Rahasia Kampung Garuda 12
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung Bagian 12
sejenak ia berdiam, lalu sambungnya: "Pedangmu masih
ada bekas darah muridku, maka bisa menembusi
serangan Tok-liang-ciang nya, dan membingungkan
dirinya. Dengan demikian kau mendapat kesempatan
baik melukai dirinya. Jikalau tidak demikian."
Ia tidak suka banyak bicara, dengan singkat ia
melanjutkan kata-katanya:
"Pendek kata, kau dapat menuntut balas dendam sakit
hati ibumu, ini sebetulnya berkat kematian muridku. Aku
percaya, hal ini pasti diluar dugaanmu."
Mendengar ucapan itu, Ho Hay Hong memikirkan
kembali apa yang telah terjadi tadi. Memang ada banyak
bagian yang mirip seperti apa yang dikatakan oleh orang
tua itu. Oleh karena itu, ia merasa menyesal atas
perbuatannya yang sudah membinasakan murid nya,
maka ia lalu berkata: "Cianpwee berulang-ulang membantu aku, sebaliknya
aku sudah membinasakan salah satu muridmu. Tetapi hal
itu sebetulnya karena terpaksa, cianpwee juga sudah
menyaksikan sendiri bagaimana kelakuan muridmu,
kiranya cianpwee dapat memaafkan perbuatanku."
"Muridku yang durhaka itu menggunakan senjata
rahasianya Thian-mo-teng secara sembarangan,
membunuh beberapa anggauta golongan rimba hijau
yang tak berdosa, mungkin karena perbuatannya itu
hingga membangkitkan amarah Tuhan dan mengambil
jiwanya dengan meminjam tanganmu. Apa mau dikata!"
Lam-kiang Tay-bong sebetulnya hendak marah, tetapi
karena melihat sikap Ho Hay Hong yang merendah dan
jujur, segera merubah maksudnya.
Pada saat itu, dari jauh nampak set itik bayangan lari
ke arah mereka, dari sudah terdengar suaranya: "Ho
koko. Ho koko " Mendengar sebutan itu, ia segera mengetahui siapa
orangnya. Dalam hatinya lalu berpikir: "celaka dan
seorang wanita cemburu, apabila mengetahui aku masih
mempunyai kawan seorang gadis cant ik entah
bagaimana marahnya ?"
Ia menunggu dengan perasaan tidak tenang, benar
saja, ketika gadis baju ungu itu melihat Thiat Chiu Kirim, kegirangan lantas lenyap seketika, katanya dengan nada
suara dingin: "Ho koko, kau memang benar!"
"Adik jangan marah, dia adalah tuan penolongku,
sekarang dalam keadaan terluka, kita harus lekas tolong
jiwanya" demikian Ho Hay Hong memberi keterangan.
Gadis baju ungu itu mengawasi Tiat Chiu Khim sejenak
lalu berkata: "Ho koko, dia cantik bukan?"
"Apa maksudmu menanyakan soal itu?" balas
menanya Ho Hay Hong. "Kau melakukan perjalanan keselatan secara ke buru2,
apakah lantaran ingin menemui dia ?" tanya gadis baju ungu sambil mencibirkan bibirnya.
Ho Hay Hong tidak lekas menjawab dengan suara
gelagapan ia berkata: "Kau menanya itu apa maksudnya?"
Tang-siang Sucu tiba-tiba berjalan menghampiri dan
berkata sambil memberi hormat:
"Sudah lama kita tidak bertemu, nona!"
Gadis baju ungu tercengang, ia balas menanya:
"Kau siapa ?" Ia segara mengetahui bahwa wajah pemuda itu mirip
dengan Ho Hay Hong, seolah-olah saudara kembar.
Timbullah perasaan curiganya, maka lalu bertanya pula.
"Kau kenal aku ?"
"Namaku Ho Hay Thian, aku rasanya tidak asing
dengan nona, maka aku tadi berani menyapamu !"
Gadis itu kembali dikejutkan oleh keterangan itu,
katanya mendumel. "Ho Hay Thian. Eeeh nama kalian berdua hanya beda
satu huruf saja. Bagaimana sebetulnya ?"
"Ini bukan soal aneh, dia memang saudaraku !"
"Oh, apakah yang Ho koko sering sebut itu adalah kau
ini ?" "Benar !" "Kalau begitu kau juga saudara angkatku."
Semula Tang siang Sucu agak heran, tetapi kemudian
mengerti. "Adik marilah kita pergi ! Sekarang waktu hampir
malam!" "Hay Hong koko, aku tadi dengar orang yang
membebaskan diriku berkata, bahwa mereka kehilangan
banyak saudara, sehingga Bengcunya sendiri juga turut
berkorban ditempat ini, betulkah itu ?"
Ho Hay Hong mengangguk dan berkata: "Jalan
sebentar nanti beritahukan padamu."
Gadis itu memanggil Tang siang Sucu.
"Hay Thian koko, mari kita berjalan berjalan bersamasama
!" Tang siang Sucu yang mendapat perlakuan manis dari
sicant ik semangatnya seperti terbang keatas awan.
Sebagai seorang pemuda yang gemar paras cantik
segera timbullah n iat jahatnya. Ia sengaja menunjuk Tiat
Chiu Khim yang masih belum sadar dan berkata:
"Apakah jalan bersamanya ?" Ditunjuknya Tiat Chiu Khim, hati gadis itu merasa tidak senang.
"Entah bagaimana kehendak Hay Hong koko, aku
sendiri juga tidak tahu !"
"Ia terluka parah, sudah tentu memerlukan
perawatan. Apa kau tega hati meninggalkan begitu saja
?" kata Ho Hay Hong.
"Kau sudah punya hutang budi kepada nona ini, sudah
tentu aku tidak boleh berlaku demikian kejam." berkata gadis baju ungu dengan suara sedih.
"Begini saja, ia terluka parah, memerlukan
pengobatan tabib dengan cepat. Biar bagaimana kita
tidak ada urusan penting, biarlah Hay Hong dengannya
jalan lebih dulu, kita boleh mengikuti pelahan-lahan!"
kata Tang siang Sucu. Ho Hay Hong sudah tahu bahwa saudaranya itu gemar
pipi licin dan banyak akalnya, maka lalu berkata:
"Adik kalau mau jalan, kita harus jalan bersama-sama
!" Tang siang Sucu mendadak berbisik di telinganya:
"Hay Hong, urusan sudah menjadi begini aku lihat
sebaiknya kau berikan dia padaku, biarlah aku yang
urus!" "Kau hendak menggertak aku?" tanya Ho Hay Hong
tidak senang. "Mana aku berani" Aku hanya meminta, kau menurut
atau tidak, terserah padamu!"
"Meminta" Hm! Enak kau omong, aku tahu apa yang
sedang kau pikirkan". Kuberitahukan padamu,
dengannya aku tidak ada hubungan apa-apa, kau jangan
pikir yang bukan bukan!" kata Ho Hay Hong.
"Sudah tentu, kedudukanmu sekarang sudah
berlainan, sudah tentu tidak pandang mata lagi padaku."
kata Tang siang Sucu. Long-gee-mo yang sejak tadi diam saja, mendadak
berkata dengan suaranya yang tajam:
"Tunggu dulu kalian berdua jangan bertengkar lagi.
Nona ini, harus diserahkan padaku. Dia adalah muridnya
kakek penjinak garuda, denganku ada mempunyai
permusuhan dalam set idak-tidaknya harus meninggalkan
sebelah lengan tangannya, jika tidak, aku akan marah!"
Gadis baju ungu mengawasi padanya sejenak, alisnya
dikerutkan, tanyanya pelahan: "Hay Hong koko, siapakah orang ini !"
"Dia adalah muridnya Ing Siu, tetapi aku tidak
pandang mata padanya!" jawab Ho Hay Hong sejujurnya.
Karena ia benci kesombongan pemuda berbentuk
aneh itu, maka ia ucapkan kata-katanya itu sengaja
demikian nyaring. Benar saja, Long-gee-mo yang
mendengar ucapan itu, wajahnya berubah seketika.
"Apakah Ing siu dari Suat giam-san yang muncul
secara mendadak itu?" tanya gadis baju ungu kaget.
"Benar!" Gadis itu memandangnya lagi sejenak, katanya
dengan perasaan khawatir:
"Hay Hong koko, sekali-kali jangan kau ganggu, dia,
bukankah saya sudah pesan padamu?"
"Dia sendiri yang datang mencari onar, bukan aku
yang mencari padanya! Aku selalu tidak suka
mengganggu orang, tetapi juga tak suka diganggu
orang. Aku tidak takut dia berkepala tiga atau berlengan
enam." jawab Ho Hay Hong sambil tertawa dingin.
Tang siang Sucu lantas berkata:
"Hay Hong kau keliru, Kakek penjinak garuda adalah
musuh kita bersama, semua seharusnya kita bersatu
padu menghadapi padanya tidak boleh lantaran paras
cant ik muridnya, sehingga hendak meninggalkan maksud
kita yang semula!" Gadis berbaju ungu yang mendengar kata-kata itu,
sinar matanya yang bening ditujukan kewajah Ho Hay
Hong. Ho Hay Hong bukan seorang bodoh, ia segera
memahami maksud ucapan Tang siang Sucu.
Long-gee-mo mendorong Tang siang Sucu berjalan
menghampiri Ho Hay Hong, berkata sambil tertawa
cengar cengir: "Saudara tidak perlu lantas ingin melindungi si jelita hingga bermusuhan denganku. Kau harus tahu bahwa
suhu setelah bertapa dan mempelajari ilmu silat selama
banyak tahun, kali ini muncul lagi kedunia Kangouw,
kepandaian ilmu silatnya sudah jauh lebih tinggi daripada
kakek penjinak garuda. Suhu dalam hidupnya paling
benci kepada Kakek penjinak garuda, telah bersumpah
hendak menumpas seluruh rumah tangganya untuk
menuntut balas dendam. Nona ini adalah murid kakek
penjinak garuda yang dididik langsung olehnya, hingga
hubungan mereka sangat erat, sudah tentu suhu tidak
mau melepaskan begitu saja. Aku lihat saudara tokh
bukan saudara seperguruan dengannya juga bukan
sanak famili, sehingga tak perlu menjual nyawa
untuknya!" Tanpa menunggu Ho Hay Hong membuka mulut, ia
sudah bicara lagi: "Saudara dalam tanganmu memegang emas lambang
kebesaran sebagai Bengcu golongan rimba hijau daerah
utara, memimpin ribuan bahkan laksaan orang-orang
gagah rimba hijau, kedudukanmu tidak dapat
dibandingkan dengan orang biasa, Suhu juga berdiam
digunung suat giam-san daerah utara.
"Satu sama lain masih merupakan tetangga dekat,
sudah seharusnya saling membantu. Tetapi kalau
saudara tidak mengingat permusuhan suhu dan
bertindak menurut kemauan sendiri, mungkin akan
menimbulkan akibat tidak baik bagi kedua pihak.
"Kalau hal ini telah terjadi, walaupun saudara
berkepandaian tinggi, juga tidak dapat menghindarkan
bencana yang akan menimpa nasibmu dan semua anak
buahmu!" Ho Hay Hong menundukan kepala memandang Tiat
Chiu Khim, gadis itu matanya dipejamkan napasnya
lemah meskipun masih terdapat warna merah dikedua
pipinya tetapi keadaannya sangat mengkhawatirkan.
Ia tahu apabila tidak diberi pertolongan dengan lekas,
mungkin akan membahayakan jiwanya.
Hatinya semakin sedih, tanpa sadar sikapnya menjadi
kalut. Long-gee-mo mengira bahwa gertakannya tadi
berhasil, tanpa ragu-ragu, lantas berkata lagi:
"Saudara perlu apa lantaran seorang perempuan,
mengorbankan hari depanmu yang gilang gemilang"
Dengan kepandaian yang kau miliki, tak usah takut tidak
dapat menemukan gadis yang lebih cantik daripadanya."
Sewaktu bicara matanya terus berputaran kearah
gadis berbaju ungu. "Long-gee-mo apa maksudmu" Apakah kau kira aku
takut kepada suhumu Ing siu?" kata Ho Hay Hong.
Long-gee-mo, melihat wajah Ho Hay Hong berubah
dingin, alisnya berdiri telah mengetahui bahwa pemuda
itu sudah marah. Tetapi dengan mengandalkan pengaruh
gurunya, ia tak takut. Katanya sambil tertawa dingin:
"Saudara keliru, bagaimana siaotee berani
menganggap demikian, hanya mengharap supaya
saudara suka memberikan sedikit muka, jangan
merintangi tindakanku."
"Baik, aku berikan kau kelonggaran, hari ini aku
ampuni jiwamu satu kali!" kata Ho Hay Hong, Kemudian
berpaling dan berkata kepada gadis berbaju ungu:
"Jalan, jangan perdulikan dia lagi."
"Ho koko, benarkah kau hendak membela dia?" tanya gadis berbaju ungu.
Melihat gadis itu mengajukan sikap tidak senang, Ho
Hay Hong mengerti bahwa gadis itu tidak puas dengan
tindakannya. Maka lalu berkata dengan sabar:
"Adik, dia adalah penolongku, budinya terhadap diriku tidak boleh diabaikan begitu saja. Sekarang dia dalam
bahaya, bagaimana aku boleh tinggalkan begitu saja?"
"Ho koko, kau terus mengelabui mataku sekarang aku
sudah mengerti segala-galanya. Jiwamu sendiri dalam
keadaan bahaya kau masih tidak melupakan pikiranmu
kedaerah selatan. Semuanya semata-mata lantaran ingin
menemui kekasihmu. Kau dengannya adalah sepasang
kekasih yang setimpal, aku aku hanya hanya ."
Berkata sampai disitu, air matanya berlinang,
membasahi pipinya, kemudian dengan tiba-tiba ia
memutar tubuhnya dan lari.
"Adik. adik kau jangan salah paham dengarlah
keteranganku " kata Ho Hay Hong cemas.
Tetapi gadis itu tidak menghiraukan, dengan hati
remuk redam, ia mempercepat gerak kakinya sebentar
saja sudah menghilang di jalan raya.
Ho Hay Hong mengerti bahwa hati gadis itu sudah
kalut dan resah. Ia teringat bagaimana cinta kasih gadis
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu kepada dirinya, hatinya merasa pilu hampir saja
mengeluarkan air mata. Tetapi dua duanya sama-sama berat, hingga ia tidak
bisa mengambil keputusan.
"Hay Hong sebenarnya kau seorang yang tak berbudi
dan berperasaan, berani perlakukan adik angkatmu
demikian kejam. Percuma saja kau duduki kursi
pemimpin rimba hijau daerah utara."
"Tutup mulut Hay Thian, dengan hak apa kau berani
menegur aku?" tanya Ho Hay Hong marah.
"Sabar. tenanglah sedikit, kau benar-benar sudah
mabok pipi lic in" kata Tang-siang Sucu.
"Saudara aku selamanya berlaku adil. Sekarang kau
boleh pilih sendiri, Sebetulnya hendak bertempur atau
hendak berdamai?" kata Long gee mo.
Ho Hay Hong yang sedang gelisah mendengar
perkataan itu lantas naik darah.
"Kalau bertempur mau apa?" jawabnya dengan suara keras.
Long gee mo mengeluarkan suara dari h idung, dengan
mendadak maju menyerbu dan menyerang.
Ho Hay Hong dengan cepat meletakkan Tiat Chiu Khim
ditanah, menggunakan gerak tipu garuda sakti terjun
kelaut dari ilmu silat garuda Sakti, melompat setinggi
lima tombak lebih kemudian menukik dan menyergap
lawannya. Disergap secara hebat demikian, Long-gee mo
terpaksa mundur. Ho Hay Hong sudah menyaksikan kepandaian ilmu
silat Long gee mo. mengetahui jelas set iap jurusnya
terutama kebiasaannya menggunakan tangan kiri untuk
menyerang lawannya. Ia tidak berani berlaku gegabah, sebelum turun
ketanah. lebih dulu menggunakan gerak tipunya dari ilmu
silat Kun-hap Sam-kay menutup bagian muka dan bagian
bawah. Long gee mo dengan gemas melancarkan dua kali
serangan sambil memaki-maki.
Ho Hay Hong tidak menghiraukan, dengan gaya yang
manis sekali geser kakinya ke-samping, mengelakkan
serangan Long gee mo kemudian balas menyerang
dengan hebat. Long gee mo terkenal dengan kelincahannya, ia
bertempur sambil bergerak kesana kemari, mulutnya
saban-saban mengeluar bentakan. Tiba-tiba lompat
mundur setombak lebih, lima jari tangannya dipentang,
tetapi tidak digunakan untuk menyerang Ho Hay Hong,
sebaliknya menyerang Tiat Chiu Khim yang masih dalam
keadaan pingsan. Ho Hay Hong tidak menduga pemuda itu demikian keji
dan ganas, maka lalu membentak:
"Long gee mo ! Kau ini termasuk orang gagah ataukah
binatang buas" Lihat serangan!"
Serangan segera dilancarkan, merintangi maksud Long
gee mo. Long gee mo juga seorang beradat berangasan,
karena maksudnya digagalkan, timbullah nafsunya
hendak membunuh, ia berkata dengan suara gusar.
"Bocah! Hari ini kalau tidak mampu menghancurkan
tulang-tulangmu dan membeset kulitmu, selanjutnya aku
tidak akan muncul didunia Kang-ouw lagi !"
Dalam keadaan marah, ia keluarkan seluruh
kepandaiannya. Dengan beruntun ia melancarkan
serangannya tiga kali, yang dilakukan demikian cepat
dan dahsyat ditujukan kepelbagai bagian jalan darah
terpenting ditubuh Ho Hay-Hong.
Wajah Ho Hay Hong berubah, sebab yang nampaknya
tidak ada apa-apanya yang istimewa, tetapi kalau
diperhatikan dengan seksama, serangan itu seolah-olah
terdiri dari banyak tangan yang menyerang dari berbagai
sudut. Dalam keadaan demikian, kemana saja ia menyingkir,
pasti akan kena serangannya, serangan itu merupakan
ilmu tunggal yang sangat ampuh warisan Ing siu guru
anak muda itu. Ia tidak berani menempuh bahaya, satu-satunya jalan
hanya lompat melesat setinggi tiga tombak mengelakkan
serangan hebat itu. Diluar dugaannya, bahwa maksud Long-gee mo bukan
ditujukan padanya, maka ketika Ho Hay Hong melesat
tinggi, serangannya lantas dialihkan kepada Tiat Chiu
Khim. Serangan hebat itu telah melontarkan tubuh Tiat Chiu
Khim sejauh setombak lebih. Bukan kepalang terkejut Ho
Hay Hong matanya beringas memandang musuhnya.
Gerakannya berhenti seketika ia berdiri tegak bagaikan
patung. Dengan tangan Tiat Chiu Khim yang putih halus
tampak babak belur karena kebentur batu, sehingga
mengucurkan banyak darah. Hati Ho Hay Hong merasa
pilu menyaksikan keadaan kekasihnya, setindak demi
set indak ia berjalan menghampiri musuhnya, dan gerak
kakinya yang berat dapat diduga diserang menggunakan
suatu ilmu luar biasa set idak-tidaknya juga sedang
mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Lam kiang Tay bong yang menyaksikan, kejadian itu.
lalu berkata sambil menghela napas:
"Sungguh tidak ada harganya lantaran seorang
perempuan." Siulan itu panjang dan nyaring, hingga lama
menggema diudara. "Apa katamu Cianpwee !"
Bibir Lam Kiang Tay-bong tersungging senyuman
mengejek jawabnya: "Dunia bukan sedaun kelor Ho siaohiap, perempuan ini
serahkan saja padanya !"
"Cianpwee, ini adalah pikiranmu sendiri yang terlalu
egois. Seandai gadis ini bukan dia, kau tentu tidak
berpikir demikian, betul tidak ?" kata Ho Hay Hong tidak senang.
"Kau masih terlalu muda, masih belum mengerti
kedudukanmu sendiri. Kau berbuat hanya menuruti hawa
napsumu, dikemudian hari kau pasti akan menyesal.
Kalau tidak percaya, sepuluh tahun kemudian kau boleh
pikirkan kembali perkataanku ini, betul atau tidak?"
Ho Hay Hong tidak menghiraukan orang tua itu,
karena orang tua itu ada permusuhan dengan si Kakek
penjinak garuda, dengan sendirinya kata-katanya juga
banyak mengandung sentimen.
Karena ia tidak suka perbuatan dan pikiran Lam Kiang
Tay-bong, maka lalu berkata:
"Cianpwee, perkataanmu mungkin benar, tetapi itu
ada urusan sepuluh tahun kemudian."
Long gee mo tahu bahwa pertempuran mati-matian ini
tidak bisa dicegah lagi, maka lalu mengerahkan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya sambil memandang
lawannya. Dua musuh terpisah semakin dekat. Ho-Hay Hong
berkata: "Kau coba seranganku ! Dengan terus terang, ini
adalah serangan dari kekuatan seluruh tenagaku. Kalau
masih belum mampu menjatuhkan kau, aku akan cuci
tangan, meninggalkan penghidupan dunia Kang-ouw !"
Ia memusatkan seluruh kekuatan tenaganya,
mendadak mendongakkan kepala dan bersiul nyaring.
Siulan itu panjang dan nyaring, lama menggema
diudara. Sementara itu, kakinya bergerak perlahan, kemudian
merandak, mendorong tangannya ke-depan dan
melancarkan serangannya. Hembusan angin hebat meluncur dari tangannya
menuju Long gee mo. Bunyi menggelegar menggema diudara, Long gee-mo
mundur terhuyung-huyung, hingga empat lima langkah
baru berhenti. Rambutnya kusut awut-awutan.
Dilain pihak, Ho Hay Hong kegirangan, sebab
serangannya itu adalah serangan percobaan. Seharusnya
serangan itu dilakukan secara menukik dari atas udara
tetapi kali ini ia gunakan dengan kaki menginjak tanah.
Diluar dugaannya, telah berhasil sangat memuaskan.
Berhasil dengan serangannya, pikirannya tenang
kembali, dua tangannya terus bergerak, melanjutkan
serangannya Long-gee-mo terpaksa menyambuti serangan hebat
Ho Hay Hong, tetapi sekali lagi ia terpukul mundur.
Kini ia bukan cuma merasa heran saja tetapi juga
mulai ketakutan. Ia sudah salah hitung mengenai
kekuatan Ho Hay Hong! Ia hendak melawan, tetapi begitu beradu dengan
kekuatan Ho Hay Hong, ia sendiri yang terdorong
mundur. Entah bagaimana pemuda itu dapat
mematahkan ilmu Ing Siu, gurunya sendiri"
Bahkan maju ia menjadi kalap!
Seluruh kekuatan tenaganya dipusatkan ketangan
kanan, lalu maju merangsak sambil melancarkan
serangannya. Ho Hay Hong geser maju kakinya dua kali, hingga
posisi dua pihak bukan lagi berhadapan, melainkan
miring. Tangan kanannya bergerak bagaikan kilat sedang jari
tangan kirinya menotok jalan darah Thay-heng dan Pek
hwe dibadan Long gee-mo. Badan Long-gee-mo berputaran laksana titiran,
mengelakan serangan dari dua jurus, sedang tangan
kanannya balas menyerang batok kepala Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong semakin tebal kepercayaannya terhadap
kekuatan sendiri, apalagi dalam keadaan marah, maka
serangannya semakin lama semakin hebat, sebaliknya
dengan Long-gee-mo karena menyaksikan lawannya
semakin gagah, apalagi setelah dua kali mengadu
kekuatan, telah membuktikan keunggulannya Ho Hay
Hong, maka semangatnya menurun.
Long-gee-mo yang dibentak terus menerus, akhirnya
lompat mundur setombak lebih, sementara itu,
tangannya menyambar tubuh Tiat Chiu Khim, sedang
mulutnya berseru. "Kalau kau berani maju lagi, aku akan hancurkan nona
itu lebih dulu!" Tang-siang Sucu yang menyaksikan pertempuran itu,
mendadak mengeluarkan suara dari hidung, bersamaan
dengan itu, tangannya mendadak bergerak menyerang
perut Long-gee-mo Ho Hay Hong terkejut, ia menghentikan serangannya
dan berkata: "Tang siang sucu, kau"
Belum lagi melanjutkan kata-katanya, serangan Tang
siang sucu mendadak berubah, dengan kecepatan
bagaikan kilat, jari tangannya dipentang, menyambar
tubuh Tiat Chiu Khim. Dilain saat, lengan kirinya ditekuk menghajar batok
kepala Long gee-mo. Serangannya itu dilakukan secara aneh, ternyata
merupakan Salah satu gerak tipu dari ilmu silat garuda
sakti yang sudah dirubah.
Lam kiang Tay bong sendiri juga merasa bingung,
buru-buru mencegah: "Thian-jie, lekas batalkan seranganmu, jangan
mencari onar dengan musuh tangguh!"
Long-gee-mo yang menghadapi musuh dari dua pihak
meskipun berkepandaian tinggi, juga kewalahan. Sambil
menggeram hebat, ia tinggalkan Ho Hay Hong dan balik
menyerang Tang siang Sucu.
Ia sangat benci atas perbuatan Tang siang Sucu,
sehingga dirinya terjepit. Maka ia bertekad hendak
membinasakan Tang siang Sucu, sekalipun ia sendiri
berada dalam keadaan berbahaya.
Perbuatan Tang siang Sucu, segera menyadarkan Ho
Hay Hong kini ia tahu apa maksudnya Tang siang Sucu
turun tangan menyerang Long gee-mo.
Sementara itu, tangan Tang siang Sucu yang sudah
berhasil menjambret ujung baju Tiat Chiu Khim,
mendadak diserang hebat oleh Long-gee-mo, hingga
terjadilah pertempuran segi tiga yang masing-masing
memperebutkan dirinya seorang gadis.
Lam kiang Tay-bong yang menyaksikan perbuatan
muridnya, dengan marah perintahkan Tang siang Sucu
supaya melepaskan Tiat Chiu Khim.
Ho Hay Hong yang menyaksikan Tiat Chiu Khim dalam
bahaya tanpa ragu-ragu menyerang tangan Tang siang
Sucu yang menjambret ujung baju nona itu. Namun ia
takut melukai tubuh kekasihnya, maka serangan itu di
tujukan ke lengan Tang siang Sucu dengan hebat.
Tang siang Sucu terpaksa menarik kembali tangannya,
melepaskan tangannya yang sudah berhasil menjambret
ujung baju Tiat Chiu Khim.
Oooo-dw-oooO Bersambung Jilid 26 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 26 TETAPI ia agak masih penasaran, dalam keadaan kalut
seperti itu, tangannya menyerang Long-gee-mo,
kemudian lompat mundur setombak lebih sambil
memaki-maki Ho Hay Hong: "Hay Hong, kau benar-benar seperti patung, tidak
mengerti maksud orang baik."
Pada saat itu, Long-gee-mo mendadak rubuh
terlentang, Tiat Chiu Khim terlepas dari tangannya.
Ho Hay Hong dengan cepat menyambar tubuh sinona,
dan lompat mundur. Pada saat itu, ia baru tahu bahwa Long-gee-mo
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bergulingan ditanah sambil menggeram, dahinya penuh
air keringat, keadaan sangat menyedihkan.
Tak lama kemudian, Long-gee-mo mengeluarkan
suara jeritan mengerikan, mulutnya mengeluarkan darah,
sejenak tubuhnya mengeliat akhirnya berhenti.
Diluar rubuhnya Tang siang sucu sendiri, serangannya
tadi secara kebetulan mengenakan bagian yang paling
lemah ditubuh Long gee-mo.
Karena Long gee-mo mempelajari ilmu weduk, yang
tidak mempan senjata tajam, tetapi di bagian yang paling
lemah, sedikitpun tidak boleh diganggu. Apa mau,
serangan Tang siang Sucu tadi dengan tepat
mengenakan bagian yang paling lemah itu, hingga
kekuatan tenaga dalamnya buyar semua dan jiwanyapun
turut melayang. Sebetulnya, maksud Tang siang Sucu hanya hendak
merebut Tiat Chiu Kim, bukannya membantu Ho Hay
Hong. Tetapi kini setelah berbuat kesalahan ia lantas
minta upah, kepada Ho Hay Hong.
"Ho Hay Hong Saudaramu demikian baik hati terhadap
kau, bagaimana kau hendak membalas budi?" demikian
ia berkata. Lam kiang Tay-bong sangat marah, dengan satu
tamparan ia memukul muridnya sehingga terlempar
jatuh. "Binatang! Aku mau lihat bagaimana kau menghadapi
Ing-siu?" sang guru itu menegur.
Tang siang Sucu merayap bangun selagi masih
ketakutan, lantas mendengar teguran demikian dari
mulut suhunya. Ia tahu bahaya telah mengancam
dirinya, maka buru-buru berlutut di hadapan gurunya
seraya berkata: "Tecu telah kesalahan bertindak, ampunilah dosa
muridmu!" "Binatang! Bagaimana aku dapat mengampuni
dosamu" Kau sudah menimbulkan bencana seharusnya
kau tanggung sendiri akibatnya!"
Ho Hay Hong merasa tidak enak, maka lalu berkata.
"Cianpwee adalah suhunya, sudah tentu dapat
mengambil keputusan. Apakah...."
Ia sengaja berhenti sejenak, kemudian berkata pula.
"apakah cianpwee jeri terhadap Ing siu" Maka tidak
berani membela murid sendiri ?"
Mendengar perkataan itu Lam-kiang Tay-bong tenang
kembali, katanya dingin: "Kau jangan turut campur!"
"Sekarang Long-gee-mo telah binasa ditangan
muridmu. Kalau suhunya mengetahui ini, pasti tidak
mau, mengerti. Saat itu haha."
Kemudian ia berkata kepada Tang-siang Sucu, "aku
tahu maksudmu, membinasakan Long gee mo, adalah
hendak merebut nona ini dari tangannya, bukan hendak
membantu aku dengan sejujurnya. Tetapi Long-gee-mo
kini sudah mati aku tidak akan sesalkan kau lagi.
Kesalahan ini harus kita pikul berdua. Untuk selanjutnya
kita akan merupakan kawan, dalam satu barisan, jangan
mempersulit satu sama lainnya lagi!"
Ia memondong tubuh Tiat Chiu Khim dan berkata
pula: "Cianpwee, tanggung jawab kita tanggung
bersama-sama, kau pikir bagaimana?".
Lam-kiang Tay-bong diam-diam berpikir: "kesalahan
ini seharusnya menjadi tanggung jawabku, tetapi ia suka
menanggung sebagian apa salahnya aku terima?"
Sebagian orang yang banyak akal ia anggap hanya
menerima baik permintaannya saja rasanya belum cukup
menggerakkan hati Ho Hay Hong, maka ia hendak
memberi sedikit budi, supaya ia lekas membereskan
permusuhan dengan kakek penjinak garuda.
"Siaohiap benar, kesalahan sudah terjadi, kita harus
tanggung bersama!" demikian ia berkata.
Ho Hay Hong mundur dua langkah, katanya dingin:
"Cianpwee, maafkan aku akan berkata secara blakblakan.
Jelasnya, ucapanmu ini bukan keluar dari hatimu
yang sejujurnya !" "Mengapa kau berkata demikian ?"
"Cianpwee mengatakan hendak damai, tetapi
tindakanmu tidak demikian. Bukankah itu merupakan
suatu bukti yang nyata bahwa ucapanmu tidak sesuai
dengan tindakanmu." "Apa kau kira tindakanku ini tidak menguntungkan
kau" Kalau p ikir demikian, itu salah besar. Aku bukannya
mengandung maksud jahat tetapi sebaliknya hendak
membantu kau !" "Membantu aku" Cianpwee ingin membantu apa ?"
"Kau jangan tanya dulu, berikanlah nona itu dulu
padaku, aku hendak periksa keadaannya !"
"Tidak, aku tahu sifatmu suka berubah tidak menentu,
kalau aku menuruti perintahmu, berarti aku serahkan
jiwa nona ini kemulut harimau !"
Mendengar perkataan itu, Lam kiang Tay bong tertawa
terbahak-bahak. "Siaohiap, kau terlalu menghina diriku. Kau pikir, aku adalah satu dari lima orang terkuat dalam rimba
persilatan dewasa ini, bagaimana aku bisa melakukan
perbuatan demikian" Legakan hatimu, jangan sia-siakan
waktu lagi, ini tidak menguntungkan bagi dia"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Apa ia hendak
berbuat" Bukankah ia sudah melihat sendiri, mengapa
perlu memeriksa lagi ?"
Ia masih ragu-ragu, sedangkan Lam kiang Tay bong
sudah berada dihadapannya. Mendadak ia mengambil
keputusan. Karena jiwa nona itu memang sangat
berbahaya, biarlah ia periksa, barangkali ia juga tidak
berani melakukan perbuatan yang akan merendahkan
martabatnya sendiri. Maka ia tidak merintangi lagi, membiarkan Lam kiang
Tay bong memeriksa sinona.
Maka Lam kiang Tay bong memandang wajah sinona
tanpa berkedip, lama baru berkata:
"Masih untung, kekuatan tenaga dalamnya sudah
sempurna, hingga keadaan dalam tubuhnya tidak
terdapat kerusakan. Masih ada sedikit harapan !"
Kedudukan Lam kiang Tay-bong tidak dapat
dibandingkan dengan orang biasa, tidak mungkin berani
mengucapkan perkataan sembarangan. Maka hati Ho
Hay Hong mulai lega. Ia masih belum mengerti, mengapa orang demikian
buas dan kejam seperti Lam kiang Tay bong dengan
mendadak berlaku demikian baik terhadapnya"
Dan sikap yang ditunjukkan oleh orang tua itu sejak
semula, juga sikap persahabatan yang tiada
mengandung sifat permusuhan, hal ini ia benar-benar
sangat bingung. "Dalam tubuhnya terluka parah, hingga hanya
murninya buyar dan membeku di dalam tubuhnya,
jikalau tidak lekas diobati, barangkali tidak bisa hidup
sampai empat puluh delapan jam!"
"Cianpwee paham ilmu tabib?" tanya Ho Hay Hong.
"Terpaksa harus minta pertolongan tabib, aku barang
kali tidak sanggup." jawab Lam kiang Tay bong sambil
menggelengkan kepala. Hati Ho Hay Hong merasa cemas.
"Kalau begitu, aku harus menggunakan waktuku
sebaik-baiknya, untuk mencari tabib pandai!"
"Dengan terus terang, luka ini harus di bantu oleh
obat Liong yan-Hiang. Obat itu adalah buatan kakek
penjinak garuda sendiri yang ia selalu banggakan. Dalam
badan nona ini tidak mungkin tidak sedia!"
Ho Hay Hong diam-diam mengeluh: celaka, Liong yan
hiang yang terakhir pada dirinya semua sudah diberikan
padaku, mana sekarang masih ada lagi."
Lamkiang dapat lihat sikap gelisah sianak muda, ia
pura-pura menanya: "Apakah ia tidak mempunyai persedian obat itu?"
"Kecuali Liong yan-heng, apakah sudah tidak ada obat
lain lagi?" "Bukannya tidak bisa, tetapi kalau menggunakan lain
obat, khasiatnya agak kurang. Walaupun dapat
menyembuhkan luka dalam tubuhnya, juga tidak
menyembuhkan seluruhnya. Dengan sisa luka yang
masih ada, sudah cukup untuk memusnahkan kekuatan
tenaganya, hingga harus menderita penyakit selamalamanya.
Penderitaan ini lebih berat dari kematian."
Mendengar keterangan itu, bukan kepalang
terkejutnya Ho Hay Hong. "Cianpwee, benarkah kau sudah tidak berusaha?"
Lam-kiang Tay-bong dengan jelas dapat memahami
perasaan hati Ho Hay Hong. Ia tahu bahwa anak muda
itu selamanya tidak pernah meminta pertolongan orang,
tetapi kini atas kemauan sendiri minta pertolongannya
jelas betapa dalam cintanya terhadap gadis itu. Maka lalu
berkata. "Mengapa kau tidak mencari Kakek penjinak garuda, ia
sudah pasti mempunyai persedian cukup obat Liong-yanhiang!"
Perkataan itu menyadarkan Ho Hay Hong, dengan alis
berdiri ia berkata: "Ow, ya. Kakek penjinak garuda pasti mempunyai
banyak persedian!" Tetapi, kemudian ia berpikir lagi: "aku sendiri sudah
bertengkar dengannya, dengan cara bagaimana aku bisa
mendapatkan obat itu darinya?"
Apalagi sekarang ia sudah membunuh pembantunya
yang diandalkan Tio-kang, kejadian ini membawa akibat
lebih meruncingnya percekcokan mereka. Mungkin Kakek
penjinak garuda sudah mendapat kabar kematian
pembantunya itu mungkin juga ini sedang mengadakan
pengusutan. Ia tahu bahwa Tiat Chiu Khim sendiri juga tidak bisa
berbuat apa-apa. Andaikata si Kakek, itu sendiri masih
belum mengetahui bahwa gadis itu sudah tahu riwayat
dirinya, hingga mau memberikan obatnya, tetapi bagi
gadis itu sendiri barangkali lebih suka mati, juga tidak,
mau menerima pemberiannya.
Ia kenal baik perangai gadis itu, ia juga tahu sifat
keras kepala dan tinggi hati gadis itu. Kini ia menghadapi persoalan yang sangat rumit ini, benar-benar
memusingkan kepalanya. "Sekarang ini, jiwanya benar-benar sedang, terancam
bahaya maut, akibat bubarnya hawa murni, ia tidak bisa
sadarkan dirinya. Kalau tidak lekas mendesak keluar
hawa murni yang mengeram dalam tubuhnya, dalam
waktu tiga jam, pasti binasa!" kata Lam-kiang Tay bong.
"Benarkah kata-katamu ini?" tanya Ho Hay Hong
terkejut. Tetapi kemudian ia merasa bahwa pertanyaannya itu
sia sia saja karena seorang seperti Lam-kiang Tay bong
baik tentang kepandaian ilmu silatnya, maupun
kedudukannya dalam rimba persilatan, sudah merupakan
salah satu dari tokoh tokoh yang terkenal namanya,
bagaimana ia bisa melakukan perbuatan rendah, yang
seolah-olah memukul anjing yang kecemplung dalam air.
"Orang yang menyembuhkan lukanya itu harus
seorang wanita, Sebab siaohiap kau juga tahu bahwa
bagian penting untuk mengalirkan hawa itu letaknya
ditempat tersembunyi. Maka itu aku lebih dulu sudah
peringatkan kau, harap kau lekas mencari seorang
sahabat wanita yang sudah sempurna kekuatan tenaga
dalamnya untuk membantu kau."
Muka Ho Hay Hong merah, sementara dalam hatinya
berpikir, aku muncul dikalangan Kang ouw masih belum
lama, kenalan tidak banyak, kemana harus mencari
sahabat wanita yang demikian tinggi kepandaiannya"
Dalam hati mengeluh, kecuali gadis berbaju ungu,
Toan bok Bun Hwa dan Su-to Cian Hui, sudah tidak ada
lain kawan wanita lagi. Namun dari tiga wanita itu, Su-to Cian Hui dan Toan
bok Bun Hwa sudah tidak tahu dimana jejak mereka juga
sudah lama tidak ada kabar beritanya, sudah tentu tidak
dapat diketemukan dalam waktu singkat.
Sedangkan gadis berbaju ungu juga sudah pergi
dengan hati panas, sekalipun dapat diketemukan
barangkali juga tidak mau menyembuhkan luka Tiat Chiu
Khim. Sementara itu, Lam-kiang Tay-bong mendesak lagi:
"Ho Siaohiap, waktu sangat berharga, hingga tidak
dapat dibeli dengan emas. Kau jangan sia-siakan lagi,
pergilah lekas!" Ho Hay Hong seperti baru tersadar dari mimpinya,
tanpa pikir lagi, ia lalu mengucapkan terima kasihnya
kepada Lam kiang Tay bong.
Dalam keadaan bingung, tanpa banyak pikir lagi, Ho
Hay Hong lantas pondong tubuh Tiat Chiu Khim lari
menuju ke selatan dan sebentar saja sudah menghilang.
Waktu itu cuaca gelap, suasana sunyi jalan yang sepi
hanya terdengar suara langkah kakinya yang menginjak
jalan raya. Ia berjalan sambil menundukkan kepala, mendadak
terdengar suara bunyi ringan, buru buru menghentikan
kakinya. Bagai orang yang kepandaiannya mencapai taraf
tertinggi, asal mendengar suara rumput tertiup angin
saja, segera dapat membedakan baik atau jahat.
Ia berkepandaian demikian tinggi, sudah tentu tidak
terkecualikan. Suara itu seolah-olah suara jatuhnya daun
kering tetapi juga mirip dengan suara orang rimba
persilatan yang melayang turun selagi kakinya menginjak
tanah. Oleh karena itu, maka ia tidak berani berlaku
gegabah. Ia juga tahu bahwa maksud kedatangannya kedaerah
selatan kali ini, tanpa disengaja telah menimbulkan
permusuhan, hingga meletakkan dirinya seolah-olah
terkepung oleh musuh-musuhnya.
Ia pasang mata mencari-cari, tetapi tidak menemukan
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanda apa-apa. Tetapi, ia juga tidak percaya bahwa pendengarannya
sendiri tadi salah, maka ia percaya bahwa orang yang
melayang turun itu tadi sudah sembunyikan diri d itempat
gelap. Ia menemukan satu akal, ia sengaja perdengarkan
suara tertawa dingin, kemudian melanjutkan
perjalanannya, seolah-olah tidak tahu apa-apa.
Dengan mendadak. Tiat Chiu Khim mengeluarkan
suara rintihan pelahan, suara itu meski pun tidak nyata
tetapi dalam telinga Ho Hay Hong sudah cukup
membangkitkan rasa girangnya. Dengan cepat ia
menanyakan: "Chiu Khim, kau sudah sadar?"
Bulu mata Tiat Chiu Khim yang panjang nampak
bergerak-gerak dua kali, kemudian membuka matanya
perlahan-lahan. Ho Hay Hong berusaha keras menekan perasaannya
yang tidak tenang, diam-diam memperhatikan
keadaannya. Ia sangat terkejut ketika menyaksikan
betapa lemah keadaan gadis itu.
Cahaya matanya tidak bersinar lagi, tetapi biji
matanya yang jeli itu masih tetap mengandung rahasia
yang mendebarkan hatinya.
Gadis itu merintih dua kali, mengawasi keadaan
sekitarnya sebentar, agaknya juga mengetahui dirinya
berada dalam pelukan seorang lelaki hingga ia coba
meronta. Ho Hay Hong berkata dengan suara perlahan.
"Chiu Khim. inilah aku, kau beristirahatlah dengan
tenang." Mendengar namanya disebut, ia segera berhenti
meronta dan bertanya: "Kau siapa?"
Suaranya itu tidak bertenaga, seolah-olah
mengambang. "Aku Hay Hong!" jawab Ho Hay Hong dengan lemahlembut.
Ia mengerti perasaan si gadis pada waktu itu, lalu ia
segera memberi keterangan.
"Kau sudah terluka, orang yang melukai kau itu, kini
sudah kubinasakan. Kau beristirahatlah dengan hati
tenang"! "Hay Hong, ini tempat apa?"
"Ditengah perjalanan!" jawabnya sangat hati-hati.
"Hay Hong, aku sudah hampir mati, aku minta tolong
padamu, supaya mengabarkan kepada ibu bahwa aku."
Berkata sampai disitu, air matanya mengalir keluar.
Jantung Ho Hay Hong berguncang keras, katanya
tegas: "Tidak, Chiu Khim kau tidak bisa mati. Aku Ho Hay
Hong, asal aku masih bisa bernapas, tidak akan
membiarkan kau mati di tangan iblis itu. Lekas dengar
kata-kataku, beristirahatlah dengan tenang."
Tiat Chiu Khim pelahan-lahan memejamkan matanya,
berkata sambil tersenyum getir:
"Hay Hong, aku tahu kau sedang menghiburi aku,
terima kasih atas kebaikanmu, tetapi aku barangkali tidak
bisa hidup lebih lama lagi."
"Chiu Khim, kau tidak boleh mengeluarkan perkataan
seperti orang tua putus asa. Kau tidak b isa mati, dengan
terus terang, hatiku bahkan lebih cemas daripada kau
sendiri" Ia mengepal-ngepal tinjunya dan- berkata pula:
"Chiu Khim, kau harus tabahkan hatimu, apakah kau
sudah lupa musuh ayahmu?"
"Takkan kulupakan, takkan kulupakan."
Gadis itu meskipun mulutnya mengatakan demikian
tetapi kepalanya pelahan-lahan menunduk, rambutnya
yang hitam panjang terurai kebahunya dan menutupi
wajahnya. Jantung Ho Hay Hong dirasakan hampir loncat keluar,
ia pikir, apakah benar sudah dekat ajalnya?"
Pikiran yang menakutkan itu sekilas terlintas dalam
otaknya, sesaat kemudian ia bingung sendiri. Ia buruburu
menggoyang-goyangkan tubuhnya seraya
memanggil-manggil. "Chiu Khim, kau sadarlah, sadarlah!"
Tiat Chiu Khim yang sudah pingsan, ketika digoyang
tubuhnya, terganggulah luka dalam tubuhnya, hingga
mulutnya mengeluarkan darah, sedangkan orangnya juga
sadar dengan segera. Dengan suara hampir tidak
bertenaga ia bertanya: "Ada urusan apa" Hay Hong !"
"Pertahankanlah kekuatanmu, aku akan mencari orang
untuk menolong dirimu !"
"Aku sudah tidak ada harapan lagi, kau tak usah
mencapekkan hati !" "Tidak, bagaimanapun juga, aku harus menolong
dirimu." "Hay Hong, demikian baik kau terhadap diriku, kalau
aku bisa melihat ibu sekali lagi. Sekalipun mati juga tidak menyesal."
Hati Ho Hay Hong tercekat, selagi memikirkan ucapan
gadis ini, hembusan angin mendadak menyerang dirinya.
Meskipun pikirannya sedang risau, tetapi karena
kekuatan tenaga dalamnya sudah sempurna, dengan
sendirinya panca indranya sangat tajam. Maka begitu
merasa ada hembusan angin menyambar, ia segera
mengerti ada orang membokong dirinya.
Ia masih tetap melanjutkan perjalanannya, sedang
tangan kirinya secepat kilat balas menyerang.
Diluar dugaannya, serangan secepat kilat itu ternyata
mengenakan tempat kosong.
Menurut perhitungannya, betapapun tinggi kepandaian
orang itu, juga sulit mengelakkan serangannya yang
ganas itu, tapi apa yang terjadi, ternyata diluar
dugaannya. Dengan cepat ia menoleh, matanya segera melihat
pemimpin golongan Lempar batu, Chim Kiam sianseng
berdiri tidak jauh dibelakangnya.
Pemimpin itu masih tetap mengenakan kerudung
mantel yang terbuat dari kulit harimau, hingga nampak
semakin keren. Pikiran mulai tenang, tetapi ia merasa curiga, maka
lalu bertanya: "Sianseng ada keperluan apa?"
"Keperluan apa" Hm! Tanyalah kepada dirimu sendiri."
jawab Chim Kiam sianseng.
Ho Hay Hong berpikir: "Pemimpin ini dahulu ramah
tamah terhadapku, belum pernah bersikap demikian
bengis, apakah terjadi perkara lagi?"
"Aku benar-benar tidak mengerti, harap Sianseng
memberikan penjelasan!" demikian ia berkata.
Chim Kiam sianseng dengan sinar mata dingin
memandang gadis dalam pondongannya, lalu berkata
dengan nada suara dingin:
"Apakah lantaran nona ini kau bermusuhan denganku"
Memang benar, nona ini memang cant ik jelita, tetapi
bagi orang gagah yang tulen tidak nanti sampai
terjerumus kedalam perosok pipi licin!"
Ho Hay Hong semakin tidak mengerti, ia berkata:
"Sianseng jangan coba main lidah, katakanlah
maksudmu yang sebenarnya!"
"Baik, aku sekarang jelaskan. Pribahasa ada kata
orang, yang membunuh jiwa orang harus mengganti jiwa
pula. Ho Siaohiap, kau membunuh paman guruku, maka
sekarang aku minta kau ganti jiwanya !"
Kini tersadarlah Ho Hay Hong bahwa kedatangan
pemimpin partay itu adalah hendak menuntut balas
dendam kematian paman gurunya.
"Memang benar, sinaga api Tio Kang adalah paman
gurumu, tetapi aku membinasakan dia ada sebabnya,
kalau kau tidak percaya, tanyalah kepada Lam Kiang
Tay-bong locianpwee. Tio Kang itu adalah musuh
besarku yang dahulu merenggut jiwa ibuku!"
"Kau bohong, siapapun tahu bahwa kau siaohiap
dengan suka rela suka menjadi anjing nona ini !"
"Katakanlah dengan sebenarnya, apa maksud dengan
ucapanmu suka rela tadi" Apa maksud pula dengan
ucapan anjing itu" Hm, hm, apakah aku Ho Hay Hong
yang hidup sebagai orang laki-laki, tidak bisa menuntut
balas dendam sakit hati ibuku?"
"Mulutmu ingatkan menuntut balas, padahal yang
sebenarnya adalah supaya kau menyenangkan hatinya.
Apa kau kira aku tidak tahu ?"
"Kalau kau tidak percaya, sudahlah, kau menghendaki
bagaimana, terserah denganmu sendiri, jangan demikian
menghina aku" Ketika teringat bahwa luka kekasihnya justru atas
perbuatan Tio Kang, maka seketika hawa amarahnya
memuncak. Dengan suara marah ia berkata pula:
"Nona ini tanpa sebab dilukai olehnya kau adalah
keponakan muridnya, sungguh kebetulan dapat
kugunakan untuk melampiaskan kemarahan hatiku."
"Bocah she Ho, disini bukan daerah utara yang kau
boleh berbuat sesukamu, kau harus tahu bahwa aku
sudah memasang jaring, set iap waktu dapat mengunci
jiwamu!" berkata Chim Kiang sianseng sambil tertawa
dingin. "Kalau aku takut kau gertak, Sekarang aku tidak akan
berani berlaku salah terhadapmu. Jangan banyak bicara
majulah!" berkata Ho Hay Hong sambil tertawa terbahakbahak.
Ia sudah yakin benar kepandaiannya sendiri, meskipun
lawannya itu merupakan seorang lawan tangguh yang
besar pengaruhnya, tetapi ia tidak menghiraukan,
dengan menudingkan jari tangannya, ia berkata pula:
"Mari, mari kita boleh bertempur sepuas-puasnya, biar darah merah nantinya menyelesaikan persengketaan
kita!" "Bengcu rimba hijau daerah utara benar saja hebat.
Baik, mari disinilah kita putuskan!" berkata Chim Kiam sianseng sambil tertawa besar.
Suara tertawa demikian nyaring, hingga mengejutkan
serombongan burung-burung malam, begitupun Tiat Chiu
Khim juga sampai terkejut. Gadis itu bertanya dengan
heran: "Hay Hong. kau ribut dengan siapa?"
"Chim Kiam sianseng." jawab Ho Hay Hong.
Tiat Chiu Khim berulang-ulang menyebut nama itu,
mendadak berkata: "Bukankah dia itu pemimpin golongan Lempar batu?"
"Benar." "Apakah yang dia ingin Hay Hong, jikalau ia hendak
mencari onar denganmu, sekalian kau mintakan kembali
pedang pusaka garuda sakti,"
Ho Hay Hong berpikir. "Y a, hampir saja aku lupa".
Matanya segera mengawasi pemimpin itu, benar saja
ia melihat pedang pusaka itu berada diatas
punggungnya. "Chiu Kim, pedang pusakamu benar berada diatas
punggungnya!" berkata Ho Hay Hong sambil tertawa
nyaring: "Kau yakin dapat merampas kembali." tanya Tiat Chiu Kim.
Karena berbicara terlalu banyak, napas gadis itu
menurun, dan kemudian mulutnya menyemburkan darah
Menyaksikan keadaan itu, Ho Hay Hong mendadak
dengan kecepatan seperti kilat tangannya bergerak
melancarkan serangan keatas sebuah pohon besar,
kemudian disusul oleh suara jeritan manusia, dari atas
pohon itu melayang seorang laki-laki yang jatuh ditanah.
Dengan marah sekali, ia mengambil sebuah jarum
halus dari bahu Tiat Chiu Kim, kemudian bertanya
kepada Chim kiam sianseng:
"Aku hendak tanya, apakah ini perbuatan mu ?"
"Ho Siaohiap kau jangan mengoceh saja, lihatlah dulu
biar jelas kau nant i boleh lagi."
Ho Hay Hong menyambar orang tua itu dan diangkat
tinggi tinggi, setelah diperiksanya ia baru melihat bahwa
orang itu mempunyai laut muka yang dicoreng-coreng
mendadak ia berseru: "Oh! Manusia hutan. Penemuan itu telah
menggerakkan hatinya, matanya berputaran diwajah
coreng-coreng manusia liar, lalu tangannya dimasukkan
ke dalam saku orang itu, seolah-olah mencari apa-apa."
Sebentar kemudian, ia mengeluarkan tangannya
dengan perasaan kecewa, sebab di dalam tubuh orang
itu tidak didapatkan obat Liong Yen hiang yang
dibutuhkan, "Ho siaohiap, aku kira meskipun kau sudah menduduki
kedudukan tinggi sebagai Bengcu rimba hijau daerah
utara, t etapi kekuatanmu yang sebenarnya masih selisih
jauh kalau dibandingkan dengan kepandaian kakek
penjinak garuda. Akibat perbuatanmu ini kau nanti akan
merasakan sendiri" berkata Chim kiam sianseng sambil
tertawa dingin. "Jangan khawatir, aku berniat membinasakan
orangnya sudah tentu tidak takut ia datang menuntut
balas." berkata Ho Hay Hong. kemudian mengangkat
tangannya, sinar gemerlapan meluncur dari tangannya
menuju kearah barat. Kiranya, senjata rahasia tadi adalah jarum yang
dibawa oleh manusia liar itu.
Ho Hay Hong sangat tajam pandangan matanya, ia
sudah lama melihat ada orang tersembunyi digerombolan
batu yang berada diarah barat maka dengan senjatanya
orang itu ia sambitkan kepada orang tersembunyi itu.
Benar seperti apa yang d iduganya, orang tersembunyi
ditumpukan batu itu mengeluarkan suara jeritan ngeri
sesosok bayangan orang lompat tinggi satu tombak
kemudian suaranya habis dan orangnya jatuh ditanah,
binasa seketika itu juga.
Chim Kiang sianseng dengan matanya yang tajam,
segera dapat melihat bahwa dijidat orang itu menancap
sebuah jarum, hingga dalam hati diam-diam juga
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terkejut. Ia sungguh tidak menduga bahwa kepandaian
pemuda itu mendapat kemajuan demikian pesat.
Ho Hay Hong berkata sambil tertawa dingin:
"Tak kusangka sianseng juga rela menjadi anjingnya
Kakek penjinak garuda, aku hendak tanya padamu
apakah manusia-manusia liar ini, kau yang membawa
dari kampung setan?"
"Ho siaohiap, tak ada gunanya kau banyak bicara, aku
membawa perintah Kakek penjinak garuda dari jauh
datang kemari, mencari kau membuat perhitungan dan
menangkap kembali muridnya yang mengkhianati
dirinya!" "Bagus, bagus, sekarang kau perintah manusia liar,
kemudian kumpul disatu tempat dan mengundurkan diri
diam-diam." Ho Hay Hong sementara itu sudah meletakan Tiat Chiu
Khim ke tempat yang aman, kemudian bertanya kepada
Chim Kiang sianseng sambil tertawa dingin:
"Dengan seorang diri saja kau hendak bertempur
denganku?" "Kau jangan sombong, dengan seorang diri sudah
cukup aku menundukkan kau."
Tangannya segera bergerak membabat Ho Hay Hang,
tetapi serangan itu mendadak beralih dan berganti
menjadi gerakan memotong. Yang aneh ialah set iap
gerakannya itu menimbulkan suara mengaum.
Ho Hay Hong mundur selangkah, kemudian maju
menyerbu, dua lawan itu mengadu kekuatan tenaga
masing-masing lantas lompat mundur sejauh satu
tombak. Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Menurut hasil
percobaan ini, kekuatan tenaga dalam ku ternyata tidak
kalah dengannya, mengapa aku tidak menggunakan ilmu
silat garuda Sakti?"
Sehabis berpikir, ia lantas bersiul nyaring, kemudian
lompat setinggi lima tombak.
Gayanya dan perobahan gerakannya, Chim Kiam
sianseng sudah pernah melihat dari kakek penjinak
garuda, maka wajahnya berubah seketika, mulutnya
berseru: "Ah ! Kau ternyata pandai ilmu garuda sakti."
Dengan mendadak ia menghentikan perlawanan,
mungkin kepandaian ilmu silat luar biasa itu sudah
tergores dalam sekali dalam sanubarinya, sehingga
menimbulkan rasa takut. Ketika tangan Ho Hay Hong sudah mendekati dirinya,
ia baru sadar dengan tiba-tiba. tetapi pedang pusaka
garuda Sakti diatas punggungnya sudah direbut oleh Ho
Hay Hong yang hebat hanya menumbangkan Pohonpohon
yang berada disitu tidak mengambil jiwa manusia.
Ho Hay Hong menghunus pedangnya, ujung pedang
mengeluarkan suara mengaum dan menimbulkan
percikan seperti bunga mekar, secepat kilat menikam diri
Chim Kiam sianseng. Chim Kiam Sian-seng segera mengeluarkan ilmu
serangannya yang dibanggakan. Selama itu serangan itu
menimbulkan suara angin menderu bagaikan angin
puyuh. Ia sudah tahu bahwa hari itu menemukan lawan
tangguh yang dalam hidupnya belum pernah ia
ketemukan. Pandangannya berubah seketika. Setiap
serangannya dilakukan dengan hebat dan ganas, karena
serangan yang hebat itu, maka perlahan-lahan dapat
merubah kembali keadaan. Ho Hay Hong yang menggunakan ilmu pedangnya
yang bisa digunakan untuk menghadapi lawan tidak
begitu tangguh, tetapi mendadak ia berpikir: "Ilmu
pedangku ini meskipun aneh dan hebat, tetapi untuk
menghadapi lawan kelas satu seperti dia ini, agaknya
kurang leluasa, mengapa aku tidak gunakan ilmu pedang
terbangku, mungkin lebih hebat."
Pikiran itu hanya sekejap saja terlontar dalam otaknya,
sedang pedang panjangnya sudah di sodorkan lagi tiga
dim. Hawa. dingin timbul mendahului ujung pedang, Cim
Kiam sianseng yang dalam hidupnya pernah bercanda
dengan senjata tajam, saat itu. juga timbul perasaan jeri.
Dengan cepatnya tangannya bergerak menyerang
pedang yang mengancam dirinya, kemudian
menggunakan kesempatan itu, ia maju selangkah dan
menyerang dengan tangan kanan. Lengan tangannya itu
ada mengandung kekuatan tenaga besar sekali, apalagi
serangan itu merupakan serangan yang mematikan yang
sulit dijaga oleh lawannya.
Pada saat itu, Ho Hay Hong Sudah tahu benar bahwa
serangan lawannya itu hebat sekali ia juga tahu kecuali
lompat tinggi untuk mengelakkan serangan itu, sudah
tidak ada jalan lain yang lebih baik.
Oleh karena keadaan mendesak, terpaksa ia lompat
tinggi menghindarkan serangan itu. .
Tetapi secepat kilat pikirannya berubah pula, dalam
anggapannya Chim Kiam sianseng bukanlah lawan
sembarangan, jikalau dirinya sendiri tidak berani
menempuh bahayanya untuk menjatuhkannya, karena
kekuatan kedua pihak yang berimbangan dalam waktu
singkat tidak mungkin bisa ditentukan.
Tujuannya ingin lekas menyelesaikan pertempuran itu
supaya tidak menghambat waktu, karena waktu baginya
memang benar-benar sangat berharga. Oleh karena itu
maka ia telah mengambil keputusan, bertekad hendak
menyelesaikan pertempuran sesingkat mungkin.
Bersamaan pada saat ia mengambil keputusan itu, dan
tubuhnya bergerak, dan digeser maju dengan tiba-tiba
menyambitkan pedang garuda sakti dari tangannya.
Pertempuran dengan cara mengadu jiwa itu adalah
caranya yang bisa dilakukan oleh orang-orang Kang ouw
yang kepandaiannya biasa. Dengan cara yang buruk itu
Ho Hay Hong telah gunakan untuk menghadapi jago tua
yang sudah ulung, sebaliknya malah membuat jago tua
itu terheran-heran tidak habisnya.
Karena timbulnya pikiran semacam itu, mau tidak mau
telah mempengaruhi gerakannya. Sementara itu sinar
pedang yang berkilauan sudah berada dihadapan
matanya. Detik-detik yang sangat berbahaya itu, yang masih
sanggup mengendalikan perasaan yang tergoncang
hebat, tetapi pedang yang tajam itu juga terpisah hanya
tiga dam saja dihadapan perutnya.
Ketika ia tersadar ujung pedang sudah menyentuh
bajunya, bukan kepalang terkejutnya. Dia mengerahkan
seluruh kekuatannya, tangannya menyapu.
Setelah terdengar suara benturan hebat, Ho Hay Hong
tidak dapat berdiri tegak, badannya terhuyung-huyung
dan rubuh terjengkang. Sedangkan Chim Kiam sianseng
mengeluarkan suara jeritan ngeri, juga rubuh ditanah.
Dengan mengertak gigi, tangannya memegang
perutnya perlahan-lahan ia mencoba bangun, tetapi baru
saja berdiri kakinya tidak kuat mengimbangi tubuhnya,
hingga akhirnya rubuh lagi.
Pedang garuda sakti menancap diperutnya sedalam
setengah kaki, usus keluar berantakan. Darah merah
mengalir dari bekas lukanya sehingga membasahi tanah
disekitarnya. Rasanya sudah tidak jauh dengan ajalnya, tetapi
dengan mengandalkan latihan yang tidak terputus,
selama beberapa puluh tahun, ia masih dapat
mempertahankan dirinya. Wajahnya putih bagaikan kertas, keringat dingin
ngucur keluar, jago tua kawakan yang pernah malang
melintang didunia Kangouw itu, kini harus merasakan
betapa hebatnya penderitaan sebelum putus nyawanya.
Dengan perasaan gusar ia mencabut pedang dari
perutnya, lalu disambitkan kepada Ho Hay Hong.
Tetapi Ho Hay Hong dapat mengelak, sehingga
pedang itu meluncur terus dan menancap disebuah
pohon besar. Dari sini dapat diukur betapa hebat
kekuatan tenaga pemimpin itu, di saat menghadapi
mautpun, ia masih dapat menggunakan tangannya
sedemikian hebat. Dengan mata penuh kebencian ia memandang Ho Hay
Hong, mulutnya menggumam.
"Bocah, disamping merasa puas, kau jangan lupa
pembalasan atas perbuatanmu di kemudian hari."
Menyaksikan keadaan yang mengenaskan itu. Ho Hay
Hong merasa menyesal. "Chim Kiam sianseng, matilah dengan tenang, aku
nanti akan kubur jenazahmu dengan baik . . ."
Chim Kiam sianseng tidak menghiraukan, ia
mendongak dan berkata sambil menghela napas:
"Oh Tuhan, aku Chim Kiam sianseng pernah menjagoi
kalangan Kangouw hampir seumur hidupku, tak
kusangka bisa binasa ditangannya. Apakah ini lantaran
dosaku dahulu yang sudah membunuh banyak jiwa."
Entah sejak kapan matanya mengembang air, dalam
keadaan demikian, ia menarik napas yang penghabisan.
Ho Hay Hong menghampiri, selagi mau mengangkat
tubuhnya untuk dikubur, mendadak terdengar riuh suara
tambur. Cepat ia menarik kembali tangannya, dalam hatinya
berpikir: "mereka sudah tentu bisa mengurus
jenazahnya, tidak perlu aku campur tangan"
Ia lalu memondong tubuh Tiat Chiu-Khim kemudian
melanjutkan perjalanannya.
Pada waktu itu, Tiat Chiu Khim kembali membuka
matanya mulutnya mengeluarkan suara pelahan: "Suhu.
suhu" Ho Hay Hong terkejut, pikirnya: "apakah ia memanggil
kakek penjinak garuda?"
Mendadak timbul kebenciannya, katanya kepada diri
sendiri: "Tua bangka biadab itu, apa ada harganya untuk dipikiri."
Terdengar pula suara keluhan Tiat Chiu Khim: "Ah,
suhu aku sudah dekat mati."
Mendengar suara kekasihnya seperti orang mengigau
Ho Hay Hong bercekat. Ia kira lukanya kambuh, sehingga
menimbulkan panas dalam tubuhnya, maka perlu segera
ditolong. Tetapi, kemana harus mencari seorang wanita yang
berkepandaian tinggi"
Ia berjalan sambil memandang wajah si nona, ketika
menampak wajah sigadis semakin pucat, diam-diam
merasa sangat khawatir. Buru-buru ia mengerahkan ilmunya lari pesat, lari
menuju kekota. Tiba didalam kota, ia lalu mencari rumah penginapan
dan memesan sebuah kamar.
Ia letakkan tubuh Tiat Chiu Khim diatas pembaringan
sedang ia sendiri keluar lagi. Untuk mencari seorang
wanita yang memiliki kekuatan tenaga dalam yang sudah
sempurna. Tetapi, bagaimana caranya untuk menemukan
wanita demikian " Ia tidak pikirkan lagi.
Ia menyusuri hampir set iap jalan dalam kota, tetapi
tidak menemukan seorang wanita yang dimaksudkan.
"Apakah kau harus menyaksikan ia mati dalam
tanganku?" demikian ia berpikir dan bertanya-tanya
kepada diri sendiri. Hatinya sedih, pikirannya semakin risau. Ia mulai
menyesal, mengapa Liong-yan-hiang yang tinggal
sisanya itu dihabiskan semua, kalau tidak, mungkin ia
sekarang masih bisa di tolong.
Tempat itu terpisah dengan kampung setan hanya
seperjalanan kira-kira seratus pal saja, kalau ia harus
pergi kesana, pulang baik Sudah menggunakan waktu
kira-kira setengah hari, ini masih belum terhitung
kesulitan-kesulitan yang harus d ihadapi dalam sepanjang
jalan, apalagi kalau menghadapi Kakek penjinak garuda
sendiri. Dengan putus asa ia balik ke rumah penginapan.
Semua pelayan rumah penginapan merasa heran
menyaksikan sikapnya, yang tergesa-gesa dan gelisah,
tetapi ia tidak menghiraukan.
Baru saja membuka pintu kamar, sudah menyaksikan
Tiat Chiu Khim sedang bergulingan sambil merintih.
Dengan hati pilu ia berlutut dipinggir pembaringan,
tetapi kecuali menghibur, ia tidak bisa berbuat apa-apa
lagi. Tetapi, seratus patah kata hiburan, apa gunanya "
Suara rintihan si nona, seolah-olah ketukan martil
mengetuk hatinya, hingga semakin pilu.
Airmata mengalir turun tanpa dirasa, ia berkata sendiri
sambil mendongakkan kepala: "Apakah aku harus
berpeluk tangan menyaksikan kematiannya" Apakah
kecuali orang perempuan, sudah tidak ada orang lagi
yang dapat meringankan penderitaannya?"
Mendadak suatu pikiran terlintas dalam ot aknya, apa
yang dibutuhkan oleh sinona hanya kekuatan tenaga
dalam untuk membuyarkan hawa murni yang membeku
dalam tubuhnya, tidak menentukan harus kaum wanita
saja yang boleh menyembuhkan.
Ia mulai menyesalkan kebodohannya sendiri, mengapa
sejak tadi ia tidak dapat memikirkan. Orang lelakipun
dapat melakukan, hanya bagi kaum wanita sebetulnya
lebih leluasa dan lebih pantas daripada seorang lelaki
apalagi kalau bukan suaminya.
Ia menjadi girang, tetapi ketika tangannya diulurkan
untuk meraba tubuh si nona, segera menemukan
kesulitan lagi. Bagaimana seandai nanti timbul kesalah pahaman dari
pihak si nona " Pikirannya bimbang menghadapi gadis cant ik itu,
perasaan rendah diri timbul lagi dalam pikirannya.
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Selama itu ia tidak berani mengutarakan rasa hatinya
terhadap Tiat Chiu Khim, sebab dalam hatinya sudah
teraling o leh jaring yang tidak dapat ditembus, karena ia tidak mempunyai keberanian untuk menembus jaring itu.
Karena ia sebagai pemuda sebatang kara, apalagi
tidak ketahuan asal usulnya, maka selama itu ia selalu
dihinggapi oleh rasa rendah diri yang terlalu mencekam
hatinya. Dengan demikian maka ia tak berani membuka
mulut menyatakan cintanya.
Ia anggap Tiat Chiu Khim bagaikan bidadari yang tidak
dapat dijamah oleh tangannya sendiri, sebab ia adalah
seorang biasa. Ia berdiri sekian lama dengan hati bimbang tidak tahu
bagaimana harus berbuat " Sementara itu, penderitaan
Tiat Chiu Khim semakin hebat.
Hati Ho Hay Hong semakin gelisah, beberapa kali ia
mengulurkan tangannya, tetapi kemudian ditariknya
kembali. Mendadak ia bangkit dan memadamkan penerangan
lampu lilin, hingga keadaan dalam kamar menjadi gelap
gulita. Kini ia agaknya mulai tenang.
Dalam anggapannya, seolah-olah perbuatannya itu
tidak ada orang yang menyaksikan, ketika mengulurkan
tangannya lagi untuk membuka pakaian si nona,
jantungnya berdebar semakin keras.
Ia pejamkan matanya, pakaian Tiat Chiu Khim lembar
demi lembar dibukanya, setelah tinggal baju didalamnya,
pikirannya baru tenang lagi.
Diam-diam ia yang bernyali kecil, mengapa baru
menghadapi seorang wanita cantik saja sudah demikian
tegang " Tetapi ketika tangannya meraba tubuh si nona,
ketenangan mulai lenyap lagi, tangan itu gemetaran, ia
mengharap bahwa yang diraba itu adalah sebuah
patung. Dilain pihak, ia juga takut kalau-kalau Tiat Chiu Khim
nanti mendusin, bagaimana anggapan nona itu kepada
dirinya" Salah-salah ia bisa dituduh sebagai lelaki bangor yang hendak menodai kesuciannya.
Ketika tangannya menyentuh tubuh sinona dapat
masakan hawa hangat dari tubuh si nona yang kemudian
terus seperti masuk kedalam hatinya.
Ia susut keringat yang membasahi jidanya, sambil
memejamkan matanya ia membuka baju penghabisan
yang menutupi tubuh si nona hingga tak ada selembar
kain menutup tubuh yang padat montok itu.
Meskipun keadaan gelap gulita, tetapi Ho Hay Hong
seperti dapat memandang tubuh yang putih halus padat
itu, hingga jantungnya berdebar keras sekali.
Akhirnya, ia tidak dapat mengendalikan perasaan
sendiri, ia seperti sudah lupa akan dirinya sendiri,
pelahan-lahan menundukkan kepala, mencium pipi si
nona. Pada saat itu. Tiat Chiu Khim seperti terjaga, sebentar
ia merintih, kemudian membuka matanya.
Ho Hay Hong tidak menduga dalam keadaan demikian
gadis itu tersadar, hingga sesaat itu ia menjadi gugup,
terkejut dan ketakutan. Sepatah katapun tidak keluar
dari mulutnya. Ia harus bertindak secepat kilat, buru-buru menotok
jalan darahnya dan merebahkan diri sinona lagi.
Ia menghitung-hitung waktu, dua jam telah berlalu. Ia
buru-buru mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, ia
disalurkan kedalam tubuh Tiat Chiu Khim, melalui jalan
darah sinona yang berada dibawah perutnya.
Tidak ada seorangpun yang menyaksikan, tetapi Ho
Hay Hong merasa panas. Hawa panas bergerak dari telapak tangan Ho Hay
Hong masuk kedalam tubuh Tiat Chiu Khim pelahan
lahan mencairkan hawa yang membeku dalam tubuh.
Tak lama kemudian, Tiat Chiu Khim, mulai
perdengarkan suara rintihan pelahan, dan kali ini suara
itu agaknya tidak mengandung penderitaan.
Bahkan sebaliknya, suara itu seperti mengandung rasa
nikmat, hingga diam diam hati Ho Hay Hong merasa
terhibur. Ia terus menyalurkan kekuatan tenaga dalam ke tubuh
gadis itu. hingga dalam waktu singkat ia sendiri sudah
mulai lelah. Dengan pandangan mata yang tajam, ia dapat lihat
wajah sinona sudah mulai agak ke merah-merahan, tapi
ia tahu, bahwa saat itu sangat penting baginya, maka ia
tidak berlalu berlaku lengah, ia buru-buru menyalurkan
terus tenaganya. Gadis itu mendadak mengeluarkan suara rintihan lagi
kemudian mengoceh: "Suhu, maafkan perbuatanku
terhadapmu." Ho Hay Hong terkejut, tetapi ia tidak menghiraukan,
sebab itu bukanlah maksud yang sesungguhnya dari si
nona. "Suhu suhu. terimalah aku kembali. Aku bersedia
mengabdi kepadamu seumur hidup." demikian si nona
mengoceh lagi. Dari ocehan gadis itu, Ho Hay Hong dapat menarik
kesimpulan perangai gadis itu sebetulnya lembut dan
halus serta mengenal budi orang.
Meskipun dengan Kakek penjinak garuda sudah
berubah menjadi musuh, tetapi ia masih tidak melupakan
budinya yang sudah membesarkan dan mendidiknya
menjadi orang kuat. Ia diam-diam merasa bersyukur bahwa mendapatkan
pasangan yang cantik dan baik hati.
Dilain pihak, ia merasa benci terhadap kepribadian
Kakek penjinak garuda, orang yang usianya sudah
demikian lanjut, masih ingin mengawini seorang gadis
yang pantas menjadi cucunya.
Karena pikirannya bercabang, ia merasakan terlalu
letih, badannya gemetaran.
Ia terkejut dan diam-diam berpikir: "Kalau ditilik dari
keadaanku ini, kekuatan tenagaku rasanya belum cukup
untuk menyembuhkan lukanya."
Akhirnya ia mengambil keputusan untuk menempuh
bahaya, dengan menggunakan ilmunya Cie-yang Cinkhie,
karena Selain itu, tidak ada jalan lain lagi.
Tetapi ilmu itu tidak mudah didapatkan, apabila
digunakan secara sembarangan, salah-salah bisa
membawa akibat yang membahayakan dirinya sendiri.
Tetapi, ia sudah mengambil keputusan, maka tidak
memikirkan segala rintangan. Dengan mengerahkan
ilmunya keujung jari tangannya, lalu disalurkan melalui
jalan darah dan masuk kedalam tubuh si gadis.
Tatkala hawa kedua pihak saling beradu, badan kedua
orang tersebut menimbulkan getaran hebat sejenak, Tiat
Chiu Khim mendadak berteriak dan membuka matanya.
Ho Hay Hong baru hendak mengucapkan syukur atas
berhasilnya tindakannya, apa mau selagi baru hendak
menarik kembali ilmunya, tiba-tiba dikejutkan oleh
teriakan Tiat Chiu Khim, sehingga hawa dalam badannya
terus naik kekepala, dan seketika itu juga matanya gelap
lalu jatuh pingsan. Tiat Chiu Khim mengawasi dengan perasaan dingin,
matanya yang lebar sudah pulih cahayanya. Meskipun
berada ditempat gelap, tetapi agaknya dikejutkan oleh
jatuhnya tubuh Ho Hay Hong, hingga lama tidak bisa
membuka mulut. Matanya menatap wajah Ho Hay Hong, agaknya baru
dapat mengenali dengan tegas, maka ia lalu berseru:
"Oh, kau Ho Hay Hong."
Selanjutnya ia memikirkan apa yang sebetulnya telah
terjadi. Dari lobang jendela menghembus angin malam yang
dingin hingga badannya menggigil. Rasa dingin telah
menyadarkan dirinya, ia baru tahu bahwa kini tak ada
selembar benangpun melekat pada tubuhnya. Rasa malu
timbul pada dirinya hingga wajahnya berubah seketika.
Sejenak nampak ia ragu-ragu, kemudian tangannya
bergerak dan menyerang Ho Hay Hong !
Ho Hay Hong yang masih dalam keadaan pingsan
menggelinding jatuh, jidanya membentur tembok, hingga
mengeluarkan darah. Tiat Chiu Khim masih, marah, untuk ke dua kalinya ia
hendak menyerang. Serangan kali ini agak berat, apabila
jatuh dibadan Ho Hay Hong, pasti akan menghancurkan
tulang-tulangnya. Tiat Chiu Khim sedang marah, tidak biasa memikir
terlalu banyak, Tetapi selagi hendak turun tangan, tiba
tiba pikiran yang jernih timbul dalam ot aknya, dan telah
membatalkan maksudnya. Ia tidak suka membinasakan
seorang yang tidak berdosa, sebelum tahu betul apa
salahnya. Ia menarik kembali lengannya, tetapi hembusan angin
yang sudah keluar dari tangannya telah menggempur
tembok sehingga menimbulkan suara nyaring.
Dimalam hari sunyi, suara gempuran pada tembok
pada dinding itu, telah mengejutkan para tamu yang
menginap dalam rumah penginapan itu. Sebentar para
tamu berduyun-duyun keluar dari masing-masing
kamarnya dengan membawa penerangan lilin.
Tiat Chiu Khim terheran heran, ia bertanya kepada diri
sendiri: "Mengapa ia bawa aku kemari?"
Sebagai gadis yang tinggi hati, ia tidak dapat menahan
perlakuan seperti itu, maka tangan diangkat lagi hendak
penyerang. Ho-Hay Hong yang masih pingsan, sudah
tentu tidak berdaya. Selagi dalam keadaan bahaya, t ibatiba terdengar suara orang mengetuk pintu, kemudian
disusul oleh suara teguran dari luar: "Hai, hei apa yang kalian lakukan?"
Tiat Chiu Khim membatalkan maksudnya buru-buru
mengenakan pakaiannya, kemudian membuka pintu dan
bertanya: "Kau siapa ?" Orang itu lalu menjawab. "Maaf aku telah mengganggu kalian. Aku adalah
pelayan rumah makan ini. aku hendak tanya apa tadi
yang telah terjadi didalam kamar kalian ini" Mengapa
terdengar suara gempuran demikian nyaring?"
"Tidak ada apa-apa, silahkan kembali!"
Ia menutup kembali pintunya, tidak perduli pelayan
tadi sudah pergi atau belum, ia mengambil korek api
untuk menyalakan lilin. Sebentar kemudian kamar menjadi terang benderang,
sementara suara langkah kaki pelayan juga semakin lama
semakin menjauh. Ho Hay Hong masih tetap dalam keadaan pingsan,
napasnya lemah, Karena menggunakan tenaga terlalu
banyak, wajahnya pucat sekali.
Tiat Chiu Khim memandangnya sejenak lalu berkatakata
sendiri: "Hm! Kau manusia rendah yang tidak tahu
malu, masih berlagak mati."
Ia menghampiri, diangkatnya tubuh Ho Hay Hong,
dipandangnya dengan seksama.
Tetapi kenyataannya tidak seperti apa yang ia
pikirkan, Saat itu wajahnya putih bagaikan mayat,
keringat dingin membasahi sekujur badannya napasnya
sangat lemah, seolah-olah habis menggunakan tenaga
terlalu banyak. Ia terkejut menyaksikan keadaan
demikian, lalu bertanya-tanya kepada diri sendiri:
"Kenapa dia?" Ia kini mulai memikir, sebentar segera dapat
mengetahui dari keadaan itu bahwa pemuda pujaannya
itu seperti seorang kehabisan tenaga.
"Mengapa ia jadi demikian?" ia bertanya-tanya kepada diri sendiri.
Timbullah pikirannya pula untuk menanyakan lebih
dahulu sejelas-jelasnya, kemudian baru ditolongnya.
Mukanya dirasakan panas, wajah yang tadinya putih
mulai memerah hingga membuat dia nampak semakin
cant ik pada ketika itu. Ia yang seumur hidupnya tidak
pandang mata kepada orang laki, tak disangka kini
seluruhnya telah disaksikan semua oleh Ho Hay Hong.
Jikalau mengingat itu, kemarahannya lantas berkobar.
Maka ia lalu menggunakan kekuatan tenaga dalamnya
untuk menyadarkan pemuda itu.
Ho Hay Hong pelahan-lahan tersadar. Ia menarik
napas panjang, perlahan-lahan membuka matanya.
Dalam hati Tiat Chiu Khim benci sekali padanya, ia
sebetulnya sudah pikir hendak membinasakannya saja.
Tetapi ketika melihat pemuda tersebut, membuka mata
gadis ini coba mengendalikan hawa amarahnya, purapura
tertawa, dan menanya dengan suara lemah lembut:
"Kau sudah berasa enakan?"
Ho Hay Hong tidak tahu apa yang terkandung dalam
hati gadis itu, ketika melihat sang gadis dalam keadaan
sehat dan segar bugar, dalam hati merasa terkejut
bercampur girang. Ia tidak dapat mengendalikan lagi perasaannya,
segera mengulurkan tangannya menggenggam dengan
tangan Tiat Chiu Khim, dan berkata dengan girang:
"Oh, kau sudah sembuh, aku sangat girang sekali!"
Tiat Chiu Khim membiarkan lengannya di pegang,
namun kemarahan dalam hatinya masih belum padam, ia
ingin segera memberi hajaran lagi kepada pemuda yang
tidak sopan itu. "Terima kasih atas perhatianmu, untung tidak terjadi
apa-apa atas diriku!" demikian ia berkata.
Ho Hay Hong tidak tahu bahwa ucapan tu
mengandung sindiran, ia berkata sambil tertawa:
"Chiu Khim, sekarang hanya kurang semacam obat
saja, dan kau akan sembuh sama sekali. Kita harus
segera berusaha untuk mengambilnya, supaya jangan
terjadi perubahan lagi."
Tiat Chiu Khim tercengang, dalam hatinya bertanya:
"Apa maksud perkataannya ini?"
Dengan menekan perasaannya ia bertanya: "Obat
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apa?" "Liong-yan-hiang !"
"Oh! Obat seperti itu hanya kakek penjinak garuda
seorang saja yang memiliki."
"Ya, justru karena itu maka tak mudah diambilnya,
nampaknya sekali ini kita harus menempuh bahaya."
berkata Ho Hay Hong sambil menganggukkan kepala.
Melihat wajah gadis yang berseri-seri hampir ia tidak
dapat menahan perasaan birahinya, ia berkata pula.
-oo0dw0oo- Bersambung Jilid 27 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 27 "CIU KHIM, kau ada harganya bagiku untuk pergi
menempuh bahaya, segalanya kau jangan kuatir, aku
akan mengeluarkan seluruh tenaga untukmu!"
Tiat Chiu Kim masih tetap tersenyum dan berkata:
"Ah, kau begitu baik perlakukan diriku, tidak tahu aku bagaimana harus membalas budi mu?"
Ucapannya itu sebetulnya hanya sekedar untuk
menutupi perasaannya sendiri, tetapi setelah
diucapkannya, mendadak pikiran jernih dalam ot aknya.
"Pada akhirnya, sikap pemuda itu demikian sungguhsungguh
dan selalu menyatakan maksudnya hendak
mengeluarkan tenaga baginya, apakah sebetulnya yang
telah terjadi?" Memikir itu, ia jadi bimbang. Dicobanya untuk
menenangkan kembali pikirannya, mendadak merasa
bahwa urusan itu agak aneh. Pikirnya: "Jikalau ia ada
maksud hendak berbuat jahat terhadap diriku, niscaya
sudah lama berhasil, mengapa?"
Mukanya menjadi merah, ia teringat kembali
bagaimana ketika dirinya diserang oleh Tio Kang.
Ilmunya Pan Ciok Sin-kang orang tua itu sudah lama ia
kenal, dahulu ia sering minta orang tua itu supaya
menurunkan pelajaran itu padanya, tetapi selalu tidak
berhasil membujuk nya, tak ia duga orang tua yang
dahulu demikian baik hati itu, ternyata sudah
menggunakan ilmunya itu untuk menyerang dirinya.
Biasanya orang yang terkena serangan ilmu itu, binasa
seketika itu juga, tetapi oleh karena Tio Kang
mempelajari ilmu itu hanya setengah jalan saja, maka
belum mengerti betul sedalam-dalamnya
Walaupun demikian, ia berani memastikan bahwa
orang yang terkena serangan itu, jarang yang dapat di
tolong jiwanya. Ia tahu bahwa ia sendiri jelas sudah terkena serangan
ilmu itu, tetapi mengapa sekarang masih segar bugar"
Dalam hal ini jelas masih mengandung banyak rahasia
yang tidak mengerti! Berpikir sampai disitu, hawa amarahnya baik seketika,
dengan perasaan bingung ia bertanya pada Ho Hay
Hong: "Betulkah aku terkena ilmu Pan-Ciok Sin kang dari Tio Kang?"
"Benar, aku sebetulnya tidak tahu ilmu apa yang
digunakan, tapi setelah diberitahukan oleh Lam-Kiang
Tay-Bong, aku diberi tahu bahwa jahanam itu
menggunakan ilmu dari kalangan Budha yang tertinggi."
"Mengapa aku sekarang masih dalam keadaan
selamat?" "Aku sudah mengeluarkan hawa murni yang membeku
dalam tubuhmu, sudah tentu tidak ada halangan lagi!"
Terkejut gadis itu bukan main setelah mendengar
keterangan Ho Hay Hong. "Apa katamu?" Ketika ditanya secara itu dan dipandang demikian rupa
oleh sinona, segera Ho Hay Hong menundukkan kepala
dan dengan kemalu-maluan ia menjawab:
"Maaf aku oleh karena aku dalam bahaya, aku tadi
terpaksa.melakukan....."
Ia tidak dapat melanjutkan kata-katanya untuk
menjelaskan perbuatannya.
Menyaksikan sikap jujur pemuda itu, tersadarlah Tiat
Chiu Khim atas kekeliruannya. Bahwa pemuda itu tadi
berlaku demikian atas dirinya semua, hanyalah hendak
menolong dirinya dari cengkeraman maut.
Ia ingin membuktikan kebenaran dugaannya, maka
bertanya pula: "Dengan cara bagaimana kau tadi menolong aku?"
Sejenak Ho Hay Hong nampak ragu-ragu, akhirnya ia
berkata juga: "Aku mendapat keterangan dari Lam-kiang Tay bong
orang yang terkena serangan ilmu itu dalam waktu tiga
jam pasti binasa, kecuali jika menggunakan kekuatan
tenaga dalam untuk mengeluarkan hawa murni yang
mengeram dalam tubuhnya. Oleh karena itu, Aku buruburu
minta diri kepada Lam kiang Tay bong dan
menggunakan waktu yang sangat berharga pergi
mencari seorang wanita yang sudah sempurna kekuatan
tenaga dalamnya, hendak minta tolong padanya untuk
membantu menyembuhkan kau!"
Ia berkata sambil melirik sinona, ketika melihat gadis
itu tidak marah, ia lalu melanjutkan keterangannya:
"Tetapi aku lama mencari, tidak menemukan wanita
semacam itu. Karena melihat jiwamu dalam bahaya,
dengan mengambil resiko akan kau damprat aku
terpaksa turun tangan sendiri, menyembuhkan lukamu!"
"Waktu aku mendusin, mengapa aku melihatmu
ditanah dalam keadaan pingsan?"
"Kekuatan tenaga dalamku kurang sempurna, maka
kulakukan setengah jalan. Aku merasa tidak kuat. Dalam
keadaan kritis itu, terpaksa aku menempuh bahaya
menggunakan ilmuku Ci-yang Cin-khie. Tindakanku
akhirnya berhasil. Tetapi, waktu kau membuka mata aku
takut kau marah. Hatiku terlalu cemas, hingga tidak
mengendalikan tenagaku, oleh karenanya aku lantas
jatuh pingsan dan tidak ingat orang lagi."
Tiat Chiu Kim mengingat kembali apa yang dilihatnya
setelah dia tersadar dan menyalakan lampu, maka ia
anggap bahwa keterangan itu tidak salah lagi
Kini ia merasa terharu dan menyesal atas
perbuatannya tadi yang sudah memukul pada pemuda
tersebut, bahkan hampir saja membunuhnya.
Ho Hay Hong melihat gadis itu termenung memikirkan
apa yang telah terjadi, pikirannya merasa tidak tenang,
lalu berkata sambil menundukkan kepala:
"Nona, barangkali kau akan marah atas perbuatanku
yang lancang dan kurang sopan aku bersedia menerima
hukumanmu, tetapi aku minta kau maafkan atas
perbuatanku tadi !" Mata Tiat Chiu Khim yang jeli memandang Ho Hay
Hong, pemuda itu menundukkan kepala dengan sikap
tidak tenang. Tangannya diulur, mengusap-usap muka Ho Hay Hong
dengan sikap mesra dan berkata dengan suara duka:
"Kau t idak perlu sesalkan perbuatanmu sendiri, akulah seharusnya yang mengucapkan terima kasih padamu."
Ia menghela napas pelahan. Saat itu, lenyaplah semua
perasaan marah dan mendongkolnya diganti dengan
perasaan menyesal. Ia tidak tahu apa sebabnya ia bisa berubah demikian
lemah. Dahulu anggapnya bahwa dia adalah seorang
gadis berderajat tinggi sehingga nampak tegas
kesombongannya. Tiada seorang lelaki dipandang dalam
matanya, tak disangkanya kali ini ia benar-benar sudah
ditundukkan oleh Ho Hay Hong.
Ketika Ho Hay Hong merasa mukanya di raba oleh
gadis itu, tergoncanglah hatinya.
"Chiu Khim, kau suka memaafkan aku?"
Tiada jawaban keluar dari mulutnya, ia mengedipngedipkan
matanya, sesaat itu seolah-olah berada di
awan. Tanpa dapat lagi mengenakkan perasaannya
dengan mendadak jatuhkan dirinya kedalam pelukan Ho
Hay Hong. Ho Hay Hong terperanjat, hampir tidak dapat
membuka mulut untuk menyatakan kegembiraannya,
hanya: "Chiu Khim kau....adik Khim." kata-kata itu saja yang dapat dikeluarkan dari mulutnya.
Apa yang dirindukan selama itu, apa yang dipikirkan,
dalam kamar yang sempit itu kini sudah mendapat
jawabannya. Semua usaha dan jerih payahnya selama ini
telah mendapat imbalan yang setimpal.
Dalam matanya kecuali si dia, sudah tidak ada lain
orang lagi. Sedang dalam mata si gadis, juga kecuali si
dia, sudah tidak ada siapa-siapa lagi.
Dengan tangan agak gemetaran Ho Hay Hong
memeluk erat-erat tubuh kekasihnya. seolah-olah takut
terlepas lagi. Sang waktu berjalan terus tanpa dirasa. Dua insan
yang kelelap dalam arus asmara itu tidak sadar bahwa
ada sepasang mata yang mengintai mereka dari luar
Diluar jendela, dibawah sebuah pohon beringin, tanpa
satu kepala orang dengan jenggot dan rambutnya yang
putih bagaikan perak menongol mengintip kedalam
kamar. Dari rambut dan jenggotnya yang sudah putih, dapat
diduga bahwa orang yang mengintip itu adalah seorang
yang sudah lanjut usianya.
Sepasang matanya yang bercahaya terus ditujukan
kepada dua tubuh yang sedang berpelukan didalam
kamar itu adalah Ho Hay Hong dengan Tiat Chiu Khim.
Mendadak orang tersebut menghunus pedang dari
pinggangnya, yang ternyata terdapat ukiran dari hurufhuruf kecil "KIM AP SIN KIAM"
Ho Hay Hong masih belum tahu bahwa pedang KIM
AP SIN KIAM itu akan ditujukan kepadanya. Ia Sudah
kelelap dalam lautan asmara, ia anggap bahwa dalam
dunia ini hanya ia berdua Tiat Chiu Khim.
Ia berkata dengan suara pelahan kepada kekasihnya:
"Adik Chiu Khim, tahukah kau betapa besar cintaku
terhadapmu" Tetapi selama itu aku tidak berani
mengutarakan isi hatiku, karena aku takut kau akan
marah. Ow, keadaanmu masih terlalu lemah, maukah
kalau aku bantu dengan kekuatan tenaga dalamku?"
"Tidak usah, kau sendiri masih memerlukan waktu
istirahat yang cukup." jawab sinona.
Ho Hay Hong mengusap-usap rambutnya yang hitam
dan panjang, pelahan menundukan kepalanya,
memandang wajah sinona yang cantik jelita. Wajah itu
kini nampak sangat tenang, tidak lagi ketus dingin dan
agung seperti yang sudah-sudah.
"Chiu Khim, sekarang aku baru tahu aku sebetulnya
serupa saja dengan manusia biasa, yang membutuhkan
cinta dan kehangatan. Selama itu aku suka berbuat atas
kehendakku sendiri dengan sendirinya sering mengalami
kejadian-kejadian yang agak mengecewakan.
Tetapi dengan sejujurnya, aku sedikitpun tidak
membenci kelakuanmu dahulu yang demikian dingin
terhadapku. Chiu Khim, ada kalanya karena memikirkan
dirimu, tidak jarang aku mengucurkan air mata dengan
diam-diam. Adakalanya juga timbul pikiran hendak
mengundurkan diri dari dunia Kangouw dan
mengasingkan diri di tempat sunyi." demikian ia berkata sambil tersenyum.
Kemudian ia tersenyum getir dan berkata pula.
"Akan tetapi, sekarang aku harus bangkit, aku sudah
dapat memahami, betapa indahnya jiwa dan
penghidupan itu. Kadang-kadang mendung dan kadang
cerah." Ia masih hendak melanjutkan kata-katanya, satu
tangan yang hangat tiba-tiba meraba mukanya.
Dengan bernapsu ia memegang erat-erat tangan yang
hangat dan halus itu katanya dengan suara pelahan:
"Chiu Khim, marilah kita bergandengan tangan
meninggalkan dunia yang terlalu banyak panca roba ini,
pergi kedunia yang penuh damai!"
"Engko Hong, aku seperti mendapat firasat tidak baik."
berkata Tiat Chiu Khim sambil menghela napas.
Ho Hay Hong terperanjat. "Firasat apa?"
"Aku merasa diantara aku dengan kau segera dialingi
oleh kabut gelap, mungkin tak bisa berkumpul lebih
lama.". "Kenapa" Kenapa?" tanya Ho Hay Hong semakin
heran. "Adik Khim jangan kau pikirkan yang bukanbukan.
Asal kita saling mengerti, betapapun besarnya
urusan, semua dapat dipecahkan. Kau cantik dan pintar,
mengapa bisa timbul pikiran dan kekuatiran demikian
rupa?" "Tetapi aku selalu merasa bahwa antara kita agaknya
masih seperti asing."
Tidak menunggu kata-kata selanjutnya Ho Hay Hong
mempererat cekalannya. Bibir gadis itu dilumatnya habis.
Tiat Chiu Khim semula masih coba meronta-ronta,
tetapi akhirnya memejamkan matanya.
Segala-galanya menjadi tenang. Pikiran Tiat Chiu Khim
yang selalu risau, membutuhkan hiburan seperti itu.
Tetapi hidupnya belum pernah mengalami kejadian
serupa itu hingga sekujur badannya gemetaran.
Dengan tiba-tiba Ho Hay Hong dapat menangkap
suara desiran angin, kemudian disusul dengan
meluncurnya sebuah benda berkeredepan dari luar
jendela. Dengan wajah berubah, buru-buru di dorongnya tubuh
Tiat Chiu Khim. Sedang ia sendiri terus menjatuhkan diri
ke lantai. Benda itu ternyata adalah sebilah pedang pendek
terus menancap diatas meja. Ia tidak memperdulikan
pedang pendek itu, lebih dahulu melesat dahulu melesat
kedepan jendela untuk melihat siapa orangnya yang
melempar pedang tersebut.
Dalam keadaan gelap ia hanya menampak sesosok
tubuh manusia lari kabur dengan kecepatan kilat,
sebentar sudah lenyap dari pandangan mata.
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ilmu meringankan tubuh orang itu sungguh hebat,
hingga Ho Hay Hong hampir tidak percaya matanya
sendiri. Ia berdiri terpaku sambil berpikir: Orang ini tengah
malam buta menyerang aku, entah siapa dia dan apa
pula maksudnya. Kertas diambil oleh Ho Hay Hong yang segera
dibacanya. Bunyinya kira-kira sebagai berikut:
"Bocah! Sungguh berani kau membinasakan murid
kesayanganku. Dosamu tak dapat diampuni. Dalam
waktu tiga hari ini, akan kuambil jiwamu. Dengan ini
sudah kuperingatkan padamu lebih dahulu, supaya
jangan sampai orang-orang dunia Kang-Ouw
menyesalkan dan mentertawakan, aku sebagai orang
tingkatan tua menghina orang dari tingkat muda!"
Dibawah tertanda tulisannya : Ing-siu.
Ho Hay Hong terkejut, cepat sekali dia mendapat
kabar. Begitu pikirnya. Rupanya dia juga d ia sudah tahu!
Memikir lagi sampai disitu, Ho Hay Hong jadi teringat
kembali kepada kejadian-kejadian sebelumnya, apa yang
telah dilakukan bersama Tiat Chiu Khim. Ia menengok
kearah gadis itu, mukanya menjadi merah sendiri.
Melihat Ho Hay Hong melihat kearahnya, Tiat Chiu
Khim bertanya: "Hay Hong, apa benar kau membunuh muridnya?"
"Ya. Muridnya adalah Long-gee-mo!" jawab Ho Hay
Hong sambil menunduk. Mendengar disebutnya nama Long-gee-mo, gadis itu
rupanya merasa tidak senang. Tetapi karena urusan itu
bukan biasa lagi, maka ia lalu berkata:
" Habis, kau pikir bagaimana?"
"Aku juga tidak tahu harus berbuat apa."
"Kita tokh tidak boleh berpeluk tangan menunggu
kematian " "Memang !" sahutnya agak cemas. Tetapi setelah
melihat pandangan mata Tiat Chiu Khim seolah-olah
hendak menjajagi isi hatinya, ia lalu berkata pula:
"Musuh yang mengganggu kita harus lawan. Aku Ho
Hay Hong juga bukan anak kemarin sore, takut apa?"
Belum lagi menutup mulut, pintu kamar mendadak
terbuka. Sesosok tubuh manusia melompat masuk
bagaikan setan. Ho Hay Hong terkejut, buru-buru ditariknya tangan
Tiat Chiu Khim, sedang tangan kirinya menyerang orang
itu. Orang yang menyerbu masuk itu agaknya tidak
menduga akan disambut dengan hebat Ho Hay Hong.
Tetapi hanya terdengar suara dengusannya dari hidung,
tubuhnya tidak bergerak. Kemudian dengan gesit sekali
tahu tahu telah menerobos masuk antara Ho Hay Hong
dan Tiat Chiu Kim. Pedang yang menancap diatas meja
sudah tercabut, Setelah itu dia lompat keluar lagi melalui jendela.
Namun demikian Ho Hay Hong masih sempat melihat
tegas wajahnya. Teringat akan ancamannya segera ia
berseru: "Ow, dia adalah Ing-siu?" Mendengar seruan Ho Hay Hong, Tiat Chiu Khim terperanjat, ia bertanya: "Kau kenal dia?"
"Tidak, tetapi aku dapat memastikan dialah orangnya!"
Mata Tiat Chiu Khim mengawasi pohon beringin di luar
jendela, katanya dengan suara perlahan.
"Hay Hong, ia demikian berani dan kurang ajar, pasti
ada yang diandalkan. Bukannya aku tidak memandang
dirimu, Hay Hong. Dengan sejujurnya, kau tidak ada
gunanya melawan dia!"
Ho Hay Hong sedikitpun tidak marah, katanya:
"Justru karena itu, maka aku hendak belajar kenal
dengannya, tua bangka itu mungkin anggap kepandaian
dirinya sendiri terlalu tinggi, sedikitpun tidak pandang
mata kau dan aku. Sesungguhnya sangat menjemukan,
biar bagaimana aku harus melawan dia!"
"Dalam waktu kesulitan seperti ini, aku tenang
sehingga tidak menimbulkan kesalahan!"
Ha Hay Hong menganggukan kepala, ia mengerti
maksud gadis itu, yang merasa kuatirkan
keselamatannya. "Aku tahu benar riwayat dirinya. Pada enam puluh
tahun berselang, ia sudah merupakan seorang rimba
persilatan yang tergolong orang kuat. Tempat ini sudah
diketahuinya dengan jelas kalau kira tetap berdiam disini, sungguh berbahaya. Kita harus lekas pergi!"
"Kemana saja kita boleh pergi, setidak-tidaknya jauh
lebih baik daripada tetap kita di sini. Mari jalan !"
Lebih dulu Ho Hay Hong lompat keluar melalui lobang
jendela, dengan sangat hati-hati ia menghunus pedang
pusakanya memeriksa keadaan di sekitarnya.
Tiat Chiu Khim agaknya ingat sesuatu, ia bertanya:
"Hay Hong, pedang emasnya itu, apakah ada
keistimewaannya dari pedang biasa?"
"Adik Khim, kau sungguh pintar. Aku sebetulnya
hendak menyebutkan nama pedang itu, tetapi mendadak
lupa. Mungkin, rimba persilatan yang selama ini tenang,
sudah waktunya akan diganggu oleh kawanan iblis.
Pedang itu adalah pedang sakti peninggalan dari zaman
purba yang dinamakan pedang Kim Ap Sin kiam iblis tua
itu mendapatkannya dari gunung sua-giam-san daerah
utara, benar-benar tidak oleh dipandang ringan!"
"Pedang itu masih asing bagiku, agaknya belum
pernah dengar nama itu. Tetapi dari namanya saja dapat
diduga pasti pedang pusaka dari jaman kuno yang
tajamnya luar biasa!"
Berkata sampai disitu, wajah Tiat Chiu Kim yang cantik
nampak mulai diliputi oleh perasaan murung, katanya
pula: "Kepandaiannya sendiri entah sampai dimana
tingginya, aku belum pernah menyaksikan tetapi dari
kepandaian muridnya yang tidak di bawah kepandaianku,
dapat diduga, aku barang kali sulit dihadapi!"
"Ya, aku sendiri sudah pikir begitu. Akan tetapi,
sekarang aku sudah menjadi pemimpin golongan rimba
hijau daerah utara, Biar bagaimana, juga tidak boleh
merendah terhadapnya!"
Dua muda mudi itu berjalan diatas jala raya yang sepi
sunyi dan gelap gulita. Ho Hay Hong tidak takut Ing-siu, hanya dalam hati
masih merasa berat buat meninggalkan kekasihnya.
Jikalau dahulu, sedikitpun ia tidak perlu kuatirkan semua
ini, dengan hati tabah dapat ia menghadapi jago dari
tingkat tua itu. Tiat Chiu Khim memandang dirinya, mendadak
menghela napas, dari pandangan matanya yang sayu,
dapat diduga bagaimana perasaan hatinya pada saat itu!
"Kalau kau mau mengendalikan hawa marahmu, aku
lebih suka mengikuti kau mengasingkan diri kegunung
yang sepi, untuk menghindarkan bencana ini!"
"Jikalau tidak beruntung aku harus mati, tidak apalah.
Tetapi jiwaku akan hidup terus didalam hati saudarasaudara golongan rimba hijau, aku tidak menyesal lagi!"
Tiat Chiu Khim tidak berkata apa-apa lagi, ia dapat
mengerti bahwa kata-kata Ho Hay Hong itu dengan
secara tidak langsung menolak usulnya.
Sambil menggenggam gagang pedang pusakanya,
mata Ho Hay Hong memandang pedang pusaka yang
memancarkan sinar berkilauan, sementara dalam hatinya
berpikir: "Selewatnya malam ini, adalah besok pagi.
Waktu itu aku Ho Hay Hong yang menjadi pemimpin
golongan rimba hijau, harus menentukan sendiri hari
depanku. Namaku akan menjadi harum atau ludas,
dalam waktu satu hari itu dapat ditentukan. Maka aku
harus mengeluarkan seluruh kepandaianku, kalau perlu
adu jiwa dengannya."
Ia berjalan sambil melamun. Ketika berpaling kearah
kekasihnya buat menghibur beberapa patah. Sang
kekasihnya ternyata sudah tidak ada di sampingnya.
Bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong, sejak
kapan Tiat Chiu Khim meninggalkan dirinya, ia juga tidak
tahu. Dalam cemasnya ia buru-buru lari balik sambil berderu
memanggil-manggil nama kekasihnya.
Sekaligus ia sudah lari sepuluh pal lebih tetapi tidak
menemukan jejak sang kekasih maka ia mengira sudah
terjadi apa-apa atas dirinya.
Ia mengingat kembali apa yang telah terjadi, belum
lama berselang bukankah nona itu mengikuti
dibelakangnya" Kecuali ia yang menyingkir sendiri, dalam rimba
persilatan dewasa ini tidak mungkin ada orang lain
bagaimanapun lihaynya dia, yang bisa menyomot Tiat
Chiu Khim dari dekatnya tanpa diketahui sama sekali
olehnya. Selain daripada itu jikalau orang yang menangkap
gadis itu berkepandaian amat tinggi, agaknya tidaklah
perlu sampai menggunakan cara demikian untuk
merampas Tiat Chiu Khim. Bukankah ada lebih baik bila
merampas secara terang-terangan"
Ho Hay Hong berdiri terpaku. Ia bertanya kepada
dirinya sendiri: "Pasti ia yang pergi sendiri! Tetapi apa
sebabnya" Ilmu meringankan tubuhnya lebih mahir dari
padaku, lagipula karena pikiranku sedang risau, sudah
tentu tidak tahu." Semakin dipikir semakin kuat dugaannya! sebab
kecuali itu, kemungkinan lainnya sedikit sekali, bahkan
boleh dikata tidak mungkin sama sekali.
Pikirannya pelahan-lahan mulai reda, tetapi sebentar
kemudian perasaannya tidak tenang lagi.
Ia sesungguhnya tidak dapat memikirkan apa
sebabnya yang sebetulnya. Apa sebab Tiat Chiu Khim
berlalu" Dan apa pula maksudnya.
Ia mulai memikir yang bukan-bukan.
"Apakah oleh karena aku menolak keinginannya yang
baik lantas ia menjadi marah?" demikian ia bertanya
pada dirinya sendiri. Tetapi, itu juga belum tentu, Karena ia tahu benar
sifat dan perangainya. Ia tahu asal gadis itu jauh
berbeda dengan orang biasa, adanya sombong dan tinggi
hati, tetapi pikirannya tidak sampai demikian sempit.
"Mungkin ia pergi mencari bala bantuan!" demikian ia berpikir lagi.
Kalau benar demikian halnya, mengapa tidak
berunding dulu dan lantas pergi"
Apalagi kesehatannya belum pulih kembali seluruhnya,
darimana ia harus minta bantuan"
Rupa-rupa pikiran berkecamuk dalam benaknya,
pelahan-lahan ia jadi kesal sendiri. Apakah ia merasa
kecewa terhadapku" Ia mengingat-ingat kembali apa-apa yang telah
diucapkan Tiat Chiu Khim didalam rumah penginapan.
Alisnya lalu dikerutkan dan berkata kepada diri sendiri:
"Apakah ia sudah mempunyai kekasih" Jikalau tidak,
mengapa ia selalu merasa bahwa hubungan kita diliputi
oleh kabut" Ucapan itu jelas mengandung maksud
menolak cinta-ku." Oleh karena itu maka ia segera menarik kesimpulan:
"Mungkin, karena hendak membalas budiku yang
menolong jiwanya, ia pura-pura berlaku cinta
terhadapku. Aa, aa, aku tidak menduga bahwa
perbuatannya itu semata-mata hanya untuk membalas
budi. Akh. Tiat Chiu Khim mengapa kau tidak mau
mengatakan secara terus terang" Mungkin pikiranku b isa
agak tenang, tetapi Sekarang, aih."
Pikirannya semakin risau, penderitaan hatin itu
dirasakan lebih berat daripada penderitaan lahir.
Ia tertawa getir sendiri dan akhirnya memutuskan
untuk melupakan gadis idamannya itu.
Ia melanjutkan perjalanannya dengan hati berat dan
putus harapan. Ia memang memiliki ilmu meringankan tubuh yang
tinggi sekali. Dengan pikiran yang kusut ia berlari,
mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk melanjutkan
perjalanannya. Ia tidak memikirkan tempat mana yang harus dituju,
matanya memandang kearah jauh, membiarkan kakinya
lari bagaikan bergeraknya mesin.
Dengan mendadak, dibelakangnya terdengar
serentetan orang tertawa.
Dalam keadaan terkejut, ia berpaling matanya segera
menatap kepada orang yang tertawa itu.
Ia terkejut karena mata orang itu bagaikan sinar
bintang dipagi hari, yang seolah-olah ingin menembusi
hatinya. Ia tidak berani memandang terus, tanpa disadari ia
menundukkan kepala, sedang dalam hatinya berpikir:
"Siapakah dia" Apakah,.,., dia Tiat Chiu Khim."
Teringat kekasihnya pikirannya terbuka.
Ia maju beberapa langkah. ia baru lihat tegas bahwa
orang itu mengenakan kedok kulit manusia, sewaktu
mengeluarkan suara tertawa kulitnya tidak bergerak.
Sebagai seorang pintar, ia segera dapat mengenali
dari tubuh orang itu, maka seketika itu ia lantas berkata.
"Tidak perlu menyaru lagi, Ing-siu bukalah kedokmu."
Orang yang bertubuh tinggi besar itu berkata sambil
tertawa: "Bocah, kau benar-benar pintar". Sementara itu ia juga sudah membuka kedoknya, selembar muka merah
tertampak didepan mata Ho Hay Hong.
Mata Ho Hay Hong ditujukan kepada pedang pusaka
dipinggang orang tua itu, kemudian berkata:
"Jangan main gila lagi, kembalikan nona Chiu Khim
ku," Orang tua itu terkejut dan bertanya:
"Siapa nona Chiu Khim?"
Tetapi kemudian ia segera mengerti, sambil tertawa
terbahak-bahak ia berkata pula.
"Bocah, kau benar-benar tolol, sehingga sahabat
perempuanmu hilang juga tidak tahu. Sungguh sangat
memalukan, kau masih berani menganggap dirimu
sebagai pemimpin rimba hijau daerah Utara ?"
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menyaksikan sikap yang sungguh-sungguh, agaknya
memang tidak tahu benar, maka Ho Hay Hong lalu
berpikir: "Apakah benar-benar Chiu Khim pergi atas
kemauannya sendiri.?"
Seketika itu ia merasa sedih lagi, karena dari sini
dapat membuktikan dugaannya sendiri. Namun demikian,
karena sedang berhadapan dengan musuh tangguh,
maka buru-buru mengendalikan perasaannya. Ia
berkata: "Ing-siu, kau merintangi perjalananku, apakah hendak
menuntut balas buat kematian muridmu?"
Mata Ing-siu menatap wajah Ho Hay Hong, jawabnya:
"Benar, aku sebetulnya hendak membunuhmu
sekarang juga, tetapi setelah melihatmu, pikiranku
berubah lagi. Aku menghendaki supaya kau mati
dihadapan jago rimba persilatan seluruh dunia, supaya
semua orang rimba persilatan tahu bahwa aku Ing-siu
bukan saja belum mati, bahkan lebih hebat daripada Ingsiu
pada enam puluh tahun berselang!"
"Bicara memang gampang. Tetapi aku bukanlah
patung, mana aku mau membiarkan diri ku diperlakukan
dengan sesuka hatimu?"
"Hebat, hebat. Aku tahu bahwa kau yang masih muda
belia, sudah berhasil menduduki kursi pemimpin
golongan rimba hijau daerah utara. Kepandaian ilmu
silatmu sudah pasti tak dapat dibandingkan dengan
orang biasa. Tetapi kalau dibandingkan dengan aku, itu
seperti telur diadu dengan batu."
Ho Hay Hong semangatnya bangun seketika,
mendengar perkataan itu bukan saja tidak marah,
sebaliknya malah tertawa terbahak-bahak. Ia berkata
dengan suara keras: "Bagus, bagus. Aku jadi ingin sekali mencoba
kepandaianmu?" Ia maju lagi tiga langkah dan berkata dengan suara
berat: "Aku mau tanya padamu. Bagaimana pertarungan ini
kita mulai?" "Bocah! Keberanianmu memang patut dipuji, benar
tidak kecewa kau jadi jago muda. Tapi Sayang kau
terjatuh di tanganku Tentang pembukaan mudah saja.
Tempat boleh kau pilih, aku nanti akan datang untuk
mengambil jiwamu!" Ho Hay Hong seketika itu melupakan rasa sedihnya
dengan semangat menyala nyala ia berkata.
"Aku tahu bahwa pedang pusakamu itu Kim Ap Sin
Kiam, benda peninggalan zaman purba. Tetapi pedang
garuda Saktiku juga bukan pedang biasa, marilah kita
mengadu pedang siapa yang lebih tajam."
Ing-siu tampak terkejut ia bertanya "Kau pernah apa
dengan kakek penjinak garuda " Mengapa kau
membawa-bawa pedang garuda saktinya?"
"Tentang ini kau tidak perlu tanya!" sahut Ho hay Hong. "Kalau waktunya sudah tiba, kau datang saja
berhadapan denganku !"
"Baik, besok tengah hari kita bertemu lagi."
Ia melirik Ho Hay Hong sejenak, lantas berlalu.
Baru saja orang tua itu memutar tubuhnya, Ho Hay
Hong melihat sebuah makam menonjol maka lalu
bertanya: "Tunggu dulu! Aku mau tanya padamu, ini kuburan
siapa?" "Tang-Siang Sucu!" jawabnya sambil tertawa dingin.
Mendengar jawaban itu, bukan kepalang terkejutnya
Ho Hay Hong, sehingga seketika itu berdiri menjublek.
Tang-siang Sucu meskipun jahat, tetapi bagaimanapun
juga masih terhitung saudara sekandungnya sendiri.
Ia berdiri terpaku sekian lama, mendadak wajahnya
berubah. Ing-Siu juga tidak lantas pergi. Menyaksikan sikap Ho
Hay Hong, lantas bertanya.
"Kau berdua sama-sama membunuh muridku, sudah
seharusnya menerima hukuman mati. Kau menyesal juga
sudah terlambat." Ia tidak tahu bahwa Tang-siang Sucu adalah saudara
sekandung Ho Hay Hong, dianggapnya kawan biasa saja.
Katanya pula. "Meskipun kau merasa kasihan, tidak urung kau
sendiripun akan mati. Kau juga tidak usah pura-pura,
hari ini adalah hari kematian kawanmu, dan besok adalah
giliranmu. Aku selamanya dapat membedakan dengan
tegas, siapa musuh siapa tuan penolong tidak pernah
membunuh orang yang tidak berdosa, t etapi juga belum
pernah melepaskan musuh-musuhku begitu saja. Siapa
suruh kau tidak mencari keterangan dulu?"
Sehabis berkata demikian, lantas berjalan
meninggalkan Ho Hay Hong.
"Berhenti!" Kemudian berkata dengan gemas:
"Ing-siu! Kau membunuh saudaraku, maka sekarang
kau adalah musuh besarku, serahkanlah jiwamu!"
"Bocah, telah kuberikan kesempatan padamu untuk
hidup satu hari lagi. Apakah kau masih kurang puas!"
Ho Hay Hong mendekati Ing-siu dengan langkah lebar,
dengan mata beringas ia berkata:
"Orang lain boleh takut padamu, tetapi aku Ho Hay
Hong tidak ! Lekas hunus pedang pusakamu, mari kita
bertempur mati-matian!"
Dengan cepat menghunus pedang garuda saktinya
dan pasang kuda-kuda. Matanya menatap wajah Ing-siu,
katanya gusar: "Lekas ! Jikalau tidak, aku akan berlaku kurang ajar
terhadapmu!" Sejak dahulu, enam puluh tahun berselang Ing-siu
pernah menjagoi dunia Kang-ouw dan namanya dikenal
orang di seluruh rimba persilatan. Belum pernah ia
melihat seorang yang tidak takut mati seperti anak muda
didepan matanya ini. Maka alisnya lalu dikerutkan
kemudian berkata: "Bocah, apa kira aku mudah kau hadapi?"
"Aku tidak perduli kau mudah di hadapi atau tidak.
Ganti jiwa saudaraku lebih dulu, jangan banyak bicara!"
Ing-siu tertawa terbahak-bahak, lama baru berkata :
"Bocah, menang atau kalah besok sudah tentu dapat
diketahui, perlu apa kau begitu tergesa-gesa?"
Ing-siu adalah seorang yang kejam dan banyak
akalnya. Meskipun ia tahu sedang bermusuhan, tetapi ia
masih dapat berlaku sabar.
Ia telah mengambil keputusan, besok saja
membinasakan anak muda itu dihadapan jago-jago rimba
persilatan. "Baik. besok ya besok. Jikalau tidak datang pada
waktunya, jangan sesalkan kalau aku datang
kerumahmu." berkata Ho Hay Hong marah.
Ing-siu tertawa terbahak-bahak, dengar membawa
hawa amarahnya ia terlalu.
Ho Hay Hong mengawasi dengan hati panas,
kemudian ia memandang tanah kuburan dan
menggumam: "Hay Thian. Hay Thian, hendaknya kau mati dengan
meram. Aku akan menuntut balas dendam untukmu!"
Untuk pertama kalinya ia mengucurkan air matanya
bagi saudaranya yang jahat dan banyak dosa itu.
Dibawah sinar bintang di langit, dengan ditiup oleh angin
malam yang dingin, untuk pertama kalinya ia
mengungkapkan perasaannya !
Lama ia berdiri di depan kuburan, mendadak
dikejutkan oleh suara burung malam. Kini hatinya telah
dipenuhi oleh hawa amarah dan permusuhan, pikirannya
terhadap kekasihnya telah lenyap sama sekali.
Setelah bersembahyang didepan kuburan Tang-siang
Sucu, ia lantas berlalu. Perlahan-lahan ia menghilang di tempat gelap, ia
memulai perjalanannya untuk membuka lembaran baru
yang gilang-gemilang atau mati sebagai ksatria.
Keesokan pagi-pagi sekali, di kalangan Kang-ouw
mendadak tersiar berita yang mengejutkan.
Berita itu bagaikan halilintar disiang hari bolong,
merupakan suatu kejadian besar sejak adanya riwayat
dunia Kang ouw. Berita besar itu adalah akan dilakukannya
pertandingan antara Ing-siu, jago tua kenamaan sejak
enam puluh tahun berselang dengan pemimpin golongan
rimba hijau daerah utara.
Berita besar ini ditiup-tiup demikian rupa sehingga
belum sampai satu hari, sudah menggemparkan seluruh
rimba persilatan. Hampir set iap orang yang pernah menginjak dunia
Kang ouw atau yang mengerti ilmu silat, tidak ada yang
tidak tahu berita yang mengejutkan itu.
Hanya dalam waktu satu hari saja, hampir diset iap
rumah makan, jalan besar dan set iap gang, semua orang
membicarakan berita itu. Sebab nama Ing-siu sudah lama terkenal, tiada orang
rimba persilatan yang tidak tahu. Sedangkan pemimpin
golongan rimba hijau daerah utara yang baru muncul
juga telah banyak perbuatannya yang patut dipuji.
Dua manusia besar itu hendak melakukan
pertarungan, berita itu benar-benar telah
menggemparkan seluruh rimba persilatan.
Oleh karena itu juga saudara-saudara dari golongan
rimba hijau dari daerah utara yang dekat daerah selatan,
pada berbondong-bondong menuju ke selatan, untuk
menyaksikan pertandingan besar itu.
Dalam waktu satu hari saja, golongan rimba hijau
daerah selatan juga gempar. Pemimpin daerah utara
yang sudah lama dijeleki oleh mereka, kini ternyata
bertindak demikian berani, hingga pandangan mereka
berubah seketika. Tempat ditunjuk oleh Ho Hay Hong untuk
mengadakan pertandingan itu, adalah tempat sebagai
daerah ternama didaerah selatan, yang letaknya kira-kira
sepuluh pal dari propinsi Ciat-kang.
Tempat itu merupakan sebuah danau yang
mempunyai pemandangan alam indah.
Hari itu, mulai dari pagi hari, jalanan yang menuju
kedanau itu telah dipenuhi oleh manusia-manusia yang
menuju ketempat itu untuk menyaksikan pertandingan
besar. Hari itu udara cerah diatas langit hanya terdapat
beberapa gumpal awan putih yang tersebar dimanamana.
Ho Hay Hong dengan berpakaian ringkas dan seorang
diri, jalan diatas jalan raya yang menuju kedanau.
Sepanjang jalan tampak banyak mata ditujukan padanya
hingga semangatnya semakin menyala nyala.
Ia mengerti bahwa ini adalah Satu ujian paling berat
dalam seluruh hidupnya, mati hidupnya tergantung
dalam pertempuran hari ini. Bukan hanya itu saja,
bahkan nama baik golongan rimba hijau daerah utara
juga tergantung di dalam tangannya.
Ia berusaha keras menekan emosinya, supaya
melupakan berlalunya dua kekasihnya dan kematian
saudaranya. Ia berusaha setenang mungkin, supaya
dapat melawan musuhnya dengan sebaik-baiknya.
Ia tidak berani membayangkan apakah ia akan
berhasil, tetapi ia harus bertahan sekuat tenaga.
Sekalipun bukan tandingannya, atau harus hancur lebur
di medan pertempuran, ia juga akan melawan dengan
gigih. Dalam keadaan demikian, ia tiba ditempat yang
hendak dijadikan medan pertempuran.
Sebelum ia tiba, tempat itu sudah penuh dengan
manusia yang berjejal-jejal ingin menyaksikan
pertempuran bersejarah itu.
Ho Hay Hong yang suka ketenangan, juga tak mau
mengagulkan diri. Begitu melihat Ing siu masih belum
datang, ia segera mencari suatu tempat yang agak
tenang, dan duduk seorang diri.
Baru saja ia duduk, dibawah sebuah pohon besar yang
tidak jauh dari tempat ia duduk mendadak terdengar
suara orang berkata: "Saudara-saudara, Ho Hay Hong
yang menduduki kursi pemimpin golongan rimba hijau
daerah utara itu, kabarnya adalah seorang muda yang
usianya terpaut tidak jauh dengan kita. Belum lama ia
muncul didunia Kang Ouw, sudah menggemparkan rimba
persilatan, benar-benar sangat mengagumkan!"
"Ng !" demikian terdengar jawaban suara lain orang,
"aku mempunyai satu pandangan lain, aku anggap
seorang muda paling pantang namanya terlalu menonjol.
Meskipun ia sudah menjadi pemimpin golongan rimba
hijau daerah utara, tetapi kalau dibandingkan dengan
Ing-siu, masih selisih jauh. Dalam pertempuran ini
mungkin ia akan rugi!"
Terdengar pula suaranya orang ketiga: "Hm, jieko!
Aku lihat belum tentu seperti apa yang kau duga. Orang
sengaja hendak menunjukkan kepandaiannya dirimba
persilatan daerah selatan, tidak mungkin memikirkan rugi
atau tidak rugi!" Jelas suara orang itu mengandung nada mengiri dan
mengejek. Hati Ho Hay Hong tergerak. Dan ia mendengar suara
lain berkata: "Sam suheng, sudahlah, semua tidak perlu bertengkar memperbincangkan urusan orang lain. Biar
bagaimana sebentar lagi kita tokh akan dapat
menyaksikan sendiri."
Ho Hay Hong berpaling kearah orang-orang itu,
dibawah pohon besar itu ternyata ada duduk empat
orang muda, yang masing-masing menyoren pedang.
Ketika empat pemuda itu melihat Ho Hay Hong
memandang mereka dengan sinar matanya yang tajam,
semua terperanjat. Ho Hay Hong juga segera mendapat kenyataan bahwa
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka itu bukan orang-orang dari golongan jahat, maka
tidak menghiraukannya, tetap duduk sambil
mendongakkan kepala menantikan kedatangannya Ingsiu.
Dengan mendadak, terdengar suara tertawa nyaring
menggema diudara. Suara itu diulangi lagi berulang-ulang hingga
menimbulkan perhatian semua orang yang ada disitu.
Empat pemuda itu juga lantas diam, celingukan
mencari cari. Ho Hay Hong juga dapat merasakan bahwa kekuatan
tenaga dalam orang itu tidak dimiliki oleh orang
sembarangan. Ketika ia angkat muka, matanya segera
dapat lihat seorang yang mengenakan pakaian panjang
warna kelabu, berdiri menghadap kebarat. Ditengahtengah
orang banyak, orang itu nampak sangat
menyolok. Setelah Ho Hay Hong melihat tegas siapa adanya
orang itu, diam-diam terkejut, karena orang itu adalah
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 21 Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Dendam Empu Bharada 39
sejenak ia berdiam, lalu sambungnya: "Pedangmu masih
ada bekas darah muridku, maka bisa menembusi
serangan Tok-liang-ciang nya, dan membingungkan
dirinya. Dengan demikian kau mendapat kesempatan
baik melukai dirinya. Jikalau tidak demikian."
Ia tidak suka banyak bicara, dengan singkat ia
melanjutkan kata-katanya:
"Pendek kata, kau dapat menuntut balas dendam sakit
hati ibumu, ini sebetulnya berkat kematian muridku. Aku
percaya, hal ini pasti diluar dugaanmu."
Mendengar ucapan itu, Ho Hay Hong memikirkan
kembali apa yang telah terjadi tadi. Memang ada banyak
bagian yang mirip seperti apa yang dikatakan oleh orang
tua itu. Oleh karena itu, ia merasa menyesal atas
perbuatannya yang sudah membinasakan murid nya,
maka ia lalu berkata: "Cianpwee berulang-ulang membantu aku, sebaliknya
aku sudah membinasakan salah satu muridmu. Tetapi hal
itu sebetulnya karena terpaksa, cianpwee juga sudah
menyaksikan sendiri bagaimana kelakuan muridmu,
kiranya cianpwee dapat memaafkan perbuatanku."
"Muridku yang durhaka itu menggunakan senjata
rahasianya Thian-mo-teng secara sembarangan,
membunuh beberapa anggauta golongan rimba hijau
yang tak berdosa, mungkin karena perbuatannya itu
hingga membangkitkan amarah Tuhan dan mengambil
jiwanya dengan meminjam tanganmu. Apa mau dikata!"
Lam-kiang Tay-bong sebetulnya hendak marah, tetapi
karena melihat sikap Ho Hay Hong yang merendah dan
jujur, segera merubah maksudnya.
Pada saat itu, dari jauh nampak set itik bayangan lari
ke arah mereka, dari sudah terdengar suaranya: "Ho
koko. Ho koko " Mendengar sebutan itu, ia segera mengetahui siapa
orangnya. Dalam hatinya lalu berpikir: "celaka dan
seorang wanita cemburu, apabila mengetahui aku masih
mempunyai kawan seorang gadis cant ik entah
bagaimana marahnya ?"
Ia menunggu dengan perasaan tidak tenang, benar
saja, ketika gadis baju ungu itu melihat Thiat Chiu Kirim, kegirangan lantas lenyap seketika, katanya dengan nada
suara dingin: "Ho koko, kau memang benar!"
"Adik jangan marah, dia adalah tuan penolongku,
sekarang dalam keadaan terluka, kita harus lekas tolong
jiwanya" demikian Ho Hay Hong memberi keterangan.
Gadis baju ungu itu mengawasi Tiat Chiu Khim sejenak
lalu berkata: "Ho koko, dia cantik bukan?"
"Apa maksudmu menanyakan soal itu?" balas
menanya Ho Hay Hong. "Kau melakukan perjalanan keselatan secara ke buru2,
apakah lantaran ingin menemui dia ?" tanya gadis baju ungu sambil mencibirkan bibirnya.
Ho Hay Hong tidak lekas menjawab dengan suara
gelagapan ia berkata: "Kau menanya itu apa maksudnya?"
Tang-siang Sucu tiba-tiba berjalan menghampiri dan
berkata sambil memberi hormat:
"Sudah lama kita tidak bertemu, nona!"
Gadis baju ungu tercengang, ia balas menanya:
"Kau siapa ?" Ia segara mengetahui bahwa wajah pemuda itu mirip
dengan Ho Hay Hong, seolah-olah saudara kembar.
Timbullah perasaan curiganya, maka lalu bertanya pula.
"Kau kenal aku ?"
"Namaku Ho Hay Thian, aku rasanya tidak asing
dengan nona, maka aku tadi berani menyapamu !"
Gadis itu kembali dikejutkan oleh keterangan itu,
katanya mendumel. "Ho Hay Thian. Eeeh nama kalian berdua hanya beda
satu huruf saja. Bagaimana sebetulnya ?"
"Ini bukan soal aneh, dia memang saudaraku !"
"Oh, apakah yang Ho koko sering sebut itu adalah kau
ini ?" "Benar !" "Kalau begitu kau juga saudara angkatku."
Semula Tang siang Sucu agak heran, tetapi kemudian
mengerti. "Adik marilah kita pergi ! Sekarang waktu hampir
malam!" "Hay Hong koko, aku tadi dengar orang yang
membebaskan diriku berkata, bahwa mereka kehilangan
banyak saudara, sehingga Bengcunya sendiri juga turut
berkorban ditempat ini, betulkah itu ?"
Ho Hay Hong mengangguk dan berkata: "Jalan
sebentar nanti beritahukan padamu."
Gadis itu memanggil Tang siang Sucu.
"Hay Thian koko, mari kita berjalan berjalan bersamasama
!" Tang siang Sucu yang mendapat perlakuan manis dari
sicant ik semangatnya seperti terbang keatas awan.
Sebagai seorang pemuda yang gemar paras cantik
segera timbullah n iat jahatnya. Ia sengaja menunjuk Tiat
Chiu Khim yang masih belum sadar dan berkata:
"Apakah jalan bersamanya ?" Ditunjuknya Tiat Chiu Khim, hati gadis itu merasa tidak senang.
"Entah bagaimana kehendak Hay Hong koko, aku
sendiri juga tidak tahu !"
"Ia terluka parah, sudah tentu memerlukan
perawatan. Apa kau tega hati meninggalkan begitu saja
?" kata Ho Hay Hong.
"Kau sudah punya hutang budi kepada nona ini, sudah
tentu aku tidak boleh berlaku demikian kejam." berkata gadis baju ungu dengan suara sedih.
"Begini saja, ia terluka parah, memerlukan
pengobatan tabib dengan cepat. Biar bagaimana kita
tidak ada urusan penting, biarlah Hay Hong dengannya
jalan lebih dulu, kita boleh mengikuti pelahan-lahan!"
kata Tang siang Sucu. Ho Hay Hong sudah tahu bahwa saudaranya itu gemar
pipi licin dan banyak akalnya, maka lalu berkata:
"Adik kalau mau jalan, kita harus jalan bersama-sama
!" Tang siang Sucu mendadak berbisik di telinganya:
"Hay Hong, urusan sudah menjadi begini aku lihat
sebaiknya kau berikan dia padaku, biarlah aku yang
urus!" "Kau hendak menggertak aku?" tanya Ho Hay Hong
tidak senang. "Mana aku berani" Aku hanya meminta, kau menurut
atau tidak, terserah padamu!"
"Meminta" Hm! Enak kau omong, aku tahu apa yang
sedang kau pikirkan". Kuberitahukan padamu,
dengannya aku tidak ada hubungan apa-apa, kau jangan
pikir yang bukan bukan!" kata Ho Hay Hong.
"Sudah tentu, kedudukanmu sekarang sudah
berlainan, sudah tentu tidak pandang mata lagi padaku."
kata Tang siang Sucu. Long-gee-mo yang sejak tadi diam saja, mendadak
berkata dengan suaranya yang tajam:
"Tunggu dulu kalian berdua jangan bertengkar lagi.
Nona ini, harus diserahkan padaku. Dia adalah muridnya
kakek penjinak garuda, denganku ada mempunyai
permusuhan dalam set idak-tidaknya harus meninggalkan
sebelah lengan tangannya, jika tidak, aku akan marah!"
Gadis baju ungu mengawasi padanya sejenak, alisnya
dikerutkan, tanyanya pelahan: "Hay Hong koko, siapakah orang ini !"
"Dia adalah muridnya Ing Siu, tetapi aku tidak
pandang mata padanya!" jawab Ho Hay Hong sejujurnya.
Karena ia benci kesombongan pemuda berbentuk
aneh itu, maka ia ucapkan kata-katanya itu sengaja
demikian nyaring. Benar saja, Long-gee-mo yang
mendengar ucapan itu, wajahnya berubah seketika.
"Apakah Ing siu dari Suat giam-san yang muncul
secara mendadak itu?" tanya gadis baju ungu kaget.
"Benar!" Gadis itu memandangnya lagi sejenak, katanya
dengan perasaan khawatir:
"Hay Hong koko, sekali-kali jangan kau ganggu, dia,
bukankah saya sudah pesan padamu?"
"Dia sendiri yang datang mencari onar, bukan aku
yang mencari padanya! Aku selalu tidak suka
mengganggu orang, tetapi juga tak suka diganggu
orang. Aku tidak takut dia berkepala tiga atau berlengan
enam." jawab Ho Hay Hong sambil tertawa dingin.
Tang siang Sucu lantas berkata:
"Hay Hong kau keliru, Kakek penjinak garuda adalah
musuh kita bersama, semua seharusnya kita bersatu
padu menghadapi padanya tidak boleh lantaran paras
cant ik muridnya, sehingga hendak meninggalkan maksud
kita yang semula!" Gadis berbaju ungu yang mendengar kata-kata itu,
sinar matanya yang bening ditujukan kewajah Ho Hay
Hong. Ho Hay Hong bukan seorang bodoh, ia segera
memahami maksud ucapan Tang siang Sucu.
Long-gee-mo mendorong Tang siang Sucu berjalan
menghampiri Ho Hay Hong, berkata sambil tertawa
cengar cengir: "Saudara tidak perlu lantas ingin melindungi si jelita hingga bermusuhan denganku. Kau harus tahu bahwa
suhu setelah bertapa dan mempelajari ilmu silat selama
banyak tahun, kali ini muncul lagi kedunia Kangouw,
kepandaian ilmu silatnya sudah jauh lebih tinggi daripada
kakek penjinak garuda. Suhu dalam hidupnya paling
benci kepada Kakek penjinak garuda, telah bersumpah
hendak menumpas seluruh rumah tangganya untuk
menuntut balas dendam. Nona ini adalah murid kakek
penjinak garuda yang dididik langsung olehnya, hingga
hubungan mereka sangat erat, sudah tentu suhu tidak
mau melepaskan begitu saja. Aku lihat saudara tokh
bukan saudara seperguruan dengannya juga bukan
sanak famili, sehingga tak perlu menjual nyawa
untuknya!" Tanpa menunggu Ho Hay Hong membuka mulut, ia
sudah bicara lagi: "Saudara dalam tanganmu memegang emas lambang
kebesaran sebagai Bengcu golongan rimba hijau daerah
utara, memimpin ribuan bahkan laksaan orang-orang
gagah rimba hijau, kedudukanmu tidak dapat
dibandingkan dengan orang biasa, Suhu juga berdiam
digunung suat giam-san daerah utara.
"Satu sama lain masih merupakan tetangga dekat,
sudah seharusnya saling membantu. Tetapi kalau
saudara tidak mengingat permusuhan suhu dan
bertindak menurut kemauan sendiri, mungkin akan
menimbulkan akibat tidak baik bagi kedua pihak.
"Kalau hal ini telah terjadi, walaupun saudara
berkepandaian tinggi, juga tidak dapat menghindarkan
bencana yang akan menimpa nasibmu dan semua anak
buahmu!" Ho Hay Hong menundukan kepala memandang Tiat
Chiu Khim, gadis itu matanya dipejamkan napasnya
lemah meskipun masih terdapat warna merah dikedua
pipinya tetapi keadaannya sangat mengkhawatirkan.
Ia tahu apabila tidak diberi pertolongan dengan lekas,
mungkin akan membahayakan jiwanya.
Hatinya semakin sedih, tanpa sadar sikapnya menjadi
kalut. Long-gee-mo mengira bahwa gertakannya tadi
berhasil, tanpa ragu-ragu, lantas berkata lagi:
"Saudara perlu apa lantaran seorang perempuan,
mengorbankan hari depanmu yang gilang gemilang"
Dengan kepandaian yang kau miliki, tak usah takut tidak
dapat menemukan gadis yang lebih cantik daripadanya."
Sewaktu bicara matanya terus berputaran kearah
gadis berbaju ungu. "Long-gee-mo apa maksudmu" Apakah kau kira aku
takut kepada suhumu Ing siu?" kata Ho Hay Hong.
Long-gee-mo, melihat wajah Ho Hay Hong berubah
dingin, alisnya berdiri telah mengetahui bahwa pemuda
itu sudah marah. Tetapi dengan mengandalkan pengaruh
gurunya, ia tak takut. Katanya sambil tertawa dingin:
"Saudara keliru, bagaimana siaotee berani
menganggap demikian, hanya mengharap supaya
saudara suka memberikan sedikit muka, jangan
merintangi tindakanku."
"Baik, aku berikan kau kelonggaran, hari ini aku
ampuni jiwamu satu kali!" kata Ho Hay Hong, Kemudian
berpaling dan berkata kepada gadis berbaju ungu:
"Jalan, jangan perdulikan dia lagi."
"Ho koko, benarkah kau hendak membela dia?" tanya gadis berbaju ungu.
Melihat gadis itu mengajukan sikap tidak senang, Ho
Hay Hong mengerti bahwa gadis itu tidak puas dengan
tindakannya. Maka lalu berkata dengan sabar:
"Adik, dia adalah penolongku, budinya terhadap diriku tidak boleh diabaikan begitu saja. Sekarang dia dalam
bahaya, bagaimana aku boleh tinggalkan begitu saja?"
"Ho koko, kau terus mengelabui mataku sekarang aku
sudah mengerti segala-galanya. Jiwamu sendiri dalam
keadaan bahaya kau masih tidak melupakan pikiranmu
kedaerah selatan. Semuanya semata-mata lantaran ingin
menemui kekasihmu. Kau dengannya adalah sepasang
kekasih yang setimpal, aku aku hanya hanya ."
Berkata sampai disitu, air matanya berlinang,
membasahi pipinya, kemudian dengan tiba-tiba ia
memutar tubuhnya dan lari.
"Adik. adik kau jangan salah paham dengarlah
keteranganku " kata Ho Hay Hong cemas.
Tetapi gadis itu tidak menghiraukan, dengan hati
remuk redam, ia mempercepat gerak kakinya sebentar
saja sudah menghilang di jalan raya.
Ho Hay Hong mengerti bahwa hati gadis itu sudah
kalut dan resah. Ia teringat bagaimana cinta kasih gadis
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu kepada dirinya, hatinya merasa pilu hampir saja
mengeluarkan air mata. Tetapi dua duanya sama-sama berat, hingga ia tidak
bisa mengambil keputusan.
"Hay Hong sebenarnya kau seorang yang tak berbudi
dan berperasaan, berani perlakukan adik angkatmu
demikian kejam. Percuma saja kau duduki kursi
pemimpin rimba hijau daerah utara."
"Tutup mulut Hay Thian, dengan hak apa kau berani
menegur aku?" tanya Ho Hay Hong marah.
"Sabar. tenanglah sedikit, kau benar-benar sudah
mabok pipi lic in" kata Tang-siang Sucu.
"Saudara aku selamanya berlaku adil. Sekarang kau
boleh pilih sendiri, Sebetulnya hendak bertempur atau
hendak berdamai?" kata Long gee mo.
Ho Hay Hong yang sedang gelisah mendengar
perkataan itu lantas naik darah.
"Kalau bertempur mau apa?" jawabnya dengan suara keras.
Long gee mo mengeluarkan suara dari h idung, dengan
mendadak maju menyerbu dan menyerang.
Ho Hay Hong dengan cepat meletakkan Tiat Chiu Khim
ditanah, menggunakan gerak tipu garuda sakti terjun
kelaut dari ilmu silat garuda Sakti, melompat setinggi
lima tombak lebih kemudian menukik dan menyergap
lawannya. Disergap secara hebat demikian, Long-gee mo
terpaksa mundur. Ho Hay Hong sudah menyaksikan kepandaian ilmu
silat Long gee mo. mengetahui jelas set iap jurusnya
terutama kebiasaannya menggunakan tangan kiri untuk
menyerang lawannya. Ia tidak berani berlaku gegabah, sebelum turun
ketanah. lebih dulu menggunakan gerak tipunya dari ilmu
silat Kun-hap Sam-kay menutup bagian muka dan bagian
bawah. Long gee mo dengan gemas melancarkan dua kali
serangan sambil memaki-maki.
Ho Hay Hong tidak menghiraukan, dengan gaya yang
manis sekali geser kakinya ke-samping, mengelakkan
serangan Long gee mo kemudian balas menyerang
dengan hebat. Long gee mo terkenal dengan kelincahannya, ia
bertempur sambil bergerak kesana kemari, mulutnya
saban-saban mengeluar bentakan. Tiba-tiba lompat
mundur setombak lebih, lima jari tangannya dipentang,
tetapi tidak digunakan untuk menyerang Ho Hay Hong,
sebaliknya menyerang Tiat Chiu Khim yang masih dalam
keadaan pingsan. Ho Hay Hong tidak menduga pemuda itu demikian keji
dan ganas, maka lalu membentak:
"Long gee mo ! Kau ini termasuk orang gagah ataukah
binatang buas" Lihat serangan!"
Serangan segera dilancarkan, merintangi maksud Long
gee mo. Long gee mo juga seorang beradat berangasan,
karena maksudnya digagalkan, timbullah nafsunya
hendak membunuh, ia berkata dengan suara gusar.
"Bocah! Hari ini kalau tidak mampu menghancurkan
tulang-tulangmu dan membeset kulitmu, selanjutnya aku
tidak akan muncul didunia Kang-ouw lagi !"
Dalam keadaan marah, ia keluarkan seluruh
kepandaiannya. Dengan beruntun ia melancarkan
serangannya tiga kali, yang dilakukan demikian cepat
dan dahsyat ditujukan kepelbagai bagian jalan darah
terpenting ditubuh Ho Hay-Hong.
Wajah Ho Hay Hong berubah, sebab yang nampaknya
tidak ada apa-apanya yang istimewa, tetapi kalau
diperhatikan dengan seksama, serangan itu seolah-olah
terdiri dari banyak tangan yang menyerang dari berbagai
sudut. Dalam keadaan demikian, kemana saja ia menyingkir,
pasti akan kena serangannya, serangan itu merupakan
ilmu tunggal yang sangat ampuh warisan Ing siu guru
anak muda itu. Ia tidak berani menempuh bahaya, satu-satunya jalan
hanya lompat melesat setinggi tiga tombak mengelakkan
serangan hebat itu. Diluar dugaannya, bahwa maksud Long-gee mo bukan
ditujukan padanya, maka ketika Ho Hay Hong melesat
tinggi, serangannya lantas dialihkan kepada Tiat Chiu
Khim. Serangan hebat itu telah melontarkan tubuh Tiat Chiu
Khim sejauh setombak lebih. Bukan kepalang terkejut Ho
Hay Hong matanya beringas memandang musuhnya.
Gerakannya berhenti seketika ia berdiri tegak bagaikan
patung. Dengan tangan Tiat Chiu Khim yang putih halus
tampak babak belur karena kebentur batu, sehingga
mengucurkan banyak darah. Hati Ho Hay Hong merasa
pilu menyaksikan keadaan kekasihnya, setindak demi
set indak ia berjalan menghampiri musuhnya, dan gerak
kakinya yang berat dapat diduga diserang menggunakan
suatu ilmu luar biasa set idak-tidaknya juga sedang
mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Lam kiang Tay bong yang menyaksikan, kejadian itu.
lalu berkata sambil menghela napas:
"Sungguh tidak ada harganya lantaran seorang
perempuan." Siulan itu panjang dan nyaring, hingga lama
menggema diudara. "Apa katamu Cianpwee !"
Bibir Lam Kiang Tay-bong tersungging senyuman
mengejek jawabnya: "Dunia bukan sedaun kelor Ho siaohiap, perempuan ini
serahkan saja padanya !"
"Cianpwee, ini adalah pikiranmu sendiri yang terlalu
egois. Seandai gadis ini bukan dia, kau tentu tidak
berpikir demikian, betul tidak ?" kata Ho Hay Hong tidak senang.
"Kau masih terlalu muda, masih belum mengerti
kedudukanmu sendiri. Kau berbuat hanya menuruti hawa
napsumu, dikemudian hari kau pasti akan menyesal.
Kalau tidak percaya, sepuluh tahun kemudian kau boleh
pikirkan kembali perkataanku ini, betul atau tidak?"
Ho Hay Hong tidak menghiraukan orang tua itu,
karena orang tua itu ada permusuhan dengan si Kakek
penjinak garuda, dengan sendirinya kata-katanya juga
banyak mengandung sentimen.
Karena ia tidak suka perbuatan dan pikiran Lam Kiang
Tay-bong, maka lalu berkata:
"Cianpwee, perkataanmu mungkin benar, tetapi itu
ada urusan sepuluh tahun kemudian."
Long gee mo tahu bahwa pertempuran mati-matian ini
tidak bisa dicegah lagi, maka lalu mengerahkan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya sambil memandang
lawannya. Dua musuh terpisah semakin dekat. Ho-Hay Hong
berkata: "Kau coba seranganku ! Dengan terus terang, ini
adalah serangan dari kekuatan seluruh tenagaku. Kalau
masih belum mampu menjatuhkan kau, aku akan cuci
tangan, meninggalkan penghidupan dunia Kang-ouw !"
Ia memusatkan seluruh kekuatan tenaganya,
mendadak mendongakkan kepala dan bersiul nyaring.
Siulan itu panjang dan nyaring, lama menggema
diudara. Sementara itu, kakinya bergerak perlahan, kemudian
merandak, mendorong tangannya ke-depan dan
melancarkan serangannya. Hembusan angin hebat meluncur dari tangannya
menuju Long gee mo. Bunyi menggelegar menggema diudara, Long gee-mo
mundur terhuyung-huyung, hingga empat lima langkah
baru berhenti. Rambutnya kusut awut-awutan.
Dilain pihak, Ho Hay Hong kegirangan, sebab
serangannya itu adalah serangan percobaan. Seharusnya
serangan itu dilakukan secara menukik dari atas udara
tetapi kali ini ia gunakan dengan kaki menginjak tanah.
Diluar dugaannya, telah berhasil sangat memuaskan.
Berhasil dengan serangannya, pikirannya tenang
kembali, dua tangannya terus bergerak, melanjutkan
serangannya Long-gee-mo terpaksa menyambuti serangan hebat
Ho Hay Hong, tetapi sekali lagi ia terpukul mundur.
Kini ia bukan cuma merasa heran saja tetapi juga
mulai ketakutan. Ia sudah salah hitung mengenai
kekuatan Ho Hay Hong! Ia hendak melawan, tetapi begitu beradu dengan
kekuatan Ho Hay Hong, ia sendiri yang terdorong
mundur. Entah bagaimana pemuda itu dapat
mematahkan ilmu Ing Siu, gurunya sendiri"
Bahkan maju ia menjadi kalap!
Seluruh kekuatan tenaganya dipusatkan ketangan
kanan, lalu maju merangsak sambil melancarkan
serangannya. Ho Hay Hong geser maju kakinya dua kali, hingga
posisi dua pihak bukan lagi berhadapan, melainkan
miring. Tangan kanannya bergerak bagaikan kilat sedang jari
tangan kirinya menotok jalan darah Thay-heng dan Pek
hwe dibadan Long gee-mo. Badan Long-gee-mo berputaran laksana titiran,
mengelakan serangan dari dua jurus, sedang tangan
kanannya balas menyerang batok kepala Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong semakin tebal kepercayaannya terhadap
kekuatan sendiri, apalagi dalam keadaan marah, maka
serangannya semakin lama semakin hebat, sebaliknya
dengan Long-gee-mo karena menyaksikan lawannya
semakin gagah, apalagi setelah dua kali mengadu
kekuatan, telah membuktikan keunggulannya Ho Hay
Hong, maka semangatnya menurun.
Long-gee-mo yang dibentak terus menerus, akhirnya
lompat mundur setombak lebih, sementara itu,
tangannya menyambar tubuh Tiat Chiu Khim, sedang
mulutnya berseru. "Kalau kau berani maju lagi, aku akan hancurkan nona
itu lebih dulu!" Tang-siang Sucu yang menyaksikan pertempuran itu,
mendadak mengeluarkan suara dari hidung, bersamaan
dengan itu, tangannya mendadak bergerak menyerang
perut Long-gee-mo Ho Hay Hong terkejut, ia menghentikan serangannya
dan berkata: "Tang siang sucu, kau"
Belum lagi melanjutkan kata-katanya, serangan Tang
siang sucu mendadak berubah, dengan kecepatan
bagaikan kilat, jari tangannya dipentang, menyambar
tubuh Tiat Chiu Khim. Dilain saat, lengan kirinya ditekuk menghajar batok
kepala Long gee-mo. Serangannya itu dilakukan secara aneh, ternyata
merupakan Salah satu gerak tipu dari ilmu silat garuda
sakti yang sudah dirubah.
Lam kiang Tay bong sendiri juga merasa bingung,
buru-buru mencegah: "Thian-jie, lekas batalkan seranganmu, jangan
mencari onar dengan musuh tangguh!"
Long-gee-mo yang menghadapi musuh dari dua pihak
meskipun berkepandaian tinggi, juga kewalahan. Sambil
menggeram hebat, ia tinggalkan Ho Hay Hong dan balik
menyerang Tang siang Sucu.
Ia sangat benci atas perbuatan Tang siang Sucu,
sehingga dirinya terjepit. Maka ia bertekad hendak
membinasakan Tang siang Sucu, sekalipun ia sendiri
berada dalam keadaan berbahaya.
Perbuatan Tang siang Sucu, segera menyadarkan Ho
Hay Hong kini ia tahu apa maksudnya Tang siang Sucu
turun tangan menyerang Long gee-mo.
Sementara itu, tangan Tang siang Sucu yang sudah
berhasil menjambret ujung baju Tiat Chiu Khim,
mendadak diserang hebat oleh Long-gee-mo, hingga
terjadilah pertempuran segi tiga yang masing-masing
memperebutkan dirinya seorang gadis.
Lam kiang Tay-bong yang menyaksikan perbuatan
muridnya, dengan marah perintahkan Tang siang Sucu
supaya melepaskan Tiat Chiu Khim.
Ho Hay Hong yang menyaksikan Tiat Chiu Khim dalam
bahaya tanpa ragu-ragu menyerang tangan Tang siang
Sucu yang menjambret ujung baju nona itu. Namun ia
takut melukai tubuh kekasihnya, maka serangan itu di
tujukan ke lengan Tang siang Sucu dengan hebat.
Tang siang Sucu terpaksa menarik kembali tangannya,
melepaskan tangannya yang sudah berhasil menjambret
ujung baju Tiat Chiu Khim.
Oooo-dw-oooO Bersambung Jilid 26 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 26 TETAPI ia agak masih penasaran, dalam keadaan kalut
seperti itu, tangannya menyerang Long-gee-mo,
kemudian lompat mundur setombak lebih sambil
memaki-maki Ho Hay Hong: "Hay Hong, kau benar-benar seperti patung, tidak
mengerti maksud orang baik."
Pada saat itu, Long-gee-mo mendadak rubuh
terlentang, Tiat Chiu Khim terlepas dari tangannya.
Ho Hay Hong dengan cepat menyambar tubuh sinona,
dan lompat mundur. Pada saat itu, ia baru tahu bahwa Long-gee-mo
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bergulingan ditanah sambil menggeram, dahinya penuh
air keringat, keadaan sangat menyedihkan.
Tak lama kemudian, Long-gee-mo mengeluarkan
suara jeritan mengerikan, mulutnya mengeluarkan darah,
sejenak tubuhnya mengeliat akhirnya berhenti.
Diluar rubuhnya Tang siang sucu sendiri, serangannya
tadi secara kebetulan mengenakan bagian yang paling
lemah ditubuh Long gee-mo.
Karena Long gee-mo mempelajari ilmu weduk, yang
tidak mempan senjata tajam, tetapi di bagian yang paling
lemah, sedikitpun tidak boleh diganggu. Apa mau,
serangan Tang siang Sucu tadi dengan tepat
mengenakan bagian yang paling lemah itu, hingga
kekuatan tenaga dalamnya buyar semua dan jiwanyapun
turut melayang. Sebetulnya, maksud Tang siang Sucu hanya hendak
merebut Tiat Chiu Kim, bukannya membantu Ho Hay
Hong. Tetapi kini setelah berbuat kesalahan ia lantas
minta upah, kepada Ho Hay Hong.
"Ho Hay Hong Saudaramu demikian baik hati terhadap
kau, bagaimana kau hendak membalas budi?" demikian
ia berkata. Lam kiang Tay-bong sangat marah, dengan satu
tamparan ia memukul muridnya sehingga terlempar
jatuh. "Binatang! Aku mau lihat bagaimana kau menghadapi
Ing-siu?" sang guru itu menegur.
Tang siang Sucu merayap bangun selagi masih
ketakutan, lantas mendengar teguran demikian dari
mulut suhunya. Ia tahu bahaya telah mengancam
dirinya, maka buru-buru berlutut di hadapan gurunya
seraya berkata: "Tecu telah kesalahan bertindak, ampunilah dosa
muridmu!" "Binatang! Bagaimana aku dapat mengampuni
dosamu" Kau sudah menimbulkan bencana seharusnya
kau tanggung sendiri akibatnya!"
Ho Hay Hong merasa tidak enak, maka lalu berkata.
"Cianpwee adalah suhunya, sudah tentu dapat
mengambil keputusan. Apakah...."
Ia sengaja berhenti sejenak, kemudian berkata pula.
"apakah cianpwee jeri terhadap Ing siu" Maka tidak
berani membela murid sendiri ?"
Mendengar perkataan itu Lam-kiang Tay-bong tenang
kembali, katanya dingin: "Kau jangan turut campur!"
"Sekarang Long-gee-mo telah binasa ditangan
muridmu. Kalau suhunya mengetahui ini, pasti tidak
mau, mengerti. Saat itu haha."
Kemudian ia berkata kepada Tang-siang Sucu, "aku
tahu maksudmu, membinasakan Long gee mo, adalah
hendak merebut nona ini dari tangannya, bukan hendak
membantu aku dengan sejujurnya. Tetapi Long-gee-mo
kini sudah mati aku tidak akan sesalkan kau lagi.
Kesalahan ini harus kita pikul berdua. Untuk selanjutnya
kita akan merupakan kawan, dalam satu barisan, jangan
mempersulit satu sama lainnya lagi!"
Ia memondong tubuh Tiat Chiu Khim dan berkata
pula: "Cianpwee, tanggung jawab kita tanggung
bersama-sama, kau pikir bagaimana?".
Lam-kiang Tay-bong diam-diam berpikir: "kesalahan
ini seharusnya menjadi tanggung jawabku, tetapi ia suka
menanggung sebagian apa salahnya aku terima?"
Sebagian orang yang banyak akal ia anggap hanya
menerima baik permintaannya saja rasanya belum cukup
menggerakkan hati Ho Hay Hong, maka ia hendak
memberi sedikit budi, supaya ia lekas membereskan
permusuhan dengan kakek penjinak garuda.
"Siaohiap benar, kesalahan sudah terjadi, kita harus
tanggung bersama!" demikian ia berkata.
Ho Hay Hong mundur dua langkah, katanya dingin:
"Cianpwee, maafkan aku akan berkata secara blakblakan.
Jelasnya, ucapanmu ini bukan keluar dari hatimu
yang sejujurnya !" "Mengapa kau berkata demikian ?"
"Cianpwee mengatakan hendak damai, tetapi
tindakanmu tidak demikian. Bukankah itu merupakan
suatu bukti yang nyata bahwa ucapanmu tidak sesuai
dengan tindakanmu." "Apa kau kira tindakanku ini tidak menguntungkan
kau" Kalau p ikir demikian, itu salah besar. Aku bukannya
mengandung maksud jahat tetapi sebaliknya hendak
membantu kau !" "Membantu aku" Cianpwee ingin membantu apa ?"
"Kau jangan tanya dulu, berikanlah nona itu dulu
padaku, aku hendak periksa keadaannya !"
"Tidak, aku tahu sifatmu suka berubah tidak menentu,
kalau aku menuruti perintahmu, berarti aku serahkan
jiwa nona ini kemulut harimau !"
Mendengar perkataan itu, Lam kiang Tay bong tertawa
terbahak-bahak. "Siaohiap, kau terlalu menghina diriku. Kau pikir, aku adalah satu dari lima orang terkuat dalam rimba
persilatan dewasa ini, bagaimana aku bisa melakukan
perbuatan demikian" Legakan hatimu, jangan sia-siakan
waktu lagi, ini tidak menguntungkan bagi dia"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Apa ia hendak
berbuat" Bukankah ia sudah melihat sendiri, mengapa
perlu memeriksa lagi ?"
Ia masih ragu-ragu, sedangkan Lam kiang Tay bong
sudah berada dihadapannya. Mendadak ia mengambil
keputusan. Karena jiwa nona itu memang sangat
berbahaya, biarlah ia periksa, barangkali ia juga tidak
berani melakukan perbuatan yang akan merendahkan
martabatnya sendiri. Maka ia tidak merintangi lagi, membiarkan Lam kiang
Tay bong memeriksa sinona.
Maka Lam kiang Tay bong memandang wajah sinona
tanpa berkedip, lama baru berkata:
"Masih untung, kekuatan tenaga dalamnya sudah
sempurna, hingga keadaan dalam tubuhnya tidak
terdapat kerusakan. Masih ada sedikit harapan !"
Kedudukan Lam kiang Tay-bong tidak dapat
dibandingkan dengan orang biasa, tidak mungkin berani
mengucapkan perkataan sembarangan. Maka hati Ho
Hay Hong mulai lega. Ia masih belum mengerti, mengapa orang demikian
buas dan kejam seperti Lam kiang Tay bong dengan
mendadak berlaku demikian baik terhadapnya"
Dan sikap yang ditunjukkan oleh orang tua itu sejak
semula, juga sikap persahabatan yang tiada
mengandung sifat permusuhan, hal ini ia benar-benar
sangat bingung. "Dalam tubuhnya terluka parah, hingga hanya
murninya buyar dan membeku di dalam tubuhnya,
jikalau tidak lekas diobati, barangkali tidak bisa hidup
sampai empat puluh delapan jam!"
"Cianpwee paham ilmu tabib?" tanya Ho Hay Hong.
"Terpaksa harus minta pertolongan tabib, aku barang
kali tidak sanggup." jawab Lam kiang Tay bong sambil
menggelengkan kepala. Hati Ho Hay Hong merasa cemas.
"Kalau begitu, aku harus menggunakan waktuku
sebaik-baiknya, untuk mencari tabib pandai!"
"Dengan terus terang, luka ini harus di bantu oleh
obat Liong yan-Hiang. Obat itu adalah buatan kakek
penjinak garuda sendiri yang ia selalu banggakan. Dalam
badan nona ini tidak mungkin tidak sedia!"
Ho Hay Hong diam-diam mengeluh: celaka, Liong yan
hiang yang terakhir pada dirinya semua sudah diberikan
padaku, mana sekarang masih ada lagi."
Lamkiang dapat lihat sikap gelisah sianak muda, ia
pura-pura menanya: "Apakah ia tidak mempunyai persedian obat itu?"
"Kecuali Liong yan-heng, apakah sudah tidak ada obat
lain lagi?" "Bukannya tidak bisa, tetapi kalau menggunakan lain
obat, khasiatnya agak kurang. Walaupun dapat
menyembuhkan luka dalam tubuhnya, juga tidak
menyembuhkan seluruhnya. Dengan sisa luka yang
masih ada, sudah cukup untuk memusnahkan kekuatan
tenaganya, hingga harus menderita penyakit selamalamanya.
Penderitaan ini lebih berat dari kematian."
Mendengar keterangan itu, bukan kepalang
terkejutnya Ho Hay Hong. "Cianpwee, benarkah kau sudah tidak berusaha?"
Lam-kiang Tay-bong dengan jelas dapat memahami
perasaan hati Ho Hay Hong. Ia tahu bahwa anak muda
itu selamanya tidak pernah meminta pertolongan orang,
tetapi kini atas kemauan sendiri minta pertolongannya
jelas betapa dalam cintanya terhadap gadis itu. Maka lalu
berkata. "Mengapa kau tidak mencari Kakek penjinak garuda, ia
sudah pasti mempunyai persedian cukup obat Liong-yanhiang!"
Perkataan itu menyadarkan Ho Hay Hong, dengan alis
berdiri ia berkata: "Ow, ya. Kakek penjinak garuda pasti mempunyai
banyak persedian!" Tetapi, kemudian ia berpikir lagi: "aku sendiri sudah
bertengkar dengannya, dengan cara bagaimana aku bisa
mendapatkan obat itu darinya?"
Apalagi sekarang ia sudah membunuh pembantunya
yang diandalkan Tio-kang, kejadian ini membawa akibat
lebih meruncingnya percekcokan mereka. Mungkin Kakek
penjinak garuda sudah mendapat kabar kematian
pembantunya itu mungkin juga ini sedang mengadakan
pengusutan. Ia tahu bahwa Tiat Chiu Khim sendiri juga tidak bisa
berbuat apa-apa. Andaikata si Kakek, itu sendiri masih
belum mengetahui bahwa gadis itu sudah tahu riwayat
dirinya, hingga mau memberikan obatnya, tetapi bagi
gadis itu sendiri barangkali lebih suka mati, juga tidak,
mau menerima pemberiannya.
Ia kenal baik perangai gadis itu, ia juga tahu sifat
keras kepala dan tinggi hati gadis itu. Kini ia menghadapi persoalan yang sangat rumit ini, benar-benar
memusingkan kepalanya. "Sekarang ini, jiwanya benar-benar sedang, terancam
bahaya maut, akibat bubarnya hawa murni, ia tidak bisa
sadarkan dirinya. Kalau tidak lekas mendesak keluar
hawa murni yang mengeram dalam tubuhnya, dalam
waktu tiga jam, pasti binasa!" kata Lam-kiang Tay bong.
"Benarkah kata-katamu ini?" tanya Ho Hay Hong
terkejut. Tetapi kemudian ia merasa bahwa pertanyaannya itu
sia sia saja karena seorang seperti Lam-kiang Tay bong
baik tentang kepandaian ilmu silatnya, maupun
kedudukannya dalam rimba persilatan, sudah merupakan
salah satu dari tokoh tokoh yang terkenal namanya,
bagaimana ia bisa melakukan perbuatan rendah, yang
seolah-olah memukul anjing yang kecemplung dalam air.
"Orang yang menyembuhkan lukanya itu harus
seorang wanita, Sebab siaohiap kau juga tahu bahwa
bagian penting untuk mengalirkan hawa itu letaknya
ditempat tersembunyi. Maka itu aku lebih dulu sudah
peringatkan kau, harap kau lekas mencari seorang
sahabat wanita yang sudah sempurna kekuatan tenaga
dalamnya untuk membantu kau."
Muka Ho Hay Hong merah, sementara dalam hatinya
berpikir, aku muncul dikalangan Kang ouw masih belum
lama, kenalan tidak banyak, kemana harus mencari
sahabat wanita yang demikian tinggi kepandaiannya"
Dalam hati mengeluh, kecuali gadis berbaju ungu,
Toan bok Bun Hwa dan Su-to Cian Hui, sudah tidak ada
lain kawan wanita lagi. Namun dari tiga wanita itu, Su-to Cian Hui dan Toan
bok Bun Hwa sudah tidak tahu dimana jejak mereka juga
sudah lama tidak ada kabar beritanya, sudah tentu tidak
dapat diketemukan dalam waktu singkat.
Sedangkan gadis berbaju ungu juga sudah pergi
dengan hati panas, sekalipun dapat diketemukan
barangkali juga tidak mau menyembuhkan luka Tiat Chiu
Khim. Sementara itu, Lam-kiang Tay-bong mendesak lagi:
"Ho Siaohiap, waktu sangat berharga, hingga tidak
dapat dibeli dengan emas. Kau jangan sia-siakan lagi,
pergilah lekas!" Ho Hay Hong seperti baru tersadar dari mimpinya,
tanpa pikir lagi, ia lalu mengucapkan terima kasihnya
kepada Lam kiang Tay bong.
Dalam keadaan bingung, tanpa banyak pikir lagi, Ho
Hay Hong lantas pondong tubuh Tiat Chiu Khim lari
menuju ke selatan dan sebentar saja sudah menghilang.
Waktu itu cuaca gelap, suasana sunyi jalan yang sepi
hanya terdengar suara langkah kakinya yang menginjak
jalan raya. Ia berjalan sambil menundukkan kepala, mendadak
terdengar suara bunyi ringan, buru buru menghentikan
kakinya. Bagai orang yang kepandaiannya mencapai taraf
tertinggi, asal mendengar suara rumput tertiup angin
saja, segera dapat membedakan baik atau jahat.
Ia berkepandaian demikian tinggi, sudah tentu tidak
terkecualikan. Suara itu seolah-olah suara jatuhnya daun
kering tetapi juga mirip dengan suara orang rimba
persilatan yang melayang turun selagi kakinya menginjak
tanah. Oleh karena itu, maka ia tidak berani berlaku
gegabah. Ia juga tahu bahwa maksud kedatangannya kedaerah
selatan kali ini, tanpa disengaja telah menimbulkan
permusuhan, hingga meletakkan dirinya seolah-olah
terkepung oleh musuh-musuhnya.
Ia pasang mata mencari-cari, tetapi tidak menemukan
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanda apa-apa. Tetapi, ia juga tidak percaya bahwa pendengarannya
sendiri tadi salah, maka ia percaya bahwa orang yang
melayang turun itu tadi sudah sembunyikan diri d itempat
gelap. Ia menemukan satu akal, ia sengaja perdengarkan
suara tertawa dingin, kemudian melanjutkan
perjalanannya, seolah-olah tidak tahu apa-apa.
Dengan mendadak. Tiat Chiu Khim mengeluarkan
suara rintihan pelahan, suara itu meski pun tidak nyata
tetapi dalam telinga Ho Hay Hong sudah cukup
membangkitkan rasa girangnya. Dengan cepat ia
menanyakan: "Chiu Khim, kau sudah sadar?"
Bulu mata Tiat Chiu Khim yang panjang nampak
bergerak-gerak dua kali, kemudian membuka matanya
perlahan-lahan. Ho Hay Hong berusaha keras menekan perasaannya
yang tidak tenang, diam-diam memperhatikan
keadaannya. Ia sangat terkejut ketika menyaksikan
betapa lemah keadaan gadis itu.
Cahaya matanya tidak bersinar lagi, tetapi biji
matanya yang jeli itu masih tetap mengandung rahasia
yang mendebarkan hatinya.
Gadis itu merintih dua kali, mengawasi keadaan
sekitarnya sebentar, agaknya juga mengetahui dirinya
berada dalam pelukan seorang lelaki hingga ia coba
meronta. Ho Hay Hong berkata dengan suara perlahan.
"Chiu Khim. inilah aku, kau beristirahatlah dengan
tenang." Mendengar namanya disebut, ia segera berhenti
meronta dan bertanya: "Kau siapa?"
Suaranya itu tidak bertenaga, seolah-olah
mengambang. "Aku Hay Hong!" jawab Ho Hay Hong dengan lemahlembut.
Ia mengerti perasaan si gadis pada waktu itu, lalu ia
segera memberi keterangan.
"Kau sudah terluka, orang yang melukai kau itu, kini
sudah kubinasakan. Kau beristirahatlah dengan hati
tenang"! "Hay Hong, ini tempat apa?"
"Ditengah perjalanan!" jawabnya sangat hati-hati.
"Hay Hong, aku sudah hampir mati, aku minta tolong
padamu, supaya mengabarkan kepada ibu bahwa aku."
Berkata sampai disitu, air matanya mengalir keluar.
Jantung Ho Hay Hong berguncang keras, katanya
tegas: "Tidak, Chiu Khim kau tidak bisa mati. Aku Ho Hay
Hong, asal aku masih bisa bernapas, tidak akan
membiarkan kau mati di tangan iblis itu. Lekas dengar
kata-kataku, beristirahatlah dengan tenang."
Tiat Chiu Khim pelahan-lahan memejamkan matanya,
berkata sambil tersenyum getir:
"Hay Hong, aku tahu kau sedang menghiburi aku,
terima kasih atas kebaikanmu, tetapi aku barangkali tidak
bisa hidup lebih lama lagi."
"Chiu Khim, kau tidak boleh mengeluarkan perkataan
seperti orang tua putus asa. Kau tidak b isa mati, dengan
terus terang, hatiku bahkan lebih cemas daripada kau
sendiri" Ia mengepal-ngepal tinjunya dan- berkata pula:
"Chiu Khim, kau harus tabahkan hatimu, apakah kau
sudah lupa musuh ayahmu?"
"Takkan kulupakan, takkan kulupakan."
Gadis itu meskipun mulutnya mengatakan demikian
tetapi kepalanya pelahan-lahan menunduk, rambutnya
yang hitam panjang terurai kebahunya dan menutupi
wajahnya. Jantung Ho Hay Hong dirasakan hampir loncat keluar,
ia pikir, apakah benar sudah dekat ajalnya?"
Pikiran yang menakutkan itu sekilas terlintas dalam
otaknya, sesaat kemudian ia bingung sendiri. Ia buruburu
menggoyang-goyangkan tubuhnya seraya
memanggil-manggil. "Chiu Khim, kau sadarlah, sadarlah!"
Tiat Chiu Khim yang sudah pingsan, ketika digoyang
tubuhnya, terganggulah luka dalam tubuhnya, hingga
mulutnya mengeluarkan darah, sedangkan orangnya juga
sadar dengan segera. Dengan suara hampir tidak
bertenaga ia bertanya: "Ada urusan apa" Hay Hong !"
"Pertahankanlah kekuatanmu, aku akan mencari orang
untuk menolong dirimu !"
"Aku sudah tidak ada harapan lagi, kau tak usah
mencapekkan hati !" "Tidak, bagaimanapun juga, aku harus menolong
dirimu." "Hay Hong, demikian baik kau terhadap diriku, kalau
aku bisa melihat ibu sekali lagi. Sekalipun mati juga tidak menyesal."
Hati Ho Hay Hong tercekat, selagi memikirkan ucapan
gadis ini, hembusan angin mendadak menyerang dirinya.
Meskipun pikirannya sedang risau, tetapi karena
kekuatan tenaga dalamnya sudah sempurna, dengan
sendirinya panca indranya sangat tajam. Maka begitu
merasa ada hembusan angin menyambar, ia segera
mengerti ada orang membokong dirinya.
Ia masih tetap melanjutkan perjalanannya, sedang
tangan kirinya secepat kilat balas menyerang.
Diluar dugaannya, serangan secepat kilat itu ternyata
mengenakan tempat kosong.
Menurut perhitungannya, betapapun tinggi kepandaian
orang itu, juga sulit mengelakkan serangannya yang
ganas itu, tapi apa yang terjadi, ternyata diluar
dugaannya. Dengan cepat ia menoleh, matanya segera melihat
pemimpin golongan Lempar batu, Chim Kiam sianseng
berdiri tidak jauh dibelakangnya.
Pemimpin itu masih tetap mengenakan kerudung
mantel yang terbuat dari kulit harimau, hingga nampak
semakin keren. Pikiran mulai tenang, tetapi ia merasa curiga, maka
lalu bertanya: "Sianseng ada keperluan apa?"
"Keperluan apa" Hm! Tanyalah kepada dirimu sendiri."
jawab Chim Kiam sianseng.
Ho Hay Hong berpikir: "Pemimpin ini dahulu ramah
tamah terhadapku, belum pernah bersikap demikian
bengis, apakah terjadi perkara lagi?"
"Aku benar-benar tidak mengerti, harap Sianseng
memberikan penjelasan!" demikian ia berkata.
Chim Kiam sianseng dengan sinar mata dingin
memandang gadis dalam pondongannya, lalu berkata
dengan nada suara dingin:
"Apakah lantaran nona ini kau bermusuhan denganku"
Memang benar, nona ini memang cant ik jelita, tetapi
bagi orang gagah yang tulen tidak nanti sampai
terjerumus kedalam perosok pipi licin!"
Ho Hay Hong semakin tidak mengerti, ia berkata:
"Sianseng jangan coba main lidah, katakanlah
maksudmu yang sebenarnya!"
"Baik, aku sekarang jelaskan. Pribahasa ada kata
orang, yang membunuh jiwa orang harus mengganti jiwa
pula. Ho Siaohiap, kau membunuh paman guruku, maka
sekarang aku minta kau ganti jiwanya !"
Kini tersadarlah Ho Hay Hong bahwa kedatangan
pemimpin partay itu adalah hendak menuntut balas
dendam kematian paman gurunya.
"Memang benar, sinaga api Tio Kang adalah paman
gurumu, tetapi aku membinasakan dia ada sebabnya,
kalau kau tidak percaya, tanyalah kepada Lam Kiang
Tay-bong locianpwee. Tio Kang itu adalah musuh
besarku yang dahulu merenggut jiwa ibuku!"
"Kau bohong, siapapun tahu bahwa kau siaohiap
dengan suka rela suka menjadi anjing nona ini !"
"Katakanlah dengan sebenarnya, apa maksud dengan
ucapanmu suka rela tadi" Apa maksud pula dengan
ucapan anjing itu" Hm, hm, apakah aku Ho Hay Hong
yang hidup sebagai orang laki-laki, tidak bisa menuntut
balas dendam sakit hati ibuku?"
"Mulutmu ingatkan menuntut balas, padahal yang
sebenarnya adalah supaya kau menyenangkan hatinya.
Apa kau kira aku tidak tahu ?"
"Kalau kau tidak percaya, sudahlah, kau menghendaki
bagaimana, terserah denganmu sendiri, jangan demikian
menghina aku" Ketika teringat bahwa luka kekasihnya justru atas
perbuatan Tio Kang, maka seketika hawa amarahnya
memuncak. Dengan suara marah ia berkata pula:
"Nona ini tanpa sebab dilukai olehnya kau adalah
keponakan muridnya, sungguh kebetulan dapat
kugunakan untuk melampiaskan kemarahan hatiku."
"Bocah she Ho, disini bukan daerah utara yang kau
boleh berbuat sesukamu, kau harus tahu bahwa aku
sudah memasang jaring, set iap waktu dapat mengunci
jiwamu!" berkata Chim Kiang sianseng sambil tertawa
dingin. "Kalau aku takut kau gertak, Sekarang aku tidak akan
berani berlaku salah terhadapmu. Jangan banyak bicara
majulah!" berkata Ho Hay Hong sambil tertawa terbahakbahak.
Ia sudah yakin benar kepandaiannya sendiri, meskipun
lawannya itu merupakan seorang lawan tangguh yang
besar pengaruhnya, tetapi ia tidak menghiraukan,
dengan menudingkan jari tangannya, ia berkata pula:
"Mari, mari kita boleh bertempur sepuas-puasnya, biar darah merah nantinya menyelesaikan persengketaan
kita!" "Bengcu rimba hijau daerah utara benar saja hebat.
Baik, mari disinilah kita putuskan!" berkata Chim Kiam sianseng sambil tertawa besar.
Suara tertawa demikian nyaring, hingga mengejutkan
serombongan burung-burung malam, begitupun Tiat Chiu
Khim juga sampai terkejut. Gadis itu bertanya dengan
heran: "Hay Hong. kau ribut dengan siapa?"
"Chim Kiam sianseng." jawab Ho Hay Hong.
Tiat Chiu Khim berulang-ulang menyebut nama itu,
mendadak berkata: "Bukankah dia itu pemimpin golongan Lempar batu?"
"Benar." "Apakah yang dia ingin Hay Hong, jikalau ia hendak
mencari onar denganmu, sekalian kau mintakan kembali
pedang pusaka garuda sakti,"
Ho Hay Hong berpikir. "Y a, hampir saja aku lupa".
Matanya segera mengawasi pemimpin itu, benar saja
ia melihat pedang pusaka itu berada diatas
punggungnya. "Chiu Kim, pedang pusakamu benar berada diatas
punggungnya!" berkata Ho Hay Hong sambil tertawa
nyaring: "Kau yakin dapat merampas kembali." tanya Tiat Chiu Kim.
Karena berbicara terlalu banyak, napas gadis itu
menurun, dan kemudian mulutnya menyemburkan darah
Menyaksikan keadaan itu, Ho Hay Hong mendadak
dengan kecepatan seperti kilat tangannya bergerak
melancarkan serangan keatas sebuah pohon besar,
kemudian disusul oleh suara jeritan manusia, dari atas
pohon itu melayang seorang laki-laki yang jatuh ditanah.
Dengan marah sekali, ia mengambil sebuah jarum
halus dari bahu Tiat Chiu Kim, kemudian bertanya
kepada Chim kiam sianseng:
"Aku hendak tanya, apakah ini perbuatan mu ?"
"Ho Siaohiap kau jangan mengoceh saja, lihatlah dulu
biar jelas kau nant i boleh lagi."
Ho Hay Hong menyambar orang tua itu dan diangkat
tinggi tinggi, setelah diperiksanya ia baru melihat bahwa
orang itu mempunyai laut muka yang dicoreng-coreng
mendadak ia berseru: "Oh! Manusia hutan. Penemuan itu telah
menggerakkan hatinya, matanya berputaran diwajah
coreng-coreng manusia liar, lalu tangannya dimasukkan
ke dalam saku orang itu, seolah-olah mencari apa-apa."
Sebentar kemudian, ia mengeluarkan tangannya
dengan perasaan kecewa, sebab di dalam tubuh orang
itu tidak didapatkan obat Liong Yen hiang yang
dibutuhkan, "Ho siaohiap, aku kira meskipun kau sudah menduduki
kedudukan tinggi sebagai Bengcu rimba hijau daerah
utara, t etapi kekuatanmu yang sebenarnya masih selisih
jauh kalau dibandingkan dengan kepandaian kakek
penjinak garuda. Akibat perbuatanmu ini kau nanti akan
merasakan sendiri" berkata Chim kiam sianseng sambil
tertawa dingin. "Jangan khawatir, aku berniat membinasakan
orangnya sudah tentu tidak takut ia datang menuntut
balas." berkata Ho Hay Hong. kemudian mengangkat
tangannya, sinar gemerlapan meluncur dari tangannya
menuju kearah barat. Kiranya, senjata rahasia tadi adalah jarum yang
dibawa oleh manusia liar itu.
Ho Hay Hong sangat tajam pandangan matanya, ia
sudah lama melihat ada orang tersembunyi digerombolan
batu yang berada diarah barat maka dengan senjatanya
orang itu ia sambitkan kepada orang tersembunyi itu.
Benar seperti apa yang d iduganya, orang tersembunyi
ditumpukan batu itu mengeluarkan suara jeritan ngeri
sesosok bayangan orang lompat tinggi satu tombak
kemudian suaranya habis dan orangnya jatuh ditanah,
binasa seketika itu juga.
Chim Kiang sianseng dengan matanya yang tajam,
segera dapat melihat bahwa dijidat orang itu menancap
sebuah jarum, hingga dalam hati diam-diam juga
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terkejut. Ia sungguh tidak menduga bahwa kepandaian
pemuda itu mendapat kemajuan demikian pesat.
Ho Hay Hong berkata sambil tertawa dingin:
"Tak kusangka sianseng juga rela menjadi anjingnya
Kakek penjinak garuda, aku hendak tanya padamu
apakah manusia-manusia liar ini, kau yang membawa
dari kampung setan?"
"Ho siaohiap, tak ada gunanya kau banyak bicara, aku
membawa perintah Kakek penjinak garuda dari jauh
datang kemari, mencari kau membuat perhitungan dan
menangkap kembali muridnya yang mengkhianati
dirinya!" "Bagus, bagus, sekarang kau perintah manusia liar,
kemudian kumpul disatu tempat dan mengundurkan diri
diam-diam." Ho Hay Hong sementara itu sudah meletakan Tiat Chiu
Khim ke tempat yang aman, kemudian bertanya kepada
Chim Kiang sianseng sambil tertawa dingin:
"Dengan seorang diri saja kau hendak bertempur
denganku?" "Kau jangan sombong, dengan seorang diri sudah
cukup aku menundukkan kau."
Tangannya segera bergerak membabat Ho Hay Hang,
tetapi serangan itu mendadak beralih dan berganti
menjadi gerakan memotong. Yang aneh ialah set iap
gerakannya itu menimbulkan suara mengaum.
Ho Hay Hong mundur selangkah, kemudian maju
menyerbu, dua lawan itu mengadu kekuatan tenaga
masing-masing lantas lompat mundur sejauh satu
tombak. Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Menurut hasil
percobaan ini, kekuatan tenaga dalam ku ternyata tidak
kalah dengannya, mengapa aku tidak menggunakan ilmu
silat garuda Sakti?"
Sehabis berpikir, ia lantas bersiul nyaring, kemudian
lompat setinggi lima tombak.
Gayanya dan perobahan gerakannya, Chim Kiam
sianseng sudah pernah melihat dari kakek penjinak
garuda, maka wajahnya berubah seketika, mulutnya
berseru: "Ah ! Kau ternyata pandai ilmu garuda sakti."
Dengan mendadak ia menghentikan perlawanan,
mungkin kepandaian ilmu silat luar biasa itu sudah
tergores dalam sekali dalam sanubarinya, sehingga
menimbulkan rasa takut. Ketika tangan Ho Hay Hong sudah mendekati dirinya,
ia baru sadar dengan tiba-tiba. tetapi pedang pusaka
garuda Sakti diatas punggungnya sudah direbut oleh Ho
Hay Hong yang hebat hanya menumbangkan Pohonpohon
yang berada disitu tidak mengambil jiwa manusia.
Ho Hay Hong menghunus pedangnya, ujung pedang
mengeluarkan suara mengaum dan menimbulkan
percikan seperti bunga mekar, secepat kilat menikam diri
Chim Kiam sianseng. Chim Kiam Sian-seng segera mengeluarkan ilmu
serangannya yang dibanggakan. Selama itu serangan itu
menimbulkan suara angin menderu bagaikan angin
puyuh. Ia sudah tahu bahwa hari itu menemukan lawan
tangguh yang dalam hidupnya belum pernah ia
ketemukan. Pandangannya berubah seketika. Setiap
serangannya dilakukan dengan hebat dan ganas, karena
serangan yang hebat itu, maka perlahan-lahan dapat
merubah kembali keadaan. Ho Hay Hong yang menggunakan ilmu pedangnya
yang bisa digunakan untuk menghadapi lawan tidak
begitu tangguh, tetapi mendadak ia berpikir: "Ilmu
pedangku ini meskipun aneh dan hebat, tetapi untuk
menghadapi lawan kelas satu seperti dia ini, agaknya
kurang leluasa, mengapa aku tidak gunakan ilmu pedang
terbangku, mungkin lebih hebat."
Pikiran itu hanya sekejap saja terlontar dalam otaknya,
sedang pedang panjangnya sudah di sodorkan lagi tiga
dim. Hawa. dingin timbul mendahului ujung pedang, Cim
Kiam sianseng yang dalam hidupnya pernah bercanda
dengan senjata tajam, saat itu. juga timbul perasaan jeri.
Dengan cepatnya tangannya bergerak menyerang
pedang yang mengancam dirinya, kemudian
menggunakan kesempatan itu, ia maju selangkah dan
menyerang dengan tangan kanan. Lengan tangannya itu
ada mengandung kekuatan tenaga besar sekali, apalagi
serangan itu merupakan serangan yang mematikan yang
sulit dijaga oleh lawannya.
Pada saat itu, Ho Hay Hong Sudah tahu benar bahwa
serangan lawannya itu hebat sekali ia juga tahu kecuali
lompat tinggi untuk mengelakkan serangan itu, sudah
tidak ada jalan lain yang lebih baik.
Oleh karena keadaan mendesak, terpaksa ia lompat
tinggi menghindarkan serangan itu. .
Tetapi secepat kilat pikirannya berubah pula, dalam
anggapannya Chim Kiam sianseng bukanlah lawan
sembarangan, jikalau dirinya sendiri tidak berani
menempuh bahayanya untuk menjatuhkannya, karena
kekuatan kedua pihak yang berimbangan dalam waktu
singkat tidak mungkin bisa ditentukan.
Tujuannya ingin lekas menyelesaikan pertempuran itu
supaya tidak menghambat waktu, karena waktu baginya
memang benar-benar sangat berharga. Oleh karena itu
maka ia telah mengambil keputusan, bertekad hendak
menyelesaikan pertempuran sesingkat mungkin.
Bersamaan pada saat ia mengambil keputusan itu, dan
tubuhnya bergerak, dan digeser maju dengan tiba-tiba
menyambitkan pedang garuda sakti dari tangannya.
Pertempuran dengan cara mengadu jiwa itu adalah
caranya yang bisa dilakukan oleh orang-orang Kang ouw
yang kepandaiannya biasa. Dengan cara yang buruk itu
Ho Hay Hong telah gunakan untuk menghadapi jago tua
yang sudah ulung, sebaliknya malah membuat jago tua
itu terheran-heran tidak habisnya.
Karena timbulnya pikiran semacam itu, mau tidak mau
telah mempengaruhi gerakannya. Sementara itu sinar
pedang yang berkilauan sudah berada dihadapan
matanya. Detik-detik yang sangat berbahaya itu, yang masih
sanggup mengendalikan perasaan yang tergoncang
hebat, tetapi pedang yang tajam itu juga terpisah hanya
tiga dam saja dihadapan perutnya.
Ketika ia tersadar ujung pedang sudah menyentuh
bajunya, bukan kepalang terkejutnya. Dia mengerahkan
seluruh kekuatannya, tangannya menyapu.
Setelah terdengar suara benturan hebat, Ho Hay Hong
tidak dapat berdiri tegak, badannya terhuyung-huyung
dan rubuh terjengkang. Sedangkan Chim Kiam sianseng
mengeluarkan suara jeritan ngeri, juga rubuh ditanah.
Dengan mengertak gigi, tangannya memegang
perutnya perlahan-lahan ia mencoba bangun, tetapi baru
saja berdiri kakinya tidak kuat mengimbangi tubuhnya,
hingga akhirnya rubuh lagi.
Pedang garuda sakti menancap diperutnya sedalam
setengah kaki, usus keluar berantakan. Darah merah
mengalir dari bekas lukanya sehingga membasahi tanah
disekitarnya. Rasanya sudah tidak jauh dengan ajalnya, tetapi
dengan mengandalkan latihan yang tidak terputus,
selama beberapa puluh tahun, ia masih dapat
mempertahankan dirinya. Wajahnya putih bagaikan kertas, keringat dingin
ngucur keluar, jago tua kawakan yang pernah malang
melintang didunia Kangouw itu, kini harus merasakan
betapa hebatnya penderitaan sebelum putus nyawanya.
Dengan perasaan gusar ia mencabut pedang dari
perutnya, lalu disambitkan kepada Ho Hay Hong.
Tetapi Ho Hay Hong dapat mengelak, sehingga
pedang itu meluncur terus dan menancap disebuah
pohon besar. Dari sini dapat diukur betapa hebat
kekuatan tenaga pemimpin itu, di saat menghadapi
mautpun, ia masih dapat menggunakan tangannya
sedemikian hebat. Dengan mata penuh kebencian ia memandang Ho Hay
Hong, mulutnya menggumam.
"Bocah, disamping merasa puas, kau jangan lupa
pembalasan atas perbuatanmu di kemudian hari."
Menyaksikan keadaan yang mengenaskan itu. Ho Hay
Hong merasa menyesal. "Chim Kiam sianseng, matilah dengan tenang, aku
nanti akan kubur jenazahmu dengan baik . . ."
Chim Kiam sianseng tidak menghiraukan, ia
mendongak dan berkata sambil menghela napas:
"Oh Tuhan, aku Chim Kiam sianseng pernah menjagoi
kalangan Kangouw hampir seumur hidupku, tak
kusangka bisa binasa ditangannya. Apakah ini lantaran
dosaku dahulu yang sudah membunuh banyak jiwa."
Entah sejak kapan matanya mengembang air, dalam
keadaan demikian, ia menarik napas yang penghabisan.
Ho Hay Hong menghampiri, selagi mau mengangkat
tubuhnya untuk dikubur, mendadak terdengar riuh suara
tambur. Cepat ia menarik kembali tangannya, dalam hatinya
berpikir: "mereka sudah tentu bisa mengurus
jenazahnya, tidak perlu aku campur tangan"
Ia lalu memondong tubuh Tiat Chiu-Khim kemudian
melanjutkan perjalanannya.
Pada waktu itu, Tiat Chiu Khim kembali membuka
matanya mulutnya mengeluarkan suara pelahan: "Suhu.
suhu" Ho Hay Hong terkejut, pikirnya: "apakah ia memanggil
kakek penjinak garuda?"
Mendadak timbul kebenciannya, katanya kepada diri
sendiri: "Tua bangka biadab itu, apa ada harganya untuk dipikiri."
Terdengar pula suara keluhan Tiat Chiu Khim: "Ah,
suhu aku sudah dekat mati."
Mendengar suara kekasihnya seperti orang mengigau
Ho Hay Hong bercekat. Ia kira lukanya kambuh, sehingga
menimbulkan panas dalam tubuhnya, maka perlu segera
ditolong. Tetapi, kemana harus mencari seorang wanita yang
berkepandaian tinggi"
Ia berjalan sambil memandang wajah si nona, ketika
menampak wajah sigadis semakin pucat, diam-diam
merasa sangat khawatir. Buru-buru ia mengerahkan ilmunya lari pesat, lari
menuju kekota. Tiba didalam kota, ia lalu mencari rumah penginapan
dan memesan sebuah kamar.
Ia letakkan tubuh Tiat Chiu Khim diatas pembaringan
sedang ia sendiri keluar lagi. Untuk mencari seorang
wanita yang memiliki kekuatan tenaga dalam yang sudah
sempurna. Tetapi, bagaimana caranya untuk menemukan
wanita demikian " Ia tidak pikirkan lagi.
Ia menyusuri hampir set iap jalan dalam kota, tetapi
tidak menemukan seorang wanita yang dimaksudkan.
"Apakah kau harus menyaksikan ia mati dalam
tanganku?" demikian ia berpikir dan bertanya-tanya
kepada diri sendiri. Hatinya sedih, pikirannya semakin risau. Ia mulai
menyesal, mengapa Liong-yan-hiang yang tinggal
sisanya itu dihabiskan semua, kalau tidak, mungkin ia
sekarang masih bisa di tolong.
Tempat itu terpisah dengan kampung setan hanya
seperjalanan kira-kira seratus pal saja, kalau ia harus
pergi kesana, pulang baik Sudah menggunakan waktu
kira-kira setengah hari, ini masih belum terhitung
kesulitan-kesulitan yang harus d ihadapi dalam sepanjang
jalan, apalagi kalau menghadapi Kakek penjinak garuda
sendiri. Dengan putus asa ia balik ke rumah penginapan.
Semua pelayan rumah penginapan merasa heran
menyaksikan sikapnya, yang tergesa-gesa dan gelisah,
tetapi ia tidak menghiraukan.
Baru saja membuka pintu kamar, sudah menyaksikan
Tiat Chiu Khim sedang bergulingan sambil merintih.
Dengan hati pilu ia berlutut dipinggir pembaringan,
tetapi kecuali menghibur, ia tidak bisa berbuat apa-apa
lagi. Tetapi, seratus patah kata hiburan, apa gunanya "
Suara rintihan si nona, seolah-olah ketukan martil
mengetuk hatinya, hingga semakin pilu.
Airmata mengalir turun tanpa dirasa, ia berkata sendiri
sambil mendongakkan kepala: "Apakah aku harus
berpeluk tangan menyaksikan kematiannya" Apakah
kecuali orang perempuan, sudah tidak ada orang lagi
yang dapat meringankan penderitaannya?"
Mendadak suatu pikiran terlintas dalam ot aknya, apa
yang dibutuhkan oleh sinona hanya kekuatan tenaga
dalam untuk membuyarkan hawa murni yang membeku
dalam tubuhnya, tidak menentukan harus kaum wanita
saja yang boleh menyembuhkan.
Ia mulai menyesalkan kebodohannya sendiri, mengapa
sejak tadi ia tidak dapat memikirkan. Orang lelakipun
dapat melakukan, hanya bagi kaum wanita sebetulnya
lebih leluasa dan lebih pantas daripada seorang lelaki
apalagi kalau bukan suaminya.
Ia menjadi girang, tetapi ketika tangannya diulurkan
untuk meraba tubuh si nona, segera menemukan
kesulitan lagi. Bagaimana seandai nanti timbul kesalah pahaman dari
pihak si nona " Pikirannya bimbang menghadapi gadis cant ik itu,
perasaan rendah diri timbul lagi dalam pikirannya.
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Selama itu ia tidak berani mengutarakan rasa hatinya
terhadap Tiat Chiu Khim, sebab dalam hatinya sudah
teraling o leh jaring yang tidak dapat ditembus, karena ia tidak mempunyai keberanian untuk menembus jaring itu.
Karena ia sebagai pemuda sebatang kara, apalagi
tidak ketahuan asal usulnya, maka selama itu ia selalu
dihinggapi oleh rasa rendah diri yang terlalu mencekam
hatinya. Dengan demikian maka ia tak berani membuka
mulut menyatakan cintanya.
Ia anggap Tiat Chiu Khim bagaikan bidadari yang tidak
dapat dijamah oleh tangannya sendiri, sebab ia adalah
seorang biasa. Ia berdiri sekian lama dengan hati bimbang tidak tahu
bagaimana harus berbuat " Sementara itu, penderitaan
Tiat Chiu Khim semakin hebat.
Hati Ho Hay Hong semakin gelisah, beberapa kali ia
mengulurkan tangannya, tetapi kemudian ditariknya
kembali. Mendadak ia bangkit dan memadamkan penerangan
lampu lilin, hingga keadaan dalam kamar menjadi gelap
gulita. Kini ia agaknya mulai tenang.
Dalam anggapannya, seolah-olah perbuatannya itu
tidak ada orang yang menyaksikan, ketika mengulurkan
tangannya lagi untuk membuka pakaian si nona,
jantungnya berdebar semakin keras.
Ia pejamkan matanya, pakaian Tiat Chiu Khim lembar
demi lembar dibukanya, setelah tinggal baju didalamnya,
pikirannya baru tenang lagi.
Diam-diam ia yang bernyali kecil, mengapa baru
menghadapi seorang wanita cantik saja sudah demikian
tegang " Tetapi ketika tangannya meraba tubuh si nona,
ketenangan mulai lenyap lagi, tangan itu gemetaran, ia
mengharap bahwa yang diraba itu adalah sebuah
patung. Dilain pihak, ia juga takut kalau-kalau Tiat Chiu Khim
nanti mendusin, bagaimana anggapan nona itu kepada
dirinya" Salah-salah ia bisa dituduh sebagai lelaki bangor yang hendak menodai kesuciannya.
Ketika tangannya menyentuh tubuh sinona dapat
masakan hawa hangat dari tubuh si nona yang kemudian
terus seperti masuk kedalam hatinya.
Ia susut keringat yang membasahi jidanya, sambil
memejamkan matanya ia membuka baju penghabisan
yang menutupi tubuh si nona hingga tak ada selembar
kain menutup tubuh yang padat montok itu.
Meskipun keadaan gelap gulita, tetapi Ho Hay Hong
seperti dapat memandang tubuh yang putih halus padat
itu, hingga jantungnya berdebar keras sekali.
Akhirnya, ia tidak dapat mengendalikan perasaan
sendiri, ia seperti sudah lupa akan dirinya sendiri,
pelahan-lahan menundukkan kepala, mencium pipi si
nona. Pada saat itu. Tiat Chiu Khim seperti terjaga, sebentar
ia merintih, kemudian membuka matanya.
Ho Hay Hong tidak menduga dalam keadaan demikian
gadis itu tersadar, hingga sesaat itu ia menjadi gugup,
terkejut dan ketakutan. Sepatah katapun tidak keluar
dari mulutnya. Ia harus bertindak secepat kilat, buru-buru menotok
jalan darahnya dan merebahkan diri sinona lagi.
Ia menghitung-hitung waktu, dua jam telah berlalu. Ia
buru-buru mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, ia
disalurkan kedalam tubuh Tiat Chiu Khim, melalui jalan
darah sinona yang berada dibawah perutnya.
Tidak ada seorangpun yang menyaksikan, tetapi Ho
Hay Hong merasa panas. Hawa panas bergerak dari telapak tangan Ho Hay
Hong masuk kedalam tubuh Tiat Chiu Khim pelahan
lahan mencairkan hawa yang membeku dalam tubuh.
Tak lama kemudian, Tiat Chiu Khim, mulai
perdengarkan suara rintihan pelahan, dan kali ini suara
itu agaknya tidak mengandung penderitaan.
Bahkan sebaliknya, suara itu seperti mengandung rasa
nikmat, hingga diam diam hati Ho Hay Hong merasa
terhibur. Ia terus menyalurkan kekuatan tenaga dalam ke tubuh
gadis itu. hingga dalam waktu singkat ia sendiri sudah
mulai lelah. Dengan pandangan mata yang tajam, ia dapat lihat
wajah sinona sudah mulai agak ke merah-merahan, tapi
ia tahu, bahwa saat itu sangat penting baginya, maka ia
tidak berlalu berlaku lengah, ia buru-buru menyalurkan
terus tenaganya. Gadis itu mendadak mengeluarkan suara rintihan lagi
kemudian mengoceh: "Suhu, maafkan perbuatanku
terhadapmu." Ho Hay Hong terkejut, tetapi ia tidak menghiraukan,
sebab itu bukanlah maksud yang sesungguhnya dari si
nona. "Suhu suhu. terimalah aku kembali. Aku bersedia
mengabdi kepadamu seumur hidup." demikian si nona
mengoceh lagi. Dari ocehan gadis itu, Ho Hay Hong dapat menarik
kesimpulan perangai gadis itu sebetulnya lembut dan
halus serta mengenal budi orang.
Meskipun dengan Kakek penjinak garuda sudah
berubah menjadi musuh, tetapi ia masih tidak melupakan
budinya yang sudah membesarkan dan mendidiknya
menjadi orang kuat. Ia diam-diam merasa bersyukur bahwa mendapatkan
pasangan yang cantik dan baik hati.
Dilain pihak, ia merasa benci terhadap kepribadian
Kakek penjinak garuda, orang yang usianya sudah
demikian lanjut, masih ingin mengawini seorang gadis
yang pantas menjadi cucunya.
Karena pikirannya bercabang, ia merasakan terlalu
letih, badannya gemetaran.
Ia terkejut dan diam-diam berpikir: "Kalau ditilik dari
keadaanku ini, kekuatan tenagaku rasanya belum cukup
untuk menyembuhkan lukanya."
Akhirnya ia mengambil keputusan untuk menempuh
bahaya, dengan menggunakan ilmunya Cie-yang Cinkhie,
karena Selain itu, tidak ada jalan lain lagi.
Tetapi ilmu itu tidak mudah didapatkan, apabila
digunakan secara sembarangan, salah-salah bisa
membawa akibat yang membahayakan dirinya sendiri.
Tetapi, ia sudah mengambil keputusan, maka tidak
memikirkan segala rintangan. Dengan mengerahkan
ilmunya keujung jari tangannya, lalu disalurkan melalui
jalan darah dan masuk kedalam tubuh si gadis.
Tatkala hawa kedua pihak saling beradu, badan kedua
orang tersebut menimbulkan getaran hebat sejenak, Tiat
Chiu Khim mendadak berteriak dan membuka matanya.
Ho Hay Hong baru hendak mengucapkan syukur atas
berhasilnya tindakannya, apa mau selagi baru hendak
menarik kembali ilmunya, tiba-tiba dikejutkan oleh
teriakan Tiat Chiu Khim, sehingga hawa dalam badannya
terus naik kekepala, dan seketika itu juga matanya gelap
lalu jatuh pingsan. Tiat Chiu Khim mengawasi dengan perasaan dingin,
matanya yang lebar sudah pulih cahayanya. Meskipun
berada ditempat gelap, tetapi agaknya dikejutkan oleh
jatuhnya tubuh Ho Hay Hong, hingga lama tidak bisa
membuka mulut. Matanya menatap wajah Ho Hay Hong, agaknya baru
dapat mengenali dengan tegas, maka ia lalu berseru:
"Oh, kau Ho Hay Hong."
Selanjutnya ia memikirkan apa yang sebetulnya telah
terjadi. Dari lobang jendela menghembus angin malam yang
dingin hingga badannya menggigil. Rasa dingin telah
menyadarkan dirinya, ia baru tahu bahwa kini tak ada
selembar benangpun melekat pada tubuhnya. Rasa malu
timbul pada dirinya hingga wajahnya berubah seketika.
Sejenak nampak ia ragu-ragu, kemudian tangannya
bergerak dan menyerang Ho Hay Hong !
Ho Hay Hong yang masih dalam keadaan pingsan
menggelinding jatuh, jidanya membentur tembok, hingga
mengeluarkan darah. Tiat Chiu Khim masih, marah, untuk ke dua kalinya ia
hendak menyerang. Serangan kali ini agak berat, apabila
jatuh dibadan Ho Hay Hong, pasti akan menghancurkan
tulang-tulangnya. Tiat Chiu Khim sedang marah, tidak biasa memikir
terlalu banyak, Tetapi selagi hendak turun tangan, tiba
tiba pikiran yang jernih timbul dalam ot aknya, dan telah
membatalkan maksudnya. Ia tidak suka membinasakan
seorang yang tidak berdosa, sebelum tahu betul apa
salahnya. Ia menarik kembali lengannya, tetapi hembusan angin
yang sudah keluar dari tangannya telah menggempur
tembok sehingga menimbulkan suara nyaring.
Dimalam hari sunyi, suara gempuran pada tembok
pada dinding itu, telah mengejutkan para tamu yang
menginap dalam rumah penginapan itu. Sebentar para
tamu berduyun-duyun keluar dari masing-masing
kamarnya dengan membawa penerangan lilin.
Tiat Chiu Khim terheran heran, ia bertanya kepada diri
sendiri: "Mengapa ia bawa aku kemari?"
Sebagai gadis yang tinggi hati, ia tidak dapat menahan
perlakuan seperti itu, maka tangan diangkat lagi hendak
penyerang. Ho-Hay Hong yang masih pingsan, sudah
tentu tidak berdaya. Selagi dalam keadaan bahaya, t ibatiba terdengar suara orang mengetuk pintu, kemudian
disusul oleh suara teguran dari luar: "Hai, hei apa yang kalian lakukan?"
Tiat Chiu Khim membatalkan maksudnya buru-buru
mengenakan pakaiannya, kemudian membuka pintu dan
bertanya: "Kau siapa ?" Orang itu lalu menjawab. "Maaf aku telah mengganggu kalian. Aku adalah
pelayan rumah makan ini. aku hendak tanya apa tadi
yang telah terjadi didalam kamar kalian ini" Mengapa
terdengar suara gempuran demikian nyaring?"
"Tidak ada apa-apa, silahkan kembali!"
Ia menutup kembali pintunya, tidak perduli pelayan
tadi sudah pergi atau belum, ia mengambil korek api
untuk menyalakan lilin. Sebentar kemudian kamar menjadi terang benderang,
sementara suara langkah kaki pelayan juga semakin lama
semakin menjauh. Ho Hay Hong masih tetap dalam keadaan pingsan,
napasnya lemah, Karena menggunakan tenaga terlalu
banyak, wajahnya pucat sekali.
Tiat Chiu Khim memandangnya sejenak lalu berkatakata
sendiri: "Hm! Kau manusia rendah yang tidak tahu
malu, masih berlagak mati."
Ia menghampiri, diangkatnya tubuh Ho Hay Hong,
dipandangnya dengan seksama.
Tetapi kenyataannya tidak seperti apa yang ia
pikirkan, Saat itu wajahnya putih bagaikan mayat,
keringat dingin membasahi sekujur badannya napasnya
sangat lemah, seolah-olah habis menggunakan tenaga
terlalu banyak. Ia terkejut menyaksikan keadaan
demikian, lalu bertanya-tanya kepada diri sendiri:
"Kenapa dia?" Ia kini mulai memikir, sebentar segera dapat
mengetahui dari keadaan itu bahwa pemuda pujaannya
itu seperti seorang kehabisan tenaga.
"Mengapa ia jadi demikian?" ia bertanya-tanya kepada diri sendiri.
Timbullah pikirannya pula untuk menanyakan lebih
dahulu sejelas-jelasnya, kemudian baru ditolongnya.
Mukanya dirasakan panas, wajah yang tadinya putih
mulai memerah hingga membuat dia nampak semakin
cant ik pada ketika itu. Ia yang seumur hidupnya tidak
pandang mata kepada orang laki, tak disangka kini
seluruhnya telah disaksikan semua oleh Ho Hay Hong.
Jikalau mengingat itu, kemarahannya lantas berkobar.
Maka ia lalu menggunakan kekuatan tenaga dalamnya
untuk menyadarkan pemuda itu.
Ho Hay Hong pelahan-lahan tersadar. Ia menarik
napas panjang, perlahan-lahan membuka matanya.
Dalam hati Tiat Chiu Khim benci sekali padanya, ia
sebetulnya sudah pikir hendak membinasakannya saja.
Tetapi ketika melihat pemuda tersebut, membuka mata
gadis ini coba mengendalikan hawa amarahnya, purapura
tertawa, dan menanya dengan suara lemah lembut:
"Kau sudah berasa enakan?"
Ho Hay Hong tidak tahu apa yang terkandung dalam
hati gadis itu, ketika melihat sang gadis dalam keadaan
sehat dan segar bugar, dalam hati merasa terkejut
bercampur girang. Ia tidak dapat mengendalikan lagi perasaannya,
segera mengulurkan tangannya menggenggam dengan
tangan Tiat Chiu Khim, dan berkata dengan girang:
"Oh, kau sudah sembuh, aku sangat girang sekali!"
Tiat Chiu Khim membiarkan lengannya di pegang,
namun kemarahan dalam hatinya masih belum padam, ia
ingin segera memberi hajaran lagi kepada pemuda yang
tidak sopan itu. "Terima kasih atas perhatianmu, untung tidak terjadi
apa-apa atas diriku!" demikian ia berkata.
Ho Hay Hong tidak tahu bahwa ucapan tu
mengandung sindiran, ia berkata sambil tertawa:
"Chiu Khim, sekarang hanya kurang semacam obat
saja, dan kau akan sembuh sama sekali. Kita harus
segera berusaha untuk mengambilnya, supaya jangan
terjadi perubahan lagi."
Tiat Chiu Khim tercengang, dalam hatinya bertanya:
"Apa maksud perkataannya ini?"
Dengan menekan perasaannya ia bertanya: "Obat
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apa?" "Liong-yan-hiang !"
"Oh! Obat seperti itu hanya kakek penjinak garuda
seorang saja yang memiliki."
"Ya, justru karena itu maka tak mudah diambilnya,
nampaknya sekali ini kita harus menempuh bahaya."
berkata Ho Hay Hong sambil menganggukkan kepala.
Melihat wajah gadis yang berseri-seri hampir ia tidak
dapat menahan perasaan birahinya, ia berkata pula.
-oo0dw0oo- Bersambung Jilid 27 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 27 "CIU KHIM, kau ada harganya bagiku untuk pergi
menempuh bahaya, segalanya kau jangan kuatir, aku
akan mengeluarkan seluruh tenaga untukmu!"
Tiat Chiu Kim masih tetap tersenyum dan berkata:
"Ah, kau begitu baik perlakukan diriku, tidak tahu aku bagaimana harus membalas budi mu?"
Ucapannya itu sebetulnya hanya sekedar untuk
menutupi perasaannya sendiri, tetapi setelah
diucapkannya, mendadak pikiran jernih dalam ot aknya.
"Pada akhirnya, sikap pemuda itu demikian sungguhsungguh
dan selalu menyatakan maksudnya hendak
mengeluarkan tenaga baginya, apakah sebetulnya yang
telah terjadi?" Memikir itu, ia jadi bimbang. Dicobanya untuk
menenangkan kembali pikirannya, mendadak merasa
bahwa urusan itu agak aneh. Pikirnya: "Jikalau ia ada
maksud hendak berbuat jahat terhadap diriku, niscaya
sudah lama berhasil, mengapa?"
Mukanya menjadi merah, ia teringat kembali
bagaimana ketika dirinya diserang oleh Tio Kang.
Ilmunya Pan Ciok Sin-kang orang tua itu sudah lama ia
kenal, dahulu ia sering minta orang tua itu supaya
menurunkan pelajaran itu padanya, tetapi selalu tidak
berhasil membujuk nya, tak ia duga orang tua yang
dahulu demikian baik hati itu, ternyata sudah
menggunakan ilmunya itu untuk menyerang dirinya.
Biasanya orang yang terkena serangan ilmu itu, binasa
seketika itu juga, tetapi oleh karena Tio Kang
mempelajari ilmu itu hanya setengah jalan saja, maka
belum mengerti betul sedalam-dalamnya
Walaupun demikian, ia berani memastikan bahwa
orang yang terkena serangan itu, jarang yang dapat di
tolong jiwanya. Ia tahu bahwa ia sendiri jelas sudah terkena serangan
ilmu itu, tetapi mengapa sekarang masih segar bugar"
Dalam hal ini jelas masih mengandung banyak rahasia
yang tidak mengerti! Berpikir sampai disitu, hawa amarahnya baik seketika,
dengan perasaan bingung ia bertanya pada Ho Hay
Hong: "Betulkah aku terkena ilmu Pan-Ciok Sin kang dari Tio Kang?"
"Benar, aku sebetulnya tidak tahu ilmu apa yang
digunakan, tapi setelah diberitahukan oleh Lam-Kiang
Tay-Bong, aku diberi tahu bahwa jahanam itu
menggunakan ilmu dari kalangan Budha yang tertinggi."
"Mengapa aku sekarang masih dalam keadaan
selamat?" "Aku sudah mengeluarkan hawa murni yang membeku
dalam tubuhmu, sudah tentu tidak ada halangan lagi!"
Terkejut gadis itu bukan main setelah mendengar
keterangan Ho Hay Hong. "Apa katamu?" Ketika ditanya secara itu dan dipandang demikian rupa
oleh sinona, segera Ho Hay Hong menundukkan kepala
dan dengan kemalu-maluan ia menjawab:
"Maaf aku oleh karena aku dalam bahaya, aku tadi
terpaksa.melakukan....."
Ia tidak dapat melanjutkan kata-katanya untuk
menjelaskan perbuatannya.
Menyaksikan sikap jujur pemuda itu, tersadarlah Tiat
Chiu Khim atas kekeliruannya. Bahwa pemuda itu tadi
berlaku demikian atas dirinya semua, hanyalah hendak
menolong dirinya dari cengkeraman maut.
Ia ingin membuktikan kebenaran dugaannya, maka
bertanya pula: "Dengan cara bagaimana kau tadi menolong aku?"
Sejenak Ho Hay Hong nampak ragu-ragu, akhirnya ia
berkata juga: "Aku mendapat keterangan dari Lam-kiang Tay bong
orang yang terkena serangan ilmu itu dalam waktu tiga
jam pasti binasa, kecuali jika menggunakan kekuatan
tenaga dalam untuk mengeluarkan hawa murni yang
mengeram dalam tubuhnya. Oleh karena itu, Aku buruburu
minta diri kepada Lam kiang Tay bong dan
menggunakan waktu yang sangat berharga pergi
mencari seorang wanita yang sudah sempurna kekuatan
tenaga dalamnya, hendak minta tolong padanya untuk
membantu menyembuhkan kau!"
Ia berkata sambil melirik sinona, ketika melihat gadis
itu tidak marah, ia lalu melanjutkan keterangannya:
"Tetapi aku lama mencari, tidak menemukan wanita
semacam itu. Karena melihat jiwamu dalam bahaya,
dengan mengambil resiko akan kau damprat aku
terpaksa turun tangan sendiri, menyembuhkan lukamu!"
"Waktu aku mendusin, mengapa aku melihatmu
ditanah dalam keadaan pingsan?"
"Kekuatan tenaga dalamku kurang sempurna, maka
kulakukan setengah jalan. Aku merasa tidak kuat. Dalam
keadaan kritis itu, terpaksa aku menempuh bahaya
menggunakan ilmuku Ci-yang Cin-khie. Tindakanku
akhirnya berhasil. Tetapi, waktu kau membuka mata aku
takut kau marah. Hatiku terlalu cemas, hingga tidak
mengendalikan tenagaku, oleh karenanya aku lantas
jatuh pingsan dan tidak ingat orang lagi."
Tiat Chiu Kim mengingat kembali apa yang dilihatnya
setelah dia tersadar dan menyalakan lampu, maka ia
anggap bahwa keterangan itu tidak salah lagi
Kini ia merasa terharu dan menyesal atas
perbuatannya tadi yang sudah memukul pada pemuda
tersebut, bahkan hampir saja membunuhnya.
Ho Hay Hong melihat gadis itu termenung memikirkan
apa yang telah terjadi, pikirannya merasa tidak tenang,
lalu berkata sambil menundukkan kepala:
"Nona, barangkali kau akan marah atas perbuatanku
yang lancang dan kurang sopan aku bersedia menerima
hukumanmu, tetapi aku minta kau maafkan atas
perbuatanku tadi !" Mata Tiat Chiu Khim yang jeli memandang Ho Hay
Hong, pemuda itu menundukkan kepala dengan sikap
tidak tenang. Tangannya diulur, mengusap-usap muka Ho Hay Hong
dengan sikap mesra dan berkata dengan suara duka:
"Kau t idak perlu sesalkan perbuatanmu sendiri, akulah seharusnya yang mengucapkan terima kasih padamu."
Ia menghela napas pelahan. Saat itu, lenyaplah semua
perasaan marah dan mendongkolnya diganti dengan
perasaan menyesal. Ia tidak tahu apa sebabnya ia bisa berubah demikian
lemah. Dahulu anggapnya bahwa dia adalah seorang
gadis berderajat tinggi sehingga nampak tegas
kesombongannya. Tiada seorang lelaki dipandang dalam
matanya, tak disangkanya kali ini ia benar-benar sudah
ditundukkan oleh Ho Hay Hong.
Ketika Ho Hay Hong merasa mukanya di raba oleh
gadis itu, tergoncanglah hatinya.
"Chiu Khim, kau suka memaafkan aku?"
Tiada jawaban keluar dari mulutnya, ia mengedipngedipkan
matanya, sesaat itu seolah-olah berada di
awan. Tanpa dapat lagi mengenakkan perasaannya
dengan mendadak jatuhkan dirinya kedalam pelukan Ho
Hay Hong. Ho Hay Hong terperanjat, hampir tidak dapat
membuka mulut untuk menyatakan kegembiraannya,
hanya: "Chiu Khim kau....adik Khim." kata-kata itu saja yang dapat dikeluarkan dari mulutnya.
Apa yang dirindukan selama itu, apa yang dipikirkan,
dalam kamar yang sempit itu kini sudah mendapat
jawabannya. Semua usaha dan jerih payahnya selama ini
telah mendapat imbalan yang setimpal.
Dalam matanya kecuali si dia, sudah tidak ada lain
orang lagi. Sedang dalam mata si gadis, juga kecuali si
dia, sudah tidak ada siapa-siapa lagi.
Dengan tangan agak gemetaran Ho Hay Hong
memeluk erat-erat tubuh kekasihnya. seolah-olah takut
terlepas lagi. Sang waktu berjalan terus tanpa dirasa. Dua insan
yang kelelap dalam arus asmara itu tidak sadar bahwa
ada sepasang mata yang mengintai mereka dari luar
Diluar jendela, dibawah sebuah pohon beringin, tanpa
satu kepala orang dengan jenggot dan rambutnya yang
putih bagaikan perak menongol mengintip kedalam
kamar. Dari rambut dan jenggotnya yang sudah putih, dapat
diduga bahwa orang yang mengintip itu adalah seorang
yang sudah lanjut usianya.
Sepasang matanya yang bercahaya terus ditujukan
kepada dua tubuh yang sedang berpelukan didalam
kamar itu adalah Ho Hay Hong dengan Tiat Chiu Khim.
Mendadak orang tersebut menghunus pedang dari
pinggangnya, yang ternyata terdapat ukiran dari hurufhuruf kecil "KIM AP SIN KIAM"
Ho Hay Hong masih belum tahu bahwa pedang KIM
AP SIN KIAM itu akan ditujukan kepadanya. Ia Sudah
kelelap dalam lautan asmara, ia anggap bahwa dalam
dunia ini hanya ia berdua Tiat Chiu Khim.
Ia berkata dengan suara pelahan kepada kekasihnya:
"Adik Chiu Khim, tahukah kau betapa besar cintaku
terhadapmu" Tetapi selama itu aku tidak berani
mengutarakan isi hatiku, karena aku takut kau akan
marah. Ow, keadaanmu masih terlalu lemah, maukah
kalau aku bantu dengan kekuatan tenaga dalamku?"
"Tidak usah, kau sendiri masih memerlukan waktu
istirahat yang cukup." jawab sinona.
Ho Hay Hong mengusap-usap rambutnya yang hitam
dan panjang, pelahan menundukan kepalanya,
memandang wajah sinona yang cantik jelita. Wajah itu
kini nampak sangat tenang, tidak lagi ketus dingin dan
agung seperti yang sudah-sudah.
"Chiu Khim, sekarang aku baru tahu aku sebetulnya
serupa saja dengan manusia biasa, yang membutuhkan
cinta dan kehangatan. Selama itu aku suka berbuat atas
kehendakku sendiri dengan sendirinya sering mengalami
kejadian-kejadian yang agak mengecewakan.
Tetapi dengan sejujurnya, aku sedikitpun tidak
membenci kelakuanmu dahulu yang demikian dingin
terhadapku. Chiu Khim, ada kalanya karena memikirkan
dirimu, tidak jarang aku mengucurkan air mata dengan
diam-diam. Adakalanya juga timbul pikiran hendak
mengundurkan diri dari dunia Kangouw dan
mengasingkan diri di tempat sunyi." demikian ia berkata sambil tersenyum.
Kemudian ia tersenyum getir dan berkata pula.
"Akan tetapi, sekarang aku harus bangkit, aku sudah
dapat memahami, betapa indahnya jiwa dan
penghidupan itu. Kadang-kadang mendung dan kadang
cerah." Ia masih hendak melanjutkan kata-katanya, satu
tangan yang hangat tiba-tiba meraba mukanya.
Dengan bernapsu ia memegang erat-erat tangan yang
hangat dan halus itu katanya dengan suara pelahan:
"Chiu Khim, marilah kita bergandengan tangan
meninggalkan dunia yang terlalu banyak panca roba ini,
pergi kedunia yang penuh damai!"
"Engko Hong, aku seperti mendapat firasat tidak baik."
berkata Tiat Chiu Khim sambil menghela napas.
Ho Hay Hong terperanjat. "Firasat apa?"
"Aku merasa diantara aku dengan kau segera dialingi
oleh kabut gelap, mungkin tak bisa berkumpul lebih
lama.". "Kenapa" Kenapa?" tanya Ho Hay Hong semakin
heran. "Adik Khim jangan kau pikirkan yang bukanbukan.
Asal kita saling mengerti, betapapun besarnya
urusan, semua dapat dipecahkan. Kau cantik dan pintar,
mengapa bisa timbul pikiran dan kekuatiran demikian
rupa?" "Tetapi aku selalu merasa bahwa antara kita agaknya
masih seperti asing."
Tidak menunggu kata-kata selanjutnya Ho Hay Hong
mempererat cekalannya. Bibir gadis itu dilumatnya habis.
Tiat Chiu Khim semula masih coba meronta-ronta,
tetapi akhirnya memejamkan matanya.
Segala-galanya menjadi tenang. Pikiran Tiat Chiu Khim
yang selalu risau, membutuhkan hiburan seperti itu.
Tetapi hidupnya belum pernah mengalami kejadian
serupa itu hingga sekujur badannya gemetaran.
Dengan tiba-tiba Ho Hay Hong dapat menangkap
suara desiran angin, kemudian disusul dengan
meluncurnya sebuah benda berkeredepan dari luar
jendela. Dengan wajah berubah, buru-buru di dorongnya tubuh
Tiat Chiu Khim. Sedang ia sendiri terus menjatuhkan diri
ke lantai. Benda itu ternyata adalah sebilah pedang pendek
terus menancap diatas meja. Ia tidak memperdulikan
pedang pendek itu, lebih dahulu melesat dahulu melesat
kedepan jendela untuk melihat siapa orangnya yang
melempar pedang tersebut.
Dalam keadaan gelap ia hanya menampak sesosok
tubuh manusia lari kabur dengan kecepatan kilat,
sebentar sudah lenyap dari pandangan mata.
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ilmu meringankan tubuh orang itu sungguh hebat,
hingga Ho Hay Hong hampir tidak percaya matanya
sendiri. Ia berdiri terpaku sambil berpikir: Orang ini tengah
malam buta menyerang aku, entah siapa dia dan apa
pula maksudnya. Kertas diambil oleh Ho Hay Hong yang segera
dibacanya. Bunyinya kira-kira sebagai berikut:
"Bocah! Sungguh berani kau membinasakan murid
kesayanganku. Dosamu tak dapat diampuni. Dalam
waktu tiga hari ini, akan kuambil jiwamu. Dengan ini
sudah kuperingatkan padamu lebih dahulu, supaya
jangan sampai orang-orang dunia Kang-Ouw
menyesalkan dan mentertawakan, aku sebagai orang
tingkatan tua menghina orang dari tingkat muda!"
Dibawah tertanda tulisannya : Ing-siu.
Ho Hay Hong terkejut, cepat sekali dia mendapat
kabar. Begitu pikirnya. Rupanya dia juga d ia sudah tahu!
Memikir lagi sampai disitu, Ho Hay Hong jadi teringat
kembali kepada kejadian-kejadian sebelumnya, apa yang
telah dilakukan bersama Tiat Chiu Khim. Ia menengok
kearah gadis itu, mukanya menjadi merah sendiri.
Melihat Ho Hay Hong melihat kearahnya, Tiat Chiu
Khim bertanya: "Hay Hong, apa benar kau membunuh muridnya?"
"Ya. Muridnya adalah Long-gee-mo!" jawab Ho Hay
Hong sambil menunduk. Mendengar disebutnya nama Long-gee-mo, gadis itu
rupanya merasa tidak senang. Tetapi karena urusan itu
bukan biasa lagi, maka ia lalu berkata:
" Habis, kau pikir bagaimana?"
"Aku juga tidak tahu harus berbuat apa."
"Kita tokh tidak boleh berpeluk tangan menunggu
kematian " "Memang !" sahutnya agak cemas. Tetapi setelah
melihat pandangan mata Tiat Chiu Khim seolah-olah
hendak menjajagi isi hatinya, ia lalu berkata pula:
"Musuh yang mengganggu kita harus lawan. Aku Ho
Hay Hong juga bukan anak kemarin sore, takut apa?"
Belum lagi menutup mulut, pintu kamar mendadak
terbuka. Sesosok tubuh manusia melompat masuk
bagaikan setan. Ho Hay Hong terkejut, buru-buru ditariknya tangan
Tiat Chiu Khim, sedang tangan kirinya menyerang orang
itu. Orang yang menyerbu masuk itu agaknya tidak
menduga akan disambut dengan hebat Ho Hay Hong.
Tetapi hanya terdengar suara dengusannya dari hidung,
tubuhnya tidak bergerak. Kemudian dengan gesit sekali
tahu tahu telah menerobos masuk antara Ho Hay Hong
dan Tiat Chiu Kim. Pedang yang menancap diatas meja
sudah tercabut, Setelah itu dia lompat keluar lagi melalui jendela.
Namun demikian Ho Hay Hong masih sempat melihat
tegas wajahnya. Teringat akan ancamannya segera ia
berseru: "Ow, dia adalah Ing-siu?" Mendengar seruan Ho Hay Hong, Tiat Chiu Khim terperanjat, ia bertanya: "Kau kenal dia?"
"Tidak, tetapi aku dapat memastikan dialah orangnya!"
Mata Tiat Chiu Khim mengawasi pohon beringin di luar
jendela, katanya dengan suara perlahan.
"Hay Hong, ia demikian berani dan kurang ajar, pasti
ada yang diandalkan. Bukannya aku tidak memandang
dirimu, Hay Hong. Dengan sejujurnya, kau tidak ada
gunanya melawan dia!"
Ho Hay Hong sedikitpun tidak marah, katanya:
"Justru karena itu, maka aku hendak belajar kenal
dengannya, tua bangka itu mungkin anggap kepandaian
dirinya sendiri terlalu tinggi, sedikitpun tidak pandang
mata kau dan aku. Sesungguhnya sangat menjemukan,
biar bagaimana aku harus melawan dia!"
"Dalam waktu kesulitan seperti ini, aku tenang
sehingga tidak menimbulkan kesalahan!"
Ha Hay Hong menganggukan kepala, ia mengerti
maksud gadis itu, yang merasa kuatirkan
keselamatannya. "Aku tahu benar riwayat dirinya. Pada enam puluh
tahun berselang, ia sudah merupakan seorang rimba
persilatan yang tergolong orang kuat. Tempat ini sudah
diketahuinya dengan jelas kalau kira tetap berdiam disini, sungguh berbahaya. Kita harus lekas pergi!"
"Kemana saja kita boleh pergi, setidak-tidaknya jauh
lebih baik daripada tetap kita di sini. Mari jalan !"
Lebih dulu Ho Hay Hong lompat keluar melalui lobang
jendela, dengan sangat hati-hati ia menghunus pedang
pusakanya memeriksa keadaan di sekitarnya.
Tiat Chiu Khim agaknya ingat sesuatu, ia bertanya:
"Hay Hong, pedang emasnya itu, apakah ada
keistimewaannya dari pedang biasa?"
"Adik Khim, kau sungguh pintar. Aku sebetulnya
hendak menyebutkan nama pedang itu, tetapi mendadak
lupa. Mungkin, rimba persilatan yang selama ini tenang,
sudah waktunya akan diganggu oleh kawanan iblis.
Pedang itu adalah pedang sakti peninggalan dari zaman
purba yang dinamakan pedang Kim Ap Sin kiam iblis tua
itu mendapatkannya dari gunung sua-giam-san daerah
utara, benar-benar tidak oleh dipandang ringan!"
"Pedang itu masih asing bagiku, agaknya belum
pernah dengar nama itu. Tetapi dari namanya saja dapat
diduga pasti pedang pusaka dari jaman kuno yang
tajamnya luar biasa!"
Berkata sampai disitu, wajah Tiat Chiu Kim yang cantik
nampak mulai diliputi oleh perasaan murung, katanya
pula: "Kepandaiannya sendiri entah sampai dimana
tingginya, aku belum pernah menyaksikan tetapi dari
kepandaian muridnya yang tidak di bawah kepandaianku,
dapat diduga, aku barang kali sulit dihadapi!"
"Ya, aku sendiri sudah pikir begitu. Akan tetapi,
sekarang aku sudah menjadi pemimpin golongan rimba
hijau daerah utara, Biar bagaimana, juga tidak boleh
merendah terhadapnya!"
Dua muda mudi itu berjalan diatas jala raya yang sepi
sunyi dan gelap gulita. Ho Hay Hong tidak takut Ing-siu, hanya dalam hati
masih merasa berat buat meninggalkan kekasihnya.
Jikalau dahulu, sedikitpun ia tidak perlu kuatirkan semua
ini, dengan hati tabah dapat ia menghadapi jago dari
tingkat tua itu. Tiat Chiu Khim memandang dirinya, mendadak
menghela napas, dari pandangan matanya yang sayu,
dapat diduga bagaimana perasaan hatinya pada saat itu!
"Kalau kau mau mengendalikan hawa marahmu, aku
lebih suka mengikuti kau mengasingkan diri kegunung
yang sepi, untuk menghindarkan bencana ini!"
"Jikalau tidak beruntung aku harus mati, tidak apalah.
Tetapi jiwaku akan hidup terus didalam hati saudarasaudara golongan rimba hijau, aku tidak menyesal lagi!"
Tiat Chiu Khim tidak berkata apa-apa lagi, ia dapat
mengerti bahwa kata-kata Ho Hay Hong itu dengan
secara tidak langsung menolak usulnya.
Sambil menggenggam gagang pedang pusakanya,
mata Ho Hay Hong memandang pedang pusaka yang
memancarkan sinar berkilauan, sementara dalam hatinya
berpikir: "Selewatnya malam ini, adalah besok pagi.
Waktu itu aku Ho Hay Hong yang menjadi pemimpin
golongan rimba hijau, harus menentukan sendiri hari
depanku. Namaku akan menjadi harum atau ludas,
dalam waktu satu hari itu dapat ditentukan. Maka aku
harus mengeluarkan seluruh kepandaianku, kalau perlu
adu jiwa dengannya."
Ia berjalan sambil melamun. Ketika berpaling kearah
kekasihnya buat menghibur beberapa patah. Sang
kekasihnya ternyata sudah tidak ada di sampingnya.
Bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong, sejak
kapan Tiat Chiu Khim meninggalkan dirinya, ia juga tidak
tahu. Dalam cemasnya ia buru-buru lari balik sambil berderu
memanggil-manggil nama kekasihnya.
Sekaligus ia sudah lari sepuluh pal lebih tetapi tidak
menemukan jejak sang kekasih maka ia mengira sudah
terjadi apa-apa atas dirinya.
Ia mengingat kembali apa yang telah terjadi, belum
lama berselang bukankah nona itu mengikuti
dibelakangnya" Kecuali ia yang menyingkir sendiri, dalam rimba
persilatan dewasa ini tidak mungkin ada orang lain
bagaimanapun lihaynya dia, yang bisa menyomot Tiat
Chiu Khim dari dekatnya tanpa diketahui sama sekali
olehnya. Selain daripada itu jikalau orang yang menangkap
gadis itu berkepandaian amat tinggi, agaknya tidaklah
perlu sampai menggunakan cara demikian untuk
merampas Tiat Chiu Khim. Bukankah ada lebih baik bila
merampas secara terang-terangan"
Ho Hay Hong berdiri terpaku. Ia bertanya kepada
dirinya sendiri: "Pasti ia yang pergi sendiri! Tetapi apa
sebabnya" Ilmu meringankan tubuhnya lebih mahir dari
padaku, lagipula karena pikiranku sedang risau, sudah
tentu tidak tahu." Semakin dipikir semakin kuat dugaannya! sebab
kecuali itu, kemungkinan lainnya sedikit sekali, bahkan
boleh dikata tidak mungkin sama sekali.
Pikirannya pelahan-lahan mulai reda, tetapi sebentar
kemudian perasaannya tidak tenang lagi.
Ia sesungguhnya tidak dapat memikirkan apa
sebabnya yang sebetulnya. Apa sebab Tiat Chiu Khim
berlalu" Dan apa pula maksudnya.
Ia mulai memikir yang bukan-bukan.
"Apakah oleh karena aku menolak keinginannya yang
baik lantas ia menjadi marah?" demikian ia bertanya
pada dirinya sendiri. Tetapi, itu juga belum tentu, Karena ia tahu benar
sifat dan perangainya. Ia tahu asal gadis itu jauh
berbeda dengan orang biasa, adanya sombong dan tinggi
hati, tetapi pikirannya tidak sampai demikian sempit.
"Mungkin ia pergi mencari bala bantuan!" demikian ia berpikir lagi.
Kalau benar demikian halnya, mengapa tidak
berunding dulu dan lantas pergi"
Apalagi kesehatannya belum pulih kembali seluruhnya,
darimana ia harus minta bantuan"
Rupa-rupa pikiran berkecamuk dalam benaknya,
pelahan-lahan ia jadi kesal sendiri. Apakah ia merasa
kecewa terhadapku" Ia mengingat-ingat kembali apa-apa yang telah
diucapkan Tiat Chiu Khim didalam rumah penginapan.
Alisnya lalu dikerutkan dan berkata kepada diri sendiri:
"Apakah ia sudah mempunyai kekasih" Jikalau tidak,
mengapa ia selalu merasa bahwa hubungan kita diliputi
oleh kabut" Ucapan itu jelas mengandung maksud
menolak cinta-ku." Oleh karena itu maka ia segera menarik kesimpulan:
"Mungkin, karena hendak membalas budiku yang
menolong jiwanya, ia pura-pura berlaku cinta
terhadapku. Aa, aa, aku tidak menduga bahwa
perbuatannya itu semata-mata hanya untuk membalas
budi. Akh. Tiat Chiu Khim mengapa kau tidak mau
mengatakan secara terus terang" Mungkin pikiranku b isa
agak tenang, tetapi Sekarang, aih."
Pikirannya semakin risau, penderitaan hatin itu
dirasakan lebih berat daripada penderitaan lahir.
Ia tertawa getir sendiri dan akhirnya memutuskan
untuk melupakan gadis idamannya itu.
Ia melanjutkan perjalanannya dengan hati berat dan
putus harapan. Ia memang memiliki ilmu meringankan tubuh yang
tinggi sekali. Dengan pikiran yang kusut ia berlari,
mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk melanjutkan
perjalanannya. Ia tidak memikirkan tempat mana yang harus dituju,
matanya memandang kearah jauh, membiarkan kakinya
lari bagaikan bergeraknya mesin.
Dengan mendadak, dibelakangnya terdengar
serentetan orang tertawa.
Dalam keadaan terkejut, ia berpaling matanya segera
menatap kepada orang yang tertawa itu.
Ia terkejut karena mata orang itu bagaikan sinar
bintang dipagi hari, yang seolah-olah ingin menembusi
hatinya. Ia tidak berani memandang terus, tanpa disadari ia
menundukkan kepala, sedang dalam hatinya berpikir:
"Siapakah dia" Apakah,.,., dia Tiat Chiu Khim."
Teringat kekasihnya pikirannya terbuka.
Ia maju beberapa langkah. ia baru lihat tegas bahwa
orang itu mengenakan kedok kulit manusia, sewaktu
mengeluarkan suara tertawa kulitnya tidak bergerak.
Sebagai seorang pintar, ia segera dapat mengenali
dari tubuh orang itu, maka seketika itu ia lantas berkata.
"Tidak perlu menyaru lagi, Ing-siu bukalah kedokmu."
Orang yang bertubuh tinggi besar itu berkata sambil
tertawa: "Bocah, kau benar-benar pintar". Sementara itu ia juga sudah membuka kedoknya, selembar muka merah
tertampak didepan mata Ho Hay Hong.
Mata Ho Hay Hong ditujukan kepada pedang pusaka
dipinggang orang tua itu, kemudian berkata:
"Jangan main gila lagi, kembalikan nona Chiu Khim
ku," Orang tua itu terkejut dan bertanya:
"Siapa nona Chiu Khim?"
Tetapi kemudian ia segera mengerti, sambil tertawa
terbahak-bahak ia berkata pula.
"Bocah, kau benar-benar tolol, sehingga sahabat
perempuanmu hilang juga tidak tahu. Sungguh sangat
memalukan, kau masih berani menganggap dirimu
sebagai pemimpin rimba hijau daerah Utara ?"
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menyaksikan sikap yang sungguh-sungguh, agaknya
memang tidak tahu benar, maka Ho Hay Hong lalu
berpikir: "Apakah benar-benar Chiu Khim pergi atas
kemauannya sendiri.?"
Seketika itu ia merasa sedih lagi, karena dari sini
dapat membuktikan dugaannya sendiri. Namun demikian,
karena sedang berhadapan dengan musuh tangguh,
maka buru-buru mengendalikan perasaannya. Ia
berkata: "Ing-siu, kau merintangi perjalananku, apakah hendak
menuntut balas buat kematian muridmu?"
Mata Ing-siu menatap wajah Ho Hay Hong, jawabnya:
"Benar, aku sebetulnya hendak membunuhmu
sekarang juga, tetapi setelah melihatmu, pikiranku
berubah lagi. Aku menghendaki supaya kau mati
dihadapan jago rimba persilatan seluruh dunia, supaya
semua orang rimba persilatan tahu bahwa aku Ing-siu
bukan saja belum mati, bahkan lebih hebat daripada Ingsiu
pada enam puluh tahun berselang!"
"Bicara memang gampang. Tetapi aku bukanlah
patung, mana aku mau membiarkan diri ku diperlakukan
dengan sesuka hatimu?"
"Hebat, hebat. Aku tahu bahwa kau yang masih muda
belia, sudah berhasil menduduki kursi pemimpin
golongan rimba hijau daerah utara. Kepandaian ilmu
silatmu sudah pasti tak dapat dibandingkan dengan
orang biasa. Tetapi kalau dibandingkan dengan aku, itu
seperti telur diadu dengan batu."
Ho Hay Hong semangatnya bangun seketika,
mendengar perkataan itu bukan saja tidak marah,
sebaliknya malah tertawa terbahak-bahak. Ia berkata
dengan suara keras: "Bagus, bagus. Aku jadi ingin sekali mencoba
kepandaianmu?" Ia maju lagi tiga langkah dan berkata dengan suara
berat: "Aku mau tanya padamu. Bagaimana pertarungan ini
kita mulai?" "Bocah! Keberanianmu memang patut dipuji, benar
tidak kecewa kau jadi jago muda. Tapi Sayang kau
terjatuh di tanganku Tentang pembukaan mudah saja.
Tempat boleh kau pilih, aku nanti akan datang untuk
mengambil jiwamu!" Ho Hay Hong seketika itu melupakan rasa sedihnya
dengan semangat menyala nyala ia berkata.
"Aku tahu bahwa pedang pusakamu itu Kim Ap Sin
Kiam, benda peninggalan zaman purba. Tetapi pedang
garuda Saktiku juga bukan pedang biasa, marilah kita
mengadu pedang siapa yang lebih tajam."
Ing-siu tampak terkejut ia bertanya "Kau pernah apa
dengan kakek penjinak garuda " Mengapa kau
membawa-bawa pedang garuda saktinya?"
"Tentang ini kau tidak perlu tanya!" sahut Ho hay Hong. "Kalau waktunya sudah tiba, kau datang saja
berhadapan denganku !"
"Baik, besok tengah hari kita bertemu lagi."
Ia melirik Ho Hay Hong sejenak, lantas berlalu.
Baru saja orang tua itu memutar tubuhnya, Ho Hay
Hong melihat sebuah makam menonjol maka lalu
bertanya: "Tunggu dulu! Aku mau tanya padamu, ini kuburan
siapa?" "Tang-Siang Sucu!" jawabnya sambil tertawa dingin.
Mendengar jawaban itu, bukan kepalang terkejutnya
Ho Hay Hong, sehingga seketika itu berdiri menjublek.
Tang-siang Sucu meskipun jahat, tetapi bagaimanapun
juga masih terhitung saudara sekandungnya sendiri.
Ia berdiri terpaku sekian lama, mendadak wajahnya
berubah. Ing-Siu juga tidak lantas pergi. Menyaksikan sikap Ho
Hay Hong, lantas bertanya.
"Kau berdua sama-sama membunuh muridku, sudah
seharusnya menerima hukuman mati. Kau menyesal juga
sudah terlambat." Ia tidak tahu bahwa Tang-siang Sucu adalah saudara
sekandung Ho Hay Hong, dianggapnya kawan biasa saja.
Katanya pula. "Meskipun kau merasa kasihan, tidak urung kau
sendiripun akan mati. Kau juga tidak usah pura-pura,
hari ini adalah hari kematian kawanmu, dan besok adalah
giliranmu. Aku selamanya dapat membedakan dengan
tegas, siapa musuh siapa tuan penolong tidak pernah
membunuh orang yang tidak berdosa, t etapi juga belum
pernah melepaskan musuh-musuhku begitu saja. Siapa
suruh kau tidak mencari keterangan dulu?"
Sehabis berkata demikian, lantas berjalan
meninggalkan Ho Hay Hong.
"Berhenti!" Kemudian berkata dengan gemas:
"Ing-siu! Kau membunuh saudaraku, maka sekarang
kau adalah musuh besarku, serahkanlah jiwamu!"
"Bocah, telah kuberikan kesempatan padamu untuk
hidup satu hari lagi. Apakah kau masih kurang puas!"
Ho Hay Hong mendekati Ing-siu dengan langkah lebar,
dengan mata beringas ia berkata:
"Orang lain boleh takut padamu, tetapi aku Ho Hay
Hong tidak ! Lekas hunus pedang pusakamu, mari kita
bertempur mati-matian!"
Dengan cepat menghunus pedang garuda saktinya
dan pasang kuda-kuda. Matanya menatap wajah Ing-siu,
katanya gusar: "Lekas ! Jikalau tidak, aku akan berlaku kurang ajar
terhadapmu!" Sejak dahulu, enam puluh tahun berselang Ing-siu
pernah menjagoi dunia Kang-ouw dan namanya dikenal
orang di seluruh rimba persilatan. Belum pernah ia
melihat seorang yang tidak takut mati seperti anak muda
didepan matanya ini. Maka alisnya lalu dikerutkan
kemudian berkata: "Bocah, apa kira aku mudah kau hadapi?"
"Aku tidak perduli kau mudah di hadapi atau tidak.
Ganti jiwa saudaraku lebih dulu, jangan banyak bicara!"
Ing-siu tertawa terbahak-bahak, lama baru berkata :
"Bocah, menang atau kalah besok sudah tentu dapat
diketahui, perlu apa kau begitu tergesa-gesa?"
Ing-siu adalah seorang yang kejam dan banyak
akalnya. Meskipun ia tahu sedang bermusuhan, tetapi ia
masih dapat berlaku sabar.
Ia telah mengambil keputusan, besok saja
membinasakan anak muda itu dihadapan jago-jago rimba
persilatan. "Baik. besok ya besok. Jikalau tidak datang pada
waktunya, jangan sesalkan kalau aku datang
kerumahmu." berkata Ho Hay Hong marah.
Ing-siu tertawa terbahak-bahak, dengar membawa
hawa amarahnya ia terlalu.
Ho Hay Hong mengawasi dengan hati panas,
kemudian ia memandang tanah kuburan dan
menggumam: "Hay Thian. Hay Thian, hendaknya kau mati dengan
meram. Aku akan menuntut balas dendam untukmu!"
Untuk pertama kalinya ia mengucurkan air matanya
bagi saudaranya yang jahat dan banyak dosa itu.
Dibawah sinar bintang di langit, dengan ditiup oleh angin
malam yang dingin, untuk pertama kalinya ia
mengungkapkan perasaannya !
Lama ia berdiri di depan kuburan, mendadak
dikejutkan oleh suara burung malam. Kini hatinya telah
dipenuhi oleh hawa amarah dan permusuhan, pikirannya
terhadap kekasihnya telah lenyap sama sekali.
Setelah bersembahyang didepan kuburan Tang-siang
Sucu, ia lantas berlalu. Perlahan-lahan ia menghilang di tempat gelap, ia
memulai perjalanannya untuk membuka lembaran baru
yang gilang-gemilang atau mati sebagai ksatria.
Keesokan pagi-pagi sekali, di kalangan Kang-ouw
mendadak tersiar berita yang mengejutkan.
Berita itu bagaikan halilintar disiang hari bolong,
merupakan suatu kejadian besar sejak adanya riwayat
dunia Kang ouw. Berita besar itu adalah akan dilakukannya
pertandingan antara Ing-siu, jago tua kenamaan sejak
enam puluh tahun berselang dengan pemimpin golongan
rimba hijau daerah utara.
Berita besar ini ditiup-tiup demikian rupa sehingga
belum sampai satu hari, sudah menggemparkan seluruh
rimba persilatan. Hampir set iap orang yang pernah menginjak dunia
Kang ouw atau yang mengerti ilmu silat, tidak ada yang
tidak tahu berita yang mengejutkan itu.
Hanya dalam waktu satu hari saja, hampir diset iap
rumah makan, jalan besar dan set iap gang, semua orang
membicarakan berita itu. Sebab nama Ing-siu sudah lama terkenal, tiada orang
rimba persilatan yang tidak tahu. Sedangkan pemimpin
golongan rimba hijau daerah utara yang baru muncul
juga telah banyak perbuatannya yang patut dipuji.
Dua manusia besar itu hendak melakukan
pertarungan, berita itu benar-benar telah
menggemparkan seluruh rimba persilatan.
Oleh karena itu juga saudara-saudara dari golongan
rimba hijau dari daerah utara yang dekat daerah selatan,
pada berbondong-bondong menuju ke selatan, untuk
menyaksikan pertandingan besar itu.
Dalam waktu satu hari saja, golongan rimba hijau
daerah selatan juga gempar. Pemimpin daerah utara
yang sudah lama dijeleki oleh mereka, kini ternyata
bertindak demikian berani, hingga pandangan mereka
berubah seketika. Tempat ditunjuk oleh Ho Hay Hong untuk
mengadakan pertandingan itu, adalah tempat sebagai
daerah ternama didaerah selatan, yang letaknya kira-kira
sepuluh pal dari propinsi Ciat-kang.
Tempat itu merupakan sebuah danau yang
mempunyai pemandangan alam indah.
Hari itu, mulai dari pagi hari, jalanan yang menuju
kedanau itu telah dipenuhi oleh manusia-manusia yang
menuju ketempat itu untuk menyaksikan pertandingan
besar. Hari itu udara cerah diatas langit hanya terdapat
beberapa gumpal awan putih yang tersebar dimanamana.
Ho Hay Hong dengan berpakaian ringkas dan seorang
diri, jalan diatas jalan raya yang menuju kedanau.
Sepanjang jalan tampak banyak mata ditujukan padanya
hingga semangatnya semakin menyala nyala.
Ia mengerti bahwa ini adalah Satu ujian paling berat
dalam seluruh hidupnya, mati hidupnya tergantung
dalam pertempuran hari ini. Bukan hanya itu saja,
bahkan nama baik golongan rimba hijau daerah utara
juga tergantung di dalam tangannya.
Ia berusaha keras menekan emosinya, supaya
melupakan berlalunya dua kekasihnya dan kematian
saudaranya. Ia berusaha setenang mungkin, supaya
dapat melawan musuhnya dengan sebaik-baiknya.
Ia tidak berani membayangkan apakah ia akan
berhasil, tetapi ia harus bertahan sekuat tenaga.
Sekalipun bukan tandingannya, atau harus hancur lebur
di medan pertempuran, ia juga akan melawan dengan
gigih. Dalam keadaan demikian, ia tiba ditempat yang
hendak dijadikan medan pertempuran.
Sebelum ia tiba, tempat itu sudah penuh dengan
manusia yang berjejal-jejal ingin menyaksikan
pertempuran bersejarah itu.
Ho Hay Hong yang suka ketenangan, juga tak mau
mengagulkan diri. Begitu melihat Ing siu masih belum
datang, ia segera mencari suatu tempat yang agak
tenang, dan duduk seorang diri.
Baru saja ia duduk, dibawah sebuah pohon besar yang
tidak jauh dari tempat ia duduk mendadak terdengar
suara orang berkata: "Saudara-saudara, Ho Hay Hong
yang menduduki kursi pemimpin golongan rimba hijau
daerah utara itu, kabarnya adalah seorang muda yang
usianya terpaut tidak jauh dengan kita. Belum lama ia
muncul didunia Kang Ouw, sudah menggemparkan rimba
persilatan, benar-benar sangat mengagumkan!"
"Ng !" demikian terdengar jawaban suara lain orang,
"aku mempunyai satu pandangan lain, aku anggap
seorang muda paling pantang namanya terlalu menonjol.
Meskipun ia sudah menjadi pemimpin golongan rimba
hijau daerah utara, tetapi kalau dibandingkan dengan
Ing-siu, masih selisih jauh. Dalam pertempuran ini
mungkin ia akan rugi!"
Terdengar pula suaranya orang ketiga: "Hm, jieko!
Aku lihat belum tentu seperti apa yang kau duga. Orang
sengaja hendak menunjukkan kepandaiannya dirimba
persilatan daerah selatan, tidak mungkin memikirkan rugi
atau tidak rugi!" Jelas suara orang itu mengandung nada mengiri dan
mengejek. Hati Ho Hay Hong tergerak. Dan ia mendengar suara
lain berkata: "Sam suheng, sudahlah, semua tidak perlu bertengkar memperbincangkan urusan orang lain. Biar
bagaimana sebentar lagi kita tokh akan dapat
menyaksikan sendiri."
Ho Hay Hong berpaling kearah orang-orang itu,
dibawah pohon besar itu ternyata ada duduk empat
orang muda, yang masing-masing menyoren pedang.
Ketika empat pemuda itu melihat Ho Hay Hong
memandang mereka dengan sinar matanya yang tajam,
semua terperanjat. Ho Hay Hong juga segera mendapat kenyataan bahwa
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka itu bukan orang-orang dari golongan jahat, maka
tidak menghiraukannya, tetap duduk sambil
mendongakkan kepala menantikan kedatangannya Ingsiu.
Dengan mendadak, terdengar suara tertawa nyaring
menggema diudara. Suara itu diulangi lagi berulang-ulang hingga
menimbulkan perhatian semua orang yang ada disitu.
Empat pemuda itu juga lantas diam, celingukan
mencari cari. Ho Hay Hong juga dapat merasakan bahwa kekuatan
tenaga dalam orang itu tidak dimiliki oleh orang
sembarangan. Ketika ia angkat muka, matanya segera
dapat lihat seorang yang mengenakan pakaian panjang
warna kelabu, berdiri menghadap kebarat. Ditengahtengah
orang banyak, orang itu nampak sangat
menyolok. Setelah Ho Hay Hong melihat tegas siapa adanya
orang itu, diam-diam terkejut, karena orang itu adalah
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 21 Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Dendam Empu Bharada 39