Pencarian

Setan Harpa 4

Setan Harpa Karya Khu Lung Bagian 4


Tapi pada saat itulah Ong Bun kim sudah mulai
menunjukkan tanda-tanda kepayahan, peluh dingin telah
membasahi jidatnya, wajahnya pucat dan napasnya agak
tersengal. Sebaliknya keadaan Jago pedang setan iblis makin lama
semakin kuat dan serangannya makin lama semakin gencar,
seakan-akan air bah yang menggulung lewat melewati
tanggul yang jebol. Keadaan Ong Bun-kim bertambah kritis, ia semakin
sadar bahwa lebih banyak bahaya baginya dari pada
keuntungan, selembar jiwanya bagaikan berada di ujung
tanduk. Tiba-tiba... Jago pedang setan iblis membentak keras, pedang
mustikanya digetarkan ke muka melancarkan sebuah
serangan. Di balik serangan itu terkandunglah tiga macam
perubahan yang tak sama, daya penghancurnya luar biasa
dan menggetarkan sukma. Ong Bun kim tak berani menyambut serangan tersebut
dengan kekerasan, buru buru ia berkelit ke samping...
Tapi sebelum tubuhnya sempat menghindar ke samping,
Jago pedang setan iblis sudah memburu ke depan, telapak
tangan kirinya langsung diayunkan ke muka.
"Blaaang . . .!"
Dengan telak serangan tersebut bersarang di dada Ong
Bun kim, ini mengakibatkan si anak muda itu muntah
darah segar, tubuhnya mencelat sejauh satu kaki lebih dan
terjatuh tepat di tepi jurang.
Jago pedang Setan iblis tertawa dingin, ejeknya:
"Hmmm... cuma mengandalkan kepandaian seperti ini
berani mencari aku untuk membalas dendam" Bangsat,
temui saja arwah ayahmu di alam baka !"
Diiringi suara tertawa dingin, tiba-tiba ia menerjang ke
arah Ong Bua kim, cahaya tajam berkilauan dan langsung
membacok ke arah batok kepala si anak muda itu.
Suasana menjadi tegang dan keadaan sangat kritis ....
sedetik sebelum tusukan itu bersarang di tubuh Ong Bun
kim, mendadak si anak muda itu melejit ke udara dengan
mempergunakan segenap kekuatan yang dimilikinya,
setelah itu membuat gerakan setengah busur di angkasa.
Berbareng dengan lejitan tersebut, secara tiba-tiba harpa
besinya ikut pula disambit ke depan...
Tindakan ini sama sekali di luar dugaan Mo-kui kiam jin,
ketika menyadari akan datangnya ancaman, untuk
menghindar tak sempat lagi dan . . . "Blang . . . !" tubuhnya
terhajar telak oleh serangan tersebut, sambil muntah darah
tubuhnya terjungkal ke tanah.
Ong Bun kim sendiri karena harus melancarkan serangan
dengan mempergunakan segenap kekuatan yang dimiliki,
isi perutnya mengalami goncangan keras, sambil muntah
muntah darah segar, ia jatuh tak sadarkan diri ....
Pelan pelan Jago pedang setan iblis bangkit berdiri,
sambil menyeka noda darah di ujung bibirnya ia tertawa
dingin, kemudian merogoh ke dalam sakunya dan ambil ke
luar tiga batang pedang kecil yang tipis seperti daun yang liu
dan bersinar tajam. Itulah pedang Liu yap kiam, senjata andalannya yang
paling tangguh. "Kubunuh kau bajingan cilik!" bentaknya. Tiba-tiba
seseorang menjerit keras: "Tahan!"
Di tengah bentakan tersebut tampaklah sesosok
bayangan manusia berkelebat lewat, cepat-cepat Jago
pedang setan iblis menarik kembali pedang Liu-yapkiamnya
sambil mengalihkan sorot matanya ke arah
gelanggang, tapi dengan cepat paras mukanya berubah.
"Rupa rupanya kau.....?"
Ternyata orang yang barusan munculkan diri itu bukan
lain adalah Coa Siok-oh, putri dari jago pedang setan iblis.
Kemunculan Coa Siok-oh secara tiba-tiba di tempat itu
sungguh berada di luar dugaan siapa-pun, apalagi muncul
dengan wajah hijau membesi.
"Ayah....kau tak boleh membinasakan dia." teriaknya
keras-keras. "Kenapa?" tanya Jago pedang setan iblis dengan suara
tak kalah kerasnya. "Kau telah membinasakan suamiku...."
"Aku tidak membunuhnya."
"Ayah, aku tahu kau telah membunuhnya, sekarang
apakah putraku juga akan kau bunuh juga?"
"Dia dia adalah putramu?"
"Benar!" "Hasil hubunganmu dengan Phang Pak-bun..."
"Ayah, kau jangan menghina aku!" pekik Coa Siok-oh
dengan suara penasaran. "Hmmm.......!Masa dia adalah anak hasil hubunganmu
dengan si Latah dari empat samudra Ong See-liat."
"Benar!" "Kalau begitu, aku lebih-lebih tak dapat melepaskan
dirinya!" Paras muka Coa Siok-oh berubah hebat jeritnya:
"Ayah..." "Sejak semula aku telah memberitahukan kepadamu aku
tidak mengakui dirimu sebagai putriku, lagi..."
"Baik, jika kau ingin membinasakan dirinya bunuhlah
aku lebih dahulu !" "Aku tidak ingin membunuhmu!"
"Kalau begitu, lepaskanlah dia!"
"Tidak, hayo minggir kau dari hadapanku!"
Diiringi bentakan nyaring, jago pedang setan iblis
menerjang maju ke arah depan dan menghampiri Ong Bunkim..
"Berhenti!" bentak Coa Siok-oh pula. "jangan memaksa
aku untuk turun tangan kepadamu!"
Coa Siok-oh berdiri dengan wajah menyeramkan
matanya melotot besar dan wajahnya menyeringai seram,
keadaannya sungguh mengerikan.
"Kau berani?" teriak Jago pedang setan iblis penasaran.
Di tengah bentakan nyaring, mendadak ia maju ke depan
sambil melepaskan sebuah serangan kilat ke arah Coa Siokoh.
"Ayah " teriak Coa Siok-oh dengan kaget.
Seruling peraknya digetarkan keras dan digunakan untuk
menangkis serangan pedang dari ayahnya tapi secara tibatiba
ia menarik kembali senjata serulingnya itu, ia tak berani
bertarung melawan ayahnya sendiri.
Tubuhnya cepat cepat berkelit ke sampitg lalu melayang
lima depa ke belakang. Baru saja Coa Siok-oh bergsrak mundur, tiba-tiba ia
saksikan pedang Liu-yap-kiam di tangan kiri Jago pedang
setan iblis telah dilontarkan ke arah tubuh Ong Bun-kim.
Diantara kilatan cahaya putih yang membelah angkasa,
seperti orang kalap Coa Siok-oh berteriak:
"Kau..." Seperti orang gila ia memburu ke arah Ong Bun-kim
Mendadak terdengar jeritan ngeri berkumandang
memecahkan kesunyian, pedang Liu-yap-kiam yang
terakhir telah menembusi punggung perempuan tersebut.
Sedangkan dua bilah pedang Liu-yap-kiam yang pertama
telah menembusi pula punggung Ong Bun-kim, yang
tertinggal hanya sebuah gagang pedang kecil yang berwarna
putih, darah bercucuran ke luar dengan derasnya.
Coa Siok-oh sambil menjerit kesakitan ikut roboh pula ke
atas tanah, sekujur badannya basah oleh darah.
Jago pedang setan iblis merasakan sekujur badannya
gemetar keras, mimpipun dia tak menyangka kalau putrinya
akan menjadi tameng bagi anak muda itu, untuk sesaat
lamanya ia berdiri tertegun saking kaget dan terkesiapnya.
Sesudah roboh ke tanah, Coa Siok-oh kembali
merangkak bangun, wajahnya mencerminkan sinar
kengerian yang menggidikkan hati, matanya beringas dan
memancarkan sinar garang, sambil membimbing bangun
Ong Bun-kim yang tidak sadarkan diri teriaknya keraskeras:
"Ayah, bunuhlah kami berdua!"
Jago pedang setan iblis bagaikan sedang menghadapi
suatu peristiwa yang mengerikan baginya, ia cuma berdiri
mematung di sana tanpa bergerak sedikitpun jua.
Mendadak dari atas puncak To-ciok-hong sana
berkumandang suara pekikan nyaring, menyusul
munculnya tiga sosok bayangan manusia, mereka adalah
perempuan cantik berbaju kuning serta dua orang manusia
aneh cebol lagi bungkuk itu.
"Kwancu, kau tidak, apa-apa bukan?"
"Aku tidak apa-apa!"
"Ayah!" teriak Coa Siok-oh tiba-tiba, "jika kau tidak akan
membunuh kami berdua lagi, kami akan segera pergi
meninggalkan tempat ini!"
Jago pedang setan iblis masih tetap berdiri mematung
ditempat semula bergerak sedikitpun tidak.
Melihat itu, sambil menggigit bibir Coa Siok oh segera
menutul kakinya di permukaan tanah dan berlalu dari situ.
Tiba-tiba bayangan manusia berbaju kuning berkelebat
lewat, perempuan cantik berbaju kuning atau Tongcu
bagian hukuman dari Hou-kwan itu sudah menghadang
jalan perginya: "Mau apa kau?" bentak Coa Sioh-oh segera.
"Jangan harap kalian bisa pergi dari sini!"
"Biarkan mereka pergi!" tiba-tiba Jago pedang setan iblis
membentak nyaring. Bentakan tersebut bukan saja sama sekali di luar dugaan
Coa Siok-oh, bahkan perempuan cantik berbaju kuning
itupun akan merasa tertegun dan untuk sesaat lamanya tak,
tahu apa yang musti dilakukan.
Setelah tertegun sesaat, perempuan cantik berbaju kuning
itu baru berkata dengan hormat:
"Baik!" "Jangan kuatir, biarkan mereka pergi" kata Jago pedang
setan iblis lagi dengan suara dalam, "dalam tiga hari mereka
pasti akan mampus karena keracunan, sekalipun Hoa To
hidup lagi juga tak nanti bisa selamatkan jiwa mereka
berdua...." Belum habis perkataan itu diucapkan, kembali ada
sesosok bayangan kuning berkelebat menuju ke arah puncak
tebing, dia adalah seorang kakek berbaju kuning, sikapnya
tampak gugup dan tergesa-gesa sekali.
"Tongcu penyampai perintah, ada urusan apa
membuatmu tampak gugup sekali?" tanya Jago pedang
setan iblis dengan kening berkerut.
"Lapor lapor kwancu ada kejadian kurang... kurang
menguntungkan " seru Tongcu penyampai berita gelagapan.
"Apa yang telah terjadi" Laporkan pelan-pelan!"
"Bunga bunga iblis dari neraka."
"Mengapa dengan Bunga iblis dari neraka?"
"Ia telah tiba di lembah kita!"
"Mau apa dia datang ke mari?"
"Katanya jika Ong Bun-kim tidak diserahkan, maka dia
akan membunuh seluruh anggota perguruan kita."
"Dia berada di mana sekarang?" tanya Jago pedang setan
iblis dengan wajah berubah.
"Berada di mulut lembah!"
Sebelum Jago pedang setan iblis menjawab sesuatu, Coa
Siok-oh telah mempergunakan segenap tenaga yang
dimilikinya untuk mengempit Ong Bun-kim lagi turun ke
bawah bukit. "Lu Hengcu!" Jago pedang setan iblis segera membentak.
"Tecu siap menerima perintah!"
"Beri tanda kepada seluruh anggota perguruan kita,
jangan halangi perjalanan mereka berdua!"
"Baik!" Dengan mengempit tubuh Ong Bun kim, Coa Siok oh
berhasil menuruni tebing tanduk naga dan kabur ke luar
dari lembah tersebut. Sesungguhnya karena apa ia bersedia mengorbankan
tubuhnya demi menyelamatkan Ong Bun kim"
Karena kasih sayang seorang ibu" Atau karena maksud
tujuan lain" Tentu saja kemungkinan pertama jauh lebih
besar dari pada kemungkinan kedua, seandainya bukan ibu
kandung sendiri, mana mungkin ia rela mengorbankan
jiwanya demi menyelamatkan jiwa Ong Bun kim"
Biasanya, kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya
akan tercermin pada saat keadaan menyangkut mati hidup
seseorang. Waktu itu, Coa Siok oh sambil mengempit tubuh Ong
Bun kim sedang meluncur ke luar dari lembah naga hijau,
sepanjang perjalanan mereka tidak menemui kesulitan atau
hadangan hadangan apapun.
Akan tetapi, justru karena harus kabur sambil membawa
beban berat, darah yang mengucur ke luar dari mulut luka
bekas tertembus pedang Liu yap kiam itu semakin gencar
dan deras, lama kelamaan perempuan itu tak kuasa
menahan diri, sambil mendengus tertahan tubuhnya roboh
terjengkang di mulut lembah.
Berbareng dengan robohnya Coa Siok oh, sesosok
bayangan manusia melayang datang tepat di hadapan
mereka berdua, dan orang itu bukan lain adalah Bunga iblis
dari neraka. Dengan sepasang biji matanya yang jeli dia
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
dengan paras muka berubah ia menjerit tertahan
Agaknya ia tidak percaya kalau Ong Bun kim dan Coa
Siok oh telah terkena pedang Liu yap kiam, darah segar
telah membasahi seluruh tubuh kedua orang itu.
Betapa hancurnya perasaan Bunga iblis dari neraka
setelah menyaksikan kejadian itu, sambil membentak ia
menggerakkan jari tangannya untuk menotok jalan darah di
tubuh kedua orang itu sehingga darah tidak mengalir ke luar
lagi. Setelah darah berhenti mengalir, ia baru membopong
mereka berdua kabur ke luar dari lembah tersebut.
Beberapa li kemudian ia baru berhenti, di baringkannya
kedua orang itu di tanah, kemudian sambil memandang


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajah Ong Bun-kim yang pucat pias, air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
-oo00dw00oo- BAB 20 WALAUPUN Ong Bun-kim telah berada di tepi jurang
kematian, tapi tangannya masih menggenggam kencangkencang
harpa besinya yang dapat memantulkan irama
kesedihan dari hatinya. Dengan amat sedih perempuan itu berkata.
"Mungkin aku datang selangkah terlambat, kekasihku...
ohh kekasihku..." Keluhan tersebut penuh dengan nada kesedihan,
membuat siapapun yang mendengar akan ikut melelehkan
air matanya. Padahal ketika ia meninggalkan Ong Bun kim tempo
hari, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan sikap
perhatian atau sayang, padahal rasa cinta gadis itu
terhadapnya sudah tak terlukiskan lagi dengan kata-kata...
Kini Ong Bun kim telah terluka, lagi pula ia terkena
pedang Liu yap kiam yang tersohor karena amat beracun,
dalam tiga hari mendatang, jiwanya sudah pasti akan
melayang meninggalkan raganya.
Kenyataan tersebut, bagaimana mungkin tidak membuat
hatinya menjadi sedih dan sakit" Bagaimana mungkin tidak
membuat hatinya hancur bagaikan dicabik-cabik"
Dari dalam sakunya dia mengambil ke luar sebuah pil
dan dijejalkan ke dalam mulut Ong Bun kim, kemudian
dengan pancaran hawa murni dia mulai menguruti jalan
darah di sekujur badan anak muda itu.
Tak lama kemudian, Ong Bun kimpun sadar kembali
dari pingsannya, pelan pelan ia membuka matanya...
Pertama tama ia marasakan punggungnya sakit sekali
seperti disayat-sayat dengan pisau, kesadarannya masih
belum pulih kembali seperti sedia kala, apa yang
terpampang di depan matanya hanya bayangan yang masih
kabur dan buram... Mulutnya terpentang lebar seperti hendak mengucapkan
sesuatu, namun lama, lama sekali, ia tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
Menyaksikan kejadian tersebut, Bunga iblis dari neraka
merasa amat sedih hingga air mata jatuh bercucuran
membasahi pipinya, tak tahan lagi ia berteriak:
"Adik Ong..." Dengan air mata berderai seperti anak sungai, ia
mendekap Ong Bun kim dalam pelukannya lalu menangis
tersedu sedu. Rupanya Ong Bun kim dapat mendengar suaranya itu,
dengan kepayahan ia bertanya:
"Sii . . . siaapakah kau . . .?"
"Aku adalah Bunga iblis dari neraka!"
"Haaah..." ia menjerit tertahan, mengikuti jeritan kaget
di luar dugaan tersebut akhirnya ia berhasil melihat jelas
raut wajah bunga iblis dari neraka itu...
Tiba tiba ia merasa ada dua tetes air mata yang
membasahi wajahnya dan mengalir ke sisi telinga ...
Ia merasa berterima kasih sekali atas kedatangan Bunga
iblis dari neraka menjelang tibanya ajal yang akan
mengakhiri hidupnya, ia merasa gadis itu telah memberikan
kebahagiaan baginya menjelang kematian yang
mengenaskan. "Terima kasih atas kedatanganmu..." ujarnya dengan
suara sedih dan kepayahan.
"Aku telah datang terlambat!" bisik gadis itu sedih.
"Tidak..." tiba tiba ia merasakan semangatnya kembali
berkobar, ia merasa seakan-akan cinta kasih telah
menciptakan suatu kekuatan yang tak terhingga baginya,
membuat ia melupakan sakit yang ada di punggungnya...
Setelah berhasil menenangkan hatinya yang bergolak,
diapun bertanya dengan suara lirih: "Kaukah yang telah
menolong aku?" "Bukan!" "Lantas siapa?"
"Dia!" Mengikuti arah yang ditunjuk Bunga iblis dari neraka,
Ong Bun kim segera menjumpai Coa Siok oh berada di situ,
melihat ini sekujur tubuhnya kontan gemetar keras, serunya
tertahan: "Oooh dia.....Yaa ampun, kenapa bisa dia?"
"Ia sudah terkena pedang Liu yap kiam...." kata Bunga
iblis dari neraka lirih. "Mana mungkin . . " Mana mungkin?" seru Ong Bun kim
dengan perasaan bergolak keras.
"Kau maksudkan mana mungkin dia akan
menolongmu?" "Benar!" "Siapakah dia?"
"Aku . . . aku tidak tahu ... "
Yaa, dia memang tidak dapat membuktikan siapakah
sebenarnya perempuan itu, ibunya atau bukan" Tapi ia
dapat menyelamatkan dirinya, hal ini benar benar di luar
dugaan Ong Bun kim. Suatu pergolakan mendadak mencekam perasaan anak
muda itu, teriaknya kemudian:
"Sadarkan dia!"
Bunga iblis dari neraka mengangguk, dia mengeluarkan
lagi sebutir pil dan dijejalkan ke mulut Coa Siok-oh,
kemudian dengan mengerahkan tenaga dalamnya berusaha
untuk menyembunyikan luka yang dideritanya.
Tapi keadaan Coa Siok-oh sudah terlampau parah,
setelah terkena pedang Liu-yap-kiam, dia harus
mengerahkan juga tenaga dalamnya untuk membawa Ong
Bun kim melarikan diri, darah yang mengucur ke luar
sudah kelewat banyak, hawa murni yang dibuang juga
melampui batas, hakekatnya ia sudah berada di tepi jurang
kematian. Bunga iblis dari neraka telah berusaha dengan sekuat
tenaga untuk menyembuhkan luka itu, akan tetapi Coa Siok
oh belum berhasil juga disadarkan dari pingsannya...
Dalam keadaan demikian, Bunga iblis dari neraka
menghela napas panjang, katanya:
"Kemungkinan besar ia sudah tiada harapan lagi!"
"Tidak, bagaimanapun juga dia harus di sadarkan
kembali, walau hanya sebentar saja."
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Bunga Iblis
dari neraka menyalurkan kembali hawa murninya untuk
membantu perempuan itu, kurang lebih satu jam kemudian
akhirnya Coa Siok oh telah sadar kembali dari pingsannya.
Pelan pelan ia menggerakkan kelopak matanya lalu
membuka matanya dan memandang sekejap sekeliling
tempat itu. Mengenaskan sekali keadaannya, sambil membuka
mulutnya ia berbisik dengan suara terbata bata:
"Di mana Bun kim...." Bun....Bun kim "
Ucapan pertama setelah sadar kembali dari pingsannya
adalah memanggil nama Ong Bun kim, dari sini dapat
diketahui betapa dalamnya perasaan cinta seorang ibu
terhadap anaknya. Sekalipun Ong Bun kim lebih bodoh, sekarang diapun
dapat membuktikan bahwa siapakah di antara Siau Hui-un
dan Coa Siok-oh yang merupakan ibu kandungnya.
Dengan perasaan sedih yang meluap dan rasa menyesal
yang berlipat ganda, menyerang hatinya, pemuda itu
menangis, air matanya jatuh bercucuran membasahi
pipinya. Selama hidup, baru pertama kali ini dia mengakui akan
kesalahan sendiri, akibat hasutan serta ulah Siau Hui-un
yang tidak bertanggung jawab, ia telah menghajar ibunya
sendiri sewaktu berada di bawah puncak Hu hou hong,
bahkan hampir saja ia akan membunuhnya.
Dengan perasaan yang hancur lebur, pemuda itu
menangis semakin menjadi.
"Bun-kim oooh Bun kim di mana kau nak.." Di mana
kau berada..?" Coa Siok oh masih saja memanggil namanya
dengan suara tersendat. Panggilan dari seorang ibu menjelang ajalnya, suatu
adegan yang cukup memilukan hati.
Bunga iblis dari neraka yang menyaksikan kejadian itu
ikut mengucurkan air matanya, ia berteriak:
"Adik Ong, ia sedang memanggil dirimu!"
Ong Bun-kim membuka mulutnya, gemetar keras sekujur
badannya, akhirnya ia berteriak memanggil.
"Ibu!" Sambil berteriak kalap ia menubruk ke dalam pelukan
ibunya dan mendekapnya kencang-kencang, pemandangan
itu sungguh mengharukan membuat orang ikut merasakan
hatinya menjadi pedih. Karena menerima tubrukan dari Ong Bun kim tersebut,
pedang Liu yap kiam yang terbenam di punggung Coa Siok
oh semakin menusuk ke dalam tubuhnya, ia mendesis
kesakitan, tapi dengan sekuat tenaga ditahannya rasa sakit
yang menyayat itu. Diulurnya tangan yang gemetar dan tak ber-tenaga itu,
lalu dibelainya wajah Ong Bun kim, seakan akan sedetik
menjelang ajalnya dia ingin mengingat baik baik raut wajah
putranya. Air mata Ong Bun kim yang sebesar kacang kedelai
menetes ke bawah membasahi tangan Coa Siok oh...
"Nak, kau .... kau sedang menangis?" bisik perempuan
itu dengan suara lemah. "Ibu " panggilan pemuda itu lebih mengibakan hati
orang. "Nak, kau....apakah kau telah .... telah mengakui diriku
sebagai sebagai ibumu?"
"Oh ibu! Ampunilah anakmu yang tidak berbakti
ini....aku telah menghajarmu....mencari maki dirimu, oh
ibu . . . aku . . . aku benar benar seorang anak yang tidak
berbakti...." Air mata Coa Siok oh berlinang pula dengan derasnya ...
sekulum senyuman penuh kedamaian . . . senyuman
menjelang tibanya sang ajal menghiasi ujung bibirnya...
Dengan bersusah payah dan mempergunakan segenap
kemampuan yang dimilikinya ia berkata:
"Nak, ibu . . .ibu telah memaafkan semua kesalahanmu .
. kau . . . kau tidak bersalah, kesemuanya itu bukan . . .
bukan kesalahanmu!" "Ibu!" "Ibu dapat mati...lari., lantaran untuk menolongmu,
aku..aku akan matidengan hati puas..."
Selama hidup belum pernah Bunga iblis dari neraka
menyaksikan adegan perpisahan antara hidup dan mati
seperti ini, dia tak tahan menyaksikan peristiwa tersebut
lebih jauh, sambil menutup wajahnya ia menangis tersedusedu
. . "Nak, ibu.... ibu merasa tidak tahan lagi . . . . " tiba tiba
Coa Siok oh berbisik lagi.
"Tidak, ibu! Kau pasti dapat hidup terus...."
"Ibu... ibu tak akan hidup lebih lama lagi, ibu., .ibu
menyayangimu...sayang....sayang hanya sedikit yang dapat
kuberikan untukmu....."
"Tidak, oh ibu! Terlalu banyak yang telah kau berikan
kepadaku, terlalu banyak . . . . "
"Tidak, ibu tidak memberi apa apa kepadaku.
...aku....akupun tidak dapat merawatmu serta mencintaimu
. . . tapi. . .tapi setiap hari aku.... aku selalu memikirkan
dirimu nak, aku....aku...."
"Ibu, aku tidak menyalahkan kau !"
"Asal .... asal kau tidak menyalahkan diriku .... aku . . .
akupun akan pergi dengan tenang."
Suara pembicaraan tersebut makin lama semakin lirih
sehingga akhirnya hampir tak kedengaran lagi, yaa,
malaikat elmaut telah menggapaikan tangan kepadanya,
selembar nyawanya sudah akan direnggut pergi dari alam
semesta yang penuh dengan kejadian
Apakah yang berhasil didapatkan sepanjang hidupnya"
Cinta pertamanya sebagai kuncup bunga yang layu sebelum
berkembang, hubungan kasih sayangnya dengan Phang Pak
bun hanya melintas bagaikan impian.
Meskipun ia kawin dengan Ong See liat di bawah
tekanan ayahnya, tapi cintanya yang sudah tak utuh itu
dipersembahkan juga kepadanya, sayang musibah selalu
mengikuti kemanapun dia pergi.
Suaminya telah mati, putranya hilang lenyap tak
berbekas. Ketika akhirnya ia berhasil menemukan kembali
putranya, terjadi lagi peristiwa perebutan anak, yang mana
membuatnya penasaran dan lebih menderita.
Kalau ditanya apa yang berhasil diperolehnya selama ini,
maka hal itu tak lebih hanya pengakuan ibu dari putranya,
kecuali itu hampir tiada sesuatu apapun yang berharga
diperolehnya. "Oooh ibu, kau harus hidup lebih lanjut kau harus hidup
lebih lanjut . . . . " jarit Ong Bun kim.
Dengan lemah perempuan itu gelengkan kepalanya.
"Ibu . . .ibu tak sanggup lagi, kalau kalau kau berhasil
lolos lolos dari kematian, jangan . . . jangan lupa untuk . . .
untuk membalaskan deadam baa bagi ayahmu..."
Tiba-tiba kepalanya terkulai ke samping dan
menghembuskan napas penghabisan.
"Ibu . . . !" bagaikan orang gila Ong Bun kim
menggoncang goncangkan tubuh Coa Siok oh.
Pukulan batin diterimanya ini terlampau berat, menyusul
teriakan itu, dia muntah darah segar dan tubuhnya segera
terjatuh di samping tubuh ibunya.
Peristiwa ini sungguh merupakan suatu tragedi yang
memilukan hati setiap orang.
Bunga iblis dari neraka yang menyaksikan kejadian itu
menjerit keras karena kaget, isak tangisnya seketika
berhenti. Untuk sesaat suasana menjadi hening . . . sepi....tak
kedengaran sedikit suarapun.


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ong Bun kim adalah seorang yang sudah menderita luka
parah, mana sanggup ia terima pukulan batin itu" Dengan
cepatnya pemuda itu jatuh tak sadarkan diri ....
Sambil menahan lelehan air matanya, Bunga iblis dari
neraka harus mempergunakan segala daya upaya untuk
menolong pemuda itu, akhirnya setelah bersusah payah
sekian lama, Ong Bun kim sadar kembali dari pingsannya
... "Di ... di manakah ibuku?" bisiknya seperti orang yang
kehilangan ingatan. "Dia ... dia telah meninggal dunia!"
"Yaa, ... dia memang telah mati . . . . . yaaa, sudah mati .
. . . " "Adik Ong, orang yang sudah mati tak akan bangkit
kembali, kau . . . kau tak usah terlampau sedih . . ." hibur
Bunga iblis dari neraka dengan suara pedih.
"Benar apa harganya nyawa seorang manusia" Hidup
yaa hidup, mati yaa mati . . . . aaai, aku . . . bukankah aku
sendiripun seseorang yang sudah mendekati pada
ajalnya...?" "Tidak, kau tidak bakal mati!"
"Aku tahu aku bakal . . . mati, isi perutku seperti dibakar
dengan api, punggungku sakit seperti diiris iris, dan
kesadaranku . . . makin lama . . . makin pudar ...."
"Kau... kau tidak akan mati!" jerit gadis itu seperti orang
histeris. Tapi ia mengerti bahwa malaikat kematian sedang
menggapai ke arah Ong Bun kim, dia akan merenggut
selembar nyawanya yang berharga itu.
Tiba-tiba Ong Bun kim seperti dapat menyadari akan
sesuatu, soal mati hidupnya tidak dipikirkan lagi dalam
hatinya, seperti orang bodoh ia bergumam:
"Baiklah, matipun tak apa di alam baka aku ..... aku
bakal bertemu dengan ayah yang belum pernah kujumpai . .
. aku pun akan bertemu kembali dengan ibuku .... yang baru
meninggal, kita .... kita sekeluarga bakal ber-kumpul
kembali di alam baka ... "
"Tidak . . . jangan kau teruskan ucapanmu." teriak Bunga
iblis dari neraka cepat-cepat. Ong Bun kim tertawa sedih.
"Di alam semesta aku telah memperoleh kasih sayang,
apa lagi yang hendak kuharapkan.."
Tanpa terasa meleleh juga dua baris air mata, air mata
menjelang saat tibanya ajal.
"Adik Ong . . ." teriak gadis itu.
Ia mendekap di atas tubuhnya sambil menangis tersedu
sedu . . . seperti sedang menangisi kematian kekasihnya.
"Dalam . . . dalam kehidupan manusia yang penuh
kesuraman ini, kau telah memberikan cinta kepadaku . . ,.
kau telah memberikan pula kebahagiaan yang singkat
kepadaku, aku . . . aku merasa berterima kasih sekali
kepadamu." "Kau . . . kau jangan berbicara lagi . . ."
Ucapan tersebut disertai isak tangis yang mengenaskan,
membuat suasana kian bertambah sedih dan murung . . .
mereka saling berpelukan dah menangis, yaa, dalam sedetik
menjelang perpisahan tersebut mereka harus manfaatkan
kesempatan yang ada dengan sebaik baiknya, sebab
selewatnya itu, njungkin mereka tak akan berjumpa lagi.
Mendadak .... Bunga iblis dari neraka merasakan tubuh Ong Bun kim
mulai tak bertenaga, kelopak matanya mulai merapat,
sedang sepasang tangan yang digunakan untuk
memeluknya kini menjadi lemas dan terkulai ke bawah.
"Adik Ong . . . . " seperti orang kalap ia menjerit.
Jeritan tersebut ibaratnya jeritan yang muncul dari dasar
jiwanya, Ong Bun kim dapat mendengarnya tapi tak
mampu menjawab lagi, dalam keadaan demikian tubuhnya
sudah tak berfungsi sebagaimana mestinya lagi.
Ia mendekap di atas tubuhnya dan menangis tersedu
sedu... Tiba-tiba . . . Serentetan suara langkah manusia ber-kumandang
memecahkan keheningan dan menyadar-kan kembali
Bunga iblis dari neraka dari isak tangisnya yang penuh
kepedihan. Dengan cepat ia mengalihkan perhatiannya ke arah
mana bsrasaloya suara itu, tampak sesosok bayangan
manusia berbaju abu-abu pelan-pelan berjalan ke luar dari
balik hutan, dalam sekejap mata mereka telah berdiri saling
berhadapan muka. Orang itu bukan lain adalah gadis berbaju abu-abu yang
berwajah pucat, berambut panjang dan bermuka murung
dan sedih yang pernah dijumpai Ong Bun kim itu.
Ketika itu tanpa mengucapkan sepatah kata-pun mereka
telah berpisah, kini dikala Ong Bun kim tak mampu
berbicara lagi, kembali ia telah munculkan diri.
Bunga iblis dari neraka tertegun!
Dari mimik wajah gadis berbaju abu abu itu sukar
rasanya untuk menemukan satu pergolakan emosi,
sekalipun ada, itupun hanya terbatas pada kesedihan dan
sikap yang murung. Dalam pada itu, si dara berbaju abu abu itu telah
menatap Bunga iblis dari neraka sekejap, kemudian
tegurnya: "Dia adalah kekasihmu?"
Mula mula Bunga iblis dari neraka tertegun, menyusul
kemudian dengan sedih dia manggut-manggut.
Nona itu mengernyitkan alis matanya, lalu berkata lagi:
"Aku lihat dia belum mati!"
"Sekarang belum tapi sudah hampir...."
Tampaknya nona berbaju abu abu itu mempunyai
perasaan yang sama, pelan pelan dia mengangguk.
"Bolehkah aku periksa keadaan tubuhnya serta
melihatnya apakah dia masih bisa diselamatkan atau tidak?"
Bunga iblis dari neraka segera merasakan semangatnya
berkobar kembali, segera dia berseru:
"Baik, silahkan kau periksa ke dadanya sekarang juga!"
Nona berbaju abu abu itu maju menghampiri ke depan,
lalu berjongkok di sisi tubuh Ong Bun kim dan mencekal
urat nadinya dengan wajah serius, makin lama ia
memeriksa denyutan nadinya, paras muka nona itu berubah
makin aneh. Tak terlukiskan rasa cemas Bunga iblis dari neraka
setelah menyaksikan kejadian itu buru-buru tanyanya:
"Apakah dia masih dapat ditolong?"
Nona berbaju abu abu itu menghela napas panjang,
"Aaaai susah, kecuali..."
"Kecuali kenapa?"
"Kecuali mata uang kematian, tak seorang manusiapun
dapat menyelamatkan selembar jiwanya!"
"Apa" Mata uang kematian?" seru bunga iblis dari neraka
agak tertahan, rupanya nona itu merasa sangat kaget.
"Yaa, benar! Harus ada mata uang kematian !"
Untuk sesaat lamanya Bunga iblis dari neraka berdiri
tertegun di situ, hampir saja dia mencurigai bahwa
telinganya telah salah mendengar, sebab perkataan tersebut
kenyataannya jauh sekali berhubungan dengan urusan yang
sebenarnya. Mata uang kematian bukan suatu bahan obat mustajab
yang bisa dipakai untuk menyembuhkan penyakit orang,
lebih lebih bukan sebutir kimwan yang bisa menghidupkan
kembali orang yang setengah mati, nama mungkin benda
tersebut dapat menolong selembar nyawa Ong Bun kim"
Untuk sesaat lamanya Bunga iblis dari neraka hanya bisa
berdiri tertegun di situ sambil mengawasi wajah si nona
berbaju abu abu yang misterius itu dengan termangu
mangu. "Aku berbicara sejujurnya" demikian si nona berbaju abu
abu itu menegaskan kembali, "kecuali mata uang kematian,
tak seorangpun mampu untuk menyelamatkan jiwanya!"
"Kenapa?" "Apakah kau tidak tahu bahwa mata uang kematian
adalah benda benda peninggalan dari Iblis cantik pembawa
maut?" "Yaa, aku tahu!"
"Si ong mo ci atau Iblis cantik pembawa maut adalah
seorang jagoan aneh dari dunia persilatan yang tersohor
sekali namanya, ilmu silat yang dimilikinya sangat tinggi,
dan mata uang kematian tersebut justeru mencantumkan
letak di mana ia sedang terkurung!"
Sesudah mendengar penjelasan tersebut, Bunga iblis dari
neraka baru mengerti apa sebabnya mata uang kematian
dapat digunakan untuk menolong selembar jiwa Ong Bun
kim. Sekalipun demikian, sebuah pertanyaan masih juga
memenuhi benaknya, kembali ia berkata:
"Sekalipun ia berhasil mendapatkan mata uang
kematian, jiwanya tak mungkin bisa bertahan sekian lama,
paling tidak jiwanya cuma dapat bertahan kira kira satu jam
lagi." "Aku dapat menolongnya untuk hidup selama sepuluh
hari lagi, dalam sepuluh hari itu, keadaannya tak ubahnya
seperti seorang manusia biasa, hawa beracun dari pedang
Liu-yap-kiam yang bersarang di tubuhnyapun tidak akan
kambuh kembali, tapi ia tak boleh turun tangan melakukan
perkelahian ataupun mengerahkan hawa murni yang
dimilikinya, sebab setiap kali ia berkelahi maka
kemungkinan besar nyawanya yang tinggal sepuluh hari itu
akan berkurang menjadi hanya delapan hari atau bahkan
cuma lima hari belaka!"
Perkataan itu cukup menggetarkan sukma Bunga iblis
dari neraka, timbul sebercak sinar harapan dari dalam
hatinya, sebab bagaimanapun jua waktu yang tersedia
selama sepuluh hari tentu jauh lebih besar dari pada waktu
yang cuma satu jam, siapa tahu dalam sepuluh hari yang
tersedia, ia sudah akan berhasil mendapatkan mata uang
kematian tersebut. "Kalau begitu, tolonglah selembar jiwanya!" pinta Bunga
iblis dari neraka setelah termenung sejenak.
Paras muka si nona berbaju abu-abu itu masih tetap
tawar tanpa emosi, di antara berkelebatnya jari-jari tangan,
secara beruntun dia menotok beberapa buah jalan darah
penting di sekujur badan Ong Bun-kim, setelah itu dia
mengeluarkan sebungkus bubuk obat dari sakunya dan
dituangkan ke mulut Ong Bun-kim.
Begitu hawa racun yang bersarang dalam tubuh Ong
Bun-kim telah ditutup oleh nona berbaju abu-abu tadi, dia
lantas menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuh anak
muda itu guna menyembuhkan luka yang dideritanya,
pelan-pelan paras muka Ong Bun-kim pulih kembali
menjadi segar dan bersemu merah.
Sekali lagi nona berbaju abu-abu itu menatap sekejap
wajah Ong Bun-kim dengan sepasang biji matanya yang
sayu dan penuh kemurungan itu, kemudian dibukanya
bungkusan berisi obat itu dan dituangkan ke mulut si anak
muda itu. Selanjutnya kepada Bunga iblis dari neraka dia berkata:
"Kini luka dalamnya telah sembuh kembali, sedang
hanya racunnya telah kubendung untuk sementara waktu,
bila sepuluh hari sudah lewat maka sekujur tubuhnya akan
menghitam dan jiwanya akan melayang meninggalkan
raganya." "Aku tahu!" 00oodwoo00 BAB 21 APABILA kau tidak menginginkan kematiannya, maka
dalam sepuluh hari ini mata uang kematian harus berhasil
kau temukan, kalau tidak tak seorang manusiapun dalam
dunia persilatan dewasa ini yang sanggup menyelamatkan
selembar jiwanya," kata nona berbaju abu-abu itu lagi.
"Aku pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk
mendapatkan mata uang kematian!"
"Ingat baik-baik pesanku, jangan mengijinkan dirinya
untuk turun tangan, sebab satu kali dia berkelahi maka
akibatnya harapan untuk hidup akan semakin tipis, aku
percaya kau dapat memahami perkataanku! Nah, aku akan
pergi dulu!" Dengan penuh perasaan berterima kasih Bunga iblis dari
neraka memandang sekejap ke arahnya, tiba-tiba ia
menegur: "Kenapa kau bersedia menolong jiwanya?"
"Aku ?" Dengan perasaan tak menentu dan sinar mata yang
bertambah sayu dia tertawa, sekulum senyuman yang
makin menterakan rasa sedih di atas wajahnya, dengan
sedih ia berkata: "Aku sendiripun tidak tahu....mungkin saja dalam
penghidupan manusia yang serba menyedihkan ini, aku dan
dia mempunyai nasib yang sama menderitanya."
"Aku dapat merasakan bahwa wajahmu amat sayu, dan
murung..." Nona berbaju abu-abu itu tertawa getir.
"Apakah kau sendiri tidak demikian" Hanya saja kau
berbeda dengan aku, kau dapat menyembunyikan semua
kesedihan dan kemurunganmu di dalam hati, agar
senyuman menutupi dan menyembunyikan kemurungan
serta kesedihanmu itu."
"Tahukah kau manusia macam apakah aku ini?"
"Yaa, aku tahu."
Tiba-tiba di atas wajah si Bunga iblis dari neraka yang
cantik terlintas rasa sedih yang amat tebal, air mata segera
jatuh bercucuran membasahi pipinya.
"Ucapanmu memang benar, aku paksakan senyuman
untuk selalu menghiasi bibirku, aku ingin membuang untuk
sementara waktu kesedihan serta iemurungan yang
menguasai perasaanku "
Sekali lagi si nona berbaju abu-abu itu tertawa getir.
"Kau telah mencintainya?" dia bertanya.
Setelah menghela napas ringan, kembali ia melanjutkan:
"Dia adalah seorang lelaki yang sudah terbiasa menerima
semua kenyataan yang pahit dan penuh kegetiran, kau


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memang harus memberikan cintamu kepadanya, sebab dia
membutuhkan itu!" "Semoga saja aku dapat mencintainya!" bisik Bunga iblis
dari neraka sambil tertawa getir.
"Semoga kalian dapat saling cinta mencintai, nah aku
hendak pergi lebih dulu!"
Nona berbaju abu abu itu segera bangkit berdiri,
kemudian dengan membawa tubuhnya yang lesu dan sayu
dia berlalu dari situ dan lenyap di balik pepohonan....
Memandang bayangan punggung si nona berbaju abuabu
yang pergi menjauh, Bunga iblis dari neraka menghela
napas panjang, tiba-tiba ia menemukan bahwa gadis itu
terlampau mengenaskan, seakan-akan nasibnya memang
sudah ditakdirkan demikian.
Ia menghela napas sedih, lalu bisiknya:
"Terlalu banyak perempuan yang tidak beruntung hidup
di dunia ini....seperti juga dia...."
Belum habis gumaman tersebut ketika Ong Bun-kim
sadar kembali dari pingsannya, pelan-pelan ia mengawasi
sekejap sekeliling tempat itu, akhirnya sorot mata yang
penuh diliputi perasaan heran dan penuh tanda tanya itu
berhenti di atas wajah Bunga Iblis dari neraka.
"Aku aku masih hidup?" bisiknya.
Dengan sedih Bunga iblis dari neraka mengangguk.
"Yaa, kau masih hidup...."
Tampaknya Ong Bun-kim merasa bahwa hal ini tak
mungkin terjadi, ia merasa sukmanya seakan-akan telah
terlepas meninggalkan tubuh kasarnya, mana mungkin dia
masih hidup" Hal ini tak akan mungkin bisa terjadi....!
Dia bangkit dan duduk di atas tanah, tapi kenyataan
telah terbentang di depan mata, kenyataan membuktikan
bahwa dia masih hidup, hidup secara sungguh-sungguh di
dunia ini. "Siapa yang telah menyelamatkan jiwaku?" akhirnya
pemuda itu bertanya lagi setelah tertegun sekian lama.
"Seorang perempuan berbaju abu-abu...."
Bunga iblis dari nerakapun menuturkan kembali
pengalamannya ketika muncul seorang nona berbaju abuabu
dan turun tangan menyelamatkan selembar jiwa si anak
muda itu. Akhirnya ia menambahkan: "Seandainya dia tidak datang tepat pada waktu-nya,
mungkin kau benar-benar sudah mati."
Ong Bun - kim sudah pernah berjumpa dengan nona
berbaju abu-abu itu, tapi dia tak menyangka kalau ia bakal
menyelamatkan jiwanya, dalam detik itu bayangan tubuh si
nona berbaju abu-abu yang sayu dan diliputi kesedihan itu
melintas kembali dalam benaknya...
Sesaat kemudian sambil tertawa getir dia ber-kata:
"Aaaai sungguh tidak kusangka kalau ia telah
menyelamatkan jiwaku."
"Sekalipun demikian, kau hanya mempunyai
kesempatan hidup selama sepuluh hari!"
"Sepuluh hari?" sekujur badan Ong Bun-kim segera
bergetar keras, ditatapnya sekejap wajah Bunga iblis dari
neraka dengan perasaan tercekat, lalu serunya kembali:
"Jadi... jadi aku masih bisa hidup sepuluh hari saja?"
"Yaa, cuma sepuluh hari."
"Apa bedanya hidup sepuluh hari dengan mati?"
"Tidak, tentu saja besar bedanya, paling tidak kau masih
mempunyai harapan untuk hidup."
"Harapan apa?" "Asal mata uang kematian berhasil ditemukan, kau pasti
akan selamat yaa, kecuali mata uang kematian bisa
didapatkan...." "Maksudmu mata uang kematian dapat menyelamatkan
jiwaku?" "Benar!" jawab Bunga iblis dari neraka, "sebab mata
uang kematian menunjukkan di mana Iblis cantik pembawa
maut disekap, kecuali iblis cantik pembawa maut, dalam
dunia persilatan dewasa ini tiada orang kedua lagi yang bisa
menolong jiwamu." "Tapi .... tapi .... tidakkah hal ini terlalu sukar..."
"Sekalipun terlalu sukar untuk didapatkan, toh jauh lebih
baik demikian sebab bagaimana pun jua harapan masih
tetap ada!" "Benar, manusia memang bisa hidup karena mempunyai
harapan, ada harapan memang jauh lebih baik dari pada
sama sekali tiada harapan."
"Oleh karena itulah aku pasti akan berusaha untuk
mendapatkan mata uang kematian bagimu."
Ong Bun-kim tertawa getir.
"Budi kebaikan yang kau lepaskan kepadaku, entah
dengan cara apa aku Ong Bun kim akan membalasnya, aaai
..." "Jangan membicarakan soal membalas budi. bukan
pembalasan yang kuharapkan dari apa yang kulakukan
selama ini bagimu ..."
"Sekarang, bersediakah kau memberitahukan kepadaku
siapa namamu?" "Tentu saja bersedia, aku bernama Tan Hong-hong!"
"Enci Tan, aku..."
Ketika sinar matanya menyapu sekejap jenazah Coa Siok
oh yang tergeletak di atas tanah, mendadak sekujur
badannya gemetar keras, rasa sedih kembali muncul dalam
hatinya dan mencekam seluruh perasaannya, tanpa di
sadari titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Bunga iblis dari neraka yang menyaksikan kejadian
tersebut tentu saja mengetahui bagaimanakah perasaan Ong
Bun kim ketika itu, segera hiburnya dengan lembut.
"Adik Ong, kau tak usah bersedih hati yang kelewat
sangat . . ." "Aku benar benar berbuat salah kepadanya, aku telah
melakukan suatu tindakan yang keliru kepadanya !"
"Aku yakin dia pasti akan memaafkan kesalahanmu itu,
mari kita kubur jenazahnya!"
Melotot sebesar gundu sepasang biji mata Ong Bun kim,
sambil menggigit bibir menahan rasa dendam serunya:
"Siau Hui-un akan kucari dan kucincang tubuhnya
menjadi berkeping-keping, dialah penyebab terjadinya
peristiwa berdarah ini, ia berperan terlalu mirip dengan
keadaan sesungguhnya... perempuan berhati bisa,
perempuan berhati ular berkepala manusia, bila aku tak bisa
mencincang tubuhnya menjadi kepingan-kepingan kecil,
aku bersumpah tak akan menjadi manusia."
Berbicara sampai di situ, hawa napsu membunuh yang
tebal dan mengerikan segera menyelimuti seluruh
wajahnya, begitu seram milik wajahnya ketika itu membuat
siapapun yang menyaksikan ikut merasakan bergidik.
"Jangan, jangan kau lakukan perbuatan itu" pinta Bunga
iblis dari neraka dengan nada setengah merengek, "kau tak
boleh mengerahkan tenaga lagi untuk berkelahi!"
"Kenapa?" "Sebab bila kau sampai bertenaga apalagi berkelahi
dengan orang, maka nyawamu hanya akan bertahan selama
lima hari saja!" Mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim segera
tertawa dingin tiada hentinya.
"Heehhh . . . heehbh . . . heeehhh . . . , lima haripun
sudah lebih dari cukup bagiku, asal Siau Hui un dapat
kubunuh sampai mampus, sekalipun detik itu juga aku
mampus, akupun akan mampus dengan hati yang lega!"
Bunga iblis dari neraka menghela napas panjang.
"Aaaai.... dengan cara apa kau hendak membinasakan
dirinya?" ia bertanya.
"Aku hendak membunuhnya dikala ia sedang tidak
menaruh perhatian kepadaku!"
"Yaa, aku tak dapat melarang keinginanmu, terserahlah
apa yang ingin kau lakukan, sekarang lebih baik kita kubur
dulu jenazah ibumu!"
Ong Bun-kim mengangguk dengan sedih, maka kedua
orang itupun segera turun tangan untuk mengebumikan
Coa Siok oh, perempuan yang malang itu ke dalam tanah.
Nasib yang buruk dan kejam telah mendatangkan
kepedihan kekecewaan sepanjang hidupnya, sekarang
semuanya telah berakhir, semuanya telah lenyap mengikuti
lenyapnya badan tertimbun tanah liat.
Berdiri termangu di depan kuburannya yang baru, tanpa
sadar Ong Bun kim mengucurkan titik air mata menyesal,
diam-diam ia berjanji dalam hatinya:
"Ooh ibu! Selama aku tidak mati, aku pasti akan
membalaskan dendam bagi sakit hatimu, beristirahatlah
dengan tenang..." Lama, lama sekali ia berdiri termangu sebelum akhirnya
berlalu dengan berat hati meninggalkan tempat itu.
Ong Bun kim dan Bunga iblis dari neraka pelan-pelan
berjalan menembusi jalan setapak... wajah mereka diliputi
oleh kemurungan, kesedihan dan kesayuan yang
mengenaskan. Mereka berdua sama-sama tercekam dalam jalan
pemikirannya sendiri-sendiri, masing-masing terbuai dalam
kenangan dan persoalan yang berbeda... tapi ada satu
kesamaan mereka, yakni kedua-duanya berada dalam
keadaan melamun. Apa yang dipikirkan Ong Bun kim ketika itu tidak lain
adalah soal membalas dendam, bagaimana caranya
membunuh Siau Hui un, perempuan licik dan keji yang
telah mengoyak-ngoyakkan kehidupannya.
Sedang Bunga iblis dari neraka terbuai dalam pemikiran
bagaimana caranya mendapatkan mata uang kematian.
Tanpa mata uang kematian, tak mungkin Ong Bun kim bisa
hidup lebih jauh. Tapi, diantara enam biji mata uang kematian, dua biji
diantaranya berada di tangan Kui jin suseng, sedang empat
biji yang lain berada di Hiat hay longcu, di manakah kedua
orang itu berada sekarang"
Ia harus mendapatkan kembali semua mata uang
kematian dalam jangka waktu seluluh hari, hal ini sungguh
merupakan suatu pekerjaan yang sulit dan tidak gampang
dilaksanakan. Berpikir sampai di situ, tanpa sadar Bunga iblis dari
neraka bertanya. "Sekarang kau hendak pergi ke mana?"
"Pergi ke lembah Sin li kok dan mencari kokcunya Siau
Hui un untuk membuat perhitungan..."
Belum habis perkataan itu berkumandang, mendadak
terdengar suara tertawa dingin yang menggidikkan hati
berkumandang memecahkan kesunyian.
"Heeehhh...heeehhh....heeehh...Ong Bun kim kau
anggap dendam sakit hatimu bisa kau tuntut balas ?"
Paras muka Ong Bun kim dan Bunga iblis dari neraka
sama sama berubah hebat, serentak mereka memutar
tubuhnya ke arah mana berasalnya suara ejekan tadi.
Tapi begitu mengetahui siapa yang berdiri di
hadapannya, sekujur badan Ong Bun kim segera gemetar
keras, serunya tertahan: "Aaaah .... kau ?"
"Benar, akulah Siau Hui un !"
Dalam saat dan keadaan seperti ini ternyata Siau Hui un
bisa munculkan diri di tempat tersebut, kejadian ini
sungguh berada di luar dugaan Ong Bun kim, hawa napsu
membunuh yang tebal seketika itu juga menyelimuti seluruh
wajahnya. "Adik Ong, diakah musuh besar ibumu?" bisik Bunga
iblis dari neraka dengan lirih.
"Benar, aku hendak membinasakan perempuan bangsat
ini!" Siau Hui un tertawa dingin tiada hentinya.
"Heehh...heeehhh...heeehhh...Ong Bun kim, aku tidak
menyangka kau masih belum mampus di ujung pedang Liu
yap kiam tersebut..."
Dengan kalap Ong Bun kim tertawa seram.
"Haaahhh...haahhh...haahhh...Siau Hui un, kau
perempuan yang berhati keji seperti racun ular, bukan
ayahku saja yang telah kau celakai, akupun hendak kau
bunuh. Bila aku tidak bisa mencincang tubuhmu menjadi
berkeping keping, aku bersumpah tak akan menjadi
manusia, sekarang aku memang hendak mencarimu---"
"Hmm--- ! Kau anggap hanya dirimu yang mencariku"
Ketahuilah akupun sedang mencarimu..."
"Bagus sekali...aku tidak mengira kalau kau telah
menggunakan siasat yang begitu tak tahu malu dan rendah
derajatnya, kau babi perempuan biadab..."
Siau Hui un tertawa seram, selangkah demi selangkah
dia mendekati Ong Bun kim lalu tegur nya lagi:
"Sekarang gurumu berada di mana?"
"Mau apa kau?" "Aku sedang mencarinya!"
"Huuuh...kau perempuan macam babi biadab masih
belum berhak untuk mengetahui hal itu."
"Ong Bun kim, ketahuilah kau, selama ini aku selalu
mengikuti ke mana kau pergi, tujuanku tak lain adalah ingin
membunuhmu setelah kau mengerti duduk perkara yang
sesungguhnya..." "Jadi kau telah mengakui bahwa kau bukan ibuku"^
bentak Ong Bun kim dengan geramnya.
"Benar." jawab Siau Hui un dingin, "aku memang bukan
ibumu, ibu kandungmu Coa Siok oh telah mampus di ujung
pedang Liu yap kiam lantaran untuk melindungi kau . . !"
"Jadi kaupun telah mengaku bahwa kau juga yang telah
mencelakai ayahku . . . ?"
"Benar!" "Mengapa kau harus membinasakan ayahku" Hayo
jawab!" teriak Ong Bun kim sangat marah.
"Kau tak usah tahu tentang urusan ini!"
"Kalau begitu kau mengaku-ngaku sebagai ibuku selama
ini tak lain karena ingin mendapatkan sebuah benda dari
tubuhku?" "Tepat sekali ucapanmu!"
Selapis hawa pembunuhan yang tebal dan mengerikan


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera menyelimuti seluruh wajah Ong Bun kim, saking
besarnya luapan emosi yang mencekam anak muda itu,
membuat sekujur badannya gemetar keras.
Harpa besi yang tergantung pada punggungnya segera
dilepaskan, kemudian bertanya:
"Siau Hui un, aku hendak menjagal tubuhmu!"
"Heeehh...heeehh....heeehh..... akupun hendak
melenyapkan nyawa anjingmu dari muka bumi!" ejek Siau
Hui un sambil tertawa dingin.
Ong Bun kim tertawa seram, tubhhnya seperti macan
terluka langsung menerjang ke arah Siau Hui un . . . .
Paras muka Bunga iblis dari neraka berubah hebat,
bentaknya: "Adik Ong, jangan turun tangan sendiri, biar aku yang
membinasakan bangsat itu."
Secepat anak panah yang terlepas dari busurnya Bunga
iblis dari neraka melompat ke depan dan menghadang di
hadapan Ong Bun kim. "Menyingkir kau!" bentak Ong Bun kim tiba tiba.
Paras muka Bunga iblis dari neraka berubah hebat,
bisiknya dengan suara gemetar:
"Kau . . ." "Aku hendak turun tangan sendiri untuk membunuh
perempuan terkutuk itu . . ."
"Tapi kau ... "
"Tak usah banyak bicara lagi, aku sudah tidak tahan, aku
harus mencincang tubuhnya sekarang juga .... "
Dalam pada itu Siau Hui un telah meloloskan sebilah
kutungan pedang yang panjangnya dua depa dari
punggungnya, lalu dengan wajah diliputi napsu membunuh
ia berseru: "Tak seorangpun di antara kalian yang dapat kabur dari
cengkeramanku!" Setelah berhenti sebentar, kembali
ujarnya: "Ong Bun kim sebetulnya aku tidak ingin membunuh
kau, tapi sekarang, mau tak mau pembunuhan ini harus
kulaksanakan!" "Karena aku telah berhasil membongkar kedok
kelicikanmu?" ejek Ong Bun kim sinis.
"Benar!" "Kau memang seorang perempuan yang benar-benar
amat jahat dan kejam, bukan ayahku saja telah kau bunuh,
kaupun hendak membuat aku jadi gila, kau hendak suruh
aku membunuh ibu kandungku sendiri kau perempuan
biadab." "Apa salahku" Itu toh merupakan rencana bagus yang
telah kususun dengan cermat, cuma rencanaku itu kini
sudah kau ketahui . . . kenapa kau?"
Ong Bun kim tak dapat mengendalikan perasaannya lagi,
ia segera membentak nyaring.
"Enci Tan, minggirlah kau, hendak kujagal perempuan
biadab yang tak tahu malu ini!"
Di tengah bentakan nyaring, secepat kilat Ong Bun kim
menerjang ke arah tubuh Siau Hui un, harpa besinya
diayunkan kemuka dan diiringi deruan angin tajam ia
melepaskan sebuah serangan maut.
Di dalam melancarkan serangan mautnya itu, Ong Bun
kim telah sertakan juga segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman
tersebut. Siau Hui un mengejek dingin, tangannya lantas
digetarkan dan kutungan pedangnya disertai kilatan cahaya
tajam melepaskan pula sebuah serangan yang tak kalah
dahsyatnya ke tubuh lawan.
Bayangan manusia berkelebat lewat, tubuh Ong Bun kim
segera terdesak rnundur selangkah.
Dari bentrokan yang berlangsung dalam satu gebrakan
ini, segera dapat diketahui siapakah di antara kedua orang
itu yang lebih tangguh. Berbicara dari kemampuan ilmu silat yang di miliki Ong
Bun kim, tampaknya ia masih selisih jauh bila
dibandingkan dengan Siau Hui un.
Memang, tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun-kim
bukan tandingan Siau Hui-un, lagi pula tanpa keyakinan
yang masak mana berani Siau Hui-un mendatangi tempat
itu seorang diri " Bunga iblis dari neraka yang mengikuti jalan nya
pertarungan itu segera berubah paras mukanya, ia tahu
betapa gawatnya keadaan Ong Bun-kim ketika itu.
Jangankan untuk membalas dendam, bisa jadi selembar
nyawapun bakal ikut kabur.
000ooodwooo000 BAB 22 PARAS muka Ong Bun-kim ikut pula berubah hebat, ia
membentak nyaring, serangannya makin dipercepat dan
sekali lagi ia menubruk ke arah Siau Hui-un sambil
melepaskan dua buah serangan.
Siau Hui-un sendiripun tak mau unjukkan kelemahan
sendiri, napsu membunuhnya telah timbul dari dasar
hatinya, sambil membentak keras, pedang kutungnya secara
beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai yang
maha dahsyat. Dalam waktu singkat, kedua orang itu masing-masing
telah melancarkan lima buah serangan berantai.
Bunga iblis dari neraka hanya berdiri di sisi gelanggang
sambil bersiap sedia melepaskan serangan maut, mendadak
perasaannya bergetar keras, ia saksikan ilmu silat yang
dipergunakan Siau Hui-un terdapat banyak bagian yang
agak mirip dengan kepandaian silat milik Ong Bun-kim.
Hanya saja perubahan jurus serangan yang di pakai Siau
Hui-un jauh lebih sakti daripada jurus serangan milik Ong
Bun-kim, dan lagi dalam soal tenaga dalam pun ia jauh
lebih tinggi dari pada si anak muda itu.
Bunga iblis dari neraka menjadi tidak habis mengerti, dia
tak tahu kenapa kepandaian silat mereka berdua begitu
mirip antara satu dengan lainnya.
-ooo0dw0ooo- Jilid 8 DALAM pada itu, pertarungan antara Ong Bun kim
dengan Siau Hui-un telah berlangsung sepuluh gebrakan,
waktu itu posisi Ong Bun-kim sangat tidak menguntungkan,
tubuhnya terdesak mundur berulang kali, keadaannya
berbahaya sekali. Tiba-tiba Toan kiam-giok-jin (Perempuan cantik pedang
kutung) Siau Hui-un membentak keras, sebuah serangan
dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, sementara jari
tangannya menyodok lengan kiri anak muda itu.
Tusukan pedang tersebut bukan cuma cepat, tapi
ganasnya bukan kepalang, sungguh hal ini merupakan suatu
ancaman bagi siapapun. Waktu itu Ong Bun kim sendiripun sudah nekad dan
siap beradu jiwa, dia membentak pula, bukan menghindar
tubuhnya malah maju ke depan, sebuah serangan kilat
dilancarkan dengan menggunakan harpa besinya.
Bertarung secara adu jiwa semacam ini betul-betul di luar
dugaan Toan kiam giok jin Siau Hui un, dalam keadaan
seperti ini andaikata ia tidak menarik kembali pedangnya,
sekalipun Ong Bun kim bakal tewas di ujung pedangnya,
akan tetapi dia sendiripun pasti akan binasa termakan oleh
pukulan harpa baja dari Ong Bun kim.
Suasana menjadi kritis dan sangat berbahaya, cepat cepat
Siau Hui-un menarik kembali pedangnya sambil mundur....
"Sambutlah sebuah seranganku ini lagi!" bentak Ong Bun
kim. Harpa besinya diputar balik, secara beruntun ia
lancarkan kembali tiga buah serangan berantai.
Mendadak Siau Hui un membentak keras, pedangnya
berkelebat lewat, begitu membendung ancaman dari Ong
Bun kim, terletak tangan kirinya langsung membacok ke
bawah. "Blaaang . . . .!" Ong Ban kim mendengus tertahan,
tubuhnya terhajar mundur sejauh tujuh delapan langkah
setelah termakan pukulan telak dari perempuan she Siau
itu... "Uaaak . . . .!" anak muda itu muntah-muntah darah
segar, tak ampun tubuhnya segera roboh terjungkal ke
tanah. Sesungguhnya Ong Bun kim adalah seseorang yang telah
menderita luka parah, ditambah lagi punggungnya sudah
terkena tusukan pedang Liu yap kiam. tentu saja
pertarungan itu sangat merugikan posisi maupun kekuatan
tubuhnya. Kendatipun pukulan yang bersarang telak di atas
tubuhnya-itu tidak mengena pada bagian yang mematikan,
akan tetapi sudah cukup membuat Ong Bun kim muntah
darah segar dan roboh terjungkal ke atas tanah.
Begitu musuhnya berhasil dirobohkan, bagai-kan burung
elang menyambar kelinci, Siau Hui. un melompat ke tengah
udara dan langsung menerkam tubuh si anak muda itu . . .
Bunga iblis dari neraka tidak ambil diam, ketika Siau hui
un menerjang ke depan, diapun ikut melompat ke muka
serta menghadang jalan perginya, senjata pipa besinya
langsung disodok ke depan.
Serangan dari Bunga iblis dari neraka ini cepatnya bukan
kepalang, mau tak mau Siau Hui un harus menarik kembali
gerakan tubuhnya kalau tak ingin termakan sodokan lawan.
Paras mukanya kontan berubah hebat, tegurnya.
"Hey, mau apa kau?"
"Dan kau sendiri?" Bunga iblis dari neraka balik
bertanya. "Aku hendak membunuhnya!"
Bunga iblis dari neraka segera tertawa dingin,
"Heeehh. . . heeehhh... heehhh . . selama aku berada di
sini, jangan harap kau bisa membunuhnya!"
"Oya" Aku tidak percaya...."
"Kenapa tidak dicoba?"
Siau Hui un tidak banyak berbicara, pedang kutungnya
segera diayun ke muka melancarkan tiga buah serangan
berantai, semuanya dilakukan dengan gerakan cepat dan
tertuju seluruh bagian mematikan di tubuh Bunga iblis dari
neraka. Gadis itu membentak nyaring, tubuhnya melejit ke
tengah udara, Thiat piepanya secara beruntun melancarkan
juga tiga buah serangan berantai yang tak kalah dahsyatnya.
Bayangan manusia saling berkelebat lewat, ke tiga buah
serangan berantai yang dilancarkan Bunga iblis dari neraka
itu seketika mendesak Siau Hui un sehingga mundur tujuhdelapan
langkah dari posisinya semula sebelum berhasil
berdiri tegak. Dari sini terbuktilah sudah bahwa kepandaian silat yang
dimiliki Bunga iblis dari neraka jauh di atas kepandaian
Siau Hui un. Kejadian ini tentu saja sangat mengejutkan Siau Hui un
pribadi, mimpipun tak pernah di sangka olehnya bahwa
Bunga iblis dari neraka telah berhasil melatih ilmu silatnya
hingga mencapai tingkatan sedahsyat itu.
"Siau Hui un!" bentak Bunga iblis dari neraka kemudian,
"jika kau nekad turun tangan terus, jangan salahkan kalau
aku benar-benar akan menjagal selembar nyawamu!"
Perkataan itu diucapkan dengan disertai bawa napsu
membunuh yang amat tebal, membuat siapapun jua yang
mendengar merasakan hatinya menjadi bergidik, paras
muka Siau Hui un kontas saja berubah hebat.
Siau Hui un tak pernah menduga kalau si nona yang
masih muda itu ternyata memiliki kepandaian silat yang
luar biasa, sekalipun demikian sebagai seorang manusia
yang tinggi hati, ia tak mau menunjukkan kelemahannya
dihadapan orang. Maka sambil tertawa dingin ejeknya:
"Aaaaa . . . belum tentu!"
Begitu ucapan terakhir diutarakan, seperti anak panah
yang terlepas dari busur ia melesat ke depan dan menerjang
ke arah Bunga iblis dari neraka, pedang kutungnya dengan
membawa desingan angin tajam langsung membacok ke
tubuh lawan. "Bangsat, rupanya kau memang kepingin mampus."
bentak Bunga iblis dari neraka.
Senjata thiat pie pa nya mengikuti gerakan bayangan
tubuh menerjang ke muka, diantara berkilaunya cahaya
tajam tahu-tahu diapun telah melepaskan dua buah
serangan berantai. Berbareng dikala Bunga iblis dari neraka turun tangan,
sesosok banyangan manusia bagaikan sebuah sukma
gentayangan telah menyambar ke arah Ong Bun kim dan
melarikan anak muda itu. Sungguh cepat gerakan tubuh orang tersebut, hal ini
membuat Bunga iblis dari neraka sama sekali tidak
merasakannya. Waktu itu segenap perhatiannya hampir tertuju pada
pertarungan, dua buah serangan dilepaskan secara beruntun
yang memaksa Toan kiam giok jin Siau Hui un terdesak
kembali sejauh tujuh - delapan langkah ke belakang.
Belum puas dengan hasil yang dicapai, Bunga iblis dari
neraka kembali meluncur ke depan sambil melancarkan
sebuah serangan lagi. Dalam sekeja mata, kedua orang itu
sudah terlibat dalam dua puluh gebrakan lebih.
Ilmu silat yang dimiliki Siau Hui un nyatanya memang
bukan tandingan Bunga iblis dari neraka, duapuluh
gebrakan kemudian ia benar-benar sudah terdesak di bawah
angin, posisinya berbahaya sekali, dan ia tidak memiliki
kekuatan lagi untuk melancarkan serangan balasan.
"Roboh kau ..." mendadak Bunga iblis dari neraka
membentak keras. "Blaaang . . . !" sebuah serangan bersarang telak di tubuh
Siau Hui un, membuat perempuan itu terpental sejauh satu
kaki lebih dan muntah-muntah darah segar.
"Kalau kau tidak segera enyah dari sini, jangan salahkan
kalau aku akan bertindak kejam!" bentak Bunga iblis dari
neraka sambil menggertak gigi menahan marah.
Siau Hui un tertawa dingin.
"Bagus sekali, kalau betul-betul bernyali, sebutkan siapa


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namamu!" "Bunga iblis dari neraka .... !"
Belum habis perkataan itu, dengan membawa lukanya
yang cukup parah Siau Hui un telah putar badan dan kabur
dari situ. Di tengah keheningan yang mulai menyelimuti seluruh
jagad, tiba-tiba berkumandang suara tertawa dingin dari
belakang. "Heeehhh . . . heeehhh . . . heeehhh . . . . Bunga iblis dari
neraka, ilmu silatmu memang terhitung lihay sekali."
Betapa terpsranjatnya. Bunga iblis dari neraka setelah
mendengar teguran tersebut, dengan, cepat ia berpaling, tapi
paras mukanya Segera berubah hebat.
"Lepaskan dia ..." hardiknya.
Berbareng dengan bentakan itu, tubuhnya secepat
sambaran kilat menyerang ke depan dan berusaha
melepaskan Ong Bun kim dari cengkeraman orang itu
"Mundur!" orang itu kembali membentak nyaring, "kalau
tetap membangkang, jangan salahkan kalau kubunuh orang
ini lebih dulu!" Mau tak mau Bunga iblis dari neraka harus menarik
kembali serangannya sambil menyurut ke belakang, pucat
pias wajahnya karena emosi.
"Hiat hay long cu . . . . mau apa . . . mau apa kau?"
bentaknya kemudian sambil menahan geram.
Tak salah lagi, yang datang memang Hiat hay long cu (
Si romantis dari Hiat hay ) Teng Kun adanya!
Kembali kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang
mengejutkan dan sama sekali di luar dugaan orang,
siapakah yang akan menduga kalau dia bakal menangkap
Ong Bun kim sebagai sandera dikala Bunga iblis dari neraka
sedang terlibat pertarungan seru melawan Siau Hui un"
Sekulum senyuman dingin yang sukar di lukiskan
dengan kata kata segera menghiasi raut wajahnya, ia
menjawab: "Ooh . . . .sederhana sekali, aku hanya menginginkan
dua biji mata uang kematian yang berada di sakunya!"
Bunga iblis dari neraka tertawa dingin.
"Hmmm ..... kau jangan bermimpi di siang hari bolong,
mata uang kematian itu telah dibawa kabur orang!"
"Sungguhkah perkataanmu?"
"Kalau tidak percaya, mengapa tidak kau geledah sendiri
isi sakunya ?" Hiat hay long cu merasa perkataan itu ada benarnya
juga, sekujur badan Ong Bun kim segera digeledah dengan
seksama, kenyataannya kedua biji mata uang kematian itu
memang betul betul sudah lenyap tak berbekas.
Paras mukanya segera berubah hebat, bentaknya:
"Siapa yang telah membawanya kabur?"
"Ku-jin suseng!"
"Sungguhkah itu?"
"Buat apa aku musti bohong?"
Hiat hay. long cu segera tertawa, dalam waktu yang
teramat singkat itu pelbagai perubahan berlangsung di atas
wajahnya, dia seakan akan sedang memikirkan sesuatu ....
"Hei, sekarang kau dapat melepaskan orang itu bukan?"
tegur Bunga iblis dari neraka dengan ketus.
"Aaaah hal ini mana boleh kulakukan?"
jawab Hiat hay long-cu sambil tertawa dingin.
"Lantas apa yang kau inginkan?"
"Sukar untuk dikatakan!"
Hawa pembunuhan sekali lagi menyelimuti seluruh
wajah Bunga iblis dari neraka, serunya:
"Teng Kun, tempo hari aku telah mengampuni selembar
jiwamu, jangan kau anggap aku tak mampu membunuhmu.
Bila kau berani mengganggu Ong Bun kim barang seujung
rambutpun, aku akan suruh kau mampus pula dalam
keadaan mengerikan."
Cukup menggidikkan hati orang perkataan dari Bunga
iblis dari neraka itu, demikian dingin dan seramnya dapat
membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri.
Tapi Hiat hay long cu masih juga tertawa dingin tiada
hentinya. "Heebhh . . . heeebhh . . . beeehhh . . . kau tak perlu
mengancam, sebab terhadap persoalan ini, aku tidak begitu
memikirkannya di dalam hati!"
"Jadi kau benar benar tak mau melepaskan orang itu?"
Hiat hay long cu tertawa tengik, sambil cengar cengir
penuh maksud cabul ia menggoyangkan kipasnya berulang
kali. "Boleh saja bila kau menginginkan kulepaskan orang ini"
demikian ia berkata, "cuma ada satu syarat "
"Apa syaratmu itu" Cepat katakan!"
Hiat hay long cu tertawa seram.
"Tan Hong hong, tahukah kau bahwa aku Teng Kun
sudah lama sangat merindukan dirimu "
"Apa .... apa kau bilang?" teriak Bunga iblis dari neraka
dengan mata melotot besar.
Sekali lagi Hiat hay long cu tertawa dingin.
"Kalau kurang jelas baiklah kauterangkan dengan lebih
jelas lagi, sudah lama aku Teng Kun jatuh cinta kepadamu .
. . . ." "Kurangajar, kau pingin mampus . . . . "
Bunga iblis dari neraka tak dapat mengendalikan hawa
amarahnya lagi, sambil membentak keras tubuhnya
menerjang ke depan, sebuah pukulan, dahsyat segera
disodokkan ke tubuh Hiat hay Iong cu.
Tapi sebelum serangan dari gadis tersebut berhasil
mengenai tubuhnya, Hiat hay long cu telah membentak:
"Kalau kau masih juga tak tahu diri, jangan salahkan
kalau kubunuh dirinya!"
Mendengar ancaman itu, Bunga iblis dari neraka tak
berani sembarangan berkutik lagi, sebab bagaimanapun jua
dia musti memikirkan juga keselamatan Ong Bun kim.
Terpaksa sambil menggertak giginya ia menahan gerakan
majunya dan berdiri termangu di situ.
Hiat hay long cu tertawa licik, katanya: "Tan Hong hong,
jangan kau anggap aku sedang merayumu, apa yang
kuucapkan benar-benar merupakan suara hatiku ... . "
"Kentut busukmu!"
"Hai Tan Hong-hong, jangan keburu marah dulu,
bagaimana kalau kita bertukai syarat "
"Apa syaratmu?"
"Nona Tan, kau tak usah berlagak bodoh lagi, boleh saja
Ong Bun kim kuserahkan kepadamu, tapi kaupun harus
ikut diriku!" Bunga iblis dari neraka bersin beberapa kali,
bagaimanapun juga ucapan tersebut telah menimbulkan
suatu firasat tak enak dalam hati. nya, tanpa disadari
sekujur badannya gemetar keras .... yaaa, kejadian itu
merupakan suatu kejadian yang mengerikan dan
menakutkan baginya. Tiba tiba ia seperti teringat akan suatu masalah, sambil
tertawa dingin ia berkata :
"Hei, aku ingin mengajukan suatu pertanyaan
kepadamu!" "Silahkan nona tanyakan!"
"Apakah keempat buah biji mata uang kematian itu
berada di sakumu?" "Benar!" Bunga iblis dari neraka mengertak giginya menahan
emosi, dalam detik detik itulah dia harus mengambil
keputusan cepat, dia teramat mencintai Ong Bun kim, ia
harus menyelamatkan selembar jiwanya.
Ia hendak memberikan semua kebahagiaan kepada Ong
Bun kim serta meninggalkan penderitaan dan siksaan
kepada diri sendiri .... ia telah bertekad hendak
menggunakan kesucian tubuhnya untuk ditukar dengan
keempat biji mata uang kematian tersebut.
Baginya, jelas peristiwa ini merupakan suatu siksaan
batin, suatu penderitaan yang berkepanjangan, tapi kini
kenyataan telah berada di depan mata, ia harus berani
menghadapi kenyataan tersebut, sebab kecuali berbuat
demikian, sudah jelas tiada jalan lain lagi.
Yaa. kejadian itu memang merupakan suatu peristiwa
yang kejam dan sadis, seorang gadis rela mengorbankan
kesucian tubuhnya untuk ditukarkan dengan benda yang
dibutuhkan kekasihnya, kejadian apa lagi yang bisa
menangkan peristiwa semacam itu"
Hian hay long cu tertawa terkekeh kekeh, ejeknya:
"Wahai nona Tan, ada persoalan apa kau menanyakan
tentang mata uang kematian tersebut?"
Setelah mengambil keputusan dalam hatinya, Bunga iblis
dari neraka malahan merasa lebih tenang dan lega, ia
tertawa ewa. "Bukankah kau berharap bisa mendapatkan tubuhku?"
katanya. Hiat hay long cu segera tertawa cabul, dengan wajah
tengik sahutnya berulang kali.
"Betul! Betul sekali!"
"Boleh saja kalau kau menginginkannya, tapi aku pun
mempunyai sebuah syarat Apa syaratmu itu?"
"Kau berikan ke empat biji mata uang kematian dan Ong
Bun kim kepadaku, sebagai gantinya akan kuserahkan
tubuhku untukmu." Perkataan itu segera mencengangkan
hati si romantis dari Hiat hay long cu ini ia menjadi
tertegun dan lama sekali berdiri membungkam...
Setelah berpikir beberapa saat, iapun menjawab sambil
tertawa dingin: "Seandainya aku tak dapat memenuhi keinginanmu itu?"
"Kubunuh kau!" Kembali Hiat hay long cu tertawa dingin, lama sekali ia
mempertimbangkan persoalan itu, akhirnya ia berkata lagi:
"Baiklah, aku akan menerima syaratmu itu, cuma aku
hendak mengajukan pula sebuah syarat yakni setelah
kejadian kau dilarang membalas dendam kepadaku!"
Mendengar jawaban tersebut, paras muka Bunga iblis
dari neraka berubah hebat, sungguh luar biasa tindakan
yang diambil Hiat-hay-long cu, melarangnya membalas
dendam" Bukankah hal ini akan memberi kesempatan
kepadanya untuk menguarkan berita tersebut di tempat
luaran " Bunga iblis dari neraka merasa menemui kesulitan untuk
menjawab, untuk sesaat lamanya ia hanya bisa tertegun di
sana. 00ooOdwOoo00 BAB 23 "BAGAIMANA keputusanmu?" tanya Hiat hay long Cu
kemudian setelah suasana hening untuk sesaat lamanya.
Bunga iblis dari neraka menggigit bibirnya kencangkencang,
akhirnya ia mengangguk. "Baiklah, tapi kaupun tak boleh memberitahukan
persoalan kita berdua ini kepada siapapun!"
"Baik, aku setujui"
"Kalau begitu, serahkan dulu Ong Bun kim dan keempat
biji mata uang kematian itu."
Pelan pelan Hiat hay long cu berjalan kehadapan Bunga
iblis dari neraka, kemudian katanya;
"Nona Tan, ilmu silatmu jauh di atas kepandaian silatku,
mau tak mau aku musti menotok dulu jalan darahmu, bila
permainan kita telah usia nanti kau baru akan kubebaskan
kembali." Air muka Bunga iblis dari neraka amat sayu dan
murung, seluruh perasaannya seakan-akan telah menjadi
kaku dan mati rasa, dalam keadaan beginilah dengan suatu
gerakan yang aneh Hiat hay long cu menotok jalan darah di
atas tubuhnya. Begitu jalan darahnya tertotok, segenap kekuatan yang
berada dalam tubuh Bunga iblis dari neraka menjadi buyar.
Sekali lagi Hiat hay long cu tertawa dingin, empat biji
mata uang kematian diambil ke luar dan diserahkan kepada
gadis itu, sedang Org Bun kim dibaringkan pula ke atas
tanah. Suatu peristiwa yang kejam dan menakutkan akhirnya
berlangsung juga . . . Sambil tertawa cabul Hiat hay long cu
menarik tangan Bunga iblis dari neraka untuk memasuki
sebuah gua karang tak jauh letaknya dari situ...
Di dalam gua itulah dengan gerak gerik yang
memuakkan ia menelanjangi gadis itu, lalu menggagahinya
secara brutal .... Ong Bun-kim masih tetap berbaring di atas tanah . . .
tahukah dia, bahwa suatu peristiwa yang memilukan hati
telah berlangsung lantaran dia "
Impian indah pun buyar mengikuti berlangsungnya
peristiwa yang memilukan hati itu.
Bagaimanapun jua, gadis itu adalah gadis pertama yang
dicintainya, tapi kini gadis tersebut telah menyerahkan
kesucian tubuhnya untuk seorang manusia hidung bangor
yang cabul dan memuakkan.
Bila suatu ketika ia mengetahui akan kejadian ini, entah
bagaimanakah perasaannya ketika itu" Entah kejadian
mengerikan apa lagi yang bakal berlangsung"
Yaa, kejadian ini memang tak terbayangkan oleh
siapapun, jika Ong Bun kim tahu kalau Bunga iblis dari
neraka telah mengorbankan kesuciannya demi menolong
keselamatan jiwanya, dapatkah ia menerima pukulan batin
yang amat berat itu"
Tak lama kemudian, dari dalam gua ber-kumandang
suara gelak tertawa yang amat nyaring, dengan membawa
wajah yang puas dan bangga Hiat hay long cu berjalan ke
luar dari gua itu dan berlalu dari sana dengan gerakan
cepat. Selang sejenak kemudian, Bunga iblis dari neraka dengan
wajah yang pucat dan air mata masih membasahi pipinya
berjalan ke luar pula dari gua itu, langkah tubuhnya
kelihatan agak sempoyongan ....
Ia tampak begitu sayu, begitu murung dan seperti orang
yang kehilangan semangat, terlampau berat pukulan batin
yang diterimanya itu, dan pukulan batin tersebut bukan
sembarang au orang bisa menahannya.


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi ia telah menerima kenyataan tersebut.
Impian yang indah indah kini telah buyar, terkoyakkoyak
ditangan seorang iblis. Yang ditinggalkan untuknya sekarang hanya suatu
impian yang menakutkan, suatu kenangan yang buruk dan
tak akan terlupakan selamanya, entah perempuan macam
apapun, tak nanti mereka akan melupakan kejadian tersebut
hingga akhir hayatnya. Dengan pandangan kosong dan langkah sempoyongan ia
berjalan mendekati Ong Bun kim.
Sampai detik itu Ong Bun kim masih tergeletak di tanah
dalam keadaan tak sadar. Akhirnya Bunga iblis dari neraka berhenti di sisi tubuh
Ong Bun kim, memandang sang pemuda yang tergeletak
dalam keadaan tak sadar itu, tak kuasa lagi ia mendekap di
atas tubuhnya dan menangis tersedu sedu.
Sungguh memilukan hati suara tangisannya, semua
kesedihan dan penderitaannya dilampiaskan ke luar dalam
tangisannya itu. Lama, lama sekali, ia baru menghentikan isak tangisnya,
hawa murni lantas disalurkan ke dalam tubuh Ong Bun kim
dan berusaha untuk mengobati lukanya.
Kurang lebih setengah jam kemudian, akhirnya Ong Bun
kim sadar kembali dari pingsannya ....
Ia duduk bersila dan mengatur sebentar pemapasannya,
setelah itu baru tanyanya:
"Enci Tan, ke mana perginya Siau Hui un?"
"Ia telah kabur!"
Sorot mata Ong Bun kim segera dialihkan ke atas wajah
Bunga iblis dari neraka, mendadak ia temukan paras muka
gadis itu berubah menjadi pucat menakutkan, wajahnya
tampak begitu layu, begitu luruh hingga mengharukan
sekali. Tergetar juga perasaannya, tanpa sadar ia berseru.
"Enci Tan .... kau sakit?"
Hampir saja air matanya jatuh bercucuran ketika
mendengar pertanyaan itu, sambil menahan air matanya
agar jangan meleleh ke luar nona itu balik bertanya:
"Masa benar?" "Yaa, benar, wajahmu kelihatan pucat sekali "
"Mungkin terlalu banyak tenaga yang kugunakan
sewaktu bertarung tadi, ketika kau masih tak sadar tadi,
Hiat hay long cu telah datang, aku berhasil mendapatkan ke
empat biji mata uang kematian itu..."
Ketika berbicara sampai di situ, nona itu betul-betul tak
kuasa menahan diri, hampir saja air matanya jatuh
bercucuran, ucapan itu jadi terputus sampai di tengah jalan
dan ia tak mampu berbicara lebih jauh.
Rupanya berita itu jauh di luar dugaan Ong Bun kim,
katanya: "Enci Tan, kau berhasil mendapatkan ke empat
biji mata uang kematian itu?"
"Benar!" Dikeluarkannya ke empat biji mata uang kematian itu
dan diserahkan ke tangan Ong Bun kim.
Si anak muda itu merasakan hatinya bergolak keras,
tentu saja dia tak akan menyangka kalau ke empat biji mata
uang kematian tersebut di dapatkan Bunga iblis dari neraka
dengan menjual kesucian tubuhnya.
Ketika menerima mata uang kematian itu, sekujur badan
Ong Bun kim gemetar keras, katanya penuh luapan rasa
haru: "Enci Tan, aku . . . aku tak tahu bagaimana harus
berterima kasih kepadamu . . . ."
"Itu bukan terhitung banyak bagimu!" sahut Bunga iblis
dari neraka sambil tertawa paksa.
"Enci Tan, mungkin saja aku masih ada kesempatan
hidup selama lima hari, dalam lima hari ini dapatkah kita
temukan guruku Kui jin suseng, hal ini masih merupakan
sultu kejadian yang sukar diduga sebelumnya . . . . "
"Kita bisa berusaha mencarinya dengan sepenuh tenaga .
. ". bagaimanapun jua ia harus kita temukan!"
Bunga iblis dari neraka cukup mengerti, bila Kui jin
suseng tidak berhasil ditemukan, maka sia-sialah ia
mengorbankan kesucian tubuhnya.
"Aaaai Aku kuatir kalau hal ini tidak mudah untuk
dilaksanakan!" keluh Ong Bun kim sambil menghela napas.
"Jangan putus asa! Suatu ketika pasti akan kita temukan
jejak gurumu itu. Oya, tiba-tiba saja aku teringat akan suatu
persoalan, kau merasakan tidak bahwa gerakan jurus silat
yang dipergunakan Siau Hui un berasal satu aliran
denganmu" Aku menemukan kesamaan-kesamaan dalam
gerakan-gerakannya dengan gerakanmu."
"Aaaah . . . Benarkah telah terjadi peristiwa itu?" seru
Ong Bun kim tertegun. "Betul, hanya saja aku tidak habis mengerti, kenapa bisa
menjadi demikian . . . ."
Tampaknya Ong Bun kim sedang memikirkan sesuatu,
tapi ia sendiripun tidak berhasil menemukan suatu
"kemungkinan" yang merupakan latar belakangnya, ia
merasa banyak persoalan tak mungkin bisa ia jawab sendiri
kecuali Kuijin suseng yang menerangkan kesemuanya itu
kepadanya. Sementara semua orang masih termenung, tiba-tiba ia
mendengar suara langkah manusia tempat itu itu, dengan
cepat ia mendongakkan kepalanya, maka tampaklah Ngo
ou tiau khek (si tukang pancing dari lima telaga) yang
memakai topi lebar dan membawa alat pancingan itu pelanpelan
berjalan mendekat. Ong Bun kim agak terkejut, untuk menghindarkan diri
dari segala kemungkinan yang tidak diinginkan dia segala
melompat bangun. Pada saat itulah, Ngo ou tiau khek telah tiba dihadapan
Ong Bun kim, sesudah memberi hormat katanya:
"Ong saahiap, terimalah salam hormatku ini!"
Ong Bun kim tertegun, ia tak habis mengerti kenapa
kakek ini bersikap demikian sungkan kepadanya, padahal
sewaktu berada di benteng Tui hong po tempo hari, dengan
marah dan penuh perasaan dendam ia bersama Kang Peng
putrinya Lui tian jiu telah berlalu dari sana setelah ia
menderita kalah di tangannya.
Hanya sebentar Ong Bun kira tertegun, agar tidak
kehilangan rasa hormatnya buru-buru ia balas memberi
hormat. "Tidak berani, ada urusan apa kau datang ke mari?"
"Ong sauhiap, adapun maksud kedatangku hari ini
adalah khusus untuk minta maaf atas kelancangan serta
keteledoranku hingga mengakibatkan terjadinya peristiwa
yang tidak diinginkan dalam benteng Tui hong po!"
"Apakah locianpwe telah berhasil mengetahui duduk
perkara yang sebenarnya?"
"Benar, Kiam hay lak yu memang bukan mati di tangan
Ong sauhiap, melainkan telah tewas di tangan seseorang
yang lain!" "Dibunuh oleh Sam jiu hek hou (rase hitam berlengan
tiga) ?" "Kemungkinan benar kemungkinan tidak benar, cuma
bagaimanakah duduknya persoalan yang sesungguhnya
masih belum bisa dipastikan, sebab hingga kici orang tidak
habis mengeri dengan masalah Sam jiu hek hou itu,
mengapa ia bisa menggunakan ilmu silat dari enam partai
besar." "Apakab locianpwe tidak tahu kalau dia adalah anak
buahnya lembah Sin li kok?"
"Aku tahu!" "Kokcu dari lembah Sin li kok pun pandai
mempergunakan ilmu silat dari aliran enam partai besar!"
"Aaaah masa iya ?" seru Ngo ou-tiau khek tertegun, alis
matanya yang putih lantas berkenyit, gumamya, "kalau
begitu tak heran lagi jangan-jangan... jangan-jangan..."
"Jangan-jangan kenapa?"
"Jangan-jangan antara Kui jin suseng dengan lembah Sin
li kok memang mempunyai hubungan?"
Terkesiap Ong Bun km setelah mendengar perkataan itu,
sebab kemungkinan begitu memang ada, kalau tidak,
kenapa Siau Hui un dapat pula mempergunakan ilmu silat
dari aliran enam partai besar"
Terdengar Ngo ou tiau kbek telah berkata lagi:
"Aku rasa hanya seorang yang bisa menjawab semua
pertanyaan kita ini, orang itu yakin Kui jin suseng sendiri!"
"Betul!" "Nah, itulah sebabnya aku datang mencarimu, karena
persoalan ini hanya kau saja yang dapat membantu ..."
"Apakah kau mengetahui tentang jejak Kuijin suseng ?"
"Benar!" Jawaban itu segera menggetarkan perasaan Ong Bun kim
serta Bunga iblis dari neraka, tanpa disadari serentak
mereka seru bersama: "Dia berada di mana?"
"Berapa hari berselang, di sekitar kota Kay hong dan Lok
yang telah muncul jejak dari Kuijin suseng, banyak sekali
barang kawalan para perusahaan piaukiok yang kena dia
begal!" "Betulkah kejadian itu?" "tanya Ong Bun-kim dengan
wajah berubah. "Benar, lagi pula sebelum turun tangan ia selalu memberi
sepucuk surat pemberitahuan kepada lawannya, bahwa
dalam tiga hari mendatang dia akan turun tangan."
"Kalau begitu, apakah dia telah munculkan diri
kembali?" "Yaa, semalam Kui jin suseng telah meninggalkan pula
sepucuk surat di rumahnya Shen Ting, Sheng cengcu yang
berdiam di luar kota Lok yang, katanya dia menghendaki
sebilah pedang mestika milik keluarga tersebut !"
Ong Bun kim menjadi sangat girang, serunya dengan
cepat: Kalau begitu, kemungkinan besar besok malam Kui jin
suseng akan turun tangan?"
"Benar, justru lantaran kejadian ini, dunia persilatan
telah terjadi pergolakan yang amat hebat, pelbagai jago
lihay dari segala penjuru termasuk pula jago-jago kelas satu
dari enam partai besar, kemungkinan sekali telah
berdatangan semua di luar kota Lok yang!"
"Bagus sekali!" pekik Bunga iblis dari neraka. "kebetulan
kami memang sedang mencarinya!"
"Apa salahnya kalau kita berangkat bersama untuk
menyaksikan kejadian itu?"
"Baik!" Maka berangkatlah ketiga orang itu menuju ke kota Lok
yang. Keesokan harinya, Ong Bun kin, Ngo ou tiau khek serta
Bunga iblis dari neraka telah tiba di perkampungan keluarga
Shen yang terletak di luar kota Lok yang.
Waktu itu kentongan kedua tiba, suasana disekehling
tempat itu sunyi, senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Betul juga, sekeliling hutan yang melingkari
perkampungan keluarga Shen, ditemukan terdapat banyak
sekali bayangan hitam yang bergerak-gerak, jelas mereka
adalah jago-jago persilatan yang datang untuk ikut
meramaikan suasana. Kepada Ong Bun kim, Ngo ou tiau khek segera berbisik:
"Perhatikanlah suasana di sekitar tempat ini, aku hendak
menjumpai Shen cengcu lebih dahulu!"
Ong Bun kim mengangguk tanda setuju, dan si tukang
pancing dari lima telagapun berlalu dari situ.
Suasana amat hening dan sepi, disekeliling
perkampungan keluarga Shen secara lamat-lamat terpancar
ke luar selapis hawa pembunuhan yang sangat tebal.
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh jagat
itulah, tiba-tiba terdengar suara jeritan ngeri yang
menyayatkan hati berkumandang dari hutan sebelah kiri.
Ong Bun kim amat terkejut mendengar teriakan itu,
sebab jeritan ngeri itu cukup membetot sukma orang.
Dengan gerak-gerik yang lincah dan cekatan, si anak
muda itu segera melompat ke depan dan menerjang ke arah
mana berasalnya suara itu.
Bunga iblis dari neraka tak berani berayal, diapun buruburu
menyusul dari belakang. Tapi begitu tiba di tempat tersebut, seketika itu juga Ong
Bun kim menjadi tertegun.
Sesosok mayat manusia yang berwarna hitam pekat
karena sudah terbakar menjadi arang tergeletak di atas
tanah. Baru saja dia hendak mendekati mayat itu, langkah kaki
manusia yang ramai berkumandang dari belakang, disusul
munculnya puluhan sosok bayangan manusia.
Orang-orang itu kebanyakan adalah para jago yang
datang untuk menonton keramaian, diantaranya terdapat
pula para anak murid dari enam partai besar.
"Inilah mayat keenam yang ditemukan." kedengaran
seseorang berkata dengan suara nyaring.
Dengan perasaan tercekat semua orang berpaling ke arah
mana berasalnya ucapan itu, ternyata dia adalah seorang
kakek berambut putih. Paras muka Ong Bun kim ikut berubah hebat.
"Mayat ini adalah mayat ke enam yang ditemukan?"
bisiknya. "Yaa, mayat ke enam yang mati di bawah ilmu pukulan
yang sama!" "Ilmu pukulan apakah itu?"
"Aku sendiripun kurang jelas!" sahut kakek yang
berambut putih itu sambil tertawa dingin, kemudian ia
melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Pada saat inilah muncul seorang tosu berusia lanjut yang
menghampiri ke hadapan Ong Bun kim, lalu setelah tertawa
dingin katanya: "Bukankah kau adalah muridnya Kui jin suseng?"
"Benar!" "Engkau juga yang telah membunuh puluhan orang
rekan-rekan kami dari enam partai besar di luar benteng Tui
hong po tempo hari?"


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dugaanmu memang benar!"
Toosu itu kembali tertawa dingin.
"Setelah menyelesaikan persoalan gurumu nanti, enam
partai besar pasti akan mengirim orang untuk menuntut
keadilan darimu " Selesai berkata ia lantas berlalu dari sana. Tiba-tiba dari
antara kerumunan orang banyak terdengar seseorang
berseru: "Hei, bukankah kau sudah terkena pedang Liu yap kiam
yang amat beracun . . . . ?"
Agak terkejut Ong Bun kim ketika mendengar
pertanyaan itu, tanpa sadar ia balik bertanya:
"Dari mana kau bisa tahu?"
"Setiap umat persilatan telah, mengetahui akan kejadian
ini, dan lagi menurut berita yang tersiar, konon dalam tiga
hari mendatang racun itu akan mulai bekerja serta
merenggut nyawamu!" Terhadap persoalan ini, Ong Bun kim betul-betul merasa
tercengang dan sedikit di luar dugaan. Ia tidak mengira
sedemikian cepatnya berita itu sudah tersiar luas dalam
dunia persilatan, lebih-lebih tidak menyangka kalau setiap
umat persilatan telah mengetahui kejadian ini.
Sorot semua orang ditujukan ke arah Ong Bun kim
dengan pandangan kaget dan tercekat, sebab nama besar si
anak muda itu sesungguhnya tidak berada di bawah
gurunya, maka merekapun saling membubarkan diri dan
berlalu dari situ. Kini dalam gelanggang tinggal Ong Bun kim dan Bunga
iblis dari neraka, mereka memperhatikan sekejap mayat
yang terbakar hingga hangus itu sekejap, kemudian pelanpelan
berlalu dari situ. Di luar perkampungan keluarga Shen, segera diliputi
hawa pembunuhan yang tebal dan mengerikan.
Kentongan ketiga baru saja lewat, mendadak....
Suara tertawa dingin yang menyeramkan berkumandang
memecahkan kesunyian, suara tertawa dingin itu begitu
seram dan dingin seperti es membuat siapapun yang
mendengarnya menjadi bergidik dan berdiri semua bulu
romanya. Ketika mereka mencoba untuk mendongakkan
kepalanya, tampaklah sesosok bayangan hitam secepat
sambaran kilat meluncur ke arah pintu gerbang
perkampungan keluarga Shen.
Semua orang yang mendengar suara tertawa dingin itu
rata-rata merasakan hatinya bergetar keras.
Paras muka Ong Bun kim mengalami juga perubahan
hebat. Begitu tiba di depan pintu gerbang manusia berkerudung
hitam itu berdiri tegak sekokoh bukit karang, lalu
memperdengarkan lagi suara tertawa dinginnya yang
menyeramkan. Belum habis suara tertawa dingin itu, seorang kakek
berjenggot panjang diiringi empat orang laki-laki berpakaian
ringkas telah munculkan diri dari balik pintu.
Tak usah ditanya lagi sudah dapat diketahui bahwa
orang itu tak lain adalah cengcu dari perkampungan
keluarga Shen. Setelah saling berhadap-hadapan, Shen-keh cengcu Shen
Ting tertawa dingin, lalu tegurnya:
"Tak kusangka kau benar-benar datang memenuhi
janji..." -oo00dw00oo- BAB 24 "SHEN loji, hayo cepat serahkan benda yang
kukehendaki !" perintah manusia berkerudung hitam itu
seram. "Maaf, permintaanmu itu tak bisa kukabulkan."
"Jadi kau kepingin mampus?"
Bentakan itu penuh disertai dengan hawa membunuh
yang tebal, membuat siapa saja yang mendengar bentakan
itu akan tercekat dan seram.
Shen Ting tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh......hah haaahhh haaahhh sekaiipun aku orang
she Shen musti mengorbankan selembar jiwaku, tak nanti
akan kuserahkan benda mestika keluargaku untukmu!"
"Kurangajar, jadi kau kepingin mampus !"
Tampak bayangan manusia berbaju hitam berkelebat
lewat, tahu-tahu secepat sambaran kilat Kui jin suseng telah
menubruk ke arah Shen Ting, sebuah pukulan dahsyat
segera di lontarkan ke depan.
Betapa cepatnya daya serangan yang di lancarkan itu,
seandainya betul-betul bersarang ditubuh lawan niscaya
akan mengakibatkan suatu luka dalam yang fatal.
Tapi, dikala Kui jin suseng sedang melepas kan
serangannya yang maha dahsyat itulah, tiba-tiba
berkumandang suara bentakan keras yang menggelegar dan
amat memekikkan telinga: "Tahan!" Puluhan sosok bayangan manusia berbarengan
menerjang ke arah Kui jin Suseng, orang-orang itu tak lain
adalah anak murid dari enam partai besar persilatan.
Begitu tiba di tengah arena, serentak orang-orang itu
menyebarkan diri dan mengurung Kui jin suseng di tengah
gelanggang. "Hei, mau apa kalian semua?" bentak Kui jin suseng
dengan suara yang dingin menyeramkan.
Seorang pendeta yang sudah tua segera tampil ke depan,
lalu katanya: "Aku pikir saudara pasti sudah mengetahui apa maksud
kedatangan dari kami enam partai besar persilatan, puluhan
tahun berselang, kau pernah melarikan enam kitab pusaka
ilmu silat dari enam perguruan besar, maka hari ini bila
tidak kau serahkan kembali kepada kami, tak nanti kami
enam partai besar akan melepaskan dirimu dengan begitu
saja . . . ." Kui jin suseng segera tertawa dingin.
"Heeehhh . . . heeehhh . : . heeehhh . . . kalau begitu lihat
saja bagaimana akhirnya nanti?"
"Jadi, kau benar-benar tak akan menyerah-kepada kami?"
"Kalau yaa kenapa?"
"Kalau begitu, jangan salahkan kalau kami orang-orang
dari enam partai besar akan menyalahi dirimu!"
Begitu selesai berkata, pendeta tua itu segera melompat
ke depan dan secepat sambaran kilat menerjang ke arah
tubuh Kuijin suseng, sebuah pukulan dahsyat dilontarkan
ke depan dengan hebatnya.
Hebat sekali tenaga pukulan yang disertakan dalam
serangan yang dilancarkan pendeta tua itu, rupanya Kui jin
suseng tahu kelihayan orang, cepat-cepat dia melejit ke
samping dan tidak berani menyambut serangan tersebut
dengan keras lawan keras.
Belum sampai Kui jin suseng berpijakkan kakinya ke
tanah, kembali cahaya tajam berkelebat lewat dan
serentetan bayangan pedang tahu-tahu sudah menyambar
lagi tubuh Kui jin suseng.
Mendadak.... Dentingan suara khim pembetot nyawa berkumandang
memecahkan kesunyian, kontan jago-jago dari enam partai
besar merasakan hatinya seperti disayat-sayat dengan pisau
tajam, karena tak tahan serentak mereka melompat mundur
ke belakang. Menggunakan kesempatan inilah dengan suatu gerakan
yang cepat seperti sambaran kilat Ong Bun kim melayang
masuk ke dalam arena. Paras muka semua jago dari enam partai besar berubah
hebat, sorot mata mereka sama-sama ditujukan ke wajah
Ong Bun kim. Selapis hawa membunuh yang tebal dan mengerikan
telah menyelimuti seluruh wajah Ong Bun kim, ditatapnya
wajah Kui jin suseng yang berkerudung hitam itu tajam
tajam, lalu bertanya: "Kui jin suseng, akhirnya aku berhasil menemukan
kembali jejakmu .... kau tidak mengira bukan?"
"Mau apa kau?" "Kui jin seseng! Aku ingin bertanya kepadamu, kenapa
kau membunuh ayahku" Hayo jawab!"
Hawa membunuh yang lebih tebal dan mengerikan sekali
lagi menghiasi wajah si anak muda itu.
"Kalau aku enggan berbicara?" ejek Kuijin suseng sambil
tertawa sinis. Bunga iblis dari neraka yang berada di sisinya tiba-tiba
ikut menghardik dengan suara keras:
"Kui-jin suseng, serahkan mata uang kematian yang
berada di tanganmu itu kepadaku..."
"Untuk apa?" "Ong Bun-kim telah terkena pedang beracun Liu-yap-tok
- kiam, kecuali mata uang kematian tak ada cara lain yang
bisa menyelamatkan jiwanya lagi."
"Ia terkena tusukan pedang beracun Liu-yap-tokiam ?"
"Benar!" "Tidak, aku tak bisa menyerahkan mata uang kematian
tersebut kepada dirimu."
"Kui-jin suseng, aku matipun tiada mengapa" bentak
Ong Bun-kim penuh terpengaruh emosi, "tapi kau harus
memberitahukan kepadaku mengapa kau telah membunuh
ayahku!" "Tidak, aku tidak akan mengatakannya kepadamu!"
"Kalau kau tidak mengatakannya kembali, jangan
salahkan kalau aku hendak turun tangan untuk membunuh
dirimu!" bentak Ong Bun-kim. Selapis hawa membunuh
yang belum pernah terlihat sebelumnya telah menyelimuti
seluruh wajah Ong Bun kim, sambil menggenggam harpa
besinya selangkah demi selangkah ia maju ke dapan dan
mendekati kehadapan Kui jin suseng.
Mendadak. .... Ia membentak keras, kemudian tubuhnya menerjang ke
arah Kui jin suseng dan harpa besinya, secepat sambaran
kilat menyambar ke arah dada serta pinggang lawan.
Bersamaan dengan serangan yang dilancarkan Ong Bun
kim, Bunga iblis dari neraka membentak keras pula:
"Tahan!" Ia memutar tubuhnya dan menghadang di hadapan Ong
Bun kim. Dengan geram dan mendongkol si anak muda itu segera
membentak keras: "Mau apa kau?" "Kau tak boleh turun tangan lagi!"
Benar, ia memang tak boleh turun tangan lagi, sebab
kalau tidak sisa kehidupannya yang tinggal tiga-lima hari itu
mungkin akan musnah juga pada saat itu,
"Tidak, bagaimanapun jua aku harus membunuhnya
sampai mati!" bentak Ong Bu kim ketus.
"Serahkan saja orang itu kepadaku!"
"Tidak, aku harus membunuhnya dengan tanganku
sendiri...." Belum habis si anak muda itu berbicara, mendadak
bentakan dingin berkumandang memecahkan kesunyian,
secara tiba tiba Kui-jin suseng melancarkan sebuah
pukulan, kemudian tubuhnya berputar kencang dan
meluncur ke arah hutan. Tindakan Kui-jin suseng yang secara tiba-tiba kabur
meninggalkan gelanggang ini sama sekali berada di luar
dugaan semua orang, bahkan Ong Bun kim sendiripun
tertegun dan berdiri kaku di tempat.
"Hai, mau kabur ke mana kau?" serentak jago jago dari
enam perguruan besar itu membentak nyariog.
Puluhan sosok bayangan manusia, bagaikan anak panah
yang terlepas dari busurnya serentak meluncur ke depan
dan melakukan pengejaran secara ketat.
"Kau anggap bisa kabur dengan begitu saji?" Bunga iblis
dari neraka itu pula membentak nyaring.
Tubuhnya lantas melejit ke depan dan melakukan
pengejaran pula dengan kecepatan luar biasa.
"Enci Tan, kembali!" tiba tiba Ong Bun kim membentak
keras. Mendengar bentakan itu, mau tak mau Bunga iblis dari
neraka terpaksa harus menghentikan pengejarannya,
dengan rasa heran dan tidak habis mengerti ia berpaling
seraya bertanya; "Hei, kenapa kau memanggil aku?"
"Kembali!" Meskipun perasaannya tercengang dan pikirannya
bingung oleh tindak tanduk anak muda itu, toh Bunga iblis
dari neraka pelan-pelan berjalan kembali juga.
Dari tempat kejauhan sana secara lamat-lamat
kedengaran suara bentakan bentakan nyaring masih
menggelegar memecahkan keheningan.
Setibanya di hadapan Ong Bun kim, dengan rasa ingin
tahu Bunga iblis dari neraka bertanya:
"Kenapa kau tidak mengijinkan aku untuk menyusul
orang itu?" Ong Bun kim segera tertawa getir.
"Enci Tan, tak usah dikejar lagi, sebab pada hakekatnya
orang itu bukan Kui jin suseng. . ."
"Apa" Dia dia bukan Kui jin suseng?"
"Betul, dia bukan Kui jin suseng, melainkan seseorang
yang sedang mencatut namanya!"
"Dari . . . dari mana kau bisa tahu?"
"Lengan kiri Kui jin suseng sudah kutung, tak mungkin
tangan kirinya itu bisa dipergunakan lagi, tapi orang itu
melancarkan serangannya dengan tangan kiri, padahal hal
ini tak mungkin bisa terjadi . . . sebab itulah aku lantas
menyimpulkan bahwa dia adalah seseorang yang sedang
mencatut nama Kui jin suseng."
Bunga iblis dari neraka merasa amat terkejut sesudah
mendengar keterangan itu, untuk sesaat ia sampai berdiri
tertegun di tempat semula.
"Dan lagi, aku berani memastikan bahwa orang yang
telah mencatut nama Kuijin suseng itu adalah seorang
perempuan" kembali Ong Bun kim berkata, "sebab ketika


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melancarkan serangan tadi aku telah menjumpai jari-jari
tangannya yang kecil, ramping dan halus, sudah jelas jarijari
tangan seorang perempuan !"
"Kenapa orang itu akan mencatut nama gurumu untuk
melakukan perbuatan perbuatan demikian?"
"Entahlah, aku sendiripun merasa kurang jelas!"
berbicara sampai di sini Ong Bun kim menghela napas
panjang, kembali lanjutnya:
"Dia tak bakal menampakkan diri, selamanya tak akan
menampakkan diri lagi!"
Bunga iblis dari neraka merasakan hatinya bergetar
keras, sebab jika Kui jin suseng tidak berhasil ditemukan,
maka nyawa Ong Bum kim tak akan tertolong lagi, itu
berarti pengorbanan tubuhnya juga sia-sia belaka.
"Enci Tan" kembali Ong Bum kim bertanya
"sesungguhnya aku masih bisa hidup berapa hari lagi?"
"Paling sedikit tiga hari dan paling banyak lima hari !"
Mendengar itu pemuda tersebut tertawa getir.
"Kalau begitu, aku harus menyusun dulu sebuah rencana
jangka panjang " bisiknya.
"Rencana jangka panjang?"
"Yaa, rencana jangka panjang, aku bakal mati . . ini
merupakan suatu kenyataan yang tak dapat dibantah atau
disangkal, tiga hari akan lewat dalam sekejap mata, mau tak
mau aku harus memikirkan bagi masa-masa selanjutnya . .
." "Masa selanjutnya?"
"Ya masa selanjutnya! Enci Tan, percayakah kau bahwa
aku adalah seseorang yang sudah hampir mendekati
ajalnya?" "Kau tidak akan mati . . . ."
"Sekarang bukan masanya yang tepat untuk
mengucapkan segala macam kata-kata hiburan, enci Tan,
barsediakah kau untuk mengabulkan sebuah
permintaanku?" "Apa permintaanmu itu?"
"Kawinlah dengan aku!"
"Apa" Kawin dengan kau?"
Tiba-tiba sekujur badan Bunga iblis dari reraka gemetar
keras, perkataan itu benar-benar merupakan sebuah
perkataan yang sangat mengejutkan hatinya.
"Benar" jawab Ong Ban kim, "aku minta agar kau
bersedia kawin denganku, dalam tiga hari ini kita harus
menjadi suami istri yang paling baik dan bahagia, sebab tiga
hari kemudian aku bakal mati, walaupun bagimu peristiwa
iai merupakan suatu peristiwa yang tragis dan mengenaskan
hati, tapi setelah aku mati nanti, aku berharap aku bisa
mempunyai seorang anak yang bisa membalaskan dendam
bagiku, bersediakah kau enci Tan?"
Ucapan tersebut benar-benar menghancurkan perasaan
Bunga iblis dari neraka. Perkataan itu ibaratnya sebilah pedang tajam yang
mengoyak hati Bunga iblis dari neraka, kalau bisa dia ingin
menangis sepuas-puasnya, tapi dalam keadaan demikian ia
tak sanggup untuk menangis seperti apa yang diinginkan.
Ong Bunkim mana tahu kalau tubuhnya telah dijadikan
hadiah" Mana dia tahu kalau perawannya telah direnggut
oleh Hiat hay long cu demi bisa memperoleh empat biji
mata uang kematian guna menyelamatkan selembar
jiwanya" Ditatapnya wajah Bunga iblis dari neraka yang penuh
penderitaan dan siksaan itu, kemudian kembali bertanya:
"Enci Tan, bersediakah kau memenuhi keinginanku ini?"
"Aku . . . . " Bunga iblis dari neraka merasakim tenggorokannya
seperti tersumbat oleh sesuatu benda, tidak! tahan lagi ia
menangis tersedu-sedu, di tubruknya Ong Bun kim lalu
dipeluknya erat-erat, di sana ia melampiaskan seluruh rasa
sedihnya yang selama ini tertumpuk di dalam hati.....
Dengan penuh kasih sayang Ong Bun-kim membelai
rambutnya yang hitam - mulus, lalu bisiknya dengan
lembut: "Kenapa kau" Apakah kau tidak bersedia?"
"Aku . . . aku . . . bagaimana kalau aku memikirkannya
lebih dahulu ...?" Suara isak tangisnya sungguh memilukan hati, bagaikan
hujan gerimis air matanya jatuh bercucuran, Ong Bun kim
ikut bersedih hati dibuatnya.
Bunga iblis dari neraka tak ingin melukai perasaan Ong
Bun kim, maka ia harus mempertimbangkan dahulu
masalah ini, padahal persoalan itu sudah tak perlu
dipertimbangkan lagi, karena ia tak dapat menikah dengan
orang yang paling dicintainya ini.
Ia merasa tubuhnya sudah ternoda, selaput perawannya
telah dilalap oleh Hiat hay longcu, ia merasa tidak pantas
tubuhnya yang telah ternoda itu dipersembahkan untuk
kekasih hatinya. Ya, ia tak dapat berbuat demikian, apa yang bisa
dilakukan sekarang hanya mengulur waktu sedapat
mungkin. "Kalau begitu, mari kita tinggalkan tempat ini" bisik Ong
Bun kim. "Ke mana kita akan pergi?"
"Akan kucari suatu tempat yang baik agar kau bisa
mempertimbangkan persoalan ini sebaik-baiknya, aku akan
menantikan dirimu!" "Tidak!" "Enci Tan, kau ... kau menolak?"
"Aku . . . ." Ong Bun-kin segera menghela napas panjang.
"Aaaai... aku tak dapat memaksamu, walaupun kau
pernah mencintaiku, aku pun pernah kau selamatkan
jiwanya, tapi aku dapat merasakan bahwa banyak kesulitan
yang sedang kau hadapi, yaa ketika berpisah untuk pertama
kalinya dulu, bukankah kau telah pergi meninggalkan aku
....?" "Adik Ong ..." air matanya bercucuran semakin deras,
saking sedihnya ia sampai tak mampu berkata kata lagi.
"Terhadap dirimu, aku belum pernah bisa memahami"
kata Ong Bun kim lagi. "sudahlah, lebih baik kita berpisah
sampai di sini saja."
Selesai berkata ia lantas putar badan dan berlalu dari situ.
Ketika memutar tubuhnya itu, dua titik air matanya
jatuh berlinang membasahi pipinya, ia bukan merasa
sayang karena hidupnya sudah hampir berakhir, tapi ia
merasa terluka hatinya karena pinangannya ditolak mentahmentah
oleh orang. Dia adalah seorang pemuda yang cerdik, dari kepedihan
serta kemurungan yang mencekam wajah Bunga iblis dari
neraka, ia telah menemukan bahwa sesungguhnya ia tidak
benar-benar mencintainya.
Tapi pernahkah dia menduga bahwa Bunga iblis dari
neraka bersikap demikian karena ia sudah ternoda dan
merasa tak pantas untuk mempersembahkan tubuhnya yang
sudah tak perawan itu untuk kekasihnya"
Ketika pemuda itu memutar tubuhnya sambil melangkah
pergi, Bunga iblis dari neraka merasakan hatinya benarbenar
hancur lebur, teriaknya dengan amat pedih:
"Adik Ong, kau . . . kau tak dapat memahami hatiku,
aku . . . ." "Yaa, aku memang tak dapat memahami dirimu,
selanjutnya mungkin tiada kesempatan lagi bagiku untuk
berusaha memahami hatimu...."
Berbicara sampai di situ, ia melanjutkan kembali
langkahnya untuk berlalu meninggalkan tempat tersebut.
"Adik Ong!" kembali bunga iblis dari neraka berseru,
"kau.... tidak bersediakah kau untuk melakukan perjalanan
bersama-samaku ...?"
"Hal itu cuma akan menambah kesedihan dan kepedihan
dihati masing-masing, lebih baik kita berpisah sampai disini
saja." Belum habis perkataan dari Ong Bun-kim itu,
mendadak... Suara bentakan nyaring berkumandang memecahkan
kesunyian, Ong Bun kim merasa hatinya tergerak, dengan
cepat ia melompat ke depan dan memburu ke arah mana
berasalnya bentakan tadi.
Di situ kini hanya tertinggal Bunga iblis dari neraka yang
amat sedih dan merasa hatinya sudah tercabik cabik dan
hancur lebur tak karuan lagi.
Sementara itu Ong Bun kim telah memburu ke depan,
begitu tiba di tempat tujuan tampaklah jago-jago dari enam
partai besar sedang mengerubuti seorang perempuan
berkerudung dan terlibat dalam suatu pertarungan yang
amat seru. "Berhenti!" bentakan nyaring kembali menggelegar
memecahkan keheningan disekitar sana.
Bentakan itu keras sekali bagaikan guntur yang
membelah bumi disiang hari bolong, sedemikian kerasnya
sampai membuat telinga semua orang merasa mendengung
keras. -oo00dw00oo- BAB 25 DENGAN terkejut jago jago dari enam partai besar
segera menarik kembali serangannya dan pelan-pelan
mundur ke belakang..."
Mereka mencoba untuk menengok sekeliling tempat itu,
tapi suasana amat sepi dan hening, sesosok bayangan
manusiapun tidak tampak. Seorang pendeta tua yang berada dalam gelanggang
segera menegur dengan lantang.
"Siapa di situ?"
"Aku..." Bayangan manusia berkelebat lewat" dan tahu tahu lima
kaki di belakang mereka telah bertambah lagi dengan sosok
bayangan hitam. Semua orang merasa terperanjat dengan kemunculan
bayangan hitam itu, sementara Ong Bun kim yang
menjumpai kemunculan bayangan manusia itupun segera
mencorong sinar tajam dari matanya, dia awasi manusia
berbaju hitam itu tanpa berkedip.
"Sungguh besar amat nyalimu!" bentak bayangan hitam
tersebut dengan gusar, "tak kusangka kau berani mencatut
namaku untuk berbuat keonaran di tempat ini!"
Semua orang menjerit tertahan, sekarang mereka baru
tahu kalau bayangan hitam yang barusan muncul inilah Kui
jin suseng yang sesungguhnya.
Hawa membunuh yang tebal mulai menyelimuti wajah
Ong Bun kim yang masih juga menyembunyikan diri.
Jago-jago dari enam partai besar sama-sama berdiri
tertegun dengan wajah bingung, mereka tidak habis
mengerti apa gerangan yang sesungguhnya telah terjadi.
Mendadak .... Bayangan manusia berbaju hitam berkelebat lewat,
dengan suatu gerakan yang amat cepat Kui jin suseng
melompat ke hadapan perempuan berkerudung hitam itu,
lalu bentaknya keras-keras:
"Mengapa kau mencatut namaku?"
"Kau adalah Kui jin suseng?"
"Betul!" "Yang asli atau yang gadungan?"
"Kurangajar, kau cari mampus!"
Di tengah bentakan yang amat nyaring, Kui-jin suseng
melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke depan.
Dengan suatu gerakan yang lincah perempuan
berkerundung hitam itu melejit ke samping untuk
menghindarkan diri dari ancaman maut itu.
Pada saat yang bersamaan pula, pendeta tua yang
menjadi pemimpin rombongan jago-jago enam partai telah
maju sambil membentak: "Tahan, sesungguhnya siapa diantara kalian berdua yang
benar-benar adalah Kui jin suseng?"
"Aku!" Kui jin suseng segera menyahut. Perempuan
berkerudung hitam itu tertawa dingin.
"Kui - jin suseng, akhirnya aku berhasil menggunakan
namamu untuk memancing kemunculanmu . . . ." serunya
keras. "Kau..." Perempuan berkerudung hitam itu segera melepaskan
kain cadar yang menutupi wajahnya, ketika sinar mata
semua orang ditujukan ke arahnya, hampir saja mereka
menjerit kaget, termasuk juga Ong Bun kim diantaranya...
Ternyata perempuan berkerudung itu bukan lain adalah
Lan Siok ling....!" "He, apa maksudmu yang sebenarnya?" bentak Kui jin
suseng dengan geramnya. "Kui jin suseng, kau telah membunuh ayah dari
muridmu, sesungguhnya karena apa" Kenapa kau tak
berani berjumpa dengannya ...?"
Ong Bun kim tidak menyangka kalau tujuan Lan Siok
ling memancing kemunculan Kui jin suseng adalah lantaran
persoalan ini, kesemuanya itu membuat Ong Bun kim
merasa amat berterima kasih sekali.
Sebaliknya Kui jin suseng sendiri malah berdiri tertegun
dan untuk sesaat tak tahu apa yang musti dilakukan.
Pendeta tua yang berada di hadapannya segera bertanya
pula: "Betulkah kau adalah Kui jin suseng?"
"Betul!" "Lantas apakah enam jilid kitab pusaka dari enam partai
besar telah kau curi?"
"Benar!" "Aku harap kitab-kitab itu segera diserahkan kembali
kepada kami..." "Dalam setahun mendatang, aku Kui-jin suseng pasti
akan mengembalikannya kepada kalian...."
"Ketika pertama kali kau melarikan enam jilid kitab
pusaka dari enam partai besar, sesungguhnya dengan tujuan
apa?" "Tentang soal ini lebih baik tak usah taysu ketahui..."


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hari ini bila kau tidak serahkan kembali ke enam jilid
kitab pusaka itu kepada kami, jangan harap bisa tinggalkan
tempat ini dengan selamat..."
Begitu selesai berkata, sebuah pukulan dahsyat segera
dilontarkan ke depan. Ketika pendeta tua itu sudah bersiap-siap melancarkan
serangannya, secepat sambaran kilat Ong Bun kim
meluncur ke depan, kemudian bentaknya keras-keras:
"Tahan!" Bayangan manusia berkelebat lewat, dan tahu-tahu ia
sudah berdiri di hadapan Kui-jin suseng.
Kemunculan Ong Bun-kim yang sama sekali tidak
terduga itu sungguh mengejutkan hati Kui jin suseng, tanpa
disadari ia mundur beberapa langkah ke belakang.
"Kui-jin suseng!" Ong Bun-kim segera membentak
dengan suara keras, "akhirnya aku berhasil menjumpai
dirimu kembali, kenapa tidak kau lepaskan topeng yang kau
kenakan itu?" Seluruh badan Kui-jin suseng gemetar keras.
"Kui-jin suseng, benarkah kau telah membunuh ayahku?"
tanya anak muda itu lagi.
-oo0dw0oo-- Jilid 9 "BENAR!" Sambil menggigit bibir menahas rasa dendam nya, si
anak muda itu berseru lebih jauh: "Kenapa kau telah
membunuhnya" Hayo jawab!"
"Kau ingin tahu?"
"Benar!" "Serahkan dulu harpa besi itu kepadaku!"
"Untuk apa?" "Jika hari ini aku tidak mati, semua rahasia tersebut pasti
akan kuberitahukan kepadamu!"
"Kau..." "Serahkan harpa besi itu kepadaku!" Suara bentakannya
kali ini sangat keras, sangat berwibawa dan membuat
perasaan orang bergoncang keras.
Tanpa sadar Ong Bun-kim melangkah ke depan dan
mengangsurkan harpa besi itu kepada nya, Kui-jin suseng
segera menyambut harpa besi itu kemudian baru menyapu
sekejap wajah wajah para jago enam partai dengan sinar
mata mengerikan. "Kalian jangan terlalu memaksa orang, setelah berjanji
satu tahun, sampai waktunya enam jilid kitab pusaka itu
pasti akan kukembalikan kepada kalian semua, tapi bila
kalian memaksa untuk turun tangan lagi, hati hati kalau aku
sampai turun tangan membunuh kalian!"
Terkejut dan ngeri perasaan jago-jago enam partai itu
setelah mendengar perkataan tadi.
"Bun-kim, hayo kita pergi!" bentak Kui-jin suseng
kemudian. Begitu kata terakhir diucapkan, dengan suatu gerakan
cepat ia telah berkelebat meninggalkan tempat itu.
Ong Bun-kim segera menyusulnya dari belakang, ketika
jago-jago dari enam partai besar mencoba untuk
menyusulnya, tiga dentingan irama khim mencabut nyawa
menahan orang-orang itu untuk melanjutkan
pengejarannya. Dalam waktu singkat Kui-jin suseng serta Ong Bun-kim
sudah berada puluhan kaki jauh nya, menyusul kemudian
bayangan tubuh mereka lenyap dari pandangan mata . . .
Dalam waktu singkat Kui-jin suseng dan Ong Bun-kim
sudah berada setengah li dari tempat semula, dikala kedua
orang itu sedang melanjutkan perjalanan dengan cepat, tibatiba
serentetan suara tertawa dingin yang menyeramkan
berkumandang memecahkan keheningan.
Mendengar suara tersebut, Kui-jin suseng segera
menghentikan langkahnya dan berpaling ke arah mana
berasalnya suara itu. "Kui-jin suseng, akhirnya kita bertemu lagi!" suara
menyeramkan itu kembali ber kumandang.
Kui-jin suseng mendongakkan kepalanya dan tertawa
seram. "Haaaahh . . . haaahhh . . . haaaabbh . .. betul sobat, kita
memang telah berjumpa kembali, kenapa kau tidak
menampilkan diri untuk saling bertemu muka?"
Ong Bun-kim sama sekali tidak memahami apa gerangan
yang telah terjadi, tapi ia dapat menduga kalau orang-orang
itu pastilah musuh tangguh yang selama ini mengejar Kuijin
suseng. Tapi siapakah orang itu" Kenapa Kui-jin suseng
Pedang Golok Yang Menggetarkan 12 Senopati Pamungkas I Karya Arswendo Atmowiloto Pendekar Sakti 18
^