Pencarian

Suling Mas 6

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


Kong Long Sengjin tidak menjadi marah mendengar makian
ini. "Ban-pi Lo-cia, kau tikus Khitan yang busuk. Mana aku ada waktu melayani segala tikus yang tiada harganya" Akan tetapi jangan kau mencoba menganggu Kam-goanswe. Dia seorang
patriot Ahala Tang, dan aku akan membelanya sampai mati!"
Ban-pi Lo-cia cukup maklum bahwa menghadapi kakek
lumpuh ini, biarpun ia tidak akan kalah, namun ia merasa sangsi apakah ia akan dapat merobohkannya cepat-cepat,
apalagi kalau dua orang muda itu nanti membantu Si Kakek Lumpuh. Ia memang cerdik. Perlu apa meributkan Kam Si Ek.
Terang bahwa jenderal muda itu tidak akan suka membantu Khitan, andaikata ia paksa bawa ke Khitan, akhirnya tentu akan nekat tidak mau membantu. Tadi pun sudah tampak
jelas kekerasan hati pemuda ini. Membunuhnya pun kalau
resikonya harus dikeroyok, tidak menguntungkan. Kerajaan di selatan tidaklah berbahaya lagi, mereka saling gempur, saling berebutan kekuasaan, apa perlunya takut akan barisan yang dipimpin Kam Si Ek " ia lalu tertawa menyeringai.
"Kakek lumpuh, raja jembel ! Siapa butuh dia " Kau bawalah jenderalmu itu, yang kubutuhkan adalah Si Bidadari!"
Ia menoleh dan memandang kepada Liu Lu Sian dengan mata melotot dan mulut terbuka lebar.
Pada saat itu, Liu Lu Sian yang sudah sadar lebih dulu, telah lari kepada Kam Si Ek. Pemuda itu masih pingsan, akan tetapi setelah Lu Sian mengurut dada dan menotok tiga jalan darah terpenting, pemuda itu pun siuman dari pingsannya.
Untung bahwa mereka tadi terkena pukulan secara langsung, hanya terpukul oleh anginnya saja yang membuat mereka
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pingsan. Kalau tersentuh tangan Ban-pi Lo-cia dengan
pukulannya Hek-see-ciang tentu sukar ditolong nyawa
mereka. Mendengar ucapan dua orang kakek sakti itu, Liu Lu Sian terkejut bukan main. Menghadapi seorang kakek saja sudah repot, apalagi kalau mereka berdua itu maju bersama,
seorang menculik Kam Si Ek dan yang seorang pula menculik dia ! Ia tertawa bekikikan sambil menutup mulutnya dan
matanya memandang ke arah Kong Lo Sengjin. Dua orang
kakek itu terheran, dan Lu Sian segera meloncat berdiri, menudingkan telunjuknya ke arah Kong Lo Sengjin sambil
berkata. "Ayahku Pat-jiu Sin-ong pernah bilang bahwa Sin-jiu Couw Pa Ong adalah seorang patriot yang gagah perkasa dan
seorang di antara tokoh-tokoh besar di dunia persilatan, tidak takut akan setan dan iblis sehingga ayahku kagum sekali.
Akan tetapi setelah aku menyaksikan sendiri, hi-hi-hik..." Liu Lu Sian tidak melanjutkan kata-katanya melainkan tertawa lagi terkekeh.
Kong Lo Sengjin mengerutkan keningnya, hatinya serasa
dibakar dan ia membentak, "Budak rendah ! Biarpun kau puteri Pat-jiu Sin-ong aku takut apa " Mengapa kau
mentertawakan aku " Apanya yang tidak cocok?"
"kau ternyata seorang yang licik, beraninya hanya
membunuhi para pengungsi ! Orang-orang yang tidak
bersalah, masih bangsa sendiri pula, karena mereka itu tidak kuat melawanmu, kau bunuhi seperti orang membunuh lalat saja. Akan tetapi sekali ini kau menghadapi seorang Khitan, musuh lama Kerajaan Tang, karena kau tahu bahwa Ban-pi
Lo-cia orangnya lihai bukan main, kau lalu mengkeret nyalimu, nyali tikus yang beraninya hanya kepada si lemah. Khitan ini hampir membunuh Jenderal Kam, kau mengalah dan
ketakutan. Cihh, mana itu darah pahlawan " Hi-hi-hik!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sin-jiu Couw Pa Ong yang sekarang bernama Kong Lo
Sengjin adalah seorang bekas raja muda yang selalu dihormati orang. Selama hidupnya baru sekarang ia mendengar olok-olok macam itu terhadap dirinya, maka mukanya segera
menjadi merah, dan ia mencak-mencak seperti orang
kebakaran jenggot. Matanya bernyala jalang ketika ia
menghadapi Ban-pi Lo-cia yang hanya menyeringai penuh
ejekan. "Ban-pi Lo-cia, bersiaplah kau ! Biar aku melawanmu agar jangan ada siluman cilik mengira Kong Lo Sengjin takut
menghadapi seekor monyet Khitan!"
Ban-pi Lo-cia tentu saja maklum akan kelicikan Liu Lu Sian yang menggunakan siasat mengadu domba. Akan tetapi ia
pun terkenal sebagai tokoh kang-ouw tingkat tinggi, mana bisa ia mengalah terhadap seorang kakek yang sudah lumpuh
" Ia harus memperlihatkan kelihaiannya, setelah merobohkan kakek lumpuh ini, apa sukarnya menangkap Si Gadis Liar dan membunuh Kam Si Ek "
"Raja Muda bangkrut ! Kaulihat Lui-kong-pian mengambil nyawamu!" Bentakan ini disusul suara "tar-tar-tar!" keras sekali ketika cambuknya melayang ke atas dan melecut-lecut sambil mengeluarkan bunyi seperti halilintar.
"Ha-ha-ha, kau benar, Ban-pi Lo-cia. Hajar saja kakek lumpuh itu, mana dia kuat melawanmu ?" Liu Lu Sian berseru sambil bertepuk tangan. Besar hati Ban-pi Lo-cia mendengar gadis itu memihak kepadanya, maka ia makin hebat memutar cambuknya dan menyerang.
Di lain pihak, Kong Lo Sengjin yang berwatak angkuh dan tinggi, merasa marah sekali dan ia tidak akan berhenti, tidak akan mau sudah sebelum ia berhasil mengalahkan Ban-pi Locia. Memang cerdik Liu Lu Sian. Ia memakai taktik
memanaskan kedua pihak, sebentar ia memihak Ban-pi Lo-cia, sebentar ia memihak kakek lumpuh sehingga pertandingan di antara kedua orang sakti itu makin menghebat. Sementara itu,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
seperti menjadi harapan Lu Sian, pertandingan makin lama makin hebat dan mati-matian sedangkan cuaca menjadi makin gelap,
malam pun tiba. Dengan hati-hati Lu Sian mengumpulkan pedang dan golok Kam Si Ek, memberi isyarat supaya pemuda itu tidak banyak bergerak atau bicara,
kemudian di dalam gelap ia memegang tangan pemuda itu,
menyerahkan goloknya dan mengajaknya pergi dari situ
dengan perlahan-lahan dan sedikit-sedikit.
Sementara itu, dua orang kakek yang sudah dibakar
perasaannya oleh Lu Sian, telah bertanding dengan hebatnya.
Mula-mula Ban-pi Lo-cia menggunakan tangan kosong karena ia memandang rendah kepada lawannya yang sudah lumpuh.
Namun tahu bahwa lawannya ini tentu memiliki sin-kang yang kuat, maka dalam serangannya ia mengerahkan tenaga dan
menggunakan Hek-see-ciang yang ia andalkan. Agaknya Ban-pi Lo-cia, seperti biasa menjadi watak tokoh besar yang terlalu percaya kepandaian sendiri, memang sengaja hendak menguji sampai di mana hebatnya Si Kepalan Sakti. Pukulannya Hek-see-ciang yang tadi anginnya saja sudah mampu merobohkan Lu Sian dan Si Ek, kini menghantam ke arah Kong Lo Sengjin.
Hebat memang pukulan Hek-see-ciang dari kakek gundul ini.
Tentu dilatih belasan tahun lamanya, dengan latihan
mencacah dan memukul pasir besi panas yang tercampur
racun kelabang direndam arak tua, maka kini pukulan yang dilancarkan kengan pengaruh tenaga sin-kang, hebatnya luar biasa sehingga tidak aneh kalau orang-orang muda perkasa seperti Lu Sian dan Si Ek tadi roboh hanya oleh anginnya saja.
Namun sekali ini perhitungan Ban-pi Lo-cia meleset. Kong Lo Sengjin tidak percuma dijuluki Sin-jiu atau Kepalan Sakti. Ia memang seorang ahli silat tangan kosong, maka tentu saja ia hafal akan segala macam pukulan berbisa seperti Hek-see-ciang atau Ang-see-jiu, maupun Pek-lek-jiu, malah sudah tahu pula bagaimana harus menghadapi pukulan-pukulan ini. Kini melihat Ban-pi Lo-cia yang didahului oleh sinar hitam, ia tertawa bergelak, lalu memapaki pukulan itu dengan telapak
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tangan kanannya setelah memindahkan tongkat kanan ke
tangan kiri. Ban-pi Lo-cia girang melihat ini. Tangan terbuka merupakan sasaran lunak bagi Hek-see-ciang, karena hawa pukulannya akan langsung menembus kulit telapak tangan
dan menyerbu ke dalam saluran darah terus ke jantung. Maka ia mengerahkan tenaganya dan memukul telapak tangan itu.
"Dessss...!" Ban-pi Lo-cia kaget setengah mati karena kepalan tangannya bertemu dengan benda yang lemas lunak seperti kapas dan mendadak ia merasa betapa tenaga
pukulannya seperti amblas tanpa dasar, tidak menemui
sesuatu. Selagi ia hendak menarik tangannya, tiba-tiba tenaga pukulannya membalik dan menyerang dirinya sendiri melalui kepalan tangannya !
"Celaka...!" Ia berseru kaget dan cepat lengan kirinya menampar tangan kanannya sendiri sehingga tenaga yang
membalik itu tertangkis dan ia segera melempar diri ke
belakang sambil bergulingan. Kiranya kakek buntung itu sudah mempergunakan jurus dari Bian-kun (Silat Tangan Kapas)
yang dasarnya memainkan atau mencuri tenaga lawan,
kemudian dengan pengerahan tenaga sin-kang ia melontarkan kembali tenaga lawannya yang tadi tenggelam atau tersimpan.
Marahlah Ban-pi Lo-cia. Tahu bahwa tak boleh ia main-
main lagi dengan tangan kosong melawan kakek yang
berjulukan Kepalan Sakti ini, ia melolos Lui-kong-pian dan terus
mengadakan serangan dahsyat. Cambuknya menyambar-nyambar dan meledak di atas kepala Si Kakek
Buntung. Diam-diam Kong Lo Sengjin terkejut. Ia lebih mahir menggunakan tangan kosong, akan tetapi menghadapi
cambuk yang demikian panas dan dahsyatnya, kalau dilawan dengan tangan kosong, tentu ia akan terdesak. Maka ia lalu melompat ke belakang dan mengangkat tongkat bambumya
untuk menangkis, kemudian secepat kilat tongkat bambu yang kiri menusuk perut lawan. Kiranya dua batang bambu yang dipergunakan untuk pengganti kaki itu kini dapat dimainkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
seperti senjata. Kalau yang kanan akan menyerang, yang kiri menjadi kaki dan demikian sebaliknya. Bahkan adakalanya tubuh kakek lumpuh ini melayang ke atas dan pada saat
seperti itu, dua batang bambunya dapat menyerang bertubi-tubi. Hebat memang bekas raja muda ini ! Tongkat-tongkat bambunya itu tidak saja dapat menyerang dengan pukulan
dan hantaman atau sodokan seperti dua batang toya panjang, malah ujungnya dapat ia pergunakan untuk menotok jalan
darah. Karena bambu itu berlubang, maka ketika digerakkan oleh sepasang tangan yang sakti itu, mengeluarkan bunyi angin mengaung-ngaung seperti suara dua ekor harimau
bertanding. Ramai bukan main pertandingan tingkat tinggi ini.
Bayangan mereka lenyap terbungkus gulungan sinar senjata dan terdengar pada saat itu adalah auman-auman yang keluar dari sepasang bambu diseling suara meledak-ledak dari ujung cambuk. Keadaan yang seimbang ini, ketangguhan lawan
membuat hati yang sudah menjadi gelap, tidak mendusin lagi bahwa dua orang muda itu sudah lenyap dari situ.
Setelah lewat seratus jurus, mendadak Kong Lo Sengjin
yang teringat kepada Lu Sian berseru, "Siluman betina, kaulihat baik-baik bagaimana aku merobohkan monyet
Khitan!" Tiba-tiba gerakannya berubah. Kini tongkat bambu di tangan kirinya menerjang dengan gerakan memutar seperti kitiran sehingga suara mengaung jadi makin keras. Demikian cepatnya putaran tongkat bambu ini sehingga Ban-pi Lo-cia terpaksa memutar cambuknya pula untuk menangkis dan
melindungi tubuh. Dengan tongkat lawan diputar sperti itu, tak mungkin ia dapat melibat dengan cambuknya.
Tiba-tiba sekali, selagi bayangan tongkatnya itu masih
belum lenyap, tongkatnya sendiri sudah turun dan kini sebagai gantinya, tangan kanan kakek lumpuh itu menghantam ke
depan dengan pukulan jarak jauh. Angin mendesis ketika
pukulan ini dilakukan. Pukulan ini sudah membunuh puluhan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
orang pengungsi tanpa mengenai tubuh, maka dapat
dibayangkan betapa ampuhnya. Ban-pi Lo-cia kaget dan
maklum bahwa inilah pukulan maut yang membuat kakek
bekas raja muda itu dijuluki Kepalan Sakti. Ia tidak berani berlaku sembrono, maka tidak mau menangkis secara
langsung karena maklum bahwa lawannya memang memiliki
keistimewaan dalam hal pukulan tangan kosong. Cepat ia
menggeser kakinya sehingga kedudukan kuda-kudanya miring, kemudian dari samping ia baru berani menangkis dengan Hek-see-ciang. Tentu saja menangkis dari samping tidak sama dengan menerima dari depan secara langsung. Betapapun
juga, begitu lengannya bertemu dengan lengan kakek lumpuh, hampir saja Ban-pi Lo-cia terjengkang, maka cepat-cepat ia melompat ke belakang sambil tertawa bergelak.
"Huah-hah-hah, bidadari cantik manis. Kaulihat, bukankah Ban-pi Lo-cia tidak dapat roboh oleh Sin-jiu " Sekarang kaulihat betapa aku membalasnya..." Tiba-tiba Ban-pi Lo-cia berhenti berkata-kata, matanya liar mencari-cari di dalam gelap dan tiba-tiba ia berseru, "Celaka, kita kena tipu gadis liar itu!"
"Huh-huh, siapa butuh siluman itu " Biar dia mampus!"
Kong Lo Sengjin memaki. "Hayo kita lanjutkan pertandingan, tak usah banyak cerewet!" Kembali ia menerjang maju dengan tongkat bambunya.
"Nanti dulu!" Ban-pi Lo-cia mengelak. Lenyapnya gadis jelita yang tadinya ia anggap sebagai korban yang sudah berada di depan mulut,
melenyapkan pula nafsunya
bertempur. "Kau tahu ia itu puteri Pat-jiu Sin-ong. Mengapa pula ia ikut-ikut memperebutkan Kam-goanswe kalau tidak diutus ayahnya " Hemm, apakah kaukira Nan-cao tidak
mengilar pula memiliki panglima seperti Kam-goanswe?"
Kong Lo Sengjin menyumpah-nyumpah. "Kau betul !
Celaka, kita kejar dia!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dua orang itu lalu melesat pergi mengejar. Tiba-tiba
keduanya seperti ada yang memberi aba-aba, meloncat ke
atas pohon dan memandang dari puncak pohon besar.
Biarpun keadaan gelap, namun sinar bintang-bintang di langit cukup untuk menerangi sebagian besar permukaan bumi dan pandangan tajam kedua orang kakek ini segera melihat
berkelebatnya bayangan dua orang muda itu yang belum lari jauh.
"Huah-hah-hah, manisku ! Kau hendak lari kemanakah?"
Mereka berdua meloncat turun lagi dan segera mengejar ke arah dua bayangan tadi.
Bukan main kagetnya hati Lu Sian. Tadinya ia sudah
merasa girang karena berhasil lari pergi dari tempat
pertempuran selagi dua orang kakek sakti itu berkutetan mencari menang. Tanpa disengaja, mereka lari sambil
berpegang tangan. Agaknya Kam Si Ek masih belum pulih
betul oleh bekas pukulan Hek-se-ciang, maka ia menurut saja digandeng dan ditarik oleh gadis itu.
"Celaka." Bisik Lu Sian, "Si Monyet Gundul mengejar kita..."
"Hemm, kita bersembunyi di balik batang pohon besar, biarkan ia lewat lalu tiba-tiba kita berdua menyerang dari kanan kiri, bukankah itu akan berhasil?" Kam Si Ek memberi usul. Siasat seperti ini adalah siasat perang, akan tetapi agaknya takkan berhasil banyak kalau dipergunakan sebagai siasat pertandingan perorangan. Dalam perang mungkin siasat ini dapat dipergunakan melawan musuh yang lebih banyak.
"Percuma, kepandaiannya beberapa kali lipat lebih tinggi daripada kita,
akal itu takkan berhasil.
Lebih baik bersembunyi, tapi jangan sampai dapat dicari."
Tiba-tiba terdengar teriakan keras dari arah belakang,
"Kam-goansewe, jangan takut aku menolongmu!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Gemetar suara Lu Sian mendengar ini. "Wah, benar-benar celaka. Kusangka Ban-pi Lo-cia menang dan mengejar, kiranya kedua-duanya iblis tua itu yang mengejar kita."
"Hemm, mengapa takut " Kalau memang tidak ada jalan keluar, kita lawan mati-matian. Aku tidak takut mati!"
"Aku... aku juga tidak takut mati, akan tetapi aku masih ingin hidup, apalagi sekarang setelah bertemu denganmu."
Kata-kata Lu Sian ini membikin Kam Si Ek terkejut dan
tercengang. Selanjutnya ia menurut saja ketika Lu Sian
menariknya ke arah kiri di mana terdapat sebuah danau kecil.
Kini bulan mulai menerangi jagat dan tampaklah permukaan danau kilau kemilau, dan rumput alang-alang yang tumbuh di pinggir danau bergerak-gerak seperti menari-nari ketika tertiup angin malam.
"Lekas terjun, ini jalan satu-satunya!" Lu Sian menarik tangan Kam Si Ek dan mereka terjun ke dalam air danau yang gelap dan dingin. Kam Si Ek segera menggerakkan kaki
tangan hendak berenang ke tengah, akan tetapi gadis itu menahannya.
"Tidak usah ke tengah, kita bersembunyi di sini saja." "Di sini?"
"Ya, menyelam. Lihat, alang-alang ini dapat menyembunyikan kita." Lu Sian memilih batang alang-alang yang besar dan panjang, memotongnya dan memasukkan
ujungnya ke mulut. "Kalau mereka lewat, kita menyelam, batang alang-alang ini membantu pernapasan kita."
Diam-diam Kam Si Ek kagum bukan main. Gadis ini cerdik
luar biasa, pikirnya setelah ia mengerti apa yang dimaksudkan Lu Sian. Ia pun segera memotong sebatang alang-alang dan mereka menanti. Danau di bagian pinggir itu tidak dalam, air hanya sebatas dada mereka. Akan tetapi dinginnya bukan
main ! Tidak lama mereka menanti. Dua bayangan yang cepat
sekali gerakannya datang dari depan, lalu terdengar suara
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ban-pi Lo-cia, "Ke mana mereka pergi " Tak mungkin mereka lari jauh!"
"Hemm, kalu tidak bersembunyi di danau itu, kemana lagi?"
kata pula Si Kakek Lumpuh, Kong Lo Sengjin.
Kagetlah hati dua orang muda itu dan cepat-cepat Lu Sian menarik tangan Kam Si Ek memberi isyarat supaya menyelam.
Keduanya lalu menyelamkan kepala, berlutut ke dalam danau dan batang alang-alang itu mereka pergunakan untuk
menghisap hawa dari permukaan air. Karena di situ memang banyak tumbuh alang-alang maka batang alang-alang dari
mulut mereka itu tidak tampak dari luar.
Mereka tidak berani banyak bergerak, kuatir kalau-kalau air bergelombang dan menimbulkan kecurigaan. Dari dalam air mereka dapat melihat bayangan dua orang itu di pinggir
danau. Agaknya dua orang kakek itu tetap menyangka mereka bersembunyi di danau maka sengaja mereka menanti. Akan
celakalah agaknya kalau tadi mereka tidak mempergunakan batang alang-alang untuk bernapas, karena kalau tadi mereka hanya menyelam biasa, tentu sekarang sudah tidak kuat
menahan napas dan terpaksa muncul lagi. Dan sekali mereka muncul, berarti mereka pasti akan tertawan ! Saking girang dan kagum hati Kam Si Ek memikirkan ini, di dalam air ia memegang tangan Lu Sian dan menggenggamnya. Kagetlah ia karena tangan gadis itu menggigil kedinginan. Baru ia teringat bahwa di dalam air danau ini dingin luar biasa, maka tanpa ragu-ragu lagi Kam Si Ek lalu memeluk pundak gadis itu
sambil merapatkan tubuhnya agar dengan jalan ini mereka berdua agak merasa hangat.
Ketika melihat dari dalam air bahwa kedua orang kakek itu berdiri agak menjauhi tempat mereka sembunyi, Lu Sian
menempelkan telinganya ke permukaan air dengan gerakan
hati-hati sekali. Daun telinganya timbul di permukaan air di antara alang-alang dan terdengarlah suara Ban-pi Lo-cia.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku harus mendapatkan bidadari itu!" "Ah, monyet tua bangka tak tahu malu, masih suka mengejar-ngejar gadis
remaja. Aku sama sekali tidak peduli. Nah, kaucarilah sendiri!"
jawab Kong Lo Sengjin sambil menggerakkan tongkat hendak pergi.
"Uh, uh, kaulah yang tolol!" Si Gundul memaki. "Apa kaukira Jenderal Kam Si Ek akan aman berada di tangannya "
Eh, setan lumpuh, mari kita kerja sama. Kau mengejar ke kanan aku mengejar ke kiri, syukur kalau aku dapat
menangkap Si Bidadari Manis dan kau dapat menemukan
Jenderal Kam. Kalau sebaliknya, kita lalu saling menukar tangkapan kita, bukankah ini kerja sama yang baik sekali?"
Si Kakek Lumpuh diam sejenak. Dipikir-pikir memang benar juga ucapan iblis gundul ini. Iblis gundul ini lihai bukan main, kalau dia sampai mengganggu puteri Beng-kauw-cu Pat-jiu Sin-ong, itulah baik. Biar kelak Pat-jiu Sin-ong mencarinya untuk membalas dendam. Biar dua orang iblis itu saling
gempur, dengan demikian berarti ia akan kehilangan dua
orang musuh yang tangguh, dan kalau mereka itu sampai
mampus, berarti Khitan dan Nan-cao akan kehilangan tulang punggungnya.
"Usulmu baik sekali, mari kita kerjakan!" kata Si Kakek Lumpuh yang segera meloncat dan berlari cepat sekali dengan sepasang tongkatnya, ke arah kiri, Ban-pi Lo-cia juga berlari cepat ke arah kanan dan sebentar saja lenyaplah bayangan mereka, meninggalkan danau yang sunyi.
Lu Sian menarik tangan Kam Si Ek dan kini keduanya
berdiri lagi. Air sampai sebatas dada mereka. Akan tetapi mereka belum berani keluar dari danau.
"Kita tunggu sebentar, siapa tahu mereka itu hanya menipu. Kalau mereka tiba-tiba kembali, kita dapat menyelam lagi." Kata Lu Sian dan Kam Si Ek mengangguk. Mereka masih berpegang tangan dan kini, di bawah sinar bulan mereka
saling pandang dengan seluruh rambut, muka dan tubuh
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
basah ! Melihat pandang mata Kam Si Ek seperti itu, tak terasa lagi Lu Sian menjadi merah mukanya, berdebar hatinya dan ia cepat menundukkan mukanya !
"Liu-siocia (Nona Liu), tanpa bantuanmu aku tentu sudah menjadi orang halus. Aku berhutang budi, berhutang nyawa kepadamu, entah bagaimana aku dapat membalasnya."
"Tidak ada yang hutang dan tidak ada yang menghutangkan nyawa!" jawab Lu Sian, kini matanya
bersinar-sinar memandang. Wajah mereka hanya terpisah dua jengkal saja, tangan mereka masih saling berpegang. "Kalau tadi aku tidak kaubantu, aku pun sudah celaka di tangan Ban-pi Lo-cia." Ketika Lu Sian menunduk dan melihat bajunya yang robek, ia cepat-cepat menutupkannya, dan kembali dua
pipinya tiba-tiba menjadi merah.
Kam Si Ek bingung. Sejenak ia terpesona. Biasanya,
menghadapi gadis cantik yang terang-terangan memperlihatkan cinta kasih kepadanya, ia memandang randah dan tidak mengacuhkan. Ia selalu menganggap bahwa wanita hanya akan melemahkan semangatnya berjuang ! Akan tetapi sekali ini ia benar-benar bingung. Wajah ini, biarpun basah kuyup dan rambutnya awut-awutan, luar biasa cantiknya.
"Kenapa kau memandang terus tanpa berkedip?" Tiba-tiba Lu Sian bertanya sambil tersenyum.
"Eh.. oh.. aku heran, bagaimana kau bisa tahu bahwa aku terkurung bencana dan dapat datang menolong..." Dalam gugupnya Kam Si Ek berkata, heran akan kenakalan gadis ini menggodanya seperti itu.
Lu Sian lalu menceritakan semua pengalamannya semenjak
ia mendengar rencana jahat yang dilakukan Phang-ciangkun untuk menipu dan menawan Kam Si Ek dan semua peristiwa
yang terjadi ketika ia melakukan pengejaran untuk menolong Kam Si Ek ke Lok-yang, Kam Si Ek mendengarkan penuh
perhatian, kagum akan kecerdikan Lu Sian dalam mengikuti
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
jejak mereka yang menculiknya, bergidik mendengar akan
kekejaman Kong Lo Sengjin membunuhi pengungsi.
"Dia dahulu adalah seorang Raja Muda yang perkasa, berjuang mati-matian mempertahankan Dinasti Tang. Sayang bahwa kekecewaan karena melihat jatuhnya Kerajaan Tang
membuat ia seperti gila dan menjadi seorang kejam."
"Kau sendiri bersetia kepada Tang sampai rela mengorbankan nyawa." Lu Sian menegur.
"Akan tetapi semua kesetiaanku kutujukan kepada negara dan bangsa. Kerajaan Tang roboh karena kesalahan Kaisar dan pembantu-pembantunya, yang mengabaikan rakyat.
Sekarang, setelah Kerajaan Tang jatuh, aku hanya mengabdi kepada negara dan rakyat, tidak mudah tertipu oleh mereka yang mengangkat diri sendiri menjadi raja-raja kecil yang saling bertempur memperebutkan kekuasaan."


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hemm, kau memang... memang lain daripada yang lain..."
Lu Sian menarik napas panjang memandang kagum tanpa
disembunyikan lagi. Melihat pandang mata gadis ini, berdebar jantung Kam Si Ek karena ia menjadi bingung dan tidak
mengerti mengapa gadis ini memandangnya seperti itu,
menimbulkan rasa tegang dan juga senang.
"Nona, mengapa kaulakukan semua ini...?" Akhirnya ia bertanya, memandang tajam.
"Lakukan apa?" Lu Sian sambil memperlihatkan senyumnya yang membuat darah diseluruh tubuh Kam Si Ek bergelora.
"Melakukan semua untuk menolongku " Mengapa kau
seperti tidak mempedulikan keselamatanmu sendiri hanya...
hanya untuk menolong orang seperti aku?"
Sejenak mereka saling pandang dan tanpa sengaja, kini
mereka saling mendekat, tinggal sejengkal saja jarak antara hidung mereka. Akhirnya Lu Sian menundukkan mukanya
yang menjadi merah sekali, akan tetapi suaranya terdengar
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
merdu dan jelas. "Karena ........... karena aku cinta kepadamu
!" Hampir saja Kam Si Ek terjengkang ke dalam air kalau saja Lu Sian tidak cepat-cepat memegang lengannya dan
menariknya, "Kau ... kenapa.....?" Gadis itu bertanya kaget.
"Ah..... Lui Lu Sian.... Kau membikin aku hampir mati kaget....!" Kam Si Ek memang amat kaget, kaget dan girang.
Siapa yang takkan kaget mendengar seorang gadis remaja
yang demikian cantik jelita, yang dahulu telah merobohkan hatinya, kini tiba-tiba mengaku cinta secara terang-terangan "
"Lu Sian... mungkin... mungkinkah ini..." ia lalu merangkul.
"Mengapa tidak mungkin " Ketika kau muncul dahulu itu...
menangkis pedangku, lalu bilang bahwa hanya Tuhan yang
tahu betapa inginnya kau menangkan aku... nah, sejak itu aku tak dapat melupakanmu..."
"Aduh, kau adikku yang nakal... adikku yang manis..."
Dalam kegirangan yang meluap-luap Kam Si Ek lalu mendekap kepala gadis itu dan menciumnya. Keduanya yang selama
hidupnya baru kali ini mengalami hal seperti itu, merasa seakan-akan lemas seluruh syaraf di tubuh, membuat mereka tak dapat berdiri tegak, dan tergulinglah mereka ke dalam air, masih berpelukan dan berciuman ! Dalam keadaan seperti itu untung sebelum mereka bangkit, mereka melihat bayangan
Ban-pi Lo-cia berkelebat di pinggir danau dan berdiri tak jauh dari rumpun alang-alang ! Tentu saja mereka tidak berani berkutik, dengan saling rangkul mereka memaksa diri
berendam di dalam air, menahan napas !
Setelah bayangan itu lenyap lagi, baru mereka berani
muncul dalam keadaan saling rangkul dan terengah-engah, kemudian tertawa-tawa karena keadaan itu mereka anggap
lucu. Tiba-tiba mereka berhenti tertawa, masih saling peluk dan saling pandang dengan sinar mata penuh kasih sayang.
Lama mereka saling pandang tanpa kata-kata, kemudian
terdengar Kam Si Ek berkata lirih, "Moi-moi, terima kasih atas
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
budi dan cintamu, percayalah, semenjak aku melihatmu
dahulu, aku sudah jatuh cinta kepadamu, hanya aku... aku tahu diri, seorang seperti aku mana mungkin mengharapkan seorang dewi puteri Beng-kauwcu?"
Lu Sian mencubit lengan pemuda itu. "Kau seorang
Jenderal ! Dan aku.. aku hanya wanita biasa, bagaimana kau bisa bilang begitu?" Ia lalu menyandarkan mukanya pada dada yang bidang dan basah itu, sedangkan Kam Si Ek dengan
penuh kebahagiaan mendekap kepala kekasihnya itu menggigil kedinginan. Memang tadi di dalam air sudah amat dingin, kini setelah separuh tubuh berada dipermukaan air dan tertiup angin malam, dinginnya makin menghebat.
"Ah, kau kedinginan ! Mari kita keluar dari sini!" katanya
"Hemm, kukira kau akan mengajakku menjadi sepasang kura-kura disini." Lu Sian menggoda. Mereka tertawa dan kembali Kam Si Ek merasa kagum terhadap kekasihnya ini.
Jelas bahwa Lu Sian ini memiliki watak yang bebas, lincah dan jenaka sekali. Tidak biasa ia menghadapi watak seperti ini dan karenanya ia merasa amat gembira dan heran.
Mereka lalu meloncat ke darat. "Kita kembali ke Sungai Kuning, bukankah perahu yang membawamu masih berada di
sana?" "Ah, malah kembali ke perahu?" "Tentu saja. Perahu itulah tempat satu-satunya yang tidak akan disangka oleh dua orang kakek itu. Mereka tentu mengira kita mengambil jalan darat, untuk kembali ke bentengmu atau ke selatan."
Kam Si Ek mengangguk. Cerdik benar kekasihnya ini dan ia makin bangga serta gembira. Mereka lalu sedapat mungkin memeras air dari pakaian yang mereka pakai, kemudian
berlari-lari mengambil jalan yang gelap menuju ke Sungai Kuning di utara. Di tengah jalan, Lu Sian mengeluarkan jarum dan benang yang selalu dibawanya dalam saku, dan sambil berjalan ia menjahit bajunya yang robek. Mereka melakukan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
perjalanan tanpa bicara karena kuatir kalau-kalau suara mereka akan terdengar orang, hanya genggaman jari-jari
tangan mereka yang bicara banyak, menggetarkan perasaan hati masing-masing. Kadang-kadang Kam Si Ek tak dapat
menahan hatinya dan ia memeluk Lu Sian, beberapa lama
mereka berdekapan dan berbisik-bisik di dekat telinga masing-masing.
Karena melakukan perjalanan dengan hati-hati sekali, pada keesokan harinya pagi hari barulah mereka sampai di sudut di mana perahu besar itu berlabuh. Alangkah kaget hati Lu Sian melihat bahwa air bah makin membesar. Dusun yang
terendam air makin tak tampak dan keadaan di situ sunyi sekali, para anak buah perahu berjaga. Dari tempat tinggi itu tampak perahu masih berada di sana sehingga mereka
menjadi girang sekali. Karena banjir makin membesar, kini rumah gedung itu
mulai terendam air sedikit, kira-kira sejengkal dalamnya.
Ketika Lu Sian dan Kam Si Ek tiba di gedung itu, mereka mendengar suara bersungut-sungut dari dalam.
"Celaka betul, sampai sekarang belum juga ada berita dari kota raja ! Apakah kita akan didiamkan di sini sampai mati kedinginan?"
"Ah, Laote, tak perlu mengomel. Ini termasuk kewajiban dan tentu akan ada pahalanya!" cela suara lain. Tiba-tiba enam orang prajurit yang bertugas menjaga perahu itu
terkejut ketika dua sosok bayangan melompat masuk dan
seorang gadis dengan pedang di tangan telah berada di depan mereka. Apalagi ketika melihat bahwa bayangan ke dua
adalah Kam Si Ek, orang yang tadinya tertawan dan dibawa ke kota raja, seketika mereka menjadi pucat dan berseru.
"Celaka...!" Akan tetapi pada saat itu, pedang di tangan Lu Sian sudah berkelebatan bagaikan seekor burung garuda menyambar,
mengeluarkan angin menderu dan muncratlah darah dari
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tubuh enam orang itu yang roboh satu-satu dengan dada
berlubang atau leher hampir putus. Darah yang keluar dari luka mereka membuat sedikit air yang merendam lantai
seketika menjadi merah. "Moi-moi... jangan..." Kam Si Ek mencegah, akan tetapi gerakan pedang Lu Sian amat cepat, secepat kilat menyambar dan enam orang itu telah menggeletak tak bernyawa lagi.
Cegahan Kam Si Ek terlambat dan pemuda ini berdiri dengan muka berkerut, tak senang ia menyaksikan perbuatan gadis ini yang dianggapnya amat kejam dan ganas. Teringat ia bahwa gadis kekasihnya ini adalah puteri tunggal Beng-kauwcu dan terbayang dalam benaknya kekejaman-kekejaman yang terjadi di Beng-kauw. Tiba-tiba ia menjadi marah sekali.
"Hemm, gadis berhati kejam ! Sekarang aku tahu maksud hatimu ! Kau tidak ada bedanya dengan yang lain. Tentu kau hendak membujukku untuk membantu ayahmu di Nan-cao,
bukan " Kau mempergunakan kecantikanmu untuk menjatuhkan hatiku. Memang, aku cinta kepadamu, aku
tergila-gila kepadamu oleh kecantikanmu. Akan tetapi jangan harap bahwa aku, Kam Si Ek seorang laki-laki sejati akan menjual negara dan bangsa hanya karena seorang wanita!" Ia mencabut golok emasnya dan memandang dengan mata
penuh kemarahan. Lu Sian terkejut, akan tetapi hanya sebentar. Ia malah
tersenyum, tersenyum mengejek. Ia puteri tunggal Pat-jiu Sin-ong, tentu saja ia pun mempunyai watak yang amat aneh.
Membunuh baginya bukan apa-apa. Orang yang patut dibunuh harus dibunuh, demikian ajaran ayahnya. Kini ia memandang dengan mata penuh kagum dan cinta kepada Kam Si Ek, akan tetapi sengaja ia tersenyum mengejek. Inilah kesempatan baik baginya untuk menguji kepandaian pemuda itu. Maka ia lalu menggerakkan pedangnya dan berkata.
"Kam Si Ek, begitukah dugaanmu " Dan kau telah
menghunus golokmu " Baiklah, mari kita lihat siapa diantara
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kita yang lebih lihai!" Sambil berkata demikian, gadis itu meloncat ke ruangan belakang gedung yang lebih luas karena ruangan itu penuh mayat. Sambil melompat ia melirik dan mengeluarkan suara ketawa mengejek, membikin hati Kam Si Ek makin panas.
"Lihat golok!" bentak Kam Si Ek sambil meloncat mengejar bagaikan kilat. Lu Sian membalikkan tubuh dan menggerakkan pedangnya menangkis. Maka bertandinglah kedua orang itu dalam ruangan belakang di mana lantainya penuh air sehingga kaki mereka membuat air di lantai muncrat-muncrat. Golok dan pedang menyambar-nyambar dan berkali-kali terdengar suara nyaring beradunya kedua senjata itu ! Memang aneh kedua orang muda ini. Beberapa jam yang lalu mereka masih berpelukan, berciuman, dan sekarang mereka sudah saling serang, senjata mereka saling mengintai nyawa !
Dalam hal ilmu silat, Kam Si Ek masih kalah oleh Liu Lu Sian. Akan tetapi, pemuda ini mempunyai ketabahan hati luar biasa, karenanya ilmu goloknya seperti dimainkan oleh orang nekat, juga tenaganya besar sekali sehingga untuk seratus jurus lamanya mereka bertanding dengan seru dalam keadaan berimbang.
Lu Sian orangnya memang cerdik sekali. Ia sudah dapat
menyelami perasaan hati kekasihnya, maka ia tidak marah ketika tadi dimaki-maki. Ia tahu bahwa cara hidup kekasihnya itu jauh berbeda dengan dia, maka bagi Kam Si Ek, cara
pembunuhan yang dilakukan tadi tentu amat mengagetkan.
Selain itu, agaknya kekasihnya ini mulai merasa curiga, mengira bahwa dia memang bermaksud membujuk dan
menariknya untuk membantu Kerajaan Nan-cao. Oleh karena ini, maka ia berlaku hati-hati sekali. Kalau sampai ia
menyinggung hati pemuda yang sudah menjadi kekasihnya
itu, maka hal itu dapat merenggangkan perhubungan mereka yang sudah mulai terjalin.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kini ia sudah merasa puas menguji kepandaian Kam Si Ek.
Sungguhpun tingkat kepandaian jenderal muda ini tentu saja sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan tingkat
kepandaian Kwee Seng, namun kalau dibandingkan dengan
para pemuda yang pernah datang ke Beng-kauw, Kam Si Ek
boleh dibilang paling unggul. Tidak banyak selisihnya daripada tingkatnya sendiri. Kalau ia mau, tentu lambat laun ia dapat mendesak dan mengalahkan Kam Si Ek. Maka ia sudah
merasa puas. Bakat ilmu silat dalam diri Kam Si Ek amat baik, kalau pemuda ini menerima pelajaran ilmu silat tinggi, tentu dia sendiri pun akan kalah !
Ia sudah mencoba kepandaiannya, akan tetapi belum mencoba hatinya. Biarlah ia mainkan ujian berbahaya ini. Setelah berpikir demikian, ia sengaja memperlambat gerakan pedangnya dan ketika golok menyambar lehernya, ia sengaja tidak menangkis, bahkan
meramkan kedua matanya menanti maut !
Betapa terkejutnya hati Kam Si Ek, tak usah diceritakan lagi. Pemuda ini berseru kaget dan karena ia sudah tak
mungkin menarik pulang goloknya, maka sedapat mungkin ia menyelewengkan bacokannya ke arah leher. Namun, tetap
saja goloknya itu membabat ke arah pundak dan "makan" ke dalam daging di pangkal lengan Lu Sian. Darah mengucur, membasahi baju gadis itu. Kam Si Ek berdiri tegak seperti patung,
mukanya pucat, matanya terbelalak, lalu ia memandang wajah Lu Sian dengan bingung.
"Kau bunuhlah. Mengapa tidak jadi " Bukankah engkau hendak membunuhku?" Lu Sian berkata, biarpun pangkal lengannya terasa sakit, namun jantungnya berdebar girang melihat hasil ujiannya yang berbahaya ini. Jelas bahwa
pemuda itu tidak membencinya, buktinya tidak tega
membunuhnya dan tadi serangan pemuda itu hanya
digerakkan oleh kemarahan yang tiba-tiba.
"Kau.. kau mengapa begini aneh.." Mengapa membunuh orang... dengan kejam...?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Mengapa aku membunuh mereka berenam tadi " Hemm,
dengarlah. Mereka adalah anak buah pasukan yang telah
menawanmu, mereka adalah musuh. Pula, kita sedang
dikejar-kejar dua orang kakek iblis, dan mereka ini sudah melihat kita. Kalau tidak dibunuh, apakah mereka tidak akan membocorkan keadaan kita kepada mereka " Kau seorang
jenderal, dengan pasukanmu sudah biasa kau membunuh
laksaan orang musuh tanpa berkedip, membunuh laksaan
orang yang tidak kau ketahui apa kesalahan mereka dan apa kejahatan mereka. Sekarang aku membunuh enam orang
yang terang-terangan adalah orang jahat dan yang akan
mendatangkan bahaya bagi kita, mengapa kau marah-marah "
Kau mengucapkan fitnah busuk,
mengira aku akan membujukmu untuk mengabdi kepada Nan-cao ! Alangkah
tipis kepercayaanmu, tanda bahwa cintamu palsu belaka,
hanya di bibir. Aku... aku... ahhhh....!" Tubuh Lu Sian terhuyung-huyung lalu ia roboh terguling.
Kam Si Ek kaget sekali, cepat ia melompat maju dan
memeluk tubuh gadis itu, dan melihat betapa wajah gadis itu pucat, matanya meram, mulutnya terkancing rapat, ia makin gugup.
"Moi-moi.... Moi-moi..., kaumaafkan aku... ah, aku bodoh sekali ! Lu Sian... ! Moi-moi...!" Kam Si Ek lalu memondong tubuh gadis itu, menyambar pedang dan golok, lalu berlari ke belakang rumah dan meloncat ke atas dek perahu besar.
Hanya di perahu itulah tempat kering, maka ia lalu meletakkan tubuh Lu Sian ke atas sebuah opembaringan yang berada di bilik perahu.
"Ah, benar-benar aku lancang tangan... Moi-moi, kau ampunkan aku...!" Kam Si Ek merobek baju di pundak Lu Sian dan memeriksa. Luka itu cukup dalam dan mengeluarkan
banyak sekali darah. Dengan hati penuh kegelisahan pemuda itu lalu merobek ikat pinggangnya dan membalut pundak
dengan erat sekali untuk mencegah mengalirnya darah terlalu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
banyak. Kemudian, melihat wajah gadis itu masih pucat dan matanya masih meram, napasnya tersengal-sengal seperti
orang sekarat, ia lari kesana kemari, mengambil panci dari belakang perahu, membuat api dan memanaskan air. Tidak
ada yang lebih baik daripada air matang untuk mencuci luka, pikirnya. Di musim banjir seperti itu, air sungai amat kotor dan amat tidak baik untuk mencuci luka sebelum dimasak
mendidih. Ia sama sekali tidak tahu betapa napas gadis yang tadinya terengah-engah itu menjadi biasa kembali, mata yang tadinya meram itu, terbuka satu dan bergerak mengikuti gerak-geriknya dengan mulut menahan senyum geli ! Kalau ia
mendekat, mata itu tertutup lagi dan napas itu tersengal-sengal lagi ! Setelah air matang Kam Si Ek lalu membuka balutan pada pundak Lu Sian, mencuci luka sampai bersih lalu membalut lagi. Kemudian, melihat di perahu itu banyak
perlengkapan bahan makan ia lalu membuat bubur dan
membakar daging asin. Bukan main gelisah hati Kam Si Ek melihat gadis itu biarpun sudah siuman, namun belum sadar, masih bergerak-gerak
gelisah di atas pembaringan, matanya tetap ditutup dan
sekarang malah mulutnya mengigau seperti orang terserang demam ! Dapat dibayangkan betapa terharu hatinya ketika dalam igauannya, sambil meramkan mata gadis itu selalu
menyebut-nyebut namanya !
"Ayah, aku tidak mau menikah dengan Kwee Seng ! Tidak mau dengan raja muda di timur, pangeran di barat atau
putera mahkota di utara ! Aku hanya mau menikah dengan
Kam Si Ek, biar dia jenderal tolol, biar dia laki-laki canggung, aku sudah cinta kepadanya, Ayah!"
Kam Si Ek duduk bengong di pinggir pembaringan.
Bermacam perasaan teraduk dalam hatinya. Girang dan
bahagia karena dalam igauannya ini Liu Lu Sian jelas
membuka isi hatinya yang amat mencintainya. Bingung karena
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
gadis itu makin malam makin hebat mengigau dan gelisah.
Duka dan khawatir karena ia telah melukai gadis itu, melukai tubuh dan hatinya.
Lu Sian mengigau terus. Dalam igauannya itu malah ia
menyebut-nyebut bahwa ia bersama Kam Si Ek akan pergi
menemui Gubernur Li Ko Yung di Shan-si, untuk minta
bantuan gubernur ini menjadi perantara meminangnya kepada ayahnya di Nan-cao. Mendengar igauan ini, sadarlah Kam Si Ek bahwa itulah jalan terbaik. Ia memang tadinya menerima undangan atau panggilan Gubernur Li dan di tengah jalan ia dijebak dan dikhianati komplotan para perwira yang
memberontak dan pasukan-pasukan kerajaan Liang. Hal itu perlu ia laporkan kepada Gubernur Li. Disamping itu untuk mengajukan lamaran kepada ayah Liu Lu Sian yang selain
menjadi Ketua Beng-kauw, juga menjadi koksu (guru negara) di Nan-cao, siapa lagi yang lebih tepat selain dengan
perantaraan Gubernur Li?"
Ia memeluk Lu Sian dan mencium pipinya dengan mesra.
"Moi-moi, tenangkanlah hatimu, kauampunkan kokomu yang tolol ini. Aku cinta kepadamu, Moi-moi, dan demi Tuhan, aku akan meminangmu dari tangan ayahmu." Ia lalu sibuk melepaskan perahu daripada ikatan, mendayung ke tengah
lalu memasang layar. Biarpun bukan ahli, Kam Si Ek tidak asing dengan pelayaran, maka biarpun hari telah berganti malam, ia berani melayarkan perahunya di bawah sinar bulan.
Lu Sian membuka matanya dan tersenyum-senyum girang.
Melihat Kam Si Ek sibuk mengemudikan perahu, ia lalu
mengeluarkan bungkusannya, mengambil obat luka dan
mengobati pundaknya. Kemudian ia mengusap-ngusap pipinya yang masih panas oleh ciuman Kam Si Ek, turun dari
pembaringan perlahan-lahan lalu keluar dari dalam bilik.
"Koko (Kanda)..." ia berseru memanggil lirih. Kam Si Ek terkejut dan menoleh. Melihat gadis itu berdiri bersandar pintu bilik, ia terkejut, girang dan juga khawatir.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Eh, kau sudah bangun, Moi-moi " Kau beristirahatlah, jangan keluar dulu, nanti kena angin... ! Itu ada bubur di meja, kaumakanlah...!"
"Aku tidak lapar, Koko, dan aku sudah sembuh." Mana bisa ia merasa lapar kalau hatinya sebahagia itu " Pula, ketika ia berpura-pura pingsan dan mengigau, bukankah Kam Si Ek
dengan amat telaten telah menyuapinya dengan bubur sampai kekenyangan " "Aku merasa seperti baru bangun dari mimpi.
Eh, Koko kau melayarkan perahu ini ke manakah?"
Girang sekali hati Kam Si Ek melihat kekasihnya benar-
benar telah sembuh, wajahnya berseri pipinya merah dan
matanya bersinar-seinar. "Pundakmu tidak nyeri lagi, Moi-moi?"
Dengan gaya manja Lu Sian menggeleng kepalanya lalu
berjalan menghampiri. Dengan satu tangan Kam Si Ek
memegang tali layar, tangan ke dua meraih lengan gadis itu dan mereka berpegang tangan, saling pandang penuh kasih.
"Sian-moi, kau tahu bahwa aku dipanggil oleh Gubernur Li akan tetapi oleh pasukan yang berkhianat dan bersekongkol dengan Raja Liang, aku diculik. Hal ini harus kulaporkan kepada Gubernur Li, maka aku sekarang hendak pergi ke
Shan-si untuk berunding dengan beliau. Kuharap kau suka ikut denganku ke sana, selain berunding urusan pengkhianatan itu, akupun perlu minta bantuannya." Sampai di sini pemuda itu berhenti bicara dan mukanya menjadi merah.
"Bantuan apa, Koko?" Lu Sian bertanya, pura-pura tidak tahu akan tetapi diam-diam girang sekali karena agaknya akalnya "mengigau" itu berhasil baik.
"Moi-moi." Tangan Kam Si Ek menggenggam erat-erat tangan Lu Sian. "Aku hendak mohon bantuannya untuk menjadi orang perantara, mengajukan pinangan atas dirimu dari tangan ayahmu, Pat-jiu Sin-ong Liu Gan di Nan-cao."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Girang sekali hati Lu Sian. "Koko, kemanapun juga kau pergi, aku suka ikut!"
Tidak ada kegembiraan yang lebih besar bagi muda-mudi
daripada kegembiraan dua buah hati yang saling bertemu.
Berhari-hari mereka menjalankan perahu sambil bersenda
gurau, menceritakan keadaan masing-masing, menangkap
ikan dan masak-masak lalu makan bersama. Kam Si Ek makin mendalam cinta dan kagumnya terhadap Lu Sian, mengagumi kecantikan dan kelincahan gadis ini, termasuk wataknya yang kadang-kadang aneh. Di lain pihak, Lu Sian juga kagum akan kekasihnya yang sudah tiada orang tua lagi, tentang
keturunan keluarga Kam yang semenjak dahulu terkenal
sebagai panglima-panglima perang jagoan. Ketika Lu Sian bercerita tentang pertemuannya dengan kakak seperguruan jenderal itu, yaitu Lai Kui Lan di dalam benteng, Kam Si Ek menyatakan kekuatirannya.
"Suci seakan-akan telah menjadi saudara kandungku. Dia seorang
pendiam dan bersungguh-sungguh, banyak membantuku dalam perang. Akan tetapi akhir-akhir ini ia sering kudapati menangis di kamarnya, dan sama sekali tidak mau menceritakan apa sebab-sebabnya. Aku kuatir sekali ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Malah sebelum aku pergi dari benteng, Suci seringkali berkunjung ke Kwan-im-bio di luar benteng, bahkan bermalam di sana. Agaknya ia menjadi kenalan baik dari para nikouw (pendeta wanita) di kuil itu."
Mendengar ini, Lu Sian dapat menduga dan ia hanya
mengeluh di dalam hatinya, tidak mau menceritakan apa yang menjadi dugaannya. Ia menduga bahwa Kui Lan tentu
menjadi korban asmara, tentu berduka karena Kwee Seng
terjatuh ke dalam jurang dan binasa. Gadis itu mencinta Kwee Seng dan menjadi patah hati. Ia tidak berani bercerita tentang Kwee Seng kepada Kam Si Ek karena cerita ini tentu akan membuka pula rahasia tentang perasaan Kwee Seng
kepadanya. Akibat ceritanya ini tentu akan mendatangkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
suasana tidak enak diantara mereka, apalagi di situ tersangkut pula diri Lai Kui Lan.
Cinta memang aneh. Biarpun dua orang muda yang amat
jauh berbeda sifat dan wataknya, namun kalau sudah
dipengaruhi cinta kasih, mereka seperti lupa akan semua perbedaan ini. Seorang yang mabok dicinta, hanya akan
melihat yang baik-baik saja dari kekasihnya. Demikian pula dengan Liu Lu Sian dan Kam Si Ek. Kalau saja mereka tidak sedang mabok cinta, tentu mereka akan dapat melihat bahwa mereka mempunyai watak yang jauh berbeda. Kam Si Ek
adalah seorang pemuda yang keras hati, jujur, berdisplin memegang aturan, gagah perkasa dan seorang patriot.
Sebaliknya, Lu Sian memiliki dasar watak yang aneh, kadang-kadang licik dan menjalankan siasat-siasat yang curang
bukanlah aneh baginya. Ia tidak peduli akan segala aturan, bebas merdeka dan liar. Tidak mau kalah oleh siapapun juga, tidak peduli akan orang lain menderita atau tidak, tidak peduli sama sekali tentang negara maupun bangsa. Baginya, siapa yang menentangnya akan ia hantam !
Perbedaan itu secara mencolok akan tampak kalau kita
dapat menjenguk isi hati dan pikiran mereka pada saat
mereka duduk melamun. Kam Si Ek melamunkan kebahagiaannya kalau sudah menikah dengan Liu Lu Sian,
melamun betapa dengan bantuan isterinya yang memiliki
kecerdikan dan kepandaian luar biasa itu, ia akan dapat berjuang dan memilih junjungan yang benar-benar tepat pada jaman itu, seorang calon raja yang akan benar-benar
memperhatikan kesejahteraan rakyat.
Sebaliknya, Lu Sian di samping
melamun tentang kesenangannya menjadi isteri pemuda yang dicintanya, juga ia teringat akan kekalahan-kekalahannya yang diderita selama ini. Hatinya panas bukan main kalau ia teringat betapa ia sama sekali tidak berdaya menghadapi orang-orang sakti
seperti Kwee Seng, Ban-pi Lo-cia, Bayisan, dan Kong Lo
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sengjin. Alangkah masih jauh ia ketinggalan dalam ilmu silat, pikirnya dengan hati tidak puas. Ia bercita-cita untuk
memperdalam ilmu silatnya, mencari kitab-kitab pusaka dan wasiat-wasiat ilmu silat agar ia dapat menjadi seorang tokoh sakti yang akan menjagoi dunia persilatan, mengalahkan
orang-orang itu. Pertama-tama ia akan minta kepada ayahnya untuk mewariskan ilmu-ilmu baru ciptaan ayahnya, kemudian ia akan menitahkan anak buah suaminya untuk menyelidiki dan mencari orang-orang berilmu !
Untung bagi mereka, di dalam perjalanan mereka tidak
bertemu dengan Ban-pi Lo-cia maupun Kong Lo Sengjin dan setelah tiba di wilayah Shan-si, mereka merasa aman,
melakukan perjalanan cepat dengan menunggang kuda
memasuki ibu kota Shan-si, menghadap Gubernur Li Ko Yung.
Gubernur Li adalah seorang yang cerdik sekali. Dia
merupakan seorang diantara pimpinan pemberontakan yang
menggulingkan kedudukan kaisar terakhir Dinasti Tang. Akan tetapi ia tidak semaju Gubernur Cu Bun di Ho-nan yang
akhirnya berhasil menggulingkan Kerajaan Tang dan mengangkat diri sendiri menjadi kaisar pertama Kerajaan Liang.
Terhadap Jenderal Kam Si Ek, Gubernur Li berlaku amat
hati-hati. Ia maklum bahwa jenderal muda ini amat setia terhadap negara dan bangsa, dan bahwa jatuhnya Kerajaan Tang tidak mempengaruhi hati Kam-goanswe. Oleh karena
itulah maka dengan cerdik ia hendak mempergunakan tenaga dan pikiran jenderal muda itu secara halus. Ia menyambut kedatangan Kam Si Ek dengan ramah tamah dan penuh
penghormatan, juga terhadap Liu Lu Sian yang diperkenalkan sebagai puteri Beng-kauwcu, ia menyambut dengan ramah.
Ketika secara singkat Kam Si Ek menceritakan bahwa perwira she Phang yang diutus memanggilnya ke benteng itu telah bersekongkol
dengan pasukan Kerajaan Liang untuk menawannya, Gubernur Li menjadi marah sekali.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Keparat itu berani melakukan kejahatan seperti itu?"
Gubernur Li menggebrak meja, memanggil seorang panglima dan memerintahnya segera berangkat membawa pasukan dan
surat perintahnya untuk menangkap Phang-ciangkun dan
menjatuhi hukuman mati ! Setelah itu ia menjamu kedua
orang tamu agung ini dengan arak dan hidangan lezat,
berkali-kali ia memberi selamat atas pembebasan Kam-
goanswe daripada bahaya. Kemudian, setelah mereka
kenyang makan minum dan mengusir para pelayan, Gubernur Li Ko Yung berkata.
"Goanswe, saya ingin sekali bicara empat mata denganmu, untuk merundingkan urusan negara dalam keadaan kacau-balau seperti sekarang ini." Berkata demikian, ia melirik ke arah Liu Lu Sian. Gadis ini tentu saja maklum bahwa dia merupakan "orang luar" apalagi dia adalah puteri Guru Negara Nan-cao, maka tentu saja ia tidak berhak mendengar. Namun dasar ia berwatak nakal dan kukwai (aneh), ia pura-pura tidak tahu dan enak-enak duduk minum arak wangi ! Kam Si Ek
merasa tidak enak sekali. Mengusir Liu Lu Sian pergi, tentu saja tidak enak baginya, mendiamkannya saja kekasihnya
berada di situ, juga tidak enak terhadap Gubernur Li. Maka dengan memberanikan hati ia lalu berkata sambil bangkit berdiri dan menjura kepada gubernur itu.
"Li-taijin, harap maafkan. Sebelum kita meningkat kepada percakapan urusan negara yang penting, baiklah lebih dulu saya menyatakan terus terang bahwa Nona Liu ini bukanlah orang luar. Dia adalah... adalah... calon isteri saya, yaitu...
eh..., kalau saja Taijin sudi melepas budi kebaikan kepada kami berdua untuk menjadi orang perantara dan mengajukan pinangan kepada Beng-kauwcu di Nan-cao." Setelah berkata demikian, dengan muka merah ia duduk kembali. Liu Lu Sian tersenyum di dalam hati, akan tetapi ia diam saja pura-pura tunduk karena malu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sejenak gubernur ini tercengang, kemudian ia tertawa
bergelak-gelak saking girangnya. Tidak ada kesempatan
sebaik ini ! Cocok benar dengan cita-cita hatinya. Mengikat hubungan baik dengan Nan-cao ! Melepas budi kepada
Jenderal Kam ! Maka ada kesempatan yang lebih bagus
daripada ini demi terlaksananya cita-citanya "
"Ha-ha-ha ! Bagus..., bagus sekali ! Kionghi, kionghi (selamat,selamat)! Memang sudah tiba waktunya Kam-goanswe memilih teman hidup dan Nona Liu yang cantik jelita puteri Beng-kauwcu benar-benar merupakan pasangan yang
amat cocok dengan Kam-goanswe. Sekali lagi kionghi dan
tentu saja dengan segala senang hati saya suka menjadi
perantara!" Gubernur Li mengangkat cawan memberi selamat dan dua
orang muda itu cepat menghaturkan terima kasih. Setelah itu, Gubernur Li Ko Yung berkata dengan suara bersungguh-sungguh.
"Ji-wi (kalian) tentu maklum bahwa bekas Gubernur Cu Bun yang sekarang mengangkat diri sendiri menjadi Raja Dinasti Liang adalah seorang pengkhianat, maka tidak mengherankan pula ia berusaha menculik Kam-goanswe. Memang dahulu
kami bekerja sama dalam usaha menggulingkan Raja Tang
yang pada waktu itu merupakan raja lalim. Akan tetapi sama sekali bukan menjadi rencana kami untuk mengangkar diri sendiri
menjadi raja, melainkan hanya bermaksud menggulingkan raja lalim dan mencari pengganti yang tepat.
Siapa kira Cu Bun berkhianat dan mendirikan dinasti baru yang sekarang ini. Maka tidak mengherankan apabila mereka yang tadinya membantu dalam perjuangan, kini memisahkan diri dan terbentuklah kerajaan-kerajaan kecil. Sekarang, bagaimana dengan daerah kita yang meliputi Propinsi Shan-si
" Tentu saja kita tidak akan tunduk kepada Kerajaan Liang atau kerajaan kecil yang manapun juga. Bagaimana pendapat Kam-goanswe?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kam Si Ek mengangguk-angguk, lalu berkata, "Saya setuju dengan pendapat Taijin. Demi kesetiaan leluhur kita yang berjuang untuk negara dan rakyat, saya sendiri tidak akan mudah memilih junjungan, karena sekali kita salah pilih mengabdi kepada raja lalim berarti kita pun membantu
kelalimannya." "Betul sekali ucapan Kam-goanswe ! Kita berjuang di bidang yang lain, saya di bidang sipil, Goanswe di bidang muliter, namun pendapat dan tujuan kita cocok ! Kita boleh menanti dan memilih secara hati-hati, sementara itu, sebelum muncul seorang pemimpin yang betul-betul cocok, kita tidak bisa membiarkan daerah Shan-si yang menjadi tanggung
jawab kita ini dicaplok oleh raja kecil palsu yang manapun juga. Bukankah begitu, Kam-goanswe?"
"Betul sekali, Taijin. Saya akan menyerahkan jiwa raga untuk mempertahankan dan membela Shan-si!"
"Bagus ! Nah, ketahuilah, Goanswe. Di antara para raja kecil yang secara lancang mengangkat diri sendiri, kini terjadi perebutan wilayah dan kekuasaan. Bukan hanya dari Kerajaan Liang saja datangnya ancaman terhadap wilayah kita,
melainkan dari Se-cuan, dari timur Kerajaan Wu Yue, belum lagi ancaman yang amat membahayakan dari Bangsa Khitan.
Untuk mempertahankan wilayah kita, perlu kita membentuk pemerintahan sementara dan kerja sama yang erat antara kita semua yang bertugas di Shan-si. Oleh karena itu, setelah nanti saya menjadi orang perantara dan telah dilangsungkan
pernikahan antara Ji-wi berdua, saya minta agar Kam-
goanswe sudi memegang tugas panglima di sini dan mengatur semua barisan yang perlu diperkuat untuk mejaga wilayah kita dari ancaman di segala jurusan."
Pandai sekali Gubernur Li mengatur rencana dengan halus sehingga Kam Si Ek yang berwatak jujur itu percaya seratus prosen.
Sama sekali Gubernur Li Ko Yung tidak membayangkan niat untuk mencari kekuasaan sendiri, maka
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
serta merta Kam Si Ek menyatakan kesanggupannya untuk
bekerja sama. Adapun Lu Sian yang lebih cerdik dan sudah biasa
menghadapi kelicikan dan siasat busuk orang, sedikit banyak menaruh curiga, akan tetapi ia tidak mau peduli akan cita-cita gubernur itu. Hasratnya hanya satu yaitu menjadi isteri Kam Si Ek yang dicintainya, dan kalau gubernur itu dapat menjadi perantara sehingga hasrat hatinya terkabul, ia merasa cukup puas. Baginya sama saja apakah Gubernur Li itu seorang
patriot tulen ataukah seorang pengkhianat. Juga ia tidak peduli Kam Si Ek akan membantu siapa, asal jenderal muda yang perkasa ini menjadi suaminya.
Ketika utusan Gubernur Li yang merupakan sepasukan
berkuda membawa seorang wakil dan surat
pribadi mengajukan pinangan, berikut pula berpeti-peti barang
berharga, tiba di Nan-cao menghadap kepada Beng-kauwcu
pat-jiu Sin-ong Liu Gan, Ketua Beng-kauw ini membaca surat dan menarik napas panjang. Betapapun juga, ia kurang cocok dengan pilihan puterinya ini, dan ia akan lebih senang kalau puterinya mendapat jodoh seorang tokoh kang-ouw seperti Kwee Seng. Puterinya terdidik sebagai seorang ahli silat, sebagai seorang yang biasa terbang bebas seperti burung di udara, sekarang puterinya memilih Kam Si Ek, seorang
jenderal yang terkenal sebagai ahli perang yang berdisiplin, bagaimana dapat cocok watak mereka " Akan tetapi karena surat itu dilampiri surat puterinya, dan ia mengenal baik watak puterinya yang mewarisi wataknya sendiri, yaitu tidak mau mundur sejengkal pun untuk melaksanakan keinginan hatinya, pula mengingat bahwa Kam Si Ek adalah seorang pemuda
perkasa yang dijadikan rebutan oleh kaum wanita, keturunan panglima-panglima perkasa pula, terpaksa ia mengalah.
Apalagi kalau Ketua Beng-kauw ini sebagai seorang kok-su (guru negara) mengingat akan suasana dan kedudukan Kam-goanswe sebagai panglima di Shan-si, yang tentu saja
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
merupakan kekuasaan yang amat baik untuk dijadikan sekutu, maka ia segera menulis surat balasan menerima pinangan itu dan menetapkan hari pernikahan puterinya di Nan-cao.
Semenjak kerajaan besar Tang yang memerintah selama
hampir tiga abad (618-907) roboh oleh Gubernur Cu Bun yang kemudian mengangkat diri sendiri menjadi raja dari Kerajaan Liang Muda, muncul raja-raja kecil di seluruh negara yang jumlahnya sukar dihitung. Di samping perebutan kekuasaan di antara raja-raja kecil ini, banyak pula keluarga Kaisar Tang yang berhasil menyelamatkan diri, dibantu oleh para bekas panglima dan bangsawan, berusaha untuk merebut kembali
tahta Kerajaan Tang yang sudah roboh itu.
Seorang pangeran Tang secara diam-diam menghimpun
kekuatan dan berhasil menarik tenaga-tenaga ahli, diantaranya bahkan telah mendapat bantuan dari bekas Raja Muda Sin-jiu Couw Pa Ong yang sekarang sudah menjadi
seorang kakek lumpuh yang sakti dan berjuluk Kong Lo
Sengjin, dapat pula menarik bantuan Gubernur Li Ko Yung yang dibantu oleh Jenderal Muda Kam Si Ek, dan masih
banyak pula orang-orang gagah yang menganggap bahwa
memang Pangeran Tang itu tepat untuk mendirikan kembali Kerajaan Tang setelah berhasil merampas tahta kerajaan dari Pemerintah Liang Muda.
Setelah mengalami perang hebat, yang merupakan perang
saudara, maka berhasillah Pangeran Tang itu merobohkan
Kerajaan Liang Muda, menghajar habis bala tentaranya dan merampas kota raja Lok-yang. Hal ini terjadi pada tahun 923
sehingga kerajaan Liang Muda itu hanya tercatat dalam
sejarah sebagai kerajaan pertama dari jaman Lima Dinasti, berumur hanya tujuh belas tahun saja (907-923).
Kini pemerintahan dikuasai lagi oleh keluarga Kerajaan
Tang, dimulai pada tahun 923 itu dan diberi nama Kerajaan Tang Muda. Akan tetapi ternyata tidaklah seperti Kerajaan Tang yang telah roboh, Kerajaan Tang Muda ini, karena masih
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
terus-menerus timbul rebutan kekuasaan diantara "orang dalam", juga ancaman serangan dari raja-raja kecil masih terus mengepung Kerajaan Tang Muda.
Gubernur Li yang berjasa dalam perjuangan ini, ternyata tidak diberi kenaikan pangkat, tidak ditarik ke kota raja untuk dijadikan menteri, melainkan oleh Raja Tang Muda ditetapkan menjadi Gubernur di Shan-si seperti biasa dan hanya diberi pengampunan atas dosa-dosanya karena dahulu pernah ikut memberontak kepada raja terakhir Dinasti Tang ! Gubernur ini tidak berani membantah secara berterang, namun di dalam hatinya timbul dendam terhadap Kerajaan Tang Muda. Adapun Kam Si Ek yang tenaganya amat dihargai dan terutama sekali masih amat dibutuhkan oleh kerajaan baru ini, Jenderal Kam Si Ek tetap tinggal di Shan-si.
Waktu berjalan dengan amat cepatnya dan sementara
terjadi pergantian kekuasaan itu, pernikahan antara Kam Si Ek dan Liu Lu Sian sudah berjalan tujuh tahun dan mereka
mempunyai seorang putera berusia enam tahun. Anak ini
bernama Kam Bu Song, seorang anak yang sinar matanya
tajam membayangkan kecerdasan, wajahnya toapan (lebar
dan terang), dan mempunyai tulang dan otot yang kuat,
menjadi bahan baik untuk menjadi ilmu silat. Akan tetapi, Kam Si Ek lebih suka menggembleng puteranya itu dengan ilmu surat lebih dulu, maka sejak berusia lima tahun, Kam Bu Song sudah pandai membaca ribuan huruf.
Suami isteri ini pada tahun-tahun pertama hidup penuh
kebahagiaan, berenang dalam madu cinta kasih. Akan tetapi, seperti yang telah dikhawatirkan oleh Pat-jiu Sin-ong,
perbedaan watak mereka mulai terasa setelah lewat beberapa tahun. Dalam soal pendidikan terhadap Bu Song saja, mereka sudah berbeda pendapat dan hal ini sudah menjadi bahan
percekcokan. Liu Lu Sian menghendaki puteranya menjadi ahli silat yang kelak akan menjagoi kolong langit, sebaliknya Kam Si Ek berpendapat lain, tidak menyukai puteranya menjadi
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
seorang petualang dunia kang-ouw. Soal-soal lain yang jelas memperlihatkan perbedaan paham dan kesenangan segera
susul-menyusul memperlihatkan diri. Kalau tadinya perbedaan-perbedaan itu masih terselimut cinta kasih mereka yang
mesra, lambat laun perbedaan ini terlihat mencolok dan mulai mengganggu perasaan. Lu sian beberapa kali menyatakan
keinginannya merantau, malah mengajak suaminya meninggalkan tugas untuk setahun dua tahun agar mereka
dapat mengajak putera mereka merantau dan menambah
pengalaman di dunia kang-ouw. Tentu saja Kam Si Ek
menolak ajakan ini. Lu Sian menyatakan bahwa ia ingin sekali memperdalam
ilmu kepandaiannya agar kelak dapat diturunkan kepada
puteranya atau setidaknya, kelak takkan dapat terhina lagi oleh orang-orang sakti seperti pernah mereka derita ketika mereka bentrok melawan orang-orang sakti, akan tetapi Kam Si Ek menjawab bahwa bukanlah ilmu silat yang dapat
melindungi kita, melainkan watak yang baik !
Demikianlah, percekcokan-percekcokan kecil timbul, disusul dengan percekcokan-percekcokan besar, Kam Si Ek yang
berwatak keras dan jujur tidak mau mengalah, dan akhirnya tak dapat dicegah lagi rumah tangga yang tadinya penuh
kebahagiaan itu menjadi berantakan ! Pada suatu pagi yang cerah, kegelapan meliputi rumah Panglima Kam Si Ek, karena isterinya tidak berada di dalam kamarnya. Liu Lu Sian berjiwa petualang ! Hanya sehelai kertas ditinggalkan berikut
beberapa huruf tulisannya.
Kam Si Ek, Kita berpisah untuk selamanya. Kau boleh menikah lagi
dengan seorang yang kau anggap cocok dengan keadaanmu.
Aku titip Bu Song, kelak kalau aku sudah berhasil, akan kujemput dia.
Liu Lu Sian Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kam Si Ek menjadi pucat mukanya ketika ia menjatuhkan
diri di atas kursi dalam kamar mandi memegang surat itu dengan tangan gemetar. Ia tahu bahwa ia telah salah pilih dalam perjodohan, bahwa watak isterinya itu sama sekali berbeda dengan wataknya, berbeda watak berbeda paham,
namun sebagai seorang laki-laki ia menerima penderitaan daripada kesalahan ini dengan hati tabah. Betapapun juga, ia mencinta isterinya itu dan sekarang, melihat kenyataan pahit bahwa isterinya meninggalkannya, hatinya menjadi kosong dan perasaannya perih. Terbayang percekcokan mereka
malam tadi ketika Lu Sian untuk
kesekian kalinya membujuknya untuk meletakkan jabatan dan meletakkan
jabatan dan melakukan perantauan.
"Si Ek ! " demikian isterinya berkata marah, isterinya itu sejak menikah menyebut namanya begitu saja. "Kau sendiri bilang bahwa Kerajaan Tang Muda ini tidaklah sama dengan Kerajaan Tang yang telah roboh, bahwa kerajaan ini menjadi sarang koruptor dan medan perebutan kekuasaan. Apalagi
rajanya mengandalkan bimbingan seorang kejam dan jahat
seperti Kong Lo Sengjin, mengapa kau masih mau diperkuda oleh pemerintah macam itu?"
"Lu Sian, isteriku, jangan kau salah mengerti. Aku sama sekali bukan menghambakan diriku kepada orang-orang
tertentu, melainkan kepada negara dan bangsaku. Itulah
sebabnya mengapa aku bisa mengatakan bahwa Kerajaan
Tang Muda ini tetap bukan pemerintahan yang baik, dan
sesungguhnya aku sama sekali tidak ikut-ikut dengan
kelaliman mereka, aku bertugas menjaga keamanan di
perbatasan barat untuk menghalau musuh dari luar yang
hendak mengganggu wilayah kita, bertugas mengamankan
keadaan daerah ini dari gangguan orang-orang jahat."
"Apa bedanya?" Lu Sian panas dan mukanya merah menambah kecantikannya, "Kaukurung dirimu dengan tugas, dan kaukurung diriku pula dengan kekukuhanmu, Si Ek,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kenapa kau tidak mau menerima permintaanku " Ah, kiranya cintamu terhadapku sudah mulai luntur!" Lu Sian bersungut-sungut, akan tetapi tidak seperti kebiasaan kaum wanita kalau bertengkar, dia tidak menangis.
"Lu Sian, mengapa kau selalu berpemandangan sempit terhadap hubungan suami isteri " Ketahuilah, isteriku. Cinta kasih antar suami isteri haruslah lebih masak, tidak seperti cinta kasih muda-mudi yang belum terikat oleh pernikahan.
Cinta muda-mudi masih mentah, hanya terdorong rasa saling suka dan mabuk oleh daya tarik masing-masing. Akan tetapi, cinta kasih suami istri lebih mendalam, lebih matang dan libat-melibat dengan kewajiban, saling berkorban dan mengurangi pementingan diri sendiri. Sekarang ini, aku menjalankan kewajibanku sebagai suami dan ayah, juga sebagai seorang patriot, kau tingal di sisiku melaksanakan kewajiban sebagai isteri dan ibu, apalagi kekurangannya " Kalau kau ajak aku dan anak kita pergi merantau, bukankah itu berarti kita sama-sama melarikan diri dari pada kewajiban " Bagaimana pula dengan pendidikan Bu Song " Kau tahu sendiri, anak kita itu maju sekali dalam ilmu surat."
Lu Sian menggebrak meja dengan tangannya sehingga
ujung meja tebal itu menjadi somplak ! "Cukup ! Bosan aku mendengar kuliahmu ! Kalau aku tahu bahwa cintamu
terhadapku hanya unutk membuat aku hanya untuk membuat
aku terikat kewajiban-kewajiban, tak sudi aku !" Sambil berkata demikian Lu Sian lari memasuki kamar dan
membanting pintu keras-keras.
Kam Si Ek berdiri tercengang dan terpaku memandang
meja, berulang kali menarik napas panjang, kemudian ia pun memasuki kamar lain karena tidak mau membuat isterinya
makin marah. Ia tahu bahwa kalau sedang marah begitu,
isterinya sama sekali tidak suka didekatinya. Di dalam kamar, Kam Si Ek duduk termenung sampai akhirnya ia tertidur
dengan duduk, mukanya disembunyikan di atas kedua lengan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dan pada pagi harinya, baru ia tahu bahwa isterinya telah pergi meninggalkannya, meninggalkan putera mereka, dan ia yang sudah mengenal baik watak isterinya, tahu pula bahwa percuma saja kalau ia mengejar, percuma pula kalau ia
menanti. Isterinya tidak akan mau kembali, karena watak isterinya
itu, sekali mengeluarkan kata-kata, akan dipegangnya sampai mati! Baru tujuh tahun mereka menikah. Ia baru berusia dua
puluh sembilan tahun. Lu Sian baru berusia dua puluh lima !
Mereka berdua masih muda dan harus sudah berpisah. Kam Si Ek merasa betapa berat derita hidup yang dialaminya. Apalagi kalau Bu Song, puteranya yang baru berusia enam tahun itu bertanya tentang ibunya, serasa dicabik-cabik hatinya.
Puteranya itu cerdik sekali dan agaknya puteranya yang
berusia enam tahun itu sudah dapat menduga apa yang
terjadi antara ayah dan bundanya.
"Apakah ibu nakal dan ayah mengusirnya " Apakah
kesalahan ibu?" berkali-kali Bu Song bertanya, dan selalu Kam Si Ek menjawab bahwa ibunya sedang pergi ke selatan,
menengok kakeknya yang sedang menjadi ketua Beng-kauw
di Nan-cao. Bu Song tidak menangis, hanya menyatakan heran dan tidak percaya mengapa ibunya pergi begitu saja tanpa pamit kepadanya, pergi tidak mengajak ayahnya ataupun dia.
Ketika anak itu mendesak-desaknya, Kam Si Ek yang sedang pusing dan duka itu, membentaknya dengan keras dan sejak itu Bu Song tidak mau bertanya lagi tentang ibunya, akan tetapi diam-diam anak ini hatinya penuh pertanyaan dan
menduga-duga siapa yang bersalah antara ayah dan ibunya.
Ia sudah terlalu sering mendengar ayah dan ibunya
bercekcok, ia tahu bahwa mereka bertengkar akan tetapi tidak tahu apa urusannya dan tidak tahu pula siapakah sebetulnya yang salah diantara mereka.
Hidup seakan-akan hukuman bagi Kam Si Ek semenjak
isterinya pergi meninggalkannya. Setelah Lu Sian pergi,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
barulah ia merasa betapa sunyi rasanya dan betapa tiada kegembiraan sama sekali dalam hidupnya. Kalau keadaan
Kerajaan Tang Muda tidak seburuk itu, agaknya ia akan
mendapat hiburan dengan pekerjaannya. Akan tetapi keadaan Kerajaan
Tang Muda ini benar-benar seperti yang digambarkan Lu Sian dalam pertengkaran mereka. Memang
betul bahwa Kerajaan Liang yang meerobohkan Dinasti Tang itu dapat dihancurkan dan dapat pula didirikan Kerajaan Tang Muda dengan pimpinan para keturunan keluarga Raja Tang, namun keadaannya sudah amat buruk dan rusak. Pimpinan
muda itu hanya sekelompok orang-orang yang mengumbar
nafsu, orang-orang yang mengejar kesenangan belaka,
mengejar kedudukan dan kemuliaan. Orang-orang yang
tadinya menjadi pejuang gagah berani, setelah memperoleh kedudukan dan kemuliaan, menjadi lupa sama sekali akan
tujuan perjuangan mereka. Setiap orang pejuang tadinya
bercita-cita menghalau penindas, menghalau kelaliman demi kesejahteraan rakyat jelata, demi nusa dan bangsa. Akan tetapi, begitu para pejuang ini merasai kenikmatan daripada kedudukan dan kemuliaan, maboklah mereka dan lupalah
mereka akan cita-cita luhur itu. Masa bodoh rakyat yang melarat tertindas. Masa bodoh orang lain. Aku yang berjuang mati-matian. Aku yang bertaruh nyawa. Aku pula yang harus senang. Mengapa memikirkan orang lain " Begitulah kira-kira bantahan dan sanggahan mereka apabila sewaktu-waktu
suara hati pejuang menuntut mereka di dalam hati sanubari.
Namun, tiada yang kekal di dunia ini. Kesenangan tidak.
Kedudukan pun tidak. Semua pasti berakhir, kesenangan dan kesusahan silih berganti mengisi hidup. Semua serba berputar.
Selama manusia mengenal suka, tentu ia akan bertemu
dengan duka. Siapa yang mengabdi kepada duka, pasti sekali waktu akan diperbudak suka. Inilah hukum timbal balik yang tak terbantahkan lagi. Im Yang ! Titik kedua ujung poros yang memutar segala sesuatu di alam mayapada ini.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiga tahun semenjak Lu Sian meninggalkan Kam Si Ek
tanpa pernah ada berita, maka Kam Si Ek mengalami
pernikahannya yang kedua. Gadis pilihannya kali ini adalah puteri seorang siucai (gelar sastrawan), bernama Ciu Bwee Hwa. Tidak secantik Liu Lu Sian tentu saja karena puteri Beng-kauwcu itu memang memiliki kecantikan yang sukar dicari keduanya, akan tetapi Ciu Bwee Hwa terdidik sebagai seorang wanita yang halus perangainya, bersusila dan berkebudayaan tinggi. Yang mendesak Kam Si Ek adalah sucinya sendiri, yaitu Lai Kui Lan yang sekarang telah menjadi nikouw (pendeta wanita) di Kelenteng Kwan-im-bio, dan berjuluk Kui Lan
Nikouw. Seperti telah diceritakan di bagian depan, Lai Kui Lan ini pun menjadi korban asmara. Ia jatuh hati kepada Kwee Seng, kemudian patah hati melihat Kwee Seng terjungkal di dalam jurang yang pasti akan membawa maut bagi pendekar itu. Inilah sebabnya mengapa Lai Kui Lan kini menjadi seorang nikouw, setelah ia tertarik oleh ajaran dan ceramah para pendeta wanita yang sering dikunjunginya.
Kui Lan Nikouw yang menyaksikan kehancuran rumah
tangga sutenya, menjadi ikut berduka. Maka dari itu, dialah yang mendesak kepada Kam Si Ek untuk menikah lagi, karena hal ini selain perlu bagi Kam Si Ek sendiri, juga amat perlu bagi Bu Song. Anak itu tentu saja memerlukan kasih sayang seorang ibu, dan karena ibunya sendiri sudah pergi
meninggalkannya, sebaiknya dicarikan pengganti seorang ibu yang baik budi. Dan pilihan mereka jatuh kepada Ciu Bwee Hwa, puteri tunggal sastrawan Ciu Kwan yang hidup menduda di dusun Ting-chun dikaki Gunung Cin-ling-san di lembah sungai Han.
Upacara pernikahan antara Kam Si Ek dengan Ciu Bwee
Hwa, dilangsungkan secara sederhana sekali. Namun karena Kam Si Ek adalah seorang jenderal muda yang terkenal dan disegani, maka tetap saja menjadi meriah dengan datangnya para pembesar dan orang-orang ternama. Akan tetapi, setelah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
perayaan pesta pernikahan itu selesai, muncullah peristiwa-peristiwa yang membuat hati Kam Si Ek lebih menderita lagi.
Tepat pada malam pernikahannya, ketika para tamu sudah
pulang, di waktu malam sunyi dan kedua mempelai sudah
memasuki kamar pengantin, tiba-tiba jendela kamar itu
diketuk orang dari luar dan ada suara membentak, "Kam Si Ek, kalau kau benar laki-laki, keluarlah!"
Mendengar suara ini, Ciu Bwee Hwa menjadi pucat dan
mempelai wanita ini memegang lengan suaminya sambil
berkata, suaranya gemetar, "Harap jangan layani orang itu...!"
Tentu saja Kam Si Ek menjadi curiga. Sebagai seorang laki-laki yang gagah perkasa, mana mungkin ia tidak melayani orang yang menantangnya seperti itu " Ia memandang tajam wajah isterinya, lalu bertanya, "Mengapa " Siapa dia?" Dalam suaranya jelas terkandung kecurigaan dan penasaran.
Tiba-tiba Ciu Bwee menangis sedih. Lalu terisak-isak
berkata, "Dia... dia... itu Giam Sui Lok, orang sekampung denganku. Dia... seorang jago silat muda di kampung kami...
dan dia pernah melamarku akan tetapi ... ditolak oleh ayah.
Biarpun dia seorang pendekar yang terkenal baik, namun ayah tidak suka... karena dia buta huruf. Ah, dia telah bersumpah hendak menjadi suamiku, harap kau suka menaruh kasihan...
dan jangan melayaninya..."
Kam Si Ek mengerutkan keningnya. Mana ada aturan begini
" biarpun disebut pendekar oleh isterinya, jelas bahwa
pemuda itu seorang yang tidak tahu aturan. Setelah ditolak lamarannya, bagaimana berani bersumpah hendak memusuhi
siapapun yang menjadi suami Bee Hwa " Dan kalau dia tidak mau melayaninya, bukankah ia akan disangka pengecut dan penakut "
Kau bilanglah terus terang, apakah sebabnya kau
melarangku melayaninya " Apakah kau suka kepadanya?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Bwee Hwa masih menangis ketika ia menjatuhkan dirinya
berlutut di depan suaminya. "Bagaima kau bisa bilang begitu "
Ahh..., bukankah aku sudah menjadi isterimu " J iwa ragaku kuserahkan kepadamu, bagaimana pikiranku dapat mengingat laki-laki lain " Suamiku, aku memohon kau tidak melayaninya, karena aku tidak ingin kalian bertempur, kemudian seorang diantara kalian terluka atau terbunuh. Kau suamiku, tentu saja aku berpihak kepadamu... akan tetapi, dia terkenal sebagai seorang yang gagah dan baik di kampung kami, dia bukan
orang jahat..." Kam Si Ek mengangkat bangun isterinya dan memeluknya.
"Jangan kau kuatir, aku akan menasihatinya, kalau tidak terpaksa, aku takkan bertanding dengannya."
Kembali daun jendela diketuk dari luar. "Kam Si Ek, aku Gam Sui Lok dari Cin-ling-san ! Ada urusan diantara kita berdua yang harus diselesaikan sekarang juga. Apakah kau benar-benar tidak berani keluar?"
"Hemm, kautunggulah!" Kam Si Ek lalu melepaskan isterinya, menyambar senjatanya dan membuka daun jendela, terus melompat keluar.
Di pekarangan belakang rumah, tempat yang sunyi, di
bawah sinar bulan purnama, ia melihat seorang laki-laki muda yang bertubuh tinggi besar dan bermuka hitam. Sinar mata orang itu muram, akan tetapi wajahnya membayangkan
kegagahan dan kejujuran. Biarpun merasa tak senang melihat orang ini begitu tidak tahu aturan, namun sedikitnya Kam Si Ek kagum akan keberanian dan kejujurannya.
"Orang she Giam, baru saja isteriku bercerita tentang dirimu. Kau seorang laki-laki, bagaimana begini tak tahu aturan dan tak tahu malu " Dia sudah menjadi isteri orang, mengapa kau masih saja mengejar-ngejar " Apakah di dunia ini hanya ada dia seorang wanita " Perbuatanmu datang
malam ini, benar-benar merupakan penghinaan bagiku, akan tetapi mengingat bahwa kau bertindak karena kebodohanmu,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
aku mau maafkan dan harap kau segera pergi dari sini, jangan memperlihatkan diri lagi. Perkara ini habis sampai disini saja."
Giam Sui Lok mengertak gigi dan berkata, suaranya lantang penuh kegeraman hati, "Kam Si Ek, enak saja kau bicara !
Semenjak kecil aku mengenal Bee Hwa, belasan tahun aku
melihatnya, aku mimpikan dia, dan ayahnya menolak
lamaranku karena aku seorang miskin dan bodoh ! Karena itu aku sudah tak dapat hidup lagi kalau tidak dapat berjodoh dengan Ciu Bwee Hwa. Aku sudah bersumpah akan mati
diujung senjata siapa yang menjadi suaminya,
atau membunuh suami itu. Sekarang dia menjadi isterimu. Nah, mari kita selesaikan persoalan ini. Kau harus mati di tanganku atau aku yang akan mampus di tanganmu untuk mengakhiri
penderitaan batin ini!" Sambil berkata demikian, Giam Sui Lok mencabut goloknya !
Kam Si Ek menjadi marah. "Kau benar-benar seorang yang berwatak berandalan dan tidak menggunakan aturan."
"Tak perlu banyak cakap, pendeknya berani atau tidak kau mengakhiri urusan ini diujung senjata " Kalau tidak berani, sudahlah, sedikitnya aku tidak akan menderita lagi karena tahu bahwa ayah Bwee Hwa memilih kau bukan karena kau
lebih gagah daripada aku, melainkan karena kau seorang
panglima, biarpun hanya panglima pengecut."
"Tutup mulut ! Lihat golokku siap menandingimu!" bentak Kam Si Ek yang juga sudah mencabut golok emasnya.
Giam Sui Lok tertawa bergelak lalu menerjang maju dan
terjadilah pertandingan hebat dan seru antara kedua orang itu. Pemuda tinggi besar bermuka hitam itu bertanding dengan nekat, goloknya menyambar-nyambar dengan amat cepat dan kuat agaknya bernafsu sekali untuk segera merobohkan lawan yang amat dibencinya karena telah mengawini wanita yang menjadi idaman hatinya ! Kalau saja ilmu silatnya agak lebih tinggi tingkatnya, agaknya Kam Si Ek akan repot menghadapi terjangan penuh nafsu dan nekat ini. Akan tetapi, ternyata
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tingkat kepandaian Giam Sui Lok tidaklah sehebat nafsunya, dan dibandingkan dengan Kam Si Ek ia kalah jauh. Dengan tenang sekali Kam Si Ek menggerakkan golok emasnya
menangkis sampai belasan jurus, kemudian setelah ia melihat kelemahan lawan dan banyaknya kesempatan terbuka karena kenekatan itu, mulailah ia menerjang dan membalas. Akan tetapi Kam Si Ek tidak berniat membunuh lawannya yang
sama sekali tidak mempunyai dosa terhadapnya itu, maka
setelah melihat kesempatan baik, goloknya menyerempet
pangkal lengan kanan lawannya. Giam Sui Lok mengeluh,
pangkal lengannya luka dan goloknya terlepas dari pegangan.
Ia tidak mengerang kesakitan, menahan rasa nyeri lalu
berkata, "Kau menang. Nah, lekas bacoklah leherku, aku tidak ingin hidup lagi!"
Kam Si Ek tersenyum dan menyimpan goloknya. "Justeru aku hendak membiarkan kau hidup, sobat ! Kau masih muda dan birlah kau hidup lebih lama untuk menyesali perbuatanmu yang lancang ini. Kelak kau akan meresa malu sendiri akan sepak terjangmu yang bodoh ini. Nah, kau pergilah!"
Giam Sui Lok memandang dengan mata bersinar-sinar
penuh kemarahan. "Kam Si Ek ! Aku mengaku kalah dan minta mati, akan tetapi kau membiarkan aku hidup, agaknya kau ingin lebih menyiksaku. Akan tetapi, akan datang saatnya aku kembali mencarimu dan sebelum aku mati di tanganmu atau kau mati di tanganku, aku takkan mau sudah!" Setelah berkata demikian, dengan tangan kiri ia menjemput goloknya lalu pergi menghilang di balik gelap malam.
Kam Si Ek berdiri tertegun, hatinya penuh penyesalan. Ia tidak tahu bahwa sejak tadi, seorang anak kecil berusia sembilan tahun mengintai dari balik semak-semak. Anak ini adalah puteranya sendiri, Kam Bu Song ! Semenjak beberapa hari ini, Bu Song mengunci diri di dalam kamarnya dan
menangis saja. Malam ini ia membawa buntalan pakaian,
diam-diam keluar dari kamarnya, dan terkejut menyaksikan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pertempuran di pekarangan belakang. Ia bersembunyi dan
mengintai, kemudian setelah ayahnya kembali ke dalam
rumah, ia cepat berlari keluar dan lenyap pula di tempat gelap.
Dapat dibayangkan betapa duka dan bingungnya hati Kam
Si Ek. Pernikahannya yang ke dua itu amat cepat disusul dua peristiwa yang mengganjal hatinya. Peristiwa dengan Giam Sui Lok sudah cukup menjengkelkan, akan tetapi peristiwa kedua, larinya Kam Bu Song benar-benar membuatnya berduka dan
gelisah sekali. Tentu saja ia segera menyebar orang-orangnya untuk mencari, namun hasilnya sia-sia belaka. Anak itu tidak dapat
ditemukan, seakan-akan ditelan bumi tanpa meninggalkan bekas. Mula-mula ia menyangka bahwa Giam
Sui Lok yang melakukan penculikan, akan tetapi ketika ia menyuruh orangnya menyelidik, ternyata Giam Sui Lok
kembali ke Cin-ling-san, merawat luka dan memperdalam ilmu silat, sama sekali tidak tahu-menahu tentang lenyapnya Kam Bu Song !
Sudah terlalu lama kita meninggalkan Kwee Seng ! Sengaja kita lakukan ini agar jalan cerita dapat tersusun baik, karena memang
ada hubungannya antara tokoh-tokoh yang
diceritakan itu. Telah kita ketahui betapa dalam keadaan linglung, Kwee
Seng telah melayani cinta kasih seorang nenek-nenek di
Neraka Bumi selama belasan hari ketika Arus Maut di Neraka Bumi itu meluap airnya dan cuaca menjadi gelap. Setelah cuaca menjadi terang kembali, pikirannya pun menjadi terang dan sadarlah ia bahwa ia telah mencurahkan kasih sayangnya kepada seorang nenek-nenek yang memang menghendaki ia
menjadi suaminya ! Bagaikan gila Kwee Seng memukuli muka dan kepalanya sendiri, kemudian ia meloncat ke dalam air arus Arus Maut, menyelam dan berenang melawan arus.
Bukan main kuatnya arus itu, seekor ikan pun agaknya
takkan mampu berenang melawan arus itu. Akan tetapi,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
selama tiga tahun berdiam di dalam Neraka Bumi, Kwee Seng telah memperoleh kemajuan yang luar biasa. Berkat latihan samadhi menurut ajaran kitab samadhi, tenaga lweekangnya meningkat hebat beberapa kali lipat, sedangkan ilmu silatnya juga tanpa ia sadari telah menjdai hebat luar biasa setelah ia memahami kitab Ilmu Perbintangan. Kini,
menghadapi terjangan arus yang demikian ganasnya, Kwee Seng dapat
mempergunakan lweekangnya, menyelam dan berenang
sepenuh tenaga sambil menahan napas. Beberapa kali ia
terpukul kembali, namun dengan gigih Kwee Seng maju terus.
Benturan-benturan dengan batu ketika ia dihempaskan Arus Maut, tidak terasa oleh tubuhnya yang sudah menjadi kuat dan kebal. Kadang-kadang ia muncul di permukaan air untuk mengambil napas, lalu menyelam kembali dan bergerak maju terus. Bukan main hebatnya perjuangan melawan Arus Maut ini. Perjuangan mati-matian dan ia tidak tahu bahwa andaikata tiga tahun yang lalu ia harus melakukan perjuangan macam ini, tentu ia akan tewas !
Akhirnya ia dapat keluar dari dalam terowongan dan ketika ia muncul di permukaan air, ia melihat langit menyinarkan cahaya terang benderang, membuat matanya silau karena
sudah terlalu lama ia tinggal di tempat agak gelap. Biarpun sudah keluar dari terowongan Arus Maut, namun sungai yang diterjangnya ini diapit-apit dinding batu karang yang amat tinggi. Ia berenang terus dan akhirnya, sejam kemudian, ia melihat dinding yang biarpun masih amat tinggi dan curam, namun tidak selicin dinding yang telah ia lalui. Cepat ia berenang ke pinggir, menangkap celah dinding batu karang dan mengangkat tubuhnya ke atas. Cepat ia bersila di bawah dinding
karang, untuk memulihkan tenaganya dan pernapasannya. Akan tetapi, setelah tenaganya pulih, ia teringat akan
perbuatannya dengan nenek itu dan... tiba-tiba Kwee Seng menangis, lalu menampari pipinya beberapa kali sampai kedua pipinya bengkak-bengkak matang biru ! Sebentar kemudian ia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tertawa-tawa, suara ketawanya bergema di sepanjang sungai yang diapit dinding karang. Kemudian ia merayap naik melalui dinding yang tidak rata, menggunakan tangan kirinya
menangkap dan menginjak celah-celah karang. Cepat sekali gerakannya, seperti seekor monyet saja dan tak sampai
seperempat jam, ia telah berada dia atas tanah datar, di lembah sungai di lereng Bukit Liong-kui-san ! Tak jauh di sebelah depan, ia melihat puncak di mana tiga tahun yang lalu ia bertanding mati-matian melawan Pat-jiu Sin-ong Liu Gan, dimana ia dirobohkan secara pengecut oleh jarum-jarum
beracun Bayisan. "Ha-ha-ha-ha-ha!" Tiba-tiba Kwee Seng tertawa bergelak sambil berdiri tegak dengan kedua kaki terpentang lebar dan rambut riap-riapan karena ketika melawan arus tadi pita rambutnya hilang entah ke mana, bajunya robek-robek, kedua pipinya bengkak-bengkak, akan tetapi matanya bersinar
terang biarpun mulutnya tersenyum setengah mewek seperti orang mau menangis !
Masih terdengar suaranya tertawa-tawa ketika tubuhnya
berloncatan dengan gerakan yang luar biasa, tidak seperti manusia lagi, melainkan lebih pantas iblis penjaga gunung sedang menari-nari. Memang patut dikasihani Kwee Seng ini.
Karena tergila-gila akan kecantikan Liu Lu Sian dan kecewa melihat watak gadis yang ia cinta, ia menjadi seorang
pemabok, dan kini setiap kali teringat kepada Lu Sian ia masih tertawa-tawa. Kemudian pengalamannya dengan nenek-nenek di dalam Neraka Bumi, benar-benar telah membuat rusak
pikirannya, membuat ia tak kuat lagi menahan tekanan batin, membuatnya seperti gila. Kalau teringat kepada nenek-nenek itu, ia menangis. Maka sejak saat itu kembali ke dunia ramai, tawa dan tangis silih berganti dilakukan oleh pendekar muda ini ! Seorang pendekar muda yang tadinya terkenal tampan dan gagah perkasa, kini berubah menjadi seorang berpakaian compang-camping
yang suka tertawa dan menangis, Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pendeknya berubah menjadi seorang jembel gila ! Dan semua ini karena asmara.
Akan tetapi, sesungguhnya Kwee Seng sama sekali tidaklah gila. Ia hanya seperti orang gila kalau teringat kepada Liu Lu Sian dan teringat pula kepada Si Nenek, karena kedua orang itu
mengingatkan ia akan semua pengalaman dan perbuatannya. Kalau ia sedang sadar, Kwee Seng tetap
merupakan pendekar yang gagah perkasa, yang cerdik dan
berpemandangan luas. Ia tidak pernah pula melupakan
Bayisan yang telah berlaku curang dan menyebabkan ia
terjungkal ke dalam jurang di puncak Liong-kui-san. Ia tidak pula dapat melupakan guru Bayisan, Ban-pi Lo-cia yang telah membunuh atau lebih hebat lagi, menodai Ang-siauw-hwa
sehingga wanita itu membunuh diri, tidak pula lupa kepada Liu Lu Sian yang telah
menolak cintanya dan bahkan
menghinanya. Demikianlah, Kwee Seng mulai dengan perantauannya. Ia
tetap berpakaian seperti jembel, pakaian yang compang-
camping penuh tambalan, rambutnya riap-riapan, akan tetapi tubuhnya selalu bersih terpelihara ! Di dalam perantauannya bertahun-tahun ini, tak pernah ia melupakan tugasnya sebagai seorang gagah, seorang pendekar yang aneh dan sakti.
Namun, tetap seperti dahulu, ia melakukan perbuatannya
dengan sembunyi dan semenjak ia keluar dari Neraka Bumi, muncullah di dunia kang-ouw seorang tokoh aneh tak terkenal yang luar biasa, yang menggegerkan dunia kang-ouw karena banyak sekali tokoh-tokoh dunia hitam dihancurkan oleh
pendekar gila ini. Akhirnya ada yang mengenalnya sebagai Kim-mo-eng dan makin terkenal lah nama ini yang dahulu
malah tidak begitu terkenal. Kalau dulu hanya tokoh-tokoh terbesar di dunia kang-ouw saja yang mengenal Kim-mo-eng sebagai seorang pendekar muda yang berkepandaian tinggi, kini dunia kang-ouw mengenal Kim-mo-eng sebagai seorang pendekar gila, sungguhpun jarang ada orang pernah
melihatnya beraksi. Dengan demikian, dalam perantauannya,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
orang-orang yang bertemu dengan Kwee Seng hanya mengira dia seorang jembel gila, sama sekali tidak ada yang pernah mengira bahwa dia inilah Kim-mo-eng, tokoh kang-ouw yang baru muncul dan membikin geger dunia persilatan itu !
Rasa penasaran di hatinya terhadap Bayisan membuat
Kwee Seng mengarahkan perantauannya menuju ke daerah
Khitan ! Ia hendak meluaskan pengalaman dan sekalian
mencari Bayisan atau Ban-pi Lo-cia yang keduanya masih
mempunyai perhitungan dengannya.
Bangsa Khitan adalah bangsa nomad (perantau) yang
terkenal gagah perkasa, ulet dan pandai perang. Karena iklim dan keadaan tanah di mana mereka hidup, yaitu di daerah timur laut yang penuh gunung-gunung, gurun-gurun pasir, dan salju, maka mereka dipaksa oleh keadaan untuk selalu berpindah-pindah tempat untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Inilah sebabnya mengapa suku bangsa Khitan amat ulet dan berani. Dan ini pula agaknya yang
menyebabkan Khitan seringkali mengadakan penyerbuan ke
selatan dalam usaha mereka mencari tempat yang lebih
makmur untuk bangsa mereka. Akan tetapi, berkali-kali
mereka terpukul mundur oleh bala tentara kerajaan selatan sehingga akhirnya mereka tidaklah begitu berani melakukan penyerbuan secara liar, melainkan baru berani menyerbu
setelah direncanakan terlebih dahulu. Karena usaha mereka yang terus menerus menyerbu ke selatan inilah maka bangsa Khitan selalu dianggap sebagai musuh besar oleh orang
selatan, dari jaman dinasti manapun juga.
Pada waktu Kwee Seng melakukan perantauannya ke
daerah Khitan, yang dijadikan ibu kota Khitan adalah kota Paoto di lembah Sungai Kuning, termasuk daerah Mancuria selatan. Rajanya adalah Raja Kulu-khan, seorang raja yang terkenal gagah suka perang, namun amat dicinta oleh
rakyatnya karena terhadap rakyatnya ia selalu bertindak adil dan penuh perhatian.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Raja Kulu-khan mempunyai belasan orang putera dan
puteri, akan tetapi semua itu lahir dari para selir. Adapun permaisurinya hanya mempunyai seorang anak perempuan,
yang dengan sendirinya menjadi puteri mahkota. Puteri
mahkota ini bernama Puteri Tayami yang semenjak kecilnya digembleng oleh ayahnya sendiri, pandai menunggang kuda, pandai bermain panah dan pandai pula mainkan tombak dan pedang. Selain ini, ia pun seorang puteri yang amat cantik jelita, menjadi kenangan dan kembang mimpi semua pemuda Khitan. Namun, tak seorang pun diantara para pemuda berani main-main dengan puteri Tayami, bukan saja karena Tayami adalah Puteri Mahkota, akan tetapi terutama karena mereka gentar menghadapi kegagahan puteri ini. Kalau Tayami sudah ikut maju perang dengan pedang pusaka di tangan, yaitu
Pedang Besi Kuning, dengan gendewa dan anak panah
menghias bahu, menyengkelit tombak, bukan main hebatnya puteri ini. Entah sudah berapa banyak tentara musuh yang roboh oleh anak panahnya, pedangnya, maupun tombaknya.
Khitan memiliki pula banyak panglima-panglima perang
yang berilmu tinggi di antaranya adalah Panglima Tua Kalisani dan Panglima Muda Bayisan. Hanya dua orang ini yang paling hebat kepandaiannya di antara semua panglima yang juga
memiliki keistimewaan masing-masing. Akan tetapi hanya
kedua orang panglima itu yang memiliki ilmu silat dari selatan dan barat. Adapun Ban-pi Lo-cia biarpun terkenal, namun tidaklah langsung membantu pergerakan bangsanya. Dia
adalah guru dari Panglima Muda Bayisan, namun jarang ia tinggal terlalu lama di Khitan, lebih suka merantau ke selatan, ke dunia yang lebih ramai dan lebih banyak terdapat
kesenangan-kesenangan yang sesuai dengan selera nafsunya.
Dasar watak manusia jantan, di mana-mana sama saja.
Asalkan melihat wanita cantik, tentu mereka itu saling
berebutan. Yang kasar yang halus, ya begitu juga, hanya yang kasar itu mengeluarkan perasaan hatinya melalui kata-kata kasar atau pandang mata kurang ajar, sedangkan yang halus
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
diam-diam menyimpan di hati. Namun hakekatnya, sama juga.
Di antara sekian banyaknya pemuda Khitan yang jatuh hati terhadap Puteri Tayami, termasuk juga Bayisan dan... Kalisani
! Kita sudah mengenal Bayisan sebagai seorang tokoh muda yang haus akan wanita cantik, yang jahat dan keji, tidak segan-segan melakukan perkosaan terhadap wanita yang
manapun juga, baik ia isteri orang maupun anak orang, baik ia mau ataupun tidak. Maka tidak mengherankan apabila Bayisan tergila-gila kepada Puteri Mahkota bangasanya sendiri yang demikian jelita ayu. Akan tetapi, yang amat mengherankan adalah Panglima Tua Kalisani. Usianya sudah empat puluh tahun lebih, dua kali usia Tayami, namun panglima yang
belum pernah menikah ini secara diam-diam tergila-gila pula kepada
Tayami. Hanya bedanya, kalau Bayisan mengungkapkan perasaannya melalui senyum dan pandang
mata, kadang-kadang kata-kata kurang ajar, adalah Kalisani memendam dalam hati, dan mungkin hanya dapat terlihat
oleh Tayami sendiri melalui pancaran sinar mata penuh kasih sayang.
Namun, semua harapan para muda termasuk dua orang
panglima itu, sebenarnya sia-sia belaka. Puteri Mahkota Tayami sudah mempunyai pilihan hati sendiri. Ia telah
menjatuhkan cinta kasihnya kepada seorang bekas temannya semenjak kecil, putera dari pelayan pribadi ayahnya. Kini bekas teman itu telah menjadi seorang pemuda tampan dan gagah, dan biarpun pangkatnya hanya perwira menengah,
namun kegagahannya dalam pandang mata Tayami tiada
yang dapat menandinginya ! Pemuda ini bernama Salinga,
biarpun keturunan pelayan raja, namun semenjak nenek
moyangnya dahulu amat setia dan berdarah patriot.
Raja Kulu-khan amat mencinta puterinya, dan raja ini pun berpemandangan luas, tidak mengukur pribadi seseorang dari kedudukannya, maka biarpun ia tahu akan perhubungan
antara puterinya dengan Salinga, raja ini tidak pernah
menegur puterinya. Malah ketika Bayisan mengadukan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
hubungan itu, ia memarahi Bayisan. Bayisan ini biarpun
terkenal diluaran sebagai panglima muda, namun adalah
putera Raja Kulu-khan juga. Putera yang lahir dari seorang wanita yang telah bersuamikan seorang pembantu raja, akan tetapi oleh suaminya seakan-akan di"jual" kepada raja karena mengharapkan kenaikan pangkat ! Peristiwa ini terjadi ketika Raja Kulu-khan masih muda dan tidak kuat menghadapi
godaan isteri ponggawa itu. Namun, setelah mengetahui niat licik dari ponggawa yang menjual isterinya sendiri itu, raja ini malah
menjatuhkan hukuman kepada Si Ponggawa, sedangkan isteri ponggawa itu ia ambil sekalian menjadi selirnya. Hal ini dilakukan untuk mencuci segala noda. Anak yang lahir dari hubungan inilah yang sekarang menjadi
Panglima Muda Bayisan ! "Cinta kasih antara orang muda adalah cinta kasih murni yang timbul dari hati sanubari.
Adalah Dewa yang menjodohkan, bagaimana kita manusia hendak merusaknya,
Bayisan " Kalau adikmu Tayami memang saling mencinta
dengan Salinga, biarlah. Salinga seorang pemuda baik, apa salahnya?"
"Akan tetapi, Sri Baginda. Adinda Tayami adalah seorang Puteri Mahkota, sedangkan Salinga... seorang prajurit biasa..."
"Hemm, dia seorang perwira..." "Apa artinya " Seorang Puteri Mahkota jodohnya adalah pangeran, atau yang
setingkat..." "Ha-ha-ha, Bayisan. Alangkah sempit pandanganmu.
Siapakah yang membuat hati dan menimbulkan cinta " Hanya para Dewa yang tahu. Siapa sekarang yang membuat segala macam pangkat dan kedudukan " Hanya manusia. Apa
sukarnya kalau sekarang aku mengangkat Salinga menjadi
Pangeran atau Ponggawa yang tinggi kedudukannya " Mudah saja, bukan " Akan tetapi aku tidak mau lakukan itu, kenaikan tingkat menurut jasa dan pahala. Kalau aku mengangkat
Salinga, berarti suatu penghinaan, baik bagi Salinga maupun
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
bagi keluargaku sendiri. Nah, cukup, tak perlu kau
mencampuri urusan dalam hati Tayami!"
Demikianlah, dengan hati mengkal dan penuh dendam
Bayisan selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan hati Tayami dan menjatuhkan diri Salinga. Akan tetapi, tentu saja ia tidak berani secara berterang melakukan hal ini, karena Salinga adalah kekasih Tayami dan bahwa dia tergila-gila pula kepada Tayami, adik tirinya !
Pagi hari itu kota raja Paoto amatlah ramainya. Kwee Seng memasuki kota raja ini dan biarpun ia menarik perhatian karena pakaiannya yang compang-camping dan penuh
tambalan itu menunjukkan bahwa dia seorang selatan, namun sikapnya yang seperti orang gila membuat orang-orang hanya tertawa kepadanya. Memang pada waktu itu, banyak sekali orang Khitan sudah berpakaian seperti orang Han, dengan pakaian yang dapat mereka rampas kalau mereka menyerbu
ke selatan, atau pakaian yang mereka perdagangkan dengan kulit dan bulu domba. Banyak juga pedagang-pedagang dari selatan
sampai

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Khitan, mempertaruhkan keselamatan nyawanya. Bagi para pedagang, di mana ada "untung" ke sana ia pergi, tak peduli di sana terdapat bahaya menantang.
Keramaian kota raja Paoto ada sebabnya. Beberapa pekan
yang lalu, di bawah pimpinan Panglima Muda Bayisan sendiri, sepasukan orang Khitan menyerbu dan menghancurkan
pasukan Kerajaan Cin Muda yang ternyata adalah pasukan
yang melarikan diri membawa barang-barang berharga hasil perampasan mereka terhadap Kerajaan Tang Muda yang kalah perang. Banyak sekali barang rampasan ini, belum lagi kuda dan senjata, maka saking gembiranya Raja Kulu-khan lalu mengadakan pesta untuk menghormati pasukan itu. Dan
sebagaimana biasanya, dalam setiap keramaian seperti itu, tentu diadakan perlombaan-perlombaan ketangkasan di tepi Sungai Kuning. Perlombaan macam ini bukan hanya sebagai
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
hiburan untuk menggembirakan suasana, namun ada maksudnya pula unutk mengumpulkan tenaga-tenaga muda
dan tidak jarang dalam kesempatan seperti ini bermunculan perwira-perwira baru yang diangkat karena kemenangannya dalam perlombaan.
Kwee Seng hanyut dalam arus gelombang manusia yang
menuju ke tepi sungai, ke tempat perlombaan. Sambil makan roti susu kambing yang tadi dibelinya dari warung dan kini digerogoti, Kwee Seng ikut berlari-lari. Lapangan di tepi sungai itu luas sekali dan memang tempat ini sengaja dibuat
sedemikian rupa sehingga rata dan baik untuk tempat
perlombaan ketangkasan. Hati Kwee Seng berdenyut girang ketika ia mengenal
seorang di antara para perwira tinggi yang hadir di tempat itu.
Seorang Muda yang tinggi kurus, berpakaian panglima, bertopi indah dengan hiasan bulu, bukan lain adalah Bayisan, musuh lama yang dicari-carinya. Matanya tetap mencari-cari dan ia agak kecewa tidak melihat Ban-pi Lo-cia di tempat itu. Di panggung yang sengaja dibuat, duduklah Raja Khitan,
ditemani Bayisan, Kalisani, belasan orang panglima tinggi lainnya, dan di samping raja ini duduk pula seorang gadis yang cantik jelita, pakaiannya serba hijau, pedang yang bergagang indah tergantung di belakang punggung. Inilah Puteri Mahkota Tayami, dan Kwee Seng juga dapat
menduganya karena seringkali ia mendengar nama puteri ini disanjung-sanjung orang dalam perjalanannya di daerah
Khitan. Pada saat itu, enam orang penunggang kuda masing-
masing, berdiri sejajar dan agaknya menanti tanda untuk segera berlomba lari cepat. Kwee Seng melihat betapa di sebelah depan dipasangi tombak berjajar-jajar, antara dua meter tingginya dan ada empat meter lebarnya. Tombak-tombak itu memenuhi jalan dan dipasang amat kuatnya,
gagangnya menancap pada tanah dan ujungnya yang runcing
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
di atas. Tak jauh dari situ, di sebelah kiri jalan berdiri belasan orang barisan panah yang siap dengan busur dan anak panah.
Kwee Seng tertarik dan bertanya kepada penonton di
sebelahnya, seorang Han yang agaknya adalah seorang
daripada para pedagang perantau.
"Inilah saat penentuan bagi para pemenang," orang itu menerangkan, "enam orang itu adalah orang-orang pilihan yang telah keluar sebagai pemenang beberapa perlombaan.
Kini diadakan perlombaan untuk memilih yang paling gagah di antara mereka. Pertandingan kali ini tentu seru, karena Salinga ikut. Tuh dia yang berbaju kuning!"
Kwee Seng melihat bahwa pemuda yang berbaju kuning
adalah seorang muda yang memang tampan dan gagah,
kudanya berbulu putih dan ia berada di tempat paling kiri.
Lima orang pemuda lain juga gagah-gagah, bertubuh kekar dan sinar matanya penuh semangat.
"Perlombaan apa saja yang akan dipertandingkan?" ia bertanya gembira. Orang itu menengok. Melihat orang yang bertanya, biarpun dari suaranya jelas seorang Han, namun pakaiannya yang compang-camping dan sikapnya yang bebas lepas dan tertawa-tawa menunjukkan bahwa orang ini tak
beres otaknya, maka ia lalu menjawab singkat, "Kaulihat saja, tak usah banyak tanya!"
Kwee Seng membelalakkan mata, mengangkat pundak dan
tersenyum lebar. Manusia di mana-mana masih belum dapat melempar wataknya yang buruk, yaitu menilai seseorang dari pakaiannya. Makin indah pakaianmu, makin di hormat
oranglah kamu ! Akan tetapi ia tidak peduli dan melongok-longok, mendesak di antara banyak orang untuk dapat
menonton lebih jelas. Sementara itu, di panggung, Bayisan memohon kepada
Raja untuk mengikuti pertandingan ini. "Ahh," jawab Raja Kulu-khan. "Siapa yang tidak tahu bahwa kau adalah Panglima
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Muda dan memiliki kepandaian tinggi " Apa perlunya kau
hendak ikut pertandingan?"
Bayisan tersenyum. "Hamba rasa amatlah perlu, untuk memberi contoh dan menambah kegembiraan para peserta,
dan hal ini dapat menarik perhatian para muda kita agar mereka berlatih lebih giat lagi. Bukankah dengan cara ini, Paduka kelak akan mendapatkan banyak pemuda-pemuda
perkasa?" Raja Kulu-khan tersenyum. Di dalam hatinya ia maklum
bahwa panglima mudanya ini juga mencari kesempatan "jual muka" memamerkan kepandaian, akan tetapi karena alasan tadi ada benarnya pula, maka ia mengangguk memberi ijin.
"Heh-heh-heh, Bayisan, hati-hati kalau kau sampai kalah, bisa jatuh nama!" Panglima Tua Kalisani menegur Bayisan dengan suaranya yang penuh kelakar. Memang Kalisani
terkenal sebagai seorang yang suka bergurau dan selalu
berwatak gembira. Dia juga terhitung masih sanak dengan keluarga raja.
Bayisan hanya tersenyum mengejek, lalu mengerling ke
arah Puteri Tayami sambil berkata, "Mana mungkin aku kalah dengan segala macam perwira seprti mereka itu?" setelah berkata demikian, ia memberi hormat kepada raja dan
meloncat turun dari panggung. Ucapan ini secara langsung merupakan ejekan terhadap diri Salinga, pemuda pilihan hati Tayami, hal ini tentu saja dimengerti oleh Tayami sendiri, maupun Raja Kulu-khan dan juga Kalisani.
Ketika Kwee Seng melihat Bayisan datang menunggang
seekor kuda merah, ikut berjajar sebaris dengan enam orang penunggang kuda, tangannya gatal-gatal untuk segera
menerjang orang yang telah berbuat curang terhadapnya itu.
Akan tetapi ia menahan nafsu hatinya karena maklum bahwa perbuatannya itu tentu akan menimbukan kegemparan dan
kalau ia kemudian dikepung oleh samua orang Khitan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
meloloskan diri " Lebih baik ia bersabar dan menanti sampai terbuka kesempatan, turun tangan di waktu malam sunyi.
Raja memberi tanda dengan tangan diangkat ke atas,
terompet tanduk menjangan dibunyikan orang dan perlombaan ketangkasan dimulai. Peserta paling kanan
dengan kuda hitamnya, seorang pemuda yang tubuhnya
kokoh kuat seperti batu karang, berteriak keras, kudanya dicambuk dan larilah binatang ini cepat laksana terbang. Debu mengepul tinggi dan para penonton mengulur leher mengikuti larinya kuda yang makin mendekati barisan tombak yang
menghalang jalan. Kwee Seng sudah tidak tampak lagi di
antara penonton, karena ia sudah enak-enak duduk di atas cabang pohon, tertawa-tawa dan dapat menonton dengan
enak. Setelah tiba dekat barisan tombak, pemuda berkuda hitam itu berseru keras dan kudanya melompat ke atas. Hebat
lompatan kuda ini. Keempat kakinya hampir menyentuh ujung tombak. Ketangkasan yang luar biasa akan tetapi juga
permainan yang amat berbahaya. Sebuah saja dari keempat kaki kuda itu menyentuh mata tombak, tentu tubuh kuda akan terguling dan jatuh di "sate" ujung banyak tombak, mungkin berikut penunggangnya ! Namun kuda hitam bersama
penunggangnya amatlah tangkas, secepat kilat kuda itu sudah mewakili barisan tombak dan turun dengan selamat,
menimbulkan debu mengebul tinggi dan sorak-sorai tepuk
tangan gemuruh dari para penonton. Raja mengangguk puas.
Makin banyak ia mempunyai orang-orang setangkas itu, makin kuatlah Kerajaan Khitan.
Akan tetapi lomba ketangkasan itu belum selesai. Ujian
bukan hanya sampai pada melompati barisan mata tombak.
Ini masih belum berbahaya ! Ujian kedua lebih hebat lagi, yaitu melalui barisan anak panah. Penunggang kuda hitam sudah melarikan kudanya cepat-cepat, kembali lagi setelah tiba di ujung sana untuk memasuki lingkungan barisan anak
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
panah, yang sudah siap sedia. Begitu kuda itu memasuki
lingkungan itu, busur-busur di pentang dan melesatlah
puluhan batanga anak panah, menyambar ke arah tubuh Si
Penunggang Kuda. Semua pelepas anak panah adalah ahli-ahli pilihan sehingga tidak sebatang pun anak panah yang akan mengenai tubuh kuda, melainkan menyambar tepat di atas
tubuh kuda, lewat dengan cepat, dekat sekali dengan
punggung, bahkan ada yang menyerempet pelana di
punggung kuda. Akan tetapi Si Penunggang Kuda yang
Duri Bunga Ju 8 Pedang 3 Dimensi Lanjutan Pendekar Rambut Emas Karya Batara Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 29
^