Pencarian

Setan Harpa 10

Setan Harpa Karya Khu Lung Bagian 10


"Lohu adalah sahabatnya Ong Buo kim!" sahut Tay khek
Cinkun. Kim Lo sat tersenyum. "Ong Bun kim!" tegurnya, "kau datang-datang lantas
membunuh orang, sebetulnya apa maksudmu?"
"Aku mempunyai dendam dengannya!"
"Apakah kau tak bisa memberi muka kepada-ku dengan
mengampuni selembar jiwanya?"
"Aku sama sekali tiada hubungan apa-apa denganmu."
Kim Lo sat kembali tertawa dingin, katanya.
"Ong Bun kim tampaknya kau masbih belum dapat
dmemahami jalan apikiranku, demib kau, aku telah
menyerang kesana kemari menaklukkan kolong langit..."
"Biar kuterima dihati saja maksud baikmu itu!"
"Demi kau, aku telah menaklukkan dunia dan menjagoi
dunia persilatan, tujuanku tak lain adalah ingin
menyerahkan kedudukan yang tinggi dan mulia ini
kepadamu mengapa kau begitu tak tahu diri"
"Terima kasih atas maksud baikmu!"
Lagipula meski aku tidak memiliki kecantikan yang luar
biasa bagaimanapun juga aku masih pantas untuk
mendampingimu, kau tak akan dibuat rugi oleh perkawinan
itu. "Kecantikan nona luar biasa, aku Ong Bun kim merasa
tak pantas untuk menerimanya."
"Jadilah seorang pangcu di tempat ini, dari pada musti
keluyuran terus di tempat luaran."
"Aku merasa tak pantas untuk menduduki jabatan
pangcu ini!" Paras muka Kim Lo-sat kontan saja berubah hebat.
"Jadi apa maksud kedatanganmu kemari?" tegurnya.
"Mencari kau!" "Ada urusan apa mencari aku?"
"Mencari kau..."
Ternyata untuk sesaat lamanya Ong Buit kim tak
sanggup mengucapkan sepatah kata pun. sebab
bagaimanapun juga ia merasa malu untuk membuka suara
dan memohon obat dari perempuan ini.
Maka dia hanya berdiri termangu-mangu ditempat
sambil mengawasi wajah Kim Lo sat lekat-tekat.
Kim Lo sat segera tertawa bangga, katanya lagi:
"Ong Bun kim, ada persoalan apa yang tersimpan dalam
hatimu" Hayolah katakan berterus terang!"
Persoalan ini betul-betul membuat Ong Bun kim tak
sanggup buka suara, selama hidup belum pernah dia
memohon kepada orang lain, apalagi orang ini adalah
orang yang membuatnya merasa sangat tidak puas.
Kim Lo-sat bukan orang bodoh, sudah barang tentu ia
dapat meraba isi hati pemuda itu, setelah tertawa dingin
katanya: "Jangan-jangan kau Ong Bun kim ada suatu permintaan
kepadaku?" Ong Bun kim menggertak giginya menahan emosi,
kemudian jawabnya: "Benar!" Jawaban ini benar-benar jauh dbiluar dugaan Kidm Lo
sat, untuka sesaat lamanyab ia menjadi tertegun, tapi
sejenak kemudian tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeehhh... heeehhh... heeehh... jadi lantaran kau
hendak memohon, sesuatu kepadaku, maka kau baru
datang kemari?" Perkataan itu telah membuat Ong Bun kim merasa
murung dan serba salah, sebagai seorang pemuda yang
tinggi hati, mana mungkin ia bisa tahan terhadap
kejumawaan dan keketusan dari Kim losat ini.
Paras mukanya kontan berubah, tiba-tiba ia memutar
badan dan pergi meninggalkan tempat itu.
Kepergian Ong Bun kim yang sangat tiba tiba ini segera
membuat Kim Lo sat menjadi tertegun.
Tay khek Cinkun ikut tertegun pula oleh sikap serta
tindakan dari si anak muda itu.
"Berhenti !" tiba-tiba Kim Lo sat membentak dengan
suara yang keras dan dingin.
Ong Bun kim berhenti lalu memutar badannya. Dengan
wajah penuh kegusaran dia berseru:
"Kim Lo sat tidak salah aku Ong Bun kim datang kemari
karena hendak memohon kepadamu tapi kau jangan keburu
merasa bangga dulu, aku Ong Bun kim bukanlah manusia
seperti apa yang kau bayangkan."
-oo0dw0oo-- Jilid 19 ANTARA dia dan aku, sesungguhnya bukan sepasang
musuh bebuyutan, akan terapi perubahan situasi membuat
mereka berdua berubah sepasang musuh bebuyutan saja,
perkembangan situasi semacam ini boleh dibilang amat
sensitip sekali. Kenapa Ong Bun kim merasa tak puas terhadap Kim Lo
sat" Kalau dibicarakan sesungguhnya amat sederhana
sekali, yakni karena Kim Lo sat tidak menganggap Ong
Bun kim sebagai seorang pria.
Padahal kedudukan seorang pria adalah maha penting,
tapi Kim Lo sat telah mengabaikannya.
Ong Bun kim merasa punya harga diri, sebab itu dia
menolak untuk menerima perintah dari orang lain.
Sebaliknya Kim Lo sat tak pernah berpikir sampai kesitu.
Melihat situasi yang terbentang didepan mata saat itu,
Tay khek Cinkun sadar bakwa keadaan tersebut bila
dibiarkan berlangsung terus, maka akibatnya bakal celaka,
maka sambil tersenyum katanya:
"Pangcu, bolehkah aku ikut bicara?"
Dengan sorot mata tajam Kim Lo sat menatap sekejap
wajah Tay kkek Cinkun kemudian katanya dengan dingin:
"Apa yang hendak kau katakan?"
"Konon antara Prangcu dengan Ontg Bun kim
mempuqnyai ikatan talri perkawinan, karena itu kumohon
pada kalian agar merundingkan segera urusan secara baikbaik,
apa sih gunanya saling memegang prinsip dan jalan
pikiran sendiri-sendiri?"
"Kau tak usah turut campur ini urusan kami sendiri."
Ketanggoran batunya. Tay khek Cinkun tertawa jengah,
dengan wajah tersipu diapun membungkam dalam seribu
bahasa. Sementara itu Kim Lo sat telah berpaling kearah Ong
Bun kim sambil menegur dengan ketus.
"Ong Bun kim, sebetulnya, apa yang kau kehendaki
diriku?" "Dua bungkus obat Ban-nian niat nian-san!"
"Apa" Kau menginginkan bubuk darah ikan lele berusia
sepuluh laksa tahun ?"
"Betul!" "Oooh....! Kiranya itulah yang kau kehendaki, tapi
tahukah kau aku bakal memberikan kepadamu atau tidak?"
"Aku meminta kepadamu adalah satu persoalan, kau
suka memberikan kepadaku atau tidak adalah urusan lain,
jadi mau memberi atau tidak, harap kau jawab saja secara
berterus terang" Sambil tertawa dingin ujar Kim Lo sat:
"Tidak sulit jika kau menginginkan bubuk Ban-nian hiat
mau san tersebut, cuma ada suatu syarat!"
"Apa syaratmu?"
"Sambutlah lebih dulu tiga buah pukulanku".
Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim merasa hatinya
bergetar keras, saat ini dia tak lebih hanya seorang manusia
yang menderita luka dalam dan keracunan hebat, atau
dengan perkataan lain pertaruhannya untuk menyambut
ketiga buah pukulan lawan seratus persen tak mungkin bisa
ia menangkan. Agaknya Kim Lo-sat dapat menyaksikan pula keadaan
Ong Bun kim yang terluka parah, tampaknya diapun tahu
kalau anak muda itu tak akan mampu untuk menyambut
serangannya. Maka sambil tertawa dingin katanya kemudian:
"Seandainya kau tak sanggup memenuhi syarat ini..."
"Tiada persoalan yang tak bisa dilakukan oleh Ong Bun
kim." tukas pemuda itu cepat.
"Kalau begitu, kau bersedia untuk menyambut tiga buah
pukulanku?" "Benar!" "Bagus sekali !"
Ong Bun kim berjalan balik ke tempat semula, sekalipun
ketiga buah pukulan ini mungkin akan menghantarnya ke
ambang pintu kematian, dia bertekad akan mencoba nya
juga. Ia memiliki cukup semangat untuk menyambut ketiga
buah serangan tersebut, meski luka dalam yang dideritanya
cukup parah dan racun jahat telah mengendon dalam
tubuhnya, namun ia masih tetap menantang perang
terhadap kematian. Ia berjalan kehadapan Kim Lo sat dan berhenti lebih
kurang tiga depa dihadapannya lalu katanya.
"Andaikata aku mampu untuk menyambut ke tiga buah
seranganmu itu, apa pula yang hendak kau Iakukan?"
"Kuserahkan bubuk Ban nian hiat man san tercebut,
kepadamu yang telah membunuh mati Hiat hay longcu"
"Bagus sekali!"
"Seandainya kau yang tak mampu untuk menerima
ketiga buah seranganku...?" Kim Lo sat balik bertanya
secara tiba tiba. "Terserah apapun yang hendak kau laku kan atas diriku."
"Bagus sekali!" seru gadis itu kemudian.
Hawa murninya segera dihimpun ke dalam telapak
tangan, lalu dengan wajah sedingin es dia tatap wajah Ong
Bun-kim lekat-lekat kemudian katanya.
"Kau sudah bersiap sedia?"
"Sudah!" Tay khek Cinkun merasakan jantungnya ber debar keras
setelah menyaksikan kejadian ini, ia tahu seandainya Ong
Bun kim tidak keracunan dan terluka parah, untuk
menyambut tiga buah pukulan dari Kim Lo sat
sesungguhnya bukan suatu pekerjaan yang menyulitkan.
Tapi keadaannya sekarang jauh berbeda, kemungkinan
besar ke tiga buah pukulan tersebut dapat merenggut
selembar nyawanya. Terdengar Kim Lo sat tertawa dingin, kemudian
katanya: "Ong Bun-kim, aku hendak melancarkan serangan!"
"Silahkan!" Kim lo sat segera bmembentak nyaridng, tubuhnya
meanerjang ke depabn dan secara tiba-tiba melancarkan
sebuah pukulan dahsyat. Tampak bayangan telapak tangan berkelebat lewat kian
kemari, dengan mempergunakan tiga macam gerakan yang
berbeda secara terpisah menyerang tiga buah jalan darah
penting ditubuh Ong Bun-kim.
Bukan cuma gerak serangannya saja yang amat cepat,
jurus serangan yang dipakaipun amat iihay dan
mengerikan. Ong Bun kim segera membentak keras, ia melancarkan
sebuah pukulan pula ke depan, dalam waktu singkat
bayangan tubuh dan bayangan telapak tangan saling
menyambar di udara. "Blaam !" 000000OdwO000000 BAB 59 MENDADAK Kim-lo sat melancarkan serangannya
yang kedua dengan amat hebatnya.
Ong Bun kim tak mau kalah, dia melepaskan pula
serangannya yang kedua. Diantara perputaran bayangan tubuh yang menyilaukan
mata, Ong Bun kim segera terdesak mundur sejauh tujuh
delapan langkah dengan sempoyongan.
Dikala Ong Bun kim sedang mundur itulah Kim lo sat
membentak keras, serangannya yang ketiga segera
dilancarkan. Serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar
biasa, ini membuat Ong Bun kim tak sanggup
mempertahankan diri, sambil menggertak gigi, tangan
kirinya segera menangkis keatas dengan jurus Mo-im-kuijiau
(bayangan setan cakar iblis).
Bayangan manusia kembali berkelebat lewat, kemudian
"Blaam!" suatu benturan keras terjadi, baik Ong Bjn-kim
maupun Kim lo-sat secara beruntun harus mundur tujuhdelapan
langkah sebelum dapat berdiri tegak kembali.
Paras muka Ong Bun kim pucat pias seperti mayat, peluh
dingin mengucur keluar membasahi sekujur tubuhnya.
Paras muka Kim-lo sat ikut berubah hebat ia menengok
wajah Ong Bun kim dan berdiri termangu, agaknya dia tak
menyangka kalau Ong Bin kim masih sanggup menerima
ketiga buah pukulannya dalam keadaan luka parah seperti
itu. Mendadak... "Uaaak !" Ong Bun kim muntah darah segar, tubuhnya
jatuh terjengkang keatas tanah.
Tay khek Cinkun yang menyaksikan kejadian mi
menjadi amat terkejut, dia segera melompat ke depan dan
meluncur ke hadapan bpemuda itu. tandgan kanannya
deangan cepat ditebpuk kebawah dan menotok tiga jalan
darah penting ditubuhnya.
Kenyataan tersebut sangat mengejutkan pula diri Kiui losat.
Jelas Ong Bun kim telah mempertaruhkan selembar jiwa
raganya untuk menyambut ke-tiga buah pukulan itu secara
kekerasan, padahal berbicara yang sesungguhnya ia sudah
berada dalam keadaan terdesak apa boleh buat.
Rasa sakit hati yang dialaminya sekarang, sulit untuk
dilukiskan dengan kata-kata, ia menjadi amat murung
sekali. "Pangcu!" dengan suara dingin Tay khek Cinkun segera
menegur, "bukankah Ong Bun kim telah berhasil
menyambut ketiga buah pukulan mu?"


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar, ia telah menyambut seranganku!"
"Lantas, kau seharusnya menyerahkan pala bubuk Bannian
hiat-man san tersebut kepadanya bukan?"
Dan dalam sakunya Kim lo sat mengeluar kan dua
bungkus bubuk obat Ban nian hiat man san dan diserahkan
kepada Tay-khek Cinkun katanya:
"Inilah bubuk Ban nian hiat man san, ambilah dan bawa
dia pergi!" "Terima kasih banyak pangcu!"
Selapis rasa sedih melintas diatas wajah Kim lo sat,
jawabnya dengan suara lirih.
"Kau boleh membawanya pergi meninggalkan tempat
ini!" Sambil membimbing bangun Ong Bun kim dari atas
tanah, tiba-tiba Tay khek sinkun bertanya kepada Kim lo
sat: "Apakah pangcu amat mencintai Ong Bun kim?"
"Benar!" "Kalau begitu, cara yang kau pergunakan keliru besar!"
Selesai berkata dia lantas melompat pergi dan berjalan
menelusuri jalan kecil me ninggalkan tempat itu.
Memandang bayangan punggung mereka yang semakin
menjauh, Kimlosat hanya berdiri kaku sambil termangumangu.
Sementara itu Tay khek Cinkun yang membawa Ong
Bun kim berlalu dari markas besar dari perkumpulan Hui
mo pang telah tiba dibawah bukit Thi gou san, didalam
sebuah hutan yang lebar ia baringkan tubuh Ong Bun kim
ke atas tanah. Waktu itu keadaan Ong Bun kim tak ubahnya seperti
sesosok mayat. Menyaksikan hal tersebut, Tay khek Cinkun
menghela napas panjang, pikirnya dihati:
"Aaai, inilah yrang dinamakan ttakdir?"
Ia telah memeriksa jalran darah di tubuh Ong-Bun kim
dan diketahui ada beberapa buah diantaranya sudah
berhenti berdenyut, sepasang alis matanya segera berkenyit.
Dari dalam saku Ong Bun kim, ia mengeluarkan pil yang
diserahkan Tiang seng lojin itu, kemudian mengeluarkan
sebungkus Ban nian hiat man-san dan ditelannya bersama.
Ban nian hiat man san memang sebuah benda langka
yang mustajab kasiatnya, setelah menelan obat tersebut Tay
khek Cinkun segera duduk bersila sambil mengatur
pernapasan untuk mengobati lukanya.
la mengerahkan segenap hawa murninya untuk
mendesak keluar hawa racun dari dalam badan, alhasil
bukas saja semangatnya menjadi segar kembali bahkan
tenaga dalamnya peroleh kemajuan yang amat pesat, dalam
keadaan begini ia telah bersiap-siap untuk membantu Ong
Bun kim untuk menyembuhkan lukanya.
Tiba-tiba... Pada saat Tay-khek Cinkun sedang mengobati Ong Bun
kim dengan tenaga dalamnya, dan suasana mencapai pada
saat yang paling kritis, mendadak terdengar suara tertawa
dingin berkumandang memecahkan keheningan.
Mendengar suara tersebut, paras muka Tay kbek Cin kun
segera berubah hebat. Ia sadar bahwa mustahil baginya untuk menghentikan
pengobatan dalam keadaan seperti ini, lagipula dia tak tahu
yang datang adalah musuh atau sahabat.
Andaikata sahabat, hai ini tentu saja menguntungkan
pihaknya, tapi seandainya musuh maka akibatnya sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Butiran peluh sebesar kacang sudah mulai bercucuran
membasahi jidatnya. Sementara itu suara tertawa dingin yang tak sedap
didengar itu sudah berada tiga kaki jauhnya dari situ,
tampak cahaya putih berkelebat lewat, empat sosok
bayangan manusia berbaju putih telah melayang masuk ke
dalam arena. Yang datang ternyata bukan lain adalah para jago dari
perguruan San tian bun. Pada saat ini Tay khek Cinkun sudah tak berkesampatan
lagi untuk memperhatikan siapa gerangan yang datang, dia
hanya pejamkan matanya sambil mengatur pernapasan,
suasana tegang segera menyelimuti sekeliling tempat itu.
Tiba-tiba terdengar salah seorang manusia kilat berseru.
"Yaa, ternyata memang benar-benar mereka berdua!"
"Betul, tangkap saja kedua orang itu!"
Berbareng dengan selesainya ucapan tersebut, cahaya
putih kembali berkelebat lewat, dua orang Manusia kilat
dengan gerakan secepat sambaran petir telah menubruk ke
depan menerjang ke arah Tay-khek Cin-kun serta Ong Bun
kim. Serangan yang dilancarkan amat cepat dan mengerikan
sekali. Suatu bentakan nyaring tiba tiba menggelegar di
angkasa, bersama waktunya ketika manusia kilat itu
menubruk ke depan, bayangan manusia kembali
menyambar lewat. Waktunya dengan cahaya tajam berkelebat lewat, jeritan
ngeri yang memekikkan hati berkumandang memecahkan
keheningan, seorang Manusia kilat tahu tahu sudah roboh
terjengkang keatas tanah.
Kenyataan ini sangat mengejutkan manusia-manusia
kilat lainnya, serentak mereka mendongakkan kepalanya,
tampak seorang manusia berbaju hijau dengan pedang
terhunus telah menghadang dihadapan mereka semua.
Oiang itu bukan lain adalah Mo kui seng kiam (pedang
sakti setan iblis) Phang Pak bun.
Terdengar Phang Pak-bun tertawa dingin, kemudian
serunya: "Sobat, kalian betul-betul sekelompok manusia yang tak
tahu malu!" Salah seorang manusia kilat segera tertawa dingin.
"Hecehhh... heeehhh.... heeehhh..... sobat, cepat betul
gerakan pedangmu, kenapa tidak kau sebutkan dahulu siapa
namamu?" "Tidak usah, bukankah kalian berempat mendapat
perintah dari Bun cu kalian untuk mencari Ong Bun-kim?"
"Benar!" "Jika memang benar-benar punya kepandaian, kenapa
tidak menunggu dulu sampai mereka selesaikan pengobatan
tersebut?" "Sayang kami tidak memiliki kesabaran untuk berbuat
demikian!" Paras muka Phang Pak bun agak berubah, hawa napsu
membunuh segera memancar keluar dari wajahnya, ia
membentak: "Manusia yang tak tahu malu, kalau begitu hayo majulah
ke depan dan coba dulu kepandaianku!"
Cahaya putih berkelebat lewat, salah seorang diantara
manusia-manusia kilat itu sudah menerjang tiba dengan
gerakan bseperti orang gdila, sebuah seraangan segera
diblancarkan kedepan. "Cari mampus!" bentak Phang Pak bun gusar, sebuah
tusukan secepat kilat dilontarkan ke depan.
Sementara itu Tay Khek Cinkun telah selesai membantu
Ong Bun kim untuk menyembuhkan lukanya, pelan-pelan si
anak muda itu sadar kembali dari pingsannya.
Tay khek Cinkun mengatur pernapasan sejenak, sesaat
kemudian semangatnya juga pulih kembali seperti
sediakala. Menyaksikan keadaan yang tertera di-depan mata, ia
merasa sangat lega sekali sehingga menghembuskan napas
panjang. Dengan sinar mata yang tajam, Ong Bun-kim
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu kemudian
tanyanya dengan wajah tercengang.
"Locianpwe, apa yang telah terjadi?"
Baru selesai pemuda itu berbicara, dua orang Manusia
kilat secara garang telah menubruk ke arah Tay-khek
Cinkun dan pemuda tersebut dari sisi kiri dan kanan dengan
suatu gerakan yang mengerikan.
"Bangsat, rupanya kalian ingin mampus!" bentak Tay
khek Cinkun penuh kegusaran.
Tubuhnya ikut melompat ke kiri, sepasang tangan kiri
dan kanannya menyerang berbareng.
Agaknya kedua orang manusia kilat itu masih belum
mengetahui siapa gerangan Tay-khek Cinkun, mereka lebih
lebih tak menyangka kalau ia masih bertenaga penuh meski
baru saja menyembuhkan luka yang diderita orang lain.
Dalam waktu singkat angin pikulan dari Tay khek
Cickun yang maha dahsyat bagaikan gulungan ombak
ditengah samudra itu sudah meluncur tiba dengan hebatnya
Begitu merasakan gelagat tak baik, mereka berusaha
menyelamatkan diri, sayang terlambat.
Dua jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang
memecahkan keheningan. "Plaak! Plaak!" Dua orang manusia kilat itu terlempar
sejauh satu kaki lebih dan terkapar di atas tanah dalam
keadaan tak bernyawa lagi.
Sementara itu, masih ada seorang manusia kilat lagi yang
sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat sengit
melawan Phang Pak-bun. Agak mengendor hawa napsu membunuh yang
menyelimuti wajah Tay khek Cinkun setelah membunuh
dua orang musuhnya, pelan-pelan ia berpa lint ke arah Ong
Bun kim, sementara si anak mu da itu sudah duduk kembali
di atas tanah. "Hmm ! Lagi-lagi Manusia kilat?" dengus Ong Bun kim
gusar. "Benar!" Ong Bun kim tertawa sberam, sinar matdanya dialihkan
akembali ke atasb wajah Tay khek Cinkun, kemudian ia
bertanya. "Bagaimanakah penyelesaiannya atas taruhanku dengan
Kim-lo sat?" "Ia telah menyerahkan Ban nian hiat man san tersebut
kepada kita, cepat kau telan kedua jenis obat tersebut untuk
memunahkan racun yang mengeram ditubuh"
Ong Bun kim menyambut kedua jenis obat tersebut dan
ditelan bersama, kemudian memejamkan matanya dan
duduk bersila sambil mengatur pernapasan, lebih kurang
sepertanak nasi kemudian, hawa racun itu sudah berhasil
didesak keluar dari tubuhnya.
Ia lantas melompat bangun dan menatap jalannya
pertarungan di tengah arena dengan sorot mata tajam.
Tampaknya Manusia Kilat yang sedang bertempur
melawan Phang Pak bun itu memiliki ilmu silat yang amat
lihay, buktinya bertarung selama ini Phang Pak bun tidak
lebih hanya berhasil memaksa musuhnya bertarung dalam
posisi seimbang. "Tahan!" tiba-tiba Ong Bun kim membentak keras.
Oleh bentakan keras tersebut, tanpa sadar kedua orang
itu sama-sama menarik serangannya sambil mundur.
Mencorong sinar membunuh yang menggidikkan hati
dari balik mata Ong Bun kim, ditatapnya wajah Manusia
kilat itu lekat-lekat, kemudian bentaknya nyaring:
"Tampaknya kau belum merasa puas sebelum berhasil
membinasakan diriku. .?"
"Benar!" "Kau datang untuk melaksanakan perintah?"
"Benar!" "Kemana perginya Buncu kalian?"
"Masih berada dalam perguruan !"
"Mengapa ia tak berani datang sendiri untuk mencari aku
Ong Bun kim" Buat apa dia musti mengutus kau untuk
menghantar kematian?"
"Mengantar kematian?" Manusia kilat itu mengejek sinis,
lalu tertawa dingin tiada habisnya, "siapa yang bakal
menjadi pemenang masih merupakan sebuah tanda tanya
besar, buat apakah mesti berkata sesumbar lebih dahulu?"
Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim segera
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
"Haaahh... haaahhh... haaahhh.... apa sih kedudukanmu
didalam perguruan San tian bun?"
"Hanya seorang anggota biasa!"
"Kalau begini arku minta kau putlang sekarang jquga dan
beritahru kepada Buncu kalian bahwa sebentar Ong Bun
kim akan tiba di sana, jika kau berani mengucapkan sepatah
kata tidak, segera kubunuh dirimu."
"Kau tak akan mampu untuk melaksanakan niat
tersebut!" Mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim menjadi
amat gusar sekali, ia membentak keras lalu tubuhnya
menerjang ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Setelah luka dalamnya sembuh dan sari racun terusir dari
tubuhnya, tak terlukiskan lagi kecepatan gerak serangan
dari si anak muda ini! Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu
angin pukulan dari Ong Bun-kim telah menyergap tiba.
Manusia kilat ikut menggerakkan tubuh-nya sambil
melancarkan sebuah pukulan dahsyat, ia tangkis datangnya
ancaman dari Ong Bun kim tersebut.
Tetapi disaat ia sedang membendung ancaman tersebut,
serangan kedua dari Ong Bun kim kembali telah meluncur
tiba. Kali ini dia menyerang dengan jurus Mo kui-cong si
(setan iblis berebutan bangkai) dari ilmu pukulan Hek mo
sin ciang yang lihay. kecepatan geraknya maupun
perubahan jurusnya cukup menggidikkan hati setiap orang
yang menyaksikan. Manusia kilat itu merasa amat terkesiap, buru-buru ia
melejit kesamping untuk menghindarkan diri, sayang
terlambat. Jeritan ngeri berkumandang memecahkan
kesunyian, dengan kepala yang pecah dan isi benak
berceceran ditanah, ia tewas secara mengerikan.
Dengan demikian, keempat orang manusia kilat itu
sudah tewas semua ditangan mereka, tak seorangpun
diantaranya yang berhasil lolos dalam keadaan hidup.
Ong Bun kim pun berpaling kearah Phang-Pak bun


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seraya berkata: "Cianpwe, terima kasih banyak atas budi
pertolonganmu!" "Sobat, terima kasih atas pertolanganmu." kata-kata Tay
khek Cinkun pula, "seandainya tiada kau mungkin kami
sudah tewas semenjak dulu-dulu!"
"Tak usah banyak adat, bukankah cianpwe adalah Tay
khek Cinkun?" "Benar, itulah lohu! Siapa anda?"
"Boanpwe bernama Mo kui seng kiam Phang-Pak bun!"
"Nama besarmu sudah lama kudengar, sungguh
beruntung hari ini kita dapat berjumpa muka."
Phang Pak bun kembali berpaling kearah Ong-Bun kim,
kemudian katanya: "Ong Bun kim mengenai persoalan yang kuselidiki
untukmu, dalam dunia persilatan dewasa ini mungkin
hanya seorang yang mengetahuinya, konon ayahmu pun
pernah berjumpa dengan orang itu di masa lalu."
"Kau maksudkan Tiang seng lojin?" tukas Ong Bun kim.
"Benar!" "Cianpwe, aku telah berjumpa dengannya, aku pun
sudah tahu dimana letak tempat tersebut."
"Sungguh?" "Benar!" "Sungguh kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang
sama sekali diluar dugaan, mungkin disitulah letak pedang
mustika Sin kiam disimpan?"
"Benar!" "Dan sekarang kau hendak pergi mengambilnya?"
"Tidak, aku hendak berkunjung dulu keperluan San tian
bun, aku hendak mencari Buncu mereka untuk menuntut
balas, kemudian aku harus pergi keselat Thian mo shia
untuk mencari buah Hiat li!"
"Buat apa kau mencari buah Hiat li?"
"Untuk menolong Iblis cantik pembawa maut!"
Secara ringkas dia lantas menceritakan apa yang telah
terjadi kepada diri Phang Pak bun.
Seusai mendengar keterangan tersebut, Phang-Pak bun
lantas berkata: "Dari sini menuju keperguruan San tian bun penuh
dengan mara bahaya, biar aku turut serta dalam perjalanan
ini!" "Baiklah, kalau begitu mari kita berangkat!" kata Tay
khek Cinkun kemudian. Begitulah, mereka bertiga pun segera berangkat ke selat
Thian mo-shia dibukit Thian-mo-san
Hari itu juga sampailah mereka di selat Thian mo-shia.
[tulah sebuah selat yang-sempit dengan kabut yang amat
tebal, pepohonan yeng tinggi dan lebat tumbuh rimbun
diseputar mulut lembah, keadaan terasa mengerikan sekali.
Setibanya diluar selat Thian-mo-shia, Ong Bun kim
melirik sekejap ke arah dalam selat tersebut, kemudian
tanpa membuang banyak waktu dia menerjang masuk ke
dalam selat itu lebih-dahulu.
Setelah masuk ke lembah, mereka harus menembusi
sebuah hutan yang sangat lebat, kemudian berbelok
memasuki sebuah selat karang yang sempit dan hanya bisa
dilewati satu orang saja.
Medan yang curam dan berbahaya ini cukup
menggidikkan hati siapapun yang melihatnya.
Ketika tiba di depan selat karang tersebut, Ong Bun kim
segera menghentikan langkahnya sambil mengawasi
keadaan medan yang sulit.
Tay khek Cinkun mendongakkan kepalanya
memperhatikan sekejap selat berkarang yang menjulang
tinggi ke angkasa itu, kemudian katanya:
"Tempat yang akan kita tuju benar benar merupakan
suatu tempat yang sulit dan berbahaya untuk dicapai,
andaikata mereka sampai menyergap kita dengan
mempergunakan cara yang licik, hal mana sungguh
merupakan suatu masalah yang patut dikuatirkan."
Ong Bun kim segera tertawa dingin.
"Hmm... aku tidak percaya kalau mereka sanggup
mempergunakan cara yang keji untuk menyergap kita"
"Aku rasa apa yang dikatakan Can cianpwe ada
benarnya juga" ucap Phang Pak bun, "lebih baik kita
bertindak lebih berhati-hati!"
Sementara itu Ong Bun kim telah melompat ke depan
dengan kecepatan luar biasa, Tay khek Cin kun serta Mo
kui Seng kiam Phang Pak bun segera menyusul dari
belakang dengan kecepatan tinggi.
Untuk menelusuri selat berkarang itu, orang harus
berjalan satu demi satu Tay khek Cinkun kuatir jika musuh
menggelindingkan batu cadas dari atas bukit, niscaya
mereka akan sulit untuk menemukan tempat yang baik
untuk menyembunyikan diri.
Sementara ketiga orang itu sedang berlarian dengan
kecepatan tinggi, suatu bentakan nyaring mendadak
berkumandang memecahkan keheningan: "Berhenti!"
Mendengar bentakan tersebut, tanpa terasa Ong Bun kim
bertiga menghentikan perjalanannya seraya mendongakkan
kepalanya. Namun suasana disepanjang selat itu tetap sepi dan
hening, sesosok bayangan manusiapun tak nampak.
Terdengar suara tadi berkumandang kembali:
"Siapa yang muncul disana" Berani betul menyatroni
lembah Thian-mo-shia kami!"
oooo0dw0oooo BAB 60 Mendadak ONG BUN-KIM segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh... haaahh... haaah... aku Ong Bun-kim ada
urusan hendak berjumpa dengan Buncu kalian."
"Kau yang bernama Ong Bun-kim?"
"Benar, tolong beritakan kedatanganku ini Buncu
kalian!" "Jika kau merasa punya kepandaian, silahkan masuk
sendiri kemari, pun buncu, sudah lama menantikan
kedatanganmu disini"
Ong Bun-kim tertawa dingin, sambil menggigit bibir
sekali lagi ia menerjang masuk ke dalam selat itu.
Panjang selat sempit itu lebih kurang empat lima puluh
kaki, dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah melewati
separuh jalan diantaranya....
Disaat ketiga orang itu melompat kedepan suatu
bentakan nyaring tiba-tiba menggelegar memecahkan
kesunyian, bayangan manusia saling berkelebat, puluhan
gulungan angin serangan bersama-sama, diayunkan ketu
buh Ong Bun kim. Serangan yang dilancarkan secara tiba-tiba ini segera
membuat Ong bun kim, Tay khek Cinkun serta Phang Pak
bun menjadi gelagapan dengan sendirinya.
Sementara itu, Ong Bun-kim telah melancarkan sebuah
serangan balasan yang amat dahsyat.
Begitu serangan telah dilepaskan, Ong Bun kim segera
melompat mundur ke belakang...
Saat itulah, dari balik batu karang disisi selat melayang
turun enam sosok bayangan manusia yang langsung
menubruk ke bawah dengan gerakan bukit tay-san
menindih kepala. Kawanan jago yang melancarkan serangan berbareng itu
sebagian besar adalah jago jago kelas satu dalam perguruan
San tian-bun, bukan saja gerak serangan mereka amat cepat,
bahkan sama sekali diluar dugaan ketiga orang lawannya.
Bayangan manusia saling menyambar, bentakan nyaring
menggelegar memecahkan kesunyian.
Ditengah bentakan-bentakan tersebut, terdengar kembali
suara jeritan ngeri yang memilukan hati.
"Kubunuh kalian manusia-manusia tak tahu diri!" bentak
Ong Bun-kim penuh kegusaran.
Secara beruntun dia melancarkan tiga buah serangan
berantai yang maha dahsyat.
Tak lama kemudian, jeritan ngeri telah berhenti,
bentakan yang nyaringpun lenyap dari pendengaran.
Diatas lorong selat yang sempit kini bertambah dengan
enam sosok mayat dari manusia-manusia kilat, diam-diam
Ong Bun kim terperanjat juga menyaksikan kejadian itu,
sebab dilihatnya noda darah telah membasahi ujung bibir
Mo kui Seng kiam Phang Pak-bun.
Tanpa terasa ia berseru: "Phang cianpwe, kenapa kau?"
Phang Pak bun tertawa getir, jawabnya:
"Aaah ! Aku hanya terluka sedikit saja, tidak terhitung
seberapa." Dari sakunya Tay-khek Cinkun segera mengeluarkan
sebutir pil dan diserahkan kepada Phang Pak bun seraya
berkata. "Pil ini merupakan pil mustika buatanku sendiri, telanlah
dan atur pernapasanmu untuk menyembuhkan lukamu itu"
Setelah menelan pil itu, Phang Pak-bun lantas duduk
bersila untuk mengatur pernapasan dan menyembuhkan
luka yang dideritanya. Sementara Tay khek Cinkun berpaling ke arah Ong Bun
kim sambil katanya: "Kepergian kita keperguran San-tiam bun benar-benar
merupakan suatu pelajaran yang sangat berbahaya."
Baru saja Tay khek Cinkun menyelesaikan kata-katanya,
mendadak terdengar suara gelak tertawa yang amat nyaring
berkumandang memecahkan keheningan, tampaklah
beberapa sosok manusia kilat yang berbaju putih keperakperakan
munculkan diri ke dalam gelanggang.
Sebagai pemimpin rombongan adalah seorang lelaki
yang pada bagian dadanya terukir sebuah huruf besar
berwarna merah, huruf itu berbunyi: "SIN" (Hukum), bisa
diketahui bahwa orang itu tak lain adalah Tongcu bagian
siksaan dari perguruan San tian -bun.
Sin tong Tongcu masih tetap mengenakan selembar kain
cadar warna putih untuk menutupi wajahnya, setelah
tertawa dingin dia pun berkata:
"Sobat, ilmu saktimu sungguh membuat orang merasa
kagum sekali, jikalau anggota perguruan kami telah
melakukan kekerasan, harap kau sudi memaafkan."
Ong Bun kim tertawa dingin.
"Heeh heehh heehh inikah peraturan dari perguruan San
tian bun" Turun tangan melancarkan sergapan."
"Dalam hal ini pun aku memohon maaf yang sebesarbesarnya
kepada saudara sekalian. Bukan-kah Ong tay hiap
sedang mencari Buncu kami?"
"Betul!" "Buncu kami mempersilahkan kalian untuk menjumpai
dirinya!" Perkataan ini sungguh diluar dugaan Ong Bun kim serta
Tay khek Cinkun, apakah peraturan dari perguruan San
tian bun adalah menggunakan tentara lebih dulu baru
berunding" Terdengar Sin tong Tongcu tertawa dingin lalu katanya
kembali. "Setelah kalian berani sampai kemari, tentunya berani
juga untuk berkunjung ke perguruan kami bukan?"
Ong Bun kim segera tertawa angkuh.
"Hmm...! Hanya sebuah perguruan San tian bun belaka,
kenapa aku tak berani untuk mengunjunginya?"
"Kalau begitu, harap kalian bertiga sudi mengikuti
diriku" Ong Bun kim tertawa angkuh, tanpa berbicara lagi dia
berjalan lebih dulu mengikuti di belakang orang itu.
Tay khek Cin kun, Phang Pak bun serta tiga orang
manusia kilat lainnya segera mengikuti dari belakang.
Waktu itu, mereka bertiga telah berjalan menembusi
selat yang sempit dan panjang itu dan tiba di sebuah
lembah, dalam lembah berdiri sebuah bangunsn besar yang
mirip sekali dengan sebuah benteng kuno yang angker dan
mengerikan. "Disiniah letak markas besar perkumpulan kami." ucap
Sin tong tongcu kemudian.
"Ehmm lagaknya sih luar biasa!" - sindir Ong Bun kim
dingin "Aaah hanya sebuah "bangunan" benteng saja terhitung
seberapa silahkan!" Sebuah jelanan kecil beralaskan batu kerikil membentang
ke depan dan berhubungan dengan bangunan loteng
tersebut, waktu itu Ong Bun-kim bertiga telah tiba lebih
kurang sepuluh kaki di depan pintu gerbang.
Delapan orang manusia berbaju putih secara terpisah
berdiri disepanjang sisi pintu gerbang tersebut.
"Silahkan masuk!" kata Sin tong tongcu lagi sambil
tertawa dingin. Ong Bun kim menggertak giginya keras-keras dan
melangkah masuk ke dalam pintu gerbang, terlihatlah
dalam ruangan itu telah dipenuhi oleh belasan orang
manusia kilat. Dengan ilmu menyampaikan suara, Tay khek Cinkun
segera berbisik kepada Ong Bun kim.
"Hati-hati, jangan sampai terkena oleh siasat
beracunannya." "Aku bisa bertindak hati-hati." sahut Ong Bun kim
sambil menganggukkan kepalanya.
Setelah menembusi ruang depan mereka masuk ke ruang
dalam, kedua belah sisi ruangan masing-masing berdiri
puluhan borang manusia Kdilat.
Ketika Oang Bun kim mencboba untuk mendongakkan
kepalanya, maka tampaklah dalam ruangan tengah telah
berdiri seorang manusia baju putih yang bercadar.
Dibelakangnya, masing-masing berdiri dua orang
manusia berbaju putih. Tak usah ditanya lagi, dapat diketahui bahwa orang yang
berada ditengah-tengah itu tak lain adalah Buncu (ketua)
dari perguruan San tian bun.
Sementara Ong Bun-kim bertiga telah tiba lebih kurang
satu kaki di hadapan istana, Sin tong tongcu lantas memberi


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hormat kepada ke tuanya sambil melapor:
"Lapor Buncu, Ong tayhiap telah datang!"
"Hmmm...." orang itu mendegus dingin.
"Terima kasih Buncu!" dengan sikap hormat Sin tong
tongcu segera mengundurkan diri.
Ong Bun kim tak kuasa menahan rasa mendongkolnya,
ia segera tertawa dingin sambil berseru.
"Saudara, besar amat lagakmu!"
Buncu dari perguruan Sin tian bun itu tertawa dingin
pula, tiba-tiba iapun menegur.
"Kau yang bernama Ong Bun kim?"
Tercekat perasaan Ong Bun kim setelah mendengar
perkataan itu, sebab suara lawan ternyata adalah suara
seorang perempuan, bagaimana mungkin tidak membuat si
anak muda tersebut menjadi terperanjat"
Tay khek Cinkun maupun Phang Pak bun ikut terkejut
pula oleh kenyataan tersebut, mereka rasakan hal ini
sebagai suatu hal yang sama sekali diluar dugaan.
"Kaukah Buncu dari perguruan San tian bun?" tegur Ong
Bun kim setelah tertegun sejenak.
"Benar !" "Kau... kau adalah perempuan?"
"Benar !" Pengakuan ini semakin mengejutkan hati Ong Bun kim,
sebab dalam anggapannya selama ini, Buncu dari perguruan
San tian bun adalah seorang lelaki karena ia mempunyai
hubungan gelap dengan Siau Hui un, dan hal tersebut
merupakan suatu kenyataan yang tak bisa dibantah lagi.
Mengapa secara tiba-tiba bisa berubah jadi seorang
perempuan" Hal ini sungguh diluar dugaan Ong Bun kim.
Untuk sesaat lamanya ia menjadi berdiri termangu
seperti orang bodoh, diawasinya wajah Buncu dari San tian
bun ini tanpa berkedip barang sedikitpun juga.
Tay khek Cinkun serta Phang Pak bun sendiri pun ikut
tertegun ditempat tanpa berbicara apa-apa.
San tian Buncu yang menyaksikabn kejadian itu dsegera
tertawa adingin, tegurnyba.
"Hei kenapa kau hanya berdiri termangu saja?"
Ong Bun kim segera tersadar kembali dari lamunannya,
lalu tertawa angkuh. "Kenyataan ini sungguh jauh terada diluar dugaanku!"
"Kenyataan apa yang berada diluar dugaanmu?"
"Ada suatu persoalan aku ingin bertanya kepadamu,
anggota perguruanmu yang manakah telah bersekongkol
dengan Siau Hui untuk membunuh ayahku Su-hay-bong
khek?" "Oooh ! Jadi kedatanganmu kemari adalah untuk
mencari balas?" "Benar!" Kembali San-tian Buncu tertawa dingin..
"Hmmm, yakinkah kau dengan kemampuanmu untuk
melakukan perbuatan tersebut?" ejeknya.
"Asal dicoba, semuanya toh akan jelas dengan
sendirinya." "Bagus sekail" jawabnya kemudian dingin, kemudian
dengan suara dalam ia membentak, "Hu-buncu!"
"Tecu berada disini!"
Seorang manusia baju putih bercadar munculkan diri
didepan pintu ruangan. Ong Bun kim segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah orang itu, kemudian bentaknya:
"Jadi kaukah orangnya?"
"Kalau aku kenapa?" jengek Hu-buncu sambil tertawa
sinis. Selapis hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh
wajah Ong Bun-kim, kembali ia membentak.
"Jadi kaulah kekasih gelapnya Siau Hui-un."
"Benar!" "Kau pula yang telah mencelakai ayahku sampai mati?"
"Benar!" "Keenam jilid kitab pusaka dari enam partai besar dunia
persilatan juga berada di tanganmu?"
"Benar!" "Bagus sekali, kalau begitu, sekarang juga akan kubunuh
dirimu untuk melampiaskan rasa dendam dihatiku!"
Setelah berhadapan muka dengan musuh besarnya api
dendam dan amarah segera berkobar dengan hebatnya
didada Ong Bun kim, ia membentak keras, sebuah pukulan
dahsyat secepat kilat dilontarkan kearah wakil ketua dari
perguruan San tian bun tersebut.
Dalam melancarkran serangannya.t Ong-Bun kim teqlah
sertakan sergenap tenaga dalam yang dimiliki selama ini,
luar biasa sekali kedahsyatannya hingga sukar dilukiskan
dengan kata-kata. Wakil ketua dari perguruan San-tian-bun segera
mengebaskan-ujung bajunya untuk menyambut datangnya
ancaman itu, mendadak terdengar Buncu dari San-tian bun
membentak keras: "Tahan!" Bentakan tersebut membuat Ong Bun kim serta Hu bun
cu dari perguruan San tian bun segera menarik kembali
serangannya. Dengan hawa napsu membunuh yang berkobar kobar,
Ong Bun kim membentak keras:
"Apakah Buncu masih ada pesan yang lain?"
"Kalau kedatanganmu adalah untuk menuntut balas, aku
tidak berniat untuk menghalangimu, cuma aku melarang
kalian untuk bertempur disini!"
"Lantas kami harus bertempur dimana?"
"Dalam perguruan kami tersedia sebuah tempat untuk
perkelahian bebas yang dinamakan Toan-hun-gan,
beranikah kau untuk berduel di puncak tebing pemutus
nyawa itu?" "Kalau begitu, silahkan!"
Begitu menyelesaikan kata-katanya, Buncu dari
perguruan San-tian-bun itu segera berkelebat keluar dari
pintu gerbang dengan kecepatan yang luar biasa,
sedemikian cepatnya gerakan itu membuat Tay-khek
Cinkun merasakan hatinya amat tercekat.
Menyusul kemudian, Wakil ketua dari perguruan San
tian bun ikut pula berkelebat ke luar meninggalkan ruangan
itu. Ong-Bun kim, Tay kbek Cinkun serta Phang Pak bun
dengan capat menyusul di belakangnya.
Setelah keluar dari pintu gerbang, Tay khek Cinkun
lantas berbisik kepada Ong Bun kim dengan suara lirih:
"Kalau dilihat dan keadaan yang terbentang didepan
mata dewasa ini, tampaknya situasi amat berbahaya, sulit
rasanya untuk mengatasi hal semacam ini dengan gampang,
kita harus berusaha keras untuk mempertahankan diri
sebaik-baiknya, jika tidak, besar kemungkinan nyawa kita
bertiga akan habis dalam selat Thian-mo-shia ini."
Ong Bun kim manggut-manggut setelah mendengar
perkataan itu, namun ia tidak bicara apa-apa.
Dalam pada itu, Hu Buncu sekalian sudah bergerak
menuju ke sebuah tebing curam di-belakang bukit, tak lama
kemudian sampailah mereka disitu, pada dinding tebing
yang curam terbaca tiga huruf yang amat besar sekali:
"TOAN HUN-GAY" Bawah tebing merupakan sebuah jurang yang tak
diketahui dalamnya, lapisan kabut menyelimuti jurang
tersebut, keadaan medan disekitar sana boleh dibilang
mengerikan sekali. Ong Bun kim melirik sekejap ke arah San tian Buncu,
kemudian sambil tertawa dingin ejeknya.
"Ehm... Tempat ini memang suatu tempat yang amat
bagus!" Buncu dari perguruan San tian bun segera tertawa seram,
katanya kembali: "Ong tayhiap, kalau toh kau datang kemari untuk
membalas dendam bagi kematian ayahmu, kamipun tak
akan mencari kemenangan dengan mengandalkan jumlah
yang banyak, akan kuberi sebuah kesempatan bagi kalian
untuk bertempur secara adil, cuma kalau berada dipihak
yang kalah, besar kemungkinan tubuh kalian akan hancur
lebur menjadi berkeping-keping."
Ong Bun kim mendengus dingin, sambil menghampiri
wakil ketua dari perguruan San tian bun itu serunya:
"Hu buncu aku hendak bertanya kepadamu, dimanakah
kau simpan keenam jilid kitab pusaka itu?"
"Dalam sakuku!" jawab ketua dari perguruan San tian
bun dengan cepat. Mendengar jawaban tersebut, paras muka Ong Bun kim
segera berubah hebat serunya. "San tian buncu, seandainya
hu buncu kalian sampai mampus ditanganku, apa yang
hendak kalian lakukan?"
"Kau anggap aku akan turun tangan untuk menyerang
dirimu" Jangan kuatir jika berhasil menangkan Hu buncu,
bukan saja aku akan membiarkan kalian pergi
meninggalkan selat Thian mo sia ini, bahkan ke enam jilid
kitab pusaka dari enam perguruan besarpun akan
kuserahkan kembali kepadamu!"
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
"Selamanya aku tak pernah berbohong!"
"Bagus sekali!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Ong Bun
kim telah melangkah maju sejauh tiga depa lebih ke
hadapan Hu buncu, dengan tindakannya tersebut maka
seluruh gelanggang segera diliputi oleh selapis hawa
pembunuhan yang mengerikan.
Bila ditinjau dari pembicaraan Buncu dari perguruan San
tian bun ini, tak sulit untuk diketahui bahwa Hu buncu
adalah seorang bmanusia yang bedrilmu silat sanagat tinggi,
kalbau tidak tak nanti Buncu dari perguruan San tian bun
ini akan berbicara dengan nada yang begitu meyakinkan itu
berarti pertandingan yang bakal berlangsung nanti akan
mempengaruhi mati hidup mereka berdua.
Tapi Ong Bun kim sedikitpun tak gentar, malah
bentaknya dengan suara keras. "Hu-buncu, siapa namamu"
" "Lui Thian ciu."
"Mengapa kau menggunakan siasat It-cian-siang-tiau
(sebatang panah mendapat dua ekor rajawali) untuk
mencelakai ayahku serta Kui-jin-suseng.
"Soal itu kau tak perlu tahu, pokoknya jika ingin turun
tangan lebih baik cepat-cepatlah lakukan!"
Ong Bun kim tahu -bahwa banyak berbicarapun tak ada
gunanya, maka sambil menggertak gigi, tenaga dalamnya
segera dihimpun ke dalam sepasang telapak tangannya
kemudian sambil membentak keras, dengan jurus Hek yan
mo im (bayangan iblis di tengah malam) ia lancarkan
sebuah serangan dahsyat. Didalam melepaskan serangannya itu, Ong Bun kim
telah menyertakan pula segenap tenaga dalam yang
dimilikinya. Menghadapi datangnya ancaman itu, bukan berkelit Hu
Buncu dari perguruan San tian bun itu malah maju
menyerang, tangan kanannya digunakan untuk menangkis
datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras,
kemudian dengan jurus Pit bok ki hau (menutup mata
membendung harimau) ia melepaskan serangan balasan.
Mimpipun Ong Bun kim tidak menyangka kalau
musuhnya akan menyambut datangnya serangan tersebut
dengan keras lawan keras, dengan cepat tenaga dalam yang
disalurkan kedalam telapak tangan kanannya ditingkatkan
mencapai dua belas bagian.
"Blaamm !" suatu ledakkan dahsyat yang memekikkan
telinga segera berkumandang di udara debu dan pasir
beterbangan menyelimuti sekeliling tempat itu diantara
menggulungnya angin puyuh tampak kedua sosok
bayangan manusia itu saling berpisah.
Ong Bun kim kena terdesak sehingga mundur sejauh satu
kaki dari posisi semula, sebaliknya Lui Thian ciu terdesak
mundur sejauh lima langkah.
Dengan demikian menang kalahpun segera terlihat jelas.
Tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun kim memang
belum bisa menandingi kehebatan Lui Thian ciu, atau
dengan perkataan lain, dalam pertarungan ini Ong Bun kim
akan lebih banyak menjumpai mara bahaya dari pada
keberuntungan. Agaknya Tay khek Cinkun serta bPhang Pak bun jduga
dibikin amaat terperanjat obleh hasil pertarungan itu, paras
mukanya segera berubah hebat.
Sedangkan Buncu dari perguruan San tian bun tertawa
terkekeh kekeh penuh rasa bangga.
0000OdwO0000 BAB 61 SETELAH menyambut serangan itu, paras muka Ong
Bun kim berubah menjadi murung dan sedih, ia sadar
sekalipun dalam pertarungan ini tubuhnya tak sampai
terlempar ke dalam jurang, harapannya untuk hidup lebih
jauhpun tipis sekali. Terbayang sampai ke situ, mendadak timbul ingatan
dalam hatinya untuk beradu jiwa.
Tiba-tiba terdengar Lui Thian ciu tertawa dingin,
kemudian katanya. "Tenaga dalam yang saudara miliki memang betul-betul
mengagumkan..." Ong Bun kim tertawa dingin.
"Heeehhh. ...heeehhh heeehhh! aku lihat tenaga dalam
yang dimiliki Hu Buncu pun terhitung lihay sekali!"
"Sudah kau tak usah memuji terus, hayolah lancarkan
kembali seranganmu !"
Ong Bun-kim tidak berbicara lagi, sambil membentak
keras, secepat kilat tubuhnya menerjang kembali kearah
wakil ketua dari perguruan San-tian-bun, sekali lagi ia
melepaskan serangan dengan jurus Hek-ya-mo-im
(bayangan iblis ditengah alam).
Saat ini Ong Bun-kim sudah bertekad untuk beradu jiwa,
begitu jurus Hek-ya-mo im dilancarkan, jurus kedua Mo im


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kui jiau (bayangan iblis cakar setan) pun siap dilancarkan
kembali. Semenjak terjadinya bentrokan tadi, Lui Thian-ciu tahu
kalau tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun-kim masih kalah
setingkat bila dibandingkan dengan tenaga dalamnya, maka
ia sama sekali tidak pandang sebelan mata pun terhadap
pemuda itu. Ketika dilihatnya serangan dahsyat itu mengancam tiba,
tangan kanannya segera diayunkan ke depan melepaskan
sebuah serangan balasan dengan jurus Nu-tau pa an (ombak
dahsyat memukul pantai). Kedua belah pihak sama-sama melancarkan serangan
dengan kecepatan luar biasa, tapi dalam waktu yang relatif
amat singkat itulah, Ong Bun-kim telah melepaskan
serangan keduanya dengan jurus Mo im kui jiau.
Perubahan jurus yang cepat, tenaga serangan yang
dahsyat, membuat wakil Buncu dari perguruan San-tian
bun menjadi sangat terkejut, untuk sesaat ia kena didesak
oleh sianak muda itu sehingga mundur tiga langkah ke
belakang. Semua peristiwar itu terjadi datlam waktu singkqat,
padahal bicrara dalam soal tenaga dalam, Ong Bun kim
masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan Lui Thianciu,
tapi kekuatan serangan dari ilmu Hek mo sin hiang
yang dimiliki Ong Bun kim ternyata tak sanggup diatasi
oleh jurus serangan yang dimiliki oleh wakil ketua dari
perguruan San-tian-bun ini.
Dengan demikian, keberanian Ong Bun-kim makin
berkobar, dia segera melompat ke depan dan dalam waktu
singkat melepaskan tiga buah serangan berantai.
Bayangan telapak tangan yang menyilaukan mata,
tenaga serangan yang memekikkan telinga dalam waktu
singkat menyelimuti seluruh gelanggang pertarungan itu.
Sesaat kemudian, sepuluh gebrakan sudah lewat, tampak
dua sosok bayangan manusia berputar kencang di udara,
pertarungan diantara mereka berlangsung kian lama kian
bertambah seru. Tay khek Cinkun yang mengikuti jalannya pertarungan
itu diam-diam mengerutkan dahinya, dengan wajah serius
iapun sadar jika harapan Ong Bun-kim untuk meraih
kemenangan adalah kecil sekali.
Andaikata Ong Bun kim terbukti kalah nanti, apakah dia
harus turun tangan untuk menggantikannya"
Dalam pada itu, pertarungan antara Ong-Buji kim
melawan Lui Thian-ciu telah mencapai lima puluh
gebrakan, dari suatu pertarungan gerak cepat kini gerakgerik
mereka semakin lambat dan pelan.
Peluh sebesar kacang telah membasahi jidat Ong Bun
kim, sebaliknya kain cadar yang menutupi wajah Lui Thian
ciu pun telah basah pula oleh air keringat.
Berbicara dari keadaan yang terpentang didepan mata
sekarang, bisa diketahui bahwa kemungkinan untuk saling
beradu jiwa sudah semakin besar untuk mereka berdua.
Dalam keadaan demikian, Mo kui kiam jin (jago pedang
setan iblis) Phang Pak bun segera bertanya kepada Tay khek
Cinkun dengan suara setengah berbisik.
"Can cianpwe. bagaimana menurut pendapatmu
mengenai hal pertarungan ini" Siapa yang bakal
memenangkannya?" "Sulit untuk dikatakan" jawab Tay khek-Cinkun setelah
berpikir sejenak, "tapi yang jelas, Ong Bun-kim menderita
kerugian karena tenaga dalamnya yang kurang, aku sudah
pernah saling beradu tenaga pukulan dengan Hu buncu
tersebut, memang terbukti, bahwa tenaga dalam-yang
dimilikinya amat tangguh dan sempurna.
"Kau sudah pernah beradu kekuatan dengannya?"
"Betul, ketika itu peristiwa terjadi dalam perkampungan
keluarga Shen, kemungkinan besar orang yang munculkan
diri waktu itu adalah Hu buncu tersebut, ketika saling
beradu tenaga, ternyata aku menderita sedikit luka dalam!"
"Tapi aku rasa Ong Bun kim mempunyai kemungkinan
menderita kalah!" kata Phang Pak bun dengan suara dalam.
"Betul, didalam suatu pertarungan yang sedang
berlangsung, orang yang memiliki tenaga dalam yang
sempurna memang menduduki posisi yang lebih baik dan
menguntungkan, asal Lui Thian ciu bisa menemukan
peluang untuk melancarkan serangannya, sulit buat Ong
Bun kim untuk menahan diri"
Sementara Tay khek Cinkun baru berbicara sampai
disana, mendadak...... Suatu bentakan keras yang memekikkan telinga
berkumandang memecahkan kesunyian, ketika mereka
mendongakkan kepalanya, maka tampaklah Ong Bun kim
dalam bentakan tersebut secara beruntun telah melancarkan
tiga buah serangan yang maha dahsyat.
Oleh teteran ketiga buah pukulan itu, Lui Thian ciu kena
didesak sehingga harus mundur sejauh tujuh delapan
langkah sebelum akhirnya berhasil untuk berdiri tegak, tapi
setelah berdiri tegak itulah dia melepaskan pula dua buah
serangan berantai yang tak kalah dahsyatnya.
Ong Bun kim tak sanggup untuk membendung kekuatan
pukulan lawan yang begitu dahsyat, ia menyelinap
kesamping dan harus mundur sejauh tujuh delapan langkah
sebelum berhasil untuk berdiri tegak.
Dengan saling menyerang dan menyergap ini, dalam
waktu singkat dua puluh gebrakan kembali sudah lewat.
Bayangan manusia yang bergerak kian lama kian
bertambah lambat, keadaan mereka sekarang ibaratnya
seseorang yang baru sembuh dari suatu penyakit parah
berkelahi dengan orang, gerakan-nya sangat lamban,
walaupun demikian namun tenaga pukulan yang
dipancarkan ternyata cukup mengejutkan hati orang.
Ong Bun kim mulai sadar bahwa ia sudah tak dapat
bertahan lebih lama lagi.
Sedemikian kuat dan tangguhnya tenaga dalam yang
dimiliki lawan, mungkin andaikata ilmu pukulan Hek mo
sin ciang tidak memiliki perubahan yang mengejutkan
orang, ia sudah tewas ditangan Lui Thian ciu semenjak
tadi-tadi. Tapi bila pertarungan dilangsungkan lebih lama lagi,
akhirnya tenaga dalam yang dimilikinya pasti akan habis
dan waktu itu sudah barang tentu Ong Bun kim akan
menderita kerugian yang besar sekali.
Mendadak.... pada saat itulah bdengan suatu kedcepatan
yang luaar biasa Lui Thbian ciu melepaskan sebuah
pukulan dahsyat. Entah karena pikirannya sedang bercabang atau karena
ia mempunyai perhitungan lain, ternyata Ong Bun kim
tidak berusaha untuk menghindarkan diri dari serangan
tersebut. Tindakan dari pemuda itu jauh diluar dugaan Lui Thian
ciu, sebab dalam kenyataannya serangan yang ia lancarkan
ini memang sebuah tipuan belaka, tidak banyak tenaga yang
disertakan dalam serangan tersebut.
"Blaaam...!" dengan telak Ong Bun kim termakan oleh
pukulan itu hingga tubuhnya terjungkal ke belakang sejauh
satu kaki lebih. Tay khek Cinkun sendiripun merasa amat terperanjat, ia
segera melompat kedepan siap menolong Ong Bun kim.
Tapi dikala Tay khek Cinkun sedang menubruk kedepan
itulah, cahaya putih mendadak berkelebat lewat. Buncu dari
perguruan San tian bun itu dengan gerakan yang amat cepat
telah menghadang jalan perginya.
"Mau apa kau?" dia menegur.
Saat ini Tay-khek-cin-kun hanya berpikir bagaimana
caranya menolong orang, segera ia membentak keras:
"Minggir kau!" Telapak tangan kanannya diayunkan ke muka
melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Serangan dari Tay-khek-cinkun ini tak bisa dibilang tidak
tangguh, apalagi dilancarkan dalam keadaan gelisah dan
cemas, hampir segenap tenaga dalam yang dimilikinya telah
disertakan dalam pukulan itu.
"Hmm ! Tampaknya kau cari mati !" bentak Buncu dari
perguruan San tian-bun itu dengan lantang.
Telapak tangannya diputar, sebuah serangan balasan
segera dilancarkan ke depan.
Bayangan manusia berkelebat lewat, Tay-khek cin-kun
segera terdesak mundur sejauh tujuh delapan langkah lebih.
"Apakah kau ingin mampus?" bentak Buncu dari
perguruan San tian bun itu dengan suara nyaring.
Selapis hawa pembunuhan segera menyelimuti seluruh
wajah Tay khek cinkun, bentaknya:
"Mau apa kau?" "Jika kau berani turun tangan lagi, maka yang mampus
lebih duluan adalah kau."
Ucapan tersebut diucapkan dengban penuh disertdai
hawa napsu maembunuh yang bebrkobar, membuat
siapapun yang mendengarkan merasakan bulu kuduknya
pada bangun berdiri. Mendapat ancaman tersebut, Tay-khek cinkun
merasakan hatinya tercekat, dengan perasaan ngeri dan
seram ia menghentikan gerakan tubuhnya.
Buncu dari perguruan San tian bun itu tertawa dingin,
kembali katanya lebih jauh.
"Lagipula pertarungan mereka dilangsungkan secara adil,
sebelum mati hidup bisa ditentukan, siapapun tidak boleh
mencampuri urusan mereka."
Dalam pada itu Lui Thian ciu telah berhasil menguasahi
tubuhnya, setelah menghembuskan napas panjang, ia
memperdengarkan suara tertawanya yang mengerikan.
Selangkah demi selangkah dia maju ke depan mendekati
Oug Bun kim yang sudah tergeletak itu...
Sedangkan Ong Bun kim sendiri bagaikan sedang
menanti datangnya malaikat elmaut, ternyata cuma
berbaring saja diatas tanah dengan tenang, tubuhnya sama
sekali tak bergerak, seakan-akan malaikat elmaut sudah
mulai menggapekan tangan kepadanya...
Darah kental masih meleleh keluar tiada hentinya daii
ujung bibir Mendadak Lui-Thian ciu membentak keras, tubuhnya
dengan kecepatan luar biasa meluncur ke arah Ong Bun
kim, dengan disertai segenap tenaga dalam yang dimiliki
dia melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh Ong Bun
kim. "Blaaammm !" suatu benturan yang memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan.
Benturan tersebut terdengar seperti guntur yang
menggetarkan seluruh permukaan tanah, membuat Taykhek
Cinkun serta Phang Pak-bun merasakan kepalanya
menjadi pening dan pandangan matanya bagaikan menjadi
gelap. Tapi setelah melihat jelas apa yang telah terjadi ditengah
gelanggang, tanpa terasa mereka menjerit tertahan.
Kiranya Lui Thian ciu sudah terjungkal sejauh dua kaki
lebih dari tempat semula, jaraknya dengan tepi jurang
tinggal tiga depa lagi. Sebaliknya Ong Bun kim telah bangkit berdiri dan berdiri
menyeramkan disitu. Kiranya disaat Lui Thian ciu siap melancarkan
serangannya tadi, Ong Bun kim dengan menghimpun
segenap tenaga dalam yang dimilikinya telah melompat
bangun sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke
arah depan. Serangannya itu sungguh berada diluar dugaan Lui
Thian ciu, dia tidak menyangka kalau Ong-Bun kim yang
sudah tergeletak ditanah ternyatq masih memiliki cukup
tenaga untuk melancarkan setangan.
Agaknya memang itulah rencana yang telah di atur Ong
Bun kim secara diam-diam, ia rela terima serangan musuh
tadi untuk dibayar dengan sebuah serangan yang
dilancarkan dengan sepenuh tenaga.
Hasil dari kejadian itu betul-betul jauh di luar dugaan
siapa pun juga yang berada disana.
Ong Bun kim berdiri dengan sempoyongan, hampir saja
ia tak sanggup berdiri tegak.
"Uuaak!" kembali ia muntah darah segar.
Sekarang wajahnya sudah berubah menjadi pucat pias
seperti mayat, tapi di balik kepucatan wajahnya itu terlintaslah
selapis hawa napsu rnembunuh yang mengerikan.
Dengan sempoyongan dia melangkah maju ke depan
mendekati Lui Thian ciu yang terluka itu.
Lui Thian ciu sudah tergeletak diatas tanah tak berkutik
barang sedikitpun juga. Dalam waktu singkat Ong Bun kim telah tiba kurang
lebih satu depa dihadapan Lui Thian ciu, mendadak ia
berhenti, hawa napsu membunah yang menyelimuti
wajahnya semakin tebal lagi.
Ia mendongakkan kepalanya dan tertawa, suara
tertawanya sungguh mengerikan sekali.
Mendadak ia menyambar tubuh Lui Thian ciu dan
mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Lui Thian ciu, akhir-akhirnya kau alami juga saat-saat
seperti hari ini..." seru Ong Bun kim dengan suara terbatabata.
Dengan napas yang terengah ia menyelesaikan
perkataannya secara paksa, kemudian tangan nya
menyambar kebawah, merobek kain cadar putih yang
menutupi wajah Lui Thian ciu tersebut.
Dengan cepat tampaklah raut wajah Lui Thian ciu yang
sebenarnya, ternyata dia adalah seorang lelaki berusia
empat puluh tahunan yang berwajah tampan sekali, cuma
darah kental telah meleleh keluar dari ujung bibirnya waktu
itu. la membuka matanya dan memandang sekejap ke-arah
Ong Bun kim, kemudian dengan bersusah payah ia berbisik:
"Mau... mau apa kau?"
"Hayo jawab, mengapa kau merayu Siau Hui un untuk
berkhianat" mengapa kau membunuh ayahku?"
Belum sempat Lui Thian ciu menjawab, mendadak
terdengar ketua dari perguruan San tian bun itu membentak


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keras. "Turun kalian berdua dari sini!"
Menyusul bentakan yang mengerikan itu, tangannya
segera diayunkan ke muka menghajar tubuh Lui Thian ciu
dan Ong Bun-kim. Tay-khek Cinkun maupun Phang Pak-bun yang
menyaksikan kejadian itu segera menjerit tertahan lantaran
kaget. "Aaaai !" ditengah jeritan kaget mereka, tubuh Ong Bunkim
serta Lui Thian-ciu sudah terjungkal ke dalam jurang
yang sangat dalam itu... Tindakan ini betul-betul teramat keji, bukan saja diluar
dugaan setiap orang, bahkan tak disangka oleh Tay khekcin-
kun maupun Phang Pak bun, menunggu mereka sadar
akan apa yang terjadi tubuh Ong Bun-kim -serta Lui Thian
ciu sudah terjungkal ke dalam jurang.
"Buncu. sungguh teramat keji perbuatanmu!" teriak Tay
khek cin-kun dengan suara amat nyaring.
-oo0dw0oo-- Jilid 20 WAKTU itu Tay khek-Cin-kun benar-benar telah
bertekad untuk beradu jiwa, ditengah bentakan yang amat
nyaring, bagaikan orang kalap saja ia menubruk ke depan,
sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke depan.
Ketua dari perguruan San tian-bun itu memperdengarkan
suara tertawa yang menyeramkan, tampaknya ia telah
menduga akan tindakan tersebut.
Sementara itu, Phang Pak bun telah menggetarkan pula
pedangnya sambil melancarkan sebuah serangan yang amat
dahsyat. Tay-khek-Cin-kun maupun-Phang Pak-bun hampir boleh
dikata menyerang dalam waktu yang bersamaan, tapi
cahaya putih segera berkelebat lewat, tahu-tahu ketua dari
perguruan San tian bun tersebut sudah melepaskan diri dari
sergapan gabungan itu. Gerakan tubuhnya ini sangat cepat dan enteng, tahu-tahu
ancaman dari Tay-khek cin-kun serta Phang Pak-bun
tersebut sudah mengenai sasaran yang kosong.
Sambil tertawa dingin, ketua dari perguruan San-tianbun
itu berseru: "Kalian berdua kenapa musti beradu jiwa denganku"
Meskipun kalian kehilangan Ong-Bun-kim, aku toh juga
kehilangan seorang wakil ketua, apakah hal ini tak bisa
dikatakan sebagai impas?"
"Enak betul kalau bicara" teriak Tay khek cin kun
dengan penuh rasa geram, "akan ku pertaruhkan selembar
nyawa tuaku ini untuk beradu jiwa denganmu!"
"Apa gunanya.."
Belum habis ia berkata, seperti harimau yang terluka Tay
khek-cinkun telah menubruk ke depan sambil melancarkan
sebuah serangan dahsyat, pukulan itu bukan saja amat
dahsyat, jurus serangannya juga aneh dan tangbguh.
Phang Pak dbun membentak kaeras, diapun ikbut
menyerbu ke gelanggang sambil melancarkan serangan
kilat. Baik Tay-khek-cinkun maupun Phang Pak bun, keduaduanya
sudah mempunyai maksud untuk beradu jiwa,
mereka tak ambil perduli lagi apa yang bakal menimpa diri
mereka berdua. Menyaksikan kesemuanya itu, ketua dari perguruan Santian-
bun tersebut segera membentak.
"Tampaknya sebelum mampus kalian berdua belum
puas?" Tay kbek cin-kun maupun Phang Pak-bun tidak
menjawab seruannya itu, mereka malahan menyerang
makin kalap. "Bagus, bagus sekali!" seru ketua dari perguruan Santian-
bun semakin naik darah, "Jangan salahkan kalau aku
akan bertindak keji kepada kamu berdua!"
Ditengah seruan tersebut, secara beruntun telapak
lengannya diayunkan ke depan melancarkan tiga buah
serangan dahsyat. Semua serangan itu dilancarkan bukan
saja dengan jurus-jurus yang aneh dan sakti, bahkan
dikombinasikan pula dengan gerakan tubuhnya yang cepat,
kedahsyatannya betul-betul mengerikan hati.
Dalam waktu singkat, berkobarlah suatu pertarungan
sengit yang melibatkan ketiga orang itu.
Mendadak suatu bentakan nyaring yang memekikkan
telinga menggetarkan sukma, menyusul kemudian.
"Blaaaaam !" dalam suatu benturan yang sangat keras
itu, tubuh Phang Pak bun mencelat ke belakang dan
muntah-muntah darah segar, ia tak sanggup bangkit lagi.
Menyaksikan kejadian itu Tay-khek Cin-kun menjadi
terkesiap, peluh dingin mulai bercucuran membasahi
sekujur tubuhnya. Mendadak ketua dari perguruan San tian bun itu maju
menyerang dengan suatu gerakan tubuh yang aneh dan
cepat, lali secepat kilat ia melancarkan dua buah serangan
berantai. Kelihayan ilmu silat yang dimiliki ketua dari perguruan
San tian bun ini betul-betul mengerikan sekali, sekalipun
harus menghadapi kerubutan dua orang jago sekaligus,
ternyata Phaog Pak bun yang memiliki tenaga dalam paling
cetek telah terluka lebih dulu ditangannya.
Dengan demikian sudah barang tentu tenaga dalam yang
dimiliki Tay khek Cin-kun lebih-lebih tak bisa mengatasi
kelihayan lawannya lagi. Tapi waktu itu dia sudah nekad dan berniat untuk berada
jiwa, karena kenekadannya ini, ternyata untuk sesaatpun
ketua dari perguruan San tian bun pun tak bisa banyak
berkutik terhadapnya. Dalam waktu singkat, puluhan jurus kembali sudah
lewat. Tiba-tiba... "Blamm!" suatu bebnturan keras kedmbali terjadi,
amenyusul kemudiban berkumandang jerit kesakitan yang
memilukan hati. Sambil muntah muntah darah segar, tubuh Tay khek Cin
kun mencelat ketengah udara dan terjatuh ke dalam jurang.
Sekalipun Tay khek Cinkun terhajar oleh sebuah
pukulannya namun perempuan misterius ketua dari
perguruan San tian bun seediripun terhajar pula oleh
pukulan Tay khek Cinkun. Dengan susah payah ia berusaha untuk tetap berdiri
kemudian sambil tertawa dingin selangkah demi selangkah
berjalan menghampiri Phang Pak-bun, mencengkeram
tubuhnya dan mengangkatnya keudara.
"Hahh haaabh haaahh lebih baik kau turun juga
kebawah!" teriaknya sambil tertawa terkekeh-kekeh dengan
seramnya. Tubuh Phang Pak bun yang sudah terangkat ke udara
itu, dengan cepat dilemparkan ke dalam jurang tersebut.
Kemudian ia mendongakkan kepalanya dan tertawa
tergelak lagi, suara tertawanya sangat menyeramkan,
membuat siapapun yang mendengar merasa bulu buduknya
pada bangun berdiri. Yaa, peristiwa ini memang cukup menggembirakan
hatinya, karena ia berhasil menyingkirkan sumber bencana
dari muka bumi, ini berarti selanjutnya ia tak usah kuatir
apa-apa lagi. Jurang itu tak terhitung dalamnya, siapa yang bisa hidup
setelah terlempar kedalam jurang tersebut"
OOOO0dw0OOOO BAB 62 APAKAH Ong Bun kim telah tewas" Apakah Tay khek
Cinkun serta Phang-Pak bun telah terkubur pula didasar
jurang yang puluhan laksa kaki dalamnya ini"
Andaikata semuanya itu merupakan kenyataan, hal itu
sungguh merupakan suatu peristiwa yang tragis.
Thian tak akan membiarkan dendam berdarah ini lenyap
tak berbekas, ibarat batu yang tercebur didalam samudra,
kalau tidak, bukankah kejahatan akan semakin meraja lela
dalam dunia ini" Begitulah, ketika Ong Bun kim termakan oleh pukulan
dari ketua perguruan San tian bun yang maha dahsyat itu
sehingga tubuhnya mencelat ketengah udara, ia segera jatuh
tak sadarkan diri. Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya ia tersadar
kembali dari pingsannya dalam keadaan kesakitan hebat,
pelan-pelan ia teringat kembali akan semua peristiwa yang
telah menimpa dirinya. Ia masrih ingat ketikat ketua perguruaqn San tian bun
rturun tangan keji kepadanya, dia pun masih ingat dia
bersama Lui Thian ciu terlempar ke dalam jarang untuk
selanjutnya apapun tak teringat lagi olehnya.
"Jangan-jangan aku sudah mati ?" demikian ia mulai
berpikir dalam hatinya. Berpikir sampai disitu, sinar matanya muIai celingukan
kesana kemari untuk mencari tahu keadaan yang
sesungguhnya, ternyata ia berada dalam sebuah ruangan
batu... Ia tak bisa berpikir, kenapa ia bisa berada disini... kenapa
ia bisa berada dalam ruangan batu semacam ini, sebab dari
kesemuanya itu terbukti sudah kalau dia belum mati, ia
masih hidup segar bugar didunia ini.
Sementara dia masih melamun, tiba-tiba terdengar suara
langkah manusia berkumandang memecahkan keheningan.
Dengan cepat Ong Bun kita berpaling keluar pintu
ruangan batu itu, ia saksikan seorang nona berbaju putih
sedang berjalan mendekat dengan langkah yang lemah
gemulai. Sekali lagi Ong Bun kim tertegun dibuatnya.
Nona berbaju putih itu berusia antara lima belas, enam
belas tahunan, dia mempunyai sepasang kepang yang
panjang, wajahnya tidak terhitung cantik tapi mukanya
yang bulat telur terasa manis sekali.
Sambil tersenyum dia berjalan mendekati pembaringan
Ong Bun kim, senyuman manis yang menghiasi bibirnya
membuat dia tampak menarik, uniuk sesaat lamanya Ong
Bun kim berdiri termangu-mangu sambil menatap wajahnya
itu. Ia berjalan ke hadapan Ong Bun kim. lalu menegur.
"Kau sudah sadar cukup lama?"
Suaranya merdu merayu membuat orang serasa terbuai
ke dalam impian. Ong Bun kim tertegun oleh pertanyaan itu jawabnya
kemudian: "Aku baru saja sadar, apakah apakah kau yang telah
menolong aku! ?" "Betul." sambil tersenyum nona berbaju putih itu
mengangguk. Ong Bun kim ingin melompat bangun, tapi nona berbaju
putih itu segera mencegah-nya sambil berkata:
"Jangan bangun dulu, luka yang kau derita belum
sembuh, luka semacam itu paling pantang untuk sembarang
bergerak!" "Nona, banyak terima kasih atas pertolonganmu!" kata
Ong Bun-kim dengan penuh luapan rasa terima kasih.
"Tak usah berterima kasih kepadaku!"
"Ke mana larinya yang seorang lagi?"
"Luka yang dideritanya tidak berada dibawah keadaan
lukamu, mungkin jauh lebil parah malah, sekarang dia
sedang merawat lukanya dalam ruangan lain."
Mendengar perkataan itu, paras muka Ong Bun kim
segera berubah hebat sekali.
"Jadi dia masih hidup di dunia ini?"
"Benar!" "Bagaimana jalannya cerita sehingga nona berhasil
menolong diriku?". "Dua hari berselang aku mendengar suara pertarungan
berkumandang dari atas sana," cerita nona berbaju putih
itu, "ketika aku masih berdiri di bawah jurang sana,
kusaksikan kalian berdua terjatuh dari atas sana..."
"Jadi tempat ini letaknya terada didasar jurang tersebut?"
tanya Ong Bun kim. "Benar! Bukankah kalian kena dihajar oleh ketua dari
perguruan San tian bun sehingga terjatuh kedalam jurang?"
"Darimana kau bisa tahu?" tanya si anak muda itu
dengan hati terperanjat. Nona berbaju putih itu segera tertawa.
"Kecuali kalian semua, masih ada beberapa orang yang
kena dihajar pula sehingga terjatuh kedalam jurang ini, tapi
tenaga dalam yang dimiliki orang-orang itu terlampau
cetek. kebanyakan mereka tewas setelah terjatuh ke dalam
jurang ini." Belum habis si nona berbaju putih itu bercerita, tiba-tiba
dari luar pintu berkumandang lagi suara seorang
perempuan. "Siok-khim, luka yang diderita sauhiap itu belum
sembuh, kenapa kau malahan mengajaknya untuk banyak
bicara?" Mendengar teguran tersebut, paras muka nona berbaju
putih itu segera berubah menjadi merah padam karena
jengah, kepalanya kontan saja tertunduk rendah-rendah.
"Siapa disitu?" tanpa terasa Ong Bun kim bertanya
dengan perasaan bergetar keras.
"Ibuku !" jawab nona berbaju putih itu cepat kemudian
dengan nyaring ia menyahut:
"Ibu, aku sudah tahu!"
"Berikan obat tadi kepadanya agar dimakannya."
"Baik, ibu!" Seraya mengiakan, dari dalam sakunya nona berbaju
putih itu mengeluarkan sebutir pil dan diserahkan kepada
Ong Bun kim sambil memberi tanda agar pemuda itu
bersedia untuk menelannya.
Dengan perasaan berterima kasih Ong Bun kim
memandang sekejap kearahnya, kemudian baru menerima
pil tersebut dan ditelannya.
Ketika Ong Bun kim telah menelan pil tersebut, secara
beruntun nona berbaju putih itu menotok kembali beberapa


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buah jalan darah penting ditubuh anak muda tersebut,
bakau saja cara menotoknya amat jitu dan cekatan, tenaga
dalam yang dimilikipun amat sempurna, hal mana jauh
berada diluar dugaan Ong Bun kim.
Setelan menelan obat dan memperoleh pengobatan dari
nona berbaju putih itu, luka yang diderita Ong Bun kim
praktis telah sembuh kembali, kesehatan tubuhnya pulih
kembali seperti sedia kala, dan iapun melompat turun dari
atas pembaringan. "Nona. banyak terima kasih atas budi pertolonganmu!"
katanya sambil memberi hormat kepada gadis tersebut.
"Aaah..! Hanya persoalan sekecil ini, buat apa kau musti
memikirkannya dalam hati."
"Apakah aku boleh mengunjungi ibumu?"
"Boleh saja, tapi...apakah kau tidak menjenguk dulu
sahabatmu itu?" "Sahabat" "dengus Ong Bun-kim sambil tertawa dingin,
"kau anggap orang itu adalah sahabatku!"
"Apakah bukan?"
"Tepat-sekali perkataanmu itu, dia bukan saja sahabatku,
bahkan masih terhitung seorang musuh besarku"
"Apa" Dia adalah musuh besarmu?" Rupanya nona
berbaju putih itu merasa terkejut sekali, dengan sepasang
mata terbelalak lebar ditatapnya wajah Ong Bun kim itu
tanpa berkedip. "Betul, dia adalah musuh besarku" jawab Ong Bun-kim,
"Ia telah membunuh ayah ibuku."
"Sungguh?" "Kalau begitu, kau hendak membunuhnya?"
"Yaa, aku sangat benci kepadanya, aku ingin menghirup
darahnya, memakan daging tubuhnya, tentu saja dia harus
kubunuh!" Dengan termangu-mangu nona berbaju putih itu
menatap tajam wajah Ong Bun kim sekian waktu, akhirnya
dia berkata lagi: "Tapi luka yang dideritanya belum sembuh kembali!"
"Aku bisa menunggu sampai luka yang dideritanya
sembuh kembali baru membunuhnya! nona lebih baik
sekarang bawalah aku untuk berjumpa dengan ibumu."
Nona berbaju putih itu manggut-manggut, dia lantas
berjalan keluar dari pintu ruangan lebih dulu diikuti Ong
Bun kim dari belakang. Setelah keluar dari pintu ruangan, mereka tiba di sebuah
ruangan yang luas, nona berbaju putih itu segera berbelok
ke dalam sebuah pintu batu yang lainnya.
Ong Bun kim tidak menyangka kalau dalam ruangan
bawah tanah tersebut, ternyata terdapat arsitek bangunan
yang begini menakjubkan. Sementara itu mereka sudah tiba didepan sebuah pintu
ruangan, nona berbaju putih itu segera maju mengetuk
pintu, kemudian serunya: "Ibu, sauhiap ini ingin sekait berjumpa denganmu!"
"Suruhlah dia masuk!"
Nona berbaju putih itu memandang sekejap ke arah Ong
Bun kim, tiba-tiba ia menempelkan bibirnya disisi telinga
pemuda itu dan berbisik: "Andaikata kau menyaksikan sesuatu yang aneh atau
seram nanti, aku harap kau jangan menunjukkan sikap
terkejut" Ong Bun kim tertegun, ia tidak habis mengerti terhadap
ucapan tersebut, namun kepalanya dianggukkan juga.
Pelan-pelan nona berbaju putih itu mendorong pintu dan
berjalan masuk ke dalam. Ong Bun kim menjumpai suasana dalam ruangan batu
itu gelap gulita. Sekali lagi ia dibikin tertegun oleh suasana ditempat itu,
tapi ia tidak berdiam lama sambil membesarkan nyalinya
dia berjalan maju lebih ke depan, dalam kegelapan lamatlamat
ia masih dapat melihat bahwa tempat itu adalah
sebuah kamar tidur. Didepan pembaringan terdapat sebuah bangku sesosok
bayangan hitam duduk disitu.
Dengan tubuh agak menggigil Ong Bun kim maju tiga
langkah ke depan, kemudian sambil memberi hormat
katanya. "Boanpwe Ong Bun kim sengaja datang untuk
menyampaikan rasa terima kasihku atas budi pertolongan
yang telah kuterima!"
"Hanya persoalan sekecil itu harap kau jangan
memikirkannya selalu didalam hati, silahkan duduk Ong
sauhiap!" la menunjuk sebuah kursi dihadapannya.
"Terima kasih!" sahut Ong Bun kim sambil duduk.
Setelah itu pemuda tersebut duduk, baru mendongakkan
kepalanya memandang ke depan, tapi apa yang kemudian
terlihat hanpir saja membuat sianak muda itu menjerit
keras. Ternyata perempuan yang duduk dihadapannya itu
memiliki selembar wajah yang menakutkan sekali, baik
diatas wajahnya maupun pada hidung dan bibirnya seakanakan
telah terbakar sehingga kulitnya mengelupas, daging
merah yang bercampur darah tampak menghiasi wajahnya
disana sini, ini menyebabkan wajahnya betul-betul
menakutkan sekali. Siapa yang tidak akan terkejut setelah menyaksikan raut
wajah sejelek dan seseram ini.
Dalam pada itu, perempuan jelek itu telah tertawa getir,
katanya: "Bukankah wajahku tampak menakutkan sekali?"
Ong Bun kim merasakan hatinya bergetar keras, bukan
menjawab dia malahan balik bertanya:
"Aku lihat wajah cianpwe telah dirusak orang, bukankah
demikian?" "Betul Kau she Ong" Apakah ayahmu juga seorang jago
dari dunia persilatan?"
"Benar!" "Apakah kau mempunyai hubungan yang erat dengan
Su-hay-bong-khek (manusia latah dari empat samudra) Ong
See liat?" "Dia adalah ayahku!" jawab Ong Bun-kim dengan
perasaan bergetar keras. Sekujur tubuh perempuan bertampang jelek itu segera
menggigil keras, katanya agak gemetar:
"Oh....jadi... jadi Ong See liat adalah ayahmu?"
"Betul, apakah cianpwe kenal dengan ayahku?"
Perempuan bermuka jelek itu segera menggelengkan
kepalanya berulang kali, sahutnya sambil tertawa getir.
"Entahlah, cuma aku tahu manusia macam apakah
dirinya itu, apa kau datang ke perguruan San tian bon untuk
menuntut balas?" "Benar.....! Kau.. .kau...darimana kau bisa tahu?"
"Bukankah ketua dari perguruan San tian bun telah
membinasakan ayahmu..?"
"Benar!" "Aku lihat tenaga dalam yang kau miliki masih belum
dapat menandingi kelihayan dari ketua perguruan San tian
bun?" "Betul!" "Ketua dari perguruan San tian bun benar-benar telah
membinasakan ayah ibumu?"
"Benar!" "Kau tahu dia bernama siapa?"
"Aku tidak tahu!"
"Kalau begitu kuberitahukan kepadamu, dia bernama
Lui Thian Ciu!" Mendengar nama tersebut, sekujur badan Ong Bun kim
bergetar keras karena luapan emosi.
"Bukan, dia bukan Lui Thian ciu" sahutnya. "sebab Lui
Thianciu tidak lebih hanya wakil ketua dari perguruan San
tian bun!" "Apa", dia hanya seorang wakil ketua saja?"
"Benar!" Perempuan berwajah jelek itu duduk termangu-mangu,
entah apa yang sedang dipikirkannya ketika itu" Entah apa
pula yang sedang ia pertimbangkan..."
Lama kelamaan Ong Bun kim merasa tidak sabar pula,
tiba-tiba ia bertanya. "Kenapa kau bisa mengetahui segala sesuatunya dengan
sejelas ini" Apakah kau pun salah seorang anggota
perguruan San tian bun?"
"Benar !" Terhadap perempuan ini, Ong Bun kim menaruh suatu
kesan yang mendalam sekali, dia tak tahu apa sebabnya
perempuan itu sampai berdiam ditempat seperti ini" Dia
pun tak tahu kenapa wajahnya bisa dirusak sehingga hancur
menjadi begitu rupa"
Berpikir sampai disini, tanpa terasa dia bertanya lagi.
"Cianpwe, siapa yang telah merusak wajahmu?"
Perempuan berwajah jelek itu tertawa getir.
"Bukan hanya wajahku saja yang rusak, sepasang
mataku juga telah dikorek keluar" katanya.
"Haah !" saking kagetnya Ong Bun kim menjerit
tertahan, sampai sekarang dia baru mengerti kenapa
sepalang mata perempuanb itu bisa cekundg ke dalam,
teranyata biji matabnya telah dikorek orang.
Setelah tertawa getir, kembali katanya.
"Kaku dibicarakan, mungkin kau tak akan percaya,
orang yang telah mencelakai diriku ini tak lain adalah
suamiku sendiri." "Apa" Suamimu" Jadi.... jadi dia telah mencelaka
dirimu" Siapa siapa sama suamimu itu?"
"Lui Thian ciu!"
"Apa?" Ong Bun kim menjerit keras-keras, hampir saja tubuhnya
melompat bangun dari atas kursi, sebab perkataan tersebut
benar-benar telah menggetarkan perasaan Ong Bun kim.
Untuk sesaat lamanya, si anak muda itu hanya
memandangi perempuan tersebut dengan perasaan
terkesiap, sebab ucapannya itu bukan saja di luar
dugaannya, bahkan membuat hatinya merasa terperanjat
sekali. "Kau... kau tidak percaya?" tanya perempuan berwajah
jelek itu. "Boanpwe bukannya tidak percaya, tapi aku sedang
berpikir, kalau kau mengatakan Lui Thian ciu adalah ketua
dari perguruan San tian bun itu, berarti kau adalah nyonya
ketua?" "Benar!" "Lantas, mengapa dia telah mencelakai dirimu?"
"Lantaran seorang perempuan, dan perempuan itu
adalah Yu hay kian wa (perempuan genit berjiwa cabul) Ciu
Li li!" "Aku pikir perempuan yang kau maksndkan itu tentulah
ketua dari perguruan San tian bun yang sekarang ini?"
"Kemungkinan besar memang demikian, konon di masa
lalu si perempuan genit berjiwa cabul Ciu Li li amat
mencintai ayahmu, bahkan tergila-gila kepadanya, tapi
ayahmu tak pernah memandang sebelah matapun terhadap
cinta kasihnya itu."
"Dia memang berwajah cantik dan bertubuh montok,
ketika gagal memperoleh cinta balasan dari ayahmu, dari
cinta tumbuhlah menjadi rasa benci, ternyata timbul
dendamnya untuk membunuh ayahmu.
"Maka diapun berkomplot dengan Lui Thian-ciu.
"Sebenarnya aku tidak tahu tentang kejadian tersebut,
kemudian dari mulut seorang anggota perguruanku baru
kuketahui duduk persoalan yang sebenarnya, gara-gara
persoalan itu kami menjadi cekcok dan berselisih paham,
ternyata akibat dari percekcokan itu dia malah secara berani
dan terang-terangan membawa Ciu Li li pulang ke rumah !"
"Aaah..! Sungguhkah telah terjbadi peristiwa sdemacam
ini?" taanya Ong Bun kimb dengan wajah berubah hebat.
"Benar!" pertemuan itu menghela napas sedih, "berbicara
soal kecantikan, wajahku tidak berada dibawah kecantikan
Ciu Li li tapi aku tidak habis mengerti kenapa suamiku bisa
jatuh cinta kepadanya" Mungkin Ciu Li li memang
mempunyai dasar kecabulan sehingga tehniknya bermain
cinta diatas pembaringan jauh lebih hebat dan pintar dari
padaku, sehingga hal mana membuat suamiku terpesona."
"Yah, kemungkinan besar memang begitu."
Ong Bun kim manggut-manggut, "memang tak sedikit
terjadi peristiwa semacam ini, seorang laki-laki yang sudah
beristri ternyata terpikat kembali oleh perempuan cabul."
Perempuan berwajah jelek itu manggut-manggut,
kembali katanya: "Perjumpaan perempuan genit berjiwa ca bui Ciu Lili
dengan Lui Thian-ciu ini ibaratnya kayu kering bertemu
dengan api, bukan saja mereka tidak pandang sebelah mata
pun kepadaku, bahkan sering kali bercumbu rayu secara
menyolok didepan mataku sendiri.
"Dalam keadaan begini aku tahu bahwa marahpun tak
ada gunanya, karenanya aku pun hanya membungkam diri
belaka. "Lama kelamaan sikap Ciu Lili makin berani, ternyata
dia telah menganggap diriku sebagai duri dalam matanya."
"Suatu hari aku dengar mereka sedang berunding untuk
mencelakai ayah ibumu, Ciu Li-li menyuruh Lui Thian ciu
menampilkan diri dan memikat diri Siau Hui un, agar
usaha mereka untuk turun tangan bisa lebih gampang
memperoleh hasil." "Aku yang mendengar rencana busuk mereka itu segera
menampilkan diri untuk menghalangi perbuatan mereka itu,
tapi agaknya Lui Thian ciu telah terpengaruh oleh Ciu Li li,
bukan saja nasehatku tidak digubris, bahkan sepasang
mataku dikorek keluar, wajahku dirusak dan tubuhku
dilemparkan ke dalam jurang ini."
"Sungguhkah telah terjadi peristiwa ini?" seru Ong Bun
kim sambil menahan geramnya.
"Benar, padahal waktu itu aku sedang mengandung,
untung saja ketika terjatuh ke dalam jurang, tubuhku
tercebur ke dalam kolam air disini sehingga nyawaku


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhasil diselamatkan oleh seorang manusia aneh yang
menghuni dalam gua ini, kalau dihitung dengan jari aaai!
Sudah lima belas tahun peristiwa itu berlangsung."
Ong Bun kim kembali menggigit bibirnya menahan
luapan emosi dalam hatinya.
"Perbuatannya sungguh mengerikan sekali, hatinya
betul-betul teramat kejam, cianpwe kau ingin membalas
rdendam tidak?" "Tentu saja ingqin, cuma sepasarng mataku sekarang
telah buta, bagaimanapun juga tak mungkin bukan kusuruh
putriku untuk pergi membunuh ayah kandungnya sendiri?"
Tiba-tiba Ong Bun kim bangkit berdiri, lalu kepada gadis
berbaju putih itu katanya:
"Aku hendak menengok orang yang terluka itu."
ooooOdwOoooo BAB 63 "BUKANKAH dia adalah musuh besarmu" tanya
perempuan berwajah jelek itu.
"Benar!" "Siapa namanya?"
Ong Bun kim berpikir sebentar, lalu menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Entahlah, aku sendiri pun kurang tahu."
"Siok-kim, bawalah dia ke sana!" perintah perempuan
bertampang jelek itu kemudian.
"Baik, ibu!" Perempuan berbaju putih itupun membawa Ong Bun
kim menuju kedalam sebuah ruang an batu, ruangan yang
letaknya berada sebelah menyebelah dengan ruangan batu
yang dihuni Ong Bun kim semula.
Waktu itu Lui Thian ciu sedang berbaring diatas
pembaringan, ia telah sadar kembali, betapa terkejutnya dia
ketika dilihatnya Ong Bun kim muncul secara tiba-tiba
didepan mata, wajahnya berubah menjadi pucat pias seperti
mayat, ditatapnya si anak muda itu dengan pandangan
ketakutan. Dengan garang dan kasar Ong Bun kim mencengkeram
tubuh Lui Thian-ciu dan diangkat nya dari atas
pembaringan. Melihat perbuatan dari pemuda tersebut, nona berbaju
putih itu segera membentak keras.
"Ong sauhiap, luka yang dideritanya belum sembuh, kau
tahu!" "Aku tahu!" jawab Ong Bun kim sambil tertawa dingin.
"Ong Bu-kim!" tegur Lui Thian ciu ketus, "mau apa
kau?" "Membawamu untuk bertemu dengan tuan penolong
yang telah menyelamatkan jiwa kita berdua!"
"Siapakah dia?"
"Sebentar kau bakal tahu sendiri!"
Selesai berkata. Ong Bun kim segera menyeret tubuhnya
dan membawa Lui Thian ciu menuju ke ruangan yang
dihuni perempuan berwajah jelek tersebut.
Nona berbaju putih itu menjadi tertegun dan cuma
berdiri termangu saja disana.
Ketika Ong Bun-kim tiba didepan perempuan jelek itu,
terdengar perempuan tersebut menegur.
"Ong siauhiap kah yang datang?"
"Benar!" Selesai berkata. Ong Bun kim lantas melemparkan tubuh
Lui Thian ciu ke hadapan perempuan jelek itu, katanya:
"Lui Thian ciu, sekarang dongakkan kepalamu dan coba
kau lihat siapakah yang berada dihadapanmu ini?"
"Apa" Dia dia adalah Lui Thian ciu ?" teriak perempuan
jelek itu dengan terkejut.
Sekujur tubuhnya segera menggigil keras bagaikan kena
aliran listrik bertegangang tinggi.
Lui Thian ciu mendongakkan kepalanya dan
memandang sekejap ke arah perempuan jelek
dihadapannya, densan terkejut ia berteriak keras:
"Kau....kau adalah... kau adalah..."
Rupanya rasa kaget dan ngeri yang melampaui batas
membuatnya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
"Ong sauhiap, benarkah dia adalah Lui Thian ciu?" seru
perempuan jelek itu dengan suara gemetar keras.
"Benar, dialah suamimu yang bagus, suami yang telah
mencelakaimu hingga menjadi begitu rupa."
Mendadak perempuan berwajah jelek itu mendongakkan
kepalanya dan tertawa seram suaranya yang keras dan
nyaring itu cukup mendirikan bulu roma siapapun yang
mendengarnya. "Ibu, kenapa kau.,..?" jerit si nona berbaju putih itu
dengan terkejut. Perempuan jelek itu menghentikan gelak tertawanya,
kemudian menjawab: "Lui Thian-ciu, kau masih kenal dengan aku?"
"Kau....kau adalah Siau ciu?" jerit Lui thian ciu dengan
perasaan terperanjat. "Benar, haaahhh... .haaahh haahah aku adalah Kwan
Siau ciu, kau tidak menyangka bukan, setelah sepasang
mataku kau korek keluar dan wajahku kau rusak kemudian
kau lemparkan tubuhku kedalam jurang, ternyata aku masih
hidup segar bugar sampai sekarang..."
"Siau ciu..." Teriaknya itu pebnuh dengan suarda gemetar, takuat dan
menyesal.b "Lui Thian ciu." bentak Kwan Siau ciu lagi dengan suara
lantang, "kau tidak menyangka akan menjumpai keadaan
seperti hari ini bukan" Inilah kalau Thian punya mata."
Kembali ia tertawa tergelak, tertawa keras seperti orang
kalap yang sudah tak waras otaknya.
Si nona berbaju putih Kwan Siok kim tiba-tiba bertanya
dengan suara tergagap: "Ibu apakah apakah dia adalah ayahku?"
"Betul, dia adalah ayahmu yang lebih kejam dari
binatang dan telah mencelakai kita seperti saat ini...."
Dalam pada itu Ong Bun kim telah mencengkeram
tubuh Lui Thian ciu dan mengangkatnya tiaggi tinggi
keudara, dengan auara lantang bentaknya kemudian:
"Lui Thian ciu, tidak kusangka kalau hatimu begini
kejam seperti ular berbisa, bahkan lantaran seorang
perempuan rendah yang tak tahu malu, ternyata kau tega
untuk menyiksa dan mencelakai istri sendiri dengan cara
sekejam itu. Hmm! Masih terhitung manusiakah dirimu
itu?" "Ong sauhiap, lepaskan dia!" tiba-tiba nona berbaju putih
itu membentak keras. Dengan perasaan kaget Ong Bun kim berpaling dan
mengawasi wajah Kwan Siok kim.
"Ong suuhiap, lepaskan dia!". Kwan Siok kim kembali
mengulangi kata-katanya. "Kenapa?" "Lepaskan dia, karena dia adalah ayahku!"
Ong Bun kim memandang sekejap lagi kearah-nya,
kemudian ia melepaskan Lui Thiau ciu dari
cengkeramannya. "Ayah !" Kwan Siok kim segera berteriak keras, ia
menubruk kedalam pelukan Lui Thian ciu.
Bagaimanapun juga cinta kasih anak terhadap ayahnya
adalah cinta alam, sekalipun Lui Thian-ciu telah melakukan
perbuatan yang mencelakai ibunya, toh dia tetap
merupakan ayah kandung. Apalagi semua peristiwa itu tidak dialami sendiri oleh
Kwan Siok kim, oleh karena itu rasa benci dalam hatinya
adalah suatu perasaan yang tawar, rasa cintanya kepada
orang tua jauh lebih kuat dari pada segala-galanya.
Ong Bun kim yang menyaksikan kejadian itu segera
berubah hebat wajahnya. Kwan Siau ciu juga berubah air mukanya, dengan suara
nyaring dia lantas membentak.
"Siok kim, jangan dekati dia!"
"Tidak, ibu..."
"Tinggalkan dirinya!"
"Ibu.....!". Sambil membaringkan diri dalamb pelukan Lui Thdian
ciu, gadis aitu mulai menanbgis tersedu-sedu.
Sekujur badan Lui Thian ciu gemetar keras, tanpa
disadari dua titik air mata menyesal meleleh juga
membasahi pipinya. Perduli dia adalah seorang manusia bengis yang berhati
buas dan kejam, siapa yang akan tahan, menghadapi
panggilan yang begini mesrah dan penuh kasih sayang itu"
Sekali lagi Kwan Siau ciu membentak dengan suara
lantang: "Siok kim, minggir kau dari situ."
Kali ini bentakan tersebut disertai dengan napsu
membunuh yang sangat mengerikan, sehingga
kedengarannya menggetarkan sukma.
Mengikuti bentakan itu dengan tubuh menggigil keras ia
bangkit berdiri. "Ibu !" pekik Kwan Siok kim dengan rasa kaget.
"Lui Toian ciu!" bentak Kwau Siau ciu, "menyingkir dari
putriku, kau tidak pantas untuk memeluknya!"
Lui Thian ciu menghela napas panjang, tiba-tiba ia
mendorong tubuh Kwan Siok kim yang masih menangis
tersedu-sedu dalam pelukannya itu sambil berkata dengan
pedih: "Betul aku memang tidak pantas !"
Kwan Siok kim terkesiap, dia memandang ke arah Lui
Thian ciu dengan wajah melongo, teriaknya keras-keras:
"Ayah !" Tiba-tiba ia menutup muka sendiri dan menangis
tersedu-sedu. Ong Bun kim yang menyaksikan kejadian itu menjadi
kebingungan sendiri, untuk sesaat dia tak tahu apa yang
musti dilakukan. "Lui Thian ciu, apa lagi yang hendak kau ucapkan?"
bentak Kwan Siau cu dengan suara nyaring.
Bagaikan seekor ayam jago yang kalah bertarung, Lui
Thian ciu menundukkan kepalanya dengan lemas, katanya
dengan pedih. "Tidak ada!" "Kenapa kau tidak turun tangan lagi untuk
membinasakan diriku?"
"Siau ciu..." "Hayolah, cepat turun tangan! Sekarang aku toh sudah
berada di hadapanmu..."
"Siau ciu..." "Lui Thian ciu. kalau kau tidak membunuhku, aku akan
membunuh dirimu!" "Siau ciu....."
"Siau ciu yang rsekarang sudah tbukan Siau ciu qyang
dulu lagi!r" Berbareng dengan selesainya perkataan itu, mendadak ia
melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh Liu Thian
cu. Ditengah jeritan kaget dari Kwan Siok-kim, terdengar
bunyi benturan keras yang memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan.
Tubuh Lui Thian ciu mencelat sejauh satu kaki lebih,
sambil muntah darah segar tubuhnya roboh terkulai diatas
tanah: "Ayah...!" jerit Kwan Siok kim dengan suara lengking.
Dia melompat kedepan dan menubruk ke atas tubuh Lui
Thian ciu. Cinta kasih yang diperlihatkan gadis itu terhadap
ayahnya membuat Ong Bun kim merasa iba hati, hatinya
terasa amat sedih sekali.
Isak tangis yang memilukan hati membuat Kwan Siau
ciu yang terpengaruh emosi berdiri kaku ditempat, sekujur
tubuhnya menggigil keras, bisa dibayangkan bagaimanakah
gejolak perasaan hatinya waktu itu.
Dalam pada itu, Lui Thian ciu sudah tertunduk diatas
tanah, sambil menyeka noda darah dari ujung bibirnya, ia
berusaha menenangkan pergolakan hatinya, kemudian
berkata. "Perkataan ibumu memang benar, aku bukan ayahmu,
aku... aku... aku tidak pantas,.."
Ketika mengucapkan kata kata tersebut, rasa sedih dalam
batinya tak bisa dibendung lagi tiba-tiba sebaris air mata
jatuh terlinang membasahi pipinya, dapat dilihat betapa
sedih dan duka-nya lelaki tersebut.
Sekali lagi perasan Ong Bun kim bergetar keras.
Ucap Lui Thian ciu lagi dengan penuh emosi:
"Selama hidup aku sudah banyak melakukan kesalahan
yaa benar. Ciu Li li telah mencelakai diriku,
menghancurkan kebahagiaan kita semua aku tidak
memohon kepada kalian agar memaafkan diriku, aku
adalah seorang manusia yang tidak pantas untuk
dimaafkan" "Aku, aku memaafkan dirimu, aknpun menghormati
dirimu!" kata Kwan Siok kim dengan penuh emosi.
"Terlambat semuanya sudah terlambat, tak mungkin
bagiku untuk menyesali semua peristwa itu lagi."
Gumaman yang lirih akhirnya memanggil kembali
liangsimnya yang sudah terlanjur jahat, tiba-tiba ia
menemukan bahwa selama ini ia sudah banyak melakukan
perbuatan yang menakutkan.
Tapi sekarang, menyesalpun tak ada gunanya karena
nasi telah berubah menjadi bubur.
"Lui Thian ciu!" tiba-tiba Ong Bun kim membentak
keras, "apakah orang yang berniat membunuh ayahku juga
Ciu Li li?" "Benar!" "Kau sebagai ketua perguruan San tian bun, kenapa bisa
diturunkan pangkatnya menjadi wakil ketua?"
"Ciu Li li telah merayu anak buahku dengan tubuhnya
yang montok, ini semua membuat mereka menghianati
diriku, kedudukan ketua perguruanpun diambil alih
olehnya, sampai kini kehadiranku dalam perguruan San
tian bun tidak lebih hanya sebuah boneka saja."


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kemana larinya ke enam jilid kitab pusaka dari enam
partai besar..?" tanya pemuda itu lagi.
"Berada ditangan Ciu Li Ii"
Ong Bun kim segera berpaling kepada Kwan-Siau ciu,
lalu katanya. "Cianpwe, ijinkanlah aku untuk membunuhnya."
"Membalas dendam bagi kematian ayahmu memang
merupakan kewajiban sebagai seorang anak, tentu saja kau
boleh membunuhnya untuk membalaskan sakit hatimu!"
jawab Kwan Siau-ciu dengan penuh emosi.
"Terima kasih atas kebaikan cianpwe!"
Seusai berkata selangkah demi selangkah pemuda itu
segera berjalan mendekati Lui Thian ciu.
Mendadak Kwan Siok-kim melompat ke depan dan
menghadang jalan perginya.
"Mau apa kau?" bentaknya keras keras.
"Aku hendak membalaskan dendam bagi kematian ayah
ibuku!" "Aku tidak memperkenankan dirimu untuk
membunuhnya!" Menyaksikan hawa pembunuhan yang menyelimuti
wajah Kwan Siok-kim, diam-diam Ong Bun kim merasa
bergidik juga, tanyanya dengan gelisah.
"Kenapa?" "Sebab dia adalah ayahku !"
"Tapi dia adalah musuh besar pembunuh orang tuaku!"
Paras muka Kwan Siok-kim kembali beru bah hebat,
bentaknya. "Ong Bun kim, jika kau berani turun tangan
terhadapnya, maka akupnn hendak membinasakan dirimu."
Ong Bun kim menggigit bibirnyab menahan pergoldakan
emosi, kataanya dengan cepbat:
"Akan tetapi aku bertekad hendak membunuhnya."
"Kalau begitu, cobalah untuk menyerang!"
Ong Bun kim tertawa dingin, tiba-tiba ia melompat ke
muka sambil melancarkan serangan ke-arah Kwan Siok
kim, gerakan tubuhnya cepat sekali bagaikan sambaran
kilat. "Ong Bun kim kau berani?" teriak Kwin Siok kim dengan
marah. Ia melejit ke samping menghindarkan diri dari serangan
Ong Bun kim. kemudian pergelangan tangannya diayunkan
kedepan, sebuah pukulan yang mana dahsyat telah
dilontarkan pula ke arah tubuh Ong Bun kim.
Kecepatan Kwan Siok kim dalam melancarkan
serangannya itu sungguh cepatnya bukan kepalang, Ong
Bun kim hanya merasakan bayangan manusia berkelebat
lewat, tahu-tahu badannya sudah didesak kembali oleh
segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat.
"Ong Bun kim!" hardik Kwan Siok kim. "jika kau berani
turun tangan lagi, jangan salahkan kalau akupun hendak
membinasakan dirimu."
Ong Bun-kim adalah seorang pemuda yang tinggi hati.
andaikata Kwan Siok kim memohonnya secara baik baik
agar jangan membunuh Lui Thian ciu, mungkin saja ia
bersedia-mengabulkan permintaan gadis itu untuk tidak
membunuh ayahnya. Tapi sikap kasar dari nona tersebut, membuat pemuda
itu makin bertekad untuk membunuh Lui Thian-ciu
oooOdwOooo BAB 64 SAMBIL tertawa angkuh serunya: "Aku Ong Bun kim
bertekad akan membinasakan dirinya mau apa kau?"
Seraya berkata tubuhnya melejit keudara dan sekali lagi
menubruk kedepan dengan kecepatan luar biasa,
Dengan mempergunakan jurus Hek ya mo im (bayangan
iblis ditengah malam) ia melontarkan sebuah pukulan
ketubuh Kwan Siok kim. Dalam melancarkan serangannya ini Ong Bun-kim telah
sertakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya,
kedahsyatan dari pukulan tersebut ibaratnya gulungan
ombak yang menghantam tepian pantai.
Kwan Siok kim segera membentak keras, di balik
ancaman serangan dari Ong Bun kim tersebut dia lepaskan
juga sebuah pukulan untuk mengunci datangnya ancaman
tersebut. Bayangan manusia berkelebat lebwat, sekali lagdi Ong
Bun-kim kaena didesak hinbgga mundur berulang kali ke
belakang. Agaknya pada saat inipun Kwan Siok kim berminat
untuk melakukan adu jiwa dikala Ong Bun kim sudah kena
didesak mundur ke belakang itu, tubuhnya menerjang
kembali ke depan dengan kecepatan tinggi, secara beruntun
ia lepaskan pula dua buah pukulan berantai.
Sedemikian cepatnya serangan itu, mrmbuat Ong Bun
kim agak sulit juga untuk menahan datangnya ancaman
tersebut. "Tahan !" mendadak Lui Thian ciu membentak keras.
Oleh bentakan tersebut, baik Ong Bun kim maupun
Kwan Siok kim segera menghentikan serangannya dan
berpaling memandang ke wajah Lui Thian ciu.
"Lui Thian ciu apa yang hendak kau katakan lagi?"
bentak Ong Bun kim dengan suara keras.
Lui Thian-ciu, menggigit bibir menahan gejolak emosi
dalam da dadanya, ia berkata:
"Ong Bun kim, kalau berbicara dari soal tenaga dalam,
kau masih belum mampu untuk membunuhku, tapi
sekarang aku sedang menderita luka dalam yang cukup
parah, sekalipun kau hendak membunuhku juga bukan
suatu tindakan yang cukup dibanggakan, aku percaya kau
sendiripun tak akan melakukan tindakan seperti ini."
Ong Bun kim segera tertawa dingin.
"Heeehh... heeehhh... heeehhh terhadap dirimu, aku Ong
Bun kim mah tak perlu menguatirkan persoalan tetek
bengek itu" "Mungkin, apa yang kau katakan ada benarnya juga, tapi
aku orang she Lui ingin mengajukan satu permintaan
kepadamu, apakah kau bersedia untuk mengabulkannya?"
"Apa permintaanmu itu?"
"Beri sedikit kesempatan kepadaku untuk hidup lebih
lanjut, aku harus hidup didunia ini, tak usah kuatir aku
kabur, aku orang she Lui pasti akan memberi suatu keadilan
kepadamu." Agaknya Ong Bun kim telah merasakan bahwa dibalik
semua perkataan dari Lui Thian ciu itu mengandung suatu
maksud yang amat mendalam, pemuda itu bisa memaafkan
kesalahannya, sebab ia tak lebih hanya diperalat orang lain,
pembunuh yang sesungguhnya tak lain tak bukan adalah
Ciu Li li. Apalagi Kwan Siok kim juga telah menyelamatkan
selembar jiwanya, gadis itu sangat membutuhkan kasih
sayang dari ayahnya, apa pula artinya membunuh lelaki
tersebut dihadapannya"
Berpikir sampair disitu, diapunt menggertak gigqi dan
menjawab.r "Jadi....untuk sementara waktu, kau ingin hidup lebih
jauh?" "Betul, bagiku hal mana merupakan suatu hal yang
sangat penting!" "Baiklah, aku tak akan membunuhmu, cuma ada satu
persoalan ingin kutanyakan kepadamu, tahukah kau buah
Hiat li itu dihasilkan pada daerah yang mana dari selat
Thian-mo-sia-ini?" "Engkau membutuhkan buah Hiat li?"
"Betul!" Dari sakunya Lui Thian ciu mengeluarkan sebuah botol,
dalam botot itu berisikan sebiji buah Hiat li berwarna merah
darah sebesar ibu jari. Sambil menyerahkan botol tersebut ketangan Ong Bunkim,
dia berkata: "Inilah buah Hiat li yang kau butuhkan nah, ambillah."
Tindakan yang diluar dugaan ini cukup mencengangkan
hati Ong Bun kim, untuk sesaat ia menjadi tertegun.
"Tahukah kau akan kegunaan dari buah Hiat li ini?"
tanyanya. "Buah ini melupakan buah paling beracun didunia, tapi
sari racunnya justru merupakan sari racun yang tak ternilai
harganya dalam jagad dewasa ini, barang siapa terkena
racun buah Hiat-li, maka tiga jam kemudian pasti akan
tewas secara mengerikan, sebaliknya kalau orang itu sudah
keracunan hebat lebih dahulu baru terkena racun ini,
sebagai akibatnya semua pengaruh racun akan Ienyap tak
berbekas, nah ambillah benda ini."
Betulkah dalam selat Thian-mo-sia ini masih terdapat
benda beracun semacam ini"
"Aku pikir susah ditemukan, apakah kau enggab
menerima pemberianku ini ?"
Ong Bun kim berpikir sejenak, akhirnya ia terima juga
botol tersebut seraya berkata:
"Terima kasih banyak atas pemberianmu ini, dikemudian
hari aku Ong Bun kim tentu akan menyampaikan resa
terima kasihku kepadamu"
Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling ke arah
Kwan Siau ciu sambil berkata:
"Kwan cianpwe aku berangkat lebih dulu!"
"Ona sauhiap, kau tidak jadi membunuhnya"* tegur
Kwan Siau ciu dengan suara dingin.
Ong Bun kim manggut-manggut.
"Ya, aku tidak jadi membunuhnya" ia menyahut. "ia tak
lebih hanya seoraag manusia yang telah diperalat orang
lain, apalagi penderitaanmu sudah cukup parah, sudah
sepantasnya kalau ia memberikan segala yang telah ia
khilafkan selama ini kepadamu..."
"Tidak, aku tak ingin bertemu lagi dengan-nya!" jerit
Kwan Siau ciu keras-keras.
Kemudian kepada Lui Thian ciu, serunya lagi. "Lui
Thian ciu, enyah kau dari sini, Selama hidup aku tak
bertemu lagi dengan kau."
"Siu Ciu...." seru Lui Thian ciu dengan pedih.
"Aku sudah bukan Siau ciu mu lagi enyah kau dari sini."
"Ooh... Siau ciu, aku tahu salah, aku tidak memohon
pengampunan darimu, aku adalah seorang lelaki yang tak
pantas diampuni dosa-dosanya, tapi aku tak boleh mati
sekarang, saat ini aku harus tetap hidup lebih lanjut..."
"Aku tidak menyuruh kau mampus, aku hanya minta
kepadamu agar segera enyah dari sini"
"Siau ciu..." jerit Lui Thian ciu.
"Enyah !?" Dalam suaranya yang meluap, Kwan Siau ciu tak dapat
mengendalikan emosinya lagi, tiba-tiba dia mengayunkan
telapak tangannya menampar muka Lui Thian ciu keraskeras.
Jangan dilihat perempuan itu adalah seseorang yang
buta, ternyata tamparan tersebut dilakukan dengan sangat
tepat dan hebat. "Plook...!" termakan oleh tamparan yang sangat keras
tersebut, Lui Thian ciu terdorong mundur sejauh empat
lima langkah lebih. Tapi lelaki itu tidak menjadi jera, dia malahan maju lebih
ke depan sambil berseru: "Hajarlah aku, aku hanya
memohon kepadamu agar aku diijinkan untuk berkumpul
selama beberapa hari dengan putriku..."
Kwan Siau ciu mengangkat kembali telapak tangan
kanannya siap menampar, tapi ia tak sanggup melanjutkan
perbuatannya itu, tiba-tiba sekujur badannya gemetar keras,
kemudian sambil menangis tersedu-sedu, katanya:
"Kau setan jahanam, apakah masih belum cukup kau
siksa diriku selama ini?"
"Siau ciu..." Tiba-tiba Kwan Siok kim maju ke depan dan berlutut
dihadapan Kwan Siau ciu, lalu merengek.
"Ooooh.. .. ibu, maafkanlah kesalahan anak selama ini."
"Aku..." Kwan Siau ciu tak sanggup melanjutkan
kembali kata katanya, ia menangis tersedu-sedu dengan
amat sedihnya. "Oooh ibu!" kembali Kwan Siok bkim merengek,
"dselama ini, belaum pernah kuminbta apa-apa darimu, aku
hanya memohon kepada kau untuk mengabulkan
permintaanku ini." "Nak, kau tak akan memahami sampai dimanakah
siksaan batin yang telah kualami selama ini."
Dalam detik inilah terungkap kasih sayang yang paling
mulia dari seorang anak terhadap orang tuanya, sekalipun
Lui Thian ciu sudah banyak melakukan kejahatan dan
kebusukan, namun putrinya masih tatap menaruh hormat
dan sayang kepadanya, bahkan memohonkan pengampuan
bagi dirinya." Akhirnya Ong Bun kim merasakaa juga luapan perasaan
tersebut, sambil menggigit bibir menahan rasa sedihnya,
tiba-tiba ia menyela: "Kwan cianpwe, bolehkah aku ikut berbicara?"
"Apa yang hendak kau katakan?"
"Maafkanlah dia!"
"Apa" Apa kau bilang?" dengan perasaan terkejut Kwan
Siau ciu menjerit keras. Ong Bun kim tertawa getir. "Aku saja tidak niat
membunuhnya, mengapa kau tak bisa pula untuk
memaafkan dirinya?" ia berkata.
"Kau... kenapa kau hendak melepaskan dia ?"
"Lantaran kau !"
"Aku ?" "Betul, kau adalah seorang perempuan yang bernasib
jelek, sudah sepantasnya kau mendapatkan apa yang belum
kau peroleh selama ini, apalagi dia bukan pembunuh
ayahku yang sesungguhnya, bila kau dapat memperoleh
kebahagian dikemudian hari, aku percaya arwah ayah
ibuku dialam bakapun akan ikut bergembira."
"Tapi. dia ingin membunuhku...!"
"Yang sudah lewat dibiarkanlah lewat, pepatah kuno
mengatakan jika seorang manusia jahat dapat berpaling,
emaspun tak bisa menggantinya, mungkin saja ia benar


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar membutuhkan kesempatan untuk hidup lebih jauh,
memaafkan dirinya bukan suatu kesalahan atau dosa, tapi
suatu kebajikan, suatu kemuliaan."
Kwan Siau ciu tidak menyangka kalau Ong Bun kim bisa
mengucapkan kata-kata semacam itu, saking tak dapat
membendung luapan rasa harunya, dia berseru.
"Ong sauhiap, kau betul-betul baik sekali"
Ong Bun kim tertawa getir.
"Secara tiba-tiba saja kutemukan dendam kesumat yang
terjalin dalam dunia pada saat ini sudah terlampau banyak,
padahal ada bbanyak masalah dyang belum tentau harus
diselesbaikan dengan menggunakan "darah". Kwan
cianpwe, dapatkan kau memaafkan dirinya?"
"Aku...." Perempuan itu sungguh merasa kebingungan, dia tak
tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan itu.
Padahal berbicara yang sesungguhnya dia pasti bersedia
untuk memaafkan lelaki itu. Yaa, penderitaan selama lima
belas tahun membuatnya merasa kesepian dan tersiksa, ia
membutuhkan cinta yang diberikan Lui Thian ciu
kepadanya sudah cacad, tapi bagaimanapun jauh lebih baik
daripada sama sekali tanpa cinta.
Tiba-tiba Lui Thian ciu menjatuhkan diri berlutut
diaadapan Kwan Siau ciu dengan air mata bercucuran:
"Ooo Siau ciu, terima kasih banyak... terima kasih
banyak atas kesedihanmu untuk mengampuni semua
kesalahanku." Berada dalam keadaan begini, Kwan Siau ciu tak
sanggup berbicara lagi, dia hanya menangis tersedu-sedu....
Ong Bun kim merasa hati kecilnya amat tersentuh oleh
adegan yang mengharukan itu, tiba-tiba ia merasa bahwa
dalam hidupnya selama ini, untuk pertama kalinya dia telah
melakukan suatu perbuatan baik, ia merasa hatinya, lega
dan nyaman. Perasaan lega dan nyaman macam itu belum pernah ia
rasakan sebelumnya, tapi sekarang ia telah merasakan
dengan begitu hangat dan sahdu.
"Kwan cianpwe, aku hendak mohon diri lebih dulu."
bisiknya kemudian kepada Kwan Siau ciu.
"Ong sauhiap!" ucap Kwan Siau ciu sambil berusaha
untuk menahan isak tangisnya. "sulit rasanya untuk
menemukan orang kedua yang begitu baik seperti kau di
dalam dunia ini." Ong Bun kim tertawa getir. "Kwan cianpwe terlalu
memuji, nah. aku akan mohon diri lebih dulu." katanya.
Seusai berkata, dia lantas memutar badan dan beranjak
meninggalkan ruangan itu.
"Ong sauhiap, maaf kalau aku tak akan menghantarmu
lebih jauh" bisik Kwan Siau ciu.
"Tak usah repot-repot!"
"Siok kim, hantar Ong sauhiap keluar dari gua ini"
"Baik!" Setelah menyeka air mata yang membasahi pipinya,
Kwan-Siok kim berjalan keluar lebih dahulu dari gua
tersebut disusul Ong Bun kim di belakangnya.
"Ong sauhiap!" rtiba-tiba Lui Tthian ciu berserqu sambil
menyusrul ke depan pintu.
Ong Bun kim menghentikan langkahnya dan berpaling.
"Ada apa?" tanyanya.
"Aku merasa berterima kasih sekali kepada mu atas
kesediaanmu untuk memberi kesempatan ini. aku - aku
...aku... aku amat bersyukur, budi kebaikanmu ini tak akan
ku lupakan untuk selamanya!"
"Asal kau bisa baik-baik bersikap dan menyayangi Kwan
cianpwe dikemudian hari, itu sudah lebih dari cukup
bagiku, tapi ingat! Jika kau lain dimulut lain di hati, suatu
ketika aku Ong Bun kim pasti akan berusaha dengan sekuat
tenaga untuk membunuhmu"
"Aku berjanji tak akan melakukan perbuatan laknat dan
terkutuk seperti dulu lagi, Ong sauhiap! Baik-baiklah jaga
dirimu" "Pulanglah ke dalam gua!"
Sampai disini, ia lantas melanjutkan kembali langkahnya
mengikuti dibelakang Kwan Siok kim.
Setelah keluar dari gua, sebuah sungai kecil terbentang
didepan sana. Kwan Siok-kim memperlambat langkahnya
dan menengok sekejap ke arah Ong Bun-kim. kemudian ia
berbisik: "Ong sauhiap !"
"Ada apa?" "Ben... bencikah kau kepadaku?" ia berbisik dengan
pandangan mata yang sayu.
Mengawasi wajahnya yang murung itu, Ong Bun kim
tertawa. "Aneh benar kau ini!" serunya, "kenapa aku musti
membencimu" Kau toh tidak melakukan kesalahan apa-apa
terhadapku!" "Aku ..aku merasa bersalah kepadamu."
"Tidak, kau tak pernah melakukan kesalahan apa-apa
kepadaku" "Tapi... tapi aku telah bertarung melawan dirimu tadi"
"Aah.....kenapa aku musti menyalahkan dirimu?"
"Aku.......aku tahu kau tak senang hati kepadaku"
"Aku cukup memaklumi keadaanmu waktu itu, sebab
seandainya aku menjadi kau. aku-pun..mungkin sekali akan
pula seperti apa yang telah kau lakukan tadi!"
"Ong sauhiap. kau.......tahukah kau bahwa aku merasa
bersedih hati setelah kejadian itu" tapi... tapi terpaksa aku
musti berkelahi denganmu karena aku amat mencintai
ayahku.. " "Sudah kukatakan tadi, aku tak pernah menyalahkan
dirimu" sesudah teriawa lebar, ia melanjutkan, "kau tak
perlu menghantar aku lebih jauh lagi, aku bisa pergi
sendiri." "Kau hendak pergi kemana?"
"Bukit Lui im san"
"Bukit Lui im san?"
"Benar!" Kwan Siok kim segera menuding ke sebuah bukit paling
tinggi yang terbentang dihadapannya.
"Bukit yang tampak paling tinggi itulah bukit Lui im
san!" katanya. "Terima kasih banyak nona atat petunjukmu, nah kita
berpisah saja sampai disini."
"Tidak, Ong sauhiap, bersediakah kau menuruti
keinginanku untuk menghantar kau lebih jauh lagi?"
Dengan wajah berkatup ia menatap wajah pemuda itu
tajam tajam, seakan-akan kuatir kalau permintaannya itu
ditampik. Ong Bun kim tidak tega untuk menolak permintaan
orang, terutama setelah menyaksikan mimik wajahnya yang
mengenaskan itu, setelah menghela napas panjang katanya:
"Aaaai ! Aku hanya akan merepotkan dirimu saja"
Kitab Mudjidjad 8 Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Hong Lui Bun 11
^