Pencarian

Setan Harpa 8

Setan Harpa Karya Khu Lung Bagian 8


kalau disatu pihak berusaha mengerahkan tenaga sesatnya
untuk memperkuat tenaga pengaruh ilmu Gi-sin tayhoatnya,
maka yang lain berusaha melakukan perlawanan
dengan mengerahkan segenap tenaga dalam yang
dipunyainya. Tak lama kemudian, dengan suara yang rendah dan
berat Yu leng lojin kembali berkata:
"Sobat, bukankah kau melihat suasana di tahun baru..
laki perempuan tua muda dengan pakaian yang berwarna
warni sedang berjalan disebuah jalan raya, bocah cilik
bermain petasan. yang tua bersalaman penuh- riang
gembira." "Tidak!" Setelah sepatah kata yang singkat suasana pulih kembali
dalam keheningan yang mencekam.
Ong Bun-kim tak berani menatap sepasang mata Yuleng-
lojin, sebab sorot matanya yang tajan dan mengerikan
itu cukup mendatangkan perasaan ngeri baginya.
Kurang lebih setengah perminum teh kemudian, suara
dari Yu leng lojin kembali berkumandang;
"Sobat, apakah kau melihat di sebuah jalan raya ada
seorang pengemis cilik?"
"Yaa...,. yaa.... aku melihatnya !" suara jawaban dari Tay
khek Cin kun kedengaran agak gemetar...
Mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim merasaaan
hatinya bergetar keras, hampir saja ia menjerit keras saking
kagetnya. Mimpipun ia tak menyangka kalau Tay khek Cinkun
ternyata tak tahan menerima pengaruh dari ilmu Gi-sin-tay
hoat lawan, bahkan sekarang sudah mulai menyaksikan
pemandangan khayalan yang diciptakan olehnya.
Kenyataan tersebut sungguh merupakan suatu peristiwa
yang sangat menggetarkan perasaan Ong Bun kim.
-oo0dw0oo-- Jilid 15 SEKULUM senyuman bmulai menghiasid wajah Yuleng
alojin yang kurubs kering...
senyuman itu kelihatan kaku, dingin dan mengerikan
"Dalam musim apakah waktu itu?" dengan suara berat
dan dalam kembali ia bertanya.
"Musim dingin!"
"Pakaian apa yang dikenakan pengemis cilik itu?"
"Baju biru, baju yang dekil dan berlubang, ia kedinginan
hingga tubuhnya menggigil !"
"Lihatkah kau waktu itu muncul tiga empat orang bocah
yang berbaju perlente sedang berjalan menghampirinya."
"Yaa, ya, aku melihatnya!"
"Mereka sedang mencemoohnya, mengejeknya"
"Yaa, benar!" "Lihatkah kau ada seorang bocah kecil berbaju hijau
mengambil sebutir batu dan menimpuk pengemis cilik itu?"
"Yaa, aku melihatnya."
"Menyusul kemudian, bocah-bocah yang lain mulai
menghajar tubuhnya secara bertubi-tubi?"
Sekujur badan Tay khek Cinkun gemetar semakin keras
wajahnya telah berubah menjadi pucat pias seperti mayat,
tampak sekujur badannya berputar lalu darah kental mulai
meleleh keluar membasahi ujung bibirnya.
"Yaa, aku melihatnya!" kembali ia menjawab dengan
suara gemetar. Jawaban tersebut hampir saja membuat Ong Bun kim
menjerit tertahan saking kagetnya.
Yu leng lojin mulai tertawa, tertawanya kelihatan seram
dan mendirikan bulu roma, kembali ia bertanya:
"Coba lihatlah mirip siapakah tampang pengemis cilik
itu?" "Mirip aku!" Tay khek Cinkun menjawab lirih.
"Oooh !" akhirnya Ong Bun kim tak kuasa menahan diri,
ia menjerit keras. Pada hakekatnya kejadian ini merupakan suatu peristiwa
yang sama sekali tidak masuk akal, mimpipun ia tak
menyangka kalau ilmu Gi sin tay-hoat bisa membuat orang
kehilangan kesadarannya dan terpengaruh oleh khayalankhayalan
yang di-diktekan orang lain
"Bukankah mereka sedang memukuli dirimu secara
keji?" kembali Yu leng lojin bertanya dengan suara dingin.
Sekujur badan Tay khek Cinkun bergetar keras beberapa
kali, akhirnya ia muntahkan kembali darah kental untuk
kedua kalinya, makin pucat raut wajahnya...
"Tidak, mereka rtelah pergi!" ttiba-tiba ia menqyahut.
"Apa?" Kali ini Yu leng lojin yang menjerit sekeras-kerasnya.
Dengan pandangan seram dan ngeri Ong Bun-kim
mengawasi mereka tanpa berkedip, ia saksikan paras muka
Yu leng lojin mulai berubah menjadi pucat pias, darah segar
mulai menyembur ke luar dari mulutnya.
Ong Bun kim semakin terkejut, ditatapnya kedua orang
itu dengan sepasang mata terbelalak lebar, tak terlukiskan
rasa kaget yang menyelimuti hatinya waktu itu.
Suara Yu leng lojin akhirnya berubah menjadi gemetar,
kembali ia berbisik: "Mereka sedang menganiaya dirimu mereka sedang
menghajar tubuhmu hingga babak belur..."
"Tidak, mereka mereka telah pergi..."
"Tak mungkin tak mungkin... mereka sedang
menganiaya dirimu.... mereka sedang menghajar
tubuhmu.." Teriakan Yu leng lojin kian lama kian bertambah keras,
kian lama kian bertambah kalap sehingga kedengaran
mengerikan sekali. "Tidak mereka benar-benar telah pergi!" kali ini Tay khek
Cinkun menjawab dengan tegas.
Suasana pulih kembali dalam keheningan yang luar
biasa, tak terdengar sedikit suara pun.
Hawa kematian serasa makin menyelimuti suasana
disekeliling tempat itu! meskipun Yu leng lojin melakukan
serangan terakhirnya dengan mengerahkan segenap
kekuatan yaag dimilikinya, akan tetapi Tay khek Cinkun
telah memberikan perlawanannya pula dengan gigih...
Setengah jam telah lewat dalam keheningan yang
mengerikan. Mendadak.... "Uuaak!" Tay khek Cinkun muntah darah segar,
tubuhnya yang besar roboh terjengkang keatas tanah.
Sebaliknya Yu leng lojin muntah pula darah kental,
sepasang matanya segera terpejam rapat-rapat.
Pertarungan gengsipun segera berakhir! Sambil berteriak
keras, Ong Bun kim segera menubruk ke arah Tay khek
Cinkun: "Locianpwe...?"
Darah kental masih meleleh keluar tiada henti nya dari
ujung bibir Tay khek Cinkun, agaknya cukup parah luka
dalam yang dideritanya ketika itu...
"Yu leng lojin!" dengan geramnya Ong Bun kim
membentak. "kau iblis keji yang tak berperasaan aku akan
beradu jiwa denganmu!"
Ditengah bentakan nyaring, sebuah pukulan dahsyat
langsung diayunkan ke tubuh Yu leng lojin.
Serangan Ong Bun kim yang dilancarkan dalam keadaan
marah ini telah disertakan Tenaga dalam yang luar biasa
hebatnya, kekuatan serangan tersebut ibaratnya gelombang
samudra yang menyapa tiba, dengan membawa desingan
tajam langsung menggulung ke tubuh Yu Ieng lojin.
Disaat yang kritis.... bentakan dingin mendadak bergema
membelah angkasa: "Bangsat, cari mati kau!"
Segulung angin pukulan berhawa dingin yang
mengerikan segera berhembus ke depan menyongsong
datangnya ancaman dari anak muda tersebut.
"Blaaang !" Ong Bun kim tak sanggup berdiri tegak,
termakan benturan keras tersebut, tubuhnya mundur sejauh
tujuh delapan langkah dari posisi semula.
Sesosok bayangan hitam bagaikan sesosok sukma
gentayangan tiba-tiba berkelebat lewat didepan mata dan
muncul di belakang tubuh Yu leng lojin....
Hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh
wajah Ong Bun kim, ketika ia hendak melepaskan pukulan
untuk kedua kalinya, tiba-tiba terdengar Tay khek Cinkun
membentak: "Tahan!" Ong-Bun-kim tercekat, ketika ia berpaling tampaklah Tay
khek Cinkun telah bangkit berdiri, sambil membesut noda
darah diujung bibirnya, ia berkata dengan dingin.
"Siu Buncu, ilmu Gi sin tay hoat yang kau miliki betulbetul
telah membuka lebar-lebar sepasang mataku, sungguh
mengagumkan! Sungguh mengagumkan !"
"Kesempurnaan tenaga dalammu jauh diluar dugaanku!"
sahut Yu leng lojin seram.
"Hmm, kini pertarungan telah berlangsung, aku rasa
menang kalahpun telah bisa ditentukan bukan?"
"Betul!" "Kalau begitu mari kita pergi!" kata Tay khek Cinkun
setelah melirik sekejap ke arah Ong Bun kim.
Tanpa membuang waktu lagi ia beranjak dan melangkah
keluar dari pintu ruangan.
Tapi pada saat Tay-khek Cinkun siap beranjak itulah dua
sosok bayangan hitam tiba-tiba menghadang jalan pergi
mereka.b Dengan wajah bderubah Taykhek aCinkun segera
mbembentak nyaring: Minggir kalian!" Salah satu dari kedua bayangan hitan itu mendengus
dingin, kemudian sahutnya:
"Setelah kalian memasuki pintu Yu-leng-bun, maka
jangan harap bisa keluar lagi dari Seng si kwan (batas antara
mati dan hidup) sobat! Tinggalkan dulu nyawa kalian!"
Paras muka Tay khek Cinkun kembali berubah hebat,
perubahan yang terjadi diluar dugaan ini sungguh membuat
hati mereka berdua merasa terperanjat sekali.
Sekalipun ia memiliki kepandaian silat yang amat lihay,
akan tetapi dengan luka yang di deritanya sekarang, jelas
mustahil baginya untuk bertarung melawan orang lain,
betul masih ada Ong Bun-kim disitu, namun tenaga dalam
yang dimiliki anak muda itu masih belum cukup untuk
menandingi dua kekuatan orang musuhnya.
Maka setelah wajahnya berubah hebat, Tay khek Cinkun
menghimpun kembali segenap sisa kekuatan yang
dimilikinya siap untuk melangsungkan pertarungan terakhir
Sementara dimulut diapun menegur dengan sinis:
"Buncu, beginilah caramu menetapi janji."
Yu-leng lojin tidak menjawab, dia hanya mendongakkan
kepalanya dan tertawa seram. Tak terlukiskan rasa gusar
Ong Bunkim, segera bentaknya dengan penuh kemarahan:
"Bangsat, rupanya kaucari mampus."
Dengan kobaran hawa amarahnya yang berkobar-kobar,
Ong Bun-kim melejit ke udara dan menerjang ke arah dua
sosok bayangan hitam itu, sebuah pukulan dahayat segera
dilepaskan. Baru saja serangan dari si anak muda itu meluncur ke
depan, bayangan hitam berputar kencang, dua gulung telaga
pukulan yang maha dahsyat segera meluncur ke udara dan
balas menerjang ke arah Ong Bun kim.
Dalam keadaan demikian, terpaksa Tay-khek Cinkun
harus melepaskan pula pukulan satu-satunya yang masih
sanggup ia lancarkan itu.
"Tahan!" mendadak Yu leng lojin membentak dengan
suara yang keras dan menggelegar.
Bayangan hitam berkelebat lewat, tahu-tahu ke dua
orang manusia msterius itu sudah melayang mundur dari
tempat itu. Tay khek Cinkun dan Ong Bun kim pan bersama sama
menarik kembali serangannya sambil mundur kebelakang.
"Pengawal kiri kanan!" Y u leng lojin kembali
membentak. "Siap" "Jangan kalian susahkan sahababt-sahabatku itud,
selamanya akua paling memeganbg janji, maka biarkanlah
kedua orang itu pergi meninggalkan tempat ini."
"Baik!" Selesai menyahut, kedua orang itu berkelebat kembali ke
samping untuk memberi jalan lewat.
"Siau Buncu" kata Tay khek Cinkun kemudian sambil
tertawa dingin, budi kebaikanmu ini pasti akan kubalas di
kemudian hari!" Sehabis berkata ia memutar badan dan berlalu dari sini.
Sepeninggal Tay khek Cinkun dan Ong Bon-kim,
pengawal kanan mendadak berbisik:
"Buncu...." "Tak usah kuatir, mereka pasti akan kem bali lagi."
Ucapan tersebut diutarakan dengan penuh keyakinan,
tapi atas dasar apakah, ia percaya kalau Tay khek Cinkun
dan Ong bun kim bakal kembali lagi ke situ"
Dalam pada itu Tay khek Cinkun dan Ong Bun kim
telah berjalan keluar dari Yu leng bun dan tiba di istana
bagian tengah, sementara itu wakil ketua dari perguruan
Yu-leng bun serta sekalian anggota perguruannya masih
belum pergi meninggalkan tempat itu.
Ketika Wakil Buncu sekalian menyaksikan kemunculan
kedua orang itu kembali dalam keadaan hidup, paras
mukanya segera berubah hebat.
"Engkau hendak pergi?" tegur Hu buncu kemudian
sambil menatap Tay-khek Cinkun tajam-tajam.
"Benar." jawaban Tay khek Cinkun hanya singkat sekali,
lalu sinar matanya yang tajam itu dialihkan ke atas wajah
Dewi mawar merah. "Dewi mawar merah!" bentaknya kemudian dengan
suara dingin, "hayo ikut kami tinggalkan tempat ini!"
"Kenapa?" tanya Dewi mawar merah dengan wajah
berubah. "Soal ini tanyakan saja kepada Yu leng lojin!" Belum


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

habis perkataan dari Tay Khek Cinkun tersebut, suara dari
Yu leng lojin telah berkumandang di ruangan:
"Yap tongcu!" "Tecu ada disini!"
"Pergilah bersama mereka, mulai sekarang kau adalah
milik mereka." Air muki Dewi mawar merah segera berubah hebat
sekali, jeritnya keras-keras:
"Buncu, kau jangan biarkan aku pergi bersama mereka,
aku tak mau mengikuti mereka, aku ingin bersamamu....
aku ingin bersamamu menolong mereka yang sengsara... oh
Buncu biarkanlah aku berada disini."r
Jeritan-jeritatnnya itu ternyaqta berubah menjradi isak
tangis yang memedihkan hati.
Keadaan semacam ini sungguh mengejutkan siapa pun
juga, dari sini pula dapat dibuktikan bahwa daya pengaruh
dari Yu leng lojin memang benar-benar mengejutkan hati
orang. Suara dingin dari Yu leng lojin kembali berkumandang
tiba: "Pergi, Pergilah mengikuti mereka, jika kau dapat
menampilkan diri secara baik, di kemudian hari mungkin
aku masih bisa menerimamu kembali, tapi kalau kau tak
mau pergi maka selama hidup jangan harap bisa kembali
lagi ke perguruan kita mengerti?"
"Mengerti!" "Nah, pergilah kau begitu!"
"Baik!" Tercekat juga perasaan Tay-khek Cinkun setelah
mengikuti berlangsungnya adegan tersebut, pikirnya:
"Iblis sakti dari kutub utara betul-betul tak malu disebut
sebagai iblisnya iblis, manusia sesatnya manusia sesat lain."
Berpikir-demikian, iapun berkata kepada Ong Bun-kim.
"Hayo kita berangkat!"
Ong Bun-kim manggut-manggut, kepada Dewi mawar
merah segera bentaknya: "Hayo jalan, ikut kami pergi meninggalkan tempat ini!"
Dengan wajah yang sedih dan memelas Dewi mawar
merah berjaIan mengikuti dibelakang Tay-khek Cinkun,
sementara Ong Bun kim berjalan dipaling belakang sendiri.
Dalam perjalanan keluar dari gua, ternyata sepanjang
jalan mereka tidak menjumpai hadangan apapun.
Setelah keluar dari gua, Tay-khek Cinkun melejit
keudara dan meluncur ke depan dengan kecepatan luar
biasa dalam waktu singkat ia telah berada puluhan kaki
jauh nya dari tempat semula, akhirnya berhenti dalam
sebuah hutan. Dengan tatapan dingin ia melirik sekejap ke arah Dewi
mawar merah, kemudian sambil duduk katanya:
"Ong Bun-kim, bila aku telah selesai menyembuhkan
lukaku nanti, kita baru menyusun rencana berikutnya!"
"Baik!" Tay khek Cinkun segera memejamkan matanya untuk
mengatur pernapasan, tapi sesaat kemudian tiba-tiba
menjerit kaget, paras mukanya berubah hebat dan peluh
mulai bercucuran membasahi jidatnya.
Ong Bun kim ikut terperanjat oleh jeritan kaget Tay im
Cinkun tersebut, dengan mata terbelalak dan mulut
melongo serunya: "Locianpwe, kenapa kau?" Tay khek-Cinkun tertawa
getir, sahutnya. "Kita semua sudah terkena sergapan kejinya, kita berdua
sudah termakan olen racun gilanya yang tak berwujud dan
berbahaya. "Haaahhh !" Ong Bun kim menjerit tertahan.
"Kalau tidak percaya, cobalah sendiri..."
Ong Bun kim segera duduk bersila sambil mengatur
pernapasannya, tapi begitu hawa murninya dihimpun, ia
segera merasakan ada segulung hawa dingin yang luar biasa
muncul dari pusarnya dan terus naik ke atas....
membekukan sekujur tubuhnya dan membuyarkan tenaga
dalam yang dimilikinya, halmana tentu saja amat
mengejutkan hati. "Lebih baik pulang dan menjumpai Bun-cu kami!" sela
Dewi mawar merah dengan suara menyeramkan, "kecuali
dia seorang, didunia dewasa ini tiada seorang pun yang bisa
menolong kalian, kalau tidak maka sekujur tubuh kalian
akan merasakan kesakitan yang luar biasa, kemudian akan
semakin bertambah sakitnya, hingga kemudian menjadi
gila..." Paras muka Ong Bun kim berubah hebat.
"Dewi mawar merah, kubunuh dirimu lebih dulu!"
bentaknya. Diiringi bentakan keras, tiba-tiba saja ia menubruk ke
arah Dewi mawar merah dan melepaskan sebuah pukulan
dahsyat. Akan tetapi sebelum serangan tersebut mencapai
sasarannya, tiba-tiba si anak muda itu menjerit kesakitan,
lalu tubuhnya yang berada di udara jatuh ke bawah dan
terguling-guling. Tampak sekujur tubuh anak muda itu gemetar keras,
dengan suara yang memilukan ia mengeluh:
"Oooh.s.... sakit.. oooh sakit sekali..."
Tay khek Cinkun menjadi amat terperanjat, segera
jeritnya. "Ong Bun kim, kenapa kau" Aduh..."
Belum habis ucapannya itu, seperti juga Ong Bun kim,
tiba-tiba ia menjerit kesakitan dengan tubuh menggigil
keras, mereka berguling-guling diatas tanah seakan-akan
sekujur tubuh mereka sudah ditembusi oleh beribu-ribu
batang pisau belati, keadaan sungguh mengerikan sekali...
Tiba-tiba... selapis bawa pembbunuhan yang
mendgerikan menyeliamuti wajah Dewib mawar merah
yang cantik itu, kemudian dengan muka menyeringai seram
pelan pelan telapak tangan kanannya diangkat ke udara,
dan selangkah demi selangkah dihampirinya Tay khek
Cinkun serta Ong Bun kim yang masih bergulingan ditanah
penuh kesakitan itu 0000OdwO0000 BAB 46 PADAHAL keadaan Tay khek Cinkun dan Ong Ban
kim ketika itu sangat payah, pada hakekatnya mereka sudah
tak bertenaga lagi untuk melancarkan serangan.
Dalam menghadapi Dewi mawar merah yang secara
tiba-tiba berubah menjadi seorang pembunuh keji ini,
kecuali pasrah memang tiada jalan lagi bagi kedua orang itu
untuk menghindarkan diri.
Bisa dibayangkan, seandainya pukulan itu keburu
dilancarkan, bagaimana mungkin Tay khek Cin kun dan
Ong Bun kim bisa menyelamatkan jiwanya dari kematian"
Sementara itu hawa napsu membunuh yang menyelimuti
wajah Dewi mawar merah kian lama kian bertambah tebal.
Sambil tertawa dingin, ia bergumam.
"Daripada dibiarkan hidup lama-lama, lebih baik
sekarang juga kukirim kalian berdua untuk pulang ke alam
baka!" Sebuah pukulan yang maha dahsyat segera dilepaskan
kearah tubuh Ong Bun kim.
Serangan tersebut akhirnya dilepaskan juga bahkan
dilancarkan secara keji, dengan tenaga pukulannya yang
sebesar sepuluh bagian itu apa yang terjadi bila Ong Bunkim
terhajar telak" Untunglah disaat yang amat kritis ini, sebuah bentakan
nyaring berkumandang memecahkan keheningan...
"Tahan!" Menyusul bentakan tersebut, sesosok bayangan manusia
secepat sambaran kilat meluncur masuk ke dalam
gelanggang. Oleh bentakan yang menggelegar itu tanpa sadar Dewi
mawar merah menarik kembali hawa serangannya yang
dilancarkan kearah Ong Bun-kim itu dan melompat
mundur dari situ. Sesudah mundur beberapa langkah, ia mendongakkan
kepalanya Seorang perempuan berbaju hitam yang anggun
tahu-tahu sudah berdiri tegak dihadapan mukanya.
Dengan wajah berubah hebat ia menatap perempuan itu
lekat-lekat, kata "Suhu" hampir saja meluncur keluar dari
mulutnya. Ternyata perempuan yang baru sbaja muncul kan ddiri
itu bukan alain adalah Hiabn ih-lihiap (pendekar perguruan
berbaju hitam). Dengan wajah tercengang, heran dan sangsi Hian-ih
lihiap memperhatikan sekejap keadaan Ong Bun-kim dan
Tay khek Cinkun yang bergulingan diatas tanah itu lalu
dengan perasaan terperanjat tegurnya:
"Soh cu! Kau sudah edan?"
Air muka Dewi mawar merah berubah hebat, lalu
jawabnya ketus; "Aku belum edan!"
"Kau hendak membinasakan kedua orang itu."
Jelas Hian-ih lihiap masih belum tahu kalau Yap Soh-cu
yang dididik dan dipeliha ranya selama puluhan tahun
bagaikan anak sendiri ini telah terpengaruh oleh ilmu Yuleng
lojin sehingga telah berubah menjadi seorang
perempuan yang lain. "Betul!" jawab Yap Soh cu dengan dingin.
"Kenapa kau hendak membunuh mereka?"
"Daripada membiarkan mereka hidup dengan
menanggung derita, lebih baik dibunuh saja biar beres."
"Ngaco belo!" "Ngaco belo apa"!"
"Kita sebagai orang-orang kalangan pendekar harus
turun tangan menolong orang yang menderita, menolong
bukan harus dilakukan dengan cara memusnahkannya,
mengerti?" "Tapi aku harus membunuh mereka!"
"Kenapa?" Dengan wajan berubah menjadi seram dan mengerikan,
Dewi mawar merah tertawa dingin tiada hentinya.
"Heehhh....heeeh... heeehh bukan saja aku hendak
membunuh mereka, akupun hendak membunuh kau!"
"Apa?" Hampir saja Hian ih lihiap tidak percaya dengan
pendengaran sendiri, dengan terkejut ia berseru tertahan
lalu mundur tiga empat langkah dengan sempoyongan,
ditatapnya Dewi mawar merah dengan mata terbelalak
lebar. Hawa napsu membunuh kembali menyelimuti wajah
Dewi mawar merah, ujarnya lagi:
"Akupun hendak membinasakan dirimu."
"Kau... kau...." Hian ih lihiap dibikin terkesiap oleh
kejadian yang sama sekali diluar dugaannya ini, sehingga
urntuk sesaat lamtanya tak sangguqp mengucapkan
srepatah katapun. "Aku bilang, aku hendak membunuh kau!", seru Dewi
mawar merah lagi dengan nada menyeramkan.
"Kau... kau sudah gila?"
"Tidak! Sedikitpun aku tidak gila!"
"Lantas, kau...."
"Kenapa aku hendak membunuhmu bukan?" sela Dewi
mawar merah dengan suara yang sinis.
Hian ih lihiap betul-betul merasakan batinnya terpukul,
dengan perasaan sedih dan penuh penderitaan, serunya
dengan suara gemetar: "Benar!" "Terus terang kukatakan kepadamu, suamimu-lah
pembunuh keji yang telah membunuh ayah ibuku!"
"Apa.....?" sekali lagi Hian ih lihiap menjerit sekeraskerasnya.
"Buat apa kau musti terkejut" Suamimu adalah
pembunuh yang telah membinasakan ayahku dan ibuku,
karena ia tak tega membunuh aku maka aku dirawanya
pulang ke-rumah." "Dari mana kau mendengar semua berita tersebut?"
"Aku dapat melihatnya dari tengah ilmu Gi sin-tay-hoat
yang dilakukan khusus oleh Yu-leng lojin bagiku!"
"Kau bilang Yu-leng lojin?"
"Benar, dia adalah Buncu ku sekarang, aku telah masuk
menjadi anggota perguruan Yu-leng bun."
Kontan saja Hian-ih-lihiap merasakan kepalanya seakanakan
dipukul dengan martil yang berat sekali, matanya
menjadi berkunang-kunang, kepalanya menjadi pusing,
dada sesak dan wajah berubah menjadi pucat pias seperti
mayat, dengan sempoyongan ia mundur ke belakang dan
hampir saja roboh terjengkang ke tanah.
Peristiwa ini sungguh berada diluar dugaannya dan amat
menggetarkan seluruh perasaan Hian ih liap, Yaa!
Bagaimanapun juga, peristiwa ini baginya merupakan suatu
peristiwa yang betul-betul menakutkan sekali.
Dengan suara gemetar diapun bertanya kembali:
"Jadi kau benar-benar sudah masuk menjadi anggota
perkumpulan Yu-leng bun?"
"Benar?" "Kau". " saking gemetarnya menahan luapan emosi,
Hian ih lihiap tak sanggup melanjutkan kembali katakatanya.
"Terus terang kuberitahukan kepadamu, setelah
suamimu membunuh ayahku, ia telah memperkosa pula
ibuku kemudian Buncu kami membalaskan dendam bagiku
dengan membunuh suamimu serta seluruh anggota
perguruannya." "Omong kosong!"
"Tidak! Sama sekali tidak omong kosong, aku berbicara
sesungguhnya" "Aku ingin bertanya, antara suamiku dengan ayah ibumu
sebenarnya mempunyai dendam sakit hati apa?"
"Sama sekali tak ada."
"Kalau menuang tak ada, kenapa ia dapat membunuh
ayah ibumu?" "Sebab suamimu terpikat oleh kecantikan ibuku, maka
timbul niat jahatnya untuk membunuh ayahku serta
menodai ibuku" "Hal ini tak mungkin bisa terjadi." bentak Hian ih lihiap


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan gusarnya. "Siapa bilang tak mungkin" Jelas mungkin sekali."
"Sekarang Yu leng lojin berada dimana?" bentak Hian ih
lihiap amat geram. "Mau apa kau?" "Ia telah mengirim orang membunuh suamiku
membantai anggota perguruanku, dan sekarang dengan
menggunakan ilmu sesat..."
"Tutup mulut!" bentak Dewi mawar merah. "dia adalah
orang baik, kularang kau menghina dan mencemooh
dirinya." "Yap Soh cu!" bentak Hian ih lihiap "Perduli ucapanmu
itu merupakan kenyataan atau bukan, yang jelas terhadap
dirimu aku tak pernah memperlakukannya secara jelek, tak
pernah merugikan kau!"
"Yaa tentu saja karena kau punya tujuan!"
"Apa tujuanku?"
"Takut dikemudian hari aku membunuh dirimu!"
"Ucapan mu itu sama sekali tidak beralasan!"
Dewi mawar merah tertawa dingin tiada hentinya.
"Perduli beralasan atau tidak pokoknya aku hendak
membunuh kau!" "Kau berani?" bentak Hian ih lihiap dengan geramnya.
"Kenapa tak berani" Sambutlah seranganku ini."
Ditengah bentakan yang amat nyaring, Dewi mawar merah
menerjang maju kedepan, kemudian sebuah pukulan
dahsyat dilancarkan ke arah Hian ih lihiap.
Gadis itu benar-benat melepaskban serangan yandg
dahsyat dan maematikan orang.b
Semua kesadaran dan tabiat sesungguhnya telah
dipunahkan oleh pengaruh hipnotis, yang masih tersisa
dalam benaknya saat ini adalah kebiasaan dan kejahatan
yang dipengaruhi hawa sesat.
Hian ih lihiap sama sekali tidak tahu kalau muridnya
telah terpengaruh oleh ilmu hipnotis yang jahat, maka
ketika dilihatnya Dewi mawar merah benar-benar
melancarkan serangan mematikan ke arahnya, dengan
penuh kegusaran dia membentak:
"Yap Soh cu, kau bsraai menyerang aku ?"
Ditengah bentakan nyaring, ia lepaskan pula sebuah
pukulan untuk membendung datangnya ancaman tersebut.
Bayangan manusia saling berputar, dalam waktu singkat
kedua belah pihak telah melancarkan tiga buah serangan.
Sudah barang tentu ilmu silat yang dimiliki Dewi mawar
merah bukan tandingan dari Hian-ih lihiap, selewatnya tiga
gerakan tersebut, ia kena terdesak hingga mundur sejauh
satu kaki lebih dari posisinya semula.
"Yap Soh-cu!" kembali Hian-ih lihiap membentak, "jika
kau berani turun tangan lagi, jangan salahkan kalau aku
benar-benar akan membunuhmu"
"Kalau berani, bunuh saja diriku ini!" bentak Dewi
mawar merah setengah kalap.
Ditengah jeritan keras yang memekikkan teIinga,
kembali ia menubruk kedepan dan secara beruntun
melancarkan tiga buah serangan tersebut.
Habis sudah kesadaran Hian ih lihiap menghadapi
tingkah laku muridnya, ditengah bentakan keras, telapak
tangan kanannya dibabat keluar melepaskan dua buah
serangan kilat yang disertai dengan tenaga pukulan dahsyat.
Yu leng lojin telah menciptakan suatu tragedi yang
memilukan hati bagi kedua orang itu.... yaa, akibat dari
ulahnya, murid dan guru telah terlibat sendiri dalam suatu
pertarungan yang mempengaruhi mati hidup kedua belah
pihak. Dikala guru dan murid sedang terlibat dalam
pertarungan yang sengit inilah, Tay-khek Cinkun serta Ong
Bun kim tersadar kembal dari pederitaannya.
Mereka menghentikan gerakan tubuhnya yang
bergelindingan di tanah, bagaikan orang yang baru sembuh
dari penyakit parah, kedua orang itu berbaring ditanah
dengan lemas seperti tak bertenaga.
Tapi suara pertarungan antara Hian-ih lihiap dengan
Dewi mawar merah dengan cepat menyadarkan kembali
Ong Bun-kim, cepat cepat dia bangun berduaduk dan
alihkanb sorot matanya ke tengah arena.
Berubahlah wajahnya setelah mengetahui siapa yang
terlibat dalam pertarungan itu.
Serta merta itu pula Tay Khek Cinkun telah duduk pula
sambil menonton jalannya pertarungan, tiba-tiba ia
bertanya: "Ong Bun-kim, siapakah perempuan yang sedang
bertarung melawati Dewi mawar merah itu?"
"Suhunya !" "Apa" Dia adalah gurunya Dewi mawar merah?"
"Benar, dia pula nyonya pangcu dari perkumpulan Huiyan-
pang?" "Waaah, hal ini mana boleh jadi !"
Belum habis ucapan dari Tay-khek Cinkun tersebut,
bentakan keras yang diiringi dengusan tertahan telah
berkumandang memecahkan keheningan, menyusul
kemudian tubuh Dewi mawar merah mencelat ke belakang
dan roboh terjengkang ke atas tanah.
"Kubunuh kau perempuan sialan yang tak tahu budi!"
bentak Hian ih lihiap lagi.
Sambil menerjang maju ke depan, sebuah pukulan
dahsyat segera dilontarkan ke tubuh gadis itu.
"Locianpwe, tahan!" tiba-tiba Ong Bun kim membentak
keras. Oleh bentakan Ong Bun kim yang keras i tu, serta merta
Hian ih lihiap menarik kembali serangannya sambil mundur
ke belakang, ketika berpaling ke arah anak muda tersebut,
tampak sekali wajahnya diliputi oleh luapan emosi.
Pelan-pelan Ong Bun-kim bangun berdiri, setelah
memandang sekejap ke arah Dewi mawar merah yang
tergeletak di tanah, ujarnya dengan nada sedih:
"Locianpwe, jangan kau bunuh dirinya!"
"Kenapa?" "Sebab ia sudah terkena pengaruh ilmu sesat!"
"Ia benar-benar sudah menggabungkan diri dengan
perguruan Yu-leng bun ?" tanya Hian ih lihiap.
"Benar !" "Yaa ampun !" sambil menjerit keras, titik air mata jatuh
bercucuran membasahi pipi perempuan itu.
"Hujin tak perlu bersedih hati" hibur Tay khek Cinkun
dengan cepat, "sebab semua perbuatannya dilakukan tanpa
sadar, ia sudah terpengaruh oleh ilmu sesat yang bisa
menghilangkan kresadaran orang!t"
Hian ih Iihiaqp berpaling ke rOng Bun kim, kemudian
katanya. "Cianpwe ini adalah.. ?"
"Dia adalah Tay khek Cinkun!" Dengan terkejut Hian ih
lihiap lantas berseru: "Oooh ! Kiranya adalah locianpwe, terimalah salam dari
Ong Sian bi!" "Hujin tak perlu banyak adat!"
"Benarkah ia terpengaruh oleh ilmu sesat dari Yu leng
lojin?" tanya Hian ih lihiap kemudian.
"Benar." "Tak heran kalau dia hendak membunuh kalian berdua!"
"Apa?" Ong Bun kim dan Tay khek Cinkun menjerit
tertahan. Hian ih lihiap menghela napas panjang, diapun
membeberkan peristiwa yang telah dilihatnya barusan
kepada kedua orang itu, sudah barang tentu Ong Bun kim
berdua merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri
mengingat baru saja mereka lolos dari lubang jarum.
Coba kalau Hian ih lihiap tidak muncul tepat pada
saatnya, bukankah jiwa mereka berdua telah melayang
tinggalkan raga untuk melaporkan diri kepada Raja akhirat"
"Aaah sungguh suatu peristiwa yang mengerikan hati!"
gumam Tay kbek Cinkun kemudian.
"Apakah kalianpun sudah terkena tangan jahat dari Yu
leng lojin?" tanya hian ih lihiap.
"Benar!" jawab Tay khek Cinkun, kemudian sambil
berpaling kearah Ong Bun kim, ujarnya kembali, "sebelum
memasuki Yu leng bun tadi, aku telah menduga kalau Yu
leng lojin bakal mempergunakan racun untuk mencelakai
kita, sebab itu-lah Kuanjurkan kepadamu untuk minum
sebutir pil anti racun"
"Yaa memang begitulah!"
"Aaay ! Tapi tidak kusangka sama sekali kalau racun tak
berujud dari Yuleng lojin ternyata sedemikian lihaynya
sehingga kemanjuran pil anti racunnya tak berdaya sama
sekali" Saking gemas dan mendendamnya, Ong Bun kim
menggertak giginya keras-keras.
Mendadak Dewi mawar merah yang tergeletak ditepi
arena berteriak keras: "Hian-ih lihiap, kalau kau punya kepandaian, hayo
bunuhlah aku." "Kalau anggap aku tak berani membinasakan dirimu?"
bentak Hian-ih lihiap dengan wajah berubah.
"Kalau memang berani, kenapa tidak segera turun
tangan?" Saking gusarnya sekujur badan Hian-ih li hian gemetar
keras, tapi sebelum pertarungan itu bertindak sesuatu, Ong
Bun-kim telah menerjang lebih dulu sambil membentak.
"Dewi mawar merah, kau ingin mampus?"
Didalam gusarnya ia telah cengkeram tubuh Dewi
mawar merah dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Ong Bun-kim, lepaskan dia!" Tay-khek cin kun segera
membentak. Ketika kena dibentak, serta merta Ong Bun kim
menurunkan kembali gadis itu keatas tanah.
"Dewi mawar merah!" ujar Tay khek Cinkun kemudian
dengan suara dingin, "bukankah kau amat menyanjung Yu
leng lojin?" "Benar!" "Kau berani tidak melanggar ucapannya?"
"Tidak!" "Nah, bukankah dia telah menyerahkan kau kepada
kami" Memangnya kau berani membangkang
perkataannya?" "Tidak berani!"
"Kalau memang demikian, maka kau harus
mendengarkan semua perkataan kami, kalau tidak maka
perbuatanmu itu sama artinya dengan bersikap tidak
hormat terhadap Yu leng lojin!"
0000OdwO0000 BAB 47 DENGAN sendiri Dewi mawar merah menundukkan
kepalanya dari tidak berbicara lagi, sementara sinar
matanya yang dialihkan kearah Hian ih lihiap masih tetap
memancarkan hawa napsu membunuh yang amat tebal,
membuat siapapun yang melihatnya merasa hatinya
tercekat. Tiba-tiba Hian ih lihiap bertanya.
"Dimanakah letak Yu leng bun?"
Ong Bun-kim menggigil keras, serunya tanpa sadar:
"Mau apa kau?" "Hendak kujumpai dirinya"
Dewi mawar merah segera menuding ke depan sambil
berkata: "Itu dia, didalam gua ditempat kejauhan sana"
Hian ih lihiap memandang sekejap ketempat kejauhan
sana, setelah itu dengan hawa napsu membunuh
menyelimuti wajahnya ia berkata:
"Aku hendak membunuhnya?"
Selesai berkata ia lantas menggerakkan tubuhnya dan
meluncur kearah gua itu dengan kecepatan tinggi.
Terkesiap Ong Bun kim menyaksikan tindakan
perempuan itu. "Berhenti!" Tay kbek Cinkun segera membentak.
Ditengah bentakan tersebut, dengan mengerahkan
segenap sisa kekuatan yang dimilikinya ia melompat
kemuka dan menghadang jalan pergi Hian ih li hiap.
"Mau apa kau?" Hian ih lihiap segera berseru dengan
kaget. "Mau apa pula kau?" Tay khek Cinkun balik bertanya.
"Aku hendak menjumpai Yu leng lojin untuk membalas
dendam!" "Hujin aku harap sebelum kau laksanakan hal tersebut,
pikirkan dulu tiga kali, camkan dulu bahwa perbuatanmu
itu lebih banyak resikonya dari pada keberuntungan."
"Aah, tidak perlu dipikirkan lagi!"
"Ketahuilah hujin, ilmu silatmu masih jauh ketinggalan
bila dibandingkan dengan kepandaiannya kau masih bukan
tandingan bajingan tua tersebut!"
"Tentang soal ini sudah kupikirkan masak-masak, harap
kau tak usah menguatirkan diriku!"
Tay khek Cinkun segera menghela napas panjang,
katanya kembali: "Hujin, bukannya aku sengaja menyombongkan diri,
dengan mengandalkan tenaga dalam yang kumilikipun
masih terkena racun gila tak berwujud Bu heng hong bong
ci tok, apalagi kau" Bagaimana seandainya kau berubah
menjadi seperti Dewi mawar merah setelah berjumpa
dengannya nanti?" Paras muka Hian ih lihiap segera berubah hebat.
Tay khek Cinkun berkata lebih jauh.
"Bukan saja dendam sakit hatimu tak terlampiaskan,
bahkan kau malahan akan dipergunakan olehnya."
"Jadi, kau menyarankan aku jangan membalas dendam?"
"Aku tidak bermaksud demikian, aku hanya
mengingatkan kepadamu agar janganlah disebabkan suatu
masalah yang kecil mengakibatkan masalah besar menjadi
terbengkalai, dengan mengandalkan emosi dan keberanian
saja masih belum cukup untuk mengatasi persoalan, malah
bisa jadi akan berakibat fatal!"
"Lantas bagaimanakah aku musti bertindak menurut


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pendapatmu?" "Seharusnya kau menyusun rencana jangka panjang
lebih dahulu, setelah rencana matang barulah mulai
bertindak" "Aaai....kalau begitu biar kupertimbangkan kembali
nasehatmu itu." "Yaa, memang lebih baik hujin berpikir tiga kali dulu
sebelum bertindak!" Dengan mulut membungkam, perdekar baju hitam
termenung dan berpikir beberapa waktu lamanya.
Sementara waktu, Ong Bun kim yang membungkam
selama ini tiba-tiba berpaling ke arah Dewi mawar merah
sambil menegur: "Dewi mawar merah, aku ingin bertanya kepadamu..."
"Katakanlah!" "Siapa yang mampu memunahkan pengaruh racun giia
tak berwujud ini...?"
"Yu-leng lojin!"
"Kecuali dia?" "Didunia ini tak akan kau jumpai orang kedua!"
"Dalam jangka waktu berapa lama racun gila tak
berwujud itu baru mulai kambuh dan bekerja?"
Setiap satu jam akan kambuh satu kali, setiap kali
kambuh maka tenaga dalam yang dimiliki akan berkurang
dari lima sampai sepuluh tahun hasil latihan, bila sampai
kambuh untuk ketiga kalinya, maka sekujur badan akan
menjadi kering dan tewas."
Bergidik juga Ong Bun-kim setelah mendengar perkataan
itu, serunya tanpa terasa: "Sungguhkah perkataan itu?"
"Benar!" Bukan saja Ong Bun-kim dibikin terperanjat oleh
perkataan itu, bahkan Tay khek Cin kun pun merasakan
jantungnya berdebar keras. tak tahan lagi dia berseru:
"Jadi kalau begitu, kami hanya mempunyai waktu hidup
selama dua jam saja?"
"Benar!" Jawaban tersebut benar-benar menggidikkan hati semua
orang, untuk sesaat lamanya Ong Bun kim dan Tay khek
Cinkun hanya bisa berdiri tertegun tanpa sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
"Cuma..." kata Dewi mawar merah lagi dengan dingin,
tentu saja kalian bisa lolos dari kematian tersebut.
"Apa caranya?" bentak Ong Bun kim.
"Menjumpai Buncu kami Yu leng lojin, hanya dia yang
bisa menyelamatkan kalian dari kematian."
"Apa" Mencarinya?"
"Tentu saja. kalian harus menjumpainya untuk minta
obat penawar racun itu!"
"Kalau kami enggan menjumpainya?"
"Mampuslah kamu berdua!"
Dengan hati bergidik dan wajah memucat, Ong Bun kim
berdiri tertegun ditempat sambil membungkam dalam
seribu bahasa. Tiba-tiba Tay kbek Cinkhn berpaling ke arah anak muda
itu dan berkata: "Ong Bun Kim, sekarang hanya ada dua cara buat
kita..." "Cara apa?" "Pertama adalah mati, kedua adalah jalan hidup,
menurut penglihatan ku lebih baik kita pergi saja untuk
menjumpai Yu leng lojin dan meminta obat penawar
darinya." "Apa kau bilang?"
"Asal kita dapatkan obat pemunahnya, maka kita baru
akan terhindar dari kematian."
Ong Ban kim tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeehh heeehhh heeehhh sungguh tak kusangka
perkataan semacam inipun bisa kau ucapkan, kalau kau
ingin mencarinya, pergilah menjumpai sendiri!"
"Dan kau?" "Aku Ong Bun kim lebih rela mati keracunan dari pada
pergi memohon kepadanya!"
"Kau ingin mati?"
"Benar, terus terang kuberitahukan kepadamu, aku tak
akan tuidukkan kepala kepada Yu-leng Lojin, sampai
matipun aku tak akan tunduk, mengertikan kau?"
Tiba-tiba Tay-khek Cinkun mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak-bahak.
"Haahhh....haaihhh......haaahhh punya semangat! Punya
semangat! Aku memang tak salah menilaimu, betul!
Sekalipun harus mati keracunan, kita tak akan tundukkan
kepala kepadanya, barisan aku hanya sengaja
mempergunakan kata-kata tersebut untuk menyelidiki
karakter dan watakmu yang sesungguhnya"
Mendengar perkataan tersebut, Ong Bun kim baru
mengerti akan maksud orang, serunya juga:
"Oooh kiranya begitu!"
Tay khek Cinkun menghela napas panjang, ujarnya lagi:
"Kau memang benar-benar seorang manusia berbakat
yang punya jiwa ksatria, cuma sayang kita benar-benar tak
akan hidup lebih dari dua jam lagi."
Ong Bun kim segera berpaling, kemudian bantahnya:
"Dewi mawar merah, ada satu persoalan ingin
kutanyakan lagi kepadamu, kemana larinya ke enam biji
mata uang kematian itu?"
"Sudah kuserahkan kepada Buncu dari perguruan Yuleng
bun." "Kau sudah berkunjung ke benteng Hong-she?"
"Belum!" Ong Bun-kim segera berpaling kembali kearah Tay-khek
Cinkun, lalu bertanya: "Locianpwe, mungkin ia bisa menyelamatkan kita
berdua!" "Siapa yang kau maksudkan?"
"Iblis cantik pembawa maut!"
Paras muka Tay khek Cinkun segera berubah.
"Yaa. betul!" serunya. "mungkin ia bisa menyelamatkan
jiwa kita berdua" "Aku tahu dia berada dimana, hayo berangkat, sekarang
juga pergi menjumpainya"
Selesai mengucapkan kata tersebut Ong Bun-kim segera
berangkat lebih dulu meninggal kan tempat itu.
Tay khek Cinkun memandang sekejap ke arah Hian-ih
lihiap berdua, lalu serunya:
"Mari kita ikut pergi!"
Selesai berkata, iapun berangkat menyusul
dibelakangnya sianak muda yang telah berangkat duluan
itu. Dewi mawar merah tertawa hambar, dia ikut pun
menyusul dibelakang kedua orang ini.
Dalam keadaan demikian mau tak mau Hian-ih Iihiap
harus mengikuti pula kepergian Ong Bun-kim berdua, sebab
jika Ong Bun kim dan Tay-khek Cinkun sampai roboh
kembali karena bekerjanya racun ditubuh mereka, besar
kemungkinan-nya kalau Dewi mawar merah akan
manfaatkan kesempatan tersebut untuk membunuh kedua
orang itu. Maka diapun menjejakkan kakinya ke tanah dan
meluncur kedepan menyusul rekan-rekan lainnya...
Setelah melakukan perjalanan sekian lama, Ong Bun kim
telah keluar dari hutan lebat itu dan berlarian menuju ke
atas sebuah tebing curam didepan sana.
Sebuah bangunan megah yang indah telah muncul
didepan mata sana, sesaat kemudian mereka-pun telah tiba
dipintu gerbangb diluar dindingd pekarangan yanag tinggi.
Tanpab berpikir panjang. Ong Bun kim segera berkelebat
masuk ke dalam pekarangan rumah itu.
Mendadak dikala Ong Bun kim sedang menerjang masuk
ke halaman itulah, serentetan suara tertawa dingin yang
menggidikkan hati berkumandang memecahkan
keheningan, dari balik kegelapan tahu-tahu muncul tiga
orang manusia tanpa sukma.
Paras muka Ong Bua kim segera berubah hebat, segera
hardiknya keras-keras: "Siapa disitu?"
"Manusia tanpa sukma!"
"Mau apa kalian disana?" Salah seorang diantara tiga
orang Manusia tanpa sukma itu mendengus dingin, lalu
sahutnya: "Apakah kau tidak tahu kalau benteng Hong shia ini
sudah menjadi tempat terlarang dari perguruan kami?"
"Daerah terlarang?"
"Benar, siapapun dilarang menaiki daerah Hong shia
ini!" Kontan saja Ong Bun kim tertawa dingin tiada hentinya.
"Maksud siapakah yang merubah tempat ini menjadi
daerah terlarang...?" tegurnya.
"Buncu kami!" "Yu-leng lojin?"
"Benar!" Pelbagai pikiran segera melintas dalam benak Ong Bunkim,
seandainya hal ini merupakan kenyataan, itu berarti
terkurungnya Iblis cantik pembawa maut ada sangkut paut
yang besar sekali dengan Yu-leng lojin.
Berpikir sampai disitu, dia lantas membentak keras:
"Minggir !" Berbareng dengan bentakan dari Ong Bun kim, Hian-ihlihiap
yang berada dibelakang nya sudah tak tahan lagi, tiba
tiba ia pun membentak amat keras:
"Manusia tanpa sukma, serahkan nyawamu!"
Bayangan manusia berkelebat lewat, ia telah menerjang
lebih duluan kearah Manusia tanpa sukma tersebut, sebuah
pukulan dahsyat segera dilontarkan ketubuh lawan.
Ong Bun-kim membentak juga, secepat kilat ia
menyusulkan pula sebuah pukulan yang tak kalah hebatnya.
Sungguh dahsyat serangan yang dilancarkan Hian ihlihiap
serta Ong-Bun kim, bayangan manusia segera saling
menyambar, ketigba orang manusiad tanpa sukma itaupun
masing-masbing melancarkan sebuah pukulan.
Hian ih-lihiap tidak menaruh belas kasihan lagi terhadap
lawannya, apalagi setelah berjumpa muka dengan musuh
dahsyat, suatu jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema
memecahkan keheningan, seorang manusia tanpa sukma
tahu-tahu sudah terkena pukulan dan tergeletak mati diatas
tanah. Begitu berhasil merobohkan musuhnya, pendekar
perempuan berambut hitam ini segera putar badan dan
menerjang kearah Manusia tanpa sukma lainnya, suatu
pukulan dahsyat ibaratnya gelombang dahsyat ditengah
samudra segera meluncur ke muka.
Dalam pada itu, Tay khek Cinkun telah berteriak keras,
dalam keadaan seperti ini timbul juga niatnya untuk beradu
jiwa, bayangan manusia segera berkelebat lewat, dengan
mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya dia
menghantam punggung seorang manusia tanpa sukma
tersebut... Jeritan ngeri yang menyayatkan hati kembali
berkumandang memecahkan keheningan.
Sementara itu dua orang manusia tanpa sukma kembali
roboh binasa oleh serangan serangan maut mereka..
Ditengah serunya pertarungan yang sedang berlangsung,
tiba-tiba Ong Bun kim melompat kedepan dan langsung
menerjang ke arah pintu gerbang-bangunan besar itu..
Didalam beberapa kali lompatan saja ia sudah tiba
didepan pintu gerbang bangunan tersebut ternyata sudah
kuno sekali, terbukti pintu bajapun sudah banyak karatan.
Diatas pintu baja itu terpancang sebuah papan nama
besar, lamat-lamat masih bisa terbaca huruf-huruf emas
yang sudah mulai luntur warnanya itu:
"BU-LIM HONG-SHIA".
Kalau dilihat dari kekunoan dan keantikan bangunan
berloteng tersebut, bisa diketahui bahwa bangunan itu
sudah berdiri sejak beberapa generasi berselang, paling
tidakpun sudah bersejarah ratusan tahun.
Ong Bun kim memandang pintu baja yang berkarat itu
sekejap, lalu sambil tertawa dingin siap melompat masuk
kedalam Tapi pada saat itu juga, terdengarlah suara tertawa
dingin yang menyeramkan berkumandang memecahkan
keheningan. Bayangan hitam berkelebat disana sini, dalam waktu
singkat muncul kembali belasan orang manusia tanpa
sukma yang segera me ngurungnya rapat-rapat ditengah
arena. Menyaksikan kejadian itu, paras muka Ong Bun-kim
berubah hebat. Hian-ih lihiap rpun memperlihattkan perubahan
wqajahnya, hawa nrapsu membunuh segera menyelimuti
wajahnya. Terdengarlah salah seorang manusia tanpa sukma yang
berkumandang tertawa dingin tiada hentinya, kemudian
berkata: "Sobat, sungguh tak kusangka kalian beberapa gelintir
manusia yang sudah hampir mampuspun masih ada
kegembiraan untuk menyelidiki rahasia benteng Hongshia,
haaahh haaahhh haahhh."
"Minggir!" bentak Ong Bun kim.
"Tidak Segampang itu sobat, paling tidak kalian harus
membayar dulu nyawa dari ketiga orang anggota perguruan
kami yang telah kau bunuh barusan"
"Jadi kalian semua ingin mampus?" bentak Hian ih lihiap
dengan geramnya. "Aaah, belum tentu demikian!"
Hian in lihiap tak bisa membendung kemarahannya lagi,
sambil membentak keras tubuhnya segera menerkam
kedepan, sebuah pukulan yang maha dahsyat dilontarkan
ke tubuh lawan. Begitu Hian-lh lihiap mulai unjuk gigi, Ong bun kim pun
tak mau Ketinggalan, ditengah bentakan nyaring, ia
lepaskan harpa besinya dan menerkam ke muka sambil


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melepaskan sebuah serangan yang mengerikan.
Tay khek Cinkun tidak ambil diam pula, hawa murninya
segera dihimpun sedemikian rupa untuk bersiap sedia
melangsungkan suatu pertarungan mati-matian.
Setelah melepaskan sebuah pukulan tadi, Ong Bun-kim
mengayunkan pula tangan kirinya untuk melepaskan
sebuah pukulan dahsyat, arah sasarannya adalah salah
seorang manusia tanpa sukma yang melakukan
pengepungan disekitar situ.
Tindakan Ong Bun kim yang nekad dan siap beradu jwa
ini memaksa tiga orang manusia tanpa sukma harus
mundur cepat-cepat untuk menghindarkan diri, saat itulah
tiba-tiba Ong Bun kim berkelebat dan menerjang kearah
pintu gerbang. Gerakan tubuh yang dilakukan anak muda tersebut
sungguh teramat cepat, tampak bayangan ma nusia
berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah tiba di depan pintu,
tangan kirinya segera diayun ke muka menghantan pintu
baja itu. "Blaang !" termakan oleh pukulannya yang amat keras
itu, terbukalah piatu gerbang baja itu.
Ketika itulah, lima orang manusia tanpa sukma telah
menerjang tiba dari kiri dan kanan, pukulan-pukulan
mereka ibaratnya angin puyuh yang berhembus lewat itu
sungguh mengerikan hati. Ong Bun kim membentak keras, sambil putar badan ia
sambut datangnya tenaga gabungan tersebut.
Tapi mana mungkin baginya untuk membendung kelima
gulung angin pukulan itu bersamaan waktunya?"
"Uuuaaakk....begitu bentrokan kekerasan terjadi anak
muda itu mencelat kebelakang dan mundur sejauh beberapa
puluh langkah, kemudian muntah-muntah darah segar.
Hal ini membuktikan kalau isi perut Ong Bun kim sudah
terluka akibat dari serangan gabungan tersebut.
Demikianlah, ketika menyaksikan serangannya berhasil
memaksa musuhnya muntah darah, secepat sambaran kilat
lima orang manusia tanpa sukma itu meluncur kedepan dan
menghampiri Ong Bun kim, rupanya mereka hendak
membinasakan anak muda itu diujuog telapak tangannya.
Tiba-tiba Tay khek Cinkun membentak keras, ia
melompat kedepan dan sebuah pukulan dilontarkan untuk
menyapu tubuh kelima orang manusia tanpa sukma
tersebut. Jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera
berkumandang memecahkan keheningan...
Dua orang manusia tanpa sukma termakan telak oleh
hantaman keras itu hingga tergeletak ditanah dan tak
berkutik lagi . Peristiwa ini mencengangkan tiga orang lainnya, mereka
berdiri tertegun untuk sesaat.
Tapi hanya sesaat kemudian, beberapa orang Manusia
tanpa sukma kembali meluncur tiba dan memenuhi arena.
Tay khek Cinkun gusar sekali, segera bentaknya.
"Bangsat rupanya kalian sudah bosan hidup...."
Ditengah bentakan tersebut sekali lagi ia lancarkan
sebuah pukulan yang amat dahsyat.
Ketika angin pukulan itu berhembus lewat, kembali ada
tiga orang Manusia tanpa sukma yang tewas terhajar
serangan tersebut. OOO0dw0OOO BAB 48 WALAUPUN serangan demi serangan selalu
mendatangkan hasil yang gemilang, tapi siapa yang mampu
mempertahankan diri setelah terluka parah harus
melancarkan serangan yang begitu hebatnya"
Tak ampun lagi Tay-khek Cinkun muntah muntah darah
segar. Dalam keadaan demikian, kakek itu sadar bahwa
keadaan mereka bertambah payah, kalau tidak segera
mendapatkan tempat berlbindung, akibatndya mereka
pastia akan tewas sembua.
Maka kepada Ong Bun-kim teriaknya. "Cepat
mengundurkan diri ke dalam loteng."
Ditengah bentakan keras dari Tay khek Cinkun tersebut,
dua sosok bayangan manusia telah meluncur masuk kearah
pintu gerbang dan menghadang jalan pergi mereka.
Menyusul kemudian tujuh bayangan manusia-ikut
menerjang pula ke arah pintu-gerbang.
Ong-Bun kim segera membentak keras, telapak tangan
kanannya diayun ke muka melancarkan sebuah pukulan.
Pada saat yang sama Tay khek Cinkun melepaskan juga
sebuah pukulan yang tak kalah hebatnya, dua gulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat itu segera memaksa ke tujuh
orang manusia tanpa sukma itu terdesak mundur kembali
ke belakang. Dengan napas tersengkal-sengkal, Ong Bun kim
membentak keras: "Hayo maju lagi, rasakan dulu beberapa, pukulan
dahsyat ini!" Diluar pintu gerbang, Hian ih lihiap sedang terlibat
dalam suatu pertempuran yang amat seru melawan empat
orang manusia tanpa sukma, sampai waktu itu sudah ada
tiga orang manusia tanpa sukma yang lewas di tangannya.
"Ong Siau bi! cepat mundur!" tiba-tiba Tay khek Cinkun
berteriak memperingatkan.
Tapi napsu membunuh yang berkobar dalam dada Hian
ih Lihiap sudah tak terbendung lagi ditambah pula rasa
dendamnya berkobar kobar, membuat perempuan ini
menjadi mata gelap. Bukan saja tidak berhenti melancarkan serangan,
malahan sama sekali tidak menggubris terhadap teriakan
dari Tay-khek Cinkun tersebut.
Dipihak lain, Ong Bun-kim telah memperhatikan sekejap
bangunan berloteng itu, ia merasa ruangan tersebut amat
luas, lebar tapi gelap. Belum lagi selesai memperhatikan keadaan disitu,
bentakan keras telah menggelegar diudara, manusia
manusia tanpa sukma yang sedang memperhatikan kearah
mereka dengan sorot mata tajam tersebut, telah
melancarkan serangan lagi.
Serangan yang dilancarkan ketujuh orang manusia tanpa
sukma saat ini boleh dibilang ibaratnya orang kalap, tujuh
gulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan hebatnya
segera menyambar kemuka. Tay khek Cinkun membentak keras, sekali lagi diapun
melancarkan sebuah pukulan gencar.
Kendatipun pukulan yang dilancarkan itu sekali lagi
berhasil memaksa mundur kawanan manusia tanpa sukma
itu, tapi ia-pun muntah darah segar dan tubuhnya ikut
terjungkal ke atas tanah.
Betapa terkejutnya Ong Bun kim menyaksi kau keadaan
ini, tangan kirinya segera menyambar ke depan
membopong tubuh Tay-khekb Cinkun yang seddang roboh
ke taanah kemudian bberusaha membimbingnya untuk
mundur. Tapi pada saat itulah, ketujuh orang manusia tanpa
sukma itu sudah menerjang kembali secara terpisah.
Setelah keadaan berubah menjadi begini, niat untuk
beradu jiwa segera muncul dalam hati Ong Bun-kim, tibatiba
ia membentak keras, harpa bajanya diputar untuk
melindungi badan, kemudian dengan cepatnya ia
menerjang masuk ketengah ruangan.
Sungguh cepat gerakan dari Ong Bun kim ini, bayangan
manusia berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah tiba didepan
ruang utama yang besar dan lebar itu.
Tujuh sosok bayangan manusia segera memburu dari
belakang, salah seorang diantaranya membentak keras:
"Ong Bun-kim, sampai kapan kau baru akan
menyerahkan diri?" Angin pukulan yang maha dahsyat ibaratnya gulungan
gelombang ditengah samudra menyambar lagi dengan
hebatnya. Tapi sekarang Ong Bun kim sudah tidak memikirkan
mati hidupnya lagi, ia lari terus ke pintu ruang belakang.
Tapi belum lagi tubuhnya melejit kemuka...
"Blaang!" pukulan dahsyat itu sudah bersarang telak
diatas tubuhnya, seperti layang-layang yang putus benang
tubuhnya segera terlempar kedepan dan terjungkal diatas
tanah. "Blaang....!" Agaknya tubuhnya terbanting ditanah, tapi dikala
menyentuh permukaan tanah tersebut, agaknya tubuh itu
sama sekali tidak berhenti, bahkan meluncur terus ke
bawah. Menyusul kemudian, terjadi kembali suatu benturan
yang sangat keras, kali ini tubuhnya benar-benar tergeletak
ditanah, darah yang muntah keluar dari mulutnya
berhamburan dimana-mana, sementara ia sendiri jatuh tak
sadarkan diri.... Entah berapa lama sudah lewat akhirnya pelan-pelan ia
sadar kembali dari pingsannya.
Isi perut yang terluka kini makin bertambah parah,
sedemikian hebatnya keadaan itu sehingga tenaga untuk
menggeserkan badanpun hampir tidak dimiliki..
Pelan-nelan ia membuka matanya dan mencoba untuk
memperhatikan keadaan di sekitarnya, tapi hanya
kegelapan pekat yang menyelimuti sana, dibalik kegelapan
bahkan secara lamat-lamat membawa kelembaban dan
keseraman. "Tempat apakah ini" Apakah aku sudah mati "
Mungkinkah aku sudah berada di akhirat." demikian
gumannya. Dia mencoba untruk meraba sekittarnya, ternyataq Tay
khek Cinkurn masih tergeletak di sana, saat itulah dia baru
tahu kalau belum mati, cuma jaraknya dengan kematianpun
jelas sudah tak jauh lagi.
Ong Bun kim hanya bisa tertawa getir setelah berpikir
sampai disitu yaa, apa lagi yang bisa ia lakukan"
Mendadak suatu rasa sakit yang luar
biasa, ibaratnya tubuh disayat sayat dengan pisau
menyerang seluruh tubuhnya, ternyata racun gila tak
berwujud yang derada ditubuhnya sudan mulai kambuh.
Ditengah jeritan yang keras, sekujur tubuhnya menggigil
keras karena kesakitan, tubuhnya berguling guling ditanah
setengah sekarat, keadaannya mengenaskan sekali.
Menyusul kemudian, racun jahat yang me ngeram
ditubuh Tay-khek Cinkun pun ikut bekerja.
Jeritan-jeritan keras yang memilukan hati dengan cepat
memenuhi seluruh ruangan yang gelap gulita itu.
Sampai lama... lama sekali teriakan tersebut baru
berhenti. Suasana disekitar tempat itupun pulih kembali dalam
keheningan. Setelah terluka parah, mana mungkin Ong Bun kim
sanggup menahan bekerjanya racun jahat itu"
Seperti dua sosok mayat saja mereka tergeletak tak
berkutik ditempat semula.
Kesadaran merekapun ikut lenyap.
Segala sesuatunya seakan-akan sudah terbang
meninggalkan badan kasarnya.
Beberapa waktu kemudian, kesadarannya pelan-pelan
baru pulih kembali, iapun memberitahu kepada dirinya
sendiri. "Ong Bun-kim wahai Ong Bun-kim, kau tak boleh
mati...bagaimanapun juga, kau tak boleh mati."
Yaa, jiwanya mulai menjerit, ia tak boleh mati. masih
banyak persoalan yang harus diselesaikan olehnya, dendam
sakit hati orang tuanya belum dibalas, tugas dari Kui jin
suseng belum dilaksanakan, sakit hati dirinya belum
dituntut, mana boleh ia mati dengan begitu saja"
Tapi, ia sudah berada ditepi jurang kematian, bagaimana
mungkin tidak bisa mati"
Mengenai kabar mengatakan bahwa Iblis cantik
pembawa maut tinggal dalam Hong shia, iapun tak berani
terlalu memastikan, sebab benar atau tidaknya sama sekali
tak diketahui olehnya, apalagi jika iblis cantik pembawa
maut benar-benar berada dibangunan ini, tapi dibagian
yang manakah dia" Bagaimana caranya untuk
menemukannya" Semua persoalan tersebut merupakan masalah yang tak
mungkin bisa diduga tapi Ong Bun kim bertekad
bagaimanapun ju ga dia harus tetap melanjutkan hidupnya
di dunia ini. Berpikir sampai disitu, diapun mengerahkan sisa tenaga
dalam yang dimiliki dan menarik tubuh Tay khek Cinkun
untuk merambat maju dibalik kegelapan.
Tempat dimana ia lewat agaknya merupakan sebuah
tanah lorong yang sempit tapi memanjang, jalannya berliku
liku dan penuh dengan tikungan
Entah berapa jauh Ong Bun kim telah merangkak, ia
sendiripun tak tahu, tiba tiba....
Dari balik lorong sebelah depan sana berkumandang
suara langkah kaki yang bergeser lirih, suara tersebut mirip
suara langkah manusia, tapi seperti juga ada benda yang
sedang bergerak Suara tersebut dengan cepat menimbulkan rasa bergidik
dalam hati Ong Bun kim, ia mencoba untuk mendengarkan
dengan seksama, ternyata suara gesekan itu kian lama kian
bertambah dekat, kian lama suaranya kian ber-tambah
mengerikan. Akhirnya Ong bun-kim tak kuasa untuk menahan diri
lagi, ia segera membentak keras: "Siapa?"
Suara dengungan keras menggema dalam ruang bahwa
tanah yang gelap gulita itu, tapi sesaat kemudian segalanya
berubah kembali menjadi sepi dan hening, sementara
gesekan tadi makin lama makin dekat, sedikitpun tak
pernah berhenti Ong Bun kim menjadi bergidik sekali, kembali ia
membentak keras. "Siapa disitu?"


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Belum juga terdengar suara jawaban.
Tiba-tiba dari balik ruang bawah tanah itu
berkumandang suara petikan harpa yang memekikkan
telinga suara tersebut sede-mikian seramnya hingga
mendirikan bulu roma siapapun yang mendengarnya
Menyusul berkumandangnya suara irama harpa tersebut,
terdengar pula gelak tertawa seram menggelegar memenuhi
keheningan. -oo0dw0oo-- Jilid 16 SUARA petikan harpa dan gelak tertawa itu dengan
cepat menciptakan serangkaian irama yang mengerikan
hati, hampir pecah nyali Ong Bun kim menghadapi
keadaan seperti itu. Irama harpa masih bergema memecahkan keheningan.
Gelak tertawa seram masih berkumandang memekikkan
telinga Lama, lama sekali, akhirnya irama harpa itu baru
berhenti, suasanapun pulih kembali dalam keheningan.
Ong Bun-kim hanya bisa termangu-mangu saja disana,
setelah melewatkan masa mengerikan yang merobek sukma
ini; dia tak tahu apa yang musti dilakukan sekarang.
Luka dalam yang parah, hawa mubrni yang rusak
dmembuat kesadaraannya mulai kabbur kembali, diantara
sadar tak sadar, tiba tiba ia mendengar lagi suara langkah
manusia tersebut.... Sreek! Srek! Sreek! selangkah demi selangkah berjalan
makin dekat ke arahnya maka ia pun mulai kehilangan
kesadarannya Ketika mendusin kembali, dijumpai tubuhnya yang
lemas sedang berbaring diatas sebuah pembaringan batu.
Ia membuka matanya untuk melihat sekitar sana tiba tiba
ia menjerit keras, coba kalau tenaganya belum punah,
mungkin ia sudah melompat bangun dari atas pembaringan.
Diantara lamat-lamatnya suasana, ia menyaksikan
sesosok bayangan hitam berdiri di hadapannya.
Orang itu berambut panjang sekali dan menutupi
wajahnya, sekilas pandangan mirip sekali dengan setan
perempuan seperti cerita orang.
Berada dalam keadaan seperti ini. tak urung berdiri juga
seluruh bulu kuduknya, Ong Bun km merasakan sekujur
badannya gemetar keras, tanyanya dengan lirih.
"Sii siapakah kau?"
Bayangan hitam itu masih belum juga bergerak, ia berdiri
saja disitu bagaikan sesosok sukma gentayangan
"Sii siapa kau?" sekali lagi Ong Bua kim bertanya dengan
suara gemetar. "Siapa pula kau?" tiba-tiba orang itu balik bertanya.
Suaranya dingin bagaikan salju, tapi dapat diketahui
kalau suara itu adalah suara seorang perempuan.
Jantung Ong Bun-kim tiba-tiba bergetar lebih keras,
jangan-jangan perempuan itu adalah Iblis cantik pembawa
maut" Berpikir sampai disitu, dengan suara gemetar ia
menjawab. "Aku bernama Ong Bun-kim, apakah kau... kau adalah
Iblis cantik pembawa maut?"
"Benar! Darimana kau bisa tahu kalau aku adalah Iblis
cantik pembawa maut?"
Kejut dan girang Ong-Bun kim setelah mengetahui akan
hal ini, hampir saja jantungnya melompat keluar dari
rongga dadanya, saking kaget dan girangnya, untuk sesaat
dia sampai tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
"Darimana kau bisa tahu kalau aku adalah Iblis cantik
pembawa maut?" sekali lagi orang itu bertanya.
"Aku hanya menerkanya saja!"
"Siapa yang membertahukan hal bini kepadamu?"
d"Mata uang kemaatian."
"Apa" Kabu telah menjumpai mata uang kematian?"
"Benar!" Mendadak orang itu tertawa geram, suara tertawanya
dingin dan sedikit menyeramkan membuat Ong Bun kim
menggigit keras dan memandang kearahnya dengan seram.
Setelah berhenti tertawa, ia menyingkap rambut
panjangnya yang menutupi wajahnya itu, sekarang Ong
Bun kim dapat melihat raut wajahnya yang cantik dengan
sepasang biji matanya yang memikat hati.
Penghidupannya dalam ruang bawah tanah telah
dilakuinya selama puluhan tahun, meski wajahnya telah
menjadi tua, tapi dari garis-garis mukanya dapat diduga
bahwa dahulu dia adalah seorang perempuan yang cantik
jelita. "Apakah mata uang kematian tersebut berada
disakumu?" ia menegur dengan dingin.
"Tidak!" "Apa" Tidak berada disakumu?"
"Benar!" "Lantas berada dimana?"
Perada ditangan seorang nona...."
"Dimana gadis itu ?" saking bernapsunya ingin tahu,
pertanyaan tersebut sampai diucapkan dengan suara
gemetar penuh luapan emosi.
Ong Bun-kim tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya
malah balik bertanya: "Dimanakah temanku itu?"
"Tak usah kuatir, ia tak bakal mati!"
Setelah mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim baru
merasakan hatinya amat lega, pelan-pelan ia
menghembuskan napas panjang.
"Dimanakah nona itu?" kembali terdengar Iblis cantik
pembawa maut bertanya dengan cemas.
"Dia berada diperguruan Yu leng bun "
"Apa" Dia berada diperguruan Yu leng bun " Apakah dia
adalah murid Yu leng lojin?"
"Benar!" "Sungguh perkataanmu itu?"
"Benar, dimanakah tempatku itu" Sekarang ia berada
dimana?" la berada dalam ruangan batu yang lain, apakah kau
ingin bertemu dengannya?"
Iblis cantik pembawa maut segera manggut-manggut,
tangannya segera melancarkan sebuah totokan keatas tubuh
anak muda tersebut. Termakan oleh trenaga totokannyta uu, tiba tibaq saja
Ong Bun krim merasakan segenap tenaga dalam nya telah
pulih kembali seperti sedia kala....
Ia melompat turun dari atas pembariigan dan memberi
hormat kepada Iblis cantik pembawa maut, serunya dengan
penuh rasa terima kasih: "Terima kasih banyak cianpwe, atas budi pertolonganmu
itu!" "Tak usah banyak adat lagi, mari ikutilah aku ke ruangan
sebelah !" Sehabis berkata ia berjalan lebih dulu meninggalkan
ruangan itu, Ong Bun kim segera mengikuti dibelakangnya.
Dengan langkah lebar perempuan itu berjalan memasuki
sebuah pintu batu dan berkelebat masuk...
Itulah sebuah ruangan yang lebar, diatas sebuah
pembaringan berbaringlah Tay khek Cinkun.
Dengan penuh luapan emosi Ong Bun kim segera
menubruk ke depan, lalu teriaknya: "Locianpwe!"
Tampaknya luka yang diderita Tay khak Cin-kun belum
sembuh sama sekali, dia hanya membuka matanya
memandang sekejap ke arah Ong Bun kim, lalu tertawa
getir, katanya: "Rupanya kita telah menemukan kembali kehidupan kita
ditengah keadaan yang kritis!"
"Yaa, Iblis cantik pembawa mautlah yang telah
menolong kita berdua"
Tay khek Cinkun segera mengalihkan sorot matanya ke
atas wajah iblis cantik pembawa maut, lama, lama sekali, ia
baru menghela napas panjang.
"Maaf kalau lohu tak dapat memberi hormat kepadamu
untuk menyampaikan rasa terima kasih kami atas budi
pertolonganmu itu " "Tidak usah?" tukas Iblis cantik pembawa maut cepat.
"Aaai... Betul betu! tak kusangka kalau kau memang
terkurung ditempai ini, kalau dihitung dengan jari tentunya
sudah ada dua puluh tahun bukan?"
"Benar sudah dua puluh tahun lebih! Tolong tanya
siapakah diri locianpwe?"
"Lohu adalah Tay khek Cinkun!"
"Oooh.. . kiranya kau!" Iblis cantik pembawa maut
menjerit kaget, "kejadian ini sungguh diluar dugaanku aai
sudah dua puluh tahun lebih, sungguh tak kusangka ada
juga orang yang berhasil membaca tulisan diatas mata uang
kematian dan berhasil tiba ditempat ini."
Sewaktu bergumam sampai disitu, wajahnya berubah
menjadi amat sedih dan murung.
Terharu juga Ong Bun kim oleh kesedihan yang
menyelimuti wajah perempuan itu, maka dia pun bertanya:
"Cianpwe, tolong tanya mengapa kau sampai terkurung
ditempat ini" "Aaai masalah ini panjang sekali untuk di-ceritakan
rasanya masalah lalu itu tak usah dikenang kembali."
Dengan sinar mata yang memancarkan kesedihan, ia
menatap wajah Tay khek Cinkun, kemudian katanya:
"Cianpwe, ada satu hal ingin sekali kutanyakan
kepadamu, apakah kau bersedia untuk menjawabnya?"
"Katakan saja!"
"Apakah kau kenal dengan Ong See liat?" Begitu
pertanyaan tersebut diutarakan, baik Ong Bun kim maupun
Tay khek Cinkun sama sama merasa terperanjat.
"Kau.... kau menanyakan soal Ong See liat?" seru Tay
khek Cinkun kemudian dengan suara gemetar.
"Benar!" "Kau...... apakah kau kenal dengannya?"
O000dw000O BAB 49 PELAN-PELAN Tay khek Cinkun membalikkan sinar
matanya ke wajah Ong Bun kim lalu katanya: "Dialah
putranya Ong See liat!"
"Apa?" "Iblis cantik pembawa maut menjerit kaget, paras
mukanya berubah hebat, tanpa terasa ia mundur dua
langkah dengan wajah tak percaya.
"Sungguhkah perkataanmu itu?" tanyanya dengan suara
gemetar. "Benar- See liat memang ayahku!" Ong Bun kim segera
menjawab. "Dimana ia sekarang?"
"Sudah mati!" "Apa" Dia... dia sudah mati?"
Dari sikapnya tersebut bisa diketahui bahwa ia merasa
kaget bercampur tercekat, agaknya ia tak percaya kalau hal
tersebut merupakan kenyataan, ditatapnya Ong Bun kim
beberapa saat, kemudian dengan sedih ujarnya:
"Dia sudah mati...?"
"Yaa benar, ia sudah mati... mbati pada enam bdelas
tahun bersaelang...." sahubt Ong Bun kim dengan hati yang
pilu. Walaupun Ong Bun kim telah lupa dengan "raut wajah
ayahnya", tapi terhadap kematian ayahnya, mau tak mau
diapun merasakan juga kepedihan yang luar biasa.
Mendadak... ia menyaksikan dua titik air mata jatuh
berlinang membasahi pipi Iblis cantik pembawa maut,
sikapnya tampak amat sedih sekali, ini tentu membuat Ong
Bun kim -serta Tay khek Cinkun merasa tertegun...
Mereka memandang ke arahnya dengan tatapan kosong,
mulutnya terbungkam dalam seribu basa, seakan-akan
mulutnya dijahit secara tiba-tiba.
"Sungguhkah kesemuanya ini...?" kembali perempuan itu
bertanya. "benarkah dia dia sudah mati?"
"Apa yang menyebabkan kematiannya."
"Dibunuh orang!"
"Siapa pembunuhnya" Siapa yang telah membunuh
dirinya...?" Suaranya penuh diliputi oleh luapan emosi dan hawa
napsu membunuh yang sangat tebal, ini membuat Tay khek
Cinkun serta Ong Bun kim merasakan hatinya tercekat,
ditatapnya perempuan itu dengan sinar mata kaget dan
tercengang. Ong Bun kim menghela napas panjang katanya.
"Panjang sekali ceritanya."
"Coba katakanlah kepadaku ceritakanlah semua kejadian
itu kepadaku!" pinta Iblis cantik pembawa maut dengan
suara gemetar. Sekali lagi Ong Bun kim menghela napas panjang, secara
ringkas ia menceritakan bagaimana ayahnya terbunuh.
Selesai mendengar kisah cerita itu, air mata jatuh
bercucuran membasahi pipi Iblis cantik pembawa maut...
Ditinjau dari kejadian tersebut, tak salah bila Ong Bunkim
berdua untuk menduga bahwa antara perempuan itu
dengan Ong See-liat sebetulnya mempunyai hubungan cinta
kasih yang mendalam. Tay khek Cinkun agak tertegun, akhirnya ia bertanya
juga: "Apakah hubunganmu dengan Ong See-liat akrab
sekali?" "Benar!" "Kau..." "Aku adalah kekasihnya yang pebrtama!"
"Aaah !d" Ong Bun-kim maenjerit tertahabn.
Tiba-tiba saja ia teringat dengan perkataan dari ibunya
Coa Siak-oh tentang hal itu, ibunya pernah bilang bahwa
ayahnya masih mempunyai seorang kekasih lagi, sungguh
tak disangka olehnya kalau kekasihnya dalam cinta pertama
adalah Iblis cantik pembawa maut
Yaa, berbicara sesungguhnya, hal ini benar-benar
merupakan suatu peristiwa yang sama sekali tak disangka


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

olehnya. "Aku adalah kekasihnya" kembali Iblis cantik pembawa
maut berkata dengan sedih, aku dan dia telah punya anak."
"Apa" Kau..kau dengan ayahkupun punya anak?" bisik
Ong Bun-kim terkesiap. "Benar !" Kembali peristiwa itu merupakan suatu kejadian yang
mengejutkan hatinya, ternyata akibat dari hubungannya
dengan Ong See-liat, telah lahir seorang bocah. Lantas,
dimanakah bocah itu" Sudah mati" Ataukah masih hidup"
Dengan sedih Iblis cantik pembawa maut kembali
berkata: "Jika putriku belum mati, dia tentu sebesar kau
sekarang." "Apakah putrimu bernama Yap Soh-cu?" tiba-tiba Ong
Bun-kim berteriak keras. lblis cantik pembawa maut menjadi tertegun.
"Aku memang she Yap dan seharusnya diapun she Yap,
mengenai namanya sampai saat terakhir aku belum sempat
memberinya." "Apakah kau telah menyerahkan putrimu kepada ketua
perkumpulan Hui yan-pang?"
"Benar!" "Ooh.... !" Ong Bun-kim kembali menjerit kaget, menjerit
karena diluar dugaan. "Dia tidak menyangka kalau Iblis
cantik pembawa maut bukan saja merupakan kekasih
pertama ayahnya, bahkan akibat dari hubungan itu mereka
telah mempunyai anak. Tak heran kalau banyak orang bilang wajah Yap Soh-cu
amat mirip dengan wajahnya, sungguh tak disangka kiranya
mereka saudara seayah lain ibu.
Kalau dibicarakan sesungguhnya peristiwa ini memang
benar-benar merupakan suatu kejadian yang sama sekali
diluar dugaan. "Bukankah mata uang kematianmu telah kau serahkan
kepada putrimu ?" kembali Ong Bun-kim bertanya.
"Benar, apakah nona yang kau katakan telah bergabung
dsngan perguruan Yu-leng bun itu, adalah putriku?"
"Benar!" "Oh Thrian...! Mana botleh ia bergabunqg dengan
pergurruan dari musuh besarnya!"
Ucapan itu diutarakan dengan suara yang amat pedih.
"Mengapa kau bisa disekap disini" Apakah kau tak
sanggup keluar dari tempat ini?" tanya Ong Bun-kim.
"Yaa, aku memang tak sanggup keluar dari sini,
maksudku meninggalkan mata uang kematian tersebut pada
putriku adalah agar supaya ketua dari Hui yan pay pergi
mencari ayahmu dan mengajaknya kemari, sungguh tak
kusangka kalau ia telah pergi mendahuluiku."
"Bersediakah kau untuk menceritakan kisah
pengalamanmu itu kepada kami?" tanya Ong Bun-kim
dengan sedih. "Bersedia saja."
Tapi belum habis Iblis cantik pembawa maut berkata,
tiba-tiba suara harpa yang terdengar tadi berkumandang
kembali dalam ruang bawah tanah yang gelap itu.
Suaranya masih tetap lengking dan amat menusuk
pendengaran Ketika mendengar suara permainan harpa tersebut, tibatiba
Iblis cantik pembawa maut tertawa terbahak babak
seperti orang gila, tiba-tiba saja tubuhnya ikut menari dan
bergerak mengikuti irama harpa tersebut.
Makin menari ia semakin menggila sehingga sepintas
lalu seperti orang gila yang lagi kambuh penyakitnya.
Irama harpa yang mengerikan, tarian yang
menggidikkan, dengan cepat menciptakan suatu
pemandangan yang seram. Tay khek Cinkun dibuat terbelalak dengan wajah
tertegun oleh adegan seperti itu.
Ong Bun-kim pun bikin terkesiap sehingga untuk sesaat
lamanya cuma melongo saja tanpa bisa berbuat apa-apa.
Ditengah permainan harpa yang amat nyaring iblis
cantik pembawa maut tertawa seram, menari dengan
gilanya seolah-olah perbuatan seseorang yang telah
kehilangan akal budinya. Ia seperti seorang dukun perempuan yang sedang
membawakan tarian penyembahan terhadap setan.
Selama hidup, belum pernah Ong Bun kim menjumpai
adegan seperti ini, saking terkejutnya muka sampai berubah
menjadi pucat, sekujur badannya gemetar sangat keras..
Mendadak...permainan harpa itu terhenti.
Iblis cantik pembawa maut yang sedang menari dengan
kalapnya itupun segera terhenti pula bagaikan seorang yang
kehabisan tenaga, ia mendekam ditanah dan sama sekali tak
berkutik lagi... "See...sesungguhnya apa yang telah terjadi?" seru Ong
Bun-kim kemudian dengan suara terkejut.
"Mungkin ia sudah terkena pengaruh sihir!" bisik Tay
khek Cinkun pula dengan terperanjat.
"Kena pengaruh sihir?"
"Benar!" Pada saat itulah, suara pembicaraan seseorang dingin
dan berat berkumandang dari balik ruangan tersebut:
"Iblis cantik pembawa maut, kau sudah bisa
mendengarkan perkataanku...?"
"Yaa, sudah kudengar! "jawab lblis cantik pembawa
maut dengan suara yang amat lirih.
"Bersediakah kau untuk menyerahkan?"
"Tii.....tidak akan kuserahkan!"
Menyerahkan apa" Suara yang membetot sukma itu
tidak menjelaskan, sebab selewatnya dua patah kata yang
lirih dan pendek tersebut! suasana pulih kembali dalam
keheningan. Tay khek Cinkun dan Ong Bun kim segera berpaling
bertatapan sekejap dengan wajah seram, untuk sesaat
lamanya mereka tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun. Tak lama kemudian, Iblis cantik pembawa maut baru
merangkak bangun dari atas tanah, wajahnya pucat pias
menyeramkan, ditatapnya sekejap wajah Tay khek Cinkun
dan Ong Bun kim dengan sinar mata menyeramkan.
Ia berdiri tertegun disitu seperti seseorang yang
kehilangan ingatannya. "See sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Sudah kalian saksikan semuanya?" tanya Iblis cantik
pembawa maut. "Yaa, sudah kami saksikan semua!"
Perempuan itu kembali tertawa, tertawa dengan
seramnya sehingga kembali mendatangkan perasaan ngeri
bagi yang melihatnya. "Irama harpa apakah yarg berbunyi tadi, sehingga
membuat kau menari seperti orang gila?" kembali Ong Bun
kim bertanya. "Itulah Si sim ci (irama pembetot hati)!" Ong Bun kim
bergidik mendengar nama itu, kalau didengar dari namanya
maka irama Si sim ci tidak sehebat dengan ilmu Kou hun ci
(irama penggaet nyawa) miliknya tak nyana justru daya
pengaruhnya ternyata jauh lebih dahsyat.
"Marilah kita duduk lebih dahulu, akan kuceritakan
semua peristiwa yang telah menimpa kepadaku itu kepada
kalian!" "Katakanlah !" Iblis cantik pembawa maut-segera menghela napas
panjang, katanya. "Beginilah kisahnya...."
Pada puluhan tahun berselang, aku dengan ilmu silatku
yang tiada tandingannya didunia ini telah membuat
gemparnya seluruh dunia persilatan pada waktu itu tiada
seorang manusiapun didunia ini yang sanggup menerima
tiga buah pukulanku, kecuali Ong See liat..."
"Aku sudah tahu, pernah mendengar kejadian ini" sela
Ong Bun kim. "Ya, sebelum berlangsungnya pertarungan tersebut,
ayahmu telah berjanji kepadaku, seandainya aku tidak
berhasil menangkan dirinya didalam tiga gebrakan, maka
akn harus menjadi kekasihnya..
"Dan kaupun menyanggupi permintaannya itu?"
"Yaa, aku telah mengabulkan permintaannya, ternyata
ayahmu memang benar-benar sanggup untuk menerima
ketiga buah pukulanku. maka sejak itupun aku menjadi
kekasihnya. Yaa meskipun kalau diceritakan hal inisesungguhnya
mirip suatu adegan dalam sandiwara saja,
akan tetapi memang begitulah kenyataannya yang telah
terjadi tapi justru karena peristiwa ini, ayahmu telah
membuat aku menjadi malu."
"Kenapa?" "Karena ketidak mampuanku untuk merobohkan
ayahmu dalam tiga jurus merupakan suatu peristiwa yang
amat memalukan bagiku, maka akupun mulai berusaha
untuk menghindarinya."
Suatu waktu, akhirnya aku berjumpa dengan ayahmu,
dalam suatu adegan ciuman yang hangat terjadilah
peristiwa yang tak diinginkan, tapi setelah kejadian itu, akupun
pergi meninggalkannya."
"Kenapa kau harus berbuat demikian?" tanya Ong Bunkim
"Yaa, sesungguhnya aku sedang mencari penyakit buat
diriku sendiri, aku tahu bahwa ayahmu amat mencintaiku,
dia berkelana kemana-mana mencari jejakku, tapi aku tak
ingin berjumpa lagi dengannya.
Karena "perbuatan" yang hanya sekali itu, aku
mengandung, pernah terlintas dalam ingatanku untuk
menggugurkan kandunganku tersebut, tapi aku tak berani
melakukannya, coba kalau bukan lantaran pikiran itu, tak
nanti aku bisa terkurung disini. Maka akupun pergi mencari
Pak khek sin mo." "Mau apa kau pergi mencarinya?" tanya Tay khek
Cinkun dengan terperanjat.
"Aku ingin menggunakan pengaruh obat untuk
menggugurkan kandunganku, tapi ketika kutemukan Pakkhek-
sin-mo, kebetulan ia sedang menutup diri untuk
melatih semacam ilmu, hal mana membuat aku gagal untuk
berjumpa dengannya."
"Tiga bulan setelah kejadian tersebut, akhirnya ingatan
jahat itu berhasil kuatasi tiba-tiba saja aku mulai berpikir,
anak yang sama sekali tak bersalah itu kenapa harus
kugugurkan" Tapi, pada saat itulah Pak-khek-sin-mo telah
datang mencariku." "Ia datang mencarimu" Apakah dia hendak
membantumu untuk menggugurkan kandunganmu?" tanya
Ong-Bun kim tanpa sadar. "Benar! Padahal waktu itu kandunganku telah berumur
delapan bulan, saat kelahiran pun sudah makin dekat,
akupun memberitahukan kepadanya bahwa aku tidak jadi
menggugurkannya. "Tentu saja ia menyetujui pendapatku itu, bahkan
memberi kuliah kepadaku bahwa anak itu tak bersalahdan
sebagainya. Waktu itu. aku menganggap Pak khek-sin-mo
adalah orang yang baik sekali. Siapa tahu kalau semua
perbuatannya itu justru sedang melancarkan suatu rencana
busuk nya. Hari itu, akhirnya peristiwa yang sangat mengerikan pun
terjadi." Berbicara sampai disini, ia seperti lagi menggigil keras
karena merasa ngeri, sampai lama sekali ia baru lanjutkan
kembali ceritanya; "Ketika ia menjamuku dalam suatu perjamuan, ternyata
secara diam-diam ia mencampurkan sejenis racun didalam
arakku "Apakah ia hendak menggugurkan anak dalam
kandunganmu ?" kembali Ong Bun-kim menukas.
"Tidak, obat racun tersebut adalah suatu jenis obat racun
yang aneh sekali, setelah kuminum racun itu, sama sekali
tidak kurasakan sesuatu yang aneh, tapi pada saat itulah
tiba-tiba Pak-khek sin-mo mengeluarkar sebuah harpa dan
memainkan irama harpa seperti apa yang telah kalian
dengar tadi" "Kenapa ia harus memetik irama harpa itu?"
"Karena setelah ia memainkan irama harpa tersebut, aku
jadi seperti orang kesurupan, tiba-tiba saja dari dalam
perutku muncul segulung napsu ingin menari yang tak bisa
dicegah, maka akupun mulai menari-nari seperti orang
gila." "Peristiwa ini sungguh-sungguh merupakan suatu
kejadian yang sama sekali tidak masuk diakal" pekik Ong
Bun-kim dengan hati bergidik.
"Yaa, peristiwa ini memang merupakan suatu peristiwa
yang menakutkan, tapi bagaimana pun juga aku adalah
seorang yang sempurna dalam tenaga dalam, coba kalau
racun itu berada ditubuh orang lain, setelah mendengar
irama Si-sim-ci tersebut, niscaya semua akal budinya akan
lenyap dan dia akan menggila terus sampai mati."
"Tapi aku tak sampai menjadi begitu rupa, dengan
paksakan diri kukendalikan racun tersebut agar tak sampai
menyambar ke mana-mana....aku berhasil memojokkan
racun itu sehingga kekalapanku tak sampai membuat aku
menjadi tak sadar atau mati"
Setelah menghela napas panjang, katanya lebih jauh:
"Ditengah aku sedang menari dengan kalap itulah, tibatiba
ia bertanya kepadaku: "Apakah kitab Hek-tao kengberada
di tanganmu?" "Aku menjawab Ya benar, memang kitab itu berada
ditanganku." Ia memaksa kepadaku untuk menyerahkan kitab itu
kepadanya, dan saat itulah aku sadar dari pengaruh kalap
itu, maka akupun bertekad untuk membunuhnya!
"Sudah barang tentu ilmu silat yang dimilikinya bukan
tandinganku, ketika sudah mulai keteter hebat dan
nyawanya mulai terancam bahaya maut, tiba-tiba ia
gunakan kembali irama harpa tersebut untuk
mengendalikan aku, dan semenjak itulah aku disekap


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disini." 00000OdwO00000 BAB 50 APAKAH kau tak sanggup untuk keluar dari sini dan
mencarinya?" tanya Ong Bun Kim.
"Kau keliru besar, bukannya aku tak bisa keluar dari siat,
adalah aku sendiri yang tak dapat meninggalkan tempat ini
karena aku telah makan obat racun itu..."
"Mengapa demikian?"
"Aaai.! Kalau diceritakan mungkin saja kalian tidak
percaya, setiap sepuluh jam satu kali. kalau tidak kudengar
irama harpa tersebut maka racun yang berada dalam tubuh
akan kambuh, ini mengakibatkan aku merasa amat tersiksa,
beberapa kali aku ingin mati saja, tapi setiap kali irama
harpa tersebut telah menolong jiwaku, ia tidak membiarkan
aku mati karena dia berharap bisa mendapatkan kitab
pusaka Hek mo-keng tersebut."
"Jadi kau tak dapat meninggalkan tempat ini, karena kau
harus mendengarkan irann harpa tersebut?"
"Benar!" "Sungguh suatu perbuatan yaag amat keji!" teriak Ong
Bun kim sambil menggigit bibir.
"Benar aku betul betul ingin mati tak bisa, ingin
hiduppun susah, terpaksa sepanjang tahun aku harus
mendekam dalam ruangan ini dan hidup dijawab kendali
orang lain....Dua bulan kemudian sejak peristiwa itu, putri
ku pun lahir. "Mata uang kematian adalah senjata rahasia andalanku,
dalam keadaan begitulah aku mulai teringat kembali akan
diri Ong See liat, aku pikir mungkin ia dapat
menyelamatkan jiwaku. "Tak lama setelah putriku dilahirkan, tiba-tiba seseorang
muncul dalam ruang bawah tanah itu, orang itu adalah
pangcu dari perkumpulan Hui-yan pang"
"Kuserahkan putriku kepadanya, akupun mengatakan
kepadanya agar menyerahkan keenam biji mata uang
kematian itu kepada Ong See liat, sebab aku telah mengukir
tempat sekapanku ini di-atas mata uang tersebut."
"Sungguh kasihan pangcu dari Hui yan pang tersebut,
dia telah mati dibunuh Pak khek sin mo bahkan semua jago
Iihay dalam perkumpulannya ikut dibunuh semua sampai
habis, beruntung sekali istrinya dan putriku berhasil
melarikan diri..." "Yaa, sesungguhnya hal mana sudah berada dalam
dugaanku. Yu leng lojin pasti akan pergi mencarinya,
sungguh kasihan dia dan para anggota per kumpulannya,
mereka harus mati lantaran aku...."
Berbicara sampai disini, air matanya tak bisa dibendung
lagi segera bercucuran dengan derasnya.
"Sesungguhnya Hek mo keng itu kitab macam apa?"
tanya Ong Bun kim kemudian.
"Sejilid kitab pusaka ilmu silat peninggalan dari Hek mo
im (bayangan Ibiis hitam)!"
"Kitab pusaka itu berhasil kau dapatkan?" tanya Tay
khek Cinkun dengan terperanjat.
"Benar!" "Lantas dimanakah pedang saktinya?" tanya Tay khek
Cinkun lebih lanjut. "Soal itu aku kurang begitu tahu!"
"Aaai ! Sungguh tak kusangka kalau perkataan diri Thian
jian Cuncu ternyata bukan kata-kata kosong belaka, ketika
ia mengatakannya kepadaku dulu, aku masih mengira hal
itu sebagai sesuatu lelucon belaka, tak tahunya..."
"Apa yang telah dikatakan Thian jian Cuncu
kepadamu?" tanya Ong Bun kim sambil menghela napas.
"Disaat pedang sakti muncul kembali, pembunuhan
berdarah akan terjadi dalam dunia persilatan, dan..."
Dan apa" Iba tidak melanjudtkan kata-katanaya, selapis
rasba sedih dan murung segera menyelimuti wajahnya.
Sampai lama sekali ia batu bergumam kembali: "Rahasia
langit tak boleh bocor, kalau tidak sukar dilukiskan apa
akibatnya, Thian jian Cuncu benar-benar seorang tokoh
sakti yang tiada bandingannya didunia ini"
Ong Bun-kim tak tahu apa yang telah di-katakan Thian
jian Cuncu kepada Tay khek Cinkun, tapi oleh sebab
persoalan itu menyangkut rahasia langit, maka diapun tidak
bertanya lebih jauh. Ong-Bun-kim segera mengalihkan pokok penbicaraan itu
ke soal lain, tanyanya kemudian:
"Apakah Yu-leng lojin sendiri yang memainkan irama
harpa tadi?" "Mungkin benar, kecuali seseorang yang memiliki tenaga
dalam sempurna, jangan harap permainan harpa tersebut
bisa dilakukan-bahkan dengan tenaga dalam yang kau
miliki sekarangpun masih belum cukup!"
Ong-Bun-kim segera menggertak gigi menahan
geramnya, ia berseru dengan penuh luapan emosi.
"Aku pasti akan melumat tubuhnya hingga menjadi
berkeping keping, kalau tidak rasanya dendam kesumat ini
sukar dihilangkan dari dalam hatiku...."
"Aku lihat ruangan ini agaknya diatur menurut suatu
kedudukan ilmu barisan, apa benar begitu?" tiba-tiba Taykhek
Cin kun bertanya. "Benar, memang diatur menurut barisan Kiu-kiong yang
mengandung unsur Pat-kwa"
Tay-khek Cinkun menggigit bibirnya seperti sedang
memikirkan sesuatu, kemudian sambil tertawa dingin
katanya: "Aku harus pergi menjumpainya!"
"Menjumpai siapa?"
"Pak-khek sinmo Yu-leng-lojin...!"
Sinar matanya lantas dialihkan keatas wajah Iblis cantik
pembawa maut, lalu tanyanya:
"Bagaimanakah keadaan lukamu sekarang?"
"Tidak terlalu bahaya, asal kusalurkan hawa murniku
untuk penyembuhan, maka semua luka tersebut akan
sembuh dengan sendirinya."
"Kalau begitu, tolong bantulah aku sekali lagi!"
lblis cantik pembawa maut manggut-manggut, diapun
segera menepuk bebas tiga buah jalan darah penting
ditubuh Tay khek Cinkun, lalu menyalurkan hawa
murninya untuk membantu kakek itu menyembuhkan
penyakitnya. Cara pengobatan yang dilakukanb ternyata cepatd sekali,
hanya adalam waktu sinbgkat pengobatan itu sudah selesai.
Tay-khek Cinkun yang memperoleh bantuan tenaga dari
Iblis cantik pembawa maut pun segera mengerahkan tenaga
sendiri untuk mengobati lukanya, sudah barang tentu luka
tersebut menjadi sembuh kembali jauh lebih cepat daripada
dihari biasa. Ketika lukanya benar-benar telah sembuh Tay khek
Cinkun segera menghela napas panjang, lalu katanya:
"Budi pertolonganmu ini rasanya tak perlu kuucapkan
terima kasih, tapi budi itu pasti akan kubalas dikemudian
hari." "Tak usah sungkan sungkan!"
"Eee.h....baiknya aku menyebutkan dengan panggilan
apa?" tiba-tiba Ong Bun-kim bertanya:
"Panggil saja aku dengan sebutan A-ih (bibi).!"
Ong Bun kim manggut-manggut . "A-ih, tahukah kau
kalau kami sudah terkena racun jahat tak berwujud.."
"Tak usah kuatir, racun itu sudah kuusir keluar dari
dalam tubuh kalian, untung saja sebelum kejadian kalian
sudah menelan sebutir pil penawar racun, kalau tidak,
mungkin akupun tak sanggup untuk menyelamatkan jiwa
kalian!" "Aku akan pergi mencarinya sekarang juga !" Tay-khek
Cinkun kembali berkata dengan tiba-tiba.
"Mencari siapa" Yu leng-lojin?"
"Benar! Barisan Kiu-liong pat kwat-tin tak bakal bisa
mengurungku disini!"
"Baik, mari kita pergi mencarinya!" sahut Ong Bun kim
pula dengan dingin. "Cianpwe, kau tak boleh berbuat demikian" cegah Iblis
cantik pembawa maut secara tiba-tiba.
Tay khek Cinkun segera tertawa.
"Bagaimanapun juga selembar nyawaku ini berhasil
kupungut kemba'i sekalipun harus mati juga tak mengapa!"
Selesai berkata, ia lantas berjalan lebih duluan keluar dari
ruangan itu. "Tunggu sebentar!" bentak Iblis cantik pembawa maut.
"Pesan apa lagi yang hendak kau katakan?"
"Apakah kalian bersikeras hendak mencarinya?"
"Benar!" "Permainan harpa itu belum berkumandang lagi,
tahukah kalian sekarang dia berada dimana?"
Tay khek Cinkun merasa perkataan itu ada benarnya
juga, sampai kini irama harpa belum berkumandang lagi,
mana ia bisa tahu berada dimanakah iblis tua tersebut"
Maka setelah berrpikir sebentart sahutnya dingiqn; "Baik,
kita rnantikan beberapa jam lagi!"
Iblis cantik pembawa maut pun berpaling ke arah Ong
Bun kim, lalu ujarnya: "Ong Bun kim, sekalipun ayahmu tidak berjodoh
denganku, tapi bagaimanapun juga kau adalah putranya,
untuk membalas dendam, bersediakah kau mempelajari
beberapa jurus silat yang akan kuajarkan kepadamu?"
Ong Bun kim merasa sangat gembira.
"Terima kasih banyak atas kebaikan A ih." sahutnya.
"Akan kuajarkan ilmu pukulan Hek mo sin ci ada
(pukulan sakti iblis hitam) kepadamu, sebab ilmu pukulan
itu hanya terdiri dari empat jurus, Walaupun begitu, aku
rasa belum tentu ada seorang manusiapun dalam dunia
persilatan dewasa ini yang sanggup menghadapinya, nah
jurus pertama bernama Hek ya mo mi (bayangan setan
ditengah kegelapan) jurus kedua bernama Mo im kui jiau
(bayangan iblis cakar setan), jurus ketiga bernama Mo kui ci
ong si (setan iblis berambut mayat) dan jurus terakhir
adalah Mo hong su ki (angin iblis berhembus dari empat
penjuru), sekarang perhatikanlah baik-baik, akan segera
kuajarkan ilmu pukulan itu kepadamu!"
Demikianlah, selanjutnya perempuan itupun mewariskan
ilmu pukulan silatnya sejurus demi sejurus kepada Ong Bun
kim. Dengan tekun dan penuh semangat Ong Bun kim
mempelajarinya, betul hanya terdiri dari empat jurus
belaka, ternyata tidak gampang untuk dipelajari, apalagi
perubahan yang sedemikian banyaknya, coba pemuda itu
tak berotak encer, niscaya kepandaian itu akan sulit untuk
dipelajarinya. Lima jam kemudian Ong Bun kim telah berhasil
menguasahi ilmu pukulan maha sakti itu.
Menyaksikan kecerdasan dan kemampuan si anak muda
itu, Iblis cantik pembawa maut menghela napas panjang.
"Aaaai ! Kecerdasanmu benar-benar tak kalah bila
dibandingkan dengan ayahmu dimasa lampau, kejadian ini
sungguh merupakan suatu kejadian yang patut digirangkan,
duduklah..." "Mau apa disuruh duduk?"
"Akan kuhadiahkan sepertiga dari tenaga dalam ku
untukmu!" "Aaah! Hal ini......hal ini mana boleh?"
"Jangan kuatir" ujar Iblis cantik pembawa maut,
"sekalipun sepertiga dari kekuatanku telah kuberikan
kepadamu, hal tersebut sama sekali tak akan mempengaruhi
diriku, tenaga kekuatan yang berada dalam tubuhku masih
tetap sebesar seratus tahun hasil latihan"
Terhadap cinta kasih dari Iblis cantik pembawa maut ini,
Ong Bun-kim benar-benar merasa terharu sekali sehingga
tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Akhirnya dengan air mata bercucuran karena
terharunya, pemuda itu berkata.
"A-ih, aku tak tahu dengan cara apa harus menyatakan
rasa terima kasihku kepadamu!"
"Sudahlah nak, ini belum terhitung seberapa, kau tak
usah berterima kasih kepadaku, yang penting sekarang
duduklah dengan tenang disitu, aku akan segera turun
tangan" Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim segera menurut
dan duduk diatas lantai. Pelan-pelan Iblis cantik pembawa maut menempelkan
telapak tangan kanannya keatas jalan darah Thian leng kay
diubun-ubun Ong Bun-kim, segulung tenaga murni yang
maha besar dengan cepatnya menyusup masuk lewat ubunubun
dan segera menerjang kedalam tubuh anak muda itu.
Tay khek cinkun yang menyaksikan kejadian itu tak bisa
berbuat lain kecuali berkemak-kemik bergumam seorang
diri; "Inilah yang dinamakan takdir..inilah yang benar-benar
merupakan takdir..."
Kurang lebih satu jam kemudian, pengerahan tenaga
itupun telah selesai, sambil bangkit berdiri kata Iblis cantik
pembawa maut! Tenaga dalam yang kau miliki sekarang paling tidak
sudah berada diatas seratus tahun hasil latihan, jika
dikombinasikan penggunaannya dengan ilmu pukulan Hek
mo sin ciang yang ku hajarkan tadi, maka kepandaian
silatmu sekarang sudah cukup untuk menjagoi dunia
persilatan." "Terima kasih banyak A-ih atas cinta kasihmu yang
bersedia membawaku ke jalan kesuksesan " bisik Ong Bunkim
dengan air mata bercucuran karena terharu.
"Tak usah berterima kasih kepadaku, asalkan kau bisa
mencarikan putriku untuk berjumpa muka denganku, itu
sudah lebih dari cukup."
"A-ih aku pastia kan membawanya datang kemari..." si
anak muda itu berjanji. Baru habis ia menyelesaikan kata katanya mendadak...
Irama maut Si sim ci ki yang mengalun merdu itu
kembali berkumandang memenuhi seluruh ruangan, begitu


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendengar iramba musik sepertid juga semula Ibalis cantik
pembbawa maut segera tertawa tergelak gelak seperti orang
gila, dan menari nari seperti orang yang sudah tak waras
otaknya. Tay khek Cinkun segera berbisik kepada Ong-Bun kim:
"Ong Bun kim hayo sekarang juga kita berangkat!"
Begitu selesai berkata, ia telah menerjang lebih dahulu ke
arah pintu depan. Selapis hawa napsu membunuh menyelimuti wajah Ong
Bun kim, ketika Tay khek Cinkun menerjang keluar dari
mulut gua tadi, diapun ikut pula di belakangnya menerjang
keluar dari sana. Irama harpa masih saja mengalun dengan merdunya
diseluruh ruangan. Gelak tertawa kalap dari Iblis cantik pembawa maut,
berkumandang pula tiada hentinya...
Setelah berbelok kedalam sebuah lorong bawah tanah
dan berjalan lebih kurang satu kaki lebih, tiba-tiba Tay khek
Cinkun menghentikan langkahnya lalu bergumam seorang
diri: "Empat berubah menjadi delapan... delapan kembali
menjadi empat, empat sembilan tiga puluh enam... benar,
benar, pasti beginilah caranya- untuk memecahkan..."
Ia lantas menarik tangan Ong Bun-kim dan mulai
berjalan kian kemari ditengah lorong yang gelap gulita itu,
perjalanan dilakukan makin lama semakin cepat...
Mengikuti arah perjalanan mereka semakin cepat itu,
suara permainan harpa yang mengalun merdu itu
kedengaran kian lama kian bertambah dekat.
Tiba-tiba Ong Bun-kim bertanya:
"Locianpwe, jangan-jagan ruang bawah tanah ini
berhubungan langsung dengan perguruan Yu-leng-bun?"
"Ehmm.... kemungkinan ini memang selalu ada."
"Yu leng Lojin betul betul berkepandaian hebat dan
berkemampuan luar biasa." kata pemuda itu lagi dengan
suara dingin. "Benar, dia memang seorang manusia yang cerdas dan
berkepandaian yang luar biasa, cuma sayang telah
menempuh jalan yang sesat sehingga menimbulkan badai
pembunuhan berdarah dalam dunia pesilatan, peristiwa ini
sungguh pantas disesali dan disayangkan."
Dalam pada itu mereka telah tiba didepan sebuah
ruangan batu, Ong Bun-kim memperhatikan sejenak
suasana disekitar situ, lalu serunya.
"Locianpwe, suara irama harpa tersebut berasal dari
dalam ruangan ini?" "Betul!" Tanpa berpikir panjang lagi Ong Bun-kim segera
melompat ke depan pintu itu dan melancarkan sebuah
pukulan dahsyat ke arahb pintu batu itud dengan tangan
akirinya. "Blaaabng !" suatu benturan keras yang memekikkan
telinga berkumandang memecahkan keheningan, sebuah
lubang yang amat besar segera muncul diatas batu itu,
namun pintu itu sendiri sama sekali tidak bergeser dari
posisinya semula. Kenyataan tersebut sangat mengejutkan Ong Bun kim,
segera pikirnya didalam hati:
"Suatu pintu batu yang betul betul amat tebal......"
Tay-khek Cinkun dengan cepat menghimpun tenaga
dalamnya dan melancarkan pula sebuah pukulan kedepan,
akan tetapi kenyataannya, pintu batu itu sama sekali tak
bergeser juga dari tempat semula, sementara irama harpa
mengalun keluar dari balik pintu itu.
"Pintu ini susah untuk dibuka" keluh Tay-khek Cinkun,
"mari coba kita cari disekitar tempat ini, siapa tahu kalau
ada tombol khusus untuk membuka pintu tersebut!"
Ong Bun-kim segera mengalihkan sinar matanya untuk
menyapu sekejap sekeliling tempat itu, tapi diluar ruang
batu tersebut kosong melompong tiada suatu benda apapun,
ini membuat anak muda itu menjadi melongo dan tertegun.
Sebaliknya sinar mata Tay-khek Cinkun segera dialihkan
keatas sebuah patung batu berukiran yang berada lima depa
dihadapan mereka dan menatapnya tak berkedip.
Tiba tiba ia maju menghampiri batu berukir tersebut,
kemudaan diamatinya beberapa saat, setelah itu berusaha
untuk menggeserkan patung itu dari sana. tapi patung
batunitu sedikttpun tidak bergeser dari posisinya semula
Mendadak Tay-khek Cinkun menangkap bagian kepala
dari patung tersebut dan memutarnya kesamping kiri.
Berbareng dengan diputarnya kepala patung tersebut,
segera terdengarlah suara bergemerincing yang amat
nyaring berkumandang memecahkan keheningan.
Benar juga, pintu batu itu segera membuka dengan
sendirinya. Ong Bun-kim menjadi sangat girang sekali, sementara
Tay-khek Cinkun dengan suatu lompatan kilat telah
menerjang masuk kebalik pintu itu, buru-buru Ong Bun-kim
menyusul pula dari belakangnya
Suasana dalam ruangan itu gelap dan lembab, disudut
ruangan situ duduklah sesosok bayangan hitam sedang
memetik senar harpa irama musik yang menyeramkan
itupun berkumandang dari sana.
"Tahan!" bentak Ong Bun-kim dengan suara
menggeledek. Tapi orang itu sama sekali tidak menggubris bentakan
itu, sebaliknya masih tetap duduk sambil memetik senar
harpanya. Ong Bun-kim memrbentak keras satmbil menerjang qke
depan, dalamr gusarnya ia telah melancarkan sebuah
pukulan dahsyat kearah bayangan hitam yang sedang
memetik senar harpa tersebut.
"Blaaang...!" suatu benturan yang amat keras
menggelegar memecahkan keheningan
Permainan harpa pun segera terhenti.
Ketika Ong Bun-kim mengalihkan kembali sorot
matanya ke arah bayangan hitam itu, hampir saja ia berseru
tertahan, ternyata orang yang memetik harpa itu bukanlah
Yu-leng Lojin seperti yang diduganya semula, melainkan
adalah seorang manusia aneh berambut panjang yang
bentuk wajahnya amat menyeramkan.
Entah akibat dan pukulan Ong Bun-kim, ataukah pada
dasarnya memang demikian paras muka manusia aneh itu
pucat pias hingga tampak menyeramkan sekali, sepasang
matanya yang dingin dan tajam tiba-tiba dialihkan kearah
wajah Ong Bun-kim dan menatapnya lekat-lekat.
Dipandang secara begini rupa, diam-diam bergidik juga
hati anak muda itu sehingga bulu kuduknya pada bangun
berdiri. Tay-khek Cinkun segera maju ke depan, tapi tiba tiba
saja ia menjerit kaget setelah menjumpai paras muka orang
itu. "Haaah... Rupanya kau..."
Sambil menjerit kaget, paras muka Tay khek Cinkun
berubah sangat hebat, kemudian dengan sempoyongan ia
mundur tiga empat langkah lebar.
"Sii....siapakah dia?" tanya Ong Bun-kim dengan cepat.
Tay khek Cinkun tidak menjawab pertanyaan tersebut,
dia hanya bergumam kembali dengan perasaan hampir tak
percaya: ?"Hal ini.....hal ini benar-benar tak masuk diakal...
sungguh tak masuk diakal...."
"Sebenarnya siapakah dia?" sekali lagi Ong Bun-kim
mengajukan pertanyaannya:
Seperti baru tersadar kembali dari rasa kagetnya, Tay
khek Cinkun gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aaaai....! Kalau dibicarakan mungkin kau pun tak akan
percaya.." "Kenapa tak akan percaya" Sesungguhnya siapakah dia?"
Pelan-pelan Tay-khek Cinkun mengalihkan kembali sinar
matanya ke atas wajah si kakek pemetik harpa itu,
kemudian menegur. "Sobat lama, masih kenal dengan aku orang she Can?"
Dengan sinar mata yang menggidikkan hati orang itu
menuap wajah Tay khek Cinkun lekat-lekat, lama... lama
sekali ia baru menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Apa" Kau tidak kenal lagi denganku?" seru Tay khek
Cinkun terperanjat. "Locianpwe, sebenarnya siapakah orang ini?" tanya Ong
Bun kim lagi dengan perasaan terperanjat.
"Bu khek lojin, salah seorang diantara Bu lim sam lo!"
"Haah?" Ong Bun kim menjerit kaget pula tanpa terasa,
sebab kejadian itu benar-benar merupakan suatu peristiwa
yang menggetarkan perasaan orang, sungguh tak disangka
kalau kakek pemetik harpa ini tak lain adalah Bu khek lojin.
oooOdwOooo BAB 51 "JADI dialah yang bernama Bu khek lojin?" seru anak
muda itu lagi dengan terperanjat.
"Benar!" "Peristiwa peristiwa ini sungguh merupakan suatu
peristiwa yang sama sekali tak masuk di-akal."
Berbicara sampai disini, tak tahan lagi Ong Bun kim
bersin beberapa kali lantaran ngeri.
"Yaa, tidak kusangka kalau Yu leng lojin sedemikian
lihay dan luar biasanya hingga diapun bisa ditariknya
masuk ke dalam perguruan Yu leng bun, kejadian ini
sungguh mengejutkan hati orang."
Pelan pelan Ong Bun kim mengalihkan kembali sinar
matanya ke wajah Bu khek lojin, tampak dengan sorot mata
yang menggidikkan dan penuh dengan pancaran hawa
napsu membunuh kakek itu sedang menatap wajah Ong
Bun kim lekat lekat. "Siapa kalian?" tiba tiba ia menegur.
"Aku adalah Tay khek Cinkun!" buru-buru Tay-khek
Cinkun memperkenalkan diri.
"Kau... kau adalah Tay khek Ciakun" Ya..! aku seperti
teringat de......dengan nama ini."
"Sobat lama, apakah kau lupa ketika kita bermain catur
ditengah salju dulu?"
"Lupa. ...lupa..." mendadak hawa napsu membunuh
yang menggidikkan hati memancar keluar dari balik
matanya, kemudian ia membentak keras keras:
"Siapa yang telah menghantam diriku tadi ?"
"Aku!" jawab Ong Bun kim dengan perasaan terkesiap.
"Bocah muda, rupanya kau sudahb bosan hidup?"
d"Aku tidak tahua kalau kau adalbah...."
"Kau anggap siapakah aku ini?"
"Yuleng lojin..."
"Kau berani turun tangan terhadap majikanku?"
"Apa" Yu leng lojin adalah majikanmu?"
"Benar!" Tay-khek Cinkun dan Ong Bun kim saling berpandangan
sekejap, kemudian mereka sama-sama merinding
dibuatnya.. Dengan perasaan terkesiap Tay-khek Cinkun
segera bertanya lagi: "Mengapa kau bersedia menggabungkan diri dengan Yu
leng lojin dan menjadi pembantunya?"
"Karena dia adalah seorang yang sangat baik!"
"Jadi kaupun sudah pernah merasakan ilmu hipnotis Gi
sin tay hoatnya." "Apa itu Gi sin tay hoat" Aku tidak tahu yang kalian
maksudkan itu, cuma kalian begitu berani bersikap kurang
ajar kepada ku, aku tak akan mengampuni kalian dengan
begitu saja." Begitu selesai berkata, tiba-tiba ia melompat ke hadapan
Ong Bun kim, kemudian dengan harpa besinya yang
disertai dengan tenaga dahsyat, ia hantam tubuh si anak
muda itu. Tampaknya sifat buas dari Bu khek lojin telah berkobar,
serangan yang dilancarkan ke arah Ong Bun kim ini telah
disertai dengan kekuatan yang luar biasa, tampaknya dia
berniat untuk melenyapkan si anak muda itu dalam sebuah
serangannya. Pada saat Bu-khek lojin melancarkan serangannya tadi,
Tay-khek Cinkun ikut melejit ke depan dan menerjang ke
arah manusia aneh itu.sebuah pukulan segera dilancarkan
ke arah Bu khek lojin seraya bentaknya keras-keras:
"Tahan..." Oleh bentakan itu tanpa terasa Bu khek lojin
menghentikan gerakan tubuhnya, dengan sinar mata yang
tajam ia menatap wajah Tay-khek Ciakun tajam-tajam, lalu
serunya: "Ada urusan apa kau suruh aku berhenti menyerang?"
"Sobat lama, apakah kau sudah tidak mengindahkan lagi
persahabatan kita yang dulu?"
"Persahabatan" Haahh haahh hah hakekatnya aku sama
sekali tidak kenal dengan dirimu!"
Seraya berkata sekali lagi ia menerjang ke depan dengan
amat dahsyatnya. Paras muka Ong Bun-kim berubah hebat hawa
amarahnya telah berkobar dalam dadanya, ia tak tahan
menyaksikan keangkuhan dan kenekatan kakek aneh itu
terhadap dirinya. Pada saat itulah Tay khek Cinkun telah melancarkan
pula sebuah pukulan dahsyat.
Tampaklnya Tay-khek Cinkun tidak ingin bertarung
sendiri melawan Bu khek lojin, maka sekalipun dalam
serangannya itbu telah disertadkan tenaga penuah, namun
tidak bdisertai ancaman yang mematikan.
Sebaliknya kebuasan Bu-khek lojin telah berkobar,
ditengah bentakan yang sangat keras, secara beruntun dia
melancarkan empat buah serangan kilat yang
keseluruhannya ditujukan ke bagian-bagian yang
mematikan ditubuh Tay-khek Cinkun, sungguh suatu
serangan yang keji dan mengerikan.
Berbicara dalam hal tenaga dalam, agaknya kepandaian
Tay-khek Cinkun masih menang setingkat bila
dibandingkan dengan Bu khek lojin, cuma dia tak ingin
melukai sobat lamanya ini karena dia tahu Bu-khek lojin


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah terkena pengaruh ilmu hipnotis Gi-sin tay-hoat dari
Yu-leng lojin. Serangan demi serangan dilangsungkan berulang kali,
pertarungan berjalan amat cepat, dalam waktu singkat
sepuluh gebrakan sudah lewat tanpa terasa.
Tiba-tiba Ong Bun-kim membentak keras:
"Locianpwe, bekuk dirinya..."
Paras muka Tay khek Cinkun berubah hebat diapun
sadar bila sobatnya ini tidak segera dibekuk, maka
pertarungan yang berkepanjangan bukan merupakan suatu
keuntungan bagi pihaknya.
Berpikir demikian, diapun membentak keras, tangan
kirinya segera dibabat ke depan dengan kecepatan luar
biasa. Dua sosok bayangan manusia saling berputar ditengah
udara lalu memisahkan diri menjadi selapis cahaya tajam,
terasalah angin pukulan menderu-deru amat menyeramkan.
Sungguh pertarungan ini merupakan suatu pertarungan
sengit yang jarang terjadi dalam dunia persilatan, sampai
terbelalak Ong Bun kim menyaksikan jalannya pertarungan
tersebut. Mendadak terdengar suatu bentakan nyaring
menggelegar di ruangan, menyusul kemudiar. terjadinya
suatu benturan keras, dua sosok bayangan manusia saling
berpisah dan Bu khek lojin sambil muntah darah segera
terjungkal ke atas tanah.
Tay khek Cinkun sendiripun mundur sejauh tujuh
delapan langkah dari tempat semula, tak tahan diapun ikut
muntah darah segar. Dengan suatu langkah cepat Ong Bun kim menerjang
maju ke depan dan mencengkeram tubuh Bu khek lojin,
kemudian sambil mengangkatnya ke udara ia membentak.
"Bu-khek lojin, kenapa kau bersedia masuk menjadi
anggota perguruannya Yu leng lojin?"
Bu-khek lojin,. melirik sekejap ke arah Ong Bun kim, lalu
tertawa dingin tiada hentinya suara tertawanya masih tetap
begitu sinis dan menyeramkan...
"Hayo cepat menjawab!" kembali Ong Bun-kim
membentak, "mengapa kau bersedia menjadi kaki
tangannya rYu leng lojin dtan menjadi seorqang algojo
disirni?" "Kalian sendiri baru algojo-algojo yang jahat, kalau
hendak membunuh diriku, hayolah cepat dibunuh" bentak
Bu-khek lojin. "Hmm! Tidsk sulit buat kami jika ingin membunuhmu,
setiap saat nyawamu bisa ku-cabut!"
"Kalau begitu, hayolah cepat cabut nyawaku." Ong Bunkim
teramat gusar, telapak tangannya sudah diangkat ke
udara siap membunuh kakek aneh tersebut. Tapi pida saat
itulah tiba-tiba terdengar Tay khek Cinkun berseru dengan
nyaring: "Ong Bun kim, lepaskan dia!"
"Kenapa?" tanya Ong Bun kim dengan wajah tertegun.
"Sekalipun ia dibunuh juga tiada kegunaan apa-apa buat
kita, lagi pula ia sudah terkena ilmu hipnotis Gi sin tay hoat
dari Yu leng lojin sehingga kehilangan ingatannya, dia tak
boleh dibunuh, kasihan dengan nyawanya."
"Jadi maksudmu?"
"Lepaskan dia!"
Ong Bun kim berpikir sebentar, lalu manggut-manggut.
"Baiklah!" Ia membanting tubuh Bu khek lojin keatas tanah, setelah
itu baru bertanya kepada Tay khek-Cinkun:
"Lukamu tidak terlampau serius bukan?"
"Masih untung agak mendingan, biar kusembuhkan dulu
lukaku ini kemudian kita baru meninggalkan tempat ini!"
Seraya berkata ia berjalan lebih dulu keluar dari pintu
batu tersebut. Setelah keluar dari pintu, ia menggeserkan kembali
kepala patung batu itu, maka pintu pun pelan pelan
menutup kembali. Setelah itu dengan wajah serius Tay khek Cinkun baru
duduk bersila untuk menyembuhkan luka yang dideritanya.
Ong Bun-kim sendiripun merasakan juga suatu perasaan
kaget yang luar biasa, sebab salah satu diantara Bu-lim-sam
lo yaitu Bu-khek lojin telah menggabungkan diri dengan Yu
leng lojin, dari sini dapat diketahui bahwa ambisi Yu leng
lojin untuk merajai seluruh dunia persilatan memang telah
direncanakan dengan masak-masak.
Tak lama kemudian Taykhek Cinkun telah selesai
menyembuhkan luka yang dideritanya, pelan-pelan ia
bangkit berdiri dan menengok sekejap ke arah si anak muda
itu lalu katanya: "Mari kita pergi!"
"Ke mana?" "Meninggalkan tempat ini!"
Ong Bun kim manggut manggut.
"Kalau begitu kita beritahukan dulu niat ini kepada Iblis
cantik pembawa maut!"
"Baik!! Maka dibawah pimpinan Tay khek Cinkun, mereka
berjalan kembali menembusi barisan dalam lorong rahasia
itu dan menuju ke ruangan dimana Iblis cantik pembawa
maut disekap. Tak selang sesaat kemudian, mereka telah tiba kembali
diluar ruangan batu itu. "Apakah Ong Bun kim yang datang?" terdengar Iblis
cantik pembawa maut menegur.
"Benar." ditengah sahutan tersebut mereka telan melihat
kedatangan iblis cantik pembawa maut yang menyongsong
kedatangan mereka. "Siapakah pemetik harpa itu?" perempuan itu segera
bertanya. "Kalau dibicarakan mungkin kaupun tak akan percaya"
kata Tay khek Cinkun, "kau tahu, ternyata dia tak lain
adalah Bu khek lojin, salah seorang diantara Bu lim sam
lo?" "Bu khek lojin...." Kenapa bisa dia" Jadi si pemetik harpa
itu benar-benar adalah Bu khek-lojin?"
"Benar!" Iblis cantik pembawa maut menjidi amat terperanjat.
"Aah, hal ini mana mungkin bisa terjadi?" serunya.
"Tapi kenyataannya memang dia!"
"Sungguh tak kusangka kalau ia sudah terjatuh ke tangan
musuh!" "Oleh sebab itulah peristiwa ini boleh dibilang
merupakan suatu kejadian yang sama sekali tak disangka"
kata Tay-khek Cin kun sambil menghela napas panjang,
tiba-tiba ia bertanya lagi, "dengan tenaga dalam yang kau
miliki sekarang, sanggupkah kau untuk memecahkan
pengaruh ilmu hipnotis Gi-sin tay-hoatnya itu?"
"Masih sulit untuk dilakukan, konon ilmu Gi-sin-tayhoat
adalah suatu ilmu hitam yang bisa menghilangkan
kesadaran maupun watak seseorang disamping dapat
memancing berkobarnya hawa jahat serta kebuasan orang
untuk melakukan hal hal yang tak diinginkan, menurut apa
yang kuketahui, ilmu hitam tersebut bukannya bisa diatasi
dengan bahan obat-obatan."
"Bagaimana kalau menggunakan tenaga dalam?"
"Tentang soal ini sulit untuk bdikatakan, daladm kitab
Hek-mo-akeng pernah dibbicarakan tentang ilmu hitam
tersebut, tapi dengan kemampuan Hek-mo im pribadi pun
akhirnya tak berhasil menyimpulkan sesuatu."
Pendekar Sakti Suling Pualam 3 Anak Berandalan Karya Khu Lung Pendekar Misterius 3
^