Pencarian

Suling Mas 19

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Bagian 19


senjata macam ini sehingga begitu senjatanya rusak, ia sudah memiliki gantinya.
Bu Song mencabut sulingnya dan cepat ia melompat ke
depan menyambut serbuan mereka. Dengan pengerahan
tenaga sakti, ia menangkis sabit Hek-giam-lo mengeluarkan seruan aneh seperti orang menangis ketika sabitnya dihantam membalik. Akan tetapi Bu Song tidak dapat balas menyerang karena ia harus menghadapi para anggauta Hui-to-pang yang ternyata merupakan orang-orang lihai pula. Permainan golok
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mereka luar biasa, juga amat teratur merupakan barisan golok yang saling berantai, saling Bantu dan saling susul amat rapi!
Dalam kemarahannya menyaksikan kecurangan Hek-giam-lo
dan orang-orang ini yang hendak mendesak gurunya yang
terluka parah, Bu Song mengeluarkah semua kepandaiannya dan dengan lengking tinggi yang keluar dari lubang sulingnya, senjata istimewa ini berhasil menotok roboh seorang
pengeroyok dan orang ke dua yang agaknya menjadi gentar oleh lengking suling, kena dihantam oleh tangan kiri Bu Song sehingga roboh bergulingan dan tidak mampu bangkit
kembali! "Hek-giam-lo manusia curang! Diantara Suhuku dan engkau tidak ada permusuhan, mengapa kau mendesaknya?" Bu Song masih mampu melontarkan pertanyaan ini sambil memutar
sulingnya dan berloncatan ke kanan kiri. Akan tetapi Hek-giam-lo hanya mengeluarkan suara mendengus seperti seekor lembu, bahkan menerjang makin galak.
Bu Song teringat betapa isteri gurunya juga tewas oleh
seorang tokoh Hui-to-pang yang disuruh Kong Lo Sengjin, maka kemarahannya menjadi-jadi. Ia hanya tidak mengerti mengapa Hek-giam-lo memusuhi gurunya. Bukankah Hek-giam-lo tadinya muncul dalam barisan Khitan" Mengapa pula Hek-giam-lo kini mengajak orang-orang Hui-to-pang untuk mengeroyok gurunya yang sudah terluka parah" Tentu saja Bu Song sama sekali tidak tahu bahwa Hek-giam-lo ini bukan lain adalah Bayisan! Hek-giam-lo selalu mengenakan kedok
tengkorak untuk menyembunyikan mukanya yang rusak dan
mengerikan, bahkan menakutkan.
Seperti telah kita ketahui dalam bagian depan cerita ini, Bayisan yang menjadi Panglima Muda Khitan, adalah murid Ban-pi Lo-cia, murid terkasih yang telah mewarisi ilmu
kepandaian kakek raksasa itu. Karena tergila-gila kepada Puteri Tayami, ia hendak memaksa puteri itu menjelang
pembunuhan Raja Kulukan, ayah Puteri Tayami. Tentu saja
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang melakukan pembunuhan gelap itu bukan lain adalah
Bayisan sendiri yang bersekongkol dengan Pangeran Kubakan putera selir raja yang kemudian menggantikan kedudukan
ayahnya yang ia suruh bunuh sendiri. Akan tetapi, tanpa disengaja, untuk melindungi kehormatannya yang hendak
diperkosa oleh Bayisan, Puteri Tayami telah menaburkan
racun pada muka Bayisan yang tadinya tampan sehingga
muka Bayisan terbakar dan berubah menjadi seperti muka
setan yang menakutkan. Semenjak malam itu, Bayisan
melarikan diri dan tidak berani mucul lagi di muka umum.
Khitan kehilangan Bayisan yang melarikah diri ke hutan-hutan.
Namun diam-diam Bayisan memperdalam ilmunya dengan hati penuh dendam. Beberapa tahun kemudian, Khitan menjadi
gempar dengan munculnya seorang tokoh berkedok yang
menamakan diri Hek-giam-lo. Akan tetapi karena ilmu
kepandaian Si Kedok Tengkorak ini amat tinggi, ditambah pula agaknya Raja Kubakan bersahabat baik dengan Hek-giam-lo serta mempercayainya sebagai pengawal, maka tidak ada
orang yang berani mencari tahu akan keadaan atau
riwayatnya. Sesungguhnya, Hek-giam-lo ini pulalah yang telah diam-diam menewaskan Tayami dan suaminya, Salinga, di
dalam perang. Menewaskan dengan cara curang dari belakang selagi suami dan isteri yang patriotic ini maju perang membela bangsanya!
Oleh karena Hek-giam-lo adalah murid Ban-pi Lo-cia, tentu saja ia mendendam karena Kim-mo Taisu yang telah
menewaskan gurunya. Namun hal ini tidak ada seorangpun
yang tahu, juga orang-orang yang terkenal di Khitan tidak ada yang tahu, tidak ada yang menduga bahwa Hek-giam-lo yang mengerikan itu sebetulnya adalah Bayisan, bekas Panglima Khitan yang dulunya tampan itu.
Tentu saja hanya Raja Kubakan yang tahu dan menerima
sahabatnya itu, juga sutenya (adik seperguruannya), Lauw Kiat yang kini buntung kedua kakinya oleh Kim-mo Taisu.
Tewasnya gurunya dan buntungnya kedua kaki Lauw Kiat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
membuat Hek-giam-lo marah sekali dan belum merasa puas
kalau belum dapat membunuh Kim-mo Taisu! Inilah sebabnya mengapa ia memusuhi Kim-mo Taisu dan Bu Song yang tidak tahu duduk persoalannya, tentu saja merasa heran dan
marah. Juga orang muda ini tidak tahu mengapa Hui-to-pang
memusuhi Kim-mo Taisu, bahkan yang membunuh isteri
gurunya, yang disuruh oleh Kong Lo Sengjin, adalah orang Hui-to-pang. Hal ini juga ada sebab-sebabnya. Ketika Kim-mo Taisu masih merantau sebagai seorang pendekar jembel gila, di kota besar Cin-an di Propinsi Shan-tung, Kim-mo Taisu pernah bentrok dengan ketua Hui-to-pang. Persoalannya
adalah karena Ketua Hui-to-pang menggunakan kekuasaan
dan pengaruhnya merampas dengan paksa seorang gadis
yang dicintai puteranya. Puteranya jatuh cinta kepada seorang gadis anak pedagang kulit di kota itu. Maka diajukannya pinangan. Akan tetapi ayah si gadis menolak pinangan itu dengan
alasan bahwa puterinya sejak kecil telah dipertunangkan dengan keluarga lain. Sesungguhnya ayah si gadis menolak karena tidak suka bermantukan putera Ketua Hui-to-pang yang terkenal sebagai perkumpulan tukang-tukang pukul.
Kalau saja Ketua Hui-to-pang tidak mendengar akan dasar penolakan yang sesungguhnya, agaknya ia pun tidak akan
memaksa setelah mendengar gadis itu sudah dipertunangkan dengan orang lain. Akan tetapi begitu mendengar alasan
penolakan yang sesungguhnya, ia menjadi marah sekali. Toko Si Penjual Kulit diobrak-abrik, Si Penjual Kulit dan isterinya mati terbunuh dan anak perempuannya diculik! Kebetulan
pada hari itu Kim-mo Taisu lewat di kota itu. Mendengar peristiwa ini bangkitlah jiwa pendekarnya dan malam hari ia mendatangi gedung
Ketua Hui-to-pang. Kemarahannya memuncak ketika mendengar betapa gadis itu menggantung
diri sampai mati setelah menjadi korban keganasan putera Ketua Hui-to-pang.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pertempuran terjadi dan Ketua Hui-to-pang yang tadinya
memandang rendah kepada jembel gila itu dan yang marah
karena Kim-mo Taisu dianggap terlalu lancang dan usil
mengurusi urusan "sepele" orang lain, ternyata kalah dan terluka!
Ketika para anggauta Hui-to-pang hendak mengeroyok, Kim-mo Taisu berhasil menangkap putera Ketua Hui-to-pang dan dijadikan perisai sehingga ia berhasil keluar.
Saking marahnya, ketika hendak meninggalkan tempat itu dan membebaskan putera Ketua Hui-to-pang, Kim-mo Taisu
membuntungi ujung hidung dan kedua telinga pemuda hidung belang itu!
Inilah sebab-sebab permusuhan dan dendam Hui-to-pang
kepada Kim-mo Taisu, dan tokoh yang berhasil dihasut Kong Lo Sengjin dan membunuh isteri Kim-mo Taisu adalah adik kandung Hui-to-pangcu (Ketua) sendiri. Demikianlah tidak mengherankan apabila kini mereka bersekongkol dengan Hek-giam-lo untuk mengeroyok Kim-mo Taisu. Apalagi ketika
mendengar dari Kong Lo Sengjin bahwa dua orang tokoh
mereka yang berusaha menawan sastrawan Ciu Gwan Liong
dalam usaha mereka merampas dan mencari kitab dan suling pemberian Bu Kek Siansu itu terbunuh oleh Kim-mo Taisu!
Dendam mereka makin mendalam. Memang kakek tua renta
yang lumpuh, Kong Lo Sengjin, bekas raja muda itu amat licin, penuh tipu muslihat dan curang. Pandai ia melempar batu sembunyi tangan, melemparkan kesalahan ke pundak orang
untuk mengadu domba! Biarpun dua orang anggauta pimpinan Hui-to-pang sudah
roboh oleh totokan suling dan pukulan tangan kiri Bu Song, namun jumlah mereka masih delapan orang dan karena kini mereka bergerak hati-hati dan tidak berani memandang
rendah lawan muda ini, keadaan mereka menjadi lebih kuat daripada tadi. Apalagi Hek-giam-lo juga mendesak dengan terjangan-terjangan dahsyat. Pertandingan di luar tenda itu benar-benar seru dan mati-matian.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Namun Bu Song seperti seekor burung garuda yang
mengamuk Setelah mendapat gemblengan Bu Tek Lojin,
gerakannya luar biasa sekali. Apalagi senjatanya merupakan senjata yang ampuh dan aneh, terbuat daripada logam yang tampaknya
seperti emas, akan tetapi sesungguhnya merupakan logam campuran yang ajaib, yang menjadi lebih ampuh lagi karena benda ini tadinya milik Bu Kek Siansu, seorang pertapa yang sudah dijuliki dewa oleh tokoh-tokoh besar persilatan. Sepak terjangnya hebat menggetarkan para pengeroyoknya dan beberapa kali orang-orang Hui-to-pang itu kehilangan golok mereka yang terbang atau runtuh begitu terbentur suling yang mengandung tenaga sin-kang mujijat!
Tiba-tiba orang-orang Hui-to-pang ini meloncat mundur
dan begitu tangan mereka bergerak, golok terbang melayang dan meluncur cepat menghujani tubuh Bu Song! Bu Song
kaget dan marah sekali, Ia memutar sulingnya dan menerjang maju, dengan tidak terduga-duga ia menggunakan kedua
kakinya melakukan tendangan berantai dan robohlah dua
orang Hui-to-pang setelah tubuh mereka mencelat sampai
lima meter lebih! Namun pada saat itu, selagi Bu Song masih memutar sulingnya melindungi tubuh dari hujan hui-to dari empat
penjuru, tiba-tiba terdengar angin keras dan
berkelebatlah belasan batang hui-to yang mengeluarkan sinar menyilaukan mata! Inilah Cap-sha-hui-to (Tiga belas Golok Terbang) yang dilontarkan oleh Hek-giam-lo! Ketika Bayisan menyembunyikan diri, ia pernah mempelajari ilmu golok
terbang dari Ketua Hui-to-pang, yaitu melontarkan golok sebagi senjata rahasia. Dan karena tingkat kepandaiannya memang amat tinggi, bahkan lebih tinggi daripada Ketua Hui-to-pang sendiri, maka begitu ia mendapatkan rahasia ilmu melontarkan golok terbang ia dapat menciptakan ilmu ini yang lebih hebat daripada orang yang mengajarnya. Ia dapat
menciptakan golok yang gagangnya melengkung sehingga
kalau ia melontarkannya, golok itu dapat terbang kembali kepadanya apabila tidak mengenai lawan dan dapat ia sambut
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dan pergunakan lagi! Lebih hebat pula, kedua tangannya
dapat melontarkan tiga belas batang golok terbang sekaligus!
Ini memang hebat luar biasa, karena Hui-to-pangcu sendiri, ketua Perkumpulan Golok Terbang, hanya dapat melontarkan sebanyak tujuh batang golok!
Menghadapi serangan ini, Bu Song terkejut dan tentu saja ia memutar sulingnya menangkis sambil mengelak. Akan
tetapi ia sama sekali tidak mengira bahwa golok yang tidak mengenai sulingnya, dapat terbang membalik. Ada tiga batang yang terbang membalik sehingga ia amat kaget dan berusaha menyelamatkan diri. Akan tetapi kurang cepat dan sebatang golok milik Hek-giam-lo menancap di pundak kirinya!
Melihat hasil ini, enam orang Hui-to-pang menyerbu
serentak dengan tusukan dan bacokan golok yang datang
bagaikan hujan ke arah tubuh Bu Song. Bu Song
mengeluarkan suara keras dari kerongkongannya, suara keras yang mengiringi pengerahan tenaga dalam,
memutar sulingnya untuk melindungi tubuh karena Hek-giam-lo pun sudah menerjangnya lagi. Pundaknya terasa sakit dan panas sekali sehingga lengan kirinya hampir lumpuh. Keadaannya berbahaya sekali, namun Bu Song menggigit bibir dan
memutar suling, mengambil keputusan akan melindungi
suhunya sampai titik darah terakhir.
Pada saat itu tiba-tiba Kim-mo Taisu muncul di pintu tenda.
Mukanya tidak kelihatan pucat, matanya berkilat penuh
wibawa, sikapnya menantang dan dia membentak,
"Hek-giam-lo, kau masih tidak mau pergi" Orang-orang Hui-to-pang, belum puaskah kalian dengan pertumpahan
darah dan pengorbanan nyawa?" Sambil berkata demikian, dengan mudah saja Kim-mo Taisu menggunakan ujung lengan bajunya menyampok beberapa buah hui-to yang menyambar
ke arahnya, karena orang-orang Hui-to-pang sudah menyerangnya dengan hui-to begitu melihat musuh besar ini
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
muncul. Golok-golok terbang itu runtuh dan patah semua
menjadi dua potong! Gentarlah hati Hek-giam-lo dan sisa orang-orang Hui-to-
pang ketika melihat Kim-mo Taisu yang ternyata masih gagah perkasa itu. Jelas bagi mereka bahwa kalau pendekar sakti ini maju, dengan bantuan muridnya yang pandai, pihak mereka akan
mengalami kekalahan besar.
Maka Hek-giam-lo mendengus dan membalikkan tubuh lalu berlari pergi, di kuti oleh enam orang anggauta Hui-to-pang yang tidak pedulikan empat orang temannya yang tewas.
Begitu orang-orang itu lenyap dari pandangan, Kim-mo
Taisu roboh terguling di depan pintu tenda! Bu Song cepat melompat dan berlutut memeriksa keadaan suhunya. Akan
tetapi ternyata Kim-mo Taisu Kwee Seng, pendekar sakti yang pernah
menggemparkan dunia persilatan itu telah menghembuskan napas terakhir. Bu Song menundukkan
kepalanya, termenung sejenak, lalu ia mengangkat jenazah suhunya dibawa ke dalam tenda dan dibaringkan.
Bu Song lalu mencabut hui-to yang menancap di pundak
kirinya. Darah mengucur keluar, akan tetapi segera berhenti setelah Bu Song menekan jalan darah di pundaknya dan
menaruh obat bubuk pada luka di pundak. Ia tidak khawatir akan racun, karena menurut suhunya, tubuhnya sudah kebal terhadap racun. Kemudian Bu song mencari dan memilih
tempat yang baik di lereng Gunung Tai-hang-san, menggali lubang dan mengubur jenazah suhunya, menaruh sebuah batu besar di depan kuburan. Kemudian ia mengerahkan tenaga, dengan jari telunjuk kanan Bu Song mencorat-coret pada
permukaan batu itu dan terjadilah goresan sedalam dua senti meter yang membentuk huruf-huruf indah.
MAKAM PENDEKAR BUDIMAN KIM-MO TAISU KWEE SENG
Setelah itu, Bu Song lalu mengubur pula jenazah empat
orang Hui-to-pang, lalu mendaki puncak mengubur mayat
yang dilihatnya berserakan. Tak lama kemudian muncul ah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
penduduk daerah Pegunungan Tai-hang-san. Mereka beramai-ramai lalu mengubur semua jenazah, baik mayat tentara Sung maupun mayat orang Khitan. Bu Song membantu sekuat
tenaga. Saking banyaknya mayat di sekitar pegunungan,
pekerjaan dilanjutkan sampai keesokan harinya dengan
mengubur lima sampai sepuluh mayat dalam satu lubang.
Ketika pada keesekokan harinya akhirnya semua mayat
terkubur, penduduk dusun tidak melihat lagi pemuda tampan yang ikut bekerja mati-matian tanpa mengeluarkan sepatah katapun itu. Bu Song telah pergi dengan diam-diam, hatinya trenyuh memikirkan keadaan perang dan segala akibatnya.
Rakyat dusun, rakyat kecil yang tidak tahu apa-apa, yang selalu taat dan patuh dan takut, mereka inilah yang selalu menjadi korban terakhir. Tanpa diperintahkan mereka
mengubur semua mayat. Mereka harus mengubur semua
mayat itu karena kalau tidak, keselamatan mereka terancam oleh bahaya menjalarnya wabah penyakit yang hebat.
Setelah gurunya meninggal dunia, barulah Bu Song merasa betapa hidupnya sunyi dan sebatang kara. Ada timbul ingatan dalam hatinya untuk pergi ke Nan-cao, menjumpai kakeknya, Pat-jiu Sin-ong Liu Gan, ayah dari ibunya yang sampai kini tidak pernah ia jumpai. Tentu saja ia tidak pernah mimpi bahwa pernah ia bertemu dengan ibunya, bahkan ia berani menegur
dan menasihati ibunya itu yang hendak membunuhnya! Sama sekali ia tidak pernah mimpi bahwa
karena sikap dan kata-katanya maka ibunya menjadi sadar dan insyaf, membuat ibunya lalu menyembunyikan diri tidak mau muncul lagi di dunia ramai untuk menebus dosa-dosanya!
Akan tetapi Bu Song tidak dapat melupakan Suma Ceng.
Betapapun juga, cinta kasih yang terpendam dalam hatinya takkan dapat lenyap. Betapa mungkin ia dapat melenyapkan rasa cinta kasihnya terhadap Suma Ceng, gadis yang telah merampas hatinya, yang telah menyerahkan jiwa raga
kepadanya" Karena rasa rindunya kepada Suma Ceng tak
tertahankan lagi, maka ia menunda niatnya pergi ke Nan-cao
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mencari keluarga ibunya, sebaliknya ia lalu pergi lagi ke kota raja. Tadinya memang ia sudah ke kota raja, akan tetapi ketika itu ia hendak mencari suhunya dan mendengar bahwa suhunya pergi bersama tentara Sung ke utara, ia segera
keluar dari kota raja untuk menyusul suhunya. Sekarang ia pergi ke kota raja dengan tujuan lain, yaitu mencari tahu tentang diri kekasihnya, Suma Ceng.
Ketika ia memasuki pintu gerbang kota raja, hatinya
berdebar. Ia tahu betapa perhubungannya dengan Suma Ceng kurang lebih tiga tahun yang lalu, telah menimbulkan
kegemparan di dalam rumah tangga keluarga Pangeran Suma Kong. Dia sendiri telah disiksa dan kalau tidak ditolong suhunya, tentu ia akan tewas tersiksa. Akan tetapi
bagaimanakah dengan Suma Ceng" Darahnya naik dan
mukanya menjadi panas kalau ia membayangkan jangan-
jangan kekasihnya itu mengalami siksa dan derita pula,
jangan-jangan malah telah mati! Ia menggeget giginya. Ia harus menyelidiki dan membuktikan bahwa Suma Ceng
kekasihnya tidak sengsara hidupnya.
Ia memasuki pintu gerbang kota raja ketika hari sudah
menjelang senja. Keadaan mulai sepi, apalagi karena Bu Song masuk dari pintu gerbang bagian selatan, ia melalui pinggiran kota raja yang paling sunyi. Mendadak ia mendengar suara ribut-ribut di sebelah depan. Bu Song melihat seorang laki-laki muda, berpakaian penuh tambalan akan tetapi baik baju
maupun tambalannya terbuat dari kain baru dan bersih sekali sehingga lebih patut disebut pakaian berkembang aneh,
sedang berdiri bertolak pinggang dan memaki-maki belasan pengemis berpakaian penuh tambalan dan butut.
Tertarik hati Bu Song dan ia segera mendekat. Pengemis
baju bersih itu usianya kurang lebih tiga puluh tahun,
sedangkan sebelas orang pengemis baju kotor paling muda berusia tiga puluh lima tahun. Akan tetapi sungguh
mengherankan betapa belasan pengemis itu yang kelihatan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
murung dan muram wajahnya, dimaki-maki oleh Si Pengemis Baju Bersih sama sekali tidak berani membalas atau marah.
Bahkan seorang diantara mereka, yang usianya sudah amat tua, dengan muka sabar berkata,
"Sudahlah, Sahabat muda. Harap kau suka maafkan kami orang-orang tua yang tadi tidak mengenal siapa adanya
engkau." "Huh, memang kalian ini jembel-jembel busuk! Biar pura-pura sudah menerima kalah dan menjadi jembel, masih
bersikap sombong-sombongan. Kau kira engkau masih guru
silat kenamaan dan anggauta-anggauta Sin-kauw-bukoan"
Huh!" Pengemis muda baju bersih itu lalu menggerakkan kaki menendang. Tendangan keras dan mengandung tenaga,
mengenai perut kakek jembel itu mengeluarkan suara
berdebuk keras. Bu Song terkejut. Tendangan itu keras sekali dan dapat
diduga bahwa pengemis baju bersih itu memiliki tenaga kasar yang amat kuat. Akan tetapi ketika mengenai perut si Kakek, agaknya tidak terasa apa-apa oleh kakek itu. Diam-diam ia merasa kagum dan heran. Terang bahwa ilmu kepandaian
kakek jembel berbaju kotor itu jauh lebih tinggi daripada kepandaian Si Pengemis Baju Bersih, akan tetapi mengapa dihina diam dan mengalah saja" Bahkan kini pengemis baju bersih itu marah-marah dan memaki-maki, "Kau hendak melawan"
Mengandalkan ilmu kepandaianmu?" Sambil memaki, pengemis baju bersih ini menggerakkan kaki
tangannya, menghantam dan menendang. Biarpun kakek itu
dapat menerima tendangan dan pukulan ini tanpa terluka, namun ia terhuyung-huyung dan ketika ia mundur-mundur,
tak diketahuinya bahwa di belakangnya terdapat selokan.
Kakinya terpeleset dan ia jatuh ke dalam selokan yang airnya kotor!
Pengemis baju bersih itu tertawa bergelak, lalu pergi dari situ dengan lagak sombong. Para pengemis baju kotor yang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
lain hanya memandang lalu menundukkan kepala sambil
menarik napas panjang. Jelas bahwa mereka ini pun menahan kemarahan hati dan melihat gerak-gerik mereka, Bu song
dapat menduga pula bahwa mereka ini pun bukan orang
sembarangan dan belum tentu kalah oleh pengemis baju
bersih yang sombong tadi. Akan tetapi mengapa mereka itu, seperti juga kakek yang dipukulinya tadi, diam saja dan mengalah"
Setelah pengemis baju bersih itu pergi tak tampak lagi, kakek pengemis yang jatuh ke dalam selokan tadi
membanting banting kaki dan menarik napas panjang
berulang-ulang sambil mengeluh, "Aahhh... heh...!"
"Suhu, mengapa Suhu menerima terus-menerus penghinaan macam ini" Mari kita serbu saja dan mengadu


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nyawa dengan si bedebah!" Seorang pengemis yang termuda berkata, suaranya mengandung penasaran.
"Hushh, jangan bicara sembarangan!" Kakek itu menegur, lalu kembali menghela napas dan menggeleng-geleng
kepalanya. Seorang pengemis lain yang lebih tua berkata, "Twa-suheng (Kakak Tertua), ada benarnya juga ucapan muridmu.
Seorang gagah lebih baik mati daripada mengalami penghinaan dalam hidupnya!"
"Sudahlah, Sute (Adik Seperguruan). Melawan tanpa
perhitungan kepada lawan yang jauh lebih kuat sehingga lebih merupakan bunuh diri, bukankah gagah namanya, melainkan bodoh. Siapa orangnya mau mengalami penghinaan" Aku pun tidak suka, akan tetapi kita harus mencari jalan keluar yang baik, menanti kesempatan yang tepat!"
"Akan tetapi sampai kapan kita menanti lagi, Suhu?" Si murid mendesak, "Mungkin Suhu cukup sabar menghadapi semua penghinaan itu, akan tetapi teecu (murid) tidak dapat bertahan lagi, Suhu. Lain kali, kalau mereka itu berani sekali
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
lagi melakukan penghinaan terhadap Suhu, teecu tidak berani tanggung apakah teecu akan dapat menahan diri. Agaknya
pasti akan teecu lawan dengan taruhan nyawa! Teecu rasa, biarpun akhirnya kita kalah oleh Si Bedebah she Pouw, namun sebelum kita mati, kita tentu dapat membunuh puluhan orang musuh sehingga mati pun tidak penasaran!"
Si Kakek kembali menggeleng kepala dan menarik napas
panjang. "Percuma... tidak ada gunanya...!"
Bu Song adalah seorang yang masih muda. Melihat sikap
pengemis baju bersih tadi pun ia sudah merasa mendongkol hatinya. Kini mendengarkan pembantahan antara guru dan
murid ini, ia merasa penasaran dan tanpa disadarinya ia lalu berkata,
"Muridnya begitu bersemangat, gurunya begini melempem, sungguh
lucu. Kalau seseorang sudah kehilangan keberaniannya menentang si jahat, dia tidak patut menjadi guru lagi!"
Pengemis termuda yang menjadi murid kakek itu tiba-tiba melompat ke depan Bu Song dan semua pengemis kaget dan
heran. Mengapa ada orang mendekati mereka tanpa mereka
ketahui" "Eh, orang muda, lancang sekali mulutmu berani menegur Suhu! Tidak tahukah engkau dengan siapa kau berhadapan"
Suhu adalah Sin-kauw-jiu Liong-kauwsu (Guru Silat Liong berjuluk Kepalan Monyet Sakti), dahulu jagoan kota Sin-Yang!
Hayo lekas kau minta maaf dan menarik kembali omonganmu yang lancang kalau kau tidak ingin merasai pukulanku!"
"Aihh... aihh...! Kenapa mendadak menjadi begini galak"
Tadi ada pengemis tolol memaki-maki lalu memukul dan
menendang Kakek ini sampai masuk selokan bau, kau diam
saja!" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sejenak mereka itu memperlihatkan muka malu, akan
tetapi pengemis muda itu, yaitu yang termuda di antara
mereka, baru tiga puluh lima tahun, lalu membentak marah.
"Urusan sesama kaum kai-pang (perkumpulan pengemis) tidak ada hina-menghina, pula merupakan urusan dalam,
bukan urusanmu. Akan tetapi engkau ini orang luar berani menghina kami" Tidak tahukah bahwa kami adalah bekas
orang-orang Sin-kauw-bukoan yang terkenal?"
Bu Song tersenyum. Tentu saja dia tidak pernah
mendengar Sin-kauw-bukoan (Perguruan Monyet Sakti). Kalau mereka ini bekas orang-orang perguruan silat ternama,
mengapa sekarang menjadi pengemis" Bahkan agaknya
golongan pengemis yang paling rendah tingkatnya. Buktinya tadi diperhina oleh pengemis lain yang jelas kepandaiannya tidak berapa tinggi, mereka ini tidak berani melawan.
"Aku bicara sejujurnya. Siapa menghina" Dan kau ini galak amat, mau apa?" Bu song sengaja memancing kemarahan orang dan cepat sekali pengemis itu menerjangnya dengan pukulan
ke arah dada disusul dengan tangan kiri mencengkeram ke arah lambung.
Memang Bu Song hendak menguji kepandaian mereka ini,
terutama kepandaian mereka yang menjadi guru dan
setingkatnya. Dengan tenang ia menggerakkan kakinya
mundur dua langkah, sengaja berlaku lambat untuk memancing lawannya. Benar saja, lawannya terkena pancingannya karena menyangka bahwa ia tidak begitu lihai sehingga dengan girang lawannya sudah menubruk maju,
kedua tangannya mencengkeram ke arah dada dengan
keyakinan pasti kena. Bu Song memiringkan tubuhnya,
menyampok dari samping dan mengerjakan kakinya, yaitu
ujung sepatunya menotok sambungan lutut. Tak dapat
dicegah lagi pengemis itu terguling!
Terdengar teriakan keras dan tahu-tahu orang yang disebut adik seperguruan kakek itu tadi menyerbu. Pukulannya jauh
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
lebih cepat dan berat jika dibandingkan dengan murid
keponakannya yang kini sudah merangkak bangun sambil
memijit-mijit lututnya. Diam-diam Bu Song makin terheran.
Kepandaian murid tadi, apalagi paman guru ini, agaknya
sudah lebih dari cukup untuk mengalahkan pengemis baju
bersih yang menghina tadi. Apalagi kepandaian Si Kakek yang berjuluk Sin-kauw-jiu itu! Mengapa mereka sama sekali tidak melawan tadi dan kini terhadap seorang luar seperti dia, biarpun kata-katanya sejujurnya dan sama sekali tidak bisa dibilang menghina, mereka sudah turun tangan" Di samping keheranannya ini, hatinya pun tertarik dan suka kepada para pengemis baju kotor ini. Jelas bahwa jika maju seorang demi seorang, mereka itu bukan tandingannya. Namun mereka
tidak mau maju mengeroyok. Hal ini saja membuktikan bahwa mereka ini bukan golongan orang-orang jahat
yang mengandalkan kepandaian atau teman banyak untuk berlaku sewenang-wenang dan menghina orang lain. Sikap mereka
terhadapnya adalah sikap orang gagah yang hendak
memperebutkan kebenaran dan kehormatan dengan ilmu
kepandaian secara gagah pula.
Karena tertarik dan ingin berkenalan, Bu Song tidak mau mempermainkan lawannya terlalu lama. Dengan gerakan
indah, ia berhasil merobohkan lawannya dengan sebuah
dorongan yang disertai tenaga dalam. Biarpun dorongannya tidak menyentuh dada orang, namun pengemis itu tetap saja tanpa dapat ia pertahankan lagi, roboh terjengkang ke
belakang dan hanya dengan berjungkir balik saja ia dapat menyelamatkan diri tidak terbanting keras! Namun hal ini sudah cukup membuka matanya bahwa orang muda yang
kelihatan lemah ini sama sekali bukan tandingannya.
"Kau hebat, orang muda!" Orang ketiga yang lebih tua sudah menyambar ke depan. Orang ini adalah kakak
seperguruan dari yang tadi roboh, merupakan orang ke dua di Sin-kauw-bukoan. Pukulannya mengandung tenaga Iwee-kang yang ampuh dan kuat sehingga setiap ia menggerakkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tangannya, terdengar suara angin menyambar. Akan tetapi alangkah kagetnya ketika tiba-tiba lawannya berkelebat dan lenyap dari depannya! Pengemis yang berwajah muram ini
kaget dan bingung, lalu mendengar suara ketawa di
belakangnya. Ketika ia membalikkan tubuh, kiranya lawannya sudah berada di situ, enek-enak saja tersenyum dan
memandangnya. Ia menjadi penasaran dan cepat menerjang
lagi, kini menggunakan kedua tangan yang dibuka jari-jarinya, seperti tangan monyet hendak mencengkeram.. Hebat
tubrukannya ini, karena tangan itu tidak segera mencengkeram, melainkan menanti ke mana lawan akan
mengelak. Gerak tipu Ilmu Silat Monyet Sakti ini amat hebat dan jarang sekali gagal. Namun kembali matanya mejadi
kabur karena lawannya yang muda itu berkelebat tanpa dapat ia duga ke mana, hanya tahu-tahu sudah melewati atas
kepalanya. Ketika ia memutar tubuh, kembali orang muda itu berkelebat menyelinap dari samping, kemudian pada detik selanjutnya, sebelum ia sempat membalikkan tubuh, ia
merasa tengkuknya disentuh oleh jari-jari tangan yang hangat.
Pengemis ini kaget sekali dan berseru,
"Hebat... aku mengaku kalah...!" Ia melompat ke pinggir dan memandang dengan mata terbelalak keheranan.
Kini kakek tua renta itu berjalan maju. Langkahnya sudah membayangkan usia tua. Matanya memandang Bu Song,
berkedip-kedip penuh keheranan. "Melihat gerakanmu, orang muda, kau mengingatkan aku akan seseorang... ah, seseorang yang tadinya kukagumi, akan tetapi ternyata mengecewakan hatiku..."
Makin tertarik hati Bu Song. "Siapakah orang itu, Sin-kauw-jiu Liong-kauw-su"
"Ah, jangan sebut-sebut julukanku yang kosong melompong. Dan aku bukan kauwsu lagi melainkan seorang
jembel busuk yang tiada harganya. Sebut saja aku Lokai
(Pengemis Tua). Nama orang itu selalu kusimpan sebagai
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
rahasia, biarpun dia sudah mengecewakan hatiku, namun
tidak akan kusebut-sebut. Akan tetapi karena gerakanmu mirip dia, kalau kau bisa mengalahkan toyaku, biarlah hitung-hitung aku kalah bertaruh dan akan kusebut namanya di depanmu.
Kau jagalah, orang muda!" Kakek itu menerima sebatang toya kuningan yang kedua ujungnya dilapis baja. Begitu toya itu berada di kedua tangnnya, benda itu seakan-akan menjadi hidup dan bergerak-gerak amat cepatnya.
"Orang muda, keluarkan senjatamu, mari kita main-main sebentar!"
Sesungguhnya, biarpun kakek ini kelihatannya jauh lebih lihai daripada si murid atau sutenya tadi, ia tidak takut menghadapinya
dengan tangan kosong. Akan tetapi mengingat bahwa kakek ini adalah seorang yang dahulunya tentu ternama, ia pun segan untuk memandang rendah. Ia
tidak mempunyai permusuhan dengan mereka, apalagi Sin-
kauw-jiu Liong-kauwsu, dan ia bahkan menaruh iba kepada bekas guru silat dan murid-muridnya ini yang telah merosot derajatnya menjadi pengemis-pengemis yang dihina orang. Di samping rasa iba ini, ada pula rasa penasaran mengapa
semangat si guru demikian melempem dan tidak layak
menjadi sikap seorang gagah.
"Kauwsu, bukan aku yang mengajak berkelahi. Kalau tidak terdesak, untuk apa aku mengeluarkan senjata" Aku tidak mau melukai orang!" jawabnya. "Kalau kau hendak main-main, silakan mulai."
Kakek itu kelihatan marah sekali. "Sudah terlalu lama dihina orang tanpa berani membalas! Sekarang ada engkau ini orang muda yang datang-datang menghina kami. Orang muda,
jangan salahkan aku kalau toyaku tidak mengenal kasihan.
Kau sambutlah!" Tampak gulungan sinar kuning ketika toya itu menyambar
dahsyat, menyerang dengan pukulan menyamping ke arah lambung kiri Bu Song disusul gentakan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
ujung lain yang menyusul dengan hantaman ke arah kepala andaikata pukulan pertama dapat dielakkan.
Akan tetapi, sekali berkelebat tubuh orang muda itu lenyap dari depannya! Liong-kauwsu terkejut, cepat membalikkan tubuh menggerakkan toyanya menerjang ke belakang tubuh.
Benar saja dugaannya, orang muda yang dapat bergerak luar biasa cepatnya itu tadi telah berada di belakangnya sehingga serangan susulannya ini tepat sekali. Dengan tusukan kuat ujung toyanya menyambar ke arah dada, kemudian ketika
orang muda itu mengelak ke kiri, toyanya mengejar terus dengan sontekan ke kanan,
menghantam leher lalu disontekkan lagi, menggunakan ujung yang lain menyerampang kaki. Semua ini dilakukan oleh kakek itu
dengan kecepatan kilat, dan biarpun ia sudah tua, namun kedua ujung toya itu tiap kali digerakkan, menggetar dan dilihat dengan mata biasa, ujungnya berubah menjadi puluhan batang.
"Ilmu toya yang bagus!" Bu Song memuji akan tetapi kembali tubuhnya lenyap tanpa diketahui kakek itu saking cepatnya. Dari belakangnya, Liong-kauw-su merasa betapa ujung toyanya disentuh lawan. Ia cepat membalikkan tubuh dan melihat lawannya itu tersenyum-senyum berdiri di
belakangnya, kini sudah mengeluarkan sebuah benda kuning berkilauan di tangan. Bukan main kaget dan kagumnya hati kakek itu. Ia tadi maklum bahwa lawannya akan mudah
merobohkannya, atau merampas toyanya, karena bukankah
tadi lawannya sudah menyentuh ujung toya dari belakang
sebelum ia mampu membalikkan tubuh" Akan tetapi orang
muda itu tidak melakukan hal ini bahkan mengeluarkan
senjata, padahal dengan tangan kosong sekalipun agaknya akan sukar baginya untuk mengalahkan orang muda ini.
Ketika ia memperhatikan senjata di tangan orang muda itu, ia berseru kaget, juga sutenya berseru,
"Kim-siaw (Suling Emas)...!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Bu Song memandang suling emas di tangannya dan pada
saat itu, jantungnya berdebar aneh. Nama yang bagus! Kim-siauw! Namanya sendiri sudah lapuk, sudah terlalu banyak mendatangkan hal-hal yang menyedihkan! Namanya sendiri, Bu Song, selalu terkait dengan hal-hal yang mematahkan hati, mengingatkan ia akan ayah bundanya yang cerai-berai, akan hidupnya yang sebatang kara. Mengingatkan ia akan
pengalaman-pengalamannya yang pahit-getir, akan kematian Kwee Eng yang sudah dicalonkan menjadi isterinya, wanita pertama yang merampas hatinya. Kemudian, yang masih
membekas dalam sekali di kalbunya, mengingatkan ia akan Suma Ceng, wanita kekasihnya yang tadinya ia anggap
sebagai pengganti Kwee Eng yang tewas. Nama Bu Song
sungguh diselimuti kegelapan, nama yang sial!
Akan tetapi ia tidak dapat melamun terus karena kembali toya yang berat itu menyambar dibarengi seruan Liong-kauwsu. Tampak sinar emas bergulung-gulung ketika Bu Song
menggerakkan sulingnya. Sinar ini seakan-akan merupakan tali emas yang menggulung dan melibat-libat toya, kemudian tanpa dapat dicegah lagi oleh Liong-kauwsu, juga tanpa ia ketahui bagaimana caranya, toyanya terlepas dari tangannya, melayang tinggi ke atas dan ketika turun, disambut oleh suling di tangan Bu Song, diputar-putar sampai berhenti melintang di atas suling yang disodorkan kepada Liong-kauwsu, di kuti kata-kata. "Terimalah kembali toyamu, Liong-kauwsu!"
"Hebat...! Kau lebih hebat daripada Kim-mo Taisu...!" Kakek itu berkata dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Juga murid-muridnya serta sutenya memandang penuh kekaguman.
"Dan suling emas itu...! Orang muda, bolehkah kami mengetahui, siapakah namamu yang mulia?"
Bu Song tersenyum pahit, memandang sulingnya yang ia
pegang di tangan kanan, ditegakkan lurus depan muka,
kemudian berkata, "Suling emas... suling emas... inilah namaku... Suling Emas!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sin-kauw-jiu Liong-kauwsu adalah seorang kang-ouw yang
sudah banyak pengalamannya. Ia maklum bahwa orang muda
ini adalah seorang sakti yang tidak mau memperkenalkan
namanya. Timbul harapan dalam hatinya bahwa orang muda
yang luar biasa ini akan dapat membantunya menebus semua penghinaan dan sakit hati yang selama puluhan tahun ia
derita. Akan tetapi pada saat itu, berkelebat bayangan orang yang datang-datang membentak, "Lagi-lagi ada manusia tak berbudi yang berani menghina kaum jembel mengandalkan
kepandaiannya?" Para kakek pengemis dan juga Suling Emas (karena Bu
Song sendiri merubah namanya, mulai sekarang kita
mengenalnya sebagai Suling Emas) menoleh dan melihat
bahwa yang datang itu adalah seorang laki-laki berusia kurang lebih tiga puluh tahun, pakaiannya tambal-tambalan dan
bahkan kedua lengan bajunya buntung compang-camping,
memakai caping (topi petani) lebar yang menutupi sebagian mukanya. Juga capingnya itu butut, compang-camping
pinggirnya. Namun tubuh orang itu tampak kuat, matanya
bersinar-sinar, mukanya bersih tidak berjenggot. Celananya yang butut juga buntung sebatas lutut.
Setelah berkata demikian, serta merta orang yang baru tiba ini menerjang Suling Emas dengan serangan-serangan kilat.
"Eh, sahabat.. jangan salah kira. Dia... Kim-siauw-eng (Pendekar
Suling Emas) tidak..." Liong-kauwsu tidak melanjutkan kata-katanya karena Suling Emas sudah
memotong. "Biarlah, Kauwsu. Orang ini lihai, biarkan kami main-main sebentar!"
Memang Suling Emas kagum menghadapi serbuan orang
yang baru datang ini. Baru bergebrak sejurus saja tahulah ia bahwa ia berhadapan dengan seorang ahli yang tingkat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kepandaiannya jauh lebih tinggi daripada tingkat kakek guru silat itu. Pukulan kedua tangan dan tendangan kedua kakinya mendatangkan angin halus, seakan-akan tidak mengandung
tenaga, namun ternyata penuh dengan tenagan sin-kang yang amat
kuat. Juga gerakan-gerakannya aneh dan membingungkan, cepat sekali membuktikan bahwa gin-kang
orang ini pun sudah mencapai tingkat tinggi!
Suling Emas sudah menyimpan sulingnya dan cepat ia
mengelak lalu balas menyerang, juga ia mempergunakan
kecepatan gerakannya. Ketika merendahkan tubuh dengan
menekuk kedua lutut sampai hampir berjongkok untuk
menghindarkan hantaman kedua tangan kearah dada dan
leher tadi, sambil secepat kilat membalas dengan tusukan jari-jari tangannya ke arah pusar lawan, dengan amat cepatnya tubuh lawannya itu sudah melambung tinggi sehingga
tusukannya tak berhasil. Dari atas pengemis itu sudah
berjungkir balik dan kini melakukan serangan dari atas, dengan kepala di bawah kaki di atas, tangan kiri
mencengkeram ke arah ubun-ubun kepala dan tangan
bergerak membentuk lingkaran-lingkaran untuk mencegah
jalan keluar! Suling Emas maklum bahwa menghadapi serangan ini,
tidak ada jalan untuk mengelak. Satu-satunya jalan hanyalah mengadu tenaga. Karena lawan ini melayang turun sehingga tenaganya ditambah oleh berat tubuh serta tenaga luncuran turun, tentu saja orang itu lebih menguntungkan keadaannya.
Namun ia tidak gentar, bahkan ia lalu memasang kuda-kuda.
Kedua kakinya seakan berakar di atas tanah, membiarkan
lawan melayang turun sampai dekat lalu tiba-tiba kedua
tangannya bergerak mengimbangi kedudukan kedua tangan
lawan untuk menangkis. "Dukkk...!!" Dua pasang tangan bertemu dan akibatnya, tubuh pengemis itu mencelat ke atas sampai lima meter lebih, sedangkan kuda-kuda Suling Emas sungguhpun tidak tergeser,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
namun kedua kakinya melesak ke dalam tanah sampai lewat sepatunya! Pengemis ini memang hebat. Walaupun tubuhnya terlempar begitu tinggi, namun ia tidak kehilangan akal.
Beberapa kali pinggangnya bergerak, tubuhnya melentik
seperti ular dan ia sudah berhasil memulihkan keseimbangan tubuhnya dan meloncat turun dengan gerakan ringan, tepat berdiri menghadapi Suling Emas. Keduanya saling pandang, penuh kekaguman.
"Kepandaianmu luar biasa sekali, sobat!" kata Suling Emas sambil tersenyum. Kata-kata ini keluar dari hatinya yang tulus, karena memang ia kagum menyaksikan kepandaian pengemis
ini. Pula, ketika terlempar ke atas, caping pengemis itu terlepas dan tampaklah kini wajahnya yang cukup tampan dan gagah. Wajah yang banyak membayangkan kepahitan hidup,
rambutnya awut-awutan, namun bersih dan mengandung
cahaya bersemangat. Di lain pihak, pengemis itu agaknya merasa penasaran,


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kagum, dan juga kaget. Tentu saja ia tidak menyangka akan berhadapan dengan orang yang begini sakti. Mendengar
ucapan Suling Emas dan melihat senyum itu, ia salah sangka, mengira bahwa lawannya mengejek. Maka ia lalu memandang dengan sinar mata tajam, mulutnya berkata penuh geram,
"Orang muda, kau memang hebat! Akan tetapi jangan kau tertawa-tawa lebih dahulu. Aku Yu Kang baru menerima kalah kalau kau mampu mengalahkan senjataku ini! "
Suling Emas sudah menaruh hati sayang kepada pengemis
yang amat lihai ini, maka ia tidak ingin menanam permusuhan.
Akan tetapi sebelum ia mampu menjawab, pengemis yang
bernama Yu Kang itu dengan jari-jari kaki telanjang telah mengenjot tanah dan tubuhnya melayang ke depan Suling
Emas, tangan kanannya sudah memegang sebatang tongkat
rotan kecil. Tongkat itu tadinya terselip di belakang
punggungnya. Kelihatannya sederhana sekali, besarnya hanya seibu jari kaki, panjangnya dua lengan. Namun melihat betapa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"senjata" yang lebih patut disebut senjata kanak-kanak bermain perang-perangan itu setelah berada di tangan
pengemis ini menggetar-getar dan mengeluarkan suara
melengking tiada hentinya, diam-diam Suling Emas kaget dan cepat ia pun mencabut sulingnya. Gerakan tongkat rotan yang mengeluarkan suara melengking itu mengandung tenaga khikang yang hebat, maka Suling Emas segera memutar
sulingnya pula dan terdengarlah suara melengking lebih tinggi dan nyaring.
"Bagus! Sambutlah seranganku!" Yu Kang berseru keras dan tubuhnya menyambar maju, tongkatnya bekelebatan dan membentuk sinar kilat menyambar amat cepatnya.
Suling Emas pun maklum akan bahayanya serangan ini,
maka ia lalu menggerakkan sulingnya dan lenyaplah bentuk suling, berubah menjadi gulungan sinar kuning emas yang membentuk lingkaran-lingkaran. Ia telah mainkan jurus-jurus Pat-sian Kiam-hoat yang luar biasa ampuhnya. Harus diakui bahwa di antara para tokoh persilatan, banyak kiranya yang mengenal tokoh persilatan, banyak kiranya yang mengenal Pat-sian Kiam-hoat, bahkan banyak yang ahli. Namun Pat-sian Kiam-hoat yang dimainkan oleh Suling Emas ini lain daripada yang lain. Kalau Pat-sian Kiam-hoat biasa mempunyai enam puluh empat jurus, akan tetapi Pat-sian Kiam-hoat yang
diwariskan oleh Kim-mo Taisu kepada Suling Emas hanya
mempunyai enam belas jurus. Enam belas jurus yang sudah mencakup semua inti sari Pat-sian Kiam-hoat, bahkan sudah pula meliputi bagian-bagian terpenting yang terpendam. Di samping ini, setelah semua pintu dalam tubuh Suling Emas dibuka oleh Bu Tek Lojin, maka sin-kang di tubuhnya dapat bergerak lancar sehingga permainan ilmu pedang ini menjadi makin hebat. Setiap gerakan, setiap getaran, mengandung hawa sakti yang dahsyat.
Sin-kauw-jiu Liong Kong, guru silat yang telah menjadi
pengemis itu, bersama murid-muridnya dan sutenya, menjadi
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
penonton yang bengong terlongong. Terheran-heran mereka menonton pertandingan luar biasa ini. Tak dapat mata mereka mengikuti gerakan kedua orang muda itu, yang tampak
hanyalah gulungan sinar kuning bercampur aduk dengan
kilatan ujung tongkat yang menjadi ratusan banyaknya,
membungkus bayangan dua orang yang tidak kelihatan
bentuknya dan kabur saking banyaknya! Diam-diam guru silat itu menarik napas panjang dan insyaf betapa ilmu kepandaian di dunia itu tiada batasnya. Dahulu ia amat kagum kepada sahabatnya, Kim-mo Taisu yang gerakannya sama dengan
Pendekar Suling Emas ini. Kemudian ia dibikin penasaran akan tetapi tidak berdaya oleh seorang tokoh muda yang baru, dua puluh tahun yang lalu, yaitu orang yang mengaku menjadi raja pengemis, berjuluk Pouw-kai-ong (Raja Pengemis Pouw) yang memiliki ilmu kepandaian hebat pula. Kini di depan matanya, bertanding dua orang muda yang begini hebat,
benar-benar membuat ia merasa betapa tingkat kepandaiannya sendiri sebenarnya bukan apa-apa!
"Wah-wah-wah, kau hebat! Aku yang mengaku kalah!"
Tiba-tiba terdengar Yu Kang berseru keras dan tubuhnya
terlempar sejauh enam tujuh meter di mana kedua kakinya berhasil menahan robohnya, akan tetapi ia masih tetap saja terhuyung-huyung!
Suling Emas sudah menyimpan sulingnya, melangkah maju
sambil menjura. "Yu-twako, kau benar-benar hebat! Aku kagum sekali."
Pengemis muda itu menghela napas, berjalan maju,
meyelipkan tongkatnya di belakang punggung sambil berkata,
"Sudahlah, tak perlu kau merendah. Sudah jelas aku bukan tandinganmu. Kalau saja si keparat she Pouw itu selihai engkau, biarlah aku mati di tangannya dan mendiang ayah takkan dapat tenang dalam kuburnya!" Setelah berkata demikian, Yu Kang melangkah pergi.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Yu-enghiong (Orang Gagah she Yu), nanti dulu...!" Tiba-tiba Sin-kauw-jiu Liong-kauwsu berseru sambil mendekat.
Yu Kang membalikkan tubuhnya. "Kau orang tua mau apa lagi" Aku melihat betapa kalian jembel-jembel tiada guna dipermainkan orang orang, akan tetapi aku sendiri juga
seorang jembel tiada guna, tak dapat membela kalian."
"Bukan demikian, Yu-enghiong. Ketahuilah bahwa kami sama sekali tidak dihina oleh Kim-siauw-eng, sama sekali tidak! Yang menghina kami adalah si keparat she Pouw yang kausebut tadi! Dua puluh tahun kami dihina dan ditindas, karena itu mohon bantuan Yu-enghiong. Marilah kita bersatu untuk menghadapi Pouw-kai-ong yang jahat!"
Yu Kang melotot, terheran. "Kalian ini pun mendendam kepada Pouw-kai-ong si jahat?"
Tiba-tiba Suling Emas yang mendengarkan percakapan itu
berkata, "Ah, kiranya kita adalah orang-orang segolongan. Aku sendiri pun boleh dianggap sebagai seorang musuh besar
Pouw-kai-ong, bahkan beberapa kali pernah aku bertanding melawan dia dan kawan-kawannya!"
Kakek itu berseru girang, lalu tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut di depan dua orang muda gagah itu, diturut oleh teman-temannya. "Mohon bantuan Ji-wi Enghiong membasmi Pouw-kai-ong yang jahat..."
"Lo-kai (Pengemis Tua), harap jangan banyak tingkah. Kita dapat saling bantu dalam hal ini. Bangunlah! Lo-kai ini dari kai-pang (perkumpulan pengemis) yang manakah" Aliran
apa?" Pertanyaan Yu Kang ini diajukan dengan sikap penuh wibawa yang menunjukkan bahwa dia agaknya mengenal baik akan peraturan perkumpulan pengemis.
Orang tua itu bangkit berdiri dan sukar untuk menjawab.
Timbul kekhawatiran di hatinya bahwa pengemis muda yang perkasa ini takkan mau bekerja sama kalau mendengar bahwa dia sebetulnya bukan pengemis sama sekali, melainkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pengemis paksaan! Melihat keadaan kakek itu meragu, Suling Emas lalu berkata,
"Saudara Yu Kang, Lopek (Paman Tua) ini sama sekali bukan pengemis. Dia dahulu adalah kedua dari Sin-jiu-bukoan, berjuluk Sin-kauw-jiu bernama Liong Keng."
"Nama kosong belaka...., nama kosong belaka...." Liong-kauwsu menggoyang-goyang kedua tangan dengan perasaan
malu. "Hemm, kalau begitu bukan golongan pengemis" Mengapa berpakaian pengemis" Mau main-main dengan pengemis, ya"
Liong-kauwsu, kalau kau dan kawan-kawanmu ini hanya pura-pura menjadi pengemis untuk mencapai tujuan, aku tidak sudi bekerja sama!"
"Tidak... tidak... ah, Yu-enghiong salah sangka. Memang kami terpaksa menjadi pengemis, akan tetapi andaikata
pembalasan dendam kami sudah terkabul, kami pun tetap
akan menjadi pengemis. Kami sudah tidak punya apa-apa, dan untuk selanjutnya, kami rela menjadi pengemis asal saja Si Keparat Pouw-kai-ong sudah mendapat hukumannya!"
"Kalau begitu, boleh kita bekerja sama." Kata Yu Kang mengangguk-angguk.
"Marilah Ji-wi Enghiong, kita bicara sambil berunding di tempat kami, di bawah jembatan Tembok Merah."
Yu Kang mengangguk dan Suling Emas juga menerima baik
undangan ini. Mereka lalu berangkat menuju ke jembatan
besar di pinggir kota itu dan turunlah mereka ke kolong jembatan. Di tempat sederhana inilah Liong-kauwsu beserta anak buahnya tinggal! Biarpun kolong jembatan, karena
dirawat, maka tanahnya cukup bersih dan baunya tidak busuk.
Beberapa orang murid Liong-kauwsu sibuk menyembelih
angsa besar yang mereka tadi tangkap, entah darimana. Tak lama kemudian bau harum paha angsa dipanggang membuat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
air liur memenuhi mulut. Beberapa orang lagi mengeluarkan cawan retak dan seguci besar arak!
Sambil memegangi paha angsa panggang yang gurih dan
berlemak, menggerogoti daging yang lezat didorong masuk arak keras, mereka bercakap-cakap. Mereka duduk seenaknya, ada yang berjongkok, ada yang bersandar pada dinding
jembatan, ada pula yang berdiri, ada pula yang sambil rebah-rebahan dan mencari kutu pada baju mereka yang rombeng!
Suling Emas duduk di tengah-tengah bersila dan ikut makan dengan enaknya. Yang mendapat giliran pertama untuk
bercerita adalah Liong-kauwsu. Kakek ini menghentikan
makannya, melempar tulang paha angsa ke tengah air kali yang mengalir di dekat mereka, mengusap minyak lemak dari bibir dengan ujung bajunya yang kotor, kemudian menarik napas dan bercerita.
"Belasan tahun yang lalu terjadinya malapetaka itu, yang merubah semua jalan hidupku dan murid-muridku serta
keluarga kami..." Ia menarik napas panjang lagi, kemudian ia menceritakan pengalamannya secara jelas singkat seperti berikut.
Perguruan Sin-kauw-bu-koan di kota Sin-yang cukup
terkenal karena baik gurunya, yaitu Sin-kauw-jiu Liong Keng, maupun para murid-muridnya merupakan orang-orang gagah
yang biarpun kuat tidak mempergunakan kekuatannya untuk melakukan penindasan, bahkan membela kebenaran dan
keadilan. Liong-kauwsu tidak mempunyai anak keturunan
sendiri, akan tetapi ia mengangkat seorang murid wanita sebagai anak. Wanita itu bernama Liong Bi Loan, seorang gadis cantik yang pandai silat. Pada suatu hari, Liong Bi Loan bertemu dengan Pouw-kai-ong yang ketika itu masih muda
dan tampan. Dalam pertandingan, Bi Loan dikalahkan dan
gadis ini terpikat, lalu lari bersama Pouw-kai-ong yang. Liong-kauwsu tidak mampu mencegahnya karena terhadap Pouw-
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kai-ong, ia sama sekali tidak berdaya, jauh kalah lihai kepandaiannya.
Seperti telah kita ketahui, dalam kesedihan dan kebingungannya, Liong-kauwsu bertemu dengan Kim-mo
Taisu, kemudian minta pertolongan Kim-mo Taisu untuk
menghadapi Pouw-kai-ong. Akan tetapi, Kim-mo Taisu tidak dapat
berbuat sesuatu terhadap Pouw-kai-ong ketika
pendekar ini melihat betapa gadis puteri guru silat itu dengan suka rela ikut Pouw-kai-ong! Hal inilah yang membuat kecewa hati Liong-kauwsu yang tadinya amat mengharapkan Kim-mo Taisu berhasil membawa pulang puteri angkatnya. Terpaksa ia menerima keadaan dan tidak mau merintangi lagi puteri
angkatnya yang ikut Pouw-kai-ong.
Akan tetapi, dua tahun kemudian, luka dihatinya menjadi robek kembali ketika Liong-kauwsu mendengar kabar betapa anak angkatnya itu hidup merana dan sengsara di samping Pouw-kai-ong yang mulai nampak "belangnya". Pouw-kai-ong sudah mulai bosan dan memperlakukan Liong Bi Loan seperti seorang budak belian, bahkan tidak jarang memukulinya.
Kemudian secara berterang Pouw-kai-ong main gila dengan wanita-wanita lain dengan memaksa Liong Bi Loan melayani dia berpesta dengan perempuan-perempuan lain yang menjadi kekasih baru. Akhirnya Liong Bi Loan tak kuat menahan, untuk melawan ia kalah kuat, dan wanita ini mengambil jalan
terakhir dengan menggantung diri!
Mendengar ini, Liong-kawsu dan beberapa orang muridnya
yang setia, juga dua orang sutenya secara nekat menyerbu ke tempat yang dijadikan markas besar Pouw-kai-ong, yaitu
sebuah kuil tua di luar kota Kang-hu, bekas markas besar perkumpulan pengemis Khong-sim Kai-pang. Namun, mereka
ini sama sekali bukanlah tandingan Pouw-kai-ong. Bahkan bukan Pouw-kai-ong sendiri yang turun tangan, baru anak buahnya saja sudah membuat Liong-kauwsu dan anak
buahnya kocar-kacir dan dihajar habis-habisan. Pouw-kai-ong
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tidak membunuh Liong-kauwsu, namun merampas semua
miliknya, kemudian memaksa bekas Ketua Sin-kauw-bu-koan ini bersama anak buahnya hidup sebagai anggota kai-pang, berpakaian seperti pengemis! Lebih hebat lagi, rombongan Liong-kauwsu ini selalu dihina oleh anak buah Pouw-kai-ong yang berpakaian tambal-tambalan namun bersih, atau terkenal dengan sebutan pengemis baju bersih sebaliknya daripada rombongan Liong-kauwsu dan para pengemis taklukan lain
yang disebut rombongan pengemis baju kotor.
"Demikianlah, Kim-siauw-hiap (Pendekar Suling Emas),"
Liong Keng mengakhiri ceritanya dengan muka berduka.
"Bertahun-tahun kami menderita penghinaan dan sepatutnya penderitaan ini kami akhiri dengan bunuh diri saja seperti yang dilakukan puteriku. Akan tetapi, dalam hati ini masih belum mau menerima, masih menyimpan penasaran dan
dendam setinggi langit, masih selalu mengharapkan kesempatan untuk membalas! Oleh karena itulah, sampai
begini tua saya tetap mempertahankan nyawa untuk menanti datangnya
kesempatan itu. Untung sekali hari ini mempertemukan kami dengan Ji-wi Taihiap (Kedua Pendekar Besar) sehingga boleh diharapkan cita-cita akan tercapai juga sebelum nyawa meninggalkan badan."
Yu Kang melompat berdiri, membanting tulang paha angsa
ke kanan. Tulang itu melesak ke dalam dinding tembok
jembatan yang keras! "Harap Paman Tua Liong tidak berkecil hati. Dengan bekerja sama, masa Si Keparat Pouw itu tidak akan dapat ditundukkan" Dengarlah baik-baik, aku Yu Kang juga sudah bersumpah, takkan berhenti berusaha sebelum si jahat Pouw Kee Lui menerima hukumannya. Seluruh
keluargaku habis dibasmi keparat itu hanya karena Tuhan menghendaki saja aku bebas daripada pembasmian sehingga setidaknya ada keturunan ayah yang berusaha membalaskan dendam keluarga ini."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Yu Kang lalu bercerita. Dia adalah putera bungsu mendiang Yu Jin Tianglo ketua perkumpulan pengemis Khong-sim Kaipang. Seperti telah diceritakan di bagian depan cerita ini, pada belasan tahun yang lalu ketika Pouw Kee Lui yang memiliki kepandaian tinggi itu muncul dari timur, dia telah menyerbu Khong-sim Kai-pang, merobohkan semua yang melawannya,
membunuh Ketua Khong-sim Kai-pang sekeluarga, membunuh
tokoh-tokoh Khong-sim Kai-pang pula dan
merampas kedudukan Ketua Khong-sim Kai-pang. Para anggota yang
tidak mau tunduk, dibunuhnya sehingga akhirnya para
anggota lain menjadi ketakutan dan mengakui kekuasaan
ketua baru ini, yang kemudian memakai julukan Pouw-kai-ong Si Raja Pengemis Pouw. Bersama anak buahnya yang
dilatihnya, ia menundukkan hampir seluruh perkumpulan
pengemis sehingga julukannya "raja pengemis" benar-benar tepat.
Akan tetapi sama sekali di luar dugaan Pouw-kai-ong yang cerdik bahwa ketika ia melakukan pembasmian terhadap
keluarga Yu Jin Tianglo ketua Khong-sim Kai-pang, Yu Kang putera bungsu ketua pengemis itu yang baru berusia tiga belas tahun dan kebetulan sekali pada waktu peristiwa hebat terjadi, sedang bermain-main di luar kota sehingga terbebas daripada maut. Ketika Yu Kang melihat keadaan keluarganya yang terbasmi habis, tidak seorang pun masih hidup, ayah bundanya, kakak-kakaknya, semua tewas di tangan Pouw-kai-ong, ia segera melarikan diri. Selama belasan tahun Yu Kang putera ketua pengemis Khong-sim Kai-pang ini menggembleng diri dengan ilmu silat, belajar dari tokoh-tokoh pengemis yang telah mengasingkan diri bertapa di gunung-gunung. Ia selalu berpakaian sebagai pengemis dan hidup sebagai pengemis
pula, tetap setia kepada cara hidup ayahnya dan dendam di hatinya terhadap Pouw Kee Lui tak pernah terlupa sehari pun!
Setelah tujuh belas tahun menggembleng diri, kini dalam usia hampir tiga puluh tahun, barulah Yu Kang turun dari puncak gunung-gunung dan mulai mencari musuh besarnya,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pouw Kee Lui yang kini sudah menjadi Pouw-kai-ong. Karena tidak tahu harus mencari di mana, maka ia langsung menuju ke kota raja, oleh karena untuk mencari seorang "raja"
pengemis, kiranya paling tepat menyelidiki dari kota raja, pusat segala macam kegiatan.
"Demikianlah sedikit riwayatku, dan kebetulan aku bertemu dengan kalian yang kukira adalah pengemis-pengemis yang mengalami penghinaan. Di sepanjang perjalanan banyak aku mendengar akan perpecahan golongan pengemis menjadi
dua, pengemis baju bersih dan pengemis baju kotor, dan
tentang penindasan yang dilakukan pengemis baju bersih
terhadap pengemis baju kotor. Siapa kira, pengemis baju bersih adalah pengikut-pengikut setia dari Pouw-kai-ong, musuh besarku! Di sepanjang jalan, tidak ada yang berani menyebut-nyebut tentang Pouw-kai-ong."
Liong-kauwsu yang kini sudah berubah sebutan menjadi
Liong-lokai (Pengemis Tua Liong) itu menarik napas panjang.
"Memang demikianlah. Tidak ada yang berani membicarakan perihal Pouw-kai-ong, apalagi bicara buruk, karena kaki tangannya banyak sekali dan hukumannya amatlah berat
mengerikan." Kakek itu kini menoleh kepada Suling Emas dan berkata, "Setelah kini saya dan Yu Tai-hiap bercerita, saya harap Kim-siaw Tai-hiap sudi pula memberi sedikit penuturan dan penjelasan."
"Sesungguhnya tidak ada apa-apa yang patut kuceritakan,"
Suling Emas berkata dan tiba-tiba wajahnya yang tampan itu seperti diselubungi awan gelap. Betapa tidak akan keruh hatinya kalau ia diingatkan akan riwayatnya yang sembilan puluh persen terisi hal-hal menyedihkan itu" Pula ia sudah tidak mau mengingat hal-hal lampau, bahkan hendak
melupakan namanya. Setelah berhenti sejenak, ia menyambung. "Pertemuanku dengan Pouw-kai-ong dalam pertempuran hanyalah secara kebetulan saja. Akan tetapi karena aku tahu betapa jahatnya Pouw-kai-ong, maka aku
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
bersimpati kepada orang-orang yang telah menjadi korbannya seperti kalian. Dan, untuk bicara terus terang, Yu-twako menduga tepat. Pouw-kai-ong amat lihai dan... maaf, kurasa Yu-twako sendiri tidak akan dapat mengalahkannya!"
Yu Kang mengangguk-angguk, sepasang alisnya yang tebal
berkerut-kerut. "Aku pun sudah menyelidiki dan mendengar bahwa Si Keparat she Pouw itu amat lihai. Kau yang sudah bertanding dengannya, tentu dapat menilainya dengan tepat, Kim-siauw-eng, dan aku percaya. Kalau kau yang begini lihai masih mengaguminya, tentulah ia merupakan lawan yang
amat tangguh. Akan tetapi, aku tidak akan mundur setapak, kalau perlu nyawaku kupertaruhkan untuk membalas kematian seluruh keluarga ayahku." Yu Kang mengepal tinju, mukanya merah dan matanya berapi-api.
"Yu-tai-hiap..." "Harap Liong-lokai jangan menyebut aku Tai-hiap (Pendekar Besar)!" Yu Kang memotong kata-kata kakek itu dengan sengit. "Aku hanyalah seorang pengemis jembel yang tiada guna!" Memang watak Yu Kang keras dan jujur, tanpa dipalsukan tata cara dan sopan santun. Mungkin sakit hatinya dan malapetaka yang menimpa keluarganya
membuat ia berwatak seperti itu.
"Baiklah, Yu-hiante. Harap jangan berkecil hati. Kalau kita maju bersama dan minta bantuan Kim-siauw-eng dan orang-orang gagah lainnya, kiranya Si Keparat Pouw itu akan dapat dibasmi."
"Hemm, terserah kau orang tua yang mengaturnya."
Akhirnya Yu Kang berkata sambil duduk kembali, menyambar paha angsa panggang dan menenggak araknya.
Liong-lokai lalu menjura kepada Suling Emas. "Kami mohon dengan hormat sudilah kiranya Kim-siauw-eng membantu
usaha kami membalas dendam, mengeroyok Si Keparat she
Pouw yang jahat." Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Suling Emas tersenyum dan menggeleng kepalanya. "Mana bisa begitu, Lo-kai" Tak mungkin aku mengeroyok lawan."
"Akan tetapi, bukankah Kim-siauw-enghiong juga memusuhinya?" "Betul. Seperti telah kukatakan tadi, aku bolehlah dimasukkan sebagai seorang di antara musuh-musuhnya. Akan tetapi aku tidak mempunyai dendam pribadi dengannya. Siapa saja yang jahat, boleh dianggap musuhku, karena kalau dia tidak bisa di nsyafkan, tentu akan kugunakan kekerasan mencegah si jahat merajalela menindas si lemah.
Karena itu, berbeda sekali dengan kalian, aku tidak menaruh dendam dan aku hanya akan menghadapinya satu lawan satu.
Tak mungkin aku sampai hati melakukan pengeroyokan
terhadap lawan yang betapapun juga lihainya."
Tiba-tiba Yu Kang menghentikan gerakannya makan paha
panggang. Ia memandang tajam ke arah Suling Emas, lalu
mengangguk-angguk dan berkata murung, "Benar sekali, Suling Emas! Aku sendiri pun, kalau tidak dimabok dendam kesumat, tidak sudi mengeroyok orang. Akan tetapi, kalau maju sendiri tidak menang sampai kapan dapat membalas
dendam" Dendamku jauh lebih besar daripada segala macam aturan pertandingan." Agaknya ucapannya ini berlawanan dengan wataknya yang gagah, maka untuk mencuci rasa
malu, Yu Kang menggelogok arak sebanyaknya ke dalam
perutnya! "Akan tetapi, menghadapi seorang penjahat keji macam Pouw-kai-ong, bagaimana harus mengingat akan peraturan"
Dia membunuhi orang, merampas kai-pang, mengangkat diri sendiri menjadi raja pengemis, kemudian merampas anak
gadis orang tanpa melamar,
memaksa kami menjadi pengemis, apakah semua perbuatannya itu menurutkan
aturan" Bukankah orang bijaksana jaman dahulu mengatakan bahwa kebaikan dibalas dengan kebaikan berganda, akan
tetapi kejahatan harus dibalas dengan keadilan" Dan terhadap
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
seorang keji jahat macam Pouw-kai-ong, apakah yang lebih adil daripada mengeroyoknya dan menghukumnya bersama?"
"Sudahlah, Liong-kai!" Tiba-tiba Yu Kang berkata keras.
"Orang yang tidak mau, apa gunanya dipaksa-paksa" Biarlah siapa yang mendiamkan saja kejahatan merajalela, dia itu membantu kejahatan! Apalagi, urusan ini adalah urusan kita para pengemis, mana seorang kongcu terpelajar mau
mencampuri urusan segala jembel?"
Hening sejenak setelah Yu Kang mengeluarkan kata-kata
yang keras, jujur tanpa tedeng-tedeng lagi ini. Para pengemis tua itu merasa khawatir, kalau-kalau Suling Emas akan
menjadi marah. Namun, Suling Emas bukanlah seorang yang mudah marah. Gemblengan hidup membuat ia kuat bertahan
akan segala serangan. Pula, ia dapat membedakan mana
emas mana tembaga dan tahu bahwa di balik sikap kasarnya, Yu Kang adalah seorang gagah.
"Yu-twako, ucapanmu memang benar sekali. untuk
mengeroyok orang, biar dipaksa-paksa aku tentu tetap tidak akan mau. Pula, justeru aku paling tidak mau mencampuri urusan orang lain karena aku menghormat kalian golongan pengemis yang biarpun berpakaian kotor namun berhati
bersih. Akan tetapi kau keliru sangka kalau aku akan
mendiamkan saja kejahatan merajalela."
"Hemm, omongan Suling Emas seperti omongan guru
sekolah berbelit-belit! Pendeknya, kau mau membantu kami atau tidak?" Yu Kang mencela.
"Tentu saja, akan tetapi tidak secara keroyokan. Biarlah dia nanti kuhadapi sendiri, kalian lihat saja. Kalau aku kalah dan tewas di tangannya, anggap saja hal itu urusanku, dan
barulah kalian boleh turun tangan terhadap Pouw-kai-ong."
Tiba-tiba Yu kang melompat lagi ke atas. "Mana bisa?"
Liong-lokai, mari kita berangkat. Urusan ini adalah urusan kita, urusan antara para pengemis, bahkan Pouw-kai-ong sendiri
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pun seorang pengemis yang jahat dan menyeleweng. Kitalah yang
harus menghukumnya, bagaimana kita bisa menyerahkan hal ini kepada orang luar" Suling Emas, kami tidak membutuhkan bantuanmu lagi. Marilah, Liong-lokai.
Engkau tahu di mana Si Jahanam itu?"
Kakek jembel itu mengerling kepada Suling Emas dengan
mata kecewa, akan tetapi ia lalu bangkit berdiri diikuti teman-temannya dan menjawab pertanyaan Yu Kang, "Kebetulan dia berada tak jauh dari sini. Marilah, Yu-hiante. Kami ada sebelas orang, bersama Hiante jadi dua belas. Masih ada lima orang saudara Bhong, pengemis-pengemis dari Yu-nan yang telah lama menanti-nanti kesempatan untuk menuju mengeroyok
musuh besar mereka. Seperti juga engkau, Hiante, kelima Bhong-heng-te (Persaudaraan Bhong) itu pun keturunan ketua kai-pang (perkumpulan pengemis) yang dibasmi oleh Pouw-kai-ong."
"Bagus, kalau begitu marilah kita berangkat!" kata Yu Kang.
Rombongan pengemis itu meninggalkan kolong jembatan.
Hanya Liong-lokai seorang yang menjura kepada Suling Emas.
Yu Kang melangkah pergi tanpa menoleh. Suling Emas berdiri terlongong, akan tetapi tersenyum pahit melihat rombongan pengemis itu pergi dari situ. Sejenak ia termangu dan
mengangkat pundak. Memang benar ucapan Yu kang bahwa


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

urusan di antara pengemis adalah urusan dalam, orang luar tidak berhak mencampuri. Akan tetapi tiba-tiba Suling Emas mengerutkan keningnya. Mereka itu seperti domba-domba
digiring ke pejagalan! Ia tahu benar bahwa biarpun dikeroyok oleh mereka, Pouw Kee Lui masih tetap merupakan lawan
yang terlalu kuat. Mereka itu seakan-akan mengantar nyawa dengan sia-sia, akan mati konyol. Dan ia tahu bahwa mereka adalah orang baik-baik. Mana mungkin ia mendiamkan Pouw-kai-ong membunuh mereka begitu saja" Kedua kakinya
bergerak dan di lain saat Suling Emas sudah mengikuti
rombongan itu dari jauh. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Malam itu terang bulan. Rombongan pengemis yang
tadinya hanya dua belas orang itu kini sudah bertambah lima lagi, yaitu lima orang Bhong-heng-te yang tubuhnya tinggi-tinggi dan dari langkah kaki mereka dapat diketahui bahwa mereka ini pun bukan orang-orang lemah. Tujuh belas orang pengemis ini berangkat ke luar kota, menuju ke sebelah utara kota raja. Di kaki gunung yang sunyi, jauh dari kota raja dan jauh dari dusun-dusun, mereka berhenti lalu bergerak
sembunyi mengurung sebuah pondok kecil yang berdiri sunyi di tempat itu.
Dua orang di antara kelima Bhong-heng-te melompat
keluar dari tempat persembunyian, menghadapi pintu pondok dan seorang di antara mereka berseru nyaring.
"Pouw Kee Lui, keparat busuk! Kami telah datang hendak menagih hutangmu kepada keluarga Bhong, hayo keluar!"
Suling Emas yang bersembunyi tak jauh dari tempat itu, di balik batu-batu besar, mengerutkan kening. Kalau memang mereka hendak mengeroyok, mengapa tidak langsung saja
mendatangi pondok dan menyerbu" Dengan pengeroyokan
tujuh belas orang, agaknya Pouw-kai-ong akan kewalahan
juga. Apakah mereka terlalu memandang rendah kepandaian Si Raja Pengemis"
Tiba-tiba terdengar suara ketawa terkekeh dan dari atas gunung kecil melayang turun sesosok bayangan yang luar
biasa gesitnya. Begitu kedua kaki orang saudara Bhong,
bayangan itu tertawa bergelak dan berkata, "ha-ha-ha, tikus-tikus busuk berani mengantar nyawa?""
Ucapan ini disusul gerakan yang hebat sekali. Sebelum dua orang itu mampu menjawab, bayangan yang bukan lain
adalah Pouw Kee Lui atau Pouw-kai-ong ini, telah menerjang maju dengan gerakan seperti kilat dan... dua orang saudara Bhong itu yang sudah berusaha menangkis, terpental ke
belakang dan roboh tak dapat bergerak lagi!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pada saat itu muncul tiga orang saudara Bhong yang lain, muncul dari samping kiri, disusul munculnya tiga orang dari depan dan tiga orang dari kanan. Tampak Liong-lokai ikut pula dari kanan sedangkan Yu Kang tampak di antara tiga orang dari depan. Enam orang pengemis lain mengambil jalan
memutar hendak menyerbu dari belakang punggung Pouw-
kai-ong. "Ha-ha-ha! Kiranya tikus tua she Liong ikut pula. Bagus!!"
Seruan ini disusul suara bersiutan dan Pouw-kai-ong telah memutar sebatang tongkat yang berubah menjadi segulung
sinar hitam. Ketika Pouw-kai-ong menerjang ke kanan sambil menggerakkan tongkatnya, terdengar seruan kaget dan
kesakitan. Liong-lokai dan dua orang temannya sudah
mengeluarkan senjata masing-masing, akan tetapi begitu sinar bergulung-gulung berwarna hitam itu datang, dan mereka
menangkis, ternyata tubuh Liong-lokai berikut toyanya
terlempar ke belakang sedangkan dua orang muridnya roboh dan tewas! Baiknya Liong-lokai tadi dapat menangkis dengan toyanya dan ketika terlempar masih dapat menggulingkan
tubuh, kalau tidak tentu ia menjadi korban pula.
"Ha-ha-ha, tikus-tikus busuk!" Pouw-kai-ong berseru sambil tertawa-tawa dan memutar tongkatnya membalikkan tubuh
karena pada saat itu, belasan orang telah mengeroyok. Hanya Yu Kang seoranglah yang merupakan lawan berat dalam
pengeroyokan ini. Yang lain-lain hanyalah lawan lunak bagi Pouw-kai-ong sehingga enak saja ia membabat dengan
tongkatnya. Dalam waktu kurang dari seperempat jam,
sepuluh orang anggota pengemis telah roboh terluka berat atau tewas. Kini tinggal Liong-lokai, Yu Kang, dua orang saurdara Bhong, dan tiga orang pengemis lain yang masih bertahan. Namun mereka terdesak hebat, hanya mampu
menangkis saja karena tongkat di tangan Pouw-kai-ong benar-benar luar biasa sekali!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Suling Emas tidak tega melihat ini. Kalau ia diamkan saja, tentu tujuh orang itu lama-lama akan roboh semua. Ia
mengeluarkan suara melengking tinggi, tubuhnya mencelat ke depan dan begitu ia menggerakkan sulingnya menangkis
tongkat, Pouw-kai-ong berseru keras dan meloncat mundur sampai empat lima meter jauhnya.
"Siapa kau?"" bentaknya. Suling Emas tidak mempedulikannya, melainkan menoleh ke belakang dan
berkata, "Harap rawat teman-temanmu yang terluka, biar kulayani dia sendiri!" Setelah berkata demikian, Suling Emas menerjang maju,
menyerang dengan sulingnya sambil
berkata, "Keparat she Pouw, dosamu sudah bertumpuk!"
Pouw-kai-ong terkejut menyaksikan berkelebatnya sinar
kuning emas yang begitu cepatnya, dan lebih kaget lagi ia begitu ketika menangkis dengan tongkat, tangan kanannya tergetar. Hebat lawan ini, pikirnya. Ketika ia memandang dan mendapat kenyataan bahwa lawannya hanya seorang muda
yang takkan lebih dari dua puluh lima tahun usianya, ia merasa penasaran dan melihat suling emas itu, tiba-tiba ia teringat.
"Setan! Kau murid Kim-mo Taisu...?"" "Orang tua jahat, tak usah banyak cerewet!" Suling emas merasa ngeri menyaksikan muka Raja Pengemis itu yang menyeringai menyeramkan.
Pouw-kai-ong berusia lima puluh tahun kurang lebih,
pakaiannya tambal-tambalan akan
tetapi amat indah kembang-kembangnya, mukanya sudah berkeriput, rambutnya licin ditutup pembungkus kepala dari sutera, matanya berkilat-kilat seperti mata setan dan gerakan tongkatnya memang luar biasa cepat dan beratnya.
Pertandingan antara dua orang sakti ini hebat luar biasa.
Yu Kang sendiri yang sudah banyak menerima gemblengan
orang-orang sakti, berdiri tertegun dan diam-diam harus ia akui bahwa seorang diri, tak mungkin ia dapat menangkan Raja Pengemis itu. Dengan kepandaiannya yang cukup tinggi,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kalau ia maju membantu Suling Emas, tentu kakek jahat itu dapat dirobohkan dengan mudah, akan tetapi ia tahu dan
mengenal watak Suling Emas yang tentu tidak mau dibantu.
Maka ia hanya menonton penuh kekaguman, sedangkan
Liong-lokai dan anak muridnya merawat mereka yang terluka dan tewas.
Suling Emas sudah mengerahkan seluruh tenaga dan
mengeluarkan Ilmu Pedang Pat-sian Kiam-hoat yang hebat.
Gerakannya selain cepat, juga mengandung tenaga mujijat sehingga sulingnya mengeluarkan suara melengking seperti ditiup orang. Namun, kelebihannya dalam ilmu silat sakti ini di mbangi oleh kelebihan Pouw-kai-ong dalam pengalaman
dan kematangan. Suling Emas belum lama menguasai
ilmunya, sedangkan Pouw-kai-ong sudah matang, sudah
digembleng dalam pertandingan-pertandingan berat. Maka
hebatlah pertandingan ini yang sekaligus merupakan ujian berat bagi Suling Emas. Tubuh kedua orang sakti itu sudah tak dapat dilihat lagi, lenyap terbungkus gulungan sinar senjata mereka! Biarpun pertandingan itu mengerikan dan merupakan pertandingan mati-matian, namun kelihatannya amat indah di malam bulan purnama itu!
Perawatan terhadap mereka yang terluka sudah selesai dan kini Liong-lokai dan Yu Kang berdiri dengan mata terbelalak kagum. "Bukan main... sungguh hebat...!" Bisik kakek jembel itu penuh keheranan dan kekaguman.
"Suling Emas benar," kata Yu Kang. "Kepandaian iblis itu benar-benar hebat sekali. Pantas saja ayah sekeluarga
terbasmi habis...!" "Mengapa kita tidak menyerbu sekarang" Kesempatan baik terbuka..." "Tidak, Liong-lokai. Tidak boleh kita menggunakan keadaan ini mencari kemenangan. Hal itu akan merupakan
penghinaan bagi Suling Emas. Dia berwatak aneh, akan tetapi patut dihormati. Mari kita kurung Si Iblis agar dia jangan sampai dapat melarikan diri!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tujuh orang sisa rombongan pengemis itu segera
mengurung, siap dengan senjata masing-masing. Yu Kang
bersenjatakan sebatang pedang, Liong-lokai bersenjatakan toya kuningan, tiga orang muridnya juga bersenjatakan toya, sedangkan dua orang saudara Bhong yang kehilangan tiga
saudaranya itu bersenjatakan golok.
Untuk mengalahkan Pouw-kai-ong dengan ilmu silatnya,
Suling Emas kurang matang latihannya. Akan tetapi berkat tenaga sin-kang yang hebat di dalam tubuhnya, ia berhasil mendesak lawannya itu yang mulai terengah-engah dan
bermandi peluh. "Bocah setan, mampuslah!" Saking marahnya, Pouw-kai-ong lalu mengerahkan tenaganya dan menghantam dengan
tongkatnya ke arah kepala Suling Emas dengan gerakan
memutar. Sebuah serangan yang luar biasa hebatnya
merupakan jurus maut tanpa memperhatikan pertahanan diri lagi. Agaknya Pouw-kai-ong sudah nekat, apalagi melihat betapa sisa rombongan pengemis tadi sudah mengurungnya.
Suling Emas mengangkat sulingnya menangkis. "Plakk...!!"
Sepasang senjata ampuh bertemu dan... tubuh Pouw-kai-ong terhuyung ke belakang, tongkatnya patah-patah! Suling Emas juga tidak mengejar, hanya berdiri sambil meramkan kedua mata mengumpulkan tenaga. Pertemuan tenaga lewat senjata tadi benar-benar hebat, membuat dadanya sesak dan agak
sakit. Mendadak terdengar suara hiruk-pikuk dan ketika Suling
Emas membuka matanya, ia melihat tujuh orang itu sudah
menyerbu sambil berteriak-teriak. Suling Emas menarik napas panjang dan melompat mundur, menonton dari tempat
persembunyiannya yang tadi. Setelah ia tidak bertanding dengan Raja Pengemis itu, tentu saja ia tidak dapat
menghalangi mereka mengeroyok Pouw-kai-ong. Aganya
rombongan pengemis yang dipimpin Yu Kang dan Lionglokai
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
itu ketika melihat Pouw-kai-ong terhuyung mundur dan
tongkatnya sudah patah-patah, segera menyerang.
Namun Si Raja pengemis adalah seorang yang sama sekali
tidak boleh dipandang ringan. Memang kini senjatanya sudah rusak dan dadanya terasa sesak sekali, akan tetapi,
menghadapi pengeroyokan tujuh orang itu, ia sama sekali tidak gentar. Bahkan di antara hujan senjata itu ia bergerak sambil memekik, kedua kaki tangannya bergerak dan...
kembali dua orang murid Liong-lokai roboh terguling!
Pada saat itu terdengar sorak-sorai gemuruh dan
bermunculanlah puluhan, bahkan ratusan orang pengemis
yang serta merta mengeroyok Poouw-kai-ong! Mereka ini
adalah rombongan-rombongan pengemis yang tadi sudah
diberi kabar melalui teman-teman oleh Liong-lokai sehingga dari pelbagai penjuru datanglah mereka yang ingin sekali melihat Si Raja Pengemis yang dibenci menemui kematiannya.
Pouw-kai-ong terkejut sekali. Matanya jelilatan hendak
mencari jalan keluar, namun ia sudah terkurung rapat. Birpun ia lihai, namun menghadapi ratusan orang pengemis yang
mengurungnya rapat dengan senjata di tangan, benar-benar merupakan ancaman maut yang mengerikan. Ia mengamuk
dan lagi-lagi ia merobohkan beberapa orang. Bahkan Yu Kang yang maju paling dekat, telah kena pukulan tangannya
sehingga tulang pundak kiri Yu Kang patah! Juga Liong-lokai kena hantaman lambungnya, membuat kakek ini terlempar
dan roboh tak bernyawa lagi di saat itu juga. Masih banyak lagi korbannya, ada belasan orang. Namun ia sendiri mulai terkena pukulan, dari kanan kiri, dari depan belakang. Pouw-kai-ong terhuyung-huyung, mandi darah tapi masih terus
mengamuk. Bacokan-bacokan dan hantaman-hantaman ruyung datang bagaikan hujan, bajunya sudah compang-
camping, tubuhnya penuh darah. Akhirnya ia roboh! Masih saja mereka menghujani senjata.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Berhenti...!!" Tiba-tiba Suling Emas melayang dan tiba di dekat Pouw-kai-ong. Sekali sulingnya bergerak, tampak sinar kuning emas dan semua senjata yang ditujukan kepada tubuh yang mandi darah itu terpental.
"Wah, ini konconya! Keroyok...!!" teriak seorang pengemis.
"Jangan! mundur semua!!" Yu Kang berseru sambil menggunakan tangan kananya yang tidak terluka untuk
mendorong minggir beberapa orang pengemis yang menghalang jalan. "Dia bukan konco iblis Pouw, bahkan dialah yang memungkinkan kita merobohkan iblis itu!"
Suara Yu Kang nyaring dan penuh wibawa. Apalagi ketika
para pimpinan pengemis mengenal bahwa pengemis kosen ini adalah putera mendiang Yu Jin Tianglo seperti yang
diperkenalkan oleh Liong-lokai, mereka lalu mundur. Yu Kang mendekati Suling Emas dan bertanya, suaranya nyaring.
"Suling Emas! Apa maksudmu menghalangi kami membunuh iblis ini?"
Suling Emas menggeleng kepala, memandang kepada
tubuh yang mandi darah di depannya. Muka itu hancur,
bahkan sebuah daripada matanya remuk! Bibirnya robek
hidungnya bengkok. Muka yang mengerikan! Andaikata dapat hidup terus tentu menjadi seorang yang cacad mukanya.
"Sudah kukatakan tadi bahwa aku tidak suka akan
pengeroyokan. Biarpun dia roboh oleh kalian, akan tetapi lebih dulu aku telah membikin dia tidak berdaya dengan merusak tongkatnya. Kalau ia masih bersenjata, apakah kalian kira akan dapat dengan mudah merobohkannya" Tentu dia akan
dapat melarikan diri. Karena itu aku merasa seakan-akan ikut mengeroyoknya! Dia sudah mendapat hajaran keras, lebih
mati daripada hidup. Lihat mukanya! Lihat mukanya! Lihat badannya! Urusannya dengan kalian adalah urusan pribadi, aku tidak mau terseret dalam pengeroyokan dan pembunuhan begini curang."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sejenak Suling Emas beradu pandang dengan Yu Kang.
Kemudian Yu Kang menunduk dan melihat keadaan Pouw-kai-
ong. Ia agaknya merasa puas, berdongak ke udara, mulutnya berkemak-kemik seperti membaca doa. Kemudian ia meloncat ke atas batu besar tak jauh dari situ. Tangan kirinya sengkleh, tergantung lepas karena tulang pundak kirinya patah. Akan tetapi sikapnya gagah dan suaranya nyaring.
"Kawan-kawan! Dengarkan aku bicara. Aku adalah Yu
Kang, putera mendiang Yu Jin Tianglo ketua Khong-sim Kaipang. Bicara tentang dendam kepada Si Jahat Pouw agaknya di antara kita akulah yang paling parah. Akan tetapi aku puas melihat dia kini dirobohkan, dan... harus kita akui bahwa tanpa bantuan Pendekar Suling Emas belum tentu kita akan berhasil. Oleh karena itu, biarlah kita jangan membunuhnya sesuai dengan permintaan Pendekar Suling Emas. Tanpa kita turun tangan lagi, kurasa dia pun akan mampus! Bergembira dan bersoraklah bahwa mulai detik ini kita terbebas daripada cengkeraman seorang jahat seperti Pouw-kai-ong!"
Ratusan orang pengemis baju kotor itu bersorak gegap-
gempita. Ada pula yang berseru, "Hancurkan pengemis baju bersih!"
"Angkat Saudara Yu Kang menjadi ketua seluruh kai-pang!"
"Mari saudara-saudara, kita iringkan Saudara Yu Kang mengumpulkan semua pengemis baju kotor untuk membasmi
pengemis baju bersih!"
Sorak-sorai makin menjadi-jadi dan ratusan pasang tangan diulur ke depan sehingga Yu Kang tak kuasa lagi mencegah para pengemis itu mendukungnya dan mengaraknya pergi dari situ sambil bersorak-sorak! Hanya beberapa orang pengemis tua yang tinggal untuk mengurus penguburan para korban
dan merawat mereka yang terluka.
Suling Emas berdiri memandang semua ini dengan hati
terharu. Ia kagum akan kegagahan Yu Kang yang biarpun
kasar dan jujur, namun memiliki jiwa pendekar. Ia terharu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menyaksikan jembel-jembel itu bersatu padu untuk membasmi penindas dan memperbaiki nasib, menggantungkan harapan
mereka kepada Yu kang, satu-satunya pengemis yang boleh diharapkan akan dapat memimpin mereka, melepaskan diri
daripada penindasan orang-orang jahat.
Setelah semua mayat dikubur dan para pengemis tua pergi membawa teman-teman yang terluka sehingga di situ sunyi sepi, Suling Emas kembali memandang tubuh Pouw Kee Lui
yang masih menggeletak mandi darah. Suling Emas menarik napas panjang, lalu menyambar tubuh itu, membawanya ke
dalam pondok. Ia merebahkan tubuh yang masih pingsan itu ke atas pembaringan, kemudian pergilah ia dari tempat itu.
Belum jauh ia pergi, ia mendengar suara orang dan cepat ia menyelinap lalu mengintai. Kiranya beberapa orang wanita cantik dan beberapa orang laki-laki, semua berpakaian seperti pelayan-pelayan, berindap-indap memasuki pondok dari
belakang. Ia kembali menghela napas. Kiranya orang she
Pouw itu menjadikan pondok itu sebagai tempat istirahat dan bersenang-senang, ditemani beberapa orang wanita cantik dan mempunyai pelayan-pelayan secukupnya. Biarlah, biar mereka itu merawatnya. Suling Emas tidak jadi mencari daun obat di dalam hutan, menyerahkan nasib bekas Raja Pengemis itu kepada para selir dan pelayannya. Ia hanya mengharap mudah-mudahan pelajaran pahit itu tadi akan membuat Pouw-kai-ong menjadi bertobat.
Suling Emas melanjutkan perjalanannya menuju ke kota
raja. Ia merasa girang mendengar percakapan rakyat yang merasa puas dengan adanya raja baru yang adil dan tidak suka menjalankan kekerasan terhadap rakyatnya. Ia tidak melihat perubahan apa-apa ketika pada keesokan harinya ia memasuki pintu gerbang kota raja, sehingga ia makin
gembira. Ketika pertama kali ia masuk kota raja ketika ia menyusul suhunya, ia tidak mendapat kesempatan unutk
melihat-lihat kota raja. Kini ia menggunakan kesempatan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
untuk keliling kota sehingga bertambah kegembiraannya
menyaksikan keadaan yang makmur dan ramai.
Akan tetapi kegembiraan ini musnah seketika setelah ia
mendengar berita tentang keluarga Suma. Ia mendengar
berita bahwa Pangeran Suma Kong sudah pindah ke An-sui, kota yang menusuk perasaannya. Berita bahwa Suma Ceng
telah menikah dengan seorang pangeran she Kiang yang
menghancurkan hatinya. Bahkan ia mendengar bahwa Suma
Ceng, bekas kekasihnya, kini hidup di lingkungan istana raja, bersama suaminya dan dua orang anaknya! Suma Ceng sudah menjadi isteri seorang pangeran dan malah sudah menjadi ibu dari dua orang anak!
Hancur hatinya, perih seperti tertusuk seribu batang jarum.
Setelah mendapatkan keterangan ini, Suling Emas meninggalkan kota raja, berjalan di tengah malam buta sambil meramkan mata, menahan air mata yang hendak jatuh
berderai. Akhirnya ia berhenti di jalan yang sunyi, duduk di pinggir jalan, menyembunyikan mukanya di antara kedua
lutut, jari-jari tangan mencengkeram rambutnya. Habislah sudah harapannya. Padamlah semua cahaya hidupnya. Apa
lagi yang boleh dipandang" Kekasih pertama direnggut maut.
Kekasih berikutnya direnggut laki-laki lain! Ayah kandung menikah lagi. Ibu kandung tak tentu rimbanya, mungkin
sudah mati karena tidak pernah ia mendengar beritanya. Siapa lagi yang dapat dijadikan teman dalam hidupnya"
Kakeknya! Ya benar. Kakeknya masih ada. Kakeknya
bukanlah sembarang orang. Kakeknya adalah Pat-jiu Sin-ong Liu Gan, Ketua Beng-kauw, bahkan menduduki tempat tinggi di Kerajaan Nan-cao! Mengapa ia tidak pergi ke negara
kakeknya" Siapa tahu kalau-kalau ibunya juga pulang ke
sana" Selain menghubungi keluarga yang terdekat dan masih ada, juga ia maklum bahwa di sana ia akan dapat banyak
belajar untuk memperdalam ilmunya. Gurunya sendiri
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
seringkali bicara tentang Pat-jiu Sin-ong dengan penuh
kagum. Setelah duduk termenung dalam keadaan duka cita seperti itu sampai sinar matahari memerah menjelang fajar, Suling Emas mengangkat mukanya. Orang lain akan kaget kalau
menyaksikan perubahan wajah pendekar ini. Tampak tua dan tidak ada lagi sinar pada mukanya. Hanya kemuraman yang tampak. Pandang matanya sayu.
Tiba-tiba ia meloncat bangun dan menyelinap cepat,
bersembunyi di balik sebatang pohon besar di pinggir jalan.
Biarpun keadaan hati Suling Emas sedang mengalami
kehancuran dan dirinya tenggelam dalam duka nestapa,
namun naluri kependekarannya tak pernah menjadi tumpul.
Panca inderanya peka sekali dan gerakan tiga sosok bayangan yang berlari-lari keluar dari kota raja,
menimbulkan kecurigaannya sehingga ia cepat-cepat bersembunyi untuk mengintai.
Tiga orang yang berlari amat cepat itu tidak berlari lagi, kini tampak berjalan sambil bercakap-cakap. Suling Emas cepat menyelinap dan mendekati mereka untuk mendengarkan.
Setelah dekat, dari balik pohon melihat seorang nenek dan dua orang kakek. Nenek itu berwajah galak penuh keriput, memondong sebuah bungkusan kain kuningan dari sutera
halus. Kakek pertama sudah tua, akan tetapi tubuhnya tinggi besar dan nampak kuat, tubuh atasnya tidak berbaju. Serasa ia mengenal tiga orang tua ini, akan tetapi di mana ia pernah bertemu. Akan tetapi begitu mereka bertiga bercakap-cakap segera ia ingat.
"A-liong, kau yang paling kuat dan dapat menempuh
perjalanan jauh, kau sajalah yang mengantarkan pangeran cilik ini kepada Ong-ya. Biar aku dan A-kwi menyambut para pengejar sehingga kau dapat pergi jauh takkan terkejar lagi,"
kata Si Nenek Tua. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Betul ucapan Sam Hwa," kata kakek pertama yang bertongkat. "Langkahmu lebar daripada kami berdua, dan aku pun malas kalau harus berlari-lari dikejar-kejar seperti maling."
"Ihh..., aksinya! Memang kita bertiga maling, siapa tidak tahu?" bentak nenek itu sambil menyerahkan bungkusan sutera kuning kepada kakek tinggi besar yang disebut A-liong.
Kakek A-liong agaknya tidak senang dengan tugas ini, akan tetapi karena "kalah suara" ia menerima juga bungkusan itu.
akan tetapi begitu bungkusan itu dipondongnya, tiba-tiba terdengar tangis anak kecil yang nyaring sekali.
Eh-eh, kauapakan dia" Sejak tadi diam saja, begitu
kausentuh lalu menangis!" kata Si Nenek Tua mengomel.
"Wah, celaka. Kalau menangis seperti itu tentu kau akan menjadi tontonan di sepanjang jalan," kata A-kwi. "Bagaimana kau akan menjawab pertanyaan orang-orang di jalan" Bahwa anak ini anak selirmu" Ataukah cucumu yang kematian ayah bundanya?"
Namun A-liong sudah menggigil ngeri, agaknya semua bulu di badannya berdiri semua ketika ia merasa betapa anak kecil meronta-ronta dan menjerit-jerit keras. Cepat ia mengulurkan tangan ke depan, memberikan bungkusan itu kembali kepada Sam Hwa sambil berkata,
"Tidak baik..., tidak baik...! Dalam pondongan tangan halus dia diam saja. Tanganku kasar, tidak sehalus tanganmu, Sam Hwa."
"Cihh! Omongan tua bangka tak bermalu!" kata Sam Hwa dengan muka agak merah sambil menerima kembali
bungkusan sutera kuning yang ternyata berisi seorang anak kecil itu.
"Ha-ha-ha! Bukan karena tanganmu kasar, A-liong,
melainkan bau keringatmu yang terlalu keras sehingga anak itu tidak tahan!" A-kwi menggoda.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Suling Emas mengenal tiga orang ini sebagai pelayan-
pelayan Kong Lo Sengjin! Setelah ia mendengar percakapan mereka, ia menjadi kaget sekali. Sam Hwa si nenek tua tadi menyebut "pangeran cilik" yang harus diantarkan kepada Ongya! Keonaran palagi yang akan dilakukan Kong Lo Sengjin dan anak buahnya" Mereka itu bicara tentang pengejaran. Tak salah lagi, tentulah mereka bertiga menculik pangeran kecil itu dari dalam istana raja atas perintah Kong Lo Sengjin yang berwatak aneh. Teringat akan percakapan rakyat yang
memuji-muji kaisar baru dari Kerajaan Sung, Suling Emas segera mengambil keputusan untuk menolong anak kecil itu.
Dengan gerakan ringan sekali Suling Emas melompat dan
melayang keluar dari tempat sembunyinya, tangan kirinya langsung menerjang dengan serangan maut ke arah kepala


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sam Hwa. Serangan ini sengaja ia lakukan dengan
pengerahan tenagan sehingga terdengar suara angin bersiut menyambar. Sam Hwa terkejut sekali. Sebagai seorang ahli silat pandai, maklum ia bahwa bayangan yang menyambar
dan menyerangnya ini melakukan serangan maut yang
berbahaya. Maka cepat ia membuang diri ke belakang sambil mengangkat tangan kanan melindungi kepala. Akan tetapi
pada saat itu, bocah yang dipondongnya telah diserobot
penyerang itu yang menggunakan tangan kanan menotok
pundaknya lalu merampas bungkusan sutera kuning. Tak
dapat Sam Hwa mencegah perampasan ini karena totokan
pada pundak itu melumpuhkan lengan kirinya yang
memondong. Di lain saat, Suling Emas sudah melompat ke
belakang, bocah dalam selimut kuning itu dalam pondongannya. Bocah itu menangis lagi, lebih nyaring
daripada tadi! "Kembalikan anakku...!" Sam Hwa memekik marah. Setelah melihat bahwa yang merampas bocah itu bukan seorang
pengawal istana, melainkan seorang bocah laki-laki muda berpakaian seperti sastrawan, Sam Hwa tidak ragu-ragu untuk mengakui pangeran cilik itu sebagai anaknya!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
A-liong dan A-kwi juga melangkah maju dengan sikap
mengancam. "Kurang ajar, berani sekali kau merampok anak orang di tengah jalan?"
Suling Emas tersenyum mengejek. "Bibi Sam Hwa, kau yang sudah nenek-nenek mana mungkin mempunyai anak
yang masih begini kecil" Paman A-liong dan Paman A-kwi, susungguhnya siapa yang merampok anak orang" Kalian
bertiga ataukah aku" Aku tidak merampok Pangeran Kecil ini, melainkan hendak mengembalikannya di tempat yang
semestinya, yaitu di dalam istana."
Tentu saja tiga orang tua itu kaget sekali. Tiga buah nama tadi adalah nama kecil mereka, yang hanya mereka ketahui, tak pernah diperkenalkan keluar. Bagaimana orang muda ini bisa mengenal mereka" Biarpun mereka bertiga itu kini
bekerja sebagai pelayan, namun sesungguhnya mereka bukan orang biasa. A-liong dan A-kwi adalah bekas perwira-perwira tinggi di bawah Kong Lo Sengjin, sedangkan Sam Hwa juga seorang ahli silat tinggi, janda seorang panglima seangkatan dengan dua orang temannya itu. Mereka ini tetap setia kepada Kong Lo Sengjin.
Karena maklum bahwa orang muda itu sudah mengetahui
rahasia mereka, maka Sam Hwa yang lebih pandai bicara
segera bertanya, "Orang muda, siapakah kau yang berani mencampuri urusan pribadi kami" Andaikata benar kami
menculik seorang Pangeran Kecil, apa sangkut-pautnya hal itu denganmu?"
"Bibi Sam Hwa dan kedua Paman A-liong dan A-kwi. kukira tidak perlu lagi berpura-pura. Kalian bertiga sudah pernah bertemu denganku, hanya agaknya kalin sudah lupa lagi. Akan tetapi aku tahu bahwa kalian adalah anak buah Kong Lo
Sengjin, dan bahwa anak itu adalah seorang pangeran yang kalian culik dari istana atas perintah Kong Lo Sengjin. Secara pribadi memang urusan ini tidak ada sangkut-pautnya dengan aku, akan tetapi setelah mempelajari ilmu, apa gunanya kalau
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tidak untuk menumpas perbuatan buruk" Aku tidak ingin
bermusuh dengan kalian yang pernah bersikap baik kepadaku, akan tetapi aku pun tidak bisa membiarkan kalian menculik anak orang semaunya. Apalagi untuk dibawa ke depan Kong Lo Sengjin yang kejam. Aku harus mengembalikan anak ini kepada orang tuanya."
Sejenak tiga orang tua itu tertegun, terbelalak dan tidak dapat bicara saking kaget dan herannya. Akhirnya Sam Hwa bertanya, suaranya agak gemetar, "Siapakah kau" Pengawal istana" Siapa?"
Suling Emas menggeleng kepala dan tersenyum. "Kalian sudah terlalu tua sehingga pikun. Mengapa masih mau saja diperalat Kong Lo Sengjin untuk melakukan hal-hal yang tidak baik" Seyogianya orang-orang setua kalian ini menenteramkan pikiran membersihkan hati menanti kematian."
"Eh, bocah gila! Lancang mulutmu!" bentak A-liong sambil melangkah maju. "Tak peduli ia pengawal atau bukan, anak itu hars kita rampas kembali. Serbu!" bentak pula A-kwi sambil menggerakkan tongkatnya.
Karena merasa bahwa rahasia mereka telah terbuka dan
jelas bahwa orang muda itu tidak mau mengembalikan
pangeran kecil yang mereka cuik, tiga orang ini serentak menyerang Suling Emas dengan gerakan yang dahsyat. Sambil menyerang, mereka berusaha merampas anak kecil dalam
pondongan Suling Emas yang masih terus menangis keras.
Kalau A-kwi mempergunakan senjata tongkat, A-liong dan
Sam Hwa masing-masing menggerakkan sebatang pedang
tipis. Serangan mereka cepat dan mengandung tenanga yang hebat.
Namun tiba-tiba mereka terkejut dan menjadi silau
pandang matanya oleh sinar kuning emas yang bergulung-
gulung dan melingkar-lingkar. Dalam saat berikutnya, serbuan tongkat dan dua batang pedang sudah terlempar jauh dan
ketiga orang anak buah Kong Lo Sengjin itu terpekik
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kesakitan, melompat mundur dan memegangi tangan kanan
yang terasa kaku nyeri dengan tangan kiri. Terbalalak kagum mereka berdiri memandang Suling Emas yang kini berdiri
dengan tangan kiri memondong anak kecil, tangan kanan
memegang sebatang suling yang berkilauan tertimpa sinar matahari pagi.
"Suling Emas...!!" Hampir berbareng mereka berseru ketika melihat suling itu. sebagai pembantu-pembantu kepercayaan Kong Lo Sengjin, tentu saja mereka mengenal benda ini yang selalu berada bersama sastrawan Ciu Bun di Pulau Pek-coa-to, biarpun mereka jarang datang ke pulau itu.
Suling Emas menjura sambil tersenyum. "Memang itulah namaku, dan mengingat akan kebaikan mendiang Adik Kwee
Eng dan mendiang ibunya, biarlah kuhabiskan sampai di sini saja kesalah fahaman ini. Selamat tinggal!!" Setelah berkata demikian, Suling Emas berkelebat cepat, lari ke jurusan kota raja.
Tiga orang tua itu bengong terlongong. Barulah kini mereka teringat bahwa orang muda yang sakti itu bukan lain adalah anak laki-laki yang pernah minta pekerjaan kepada mereka sekedar untuk makan. Anak laki-laki yang kemudian menjadi murid Kim-mo Taisu yang kabarnya mampu mengimbangi
kesaktian Kong Lo Sengjin sendiri. Akan tetapi muridnya itu"
Benar-benar tak pernah mereka menyangkanya. Karena
maklum bahwa mereka bukanlah tandingan orang muda itu,
mereka menganggap bahwa tugas mereka telah gagal dan
kembalilah mereka ke Pek-coa-to.
Hati Suling Ema merasa lega ketika mendapat kenyataan
bahwa tiga orang tua itu tidak dapat mengejarnya. Akan tetapi ia risau melihat anak kecil yang terus menangis dalam
pondongannya. "Sssstttt, diam...! Diamlah, anak manis...!" Ia membuka selimut kuning itu sehingga terbuka dan tampak muka anak yang amat molek dan manis, yang kini mukanya merah karena
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
banyak menangis. Mata yang bening itu memandang penuh
selidik ke arah wajah Suling Emas.
"Nah, begitu anak baik, anak manis! Jangan menangis, ya"
Kubawa engkau kembali kepada ayah bundamu...!" Suling Emas menarik muka manis dan ucapannya halus. Anak itu
mengedip-ngedip, terheran, akan tetapi tidak menangis lagi.
Anak berusia kurang lebih dua tahun itu agaknya dapat
merasa bahwa ia berada dalam tangan yang aman.
Belum juga sampai di pintu gerbang kota raja,
serombongan penunggang kuda terdiri dari tujuh orang,
berpakaian bagai pengawal-pengawal istana, membalapkan
kuda keluar dari pintu gerbang danketika bersimpang jalan dengan Suling Emas, rombongan ini segera menahan kuda,
lalu melompat turun dan berteriak kepada Suling Emas, "Hee, berhenti dulu!"
Suling Emas berhenti, maklum bahwa pengawal-pengawal
itu tentulah pasukan dari kota raja yang bertugas mengejar penculik pangeran. Ia bersikap tenang saja dan memondong anak itu ditangan kirinya, ia membalikkan tubuh menghadapi mereka.
"Kalian mau apa menahan orang berjalan?" tanyanya tenang. Tujuh orang pengawal itu memandang ke arah anak kecil dalam pondongannya dan serentak mereka berseru
girang. "Itu dia...! Itu dia Sang Pangeran...! Lihat pakaiannya, selimutnya....!"
Pemimpin rombongan yang berkumis lebat
segera melangkah maju, mukanya membayangkan kemarahan,
keningnya berkerut-kerut, lalu membentak,
"Heh, orang muda! Engkau benar-benar berani mati
menculik putera Sri Baginda! Tak tahukah kau bahwa saat ini ratusan orang pengawal dan pasukan keamanan berpencar di seluruh tempat untuk mencarimu" Hayo kau lekas..."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ssstttt....!!"
Suling Emas menggerakkan bibirnya meruncing sambil menimang-nimang anak yang mulai
menangis lagi itu. "Ah, dasar engkau manusia kasar! Lihat, kalian membuat dia menangis lagi! Tidak tahukah kalian
bahwa dia tidak suka akan suara berisik" Bersikaplah tenang agar jangan membuat dia takut!!"
Seketika berubah sikap komandan pasukan kecil itu. ia
memberi isyarat dengan tangan kepada anak buahnya agar
tidak membuat gaduh dan dia sendiri pun melakukan perintah dengan suara bisik-bisik! Hal ini terjadi karena mereka itu mengingat bahwa anak dalam gendongan orang muda itu
adalah seorang pangeran, putera Sri Baginda sendiri! Kalau anak itu menangis karena mereka dan hal itu terdengar oleh Sri Baginda, tentu mereka celaka! Lucu sekali gerak gerik mereka itu. Lebih-lebih ketika mereka melihat anak itu terus menangis keras, mereka menjadi bingung. Suling Emas sendiri yang menimang-nimang dan menghibur-hibur, sampai penuh
keringat mukanya. Bingung ia menghadapi seorang anak kecil yang rewel ini. Akhirnya, saking bingungnya, ia mengambil sulingnya dan meniup suling itu dengan tangan kanan.
Seketika anak itu berhenti menangis. Dengan mata bening dan pipi basah air mata, anak itu memandang Suling Emas.
Ketika Suling Emas meniup sulingnya dengan nada naik turun, anak itu tertawa! Suling Emas gembira dan tujuh orang
pengawal juga ikut tertawa!
"Kalian jangan banyak ribut. Aku justeru hendak membawa pulang anak ini ke kota raja. Bukan aku penculiknya,
melainkan tiga orang jahat. Aku berhasil merampas anak ini dari tangan mereka. Awas, jangan banyak ribut, kalau kalian ribut-ribut lagi dan anak ini menangis, jangan tanya dosa!"
Suling Emas dengan gerakan sembarang memukulkan
sulingnya pada sebatang pohon sebesar paha orang dan...
pohon itu tumbang! Pucatlah wajah tujuh orang itu. mereka mengangguk-angguk dan ketika Suling Emas melanjutkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
perjalanannya ke arah kota raja, tujuh orang itu mengikuti dari belakang sambil menuntun kuda. Melihat betapa orang muda itu membawa Sang Pangeran benar-benar menuju ke
kota raja, hati mereka lega.
Suling emas terpaksa berjalan sambil meniup sulingnya,
karena anak itu menangis saja kalau tidak ditiupkan suling.
Memang Suling Emas pandai sekali bersuling, maka suara
sulingnya merdu dan sedap didengar. Ketika rombongan
pengawal kedua yang terdiri belasan orang banyaknya lewat, mereka pun terheran-heran dan turun dari kuda. Komandan pasukan pertama segera berbisik-bisik memberi tahu dan...
rombongan kedua ini pun segera mengikuti dari belakang
sambil menuntun kuda masing-masing. Makin lama, makin
banyaklah terdapat pasukan berkuda dan berjalan kaki
mengikuti arak-arakan ini, bahkan setelah memasuki pintu gerbang kota raja, penduduk besar kecil ikut pula mengikuti arak-arakan menuju ke istana! Suling Emas yang berjalan didepan, enak-enak dan tenang-tenang saja memondong
Sang Pangeran sambil membunyikan suling.
Tentu saja ia diterima oleh Kaisar sendiri dengan
pengawalan ketat. Orang masih belum tahu macam apa orang muda yang membawa pulang Sang Pangeran yang hilang,
maka penjagaan diperkuat dan keselamatan Kaisar dilindungi oleh para panglima. Namun, Suling Emas bukanlah merupakan pribadi yang menimbulkan kecurigaan atau kekhawatiran. Ia hanya seorang muda dua puluhan tahun usianya, berwajah
tampan bersikap tenang dengan mata sayu dan muka muram.
Sebagai seorang terpelajar, Suling Emas tahu akan
kesopanan. Di depan Kaisar dia menjatuhkan diri berlutut, kemudian
tanpa mengangkat muka dia menuturkan pertemuannya dengan tiga orang tua yang membawa Sang
Pangeran, kemudian ia menceritakan betapa ia berhasil
merampas kembali Sang Pangeran dan membawanya
langsung ke istana. Setelah berkata demikian, ia mengulurkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kedua tangan yang memondong anak kecil itu. Kaisar
memberi isyarat kepada seorang dayang yang segera
menerima anak itu dari tangan Suling Emas. Akan tetapi anak kecil itu menjerit dan menangis, tidak mau terlepas dari tangan Suling Emas! Timbul sedikit kegaduhan dan Kaisar sendiri sampai tertawa saking gembiranya melihat puteranya pulang dengan selamat. Akhirnya, permaisuri sendiri, ibu anak itu yang ikut hadir menjemput puteranya, yang maju dan
barulah anak itu mau dipondong ibunya. Akan tetapi mulutnya masih mewek-mewek dan telunjuknya masih menuding-nuding ke arah Suling Emas. "Ha-ha-ha!" Sri Baginda tertawa bergelak setelah permaisuri membawa puteranya masuk,
di kuti para dayang cantik-cantik yang melempar kerling dan senyum manis kepada Suling Emas yang tampan dan yang
dianggap seorang gagah yang berjasa besar. "Kau seorang pemuda yang luar biasa! Kami sudah mendengar betapa
engkau membawa kembali putera kami sambil bermain suling, di kuti ratusan orang pengawal dan penduduk. Kemudian
putera kami juga sukar mau melepaskan engkau. Sungguh
menggembirakan. Eh, orang muda yang gagah perkasa,
engkau siapakah?" Suling Emas berlutut memberi hormat lalu menjawab, "Mohon beribu ampun, Tuanku Kaisar. Hamba sendiri sudah lupa akan nama hamba, akan tetapi karena
hamba memiliki benda ini dan suka sekali meniupnya, maka hamba disebut orang dengan nama Suling Emas. Hamba tidak mempergunakan nama lain."
Suasana hening ketika semua panglima dan pembesar
bersama Kaisar mendengarkan jawaban orang muda itu.
Tempat itu segera penuh dengan suara berbisik-bisik karena semua orang merasa heran mendengar jawaban sepeti ini.
Namun, Kaisar pertama dari Kerajaan Sung adalah bekas
seorang panglima besar, seorang yang sudah banyak bertemu dengan petualang-petualang dan pengelana-pengelana di
dunia kang-ouw yang aneh. Kaisar tidak menjadi heran, lalu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
berkata penuh wibawa, "Suling Emas, angkatlah mukamu dan dan biarkan kami melihat wajahmu!"
Suling Emas tidak berani membantah. Dalam keadaan
berlutut, ia menengadah. Sejenak Kaisar menatap wajah yang tampan itu, kemudian menarik napas panjang dan bersabda,
"Semuda ini sudah mengalami hal sehingga benci akan kenangan-kenangan lalu dan membuang nama. Cukup, Suling Emas, sekarang berdirilah agar enak kami bicara."
Dengan gerakan amat hormat Suling Emas bangkit berdiri.
Kembali Kaisar memandang tajam dan mengagumi bentuk
tubuh tinggi tegap itu. Timbul rasa suka kepada orang muda ini dan ia berkata,
"Suling Emas, kami telah berhutang budi kepadamu.
Setelah kau berhasil menyelamatkan putera kami, jasamu
besar sekali dan hadiah apakah yang dapat kami berikan
kepadamu?" "Ampun, Tuanku. Hamba hanya melakukan apa yang wajib dilakukan oleh setiap orang. Hamba tidak mengaharapkan
hadiah apa-apa." Makin suka hati Kaisar mendengarkan jawaban ini. Ia tertawa, "Kau seorang muda yang gagah perkasa dan berati bersih. Kami percaya bahwa engkau tidak mengaharapkan hadiah, Suling Emas. Akan tetapi saking
gembira dan berterima kasih hati kami, kami ingin
memberikan hadiah yang patut bagimu. Bagaimanaah kalau
engkau kami angkat menjadi kepala pengawal dalam istana"
kami sekeluarga akan merasa tentram dan aman apabila
engakau menjadi kepala pengawal disini." "Mohon Paduka sudi memberi ampun. Hamba seorang perantau yang lebih senang hidup bebas di alam terbuka, tidak berani hamba menerima kurnia yang amat besar ini."
Kaisar diam sejenak, berpikir-pikir. Kemudian berkata lagi,
"Memang manusia segolonganmu amat aneh. Pernah kami bertemu dengan Kim-mo Taisu yang juga amat aneh
wataknya." Kaisar tidak tahu betapa di dalam hatinya, Suling
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Emas berdebar-debar mendengar nama mendiang suhunya
disebut-sebut. "Maka kami serahkan kepadamu sendiri Suling Emas, jangan bikin kecewa hati kami. Pilihlah, apa yang dapat kami lakukan untukmu sekedar untuk membuktikan bahwa
kami amat berterima kasih kepadamu. Kalau kau selalu
menolak, hati kami akan merasa tidak enak dan tidak senang."
Suling Emas sudah banyak mempelajari filsafat, sudah tahu pula akan sifat manusia. Seorang Kaisar pun hanya seorang manusia biasa, tidak akan jauh bedanya dengan manusia
umum. Tentu ingin membalas rasa syukur dan hutang budi, baru lega hatinya.
"Baiklah, Tuanku Kaisar. Hamba akan merasa berterimakasih dan girang sekali apabila Paduka sudi
mengijinkan hamba untuk dapat masuk keluar dengan bebas, terutama sekali di perpustakaan istana. Hamba... adalah seorang kutu buku, dan... hamba mendengar betapa
perpustakaan istana amatlah lengkap. Hamba ingin membaca kitab sebanyak-banyaknya." "Ha-ha-ha!" Kaisar tertawa bergelak, dan semua pembesar yang hadir ikut pula tetawa.
Tidak hanya karena latah, melainkan juga karena memang geli mendengar orang muda itu memilih hadiah seperti itu. "Boleh!
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 20 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Pedang Tanpa Perasaan 6
^