Pencarian

Eng Djiauw Ong 26

Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin Bagian 26


dapat julukannya Sian thian chioe si Tangan Kilat. Ia pun melayani lawan dengan waspada tapi sebat.
Kedua pihak bergerak terus keduanya berlaku sangat
sebat, sebab disebelah sambar menyambarnya empat buah golok, mereka mesti perdatakan serangan tangan masing2, yang dilakukan setiap ada kesempatan. Hebat serangan
golok, yang kecuali datang dari depan, juga yang
menyambar dari belakang atau samping.
Dalam hal ilmu kepandaian, Liong Jiang bukan
tandingannya Sie Yong, tetapi ia menang tubuh lebih kate, asal dia mendek, golok bisa lewat diatasan kepalanya.
Mulanya dalam pikirannya Sie Yong akan mendesak
lawan hingga dia insaf dan mundur sendiri. Ia tahu ia tak dapat kehormatan apabila ia menangkan lawannya ini,
yang masih muda sekali, sedang dalam derajat, ia ada
terlebih tinggi. Iapun sukai anak muda yang berkepandaian dan tak ingin mencelakainya.
Maka sampai sebegitu jauh, ia menjaga agar ia sendiri tak keliru bergerak. Tapi lama kelamaan, pikirannya ini berubah. Liong Jiang terlalu gesit dan licin terhadapnya, beberapa kali ia hampir kena dipermainkan, hingga ia jadi mendongkol.
"Dia mesti diajar adat!" demikian pikirnya, atas mana, ia mulai mendesak.
Segera satu serangan hebat dilontarkan terhadap Liong Jiang, hampir ia kena dihajar, sukur ia sempat berkelit, tapi meskipun begitu, ia mesti mundur tiga tindak, kearah barat, hingga Sie Yong jadi berada diarah timur. Ia jadi gusar, ingin ia membalas. Maka ia sambar golok dibagiannya, ia pegang itu keras2 dengan kedua tangannya, lantas ia tolak keras kearah lawan, tubuhnya sendiri turut maju sambil separuh tergantung atau bergelantungan. Ini ada serangan yang berbahaya, yang pun memperbahayakan diri sendiri.
Sie Yong baharu berlompat, belum sempat dia putar
tubuh ketika dia dengar sambaran angin apabila dia
menoleh, dia lihat haya sedang mengancam dirinya. Dalam ibuknya dia berkelit walaupun demikian, baju dipundaknya kena tersambar pecah! Bukan main mendongkolnya tidak
tempo lagi, dia sambar goloknya dan balas menyerang. Kali ini gerakannya cepat luar biasa.
Dalam saat yang berbahaya bagi kedua pihak itu,
mendadakan Ban Lioe Tong lompat menyambar dengan
kedua kakinya ia jejak dadung hingga putus, hingga dengan cara demikian, semua golok jatuh sendirinya, lenyap
ancaman bahayanya. Berbareng dengan itu, Liong Jiang dan Sie Yong berdua loncat mundur. Cittong soe itu bermuka merah padam,
tandanya ia masih sangat mendongkol.
"Liong Jiang!" Siok beng Sin Ie membentak. "Kau
sedang minta pengajaran dari Sie Loosoe, mengapa kau
main gila" Lekas mundur!"
Anak muda itu tertawa gembira, ia kasih hormat pada
lawannya. "Sie Loosoe, terima kasih!" katanya. Baharu setelah itu, sambil tunduk, tapi sambil bersenyum juga, ia bertindak kedalam rombongannya,
"Hm!" Sie Yong perdengarkan suara sebal. Ia ingat
derajatnya, maka ia bisa kendalikan diri untuk tidak layani pemuda itu. Terhadap Lioe Tong pun ia tidak ber kecil hati, malah ia tahu, orang Hoay Yang Pay ini bermaksud baik terhadapnya.
"Ban Loosoe, aku berterima kasih untuk perlindunganmu terhadap sahabat," Ouw Giok Seng
mengucap kepada ketua dari Kwie In Po. Ia lihat kejadian itu.
"Jangan sungkan, Ouw Hiocoe," Lioe Tong merendah.
"Liong Jiang muda dan belum tahu suatu apa, dia main
gila, harap Hiocoe dan Sie Loosoe maafkan padanya."
Selagi Lioe Tong bicara, dari pihak Hong Bwee Pang
muncul satu orang, dia ini terus hampir kan Ouw Giok
Seng dan kata "Pie co hendak mohon perkenan dari Hiocoe untuk main diatas Kioe bong Hoen goan kioe, untuk minta pengajaran dari para loo soehoe dari Hoay Yang Pay...."
Dengan "pie co", orang ini bahasakan diri sebagai tocoe.
Orang ini ialah Kioe in liong Siauw Gee si Naga
Sembilan, yang menjadi tocoe dari Hoe tan Cap jie to, rombongan penjaga dan pengatur meja suci Hong Bwee
Pang untuk sembahyang. Dia baharu habis jalankan tugas di luar, ketika dia kembali dia saksikan kehebatan
pertempuran barusan, lantas saja dia majukan diri. Dia pun minta Giok Seng undurkan diri, buat layani saja para
tetamu katanya. Ouw Giok Seng manggut, lalu ia kata pada Ban Lioe
Tong "Ban Loosoe, Siauw Tocoe ini ingin minta
pengajaran dari See Gak Pay dan Hoay Yang Pay, entah
loosoe hendak undang siapa untuk melayani dia?"
Dimulut Giok Seng mengucap demikian, dalam hatinya
ia ingin sekali Lioe Tong sendiri yang terima tantangan.
Maksudnya hiocoe ini kesampaian, memang Lioe Tong
sendiri ingin coba2 Kioe bong kioe.
"Permainan bola ini memang ganjil, juga yang pernah
melihatnya," demikian kata Siok beng Sin Ie. "Mungkin tak ada orang dari pihak kami yang berani men coba2, akan tetapi untuk tak mensiasiakan kehendak Siauw Tocoe,
baiklah, aku sendiri yang akan menemaninya."
Baharu Lioe Tong tutup mulutnya atau satu orang
lompat ke arahnya sambil berseru "Soehoe, teecoe ingin gantikan soehoe temani Siauw Loesoe!"
Itulah muridnya kedua, Kee Pin, yang enteng tubuhnya
dan cerdas otaknya, namun murid ini belum mengerti
tentang Kioe bong kioe. Tapi murid ini sudah biasa me nyambuti senjata rahasia, kupingnya terang sekali, hingga ia anggap, boleh juga murid ini turun tangan.
"Jika kau hendak minta pengajaran dari loosoe dari
Hong Bwee Pang, kau mesti berhati2" pesannya. "Lihat
Liong Jiang, yang terima pelajaran dari Siang Hiap, apabila tidak Sie Loosoe mengalah, hampir dia terbinasa diujung golok. Kau tak boleh memandang enteng, mengerti?"
"Teecoe mengerti, soehoe," sahut sang murid.
Ketika itu Sie Yong sudah undurkan diri. Ouw Giok
Seng tidak turut mundur, sebab Ban Lioe Tong tetap berdiri ditempatnya.
Siauw Gee sudah lantas menggape kepada Kee Pin
seraya berkata "Siauw soehoe, kau hendak beri pengajaran kepadaku diatas Kioe bong kioe?"
"Justeru aku yang mohon pengajaran dari kau, tocoe,"
sahut Kee Pin. "Jangan sungkan, mari kita mencoba2!" Siauw Gee kata
pula. "Akupun belum pernah berlatih dengan bola ini.
Silahkan, Kee Soehoe!"
"Silahkan, Siauw Soehoe!" Kee Pin menyambut.
Waktu itu diudara yang mendung terlihat tiga ekor
burung dara terbang kebelakang paseban. Ouw Giok Seng dongak, ia lihat burung itu, tapi juga ia tampak cuaca yang buruk, rupanya sang hujan akan segera turun.
Justeru itu, Hiocoe Bin Tie duri Ceng Loan Tong keluar dari paseban, dari belakangnya muncul dua orang, yang terus bicara kepadanya sambil berbisik, entah apa yang dibicarakan. Dengan air muka muram. Bin Tie lantas
memandang ketengah kalangan, akan akhirnya menggapekan Ouw hok Seng.
Hiocoe dari Kim Tiauw Tong juga rupanya lihat suasana tegang untuk kaumnya, ia menoleh kepada Ban Lioe Tong, akan berkata "Ban Loosoe, maafkan aku, tak dapat aku
temani kau." "Ouw Loosoe, persilahkan!" menyahut Lioe Tong.
Hiocoe itu manggut, terus ia bertindak kepada Bin Tie.
Waktu itu, Siauw Gee dan Kee Pin sudah mulai
bertempur dengan menolak bolanya masing2. Kee Pin
berlaku sangat hati2, karena ia belum kenal permainan ini.
Ia tak ingin nama gurunya terjatuh karenanya. Begitu mulai menolak bola, baharu ia insyaf bola itu tak gampang
dikendalikan. Maka ia lantas berlaku semakin hati2. Kalau tadi dengan golok para2 tak menggetar, sekarang adalah
lain, saking beratnya bola yang terayun. Menakuti adalah bagian2 yang tajam dari keempat bola itu.
Kee Pin hunjuk kegesitannya dan kecelian matanya,
tetapi Siauw Gee pertunjukkan kemantapannya, suatu
tanda dalam permainan ini, ia telah punya latihan
sempurna. Disebelah menggunai bola, mereka pun sering menyerang satu dengan lain.
Ban Lioe Tong menonton dengan perhatian tidak lama ia lantas menduga, bahwa Kioe bong Hoen goan kioe mesti
ada ciptaannya Siauw Gee sendiri, maka itu ia dapat
merasa, apabila muridnya tahu diri dan mundur teratur dia bakal lolos dari bahaya yang mengancam, kalau tidak, dia bakal rubuh.
Baharu Siok beng Sin Ie menduga demikian atau
kejadian hebat sudah lantas mengambil tempat.
Kedua bola timur dan barat saling bentur, lalu keduanya mental balik. Justeru itu, dua2 Kee Pin dan Siauw Gee ada ditengah kalangan, mereka asyik beradu tangan. Dilain pihak, kedua bola selatan dan utara telah saling sambar.
Untuk menyelamatkan diri, kedua orang yang bertempur
berkelit dengan berbareng. Karena berkelit, maka mereka saling membelakangi satu dengan yang lain.
Siauw Gee kandung maksud tidak baik, mendadak ia
berlompat sambil putar tubuhnya dengan gerakan "Kim lie coan po" atau "Ikan tambra emas nerobos ombak". Dengan gerakannya ini, ia kejar bola utara yang menyambar
keselatan, dia sambar bola itu pada dadanya, segera ia menarik dengan keras, digentakkan, maka bola itu lantas mental balik.
Kee Pin kalah licin, dia tidak memikir curang, ketika bola menyambar, tidak sempat dia berkelit, waktu ia
mencoba akan egos tubuh, bola sudah mengenai iga
kanannya serta punduk kanan di belakang pundak, tidak tempo lagi, ia keluarkan jeritan dari kesakitan yang hebat, tubuhnya rubuh terpelanting sampai diluar para2, darahnya muncrat!
Ban Lioe Tong terkejut, segera dia berlompat untuk
meng hampirkan, hingga dia dapat kenyataan bahwa
kecuali mandi darah, napas muridnya itu sudah berhenti jalan.
Siauw Gee lari menghampirkan, ia berpura2 tak
menginsyafi kecurangannya.
"Kenapa" Kau terluka, Kee Soehoe?" katanya. "Aneh!"
Ban Lioe Tong tertawa dingin, ia tak berikan jawaban, ia hanya lebih pentingkan memeriksa luka, yang hebat. Kapan ia rabah dada muridnya, ia rasakan jantungnya sang murid masih memukul.
Lantas saja ia menggeleng kepala, karena ia tahu, murid ini sukar untuk ketolongan.
Dari pihak Hoay Yang Pay, tiga orang memburu kearah
Kee Pin itu, sedang Boe Wie Yang perintah Hengtong soe pergi melihat.
Bin Tie tidak hadir, begitu juga Ouw Giok Seng, yang
telah dipanggil oleh Bin Hiocoe, berdua mereka telah pergi kebelakang paseban.
Pari pihak Hoay Yang Pay, yang muncul itu adalah Ciok Beng Ciam, murid kepala dari Ban Lioe Tong, serta Sioe Beng, muridnya Coe In Am coe, dan Tiat kie lee Kee Giok Tong. Di pihak Hoay Yang Pay pun sudah lantas ada
cegahan orang turut ceburkan diri dalam pertandingan.
Semua empat bola Kioe bong kioe pun sudah berhenti ter ayun2.
Hengtong soe datang bersama kawannya yang biasa
obati luka2, dia beritahukan Lioe Tong bahwa mereka
datang untuk memeriksa dan mengobati, atau kalau
luka2nya si anak muda parah, dia itu hendak digotong
keruang Heng tong untuk diobati terlebih jauh.
Lioe Tong juga diminta jangan kuatir.
Kedua tangannya Siok beng Sin Ie telah berlepotan
darah, ia telah obati lukanya Kee Pin dengan satu botol obat, masih ada sedikit darah keluar dari tempat yang luka.
Ia dengar perkataannya Hengtong soe dan menjawab
"Tolong soehoe sampaikan terima kasihku kepada Boe
Pangcoe untuk perhatiannya. Kami tidak kuatir suatu apa, sebab sejak kami masuk dalam Cap jie Lian hoan ouw,
kami tak pikirkan pula soal hidup atau mati. Luka ini masih dapat aku mengobatinya, dari itu tolong sediakan saja gotongan, supaya kami bisa bawa dia keperahu Garuda.
Bukankah dimata kita, kaum persilatan, terluka atau
terbinasa di medan pertempuran, tidak ada artinya?"
"Ban Loosoe mengarti ilmu obat2an, itulah bagus!"
berkata Heng tong soe. "Boe Pang coe telah lakukan
kewajibannya sebagai tuan rumah, tetapi segala apa
terserah kepada pihak tetamu". Lantas ia berikan titahnya
"Lekas siapkan gotongan! Lekas layani Ban Loosoe
mencuci tangan!" Titah itu sudah lantas dijalankan.
"Bagaimana, soehoe?" tanya Beng Ciam. "Disini ada
obat dari soepe Lioe Tong perdengarkan suara dihidung.
"Jiwa soeteemu masih dapat ditolong tetapi lengannya
bakal bercacat," jawab ia yang ada mingat mendongkol.
"Bagus!" kata sang murid dengan suara menyatakan
kesengitan. Lalu ia serahkan botol obat yang ia sebutkan.
Kemudian ia menoleh kepada Kioe in liong Niauw Gee,
yang masih berdiri diam dengan berpura2 pilon, dengan menghadapi Heng tong soe, dia ngoce sendirian "Sungguh tidak dinyana, karena kesalahan, lukanya ada demikian parah ". Sungguh tidak dinyana...."
Tidak puas Beng Ciam terhadap lawan ini. Ia mau
percaya orang sudah curangi soeteenya itu, ini pun ada kasak kusuknya beberapa orang lain. Iapun tahu tadi Liong Jiang telah ditegur Yan tiauw Siang Hiap karena
kenakalannya dan Siang Hiap niat hukum padanya
sepulangnya mereka dari Cap jie Lian hoan ouw. Karena ini, dengan tertawa dingin, ia kata pada Kioe in hong
"Siauw Soehoe, kau liehay sekali! Tentang soeteeku, dia hidup atau mati, tak usah soehoe buat pikiran". Aku Ciok Beng Ciam, ingin aku terima pengajaran darimu!"
Belum Siauw Gee menyahuti, Kee Giok Tong menyelak.
"Ciangboenjin telah keluarkan titah, kecuali dengan
perkenan, orang2 kedua rombongan Hoay Yang Pay dan
See Gak Pay tak boleh lancang lakukan pertempuran", kata dia.
Lioe Tong sambil menoleh pun tegur muridnya "Ciok
Beng Ciam, jangan kurang ajar terhadap Siauw Loosoe!
Kita sudah masuk dalam Cap jie Lian hoan ouw, mati atau hidup, jangan kau pikirkan"
Kau masih mesti urus Kwie In Po!" Siauw Gee dengan sikap anteng pun berkata "Siauw
hiap, jangan kuatir. Aku tahu aku telah berbuat keliru terhadap pihakmu, maka aku tidak akan angkat kaki, disini dengan cara hormat aku menantikan kamu".
"Kau tidak hendak pergi, Siauw Loosoe, itulah bagus,"
kata Lioe Tong kepada lawan muridnya itu. "Sebentar aku, Ban Lioe Tong, ingin sekali terima pengajaran darimu.
Harap Siauw Loosoe suka menantikan sebentar."
Sembari bicara, Lioe Tong kerja terus, maka dilain saat, ia sudah membalut rapi luka muridnya.
Sioe Beng lantas serahkan satu botol obat seraya berkata
"Ban Soesiok, ini adalah obat Kioe coan Tansee yang
soehoe minta sekarang juga diberikan enam butir kepada soeheng, kemudian, sesampainya diperahu, berselang satu jam, boleh dikasikan tiga butir lagi. Dengan makan obat ini, walaupun lukanya hebat, jiwanya soeheng akan tertolong.
Soehoepun pesan untuk Soesiok sendiri antarkan Kee
Soeheng keperahu, urusan disini, katanya Soesiok tak usah perhatikan lagi".
Lioe Tong bersyukur kepada Coe In Am coe, ketua See
Gak Pay itu. Ia tahu kemustajabannya tablet Kioe coan Tansee, yang tak sembarangan diberikan kepada lain orang.
Selagi sambuti obat itu, didalam hatinya ia berkata "Aku ketahui kenapa Am coe minta aku antar muridku keperahu dia kuatir aku menuntut balas untuk muridku itu, untuk cegah lain kejadian yang tak diingin. Menyesal, permintaan ini tak dapat aku terima, tak perduli bagaimana besar aku berterima kasih kepadanya"."
Ia buka tutup botol, ia keluarkan sembilan butir obat tiga antaranya ia berikan kepada Beng Ciam untuk disimpan
setelah ditutup rapi, botol obat diserahkan pada Sioe Beng untuk dikembalikan kepada gurunya kemudian yang enam
butir, ia lantas masukkan kedalam mulut muridnya.
Napasnya Kee Pin mulai berjalan pula akan tetapi ia
tetap belum siuman. Lioe Tong rabah dada muridnya ia
tahu jiwanya murid itu akan ketolongan, tetapi ia tidak
harap murid ini lekas siuman dari pingsannya. Kalau si murid sedar sebelum obat bekerja betul dan dia merasakan sangat sakit, pasti dia akan geraki tubuhnya dan ini kurang baik bagi lukanya itu.
Sementara itu diantara orang2 Hong Bwee Pang ada
yang tidak puas terhadap Ban Lioe Tong yang tak sudi
terima bantuan untuk Kee Pin. Mereka anggap Lioe Tong tidak percaya mereka dan mereka rasai itu sebagai
penghinaan, hingga sendirinya mereka tak puas.
Boe Wie Yang asik kasak kusuk dengan Bin Tie, yang
telah muncul diantara ketuanya, entah apa yang mereka bicarakan. Ketua ini seperti tidak ketahui perasaan dari sejumlah orang nya itu.
Lioe Tong tetap sibuk dengan muridnya. Ketika
gotongan datang, ia sendiri yang pondong tubuh muridnya akan diletakkan diatas gotongan itu. Ia berlaku hati2 dan pelahan, tidak urung Kee Pin menjerit "Aduh!" atas mana dia mendusin karena merasa sakit.
Ia belum bisa lantas buka kedua matanya, ia hanya
merasakan sakit pada sekujur tubuhnya.
Lioe Tong ada satu jago, tetapi sekarang, melihat
keadaan muridnya itu, yang ia sayang seperti putera sendiri, ia terharu bukan main.
"Kee Pin, Kee Pin," ia memanggil dengan pelahan
sekali, "kau tahan sakit, sebentar kau sembuh!" Kemudian ia pesan Beng Ciam "Kau jaga hati, jangan kasih dia geraki tubuhnya, supaya lukanya tak ketindian."
Beng Ciam terima pesan itu, la mendekati gotongan,
untuk membantu memegangi.
Setelah itu, Kee Pin buka kedua matanya. Masih ia
merintih bahna sakitnya. Ia lihat gurunya, air matanya lantas melele.
"Soehoe, aku toh terluka senjata rahasia?" tanyanya.
"Kelihatannya aku tak bakal hidup lebih lama Soehoe,
kecewa aku terima pelajaranmu, aku telah mendatangkan malu kepada rumah perguruan kita...."
Saking terharu, Lioe Tong tidak menjawab.
"Kau bukan terluka senjata rahasia, soetee, kau terluka bola Kioe bong Hoen goan kioe", Ciok Beng Ciam
beritahukan. "Lukamu itu tidak membahayakan jiwamu.
Jangan kau omong banyak, kau nanti membuat soehoe
berduka...." "Lukamu parah, Kee Pin, jangan omong banyak," Lioe
Tong kata juga. "Aku bisa tolong jiwa orang lain orang, pasti aku sanggup tolong jiwamu. Cuma kau akan
menderita lebih lama sedikit. Jangan putus asa, Am coe telah
berikan kau obat yang bakal mengurangi penderitaanmu. Sekarang pergi kau keperahu, untuk
beristiharat. Disini orang bikin persilatan persahabatan, tidak ada bicara soal sakit hati. Akupun bakal menemui Siauw Soe maka pergilah kau!"
Guru ini memberi tanda kepada tukang2 gotong, lalu ia tambahkan pada Ciok Beng Ciam "Kau jaga soetee, jangan tinggalkan dia!"
Mendengar titah itu, Beng Ciam tahu ia seperti diusir, tapi gurunya
telah berikan titah, tak berani ia membantahnya. "Baik, soehoe," sahutnya.
Lioe Tong lantas menoleh pada Kee Giok Tong dan kata
"Sebenarnya tidak selayaknya aku membuat cape hati
kepada loo soehoe, tetapi tolonglah kau dan murid ku ini antar Kee Pin keperahu. Kuharap loosoe tak usah kembali kemari, hanya beristirahat saja disana. Kami pun tidak bakal berdiam lama disini, semua bakal lekas kembali."


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kee Giok Tong muncul bukan cuma untuk tengok Kee
Pin dia ingin menuntut balas, tetapi Lioe Tong telah mohon bantuannya tak bisa ia tampik itu.
"Baik, Ban Loosoe, kau jangan kuatir," jawabnya.
Hengtong soe pun lihat, bahwa orang tak boleh berayal lagi, iapun turut mengantar, sampai di luar para2 bunga.
Beberapa orang Hong Bwee Pang lantas bersihkan darah, sedang seorang lain bawakan Lioe Tong serpet, untuk
bersihkan tangannya. Kemudian, sambil berpaling kepada Siauw Gee, Siok
beng Sin Ie memberi hormat.
"Siauw Tocoe, ingin aku terima pengajaran dari kau,"
katanya. "Sudikah tocoe beri pengajaran kepadaku?"
Jago dari Kwie In Po ini ada sangat gusar tetapi sanggup ia mengatasi dirinya, hingga ia bisa bicara dengan pelahan dan
sabar, melainkan sikapnya saja ada sangat bersungguh2. Kioe in liong Siauw Gee tertawa dingin.
"Aku sudah duga Ban Loosoe pasti bakal tak mau sudah
saja," jawab dia. "Muridnya di hajar, gurunya mesti
muncul. Karena aku tidak berlalu dari sini, tidak ada soal apa2. Ban Loosoe, apapun yang kau kehendaki, aku
bersedia untuk menerimanya. Persilahkan!"
"Ah, Siauw Tocoe, apakah yang kau bilang?" tanya Siok beng Sin Ie. "Dalam satu pertempuran, sukar dipertanggung jawabkan bahwa orang tak akan keliru turun tangan.
Muridku terluka, jangan kata dia tidak putus jiwa,
walaupun dia terbinasa, masih tidak ada arti nya. Aku hendak mohon pengajaran kau, loosoe, hal ini tidak ada sangkutannya dengan muridku. Aku ingin kita berdua
berlatih! Tentu sekali bukan maksudku akan membuat
sukar kepadamu, maka jika umpama Siauw Loosoe tidak
bersedia meluluskannya, baik, aku tidak memaksa. Hanya, soal aku ada soal perseorangan, semua orang Hoay Yang Pay lainnya tidak bakal turun pula kemari untuk
bertanding. Sebab satu kali dia turun, bisa diduga diapun hendak menuntut balas. Siauw Loosoe, silahkan kau
kembali, tentang urusan kita kedua pihak, tinggal terserah saja kepada putusannya Boe Pang coe!"
CXXXIII Siauw Gee kena didesak, maka akhirnya ia kata "Jikalau Ban Loosoe tidak berniat membalas sakit hati dan cuma ingin berlatih saja, maafkan aku, aku terlalu bercuriga. Nah, mari kita berlatih!"
"Bagus, Siauw Loosoe!" sahut Lioe Tong, yang sambut
undangan itu. Siok beng Sin Ie segera buka baju panjangnya, yang
mana sudah lantas disambut oleh orang dari pihaknya.
Adalah biasanya bagi Lioe Tong, bagi ketua Hoay Yang
Pay juga, dimana saja mereka melakukan pertempuran,
tidak mereka membuka baju luar, akan tetapi hari ini ada kecualian, dia telah buka baju nya yang gerombongan itu.
Siauw Gee insaf, pertempuran kali ini dengan jalan Kioe bong Hoen goan kioe ada saat mati hidupnya, karena itu
tanpa banyak pernik lagi, ia menuju kepara2 dimana ia ambil arah utara, sedang Lioe Tong lantas menuju
keselatan. "Siauw Loosoe, silahkan mulai aku menantikan," Lioe
Ton mengundang sambil ia rangkap kedua tangannya.
"Silahkan, Ban Loosoe!" Siauw Gee menyambuti.
Lalu keduanya mulai bergerak, hingga bola2 berduri pun mulai saling sambar, dibelakangnya mengikuti orang2 yang menolak nya, setelah mana, mereka ini mesti saling berkelit, akan menyingkir dari bola2 lawan masing2. Mereka mesti egoskan tubuhny kekiri dan kanan, menuruti kedudukan
mereka. Dengan begitu tertampaklah kegesitan mereka
masing2. Lioe Tong lakukan satu serangan dengan Siang yang ta
chioe, "pukulan dengan kedua tangan di balik nadi
kebawah" Siauw Gee punahkan itu dengan "Kim kau
cian," tabasan "Gunting emas maka lekas2 dia tarik pulang kedua tangannya itu. Berbareng dengan itu, kedua bola telah menyambar balik dia segera kelit kekiri, hingga bola jadi ada di kanannya. Demikianpun Siauw Gee ia kelit
kekiri juga. Cepat sekali, Lioe Tong geraki bola didepannya akan
menyerang, menyusul mana, ia loncat kebola yang kedua, buat dipakai menyerang lebih jauh. Dipihak lain, Siauw Gee telad perbuatannya. Maka sekarang empat bola salin sambar, hingga terbitlah suar nyaring, disusul sama
berisiknya seratus lebih kelenengan kuningan.
Habis itu, kembali kedua pihak saling serang. Tak ada ketika yang dilewatkan, maka keduanya msti bergerak
dengan cepat sekali, atau kalau tidak, siapa ayal dan kurang celih, dia bisa celaka.
Pertempuran yang seru membuat semua orang dari
kedua pilhak menonton dengan perhatian penuh, semua
pun kagum. Akan tetapi Boe Wie Yang, disebelah
kekagumannya, berkuatir juga untuk tocoenya, terutama untuk keadaan diluar pusatnya itu karena burung2 dara tak hentinya datang dan pergi. Ia belum tahu, apa sudah terjadi diluar tetapi itu mestinya sangat penting. Ouw Giok Seng telah pergi tapi belum kembali. Ketegangan ini tak luput dari matanya kaum kang ouw yang ulung.
Kembali terbang serombongan burung dara dari
belakang paseban, tiap burung membawa surat, surat yang bertanda "surat pusat" dari situ saja sudah bisa diduga, urusan bukannya urusan remeh saja.
Orang2 Hong Bwee Pang, yang menonton pertempuran,
melirik kearah ketuanya. Mereka merasa tegang sendiri seperti siketua.
Tidak lama, Giok Seng datang dengan cepat dan lantas
bicara pelahan kepada Boe Pang coe. Nampaknya ketua ini bersenyum tawar, pada wajahnya berbayang nyata hawa
kemurkaan meluap2. Menurut keadaan biasa, itu ada tanda yang ia ingin bertempur mati atau hidup dengan pihak
lawan". Habis bicara, Giok Seng mundur, maka itu, Wie Yang
tetap didampingi Auwyang Siang Gee. Berdua mereka
sering kerutkan alis apabila mereka tampak jalannya
pertempuran, yang jadi makin seru. Beberapa kali mereka bicara satu sama lain.
Di pihak Hoay Yang Pay dan See Gak Pay, tak
terkecuali Coe In Am coe sendiri, orang pun berhati tak tenang melihat cara berkelahinya Siok beng Sin Ie. Mereka insaf, Lioe Tong sangat sayangi muridnya dan karenanya ingin keras menuntut balas untuk muridnya itu.
Cuma Siangkoan In Tong seorang satu2nya, yang
nampaknya berhati terbuka.
"Boe Pang coe, lihat mereka berdua!" katanya sembari
bergurau. "Mereka baharulah enghiong berhadapan dengan
enghiong, mereka ada setengah kati sama dengan delapan tail! Mereka sama tenaganya, setimpal kepandaian nya, sama juga terlatihnya. Lihatlah, setiap gerakannya
menunjukkan latihan sempurna! Auwyang
Loosoe, bukankah mereka ini baharu pantas disebut eng hiong?"
Boe Wie Yang dan Auwyang Siang Gee kebetulan
sedang berdamai mereka dengar perkataan itu, mereka tidak sembarangan
menyahuti. Mereka sebal terhadap gangguannya tetamu ini yang jail. Auwyang Siang Gee
menyahuti dengan "Ya, ya," saja.
Siangkoan In Tong pun tidak ambil perhatian atas
jawaban yang ringkas itu, kemudian ia memandang kepada Coe Hoei Sian soe, pendeta Siauw Lim Pay yang berada
didalam rombongan Hong Bwee Pang. Ia menegur "Toa
soehoe, kau ada dari golongan mana, aku masih belum
jelas, tetapi biasanya, asal orang suci, kebanyakan dia ada dari Siauw Lim Sie. Demikianpun dugaanku terhadapmu.
Lihat, Toa soehoe, kau lihat, pukulannya si orang she Ban mirip benar dengan ilmu pukulannya kamu kaum pendeta.
Oh, bukan, bukanlah kaum pendeta hanya Siauw Lim Pay
mempunyai ilmu pukulan istimewa, yalah jurus Pay san
Oen ciang dari Sip pat Lo Han Chioe! Lihat itu jago Hong Bwee Pang, dia bukan orang sembarangan seperti tidak
terjadi suatu apa2, dengan gampang ia kelit diri! Oh, sungguh berbahaya, Toa soehoe! Lihat, lihat, itu si orang she Ban penjual obat2an, dia liehay sekali, dia mengarti segala apa! Dengan tusukan jarum emasnya, dia bisa tolong jiwa orang, tetapi dengan gerakan tangannya, dia bisa
meminta jiwa manusia! Lihat pukulannya, tiauw thian tap tee"! Ya, itulah ilmu silat Siauw Lim Pay! Ah, jangan2 dia ada dari lain golongan denganmu, toa soe hoe! Eh, Boe Pang coe, Auw yang Hiocoe, baik kamu lekas ambil
tindakan! Inilah bakal hebat, bakal celaka!...."
"Ya, ya, loosoe," sahut Boe Wie Yang, tanpa perhatian, karena perhatiannya sendiri sedang tertarik sangat oleh kejadian diluaran, sebab burung2 pembawa berita terbang mundar mandir secara luar biasa. Satu kali Boe Wie Yang menoleh kepada Coe Hoei Siansoe, ia mengetahui bahwa
pendeta ini sedang gusar, mukanya merah padam. Pendeta itu memandang Siangkoan In Tong, terus dia buka
mulutnya "Siangkoan Siecoe, janganlah kau berpura2!"
kata pendeta ini. "Aku harap kau tak usah perlihatkan kasihan2 palsu!
Untuk aku, siapa berani maju bertanding, jiwanya sudah tidak diperdulikan pula! Siangkoan Siecoe, kita adalah orang2 luar, akan tetapi kita telah datang kemari, tak dapat tidak, kita mesti campur urusan mereka ini, yang sulit untuk disudahinya. Marilah, jangan kita ngoceh saja, mari kita mencobanya!"
Siangkoan In Tong tertawa ha ha hi hi.
"Toasoehoe, kau lihat, saat telah sampai pada saat mati atau hidup!" kata pula Siang koan In Tong. "Bukankah hati pun tumbuh karena daging" Lihat dua orang kenamaan itu.
keduanya bakal kalah atau celaka, dua2nya ingin mati
bersama! Toa soehoe, kau ada murid Sang Buddha, apakah kau tegah" Kenapa kau tidak lekas pikirkan daya untuk memisahkan mereka" Inipun ada suatu jasa baik!...."
Sengaja Siang koan In Tong ini bawa lagaknya seperti
orang otak tidak beres, supaya perhatiannya orang2 Hong Bwee Pang ditumplek atas dirinya dengan berbuat
demikian, dengan diam2 ia telah berikan ketika untuk satu orang nyeplos masuk dalam Ceng Giap San chung. Itulah seorang luar biasa, yang datangnya bisa menyulitkan Boe Wie Yang.
Bukan saja Boe Wie Yang sendiri, sekalipun Eng Jiauw
Ong, dia ini tak ketahui nyeplosnya orang itu. Ketua Hoay Yang Pay ini pun sedang pusatkan perhatiannya kepada
pertempuran hebat itu, yang akan memberi putusan kalah atau menang. Kioe bong Hoen goan kioe ada suatu alat
persilatan yang penuh dengan bahaya. Ban Lioe Tong ada seorang penting dari Hoay Yang Pay, sungguh hebat
apabila dia sampai gagal. Kegagalan itu tidak melulu bakal bikin ludas nama baik nya juga akan mengubah jalannya pertempuran di Ceng Giap San chung ini.
Disebelah Boe Wie Yang dan Eng Jiauw Ong, juga Yan
tiauw Siang Hiap yang liehay masih tak dapat bade
siasatnya Lie hoen Coe bo kian Siangkoan In Tong, yang disangka sudah ngoceh saking jail atau gemar bergurau".
Coe In Am coe perhatikan pertempuran itu akan tetapi ia tetap tak lepas pikirannya dari pokoknya urusan, maka itu dengan diam2 iapun berbareng memasang mata kekedua
pihak, pihak Hong Bwee Pang dan pihak sendiri. Sudah
empat puluh tahun ia biasa bersamedhi, ia jadi insaf dan sadar. Ia bisa lihat, bahwa diluar tak ada tanda apa2, akan tetapi dibalik itu, awan mendung sedang mengancam Ceng Giap San chung. Dimedan pertempuran, kedua pihak ada
yang kalah dan menang, tapi masih menunggu lain
kejadian. Ia telah lihat, dibelakang gunung2an, diantara pepohonan, ada satu bayangan manusia saking pesatnya
gerakannya itu, hingga tak ada orang lihat padanya kecuali Siangkoan In Tong dan pendeta dari See Gak Pay ini. Ia merasa pasti, bayangan itu mesti bukan orang sembarangan.
Pertempuran berjalan terus, makin hebat saja. Siauw Gee ada satu ahli Kioe bong Hoen goan kioe, inilah bisa dilihat dari gerak geriknya. Ia ada sangat gesit dan tepat
gerakannya, ia leluasa sekali bertindak kemana saja.
Keempat bola mundar mandir selalu, atau benterok satu dengan lain, setiap gerakannya disusul dengan bunyinya banyak kelenengan, yang bisa membuat pikiran orang jadi kacau.
Ban Lioe Tong tahu pasti, Siauw Gee ada seorang liehay, maka ia melayani dengan mantap.
Selama sepuluh tahun yang belakangan ini, ia telah
melatih diri dalam khie kang, untuk bikin sempurna
semangat dan tubuhnya, maka juga, walaupun ia asing
dengan Kioe bong Hoen goan kioe, ia toh bisa layani Siauw Gee de ngan tak kalah gesit dan mantap nya. Maka
nampaknya, kedua musuh ini ada bagaikan "naga lagi
memain", atau "angin berseliwiran." Tentu saja, ancaman bencana bagi mereka ada ancaman diujung rambut"
Tanpa merasa, belasan jurus telah dilewatkan.
Lioe Tong dapat kenyataan, bahwa Siauw Gee juga telah yakinkan "Pat Sian Koen," ilmu silat "Delapan Dewa",
dengan sempurna tidak heran jikalau Kee Pin rubuh
ditangannya hiocoe ini. "Jikalau aku bikin dia lolos, apakah aku mempunyai
muka akan ketemui orang lagi?" memikir Siok beng Sin Ie selagi ia kagumi musuh yang tangguh itu. Karena ini, ia mulai bersilat dengan "Sha caplak Lou Kim na hoat", ia mendesak, sejurus dengan sejurus, untuk tidak mengasi hati.
Segera datang saatnya yang kedua pihak berada pula
ditengah kalangan. Mereka bertemu ditengah sebab Siauw
Gee dari selatan hendak ambil tempat diutara dan Lioe Tong dari timur menuju kebarat, untuk mencegat. Sambil geser kaki kiri kebarat, Siauw Gee menyerang ketimur
kepada lawannya, dengan serangan "Heng sin pa houw sie"
"Sambil nyamping menerjang harimau".
Dengan egos tubuh, Lioe Teng kasi bola tajam lewati
tubuhnya karena ini, ia jadi hadapi serangan lawan, yang pun berkelahi dengan sungguh2, sebagaimana pukulannya ini sangat hebat.
Ia berdiri membelakangi timur dan menghadap barat,
atas serangan mana, ia geser kaki kanan keutara dengan begitu, serangannya Siauw Gee adalah sasaran kosong.
Dengan geser tubuh keutara, sekarang Lioe Tong jadi
membelakangi utara madap keselatan. Ia tidak berhenti bergerak karenanya. Lagi ia geser kaki kebarat, tubuhnya miring.
Secara begini, ia kasi lewat dua bola, yang ampir
mengenai pundaknya Justeru itu, Siauw Gee kembali
menyerang. Ia andalkan sangat bolanya ini, sebab sekarang ia merasa, kalau mereka berdua bertanding secara biasa, ia bukannya tandingan jago dari Kwie In Po itu. Maka ia
keluarkan antero kepandaiannya, terutama kelicinannya, untuk rampas kemenangan.
Se konyong2 tangan kanannya Siauw Hiocoe serang
perutnya Ban Lioe Tong, lalu dengan tiba, tangan kirinya menyambar keatas dalam gerakan "Thay peng tian cie,"
"Burung garuda pentang sayap." Ia sambar bola, untuk
digentak berbalik. Ia berbuat begini untuk menyerang
berbareng, dengan tangan dan bola. Benar dibelakangnya jadi ada bola menyambar2 tetapi ia lantas mendek, kelitkan pundaknya, yang kiri, hingga bola melewati terus pundak kanannya, terus menyambar kearah lawan, pada muka.
Dalam sekejab mata, Lioe Tong terancam ditiga jurusan.
Dengan sebat ia berkelit kekanan secara begini, ia bisa kasi lewat kedua bola, lalu dengan tangan kiri, ia "bacok"
lengan lawannya, siapa luputkan diri dengan cepat.
"Bagus," berseru Lioe Tong, yang tarik pulang
tangannya, karena segera datang pula serangan bola.
Dengan dua jari kanan, ia papaki bola itu, untuk ditolak balik. Ia gunakan ketika ini, untuk menyerang berbareng dengan "Kim liong tam jiauw" kepada jidat lawan.
Siauw Gee awas dan gesit, akan tetapi sekali ini, ia
kecolongan. Ia gugup karena baharu mendek dari bola atau serangan tangan sampai. Masih ia mencoba untuk menangkis, tapi ia toh kena terdorong juga, hingga tidak ampun lagi, tubuhnya terpental mundur empat lima tindak lalu jatuh numprah ditanah.
Untung bagi hiocoe ini, pada saat yang sangat berbahaya itu, Lioe Tong masih ingat kasihan jago dari Kwie In Po tidak meneruskan menyerang lebih jauh hanya ia loncat kesamping lawannya itu, yang sedang terancam bola lain ia sambar bola itu untuk dicegah sambarannya, sesudah mana, iapun tahan bergerak nya tiga bola lainnya.
Beberapa orang Hong Bwee Pang lari kepara2, untuk
tolongi pihaknya yang rubuh itu, akan tetapi ketika mereka sampai, Siauw Gee sudah loncat berdiri.
Segera muncul satu Hengtong soe, yang menyampaikan
pesan Boe Pang coe supaya orang she Siauw ini lantas balik kebelakang Ceng Giap San chung, untuk beristirahat.
Melihat orang pada datang kepadanya, Siauw Gee
manggut pada Ban Lioe Tong.
"Ban Loosoe, aku terima budimu ini, yang tak hendak
mencelakai aku," kata dia. "Harap lain kali kita nanti bertemu pula."
Habis mengucap demikian, ia turut Hengtong soe
undurkan diri. Lioe Tong tidak lantas undurkan diri, hanya berpaling kearah rombongan tuan rumah, ia rangkap kedua
tangannya, ia berkata "Ingin aku siorang she Ban menerima pelajaran lebih jauh di bawah bola2 Kioe bong Hoen goan kioe ini...."
Dipihak Hong Bwee Pang, Coe Hoei Siansoe hendak
sambut tantangan Siangkoan In Tong yang membuat ia
sebal, akan tetapi belum ia buka mulut atau Auw yang
Siang Gee telah mendului ia.
"Siansoe, dengan adanya ketika baik ini, ingin tee coe terima pelajaran dari Kwie In Po coe Ban Loosoe," kata ketua dari Thian Hong Tong itu. "Harap Siansoe tunggu sebentar lagi."
Pendeta itu suka mengalah. "Baiklah, Auwyang Hiocoe,
persilahkan!" kata dia.
Auwyang Siang Gee segera bertindak kedepan, untuk
hadapi Boe Wie Yang. "Poen co mohon pelajaran dari Ban Po coe, harap Pang
coe memberi perkenan," memohon ia kepada ketuanya.
Thian lam It Souw manggut. "Silahkan, Auwyang Hiocoe,"
sahut sang ketua. "Karena ini ada persilatan persahabatan, harap batasnya ada saling towel saja. Hiocoe ada ketua dari Lwee Sam Tong, adalah tugasmu untuk melindungi nama baik kita."
"Poen co mengarti," jawab hiocoe dari Thian Hong
Tong itu, setelah mana ia menghadap kepada ketua dari Hoay Yang Pay, untuk memberi hormat juga sambil
berkata "Ong Loosoe, ingin aku yang rendah meminta
pelajaran dari Ban Po coe."
Dengan cepat Eng Jiauw Ong balas hormat itu.
"Jikalau Auwyang Hiocoe sudi memberi pelajaran,
silahkan!" sahut ia.
Sampai disitu baharulah Auwyang Siang Gee bertindak
meninggalkan pasebannya, akan pergi kemedan persilatan, tetapi selagi ia jalan, kupingnya dengar ocehannya Siang koan In Tong, yang ngoceh sendirian, katanya "jikalau seorang kenamaan muncul, suasana menjadi lain sekali.
Dalam segala tindak, adat sopan tak ditinggalkan. Inilah baharulah satu Hiocoe! Kami ada orang2 kang ouw liar, sudah seharusnya kami menelad contoh orang" Tidakkah
demikian, Ong Loosoe?"
Itu adalah kata2 pujian tercampur ejekan Auwyang
Siang Gee tidak hendak melayaninya, ia jalan langsung kepara2 bunga.
Eng Jiauw Ong tidak sahuti Lie hoen Coe bo kian
pikirannya ditumplekkan terhadap Ban Lioe Tong, sang
soetee, yang baharu habis melayani musuh tangguh,
sekarang dia akan hadapi hiocoe dari Thian Hong Tong, orang lie hay dari Hong Bwee Pang, tangan kanan dari Boe Wie Yang ia kuatir soetee itu masih lelah. Kalau Lioe Tong kalah, itu adalah satu pukulan hebat untuk Hoay Yang Pay.
Ia berniat menukar orang tetapi siapa bisa menggantikan Siok beng Sin Ie" Kalau mesti ditukar, kelihatannya cuma ia yang mesti maju sendiri".
Sementara itu, Lioe Tong sudah maju akan papaki
Auwyang Siang Gee, maka hiocoe ini segera mempercepat jalannya dua tindak, untuk mendahului mendekati.
"Ban Po coe," berkata dia, dengan sikapnya yang sangat menghormat, "kepandaianmu mengatasi Rimba Persilatan
aku Auwyang Siang Gee sangat kagumi kau, apapula
barusan, di antara bola2 Kioe bong Hoen goan kioe, kau telah perlihatkan keahlianmu. Ban Po coe, pelajaranku sangat cetek, tapi melihat kepandaian kau, aku menjadi rada gatal. Aku tahu diri, aku bukanlah tandinganmu, maka itu, melulu karena keinginan dapat belajar, ingin aku mohon terima beberapa pelajaran dari kau. Ban Po coe, sudikah kau mengabulkannya?"
"Auwyang Hiocoe, kau terlalu memuji kepadaku,"
jawab Ban Lioe Tong dengan tak kurang merendahnya.
"Tak sanggup aku akan terima pujianmu itu. Hiocoe suka memberi pelajaran kepadaku, inilah ada hal yang aku tak berani minta, ini adalah satu kehormatan sangat besar untukku! Auwyang Hiocoe, kita ada orang2 kang ouw, tak usah kita terlalu saling merendah. Dalam Hong Bwee Pang, orang yang mempunyai kepandaian sebagai Boe Pang coe
hanya Hiocoe sendiri saja. Maka juga kaumku sejak lama ada hargai Hiocoe. Sekarang Hiocoe sudi memberi
pelajaran kepadaku Ban Lioe Tong merasa sangat bersukur.
Baiklah kita tak usah mensiasiakan tempo lagi! Apakah Hiocoe hendak gunakan Kioe bong Hoen goan kioe ini"
Silahkan!" "Ban Pocoe, buat apa kita main2 pula dengan benda
yang berbahaya ini?" berkata Auwyang Siang Gee, yang
sikapnya tetap ramah tamah. "Masih ada lain cara untuk kita berlatih. Bukankah terlebih baik kita mencoba saja dengan ilmu silat biasa?"
"Terserah kepadamu, Hiocoe, aku selalu bersedia untuk mengiringinya," sahut Lioe Tong.
"Ya, kita jangan gunakan alat ini yang berbahaya," kata Siang Gee. "Bagaimana jikalau kita menggurat tanah
sebagai batas?" "Bagus, Hiocoe, inilah menandakan pandanganmu yang
luas," kata Lioe Tong. "Silahkan Hiocoe buat batasnya."
Siok beng Sin Ie lantas mundur kesamping, untuk
memberi tempat. Ia juga ingin lihat, bagaimana roman
batasnya, berapa luasnya. Makin kecil kalangan, makin terbukti kepandaiannya orang yang hendak bersilat dalam batas itu. Jadi ini sebenarnya bukanlah ilmu kepandaian yang umum. Inilah kepandaian sederhana akan tetapi
sangat sulit. Biasanya orang bikin kalangan dua tumbak persegi atau satu tumbak enam kaki persegi, lebih sempit dari itu, sukarlah sudah untuk orang bergerak dengan
leluasa. Maka Lioe Tong ingin sekali lihat, bagaimana kalangan akan dibikin oleh tangan kanannya Boe Wie Yang ini.


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Auwyang Siang Gee menggape kepada pihak orang2nya,
lantas satu orang datang bersama sebatang tumbak. Ia
sambuti tumbak ini, yang ia lantas pakai sebagai alat untuk menggaris tanah didepannya.
Melihat kalangan yang dibuat itu, segeralah Lioe Tong dapat, tahu keliehayannya hiocoe dari Thian Hong Tong itu. Sebab batas yang dibikin adalah delapan kaki lurus, delapan kaki lebar, jadinya, delapan kaki persegi!
Walaupun demikian, ketua dari Kwie In Po suka
melayani jago Hong Bwee Pang itu.
Dengan lekas Auwyang Siang Gee telah selesaikan batas kalangannya, ia berpaling pada Lioe Tong untuk memberi
hormat "Ban Po coe, apakah boleh kalangan ini?" tanya dia dengan hormat. "Umpama kata Po coe anggap luasnya
masih besar, tak ada halangannya untuk perkecil lagi."
Siok beng Sin Ie bersenyum.
"Seperti aku sudah katakan, Hiocoe, aku bersedia akan turut titahmu," menyahut ia.
Kembali Siang Gee memberi hormat.
"Terima kasih, po coe," katanya, sesudah mana, dia
berlompat akan memasuki kalangan tadi.
Ban Lioe Teng juga hendak turut teladan hiocoe itu
ketika mendadak dua orang ber lari2 datang dari luar Ceng Giap San chung sejak dari jauh2, yang satu sudah ber
teriak2 "Ban Loosoe, tunggu dulu, jangan bertanding dulu!
Ada urusan penting!"
Lioe Tong terkejut, ia tunda gerakan tubuhnya. Ia
mengawasi kearah kedua orang itu, ialah Kee Giok Tong, yang diantar oleh satu pengunjuk jalan Hong Bwee Pang.
"Ada apakah?" tanya dia, seraya maju memapaki.
Kee Giok Tong datang sampai dekat Siok beng Sin Ie,
lalu dengan pelahan dia kata "Selama kami bawa Kee Pin keperahu, disepanjang jalan dia merintih terus, masih dia bisa pertahankan diri, tetapi sesampainya di perahu, setelah dibaringkan, entah kenapa, mungkin lukanya tergerak, ia menjerit dan lantas pingsan, sekian lama kami panggil dia, tak juga dia sadar akan dirinya. Kami rabah dadanya,
jantungnya masih memukul. Oleh karena keadaannya
berbahaya, terpaksa aku kembali kemari, untuk memberitahukan, untuk minta Loosoe pergi tengok sendiri, supaya ia dapat ditolong."
Mendengar demikian, tak dapat Lioe Tong lanjutkan
pertandingannya dengan Auwyang Siang Gee. Karena
pertandingannya ini batal, hampir saja kejadian nama
baiknya See Gak Pay hancur iuluh.
Siok beng Sin Ie kerutkan alis nya, karena ia dihadapi dengan suatu kesulitan. Selagi ia berdiam, hengtong soe yang menjadi pengunjuk jalan Hong Bwee Pang itu pun
telah bicara pada Auwyang Siang Gee, rupanya untuk
memberi keterangan setelah mana, ia lantas memberi
laporan langsung kepada Liong Tauw Pang coe.
"Kee Loosoe jadi banyak cape," kata Lioe Tong
kemudian, setelah mana, ia berpaling pada Auwyang Siang Gee, untuk memberi hormat.
"Auwyang Hiocoe, menyesal aku mesti sia2kan kebaikan
hatimu," berkata ia. "Lukanya muridku ada hebat, perlu aku segera melihatnya. Umpama Hiocoe tidak buat
keberatan, biarlah lain kawanku saja yang menemani kau berlatih. Aku pergi untuk segera kembali".
"Jikalau muridmu dalam keadaan berbahaya, Ban
Loosoe, silahkan," sahut hiocoe dari Thian Hong Tong itu.
"Memang harus Loosoe menengoknya."
"Terima kasih, Hiocoe," mengucap Lioe Tong. Meski
begitu, ia tidak lantas bertindak pergi, karena ia tahu aturan keras dari Hong Bwee Pang, tanpa perkenan, tak dapat
orang keluar masuk secara lancang. Karena ini, berniat ia kembali dulu kedalam rombongannya.
Justeru itu, Soe Soei Hie kee Kan In Tong telah keluar dari rombongan ia bertindak kepara2 hingga ia hadapi
ketua dari Kwie In Po. Melihat tampangnya, Lioe Tong duga jago Soe Soei ini
berniat melayani Auwyang Siang Gee. Ia berduka tapi tak
dapat ia mencegah. In Tong ada orang See Gak Pay dan
muridnya To Cie Tay soe, dengan Coe In Am coe, ia
termasuk saudara seperguruan, tak dapat ia sembarangan mencegah.
"Ban Loosoe, pergi kau lekas obati muridmu," berkata
Siangkoan In Tong sembari ia memberi hormat selagi ia berhadapan dengan ketua Kwie In Po itu. "Biarlah aku
yang temani Auwyang Hiocoe berlatih."
"Baik, loosoe," sahut Lioe Tong, yang tak bisa berbuat lain, sesudah mana, ia jalan terus kearah rombongannya.
Boe Wie Yang tahu maksudnya Siok beng Sin Ie ia
kecewa sendirinya. Sebenarnya tak ingin ia mengijinkan Ban Lioe Tong keluar dari Ceng Giap San chung, tetapi tak dapat ia mencegah, karena dengan mencegah, orang akan anggap jelek kepadanya. Ia pun mesti hargai diri sendiri.
Maka itu, akhirnya, ia memndahului kata pada tetamunya itu "Ban Loosoe, lukanya muridmu kumat, karena kau
pandai mengobati, silahkan kau pergi mengobatinya."
"Kau ada sangat baik, Pang coe," jawab Lioe Tong.
"Kalau nanti muridku ketolongan, itu adalah jiwa
pemberianmu. Tolong Pang coe berikan perkenanmu untuk lalulintas."
"Persilahkan, Ban Loosoe," Wie Yang berikan ijinnya
"Terima kasih," kata Lioe Tong yang lalu teruskan pada ketuanya "Kee Pin ada dalam bahaya, aku hendak pergi
sebentar untuk lekas kembali."
Eng Jiauw Ong manggut pada soetee itu, sedang Coe In
Am coe kata padanya "Ia telah makan obat tan see, kecuali dalam hal luar biasa, aku percaya ia tak akan kurang suatu apa. Baiklah loosoe memeriksanya dengan teliti."
Lioe Tong membilang terima kasih ia mengerti pesannya pendeta wanita ini. Kemudian, ber sama2 hengtong soe
tadi, ia lantas bertindak keluar dari Ceng Giap San chung, akan pergi ke pelabuhan.
Auwyang Siang Gee awasi Lioe Tong berlalu, habis itu
ia hadapi Kan In Tong. Ia ketahui dengan baik, bahwa
nelayan dari Soe Soei ini ada murid dari To Cie Taysoe, karena mana, ia tak berani memandang enteng.
"Kan Loosoe sudi memberi pelajaran kepadaku?" tanya
ia. "Benar," In Tong manggut. "Ban Loosoe ada urusan, ia
jadi membikin kecewa pada Hiocoe, maka itu dengan
lancang aku yang muda ingin sekali menerima pelajaran dari Hiocoe. Apakah Hiocoe sudi memberi pelajaran
kepadaku?" "Justeru adalah aku yang hendak mohon pelajaran dari
Loosoe," Siang Gee bilang. "Apakah loosoe setujui batas garisan ini" Umpama ini kurang tepat, tidak ada
halangannya untuk diperbesar sedikit."
"Kalangan ini bukannya tak terlalu tak cocok," sahut In Tong.
"Harap Hiocoe jangan sungkan. Silahkan Hiocoe
mulai!" Nelayan dari Soe Soei ini beradat aneh. Ia anggap
bahwa, dengan sikapnya yang sangat merendah itu,
Auwyang Siang Gee memandang enteng terhadapnya,
karenanya, ia jadi mendongkol.
"Kan Loosoe, silahkan!" jawab Siang Gee sambil
bersenyum. Sampai disitu, kedua pihak lantas bertindak kedalam
kalangan. Auwyang Siang Gee sebagai tuan rumah ambil tempat
disebelah bawah, yalah diarah Utara, menghadapi Selatan sedang Kan In Tong berdiri di Selatan, menghadapi Utara.
Mereka lantas saling memberi hormat pula, dengan
masing2 caranya sendiri. Sebagai muridnya To Cie Taysoe, Kan In Tong segera
berkelahi dengan menggunakan tipu tipu pukulan dari Cit cap jie sie Toan ta, "Tujuh puluh dua serangan pendek."
Dipihak lain, Auwyang Siang Gee mainkan "Tong Pek
Koen," ilmu pukulan "Seluruh lengan."
Melihat orang menggunakan Tong pek koen, Kan In
Tong tidak, pandang terlalu tinggi kepada lawannya ini, ia lantas saja mulai mendesak. Memang adalah kehendaknya untuk
bertempur ditempat sempit, cocok dengan pelajarannya. Tapi, setelah sekian lama, baharu ia tahu, lawannya bukannya lemah seperti dugaan nya semula.
Semua pelbagai serangannya dapat ditangkis atau dikelit, tak perduli kalangan sempit. Baharu sekarang ia insyaf, bahwa ditangan satu akhli, Tong pek koen pun mempunyai perubahan2 yang istimewa, gerakannya sangat pesat tapi tetap, cuma tertampaknya saja tak mencocoki hati.
Auwyang Siang Gee bertempur dengan mantap, gesit
lawan gesit, sampai sebegitu jauh, tak dapat ia didesak hingga melintasi garis kalangan.
In Tong ibuk setelah gagalnya pelbagai percobaannya
benar ia lebih banyak mendesak, tetapi lawan pun kadang2
balas serang ia dengan tak kurang dahsyatnya. Kemudian ia lihat ia diserang dengan Kim liong tauw kah, atau "Naga emas ulur kuku." Ia kaget, hingga ia merasa bahwa ia akan rubuh. Ketika itu, Siang Gee mendesak dari Timur ke
Barat. Tapi ia tak mau menyerah kalah secara gampang
saja, ia masih hendak menggunakan ketikanya yang baik.
Demikian ketika hiocoe dari Thian Hong Tong mundur
sampai tinggal setengah kaki lagi dari garis, ia lompat dengan desakannya beruntun "Ngo heng Lian hoan sie,"
atau "Lima logam berantai." Inilah desakan terakhir untuk lawan mundur hingga melewati batas garisan.
Auwyang Siang Gee dalam gerakan berkelit ketika ia
didesak lebih jauh, membelakangi lawan kaki kanannya
telah menginjak tanah ketika ia merasai desiran angin, ia tahu ia sedang diserang pula. Dalam ancaman seperti itu, dengan cepat ia geser kaki kanan sedikit kekanan, segera ia putar tubuh, tangan kanan dibawa ke iga, untuk dipakai menangkis atau menangkap tangan musuh, tangan kirinya pun disiapkan, guna bantu menyekal atau menyerang.
Berbareng sama kakinya yang sampai menginjak tanah,
serangannya Kan In Tong pun sampai, tapi lawan telah
berkelit maka serangan ini tak mengenai sasarannya dan lewat. Dilain pihak, kedua tangannya Auwyang Siang Gee telah menyambar ke arah lengan itu.
Serangan membalas dari hiocoe dari Thian Hong Tong
ini adalah "Loo wan hoen kie," atau "Kera tua membagi cabang." Kakinya kiri jadi berada didepan, kaki kanannya dibelakang,
dengan kuda2 tangguh. Karena dia menyambar, kaki kanannya In Tong pindah kedepan,
kuda2 nya belum sempat terpasang benar, tempo tangannya kesambar dan dibetot keluar, tubuhnya turut maju, sia ia mencoba pertahankan diri, tak ada bedanya, sebab lawan pun segera lepaskan cekalan kedua tangannya. Maka tak ampun lagi, ia terjerunuk kedepan, walaupun ia mencoba incncegah, kakinya toh lewati batas dua tindak!
Dengan muka dan kuping merah, Soe Soei Hie kee
hadapi lawannya. "Pelajaranku tak sempurna," kata dia, "Kau baik sekali, Auwyang Hiocoe. Lain kali saja kita orang bertemu pula!"
Lantas sambil tunduk, ia bertindak kearah rombongannya. Auwyang Siang Gee antap orang pergi, ia lalu berpaling kearah rombongan tetamu, maksudnya akan bicara kepada ketua See Gak Pay, akan tetapi Coe In Am coe sudah
mendahului berbangkit dari kursinya.
Niekouw dari Pek Tiok Am ini merasa tersinggung
karena muridnya To Cie Taysoe rubuh di tangan lawan, ia merasa malu sendirinya terhadap soepenya, ialah To Cie Taysoe, maka itu, ia berniat membelai, untuk perbaiki pamor See Gak Pay. Tapi belum keburu dia buka suara,
sudah ada orang yang tegur padanya.
"Tunggu dulu, Am coe!" demkian suara itu. "Aku ingin
belajar silat dibawah pimpinan dari pemimpin Lwee Sam Tong dari Hong Bwee Pang. Baik Am Coe mengalah dulu
terhadapku." Coe In menoleh kebelakang, ia kenali Loo piauwsoe
Hauw Tay, piauwsoe yang telah berusia lanjut. Ia tak dapat melarang piauwsoe ini, ia manggut seraya kata "Hauw
Piauwsoe hendak mohon palajaran dari Auwyang Hiocoe,
baik sekali, tidak ada halangannya untuk pinnie menanti sebentar."
Hauw Tay lantas utarakan kehendaknya kepada Eng
Jiauw Ong, lantas ia bertindak keluar dari rombongannya.
Melihat siapa yang muncul, Auwyang Siang Gee cepat
memapaki, untuk memberi hormat. Ia tahu piauwsoe tua
ini, yang telah ulung dalam pekerjaannya, yang namanya sangat terkenal, karena sebagai piauwsoe, Hauw Tay ada
manis budi dan luas sekali pergaulannya, hanya sekarang ia sudah undurkan diri.
"Hauw Loosoe hendak bicara tentang ilmu silat
denganku, mana aku berani menyambutnya," berkata
hiocoe dari Thian Hong Tong itu. "Aku sangat hargakan losoe, aku kagumi kepandaianmu, akan tetapi apabila aku menampik, kau tentu curiga dan akan katakan kami
memandang enteng kepadamu, dari itu baiklah kita batasi pertandingan kita sampai saling towel saja. Aku harap losoe menaruh belas kasihan kepadaku."
Hauw Tay bersenyum. "Baik, aku terima peraturanmu ini, Auwyang Hiocoe,"
ia menjawab. "Ini ada satu kesempatan yang baik, aku jadi tak tahu diri berani main dengan Hiocoe, hanya apabila sebentar aku gagal, aku bakal mundur sendiri, tidak nanti aku membikin Hiocoe menjadi berabe."
Piauwsoe ini bicara dengan merendah tetapi lagu
suaranya mengandung ejekan untuk Auwyang Siang Gee
yang demikian merendahkan diri. Siang Gee merasakan
sindiran itu, maka dalam hatinya ia kata, "Orang tua, kau terlalu berkepala besar. Aku sayangi sifatmu tapi jangan kau anggap aku tak dapat layani kau secara sungguh2...."
Lantas keduanya bertindak masuk kedalam kalangan.
Hauw Tay kesohor buat ilmu silatnya Pek kwa ciang
sekarang ia hendak menggunakan kepandaiannya ini untuk hadapi Auwyang Siang Gee dilain pihak, hiocoe dari Thian Hong Tong itu tetap menggunakan Tong pek koen, yang
tadi dipakai mengalahkan Kan In Tong.
Hauw Tay telah berusia lanjut akan tetapi ternyata ia masih kuat dan sebat Auwyang Siang Gee merasakan itu, hingga ia kagumi jago tua ini karenanya, ia jadi melayani
dengan hati2. Tadinya hiocoe ini tidak memikir untuk
tanam bibit permusuhan, akan tetapi makin lama,
desakannya piauwsoe tua itu makin hebat, mau atau tidak, tak dapat lagi ia main sabar saja. Maka kemudian ia juga hunjuk ketangkasannya. Ia ingin mencari kesudahan yang cepat, tak ingin ia nampak kegagalan. Terutama ia hendak hunjuk harga dirinya sebagai hiocoe dari Lwee Sam Tong.
Dengan sesungguhnya, dalam Hong Bwee Pang,
kedudukannya Auwyang Siang Gee berimbang dengan
ketuanya sendiri. Bin Tie dan Ouw Giok Seng ada orang2
tangguh, tetapi dengan kesabaran, dengan kegagahannya, Siang Gee bisa takluki mereka itu. Adalah hadapan hiocoe ini akan mencoba2 kepandaiannya ketua2 dari Hoay Yang Pay atau See Gak Pay, atau satu saja diantaranya siapa tahu, dia sekarang mesti layani Kan In Tong dan piauwsoe tua ini, yang semangatnya masih tetap muda, hingga
kemudian, ia tidak bisa berlaku sabar lebih lama pula.
Selang dua puluh jurus lebih, Hauw Tay lantas mandi
keringat ia tahu ia bakal kalah tapi ia malu untuk segera mundur, maka ia berkelahi terus.
Selagi orang sudah terdesak, Auwyang Siang Gee
menyerang dengan pukulannya "Hek houw sin yauw" atau
"Harimau hitam mengulet." Tangannya maju dengan cepat sekali. Hauw Tay lihat itu, tak dapat ia menangkis, maka ia berkelit. Apa lacur bagi jago tua ini, ia sudah terlalu lelah, kegesitannya berkurang, sia2 ia egos tubuhnya, ia toh kena terserang suara pukulan itu terdengar nyaring.
Puas Auwyang Siang Gee karena kemenangannya ini,
akan tetapi segera juga ia tampak seorang lain diantara mereka, sedang waktu itu, ia berniat titahkan orang tolong Hauw Tay untuk segera digotong pergi keperahu Garuda.
Ia segera kenali orang itu, ialah Coe In Am coe, pendeta wanita dari Pek Tiok Am, ketua dari See Gak Pay".
CXXXIV "Dengan kedatangan ini apakah Am coe sudi memberi
pelajaran kepadaku?" tanya Auwyang Hiocoe kepada
niekouw itu sambil memberi hormatnya.
Coe In Am coe manggut. "Pin nie telah saksikan kepandaian sempurna dari
Hiocoe, kepandaian yang jarang orang punyai, maka itu pinnie ingin terima pelajaran dari Hiocoe," sahutnya.
"Dengan begini pinnie mengharap akan mendapat
tambahan pengetahuan."
Hiocoe dari Thian Hong Tong itu tertawa besar.
"Jikalau demikian pembilangan Am coe, tak berani aku
menampiknya," jawab dia. "Aku ada orang angkatan
bawah dari Rimba Persilatan, angkatan muda dari dunia kang ouw, Am coe sendiri ada ahliwaris dari See Gak Pay yang kenamaan, dengan dapat menerima pelajaran dari Am coe, aku akan merasa sangat beruntung, dari itu harap Am Coe jangan merendah, jikalau tidak, tak berani aku terima pelajaranmu...."
"Jikalau demikian Hio coe menghargai pin nie, baik,
mari kita jangan sungkan2 lagi," Coe In bilang. "Ingin pin nie berlatih dengan Hiocoe, karena kalangannya telah
tersedia, harap Hiocoe setuju akan kita berlatih dalam kalangan itu saja."
Auwyang Hiocoe tidak segera berikan pernyataan setuju.
Dia kata "Turut apa yang aku yang rendah ketahui, boegee dari Am coe lelah mencapai batas kesempurnaan, terutama aku sangat kagumi pedang Tin hay Hok poo kiam dan
mutiara See boen Cit poe coe dari Am coe, maka setelah sekarang di Cap jie Lian hoan ouw ini Am coe sudi
memberi pelajaran, hal mana membuat aku sangat
berbahagia ingin sekali aku terima pelajaran dalam dua rupa
ilmu kepandaian itu, supaya aku dapat memandangnya. Maukah Am coe memberikan pengajaran
kepadaku?" "Auwyang Hiocoe, harap kau tidak dengari segala kabar tak keruan ujung pangkalnya," sahut Coe In Am coe.
"Mana pin nie mempunyai kepandaian seperti apa yang
disiarkan itu" Pertempuran dalam kalangan ini belum
memperlihatkan semua kepandaian Hiocoe, maka cukuplah jikalau pin nie terima pelajaran disini saja. Dalam halnya lain macam kebisaan, tak berani pinnie sembarang
mencobanya." Mendengar itu, Auwyang Siang Gee bersenyum.
"Baiklah, aku akan terima pelajaran Am coe," kata dia.
"Silahkan!" Coe In Am coe telah berdiri dibatas luar garis, maka
dengan angkat kaki satu tindak saja, ia sudah masuk dalam kalangan.
Auwyang Siang Gee segera loncat, untuk ambil tempat
didepan pendeta ini. Ia terus memberi hormat.
"Harap Am coe suka berlaku murah hati. Silahkan!" ia
mengundang. Ia lantas angkat kedua tangannya kekiri dan kanan, ia maju tiga tindak, lalu ia mundur pula setengah tindak. Secara demikian, ia telah siap.
Coe In Am coe rangkap kedua tangannya didepan dada,
lalu ia geser kaki kanannya kekanan. Menampak ini,
Auwyang Siang Gee tak bisa bade, sikap apa adanya itu.
Sebaliknya. niekouw dari See Gak Pay itu telah lantas ketahui Siang Gee adalah dari Ngo Bie Pay keturunan
Siauw Lim Sie. Sebagai ketua, Coe In Am coe telah wariskan ilmu silat istimewa kaumnya, yang diciptakan oleh To Cie Taysoe
ketika pendeta ini bangunkan kuil Pek Tiok Am. Itu adalah ilmu pukulan See boen Sam Liok Sie, yang digabung dari kesempurnaannya kedua ilmu silat Siauw Lim Pay dan Boe Tong Pay. Setiap gerakan dari ilmu ini ada membawa


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

totokan2 jalan darah, untuk menutup dan menghidupkan.
"Sam Liok Sie" itu adalah ringkasan dari "Sha cap lak sie", tiga puluh enam jurus. Kaum Rimba Persilatan hanya tahu bahwa Coe In Am coe liehay karena mempunyai ilmu
pedang Sha cap lak lou Thian kong kiam serta Cepe Jie sip pat Bieciong koen, akan tetapi See boen Sam Liok Sie nya belum pernah ada yang menyaksikan dipergunakan, maka
itu tak heran jikalau Auwyang Siang Gee, satu akhli, pun tidak mengenalnya.
Dengan rangkap kedua tangannya, Coe In Am coe
perlihatkan sikap See boen Pay Koed Sie, penghormatan kaumnya terhadap Sang Buddha, habis itu baharu ia
menyamping kekanan dari mana segera ia awasi Hiocoe
dari Thian Hong Tong. Sudah seharusnya, kapan ia mulai maju, Auwyang Siang
Gee mesti menginjak "tiong kiong", jalan tengah, akan bertindak ke pintu Hong boen, untuk maju lempang
langsung, akan tetapi sekarang ia tak kenal sikap lawannya itu, tak berani ia berlaku sembrono. Maka iapun segera bertindak kesamping. Hingga kedua nya tak jadi berhadap hadapan, keduanya jadi saling mengalah. Tapi kalangan sangat berbatas, perseginya tak lebih dari dua puluh empat kaki, dari itu, tak dapat mereka pisahkan diri masing2
terlalu jauh. Pun, sebentar saja, mereka sudah memutari habis kalangan yang sempit itu, hingga kembali mereka berdiri berhadapan seperti semula.
Masih Coe In Am coe tidak hendak bertindak terlebih
dahulu waktu menampak ini, Auwyang Siang Gee anggap
tak boleh ia siasiakan tempo lagi.
"Am coe, silahkan maju!" ia mengundang, berbareng
dengan mana, ia lantas mulai ajukan kedua tangannya
kearah tengah tubuh si pendeta wanita. Itulah serangan pukulan "Pat san oen ciang" dari Sip pat Lo Han Chioe dari Siauw Lim Pay.
Melihat pukulan ini, yang ia kenali, sekarang Coe In Am coe tidak heran lagi kenapa di Cap jie Lian hoan ouw ada orang suci yang sudi membantu Hong Bwee Pang, atau
lebih benar mungkin membantu Siang Gee sendiri.
Atas kedatangan serangan kedua tangan itu, kedua
tangan Coe In Am coe yang tadi dirangkap lantas dikasi turun berbareng kebawah, untuk tenggal kedua lengan
lawan. Dengan sebat Auwyang Siang Gee tarik pulang
serangannya itu, untuk terus bersiap pula.
Coe In juga tarik kedua tangannya, untuk dirangkap
pula, hingga kali ini ia perlihatkan sikap "Lian tay pay Hoed" atau "Dipanggung teratai menghormat Buddha".
Habis ini ia balas menyerang, dengan dua2 tangan juga.
Serangan ini telah mendesirkan angin.
Auwyang Siang Gee telah menjadi akhli Sip pat Lo Han
Chioe, dengan leluasa ia bisa menyingkir dari serangan itu.
Akan tetapi Coe In tidak mundur setelah percobaannya itu gagal, ia malah melanjutkan dengan serangan susulan.
Melihat demikian, Siang Gee mencelat kesamping kiri,
akan segera balas menyerang.
Dengan putar sedikit tubuh, Toe In tangkis serangan ini.
Tapi juga Siang Gee berlaku gesit, iapun mendesak, tahu2
tangannya yang lain sudah menyambar ke atas pundak
dibahagian yang kosong. Pendeta wanita itu mendek
sambil terus berkelit, sesudah mana ia meneruskan dengan menggunakan tangan
kirinya, akan serang alisnya sang lawan yang liehay itu, tangannya dari bawah nyelosor naik keatas.
Siang Gee tarik tubuhnya begitu rupa, hingga tahu2
tubuh itu sudah terputar, berputar terus hingga ia jadi berada dibelakang nya lawan. Cepat luar biasa gerakannya ini, dari belakang lawan segera ia kirim serangannya yang berupa dua2 tangannya kearah punggung.
Coe In Am coe telah menduga, setelah serangannya tak
menemui sasaran, lawannya tidak bakal hendak sudah saja.
Ia lihat orang berputar tubuh gesit sekali, ia menduga maksud lawan itu, ia tidak turut putar tubuh untuk siap sedia, ia hanya membungkuk seraya kedua tangannya dari ujung
jubanya yang gerombong itu, disampokkan kebelakang. Secara begini, serangannya Siang Gee dapat dirintangi. Akan tetapi, niekouw ini tak berhenti sampai disitu. Selagi tangan jubanya, bantu menangkis, jari
tangannya sendiri menyambar, mencari jalan darah
sipenyerang. Inilah gerakan yang dinamakan "Cian liong chioe", atau "Tangan pembunuh naga."
Hiocoe dari Thian Hong Tong tidak sangka gerakannya
niekouw ini, tidak heran kalau ia jadi terperanjat. Kalau bukannya ia, lain orang tak akan sanggup luputkan diri dari serangan membalas Cian liong chioe itu. Ia tarik pulang kedua tangannya yang kena disampok, ia buka itu kekiri dan kekanan, dalam gerakannya "Kim tiauw tian cie." atau
"Garuda emas pentang sayap", lalu ia membalas, dengan
"Keng sin pa houw ciang" "Putar tubuh menyerang
harimau", dengan sasarannya iga kanan dari lawannya itu.
Ini ada semacam serangan buntu, karena Siang Gee
merasakan ia sudah terdesak.
Coe In Am coe telah gagal dengan pukulannya "Tangan
pembunuh naga", iganya memang kosong, sedang serangan musuh ada berbahaya, ia kaget, dalam hati nya ia berseru
"Setan, jikalau aku antap kau menang, runtuhlah See Gak Pay ditanganmu!"
Mengerti berbahayanya serangan itu, Coe In coba egos
tubuh kekiri, sambil berbuat demikian, tangan kanannya menyabat kebawah terhadap tangan lawan. Ia telah
kerahkan tenaga Tiat pie pee ditangannya. Selagi menyabat itu, tangan kirinyapun menyusul dengan satu sambaran
"Tay leng pay chioe" atau "Tangan tugu", kearah muka.
Karena sebatnya, kedua tangan turun seperti berbareng.
Thian lam It Souw Boe Wie Yang, yang hatinya tabah,
yang sejak tadi duduknya tenang2 saja, terperanjat juga apabila ia tampak gerakannya hiocoe dan lawannya itu, ketua See Gak Pay. Dua orang itu telah berlaku nekat. Ia sampai berbangkit dari kursinya, dengan niat mencegah.
Juga Eng Jiauw Ong terkejut, karena ia kuatir benar Coe In Am coe sukar luput dari serangan membalas musuhnya itu, hingga ia berbangkit sambil menghela napas.
Adalah disaat genting itu, men dadakan ada terdengar
seruan yang datang dari arah para2 bunga "Hadiah tak
berarti! Persembahan kehormatan! Sambutlah!" Lalu
menyusul suara kera tak keretek dipara2 itu, suara nyaring dari meletaknya bambu2 utuh, hingga para2 bergerak
hampir ambruk! Auwyang Siang Gee tengah hadapi ancaman malapetaka, memang hatinya kurang tenteram karena
datangnya warta2 yang dibawa burung2 dara Hong. Bwee
Pang, maka ia terkejut mendengar suara berisik itu serta
seruan tak disangka tidak tempo lagi, ia menjejak kedua kakinya, mengenjot dan berlompat keluar kalangan.
Juga ketua dari See Gak Pay terperanjat karena seruan dan suara nyaring itu, tanpa merasa, serangannya jadi sedikit terlambat. Tetapi walaupun demiki an, karena satu tangan digentak dan tangan yang lain ayal, dengan
sendirinya kedua tangan jadi benterok Coe In tangan kanan nya, Siang Gee tangan kirinya, kedua2nya merasakan
tangan masing2 seperti mati, tak dapat di geraki ".
Juga pendeta wanita dari Pek Tiok Am turut loncat
keluar kalangan. Menyusul seruan dan suara nya ring itu, yang membuat
pertarungan jadi berhenti sendirinya, segera terdengar juga suara yang dingin dan bersifat mengejek yang datang dari arah para2. "Ketua dari Lwee Sam Tong janganlah terlalu bertingkah dahulu hingga kau hendak menjagoi! Baik kau bersihkan dahulu orang busuk dalam kalanganmu sendiri baharu setelah itu kau coba angkat dirimu!"
Kata2 yang belakangan ini cuma dapat terdengar oleh
Auw yang Siang Gee dan Coe In Am coe, atau mungkin
orang yang berada paling dekat dengan para2 bunga.
Sementara itu, karena suara berisik dipara2 itu, semua orang Hong Bwee Pang telah menjadi kaget semua yang
duduk telah berlompat bangun sebagai pangcoe mereka,
karena merekapun menyangka mesti ada terjadi sesuatu
yang hebat. Malah dua orang sudah loncat melesat dengan sangat gesit sekali!
-ooo0dw0ooo- Jilid 14 Dua orang itu adalah Ouw Giok Seng yang pertama dan
Gouw Ceng yang kedua, karena mereka berlompat seperti saling
menyusul. Kedua2nya menggunakan tipu mengentengkan tubuh "Yan coe Hoei in ciong" loncat
kearah para2. Malah Ouw Giok Seng begitu berani untuk segera loncat naik keatas, hingga Gouw Ceng pun turut teladannya itu.
Auwyang Siang Gee juga tidak mau berdiam saja. "Ada
orang ganggu kami, aku ingin belajar kenal dengan sahabat itu, maka Am coe, harap tunggulah sebentar," kata dia kepada lawannya.
Tanpa tunggu jawaban, ketua Thian Hong Tong ini
sudah lantas loncat kearah para2, sedang Ouw Giok Seng dan Gouw Ceng berdua sudah sampai diatas para2 itu
dimana mereka tampak bagian tengahnya telah rusak
melesak. Tapi diatas itu mereka pun dapatkan sebuah
kantong hitam yang besar.
"Apa ini, Ouw Hiocoe?" tanya Gouw Ceng.
Belum lagi Giok Seng menyahuti, mereka tampak
kantong itu bergerak2. Ouw Hiocoe maju setindak, ia berdongko untuk melihat
lebih dekat, sedang tangannya sebelah diulur, untuk dipakai merabah.
Justeru itu, ia dengar suara napas, suara merintih
pelahan, dari dalam kantong itu.
"Ha!" berseru hiocoe ini, kaget dan berduka. Kemudian ia kata pada kawannya "Bawa dia pergi!"
Gouw Ceng lihat air muka temannya berubah ia rupanya
bisa menduga, maka itu, tanpa bilang suatu apa, ia sambar
kantong besar itu untuk diangkat dan dibawa turun
kebawah. Ketika itu Auwyang Siang Gee telah menyusul ia
tampak kantong itu dan tanya kepada Gouw Ceng, apa isi bungkusan itu, akan tetapi belum sampai si Burung Laut menyahuti, Ouw Giok Seng sudah hampirkan mereka, yang terus kata "Auwyang Toako, tak usah tanya dulu! Dalam Ceng Giap San chung ini ada sembunyi orang yang hendak membelai kita! Inilah kantong yang akan membuat Liong Tauw Pang coe mendapat malu! Toako, tolong lekas
periksa! Jangan kita tak bakal bisa taruh kaki lebih lama pula disini!...."
"Baik, Ouw Jie tee," jawab Auwyang Siang Gee. "Pergi
kau turun dan membereskannya! Setelah sampai disini,
jangan kita sungkan2 lagi, kita harus keluarkan semua tenaga kita! Ingin aku tengok orang macam apa yang telah begini menghina kepada kita!"
Habis mengucap demikian, ketua Thian Hong Tong lari
berlompatan kearah pepohonan lebat digunung2an yang
menghadapi pintu. Ouw Giok Seng mendekati Gouw Ceng.
"Letakkan kantong ini dipaseban jika dengar tanda dari aku, baharu turun tangan," pesan ia kepada si Burung Laut.
Hay niauw Gouw Ceng heran, hingga ia bingung. Tapi ia jalan terus sampai dipaseban, dengan diikuti terus oleh kawannya.
"Buka mulutnya kantong!" Giok Seng kata, wajahnya
jadi muram durja. Segera ia siapkan diri disebelah depan.
Dengan gerakan tangan, ia beri tanda pada kawannya.
"Jikalau benar dia adanya, lekas tutup pula!"
Gouw Ceng mengarti, ia buka mulut kantong, hingga
segera ia tampak segumpal rambut hitam gomplok yang
awut2an, yang menutupi satu muka yang elok, melihat
mana ia lantas kerutkan alis. Ia masih mengawasi ketika bulu mata dari muka elok itu bergerak, kulit matanya lantas terbuka, hingga tertampaklah sepasang mata yang layu tapi biji matanya bersinar bening, hingga sinar kedua mata itu benterok kepada sinar matanya si Burung Laut.
Tiba2 orang dalam kantong itu perdengarkan jeritan
pelahan. Hatinya Gouw Ceng lantas saja tergerak, memukul tak
henti2nya. Tapi ia ingat pesannya Giok Seng, segera ia tutup pula mulut kantong itu.
Ouw Giok Seng sendiri sudah lantas memutar tubuh,
akan menghadap kepada ketuanya.
"Ouw Giok Seng dari Kim Tiauw Tong melapurkan,"
berkata hiocoe ini. "Titah dari Pangcoe telah diuwarkan supaya semua anggauta melakukan penangkapan kepada
tocoe Liok Lo Kim In yang mengepalai pusat rangsum ke duabelas di Jalan Barat di Liang Seng San! Karena tidak sanggup lolos dari Ciatkang Selatan, sekarang tocoe itu telah dapat ditangkap oleh suatu rekan kita kaum kang ouw siapa telah antarkan tawanannya itu kemari. Karena disini kebetulan berkumpul tetamu2 kita yang terhormat, sedang dia adalah orang durhaka dari kaum kita, yang dosanya tak berampun, baiklah Pang coe tidak usah periksa lagi
kepadanya dan serahkan saja dia kepada Keng tong untuk diberikan hukuman, untuk melindungi undang2 kita!
Apakah Pang coe suka mengabulkan permohonan poen co
ini?" Boe Wie Yang lantas mengarti apa maksudnya
hiocoenya ini, yang hendak lindungi muka terang dari
Hong Bwee Pang, maka tak ayal lagi ia berikan jawabannya
"Baiklah!" Habis ini, pemimpin ini hendak titahkan Sim A Eng
membawa tek hoe, surat titahnya yang terbuat dari bambu, akan tetapi seorang Hoay Yang Pay dului ia. Kata tetamu itu "Boe Pang coe, tolong kau tarik pulang dahulu titahmu!
Ada sesuatu yang kami hendak minta dari Pang coe dan
kami inginkan agar permintaan kami ini diterima baik!"
Boe Wie Yang menoleh, maka ia lihat Twie in chioe Na
Pek, orang Hoay Yang Pay yang paling sukar dilayani itu.
"Ada pengajaran apakah, Na Toa Hiap?" dia balik tanya.
"Silahkan kau bicara, jangan sungkan2!"
"Boe Pang coe, pertama2 inigin aku menjelaskan,"
berkata Twie in chioe si Tangan Kilat, "bahwa kami datang ke Ceng Giap San chung ini sebagai tetamu, dari itu segala urusan kaummu, tak seharusnya kami mencampur tahu
atau menanyakan. Akan tetapi pada saat ini, keadaan
adalah lain. Baiklah aku terangkan, antara orang2 yang turut kami datang kemari, ada mereka yang tinggal
terpencar jauh dipelbagai tempat, dari itu tak heran kalau ada yang datangnya terlambat. Diantara mereka itu, ada satu yang paling kami buat kuatir. Dia adalah satu orang tua, ketika dia terima undangan kami, dia ada balaskan kabar bahwa dia bakal datang dengan ajak muridnya yang tersayang. Sebenarnya kami berjanji akan bertemu di Tong peng pa, Lokceng, akan tetapi sampai waktu ini, dia masih belum tiba juga. Dia ada seorang tua yang boleh sekali dipercaya, maka itu setelah dia beri janjinya, mesti dia datang kemari, tak perduli dia menghadapi urusan sangat penting. Toh sampai pada detik ini, tentang dia dan
muridnya, kami tak dengar suatu, apa. Kami berada di Cap jie Lian hoan ouw, tetapi sahabat kami itu tak memberikan
kabar ceritanya, bagaimana kami tidak memikirkannya"
Sekarang dengan mendadak ada orang melemparkan
kantong hitam yang besar, mau atau tidak, kecurigaan kami timbul sendiri nya. Apakah isinya kantong itu bukannya sahabatku yang tua itu" Ingin kami melihatnya! Tak ingin kami anggap sahabat baik sebagai musuh besar, tetapi kami kuatir lain oranglah yang nanti anggap kami sebagai
musuhnya! Maka itu, Boe Pang coe, harap kau berlaku
murah, tolong kau berikan ijin supaya kami dapat melihat, apa sebenarnya isi dari kantong hitam itu."
Selagi Na Pek belum ucapkan habis kata2 itu, entah
siapa yang campur bicara, orang dengar suara ini "Na Loo Toa hendak kenali sanaknya!"
Na Pek pun dengar itu, ia menduga Siangkoan In Tong,
tapi kapan ia menoleh ia melihat orang sedang menyedot hoencweenya dengan tenang, nampak nya dia itu tak
perhatikan pembicaraanya dengan Boe Wie Yang.
Melainkan beberapa orang didekatnya Siangkoan In Tong sedang bersenyum.
Ketua Yan tiauw Siang Hiap jadi mendongkol.
Sementara itu Boe Wie Yang, yang dengar ucapannya
Twie in chioe sudah tertawa lebar.
"Kau benar, Na Toa Hiap!" menyahut dia. "Memang,
melukis naga, melukis harimau, sukar melukis tulangnya, dan mengenal orang, mengenal mukanya, tidak mengenal
hatinya! Begitulah, obat apa yang kita jual dalam cupu2
kita, orang lain tak mengetahui nya, seperti kita juga tak tahu, apa yang lain orang pikir dalam hatinya. Na Toa Hiap ingin lihat isinya kantong, inilah gampang"."
Lantas pemimpin Hong Bwee Pang itu memandang pada
Ouw Giok Seng seraya kata "Ouw Hiocoe, Na Toa Hiap
telah sangsikan orang dalam kantong itu, tak dapat kita
bikin Na Toa Hiap tak tenteram hati, maka kau
keluarkanlah dia, supaya Na Toa Hiap melihatnya dengan nyata, supaya kita pun tak usah nanti terima teguran dan menyebabkan kesulitan orang lain...."
Ouw Giok Seng insaf, bahwa sampai waktu itu, tak ada
apa2 lagi yang bisa dirahasiakan, maka ia menghadapi
pemimpinnya itu. "Baiklah, Pang coe," ia menjawab. Setelah itu, ia
meneruskan kepada Hay niauw Gouw Ceng "Keluarkan
binatang itu!" Titah itu menyulitkan Gouw Ceng. Hal ini keluarkan
orang yang menjadi isi kantong itu justeru ada pekerjaan yang ia paling takut melakukannya. Ia insaf Giok Seng berbuat demikian karena tak hendak dipakai tenaganya
orang2 mereka. Tapi ia masih mencari daya. Ia lihat Sim A Eng dan Sim A Hiong mendampingi Boe Wie Yang, lantas
ia menghadapi pemimpinnya itu seraya kata "Mohon
Pangcoe menitahkan A Eng dan A Hiong. bantui aku."
Boe Pang coe mengarti keberatannya Gouw Ceng.
Memang semua orangnya, yang berkedudukan tinggi, tidak sudi melakukan pekerjaan kasar seperti itu, akan tetapi ia juga tak dapat perintah orang sebawahannya bangsa
pengawal atau bujang, kuatir dia nanti diperhina Hoay Yang Pay atau See Gak Pay.
Sementara itu Ay Kim Kong Na Hoo, sambil
bersenyuma tawar sendirinya tengah awasi tuan ramah itu.
Dalam hati si Kim Kong Kate kata "Kawanan kunyuk,
kamu sedang bersandiwara saja! Kami tahu kamu ada
bangsa licik, tukang2 tipu, tetapi kamu lihat, apa yang akan terjadi!"
Dua2 saudara Sim masih boca2 tetapi mereka cerdik,
mereka mengarti kenapa Gouw Ceng minta bantuan
mereka. Hal ini membuat mereka mendongkol. Tapi Boe
Pang coe telah terima baik permintaannya si Burung Laut, mereka tak dapat membantah. Begitulah mereka bertindak kearah kantong hitam yang besar itu, mata mereka sendiri dengan mencorong ditujukan kepada Gouw Ceng.
Gouw Ceng tidak perdulikan sikap orang. Ia sebenarnya sedang ibuk sangat sendirinya, karena ia tak tahu bahwa pada saat itu ia merasa tak tenteram sendirinya, jantungnya terus goncang. Tapi ia mesti bekerja. Maka ia buka
mulutnya kantong sambil ia kata.
"A Eng, A Hiong, keluarkanlah dia!"
Dua saudara Sim itu segera lihat, isi kantong ada seorang perempuan. Mereka lantas bisa duga, siapa adanya orang dalam kantong itu hanya orangnya sendiri, mereka belum pernah melihatnya. Mereka cuma pernah dengar hal Lie
Touw hoe dibagian Barat, yang banyak lelakonnya.
Memang jarang mereka ketemu pelbagai to coe bahagian
luar, yang menghadap biasanya satu tahun sekali. Mereka duga, tentulah dosanya Lie Touwhoe ada dosa tak
berampun. "Sial...." kata mereka dalam hati, karena mereka
terpaksa mesti bantui Gouw Ceng. Mereka tidak berani
menampik. Begitulah A Eng lantas cekal lengan kanan dari orang
dalam kantong dan A Hiong pegang lengan kirinya, setelah mereka mengangkat, kelihatanlah seluruh tubuh orang
dalam kantong itu, yang benar2 Lie Touw hoe adanya si perempuan centil, kedua tangan siapa masih diringkus.
Gouw Ceng pegangi kantong dengan bingung sekali, ia
tak tahu duduknya hal. Ia cuma bisa menduga2 dan jadi merasa tak tenang karenanya.
Sekalipun Ouw Giok Seng juga ragu2. Kenapa Lie Touw
hoe dibekuk dan dibawa langsung ke Ceng Giap San
chung" Tidakkah itu ada perbuatan sengaja dari pihak Hoay Yang Pay dan See Gak Pay untuk bikin malu mereka"
Apa yang aneh dalam dirinya Ciok Cit Nio adalah,
apabila dia dibekuk oleh musuh, mestinya itu terjadi
sesudah satu pertempuran, hingga karenanya, pakaian dan romannya tidak keruan macam, akan tetapi sekarang,
kecuali rambutnya kusut, dia memakai pupur dan yancie medok, mulutnya berbau arak. Hal ini lantas dapat dilihat oleh Giok Song dan Gouw Ceng.
Gouw Ceng memegang kantong dengan kepala tunduk


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedikit, sementara begitu, dua saudara Sim lalu angkat tubuh Liok Cit Nio dengan tiba2. Ini ada perbuatan sengaja, karena mendelu terhadap tocoe itu dan sekarang ingin
mereka melampiaskannya. Sama sekali si Burung Laut tidak bersedia. Tadipun
kedua boca mengangkat dengan pelahan2. Ia terkejut ketika tubuh orang dalam kantong itu hampir mengenai padanya ia egos kepala nya, kekanan. Tidak urung, kaki kanan Cit Nio masih keburu mengenai muka dan pundaknya.
Berbareng dengan itu, bau harum juga menyerang
hidungnya si Burung Laut ini.
Untuk bebaskan diri, Gouw Ceng menolak dengan
tangan kanannya, tetapi tangan itu justeru kena rabah buah dadanya. Dia kaget, dia lantas mundur. Justeru itu, Cit Nio pun perdengarkan suara pelahan.
Kejadian itu membuat Gouw Ceng malu dan
mendongkol, akan tetapi sedang ia memikir untuk umbar itu, A Hiong dan A Eng sendiri sudah ayun tubuh Cit Nio untuk dipaksa tekuk lutut sambil mereka membentak
"Berlutut!" Habis itu, mereka terus berdiri dikedua
pinggiran sikapnya seperti algojo saja.
Gouw Ceng lihat tampang muram dari Ouw Giok Seng,
tak jadi ia ngambek, maka ia jadi berdiam dalam keadaan serba salah.
Hampir waktu itu, dua kali terdengar suara tertawa
mengejek. Kapan Hay niauw Gouw Ceng mengawasi
kepada orang yang menghina itu, ia kenali Ciok Liong
Jiang dan Kang Kiat, dua anggota paling muda dari
rombongan tetamu. Kembali ia jadi sangat mendongkol.
Ketika itu Ouw Giok Seng telah perdengarkan suaranya.
Dia kata "Sudah beberapa tahun bekerja untuk kaum,
masih kau bisa lakukan kekeliruan. Toh kau tahu aturan kita dan bagian yang mana yang kau telah langgar! Kenapa kau tidak mohon kemurahan hatinya Couwsoe dan
menjalankan hukuman sendiri" Buat apa kau bikin berabeh lain orang?" Buka belenggunya, tak usah lain orang
menolongi mengikatnya!"
A Hiong dan A Eng mengarti titah itu, mereka lantas
membuka belenggu pada kedua tangannya Cit Nio.
Perbuatan membelenggu itu memang ada suatu penghinaan untuk Hong Bwee Pang.
Semua tetamu, begitupun para hiocoe dan tocoe Hong
Bwee Pang, mengawasi kearah Liok Cit Nio. Inilah orang yang mereka hendak tawan tetapi senantiasa lolos. Diantara orang Hong Bwee Pang itu, Coei Hong dan Siang chioe
Kim piauw Lo Sin adalah yang dadanya hampir meledak.
Coei Hong adalah yang atur surat sumpah dari Cit Nio, yang katanya hendak bertobat, tetapi Cit Nio telah
rubuhkan dia dengan asap obat pulas hingga hampir
jiwanya melayang. Itu ada satu hinaan, satu hal yang
membuat dia malu. Tidakkah dia sudah rubuh" Surat
sumpahpun telah dicuri oleh Cit Nio, melainkan hiocoe dari Hok Sioe Tong ini belum tahu bahwa surat itu telah terjatuh ketangan Hoay Yang Pay. Coei Hong bungkam
mengenai kegagalannya itu, akan tetapi kemudian Boe Wie Yang ketahui juga, karena kisikannya Wie Thian Yoe, siapa pun mengetahuinya sendiri belakangan. Atas kisikan itu, Boe Wie Yang cuma kasi titah akan cari dan bekuk Cit Nio dimana saja, agar kemudian tak lagi ia bisa merugikan Hong Bwee Pang. Sekarang, diluar dugaan, Coei Hong
lihat Cit Nio dihadapannya dan dalam keadaan demikian rupa.
Lo Sin sangat menyayangi Cit Nio, karena mana, ia
selalu melindunginya. Ini disebabkan karena ia ingat susah payahnya dari kecil merawat dan mendidik Cit Nio. Karena pengelonan itu, ia sampai benterok pandangan dengan Lo Gie, hingga mereka, dua saudara putus perhubungannya.
Segala pengaduan diterima Lo Sin sebagai fitnahan, ia menyangka
orang berdengki kepadanya karena pengaruhnya yang besar. Pernah ia tanya mengenai
kegiatan2 Cit Nio di Liang Seng San tapi Cit Nio bisa sekali menjawabnya. Maka ia kaget ketika akhirnya Cit Nio kabur dan itu disusul dengan berkhianatnya Lo Gie. Ia jadi malu sendiri. Ia baharu bertenang hati ketika kemudian ternyata Boe Wie Yang tidak tarik panjang urusan itu. Tapi sekarang Cit Nio kena dibekuk, kembali hatinya jadi tidak tenteram, bukan main malu nya. Ia berdiri berendeng sama Coei
Hong akhirnya, berdua mereka mohon Boe Pang coe segera hukum perempuan cabul itu. Kalau Cit Nio lantas dihukum mati, harapannya orang lain tak sampai kerembet2.
"Tunggu, jangan sibuk!" mencegah Boe Wie Yang
sambil menggoyang tangan.
"Bawa dia kedepan, untuk tunggu putusan," kemudian
Gouw Ceng perintah dua saudara Sim.
"Mari!" kata dua saudara itu kepada Cit Nio. "Biarlah Boe Pang coe melimpahkan belas kasihannya terhadapmu!"
Cit Nio lihat suasana, mukanya menjadi pucat. Dia telah berhasil lolos dari Hok Sioe Tong, ia telah pernahkan Hauw Kiat yang dihukum dibuntungi kedua kakinya dan dikebiri didekat Lok ceng, tapi walaupun insaf ancaman bahaya, dia tidak pernah kapok, tak mau dia bertobat. Demikian di Lok ceng itu, dia telah bisa tempel satu anggota Hong Bwee Pang nama Lauw Hong Kauw, yang ia berbareng juga bisa permainkan. Dengan bersahabat sama Hong Kauw ini, ia
berbareng bisa umpatkan diri juga. Tempat sembunyinya adalah diluar Tong peng pa, dari mana dengan diam2 ia coba dengar gerak gerik dalam Cap jie Lian hoan ouw
terutama ia ingin ketahui hal ikhwalnya kedua kaum Hoay Yang Pay dan See Gak Pay. Ia tidak sudi mengaku salah, sebaliknya, ia benci kedua kaum itu, yang ia anggap telah menyebabkan dia tak bisa pulang kerumahnya". Maka
ingin ia membalas jahat, walaupun lerhadap satu dua orang saja ia bermusuhan. Ia selalu mencari ketika, mencari jalan diluar tahunya, dia sendiri sudah diintai oleh salah satu anggota tertua Hoay Yang Pay. Sebenar nya, andai kata ia tak terbekuk oleh orang Hoay Yang Pay, ada sulit untuknya terlolos dari ayah nya sendiri, Sam in Ciat hoe ciang Lo Gie, yangan lagi cari dia, apabila dia dapat diketemukan oleh sang ayah, segera dia akan dihajar mati, supaya ia tak memalukan lebih lama kepada ayahnya itu. Tapi ia telah bertemu dengan anggota tertua Hoay Yang Pay itu, ini
melekaskan tertawannya. Malam itu Liok Cit Nio sedang berpelesiran sama
sahabatnya baharu tiba2 mendatang anggota tertua Hoay Yang Pay. Lauw Hong Kauw telah lantas dibinasakan
perempuan cabul ini sudah diringkus setelah dia ditotok jalan darahnya hingga dia mati daya. Selagi dia tak sadar
akan dirinya, dia dibelesakkan dalam kantong segera dia dibawa masuk kedalam Cap jie Lian hoan ouw, terus ke
Ceng Giap San chung dimana orang sedang adu jiwa, selagi Coe In Am coe layani Auwyang Siang Gee yang liehay.
Sengaja perempuan cabul ini ditotok dahulu, untuk
sadarkan padanya, habis itu baharulah dia dilemparkan keatas para hingga dia akhirnya didapatkan oleh pihak Hong Bwee Pang. Dilain pihak, sia2 pihak Hong Bwee
Pang mencari anggota tertua Hoay Yang Pay yang tak
dikenal itu. Sekarang Liok Cit Nio jadi sangat kuatir dan ibuk. Ia insyaf, saat kematiannya segera akan datang. Maka ia
memikirkan akal bagaimana ia bisa mendapat kesempatan yang terakhir ini untuk kembali tolong dirinya. Karena ini, tak sempat ia menduga2 siapa orang itu yang bekuk
padanya, seorang yang liehay sekali, karena ia ditotok tanpa ia keburu ketahui siapa adanya dia itu.
Selama diangkut dari para2, Cit Nio sudah sadar benar2, maka itu, ia telah lantas bisa berpikir. Setelah melihat gelagat, ia segera maju kehadapan Boe Wie Yang, untuk lantas tekuk lutut.
"Tee coe yang berdosa, Liok Lo Kim In dari Cap jie to Liang tay di Liang Seng San mohon kemurahan hati Pang coe," berkata dia dengan suaranya berduka.
Boe Wie Yang berada diantara para tetamu, ia tak mau
dipandang hina ia mesti melindungi kehorinatannya, maka itu, atas kata2 anggauta yang nakal itu, ia perdengarkan bentakan.
"Lo Kim In!" demikian suara nya, "kau ada anggauta
Hong Bwee Pang dengan kemurahan nya Couwsoe, kau
diangkat jadi kepala dari pusat rangsum di Liang Seng San, maka kenapa, bukannya kau mencoba membalas budi, kau
justeru langgar atur an, kau berkhianat, kau mendurhaka, hingga kau menghina Couwsoe" Kenapa kau tergila2
pemuda cakap" Apakah kau insyaf sekarang akan dosamu"
Sekarang ini Ceng Giap San chung lagi terima
kunjungannya tetamu yang terhormat, tidak ada kesempatan untukku membuka sidang sembahyang untuk
periksa dan hukum padamu, maka sekarang kau tunggu
dulu." Mendengar pemeriksaan akan ditangguhkan, hatinya Cit
Nio menjadi lega. Kepadanya timbul harapan. Maka
dengan hunjuk roman sangat berduka, ia manggut2
terhadap ketuanya itu. "Pang coe, tee coe mohon supaya Pang coe jangan
sembarang dengar mulut orang luar," berkata dia, dengan suara lemah tetapi menarik. "Tak beruntung tee coe telah terlahir sebagai seorang perempuan dan hidup dalam dunia kang ouw, hidup lebih sengsara daripada lain2 orang kang ouw. Pun tidak beruntung, setelah menikah, suamiku telah terbinasa untuk kaum kita, hingga teecoe mesti jadi
janda...." Ouw Giok Seng sebal mendengar kata2nya, ia
memotong "Lo Kim In, tak usah kau goyang lidahmu lebih lama! Walaupun dari lidahmu akan keluar bunga teratai, jangan pikir untukkau bisa lolos pula dari Cap jie Lian hoan ouw! Baik kau lekas terima hukumanmu, jangan kau
mencoba melambatkannya, atau aku nanti, terpaksa langgar undang2, nanti aku wakilkan Couwsoe melimpahkan
kemurahan hati terhadapmu!"
Kim In memutar tubuh, alisnya mengkerut, akan tetapi
wajah nya menandakan penasaran atau kemurkaan
tertahan. Ia awasi hiocoe dari Kim Tiauw Tong, Gedung Garuda Emas, lalu ia manggut tiga kali. Dengan suara
sedih berkatalah ia "Ouw Hiocoe, kau ada jadi hiocoe dari
Lwee Sam Tong, jikalau kau hendak hukum aku yang telah mirip dengan seekor burung kecil yang sudah masuk dalam jaring, itulah tinggal satu gerakan tangan saja, umpama menindas semut! Kau hendak suruh aku mati, tak berani aku membantahnya, hanyalah kau sebagai hiocoe dari
Lwee Sam Tong, pasti kau bisa bertindak dengan menuruti penetapan Thian dan pri kemanusiaan! Aku ada orang
bercelaka, nasibku sengsara, apa yang aku sayangi lagi"
Sejak aku masuk Hong Bwee Pang, aku telah serahkan
diriku kepada Couwsoe, dari itu, apa lagi yang aku buat jerih! Tetapi aturan kita keras tetapi adil, maka itu, dijalankannya harus
dengan bukti! Aku dikatakan melanggar aturan! Siapa saksinya, siapa yang menuduh
nya" Aku kehendaki perpaduan saksi2! Aku bukannya
anggota baru, aku lebih mengarti dari siapapun jua! Aku ingin diadili dihadapan Pang coe yang bijaksana dan
budiman, secara begitu, matipun aku akan meram!"
"Hm!" bersuara Ouw Giok Seng, yang menahan hawa
amarahnya. Ia kendalikan diri, untuk bisa saksikan sikapnya Boe Wie Yang.
Iapun sungkan dikatakan sebagai orang yang keterlaluan.
Diam2 hatinya Kim In legah karena ia dapat
membungkamkan hiocoe dari Kim Tiauw Tong. Asal ia
tidak segera dihukum mati, ia masih mempunyai harapan.
Akan tetapi, diluar dugaan nya, ia segera dengar
bentakannya Kiang chioe Kim piauw Lo Sin.
"Budak hina!" demikian bentakan itu. "Kau telah
cemarkan kehormatan keluarga Lo, kau telah runtuhkan
nama besar Hong Bwee Pang, jangan main bantah2an lagi umpama kata aturan kita tak menghukum padamu, tetapi
aku tidak nanti antap yang kau hidup lebih lama lagi
daripada saat ini!" Cit Nio perdengarkan keluhan, lantas ia angkat
kepalanya mengawasi mamaknya. Nampaknya ia ada
sangat berduka. "Pehhoe, kau keliru," berkata dia, suaranya pelahan.
"Harimau tidak gegares anaknya! Pehhoe memang bukan
ayahku akan tetapi denganku kau sebenarnya ada terlebih dekat daripada ayahku itu. Ayah telah melatih diri hingga dia tak ingat kepada darah daging sendiri, sejak itu adalah pehhoe serta pehbo yang rawat dan didik aku, semua
kepandaianku ada pemberian pehhoe sendiri, malah
diwaktu aku menikah, itupun ada atas persetujuanmu. Aku masuk Hong. Bwee Pang pun sebab anjuran dan ajakan
pehhoe! Maka itu, pehhoe, selagi lain orang bermain sulap untuk menganiaya keponak anmu yang bercelaka ini, selagi aku umpama kata mempunyai seratus mulut tetapi masih
tidak sanggup membela diri, kenapa pehhoe turut2 lain orang, hendak tidak menolong kepadaku" Apakah benar
pehhoe tidak berkasihan kepadaku dan tidak niat membelai keputihbersihan diriku" Apa benar2 pehhoe justeru hendak membuang batu untuk menguruk sumur" Pehhoe, adalah
baik untuk kau tidak campur urusanku ini! Keponakanmu langgar aturan, biar dia bertanggung jawab sendiri!
Umpama pehhoe tetap tak ingat kecintaan mamak dan
keponakan, baik pehhoe ingat juga, perbuatan kau sendiri pasti tak kurang hebatnya daripada perbuatanku! Apakah harus aku dan pehhoe bersama2 habis jiwanya, supaya
habis juga turunan keluarga Lo" Oh, pehhoe, kau taruhlah belas kasihan kepada keponakanmu yang bercelaka ini"!"
Kata2 Cit Nio ini hampir membuat dadanya Lo Sin
meledak. Berbareng itu iapun jadi ibuk sendirinya, karena kata2 itu merupakan juga tusukan golok kepada uluh
hatinya. Tak berani ia umbar terus hawa amarahnya.
Memang, keponakan ini tahu habis sepak terjangnya.
Jikalau ia bersikap keterlaluan, bisa menjadi Cit Nio akan buka segala rahasianya, hingga berdua mereka akan habis bersama.
"Ha, budak celaka, kau hendak bikin aku mati gusar!"
berteriak ia kemudian. Cit Nio tidak layani mamak nya itu, ia sekarang
berpaling pula kepada Boe Pang coe, akan berkata "Pang coe, teecoe mohon belaskasihanmu. Tolong Pang coe
kasihani mendiang suamiku, yang telah berkurban jiwa
untuk Hong Bwee Pang kita. Teecoe pun berterima kasih, walaupun teecoe ada seorang perempuan, Pang coe sudah serahi tugas berat di Liang Seng San kepadaku, untuk urus pusat rangsum See lou Cap jie too. Teecoe telah
dipercayakan, meskipun teecoe tolol, tetapi tak nanti teecoe tidak menyayangi jiwa sendiri. Teecoe ada satu janda muda tapi teecoe berkuasa di See lou Cap jie too, tidak heran jikalau ada banyak orang yang mengiri dan berdengki
kepadaku. Ketika menyingkir dari See lou hampir saja
teecoe terjatuh dalam tangan musuh. Tempat kediaman
teecoe, Liok kee po, telah dibakar habis, teecoe jadi sendirian saja dan tidak berdaya. Bukan nya tidak ada saudara2 kita yang menolong teecoe tetapi mereka pun
tidak berdaya. Dengan tenagaku, mana teecoe sanggup
layani ketuar dari Hoay Yang Pay dan See Gak Pay"
Sedang diantara orang2 kita, ada mereka yang ingin bikin celaka teecoe. Umpama jiwa semut, demikian tee coe lolos dari malapetaka, hingga teecoe bisa kembali dalam Cap jie Lian hoan ouw. Mengenai sepak terjangku di See lou Cap jie to, teecoe mohon Pang coe melakukan pemeriksaan
saksama. Teecoe tahu, karena ada pihak yang kuatir teecoe nanti beber segala apa, maka mereka mendahului
memfitnah teecoe. Tee coe percaya Pang coe ketahui segala apa. Coba teecoe bukannya seorang perempuan, tidak nanti teecoe mengalami kecelakaan ini. Pang coe, sekarang tee coe sudah tidak berdaya lagi, dari itu teecoe mohon belas kasihan Pang coe. Karena untuk Couw soe, walaupun
begini rupa nasib teecoe, tidak nanti teecoe menyesal.
Sekarang teecoe ingin mati saja, tak harap tee coe kepada hidupku, asal diriku tetap putih bersih, rela aku binasa didepan Pang coe...."
Suaranya Kim In halus dan lemah selagi bicara air
matanya pun meleleh turun, hingga nampaknya ia harus
sangat dikasihani. Tidak gampang2 Boe Wie Yang percaya anggota
perempuan ini, akan tetapi tiba2 ia ingat suatu hal. Cit Nio sudah terjatuh dalam tangannya, mustahil sekali apabila dia bisa kabur pula. Ia hanya tidak ingin pihak lawan mendapat kepuasan. Dengan dingin, ia kata "Liok Lo Kim In, jangan kau putar lidah untuk membantah. Kau telah langgar
aturan, kau harus tahu sendiri. Aku tidak memperbedakan anggota lelaki atau perempuan, semua aku pandang sama, hingga karenanya, belum pernah ada orang yang tak puas.
Kau sendiri pilih alat penyiksa yang hebat, itu tandanya kau ingin mengicipinya. Tentu saja ingin aku membikin kau puas! Baik, untuk sementara, aku kasi kau hidup lebih lama sedikit dalam dunia ini. Mari, bawa dia ke Heng tong, untuk menantikan putusan!"
Mendengar putusan itu, hatinya Cit Nio lega bukan
main. Segera timbul harapannya untuk hidup. Maka lekas2
ia manggut2 terhadap Liong Tauw Pang coe, akan
mengucap "Terima kasih untuk kemurahan hati Pang coe!
Asal ada bukti2 untuk kedosaanku, teecoe akan mati
dengan meram!" Hiocoe Ouw Giok Seng dari Kim Tiauw Tong dan
Hiocoe Bin Tie dari Ceng Loan Tong anggap Boe Wie
Yang bersikap demikian dengan disengaja. Kedosaaannya Liok Cit Nio sudah terang sekali. Mengenai dosa itu, pihak Ceng Loan Tong sudah berikan laporannya yang lengkap.
Teranglah sudah, Boe Pang coe tidak hendak beber
keburukan sendiri dimuka orang luar. Hanya mereka
kuatirkan akibatnya putusan ini dimatanya kedua pihak Hoay Yang Pay dan See Gak Pay.
Selagi kedua hiocoe ini tutup mulut dan Cit Nio masih manggut2, terdengarlah suara pelahan antara hadirin, yang berkata "Kemurahan hati" Kemurahan hati yang melupai
ancaman malapetaka dibelakang hari! Sudah ada negara
runtuh, akan ada pula partai terjatuh! Bagus benar
keputusan ini!" Boe Wie Yang dan Bin Tie dengar suara nyata sekali ke duanya segera menoleh, dari itu mereka bisa lantas lihat, yang berkata2 itu adalah Siangkoan In Tong yang mulutnya jail. Habis mengucap demikian, Siangkoan In Tong ini
melengos, akan bicara dengan ketua dari See Gak Pay.
Dalam murkanya, dalam hatinya Boe Wie Yang
mendamprat "Pit hoe, jangan kau mengejek orang! Ini ada Ceng Giap San chung, jikalau aku antap kau keluar secara baik2 dari sini, aku sumpah tak mau aku jadi manusia!"
Ouw Giok Seng dan Gouw Ceng tidak dengar ejekan itu,
maka itu mereka hendak jalankan tugas mereka, akan tetapi pada saat mereka hendak titahkan supaya Liok Cit Nio
dibawa keruangan Heng tong, mendadakan ada terdengar
cegahan "Boe Pang coe, tunggu dulu!" demikian suara itu, yang keluar dari seorang yang segera berbangkit untuk berdiri. Kemudian suara itu diteruskan kepada Ouw Hiocoe
"Ouw Hiocoe, harap kau tidak sembrono dengan lantas
bawa pergi perempuan ini! Mari tunggu dulu, sampai kita
kedua pihak sudah omong dengan jelas! Tentu saja kamu boleh urus urusanmu sendiri dari kami tidak berani lancang mencampurinya."
Liok Cit Nio telah mendapat harapan pula, ia tidak
sangka masih ada orang yang merintangi kepadanya kapan ia berpaling, akan tengok orang yang buka suara itu, ia merasa seakan2 ada orang guyur ia dengan air dingin!
"Oh, orang kate she Na yang bercelaka!" ia mendamprat dalam hatinya. "Rupanya kita berdua ada musuh turunan, dari jaman titisan yang sudah sampai sekarang ini! Sudah begini rupa keadaanku, kau toh masih mendesak terus!
Celaka!" Cit Nio kertek giginya, saking penasaran.
"Jikalau beruntung aku berhasil keluar dari Cap jie Lian hoan ouw ini, permusuhanku dengan lain orang aku suka menghabiskannya, akan tetapi tidak dengan kau, manusia cebol! Aku bukannya Lie touw hoe apabila aku tidak bikin rumah tanggamu hancur musnah dan kau sendiri mampus
dengan tak ada tempat untuk menguburnya!"
Orang yang buka suara itu dengan sebenarnya ada yang
termuda dari Yan tiauw Siang Hiap ialah Ay Kim Kong Na Hoo si Kim Kong Kate. Ia tidak puas menonton sikapnya Boe Wie Yang, yang terang hendak lindungi Liok Cit Nio.
Ia tidak bisa antapkah kelicikannya ketua Hong Bwee Pang itu, maka ia keluarkan suaranya. Iapun terus berkata.
"Boe Pang coe, Liok Tocoe ada seorang perempuan,
akan tetapi dia telah diserahkan tugas di See lou Cap jie to di Liang Seng San itu saja sudah membuktikan pentingnya tempat pemusatan rangsum itu. Pun sayang sekali baharu sekarang kami mengetahui Liok Tocoe itu sebenarnya ada turunan dari orang2 Rimba Persilatan yang kenamaan ialah puterinya Sam in Ciat hoe ciang Lo Hiocoe dari Hok Sioe
Tong dan keponakan perempuan dari Siang chioe Kim
piauw Lo Sin. Coba kami mengetahuinya itu siang2,
diwaktu memasuki Liang Seng San, tidak nanti ke dua
ketua kami turun tangan sendiri, sudah cukup jikalau
mereka minta Liok Tocoe pulang sendiri ke Cap jie Lian hoan ouw, untuk ia sendiri juga yang memberi keadilan terhadap kami. Kami percaya, jikalau ada anggauta Hong Bwee Pang yang langgar aturan, dengan kebijaksanaan
Pang coe, tidak nanti Pang coe melindunginya secara
sengaja. Kaum kami berlainan, akan tetapi kami tahu,
aturan adalah serupa. Sebagai orang luar kami tak ingin tahu menahu urusan Pang coe disini, akan tetapi sepak terjangnya. Liok Tocoe ini sungguh sangat bersangkutan dengan pihak kami. Orang2 sebagai ketua kami, begitupun Coe In Am coe dari See Gak Pay, tidak nanti hendak
berlaku kejam terhadap seorang kang ouw wanita, maka
itu, tolong Pang coe yang titahkan Liok To coe sendiri beber dimuka orang banyak ini tentang sebab2 sampai kami serbu Liang Seng San. Jikalau sekarang Pang coe hukum dia secara begini gampang saja, aku kuatir nanti kaum kang ouw
mentertawai kami yang dikatakan tak bisa mengampuni orang" CXXXV Dalam perkara tentang diculiknya Soe touw Kiam, Boe
Wie Yang masih belum mendapat tahu, hanya mengenai
kecabulannya Liok Cit Nio, ia tahu itu berhubung dengan laporannya Bin Tie serta laporan dari beberapa Hengtong soe yang memeriksa Siang tauw niauw Kiang Kian Houw,
maka itu, mendengar perkataannya Na Hoo, ia lantas
menjawab. "Menurut penglihatanku, tak masalah Na Jie Hiap
mendesak pula dalam perkara ini," katanya. "Perbuatannya
anggota busuk ini adalah hal yang memalukan kami kaum Hong Bwee Pang, tidak nanti kami suka mengeloni anggota yang mendurhaka, maka itu, kami hendak lantas berikan hukuman padanya! Inipun ada jyalan untuk mencegah
gagalnya urusan kita ini."
Boe Wie Yang berkata begini karena ia telah lihat
gelagat. Ia merasa, jikalau ia tidak segera membereskan perkaranya Liok Cit Nio ini, urusan bisa jadi ancaman yang memalukan
untuk pihaknya. Karenanya ia niat mengeluarkan tek hoe, tanda putusan hukuman harus
dijalankan. Selagi begitu, mendadakan Eng Jiauw Ong berbangkit
berdiri "Aku hendak bicara sama Boe Pang coe," berkata ketua ini kepada Jie Hiap. Lantas saja ia berpaling kepada ketua Hong Bwee Pang itu, untuk melanjutkan. "Boe Pang coe, kita sedang urus sengketa kita sendiri, siapa tahu sekarang muncul urusan sampingan ini. Tentu saja, urusan ini juga perlu segera dibereskan. Liok Tocoe ada satu wanita tetapi dia berkedudukan disuatu pusat penting, meskipun demikian, tidak berani aku tidak menghormati dia. Untuk dia, cukup dengan gelaran umumnya Liok touw hoe atau "Jagal wanita," dia sudah tak harusnya masih berdiam dalam Hong Bwee Pang, akan tetapi sudah
demikian, dia juga lakukan perbuatan yang menentangi
undang2 alam. Boe Pang coe ada bijaksana, masih Boe


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pang coe tidak ketahui sepak terjangnya Liok Tocoe ini, itu menandakan kelicinan nya. Dalam dunia kang ouw,
perkumpulan ber beda2 tetapi aturannya kebanyakan sama, yang terutama adalah hukuman berat bagi anggota yang
menghina Couwsoe, yang tak berbakti dan tak jujur, yang sekaker dan gila paras eilok. Perkumpulan mana saja tak bisa antapi anggota2nya yang melakukan pelanggaran
demikian itu, siapa yang diketahui bersalah, dia akan
dihukum lebih bengis daripada hukuman negara. Dan
tentang ini, sesuatu sahabat kang ouw mesti mengetahuinya. Begitulah Liok Tocoe ini dia sudah
lakukan pelanggaran besar, masih dia tidak insyaf, apabila Hong Bwee Pang tidak hukum dia, aku kuatir kaum kang
ouw sendiri yang tak dapat antapkan dia. Dia ini sudah culik Soe touw Kiam, satu anggota dari Hoay Yang Pay, yang dia bawa sembunyi dalam Liok Kee Po. Pang coe
niscaya sudah ketahui aturan keras dari Lek Tiok Tong di Ceng Hong Po, Hoaysiang, dalam hal penerimaan murid,
maka itu bisalah Pang . cce menginsyafi, berapa sukarnya untuk menyempurnakan satu murid. Dan murid kami ini
hampir saja terbinasa ditangannya Liok Tocoe ini! Boe Pang coe, tidak ingin aku Ong Too Liong bicara tentang keburukan semacam ini, tetapi ini mengenai nama baik
kaum kami Hoay Yang Pay, yang hampir tercacat
karenanya, maka tak dapat aku menahan sabar pula, ingin aku singkirkan dia, terutama untuk keselamatannya dunia kang ouw. Aku menyesal dulu, selagi melayani Liok Tocoe, saking licinnya, dia dapat loloskan diri. Tapi sekarang, akhir2nya, dia telah diantarkan kemari dalam Cap jie Lian hoan ouw, sudah seharusnya Pang coe wakilkan
Couwsoemu, akan mengurangi kejahatan nya, untuk
berbareng melindungi nama baik dari Hong Bwee Pang.
Sekarang, coba Pang coe tanyakan dia tentang penculikan murid kami itu, benar atau tidak bahwa itu ada kejadian!
Selama tiga puluh tahun lebih aku berkelana, belum pernah aku ketemui satu tandingan perempuan, adalah ini Liok Tocoe dari Hong Bwee Pang menjadi wanita yang
pertama!" Walaupun dia ada seorang dengan banyak pengalaman,
sulit juga Boe Wie Yang apabila ia dengar perkataannya ketua Hoay Yang Pay itu. Ia diangkat berbareng ditindih.
Liok Cit Nio juga terperanjat akan dengar kata2nya jago Hoay Yang Pay itu, akan tetapi dasar ia cerdik, otaknya terang, ia lantas memikir daya untuk selamatkan diri. Iapun telah tahui dengan baik, ketuanya sendiri tidak niat hukum ia dengan lantas. Untuk melindungi dirinya ia berani
lakukan apa juga. Demikian ia berbangkit, akan hadapi Eng Jiauw Ong, dengan kedua jarinya, ia menuding.
"Sayang usiamu yang lanjut ini, kedudukanmu sebagai
ketua dari Hoay Yang Pay!" berkata dia dengan berani.
"Aku ada seorang perempuan muda, satu janda, bagi mana kau berani busuki diriku begini macam " Aku Lo Kim In, walaupun aku ada seorang perempuan, sebagi anggauta
Hong Bwee Pang, ingin aku kurbankan diri untuk Couwsoe kami! Memang benar satu muridmu she Soe touw telah
terjatuh dalam tanganku, akan tetapi ingatlah kau kepada keadaan itu waktu. Waktu itu, kendati orangku tidak niat turun tangan, pihak kamu tentu akan mendahulukan kami!
Ong To Liong, kau menyebutkannya masih kurang satu!
Sekalipun ini murid dari See Gak Pay, tak dapat dia lolos dari tangan kami! Kita ada dalam keadaan, buntu sudah seharusnya kita hunjuk kepintaran masing2! Sebagai
kepala2 dari Hoay Yang Pay dan See Gak Pay, kamu
pimpin murid2mu datang kemari, siapa tahu kamu telah
rubuh, rubuh secara hebat! Maka itu sekarang kamu
menggunakan akal rendah ini, kamu memfitnah padaku,
untuk menutupi malumu itu. Kendati kita ada bermusuhan, tetapi apa pantas, sebagai ketua kaum mu, kamu
perlakukan begini rupa seorang perempuan yang lemah"
Jikalau nanti Lo Kim In dihukum kaumnya, sampai mati
juga, tidak nanti aku lupakan kebaikanmu ini!"
Bukan kepalang mendelunya Eng Jiauw Ong atas kata
memputar balik dan rendah itu, tetapi ia tidak melayaninya, ia cuma tertawa dingin. Ia menoleh kepada Boe Wie Yang
dan kata "Boe Pang coe, kata2nya tocoe mu itu membuat aku merasa sangat malu. Aku telah berusia lanjut, tak sanggup aku adu bicara dengannya. Ia telah terdesak
kepojok, tidak heran jikalau dia mencoba bela diri secara mati2an. Melainkan terserah kepada Pang coe sendiri,
karena Pangcoe juga telah berusia lanjut dan banyak
pengalaman. Tocoe itu membutuhkan bukti atau saksi,
maka ingin aku tanya Pangcoe, apa mesti aku hunjukkan buktinya supaya ia puas, supaya juga lain2 tocoe menjadi tak penasaran?"
"Ong Loosoe ada jadi orang kenamaan dari Rimba
Persilatan serta kedudukanmu menjadi ketua dari Hoay
Yang Pay, bagaimana bisa aku tak mempercayai nya?"
sahut Boe Wie Yang. "Liok Lo Kim In sudah tidak membatasi segala
perbuatannya, dia telah melanggar aturan, mana aku masih memikirnya untuk melindungi dia" Cuma karena ia
sungkan mengakui kedosaan nya, sebagai Pang coe, untuk menghukum dia, mesti aku berikan dia kebebasan untuk
membela diri. Loosoe berami sudah saksikan di Thian
Hong Tong tadi, mengenai orang2 sebawahannya, Boe Wie Yang tak dapat mengasi hati. Liok Lo Kim In ini ada satu anggota wanita, ingin aku bikin dia terima kematian nya dengan ikhlas. Ong Loosoe, kita berada dalam Ceng Giap San chung ini untuk satu urusan penting, karenanya, tak dapat urusan kita itu digagalkan sebab perkaranya dia ini satu orang. Perkara dia ini, aku pikir, hendak aku periksa kalau nanti urusan kita sudah selesai, aku bakal
mengadakan satu pemeriksaan untuk mendengar dia dan
membuat Hoay Yang Pay puas. Rasanya sanggup aku
Senopati Pamungkas 12 Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Pendekar Latah 31
^