Pencarian

Pengelana Rimba Persilatan 14

Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 14


"Ah...!" iblis pendeta dao terhuyung sejauh satu zhang lebih.
"Aku......ngaku kalah......" iblis pendeta dao berteriak tidak karuan.
Menurut aturan, jika kedua belah pihak tidak ada permusuhan tidak
ada dendam, hanya perselisihan kecil, lawan telah terang-terangan
mengaku kalah, maka tidak boleh mendesaknya lagi.
Tapi pertarungan hidup mati hari ini, bukan perselisihan kecil,
juga bukan membandingkan ilmu silat, tidak boleh dengan
mengaku kalah sebagai alasan.
"Jangan menggunakan alasan yang rendah ini untuk minta
ampun, aku tidak terima cara ini."
Mana mau Fu Ke-wei mengangap selesai begitu saja" Satu
sabetan pedang ke lengan atas si iblis pendeta dao, gerakannya
cepat laksana kilat, iblis pendeta dao sedikit pun tidak ada
kesempatan menghindar. "Le......lepaskan a......aku......" iblis pendeta dao sudah menyerah dengan membuang pedang menyatakan tidak
bersenjata, seperti sedang berteriak minta ampun.
"Aku ingin Shen-xian-gao......"
"Aku beri......aku berikan......." Si iblis pendeta dao buruburu melanjutkan.
"Dan obat penawarnya."
"Aku......berikan, aku berikan......" si iblis pendeta dao buru-buru merogoh kantong mengambilnya.
Sekali tangan bergerak, sinar pedang berkelebat, punggung
telapak tangan kanannya si iblis pendeta dao telah ditembus pedang, darah segar mengalir.
"Aku lepaskan dulu dua kulit pelindung tanganmu, jangan
sembarangan gerak. Di dalam itu tersembunyi barangnya, jika kau
sembarangan bergerak, jika sampai menimbulkan kecurigaan ku, tanpa pikir lagi aku akan membunuhmu, bukankah kau akan mati dengan
menyesal?" "Aku......" Fu Ke-wei tidak menunda waktu lagi, bagaimana pun dia telah
tahu Shen-xian-gao dan penawarnya iblis pendeta dao, pasti
disembunyikan di dalam dadanya, itu sudah cukup, mencarinya
tidaklah sulit. Sebuah tendangan menggulingkan iblis pendeta dao, lalu dia
mengunci dua titik jalan darah di bahunya, dengan teliti dia lalu mencari di tubuhnya. Dari satu dompet kecil yang bagus di pinggangnya, Fu Ke Wei mendapatkan Shen-xian-gao dan obat penawarnya.
Fu Ke-wei merampas obat penawarnya, membuka mulutnya iblis
pendeta dao, menumpahkan seluruh isi satu botol kecil Shen-xian-gao ke dalam perutnya iblis pendeta dao.
"Jangan......mmm.......mmm......" teriak iblis pendeta dao seperti gila menendangkan kaki meronta.
"Aku tidak sudi membunuhmu." Kata Fu Ke-wei dingin, "biar langit yang menghukum kau, walau kau pernah meracun aku."
"Kau......kejam......"
"Betulkah?" "Kau......" Begitu Fu Ke-wei heng membalikan tubuh dia langsung
meninggalkan tempat itu dengan langkah besar.
"Bebaskan ja......jalan darahku......" teriak iblis pendeta dao dengan keras.
Fu Ke-wei membalikan tubuh, melotot pada iblis pendeta dao
sekali. "Kakimu masih bisa berjalan, aku sudah cukup memberi ampun
bagimu." Habis berkata, Fu Ke-wei terbang menjauh.
"Aku tidak.......tidak bisa......menolong diri sendiri......" iblis pendeta dao masih berteriak.
Dari kejauhan terlihat ada orang yang mendekat, di dalam hati
iblis pendeta dao berpikir, "ada pertolongan......"
Orang yang datang adalah seorang wanita yang sangat cantik,
sambil tertawa mendekati dia, terntata dia adalah wanita simpanan
iblis pendeta dao, Leng-xiang-yan-xian He Shuang-shuang.
Iblis pendeta dao bukan saja tidak berwajah gembira,
wajahnya malah tampak ketakutan.
"Kau......kau......kau......"
"Aku, memangnya kenapa" Apakah kau sudah tidak kenal aku?"
kata Leng-xiang-yan-xian tertawa membungkuk menatap dia, "kemarin malam sambil melampiaskan nafsu binatangmu, dengan keras kau
menginterogasi aku! Kau ini sebenarnya orang macam apa?"
"Aku sangat menyesal, tidak seharusnya mencurigaimu
menolong pergi anjing kecil Fu, tidak seharusnya
menginterogasimu dengan kasar, tidak seharusnya......"
"Tidak, Fu-jiu memang ditolong olehku." Kata Leng-xiangyan-xian melanjutkan.
"Apa" Kau......kau kenapa mau menolong dia?"
"Aku tidak akan memberitahukan kau apa alasannya."
Leng-xiang-yan-xian berkata, "heran, kenapa dia bisa dengan
mudah melepaskan kau?"
"Dia......dia menumpahkan satu botol Shen-xian-
gao......kedalam perut aku......"
"Ooo! Begitu." Kata Leng-xiang-yan-xian dingin, "Ini disebut bertindak membunuh diri sendiri."
"Apakah kau mau menolongku?"
"Tentu saja tidak." Leng-xiang-yan-xian mengulurkan tangan mengusap perlahan diatas kepala iblis pendeta dao, "dia adalah seorang pria yang bisa membedakan dengan jelas dendam dan budi, pantas untuk disayang, aku tidak bisa meninggalkan penyakit tersembunyi buat dia, kau matilah!"
Kota Jiang-ning kembali menjadi tenang, para pendekar telah
membubarkan diri. Fu Ke-wei sepuluh orang, kembali menginap di penginapan tua
Yue-lai. Pi-li-hu dan tiga muridnya, mendapat luka tapi tidak serius, hampir semuanya terluka oleh senjata gelap, untungnya senjata gelapnya
tidak mengenai tempat yang vital, lukanya tidak berat juga tidak
ringan, paling-paling juga tidak bisa menggunakan seluruh tenaga
bertarung dengan orang. Xie-shen terkena satu sabetan pedang, lengan kanan
atasnya tergores satu luka kecil.
Hoa-fei-hoa dan para perempuan malah sedikit pun tidak terluka,
empat wanita itu bersatu, kerja samanya begitu bagus, sehingga
sangat menguntungkan. Sudah lewat tengah hari, pelayan telah menyiapkan
makanan di dalam ruangan.
"Yu-shu-xiu-shi tidak terlihat batang hidungnya, sehingga dia bisa lolos, sungguh aku tidak bisa terima." Kata Jin Wen-wen dengan kecewa, "aku sungguh tidak bisa terima."
"Orang ini mudah dicari, serahkan pada aku." Hoa-fei-hoa tampak sangat yakin, "mungkin selamanya aku tidak bisa menemukan ketua benteng Xi, kali ini dia pasti sembunyi di ujung langit......"
"Aku tahu dia akan kemana, tunggu saja dia di jalan." Di dalam mata macannya Fu Ke-wei, bersorot sinar yang dingin, "dia tidak akan naik ke langit turun ke bawah bumi, para roh yang mati tidak
berdosa sedang menunggu dia membayar
hutang." "Menunggu dia di jalan" Jalan apa?" tanya Hoa-fei-hoa.
"Jalan kembali ke Shan-xi."
"Dia berani pulang?"
"Kenapa tidak" Sebenarnya, jika dia benar benar bertekad untuk bersembunyi, di Shan-xi malah tempat bersembunyi yang aman,
mencari selama lima-enam tahun juga tidak mudah menemukannya.
Dia bersembunyi di Wu-chang, tujuannya ingin menghubungi
teman-teman di berbagai tempat, begitu saatnya tiba, maka dia akan melakukan serangan mematikan pada kita, dan mengambil kembali
harta bendanya." "Kenyataannya begitu."
"Kali ini, dia sudah putus asa, makanya seperti roh
gentayangan yang ada di neraka, dia akan melarikan diri
kembali ke Shan-xi dan sungguh-sungguh bersembunyi
menikmati hidup, hmmm...!"
"Kapan rencanamu mau berangkat?"
"Tidak terburu-buru." Fu Ke-wei sudah ada rencana,
"sementara ini, dia akan mencari tempat persembunyian
sementara menghindarkan kita."
"Kita......" "Cari Yu-shu-xiu-shi dulu, basmi akarnya perkumpulan Cunqiu, jika membiarkan mereka kembali menjadi kuat, selanjutnya hidup kita akan susah. Nona Jin, kalian tidak perlu bermain nyawa dengan mereka,
menghabisi penjahat, adalah usaha dasar orang semacam aku, serahkan dia padaku, dengan alasan kuat aku bisa mencari dia untuk membayar hutang nyawa."
"Betul! Di kota Wu-chang dia melakukan kejahatan, aku dan adik Zhen juga Xie-shen adalah saksi mata, kami ada alasan yang tepat,
supaya dia membayar hutang nyawa dua orang tamu penginapan,
alasannya kuat. Adik Wen, serahkan saja pada kami!" kata
Hoa-fei-hoa dengan senang.
Pi-li-hu Ceng-jie, teringat bagaimana pertempuran yang telah
berlangsung, dia merasa tidak nyaman.
"Dalam penjagalan besar-besaran kali ini, perkumpulan Cun-qiu telah kehilangan orangnya setengah lebih, walau pun kita tidak
mencari mereka, perkumpulan Cun-qiu juga tidak akan tinggal
diam." Pi-li-hu mengeluh, "aku khawatir mereka melakukan perbuatan brutal, tidak perdulikan segalanya, melakukan serangan
seperti mati-matian pada Jin-she-dong dan keluarga Ceng di
Nan-jing." 0-0-0 Bab 30 Tiga perahu cepat, mengangkut tidak sedikit orang, berlayar
masuk ke danau Bai-ma, menghilang di kedalaman perairan.
Saat fajar, pulau Ban-ping sudah terlihat.
Ketua perkumpulan Liu, Shen-li-jin-gang berdiri diatas dak,
melihat ke sekeliling. "Kenapa tidak terlihat ada perahu nelayan yang kembali?" Dia seperti bertanya pada diri sendiri, "Mmm...! Aku tidak suka dengan situasi begini."
Di tiga perahu cepat semuanya ada dua puluh satu orang,
kekuatannya cukup besar, ketua perkumpulan Liu datang dengan
persiapan yang matang. "Mungkin perahu nelayan tibanya sudah dari tadi." Kata
Mi-hun-tai-sui tidak sependapat, "perairan disini terlalu tersembunyi, mungkin bukan jalur perairannya perahu nelayan, Jiu-tian-fei-long
(Naga terbang sembilan langit) bisa bersembunyi ditempat seperti ini, dia ini sungguh kuat. Jika diganti aku, tinggal tiga hari saja juga bisa jadi gila."
"Kalau dipikirkan demi kehidupan generasi penerus, maka tidak akan jadi gila." Shen-shou-tian-jun pandangannya berbeda, "satu generasi bersusah payah, ratusan generasi tenang."
"Tahi anjing!" kata wakil ketua utama Wu-chang-yi-jian sinis.
"Apakah ada yang salah?"
"Siapa pun tahu, kata-kata orang dulu: kekayaan tidak akan
melewati tiga generasi, kau mengerti tidak?" Wu-changyi-jian tawa dingin, "makanya bagi orang berkuasa seperti kami ini, atau melewati hidup dengan seadanya, semua ingin bersenang-senang saja dulu selagi masih ada kesempatan, hanya orang bodoh, yang rela menjadi kuda
atau sapi nya anak cucu."
"Hm...!" "Jangan bersuara hm..., ini kenyataan. Kaisar Qin ingin berkuasa ribuan tahun, baru sampai generasi Qin kedua sudah habis, generasi ketiga juga tidak sampai...!" Wu-chang-yi-jian dengan wajah seperti guru, "uang yang di dapatkan kita ada setengahnya lebih dari uang haram, jika bisa mati tenang seumur hidup, itu sudah syukur, tuan
langit bersedia membuka satu celah jaringnya, jika masih
menginginkan ratusan generasi senang" sungguh sungguh orang idiot
cerita mimpi, tidak ada pengetahuan."
Saat Shen-shou-tian-jun akan membantah, perahu cepat sudah
bergerak secepat panah menepi ke perkampungan nelayan.
Di pantai tidak terlihat ada orang, tidak terlihat perahu yang
ditarik ke darat, seluruh kampung tampak sepi, seperti sebuah
kampung mati saja. "Rasanya ada sedikit tidak beres!" kata ketua perkumpulan Liu yang meloncat kedarat dengan waspada.
"Kampung kosong!" Mi-hun-tai-sui juga curiga teriak.
"Apakah tidak salah tempatnya?" tanya Wu-chang Yi-jian juga.
"Tidak mungkin, pasti benar disini." Kata laki-laki besar pengendali perahu yang menarik perahu kedarat.
"Mungkin disini telah terjadi wabah penyakit, dan orangnya mati semua, begitu ada orang berteriak, dengan ketakutan mundur ke tepi sungai."
Jaman itu siapa yang tidak takut pada wabah penyakit" Sebuah
kampung dalam satu malam bisa mati semua satu pun tidak tersisa,
tidak ada orang yang bisa melarikan diri. Dewa wabah, adalah salah satu dewa yang paling jahat.
"Jangan sembarangan bicara!" tidak jauh di sebelah kanan, terdengar suara makian, "bukankah aku ini hidup sehat wal afiat"
Lihat kau ini, seperti orang yang takut mati, buat apa hidup di dunia persilatan" Puuh..!"
Itu adalah sebuah gubuk rumput, tempat berkumpul yang biasa
digunakan orang tua kampung duduk-duduk mengibrol, melewatkan
hari. Tinggi tiangnya lima che dari tanah.
Di atas kursi panjang di dalam gubuk, duduk dengan tenang
Jiu-tian-fei-long dan Da-he-shen-wen (dewa nyamuk sungai besar),
karena dua orang ini tidak bicara dan tidak bergerak, dan jaraknya juga ada tiga puluh langkah lebih, samar-samar memakai tiang menghalangi pandangan, sehingga tidak bisa dengan cepat ditemukan oleh para
pesilat tinggi ini. "Ha ha ha! Suadara tua Ju, sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarnya?" Shen-li-jin-gang ketua perkumpulan Liu dengan senyum di buat-buat, membawa kelompok orang mendekati gubuk, "aku sengaja membawa teman-teman, khusus berkunjung pada kalian."
"Aku tersanjung, baik, baik." Jiu-tian-fei-long yang tubuhnya kurus kulitnya hitam juga dengan tertawa di buatbuat berkata, "Ini bukan musang, tikus kuning berunjung dalam tahun baru ke ibu
kota kan" Kau tidak disambut disini, ketua perkumpulan Liu, orang
yang kau bawa sungguh tidak sedikit. Tuan tuan, silahkan duduk."
"Ha ha ha! Tidak persilahkan kami ke rumah anda
ngomong-ngomong?" "Rumah ku sangat sempit, tidak bisa menampung tamu agung,
bukankah disini sangat bagus" Sinar fajar terang benderang,
sungguh tempat bagus untuk bicara terangterangan."
"Bicara saudara Ju mengandung arti, sepertinya sudah
meramalkan aku akan datang." Shen-li-jin-gang didalam hati
diam-diam terkejut, bagaimana beritanya bisa bocor"
"Tidak tahu, bagaimana pun aku tidak menyambutmu datang
kesini, aku akui aku takut pada kau!"
"Saudara......"
"Silahkan katakan langsung saja, tidak perlu sungkan." Jiutian-fei-long tertawa dingin tidak henti-hentinya, "sejak lahir aku tidak banyak akal, selalu bicara langsung, paling benci pada
kelicikan, makanya, selamanya aku tidak pantas jadi pemimpin para
jagoan." Bicaranya mengandung duri, terselubung nada mengejek, ada
sedikit nada bicaranya kasar.
Dua puluh satu orang itu, sudah mengurung gubuk rumput.
Mi-hun-tai-sui seperti biasanya berdiri di atas angin, saat kedua
belah pihak saling menyapa, dia jadi seorang penonton, skap
tenangnya sungguh membuat orang tidak tahu ada maksud apa.
Jiu-tian-fei-long dengan dingin melirik pada Mi-hun-tai-sui, pada
Da-he-shen-wen mengantarkan sorot mata pengertian.
"Baik, saudara Ju sudah bicara terus terang, aku juga tidak perlu basa-basi lagi." Shen-li-jin-gang ketua perkumpulan Liu sebenarnya juga tidak mau membuang waktu, lebih cepat selesai lebih bagus,
lebih cepat bisa pergi. "Aku sedang mendengarkan."
"Kami bertemu dengan satu musuh yang menakutkan, sengaja
datang minta bantuanmu, uangnya telah disediakan banyak."
"Ooh langit! Perkumpulan anda pesilat tingginya banyak sekali, kepandaiannya komplit, dengan dua puluh satu orang kalian ini,
sudah cukup untuk membalikan laut meruntuhkan gunung, malah
minta bantuan padaku, perampok kecil, membantu kau menghadapi
musuh, apa kau ini berkelakar?"
"Bagaimana mungkin aku mau merendahkan diri sendiri?"
"Sungguh! Musuhnya berasal dari mana" Budha besar dari kuil
mana?" "Seorang bocah yang dipanggil Fu-jiu, tidak ada orang yang tahu asal-usulnya. Aku sudah gagal total, terpaksa minta bantuanmu,
masalahnya mendesak, terpaksa merepotkan kau."
"Ooo...! Fu-jiu" Tidak pernah dengar ada orang ini. Aneh, kau tidak gunakan lautan orang merendam dia" Perkumpulan anda
bukankah biasanya menggunakan cara dengan banyak orang
menghadap musuh?" "Menghadapi orang semacam ini, tidak bisa menggunakan cara
itu." Kata Shen-li-jin-gang dengan enteng.
"Ditambah aku, apa berguna?"
"Pasti berguna, saudara Ju. ilmu bertarung di udara dan senjata gelap Man-tian-xing mu, di padukan dengan strategi golok tanah
tiga saudara keluarga Lin, dengan serangan mendadak, sembilan
puluh sembilan persen bisa menang."
"Tiga harimau keluarga Lin dari danau Chao?"
"Tidak salah, mereka juga dalam daftar orang yang di minta
bantuan." "Maaf, aku menolak ikut dalam rencanamu membunuh orang."
Jiu-tian-fei-long dengan tegas menolak, hingga semangat untuk
bertanya lagi juga sudah hilang, "aku Jiu-tianfei-long walau seorang perampok kecil, tapi sebutan itu sulit didapatnya, sekarang dengan empat orang pesilat tinggi yang namanya menggemparkan dunia
persilatan bersatu, hanya menghadapi seorang bocah yang tidak ada
namanya, di kemudian hari mana ada muka aku bertemu dengan para
pendekar di dunia" Ketua perkumpulan Liu, ini bukan disebut
bertarung, tapi siasat pembunuhan. Aku Jiu-tian-fei-long tidak ingin jadi buronan pembunuhan, kau minta bantuan yang lain saja!"
"Kau menolak?" ketua perkumpulan Liu menekan wajahnya,
suaranya keras, ekor musangnya akhirnya tampak.
"Tidak salah, dengan tegas menolak."
"Tidak ingin membicarakan lagi?"
"Tidak perlu." "Apakah kau sudah memikirkan akibatnya?"
"Jurus terbangku lebih tinggi dari padamu, kalian tidak akan
bisa menghalangi aku."
"Walau kau berhasil meloloskan diri......"
"Aku pasti bisa meloloskan diri, aku jamin dengan nama
baikku." "Walau kau bisa meloloskan diri, lima tahun lalu kau di Shou-zhou, peristiwa kau membunuh adik tiri Zheng Shoushan, akan tersebar ke
seluruh dunia persilatan, nama Jiutian-fei-long akan terhapus di
dunia persilatan, malah ada kemungkinan di hukum penggal."
"Itu adalah perselisihan setelah minum arak, peristiwa yang
disesalkan yang terjadi dalam pertarungan adil, aku tidak salah. Saat itu kau sebagai saksinya, seharusnya tahu kejadian sebenarnya."
"Aku memang ada ditempat waktu itu, peristiwa yang aku lihat
berbeda dengan apa yang kau katakan......"
"Orang yang di pelihara induk anjing! Kau sungguh licik!"
"Bagus bagus, tanpa racun bukan laki-laki, kau kira kedudukan ketua ku ini di dapatkan gampang begitu saja?"


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau......" wajah Jiu-tian-fei-long berubah, dia bangkit berdiri.
"Kau ingin main kasar" Lebih baik jangan." Ketua perkumpulan Liu tertawa keji terus-menerus, "seharusnya pernah mendengar
Mi-hun-tai-sui dan saudara Huang-ji, Xiaoyao-san dia adalah salah satu racun terhebat di dunia persilatan. Asal kau mengumpulkan tenaga
dalam dan menggerakannya, pasti kaki dan tanganmu mati kejang,
pasti......" "Apa benar kaki dan tangan tidak bisa gerak?"
"Pasti." Paak... Palang gubuk hancur berantakan, dipukul hancur oleh Jiu-
tian-fei-long. Pukulan ini paling sedikit bertenaga lima ratus jin, jika tidak
mengumpulkan tenaga menggerakannya, tenaganya sulit disalurkan
di telapak dan mengeluarkan pukulan geledek.
Da-he-shen-wen juga mengulurkan tangan besarnya, lima jari
seperti kail, mencakar tiang sebesar mangkuk lalu menariknya,
setelah mencakar hancur kayu, tangannya dibuka, hancuran kayu
berterbangan, jurus cakarnya membuat kayu hingga hancur
berkeping keping. Semua gerakan yang dilakukan harus mengumpulkan hawa murni
menggerakan tenaga dalam, baru bisa membuat lima jari sekeras
logam besi. "Iiih...!" Mi-hun-tai-sui terkejut, ternyata Xiao-yao-san dia sudah tidak ampuh lagi!
"Aku tidak bisa diperintah." Jiu-tian-fei-long tertawa dingin,
"karena orang yang mau kau hadapi, sudah tiga hari menunggumu!
Saudara tua Liu, aku takut padamu! Masalahmu bereskan terlebih
dulu, baru bicara yang lain!"
"Iii...! Maksudmu......"
"Lihat, dia sudah datang."
Semua orang mengikuti arah telunjuknya, memalingkan kepala
melihat. Angin lembut bertiup, Jiu-tian-fei-long dan Da-he-shen-wen sudah
mengambil kesempatan loncat terbang keluar gubuk, keluar dari
kelompok orang yang mengepungnya.
Tampak Fu Ke-wei muncul dari sebuah gubuk, sambil
mengibaskan pedangnya perlahan, dia tersenyum sedikit pun tidak
tampak marah, dengan tenang berjalan perlahan mendekat.
"Anjing kecil Fu......" ada orang yang berteriak
ketakutan. "Bunuh!" terdengar teriakan seperti guntur.
Dua puluh satu orang, seperti gelombang pasang
menerjang Fu Ke-wei. Di luar Fu Ke-wei tampak santai, tapi diam-diam telah
menggerakan tenaga dalam.
"Membasmi kejahatan harus tuntas." Dia seperti tertawa tapi bukan, menunggu di tempat yang lapang, "sayang Yushu-xiu-shi
tidak ada, lain kali dia akan mendapat giliran."
Sekejap kemudian orang-orang itu sudah mengurungnya, dua
puluh satu banding satu. "Shen-li-jin-gang, silahkan perintahkan menyerang!" suaranya dipertinggi tiga kali lipat, "Siapa pun tahu, aku Fu-jiu paling suka dikeroyok, bisa bebas membunuh, supaya tidak harus repot-repot
membunuh satu persatu."
Seorang setengah baya melihat ada kesempatan bagus, dari
belakang dia diam-diam menyerang, tubuh dan pedang menjadi
satu datang menyerang punggung Fu Ke-wei.
Tapi dibelakang punggung Fu Ke-wei seperti ada mata, tubuhnya
menggeliat berjongkok, membiarkan pedang lawan lewat diatas
pundak kirinya. Dan pedang dia malah dari atas kepala menjulur ke
belakang, dengan tepat sekali telah membelah kepala orang
setengah baya, menghindar dan membalas menyerang di lakukan
dalam waktu bersamaan, tampak lancar dan hebat sekali.
Lalu dia bangkit berdiri lagi, kembali berdiri tegak. Dari awal
sampai akhir, tubuhnya selalu menghadap ke depan, tidak pernah
membalikan kepala melihat ke belakang, sepertinya perubahan yang
terjadi dibelakang, dia sedikit pun tidak tahu, dan orang yang telah mati tidak ada hubungan dengan dirinya.
Tubuh orang setengah baya itu jatuh ke depan, jatuh di
belakang kaki dia dengan kuat meregang, cairan otak yang merah
dan putih mengalir ke tanah, sungguh mengerikan!
"Siapa yang punya keberanian maju bertarung?" dia kembali mendesak, "terhadap penakut yang hina, pedangku selalu tidak
memberi ampun." Terdengar teriakan marah, dua orang setengah baya
mengayunkan golok menerjang, tangan kirinya berturut-turut
melemparkan pisau terbang, mengikuti pisau terbang tubuhnya
dengan ganas menerkam. Tangan kirinya Fu Ke-wei seperti sedang bermain sulap, lima
jarinya menotok, menjentik, menyapu, mengunci, cepatnya sulit
dilihat dengan kasat mata, semuanya ada enam buah pisau terbang,
dibawah jentikan dia pada jatuh ke tanah.
"Traang!" dia menghindar ke kiri, pedang menangkis golok orang setengah baya di sebelah kiri, lalu di angkat, satu sinar berkelebat, ujung pedang menembus bokong kanannya orang setengah baya.
"Pergi!" bersamaan terdengar bentakannya, tubuh orang
setengah baya terangkat miring, kaki dan tangannya
bergerak-gerak tidak karuan, tubuhnya terlempar menyongsong
pada temannya yang datang belakangan.
Temannya terkejut, hampir saja goloknya melukai orang
setengah baya, dalam kegugupannya dia menarik golok
menghindar ke kanan, supaya tidak terjadi tabrakan.
Sinar kilat tanpa ampun berkelebatan, bayangan orang maju
mundur seperti nyata seperti tidak.
"Aaah......" teriakan orang setengah baya yang berusaha
menghindar, tubuhnya juga terbang terlempar miring.
Bahu kanannya sudah ditusuk pedang, lalu tubuhnya
diterbangkan orang, kekuatan tenaganya sangat mengejutkan
orang! Sambil bersiul panjang, Fu Ke-wei dengan ganas menerjang pada
ketua perkumpulan Liu yang sedang gugup.
"Ooh langit......jurus pedang apa ini!" ada orang teriak, lalu menyingkir meloloskan diri.
Mengulurkan pedang melewati atas kepala, membunuh orang
dibelakang tubuhnya. Dua orang pesilat tinggi setengah baya lainnya, setelah tertusuk pedang lalu dilemparkan oleh pedangnya, gerakan ini tidak terbayangkan siapa pun, dalam teori ilmu pedang tidak pernah ada jurus pedang yang berfungsi melemparkan lawan dengan pedang
sebab untuk bisa berbuat itu harus mempunyai tenaga besar dan
khusus" Tidak aneh orang yang melihat kejadian ini merasa terkejut dan ketakutan, dalam keadaan ketakutan yang terpikirkan hanya
melarikan diri. Jiu-tian-fei-long dan Da-he-shen-wen tidak ikut terlibat, mereka
menonton di pinggir, mereka juga merasa ketakutan, wajahnya
berubah menjadi pucat. Di sekeliling, Xie-shen bertujuh diam-diam sudah muncul, mereka
menghadang dan membunuh orang yang mencoba lari keluar,
datang satu bunuh satu. Hati Ketua perkumpulan Shen-li-jin-gang menjadi gentar, keberanian Fu Ke-wei, membuat dia gentar, hingga tidak bisa mengembangkan jurus golok pada tingkat seharusnya, dia merasakan kaki dan tangan tidak bisa bergerak dengan leluasa, golok sembilan ring ditangannya seperti
bertambah berat seribu jin.
Semangatnya tidak stabil, minum seteguk air saja mungkin
tersedak. Di bawah tekanan sinar kilat yang datang bertubi-tubi, dia dengan
serabutan mengayunkan golok menangkis, dengan cepat
menghindar, ada beberapa kali terlambat seper sekian detik,
sehingga dada kanan dan bahu kanan sudah tampak berdarah,
dagingnya sudah terluka. Dalam pertarungan yang singkat ini, sudah ada lima orang yang
datang membantu, semua mati di bawah pedang Fu Kewei, sekarang
tidak ada lagi orang yang berani maju membantu dia.
"Traang traang!" dia kembali beruntung bisa menangkis dua serangan pedang lagi, juga beruntung bisa bergeser ke sudut mati
di samping kiri Fu Ke-wei.
Kesempatan bagus yang sulit sekali bisa di dapat, dia senang,
tenaga dan pikirannya dikumpulkan jadi satu, goloknya menyerang
laksana kilat, sinar golok dengan cepat membacok ke arah dada
kanan Fu Ke-wei. Dia mendengar satu suara "Hm...!" dingin, melihat sinar goloknya hanya kurang sedikit saja mencapai sasaran, hanya sedikit ini, bukan kemampuan pikiran dan tenaga dia yang bisa membetulkannya,
sekali golok keluar akibatnya sudah dipastikan, jika bukan mengenai sasaran maka akan gagal.
Hanya sedikit ini, golok dia telah gagal, saat sekejap ini Fu Ke-wei kembali berkelit memutar tubuh, sinar goloknya lewat hanya
menempel bajunya, bersamaan waktu itu, dia melihat sinar kilat
yang mendekati tubuhnya. Dia sudah tidak bisa menghindar lagi, semuanya sudah terlambat,
dia merasakan getaran di dada kanan, lalu matanya
berkunang-kunang, tubuhnya sudah diangkat oleh tenaga yang besar
dan dilemparkan membuat terguling.
Buum____ Sakit yang amat sangat mendadak timbul, dia mengeluh sekali
langsung pingsan. Ilmu silat Mi-hun-tai-sui sebenarnya cukup tinggi, hanya saja
orangnya licik dan banyak akal, dia tidak mau bertarung dengan
lawannya menggunakan ilmu silat, dia lebih mengandalkan
Xiao-yao-san supaya tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga.
Kalau bisa tanpa menggerakan tangan tapi bisa membunuh
musuh, inilah pikiran dia, terhadap sikap jantan dia tidak
memikirkannya, dia tidak ingin menjadi seorang laki-laki sejati,
laki-laki sejati itu matinya cepat.
Ketika dia melihat orang di sisinya semakin sedikit, dirinya juga
tidak mendapat kesempatan membantu ketua perkumpulan, dia jadi
ketakutan. Sebenarnya, dia tidak berniat maju bertarung membantu ketua
perkumpulan, karena dia telah melihat teman-tamannya demi membantu ketua perkumpulan, satu persatu mati konyol, semua sudah membuat dia merinding, dia jadi hilang keberanian maju bertarung, dia hanya berani di pinggir berjalan dan berteriak, sekali bentrok langsung pergi, dia lebih penting melindungi diri sendiri.
Kembali satu orang maju lagi, tapi dalam sekejap orang ini
kembali tergeletak. "Aku harus kabur......" di dalam hati Mi-hun-tai-sui yang pengecut berpikir, timbul niatnya melarikan diri melihat maju satu mati satu, lama-lama akan tiba giliran dia maju"
Sudah tidak ada seberapa orang lagi, jika dia masih tidak pergi
akan terlambat! Dari sudut matanya dia telah melihat Yin-guai sedang mengerahkan
ilmu meringankan tubuhnya yang hebat, dia melayang lewat di atas
kepala Xie-shen, sepasang lengan digerakan, tubuh bergerak dari tidak mungkin jadi mungkin, naik keatas satu che lebih, memiringkan tubuh membuka lebar lengannya, membelok melayang turun seperti roh,
menghindar hadangan Xie-shen jauh di bawah.
"Ilmu meringankan tubuh orang ini sungguh bisa
dibanggakan......aduh!" ketika didalam hati sedang berpikir, tiba-tiba tidak tahan berteriak, tapi sudah tidak bisa menolong Yin-guai.
Satu bayangan orang yang tipis, dari samping menerjang naik ke
atas dengan cepat, tepat melewati sisi atas Yin-guai, satu sinar kilat berkelebat, saat berpapasan darah menyembur seperti hujan.
Punggung Yin-guai telah di belah satu lubang besar oleh sebilah
pedang. Bayangan tipis dengan cepat turun ke bawah, ternyata dia adalah
Jin Wen-wen. Melihat jelas Jin Wen-wen, wanita cantik dari Jin-she-dong, hati dia meloncat, ada perasaan gembira dan ketakutan, dia menundukan kepala sepertinya tanpa sengaja menghindar pedang wanita cantik, untungnya pedang ini hanya bayangan di dalam kepalanya.
Dia membalikan kepala segera kabur, melarikan diri ke arah yang
tidak ada orang. Ketika dia melarikan diri, ketua perkumpulan Liu. Shen-lijin-gang
masih belum terkena tusukan mematikan Fu Ke-wei.
Keluar melewati sudut tembok rumah gubuk, Mi-hun-tai-sui
menyedot nafas dingin. Di depan ada lapangan lain, Hoa-fei-hoa dan Nie-sha-yinhoa
dengan sorot mata dingin sedang menunggu dia.
"Orang-orang kalian masih belum mati semua, kau sebagai tamu
agung diam-diam sudah melarikan diri, apa pantas?"
kata Nie-sha-yin-hoa bernada dingin, "jangan takut, kedudukanmu tinggi dan juga tetua, tidak ada alasan takut pada kami dua orang
angkatan muda, saat kau ternama kami masih belum lahir!
Penakut...!" Dia melihat di sekeliling tidak ada orang, dia jadi berani, sambil menggigit gigi meloncat masuk kelapangan.
Tapi kemudian dia jadi merandek, tidak berani maju lebih lanjut.
Melihat tiga jarinya tangan kiri Nie-sha-yin hoa menjepit
sekuntum Duo-ming-yin-hua, dan tangan kirinya Hoa-fei-hoa
memegang tiga buah Jarum Dewa Tanpa Bayangan.
Duo-ming-yin-hua dan Jarum Dewa Tanpa Bayangan adalah
senjata rahasia bagi setiap orang persilatan yang mendengarnya jadi berubah warna wajahnya, senjata ini lebih menyeramkan dari pada
kartu undangannya raja neraka.
"Kami khawatir akan Xiao-yao-san mu." kata Nie-sha-yinhoa bernada dingin, "maka kami akan menggunakan senjata ini
mengantarkan kau ke neraka, kau harus dibunuh, orang yang telah kau celakai sudah terlalu banyak. Kau ingin pilih senjata yang mana"
Duo-ming-yin-hua atau Jarum DewaTanpa bayangan?"
"Wanita kecil, senjata rahasia kalian tidak akan membuatku takut."
Dia memaksakan diri berteriak.
Di dalam hati dia tahu, Duo-ming-yin-hua dan Jarum Dewa Tanpa
Bayangan sangat menyeramkan. Satu macam senjata itu saja orang
sudah ngeri, apa lagi menghadapi dua macam sekali gus" Jika ingin
menghindar Jarum Dewa Tanpa Bayangan yang kecepatannya secepat
kilat, dan Duo-mingyin-hua yang keji menakutkan, dia tidak yakin
sanggup. "kami tidak menakut-nakuti, tapi langsung akan
membunuhmu." Kata Hoa-fei-hoa dingin melanjutkan, "aku
katakan satu pasti tidak akan dua."
"Xiao-yao-san telah aku taburkan." Dia tetap masih berharap lolos, "lihat, kalian sedang berdiri di bawah angin."
"Betul." "Kalian segera akan jatuh."
"Betulkah" Jiu-tian-fei-long juga tidak takut pada Xiao-yaosan mu, apa kami bisa takut" Kau sungguh seperti seekor babi."
"Iii! Maksudmu......"
"Kami ada obat penawarnya."
"Omong kosong! Di dunia ini, sama sekali tidak ada obat
penawarnya, hanya obat penawar khusus dariku baru bisa
menawarkannya......"
"Memang obat penawar darimu!"
"Apa?" "Ingat tidak" Di kota Wu-chang, taman Qing-feng, tuan muda
He itu." "Aduh!" "Dia adalah Fu-jiu, dan aku ini adalah pelayannya dia."
"Omong kosong! Aku tidak percaya, tidak percaya....."
Dia tidak bisa tidak percaya, tidak ada orang yang takut pada
Xiao-yao-san nya lagi. "Orang semacammu, tidak bisa mendengar kata-kata jujur."
Mi-hun-tai-sui jadi ketakutan, jika tidak pergi sekarang, Fujiu akan segera mencari dia, kali ini Fu-jiu pasti tidak akan mengampuni dia lagi!
Sekali bergerak dia meloncat tiga zhang, dia membelok lari dengan
cepat. Dua wanita ini saling berpandangan, sepertinya sudah ada saling
pengertian, Hoa-fei-hoa melayangkan tangan kiri.
"Mmm!" Mi-hun-tai-sui merasa punggung di sebelah kanan
bergetar, ada benda yang masuk ke dalam tubuhnya.
Tubuhnya masih tetap maju ke depan, punggungnya kembali
bergetar sekali lagi. "Serahkan padaku!" dia mendengar ada orang yang teriak, Jin Wen-wen.
Punggungnya bergetar ketiga kalinya, lalu dia merasakan sakit
luar biasa. "Enghhh......" Mi-hun-tai-sui berteriak terakhir kalinya, kaki dan tangan menjadi lumpuh, karena sakit yang amat sangat
dipunggungnya, dia terjungkal jatuh ke depan.
Sekejap sebelum jatuh terjungkal, di depan mata tampak satu
bayangan orang, menghadang jalannya, benar saja dia Jin
Wen-wen. "Habislah aku!" dia terakhir kalinya merintih tanpa harapan.
Kampung nelayan yang kosong melompong, setengah bayangan
orang pun tidak ada, membuat setiap orang timbul perasaan kosong
dan mati. Perasaan semacam ini sangat mudah menimbulkan perasaan
ketakutan di dalam hati, tidak ada orang yang mau tinggal di tempat seperti ini.
Dua puluh satu mayat, semua di lemparkan ke dalam rerumputan
ilalang, bau amis darah di kampung itu membuat orang ingin
muntah. Hingga Jiu-tian-fei-long dan Da-he-shen-wen juga telah
menghilang, jadi lebih menambah situasi menyeramkan.
Karena tidak menemukan tuan rumah keluar menyambut, semua
orang terpaksa naik ke perahu meninggalkan kampung nelayan, siapa
pun tidak bisa menduga kenapa tuan rumah menghindar tidak mau


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertemu. Lima hari kemudian, markas perkumpulan Cun-qiu di Zhenjiang
akhirnya resmi ditutup, pohon tumbang kawanan monyet pun bubar,
tidak ada seorang pun yang tahu dimana ketua perkumpulan mereka
berada. Perkumpulan Cun-qiu yang disebut perkumpulan nomor satu di
Jiang-nan, resmi terhapus dari dunia persilatan.
Para anggota perkumpulan bubar, tapi gelombang
tersembunyi sedang mengalir.
Fu Ke-wei dan kawan-kawan, menginap di satu rumah petani
di luar kota. Setelah makan malam, semua orang berkumpul di ruangan
mengobrol. "Si brengsek tahi anjing itu sungguh masih beruntung." Xieshen mengangkat gelas minum satu teguk, "dua kali penjagalan
besar-besaran, dia bisa lolos dari mala petaka, dikemudian hari mau mencari dia akan lebih sulit lagi."
"Dia adalah orang yang tidak bisa diam, oleh sebab itu dia tidak akan bersembunyi selamanya. Dia akan menemui beberapa teman,
teman persilatan yang satu haluan dengannya, malah perguruannya
bisa membantu dia, supaya bisa bangkit kembali." Kata
Nie-sha-yin-hoa menyunggingkan mulut.
"Si brengsek itu sungguh seperti dewa Wabah, setiap tempat
yang dikunjungi mala petaka selalu mengikutinya, tiangnya jatuh
juga masih menyeret orang lain jatuh, siapa yang masih berani
membantu dia?" kata Xie-shen tidak sependapat.
"Bukan begitu, di dunia ini orang yang membantu dia banyak
sekali, ternama dan keuntungan siapa yang tidak berminat?"
Hoa-fei-hoa melanjutkan. "Kakak Fu, bagaimana menurutmu?" tanya Jin Wen-wen tertawa melihat Fu Ke-wei berpikir tidak bicara.
"Aku sedang berpikir, mungkinkah sekarang Yu-shu-xiu-shi
menggabungkan diri dengan ketua benteng Xi?" kata Fu Kewei
memperkirakan. "Mmm! Ada kemungkinan." Kata Pi-li-hu, "Walau perkumpulan Cun-qiu sudah bubar, tapi Yu-shu-xiu-shi masih bisa mengumpulkan
sebagian anggotanya, sedang ketua benteng Xi mempunyai banyak
uang. Seorang mengeluarkan uang seorang lagi mengeluarkan tenaga,
kedua belah pihak bergabung, itu bisa saja."
"Asalkan mereka berkumpul jadi satu, maka para anak buahnya Pu Chao-chen tidak akan sulit melacak jejak mereka. Xiao Zhen akan
segera pulang, harap saja membawa pulang kabar baik." Kata Fu Ke-wei dengan tenang.
Jam sembilan malam, Ouw Yu-zhen telah pulang, dan
membawa pulang berita yang di perlukan.
Xu-zhou, adalah pusatnya lalu lintas darat selatan-utara, di jalanan kereta kuda berjalan tidak putus-putusnya.
Orang yang punya kekuasaan di Xu-zhou, mempertahankan
kekuasaannya dengan sekuat tenaga, tidak saja mengeluarkan biaya
mahal juga mempekerjakan pengawal yang berkepandaian tinggi
menjaga rumahnya, juga melatih putraputranya belajar silat, begitu ada gelagat tidak baik, orang-orang berkuasa ini bersatu padu melawan
musuh, makanya jika orang luar mengacau di Xu-zhou, akibatnya akan sangat mengerikan. Sampai pemerintah juga tidak bisa mengaturnya,
dan malas mengurusnya. Sekitar jam empat sore, Fu Ke-wei bersama Xie-shen, Nie-
sha-yin-hoa dan Ouw Yu-zhen, menginap di penginapan Liufu,
penginapan yang paling mewah dikota itu. Penyebaran berita di
dunia persilatan ternyata sangat cepat sekali.
Beritanya perkumpulan Cun-qiu di kota Jiang-ning yang
terbabat habis semua, sudah menyebar keseluruh Dunia
persilatan. Masalahnya adalah, orang-orang dunia persilatan tidak tahu siapa
orang yang bernama Fu-jiu ini.
Sehingga, dalam peristiwa Jiang-ning, orang yang terlibat kecuali
orang-orang Jin-she-dong, Hoa-fei-hoa yang sudah ternama malah
menjadi sorotan semua orang, Fu-jiu malah jadi orang yang kurang
penting, malahan menjadi tawar di dalam berita.
Supaya Fu Ke-wei tidak menjadi sorotan orang, makanya hanya
membawa Xie-shen bertiga menginap di penginapan, yang lainnya
menginap di penginapan luar kota.
Tapi, tetap saja tidak bisa lolos dari perhatian orang yang ada
maksud. Keesokan harinya, setelah sarapan pagi, sudah ada orang
yang datang berkunjung. "Bocah marga Fu, keluar!"
Di pekarangan, seorang setengah baya yang berbaju hitam
seluruhnya membawa pedang perlahan berteriak kearah pintu
kamar, wajahnya yang pucat kaku, tersenyum dingin yang membuat
orang ingin muntah! Pintu kamar perlahan dibuka, Fu Ke-wei melangkah keluar kamar
perlahan berjalan ke pekarangan, dai kiri kanan kamar sebelah juga keluar Xie-shen, Nie-sha-yin-hoa dan Ouw Yuzhen.
"Kau anjing tua menggonggong apa?" penampilan Fu Kewei
berbeda sekali dengan dahulu jika menghadapi penantang dengan
tersenyum senyum, mata macannya melotot, "mau bicara cepat
bicara, mau buang angin segera lakukan."
"Kau ini blasteran yang tidak tahu mati, berani menghina aku."
Orang berbaju hitam marah sampai wajahnya jadi lebih pucat lagi,
sepasang tangan aneh, sepuluh jarinya dikepalkepalkan, sikapnya
sangat menakutkan orang. "Kau Pedang Setan Pengail Roh walau termasuk salah satu dari
Jiu-hao (Sembilan orang hebat.) dari aliran hitam, tapi masih belum termasuk Xie-shen yang menakutkan, jangan sombong di hadapan aku."
Fu Ke-wei menunjukan jati diri lawannya, tampangnya yang menganggap remeh sangat jelas sekali, "aku tidak perduli kau pengangguran ingin jadi ternama, atau disuruh orang datang menakuti aku, semuanya aku tidak perduli, jangan berhayal bisa menakuti aku."
Di pintu koridor, muncul seorang setengah baya berbaju hijau.
"Sombongnya selangit, orang macam kau ini akan cepat mati."
Suara orang setengah baya berbaju hijau dingin juga menusuk
telinga, dia menggendong tangan pelan mendekat.
"Kau Shi-jue-jian (Pedang jagal sepuluh.) juga pernah sombongnya selangit, kau kenapa bisa hidup sampai sekarang" seharusnya sudah
mati dari dulu?" Fu Ke-wei tanpa ragu menghina lawan.
"Saudara Wu, jangan ikut campur, dia bagianku!" Pedang Setan Pengail Roh berteriak dingin.
"Kau juga bagianku." Fu Ke-wei tertawa dingin, "Kau yang mencari aku, ini adalah kesalahan yang paling besar seumur
hidupmu, kau akan membayar kesalahan ini dengan harga yang
paling mahal." Satu suara dengungan pedang, Pedang Setan Pengail Roh
mencabut keluar pedangnya, dari pedangnya terdengar suara
dengungan yang seperti auman singa siulan naga, saat mencabut
pedang tenaganya sudah menonjol.
Fu Ke-wei menerima pedang panjang yang diberikan oleh
Nie-sha-yin-hoa berikut sarungnya, pelan-pelan mencabut pedang,
wajahnya sedikit pun tidak tampak emosi, tenang dan santai sedikit pun tidak ada emosi.
"Hati-hati! Saudara Wang." Shi-jue-jian seperti melihat ada gelagat yang tidak benar, memperingatinya.
Sia-sia dia mengkhawatirkan, Pedang Setan Pengail Roh dengan
sombongnya maju menerjang, melalui jalan tengah mendesak,
hawa pedangnya tiba-tiba meledak, sedikit pun tidak ada sikap
seorang tetua yang ternama, dia menggunakan tenaga dalamnya
yang kuat, dalam satu jurus ingin menundukan lawan.
Tidak tahu keadaan diri sendiri juga tidak tahu keadaan lawan,
menjerumuskan diri sendiri ke dalam bahaya.
Satu suara tembusan terdengar, sinar listrik yang dikeluarkan
oleh Fu Ke-wei tanpa ragu-ragu menghadang kearah sinar
pedang yang datang, terlihat sinar berputar, angin dan geledek
mendadak timbul. Pedang Setan Pengail Roh tubuh dan pedangnya terbang
terlempar dua zhang lebih, buum... dalam getaran besar, menabrak
patah satu tiang koridor, menabrak lagi ke tembok, lalu roboh ke
bawah. Shi-jue-jian terkejut, wajahnya berubah, tangan kanan yang
tadinya telah memegang pegangan pedang, dengan putus asa
dilepaskan. "Siapa yang menyuruh kau datang kesini?" ujung pedangnya Fu Ke-wei ditempelkan di tenggorokannya Pedang Setan Pengail Roh, "aku tidak bisa membunuhmu disini, supaya tidak di perkarakan, tapi aku bisa menghancurkan saluran hawa murni dan darahmu, biarkan lawanmu
yang mencari kau." Di sekeliling telah berkumpul beberapa pelayan penginapan dan
tamu yang tidak berani mendekat mendamaikan, satu persatu
melongo dengan wajah pucat.
"Le......lepaskan aku......"
"Tidak bisa." "A......adalah tuan kedua Xiao dari selatan kota......"
"Xiao apa?" "Xiao Du......"
"Ooo! Seruling Racun Xiao Du salah satu dari Tiga Seruling Dunia, rumah dia disini" Bagus bagus."
"Tuan, kau adalah orang yang di hebohkan, berjalan kemana pun akan timbul masalah, kami tidak berharap orang luar mengacau di
tempat kami, sehingga......" Shi-jue-jian melanjutkan perkataannya.
"Sehingga Seruling Racun ingin mengusir aku" kata Fu Kewei
dingin, "jika aku tidak mau pergi bagaimana?"
"Ini......didaerah kami ada beberapa orang tidak bisa terima, ingin bertarung dengan mu orang yang menghebohkan ini." Kata Shi-jue-jian dengan wajah aneh, "jika mereka mengaku kalah, maka tidak akan mengganggu kau bergerak dikota kami."
"Jika aku tidak terima bagaimana?"
"Kau akan berhadapan dengan orang-orang seluruh kota,
terang-terangan, gelap-gelapan, perorangan atau berkelompok
semuanya akan menghadapimu."
"Ini siasat cara mendesak" Atau ancaman?"
"Mungkin semuanya benar."
"Apakah kalian tahu aku disini akan mengurus apa?"
"Tidak tahu." Kata Shi Jue Jian tertawa, "apakah kau menerimanya?"
"Baik, aku terima." Nadanya Fu Ke-wei sangat pasti.
"Kau harus seorang diri datang bertemu, jika tidak, di sepanjang jalan pasti akan ada orang yang memblokir, setiap orang asing semua tidak di izinkan melewati jalan yang kau lalui, pasti akan terjadi peristiwa yang tidak terduga, jika kau takut, kau berhak menolaknya."
"Baik, seorang diri pergi bertemu, kapan" Dimana?"
"Dengan suara bom tengah hari di loteng benteng kota sebagai
batas waktu, tepat tengah hari, di lapangan latihan tentara yang
telah tidak dipergunakan lagi, tiga li dari luar gerbang kota selatan, pada waktunya akan ada orang yang menyambut kedatanganmu,
waktunya tidak banyak, anda boleh memilih mau pergi atau tidak,
masih belum terlambat."
"Aku pasti datang." Kata Fu Ke-wei tawar, "Kecuali di sepanjang jalan terjadi hal yang tidak terduga."
"Orang-orang di kota kami, pasti tidak akan menggunakan cara
licik di sepanjang jalan." Kata Shi-jue-jian tertawa, "Pamit, dan semoga lancar."
"Silahkan." Lalu muncul dua orang pelayan penginapan, dengan
tergesa-gesa membopong Pedang Setan Pengail Roh keluar.
Xie-shen bertiga, dengan tegas menolak Fu Ke-wei pergi
seorang diri, mereka bersikeras akan menyamar bersamasama
pergi, tapi ditolak dengan tegas oleh Fu Ke-wei.
"Mereka sudah mengatakannya terlebih dulu, sama sekali tidak boleh ada orang asing yang mendekat, jika tidak pasti darah akan mengalir, kalau sudah begitu maka tidak bisa tidak akan diganggu oleh para ular di daerah ini, dan akan terjadi pertumpahan darah yang mengerikan, hingga
mengorbankan banyak nyawa tidak berdosa." Kata Fu Ke-wei dengan nada pasti, "makanya aku harus pergi, kalian tenang saja, bila benar-benar ada bahaya, aku akan melihat situasi meloloskan diri, aku punya keyakinan bisa lolos dari kejaran pesilat tinggi super yang ilmu silat meringankan tubuhnya nomor satu di dunia, percayalah padaku."
Tiga orang itu punya keyakinan kuat akan ilmu silat
meringankan tubuhnya, asalkan dia tidak bersikukuh, mau
meloloskan diri, mereka percaya tidak ada orang yang bisa
mencegah dia pergi. Tiga orang itu terpaksa menganggukan kepala, tapi menyatakan
akan menghubungi Hoa-fei-hoa dan kawankawan bersembunyi di
sekitar tempat pertemuan, setiap saat siap membantu.
Seperempat jam sebelum tengah hari, Fu Ke-wei dengan berbaju
hijau berkibar-kibar muncul di gerbang selatan kota.
"Saudara Fu tepat janji, kami merasa tersanjung." Kata dua orang laki-laki besar yang menyambut kedatangannya dengan hormat,
"kami berdua akan membawa jalan, silahkan ikut."
"Merepotkan kalian, silahkan!" dia juga dengan ramah, kedua belah pihak sedikit pun tidak tampak permusuhan.
berjalan keselatan tiga li, tibalah di lapangan latihan tentara yang tidak digunakan lagi, rumput liar menghijaukan lapangan,
lapangannya datar, sungguh satu lapangan yang cocok untuk
pertarungan. Laki-laki dan perempuan sekitar empat puluh orang lebih,
membentuk setengah lingkaran menyambut tamu, empat puluh
pasang mata lebih, semua melihat dengan sorot mata aneh
menyambut dia. Diantaranya ada beberapa orang tampak marah, mengira tingkah
dia yang berani ini, sangat sombong dan memandang sebelah mata
seluruh pendekar kota Xu-zhou.
Di atas loteng benteng kota yang jauhnya tiga li, samarsamar
terdengar suara lonceng waktu bergema, dan tiga suara bom
memberi tahukan waktu tengah hari, tepat waktu tengah hari.
Shi-jue-jian membawa lima orang anak buahnya, meninggalkan
kelompoknya maju menyambut, mempertahankan kedudukannya
sebagai tuan rumah, dengan hormat terlebih dulu belakangan baru
dengan senjata. Tuan rumahnya adalah Kuang-jian (pedang angkuh) Yu Ting-yao, dia
segera menyatakan pendiriannya, dia adalah sahabatnya keluarga Xiao, mewakili Seruling Racun Xiao-du, mengundang para pendekar di dalam dan diluar kota, berniat, bersama-sama dengan kedudukan sebagai ular setempat, bertarung dengan Fu-jiu, seekor naga kuat.
Naga kuat datang tidal sopan, tidak pernah menurut aturan
menemui dulu penguasa setempat, mereka tidak bisa menerima
perlakuan ini, makanya hari ini ada pertemuan di lapangan latihan di selatan kota.
Setelah menyatakan kedudukannya, Kuang-jian
memperkenalkan empat orang teman yang bersamanya.
Jue-jian (pedang buntung) Su Tian-chao, salah satu dari Sembilan
Jago Pedang Terbesar Dunia Persilatan, menempati urutan keempat,
lebih rendah dua tingkat dari ketua benteng Xi.
Luo-yin-jian (pedang dingin pahlawan) Lu-an, seorang ahli pedang
yang ternama, nama besarnya walau tidak sebesar Sembilan Jago
Pedang Terbesar Dunia Persilatan, tapi kemahiran jurus pedangnya
tidak kalah oleh Sembilan Jago Pedang Terbesar.
Zhui-hun-biao (senjata rahasia pengejar roh) Luo Tai-he, salah
satu ahli senjata rahasia masa kini.
Shen-dao (Dewa golok.) Shang-zi, ahli golok ternama di
daerahnya, ilmunya sangat mantap.
Fu Ke-wei merasa lucu, orang-orang ini menyatakan dirinya
sebagai ular setempat Xu-zhou, mengaku dirinya adalah pendekar
Xu-zhou, tapi hanya Shen-dao Shang-zi yang asli orang dari Xu-zhou.
Yang lainnya semua adalah orang yang dipekerjakan oleh penguasa
setempat sebagai pengawal, bagaimana bisa mewakili ular setempat
Xu-zhou" Tuan rumah Kuang-jian, juga bukan asli orang Xu-zhou.
Orangnya terlalu banyak, tidak bisa satu persatu di kenalkan,
di antaranya malah tidak tahu siapa itu Fu-jiu.
Setelah berbasa basi, Kuang-jian Yu Ting-yao masuk dalam
pembicaraan pokok. "Kita ini semua adalah para pendekar yang hidup dari golok,
menghormati moral dunia persilatan dan aturannya." Kata-kata
Kuang-jian tajam seperti golok, tapi di luar menampilkan jiwa
pendekar, "saudara Fu baru turun gunung, mungkin di dalam hati juga mengerti, moral dan aturan bukanlah sama sekali tidak
berubah, bisa mengikuti tempat atau waktu berbeda......"
"He he he! Saudara Yu, maksudmu aku mengerti, semua orang
juga mengerti, aku tidak akan merasa terganggu." Fu Ke-wei tertawa melanjutkan, sangat tidak sopan, "bagus sekali kau mengatakannya, aku Fu-jiu baru turun gunung, aku sekarang sudah datang, kalian
semua adalah tetua, kalian bagaimana mengatakannya, aku menurut
saja, makanya ada pesan apa silahkan katakan saja, apa sudah
puas!'"' "Saudara Fu dalam kerendahan hatinya ada kesombongan, blak-blakan, aku menghormati kau." Kuang Jian tertawa bangga sepertinya telah menangkap tangan musang kuning yang mencuri ayam, "kami berlima, setiap orang dengan adil bertarung sekali denganmu, di antaranya ada waktu bisa istirahat sebentar, dalam lima pertarungan jika memenangkan tiga pertarungan, berarti menang dan bileh meneruskan perjalanan, kami para pendekar dari Xu-zhou, selanjutnya tidak akan perdulikan tingkah lakumu.
Tapi jika kalah, kau harus bersujud pada kami para pendekar Xu-zhou menyatakan minta ampun, dan membawa orang-orangmu, sebelum
matahari tenggelam jauh, segera pergi dan jangan kembali lagi."
"Bagus sekali, seingat adil!"
Kuang-jian mengangkat tangan diayunkan, keluarlah
sepuluh orang laki-laki dan perempuan.
"Sepuluh orang ini adalah saksinya, dijamin kedua belah pihak bisa bertarung dengan adil." Kuang-jian semakin bangga, "mereka mewakili kehormatannya para pendekar Xuzhou, pasti jadi wasit
yang adil, apakah kau ada usul lain?"
"Tidak ada, bagus sekali! Aku percaya mereka akan jadi wasit
adil." Orang-orang ini telah menganggap dia daging di atas
talenan, ada usul juga bisa apa"
"Terima kasih atas kepercayaannya saudara Fu, saudara Fu apakah ada kata-kata yang mau diucapkan?"
"Satu hal, kenapa tidak memperbolehkan aku membawa
orang?" "He he he......" Kuang-jian tertawa dingin dengan bangga, "kami sudah tahu, kau di luar membawa Xie-shen tiga orang, diam-diam
masih membawa Hoa-fei-hoa wanita pembunuh yang membunuh
orang dengan segala cara, empat orang ini semuanya adalah
buronan yang tidak takut mati, jika mereka menggila, ini......kami akan membayar dengan harga yang menakutkan."
"Ooo! Begitu, aku sudah tahu bagaimana caranya menghadapi
kalian." Fu Ke-wei merasa lega tersenyum, di dalam hati malah berkata, "kalian sungguh tidak beruntung, ternyata semuanya setan penakut."


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mudah menghadapi setan penakut, dan juga sudah
ditakdirkan akan kalah. "Kau bicara apa?" Kuang-jian jelas tidak mendengar kata kata dia.
"Tidak apa-apa, aku sedang menunggu saudara Yu
mengumumkan dimulainya!"
"Betul, siap mengumumkan dimulainya. Ooo! Saudara Fu, masih
ada satu hal......" "Silahkan katakan."
"Saudara Fu, tidak di batasi menggunakan pedang atau
golok......" "Betul, tidak dibatasi pedang atau golok, walau pun seorang ahli silat nomor satu dunia, juga tidak berani dengan sombong mengatakan
niatnya muncul gerakannya tiba, mengenal titik saluran menusukan
pedangnya, menyerang mata kiri tidak akan salah mengenai mata kanan, aku mengerti."
Kata Fu Ke-wei tertawa, "kedua belah pihak bertarung, siapa pun tidak berani menjamin siapa beruntung siapa tidak beruntung, ini kan bukan berlatih silat antara guru dan murid. Tenang saja! Jika aku mati disini, orang-orang aku akan menggali lubang disini menguburkan
aku, tepuk-tepuk kaki berjalan pergi, tidak akan menyalahkan langit atau manusia, karena aku kalah dan mati dalam pertarungan yang
adil, mereka mengerti apa artinya kalah, orang yang takut kalah tidak akan membayar dengan nyawa."
"Bagus, blak-blakan sekali, sekarang kita mulai, Shen-dao
Shang-zi saudara Shang, dia yang pertama."
Matahari terik, sedikit pun tidak ada angin, di bawah terik matahari bertarung nyawa, memerlukan tenaga yang banyak.
Harus bertarung lima babak, sungguh satu lelucon, harus
menghabiskan berapa banyak tenaga"
Ini artinya, walau pun ilmu silat Fu-jiu, lebih tinggi satu lawan satu dari pada lima orang itu, tapi asalkan menggunakan cara bertempur
bergerilya, menghabiskan waktu beberapa saat lalu mundur . mengaku kalah, dia pasti mati kelelahan.
Ini adalah pertarungan yang sudah di tentukan, para pendekar
Xu-zhou menggunakan siasat yang sama sekali tidak adil ini,
mendesak dia berjalan kejalan buntu, berniat membunuh dia.
Kedua belah pihak berhadapan hanya berbasa basi saja, tetap
menjaga sikap pendekar. Para saksi menunggu kedua belah pihak selesai basa-basi baru
mengambil posisi masing-masing.
Fu Ke-wei berdiri di bawah, menyatakan menghormati
kedudukan lawan sebagai tetua.
Para saksi tidak mengumumkan aturannya, juga tidak memeriksa
senjata dan senjata gelap. Ini artinya, kedua belah pihak bebas
menggunakan apa saja, tidak dibatasi.
Setelah selesai menghormat, pedang pun di hunus, Fu Kewei dengan
sopan memberi hormat pedang, lalu bersiap, otot di wajah mulai
melemas, oleh karenanya diwajahnya muncul tawa yang tidak menentu
yang perkasa, dibandingkan dengan mereka yang bertarung untuk
menang, mata melotot marah, semangat tinggi sama sekali berbeda.
Sikap perkasanya Shen-dao telah hilang, di ganti dengan wajah yang serius, mungkin memang seorang ahli sungguhan, mengetahui lawan
sudah sampai tingkat hawa murninya berkumpul di dalam, dia tidak
terganggu oleh keadaan diluar, terpaksa mempertinggi
kewaspadaannya. "Maaf! Tetua Shang." Fu Ke-wei menggunakan suara yang tanpa perasaan dengan tenang berkata.
Ini maksudnya dia akan menyerang terlebih dulu, berbalik dari
tamu jadi tuan rumah, dia adalah angkatan muda, orang yang lebih
tua harus mengalah baru-betul.
"Silahkan." Kata Shen-dao dengan tenang, golok diangkat
samar-samar terdengar dengungan siul naga.
Shen-dao mengira Fu Ke-wei pasti menyerang dengan hatihati
sekali, membentuk kekosongan untuk masuk menyerang.
0-0-0 Bab 31 Dugaannya ternyata salah, Fu Ke-wei malah dengan berani
menyerang dari arah depan.
Suara silahkan masih mengngiang di telinga, sinar listrik yang
keluar mendadak menerjang dari depan.
Tenaga serangan pedang Fu Ke-wei sangat dahsyat dan cepat,
Shen-dao tidak bisa tidak menangkisnya, jika kurang tepat
menghindar, serangan berikutnya pasti akan lebih dahsyat lagi.
Benar saja Shen-dao tidak keburu menghindar, dia membentak,
sekuat tenaga menangkis, goloknya mendadak timbul kilat,
menyambut datangnya sinar pedang, menangkis keluar sinar kilat.
Kecepatan tusukan pedangnya Fu Ke-wei, di tengah jalan
mendadak bertambah cepat satu kali lipat.
Goloknya Shen-dao, jadi terlalu lambat menangkisnya.
"Pergilah!" Sinar kilat membelah angin masuk, terdengar teriakan dingin
Fu Ke-wei. Pedang tanpa ampun menusuk ke dalam bahu kanannya
Shen-dao, dengan kuat dilemparkan.
Shen-dao mengeluarkan suara mmm... satu kali, lalu terbang
berguling ke kiri satu zhang lebih, tidak bisa bangkit lagi.
"Ternyata aku memenangkan babak ini."
Fu Ke-wei mundur ke tempat semula, bertanya dingin pada
sepuluh orang laki-laki dan perempuan sebagai saksi, "apakah para saksi ada keraguan" Aku menunggu keputusannya."
Di sekeliling suara orang sangat ribut, wajah setiap orang
berubah. Tidak perlu lagi menanyakan lagi siapa menang siapa kalah,
dengan satu serangan sudah melemparkan orang, adalah hal yang
nyata. "Kau......kau memenangkan babak ini."
Pemimpin saksi adalah seorang setengah baya, menggunakan
suara yang kurang mantap mengumumkan, wajahnya pucat,
ketakutannya jelas terlihat.
"Tidak perlu aku istirahat, silahkan tetua Jue-jian-shu turun kelapangan."
Fu Ke-wei dengan pedang menunjukan ke tanah menahan
tubuhnya, dia berdiri disana tegak seperti gunung.
Dia menantang menunjuk nama, memilih Jue-jian-shu Tianchao
yang diurutan keempat di Sembilan Jago Pedang Terbesar Dunia
Persilatan. Jue-jian-shu sudah keluar, kedua belah pihak seperti biasa
berbasa-basi dulu. Fu Ke-wei tetap berdiri di bawah, menyatakan
menghormati lawan. Keyakinan Jue-jian-shu berkurang karena melihat Shen-dao hanya
sekali tusukan pedang sudah terluka, dia bersiap memasang
kuda-kuda, merubah kebiasaannya, dia mencoba bertahan.
Fu Ke-wei melangkah maju selangkah, pedang di bawah sinar
matahari berkilat-kilat. "Aku persilahkan kau mengeluarkan seluruh kemapuanmu."
Katanya dengan tenang, "kalian yang memaksa aku menggunakan
pedang, hari ini aku akan menghapuskan namamu dari dunia
persilatan." "Bocah, kau sudah keterlaluan......"
Fu Ke-wei tidak menunggu Jue-jian-shu habis
perkataannya, pedangnya ditusukan.
Sinar listrik menerjang, guntur mendadak timbul, serangan
pedang ini membangkitkan semangat Jue-jian-shu melakukan
serangkaian serangan yang amat dahsyat tanpa terputusputus,
dengan cepat merubah posisinya seperti sudah gila, tubuh dan
pedangnya sudah tidak bisa dibedakan lagi.
"Traang traang traang traang......"
Serentetan suara sepasang pedang beradu yang menakutkan,
keras tidak henti-hentinya menggetarkan telinga.
Fu Ke-wei di dalam lingkaran tiga che bergerak, berputar,
berubah posisi, datang pedang menangkis dengan pedang, satu
pun tidak ada yang ditolak, dan juga tidak mengambil kesempatan
membalasnya, sebisanya membiarkan lawan mengeluarkan
seluruh kemampuannya. Dia sama sekali belum menggunakan seluruh tenaganya, sampai
Satu Pedang Utara Chen Ruo-yi yang namanya di urutan pertama
dari Sembilan Jago Pedang Terbesar Dunia Persilatan juga kalah
ditangannya, jika dia sungguh-sungguh menyerang, Jue-jian-shu
mungkin sampai kesempatan balas menyerang pun tidak ada.
Serangannya tidak ada harapan, hanya menghabiskan
tenaga saja. Setelah menyerang seratus dua ratus serangan pedang, hati
Jue-jian-shu jadi gundah.
Orang yang nonton di sekeliling adalah para pakar silat, satu
persatu hatinya jadi ciut, tangan berkeringat.
Luo-yin-jian Lu-an juga seorang pakar pedang yang ternama,
dipinggir dia bisa melihat jelas, tahu meski dirinya maju
menyerang juga tidak bisa membongkar jala pedang pertahanan
Fu Ke-wei. "Nama saudara tua Shu, hari ini benar-benar akan dihapus oleh bocah ini." Luo-yin-jian dengan amat terharu, berkata pada
Zhui-hun-biao yang ada disisinya, "Ilmu pedangnya benar-benar hebat, tubuh dengan pedangnya sudah melebur menjadi satu,
saudara Luo, sekarang harapan kita hanya ada pada dirimu."
"Saudara Lu, kita berharap dia tidak bisa menggunakan senjata gelap, tapi harapannya tidak besar." Zhui-hun-biao juga putus asa,
"sekarang satu-satunya cara, adalah bersamasama mengeroyok dia, kau pergi pada saudara tua Yu untuk perintahkan! Dia adalah
pemimpin pertemuan kali ini."
"Itu akan mengorbankan berapa banyak nyawa" Perkumpulan
Cun-qiu tidak lebih kuat dari kita?" Luo-yin-jian tertawa pahit,
"celaka! Habislah sudah saudara tua Shu!"
Situasinya terbalik, tuan rumah berganti tempat dengan tamu.
Fu Ke-wei sudah mulai balas menyerang, setiap Juejian-shu
menangkis satu kali mundur dua langkah, tampak keadaanmya
sudah kacau. Tadinya Fu Ke-wei tidak mau membalas menyerang, saat ini
Jue-jian-shu mau membalas juga sudah tidak ada tenaga
menbalas. "Lepas!" Fu Ke-wei teriak dingin.
Satu siulan jernih, pedangnya Jue-jian-shu berputar-putar
terbang tiga zhang lebih, jatuh ke dalam rerumputan, mengeluarkan
suara dengungan samar-samar!
Lalu ujung pedang Fu Ke-wei sudah ditempelkan didadanya
Jue-jian-shu. "Kau sangat beruntung, bisa tahu diri melepaskan pedang." Kata Fu Ke-wei sambil tertawa dingin.
"Kau......pedangmu ada setan!" kata Yue-jian-shu dengan wajah pucat.
"Kau sudah kalah!"
"Kau......menang."
Jue-jian-shu lolos dari dewa kematian, tapi namanya sudah
terhapus dari Sembilan Jago Pedang Terbesar.
Fu Ke-wei dengan menundukan pedangnya, dengan
langkah besar kembali ketempat semula.
"Apa kalian tidak akan mengumumkan?" dia bertanya pada para saksi yang terbengong-bengong.
"Kau......me......memenangkan babak ini."
Para saksi mengumumkannya dengan lesu.
Lima babak pertarungan harus memenangkan tiga babak, Fu
Ke-wei sudah memenangkan dua babak!
"Kalau begitu, persilahkan saudara tua Yu turun ke lapangan."
Tantang Fu Ke-wei sekali lagi dengan menunjuk nama, menunjuk
nama pemimpinnya Kuang-jian.
Kuang-jian Yu Ting-yao sepertinya tidak merasa heran, dia
memberanikan diri mengangkat kepala masuk kelapangan.
"Babak ketiga ini, tampaknya aku harus memenangkannya."
Kata Fu Ke-wei dingin, "saudara tua Yu, apakah kau mengerti
maksud ku?" Kuang-jian Yu-Ting-yao merasa hawa dingin timbul ke atas dari
bokongnya, ke atas menerjang ujung kepala, di hari panas matahari
terik, malah merasa seluruh tubuhnya dingin.
Tentu saja dia tahu, Fu Ke-wei akan melakukan
pembunuhan. "Kau juga harus mengerti keadaanmu!" Kuang-jian
penasaran, menggunakan kata-kata ancaman.
"Kau tidak perlu lagi mengkhawatirkan orang-orangmu." Fu Ke-wei membalas, memberi tekanan pada semangat lawan.
"Apa maksudmu?"
"Karena mereka juga akan mati, mati untuk membalaskan
dendammu, walau kau berjalan lebih dulu satu langkah dari mereka,
dan tidak bisa melihat pertarungannya, tapi tidak perlu menyesal."
"Kau bisa menahan......"
"Empat puluh lebih ayam liar, anjing kampung, itu tidak seberapa" Fu Ke-wei dengan sadis berkata, "Dua puluh satu pasukan inti
Shen-li-jin-gang dari perkumpulan Cun-qiu, setiap orangnya lebih kuat dari pada dua orang kalian, dalam sekejap aku telah menghabisi mereka, kalian barang apa" Meski kalian semua bersama-sama maju, jika aku
tidak bisa membunuh habis kalian, marga Fu selamanya tidak muncul lagi di dunia persilatan."
Perkataannya telah membuka rahasia menghilangnya
sekelompok orang Shen-li-jin-gang.
Semua anggota perkumpulan Cun-qiu, termasuk Yu-shuxiu-shi
tidak tahu bagaimana orang-orang penting dan ketua perkumpulan
Cun-qiu tiba-tiba menghilang, walau mereka menduga semua sudah
mengalami hal yang tidak menguntungkan, tapi tetap punya sedikit
harapan, jika masih hidup tentu orangnya terlihat, jika mati tentu ada mayatnya, siapa pun tidak berharap ketua perkumpulan dan
kawankawannya sudah mati.
Perkataan Fu Ke-wei ini, walau dikatakan dengan nada tawar,
tapi kekuatannya menggetarkan hati orang.
"Orang yang tidak ingin mati, lebih baik meninggalkan tempat ini."
Dia dengan kejam berkata, "orang yang berani mengulurkan
cakarnya padaku, akan dibunuh tanpa ampun!"
Pedang dia diulurkan ke depan, mengarah pada diri Kuangjian.
Melihat wajah Fu Ke-wei yang sadis, Kuang-jian ketakutan, hingga
mundur dua langkah ke belakang.
"Bersiaplah, jangan mengatakan langit tidak ada hukum," dia menengadah tiga che keatas ada dewa, "kalian para brengsek yang membantu orang melakukan kejahatan, tidak ada satu pun yang
mempunyai sikap orang persilatan yang menjunjung moral dan
kehormatan, membunuh habis kalian, walau tidak akan membuat
dunia lebih baik, paling sedikit tidak akan lebih buruk dari pada
sekarang, kau yang pertama harus mati."
"Kau......" Sambil bersiul panjang, dia telah menerjang maju, pelangi pedang
membelah langit, bayangan orang tampak samarsamar.
Kuang-jian meloncat ke pinggir tiga zhang, lalu meloncat lagi
tiga zhang lebih. Hawa pedang menekan tubuhnya, pelangi pedang seperti
bayangan mengikuti bentuk.
Ketika kakinya menginjak tanah dia langsung berjongkok
membuang pedangnya. Sinar ujung pedang yang berkilat-kilat, sudah berhenti di depan
dada. Sorot mata dingin Fu Ke-wei, setajam mata golok yang tajam.
Kuang-jian seperti kehilangan roh, seluruh tubuhnya
gemetar hampir lumpuh. "Apa apaan ini?" tanya Fu Ke-wei dengan nada dalam.
Pedangnya dibuang, artinya dia menyerah, tapi apa
menyerah bisa selesai begitu saja"
Orang-orang yang ada di sekeliling, ada setengahnya diamdiam
meninggalkan tempat itu. "Se......semut juga......me......menyayangi
nya.......nyawa......" kata Kuang-jian terbata-bata.
"Kentut busuk! Kau bukan semut, kau ini manusia, seorang pesilat tinggi dunia persilatan yang mempunyai kehormatan dan tanggung
jawab." "Aku......aku aku......"
"Kau tahu aku berhak memasukan pedang ke dalam
dadamu, betul tidak?"
"Saudara Fu, aku telah di..dipesan orang..."
"Dipesan oleh siapa......"
"Dia...dia tu...tuan besar HuaYi-feng......"
Fu Ke-wei berpikir sejenak, lalu menarik pedang mundur ke
belakang. "Kau boleh pergi, aku akan mencari orang yang menitipkan pesan itu.
Selain itu harap beri tahu Seruling Racun saudara tua Xiao, suruh dia berkelakuan baik, jika tidak dia akan menyesal!" habis bicara Fu Ke-wei membalikan kepala pergi dengan langkah besar.
Di hadapan puluhan musuh, Fu Ke-wei mengalahkan Juejian-shu


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan pesilat tinggi ternama, berita ini tersiar di dunia persilatan, semakin tersiar malah semakin tidak masuk akal.
Masalah di dunia persilatan muncul seorang jago pedang
bernama Fu-jiu, menjadi peristiwa besar di dunia persilatan.
Kuang-jian meninggalkan lapangan, ketika sedang berjalan
kembali ke rumahnya, dua orang berbaju hijau yang berjalan paling
depan mendadak membalikan tubuh menghadang.
Dia bersama lima orang teman, berenam orang bersamasama
memegang pegangan pedang, terlihat orang yang menghadangnya
berniat tidak baik, mereka bersiap mencabut pedang, tampak orang
yang sudah berpengalaman di dunia persilatan.
"Kalian bisa mundur dengan selamat, sungguh harus berterima
kasih pada langit yang telah melindungi, sebenarnya kau sudah mati di bunuh." Kata orang setengah baya baju hijau dingin, "Aku jamin, lain kali keberuntungan ini tidak akan jatuh pada kalian lagi."
"Sialan! Tuan berasal dari mana?" Kuang-jian naik pitam, dia tidak bisa menerima peringatan yang berniat buruk ini.
"Seharusnya kau pernah mendengar nama aku, kita adalah satu
generasi, walau kau telah lebih dulu berkelana beberapa hari."
"Siapa nama anda?"
"Pi-li-hu Ceng-jie."
"Asalkan orang-orangmu berani dengan hina mengeroyok, yang
akan dihadapi bukan hanya sebilah pedang, tapi banyak golok dan
pedang, tentu saja termasuk pedangku, dijamin penuh, kalian tidak
ada satu pun yang hidup."
"Tuan siapanya saudara tua Fu......"
"Teman, tapi dia urus masalah dia, aku urus aku punya,
masing-masing berjalan sendiri-sendiri, masing-masing mencari
musuh sendiri." "Ini......" "Aku sengaja muncul memperingati, karena aku tidak berharap
saudara kecil Fu membunuh terlalu banyak orang, hingga
melanggar kedamaian langit, bagaimana pun dia adalah manusia
biasa, bukan dewa yang bisa menentukan hidup mati jahat
baiknya manusia. Makanya, lebih baik kau hilangkan niat jahatmu,
jika tidak walau dia tidak membunuhmu, aku yang akan
membunuhnya, apakah sudah
mengerti?" "Aku sudah mengerti." Kata Kuang-jian dengan lesu.
"Baik kalau begitu, harap selanjutnya kita tidak bertemu lagi."
Mengantar dengan pandangan mata pada Pi-li-hu yang pergi
jauh, Kuang-jian terpaku lama di tempatnya.
"Hampir saja!" Kuang-jian akhirnya tidak terpaku lagi, sambil menepuk-nepuk kepalanya terkejut, katanya, "Kita mengira Fu-jiu paling banyak hanya terdiri lima orang, siapa tahu......"
"Lima orang juga sudah membuat orang bermimpi buruk."
Seorang teman dengan terkejut menyela, tidak hentinya merinding.
"Seorang marga Fu saja sudah terlalu banyak." Seorang teman lainnya mengatakannya lebih parah lagi, sama saja dengan
mengaku seorang Fu saja sudah dapat membunuh habis mereka
empat puluh lebih pesilat tinggi.
"Sekarang kita harus bagaimana?" seorang teman lainnya
berkata, "bagaimana kalau kembali pulang?"
"Apakah kau ingin menyuruh delapan orang menggotong tandu
untuk kita?" Kuang-jian ingin marah tidak bisa berkata, "kita harus melaporkan kejadian sebenarnya pada majikan masing-masing,
mengenai bagaimana memutuskannya, itu urusan mereka."
"Jika ada beberapa majikan tidak mau terima, tetap saja ingin diam-diam membantu tuan besar Hua bagaimana?"
"Itu tergantung kalian sendiri, nyawa milik kalian sendiri." Kata Kuang-jian dingin.
"Ajo jalan! Aku tidak berharap bertemu dengan orang
lainnya lagi, bertindak bodoh menerima hinaan orang,
bagaimana pun itu hal yang tidak menyenangkan."
Ular-ular setempat Xu-zhou, dalam waktu semalam semua seperti
bersembunyi, para pendekar semua juga bersembunyi
dirumah-rumah besarnya para penguasa setempat, tidak perdulikan
lagi masalah orang luar. bagaimana pun permusuhan antara orang
luar, tidak ada hubungannya dengan mereka.
Mereka sudah terlalu takut pada Fu-jiu, mana bisa terpikir
membalas dendam. Walau pun katanya naga kuat tidak bisa menekan ular
setempat, tapi naga kuat ini terlalu kuat, ular setempat terpaksa
menghindarinya. Perumahan Yin-feng yang berjarak delapan li di sebelah barat
kota, adalah perumahan besar milik Hua Yi-feng tuan besar Hua
adalah orang kaya di kota ini.
Berbicara tentang kekayaannya, tuan besar Hua masih kalah
oleh para penguasa setempat lainnya.
Mengenai hubungan dengan penguasa pemerintahan, tuan besar
Hua bisa berhubungan baik dengan semua bagian, pejabat dari
bagian keamanan, ada setengah lebih hubungannya sangat baik,
mereka saling memberi informasi.
Polisi Ma-fu dari bagian keamanan, ada setengahnya adalah
temannya tuan besar Hua. Orang-orang setempat semua tahu, tuan besar Hua dulu pernah
berkelana di dunia persilatan, hanya beberapa orang saja yang tahu tuan besar Hua adalah Yu-nei-yi-zun (orang terhormat sejagat) yang telah menggemparkan dunia persilatan.
Para ular setempat semua ketakutan dan menyembunyikan diri.
Seruling Racun yang diam-diam berhubungan erat dengan Hua
Yi-feng, malah mencari alasan pergi keluar kota, jelas sekali dia tidak mau terlibat.
Hua Yi-feng terpaksa menggunakan jurus terakhirnya.
Pagi hari ini di penginapan Shang-fu kedatangan lima orang polisi, yang memeriksa para tamu penginapan.
Surat jalan Fu Ke-wei dan kawan-kawan walau memang palsu,
tapi persis sama betul dengan yang asli. Surat jalannya dikeluarkan oleh kantor dari Nan-jing, tujuannya Zheng-zhou di He-nan, jangka
waktunya seratus hari, masa berlakunya masih panjang sekali!
Lima orang polisi akhirnya sampai ke kamar atas tempat Fu Ke-wei
menginap, lima orang polisi bertindak seperti srigala, laksana
harimau. Tapi Fu Ke-wei bertingkah seperti seorang tuan besar yang
berkuasa, karena pekerjaan yang di catat di dalam surat jalannya
adalah Shi-kun (pejabat yang diangkat berdasarkan pendidikan)
keluaran kabupaten Shang-yuan, Ju-ren di kabupaten itu.
Ju-ren bukan pejabat pemerintah, tapi tingkatnya lebih tinggi
satu tingkat dari Xiu-cai, lebih rendah dari Jin-shi, Xiucai sudah bisa menjadi pejabat setempat yang diangkat berdasarkan pendidikan.
Polisi mana pun, jika berhadapan dengan Xiu-cai, Ju-ren,
kedudukannya pasti jauh lebih rendah, jadi sama sekali tidak berani bertindak sembarangan, walaupun Xiu-cai, Ju-ren datang dari luar
daerah yang pejabat setempat juga harus selalu dengan hormat
menyebut tuan besar. Inilah gunanya pelajar mendapatkan gelar, di dalam perkara, jika
pelajar masuk ke kantor polisi tidak perlu bersujud, malah disana di sediakan tempat duduk, jika benarbenar dia melanggar hukum, harus
ada bukti nyata, mengundang datang ke persidangan juga harus dicopot dulu gelarnya, baru bisa di interogasi dan di hukum.
Selesai memeriksa surat jalan, lima orang polisi itu tetap saja
angkuh dan tidak hormat. "Surat jalanmu ada masalah." Kata komandan dengan nada dalam,
"Akan kuperiksa dengan teliti."
Paak... terdengar suara keras!
Fu Ke-wei memukul meja, mata melotot marah.
"Berani sekali!" teriak marahnya, "Di hadapanku, kau berani teriak-teriak tidak hormat" Suruh atasanmu datang kesini, bagaimana dia harus mengurusnya" Pergi!"
"Kau......" polisi terkejut.
"Aku mengundang kau pergi ke Nan-jing memeriksa, waktu itu,
menurut aturan aku harus tinggal di kamar tamu di kantor
pemerintah, seluruh kerugian yang nampak atau tidak kau harus
bertanggung-jawab sepenuhnya, pergi! Panggil
komandan kalian kesini terlebih dulu."
"Kau......" "Kau panggil aku apa?"
"Tuan......tuan Fu." Polisi tidak bisa galak lagi, jika benarbenar keributannya sampai ke kantor pemerintah, pasti akibatnya parah
sekali, "kemarin, disini terjadi pertempuran......aku......"
"Tidak salah, terjadi pertempuran, ada dua orang berandalan
berlaku jahat padaku." Suara Fu Ke-wei keras sampai semua orang di pekarangan bisa mendengarnya, "keamanan daerahmu terlalu jelek, mungkin akan terjadi satu peristiwa berdarah yang besar, kalau
sampai mati dua-tiga puluh orang, topi jabatan pak bupati sudah pasti akan dicopot. Dan kalian akan menjadi ujung tombaknya, jika sampai mereka marah, membunuh kalian seratus orang pun lebih mudah
seperti membalikkan tangan, kalian memakai baju seragam, berjalan
diatas jalan raya juga harus hati-hati punggungnya jadi sasaran
senjata gelap." "Jangan tertipu jadi korban, saudara tua." Xie-shen tanpa bergerak juga dengan sendirinya mengeluarkan hawa yang menakutkan orang,
"pikirkanlah anak istri kalian! Kau tidak mendapat keuntungan seberapa, tapi menggunakan nyawa untuk menjilat, membiarkan anak
istri jadi yatim piatu dan janda, apakah pantas" Jangan ganggu
majikanku lagi, jika tidak segala akibatnya akan ditanggung sendiri, pergi!"
Kata-kata dua orang yang mengandung ancaman, membuat
ketakutan lima orang polisi, sampai tubuhnya merinding.
Para polisi ini mendapat berita sangat cepat, mereka sudah tahu
hasil akhir dari peristiwa di lapangan latihan yang terjadi kemarin, mereka juga tahu Hoa-fei-hoa dengan beberapa orang wanita lainnya
sudah tiba, entah bersembunyi di mana, dan kelompok wanita ini
adalah temannya Fu-jiu. Hoa-fei-hoa, Nie-sha-yin-hoa, dan Ouw Yu-zhen, semuanya adalah
wanita pembunuh yang tidak perdulikan cara menyerang musuhnya,
mereka berani menggunakan senjata gelap dijalan raya, membunuh
tiga lima puluh pesilat tinggi dunia persilatan adalah masalah kecil, siapa yang berani mengatakan tidak takut"
Jika benar-benar terjadi beberapa peristiwa berdarah, setiap
pejabat akan melepaskan topi jabatannya, malah di copot
kedudukannya dan masuk bui.
Arti perkataan Fu Ke-wei dan Xie-shen, mana mungkin para polisi tidak mengerti" Walau bisa menggerakan sekelompok besar tentara, masih
diragukan bisa menangkap Fu-jiu, jika yang terjadi malah sebaliknya, tiga-lima puluh orang di bunuh oleh mereka, siapa yang bertanggung jawab"
Para polisi tahu telah bertemu dengan barang keras, dengan cara
lemas atau cara keras juga tidak bisa tembus, mereka seperti bertemu dengan dewa atau setan, terpaksa lari terbirit-birit.
Hari baru saja terang, penjaga perumahan dari perumahan Yin-feng,
sudah melihat pada kedua sisi jalan raya seratus langkah lebih dari gerbang perumahan, dua puluh empat penunggang kuda berpakaian
mewah duduk diatas kuda, seperti sedang menunggu sesuatu.
Tidak lama kemudian, gerbang perumahan dibuka lebar, seorang
laki-laki besar setengah baya yang berbadan tegap seperti singa, di pinggangnya terbelit pecut baja yang bersinar hitam, membawa delapan orang anak buah yang sama berbadan tegap, muncul di depan gerbang
perumahan. Dua puluh empat penunggang kuda turun dari kudanya,
meninggalkan empat orang menjaga kuda, dua puluh orang
menghentikan langkahnya tiga zhang di luar gerbang, membentuk
barisan seperti sayap walet berdiri santai.
Fu Ke-wei tetap memakai baju hijau, tapi di pinggangnya terselip
pedang panjang berikut sarungnya.
"Kalian datang kesini ada perlu apa" Orang orang perumahan kami tidak ada yang kenal kalian!" kata orang setengah baya yang
membelitkan pecut baja, suaranya seperti guntur, sikapnya sangat
keras. "Kau hanya tidak mau mengenal saja." Sapa Fu Ke-wei maju sendirian.
"Apakah kalian perampok" Xu-zhou adalah tempat yang ada
hukumnya!" "He he he! Daerah tuan jika benar ada hukumnya, seorang seperti Shen-bian-tai-sui (dewa pecut Tai-sui = nama dewa.) Yao Guan-Bao
bagaimana bisa hidup sampai sekarang" Kau seorang perampok
besar, malah menjelma jadi seorang kepala pengurus perumahan
seorang kaya Xu-zhou, dunia apa ini" Apa kau pantas membicarakan
hukum dengan aku" Suruh Hua Yi-feng keluar!"
"Ketua perumahan kami kemarin sore pergi ke Yun-tai
mengunjungi temannya, dalam waktu singkat tidak akan
kembali ke perkampungan."
"Kalau begitu, kau bisa memutuskan sendiri!"
"Kau ingin apa?"
"Ooo..! aku menginginkan ketua benteng Xi beserta anaknya
dan murid ketua perumahanmu Yu-shu-xiu-shi Gao Yun-fei."
"Ini......" "Aku beri kau hitungan sepuluh untuk memutuskan......"
"Tadinya mereka menginap di perumahan selatan, setelah terjadi peristiwa pertempuran di lapangan latihan dua hari lalu, malam hari itu juga sudah membawa para anak buahnya, melalui jalan raya barat pergi ke barat." Kata Shen-bian-tai-sui dengan wajah pahit keras, "tuan besar Hua karena ada perasaan hubungan guru dan murid, dan berdasarkan
rasa setia kawan dunia persilatan, terpaksa menerima Yu-shu-xiushi dan ketua benteng Xi, juga melindungi mereka memanfaatkan waktu
melarikan diri......"
"Kau telah ikut dalam pertemuan di lapangan latihan, kau yang melaporkan beritanya, betul tidak?"
"Aku......" "Aku sembelih dulu kau belasteran anjing ini!" Fu Ke-wei dalam rasa putus asanya jadi naik pitam, mencabut pedang dengan
marah meloncat menerjang.
Empat orang anak buah berteriak, empat bilah pedang
dengan dahsyat menyambut.
Guntur mendadak timbul, hawa pedang memenuhi udara, dalam
kemarahannya Fu Ke-wei telah menggunakan jurus hebatnya, jurus
pedang yang liar ganas menerjang seperti sambaran kilat.
Terdengar beberapa suara benturan logam yang
menakutkan, sinar kilat seperti ular menari-nari.
"Aah......" orang pertama dengan berteriak terpental
terbang dua zhang lebih, orang kedua segera terpental
terbang kearah lainnya. Satu terjangan dua kali putar, empat orang terpental terbang
ketiga arah, empat bilah pedang ada dua yang patah, hujan darah
segar menyebar ke tanah. Empat orang semua terpental oleh pedang, seberapa parah
lukanya bisa dibayangkan.
Pedang panjang yang berlumuran darah, menunjuk ke
depan. "Kalian telah menggagalkan urusanku, semua pantas mati,
bunuh!" matanya melotot marah, penuh dengan hawa membunuh,
mengeluarkan teriakan marah yang liar, mengayunkan pedang maju
menyerang. Pecut Shen-bian-tai-sui sampai tidak berani dilepaskannya,
dengan ketakutan dia cepat mundur di bawah lindungan empat
orang anak buahnya, wajahnya pucat ketakutan.
Jin Wen-wen dengan rok hijau melayang layang, seperti dewi turun
dari khayangan terbang keluar, menarik tangan dia yang memegang
pedang. "Kakak Fu, tenang sedikit!" teriak Jin Wen-wen gelisah,
"membunuh mati mereka tidak ada gunanya, ketua benteng Xi dan kawan-kawan sudah melarikan diri satu hari dua malam, jika tidak
dikejar akan sulit mencari mereka......"
"Kak, aku juga merasa tidak tega." Hoa-fei-hoa juga telah tiba, dengan lembut menasihati, "terlalu banyak membunuh akan
melanggar kedamaian langit, aku percaya ketua benteng Xi dan
Yu-shu-xiu-shi, pasti tidak memberitahukan masalah membunuh
orang tidak berdosa pada ketua perumahan Hua......"
"Jika Hua Yi-feng tidak tahu masalahnya, kenapa sampai
ketakutan dan menghindar?" kata Fu Ke-wei tidak terima.
"Tuan, sekarang ini menyelidiki kenyataan sudah terlambat."
Nie-sha-yin-hoa juga datang meredakan, "kita memang sudah tidak bisa menunda lagi, paman Ceng dan adik Zhen sudah lebih dulu pergi mencari anak buahnya Pu Chaochen, semoga saja bisa mendapatkan jejaknya
para penjahat itu." "Sudahlah! Hua Yi-feng yang pantas mati ini!" Fu Ke-wei
dengan terpaksa tidak melanjutkan.
Dua puluh lebih keledai, enam belas kuda, dengan santai jalan ke
arah barat, hanya setelah berjalan dua puluh li lebih, terus berbelok ke jalan kecil arah barat laut. Kecepatannya diperlambat lagi, pasukan keledai dan kuda berjalan di malam hari, jika kecepatannya tidak
diperlambat, yang di belakang pasti akan ketinggalan.
Hari baru saja terang, pasukan keledai dan kuda tiba di satu
kampung kecil, ketua benteng Xi dan Yu-shu-xiu-shi beberapa orang
penting, masuk ke dalam satu rumah petani, dan mendapat
sambutan hangat dari tuan rumah.
Tuan rumah itu bermarga Zhang, dipanggil Zhang-hao, dulu juga
pernah berkelana di dunia persilatan beberapa waktu, tapi tidak ada berhasil, setelah beberapa kali mengalami kegagalan, terpaksa kembali ke rumah dan hidup sederhana.
Setelah kedua belah pihak berkenalan, Zhang Hao merasa
bangga, penguasa besar ini adalah salah satu dari Sembilan Jagi
Pedang Terbesar Dunia Persilatan dan wakil ketuanya perkumpulan
Cun-qiu, berkunjung ke rumah dia, orang persilatan yang kecil,
sama dengan mengangkat kedudukan dia, tentu saja dengan
hati-hati dia melayani mereka.
"Ketua benteng berniat pergi ke Zheng-zhou melalui jalan kecil, tapi tidak tahu arahnya, jadi berharap saudara Zhang bisa
membantu kami memperkerjakan dua orang penunjuk jalan yang
bisa berjalan malam, dan juga bisa silat." Er-langshen Yang-jun mengatakan niat kedatangannya, "mengenai biayanya, tentu saja dibayar berlipat, kami siap malam ini berangkat."
"Masalah kecil, ini adalah kebanggaan bagi aku."
"Nanti jika ada orang yang mencari tahu, harap saudara Zhang
merahasiakannya." "Aku mengerti, hanya......"
"Hanya apa?" "Daerah kami sangat sedikit sekali pengunjung, jadi rasa ingin tahu terhadap orang asing sangat kuat, hanya perlu sedikit repot
mencari tahu, tidak sulit mendapatkan jejak. Anda sekalian datang


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesini, jika ingin terhindar dari penglihatan orang, itu adalah hal yang tidak mungkin!"
"Kami hanya bisa berjalan selangkah-selangkah." Kata ketua benteng Xi dengan terpaksa.
"Jika masalahnya terburu-buru, dan kantong ketua benteng Xi
longgar, kenapa tidak mengundang orang untuk melindungi?"
Zhang-hao dengan niat baik mengatakan pendapatnya.
"Perlindungan" Aku termasuk salah satu Sembilan Jago Pedang
Terbesar Dunia Persilatan, apa harus minta perlindungan orang?"
ketua benteng Xi merasa sangat tidak senang.
Didalam hati Zhang-hao juga sedang berguman, yang sangat
tidak nyaman: lalu Sembilan Jago Pedang Terbesar apanya yang
hebat" Nyata dikejar-kejar orang!
"Bisa mendapatkan perlindungan dari orang yang kuat, akan ada gunanya!" Zhang-hao walau merasa tidak nyaman, tetap dengan
ramahnya menjelaskan, "jika bisa mendapatkan perlindungan orang ini, walau pun dewa yang berjalan di bumi, juga tidak akan berani membuat keonaran di daerah kekuasaannya."
"Ooo...! Siapa orang ini?" ketua benteng Xi muncul
minatnya. "Ketua kuil Jing-yun di danau Wei-shan."
"Xiao-yao-xian-ke (Dewa bebas.)?" wajah ketua benteng Xi berubah, "jangan berhubungan dengan orang ini, iblis dao ini sangat serakah sekali, jika dia tidak memeras kau sampai kering dia tidak akan berhenti, musuhnya juga terlalu banyak, akan menanamkan
penyakit di kemudian hari."
"Sementara tinggal dengan aman di daerah kekuasaannya, setelah situasinya mereda baru merencanakan yang lainnya, itu juga cara
bagus! Pendeta dao Xiao-yao tidak bisa menerima orang, siapa pun
dia, jika ada orang berani membuat onar dan tidak percaya akan
kehebatannya, akibatnya hanya satu kata: mati!"
"Ooo! Kau adalah......"
"Terus terang saja, aku adalah mata-matanya pendeta dao itu."
Zhang-hao menjelaskan jati dirinya, "aku hanya bertugas
memperhatikan gerak-gerik orang luar yang datang kemari, tidak
bertanggungjawab menghubunginya."
"Ketua benteng, perlu dipertimbangkan juga." Lata Bai-dulang-jun dengan serius, "anjing kecil Fu semakin hari semakin kuat, kondisinya sudah mantap, di kemudian hari menghadapi dia akan lebih sulit, dia akan menjadi duri di dalam daging kami. Jika dengan ini bisa memancing dia datang ke kuil Jingyun, bukankah akan menuntaskannya,
menghilangkan duri dalam daging?"
"Ini......" hati ketua benteng Xi jadi tergerak, dia bertanya pada Yu-shu-xiu-shi yang ada disampingnya, "bagaimana pendapat
saudara kecil Gao?" "Terserah ketua benteng saja, aku tidak ada pendapat."
Sekarang Yu-shu-xiu-shi ingin orang tapi tidak mendapat orang,
ingin uang juga tidak memperoleh uang, dia hampir telah menjadi
anjing di rumah duka, masih punya pendapat apa lagi"
"Kita berjalan membagi kelompok, satu kelompok membawa
setengah lebih uang, berjalan melalui jalan kecil ke Zheng-zhou.
Ketua benteng dan wakil ketua perkumpulan Cun-qiu, membawa
kelompok lainnya membawa uang yang cukup, pergi ke kuil Jing-yun
minta perlindungan, memancing anjing kecil Fu datang, berusaha
supaya pendeta dao Xiao-yao menghabisi anjing kecil Fu ini."
Ketua benteng Xi rela menghabiskan uang banyak, untuk
menghadapi marga Fu, dia sudah menghabiskan uang yang
jumlahnya banyak sekali, tapi menghabiskan uang satu lipat lagi
juga dia rela. "Baiklah! Boleh di coba." Ketua benteng Xi mempertimbangkan sejenak, akhirnya memutuskan, "saudara Zhang apakah bisa
mengaturnya untuk kami?"
"Tidak perlu pengaturan, juga tidak perlu memperkenalkan,
asalkan kalian langsung pergi ke kuil Jing-yun minta bertemu dengan ketua kuil, akan ada petugas yang membicarakannya dengan kalian."
Uangnya langsung dibawa, ketua benteng Xi punya uang banyak,
segalanya mudah diurus dan langsung dilaksanakan, maka
rombongan di bagi dua, berjalan dengan tujuan masingmasing.
Satu kelompok yang memutar melalui jalan kecil, telah membawa
dua pertiga uang itu, menyewa dua orang pembawa jalan, tidak lagi
siang bersembunyi malam berjalan, dengan kecepatan normal
berangkat menuju Zheng-zhou.
Ketua benteng Xi dengan anaknya membawa delapan anak buahnya,
dengan Yu-shu-xiu-shi dan keenam orang kawannya, semuanya
berjumlah empat belas orang, dengan terang terangan berjalan menuju ke sebelah utara ke kabupaten Pei, dengan maksud memancing orang
yang mengejar. Fu Ke-wei tetap masih tinggal di kota selama dua hari, dan tidak
melakukan gerakan pengejaran.
Tepat jam empat sore, hari masih pagi, masih ada dua jam waktu
makan malam, ada beberapa orang sedang mengobrol di ruang
pekarangan belakang. "Besok pagi-pagi, aku, paman Ceng, Xie-shen, membawa enam
orang berjalan ke utara." Fu Ke-wei memutuskan, "yang lainnya semua disini menunggu kabar."
"Aku harus ikut!" Hoa-fei-hoa dengan tegas berkata, "Aku ada kepentingan, aku berhak ikut."
"Bagaimana pun aku harus ikut, jangan mempersulit?" Hoafei-hoa tidak putus asa, terus memohon.
"Tidak boleh!" Fu Ke-wei sedikit pun tidak mundur, "iblis pendeta dao orangnya sangat rakus dan doyan wanita, ruang rahasia bawah tanah di kuil Jing-yun adalah nerakanya wanita, kita tidak takut sepuluh ribu, hanya takut seper sepuluh ribu, aku katakan sekali lagi tidak mengijinkan kalian para wanita menempuh bahaya."
"Aku rela......"
"Aku tidak rela!" Fu Ke-wei dengan tegas berkata, "jika salah satu diantara kalian terjadi sesuatu, aku......aku akan jadi gila.
Dengarkan permintaan aku sekali ini, baik tidak?"
Hoa-fei-hoa akan mendebatnya lagi, tapi merasakan Nie-
sha-yin-hoa yang ada di sisi menarik dia dua kali di bawah meja,
segera dia merubah sikap.
"Baiklah! Aku menurut." Dia menampakan wajah yang sangat tidak puas mengatakan terpaksa menyanggupinya.
"Kau benar benar jakin bisa menghadapi Xiao-yao-xian-ke?" tanya Pi-li-hu.
"Tiga tahun sebelum ini, aku sudah mencari alasan mendatangi iblis pendeta dao, hanya saja dia sangat pandai, sepuluh tahun terakhir ini dia sudah tidak berbuat kejahatan di dunia persilatan, dan bersembunyi di kuil Jing-yun menikmati uang haram yang dia peroleh selama tiga puluh tahun, murid dan cucu muridnya juga tidak pergi jauh dari sarangnya membuat kejahatan, makanya aku tidak mau aktif mencari dia. Kali ini, jika dia menghalangi niatku menangkap pelaku kejahatan, ini jadi
membuka jalanku, ajalnya sudah tiba."
"Terhadap iblis pendeta dao ini aku sedikit takut......" Pi Li Hu tertawa pahit, "aku tahu, dengan kepandaian tinggi kau bisa
melawan ilmu mistiknya si iblis pendeta dao. Temanku punya
kepandaian tinggi, tidak takut langit tidak takut bumi, tapi tidak berani bertaruh nyawa dengan si iblis pendeta dao yang ilmu
silatnya tidak terukur."
"Asal kalian bisa menarik perhatian dia, dan mempersiapkan cara bertahan, itu sudah setengah berhasil, setengahnya lagi urusan aku.
Jujur saja, aku tahu asal usul dia, jadi berani mencari dia, dia seperti sudah setengahnya mati, jika tidak bisa menghadapinya, aku pasti tidak akan membawa kalian menempuh bahaya. Paman Ceng, percayalah
padaku." "Jika kau yakin bisa mengatasinya, mengapa kami kakak
beradik berempat tidak boleh ikut" Kau......" Hoa-fei-hoa kembali mengajukan protes.
"Aku sudah katakan, tidak takut sepuluh ribu, hanya takut seper sepuluh ribu." Fu Ke-wei cepat cepat menimpalnya.
"Kak, sudah sudah! Tuan takut kita membebani dia. Itu juga
maksud baiknya!" Ouw Yu-zhen meredakan situasi, "kita bisa bersenang-senang beberapa hari main di Xu-zhou, melepaskan hati
yang pepat, bukankah itu menyenangkan?"
"Baiklah!" Hoa-fei-hoa bisa mendengar ada maksud lain dalam perkataan Ouw Yu-zhen, sehingga tidak mendesaknya lagi, "Tapi, kalian harus hati hati!"
"Aku akan sangat hati-hati, aku tidak ingin kalian pergi
menempuh bahaya, tandanya aku sangat hati-hati."
Setelah selesai makan malam, mereka masih
merundingkannya dengan teliti sekali lagi.
Ketua kuil Xiao-yao-xian-ke terletak di pantai danau Wei shan di
kabupaten Pei, puluhan tahun di pandang orang sebagai iblis yang
melakukan segala kejahatan, doyan wanita, wanita cantik yang
diinginkan oleh dia, pasti mengalami nasib buruk dan hilang secara misterius.
Mempunyai anak buah memerlukan biaya yang besar, menikmati
kehidupan mewah juga memerlukan uang, maka iblis pendeta dao
juga sangat suka harta, kalau hanya mengandalkan uang hio para
umatnya, mana cukup" Maka tidak aneh dia melakukan kejahatan.
Pagi-pagi, Fu Ke-wei sembilan orang, pamit pergi ke utara.
Setelah hampir tengah hari, mereka tiba di kota Ping-hu, dan
menginap di penginapan tua terbesar di dalam kota itu.
Setelah mandi, selesai makan siang, masing masing menyiapkan
peralatan untuk menghadapi iblis pendeta dao.
Sekitar jam tiga sore, di dalam pekarangan muncul tiga orang
setengah baya berbaju ringkas, pedangnya sangat mewah, sekali lihat sudah bisa tahu termasuk pedang pusaka, sikapnya pun tampak seperti seorang ahli pedang yang ternama.
Keponakan keluarga Ceng yang menjadi kakak kelima bertugas
menjaga, dia sudah lebih dulu mengeluarkan isyarat.
Begitu tiga orang sekali melangkah masuk ke pekarangan, Fu
Ke-wei juga pas membuka pintu mau keluar.
Tiga orang itu saling memberi aba-aba, tiga pasang mata yang
tajam menatap pada wajah Fu Ke-wei yang tersenyum hangat,
sepertinya ingin menggunakan sorotan mata menakuti dia, juga
sepertinya tidak percaya dia adalah seorang ahli pedang yang
ternama di dunia persilatan.
Pi-li-hu yang sedang mempersiapkan alat-alat di dalam kamar,
membuka pintu melihat keluar, lalu kembali menutup kembali pintu
kamarnya, dia tidak ingin melihat hasilnya, sebab yakin pada Fu Ke-wei, tiga orang tidak akan merupakan ancaman bagi Fu Ke-wei.
"Marga tuan?" tanya orang berkumis bermata elang,
dengan sikap dingin dan sombong.
"Marga Fu, Fu-jiu." Dia sedikit pun tidak tersinggung atas kesombongan lawan, wajahnya tetap damai, "siapa marga
saudara, ada keperluan apa?"
"Aku marga Xie, kota kami tidak menyambut
kedatanganmu!" "Ooo! Saudara Xie, kau mau mengusir aku?"
"Betul! Mengusir kau pergi!"
"Bisakah memberitahukan alasannya?"
"Tidak perlu!" "Marga Xie, bisa jelaskan jati dirimu?"
"Pokoknya kau pergi saja, setelah pergi jangan kembali lagi,
daerah kabupaten Pei tidak menyambut kau tinggal. Berita kota
Xu-zhou sudah sampai, kau adalah dewa wabah yang membuat
mala petaka pada setiap tempat yang kau
lalui." "Ooo! Begitu. Kau mau usir aku menggunakan apa?"
"Pedang!" "Bagus sekali! Ha ha ha......" Fu Ke-wei tertawa keras, "aku ahlinya membunuh orang menggunakan pedang, kau malah menggunakan
pedang mengusir aku! Apakah pedangmu tajam?"
"Anjing kecil jangan sombong......"
"Pasang telinga keledaimu, dengar baik-baik." Fu Ke-wei menekan wajahnya, berwibawa tanpa marah, "aku berkelana di dunia persilatan, selalu dengan prinsip orang tidak mengganggu aku, aku tidak
mengganggu orang. Aku tidak pernah membunuh orang tua sepertimu,
juga tidak pernah membongkar kuburan nenek moyangmu, kau
mengandalkan apa berlagak seperti manusia, datang kemari mengusir
aku menggunakan pedang" Puuh...! Benda apa kau ini?"
Kata-katanya cukup menekan, hujatannya melegakan hati, siapa
pun tidak bisa menerima hinaan ini, berandalan kelas tiga juga akan lepas kendali karena marah.
Benar saja, semua tidak diluar dugaan, marga Xie jadi lupa diri,
amarah memenuhi dadanya, sambil menggigit gigi mencabut pedang
dia maju menerjang, serangannya secepat kilat.
Fu Ke-wei dengan kecepatan yang sulit di bayangkan juga
mencabut pedang, menyambut sinar yang datang.
Traang! Terdengar suara benturan logam, pedang marga Xie
lepas dari tangannya, terbang satu zhang lebih, jatuh ke dalam
kolam air di pekarangan. "Bermain pedang di hadapan aku sama juga bermain kapak
dihadapan keluarga Ban." Ujung pedangnya Fu Ke-wei ditempelkan didada kirinya lawan, "kau yang duluan menyerang memakai pedang, aku berhak memasukan pedang ke dalam dadamu, betul tidak" Siapa
yang menyuruh kalian" Bicara..!"
"Pendeta tahu kau......kau hebat sekali......" marga Xie merentangkan kedua tangannya, tubuhnya sedikit jongkok, wajah
berubah pucat, "makanya......ingin aku per......persilahkan kau pergi......"
"Pendeta" Pendeta apa?"
"Xiao-yao-xian-ke......"
"Ooo! Aku tahu orang ini." Fu Ke-wei dengan sikap yang tidak berubah, dia sekalian saja berlagak bodoh untuk mencari berita, "tapi aku tidak kenal dia, kenapa dia ingin mengusir aku?"
"Pendeta sudah tua, tidak mau banyak masalah, asalkan kau
tidak tinggal di daerah dia, maka tidak akan timbul perselisihan."
"Begitu saja?" Fu Ke-wei menarik pedang yang ditempelkan di dada lawannya.
"Benar, hanya itu."
"Apakah masih ada sebab lain?"
"Tidak ada." "Apakah dia perlu jawaban?"
"Tidak perlu." "Dia tidak tanyakan apakah aku mau atau tidak?"
"Kau......" "Suruh dia sendiri datang kesini mengusirnya baik tidak?"
"Tuan......" "Aku berkelana didunia, tidak pernah mengakui ada orang yang
menggaris daerah sebagai daerah terlarang. Tolong kau kembali
laporkan, supaya dia tarik perintahnya, tidak perlu menanyakan
kedatangan atau kepergian aku, jika tidak......"
"Mana ada aturan begini!" marga Xie penyakit sombongnya
kembali kambuh. "Tutup mulutmu!" mata Fu Ke-wei melotot, tampaknya terhadap penjahat tidak bisa menggunakan cara lembut, "jika tidak, jika dia tidak mencari aku, aku yang akan mencari dia. Apakah kata-kata aku cukup jelas?"
"Kau......kau......"
"Dari sini ke kabupaten Pei, pulang pergi tidak sampai seratus tiga puluh li, berjalan dengan cepat pulang pergi sehari sudah lebih dari cukup, besok di waktu sekarang, aku tunggu kabarnya
dipenginapan, jika dia tidak datang, aku akan mencari dia!"
"Kau cari mati......"
"Itu urusan aku, aku mengerjakan sesuatu, harus dengan alasan yang cukup, alasannya lebih banyak lebih bagus, sekarang sudah
ada lebih satu alasan lagi."
"Omong kosong apa kau ini."
"Kau tidak mengerti ya sudah, sekarang, kalian boleh pergi!"
"Kau akan menyesal!" teriak marga Xie marah sambil
membawa teman temannya pergi.
"Paman Ceng, dugaan kita benar!" teriak Fu Ke-wei dengan gembira.
"Dua kelompok orang itu benar saja ada disana, iblis pendeta
dao ingin menutupi malah jadi terbuka, jika usah dipukul untuk
menyampaikannya, dia sudah ketakutan sendiri!" kata Pi-li-hu
membuka pintu sambil tertawa.
"Tidak, iblis pendeta dao bukan ketakutan, tapi takut aku tidak pergi mencari dia, jadi sengaja membuat aku marah supaya mencari
dia, supaya sekali repot selamanya santai. Aku duga, harta kekayaan yang diberikan oleh ketua benteng Xi pasti banyak sekali, dengan
seluruh kekayaannya ingin membeli nyawaku ini, bagus! Jika dia tidak mengeluarkan uang, bukankah iblis pendeta dao seorang idiot" Kita
besok berangkat ke kabupaten Pei."
"Maksudmu......"
"Mengosongkan gudang pusakanya kuil Jing-yun!"
"Aku lihat kau sungguh bisa jadi perampok, angkatan muda yang harus ditakuti!" Pi-li-hu tertawa pahit, "peristiwa benteng Zhang-feng kembali terulang, kau membuat para perampok yang tidak punya hati
nurani, jadi binasa!"
0oo0 Kuil Jing-yun tidak berada di dalam kota, dia berada di sepuluh
li dari gerbang timur, di pinggir danau Wei-shan.
Tanah kuil itu luas sekali, bangunan utamanya besar dan megah,
bangunan yang lebih kecil ada puluhan, umatnya banyak sekali.
Di lihat dari luar, kuil Jing-yun tidak berbeda dengan kuil lainnya, hanya sedikit lebih megah saja. Tapi bangunan di bawah tanah,
luasnya lebih besar dua kali lipat di bandingkan dengan yang di atas tanah, dan interiornya juga lebih mewah.
Orang luar tidak mungkin bisa masuk, juga tidak ada pintu untuk
masuk, hanya para murid kepercayaannya iblis pendeta dao, baru bisa keluar masuk dari pintu yang sangat rahasia.
Xiao-yao-xian-ke tidak pernah memberi orang yang minta
perlindungan dia menginap di dalam kuil Jing-yun, orang yang berada di bawah perlindungan dia, harus mencari tempat sendiri untuk menginap, dia hanya bertanggung jawab menghadapi orang yang datang mau
membunuh. Kampung kecil di sisi kuil Jing-yun, adalah satu pasar kecil, ada dua tiga puluh toko, kebanyakan menjual hio dan alat-alat untuk
sembahyang, toko-toko kecil itu hanya mengandalkan langganan dari
para umat yang datang bersembahyang.
Karena sangat dekat dengan kota, maka tidak ada penginapan, tapi
beberapa rumah di dalam kampung bisa di sewakan untuk menginap
sementara, segala sesuatunya harus diurus sendiri, tidak ada orang yang melayani.
Ketua benteng Xi dan anaknya delapan orang, juga Yu-shuxiu-shi
enam orang, masing-masing disini menyewa sebuah rumah yang ada
pekarangannya, mempekerjakan beberapa orang kampung untuk
melayani. Mereka sebenarnya bisa menginap di dalam kota, tapi
menganggap dekat dengan kuil Jing-yun akan lebih aman,
Xiao-yao-xian-ke telah mengutus orang diam-diam melindungi
mereka di dalam kota, tapi itu tidak menjamin aman seluruhnya,
jaring perlindungannya terlalu luas, pasti ada celah yang kurang
mendapat perhatian. Benteng Zhang-feng adalah pengusaha perlindungan,
tamunya di atur tinggal di dalam benteng dengan ketat
melindunginya. Dua kelompok orang ini sudah tinggal beberapa hari, sudah
merasakan ada yang tidak wajar.
Di kuil Jing-yun setiap hari pasti ada orang yang keluar masuk
sembahyang, siapa yang bisa tahu diantaranya ada orang yang
berniat tidak baik" Kalau terjadi sesuatu baru bertindak, itu terlalu bahaya, jelas,
yang digunakan oleh iblis pendeta dao adalah cara tua,
menyediakan orang untuk melindungi. Ini artinya, jika ada orang


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masuk menyusup membuat keributan, baru mengerahkan orang
membunuhnya. Jika Fu-jiu menyusup masuk dan menyembelih mereka dengan
pedang, walau iblis pendeta dao bisa membunuh Fujiu, tapi ini apa
gunanya buat mereka"
Ketua benteng Xi dan Yu-shu-xiu-shi pernah mengajukan
permintaan pada petugas kuil Jing-yun supaya bisa masuk kedalam
kuil. Di dalam kuil ada banyak kamar tempat tidur para pendeta, untuk
melayani para tamu sembahyang yang ada kedudukannya, tapi
permintaan mereka ditolak oleh petugas, setelah terus mendesaknya, petugas menyatakan harus diputuskan oleh ketua kuil, menyuruh
mereka kembali dulu ke tempat menginap mereka menunggu kabar.
Ketua benteng Xi dan Yu-shu-xiu-shi kembali ke tempat tinggalnya,
tidak sampai dua jam kuil Jing-yun mengutus seorang pendeta dao
tua menyampaikan keputusan ketua kuil, lalu pergi meninggalkan lagi.
Ketua benteng Xi langsung mengutus orang mempersilahkan
Yu-shu-xiu-shi datang merunding kannya.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Yu-shu-xiu-shi buru-buru,
melangkah masuk ruang. "Iblis pendeta dao prinsip nya setuju, tapi mengajukan dua syarat, jika kita tidak menyanggupinya, tidak perlu dibicarakan lagi." Kata ketua benteng Xi tertawa pahit.
"Apa syaratnya?"
"Syarat pertama, adalah meminta kita menyumbang lagi uang
hio sebanyak lima ribu liang perak......"
"Saudara Xi, sekarang aku sedang kantong kosong......" Yushu-xiu-shi buru buru memotong.
"Uangnya biar aku yang tanggung, itu tidak masalah." Ketua benteng Xi dengan wajah aneh, "syarat satunya lagi, sungguh sulit orang bisa menerimanya......"
"Syarat apa?" tanya Yu-shu-xiu-shi cepat.
"Ingin orang." "Ingin siapa?" "Ling-yun-yan nona Liu!"
"Ini......" Yu-shu-xiu-shi berpikir sebentar, "benar saja dugaanku."
"Iblis pendeta dao jelas tahu nona Liu adalah orangmu, malah
menunjuk menginginkan dia, sungguh keterlaluan. Tapi jika kita tidak menyanggupinya, mungkin sulit kita bisa lolos dari mala petaka yang segera akan tiba."
"Benar kata saudara Xi, Fei-yan adalah wanita kesayanganku,
tapi......demi bisa lolos dari mala petaka ini, aku terpaksa
merelakannya......" "Ooo...! Saudara tidak menyesal dikemudian hari?" ketua benteng Xi sedikit pun tidak merasa terkejut, sepertinya sudah menduga dia akan menyanggupinya.
"Aku tidak akan menyesal!"
"Lima ribu liang perak aku sudah siapkan, orangnya kapan
saudara bisa antarkan?"
"Paling lambat besok sebelum sore hari." Yu-shu-xiu-shi
bangkit berdiri, "aku harus pulang dulu menyiapkannya, supaya tidak terjadi perubahan yang tidak diduga."
Melihat bayangan belakang Yu-shu-xiu-shi menghilang di balik
ruangan, Zhang-cun-ji-shi tidak tahan mengeluh menggelengkan
kepala! "Manusia ini benar-benar hebat, bisa mengambil, bisa melepas, dikemudian hari pasti hidup dia akan lebih sukses dari pada orang
lain." Zhang-cun-ji-shi tertawa pahit, "demi mencapai tujuan, apa pun bisa dilakukan, dia seorang yang berbakat hebat."
"Memang dia macam perampok hina!" kata ketua muda benteng Xi tertawa dingin, "demi hidup, apa pun bisa melakukannya,
memberikan kekasih itu tidak seberapa, walau menyuruh dia
menggali makam ibunya memberikan tulang, dia juga tanpa ragu
sedikit pun akan mengambil pacul, dengan suka hati menggali."
"Nak, tidak boleh mengatakan dia seperti itu! Suami istri seperti juga burung di satu hutan. saat mala petaka datang terbang kearah
masing masing, apa lagi adalah kekasih" Pokoknya, dia ini orang
yang tidak mudah, bisa berperan jadi naga juga bisa berperan jadi
ulat, kita harus hati-hati padanya." Kata ketua benteng Xi, "malam ini semua orang harus sedikit waspada, besok setelah kita masuk ke
dalam kuil, keamanannya jadi tidak mengkhawatirkan lagi."
0-0-0 Bab 32 Bersamaan waktu saat Fu Ke-wei sembilan orang meninggalkan
kota Ping-hu menuju utara, seekor kuda berlari cepat ke utara.
Ini adalah jalan kecil dari kota Ping-hu menuju kabupaten Pei,
empat orang wanita kampung masing masing bersembunyi di
belakang pohon besar di kedua sisi jalan, memandang kedatangan
penunggang kuda datang dengan cepatnya. .
Kuda dengan cepatnya tiba, penunggang kuda mana ada waktu
mengawasi keadaan di pinggirjalan.
Debu beterbangan, salah seorang wanita kampung menarik
kencang seutas tali besar, di belitkan dengan kuat ke batang pohon.
Menjerat kuda mudah dan sangat berguna, tapi juga satu
permainan yang berbahaya, menghadang kuda yang berlari kencang
seribu kali coba seribu kali berhasil, tentu saja harus diperhitungkan dengan tepat.
Terdengar teriakan kuda, buuk... kudanya terjungkal jatuh.
Penunggang kuda tidak menduga bisa terjadi hal ini, dia
terlempar ke depan meninggalkan pelananya.
Seorang wanita kampung lainnya melayang keluar, ilmu
meringankan tubuh sangat hebat, di atas udara telapaknya dipukulkan kepunggungnya penunggang kuda yang sedang berguling, menangkap
dengan sebelah tangan lalu melayang turun.
Buum... Sambil bersuara dia melemparkan penunggang kuda yang
setengah pingsan kedalam rerumputan dipinggir jalan.
Dua wanita kampung disamping jalan meloncat keluar, menarik orang
yang jatuh ke dalam hutan. Seorang lagi menendang kepala kuda,
sepasang kaki kuda telah patah, kuda pasti akan mati, lebih cepat
dibunuh, bisa meringankan kesakitannya. Dia seorang diri, dengan
mudah menarik mayat kuda lalu disembunyikan kedalam hutan. Wanita
kampung yang mengendalikan tali penjerat kuda kembali menimbun tali penjerat kuda.
Beberapa tamparan telah membuat penunggang kuda jadi sadar
kembali. "Kau......kau......." Penunggang kuda ketakutan.
"Mau melaporkan apa" Katakan!'' wanita kampung dengan
galaknya berkata, tapi suaranya merdu.
"Si mar......marga Fu......sudah berangkat, se......sepertinya mau......terang terangan me......melabrak......"
"Laporanmu mau disampaikan kemana?"
"San-jia-dian yang......yang berada empat puluh li lebih,
itu......itu adalah pos penghubung......"
Satu tamparan ditambah satu pukulan telapak, penunggang kuda
segera pingsan, wanita kampung membuka ikat pinggang
penunggang kuda, dengan mahirnya mengikat orang, merobek
bajunya menyumbat mulut, melemparkan orangnya ke dalam
rerumputan. "Mereka sudah berangkat." Kata wanita kampung pada
temannya, "kita jangan menunggu lagi! Berangkat duluan
bagaimana?" "Bagus! Kita repot sedikit dengan memutar jalan melalui ladang liar!" wanita kampung ini adalah Nie-sha-yin-hoa, "lebih cepat mengaturnya, lebih banyak kesempatan berhasilnya!"
Empat orang melepaskan tali penjerat kuda, dari belakang pohon
mengeluarkan empat ransel, lalu pergi melalui tanah liar.
"Apa Kakkak Fu benar akan melakukan dengan terang-
terangan?" tanya seorang wanita kampung, dia adalah Jin
Wen-wen. "Tidak diragukan lagi." Kata Ouw Yu-zhen dengan pasti, "dia itu tidak takut pada apa pun, makanya kita harus membantu dia
dengan diam-diam, menambal kekurangan dia."
"Tidak takut dia marah?"
"Kau jangan terpengaruh oleh wajah marah dia yang seperti setan itu, adik Wen!" Nie-sha-yin-hoa memotong, "aku kenal dia, macan mati tidak makan orang, rupanya saja yang menakutkan orang, dia itu sungguh-sungguh baik pada kita, perhatian pada kita. Kita cepat jalan sebentar!"
Ling-yun-yan Liu Fei-yan bukan saja cantik, ilmu silat dan senjata gelapnya juga sangat hebat, Xiao-yao-xian-ke adalah seorang yang
doyan wanita, tidak aneh menginginkan dia sebagai salah satu syarat menginap di dalam kuil.
Yu-shu-xiu-shi juga doyan wanita, tapi demi nyawanya,
terpaksa merelakannya diberikan pada orang.
"Malam ini kita akan menginap di dalam kuil Jing-yun, kau
bersiap-siaplah dulu." Yu-shu-xiu-shi sambil minum sambil berpesan pada Liu Fei-yan.
"Yun-fei......"wajah cantik dia berubah.
"Kenapa?" "Aku tidak mau!" dia menggigit gigi, dengan tegas menolak,
"Iblis pendeta dao itu paling doyan wanita, setan jahat yang tidak takut pada siapa pun. Jika dia ada niat padaku, apakah kau bisa
melawannya?" "Kata-katamu omong kosong yang tidak ada gunanya!" Yushu-xiu-shi tertawa dingin, "kita minta perlindungan dia, juga orang yang memberi kekayaan padanya, dia seorang pesilat tinggi ternama masa kini, pasti tidak akan melakukan hal yang dilarang!"
"Belum tentu! Ketua benteng Xi saja berani menghianati orang
yang minta perlindungan dia."
"Bagaimana ketua benteng Xi bisa di bandingkan
denganXiao-yao-xian-ke! Hm...!"
"Mereka itu satu jenis."
"Kau terlalu banyak berpikir......sudahlah, kalau tidak mau ya sudah, jika harus mati, kita mati bersama saja!" Yu-shuxiu-shi tiba-tiba berubah sikap, wajahnya tersenyum hangat yang membuat hatinya
Kitab Mudjidjad 4 Keris Maut Karya Kho Ping Hoo Tongkat Rantai Kumala 8
^