Pencarian

Suling Mas 20

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Bagian 20


Boleh! He, pengawal, sampaikan kepada semua petugas
dalam istana dan kepada penjaga perpustakaan, mulai saat ini Suling Emas boleh masuk keluar dan membaca kitab mana
saja ia sukai. Ha-ha-ha! Selain itu, Suling Emas. APa lagi"
Kami memberi kesempatan satu lagi. Pilihlah!" Suling Emas merasa bingung. Tadinya ia terpaksa minta ijin itu karena tidak mau mengecewakan hati Kaisar dan memang ia paling suka membaca kitab. Akan tetapi kini harus memilih satu lagi!
Apakah yang menarik hatinya dan ingin ia dapatkan dari
dalam istana ini" Ia tidak menginginkan apa-apa. Tiba-tiba ia teringat kepada Suma Ceng! Suma Ceng sudah menjadi istri seorang pangeran dan tinggal di lingkungan istana pula! kalau saja Suma Ceng masih gadis , belum menjadi istri orang lain, sudah dapat ia pastikan ia akan "berani mati" minta
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dijodohkan dengan Suma Ceng! Akan tetapi, bagaimana ia
bisa berpikir seperti itu" Melihat wajah pemuda itu termenung dan agak pucat, Kaisar bertanya lagi, "Jangan ragu-ragu dan takut-takut, Suling Emas. Katakanlah apa yang kau kehendaki, yang kau pilih. Kami akan mengabulkannya!"
Dalam gugupnya dan dalam kemarahan pada diri sendiri
yang berpikir bukan-bukan mengenai Suma Ceng, Suling Emas menjawab sedapatnya, "Hamba... hamba mohon supaya diberi kebebasan pergi ke... dapur istana dan minta masakan apa saja dari petugas dapur!"
Kini para hadirin yang tertawa bukanlah latah, bahkan
mendahului Kaisar. Ramailah ruangan itu. Suara ketawa baru berhenti ketika Kaisar mengangkat kedua lengannya ke atas.
"Ha-ha-ha, jangan berkecil hati, Suling Emas. Kami dan semua yang hadir tertawa karena lucu dan terharu akan
kesederhanaan hatimu. Baiklah, setiap saat kau boleh masuk dapur dan makan sekenyangmu. Juga kalau engkau
memerlukan pakaian atau apa saja, tidak usah ragu-ragu, beritahukan kepada kepala pengawal, pasti akan kami beri.
Selain dua hadiah itu, kamipun hendak memberi beberapa
pasang pakaian yang sekiranya pantas dan cocok dipakai
Suling Emas, pendekar perkasa yang menjadi sahabat seisi istana Kerajaan Sung yang jaya!" Suling Emas tidak berani menolak, juga ia menerima undangan Kaisar untuk tinggal di istana selama ia suka, menikmati isi perpustakaan yang amat lengkap. Beberapa hari kemudian ia menerima lima pasang pakaian dari sutra hitam yang amat halus dan indah. Bajunya dari sutra hitam, celananya ada yang putih ada yang kuning dan pada setiap baju, di bagian dada, tersulam benang emas sebentuk bulan dengan sebatang suling menyilang. Kaisar memegang teguh janjinya. Suling Emas dapat bergerak
leluasa di dalam istana, dan setiap saat, biar malam sekalipun, ia berani masuk perpustakaan istana. Apabila pintunya sudah tertutup rapat di waktu malam dan penjaganya duduk
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mengantuk di depan pintu, Suling Emas memasuki gedung
perpustakaan dari atas genteng. Semua petugas istana tidak pernah mengganggunya dan semenjak itu, nama Suling Emas amatlah dikenal. Apalagi setelah ia mengenakan pakaian
anugerah Kaisar. Tidak seorang pun tahu bahwa pendekar
besar ini hanya beberapa tahun yang lalu adalah seorang juru tulis Pangeran Suma Kong dan menderita hukum siksa oleh Suma-Kongcu karena berani bermain cinta dengan puteri
Pangeran Suma Kong yang kini menjadi isteri Pangeran Kiang.
Hanya beberapa pekan lamanya Suling Emas menikmati
kemewahan istana. Pada suatu hari, orang tidak melihat
bayangannya lagi karena Suling Emas telah pergi meninggalkan istana tanpa pamit. Kamarnya kosong dan di situ hanya terdapat tulisan huruf indah di atas tembok kamar: Di bawah bimbingan Kaisar bijaksana rakyat makmur negara aman sentausa Kaisar diberi laporan akan kepergian Suling Emas, hanya mengangguk dan selanjutnya memberi perintah agar kamar itu selalu dipersiapkan untuk Suling Emas. Tulisan dalam kamar itu amat menyenangkan hati Kaisar yang diam-diam merasa kecewa bahwa Suling Emas tidak mau menjadi
pengawal pribadinya. Sesungguhnya bukan hanya karena gagal menculik putera
Kaisar saja yang memaksa A-liong, A-kwi dan Sam Hwa
tergesa-gesa kembali ke Pek-coa-to, tidak mau berusaha lagi menculik pangeran kecil seperti yang ditugaskan kepada
mereka oleh Kong Lo Sengjin. Terutama sekali karena melihat Suling Emas di tangan orang muda itulah yang membuat
mereka khawatir sekali akan keadaan majikan mereka. Mereka tahu benar bahwa suling emas pusaka keramat itu tadinya berada di tangan sastrawan Ciu Bun yang berada di Pulau Pek-coa-to. Pulau yang sukar didatangi orang, dan pula, selain Kong Lo Sengjin sendiri yang sering kali berada di pulau, juga disana terdapat dua orang murid majikan mereka yang
memiliki ilmu kepandaian luar biasa, yaitu Bhe Ciu dan Bhe
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kiu. Bagaimana sekarang tahu-tahu suling emas itu terjatuh di tangan murid Kim-mo Taisu"
Ketika tiga orang tua ini mendarat di Pulau Pek-coa-to, mereka menjadi kaget sekali. Majikan mereka, Kong Lo
Sengjin atau Sin-jiu Cow Pa Ong, bekas pangeran Tang yang dengan gigih selama hidupnya berjuang untuk menegakkan
kembali kerajaan yang sudah roboh itu, telah menjadi mayat!
Kakek lumpuh itu telah mati dalam keadaan duduk bersila bersandar pohon dan sebuah kitab kecil berada di kedua
tangannya. Berhadapan dengan Kong Lo Sengjin, juga duduk bersila bersandar batu besar dan sudah menjadi mayat,
adalah sastrawan Ciu Bun! Sam Hwa, A-liong dan A-kwi cepat memeriksa. Ternyata kedua orang itu sama sekali tidak
terluka. Agaknya mereka mati wajar, dan sebelum mati
mereka itu agaknya bercakap-cakap membicarakan kitab kecil yang berada di kedua tangan Kong Lo Sengjin.
Dengan hati-hati mereka mangambil kitab kecil dari tangan Kong Lo Sengjin, lalu mengurus penguburan kedua orang itu.
Penguburan yang sederhana dan sunyi tanpa upacara apa-apa karena di dalam pulau kosong itu memang tidak ada apa-apa.
Mereka bertiga merasa heran mengapa tidak tampak
bayangan Bhe Kiu dan Bhe Ciu. mereka mancari-cari di dalam pulau dan memanggil-manggil, namun tidak terdengar
jawaban. Ketika mereka tiba di tepi laut, di pantai sebelah selatan Pulau Pek-coa-to, mereka terkejut bukan main melihat mayat tergeletak malang melintang di sekitar pantai dan mereka semua mati dalam keadaan terluka oleh pukulan-pukulan dahsyat. Kuda Liong-ma milik Kong Lo Sengjin, yaitu kuda bekas tunggangan Sang Pangeran, seekor kuda yang
mahal, juga telah menjadi bangkai, tubuhnya penuh luka
bacokan senjata tajam. Tiga orang tua otu saling memandang, terheran-heran menyaksikan keadaan yang mengerikan itu.
Akhirnya, mereka tidak dapat berbuat lain kecuali mengubur semua mayat yang sudah hampir busuk itu. Apakah yang
sesunggunya terjadi dan ke mana perginya Bhe Kiu dan Bhe
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ciu dua orang manusia aneh murid dan pelayan Kong Lo
Sengjin" Beberapa hari yang lalu, seorang diri Kong Lo Sengjin mendarat di pulau Pek-coa-to dalam keadaan terluka hebat. Ia terluka di sebelah dalam tubuhnya akibat adu tenaga dengan Kim-mo Taisu. Sebagai seorang ahli silat tinggi yang sakti, kakek ini maklum bahwa lukanya amat parah, tak mungkin
lagi dapat disembuhkan lagi. Akan tetapi dia tidak peduli. Ia sudah terlalu tua, pula ia selalu gagal dalam perjuangannya.
Ia malah ingin cepat-cepat menemui maut. Begitu memasuki pulau, serta merta ia mencari Ciu Bun, bekas sahabatnya yang ia jadikan tawanan di pulau itu. Ingin ia tahu apa yang telah terjadi sehingga suling emas dapat berada di tangan murid Kim-mo Taisu. Ketika ia menemui Ciu Bun, ternyata kakek sastrawan itu tengah duduk bersila bersandar batu dan
membaca kitab kuno dengan asyiknya. Melihat kitab itu Kong Lo Sengjin berteriak girang. "Ah, kau telah mendapatkan kitabnya?" Ia segera duduk pula di depan Ciu Bun.
Ciu Bun bergerak lemah dan wajahnya pucat seperti mayat, namun membayangkan kepuasan dan kebahagiaan. "Ya,
kutukar dengan sulingnya. Kau sudah bosan akan suara suling itu, sekarang dengarlah sajak-sajak dalam kitab ini, Sengjin."
"Bacakanlah." Ci Bun lalu mulai membaca sajak. Suaranya masih keras
dan di antara angin yang bertiup dari laut menyapu
permukaan pulau itu, terdengarlah nyanyian sajak yang aneh dan menggetarkan kalbu. Kong Lo Sengjin duduk bersila, tak bergerak gerak. Ketika matahari condong ke barat, suara Ciu Bun masih terdengar membacakan sajak terakhir. Begitu habis sajak terakhir itu ia menyanyikan, terdengar keluhan panjang dan tubuh Kong Lo Sengjin menjadi lemas, bersandar pada batang pohon dan nyawanya melayang diantara gema suara
nyanyian sajak terakhir. "....akhirnya semua itu kosong hampa, sesungguhnya tidak ada apa-apa!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pada keesokan harinya, terdengar suara ribut-ribut di
tempat itu. Kiranya dua orang kakek yang seperti kanak-
kanak, juga seperti iblis, Bhe Kiu dan Bhe Ciu, telah berada di situ. Melihat betapa majikan dan guru mereka telah tak
bernapas lagi, juga kakek tukang suling seperti yang mereka sebut kepada Ciu Bun, sudah mati, mereka berteriak-teriak menantang orang yang tak tampak yang dianggapnya
membunuh Kong Lo Sengjin, lalu menangis menggerung-
gerung bergulingan di atas tanah, merobohkan pohon-pohon dan batu-batu besar, memaki-maki kemudian tertawa-tawa
karena geli menyaksikan tingkah laku masing-masing.
Memang Ciu Bun juga menghembuskan napas terakhir
setelah ia mendekati dan menemukan kenyataan bahwa
sahabatnya itu telah meninggal dunia. Sambil menarik nafas panjang Ciu Bun mengerahkan tenaganya merangkak dan
menaruh kitab kecil di dalam kedua tangan mayat sahabatnya, kemudian ia kembali duduk bersandar batu. Sudah berhari-hari dia duduk di situ, tanpa makan dan minum menanti
datangnya maut karena ia merasa bahwa tubuhnya sudah
tidak kuat lagi. Akhirnya ia menghembuskan napas terakhir lewat tengah malam.
Kakek gila Bhe Kiu dan Bhe Ciu lalu lari ketakutan dari tempat itu ketika mereka teringat bahwa orang mati bisa menjadi setan.
Mereka lari ketakutan mencari kuda
tunggangan Kong Lo Sengjin. Seperti biasa, mereka berebut menunggang kuda dan membalapkan kuda itu mengelilingi
pulau dengan maksud menjauhkan diri dari dua mayat
manusia itu. Akan tetapi karena pulau itu tidak begitu besar dan kuda itu dapat berlari cepat sekali, setelah lari seputaran kembali mereka melihat dua mayat yang duduk bersandar
pohon dan batu. Mereka makin ketakutan dan kembali
membalapkan kuda. Pada saat itu, secara kebetulan sekali sebuah perahu dagang yang berlayar dari selatan, terdampar di pantai Pulau Pek-coa-to setelah sehari semalam perahu itu jadi permainan badai dan ombak. Tigapuluh dua orang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
penumpang lalu melompat turun mendarat untuk mencari
makan dan minum karena semua ransum habis disapu air laut.
Tiba-tiba mereka mendengar suara derap kaki kuda
dan....dapat dibayangkan betapa kaget dan heran hati mereka ketika
melihat dua orang kakek setengah telanjang
menunggang kuda itu dengan cara yang luar biasa. Si Kakek Gendut berpunuk duduk di leher kuda sambil memegangi
kedua telinga kuda, sedangkan Si Kakek Kurus menggantung pada ekor kuda di sebelah belakang! Akan tetapi perasaan kaget dan heran ini segera berubah menjadi kacau ketika kuda itu menerjang ke arah mereka dan kedua kakek itu berteriak-teriak tidak karuan. Mereka cepat mencabut senjata masing, ada yang mencabut pedang, ada yang menghunus golok,
namun tidak ada gunanya karena Bhe Kiu dan Bhe Ciu sudah mengamuk hebat. Dari atas kuda, kedua orang manusia iblis ini melayangkan pukulan, tendangan, dan setiap kali kaki atau tangan mereka bergerak, tentu ada seorang yang ditendang, dipukul atau dilempar ke atas seperti orang melempar-lemparkan tikus saja! Hebatnya, mereka yang terkena
tendangan atau pukulan, roboh untuk selamanya karena
napasnya putus seketika! Dua orang manusia iblis itu memang wataknya aneh dan tidak normal. Pernah ketika mereka
sembuh dari gigitan seekor kelabang berbisa, mereka
mengamuk dan membunuh semua kelabang yang ada di pulau
itu, baik kelabang kecil maupun besar, ataupun binatang merayap yang mirip kelabang! Sekali membunuh, mereka
seperti mabok dan tidak akan berhenti kalau belum terbunuh semua. Pada saat itu, mereka pun seperti mabok. Sambil
berteriak-teriak, tertawa-tawa dan kadang-kadang bertepuk-tepuk tangan, Bhe Kiu dan Bhe Ciu menyerbu, kadang-kadang dari atas kuda, kadang-kadang turun dan meninggalkan kuda.
Mereka menghantam, menendang, membanting, mencekik.
Belum setengah jam lamanya, tiga puluh dua orang itu sudah menggeletak malang-melintang dalam keadaan tak bernyawa lagi! Bhe Kiu si kakek yang berpunuk gendut, sudah merobek
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
paha seorang lawan dan menjilati darahnya, hendak makan daging paha itu. Agaknya bagi manusia tidak normal ini, daging paha manusia tiada bedanya dengan daging paha
seekor kijang atau kelinci! Akan tetapi ia melepas korbannya ketika mendengar Bhe Ciu berteriak-teriak. Ia melompat dan lari ke pantai di mana Bhe Ciu sedang mendorong-dorong
perahu besar milik para korban tadi. Keduanya menjadi
girang, seperti dua orang anak kecil mereka mendorong
perahu besar itu ke tengah, kemudian mereka menari-nari di atas perahu ketika angin meniup layar perahu dan membuat perahu melaju ke tengah. Akan tetapi kegirangan mereka
hanya sebentar saja. Karena perahu itu tidak dikemudikan, maka menjadi berputar-putar dan sebentar saja kedua orang aneh itu menjadi mabok laut. Mereka muntah-muntah,
terhuyung-huyung dan merusak semua yang terdapat di atas perahu. Bahkan tiang layar pun mereka robohkan, layarnya dirobek-robek dan akhirnya keduanya begitu mabok sehingga jatuh terlentang di atas dek perahu dalam keadaan pingsan!
Namun agaknya setan hendak mempergunakan dua manusia
buas ini untuk mengacau dunia. Dua hari kemudian perahu mereka terdampar di darat. Bhe Kiu dan Bhe Ciu telah sembuh dari keadaan mabok. mereka melompat ke darat lalu berlari-lari memasuki sebuah kampung kecil. Geger di kampung itu dan kembali belasan orang menjadi korban keganasan Bhe Kiu dan Bhe Ciu. Demikianlah, mulai saat itu, di dunia kang-ow muncul dua orang manusia aneh yang amat sakti, buas dan menyeramkan. Lambat-laun mereka dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia ramai, namun watak liar mereka
masih saja menempel sehingga mereka kemudian terkenal
sebagai dua orang di antara Si Enam Jahat di duni akang-ouw.
Bhe Kiu yang gemuk pendek berpunuk mendapat julukan
Toat-beng Koai-jin (Manusia Aneh Pencabut Nyawa). Adapun Bhe Ciu yang tinggi kurus dan seperti kanak-kanak itu dijuluki orang Tok-sim Lo-tong (Bocah Tua Berhati Racun)! Agaknya pengalaman mencicipi daging dan darah manusia sebelum
meninggalkan Pulau Pek-coa-to, membuat Toat-beng Koai-jin
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Bhe Kiu suka akan daging manusia. Kadang-kadang ia
menangkap anak-anak yang gemuk dan berkulit bersih untuk dimakan dagingnya dan diminum darahnya. Kebiasaan ini
membuat tubuhnya mengeluarkan hawa beracun, menambah
racun yang telah dimilikinya ketika ia menjadi korban gigitan-gigitan serangga dan ular berbisa. Ia menjadi makin ganas dan makin lihai. Adapun Tok-sim Lo-tong Bhe Ciu setelah terkenal sebagai manusia iblis di dunia kang-ow, agaknya tidak melupakan kebiasaannya bermain-main dengan segala macam ular berbisa ketika berada di Pek-coa-to sehingga ia mempergunakan ular berbisa pula sebagai senjata. Kalau saja Kong Lo Sengjin atau Sin-jiu Couw Pa Ong tahu betapa ia telah mendidik dua orang murid yang berubah menjadi iblis mengerikan, kiranya ia akan merasa malu dan kecewa sekali.
Biar pun Kong Lo Sengjin sendiri di waktu hidupnya tidak segan-segan berlaku ganas dan licik, namun semua itu ia lakukan dengan tujuan yang dianggapnya baik dan murni,
yaitu mendirikan kembali Kerajaan Tang yang sudah runtuh.
Demikianlah keadaan di Pulau Pek-coa-to yang ditemukan
dalam keadaan mengerikan oleh tiga orang bekas pembantu Kong Lo Seng-jin. Sam Wha, A-liong dan A-kwi bukanlah
orang biasa, melainkan bekas orang-orang besar di jaman jayanya Kong Lo Sengjin. Mereka bukanlah orang jahat.
Melihat keadaan di pulau itu, mereka menjadi menyesal dan semua semangat dan cita-cita mereka ikut mati bersama
matinya majikan mereka. Insyaflah mereka betapa selama
puluhan tahun mereka itu diperalat oleh Kong Lo Sengjin dan mulailah mereka menyesal. Mereka sudah amat tua dan
mereka bertiga mengambil keputusan untuk tinggal di Pulau Pek-coa-to sampai mati, bertapa dan bersembunyi diri, hitung-hitung menebus dosa.
Suling Emas meninggalkan istana Kerajaan Sung dan
mulailah ia berkelana seorang diri. Dengan pakaian yang berlukiskan suling, pemberian Kaisar, ditambah perbuatannya yang gagah berani, selalu mengulurkan tangan menolong
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mereka yang patut ditolong, memberantas perbuatan orang-orang jahat, menegakkan kebenaran dan keadilan, sebentar saja nama Suling Emas dikenal dan dunia kang-ouw gempar dengan munculnya pendekar muda yang sakti ini. Namun
karena Suling Emas membatasi diri, hanya muncul untuk
mencegah penindasan dan kejahatan, sama sekali tidak
mengganggu orang-orang kang-ouw dan liok-lim, tidak
memusuhi dunia hitam, maka ia pun tidak dimusuhi secara langsung oleh dunia penjahat.
Bertahun-tahun ia berkelana seorang diri, mengunjungi
tempat-tempat bersejarah, dengan niat hati hendak melupakan segala kepahitan hidup yang telah dialaminya.
Namun tak pernah ia berhasil. Hatinya tetap kosong dan perih, wajahnya tetap suram dan pandang matanya sayu. Ia selalu merasa sunyi dan apabila kesunyian sudah tak terkendali lagi, ia hanya menghibur diri dengan sulingnya. Hanya kalau ia meniup suling melagukan nyanyian sajak kitab kecil yang sudah dihafalkan, barulah hatinya yang merana agak terhibur.
Lima tahun berlalu amat cepatnya. Suling Emas telah
berusia dua puluh delapan tahun. Pengalamannya sudah
cukup banyak. Entah berapa ratus orang jahat ia robohkan dan ia insyafkan. Suling Emas tidak Suka membunuh orang, selalu berusaha menginsyafkan penjahat-penjahat yang telah ia kalahkan. Banyak pula orang-orang yang telah ditolongnya dari pada marabahaya, ingin menariknya sebagai mantu.
Banyak pula gadis-gadis jelita yang telah ditolongnya, ingin membalas budi dengan penyerahan jiwa raganya. Namun
semua itu ditolak Suling Emas dengan sikap halus dan tidak menyakitkan perasaan. Suling Emas yang telah dua kali
hancur hatinya oleh kegagalan asmara, berjanji di dalam hatinya takkan bermain cinta lagi. Ia telah menjadi penakut, seakan-akan bertobat untuk melibatkan diri dalam asmara, setelah mengalami betapa hebatnya penderitaan batin karena kegagalan asmara.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Perjalananya menuju ke Nan-cao untuk menemui kakeknya,
Pat-jiu Sin-ong Liu Gan Ketua Beng-kauw, dilakukan dengan jalan memutar karena memang ia ingin menjelajah seluruh propinsi. Kadang-kadang ia tinggal di tempat-tempat indah, seperti telaga-telaga, atau puncak-puncak gunung sampai sebulan dua bulan. Oleh karena inilah, selama lima tahun, baru kakinya menginjak perbatasan Negara Nan-cao. Kerajaan Nan-cao, adalah kerajaan yang kecil saja di selatan. Namun melihat keadaan dusun dan kotanya yang ramai, rakyatnya yang hidup makmur, tidak tampaknya orang-orang berpakaian jembel dan pengemis, menunjukkan bahwa penguasa Nan-cao adalah orang-orang pandai. Apalagi setelah Suling Emas
bermalam di sebuah dusun, ia mendapat kenyataan bahwa
rumah-rumah di seluruh Nan-cao di waktu malam atau kalau sedang ditinggal pergi penghuninya, pintu dan jendelanya tak pernah dikunci. Hal ini hanya membuktikan bahwa penduduk hidup dalam suasana aman tenteram, tidak takut barang-barangnya dicuri karena mememang tidak pernah ada pencuri!
Penuh kekaguman hati Suling Emas menyaksikan ini
semua. Rakyat hidup tidak mewah, namun cukup dan pada
wajah mereka terbayang kepuasan. Ia kagum dan juga girang karena bukankah kakeknya yang menjadi guru negara dan
orang terpenting di situ" Sama sekali Suling Emas tidak tahu bahwa selain merupakan negara kecil yang makmur, juga
Nan-cao penuh dengan petugas-petugas yang setia, rajin dan pandai. Begitu ia menginjakkan kaki di perbatasan Nan-cao, dirinya selalu menjadi incaran dan diam-diam gerak-geriknya selalu ada yang mengawasi! Bahkan kedatangan Suling Emas di Nan-cao sudah diketahui oleh pusat Beng-kauw di kota raja karena mata-mata yang berjaga di sekitar perbatasan sudah memberi laporan lebih dulu. Nama Suling Emas sudah
terdengar sampai di negara kecil ini, dan sekali melihat baju bersulamkan suling itu,
para petugas segera dapat
mengenalinya. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pagi hari itu Suling Emas memasuki pintu gerbang kota raja Nan-cao yang daun pintunya berwarna merah. Ia berjalan
perlahan, melirik ke arah para penjaga yang berdiri tegak di kanan
kiri pintu! Namun para penjaga ini tidak menghiraukannya. Dari kedaan para penjaga ini saja Suling Emas sudah dapat melihat perbedaan. Di kerajaan-kerajaan lain di utara dan tengah, para penjaga pintu gerbang kota raja selalu melewatkan waktu dengan main kartu, main catur,
bergurau atau menggoda wanita-wanita yang lewat. Akan
tetapi para penjaga disini berdiri tegak, mata menyapu setiap orang yang lewat. Pendeknya sikapnya berdisiplin. Di tengah pintu gerbang terdapat tulisan digantung, berbunyi: Dilarang membawa senjata tajam ke dalam kota raja.
Suling Emas merasa puas. Agaknya pemerintah Nan-cao
sudah hampir berhasil menghilangkan kejahatan di negaranya.
Akan tetapi, belum jauh ia memasuki kota raja, dari sebelah depan datang serombongan pasukan terdiri dari dua belas orang berpakaian seragam, dikepalai oleh seorang gadis muda yang cantik sekali! Seorang gadis yang selain cantik jelita, juga berpakaian aneh. Pakaiannya dari sutera yang indah, hampir hitam seluruhnya kecuali lengan kanan dan kaki kiri!
Lengan baju dan kaki celana ini berwarna putih. Benar-benar lucu. Lengan kiri hitam lengan kanan putih, dan sebaliknya kaki kiri putih kaki kanan hitam. Selama hidupnya belum pernah ia melihat pakaian begini aneh, maka ia memandang dengan mata terbelalak. Baru ia sadar ketika melihat pasukan ini berhenti tepat di depannya, dan mata gadis yang bening tajam
itu memandangnya dengan pandangan mata menyelidik. Demikian pula pandangan mata dua belas orang anak buahnya! Karena kagum melihat sikap gadis berpakaian hitam putih yang jelas membayangkan kegagahan itu, Suling Emas berhenti berjalan dan memandang penuh perhatian.
Setelah beradu pandang sesaat, gadis itu segera menegur dengan suara nyaring, kata-katanya penuh kewibawaan
seperti suara orang yang biasa memerintah, "Bukankah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
engkau yang bernama Suling Emas?" Suling Emas tersenyum.
Dalam pandangan matanya, lucu juga gadis yang amat muda ini bersikap seperti orang tua. Ia dapat menduga bahwa gadis seperti ini tentulah mempunyai kedudukan yang penting di kota raja itu, maka ia tidak berani bersikap sembrono dan ia menjura dengan hormat, mengangkat kedua tangannya ke
depan dada. "Memang benar dugaan Nona. Orang-orang menyebutku
Kim-siauw-eng (Pendekar Suling Emas)." "Dari kerajaan Sung?" potong nona itu dengan suara galak.
"Memang benar aku datang dari kota raja Kerajaan Sung,"
jawab Suling Emas sejujurnya. Para anak buah gadis itu
mengeluarkan suara mendengus tak puas, dan pandang mata mereka semua penuh curiga.
"Mau apa kau memasuki negara kami" Apakah kau hendak memata-matai kerajaan kami?" Gadis itu kini melangkah maju, sikapnya mengancam. Suling Emas melihat betapa tangan
gadis itu meraba ke pinggang dan ia tahu bahwa ikat
pinggang gadis itu kiranya adalah senjata yang aneh dan bagus. Yaitu sepasang tali yang ujungnya terdapat bola yang mengkilap sebesar kepalan tangan, seperti cambuk namun
ujungnya pakai bandulan. Ia tahu bahwa senjata macam ini amatlah sukar dimainkan, maka jarang dipergunakan ahli silat di dunia kang-ouw. Kalau gadis ini mampu memainkannya, hal ini sudah membayangkan betapa lihainya gadis muda ini.
Kalau saja Suling Emas terus terang mengaku bahwa dia
adalah cucu Beng-kauwcu (Ketua Beng-kauw),
tentu semuanya akan beres. Namun Suling Emas terlalu gembira
dan tegang hatinya untuk muncul begitu mudah, apalagi
melihat gadis muda ini, ia merasa kagum dan ingin sekali mencoba sampai di mana kelihaiannya. Karena itulah, ia tidak segera memperkenalkan dirinya sebagai cucu Beng-kauwcu, melainkan menjawab sembarangan. "Apakah ada larangan untuk memasuki Negara Nan-cao" Aku hanya ingin melihat-
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
lihat, tidak memata-matai siapa-siapa. Harap Nona dan anak buah Nona tidak menggangguku sehingga setelah keluar dari Nan-cao akan kukabarkan betapa baiknya orang-orang Nan-cao terhadap orang asing."
"Terhadap tamu biasa, kami tidak akan peduli. Akan tetapi Suling EMas adalah nama yang cukup terkenal, tokoh dari Kerajaan Sung. Oleh karena itu, kau harus ikut kami
menghadap wakil ketua Beng-kauw, karena hanya beliau yang akan memutuskan apakah kau boleh memasuki kota raja kami apakah
tidak." Suling Emas pura-pura marah dan mengerutkan alisnya. "Mana ada aturan begitu" A ku memang benar Suling Emas, akan tetapi bukan penjahat!"
"Jahat atau baik sama sekali tidak dapat diukur dari nama julukan!" Bantah gadis itu. "Karena kau memasuki wilayah kekuasaan kami, sudah sepatutnya kau tunduk kepada
peraturan kami. Sekarang berikan senjatamu dan kau ikut menghadap wakil ketua Beng-kauw!"
Ucapan gadis itu tegas dan ketus. Suling Emas pura-pura tidak mengerti dan mengangkat kedua pundaknya uang
bidanh sambil berkata, "Selama hidupku tak pernah aku membawa senjata."
Gadis muda itu tertawa mengejek. Maksudnya hendak
mengejek, akan tetapi ketawanya sungguh manis dan orang tak kan bisa sakit hati karena ketawa ini.
"Siapa tidak tahu bahwa suling di pinggangmu itu
merupakan senjatamu yang ampuh?"
"Suling bukanlah senjata, melainkan alat musik yang menciptakan suara merdu menggibur hati duka lara. Kalau hatimu risau, Nona cilik, biarlah aku meniupnya untuk
menghiburmu." Sepasang alis yang hitam melengkung itu bergerak ke atas, sepasang mata bening itu mengeluarkan cahaya. "Jangan


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
banyak cerewet. Pendeknya, kau mau menyerah secara baik-baik ataukah menghendaki digunakan kekerasan?"
"Hem, hem, tak kusangka Nan-cao suka menggunakan
kekerasan. Ingin kutahu kekerasan macam apakah itu?" Suling Emas sengaja mempermainkan.
Gadis itu marah sekali. Dengan isyarat tangan ia
memerintahkan anak buahnya sambil berteriak, "Tangkap dia!
Rampas sulingnya!" Dua belas orang berpakaian seragam itu begitu menerima
perintah cepat serentak bergerak dan menubruk suling emas.
Gerakan mereka gesit dan kuat karena mereka ini adalah
orang-orang yang terlatih baik, dan merupakan murud-murid tingkat terendah dari Beng-kauw. Sesuai dengan perintah gadis itu, mereka tidak mempergunakan senjata, melainkan menubruk dan berusaha menangkap Suling Emas serta
merampas suling yang terselip di ikat pinggangnya.
Gadis itu melihat betapa Suling Emas sama sekali tidak
bergerak atau pindah dari tempatnya, juga tidak mengelak, hanya
menggerakkan kedua lengannya, akan tetapi akibatnya"anak buahnya terpelanting dan terlempar ke kanan kiri! Setiap kali ada seorang anak buahnya yang menubruk, tentu orang ini terlempar dan jatuh terbanting keras sehingga sejenak tak dapat bangun. Dalam waktu beberapa menit saja, dua belas orang orang anakbuahnya sudah roboh semua,
mengaduh-aduh dan menggosok-gosok kepala benjol dan kaki tangan mereka lecet kulitnya.
Bukan main marahnya gadis itu. "Mundur kalian semua!"
Bentaknya dan di lain saat ia sudah meloloskan sepasang cambuknya. "Wuuut".tar-tar".!" Sepasang cambuk itu diayun dan berputaran di atas kepala membentuk lingkaran-lingkaran aneh dan mengeluarkan bunyi angin menyambar-nyambar
diseling ledakan-ledakan ketika gerakan tali itu direnggut dan disentakkan. Bagaikan dua ekor naga mengamuk, sepasang
cambuk itu sudah melayang dan menyerang Suling Emas,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sekaligus bola-bola di ujungnya menyambar ke arah jalan darah di leher dan lutut!
"Bagus"!" Suling Emas berseru kagum dan dengan gembira ia lalu menggerakkan tubunya, melayani amukan
sepasang cambuk ini dengan tangan kosong. Karena maklum bahwa sepasang bola diujung cambuk itu tak boleh dipandang ringan, maka suling emas lalu bersilat dengan pukulan Bian-sin-kun (tangan Kapas Sakti) sambil mengerahlan ilmu
meringankan tubuh sehingga ia dapat mengelak ke sana ke mari dengan cepat dan ringan, serta kadang-kadang ia
menangkis dan mendorong bola-bola itu dengan telapak
tangannya yang berubah lunak seperti kapas.
Diam-diam suling emas mengagumi gerakan gadis muda
itu. Ilmu silat yang dimainkan gadis muda itu benar-benar adalah ilmu silat tingkat tinggi. Hanya harus diakui bahwa tenaga dalam gadis itu belumlah begitu sempurna sehingga baginya, gadis muda itu merupakan lawan yang tidak berat.
Sementara itu , melihat kelihaian suling emas, seorang
diantara dua belas anak buah itu sudah lari melaporkan ke atasannya.
Suling Emas yang hanya ingin main-main dan mencoba
kelihaian lawan, tentu saja tidak mau merobohkan Si Nona Muda. Kalau dia mau, dengan mudah ia bisa mengalahkan
gadis itu, akan tetapi ia merasa enggan menyakiti hati orang yang sama sekali tidak ia anggap sebagai musuh. Beberapa kali ia melompat ke belakang sambil berkata, "Cukuplah, Nona. Mari kita menghadap Beng-kauwcu!"
Akan tetapi nona muda itu sudah menjadi marah dan
penasaran sekali. Ia terkenal sebagai orang muda terpandai di Nan-cao dan sepasang cambuknya jarang ada yang sanggup
melawannya. Mengapa hari ini ia bertemu dengan lawan yang menghadapinya dengan tangan kosong namun begitu jauh ia sama sekali belum mampu menyentuh tubuh lawan dengan
sepasang bola di ujung cambuknya" Rasa penasaran dan malu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
membuat ia marah tanpa pedulikan ajakan Suling Emas yang penuh damai itu, ia menerjang terus!
Akan tetapi dengan gerakan aneh. Suling Emas menyambut
terjangannya dan tahu-tahu sepasang bola di ujung cambuk itu telah tertangkap oleh sepasang tangan Suling Emas. Gadis itu berseru keras, menarik-narik cambuknya, namun sia-sia, sepasang bola itu tetap berada di tangan Suling Emas
sehingga kedua cambuknya tak dapat digerakkan lagi! Gadis itu
membanting-banting kakinya, memekik-mekik, mengerahkan tenaga tanpa hasil.
"Tar-tar-tar!!" Hebat sekali suara ledakan ini, disusul berkelebatnya gulungan sinar hitam yang menyilaukan mata, berkelebatan di atas kepala Suling Emas. Terkejut sekali suling emas, cepat ia melepaskan sepasang bola lalu meloncat ke belakang.
"Susiok (Paman Guru), harap Susiok suka beri hajaran kepada manusia sombong ini! " gadis itu berseru sambil meloncat mundur dan menyimpang sepasang cambuknya
yang tadi dibuat tidak berdaya oleh Suling Emas.
Ketika Suling Emas memandang, ternyata yang membunyikan cambuk hitam dengan suara sedemikian
hebatnya itu adalah seorang laki-laki berusia lima puluh tahun lebih, pakaiannya sederhana seperti pakaian petani, kepalanya tertutup caping lebar, wajahnya angker dan sepasang
matanya tajam. Tangan kanannya memegang gagang
sebatang pecut yang bentuknya sederhana seperti pecut
seorang penggembala, namun pecut itu warnanya hitam
berkilauan. "Susiok, dia ini Suling Emas dari Kerajaan Sung. Orangnya sombong sekali, kuajak baik-baik menghadap Susiok dia tidak mau dan melawan dengan kekerasan!" kata pula gadis itu, mengadu dan bibirnya setengah mewek hampir menangis
karena hatinya benar-benar gemas, marah dan penasaran
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mengapa hari ini semua kepandaiannya sama sekali tidak
dihargai orang dan tidak ada gunanya!
"hemm"hemm"!"
Kakek itu menggumam sambil memandang tajam kepada Suling Emas. Di lain pihak, Suling Emas juga memandang penuh perhatian. Diam-diam ia
menduga-duga, siapa gerangan kakek ini. Sudah terang bukan Pat-jiu Sin-ong, kakeknya. Biarpun belasan tahun tak pernah jumpa lagi, namun ia takkan melupakan Pat-jiu Sin-ong yang pernah dilihatnya dahulu. Kakek ini susiok dari gadis itu, sudah tentu memiliki kepandaian yang luar biasa.
"Harap Lo-enghiong sudi memafkan. Sesungguhnya bukan sekali-kali maksud kedatangan saya untuk memancing
perkelahian. Hanya Nona itu terlalu".terlalu galak?"
"Nama Suling Emas sudah terkenal sampai disini. Kini orangnya datang dan tidak mengindahkan peraturan, bahkan merobohkan
pasukan peronda keamanan dan mempermainkan puteri Ji-kauwcu (ketua Kedua)! Akan tetapi jangan berbangga dahulu dengan kemenanganmu, Suling
Emas, karena di atasnya masih ada aku , wakil ketua dan di atasku masih ada Ji-kauwcu dan Twa-kauwcu (Ketua
Pertama)! Kausambutlah pecutku ini!"
Ucapan itu ditutup dengan berkelebatnya sinar hitam yang di kuti suara ledakan seperti guntur di atas kepala Suling Emas. Suling Emas terkejut dan cepat mencabut sulingnya dan menangkis. Ia maklum bahwa menghadapi kakek ini jauh
bedanya dengan menghadapi gadis tadi, maka terpaksa ia
menggunakan sulingnya. Ketika sinar hitam itu menyambar turun, ia pun menggerakkan sulingnya menangkis.
"Plak"!!!" ujung pecut itu mental kembali ketika bertemu suling dan kakek bercaping mengeluarkan seruan kaget.
Telapak tangannya yang memegang pecut terasa panas dan
pecutnya membalik keras, tanda bahwa lawan muda ini benar-benar hebat tenaga dalamnya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Bagus! Kiranya kau benar-benar lihai!" Serunya dan kini pecutnya menyambar-nyambar dengan
kecepatan kilat sehingga lenyaplah tubuhnya, terbungkus sinar cambuk yang hitam bergulung-gulung.
Dua macam perasaan teraduk di hati Suling Emas. Ia
merasa menyesal dan khawatir mengapa kedatangannya
malah menimbulkan perkelahian dengan orang-orang Beng-
kauw yang dipimpin kakeknya, akan tetapi di samping ini ia pun merasa girang dan kagum bahwa orang-orang Beng-kauw ternyata memiliki ilmu kepandaian yang hebat. Ia ikut merasa girang dan bangga. Maka timbul ah niat di hatinya untuk mencoba terus tanpa niat mencelakai lawan. Dengan pikiran ini, ia lalu mainkan ilmu Pat-sian Kiam-hoat yang ampuh.
Begitu Suling Emas mainkan ilmu yang sakti ini, lawannya segera terdesak hebat. Lingkaran-lingkaran yang dibentuk oleh sinar hitam itu makin mengecil dan menyempit, terkurung oleh sinar kuning emas yang makin membesar. Suling Emas hanya membuat lawannya tidak berdaya menyerangnya lagi, kemudian dengan sendirinya ia pun akan mundur, maka sinar sulingnya tidak menyerang melainkan menekan.
Tiba-tiba gerakan kakek itu berubah dan kini dari lingkaran-lingkaran sinar hitam itu keluar suara meledak-ledak
memekakkan telinga, Suling Emas kaget dan dia menjadi
makin kagum, tak disangkanya bahwa dalam kedaan terdesak itu, Si Kakek ini masih mampu mengeluarkan ilmu yang
disertai khi-kang sedemikian hebatnya sehingga kalau lawan kurang kuat sin-kangnya, tentu akan terpengaruh suara
ledakan ini dan akan menjadi kacau permainan silatnya. Maka Suling Emas segera menggerakkan sulingnya sedemikian rupa sehingga di antara suara ledakan itu terdengarlah lengking tinggi menusuk telinga, suara dari suling itu sendiri yang berbunyi seperti ditiup mulut.
Tiba-tiba suara ledakan dan suara lengking suling terhenti.
Kedua senjata itu telah bertemu di udara dan ujung pecut
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
melibat suling, tidak dapat dilepaskan lagi! Kakek itu berusaha sekuat tenaga melepas pecutnya, namun sia-sia dan ketika Suling Emas menggerakkan tangannya, pecut itu terlepas dari pegangan Si Kakek! Di lain saat, Suling Emas sudah
mengambil pecut dan menyerahkan senjata itu kepada
pemiliknya sambil menjura.
Wajah kakek itu sebentar pucat sebentar merah dan tiba-
tiba ia mengeluarkan suara menggereng keras, tubuhnya
menerjang maju mengirim pukulan maut ke arah dada Suling Emas.
"Sute (Adik Seperguruan)! Mundur dan tahan amarahmu!"
Suara ini terdengar berpengaruh sekali sehingga tubuh kakek itu seakan-akan tertahan dan otomatis ia membatalkan
niatnya menyerang, melainkan balas menjura dan menerima pecutnya dari tangan Suling Emas. Ia lalu melangkah mundur dengan
muka tunduk, namun sepasang mata yang memandang dari bawah caping itu berapi-api.
Suling Emas menengok ke kanan dan terkejutlah ia melihat seorang kakek lain yang sikapnya amat berwibawa. Kakek
inipun bukan Pat-jiu Sin-ong Liu Gan, akan tetapi mempunyai wajah yang ada persamaan dengan ketua Beng-kauw itu.
Seorang kakek tua yang mukanya keren, sinar mata tajam, tubuhnya tegap dan tegak berdirinya, memegang sebatang
tongkat. Sekali pandang saja timbul ah segan dan hormat dalam hati Suling Emas. Cepat ia melangkah maju dan
menjura dengan hormat sambil berkata,
"Saya yang muda mohon maaf sebesar-besarnya telah
menimbulkan keributan yang sesungguhnya tidak saya
kehendaki di sini. Mohon Locianpwe suka memberi maaf."
Kakek itu mengangguk, lalu menggerak-gerakkan tongkatnya. "Orang muda, kau tentu yang bernama Suling Emas. Apa hubunganmu dengan Kim-mo Taisu?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Suling Emas kaget dan ia merasa lega bahwa ia tadi tidak bersikap sembrono. Ternyata kakek ini benar-benar hebat, sekali pandang dapat mengenal gerakannya yang ia warisi dari gurunya. Sambil bersikap hormat ia menjawab,
"Mendiang Kim-mo Taisu adalah guru saya, Locianpwe."
"Aaahh?" Mendiang, katamu..?"
"Suhu telah meninggal dunia beberapa Tahun lalu, kurang lebih lima tahun."
"Pantas kau lihai, kiranya murid Kim-mo Taisu. Orang muda, Kim-mo Taisu adalah sahabat Beng-kauw. Engkau
sebagai muridnya, mengapa datang hendak menimbulkan
keributan dengan Beng-kauw" Apa kehendakmu?"
Merah wajah Suling Emas dan cepat ia menjawab, "Tidak sekali-kali, Locianpwe. Tidak sekali-kali saya berani mencari keributan dengan Beng-kauw. Sesungguhnya, baru saja saya memasuki kota raja ini, kemudian dihadang dan hendak
ditangkap. Saya tidak mempunyai niat buruk"."
"Kalau begitu, apa yang kau kehendaki dengan kedatanganmu di sini?"
"Saya".saya mohon berjumpa dengan "Pat-jiu Sin-ong, ketua Beng-kauw yang terhormat."
Kakek itu megelus-elus jenggotnya dan tersenyum. "Orang muda, tidak mudah orang luar hendak menghadap Beng-kauwcu. Semua urusan dapat kau sampaikan kepada aku. Aku adalah Ji-kauwcu Liu Mo?"
"Aaahh, jadi Locianpwe ini masih saudara kandung Beng-kauwcu?""
"Aku adik kandungnya," jawab kakek itu tersenyum. "Atau dapat kausampaikan kepada puteriku Liu Hwee yang bertugas sebagai pimpinan penjaga keamanan." Ia menuding ke arah gadis muda tadi sehingga kembali Suling Emas kaget. Dengan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mata terbelalak ia memandang gadis muda yang cantik tadi, yang ternyata adalah"bibinya! Kalau Ji-kauwcu Liu Mo ini adik Beng-kauwcu kakeknya, berarti anak kakek bertongkat ini, yaitu si gadis muda yang menyerangnya tadi adalah bibinya.
"Juga dapat kau sampaikan urusanmu kepada suteku itu, yang bernama Kauw Bian Cinjin. Nah, sekarang telah
kuperkenalkan semua pihak yang tadi saling bentrok, yang mudah-mudahan
tidak dilanjutkan lagi. Suling Emas, katakanlah apa yang hendak kausampaikan kepada Twa-
kauwcu." Tiba-tiba Suling Emas menjatuhkan dirinya berlutut di
depan kakek yang bernama Liu Mo itu. Tanpa ragu-ragu ia berlutut. Bukankah kakek ini juga kakek mudanya, paman dari ibunya"
"Mohon beribu ampun, Locianpwe, akan tetapi"saya hanya dapat bicara di depan"Beng-kauwcu sendiri?"
Diam-diam Liu Mo terheran, dan memandang dengan mata
penuh selidik. Ia tahu bahwa orang muda ini amat sakti. Dari pertempuran melawan sutenya tadi ia mengerti bahwa ia
sendiri pun belum tentu akan dapat mengalahkan Suling
Emas. Akan tetapi mengapa pendekar muda ini begitu
merendahkan diri, berlutut di depannya" Dan semua itu
dilakukan dengan sungguh-sungguh, sedikitpun tidak membayangkan kepura-puraan atau kepalsuan. Setelah saling bertukar pandang dengan Kauw Bian Cinjin, ia menjawab
singkat, "Suling Emas, tentu ada sebab yang amat penting maka kau memaksa hendak menghadap Beng-kauwcu. Marilah, kau
ikut dengan kami." Dengan hati berdebar Suling Emas mengikuti kakek itu. Di belakangnya berjalan Kauw Bian Cinjin bersama Liu Hwee, kemudian diikuti pula oleh para anak buah. Akan tetapi setelah tiba di depan sebuah gedung besar yang angker dan megah,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pasukan itu berhenti dan bersatu dengan para penjaga yang berdiri berbaris di kanan kiri pintu gerbang terus sampai ke pendopo dengan sikap angker dan dalam barisan yang rapi.
Barisan yang terdepan segera berlutut dengan sebelah kaki.
Namun sikap mereka masih tegak dan dalam keadaan siap.
Barisan penjaga berganti-ganti dan bertingkat-tingkat dari depan sampai ke dalam, kemudian paling dalam terdapat
barisan pasukan wanita yang berpedang dan sikap mereka
keren dan gagah. Di sepanjang dinding ruangan yang mereka lalui terdapat lukisan-lukisan dan huruf-huruf hias yang amat indah, tidak kalah indah oleh ruangan-ruangan di dalam istana Raja Sung! Dan akhirnya mereka memasuki sebuah kamar
besar yang daun pintunya bercat merah.
Ketika memasuki kamar ini, Liu Mo dan Kauw Bian Cinjin
segera berdiri di pinggir dengan sikap menghormat setelah membongkokkkan
tubuh. Adapun Liu Hwee segera menjatuhkan diri berlutut. Suling Emas memandang ke depan, ke arah seorang kakek tua yang duduk sendirian di atas kursi besar, kakek yang dikenalnya sebagai Pat-jiu Sin-ong yang bertemu dengan suhunya belasan tahun lalu.
Pat-jiu Sin-ong Liu Gan Sudah tua sekali, mukanya penuh keriput dan sinar matanya yang acuh tak acuh itu tampak diliputi awan dan murung. Ia menyapu yang datang dengan sinar matanya, kemudian dengan kening berkerut ia
mendengarkan laporan Liu Mo tentang Suling Emas yang
dengan sikap penuh hormat minta menghadap Beng-kauwcu.
"Kau Suling Emas?" Suara ketua ini mengguntur dan menggema dalam ruangan besar itu. Suling Emas merasa
amat terharu setelah bertemu muka dengan ayah dari ibunya.
Keharuan ini mencekik lehernya dan atas pertanyaan itu ia hanya mampu mengangguk tanpa mengeluarkan suara.
"Kamu murid Kim-mo Taisu?"
Kembali Suling Emas hanya mengangguk.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Suheng, Kim-mo Taisu telah tewas lima tahun lalu
menurut penuturan orang muda ini," kata Liu Mo.
Pat-jiu Sin-ong mengerutkan alisnya yang tebal dan sudah bercampur warna putih. "Hemm, selama hidup Kwee Seng tak pernah mau kalah terhadap aku. Apakah setelah ia mati ia menyuruh muridnya melanjutkan wataknya yang keras kepala itu" Heh, orang muda, kau terima ini!" Tangan kanan Pat-jiu Sin-ong meraih cangkir arak di atas meja lalu ia melontarkan cawan itu ke atas. Cawan arak itu berputaran di atas, lalu meluncur turun ke arah Suling Emas!
Suling Emas cukup waspada dan ia maklum bahwa
penyerang yang seluruhnya mengandalkan sin-kang ini
amatlah hebat. Biarpun kakek ini adalah ayah dari ibunya, namun ia pun harus menjaga nama besar gurunya.
Dibandingkan dengan kakeknya ini, agaknya gurunya jauh
lebih berjasa dan lebih baik terhadapnya. Ia pun cepat
memasang kuda-kuda, mengerahkan sin-kang dan mendorongkan kedua tangannya ke depan, menyambut
cawan itu. Cawan yang meluncur dan berada dalam jarak
tengah-tengah antara kedua orang itu, kini terhenti di udara, tertahan oleh hawa pukulan tangan Suling Emas. Mereka
masing-masing mengerahkan tenaga, Pat-jiu Sin-ong dengan lengan kanan lurus ke depan, sedangkan Suling Emas dengan kedua tangan lurus ke depan pula, mempertahankan diri.
Liu Mo, Kauw Bian Cinjin, dan Liu Hwee memandang penuh
perhatian dan kekhawatiran. Mereka sudah maklum akan
kehebatan tenaga Ketua Beng-kauw itu, dan setelah tahu
bahwa orang muda ini bukan musuh, mengapa harus
dicelakakan" Akan tetapi alangkah heran dan kagum hati
mereka ketika cawan itu sama sekali tidak dapat maju lagi sejengkalpun juga, tetap tergantung di udara, tidak maju tidak mundur.
"Prakkk!" Tiba-tiba cawan itu hancur berkeping-keping dan Suling Emas melangkah mundur tiga langkah dengan napas
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
agak terengah. Adapun Pat-jiu Sin-ong dengan muka penuh keringat tertawa bergelak, lalu menampar meja sehingga
terdengar suara keras. "Kwee Seng! Sungguh engkau keras kepala! Engkau telah menurunkan semua ilmumu kepada bocah ini, agaknya untuk membuktikan bahwa kau masih belum juga mau kalah
terhadap aku! Ah, setan keras kepala. Kalau saja kau dahulu mau menjadi mantuku, tentu kau belum mampus sekarang
dan aku tidak akan begini kesepian! Kwee Seng".Lu
Sian"kalian mengecewakan hatiku!" Kakek itu menutup muka dengan kedua tangannya dan dengan muka pucat Suling
Emas melihat betapa dari celah-celah jari tangan itu mengalir air mata! Pat-jiu Sin-ong menangis! Pat-jiu Sin-ong menyesal mengapa ibunya, Liu Lu Sian dahulu tidak menjadi istreri suhunya! Suling Emas tak dapat menahan keharuan hatinya dan ia maju berlutut di depan kedua kaki Pat-Jiu Sin-ong lalu berkata,
"Kong-kong, aku adalah cucumu", aku adalah Kam Bu
Song"putera tunggal ibu Liu Lu Sian?"
Pat-jiu

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sin-ong perlahan-lahan menurunkan kedua tangannya. Matanya terbelalak memandang wajah Suling
Emas yang menengadah, lalu perlahan-lahan kedua tangannya bergerak ke depan, menangkap wajah itu di antara kedua
tangannya, bibirnya bergerak-gerak dan berbisik, "Kau "kau puteranya.."
Benar! Ini"ini matanya, mulutnya"! Kau"cucuku".!"
"Kong-kong"!" Bu Song menahan air matanya dan dengan singkat ia menceritakan kedaan orang tuanya dan betapa
semnejak kecil ia telah hidup seorang diri sehingga akhirnya menjadi murid Kim-mo Taisu. Mendengar penuturan itu, Pat-jiu Sin-ong Liu Gan lalu merangkulnya, kemudian menarik bangun Suling Emas, menepuk-nepuk pundaknya dengan
penuh kebanggaan. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Wah, kau benar hebat! Kau cucuku! Ha-ha-ha, tidak kecewa aku mempunyai cucu seperti ini! Terima kasih, Kwee Seng! Ha-ha-ha!"
Suling Emas sebagai orang muda yang tahu sopan santun
dan aturan, segera menghadap Liu Mo dan berlutut pula.
"Mohon semua kelakuan saya yang lancang tadi diampuni."
Liu Mo mengangkatnya, juga Kauw Bian Cinjin. Kedua
orang tua ini tertawa pula bergelak saking gembira hati mereka. Kemudian kwee seng menjura ke arah Liu Hwee dan berkata,
"Mohon Bibi juga sudi memberi ampun kepadaku."
Muka yang cantik itu seketika menjadi merah sekali. Akan tetapi dasar Liu Hwee berwatak riang, ia tertawa dan pura-pura marah, "Wah, mana bisa aku mendadak mempunyai seorang keponakan yang begini besar" Hayo, kau keponakan yang nakal, kau harus berlutut tujuh kalu di depan bibimu, baru aku suka memberi ampun!"
Suling Emas bingung, akhirnya ia benar-benar hendak
berlutut tujuh kali di depan bibinya yang galak, akan tetapi Liu Mo mencegah dan kakek ini membentak anaknya, "Hwee-ji (anah Hwee), jangan main gila!" Semua orang lalu tertawa.
"Satu hal saya mohon kepada Kong-kong, kedua Paman Kakek dan Bibi, yaitu saya ingin tinggal menjadi Suling Emas.
Saya sudah menghapus nama Bu Song dari dalam hati dan
ingatan. Biarlah saya tinggal disebut Suling Emas dan jangan ada yang mengetahui asal-usul saya."
Pat-jiu Sin-ong Liu Gan mengerutkan kening dan menatap
tajam wajah cucunya, kemudian ia menarik napas panjang.
"Semuda ini sudah sepahit itu. Agaknya dosa-dosa orang tua menimpa kepadamu. Baiklah, Suling Emas."
Semenjak hari itu, Suling Emas hidup berkumpul dengan
keluarga ibunya. Kakeknya amat sayang kepadanya, juga Liu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Mo, Kauw Bian Cinjin, dan Liu Hwee. Kakeknya yang amat
sayang kepadanya, menurunkan pula ilmu-ilmu kesaktian yang tinggi kepadanya sehingga selama tinggal di Nan-cao, Suling Emas menjadi makin matang dan makin sakti.
Akan tetapi ia tidak pula melupakan Kerajaan Sung.
Seringkali dalam perantauannya, ia singgah di kerajaan ini, memasuki istana dan langsung memasuki perpustakaan untuk memuaskan nafsunya membaca kitab-kitab kuno. Ia menjaga sedemikian rupa agar ia jangan sampai bertemu dengan bekas kekasihnya, yaitu Suma Ceng. Kalau tidak tekun membaca
kitab sampai berbulan-bulan di dalam gedung perpustakaan Kerajaan Sung, tentu Suling Emas mengembara dan selalu
menurunkan perbuatan gagah perkasa, membela mereka yang tertindas,
menghajar mereka yang sewenang-wenang, berdasarkan kebenaran dan keadilan. Nama Suling Emas menjadi makin terkenal di segenap penjuru. Hanya satu hal yang masih mengecewakan hati yang mulai terhibur oleh
pelaksanaan tugas sebagai pendekar budiman itu, yakni
bahwa selama itu belum juga ia tahu akan keadaan ibu
kandungnya! Bersama berkembangnya nama Suling Emas sebagai
pendekar budiman yang sakti, di dunia kang-ouw muncul
nama enam orang manusia iblis yang sakti dan buas, sehingga mereka itu diberi julukan Thian-te Liok-koai (Enam Iblis Dunia). Mereka itu adalah It-gan Kai-ong seorang jembel tua bermata satu yang bukan lain adalah Pouw Kee Lui atau
Pouw-kai-ong, ke dua adalah Siang-mou Sin-ni, seorang
wanita cantik jelita berambut panjang yang bukan lain adalah Coa Kim Bwee selir Kaisar Hou-han, ke tiga adalah Hek-giam-lo si tokoh Khitan yang bukan lain adalah Bayisan. Ke empat adalah Cui-beng-kui Si Setan Pengejar Roh yang dahulunya adalah Ma Thai Kun, sute dari Pat-jiu Sin-ong. Ke lima dan ke enam adalah Toat-beng Koai-jin yang dahulunya bernama Bhe Kiu dan Tok-sim Lo-tong yang dahulunya bernama Bhe Ciu, dua orang murid Kong Lo Sengjin.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sampai di sini selesailah cerita Suling Emas ini dan bagi pembaca yang sudah membaca cerita Cinta Bernoda Darah tentu teleh berjumpa pula dengan Suling Emas yang menjadi lawan ke enam manusia iblis itu. Pengarang menutup cerita ini dengan harapan semoga pembaca puas dengan cerita Suling Emas. Apabila masih belum cukup puas, dipersilakan untuk menanti cerita silat yang berjudul "Mutiara Hitam" di mana pembaca akan dibawa terbang melayang ke alam khayal dan mengikuti perjalanan Suling Emas dan murid-murid serta
keturunanya, karena cerita Mutiara Hitam merupakan lanjutan verita Cinta Bernoda Darah. Sampai jumpa dalam Mutiara Hitam !
-ooo0dw0ooo- Sembilan Pusaka Wasiat Dewa 2 Misteri Elang Hitam Karya Aryani W Kisah Pendekar Bongkok 3
^