Pencarian

Pengelana Rimba Persilatan 5

Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 5


dengan terkejut dia memberi jalan.
Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen dengan kepala terangkat
melewatinya. Seorang laki-laki setengah baya berwajah kuning yang berada
di belakang Huang-jit-ye, diam-diam mengayunkan tangan
kanannya ke-depan, seberkas sinar hijau terbang melayang
menuju punggungnya Fu Ke-wei.
Fu Ke-wei sepertinya tidak merasakan, dia tetap melangkah
dengan tenang. Ouw Yu-zhen yang berjalan di sebelah kiri belakang
dia, melangkah setengah langkah ke kanan, lengan bajunya dengan
enteng dikibaskan, sinar hijau itu mendadak menghilang.
Kedua orang itu tidak memalingkan kepalanya, juga tidak
berhenti, dengan santai turun kebawah.
Laki-laki setengah baya yang berwajah kuning tertegun,
akhirnya menghirup hawa dingin berkata:
"Mungkinkah" Seranganku bisa gagal?"
"Adik ketiga, bukan saja kau gagal, Jara Pelebur Darah mu juga diambil wanita itu." Kata Huang-jit-ye, wajahnya sangat tidak tenang, "jika kita tidak bisa segera mengetahui asal usulnya juga tidak tahu ada berapa banyak pembantu dia, mungkin kita akan
kalah. Ayo jalan! Mari kita pergi ke taman Tai-hang
merundingkannya, bila perlu......"
Tanggal tiga di awal musim panas, di pekarangan timur
penginapan tua Shang-dang yang terletak di sebelah timur rumah
putra raja Shen. Karena dekat dengan rumah putra raja, keamanannya sangat
terjaga, penduduk disekitar-nya juga jadi aman, tidak ada orang
yang berani membuat onar disekitar ini. Sehingga, penginapan tua
Shang-dang menjadi salah satu penginapan mewah di daerah ini.
Pekarangan timur di penginapan itu luas sekali, selain dihiasi oleh beberapa pot bunga, di tanam juga dua pohon tua Mei, ada beberapa
kursi meja dari batu untuk istirahat tamu, di depan dan di belakang dua jalan dinyalakan dua buah lentera.
Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen adalah satu satunya tamu
penginapan yang belum tidur.
Kedua orang itu sambil mendinginkan tubuh sambil
mengobrol. Di atas meja batu ada satu teko teh dengan dua buah cangkir teh,
di sisinya ditaruh satu kipas tilap yang terbuka, diatas kipas ada gambar tiruan Tang He-hu. Tentu saja bukan gambar asli Tang Be-hu, Tang Be-hu sudah mati dua ratus tahun lebih.
Kipas seperti ini dibuat di daerah Su-hang, di Jiang-nan, adalah
kipas bambu yang sangat biasa, dengan uang sepuluh sen lebih bisa
membeli satu kipas, di Shan-xi tentu saja tidak seharga itu.
Angin kecil bertiup, dua bayangan hitam terbang dari atas tembok
benteng, mendadak muncul disisi meja mereka.
Dua orang ini tetap duduk tenang seperti semula, terhadap dua
bayangan orang yang terbang datang dengan ganasnya, sedikit pun tidak memperdulikan, sedikit pun tidak ada gerakan untuk mempertahankan
diri. Dua bayangan hitam itu memakai baju malam, di punggungnya ada pedang panjang, dua pasang matanya bersinar aneh, tidak seperti mata manusia malah seperti mata hewan yang dapat melihat di kegelapan,
sangat menakutkan orang. "Duduklah!" Fu Ke-wei menunjuk pada dua kursi lainnya, "kalian datang kesini kan bukan untuk berdiri saja.
"Siapa nama dan marga anda?" kata Fu Ke-wei dengan nada
dalam. "Aku Hou-yen, dia adalah temanku, marga Tang, namanya Nan."
"Ooo! Ternyata adalah kepala ruang Zhong-yi dari perkampungan Tian-wang, Kera Tangan Besi, saudara Hou dan Tie-fo (Budha besi)
komandan Tang, maaf-maaf. Aku marga Fu, namaku di urutan ketiga,
karena namaku diambil dari urutan angka, anda berdua panggil saja aku Fu-shan, he he he! Silahkan duduk."
"Kalau nona ini siapa..." Katanya jurus Tangan Gadis Memetik
Bintang dia sangat hebat, pastinya dia adalah Gadis Giok nona Ling yang ternama di dunia persilatan itu!"
"Kau salah lihat, tuan!" Ouw Yu-zhen tertawa, "Aku hanyalah seorang pelayan wanita, budak yang mengikuti marga tuannya,
kau panggil saja aku Fu-zhen!"
"Aku datang kemari tidak untuk berkelakar." Wajah Houyen tampak tidak senang, "anggap saja kalian ini marga Fu. Fu-shan, kau sengaja .datang ke Lu-an ini, apa ingin pamer?"
"Iii...! Kata-katamu ini aneh." Wajah Ouw Yu-zhen yang elok tampak menonjol, "kalau kami datang ke Lu-an untuk pamer, apa hubungannya dengan perkampungan Tian-wang anda" Apakah
Lu-an adalah daerah rampokan kalian" Apakah aku lewat Lu-an akan
merampok" Disini apa yang pantas untuk dipamerkan?"
"Kau......" Hou-yen tidak bisa menjawab.
"Aku berani bertaruh jika perkampungan anda pasti ada hubungannya dengan Huang Yung-sheng, jika tidak, maka aku akan membawa kalian
kerumah putra raja, menjelaskan pada pengawal, aku jamin bisa
mendapatkan hadiah uang dua atau tiga ratus liang perak, kau percaya tidak?"
Hou-yen tidak bisa bicara, kemarahannya tambah
memuncak. "Rumah putra raja dekat sekali, jika anda merasa tidak
repot......" Hou-yen tidak bisa menahan amarahnya lagi, dengan
menggigit gigi dia mengulurkan tangan mencengkram.
Tapi dia malah celaka sendiri! Tangan yang sekeras besi itu sebaliknya ditangkap Fu Ke-wei dan ditekan ke atas meja batu, di lanjutkan dengan suara tamparan keras pada kepalanya, kecepatan pukulannya seperti
kilat, Hou-yen bukan saja tidak bisa meronta, mengeluarkan suara jeritan juga tidak keburu.
Tie-fo (Budha Besi) Tang-nan sangat terkejut, segera dia
mencoba mencabut pedangnya.
Pedang dia biasa selipkan dipunggungnya, memang tidak begitu
mudah mencabutnya, keuntungannya adalah tidak mengganggu
gerakan, tapi kerugiannya buat lengan yang kurang panjang, tidak
gampang mencabutnya, tidak semudah dan tidak selincah jika
diselipkan di pinggang. Sehingga baru saja tangannya mengenai gagang pedang "Paak!"
Tiba-tiba sebuah teko teh pecah di atas bahu kanan Tang-nan, air
teh panas segera membasahi wajahnya, sungguh sangat sakit sekali,
lengan kanannya terasa mati rasa, kehilangan tenaga untuk
mencabut pedang. Fu Ke-wei melepaskan Hou-yen, dia meloncat melewati meja
batu, tangan dan kakinya menyerang, pukulannya seperti angin
ribut, sepasang kakinya menendang dada dan perut lawan,
telapak dan tinju mendarat di dasar leher, sepasang bahu dan
telinga jadi naik turun, suara daging terkena pukulan tidak
terhitung banyaknya. Begitu sepasang kaki Fu Ke-wei menyentuh tanah, Tang-nan
sudah roboh. "Aku tidak percaya kau benar Budha yang terbuat dari besi." Fu Ke-wei menepuk-nepuk tangannya, "Hawa murnimu masih belum
mencapai tingkat keenam, mana bisa disebut Tie-fo" Berdirilah, aku ingin memberi beberapa pukulan lagi untuk melemaskan otot dan
tulangmu, coba lihat apa tenaga dalammu sudah berhasil dilatih
belum." Tang-nan merintih dan meronta, ingin berdiri tapi tenaganya tidak
bisa dikerahkan, beberapa kali dia mencoba mengangkat tubuhnya
ke atas, tapi kembali jatuh, langit seperti berputar tanah terasa
gelap, dia meronta sulit berdiri.
Hou-yen yang ilmu silatnya lebih tinggi, sudah lebih dulu
terkapar pingsan diatas meja batu.
Akhirnya Tang-nan dengan susah payah bisa berdiri, meski masih
bergoyang-goyang. "Kau...kau bagus...bagus pukulannya......"
Tang-nan berkata dengan kacau, lidahnya seperti
membesar satu kali lipat, suaranya tidak jelas.
"Aku sedang berpikir, apakah akan mengantarkan kalian ke rumah raja Shen." Fu Ke-wei menepuk kipas lipat di tangan berkata pada diri sendiri, "terhadap kalian kepala perampok, para pengawal pasti akan senang sekali, dijamin pasti akan mendapatkan hadiah dua tiga ratus liang perak, uang ini paling sedikit bisa dipakai hidup senang selama duatahun tanpa bekerja..."
Tang-nan mengeluarkan teriakan seperti binatang marah, dengan
jurus Naga Awan Menampakan Cakar dia menyerang.
"Paak paak paak......"
Kipas tilap malah menerjang seperti kilat, Tang-nan terkena lagi
enam kali pukulan. Buum... terdengar satu suara keras, untuk kedua kalinya dia roboh lagi, Fu Ke-wei dengan santai menyelipkan kipas
lipat ke pinggangnya. "Aku ingin mencabut satu persatu dua ratus lebih tulang di
seluruh tubuhmu, karena kau tidak tahu diri." Fu Ke-wei dengan nada dalam berkata, "berdiri, kali aku akan menghancurkan
tulangmu." "Tuan awas......" Ouw Yu-zhen yang di samping
mengawasi, berteriak cepat.
Sebuah bayangan hitam seperti kilat datang mendekat, dalam
sekejap sudah mendekat kurang dari satu zhang, seperti
bayangan setan saja, kehebatan ilmu meringankan tubuhnya
sangat menakutkan, angin yang membawa bau harum menerpa
hidung. Kedua belah pihak tanpa pikir saling menyerang,
mendekatnya sangat cepat. "Buug paak paak......"
Suara beradu pukulan terdengar, kedua belah pihak
masing-masing menyerang, setelah lewat lima-enam jurus, hanya
terlihat berseliweran kepalan dan telapak, suara suitan angin
kencang terdengar bertubi-tubi, tubuh dengan cepat berputar,
berpindah tempat, membuat pertarungan berjalan seimbang.
Terdengar satu teriakan dingin, Fu Ke-wei sudah tidak sabar, dia
menambah tenaganya, sebelah telapaknya mengenai bawah iga
lawannya, bayangan kedua orang itu pun segera berpisah.
Bayangan hitam melayang satu zhang lebih, sepasang kaki
menyentuh tanah lalu mundur lagi tiga langkah baru bisa berdiri
tetap. "Iii! Hebat sekali jurus telapakmu." Kata lawannya, nadanya terasa tidak mantap, tapi sangat merdu, "kau ini......"
Ternyata yang berkata adalah seorang gadis muda berbaju
ringkas, tangan kanannya tadi menekan iga kanannya, dengan pelan
mengurutnya, pukulan tadi mungkin tidak ringan.
"Ih...! Kau bukan Yun-sang-nie (Wanita Baju Awan), kau terlalu muda." Fu Ke-wei juga merasa terkejut, "kaulah orang pertama yang bisa memukulku satu kali, dalam delapan belas jurus Telapak Hujan
Memukul Teratai, yang bisa selamat mengundurkan diri."
"Kau juga bukan penjahat yang melarikan diri itu." Kata gadis itu dengan menatap tidak mengerti.
"Penjahat apa" Aku adalah tamu yang menginap disini."
"Tapi, penjahat itu benar melarikan diri kesini lalu menghilang, aku telah melihat dengan jelas wajahnya. Tapi, kenapa kau
menyerang begitu cepat?"
"Ooo! Nona, bukankah kau yang lebih dulu menyerang" Aku
sudah berkelana di dunia persilatan bertahun-tahun, baru pertama
kali bertemu dengan nona yang punya ilmu meringankan tubuh yang
begitu hebat. Kelihatannya, kita telah salah paham, maaf!"
Si nona yang dipuji, wajahnya menjadi merah, dia menunjuk
pada Tang-nan yang sedang susah berdiri, "Dua orang ini
kenapa" Apa kalian sedang bertarung?"
"Mereka dua orang perampok dari gunung Tai Thang-shan, aku
sedang menghukum mereka."
Tang-nan berdiri sambil bergoyang-goyang, ingin maju
menyerang lagi. "Saudara ini namanya Tang-nan, julukannya Tie-fo. ilmu baju besinya dinamakan Tie-fo (Budha Besi), dia mengira telah berhasil melatih Budha Besi pelindung badan, makanya aku akan menghancurkan ilmunya, jika beberapa kali lagi dipukul tentu ilmunya akan pecah." Fu ke-wei sambil bicara, sambil mendesak kearah Tany, nun
"Antar saja mereka ke kantor polisi." Kata si nona, "berani sekali mereka membuat onar di perumahan pemerintah, jangan
dibiarkan." Tang-nan gemetar tidak kedinginan, tidak sadar dia
melangkah mundur. "Aku tidak......tidak mau urus lagi masalah kau dengan
Huang-jit-ye." Tang-nan akhirnya mengaku kalah, "aku belajar silat kurang rajin, aku tidak menyalahkanmu."
"Bagus sekali. Tolong bawa pergi juga Hou yen, beritahu dia, di kemudian hari jangan mendekati aku, supaya tidak merepotkanku
mematahkan lengan besinya."
Tang-nan tidak berani banyak bicara lagi, dia
menggendong Hou-yen, lari terbirit-birit.
"Saudara sangat berbesar hati." Si gadis tersenyum pada Fu Ke-wei, di pipi kirinya tampak satu legok tawa yang dalam, "aku dengar para perampok gunung Tai-hang galak-galak, Tang-nan
berani mengaku kalah, jarang bisa terjadi ini!"
"Dia cukup pintar." Katanya, "bila benar-benar dia diantarkan kekantor polisi dia akan dihukum penggal, bagaimana pun itu
bukanlah hal yang menggembirakan. Nona masalah kau mengejar
orang bagaimana kejadiannya?"
"Biarlah, hanya seorang perampok. Aku lewat di Ze-zhou ketika bertemu dengan seorang perampok sedang merampok kereta, dan
membunuh dua orang, dia sudah dua hari dikejar olehku. Malam ini aku pastikan dia akan lari masuk kekota dan bersembunyi, aku menunggu di atas benteng gerbang selatan, benar saja dapat melihat dia, sayang jaraknya ada sejauh seratus langkah lebih, sehingga dia bisa lari sampai kemari dan lolos."
"Siapa orang itu?"
"Tidak tahu, mana dia berani memberi tahu namanya!"
"Ilmu meringankan tubuh nona sangat hebat, dia masih bisa
meloloskan diri, orang ini pasti bukan orang yang tidak punya
nama. Nona menginap dimana?"
"Penginapan Zhang-zhi di gerbang selatan."
"Siapa nama nona" Aku marga Fu."
"Margaku Peng. Saudara Fu dengan temanmu apa bukan orang
sini?" Si gadis sambil bicara sambil melirik pada Ouw Yu-zhen.
"Bukan, aku dengan temanku pengelana, orang yang
menganggap dunia adalah rumah. Ooo! Nona tadi terbang meloncat
tembok pekarangan dan kaki tidak menyentuh tembok, setelah
sebelah kaki menyentuh tanah segera meloncat ke atas, tubuhnya
mengecil mengurangi tekanan angin, satu loncatan bisa sejauh tiga
zhang lebih, gerakan ini aku sangat hafal......"
Kata Ouw Yu-zhen: "Tuan, itulah gerakan Meteor Meluncur di Langit, nona ini
mungkin ada hubungan dengan keluarga Jie di Zhong-zhou,
Tian-wai-liu-xing (Meteor Luar Angkasa) pendekar besar Jie."
"Tian-wai-liu-xing adalah suami bibiku, kakak ini sungguh tajam matanya, tolong tanya..."
"Aku juga marga Fu, pelayannya." Kata Ouw Yu-zhen
tertawa. "Betul, ilmu meringankan tubuh nona begitu hebat, ternyata ada hubungannya dengan pendekar besar Jie......" kata Fu Ke-wei
tertawa. "Saudara Fu kenal dengan suami bibiku?"
"Aku sudah lama mengaguminya, sayang belum pernah bertemu."
Kata Fu Ke-wei, "jujur saja, antara aku dengan suami bibimu ada perbedaan pendapat, tapi aku menghormati dia."
"Beda pendapat, kenapa?"
"Pendekar besar Jie orangnya polos, kecuali terpaksa, tidak mau terlibat dalam masalah, setelah usianya setengah baya, dia jarang keluar rumah, dan menempuh hidup tenang. Di daerahnya menjadi seorang yang baik, hanya mendamaikan masalah yang kecil-kecil saja." Wajah Fu Ke-wei tampak sedikit tenang, "dan aku yang muda, bersifat bebas tidak terkendali, tidak memperdulikan masalah kecil, arak, wanita, harta, tidak merusak
kehormatan, berkelana di dunia persilatan demi masyarakat, mencegah orang melanggar aturan dunia persilatan, selama banyak tahun lebih banyak merusak dari pada mengharumkan nama, sampai aku sendiri juga tidak tahu apa. yang telah kulakukan, entah benar menurut hukum alam, hukum
negara, hubungan manusia. Makanya... menurut pendapat, pendekar besar Jie tidak akan suka pada orang sepertiku."
"Aduh! Kalau begitu aku sudah tahu siapa kau ini." Nona Peng teriak gembira, "kau adalah orang yang di dunia persilatan paling misterius..."
"Aku apa pun bukan, aku adalah Fu Shan, hanyalah seorang
pengangguran pengelana Dunia persilatan." Fu Kewei memotong
pembicaraan dia, "Nona Peng, kau datang dari
Zhong-zhou" Apa datang seorang diri?"
"Ini......" "Mmm! Diam-diam keluar rumah, berkelana di dunia persilatan,
betulkan" Ha ha! Hati-hati suami bibimu memukul patah kakimu."
"Sembarangan ngomong!" kata nona Peng genit, dia melihat sekali dengan mata putihnya, tingkahnya sangat menarik hati,
"aku sedang mengejar kakak Pei, dia dengan pendeta wanita Fou Yun berkunjung ke gunung Wu Tai."
"Ooo! Walet Gelombang Awan Pei Pei-yin" Kau membanggakan dia
betul tidak" Dia turun gunung sudah lima tahun, namanya termasuk
dalam tujuh wanita hebat di dunia persilatan, hatimu tentu tergerak.
Terus terang saja, jika kau juga turun gunung, pasti tidak akan kalah olehnya, masalahnya kau harus bisa menghadapi bahaya yang tidak kecil, perbandingan sukses tidaknya adalah satu banding seratus, apakah kau ingin tanya pendapatku?"
"Menurutmu?" "Cepat pulang." katanya dengan pasti.
"Kau......" "Dunia persilatan adalah tempat setan, sulit untuk sukses, apalagi kalau kalah, sangat menyedihkan, buat apa" Ini adalah nasihatku.
Malam sudah larut, nona sudah harus kembali ke penginapan
beristirahat. Pendeta wanita Fou-yun dan Walet Gelombang Awan
sudah lewat empat hari lalu, mungkin sudah bersembahyang di
gunung Wu-tai! Sudah tidak dapat terkejar, selamat malam, nona."
'Hmm..! Orang ini memang aneh.' Kata nona Peng seperti
berbicara sendiri, dia melihat Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen berjalan
menuju ke kamar. Kuil gunung Tai-hang hanyalah sebuah kuil kecil yang tidak ada
orang mengurus tempatnya, kampung terdekatnya ada sejauh lima li,
satu bangunan kecil, ruangannya tidak dapat menampung Sepuluh
orang, tapi di depan kuil tumbuh lima pohon besar cemara putih,
seperti lima raksasa berdiri di puncak bukit, dalam jarak lima enam li sudah bisa terlihat.
Mengenai cerita setan, di sini banyak dan seram sekali, walau di siang hari, tetap bisa membuat orang ngeri dan tubuh terasa tidak enak,
malam hari lebih-lebih bisa memukul mati orang, tidak ada orang yang berani mendekat, malah binatang liarnya banyak sekali.
Masuk tengah hari, Fu Ke-wei seorang diri muncul di depan kuil, dia berbaju ringkas biru, dengan pedang diselipkan di pinggang.
Dia seperti telah berganti orang, penampilan dulu yang tampan,
santai, seperti pohon anggrek sudah menghilang tidak berbekas,
berganti dengan penampilan yang pemberani, anggun, lapang dada,
mata bersinar, sorot mata dingin, seluruh tubuhnya mengeluarkan
hawa berbahaya, seperti seekor harimau yang mencium bau
mangsanya. Sorot matanya yang tajam, dengan waspada meneliti setiap tempat
yang dapat menyembunyikan orang, rimba, kumpulan rumput, lereng
bukit, tanah liar......setiap sudut tempat diawasi dengan teliti, meneliti gejala-gejala yang mencurigakan.
Dia mengawasi dengan pelan, rumput yang bergoyang di tiup
angin juga tidak akan lolos dari pengawasannya, dengan waspada dan pengalaman nya, dia tidak perlu mendatangi setiap sudut, dia sudah tahu tempat mana yang harus diawasi, tempat mana mungkin bisa
mendapat serangan menggelap atau pengeroyokkan, tempat mana


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja bisa maju atau mundur dengan mudah, tempat mana adalah
sudut mati. Paling akhir, di dalam radius tiga ratus langkah, dengan santai
dia berjalan satu keliling, di atas tanah keadaan aneh sekecil apa pun tidak akan lolos dari pengamatannya.
Dia kembali ke depan kuil, dia meloncat ke atas atap kuil dan
duduk, mencabut pedangnya lalu beberapa saat memeriksanya,
mengangkat kepala melihat keadaan cuaca.
Matahari terik tepat di atas kepala, langit tidak berawan sejauh
puluhan ribu li, bukit mengelilingi, rumputnya tinggi rimbanya
lebat, kecuali burung yang terbang dan kadang kelinci, anjing liar yang menyusup keluar, tidak ada seorang pun di sana.
"Taar!" sebuah suara diikuti suara siulan panjang yang keras, membuat burung yang sedang istirahat terkejut terbang, kelinci
terkejut berlarian. Tik tak tik tak... suara derap kuda semakin mendekat,
sekelompok kuda telah tiba.
Kelompok pertama empat kuda tiba di bawah bukit, semuanya
kuda Ce-jin yang besar dan tinggi, penunggang kuda dari jarak
seratus langkah lebih menghentikan kudanya dan turun dari
kudanya, mengangkat kepala melihat ke atas, tapi tidak berjalan
mendekat. Tidak lama, kelompok kedua dengan enam ekor kuda menyusul,
meninggalkan satu orang untuk menjaga kuda, sebelas orang pria
wanita di pimpin oleh Huang-jit-ye, Huang Yung-sheng berjalan
menuju kuil. Fu Ke-wei mengembalikan pedangnya ke dalam sarung, lalu
meloncat turun kebawah. Kedua belah pihak berhadapan di lapangan
rumput depan kuil. Satu banding sebelas. 0-0-0
Bab 10 "Huang-jit-ye sungguh tepat waktu." Fu Ke-wei mengepalkan tangan menghormat, "aku merasa bangga, bisa dikatakan telah
memberi muka padaku."
"Bagus, bagus." Huang-jit-ye membalas hormat, "aku telah menyelidik dengan teliti, anda sepertinya benar hanya seorang diri datang kesini, di mana teman wanita anda?"
"Masalahnya tidak ada sangkutan dengan dia, makanya dia tidak datang. Huang-jit-ye tenang saja, jika aku mati di tempat ini, tidak akan ada orang yang akan mengucurkan air mata, juga tidak akan ada orang yang membalaskan dendamku pada anda."
"Bagus kalau kau tahu itu. Tuan, kau mencari adik
seperguruanku ada keperluan apa?"
"Ingin dia buktikan satu hal."
"Hal apa?" "Itu masalah dia."
"Aku ingin tahu masalahnya dengan jelas."
"Harus menunggu setelah bertemu dengan adik
seperguruanmu, baru bisa membicarakannya."
"Jika anda tidak mengatakannya......"
"Orang-orang yang dibawamu akan menguburkan aku disini."
"Bagus kalau kau mengerti."
"Menurut pendapatku, jika anda tidak memberitahukan keberadaan adik seperguruanmu, aku juga sama tidak akan berhenti memaksa.
Kelihatannya kau dan aku sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, harus ada yang kalah baru bisa menyelesaikan masalah."
"Jika kau berpendapat demikian, aku terpaksa
menyanggupinya." Kata Huang-jit-ye dengan dingin,
tangannya diangkat dan dilayangkan.
Sebelas orang itu secara bersamaan bergerak, sebentar saja
sudah mengepungnya, membentuk satu lingkaran sepuluh zhang.
Di mata Fu Ke-wei masih ada perasaan curiga, melihat
keadaan, lawan sepertinya tidak ada niat untuk bertarung
beramai-ramai! Lingkaran besar ini sama sekali tidak bisa
menyerang bersama-sama. Dalam sekejap, tiba-tiba dia menyadari situasi dirinya sangat
berbahaya, pengalaman memberitahu, dia tengah menghadapi
keadaan buntu. Lawan sama sekali tidak berniat menghadapi dirinya dengan
pertarungan adil, tapi akan menggunakan strategi senjata rahasia
yang menakutkan menghadapi dia. Tidak perduli dia mendobrak
kearah mana, pasti akan mendapatkan serangan mendadak dari tiga
arah, lawan sama sekali tidak akan peduli melukai teman sendiri.
Sebelas orang itu semuanya tidak mengeluarkan senjata, sepasang
tangannya menempel di tubuh dengan santai dijulurkan ke bawah,
sebelas pasang mata aneh semua dengan dingin menatap dia, hawa
pembunuhan yang begitu dahsyat, dan tekanan yang menekan hati
orang seperti ombak menghantam dia, kematian yang menyeramkan
tanpa kasihan menyerang dia.
Jika hatinya timbul ketakutan, pasti dia akan hancur oleh tekanan
ini, dengan mudah mereka akan memperlakukan dia hingga mati.
Tapi dia bukan orang yang mudah hancur.
Sebaliknya, dia konsentrasi mengumpulkan tenaga dalamnya,
menghirup nafas, tenaga dalam disalurkan ke seluruh tubuh, seluruh orangnya seperti seekor macan tutul siap menerkam mangsanya,
seperti macan ganas yang akan mengeluarkan kekuatannya, dia harus
menempuh bahaya menaklukan musuhnya.
Pedangnya pelan-pelan dicabut, sekarang orang dengan pedang
sudah menjadi satu. Sepertinya, di sekeliling tubuhnya telah ada unsur yang tidak terlihat, tapi dapat dirasakan, semacam penampilan aneh yang membuat lawan takut, sepertinya matahari terik telah kehilangan
panasnya, aliran angin dingin yang tidak hentinya telah menutupi daerah ini.
Dia berhadapan dengan Huang-jit-ye, walau Huang-jit-ye berdiri
lima zhang jauhnya, tapi tetap terpengaruh oleh situasi yang aneh ini, wajahnya pelan-pelan berubah, seluruh tubuhnya keluar bintik-bintik dingin, bulu kuduknya berdiri.
Kedua belah pihak tidak berniat menyerang lebih dulu, muncul
situasi aneh yang tidak normal, sepertinya sedang bertarung siapa
yang bisa bertahan lebih lama, siapa dalam situasi begini lebih dulu hancur.
Lama, matahari diatas kepala semakin condong ke barat, waktu
tidak terasa telah lewat, situasinya semakin dingin, membuat orang lebih sulit bernafas.
Di sebelah kanan di atas satu pohon cemara putih, tiba-tiba
terdengar satu teriakan dalam, "inilah ilmu mempengaruhi semangat, cepat bergerak, supaya tidak terpengaruh!"
Huang-jit-ye terkejut, semangatnya bergetar, sekarang dia baru
merasakan dia telah berkeringat dingin, tubuhnya merasa dingin,
perasaan sulit bernafas semakin bertambah.
Lima pohon cemara putih besar, sepuluh orang itu
semuanya dengan cepat meloncat keatas. "Buum!"
Seorang teman yang berada di sebelah kanan Huang-jit-ye,
tiba-tiba dengan tegak jatuh ke depan, semangatnya telah hancur.
Sebuah suara yang keluar dari mulunya Fu Ke-wei membuat hati
orang ketakutan, membuat kepala orang seperti terkena pukulan, dia menjelma menjadi kilat, tubuh dan pedangnya menjadi satu
menerjang maju dari sisi kiri Huangjit-ye, sekelebat lewat.
Laki-laki besar yang menghadang jalannya, persis
sebelumnya, dalam sekejap jatuh ke bawah.
Suara siulan itu mendadak menghilang, bayangan tubuhnya Fu Ke-wei
juga telah menghilang ke dalam rimbunan pohon pendek yang berada
dalam jarak sepuluh zhang lebih, seperti setan menghilang. Dan dua orang pria besar yang bersembunyi di depan pohon, begitu kepalanya terpukul langsung jatuh pingsan.
"Gila! Bo......bocah ini se......sebenarnya manusia atau setan?"
teriak Huang-jit-ye dengan gemetar dan ketakutan sekali.
Seorang pria setengah baya yang berdandan dao meloncat turun dari
atas pohon, pedang disembunyikan di belakang tangannya dengan
bersuara yang masih ketakutan berkata, "dermawan Huang, mala
petaka segera akan menimpa, masuklah ke gunung Tai-hang untuk
menghindar! Berharap masih sempat."
Huang-jit-ye bergidik, menggunakan lengan bajunya dia
mengelap keringat dingin di wajahnya, sambil ketakutan bertanya:
"Apakah begitu serius" Pendeta dao Qing Chen, maksudmu
adalah......" "Sangat serius." Pendeta dao Qing-chen dengan wajah serius,
"Menurut kabar, ilmu mempengaruhi semangat, dengan ilmu
Penangkap Semangat, dan ilmu Pembingung Semangat disebut tiga
ilmu rahasia aliran sesat. Orang yang ilmunya tinggi, malah bisa
mengendalikan ribuan tentara. Dermawan Huang, melawan orang
semacam ini, akibatnya sangat mengerikan."
"Katamu... dia... dia... adalah... anggota.. perk umpulan
te......teratai putih......"
"Dia bukan termasuk dari Perkumpulan Teratai Putih, tapi dari jurus hebat Mempengaruhi Semangat aliran istana, orang yang pertahanan
tubuhnya kurang kuat, mungkin akan jadi idiot selamanya. Untung kalian berada jauh lima zhang lebih, makanya dapat bertahan beberapa saat, dan ilmu dia masih belum mencapai tingkat tertinggi. Dermawan Huang, apa kau tidak merasakan hawa pedangnya yang sangat dingin menusuk
tulang, tubuh pedang pelan-pelan membesar, mendekat, mendesak?"
"I......ya betul......"
"Kecuali hawa pedang dan bayangan pedang yang datang
mendesak menakutkan, yaitu kaki dan tangan tidak bisa digerakan?"
"I......ya betul......"
"Kalau begitu benar. Dermawan Huang, dia tidak berniat membunuh kalian, dia juga tidak akan melepaskan yang dia ingin kerjakan,
malam-malam dia akan masuk kerumah anda, jika tidak tercapai
tujuannya, dia tidak akan berhenti. Malam ini......dermawan Huang, hindarilah dia!"
"Pendeta dao tidak dapat menaklukan dia?"
"Tidak dapat." Kata pendeta dao Qing-chen pasti, "Hanya ada dua macam kepandaian yang dapat melawan dia, satu adalah ilmu Yoga
dari Wu-tai, satu lagi adalah Ilmu Kepompong dari aliran sesat.
Kepandaianku yang begini, tidak dapat berbuat apa-apa. Maaf, aku
tidak dapat membantu, pamit."
Pendeta dao tua dengan menyesal menganggukan kepala,
membalikan tubuh lalu pergi.
Tidak lama, Fu Ke-wei muncul di depan kuil yang telah kosong,
dia melihat jauh ke arah kota ditempat dimana ada debu yang
berterbangan, itu adalah debu di injak oleh kawanan kuda
kelompok Huang-jit-ye. Wajahnya tampak tersenyum dingin, dan mengeluarkan suara
"Hm...!" Malam telah tiba, rumah keluarga Huang sepi seperti kota mati.
Di awal tengah malam, dua bayangan hitam masuk meloncati
tembok benteng pekarangan sebelah kanan, gerakannya seperti roh
melayang, tempat yang di lewati tidak ada debu yang terbang.
Di satu sudut rumah sembunyi dua orang penjaga, mereka
melihat bayangan hitam yang melayang datang, mereka secara
bersamaan menerjang, satu golok satu pedang menyerang
bersama-sama dengan sangat cepat sekali.
Kecepatan dua bayangan hitam mendadak bertambah
sepuluh kali, sekelebat melewati golok dan pedang saat sekejap
akan menyerang. "Aww......" Dua penjaga itu berteriak, lalu jatuh meronta ditanah.
Sekejap terdengar beberapa kali teriakan, setiap kali
menandakan ada satu kelompok penjaga di pukul roboh.
Akhirnya, dua bayangan hitam langsung menuju kepusat,
muncul di depan tangga ruangan besar.
Pintu tengah dibuka, sinar lampu bersinar keluar, seorang
bermantel hijau muncul diatas tangga, tidak membawa senjata,
wajahnya tenang sekali. "Anda datang terlambat!" Orang bermantel hijau berkata,
"Huang-jit-ye telah pergi ke Tai-hang-shan, sia-sia kedatangan anda."
"Biksunya bisa lari, kuilnya tidak bisa lari." Kata Fu Ke-wei dingin,
"dia bisa pergi tidak perdulikan rumah, buat apa aku jadi orang baik"
Akan kubakar rumahnya, apakah anda akan melawan?"
"Tentu saja melawan......"
"Apakah anda ada kemampuan melawan?"
"Saudara kecil." Nada orang bermantel hijau melemah, "anda melakukan ini, tidak cocok dengan aturan dunia persilatan,
betul?" "Huang-jit-ye siang hari bolong menyiapkan pasukan panah,
malam hari belum bertanggung-jawab sudah pergi, apakah ini sesuai
aturan dunia persilatan" kau tidak bisa bertindak menurut aturan
dunia persilatan, kenapa aku harus menurut" Kecuali kau mampu
menghalangi, jika tidak jangan sebut-sebut aturan dunia persilatan untuk menakut-nakuti aku."
"Saudara kecil......"
"Turun." teriak Fu Ke-wei menunjuk, "aku datang bukan untuk membicarakan aturan, kalian tidak pernah membicarakan aturan pada
orang lain, diam-diam berhubungan dengan para perampok gunung
Tai-hang, di dalam aturan sudah tidak bisa dibenarkan, satu-satunya yang dapat anda lakukan, keluarkan seluruh kemampuan kalian, coba
usir aku dari sini."
Orang mantel hijau sedikit ragu, lalu turun dari tangga.
Fu Ke-wei memberi isyarat tangan, Ouw Yu-zhen meloncat berdiri
di sudut tembok. Dia pelan-pelan mundur, menunggu di tempat lapangan yang
kosong. "Saudara kecil kau terlalu mendesak orang." Orang bermantel hijau dengan nada dalam berkata, "tanpa sebab datang memaksa orang, ini keterlaluan, anda marga Fu, siapa namanya."
"Kau, kau panggil saja aku Fu-shan." Kata Fu Ke-wei dengan tenang, "bukan aku mendesak orang, tapi karena ingin
membuktikan satu hal jadi terpaksa datang kesini, jangan
gunakan hukum alam, hukum negara, hubungan manusia
menghadapi aku. Kau tidak tahu aku, aku pun tidak tahu kau,
masing-masing keluarkan kemampuannya untuk membedakan
siapa yang kuat siapa yang lemah, setelah selesai baru bicarakan
yang lainnya. Tuan, senjata, tinju, kaki, senjata gelap, silahkan
gunakan sekehendakmu, aku akan hadapi semuanya, silahkan!"
"Saudara kecil, apa tidak bisa dibicarakan lagi?"
"Tidak bisa dibicarakan lagi." Dia mengatakannya dengan tegas, "aku sendiri juga tahu kedatanganku kurang menurut aturan, makanya sampai detik ini, masih belum melakukan pembunuhan. Sekarang hari terlalu gelap, bertarung mungkin saja tidak terkontrol, tidak terhindarkan terluka atau terbunuh, harap anda jangan salahkan. Jika anda menang, masalah aku anggap selesai."
"Tentu saja, aku akan bertarung dengan tangan dan kaki,
silahkan." Orang mantel hijau mengangkat kain mantelnya di
selipkan di pinggang, sepasang tangan dibuka, bersiap-siap
bertarung. Dengan sebuah teriakan dingin, Fu Ke-wei menyerang dengan
dahsyat, begitu suara terdengar orangnya pun sampai, tangan kiri
dengan jurus Naga Awan Menampakan Cakar, merogoh ke dalam.
Buug... satu suara terbekam terdengar, angin kuat bergetar ke
sekeliling, orang bermantel hijau berkelit menghindar, telapaknya
memukul pergelangan Fu Ke-wei, cepat seperti kilat.
Kedua belah pihak adalah pesilat bertenaga dalam tinggi, setelah
beradu tenaga, sama-sama terdorong mundur ke samping,
memasang kuda-kuda kembali menyerang, dalam layangan pukulan
dan telapak, masing-masing menyerang dan menangkis, setiap
pukulannya menggunakan tenaga dalam, suara pukulan atau telapak
beradu menimbulkan suara keras.
Dalam sesaat, sepertinya seimbang, maju mundur berputar
sama-sama cepat dan lincah, siapa pun tidak bisa merebut posisi
diatas angin, hari terlalu gelap, jurus lincah tidak ada gunanya, sekali serangan dilancarkan langsung bentrok, ruang geraknya sempit,
seperti bertarung jarak dekat saja, siapa yang tidak dapat menahan pukulan, dia yang kalah.
Dalam kegelapan, tiba-tiba terdengar satu siulan aneh, satu
bayangan orang dengan rambut kacau melayang turun dari atap
rumah, turun tepat diatas kepala Fu Ke-wei.
Fu Ke-wei mengeluarkan suara "Hm....!" tubuhnya berkelebat,
kecepatannya bertambah satu kali lipat, datang ke sebelah kanan
orang bermantel hijau, telapak tangannya dilayangkan miring,
serangkum angin kuat tiba-tiba muncul.
Orang mantel hijau dengan sendirinya memutar tubuh menangkis,
paak... satu suara terdengar karena beradunya pukulan, tapi kali ini tenaga yang menyerangnya seperti bertambah beberapa kali lipat,
sambil berteriak terkejut, dia terlontar sejauh satu zhang lebih, hampir saja terjatuh.
Hampir bersamaan waktunya, Fu Ke-wei sudah barada di sisi
bayangan hitam yang melayang turun, dia menangkap tongkat
lawannya, sekali berteriak keras, dengan keras dia menarik ke
belakang. "Paak!" Tongkat itu tiba-tiba patah, seperti meletus hancur
berterbangan, tongkat bambu isi itu telah hancur berlepingkeping.
Dengan sebuah teriakan dingin, Fu Ke-wei maju
menyerang, sebelah tangannya dipukulkan seperti kilat.
"Buug.. paak.. paak!"
Orang yang rambutnya acak-acakan dapat menangkis tiga pukulan
tangannya, tapi mundur sepuluh langkah lebih, walau dapat
menangkis tiga pukulan, tapi tidak bisa menahan seluruhnya.
Orang bermantel hijau telah tiba, tangan kanannya
menyerang pinggang dan punggung kanan Fu Ke-wei.
Fu Ke-wei memutar tubuhnya, tidak saja dengan tepat menghindar
pukulan yang keras itu, dan juga balas memukul bahu kiri orang
mantel hijau, kecepatannya sulit di bayangkan, buuk... satu suara
telapak telah mengenai dasar leher orang mantel hijau, seperti kapak yang amat besar.
"Mmm..!" teriak orang bermantel hijau itu kaget dan roboh terguling.
Fu Ke-wei seperti seekor harimau ganas, dia lalu membelok
menerjang orang yang tongkat nya telah hancur itu.


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Berhenti!" teriak orang yang rambutnya acak-acakan itu.
Saat ini, tempat dua orang berdiri tepat di bawah sinar lampu
pintu, sisi kedua orang itu disinari dengan jelas sekali.
Pukulan telapak besi Fu Ke-wei, berjarak kurang tiga cun dari
jantungnya lawan, tapi dia malah bisa menghentikannya, dan ditarik setengah chi.
"Kau, Tian-ya-koay (Pengemis Aneh Dunia), Jie Ling-feng." Fu Ke-wei tertawa dingin, "Malah jadi tamu aliran hitam Huang
Yung-sheng, sungguh tidak di sangka perbuatan seorang manusia,
namamu sebagai pendekar sekarang sudah boleh pensiun! Jika bukan
hari ini melihat dengan mata kepala sendiri, aku sungguh tidak berani percaya anda adalah pendekar palsu."
"Sembarangan bicara." Teriak Tian-ya-koay, "Aku datang untuk mencari Lang-ye (Serigala Malam) Hong-hao, dia melarikan diri dari He-nan ke Shan Xi, di tempat ini jejaknya menghilang, aku sengaja
datang memeriksanya, dan akhirnya bertemu dengan kalian yang
sedang bertarung, sesaat timbul gatal tanganku jadi menampakan
diri......" "Oh! Begitu, jadi aku telah salah menduga." Kata Fu Kewei.
"Hm! Bocah, tenaga dalammu sangat menakutkan sekali, telah
menghancurkan tongkat pemukul anjingku......"
"Tetua turun dari atas, telah melanggar larangan dulu."
"Hm...! Mmm... orang yang bisa dengan satu pukulan telapak
menjatuhkan Sastrawan Neraka, di dunia persilatan sekarang,
hanya ada beberapa, coba kupikir, siapa kau sebenarnya."
"Jangan urus aku siapa. Tetua paling bagus jangan ikut
campur." Orang bermantel hijau yang bernama Sastrawan Neraka, saat ini
dengan susah payah meronta berdiri, tapi tetap tidak bisa berdiri
mantap, tubuhnya bergoyang-goyang tidak bisa berdiri dengan
tegak. "Uuu! Kau masih muda, di dalam sepuluh tahun terakhir ini
angkatan muda di dunia persilatan sekarang, ada beberapa orang
yang hebat. Apa marga kau?"
"Tetua Jie, apa kau tidak mau melepaskan keterlibatan ini?" Fu Ke-wei mencoba menghindar pertanyaan.
"Uuu! Aku Tian-ya-koay termasuk dalam Delapan Hebat Dunia
Persilatan, Sastrawan Neraka menduduki urutan pertama dari tiga
penjahat dunia persilatan, tapi semua tidak di pandang olehmu,
tidak sulit menerka siapa kau sebenarnya..."
"Dia marga Fu, menyebut dirinya Fu-shan. Seorang teman
wanitanya dipanggil Fu-zhen." Sastrawan Neraka dengan lesu
memotong, "dia datang mencari Huang-jit-ye untuk meminta kabar keberadaan Yun-sang-nie."
"Ooo! Aku tahu siapa kau." Tian-ya-koay sadar, "kau adalah orang yang paling misterius di dunia persilatan......bukan, salah, menurut kabar orang itu datang dan perginya sendirian, kenapa sekarang
bersama seorang teman wanita."
"Kau tidak perlu sembarangan menebak, aku bukanlah orang
yang kau pikirkan." Fu Ke-wei membelokan pembicaraan, "tetua Jie, untung bukan tamu Huang Yungsheng, jika tidak......"
Mendadak wajah Sastrawan Neraka berubah, seperti tikus
cepat-cepat melarikan diri.
"Aku hanya mencari Lang-ye, bangsat itu melakukan kejahatan
berdarah di He-nan dan melarikan diri ke Shan-xi, di sepanjang jalan dia masih melakukan kejahatan, sangat mungkin bersembunyi di
rumah Huang Yung-sheng. Dia adalah mantan kekasihnya
Yun-sang-nie, dengan Huang Yung-sheng di dunia persilatan sering
melakukan......" "Tunggu! katamu Lang-ye adalah mantan kekasihnya Yun-
sang-nie?" Fu Ke-wei menyela kata-kata Tian-ya-koay, "berita kau ini apa bisa dipercaya?"
"Tentu saja bisa dipercaya, aku tidak pernah sembarang bicara."
Tian-ya-koay menyunggingkan mulut, "masih banyak berita rahasia yang aku tahu! Iii... aneh! Rumah setan ini sepertinya selain beberapa penjaga, seluruhnya tidak lebih dari sembilan orang, kemana perginya teman-teman Huangjit-ye?"
"Mungkin telah naik kegunung." Kata Fu Ke-wei, "aku akan menunggu dia, menunggu sampai jam lima pagi baru
membakarnya." "Membakar" Kau......"
"Jangan terkejut, aku melakukan sesuatu pekerjaan tergantung
perasaan hatiku, jika tidak mencapai tujuan tidak akan berhenti. Aku tidak percaya tuan Huang sudah naik ke gunung, dia masih belum tahu jelas asal-usulku, mana sudi melarikan diri jauh-jauh?"
Fu Ke-wei masuk ke dalam ruangan yang amat besar,
menyalakan empat lampu, lalu duduk di atas kursi besar.
Tiba-tiba tercium bau wangi, Ouw Yu-zhen mendadak
muncul diruangan. Dia berbisik disisi telinga Fu Ke-wei, Fu Ke-wei
menganggukan kepala, mulutnya tersenyum dingin!
Tian-ya-koay dengan mata penuh pertanyaan menatap pada
Ouw Yu-zhen. "Nona ini temanmu?" tanya Tian-ya-koay.
"Orang tua, kau salah." Ouw Yu-zhen tertawa, "aku
hanyalah pelayannya."
Tian-ya-koay menatap pada belati mewah yang bergantung di
pinggangnya Ouw Yu-zhen, berkata, "belati Salju Hijau kau ini aku pernah dengar, siapa marga nona?"
"Belati ini adalah pemberian dari tuan untukku menjaga diri,
apakah belati Salju Hijau, aku tidak tahu." Ouw Yu-zhen asal bicara,
"aku marga Fu, dipanggil Fu-zhen, orang tua sebenarnya apa yang ingin kau ketahui?"
Tian-ya-koay menggeleng-gelengkan kepala, mengelilingi
ruangan sekali, menghilang di ujung sudut timur.
"Apa kau telah mendapatkan jejak?" tanya Fu Ke-wei.
"Benar, tepat menurut perkiraan tuan, semua bersembunyi di
ruang rahasia bawah tanah." Kata Ouw Yu-zhen pelan.
Pada saat itu Tian-ya-koay tepat kembali dari luar ruangan, lalu
kedua orang berhenti bicara.
"Aneh! Sepertinya keluarganya juga menghilang." Kata
Tian-ya-koay duduk di hadapan Fu Ke-wei dengan tidak mengerti,
"saudara kecil, mungkin Huang-jit-ye dan teman penjahatnya
benar-benar telah naik ke gunung menjadi perampok."
"Lorong rahasia di bawah tanah untuk menghindar musuh banyak sekali, tersedia makanan dan air, sembunyi tiga-lima puluh hari juga tidak akan kekurangan makanan. Dia tidak ada alasan lari ke atas gunung." Kata Fu Ke-wei dingin, "jika mengatakan dia dengan perampok gunung Tai-hang ada hubungan, tentu tidak salah, mau menuduh dia bersembunyi disana, itu terlalu di paksakan. Jika dia benar-benar naik kegunung, dan ditemukan oleh mata-mata yang diutus permerintah, apa dia masih bisa tinggal di kota" Dia adalah seorang yang pintar, harusnya tahu untung ruginya naik ke gunung, makanya, dia tidak naik kegunung."
"Mmm! Masuk akal......ada orang yang datang."
Pintu belakang ruangan terbuka, keluarlah seorang nyonya
setengah baya berbaju rok dengan delapan tilapan warna hijau,
dituntun oleh seorang pelayan dengan wajah penuh ketakutan.
"Kau......kau adalah tuan Fu?" tanya Nyonya setengah baya Jia-yong.
"Tidak salah, Sastrawan Neraka telah memberitahukan,
nyonya adalah......"
"Tuan Fu, kau adalah orang ternama di dunia persilatan, tidak bisa tidak menurut aturan, menyerang ke rumah......"
"Nyonya, aku bukan orang ternama di dunia persilatan, juga
bukan orang yang tidak mengindahkan aturan, masalahnya
adalah apakah lawan menurut aturan tidak." Dia memotong
perkataannya, "di siang hari bolong di tempat pertemuan di
depan kuil, Huang-jit-ye mengerahkan tiga puluh orang lebih, di
antaranya setengah lebih adalah perampok, sisanya lagi juga
adalah orang-orang pelarian aliran hitam, dia sama sekali tidak
menurut aturan menjumpai aku, nyonya mengatakan tidak
menurut aturan, menyalahkan aku, apakah itu adil?"
"Kau......" "Jam lima seperempat, aku pasti membakar, nyonya harus
bersiap-siap." katanya dengan nada dalam, "Kecuali aku tahu keberadaan Yun-sang-nie, jika tidak, aku tidak akan meninggalkan
perumahan Lu An." "Aku pengemis tua juga ingin tahu keberadaannya Lang-ye, ini
yang disebut dalam kesempatan kebakaran merampok, ha ha ha......"
Tian-ya-koay juga mendukung disamping.
"Lang-ye sudah mengetahui ada orang yang mengancam dia,
kemarin malam sudah pergi dari sini." Nyonya setengah baya
menyerah, "Yun-sang-nie setahun lalu masih berada di perumahan Qing-yun, jaraknya beberapa ribu li, mengirim surat padanya juga
tidak mudah, sekarang tidak tahu apakah masih di perumahan
Qing-yun atau tidak."
Wajah Fu Ke-wei berubah. Tian-ya-koay juga tertegun, mengerutkan alis berpikir.
"Nyonya, kata-katamu, satu pun aku tidak ada yang percaya." Kata Fu Ke-wei dengan keras, "perumahan Qing-yun adalah satu diantara tiga perumahan di dunia persilatan, ketua perumahan yang sekarang
adalah Satu Pedang Utara Chen Rou-yi, dijuluki yang terhebat dari
Sembilan Jago Pedang terbesar, dia adalah orang aliran putih yang
ternama. Yunsang-nie adalah seorang wanita cabul di dunia
persilatan, wanita bejad di dunia persilatan, mana bisa tinggal di perumahan Qing-yun?"
"Yang aku katakan adalah kenyataan, jika tidak percaya
kenapa tidak pergi ke perumahan Qing-yun membuktikannya?"
Nyonya setengah baya cepat-cepat membela diri.
"Kau ingin supaya aku cepat-cepat pergi, tidak semudah itu."
"Aku bisa saja sembarangan mengatakan satu tempat, supaya kau tidak bisa menemukannya, juga bisa mengatakan dia ada di
perkampungan Cheng-huang di Shi-chuan-feng-du, sedang berlatih silat bersama Manusia Iblis salah satu dari empat iblis besar, karena kau juga tidak berani pergi ke perkampungan Cheng-huang mengantar nyawa."
"Jika benar kau mengatakan dia ada di perkampungan Cheng-huang, aku tetap akan pergi memeriksanya, Pendeta dao, Manusia Iblis walau orang mendengar namanya sudah ketakutan, tapi aku bukan orang yang mudah dibuat takut." Fu Ke-wei mendorong kursi bangkit berdiri, "jika terbukti katakatamu ini bohong semua, lain kali, Hm! Tempat ini mungkin akan jadi rongsokan. Ingat peringatan aku, harap saja aku tidak kembali lagi ke sini mengacau."
Dia dengan langkah besar berjalan keluar ruangan, Tianya-koay
berjalan berdampingan dengannya, Ouw Yu-zhen berjalan di
belakang sebelah kiri dia, sungguh persis seperti pelayan yang
setia. "Saudara kecil Fu, masalah ini mungkin sangat sulit." Tianya-koay tampak sedikit gelisah, "orang-orangnya keluarga Chen tidak mudah diajak bicara, jika kau tanpa persiapan mendatangi rumahnya meminta orang, apakah kau tahu akibatnya?"
"Tahu, tentu akan menimbulkan amarah para pendekar aliran
putih." "Kalau begitu kau......"
"Aku tetap harus pergi tidak bisa tidak."
"Saudara kecil, sebenarnya Yun-sang-nie telah melakukan
kejahatan apa, sehingga kau jauh-jauh mengejar dia?"
"Itu rahasiaku."
"Kalian berdua pergi melabrak perumahan Qing-yun,
mungkin......" "Pergi menyelidik, bukan melabrak." Kata Fu Ke-wei dengan tenang, "jika hasilnya benar, membuktikan wanita setan itu benar berada di perumahan Qing-yun......"
"Maka akan melabraknya?"
"Betul! dilabrak." Nada Fu Ke-wei tegas, tidak mengizinkan lawan salah mengerti, "jika perumahan Qing-yun adalah tempat
persembunyian penjahat, aku ada hak membongkarnya, kecuali aku
mati, tidak ada orang yang bisa menahan aku menantang perumahan
Qing-yun. Tetua Jie, apakah kau melepas begitu saja masalah Lang-ye?"
"Itu hal yang tidak dapat berbuat apa-apa, aku terpaksa
mencari jalan lain."
"Sekarang kau kembali kesana, sangat mungkin bisa
bertemu dengan pejahat itu."
"Apa" Kau kata......"
"Di ruangan dalam, pasti tidak salah." Fu Ke-wei seperti tidak terjadi apa-apa melangkah masuk kedalam pintu pekarangan besar yang terbuka,
"di ruang dalam ada satu pintu masuk terowongan, menuju ke ruang rahasia bawah tanah di pinggir sungai Shi-zi, terowongan di bawah tanah seperti sarang laba-laba, masuk ke dalam mencari orang terlalu bahaya,
Huang-jit-ye dengan tamunya bersembunyi di ruang rahasia bawah tanah itu, sekali kita pergi, mereka seharusnya sudah naik keatas... Jangan membalikan kepala, ada orang menguntit, jalanlah lebih-jauh sedikit baru kembali, aku ingin dari mulutnya Huang-jit-ye mendapatkan berita yang pasti."
0-0-0 Di ruang dalam rumah Huang ada satu lampu menyala kecil sekali,
sepuluh lebih pesilat tinggi dunia persilatan berturutturut muncul, Huang-jit-ye duduk di kursi besar dengan wajah penuh
amarah. "Si anjing Fu yang harus mati!" Huang-jit-ye menggigit gigi memaki, "aku Huang Yung-sheng tidak ada permusuhan tidak ada
dendam dengan dia, dia malah mendatangi rumah, menghina orang,
sungguh keterlaluan, jika tidak membunuh dia sulit meredakan
amarahku." "Jika bocah ini benar adalah Xie-jian-xiu-luo yang di dunia persilatan keluar masuknya sulit ditebak, jejaknya juga membingungkan kadang di utara kadang di selatan, ingin membunuh dia tidaklah mudah?"
Sastrawan Neraka yang wajahnya masih belum pulih seperti semula,
"Saudara Huang, jika tidak berhasil, tempat ini mungkin sudah tidak bisa ditinggali."
"Aku akan menyewa pembunuh bayaran diam-diam
membunuh dia." "Empat bulan yang lalu, perkumpulan Qing-lian menerima pesanan diam-diam membunuh Xie-jian-xiu-luo, bukan saja tidak berhasil,
malah dia sendiri datang ke markas pusatnya dan menghancurkan
perkumpulan itu. Siapa lagi yang masih berani menerima pesananmu"
Jangan terlalu berharap, saudara." Sastrawan Neraka menasihati dengan tujuan baik, "berurusan dengan gelandangan seperti ini, tidak akan mendapat keuntungan sedikit pun. Ooo! Di pihak adik
seperguruanmu......"
"Lang-ye sudah menawarkan diri pergi, sekarang sudah
berangkat." "Ooo! Lang-ye orangnya tidak berperasaan, sedikit pun tidak
bisa dipercaya, kenapa bisa begitu semangat?" kata Sastrawan
Neraka mengerutkan alis. "Aku juga merasa aneh." Huang-jit-ye tidak mengerti, "Sejak dia mendengar marga Fu mencari adik seperguruanku, dia sudah tidak
tenang, terhadap Tian-ya-koay dan nona aneh yang sedang
mengejarnya, malah sedikit pun tidak ada perhatikan, tidak tahu apa sebabnya."
"Mungkin dia dengan adik seperguruan anda masih belum putus
cinta lamanya!" "Tidak tahu, katanya siang malam dia akan mengejar waktu pergi ke perumahan Qing-yun memberitahu kabar......Iii!"
Jendela sebelah kanan tanpa suara membuka sendiri, diluar
jendela tampak wajah Fu Ke-wei dan Tian-ya-koay.
"Pergi ke perumahan Qing-yun di Shan-dong ada dua jalan, satu timur satu selatan." Tian-ya-koay berkata, "jalan selatan lebih jauh, Lang-ye pasti ambil jalan timur gunung Lin-lu keluar dari Peng-de. Dia adalah Lang-ye yang tidak biasa melihat matahari, jalan malam tentu harus begitu, dia pasti belum jauh."
Jendela sebelah kiri juga ada yang membukanya, nona Peng
muncul di luar jendela, berkata:
"Ternyata penjahat itu namanya Hong-hao, aku tidak
percaya dia larinya bisa lebih cepat dari pada serigala."
Sepuluh orang lebih jadi terkejut, semua menyembunyikan diri.
Tapi bayangan orang yang diluar jendela telah menghilang,
Huang-jit-ye juga sembunyi di kamar dalam, di ruangan jadi kosong
kembali. 0-0-0 Hari belum terang Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen sudah
meninggalkan penginapan, menggendong bungkusan baju
malam-malam pergi menyeberang sungai kota.
Jalan lewat arah timur sungguh jelek sekali, melalui jalur dalam
selatan gunung Tai-hang, jalannya jalan setapak, tempat beraksi
para perampok, tidak ada penginapan, juga sedikit sekali
kampung, dalam jarak ratusan li binatang liar keluar masuk,
puluhan li tidak bertemu dengan manusia.
Di ujung barat, di Hu-guan ada markas tentara, sebelah
tenggara, di Yu-xia baru ada pasukan keamanan, di tengahtengah,
orang sekali masuk, mati hidup hanya tergantung nasib.
Pegunungan Tai-hang bersambung ribuan li, di jalur selatan daerah
ini yang paling liar, di hutan yang lebat gunung yang tinggi ini, setiap saat bisa terjadi hal yang tidak terduga.
Demi memudahkan perjalanan, Ouw Yu-zhen menyamar jadi
seorang pemuda, Fu Ke-wei tetap bermantel hijau, memakai
mantel berjalan di pegunungan, sunguh-sungguh dia bisa tahan.
Hari sudah terang, dua orang telah jalan sampai dibawah gunung
Fu-kou, masuk ke Fu-kou membeli alat-alat yang diperlukan untuk
berjalan di gunung dan makanan kering, menanyakan dengan jelas arah jalan, cepat-cepat melanjutkan perjalanan.
Mereka harus bisa mendahului Lang-ye, harus sampai lebih dulu
di Shan-dong. Jalan kecil keluar dari timur sebenarnya ada beberapa jalan,
hanya jalan Fu Kou ini jalannya lebih bagus, karena jalan ini sering dipatroli oleh pasukan keamanan, makanya kelompok-kelompok
orang bepergian menganggap jalan ini adalah jalan besar, dan
memang juga adalah jalan besar menuju ke kota Zhang-de di
He-nan, tidak akan sampai tersasar didalam hutan.
Orang yang bepergian keluar kota sudah pergi di bagi menjadi 3
kelompok, di jalan sering terlihat orang-orang yang kampungnya
dekat berlalu lalang. Diwaktu hampir tengah hari dua orang itu sudah menyusul kelompok
pertama dari ratusan orang yang bepergian, mereka terus berjalan lagi, hingga tinggal mereka berdua saja! Tepat untuk mempercepat
langkahnya, tidak perlu takut bisa mengejutkan masyarakat.
Menurut perkiraan Fu Ke-wei, Lang-ye seharusnya sudah berada
di belakang mereka. Penjahat itu walau belum pernah bertemu, sebutannya asing, tapi
mendengar nada bicara Tian-ya-koay, penjahat itu tidak akan berjalan di siang hari, sangat mungkin bersembunyi dulu di sekitar Fu-kou
menunggu hari gelap. Dia memutuskan jika perlu siang malam berjalan terus mengejar
waktu, Lang-ye pasti tidak bisa lebih cepat sampai di Shan-dong
memberi kabar. Setelah lari beberapa saat, mengeliling bukit sekitar dua puluh li lebih, keadaannya semakin menanjak, tumbuhan sudah tidak seperti
tadi yang subur, sudah terlihat bukit yang gundul dari kejauhan, Fu Ke-wei tahu, jika berjalan ke depan lagi, maka mereka akan masuk
ke daerah yang berbahaya.
Di depan terlihat ada tiga pejalan kaki, dua orang
menggendong bungkusan baju, seorang menuntun seekor
keledai dengan bawaan di punggungnya, ketiga orang itu
semuanya membawa senj ata untuk pertahanan diri.
Fu Ke-wei dengan Ouw Yu-zhen memperlambat
langkahnya, berjalan dengan santai.
Sesudah dekat, orang yang menuntun keledai secara tidak
sengaja melirik kebelakang, melihat dia.
"Hey! Sobat, kalian berani berjalan hanya berdua saja?" sapa orang yang menuntun keledai sambil tersenyum kepada mereka,
"didaerah ini kemarin dulu ada terjadi perampokan, jalan bersama lebih berarti banyak dari pada dua pedang kalian, paling sedikit bisa menakuti perampok kecil, bagaimana?"


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak banyak membawa uang, perampok kecil juga tidak akan mau merampok kami." Fu Ke-wei sambil bicara dengan Ouw Yu-zhen berjalan dengan langkah besar melewati mereka, "bila benar membawa terlalu banyak uang, lebih banyak tiga atau lima pedang juga tidak bisa menghadang para perampok yang ingin kaya mendadak. Lagi pula, lebih banyak sepasang kaki, jalannya akan lebih lambat."
"Ha ha! Teman, kalian berdua berjalan terburu-buru, tidak akan bertahan lama." kata seorang pejalan yang membawa golok,
"berjalan di pegunungan harus berjalan dengan santai dan mantap, ingin cepat malah tidak akan tercapai."
"Terima kasih atas kebaikan hati saudara." Mereka berdua sudah berada di depan, "kami masih muda, lari sebentar tidak akan
apa-apa." Setelah menjauh dua li lebih, sudah tidak terlihat tiga pejalan
kaki tadi. Turun dari satu kaki gunung, jalan kecil di depan jalan memecah
menjadi dua, di tengah pertigaan ada satu papan penunjuk jalan, di kiri tertulis: ke Lu-cheng. Dikanan tertulis: ke Fu-guan.
Mereka berdua tanpa pikir jalan kearah Fu-guan.
Yang dinamakan Fu-guan, bukanlah menunjuk pada Fu Kou-guan, tapi
menunjuk pada kota kabupaten Fu-guan, jika salah maka akan sia-sia berjalan, menurut jadwal perjalanan yang dia tahu, tidak perlu melalui Fu-guan, arah yang ditunjuk papan penunjuk jalan, di tengah jalan pasti ada satu jalan cabang yang mengarah ke timur.
Ingin cepat malah tidak tercapai, benar saja tidak salah
perkataan itu. Dia dengan Ouw Yu-zhen tidak tahu daerah, mereka ingin cepat
sampai, tapi tidak memperhatikan jalan lama di sekitar ini, tidak pernah di pasang papan penunjuk jalan, tapi papan penunjuk jalan yang terbuat dari batu dan panah jenderal, ini ada kegunaannya, tidak takut di tiup angin, kena hujan atau terik matahari.
Dan juga papan penunjuk jalan ini yang permukaannya licin ini,
tulisannya seperti belum kering.
Hidup manusia didunia, jika setiap saat harus perhatikan setiap
keadaan apakah ada bahaya tidak, itu sungguh merepotkan sekali,
hidup ini sungguh tidak ada banyak artinya.
Melewati dua gunung, aneh! Kenapa jalannya semakin sempit,
jejak manusia dan telapak kuda juga sudah tidak ada.
Dua orang berhenti, melihat jauh ke depan.
Hm...! Mungkin benar telah salah jalan.
Dua li didepan sepertinya ujungnya jalan kecil, di depan hutan
nampak satu rumah gubuk, di bawah pohon besar di depan
rumah, terikat seekor keledai kecil.
"Biar aku pergi tanyakan jalan." Kata Ouw Yu-zhen.
"Tidak, biar aku saja yang bertanya." Fu Ke-wei menghadang Ouw Yu-zhen yang akan melewatinya, "situasinya sepertinya tidak normal, kau sementara sembunyi di dalam hutan, tunggu siulan aku
baru bergerak." Pintu papan tidak tertutup rapat, dia mendorong membuka pintu
teriak: "Hey! Apa ada orang?"
Di dalam ruangan kosong tidak ada orang, satu meja empat
kursi, dan beberapa barang serta alat pertanian.
Jalan yang menuju kebelakang rumah sangat kecil, di dalam
tiba-tiba terdengar suara tua berkata:
"Siapa itu" Silahkan duduk dulu, aku segera keluar."
Fu Ke-wei masuk kedalam, sampai disisi meja, baru saja akan
melepas bungkusan baju beristirahat, tiba-tiba merasa kaki amblas
ke bawah, hatinya terangkat keatas.
Peristiwa ini sangat mendadak sekali, punya kemampuan sebesar
langit juga sia-sia, tidak menunggu dia bereaksi, tubuhnya dengan
cepat telah jatuh ke bawah, sedalam kurang lebih empat zhang, dia
baru dapat menggerakan kaki dan tangan menstabilkan tubuh,
mengangkat tenaga dalam supaya sampai kebawah.
Untung saja lubangnya sedalam lima zhang, dia masih
sempat bereaksi, buug... satu suara dengan mantap menyentuh
tanah. Di atas, lubang telah ditutup, gelap hingga mengulurkan tangan
juga tidak bisa melihat lima jari.
Dia menenangkan diri, dengan tenang berpikir, tangan kirinya
meraba-raba, dia tahu ini adalah lubang jebakan sebesar satu zhang dua, dasarnya dari batu, permukaan batu tidak terlalu kasar.
Dia merasa aneh, meja dan kursi kenapa tidak ikut jatuh
kebawah" Setelah dipikir lagi, dia jadi sadar. Ternyata meja dan kursi itu terpaku diatas papan jebakan, setelah jatuh, lalu ditarik lagi ketempat semula, menutup kembali lubang jebakan. Kalau begitu, papan jebakannya
seharusnya terbuat dari kayu, tidak akan menyulitkan dia, asal bisa naik keatas......
Dia melepaskan tali mendaki gunung, diujung tali ada kail kecil,
melemparkannya keatas, mencoba dahulu papan jebakan itu.
"Traang!" suara kail, mental kembali jatuh kebawah.
Celaka! Papannya dari besi.
Dia menggunakan tangan mengukur tali, tingginya ada empat
zhang lima chi. Dalam bahaya kematian mencari kehidupan, dia harus mencari
satu jalan hidup, tidak bisa duduk terus menunggu kematian,
orang yang suaranya tua itu, mungkin sedang mencari cara
menghadapi dia! Dia melepaskan bungkusan bajunya, dia menempelkan
punggungnya di sudut dinding, kaki dan tangan digunakan,
menggunakan ilmu cecak satu langkah demi satu langkah satu cun
demi satu cun merayap keatas.
Dasar jebakan adalah lapisan batu, di tengah adalah dinding
tanah, satu zhang lebih dekat mulut lubang, adalah dibangun
dengan batu besar, naik keatas tidaklah sulit.
Tapi, begitu mengusap tutup lubang yang rapat, hatinya menjadi
dingin. ternyata tutup lubangnya terbuat dari baja, ketebalan bajanya tidak bisa dihadapi dengan golok atau pedang biasa, punya tenaga
super juga tidak bisa digunakan karena tidak ada tempat pijakan.
Dia telah mencoba beberapa kali, tapi sia-sia.
Kecuali menunggu mati, sedikit pun tidak ada jalan untuk lolos.
Tidak lama, di atas ada gerakan.
"Ha ha ha ha......" terdengar tawa keras,
"sobat, kawan-kawannya Serigala tua berhasil menunggumu. Kau
bisa tidak mati karena jatuh, sungguh luar biasa!"
Dengan pengalamannya, dia tahu dirinya terjebak, pasti bukan
jatuh ke tangan para penjahat setempat, tapi lawan telah
merencanakan jebakan menunggu dia.
"Sungguh hebat jebakanmu." Dia terpaksa berkata, "orang yang pintar dan waspada pun, juga tidak akan curiga di dalam rumah ada
jebakan, jebakan ini dibangun sangat bagus, di luar sedikit pun tidak ada celah, mengagumkan sekali."
"Anda terlalu memuji. Kau bermarga Fu, apa benar adalah
Xie-jian-xiu-luo?" "Tidak salah, tapi bukan Xie-jian-xiu-luo. Ooo! Mungkin kau
temannya Huang-jit-ye."
"Betul, dia memastikan kau pasti melalui jalan ini. Dimana
temanmu?" "Dia jalan lewat jalan cabang satunya lagi. sobat, apakah kita sudah kenal?"
"Tidak kenal, hanya saudara Huang orang yang tahu orang macam kau ini, aku belum pernah dengar orang sepertimu."
"Kau ingin berbuat apa?"
"Menyerahkanmu pada saudara Huang, aku sudah
mengutus orang menyampaikan beritanya."
"Sobat, apa kalian orang yang membantu Huang-jit-ye di depan
kuil gunung kemarin?"
"Kemarin hanya kami bertiga saudara dari Tie Han Ling yang ikut serta, kami tahu kau amat lihay, makanya harus menggunakan siasat
untuk menangkapmu. Tenang saja istirahat di bawah! Tunggu sampai
saudara Huang tiba, baru menentukan kau mati atau hidup."
"Sobat, bisakah kita berunding?"
Tidak ada jawaban, tidak terdengar sedikit pun ada gerakan,
walau dia teriak-teriak dengan keras, juga tidak ada orang yang
menjawab. Saat ini yang paling dia khawatirkan adalah, keselamatannya Ouw
Yu-zhen, jika dia lama tidak menerima isyarat darinya, dalam keadaan gelisah akan melabrak masuk, tentu akan terkena jebakan, sehingga
tidak ada lagi orangyang bisa menolong.
Entah lewat berapa lama, pokoknya makanan kering untuk makan
sehari itu sudah habis dimakan, sisanya hanya untuk makan sehari
lagi, sekarang rasa haus menyerangnya, bau dasar lubang semakin
menyengat. Jika keadaannya begini terus, rasa hausnya lambat laun
akan merengut nyawanya. Dia sudah mencoba merayap dua kali, dua kalinya tidak bisa
menggoyahkan tutup lubang dari baja yang sangat berat itu.
Sungguh susah menahan rasa haus, perutnya terasa mengepul
asap, hawa yang dihembuskan panas, bibir mulai kering merekah.
Makanan kering untuk dua hari sudah habis dimakan, kecuali
haus, kelaparan segera akan menyerang dia.
Huang-jit-ye masih belum datang, di atas juga tidak ada kabar
beritanya. Selama tujuh delapan tahun, dia telah lolos dari pintu kematian
entah berapa kali, dia pernah mengalami, entah berapa banyak
terjangan angin topan dan bahaya. Tapi dia tetap sukses, dia juga
pernah mengalami kegagalan, tapi belum pernah merasakan rasa
kelaparan dan kehausan di bawah lubang, yang kali ini dia rasakan.
Di ambang hidup atau mati, orang pemberani bisa menghadapi
tantangan dengan tenang, keinginan hidup yang kuat menahan
dirinya, membuat memangatnya tidak sampai hancur.
Ketika dia sedang berusaha tenang, menahan sakit perutnya, dari
atas masuk bau wangi yang aneh, setelah dia merasakan ada yang
salah, dia telah menghirup udara wangi tidak sedikit, terasa kepala jadi berat, tangan dan kaki menjulur, sesaat dia telah hilang
kesadarannya. Saat dia terbangun, dia merasa seluruh tubuhnya lemas, sinar
petang menembus dari lubang di depan gua, di depannya duduk
bersila tiga orang asing.
Akhirnya dia sadarkan diri sepenuh-nya.
Ternyata dirinya berada di dalam gua batu yang di luarnya kecil
dalamnya besar, dalamnya sekitar dua zhang, dirinya menyander di
dinding gua, kakinya dirantai, sepasang tangannya terbuka,
masing-masingjuga dirantai ke dinding batu, tebalnya borgol ada
setebal tiga fen, dan dipaku mati, sampai gajah besar pun jangan
harap bisa melepasnya. Akhirnya lumayan juga, mulut sudah tidak haus lagi, mungkin
lawan tidak berniat supaya dia mati kehausan, setelah dia diangkat keatas, diberinya minum yang banyak.
"Tempat apa ini?"
Suaranya tampak serak, lemas, tapi dia tahu dirinya sudah sedikit
pulih. Tiga orang pria besar setengah baya sedang makan daging, minum
arak, baki keramik untuk menaruh masakan ditaruh di atas tanah,
araknya tersimpan di hulu, menggunakan tangan mengambil potongan
besar daging, memasukan ke mulut, cara makannya sangat kasar.
"Ini adalah Tie-han-ling, kami semuanya orang gua." Kata orang yang rambutnya kacau wajah penuh brewok, "mau makan sedikit?"
Baru sekarang dia bisa melihat wajah ketiga orang ini
dengan jelas, juga dapat merasa ada yang tidak beres.
"Beri aku sedikit sup daging." Dengan suara serak dia berkata,
"mungkin seumur hidup kalian tidak pernah ke kota."
"Omong kosong!" laki-laki brewokan bangkit berdiri membawa baki, menyuapi dia sup daging rusa yang segar, "kami sering keluar masuk kota, pernah hidup di kota Hu-zhou dan Zi-zhou."
"Tapi kalian tidak berani muncul di siang hari. Terima kasih, sudah cukup! Tidak bisa makan terlalu banyak, perutku tidak akan tahan." Dia menyamankan posisi duduk, "kalian tidak merampok di satu tempat, tentu tidak ada hubungan dengan para perampok Tai-hang-shan!"
"Apa itu perampok Tai-hang." Pria besar brewokan dengan kasar memaki, "mereka itu, siapa pun dirampoknya, dan dibunuh supaya tidak ada saksi, mulut berkata setia kawan, tapi yang di lakukan adalah sangat tidak manusiawi. Kami adalah kaum gelandangan di dalam gunung, mana bisa dibandingkan dengan para perampok itu. Jangan bicarakan hal yang tidak ada guna ini, kau juga tidak ada banyak waktu untuk bicara lagi."
"Katamu aku tidak banyak waktu bisa hidup?"
"Betul, begitu Huang-jit-ye datang, itulah saat kau
dipenggal kepalanya."
"Kapan dia datang?"
"Tidak tahu, dia dikejar oleh seorang wanita dan seorang
pengemis tua sampai tidak tahu lari kemana, dia tidak dapat lari
naik ke atas gunung. Tapi, mungkin tidak lama lagi akan tiba."
"Jika dia tidak datang?" Dia tahu siapa wanita dan pengemis tua,
"pengemis tua dan nona itu, tadinya mengejar Lang-ye, berbalik mengejar Huang-jit-ye, sulit bisa meloloskan diri."
"Kami tidak perduli hal lainnya." Laki-laki besar brewokan berkata,
"Huang-jit-ye memberi kami uang tiga ratus liang perak untuk membeli nyawamu, kami telah menunggu dia tiga hari, tapi dia belum datang juga, makanya kami mengangkat kau keatas. Malam ini jika dia masih belum datang, besok pagi kami akan penggal kepalamu, mengantarkannya ke
rumah Huang, selesai sudah. Hm! Oh betul, temanmu itu bersembunyi
didalam hutan, kemarin juga terperangkap ke dalam jebakan kami, dia bukan buruan kami, setelah masalah kau selesai, kami akan melepaskan dia."
Fu Ke-wei tertegun, lalu menggelengkan kepala tertawa pahit.
"Aku marga Fu cuma di hargai tiga ratus liang perak, sungguh
menyedihkan." Dia malah tertawa, "saudara, lepaskan aku, dalam tiga hari, aku beri kalian tiga ribu liang perak."
"Kami tidak menerima uang dari kedua belah pihak, sudahlah!
Ini adalah aturan, tiga puluh ribu liang perak juga tidak dapat
membeli nyawamu." "Baik, kalian sangat berpegang aturan." Dia tahu harta tidak bisa mempengaruhi orang-orang yang diam-diam berhubungan
dengan Huang-jit-ye, "itu daging rusa bukan" Beri aku beberapa potong, bagaimana" Orang yang akan segera di mati pecutnya
juga harus kenyang, betul tidak?"
"Tiga hari di dalam lubang tidak makan tapi tidak mati, kau ini pria hebat." Pria besar brewokan membawa baki mendekat, mengambil
sepotong daging dimasukan ke dalam mulutnya, "Sayang, demi
aturan, kami harus memenggal kepalamu yang bagus ini."
Berturut-turut dia makan lima potong daging, perut sudah tidak
sakit lagi. Setelah makan beberapa potong daging, semangatnya telah
kembali. "Siapa ketua kalian?" Dia sembarangan bertanya, "apakah Raja Kun-tian?"
"Bukan, Raja Kun-tian jauh di Liao-zhou, berjarak dengan kami ada delapan belas ribu li." Pria besar brewokan kembali ketempatnya, "aku sudah katakan kami ini bukan perampok, hanya masyarakat luar yang bisa makan dan minum, adalah rakyat baik. Huang-jit-ye juga orangnya baik, dengan anak buah Raja Kun-tian berhubungan erat, dengan kami masyarakat luar juga hubungannya tidak jelek. Tapi jika benar terjadi masalah,
orang-orangnya Raja Kun-tian tidak bisa membantu dia, ini yang disebut air jauh tidak bisa menolong api yang dekat. Ketua kami namanya Ho-gang, tidak punya julukan, bicara tentang ilmu silat! Raja Kun-tian belum tentu lebih tinggi dari dia. Dia membawa orang-orangnya pergi membantu
Huang-jit-ye, kau akan bertemu dengan dia nanti."
"Aku jadi ingin cepat-cepat bertemu dengan dia. Berilah aku sedikit supnya." 0-0-0
JILID KEDUA Bab 11 Tidak lama, hari semakin gelap, di dalam goa telah
dinyalakan obor cemara. Tiga laki-laki besar telah berkurang satu, mungkin keluar
menjemput orang. Salah seorang laki-laki brewokan yang bertubuh besar
berjaga pintu keluar goa, seorang lagi yang kaki dan tangannya
panjang, berbaring di bawah dinding, sorot matanya tidak
henti-hentinya menatap pada Fu Ke-wei, bukan karena takut Fu
Ke-wei melarikan diri, tapi arahnya memang menghadap pada
Fu Ke-wei, dibawah pengawasan yang ketat ini, manusia super
atau gajah besar pun tidak bisa lolos.
"Saudara, obat wangi yang dilemparkan kedalam lubang
jebakan itu, punya siapa?" dia menanyakan pada laki-laki besar,
"begitu tercium langsung pingsan, sungguh lihay sekali!."
"Obat itu punya seorang pengelana persilatan, yang beberapa
tahun lalu dibunuh oleh ketua di Zi-zhou, ketua juga merampas satu botol puder ini, harimau yang ganas juga bisa pingsan oleh obat ini, memang lihay."
"Ooo! Di mana bungkusan baju dan pedangku?"
"Masih ada di dalam lubang jebakan, belum sempat
mengambilnya." Mendadak, dari kejauhan terdengar suara siulan aneh!
"Mereka sudah datang." Teriak laki-laki besar brewokan di luar goa, "adik ketiga, rapihkan di dalam goa, tambah dua obor."
Wajah Fu Ke-wei tampak senyum yang sinis dan dingin, setelah makan dan minum, tenaganya pulih dengan cepat sekali. Tapi, penampilannya, sangat tidak karuan, jenggot dan kumis telah tumbuh, bibirnya kering retak, bajunya kotor dan kusut, penampilannya sangat kacau sekali, dibandingkan beberapa hari lalu yang bertampang seperti seorang
pangeran tampan, bedanya jauh sekali"
Suara orang sangat ramai, Hong-gang yang tubuhnya tegap besar
pertama-tama masuk ke dalam goa, di belakang diikuti oleh
Huang-jit-ye yang wajahnya muram, dan lima enam orang laki-laki.
Di luar goa juga ada enam tujuh orang yang tidak ikut masuk,
memang di dalam goa tidak dapat menampung begitu banyak orang.
Huang-jit-ye melihat Fu Ke-wei, wajahnya timbul hawa
membunuh. Wajah Hong-gang tampak sangat galak, kasar dan tegap,
keadaan wajahnya sudah cukup menakutkan orang.
"Jit-ye, orangnya masih hidup aku serahkan padamu." Suara Hong-gang seperti geledek, "goa untuk menahan tawanan ini juga sementara boleh kau pergunakan, aku harus keluar mengurus anak
buah, bersiap-siap menghadapi orang yang mengejarmu, mungkin
sebelum hari terang, mereka sudah mencari kemari."
"Tunggu sebentar." Huang-jit-ye berkata, "setelah aku tanyakan satu hal dengan jelas, aku ikut saudara Hong
menghadapi mereka." "Boleh juga, cepatlah kalau begitu!" Hong-gang tanpa ragu menyetujui.
Huang-jit-ye mendekati Fu Ke-wei, sambil mencabut golok di
pinggang temannya, dengan sorot mata yang keji menatap wajah Fu
Ke-wei. "Kita sama-sama orang yang bermain nyawa." Kata Huangjit-ye sambil menggigit gigi, "jawab pertanyaanku, aku nanti akan memberi kematian dengan cepat. Jika tidak, aku akan mencincangmu, apakah
kau tidak ingin mati cepat?"
Ujung golok digoyang-goyangkan di depan wajah Fu Kewei, lalu
pelan-pelan di pindahkan kedadanya.
"Jika kau tidak berkata terus terang." Huang-jit-ye melanjutkan,
"aku akan menggunakan hatimu sebagai teman minum arak, lebih
baik kau percaya, perkataanku dapat dipertanggung jawabkan.
Katakan, kau mencari adik seperguruanku ada masalah apa?"
"Ini adalah rahasia antara aku dengan adik seperguruanmu, harus berhadapan langsung dengan dia, baru dapat membicarakannya


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan jelas." Kata Fu Ke-wei sedikit pun tidak ketakutan, "aku orang kecil di dunia persilatan, bertindak memakai segala cara, tapi jika perbuatannya benar-benar tidak terbukti, aku pasti tidak akan
membunuh orang. Makanya aku hanya bisa memberitahumu,
sebelum adik seperguruanmu mengakui kebenarannya, aku sama
sekali tidak akan memberitahukan pada orang ketiga, terserah kau
yang menentukannya, kau sudah tahu, kita adalah orang-orang yang
mempermainkan nyawa, bagaimana cara matinya, tidak perlu
dibicarakan secara detail. Aku bisa dengan jelas memberitahu, orang persilatan antara dendam dan budi harus dibedakan dengan jelas, jika kedua belah pihak bertarung, golok putih masuk golok merah keluar, kalau mati mengakulah kalah, kau bunuh aku, aku bunuh kau itu
biasa, jika kedua belah pihak tidak mati, tidak perlu membicarakan dendam atau budi. Tapi dengan keadaan seperti sekarang, kau
menggunakan cara ini memperlakukan aku, ini adalah siasat busuk
berdarah dingin, apakah kau mengerti artinya siasat busuk berdarah dingin?"
Huang-jit-ye naik pitam, sekali berteriak marah golok
dibacokan ke tangan kirinya.
Tapi dari samping sebuah tangan besar mengulur, laki-laki besar
brewokan dengan tangannya yang besar bertenaga menangkap
lengan Huang-jit-ye yang memegang golok.
"Jit-ye, membunuh orang hanya membuat kepala jatuh ke
bawah." Kata laki-laki besar brewokan dengan nada dalam, "saudara ini adalah seorang jantan, kau tidak bisa menyiksa dia seperti ini, jika mau, penggal saja kepala dia, betul tidak?"
"Kau......" "Ini adalah perhargaan untuk seorang jantan." Kata laki-laki besar brewokan, "laki-laki sejati menghargai sikap laki-laki jantan, membunuh orang seperti ini harus cocok buat seorang laki-laki sejati. Kau
sedikit-sedikit membacok dia, juga tidak akan mendapatkan apa yang kau ingin ketahui."
"Saudara Huang!" Hong-gang melanjutkan, "setelah dia mati, masalah dia dengan adik seperguruan anda juga selesai, buat apa
membiarkan dia memaki kau sebelum mati" Bunuh saja langsung
dengan satu kali bacokan saja."
Huang-jit-ye melepaskan tangan dari laki-laki besar
brewokan, sekali menggigit gigi, goloknya telah diangkat.
Wajah Fu Ke-wei tersenyum dingin.
Goloknya masih belum turun, di mulut goa tiba-tiba terdengar
suara tertawa keras yang menusuk telinga, tampak seorang laki-laki besar jatuh ke tanah, seorang laki-laki besar
lagi juga terbang melayang masuk kedalam goa.
"Ha ha ha ha......"
Suara tawa keras terdengar menggetarkan telinga, Tian-yakoay
seperti setan, muncul di mulut goa, tangan kanannya menggenggam
sebilah golok pembelah gunung, di tangan kirinya ada satu pipa
pelontar bertenaga besar sepanjang satu chi yang dipergunakan oleh anak buahnya Huang-jit-ye.
Nona Peng dan Ouw Yu-zhen yang berdandan laki-laki juga muncul
di belakangnya pengemis tua itu, tiga orang itu menghadang mulut
goa. "Kalian semua ada disini." Kata Tian-ya-koay tertawa, "ini disebut menangkap kura-kura di dalam gentong, ha ha ha! Keluarlah! Lihat
siapa yang mati duluan, di dalam pipa pelontar ada lima peluru,
pelontar Mei-hua semacam ini dijamin bisa menembus tubuh
manusia, tidak pernah gagal."
"Aku juga berhasil merebut sebuah." Nona Peng juga
mengulurkan keluar pelontar di tangan kirinya, "ini adalah
penghadang kedua, coba lihat siapa yang bisa menghadapinya."
Ouw Yu-zhen hanya menggenggam belati, di tangannya tidak
ada pelontar. Orang di dalam goa membagi menjadi dua, menempel di dinding
menyembunyikan diri. "Pengemis tua, kau hanya bisa menembak mati dua orang saja
dari kami." Hong-gang berteriak marah, "enam belas lawan tiga, apa kalian dapat menghadang kami?"
"Enam belas lawan empat." Suara Fu Ke-wei dengan jelas
terdengar. Tiga buah obor apinya membara, di dalam goa sangat terang, enam
belas orang semua menempel di kedua dinding menyembunyikan diri, di dekat Fu Ke-wei tidak ada orang yang berani mendekat, tempat dia di dinding dalam, menghadap pada mulut goa.
Kata-katanya menarik perhatian semua orang, seseorang
mengeluarkan makian, "orang ini sungguh tidak tahu mati!"
Tapi peristiwa aneh telah terjadi, sepasang . tangan Fu Kewei
tiba-tiba berubah jadi lemas seperti tidak bertulang, tanpa kesulitan keluar dari borgol besi, telapak tangannya lemas mengikuti borgol
mengempis dan mengembang.
Tidak ada orang yang bisa percaya telapak tangan yang begitu
besar bisa menggelincir keluar dari borgol besi yang begitu kecil, tapi kenyataannya benar-benar menggelincir keluar dalam
pandangan mata semua orang.
"Kelontraang......"
Sepasang rantai borgol besi membagi jadi dua, jatuh
menggantung kebawah tidak bergerak lagi.
Dia mengeliat, seperti tidak terjadi apa-apa membungkukan tubuh
dan mengulurkan tangan, menangkap rantai kaki yang berat, sekali
tarik, dua paku besi itu tiba-tiba terlepas.
Dengan tenang dia lalu bangkit berdiri, dengan dingin melirik
pada orang-orang yang terkejut ketakutan.
"Ilmu Mengerutkan Tulang!" teriak Hong-gang terkejut.
"Kau kurang pengetahuan!" Tian-ya-koay dengan keras
berkata, "menurut kabar, ini adalah ilmu aneh, dua ratus tahun lalu, pendiri Wu-dang, Zhang San-feng memiliki ilmu dao ini."
Fu Ke-wei menggendong tangan, satu langkah demi satu
langkah menuju Huang-jit-ye yang wajahnya telah menjadi pucat.
Huang-jit-ye yang sudah putus asa, tiba-tiba membacokan
goloknya sambil berteriak:
"Setan!" Tapi goloknya sudah dikunci oleh Fu Ke-wei dengan kuat,
tiba-tiba TAK... satu suara dan batang golok itu patah jatuh
kebawah. "Seharusnya aku membunuhmu." Kata Fu Ke-wei dingin, "tapi aku belum pernah dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejahatanmu,
kau terdesak bertarung denganku, ini adalah sifat manusiawi, aku
memaafkan dirimu, sudah berapa lama Lang-ye pergi?"
"Su...sudah pergi em...empat hari..." Kata Huang-jit-ye
dengan tubuhnya gemetaran.
"Apakah pergi ke perumahan Qing-yun?"
"Mungkin iya. Aku...aku sumpah, sungguh aku ti...tidak tahu
hubungan Lang-ye dengan adik seperguruanku, aku hanya tahu
mereka dulu pernah tinggal bersama beberapa saat."
"Aku harap bisa mempercayaimu, tapi hubungan mereka tidak
ada sangkut pautnya denganku, aku tidak bisa salahkan kau." Sorot mata Fu Ke-wei pindah kewajah Hong-gang, "Hong-gang, kau harus dihukum."
Hong-gang mengeluarkan kapak besar pembuka gunung yang
dikepitnya, melapangkan dada, dia melangkah ketengah goa.
"Aku tidak takut padamu." Kata Hong-gang dengan suara yang seperti geledek, "hidup mati itu hal biasa, orang yang bermain nyawa tidak ada yang harus ditakuti, jika takut mati jangan bermain nyawa.
Mari mari mari! Bertarunglah dengan sepuasnya."
Fu Ke-wei melemparkan golok patah di tangannya pada
Hong-gang. Hong-gang dengan berani mengulurkan kapak memukul.
Hal aneh terjadi, kapak besar selebar satu chi malah tidak dapat
memukul golok patah yang dilempar dengan pelan, malah sebaliknya
kapaknya terlepas dari tangannya, "Traang!" terdengar suara getaran keras, kapak menabrak dinding batu mengeluarkan bunga api dan jatuh ke bawah.
Golok patah itu jatuh di dada Hong-gang, Hong-gang seperti
terhukum melihat air, sepasang matanya melotot, seluruh
tubuhnya gemetar, mengikuti golok patah itu dia duduk di tanah.
Seorang laki-laki besar brewokan meloncat keluar,
menghadang di depan Hong-gang, sambil mencabut golok
bersiap-siap. "Jangan mendekat." Teriak laki-laki besar brewokan pada Fu Ke-wei yang mendekat, "jika tidak, bukan kau maka aku yang akan terkapar."
"Kau adalah laki-laki yang baik, seorang jantan." Kata Fu Ke-wei setengah memuji setengah tidak tertawa, "memukulmu, sangat tidak adil. Makanya, aku putuskan tidak menghukummu."
Di bawah tatapan semua orang, dia berjalan menuju Tianya-koay
yang menghadang di mulut goa.
"Tetua Jie, aku tahu kau dengan para pendekar sangat
berhubungan erat dan sangat menghormati Satu Pedang Utara Chen
Rou-yi, kau tidak akan percaya ketua perumahan ini bisa menerima
Yun-sang-nie wanita iblis ini menjadi tamu di rumahnya. Makanya,
aku minta tetua tidak diam-diam mengikuti aku dari belakang,
melihat buktinya." katanya dengan tulus, "yang aku cari adalah Yun-sang-nie, tidak ada hubungannya dengan Satu Pedang Utara,
dia menerima Yunsang-nie sebagai tamu, itu bukan salahnya, pesilat ternama yang punya hubungan intim dengan Yun-sang-nie bukan
hanya dia seorang. Aku bukanlah seorang suci, mana ada waktu
mengurusi hubungan intim antara laki-laki dan wanita" Makanya
tetua tidak perlu mengkhawatirkan dia."
"Aku tahu ketua perumahan Chen doyan wanita, tapi lakilaki mana di dunia ini yang tidak suka wanita." Tian-ya-koay tertawa pahit, "jujur saja, ketua perumahan Chen walau bagaimana dia seorang yang cukup
jantan dan jujur di aliran pendekar, jika perumahan Qing-yun di
hancurkan, sungguh hal yang amat disayangkan oleh teman-teman
pendekar. Jika kau tidak pergi tidak ada masalah, tapi jika pergi pasti perumahan Qing-yun akan musnah."
"Mungkin." Fu Ke-wei menganggukkan kepala, "demi
kehormatan ketua perumahan Chen, mungkin tidak akan
perduli akibat bertarung denganku."
"Makanya, apakah saudara kecil bisa sedikit memperlambat
perjalanannya, aku akan pergi dulu membicarakannya dengan dia?"
"Ini......" "Saudara kecil, pandanglah aku, supaya aku dapat
menyumbangkan sedikit tenaga demi pergolakan dunia
persilatan yang terjadi."
"Lang-ye sudah berangkat empat hari lalu, saat ini mungkin telah melewati kota Zhang-de. Walau tetua segera berangkat, juga sudah
tidak bisa menyusulnya. Makanya, aku menjanjikan pada tetua,
memberi tetua waktu tiga hari."
"Apa! Tiga hari" Kau kira aku bisa terbang?"
"Maksud aku tiga hari setelah tetua tiba di perumahan Qing-yun.
Selanjutnya, harap ketua perumahan Chen tidak melibatkan diri,
tidak mengganggu urusanku." Kata Fu Ke-wei dengan serius, "orang yang melindungi Yun-sang-nie, keselamatannya tanggung jawab
sendiri, bagaimana?"
"Baik, aku setuju."
"Sepakat, tetua, sampai jumpa."
Tian-ya-koay membalikan tubuh langsung pergi,
menghilang didalam hutan gunung yang gelap.
Fu Ke-wei berdiri di mulut goa, lalu membalikan tubuh
menatap pada para jagoan.
"Hong-gang, malam ini aku pinjam goamu untuk istirahat, tidak perduli kau mengizinkan atau tidak. Dan lagi, tolong suruh orang ke lubang jebakan, ambilkan bungkusan baju dan pedang aku.
Barang-barang yang kau rampas dari aku, juga tolong sekalian
dikembalikan. Hey! Disekitar sini apakah ada air?"
"Kenapa tidak istirahat di kamar tamu di belakang gunung?"
tampak keganasan Hong-gang telah hilang, "kami ingin berteman denganmu."
"Kek kek kek! Menjadi seorang pengelana dunia persilatan saja sudah kacau begini, apa ingin menarik aku jadi perampok" Tidak
mau." Dia tertawa keras, "goa batu ini cukup bagus, musim dingin terasa hangat, musim panas terasa dingin, aku ingin tinggal semalam, besok langsung pergi, syukur-syukur kau bisa mengantarkan
makanan buat kami." "Aku segera menyuruh orang menyiapkannya." Hong-gang
berkata, "di sebelah kanan ada satu parit kecil, mudah sekali."
"Terima kasih." Fu Ke-wei membalikan tubuh, tersenyum pada nona Peng yang menatap dia dengan bengong, "nona Peng, terima kasih kau dan pengemis tua telah menolong temanku. Sekarang, kau sudah bisa
menyimpan pelontar Mei Hua itu, para perampok ini sangat memegang
janji, dijamin tidak akan mengganggu kau lagi. Ooo! Apakah kau akan kembali kekota?"
Nona Peng menembakan lima buah anak panah di dalam
pelontar, lalu membuang pelontarnya, berdiri disamping.
Ouw Yu-zhen juga menyimpan kembali belatinya lalu mundur,
membiarkan Hong-gang dan Huang-jit-ye keluar dari goa,
membiarkan mereka membangunkan para perampok yang pingsan
karena diserang mendadak oleh mereka dan Tian-ya-koay.
"Aku tidak kenal jalan." Kata nona Peng, "aku bersama pengemis tua mengejar di pegunungan liar selama tiga hari, sungguh repot
sekali." "Kenapa kalian tidak mengejar Lang-ye?" tanya Fu Ke-wei.
"Pengemis tua tidak percaya Lang-ye telah pergi, maka kembali mencari Huang-jit-ye, pas bertemu Huang-jit-ye yang sedang membawa orang-orangnya keluar melarikan diri, terjadilah kejar-kejaran sampai di tempat ini, tanpa sengaja menolong kakak.... Ceritanya di lanjutkan besok pagi saja, mungkin dengan adanya kau disini, semua menjadi
sangat aman." "Kau seorang nona muda, cantik, di mana pun tidak akan aman."
Kata Fu Ke-wei berjalan ke dalam goa, "kau berkelana di luar lebih berbahaya lagi. Di sudut itu ada rumput kering, kau dan Xiao Zhen
bisa tidur bersama."
"Jika disisimu saja tidak aman, di dunia ini mungkin tidak ada tempat yang lebih aman lagi." Kata nona Peng dengan polos, "asap obor ini sangat tidak enak, bagaimana kalau mematikan dua obor
lain?" "Tidak dimatikan juga tidak lama lagi akan habis. Nona, terima kasih kau dengan pengemis tua telah merepotkan Huang-jit-ye
selama tiga hari." "Tidak merepotkan dia, kau juga tidak takut..."
"Belum tentu, mereka mungkin mencari cara membunuh aku di
dalam lubang jebakan dulu, baru mengeluarkan aku."
Seorang laki-laki besar brewokan membawa satu orang,
mengantarkan bungkusan baju, pedang, dan satu bungkusbarang
barang yang dirampas, masih ada satu keranjang makanan, dua
buah lampu minyak sapi. "Saudara Fu, apa sungguh tidak ingin istirahat di ruang
tamu?" kata laki-laki besar brewokan, "tolong percayailah ketulusan kami......"
"Aku tidak percaya pada siapa pun." Dia menolaknya, "saudara, terima kasih, di sekitar sini harap jangan ada orang yang tinggal, supaya tidak terjadi kesalah-pahaman."
"Tenang saja saudara Fu, tidak ada orang yang berani mendekati dirimu yang seperti setan ini." Laki-laki besar brewokan tertawa, "kau bukanlah manusia, menakutkan! Jika tidak ada keperluan lain, aku
pamit saja, sampai ketemu besok."
"Sampai bertemu besok."
Setelah mengantar pergi laki-laki besar brewokan, Fu Kewei
mengambil baju dan yang lainnya.
"Nona Peng, Xiao Zhen, kalian makan dulu, jangan tunggu aku."
Dia membawa baju pergi keluar goa.
Saat kembali dia seperti telah berubah, bermantel tipis warna hijau danau dengan lengan baju besar, kecuali masih terlihat pecahan
kering dibibirnya, sudah tidak terlihat bekasbekas kesulitan yang
dialami selama tiga hari itu, yang tampak di depan para nona, adalah seorang pangeran, dengan satu sikap yang santai.
Dua wanita itu telah menyusun makanan di atas tutup
keranjang makan, nona Peng memperhatikan dia dengan
pandangan tidak mengerti.
"Sungguhkah kau ini adalah Xie-jian-xiu-luo yang oleh para
penjahat, begitu mendengar saja sudah ketakutan?" Nona Peng
dengan sorot mata tidak percaya menatap dia, "mana mungkin" Kau lihat, bukankah kau terlihat seperti putra seorang bangsawan?"
"Apa aku pernah mengatakan aku adalah Xie-jian-xiu-luo?" dia duduk di bawah, "jika ingin melakukan pekerjaan dengan sukses, memakai dandanan seperti Hong-gang yang seperti manusia liar, sangat sulit untuk bisa sukses. Makanlah! Aku harus bisa tidur nyenyak."
Satu malam berlalu, tidak ada cerita lagi.
Setelah sarapan pagi, Hong-gang sendiri membawa orang
mengantar mereka keluar gunung, mengantar sampai keluar dari
bukit Tie Han, setelah menunjukan jalannya dengan jelas baru
berpamitan. Mereka berjalan menuju barat, empat puluh li di sebelah barat
itulah Fu Kou-guan. Dia menghentikan langkah di pertigaan, di sisi jalan ada satu
panah jenderal, satu yang mengarah ke timur laut terukir: menuju
Hong Di-guan sembilan puluh li.
"Aku merubah perjalanan jadi melalui Hong Di-guan." Dia berkata pada nona Peng, "tidak mengantar kau lagi, nona hati hati."
"Saudara Fu." Kata nona Peng ragu, "Apakah kalian benarbenar tidak perlu bantuan" Hanya berdua pergi melabrak perumahan
Qing-yun?" "Benar." "Tambahkan satu pedangku, bagaimana" Aku bersungguh-
sungguh!" "Nona, suami bibi anda Tian-wai-liu-xing pendekar besar Jie,
jika tidak mengeluarkan kartu undangan pendekar mencari aku,
itu baru hal aneh." "Sembarangan omong......"
"Kenyataannya begitu." Dia memutus pembicaraan nona, "jika nona mau membantu, ceritakanlan apa yang terjadi disini pada suami bibi anda, menghindarkan suami bibi anda mempercayai cerita
sepihak ketua perumahan Chen, dan membela perumahan Qing-yun."
"Pasti aku lakukan." Nona berkata, "aku sekarang segera pulang."
"Kalau begitu terima kasih! Hati-hati dan sampai jumpa."
Nona Peng dengan perasaan tidak ingin berpisah melihat Fu
Ke-wei dengan Ouw Yu-zhen yang menjauh, baru berguman sendiri,
"aku percaya dia pasti ada alasan yang benar mencari Yun-sang-nie, aku harus menasihati suami bibi untuk tidak melibatkan diri di dalam perselisihan antara dia dengan perumahan Qing-yun."
Disini adalah kota kecil An-ping di kabupaten Yang-gu, orang
setempat menyebutnya kota kecil Zhang-qiu, dari selatan jalan
seratus li lebih, adalah rawa yang telah kering, sarangnya para
perampok. Perumahan Qing-yun berada lima enam li sebelah barat kota.
Tian-ya-koay tiba di kota kabupaten Yang-gu sekitar tengah hari.
Dia tidak mencari penginapan, begitu keluar dari gerbang
Chao-yang, menelusuri jalan raya, dia pergi menuju perumahan
Qing-yun, sejauh lima li lebih, sudah dapat melihat bangunan gerbang besarnya perumahan.
Jalan lurus yang besar sepanjang setengah li bersambungan
dengan jalan raya, lebih lebar dari padajalan raya.
Keluarga Chen adalah tuan tanah besar setempat, seratus tahun
yang lalu sudah merupakan keluarga kaya setempat, di dalam
perumahan ada bangunan sekitar lima enam puluhan rumah.
Berjarak dari belokan jalan masih satu li lebih, sudah terlihat
tiga orang polisi membelok ke jalan raya, memecut kuda lari ke


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kota An-ping. "Celaka! Lang-ye sudah lebih dulu tiba dari padaku." Dengan gelisah dia berkata sendiri, "jika saudara Chen mengandalkan
kepolisian, maka, peristiwa dia menerima kedatangan
Yun-sang-nie menjadi benar, harus bagaimana aku" Jika dia
mau mempersilahkan wanita iblis itu pergi, dia tidak akan
meminta bantuan kepolisian. Tampaknya, mungkin aku tidak
bisa menasihati dia, apakah dia malah mau berhubungan
dengan Lang-ye, seorang penjahat dunia persilatan yang
bodoh?" Perumahan Qing-yun sangat besar sekali!
Jalan dari gerbang perumahan sampai bangunan utama, ada satu li
panjangnya, lapangan untuk latihan silat tersedia bermacam-macam
senjata, dari batu rancatan batu kunci hingga lapangan tonggak bunga Mei yang luas, semuanya tersedia.
Sejak kemarin perumahan Qing-yun tiba-tiba mengeluarkan perintah
larangan keluar, alasan dikeluarkannya perintah adalah akan ada pesilat tinggi yang tidak jelas asal-usulnya datang membalas dendam, seluruh murid jika tidak perlu, dilarang keluar, diatas bangunan bedug dikibarkan bendera lima warna, siang hari adalah bendera, malam hari adalah
lentera, dibantu dengan terompet tanduk sapi, musuh tidak perduli
datangnya dari arah mana, semua bisa dihadang melalui aba-aba yang dikeluarkan oleh bangunan bedug.
Begitu Tian-ya-koay belok masuk kejalan menuju gerbang
perumahan, sudah diketahui oleh penjaga di atas bangunan bedug,
tiga orang setengah baya segera melewati jembatan gantung, di
ujung jembatan menyambut tamu yang datang.
Pengemis tua ini adalah orang ternama di dunia persilatan, dari
jarak satu li dia sudah dikenali oleh orang perumahan.
Dia mendapat sambutan yang meriah, beberapa teman lama
mempersilahkan dia hingga kebangunan utama, tuan rumahnya
juga sudah lebih dulu turun dari tangga menyambut, setelah
basa-basi, tuan rumah serta tamu dengan gembira masuk
kedalam ruangan. Ketua perumahan, Satu Pedang Utara Chen Ruo-yi, usianya sekitar
lima puluh lebih, wajahnya pesegi dan merah bersinar, memelihara
kumis dan janggut, berhidung singa mulutnya besar, sepasang
matanya bersinar-sinar, dalam keanggunannya tampak ramah, tidak
salah disebut orang berpengaruh di dunia persilatan.
Kedua belah pihak duduk di tempat duduk tuan rumah dan tamu,
pelayan menyuguhkan teh. Bungkusan bajunya pengemis tua tidak diijinkan diambil oleh
pelayan, bungkusan itu di taruh di bawah kakinya, jelas maksudnya
setiap saat bisa pamit. "Wajah kakak penuh debu, sepertinya telah berjalan jauh." Kata ketua perumahan Chen dengan gembira, "tiga tahun tidak bertemu, semangat kakak tampak lebih bagus lagi. Aku dengar akhir-akhir ini kakak berada di He-nan, apakah pernah berbincang dengan
Tian-wai-liu-xing saudara Jie?"
"Aku memang telah lari ke beberapa tempat," Tian-ya-koay tertawa, "kau tahu, saudara Jie sangat beruntung, di rumahnya dia hidup senang tidak mau mengurusi lagi masalah diluar, tapi aku
pengemis tua paling suka melibatkan diri meskipun masalah kecil,
seorang yang tidak disukai, mana berani aku pergi bertamu" Malah di Shan-xi aku bertemu dengan murid kesayangannya, putri keluarga
Peng. Orangnya baik, ilmu silatnya juga cukup bagus, anak muda itu selalu melibatkan diri dalam masalah. Dia mengejar Lang-ye yang
membunuh, merampok orang di He-nan, melarikan diri ke Shan-xi tapi di sepanjang perjalanan masih tetap melakukan kejahatan, dia telah banyak membantuku, sayang penjahat itu tetap saja bisa meloloskan
diri." Dia sambil bicara, sambil memperhatikan perubahan wajah ketua
perumahan Chen, saat menceritakan Lang-ye Hong-hao, wajah ketua
perumahan Chen tidak ada perubahan.
"Lang-ye Hong-hao" Orang ini puluhan tahun pernah melakukan
beberapa kejahatan di Shan-dong, dikejar-kejar oleh Tiga Kawanan
Tai-shan, yang menghancurkan sarang rahasianya dan mengambil
seluruh kekayaannya, hasil rampokannya ternyata ada puluhan ribu
liang, selanjutnya Lang-ye menghilang, menurut kabar dia telah mati karena terluka parah, kenapa bisa ada kabar dia melakukan kejahatan di He-nan dan Shan-xi?" kata ketua perumahan Chen dengan tenang,
"mungkin bukan dia" Apakah kakak telah melihat dia dengan jelas?"
"Tidak, aku mengejar sampai ke Shan-xi, dari mulut temannya,
memang nyata dia orangnya. Adik, apa kau tidak kenal orang ini?"
"Aku belum pernah bertemu dengannya, aku dengar penjahat ini
tidak pernah bertemu orang di siang hari, menurut kata-kata Tiga
Kawanan Tai-shan, penjahat ini wajahnya tampan, tapi mempunyai
gigi taringyang panjang dan tajam, setiap merampok pasti melukai
orang, sangat serakah dan kejam."
"Mungkin dia sudah melarikan diri ke daerahmu."
"Apa betul" semoga dia tidak melakukan kejahatan di
daerahku." "Belum tentu." Kata Tian-ya-koay, "apa saudara pernah dengar Sepasang Cantik dari Jiang-nan?"
"Pernah, tapi beberapa tahun ini, sudah tidak ada orang yang
bercerita tentang mereka!"
"Kalau Yun-sang-nie, Bai Ru-lian?" Tian-ya-koay langsung menanyakan maksudnya.
"Aku pernah dengar, tapi belum pernah bertemu. Di dunia pelacuran Jiang-nan, ada beberapa pelacur ternama yang bisa menyanyi menari, menulis, dan menggambar, hingga harga dirinya tinggi. Menurut yang aku tahu, wanita ini memang tidak pernah terjun di dunia pelacuran, dia tadinya seorang penyanyi di satu keluarga bangsawan, orangnya cantik.
Tapi dia telah menghilang belasan tahun, terakhir ada orang bertemu dia, sepertinya di Jin-ling. Ah...! Kakak menanyakan wanita ini, tujuannya apa?"
"Menyelidik satu hal yang membingungkan." Kata Tian-yakoay tertawa pahit.
"Ada hubungannya denganku?"
"Aku melihat penjagaan perumahanmu sangat ketat, tidak seperti biasanya." Tian-ya-koay membicarakan hal lainnya, "Apa ada kesulitan?"
"Dua malam yang lalu aku kedatangan seseorang, kehebatan ilmu meringankan tubuhnya, sangat jarang ada di dunia persilatan." Wajah ketua perumahan Chen tampak sinar kemarahan, "Setelah mengacau selama satu jam, akhirnya dengan pisau dia mengirim surat, lalu dengan tenangnya menghilang, Aku sudah terbiasa hidup damai, aku tidak bisa menerima penghinaan ini, jadi perumahanku mempertinggi
kewaspadaan, mengambil kesempatan ini melatih, juga menghadapi
teman-teman dari segala penjuru."
"Tidak ada jejak?"
"Tidak ada." "Apa yang tertulis disana?" tanya Tian-ya-koay mendesak.
"Hanya delapan huruf: tidak menyerahkan orang, hati-hati nyawa anjing."
"Menyerahkan siapa?"
"Siapa yang tahu" Ini sungguh penghinaan paling besar yang
aku terima seumur hidupku. Si anjing ini pasti akan datang
kembali, jika tidak datang ya sudah, jika datang, hm...!"
"Hmm...! Banyak sekali pertanyaan."
"Kakak telah mendengar kabar apa" Tentu bukan sengaja
berjalan ke daerahku berkunjung?" tanya ketua perumahan Chen
seperti tidak mengerti, seperti ada yang disadarinya.
"Harap jawab pertanyaanku dengan jujur." Kata Tian-yakoay dengan serius, "adik benar-benar tidak tahu masalahnya
Yun-sang-nie dengan Lang-ye?"
"Kakak, aku jamin dengan kepala, yang aku tahu tadi sudah
diceritakan pada kakak." Kata ketua perumahan Chen dengan tegas,
"beberapa tahun ini, paduka raja sering turun ke selatan mengontrol, setiap kali melewati daerah ini, supaya tidak menjadi perhatian
kerajaan, aku hampir menutup pintu tidak menerima tamu, sama
sekali tidak berani keluar berkelana. Lang-ye dan Yun-sang-nie dua orang kecil ini, aku masih tidak sudi memperhatikan mereka!"
"Aku percaya padamu. Kelihatannya, Huang-jit-ye ingin
mengalihkan perhatian, si bangsat itu rasanya sudah bosan
hidup." "Siapa Huang-jit-ye?"
"Kakak seperguruannya Yun-sang-nie, Kail Dewa Cakar Elang
Huang Yung-sheng yang namanya sangat tenar di Shanxi."
"Aku pernah mendengar orang ini, tapi hanya tahu sedikit,
dia......" "Kau jangan menyela dulu, setelah aku habis cerita baru kau boleh bicara.
Masalahnya begini..." Tian-ya-koay menceritakan pertemuannya dengan Fu Ke-wei di Shan-xi, dan juga mengatakan kecurigaan didalam hatinya, Fu Ke-wei mungkin adalah Xie-jian-xiu-luo. Terakhir dia berkata, "kecuali Huang-jit-ye berniat mengalihkan perhatian, ada satu kemungkinan
Yun-sang-nie menutupi wajah aslinya, sembunyi di rumahmu menghindar bahaya. Karena peristiwa perampokan di Jiang-ning terlalu besar. Asalkan kau periksa seluruh wanita di seluruh perumahan ini, lihat siapa saja dalam sepuluh tahun ini yang datang keperumahanmu" Asal sedikit teliti, tidak akan sulit menemukan jejaknya."
"Para anjing ini sungguh harus mati!" ketua perumahan Chen memukul meja memaki, "Xie-jian-xiu-luo juga bukan orang baik-baik, dengan hak apa berani minta orang padaku" Tidak tahu aturan, Hmm...
Biarkan saja dia datang, aku mau melihat dia bisa berbuat apa!"
"Saudara......"
"Walau aku bisa menemukan Yun-sang-nie, aku juga tidak akan
memberi tahu pada dia. Kakak, kau jangan libatkan diri pada
masalah ini, jika dia berani masuk satu langkah saja ke perumahan
Qing-yun, aku pasti akan mengubur dia." Ketua perumahan Chen
dengan keras berteriak marah.
"Saudara jangan emosi, ini menyangkut nama baikmu, masalah ini harus dihadapinya dengan tenang. Xie-jian-xiu-luo bukan orang yang tidak tahu aturan, jika tidak ada bukti, dia tidak akan menggunakan cara tidak normal menghadapi mu......"
"Silahkan dia gunakan cara tidak normal." Ketua perumahan Chen semakin bicara semakin marah, "aku juga akan gunakan cara tidak normal menghadapinya. Telah berapa tahun dia makan nasi,
sampai begitu tidak tahu diri. Kakak tinggallah disini tiga-limahari, lihat bagaimana aku menghadapi orang yang tidak tahu diri ini."
Di dalam hati Tian-ya-koay merasa sulit, dia tidak tahu harus
berbuat bagaimana" Menghadapi ketua perumahan Chen yang marah, dia juga tidak
berani mengatakan ilmu silat Fu Ke-wei yang begitu menakutkan, dia tidak ingin menimbulkan rasa tidak senang pada ketua perumahan
Chen. Tian-ya-koay jadi tinggal di perumahan.
Bersamaan itu, ketua perumahan segera melakukan pemeriksaan,
dengan teliti memeriksa wanita yang masuk perumahan dalam
sepuluh tahun ini, diantaranya termasuk istri tuan muda ketiga yang baru menikah, walau menantu ketiga ketua perumahan Chen baru
berusia enam belas tahun, dan Yun-sang-nie adalah wanita yang
hampir berusia empat puluh tahun.
Tidak bisa disalahkan kalau ketua perumahan Chen terlalu hati-hati, karena menurut kabar, ilmu penyamarannya Yunsang-nie sangat hebat, di dunia persilatan ada cara ilmu penyamaran ratusan malah ribuan, tidak sulit mengatur pemalsuan yang masuk akal.
Pekerjaan ini sangat lamban garakannya.
Karena selama sepuluh tahun, jumlah pegawai yang keluar
masuknya pegawai sangat banyak dan keluarganya juga banyak
sekali, jumlah keponakannya keluarga Chen juga tidak sedikit,
memperkerjakan wanita pembersih, menantu sangatlah banyak, ingin
memeriksanya dengan akurat sungguh bukan hal yang dalam waktu
singkat bisa menyelesaikannya.
Malam itu jam sembilan, satu bayangan hitam merayap keluar
perumahan dari parit pembuangan air kotor di sebelah timur
perumahan, dan menghilang di kegelapan sawah.
Dan satu bayangan hitam yang bersembunyi di pinggir parit
sebelah timur perumahan, juga diam-diam menghilang.
Bayangan hitam ini sudah tiga malam datang, setiap malam
bersembunyi di tempat yang sama.
Di luar perrumahan berjarak lima-enam li, adalah kota An-ping.
Jalan di sebelah barat adalah daerah pertokoan, ada
seratus toko lebih, barang-barangnya komplit.
Bayangan hitam yang menyusup keluar perumahan Qingyun,
menghilang di pekarangan belakang penginapan Dongchang.
Di ujung jalan barat, adalah pelabuhan sungai buatan.
Daerah ini semakin hari semakin dangkal karena sungai yang
mengalir setiap tahun membawa banyak pasir, dulu perahu garam
dan perahu pelabuhan menggunakan pelabuhan kota ini sebagai
tempat berlabuh dan berangkat.
Sekarang perahu yang berlabuh semakin menurun, perahu garam
dan perahu pelabuhan yang singgah, semua pindah berlabuh ke
pelabuhan Dong-he. Qiu-jiang sudah kehilangan keramaiannya, tapi perahu kecil yang
berlayar di sungai buatan juga kadang-kadang masih berlabuh disini.
Sebuah perahu kecil berlayar keatas melawan arus, pada hampir
tengah hari berlabuh di pelabuhan Qiu-zhang.
Seorang sastrawan tampan, mengipas perlahan kipas tilap yang di
sepuh mas dengan santai melangkah naik ke pelabuhan.
Di belakangnya ada seorang tua setengah baya membawa
seorang bocah, seorang lagi menggendong bungkusan pakaian dan
seorang menggendong kotak buku, mengikuti sastrawan dari
belakang berjalan menuju kota.
Perahu kecil itu setelah satu jam kembali berlayar pulang,
perahu di sebelahnya mendapat kabar perahu ini datangnya dari
Ji-nan, setelah penumpang sampai ditujuan dengan perahu kosong
kembali ke Ji-nan, tidak menunggu sastrawan itu kembali dari kota.
Penginapan Dong-zhang adalah penginapan tua yang cukup
ternama di kota ini, pemilik penginapan Luo-hai-zhao mendekor
penginapannya dengan bagus, tamunya kebanyakan orang yang
punya kedudukan. Begitu sastrawan ini masuk ke penginapan, sudah
membuat para pelayan merasa senang.
Karena sastrawan yang menyebut dirinya Yu Qin-yu ini bukan
saja ramah, tidak ada tingkah sombong, tidak memandang orang
seperti putra bangsanwan biasanya, dan juga sangat royal
memberi tip sepuluh liang perak pada pelayan pembersih kamar.
Penginapan ini mempunyai kamar dobel dan kamar atas, biaya
menginap satu hari berikut makan satu liang perak, itu pun paling
mahal di kota ini. Kasir penginapan Dong-zhang dipanggil Wu-feng, wakil kasirnya
adalah istrinya Wu-feng, Qiu-niang, khusus melayani wanita.
Usia Qiu-niang sudah lebih empat puluh tahun, putrinya Wu Yu-zhu
usianya dua puluh tahun, kadang-kadang mewakili ibunya, di kota ini kecantikan nya tersebar luas.
Gadis cantik usia dua puluh masih belum ada calon, tidak
terhindar mendapat gosip.
Tapi Wu-feng adalah orang jujur, usianya sudah setengah abad
sudah terlihat tua, sehari hari tidak banyak bicara, dibandingkan
dengan istrinya yang lincah dan masih tampak cantik itu, seperti bumi dan langit. Sehingga, terhadap kabarkabar burung itu, tidak pernah ditaruh di dalam hati, terhadap para kelompok pemuda yang
mengejar putri kesayangannya, dia tidak pernah mengeluh.
Di depan penginapan ada tiga ruangan, sebelah kanan adalah
ruang makan dan minum teh, bukan saja menjual arak dan teh, juga
sering didatangi oleh pengamen dari Ji-nan yang meramaikan,
tamunya lebih banyak dari pada tamu yang menginap, tempat ini
menjadi tempat paling bagus untuk bersantai di kota ini. Qiu-niang ibu dan putri selain melayani tamu penginapan, sering melayani di ruang makan, mereka berkata sedikit kasar, mereka sepertinya sedang
menarik lebah dan kupu-kupu.
Begitu sastrawan Yu Qin-yu muncul pertama kali di ruang makan,
telah menimbulkan kegaduhan kecil, penampilannya yang
menakjubkan, menarik sorot mata seluruh tamu makan.
Lewat tengah hari, setelah lewat waktu makan, terhadap tamu
penginapan ini pelayan tampak lebih ramah, mereka mengantarkan
sastrawan ke meja di sisi jendela.
"Tuan muda, silahkan duduk." Kata pelayan menarik sebuah kursi dengan ramah.
"Seduhkan satu teko teh dulu."
Pelayan membungkuk menjawab 'ya'.
Begitu teh nya datang, suara orang jadi hening.
Wu Yu-zhu muncul di pintu ruangan, bajunya biasa, tapi tidak
menutup kecantikannya, mata dan alisnya seperti gambar,
dadanya berisi, pinggang sekecil satu genggaman, dia tersenyum.
Tangannya membawa baki teh, satu teko dengan dua gelas,
berjalan melenggok menghampiri, seperti wanita naga memegang
bunga, menjadi titik sorotan mata seluruh dua puluh lebih tamu
minum. "Tuan muda silahkan minum teh." katanya sambil tertawa,
suaranya seperti kicau burung, sambil menumpahkan teh untuk
sastrawan, "aku dipanggil Wu Yu-zhu."
"Ahh! Bunga Mu dan yang cantik sekali." Sastrawan tidak tahan memujinya, "nona, terima kasih."
"Yoo! Tuan muda Yu, kau ramah sekali." Wu Yu-zhu tertawa genit laksana bunga, matanya tampak memancing asmara, duduk di kursi
sisi meja, "tuan muda, kau memujiku" Atau mengejekku?"
"Tentu saja memuji! Nona disini sudah berapa lama?"
"Tiga tahun." Wu Yu-zhu tanpa pikir, "ikut ayah dan ibu dari Ji-nan datang kesini, pemilik penginapan tuan Luo adalah teman baik
ayahku. Apa tuan muda juga datang dari Ji-nan?"
"Betul." "Sedang belajar?"
"Belajar surat tidak jadi, belajar pedang juga tidak berhasil, bagusnya aku tidak berniat jadi sarjana, tidak perlu tengah malam
menyalakan lampu sampai fajar menusuk pantat. Nona pernah
dengar gang Tie-fu di Ji-nan yang ada keluarga Yu ?"
"Ooo! Pernah dengar, di Ji-nan ada enam orang jadi kaya berkat kerja di sungai, keluarga Yu adalah salah satunya."
"Betul, di dunia ini ada dua macam orang yang bisa disebut kaya, pengawas sungai yang mengatur Huang-he, dan departemen garam
yang mengurus garam. Jika nona pulang ke Ji-nan, aku pasti akan
laksanakan kewajiban sebagai tuan rumah."
"Tuan muda datang ke kota ini, ada keperluan apa?"
"Hanya melancong saja, saat pulang dari Dong-he sekalian aku
ingin membeli He-jiao asli. Ada teman yang memerlukan He-jiao
untuk mengobati luka bengkak, di Yang-gu aku tidak dapat membeli
yang asli, aku dengar di Dong-he bisa membelinya dengan harga
tinggi." "Di Dong-he juga tidak bisa membeli yang asli, kebanyakan terbuat dari kulit kuda mati. Tahun lalu telah terjadi bencana kekeringan, air sumur untuk membuat He-jiao tidak sampai satu chi, tidak sedikit orang karena berebut air sumur sampai kepalanya terluka, dari mana
datangnya He-jiao asli" Setelah di makan bukan saja penyakitnya tidak bisa sembuh, mungkin malah akan mengantarkan nyawa. Tuan muda jika ingin membeli, aku carikan akal buatmu, bagaimana?"
"Sungguh" Kalau begitu terima kasih!"
"Tapi.. .tuan muda, barang asli, harganya..."
"Aku tahu, barang asli satu liang di tukar dengan satu liang mas, aku bersedia dengan lima liang mas di tukar satu liang He-jiao." sambil bicara, dia sambil mengeluarkan dompet lapis mas, dibuka lalu
ditumpahkan ke atas meja, "Ditukar perak adalah satu banding enam, tolong nona belikan lima puluh liang He-jiao."
Semua tamu yang makan di sana, tertegun oleh banyaknya
perhiasan di atas meja. Enam butir mutiara bulat sebesar jari, beberapa batu pusaka lapis


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

emas, beberapa buah perhiasan kecil giok, tujuh delapan lembar cek.
Dia mengambil satu lembar, mulutnya berguman, "Seribu liang."
Selesai membaca ditaruhnya kembali, mengambil lagi satu
lembar, sambil tertawa memberikan pada Wu Yu-zhu.
"Cukup. Nona, apakah bisa ada dalam waktu tiga hari?"
"Dua ribu liang, cek kontan dari bank Chang-feng." Wu Yuzhu membaca angka yang tertera, dia tidak merasa terkejut, "tiga hari waktunya cukup. Ooo...! Tuan muda percaya padaku?"
"Percaya, juga percaya pada penginapan tua Dong-zhang." Dia membereskan dompetnya, "lima ratus liang lainnya untuk biaya
nona. Ooo! Mutiara ini kualitasnya sangat bagus, asli dari Nan-hai, kehebatannya mutiara ini bulat tidak ada cacat."
Pendekar Binal 1 Kisah Si Pedang Kilat Karya Kho Ping Hoo Kereta Berdarah 8
^