Pencarian

Suling Mas 7

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


cekatan itu tahu-tahu telah lenyap dari atas kuda. Demikian cepatnya gerakan itu sehingga ia seolah-olah menghilang, padahal ketika anak-anak panah menyambar, penunggang ini sudah menjatuhkan diri ke kiri, terus tubuhnya menggantung ke bawah perut kuda, hanya kedua kakinya yang menahan
tubuh, kedua kaki yang dikaitkan kepada pelana kuda itu.
Kuda lari terus, penunggangnya bergantung dibawahnya,
sungguh ketangkasan yang mengagumkan ! Tepuk tangan
dan sorak-sorai menyambut ketangkasan ini setelah kuda
besarta penunggangnya selamat melewati barisan anak
panah. Dengan gerakan indah Si Penunggang mengayun
tubuhnya dan dari sebelah kanan perut kuda ia telah duduk kembali dengan tegaknya !
Ujian ke tiga adalah ujian ketangkasan memanah. Sambil
menunggang kuda yang mengitari lapangan, Si Penunggang
Kuda hitam itu mementang busur dan berturut-turut ia
melepas anak panah yang menancap tepat pada dada dan
perut boneka besar manusia yang menjadi sasaran dan
ditempatkan di tengah lapangan. Tujuh kali Si Penunggang Kuda hitam itu melepas anak panahnya, dan lima di antaranya menancap tepat di tengah dada, yang dua agak meleset,
menancap di pundak dan paha. Namun ini saja sudah cukup menyatakan bahwa ia lulus ! Dengan bangga Si Penunggang Kuda hitam itu lalu menjalankan kudanya ke bawah
panggung, melompat turun dan berlutut ke arah raja,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kemudian menuntun kudanya berdiri di pinggir ikut menonton peserta-peserta berikutnya
Peserta ke dua mengalami saat naas baginya. Ketika
kudanya melompati barisan tombak, di bagian terakhir
kudanya terjungkal, jatuh ke bawah. Perut kuda tertembus tombak-tombak itu dan penunggangnya pun mengalami nasib yang sama, perut dan dadanya tembus oleh tombak.
Penonton berseru kengerian dan beberapa orang penjaga
segera lari mendatangi untuk membawa pergi mayat kuda dan orang. Korban mulai jatuh dan permainan berbahaya ini, dan penonton mulai tegang !
Peserta ke tiga selamat melampaui barisan tombak, dan
ketika melampaui barisan anak panah, kurang cepat ia
bersembunyi sehingga pundak dan pahanya terserempet anak panah. Dalam keadaan luka ringan ini ketika ia memanah
orang-orangan, di antara tujuh batang anak panahnya, hanya dua yang mengenai sasaran, maka tentu saja ia pun
dinyatakan gagal ! Peserta ke empat hanya berhasil melampaui barisan
tombak. Ia terjungkal roboh dengan anak panah menancap di perut dan lehernya ! Kembali ada korban yang kehilangan nyawanya dalam lomba ketangkasan ini. Namun para
penonton tidak lagi menjadi ngeri. Bahkan menjadi makin tegang, karena sekarang ternyata oleh mereka betapa
sukarnya olah ketangkasan yang diperlombakan ini.
Ketika peserta ke lima yang mukanya sudah pucat melihat betapa rekan-rekannya gagal bahkan ada yang tewas itu
membentak kudanya mulai mulai lari membalap, semua orang memandang penuh ketegangan. Peserta ke lima ini tubuhnya jangkung kurus namun bahunya bidang dan lengannya
kelihatan kuat. Ia berhasil melompati barisan tombak, berhasil pula melewati barisan anak panah dengan cara sembunyi di bawah perut kuda seperti dilakukan peserta pertama, akan tetapi ketika ia memperlihatkan keahliannya memanah, di
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
antara tujuh batang anak panahnya hanya dua yang
menancap pada perut sasaran, yang lima meleset semua.
Kegagalan inilah yang menyebabkan ia dianggap tidak lulus, tidak diterima menjadi calon panglima dan hanya dinaikkan pangkatnya satu tingkat saja. Namun ia masih beruntung
kalau dibandingkan dengan rekan-rekannya yang tewas atau terluka parah.
Tibalah kini giliran Salinga. Begitu pemuda berkuda putih ini maju, para penonton bertepuk tangan. Pemuda ini amatlah tampan dan sikapnya tenang, jelas bahwa orangnya rendah hati dan tidak sombong, namun pandang matanya yang tajam itu membayangkan semangat dan keberanian yang luar biasa.
Para penonton yang sudah tahu bahwa pemuda ini adalah
pilihan puteri mahkota, tentu saja simpati dan mengharapkan pemuda ini akan berhasil baik dan lulus. Sebaliknya, Puteri Tayami biarpun kelihatan tenang-tenang saja, diam-diam ia merasa kuatir kalau-kalau kekasihnya takkan berhasil.
Perlombaan atau ujian sehebat ini hanya diadakan beberapa tahun sekali kalau raja berkenan hendak memilih calon-calon panglima yang harus benar-benar gagah perkasa.
Seperti juga yang lain-lain. Salinga membawa kudanya ke depan panggung, lalu ia turun dan memberi hormat sambil berlutut ke arah raja. Kemudian matanya mengerling sekilas ke arah kekasihnya. Alangkah besar hatinya ketika ia
menerima kiriman senyum dari Tayami, senyum yang
menimbulkan keyakinan di dalam hatinya bahwa demi untuk puteri pujaannya, ia harus dan akan berhasil !
Pada saat ia bangun kembali dan melompat ke atas
punggung kudanya, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda dan tahu-tahu seekor kuda berbulu merah telah berada di dekatnya.
Salinga tercengang ketika mengenal penunggangnya yang bukan lain adalah Panglima Muda
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Bayisan ! Segera ia menjura di atas kuda putihnya dan
berkata. "Salam, Tuan Panglima!" "Salam, perwira Salinga yang gagah!" balas Bayisan. "Ada pesan apa gerangan yang hendak Tuan sampaikan kepada saya?"
"Tidak ada apa-apa Salinga. Hanya, melihat bahwa peserta terakhir tinggal engkau seorang dan aku yang hendak
mencoba-coba sukarnya ujian, sebaliknya kita lakukan itu bersama. Bukankah hal itu akan menambah kegembiraan dan akan membesarkan hati kita, juga menggembirakan para
penonton?" Tentu saja Salinga maklum bahwa di antara para
saingannya dalam berebut hati tuan puteri, Bayisan ini
merupakan saingan terberat dan juga paling berbahaya.
Sudah seringkali kekasihnya, Puteri Tayami, memperingatkan agar ia berhati-hati terhadap Bayisan. Ia tentu saja dapat menduga bahwa panglima muda yang sebetulnya juga
pangeran ini mempunyai maksud tersembunyi dalam mengajak ia melakukan ujian bersama. Terang bahwa Bayisan takkan mungkin berani mencelakainya di depan begitu banyak saksi, di antaranya raja dan puteri mahkota sendiri. Salinga menaruh curiga dan tidak suka, akan tetapi betapapun juga, tak dapat ia menolak, tak dapat ia berlaku tidak hormat kepada Bayisan. Pertama, Bayisan adalah panglima muda, jadi masih termasuk atasannya biarpun ia dimasukkan ke dalam pasukan yang langsung dikepalai panglima tua. Ke dua,
Bayisan adalah putera raja sendiri, biarpun hanya putera selir yang tidak begitu harum namanya karena menjadi selir raja atas kehendak suaminya yang kemudian di hukum mati.
"Tuan Panglima amat gagah perkasa, tentu saja ujian ini sebagai main-main belaka, berbeda dengan saya yang harus mempertaruhkan nyawa untuk dapat lulus." Kata salinga merendah.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Mendengar ini, Bayisan tertawa bergelak dan sengaja
berkata dengan suara keras agar terdengar orang lain,
terutama tentu saja, agar terdengar Puteri Tayami.
"Ha-ha-ha, mempertaruhkan nyawa untuk permainan
macam itu saja " Ha-ha, kau berkelakar, Salinga ! Siapa yang tidak tahu akan ketangkasanmu " Hayolah, jangan membuang waktu lagi. Kuda kita sama-sama baik, usiamu lebih muda daripada usiaku, tentu kau lebih tangkas. Ha-ha!" Bayisan lalu mencambuk kudanya yang melesat maju. Merah muka Salinga karena ia maklum apa yang dimaksudkan oleh Bayisan tadi, akan tetapi ketika ia mengerling ke arah panggung, ia melihat Tayami
kembali tersenyum kepadanya,
senyum yang mengatakan berpihak kepadanya. Ia pun tersenyum pula dan mencambuk kuda putihnya yang terbang maju ke depan.
Penonton bersorak riuh rendah. Hebat memang melihat
kedua orang gagah itu. Kuda yang mereka tunggangi juga
merupakan kuda pilihan. Kuda putih tunggangan Salinga
adalah kuda pemberian Puteri Tayami, tentu saja merupakan kuda pilihan dari kandang istana. Adapun kuda merah
tunggangan Bayisan juga datang dari kandang istana, karena kuda ini hadiah dari raja sendiri ketika ia berhasil menumpas pasukan musuh beberapa hari yang lalu. Banyak di antara penonton hanya mendengar kegagahan panglima muda dari
cerita para anggota pasukan belaka, jarang ada yang pernah menyaksikan sendiri, maka kesempatan yang amat baik tentu saja menggembirakan hati mereka.
Sementara itu, Kwee Seng yang ikut merasa tegang dan
gembira, tiba-tiba terkejut bukan main ketika ia mendengar suara berkeresekan di atasnya dan ketika ia mengangkat
mukanya, ia melihat seorang kakek tua sudah duduk di atas cabang, hanya dua meter di sebelah atasnya ! Inilah yang membuat ia merasa kaget bukan main. Biarpun ia tadi
memperhatikan ketegangan di bawah, namun bagaimana ia
tidak dapat mendengar ada orang yang tahu-tahu berada di
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
atasnya " Ia memperhatikan kakek itu. Kakek yang aneh
sekali. Pendek, luar biasa pendeknya paling-paling satu meter tingginya. Tubuhnya, kaki tangannya, kecil seperti kaki tangan anak berusia sepuluh tahun, akan tetapi kepalanya sebesar kepala orang dewasa, bahkan lebih besar lagi tampaknya
karena rambutnya yang penuh uban itu riap-riapan, kumis jenggotnya memenuhi separuh muka, alisnya juga panjang
sampai ke pipi, bibir yang merah tampak membayang di
antara kumis jenggot, tersenyum-tersenyum lebar dan
matanya yang kecil itu bersinar gembira seperti anak yang nakal. Di pundaknya sebelah kanan bertengger seekor burung, burung hantu atau burung malam yang matanya seperti mata kucing, kelihatan cerdik licik dan menakutkan! Sekali pandang saja maklumlah Kwee Seng bahwa kakek pendek aneh yang
duduk di sebelah atasnya itu adalah seorang yang
berkepandaian tinggi, maka ia bersikap hati-hati dan waspada.
Ia tidak pernah mendengar di dunia kang-ouw ada tokoh
macam ini, maka ia tidak tahu dari golongan mana kakek ini dan bagaimana pula sepak terjang serta wataknya.
Karena sejak tadi ia sendiri tidak pernah memperlihatkan kepandaiannya, bahkan ketika naik ke atas pohon itu pun ia mendaki seperti orang biasa, maka Kwee Seng merasa yakin bahwa tak seorang pun dapat menduga ia berkepandaian,
juga kakek itu tentu tidak. Maka ia segera pura-pura tidak melihatnya, atau tidak mempedulikannya, tertawa-tawa dan bertepuk-tepuk
tangan melanjutkan keasyikannya tadi menonton perlombaan. Tangkas sekali Salinga dengan kuda putihnya. Sambil
mengeluarkan teriakan nyaring, Salinga mencambuk dan
kudanya melompat ke atas melewati barisan tombak. Rambut dan ujung baju Salinga berkibar-kibar bersama ekor kuda ketika mereka melayang di atas barisan tombak, selamat
sampai di ujung dan turun kembali ke atas tanah. Akan tetapi, lebih hebat sorak-sorai menyambut lompatan kuda merah
yang ditunggangi Bayisan. Panglima muda ini sengaja
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
melompat tepat di belakang Salinga dan begitu kuda
merahnya melompat diam-diam Bayisan mengerahkan lwee-
kang dan gin-kangnya. Ia menjepit perut kudanya dan
menambah tenaga loncatan kuda dengan loncatannya sendiri sehingga dia bersama kudanya melayang jauh lebih tinggi daripada Salinga ! Para penonton dengan jelas melihat betapa kuda merah itu semeter lebih berada di atas kuda putih dan melayang lebih cepat. Kalau saja Bayisan menghendaki, bisa saja ia menurunkan kuda merahnya tepat di atas Salinga
sehingga pemuda itu dengan kuda putihnya akan celaka.
Kalau hal ini terjadi, tentu merupakan kecelakaan yang tidak disengaja, namun ia tetap kuatir kalau-kalau Raja dan Tayami mengetahui rahasianya, selagi para penonton menahan napas dan berseru kaget melihat kuda merah meluncur di atas kuda putih, tiba-tiba Bayisan berseru keras sekali dan tahu-tahu kuda merahnya itu berjungkir balik membuat salto di udara dan turun beberapa meter di sebelah depan kuda putih !
Gemuruh sorak dan tepuk tangan menyambut pertunjukan
yang hebat ini. Bahkan Kwee Seng sendiri yang ikut bertepuk tangan, diam-diam terkejut dan kagum menyaksikan kelihaian Bayisan. Ia tahu bagaimana caranya Bayisan melakukan
semua itu, dan inilah pula yang menyebabkan ia kagum
karana tokoh Khitan itu ternyata amat maju dalam lwee-kang dan gin-kangnya. Kalau semua orang bertepuk dan bersorak, adalah kakek di atas Kwee Seng itu bersungut-sungut, "Ah, bau...! Bau...!" Kwee Seng mendengar ini akan tetapi pura-pura tidak dengar dan tidak tahu, karena sebenarnya ia pun tidak mengerti mengapa kakek itu mengatakan bau. Bau apa sih "
Dengan lagak dibuat-buat Bayisan sengaja minggirkan
kudanya dan memberi isyarat dengan tangan agar Salinga
melarikan kudanya terlebih dahulu memasuki barisan anak panah. Para penonton sudah diam semua karena kini mereka mulai merasa tegang. Bagaimanakah gerangan cara kedua
orang gagah ini menghadapi hujan anak panah " Apakah juga
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
seperti yang dilakukan peserta pertama tadi bersembunyi di bawah perut kuda " Cara seperti ini memang amat populer di antara orang-orang Khitan dan boleh dibilang setiap prajurit mempelajarinya, walaupun tidak banyak berhasil baik karena cara ini hanya dapat menyelamatkan diri dalam keadaan
darurat saja. Dalam keadaan darurat saja. Dalam keadaan perang sungguh-sungguh, cara ini malah kurang tepat karena biarpun tubuh sendiri tidak terkena anak panah, kalau
kudanya yang terkena dan roboh, bukankah penunggangnya
akan tergencet dan memudahkan musuh untuk membunuhnya" Betapapun juga, cara lain tidak ada dan kini menyaksikan dua orang muda itu memasuki barisan panah,
tentu saja para penonton, termasuk raja sendiri dan juga puteri
mahkota, memandang penuh perhatian dan ketegangan. Ketika kudanya telah memasuki barisan anak panah, begitu terdengar menjepret dan anak panah menyambar-nyambar,
sekali menggentakkan tubuhnya, Salinga telah meloncat dan berdiri di atas punggung kudanya, berdiri sambil menekuk lutut
membuat tubuhnya sependek mungkin, hampir berjongkok. Dengan begini, anak panah menyambar ke
arahnya ke seluruh bagian tubuh dari kepala sampai ke kaki !
Karena para pemanah itu memang diperintahkan untuk
memanah Si Penunggang Kuda dan sama sekali tidak boleh
memanah kudanya. Begitu puluhan batang anak panah itu
sudah menyambar dekat, tiba-tiba Salinga berseru keras dan tubuhnya mencelat ke atas dalam keadaan masih seperti
berjongkok. Kudanya lari ke depan, akan tetapi karena Salinga juga mencelat ke depan, ketika ia turun lagi, tepat kakinya tiba di atas pelana kudanya. Kembali anak panah menyambar, akan tetapi kembali tubuh Salinga mencelat ke atas dan
demikianlah secara bertubi-tubi anak panah itu dapat
dielakkan sambil meloncat ke atas dengan gerakan yang
tangkas sekali ! Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sorak-sorai menyambut cara menghindarkan anak-anak
panah ini, cara yang dianggap lebih tangkas dan lebih berani daripada cara bersembunyi di perut kuda, akan tetapi sudah tentu saja merupakan cara yang lebih sukar, yang hanya
dapat dipelajari orang-orang pandai. Tiba-tiba sorak-sorai lebih menggegap-gempita ketika Bayisan dengan tenangnya memasuki barisan anak panah bersama kudanya yang ia
jalankan seenaknya saja. Anak panah menyambar bagaikan
hujan ke arahnya, namun panglima muda ini sama sekali tidak membuat gerakan mengelak. Semua orang termasuk raja
kaget karena bagaimana orang itu begitu enak-enakan
sedangkan puluhan anak panah menyambar dengan cepat ke
arahnya " Akan tetapi tiba-tiba Bayisan menggunakan cambuk di tangan kanan yang diputar-putar cepat sekali, menangkis semua anak panah yang runtuh ke kanan kiri begitu terkena sambaran cambuk yang diputar. Tangan kirinya juga ikut
membantu, begitu lengan baju yang kiri menyampok, anak
panah menyeleweng atau terpental kembali Kwee Seng diam-diam memuji. Kiranya Bayisan sudah banyak maju dan kalau dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu.
"Ah, bau...! Tengik dan kecut ! Jembel busuk tak pernah mandi!" Terdengar makian perlahan di sebelah atas Kwee Seng. Mendengar makian ini, Kwee Seng mengerutkan kening.
Kurang ajar, pikirnya. Kiranya yang dimaki bau tengik dan kecut adalah dia ! Dengan hati mendongkol Kwee Seng
berdongak, memandang kakek itu yang juga memandang
kepadanya sambil menutup lubang hidung dengan telunjuk
dan ibu jari yang menjepit hidung.
"Heh-heh, kakek cebol. Bau tengik dan kecut itu datangnya dari jenggot dan kumismu. Coba kau cukur bersih cambang baukmu, tentu lenyap bau tak enak itu, heh-heh-heh!"
Mendengar ini, kakek itu melepaskan dekapan pada
hidungnya, lalu tangannya menyambar jenggot dan kumisnya yang panjang, dibawa dekat-dekat ke ujung hidung lalu ia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mendengus-dengus dan mencium-cium. Mendadak ia berbangkis dua kali. "Haching ! Haching ! Apek... apek ! Wah, jembel busuk, kau berani mempermainkan aku, hah " Burung setan, kau
wakili aku pancal hidungnya sampai keluar kecap dan tampar kedua pipinya sampai bengkak-bengkak!" Kakek itu berkata perlahan.
Kwee Seng memang sudah siap sedia menghadapi segala
kemungkinan, karena orang takkan dapat menduga apa yang akan dilakukan seorang kakek aneh seperti itu, akan tetapi ia kaget juga ketika tiba-tiba sesosok sinar abu-abu menyambaar ke arah mukanya, kiranya burung hantu itu telah menyerang dengan gerakan terbang yang sama sekali tidak menimbulkan bunyi, tahu-tahu burung itu telah menggunakan paruhnya
untuk mematuk hidungnya, disusul tamparan dengan kedua
sayap burung itu ke arah kedua pipinya ! Serangan yang
hebat sekali, lebih hebat daripada sambaran anak-anak panah yang betapa laju pun.
"Plak-plak-plak!!!" Beberapa helai bulu burung rontok dan burung itu sendiri mengeluarkan suara "huuuk... huuuuk...!"
terbang ke atas, lalu lenyap ke atas pohon, mengeluh
kesakitan. Hidung Kwee Seng sama sekali tidak mengeluarkan kecap dan sepasang pipinya tidak bengkak-bengkak seperti yang diharapkan kakek cebol itu. Kwee Seng masih duduk
enak-enakan dan tidak pedulikan lagi kakek di atasnya,
melainkan menonton kelanjutan perlombaan di bawah. Tadi ia menggunakan sentilan dan tamparan mengusir burung tanpa membunuhnya karena ia tahu bahwa burung itu tidak bersalah apa-apa, hanya memenuhi perintah Si Kakek Cebol.
Saat itu, Salinga sudah melarikan kuda putihnya mengelilingi lapangan untuk memperlihatkan ketangkasannya melepas anak panah. Pemuda ini biarpun tidak selihai bayisan namun ketangkasannya sudah cukup untuk menjadi seorang
perwira jagoan di dalam barisan Khitan. Gendewanya yang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
besar dan berat mengeluarkan suara menjepret, hanya dua kali dan tahu-tahu tujuh batang anak panah telah menancap, empat batang anak panah yang kesemuanya tepat mengenai
sasaran di bagian yang penting dan mematikan. Tentu saja para penonton, termasuk Puteri Tayami sendiri, menyambut ketangkasan ini dengan tepuk sorak gemuruh, karena jelas bahwa Salinga telah lulus ujian dan patut menjadi calon panglima !
Akan tetapi, apa yang dilihat penonton selanjutnya, benar-benar membuat penonton besorak lebih gemuruh lagi, karena pertunjukan Bayisan benar-benar mengagumkan mereka.
Seperti juga Salinga, panglima muda ini melarikan kuda
merahnya amat cepat mengelilingi lapangan, demikian
cepatnya kuda merah itu lari sehingga merupakan bayangan merah yang bagaikan terbang mengelilingi sasaran. Ketika larinya kuda tiba di depan sasaran, tiba-tiba tampak sinar berkilauan menyambar dari atas kuda menuju sasaran, dan ....
Tiga belas batang hui-to (pisau terbang) telah menancap di tiga belas bagian tubuh yang mematikan yaitu di antara kedua alis, ditenggorokan, di kedua pundak, di kanan kiri dada, di pusar, di kanan kiri lambung, dikedua paha dan kedua lutut!.
Tentu saja ini merupakan demonstrasi ilmu melempar senjata yang amat hebat, yang belum pernah disaksikan oleh mereka semua.
Memang sebenarnya Bayisan merahasiakan kepandaiannya ini, akan tetapi karena ingin memamerkan
kepandaiannya di depan Tayami, untuk mengalahkan Salinga, terpaksa kini ia perlihatkan.
Bau... bau...! He, jembel muda yang tengik. Kau berada di bawahku, baumu naik memenuhi hidungku. Hayo kau
bersamaku memeperlihatkan kepada monyet-monyet itu
bahwa tidak ada artinya semua pertunjukan ini. Akan tetapi karena kau bau sekali, kau harus berada di atasku, aku
menjadi kuda, kau boleh menunggang punggungku!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kwee Seng berdongak ia terkekeh geli. Kakek itu tidak
tampak lagi mukanya, ditutup baju yang ditariknya ke atas, kemudian tubuh kakek itu melayang jauh ke bawah, di
depannya menyambar tangannya untuk ditarik bersama ke
bawah. Kwee Seng terkejut, namun ia cepat mengerahkan
gin-kangnya yang ikut melayang ke bawah. Maklum bahwa
kakek ini memang hendak main-main dan cari perkara, ia
merasa gembira dan begitu melihat kakek itu tiba di tanah dalam keadaan merangkak, yaitu kedua tangan menjadi kaki depan, muka seekor keledai kecil sekali, ia tidak merasa sungkan-sungkan lagi dan melayani kehendak Si Kakek, cepat ia melompat dan tepat tiba di punggung kakek itu dengan ringan !
Begitu merasa tubuh jembel muda itu tiba-tiba di
punggungnya, Si Kakek memperdengarkan suara meringkik
mirip kuda, lalu ia "lari" dengan empat kakinya, lari congklang ke tengah lapangan ! Kwee Seng terkekeh-kekeh, rambutnya riap-riapan, dan ia menoleh ke kanan kiri dengan lagak
congkak, meniru lagak Bayisan dan lain-lain peserta tadi.
Seolah-olah ia juga seorang peserta yang gagah perkasa
menunggang kuda yang tangkas.
Ributlah para penonton, terdengar gelak tawa di sana-sini, lalu
memecah terbahak-bahak. Lucu sekali memang. Penunggangnya seorang jembel berpakaian compang-camping penuh tambalan, rambutnya riap-riapan bertelanjang kaki,
"kudanya" mirip seekor anjing buduk yang pincang kakinya.


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Para perajurit penjaga menjadi marah dan hendak
menghalangi Si Gila itu membikin kacau, akan tetapi raja mengangkat tangan mencegah. Sambil tertawa-tawa Raja
Kulu-khan berkata, "Biarkan! Biarkan! Bukankah ini merupakan pertunjukan lawak yang menarik?"
Diam-diam Si Kakek aneh itu kagum ketika tadi merasa
tubuh jembel muda itu tiba di punggungnya seperti sehelai daun kering. Rasa kagum yang disusul rasa penasaran karena
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
biarpun ia adalah sudah tua bangka, namun ia adalah seorang yang memiliki watak yang tidak mau kalah oleh siapapun juga
! Maka kini ia lari mencongklang ke arah barisan tombak.
Kemudian sekali ia menggerakkan kaki tangannya, tubuhnya mencelat ke atas dan hinggap di atas tombak ! Di atas ujung mata tombak yang runcing, yaitu empat buah tombak
pertama, tangan dan kakinya menekan ujung itu seperti
seekor burung hinggap di atas cabang ! Kwee Seng terkejut sekali dan diam-diam ia merasa amat kagum.
Gelak tawa dari para penonton seketika terhenti, dan kini para penonton melongok terheran-heran. Raja Kulu-khan
sendiri terhenti di tengah-tengah senyumnya. Puteri Tayami bangkit berdiri, dan para penglima, termasuk Kalisani dan Bayisan berubah air mukanya. Ini bukan pelawak-pelawak gila lagi, melainkan pertunjukan yang hebat ! Bayisan segera lari ke arah barisan panah dan memberi perintah dengan suara perlahan, kemudian kembali lagi di tempat semula sambil memandang penuh perhatian.
Tanpa mempedulikan keadaan sekelilingnya, kakek yang
menjadi kuda itu melangkahkan "empat kakinya" setapak demi setapak melalui ujung mata tombak yang berjajar-jajar itu, sedangkan Kwee Seng enak-enak duduk di atas punggungnya.
Karena Kwee Seng juga merasa panas perutnya melihat kakek ini seakan-akan memamerkan kepandaiannya, maka diam-diam Kwee Seng tidak menggunakan lagi gin-kangnya,
membiarkan tubuhnya memberat dan menindih kakek itu.
Akan tetapi, kakek itu cerdik juga karena sekarang ia cepat melompat-lompat di atas mata tombak, tidak menekankan
tangan kaki lagi seperti tadi melainkan memegang dengan tangan lalu melompat sehingga akhirnya ia sampai di baris terakhir lalu melompat ke bawah.
Para penonton sudah sadar kembali dari kaget dan heran, maka kini suara sorak-sorai mengalahkan yang tadi karena
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sorakan itu diseling tawa terbahak saking kagum dan lucu.
Akan tetapi, suara ketawa mereka itu hanya sebentar karena
"orang gila" bersama "kudanya" yang aneh sekali itu telah mendekati barisan anak panah. Apakah mereka benar-benar hendak memasuki barisan itu " Mencari mampus "
Ketegangan memuncak karena Kwee Seng yang masih
enak-enak "nongkrong" di punggung kakek itu seakan-akan tidak melihat bahaya, membiarkan dirinya dibawa ke dalam barisan anak panah, di mana ahli-ahli panah telah siap
melepaskan anak panah. Busur telah mereka tarik sepenuhnya
! Bahkan di panggung kehormatan, tidak ada suara berkelisik semua mata memandang penuh ketegangan, agaknya
napasnya pun ditahan menanti detik-detik yang akan datang itu. Dari mulut Raja Kulu-khan terdengar suara. "Ah, sayang...
kalau sampai mereka tewas..." Akan tetapi suara ini hanya seperti bisik-bisik saja, pula pada saat seperti itu, siapa orangnya tidak ingin menyaksikan bagaimana kelanjutan
peristiwa aneh itu " Raja sendiri biarpun mulut berkata demikian, hatinya amat ingin menyaksikan dan tentu akan melarang kalau ada yang hendak menghalangi orang gila itu memasuki barisan anak panah.
Para ahli panah yang telah menerima bisikan dari Bayisan, menanti sampai orang gila itu tiba di tengah-tengah lapangan, dan tepat pula seperti yang diperintahkan Bayisan, mereka memanah untuk membunuh, maka begitu terdengar suara tali busur menjepret disusul berdesirnya anak panah yang puluhan batang banyaknya, semua anak panah itu selain menuju ke arah bagian-bagian berbahaya dari tubuh Kwee Seng, juga ada yang mengaung lewat di pinggir dan aras kepalanya intuk mencegah orang gila itu mengelak !
"Aduh celaka...!" "Ahh...!" "Mati dia...!"
Bahkan Raja Kulu-khan sendiri mengeluarkan seruan
kecewa, demikian pula puteri Tayami dan yang lain-lain ketika melihat betapa anak-anak panah yang banyak sekali mengenai
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tubuh "orang gila" itu sehingga tubuhnya seperti penuh anak panah, di kanan diri dada, bahkan ada yang menancap di
mukanya ! Akan tetapi anehnya, "kuda" kecil itu masih merayap terus dan orang gila itu masih enak-enak duduk
mengantuk, seakan-akan anak-anak panah yang menancap
pada dada dan mukanya itu tidak dirasainya sama sekali !
Kembali anak panah yang banyak sekali menyambar, kini
menuju kepada "kuda"! Berbeda dengan peraturan yang berlaku dalam ujian ketangkasan itu, kini karena telah diberi komando Bayisan yang tahu bahwa dua orang itu adalah
orang-orang pandai yang agaknya memancing keributan,
mereka lalu menghujani "kuda" itu dengan anak panah pula.
"Anak kecil itu pun mati...!" teriak orang-orang yang menonton yang tentu saja sudah dapat menduga bahwa kuda itu adalah kuda palsu, bukan kuda melainkan seorang
manusia. Tentu seorang anak-anak karena kaki tangannya
begitu kecil dan pendek. Aneh pula, seperti halnya penunggangnya, kuda palsu itu pun sama sekali tidak mengelak dan tubuhnya pun penuh
dengan anak panah ! Akan tetapi, lebih aneh lagi, dia masih saja merangkak-rangkak, bahkan kini menuju ke lapangan di mana tersedia sasaran boneka besar untuk menguji
kepandaian memanah ! Barulah kini orang-orang melihat bahwa anak-anak panah
yang disangka menancap di dada orang gila itu sama sekali bukan menancap, melainkan di kempit di antara kedua kelek (ketiak) dan di antara jari-jari tangan, malah yang tadinya disangka menancap di muka ternyata adalah anak-anak panah yang kena gigit oleh "orang gila" itu. Entah bagaimana cara
"kuda" itu menerima anak-anak panah yang kelihatannya masih menancap pada tubuhnya, karena tubuh itu masih
tertutup baju yang dikerobongkan di kepala ! Setelah tiba di lapangan memanah, tiba-tiba "kuda" itu lari congklang, bukan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
main cepatnya, agaknya tidak kalah cepatnya oleh larinya kuda !
Tentu saja kenyataan itu membuat para penonton menjadi
kaget, kagum, heran, dan gembira sehingga meledaklah
sorak-sorai mereka, melebihi yang sudah-sudah, Raja Kulu-khan sampai bangkit dari kursinya, Puteri Mahkota Tayami bertukar pandang dengan Salinga, para panglima berbisik-bisik. Yang lucu adalah Kalisani. Panglima tua ini meloncat-loncat seperti anak kecil kegirangan dan mulutnya tiada hentinya berteriak.
"Hebat... ! Mereka orang-orang sakti ! Ah, mana bisa kepandaian kita dibandingkan dengan mereka?"
Hanya Bayisan yang mukanya menjadi pucat dan matanya
menyinarkan kemarahan. Pada saat itu ia mendekati seorang pangeran yang juga merupakan putera Raja Kulu-khan dari selir, tapi lebih tua daripada Bayisan yang bernama Pangeran Kubakan. Pangeran ini pucat mukanya, lalu berbisik-bisik dengan Bayisan.
"Siapakah mereka...?" tanya Kubakan. "Aku tidak tahu..."
jawab Bayisan bingung. "Jangan-jangan..." Kubakan menoleh ke arah ayahnya yang berdiri dan memandang kagum ke arah lapangan, malah kini kedua tangan raja itu ikut pula bertepuk tangan memuji
bersama semua penonton. "Ah, agaknya Sribaginda pun tidak mengenalnya. Akan tetapi siapa tahu " Malam ini kita harus turun tangan..."
Kembali Kubakan menoleh ke arah ayahnya, lalu mengangguk-angguk. Sekali lagi dua orang pangeran ini
bertukar pandang, kemudian mereka berpisah. Bayisan lari ke arah lapangan untuk menyaksikan dua orang aneh itu dari dekat.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Setelah lari cepat seputaran dengan cara berloncatan
seperti kuda, kakek yang menggendong Kwee Seng itu tiba di depan sasaran, jaraknya sama dengan jarak para peserta tadi.
Tiba-tiba Kwee Seng mengeluarkan seruan bentakan yang
nyaring sekali sehingga beberapa orang penonton yang
jaraknya terlalu dekat roboh terguling. Berbareng dengan seruan ini tubuhnya meloncat turun dari punggung "kuda" dan sekali tubuhnya itu terbang cepat ke arah sasaran.
"Cap-cap-cap-cap!!!" Cepat sekali anak-anak panah itu terbang susul-menyusul
menancap pada sasaran, tak sebatang pun luput. Akan tetapi para penonton memandang bingung karena tidak tampak bekasnya. Setelah mata yang memandang ridak begitu kabur lagi oleh berkelebatnya anak-anak panah itu, tampaklah oleh mereka betapa semua anak panah yang dilepaskan oleh Kwee Seng itu telah menancap di atas gagang tiga belas buah pisau terbang papnglima muda !
Gegerlah semua penonton saking kagum dan herannya, akan tetapi diam-diam Bayisan menjadi pucat mukanya. Terang
bahwa "orang gila" itu memusuhinya, buktinya anak-anak panah itu menancap di gagang hui-to yang tadi ia lepaskan.
Tiba-tiba terdengar suara berkakakan dan "kuda" itu meloncat berdiri di atas dua kaki belakangnya dan tampaklah seorang kakek cebol yang wajahnya seperti wajah patung
dewa di kelenteng, kedua tangannya sudah menggenggam
banyak sekali anak panah sambil masih tertawa-tawa
bergelak, keuda tangannya bergerak ke depan dan
meluncurlah anak-anak panah itu beterbangan ke arah
sasaran. Anehnya, anak-anak panah itu terbangnya masih
berkelompok dan setelah dekat dengan boneka lalu terpisah menjadi lima rombongan yang menyambar ke leher, kedua
pundak dan kedua pangkal lengannya, dan kedua kakinya
telah patah ! Tanpa mempedulikan keributan semua orang di situ, Kwee
Seng kini berdiri dengan kakek aneh. Kakek itu tertawa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
bergelak-gelak, Kwee Seng pringas-pringis menyeringai aneh, keduanya orang-orang aneh atau mungkin juga keduanya
sudah miring otaknya ! "Hoa-ha-hah, jembel muda bau busuk, kau lumayan juga !
Aku harus mencobamu! "
"Kakek cebol menjemukan ! Siapa gentar menghadapi
kesombonganmu?" Kwee Seng menjawab, karena betapapun juga, ia mendongkol melihat kakek ini amat jumawa (tekebur).
Biarpun Kwee Seng berdiri acuh tak acuh, sama sekali tidak memasang kuda-kuda seperti ahli silat, seperti juga kakek itu yang berdiri dengan kaki dibengkokkan lucu, namun diam-diam Kwee Seng siap dan waspada karena maklum bahwa
seorang sakti seperti kakek ini, sekali menyerang tentulah amat hebat sekali.
Akan tetapi pada saat itu. Bayisan sudah mengerahkan
pasukannya, siap mengurung dan menyerang dua orang ini
yang dianggapnya mengacau dan hendak membikun rusuh.
Melihat ini, kakek cebol tertawa bergelak. "Aha-ha-ha ! Sudah cukup main-main hari ini, jembel muda bau, kakekmu tidak ada waktu laagi, sudah lapar dan mengantuk. Biarlah lain hari aku akan mencarimu dan tak mau sudah sebelum kau
terkencing-kencing oleh pukulanku!" Setelah berkata demikian, kakek itu melompat-lompat, makinlama makin itnggi lompatannya yang modelnya seperti katak melompat.
Akhirnya ia melompat demikian tingginya sampai melewati kepala orang-orang banyak. Celaka bagi mereka yang terinjak kepala atau pundaknya oleh kaki itu, karena ia lalu
dipergunakan seperti batu loncatan oleh Si Kakek Aneh
sehingga kepala dan pundak mereka menjadi kotor oleh debu dan lumpur, malah hebat dan lucunya, sambil menjejak kepala dan pundak orang, kadang-kadang Si Kakek melepas kentut yang nyaring sekali sambil tertawa terbahak-bahak !
Kwee Seng juga segera melompat, melampaui kepala
banyak orang, kemudian mempercepat larinya menjauhkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
diri dari tempat itu dan lenyap di antara pohon-pohon yang lebat tumbuh di lembah Sungai Huang-ho. Gegerlah keadaan di situ dan Bayisan cepat mengatur pasukannya untuk
melakukan penjagaan keras pada hari itu dan seterusnya.
Kalisani mendekatinya dan berkata, "Bayisan, mengapa kau ribut-ribut sendiri " Jelas bahwa dua orang sakti itu adalah petualang-petualang yang tidak mempunyai niat buruk
terhadap kita, bahkan gaknya mereka berdua itu pun tidak saling mengenal. Menghadapi orang-orang seperti itu, lebih baik kita menyambut mereka sebagai tamu agung untuk
dijadikan sahabat. Mengapa kita harus menjaga dan
mengejar-ngejar mereka seperti maling?"
Dengan wajah berkerut, Bayisan menjawab, "Paman
Kalisani, pandangan kita dalam hal ini berbeda. Betapapun juga, aku tidak bisa mengabaikan kewajibanku menjaga
keamanan Sribaginda. Malam ini harus aku sendiri yang
melakkukan perondaan di dalam istana. Siapa tahu, mereka itu akan datang dengan niat busuk, dan mereka amatlah
lihai." Setelah berkata demikian, Bayisan meninggalkan Kalisani yang masih terpengaruh oleh kepandaian dua orang itu dan kadang-kadang tertawa sendiri mengingat akan
kelucuan sepak terjang mereka. Juga diam-diam ia ingin sekali bertemu dan berkenalan dengan mereka. Kalisani biarpun
seorang tokoh Khitan, namun pengalamannya sudah luas
sekali. Sudah bertahun-tahun ia merantau ke selatan,
mengenal baik ilmu silat selatan, bahkan ia seorang ahli silat yang pandai pula. Namun belum pernah ia mendengar tentang seorang pemuda gila dan kakek cebol yang begitu aneh.
Malam itu indah sekali. Tiada angin mengusik daun. Alam tenang tentram pada malam hari itu setelah siangnya tadi terdengar sorak-sorai menggetarkan air sungai. Bulan
purnama memenuhi permukaan bumi dengan sinarnya yang
tenang redup, membuat air Sungai Huang-ho berkilauan
seperti kaca. Agaknya sudah terlalu letih semua penduduk
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Paoto setelah sehari penuh tadi berpesta dan menonton
keramaian, sehingga malam ini mereka tidak mempunyai
nafsu lagi untuk menikmati keindahan sinar bulan. Kecuali, tentu saja anak-anak dan orang-orang muda yang masih
selalu haus akan kesenangan.
Di tepi sungai sebelah barat kota yang sunyi, terdapat dua orang menunggang kuda perlahan-lahan, menyusuri tepi
pantai sungai yang amat lebar itu. Mereka itu sepasang orang muda, yang perempuan cantik jelita dengan rambut disanggul ke atas, kudanya berwarna kuning, yang pria tampan gagah, memakai topi terhias bulu, kudanya berbulu seputih salju.
Mereka ini adalah Salinga dan Tayami.
"Betapa bahagianya hatiku, hanya bulan yang mengetahuinya, Dinda Tayami," terdengar pemuda itu berkata, suaranya seperti orang bersyair. "Lihat bulan selalu tersenyum-senyum kepadaku!"
"Sudah semestinya kita berbahagia, Kanda Salinga, setelah tadi kita merasa gelisah dan bimbang. Oh, kau tidak tahu betapa
tadi aku menggigil ketika kau mengajukan permintaanmu kepada ayah. Aku tahu bahwa yang akan kau
minta tentulah diriku namun aku amat kuatir kalau-kalau ayah merubah pendiriannya selama ini. Setelah ayah mengabulkan permintaanmu,
barulah hatiku lega sekali." Mereka menghentikan kuda di bawah pohon di tepi sungai, saling pandang penuh mesra.
"Sesungguhnyalah Adinda, aku pun tadi merasa betapa jantungku berdebar, serasa hendak pecah menanti keputusan Sribaginda. Memang kesempatan yang amat bagus. Aku
diterima menjadi calon panglima, kemudian disuruh memilih pahala. Di depan semua panglima dan ponggawa, tentu saja aku
segera memilih tanganmu sehingga persetujuan Sribaginda merupakan keputusan Sang Ayah, banyak
saksinya. Alangkah bahagia hatiku...."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Akan tetapi wajah Tayami membayangkan kekuatiran.
"Betapapun juga Kanda Salinga, kita harus waspada terhadap Kanda Panglima Bayisan. Kau lihat tadi sinar matanya ketika mendengar keputusan ayah menerima kau sebagai calon
mantunya " Aku masih merasa ngeri kalau mengingat sinar matanya, seolah-olah memancarkan cahaya berapi."
"Ah, dia kan masih kakak tirimu sendiri. Cinta kasihnya terhadapmu tentu lebih condong kepada cinta kasih seorang kakak terhadap adiknya."
"Kau tidak tahu, Kanda Salinga. Sudahlah, aku teringat akan dua orang aneh tadi. Apakah maksud mereka datang
mengacaukan perlombaan bangsa kita " Si Pengemis Muda itu terang seorang Han dari selatan, entah kalau Si Kakek Cebol.
Betapapun juga, mereka berdua memiliki ilmu kepandaian
yang luar biasa. Siapa gerangan mereka?"
"Memang aneh-aneh watak orang sakti di dunia ini. Sudah banyak aku mendengar akan hal itu. Tak perlu kuatir, mereka itu kurasa bukanlah orang-orang jahat. Dinda Tayami, lihat, betapa indahnya air sungai, betapa tenang dan bening seperti kaca. Mari kita berperahu. Di sana ada perahu kecil."
Tanpa menjawab Tayami menuruti permintaan kekasihnya.
Mereka berdua meloncat turun dari kuda, menambatkan
kendali kuda, menambatkan kendali kuda pada batang pohon, kemudian kembali bergandengan tangan dan bernisik-bisik mesra keduanya berjalan menuju ke pinggir sungai, memasuki perahu kecil, melepaskan ikatan perahu dan tak lama
kemudian perahu itu meluncurlah ke tengah. Salinga
mendayung perahu, Tayami duduk bersandar kepadanya,
merebahkan kepala pada dadanya yang bidang.
Kwee Seng berdiri di belakang pohon, memandang dengan
melongo, mata terbelalak lebar dan mulut ternganga. Memang hebat pemandangan itu, muda-mudi berkecimpung dalam
madu asmara, di bawah sinar bulan purnama di dalam biduk kecil yang diombang-ambingkan alunan air sungai sehalus
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kaca, rambut halus juita terurai di atas dada, kata-kata bermadu dibisikkan, sayup-sayup sampai mendesir di telinga Kwee Seng bagaikan nyanyian sorgaloka.
Tanpa disadarinya, dua titik air mata menetes turun
membasahi pipi Kwee Seng. Pikirannya menjadi kabur,
ingatannya melayang-layang jauh di masa lampau, membayangkan wajah Liu Lu Sian, wajah Ang-siauw-hwa,
membuat ia tersenyum-senyum dengan mata berkaca-kaca
basah. Kemudian terbayang wajah nenek di Neraka Bumi dan tiba-tiba Kwee Seng mengeluh, memaki diri sendiri dan
menampari mukanya sambil tertawa setengah menangis.
Gilanya kumat kalau ia teringat kepada nenek itu karena tiap kali teringat akan segala yang ia perbuat dengan nenek itu di dalam Neraka Bumi, dadanya seperti diaduk-aduk dengan
pelbagai macam perasaan. Ada rasa malu, kecewa, menyesal, bercampur dengan rasa girang, rindu muncul silih berganti, maka tidak heran kalau ia menjadi seperti orang gila.
Mendadak Kwee Seng sadar kembali. Telinganya yang amat
tajam menangkap suara-suara yang tidak wajar, suara orang berbisik-bisik tak jauh dari sini. Cepat ia menyelinap, mendekat. Di bawah bayangan pohon yang amat gelap, ia
melihat tiga orang laki-laki, orang-orang Khitan yang
berpakaian hitam. "Ah, mengapa justeru kita yang mendapat tugas berat ini...?" Seorang di antara mereka mengeluh. "Mereka tidak pandai berenang."
"Goblok ! Apa kau hendak membantah perintahnya "
Justeru mereka tidak pandai berenang, maka memudahkan
tugas kita. Ingat, kita menggulingkan perahu, lalu menarik perahu agar hanyut sehingga besok orang-orang hanya akan tahu bahwa mereka berdua yang sedang main-main di perahu tertimpa malapetaka, perahu terguling dan mereka mati
tenggelam.." Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ahhh...!" Kembali yang seorang mengeluh, yaitu orang yang tubuhnya tinggi kurus, tidak seperti yang dua orang temannya, yang bertubuh kokoh kekar.
"Sudahlah, tak usah banyak ribut, mari kita mulai!" Tiga orang itu lalu turun ke dalam air perlahan-lahan, kemudian mereka menyelam dan berenang dengan cepat. Kwee Seng
maklum bahwa mereka bertiga adalah ahli-ahli berenang, dan maklum pula bahwa ada komplotan jahat hendak berkhianat dan membunuh kedua orang muda yang asyik dimabok cinta
itu. Ia menarik napas berkali-kali kemudian dengan hati mangkal karena perasaannya amat terganggu oleh peristiwa ini, karena suara hatinya tidak membolehkan dia berpeluk tangan saja, ia lalu menghantam sebatang pohon terdekat dengan tangan dimiringkan.
"Krakkkk!" Batang pohon itu tidak dapat menahan hantaman tangan Kwee Seng yang amat ampuh, bagian yang
dihantam pecah remuk dan patah, membuat pohon itu
tumbang seketika ! "Eh, apa itu...?" terdengar dari jauh suara Salinga ketika mendengar suara keras robohnya batang pohon.
"Ai hhh, Kanda... celaka...!" Disusul jeritan Tayami karena pada saat itu, perahu mereka tiba-tiba terguling membalik dan mereka berdua terlempar ke dalam air ! Perahu itu meluncur cepat dalam keadaan tertelungkup menuju ke tengah dan
diseret arus air menjauhi mereka.
Dua orang itu megap-megap, meronta-ronta dengan kaki
tangan mereka, akan tetapi karena tidak pandai berenang, banyak sudah air yang memasuki mulut.
"Tolonggg...!" Tayami menjerit akan tetapi suaranya terhenti oleh air yang memasuki hidung dan mulut.
"Dinda...!" "Kanda Salinga... ooohh...!" Mereka saling menangkap tangan, akan tetapi justeru ini membuat gerakan mereka mengurang dan tubuh mereka tenggelam kembali.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Cepat-cepat mereka menendang-nendang dengan kaki dan
muncul lagi gelagapan. Pada saat itu, entah darimana
datangnya, sebatang pohon meluncur di dekat mereka.
"Dinda Tayami, cepat pegang ini...!" Salinga berseru girang.
Tak lama kemudian mereka sudah berhasil menangkap batang pohon itu. Dengan bantuan Salinga, Tayami sudah duduk di atas batang pohon sambil muntahkan air yang telah banyak diminumnya. Salinga sendiri memeluk batang pohon itu agar jangan bergulingan. Pakaian mereka basah kuyup, rambut
mereka terurai, akan tetapi untuk sementara mereka selamat.
"Kanda... mengapa perahu kita terguling..?" "Entahlah, tidak perlu dipikirkan sekarang. Paling penting kita harus dapat mendayung batang ini ke pinggir..." Dengan susah payah Salinga berusaha menggerak-gerakkan batang itu ke pinggir akan tetapi karena tidak didayung, batang pohon itu bergerak perlahan menurutkan arus sungai.


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada saat itu, terdengar suara "huuukk.. huuukkk...!" dan menyambarlah seekor burung yang matanya berkilauan
seperti mata kucing. "Ihhh... burung hantu...!" seru Tayami dengan perasaan ngeri. Sudah menjadi kepercayaan di daerah itu bahwa burung hantu ini pembawa berita kematian, maka siapa bertemu
dengannya tentu akan kematian seorang keluarga.
Ia... membawa bungkusan...!" seru pula Salinga terheran-heran.
Betul saja. Kuku burung itu mencengkram tali di mana
tergantung sebuah bungkusan kecil. Anehnya, begitu melihat mereka, burung itu menyambar turun dan sayapnya hampir
saja mengenai muka Tayami kalau saja gadis ini tidak cepat-cepat mengelak sambil berseru jijik. Akan tetapi burung itu bukannya menyerang, melainkan melepas tali dan bungkusan itu jatuhlah ke depan Tayami, tepat di atas batang pohon !
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ada tulisannya!" Tayami berseru heran melihat tulisan huruf-huruf besar dan jelas di atas bungkusan. Kalau huruf-huruf itu tidak jelas tentu takkan dapat terbaca di bawah sinar bulan.
"LEKAS PULANG DAN ISI BUNGKUSAN INI PAKAI SEBAGAI
BEDAK BARU MALAPETAKA DAPAT DICEGAH."
Tayami membaca dengan keras sehingga terdengar pula
oleh Salinga. "Apa artinya ini?" "Entahlah, Dinda. Semua terjadi serba aneh. Perahu kita terguling. Kita hampir celaka lalu tiba-tiba ada batang pohon ini yang menolong kita. Lalu muncul burung hantu yang memberi bungkusan dan surat.
Ihhh, benar-benar menyeramkan sekali. Kausimpan bungkusan itu, mari bantu aku mendayung batang pohon itu dengan kaki agar dapat minggir." Mereka segera bekerja dan betul saja, sedikit demi sedikit batang kayu itu bergerak ke pinggir.
Sementara itu, tiga orang Khitan yang telah selesai
melakukan pekerjaan jahat itu, cepat-cepat menyelam dan berenang ke pinggir kembali. Akan tetapi begitu mereka
muncul di pinggir dan meloncat ke darat, mereka kaget sekali karena di depan mereka telah berdiri seorang yang terkekeh-kekeh dan ketika mereka mengenal laki-laki gila yang pagi tadi mengacaukan perlombaan, mereka menjadi ngeri.
"Heh-heh-heh, setelah membunuh lalu lari, ya?" Kwee Seng menegur. Tentu saja mereka bertiga terkejut bukan main.
Pekerjaan mereka tadi mencelakai dan membunuh puteri
mahkota adalah perbuatan yang amat berbahaya. Kalau
diketahui orang, tentu mereka akan celaka, maka sekarang mendengar bahwa jembel gila ini sudah melihat perbuatan mereka, serentak dua orang yang bertubuh tinggi besar itu mencabut golok dan menerjang Kwee Seng ! Cepat gerakan
mereka ini, dan cepat pula hasil ayunan golok mereka, yaitu kepala mereka sendiri terbelah oleh golok masing-masing sampai hampir menjadi dua dan tubuh mereka masuk ke
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dalam sungai dan hanyut. Hanya dengan sentilan jari
tangannya Kwee Seng telah membuat golok yang menyerangnya itu membalik dan "makan tuan". Sejenak ia memandang dua buah mayat yang menggantikan tempat
Tayami dan Salinga itu, kemudian sekali berkelebat ia telah meloncat dan menangkap tengkuk orang ke tiga yang
melarikan diri ketakutan.
"Ke mana kau hendak lari?" "A m... ampun... hamba tahu pekerjaan itu terkutuk... akan tetapi hamba terpaksa... kalau tidak mau melakukan tentu akan dibunuh..."
"Hemm, aku mendengar tadi keraguan melakukan perbuatan itu. Siapa yang memaksamu melakukannya?"
"Panglima Muda Bayisan..." "Mengapa " Mengapa Puteri Mahkota dan Salinga akan dibunuh?" "Hamba... hamba tidak tahu... mungkin karena cemburu setelah ... Sribaginda
menerima Salinga menjadi calon mantu..."
"Hemmm..." Kwee Seng mengangguk-angguk, kemudian tangannya bergerak cepat, tahu-tahu orang Khitan itu telah roboh tertotok, lumpuh seluruh tubuhnya. Kemudian tubuhnya berkelebat lenyap dalam kegelapan malam.
Setelah berhasil mendarat, Salinga dan Tayami segera lari ke arah kuda mereka, meloncat ke punggung kuda setelah
melepaskan kendali dari pohon, lalu membalapkan kuda
kembali ke kota raja. "Aku merasa kuatir sekali akan terjadi sesuatu di kota raja."
Kata Salinga. Akan tetapi ketika mereka tiba di kota raja, keadaan sunyi saja dan biasa, tidak ada tanda-tanda terjadi sesuatu yang luar biasa. Karena pakaian mereka masih basah dan hati
mereka masih tegang oleh peristiwa tadi, mereka langsung melarikan kuda sampai depan istana. "Kau pulanglah, Kanda Salinga. Urusan tadi tak perlu kau ceritakan siapapun juga.
Biar besok kita bertemu lagi dan kita bicarakan peristiwa itu!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Salinga mengangguk. Tentu saja ia tidak mau bicara dengan siapa juga tentang peristiwa itu sebelum ia dapat membuka rahasianya. Peristiwa yang penuh keanehan. Akan tetapi
sebelum ia memutar kudanya pergi, ia berkata.
"Adinda, sebaiknya kau jangan tergesa-gesa memakai isi bungkusan sebagai bedak. Lebih baik suruh selidiki dulu oleh ahli obat."
Tayami mengangguk dan mereka pun berpisah. Tayami
menyerahkan kuda kepada pelayan lalu berlari-lari memasuki istana, langsung ke kamarnya untuk bertukar pakaian.
Sedangkan Salinga melarikan kuda menuju ke rumahnya.
Setelah para pelayan sibuk membuka pakaian basah sang
puteri cantik ini, menyusuti tubuhnya sampai kering kemudian menggantikan pakaian bersih, lalu hendak menyanggul
rambut yang belum kering benar itu, Tayami mengusir
mereka, "Keluarlah kalian semua, aku ingin mengaso seorang diri."
Sambil tersenyum-senyum maklum para pelayan itu berlarilari ke luar dan Tayami duduk di atas pembaringan dengan rambut terurai, seluruh tubuh terasa segar karena habis digosoki. Bungkusan yang dijatuhkan burung hantu tadi ia buka perlahan-lahan. Ternyata isinya adalah sejenis obat bubuk yang halus sekali berwarna kuning. Begitu dibuka
tercium bau yang amat harum oleh Tayami. Ganda harum ini dan tulisan yang menganjurkan agar ia memakainya sebagai bedak untuk mencegah malapetaka, membuat tangannya
gatal-gatal untuk memakainya. Akan tetapi pesan kekasihnya Salinga, bergema di telinganya. Salinga benar juga, pikirnya.
Aku tidak tahu siapa yang memberi bedak ini, dan mencegah malapetaka apakah " Di sini aman saja. Puteri Tayami
bimbang antara kepercayaannya akan tahyul dan pesan
kekasihnya. Bungkusannya yang sudah terbuka itu ia taruh di atas meja dekat pembaringan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Gadis puteri raja ini sama sekali tidak tahu bahwa sejak tadi ada dua pasang mata mengintai, penuh kekaguman. Mana ia bisa tahu kalau dua orang yang mengintainya itu datang
seperti setan, tanpa menimbulkan suara sedikitpun ketika kaki mereka menginjak genteng " Dan dua pasang mata itu
memandang kagum ke dalam kamar pun tak dapat
dipersalahkan. Siapa orangnya, apalagi kalau ia laki-laki, takkan terpesona dan kaagum melihat gadis puteri mahkota yang cantik jelita itu " Melihat di ditukar pakaiannya oleh para dayang keraton, kemudian kini dengan pakaian tidur yang longgar dan tipis, duduk termenung seorang diri di dalam kamar yang indah.
Kwee Seng yang datang terlebih dulu karena sejak tadi ia dari jauh mengikuti puteri ini, bersembunyi di sudut atas, maka ia pun tahu akan kedatangan sesosok bayangan yang
gesit dan ringan sekali, bayangan yang membuka genting dan mengintai ke dalam pula, seperti dia ! Berdebar hatinya ketika mengenal orang itu, yang bukan lain adalah Bayisan, orang yang dicarinya untuk dibalas kecurangannya beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi karena ia pun terpesona oleh keindahan di dalam kamar itu, Kwee Seng tidak segera turun tangan, ingin melihat dulu apa yang dikehendaki Bayisan. Pula, melihat kecantikan Puteri Khitan, teringatlah ia kepada Liu Lu Sian dan Ang-siauw-hwa, membuatnya termenung dan penyakitnya
hampir kumat ! Tayami yang sedang termenung di dalam kamarnya,
mengenang peristiwa di sungai tadi.
Teringat akan kekasihnya, ia tersenyum. Akan tetapi ketika ia teringat akan peristiwa yang amat berbahaya, ia bergidik, lalu ia
memandang bubukan obat. Apakah maksudnya pengirim obat
ini " Benarkah burung itu bukan burung biasa " Ataukah
disuruh oleh orang sakti " Sungguh harum baunya bedak ini.
Dan kalau memang bedak ini dipakai untuk menolak
malapetaka, apa salahnya " Tentu pengirimannya berniat baik.
Tidak akan ada salahnya kalau aku pakai sedikit untuk coba-
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
coba. Berpikir demikian, jari-jari tangan yang halus runcing itu bergerak mendekati kertas, hendak menjumput bedak. Akan tetapi tiba-tiba gerakannya tertahan karena melihat bayangan berkelebat,
api lilin bergoyang-goyang.
Cepat Tayami menggunakan tangan kiri merapatkan bajunya yang terbuka lebar sambil membalikkan tubuhnya. Terbelalak matanya
saking kaget melihat bahwa di dalam kamar itu telah berdiri seorang laki-laki yang tersenyum-senyum, Bayisan !
"Kanda Panglima Bayisan...! Apa artinya ini " Mengapa kau masuk ke sini secara begini?" tayami bertanya gagap.
Bayisan memandang dengan sinar mata seakan-akan
hendak menelan bulat-bulat gadis di depannya, mulutnya
menyeringai lalu terdengar ia berkata, suaranya gemetar penuh perasaan, "Alangkah indahnya rambutmu, Tayami...
alangkah cantik engkau...., bisa gila aku karena berahi melihatmu...."
Tiba-tiba Tayami bangkit dan matanya memancarkan sinar
kemerahan. "Kanda Panglima ! Apakah kau sudah gila " Berani kau bersikap kurang ajar seperti ini di depanku " Pergi kau keluar ! Kau tahu apa yang akan kauhadapi kalau kuadukan kekurangajaranmu ini kepada ayah!"
Bayisan tertawa mengejek. "Huh ! Ayahmu juga ayahku.
Biarlah ia tahu asal malam ini kau sudah menjadi milikku.
Tayami, kita sama-sama memiliki darah Raja Khitan, kau lebih patut menjadi isteriku daripada menjadi isteri seorang
berdarah seorang berdarah pelayan rendah.
Tayami, kekasihku, marilah... aku sudah terlalu lama menahan rindu berahiku...!" Bayisan melangkah maju, kedua tangannya dikembangkan seperti akan memeluk, mataya yang agak
kemerahan karena nafsu itu disipitkan, mulutnya menyeringai.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Bayisan, berhenti ! Kalau tidak, sekali aku menjerit kamar ini akan penuh pelayan dan penjaga. Ke mana hendak kau
taruh mukamu?" "Heh-heh-heh, menjeritlah manis. Para pelayan dan
penjaga sudah kutidurkan pulas dengan totokan-totokanku yang lihai. Lebih baik kau menurut saja kepadaku, kau layani cinta kasihku dengan suka rela karena... karena terhadapmu aku tidak suka menggunakan kekerasan."
Mengingat akan kemungkinan ucapan Bayisan yang
memang ia tahu amat lihai. Tayami menjadi makin panik.
Sambil berseru keras ia melompat ke samping, menyambar
pedangnya, yaitu pedang Besi Kuning yang tergantung di
dinding, lalu tanpa banyak cakap lagi ia menerjang Bayisan dengan bacokan maut mengarah leher. Cepat bacokan ini dan dilakukan dengan tenaga yang cukup hebat, karena Tayami adalah seorang puteri mahkota yang terlatih, menguasai ilmu pedang yang cukup tinggi. Akan tetapi, tentu saja silat puteri mahkota ini tak ada artinya.
"Heh-heh, Tayami yang manis. Kau seranglah, makin ganas kau menyerang, akan makin sedap rasanya kalau nanti kau menyerahkan diri kepadaku!"
"Keparat ! Jahanam berhenti iblis ! Tak ingatkah kau bahwa kita ini seayah " Tak ingatkah kau bahwa aku ini Puteri Mahkota dan kau ini Panglima Muda " Lupakah kau bahwa
pagi tadi ayah telah menjodohkan aku dengan Salinga "
Bayisan, sadarlah dan pergi dari sini sebelum kupenggal lehermu!"
"Heh-heh-heh, Tayami bidadari jelita. Kau hendak memenggal leherku, kau penggallah, sayang. Tanpa kepala pun aku masih akan mencintaimu!" Bayisan mengejek dan betul-betul ia mengulur leher mendekatkan kepalanya, malah mukanya akan mencium pipi gadis itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tayami marah sekali, pedangnya berkelebat, benar-benar
hendak memenggal leher itu dengan gerakan cepat sambil
mengerahkan seluruh tenaganya. Bayisan tertawa, miringkan tubuh menarik kembali kepalanya. Pedang menyambar lewat, jari tangan Bayisan bergerak menotok pergelangan lengan dan... pedang itu terlepas dari pegangan Tayami, terlempar ke sudut kamar !
Bayisan sudah mencengkeram rambut yang panjang riap-
riapan itu ke depan mukanya, mencium rambut sambil berkata lirih,
"Alangkah indahnya rambutmu... halus... ah, harumnya..." Tayami kaget sekali, tangan kirinya diayun memukul
kepala, akan tetapi dengan mudah saja Bayisan menangkap tangan ini dan ketika tangan kanan Tayami juga datang
memukul, kembali tangan ini ditangkap. Kedua tangan gadis itu kini tertangkap oleh tangan kanan Bayisan yang tertawa menyeringai.
"Kaulihat, alangkah mudahnya aku membuat kau tidak berdaya!" Tangan kirinya mengelus-elis dagu yang halus. "Kau baru tahu sekarang bahwa aku amat kuat, amat kosen, jauh lebih lihai dari Salinga, dari laki-laki manapun juga di Khitan ini!" Sekali mendorong, ia melepaskan pegangan tangannya dan tubuh Tayami terguling ke atas pembaringan.
Gadis itu takut setengah mati, lalu nekat, menerjang maju lagi sambil melompat dari atas pembaringan. Akan tetapi tiba-tiba tubuhnya menjadi lemas ketika jari tangan Bayisan
menotok jalan darah bagian thian-hu-hiat yang membuat
seluruh tubuhnya menjadi seperti lumpuh ! Dengan lagak
tengik Bayisan kembali mengusap pipi gadis itu sambil
tertawa. "Heh-heh, betapa mudahnya kalau aku mau menggunakan kekerasan. Kau tak dapat bergerak sama sekali, bukan " Akan tetapi aku tidak menghendaki demikian, juitaku. Aku ingin kau menyerahkan diri secara sukarela kepadaku, ingin kau
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
membalas cinta kasihku, bukan menyerah karena terpaksa
dan tak berdaya. Nah, bebaslah dan kuberi kesempatan
berpikir." Tangannya menotok lagi dan benar saja. Tayami dapat bergerak kembali. Muka gadis ini sudah pucat sekali, akan tetapi sepasang matanya berapi-api saking marahnya. Ia akan melawan sampai mati, tidak nanti ai mau menyerah !
Baru sekarang ia teringat untuk menjerit, karena tadinya, selain terpengaruh oleh ucapan Bayisan yang katanya telah merobohkan semua penjaga dan pelayan, juga tadinya ia
merasa malu kalau peristiwa ini diketahui orang luar. Akan tetapi melihat kenekatan Bayisan yang seperti gila itu, ia tidak peduli lagi dan tiba-tiba Tayami menjerit sekuatnya. Aneh dan kagetlah ia ketika tiba-tiba lehernya terasa sakit dan sama sekali ia tidak dapat mengeluarkan suara!
"Heh-heh-heh, jalan darahmu di leher kutotok, membuat kau menjadi gagau ! Nah, insyaflah, Tayami, betapa
mudahnya bagiku. Dengan tertotok lemas dan gagu, apa yang dapat kaulakukan untuk menolak kehendakku " Akan tetapi aku tidak mau begitu... aku ingin memiliki dirimu sepenuhnya, berikut hatimu. Manis, kau balaslah cintaku...." Bayisan melangkah maju lalu memeluk.
Tayami memukul-mukulkan kedua tangannya, akan tetapi
pukulan-pukulan itu sama sekali tidak terasa agaknya oleh Bayisan. Pemuda Khitan yang seperti gila ini menciumi muka Tayami, mebujuk-bujuk dan terdengar kain robek. Terengah-engah Tayami ketika Bayisan untuk sejenak melepaskannya sambil memandang dengan mulut menyeringai. Baju Tayami
bagian atas sudah robek, wajah gadis ini pucat sekali.
Celaka pikirnya. Tidak ada senjata lagi. Tiba-tiba Tayami teringat akan bungkusan bedak di atas meja. Kalau bedak itu mengenai mata, tentu untuk sesaat Bayisan takkan dapat
membuka matanya, mungkin ada kesempatan baginya untuk
lari ke luar kamar. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Bayisan sudah hendak memeluk lagi. "Tayami sayang, aku cinta kepadamu... kau layanilah hasratku...."
Tiba-tiba Tayami memukulkan tangan kirinya ke arah ulu
hati Bayisan. Melihat pukulan itu keras juga dan mengarah bagian berbahaya, sambil tertawa Bayisan menangkap tangan ini dan hendak mendekap tubuh Tayami. Mendadak tangan
Tayami yang kanan menyambar dan segumpak uap putih
menghantammuka Bayisan yang sama sekali tidak menyangka-nyangka itu. Begitu melihat sambitannya mengenai sasaran, Tayami cepat melompat ke belakang
sampai mepet dinding belakang pembaringan.
"Kau... kau apakan mukaku " Tayami... kau gunakan apa ini...?" Ia terhuyung-huyung menuju ke meja rias di mana terdapat sebuah cermin. Ketika ia memandang wajahnya pada cermin itu, keluar teriakan liar seperti bukan suara manusia lagi.
Tayami yang sudah tak dapat menahan ngerinya, menutupi
mukanya dengan kedua tangannya tak sanggup ia melihat
lebih lama lagi. Ia memang seorang gadis perkasa, tak gentar menghadapi perang, sudah biasa melihat mayat bertumpukan sebagai korban perang, melihat orang terluka parah. Akan tetapi peristiwa yang mereka hadapi sekarang ini benar-benar mengerikan sekali, apalagi kalau ia ingat betapa tadi sebelum Bayisan datang, hampir saja ia menggunakan bedak beracun itu untuk membedaki mukanya. Menggigil kengerian ia kalau membayangkan betapa kulit mukanya yang halus itu akan
digerogoti perlahan-lahan oleh racun itu, betapa mukanya akan tak berkulit lagi, seperti muka iblis yang seburuk-buruknya.
Kembali Bayisan menggereng seperti binatang liar ketika ia membalikkan tubuh menghadapi pembaringan di mana
Tayami duduk bersimpuh kengerian dan ketakutan.
"Kau... kau... setan betina... kucekik lehermu sampai mampus..." Ia menubruk maju, akan tetapi tiba-tiba ia berseru
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kesakitan dan terhuyung ke belakang, tangan kirinya meraih ke arah pundak kanannya yang terasa sakit, lumpuh dan gatal panas. Ketika ia berhasil mencabut jarum hitam yang
menancap di pundak kanannya, ia berteriak kaget, mundur beberapa langkah dan berdongak ke atas. Di sana, di celah-celah genteng, tampaklah sebuah muka menyeringai, muka
seorang muda yang rambutnya riap-riapan. Bayisan tentu saja mengenal jarum hitamnya, maka tadi ia kaget setengah mati melihat pundaknya dilukai orang dengan jarumnya sendiri, kini melihat muka itu, muka jembel muda yang siang tadi
membikin kacau, teringatlah ia akan muka Kwee Seng,
teringatlah ia akan semua peristiwa di puncak Liong-kwi-san.
"Liong... kwi.... san ...." Bayisan mengeluh, mukanya pucat sekali dan tahulah ia bahwa tidak harapan baginya untuk menghadapi pemuda gila yang ternyata Kwee Seng adanya
itu. Tahu pula ia bahwa tak mungkin ia dapat tinggal di istana setelah apa yang ia lakukan terhadap Tayami, setelah kini mukanya menjadi seperti muka iblis yang mengerikan.
Terdengar ia melengking panjang seperti lolong seekor srigala hutan yang kelaparan ketika tubuhnya berkelebat ke arah jendela dan lenyaplah Bayisan di dalam kegelapan malam.
Kwee Seng tersenyum puas. Tak perlu ia membunuh
Bayisan, cukup dengan mengembalikan jarumnya di tempat
yang sama. Ia puas melihat Bayisan sudah cukup terhukum oleh perbuatannya sendiri yang jahat. Siapa kira, bungkusan yang ia duga dikirim kakek cebol untuk puteri mahkota Khitan itu, ternyata berisi bedak beracun dan secara tidak sengaja telah dapat memberi hukuman mengerikan kepada Bayisan si manusia jahat ! Akan tetapi kakek cebol itu juga jahat.
Bagaimana seandainya bedak itu dipergunakan oleh puteri mahkota " Kwee Seng bergidik. Tak sampai hatinya
membayangkan hal ini. Dia amat sayang akan segala yang
indah-indah, kalau sampai wajah yang jelita itu, dikupas kulitnya oleh bedak beracun, hii ih !
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kakek cebol, kau tua bangka iblis, tak dapat kudiamkan saja perbuatanmu ini!" kata Kwee Seng di dalam hatinya dan ia pun meloncat turun dari atas genteng, menghilang di dalam gelap
Pada keesokan harinya, kota raja bangsa Khitan itu geger ketika Pangeran Kubakan mengumumkan bahwa Raja Kulu -
khan telah meninggal dunia dengan mendadak karena
terserang sakit setelah menghadiri pesta perlombaan kemarin.
Tentu saja hal ini mengejutkan bangsa Khitan yang merasa sayang kepada raja yang adil itu. Semua orang berkabung untuk kematian yang tak tersangka-sangka ini.
Adapun di dalam istana sendiri, tidak kurang hebatnya
pukulan yang tak tersangka-sangka ini. Tayami mengisi
jenazah ayahnya dan para panglima hanya saling pandang
dengan penuh pengertian. Tidak ada tanda-tanda penganiayaan, akan tetapi tahu-tahu raja telah meninggal dunia di atas pembaringannya, tidak ada tanda luka, tidak ada tanda minuman atau makanan beracun. Akan tetapi bagi
pandang mata yang awas dari para panglima yang tahu akan ilmu silat tinggi, yaitu misalnya Kalisani Si Panglima Tua, atau juga panglima-panglima kosen seperti Pek-bin Ciangkun
(Panglima Muka Putih) dan Salinga, dapat menduga bahwa
kematian raja mereka itu adalah akibat pukulan jarak jauh yang mengandung tenaga sin-kang dengan hawa beracun.
Dari sembilan lubang di tubuh raja itu keluar darah
menghitam, ini tandanya keracunan hebat oleh pukulan yang merusak tubuh sebelah dalam.
Ketidak hadiran Bayisan menimbulkan dugaan mereka ini
bahwa Bayisan itulah yang telah membunuh raja, ayahnya
sendiri! Mungkin karena tak senang dengan pengangkatan
Salinga sebagai calon panglima dan mantu raja. Akan tetapi, setelah mereka mendengar penuturan puteri mahkota tentang kekurangajaran Bayisan memasuki kamar Sang Puteri lalu
dapat diusir oleh Puteri Tayami dengan bubuk beracun
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sehingga Bayisan menghilang, para panglima itu tidak mau membicarakan hal ini di luaran. Hanya diam-diam mereka
mencari Bayisan untuk membalas dendam atas kematian raja, namun semenjak saat itu Bayisan menghilang sehingga orang menyangka bekas panglima itu tentu telah tewas oleh racun.
Sejak kematian Raja Kulu-khan itulah, timbul perebutan
kedudukan raja di Khitan. Tentu saja menurut sepatutnya karena yang menjadi puteri mahkota adalah Tayami, maka
puteri inilah yang menggantikan kedudukan raja. Akan tetapi ia seorang wanita yang merasa kurang mampu mengendalikan pemerintahan, sedangkan calon suaminya hanyalah keturunan pelayan, maka hal ini menjadi perdebatan sengit di antara mereka yang pro dan yang kontra. Sayangnya bagi Tayami, yang pro dengannya tidaklah banyak. Terutama sekali yang mendukungnya adalah panglima tua Kalisani, yang bicara
penuh semangat di depan sidang.
"Biarpun tak dapat disangkal bahwa pimpinan puteri tidaklah sekuat pimpinan putera, akan tetapi apa gunanya kita semua menjadi pembantu raja" Kalau ada urusan, cukup ada kita yang akan maju dengan persetujuan raja. Puteri Tayami adalah puteri mahkota, hal ini mendiang raja sendiri yang menetapkan. Kalau kita sekarang tidak mengangkat beliau menjadi pengganti raja, bukankah itu berarti kita tidak mentaati perintah mendiang raja kita?" Demikian antara lain Kalisani membela kedudukan Puteri Tayami!
Akan tetapi, pihak lain membantah dengan sama kerasnya.
"Kita semua maklum bahwa bangsa Khitan menghadapi
banyak tantangan di selatan. Kalau kita sebagai bangsa yang gagah perkasa tidak sekarang mencari tempat di selatan mau tunggu sampai kapan lagi" Dan penyerbuan itu membutuhkan bimbingan seorang raja yang gagah berani, seorang laki-laki sejati. Kita percaya bahwa Paduka Puteri Tayami juga seorang wanita jantan yang gagah perkasa, akan tetapi betapapun juga, langkah seorang wanita tidak selebar laki-laki. Biarlah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Puteri Tayami juga tinggal dalam kedudukannya sebagai
puteri mahkota yang kita hormati, akan tetapi pimpinan


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kerajaan harus berada di tangan seorang pangeran."
Perdebatan sengit terjadi, akan tetapi akhirnya Kalisani kalah suara. Sebagian besar para panglima dan ponggawa
memilih Pangeran Kubakan untuk mengganti kedudukan
ayahnya menjadi raja di Khitan! Hal ini mengecewakan hati Kalisani yang amat tidak suka melihat perebutan kekuasaan yang bukan haknya itu, apalagi karena dengan adanya
perdebatan itu, setelah ia mengalami kekalahan, tentu saja golongan raja ini akan membencinya. Maka pada hari itu juga ia meletakkan jabatan dan meninggalkan Khitan untuk
melakukan perantauan yang menjadi kesukaannya sejak
dahulu. Karena kesukaannya akan merantau ini pula agaknya yang membuat Kalisani tidak juga mau menikah. Sebelum
pergi meninggalkan Khitan, Kalisani hanya minta diri kepada Puteri Tayami.
"Harap Paduka menjaga diri baik-baik. Setelah ayah Paduka wafat, belum tentu keadaan pemerintahan akan sebaik
sebelumnya. Terutama sekali, harap Paduka berhati-hati
terhadap Bayisan, kalau-kalau dia kembali lagi. Selamat tinggal, Tuan Puteri. Selamanya saya akan berdoa untuk
kebaikan Paduka." Tentu saja Tayami telah maklum bahwa Kalisani sejak
dahulu juga menaruh hati cinta kepadanya. Ia menjadi terharu sekali karena maklum bahwa perasaan cinta panglima tua ini benar-benar perasaan yang jujur dan tulus ihklas, yang murni.
Ia maklum pula akan pembelaan Kalisani kepadanya di dalam sidang. Mengingat betapa sekaligus ia ditinggal pergi ayahnya dan Kalisani, dua orang yang benar-benar menaruh sayang kepadanya, tak terasa pula Tayami menangis. Puteri ini lalu mengambil dua buah roda emas yang menjadi berang
permainan dan kesayangannya sejak kecil, menyerahkannya kepada Kalisani sambil berkata.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Terima kasih atas segala kebaikan yang telah kaulimpahkan kepadaku, Kalisani. Semoga para dewa yang
akan membalasnya dan terimalah sepasang roda emas milikku ini sebagai kenangan-kenangan."
Kalisani mengejap-mengejapkan kedua matanya yang
menjadi basah, menerima sepasang roda emas, mencium
kedua benda mengkilap itu, lalu mengundurkan diri sambil berkata, "Sampai mati aku takkan berpisah dari sepasang roda emas ini..."
Biarpun kemudian Kubakan menjadi raja bangsa Khitan,
namun Puteri Tayami masih mendampingi kakak tirinya ini dan kekuasaan puteri mahkota ini masih besar sekali. Raja
Kubakan yang baru tidak berani mengganggu Tayami, karena sungguhpun
para panglima membenarkan dia yang menggantikan raja, namun boleh dibilang semua panglima
masih bersetia penuh kepada puteri mahkota. Raja Kubakan merasa kehilangan sekali karena Bayisan pergi tanpa pamit dan tidak ada orang tahu entah kemana perginya. Kalau
seandainya ada Bayisan di sampingnya, tentu rasa ini akan merasa lebih kuat dan ada yang diandalkan.
Demikianlah, secara singkat dituturkan di sini bahwa Puteri Mahkota Tayami menikah dengan Salinga dan mereka berdua hidup rukun dan saling mencinta. Tidak terjadi sesuatu di antara raja baru dan Puteri Tayami maupun suaminya karena mereka tidak saling menganggu, bahkan di waktu bangsa
Khitan berperang menghadapi musuh, keduanya berjuang
bersama-sama. Akan tetapi, sesungguhnya di dalam hati
mereka itu terdapat semacam "perang dingin".
Kita kembali kepada Kwee Seng yang meninggalkan istana
dan terus keluar dari kota raja. Sambil menggerogoti sepotong paha kambing panggang yang ia sambar secara sambil lalu dari dapur istana sebelum keluar, ia berjalan seenaknya di malam hari itu. Tak pernah ia mengaso karena bagi Kwee
Seng yang kondisi tubuhnya sudah luar biasa anehnya itu,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tidak tidur selama seminggu atau tidak makan selama sebulan bukan apa-apa lagi, juga sebaliknya ia bisa saja tidur tiga hari tiga malam terus-menerus atau sekali makan menghabiskan makanan sepuluh orang!
Kwee Seng masih enak-enak berjalan memasuki hutan
setelah matahari muncul mengusir kegelapan malam. Dan
pada saat itulah ia mendengar suara orang tertawa-tawa, suara tergelak-gelak yang amat dikenalnya karena itulah suara Si Kakek Cebol! Mendengar suara Si Cebol, bangkitlah amarah di hati Kwee Seng. Si Kakek Cebol yang kejam! Sekejam-kejamnyalah orang yang berniat merusak muka yang demikian cantiknya seperti muka Puteri Mahkota Tayami! Kakek iblis itu harus diberi hajaran. Dengan tangan kanan memegang tulang paha kambing, tangan kiri menyambar sehelai daun yang kaku dan lebar, Kwee Seng lalu mempercepat langkahnya
menghampiri arah suara ketawa.
Kakek cebol itu tampak berdiri dibawah sebatang pohon
besar, tertawa-tawa sabil memeriksa muka seorang yang
menggeletak di depqn kakinya. Ketika Kwee Seng mengenal orang yang menggeletak itu, ia terheran-heran dan kaget, karena orang itu bukan lain adalah Bayisan ! Memang aneh kakek itu, ia membungkuk, mengamat-amati muka Bayisan
yang rusak, lalu terpingkal-pingkal ketawa lagi, membungkuk lagi, memeriksa dengan jari-jari tangan, lalu terkekeh-kekeh lagi seperti orang gila.
"Huah-hah-hah, lucu perbuatan si tangan jail iblis siluman !
Muka Si Cantik halus yang kuarah, kiranya malah bocah tolol ini yang terkena ! Heh-heh-heh!"
Makin yakin kin hati Kwee Seng bahwa kakek cebol ini
sengaja mengirim obat bubuk beracun untuk merusak muka
Tayami, maka ia menjadi makin marah. Di samping
kemarahannya, ia pun ingin sekali mengerti mengapa kakek itu hendak berbuat sedemikian kejinya terhadap Tayami.
Untuk melihat apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh kakek
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
itu Kwee Seng menanti sesaat. Bayisan agaknya pingsan, atau mungkin sudah mati, karena tubuhnya tidak bergerak sama sekali.
Tiba-tiba kakek itu berseru. "Ai ihhh, bau... bau...! Bau jembel tengik... !"
Terkejutlah Kwee Seng, dengan kening berkerut ia
menggerakkan muka ke kana kiri, hidungnya kembang-kempis mencium-cium. Benar-benarkah ia berbau begitu tengik
sehingga kehadirannya tercium oleh kakek itu " Tentu saja pakaiannya yang sudah butut itu tak enak baunya, akan tetapi tidaklah begitu tengik sehingga dapat tercium dari jarak sepuluh meter jauhnya. Ia mendongkol dan berbareng juga kagum. Kakek cebol itu tentu sengaja memakinya dan
kenyataan bahwa kakek itu dapat mengetahui kehadirannya menunjukkan kelihaiannya. Terpaksa ia muncul dari balik pohon dan melangkah maju menghampiri.
Kakek itu berdiri membelakanginya dan kini kakek itu
mencak-mencak berjingkrakan sambil mengoceh. "Wah, baunya, baunya makin keras ! Jembel busuk tengik ini kalau tidak cepat dicuci bersih, bisa meracuni keadaan sekelilingnya.
Wah, bau... bau... tak tertahankan... !" Kakek itu lalu berbangkis-bangkis.
Rasa mendongkol di dalam hati Kwee Seng seperti
membakar, "Kakek cebol tua bangka tak sedap dipandang!" Ia memaki. "Sudah mukamu seperti monyet tua, tubuhmu cebol, mulutmu kotor watakmu pun keji seperti ular berbisa !"
Kakek itu kini membalikkan tubuhnya dan menghadapi
Kwee Seng, matanya dibelalakkan lebar, mengintai dari balik alisnya yang panjang dan berjuntai ke bawah menutupi mata.
"Jembel tengik, jembel bau, kiranya benar engkau yang mengotori hawa udara di sini ! Ucapanmu tentang muka,
tubuh dan mulutku tidak keliru. Memang mukaku seperti
monyet, apakah kau mengira bahwa muka monyet itu lebih
buruk daripada muka orang. Hah-hah-hah, coba kau tanya
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kepada monyet betina, muka monyet siapa yang lebih gagah menarik, muka monyet jantan berbulu ataukah mukamu yang licin menjijikkan ! Tubuhku memang cebol, lebih baik cebol daripada merasa tubuhnya besar dan gagah sendiri tapi tanpa isi seperti tubuh yang menggeletak di sini. Tentang mulut kotor, memang kau benar. Mulut manusia mana yang tidak
kotor " Segala macam bangkai dimasukkan ke mulut,
sedangkan yang keluar dari mulut pun selalu kotoran-kotoran melulu. Bukankah segala penyakit disebabkan oleh yang
masuk melalu mulut, dan bukankah segala cekcok dan ribut disebabkan oleh apa yang keluar melalui mulut" Memang
mulut manusia kotor dan bau pula! Huah-hah-hah! Tapi
tentang watak keji seperti ular berbisa" Eh, jangan kau menuduh dan memaki sembarangan, bocah jembel!"
Kwee Seng tersenyum mengejek dan menggerogoti sisa
daging yang menempel di tulang paha, sedangkan dengan
daun lebar ia mengipasi lehernya, padahal hawa udara di pagi hari itu amat dingin.
"Kakek cebol, omonganmu memang tidak keliru dan
mendengar omonganmu tadi, agaknya kau tahu juga akan
kebenaran. Akan tetapi, kau menyangkal watakmu yang keji berbisa, padahal sudah ada dua macam bukti di depan mata."
Kakek itu meloncat-loncat dan membanting-bantingkan
kakinya di atas tanah, mukanya memperlihatkan kejengkelan dan kemarahan. "Iihh... oohh... aku adalah Bu Tek Lojin!
Selamanya belum pernah ada orang berani memaki kepada Bu Tek Lojin. Tapi hari ini kau jembel muda busuk tengik berani bilang bahwa Bu Tek Lojin berwatak keji dan dua buktinya.
Heh, bocah, jangan main-main dengan Bu Tek Lojin. Hayo
katakan, apa buktinya?"
Diam-diam Kwee Seng terheran-heran. Kakek ini memiliki
nama yang hampir sama dengan Bu Kek Siansu, manusia
setengah dewa yang suci dan yang tidak membutuhkan apa-
apa lagi, yang sudah hampir dapat membebaskan diri
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sepenuhnya daripada ikatan lahir. Akan tetapi kakek ini namanya saja sudah membayangkan kesombongan. Bu Tek
Lojin ! Orang Tua Tanpa Tanding! Belum pernah Kwee Seng mendengar nama ini. Banyak tokoh-tokoh kang-ouw yang
sakti ia kenal, baik mengenal muka maupun hanya mengenal nama, akan tetapi tak pernah ia mendengar nama Bu Tek
Lojin! Ada Sin-jiu Couw Pa Ong, Ban-pi Lo-cia, Pat-jiu Sin-ong Liu Gan, Hui-kiam-eng Tan Hui, Kim-tung Lo-kai, disamping tokoh-tokoh besar yang menjadi ketua partai persilatan seperti Kian Hi Hosiang Ketua Siauw-lim-pai, Kim Gan Sianjin Ketua Kun-lun pai, dan lain-lain. Dari mana munculnya kakek cebol yang mengaku bernama Orang Tua Tanpa Tanding ini"
"Huh, tua bangka sombong, kau masih hendak berpura-pura lagi" Bukti pertama sudah jelas tampak di depan mata pada saat ini pun juga. Kau lihat yang menggeletak di depan kakimu itu! Siapa dia" Kau agaknya malah hendak
menolongnya, bukan" Tadi kulihat betapa kau menotok
beberapa jalan darah untuk mencegah menjalarnya racun di mukanya. Mengapa kau menolong seorang busuk dan jahat
seperti Bayisan" Bukankah orang-orang gagah tahu bahwa
membantu pekerjaan penjahat sama artinya dengan diri sandiri
melakukan kejahatan " Bukti pertama sudah jelas, kau
membantu Bayisan Si Jahat !"
Tiba-tiba kakek cebol yang mengaku bernama Bu Tek Lojin itu tertawa bergelak, kembali tubuhnya meloncat-loncat
berjingkrakan seperti seorang anak kecil diberi kembang gula.
"Ho-ho-ho-hah! Ada anak ayam mengejar terbang seekor garuda! Kau anak ayamnya dan aku garudanya!" Ia tertawa-tawa lagi.
Kwee Seng mendongkol sekali. Kakek ini selain lihai
ilmunya, juga lihai mulutnya, seperti anak yang nakal sekali.
Akan tetapi ia diam saja mendengarkan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Bocah, kau tahu apa tentang membantu" Tahu apa
tentang menolong" Tahu apa tentang jahat dan baik"
Membantu tidak sama dengan menolong, akan tetapi jahat
tidak ada bedanya dengan baik, kau tahu?""
Kwee Seng seakan-akan menghadapi teka-teki. "Kakek sombong, apa bedanya membantu dan menolong?"
"Uuhhh, goblok! Kalau dia ini melakukan sesuatu dan aku ikut-ikutan mendorong agar apa yang ia lakukan itu berhasil, itu namanya membantu. Melihat lebih dulu sebab dan akibat sebelum berbuat, itulah membantu. Tanpa mempedulikan
sebab dan akibatnya lalu turun tangan, itulah menolong.
Siapapun juga dia, apa sebabnya dan bagaimana akibatnya, tidak peduli, pendeknya harus turun tangan, itulah penolong yang sejati!" Kakek itu bicaranya seperti orang membaca sajak, pakai irama dan berlagu pula sukar dimengerti. Akan tetapi Kwee Seng terkejut karena mengenal filsafat ini, biarpun diucapkan seperti sajak berkelakar, namun adalah kata-kata filsafat yang amat dalam! Mulailah ia kagum dan tidak lagi main-main.
"Bu Tek Lojin, sekarang aku ingin tahu, mengapa
kaukatakan bahwa jahat tidak ada bedanya dengan baik?"
"Ho-ho-hah-hah, memang kau bodoh dan goblok! Semua menusia bodoh dan tolol, termasuk aku! Semua manusia
goblok itu merasa diri pintar, termasuk aku! Apa bedanya baik dan buruk" Apa bedanya siang dan malam" Apa bedanya ada tidak ada" Kalau tidak ada matahari, mana ada siang malam"
Kalau tidak tahu, mana bisa ada atau tidak ada" Kalau tidak menyayang diri sendiri, mana ada buruk dan baik" Ha-ha-ha!
Eh bocah, siapa namamu?"
"Aku yang muda dan bodoh bernama... Kim-mo Taisu!"
Kwee Seng sengaja memakai nama ini untuk menandingi
kesombongan Si Kakek. Ia memang telah mempunyai nama
poyokan Kim-mo-eng (Pendekar Aneh Berhati Emas), akan
tetapi untuk mempergunakan nama Kim-mo-eng, berarti
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
memperkenalkan dirinya sendiri, padahal ia sudah merasa malu untuk menghidupkan lagi nama Kwee Seng yang di
anggap sudah mati terpendam di Neraka Bumi, maka kini ia sengaja menamakan dirinya Kim-mo Taisu yang berarti Guru Besar Setan Emas!"
"Wah, wah, namamu hebat! Pandai kau memilih nama,
memang memilih nama bebas, boleh pakai apa saja. Dalam
hal ini kita cocok, maka aku pun memilih nama Bu Tek Lojin, huah-hah-hah! Eh. Kim-mo Taisu yang tidak patut bernama Kim-mo Taisu karena masih muda, aku Tanya, apakah kau
seorang baik?" Ditanya begini Kwee Seng melengak dan tak dapat
menjawab. "Ha-ha-ha, tentu saja dalam hatimu kau menjawab bahwa kau ini seorang baik. Tidak ada di dunia ini orang yang mengaku dirinya orang jahat. Biarpun mulutnya bilang jahat, hatinya tetap mengaku baik. Jadi, siapakah dia yang baik"
Yang baik adalah dirinya sendiri, dan orang yang melakukan sesuatu yang menyenangkan dirinya sendiri, dianggap orang baik pula. Siapakah dia yang dinamakan orang jahat" Yang jahat adalah orang yang melakukan sesuatu yang tidak
menyenangkan dirinya sendiri, nah, mereka ini tentu akan disebut jahat. Baik dan jahat tidak ada, sama saja, yang ada hanya penilaian di hati orang yang membedakan demi
kesenangan diri sendiri. Yang menyenangkan diri dianggap baik, yang tidak menyenangkan diri dianggap buruk. Ha-ha-ha-ha! Menolong yang dianggap baik, itu bukan menolong
namanya! Bukan menolong orang, melainkan menolong diri
sendiri, menyenangkan perasaan sendiri. Mengertikah kau, Kim-mo Taisu yang goblok?"
Di dalam hatinya Kwee Seng kembali terkejut. Kakek cebol ini kiranya bukan sembarangan orang! Betapapun juga,
hatinya tidak puas. Kakek ini sifatnya terlalu berandalan, terlalu liar dan bahkan mungkin keliarannya dan suka
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menggunakan aturannya sendiri itu dapat menimbulkan
bahaya bagi orang lain. "Bu Tek Lojin, kau boleh mengeluarkan alasan apapun juga, boleh kau membongkar-bongkar filsafat untuk mencari kebenaran, sendiri. Akan tetapi aku melihat sendiri betapa kau memberi sebungkus bubuk racun kepada Puteri Mahkota
Tayami dengan nasihat supaya dia memakai bubuk itu
membedaki mukanya. Apa kau mau bilang bahwa perbuatanmu ini termasuk baik" Kau hendak membikin rusak muka yang begitu cantik bukankah itu perbuatan keji sekali"
Kalau kau masih mengaku seorang manusia, di mana
perikemanusiaanmu?" "Huah-hah-hah! Memang aku bukan manusia biasa, aku setengah dewa! Tentang pengiriman obat itu, memang ku
sengaja, dan memang maksudku baik. Baik sekali! Kau tahu apa yang menyebabkan semua keributan itu" Apa yang
menyebabkan pemuda-pemuda tolol itu berlomba dan saling membenci" Tak lain untuk memperebutkan hati Puteri
Mahkota! Dan mengapa mereka berlomba memperebutkan
hati Puteri Mahkota" Karena dia cantik jelita! Ha-ha-ha!
Karena itu aku berusaha melenyapkan kecantikannya.
Kecantikan hanya sebatas kulit muka! Kalau obatku dapat mengupas kulit mukanya, hendak kulihat apakah para pemuda itu
akan mau memperebutkannya. Inilah namanya menghilangkan akibat dengan membongkar sebabnya!"
"Hemm, membongkar sebab secara merusak tanpa
mengenal kasihan seperti itu, benar-benar mencerminkan
hatimu yang keji. Kau tua bangka yang benar-benar berhati iblis!"
"Uwaaaahh! Kim-mo Taisu, mulutmu lancang benar! Apa kau mau mengajak aku berkelahi?" "Bukan mau berkelahi, melainkan mau memberi hajaran kepadamu!" "Wah-wah, kau mau menghajar aku" Heh-heh-heh! Ada ular kecil mau
menghajar seekor naga. Lucu... lucu....!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Makin mendongkol hati Kwee Seng. Benar sombong kakek
ini, tadi menyamakan dia anak ayam dan dirinya sendiri
garuda, sekarang memaki dia ular kecil dan mengangkat
dirinya sendiri seekor naga! "Biarpun naga, kalau matanya buta dan merusak sana-sini, apa boleh buat, wajib dihajar!"
"Bagus, mari kaulayani aku beberapa jurus!" Kakek itu berkata, lalu meloncat ke kiri dan memasang kuda-kuda yang aneh, kedua sikunya mepet pinggang, jari-jari tangan terbuka dan miring, tubuhnya doyong ke depan, pundaknya diangkat pula ke depan, matanya melirak-lirik, persis gaya seekor jago aduan yang akan dipersabungkan! Melihat kakek itu tidak bersenjata, Kwee Seng menyelipkan tulang paha kambing dan daun ke pinggangnya, kemudian ia pun menghampiri kakek
itu, memasang kuda-kuda dan diam-diam ia mengerahkan sinkangnya seperti yang ia pelajari di Neraka Bumi karena ia cukup maklum bahwa betapapun aneh dan lucu sikap kakek
itu, namun sudah terbukti kemarin betapa kakek ini memiliki lwee-kang yang amat kuat serta gin-kang yang amat tinggi.
Lawan ini amat berbahaya, dan dengan cerdik Kwee Seng lalu menanti sambil siap siaga, tidak mau menyerang lebih dulu.
Bu Tek Lojin, sekarang aku ingin tahu, mengapa
kaukatakan bahwa jahat tidak ada bedanya dengan baik?"
"Ho-ho-hah-hah, memang kau bodoh dan goblok! Semua menusia bodoh dan tolol, termasuk aku! Semua manusia
goblok itu merasa diri pintar, termasuk aku! Apa bedanya baik dan buruk" Apa bedanya siang dan malam" Apa bedanya ada tidak ada" Kalau tidak ada matahari, mana ada siang malam"
Kalau tidak tahu, mana bisa ada atau tidak ada" Kalau tidak menyayang diri sendiri, mana ada buruk dan baik" Ha-ha-ha!
Eh bocah, siapa namamu?"
"Aku yang muda dan bodoh bernama... Kim-mo Taisu!"
Kwee Seng sengaja memakai nama ini untuk menandingi
kesombongan Si Kakek. Ia memang telah mempunyai nama
poyokan Kim-mo-eng (Pendekar Aneh Berhati Emas), akan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tetapi untuk mempergunakan nama Kim-mo-eng, berarti
memperkenalkan dirinya sendiri, padahal ia sudah merasa malu untuk menghidupkan lagi nama Kwee Seng yang di
anggap sudah mati terpendam di Neraka Bumi, maka kini ia sengaja menamakan dirinya Kim-mo Taisu yang berarti Guru Besar Setan Emas!"
"Wah, wah, namamu hebat! Pandai kau memilih nama,
memang memilih nama bebas, boleh pakai apa saja. Dalam
hal ini kita cocok, maka aku pun memilih nama Bu Tek Lojin, huah-hah-hah! Eh. Kim-mo Taisu yang tidak patut bernama Kim-mo Taisu karena masih muda, aku Tanya, apakah kau
seorang baik?" Ditanya begini Kwee Seng melengak dan tak dapat
menjawab. "Ha-ha-ha, tentu saja dalam hatimu kau menjawab bahwa kau ini seorang baik. Tidak ada di dunia ini orang yang mengaku dirinya orang jahat. Biarpun mulutnya bilang jahat, hatinya tetap mengaku baik. Jadi, siapakah dia yang baik"
Yang baik adalah dirinya sendiri, dan orang yang melakukan sesuatu yang menyenangkan dirinya sendiri, dianggap orang baik pula. Siapakah dia yang dinamakan orang jahat" Yang jahat adalah orang yang melakukan sesuatu yang tidak
menyenangkan dirinya sendiri, nah, mereka ini tentu akan disebut jahat. Baik dan jahat tidak ada, sama saja, yang ada hanya penilaian di hati orang yang membedakan demi
kesenangan diri sendiri. Yang menyenangkan diri dianggap baik, yang tidak menyenangkan diri dianggap buruk. Ha-ha-ha-ha! Menolong yang dianggap baik, itu bukan menolong
namanya! Bukan menolong orang, melainkan menolong diri
sendiri, menyenangkan perasaan sendiri. Mengertikah kau, Kim-mo Taisu yang goblok?"
Di dalam hatinya Kwee Seng kembali terkejut. Kakek cebol ini kiranya bukan sembarangan orang! Betapapun juga,
hatinya tidak puas. Kakek ini sifatnya terlalu berandalan,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
terlalu liar dan bahkan mungkin keliarannya dan suka
menggunakan aturannya sendiri itu dapat menimbulkan
bahaya bagi orang lain. "Bu Tek Lojin, kau boleh mengeluarkan alasan apapun juga, boleh kau membongkar-bongkar filsafat untuk mencari kebenaran, sendiri. Akan tetapi aku melihat sendiri betapa kau memberi sebungkus bubuk racun kepada Puteri Mahkota
Tayami dengan nasihat supaya dia memakai bubuk itu
membedaki mukanya. Apa kau mau bilang bahwa perbuatanmu ini termasuk baik" Kau hendak membikin rusak muka yang begitu cantik bukankah itu perbuatan keji sekali"
Kalau kau masih mengaku seorang manusia, di mana
perikemanusiaanmu?" "Huah-hah-hah! Memang aku bukan manusia biasa, aku setengah dewa! Tentang pengiriman obat itu, memang ku
sengaja, dan memang maksudku baik. Baik sekali! Kau tahu apa yang menyebabkan semua keributan itu" Apa yang
menyebabkan pemuda-pemuda tolol itu berlomba dan saling membenci" Tak lain untuk memperebutkan hati Puteri


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mahkota! Dan mengapa mereka berlomba memperebutkan
hati Puteri Mahkota" Karena dia cantik jelita! Ha-ha-ha!
Karena itu aku berusaha melenyapkan kecantikannya.
Kecantikan hanya sebatas kulit muka! Kalau obatku dapat mengupas kulit mukanya, hendak kulihat apakah para pemuda itu
akan mau memperebutkannya. Inilah namanya menghilangkan akibat dengan membongkar sebabnya!"
"Hemm, membongkar sebab secara merusak tanpa
mengenal kasihan seperti itu, benar-benar mencerminkan
hatimu yang keji. Kau tua bangka yang benar-benar berhati iblis!"
"Uwaaaahh! Kim-mo Taisu, mulutmu lancang benar! Apa kau mau mengajak aku berkelahi?" "Bukan mau berkelahi, melainkan mau memberi hajaran kepadamu!" "Wah-wah, kau
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mau menghajar aku" Heh-heh-heh! Ada ular kecil mau
menghajar seekor naga. Lucu... lucu....!"
Makin mendongkol hati Kwee Seng. Benar sombong kakek
ini, tadi menyamakan dia anak ayam dan dirinya sendiri
garuda, sekarang memaki dia ular kecil dan mengangkat
dirinya sendiri seekor naga! "Biarpun naga, kalau matanya buta dan merusak sana-sini, apa boleh buat, wajib dihajar!"
"Bagus, mari kaulayani aku beberapa jurus!" Kakek itu berkata, lalu meloncat ke kiri dan memasang kuda-kuda yang aneh, kedua sikunya mepet pinggang, jari-jari tangan terbuka dan miring, tubuhnya doyong ke depan, pundaknya diangkat pula ke depan, matanya melirak-lirik, persis gaya seekor jago aduan yang akan dipersabungkan! Melihat kakek itu tidak bersenjata, Kwee Seng menyelipkan tulang paha kambing dan daun ke pinggangnya, kemudian ia pun menghampiri kakek
itu, memasang kuda-kuda dan diam-diam ia mengerahkan sinkangnya seperti yang ia pelajari di Neraka Bumi karena ia cukup maklum bahwa betapapun aneh dan lucu sikap kakek
itu, namun sudah terbukti kemarin betapa kakek ini memiliki lwee-kang yang amat kuat serta gin-kang yang amat tinggi.
Lawan ini amat berbahaya, dan dengan cerdik Kwee Seng lalu menanti sambil siap siaga, tidak mau menyerang lebih dulu.
Akan tetapi kakek itu juga tak
kunjung datang serangannya. Hanya kepalanya bergerak ke kanan kiri,
matanya lirak-lirik seperti ayam jago sedang menaksir-naksir kekuatan lawan,
kemudian kakinya melangkah-langkah berputar mengelilingi Kwee Seng! Tentu saja Kwee Seng juga segera mengubah kedudukan kaki dan mengatur langkah
mengikuti Si Kakek yang aneh. Ia melihat betapa jari-jari kakek itu yang telanjang seperti kakinya sendiri, terpentang seperti cakar ayam. Benar-benar kuda-kuda ilmu silat yang aneh sekali.
Apakah kakek ini menciptakan ilmunya berdasarkan gerakan ayam jago" Ataukah semacam burung"
Ia menaksir-naksir akan tetapi tetap waspada.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tiba-tiba kakek itu berseru, "Awas !" dan tubuhnya mencelat
ke depan, menerjang, kedua tangannya menggampar dari kanan kiri, kedua kakinya menendang.
Biarpun kelihatan hanya sebuah terjangan kasar, namun jari-jari kakinya serta jari-jari tangannya melakukan totokan di tujuh bagian hiato(jalan darah) yang berbahaya! Kwee Seng kaget sekali, tak mungkin mengelak dari terjangan liar ini, maka cepat ia menggerakkan kakinya melangkah mundur lalu kedua tangannya membuat gerakan membentuk lingkaran-lingkaran dan sekaligus ia dapat menangkis dua pasang
tangan kaki kakek itu. "Dukkk! " Tubuh Bu Tek Lojin mencelat ke belakang membuat salto dua kali, akan tetapi kedudukan kaki Kwee Seng juga tergempur sehingga dia terhuyung-huyung ke
belakang. Kagetlah Kwee Seng. Tenaganya setelah berlatih di Neraka Bumi, mengalami kemajuan pesat sekali. Namun kini ia ketemu batunya. Kakek yang menerjang di tengah udara itu ternyata mampu membuatnya terhuyung-huyung, dan kedua
lengannya yang menangkis tadi seakan-akan bertemu dengan benda yang antep dan keras.
"Heh-heh, kau boleh juga!" Kakek itu memuji, kemudian mengulangi lagi pasangannya seperti ayam jago, berputar-putar sehingga terpaksa Kwee Seng juga berputaran. Kembali Bu Tak Lojin menerjang maju dan kali ini terjangannya disusul serangkaian serangan yang ganas, memukul dan menendang
bergantian, semua mengarah jalan darah yang berbahaya.
Kwee Seng berlaku cepat, tubuhnya mencelat ke sana-sini dan ia pun membalas dengan pukulan tanpa memakai sungkan-sungkan lagi. Maka lenyaplah bayangan kedua orang ahli silat yang mengerahkan gin-kang ini, berkelebatan seperti petir menyambar. Berkali-kali mereka beradu tangan dan selalu Kwee Seng terdesak mundur. Terang bahwa ia kalah kuat
dalam hal tenaga dalam, akan tetapi karena Kwee Seng
memang memiliki ilmu silat yang tinggi maka penjagaannya rapat sekali. Setelah mengalami benturan tangan belasan kali
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang membuat kedua lengannya terasa sakit-sakit, Kwee Seng segera mengerahkan Ilmu Silat Bian-sin-kun (Tangan Kapas Sakti). Kedua tangannya menjadi lunak seperti kapas dan kapas dan tenaga kakek itu seperti amblas kalau bertemu dengan tangannya, sehingga ia tidak mengalami rasa nyeri lagi, malah dengan ilmunya ini ia dapat membalas serangan dengan mendadak dan cepat, membuat kakek itu berkali-kali mengeluarkan seruan memuji dan penasaran.
Tiba-tiba kakek cebol itu mengganti dan gerakannya yang tadinya amat cepat lincah itu, menjadi gerakan lambat. Malah kedua
kakinya seakan-akan tidak bertenaga, seperti mengambang di atas air saja. Namun hebatnya, begitu
mereka beradu lengan, Kwee Seng terlempar ke belakang
sedangkan kakek itu hanya menari-nari dengan kedua kaki seperti tidak menginjak tanah.
Kwee Seng terkejut sekali, ia melihat kakek itu tadi hanya membuat
gerakan mendorong dengan kedua tangan,
mengapa begitu beradu tangan ia terlempar sampai tiga meter ke belakang" Seakan-akan dari kedua tangan kakek itu
mengandung tenaga yang luar biasa kuatnya, padahal
gerakan kakek itu lambat dan kelihatan lemah serta kosong"
Ia tidak tahu bahwa ini ilmu ciptaan Bu Tek Lo-jin yang dinamainya Khong-in-ban-kin (Awan Kosong Mengandung
Kekuatan Selaksa Kati)! Adapun ilmu ini adalah ilmu sin-kang yang mendasarkan ilmu memanfaatkan yang kosong seperti
seringkali disebut-sebut oleh Nabi Locu dalam kitabnya To-tik-keng sehingga merupakan penggabungan ilmu silat dan ilmu batin yang tinggi.
Karena maklum bahwa kalu ia terus melayani kakek sakti
ini dengan tangan kosong tentu ia akan kalah, Kwee Seng lalu mencabut tulang paha kambing dan daun lebar dari ikat
pinggangnya. "Bu Tek Lojin, dengan tangan kosong aku kalah, marilah kita gunakan senjata!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Bu Tek Lojin bukanlah orang buta. Melihat lawannya yang muda mengeluarkan senjata yang begitu sederhana dan aneh, ia tahu bahwa lawannya ini benar-benar merupakan lawan
yang tangguh sekali. Tadi pun diam-diam ia sudah terheran-heran mengapa ada orang muda yang begitu lihai. Selama
hidupnya, belum pernah ia bertemu tanding yang semuda ini.
Akan tetapi memang wataknya tinggi hati, tidak memandang mata kepada lawan manapun juga, maka ia tertawa sambil
berkata, "Jembel tengik, keluarkan saja semua kepandaianmu untuk kulihat!"
Setelah berkata demikian kakek cebol itu langsung
menyerang lagi dan kini kembali ilmu silatnya sudah berubah, tenaganya masih sehebat tadi namun kedua tangannya
membuat gerakan yang membentuk lingkaran-lingkaran lebar dengan tangan kirinya, sedangkan yang kanan membentuk
lingkaran-lingkaran sempit. Pukulan-pukulan dan tendangan-tendangannya datang bergulung-gulung seperti ombak
samudera menerjang habis segala yang merintanginya.
Melihat hebatnya gerakan ini, Kwee Seng segera memutar
ulang paha kambing yang ia gunakan seperti pedang, untuk melindungi tubuh, sedangkan daun di tangan kiri mulai ia kebut-kebutkan yang juga mengeluarkan angin pukulan yang amat dahsyat.
Tiba-tiba terdengar suara keras, "Bagus, Bu Tek Lojin, kauhajar mampus bocah itu. Kalau kau kalah, baru aku yang maju!" Suara itu terdengar dari jauh akan tetapi nyaring dan jelas
sekali, kemudian sebelum suara itu lenyap kumandangnya, orangnya sudah berkelebat datang. Seorang raksasa tinggi besar berkepala gundul yang segera dikenal Kwee Seng sebagai musuh lamanya, Ban-pi Lo-cia!
Sejenak kakek cebol menghentikan serangannya, membanting-banting kaki dan memaki, "Kau bilang kalau aku kalah" Kuda gundul, kau lihat saja aku menjatuhkan jembel tengik ini, kalau sudah, biar kau punya selaksa lengan (ban-
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pi), pasti kedua tanganku yang hanya dua ini akan kenyang menempilingi gundulmu sampai kau berkuik-kuik dan
berkaing-kaing!" Setelah berkata demikian, kakek cebol itu segera menyerang Kwee Seng lagi dengan hebatnya.
Kwee Seng mencelat ke kiri sambil memutar tulang paha
kambing. "Stop dulu, Bu Tek Lojin. Dia itu musuh lamaku, biarkan aku membuat perhitungan dengan dia! Heh, manusia cabul, rasakan pembalasanku atas kematian Ang-siauw-hwa...!" Kwee Seng hendak menyerang Ban-pi Lo-cia, akan tetapi kakek cebol itu merintangi, bahkan menyerangnya lagi sambil mengomel.
"Kau belum kalah olehku, bagaimana bisa berhenti dan melawan orang lain?"
Karena serangan kakek cebol ini memang hebat sekali,
Kwee Seng tidak dapat memecah perhatian dan terpaksa ia melayani lagi dengan hati mendongkol. Ia tahu bahwa
percuma saja bicara dengan kakek cebol ini. Jalan satu-
satunya mengalahkan Si Cebol ini lebih dulu, baru nanti menghadapi Ban-pi Lo-cia. Akan tetapi ini hanya rencana saja, pelaksanaannya sukar setengah mati karena Si Cebol ini
benar-benar sakti luar biasa.
Sementara itu, baru sekarang Ban-pi Lo-cia melihat tubuh Bayisan yang menggeletak di atas tanah. Ia kaget sekali dan tidak mempedulikan lagi mereka yang sedang bertempur.
Cepat ia berlutut di dekat muridnya dan setelah melihat muka muridnya ia mengeluarkan suara tertahan, menotok dan
mengurut sana-sini. Akhirnya Bayisan dapat bicara.
"Suhu (Guru) ..." ia mengeluh. "Muridku, siapa yang melakukan ini padamu" Hayo katakan, siapa" Akan kubeset kulit mukanya!"
Dengan suara terputus-putus Bayisan bercerita terus terang kepada gurunya bagaimana ia tergila-gila kepada Tayami dan memasuki
kamarnya, kemudian puteri mahkota itu Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menggunakan bubuk beracun mengenai mukanya. Ketika
bicara agak panjang ini, Bayisan telah terlalu banyak
mengerahkan tenaganya, maka begitu habis bicara, ia jatuh pingsan lagi.
Ban-pi Lo-cia menarik napas panjang, menggeleng kepala dan berkata. "Ahhh, banyak wanita cantik di dunia ini, mengapa kau memilih Puteri Mahkota bangsa sendiri" Ah, tidak bisa aku menggangu Puteri Tayami. Tayami anak Kulu-khan, mengapa engkau begini kejam" Muridku,
jangan penasaran. Aku akan menurunkan semua kepandaianku kepadamu agar kelak kau dapat menjagoi dan menjadi orang nomor satu di Khitan!" Setelah berkata demikian, Ban-pi Lo-cia memondong tubuh muridnya itu dan lari meninggalkan tempat itu tanpa peduli lagi kepada dua orang yang sedang bertanding.
"Ban-pi Lo-cia, kau hendak lari kemana?" Kwee Seng menusukkan tulang paha dengan jurus maut Pat-sian-toat-beng (Delapan Dewa Mencabut Nyawa) dari Ilmu Pedang Patsian Kiam-hoat. Baru sekarang ia menggunakan jurus Pat-sian Kiam-hoat karena tadi dalam menghadapi Bu Tek Lojin ia
belum mau mempegunakan ilmunya ini yang telah diperbaiki dahulu oleh Bu Kek Siansu, sekarang ia ingin sekali mengejar Ban-pi Lo-cia, terpaksa ia menggunakan jurus ini. Kagetlah Bu Tek Lojin. Serangan ini memang hebat sekali dan tak mungkin ditangkis atau dielakkan. Tulang itu ujungnya tahu-tahu sudah mengancam ulu hati. Terpaksa Bu Tek Lojin menggunakan
gerakan yang sebetulnya kalau tidak terpaksa, ahli silat tinggi enggan melakukannya, yaitu membuang diri ke belakang
seperti batang pohon tumbang, lalu bergulingan di atas tanah.
Akan tetapi Kwee Seng memang hanya ingin membuat
kakek cebol ini untuk sementara menjauhkan diri, langsung ia meloncat dengan gin-kangnya yang hebat ke arah Ban-pi Locia yang sedang melarikan diri membawa muridnya, tulangnya menghantam ke arah lambung Ban-pi Lo-cia. Kakek gundul ini mendengar desir angin, menangkis dengan lengan karena
tahu bahwa senjata lawan itu tidak tajam.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dukkk!!" Tubuh Ban-pi Lo-cia terguling! Bukan main kagetnya hati Si Gundul, karena sama sekali tidak disangkanya Kwee Seng akan sekuat itu, jauh lebih kuat daripada beberapa tahun yang lalu. Tulang lengannya tidak patah akan tetapi rasa nyeri menusuk sampai ke jantung. Ia tidak berani main-main lagi dan karena ia memang amat kuat, sekali meloncat ia telah berada jauh di depan, lalu menggunakan ilmu lari
cepatnya meninggalkan tempat itu.
Kwee Seng hendak mengejar, akan tetapi tiba-tiba ia
mendengar geraman hebat dan kakek cebol sudah menerjangnya penuh kemarahan karena tadi dipaksa harus
bergulingan sehingga pakaian dan rambut serta jenggotnya terkena
debu. Terpaksa Kwee Seng mencurahkan perhatiannya kepada kakek cebol lagi dan karena mendongkol, kini ia segera mainkan Pat-sian Kiam-hoat
dengan tulang di tangan kanan, sedangkan daun lebar di
tangan kiri ia mainkan dengan Ilmu Silat Lo-hai-san-hoat.
Kalau tiga empat tahun yang lalu saja sepasang ilmu ini dapat membuat ia terkenal dengan sebutan Kim-mo-eng, apalagi
sekarang setelah ia memperoleh kemajuan pesat di Neraka Bumi. Hebat bukan main permainan pedang dan kipasnya.
Dalam segebrakan saja Bu-tek Lojin sudah terdesak sampai sepuluh jurus lebih. Kwee Seng mengerahkan seluruh
kepandaian karena maklum bahwa menghadapi kakek itu,
sukar baginya untuk dapat mengalahkannya. Dalam hal
tenaga sin-kang maupun keringanan tubuh, kakek cebol ini hebat sekali.
"Eh... ohh... tahan dulu...!" Sambil mencelat ke sana-sini menghindarkan diri dari sambaran daun dan tulang, Bu Tek Lojin berteriak-teriak. Sebagai seorang pendekar, tentu saja Kwee Seng menurut dan menghentikan serangannya.
"Mau bicara apa lagi. Bukankah kau yang tadi mendesakku untuk bertanding sampai mati?" Kwee Seng menegur marah dan mendongkol.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Mengapa gaya permainan silatmu seperti itu" Apakah kau murid Bu... Bu Kek ... Siansu ...?"
Kwee Seng tersenyum. "Bukan, akan tetapi beliau pernah memberi petunjuk kepadaku.."
"Wah... celaka... cukuplah kita main-main." Kakek cebol itu lalu bersuit panjang dan datanglah burung hantu melayang-layang di atas kepalanya, kemudian ia lari meninggalkan Kwee Seng diikuti dari atas oleh burung hantu.
Sejenak Kwee Seng terlongong heran, kemudian ia
pernasaran dan berlari pula mengejar. Ternyata ilmu lari cepat kakek itu hebat, sukar baginya untuk dapat menyusul. Ia tahu bahwa kakek itu belum kalah, bahkan agaknya kalau
dilanjutkan dia sendirilah yang akan kalah. Akan tetapi mengapa Bu Tek Lojin menjadi seperti orang jerih dan lari"
Bayangan kakek itu telah lenyap. Hanya tampak burung
hantu merupakan titik hitam kecil jauh di depan. Kwee Seng kehilangan semangat untuk mengejar terus maka ia
menghentikan larinya dan berjalan biasa menuju ke depan.
Ketika ia memasuki hutan, tiba-tiba ia mendengar suara orang tertawa, suara ketawa Bu Tek Lojin! Ia menjadi heran dan lari lagi memasuki hutan.
Apa yang dilihatnya membuat Kwee Seng berhenti dan
menyelinap di belakang pohon. Kiranya kakek cebol itu sudah berdiri sambil tertawa bergelak, sedangkan didepannya
tampak seorang laki-laki bangsa Khitan yang bertubuh pendek pula akan tetapi kuat, yang ia kenal sebagai seorang tokoh Khitan yang kata orang adalah panglima tua!
Memang, laki-laki ini bukan lain adalah Kalisani yang telah meninggalkan kota raja dengan maksud merantau ke selatan.
Kebetulan sekali di dalam hutan itu Kalisani bertemu dengan kakek cebol yang amat ia kagumi sepak terjangnya ketika kakek itu menggegerkan pesta perlombaan Khitan. Begitu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
melihat Si Kakek Cebol, tanpa ragu-ragu lagi Kalisani lalu menjatuhkan diri berlutut sambil berkata.
Pendekar Sakti Suling Pualam 6 Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung Elang Pemburu 3
^