5

Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 5


lagi...." serunya cepat. "Kalau ada urusan utarakanlah
kepadaku dengan segera!"
Sekali lagi si pengemis aneh menghela nafas panjang.
"Perkumpulan kami sejak menderita puklan di dalam
peristiwa kereta maut tempo dulu, dengan diturunkannya
perintah dari pangcu maka seluruh anak murid Kay-pang
dimanapun harus mengadakan penyelidikan yang ketat
terhadap orang-orang yang dicurigai." ujarnya perlahan.
"Siapa sangka, bukan saja sedikit beritapun tidak diperoleh
bahkan anak murid dari perkumpulan kami sering sekali
menemui bencana pembunuhan selama beberapa bulan ini
jumlah orang yang mati dan terluka kurang lebih ada seratus
orang banyaknya, kini perkumpulan kami sedang menyelidiki
asal mulanya peristiwa ini
"Disamping itu pada beberapa waktu ini di dalam dunia
kangouw mendadak sudah muncul sebuah lencana perintah
Kelabang Emas Kiem Wu Leng Pay" barang siapa saja yang
mendapatkan Leng pay ini, perduli sebagaimana lihaynya
kepandaian silat yang mereka miliki di dalam beberapa hari
sudah tentu menemui ajal dengan keadaan sangat
mengerikan, tak seorangpun diantara mereka yang berhasil
lolos dari kematian tersebut."
Mendengar kisah itu, Tan Kia-beng merasakan hatinya rada
bergerak "Tanda perintah Kiem Wu Leng Pay tersebut terbuat dari
bahan apa"...." tiba-tiba selanya. "Siapa saja yang telah
mendapatkan tanda perintah tersebut sehingga menemui
ajalnya" Toako apakah kau memberi jawaban atas
pertanyaanku ini?" Si pengemis aneh rada melengak sejenak akhirnya ia
menghela napas panjang. "Tanda perintah Leng Pay tersebut terbuat dari emas, dan
orang yang sudah memperoleh Leng Pay tersebut kurang lebih
ada enam tujuh orang banyaknya terdiri dari jago-jago
kenamaan dari seluruh partai"
Sembari berkata dari dalam sakunya iapun mengambil
keluar sebuah medali yang terbuat dari emas lantas
diangsurkan ke tangan Tan Kia-beng.
"Haaa.... haaa.... haaa.... mereka sudah memandang tinggi
diriku si pengemis tua ternyata akupun sudah dihadiahi
sebuah medali yang demikian bagus!" katanya sambil tertawa
keras. Dengan air muka serius Tan Kia-beng menerima angsuran
medali emas itu lalu diperiksanya dengan teliti.
Ternyata ukir-ukiran, gaya tulisan serta bentuknya tiada
berbeda dengan medali pualam yang didapatkan dari Thay
Gak Cungcu. Hatinya kontan jadi agak mengerti akan duduknya
persoalan, sehingga tak terasa lagi ia sudah mendengus
dingin. "Hmm! kiranya permainan setan dari pihak Isana Kelabang
Emas...." serunya. "Bagaimana kau bisa tahu kalau perbuatan ini adalah hasil
kerja dari pihak Isana Kelabang Emas?" tanya si pengemis
aneh rada terperanjat. Dari dalam sakunya Tan Kia-beng segera mengambil keluar
daftar hitam tersebut yang kemudian diserahkan ketangan si
pengemis aneh. "Coba kau periksalah, apakah nama dari orang-orang yang
menemui ajalnya juga tercantum di dalam daftar ini?"
Setelah menerima daftar hitam tersebut si pengemis aneh
lantas berjalan keluar dari gardu, dengan meminjam cahaya
rembulan diperiksanya sejenak isinya.
Sebentar kemudian ia sudah menjerit tertahan.
"Aaah! sedikitpun tidak salah. bahkan menurut deretannya!
Daftar ini kau dapatkan dari mana?"
"Daftar nama para jago-jago yang pernah melindungi dan
membantu perjuangan Raja muda Mo Cun-ong!"
"Heeei....! tidak disangka kini sudah menjadi daftar
kemarian dari Raja Akhirat"
Si Hweesio Berangasan yang ada di dalam gardu mendadak
berteriak keras, "Aku tidak percaya akan segala permainan
setan, cepat atau lambat aku tentu akan coba-coba untuk
bergebrak dengan majikan Isana Kelabang Emas!"
"Loo lie! jangan menimbulkan urusan karena mengikuti
nafsu" buru-buru Leng Lam Coa Sin membentak.
Ia lantas menoleh ke arah Tan Kia-beng kemudian sambil
menjura katanya, "Tadi aku dengar Siauwhiap baru saja
pulang dari gurun pasir, entah dari sana kau sudah peroleh
berita apa saja?" Tan Kia-beng lantas menyeritakan seluruh pengalamannya
sewaktu berada di gurun pasir hingga balik lagi ke arah
Tionggoan. Sehabisnya mendengar kisah tersebut Leng Lam Coa Sin
tampak termenung sejenak, akhirnya ia menghela napas
panjang. "Majikan Isana Kelabang Emas sudah bersembunyi selama
puluhan tahun lamanya, jika mereka tidak punya pegangan
tak mungkin dia melakukan suatu tindakan penyerbuan secara
besar besaran ke daerah Selatan. Hanya saja tidak tahu ada
ikatan dendam apa diantara dia dengan orang-orang Bulim
yang di daerah Tionggoan?"
"Menurut perkataan ayahku 'Cu Swie Tiang Cing' beserta
Thiat Bok Tootiang sekalian, ada kemungkinan Majikan Isana
Kelabang Emas ini berasal dari darah Biauw Ciang!"
"Kalau begitu, apa mungkin dia adalah keturunan dari Kiam
Liong Longcu yang berkuasa di daerah suku Biauw tempo
dulu?" mendadak si kakek tongkat perak Thio Cau
menimbrung. "Benar atau tidak pada saat ini lebih baik untuk sementara
kita singkirkan dulu" kata Si pengemis aneh setelah
memandang sekejap keadaan cuaca "Waktu sudah tidak
banyak lagi, harap pangcu suka turunkan perintah!"
"Kalau begitu silahkan mereka masuk semua!" Leng Lam
Coa Sin mengangguk. Si pengemis aneh segera berjalan keluar dari gardu
memberi tanda rahasia sebentar kemudian di dalam kebun
tampak bayangan manusia berkelebat dan tidak membutuhkan
waktu yang lama tanah lapang yang semula kosong kini sudah
terkumpul banyak orang Diam-diam Tan Kia-beng melirik sekejap keluar, tampaklah
walaupun jumlah orang yang hadir sangat banyak tetapi
suasana tetap sunyi senyap, dengan mengikuti aturan
tingkatan mereka duduk mengelilingi gardu
Pada saat itulah Leng Lam Coa Sin sudah bangun berdiri, ia
ulapkan tangannya mempersilahkan sang tamu untuk ikut
keluar. "Hari ini bisa mendapatkan kunjungan dari Siauw-hiap, hal
ini merupakan suatu kejadian yang besar. Mari silahkan
Siauwhiap ikut berjalan keluar untuk menemui semua orang!"
"Urusan ini termasuk urusan rumah tangga pihak Kay-pang"
kata Tan Kia-beng menolak. "Cayhe adalah orang luar
bagaimana boleh ikut serta di dalam hal ini?"
"Kali ini pihak perkumpulan kami sangat membutuhkan
tenagamu, harap kau jangan menolak lagi. Urusan yang lebih
jelas akan aku terangkan nanti" bisik si pengemis aneh dengan
cepat. Kini si pengemis aneh sudah berkata demikian, sudah tentu
Tan Kia-beng merasa tidak enak untuk menolak lagi. Iapun
ikut berjalan keluar dari gardu menemui seluruh anggota Kay-
pang yang berkumpul. Setelah saling berhadap hadapan dengan pengemis-
pengemis itu, Leng Lam Coa Sin lantas memperkenalkan Tan
Kia-beng kepada anak buahnya.
"Saudara ini adalah Tan Sauw hiap yang dinamakan 'It
Kiam Sauw Mo Cay' oleh orang-orang kangouw, dan dialah
merupakan ahli waris dari 'Teh Leng Kauwcu' Han Tan Loo jien
yang pernah menggetarkan dunia kangouw tempo dulu. Sejak
ini hari kalian harus banyak minta petunjuk dari Tan Sauw
hiap" Suara tepukan tangan segera bergema memecahkan
kesunyian. Sambil tersenyum Tan Kia-beng menjura sebagai
tanda ucapan terima kasihnya.
Selesai memperkenalkan diri pemuda tersebut, dengan
wajah serius sambung Leng Lam Coa Sin lebih lanjut, "Pada
beberapa waktu ini sering kali anak murid perkumpulan kita
menemui ajalnya dibunuh orang, hingga ini hari pihak kita
belum juga berhasil menemukan sang pembunuhnya hal ini
boleh dianggap merupakan suatu kejadian yang paling
memalukan sejak berdirinya perkumpulan kita. Barang siapa
yang termasuk anggota perkumpulan Kay-pang sejak ini hari
haruslah berusaha keras untuk membalas dendam atas
kematian dari saudara-saudara kita!"
Berbicara sampai disini, mendadak ia memperendah
suaranya. "Bulan delapan tanggal Lima Belas adalah saat dibukanya
pertemuan puncak para jago di atas gunung Ui-San. jaraknya
dengan malam ini tinggal lima hari lagi. Menurut peraturan
dari nenek moyang kita semua anggota dilarang ikut dalam
pertandingan-pertandingan semacam itu, oleh karenanya dari
pihak kita tak akan mengirim orang untuk ikut serta dalam
pertandingan tersebut. Tetapi ada suatu tugas yang maha berat harus dipikul oleh
kita semua, urusan ini menyangkut nama baik serta rencana
pembalasan dendam perkumpulan kita harap kalian semua
suka memperhatikan dengan serius.
"Sejak malam ini seluruh anggota perkumpulan harus
melakukan suatu penjagaan yang ketat di daerah seluas
seratus lie di sekeliling gunung Ui San. Setiap kali menemui
jejak orang-orang yang dianggap mencurigakan harus segera
kirim kabar dengan menggunakan tanda rahasia perkumpulan
kita kepada Tiang-loo berempat atau Pangcu sendiri, tetapi
dilarang bergerak sendiri, siapa yang berani melanggar
perintah ini akan memperoleh hukuman yang berat".
Selesai memberikan instruksi ia lantas mengulapkan
tangannya. Seketika itu juga bagaikan ratusan ekor burung
yang terbang dilangit, seluruh anggota Kay-pang yang
sedemikian banyaknya hanya di dalam sekejap sudah pergi
semua tak tersisa. Menanti suasana sudah sunyi, Leng Lam Soa Sin baru putar
badan dan berbisik kepada Tan Kia-beng.
"Sauw-hiap! tentunya kau merasa keheranan bukan dengan
tindakan dari perkumpulan kami ini" terus terang saja aku
beritahukan kepadamu. Pertemuan puncak para jago yang
diadakan digunung Ui san kali ini sebenarnya adalah palsu!"
"Palsu"...." tak terasa lagi Tan Kia-beng menjerit
keheranan. "Apa maksudmu?"
Perlahan-lahan Leng Lam Coa Sin menghela napas panjang.
"Sejak munculnya medali emas di dalam dunia kangouw,
hati orang-orang Bulim dibuat kebat kebit setiap hari kiamat
bakal tertimpa di atas badan mereka. Walaupun dari seluruh
partai telah mengirimkan jago-jagoannya untuk melakukan
penyelidikan tetapi seluruhnya balik dengan tanpa hasil.
Selanjutnya mendadak muncul dua orang berkerudung yang
memasuki kuil Siauw-lim-sie dan menemui Ci Si Sangjien, itu
ciangbunjin dari partai Siauw Lim. setelah menceritakan
seluruh kisahnya mereka rela untuk berdiam di dalam kamar
batu kuil Siauw Lim sebagai bakti bahwa apa yang mereka
katakan sama sekali bukan kata-kata kosong belaka.
"Setelah diadakannya pertemuan kilat antara Ci Si Sangjien
dengan beberapa orang hweesio lihay dari kuil Siauw lim
mereka menganggap jika harus mengandalkan kekuatan
sebuah partai saja belum tentu punya pegangan untuk
berhasil, dan bilamana hendak menggunakan tenaga
gabungan dari partai-partai lainnya terasa waktu tidak akan
mengijinkan, apalagi dengan tindakan ini berarti pula
menggebuk rumput mengejutkan.
"Akhirnya diputuskan dengan dipimpin oleh Yen Yen Thaysu
dan mengundang pula Thian Liong Tootiang dari Bu-tong pay
serta Liok-lim Sin Ci bersama-sama menyebarkan undangan
yang mengatakan diadakannya pertemuan puncak digunung
Ui-san. "Mereka ada maksud setelah para jago yang ada dikolong
langit sudah berkumpul semua, kemudian bersama-sama
turun tangan menumpas gerombolan Isana Kelabang Emas"
Mendengar penjelasan tersebut Tan Kia-beng merasa rada
lega, ia menganggap setelah setiap partai mengadakan
persiapan maka dirinyapun tak perlu terlalu mencemaskan
nasib mereka lagi. "Dengan demikian cayhepun bisa berlega hati" katanya
mengangguk. "Kalau memang perkumpulan kalian
memperoleh pertanyaan untuk mendapat tahu berita ini harap
pangcu pun suka merepotkan sedikit tenaga untuk memberi
tenaga kepada seluruh partai bahwa semua kekuatan yang
ada pada Isana Kelabang Emas sudah dibawa masuk semua
ke daerah Tionggoan, harap mereka suka bersiap sedia
menghadapi tindakan curang mereka setiap waktu!"
Leng Lam Coa Sin mengangguk.
Loohu segera akan mengirim berita ini untuk mereka!"
Selesai berkata ia lantas menjura dan bersama-sama si
kakek tongkat perak Thio Cau berlalu dari kebun tersebut.
Kini di dalam kebun tersebut tinggal Hong Jen Sam Yu
beserta Tan Kia-beng empat orang.
Mendadak pemuda itu teringat kembali bahwa si pengemis
aneh itupun sudah mendapat sebuah medali emas, tak terasa
lagi sambil tersenyum ia sudah menoleh ke arahnya.
"Toako! medali emasmu sudah ada berapa hari?"
"Tujuh hari!" "Haaa.... haaa.... haaa.... aku si pengemis tua yang telah
berkelana dalam Bulim sejak kecil, belum pernah pikirkan mati
hidupku di dalam hati" seru sang pengemis aneh sambil
tertawa tergelak. "Jikalau dikatakan dalam batas waktu yang
terakhir mereka hendak mencabut nyawa tuaku, aku masih
merasa rada kurang percaya!"
"Haaa....haaa.... kau tidak percaya bukan" aku pikir
simalaikat pencabut nyawa sudah tiba disini!"
"Apakah kau sudah menemukan tanda bahaya?" teriak si
pengemis aneh agak terperanjat.
Buru-buru Tan Kia-beng goyang tangan mencegah dia


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

banyak bicara, kebalik tumbuhan bunga yang lebat.
Pada waktu itulah dari luar tembok pekarangan melayang
datang dua orang manusia, setelah mengitari satu kali
sekeliling tempat itu mendadak terdengarlah salah satu di
antara mereka buka suara, "Terang terangan aku dengar
orang berkata bahwa pada malam ini pihak Kay-pang hendak
mengadakan pertemuan disini, kenapa sesosok bayanganpun
tidak kelihatan?" "Kemungkinan sekali beritamu kurang cocok!" sambung
orang yang lain sambil tertawa dingin.
"Omong kosong, selamanya aku Leng-tiong It-koay belum
pernah salah dengar!"
Mendadak.... dari balik tembok berkumandang suara
tertawa cekikikan dari seseorang.
"Hiii.... hii.... hiii.... cuma sayang malam ini kau sudah
menubruk angin!" Terasalah angin dingin menyambar lewat bagaikan
sepasang kupu-kupu terlihatlah dua orang gadis berbaju
merah tahu-tahu sudah melayang masuk ke dalam kebun
tersebut. Si pengemis aneh yang diam-diam mengintip dari balik
pepohonan saat ini hatinya rasa sangat terperanjat.
Ia kenal dengan dua orang yang berjalan masuk terlebih
dahulu mereka adalah si "Siauw Bian Tui Hun Giok Pang
Kwan" atau sihakim pulam berwajah ketawa Cu Ti dan yang
lain adalah "Leng-tiong It-koay" atau si manusia aneh dari daerah Leng Tiong yang terkenal akan sepasang cakar
mautnya. Sedang dua orang perempuan yang datang terakhir bukan
lain adalah sepasang wanita cabul dari Biauw heng beradik
keluarga Yen yang terkenal akan keganasannya.
Diantara mereka berempat boleh dikata tak seorangpun
yang boleh dianggap enteng.
Agaknya Leng-tiong It-koay dibuat gusar juga oleh ejekan
mereka ia mendengus dingin.
"Kalian jangan keburu merasa bangga dulu" teriaknya.
"Waktu masih ada tiga hari buat kelian, jika di dalam tiga hari kamu tak berhasil menemukan pengemis itu maka wajah
kalian akan sama saja tak bercahaya lagi"
Mendengar ucapan itu sihakim pualam berwajah ketawa
segera tertawa tergelak. "Haa haa haa.... menurut orang-orang dunia kangouw
katanya Hong Jen Sam Yu adalah manusia yang luar biasa.
Tetapi menurut penglihatan aku orang she Cu ia tak lebih
hanyalah kura-kura yang takut mati!"
Baru saja suara tertawanya sirap, mendadak dari antara
pepohonan muncul suara bentakan yang amat keras.
"Kentut anjingnya makmu!"
Sreet! muncullah seorang hweesio yang gemuk besar di
depan orang-orang itu. Sambil menuding ke arah sang hakim
pualam berwajah ketawa bentaknya keras.
"Hey orang she Cu, kau terhitung manusia macam apa"
berani betul memaki Hong Jen Sam Yu!"
Melihat munculnya sang hweesio berangasan dan
mendengar pula suara makiannya, ternyata sihakim pualam
berwajah ketawa sama sekali tidak jadi gusar. Sebaliknya
malah tertawa haha hihi. "Gelar dari aku orang she Cu adalah si hakim pualam
pencabut nyawa, aku pikir tentu kau tahu bukan apa maksud
kedatanganku, malam ini terpaksa aku harus berbuat salah
kepada kalian Hong Jen Sam Yu."
"Mengandalkan dirimu?" gembor si hweesio berangasan tak
tahan lagi. Tubuhnya segera menerjang ke depan sedang sepasang
telapak tangannya bersama-sama didorong ke depan untuk
menyerang. "Loo-jie tunggu sebentar!" cegah si pengemis aneh sambil
meloncat keluar dari tempat persembunyiannya. "Biar aku
tanyai dulu dirinya." Ia lantas putar kepalanya menghadap ke
arah sihakim pualam berwajah ketawa ujarnya sambil
menjura, "Sejak aku si pengemis tua terjun ke dalam dunia
kangouw, percaya belum pernah melakukan kesalahan
terhadap kawan-kawan Bulim. Entah apa maksud kedatangan
saudara pada malam ini?"
Terang-terangan ia mengerti kalau orang-orang ini
kebanyakan sudah dibeli oleh pihak Isana Kelabang Emas
untuk bantu mereka, tapi justru ditanyakan di depan mereka.
Leng-tiong It-koay mendengus dingin.
"Apa gunanya membicarakan persoalan yang sama sekali
tak berguna?" serunya dingin. "Malam ini kebun tak terpakai dari bangunan keluarga Cau ini akan merupakan tempat
bersemayam kalian Hong Jen Sam Yu. Sedangkan mengenai
apa sebabnya, lebih baik kalian cari berita saja setelah tiba di
istana Raja Akhirat!"
"Haa.... haa.... haa.... tidak kusangka kawan-kawan Bulim
dari sekitar daerah Thian Lam ternyata suka menjadi kaki
tangan dan anjing peliharaan Isana Kelabang Emas" tiba-tiba
si toosu dengkil menimbrung sambil tertawa tergelak. "Kalau
memang kalian begitu bernafsu membinasakan kami Hong Jen
Sam Yu, mari.... tiada halangan kita selesaikan soal ini dengan
mengandalkan kepandaian sendiri sendiri!"
"Heee.... heee.... heee.... Saudara! sungguh tetap
omonganmu...." seru sihakim pualam berwajah ketawa sambil
tertawa dingin tiada hentinya. "Kita putuskan demikian saja.
Ayoh siapa orang pertama yang ingin cari mati?"
Mendadak si hweesio berangasan meloncat maju ke depan.
"Biar Hud ya mu coba-coba dulu kekuatanmu!" bentaknya
keras. Telapak tangannya dengan sejajar dada segera dibabat ke
depan, angin pukulan menderu deru menggidikkan hati.
Si hweesio berangasan ini memang sangat terkenal akan
kekuatan pukulannya, sudah tentu serangan yang dilancarkan
olehnya bagaikan tiupan angin topan.
Melihat datangnya serangan tersebut senyuman yang
semula menghiasi bibir sihakim pualam berwajah ketawa
lenyap tak berbekas. telapak tangannya segera disilahkan di
depan dada mengunci datangnya serangan.
Tak terhindar lagi dua gulung tenaga terbentur satu sama
lainnya menimbulkan suara getaran yang amat keras.
Masing-masing pihak sama-sama mundur dua langkah ke
belakang terkena daya pantulan bentrokan tersebut.
Si hweesio berangasan segera pentangkan perutnya yang
besar, sambil gertak gigi kencang-kencang sekali lagi ia
melancarkan serangan ke depan.
Sihakim pualam berwajah ketawa yang melihat datangnya
serangan amat hebat bagaikan gulungan ombak di tengah
amukan taupan, dengan bersikeras ia tak mau mundur.
Telapak tangannya dengan cepat dibentangkan lalu
mengirim pula satu pukulan menyambut datangnya serangan
tersebut. "Braaa....! Bluuum!" angin pukulan memecah keempat
penjuru, sekali lagi masing-masing pihak tergetar mundur dua
langkah ke belakang. Cara bertempur semacam ini merupakan suatu
pertempuran yang paling banyak mengorbankan hawa murni,
setelah bentrokan kedua terjadi, air muka si hakim pualam
berwajah ketawa yang semula putih bersih seketika itu juga
berubah menjadi coklat bagaikan kecap. Secara samar-samar
kelihatan dadanya naik turun tak teratur.
Jelas darah panas sudah bergolak dengan amat keras di
dalam rongga dadanya. Sedangkan si hweesio berangasan sendiri pun melototkan
sepasang matanya bulat, perutnya yang amat besarpun naik
turun tiada teratur. Jelas iapun tidak mendapatkan
keuntungan apapun dari bentrokan tersebut.
Sang pengemis aneh yang menonton jalannya pertempuran
dari samping kalangan segera merasa bahwa cara bertempur
semacam ini tidak bakal mendatangkan keuntungan.
Akhirnya masing-masing pihak sama-sama akan menderita
luka dalam yang parah, untuk mencegah hal tersebut
badannya segera bergerak maju siap-siap menghalangi
perbuatan tersebut lebih lanjut.
Tapi belum sempat ia mengucapkan sesuatu, Leng-tiong It-
koay sudah melayang ke depan menghalangi jalan perginya.
"Heee.... heee.... heee.... jika saudara menganggap
seharusnya berjalan paling depan. biarlah loohu meluluskan
permintaanmu itu" jengeknya sambil tertawa dingin.
"Hmmm! dengan mengandalkan permainanmu, aku rasa
belum tentu niatmu bisa terlaksana!"
"Loohu pun sudah tahu bila kau tidak sampai disungai
Huang Hoo tak akan matikah niatmu!"
Sembari berkata sepuluh jari tangannya yang kurus kurus
bagaikan biting segera diangkat ke atas, sepasang matanya
memancarkan cahaya kehijau-hijauan dan melototi diri si
pengemis aneh tak berkedip, jelas ia sedang mengumpulkan
hawa murninya. Dari pihak si pengemis aneh sendiri pun mengerti bila dari
antara keempat orang itu hanya siluman tua ini saja yang
paling sukar dirubuhkan. Oleh karena itu secara diam-diam
iapun mengumpulkan tenaga Kun Yen Tong Ci Kang yang
dilatihnya selama puluhan tahun ini siap-siap menghadapi
sesuatu Sewaktu masing-masing pihak sedang bersiap-siap hendak
melangsungkan suatu pertempuran yang maha sengit itulah
mendadak.... "Aku kira siapa yang berani datang kemari mempamerkan
kekuatannya, tidak nyana cuma beberapa gelintir anjing
peliharaan orang.... Serentetan suara yang amat dingin
berkumandang keluar dari balik pepohonan "Toa-ko! lebih baik
kau beristirahat saja d sisi kalangan, biarlah aku yang turun
tangan menghadapi dirinya!"
Muncullah suara manusia secara mendadak ini benar-benar
membuat Leng-tiong It-koay merasa terperanjat. Dengan
cepat ia mendongakkan kepalanya ke atas.
Tampaklah seorang sastrawan berwajah putih mulus yang
berusia kurang lebih dua puluh tahunan sudah berdiri dengan
tenang disana. Tak terasa lagi ia tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... inikah orang yang kau mintai bala
bantuannya?" "Hmmm! matamu benar-benar buta" diam-diam maki si
pengemis aneh dalam hatinya. "Kau jangan terlalu pandang
rendah si manusia cilik ini, nanti kau bakal peroleh suatu
pemindangan yang indah"
Walaupun dalam hati berpikir tetapi air mukanya sama
sekali tidak berubah. "Boleh dikata demikian" sahutnya. "Cuma orang ini bukan orang luar, dia adalah saudara kecilmu dan bersama Tan Kia-beng!"
Selesai berkata badannya segera melayang mundur ke arah
belakang, bukan si pengemis aneh saja yang mundur bahkan
si hweesio berangasan pun mengundurkan dirinya ke
belakang. "Baiklah, biar bagianku inipun aku serahkan buatmu" teriak sang hweesio tersebut keras keras.
Tubuhnya berkelebat cepat tahu-tahu ia sudah mundur
delapan depa ke arah belakang.
Dengan adanya kejadian ini, Leng-tiong It-koay serta si
Hakim pualam berwajah ketawa jadi dibuat bingung dan
melongo longo Setelah tertegun beberapa saat lamanya mendadak si
Hakim Pualam berwajah ketawa tertawa dingin tiada hentinya.
"Heee.... heeeheee.... pengemis aneh! Lebih baik kau
jangan main setan dihadapan yayamu kau ingin menggunakan
kesempatan ini untuk melarikan diri" Hmm! Aku rasa tidak ada
urusan yang demikian gampangnya!"
Si sastrawan muda yang munculkan dirinya tadi bukan lain
adalah Tan Kia-beng, saat ini terdengarlah dia tertawa dingin
tiada hentinya. "Heeeheeeheee.... aku takut yang melarikan diri bukan
Hong Jen Sam Yu melainkan kemungkinan sekali kalian yang
bakal lari. Sekarang aku kasih waktu buat kalian untuk segera
tinggalkan kebun bekas keluarga Cau ini. Jikalau sampai
mengulur waktu lagi.... seorangpun diantara kalian jangan
harap bisa lolos dari sini!"
Leng-tiong It-koay mendengar perkataan tersebut sangat
gusar. "Heee.... heee.... heee.... bangsat! sungguh sombong amat
dirimu" teriaknya sambil tertawa dingin "Berani benar kau
berbicara sembarangan dihadapan Loohu, apa kau sungguh
sungguh sudah bosan hidup?"
Sepasang tangannya segera dipentangkan lebar-lebar lalu
dibabat dari samping. Ilmu cakar "To Kut Im Hong Cau" dari Leng-tiong It-koay
memang sudah merajai dimana pun, jago-jago lihay baik dari
kalangan Hek-to maupun dari kalangan Pek-to yang menemui
ajalnya dibawah sepasang cengkeramannya itu entah sudah
ada berapa banyaknya. Apalagi serangan barusan ini dilancarkan dalam keadaan
gusar, kehebatannya benar-benar sangat mengejutkan.
Begitu sepasang cengkeramannya dilancarkan ke depan,
segulung angin pukulan yang amat dingin serasa menusuk
tulang dengan diikuti lapisan hawa hitam bagaikan selembar
sarang laba laba segera mengurung ke arah bawah.
Menanti angin pukulan yang berhawa dingin itu hampir
menempel dengan badan pihak musuh, mendadak
pandangannya terasa kabur bayangan musuh lenyap tak
berbekas diikuti suara gemerisik memenuhi angkasa.
Debu, pasir bercampur dengan rerumputan bermuncratan
keempat penjuru terkena hantamannya yang maha dahsyat
itu. "Aduuh....! suatu ilmu mencengkeram To Kut Im Hong Cau
yang sangat lihay...." ejek Tan Kia-beng sambil tertawa.
Leng-tiong It-koay kembali putar badan sepasang cakarnya
dikebaskan ke depan siap-siap melancarkan serangan kembali.
Mendadak terasalah bayangan merah berkelebat lewat.
"Biauw-leng Siang-ciauw" atau sepasang wanita cantik dari
Biauw-leng sudah bersama-sama meloncat ke depan.
"Eeei siluman tua! kau beristirahatlah" teriaknya hampir
berbareng. "Biarlah encimu yang jumpai jagoan lihay ini."
Melihat munculnya kedua orang perempuan tersebut ke
dalam kalangan, si pengemis aneh yang ada disisi kalangan
segera berseru memberi peringatan.
"Mereka adalah Sepasang wanita cantik dari daerah Biauw,
ilmu menubruk obat pemabok serta racun-racun dihitung
nomor wahid dari seluruh kolong langit."


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hi hi hi.... eei pengemis tua! lebih baik kau jangan banyak
buang lidah" tegur Yen Giok Yauw, itu perempuan yang tertua
dari "Biauw-leng Siang-ciauw" sambil tertawa cekikikan.
"Menghadapi saudara cilik ini, aku Yen Giok Kiauw tidak akan
menggunakan cara semacam itu.
Tan Kia-beng segera tertawa panjang.
"Haa.... haa....haa.... jika kalian punya kepandaian, aku
nasehati lebih baik dikeluarkan semua pada kesempatan ini,
karena setelah kesempatan bagus hilang aku takut kalian tak
bakal bisa mengeluarkan ilmu simpanan kalian lagi!"
"Eeei.... buat apa kau begitu congkak?" tegur Yen Giok
Pang anggota yang termuda dari "Biauw-leng Siang-ciauw"
sambil cibirkan bibirnya.
"Waktu sudah tidak pagi lagi" perlahan-lahan Tan Kia-beng
dongakkan wajahnya ke atas. "Lebih baik kalian berempat
turun tangan berbareng daripada siauw-ya mu harus
menggebah kalian satu persatu!"
Pada saat ini sihakim pualam berwajah ketawa Cu Ti pun
telah menyalurkan hawa murninya keseluruh tubuh. Sewaktu
dilihatnya keadaan di tengah kalangan dimana kekuatan
masing-masing pihak adalah seimbang, dalam hati lantas
punya dugaan bahwa untuk menangkap Hong Jen Sam Yu
pada malam ini bukanlah suatu pekerjaan yang gampang.
Mengingat tugas yang dibebankan ke atas pundaknya,
hatinyapun jadi cemas, pikirnya.
"Bangsat cilik ini agaknya dia mirip sekali dengan sianakan
iblis yang tersiar dalam dunia kangouw, jika dia memang
benar adalah orang itu, aku rasa urusan malam ini rada sedikit
repot." Berpikir sampai disini tak terasa lagi ia sudah alihkan sinar
matanya ke arah Leng-tiong It-koay karena dialah otak dan
pemimpin dari pada misi kali ini, apalagi ilmu silatnyapun jauh
lebih lihay dari lain-lainnya.
Siapa sangka, terhadap Tan Kia-beng agaknya si orang tua
itu sama sekali tidak pikirkan dalam hati, sepasang matanya
masih melototi diri si pengemis aneh tajam tajam, di dalam
anggapannya sang hakim pualam mengira bahwa kawannya
belum sampai berpikir apa yang dipikirkan saat ini.
JILID: 10 Tak terasa lagi kakinya mulai bergeser maju ke depan
lambat-lambat. Pada saat ini baik Biauw-leng Siang-ciauw maupun Tan Kia-
beng agaknya masing-masing orang tiada bermaksud untuk
turun tangan. Sebabnya karena Tan Kia-beng setelah bertemu
dengan Yen Giok Fang mendadak ia teringat kembali akan diri
"Pek Ih Loo Sat" Hu Siauw-cian.
Ia merasa kepergian gadis itu ke gurun pasir merupakan
suatu perjalanan yang sangat membahayakan. ia berharap
gadis tersebut bisa menemui ayahnya sehingga tidak sampai
menimbulkan kesulitan. Dari Hu Siauw-cian ia teringat pula akan Mo Tan-hong. Ia
merasa setelah majikan Isana Kelabang Emas membawa anak
buahnya memasuki daerah Tionggoan, kecuali mencari balas
terhadap orang-orang yang namanya tercantum di dalam
daftar hitam tersebut tujuan mereka yang paling utama adalah
Mo Tan-hong satu-satunya keturunan dari Raja muda Mo Cun-
ong. Entah pada saat ini masihkah gadis tersebut berada di
dalam biara bersama-sama dengan Sam Kuang Sinnie"
Saking kesemsemnya melamun pemuda tersebut jadi lupa
keadaan sendiri yang lagi menghadapi musuh.
Biauw-leng Siauw Cian sejak kecil dibesarkan di daerah
suku Biauw, terhadap soal cinta kasih antara lelaki perempuan
mereka jauh lebih mengerti dari pada orang-orang didaratan
Tionggoan. Sewaktu dilihatnya sikap Tan Kia-beng amat gagah dihati
mereka sejak tadi sudah tertera rasa simpatik, apalagi melihat
pemuda tersebut mendadak berdiri termangu-mangu sehingga
lupa turun tangan. mereka menganggap pemuda itu sudah
kesemsem dan jatuh hati oleh kecantikan wajah mereka.
Tak terasa lagi kakak beradik itu saling bertukar pandangan
sekejap lalu tertawa. Lebih-lebih Yen Giok Fang yang jauh lebih muda dari
encinya, tindak tanduknya masih sangat polos dan lincah.
ternyata ia sudah meloncat ke depan sambil menarik ujung
pakaian pemuda tersebut. "Eeei.... kutu buku! apa yang sedang kau pikirkan?"
godanya sambil tertawa cekikikan
Karena dalam hati Tan Kia-beng sedang memikirkan Mo
Tan-hong, setelah ditegur wajahnya kontan dibuat jadi merah
padam. "Haaakh.... tidak.... tidak.... aku tidak pikir apa-apa!"
Gerak geriknya yang gugup dan gelagapan ini membuat
Yen Giok Fang semakin yakin lagi bila apa yang dipikirkan
semula tidak salah, sekali lagi ia tertawa cekikikan.
"Eeei.... jika aku lihat luaranmu kelihatannya jujur dan
pendiam, tidak disangka hatimu ternyata suka membohong...."
Dengan genit ia mengerling sekejap ke arahnya, lalu
tambahnya, "Eeeie! siapa namamu?" agaknya aku pernah
bertemu dengan dirimu disuatu tempat!"
Pada saat ini Tan Kia-beng sudah berhasil menenangkan
hatinya, melihat ujung bajunya ditarik tarik oleh gadis
tersebut, buru-buru ia mengebut dengan keras.
"Aku harap kau sedikit tahu kesopanan, antara kau dengan
diriku tiada ikatan ataupun hubungan apapun, kenapa kau
tarik tarik ujung pakaianku?" tegurnya.
Pada mulanya Yen Giok Fang dibuat melengak juga oleh
pemuda itu, tetapi sebentar kemudian ia sudah tertawa
merdu. "Ooouw.... sekarang aku tahu sudah! dalam hatimu
tentunya kau sedang memikirkan sesuatu bukan?" tetapi
disebabkan aku sudah bocorkan rahasiamu ini, dihadapan
banyak orang kawan kawanmu kau merasa sedikit tidak enak
bukan?" Tan Kia-beng kerutkan dahinya, selagi bermaksud hendak
turun tangan, mendadak....
Segulung angin pukulan yang enah tapi hebat menyambar
datang dari belakang tubuhnya langsung menggulung ke arah
tubuh Yen Giok Fang. Merasakan datangnya serangan, gadis itu jadi tertegun,
kemudian teriaknya keras.
"Kau berani memukul aku?"
Ujung bajunya berkibar, mendadak ia meloncat mundur
sejauh lima depa ke arah belakang.
Terasalah bayangan putih berkelebat lewat, tahu-tahu Hu
Siauw-cian sudah munculkan dirinya dibelakang tubuh Tan
Kia-beng. "Hmmmm! belum pernah aku menemui seorang gadis yang
tidak tahu malu semacam kau!" teriaknya dingin sambil
menuding ke arah gadis tersebut. "Nonamu bukan saja ingin
menghajar dirimu. bahkan aku hendak cabut sekalian
nyawamu!" Pada mulanya Yen Giok Fang mengira datangnya angin
pukulan berhawa lunak tersebut berasal dari Tan Kia-beng,
oleh karena itu dengan genit ia berteriak keras.
Kini secara mendadak melihat pula dari balik punggung
pemuda itu muncul seorang dara cantik yang memakai baju
putih, dengan perasaan semakin heran ia berdiri termangu-
mangu. Sebaliknya Tan Kia-beng yang melihat munculnya dara itu
bukan adalah Hu Siauw-cian, ia jadi amat kegirangan.
"Siauw Cian! kau sudah kembali?" sapanya buru-buru.
"Jadi kau mengharap aku mati di gurun pasir?"
Dengan nada kurang senang dan sedikit pun tidak menoleh
si "Pek Ih Loo Sat" memberikan jawabannya.
Ketika senang gadis ini mungkin sekali dikarenakan
peristiwa Yan Giok Peng berusaha, tetapi hati Tan Kia-beng
sedang kebingungan, mana mungkin dia bisa berpikir sampai
disitu. di dalam anggapannya dara cantik ini masih menaruh
rasa gusar terhadap dirinya.
Tak terasa lagi dengan nada menyesal ujarnya, "Siauw Cian
sewaktu berada di gurun pasir aku pernah mencari berita
tentang dirimu, akhirnya dari mulut si Si Dara Berbaju Hijau
aku baru tahu kalau kau aman dan tak terjadi sesuatu urusan,
karenanya dengan hati lega aku lantas kembali lagi ke daerah
Tionggoan. bersamaan itu pula karena waktu diadakannya
pertemuan puncak para jago digunung Ui San sudah hampir
tiba!" Tiba-tiba Hu Siauw-cian tertawa terkekeh-kekeh.
Terima kasih atas perhatianmu" serunya "Hanya.... entah
masih ingatkah dirimu dengan Cuncu tersebut?"
"Dia kenapa?" teriak Tan Kia-beng kaget.
"Diculik orang entah kemana, katanya Sam Kuang Sinnie
sendiri pun juga menderita luka dalam yang parah!"
"Ada urusan begini?" mendadak Tan Kia-beng meloncat ke
depan memegangi pundaknya mendesak lebih lanjut.
"Mau percaya atau tidak itu terserah dirimu sendiri, ayahku
serta Ui Liong Tootiang secara berpencar sedang mengadakan
pengejaran, masih ada lagi seorang yang bernama.... si asap
mega selaksa li juga ikut melakukan pengejaran.
Dengan tiada sedikit perubahanpun di atas wajahnya Hu
Siauw-ciang memberikan jawaban!
Peristiwa yang tak terduga betul-betul sudah terjadi diam-
diam Tan Kia-beng merasa gemas karena tak dapat segera
mengadakan pencarian, tetapi ia memperoleh suatu berita
yang tiada berujung pangkal, harus pergi kemanakah ia
mencari" Selagi ia bermaksud bertanya kepada Pek Ih Loo Sat lebih
lanjut, situasi di tengah kalangan tidak mengijinkan ia banyak
buang waktu lagi. Biauw-leng Siang-ciauw bersama-sama sudah melancarkan
serangan ke arah Hu Siauw-cian.
Sepasang kakak beradik ini sejak kecil sudah memperoleh
didikan ilmu silat yang lihay dari seorang jagoan lihay yang
telah mengasingkan diri, setelah dicuci pula tulang-tulang
mereka dengan menggunakan berbagai alat mujarab yang
dikumpulkan orang lihay itu hal ini membuat dasar badan
mereka jadi sangat kuat. Apalagi saat ini mereka turun tangan bersama-sama,
kedahsyatannya tak bisa dibayangkan.
Pada waktu itu Hu Siauw-cian pun sedang gemas dan
mendongkol, ia segera mengumbar hawa amarahnya ke atas
badan kedua orang gadis tersebut.
Begitu turun tangan ia segera mengeluarkan ilmu "Swee Oh
Peng Hun Sam Tiap Sie"nya yang lihay seketika itu juga hawa
dingin berdesir memenuhi angkasa. bayangan telapak
menyambar lewat selapis demi selapis, hal ini membuat
suasana amat tegang. Dibawah sorotan sinar rembulan, dua buah cahaya merah
saling berkelebat, saling menyambar dengan serentetan
cahaya putih, hanya di dalam sekejap mata tiga gulung warna
tersebut sudah bergumul menjadi satu.
Suatu pertempuran yang amat sengitpun segera
berlangsung di tengah kalangan.
Selamanya Tan Kia-beng paling tidak suka melihat kaum
gadis berkelahi, setelah dilihatnya Hu Siauw-cian terjunkan diri
ke dalam kalangan, iapun merasa wegah untuk ikut campur.
Badannya segera meleset ke samping Leng-tiong It-koay.
"Sebenarnya siauw-ya mu tidak ingin mencari onar dengan
kalian semua...." katanya dingin. "Cuma kamu semua tidak
tahu diri hal ini tak bisa salahkan aku harus mengusir kalian
dengan kekerasan!" Pada saat ini Leng-tiong It-koay pun sudah tahu siapakah
pihak lawannya, tetapi dasar sifatnya yang ganas dan tidak
mau mengalah kepada siapapun, mana mungkin dia suka
perlihatkan kelemahannya dihadapan orang lain"
Terdengarlah si orang tua itu tertawa dingin tiada
hentinya.... "Heee.... heee.... heee.... orang lain mungkin merasa jeri
terhadap kepandaian silat aliran Teh-leng-bun, tetapi Loohu
tak akan memandang sebelah mata pun terhadap dirimu ayoh
serahkan nyawamu" teriaknya keras.
Tubuhnya mendadak menerjang ke depan telapak
tangannya laksana sambaran petir menyambar ke depan
mencengkeram jalan darah "Ci Cian Hiat" pada tubuh semua
musuh, jari tangan belum sampai lima gulung hawa pukulan
yang berhawa dingin sudah menerjang datang merembes
masuk ke dalam tulang. Tan Kia-beng tidak menduga bila pihak lawannya bisa
melancarkan serangan secepat itu. badannya terasa agak
bergidik juga oleh datangnya serangan tersebut.
Buru-buru ia menarik napas panjang-panjang, hawa
murninya segera disalurkan mengelilingi seluruh tubuh. Tanpa
berkelit atau menghindari lagi telapak tangannya mendadak
dibabat ke depan menyambut datangnya serangan lawan.
Ilmu cengkeram "To Kut Im Hong Cau" dari Leng-tiong It-
koay ini dapat melukai orang dengan tanpa berwujud, sewaktu
dilihatnya Tan Kia-beng sama sekali tidak menghindarkan diri
dari datangnya serangan tersebut bahkan mengirim satu
serangan balasan, diam-diam makinya dalam hati, "Anjing
cilik! agaknya kau sudah bosan hidup di dalam dunia!"
Sang telapak tangan segera ditekuk ke bawah, sepuluh jari
dipentangkan lebar-lebar kemudian dari luar menuju ke dalam
mencengkeram ke arah kiri serta kanan lawan.
Serangannya ini benar-benar amat ganas.
Dalam hati Tan Kia-beng ada maksud hendak melakukan
suatu pertarungan cepat, mendadak ia menarik nafas panjang-
panjang hingga dadanya menekuk, tubuhnya sambil mundur
ke belakang bentaknya keras
"Kau pergilah dari sini!"
Seketika itu juga ia melancarkan serangan dahsyat dengan
menggunakan jurus "Jiet Ceng Tiong Thian".
Angin pukulan serasa tiupan angin taupan dengan dahsyat
menggulung ke arah depan menyambar apa saja yang
menghalang.... terdengarlah suara jeritan ngeri yang
menyayatkan hati berkumandang memenuhi angkasa. tubuh
Leng-tiong It-koay tahu-tahu sudah terpukul mencelat sejauh
satu kaki lebih dari tempat semula.
Untung saja tenaga lweekangnya amat sempurna, setelah
dirasakan datangnya serangan pihak musuh sukar ditahan,
dengan cepat ia menarik kembali hawa murninya untuk


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melindungi isi perutnya. Oleh sebab itu sewaktu melayang turun ke atas permukaan
tanah, ia masih berhasil mempertahankan sikapnya dengan
kaki ada di bawah. Setelah berdiam sejenak, akhirnya dari mulutnya
muntahkan darah segar berulang kali matanya buru-buru
dipejamkan mengatur pernapasan. Ia tidak berani banyak
berkutik lagi. Melihat kejadian itu dalam hati si pengemis aneh itu merasa
sangat terperanjat, pikirnya dalam hati, "Ilmu silat dari bocah cilik ini benar-benar lihaynya luar biasa. tidak tidak bertemu
selama beberapa bulan ternyata tenaga dalamnya sudah
memperoleh kemajuan sampai taraf yang demikian
tingginya...." Dalam keadaan girang ia tidak ingin menanamkan bibit
permusuhan yang lebih banyak lagi bagi pemuda tersebut,
badannya dengan cepat meloncat ke depan dan melayang
kesisi tubuh Leng-tiong It-koay.
"Tiong-heng! bagaimana dengan lukamu?" tanyanya
dengan penuh kekuatiran. "di dalam saku aku si pengemis tua
ada obat mujarap. bagaimana kalau kau telah dua butir?"
"Hey pengemis busuk, lebih baik jangan bersikap kucing
menangisi tikus luka yang kecil ini loohu percaya masih bisa
mempertahankan diri sendiri" seru Leng-tiong It-koay sambil
pentang matanya lebar-lebar dan tertawa sedih.
Mendengar perkataan tersebut si pengemis aneh segera
tertawa terbahak-bahak. "Haaa.... haaa.... haaa.... selama hidup aku si pengemis tua
masih bisa membedakan mana yang baik mana yang jahat,
walaupun kau ada maksud tidak baik terhadap diriku, tetapi
aku sama sekali tiada bermaksud jelek terhadap dirimu, aku
cuma merasa sayang aku yang suka digunakan orang lain
apakah merasa tidak menyesal karena nama baikmu selama
ini bakal hancur dalam sekejap mata?"
Dengan perasaan sedih Leng-tiong It-koay menunduk.
"Apakah maksud tujuan dari Isana Kelabang Emas, untuk
sementara waktu jangan kita bicarakan" sambung si pengemis
aneh lebih lanjut.... "Cukup kita tinjau dari sikap serta gerak geriknya yang seperti orang edan, membunuh sana menjagal
sini.... hal ini jelas memperlihatkan kalau dia bukan seorang
yang mulia. Buat apa Tiong heng begitu ngotot dan suka
mempercayai orang lain yang gemar bermusuhan dengan
orang-orang Bulim yang ada didaratan Tionggoan" Tiong
heng! aku harap kau suka berpikir tiga kali sebelum
bertindak!" Dengan sedih Leng-tiong It-koay menggeleng lalu
menghela napas panjang, mendadak ia mencelat ke tengah
udara kemudian dengan gerakan yang cepat bagaikan
sambaran kilat meloncat keluar melewati tembok pekarangan.
Tindakannya ini jelas membuktikan bila si iblis tua tersebut
sudah menerima nasehat dari pengemis aneh dan menyesali
perbuatannya, cuma saja ia tidak ingin memperlihatkan
sikapnya itu secara terbuka.
Leng-tiong It-koay adalah pentolah pada rombongan
beberapa orang itu, kini setelah dia berlalu hal ini memaksa si
Hakim Pualam berwajah ketawa jadi serba salah....
Selembar mulut dari toosu dekil selamanya tidak pernah
mengampuni siapapun, terdengar dia tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... Mau maju tak berhasil menyabut
nyawa yang dikejar, mau mundurpun susah memberikan
pertanggungan jawab dihadapan sang Majikan, jika aku
adalah si Hakim pualam berwajah ketawa maka tanpa pikir
panjang lagi lantas mencari tampat untuk bersembunyi
sehingga tidak sampai nyawa sendiripun kena dikejar orang."
mendengar sindiran tersebut si Hakim pualam berwajah
Ketawa benar-benar merasa malu bercampur gusar, ia tertawa
dingin tiada hentinya. "Toosu busuk!" teriaknya keras. "Kau tidak usah
mengandalkan kekuatan orang lain datang mengejek diriku,
pokoknya dilain waktu jika kita bertemu kembali asalkan aku
orang she Cu masih bernapas tentu tak akan kuampuni
dirimu" Selesai berkata dengan wajah amat gusar ia meloncat
keluar dari tembok pekarangan dan berlalu.
Si pengemis aneh mengerti bila orang-orang ini kebanyakan
datang kemari karena sedang menjalankan perintah, oleh
sebab itu ia tidak ingin menanam banyak permusuhan dengan
orang lain. Melihat musuhnya berlalu ia sama sekali tidak
turun tangan mencegah. Tan Kia-beng sendiripun pada saat ini berdiri di tengah
kalangan dengan amat tenang, sepasang matanya tiada
hentinya memperhatikan pertempuran yang sedang
berlangsung di tengah kalangan antara Hu Siauw-ciang
melawan Biauw-leng Siang-ciauw.
Ia merasa kepandaian silat yang dimiliki sepasang
perempuan cantik ini sungguh-sungguh amat aneh dan
agaknya mempunyai aliran manapun.
Sepasang kakak beradik ini bagaikan kupu-kupu yang
terbang diantara bunga bunga saja, dengan ringan dan
lincahnya berkelebat kesana kemari di sekeliling tubuh Pek Ih
Loo Sat. Sebaliknya Pek Ih Loo Sat lihay di dalam hal tenaga dalam
serta luasnya pengalaman di dalam menghadapi pertempuran,
walaupun berada dibawah kerubutan dua orang tetapi ia
masih bisa mempertahankan diri tanpa perlihatkan tanda-
tanda menderita kalah. Saat ini mereka bertiga sudah bergebrak sebanyak dua
ratus jurus lebih, tetapi masing-masing pihak tetap
mempertahankan diri tak ada yang menang tak ada yang
kalah. Si pengemis aneh sesudah berhasil menasehati pergi Leng-
tiong It-koay, perlahan-lahan ia berjalan menghampiri Tan
Kia-beng, tetapi sewaktu dilihatnya pemuda tersebut berdiri
termangu-mangu disana dan sama sekali tiada maksud untuk
turun tangan melerai jalannya pertarungan antara ketiga
orang gadis tersebut, dalam hati merasa sangat keheranan,
pikirnya, "Pada saat ini keadaan sangat kritis, dan waktu
berharga bagaikan emas, mengapa ia masih ada waktu untuk
berpeluk tangan menonton mereka saling bertempur sendiri"
apakah ia sudah menaruh rasa suka terhadap kedua orang
gadis Biauw tersebut?"
Tetapi ia mengerti suhu dari sepasang perempuan cantik ini
paling sukar dihadapi, iapun tidak ingin menyeret saudara
ciliknya sehingga mengikat permusuhan dengan diam-diam ia
menjawil ujung baju pemuda itu.
"Eeei.... Beng-te! cepat kau maju dan nasehatilah mereka
agar supaaya bergebrak! kita masih ada banyak urusan yang
harus diselesaikan!"
Tan Kia-beng yang sedang menyelidiki gerakan dari ilmu
silat sepasang gadis cantik itu, hampir saja lupa terhadap
keadaan di sekelilingnya. Kini setelah disadarkan oleh si
pengemis aneh dengan wajah yang berubah merah padam
segera melompat ke dalam kalangan.
"Tahan!" bentaknya keras.
Suara bentakan ini tidak begitu keras tapi setiap patah kata
diucapkan dengan tegas dan nyaring. Hal ini membuat hati
mereka bertiga terasa agak bergetar.
Disamping itu secara diam-diam mereka merasakan adanya
segulung tenaga yang tak bisa ditahan dengan paksa
memisahkan mereka bertiga.
Dalam keadaan sangat terperanjat Biauw-leng Siang-ciauw
pertama tama yang menarik dulu serangannya sambil mundur
ke belakang. Sedang Pek Ih Loo Sat yang sudah lama dikurung mereka
berdua tanpa bisa berbuat apa apa, hatinya semakin gusar
lagi dibuatnya. Kini melihat Tan Kia-beng munculkan dirinya
bukan saja tidak membantu dia bahkan melerai pertarungan
tersebut. Kegusarannya tak bisa ditahan lagi.
"Kau ingin berbuat apa" bentaknya nyaring.
Tan Kia-beng melirik sekejap ke arahnya tapi tidak ambil
gubris, perlahan-lahan badannya berputar menghadap ke arah
sepasang gadis suku Biauw tersebut.
"Tujuan kedatangan kalian kebekas kebun keluarga Cau ini
tentunya disebabkan sedang menjalankan perintah Leng-pay
emas terhadap Hong Jen Sam Yu bukan" Kini Leng-tiong It-
koay sudah tahu diri dan mengundurkan diri, aku harap kalian
kakak beradikpun suka menarik diri dari kalangan."
Diam-diam Yen Giok Kiauw melirik sekejap ke tengah
kalangan, sewaktu dilihatnya Leng-tiong It-koay benar-benar
sudah tidak nampak batang hidungnya lagi mereka baru
merasa jika mereka berdua telah kebentur batunya.
Untuk mengalahkan seorang gadis dengan jalan
mengerubutpun tidak sanggup apalagi ingin melukai Hong Jen
Sam Yu, hal ini semakin tak mungkin lagi.
Akhirnya dengan alis yang dikerutkan ia tertawa merdu....
Perkataanmu sedikitpun tidak salah," katanya. "Kedatangan
kami kakak beradik memang tidak lain sedang menjalankan
perintah Leng-pay emas, tetapi setelah bertemu dengan
kalian, sudahlah.... biar kami mengalah untuk kali ini!"
Tan Kia-beng yang mendengar ia suka mengalah walaupun
dengan nada yang tidak mau merendahkan diri sendiri, tidak
terasa lagi sudah tersenyum.
"Kalau begitu aku orang she Tan harus mengucapkan
banyak terima kasih atas kebaikan kalian!"
"Kalau tidak mau mengalah mau apa?" tiba-tiba terdengar
Pek Ih Loo Sat tertawa dingin sambil mencibirkan bibirnya.
"Sungguh tidak tahu malu!"
Yen Giok Fang kerutkan alisnya setelah mendengar ejekan
tersebut, baru saja ia ada maksud membalas tetapi keburu
dicegah oleh encinya Yen Giok Kiauw.
"Moay moay! Kau tidak usah banyak beribut dengan diri
kami lagi," katanya sambil senyum. "Malam ini encipun tak
bisa melayani dirimu lebih lanjut, tetapi setelah lewat hari ini,
setiap saat aku Yen Giok Kiauw akan mengiringi
permainanmu." "Hmm! buat apa harus diundur" kalau berani ayoh malam
ini juga kita selesaikan" teriak Pek Ih Loo Sat semakin gusar
lagi Tetapi Yen Giok Kiauw tidak ambil gubris lagi terhadap
dirinya, setelah menoleh dan lempar satu senyuman ke arah
Tan Kia-beng sambil menarik tangan adiknya Yen Giok Pang
dengan sekali mereka meloncat naik ke atas tembok
pekarangan dan berlalu. Bila ia tidak melemparkan satu senyuman ke arah Tan Kia-
beng mungkin tak bakal ada urusan. Sewaktu Pek Ih Loo Sat
melihat gadis itu tersenyum ke arah pemuda idamannya, rasa
cemburu semakin berkobar dalam hatinya.
Setelah membentak keras, tubuhnya ikut meloncat ke atas
siap melakukan pengejaran.
Tetapi maksudnya ini berhasil dicegah oleh si pengemis
aneh. "Ha ha ha ha.... nona manis! sudahlah" serunya sambil
tertawa terbahak-bahak. "Biarkanlah mereka berlalu!"
"Hmmm! budak tidak malu, sungguh tebal muka mereka...."
teriak Pek Ih Loo Sat dengan gusar, ia masih belum dapat
menghilangkan rasa mendongkol dihatinya.
Si toosu dengkil mengerti maksud dari si pengemis aneh
tersebut, ketika itulah ia maju ke depan.
"Eee.... nona manis!" katanya. "Tiada berharganya buat kita untuk banyak cari urusan dengan budak budak liar semacam
itu lebih baik kita runding dan urusan penting saja.
Setelah mendengar perkataan itu hawa gusar Hu Siauw-
cian baru bisa dibikin padam, dengan gemas ia mengerling
sekejap ke arah Tan Kia-beng.
Menghadapi sang kawan perempuan yang merupakan
keponakan muridnya juga ini boleh dikata Tan Kia-beng dibikin
Bu-hoat! Mana mungkin pemuda itu menaruh rasa cinta terhadap
sepasang gadis suku Biauw tersebut, ia hanya merasa
menghadapi orang-orang dibeli oleh pihak Isana Kelabang
Emas lebih baik bersabar, karena kalau tidak hanya bakal
mendatangkan kerepotan saja buat diri sendiri.
Kini, sewaktu dilihatnya Pek Ih Loo Sat melototi dirinya
dengan penuh rasa mendongkol, perlahan-lahan ia berjalan
menghampiri dirinya. "Siauw Cian!" serunya. "Pada saat ini di samping kita orang harus mencari tahu jejak dari Mo Cuncu, waktu diadakannya
pertemuan puncak para jago digunung Ui San pun semakin
dekat lagi, banyak urusan yang harus kita selesaikan cepat-
cepat. Buat apa kau harus mencari ribut dengan orang-orang
semacam itu?" "Itukan urusanmu sendiri" apa sangkut pautnya dengan
diriku?" jawab Hu Siauw-cian sambil tertawa dingin.
Apakah Mo Cuncu bukan kawanmu?"
"Apa" kawanku" haa.... haa.... haa.... sungguh lucu sekali!"
Berbicara sampai disitu masing-masing pihak bungkam diri
dalam seribu bahasa. Kurang lebih seperminum teh kemudian, Hu Siauw-cian
baru memecahkan kesunyian kembali.
"Urusan sudah berada di depan mata, apa gunanya ribut
dan kebingungan?" katanya perlahan. "Diculiknya Mo Cuncu
oleh orang-orang pihak Isana Kelabang Emas, aku rasa tentu
ada gunanya. Kalau tidak mengapa mereka tidak turun tangan
membinasakan dirinya" apalagi setelah pihak mereka ada
persiapan-persiapan semacam ini, tindak tanduk merekapun
tentu sangat dirahasiakan kau ingin pergi kemana mencari
mereka di bawah kolong langit yang demikian luas ini?"
Tan Kia-beng pun sudah berpikir sampai disitu, hanya saja
Mo Tan-hong adalah satu satunya keturunan dari Raja Muda
Mo, apalagi gadis tersebut merupakan kekasihnya, setelah
menerima berita tersebut sudah tentu hatinya merasa sangat
cemas.... Walaupun ia tahu tidak mungkin baginya untuk menemukan
gadis tersebut di dalam waktu yang singkat, tetapi diluaran ia
tetap menggembor. "Perduli dia ada diujung langitpun aku orang she Tan
bersumpah hendak menolongnya kembali!"
"Akupun tiada maksud untuk mencegah dirimu pergi
menolong kawanmu itu...."
Si pengemis aneh yang melihat mereka berdua jadi ribut
karena persoalan tersebut, buru-buru maju ke depan melerai.
"Untuk menolong Mo Cuncu memang merupakan suatu
tugas yang tak bisa ditinggalkan begitu saja" ujarnya. "Tetapi di dalam pertemuan puncak para jago di atas gunung Ui san,
terutama sekali di dalam pertempuran antara jago-jago


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

daratan Tionggoan melawan orang-orang dari Isana Kelabang
Emas, kau tak boleh ketinggalan dalam soal ini...."
Bicara sampai disitu, tanpa menanti jawaban dari Tan Kia-
beng lagi segera menyambung lebih lanjut, "Di dalam urusan
ini lebih baik kau ambil lagi keputusan setelah dipikir masak-
masak, aku si pengemis tua segera akan berangkat menuju ke
gunung Ui San. maaf aku tak bisa banyak cakap lagi dengan
dirimu...." Di tengah berkelebatnya pakaian butut, pertama-tama ia
melewati dulu tombak pekarangan disusul si hweesio
berangasan serta si toosu dengkil dari belakang.
Sedangkan Tan Kia-beng sendiri dengan termangu-mangu
berdiri di tengah kebun tanpa bergerak sedikitpun.
Pek Ih Loo Sat yang melihat kejadian ini dalam hati merasa
amat sedih, dengan wajah murung dan cemas ia segera maju
ke depan menggoyang-goyangkan pundaknya.
"Engkoh Beng, bagaimana kalau kitapun berangkat?"
serunya. Dengan kaku Tan Kia-beng mengangguk. demikianlah
mereka berdua segera bersama-sama melayang melewati
tembok pekarangan dan berlalu dari kebun bekas bangungan
keluarga Cau tersebut. Sepeninggalnya dari tempat itu, mereka berdua langsung
berlari balik ke dalam rumah penginapan.
Pada saat ini langit sudah terang tanah sinar sang suryapun
mulai menembusi kabut yang tebal para tetamu yang siap-siap
melakukan perjalanan sudah pada bangun sehingga suasana
dalam rumah penginapan agak gaduh.
Mereka langsung menuju ke dalam kamar dorong pintu dan
berjalan masuk ke dalam....
Tetapi.... mendadak mereka dibuat terkejut oleh sesuatu. Di
dalam kamar tersebut ternyata sudah duduk seseorang
dengan sikap yang tenang.
"Siapa kau ?" bentak Hu Siauw-cian dengan perasaan
sangat terperanjat. Sebaliknya air muka Tan Kia-beng tetap tenang tak
kelihatan sedikit perubahanpun.
"Gien To Mo Lei! jika aku lihat dari sikapmu yang tenaga
dan gagah rasanya kedatanganmu tentu dikarenakan suatu
urusan bukan?" katanya sambil tertawa. "Apa yang kau
inginkan dari aku" ayoh cepat katakan, kalau tidak aku segera
akan turun tangan berbuat kesalahan terhadap dirimu."
Orang yang ada di dalam kamar tersebut memang si "Gien
To Mo Lei" Go Lun adanya, dengan sikap yang sombong ia
duduk di atas kursi bahkan terhadap kedatangan kedua orang
itupun sama sekali tidak menunjukkan rasa jeri.
"Dugaan saudara sedikitpun tidak salah" sahutnya sambil
tertawa seram, "Aku orang she Go memang ada sedikit urusan
kecil yang hendak dirundingkan denganmu."
"Ayoh bicara! aku orang she Tan tiada waktu lagi untuk
banyak ribut dengan dirimu."
"Persoalan yang hendak aku orang she Go bicarakan adalah
urusan yang menyangkut keselamatan Mo Cuncu!"
"Hmmm! ternyata benar-benar hasil permainan setan
kalian" Sembari berkata baik Tan Kia-beng maupun Hu Siauw-cian
bersama-sama menerjang ke depan.
Tetapi, si Gien To Mo Lei jauh lebih licin bagaikan rase,
sewaktu ucapannya selesai diutarakan tadi badannya sudah
melesat keluar dari jendela.
Dengan demikian tubrukan mereka berdua pun jadi
meleset. Dari luar jendela Gien To Mo Lei segera tertawa tergelak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... lebih baik saudara sedikit
bersabar, perkataan siauwte belum selesai diucapkan!"
serunya. "Kalian sudah membawa dirinya pergi kemana" ayoh cepat
jawab...." "Kedatangan siauwte kali ini dasarnya tidak lain sedang
menjalankan perintah dari Majikan Isana Kelabang Emas dan
untuk saling bertukar satu syarat dengan dirimu!"
"Kalian ingin menggunakan barang tawanan untuk
memaksa diriku"...." teriak Tan Kia-beng gusar. "Maaf aku
orang she Tan tidak suka makan permainan semacam ini"
"Lebih baik saudara jangan marah marah dulu" kata si Gien
To Mo Lei sambil tertawa licik. Permintaan dari majikan Isana
Kelabang Emas kami sangat sederhana sekali Asalkan kau
sejak ini hari tidak suka mencampuri urusan Isana Kelabang
Emas lagi maka ia tidak akan mengganggu dirinya lagi kalau
lagi tidak.... maka sukar sekali diduga apa yang bakal terjadi"
Termasuk perebutan gelar jagoan pedang nomor wahid dari
kolong langit"...."
Majikan Isana Kelabang Emas tiada bermaksud untuk
merebut kedudukan sijagoan pedang nomor wahid dari kolong
langit, asalkan kau tidak mengganggu urusannya cukuplah
sudah!" Tan Kia-beng yang beberapa kali kena didesak olehnya
dalam hati merasa amat gusar, tetapi diluaran ia tetap
bungkam dalam seribu bahasa.
Sebaliknya Pek Ih Loo Sat dengan pentangkan matanya
lebar-lebar mendadak menimbrung
"Jikalau engkoh Beng kami menyanggupi untuk tukar syarat
dengan kalian, apakah kalian segera akan melepaskan Mo
Cuncu?" "Sudah tentu! cuma saja harus menanti setelah selesai
diadakannya pertemuan puncak para jago digunung Ui san
tanggal lima belas bulan delapan yang akan datang!"
"Baiklah! aku wakili dirinya menyanggupi persoalan ini."
"Haaa.... haaa.... haaa.... persoalan ini adalah urusannya,
mana mungkin kau bisa ambil keputusan?" si Gien To Mo Lei
tertawa terbahak-bahak. "Aku orang she Go hanya ingin
menunggu jawaban sekecap dari Tan heng saja, setelah itu
segera akan kembali untuk mempertanggung jawabkan urusan
ini dihadapan Majikan Isana Kelabang Emas...."
Mendadak dari sepasang mata Tan Kia-beng memancar
cahaya tajam melototi Gien To Mo Lei.
"Go Lun, kau ingat ingatlah!" teriaknya gusar. "Kali ini adalah untuk kedua kalinya aku orang she Tan memperoleh
paksaan dari dirimu. Tetapi aku ingin terangkan dulu
kepadamu, jikalau pada suatu hari aku memperoleh berita
yang sungguh sungguh dari Mo Cuncu maka pada saat itu
pula janji kita batal. Sampai waktu itu kaulah pertama tama
yang akan kubunuh!" Gien To Mo Lei pun tidak ingin memperlihatkan
kelemahannya di hadapan pemuda tersebut dengan wajah
memberat ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Setiap saat aku orang she Go akan menantikan
pembalasan dendammu." selesai berkata badannya dengan
cepat berkelebat lewat dari tempat itu, saat inilah Tan Kia-
beng bagaikan seekor kelinci yang terlepas dari perangkap
dengan cepat meluncur keluar dari pintu kamar, dan di dalam
sekejap mata sudah berada di atas wuwungan rumah.
Tetapi bagaimanapun juga ia tetap terlambat satu langkah,
bayangan tubuh dari Gien To Mo Lei sudah lenyap tak
berbekas. Akhirnya dengan hati lesu ia balik kembali ke dalam kamar.
Tampaklah pada saat itu Pek Ih Loo Sat sedang berbaring
di atas ranjang memandang ke arahnya sambil tertawa.
Tan Kia-beng jadi rada mendongkol.
"Eeei.... kenapa kau begitu seenaknya mewakili aku untuk
menyanggupi syarat mereka?" tegurnya.
Pek Ih Loo Sat meloncat bangun sambil tertawa cekikikan.
"Di dalam pertempuran janganlah jemu jemu menggunakan
siasat, apakah akupun tak bolhe menggunakan siasat licin
untuk menghadapi mereka"
Perduli berita ini benar atau tidak, kita harus menggunakan
dulu kesempatan kawanmu!"
Ia merandek sejenak, kemudian sambil tertawa bisiknya
lirih, "Bukankah kau pernah menjura sebagai seorang
pengemis cilik" Nah sekarang kau boleh menjura sekali lagi"
"Apakah kau suruh aku mungkiri apa yang sudah aku
ucapkan sendiri?" "Bukankah kau belum pernah menyetujui secara resmi"
apalagi aku masih memiliki suatu akal untuk menutupi
kekurangan kekurangan kita"
"Coba kau terangkan dulu bagaimanakah caramu itu?"
"Kau pergilah menjura sebagai seorang pengemis cilik untuk
menyelesaikan urusanmu sendiri, dan pakaian yang kau
kenakan boleh kau lepas untuk aku pakai. Menurut dugaanku,
di sekeliling rumah penginapan ini tentu sudah disebari penuh
dengan mata mata Isana Kelabang Emas, aku punya cara agar
mereka tetap percaya bahwa kau sungguh sungguh menepati
janji dengan tetap berdiam di dalam rumah penginapan ini"
Tan Kia-beng termenung sejenak, ia lantas merasa bahwa
cara ini memang benar-benar sangat bagus, hanya saja ada
satu persoalan yang membuat hatinya tidak lega.
Semisalnya menggunakan kesempatan tersebut pihak Isana
Kelabang Emas melancarkan serangan bokongan ke arahnya,
bukankah keadaan gadis tersebut bakal sangat berbahaya"
oleh karena itu diam-diam ia cuma berpikir tanpa berani
mengambil keputusan. Pek Ih Loo Sat yang melihat pemuda tersebut tidak juga
membuka suara, dalam hati merasa rada keheranan.
"Eeei.... kenapa kau tidak berbicara" apakah caraku ini tidak
bagus?" "Bukannya tidak bagus, hanya saja aku takut keadaanmu
jadi bahaya jika semisalnya mereka melancarkan serangan!"
Hu Siauw-cian yang mendengar kekuatiran dari pemuda
tersebut tak kuasa lagi tertawa cekikikan.
"Dengan seorang diri aku sudah berkelana di dalam dunia
kangouw selama bertahun tahun lamanya, selama ini belum
pernah menemui bahaya apapun! jikalau aku tak berhasil
kalahkan musuh, apa kau anggap aku tak bisa lari dari sini"
Tan Kia-beng segera merasa bahwa perkataannya ini
sedikitpun tidak salah, dengan kepandaian yang dimiliki Hu
Siauw-cian pada saat ini memang tidak mudah bagi orang lain
untuk mencelakai dirinya.
Akhirnya dalam hati ia lantas mengambil keputusan untuk
meninggalkan kota Swan Jan pada malam hari nanti dan
segera berangkat kepinggiran gunung Ui-san untuk memeriksa
keadaan disana. Mereka berdua tak ada urusan maka mereka lantas
menceritakan keadaannya sewaktu berada di gurun pasir,
mendadak Tan Kia-beng teringat kembali dengan serangkaian
ilmu pedang yang diciptakan ayahnya bersama-sama dengan
Leng Siauw Kiam Khek dan Thiat Bok Tootiang waktu berada
dalam barisan Pek Kut Yu Hun Tin!
"Eei....!" serunya kemudian sambil tersenyum. "Bagaimana kalau aku ajari kau serangkaian ilmu pedang?"
"Sudah tentu bagus sekali! tetapi macam apakah ilmu
pedang tersebut?" "Serangkaian ilmu pedang Pek Kut Yu Hun Kiam Hoat!"
Julukan nama dari ilmu pedang ini terasa sangat sesuai
dengan sifat Hu Siauw-cian kembali ia tertawa cekikikan.
"Akh....! sungguh bagus sekali nama ilmu pedang tersebut,
aku sudah mempunyai julukan sebagai siiblis wanita berbaju
putih, kini memperoleh pula serangkaian ilmu pedang seratus
tulang penyabut nyawa, lain kali orang-orang yang mendengar
namaku tentu akan membayangkan bila aku adalah seorang
yang berwajah seram dan sangat menakutkan....
Mendengar perkataan tersebut Tan Kia-beng tak bisa
menahan gelak tawanya lagi mereka berdua sama-sama
tertawa tergelak sehingga suasana jadi ramai.
Demikianlah dengan menggunakan tangan menggantikan
pedang mereka mulai berlatih ilmu pedang tersebut, setelah
itu Tan Kia-beng menjelaskan pula rahasia rahasia dari ilmu
tersebut. Sejak kecil Hu Siauw-cian sudah mengikuti orang tuanya
belajar ilmu silat, apalagi dengan pengalamannya yang luas
selama beberapa tahun ini, hanya di dalam waktu yang
singkat ia sudah mengerti hampir sebagian besar rahasia ilmu
itu dan mulai berlatih sendiri.
Tan Kia-beng yang disebabkan nanti malam harus
melakukan perjalanan maka mengambil kesempatan itu lantas
duduk bersila di atas pembaringan untuk atur pernapasan dan
hilangkan penat dibadan. Sehari dengan cepatnya berlalu, malam hari kembali
menjelang datang. Dari dalam buntalannya Tan Kia-beng
segera mengambil keluar serangkaian pakaian pengemis
hadiah dari si pengemis aneh, kemudian dengan separuh butir
obat mengubah wajah menjadi seorang pengemis cilik yang
berwajah sembab kuning. Pada saat yang bersamaan pula Hu Siauw-cian pun sudah
mengenakan pakaian yang dilepaskan oleh Tan Kia-beng.
Dasarnya ia memang ada pengalamannya di dalam menjura
sebagai seorang lelaki, bila dipandang sepintas lagi wajahnya
memang rada mirip dengan Tan Kia-beng.
Mereka berdua setelah selesai menjura tak terasa lagi saling
berpandangan sambil tertawa.
Kembali Tan Kia-beng memberi pesan wanti-wanti kepada
gadis tersebut lalu dengan kecepatan laksana petir meluncur
keluar melalui jendela. Sejak itu hari Hu Siauw-cian lantas memberitahukan kepada
si pemilik rumah penginapan bahwa ia sedang menderita sakit.
Kalau pagi hari gadis tersebut mengurung dirinya dalam
kamar dan tidak keluar, sedang pada malam hari setelah
memulihkan dandanannya berlari kian kemari dijalanan.
Kita balik pada Tan Kia-beng setelah melayang keluar dari
jendela kamar segera mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya berlari menuju ke gunung Ui-san.
Siapa sangka, sewaktu ia baru saja tiba diluar kota Swan
Jan mendadak suara kejadian sudah berlangsung di depan
matanya. Dari tempat kejauhan berkumandang suara jeritan ngeri
yang menyayatkan hati, jelas suara tersebut muncul dari balik
sebuah bukit yang tinggi.
Dengan cepat ia kerahkan ilmu meringankan tubuhnya
berkelebat ke arah mana berasalnya suara tersebut, setelah
melewati sebuah bukit sampailah dia di tempat kejadian
Tampaklah di atas jalan raya menggeletak empat sosok
mayat dalam keadaan sangat mengerikan, pada dada setiap
mayat jelas tertera beberapa buah lubang yang sangat besar,


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

darah segar bercampur isi perut berceceran memenuhi seluruh
permukaan tanah kejadian ini benar-benar mengejutkan
hatinya. Perlahan-lahan ia mulai meraba mayat tersebut, terasalah
di atas badan mayat itu masih ada sedikit hawa hangat hal ini
membuktikan kalau mereka mati belum lama berselang
Dari pakaian yang dikenakan orang-orang itu kelihatanlah
mereka adalah pengemis pengemis berpakaian butut yang
usianya pertengahan, tak terasa lagi dengan hawa amarah
yang bergolak di dalam dada, serunya penuh kebencian,
"Perbuatan ini tentu hasil karya dari orang-orang Isana
Kelabang Emas, sungguh kejam benar tindakannya! pada
suatu hari bila mereka terjatuh ketangan siauw ya mu tentu
akan kubalas bersama-sama rentenya!"
Rasa gusarnya ini separoh dikarenakan terharu oleh
kejadian tersebut, dan separohnya lagi karena ia punya
hubungan yang erat dengan orang-orang Kay-pang.
Akhirnya ia menyeret mayat mayat tersebut kepinggiran
hutan dan siap-siap dikuburnya dengan penuh cermat.
Mendadak.... "Hmm! setelah membunuh orang masih ingin melenyapkan
bukti, tindakan saudara apakah tidak terlalu ganas?" bentak
seseorang dari belakang punggungnya.
Mendengar suara bentakan tersebut dengan cepat ia putar
badan. tampaklah seorang pengemis tua bersama-sama
seorang pengemis muda sedang melototi dirinya dengan
penuh kemarahan. Sebaliknya Tan Kia-beng yang sudah memandang orang-
orang Kay-pang seperti orang sendiri, maka dari itu sewaktu
melihat munculnya sang pengemis tua dengan cepat ia
menjura dan menyapa dirinya.
"Saudara jangan keburu salah paham" ujarnya dengan
cepat. "Saudara-saudara ini bukan siauw-te yang bunuh. aku
hanya bermaksud baik hendak menguburkan mayat mayat
mereka!" "Hmmm! siapa yang percaya degan perkataanmu itu"
cukup berdasarkan tindakanmu yang menyaru sebagai anak
murid perkumpulan Kay-pang, sudah cukup memaksa orang
untuk turun membinasakan dirimu, ayoh cepat sebutkan nama
serta asal perguruanmu!"
Si pengemis tua ini adalah salah seorang Tiangloo
perkumpulan Kay-pang yang bertugas di dalam bagian Hukum
ia bernama "Thiat Bian Kay" atau si pengemis berwajah baja Cu Ing. Biasanya sering sekali melakukan pemeriksaan
terhadap orang lain maka sekali buka suara nadapun tak bisa
terlepas dari pekerjaan sehari hari.
Tan Kia-beng sebagai seorang pemuda yang tinggi hati,
mana mungkin bisa tahan setelah mendengar perkataan
tersebut, ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Heee.... heee.... pakaian robek siapa pun boleh pakai,
apakah pakaian tersebut hanya khusus diperuntukan bagi
anggota Kay-pang" kau menggunakan nada ucapan terseut
memaksa siauw ya mu, apa kau kira aku adalah tawananmu"
Hmmm!...." Si "Thian Bian Kay" Cu Ing yang melihat anak muridnya
kena dibunuh orang dengan sangat kejam, dalam hatinya
sudah teramat gusar apalagi setelah mendengar pula nada
ucapan dari Tan Kia-beng barusan ini kegusarannya tak
terbendung lagi. Tubuhnya dengan cepat bergerak maju ke depan, sepasang
telapak tangannya dengan disertai hawa pukulan yang maha
dahsyat dibabatkan ke atas batok kepala pemuda tersebut.
Di dalam pukulannya ini ia sudah menggunakan tenaga
lweekang hasil latihan selama puluhan tahun ini, sudah tentu
kedahsyatannya tak bisa dibayangkan lagi.
Tan Kia-beng yang melihat pengemis tua itu tanpa banyak
cakap sudah melancarkan serangan ke arahnya, tak terasa lagi
ia tertawa panjang. "Jikalau anggota Kay-pang berangasan semua seperti kau,
seharusnya dari dulu perkumpulan kalian bakal musnah"
serunya. Sang telapak dengan ringan dikebaskan ke depan, angin
pukulan maha dahsyat yang sudah berada dihadapan
tubuhnya seketika itu juga dipunahkan tak berbekas.
Melihat kelihayan lawannya si pengemis berwajah baja jadi
amat terperanjat, diam-diam ia menggertak giginya kencang
kencang lalu berturut mengirim tujuh buah serangan berantai.
Setiap serangan yang menyambar lewat tentu disertai
dengan hawa lweekang yang dahsyat.
Semakin diserang Tan Kia-beng semakin kheki, akhirnya
dengan penuh kegusaran bentaknya keras, "Jika dilihat dari
usiamu yang sudah lanjut, seharusnya bisa dibayangkan
merupakan seorang yang pinter, tidak disangka kau benar-
benar tolol dan sudah pikun!"
Kakinya sedikit bergerak tahu-tahu ia sudah melepaskan diri
dari lingkaran angin pukulan.
Dalam keadaan situasi semacam itu pemuda tersebut tak
dapat memberitahukan asal-usulnya, sedang si pengemis tua
itupun tanpa banyak cakap sudah mendesak dirinya terus
menerus, sewaktu hatinya lagi cemas itulah mendadak suatu
ingatan berkelebat di dalam benaknya.
Tiba-tiba ia teringat kembali dengan mata uang kuno
pemberian si pengemis aneh, buru-buru diambil keluarnya
benda tersebut dari sakunya lalu dilemparkan ke tengah
udara. "Bila ingin mengetahui asal usul siauw ya mu. lebih baik
tanyakan saja kepada pemilik uang logam tersebut, aku lagi
aras-arasan berbicara dengan kau!"
Selesai berkata telapak tangannya segera didorong
perlahan-lahan ke arah depan, diiringi suara ledakan yang
keras di atas permukaan tanah seketika itu juga terciptalah
sebuah lubang amat besar.
Kini liangnya sudah tersedia, cepat kubur mereka ke dalam
tanah. Siauw-ya masih ada urusan yang harus diselesaikan
dan tak ada waktu lagi untuk banyak cekcok dengan kalian
manusia-manusia buta!"
Perkataan baru saja selesai diucapkan orangnya sudah
berada beberapa puluh kaki jauhnya.
Si pengemis berwajah baja yang berturut turut melancarkan
serangan mendesak musuhnya tanpa berhasil mengenai pihak
lawan, dalam hati sedang merasa gemas bercampur gusar.
Tetapi sewaktu melihat Tan Kia-beng mengambil keluar
sebuah mata logam hatinya jadi amat terkejut.
Ia kenal dengan mata uang logam tersebut sebagai tanda
kepercayaan yang paling tinggi dari perkumpulan Kay-pang,
dan semuanya berjumlah tiga biji.
Yang satu ada di dalam pangcunya simalaikat ular dari Leng
Lam, dan dua biji lainnya ada ditangan si pengemis aneh serta
si kakek tongkat perak. Ternyata si pengemis cilik ini memiliki benda tersebut hal ini
memperlihatkan bila dia punya hubungan yang erat dengan
salah satu diantara mereka bertiga.
Karena itu untuk beberapa saat lamanya ia berdiri tertegun
disana tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun.
Saat ini melihat pula Tan Kia-beng mempamerkan
kepandaian silatnya, saking kaget dan terperanjatnya keringat
dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Cukup berdasarkan tenaga dalam yang dimiliki orang lain,
jikalau ia sampai balas melancarkan serangan kepadanya
mungkin sekali hanya di dalam satu jurus dirinya sudah tak
sanggup untuk menerimanya.
Menanti ia ada maksud untuk ke depan meminta maaf,
tahu-tahu Tan Kia-beng sudah lenyap dari pandangan.
Terpaksa ia menghela napas panjang dan mengubur keempat
mayat tersebut ke dalam liang.
Kita balik pada Tan Kia-beng setelah meninggalkan
pengemis tua itu dalam keadaan mendongkol, setelah
melakukan perjalanan beberapa saat lamanya tiba-tiba ia
memperlambat langkahnya. "Jika ditinjau dari keadaan saat ini, jelas pihak anak buah
Isana Kelabang Emas sedang melangsungkan pertempuran
gelap melawan anak muda murid perkumpulan Kay-pang."
pikirnya diam-diam. "Entah jago-jago lihay dari tujuh partai
besar sudah pada berdatangan atau belum" bilamana hanya
mengandalkan kekuatan melawan Kay-pang saja ingin adu
kekuatan melawan pihak Isana Kelabang Emas, aku rasa
pengemis pengemis itu pasti akan menderita kerugian yang
amat besar." Perjalanan antara kota Swan Jan dengan Ui-san tidak lebih
hanya terpaut seratus lie saja, dengan kecepatan kaki dari Tan
Kia-beng tidak sampai satu kentongan ia sudah memasuki
lingkungan daerah pengawasan dari orang-orang Kay-pang.
Tetapi pada waktu itu tak seorang pun anggota Kay-pang
pun yang kelihatan berjaga jaga disana, hal ini membuat
hatinya jadi keheranan. Tetapi sebentar kemudian ia sudah merombak pikiran
tersebut. "Tidak! hal ini tidak mungkin, aku sama sekali tidak
mengerti kode rahasia mereka?"
Selagi ia merasa ragu-ragu itulah, mendadak dari tempat
kegelapan berkumandang suara bentakan seseorang,
"Berhenti! kau anak murid dari mana?"
"Bawahan Hong Jen Sam Yu"
"Siapa namamu?"
"Maaf tak bisa aku beritahukan!"
"Kalau begitu harap kau cepat-cepat tinggalkan tempat ini!"
"Kenapa" apakah jalanan ini sudah kalian beli?"
"Suruh kau pulang yaa pulang, buat apa mencari keonaran
buat diri sendiri?" Tan Kia-beng yang dua kali ditanggor batunya, dalam hati
tak terasa agak gusar juga dibuatnya, ia dongakkan kepalanya
tertawa tergelak. "Aku mau bertanya kepada si malaikat ular dari Leng Lam!
menggunakan cara apakah dia sudah mendidik anggota Kay-
pang, kenapa seluruh anggota bisa begitu tidak tahu diri?"
"Terhadap manusia yang tidak tahu diri semacam ini lebih
baik dibunuh saja buat apa banyak cakap," mendadak
serentetan suara yang amat dingin bergema keluar.
Diikuti suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema
memenuhi angkasa, sesosok mayat mendadak terlempar
keluar dari tengah hutan menuju ke arahnya.
Dalam keadaan cemas Tan Kia-beng segera membentak
keras, tubuhnya menubruk ke arah depan. Tapi sewaktu ia
tiba di tengah hutan tak sesosok bayangan manusia pun yang
terlihat. Sewaktu ia menoleh lagi ke arah mayat tersebut, maka
terlihatlah didada mayat itupun terdapat lima buah lobang
hitam yang mengucurkan darah segar.
Di tengah malam buta apa lagi di tengah gunung yang
sunyi, walaupun Tan Kia-beng memiliki kepandaian lihay tak
urung bergidik juga setelah melihat kejadian ini.
Setelah berdiri tertegun beberapa saat lamanya, mendadak
di dalam benaknya terlintas suatu pikiran bagus.
"Aaah! benar" pikirnya diam-diam. "Jelas sekali orang-orang pihak Isana Kelabang Emas ada maksud hendak mencari gara
gara dengan orang-orang Kay-pang, karena itu mereka
sengaja turun tangan jahat terhadap mereka-mereka yang
sedang menjalankan tugas ronda, kenapa aku tidak pura-pura
menyaru sebagai seorang penjaga dipos ini?"
Selagi ia berpikir keras itulah mendadak telinganya secara
samar-samar dapat mendengar suara ujung pakaian
tersampok angin dengan cepat ia gerakkan badannya
bersembunyi dibalik sebuah pohon besar.
Sedikit tidak salah, tampaklah sesosok bayangan manusia
dengan gerakan yang cepat bagaikan sambaran petir berlari
mendekat. Dengan ketajaman matanya, sekali pandang saja ia sudah
menemukan bila pihaknya adalah seorang kakek tua berjubah
hitam yang memakai kerudung hitam di atas wajahnya.
Karena itu sengaja dia memperdengarkan sedikit suara....
Mendadak orang itu menghentikan gerakannya, kemudian
tertawa dingin dengan suara yang amat menyeramkan.
"Orang yang bersembunyi disana apakah anak murid dari
pihak Kay-pang?" tegurnya.
"Tidak salah! siauw-ya memang anak murid dari Kay-pang,
siapa kau"...."
Dari balik pohon Tan Kia-beng segera melayang keluar dan
berdiri di atas jalanan gunung.
"Yaya mu adalah si Raja Akhirat pencabut nyawa. dan
sengaja datang hendak mencabut nyawa kecilmu!"
Sreeet! diiringi suara deruan angin berhawa ia tampaklah
berpuluh-puluh bayangan jari bersama-sama mengurung
datang. Tan Kia-beng tertawa dingin.
"Oow.... kiranya kaulah yang berulang kali melakukan
kejahatan!" pikirnya dalam hati.
Diam-diam hawa murninya segera disalurkan mengelilingi
seluruh tubuh kemudian dibabatnya ke depan menyambut
datangnya serangan tersebut.
Braaak! sewaktu tubuh orang itu masih berada di tengah
udara, tenaga pukulan sudah terbentur satu sama lainnya
sehingga menimbulkan suara bentrokan yang amat keras.
Beberapa kali ia bersalto di tengah udara, akhirnya dengan
sempoyongan melayang turun ke atas tanah dan mundur
kembali dua langkah ke arah belakang.
Tan Kia-beng yang ada maksud membereskan orang ini,
melihat badannya baru saja melayang turun ke bawah,
dengan gerakan yang ringan kembali menerjang maju ke
depan, tangannya dibentangkan lebar-lebar siap
mencengkeram urat nadinya.
Si orang tua berkerudung hitam itupun bukan manusia
biasa hanya saja dikarenakan ia tidak menduga dari pihak
Kay-pang masih ada manusia selihay ini maka hampir-hampir
saja dirinya menderita luka parah.
Kini ketika dilihatnya Tan Kia-beng melancarkan serangan
aneh dengan kecepatan bagaikan sambaran petir, ia tak
berani menerima datangnya serangan tersebut dengan keras
lawan keras. Sambil bersuit nyaring, badannya segera mencelat ke
belakang kemudian berkelebat pergi. Hanya di dalam sekejap
saja bayangannya lenyap tak berbekas.
Tan Kia-beng sama sekali tidak menduga si kakek tua itu


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa demikian liciknya, menanti ia tersadar kembali waktu
sudah tidak mengijinkan. Tak terasa lagi pemuda kita mendengus berat
"Hmm! malam ini kubiarkan kau berlalu tetapi kelima
lembar yawa orang-orang Kay-pang tak akan Siauw-ya mu
diamkan begitu saja...."
Baru saja ia selesai bergumam, kembali sesosok bayangan
manusia menyambar datang.
Begitu bertemu dengan Tan Kia-beng segera bentaknya
dengan suara berat. "Hey pengemis cilik, kau melihat tidak seorang kakek tua
berjubah hitam dan berkerudung lewat dari sini?"
"Lihat sih lihat, cuma sayang orang itu berhasil melarikan
diri dari cengkeramanku"
"Ooouw....bocah cilik! sungguh besar benar omonganmu
nyawa mu tidak sampai tercabut sudah boleh dihitung sangat
beruntung sekali" "Haaa.... haaa.... haaa.... aku rasa belum tentu!" seru Tan Kia-beng sambil tertawa terbahak-bahak. "Manusia macam
kau si pencuri tua, sekalipun ada delapan atau sepuluh
orangpun aku masih tidak pandang sebelah mata!"
Girang yang baru saja datang memang bukan lain adalah
Su Hay Sin Tou si pencuri sakti, dia yang melihat seorang
anggota Kay-pang ternyata berani menghina dirinya, hawa
gusar di dalam dada tak bisa dibendung lagi.
"Manusia yang tidak tahu diri, berani benar kau
memandang rendah aku si pencuri tua. baik, biar aku kasi
sedikit hajaran dulu kepada dirimu kemudian baru bikin
perhitungan dengan simalaikat ular dari Leng Lam!"
Lima jarinya segera dipentangkan lebar-lebar kemudian
dengan dahsyat menyambar ke arah dada lawan.
JILID: 11 Sejak urat penting didalam badannya berhasil ditembusi
berkat bantuan Tan Kia Beng, tenaga dalamnya pada saat ini
sudah memperoleh kemajuan yang amat pesat.
Cengkeramannya barusan ini benar-benar sangat hebat dan
cepat. Tanah seluas satu kaki boleh dikata sulit untuk mencari
jalan keluar. Melihat datangnya serangan tersebut Tan Kia Beng segera
tertawa terbahak-bahak, dengan sebat ia berhasil meloloskan
diri dari kurungan. "Sam-ko, kau sudah tidak kenal dengan Toa ko mu lagi?""
teriaknya dengan cepat. Su Hay Sin Tou rada tertegun, akhirnya iapun ikut tertawa
tergelak. "Bagus... bagus sekali ! ternyata kau tidak tahu diri dan
berani juga bergurau dengan diriku..."
Mendadak Tan Kia Beng menarik kembali senyumannya,
sambil mendekati kesisi tubuhnya diam-diam ia berbisik lirih :
"Bagaimana dengan situasi pada beberapa hari ini?"?"
"Heei... sangat berbahaya !"
"Dimana Jie ko?" dia sekarang ada di mana?""
"Aku dengan siular beracun melakukan pekerjaan secara
berpisah, ia khusus menyelidiki dilingkungan dalam gunung
Oei-san sedang aku bertugas dilingkungan luar!" ia merandek
sejenak, lalu sambungnya :
"Simalaikat ular dari Leng Lam benar-benar tidak tahu
kekuatan sendiri, ia sengaja mengirim anak muridnya datang
kemari untuk menerima kematian, menghadapi keadaan
semacam ini apakah dianggapnya silat kelas dua kelas tigapun
bisa menahan terjangan mereka?"?"
"Kalau begitu adanya pihak Istana Kelabang Emas sudah
melancarkan serangan ?""
"Bukan saja melancarkan serangan bahkan boleh dikata
tidnakan yang kalap ! selama dua tiga hari ini sudah ada
puluhan orang anak murid Kay Pang yang menemui ajalnya.
Aku sipencuri tua benar-benar tak tega melihat kejadian
tersebut, akhirnya setelah aku desak terus-terusan baru
memperoleh persetujuan dari Leng Lam Coa Sin untuk
menarik kembali seluruh anak buahnya sehingga yang mati
dan luka bisa dikurangi jumlahnya. Heeei... penjagalan besar
besaran ini entah bagaimana akhirnya ?""
"Apakah dari pihak tujuh partai besar belum kelihatan
seorang manusiapun ?"?"
"Menurut penglihatan dari aku sipencuri tua, disekeliling
gunung Oei san sudah disebari dengan jgao-jago lihay Istana
Kelabang Emas, sedang dilingkungan luar gunugn Oei san
hanya kelihatan orang-orang Kay Pang saja, dari partai partai
lain masih belum kelihatan seorang manusiapun"!
Perlahan-lahan Tan Kia Beng mengangguk.
"Jika demikian adanya, maka siasat kejam dari pihak Istana
Kelabang Emas pun sudah terbuka, bagaimana kita harus
menghadapi mereka ?"?"
Air muka si Su Hay Sin Tou mendadak berubah jadi sangat
serius. "Kekuatan dari pihak Istana Kelabang Emas benar-benar tak
boleh dipandang enteng, semua orang yang aku sipencuri tua
temui rata-rata memiliki kepandaian silat yang luar biasa.
Menurut penglihatanku, lebih baik kita menantikan perubahan
selanjutnya dengan tenang!"
"Aaach... itu kan bukan suatu cara yang baik" seru Tan Kia Beng tidak setuju, "aku ingin berusaha untuk menemui dahulu
si Majikan Istana Kelabang Emas yang misterius itu, akan
kulihat macam apakah manusia itu!"
Su Hay Sin Tou mengerti jelas bagaimana siat "Toako"nya
ini karena itu iapun tidak terlalu memaksa.
"Kalau memang Toako ada maksud berbuat demikian, aku
hanya berharap kau suka berhati-hati" katanya kemudian.
"aku sipencuri tua masih ada urusan lain hendak menengok
kesebelah sana, jikalau ada urusan penting jangan lupa
beritahu kepadaku serta siular beracun dengan menggunakan
kode !" Selesai berkata ia lantas meloncat kedepan dan berlalu dari
sana. Sepeninggalannya Su Hay Sin Tou, Tan Kia Beng pun
dengan langkah perlahan berangkat menuju kepuncak Si Sim
Hong dengan mengambil jalan dari sebelah Barat.
Karena sudah mendapatkan peringatann dari Su Hay Sin
Tou, maka gerak geriknya kali ini sangat berhati-hati sekali.
Sedikitpun tidak salah selama ini secara samar samar ia
menemukan banyak orang orang yang melakukan perjalanan
malam mondar mandir disekitar sana tiada hentinya.
Karena takut gebah rumput mengejutkan ular, maka selama
ini pemuda tersebut sama sekali tidak mengganggu orang-
orang itu. Demikianlah, setelah melakukan perjalanan selama satu
malam dan berhasil menyelidiki garis besar dari keadaan
disekitar tempat itu, menanti hari sudah terang tanah ia lantas
berangkat menuu ke sebuah kota kecil dipinggiran gunung.
Kota kecil ini walaupun letaknya ditengah gunung tetapi
disebabkan merupakan tempat yang penting didalam lalu-
lintas maka suasana tidak begitu sepi, rumah makanpun
tersebar dimana mana. Dengan langkah lambat pemuda itu memasuki sebuah
rumah makan guna bersantap.
Tidak selang berapa saat kemudian, para tamupun semakin
banyak, sehingga dalam sekejap mata seluruh kedai sudah
dipenuhi dengan manusia. Jika ditinjau dari gerak gerik mereka jelas orang-orang itu
bukan penduduk setempat bahkan lebih mirip dengan orang-
orang dari kalangan dunia kangouw.
Hal ini membuat Tan Kia Beng paham.
"Oou... kiranya orang-orang ini pada berkumpul disini"
pikirnya dalam hati. Pada waktu itulah mendadak telinganya dapat menangkap
suara pembicaraan kedua orang dengan suara yang lirih.
Terdengar salah seorang dengan logat daerah Auw Lam
sedang berkata : "Loo-jie ! kau sudah dengar belum, katanya orang-orang
yang hendak melihat keramaian digunung Oei-san harus
melewati dulu suatu pemeriksaan, jikalau orang itu memiliki
kepandaian silat yang rendah dilarang ikut masuk, coba kau
pikir sungguh mengherankan tidak?"?"
"Omong kosong!" sahut kawannya dengan menggunakan
logat Cuan Kang. "Siapa yang sudah membuat peraturan
semacam itu?" apakah gunung Oei-san adalah milik mereka
pribadi ?"?" Menurut apa yang aku dengar peraturan tersebut dibuat
oleh Liok lim sin Ci serta Yen Yen Thaysu dari Siauw lim pay!
Mungkin dikarenakan nama kedua orang itu terlalu
cemerlang, maka orang tersebut tidak berbicara lagi.
Beberapa saat kemudian, kembali siorang dengan logat
Auw Lam berkata lagi : "Perduli bagaimanapun, aku sudah pastikan diri ingin
melihat keramaian tersebut. Mari kita coba coba terjang
masuk pos penjagaan tersebut. Dengan mengandalkan
kepandaian silat kita berdua, walaupun belum bisa disebut
sebagai jagoan nomor wahid dari dunia kangouw rasanya
kitapun tidak sedemikian bodoh. Mana mungkin tak berhasil
melewati pos penjagaan tersebut?""
"Perkataan dari Toako sedikitpun tak salah, mari kita segera
berangkat...!" Tan Kia Beng segera mendongakkan kepalanya
memangdang keempat penjuru, tampaklah dasri sebelah timur
bangkit berdiri dua orang.
Yang satu memiliki perawakan tinggi dengan wajah putih
bersih sedang yang lain berbadan kekar dan pendek, wajahya
amat keras dan buas. Setelah membereskan rekening, kedua orang itu terburu-
buru turun dari atas loteng
Ketika itulah Tan Kia Beng merasakan hatinya bergerak.
"Kenapa aku orang tidak ikuti mereka dari belakang ?"?"
pikirnya. Setelah membereskan rekening buru-buru iapun menguntil
dari belakang kedua orang itu naik keatas gunung.
Sewaktu ia sudah berjalan keluar dari kota kecil dan
menginjak jalanan besar itulah pemuda tersebut baru
menemukan bila orang orang yang pergi menonton dijalannya
pertamuan puncak para jago digunung Oei san amat banyak
sekali. Tidak kuasa lagi ia menghela napas panjang!
"Heeei.. orang orang ini benar-benar tak tahu mati hidup
sendiri... Kini situasi begitu berbahaya, dimana mana sudah
diliputi nafsu pembunuhan, bukankah kepergian mereka hanya
menghantar kematian saja...?"" pikirnya.
Sembari berjalan sembari berpikir tak terasa lagi langkah
kakinya semakin lama semakin cepat, Hanya didalam sekejap
mata ia sudah tiba disebuah mulut gunung.
Sedikitpun tidak salah, dimulut gunung tersebut berdirlah
dua orang Pendeta seorang Tootiang dan seorang kakek tua,
Mereka sedang gerak gerakkan tangannya berbicara dengan
orang orang itu. Diam diam Tan Kia Beng bercampurkan dirinya dengan
gerombolan orang orang itu untuk mendengarkan apa yang
sedang mereka bicarakan. Terdengarlah salah seorang hweesio berusia pertengahan
sambil merangkap tangannya didepan dada sedang berkata :
"Pinceng tiada bermaksud untuk melarang saudara saudara
sekali masuk kegunung tindakan kami ini adalah bermaksud
baik tahukah kalian apa yang terjadi pada beberapa waktu ini
diatas gunung Oei san?""..."
"Tidak akan lebih pembalasan dendam dan peristiwa bunuh
saling membunuh..." dari antara gerombolan manusia
terdengar salah seorang berteriak keras. "Kami adalah orang
orang yang datang melihat keramaian, apa sangkut pautnya
dengan kami?"" Sang hweesio berusia pertengahan itu tetap bersabar.
"Urusan tidak segampang seperti apa yang kalian pikirkan"
ujarnya kembali "Setiap orang yang melewati gunung ini
kebanyakan sudah menemui ajalnya dibunuh orang.
Menurut apa yang pinceng ketahui selama tiga hari ini
kurang lebih sudah ada seratus dua ratus orang yang
menemui ajalnya oleh karena itu pinceng sekalian sengaja dari
jauh datang kemari hendak menasehati kalian lebih baik
batalkan saja maksud kalian itu.
"Sungguh ketemu dengan setan disian hari bolong !" dari
antara gerombolan orang orang itu kembali terdengar suara
teriakan teriakan keras, "Dikolong langit mana mungkin bisa
terjadi peristiwa semacam ini. Lalu kenapa kalian tidak
dibunuh mati?"?""
"Urusan mati hidup kami lebih baik tak usah kalian rewesi,
ayoh cepat pergi semua dari sini !"
"Kurang ajar... kelesai gundul itu jels bermaksud tidak baik,
hajar saja dia orang"
Suara teriakan teriakan keras segera bergema memenuhi
angkasa, didalam keadaan terpengaruh oleh kata kata yang
tajam ada beberapa orang yang sudah menerjang kedepan.
Mendadak sikakek tua yang berdiri disisi hweesio tersebut
dongakkan kepalanya tertawa terbahak bahak.
"Sungguh manusia manusia yang tidak tahu diri, ternyata
menganggap kawan sebagai lawan, Siancu ! maksud baik kita
sudah disampaikan, bilamana mereka paksakan diri juga mau
pergi, biarkanlah mereka berlalu!
Akhirnya ia menyingkir kesamping memberi jalan kepada
orang orang itu, dengan cepat orang orang yang berada
dipaling depan berkelebat lewat dan lari masuk kedalam
gunung. Si hweesio berusia pertengahan itupun diam diam memuji
keagungan sang Buddha setelah itu menyingkir pula
kebelakang. Dengan cepat laksana air bah jago jago Bu lim yang datang
melihat keramaian segera pada menerjang masuk kedalam
mulut gunung menyusul kawan kawannya.
Tan Kia Beng mengerti si hweesio tersebut bermaksud baik,
tetapi orang orang itu tidak mau tahu diri. memang ada
seharusnya dibiarkan saja berlalu dan menanggung resiko
sendiri. Menanti semua orang sudah berlalu, dengan langkah
lambat ia baru berjalan ke hadapan sang hweesio tersebut.
"Tolong tanya apakah siansu berasal dari sauw-lim pay ?"
sapanya sembari menjura memberi hormat.


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sedikitpun tidak salah, pinceng Ci Cin."
"Sesuai dengan apa yang siancu katakan tadi, entah
tahukah kau orang siapakah yang sudah melakukan seluruh
perbuatan ini ?""
Ci Sin Siansu tidak langsung menjawab pertanyaannya,
dengan sepasang mata yang tajam ia memperhatikan pemuda
tersebut tajam tajam lalu dengan hati ragu-ragu balik
tanyanya : "Saudara adalah anak murid dari siapa di dalam kay Pang ?"
"Murid sipengemis aneh !"
"Siapa namamu " dan apa maksud kedatanganmu ?"
"Selamanya cayhe belum pernah menggunakan nama.
orang2 memanggil diriku dengan sebutan pengemis cilik,
kedatanganku sama juga dengan mereka ingin melihat
keramaian." Sikakek tua yang tadi tertawa tergelak mendadak maju
kedepan sambil tertawa dingin tiada henti-hentinya.
"Heee... heee... hee.. aku rasa tentu ada tujuan yang lain
bukan?"?" serunya ketus "Dandananmu itu mungkin bisa
mengelabuhi orang lain tetapi tak bakal lolos dari sepasang
mata Ciauw Tong Ih Shu atau sikakek nelayan dari daerah
Ciauw Tong !" Dengan pandangan yang amat dingin Tan Kia Beng melirik
sekejap, kemudian dengan sombong dongakkan kepalanya
keatas. "Sekalipun aku sedang menyaru lalu apa sangkut pautnya
dengan kau orang...?"?" jengeknya.
"Hmmm ! kalau begitu aku ingin maju kedepan, tangannya
dengan cepat menyambar lewat mencengkeram pergelangan
tangan lawan. Terasa angin berkelebat lewat, tahu tahu Tan Kia Beng
sudah berada dibalik mulut gunung.
"Haaa... haaa... haaa... bilamana tidak memandang diatas
wajah Liok-lim Sin Cie, menghadapi manusia semacam kau...
Hmmm! akan kusuruh kau merasa malu dulu" serunya sambil
tertawa panjang. Mendengar ejekan tersebut sikakek nelayan dari daerah
Ciauw Tong jadi semakin gusar, tubuhnya segera berbungkuk
siap siap menubruk kembali kearah depan.
"Cianpwee harap jangan marah dulu" buru buru Ci Cin
Siansu turun tangan mencegah. "Biarlah pinceng tanyai dulu
dirinya" Sambil merangkap tangannya menjura, ia berjalan
mendekati diri pemuda tersebut.
"Entah sicu anak murid dari partai mana?"" harap kau suka
menyebutkan secara jelas sehingga tidak sampai terjadi
kesalah pahaman" "Haaa... haaa... haaa... pokoknya aku orang bukan anak
murid dari Istana Kelabang Emas, buat apa kau banyak
bertanya" Mendadak ia menarik kembali senyumannya, dengan wajah
serius sambungnya lebih lanjut:
"Cayhe ingin tahu keadaan situasi disekeliling gunung Oei
san pada beberapa hari ini harap Siansu suka memberi
petunjuk." Ci Cin Siansu yang melihat nada ucapannya terang, sopan
dan tindak tanduknya bergitu tenang, bahkan agaknya
memiliki serangkaian ilmu silat yang maha dahsyat, dalam hati
lantas menduga bila dia orang tentu adalah seorang pendekar
yang tidak ingin dikenal oleh siapapun.
Perlahan-lahan hweesio itu menghela napas panjang.
"Heee...! selama beberapa hari ini di atas gunung Oei san
sering sekali muncul seorang manusia berkerudung yang tidak
dikenal asal usulnya, kepandaian silat yang dia miliki sangat
lihay. Barang siapa yang memasuki gunung Oei san didalam
sepuluh bagian ada sembilan bagian tentu menemui ajalnya.
Bahkan selama tiga hari ini sudah ada seratus orang lebih
yang menemui ajalnya."
"Apakah pernah menemukan manusia macam apakah
merasa mereka itu?" "Menurut cerita dari mereka yang berhasil meloloskan diri,
katanya orang orang itu adalah seorang kakek berkerudung
yang memakai jubah hitam serta seorang sastrawan
berkerudung." Mendengar keterangan itu, mendadak Tan Kia Beng
merasakan hatinya rada bergerak.
"Seorang sastrawan berkerudung ?" tak terasa lagi serunya.
"Benar ! gerak gerik orang ini sangat misterius, kepandaian
silat yang dimilikipun luar biasa lihaynya, tindakannya sangat
kejam, buas dan telengas, Barang siapa saja yang ketemu
dirinya tak bakal ada yang bisa lolos !"
Mendadak Tan Kia Beng teringat dengan sisastrawan yang
bernama Kiem Soat Leng itu, tak terasa lagi hawa amarah
bergelora didalam dada. Ia mendengus berat.
"Hmmm ! aku tahu siapa dia, aku ingin mencari sisastrawan
terkutuk itu dan menjejaki kepandaian silatnya."
Selesai berkata ia lantas merangkap tangannya menjura
kemudian mencelat ketengah udara setinggi puluhan kaki dan
bagaikan sebatang anak panah yang terlepas dari busur
meluncur masuk keatas gunung.
Dengan berlangsungnya kejadian ini seketika itu juga Ci Cin
Siansu jadi berdiri tertegun, ia tidak mengerti berasal dari
manakah sipengemis cilik yang memiliki kepandaian silat yang
amat tinggi itu... Sebaliknya Si kakek nelayan dari daerah Ciauw Tong
semakin berasa beruntung bila mana tadi dia orang bergebrak
dengan orang itu, kemungkinan dirinya akan mendapat malu.
Kita balik pada Tan Kia Beng yang berkelebat pergi dalam
keadaan gusar, selama ditengah perjalanan ia berpikir keras
terus, sedang gerakan badanpun semakin cepat.
Menanti tubuhnya sudah menerjang sejauh seratus kaki
dari mulut gunung mendadak...
Dari belakang tubuhnya berkumandang datang suara jeritan
kesakitan yang menyayatkan hati diikuti suara bentakan
bentakan gusar yang amat memecahkan kesunyian.
Ketika ditelitinya lebih cermat, maka ia merasa agaknya
suara jeritan tersebut berasal dari mulut gunung, hatinya jadi
kaget. "Aduuh celaka ! tentu Ci Cin sekalian sudah menemui
musuh tangguh..." Badannya dengan cepat berputar kembali kemudian laksana
segulung asap hijau meluncur keluar kearah mulut gunung.
Tetapi... baru saja tubuhnya tiba ditempat semula, hatinya
terasa berdebar. Ci Cin Siansu serta sikakek nelayan dari
daerah Ciauw Tong sekalian yang baru saja berbicara dengan
dirinya menggeletak diatas tanah.
"Aah... sungguh cepat dan ganas tindakan orang ini" diam-
diam pikirnya dengan terperanjat. "Entah siapakah orang itu
?" Ketika diperiksanya dengan teliti mayat-mayat tersebut,
pemuda itu menemukan kalau orang-orang itu sudah dipukul
hancur jantungnya. Sungguh tidak disangka olehnya dengan tenaga lweekang
hasil latihan selama tiga, empat puluh tahun dari Ci Cin Siansu
sekalian bisa menemui ajalnya dalam sekejap mata.
Cukup ditinjau dari hal ini sudah membuktikan seberapa
lihaynya pihak lawan. Pada saat ini jalanan gunung kembali berjalan datang
gerombolan orang-orang kangouw yang melihat keramaian,
untuk menghindarkan diri dari kesalah pahaman, buru-buru ia
bangun berdiri siap-siap melanjutkan perjalanannya kedalam
mulut gunung "Berhenti!" mendadak dari belakang tubuhnya
berkumandang datang suara dengusan dingin dari seseorang.
"Didalam Kay Pang kau termasuk anak murid siapa?""
Mendengar teguran tersebut dengan cepat Tan Kia Beng
putar badan, tampaklah "Liok Lim Sinci" sambil bergendong
tangan sudah berdiri dibelakangnya dan memandang dirinya
dengan sinar mata dingin.
Selagi ia kebingungan untuk membuka rahasianya itulah,
mendadak satu ingatan berkelebat didalam benaknya.
"Boanpwee adalah Tan Kia Beng dari Teh Leng Bun!" buru-
buru katanya dengan menggunakan ilmu untuk
menyampaikan suara. Diatas wajah Liok lim Sin ci segera terlintaslah rasa terkejut
yang tak terhingga. Belum sempat ia berkata, Tan Kia Beng sudah menjemput
lebih lanjut : "Karena perkataan pihak Istana Kelabang Emas terhadap
gerak gerik Boanpwee sangat ketat, maka aku orang terpaksa
harus menjura sabagai anak murid perkumpulan Kay Pang
guna mengelabuhi mereka"
Untuk bisa menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara
paling sedikit sedikit seorang harus memiliki tenaga lweekan
setinggi enam puluh tahun hasil latihan, walaupun dari
angkatan muda ada pula beberapa orang yang menonjol
tetapi diantara mereka yang berhasil mencapai tenaga dalam
seperti apa yang dimiliki Tan Kia Beng saat ini, boleh dikata
jarang sekali ditemui. Oleh karena itu Liok lim Sin Ci tidak menaruh rasa curiga
lagi, ia lantas menggape ajak dia pergi.
"Kalau memang Tan Sauw hiap adanya. Mari ikutilah loolap"
serunya kemudian dengan melalui ilmu menyampaikan suara
pula. Badannya mendadak meloncat keatas kemudian melayang
langsung menuju kesebuah lembah yang kecil.
Tan Kia Beng tidak terlambat langkahnya lagi, dengan
kencang ia mengikuti terus dari belakang kakek tersebut.
Dengan kecepatan ilmu meringankan tubuh dari kedua
orang itu, didalam sekejap mata kemudian mereka sudah
melewati beberapa buah puncak gunung dan akhirnya
berbelok masuk kedalam sebuah lembah yang sangat
terahasia letaknya. Setelah memasuki lembah tersebut, mereka berhenti
didepan sebuah kuil yang kecil.
Sedikitpun tanpa ragu ragu lagi Liok Lim Sin Ci langsung
melayang masuk ke dalam sebuah ruangan kuil yang
suasananya begitu tenang.
Setelah mendorong pintu berjalan masuk, kelihatanlah di
dalam ruangan pada ketika itu sudah dipenuhi dengan
manusia bahkan rata rata merupakan jago dunia kangouw
yang sudah memiliki nama besar dan pernah menggetarkan
sungai telaga. Ditempat itu bukan saja akan Ci Si Sangjien dari Siauw lim
pay, Thian Liong Tootiang serta Leng Hong Tootiang dari Bu
tong Kwang Hoat Tootiang dari Kun-lun pay, Phu Cing Siansu
dari Ngo Thay-pay, Loo Hu Cu dari Go-bie pay, disamping itu
masih ada pula seorang hweesio beralis putih yang sangat
keren dan berwibawa serta banyak orang yang sama sekali tak
dikenal olehnya. Ketika semua orang melihat Liok-lim Sin Ci membawa
masuk seorang pengemis cilik, terasa pada melengak semua
dibuatnya. Melihat orang-orang itu dibuat keheranan, Liok-lim Sin Ci
segera tertawa tergelak. "Haaa... haaa... haaa... mari, mari... biar aku kenalkan
seseorang kawan kecil kepada kalian, dia bukan lain adalah
Tan Siauw-hiap ahli waris dari Han Tan Loojien!" katanya
lantang. Suara teriakan kaget segera mengubah ruangan yang
tenang jadi gaduh... mereka rata rata tidak menyangka kalau
sang pemuda tersebut bisa munculkan dirinya pada saat dan
dalam keadaan seperti ini.
Buru-buru Tan Kia Beng merangkap tangan menjura.
"Cayhe Tan Kia Beng mengunjuk hormat buat Loocianpwee
sekalian..." Sang Hweesio beralis putih yang saat itu sedang duduk
bersila sambil pejamkan matanya, mendadak membuka kedua
belah matanya dan melirik sekejap kearahnya, kemudian
perlahan-lahan memejamkan matanya kembali :
"Sicu ! kau tidak usah banyak adat" seru Thian Liong
Tootiang sembari mengangguk. "Mari silahkan ambil tempat
duduk!" Orang-orang yang berada didalam ruangan tersebut
kebanyakan merupakan jago jago Bu lim yang telah
mempunyai nama sangat terkenal serta para Ciang bunjien
dari partai besar. Bila dibicarakan yang sepantasnya, bagi pemuda tersebut
tak ada bagian untuk tetap tinggal disana.
Tetapi, berhubung kedudukan Han Tan Loojien sangat
tinggi dan terhormat didalam kalangan dunia persilatan,
bahkan jauh lebih tinggi setingkat dari kedudukan Thian Liong
Tootiang. Bersamaan itu pula sejak ia memperoleh penemuan aneh
didasar Lembah dan dua kali munculkan diri dalam Bu-lim,
didalam beberapa kali bentrokan yang terjadi berhasil
menduduki tempat teratas dimata para jago Bu lim. Maka
semua orang boleh dikata sudah memandang tinggi dan
menghargai dirinya. Setelah Tan Kia Beng tempat duduk, sambil tersenyum
kembali Thian Liong Tootiang bertanya :
"Kepergian sicu kali ini kegurun pasir, entah sudah
membawa datang berita apa saja ?"?"
Mendapatkan pertanyaan ini, maka berceritalah Tan Kia
Beng tentang keadaan di gurun pasir sercara garis besarnya.
Setelah mendengarkan kisahnya itu. Thian Liong Tootiang
tak bisa menahan dirinya lagi ia menghela napas panjang.
"Heeei... tak kusangka Coe Swie Tiang Cing seorang
pendekar kenamaan sepanjang masa sudah dikubur digurun
pasir!" Dari Tan Cu Liang teringat kembali olehnya nasib sang sute
Thiat Bok Tootiang yang ikut menemui ajalnya disana, karena
itu selesai berkata kembali dia orang menghela napas
panjang. "Jika demikian adanya" mendadak Liok lim Sin Ci
menimbrung. "Majikan Istana Kelabang Emas tidak sah
diragukan lagi tentu keturunan dari raja suku Biauw. Kini ia
berani memusuhi jago-jago Bu-lim serta partai partai besar
yang ada didaratan Tionggoan secara terang-terangan.
Kekuatannya tak boleh kita pandang enteng. Didalam


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertemuan puncak para jago digunung Oei san kali ini, entah
siapakah akhirnya yang bakal menang dan siapa pula yang
bakal kalah..." Mendadak si hweesio beralis putih mementangkan
sepasang matanya kemudian memuji keagungan Buddha
dengan suara lirih. "Ternyata dugaan pinceng sedikitpun tidak salah, pihak
Istana Kelabang Emas telah mengerahkan seluruh kekuatan
yang ada untuk mengurung seluruh gunung Oei-san" katanya
halus. "Apa maksud kedatangan mereka rasanya sekarang
sudah jelas tertera. Dengan demikian boleh dianggap
pertarungan ini adalah suatu pertarungan yang terakhir antara
jago jago Bu-lim dari daratan Tionggoan melawan jago jago
dari pihak Istana Kelabang Emas.
Heei...! didalam pertarungan secara besar besaran ini entah
ada berapa banyak orang lagi yang bakal mau jadi korban."
"Jika menurut situasi pada beberapa hari ini" ujar Thian
Liong Tootiang pula setelah termenung sejenak. "Aku rasa
kepandaian silat yang dimiliki jago-jago Istana Kelabang Emas
rata rata tidak lemah, tetapi Majikan Istana Kelabang Emas
belum pernah muncul diri secara resmi, dapatkah kita orang
menahan serangan Hong Mong Ci Khie nya, heei... sukar
sekali bagi kita untuk mengambil perkiraan"
Pada saat itulah mendadak Leng Hong Tootiang menoleh
kearah Tan Kia Beng. "Tan siauw hiap !" serunya. "Barusan saja kamu kembali dari gurun pasir dan berhasil menyelidiki pula keadaan yang
sebetulnya dari pihak Istana Kelabang Emas. tahukah kau apa
maksud dari Istana Kelabang Emas dengan gerakannya kali
ini?"" "Menurut dugaan cayhe, maksud tujuan dari Istana
Kelabang Emas datang keselatan dengan mengerahkan
seluruh tenaga yang ada tidak lebih ingin menyerang dan
memusnahkan seluruh jago Bu-lim yang ada didaratan
Tionggoan. Sedangkan menggunakan cara apakah mereka
hendak bertindak, soal ini aku rada kurang jelas."
Sang hweesio tua beralis putih itu adalah seorang Tiang-loo
dari Siauw-lim pay dan bukan lain adalah Yen Yen Thaysu
yang bertindak sebagai penyelenggara didalam pertemuan
puncak para jago di gunung Oei San kali ini.
Ketika itulah ia bangun meninggalkan kasur semedinya.
"Yang diandalkan pihak Istana Kelabang Emas tidak lebih
adalah ilmu pukulan 'Hong Mong Ci Khei' yang lihay itu"
katanya dengan nada sangat berat. "Aku rasa sampai
waktunya tak bakal seorangpun diantara kita yang dapat
menghancurkan hawa pukulan Cin Khei semacam itu."
Liok-lim Sin Ci pun pernah merasakan kelihayan dibawah
pukulan "HOng Mong Cie Khei" tersebut dan mengetahui pula
jika ilmu pukulan itu tidak lain termasuk semacam hawa
pukulan Sian Thian Cin Khie yang luar biasa dahsyatnya,
karena itu sehabis mendengar perkataan dari Yen Yen Thaysu,
iapun menghela napas panjang.
"Jika dibicarakan memang benar-benar sangat memalukan
!" katanya perlahan. "Sewaktu Loohu berada dikuil Ya Hu Sian Si ternyata sudah jatuh kecundang ditangan seorang gadis
perempuan. Entah siapakah perempuan tersebut dan
menjabat kedudukan apakah didalam Istana Kelabang Emas!"
"Dia adalah murid termuda dari majikan Istana Kelabang
Emas" sambung Tan Kia Beng dengan cepat. "ia tidak ikut
datang di dalam gerakan secara besar-besaran kali ini."
Liok-lim Sin Ci sebagai seorang cianpwee Bu-lim yang
disanjung-sanjung dan ditakuti karena mengandalkan
kelihayan ilmu Toa Thian Kang Ciang nya, ternyata tidak
diduga sudah jatuh kecundang ditangan salah seorang murid
yang termuda dari majikan Istana Kelabang Emas, sehabis
mendengar perkataan tersebut, kecuali Tan Kia Beng rata-rata
sudah dibuat terperanjat semua oleh kejadian ini.
Tan Kia Beng yang melihat orang-orang yang hadir didalam
ruangan tersebut kebanyakan merupakan jago jago tua yang
alim dan tidak banyak ribut sedang ia sendiripun merasa
kurang leluasa untuk banyak ribut disana, apalagi tidak
mengetahui pula apa yang sedang mereka rencanakan, lama
kelamaan dalam hati merasa amat riku.
Akhirnya ia bangun berdiri mohon pamit.
"Boanpwee akan melakukan perondaan di sekitar gunung
Oei-san disamping memeriksa adalah jejak musuh yang
ditemukan, maaf cayhe mohon diri terlebih dulu." katanya.
Para jago-jago tua yang hadir pada saat ini kebanyakan
sedang memikirkan keselamatan partainya tersendiri, sedang
Tan Kia Beng walaupun merupakan seorang jagoan yang
sangat terkenal didalam Bu lim bagaimana tidak lebih cuma
seorang angkatan muda. Oleh karena itu boleh dianggap tak seorangpun yang
memandang sebelah mata kepada dirinya, sebab itulah
sewaktu ia mohon pamit tak seorangpun yang menahan
dirinya lagi. Sekeluarnya dari pintu ruangan, mendadak Leng Hong
Tootiang mengejar dari belakang ujarnya sambil mencekal
tangan pemuda itu erat-erat :
"Menurut apa yang pinto ketahui, orang orang dari tujuh
partai belum ada seorangpun yang bisa menahan pukulan Sian
Bun Sian Thian Can Khie tersebut. Sampai waktunya harap
siauw hiap suka ikut hadir pula ditengah kalangan. Kalau
tidak... mungkin urusan sukar untuk diduga!"
Dengan cepat iapun mulai menerangkan rencana yang
sudah dipersiapkan oleh partai partai besar didalam
menghadapi persoalan ini.
Kiranya rencana Yen Yen Thaysu sekalian hendak
menggunakan pertemuan puncak para jago digunung Oei san
ini sebagai umpan untuk memancing orang-orang dari pihak
Istana Kelabang Emas ikut serta.
Sampai waktunya, dengan mengandalkan kepandaian silat
yang dimiliki Yen-Yen Thaysu serta Thian Liong Tootiang
mereka akan turun tangan membinasakan dulu beberapa
orang pentolan mereka, kemudian sisa-sisa anak buah Istana
Kelabang Emas akan didesak dan dibasmi oleh anak murid
partai-partai besar yang disebarkan diempat penjuru gunung
Oei san. Tan Kia Beng segera mengangguk selesai mendengar
Pendekar Muka Buruk 7 Pendekar Cacad Karya Gu Long Naga Pembunuh 7
^